Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 4

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 4


mengalahkan biru. Thio Sian hiap yang masih berusia
muda memang sangat dikagumi orang. Tapi manusia yang
seperti aku dalam usia yang sudah lanjut ini kepalaku
seperti juga menempel di badan anjing."
"Ah, mengapa Cong piauw tauw", kata begitu Thio Coei
San. "Dalam kalangan Kang ouw, siapakah yang tidak
mengenal nama besar Lioag boen Piauw kiok" Dalam
Rimba Persilatan semua orang tabu liehaynya Jie cap sie
chioe Hong mo ciang dan Lian coe Kong piauw. Touw
Cong piauw tauw apakah kau boleh memperkenalkan
beberapa Toako ini ke padaku?"
Mendengar permintaan orang yang diajukan secara
pantas, Touw Tay Kim lantas saja memperkenalkan Ciok
dan Soe Piauw tauw kepada pemuda itu.
"Aku sungguh merasa beruntung bahwa dini hari bisa
berkenalan dengan saudara2 yang mempunyai nama besar
dalam Rimba Persilatan" kata pula pemuda itu. "Dulu Kim
to golok emas dari Ciok Piauw tauw telah merohohkan Ie
yang Ngo hiang (Lima Jago Ie yang) dijalankan Sin an
sedang ilmu silat toya Sam gie koen dari Soe Piau tauw juga
tidak kurang tersohornya."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebagai seorang murid yang sangat disayang oleh Thio
Sam Hong pemuda itu mempunyai pengetahuan yang
sangat luas mengenai didunia Kang ouw karena dia sering
mendengari cerita gurunya.
Dengan otak yang cerdas dan peringatan yang kuat apa
yang sudah didengarnya tidak terlupa lagi sebagai Couw
soe Boe tong pay yang sudah mencapai usia sembilan puluh
tahun dan mempunyai pergaulan luar, Thio Sam Hong
dapat dikatakan mengenal semua partai semua cabang
persilatan dan semua tokoh dan segala pengalamannya
serta pengetahuannya sering diceritahan kepada murid2nya.
Maka itu, begitu mendengar nama Ciok dan Soe Piaaw
tauw, Thio Coei San lantas saja bisa menyebutkan
kepandaian yang sering diandalkan dari kedua orang.
Bahwa pemuda itu mengenal kepandaian Touw Tay
Kim yang namanya sudah terkenal selama puluhan tahun,
bukan kejadian yang meng herankan. Tapi pengetahuannya
mengenai Ciok dan Soe Piauw tauw, yaitu ahli2 silat kelas
empat atau kelas lima, ada sedikit luar biasa. Tak usah
dikatakan lagi, pujian yang diucapkan dengan nada
sungguh2 itu, menggirang kan sangat hatinya ketiga
pemimpin piauw hang itu. "Cong piauw tauw" kata Ciok piauw tauw. "Hari itu
secara kebetulan adalah hari ulang tahun orang tua itu.
Menurut pendapatku, memang pantas jika kita naik keatas
untuk menberi selamat panjang umur."
"Benar," kata Thio Coei San. "Sesudah kalian datang
kesini. kami harus memenuhi tugas sebagai tuan rumah.
Beberapa saudara seperuruanku adalah orang2 yang sangat
suka bergaul. Marilah, aku mengundang kalian menginap
semalam dua malam." Sesudah mendengar pembicaraan itu, Touw Tay Kim
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat lain pikiran. "Bagaimana dia bisa tahu begitu
tegas mengenal Ciok dan Soe Piauw tauw?" tanya didalam
hati. Dalam hal ini mungkin terdapat lain latar belakang.
Apakah karena perbuatannya yang tak mengenal adat
keenam orang yang tadi sudah ditegur oleh gurunya yang
memerintahkan pemuda ini menghaturkan maaf dan
mengundang kita?" Memikir begitu, hatinya jadi lebih lega.
Ia tertawa seraya berkata: "Kalau saudara seperguruanmu
sama ramah tamahnya seperti Thio Ngo hiap, sedari tadi
kami sudah naik keatas gunung."
"Apa?" menegasi Coei San dengan suara heran. "Apakah
Cong piauw tauw sudah bertemu dengan saudara
seperguruanku" Yang mana?"
Touw Tay Kim kembali menduga pemuda itu ber-pura2.
"Hari ini, rejekimu sangat besar," jawabnya. "Dalam
seharian saja, aku su dah bertemu dengan hampir semua
anggauta dari Boe tong Cit hiap."
Pemuda itu jadi semakin heran dan mengawasi
pemimpin piauw hang itu dengan mata terbuka lebar.
"Apakah kau juga bertemu dengan Jie Sam ko?" tanyanya.
"Apa Jie Thay Giam Jie Sam hiap?" menegas Touw Tay
Kim. "Mereka merasa segan untuk memperkenalkan diri,
sehingga aku tak tahu, yang mana itu Jie Sam hiap. Aku
hanya bertemu dengan enam orang dan mungkin sekali Jie
Sam hiap terdapat diantara mereka.,"
"Enam orang?" seru pemuda itu dengan suara kaget.
"Sungguh mengherankan ! Siapa mereka ?"
"Mana aku tahu " Saudara2 seperguruanmu sendiri yang
sungkan memperkenalkan diri," jawabnya. "Karena kau
adalah Thio Ngo hiap maka keenam orang iru mestinya
Song Tayhiap dan yang lain2". Waktu berkata begitu, ia
menekankan setiap perkataan "Hiap" dengan nada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejek tapi pemuda itu yang sedang ke bingungan tidak,
memperhatikan ejekan orang.
"Apa benar2 Cong piauw tauw telah betemu dengan
mereka?" menegas pula Thio Coei San.
"Bukan saja aku, tapi semua orang yang mengikut dalam
rombongan ini, juga telah lihat mereka," jawabnya.
Pemuda itu meng geleng2kan kepalanya. "Tak bisa jadi,"
katanya dengan suara pasti. "Hari ini, Song Soeko dan yang
lain2 sehari suntuk menemani Soehoe di Giok hie kiong
dan setindak pun mereka tak pernah berlalu dari samping
Soehoe. Melihat sampai tengah hari Jie Samko belum juga
datang, Soehoe telah memerintahkan siauw tee turun
gunung untuk menyambutnya. Cara bagaimana Cong
piauw tauw bisa bertemu dengan Song Soeko dan yang lain
lain ?" "Apakah orang yang pada pipinya terdapat sebuah tahi
lalat dan pada tahi lalat itu tumbuh tiga lembar rambut
bukan Song Tay hiap?" tanya Touw Tay Kim dengan hati
ber debar2. Coei San terkesiap. "Diantara Soehengteeku tak
seorangpun yang bertahi lalat dipipinya," katanya.
Perkataan itu seperti air dingin yang menggusur kepala
Tauw tay Kim. "Keenam orang itu mengatakan mereka
adalah Boe tong Liokhiap," katanya dengan jantung
memukul keras. "Diantara mereka terdapat dua toojin yang
memakai topi kuning. Tentu saja kami...."
"Biarpun guruku seorang toojin, akan tetapi semua
muridnya adalah orang2 biasa yang tidak memeluk agama,"
kata pemuda itu. "Apa kah mereka benar2 memperkenalkan
diri sebagai Boe tong Liok hiap ?"
Touw Tay Kim mengeluarkan keringat dingin. Memang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga orang2 itu tidak pernah memperkenalkan diri sebagai
Boe tong Liok hiap. Adalah ia sendiri yang menganggap
mereka sebagai enam pendekar Boe tong, kenyataan yang
sebenarnya ialah mereka tidak membantah pada waktu ia
mengutarakan anggapan begitu untuk beberapa saat ia
dapat mengeluarkan sepatah kata dan hanya mengawasi
kedua kawannya dengan paras muka pucat. "Kalau begitu
keenam orang itu mengandung maksud jahat", katanya
dengan mendadak, mari kita ubar!" Ia melompat keatas
punggung kudanya yang lalu dikaburkan keatas gunung.
Thio Coen San pun lantas saja menyusul dan kemudian
merendengkan kudanya dengan tunggangan Touw Tay
Kim. "Touw heng!" serunya "Perlu apa kita menguber
mereka" Tak apa2 jika mereka menggunakan nama kami."
"Dalam ini terselip lain hal", kata Touw Tay Kim.
"Bagaimana dengan orang itu" Kami sebetulnya ingin
menyerahkan orang ini kepada Thio Cinjin tapi enam orang
itu sudah mengabilnya dari tangan kami. Orang itu
mendapat luka berat. Celaka sungguh!"
Sambil membedel kudanya dengan suara ter-putus2, ia
menceritakan apa yang sudah terjadi.
"Siapa namanya orang itu" Bagaimana macamnya",
tanya Coei San dengan heran.
"Entahlah," jawabnya "ia terluka berat, tak bisa bicara
dan tak bisa bergerak sedang napasnya tinggal sekali2. Ia
berusia kurang lebih tigapuluh tahun." Sesudah berkata
begitu ia segera melukiskan roman dan potongan badan Jie
Thay Giam. "Celaka", teriak Coei San dengan hati
mencelus, "itulah Jie Samko!" Beberapa saat kemudian
sesudah dapat menentramkan hatinya dengan tangan kiri ia
manyentak les kuda Touw Tay Kim.
Binatang itu yang sedang lari keras berhenti dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendadak sambil berbengar keras dan berjingkrak sedang
mulutnya mengeluarkan darah akibat dentakan itu.
Dengan kaget seraya menghunus golok Touw Tay Kim
metompat turun dari tungganganaya. Ia heran, cara
bagaimana pemuda yang badannya begitu kurus lemah bisa
mempunyai tenaga yang begitu besar.
"Touw Toako jangan salah mengerti" kata pe muda itu,
"dari tempat jauhnya ribuan li Toako telah mengantar Jie
Sam ko sampai disini dan untuk itu semua siauwtee merasa
sangat berterima kasih. Maka itu sedikitpun siauwtee tidak
mempunyai maksud yang kurang baik."
Touw Tay Kim segera masukkan goloknya kedalam
sarung tapi tangan kanannya mesih tetap mencekal gagang
senjata itu. "Bagaiman Jie Samko mendapat luka" Siapa musuhnya"
Siapa yang minta Touw Toako mengantarkannya sampai
disini?" tanya Coei San.
Tapi antara tiga pertanyaan itu, satupun tak dapat
dijawab oleh Touw Tay Kim.
"Bagaimana macamnya keenam orang itu yang
mengambil Jie Samko?" tanya pemuda itu. Sebelum Toauw
Tay Kim keburu menjawab, Soe Piauw-tauw sudah
mendahului dan lalu melukiskan macamnya orang2 itu.
"Kalau begitu, biarlah Siauwtee coba mengubar mereka",
kata Thio Coei San seraya memberi hormat dan lalu
kaburkan tunggangannya sekeras-kerasnya.
Sebagai saudara seperguruan dan dengan bersama2
melakukan pekerjaan mulia, Boetong Cit hiap mencintai
satu sama lain seperti saudara kandung. Mendengar
kakaknya luka berat dan jatuh ketangan orang2 yang belum
di ketahui siapa adanya, bukan main bingung Coei San. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membedal mencambuk kuda mustika itu, se-olah2 tidak
menghiraukan jika tidak tunggangannya yang disayang
mesti lantaran kecapaian. Dalam sekejap ia sudah tiba di
Co tiam, satu tempat dimana terdapat tiga cagak jalanan:
yang satu naik keatas gunung, sedang yang lain membelok
kejurusan timur laut sampai di kota In-yang.
"Kalau enam orang itu benar2 mengantar Jie Samko
keatas gunung, waktu turun gunung, aku pasti sudah
bertemu dengan mereka," katanya didalam hati. Memikir
begitu, ia lantas saja mengambil jalanan yang menjurus
ketimur laut. Sesudah lari kurang lebih satu jam, meskipun bertenaga
kuat, per-lahan2 kuda itu menjadi lelah dan semakin
lambat. Siang sudah ter ganti dengan malam dan dijalanan
gunung yang memangnya sepi, sudah tidak terdapat lagi
manusiapun yang bisa diminta keterangannya. Sambil
mengubar, pemuda itu, mengaju kan macam2 pertanyaan
pada dirinya sendiri "Jie Samko memiliki kepandaian yang
sangat tinggi." Pikirnya. "Bagaimana ia bisa dilukakan
orang dengan begitu mudah" Tapi dilihat dari sikap dan
perkataan Touw Tay Kim tak bisa jadi ia mendusta."
Selagi mengasah otak, tiba2 kuda itu berbanger dan lari
kesebidang tanah lapang dimana terdapat beberapa
kuburan. Thio Coei San mengerti bahwa penyelewengannya binatang itu pasti disebabkan oleh
sesuatu yang luar biasa. Dengan waspada ia mengawasi
tanah lapang itu. Sesaat kemudian ia mendapat kenyataan,
bahwa sebuah kereta roboh terguling di antara rumput yang
tinggi. Setelah lihat seekor keledai rebah didepan kereta itu
dengan kepala hancur. Buru2 ia melompat turun dan
menyingkap tirai kereta, tapi didalamnya tidak terdapat
manusia. Ia menengok keseputarnya dan mendadak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya yang sangat jeli melihat seso sok tubuh manusia
rebah didalam gompolan rumput. Dengan jantung
memukul keras, ia menubruk dan mengangkat orang itu.
Dengan sekelebatan saja, ia sudah mengenal bahwa orang
itu bukan lain dari pada Soekonya yang sedang dicari.
Dalam kegelapan, samar2 ia lihat kedua mata kakak
seperguruan itu tertutup rapat, sedang mukanya pucat
bagaikan kertas. Bukan main kaget dan sakit hatinya.
Dengan tangan gemetar, ia mendukung sang Soeko dan
menempelkan mukanya sendiri dimuka yang pucar itu.
Tiba2, dalam hatinya yang duka timbul harapan, karena ia
merasakan sedikit hawa hangat dipipi Jie Thay Giam.
Buru2 ia meraba dada Soekonya dan ternyata jantung sang
kakak masih mengetuk dengan perlahan.
"Samko" teriaknya sambil mengucurkan air mata.
"Samko...mengapa kau" Aku Ngotee.. .Ngoteemu...." Dan
perlahan dan hati2 ia bangun berdiri. Sekali lagi,
jantungnya memukul keras, ke dua tangan danw kedua kaki


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jie Thay Giam kontal kantul kebawah. Ternyata
tulang2nya telah dipukul patah, sedang darah mengalir dari
jeriji pergelangan tangan lengan dan betis nya. Melihat
kekejaman musuh, Thio Coei San marasa dadanya mau
meledak, melihat luka itu ia tahu bahwa musuh belum pergi
jauh dan jika diubar ia masih bisa menyandaknya. Dalam
kalanya ia lantas saja melompat keatas punggung kuda
untuk mengejar, tapi dilain sa at ia mendapat lain pikiran
yang lebih jernih. "Luka Jie Samko berat luar biasa dan
perlu segera ditolong," pikirnya. "Jika seorang koencu mau
membalas sakit hati, sepuluh tahun masih belum
terlambat," Karena kuatir goncangan2 diatas kuda memperhebat
luka sang Soeko, maka, sesudah berpikir sejenak, ia segera
mendukung tubuh Jie Thay Giam dengan hedua tangannya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan lain berjalan pulang dengan menggunakan ilmu
mengentengkan badan. Kuda jempolan itu, yang mungkin
merasa heran mengapa sang majikan tidak menunggunya,
mengikuti dari belakang. ==========================
HARI itu adalah hari ulang tahun kesembilan puluh dari
Couw-soe Boe-tong-pay Thio Sam Hong. Sedari pagi sekali,
Giak-hie-kiong sudah diliputi dengan suasana bersuka ria.
Dengan bergiliran, ke-6 muridnya memberi selamat panjang
umur dan berlutut. Hanya sayang diantara 7 murid itu
masih kurang seorang. Menurut perhitungan, sesudah
menjalankan tugas membunuh seorang penjahat besar di
Tiongkok Selatan. siang2 Jie Thay Giam sudah harus
kembali. Tapi ditunggu sampai tengah hari, ia belum juga
kelihatan mata hidungnya. "Semua orang dibawah_gunung," kata Thio Coei San.
Tapi begitu pergi, Thio Coei San pun tak ada kabar
ceritanya. Dengan menunggang kuda istimewi, andaikata ia
pergi sampai di Lao ho kouw, iapun sudah mesti pulang
lebih siang, tapi ditunggu hingga Yoe sie dari jam 5 sore
sampai tujuh malam, ia belum juga kelihatan bayangan
bayangannya. Di ruang tengah, meja perjamuan sudah di atur rapih,
sedang lilin merah sudah habis separuhnya. Semua orang
mulai bingung. Murid keenam In Lie Heng dan murid ke7
Boh Seng Kok sudah keluar masuk puluhan kali, sedang
saudaranya yang lainpun tak kurang bingungnya. Sebagai
seorang yang ilmu kebatinannya sudah sangat tinggi, Thio
Sam Hong tetap t nang. Tapi ia yakin, bahwa belum
pulangnya kedua murid itu mesti disebabkan oleh kejadian
sangat luar biasa. Ia kenal baik watak mereka. Jie Thay
Giam sangat ber-hati2 dan boleh diandalkan untuk
memegang pekerjaan penting sedang Thio Coei San seorang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda yang cerdas dan selalu bisa bertindak dengan
mengimbangi jelatatan. Serasa mengawasi lilin yang semakin pendek Song Wan
Kiauw berkata sambil tertawa "Soe hoe, Jie Samtee dan
Thio Ngotee tentulah juga bertemu dengan urusan ganjil
dan mereka lalu menggulung tangan baju untuk mencampurinya, Soehoe selamanya menganjurkan kami
untuk melakukan perbuatan mulia dan hari ini, hari ulang
tahun Soehoe, kedua soetee menolong sesama manusia
sebagai hadiah ulang tahun."
Thio Sam Hong mengurut jenggotnya."Hm pada hari
ulang tahunku yang kedelapanpuluh kau telah menolong
seorang janda yang mem buang diri kedalam sumur"
katanya seraya tertawa, "perbuatanmu itu memang harus
dipuji akan tetapi jika dalam sepuluh tahun baru menolong
orang satu kali mereka yang perlu di tolong sungguh harus
menunggu dengan sangat tidak sabaran". Mendengar
perkataan guru mereka lima murid itu lantas saja tertawa
geli, tapi adatnya sangat terbuka dan sering sekali ia
berguyon dengan murid2nya "paling sedikit Soehoe akan
bisa hidup dua ratus tahun kata", Thio Siong Kee murid
keempat sambil bersenyum "jika setiap sepuluh tahun kami
melakukan sesuatu perbuatan baik ditambah jumlah nya
tidak sedikit." Boh Seng Kek murid ketujuh tertawa nyaring "hanya
mungkin sekali kita tak bisa makan umur begitu panjang"
katanya. Baru saja perkataan itu habis diucapkan, Song Wan
Kiauw dan Jie Liam Cioe, murid ke dua se konyong2
melompat keluar seraya ber teriak:" Apa Samtee!"
"Benar" jawab Thio Coei San dengan suara parau dilain
saat dengan kedua tangan pakaian berlepotan darah dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh keringat ia bertindak masuk dengan tindakan
limbung dan lalu berlutut dihadapan Thio Sam Hong. "Soe
hoe...." katanya "Jie Samko.,..telah dibokong orang!"
Semua orang terkesip. Sehabis berkata begitu, badan
Thio Coei San bergoyang, dan ia roboh terjengkang karena
terlalu lelah dan duka. Song Wan Kiauw dan Jie Lian Cioe adalah orang2 yang
mempunyai pengalaman luas dan mereka tahu sebab
musabab dari pingsannya Thio Coei San. Mereka mengerti
bahwa apa yang penting adalah Jie Tay Giam. Maka itu
dengan berbareng mereka menubruk dan mengangkat tubuh
Jie Sam. Begitu meraba dada si adik, hati mereka mencelos
sebab napas Jie Thay Giam tinggal sekali.
Melihat muridnya yang disayang terluka begitu berat
tanpa mengeluarkan sepatah kata, Thio Sam Hong buru2
masuk kekamarnya dan keluar lagi dengan membawa pels
Pek houw Tok bang tan (pememulihkan jiwa yang
mulutnya ditutup dengan lilin putih)Untuk tidak membuang tempo dengan dua jarinya ia mememijit peles
itu yang lantas saja menjadi hancur. Ia mengambil tiga butir
pel yang lalu dimasukkan kedalam mulut Jie Thay Giam.
Tapi gigi Jie Sam hia p terkancing dan mulutnyn tertutup
rapat. Thian Sam Hong segera mengangkat kedua tangannya
dan dengan menggunakan jempol dan telunjuk, ia menotok
Liong yauw kiauw diujung kuping Jie Thay Giam dengan
tenaga Ho cweekin. Pada waktu itu kepandaian Thio Sam
Hong sudah sedemikian tinggi sehingga dengan Ho cweekin
Tiam Liong yauw kiauw, tenaga Ho cwee kin menotol
Liong yauw kiauw ia malahan dapat menyadarkan untuk
sementara waktu orang. Sesudah menotol dua puluh kali,
simurid masih juga tidak bergerak.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menghela napas, ia segera menengkurupkan
kedua telapak tangannya dan menotol jalanan darah Kian
kie hiat didagu muridnya, dengan menggunakan In cioe
atau telaga dingin. Sesudah itu, ia membalik kedua telapak
tangannya dan menotok pula dengan Yang cioe atau tenaga
panas, per-lahan2 mulut Jie Thay Giam terbuka dan ia lalu
menelan tiga butir pil itu.
Tapi otot2 leher Jie Sam hiap sudah menjadi kaku,
sehingga biarpun masuk kedalam tenggorokan pel itu tak
bisa turun terus sampai di perut. Guru besar itu segera
memerintahkan Thio Siong Kee mengurut leher Jie Thay
Giam sedang ia sendiri lalu menotok jalanan darah Kwat
poen dan Jie hoe dibagian pundak serta Yang koan dan
Beng Boen diujung tulang punggung, supaya sesudah
tersadar si murid jangan merasakan kesakitan yang terlalu
hebat. Semenjak Song Wan Kiauw dan Jie Lian Cioe berguru
biarpun menghadapi urusan yang bagai mana besar, sang
guru selalu bersikap tenang. Tapi sekarang tangan guru itu
bergemetar sedang paras mukanya mengunjuk rasa bingung
sehingga mereka mengerti, bahwa luka adik mereka luar
biasa berat. Selang beberapa saat, Jie Thay Giam mulai tersadar.
"Soehoe," kata Thio Coei San dengan suara pilu.
"Apakah Jie San ko masih bisa ditolong jiwanya ?"
Thio Sam Hong tidak menjawab secara langsung. Ia
hanya berkata: "Dalam dunia ini siapa kah yang bisa hidup
untuk se-lama2nya ?"
Tiba2 terdengar suara tindakan orang. Seorang toojin
kecil masuk kedalam ruangan itu dan memberitahu, bahwa
Touw Tay Kim dan lain2 piauw tauw Liong boen Piouw
kiok datang berkunjung. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras muka Thio Coei San lantas saja berubah gusar.
"Ini semua gara2 kawanan manusia itu!" teriaknya seraya
melompat keluar. Dilain saat diluar kelenteng terdengar
suara jatuhnya senjata2 diatas tanah. Baru saja In Lie Heng
dan Boh Seng Kok ingin melompat keluar untuk membantu
Soehengnya, Thio Coei San sudah kelihatan berjalan masuk
dengan satu tangan menenteng seorang lelaki yang
badannya tinggi besar. Sambil melontarkannya keras2 di
atas lantai ia berseru: "Manusia inilah yang sudah merusak
urusan besar!" Diantara Boe tong Cit hiap, In Lie Henglah yang beradat
paling berangasan. Mendengar orang itu yang menyebabkan terlukanya sang Soeko, ia segera melompat
dan mengangkat kaki untuk menendang Touw Tay Kim.
"Lioktee! Tahan!" bentak Song Wan Kiauw.
"Hei! Orang2 Boetong memakai aturan atau tidak?"
demikian terdengar teriakan diluar kelenteng. "Kami adalah
tamu2 yang datang ber kunjung. Mengapa kau menghina
kami?" Song Wan Kiauw mengerutkan alisnya. Ia menghampiri
Touw Tay Kim dan menepuk belakang kepala dan
punggung Cong-piauw-tauw itu, untuk membuka jalanan
darahnya. "Yang di luar harap jangan ribut," teriaknya,
"Tunggu sebentar". Suara itu angker dan nyaring luar biasa
dan orang2 Liong-boen Piauw-kiok yang menduga bahwa
teriakan itu adalah teriakan Thio Sam Hong, tak berani
banyak ribut lagi. "Ngo-tee," kata Song Wan Kiauw. "Bagaimana Samtee
bisa mendapat luka begitu berat " Ceritakanlah dengan
tenang." Sesudah mengawasi Tauw Tay Kim dengan sorot mata
gusar, barulah Thio Coei San menerangkan, bagaimana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liong boen Piauw-kiok telah diminta oleh seorang untuk
mengantarkan Jie Thay Giam ke Boetong-san dan bagai
mana saudara itu akhirnya diambil enam penjahat yang
menyamar sebagai murid2 Boetong. Sedari tadi, sesudah
lihat kepandaian Tay Kim, Song Wan Kiauw sudah tahu,
bahwa Cong piauw tauw itu bukan orang yang bisa
mencelakakan Soe-teenya. Begitu mendengar keterangan
Thia Coei San, paras mukanya lantas saja berubah sabar
dan dengan kata2 manis, ia segera bertanya kepada Tauw
Tay Kim hal ihwal peristiwa itu.
Touw Tay Kim lantas saja menceritakan segala kejadian
se-terang2nya. Pada akhirnya ia berkata dengan suara duka:
"Song Tayhiap, aku benar2 tolol dan karena kebodohanku,
Jie Samhiap mesti menderita begitu lebat. Kutahu bahwa
aku berdoa besar sekali dan pantas mendapat hukuman
mati. Nasib keluarga kami di Lim an juga belum tahu
bagaimana jadinya." Selagi muridnya bicara dengan tamu itu, Thia Sam Hong
tidak mencampuri dan sambil mengempos semangat terus
menempelkan telapak tangannya pada jalan darah Sincong
dan Lengtay untuk memberi bawa panas kepada Jie Thay
Giam, Tapi begitu lekas mendengar perkataan Tauw Tay
Kim yang berakhir ia segera berkata: "Lian Coe, bersama
Seng Kok sekarang juga kau harus berangkat ke Lim an
untuk melindungi keluaga Long boen Piauw kiok"
"Soehoe." kata Thio Coei San dengan suara penasaran.
"Orang she Touw itu terlalu gila dan karena gara2nya,
biarpun tidak disengaja Sam soeko mesti menderita begitu
hebat. Bahwa kita tidak membuat perhitungan dengannya,
dia sudah untung besar. Perlu apa melindungi anak isteri
dan keluarganya ?" Sang guru tidak menjawab, ia hanya menggelengkan
kepala, sebagai tanda tidak setuju dengan pendapat si
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid. "Ngo tee," kata Song Wan Kiauw. "Mengapa
pemandanganmu begitu sempit" Untuk siapa Tauw Cong
piauw tauw datang kemari dengan melalui perjalanan
ribuan li ?" "Untuk mengantongi dua ribu tahil emas," jawabnya
sambil tertawa dingin. Mendengar perkataan itu, muka
Touw Tay Kim lantas saja berubah merah. Dalam hati
kecilnya ia juga mengakui, bahwa kesudiannya untuk
mengantar Jie Thay Giam memang sebab hadiah yang


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

besar itu. "Ngo tee!" bentak Song Wan Kiauw. "Jangan kau kurang
ajar terhadap tamu kita ! Kau sudah terlalu capai pergilah
mengaso." Dalam kalangan Boe tong pay kedudukan seorang
Soeheng sangat diindahkan dan disegani. Baik dalam ilmu
silat dan usia maupun dalam pribadi dan kemuliaan Song
Wan Kiauw lebih menang setingkat daripada semua
saudara seperguruannya. Maka itu dari Jie Lian Cioe
sampai Boh Seng Kok, tak seorangpun yang tidak
menghormatinya. Begitu dibentak Thio Coei San tidak
berani mengeluarkan suara lagi, tapi ia terus berdiri disitu
sebab sangat memikiri keadaan Jie Thay Giam.
"Jie tee," kata pula Song Wan Kiauw. "Menolong jiwa
orang seperti menolong bahaya kebakaran. Sesudah Soehoe
mengeluarkan perintah, kurasa lebih baik kau berangkat
malam ini juga ber-sama2 Cittee," Jie Lian Cioe dan Boh
Seng Kok lantas saja meninggalkan ruangan itu untuk
bebenah. Melihat kedua pendekar itu ber-siap2 untuk pergi ke
Lim-an guna melindungi keluarga Liong boen Piauw kiok
bukan main rasa berterima kasihnya Touw Tay Kim. Tapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa terima kasih itu bercampur dengan rasa malu yang
besar. "Thio Cinjin," katanya sambil memberi hormat
kepada Thio Sam Hong dengan merangkapkan kedua
tangannya. "Dalam urusan kami Boanpwee tidak berani
merepotkan Jie hiap dan Boan hiap. Sekarang saja kami
berpamit." "Malam ini kalian menginap saja ditempat kami " kata
Song Wan Kiauw, "Kami masih ingin menanyakan
beberapa hal". Perkataan itu diucapkan dengan manis budi
mengandung pengaruh besar yang sukar ditolak, sehingga
tanpa membantah lagi Touw Tay Kim segera duduk
dipinggiran. Beberapa saat kemudian Jie Liam Cioe dan
Boh Seng Kok mengambil selamat berpisah dari gurunya
dan sesudah mengawasi Jie Thay Giam beberapa kali,
dengan perasaan tertindih mereka turun gunung untuk
menjalankan perintah sang guru. Bahwa mereka merasa
berat untuk meninggalkan saudara seperguruannya yang
terluka berat, sangat bisa dimengerti, karena masih
merupakan pertanyaan, apakah mereka akan bisa bertemu
muka lagi. Seluruh ruangan sunyi senyap dan apa yang terdengar,
hanyalah suara nafas Thio Sam Hong yang ter-sengal2.
Diatas kepala guru besar itu kelihatan keluar semacan uap
panas, sebagai tanda bahwa Thio Sam Hong tengah
mengerahkan Lweekang yang sangat dahsyat. Berselang
kira2 setengah jam, se-konyong2 Jie Thay Giam
mengeluarkan teriakan menggeledek, sehingga ruangan itu
se-olah2 tergetar. Touw Tay Kim terkesiap dan tanpa merasa, ia melompat
bangun dari kursinya. Ia melirik Thio Sam Hong dan dapat
kenyataan, paras muka orang itu mengunjuk rasa jengkel
atau rasa girang, sehingga sukar sekali ditebak apa artinya
teriakan Jie Thay Giam itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Kee, Lie Heng, bawalah Samkomu kedalam
kamar supaya ia bisa mengaso."
Sesudah menjalankan titah gurunya, mereka masuk lagi
kedalam ruangan itu, "Soehoe, apa ilmu silat Samko bisa
pulih lagi seperti biasa?" tanya In Lie Heng.
Thio Sam Hong menghela napas panjang. Selang
beberapa saat, barulah ia menjawab dengan suara perlahan:
"Apakah jiwanya bisa tertolong, masih harus menunggu
tempo sebulan. Urat2nya yang sudah rusak dan tulang2-nya
yang patah, tak bisa disambung lagi. Selama hidupnya...."
ia tak dapat meneruskan perkataannya dan hanya meng-
geleng2kan kepalanya dengan paras berduka.
Mendengar jawaban itu, In Lie Heng tak bisa menahan
lagi rasa sedihnya, ia lantas saja menangis tersedu2.
Diantara saudara seperguruannya, biarpun sudah memiliki
kepandaian sebagai ahli silat kelas utama, hatinya paling
lembek dan mudah sekali menangis.
Melihat saudaranya menangis, Thio Coei San lantas
meluap darahnya. Dengan sekali me lompat, tangannya
melayang menggaplok muka Touw Tay Kim. Congpiauw
tauw ini coba menangkis, tapi tangan Thio Coei San
menyambar bagaikan kilat cepatnya dan pipinya sudah
kena digampar. Kena belum puas, Coei San lalu mengirim
tinju kepinggang Touw Tay Kim tapi untung sebelum
mengenakan sasarannya, Thio Siong Kee keburu men
dorong pundak saudaranya sehingga tinju itu jatuh
ditempat kosong. Saat itu, Touw Tay Kim pun coba
menolong diri dengan melomat kebelakang dan selagi ia
melompat tiba2 terdengar suara "trang" sepotong emas
jatuh dilantai dari sakunya.
Thio Coei San menjemput emas itu dan berkata dengan
suara dingin "manusia serakah begitu lihat berkredepnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
emas kau segera menyerahkan Jie Samko kepada orang...."
Tiba2 perkataannya putus ditengah jalan disusul dengan
seruan "ih". "Toako" katanya sambil mengawasi potongan emas itu,
"lihatlah tapak jari2 ini adalah akibat ilmu Kim kong cie
dari Siauw lim pay" Song Wan Kiauw meneliti potongan emas itu beberapa
lama dan kemudian menyerah kan kepada sang guru yang
lalu mengawasi dengan penuh perhatian dan membulak
balik nya beberapa kali tapi tidak berkata apa2.
"Soehoa" teriak Thio Coei San "tak bisa salah lagi itulah
ilmu Kim kong cie dari Siauw lim pay. Dalam dunia ini
tiada lain partai yang memiliki ilmu begitu, Soeboe
bukankah begitu?" Pada saat itu didepan mata Thio Sam Hong kembali
terbayang kejadian dimasa lampau. Ia ingat bagaimana
diwaktu masih kecil ia melayani gurunya. Kak wan Tay Soe
yang bertugas dalam Cong keng kok, bagaimana mereka
telah merobohkan Koen loen Sam sang, bagaimana mereka
kabur dengan diuber oleh pendeta Siauw Him sie, dan
bagaimanaia akhirnya menetap digunung Boe tong san.
Melihat tapak jarak pada potongan emas itu memang tak
bisa dipungkir lagi itu semua adalah akibat perbuatan
seorang Siauw lim sie. Ilmu silat Boe tong pay
mengutamakan Lweekang dan tidak memperhatikan ilmu
keras untuk bisa menghancurkan batu dan sebagainya.
Dalam lain2 partai persilatan mempelajari ilmu Gwa kang
(ilmu silat luar) terdapat tenaga telapak tangan, tenaga tinju,
tenaga kaki dan sebagai nya yang hebat tapi tak satu
partaipun yang memiliki tenaga jari tangan yang begitu
dahsyat. Maka itulah sesudah Thio Coei San menanya dua tiga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali ia masih juga belum memberi jawaban. Jika ia bicara
terus muridnya tentu tak mau mengerti dan sebagai
akibatnya dua partai besar dalam Rimba Persilatan akan
saling bertempur. Thio Coei San yang sangat cerdas lantas saja bisa
menebak jalan pikiran gurunya. "See-hoe", katanya pula.
"Apakah dalam Rimba Persilatan bisa muncul seorang luar
biasa, yang tanpa didikan guru, dapat memiliki ilmu Kim
kong cie?" Thio Sam Hong menggelengkan kepalanya. "Tak
mungkin", jawabnya. "Kim-kongcie adalah hasil pengalaman, bukan ilmu yang bisa digubah dalam tempo
pendek. Menurut pendapatku, seorang yang paling cerdas
otaknya tak akan bisa memiliki Kim kong cie, tanpa
pimpinan guru". Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata
pula: "Dulu, pada waktu berdiam dalam kuil Siauw lim sie,
aku pun tak tahu, bagaimana jari tangan manusia bisa
mempunyai kekuatan yang begitu luar biasa."
Sesaat itu pada kedua mata Song Wan Kiauw terlihat
sorot yang luar biasa "soehoe," katanya. Dilihat begini, urat
dan tulang sam tee juga dihancurkan dengan ilmu Kimkong
ci. Mendengara perkataan sang Toako. InLie Hang
menangis pula. Dilain pihak, Touw Tay Kim mendengar pembicaraan
antara guru dan murid itu dengan hati berdebar2. Beberapa
kali ia sudah membuka mulut, tapi mulutnya tak dapat
mengeluarkan suara. Akhirnya, sesudah menenteramkan
hati, ia dapat juga berkata: "Tidak! Tak mungkin orang
Siauw Lim-sie. Belasan tahun aku berdiam dalam kuil
Siauw lim sie tapi belum pernah aku bertemu dengan orang
itu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song Wan Kiauw mengawasi Cong piauwtauw itu
dengan sorot mata bersangsi. "Liok tee, antarlah tamu2 kita
keruangan belakang, supaya mereka bisa mengaso,"
katanya. "Bari tahukan Loo-ong supaya ia merawat baik2
semua tamu kita." In Lie Heng mengiakan dan lain
mengajak Touw Tay Kim dan yang lain2 pergi kebagian
belakang kelenteng itu. Sesudah mengantarkan Piauw tauw dan pegawai Liong
boen Piauw kiak kekamar tamu, In Lie Heng pergi kekamar
Jie Thay Giam. Ia lihat kakak itu rebah dengan paras muka
seperti mayat, sedang napasnya pun terdengar lemah sekali,
"Samko!" serunya dengan suara menyayat hati dan
kemudian sambil menekap muka dengan kedua tangan,
Song Wan Kiauw dan lain2 saudara seperguruannya sedang
duduk diseputar guru mereka, maka iapun segera
mengambil tempat duduk disamping Thio Coei San.
Untuk beberapa lama dengan mata mendelong Thio Sam
Hong mengawasi pohon kwie yang, tumbuh ditengah
cemehe (Red: what is a cemehe"). Ia meng gelengkan
kepala dan berkata dengan suara duka: "Urusan ini sulit
sekali. Siong Kee, bagaimana pendapatmu?"
Diantara tujuh murid Boe tong. Thio Siong Keelah yang
paling berakal budi. Jika Boe tong pay menghadapi soal2
sulit, ialah yang jadi juru pemikir dan biasanya ia selalu
dapat memecahkan cengkeraman sukar. Tak usah
dikatakan lagi, sedari pulangnya Thio Coei San dengan
mendukung Jie Thay Giam yang luka berat, ia sudah
mengasah orak untuk menembus kabut yang meliputi
peristiwa itu. Mendengar pertanyaan gurunya, ia lantas saja
menjawab: "Menurut pendapat teecu, bencana ini bukan
bersumber pada Siauw lim-pay, tapi pada To liong to."
"Sie tee." kata Song Wan Kiauw. "Coba ceritakan
pendapatmu se-terang2nya, supaya bisa dipertimbangkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Soehoe." "Jie Sam ko adalah seorang yang sangat berhati2 dan
juga pandai bergaul, sehingga tak mungkin ia menanam
bibit permusuhan secara semberono." kata Siong Kee.
"Disamping itu, penjahat besar yang telah dibinasakan Sam
ko hanya memiliki ilmu silat kelas tiga dan sangat dibenci
oleh orang Rimba Persilatan. Maka itu, tak mungkin orang
Siauw lim-pay turunkan tangan jahat untuk membela
penjahat itu." Thio Sam Hong manggut2kan kepalanya.
"Putusnya urat2 dan tulang2 Sam ko sudah terjadi
ditengah jalan." katanya pula. "sebelum berangkat dari Lim
an, Sam ko memang sudah kena racun yang sangat hebat,
sehingga menurut teecoe, jalan satu2nya bagi kita ialah
pergi ke Lim an untuk menyelidiki, bagaimana Sam ko
kena senjata beracun dan siapa yang melepaskan senjata
itu." "Benar," kata sang guru. "Racun yang masuk kedalam
badan Thay Giam sangat luar biasa. Sampai sakarang, aku
belum tahu, racun apa adanya itu. Pada telapak tangannya
terdapat tujuh lubang kecil, seperti ditusuk jarum. Dalam
dunia Kangouw, belum pernah kudengar senjata rahasia
yang begitu aneh." "Peristiwa ini memang aneh bukan main." kata Song
Wan Kiauw. "Menurut pantas, seorang yang bisa
melukakan Sam tee dengan senjata rahasia, mestinya
seorang ahli silat dari kelas satu. Tapi, seorang ahli silat
kelas satu biasanya sungkan menggunakan senjata rahasia
keracun." Semua bungkam. Seluruh ruangan sunyi senyap,
sehingga suara nafas guru dan murid2 itu bisa terdengar
nyata. Selang beberapa saat, kesunyian itu, dipecahkan oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio Siong Kee "mengapa orang yang bertahi lalat itu
menghancurkan tulang Sam ko?" tanyanya "jika ia sakit hati
dengan sekali pukul saja ia bisa mengambil jiwa Sam ko.
Kalau mau menyiksa mengapa ia tidak menghantam tulang
punggung. Kurasa dipersakitinya Samko bertujuan untuk
mengorek keterangan dari mulut Samko. Keterangan apa
tentang To liong to" Bukankah Tauw Tay Kim memberi
tahukan bahwa salah seorang diantara mereka telah
menyebut To Liong to?"
"Perkataan Boe lim cie coat po to to liong, Ie thian poet
coat sweeie ceng hong sudah tersiar beberapa ratus tahun"
kata Song Wan Kiauw "apakah bisa jadi baru sekarang
benar muncul sebilah To liong to?"
"Bukan beberapa ratus tahun", membantah sang guru,
"perkataan itu baru tersiar pada kira2 tujuh puluh tahun


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berselang.Waktu aku masih muda dalam kalangan Kang
ouw tidak pernah terdengar perkataan bagitu."
Sekonyong2 Thio Coei San bangun seraya berkata "apa
yang dikatan Sie ko sedikitpun tak salah. Orang yang
mencelakakan Sam ko mestinya berada didaerah Kanglam,
marilah kita sama2 cari manusia itu. Akan tetapi orang
Siauw lin pay yang sudah turunkan tangan begitu kejam
juga tidak boleh dibiarkan begitu saja."
"Wan Kiauw bagaimana kita harus menghadapi urusan
ini?" tanya Thio Sam Hong sambil menengok kepada
muridnya. Selama berapa tahun yang paling akhir segala
urusan besar dan kecil dalam Boe tong pay memang sudah
di serahkan kepada murid itu oleh sang guru. Sebagai
seorang yang pandai bekerja dan selalu bertindak dengan
hati2, sebegitu jauh Wan Kiauw belum pernah mengecewakan pengharapan gurunya.
Mendengar pertanyaan itu ia lantas saja bangun berdiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan segera menjawab dengan sikap hormat, "Soehoe urusan
ini bukan hanya urusan membalas sakit hati Sam tee, tapi
juga bersangkut paut dengan keselamatan nama dan Boe
tong pay. Kalau kita bertindak salah sedikit saja akibatnya
bisa hebat sekali dan mungkin merupakan bencana besar
bagi seluruh rimba Persilatan. Maka itu dalam urusan yang
sangat besar ini tee coe memohon petunjuk dan keputusan
Soehoe sendiri." "Baiklah", kata Thio Sam Hong "bersama Siauw Kee dan
Lie Heng kau pergi kekuil Siauw lim sie dan menyerahkan
suratku kepada Hong thio Hong hoat Sian soe serta
ceritakan juga se-terang2nya. Kau boleh tambah dengan
permintaan supaya Hong-hoat Siansoe suka memberi
petunjuk2. Dalam urusan Siawlim pay menurut hematku,
kita boleh tak usah mencampuri. Siauwlim pay adalah
sebuah partai persilatan yang memegang keras segala
peraturannya, sedang Hong hoat Siansoe pun seorang yang
sangat dihormati dalam Rimba per silatan. Maka itu, aku
merasa pasti, bahwa soal yang mengenakan Siauw lim pay
dapat di bereskan oleh mereka sendiri."
Ketiga murid itu lantas jaja mengiakan de ngan sikap
menghormat. "Kalau hanya untuk mengirim sepacuk surat Liok Sietee
sendiri sudah lebih daripada cukup," pikir Thio Siong Kee.
"Mengapa Soehoe memerintahkan juga Toasoeko dan aku
sendiri untuk pergi bersama" Perintah ini pasti mempunyai
maksud yang lebih dalam. Mungkin sekali Soenoe kuatir
Siauw limpay akan rewel dan ingin supaya kita bertiga bisa
bertindak dengan mengimbangi selatan,"
Sesaat kemudian benar saja sang guru berkata pula:
"Perhubungan antara partai kita dan Siauw lira pay tidak
begitu erat. Aku adalah seorang murid Siauw lim sie yang
telah kabur dari tersebut. Mungkin sekali karena
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang usiaku yang sudah lanjut, mereka tidak
menyatroni Boetong san dan menyeretku kembali ke Siauw
lim-sie. Tapi biar bagaimanapun jua, antara kedua partai
masih mempunyai sangkut paut." Ia tertawa dan kemudian
berkata pula. "Kalau sudah tiba di Siauw lim sie kau bertiga
harus bersikap hormat terhadap Hong boat Hong thio. Tapi
kamipun tak boleh bikin merosot derajatnya partai kita."
Ketiga murid itu manggut2kan kepala sebagai janji,
bahwa mereka akan memperhatikan segala pesanan sang
guru. Thio Sam Hong menengok kepada Thio Coei Sam
dan berkata pula: "Coei San, besok kau berangkat ke
Kanglam untuk menyelidiki urusan ini dan dalam segala
hal kau harus mendengar perkataan Jie soeko." Murid ia
lantas saja membungkuk dan mengiakan
"Malam ini perjamuan dibatalkan saja," kata lagi Thio
Sam Hoag. "Satu bulan kemudian kita berkumpul lagi
disini. Andaikata Thay Giam tak bisa disembuhkan, kamu
masih bisa bertemu lagi dengannya." Perkataan yang paling
akhir diucapkan dengan suara gemetar. Didalam hati orang
itu sangat berduka. dan ia tak nyana bahwa sesudah
mempunyai nama besar selama puluhan tahun, dalam usia
sembilan puluh, salah seoreng muridnya yang tercinta
mengalami bencana. In Lie Hong yang cetek air matanya
lantas saja menangis dengan perlahan.
"Pergi tidurlah," kata sang guru seraya mengebas tangan
jubahnya. "Soehoe," kata Song Wan Kiauw dengan suara
menghibur. "Samsoetee adalah seorang mulia yang selalu
menolong sesama manusia. Orang kata manusia yang baik
selalu dipayungi Tuhan Yang Maha Kuasa. Teecoe
percaya, Langit mempunyai Mata dan Samsoetee pasti
akan tertolong jiwanya...." berkata sampai di situ suaranya
parau dan air matanya mengalir turun.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian pendekar2 itu yang biasa menghadapi bahaya
tanpa berkedip sekarang menangis ter-sedu2 karena rasa
duka dan penasaran yang sangat hebat.
Diantara saudara2 seperguruannya Jie Tay Giam dan In
Lie Henglah yang bergaul paling erat dengan Thio Coei
San. Maka itu Thio Coei Sanlah yang paling bergusar dan
kegusaran itu menyesak dalam dadanya sebab tak bisa
dilampiaskan. Sesudah kurang lebih satu jam rebah diatas
pembaringan dengan gelisah per-lahan2 ia bangun dan
berjalan keluar dari kamarnya dengan niatan mencari Touw
Tay Kim dan menghajar Cong piauw tauw itu untuk
melampiaskan kemendongkolannya. Karena kuatir ia
berlaku dengan hati-hati supaya tindakannya tidak didengar
orang. Waktu tiba di ruangan itu sambil menggendong kedua
tangannya, orang yang bertubuh jangkung itu, bukan lain
dari pada gurunya sendiri. Ia berdiri terpaku dibelakang
satu tiang tanpa berani ber gerak. Ia tahu, bahwa jika
sekarang ia kembali kekamarnya, gerak geriknya pasti
diketahui sang guru. Kalau ia mengaku sejujurnya yaitu
hendak menghajar Tauw Tay Kim, ia pasti bakal dapat
teguran keras. Beberapa saat kemudian, tiba2 Thio Sam Hong
mengangkat tangan kanannya dan menulis huruf2 ditengah
udara. Dengan memperhatikan gerak2an tangan itu, Coei
San mendapat kenyataan, bahwa yang ditulis gurunya
adalah dua huruf "Song loan" atau Kesedihan kekalutan.
Sesudah mengulangi beberapa kali sang guru menulis dua
huruf lain yaitu "To-tok" atau Penganiayaan hebat, diubrak
abrik. Melihat begitu, Thio Coei San lantas saja tahu,
bahwa gurunya sedang menulis "Song loan siap" dari Ong
Hie Cie. THIO COEI SAN mendapat gelaran Gin kauw Tiat hoa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Gaetan perak Coretan besi) karena tangan kirinya
menggunakan Houw tauw kauw (Gaetan kepala harimau )
yang terbuat dari pada perak, sedang tangan kanannya
bersenjatakan Poan koan pit (senjata yang menyerupai pena
Tionghoa) yang terbuat daripada besi. Sebab kuatir
ditertawai oleh kaum sasterawan, maka sesudah mahir
dalam ilmu silat, ia lalu mempelajari juga ilmu surat di
bawah pimpinan gurunya yang Boen boe coan cay (pandai
ilmu surat dan ilmu silat). Song loan tiap itu pernah
dipelajari olehnya pada dua tahun yang lain.
Sambil bersembunyi di belakang tiang, ia memperhatikan
gerakan tangan gurunya yang menulis seperti berikut: "Hie
Cie toen sioe, song loan cie kek, sian bok cay lie to tok, toei
wie kouw seng. (Hie Cie memberi hormat. Kesedihan dan
kekalutan melampaui batas, kuburan-kuburan leluhur
diubrak abrik, kalau diingat sungguh hebat perasaan duka).
Lewat beberapa saat, Coei San dapat merasakan bahwa
setiap coretan yang dibuat oleh gurunya mengandung
kedukaan dan secara mendadak, ia berhasil menyelami
perasaan Ong Hie Cie sendiri pada waktu ia menulis Song
loan tiap itu. Ong Hie Cie adalah seorang sasterawan besar pada
jaman kerajaan Cin Timur. Di waktu itu, Tiongkok kacau
balau dan bangsa asing menentang kekuasaannya. Dalam
kesedihan dan kekalutan hebat (song loan), murid-murid
Ong Hie Cie teleh melarikan diri ke Tiongkok Selatan.
Bukan saja manusia, tapi kuburan-kuburan pun turut
diubrak abrik, sehingga dapatlah dibayangkan, kedukaan
dan kegusaran rakyat yang sangat menghormati kuburan
leluhur mereka. Penderitaan yang hebat itu semua
dilukiskan dalam Song loan tiap.
Diwaktu yang lampau, dalam keadaan yang selalu riang
dan gembira, Thio Coei San tidak bisa memahami maksud
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sebenarnya arti 'tiap' itu. Tapi sekarang, karena ia
sendiri tengah diliputi dengan kedukaan berhubung dengan
terlukanya Jie Thay Giam maka secara mendadak ia dapat
menyelami arti "Song loan? dan "To tok".
Sesudah menulis beberapa kali, Thio Sam Hong
menghela napas panjang dan lalu masuk keruangan tengah,
dimana ia termenung-menung beberapa lama. Tiba-tiba ia
mengangkat pula tangan kanannya dan menulis huruf-huruf
ditengah udara. Kali ini, huruf-huruf itu berbeda dengan
huruf-huruf Song loan tiap. Huruf-huruf pertama adalah
"Boe" (Persilatan), sedang yang kedua "Lim" Rimba. Ia
menulis terus sampai duapuluh empat huruf.
Dengan mengawasi gerakan tangan sang guru, Thio Coei
San tahu, bahwa yang ditulisnya ialah: "Boe lim cie coen,
po to To liong hauw leng thian hee, boh kam poet ciong, Ie
thian poet coet swee ie ceng hong."
"Apakah Soehoe sedang coba memecahkan teka teki
dalam kata itu", tanyanya didalam hati. Thio Sam Hong
menulis huruf-huruf itu berulang-ulang, semakin lama
gerakan tangannya jadi semakin perlahan, setiap gerakan
menyerupai gerakan silat. Mendadak saja, Thio Coei San
tersadar. Ia sekarang mengerti, bahwa dengan menulis
duapuluh empat huruf itu, sang guru sebenarnya tengah
menjalankan serupa ilmu silat yang sangat tinggi, dalam
mana setiap huruf berarti setiap pukulan.
Dalam duapuluh empat huruf itu, hurup "liong" (naga)
dan huruf "hong" (tajam) yang paling banyak coretannya,
sedang huruf "to" (golok) dan huruf "hee" (bawah) yang
paling sedikit coretannya, Tapi, walaupun coretannya
banyak, gerakannya tidak kelihatan berlebihan, sedang
biarpun coretannya sedikit, gerakannya tidak kelihatan
kekurangan. Setiap gerakan pukulan tepat dan mantep,
indah dan lincah, angker bagaikan badai, bertenaga seperti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubrukan harimau, kokoh kuat seakan-akan tindakan gajah,
cepat seolah-olah berkredepan kilat diangkasa. Dalam
duapuluh empat huruf itu terdapat dua "poet" dan dua
"thian" tapi, sesuai dengan artinya yang berbeda beda, jiwa
dari pukulan pukulannya berbeda-beda.
Dalam tahun-tahun yang belakangan ini, jarang sekali
Thio Sam Hong berlatih silat. Ilmu silat In Lie Heng dan
Boh Seng Kok didapat dari Song Wan Kiauw dan Jie Lian
Coe yang mewakili gurunya. Maka itu, biarpun Thio Coei
San murid kelima, tapi sebenar-benarnya ia, adalah murid
penutup, atau murid terakhir yang mendapat pelajaran dari
Thio Sam Hong sendiri. Malam itu guru dan murid mempunyai perasaan yang
sama, berhubung dengan terjadinya peristiwa mendukakan
itu. Mereka berduka sebab memikiri keselamatan Jie Thay
Giam dan mendongkol karena adanya ancaman dari pihak
yang belum di ketahui siapa adanya. Dalam jengkelnya,
Thio Sam Hong sudah menulis huruf-huruf itu dan secara
kebetulan, ia telah menciptakan semacam ilmu silat baru.
Secara kebetulan, oleh karena, pada waktu baru menulis
huruf-huruf itu, ia sedikit pun tak punya niatan untuk
menggubah ilmu pukulan. Sementara itu, Thio Coei San
yang kebetulan bersembunyi dibelakang tiang, telah melihat
dipertunjukkannya ilmu silat tersebut, yang lantas saja
dapat dipahami olehnya lantaran iapun sedang diliputi
dengan perasaan duka. Demikianlah, secara sangat luar
biasa, satu ilmu silat baru yang berdasarkan seni menulis
huruf, telah tercipta dalam Rimba Persilatan.
Dua jam lamanya, sehingga rembulan naik tinggi, Thio
Sam Hong berlari terus menerus. Beberapa lama kemudian,
sambil bersiul nyaring, telapak tangan kanannya menyabet
dari atas kebawah, bagaikan menyambernya sehelai sinar
pedang. Sabetan yang dahsyatitu merupakan coretan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terakhir dari huruf "hong".
Sehabis menyabet, ia dongak seraya berkata: "Coei San,
bagaimana pendapatmu dengan Soe hoat (seni menulis
huruf indah) ini?" Thio Coei San terkesiap. Ia tak nyana bahwa
bersembunyinya telah diketahui oleh sang guru. Buru-buru
ia manghampiri seraya menjawab: "Hari ini teecoe mujur
luar biasa, karena dapat melihat ilmu silat Soehoe yang
begitu tinggi. Apa boleh teecoe panggil Toasoeko dan yang
lain-lain, supaya mereka pun bisa turut menyaksikan?"
Sang guru meoggelengkan kepalanya. "Kegembiraanku
sudah habis, sehingga mungkin sekali aku tak bisa menulis
lagi begitu bagus," katanya "Wan Kiauw, Siong Kee dan
yang lain lain tidak mengerti Soehoat, sehingga meskipun
melihat, belum tentu mereka bisa menarik banyak


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kefaedahan." Sehabis berkata begitu seraya mengebas
tangan jubahnya, is berjalan masuk keruangan dalam.
Thio Coei San tidak berani tidur, sebab kuatir sesudah
pulas, ia akan lupakan ilmu silat itu. Dengan lantas ia
bersilat dan menjernihkan pikiran, sambil mengingat-ingat
setiap coretan yang barusan dilihatnya, dengan tempo-
tempo bangun berdiri dan menjalankan beberapa pukulan
sulit. Entah berapa jam ia bersila disitu, tapi pada akhirnya
dapatlah ia menghapal seluruh ilmu silat tersebut yang
terdiri dari duapuluh empat huruf dengan seluruh lima belas
perubahan-perubahannya. Beberapa saat kemudian, ia melompat bangun dan lalu
menjalankan semua pukulan itu. Sesudah beberapa jurus,
pukulan pukulannya keluar dengan deras dan lancar
bagaikan air tumpah, sedang tubuhnya enteng melompat
kian kemari seperti seekor kera. Akhirnya, ia membuat
coretan paling penghabisan dari huruf 'Hong' (tajam)
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan telapak tangan kanannya yang menyambar dari atas
kebawah dan "bret!", ujung bajunya robek karena pukulan
itu. Ia kaget tercampur girang. Tiba tiba saja, ia mendapat
kenyataan, bahwa matahari sudah naik tinggi.
Sesudah menyusut keringat yang membasahi mukanya,
ia segera berlari lari kekamar Jie Thay Giam, di mana sang
guru sedang menempelkan kedua telapak tangannya pada
dada saudara seperguruan itu sambil mengerahkan
Lweekang untuk mengobati lukanya.
Perlahan-lahan supaya tidak mengganggu, ia berjalan
keluar dari kamar itu. Ternyata Song Wan Kiauw, Thio
Siong Kee dan In Lie Heng sudah berangkat. Sedang
rombongan Liang boen Piauw kiok pun sudan turun
gunung. Karena sungkan mengganggu latihannya, maka
ketiga saudara seperguruan itu sudah pergi tanpa pamitan
lagi. Ia pun segera berkemas, membekal senjata dan beberapa
puluh tahil perak, akan kemudian, pergi lagi ke kamar Jie
Thay Giam. "Soehoe, teecoe mau berangkat sekarang"
katanya. Sambil bersenyum, sang guru manggut manggutkan kepalanya. Sehabis berkata begitu, Coei San mendekati pembaringan
dan lihat muka Thay Giam yang berwarna kehitam
hitaman karena pengaruh racun, sedang tanda tandanya
bahwa kakak seperguruan itu masih bidup, hanya napasnya
yang berjalan perlahan sekali. Bukan main rasa dukanya.
"Samko," katanya dengan suara serak, "Biarpun badanku
hancur lulur, aku pasti akan, membalas sakit hatimu". Ia
menekuk lutut dihadapan gurunya dan kemudian sambil
menekap muka dengan kedua tangannya, ia meninggalkan
kamar itu. Dengan menuggang Cengcong ma (kuda bulu hijau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih), ia turun dari Boe tong san. Sesudah melalui lima
puluh li lebih, siang terganti dengan malam dan awan
mendung meliputi langit. Baru saja ia masuk kedalam
sebuah rumah penginapan. Hujan mulai turun. Semakin
lama, hujan itu jadi semakin besar dan semalam suntuk
turun tak henti hentinya. Pada keesokan paginya, awan
gelap belum buyar dan hujan masih terus turun dengan
tidak kurang hebatnya. Karena ingin membalas sakit hati Soekonva secepat
mungkin, ia tak mau membuang buang tempo. Ia segera
membeli baju hujau dan tudung dari pemilik penginapan
dan lalu meneruskan perjalanan. Untung juga Cengcong ma
bukan sembarang kuda, sehingga dia dapat berlari terus
dijalanan berlumpur sangat jelek.
Sesudah melewati Lao ho kouw, ia menyebrang sungai
Han soei yang airnya banjir dan menerjang kealiran bawah
dengan dahsyatnya. Cengcong ma dibedal terus melalui
kota Siang yang dan Hoan soie. Ia dengar berita orang
bahwa di aliran sebelah bawah Han soei, gili-gili bobol
rakyat diserang air bah. Setibanya di Gie shia, ia mulai
bertemu dengan rakyat yang melarikan diri dari serangani
banjir dengan berbondong-bondong. Hujan masih turun
terus dan penderitaan rakyat hebat bukan main.
Selagi mengaburkan tunggangannya, disebelah depan
terlihat sejumlah penunggang kuda yang mengibarkan
bendera piauw hang. Segera juga ia mengenali, bahwa
mereka mereka itu adalah orang orang Liong boen piauw
kiok. Ia lantas saja mencambuk Cengcong ma yang segera
lari bagaikan terbang dan sesudah melewati rombongan itu,
ia menahan les, memutar tunggangannva dan menghadang
ditengah jalan. Melihat Thio Coei San, Touw Tay Kim menanya dengan
suara dingin: "Thio Ngo hiap, ada urusan apa kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengubar kami?" "Apakah Touw Cong piauw tauw lihat penderitaan
rakyat yang kelanggar bencana banjir itu ?" ia balas
menanya. Touw Tay Kim tak duga ia bakal ditanya begitu.
"Apa?" menegasnya dengan terkejut.
Pemuda itu tertawa-dingin. "Aku ingin minta para
dermawan mengeluarkan emas mereka untuk menolong
rakyat yang bersengsara" jawabnya.
Paras Cong piauw tauw itu lantas saja berubah pucat.
"Kami orang-orang piauw hang setiap hari hidup diujung
senjata dan mencari makan dengan mempertaruhkan jiwa,"
katanya dengan suara gusar. "Mana kami mempunyai
kekuatan untuk menolongg begitu banyak orang ?"
"Serahkan itu duaribu tahil emas yang berada dalam
sakumu!" bentak Thio Coei San.
"ThioNgo hiap, apa kau mau mencari-cari urusan
dengan aku?" tanya Touw Tay Kim seraya meraba gagang
golok. Ciok dan Soe Piauw tauw lantas saja menghunus senjata
mereka dan berdiri didekat pemimpinnya.
Dengan tetap bertangan kosong, Thio Coei San berkata
sambil tertawa dingin: "Touw Cong piauw tauw, tanyalah
dirimu sendiri. Sesudah makan upah, apakah kau sudah
menjalankan tugasmu" Hmn! Kau, masih ada muka untuk
mengantongi duaribu tahil emas itu ?"
Muka Touw Tay Kim merah padam, karena malu dan
gusar. "Bukankah kami sudah mengantar Jie Sam hiap
sampai di Boe tong san ?" Ia membela diri. "Sebelum kami
menerima tugas itu, ia memang sudah terluka berat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekarang pun ia masih belum mati."
"Jangan ngaco!" bentak Coei-San "Apa kaki tangan Jie
Sam ko sudah patah-waktu ia berangkat dan Lim an?"
Touw Tay Kim tak dapat menjawab.
"Thio Ngo hiap." menyelak Soe Piauw Tauw, "Apakah
sebenarnya maksudmu. Katakan saja terang-terangan."
"Aku balas hancurkan tulang tulang tanganmu!"
bentaknya sambil melompat dan menerjang. Soe piauw
tauw mengangkat toyanya untuk menangkis, tapi ia kalah
cepat. Bagaikan kilat, Thio Coei San mengebas dan
membabat dengan tangan kirinya dan toya itu terbang
sedang Soe Piauw tauw jatuh terpelanting dari tungganannya. Dalam serangan itu, Thio Coei San
menggunakan huruf "thian" (langit) dari ilmu silat yang
baru didapatinya. Piauw tauw yang bisa lihat selatan, coba menyingkirkan
diri, tapi sudah tidak keburu lagi. Karena tangan Coei San
sudah menyapu pinggangnya dalam gerakan garis
melintang dari huruf "thian" sehingga tanpa ampan lagi,
tubuhnya bersama-sama sela kuda terpental setombak lebih
dan jatuh terjengkang diatas tanah. Waktu diserang, kedua
kaki piauw tauw, itu menginjak sanggurdi keras-keras, tapi
sebab lawannya menghantam dengan Lwekang yang sangat
hebat, maka tali ikatan perut kuda menjadi putus dan sela
kuda turut terlempar. melihat hebatnva serangan musuh, Touw Tay Kim
mengeprak kudanya dan menerjang. Dengan sekali
memutar badan. Coei San menghantam dengan pukulan
huruf "hee" (bawah).
"Buk!" pukulan itu mengenakan tepat dipunggung Touw
Tay Kim yang tubuhnya lantas saja ber goyang-goyang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ilmunya banyak lebih tinggi daripada kawannya,
maka ia tidak sampai roboh dari tungganannya. Baru saja ia
melompat turun dari punggung kuda untuk mengadu jiwa,
tiba tiba ia merasa tenggorokannya penuh dan "ugh!" ia
muntahkan datah. Ia terhuyung beberapa tindak. Kakinya
lemas roboh duduk diatas tanah. Tiga piauw soe lainnya
dan para pegawai piauw hang tentu saja tidak berani
bergerak lagi. Waktu baru bertemu dengan rombongan piauw hang itu,
dengan kegusaran yang meluap luap Thio Ngo hiap betekad
untuk mematahkan kaki tangan para piauw soe itu. Tetapi
sesudah melukakan tiga orang secara begitu mudah, malah
seorang diantaranya mendapat luka berat, ia sedikitpun
tidak menduga, bahwa ilmu silat yang baru dipelajarinya itu
sedemikian hebat. Hatinya jadi lemas dan ia tak tega untuk
turun tangan lebih jauh. "Orang she Touw!" bentaknya, "Hari ini aku berlaku
murah terhadapmu. Keluarkan dua ribu tahil emas itu
untuk menolong rakyat yang kelanggar bencana alam. Aku
akan menilik sepak terjangmu dari kejauhan dan jika setahil
saja kau sembunyikan dalam kantong mu, aku akan basmi
seluruh Liong boen Piauw kiok, aku akan binasakan kecil
besar tujuh puluh dua jiwa, malah ayam dan anjing pun tak
akan diberi ampun!" Ia mengancam dengan menggunakan kata-kata dari
orang yang memberikan dua ribu tahil emas sebagai upah
untuk mengantar Jie Thay Giam ke Boe tong san.
Perlahan-lahan Tauw Tay Kim bangun berdiri, tapi ia
merasa punggungnya sakit sangat dan begitu bergerak, ia
kembali muntahkan darah. Soe Piauw tauw yang hanya
mendapat luka enteng, segera berkata dengan suara lemas
"Thio Ngo hiap, emas itu berada di Lim an, sehingga tak
dapat kami menolong orang-orang yang berada di sini"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio Coei San tertawa dingin. "Kau kira aku anak kecil?"
tanyanya dengan nada mengejek, "Semua jago Liong boen
Piauw kiok keluar dari sarangnya dan Lim an hanya
ketinggalan keluarga kamu yang tak bisa melindungi harta
itu. Emas itu sudah pasti berada disini!" Sambil berkata
begitu, ia menyapu rombongan piauw hang dengan
matanya. Mendadak ia menghampiri sebuah kereta dan
menghantam dengan telapak tangannya, "Brak!" kereta
hancur dan belasan potongan emas jatuh berhamburan di
tanah. Semua orang pucat mukanya. Mereka tidak mengerti,
bagaimana pemuda itu tahu tempat menyimpan emas.
Ternyata, biarpun masih berusia muda, Thio Ngo hiap
berotak cerdas, bermata awas dan berpengalaman luas.
Melihat tanda lumpur diroda kereta yang mengunjuk
bahwa roda-roda tersebut amblas lebih dalam dari pada
kereta-kereta lainnya dan melihat bagaimana sesudah ia
menghajar Touw Tay Kim, sebaliknya dari pada menolong
pemimpin itu, tiga piauw soe buru-buru mendekati kereta
tersebut, maka ia segera menarik kesimpulan, bahwa kereta
itu, yang muatnya diisi dengan muatan sangat berharga. Ia
mengawasi potongan-potongan emas itu sambil tertawa
dingin dan kemudian tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi
ia melompat kepunggung Kuda yang terus di kaburkan.
Sembari jalan hatinya senang sekali. Ia menduga pasti,
bahwa demi keselamatan keluaga mereka, piauwsoe-
piauwsoe itu tak akan berani membantah perintahnya.
Perasaan senang itu sebagian besar disebabkan oleh
kenyataan, bahwa ilmu silat yang berdasarkan dua puluh
empat huruf yang baru di dapatnya, bukan main lihaynya.
Dengan melawan hujan, beberapa hari ia membedal
kudanya terus menerus. Meskipun binatang itu binatang
luar bias, tenaganya ada batasnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, waktu tiba didaerah propinsi Kang say,
mulut kudanya mengeluarkan busa putih dan badannya
panas, Coei San menyesal bukan main, karena ia sangat
sayang tunggangannya itu. Ia segera berhenti disebuah
rumah penginapan, memberi obat kepada kudanya dan
selang beberapa hari, barulah panasnya turun. Sesudah
binatang itu sembuh, ia meneruskan perjalanan dengan
perlahan-lahan dan pada tanggal Sie gwee Sha cap (Bulan
Empat tanggal 30) barulah ia masuk kedalam kota Lim an.
Sesudah dapat kamar disebuah hotel, ia segera
menimbang-nimbang tindakan apa yang akan diambilnya.
"Karena kudaku sakit, aku sangat terlambat," pikirnya.
"Apa rombongan Liongboen Piauw kiok sudah pulang"
Dimana adanya Jieoko dan Citee" Biarlah malam ini aku
menyelidiki digedung piauw kiok itu."


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesudah makan malam, ia segera mencari tahu letaknya
gedung Liong boen Piauw kiok dari pelayan-pelayan hotel
yang memberitahu bahwa gedung itu berdiri dipinggir
telaga See Ouw. Kemudian ia pergi kepusat toko-toko dan
membeli seperangkat pakaian baru dengan kopiah
sasterawan serta sebuah kipas Hang cioe yang tersohor. Ia
kembali kehotel, mandi, menyisir rambut dan lalu menukar
pakaian. Waktu berdiri didepan kaca dan memandang
bayangannya sendiri, ia tertawa gali. Bayangan itu adalah
bayangan seorang Kongcoe sasterawan dan bukan seorang
Hiapsoe (pendekar) yang namanya menggetarkan Rimba
Persilatan. Dengan bersenyum senyum, ia meminjam alat tulis dari
pengurus hotel untuk menulis syair dikipasnya. Secara
wajar, apa yang ditulisnya adalah itu dua puluh empat
huruf "Ie thian to liong". Ia merasa heran sebab setiap
coretan yang turun diatas kipas banyak lebih bertenaga dan
indah daripada biasanya. "Sesudah mempelajari silat itu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Soe hoatku juga dapat banyak kemajuan," pikirnya.
Pada waktu itu kerajaan Song sudah roboh dan seluruh
Tiongkok berada di bawah kekuasaan dinasti Goan. Karena
Lim an adalah bekas ibukota Lam song (Song Selatan),
bangsa Mongol telah membuat penjagaan lebih kuat dikota
itu daripada dilain lain kota. Mereka memerintah dengan
tangan besi, sehingga dalam kekuatannya, banyak
penduduk bearpindah kelain tempat. Maka itulah,
disepanjang jalan Thio Coei San bertemu dengan banyak
rumah yang rusak karena akibat perang dan yang kosong
sebab ditinggalkan penghuninya. Kota yang sepi itu
memperlihatkan pemandangan menyedihkan, tidak tertampak pula keramaian serta kemakmuran dari Lim an
yang dulu, yang merupakan salah sebuah kota tersohor dari
Kanglam yang indah permai.
Cuaca masih belum gelap, tapi banyak rumah sudah
pada menutup pintu dan di jalanan jarang sekali terlihat
rakyat jelata. Apa yang ditemukan Coei San hanyalah
serdadu-serdadu Mongol yang meronda dengan menunggang kuda. Sebab tak ingin banyak urusan, sedapat
mungkin ia menyingkirkan diri dari peronda-peronda itu.
Dulu, di waktu malam, apapula pada malam malam
terang bulan, telaga See ouw bukan main ramainya dan
seluruh telaga seolah-olah ditabur dangan lampu-lampu
perahu pelesir. Tapi sekarang, ketika ia tiba di Pak tee dan
memandang ketempat jauh, telaga itu diliputi dengan
kegelapan yang menyeramkan dan diatas air tak terdapat
sebuah perahupun. Ia menghela napas berulang-ulang dan
sesuai dengan petunjuk pelayan hotel, ia lalu berjalan
menuju kegedung Liong boen Piauw kiok.
Gedung itu sangat besar dan berhadapan dengan telaga
See ouw sedang dua singa-singaan batu di depan pintu
sangat menambah keangkerannya. Perlahan-lahan Thio
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coei San mendekati. Tiba-tiba, ia melihat sebuah perahu pelesir ditepi telaga
depan gedung itu. Dalam perahu dipasang dua tengloleng
sutera dan dibawah penerangan itu kelihatan duduk seorang
lelaki yang sedang minum arak seorang diri. "Enak betul
minum arak diatas air," katanya dalam hati sambil
menghampiri pintu. Teng (peep: teng=?"") besar yang
tergantung didepan gedung tidak dipasangi lilin, sedang
pintunya yang dicat merah tua tertutup rapat. Penghuni
gedung itu rupanya sudah pada tidur. "Sebulan yang lalu
Samko masuk ke pintu ini," pikirnya dengan rada duka.
Mendadak ia terkejut, karena di belakang nya terdengar
hela napas yang panjang. Ditengah malam yang sunyi, hela napas itu kedengarannya menyeramkan dan menyayat hati. Dengan
cepat ia memutar badan, tapi ia tidak lihat bayangan satu
manusiapun. Kecuali orang yang sedang minum arak data
in perahu, di sekitar itu tidak terdapat lain manusia. Dengan
perasaan heran, ia mengawasi orang itu, yang mengenakan
tiungsha (jubah panjang) warna hijau dan memakai topi
empat persegi, yaitu dandanan seorang sasterawan seperti ia
sendiri. Ia tak dapat melihat tegas muka orang itu, tapi
dipandang dari samping dengan bantuan sinar tengloleng,
kelihatannya pucat pasi. Orang itu duduk termenung-
menung dengan tidak bergerak dan gerakan satu-satunya
hanyalah berkibatnya tangan jubah karena tiupan angin.
Sesudah mengawasi beberapa lama, ia memutar badan
lagi dan mencekal cincin tembaga yang menempel dipintu
dan lalu mengetuk-ngetuknya beberapa kali. Sebenarnya ia
ingin masuk dengan melompat tembok, tapi sesudah
melihat orang di perahu itu, ia merasa jengah sendiri. Suara
ketukan itu terdengar nyaring sekali dan sehabis mengetuk,
ia menempelkan kupingnya didaun pintu, tapi di dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sunyi-sunyi saja tidak terdengar suara manusia yang
menghampiri pintu. Dengan heran, ia mendorong sedikit dan pintu itu
terbuka. Lantas saja ia bertindak masuk seraya berseru:
"Apa Touw Cong piauw tauw ada dirumah ?"
Ia berjalan terus keruangan tengah yang gelap gelita.
Mendadak terdengar suara "truk!" pintu tertutup keras
seperti di tiup angin. Ia kaget, lalu melompat keluar dari ruangan itu dan
menghampiri pintu. Ia terperanjat karena pintu itu sudah
dikunci orang. Tapi sebagai seorang yang berkepandaian
tinggi, nyalinya sangat besar. Sambil tertawa dingin, ia
masuk pula ke ruangan tengah.
Baru saja masuk beberapa tindak, tiba-tiba ia merasakan
sambaran angin tajam dari depan belakang, kiri dan kanan.
Dengan sekali melompat, ia kelit serangan keempat
pembokong itu. Dalam kegelapan ia lihat berkelebatnya
sinar-sinar putih, sebagai tanda, bahwa penyerang-
penyerang menggunakan senjata golok. Cepat seperti kilat,
ia meloncat kesebelah barat dan telapak tangan kanannya
membabat salah seorang dari kanan kiri. "Ptak!" tangannya
mengenakan jitu jalanan darah Tay yang hiat orang itu
yang lantas saja roboh terguling. Hampir berbareng, telapak
tangan kirinya menyabet dari kanan atas kiri bawah dan
mampir tepat dipinggang seorang musuh lainnya yang juga
ambruk dilantani. Dua pukulan itu merupakan satu garis
melintang dan satu coretan miring dari huruf "poet" (tidak).
Sesudah berhasil merobohkan dua musuh, ia mengirim
pukulan lurus dari atas kebawah dan satu totokan yaitu
coretan lurus dan sebuah titik dari hurup "poet" dan dua
penyerang lainnya terjungkal di lantai.
Demikianlah, dengan empat pukulan yang merupakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiga coretan dan sebuah titik huruf "poet", ia berhasil
menjatuhkan empat pembokong itu.
Karena tak tahu siapa empat penyerang itu, Thio Coei
San sunkan berlaku kejam, dan hanya menggunakan tiga
bagian tenaganya. Orang keempat yang "ditotok" olehnya,
terhuyung beberapa tindak dan badannya menubruk sebuah
kursi yang lantas saja menjadi hancur "Binatang! Sungguh
kejam kau!" cacinya: " Kalau kau benar2 laki-laki,
beritahukan namamu,"
"Jika aku berlaku kejam, jiwamu sudah melayang"
katanya sambil tertawa. "Aku adalah Thio Coei San dari
Boe tong san." Orang itu mengeluarkan seruan kaget. "Apa.... benar kau
Gin kauw Tiat hoa Thio Coei San?" tanyanya dengan suara
tidak percaya. Sambil bersenyum, Thio Ngo hiap meraba pinggangnya
dan di lain saat, tangan kirinya sudah mencekal gaetan
Houw tauw kauw yang terbuat dari pada perak, sedang
tangan kanannya memegang Poan koan pit besi. Dengan
sekali membenturkan kedua senjata, lelatu api muncrat
disertai dengan suara yang sangat nyaring.
Dengan bantuan sinar lelatu api, Thio Coei San
mendapat lihat, bahwa keempat penyerang itu mengenakan
jubah pertapaan hweshio yang warnanya kuning. Dua di
antaranya, yang mukanya kebetulan berhadapan dengannya, mengawasi dengan sorot mata gusar dan
membenci. Bukan main herannya Ngo hiap. "Siapa Tay-soe?"
tanyanya. "Sakit hati yang dalam seperti lautan, tak bisa dibalas
hari ini!" teriak satu diantaranya. "Ayo berangkat!" Hampir
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bareng dengan teriakan itu, mereka melompat bangun dan
lalu berjalan keluar. Salah seorang yang rupanya terluka
berat, sempoyongan dan roboh dilantai. Dua kawannya
lantas memberi pertolongan dan mereka berlalu tanpa
menengok lagi. "Soe wie tahan dulu!" teriak Coei San.
"Sakit hati apa ?" Tapi keempat pendeta itu tidak meladeni
dan jalan terus. Thio Coei San bingung campur heran. Untuk beberapa
saat ia berdiri bengong sambil mengasah otak, tapi tak
berhasil memecahkan teka teki itu.
Mengapa dalam gedung Liong boen Piauw kiok
bersembunyi empat orang Hweeshio" Mengapa mereka
lantas menyerang secara membabi buta" Mengapa mereka
mengatakan sakit hati yang dalam seperti lautan" "Untuk
menjawab pertahyaan-pertanyaan itu, jalan satu-satunya
adalah menanyakan orang-orang Liong boen Piauw kiok,"
pikirnya. Memikir begitu, ia lantas saja berteriak: "Apa Touw
Cong piauw tauw berada di rumah" Apa Cong piauw tauw
ada?" Tapi sesudah berteriak berulang-ulang, ia tetap tak
dapati jawaban. "Tak bisa jadi manusia tidur seperti
bangkai." katanya daiam hati. "Apa mereka mabur
ketakutan?" Ia terus mengeluarkan bahan api yang lalu
dinyala kan, sehingga ruangan yang gelap gelita itu lantas
menjadi terang. Ia menghampiri sebuah ciak tay (tempat
menancap lilin) yang berdiri di atas meja teh dan menyulut
lilinnya. Sesudah itu, dengan berwaspada, sambil membawa
ciaktay, ia berjalan ke ruangan belakang.
Barusan belasan tindak, tiba tiba ia lihat tubuh seorang
wanita yang rebah di lantai seperti sedang tidur. "Toacie,
mengapa kau tidur di situ?" tegurnya. Wanita itu tidak
menjawab dan tidak berqerak. Dengan tangan kiri ia
medorong pundak wanita itu, sedang tangan kanannya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mencekel ciaktay menyuluhi muka orang. Tiba-tiba
saja, ia terkesiap. Wanita itu sedang tertawa, tapi otot-ototnya kaku! Dia
sudah mati lama juga. Perlahan-lahan ia melempangkan
pinggangnya dan lagi-lagi ia terperanjat, sebab di depan
tiang disebelah kiri kelihatan menggeletak sesosok tubuh
lain. Ia menghampiri dan memeriksanya. Ternyata orang
itu seorang kakek yang berdandan sebagai pelayan, juga
sudah mati dengan muka tertawa!
Dengan jantung berdebar-debar, Thio Coei San meraba
pinggang dan kemudian, dengan tangan kiri mencekel
gaetan dan tangan kanan mengangkat ciaktay tinggi-tinggi,
ia bertindak maju setindak demi setindak. Dengan rasa
kaget dan heran yang sukar dilukiskan, apa yang
ditemukannya adalah puluhan mayat-mayat, yang menggeletak di sana sini! Di seluruh gedung Liong boen
Piauw kiok yang besar dan luas itu, tak terdapat lagi
manusia hidup. Thio Coei San adalah seorang pendekar kenamaan
dalam Rimba Persilatan yang sudah kenyang mengalami
kejadian-kejadian hebat. Tapi kali ini, melihat kekejaman
manusia yang sudah membasmi sesama manusia, ia
menggigil. Bayangannya ditembok kelihatan bergoyang-
goyang, karena tangannya yang mencekel ciaktay bergemetaran. Mendadak ia ingat ancaman itu orang yang telah
memberi upah kepada Liong boen Piauw kiok untuk
mengantarkan kakak seperguruannya ke Boe tong san.
Sekarang benar-benar seisi-Piauwkiok telah dibasmi.
Apakah kekejaman itu sudah dilakukan sebab piauwkiok
tersebut sudah gagal dalam menunaikan tugasnya" "Orang
itu turunkan tangan kejam karena Jie Samko sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menurut pantas dia mestinya sahabat Samko", katanya di
dalam hati. "Orang itu berkepandaian banyak lebih tinggi
daripada Touw Tay Kim. Sesudah mengetahui, mengapa
bukan ia sendiri yang mengantar Samko" Kakak adalah
seorang pendekar mulia yang membenci setiap kejahatan.
Apa mungkin ia bersahabat dengan manusia yang begitu
kejam?" Dangan rasa heran yang semakin lama jadi semakin
besar, ia bertindak keluar dari ruangan sebelah barat.
Dengan pertolongan sinar lilin, ia lihat dua orang pendeta
yang mengenakan jubah warna kuning sedang bersender
ditembok dan mengawasi padanya dengam paras muka
tertawa. Ia mendekati dan membentak: "Perlu apa Jie wie
datang disini?" Tapi mereka tidak menyahut dan juga tidak
bergerak. Mayat! Pada tubuh kedua mayat itu tidak terdapat luka apapun
juga, hanya dada jalanan darah Siauw yauw hiat (jalan
darah yang membangkitkan tertawa) terdapat total merah.
Ia manggut manggutkan kepala dan mengerti, bahwa paras
muka tertawa dari mayat-mayat itu adalah akibat totokan
pada jalanan darah tersebut.
Mendadak, ia terkesiap karena ingat sesuatu. "Celaka!"
Ia mengeluh, "Sakit hati yang dalam seperti lautan ..."Ia
teringat cacian salah seorang dari empat hweeshio yang
telah menyerang dirinya. Ia merasa bahwa semua tuduhan
bakal ditumpuk diatas pundaknya. Siapa keempat pendeta
itu" Dilihat dari pukulan pukulannya, mereka adalah ahli-
ahli ilmu silat Siauw limpay. Touw Tay Kim seorang Siauw
lim sehingga mungkin sekali mereka berada disitu atas
undangan Cong piauw tauw tersebut. "Tapi dimana adanya
Jie Jieko dan Boh Cit tee?" tanyanya didalam hati. "Mereka
diperintah Soehoe untuk melindungi keluarga Liong boen
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Piauw kiok. Apa bisa jadi, dengan memiliki kepandaian
sangat tinggi mereka telah dirobohkan orang?"
Semakin dipikir, teka teki itu jadi semakin sulit. "Dengan
pulangnya keempat hweesio Siauw lim pay pasti akan
menaruh kecurigaan atas diriku," katanya didalam hati.
"Tapi, biar bagaimanapun juga urusan ini akan menjadi
terang. Satu waktu, kita pasti akan tahu siapa adanya
manusia kejam itu. Siauw lim dan Boetong harus bekerja
sama untuk mencari manusia itu. Yang paling penting
adalah cari Jie-ko dan Cit-tee." Memikir begitu ia segera
meniup lilin dan keluar dari gedung tersebut dengan
melompati tembok. Tapi pada sebelum kedua kakinya hinggap diatas bumi
diluar tembok, tiba tiba ia merasakan kesiuran angin yang
menyambar pinggangnya, disusul dengan bentakan: "Thio
Coei San, Roboh kau!"
Pula saat itu, badannya masih berada ditengah udara,
sehingga ia tak dapat berkelit lagi. Dalam bahaya, Thio Ngo
hiap tak jadi bingung, secepat arus kilat, tangan kirinya
menekan senjata musuh dan dengan meminjam tenaga,
badannya melesat keatas lagi dan kedua kakinya hinggap
diatas tembok. Hampir berbareng dengan hinggapnya diatas tembok,
kedua tangannya sudah mencekal kedua senjatanya.
Melihat lihaynya pemuda itu, sipenyerangpun kaget dan
kagum, karena ia mengeluarkan seruan tertahan dan
berkata: "Bocah ! Kau sungguh lihay !"
Dengan tangan kiri mencekal gaetan dan tangan kanan
memegang Poan koan pit, Coei San melintangkan senjata
itu di depan dadanya, kepala gaetan dan ujung pit
menunduk kebawah. Itulah gerakan Kiong leng kauw hoei
(Dengan hormat menerima pelajaran) yang digunakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam Rimba persilatan. Jika seorang yang tingkatannya
lebih rendah berhadapan dengan orang yang lebih tinggi,
sebagai seorang kesatria, walaupun hatinya mendongkol,
Coei San tetap sungkan melanggar adat istiadat.
Ia menunduk dan melihat dua pendeta yang mengenakan jubah pertapaan warna merah dengan sulaman
benang emas berdiri berendeng dibawah dengan masing-
masing mencekal Sian thung (toya yang mengeluarkan sinar
emas). Melihat jubah pertapaan itu, Coei San terkejut. "Apakah
mereka anggauta Siauw Lim Cap peh Lo han yang
tersohor?" tanyanya di dalam hati. (Siauw lim Cap peh
lohan = Delapan belas Lohan dari Siauwlim sie).
Dengan San thungnya, pendeta yang disebelah kiri
menubruk batu hijau, sehingga mengeluarkan suara yang
sangat nyaring. "Thio Coei San!" bentaknya "Boe tong Cit
hiap mempunyai nama yang cukup baik. Tapi mengapa
begitu kejam?" Mendengar pendeta itu tidak menggunakan panggilan
"Thio Ngo hiap atau Thio ngoya, Coei San jadi
mendongkol. Diantara Boetong Cit Hiap, biarpun gerak
geriknya sopan dan paras mukanya halus, dialah yang
berada paling tinggi. (peep: what's that mean") Dalam
kedongkolannya, ia segera menyahut dengan suara dingin:
"Tanpa menanyakan lebih dulu siapa yang salah, siapa yang
benar, dengan bersembunyi dikaki tembok, Tay soe sudah
membokong aku. Apakah perbuatan itu perbuatan seorang
gagah" Kudengar ilmu silat Siauw Lim menggetarkan
seluruh dunia, tapi aku tak nyana di antara orang Siauwlim
ada juga yang pandai membokong."
Bukan main gusarnya hweeshio itu. Dengan sekali
menggenjot tubuh, ia melesat ke atas tembok, sedangkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua kakinya belum hinggap ditembok, toyanya sudah
menyambar. Dengan cepat Coei San mangangkat Hauw
tauw kauw untuk menahan sambaran Sian thung dan
dengan berbareng Poan koan pit nya menotok senjata
lawan, "Trang!" ujung Poan koan pit membentur Sian
thung dengan dahsyatnya. Kedua tangan pendeta itu
tergetar dan tubuhnya melayang kebawah lagi, tapi kedua
lengan Coei San juga kesemutan sehingga ia jadi kaget. Ia
mengerti bahwa kini ia berhadapan dengan seorang yang
berilmu tinggi dan jika mereka berdua mengrubuti, ia
mungkin tak mampu membela diri.
"Siapa Jie wi?" bentaknya.
"Pinceng adalah Goan im" jawab pendeta yang berdiri
disebelah kanan "Yang ini adalah Soeteku Goan giap."
Buru-buru Coei San menundukkan senjatanya dan
sambil mengangkat kedua tangan, ia berkata: "Ah! Kalau
begitu, Jie wie Taysoe adalah dari Siauw lim Cap peh
Lohan. Sudah lama aku mendengar nama Taysoe yang
sangat harum dan aku merasa beruntung, bahwa hari ini
kita bisa bertemu muka. Pelajaran apakah yang mau
diberikan oleh Taysoe ?"
"Soal ini bersangkut paut langsung dengann Siauw Lim
dan Boe tong pay," jawab Goan Im.
"Kami berdua adalah orang orang yang berkedudukan
sangat rendah dalam Siauw lim pay dan sebenarnya kami
tak dapat mengurus persoalan ini. Tapi karena sudah
terlanjur bertemu, kami tanya mengapa Thio Ngo hiap
membinasakan puluhan orang dari Liong boen Piauw kiok
dan dua Soetit (keponakan murid) kami" Orang kata, jiwa
manusia bersangkut paut dengan Langit. Kami ingin
dengar, bagaimana Ngo hiap mau membereskan peristiwa
ini." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kata-kata itu meskipun diucapkan deugan perlahan,
kedengarannya sangat menusuk kuping, sehingga dapatlah
diketahui, bahwa kepandaian pendeta tersebut banyak lebih
tinggi dari pada adik seperguruannya.
Thio Coei San tertawa dingin. "Mengenai permbunuhan
terhadap orang-orang Liong boen Piauw kiok, aku
sendiripun merasa sangat heran," jawab nya. "Disamping
itu, aku juga tidak mengerti, mengapa begitu membuka
mulut, Taysoe sudah menuduh aku. Apakah kejadian itu
disaksikan dengan mata kepala Taysoe sendiri ?"
"Hoei hong!" teriak Goan im. "Coba kau memberi
kesaksian di hadapan Thio Ngo hiap."
Dari belakang pohon lantas saja muncul empat orang
pendeta yang tadi dirobohkan Coei San dalamm gedung
Liong boen Piauw kiok. Pendeta yang bergelar Hoei hong itu lantas saja
membungkuk seraya berkata: "Melaporkan kepada Soepoh,
bahwa beberapa puluh orang dari Liong boen Piauw kiok
Hoei thong dan Hoei kong kedua Soeheng semuanya....
semuanya dibinasakan oleh bangsat she Thio itu."
"Apa kau lihat dengan mata kepala sendiri ?" tanya Goan
im. "Ya," jawabnya. "..Kalau tak keburu lari, teecoe
berempat pun sudah binasa di tangannya."
"Murid Sang Buddha tak boleh berjusta," kata Goan im
dengan suara keren. "Soal ini mengenai Siauw lim dan Boe
tong, kedua partai besar dalam Rimba persilatan, dan kau
tidak boleh bicara sembarangan"
Hoei bong segera berlutut dan sambil merangkap kedua
tangannya, ia berkata: "Teecoe tak akan berani menjustai
Soepeh dan apa yang dikatakan teecoe adalah kejadian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sebenar-benarnya. Untuk itu, Sang Buddha menjadi
saksinya." "Cobalah kau ceritakan apa yang dilihat dengan matamu
sendiri" memerintah Goan im. Mendengar perkataan itu,
Thio Coei San lantas saja ia melompat turun.
Goan-giap yang menduga pemuda itu ingin menyerang
Hoei hong, lantas saja menyabet dengan Sianthungnya.
Coei San menunduk untuk memunahkan serangan itu dan
kemudian, dengan sekali melompat ia sudah berada di
belakang Hoei hong. Menurut ilmu silat toya Hok mo thung
(takluki iblis), sesudah sabetannya meleset, Goan giap harus
menyerang pula dengan membabat pundak lawan. Akan
tetapi, karena waktu itu Coei San sudah berada di belakang
Hong bong, maka jika ia menyerang lagi, toyanya akan
lebih dulu mengenakan keponakan muridnya. Dalam
kagetnya, ia terpaksa menarik pulang Sian thungnya. "Mau
apa kau?" bentaknya.
"Aku mau mendengarkan ceritanya," menjawab Coei
San. Hoei hong mengerti bahwa kalau mau, Thio Coei San
yang berada dalam jarak dua kaki, dengan mudah bisa
mengambil jiwanya dan meskipun kedua Soe pehnya
berada di situ, mereka tak akan keburu menolong. Tapi
dalam gusarnya, ia tak jadi gentar, dan lantas saja memberi
keterangan dengan suara nyaring : "Waktu berada di Kang
pak (sebelah utara Sungai Besar). Goan sim Susiok
menerima surat Touw Tay Kim Suheng yang meminta
pertolongan. Begitu menerima surat itu buru-buru Soesiok
memerintahkan Hoei Thong dan Hoei Kong Soeheng
memberi datang kemari untuk memberi bantuan. "
"Belakangan Soesiok pun memberi perintah kepada
teecoe dan ketiga Soetee untuk menyusul. Begitu tiba, Hoei
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kong Soeheng mengatakan bahwa malam ini, musuh
mungkin datang menyatroni dan ia minta kami berempat
sembunyi dikaki tembok sebelah timur. Iapun memesan
supaya kami jangan sembarangan meninggalkan tempat
jagaan dan jangan sampai diselomoti dengan tipu
memancing harimau keluar dari gunung.
Baru siang berganti malam, tiba-tiba kami mendengar
bentakan dan cacian Hoei thong Soeheng yang sudah mulai
bertempur di ruang belakang. Sesaat kemudian ia
mengeluarkan teriakan kesakitan, Sebagai tanda terluka
berat. Teecoe segera memburu keruangan belakang dan
tihat dia ..dia..... bangsat She Thio itu" Berkata sampai
disitu, mendadak ia melompat bangun dan berteriak sambil
menuding hidung Thio Coei San. "Dengan mata kepalaku
sendiri kulihat kau pukul Hoei kong Soeheng yang lantas
mati dengan membentur tembok. Karena merasa tidak
ungkulan, aku lalu bersembunyi dibawah jendela dan
menyaksikan cara bagaimana kau menerjang ke pekarangan
sambil membunuh orang. Tak lama kemudian, delapan
orang Piauw kiok berlarian keluar dari belakang dengan
diubar olehmu. Mereka semua kau binasakan dengan
totokan dan sesudah membasmi semua orang yang berada
dalam gedung, barulah kau mabur dengan melompati
tembok." Thio Coei San berdiri tegak tanpa bergerak.
"Kemudian bagaimana?" tanyanya dengan suara dingin.
"Kemudian?" bentak Hoei hong dengan kegusaran
meluap-luap. "Kemudian aku balik ketembok timur dan
berdamai dengan ketiga Soeteeku. Kami yakin, bahwa
kepandalanmu terlalu tinggi untuk dilawan, dan jalan satu-
satunya adalah menunggu, datangnya ketiga Soepeh di
dalam gedung piauw kiok. Tapi sungguh tak dinyana, kau
lagi-lagi menyatroni untuk mencari Touw Cong piauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tauw. Biarpun tahu bahwa kami hanya bakal mengantarkan
jiwa, kami bukan bangsa pengecut, maka segara kami
menyerang. Waktu ditanya olehkU, bukankah kau telah
memperkenalkan diri sebagai Gin kauw Tiat hoa Thio Coei
San" Semula aku tak percaya. Aku berpendapat, bahwa
sebagai salah seorang dari Boe tong Cit hiap, kau tentu tak
akan melakukan perbuatan yang begitu kejam. Tapi kau


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantas saja mengeluarkan kedua senjatamu, sehingga tak
mungkin kau Thio Coei San palsu."
"Benar, memang benar aku telah memperkenal kan diri
dan mengeluarkan senjataku," kata Coei San. "Memang
benar aku yang sudah merobohkan kamu. Tapi coba
ceritakan sekali lagi, coba tuturkan lagi, bagaimana dengan
mata kepala sendiri, kau melihat aku membunuh puluhan
orang itu." Pada saat itulah, tiba-tiba Goan im mengebas tangan
jubahnya dan mendorong tubuh Hoei hong beberapa kaki
jauhnya. "Ya! Cobalah kau cerita kan lagi, supaya Thio
Ngo hiap yang namanya menggetarkan Rimba Persilatan,
tidak dapat menyangkal pula," katanya dongan suara
menyeramkan. Ia mendorong Hoei hong guna berjaga-jaga
kalau-kalau dalam gusarnya, pemuda itu turunkan tangan
jahat untuk menutup mulut saksi.
"Baiklah" kata Hoei hong. "Aku akan menegaskan satu
kali lagi. Dengarlah! Dengan mataku sendiri kulihat. kau
membinasakan Hoei hong dan Hoei thong Soeheng.
Dengan mataku sendiri, kulihat kau membunuh delapan
orang dari Liong boen Piauw kiok dengan totokan."
"Apa kau lihat tegas mukaku?" tanya Coei San dengan
suara menyeramkan. "Pakaian apa yang dipakai olehku?"
Sambil berkata begitu ia menyalakan api dan menyuluhi
mukanya sendiri. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hoei hong menatapnya dan berkata dengan suara
membenci: "Tak salah ! Kau mengenakan pakaian itu,
jubah panjang dan topi empat segi. Waktu itu kau
menyelipkan kipasmu di belakang leher baju."
Bukan main gusarnya Thio Ngo hiap. Ia tak mengerti
mengapa pendeta itu menuduhnya secara membabi buta.
Sambil mengangkat api tinggi-tinggi, ia maju dua tindak
dan membentak: "Kalau kau mempunyai nyali, katakan lagi
bahwa yang membunuh orang adalah Thio Coei San!"
Mendadak kedua mata pendeta its mengeluarkan sinar
luar biasa. Ia menunding seraya berteriak: "Kau....!"
Tubuhnya tiba-tiba terjengkang dan robot di tanah.
Dengan serentak sambil mengeluarkan seruan tertahan,
Goan giap dan Goan im melompat untuk coba menolong.
Tapi Hoan hong sudah menghembuskan napasnya yang
penghabisan dengan paras muka ketakutan.
"Kau! kau membunuh dia!" teriak Goan giap dan Goan
im, tap i juga mengagetkan sangat Thio Coei San. Ia
menengok kebelakang dan matanya yang sangat jeli melihat
goyangnya beberapa cabang
pohon "Jangan lari!" bentaknya sambil melompat.
Ia mengerti, bahwa perbuatannya itu sangat berbahaya
sebab musuh yang bersembunyi dapat membokongnya.
Tapi untuk cuci bersih segala tuduhan, ia mesti bisa
menangkap pembunuh itu. Selagi badannya masih berada
di tengah udara itu Goan im dar Goan giap sudah
menyabet dengan senjata mereka. Bagaikan kilat, ia
menekan Sian thung Goan giap dengan Houw tauw kauw
dan menotok toya Goan im dan Goan giap dengan Poan
koan pit dan dengan meminjam tenaga itu, badannya
melesat keatas. Begitu kedua kakinya hinggap di atas
tembok, segera matanya menyapu kearah gerobolan pohon.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja beberapa cabang kecil masih bergoyang goyang,
tapi orang yang bersembunyi sudah tak kelihatan bayang-
bayangannya lagi. Sambil menggeram dan mengebas Sian thungnya Goan
giap bergerak untuk melompat keatas tembok "Jie wie
jangan merintangi aku. Mari kita ubar pembunuh itu!"
teriak Coei San. "Kau ..... dihadapanku kau berani membunuh orang !"
teriak Goan im dengan napas tersengal-sengal, "Apa
sekarang kau masih mau menyangkal". Beberapa kali Goan
giap coba melompat ke atas, tapi ia selalu kena dipukul
mundur. "Thio Ngo Hiap, kami bukan mau mengambil
jiwamu," kata Goan im. "Kau ikut saja kami ke Siauw lim
sie" "Benar-benar gila!" teriak Coei San. "Karena gara gara
kalian berdua yang sudah menghalang halangi aku,pembunuh itu telah berhasil melarikan diri. Sekarang
kamu berbalik mau mengajak aku ke Siauw Lim sie. Perlu
apa aku pergi ke Siauw Lim sie?"
"Supaya Hong thio kami dapat memberi keputusan,"
jawabnya. "Dengan beruntun kau sudah membinasakan tiga
orang murid kuil kami, ini adalah terlalu besar untuk
dibereskan oleh kami berdua."
Coei San tertawa dingin "Hm!" ia mengeluarkan suara di
hidung. "Sungguh percuma kamu berdua menjadi anggauta
dari Siauw lim Cap peh Lo han. Penjahat lari di depan
hidungmu, kamu masih belum tahu!"
"Sudahlah!" kata Goan im dengan suara menyesal dan
duka. "Biar bagaimanapun juga, hari ini kami tak akan
dapat melepaskan kau."
Mendengar tuduhan yang sangat hebat itu, semakin lama
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu jadi semakin gusar."Tay Soe" katanya sambil
tertawa dingin. "Jika kamu mempunyai kepandaian,
cobalah tangkap aku!" hampir berbareng dengan tantangannya, Goan giap menumbuk tanah dengan San
thungnya dan badannya segera melesat keatas. Coei San
pun melompat tinggi dan selagi tumbuhnya melayang
turun, bagaikan angin puyuh ia menyerang. Goan giap coba
menangkis, tapi dengan sekali balik Houw tauw kauw, ia
menggeres alis pendeta itu yang lantas saja mengucurkan
darah dan tumbuhnya ambruk ke bawah. Dalam serangan
itu, Coei San masih berlaku murah hati. Jika gaetan
tersebut diturunkan sedikit lagi kearah tenggorkan, jiwa
Goan giap tentu sudah melayang.
"Giap soeete!" teriak Goan im. "Apa kau terluka berat?"
"Tidak Jangan rewel! Hajarlah !" jawabnya dengan
kalap. Mendengar perkataan saudara seperguruannya. Goan im
segera menyerang sambil melompat lompat dan sesaat
kemudian, tanpa membalut luka nya, Goan giap pun segera
membantu. Melihat serangan-serangan yang sangat hebat
itu, Coei San mengerti, bahwa jika kedua pendeta tersebut
dapat , melompat ke atas tembok, ia bakal repot sekali.
pMaka itu, sambil mengempos semangat, ia segera
berkelahi dengan hati-hati dan menjaga supaya kedua
lawannya jangan sampai berdiri di tembok. Ketiga pendeta
dari tingkatan "Hoei" tidak berani maju, biarpun mereka
ingin sekali membantu. Thio Coei San mengerti bahwa untuk membersihkan
dirinya dari tuduhan yang sangat hebat itu, ia harus
menyelidiki dan membekuk pembunuh yang tulen. Ia tahu
bahwa dilangsungkannya pertempuran hanyalah akan
memperdalam sakit hati dan salah mengerti. Maka itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menggerakkan kedua senjatanya untuk menutup
serangan kedua pendeta itu, ia berseru keras dan mengenjot
tubuh. Tapi sebelum ia melompat tiba tiba terdengar bentakan
geledek, dan tembok yang sedang diinjaknya roboh
didorong orang. Sebelum kedua kakinya hinggap di bumi
seorang pendeta yang tubuhnya tinggi besar menerjang dan
coba merampas kedua senjatanya.
Di tempat gelap Coei San tak bisa lihat tegas muka
hweeshio itu, tapi melihat sepuluh jarinya yang dipentang
seperti gaetan, ia tahu, bahwa pendeta itu menyerang
dengan Houw jiauw kang (ilmu pukulan kuku harimau)
salah satu pukulan terlihay dari Siauw lim sie.
"Sim Soeheng!" teriak Goan giap. "Jangan kasih bangsat
ini lari" Semenjak turun dari Boe tong san, Thio Coei San jarang
bertemu dengan tandingan. Sesudah memiliki ilmu silat Ie
thian To liong, kepandaiannya jadi lebih tinggi lagi dan
nyalinya pun jadi lebih besar. Melihat serangan mati-matian
dari tiga pendeta itu ia jadi mendongkol bukan main dan
lantas saja timbul niatan untuk memperlihatkan kepandiannya. Ia segera menyelipkan kauw tauw kauw dan
Poan koan pit di pinggang nya dan membentak "Kalau mau
bertempur, ayolah! Biarpun Siauw lim Cap peh Lo han
turun semua, Thio Coei San sedikit pun tidak merasa keder"
Sesaat itu, tangan kiri Goan sim menyambar. Sambil
berkelit, ia menggerakkan tangannya "Bret!" tangan jubah
pendeta itu robek. Dengan gusar Goan sim coba
mencengkeram pundaknya, tapi sebelum kelima jarinya
menyentuh pundak, lututnya sudah ditendang Coei San.
Tapi diluar dugaan, dua kaki Goan sim luar biasa kuat,
sehingga biarpun kena tendangan jitu, badannya hanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergoyang-goyang dan tidak sampai roboh di tanah. Sambil
menggeram, tangan kanan nya menyambar, dan dengan
berbareng, Sian thung Goan im dan Goan giap menyabet
pinggang dan kepala. Coei San tak jadi bingung. Dengan
lompat tinggi ia menyelamatkan dirinya.
Sambil bertempur Coei San berkata dalam hatinya:
"Dalam beberapa tahun yang belakangkangan nama Boe
tong dan Siauw lim dikatakan berendeng dalam Rimba
Persilatan. Tapi yang mana lebih tinggi, yang mana lebih
rendah, sukar sekali dapat diukur. Biarlah hari ini aku
menjajal kepandaian pendeta Siauw Lim." Ia segera
mengempos semangat dan melayani ketiga lawan itu
dengan hati-hati. Sesudah lewat sekian jurus, biarpun
dikerubuti tiga, perlahan lahan ia berada di atas angin.
Sebenarnya, ilmu silat Siauw lim dan Boe tong
mempunyai keunggulan sendiri-sendiri. Boe tong pay
didirikan oleh Thio Sam Hong, seorang luar biasa pada
jaman itu. Tapi ilmu silat Siauw lim sie, dengan sejarah
seribu tahun lebih dan diperbaiki terus menerus, bukan
main hebatnya. Dalam pada itu, orang harus ingat, bahwa
dalam Boe tong pay, Thio Coei San termasuk sebagai Jago
kelas utama, sedang Goan im, Goan sim dan Goan giap
biarpun kedudukannya sebagai anggota Cap peh Lo han,
dalam kalangan Siauw lim sie ilmu silatnya baru mencapai
tingkatan kedua. Maka itu sesudah bertempur lama,
sebaliknya dari keteter, Thio Coei San jadi semakin gagah.
Sesudah lewat sekian jurus tagi, tiba tiba pemuda itu
menyerang dengan pukulan huruf "Liong" (naga).
Mendadak satu tangannya menangkap San-thung Goan
giap yang dengan menggunakan ilmu meminjam tenaga,
memukul tangan lalu disentaknya kearah toya Goan im.
"Trang !"Hebat sungguh bentrokan kedua toya itu. Tenaga
kedua pendeta itu yang sudah cukup hebat, ditambah lagi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tenaga Thio Coei San. Telapak-tangan Goan im dan
Goan giap terbeset dan mengeluarkan darah. Lengan
mereka kesemutan, sedang kedua Sian thung itu
melengkung. Dengan kaget, Goan sim menubruk untuk memberi
pertolongan. Melihat serangan nekat, Coei San mengengos
sambil mengggaet dengan kakinya dan menepuk punggung
pendeta itu. Tepukan itupun dikirim dergan ilmu
"Meminjam tenaga, memukul tangan" yaitu memukul
dengan menuruti tenaga Goan sim sendiri. Tanpa ampun,
pendeta itu terjungkel. Sambil tertawa dingin, Thio Coei San lantas saja berjalan
pergi, "Jangan lari kau!" terial Goan sim seraya melompat
bangun dan terus mengudak diikuti oleh kedua saudara
seperguruannya. Melihat pengejaran nekat, Coei San jadi bingung juga.
Tentu saja sama sekali bukan maksudnya untuk
mencelakakan mereka. Maka itu, ia segera mengempos
semangat dan lari dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan. Tapi ketiga pendata itu terus
mengubar sambil berteriak-berteriak.
Sembari lari Thio Coei San merasa geli didalam hati,
karena bagaimanapun juga, ketiga pangejar itu tak akan
bisa menyandak dirinya. Selagi enak lari, tiba-tiba terdengar
teriakan kaget dan kesakitan dan begitu menengok, ia lihat
ketiga pendeta itu menutupi mata kanan mereka dengan
kedua tangan, seperti kena senjata rahasia. "Orang she
Thio!" Hoan giap mencaci. "Jika kau mempunyai nyali,
butakanlah lagi mata kiriku!"


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Coei San kaget bukan main. "Apa mata kanannya
dibutakan orang dengan senjata rahasia?"tanyanya didalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati. "Siapa yang sudah membantu aku. Mendadak ia ingat
sesuatu dan lantas saja berteriak! "Cit tee !Cit tee! Dimana
kau?" Ia berteriak begitu karena ingat bahwa diantara
saudara-saudara seperguruannya Boh Seng Kok lah yang
paling pandai dalam ilmu menggunakan senjata rahasia.
Boh Cit hiap mahir menggunakan piauw, panah tangan,
paku, jarum, batu, Hoei hong sek dan lain-lain. Maka itu, ia
menduga, bahwa orang yang telah menimpuk mata ketiga
pendeta itu adalah adiknya yang paling kecil
Tapi sesudah memanggil beberapa kali, ia tak mendapat
jawaban, ia melompat masuk kegerombolan pohon-pohon
dipinggir telaga, tapi disitu pun ia tak lihat bayangan
manusia. Dilain pihak, sesudah seluruh matanya terluka, Goan
giap jadi kalap dan sambil berteriak-teriak ia melompat
untuk mengubar lagi. Tapi Goan im buru-buru menarik
tangan Soeteenya. ia mengerti, bahwa meskipun belum
terluka, mereka bertiga belum tentu dapat melawan musuh.
Sekarang, sesudah terluka, apapula luka itu dirasakan gatal
seperti kena senjata beracun keadaan mereka jadi lebih jelek
lagi dan tak usah harap bisa memperoleh kemenangan.
"Giap Soetee, " katanya dengan suara menghibur. "Dalam
usaha membalas sakit hati, orang tak perlu terlalu bernapsu.
Dalam urusan ini, andai kata kita bertiga mau menyudahi
saja, Hong thio dan kedua Soepeh sudah pasti tak akan
tinggal diam." Sementara itu, sesudah ternyata pengubaran atas dirinya
dihentikan, Coei San mulai memikiri kejadian barusan
dengan rasa heran yang sangat besar. "Aku suka
mengunggulkan ilmu mengentengkan badanku, tapi
kepandaian orang itu kelihatannya banyak lebih tinggi dari
padaku. Tapi siapa dia!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tak berani berdiam lama-lama lagi dipinggir telaga dan
lantas berjalan pulang kerumah penginapan. Tapi baru saja
berjalan puluhan tombak, sekonyong-konyong ia lihat
bergoyang-goyangnya rumput tinggi ditepi telaga. Ia tahu
bahwa disitu bersembunyi orang dan dengan hati-hati ia
mendekati. Baru saja ia ingin menegur, dari antara rumput-
rumput melompat keluar seorang yang terus membacok
kepalanya dengan golok sambil membentak: "Kalau bukan
aku, kau yang mampus!"
Dengan cepat Coei San mengegos dan mengirim
tendangan yang mengenakan jitu pergelangan tangan kanan
orang itu sehingga goloknya terbang dan jatuh diatas air.
Orang itu yang gundul kepalanya dan mengenakan jubah
pertapaan. Lagi-lagi seorang pendeta Siauw lim sie "Bikin
apa kau di sini?" bentak Coei San.
Tiba-tiba ia lihat 3 sosok tubub yang menggeletak tanpa
bergerak, entah sesudah mati, entah terluka berat didalam
rumput-rumputan tinggi. Tanpa menghiraukan lawannya ia
segera mendekati dan membungkuk. Begitu lihat, ia
terkesiap karena ketiga orang itu bukan lain daripada
pemimpin-pemimpin Liong boen Piauw kiok, yaitu Touw
Tay Kim, Ciok dan Soe Piauw tauw. "Touw Cong piauw
tauw!" serunya. "Kau !.... kau ..... " Perkataannya
diputuskan oleh melompatnya Touw Tay Kim yang seperti
orang edan lalu menyengkeram bajunya didada dan
mencaci:"Bangsat ! Aku hanya simpan tiga ratus tahil
perak, tapi kau sudah lantas berlaku begitu kejam."
"Ada apa?" tanya Coei San. Baru saja ia ingin
memberontak, mendadak ia melihat darah di ujung mata
dan mulut Cong Piauw tauw itu. Ia kaget bukan main.
"Kau mendapat luka dalam?" tanyanya.
Touw Tay Kim menengok ke pendeta itu dan berkata
dengan suara parau: "Soetee, kenalilah Orang ini Gin Kauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiat hoa Thio Coei San. Dia.... dialah pembunuhnya. Lekas
kau pergi ! . . lekas ! jangan kena dicandak olehnya . .".
Mendadak kedua tangannya membetot keras dan
kepalanya dibenturkan ke dada Thio Ngo hiap dengan
tujuan untuk mati bersama. Coei San mengangkat kedua
tangannya dan mendorong. "Bluk!", badan Touw Tay Kim
terpental dan jatuh terjengkang tapi bajunya sendiripun
menjadi robek. Thio Coei San adalah seorang yang tidak mengenal
takut. Tapi kejadian-kejadian malam itu dan paras muka
Touw Tay Kim adalah sedemikian menyeramkan, sehingga
bulu romanya bangun semua. Dengan hati berdebar-debar,
ia membungkuk untuk coba menolong, tapi Touw Tay Kim
sudah melepaskan napasnya yang penghabisan. Sesudah
mendapat luka berat, dorongan Coei San dan jatuhnya
ditanah telah menghabiskan jiwanya.
"Bangsat!" teriak sipendeta. "Kau!..... kau binasakan Soe
hengku !" Ia memutar badan dan terus kabur sekeras-
kerasnya. Coei San menghela napas panjang dan menggeleng
gelengkan kepalanya. Ia mendapat kenyataan, bahwa Ciok
dan Soe Piauw tauw, yang kakinya masuk kedalam air,
sudah mati lebih dulu. Bukan main rasa dukanya pemuda itu. Dengan Touw
Tay Kim, ia tak mempunyai permusuhan apapun juga. Ia
hanya merasa jengkel karena dalam mengantar Jie Thay
Giam, Cong piauw tauw itu sudah diabui orang dan
menyerahkan samkonya kepada kawanan orang jahat. Tapi
sekarang melihat kebinasaan yang begitu menyedihkan, ia
merasa sangat terharu dan kasihan. Untuk beberapa saat, ia
berdiri bengong. Tiba-tiba ia ingat perkataan Cong piauw
tauw itu yang mengatakan, "aku hanya menyimpan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tigaratus tahal emas, tapi aku sudah lantas berlaku begitu
kejam". Sebenar-benarnya, jangankan ia tak tahu hal itu,
sekalipun tahu, ia pasti tak akan sembarangan membunuh
orang. Ia segera membungkuk daa membuka buntalan yang
diikat dipunggung Cong piauw tauw itu. Benar saja, dalam
buntelan itu kedapatan beberapa potongan emas.
Coei San jadi bertambah duka. Ia ingat kesukaran dan
penderitaan seorang piauw tauw yarg mencari sesuap nasi
dengan melakoni perjalanan li (peep: ?"") dan setiap hari
hidup diujung senjata. Tujuan satu-satunya adalah
mengumpul sedikit uang untuk berjaga-jaga keperluan
dihari tua. Uang itu sekarang menggeletak disamping Touw
Tay Kim, tapi ia sudah tak dapat menggunakannya.
Mengingat begitu, ia menghela napas. Ia ingat pula, bahwa
ini malam, seorang diri ia telah mengalahkan tiga pendeta
Siauw lim sie sehingga namanya naik tinggi dalam Rimba
Persilatan. Tapi apa artinya itu semua" Pada akhirnya ia
dan Tuow Tay Kim tidak banyak bedanya, yaitu berpulang
ketempat baka. Tanpa merasa, sekali lagi ia melamun ditengah telaga.
Mendadak terdengar suara khim. Ia mengawas kearah
suara itu dan mendapat kenyataan, bahwa sastrawan yang
tadi minum arak seorang diri di dalam perahu, yang
sekarang yang menetik khim. Sesaat kemudian, dengan
menuruti irama tabuh-tabuhan itu, ia menyanyi:
"Mendapat ilham, tenaga pit seolah olah menggetarkan
Ngo gak, Syair rampung suara bersyair mencapai Ciang Cioe.
Kalau nama dan kemuliaan terus berdiri tegak,
Sangai Han soei seharusnya mengalir balik ke barat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laut." Coei San terkejut. Suara itu yang merdu dan nyaring,
seperti juga suara seorang wanita, sedang sajak mengenakan
jitu isi hatinya. Dilain saat, ia segera mengangkat kaki uatuk
meninggalkan tempat itu, karena, jika perahu itu mendekati
dan si sasterawan melihat ketiga mayat yang menggeletak
disitu, dia mungkin berteriak dan mengakibatkan datangnya
serdadu peronda. Tapi baru ia bertindak, sastrerawan itu
sekonyong-konyong menepuk khim dan berkata dengan
suara nyarirg: "Jika Heng tay (saudara) merasa senang
untuk pelesir diatas telaga, mengapa Heng tay tak mau naik
kesini?". Sambil berkata begitu, ia mengebas tangannya dan
tukang perahu yang duduk dikemudi lantas saja menggayu
perahu itu ketepi telaga.
"Orang itu sedari tadi sudah belada diatas telaga
sehingga mungkin sekali aku akan bisa mendapat
keterangan berharga dari mulutnya," pikir Coei San yang
lalu turun dipinggir air. Begitu perahu itu datang dekat, ia
segera melompat kekepala perahu.
Dengan ilmu mengentengkan badannya yang sangat
tinggi, lompatannya itu sedikitpun tidak menggoncangkan
badan perahu. Sisasterawan bangun berdiri dan sambil
tersenyum, ia menyoja, akan kemudian menunjuk kursi
supaya tamunya duduk. Dengan pertolongan sinar tengtoleng Coei San mendapat
kenyataan bahwa sastrawan itu kulitnya putih bagaikan
susu dan pantasnya cantik ayu, sedang waktu ia bersenyum
pada pipi kirinya yang agak kurus tertampak sebuah sujen.
Dipandang dari jauh, ia kelihatannya seperti seorang
tongcoe yang tampan, tapi dilihat dari dekat, ia adalah
seorang wanita muda belia yang mengenakan pakaian
lelaki. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebagai murid Thio Sam Hong, Coei San telah diajar
untuk mentaati sopan santun dan memegang keras
peraturan pada jaman itu, mengenai pergaulan antara pria
dan wanita. Selama malang melintang dalam dunia Kangouw,
Butong Cit hiap belum pernah dibikin mabok oleh
kecantikan wanita. Maka itulah, setelah mengetahui, bahwa sasterawan itu
adalah seorang wanita, parasnya lantas saja berubah merah
dan begitu bangun berdiri, ia segera melompat balik
kedaratan. Sambil menyoja ia berkata dengan sikap
menghormat: "Aku yang rendah tak tahu, bahwa nona
adalah seorang wanita yang menyamar sabagai pria. Untuk
kelancanganku, harap nona sudi memaafkan."
Tusuk Kondai Pusaka 8 Putri Ular Putih Karya Zhang Hen Shui Panji Sakti ( Jit Goat Seng Sim Ki) 8
^