Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 38

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 38


berbuat baik terhadapmu."
Si nona menangis makin sedih. "Boe Kie Ko ko ... "
bisiknya, "gugurkan saja kandungan ku dengan menggunakan obat ... "
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak boleh!" kata Boe Kie. "Menggugurkan kandungan
adalah perbuatan berdosa. Selain begitu, hal itu bisa
menusuk kesehatan badanmu." Waktu berkata begitu,
didalam hatinya tiba-tiba muncul perasaan sangsi. Cie Jiak
berada dalam tangan Kay pang hanya kira-kira sebulan
lamanya. Apa bisa jadi dia sudah hamil" Diam diam ia
memegang nadi tunangannya. Tidak! Ia tidak mendapatkan
tanda-tanda kehamilan. Tapi ia tidak mau menanya lebih
terang, Ia mahir dalam ilmu ketabiban, tapi kepandaian itu
terbatas dalam bidang luka-luka dan penyakit karena
keracunan. Dalam penyakit kalangan wanita, ia tak punya
banyak pengetahuan. "Kalau anak ini perempuan masih tak apa," kata pula
CieJiak. "Tapi kalau lelaki... Jika di hari kemudian kau
menjadi hong tee (kaisar ) apakah dia harus menjadi tay coe
( putera mahkota )" Ah! ... sebaiknya, digugurkan saja
untuk menghilangkan bibit penyakit."
"Cie Jiak," kata Boe Kie dengan suara kaku, "perkataan
hong tee kuharap jangan disebut-sebut lagi. Aku seorang
anak kampungan. Sedikitpun aku belum pernah mimpi,
belum pernah mempunyai keinginan uutuk naik ditahta
kerajaan. Apabila perkataanmu didengar oleh saudara-
saudara kita mereka akan anggap aku sebagai manusia yang
mengejar kekuasaan dan hati mereka akan menjadi dingin".
"Aku bukan mau paksa kau menjadi hongtee. Tapi kalau
sudah takdir, biarpun mau menolak" Kau memperlakukan
aku secara begitu mulia. Aku harus berusaha untuk
membalasnya. Cioe Cie Jiak seorang wanita lemah, tapi
kalau ada kesempatan mungkin sekali aku masih bisa
memberi sedikit bantuan supaya kau menjadi kaisar.
Ayahku gagal dalam usahanya dan menemui kebinasaan.
Dahulu aku menjadi kong coe ( puteri seorang kaisar ).
Siapa tahu di hari nanti aku akan menjadi seorang hong
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
houw (permaisuri)?" Mendengar perkataan yang sungguh-sungguh itu Boe
Kie jadi tertawa. "Cie Jiak," katanya, "kemuliaan seorang
hong houw belum tentu bisa menandingi kemuliaan
Tiangboenjin dari Go bie pay. Sudahlah, hauw Nio-nio!
Hamba mohon Hong houw Nio-nio sudi beristirahat!"
Awan kedukaan lantas saja membuyar dan sambil
tertawa, kedua orang muda itu mengakhiri pembicaraan
mereka. Pada keesokan paginya, sesudah membuka jalan darah
pelayan yang mengaso dikolong ranjang, Boe Kie meminta
Pheng Eng Giok berdiam dikota raja tiga hari lagi untuk
mendengar-dengar Cia Soen, sedang dia sendiri bersama
Cie Jiak dan Han Lim Jie lalu berangkat ke-Hway see.
Perjalanan mereka tidak menemui rintangan. Setibanya
didaerah Shoatang mereka sudah bisa menyaksikao
kekalahan tenlara Mongol yang terus mundur dengan
kerusakan besar. Sedapat mungkin Boe Kie bertiga
menyingkir dari kelompok-kelompok musuh yang besar
jumlahnya dengan mengambil jalan kecil. Belakangan
mereka bertemu dengan seorang serdadu Goan yang kasar
dan lalu membekuknya. Dari serdadu itu, mereka
mengetahui, bahwa Han San Tong dengan beruntun
mendapat beberapa kemenangan besar dan berhasil merebut
beberapa tempat yang penting. Mereka sangat girang dan
meneruskan perjalanan secepat mungkin.
Mulai perbatasan Soatang Anhoei kekuasaan sudah
berada dalam tangan tentara rakyat Beng Kauw. Diantara
tentara itu ada yang mengenal Han Lim Jie dan dia buru-
buru melaporkan kepada Goan swee hoe (gedung panglima
besar). Maka itulah pada waktu Boe Kie bertiga masih
berada dalam jarak tigapuluh li dari kota Hauwcoe, mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah dipapak oleh Han San Tong yang mengajak Coe
Goan Ciang, Cie Tat, Siang Gie Coen, Teng Jie Thong Ho
dan lain-lain panglima. Pertemuan itu sudah tentu sangat
menggirangkan semua orang.
Sesudah Han San Tong mempersembahkan secawan
arak kepada Boe Kie dengan diiringi tetabuhan perang dan
sepasukan tentara yang mengenakan pakaian perang
mentereng serta bersenjata lengkap, rombongan itu masuk
kedalam kota Hauwcoe. Dengan menunggang kuda, Cie
Jiak mengikuti dibelakang Boe Kie. Di sepanjang jalan ia
menengok ke kanan dan ke kiri dengan perasaan bangga.
Meskipun belum menyamai arak-arakan Hong tee dan
Hong hauw dikota raja, iring-iringan itu sudah cukup
memuaskan hatinya. Setibanya dikota, safu demi satu para jenderal dan
perwira menghadap dan memberi hormat kepada Boe Kie.
Malam itu diadakan pesta besar. Mendengar puteranya
ditolong oleh sang Kauwcoe sekali lagi secara resmi Han
San Tong menghaturkan terima kasih.
Selama beberapa hari dengan beruntun datanglah Yoe
Siauw, Hoan Yauw, In Thian Ceng, In Ya Ong, Tiat koan
Hoejin Swee Poet Tek, Cioe thian, kelima Ciang kie soe
dari Ngo-heng-kie dan lain-lain pemimpin Beng kauw.
Mereka datang dari pelbagai tempat sebab mendengar warta
tentang itu. Beberapa hari itu tak putus-putusnya diadakan
pesta-pesta untuk menyambut para pemimpin itu. Lewat
beberapa hari lagi tibalah Ceng ek Hok ong Wie It Siauw
dan Pheng Eng Giok. Kepada Boe Kie Pheng Hweeshio melaporkan bahwa ia
sama sekali tak mendengar sesuatu tentang Cia Soen.
Waktu mendapat gilirannya, Wie It Siauw berkata,
"Selagi berkelana di Hopak, aku bertemu dengan Ciang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang Liong tauw yang sedang menjalankan tugas kurang
baik bagi agama kita. Aku lagi guyon-guyon dengannya.
Waktu itu aku belum tahu, bahwa Cia Heng sudah kembali
di Tiong goan. Kalau tahu aku pasti akan menyelidiki di
kalangan Kay pang karena sangat mungkin Cia heng jatuh
di tangan mereka." Boe Kie segera memberitahu bahwa Cia
Soen memang pernah ditangkap oleh Kay pang tapi
kemudian bisa melarikan diri. Iapun menuturkan segala
pengalamannya dalam usaha mencari ayah angkatnya itu.
Hoan Yauw dan In Thian Cheng adalah orang-orang
yang berakal budi, tapi merekapun tak bisa menembus
kabut yang meliputi hilangnya Kim mo Sai ong.
"Kita masih belum bisa meraba asal-usul nona baju
kuning itu," kata Hoan Yauw.
"Kalau kita mengusut dari nona itu, mungkin sekali kita
akan berhasil dalam usaha mencari Ceng heng.
Tapi siapakah yang menaruh tanda-tanda obor dari
Louw Liong Kauwcoe mengejar sampai di Louw liong
lagi?" tanya In Thian Cheng. "Bisa jadi orang itu
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hilangnya
Cia heng." Diantara pemimpin-pemimpin Tjeng Kauw terdapat
banyak yang berpengalaman luas. Tapi tidak seorangpun
yang bisa menebak siapa adanya si baju kuning. Mereka
hanya bisa membujuk Boe Kie dengan mengatakan bahwa
ditinjau dari sepak-terjangnya si baju kuning sama sekali
tidak mengandung niat kurang baik.
Boe Kie pun tidak berdaya. Ia hanya bisa memerintahkan sejumlah anggota Ngo heng kie pergi ke
berbagai tempat untuk mengadakan penyelidikan.
Dalam beberapa perternpuran, biarpun mendapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemenangan, tentara Beng kauw menderita juga kerusakan
yang tidak kecil. Maka itu mereka memerlukan waktu dua
tiga bulan untuk memperbaiki apa yang rusak, mengumpulkan serdadu baru dan mengaso.
Sebagaimana diketahui, pada malam itu Pheng Eng
Giok turut menyaksikan percobaan membunuh diri dari
Cioe Cie Jiak. Meskipun tak tahu latar belakangnya, ia
mengerti, bahwa diantara pemuda dan pemudi yang sedang
bercintaan memang sering terjadi gelombang atau ribut-
ribut, Disamping itu, HoanYauw dan beberapa orang lain
juga tahu adanya perhubungan yang agak luar biasa
diantara Boe Kie dan Tio beng.
Apabila Kauwcoe mereka sampai menikah dengan
seorang puteri Mongol, maka kejadian ini sudah tentu akan
memberi akibat buruk bagi usaha menggulingkan pemerintahan Goan. Maka itulah, sesudah berdamai,
mereka menarik kesimpulan, bahwa jalan yang paling baik
adalah membujuk Boe Kie supaya melangsungkan upacara
pernikahan dengan Cie Jiak secepat mungkin. Mereka
menganggap bahwa sekarang adalah waktu yang paling
tepat, karena peperangan justeru sedang ditunda.
Waktu mereka mengajukan usul, Boe Kie lantas saja
mengiakan. In Thian Ceng lantas saja mencari hari dan
segera ditetapkan, bahwa hari pernikahan Boe Kie dan Cie
Jiak jatuh pada Sha gwee Cap-go (Bulan tiga tanggal 15).
Tak usah dikatakan lagi, seluruh anggota Beng kauw
bergirang dan repot mempersiapkan segala sesuatu untuk
pesta pernikahan itu. Pada waktu itu nama Beng kauw telah menggetarkan
seluruh Tiongkok. Disebelah timur, Han San Tong
menduduki kota-kota penting di wilayah Hway-see.
Disebelah barat, Cie Coen Hoei telah mengalahkan tentera
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mongol dalam pertempuran-pertempuran di sebelah utara
Ouwpak dan selatan Holam. Maka itulah, begitu lekas
warta tentang pernikahan Thio Kauw coe disiarkan, segera
orang-orang gagah dari Rimba persilatan mulai datang -
kian lama makin banyak, sehingga seolah-olah melimpahnya air banjir. Koen loen pay, Kong tong pay dan
beberapa partai lain, yang dikenal sebagai partai lurus hati,
sebenarnya tidak begitu akur dengan Beng kauw. Tetapi
sesudah tokoh-tokohnya ditolong Boe Kie di Bin hoat sie,
partai-partai tersebut rata-rata berhutang budi.
Disamping itu, Cioe Cie Jiak adalah Ciangboenjin dari
Go-bie-pay yang mempunyai kedudukan tinggi dalam
Rimba Persilatan. Walau pun tidak datang sendiri, para
ciang-boen-jin partai-partai itu mengirim wakil ke Hauw
cioe untuk membawa barang antaran. Thio Sam hong
sendiri tidak bisa datang. Sebagai bingkisan, orang tua itu
menulis empat huruf "Kee-jie-,Kee-hoe," (Suami isteri yang
baik ) diatas selembar sutera. Sutera itu bersama jilid kitab
Thay Kek-koen yang ditulis sendiri, diserahkan kepada
Song Wan Kiauw. Jie Lian Cioe dan In Lie Heng yang juga
mendapat tugas untuk pergi ke Hauw coe guna memberi
selamat dan doa restu kepada sepasang mempelai itu.
Waktu itu Yo Poet Hwie sudah menikah dengan In Lie
Heng dan ia mengikut ke Hauwcioe, begitu bertemu,
dengan girang Boe Kie berseru, "Lok-Soe-cim!"
Muka Yo Poet Hwie lantas saja berubah merah. Ia
menarik tangan Boe Kie dan lalu menuturkan segala
pengalamannya semenjak meraka berpisahan. Ia girang
tercampur terharu. Sebab kuatir Tan Yoe Liang dan Song Ceng Soe
menggunakan kesempatan itu untuk mencelakai Thay
soepeknya, maka Boe Kie lalu memerintahkan Wie It
Siauw pergi ke Boe-tong san sebagai wakilnya untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghaturkan terima kasih kepada Thio Sam Hong.
Kepada Ceng ek Hok ong, Boe Kie menceritakan sapak
terjang Song Ceng Soe yang sudah membinasakan Boh
Seng Kok dan berniat untuk mencelakai Thio Sam Hong. Ia
memesan, supaya sesudah bertemu dengan Thio Sam
Hong, Wie It Siauw harus menemani Jie Thay Giam dan
Thio Siong Kee untuk berjaga-jaga terhadap tipu muslihat
Tan Yoe Liang. Sesudah Song Wan Kjuuw bertiga kembali
di Boe tong san, barulah Wie It Siauw pulang.
Mendengar penuturan itu, paras muka Ceng ek Hok ong
berubah merah padam. "Atas nasihat Kauwcoe, Wie It
Siauw tidak berani mengisap lagi darah manusia," katanya
dengan suara gusar. "Tapi jika bertemu dengan kedua
penjahat itu, aku pasti akan mengisap habis darah mereka."


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terhadap Tan Yoe Liang, Wie heng boleh berbuat
sesuka hati," kata Boe Kie. "Tapi Song Ceng Soe adalah
putera tunggal Song Toasoepeh dan ia selalu dianggap
sebagai calon ciangboenjin dari Boe tong pay. Kalau dia
berdosa, biarlah Boe tong pay sendiri yang menghukumnya.
Dengan memandang muka Song Toa soepeh, Wie heng
tidak boleh melanggar selembar rambutpun." Wie It Siauw
mengiakan dan segera berpamitan.
Pada Sha gwee Ceecap ( bulan tiga tanggal sepuluh ),
sejumlah murid wanita Go-bie tiba di Hauwcioe dengan
membawa antaran. Teng Bin Koen sendiri tidak muncul.
Lima hari kemudian tibalah hari pernikahan. Pagi-pagi
sekali orang sudah berdandan dan mengenakan pakaian
yang sebaik-baiknya. Upacara sembahyang kepada Bumi
dan Langit itu segera akan dilakukan di gedung hartawan
terkaya di kota Hauwcioe, Gedung itu dihias seindah-
indahnya. Yang menjadi cu hun (yang memegang peranan
orang tua) pengantin lelaki adalah In Thian Ceng, sedang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Gie Coen menjadi cu hun pengantin perempuan. Tiat
koan Toojin mendapat tugas untuk menjaga keselamatan
kota Hauw cioe selama pesta. Guna menjaga merembasnya
musuh, dia harus mengatur penjagaan diseluruh kota yang
dilakukan oleh sejumlah murid Beng kauw pilihan. Diluar
kota dijaga oleh Tong Ho yang memimpin satu pasukan
tentara. Pagi itu sebagai tamu terakhir datang wakil-wakil
Siauw Lim pay dan Hwa san yang membawa barang
antaran. (Begitu tiba waktu Sia sie ( antara jam tiga dan lima sore
), terdengarlah bunyi meriam sebagai tanda dimulainya
upacara pernikahan. Yo Siauw dan Hoan Yauw mengundang semua tamu
masuk di toa-thia ( ruangan besar). Tak lama kemudian,
diapit oleh In Lie Heng dan Han Lim Jie, Boe Kie keluar
dengan diiring suara tetabuhan dan hampir berbareng, Cie
Jiak juga masuk ke ruangan upacara dengan dikawani oleh
delapan murid wanita Go bie. Kedua mempelai lantas saja
berdiri berendeng. "Sembahyang kepada langit!" teriak pemimpin upacara.
Baru saja Boe Kie dan Cie Jiak mau berlutut tiba-tiba
diluar pintu terdengar bentakan yang merdu, "Tahan !" Di
lain detik, seorang wanita yang mengenakan pakaian hijau
muda sudah berdiri ditengah-tengah ruangan. Wanita itu
bukan lain daripada Tio Beng.
Kejadian yang tidak diduga-duga itu mengejutkan semua
orang. Tokoh-tokoh Beng kauw dan berbagai partai
persilatan yang sudah kenyang makan asam garam dunia
Kang ouw, tidak pernah mimpi, bahwa Tio Beng berani
datang seorang diri ke tempat ini. Beberapa orang yang
beradat berangasan lantas saja bergerak untuk menyerang.
"Tahan dulu!" bentak Yo Siauw. Sambil menyoja para
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu, ia berkata pula. "Hari ini adalah hari paling
beruntung dari Kauwcoe kami dan Ciangboenjin Go bie-
pay. Tio-Kouwnio datang berkunjung dan beliau adalah
tamu kami. Dengan memandang muka Go-bie-pay dan
Beng kauw, kami mohon kalian suka melupakan ganjalan
lama untuk sementara waktu jangan melakukan sesuatu
yang tidak pantas terhadap Tio Kouwnio." Sehabis berkata
begitu, ia memberi isyarat kepada Swee Poet Tek dan
Pheng Eng Giok dengan kedipan mata. Kedua kawan itu
mengerti maksudnya. Mereka segera meninggalkan ruangan
itu dan menyelidiki jumlah jago-jago yang mungkin dibawa
Tio Beng. "Tio Kouwnio, kau duduklah sambil menyaksikan
pernikahan," kata Yo Siauw pula. "Sesudah upacara, kami
akan mengundang Tio-Kouwnio untuk turut minum arak
kegirangan." Tio Beng tersenyum. "Aku hanya ingin bicara beberapa
patah dengan Thio Kauwcoe," katanya. "Sehabis bicara,
aku akan segera berlalu."
"Sesudah upacara, nona boleh bicara." kata Yo Siauw.
"Sesudah upacara, sudah terlambat." jawabnya.
Yo Siauw dan Hoan Yauw saling mengawasi. Mereka
mengerti, bahwa Tio Beng sengaja datang untuk mengacau
dan biar bagaimana pun jua, mereka harus mencegah,
supaya pesta itu tidak menjadi gagal. Yo Siauw lantas saja
maju dua tindak. "Tio Kouwnio," katanya dengan suara
menyeramkan. "Sebagai tuan rumah kami tidak ingin
bertindak secara melanggar kepantasan dan kami mengharap, bahwa sebagai tamu, Tio Kouwnio juga bisa
menghormati diri sendiri." Ia telah mengambil keputusan,
bahwa jika Tio Beng rewel, ia akan menotok jalan
darahnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si nona menengok kepada Hoan Yauw dan berkata,
"Kauw Taysoe orang mau turun tangan terhadapku. Apa
kau tak menolong ?" "Koencoe," kata bekas orang sebawahan itu. "Di dalam
dunia sering terjadi kejadian yang tak cocok dengan
kemauan kita. Dalam hal ini kuharap Koencoe tak
memaksakan sesuatu yang tak bisa dipaksakan lagi."
Si nona tertawa manis. "Tapi aku mau paksa juga,"
katanya. Ia berpaling kearah Boe Kie dan berkata pula.
"Thio Boe Kie, kau adalah pemimpin Beng kauw. Sekarang
aku mau tanya. Apakah perkataan seorang lelaki sejati tetap
dipertahankan atau tidak?"
Begitu Tio Beng muncul, Boe Kie sangat berkuatir. Ia
hanya berdoa supaya Yo Siauw berhasil membujuknya
supaya dia lantas berlalu. Mendengar pertanyaan itu
jantungnya memukul keras. Ia tak dapat menjawab lain dari
pada "Tetap dipertahankan."
"Hari itu," kata Tio Beng, ketika aku menolong jiwa In
Lioksiokmu, kau telah berjanji akan melakukan, tiga rupa
pekerjaan untukku. Bukankah benar begitu?"
"Benar. Kau ingin pinjam lihat To liong to. Kau bukan
saja sudah melihat, kau bahkan sudah mencuri golok
mustika itu." Selama beberapa puluh tahun jago-jago Kangouw gagal
dalam usaha mencari golok mustika itu. Maka itu, begitu
mendengar bahwa To liong to sudah jatuh ke tangan Tio
Beng, mereka lantas saja menjadi gempar.
"Dimana adanya To liong to hanya diketahui oleh Kim
mo Say ong Cia Taihiap," kata Tio Beng. "Kau boleh tanya
ayah angkatmu sendiri Kembalinya Cia Soen ke Tionggoan belum diketahui
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh banyak orang. Keterangan Tio Beng sangat
mengejutkan dan suara ramai-ramai lantas saja berhenti.
"Siang malam aku memikiri dimana adanya Giehoe,"
kata Boe Kie. "Jika kau tahu, aku mohon kau sudi
memberitahukan kepadaku."
Si nona tertawa. '"Kau sudah berjanji akan melakukan
tiga pekerjaan, asal saja tidak bertentangan dengan
kesatriaan dalam Rimba Persilatan," katanya. "Mengenai
permintaan untuk pinjam lihat To liong to dapat dikatakan
sudah dipenuhi olehmu. Walaupun golok itu belakangan
hilang, aku tak bisa mempersalahkan kau. Sekarang
permintaanku yang kedua. Thio Boe Kie di hadapan para
orang gagah kau tidak boleh hilang kepercayaan."
"Pekerjaan apa yang harus aku lakukan?" tanya Boe Kie.
"Tio Kouwnio," sela Yo Siauw. "Mengenai janji
Kauwcoe kami yang bersyarat itu, bukan saja Kauwcoe
kami sendiri saja, tapi juga seluruh anggauta Bengkauw
turut memikul tanggungan untuk menunaikannya. Tapi
sekarang adalah saat yang sangat penting, saat bersembahyang kepada langit dan bumi dari Kauwcoe kami
dengan pengantinnya. Maka itu, aku harap soal ini ditunda
untuk sementara waktu dan janganlah Kouwnio merintangi
upacara yang sedang berlangsung." Kata-kata yang terakhir
itu diucapkan dengan nada keras.
Tapi Tio Beng tenang-tenang saja. Ia seolah-olah tidak
memandang sebelah mata kepada Kong beng Co soe yang
tersohor, "Pekerjaan yang aku ingin berikan kepada
Kauwcoe-mu terlebih penting lagi dan tidak boleh ditunda,"
katanya dengan suara ogah-ogahan. Tiba-tiba ia maju
beberapa tindak dan berbisik di kuping Boe Kie
"Permintaanku yang kedua ialah hari ini kau tak boleh
menikah dengan Cioe Kouwnio !"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BoeKie tertegun. "Apa?" ia menegas.
"Itulah pekerjaanmu yang kedua," jawabnya "Yang
ketiga aku akan berikan belakangan."
Biarpun bisik-bisik, setiap perkataan nona Tio didengar
tegas oleh Cie Jiak, Song Wan Kiauw, In Lie Heng dan
delapan murid Go bie yang mengiring pengantin
perempuan. Mereka semua terkejut dan paras muka mereka
lantas saja berubah. Kedelapan murid Go-bie itu lantas saja
siap sedia untuk menyerang, jika nona Tio berani menghina
Ciang boen-jin mereka. "Permintaanmu tidak bisa diturut olehku,'' kata Boe Kie.
"Kuharap kau suka memaafkan."
"Apa kau mau membatalkan janjimu sendiri?"
Ia menolak pintu, tapi pintu ditimpal dari dalam. Tanpa
memikir panjang lagi, dengan seantero tenaga, ia
mendorong pintu dengan pundaknya, sehingga timpal pintu
patah. Ia masuk ke dalam dan segera menyalakan lilin.
Cocok dengan dugaannya, nona Cioe menggantung diri
dengan seutas tambang yang diikatkan pada balok rumah
dengan lehernya sendiri. Bagaikan kalap, ia melompat
tinggi, menjambret tambang dan menarik sekuat-kuatnya,
sehingga tambang itu putus. Dengan tangan bergemetaran,
ia mendukung tubuh si nona dan merebahkannya diatas
pembaringan. Seperti disambar halilintar, ia mendapat
kenyataan, bahwa nona Cioe sudah tidak bernapas! "Cioe
Kouwnio !.... Cioe Kouwnio !..." ia sesambat.
Tiba-tiba diluar kamar terdengar suara seorang. "Han
Toako, ada apa?" Orang itu lantas masuk kedalam dan dia
bukan lain daripada Boe Kie sendiri. Melihat tunangannya,
bukan main kagetnya, pemuda itu. Buru-buru ia membuka
ikatan tambang pada leher Cie Jiak dan meraba dadanya.
Untung juga jantungnya masih berdenyut. "Masih bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditolong," katanya dengan suara lega. Ia lalu mengurut
punggung Cie Jiak dan mengirim Kioeyang Cin khie
kedalam tubuh si nona. Beberapa saat kemudian Cie Jiak berteriak, "Uah!" dan
lalu menangis. Ia membuka matanya dan begitu melibat
Boe Kie ia berkata "Biar aku mati! Aku lebih baik mati!"
Mendadak ia lihat bibir Boe Kie yang berdarah dan
bertanda tapak gigi, darahnya lantas saja bergolak dan
dengan sekuat tenaga ia menggaplok.
Han Lim Jie terkesiap. Ia berdiri terpaku dan mengawasi
dengan mata membelalak. Pihak mana yang harus diambil
olehnya" Di satu pihak Kauwcoe yang dipujanya, dilain
pihak calon nyonya Kauwcoe yang juga dipandangnya
seperti dewi. Selagi kebingungan mendadak pundaknya
ditepuk orang. Ia menengok dan ternyata orang itu bukan
lain dari pada Pheng hweeshio. "PhengTay soe" katanya
dengan suara girang. "Lekas bujuk Cioe Kouwnio!"
Pheng Eng Giok tertawa. "Bujuk apa?" tanyanya. "Mari
kita keluar". "Tidak bisa! Mereka akan berkelahi! Cioe Kouwnio
bukan tandingan Kauwcoe," kata si tolol.
Pheng Eng Giok tertawa terbahak bahak. "Han Heng-tee,
apakah kita berdua bisa menandingi Kauwcoe?" tanyanya.
"Aku berani pastikan dengan seorang diri Cioe Kouwnio
akan mendapat kemenangan." Seraya berkata begitu, ia
memberi isyarat dengan kedipan mata dan lalu menarik
taagan Han Lim Jie. Sementara itu, sesudah menggapelok tunangannya, Cie
Jiak lalu membanting diri di pembaringan dan menangis
tersedu-sedu. Boe Kie duduk di pinggir ranjang dan sambil
mengusap-usap pundak si nona, ia berkata dengan suara
lemah lembut. "Sungguh mati aku tidak berjanji dengan dia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengadakan pertemuan di situ. Hal itu telah terjadi
karena kebetulan saja."
"Justa! Bohong! Aku tidak percaya!"
Boe Kie menghela napas. "Cie Jiak, apa kau tak ingat
riwayat Cioe Kong dan Ong Bong?" tanyanya. "Dalam
dunia ini banyak sekali kejadian-kejadian kebetulan yang
bisa menimbulkan salah mengerti".
Si nona bangun duduk. "Kau sungguh kejam!" teriaknya.
"Koencoe Nio nio-mu menghina aku dengan sajaknya dan
kau bahkan menyebut-nyebutnya lagi. Lihat bibirmu! Apa
kau tak malu?" Sehabis berkata begitu, mukanya sendiri
berubah merah. Boe Kie mengerti, bahwa ia takkan dapat membela diri.
Jalan satu-satunya ia harus bersabar. Melihat muka
tunangannya yang kemerah-merahan, lehernya yang masih
bertanda bekas ikatan tambang dan matanya yang merah, di
dalam hatinya lantas saja timbul rasa kasihan. Ia ingat,
bahwa jika tidak keburu ditolong oleh Han Lim Jie,


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tunangannya itu pasti sudah binasa. Mengingat begitu,
dengan rasa terharu ia segera memeluk. Cie Jiak coba
memberontak, tapi Boe Kie terus memeluk erat-erat dan
mencium dahinya. Lama ia memeluk dan Cie Jiak pun tidak memberontak
lagi. Tiba-tiba ia merasa jengah sendiri. Perlahan-lahan ia
melepaskan pelukannya dan berkata. "Cie Jiak, kau
tidurlah. Besok kita bicara lagi. Kalau aku berani menjustai
kau lagi dan diam-diam mengadakan pertemuan dengan
Tio Kouwnio, kau boleh bunuh aku."
Si nona tidak menjawab. Ia terus menangis dengan
perlahan. Makin dibujuk, ia menangis makin keras.
Akhirnya Boe Kie bersumpah, bahwa ia tidak akan
berkhianat dan bahwa ia masih tetap mencintai si nona
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
deagan segenap jiwa. "Aku tak mempersalahkan kau, aku hanya merasa
menyesal akan nasibku yang buruk..." kata Cie Jiak dengan
suara hampir tak kedengaran.
"Diwaktu masih kecil, kita bersama-sama bernasib
buruk," kata Boe Kie. "Dengan Tat coe yang berkuasa,
seluruh rakyat bernasib buruk. Nanti sesudah Tat coe
terusir, kita akan hidup beruntung."
Tiba-tiba Cie Jiak mengangkat kepalanya dan berkata
dengan suara sungguh-sungguh, "Boe Kie Koko, kutahu
kecantikanmu terhadapku. Ku tahu ini semua karena gara-
gara bujukan si perempuan siluman... bukan kau yang
berhati bercabang. Tapi ... tapi ... dengan sebenarnya aku
tak bisa menjadi isterimu. Aku ingin mati. Tapi si Han Lim
Jie menolong aku. Sesudah gagal satu kali, aku tak berani
mencoba untuk kedua kali. Aku... akan mengikuti contoh
Soehoe, aku akan mencukur rambut dan menjadi pendeta.
Ya! Ciang ... boenjin dari Gobie pay memang biasanya
seorang wanita yang tidak menikah."
"Mengapa kau mempunyai pikiran begitu " Apakah kau
bergusar terhadap Tio Kouwnio karena kau anggap Tio
Kouwnio memberi petunjuk, bahwa kaulah yang sudah
mencelakai ayah angkatku ?"
"Apa kau percaya ?"
"Tentu saja tidak!"
"Kalau tidak percaya, baguslah. Siapapun juga tak akan
percaya." "Tapi mengapa kau terus berduka?"
Cie Jiak menggigit bibirnya. "Karena ... karena ..."
katanya. Sehabis mengatakan dua kali perkataan "karena",
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia memalingkan mukanya ke jurusan lain. "Boe Kie Koko,"
katanya pula dengan suara parau. "Sebenarnya kau lebih
baik tidak pernah bertemu dengan aku. Mulai dari
sekarang, kau jangan ingat-ingat lagi diriku. Kau boleh
menikah dengan Tio Kouwnio atau dengan wanita lain.
Aku . . . aku tak perduli ..." Mendadak kedua kakinya
menjejak pembaringan dan tubuhnya melesat keluar dari
jendela dan kemudian hinggap diatas rumah.
Boe Kie tertegun. Ia tak pernah menduga bahwa
tunangannya memiliki ilmu mengentengkan badan yang
begitu. Sesaat itu ia tidak sempat memikir panjang-panjang
lagi dan segera menguber.
Si nona kabur ke jurusan timur. Boe Kie mengejar
dengan mengambil jalan mutar dan dengan cepat, ia sudah
menghadang didepan. Sebab tidak keburu menghentikan
tindakannya, Cie JiaK menubruk Boe Kie yang segera
memeluknya, mereka berada di dekat sungai kecil. Boe Kie
lalu mendukung tunangannya ke sebuah batu besar di
pinggir sungai. "Cie Jiak," katanya dengan suara halus,
"Suami isteri harus sama-sama senang dan sama-sama
susah. Penderitaanmu adalah penderitaanku juga. Ganjelan
apa yang sedang dipikir olehmu. Bilanglah! ... kau
bilanglah..." Sambil menyesapkan kepalanya di dada Boe Kie, si nona
menangis tersedu-sedu. "Aku ... aku ...." katanya terputus-
putus. "Kehormatanku sudah dirusak orang! ... Aku sudah
ternoda ... Aku ... aku sudah ... hamil! Bagaimana aku bisa
menikah dengan kau?"
Pengakuan itu bagaikan halilintar ditengah hari bolong.
Boe Kie terpaku ia merasa kepalanya puyeng dan matanya
berkunang-kunang. Perlahan-lahan Cie Jiak bangun berdiri. "Itulah sudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nasibku," katanya. "Kau harus bisa melupakan aku."
Boe Kie tidak menyahut. Ia menatap wajah tunangannya
dengan mata membelalak. Ia tak percaya kupingnya sendiri.
Si nona menghela napas. Ia memutar badan dan berlalu.
Boe Kie melompat dan seraya mencekal tangan
tunangannya, ia bertanya dengan suara gemetar. "Apa ....
bangsat Song Ceng Soe?"
Cie Jiak mengangguk. Dengan air mata berlinang-linang
ia berkata, "Aku ditotok dan aku tidak bisa melawan ... "
Pada detik itu juga Boe Kie sudah mengambil keputusan.
Ia memeluk Cie Jiak dan berkata dengan suara halus. "Cie
Jiak, itu semua bukan salahmu. Sesudah beras menjadi
bubur, jengkelpun tiada gunanya. Cie Jiak karena
penderitaanmu itu, aku lebih mencintai kau, aku lebih
merasa kasihan terhadapmu. Besok kita berangkat ke Hway
see dan mengumumkan kepada saudara-saudara agamaku,
bahwa kita akan segera menikah. Mengenai anak dalam
kandunganmu, anggap saja, bahwa anak itu adalah anakku
sendiri. Cie Jiak, bagiku kau masih tetap suci, kau tetap
putih bersih, karena segala kejadian itu adalah diluar
kemauanmu." "Perlu apa kau menghibur aku" Aku sudah ternoda.
Mana bisa aku menjadi hoe jin (isteri) dari seorang
Kauwcoe?" "Cie Jiak, dengan berkata begitu kau memandang rendah
kepadaku Thio Boe Kie seorang laki-laki tulen. Pemandanganku berlainan dengan pemandangan orang
biasa. Andai kata, karena khilaf, kau terpeleset dan jatuh,
aku masih bisa melupakan segala kesalahanmu. Apalagi
dalam hal ini, dimana bencana sudah datang diluar
keinginanmu?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan main rasa berterima kasihnya Cie Jiak. "Boe Kie
Koko," katanya, "apa benar kau begitu mulia" Kukuatir kau
menjustai aku." "Kecintaanku ... kebaikanku terhadapmu, kau akan tahu
dihari kemudian. Pada hakekatnya, sekarang ini aku belum
berbuat baik terhadapmu."
Si nona menangis makin sedih. "Boe Kie Ko ko ... "
bisiknya, "gugurkan saja kandungan ku dengan menggunakan obat ... "
"Tidak boleh!" kata Boe Kie. "Menggugurkan kandungan
adalah perbuatan berdosa. Selain begitu, hal itu bisa
menusuk kesehatan badanmu." Waktu berkata begitu,
didalam hatinya tiba-tiba muncul perasaan sangsi. Cie Jiak
berada dalam tangan Kay pang hanya kira-kira sebulan
lamanya. Apa bisa jadi dia sudah hamil" Diam diam ia
memegang nadi tunangannya. Tidak! Ia tidak mendapatkan
tanda-tanda kehamilan. Tapi ia tidak mau menanya lebih
terang, Ia mahir dalam ilmu ketabiban, tapi kepandaian itu
terbatas dalam bidang luka-luka dan penyakit karena
keracunan. Dalam penyakit kalangan wanita, ia tak punya
banyak pengetahuan. "Kalau anak ini perempuan masih tak apa," kata pula
CieJiak. "Tapi kalau lelaki... Jika di hari kemudian kau
menjadi hong tee (kaisar ) apakah dia harus menjadi tay coe
( putera mahkota )" Ah! ... sebaiknya, digugurkan saja
untuk menghilangkan bibit penyakit."
"Cie Jiak," kata Boe Kie dengan suara kaku, "perkataan
hong tee kuharap jangan disebut-sebut lagi. Aku seorang
anak kampungan. Sedikitpun aku belum pernah mimpi,
belum pernah mempunyai keinginan uutuk naik ditahta
kerajaan. Apabila perkataanmu didengar oleh saudara-
saudara kita mereka akan anggap aku sebagai manusia yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejar kekuasaan dan hati mereka akan menjadi dingin".
"Aku bukan mau paksa kau menjadi hongtee. Tapi kalau
sudah takdir, biarpun mau menolak" Kau memperlakukan
aku secara begitu mulia. Aku harus berusaha untuk
membalasnya. Cioe Cie Jiak seorang wanita lemah, tapi
kalau ada kesempatan mungkin sekali aku masih bisa
memberi sedikit bantuan supaya kau menjadi kaisar.
Ayahku gagal dalam usahanya dan menemui kebinasaan.
Dahulu aku menjadi kong coe ( puteri seorang kaisar ).
Siapa tahu di hari nanti aku akan menjadi seorang hong
houw (permaisuri)?" Mendengar perkataan yang sungguh-sungguh itu Boe
Kie jadi tertawa. "Cie Jiak," katanya, "kemuliaan seorang
hong houw belum tentu bisa menandingi kemuliaan
Tiangboenjin dari Go bie pay. Sudahlah, hauw Nio-nio!
Hamba mohon Hong houw Nio-nio sudi beristirahat!"
Awan kedukaan lantas saja membuyar dan sambil
tertawa, kedua orang muda itu mengakhiri pembicaraan
mereka. Pada keesokan paginya, sesudah membuka jalan darah
pelayan yang mengaso dikolong ranjang, Boe Kie meminta
Pheng Eng Giok berdiam dikota raja tiga hari lagi untuk
mendengar-dengar Cia Soen, sedang dia sendiri bersama
Cie Jiak dan Han Lim Jie lalu berangkat ke-Hway see.
Perjalanan mereka tidak menemui rintangan. Setibanya
didaerah Shoatang mereka sudah bisa menyaksikao
kekalahan tenlara Mongol yang terus mundur dengan
kerusakan besar. Sedapat mungkin Boe Kie bertiga
menyingkir dari kelompok-kelompok musuh yang besar
jumlahnya dengan mengambil jalan kecil. Belakangan
mereka bertemu dengan seorang serdadu Goan yang kasar
dan lalu membekuknya. Dari serdadu itu, mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui, bahwa Han San Tong dengan beruntun
mendapat beberapa kemenangan besar dan berhasil merebut
beberapa tempat yang penting. Mereka sangat girang dan
meneruskan perjalanan secepat mungkin.
Mulai perbatasan Soatang Anhoei kekuasaan sudah
berada dalam tangan tentara rakyat Beng Kauw. Diantara
tentara itu ada yang mengenal Han Lim Jie dan dia buru-
buru melaporkan kepada Goan swee hoe (gedung panglima
besar). Maka itulah pada waktu Boe Kie bertiga masih
berada dalam jarak tigapuluh li dari kota Hauwcoe, mereka
sudah dipapak oleh Han San Tong yang mengajak Coe
Goan Ciang, Cie Tat, Siang Gie Coen, Teng Jie Thong Ho
dan lain-lain panglima. Pertemuan itu sudah tentu sangat
menggirangkan semua orang.
Sesudah Han San Tong mempersembahkan secawan
arak kepada Boe Kie dengan diiringi tetabuhan perang dan
sepasukan tentara yang mengenakan pakaian perang
mentereng serta bersenjata lengkap, rombongan itu masuk
kedalam kota Hauwcoe. Dengan menunggang kuda, Cie
Jiak mengikuti dibelakang Boe Kie. Di sepanjang jalan ia
menengok ke kanan dan ke kiri dengan perasaan bangga.
Meskipun belum menyamai arak-arakan Hong tee dan
Hong hauw dikota raja, iring-iringan itu sudah cukup
memuaskan hatinya. Setibanya dikota, safu demi satu para jenderal dan
perwira menghadap dan memberi hormat kepada Boe Kie.
Malam itu diadakan pesta besar. Mendengar puteranya
ditolong oleh sang Kauwcoe sekali lagi secara resmi Han
San Tong menghaturkan terima kasih.
Selama beberapa hari dengan beruntun datanglah Yoe
Siauw, Hoan Yauw, In Thian Ceng, In Ya Ong, Tiat koan
Hoejin Swee Poet Tek, Cioe thian, kelima Ciang kie soe
dari Ngo-heng-kie dan lain-lain pemimpin Beng kauw.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka datang dari pelbagai tempat sebab mendengar warta
tentang itu. Beberapa hari itu tak putus-putusnya diadakan
pesta-pesta untuk menyambut para pemimpin itu. Lewat
beberapa hari lagi tibalah Ceng ek Hok ong Wie It Siauw
dan Pheng Eng Giok. Kepada Boe Kie Pheng Hweeshio melaporkan bahwa ia
sama sekali tak mendengar sesuatu tentang Cia Soen.
Waktu mendapat gilirannya, Wie It Siauw berkata,
"Selagi berkelana di Hopak, aku bertemu dengan Ciang
pang Liong tauw yang sedang menjalankan tugas kurang
baik bagi agama kita. Aku lagi guyon-guyon dengannya.
Waktu itu aku belum tahu, bahwa Cia Heng sudah kembali
di Tiong goan. Kalau tahu aku pasti akan menyelidiki di
kalangan Kay pang karena sangat mungkin Cia heng jatuh
di tangan mereka." Boe Kie segera memberitahu bahwa Cia
Soen memang pernah ditangkap oleh Kay pang tapi
kemudian bisa melarikan diri. Iapun menuturkan segala
pengalamannya dalam usaha mencari ayah angkatnya itu.
Hoan Yauw dan In Thian Cheng adalah orang-orang
yang berakal budi, tapi merekapun tak bisa menembus
kabut yang meliputi hilangnya Kim mo Sai ong.
"Kita masih belum bisa meraba asal-usul nona baju
kuning itu," kata Hoan Yauw.
"Kalau kita mengusut dari nona itu, mungkin sekali kita


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan berhasil dalam usaha mencari Ceng heng.
Tapi siapakah yang menaruh tanda-tanda obor dari
Louw Liong Kauwcoe mengejar sampai di Louw liong
lagi?" tanya In Thian Cheng. "Bisa jadi orang itu
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hilangnya
Cia heng." Diantara pemimpin-pemimpin Tjeng Kauw terdapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak yang berpengalaman luas. Tapi tidak seorangpun
yang bisa menebak siapa adanya si baju kuning. Mereka
hanya bisa membujuk Boe Kie dengan mengatakan bahwa
ditinjau dari sepak-terjangnya si baju kuning sama sekali
tidak mengandung niat kurang baik.
Boe Kie pun tidak berdaya. Ia hanya bisa memerintahkan sejumlah anggota Ngo heng kie pergi ke
berbagai tempat untuk mengadakan penyelidikan.
Dalam beberapa perternpuran, biarpun mendapat
kemenangan, tentara Beng kauw menderita juga kerusakan
yang tidak kecil. Maka itu mereka memerlukan waktu dua
tiga bulan untuk memperbaiki apa yang rusak, mengumpulkan serdadu baru dan mengaso.
Sebagaimana diketahui, pada malam itu Pheng Eng
Giok turut menyaksikan percobaan membunuh diri dari
Cioe Cie Jiak. Meskipun tak tahu latar belakangnya, ia
mengerti, bahwa diantara pemuda dan pemudi yang sedang
bercintaan memang sering terjadi gelombang atau ribut-
ribut, Disamping itu, HoanYauw dan beberapa orang lain
juga tahu adanya perhubungan yang agak luar biasa
diantara Boe Kie dan Tio beng.
Apabila Kauwcoe mereka sampai menikah dengan
seorang puteri Mongol, maka kejadian ini sudah tentu akan
memberi akibat buruk bagi usaha menggulingkan pemerintahan Goan. Maka itulah, sesudah berdamai,
mereka menarik kesimpulan, bahwa jalan yang paling baik
adalah membujuk Boe Kie supaya melangsungkan upacara
pernikahan dengan Cie Jiak secepat mungkin. Mereka
menganggap bahwa sekarang adalah waktu yang paling
tepat, karena peperangan justeru sedang ditunda.
Waktu mereka mengajukan usul, Boe Kie lantas saja
mengiakan. In Thian Ceng lantas saja mencari hari dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera ditetapkan, bahwa hari pernikahan Boe Kie dan Cie
Jiak jatuh pada Sha gwee Cap-go (Bulan tiga tanggal 15).
Tak usah dikatakan lagi, seluruh anggota Beng kauw
bergirang dan repot mempersiapkan segala sesuatu untuk
pesta pernikahan itu. Pada waktu itu nama Beng kauw telah menggetarkan
seluruh Tiongkok. Disebelah timur, Han San Tong
menduduki kota-kota penting di wilayah Hway-see.
Disebelah barat, Cie Coen Hoei telah mengalahkan tentera
Mongol dalam pertempuran-pertempuran di sebelah utara
Ouwpak dan selatan Holam. Maka itulah, begitu lekas
warta tentang pernikahan Thio Kauw coe disiarkan, segera
orang-orang gagah dari Rimba persilatan mulai datang -
kian lama makin banyak, sehingga seolah-olah melimpahnya air banjir. Koen loen pay, Kong tong pay dan
beberapa partai lain, yang dikenal sebagai partai lurus hati,
sebenarnya tidak begitu akur dengan Beng kauw. Tetapi
sesudah tokoh-tokohnya ditolong Boe Kie di Bin hoat sie,
partai-partai tersebut rata-rata berhutang budi.
Disamping itu, Cioe Cie Jiak adalah Ciangboenjin dari
Go-bie-pay yang mempunyai kedudukan tinggi dalam
Rimba Persilatan. Walau pun tidak datang sendiri, para
ciang-boen-jin partai-partai itu mengirim wakil ke Hauw
cioe untuk membawa barang antaran. Thio Sam hong
sendiri tidak bisa datang. Sebagai bingkisan, orang tua itu
menulis empat huruf "Kee-jie-,Kee-hoe," (Suami isteri yang
baik ) diatas selembar sutera. Sutera itu bersama jilid kitab
Thay Kek-koen yang ditulis sendiri, diserahkan kepada
Song Wan Kiauw. Jie Lian Cioe dan In Lie Heng yang juga
mendapat tugas untuk pergi ke Hauw coe guna memberi
selamat dan doa restu kepada sepasang mempelai itu.
Waktu itu Yo Poet Hwie sudah menikah dengan In Lie
Heng dan ia mengikut ke Hauwcioe, begitu bertemu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan girang Boe Kie berseru, "Lok-Soe-cim!"
Muka Yo Poet Hwie lantas saja berubah merah. Ia
menarik tangan Boe Kie dan lalu menuturkan segala
pengalamannya semenjak meraka berpisahan. Ia girang
tercampur terharu. Sebab kuatir Tan Yoe Liang dan Song Ceng Soe
menggunakan kesempatan itu untuk mencelakai Thay
soepeknya, maka Boe Kie lalu memerintahkan Wie It
Siauw pergi ke Boe-tong san sebagai wakilnya untuk
menghaturkan terima kasih kepada Thio Sam Hong.
Kepada Ceng ek Hok ong, Boe Kie menceritakan sapak
terjang Song Ceng Soe yang sudah membinasakan Boh
Seng Kok dan berniat untuk mencelakai Thio Sam Hong. Ia
memesan, supaya sesudah bertemu dengan Thio Sam
Hong, Wie It Siauw harus menemani Jie Thay Giam dan
Thio Siong Kee untuk berjaga-jaga terhadap tipu muslihat
Tan Yoe Liang. Sesudah Song Wan Kjuuw bertiga kembali
di Boe tong san, barulah Wie It Siauw pulang.
Mendengar penuturan itu, paras muka Ceng ek Hok ong
berubah merah padam. "Atas nasihat Kauwcoe, Wie It
Siauw tidak berani mengisap lagi darah manusia," katanya
dengan suara gusar. "Tapi jika bertemu dengan kedua
penjahat itu, aku pasti akan mengisap habis darah mereka."
"Terhadap Tan Yoe Liang, Wie heng boleh berbuat
sesuka hati," kata Boe Kie. "Tapi Song Ceng Soe adalah
putera tunggal Song Toasoepeh dan ia selalu dianggap
sebagai calon ciangboenjin dari Boe tong pay. Kalau dia
berdosa, biarlah Boe tong pay sendiri yang menghukumnya.
Dengan memandang muka Song Toa soepeh, Wie heng
tidak boleh melanggar selembar rambutpun." Wie It Siauw
mengiakan dan segera berpamitan.
Pada Sha gwee Ceecap ( bulan tiga tanggal sepuluh ),
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejumlah murid wanita Go-bie tiba di Hauwcioe dengan
membawa antaran. Teng Bin Koen sendiri tidak muncul.
Lima hari kemudian tibalah hari pernikahan. Pagi-pagi
sekali orang sudah berdandan dan mengenakan pakaian
yang sebaik-baiknya. Upacara sembahyang kepada Bumi
dan Langit itu segera akan dilakukan di gedung hartawan
terkaya di kota Hauwcioe, Gedung itu dihias seindah-
indahnya. Yang menjadi cu hun (yang memegang peranan
orang tua) pengantin lelaki adalah In Thian Ceng, sedang
Siang Gie Coen menjadi cu hun pengantin perempuan. Tiat
koan Toojin mendapat tugas untuk menjaga keselamatan
kota Hauw cioe selama pesta. Guna menjaga merembasnya
musuh, dia harus mengatur penjagaan diseluruh kota yang
dilakukan oleh sejumlah murid Beng kauw pilihan. Diluar
kota dijaga oleh Tong Ho yang memimpin satu pasukan
tentara. Pagi itu sebagai tamu terakhir datang wakil-wakil
Siauw Lim pay dan Hwa san yang membawa barang
antaran. (Begitu tiba waktu Sia sie ( antara jam tiga dan lima sore
), terdengarlah bunyi meriam sebagai tanda dimulainya
upacara pernikahan. Yo Siauw dan Hoan Yauw mengundang semua tamu
masuk di toa-thia ( ruangan besar). Tak lama kemudian,
diapit oleh In Lie Heng dan Han Lim Jie, Boe Kie keluar
dengan diiring suara tetabuhan dan hampir berbareng, Cie
Jiak juga masuk ke ruangan upacara dengan dikawani oleh
delapan murid wanita Go bie. Kedua mempelai lantas saja
berdiri berendeng. "Sembahyang kepada langit!" teriak pemimpin upacara.
Baru saja Boe Kie dan Cie Jiak mau berlutut tiba-tiba
diluar pintu terdengar bentakan yang merdu, "Tahan !" Di
lain detik, seorang wanita yang mengenakan pakaian hijau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muda sudah berdiri ditengah-tengah ruangan. Wanita itu
bukan lain daripada Tio Beng.
Kejadian yang tidak diduga-duga itu mengejutkan semua
orang. Tokoh-tokoh Beng kauw dan berbagai partai
persilatan yang sudah kenyang makan asam garam dunia
Kang ouw, tidak pernah mimpi, bahwa Tio Beng berani
datang seorang diri ke tempat ini. Beberapa orang yang
beradat berangasan lantas saja bergerak untuk menyerang.
"Tahan dulu!" bentak Yo Siauw. Sambil menyoja para
tamu, ia berkata pula. "Hari ini adalah hari paling
beruntung dari Kauwcoe kami dan Ciangboenjin Go bie-
pay. Tio-Kouwnio datang berkunjung dan beliau adalah
tamu kami. Dengan memandang muka Go-bie-pay dan
Beng kauw, kami mohon kalian suka melupakan ganjalan
lama untuk sementara waktu jangan melakukan sesuatu
yang tidak pantas terhadap Tio Kouwnio." Sehabis berkata
begitu, ia memberi isyarat kepada Swee Poet Tek dan
Pheng Eng Giok dengan kedipan mata. Kedua kawan itu
mengerti maksudnya. Mereka segera meninggalkan ruangan
itu dan menyelidiki jumlah jago-jago yang mungkin dibawa
Tio Beng. "Tio Kouwnio, kau duduklah sambil menyaksikan
pernikahan," kata Yo Siauw pula. "Sesudah upacara, kami
akan mengundang Tio-Kouwnio untuk turut minum arak
kegirangan." Tio Beng tersenyum. "Aku hanya ingin bicara beberapa
patah dengan Thio Kauwcoe," katanya. "Sehabis bicara,
aku akan segera berlalu."
"Sesudah upacara, nona boleh bicara." kata Yo Siauw.
"Sesudah upacara, sudah terlambat." jawabnya.
Yo Siauw dan Hoan Yauw saling mengawasi. Mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerti, bahwa Tio Beng sengaja datang untuk mengacau
dan biar bagaimana pun jua, mereka harus mencegah,
supaya pesta itu tidak menjadi gagal. Yo Siauw lantas saja
maju dua tindak. "Tio Kouwnio," katanya dengan suara
menyeramkan. "Sebagai tuan rumah kami tidak ingin
bertindak secara melanggar kepantasan dan kami mengharap, bahwa sebagai tamu, Tio Kouwnio juga bisa
menghormati diri sendiri." Ia telah mengambil keputusan,
bahwa jika Tio Beng rewel, ia akan menotok jalan
darahnya. Si nona menengok kepada Hoan Yauw dan berkata,
"Kauw Taysoe orang mau turun tangan terhadapku. Apa
kau tak menolong ?" "Koencoe," kata bekas orang sebawahan itu. "Di dalam
dunia sering terjadi kejadian yang tak cocok dengan
kemauan kita. Dalam hal ini kuharap Koencoe tak
memaksakan sesuatu yang tak bisa dipaksakan lagi."
Si nona tertawa manis. "Tapi aku mau paksa juga,"
katanya. Ia berpaling kearah Boe Kie dan berkata pula.
"Thio Boe Kie, kau adalah pemimpin Beng kauw. Sekarang
aku mau tanya. Apakah perkataan seorang lelaki sejati tetap
dipertahankan atau tidak?"
Begitu Tio Beng muncul, Boe Kie sangat berkuatir. Ia
hanya berdoa supaya Yo Siauw berhasil membujuknya
supaya dia lantas berlalu. Mendengar pertanyaan itu
jantungnya memukul keras. Ia tak dapat menjawab lain dari
pada "Tetap dipertahankan."
"Hari itu," kata Tio Beng, ketika aku menolong jiwa In
Lioksiokmu, kau telah berjanji akan melakukan, tiga rupa
pekerjaan untukku. Bukankah benar begitu?"
"Benar. Kau ingin pinjam lihat To liong to. Kau bukan
saja sudah melihat, kau bahkan sudah mencuri golok
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mustika itu." Selama beberapa puluh tahun jago-jago Kangouw gagal
dalam usaha mencari golok mustika itu. Maka itu, begitu
mendengar bahwa To liong to sudah jatuh ke tangan Tio
Beng, mereka lantas saja menjadi gempar.
"Dimana adanya To liong to hanya diketahui oleh Kim
mo Say ong Cia Taihiap," kata Tio Beng. "Kau boleh tanya
ayah angkatmu sendiri Kembalinya Cia Soen ke Tionggoan belum diketahui
oleh banyak orang. Keterangan Tio Beng sangat
mengejutkan dan suara ramai-ramai lantas saja berhenti.
"Siang malam aku memikiri dimana adanya Giehoe,"
kata Boe Kie. "Jika kau tahu, aku mohon kau sudi
memberitahukan kepadaku."
Si nona tertawa. '"Kau sudah berjanji akan melakukan


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiga pekerjaan, asal saja tidak bertentangan dengan
kesatriaan dalam Rimba Persilatan," katanya. "Mengenai
permintaan untuk pinjam lihat To liong to dapat dikatakan
sudah dipenuhi olehmu. Walaupun golok itu belakangan
hilang, aku tak bisa mempersalahkan kau. Sekarang
permintaanku yang kedua. Thio Boe Kie di hadapan para
orang gagah kau tidak boleh hilang kepercayaan."
"Pekerjaan apa yang harus aku lakukan?" tanya Boe Kie.
"Tio Kouwnio," sela Yo Siauw. "Mengenai janji
Kauwcoe kami yang bersyarat itu, bukan saja Kauwcoe
kami sendiri saja, tapi juga seluruh anggauta Bengkauw
turut memikul tanggungan untuk menunaikannya. Tapi
sekarang adalah saat yang sangat penting, saat bersembahyang kepada langit dan bumi dari Kauwcoe kami
dengan pengantinnya. Maka itu, aku harap soal ini ditunda
untuk sementara waktu dan janganlah Kouwnio merintangi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
upacara yang sedang berlangsung." Kata-kata yang terakhir
itu diucapkan dengan nada keras.
Tapi Tio Beng tenang-tenang saja. Ia seolah-olah tidak
memandang sebelah mata kepada Kong beng Co soe yang
tersohor, "Pekerjaan yang aku ingin berikan kepada
Kauwcoe-mu terlebih penting lagi dan tidak boleh ditunda,"
katanya dengan suara ogah-ogahan. Tiba-tiba ia maju
beberapa tindak dan berbisik di kuping Boe Kie
"Permintaanku yang kedua ialah hari ini kau tak boleh
menikah dengan Cioe Kouwnio !"
BoeKie tertegun. "Apa?" ia menegas.
"Itulah pekerjaanmu yang kedua," jawabnya "Yang
ketiga aku akan berikan belakangan."
Biarpun bisik-bisik, setiap perkataan nona Tio didengar
tegas oleh Cie Jiak, Song Wan Kiauw, In Lie Heng dan
delapan murid Go bie yang mengiring pengantin
perempuan. Mereka semua terkejut dan paras muka mereka
lantas saja berubah. Kedelapan murid Go-bie itu lantas saja
siap sedia untuk menyerang, jika nona Tio berani menghina
Ciang boen-jin mereka. "Permintaanmu tidak bisa diturut olehku,'' kata Boe Kie.
"Kuharap kau suka memaafkan."
"Apa kau mau membatalkan janjimu sendiri?"
"Aku berjanji akan melakukan tiga pekerjaan yang
diminta olehmu asal saja pekerjaan itu tidak melanggar
"hiap gie". Aku dan Cioe Kouwnio telah setuju untuk
menjadi suami istri. Apabila aku menurut kemauanmu,
maka aku melanggar "gie?".
Tio Beng tertawa dingin, "Kalau kau menikah dengan
dia, berarti kau melakukan perbuatan "put-hauw put-gie",
katanya. "Pada waktu arak-arakan di Hong-shia, apakah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau tidak lihat gambaran cara bagaimana ayah angkatmu
diakali orang?" Boe Kie meluap darahnya, "Tio Kouwnio!" bentaknya.
"Hari ini aku menghormati kau dan mengalah terhadapmu
karena kau adalah tamuku. Tapi kalau kau terus ngaco-
belo, janganlah kau salahkan aku."
Si nona tidak menggubris ancaman itu, "Apa benar kau
tidak mau melakukan pekerjaan kedua itu?" tanyanya
dengan suara tenang. Boe Kie adalah orang yang berhati lemah. Tiba-tiba saja
ia ingat bahwa sebagai seorang koencoe yang mempunyai
kedudukan tinggai, Tio Beng rela memperlihatkan muka
sendiri dan meminta ia membatalkan pernikahan. Hal ini
pada hakikatnya merupakan satu bukti dari rasa cinta yang
tak terbalas. Mengingat itu tanpa terasa ia berkata dengan
suara lemah lembut. "Tio Kouwnio"urusan sudah jadi begini"kau mundurlah. Thio Boe Kie adalah seorang anak kampong.
Bagaimana cara"bagaimana cara"," ia tidak dapat
meneruskan perkataannya. "Baiklah," kata si nona, "Tapi lihat! Apa ini?" Ia
membuka tangan kanannya dan menyodorkannya ke
hadapan Boe Kie. Begitu melihat, Boe Kie terkejut. Dengan
badan gemetaran ia berkata dengan suara terputus-putus,
"Ah!...ini"."
Tio Beng buru-buru menutup lagi telapak tangannya dan
memasukkan benda itu ke dalam sakunya. "Sekarang,
terserah kepada kau, apa kau suka melakukan pekerjaan
kedua itu atau tidak," katanya seraya memuta badan dan
berjalan keluar. Benda apa yang dilihat Boe Kie dan mengapa ia begitu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaget, tidak diketahui oleh orang lain. Cie Jiak sendiri yang
berdiri berendeng tidak bisa melihatnya karena mukanya
terhalang sutra merah. "Kalau kau mau, kau boleh ikut aku," kata Tio Beng
sambil terus berjalan. "Tio Kouwnio!...tunggu dulu"segala hal dapat didamaikan." Tapi si nona tidak meladeni.
Tiba-tiba Boe Kie memburu. "Baiklah!" teriaknya. "Aku
setuju untuk menunda pernikahan!"
Tio Beng menghentikan langkahnya.
"Kalau begitu ikut aku!" katanya.
Boe Kie maju dua langkah dan berhenti lagi. Ia
menengok ke arah Cie Jiak dan mengawasi nona Cioe
dengan sorot mata menyesal dan meminta maaf. Ia
kelihatannya seperti mau memberi penjelasan tapi Tio Beng
sudah berjalan keluar dengan langkah lebar. Keadaan
sangat mendesak dan ia harus mengambil keputusan cepat.
Di lain detik sambil menggertak gigi ia mengejar Tio Beng.
Baru saja ia memburu sampai di ambang pintu,
disampingnya mendadak berkelabat bayangan merah dan
orang lain sudah menerjang Tio Beng dari belakang.
Hampir bersamaan dari bawah tangan baju yang berwarna
merah menyambar lima jari tangan ke batok kepala si nona
Tio. Serangan itu adalah serangan yang membinasakan
yang dikirim secepat kilat. Yang menyerang tidak lain
adalah pengantin perempuan.
"Sungguh hebat! Dari mana Cie Jiak mendapat pukulan
itu?" pikir Boe Kie.
Biarpun sudah mempelajari macam-macam ilmu silat,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tio Beng tidak berdaya lagi. Pada detik yang sangat
berbahaya tanpa berpikir lagi Boe Kie melompat dan
meraih pergelangan tangan Cie Jiak. Nona Cioe menyikut
dengan sikut kirinya. "Duk!", sikut it mampir tepat di dada
Boe Kie. Walaupun dilindungi Kioe-yang Sin-kang, Boe
Kie terhuyung dan darahnya bergolak, sebab tenaga
benturan itu bukan main kuatnya. Melihat pemimpinnya
menghadapi bahaya, Hoan Yauw melompat dan mendorong pundak Cie Jiak. Dengan gerakan luar biasa si
nona ngebut pergelangan tangan Hoan Yauw dengan jari-
jari tangannya dan segera Hoan Yauw separuh badannya
merasa kesemutan sehingga ia tidak bisa menyerang lagi.
Dengan adanya rintangan itu, Tio Beng sudah maju
setengah langkah sehingga batok kepalanya lolos dari
pukulan. Tiba-tiba ia merasakan sakit hebat karena lima jari
tangan Cie Jiak sudah menancap di pundak kanannya di
dekat leher. Sambil mengeluarkan teriakan kaget, Boe Kie mendorong calon istrinya. Dengan telapak tangan kiri Cie
Jiak membabat pergelangan tangan Boe Kie dan kemudian
dengan tubuh tidak bergerak ia mengirim pukulan berantai,
semuanya delapan pukulan. Mau tak mau Boe Kie
melindungi diri dengan Kian-koen Tay lo-ie.
Semua kejadian itu sudah terjadi dalam sekejap mata,
seluruh ruangan pesta sunyi senyap dan jago-jago Rimba
Persilatan menyaksikannya. Sambil menahan nafas Tio
Beng roboh dan darah mengucur dari lima lubang di
pundaknya. Dilain saat Cie Jiak menghentikan serangannya. "Thio
Boe Kie!" bentaknya, "Sekarang kau benar-benar sudah
mabuk oleh perempuan siluman itu dan kau menyia-
nyiakan aku!" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cie Jiak!" kata Boe Kie dengan suara memohon,
"Kuharap kau bisa membayangkan penderitaanku. Menikah dengan kau sedikitpun Thio Boe Kie tidak merasa
menyesal. Aku hanya mohon supaya pernikahan ini
ditangguhkan untuk sementara waktu."
"Sesudah pergi, kau jangan kembali lagi," kata Cie Jiak
dengan suara dingin. Sementara itu Tio Beng sudah bangun berdiri. Tanpa
mengeluarkan sepatah kata, ia berjalan keluar dengan darah
mengucur di pundaknya. Orang-orang gagah yang hadir di situ sudah kenyang
menyaksikan kejadian-kejadian luar biasa dalam dunia ini,
tapi peristiwa berdarah semacam itu, saat dua jago
perempuan berebut suami adalah pengalaman yang pertama
kali. Tiba-tiba Boe Kie membanting sebelah kakinya, "Cie
Jiak!" katanya dengan suara parau. "Budi Giehoe
terhadapku besar bagaikan gunung"kecintaannya mendalam seperti lautan"Oh Cie Jiak! Kuharap kau
mengerti perasaanku"." Sehabis berkata begitu ia
menguber Tio Beng. In Thian-Ceng, Yo Siauw, Song wan
Siauw Song Wang Kiauw In Lie Heng dan lain-lain yang
tak tahu latar belakang kejadian itu tidak berani bergerak.
Saat semua orang kebingungan, tiba-tiba Cie Jiak
merobek sutra merah yang menutup kepalanya. "Tuan-
tuan, lihatlah!" teriaknya dengan suara nyaring. "Dia sudah
mengkhianati aku. Mulai hari ini, Cioe Cie Jiak dan orang
she Thio itu putus hubungan." Seraya berkata begitu, ia
mengangkat coe koa dari kepalanya, mencengkeram
segenggam mutiara dan melemparkan cu khoa itu,
kemudian sambil menggertakkan gigi dengan kedua
tangannya ia meremas mutiara itu menjadi hancur seperti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepung dan jatuh ke lantai. "Jika aku tidak bisa mencuci
hinaan di hari ini, biarlah badanku hancur seperti mutiara
ini!" katanya dengan bernafsu. (Coe koa topi perhiasan
bertata mutiara) Baru saja In Thian Ceng dan lain-lain mau mencoba
membujuk supaya ia bersabar dan menunggu kembalinya
Boe Kie yang tentu akan memberi penjelasan, Cie Jiak
sudah merobek pakaian pengantinnya dan melontarkannya
ke lantai, kemudian dengan gerakan yang indah ia
melompat ke atas genteng. In Thian Ceng dan kawan-
kawannya mengejar tapi si nona sudah lari jauh ke arah
Timur. Semua orang merasa kagum karena ilmu ringan
tubuh Cie Jiak ternyata tak berada di bawah Ceng ek Hok
ong Wie It Siauw. Karena tak sanggup mengejar, Yo Siauw
dan yang lainnya terpaksa kembali ke toathia.
Demikianlah karena pengacauan Tio Beng, pesta yang
meriah itu berakhir secara menyedihkan dan memalukan
Beng Kauw. Para tamu yang datang dari jauh tentu saja
merasa kecewa dan mereka mencoba menebak benda apa
yang diperlihatkan Tio Beng kepada Boe Kie. Dari
perkataan Boe Kie, mereka menebak bahwa benda itu tentu
mempunyai hubungan dengan Cia Soen tapi tak
seorangpun bisa menebak tepat teka-teki itu.
Sesudah berdamai, delapan murid Go Bie segera
berpamitan. In Thian Ceng menghaturkan maaf dan
mengatakan bahwa ia akan membawa Boe Kie ke puncak
Go Bie untuk sekali lagi minta maaf dan kemudaian
melangsungkan upacara pernikahan yang tertunda itu. Ia
menyatakan harapannya agar persahabatan antara Go Bie
pay dan Beng Kauw tak menjadi terganggu. Para murid Go
Bie memberi jawaban samar-samar yang penuh rasa
dongkol dan mereka segera pergi untuk mencari Cie Jiak.
Benda apakah yang diperlihatkan Tio Beng kepada Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kie" Benda itu adalah rambut manusia yang berwarna kuning
emas. Begitu melihat Boe Kie segera mengenali bahwa
rambut itu adalah rambut ayah angkatnya. Warna kuning
rambut itu berbeda dari warna kuning orang asing adalah
akibat dari latihan Lweekang yang luar biasa. Dapatlah
dimengerti bahwa begitu melihat rambut tersebut Boe Kie
segera menarik kesimpulan bahwa ayah angkatnya jatuh ke
tangan Tio Beng atau setidak-tidaknya si nona tahu di mana
adanya sang Giehoe. Kecintaan Boe Kie terhadap Cia Soen tak berbeda dari
kecintaan seorang putra kandung terhadap ayah kandungnya sendiri. Baginya di dalam dunia ini tak ada hal
yang lebih penting daripada keselamatan orang tua itu. Ia
kuatir bahwa jika ia melangsungkan upacara pernikahan
dengan Cie Jiak, dalam kegusarannya Tio Beng sgera
membunuh atau menyakiti Giehoenya. Di hadapan para
tamu ia tak bisa memberi penjelasan yang jelas. Di antara
tamu-tamu itu kecuali orang-orang Beng Kauw dan Boe
Tong pay sebagian besar ingin mencari Cia Soen baik untuk
membalas sakit hati maupun untuk merebut To Liong To.
Maka itu ia merasa sangat berdosa terhadap Cie Jiak demi
keselamatan sang ayah angkat, ia tak dapat berbuat lain
daripada menyusul Tio Beng.
Begitu keluar dari gedung pesta, ia lihat Tio Beng lari-lari
dengan darah menetes di sepanjang jalan. Ia mengempos
tenaga dan mempercepat langkahnya. Beberapa saat
kemudian ia menghadang di depan si nona. "Tio
Kauwnio," katanya, "Janganlah kau memaksa aku untuk
menjadi manusia tak berbudi yang akan di tertawai oleh
segenap orang gagah."
Tio Beng terluka sangat berat. Dengan memusatkan
seluruh tenaganya, ia bisa juga mempertahankan diri.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah melihat Boe Kie ia berkata dengan suara parau.
"Kau!...kau?" Karena mengeluarkan suara, pemusatan
tenaganya buyar dan sesaat itu juga, ia jatuh terguling.
Boe Kie membungkuk dan bertanya, "Di mana Giehoe-
ku?" "Bawalah aku untuk menolongnya," jawab si nona,
"Aku akan menunjuk jalan."
"Apa jiwanya terancam?" tanya Boe Kie pula.
"Giehoe-mu"dia"jatuh ke tangan Seng Koen!...,"
jawabnya. Mendengar nama Seng Koen, hati Boe Kie mencelos. Ia
sudah tahu bahwa dalam pertempuran di Kong Beng teng,
manusia jahat itu hanya berlagak mati. Manusia itu
berkepandaian tinggi dan banyak akalnya. Dengan ayah
angkatnya, ia mempunyai permusuhan hebat. Jika sang
Giehoe jatuh ke dalam tangannya, dapatlah dibayangkan
betapa hebatnya bahaya yang mengancam jiwa orang tua
itu. "Seorang diri, kau tak"tak"akan bisa menolong," kata
Tio Beng pula, "Panggillah Yo Siauw"dan"yang lain-
lain"." Seraya berkata begitu, ia menuding ke jurusan
Barat. Tiba-tiba kepalanya terkulai dan ia pingsan.
Hati Boe Kie seperti dibakar. Dengan tergesa-gesa ia
merobek tangan bajunya yang lalu digunakan untuk
membalut luka si nona Tio. Sesudah itu ia menggapai
seorang anggota Beng Kauw yang kebetulan lewat dijalanan
itu. "Lekas kau beritahukan kepada Yo Co-soe bahwa
dengan membawa sejumlah pembantu, ia harus segera
menyusul aku ke jurusan barat," pesannya. "Ada tugas
sangat penting yang perlu dikerjakan segera." Orang itu
membungkuk dan segera berlalu dengan berlari-lari untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyampaikan pesan tersebut.
Sedikitpun Boe Kie tidak mau membuang-buang waktu.
Dengan mendukung Tio Beng itu ia segera lari ke pintu
kota dan minta segera disediakan seekor kuda pilihan.
Perwira yang menjaga pintu tidak berani membangkang
dan begitu kuda dituntun keluar, Boe Kie segera melompat
ke punggungnya dan mengaburkan ke jurusan barat.
Sesudah melalu belasan lie, tiba-tiba Boe Kie merasa
bahwa badan Tio Beng yang didukungnya makin lama
menjadi semakin dingin, ia memegang nadinya yang
ternyata sudah lemah. Ia kaget dan segera memeriksa luka
si nona. Dengan hati mencelos ia lihat lima lubang yang
sudah warna ungu hitam, suatu tanda bahwa nona Tio kena
racun yang sangat hebat. Sebagai murid Go Bie, bagaimana
Cie Jiak bisa memiliki ilmu yang begitu beracun?" tanyanya
di dalam hati. "Pukulannya yang hebat luar biasa bahkan
lebih hebat daripada Biat Coat Soethay sendiri. Sungguh
mengherankan." Ia tahu bahwa jika tidak segera mendapat
pertolongan, Tio Beng akan binasa. Tapi ia sendiri tidak
membawa obat pemunah racun. Sesudah berpikir beberapa
saat, ia melompat turun dari punggung kuda dan dengan
mendukung si nona, ia segera mendaki sebuah gunung yang
terletak di sebelah kiri. Sambil memanjat dai memperhatikan rumput-rumput untuk mencari daun obat
yang bisa memunahkan racun. Tapi sesudah beberapa saat,
sepohonpun tidak dapat ditemukan olehnya.
Dengan bingung ia berjalan terus. Mulutnya komat-
kamit memohon pertolongan Tuhan. Tiba-tiba hatinya lega
sebab di sebelah kanan di dekat sebuah air tumpah, ia lihat
empat lima pohon yang kembangnya merah dan kembang
itu obat pemunah racun. Cepat-cepat ia meletakkan Tio
Beng di tanah. Sesudah melompati dua selokan, ia tiba di
sisi tumpahan. Tapi baru saja ia membungkuk untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memetik bunga merah itu, dibelakangnya terdengar
bentakan seorang wanita, "Tahan!"
Ia menengok dan melihat tiga wanita yang berdiri di
seberang selokan. Ia mengenali bahwa salah seorang di
antaranya yang bertubuh jangkung kurus dan mengenakan
jubah pendeta, adalah Ceng hoe, murid Go Bie pay. Dua
yang lain, yang berusia muda dan mengenakan baju hitam
juga murid Go Bie tapi ia tak tahu namanya.
Dengan tangan memegang pedang terhunus, Ceng hoei
membentak, "Thio Kauwcoe! Ada apa kau datang ke sini?"
Boe Kie tidak segera menyahut. Ia terus memetik tiga
kuntum bunga merah yang segera dimasukkan ke dalam
mulutnya. "Ceng hoei Soethay," katanya sambil mengunyah kembang, "Apa kau membawa Hoed kong Kie
tok tan?" Hoed kong Kie tok tan adalah pil obat Go Bie pay
untuk memunahkan segala jenis racun dan mempunyai
khasiat lebih besar daripada bunga yang sedang dikunyahnya. Ia tahu bahwa kalau turun gunung, hampir
setiap murid Go Bie pay selalu membawa obat mujarab itu.
"Perlu apa kau bertanya!" kata Ceng hoei.
"Tio Kouwnio kena racun hebat dan aku mohon supaya
Soethay sudi menghadiahkan tiga butir untuk mengobatinya," jawabnya.
Ceng hoei mendelik. "Perempuan siluman itu adalah
penjahat yang sudah membinasakan guruku," katanya
dengan suara keras. "Semua murid Go Bie ingin merobek
kulitnya dan makan dagingnya. Hm!...Mereka kena racun
yang sangat hebat" Itulah akibat dosanya sudah melewati
takaran. Thio Kauwcoe, aku ingin tanya. Hari ini adalah
pernikahanmu dengan Ciangboen jin kami. Mengapa begitu
dibujuk perempuan siluman itu, kau"kau meninggalkan
ruang pesta" Di mana kau mau menempatkan muka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciangboen jin kami, di mana kau menempatkan Go Bie pay
kami?" Boe Kie menyoja. "Ceng hoei Soethay," katanya, "Aku
perlu segera menolong jiwa manusia, aku sangat menderita
tapi tak bisa menceritakan penderitaanku sekarang. Aku
mohon kalian sudi memberi maaf. Kecintaanku pada Cie
Jiak tak akan berubah sampai mati. Langit dan bumi
menjadi saksinya." Ceng hoei hanya menafsirkan bahwa orang yang mau
ditolong adalah Tio Beng. Ia tak tahu bahwa selain Tio
Beng, Boe Kie pun perlu menolong Cia Soen. Maka itu ia
jadi lebih gusar. "Biarpun kau merasa perlu untuk
menolong dia sepantasnya kau harus menunggu sampai
selesai upacara pernikahan," katanya, "Ha! Kau pandai
sekali bersilat lidah!"
Karena pengobatan atas diri Tio Beng tidak boleh
tertunda, Boe Kie tidak mau banyak bicara lagi. Ia
melompat mendekati nona Tio, merobek baju di bagian
pundak dan lalu menaruh bunga merah yang sudah
dikunyah di atas luka. Ia menyadari bahwa daging di sekitar
luka sudah bengkak dan berwarna lebih hitam. Ia kaget dan
sangat kuatir, kalau nona itu sampai binasa di samping rasa
duka dan menyesal, iapun tak akan bisa mencari ayah
angkatnya lagi. Tanpa petunjuk Tio Beng, dia mau mencari
di mana di dunia ini" Mungkin ayah angkatnya itu akan
binasa di tangan Seng Koen.
Selagi ia membalut luka dengan tangan gemetar, tiba-tiba
ia merasakan sambaran angin dan sebatang pedang
menikam dirinya. Tanpa menoleh, Boe Kie menyambut
dengan tangan kirinya"tiga jari tangannya mendorong
badan pedang dan serangan itu dapat dipunahkan. Dalam
menangkis serangan yang dikirim oleh Ceng hoei, Boe Kie
menggunakan ilmu yang istimewa. Kalau perhitungannya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah sedikit saja, tiga jari tangannya akan putus. Jangankan
tanpa melihat, dengan berhadap-hadapan saja seorang ahli
silat biasa tak akan berani menggunakan pukulan itu.
Sesudah pedangnya terdorong, Ceng hoei segera
mengerahkan tenaga pukulan untuk mengirim serangan
susulan. Diluar dugaan tenaga dorongan Boe Kie belum
habis dan dirinya sendiri turut terdorong sehingga ia
terhuyung beberapa langkah.
Ia tahu bahwa ia bukan tandingan Boe Kie. Tapi, karena
merasa bahwa hari ini Go Bie pay sudah mendapat hinaan
besar dan juga karena Tio Beng adalah musuh besar
partainya maka ia tidak mau menyerah begitu saja. Musuh
besar itu sudah kena racun hebat dan jika ia bisa
menghalang-halangi pertolongan Boe Kie, ia mungkin akan
bisa membalas sakit hati tanpa menggunakan pedang.
Berpikir begitu ia segera berteriak, "Kwa Soemoay, Auw
Soemoay, majulah!" Kedua gadis remaja itu segera menghunus pedang dan
menerjang. Boe Kie tertawa getir. "Dengan kalian bertiga aku sama
sekali tidak punya permusuhan," katanya. "Mengapa kalian
mendesak begitu hebat?" Sambil berkata begitu ia
menangkis semua serangan dengan tangan kirinya sedang
tangan kanannya terus membalut luka.
Ketiga wanita itu menyerang sehebat-hebatnya tapi
dengan Kian koen Tay lo ie Sin kang, Boe Kie berhasil
menyelamatkan dirinya dari setiap serangan. Tiba-tiba Ceng
hoei membentak keras dan pedangnya menikam Tio Beng.
"Ah!" seru Boe Kie sambil menyentil badan pedang dengan
jarinya. "Trang!" Ceng hoei merasa telapak tangannya
terbeset dan pedangnya terpental ke tengah udara kemudian
patah dua dan jatuh ke tanah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ceng hoei jadi kalap, ia melompat dan menotok
punggung Boe Kie pada hiat yang membinasakan. Biarpun
sabar, Boe Kie mendongkol juga. Ia menangkis dan
mendorong dengan keras sehingga tubuh niekouw itu
terpental dan jatuh tanpa ampun. Melihat kakak
seperguruannya roboh, si gadis she Kwa dan she Auw tidak
berani menyerang lagi. Ketika itu Boe Kie sudah selesai membalut luka. Ia
menyadari bahwa nafas Tio Beng jadi makin lemah dan
hawa hitam makin menjalar. Ia tahu bahwa bunga merah
itu tidak bisa menolong banyak. Dengan terpaksa ia
menoleh ke Ceng hoei dan berkata dengan suara memohon,
"Ceng hoei Soethay, kau adalah murid Sang Buddha yang
selalu bertindak berdasarkan kasih. Kumohon kau sudi
memberi tiga butir Hoed kong Kie tok tan, jika kau sudi
meluluskan, seumur hidup aku takkan melupakan budimu
yang sangat besar." "Kau mimpi!" bentak Ceng hoei, "Jika kau menolong
perempuan siluman itu kau pun menjadi musuh besar dari


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

partai kami." Sedari tadi si gadis she Auw ingin sekali mencoba
membujuk Boe Kie tapi ia belum begitu berani membuka
suara. Sekarang ia tak bisa tahan lagi. "Thio Kauwcoe,"
katanya, "Aku dan Cioe Soecie begitu"begitu"baik.
Mengapa"mengapa"karena perempuan siluman itu"kau
jadi begitu" Sebaiknya kau kembali ke Cioe Soecie"." Ia
tidak bisa meneruskan perkataannya dan mukanya berubah
merah. "Terima kasih atas maksud nona yang sangat baik,"
jawab Boe Kie. "Tapi aku tidak bisa melihat kebinasaan
dengan berpeluk tangan." Sementara itu hawa hitam di
sekitar pundak Tio Beng sudah jadi lebih hebat. "Nona,"
katanya pula, "Apakah kau sudi menghadiahkan tiga butir
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoed kong Kie tok tan kepadaku" Nona, kau tolonglah,
Thio Boe Kie pasti membalas budimu."
Nona she Auw itu berhenti, merasa kasihan dan segera
merogoh saku. Tapi melihat paras muka Ceng hoei yang
penuh kegusaran, ia tidak berani mengeluarkan pil itu.
"Auw Soemay," bentak Ceng hoei. "Apa kau lupa sakit
hati kita" Jika kau serahkan pil itu aku akan binasakan
kau!" "Ceng hoei Soethay!" bentak Boe Kie. "Kalau kau
sendiri tak sudi, akupun tidka memaksa tapi mengapa kau
menghalang-halangi orang lain."
Ceng hoei tidak menyahut, sambil menaruh kedua
tangannya di dada, ia mundur selangkah demi selangkah,
"Auw Soemay, Kwa Soemay, berangkat!" serunya.
Melihat si pendeta mau kabur dalam hatinya Boe Kie
segera muncul keinginan untuk merampas obat. "Ceng hoei
Soethay," katanya, "Apabila kau tetap tidak mau
menolong, kau jangan salahkan aku." Seraya berkata
begitu, ia merangsek, Ceng hoei angkat tangan kirinya dan
tangan kanannya menyambar dari bawah tangan kiri, Boe
Kie miringkan muka untuk menghindari pukulan itu sedang
tangan kirinya menotok jalan darah di pundak Ceng hoei.
Begitu tertotok, bagian atas badan pendeta itu tidak bisa
bergerak lagi tapi dengan nekad ia menendang betis Boe
Kie. Tendangan itu mampir tepat pada sasarannya tapi ia
mendadak merasa Yong coan hiat dibawah kakinya panas,
seluruh tubuhnya kesemutan dan ia berdiri terpaku.
"Thio Kauwcoe, jangan lukai Soecieku!" teriak si gadis
she Auw. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, sedikitpun aku tidak berniat mencelakai Soecie-
mu," jawabnya, "Tapi tolonglah ambil obat dari sakunya."
"Auw Soemay!" bentak Ceng hoei. "Murid Go Bie boleh
mati tidak boleh dihina. Aku mau lihat kalau kau berani
ikut perintahnya." Diancam begitu, si nona tidak berani
bergerak. Sekarang Boe Kie tidak lagi menghiraukan adat istiadat
antara pria dan wanita. Ia segera merogoh saku Ceng hoei.
Fui! Ceng hoei menyembur dengan ludahnya, Boe Kie
miringkan kepalanya sambil menarik keluar tiga botol
kristal. Saat itu gadis she Kwa mendadak menikam dari
belakang. Boe Kie mengibaskan tangan bajunya dan ujung pedang
menikam angin. Sesudah itu ia membuka tutup tiga botol
itu dan memeriksa isinya. Kemudian ia mengambil dan
mengunyah tiga butir Hoed kong Kie tok tan. Sesudah pil
itu hancur, yang separuh ia masukkan ke mulut Tio Beng
dan separuh lagi ia taburkan di lubang luka. Karena kuatir
tak cukup ia segera memasukkan botol obat ke dalam
sakunya. "Maaf!" katanya seraya membuka jalan darah
Ceng hoei. Akhirnya dengan mendukung Tio Beng ia lari
ke jurusan barat. Boe Kie menoleh dan melihat berkelabatnya sehelai sinar
hijau. Ia terkesiap karena tangan kiri memegang pedang,
Ceng hoei sudah membacok putus lengannya sebatas
pundak. Ia segera sadar bahwa perbuatan nekad itu adalah
karena gerakannya sendiri. Tadi wkatu menangkis tikaman
si gadis she Kwa, secara tidak sengaja menyentuk kulit
tulang pi peo (tulang di antara lengan dan pundak) niekauw
itu. Sebagai seorang pendeta wanita yang suci bersih
sentuhan dari seorang pria dianggapnya sebagai suatu
hinaan dan kejadian yang sangat memalukan. Dalam
gusarnya ditambah dengan adatnya yang berangasan dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras ia sudah memutuskan lengan kanannya sendiri, muali
dari bagian yang disentuh Boe Kie.
Sesudah melakukan perbuatan nekad itu dengan darah
mengucur badan Ceng hoei bergoyang-goyang tapi dengan
menggigit gigi ia mempertahankan diri supaya tidak roboh.
Boe Kie kembali dan sesudah meletakkan Tio Beng di
tanah, bagaikan kilat ia memberi tujuh totokan kepada
Ceng hoei untuk menghentikan keluarnya darah.
"Bangsat Mo Kauw, pergi!" bentak si niekauw.
Mendadak di sebelah kejauhan tiba-tiba terdengar suara
suitan dan si nona she Kwa segera mengeluarkan sebuah
suitan bambu yang lalu ditiupnya. Boe Kie tahu bahwa
itulah tanda Go Bie pay untuk mengumpulkan kawan.
Dilain saat, tujuh delapan orang sudah kelihatan
mendatangi sambil berlari-lari.
Boe Kie merasa bahwa datangnya bantuan itu jiwa Ceng
hoei tak perlu dikuatirkan lagi. Maka itu buru-buru ia
mendukung Tio Beng dan terus kabur.
Sesudah kira-kira tiga puluh li, mendadak terdengar
suara rintihan Tio Beng yang baru saja tersadar, "Apa"apa
aku masih hidup?" tanyanya.
Boe Kie girang, "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.
"Pundakku sangat gatal," jawabnya, "Hai!...Cioe
Kouwnio sungguh hebat."
Boe Kie lalu merebahkannya di tanah dan memeriksa
pula lukanya. Ia sadar bahwa warna hitam belum berubah
hanyak ketukan nadi si nona sudah lebih keras daripada
tadi. Ia sekarang tahu bahwa Hoed kong Kie tok tan tidak
cukup kuat untuk melawan racun itu. Sesudah berpikir
sejenak, ia segera menghisap lubang luka itu menarik racun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke mulutnya membuangnya ke tanah. Sambil menahan bau
amis yang sangat tajam, ia mengisap racun itu dan
menyemburkannya berulang-ulang.
Sambil mengusap-usap rambut Boe Kie, Tio Beng
bertanya dengan rasa terima kasih yang sangat besar, "Boe
Kie Koko, apa kau bisa menebak latar belakang peristiwa
ini?" Boe Kie tidak menjawab, beberapa saat kemudia ia
sudah mengisap habis semua racun dan pergi ke kolam
untuk berkumur. Ia kembali dan sesudah duduk di samping
nona Tio ia balik bertanya, "Latar belakang apa?"
"Cioe Kauwnio adalah murid sebuah partai lurus bersih.
Tapi mengapa ia memiliki ilmu yang sesat itu?"
"Akupun merasa sangat heran, siapa yang sudah
mengajarnya?" Tio Beng tertawa, "Tak bisa lain, orang dari penjahat Mo
Kauw," katanya. Boe Kie pun turut tertawa. "Di dalam Mo Kauw
terdapat banyak sekali kepala iblis," katanya. "Tapi
diantara mereka tak ada yang memiliki ilmu begitu. Hanya
Ong yang bisa menghisap darah manusia dan ilmu Thio
Boe Kie yang bisa menghisap pundak manusia yang agak
mirip dengan ilmu itu."
Dengan penuh rasa bahagia, Tio Beng menyandarkan
kepalanya di dada Boe Kie, "Boe Kie Koko," bisiknya.
"Hari ini aku sudah mengacaukan pernikahan. Apa kau
marah?" Sungguh aneh, pada waktu itu sebaliknya daripada
berduka, Boe Kie merasa senang. Kecuali memikirkan Cia
Soen, ia bahkan merasa tenang dan beruntung. Mengapa
bisa begitu" Ia sendiri tak tahu sebab musebabnya tapi ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja merasa malu untuk memberitahukan si nona
perasaan hatinya yang sebenarnya. "Tentu saja aku marah,"
jawabnya. "Di kemudian hari aku pun akan mengacaukan
pernikahanmu." Muka Tio Beng segera berubah dadu, "Jika kau berani,
aku akan bunuh kau," katanya tersenyum.
Mendadak Boe Kie menghela nafas.
"Mengapa kau menghela nafas?"
"Entah siapa yang pada penitipan dahulu telah
melakukan perbuatan mulia sehingga dalam penitisan
sekarang ia begitu beruntung untuk menjadi Koen bee ya."
(Koen bee ya suami seorang putri raja muda)
"Sekarang masih ada waktu untuk kau sendiri
melakukan perbuatan mulia," kata si nona.
Jantung Boe Kie memukul keras, "Apa?" tegasnya.
Tapi si nona segera memalingkan kepala ke jurusan lain
dan tidak menyahut. Sesudah pembicaraan tiba pada titik itu, mereka merasa
jengah utnuk berbicara lagi. Sesudah mengaso, Boe Kie lalu
menaruh obat baru pada lubang luka dan kemudian sambil
mendukung nona Tio ia meneruskan perjalanan ke jurusan
barat. Malam itu mereka tidur dibawah langit dan pada
keesokan paginya mereka tiba di sebuah kota kecil. Karena
Tio Beng masih sangat lemah dan belum bisa menunggang
kuda maka Boe Kie hanya membeli seekor kuda untuk
ditunggang berdua. Sesudah berjalan lima hari, mereka tiba di daerah Ho-
lam. Pada hari keenam, selagi enak jalan di sebalah depan
tiba-tiba kelihatan debu mengebul dan tak lama kemudian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka mendengar suara kaki kuda yang sangat ramai.
Mereka tahu bahwa itu pasukan angkatan darat Mongol.
Boe Kie buru-buru minggir dan menahan tunggangannya di
sisi jalan. Pasukan itu terdiri dari beberapa ratus serdadu dan tak
memperdulikan Boe Kie dan Tio Beng. Sesudah mereka
lewat, di sebelah belakang mengikuti sekelompok penunggang kuda yang tidak teratur.
Tiba-tiba Boe Kie mengeluh, "Celaka!" dan buru-buru
melengos ke jurusan lain.
Apa yang dilihatnya tidak lain adalah Sin cian Pat hiong,
delapan jago panah itu adalah bawahan Tio Beng. Ia bukan
takut tapi ia tahu bahwa jika ia dikenali mereka dia bakal
berabe sekali. Kelompok itu yang terdiri kira-kira dua ratus orang lewat
tanpa memperhatikan Boe Kie dan Tio Beng yang di sisi
jalan. Sesudah mereka lewat, Boe Kie segera memutar
tangannya untuk meneruskan perjalanan.
Mendadak terdengar suara kaki kuda dan tiga
penunggang kuda mendatangi dengan cepat. Begitu melihat
orang-orang itu, Boe Kie terkesiap. Orang yang ditengah-
tengah yang menunggang kuda putih mengenakan pakaian
sulam dan topi emas sedangkan dua orang yang
mengapitnya Lok Thung Kek dan Ho Pit Ong.
Secepat mungkin Boe Kie mencoba memutar kepala
kuda, tapi sudah terlambat. "Koen coe Nio nio!" teriak Ho
Pit Ong, "Jangan takut!" Sehabis berteriak begitu ia bersiul
keras dan kelompok Sin cian Pat hiong segera kembali.
Dilain saat Boe Kie dan Tio Beng sudah dikurung.
Dengan perasaan ragu Boe Kie mengawasi si nona.
Apakah Tio Beng sudah lebih dulu mengatur datangnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bala bantuan ini" Tapi hatinya langsung lega sebab si nona
sendiri kelihatannya bingung. Ia memastikan bahwa nona
itu tidak menjual dia. "Koko," seru Tio Beng, "Sungguh tak sidangka bisa
bertemu dengan kau di tempat ini! Apa Thia-thia baik?"
Mendengar perkataan "Koko" (kakak) Boe Kie segera
mengawasi pemuda yang mengenakan pakaian sulam. Ia
segera mengenali bahwa dialah Kuh-kuh Temur, kakak Tio
Beng yang dikenal juga dengan nama Han Ong Po-po. Di
kota raja ia sudah pernah bertemu dengan pemuda
bangsawan itu tapi karena ia mencurahkan seluruh
perhatian kepada Hian beng Jie-loo maka ia tidak
memperhatikan kakak Tio Beng itu.
Melihat adiknya, Ong Po-po kaget bercampur girang. Ia
tidak mengenali Boe Kie. "Kau"kau"! Mengapa"...,"
katanya. "Koko," kata Tio Beng, "Aku dibokong musuh dan
mendapat luka beracun. Untung ditolong oleh Thio
Kauwcoe, tanpa pertolongannya aku tak akan bisa
berjumpa lagi dengan Koko."
"Siauw ong-ya, dia tidak lain adalah Kauwcoe Mo
Kauw, Thio Boe Kie," bisik Lok Thung Kek.
Sudah lama Ong Po-po mendengar nama Boe Kie. Ia
menduga bahwa adiknya bicara begitu karena diancam,
maka itu ia segera memberi tanda dengan kibasan tangan.
Melihat tanda itu, Hian beng Jie-loo segera mendekat dan
empat anggota Sin cian Pat hiong segera memasang anak
panah gendawa yang ditujukan ke punggung Boe Kie.
"Thio Kauwcoe," kata Ong Po-po, "Kau adalah
pemimpin suatu agama dan seorang gagah terkenal.
Dengan menghina adikku bukankah akan ditertawai oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua orang" Lepaskan adikku! Hari ini aku ampuni
jiwamu."

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Koko, mengapa kau berkata begitu," kata Tio Beng.
"Sebaliknya dari menghina, Thio Kongcoe telah melepas
budi padaku." Ong Po-po masih menganggap bahwa adiknya berada
dibawah tekanan. "Thio Kauwcoe!" teriaknya, "Biarpun
kepandaianmu sepuluh kali lipat lebih tinggi, kau tidak
akan bisa melawan jumlah yang besar. Lepaskanlah adikku!
Hari ini kita berdamai, Ong Po-po tidak akan melanggar
janji, kau tidak usah kuatir."
Boe Kie merasa demi keselamatan Tio Beng, nona itu
memang lebih baik mengikuti kakaknya supaya bisa diobati
oleh tabib-tabib pandai daripada ikut ia terlunta-lunta.
Maka itu ia segera berkata, "Tio Kauwnio, kakakmu sudah
dating, sebaiknya kita berpisah saja. Aku hanya memohon
agar kau memberitahukan di mana ayah angkatku berada
supaya aku bisa mencarinya. Tio Kauwnio, di kemudian
hari kita masih mempunyai kesempatan untuk bertemu."
Sehabis berkata begitu, ia merasa sangat berduka dalam
hatinya. Jawaban Tio Beng diluar dugaan. "Jika aku belum
memberitahukan di mana adanya Cia Tayhiap karena
mempunyai maksud yang dalam," katanya, "Aku hanya
berjanji akan membawa kau ke tempat itu tapi aku tak bisa
memberitahukan tempat itu kepadamu."
Boe Kie kaget. "Kau belum sembuh dan ikut aku sangat
tidak baik bagi kesehatanmu," katanya, "Paling baik kau
ikut kakakmu." Tapi si nona menggelengkan kepala, sambil mengawasi
Boe Kie dengan sinar mata berduka ia berkata, "Kalau kau
tinggalkan aku, kau tidak akan dapat mencari Cia Tayhiap.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku percaya bahwa aku akan sembuh dalam waktu singkat.
Aku yakain bahwa melakukan perjalanan adalah baik untuk
kesehatanku. Kalau aku pulang ke Ong hoe aku bisa mati
jengkel." "Siauw ong-ya," kata Boe Kie kepada Ong Po-po,
"Cobalah kau bujuk adikmu."
Ong Po-po merasa sangat heran tapi sesaat kemudian ia
berkata dengan suara tawar, "Kau jangan bercanda! Aku
tahu jari tanganmu memegang hiat yang membinasakan
adikku. Kau paksa dia untuk bicara begitu."
Melihat dirinya masih dicurigai, Boe Kie melompat
turun dari tunggangannya.
Selagi ia melompat turun, dua anggota Sin cian Pat
hiong mengira ia mau menyerang Ong Po-po segera
melepaskan anak panah ke punggungnya. Untuk memperlihatkan kepandaiannya ia mengibas dengan Kian
koen Tau lo ie Sin kang. Kedua anak panah iu terpental
balik dan tepat menghantam kedua gendewa yang segera
menjadi patah. Kalau tidak lekas berkelit, kedua orang
itupun pasti sudah terluka berat. Melihat kepandaiannya
yang luar biasa itu kecuali Hian beng Jie-loo, semua orang
termasuk Ong Po-po sendiri merasa kagum sekali.
"Tio Kauwnio," kata Boe Kie, "Sebaiknya kau pulang
dulu untuk berobat, setelah kau sembuh kita bisa bertemu
lagi." Tapi si nona menggelengkan kepalanya. "Tidak,"
jawabnya, "Tabib di Ong hoe mana bisa menandingi kau"
Thio Kongcoe, kalau menolong orang, kau harus menolong
sampai akhir." Mendengar perkataan adiknya, Ong Po-po kaget
bercampur gusar. Saat itu Boe Kie berdiri agak jauh dari
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tio Beng maka Ong Po-po segera menoleh ke Hian beng
Jie-loo dan berkata, "Tolong kalian lindungi adikku. Ayo
berangkat!" "Baik!" jawab mereka yang lalu mendekati Tio Beng.
"Lok Hi Jie we Sian seng!" kata si nona dengan nyaring,
"Ada satu urusan penting yang harus diselesaikan olehku
dan Thio Kauwcoe. Tenaga kami berdua justru tak cukup
maka kuminta kalian sudi untuk membantu."
Kedua kakek itu melirik Ong Po-po. "Sepak terjang
kepala siluman Mo Kauw selalu menyeleweng dan
Koencoe Nio nio tidak boleh mendekati dia," kata Lok
Thung Kek, "Paling baik Koencoe Nio nio ikut Siauw ong-
ya." Alis si nona berdiri. "Apa sekarang Jie wie hanya mau
menuruti perkataan kakakku dan tak sudi lagi mendengar
perkataanku?" tanyanya dengan marah.
"Ajakan Siauw ong-ya adalah untuk kebaikan Koencoe
Nio nio sendiri," kata Lok Thung Kek sambil tertawa,
"Nasihatnya keluar dair hati yang mencintai."
Tio Beng mengeluarkan suara di hidung. "Koko,"
katanya, "Atas seijin Thia-thia aku berkelana di dunia Kang
ouw, kau tak usah kuatir. Aku bisa menjada diri sendiri jika
bertemu Thia-thia sampaikanlah hormatku."
Ong Po-po tahu bahwa si adik sangat disayang oleh ayah
mereka dan sebenarnya ia tidak berani terlalu mendesak
tapi perginya adik seorang diri dengan Boe Kie biar
bagaimanapun juga tak dapat diijinkan olehnya. Melihat si
adik sudah mengedut tali untuk segera berangkat, ia segera
menghadang dan berkata, "Hian moay, Thia-thia akan
segera tiba di sini. Kau tunggulah sebentar, beritahukan
dulu Thia-thia sebelum kau berangkat."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu Thia-thia datang aku tentu dihalangi," kata si
nona, "Koko aku tidak ikut campur urusanmu kaupun
jangan ikut campur urusanku."
Ong Po-po melirik Boe Kie, melihat pemuda yang gagah
dan tampan romannya itu dan mendengar perkataan
adiknya, ia tahu si adik sudah cinta. Tapi Beng Kauw telah
memberontak dan Kauwcoe Beng Kauw adalah kepala
pemberontak. Ia gusar bercampur bingung. Terang-terang
adiknya sudah dipengaruhi oleh kepala pemberontak itu.
Bencana yang dihadapi bukan bencana kecil, demikian
pikirnya. Sesudah berpikir sejenak, sambil mengibas tangan
kirinya ia membentak, "Tangkap kepala siluman itu!"
Hian beng Jie-loo segera menerjang, Lok Thung Kek
menggunakan tongkat tanduk menjangan sedang Ho Pit
Ong menyerang dengan pit-nya. Lweekang dari Hian beng
Jie-loo agak lebih tinggi daripada orang-orang seperti Ia
Thian Geng dan Cia Soen dan sekarang mereka
mengerubuti seorang musuh adalah kejadian yang baru
pertama kali terjadi. Melihat penyerangnya kedua lawan
yang tangguh Boe Kie pun tidak berani bertindak sembrono
dan segera melayani dengan menggunakan segenap
kepandaiannya. Tio Beng tahu kehebatan kedua kakek itu, ia merasa
sangat kuatir akan keselematan Boe Kie. "Hian beng Jie-
loo!" teriaknya, "Jika kau melukai Thio Kauwcoe aku akan
memberitahu Thia-thia dan Thia-thia pasti tak akan
mengampuni kau." "Omong kosong!" bentak Ong Po-po, "Setiap orang
berusaha untuk membunuh penjahat pemberontak. Hian
beng Jie-loo! Setelah kalian bunuh penjahat itu, Thia-thia
dan aku akan memberi hadiah besar." Ia terdiam sejenak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan berkata pula, "Sok Sianseng, aku akan mempersembahkan empat wanita cantik untukmu."
Hian beng Jie-loo serba salah, pihak mana yang harus
diikuti" Sesaat kemudian, Lok Thung Kek memberi isyarat
kepada soetenya dengan kedipan mata dan berkata dengan
suara perlahan, "Tangkap hidup-hidup saja."
Tiba-tiba Boe Kie mengubah cara bersilatnya. Ia
menggunakan ilmu silat Seng hwe teng. Dilain detik dengan
satu pukulan aneh yang dikirim dari satu sudut yang tak
mungkin dapat dilakukan oleh orang lain ia berhasil
menggaplok pipi Lok Thung Kek, "Coba tangkap hidup-
hidup!" bentaknya dengan suara mengejek.
Si kakek gusar sekali, tapi sebagai ahli silat kelas utama
dalam kegusarannya pemusatan pikirannya tidak terpecah.
Ia segera menambah tenaga dan menyerang bagaikan hujan
dan angin. Saat semua orang mencurahkan perhatian pada
pertempuran itu, tiba-tiba Tio Beng mengedut tali dan kuda
yang ditungganginya segera melompat. Ong Po-po terkejut
dan menyabet dengan cambuknya yang mampir di mata kiri
binatang itu sehingga sambil meringkik keras dia
mengangkat kedua kakinya. Tubuh Tio Beng miring dan
karena masih sangat lemah ia hampir jatuh terjengkang.
"Koko, apa kau benar-benar mau menghalangi aku?"
bentaknya. "Adik yang baik, dengarlah perkataanku," jawabnya,
"Jika kau menurut, aku akan menghaturkan maaf."
"Koko, jika sekarang kau menghalangi aku, aku pasti
akan mati. Thio Kauwcoe akan membenci aku sampai di
sumsum"adikmu"sukar hidup lebih lama lagi"."
"Hian moay, mengapa kau berkata begitu" Gedung Jie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lom ong dijaga oleh banyak orang pandai yang tentu akan
bisa melindungi kau sebaik-baiknya. Jangankan melukai
kau, sekalipun hanya bertemu muka dengan kau, iblis kecil
itu tak akan bisa lagi."
Si adik menghela nafas. "Aku justru kuatir tak bisa
bertemu muka lagi dengannya," katanya, "Kalau sampai
begitu"aku"aku lebih suka mati."
Pada jaman itu wanita Mongol memang lebih berani
daripada wanita Han. Selain hubungan kakak dan adik itu
sangat erat, mereka biasanya selalu bicara terus terang.
Maka itu dalam keadaan terdesak, Tio Beng membuka
rahasia hatinya secara terang-terangan.
"Moaycoe, mengapa kau bicara yang tidak-tidak?"
bentak Ong Po-po dengan gusar, "Kau adalah anggota
keluarga raja muda Mongol. Ibarat pohon, kau bercabang
emas berdaun giok. Mana bisa kau jatuh cinta kepada
anjing itu" Jika tahu, Thia-thia bisa mati berdiri!" Seraya
berkata begitu, ia mengibaskan tangan kirinya dan tiga jago
segera turun ke gelanggang untuk membantu mengepung
Boe Kie. Tapi mereka tak bisa mendekati sebab saat itu Boe
Kie dan Hian beng Jie-loo sedang bertempur menggunakan
Sin kang yang tertinggi sehingga dalam jarak beberapa
tombak angin tenaga dalam menyambar-nyambar bagaikan
tajamnya pisau. "Thio Kongcoe!" teriak Tio Beng, "Jika kau mau
menolong Giehoe, kau harus lebih dulu menolong aku."
Mendengar itu Ong Po-po tidak bisa menahan sabar lagi.
Ia segera memeluk adiknya dan menendang perut kuda
yang segera kabur. Ilmu silat Tio Beng sebenarnya lebih tinggi dari
kakaknya tapi dalam keadaan terluka ia tidak bertenaga
untuk melawannya. Ia hanya bisa berteriak, "Thio Kongcoe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tolong! Thio Kongcoe tolonglah aku!"
Boe Kie terkejut, dengan menggunakan seluruh tenaga ia
mengirimkan dua pukulan sehingga Hian beng Jie-loo
terpaksa mundur beberapa langkah. Dengan menggunakan
kesempatan itu ia melompat dan mengejar Ong Po-po. Hian
beng Jie-loo dan tiga jago segera mengejar. Tapi begitu
mereka mendekat, Boe Kie segera memukul dengan Sin-
liong Pah hwee (Naga sakti menyabetkan ekornya), yaitu
salah satu pukulan dari Han liong Sip pat ciang. Biarpun
belum menyelami inti sari dari pukulan itu tapi karena
memiliki Kioe yang Sin kang, tenaga pukulan itu dahsyat
sekali sehingga Hian beng Jie-loo dan tiga kawannya tidak
berani terlalu dekat. Dilain saat Ong Po-po sudah terkejar oleh Boe Kie.
Sambil melompat tinggi ia mencengkram jalan darah
dibatang leher pemuda bangsawan itu yang segera tidak
bisa bergerak lagi yang lalu diangkat dan dilemparkan ke
arah Lok Thung Kek. Karena kuatir majikannya terluka, si
kakek buru-buru menyambuti. Dilain detik Boe Kie sudah
mendukung Tio Beng melompat turun dari punggung kuda
dan terus kabur ke lereng gunung.
Ho Pit Ong dan jago lain segera menguber tapi dari
lereng Boe Kie lari ke atas puncak yang tingginya beberapa
ratus tombak sehingga untuk mengejarnya orang harus
mempunyai ilmu ringan badan yang tinggi. Hian beng Jie-
loo adalah ahli silat kelas utama tapi ilmu ringan badan
mereka tidak seberapa tinggi dan mepat lima jago yang lain
bahkan tidak bisa lari lebih cepat daripada Ho Pit Ong.
Melihat dirinya dikejar, Boe Kie menjumput beberapa batu
dan menimpuk. Dua orang roboh dan menggelinding ke
bawah sehingga yang lain tidak berani mengejar terlalu
keras. Dalam sekejap Boe Kie sudah lari jauh.
Ong Po-po jadi kalap. "Lepaskan anak panah! Lepaskan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak panah!" teriaknya sambil mementang busurnya sendiri
dan lalu melepaskan sebatang anak panah ke punggung Boe
Kie tapi karena jaraknya terlalu jauh, jatuh di tanah tanpa
mengenai sasarannya. Setelah memastikan bahwa kaki tangan kakaknya tidak
akan bisa mengejar lagi barulah Tio Beng merasa lega.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil memeluk leher Boe Kie ia menghela nafas dan
berbisik, "Untung aku berjaga-jaga untuk tidak segera
memberitahukan di mana adanya Cia Tayhiap, kalau tidak,
kau tentu tidak akan mau menolongku."
"Bukankah aku sudah mengatakan bahwa sebaiknya kau
pulang untuk berobat?" kata Boe Kie, "Untuk apa kau
bentrok dengan kakakmu dan ikut aku menderita."
"Aku rela menderita," jawabnya, "Mengenai kakak,
sekarang atau nanti aku pasti bentrok dengan dia. Hal
terpenting bagiku adalah kuatir kau tidak mau mengajak
aku. Yang lainnya hal kecil."
Boe Kie tertegun. Ia tak pernah menduga sama sekali
bahwa cinta Tio Beng terhadapnya sedemikian besar.
Sudah lama ia tahu bahwa si nona menyukai dirinya. Tapi
pada hakekatnya ia menganggap rasa cinta itu hanyalah
rasa cinta yang tidak berdasar teguh dari seorang gadis
remaja yang pikirannya mudah berubah-ubah. Baru
sekarang ia menyadari bahwa cinta Tio Beng tulus dan
murni. Untuk mengikuti dia, si nona rela melemparkan
segala kekayaan dunia. Berpikir begitu ia menunduk dan mengawasi muka yang
pucat tapi cantik luar biasa. Pada saat itu sebagai manusia
biasa ia tidak dapat menahan gejolak hatinya lagi dan
dengan rasa cinta yang meluap-luap ia menempelkan
bibirnya ke bibir si nona.
Muka Tio Beng segera berubah merah, kejadian itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan goncangan yang terlampau berat bagi badannya
yang sangat lemah dan ia pingsan.
Boe Kie yang paham ilmu ketabiban tidak menjadi
bingung. Pingsannya Tio Beng hanya memperlipat rasa
terima kasih dan rasa cintanya. Tiba-tiba dalam otaknya
berkelabat sebuah pertanyaan, "Cinta Cie Jiak terhadapku
mana bisa menandingi cinta Tio Kauwnio?"
Beberapa saat kemudian Tio Beng tersadar. Melihat Boe
Kie seperti sedang memikirkan sesuatu ia bertanya, "Apa
yang dipikirkan olehmu" Cioe Kauwniokah?"
Boe Kie mengangguk, "Aku merasa bersalah terhadapnya," jawabnya.
"Kau menyesal?"
"Waktu aku mau bersembahyang dengan dia sebagai
suami istri, aku ingat padamu dan aku sedih. Sekarang aku
ingat dia dan aku merasa bersalah terhadap dia."
"Tapi dalam hati kau lebih mencintai aku, bukankah
begitu?" "Bicara terus terang, terhadapmu aku cinta dan aku
benci, terhadap Cie Jiak aku menghormati dan aku takut."
Si nona tertawa geli. "Aku lebih suka terhadapku kau
cinta dank au takut," katanya, "Terhadap dia kau
menghormati dan kau benci."
Boe Kie ikut tertawa. "Tapi sekarang sudah jadi lain,"
katanya tersenyum. "Terhadapmu kubenci dan kutakut.
Kubenci karena kau sudah menggagalkan pernikahanku,
kutakut sebab aku takut kau tidak mau membayar
kerugian." "Bayar kerugian apa?"
"Bayar kerugian dengan dirimu sendiri, dengan menjadi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
istriku sebagai gantinya Cie Jiak."
Muka Tio Beng segera berubah merah. "Tidak
segampang itu," katanya dengan sikap malu-malu,
"Terlebih dulu aku harus ijin dari ayah, aku harus lebih
dulu menyadarkan kakak"."
"Tapi bagaimana jika ayahmu menolak?"
Si nona menghela nafas. "Kata orang tua, menikah
dengan iblis harus ikut iblis," katanya. "Kalau sampai
begitu, bagiku tiada jalan lain kecuali mengikuti si iblis
kecil." "Perempuan siluman!" bentak Boe Kie, "Kau berkomplot dengan penjahat cabul dan pemberontak Thio
Boe Kie! Hukuman apa yang harus dijatuhkan atas
dirimu?" "Di dunia ini, kamu berdua dihukum menjadi suami istri
yang hidup beruntung sampai berambut putih. Di akhirat
kamu berdua harus masuk ke delapan belas lapis neraka
dan tidak bisa menitis lagi sebagai manusia!"
Bicara sampai disitu, mereka berdua tertawa terbahak-
bahak. Mendadak di sebelah depan terdengar teriakan
seseorang. "Koencoe Nio nio, siauw ceng sudah lama
menunggu di sini!" Teriakan itu nyaring dan tajam, suatu
tanda bahwa orang itu memiliki Lweekang yang sangat
kuat. Boe Kie terkejut dan segera menghentikannya. Dilain
saat, dari sebuah tikungan muncul tiga orang hoan ceng
(pendeta asing), yang satu mengenakan jubah warna merah,
yang lain memakai jubah kuning, yang ketiga bertubuh kate
kecil mengenakan jubah warna kuning emas. Si jubah
merah merangkap kedua tangannya dan berkata sambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membungkuk, "Atas titah Ong-ya, siauw ceng menunggu di
sini untuk menyambut Koencoe Nio nio pulang ke Ong
hoe." Tio Beng tak kenal ketiga pendeta itu. "Siapa kalian?"
tanyanya, "Aku belum pernah mengenal kalian."
"Siauw ceng Mohan Fa," jawabnya. Ia menunjuk si kate
kecil dan berkata pula, "Yang itu Soepeh Kioe Coen cia
sedang yang ini kakak seperguruan siauw ceng, Mohan
Singh. Kami bertiga datang dari Thian tiok (India) dan
bekerja di Ong hoe. Waktu kami datang Koencoe sudah
berkelana maka tak heran jika Koencoe tak mengenal
kami." Setelah berkata begitu, ia membungkuk diikuti oleh
kedua kawannya. "Lweekang orang itu tidak lemah," piker Boe Kie selagi
Mohan Fa bicara. "Paman dan kakak seperguruannya tentu
lebih hebat lagi. Seorang diri aku belum tentu bisa melawan
mereka bertiga." "Perlu apa kalian mencegat aku di sini?" tanya Tio Beng.
Mereka tidak menyahut hanya Mohan Singh mengangkat tinggi-tinggi seekor merpati putih yang
dipegangnya. Tio Beng tahu bahwa itulah merpati pos yang
membawa warta dari kakak kepada ayahnya. Ia menduga
bahwa ayahnya yang berkepandaian tinggi sudah turun
tangan sendiri. Ia melirik Boe Kie dan melihat paras yang
muram, "Apa ketiga pendeta itu sukar dimundurkan?"
bisiknya. Boe Kie mengangguk. Sesudah berpikir sejenak, Tio Beng segera mengambil
keputusan. "Aku akan beritahukan kau di mana Cia
Tayhiap berada," bisiknya pula, " Apa yang akan terjadi di
kemudian hari, apa kau akan menyia-nyiakan aku atau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak aku serahkan kepadamu." Ia tahu bahwa Boe Kie
sendiri dengan mudah akan bisa meloloskan diri dari
kepungan, ia tak mau demi kepentingan pribadi, jiwa Cia
Soen sampai terancam. Tapi sekarang, Boe Kie sendiri sungkan berpisah lagi
dengan Tio Beng. Ia menolak untuk kabur sendirian. "Kau
jangan kuatir, kita harus menerjang keluar bersama-sama,"
katanya. Mereka dicegat di jalan gunung yang sangat sempit. Di
sebelah kiri terdapat jurang yang dalam dan disebelah
kanan berdiri lereng gunung yang menjulang ke atas
bagaikan tembok, jalan satu-satunya ialah menerjang
dengan kekerasan. "Koencoe terluka berat dan Ong-ya sangat kuatir," kata
Mohan Fa, "Maka itu beliau telah memerintahkan siauw
ceng untuk mengantar Koencoe pulang ke Ong hoe secepat
mungkin." Walaupun orang asing, ia bisa bicara Tionghoa
secara lancar, kedua kawannya tak mengeluarkan sepatah
kata. Kioe Coen cia menundukkan kepala sambil
memejamkan mata seperti orang bersemedi sedang Mohan
Singh berdiri tegak dengan membusungkan dada.
"Di mana Thia-thiaku?" tanya Tio Beng.
"Ong-ya menunggu di kaki gunung," jawabnya, "Beliau
ingin sekali bertemu dengan Koencoe."
Tio Beng tertawa. "Bahasa Tionghoamu sangat baik,"
katanya, "Baiklah! Thio Kongcoe mari kita berangkat!"
Dengan berlagak menurut ia sudah mencari cara untuk
segera kabur begitu mereka berada di tempat yang lebih
terbuka. Tapi diluar dugaan, Mohan Fa mengambil sekarung kain
dari punggungnya dan dengan sekali dikibaskan karung itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berubah menjadi kain panjang yang kedua ujungnya
dipegang olehnya dan Mohan Singh. "Koencoe, naiklah ke
joli ini," katanya sambil membungkuk.
"Aku tak suka duduk di joli," kata Tio Beng sambil
tertawa, "Aku lebih senang didukung olehnya."
Boe Kie mengerti bahwa ia tak boleh lengah, hampir
bersamaan ia maju dengan langkah lebar.
Sesudah membaca surat yang dibawa merpati pos, ketiga
pendeta itu tahu bahwa Boe Kie berkepandaian tinggi.
Mohan Singh segera memapakinya dengan benturan sikut.
Boe Kie melompat tinggi melewati kepala Kioe Coen cia.
Mendadak ia merasa sambaran angin yang sangat dingin ke
arah kakinya. Bagaikan kilat ia membaba dengan tangan
kiri untuk menyambut pukulan itu, mendadak angin dingin
itu berubah menjadi sangat panas. Ternyata dalam sekejap
si pendeta sudah dapat mengubah tenaga pukulannya dari
dingin menjadi panas. Itulah Ciang hoat yang sangat hebat
dari Thian tiok dan yang sangat berbeda dengan pukulan di
wilayah Tiong goan. Tapi Kioe yang Sin kang yang dimiliki
oleh Boe Kie adalah gubahan Tat mo Couwsoe yang
berasal dari Thian tiok, begitu mendengar bahwa ketiga
pendeta itu datang dari Thian tiok, ia segera berhati-hati.
Dalam sambutannya itu ia menggunakan delapan bagian
tangannya, begitu tangan kebentrok dengan meminjam
tenaga lawan dan dengan menggunakan kesempatan itu
Boe Kie melompat jauh dan kemudian dengan mendukung
Tio Beng ia kabur secepatnya. Sesudah menjajal tenaga ia
tahu bahwa Lweekangnya masih lebih tinggi setingkat dari
tenaga dalam si pendeta. Ketiga pendeta itu segera menguber sambil berteriak-
teriak. Ilmu ringan badan mereka cukup tinggi tetapi
mereka masih belum bisa menandingi Boe Kie yang
memiliki Lweekang luar biasa. Biarpun mesti mendukung
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tio Beng makin lama pemuda itu lari makin cepat dan
sesudah melewati sebuah lereng ia sudah meninggalkan
pengejarnya jauh sekali. Tapi baru saja mau cari jalanan kecil untuk menyembunyikan diri, mendadak terdengar suara terompet
yang berulang-ulang dan dilain saat tigapuluh lebih serdadu
Mongol yang bersenjata gendewa dan anak panah sudah
menghadang di depannya. Hampir bersamaan di atas
tanjakan muncul pula sejumlah serdadu yang melemparkan
balok-balok dan batu-batu ke bawah tanjakan itu. Tapi
karena kuatir melukai Tio Beng, balok dan batu itu tidak
ditujukan ke arah Boe Kie. Karena jalanan di depan sudah
tercegat ia segera berlari ke tanjakan sebelah kiri, tapi baru
lari beberapa tombak sudah terdengar suara gembereng dan
diatas tanjakan muncul lagi pasukan Mongol lain yang
bersenjata gendewa dan anak panah. Kalau seorang diri ia
tentu akan menerjang, tapi dengan mendukung Tio Beng, ia
tidak berani mengambil tindakan yang nekat itu. Andaikata
si nona terkena anak panah atau balok batu dan terbinasa,
seumur hidup ia akan menyesal.
Setelah berpikir sejenak, ia segera lari balik ke jalanan
yang tadi dilaluinya tapi baru setengah li ia sudah
berhadapan dengan ketiga pendeta asing. Ia menaruh Tio
Beng di tanah dan membentak, "Kalau masih mau hidup,
mundurlah!" Kioe Coen cia maju selangkah dan segera memukul dada
Boe Kie dengan kedua telapak tangannya dalam pukulan
Pay san ciang. Dalam menghadapi jalan buntu, Boe Kie
tidak dapat berbuat lain selain melawan. Dengan sepenuh
tenaga ia segera menangkis dengan tangan kirinya.
Sesudah tertangkis tangannya, Kioe Coen cia terhuyung
dan mundur beberapa langkah. Mohan Singh dan Mohan
Fa menahan punggungnya dan mendorongnya kembali ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan. Untuk kedua kalinya Kioe Coen cia mengirim
pukulan Pay san ciang. Karena ingin menyimpan tenaga
kali ini Boe Kie tidak mau melawan kekerasan dengan
kekerasan. Ia menangkis dengan Kian koen Tay lo ie. Tapi


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia segera terkejut karena telapak tangannya mendadak
tersedot dan melekat pada telapak tangan si pendeta. Dua
kali mencoba menarik kembali tangannya tapi tidak
berhasil. Karena terpaksa, ia segera mengerahkan Kioe
yang Sin kang dan mendorong lawannya. Tapi K ioe Coen
cia tidak kena didorong, ia tetap berdiri tegak.
Dalam kagetnya Boe Kie menyadari bahwa Mohan
Singh dan Mohan Fa menempelkan kedua telapak tangan
mereka pada punggung Kioe Coen cia dan ketiga pendeta
itu kelihatannya sedang mengerahkan seluruh tenaga dalam
mereka. Ia segera tersadar, ia ingat Thio Sam Hong pernah
memberitahukan kapadanya bahwa di Thian tiok terdapat
sebuah ilmu mempersatukan tenaga beberapa orang untuk
menghadapi tenaga yang sangat besar. Karena kuatir bala
bantuan lawan keburu tiba, sambil membentak keras ia
mengempos semangat dan menambah tenaganya.
Ketiga pendeta itu lantas saja memperlihatkan tanda2
tidak bisa bertahan lagi dan keringat mereka mengucur dari
kepala dan muka. Sekonyong2 Mohan Fa menyemburkan
Peristiwa Merah Salju 11 Pedang Hati Suci Karya Jin Yong Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 14
^