Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 5

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 5


Tanpa menjawab, nona itu memetik khin seraya
bernyanyi "Kejengkelan menghilangkan kegembiraan,
kesepian menimbulkan kedukaan.
Terbang berputaran, memandang ketempat jauh.
Mencekal pedang, melompat ke atas perahu."
Mendengar nyanyian itu, yang mengundangnya untuk
kembali keperahu, Coei San berkata di dalam hati: "Malam
ini aku telah bertemu dengan banyak soal sulit. Nona itu
rupanya dapat membantu aku dalam usaha mencuci bersih
segala tuduhan yang tidak-tidak." Memikir begitu ia lantas
saja bergerak untuk melompat kembali ke perahu.
Tapi ia lantas mendapat lain ingatan. "Ah! Aku belum
mengenalnya dan ia begitu cantik," pikirnya. "Jika aku
membuat pertemuan di tengah malam buta, namanya yang
suci bersih bisa ternoda."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi bersangsi, tiba-tiba ia dengar suara penggayu
memukul air, dan perahu itu sudah bergerak ketengah
telaga. Dilain saat terdengar bunyi khim yang diiring
dengam nyanyian seperti berikut;
"Malam ini kuhilanag kegembiraan,
Besok malam, belum ada ketentuan.
Dibawah Liok ho tah, Yanglie melambai, perahu menunggu,
Pemuda kesatria, Apa sudi datang kesitu ?"
Semakin lama perahu jadi semakin jauh, sedang
nyanyian itu pun semakin sayup kedengarannnya, sinar
tengloleng kelihatan seperti sebutir kacang dan kemudian
menghilang dari pemandangan.
Pengalaman Thio Coei San pada malam itu sungguh-
sungguh luar biasa. Disaat ini, dia
menghadapi pembunuhan, mayat dan pertempuran disaat lain, ia
bertemu dangan wanita cantik, khim dan nyanyian merdu.
Lama juga ia berdiri ditepi telaga, seperti orang hilang
ingatan. Kemudian sambil menghelan napas, dengan
tindakan lesu ia kerumah penginapan.
Pada esok harinya, pembunuhan hebat digedung Liong
boen Piauw kiok dan ditepi telaga telah menggemparkan
seluruh kota Lim an. Thio Coei San yang gerak geriknya
lemah lembut seperti seorang sasterawan tentu saja tidak
dicurigai. Hari itu, dari pagi sampai sore, ia ber putar-putar
dipasar pasar dikelenteng-keleteng dalam usaha mencari Jie
Lim Coe dan Boh Seng Kok. Tapi jangankan orangnya,
sedangkan tanda tandanyapun yang biasa ditaruh disepanjang jalan jika Boe tong Cit hiap sedang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manjalankan tugas tak kelihatan.
Sesudah mata hari mendoyong kebarat, mau tak mau, ia
ingat nyanyian nona cantik itu yang selalu terbayang
didepan matanya. "Jika aku berlaku sopan, halangan apa
aku menemuinya?" katanya di dalam hati, "Memang
alangkah baiknya jika Jieko dan Cit tee berada disini dan
bisa turut serta. Ya, aku mesti bertemu dengan nona itu.
Dia adalah orang satu-satunya yang bisa ditanyakan
olehku." Sesudah mengambil keputusan, buru-buru ia
menangsal perut dan lalu berangkat kepagoda Liok ho tah.
Liok ho tah berada ditepi Sungai Cian tongkang dan
tempat itu terpisah agak jauh dari kota Lim an sehingga
walaupun Thio Coei San menggunakan ilmu mengentengkan badan, waktu tiba di Liok ho tan, siang
sudah terganti dengan malam.
Dari jauh ia sudah lihat, bahwa disebelah timur pagoda
itu terdapat tiga pohon yanglioe dan dibawah pohon
tertambat sebuah perahu kecil. Perahu perahu disungai itu
kebanyakan menggunakan layar dan bentuknya banyak
lebih besar daripada perahu pelesir ditelaga See ouw. Tapi
perahu yang berada di bawah pohon yanglioe, tiada
bedanya dengan perahu semalam dan dikepala perahu
tergantung sebuah tengloleng.
Jantung pemuda itu, memukul keras dan sesudah dapat
menenteramkan hatinya, barulah ia mendekati pohon
yanglioe itu. Dikepala perahu kelihatan berduduk seorang
wanita yang mengunakan baju muda. Ternyata nona itu
tidak menyamar lagi sebagai pria.
Waktu berangkat dari rumah penginapan, Coei San
bertekad untuk menemui sinona dan menanyakan urusan
semalam. Tapi sekarang, melihat nona itu memakai
pakaian perempuan, hatinya bersangsi lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong sinona mendongak dan mengucapkan sebuah sajak:
"Memeluk lutut dikepala perahu,
Sambil menunggu seorang tamu.
Angin meniup, ombak bergoyang.
Duduk melamun, pikiran meiayang."
"Aku yang rendah, Thio Coei San, ingin menanyakan
sesuatu kepada nona," kata pemuda itu dengan suara
nyaring. "Naiklah keperahu," mengundang Sinona.
Dengan gerakan yang indah Coei San melompat ke atas
"Kemarin awan hitam menutupi langit dan bulan tak
muncul," kata nona itu. "Malam ini langit bersih, lebih
menyenangkan daripada kemarin." Suaranya merdu dan
nyaring tapi ia bicara sambil mengawasi langit.
"Apakah boleh ku tahu she nona yang mulia?" tanya
Coei San sambil membungkuk.
Mendadak Sinona menengok dan matanya kedua yang
bening menyapu muka itu. Tapi ia tak menjawab
pertanyaan orang. Pemuda itu jadi kemalu-kemaluan. Tanpa berani
mengeluarkan sepatah kata lagi, ia memutar badan dan lalu
melompat kedaratan dan berlari-lari. Sesudah lari beberapa
puluh tombak, ia menghentikan tindakannya. "Coei San!
Coei San !'" Ia mengeluh "Kau dikenal sebagai seorang
gagah yang selama sepuluh tahun didunia Kang ouw tidak
mengenal apa artinya takut. Tapi mengapa begitu
berhadapan dangan seorang wanita, kau lari terbirit birit ?"
Ia menengok dan melihat perahu si nona maju perlahan-
lahan disepanjang pingiran sungai, dengan menuruti aliran
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
air. Dengan hati ber debar-debar, ia lalu berjalan
disepanjang gili gili, berendeng dengan perahu, sedang nona
itu sendiri masih tetap duduk dikepala perahu sambil
memandang langit. Sesudah berjalan beberapa lama, tanpa merasa Coei San
dongak mengawasi rembulan yang sedang dipandang
sinona. Tiba-tiba di sebelah timur laut muncul segumpal
awan hitam. Benar juga orang kata, angin dan awan tak
dapat ditaksir kedatangannya. Dengan cepat, awan itu
bergerak dan meluas. Tak lama kemudian, rembulan sudah
tertutup awan hitam dan berbareng dengan turunnya angin,
hujan gerimis mulai turun.
Ketika itu, Coei San sedang berjalan digili-gili yang
berdampingan dengan sebidang tanah lapang dan disekitar
itu tak ada tempat meneduh. Tapi pemuda yang sedang
was-was itu pun tidak ingin cari tempat meneduh.
Walaupun yang turun hanya gerimis, lama-lama pakaian
Coei San basah juga. Ia melirik sinona yang juga masih
tetap duduk dikepala perahu, dengan tak menghiraukan
serangan hujan. Tiba-tiba ia tersadar.
"Nona, masuklah! Apa kau tak takut basah?" teriaknya.
"Ah!" nona itu mengeluarkan seruan tertahan sambil
bangun berdiri. "Eh, apa kau juga tak takut basah ?"
Sehabis berkata begitu, ia masuk kegubuk perahu dan
keluar pula dengan tangan mencekal payung, yang lalu
dilontarkan kearah pemuda itu. Coei San menyambuti dan
lalu membukanya. Diatas payung terdapat lukisan
pemandangan alam yang sangat indah: gunung, air dan
beberapa pohon yanglioe, sedang diatas gambar terdapat
huruf-huruf seperti berikut: "Sia hong see ie poet hie kwi."
Payung Hangcioe memang biasa ada lukisannya. Tapi
tulisan seperti itu, yang banyak terdapat pada barang pecah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belah keluaran Kangsay, adalah sedikit luar biasa. Dengan
rasa kagum, Coei San membaca huruf-huruf itu, yang
walaupun masih kurang bertenaga sangat indah ayu dan
mengunjuk jelas sebagai buah kalam seorang wanita.
Dengan mata mengawasi tulisan itu, ia berjalan terus
sehingga ia tak lihat sebuah solokan kecil yang melintang
ditengah jalan. Tiba-tiba saja kakinya menginjak tempat
kosong dan jika ia seorang biasa, ia pasti terjungkal
kedalam solokan itu. Tapi Thio Coei San bukan orang
biasa. Sedang kaki kanannya kejeblos, kaki kirinya sudah
menotol pinggir solokan dan badannya meleset kedepan,
sehingga ia hinggap diseberang dengan selamat.
"Bagus!" memuji sinona.
Coei San menengok dan melihat nona itu berdiri di
kepala perahu dengun memakai tudung. Pakaiannya
berkibar-kibar ditiup angin dan disambar hujan gerimis,
sehingga dipandang dari kejauhan, ia seolah-olah seorang
dewi. "Apakah tulisan dan lukisan diatas payung itu cukup
berharga untuk dilihat oleh Thio Sianseng?" tanya sinona.
"Huruf-huruf ini ditulis menurut Soe hoat (sari menulis)
dari Wie Hoejin," jawabnya. "Biarpun coretannya agak
pendek, artinya panjang. Huruf huruf ini sudah cukup
indah". Mendengar pengertian pemuda itu akan seni menulis dan
pujian yang diberikan kepadanya, sinona jadi girang.
"Dalam tujuh huruf itu, huruf 'poet' yang paling jelek."
katanya. Coei San mengawasi pula tulisan itu seraya berkata:
"Tulisan cukup wajar, hanya kurang memperlihatkan arti
yang tergenggam dalam huruf itu. Berbeda dengan enam
huruf lainnya yang sangat indah dan tidak membosankan."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," kata sinona "Sudah lama aku merasa bahwa
dalam huruf itu terdapat kekurangan itu. Sesudah Sianseng
menjelaskan, barulah aku mendusin."
Perahu terus laju kealiran sebelah bawah, sedang Thio
Coei San terus mengikuti sambil omong omong tentang seni
menulis. Tanpa merasa mereka sudah melalui belasan li dan
siang sudah terganti dengan malam. Tiba-tiba sinona
berkata: "Benar juga dikatakan orang, bahwa bicara
semalaman dengan seorang pandai, banyak lebih berfaedah
daripada membaca buku sepuluh tahun. Terima kasih
banyak untuk keteranganmu, dan di sini saja kita
berpisahan," Sehabis berkata begitu, ia memberi isyarat
dengan tangannya dan layar perahu lantas saja naik dengan
perlahan. Sesudah layar terpentang perahu itu lantas saja
laju dengan pesatnya. Dengan mata mendelong, Coei San
mengawasi perahu sinona yang semakin lama jadi semakin
jauh. Sekonyong konyong, sayup-sayup ia dengar teriakan
sijelita: "Aku she In. Dilain hari, aku akan meminta
pelajaran lagi." Mendengar kata kata "aku she In", pemuda itu terkesiap.
Ia ingat keterangan Touw Tay Kim, bahwa orang yang
menyuruhnya untuk mengantar kan Jie Thay Giam ke Boe
tong san adalah seorang sasterawan tampan yang mengaku
she In. Apakah sasterawan she In itu sinona adanya"
Memikir begitu, tanpa memperdulikan lagi soal
pembatasan pergaulan antara pria dan wanita, ia segera
mengempos semangat dan mengubar dengan menggunakan
ilmu mengentengkan badan. Ia sudah menyandak. "In
Kouwnio!" teriaknya. "Apakah kau kenal Jie Samko Jie
Thay Giam?" Nona itu menengok tanpa menjawab. Lapat-lapat Coei
San seperti mendengar suara hela napas panjang. "Nona
ada beberapa soal yang kuingin tanya," teriaknya pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Soal apa?" sinona balas tanya.
"Apakah kau yang sudah minta Liong boen Piauw kiok
mengantar Jie Samko ke Boe tong san?", tanya Coei San.
"Tapi apa Kouwnio tahu, bahwa sesudah tiba di Boe tong
san, Jie Samko telah dianiaya orang ?"
"Untuk kejadian itu, aku sungguh merasa sangat
menyesal," jawabnya.
Sedang mereka tanya jawab, angin turun semakin besar
dan perahu laju semakin cepat. Tapi dengan memiliki G in
kang yang sangat tinggi, Coei San tetap bisa lagi berendeng.
Dilain pihak, setiap perkataan sinona yang di ucapkan
secara biasa diantara hujan dan angin, dapat didengar tegas
oleh Thio Coei San dan hal itu membuktikan bahwa iapun
mempunyai Lwekang yang tinggi.
Semakin jauh, permukaan Sungai Cian tongkang kang
jadi semakin luas dan hujan angin pun turun semakin hebat.
"In Kouwnio, puluhan jiwa dalam Liong boen Piauw kiok


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah dibinasakan orang." teriak Coei San. "Apa kau tahu
siapa pembunuhnya?" "Aku telah memberitahukan Touw Tay Kim bahwa dia
harus hati hati mengantar Jie Samhiap pulang ke Boe tong."
sahutnya. "Kalau dia gagal...."
"Kau akan membasmi seluruh keluarge piauw kiok,
sekalipun ayam dan anjing tidak diberi ampun."
menyambung pemuda itu. "Benar." katanya. "Dia tak bisa melindungi Jie Samhiap
dan segala kejadian berikutnya adalah salahnya sendiri."
Coei San mencelos hatinya. Ia menggigil seperti disiram
air es. Dengan mata membelalak, ia berteriak: "Kalau
begitu, semua orang digedung itu telah.... telah...."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dibunuh olehku," menyambungi si nona.
Mata pemuda itu ber-kunang2. Mimpi pun ia tak pernah
mimpi, bahwa wanita yang begitu cantik ayu adalah si
pembunuh kejam. Lewat beberapa saat, sesudah menenteramkan hatinya, barulah ia dapat membuka suara
lagi: "Siapa yang bunuh dua hweeshio Siauw lim sie itu?"
"Aku," jawabnya dengan tenang. "Sebenarnya aku tidak
berniat menanam bibit permusuhan dengan Siauw lim sie,
akan tetapi karena mereka berlaku kurang ajar, aku tak
dapat mengampuninya.."
"Tapi.... tapi kenapa semua kesalahan ditumpuk diatas
pundakku?" tanya pula pemuda itu.
Si nona be-senyum. "Akulah yang sengaja mengatur
begitu!" jawabnya. Darah Thio Coei San bergolak-golak, ia merasa dadanya
seperti mau meledak "Kau yang sengaja mengatur begitu"
Supaya mereka sakit hati kepadaku?" teriaknya dengan
suara kalap. "Tak salah," jawabnya sambil tertawa.
"mengapa kau berbuat begitu, sedang kau dan aku sama
sekali tidak bermusuhan?" Coei San berteriak pula.
Si nona tidak menjawab. Tiba-tiba sambil mengebas
tangan bajunya, ia melompat masuk dalam gubuk parahu.
Coei San tentu saja tak mau mengerti. Ketika itu perahu
terpisah belasan tombak dari tepi sungai dan ia tak dapat
mencapainya dengan satu lompatan. Dengan kegusaran
meluap-luap, ia menghantam satu pohon dan mematahkan
dua cabang yang agak besar. Sambil melontarkan satu
antaranya ketengah sungai kearah perahu itu, kakinya
menotol tanah dan badannya melesat bagaikan anak panah.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu hinggap, kaki kirinya menotol cabang itu dan
tubuhnya kembali melesat beberapa tombak jauhnya,
sembari melontarkan cabang yang satunya lagi. Seperti tadi,
kaki kanannya menotol cabang itu dan bagaikan seekor
burung, ia hinggap diatas kepala perahu. "Hei !" bentaknya.
"Bagaimana kau melakukan perbuatanmu itu?"
Tapi dari dalam gubuk itu tidak terdengar jawaban. Ia
sangat ingin menerjang masuk, tapi sebisa-bisa ia menahan
sabar, karena merasa, bahwa perbuatan itu adalah tidak
sopan. Sekonyong-konyong lilin dalam gubuk menyala terang.
"Masuklah!" undang si nona.
Sesudah merapikan pakaiannya, Coei San bertindak
masuk. Mendadak ia kaget, karena dalam gubuk itu
kelihatan berduduk seorang pemuda yang mengenakan
thungsha hijau dan topi empat persegi, sedang tangan
kanannya menggoyang-goyang kipas. Ternyata, dalam
sekejap si nona sudah menukar pakaian lelaki dan dalam
pakaian begitu, ia kelihatannya mirip sekali dengan Thio
Ngohiap. Tadi Coei San menanya, bagaimana ia telah berlaku
sehingga, pendeta-pendata Siauw lim sie menduga, bahwa
pembunuhan itu dilakukan olehnya. Tanpa menjawab,
nona In telah memberi jawaban. Dengan mengenakan
pakaian sasterawan, ditempat yang agak gelap, sukar sekali
akan orang membedakan yang mana si wanita. Maka itu
tidaklah heran jika Hoei hong dan Touw Tay Kim
menuduh padanya. "Thio Ngohiap, duduklah," mengundang si nona sambil
menuang teh disebuah cangkir. Ia mengangsurkan cangkir
itu seraya berkata: "Sungguh menyesal aku tak punya arak
untuk disuguhkan kepada Ngohiap."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penyambutan yang sangat ramah tamah itu memaksa
Coei San menahan hawa amarahnya. "Terima kasih,"
katanya sambil membungkuk.
Melihat pakaian pemuda itu basah kuyup sinona berkata
pula: "Dalam perahu ini aku masih mempunyai seperangkat
pakaian laki-laki. Ngohiap boleh pergi kebelakang untuk
menukar pakaian yang basah itu."
"Tak usah," sahutnya sambil menggelengkan kepala. Ia
lantas saja mengerahkan Lweekang dan hawa panas segera
mengalir di seluruh badannya, sehingga tak lama kemudian
pakaian yang basah itu menjadi kering.
"Aku tak ingat, bahwa Lweekang Boe tong pay luar biasa
tinggi," kata si nona sembari bersenyum. "Dengan
menyuruh menukar pakaian, siauw moay benar-benar
berpandangan sempit."
"Bolehkah aku mendapat tahu partai nona?" tanya Coei
San. Mendengar pertanyaan itu, si nona memandang keluar
jendela, alisnya berkerut dan pada paras mukanya
tertampak sinar kedukaan.
Melihat perubahan itu, Coei San tidak berani mendesak
lagi. Lewat beberapa saat, barulah ia berkata pula: "Nona,
siapakah yang menganiaya Jie Samko" Bolehkah kau
memberitahukan aku?"
"Bukan saja Tauw Tay Kim, tapi akupun sudah kena
diakali," jawabnya, "Sebetulnya aku mengingat bahwa Boe
tong Cit hiap adalah pendekar-pendekar yang gagah tampan
dan tidak bisa jadi beroman begitu kasar."
Mendengar jawaban yang menyimpang, yang menyebut-
nyebut "gagah tampan", Coei San mengerti bahwa sinona
tengah memuji dirinya dan hatinya lantas saja berdebar-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
debar, sedang mukanya berubah merah.
Sesaat kemudian, nona In menghela napas sambil
menggulung tangan baju kirinya. Coei San buru buru
menunduk, ia tak berani mengawasi lengan yang putih itu.
"Apa kau kenal senjata rahasia ini?" tanya si nona.
Mendengar perkataan "senjata rahasia", Coei San
mengangkat kepala dan melihat tiga batang piauw baja kecil
yang menancap dilengan kiri dan
diseputar senjata rahasia itu terlihat warna hitam seperti
air bak. Panjangnya piauw itu hanya satu setengah dim dan kira-
kira satu dim masuk kedalam daging sedang buntut piauw
yang menonjol keluar berbentuk bunga bwe. Coei San
terkejut dan berseru sambil bangun berdiri: "Ah ! Bweehoa
piauw dari Siauw limsie. Mengapa berwarna hitam?"
"Tak salah," kata sinona. "Bwee hoa piauw dari Siauw
lim sie. Piauw itu mengadung racun."
"Siauw lim sie adalah partai persilatan yang ternama,
sehingga menurut pantas tak mungkin orang Siauw lim sie
menggunakan senjata rahasia beracun." kata Coei San.
"Tapi piauw itu adalah senjata yang hanya dapat digunakan
oleh orang Siauw lim sie."
"Aku juga merasa sangat heran," kata nona itu.
"Sebagaimana dikatakan oleh gurumu, hancurnya tulang
tulang Soehengmu juga adalah akibat cengkeraman Kim
kongcie, yaitu ilmu istimewa dati Siauw limsie."
Coei San terkejut. Keterangan gurunya hanya didengar
oleh saudara-saudara seperguruannya. Bagaimana nona itu
dapat mengetahuinya" "Nona, apakah kau pernah bertemu
dengan Jie Soeko Jie Lian Cioe dan Cit tee Boh Seng Kok?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanyanya dengan tergesa-gesa.
Sinona menggelengkan kepala. "Aku hanya bertemu satu
kali dengan mereka di Boe tong," jawabnya.
Bukan main rasa herannya Coei San, "Apa nona pernah
datang di Boe tong?" tanyanya. "Mengapa aku tak tahu" ...
Nona, sudah berapa lama kau kena piauw itu" Kau harus
cepat cepat mencari obat." Waktu berkata begitu, paras
mukanya mengunjuk rasa kuatir
"Sudah duapuluh hari lebih," jawabnya dengan suara
berterimakasih, "Aku sudah menggunakan obat untuk
menahan mengamuknya racun itu, sehingga untuk
sementara waktu, aku masih dapat mempertahankan diri.
Tapi aku tidak berani mencabutnya, sebab kuatir, begitu
tercabut, racun akan menjalar kelain bagian tubuh dengan
mengikuti aliran darah."
Pemuda itu mengerti, bahwa dalam usaha menahan
menjalarnya racun, seseorang bukan saja harus menelan
obat mustajab, tapi juga harus memiliki Lweekang yang
sangat tinggi. Dilihat romannya, nona itu baru berusia kira-
kira delapanbelas tahun dan bahwa ia sudah mempunyai
Lweekang yang sedemikian tinggi, adalah kenyataan yang
sangat mengagumkan. Tanpa merasa ia berkata dengan
suara terputus-putus "Nona .... sesudah duapuluh hari lebih
.... kukuatir. .dibelakang hari, pada kulitmu akan terdapat
.... terdapat bekas-bekas yang tak akan hilang....."
Sebenarnya apa yang dikuatirinya yalah: jika, racun itu
mengeram terlalu lama, sinona mungkin tak akan dapat
menggunakan tangan kirinya lagi.
Mendengar perkataan Coei San, air mata sinona
berlinang-linang dikedua matanya. "Aku sudah berusaha
sedapat mungkin...." - katanya dengan suara peralahan
"Semalam aku sudah menggeledah badannya pendeta
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta Siauw lim itu, tapi tak bisa mendapatkan obat
pemunah.... Lengan ini tak akan dapat digunakan lagi."
Sambil berkata begitu perlahan-lahan ia menurunkan
tangan jubahnya. "Rasa kesatrian Thio Coei San lantas saja tampil
kemuka. "In Kouwnio," katanya dengan suara tetap.
"Apakah kau percaya aku" biarpun Lwee kangku masih
sangat cetek. kupercaya masih dapat membantu kau dalam
usaha mengeluarkan racun itu diri dalam lenganmu."
Nona In tertawa dan pada pipinya terlihat sujen yang
sangat manis. Ia kelihatan girang dan paras mukanya
berseri-seri. "Thio Ngo hiap," katanya, "Dalam hatimu
terdapat banyak sekali pertanyaan dan kesangsian. Biarlah
lebih dulu aku memberikan keterangan yang sejelas-
jelasnya, supaya sesudah menolong aku, kau tidak akan
merasa menyesal." "Mengobati sakit dan menolong manusia adalah tugas
orang-orang Rimba Persilatan," kata Coei San dengan suara
nyaring. "Bagaimana aku bisa menyesal?"
"Sudah duapuluh hari lebih racun itu mengeram dalam
badanku, sehingga sekarang kita tak perlu terlalu tergesa-
gesa," kata sinona sambil tersenyum. "Biarlah kau dengar
dulu penuturanku. Hari ini sesudah menyerahkan Jie Sam
hiap kepada Liong boen piauw kiok, aku sendiri diam-diam
menguntit dari belakang. Benar saja, disepanjang jalan
beberapa orang ingin turunkan tangan jahat terhadap Jie
Sam hiap, tapi semuanya sudah dipukul mundur olehku.
Kejadian itu sama sekali tidak diketahui oleh Tauw Tay
Kim." Thio Coei San lantas saja mengangkat kedua tangannya
"Budi nona yang sangat besar tak akan dilupakan
oleh segenap murid Boe tong pay," katanya sambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyoja. "Jangan terburu napsu menghaturkan terimakasih
kepadaku," kata nona In sambil bersenyum. "Sebentar kau
bisa membenci aku." Coei San terkejut, Ia tak mengerti apa yang dimaksudkan
sinona. "Sepanjang jalan," ia melanjutkan penuturannya "Hari
ini aku menyamar sebagai petani, lain hari sebagai saudagar
dan terus membuntuti dari belakang. Tak dinyana, sesudah
tiba di Boe tong baru terjadi peristiwa yang menyedihkan"
"Apakah nona lihat enam penjahat itu?" tanya Coei San
sambil mengertak gigi. "Touw Tay Kim benar-benar tolol.
Dia tak dapat memberikan keterangan apapun jua tentang
asal usul enam penjahat itu."
"Bukan saja lihat, aku malah sudah bertempur dergan
mereka," jawabnya. "Tapi akupun tolol. Aku juga tak tahu
asal usul mereka." Sesudah mengirup teh, ia berkata pula:
"Pada waktu enam orang itu turun dari atas gunung dan
bicara dengan Touw Tay Kim, aku mengawasi dari sebelah
kejauhan. Kudengar Cong piauw tauw itu menggunakan
istilah Boe tong Liok hiap dan merekapun menerima baik
panggilan itu. Sesudah mereka menerima kereta Jie Sam
hiap, dari tangan rombongan piauw kiok, aku anggap,
urusan sudah selesai dan aku menahan kuda dipinggir jalan,
membiarkan lewatnya rombongan Touw Tay Kim,
Tapi dilain saat, aku terkesiap karena melihat sesuatu
ang tidak masuk di akal. Siauw moay menganggap Boe
tong Cit hiap saling menyintai seperti saudara saudara
kandung sendiri. Menurut pantas, mereka ramai-ramai
harus menengok Jie Sam hiap yang rebah di kereta dengan
terluka berat. Tetapi kenyataannya, hanya seorang yang


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melongok kedalam kereta, sedang yang lainnya tidak mau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil perduli. Bukan saja begitu, paras muka mereka
malahan menggunjuk perasaan girang dan sambil berteriak
teriak, mereka mengikuti di belakang kereta. Itulah kejadian
yang sangat mencurigakan sebab sangat tidak masuk akal.
"Tidak salah pendapat noda" kata Coei San sambil
mengangguk beberapa kali.
"Semakin lama, hatiku jadi semakin tak enak," si nona
berkata pula. "Aku segera mengubar dan menanyakan
nama mereka. Mereka ternyata mempunyai mata yang
cukup tajam. Sekelebatan, mereka sudah tahu, bahwa aku
adalah seorang wanita yang menyamar sebagat pria. Aku
mencaci mereka sebagai manusia rendah yang sudah
menggunakan nama Boe tong Cit hiap dan merampas Jie
Sam hiap dengan tipu busuk. Aku segera menerjang dan
dilayani oleh seorang pemuda kurus yang berusia kurang
lebih dua puluh tahun dengan dikawani oleh seorang too
soe yang berdiri dipinggiran sedang empat kawannya yang
lain berjalan sambil menggiring kereta.
Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata lagi
"Diluar dugaan, pemuda kurus itu sangat lihay dan
dalam tigapuluh julUs, aku belum dapat menjatuhkannya.
Mendadak imam yang berdiri di pinggiran mengayun
tangan kirinya dan tiga batang piauw menancap
ditanganku. "Begitu kena, lenganku sakit sakit gatal. Aku gusar dan
kegusaranku di tambah dengan perkataan sikurus yang
sangat kurang ajar, yang sesumbar ingin menangkap aku.
Aku segera membalas dengan tiga batang jarum dan
ahirnya berhasil meloloskan diri" Berkata sampai disitu,
muka sinona bersemu merah. Mungkin sekali sikurus yang
dikatakan kurang ajar telah mengeluarkan kata-kata yang
tak sopan. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melepaskan Bwee hoa piauw dengan tangan kiri banyak
lebih sukar daripada dengan tangan kanan," kata Coei San,
"Tapi mengapa murid Siauw lim pay mengenakan pakaian
toosoe" Apa dia menyamar?"
Nona In tersenyum. "Kalau toosoe mau menyamar
sebagai hweeshio, dia harus menyukur rambut," katanya.
"Banyak lebih mudah kalau hwee shio menyamar sebagai
toosoe. Sudah cukup jika dia memakai topi toojin"
Pemuda itu mengangguk sambil bersenyum.
"Aku mengerti, bahwa pada waktu itu aku tak bisa
berbuat banyak," kata pula nona In. "melawan pemuda
kurus itu saja, aku belum bisa menang, apalagi jika
ditambah dengan siimam, yang kelihatannya lebih lihay
lagi. Aku yakin, biar bagaimanapun aku tak akan dapat
melawan enam orang itu."
Coei San membuka mulutnya, tapi ia tak dapat
mengeluarkan sepatah kata.
"Aku tahu apa yang dipikir olehmu," kata sinona. "Kau
tentu ingin mengatakan mengapa kau tak mau naik ke Boe
tong dan memberitahukan hal itu pada kami " Bukankan
kau ingin menanya begitu " Hai! Sebabnya adalah karena
aku tak boleh naik ke Boe tong! Kalau dapat maju sendiri,
perlu apa aku minta bantuan Touw Tay Kim untuk
mengantar Jie Samhiap " Aku merasa sangat bingung dan
tak tahu harus berbuat bagaimana. Selagi berjalan dengan
rasa sangsi, mendadak aku lihat kau yang sedang bicara
dengan Touw Tay Kim. Belakangan, dengan mengikuti
rombongan piauwkiok itu aku turut naik ke Boe tong.
Dalam kekalutan dan kedukaan, orang tidak memperhatikan diriku. Kalian menganggap aku sebagai
anggauta piauw hang, sedang rombongan Liong boen
Piauw kiok menganggap aku sebagai orang Boe tong pay."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba sipemuda ingat sesuatu "Aha!" serunya. "Hari
itu kau menyamar sebagai tukang kereta, bukan"
Tudungmu ditekan kebawah sampai hampir menutupi
muka." "Sungguh lihay mata Thio Ngo hiap," jawab si nona
sambil tertawa. "Jika waktu itu kau tidak dilipati kegusaran
dan kesedihan, mungkin sekali rahasiaku sudah diketahui
olehmu. Tapi aku tak dapat mengabui mata Song Toa
hiap?" "Toa soeko kenali kau?" menegas Coei San dengan rasa
heran. "Tapi ia tak mengatakan apapun jua kepada kami,"
"Song Toahiap sangat sopan dan luhur pribudinya."
memuji sinona In. "Kepadakupun ia tidak megatakan
sesuatu apa. Hanya pada waktu memberikan kamar-kamar
kepada rombongan piauw kiok, ia sengaja menunjuk
sebuah kamar terpisah untukku sendiri."
"Ya, Toa soeko memang begitu", kata Coei San dengan
rasa hormat terhadap kakak seperguruannya itu.
"Belakangan, bersama rombongan Touw Tay Kim aku
turun gunung" kata sinona: "Aku telah menyaksikan, cara
bagaimana kau sudah paksa mereka muntahkan lagi
duaribu tahil emas itu, untuk menolong rakyat yang
tertimpa bencana alam. Thio ngohiap, kau royal sekali
dengan orang lain. Uang itu adalah uangku,"
Coei San tertawa geli. "Biarkan atas nama rakyat yang
menderita, aku menghaturkan banyak banyak terima kasih
kepadamu," katanya. "Hm ! Kalau uang sudah berada dalam tangan orang-
orang temaha, mana mereka sudi muntahkan seanteronya?"
kata pula nona In. "Hanya karena nama Thio Ngohiap
terlalu besar, maka mereka tidak berani tidak muntahkan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku tahu diam diam mereka menyimpan tigaratus tahil.
Sesudah kembali kesini aku segera minta pertolongan orang
untuk memeriksa luka ini. Ada yang kata, bahwa Bwee hoa
Piauw adalah senjata rahasia istimewa dari Siauw lim sie
sehingga jika tidak mendapat obat dari mereka, racun itu
sukar dipunahkan. Dalam kota Lim an, kecuali di Liong
boen Piauw kiok, tak ada orang lain yang berasal dari
Siauw lim sie. Maka itu aku telah menyatroni untuk
memaksa supaya mereka mengeluarkan obat pemunah itu.
Tapi di luar dugaan, bukan saja mereka tidak memberikan,
tapi juga sudah mempersiapkan kawan-kawannya dan
begitu aku tiba, mereka lantas menyerang."
"Tapi nona bukankah tadi kau mengatakan, bahwa
kaulah yang sudah sengaja mengatur, sehingga mereka
menuduh aku?" kata Coei San.
Nona In kelihatan kemalu-maluan dan sambil menundukkan kepala, ia berkata dengan suara perlahan:
"Melihat kau ke toko dan membeli pakaian, aku .... aku
merasa pakaian itu bagus sekali. Maka itu, aku juga turut
membelinya," "Hal itu tidak mengapa." kata Coei San "Tapi dengan
membunuh beberapa puluh orang kurasa kau terlalu kejam.
Dengan orang-orang Liong boen Piauw kiok kau
sebenarnya tidak mempunyai permusuhan suatu apa."
Mendengar teguran itu, paras muka si nona lantas saja
berubah. Ia tertawa dingin seraya berkata "Kau ingin
memberi pelajaran kepadaku " Hm! Aku sudah hidup
sembilan belas tahun, tapi belum pernah ada yang mengajar
aku. Thio Ngo hiap adalah seorang yang sangat mulia dan
aku mempersilahkan kau berlalu saja. Manusia kejam tidak
perlu berhubungan dengan seorang mulia."
Paras muka pemuda itu lantas saja berubah merah. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera bangun berdiri. Baru saja mau bertindak keluar, tiba-
tiba ingat janjinya untuk bantu mengobati luka-luka si nona.
"Gulung tangan bajumu," katanya.
Alis nona In berdiri dan kedua matanya melotot. "Aku
tak perlu diobati olehmu!" katanya.
"Lenganmu sudah terluka lama sekali dan jika tidak
segera diobati, aku kuatir .... aku kuatir akan keselamatan
jiwamu," kata Coei San.
"Memang paling baik jika aku mampus," kata nona In
dengan suara ketus "Kalau jiwaku melayang, kaulah yang
sudah mencelakakan aku"
Mendengar kata-kata yang tidak beralasan itu, Coei San
jadi heran "Eeh!" katanya "Kau telah dilukakan oleh orang
Siauw lim sie, mengapa kau menyalahkan aku?"
"Kalau aku tidak melakoni perjalanan ribuan lie untuk
mengantar Jie Samkomu ke Boe tong san, aku tentu tak
akan bertemu dengan enam penjahat itu," kata si nona.
"Sesudah enam bangsat itu merampas Jie Samkomu,
kalau aku berpeluk tangan, lenganku tentu takkan terluka.
Dan jika kau datang terlebih siang dan memberi bantuan,
aku pasti tidak akan sampai terluka."
Coei San lantas saja mengangkat kedua tangan nya dan
berkata: "Benar. Aku yang rendah menawarkan bantuan
kepada nona, untuk membalas sebagian kecil saja dari
budimu yang sangat besar."
Nona In melengos, "Apa kau mengaku bersalah ?"
tanyanya. "Bersalah apa ?" menegas Coei San.
"Kau mengatakan aku kejam, pernyataan itu salah sama
sekali," katanya dengan suara mendongkol. "Hweeshio-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hweeshio Siauw lim sie, Touw Tay Kim dan kawan
kawannya semua pantas dibunuh."
Coei San menggelengkan kepala. "Biarpun lengan nona
terkena piauw tapi kau masih dapat ditolong," katanya.
"Samsoeko terluka berat, tapi is masih hidup. Andaikan ia
tak dapat diobati, paling banyak kita cari biang keladinya.
Biar bagaimana pun juga, tidak pantas nona membunuh
puluhan orang." Si nona mendelik dan parasnya berubah gusar. "Kau
tetap menyalahkan aku ?" bentaknya. "Apakah yang
menimpuk lenganku dengan Bweehoa piauw bukan orang
Siauw lim sie" Apakah Liong boen Piauw kiok bukan
dibuka oleh orang orang Siauw lim sie?"
"Murid-murid Siauw lim sie tersebar di kolong langit,
jumlahnya ribuan, malah mungkin laksaan orang," kata
Coei San dengan suara sabar.
"Nona hanya diserang dengan tiga batang piauw.
Apakah untuk membalas sakit hati itu kau ingin menbunuh
semua murid Siauw lim sie?"
Karena kalah bicara, si nona jadi semakin gusar.
Mendadak ia mengangkat tangan kanannya dan menghantam tiga piauw yang tertancap di lengan kirinya.
Keruan saja ketiga senjata rahasia itu amblas kedalam
daging dan luka jadi bertambah hebat.
Coei San terperanjat. Ia tak pernah menduga bahwa si
nona mempunyai adat yang seaneh itu. Sedikit saja tak
senang, ia lantas mempersakiti dirinya sendiri. Dipandang
dari sudut itu, tidaklah heran jika dia bisa membunuh orang
secara mem buta tuli. "Mengapa kau berbuat begitu?" tanyanya dengan mata
membelalak. Dengan hati berdebar-debar ia lihat tangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baju si nona yang mulai basah dengan darah hitam. Ia
mengerti bahwa luka itu sudah terlalu berat dan Lweekang
si nora tidak akan dapat menahan lagi naiknya racun
sehingga jika tidak lantas ditolong, jiwanya bisa melayang.
Maka itu tanpa mengeluarkan sepatah kata, tangan kirinya
menyambar dan menyekal lengan kiri nona In, sedang
tangan kanannya merobek tangan baju orang
Mendadak, Coei San dengar bentakan dibelakangnya:
"Bangsat! Jangan kurang ajar kau!" Hampir berbareng,
sebilah golok menyambar ke punggungnya. Ia tahu, bahwa
yang menyerang adalah si tukang perahu. Dalam keadaan
genting, tanpa menengoknya ia menendang dan orang itu
terpental keluar dari gubuk perahu.
"Tak usah kau tolong, aku lebih baik mati!" teriak
sinona. "Plok", muka pemuda itu digaplok keras-keras.
Rasa kaget dan sakit tercampur jadi satu. Tanpa merasa,
Coei San melepaskan cekelannya.
"Pergi kau! Aku tak sudi lihat lagi mukamu," kata nona
In. Coei San malu dan gusar. "Baiklah," katanya. "Hmm!
Betul-betul aku belum pernah lihat wanita yang begitu tak
mengenal aturan." Sehabis mengomel, dengan tindakan
lebar ia berjalan keluar.
Nona In tertawa dingin dan berkata: "Kau belum pernah
lihat" Hari ini kau boleh lihat!" Coei San mengambil
sepotong papan untuk digunakan sebagat papan loncatan
untuk mendarat. Tapi baru saja ia mau melemparkan papan
itu keair, hatinya merasa tidak tega karena ia yakin, bahwa
perginya berarti binasanya nona kepala batu itu. Maka itu
sambil menahan amarah, ia kembali kegubuk perahu. "Biar
pun kau menggaplokku, aku tak jadi marah," katanya.
"Gulung tangan bajumu. Apa kau mau mati ?"


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mau mampus atau mau hidup, ada sangkut paut
apa denganmu ?" tanya nona In dengan suara aseran. (peep:
aseran=?"") "Dengan melalui perjalanan ribuan kau sudah mengantar
Samko," kata Coei San. "Budi yang sangat besar itu tak bisa
tidak dibalas." Sinona tertawa dingin, "Bagus! Aku baru tahu, bahwa
tujuanmu hanya untuk membayar hutang," katanya. "Kalau
aku tidak mengantar Samko-mu, biarpun aku terluka lebih
berat lagi, biarpun kau lihat aku sudah hampir
menghembuskan napas penghabisan, kau tentu tak sudi
menolong." Mendengar perkataan itu, Coei Sin ternganga. "Ah!.....
itu sih belum tentu ....." katanya tergugu. Tiba-tiba ia lihat
sinona menggigil, sebagai tanda, bahwa racun sudah mulai
naik ke atas "Kau sungguh gila!" katanya dengan suara
berkuatir. "Janganlah kau main-main lagi dengan jiwamu
sendiri." Nona In menggigit gigi. "Kalau kau tidak mengaku
bersalah. biar bagaimanapun juga, aku tak sudi ditolong
olehmu," katanya. Kulit mukanya yang putih sekarang
berubah pucat dan tubuhnya agak bergemetaran, sehingga
pemuda itu jadi lebih tak tega lagi. Ia menghela napas
seraya berkata: "Baiklah. Hitung-hitung aku yang salah dan
kau tidak bersalah."
"Tak bisa!" kata sinona. "Kalau salah, ya salah. Mengapa
kau menggunakan perkataan hitung-hitung" Mengapa
sesudah menghela napas, baru kau mengaku salah" Hm!
Pengakuanmu tidak keluar dari hati yang jujur."
Sebab perlu menolong jiwa, Coei San sungkan
bertengkar lagi. "Kaizar Langit di atas, Malaikat Sungai
dibawah, dengan hati yang setulus-tulusnya aku ingin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyatakan kepada nona In ....In ....." Ia tak dapat
meneruskan perkataannya sebab belum tahu nama si nona.
"In So So," menyambungi nona itu.
"Hmm! .... kepada nona In So So, bahwa dalam segala
hal, akulah yang bersalah, atau tegasnya, aku mengaku
bersalah." In So So bunga hatinya, ia tertawa dengan paras berseri
seri. Tapi hampir berbareng, kedua lututnya lemas dan ia
jatuh duduk dikursi. Buru-buru Coei San mengeluarkan
sebutir Pek co Hoei sim tan, yaitu pel untuk melindungi
jantung dari segala rupa serangan racun, yang lalu diberikan
kepada So So. Sesudah ia menggulung tangan baju si nona
dan mendapat kenyataan, bahwa separuh lengan itu sudah
berwarna hitam ungu dan hawa racun terus naik keatas
dengan cepatnya. Sambil mencekel bahu si nona dengang tangan kirinya,
la menanya: "Apa yang dirasakan oleh mu ?"
"Dadaku menyesak," jawabnya. "Mengapa kau tidak
cepat-cepat mengaku salah" Kalau aku mati, kaulah yang
berdosa." Tentu saja Coei San tidak meladeni perkataan seperti
anak kecil itu. "Tak apa-apa, legakanlah hatimu." katanya
dengan suara lemah lebut. "Longgarkan semua otot-ototmu,
jangan menggunakan tenaga sedikitpun, berbuatlah seperti
kau sedang tidur pulas."
"Aku merasa seperti juga sudah mati," kata si nona.
"Hmm! Sesudah terluka begitu, dia masih begitu gila-
gilaan," kata Coei San dalam hatinya. "Celaka sungguh
orang yang jadi suaminya." Memikir begitu, jantungnya
memukul keras, karena kuatir si nona dapat menebak apa
yang dipikirnya. Ia melirik muka si nona yang kelihatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersemu dadu, seperti orang kemalu-maluan. Tiba tiba
kedua mata kebentrok dan mereka saling melengos. "Thio
Ngo ko," tiba tiba So So berkata dengan suara perlahan.
"Aku bicara sembarangan saja. Kuharap kau tidak gusar"
Mendengar perubahan panggilan dari Thio Ngo hiap jadi
Thio Ngo ko, hati Coei San berdebar-debar semakin keras.
Tapi lain saat, ia segera menjernihkan pikiran dan
mengempos semangat untuk mengarahkan Lweekang.
Perlahan-lahan semacam hawa hangat naik dari perutnya
keatas dan lalu berkumpul dikedua lengan tangannya.
Selang beberapa saat, dari kepala pemuda itu keluar uap
putih, sedang keringatnya turun berketel-ketel, sebagai
tanda, bawwa ia tengah mengerahkan seluruh tenaga
dalamnya. Bukan main rasa terima kasihnya So So, ia mengerti,
pada saat Coei San tak boleh diganggu maka ia pun segera
meramkan kedua matanya dan tidak berani mengeluarkan
sepatah kata. Mendadak terdengar suara "plok". Sebatang piauw
melompat keluar kira-kira setombak jauhnya dan menghantam dinding gubuk perahu, disusul dengan
mancurnya darah hitam dari lubang luka. Lengan yang
hitam itu perlahan-lahan berubah merah, Sesaat kemudian,
piauw kedua melompat keluar.
Selagi Coei San mengempos semangat untuk mengeluarkan piauw yang terakhir sekonyong konyong
terdengar seruan orang: "Hei! Apa In Kouw nio ada disitu?"
Coei San heran, tapi karena sedang mengerahkan tenaga,
ia tidak menggubris. "Siang Tay coe lekas kemari!" demikian terdengar
teriakan si tukang perahu. "Ada orang jahat mau
menganiaya In Kouwnio."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat! Jangan kurang ajar!" demikian terdengar
teriakan menggeledek dari sebuah perahu yang sedang
mendatangi dengan cepatnya.
In So So membuka matanya dan bersenyum, dengan
paras seperti orang ingin meminta maaf untuk salah
mengerti itu. Piauw yang ketiga ternyata masuk dalam sekali didaging
si nona, sehingga sesudah tigakali menggunakan seantero
tenaga dalamnya, senjata rahasia itu belum juga bisa
didesak keluar. Sementara itu sesudah terdengar suara penggayu
memukul air sebuah perahu sudah datang dekat sekali.
Sesaat kemudian, perahu si nona bergoyang sedikit, karena
hinggapnya kaki manusia dipapan perahu. Tanpa
menengok, Coei San terus mengempos semangat.
Dengan tindakan lebar, orang itu masuk ke dalam gubuk
perahu. Melihat kedua tangan Thio Ngo hiap mencekal
lengan kiri si nona, ia tentu saja tidak menduga, bahwa
pemuda itu tengah mengobati luka In So So. Dengan
kegurasan meluap, ia mengangkat tangannya
dan menghantam punggung Coei San, "Bangsat! Lepaskan !"
bentaknya. Coei San tidak menangkis. Sambil menarik nafas, ia
pasang punggungnya. "Bak!", pukulan itu kena tepat pada
sasarannya. Sebagai salah seorang murid terutama dari Boe tong pay,
Lweekang Thio Coei San sudah mencapai tingkat tertinggi
dan ia memiliki juga kepandaian luar biasa.
Demikianlah, tanpa bergerak, dengan ilmu "meminjam
tenaga memindahkan tenaga", ia memindah kan tenaga
pukulan itu ketelapak tangannya sendiri. "Plok !", Bwee hoa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
piauw yang ketiga melompat keluar dari lengan In So So
dan menancap di papan gubuk perahu!
Sesaat itu, orang yang nenyerang sudah mengirim
pukulan kedua. Ia terkesiap melihat akibat pukulannya
yang pertama, sehingga tangannya yang tengah menyambar
berhenti ditengah udara. "In Kouwnio! .. kau ... apa kau
terluka?" teriaknya.
Si nona tidak menyahut. Sebagai seorang jago yang berpengalaman, begitu
melihat darah hitam yang mancur dari lengan si nona,
orang itu sudah mengerti, bahwa ia telah berbuat suatu
kehilafan. Ia merasa sangat menyesal dan menduga Thio
Coei San telah mendapat luka berat karena pukulannya itu
hebat luar biasa. Buru2 ia merogo saku dan mengeluarkan
obat untuk diberikan kepada pemuda itu.
Coei San menggelengkan kepala dan setelah melihat
darah hitam sudah berubah merah, perlahan2 ia
melepaskan lengan si nona. Ia menengok dan berkata
sambil tertawa: "Tenaga pukulanmu sungguh tidak kecil."
Orang itu kaget bukan main. Dengan pukulan serupa itu,
entah sudah berapa banyak jago2 binasa dalam tangannya
Sungguh heran, pemuda itu seperti juga tidak merasakan
apapun jua. Ia mengawasi dengan mulut ternganga dan
berkata dengan suara ter-putus2 "Kau...kau..." Ia mengangsurkan tiga jari yang lalu ditempelkan kepada Coei
San. "Biar aku main2 sedikit dengannya," pikir pemuda itu.
yang segera mengerahkan Lweekang dan jantungnya lantas
saja berhenti berdenyut serupa kepandaian yang hanya
dimiliki oleh seorang yang Lweekangnya sudah mencapai
puncak tertinggi. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu menyentuh nadi Coei San, paras maka orang itu
berobah pucat karena nadi itu tidak mengetuk lagi. Dalam
kagetnya, ia meraba dada pemuda itu dan hatinya
mencelos, sehingga ia melompat kebelakang sambil
mengeluarkan seruan tertahan.
"In Kouwnio, apakah tuan ini sahabatmu ?" tanya Coei
San sambil tersenyum. "Mengapa kau tidak memperkenalkannya kepadaku ?" Sambil berkata begitu, ia
menyambuti saputangan yang di sodorkan oleh In So So
dan lalu membalut luka dilengan nona itu.
Mendengar suara Coei San yang tidak berubah
sedikitpun jua, keheranan orang itu tak mungkin dilukiskan
lagi. "Siang Tan coe, kau tak boleh kurang ajar!" membentak
si nona. "Inilah Thio Ngo hiap dari Boe tong pay."
Orang itu buru-buru memberi hormat dan berkata
dengan suara kagum "Aha. Kalau begitu Thio Ngo hiap
dari Boe tong Cit hiap! Tak heran jika Lweekangnya
sedemikian tinggi. Aku yang rendah Siang Kim Peng dan
aku memohon maaf untuk kekurang ajaranku."
Coei San mengawasi orang itu yang berusia kurang lebih
limapuluh tahun. Mukanya bopeng dengan otot-otot yang
menonjol keluar dari telapak tangannya lebar seperti kipas
sehingga selintas saja mengetahui, bahwa orang she Siang
itu adalah seorang ahli silat Gwa kee. Ia mengerti bahwa
jika lweekangnya belum sempurna betul, pukulan yang tadi
sudah pasti akan mengambil jiwanya sendiri.
Sesudah memberi hormat kepada pemuda itu. Siang Kim
Peng lalu menjalankan peradatan dihadapan In So So yang
menerimanya dengan sikap acuh tak acuh.
Coei San jadi sangat beran. Dari pukulan Siang Kim
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peng, ia tahu bahwa orang itu bukan sembarang orang.
Tapi mengapa In So So berani bersikap begitu kurang ajar
terhadapnya dan dia juga kelihatannya menerima baik sikap
dari si nona. Di lain saat, Siang Kim Peng berkata dengan suara
perlahan: "Hian boe tan Pek Tan coe telah menjanjikan
orang-orang Hay see pay, Kie keng pang dan Hok kian Sin
koen boen untuk mengadakan partemuan besok pagi di
pulau Ong poan san dimulut sangai Can tong kang, guna
mengangkat senjata dan menetapkan keangkeran. Jika,
kesehatan nona agak terganggu, biarlah Siauw jin lebih dulu
mengantarkan nona pulang ke Lim an. Menurut
pendapatku, Pek Tan coe sudah lebih dari pada cukup
untuk membereskan segala urusan di Ong poan san."
So So mengeluarkan suara di hidung. "Hay-see-pay, Kie
keng -pang, Sin koen boen .... Hmmm .... Apakah Ciang
boen Jin Hoa koen boen Kwee Sam Koen, turut datang
juga?" tanyanya. "Ya. Kudengar ia akan datang sendiri dengan mengajak
dua belas muridnya yang terutama," jawabnya.
Si nona tertawa dingin. "Meskipun nama Kwee San
Koen sangat cemerlang, tapi dia bukan tandingan Pek Tan
coe," katanya. "Siapa lagi yang bakal turut serta?"
Sesudah berdiam sejenak, barulah Siang Kim Peng
menjawab: "Menurut warta, dua orang Kiamkek (ahli silat
pedang) muda dari Koen loen pay juga akan menghadiri
pertemuan itu, untuk .. melihat To .. . To ... To ...." Ia
melirik Thio Coei San dan tidak meneruskan perkataannya.
"Mereka mengatakan mau lihat-lihat To liong to?" tanya


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

So so. "Hm .... mungkin .. sesudah melihat dalam hati
mereka timbul rasa serakah ....."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan "To liong to", Coei San terkejut,
tapi sebelum ia keburu membuka mulut untuk menanyakan
terlebih jauh, sinona sudah berkata pula: "Hmmm......selama beberapa tahun ini, dalam Rimba
Persilatan, gelombang Tiangkang yang disebelah belakang
mendorong gelombang yang disebelah depan. Orang-orang
Koen loen pay tak dapat dipandang enteng. Luka
dilenganku tidak berarti. Begini saja. Aku akan turut pergi
kesitu untuk menonton keramaian. Mungkin sekali aku
akan perlu memberi bantuan kepada Pek Tancoe." Ia
berpaling kepada Thio Coei San dan menyambung
perkataannya: "Thio Ngohiap, disini saja kita berpisahan.
Aku menumpang di perahu Siang Tan coe dan kau sendiri
boleh menggunakan perahuku untuk kembali ke Lim an.
Boe tong-pay jangan kerembet dalam urusan ini."
"Terlukanya Samko agaknya bersangkut paut dengan To
liong to," kata Coei San. "Apakah nona dapat memberi
keterangan lebih jelas mengenai hal itu?"
"Seluk beluk kejadian itu tidak diketahui jelas olehku."
Jawabnya. "Kau harus tanya Samkomu sendiri."
Coei San mengerti, So So sungkan meberi keterangan
dan iapun tak mau mendesak lagi.
"Orang yang melukakan Samko sangat ingin memiliki
To liong to," katanya didalam hati.
"Menurut Siang Tan coe, pertemuan di Ong poan san
adalah untuk mengangkat senjata dan menetapkan
keangkeran. Apakah bisa jadi To Liong to berada dalam
tangan mereka" Jika benar begitu, orang-orang yang
mencelakakan Samko tentu juga turut datang kepulau itu"
Memikir begitu, ia lantas saja menanya: "Apakah Toosoe
yang menyerang kau dengan Bweehoa piauw akan turut
datang dipulau itu?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
So So tertawa sebaliknya dari menjawab pertanyaan
orang, ia balas menanya: "Kaupun ingin menonton
keramaian, bukan" Baiklah! Kita pergi bersama-sama." Ia
menengok kepada Siang Kim Peng dan berkata pula "Siang
Pangcoe, perahumu jalan duluan."
"Baik," jawabnya sambil membungkuk dan lalu berjalan
pergi, seperti caranya seorang pegawai terhadap majikannya. Sinona hanya mengangguk sedikit, tapi Coei
San, yang menghargai ilmu silatnya orang itu, sudah
mengantarkarnya sampai dipintu gubuk perabu.
Sesudah itu, So So menggapai jurumudi seraya
membentak: "Kemari kau!" paras muka si tukang perahu
lantas saja berubah pucat dan tubuhnya menggigil. Ia
mengerti, bahwa tadi ia sudah berbuat kesalahan dengan
teriak-teriakannya dan sekarang ia akan mendapat
hukuman. Dengan bibir bergemetaran, ia berkata: "Siauw
.... siauwjin tidak sengaja ....... Mohon ..... mohon Kouw
nio sudi mengampuni .. ."
Sinona tidak menjawab, sehingga dia jadi lebih
ketakutan dan dengan sorot mata memohon pertolongan, ia
mengawasi Coei San, yang merasa sangat tidak mengerti
akan sikapnya itu. Bahwa jurumudi tersebut sudah
berteriak-teriak meminta pertolongan Siang Kim Peng,
adalah karena salah mengerti, karena ia menduga Coei San
mau mencelakakan So So. Tapi, teriakannya itu adalah
sebab kesetiaannya terhadap sinona. Mengapa ia sudah
begitu ketakutan" Dilain saat, sinona berkata dengan suara kaku: "Matamu
tak ada bijinya, kupingmu tuli. Perlu apa kau mempunyai
mata dan kuping?" Mendengar comelan itu, paras muka sijurumudi lantas
berubah girang, sebab ia tahu si nona sudah mengampuni
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jiwanya. Baru-baru ia menekuk lutut seraya berkata:
"Banyak terima kasih untuk kemurahan hati nona!" Hampir
berbareng, ia meraba pinggannya dan menghunus sebilah
pisau yang lalu digunakan untuk memotong kedua
kupingnya. Sesudah itu, ia mengangkat pisau itu tinggi
tinggi ditujukan kearah matanya!
Bukan main kagetnya Coei San. Bagaikan kilat
tangannya menyambar dan dua jirinya menjepit pisau itu
yang sedang meluncur turun ke mata si jurumudi. "In
Kauwnio," katanya. "Dengan memberanikan hati, aku
memohon belas kasihanmu,"
So So mengawasi kearah pemuda itu dan kemu dian
berkata dengan suara perlahan: "Baiklah." Ia menengok
pada si tukang perahu dan menyambung perkataannya:
"Lekas haturkan terimakasih pada Thio Ngohiap !"
Dengan tersipu-sipu, ia segera menekuk lutut dan
manggut manggutkan kepalanya berulang ulang kali
dihadapan Coei San dan kemudian berlutut lagi di hadapan
So So. Sesudah itu, ia mundur ke belakang dan dengan
suara nyaring memerintahkan ke anak buah perahu
menaikkan layar. Sementara itu, Coei San berdiri membelakang So So dan
mengawasi air yang luas tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Di dalam hati, ia merasa heran, bagaimana seorang wanita
yang berparas begitu cantik mempunyai tangan begitu
kejam. So So melirik pemuda itu dan melihat pakaiannya yang
pecah dibagian punggung karena pukulan Siang Kim Peng,
ia segera berkata: "Buka pakaianmu. Aku mau tambal."
"Tak usah!" kata Coei San.
"Kau kira aku tidak bisa menjahit?" tanya Si nona.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan begitu," kata pula pemuda itu dengan suara
pendek dan matanya tetap memandang ke tempat jauh.
Didalam hati, ingat kebinasaan yarg sangat menyedihkan
dari orang orarg Liong boen Piauw kiok. Tapi, sebaliknya
dari pada membunuh manusia yang begitu kejam, ia
malahan sudah menolongnya dengan mengeluarkan piauw
beracun. Biarpun pertolongan itu adalah untuk membalas
budi orang yang sudah membantu Soehengnya, akan tetapi,
sepak terjangnya tetap tidak dapat dibenarkan dan ia
merasa bahwa dalam tindakannya itu, ia tidak bisa
membedakan yang jahat dan yang baik.
Diam diam ia mengambil keputusan, bahwa begitu lekas
pertemuan dipulau Ong poan san sudah selesai, ia akan
berpisahan dengan nona itu untuk selama-lamanya.
Melihat paras muka Coei San yang suram, So So lantas
saja dapat menebak apa yang dipikirnya. Ia tertawa dingin
dan berkata: "Bukan saja Touw Tay Kim, Ciok dan Soe
Piauw tauw, bukan saja semua orang dari Liong boen
Piauw kiok dan dua pendeta Siauwlim itu, tapi Hoei hong
pun dibunuh olehku,"
"Aku memang sudah mencurigai kau, hanya aku tidak
tahu cara bagaimana kau membunuhnya?" kata Coei San.
"Tak usah heran" kata sinora. "Waktu itu aku merendam
didalam air dan mendengari pembicaraan kamu. Sesudah
didesak olehmu, tiba-tiba Hoei hong merasa, bahwa muka
kita memang berbeda, tapi sebelum ia keburu mengaku, aku
mendahului melepaskan sebatang jarum kedalam mulutnya.
Kau coba mencari aku digombolan pohon dan rumput-
rumput tinggi, tapi aku sendiri enak-enak merendam diair"
"Sebagai akibat dari perbuatanmu itu, pihak Siauw lim
menuduh aku," kata Coei San dengan mendongkol. "In
Kouwnio, kau sungguh pintar dan tanganmu benar"benar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihay." So So berlaga pilon. Ia bangun berdiri dan berkata sambil
membungkuk : "Terima kasih Thio Ngohiap memuji aku
terlalu tinggi." Coei San jadi semakin gusar. "In Kouwnio!" bentaknya.
"Aku seorang she Thio belum pernah berbuat kesalahan
apapun jua terhadapmu. Tapi mengapa kau sudah begitu
tega mencelakakan aku ?"
So So bersenyum. "Aku bukan ingin mencelakakan kau,"
katanya dengan suara tenang "Mengapa aku sudah berbuat
begitu " Siauwlim dan Boe tong adalah dua partai persilatan
yang sangat besar dan ternama. Aku hanya ingin mereka
bertempur nntuk menyaksikan siapa sebenarnya yang lebih
kuat." Mendengar pengakuan sinona, Coei San terkejut.
Sedikitpun ia tak nyana wanita cantik itu mempunyai
tujuan yang begitu hebat "Kalau Siauw Lim dan Boe tong
sampai bertempur entah berapa banyak korban yang akan
rubuh dan kejadian itu bakal merupakan suatu peristiwa
hebat dalam Rimba Persilatan," pikirnya.
Paras sinona sendiri tetap berseri-seri dan sambil
menggoyang-goyangkan kipasnya, ia berkata: "Thio
Ngohiap, bolehkah kulihat tulisan dan lukisan dikipasmu?"
Sebelum Coei San keburu menjawab, diperabu Siang
Kim Peng se konyong konyong terdengar suara teriakan:
"Apa perahu Kie keng pang" Siapa yang berada diperahu?"
"Siauw pang coe dari Kie keng pang ingin menghadiri
pertemuan dipulau Ong poan san."
"In Kouw nio dan Coe ciak tan Siang Tan coe berada
disini" teriak seorang dari perahu Siang Kim peng. "Kalian
diharap mengikuti saja dari belakang."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika Peh bie kauw In Kauw coe sendiri yang berada
disitu, kami bersedia untuk mengalah," jawab seorang
dengan suara keras. "Kalau orang lain, maaf saja."
Mandeagar perkataan "Peh bie kauw In Kauw coe," Coei
San kaget, karena ia belum pernah mendengar nama agama
(kauw) itu, baik dari gurunya, maupun dari luaran. Ia
melongok keluar jendela dan dilihatnya disebelah kanan
terdapat sebuah perahu yang bentuknya menyerupai seekor
ikan paus. Dikepala perahu terlihat sinar putih yang ber
kilau kilauan karena dipasangnya puluhan pisau sebagai
gigi ikan, sedang badan perahu yang melengkung dan
buntutnya yang mengacung keatas berbentuk seperti buntut
ikan paus. Layar perahu sangat lebar dan jalannya perahu
itu lebih cerat daripada perahu Siang Kim Peng.
Kie keng pang (partai Ikan Paus Raksasa) adalah sebuah
perkumpulan bajak laut yang berkeliaran disepanjang pantai
propinsi, Kangsouw, Ciatkang dan Hokkian. Mereka
membajak, membunuh dan melakukan lain-lain perbuatan
terkutuk, tapi sebegitu jauh, karena licinnya, mereka belum
dapat ditumpas oleh angkatan laut negeri dan selama
puluhan tahun mereka malang melintang diperairan lautan
Tong hay. Siang Kim Peng segera maju dan berdiri dikepala
perahu. "Bek Siauw pangcoe," teriaknya.
"In Kouwnio berada disini. Apakah kau sungkan
memberi sedikit muka kepada kami ?"
Dari gubuk perahu Kie keng pang muncul seorang
pemuda yang mengenakan pakaian warna kuning. Ia
tertawa dingin seraya berkata: "Didaratan, Peh bie kauw
boleh menjagoi, diair Kie keng pang yang memegang
kekuasaan. Mengapa kami mesti mengalah dan membuntuti kamu dari belakang ?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Medengar pembicaraan mereka, Coei San juga merasa,
bahwa cara-cara Peh bie kauw terlalu sombong.
Sementara itu, anak buah Kie keng pang sudah
menaikkan lagi sebuah layar, sehingga jalannya perahu jadi
semakin laju, dengan begitu jadi sukar dapat diubar lagi.
Siang Kim Pang mengeluarkan suara dihidung.
"Kie kong pang ...... hm ..... To Liong to ..... juga ..... To
liong to ......" demikian terdengar perkataannya. Karena
suara angin yang menderu deru dan jarak antara kedua
perabu sudah agak jauh, maka Bek Siauw pang coe hanya
dapat menangkap perkataan "To liong to." Ia kelihatan
kaget dan buru-buru memerintahkan anak buahnya
memperlambat jalan perahu. Beberapa saat kemudian,
perahu Siang Kim Peng sudah mendekati.
"Siang Tan coe, apa kau kata ?" tanya pemuda itu.
"Bek Siauw pang coe . . . Hian boentan Pek Tan coe
kami ...... golok To liong to itu...." jawab Siang Kim Peng.
Coei San merasa heran karena ter putus-putusnya
jawaban Siang Kim Peng. Sementara itu, kedua perahu sudah jadi semakin makin
dekat. Tiba-tiba terdengar suara gedubrakan disusul dengan
teriakan orang. Ternyata diluar dugaan semua orang,
dengan mendadak Siang Kim Peng mengangkat jangkar
dan melontarkannya keperahu Kie keng pang.
Suara rantai dan mencangkolnya jangkar diperahu Kie
keng pang dibarengi dengan jeritan kesakitan dan ada orang
anak buah perahu. (peep: ?"?")
"Hai! Apa kau gila?" bentak Bek Siauw pang coe.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak buah Siang Kim Peng buru-buru mengangkat
sebuah jangkar lain yang lalu dilemparkan lagi keparahu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie keng pang dan dua buab jangkar itu telah mengambil
jiwanya tiga orang anak buah. Dilain saat, kedua perahu
hampir berdampatan. Bek Siauw pang coe melompat
kepinggir perahu dan coba mengangkat salah sebuah
jangkar. Tapi sebelum ia berhasil, Siang Kim Peng sudah
mengayun tangan kanannya dan serupa benda warna biru
yang menyerupai buah semangka
menghantam tiang layar tengah. Benda itu, yang terbuat
daripada baja, adalah salah sebuah dari sepasang sanjata
Siang Kim Peng yang berantai emas dan digunakan sebagai
bandringan. "Semangka" itu adalah senjata berat yang
dipegang ditangan kiri sembilanpuluh lima kati beratnya.
sedang yang ditangan kanan seratus lima kati. Dari situ
dapatlah dibayangkan, betapa hebat tenaga orang she Siang.
Jika tak mempunyal tenaga ribuan kati, ia pasti tidak akan
dapat menggunakan senjata seberat itu.
Begitu dihatam dengan "semangka" kanan, tiang layar
itu bergoyangagoyang. "Semangka" kiri menyusul dan
disusul pula dengan "Semangka" kanan. "Krek....krek....krek.... brak!" T iang yang kasar itu tak tahan
dan patah. Keadaan jadi terlebih kalut dengan anak buah
Kie keng pang ber teriak-teriak, sambil menghunus senjata.
Tanpa mempedulikan segala kekacauan itu Siang Kim
Peng melompat kebelakang parahu itu dan menghantam
tiang layar belakang. Tiang itu banyak lebih kecil dan sekali
dihajar, lantas saja ambruk.
Pek Siauw pang coe sebenarnya mempunyai kepandaian
tinggi. Senjatanya dinamakan Hoensoen Go bie cek,
sepasang pusut yang panjangnya kirakira satu kaki dan
sangat cocok untuk digunakan dalam pertempuran didalam
air. Tapi dalam kaget dan bingungnya, sebelum ia keburu
berbuat suatu apa, Siang Kim Peng yang bergerak luar biasa
cepat, sudah mematahkan dua tiang layarnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dengan adanya Peh bie kauw, diatas airpun Kie keng
pang tak mempunyai kekuasaan," teriak orang she Siang itu
sambil melontarkan sebuah "semangka" kelambung perahu
musuh yang lantas saja ber lubang besar dan air mengalir
masuk. Anak buah Kie keng pang jadi semakin bingung.
Dengan mata merah Bek Siauw pang coe mencabut
pusutnya dan dengan sekali menotol kaki di depan perahu,
badannya melesat keperahu musuh.
Selagi tubuh pemuda itu berada ditengah udara tiba-tiba
Siang Kim Peng melontarkan senjatanya kemuka pemuda
itu. Serangan itu yang dikirim secara mendadak dan kejam
mengejutkan sangat sekali. Hati Bek Siauwpangcoe.
"Celaka" teriaknya sambil menotok "semangka" itu dengan
kedua pusutnya dalam usaha melompat balik dengan
meminjam tenaga tersebut. Jika ilmu mengentengkan
badannya bersamaan dengan ilmu Thio Coei San, bukan
saja ia akan dapat mengelakkan serangan itu, tapi ia juga
bisa balas menyerang. Tapi dalam segala hal, dia masih
kalah jauh dari jago Boe tong pay itu.
"Semangka" yang beratnya seratus kati, ditambah dengan
tenaga Siang Kim Peng sendiri, terlalu hebat untuk
dilawannya. Tiba-tiba ia merasa dadanya menyesak,
matanya berkunang-kunaug dan tanpa ampun ia rubuh
terguling diatas perahunya.
Begitu lawannya rubuh, Siang Kim Peng segera
menghantam pula dengan kedua "semangka" dan badan
perahu Kie keng pang lantas saja berlubang dibeberapa
tempat. Sesudah itu, sambil mengerahkan Lweekang, is
menarik pulang kedua jangkar yang mencantol di perahu
musuh. Tanpa diperintah lagi oleh Tan Coe mereka anak
buah perahu Peh bie kauw lantas saja menaikkan layar dan
perahu itu perlahan-lahan mulai bergerak, tapi sebentar
kemudian melaju kedepan dengan amat cepatnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat cara Siang Kim Peng merubuhkan musuh,
jantung Thio Coei San bardebar keras, "Jika tak
mempunyai kepandaian meminjam tenaga memindahkan
tenaga, tadi aku tentu sudah binasa dalam tangannya. "
pikirnya. Ia melirik In So So yang bersikap tenang-tenang
saja, seolah-oah tidak terjadi kejadian luar biasa.
Tiba-tiba disebelah kejauhan terdengar suara guruh.
itulah tanda, bahwa air pasang sedang mendatangi.
Walaupun anak buah Kie keng pang pandai berenang,
mereka tak nanti dapat melawan gelombang pasang yang
seperti gunung. Bahaya yang dihadapi mereka lebih besar
lagi, karena pada waktu itu, mereka berada dimuara tempat
ber temunya sungai dan lautan, sehingga lebarnya
permukaan sungai sampai puluhan li. Maka itulah, begitu
mendengar guruh, anak-anak Kie keng pang ketakutan
setengah mati dan berteriak-teriak minta pertolongan, tapi
perahu Siang Kim Peng dan In So So tidak meladeni dan
terus berlayar kejurusan timur
Coei San melongok keluar jendela dan melihat Perahu
ikan paus itu sudah tenggelam separuh. Mendengar
teriakan-teriakan anak buah perahu ia sebenarnya merasa
sangat tidak tega tapi karena mengetahui bahwa Siang Kim
Peng dan In So So adalah manusia-manusia kejam, ia
merasa tak guna membuka mulut.
Melihat paras pemuda itu, si nona bersenyum.
Mendadak ia berseru "Siang Tan coe, hati Thio Ngohiap
sangat mulia. Tolonglah anak buah perahu kie keng pang !"
Coei San terkejut, sebab hal itu benar-benar diluar
dugaannya. "Baik !" teriak Siang Kim Peng. Dilain saat perahunya
membelok dan menuju ke perahu Kie keng pang.
"Anggauta- anggauta Kie keng pang dengarlah!" teriak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Kim Peng," Atas permintaan Thio Ngohiap dari Boe
tong pay, kami bersedia untuk menolong jiwamu. Siapa
yang mau hidup, berenanglah kemari!"
Anak buah Kie keng pang jadi girang dan berburu
berenang kearah perahu Siang Kim Peng yang memapaki
mereka. Dalam tempo tidak berapa lama, hampir semua
orang, terhitung juga Bek Siauw pangcoe, sudah dapat
ditolong. Tapi biarpun begitu, ada enam tujuh orang yang
mati dipukul ombak. "Terima kasih untuk pertolongananmu!" kata Coei San.
Sinona mengeluarkan suara dihidung dan berkata
dengan suara tawar: "Orang-orang itu adalah Bajak-bajak
yang biasa merampok dan membunuh, perlu apa kau
menolong mereka ?" Coei San tergugu, tak dapat ia menjawab pertanyaan si
nona. Ia memang sudah dengar, bahwa Kie keng pang
adalah salah satu dari empat "pang" yang jahat dan ia pun
tak pernah menduga, bahwa hari ini ia berbalik menolong
kawanan bajak yang kejam itu.
"Kalau mereka tidak ditolong didalam hati Thio
Ngohiap pasti akan mencaci maki aku," kata pula si nona.
"Kau tentu akan mencaci aku sebagal perempuan kejam
yang tidak pantas ditolong."
Perkataan itu mengenakan jitu dihati Coei San, sehingga
paras muka pemuda itu lantas saja berubah merah: "Kau
memang pandai bicara dan aku tidak dapat menandingi,"
katanya sambil tertawa. "Dengan menolong orang-orang
itu, kau telah melakukan perbuatan baik dan kau sendirilah
mendapat pembalasan baik. Dengan aku sedikitpun tiada
sangkut pautnya." Baru saja ia berkata begitu, tibalah gelombang pasang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perahu In So So seperti juga dilontarkan keatas dan mereka
tak dapat bicara lagi. Coei San melongok keluar jendela dan
melihat gelombang gelombang besar dalam bentuk seperti
tembok tembok tinggi mendatangi dengan saling susul. Ia
bergidik karena mengingat, bahwa jika tidak ditolong
semua anak buah perahu Kie keng pang pasti binasa
didalam air. Mendadak si nona bangun berdiri, masuk kegubuk
perahu yang disebelah bekakang dan lalu menutup pintu.
Beberapa saat kemudian, ia keluar lagi dengan mengenakan
pakaian wanita dan memberi isyarat dengan gerakan
tangannya, supaya Coei San membuka jubah luarnya.
Karena merasa kurang enak untuk menolong lagi, ia lalu
membuka jubahnya. Ia menduga si nona ingin menambal
bagian yang berlubang dari jubah itu. Tapi tak dinyana, So
So lalu mengangsurkan jubahnya sendiri yang tadi dipakai
olehnya, sedang jubah Coei San lalu dibawanya kegubuk
belakang. Mau tak mau, Coei San terpaksa memakai juga. Karena
jubah luar biasanya dibuat dalam ukuran besar, maka
meskipun tubuh pemuda itu lebih besar daripada badan si
nona, ia masih dapat menggunakannya. Dilain saat,
jantungnya memukul keras, sebab hidungnya mengendus
bebauan yang sedap dan wangi. Ia merasa jengah dan tidak
berani memandang lagi si nona. Karenanya matanya
ditujukan kepada lukisan-lukisan yang dipasang didinding
gubuk, tapi hatinya tetap berdebar-debar. In So So pun tidak
mengajak bicara lagi dan duduk diam sambil mendengar
suara gelombang. Datam gubuk ini dipasang sebatang lilin.
Mendadak sebagai akibat hantaman gelombang, perahu
miring dan lilin padam. "Celaka!" Coei San mengeluh
dalam hatinya. "Biarpun aku sopan, tapi dengan berdiam berdua-dua
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditempat gelap, name baik In Kauwnio bisa ternoda." Buru-
buru in bangun berdiri dan membuka pintu belakang, akan
kemudian pergi ketempat jurumudi yang dengan tenang
mengemudikan parahu itu kealiran bawah.
Kurang lebih satu jam kemudian air pasang mulai surut
dan air keluar lagi kelautan, sehingga dengan menurut
aliran air, perahu itu laju semakin cepat. Pada waktu fajar
menyingsing pulau Ong poan san sudah berada didepan
mata. Pulau itu, yang terletak dimulut sungai Ciantong kang,
dalam perairan lautan Tonghay adalah sebuah pulau kecil
yang tandus dan tiada penduduknya. Waktu kedua perahu
itu berada dalam jarak beberapa kali, dari atas pulau tiba-
tiba terdengar suara terompet dan dua orang kelihatan
menggoyang-goyangkan dua bendera hitam. Waktu perahu
datang lebih dekat, Coei San mendapat kenyataan bahwa
bendera hitam itu berpinggir putih dengan sulaman kura-
kura terbang. Dibawah kedua bendera itu berduduk seorang tua, begitu
lekas perahu menepi, lantas saja berseru : "Hian boen tan
Pek Kwie Sioe menyambut In Kauw nio dengan segala
kehormatan." Suaranya keras, tapi kedengarannya sangat
menusuk kuping. Sehabis berseru begitu si kakek sendiri
memasang papan untuk pendaratan. In So So mempersilahkan Coei San jalan lebih dulu dan sesudah
mereka mendarat, ia segera memperkenalkan, pemuda itu
kepada Pek Kwie Sioe. Mendengar pemuda itu adalah salah seorang dari Boe
tong Cit hiap, Pek Kwie Sioe terkejut. "Sudah lama aku
mendengar nama besar dari Boe tong Cit hiap," "katanya.
"Aku merasa sangat beruntung, bahwa dihari ini aku dapat
bertemu muka dengan Thio Ngohiap."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thio Coei San segera menjawab dengan perkataan-
perkataan merendahkan diri.
"Hai! Kalian berdua pandai sekali bicara manis-manis,"
kata In So So. "Di hati lain, dimulut lain. Didalam hati,
yang satu berkata: "Celaka. Orang Boe tong pay turut
datang kesini dan tambah lagi satu lawan lihay yang mau
merebut To liong to. Yang lain berpikir Huh! Manusia apa
kau " Anggauta dari agama yang menyeleweng. Tak sudi
aku bersahabat denganmu. Menurut pendapatku, lebih baik
kalian bicara saja terang-terang. Jangan main berpura pura."
Pek Kwie Sioe tertawa terbahak-bahak.
"Tidak, aku tidak memikir begitu," kata Coei San. "Aku
yakin, bahwa Pek Tan coe memiliki ke pandaian yang
sangat tinggi. Ilmu mengirim suara sangat mengagumkan.
Kedatanganku disini hanyalah menemani In Kouwnio
untuk menonton ke ramaian dan sedikitpun aku tidak
mempunyai niatan untuk turut dalam perebutan golok
mustika." Mendengar perkataan pemuda itu, In So So me rasa
girang sekali. Pek Kwie Sioe mengenal nona In sebagai wanita yang
berhati kejam dan tak pemah berlaku manis2 terhadap
siapapun jua. Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, ia
menyaksikan sikap yang luar biasa halus dari sinona
terhadap Thio Coei San, sehingga ia segera mengetahui,
bahwa Son So sudah jatuh hati kepada pemuda yang
tampan itu. Selain begitu, ia juga merasa senang mendengar
pujian yang diberikan Coei San dan rasa permusuhannya
terhadap pemuda itu lantas saja hilang.
"In Kouw nio," katanya sambil tersenyum, "orang orang


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hay See Hay dan Sin koen boen sudah datang semua.
Disamping mereka, terdapat juga dua pemuda dari Koen
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
loan pay. Lagak mereka agak sombong dan berbeda jauh
dengan Thio gohiap yang tenama besar....hm...,Memang
orang yang benar-benar berkepandaian tinggi tidak banyak
tingkah" Baru ia berkata sampai disitu, dibelakang bukit
mendadak terdengar bentakan: "Hai! Perlu apa kau
membusuki nama orang dibelakangnya" Apa itu perbuatan
seorang laki-laki ?"
Berbareng dengan bentakan itu, dari belakang bukit dua
pemuda usia dua puluh tahun lebih yang bertubuh kurus
dan mengenakan jubah panjang wama kuning, sedang
dipunggung mereka terselip sebatang pedang. Mereka
menghampiri dengan paras muka menyeramkan.
Pek Kwie Sioe tertawa nyaring, dan berkata dengan
suara tenang: "Aha! Baru menyebut nama Co Coh, Co Coh
lantas saja datang. Mari, mari aku memperkenalkan
kalian." Kedua Kiamtek (ahli pedang) Koen loan pay itu
sebenamya sudah mau mengunjuk kegusaran mereka, tapi
begitu melihat kecantikan So So mereka tertegun. Yang satu
mengawasi sinona dengan mulut ternganga, yang lain
melengos, tapi diam-diam melirik berulang ulang.
Sambil menunjuk pemuda yang tengah mengawasi So
So, Pek Kwie Sioe berkata: "Yang ini adalah Ko Cek Sang
Tay kiamkek." Ia menengok kearah yang lain dan
menyambung perkataannya : "Yang itu Chio Tauw
Taykiamkek. Mereka berdua adalah pentolan-pentolan
Koen loen pay. Nama Koen loan pay telah menggetarkan
wilayah Barat dan dalam Rimba Persilatan, semua orang
merasa kagum akan tingginya ilmu silat Koen loan. Maka
itu, Ko dan Cio Taykimkek juga pasti memiliki kepandaian
yang lain dari pada yang lain. Kali ini, dari tempat jauh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka datang di Tionggoan dan mereka pasti akan
memperlihatkan kepandaian istimewa supaya kita semua
bisa menambah pengalaman.
Mendengar perkataan itu yang dikeluarkan nada
mengejek, Coei San menduga, bahwa kedua pemuda itu
akan segera menghunus senjata, atau sedikitnya, akan
membalas dengan kata-kata tajam. Tapi diluar dugaan,
mereka hanya manggut-manggut, tanpa mengeluarkan
sepatah kata. Setelah mengawasi muka merah, baru Coei
San tahu sebab musababnya. Mereka teryata seperti orang
linglung karena dipengaruhi dengan kecantikan In So So.
Coei San merasa geli. "Nama Koen loan pay tersohor
dikolong langit dan dikenal sebagai malaikat dalam ilmu
silat pedang," pikimya "Sungguh sayang murid-muridnya
yang datang kemari adalah manusia-manusia rendah."
Tapi sebenamya, meskipun Ko Cok Sang dan Chio
Tauw beradat sombong, mereka bukan manusia rendah
yang gemar dengan paras cantik. Yang menjadi soal ialah
karena memang So So terlalu cantik dan memiliki sifat-sifat
seperti besi barani, yang dapat membetot semangat orang.
Dengan mengingat, bahwa mereka adalah manusia
manusia biasa, apapula usia mereka masih begitu muda,
maka sikap yang menggelikan itu dapat dikatakan jamak.
Sementara itu, Pek Kwie Sioe berkata pula: "Yang itu
adilah Thio Coei San Siangkong dari Boe tong pay, yang ini
nona In So So, sedang yang itu Siang Kim Pang Tan coe
dari agama kami." Mendengar perkataan Pek Kwie Sioe, So So merasa
sangat girang. Bahwa si kakek hanya menggunakan istilah
"Siangkong" ( tuan ) dan tidak menggunakan lagi perkataan
"Thio Ngohiap", merupakan petunjuk, bahwa ia menganggap Coei San seperti orang sendiri. Sambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersenyum, si nona melirik pemuda itu dengan sorot mata
menyinta. Melihat sikap So So terhadap Coei San, Ko Cek Song
yang beradat kasar saja meluap darahnya dan tidak dapat
menyembunyikan lagi rasa jelusnya. "Chio Soetee," katanya
dengan suara tawar, "di See hek, kita seperti pemah
mendengar, bahwa Boe tong pay adalah sebuah partai yang
tulen dalam Rimba Persilatan diwilayah Tionggoan."
"Benar. akupun seperti pemah mendengar begitu" jawab
adik seperguruannya. "Tapi kita mendengar tidak sama dengan melihat
sendiri," kata pula Ko Cek Sang "Pendengaran itu tidak
dapat dipercaya." "Dalam kalangan Kangouw memang banyak sekali
tersiar desas desus yang tidak boleh dipercaya,"
menyambung Cio Tauw. "Ko Soeheng, apa artinya
perkataanmu itu?" "Murid dari partai persilatan yang tulen bagaimana bisa
bercampur gaul dengan orang-orang dari Sia kauw (agama
yang menyeleweng)?" jawabnya, "Bukankah kejadian itu
sangat menurunkan namanya partai yang sangat cemerlang
itu?" Dalam menyindir Thio Coei San, mereka tak pernah
mimpi, bahwa In So So pun seorang dari Peh bie kauw.
Mereka hanya mengetahui, bahwa yang menjadi anggauta
agama itu hanya Pek Kwie Sioe dan Siang Kim Pang.
Coei San meluap darahnya, tapi segera juga ia mendapat
pikiran lain. Ia ingat, bahwa kedatangannya dipulau Ong
poan san adalah untuk menyelidiki musuh yang telah
mencelakakan Jie Thay Gam, sehingga ia tak boleh
merusak tujuannya sendiri dengan mengumbar napsu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amarah. Ia juga ingat, bahwa biarpun berusia lebih tinggi
dari padanya, kedua Kiamkek Koen loen pay itu adalah
orang orang tidak tenama yang baru menceburkan diri
kedalam dunia Kangouw. Maka itu, tak pantas ia
meladeninya. Di samping itu, iapun mengakui, bahwa Peh
bie kauw memang suatu agama yang menyeleweng dan In
So So serta Siang Kim Pang adalah manusia-manusia kejam
yang dapat membunuh sesama manusia seperti orang
menyuap nasi. Ia memang sudah mengambil putusan untuk
tidak bergaul terus dengan orang itu.
Memikir begitu, ia lantas saja tersenyum seraya berkata:
"Dengan orang-orang Peh kie kauw, aku pun baru
berkenalan, tidak berbeda dengan kedua Jin heng."
Keterangan itu mengherankan hatinya semua orang,
kecuali si nona sendiri, Pek Kwie Sioe dan Siang Kim Pang
pun semula menduga, bahwa persahabatan antara nona In
dan Coei San sudah berjalan lama. In So So sendiri merasa
sangat mendongkol. Ia mengerti, bahwa dengan berkata
begitu, Coei San memandang rendah kepada Peh bie kauw.
Ko Cek Sang dan Chio Tauw saling mengawasi dengan
senyuman mengejek. Mereka menganggap, bahwa Coei San
sudah jadi ketakutan karena mendengar nama Koen loan
pay. "Kecuali Bek Siauw pangcoe, semua tetamu sudah tiba,"
kata Pek Kwie Sioe. "Kita tak usah menunggu ia. Sekarang
kalian boleh jalan-jalan di pulau ini secara bebas dan
sebentar tengah hari, harap kalian suka datang dilembah
untuk minum arak dan melihat golok mustikaku."
Siang Kim Pang tertawa. "Perahu Bek Siauw pangcoe
mendapat kerusakan dan atas permintaan Thio Siangkong,
mereka telah ditolong," ia menerangkan. "Sekarang Siauw
pangcoe itu berada dalam perahuku. Sebentar kita boleh
mengundangnya untuk menghadiri pertemuan"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpua kedua Tan coe itu bersikap sangat hormat dan
walaupun In So So memperlihatkan kecintaannya, Coei
San sudah mengambil keputusan untuk menjauhkan diri.
Maka itu, ia segera berkata: "Siauwtee ingin jalan-jalan
sendiri," tanpa menunggu jawaban, ia segera berjalan
kearah sebuah hutan di sebelah timur.
Kecuali bukit-bukit dan hutan-hutan kecil. di Pulau itu
tidak ada pemandangan yang berharga. Disebelah tenggara
terdapat sebuah pelabuhan di mana berlabuh belasan
perahu, yaitu perahu-perahu para tetamu. Sambil
menunduk Coei San berjalan disepanjang pantai dan
sembari berjalan ia mengasah otak. Ia merasa sangat tidak
puas dengan kekejaman dan sepak terjang In So So, tapi
sungguh heran, hatinya seperti juga dibetot betot dan tak
dapat melupakan nona yaag cantik itu.
"Tak dapat disangkal lagi, In kauwnio mempunyai
kedudukan yang sangat tinggi dalam Peh bie kauw,"
pikirnya. "Pek Tancoe dan Siang Tancoe menghormatinya
seperti juga ia seorang puteri. Tapi sudah terang ia bukan
Kauw coe. Siapa dia?"
Dilain saat, ia berkata pula didalam hatinya: "Dalam
pertemuan ini yang dihimpunkan oleh Peh bie kauw, partai-
partai lain telah mengirim wakil-wakilnya yang paling
jempolan. Tapi Peh bie kauw sendiri hanya mengutus
seorang Tan coe, seolan-olah mereka tidak memandang
sebelah mata kepada pihak lawan. Dari gerakan-
gerakannya, kepandaian Pek Tancoe berada di sebelah atas
Siang Tancoe. Dilihat begini, Peh bie kauw sungguh-
sungguh tidak boleh dipandang enteng. Biarlah hari ini aku
menyelidiki asal usul mereka, Mungkin sekali di kemudian
hari Boe tong Cit hiap akan bertempur mati-matian dengan
mereka." Selagi memikir begitu, tiba tiba ia dengar suara
beradunya senjata di luar hutan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia heran dan lalu menuju kearah suara itu.
Jauh-jauh ia lihat Ko Cek Seng dan Chio Tauw sedang
berlatih pedang dengan ditonton oleh In So So. "Soehoe
sering mengatakan, bahwa kiam sut (ilmu pedang) Koen
loen pay lihay bukan main dan diwaktu masih muda, beliau
pernah bertempur dengan seorang pentolan Koen loan pay
yang ber gelar Kiam Seng (Nabi pedang)," pikirnya:
"Kesempatan untuk menyaksikan ilmu pedang itu sebenar-
benarnya tidak boleh disia-siakan. Akan tetapi, menurut
peraturan Rimba persilatan, jika orang sedang berlatih silat,
orang tidak boleh mencuri lihat." Sebagai murid dari sebuah
rumah perguruan yang terhormat, Coei San sungkan
melanggar peraturan itu, sehingga oleh karenanya, biarpun
didalam hati ia sangat kepingin menonton, tetapi sesudah
melihat beberapa kali, ia segera memutar badan dan
berjalan pergi. Diluar dugaan, baru satu dua tindak, ia telah dilihat In
So So yang sambil menggapai-gapai, lantas saja berteriak :
"Thio Ngoko, kemari!"
Coei San tahu, bahwa jika tidak menghampiri, ia bisa
dicurigai sebagai orang yang benar sudah mencuri lihat
latihan pedang itu. Maka itu, ia lantas saja mendekati
seraya berkata : "Kedua Heng tay tengah berlatih dan tak
pantas kita berdiam disini lama-lama. Mari kita pergi
ketempat lain." Sebelum sinona keburu menjawab,mendadak berkelebat
sinar pedang dan "brett !" pedang Chio tauw telah
menggores lengan kiri Ko Cek Sang yang lantas saja
mengucurkan darah. Coei San terkejut, ia duga Chio Tauw kesalahan tangan.
Tapi ia lebih kaget lagi, karena tanpa mengeluarkan sepatah
kata dan dengan paras muka merah padam, Ko Cek Seng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirim tiga serangan beruntun yang sangat hebat dan
ditujukan kearah bagian-bagian tubuh yang membinasakan.
Sekarang baru ia tabu, bahwa kedua orang itu bukan
berlatih, tapi sedang bertempur sungguhan.
In So So tertawa dan berkata : "Dilihat begini, sang
Soeko belum dapat menandingi siadik. Menurut pendapatku ilmu Chio heng lebih unggul sedikit."
Mendengar perkataan itu, sambil bergertak gigi, Ko Cek
Seng memutar tubuh dan menyabet dengan pedangnya
dalam pukulan Pek tiang hoe po (Air tumpah beratus
tombak panjangnya). Pedang itu menyambar dari atas
kebawah, seolah-olah turunnya air tumpah. Dengan
menggunakan seantero kelincahannya, Chio Tauw coba
mundur kebelakang, tapi pedang Ko Cek Seng tiba-tiba
berubah arah dan dengan satu suara "brett !," ujung pedang
mengenakan jitu dibetis kirinya.
Sinona tertawa geli dan menepuk nepuk tangan.
"Aha ! Kalau begitu sang Soeheng mempunyai ilmu
simpanan!" teriaknya "Kali ini Chio heng yang kalah."
"Belum tentu !" bentak Chio Tauw dengan gusar sambil
menyerang dengan pukulan Ie tehhoei hoa (Hujan
menghantam bunga yang beterbangan). Pedangnya menyambar nyambar dalam gerakan miring kadang-kadang
diseling dengan tikaman lurus. Sebagai murid Koen loen


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pay, Ko Cek Seng tentu saja paham dalam ilmu pedang itu
dan tanpa sungkan sungkan lagi iapun segera membuat
serangan serangan membalas. Mereka berdua sudah sama-
sama terluka dan biarpun tidak berbahaya, dalam
perterpuran, darah mereka beterbangan kian kemari,
sehingga muka, tangan dan pakaian mereka penuh dengan
noda darah. Semakin lama mereka terus bertempur semakin
sengit dan ahirnya mereka saling tikam mati-matian, seolah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
olah sedang berhadapan deagan musuh besar,
Dilain pihak, In So So saban-saban tertawa dan
menepuk-nepuk tangan, sebentar ia memuji yang satu,
sebentar memuji yang lain.
Sekarang Coei San mengerti, bahwa bertempurnya kedua
saudara seperguruan itu adalah karena gara-gara sicantik,
yang rupanva sudah menjalankan siasat adu domba, karena
mendongkol atas ejekan mereka terhadap Pak bie kauw.
Sesudah mengawasi beberapa lama, ia berpendapat, bahwa
meskipun mereka cukup paham dalam ilmu pedang,
perubahan perubahan pedang masih kurang cepat den
Lweekang merekapun masih belum cukup tinggi.
"Thio Ngoko," kata sinona dengan suara gembira.
"Bagaimana pendapatanmu dengan Kiang hoat Koen loan
pay ?" Coei San tidak menjawab. Ia mengerutkan alis seperti
orang sebal. Melihat begitu, So So lantas saja berkata :
"Sudahlah ! begitu-begitu juga. Aku pun sudah merasa
sebal. Mari kita pergi kesitu untuk menikmati pemandangan
langit." Sehabis berkata begitu ia menarik tangan kiri Coei
San dan berjalan pergi. Jantung Coei San berdebar keras. Ia merasa tangan nya
dicekal dengan tangan yang empuk halus, sedang
hidungnya mengendus bebauan yang sangat wangi. Ia
mengerti, bahwa dengan berbuat begitu, So So sengaja ingin
membangkitkan rasa jelus dan guramnya kedua murid
murid Koen loen pay itu. Karena merasa tak enak untuk
melepaskan tangannya, tanpa menneluarkan sepatah kata,
ia segera mengikuti. Mereka berdiri ditepi laut sambil memandang air yang
seakan-akan tiada batasnya. Beberapa saat kemudian, So So
mendadak berkata: "Dalam kitab Congcoe dibagian Chioe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
soei pian terdapat kata kata begini: Air dikolong langit tak
ada yang lebih besar dari pada lautan. Laksana sungai
mengalir kedalam laut. Entah kapan sungai-sungai itu
berhenti mengalir dan tidak memenuhkan lautan. Tapi Sang
laut sedikitpun tidak jadi sombong dan hanya berkata: Aku
berada diantara langit dan bumi seperti juga sebutir batu
atau satu pohon kecil yang tumbuh disebelah gunung yang
besar. Setiap kali membaca kitab itu, aku mengagumi Cong
coe (Chuang tze) tidak habisnya, karena dari tulisan-tulisan
tersebut, ia sungguh sungguh seorang
berjiwa besar" Mendengar perkataan sinona Coei San kaget. Ia merasa
tak puas melihat cara-cara nona In yang sudah mencari
kesenangan dengan mengadu domba kan orang. Sedikitpun
ia tidak nyana, bahwa memedi perempuan yang dapat
membunuh manusia tanpa berkesip, dapat mengutip kata-
kata dari kitab Cong coe.
Kitab Cong coe adalah sebuah kitab yang mesti dibaca
dan dipelajari oleh murid-murid agama Too kauw. Waktu
masih berguru di Boe tong sn, ia dan saudara-saudara
seperguruannya sering sekali mendengar penjelasan-
penjelasan Thio Sam Hong mengenai isi kitab itu.
Demikianlah dalam rasa kaget dan herannya, tanpa
merasa ia segara berkata: "Benar. Ribuan li jauhnya, tak
dapat dikatakan besar, ribuan kaki tak dapat dikatakan
dalam." Dendengar Coei San mengutip kitab Congcoe untuk
melukisan besarnya dan dalamnya lautan, sedang pada
muka pemuda itu terlihat paras penuh penghormatan,
sinona segera berkata : "Apakah kau ingat Soehoemu ?"
Coei San terkesiap, tanpa merasa ia mengangsurkan
tangan kanannya dan'mencekal tangan sinona yang satunya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. "Bagaimana kau tahu apa yang dipikir olahku?"
tanyanya dengan suara heran.
Hal ini mempunyai latar belakang seperti berikut:
Dulu waktu berada digunung Boe tong san, pada suatu
hari ia bersama-sama Song Wan Kiauw dan Jie Thay Giam
membaca kitab Congcoe. Sesudah membaca "Ribuan li
jauhnya, tak dapat dikatakan besar, ribuan kaki tak dapat
dikatakan dalam", Jie Thay Giam berkata: "Dalam berguru
dengan Soe hoe, semakin lama belajar, aku merasa semakin
berbeda jauh dengan kepandaian beliau, seperti juga,
sebaiknya daripada maju, kita mundur setiap hari menurut
pendapatku, kata-kata Cong coe itu adalah yang paling
tepat untuk melukiskan kepandaian Soehoe yang tak dapat
diukur berapa dalamnya."
Mendengar perkataan saudara itu, Wan Kiauw dan Coei
San memanggut manggutkan kepalanya.
Itulah sebab musabab mengapa begitu mengutip kata-
kata itu, ia lantas saja ingat gurunya yang tercinta.
"Dengan melihat paras mukamu, aku segera mengetahui,
bahwa jika bukan ingat kedua orang tuamu, kau tentu ingat
gurumu," jawab si nona. "Oleh karena dalam dunia ini
hanyalah Thio Sam Hong seorang yang surup untuk
dilukiskan dengan perkataan itu, maka aku segera menduga
pasti, bahwa yang diingat olehmu adalah Soehoemu."
"Kau sungguh pintar," kata Coai San dengan suara
kagum. Sesaat itu, tiba-tiba ia sadar, bahwa kedua
tangannya sedang mencekal kedua tangan si nona. Paras
mukanya lantas saja berubah merah dan buru-buru ia
melepaskannya. "Apakah kau boleh memberitahukan kepadaku, berapa
tingginya ilmu silat gurumu?" tanya So So.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tidak lantas menjawab. Sesudah memikir
sejenak baru ia berkata. "Ilmu silat adalah ilmu yang tidak
begitu penting. Apa yang diajar dari beliau bukan terbatas
pada ilmu silat saja. Hai! Luas dan dalam ... entah
bagaimana aku harus menceriterakannya."
Sinona tersenyum seraya berkata: "Hoecoe bertindAk,
aku turut bertindak. Hoecoe berjalan, aku turut berjalan.
Hoecoe lari aku turut lari. Tapi begitu lekas Hoecoe lari
cepat, biarpun mengikuti sebisa-bisanya, aku tetap
ketinggalan jauh" (Hoe coe berarti guru, tapi disini
dimaksudkan Khong coe atau Khongfusius).
Mendengar sinona mengutip kata-kata pujian Gan Hwee
(murid Khongcoe ) terhadap Khongcoe, Coei San lantas
saja berkata: "Tapi guruku tak usah lari keras. Sekali ia
berjalan atau lari pelan pelan, kami sudah tidak dapat
mengikutinya." Dari perkataan itu dapatlah diketahui,
bahwa pemuda itu sangat memuja gurunya
Demikianlah, dengan duduk berendeng diatas sebuah
batu besar, kedua orang muda itu merunding kan ilmu surat
dan iimu silat secara panjang lebar dan mendalam.
Sebagai seorang yang berpengetahuan tinggi dan sangat
cerdas, In So So selalu dapat menimpali Coei San dalam
omong-omong itu. Tiba-tiba terdengar suara tindakan dan batuk batuk,
disusul dengan suara orang: "Thio Siangkong, In Kouwnio,
Ngo sie (tengah hari) sudah tiba. Harap kalian suka pergi
ketempat perjamuan."
Coei San menengok dan melihat Siang Kim Peng berdiri
dalam jarak belasan tombak dan mengawasi mereka dengan
bersenyum. Dari paras mukanya, ia kelihatan merasa
kagum dan girang melihat dua sejoli yang setimpal itu.
Menurut kebiasaan, In So So sombong dan kurang ajar jika
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhadapan dengan orang-orang sebawahannya. Tapi kali
ini, dengan muka kemerah merahan ia menundukkan
kepala. Siang Kim Peng lantas saja memutar badan dan berjalan
lebih dulu dengan tindakan lebar.
"Aku jalan lebih dulu," bisik sinona.
Coei San tak mengerti, tapi ia lantas saia mengangguk.
In So So lantas saja berlari lari dan berjalan berandeng
dengan Siang Kim Peng. "Bagaimana dengan kedua bocah
tolol dari Koen loen itu ?" demikian terdengar pertanyaan si
nona. Coei San mengawasi mereka dengan perasaan sukar
dilukiskan dan kemudian, sesudah mereka terpisah jauh,
barulah ia mengikuti dengan tindakan perlahan.
Begitu tiba dimulut lembah, ia lihat tujuh delapan meja
persegi disebidang tanah lapang rumput. Kecuali meja
utama disebelah timur, semua meja sudah penuh orang.
Melihat kedatangan Coei San, Siang Kim Peng segera
bangun berdiri dan berteriak dengan suara nyaring: "Thio
Ngohiap dari Boe tong pay". Hampir berbareng, Pek Kwie
Sioe juga bangun dari tempat duduknya dan kemudian
dengan masing-masing diikuti oleh lima orang Hio Coe
kedua Tan coe itu meninggalkan meja perjamuan untuk
menyambut tamu yang baru datang itu. Duabelas orang itu
berdiri berjejer dikedua pinggir dan menyambut sambil
membungkuk. "Hian boe tan Pek Kwie Sioe dan Ciak tan Siang Kim
Peng yang berada dibawab perintah In Kauw coe dan Peh
bie kauw, menyambut kedatangan Thio Ngohiap!" seru Pek
Kwie Sioe dengan suara nyaring, In So So sendiri tidak
meninggalkan meja, tapi ia turut bangun sendiri.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata "In Kauw coe." hati Coei San
berdebaran. "Kalau begitu, kepala agama Peh bie kauw
benar seorang she In," katanya didalam hati. Segera ia
menangkap kedua tangannya dan berkata: "Tak berani aku
menerima kehormatan yang begitu besar." Begitu datang
dekat meja-meja perjamuan ia mendapat kenyataan, bahwa
semua orang mengawasinya dengan paras mendongkol. Ia
merasa heran, tapi tidak memperdulikan.
Yang menjadi sebab dari perasaan mendongkol itu
adalah karena kedatangan pemimpin-pemimpin Hay see
pay, Kie keng pang dan Sin koen boen hanya disambut oleh
seorang Hio coe dan tidak mendapat kehormatan seperti
yang didapat oleh jago Boe tong pay itu. Keruan saja
mereka merasa dihina, tapi kejadian itu tidak diketahui
Coei San. Dengan sikap hormat Pek Kwie Sioe mengantarkan
pemuda itu kemeja utama disebelah timur dan mengundang
supaya dia duduk disitu. Dimeja itu, yang mempunyai
kedudukan paling mulia, hanya terdapat sebuah kursi. Coei
San menyapu seluruh gelanggang perjamuan dengan
matanya dan is mendapat kenyataan, bahwa dilain-lain
meja berduduk tujuh delapan orang, hanya dimeja keenam
berduduk dua orang, yaitu Ko Cek Seng dan Chio Tauw.
"Aku yang rendah adalah seorang muda yang
berkepandaian cetek," katanya dengan suara nyaring.
"Tidak berani aku duduk dimeja utama itu."
"Dalam Rimba Persilatan, Boe tong pay merupakan
gunung Thay san atau bintang Pak tauw," kata Pek Kwie
Sioe. "Kalau Thio Ngohiap yang namanya menggetarkan
seluruh negara tidak berani duduk, siapa lagi yang berani
duduk disitu ?" Tapi Coei San yang selalu diajar oleh gurunya untuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merendahkan diri, tetap menolak.
Sementara itu, Ko Cek Seng dan Chio Tauw saling
memberi isyarat dengan lirikan mata. Tiba tiba Chio Tauw
mengangkat kursinya dan melontarkannya kearah meja
utama. Antara meja yang didudukinya dan meja utama itu
terdapat lima belas meja lain. Dengan menggunakan
Lweekarg yang tepat. kursi itu terbang diatas kepala para
tamu dan hinggap disamping kursi utama. Begitu lekas
Chio Tauw memperlihatkan kepandaiannya, Ko Cek Seng
segera berseru : "Huh huh ! Thaysan .....Pak tauw ! Siapa
yang mengangkat Boe tong pay menjadi Thaysan Pak tauw"
Jika si orang se Thio tidak berani duduk disitu, biarlah kami
berdua yang menggantikannya." Bersama Soetee nya, ia
segera melompat kemeja utama itu.
Bagaimana kedua saudara seperguruan jadi bertempur
dan sesudah bertempur mati-matian, mereka akur kembali "
Tadi, sesudah barkenalan, dalam kedongkolannya
karena kedua pemuda itu sudah mengejek Peh bie kauw, In
So So segera menanya siapa di antara mereka berdua yang
ilmu pedangnya terlebih tinggi dan mengatakan, bahwa ia
ingin sekali mempelajari beberapa pukulan dari Koenloen
Kiamhoat. Kedua pemuda itu yang sudah dirubuhkan oleh
kecantikan si nona, lantas saja menghunus pedang.
Semula mereka hanya ingin memperlihatkan keunggulan
dalam sebuah latihan, tapi semakin lama mereka jadi
semakin sengit dan ditambah dengan ejekan-ejekan So So,
akhirnya mereka jadi bergempur mati-matian dan kedua-
duanya terluka. Belakangan, sesudah si nona dan Coei San meninggalkan mereka sambil bergandengan tangan, barulah
mereka tersadar dan menghentikan pertempuran itu.
Dengan rasa malu dan gusar, mereka membalut luka, tapi


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tak berani mengunjuk kegusaran terang-terangan
kepada nona In. Demikianlah, mereka sekarang ingin merebut kursi yang
ditawarkan kepada Coei San untuk menghina pemuda itu
dihadapan orang banyak. "Tahan!" bentak Siang Kim Peng sambil merentang
tangannya. Ko Cek Seng segera mengangkat tangannya untuk
menotok jalan darah dilengan Kim Peng.
Tapi sebelum ia turun tangan, Coei San sudah
mendahului berkata: "Jie wie berdua memang paling cocok
duduk di sini," kata Coei San. "Biarlah aku duduk disitu."
Sambil berkata begitu, ia berjalan kemeja keenam.
"Thio Ngoko, kemari! " seru In So So sambil menggapai.
Coei San segera mendekati, karena menduga si nona
ingin berbicara dengannya. Tapi diluar dugaan, So So
menarik sebuah kursi dan menaruhnya di samping
kursinya. "Kau duduk disini saja." katanya sambil
tersenyum. Coei San jengah bukan main dan untuk sejenak ia tak
tahu harus berbuat bagaimana. Kalau duduk disitu, ia
merasa malu. Kalau menolak, penolakan itu merupakan
hinaan besar untuk sinona.
"Aku ingin bicara denganmu," bisik SoSo.
Melihat sorot mata memohon dari sinona, Coei San
merasa tak tega untuk menolak dan lantas saja duduk
dikursi itu. Nona In jadi sangat girang dan sambil
bersenyum-senyum, ia menuang secawan arak.
Di lain pihak melihat duduknya Coei San di samping
nona In, walaupun sudah berhasil merebut kedudukan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
utama, Kok Cek Seng dan Chio Tauw jadi semakin
medongkol. Pada sebelum mereka duduk dikedua kursi itu,
Pek Kwie Sioe menyelak dan mengebut-ngebut kursi itu
dengan menggunakan tangan bajunya. "Memang pantas
Taykiamkek dari Koen loen pay duduk dikursi utama,"
katanya sambil tertawa. "Duduklah." Sehabis berkata
begitu, dengan bersama Siang Kim Peng dan sepuluh Hio
coe, ia segera kembali ke tempat duduknya.
Dengan anggapan bahwa mereka sudah berhasil
menindih lawannya, Ko Cek Seng dan Chio Tauw segera
duduk dikedua kursi itu. Tapi berbareng dengan suara
"krekek", kaki kursi patah dan mereka rubuh terjengkang.
Untung juga, sebagai ahli-ahli silat, begitu rubuh, begitu
mereka melompat bangun. Tak usah dikatakan lagi, mereka
malu bukan main, lebih-lebih karena para hadirin tertawa
terbahak-bahak. Ko Cek Seng mengerti, bahwa patahnya
kaki kursi adalah karena perbuatan Pek Kwie Sioe yang
mengerahkan Lwee-kang pada waktu mengebut-ngebut
dengan tangan bajunya. Ia yakin, siorang she Pek telah
menggunakan tenaga Im kin (tenaga dingin) yang tidak
dipunyakan olehnya sendiri. Ia adalah seorang yang
sombong dan sama sekali tidak memandang mata kepada
Peh bie kauw yang dianggapnya sebagai agama menyeleweng. Mimpipun ia tak pernah mimpi, bahwa dalam Peh bie
kauw terdapat orang yang berkepandaian sedemikian tinggi.
Sementara itu, dengan suara tawar Pek Kwie Sioe
berkata pula: "Semua orang tahu, bahwa ilmu silat Koen
loen pay lihay luar biasa. Akan tetapi, janganlah Jie wie
menumplek hawa marah kepada kursi itu. Ilmu yang
barusan diperlihatkan Jie wie, aku yakin dimiliki oleh
semua orang yang hadir disini." Ia menuding kepada
sepuluh orang Hiocoe yang duduk dimeja paling ujung,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir ber bareng, diiringi dengan suara "krekek-krekek",
sepuluh kursi patah kakinya dan sepuluh Hio coe itu
bangun berdiri dengan sikap tenang.
Sekali lagi para hadirin bersorak sorai, sedang paras
muka kedua jago Koen loen pay jadi pucat bagaikan mayat.
Diantara sorakan tiba tiba dua orang Hio coe
menghampiri meja utama dengan masing-masing mendukung sebuah batu besar. "Kursi kayu tidak cukup
kuat untuk diduduki oleh kalian," kata satu antaranya "Jie
wie duduklah dibatu ini"
Kedua Hio coe itu adalah orang kuat dalam Peh bie
kauw. Ilmu silat mereka biasa saja, tapi mereka memiliki
tenaga yang luar biasa. Ko Cek Seng dan Chio Tauw kaget bukan main.
Meskipun mereka berkepandaian tinggi ilmu ilmu pedang,
mereka merasa tak sanggup menyambuti batu yang
beratnya kira-kira tujuh ratus kati itu, "Taruhlah." kata Ko
Cek Seng. "Huh !' kedua orang kuat itu mengerahkan tenaganya
dan mengangkat tinggi-tinggi kedua batu itu. "Sambutlah !"
kata mereka. Kedua jago Koenloen itu terkesiap. Dengan serentak
mereka melompat kebelakang.
"Jika Jie wie Koenloen Kiam kek tak mau duduk di meja
utama, biarlah Thio Siang ong saja yang duduk di situ,"
kata Pek Kwie Sioe. Mendengar perkataan itu, Coei San yang sedang kelelap
dalam lautan asmara mendadak tersadar. "Celaka !" ia
mengeluh. "Tak boleh aku membiarkan diriku dijatuhkan
oleh memedi perempuan ini," Ia lantas saja bangun berdiri
dan menghampiri meja utama.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam mengundang Coei San untuk duduk di meja
utama, Pek Kwie Sioa beminat menjajal kepandaian
pemuda itu, yang dipuji tinggi oleh Siang Kim Pang, tapi
belum disaksikan olehnya sendiri. Maka itu, begitu lekas
Coei San menghampiri, ia segera memberi isyarat kepada
kedua Hio coe itu dengan lirikan mata.
"Thio Siangkoan, hati-hati!" teriak kedua Hio coe itu
waktu Coei San sudah datang cukup dekat dan sambil
membentak keras, dengan berbareng mereka melontarkan
kedua batu itu yang lantas saja terbang kekepala Coei San.
Semua hadirin terkesiap dan serentak mereka bangun.
berdiri. Dilain pihak, melihat terbangnya kedua batu besar
itu, Pek Kwie Sioe yang hanya ingin mencoba kepandaian
pemuda itu dan pada hakekatnya tidak mempunyai maksud
kurang baik, lantas saja merasa menyesal, tercampur takut.
Ia yakin, bahwa sebagai seorang ahli silat, pemuda itu
masih dapat menyelamatkan diri dengan melompat
mundur. Akan tetapi, kejadian itu adalah kejadian yang
sangat memalukan, sehingga bukan saja Coei San, tapi In
So So pun bisa menjadi gusar.
Sebagai seorang kejam, sesaat itu juga ia sudah
mengambil keputusan, bahwa ia akan menumplek semua
kesalahan diatas pundak kedua Hio coe itu dan jika perlu, ia
akan membinasakan mereka supaya bisa meloloskan diri
dari kegusaran nona In. Melihat menyambarnya batu, Coei San pun terkejut. Jika
ia melompat mundur, seperti Ko Cek Sang dan Chia Tauw,
ia merasa sangat malu karena hal ini sangat menurunkan
pamornya Boe tong pay. Pada detik yang sangat genting, ia
tak sempat memikir panjang-panjang lagi. Pada saat
berbahaya, semua tenaga dan ilmu dari seorang yang
pandai silat bisa keluar secara wajar. Demikianlah, tanpa
dipikir lagi, tangan kirinya mengebas kekanan batu yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar dari sebelah kiri dengan pukulan huruf "boe"
(persilatan) sedang tangan kanannya mengebas kekiri batu
yang menyambar dari sebelah kanan. Seperti telah
dikatakan, berat setiap batu tak kurang dari tujuh ratus kati,
sehingga, ditambah dengan tenaga jatuhnya dari atas
kebawah, maka tenaga menindih dari setiap batu tidak
kurang dari seribu kati. Dalam mempelajari ilmu silat, Coei San belum pernah
mengutamakan latihan untuk
memperbesar tenaga, sehingga jika diukur dengan tenaga yang dimilikinya, ia
pasti tak akan dapat menyambuti kedua batu itu. Akan
tetapi, ilmu silat Tnio Sam Hong yang berdasarkan Soe
hoat adalah ilmu silat yang sangat luar biasa.
Pada hakekatnya, ilmu silat dari Boe tong pay tidak
mengutamakan tenaga atau kecepatan memukul. Yang
dipelajari yalah ilmu mengeluarkan tenaga pada saat yang
tepat dengan gerakan dan kekuatan tenaga yang tepat pula.
Pada jaman belakangan, dalam kitab Thay kek Koen keng,
Ong Cong Gak, seorang ahli Boe tong pay telah ne
nyebutkan pukulan Sie nio Po cian kin (tenaga empat tahil
melontarkan barang yang beratnya ribuan kati). Dengan
lain parkataan, jika tenaga yarg dikirim sesuai dengan
"peraturan", maka tenaga empat tahil akan dapat
melontarxan barang yang beratnya ribuan kati.
Demikianlah dengan menggunakan ilmu silat yang
paling tinggi dari gurunya, Coei San berhasil melontarkan
kedua batu besar itu yang menyambar kepalanya
Apa yang telab mengejutkan para hadirin yalah ia
seolah-olah melemparkan kedua batu itu dengan tangan
bajunya, karena kedua tangannya bersembunyi didalam
tangan baju yang besar. Kejadian itu adalah sedemikian
mengejutkan, sehingga semua orang hanya mengawasi
dengan mulut terngaga dan lupa untuk bersorak sorai lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dilain saat, kedua batu itu melayang turun ke muka
bumi, yang satu lebih tinggi, yang lain lebih rendah.
Dengan sekali menotol kakinya di tanah, badan Coei San
meleset keatas dan ia lalu bersila diatas batu yang lebih
tinggi. Dengan suara gedubrakan hebat, sehingga bumi
tergetar, batu pertama ambruk dibumi dan separuhnya
amblas di dalam tanah dan dilain detik, batu kedua jatuh
tepat diatas batu pertama dan waktu kedua batu itu beradu,
lelatu api muncrat keatas.
Dengan paras tenang, Coei San tetap duduk di batu yang
sebelah atas. "Tenaga kedua Hio coe sungguh besar."
katanya sambil bersenyum. "Aku merasa kagum dan
takluk." Tapi kedua Hio coe itu masih tetap mengawasi
dengan mata membelalak, tanpa dapat mengeluarkan
sepatah kata. Beberapa saat kemudian, dilembah yang sunyi itu
barulah bergema sorak sorai gegap gempita.
In So So mengawasi Pek Kwie Sie dengan mata melotot,
tapi paras mukanya berseri-seri. Sekarang Pek Kwie Sie
kegirangan. Ia mengerti, bahwa ke cerobohannya yang
hampir-hampir menerbitkan onar, berbalik merupakan
keuntungan bagi dirinya. Sesudah menuang secawan arak, ia segera menghampiri
Thio Coei Sin dan berkata dengan suara nyaring: "Sudah
lama kami mendengar nama besar Boe tong Cit hiap, tapi
baru sekarang kami melihat kepandaian Thio Ngohiap.
Betapa besar rasa kagum kami tak dapat dilukislan lagi.
Izinkan siauwjin memberi selamat kepada Thio Siang kong
dengan secawan arak ini." Sehabis berkata begitu, ia minum
kering arak itu. Coei San lantas saja turut minum dan menjawab dengan
kata-kata merendahkan diri.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dari meja Kie keng pang bangun berdiri
seorang lelaki yang mengenakan baju kuning. "Menurut
pendapatku, ilmu silat Thio Ngohiap yang sangat tinggi
adalah soal kedua." teriaknya. "Yang paling mengagumi
adalah hatinya yang mulia, berbeda jauh dengan manusia
manusia rendah yang barhati jahat dan biasa menggunakan
siasat busuk. Aku juga ingin memberi selamat kepada Thio
Ngohiap dengan secawan arak." Sehabis berkata begitu, ia
minum kering secawan arak yang dipegangnya.
Orang itu bukan lain daripada Bek Siauw pangcoe yang
kemarin telah ditolong dengan perahu Siang Kim Pang atas
permintaan Coei San. Sambil membungkuk pemuda itu
Misteri Pulau Neraka 4 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Pedang Golok Yang Menggetarkan 3
^