Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 9

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 9


pendapatku, sebaiknya kita menunda dulu permusuhan dan
pulang kemasing-masing tempatnya. Biarlah In Kouwnio
melaporkan segala pengalamannya kepada In Kauw coe,
sedang Thio Soetee memberi pertanggungan jawab
dihadapan guru kami. Sesudah itu, kita boleh mengadakan
pertemuan pula untuk coba membereskan soal-soal kita.
Adalah kejadian yang sangat di harap-harapkan, jika dalam
pertemuan itu kita dapat menyudahi permusuhan yang
sudah berlarut-larut ini "
"Dimana adanya bangsat Cia Soen ?" See-hoa coe
memutus perkataan Lian Cioe. " Tujuan kita yang terulama
adalah mencari bangsat Cia Soen." Coei San kelihatan
berduka sekali. Ia merasa sangat tidak enek, karena, gara-
gara mencari orang yang hilang dalam Rimba Persilatan
telah muncul gelombang yang begitu besar dan yang sudah
meminta sangat banyak korban. Mendengar pertanyaan See
hoa coe, ia jadi serba salah. Jika ia memberitahukan terang-
terangan, sejumlah besar pentolan Rimba Persilatan sudah
pasti akan meluruk ke Pang hwee to untuk mencari
kakaknya. Jika ia membungkam ..... bagaimana ia dapat
membungkam" Selagi ia bimbang, tiba-tiba terdengar suara So So:
"Bangsat Cia Soen yang jahat dan membunuh manusia
secara serampangan sudah mampus sembilan tahun yang
lalu," Semua orang kaget. "Sudah mati ?" mereka menegas
serentak. "Benar," jawabnya. "Pada suatu malam, yaitu ketika aku
melihatnya anakku, bangsat Cia Soen mendadak kalap.
Selagi mau membunuh Ngoko dan aku, tiba-tiba dia dengar
suara tangisan bayi ku. Penyakitnya kambuh dan bangsat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu mati dengan mendadak."
Coei San mengerti maksud isterinya. Dengan, mengatakan, bahwa "Cia Soen yang jahat sudah. mati." So
So tidak berdusta, karena, bagai mendengar tangisan Boe
Kie, kekalapan dan kekejaman "Cia Soen yang jahat"
menghilang dan mulai dari detik itu, ia berubah menjadi
seorang baik, dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa
sembilan tahun berselang , "Cia Soen yang jahat" sudah
mati dan Cia Soen yang baik menjelma dalam dunia.
See hoa coe mengeluarkan suara dihidung. Ia tidak
percaya keterangan So co yang dianggapnya sebagai
perempuan menyeleweng dari "agama,
yang menyeleweng pula. "Thio Ngohiap, apa benar bangsat Cia Soen sudah
mampus"," tanyanya dengan suara keras.
"Benar, bangsat Cia Soen yang jahat sudah mati pada
sembilan tahun berselang," jawab Coei San dengan suara
sungguh-sungguh. Sekoyong-konyong Boe Kie menangis keras "Giehoe
bukan bangsat jahat!" teriaknya. "Giohoe tidak mati!
Giehoe tidak mati! "
Biarpun berotak sangat cerdas, Boe Kie masih terlalu
kecil dan belum berpengalaman. Rasa cintanya terhadan
Cia Soen tidak kurang dari rasa cintanya terhadap kedua
orang tuanya sendiri. Maka itu, dapatlah dimengerti, jika ia tidak tahan
mendengar tanya jawab itu dan cacian-cacian yang
ditujukan terhadap ayah angkatnya.
Semua orang terkesiap dan tertegun. Dalam gusarnya. So
So menggapelok muka puteranya. "Diam!" bentaknya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan bengis. "Ibu, mengapa kau mengatakan Giehoe
sudah mati?" tanya bocah itu dengan suara serak
"Bukankah ia masih hidup segar bugar?"
"Jangan campur-campur urusan orang tua !" bentak sang
ibu "Yang sudah mati adalah Cia Soen, si penjahat jahat,
bukan Giehoemu." Boe Kie bingung, tapi ia tidak berani membuka rnulut
lagi. See hoa coe tertawa dingin. "Saudara kecil," katanya
kepada Boe Kie. "Cia Soen ayah angkatmu bukan" Dimana
dia sekarang ?" Si bocah mengawasi muka kedua orang tuanya.
Sekarang ia mengerti, bahwa perkataan yang tadi
dikeluarkanuya mempunvai arti yang sangat penting. Ia
menggelengkan kepala seraya menjawab: "Tidak, aku akan
beritahukan kau." Dengan tidak sengaja, jawaban itu
merupakan bukti yang lebih kuat, bahwa Cia Soen
sebenarnya belum mati . Sambil mengawasi Coei San dengan mata men delik, See
hoa coe membentak: "Thio Ngohiap! Apa benar In
Kouwnio isterimu ?" "Benar, dia isteriku!" jawabnya dengan suara nyaring.
"Dua orang murid partai kami telah celaka dalam tangan
isterimu." kata pula See hoa coe sambil menahan amarah.
"Mereka mati tidak, hidup pun tidak. Bagaimana kita harus
memperhitung kan perhitungan ini ?"
Coei San dan So So terkejut.
"Jangan ngaco!" bentak nyonya muda itu.
"Dalam hal ini mungkin terselip salah mengerti," kata
Coei San, "Sudah sepuluh tahun karni berdua http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan wilayah Tionggoan. Cara bagai man kami
bisa mencelakakan murid partai kalian"'
"Huh huh! " See hoa coe menggeram. "Memang.....memang Ko Cek Seng dan Chio Tauw sudah
menderita lebih dari sepuluh tahun lamanya."
"Ko Cek Seng dan Chio Tauw ?" menegas So So.
"Apa Thio Hoejin masih ingat kedua orang itu?" ejek See
hoa coe. "Aku kuatir kau sudah tidak ingat lagi karena kau
telah membunuh ter lalu banyak manusia."
"Mengapa mereka?" bentak So So. "Mengapa kau
menuduh aku secara membuta tuli ?"
"Menuduh membuta tuli! Membuta tuli...!" teriak Soe
hoa coe. "Ha ha ha ! .... Mereka se karang sudah jadi
gila..... sudah hilang ingatan.. Tapi mereka masih ingat
namanya satu manusia. Mereka masih ingat, bahwa yang
mencelakakan mereka adalah In So So!" Seraya mengatakan begitu, ia menatap wajah nyonya Coei San
dengan mata beringas. "Tutup mulutmu !" bentak Hong Tancoe. "Kau tidak
berhak untuk menyebutkan nama terhormat dari Hiocoe
Cie wie tong kami. Apakah kau tidak tahu adat-istiadat
Rimba Persilatan" Cian pwee apa kau " Thia Hiantee,
apakah dalam dunia ini ada hal yang lebih memalukan dari
pada itu?" "Tak ada," jawab Thia Tancoe. "Aku sungguh tak
mengerti, mengapa sebuah partai yang begitu tersohor
mempunyai murid ugal-ugalan seperti dia. Sungguh
memalukan ?" Di ejek begitu, See hoa coe jadi kalap. "Binatang ! Siapa
yang memalukan ?" teriaknya seraya mencekal gagang
pedangnya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong Tancoe tetap tenang, bahkan melirikpun tidak.
"Thia hiantee," katanya pula. "Seseorang yang sudah
memiliki beberapa jurus ilmu pedang kucing kaki tiga
sebenarnya harus mengenal kesopanan manusia. Bagaimana pendapatmu ?"
Thia Tancoa mengangguk seraya menjawab "Benar.
Semenjak Giok hie Too tiang meninggal dunia, makin lama
mereka makin tidak keruan macam."
Giok hie Too tiang adatah Soe peh (paman guru) See
hoa coe. Imam yang beribadat itu bukan saja tinggi ilmu
silatnya, tapi juga sangat mulia hatinya, sehingga ia
dihormati sangat dalam Rimba Persilatan.
Paras muka See hoa coe berubah merah padam. Tak
dapat ia menjawab sindiran itu. Jika ia membantah.
bukankah ia jadi menhina Soe pehnya sendiri yang
namanya telah menggetarkan seluruh negeri "
Tiba tiba ia bangun, badannya berkelebat dan ia sudah
berdiri diluar pintu gubuk perahu, "Srt!" Ia menghunus
pedang. "Bangsat!" teriaknya. "Kalau kau mempunyai
nyali, keluarlah!" Ejekan kedua pemimpinan Peh bie kauw itu terhadap
See hoa coe adalah untuk menolong in So So dari desakan.
Mereka menganggap. bahwa dengan pernikahan Coei San
dan So So, perhubungan antara Boe tong pay dan Peh bie
kauw sudah berubah. Meskipun Jie Lian Cioe dan Thio
Coei San tidak sampai turun tangan untuk membantu
pihaknya, kedua orang itu juga pasti tidak akan menyerang
Peh bie kauw. Menurut perhitungan mereka, tanpa campur
tangannya pihak Boe tong, mereka akan dapat mengalahkau orang orang Koen loan pay yang hanya terdiri
dari tujub delapan orang.
Perhitungan Peh bie kauw itu sudah dapat ditebak oleh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wie Soe Nio yang bisa berpikir dengan otak dingin.
"Soeko!" teriaknya. "Mereka yang berada diperahu ini
adalah tamu tamu kita. Kita harus turut segala keputusan
Jie Jie hiap " Dengan berkata bergitu, San-tian Nio nio telah berlaku
bijaksana. Jie Lian Cioe adalah seorang pendekar yang
tulus bersih, sehingga ia pasti tidak akan berlaku curang.
Tapi diluar dugaan dalam gusarnya, See-hoa coe yang
tolol tidak mengerti maksud Soe-moay nya. "Omongan
kosong!" teriaknya. "Boe tong pay dan Peh bie kauw sudah
terikat famili. Mana bisa dia berlaku sama tengah lagi!"
Jie Lian Cioe adalah seorang yang sabar dan panjang
pikirannya. Ia jarang memperlihatkan rasa girang atau
gusar pada paras mukanya. Perkataan See hoa coe yang
sangat menusuk tidak dijawab olehnya dan ia mengasah
otak untuk mencari jalan keluar.
"Soeka, jangan kau menggoyang lidah sembarangan,"
kata Wie Soe Nio cepat-cepat dengan rasa mendongkol.
"Semenjak dulu, Boe tong dan Koen loan mempunyai
hubungan yang sangat erat. Dalam sepuluh tahun, dengan
bahu membahu kita bersama sama melawan musuh. Jie
Jiehiap alalah seorang jujur yang sangat dihormati dalam
kalangan Kang-ouw, sehingga tidak mungkin ia mengeloni
pihak yang salah." See hoa coe mengeluarkan suara dari hidung, "Belum
tentu," katanya Bukan main rasa mendongkolnya Wie Soe Nio yaag
diam diam mencaci kakak yang tolol itu: "Soeko!"
bentaknya. "Jika tanpa sebab kau cari cari urusan dengan
Boe tong Ngohiap dan kau di gusari oleh Ciangboen
soesiok, aku tak akan campur campur lagi urusanmu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ancaman itu, barulah See hoa coe menutup
mulut. "Urusan ini telah menyeret berbagai partai dan golongan
dalam Rimba Persilatan," kata Jie lian Coe. "Aku seorang
bodoh maka tidak berani mengambil keputusan sendiri.
Apa pula, karena sudah berlarut larut selama sepuluh
tahun, persoalan ini tentu sukar dibereskan dalam tempo
pendek. Aku telah mengambil keputusan untuk pulang ke
Boe tong bersama-sama Thio Soe tee guna memberi laporan
kepada Insoe dan Toa soeheng dan meminta petunjuk
Insoe." See hoa coe tertawa dingin, "Sungguh lihay pukulan Jie
hong Soo pit Jie Jiehiap." ejeknya.
"Jie-hong Soe-pit," (Seperti tutupan seperti kurungan)
adalah serupa pukulan Boe-tong-pay untuk membela diri
yang sangat terkenal dalam Rimba Persilatan. Dengan
berkata begitu See hoa coe bukan saja mengejek Jie Lian
Cioe pribadi tapi juga menghina pukulan Boe tong pay itu
yang digubah oleh Thio Sam Hong sendiri. Biarpun sabar,
darah Jie Lian Cioe meluap juga. Syukur sebelum
mengumbar napsu, ia keburu ingat segala akibatnya,
sehingga, sambil menarik napas, ia menindih hawa
amarahnya dan hanya menyapu muka See hoa coe dengan


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sinar mata berkilat-kilat. "Jika See hoa Toheng mempunyai
pendapat lain, aku bersedia untuk mendengamya." katanya
dengan suara dingin. Setelah disapu dengan sorot mata gusar, See hoa coe jadi
keder. "Soemoy," katanya, "bagaimana pendapatmu"
Apakah sakit hati Ko Cek Seng dan Chio Tauw boleh
disudahi dengan begitu saja ?"
Sebelum Wie Soe Nio menjawab, disebelah selatan
sekonyong-konyong terdengar suara terompet dan sesaat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian seorang murid Koen Loen masuk seraya berkata:
"Kawan-kawan dari Khong tong pay dan Go bie pay sudah
tiba untuk menyambut kita."
Lie Thian Hoan dan dua kawannya saling melirik. Paras
muka mereka agak berubah.
Dilain pihak, See hoa coe dan Wie Soe Nio jadi girang.
"Jie Jiehiap." kata San tian Nionio, "kurasa kita sebaiknya
minta pendapat pihak Khong tong dan Gobie."
"Baiklah," jawab Lian Cioe.
Kedatangan orang orang Khong tong dan Go bie
menambah kejengkelan Coei San. Partai Go bie masih tidak
apa, tapi Khong tong pay mempunyai permusuhan yang
sangat hebat dengan kakaknya, yang sudah melukakan
Khong tong Ngoloo dan merampas kitab Cit siang koen. Ia
merasa pasti, bahwa orang-orang Khong tong tak akan mau
mengerti jika ia tidak memberitahukan di mana adanya Cia
Soen. Sementara itu, So So memikir dari yang lain. Disatu
pihak ia mendongkol terhadap puteranya, tapi dilain pihak
ia ingat, bahwa anak itu belum mengerti kejustaan dan rasa
cintanya terhadap Cia Soen tak dapat diukur dalamnya.
Maka itu, bahwa dia menangis dan membantah pernyataan
orang tentang kematian ayah angkatnya adalah hal yang
sangat dapat dimengerti. Memi kirbegitu, ia merasa
menyesal sudah menggaploknya begitu keras dan lalu
memeluk Boe Kie sambil mengusap-usap pipi sibocah.
"Ibu. Giehoe tidak mati, bukan?" bisik Boe Kie dikuping
ibunya. "Tidak, tidak mati, aku hanya mempedayai mereka,"
jawab sang ibu "Mereka adalah orang orang jahat yang
ingin mencelakakan Giehoemu."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie tersadar. Dengan mata gusar, ia me nyapu Jie
Lian Coei dan semua orang yang berada disitu, Mulai hari
itu, kedua kakinya menginjak dunia Kangouw dan mulai
saat itu, ia mengerti akan kekejaman manusia.
Beberapa saat kemudian, orang-orang Khongtong dan
Go bie masing-masing pihak berjumlah enam tujuh orang
sudah masuk kegubuk perahu. Pemimpin rombongan
Khong tong adalah Kat-ie Loojin, seorang tua yang
bertubuh kurus kering, sedang kepala rombongan Go bie
adalab seorang Niekouw (pendata wanita) setengah tua.
Melihat Lie Thian Hoan dan kawan-kawannya, mereka
kaget dan heran. "Tong Samko! Ceng hie Soe thay!" teriak See hoa coe.
"Boe tong pay dan Peh bie kauw sudah bergandengan
tangan. "Kali ini kita rugi besar."
Orang yang dipanggil "Tong Samko" adalah Kat-ie
Loojin Tong Boe Liang, salah seorang dari Khong thong
ngoo loo, sedang Ceng hie
Soethay yalah murid turunan keempat dari Go bie pay
dan dalam Rimba Persilatan, pendeta wanita itu
mempunyai nama yang cukup besar.
Mendengar teriakan See hoa coe, mereka tercengangang,
Ceng hie Soethay yang berpikiran panjang dan mengenal
adat See hoa coe tidak mau lantas percaya. tapi Tong Boen
Liang lantas saja naik darahnya, "Jie Jie hiap, apakah benar
begitu?" tanyanya dengan suara keras.
Sebelum Jie Lian Cioe keburu menjawab, See hoa coe
sudah mendahului: "Boe tong pay dan Peh bie kauw sudah
jadi cinkee (besan). Thio Coei San, Thio ngohiap, sudah
menjadi menantu In Toakauwcoe..."
"Thio Ngohiap yang sudah menghilang sepuluh tahun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang lalu?" tanya Tong Boen Liang dengan heran.
"Benar, itulah adikku Coei San," jawab Lian Cioe seraya
menunjuk Ngohiap. "Ngotee, inilah Tong Boen Liang,
Tong Samya, seorang Cianpwee dari Khong tong pay."
Boe Liang dan Coei San saling membungkuk dan
mengucapkan kata-kata merendahkan diri.
See hoa coe yang sudah tak dapat menahan sabar lagi,
lantas saja berkata pula: "Thio Ngo hiap dan In Kauwnio
tahu tempat persembunyiannya Kim mo Say ong Cia Soen,
tapi mereka menolak untuk memberitahukannya kepada
kami. Mereka malah berdusta dan mengatakan, bahwa
bangsat Cia Soen sudah mampus."
Begitu mendengar nama Kim mo Say ong Cia Soen,
darah Tong Boen Liang meluap. "Dimana dia sekarang ?"
tanyanya dengan suara keras,
"Dalam urusan ini, lebih dulu aku harus melaporkan
kepada In soe dan aku mohon maaf karena tak dapat segera
memberitahukan kepada kalian." jawab Coei San.
Kedua mata Tong Boen Liang seolah-olah mengeluarkan
api. "Dimana adanya bangsat Cia Soen?" teriaknya. "Dia
telah membinasakan keponakanku. Aku tak mau hidup
bersama-sama dia dalam dunia. Dimana dia" Katakan saja!
Kau mau memberitahukan atau tidak?"
Perkataan-perkataan itu yang dikeluarkan tanpa sungkan-sungkan dan tanpa mengenal kesopanan sudah
menggusarkan So So yang lantas saja
berkata dengan suara dingin : "Mengapa kau tidak
menceritakan juga, bahwa dia sudah melukakan Kong tong
Ngoolo dan merampas kitab Cit siang Koen?"
Dalam melukakan Ngoolo dan merampas kitab Cit siang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
koen, Cia Soen telah menggunakan nama Seng Koen. Hal
yang sebenamya baru diketahui Khong tong pay pada kira-
kira lima tahun berselang. Tapi, karena kejadian tersebut
menodai nama partay maka orang-orang Khong tong pay
selalu meenutupkan rapat. Bagaimana nyonya muda itu
bisa tahu rahasia tersebut"
Paras muka Kat-ie Loojin lantas saja berubah pucat dan
sambil mementang sepuluh jarinya, ia mengangkat kedua
tangannya untuk menyerang. Tapi dilain detik, ia ingat,
bahwa sebagai seorang tua, tak pantas ia turun tangan lebih
dahulu terhadap seorang wanita muda yang kelihatannya
begitu lemah lembut sehingga tangan yang sudah terangkat
itu berhenti ditengah udara.
Sambil menahan amarah, ia berpaling kepada Coei San
dan bertanya: "Siapa dia ?"
"Isteriku," jawabnya.
"Puterinya In Toakauwcoe dari Peh bie kauw," menyelak
See hoa coe. Peh bie Eng ong In Thian Ceng memiliki ilmu silat yang
tidak dapat diukur tingginya dan sehingga waktu itu,
seorangpun belum pemah dapat melayaninya dalam
sepuluh jurus. Mendengar, bahwa nyonya Coei San adalah
puteri In Thian Ceng, Tong boen Liang lantas saja merasa
keder dan berkata dengan suara terputus-putus : "Oh!...
begitu" Sesaat itu, Ceng hie Soethay yang sedang masuk
kegubuk perahu belum pemah bicara, baru membuka
mulut. "Sebaiknya kita minta Jie Jiehiap menerangkan
seluk beluk kejadian ini," katanya.
"Urusan ini berbelit belit dan sudah menyeret banyak
sekali orang," kata Lian Cioe. "Disamping itu, permusuhan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah berjalan lama sekali, sudah kurang lebih sepuluh
tahun, sehingga dapatlah dimengerti, jika kita tak akan
dapat mengupasnya dalam tempo pendek. Begini saja, tiga
bulan kemudian partai kami akan mengadakan perjamuan
di Hong ho lauw dan mengundang wakil-wakil berbagai
partai serta golongan. Dalam pertemuan itu, kita akan
merundingkan persoalan ini sedalam-dalamnya. Bagaimana
pendapat kalian ?" "Aku setuju," jawab Ceng hie seraya mengangguk.
"Siapa benar, siapa salah, boleh dibicarakan tiga bulan
lagi," kata Tong Boen Liang. "Tapi tempat sembunyinya
Cia Soen harus diberitahukan sekarang juga."
Coei San menggelengkan kepala. "Sekarang tidak bisa,"
katanya dengan suara tetap. Tong Boen Liang gusar tak
kepalang, tapi sebisa bisanya ia menahan sabar, karena ia
mengerti bahwa jika Boe tong pay sampai bersatu padu
dengan Peh bie kauw, akibat bakal hebat sekali. Maka itu,
dengan muka merah padam, ia bangun berdiri dan
mengangkat kedua tangannya: "Baiklah. Kita akan bertemu
kembali tiga bulan kemudian."
"Tong Samya, bolehkah kami menumpang di perahumu
?" tanya See hoa coe.
"Mengapa tidak ?" jawabnya.
"Bagus! Soemoay, ayolah !" mengajak See hoa coe.
Orang orang Koen loan datang ketempat pertempuran
dengan menggunakan perahu Boe tong dan dengan
sikapnya itu, terang terang See hoa coe sudah memandang
Boe tong pay sebagai lawan.
Tapi Jie Lian Cioe tetap bersikap tenang. Dengan manis
budi ia mengantar semua tamu kekepala perahu.
"Sepulangnya kami ke Boe tong dan sesudah kami memberi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
laporan kepada Insoe, kami akan segara mengirim surat
undangan," katanya sambil membungkuk.
Baru saja See hoa coe mau menyebrang keperahu Khong
tong, tiba-tiba So So berkata: "See hoa Tootiang, tahan
dulu! Aku mau menanyakan serupa hal."
"Ada apa ?" tanya siberangasan sambil memutar tubuh.
"Tootiang," kata pula si nyonya sambil bersenyum. "tak
henti-hentinya kau mengatakan, bahwa agama kami agama
menyeleweng, agama sesat. sedang aku sendiri perempuan
siluman. Bolehkah aku tahu dimana sesatnya dan dimana
sifat silumannya?" Untuk sejenak See hoa coe tertegun. Sesudah
menenteramkan hati, ia menjawab: "Agamamu bukan
agama tulen, tapi menyeleweng dan tersesat dari jalan yang
lurus. Kecantikanmu seperti kecantikan siluman rase yang
jahat dan cabul. Itu jawabanku. Perlu apa kau rewel rewel.
Kalau kau bukan siluman, bagaimana seorang laki laki
sejati Thio Ngohiap bisa terpincuk ! Hu-hu !"
"Terima kasih untuk penjelasan itu," kata So So.
See hoa coe girang dan bangga, menganggap nyonya
muda itu sudah dijatuhkan dengan kata katanya yang
tajam. Sambil bersenyum, ia menindak kepapan untuk
menyeberang keperahu Tong Boen
Liang. Perahu Boe tang dan Khong tong adalah perahu perahu
besar dengan tiga layar sehingga walaupun berdempetan,
jarak antara kedua perahu itu, yang dihubungkan dengan
papan masih kira kira dua tombak.
Karena harus bicara dulu dengan So So, See hoa coe jadi
ketinggalan dan sesudah semua orang berada diperahu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tong boen Liang, ia sendiri baru mulai menyeberang. Baru
berjalan beberapa tindak, mendadak ia merasakan kesiuran
angin luar biasa dibelakangnya. Meskipun berangasan dan
pendek pikiran, ia berkepandaian tinggi dan berpengalaman
luas. In tahu dirinya dibokong dan begitu memutar badan,
tangannya sudah mencekal pedang.
Mendadak, mendadak saja, ia merasa kedua kakinya
menjeblos kebawah. Papan penyeberangan putus jadi dua!
Sebisa-bisanya ia berusaha untuk menolong diri, tapi karena
jarak keperahu Khong tong masih agak jauh, maka tanpa
ampun lagi ia tercebur kedalam air.
Sial sungguh, ia tidak bisa berenang, sehingga dalam
sekejap, ia sudah minum beberapa ceguk air asin. Selagi ia
kebingungan dan memukul serta menendang air dengan
tangan dan kaki,tiba-tiba melayanglah seutas tambang.
Cepat cepat ia mencekalnya dan dilain saat, ia merasa
badannya terangkat naik keatas permukaan air.
Ia menengadah dan melihat bahwa yang mengangkatnya
adalah Thia Tancoe yang paras muka nya seperti tertawa,
tapi bukan tertawa. Tak usah dikatakan lagi, itu semua kerjaan So So.
Karena mendongkol, diam-diam ia memerintahkan Hong
dan Thia Tancoe "mengerjakan." si berangasan itu.
Tigapuluh enam golok terbang dari Hong Tancoe terkenal
dalam kalangan Kang ouw. Golok itu yang tipis dan tajam
luar biasa, jarang meleset dari sasarannya. Selagi So So
bicara dengan See hoa coe, dengan sekali menimpuk, Hoag
Tancon telah memotong papan itu dengan hoei to nya dan
meninggalkan sebagaian kecil supaya tidak lantas jatuh
kedalan air dan baruakan patah jika diinjak.Thia Tancoe
sendiri siapa sedia deagan seutas tambang, tapi pertolongannya baru diberikan sesudah See hoa coe minum
banyak air. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wie Soe Nio, Tong Boen Liang dan yang lain lain
menyaksikan itu dengan mata membelalak, tapu mereka


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak dapat segera menolong, karena berada dalam jarak
yang agak jauh. See hoa coe merasa dadanya seperti mau meledak, tapi
dalam keadaan tidak berdaya, sedapat dapatnya ia
menahan amarah. Celaka sungguh, baru mengangkat kira
kira satu kaki dari permukaan air, Thia Tancoe berseru.
"Toheng," katanya, "jangan kau bergerak. Tenagaku tidak
cukup. Jika kau bergerak tambang ini bisa terlepas !"
See hoa coe bingung bukan main. Kalau dilepas, ia bisa
celaka, atau sedikitnya bakal minum lebih banyak air asin.
Tiba tiba Thia Tancoe berteriak: "Hati hati!" Dengan
sekali menyentak, tubuh See hoa coe terayun kebelakang
tujuh delapan kaki dan kemudian, ia melemparkan
bandulan manusia itu keperahu seberang.
Begitu kedua kakinya hinggap diatas geladak perahu
Khong tong, See hoa coe kalap bahna gusarnya.
Kegusarannya lebih meluap-luap, karena orang-orang Peh
bie kauw dengan serentak bersorak-sorai. Karena
pedangnya sendiri sudah hilang didalam air, bagaikan kilat
ia menghunus pedang Wie Soe Nio dan melompat kekepala
perahu untuk menerjang musuh. Tapi, jarak antara kedua
perahu itu sudah sangat jauh, sehingga apa yang dapat
dibuatnya hanyalah mencaci habis-habisan.
Semua perbuatan So So telah dilihat oleh Jie Lian Cioe,
yang diam-diam mengakui, bahwa wanita itu benar
mempunyai sifat-sifat yang sesat dan kurang tepat untuk
menjadi pasangan adiknya. Maka itu, ia lantas saja berkata.
"In Hio coe dan Lie Hio coe, kuharap kalian suka
menghadapi pertemuan di Oey ho lauw pada tiga bulan
kemudian. Sekarang kita berpisah saja. Ngotee, mari ikut
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku pergi menemui Insoe."
"Baiklah," kata Coei San dengan perasaan tidak enak.
So So mengerti, bahwa dengan berkata begitu. Lian Cioe
berusaha untuk memisahkan diri dari sang suami. Dengan
paras muka duka, ia mendongak mengawasi langit dan
kemudian menunduk, memandang geladak perahu.
Coei San lantas saja mengerti maksud isterinya, yang
ingin mengingatkan sumpahnya sendiri yaitu "Langit
diatas. Bumi dibawah, kita tak akan berpisahan lagi."
Maka itu, ia lantas saja berkata: "Jieko, aku ingin sekali
mengajak teehoemu dan anakku pergi menemui Insoe lebih
dulu dan sesudah mendapat perkenan beliau, barulah aku
mengunjungi Gakhoe (mertua). Bagaimana pendapatmu?"
"Begitupun baik," jawab sang kakak sambil pengangguk.
So So girang. "Soesiok", katanya kepada Lie Thian hoan,
"aku mohon kau suka memberitahu kan Thia thia (ayah),
bahwa anaknya yang tidak berbakti telah bisa pulang kebali,
dan didalam beberapa hari, kami akan pulang ke Cong to
untuk menemui beliau."
"Baiklah." kata Lie Hiocoe seraya manggutkan kepala.
"Kami akan menunggu kalian di Cong to." Ia bangun
berdiri dan berpamitan. "Bagaimana dengan kakakku?" tanya So So sebelum Lie
Thian hoan berlalu. "Bagus, sangat bagus!" jawabnya. "Selama bebarapa
tahun ini, ilmu silat kakakmu telah mendapat kemajuan
luar biasa, sehingga aku sendiri sudah ketinggalan sangat
jauh." "Ah! Soesiok selamanya suka guyon-guyon dengan anak
anak." kata So So sambil tertawa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, aku tidak bicara main-main," kata sang paman
dengan suara sungguh"sungguh. "Kemajuan kakakmu
malah telah dipuji juga oleh ayahmu sendiri."
"Ah Soesiok!" kata nyonya Coei San. "Janganlah memuji
orang sendiri dihadapan orang luar. Aku kuatir Jie Jie hiap
akan tertawa." "Sesudah Thio Ngohiap menjadi Kouw-ya (menantu),
apakah Jie Jie hia p masih dipandang sebagai orang luar"
kata Lie Thian Hoan seraya tertawa dan kemudian, sesudah
memberi hormat, bersama dengan kawannya, ia lalu
meninggalkan perahu Boe tong. Mendengar tanya jawab
itu, Lian Cioe merasa kurang senang, tapi ia hanya
mengerutkan alis dan tidak mengatakan apa-apa.
Begitu lekas orang-orang Peh hie kauw berlalu, Coei San
segera bertanya dengan tergesa-gesa : "Jieko, bagaimana
dengan keadaan Samko " Apa..apa.. lukanya sudah
sembuh"' Lian Cioe menghela napas, ia tidak lantas menjawab
pertanyaan adiknya. Jantung Coei San berdebar keras. Dengan mata
membelalak, ia mengawasi muka sang kakak.
"Samtee tidak mati," kata Lan Coei akhimya. "Tapi,
hampir tiada beda dengan mati. Ia telah menjadi orang
bercacad, kaki tangannya tidak dapat digerakkan lagi. Jie
Thay Giam Jie Sam hiap..hm....dunia Kangouw tak akan
melihatnya lagi." Air mata Coei San lantas saja mengucur. " Apa kah
sudah diketahui siapa yang mencelakakannya?" tanyanya
dengan suara parau. Lian Cioe tidak meniawab. Mendadak ia mutar kepala
dan sinar matanya yang seperti kilat menatap wajah So So.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"In Kauwnio, apa kau tahu siapa yang melakukan Jie
Samtee?" tanyanya dengan suara tajam .
So So menggelengkan kapala. "Kudengar Jie Samhiap
kena pukulan Kim kong cie dari Siauw lim sie," jawabnya.
"Benar! Tapi apa kau tahu siapa yang melakukan
serangan itu?" tanya pula Lian Coe.
"Tidak, aku tak tahu," jawabnya.
Lian Cioe tidak mendesak lagi, tapi menengok kepada
Coei San seraya berkata: "Ngotee, menurut Siauw lim pay
kau telah membinasakan keluarga Liang boan Piauw kiok
dan beberapa pendata. Siauw lim sie. Apa benar?"
Coei San tergugu dan menjawab dengan suara terputus-
putus : "Ini... ini .."
"Kejadian itu tiada sangkut pautnya dengan dia ",
menyelak So So. "Akulah yang sudah membunuh mereka."
Lian Cioe melirik nyonya muda itu dengan sorot mata
gusar, tapi sejenak kemudian, paras mukanya udah berubah
sabar kembali. "Aku memang tahu bahwa Ngo tee tak akan
membunuh orang secara serampangan." katanya. "Semenjak kau menghilang antara partai kita dan Siauw lim
pay telah terjadi sangketa. Kita mengatakan, bahwa mereka
telah melukakan Samko, tapi mereka sebaliknya menuduh
kau sebagai orang yang telah membunuh puluhan orang
Siauw lim. Karena tak ada saksi, maka urusan itu sehingga
sekarang masih belum bisa dibereskan. Untung juga Kong
boen Tay-soe Ciang boen jin dari Siauw-lim pay, adalah
seorang yang berpandangau jauh dan menghormati Insoe.
Dengan sekuat tenaga, ia sudah melarang murid-muridnya
menimbulkan gelombang. Itulah sebabnya mengapa selama
sepuluh tahun, Boe-tong dan Siauw lim belum pernah
terjadi bentrokan senjata."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diwaktu muda aku telah bertindak semberono dan
sekarang aku merasa sangat menyesal" kata So So. "Tapi
apa mau dikata beras sudah menjadi nasi. Jalan satu
satunya adalah menyangkal tuduhan mereka,"
Paras muka Lian Cioe lantas saja berubah. Ia sungguh
tak mengerti, bagaimana adiknya yang begitu mulia bisa
menikah dengan wanita sesat itu.
Dilain pihak, So So pun merasa kurang senang terhadap
Lian Cioe, karena Jie-hiap ini bersikap dingin tapi juga terus
memanggil dengan panggilan "In Kouwnio" (nona In) dan
tidak menggunakan "teehoe" (isteri dari adik lelaki). Maka
itu, ia lantas saja berkata dengan suara tawar: "Siapa yang
berbuat, ia yang harus bertanggung-jawab,
urusan ini, aku pasti tak akan menyeret-nyeret pihak Boe
tong pay. Suruh saja Siauw lim pay cari Peh bie kauw."
Lian Cioe jadi gusar dan berkata dengan suara nyaring:
"Dalam kalangan Kangouw, yang paling diutamakan
adalah keadilan. Jangankan Siauw lim pay sebuah partai
besar, anak kecilpun tak boleh dihina dengan mengandalkan kekuatan."
Jika teguran pedas itu diberikan pada sepuluh tahun
berselang, So So tentu sudah menghunus pedang. Tapi
sekarang, biarpun darahnya meluap, sebisa-bisa ia menahan
napsu. "Ajaran Jieko sedikitpun tak salah," kata Coei San seraya
membungkuk. "Aku tak kepingin dengar ajaranmu," kata So So didalam
hati dan sambil menarik tangan Boe Kie, ia bertindak
keluar. "Boe Kie, mari kita meninjau perahu besar ini yang
belum pemah dilihat olehmu," katanya.
Sesudah isteri dan puteranya berlalu dari gubuk perahu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coei San segera berkata dengan suara jengah. "Jieko,
selama sepuluh tahun ini, aku...."
"Ngotee," sang kakak memotong perkataannya sambil
mengebas tangan. "Kecintaan antara kau dan aku adalah
kecintaan darah daging. Dalam bahaya apapun juga, aku
akan tetap berdiri didampingmu untuk hidup dsn mati
bersama-sama. Urusan pernikahanmu, kau tak usah
membicarakan dengaku. Sesudah kemali di Boe tong, kau
boleh melaporkan kepada Soehoe, Jika Soehoe gusar dan
lalu menjatuhkan hukuman, kita beramai, Boe tong Cit
hiap, akan berlutut dihadapan Soehoe untuk memohon
pengampunan. Puteramu sudah begitu besar dan aku tidak
percaya, bahwa Soehoe akan cukup tega untuk memisahkan
kau dengan anak isterimu."
Bukan main rasa girang dan terima kasihnya Coei San.
"Terima kasih atas kecintaan Jieko," katanya dengan suara
terharu. Jie Lian Cioe adalah seorang yang diluarnya kelihatan
menyeramkan dan keras, sedang didalamnya, lembek dan
mulia. Diantara Boe tong Cit hiap ialaj yang paling jarang
berguyon, sehingga adik-adik seperguruannya lebih takut
terhadapnya daripada terhadap Song Wan Kiauw. Tapi
selain ditakuti, ia juga sangat dicintai, karena ia sangat
mencintai saudara-saudara seperguruannya. Hilangnya
Coei San mendukakan hatinya, sehingga hampir-hampir ia
menjadi kalap. Pertemuan dengan si adik pada hari itu
merupakan kejadian yang luar biasa menggirangkan, tapi ia
tidak memperlihatkan kegirangannya itu pada paras
mukanya dan malah sudah menegur So So dengan kata-
kata keras. Sesudah berada berduaan, barulah ia mengutarakan isi
hatinya dihadapan si adik. Apa yang paling dikuatirkan
olehnya adalah keselamatan So So yang sudah membunuh
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu banyak murid Siauw lim sie dan ia merasa, bahwa
peristiwa itu tidak mudah dapat dibereskan dengan jalan
damai. Tapi diam-diam ia sudah mengambil keputusan
bahwa jika perlu, ia rela mengorbankan jiwanya sendiri,
demi kepentingan dan keutuhan keluanga Soe teenya.
"Jieko apakah bentrokan kita dengan Peb-bie kauw
karena gara gara siauwtee?" tanya pula Coei San. "Siauw
tee sungguh merasa tidak enak."
"Bagaimana sebenamya kejadian dalam pertemuan Ong-
poan-san ?" Lian Cioe balas menanya, tanpa menjawab
pertanyaan siadik. Coei San lantas saja menuturkan segala pengalamannya,
cara bagaimana malam malam ia masuk kegedung Long
boen Piauw kiok, bagaimana ia mengenal So So,
bagaimana ia turut menghadiri pertemuan di Ong poan san,
bagaimana Cia Soen membunuh orang, merampas To liong
to dan akhirnya menawan ia dan So So. Sesudah
mendengar penuturan itu, Lian Cioe lalu meminta
penjelasan mengenai nasib Ko Cek Sang dan Chio Tauw.
Sesudah segala apa jelas baginya, ia menghela napas seraya
berkata: "Jika kau tidak pulang, entah sampai kapan rahasia
ini baru bisa diketahui."
"Benar," kata Coei San, "Saudara angkatku .....hmm.
Pada hakekatnya, Cia Soen sebenarnya bukan manusia
jahat. Ia telah melakukan
banyak kedosaan sebab mengalami pengalaman hebat
dan mendendam sakit hati yang hebat pula. Pada akhimya,
aku telah mengangkat saudara dengan ia."
Lian Cioe hanya manggut manggutkan kepalanya.
"Dengan teriakannya yang maha dahsyat, Gie heng
(saudara angkat) telah merusak urat syaraf semua orang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada dipulau itu." kata pula Coei San. "Ia
mengatakan, bahwa andaikata orang orang itu tidak
menjadi mati, mereka akan kehilangan ingatan dan dengan
begitu, barulah rahasia To liong to tidak sampai menjadi
bocor." "Didengar dari penuturanmu, biarpun sangat kejam, Cia
Soen adalah manusia luar biasa," kata Lian Cioe. "Sepak


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjangnya sangat hati-hati, tapi ia masih terpeleset dan
melupakan satu orang."
"Siapa?" tanya Coei San.
"Pek Kwie Sioe," jawabnya.
"Ah! Tancoe dari Hian boe tan," kata Coei San dengan
kaget. Lian Cioe mengangguk. "Menurut keteranganmu,
diantara jago-jago yang berkumpul dipulau Ong poan san
pada hari itu, Pek Kwie Sioe-lah yang memiliki Lweekang
yang tinggi," katanya. "Karena diserang dengan semburan
arak oleh Cia Soen, ia telah jatuh pingsan. Jika ia tidak
berada dalam keadaan pingsan, mungkin sekali ia tak dapat
mempertahankan diri pada waktu Cia Soen mengeluarkan
teriakannya yang dahsyat itu."
"Benar!" Coei San memotong perkataan Soe hengnya
sambil menepuk lutut. "Waktu itu memang Pek Kwie Sioe
belum tersadar, sehingga oleh karenanya ia tak mendengar
teriakan Gie heng dan secara kebetulan berhasil menyelamatkan dirinya. Benar! Gieheng seorang yang
berpikiran panjang, tapi ia tidak bisa berpikir sampai di
situ." Lian Cioe menghela napas, "Yang masih hidup hanya
Pek Kwie Sioe dan kedua murid Koen loen pay itu,"
katanya pula, "Sebagaimana kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tau Lweekang Koen loen pay sangat luar biasa dan
walaupun tenaga dalamnya masih belum cukup tinggi, Ko
Cek Sang dan Chio tauw bisa terlolos juga dari kebinasaan.
Tapi mereka hilang ingatan, seperti orang menderita
penyakit urat syaraf. Setiap kali ditanya, siapa yang
mencelakakan mereka, mereka hanya menggeteng- gelengkah kepala, Ko Cok Sang hanya menyebutkan nama
seorang, yaitu nama 'In So So'...Hmmm".
Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata lagi .
"Sekarang baru aku mengerti, bahwa si orang she Ko
menyebut-nyebut nama Teehoe, karena ia tidak dapat
melupakan kecantikan Teehoe. ..hm. Jika dilain kali See
hoa coe mengeluarkan kata-kata yang kurang ajar, entah
bagaimana aku harus menjawabnya. Pihaknya sendiri yang
tidak benar, tapi dia masih mau menyalahkan orang."
"Jika Pak Kwie Sioe tidak kurang suatu apa, dia tahu
dari seluk beluk dari segala kejadian di Ong poan san," kata
Coei San. "Tapi dia tetap menutup mulut," kata Lian Cioe. "Apa
kau bisa menebak sebab musababnya?"
Siadik memikir sejenak. "Ya." jawabnya, sesaat
kemudian. "Mereka menutup mutut karena masih
mengharap bisa merampas To liong to "
"Benar," kata Lian Cioe. "Permusuhan dalam Rimba
Persilatan berpangkal disitu. Koen loan pay menuduh,
bahwa In So So mencelakakan Ko Cek Seng dan Chio
Tauw, sedang pihak kita menganggap kau sudah dibunuh
oleh orang orang Peh bie kauw"
"Apakah hadirnya Siauwtee dipulau itu telah diberitahukan oleh Pek Kwie Sioe ?" tanya Coei San.
"Bukan," jawabnya. "Pek Kwie Sioe membungkam tidak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepatah kata keluar dari mulutnya. Bersama Sie tee dan Cit
tee, aku telah membuat penyelidikan dipulau itu. Kami tahu
kehadiranmu, sebab melihat duapuluh empat huruf yang di
tulis olehmu ditembok batu dengan menggunakan Tiat pit.
Kami, segera mencari Pek Kwie Sioe dan menanyakan
tentang dirimu. Karena jawabannya kurang ajar, kita
bertempur dan dia kena satu pukulanku. Tak lama
kemudian orang orang Koen loen pay minta keterangan
dari Peh bie kauw dan berbuntut dengan pertempuran.
Malam pertempuran itu, Koen loen pay menderita kerugian
dua orang dipihaknya binasa dan permusuhan menghebat.
Srlama sepuluh tahun, dendaman sakit hati ini jadi makin
mendalam." Coei San sangat berduka. "Karena gara gara siauwtee
suami isteri, berbagai partai menemui bencana " katanya.
"Siauwtee sungguh merasa sungguh sangat tak enak.
Sesudah memberi laporan kepada Insoe, siauwtee akan
mengunjungi berbagai partai untuk coba mendamaikan dan
siauw tee rela menerima hukuman apapun jua."
Lian Cioe menghela napas. "Dalam urusan orang ridak
dapat menyalahkan kau," katanya. "Jika hanya karena
persoalan kau berdua suami istri yang terseret dalam
permusuhan, paling banyak hanya Koen loan, Boe tong dan
Peh bie kauw, Tapi, dalam keinginannya untuk merampas
To liong to, Peh bie kauw tidak pernah menyebut nyebut
nama Cia Soen, sehingga dengan begitu, Kie keng pang,
Hay see pay dan Sin koen boon sudah menumplek
kedosaan diatas kepala Peh bie kauw. Mereka menganggap,
bahwa orang orang Peh Bie kauwlah yang sudah
membinasakan pemimpin-pemimpin mereka. Itulah sebabnya, mengapa Peh bie kauw sudah dikeroyok oleh
begitu banyak partai dan golongan"
Coei San menggoyang-goyangkan kepalanya. "Aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh-sungguh tidak mengerti apa kebaikannya To liong
to, sehingga Gakhoe (mertua lelaki) rela menerima segala
tuduhan yang tidak-tidak itu," katanya.
"Aku sendiri belum pernah bertemu muka dengan
mertuamu," kata Lian Cioe. "Tapi kepandaiannya dalam
memimpin orang-orangnya untuk melawan begitu banyak
musuh, sangat dikagumi oleh semua orang."
"Jieko, ada hal lain yang tidak dimengerti olehku," kate
pula Coei San. "Go bie dan Khong tong tidak turut hadir
dalam pertemuan di Ong Poan San, mengapa mereks juga
bermusuhan dengan Peb bie kauw?"
"Sebab musababnya berpangkal pada Giehengmu, Cia
Soen, " jawabnya. "Dalam usahanya untuk mendapatkan
To liong to Peh bie kauw tetah mengirim perahu-parahu
Cia Soen diberbagai pulau. Kau harus mengetahui bahwa
rahasia tak mungkin ditutup selama-lamanya. Meskipun
Pek Kwie Sioe tetap membungkam, lama-lama rahasia itu
bocor juga. Dangan menggunakan name Hoen-Goan Pek
lek chioe Seng Koen, Gie-hengmu telah melakukan lebih
dari tiga puluh pembunuhan yang menggemparkan. Banyak
jago dari berbagai partai yang binasa ditangannya. Apa kau
tahu kejadian ini?" Coei San manggutkan kepala. "Kalau begitu, orang
akhirnya tahu, bahwa itu semua telah dilakukan olehnya,"
katanya dengan suara perlahan.
"Setiap kali membunuh orang, diatas tembok ia menulis
huruf-huruf besar yang berbunyi:Yang membunuh ialah
Hoen goan Pek-lek-chioe Seng Koen," Lian Cioe
melanjutkan penuturannya.
"Kejadian kejadian itu sedemikian hebatnya, sehingga
aku dan lain-lain saudara pernah menerima perintah insoe
untuk turun gunung guna bantu menyelidiki. Semula, tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu manusiapun yang dapat menebak siapa penjahatnya,
sedang Seng Koen sendiri tak pernah muncul. Tapi,
sesudah rahasia Pak bie kauw bocor, orang-orang pandai
berbagai partai lantas saja bercuriga dan mulai menebak-
nebak. Cia Soen adalah murid tunggal dari Hoen-goan Pek
lek Chie. Orang juga tahu meskipun tak tahu sebab
sebabnya bahwa, belakangan Cia Soen bermusuhan hebat
dengan gurunya. Maka itu, orang lantas saja menduga
bahwa yang menggunakan nama Seng Koen adalah Cia
Soen." "Jumlah manusia yang dibunuh Cia Soen sudah terlalu
besar dan jumlah partai yang punya dendam sudah terlalu
banyak. Bahkan seorang yang berkedudukannya paling
tinggi dalam Siauw lim-pay, yaitu Kong kianTaysoe, juga
binasa dalam tangannya . Coba kau menaksir-naksir berapa
jumlah orang yang ingin membalas sakit hati terhadapnya"
Paras muka Coei San berubah. pucat sekali, "Ya... Gie
heng telah kembali kejalan lurus, tapi kedua tangannya
berlumuran terlalu banyak darah." katanya dengan suara
parau. "Jieko .. Pikiranku terlalu kusut dan aku tidak dapat
memikir lagi." "Dengan demikian semua orang mengeroyok Peh bie
kauw," kata pula Lian Coe. "Karena kau, aku dan saudara-
saudara mencari Peh bie kauw, karena Ko Cek Seng dan
Chio Tauw, Koen loan pay mencari Peh bie kauw, karena
kebinasaan pemimpinnya. Kie keng pang mencari Peh bie
kauw. Siauw lim pay dan lain-lain golongan mencari Peh
bie kauw sebab mau menanyakan dimana tempat
sembunyinya Cia Soen. Selama beberapa tahun sudah
terjadi lima kali pertempuran besar dan jumlah pertempuran
kecil tak dapat dihitung lagi. Dalam pertempuran-
pertempuran besar, pihak Peh bie kauw selalu jatuh
dibawah angin. Akan tetapi, dengan kecerdikannya, Gak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hoemu selalu dapat menolong rombongannya, sehingga
tidak sampai menjadi hancur. Mau tidak mau semua orang
orang mengakui, bahwa dia benar benar manusia luar biasa.
Selama persoalan belum jelas dan masih banyak hal yang
meragukan, Siauw lim, Koen loen, boe tong dan lain-lain
pengurus tidak mau bertindak keterlaluan. Tapi golongan-
golongan Kang ouw yang lainnya tidak sungkan-sungkan
lagi. Kali ini, kami mendapat warta bahwa Hiocoe dari
Thian sie tong telah berlayar dengan sebuah perahu besar.
Kami lantas saja menguntip. Lie Hiocoe gusar dan
pertempuran lantas saja terjadi. Jika kau tidak keburu
datang, jumlah korban pasti akan lebih besar"
Bukan main rasa menyesalnya Coei San. Dengan sorot
mata duka ia mengawasi kakak seperguruannya yang
kelihatannya banyak lebih tua daripada sepulah tahun
berselang. "Jieko selama sepuluh tahun, kau sungguh
menderita..." katanya dengan suara berbisik. "Sesudah bisa
bertemu lagi dengan kau, matipun aku rela...aku..."
"Ngotee, tak usah kau terlalu sedih," memotong kakak.
"Berkumpulnya kembali Boe tong Cit hiap adalah kejadian
yang sangat menggembirakan. Semenjak Samtee terluka
dan kau menghilang, orang-orang Kangouw mengubah
panggilan menjadi Boe tong Ngo Hiap. Huh huh! Hari ini
Cit Hiap berkumpul kembali....." Ia tak dapat meneruskan
perkataannya, sebab mendadak ia ingat, bahwa biarpun Cit
hiap masih lengkap tujuh orang, tapi sebenarnya tidak
begitu, karena Jie Thay Giam sudah tak dapat menunaikan
lagi tugasnya sebagai seorang pendekar.
Sesudah berlayar belasan hari, mereka tiba dimulut
Sungai Tiang kang. Mereka segera menukar perahu yang
lebih kecil dan meneruskan perjalanan disungai itu. Coei
San dan So So sudah menukar pakaian yang pantas dan
mereka sungguh merupakan pasangan yang setimpal yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu tampan, yang lain cantik. Boe Kie pun mengenakan
baju baru dan sebagian rambutnya dibuat menjadi dua
kuncir yang diikat dengan sutera merah.
Dengan parasnya yang tampan, kegesitan dan kecerdasannya, ia sungguh seorang bocah yang menarik.
Dalam sibuknya mempelajari ilmu silat, Lian Cioe tidak
menikah dan ia sekarang menumplek kasih sayangnya
kepada putera Soeteenya itu. Boe Kie yang pintar
mengetahui, bahwa Soepeh yang parasnya menyeramkan
itu sangat mencintai nya, sehingga, saban-saban Lian Cioe
mempunyai waktu luang, ia selalu mendekati sang paman
untuk menanyakan ini dan itu. Sebagai anak yang bisa
bidup dipulau terpencil, pengalaman bocah itu sangat
terbatas sekali banyaknya, sehingga hampir segala apa yang
dilihatnya merupakan suatu yang baru baginya. Lian Cioc
tidak pemah merasa bosan untuk menjawab penjelasan
penjelasan yang seperlunya. Sering-sering dengan mendukung Boe Kie, ia berdiri dikepala perahu untuk
menikmati pemandangan alam bersama sama keponakannya itu. Hari itu, perahu tiba dikaki gunung Teng koan san,
daerah Tong leng dalam propinsi An hoei. Diwaktu magrib,
perahu itu berlabuh didekat sebuah kota kecil dan juragan
perahu mendarat untuk membeli daging dan arak. Coei San
suami isteri dan Jie Lian Cioe beromong-omong digubuk
perahu sambil minum teh, sedang Boa Kie main-main


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendirian dikepala perahu.
Didarat, duduk didekat perahu itu, kelihatan seorang
pengemis tua yang lehemya dilibat seckor ular hijau, sedang
kedua tangannya bermain-main dengan seekor ular besar
yang badannya hitam dengan titik putih.
Karena belum pemah melihat ular, Boe Kie menonton
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
permainan sipengemis dengan mata membelalak. Melihat si
bocah, pengemis itu mengangguk sambil tertawa-tawa.
Tiba-tiba sekali ia mengebas tangan, ular hitam itu melesat
keatas, jungkir batik ditengah udara beberapa kali dan
kemudian jatuh didadanya. Boo Kie heran bukan main dan
terus mengawasi dengan mata tidak berkedip. Sipengemis
tertawa dan menggapai-gapai sebagai undangan.
Tanpa memikir panjang Boe Kie segera melompat
kedarat dan mendekatinya, Pengemis itu mengambit sebuah
kantong kain yang menggemblok dipunggungnya dan
sambil membuka mulut kantong, Ia berkata seraya berkata:
"Didalam kantong ini terdapat serupa benda yang lebih
menarik. Coba kau lihat."
"Benda apa?" tanya Boe Kie.
"Sangat menarik, kau lihat saja sendiri," jawabnya.
Boe Kie membungkuk dan mengawasi kedalam kantong
itu, tapi ia tak dapat melihat apapun just. Ia maju setindak
lagi untuk melihat dengan lebih jelas. Mendadak, bagaikan
kilat, kedua tangan si pengemis bergerak, menungkup
kepala Boe Kie. Bocah itu hanya dapat mengeluarkan
teriakan di tenggorokan, karena mulutnya sudah dibekap
dan badannya diangkat keatas.
Teriakan Boe Kie memang sangat lemah. Tapi Lian Cioe
dan suami isteri Coei San adalah ahli kelas satu yang
kupingnya tajam luar biasa.
Seketika itu mereka tahu, bahwa telah terjadi sesuatu
yang tidak baik. Dengan serentak mereka berlari lari
kekepala perahu dan melihat Boe Kie yang sudah menjadi
tawanan si pengemis. Baru saja mereka mau melompat
kedarat, pengemis itu sudah membentak: "Jangan bergerak!
Kalau kau masih sayang akan jiwa anak ini, jangan
bergerak!" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seraya mengancam, ia merobek baju Boe Kie dibagian
pinggang dan mengangsurkan mulut ular hitam itu kedekat
kulit punggung si bocah. Melihat begitu, bukan main bingung dan gusarnya So So.
Tanpa memikir lagi tangannya bergerak untuk melepaskan
jarum emas. "Jangan!" bentak Lian Cioe dengin suara perlahan. Ia
sudah mengenali, bahwa ular hitam itu adalah salah satu
dari delapan belas macam ular paling berbisa didalam
dunia. Ular tersebut yang mengambil kedudukan kesebelas,
diberi nama Cit lie seng. Makin hitam warnanya dan makin
halus titik-titik putihnya, makin hebat bisanya. Ular
sipengemis itu, yang hitamnya mengkilap dan titik putihnya
bersinar terang, kelihatan membuka mulutnya yang besar,
dalam mana terdapat empat batang caling, siap sedia untuk
memagut punggung Boe Kie yang putih bersih.
Sekali dipagut, bocah itu pasti akan segera binasa.
Andaikata pengemis itu bisa lantas dibinasakan dan obat
pemunah bisa lantas didapatkan, masih belum tentu jiwa
Boe Kia keburu ditolong dengan obat itu.
Itulah sebabnya, mengapa Lian Cioe mencegah niatan
So So Dengan paras muka tidak berubah, ia bertanya:
"Sebab apa tuan menawan anak itu ?"
"Sebelum aku menjawab, kau lebih dulu harus menolak
perahumu sampai kira-kira delapan tombak dari tepi
sungai," kata sipengemis.
Lian Cioe mengerti, bahwa sesudah perahu terpisah jauh
dari tepian, Boe Kie makin sukar ditolong. Tapi karena
anak itu menghadapi bencana, ia tidak dapat berbuat lain
daripada menurut. Ia lalu menjemput rantai sauh dan sekali
menyentak, sauhnya yang beratnya kira-kira lima puluh kati
sudah melompat keluar dari permukaan air.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat Lweekang Jie Jiehiap yang sangat tinggi itu,
paras muka si tua agak berubah.
Dengan jantung berdebar keras, Coei San mengambil
gala dan menotol tanah, sehingga perahu itu lantas saja
bergerak ketengah sungai.
"Lebih jauh sedikit ?" teriak pengemis itu.
"Apa belum delapan tombak ?" tanya Coei San dengan
mendongkol. "Waktu mengangkat sauh Jie Jiehiap telah memperlihatkan Lweekang yang begitu tinggi," kata si tua
sambil tertawa "Maka itu, biarpun sudah terpisah delapan
tombak, aku yang rendah masih sangat kuatir,"
Apa boleh buat, Coei San mendorong pula sejauh
beberapa tombak. "Apakah aku boleh mendapat tahu she dan nama tuan
yang mulia ." tanya Lian Cioe sambil menyoja.
"Aku yang rendah hanyalah seorang perajurit yang tidak
masuk hitungan dalam Kay pang (Partai pengemis),
sehingga namaku hanya akan mengotor kuping Jie Jiehiap,"
jawabnya. Melihat pengemis itu menggendong enam buah karung,
Lian Cioe merasa heran, sebab seorang pengemis yang
membawa karung sebanyak itu mempunyai kedudukan
yang cukup tinggi. Disamping itu. sepanjang pengetahuannya, Kay pang adalah sebuah partai yang
selalu melakukan perbuatan perbuatan mulia, sedang
Pangcoe dari partai itu adalah sahabat karib dari Toa
seekonya, Song Wan Kiauw.
Selagi ia berpikir, tiba tiba So So berkata: "Apakah, Boe
san pang dari Soe coan timur sudah dipersatukan dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kay pang" Kalau tidak salah, dalam partai pengemis tidak
terdapat orang yang seperti tuan."
Si tua mengeluatkan seruan tertahan, bahna kagetnya.
Sebelum ia menjawab, So So sudah berkata pula : "Ho
Loosam, kau jangan main gila. Jika kau mengganggu
selembar rambut anakku, aku akan mencincang tubuh Bwee
Ciok Kian !" Pengemis itu kaget tak kepalang, sehingga paras
mukanya berubah pucat. Sesaat kemudian, sesudah dapat
menenteramkan hatinya, ia berkata: "In
Koawnio mempunyai mata yang sangat tajam dan dapat mengenali
Ho Loosam, Atas perintah Bwee Pangcoe, aku datang
kemari untuk menyambut Kongcoe."
"Singkirkan ular itu !" bentak So So dengan gusar. "Hu
hu! Gerombolan Boe san pang yang tiada artinya berani
menyentuh kepala Peh bie kauw!"
"In Kouwnio, kau salah," bantah Ho Loosam
"Sedikitpun kami tidak mempunyai niatan untuk melanggar
keangkeran Peh bie kauw. Asal saja In Kouwnio sudi
menjawab pertanyaanku, bukan saja aku akan segera
mengembalikan Kongcoe, tapi Bwee Pangsoe sendiripun
akan datang berkunjung untuk meminta maaf."
"Pertanyaan apa ?" tanya So So.
"In Kouwnio sendiri mungkin sudah mendengar, bahwa
putera satu satunya dari Bwee Pang coe telah binasa
didalam tangan Cia Soen." jawab nya. "Bwee Pangcoe
memohon supaya Thio Ngo hiap dan In Kouwnio .... aku
salah ... supaya Thio Ngo Hiap dan Thio Hoejin sudi
menaruh belas kasihan dengan memberitahukan tempat
bersembunyinya Cia Soen. Untuk budi yang sangat besar
itu, seluruh partai akan merasa sangat berterima kasih."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
So So mengerutkan alis. "Kami tak tahu " katanya.
"Kalau begitu, kami memohon supaya kalian suka
mendengar dengarkan dimana adanya Cia Soen, sedang
dipihak kami, kami akan merawat Kongcoe baik baik" kata
pula sipengamis. "Nanti sesudah kalian mendapat tahu
tempat sembunyinya Cia Soen. Bwee Pangcoe sendiri akan
mengembalikan Kongcoe."
Melihat caling ular hanya terpisah beberapa dim dari
punggung puteranya, hati So So berdebar debar. Jika ia
dapat mengambil keputusan sendiri, ia tentu akan segera
membuka rahasia. Ia menengok dan mengawasi muka
suaminya. Sesudah menjadi suami isteri sepuluh tahun, is
mengenal adat sang suami yang keras dan mulia. Ia tahu,
bahwa apapun jua yang akan terjadi Coei San pasti tidak
akan menghianati Cia Soen. Ia mengerti, bahwa jika ia
membuka rahasia dan Cia Soen binasa oleh karenanya,
perhubungan mereka sebagai suami isteri sudah pasti tak
bisa dipertahankan lagi. Maka itulah melihat paras muka
Coei San yang menyeramkan, ia terpaksa menutup mulut.
"Baiklah, kau boleh menawan anakku," kata Thio
Ngohiap dengan suara nyaring. "Seorang laki-laki tak akan
menjual sahabat. Ho Loosam, kau terlalu memandang
rendah kepada Boe tong Cit hiap."
Si pengemis terkejut, itulah jawaban yang tidak diduga-
duga. Semula ia menaksir, bahwa begitu cepat Boe Kie
tertawan, Coei San dan So So pasti akan memberitahukan
tempat sembunyinya Cia Soen. Dengan rasa kagum, sambil
berpaling kearah Lian Cioe, ia berkata: "Jie Jiehiap, Cia
Soen adalah manusia berdosa yang kedosaannya bertumpuk tumpuk bagaikan gunung. Boe tong pay selalu
mengutamakan keadilan dan pendirian yang sangat
dihormati dalam Rimba Persilatan. Aku mengharap Jiehiap
suka membujuk Ngohiap"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengenai urusan ini, aku dan Ngotee sekarang justeru
ingin pulang ke Boe tong untuk melaporkannya kepada
Insoe dan meminta keputusannya," kata Lian Cioe, "Tiga
bulan kemudian, kami akan mengadakan pertemuan di
Hong ho lauw. Aku harap Bwee Pangcoe dan tuan juga
suka menghadiri pertemuan itu, supaya kita beramai bisa
berunding untuk mendapatkan suatu penyelesaian yang
memuaskan. Sekarang aku minta kau suka melepaskan
anak itu." Lian Cioe bicara dengan suara perlahan dari jarak
belasan tombak. Tapi setiap perkataannya dapat didengar
jelas oleh Ho I.oosam yang jadi kagum bukan main. "Boe
tong Cit hiap yang namanya mengetarkan seluruh negeri
sunguh-sungguh bukan nama kosong." katanya didalam
hati. "Kali ini aku sudah menanam bibit permusuhan bagi
Boe san pang. Tapi, biar bagaimanapun juga, sakit hati
Bwee Pangcoe tidak bisa tidak dibalas."
Ia merangkap kedua tangannya seraya berkata: "Kalau
begitu, aku memohon beribu maaf dari kalian. Tidak ada
jalan lain dari pada aku mengajak Thio Kongcoe pulang ke
Tongcoa." Karena Ho Loosam merangkap kedua tangannya, maka
mulut ular yang dicekal dengan salah satu tangannya jadi
tepisah agak jauh dari pungung Boe Kie. Biarpun kepalanya
berada didalam karung, bocah itu telah mendengar jelas
semua pembicaraan. Begitu lekas ia merasa tangan
sipengemis terlepas dari dirinya, bagaikan kilat ia menepuk
jalanan darah Leng tay hiat, dipunggung Ho Loosam, dan
dengan berbareng, ia menendang seraya melompat. Karena
kuatir musuh melepaskan ular, tanpa membuka karung
yang masih menutup kepalanya, ia meloncat beberapa kali
deagan sekuat tanaga. Sesudah kabur belasan tombak, barulah ia mencabut
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karung dari kepalanya. Ia heran sebab melihat pengemis tua
itu rebah ditanah tanpa bergerak.
Sementara itu, cepat-cepat Coei San menolak perahunya
ketepi sungai dan kemudian, bersama isterinya dan
kakaknya, ia melompat kedaratan. Bagaikan terbang So So
berlari-lari kearah puteranya, yang lalu dipeluk dengan rasa
girang yang meluap-luap. Coei San sendiri segera menghunus pedang dan
membunuh kedua ular berbisa itu.
Sesudah itu, barulah ia membungkuk dan memeriksa
keadaan Ho Loosam yang mulutnya terus mengeluarkan
darah dan kelihatannya sedang menderita kesakitan hebat,
"Ngotee," kata Lian Cioe dengan perasaan heran, "apa
mungkin tepukan Boe Kie yang begitu enteng bisa
mengakibatkan luka yang begitu berat ?" Ia mengangsurkan
tangan dan coba mengangkat lengan kiri situa, tapi lengan
itu kaku, seperti orang yang tertotok jalanan darahnya.
Melihat begitu, ia segera mengurut jalanan darah Tau tiong
hiat, dibagian dada, dan Toa twie hiat, dibelakang leher Ho
Loosam. Diluar dugaan, begitu diurut, sipengemis mengeluarkan
teriakan menyayat hati. "Aduh! Mau bunuh, lekas bunuh


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

.... Jangan kau ... menyiksa!" Ia sesambat. Seluruh
tubuhnya menggigil dan giginya bercetukan.
Lian Cioe kaget tak kepalang, karena dengan urutan itu,
ia bermaksud untuk menolong. Tan tiong hiat ialah pusat,
atau sumber dari hawa tubuh manusia, sedang Toa twie
hiat adalah tempat berkumpulnya jalanan darah besar
dibagian kaki tangan manusia. Maka itu, jika kedua jalanan
darah sudah mengalir baik, lain lain jalanan darah yang
tertutup akan terbuka kembali.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi diluar dugaan, akibatnya justeru sebaliknya.
Melihat Ho Loosam menderita kesakitan yang begitu hebat,
Lian Cioe segera menotok jalanan darah dipundaknya
untuk mengurangkan penderitaannya dan keemudian
berpaling mengawasi Coei San.
Tapi Coei San pun tidak mengerti sebab musababnya.
"Sumoay," katanya. "Apakah kau melukakan dia dengan
jarum emas?" "Tidak," jawabnya. "Mungkin dia kena dipagut ulamya
sendiri." Sambil menahan sakit, si tua berkata: "Tidak... anakmu
yang menghantam punggungku..." Ia melirik Boe Kie
dengan sorot mata heran dan takut.
So So senang hatinya. "Boe Kie," katanya dengan suara
bangga, "benarkah kau sendiri yang menghajamya " Bagus!
Bagus sekali!" "Jalan darah apa yang harus dibuka untuk menolongnya?" tanya Coei San dengan suara jengah. Ia
merasa main, bahwa sebagai ayah ia tidak dapat menolong
orang yang dihajar oleh puteranya sendiri, sehingga
pertanyaan itu tidak langsung ditujukan kepada Boe Kie.
So So tertawa geli. "Anak," katanya. "Thia thia
menyuruh kau membuka jalanan darahrnya. Tolonglah dia!
Sekarang dia sudah mengena lihaynya Cia Boe Kie."
Mendengar perkataan Cia Boe Kie, Lian Cioe merasa
heran. "Cia Boe Kie ?" menegasnya.
"Ya," jawab Coei San sambil mengangguk. "Siauwtee
telah menyerahkan anak itu kepada Gieheng dan sedari
dilahirkan ia telah mengguna kan she Cia."
Boe Kie menggelengkan kepalanya. "Aku tak bisa,"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
katanya. "Mengapa tak bisa?" tanya sang ayah.
"Giehoe hanya mengajar aku untuk menotok orang, tapi
tidak memberitarukan cara bagaimana harus membuka
totokan itu," jawabnya. Ia diam sejenak dan kemudian
berkata pula: "Waktu menurunkan pelajaran itu kepadaku,
Giehoe mengatakan, bahwa jika pukulan mengenai Tai-
yang, Tan-tiong, Toa-twie dan Leng tay, empat jalanan
darah besar, orang yang terpukul bisa lantas binasa. Aku
segera menanyakan bagaimana caranya menolong orang
yang terpukul. Ia nneagerutkan alis dan berselang beberapa
saat, barulah ia menjawab begini: Didalam dunia, ilmu ini
hanya dikenal olehku dan olehmu berdua orang. Perlu apa
kau belajar cara menolongnya" Kau hanya boleh memukul
musuh dengan pukutan ini. Dan kalau yang dipukul musuh,
perlu apa kita menolongnya" Apakah kau mau memberi
kesempatan kepadanya, supaya dibelakang hari dia bisa
membalas sakit hati" Itulah jawab Giehoe terhadap
pertanyaanku." Coei San dan isterinya mengakui bahwa suara itu,
memang suara Cia Soea yang tangannya kejam dan kalau
membabat, selalu membabat sampai diakarnya.
Biar bagaimanapun jua, Ho Loosan seorang laki laki
yang keras kepala. "Jie Jiehiap, Thio Ngohiap, dalam hal
ini, yang bersalah memamg aku sendiri," katanya. "Hatiku
tidak baik dam memang pantas aku mendapat pembalasan
yang tidak baik. Sekarang aku memohon supaya kalian
cepat cepat mengambil jiwaku, supaya aku tidak menderita
terlalu lama." Lian Cioe menggelengkan kepala. "Tidak, kedosaanmu
tidak pantas mendapat hukuman mati," katanya. "Aku
meminta maaf untuk keponakanku yang sudah turun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan tanpa mengetahui berat entengnya tangan itu. Kami
akan berusaha sedapat mungkin untuk menolong jiwamu,"
sehabis berkata begitu, ia mendukung Ho Loosam dan
menaruhnya didalam gebuk perahu.
Sesudah itu ia kembali kedaratan dan bertanya kepada
Boe Kie: "Apa namanya pukulan yang telah digunakan
olehmu ?" Melihat paras sang paman yang menyeramkan, bocah itu
jadi ketakutan dan lantas saja menangis. "Aku bukan
sengaja mau membinasakannya," jawabnya "Dia... dia
mengancam aku dengan ular ... Aku takut, aku ... sangat
takut ...." Lian Cioe menghela napas. Dengan rasa cinta ia
mendukung keponakannya dan mensusutan matanya.
"Jiepeh tidak menyalahkan kau," katanya dengan suara
halus. "Jika dia mengancam Jiepeh dengan ular, akupun
akan menghajar dia."
Sesudah dibujuk dan dielus elus, barulah Boe Kie
berhenti menangis "Menurut katanya Giehoe pukulan itu
yalah pukulan yang sudah hilang dari Rimba Persilatan," Ia
menerangkan. "Namanya Hang liong Sip pat ciang
(Delapanbelas pukulan untuk menaklukkan naga)"
Begitu mendengar perkataan Hang liong Sip pat ciang,
paras muka Lian Cioe berubah dan ia lalu menurunkan
sibocah dari dukungannya.
Hang liong Sip pat ciang adalah ilmu silat yang sangat
tersohor dari Ang Cit Kong, Pangcoe partai pengemis pada
akhir jaman kerajaan Lam tong, Di samping ilmu itu Ang
Cit Kong, melirik ilmu silat tongkat yang diberi nama Tah
kauw Pang hoat. (Ilmu silat tongkat untuk memukul anjing
), yang juga sudah menggetarkan Rimba Persilatan dan
sangat disegani oleh jago-jago pada masa itu, Tah kauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pang hoat adalah ilmu yang hanya diturunkan kepada
Pangcoe dari Kaypang dan sampai pada waktu itu masib
dikenal orang. Tapi Han-liong Sip pat ciang sudah lama
menghilang dari dunia persilatan.
Ilmu itu telah diturunkan oteh Ang Cit Kong kepada
Kwee Ceng, tidak terdapat orang yang berbakat cukup
untuk mempelajarinya. Sin tiauw Tay hiap Yo Ko adalah
seorang yang mengenal macam-macam ilmu silat antaranya
Hang liong Sip pat ciang, tapi lantaran belakangan satu
lengannya putus ia tidak dapat menggunakan ilmu itu yang
harus digunakan dengan kedua-dua tangan. Maka itulah,
selama kira-kira seratus tahun, Rimba Persilatan hanya
mendengar nama, tapi belum pernah melihat ilmu silat
tersebut. Diluar dugaan, Boe Kie telah mendapatkannya
dari Cia Soen. "Apa benar kau memukul Ho Loosam dengan Hong
liang Sip pat ciang?" mendesak Lian Cioe yang masih tidak
percaya akan keterangan keponakannya.
Boe Kie mengangguk. "Menurut kata Giehoe pukulan itu
diberi nama Sin liong Pa bwee (Naga sakti menyabet
dengan buntutnya)." jawabnya.
Lian Cioe dan Coei San lantas saja ingat bahwa waktu
menceritakan Hong liang Sip pat ciang, guru mereka
memang pemah menyebutkan nama "Sin-liong Pa bwee,"
tapi Thio Sam Hong sendiri tidak mengenal pukulan itu.
Mengingat bahwa dalam usianya yang masih begitu muda,
Boe Kie sudah melukakan Ho Loosam begitu berat,
keterangannya tentang Hang-liong Sip pat ciang mungkin
tidak palsu. "Waktu Boe Kie menerima pelajaran dari Gie hang,
Siauwtee berdua isteri dilarang mendekat," menerangkan
Coei San. "Siauwtee tak nyana Giehoe sudah menurunkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu yang luar biasa itu"
"Giehoe mengatakan, bahwa ia hanya mengenal tiga dari
delapanbelas pukulan itu dan ia mendapatkannya dari
seorang ahli yang sudah mengasingkan diri dari dunia
Kangouw." kata Boe Kie, "Giehoe juga mengatakan, ia
merasa bahwa dalam perubahan perubahan ketiga pukulan
itu ada sesuatu yang kurang tepat. Mungkin sekali, ahli itu
sendiri belum dapat menyelami isi pukulan pukulan itu
sampai kedasar dasarnya."
Jie Lian Cioe dan Thio Coei San jadi bengong. Mereka
kagum bukan main akan lihaynya jago jago dijaman dulu.
Cia Soen yang hanya memdapat oleh beberapa pukulan,
sudah begitu hebat. Maka itu, lihaynya Ang Cit Kong dan
Kwee Ceng hanya dapat dibayang bayangkan.
Antara ketiga orang itu, So So lah yang paling bunga
hatinya. Sebagai seorang ibu, ia sangat bangga bahwa
dalam pukulannya yang pertama puteranya yang masih
begitu kecil sudah memperlihatkan kepandaian yang tinggi
itu, Dalam girangnya, ia tidak memperhatikan pembicaraan
antara suami dan Jiepehnya.
"Kurasa, selain Ho Loosam, Boe san pang juga mengirim
lain orang untuk memyantu," kata Coei San. "Sebaiknya
kita lekas lekas menyingkir dari tempat ini"
"Benar," ka'a Lian Cioe. "Aku sudah memberikan obat
Tok bing sinsan kepada Ho Loosam. Harap saja obat itu
dapat menolong jiwanya."
Mereka berempat lantas kembali keperahu. Napas Ho
Loosam sangat lemah dan mulutnya masih mengeluarkan
darah. "Boe Kie," kata Cioe San dengan suara keren. "Kali ini,
aku tidak menyalahkan kau. Lantaran adanya ancaman
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat, kau terpaksa turun tangan. Tapi lain kali, kecuali jika
terlalu terdesak, tak boleh kau sembarangan bertempur.
Lebih lebih, aku melarang kau menggunakan tiga pukulan
dari Hang liong Sip liong itu. Kau mengerti ?"
"Baiklah. Anak tak akan melupakan pesan ayah," jawab
sibocah. Melihat paras muka ayah nya yang menyeramkan, air
mata lantas saja berlinang linang dikedua matanya dan
sesaat kemudian, ia lantas saja menangis keras.
Tak lama kemudian, juragan perahu sudah kembali
dengan membawa arak dan daging, Lian Cioe segera
memerintahkannya untuk menjalankan perahu.
Malam itu, sesudah bersantap, Lian Cioe bersila dengan
tangan menekan jalanan darah Toatwie hiat dibelakang
leher Ho Loosam dan kemudian mengempos Lweekangnya
untuk bantu mengobat sipengemis.
So So sangat tak puas akan cara-cara Jiepehnya itu yang
dianggapnya seperti nenek2. Menurut jalan pikirannya,
manusia semacam Ho Loosam bukan saja tidak pantas
ditolong, malah harus dilemparkan kedalam air.
Sesudah mengalirkan Lweekangnya beberapa jam, Lian
Cioe merasa lelah dan Coei San lalu menggantikannya.
Diwaktu fajar menyingsing, pengemis tua itu tidak
mengeluarkan darah lagi dan pada mukanya mulai terdapat
sinar dadu. "Jiwamu sudah ketolongan," kata Lian Cioe dengan
girang. "Hanya mungkin ilmu silatmu tidak bisa pulih
kembali " "Budi Jie-wie tak akan dilupakan olehku si orang she
Ho," kata Ho Loosam. "Akupun tak ada muka untuk
menemui lagi Bwee Pangcoe. Mulai dari sekarang, aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan menyingkir dari diri pergaulan dan tidak akan
berkeliaran lagi di dalam kalangan Kangouw."
Waktu perahu tiba di An keng, pengemis itu berpamitan
dan berlalu. Sesudah berpisahan sepuluh tahun dengan guru dan
saudara-saudara seperguruannya, Coei San ingin sekali tiba
di Boe tong secepat mungkin. Ia merasa sangat tidak sabar
akan perlahannya perahu, maka sesudah melewati An keng,
ia mengajukan usul untuk mengambil jalanan darat dengan
menunggang kuda. "Ngotee, kurasa kita lebih baik terus menggunakan
perahu," kata sang kakak. "Biarpun lebih lambat beberapa
hari, kita lebih selamat. Diwaktu ini, entah berapa banyak
orang ingin menyelidik tempat sembunyinya Cia Soen."
"Dengan berjalan bersama-sama Jiepeh, apakah masih
ada manusia yang berani mencegat kita ?" kata So So.
"Kalau kami tujuh saudara semua berkumpul, mungkin
sekali orang akan sangsi untuk mengganggu," kata Lian
Cioe. "Tapi dengan hanya bertiga, tak bisa kita menghadapi
begitu banyak orang pandai. Disamping itu, tujuan kita
yalah untuk menyelesaikan urusan ini secara damai. Perlu
apa kita menanam lebih banyak bibit permusuhan?"
Coei San mengangguk "Tak salah apa yang di katakan
Jieko" katanya. Beberapa hari kemudian, mereka tiba di Boe hiat,
wilayah Oawpak. Malam itu, setibanya di Hok-tie-kouw,
perahu itu melepas sauh dan bersiap untuk bermalam disitu.
Tiba-tiba Lian Cioe mendengar suara kaki kuda digili-gili
dan ia mendongok keluar dari gubuk perahu. Secara
kebetulan, dua penunggang kuda sedang membelokkan
tunggangannya yang lalu dikaburkan kearah kota. Dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu ia tidak bisa melihat muka kedua orang itu. Tapi
dilihat dari gerak-geraknya yang gesit dan lincah, mereka
pasti bukan sembarang orang.
Lian Cioe melirik adiknya dan berkata dengan suara
perlahan: "Kurasa ditempat ini bakal terjadi sesuatu. Lebih
baik kita berangkat sekarang juga."
"Baiklah," kata Coei San dengan rasa berterima kasih.
Semenjak Boe tong Cit-hiap turun gunung. dengan
memiliki kepandaian tinggi dan sepak terjangnya selalu
menuruti jalan yang lurus, mereka tak pernah menyingkir
dari orang lain. Selama beberapa tahun yang paling
belakang, nama Jie Lian Cioe naik makin tinggi, sehingga
malah para Ciang boen jin dari partai-partai ternama,
seperti Koen loan, Khong dan sebagainya, menaruh hormat
terhadapnya. Tapi, malam itu, ia tak mau berdiam lama-
lama di Hoktie kouw karena melihat bayangan dua orang
yang tidak ternama. Coei San mengerti bahwa sikap sang
kakak itu adalah demi keselamatan keluarganya.
Sementara itu, Lian Cioe sudah memanggil juragan
perahu. Sambil mengangsurkan sepotong perak yang
beratnya lima tahil, ia minta supaya perahu diberangkatkan
sekarang juga. Meskipun lelah, melihat uang yang
berjumlah besar itu, ia jadi girang dan mengiakan.
Malam itu, rembulan memancarkan sinarnya yang gilang
gemilang. Boe Kie sudah menggeros, sedang ayah
bundanya bersama sang Jiepeh minum arak dikepala
perahu sambil menikmati pemandangan malam yang sangat
indah itu. Dengan hati lapang, mereka minum sambil
beromong-omong. "Tak lama lagi Insoe berulang tahun yang ke seratus,"
kata Coei San. "Bahwa siauwtee keburu pulang untuk turut
serta dalam pertemuan yang langkah itu merupakan bukti
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Langit menaruh belas kasihan atas diri siauwtee."
"Hanya sayang kita tidak bisa menyediakan antaran yang
sepantasnya," menyambungi si isteri.
Lian Cioe tertawa seraya berkata: "Teesoe, apakah kau
tahu, siapa diantara tujuh muridaya yang paling dicintai
Insoe?" "Tentu saja Jiepah," jawabnya sambil bersenyum.
Lian Cioe tertawa. "Teehoa nakal sekali," katanya. "Kau
tahu, tapi kau sengaja mengatakan begitu. Diantara kami
bertujuh orang, yang paling dicintai Insoe adalah suamimu
yang tampan." So So girang bukan main. "Aku tak percaya," katanya
dengan paras muka berseri-seri.
"Diantara kami bertujuh setiap orang mempunyai
keunggulan sendiri-sendiri," menerangkan Lien Cioe.
"Toasoeko mempelajari kitab Ya keng dan sebagai manusia,
ia rendah hati, sederhana besar jiwanya dan luas
pemandangannya. Samtee seorang hati-hati dan pandai
bekerja. Pekerjaan yang diberikan Insoe belum pernah
digagalkan olehnya. Sietee berotak cerdas luar biasa.
Lioktee unggul dalam ilmu pedang dan Cit tee belakangan
ini telah mempelajari juga Gwakang (ilmu silat luar),
sehingga ia akan mahir dalam ilmu dalam dan ilmu luar
serta akan dapat menangkap tenaga keras dan tenaga
lembek." "Bagaimana dengan Jiepeh sendiri?" tanya So So.
"Aku berotak tumpul dan tak mempunyai keunggulan
dalam apapun jua," jawabnya," jika Tee hoe ingin tahu
juga, boleh dikatakan bahwa dalam pelajaran yang
diturunkan oleh Soehoe, akulah yang paling giat
mempelajarinya." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
So So bertepuk tangan. "Aku memang tahu, bahwa
diantara Boe tong Cit hiap, Jiepeh yang ilmu silatnya paling
tinggi," katanya sambil tertawa. "Tapi Jiepeh sangat
merendahkan diri dan suka mengakuinya."
"Memang, diantara kami bertujuh, memang Jie ko yang
berkepandaian paling tinggi," kata Coei San. "Hai! ....
Selama sepuluh tahun Siauwtee tak pernah menerima
pelajaran In soe dan diwaktu ini, siauwtee pasti menduduki
kursi yang paling buncit." Waktu mengucapkan kata-kata
itu, suaranya bernada sedih.
"Akan tetapi, diantara kita bertujuh, kaulah yang Boen
boe coan cay," kata Lian Cioe, "Tee hoe, aku sekarang
ingin membuka suatu rahasia. Pada lima tahun berselang,
ketika Soehoe merayakan ulang tahunnya yang kesembilan
puluh lima, tiba-tiba paras muka beliau berubah sedih
Sesudah menghela napas, beliau berkata: Diantara tujuh
muridku, yang otaknya paling cerddas dan boen boe song
coan hanyalah Coei San seorang. Aku sebenarnya
mengharap, hahwa dihari kemudian ia akan bisa menjadi
ahli warisku. Ah! .. Hanya sayang rejeki anak itu tipis sekali
dan selama lima tahun, belum diketahui bagaimana
nasibnya. Mungkin.... mungkin sekali ia sudah mendapat
kecelakaan" "Kau dengarlah, Teehoe. Apakah keliru, jika aku
mengatakan, bahwa Ngotee paling disayang oleh Soehoe?"
Mendengar itu, Coei San merasa berterima kasih dan
terharu, sehingga air matanya lantas saja berlinang-linang.
"Sekarang Ngotee sudah kembali dengan selamat dan
pulangnya bersama-sama kalian, sudah merupakan antaran
yang paling berharga untuk Soehoe," kata pula Lian Cioe.
Bicara sampai disini sekonyong konyong terdengar suara
kaki kuda yang di kaburkan digili gili sungai. Kuda-kuda itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendatangi dari sebelah timur dan menurut kearah barat.
Ditengah malam yang sunyi, suaranya terdengar tegas
sekali dan dari suara tindakan bisa diketahui, bahwa
jumlahnya empat ekor kuda.
Lian Cioe bertiga saling mengawasi. Didalam hati
mereka tahu, bahwa empat penungang kuda itu yang
datang ditengah malam buta, kebanyakan mempunyai
sangkut paut dengan mereka.
Meskipun mereka sungkan mencari urusan, mereka
bukan orang-orang yang takut mendapat urusan. Maka itu,
biarpun bercuriga, mereka tenang tenang saja dan tidak
membicarakan kejaran empat pengunggang itu.
"Pada waktu aku turun gunung, Soehoe sedang menutup
diri dan bersemedhi," kata pula Lian Cioe. "Menurut
perhitungan, setibanya kita di Boe-tong, beliau sudah
selesai." "Dulu ayah pernah memberitahukan kepadaku, bahwa
selama hidup ia hanya mengagumi Thio Cinjin dan Kian
boen tie seng, empat pendeta suci dari Siauw lim-pay," kata
So So. "Tahun ini Thio Cinjin sudah mencapai usia seratus
tahun dan dalam keagamaan, mungkin ia tidak mempunyai
tandingan lagi didunia ini. Apakah beliau sedang
mempelajari ilmu untuk hidup abadi?"
"Bukan, Insoe sedang merenungkan ilmu silat,"
jawabnya. So So agak kaget. "Dalamnya ilmu silat yang dimiliki
beliau sudah tak dapat diukur lagi," katanya. "apa lagi yang
ingin dipelajari" Apakah pada jaman ini beliau masih
mempunyai tandingan?"
"Semenjak usia sembilan puluh lima tahun, saban tahun
in Soe menenutup diri sembilan bulan lamanya,"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerangkan Lian Cioe. "Beliau sering mengatakan, bahwa
intisari daripada ilmu silat Boe tong terletak didalam kitab
Kioe yang Cin keng. Hanya sayang, pada waktu Kak wan
Couw soe menghafal isi kitab itu, Insoe masih terlalu muda
dan sesudah lewat sekian tahun, ia sudah tidak ingat lagi
seluruh isinya. Maka itulah, dalam ilmu silat kami masih
terdapat kekurangan-kekurangan."
"Kioe yang Cin keng adalah warisan Tat mo Couw soe
Insoe mengatakan, bahwa makin lama beliau merenungkan, makin beliau merasa, bahwa dalam ilmu
silat kami masih terdapat terlalu banyak kekurangan, seolah
hanya merupakan separoh dari sebuah keseluruhan. Beliau
mengatakan, bahwa untuk mencapai keseluruhan itu, orang
harus mendapatkan dan mempelajari Kioe im Cin keng.
Hanya sayang, sedang Kioe yang Cin keng saja masih
belum lengkap, dimanakah orang harus mencari Kioe im
Cin keng " Disamping itu, apakah didalam dunia benar-
benar terdapat kitab Kioe im Cin keng, masih merupakan
sebuah teka teki." "Tat mo Couw soe adalah seorang luar biasa dari negeri
Thian tiok (India). Dalam kecerdasan dan bakat belum
tentu Insoe kalah dari Tat mo Couw soe. Maka itu, sedang
Cin keng tak mungkin didapatkan, apakah Insoe sendiri
tidak mampu mengubah ilmu silat yang sempurna"
Pertanyaan itu tidak bisa menghilang dari otak Insoe. Maka
itulah, beliau lalu menutup diri untuk mempelajari dan
merenungkan ilmu silat kami guna mencapai suatu
kesempurnaan." Mendengar keterangan itu, bukan main rasa kagumnya
Coei San dan So So. "Yang turut mendengar Kak wan Couwsoe menghafal
Kioe yang Cin keng ada tiga orang." Lian Cioe melanjutkan
penuturannya. "Yang satu Insoe sendiri, yang kedua Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sek Taysoe dari Siauw lim sie, sedang yang ketiga seorang
wanita yaitu Couwsoe Goe bie pay, Kwee Siang Kwee Lie
hiap. Kecerdasan, bakat dan kepandaian mereka berlainan
satu sama lain. Yang ilmu silatnya paling tinggi pada waktu
itu adalah Boe sek Taysoe, Kwee Lie hiap ialah puteri
Kwee Tayhiap dan Oey Yong, Oey Pangcoe. Sebagai
puterinya ahli-ahli silat kelas utama pada jaman itu, beliau
sudah memiliki ilmu silat yang beraneka warna. Insoe
sendiri pada waktu itu dapat dikatakan belum mengenal
ilmu silat. Tapi sebab itulah ilmu silat Boe tong menjadi ahli
waris yang paling bersih dari pada kitab Kioe yang Cin
keng." "Belakangan mengenai ilmu-ilmu silat Siauw Lim, Go
bie dan Boe tong, orang memberi julukan Ko (tinggi)
kepada Siauw lim. Pok (luas) kepada Go bie dan Soen
(bersih) kepada Boe tong. Ketiga partai masing-masing
mempunyai keunggulan sendiri dan juga mempunyai
kekurangan kekurangan."
"Kalau begitu, Kak wan Couw soe memiliki ilmu silat
yang paling tinggi pada jaman itu," kata So So.
"Tidak !" jawabnya. "Kak wan Couw soe tidak mengerti
ilmu silat. Dalam kuil Siauw lim sie, ia bekerja sebagai
pengurus Cong keng kok (gedung perpustakaan). Ia seorang
kutu buku yang membaca segala rupa kitab dan
menghafalnya. Secara kebetulan ia mendapatkan Kioe yang
Cin-keng Yang lalu dibacanya dan dihafalnya. Ia sama
sekali tak tahu, bahwa dalam kitab itu terdapat ilmu silat
yang sangat tinggi."
Lian Cioe selanjutnya menuturkan cara bagaimana kitab
itu hilang dan tidak dapat ditemukan lagi. Coei San sendiri
sudah pernah mendengar cerita itu dari gurunya, tapi So So
yang baru pertama kali mendengarnya, merasa ketarik
bukan main. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian Cioe seorang pendiam dan biasanya sangat jarang
bicara. Tapi sekarang, dalam kegembiraannya karena sudah
bertemu pula dengan adiknya yang disangka mati, ia
berbicara banyak sekali, bahkan berguyon. Sesudah bergaul
belasan hari dengan So So, ia merasa, bahwa si Teehoe
sebenarnya bukan manusia jahat. Ia yakin, bahwa
kekejaman So So pada masa yang lampau, adalah akibat
daripada suasana dan pergaulannya. Kata orang, mendekati
bak (tinta) keluaran hitam, mendekati coe see (bubuk
merah) berlepotan merah. Sedari kecil, apa yang dilihat dan
didengar So So adalah perbuatan-perbuatan sesat dan
kejam, sehingga sesudah besar, ia tidak dapat membedakan
lagi apa yang benar, apa yang salah dan biasa membunuh
manusia secara serampangan. Tapi sesudah menikah
dengan Soeteenya, adat yang kejam itu perlahan-lahan
berubah. Itulah kesimpulan Lian Cioe.
Baru saja Coei San ingin menanyakan Soehengnya
tentang kemajuan yang telah dicapai oleh gurunya dalam
usaha menyempurnakan ilmu silat Boe-tong, sekonyong
konyong suara tindakan kuda tadi terdengar pada kali ini
dari menuju ketimur dan tidak lama kemudian mereka
lewat diatas gili gili dekat perahu.
Coei San agak terkejut, tapi ia tidak menggubris. "Jieko"
katanya. "jika Insoe mengundang tokoh-tokoh Siauw lim
dan Gobie untuk bersama2 menyempurnakan ilmu silat,
kurasa ketiga partai ini sama-sama akan memperoleh
keuntungan yang sangat besar."
Lian Cioe menepuk lututnya. "Kau benar !" katanya
dengan bersemangat. "Perkataan Soehoe, bahwa dihari
kemudian kau bakal menjadi ahli warisnya sungguh tepat
sekali." "Perkataan itu kurasa sudah dikeluarkan karena Insoe
selalu mengingat Siauwtee yang tidaak diketahui kemana
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perginya," kate Coei San. "Bukankah seorang anak durhaka
yang bergelandangan di luaran lebih dipinggirkan oleh
ibunya daripada anak berbakti yang selalu berdampingan
dengan sang ibu" Pada waktu ini, janganlah dibandingkan
dengan Toako, Jieko dan Sieko, sedangkan dengan Lioktee
dan Cit tee pun, ilmu silat Sauwtee masih belum bisa


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menempil." "Bukan, tafsirannya bukan begitu," kata Lian Cioe
sambil meggelengkan kepala. "Sebegitu jauh mengenai ilmu
silat, memang juga Ngotea tidak bisa menandingi aku.
Akan tetapi, seorang ahli waris Insoe mempunyai tanggung
jawab yang sangat besar untuk memperkembangkan ilmu
silat. Insoe sering mengatakan, bahwa dalam dunia yang
lebar ini, soal gemilang atau suramnya Boe tong pay sebagai
partai persilatan adalah soal remeh. Soal yang penting ialah
seorang ahli silat harus menunaikan tugasnya sebagai
seorang anggota dari Rimba Persilatan. Jika ia bisa
mempelajari menyelami rahasia ilmu silat dan kemudian
menurunkan pelajarannya itu kepada orang lain, supaya
ilmu silat seorang koen coe (manusia utama) berbeda
dengan ilmu silat seorang Siauwjin (manusia rendah). Jika
ia dapat mempersatukan pencinta-pencinta negeri untuk
mengusir penjajah dan merampas pulang negeri yang
sedang dijajah, maka dapatlah dikatakan, bahwa ia sudah
menunaikan tugasnya yang sangat mulia. Itulah penedapat
Insoe mengenai tanggung jawab seorang ahli silat. Maka
itulah seorang ahli warisnya, pertama harus mempunyai
batin yang luhur dan kedua harus memiliki kesadaran.
Mengenai batin, kita bertujuh tiada banyak bedanya. Tapi
mengenai kesadaran, Ngotee lah yang paling unggul."
Coei San menggoyangkan tangannya. "Tapi siauw tee
masih tetap berpendapat, bahwa perkataan itu sudah
dikeluarkan Insoe karena beliau terlalu memikirkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siauwtee," katanya dengan suara ter haru. "Andaikata benar
Insoe mempunyai niat begitu, biar bagaimanapun jua,
siauwtee tak akan dapat menerimanya."
Mendadak Lian Cioe berpaling kearah So So. Ia
bersenyum seraya berkata: "Teehoe pergilah kau melindungi Boe Kie, supaya ia tak jadi kaget. Urusan diluar
akan diurus olehku dan Ngotee."
So So memandang kedarat, tapi ia tak dapat melihat
sesuatu yang luar biasa. Selagi ia bersangsi, Lian Cioe
berkata pula: "Diantara pohon pohon itu bersembunyilah
orang dan diantara rumput alang-alang disebelah depan
pasti bersembunyi perahu-perahu musuh"
So So membuka rnatanya lebar-lebar dan mengawasi
keempat penjuru, tapi ia tetap tak melihat apapun jua.
Diam-diam dia menduga mata sang Jiepeh kabur.
Sekonyong konyong Lian Cioe berteriak: "Boe tong san
Jie Jiehiap dan Thio Ngo hiap numpang lewat ditempat ini.
Kami memohon kalian sudi memaafkan, jika kami
melanggar kesopanan. Kami mengundang kalian untuk
naik keperahu ini guna minum bersama-sama."
Teriakan Lian Cioe diikuti dengan suara air yang
terpukul dayung dan sesaat kemudian, dari antara rumput
alang-alang muncullah enam buah perahu kecil yang
didayung cepat sekali dan yang kemudian berbaris dan
menghadang dari satu tepi kelain tepi sungai. Dari salah
sebuah perahu itu terdengar suara "uuu...uuu..." dan
dilepaskan sebatang anak panah pertandaan, yang
mengeluarkan suara nyaring. Hampir berbareng, dari antara
gerombolan pohon pohon melompat keluar belasan orang
yang ringkas dan badannya semua mengenakan pakaian
warna hitam dan semua mencekal senjata. Sedang muka
mereka ditutup dengan topeng kain yang berwarna hitam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga. So So kagum tak kepalang. "Nama besar Jie peh sungguh
bukan nama kosong," pikirnya. Melihat jumlah musuh yang
besar cepat cepat ia masuk kedalam gubuk perahu untuk
melindungi puteranya. Anak itu ternyata sudah mendusin.
Sesudah merapikan pakaiannya ia berbisik "Anak kau
jangan takut!" "Sahabat dari mama yang akan berkunjung?" tanya Lian
Cioe. "Boe tong Jie Jie dan Thio Ngo hiap menyampaikan
salam persahabatan."
Tapi tak satu manusiapun yang muncul dari perahu-
perahu itu dan pertanyaan Jiehiap tetap tidak mendapat
jawaban. "Celaka!" Lian Cioe mengeluarkan seruan tertahan dan
lalu melompat keair. Ia kelahiran Kang lam dan rumah
tinggalnya berdekatan dengan sungai, sehingga semenjak
kecil ia sudah mahir dalam ilmu berenang.
Ia menyelam dan melihat empat orang sedang berenang
mendekat, ia mengerti maksud mereka yaitu ingin membor
dasar perahu supaya perahu itu karam.
Jie Lian Cioe segera bersembunyi disamping badan
perahu. Begitu lekas keempat orang itu datang dekat, kedua
tangannya bergerak dan dua orang sudah tertotok jalanan
darahnya. Hampir berbareng ia mengirim tendangan dan
jalanan darah Cit sit hiap, dipinggang orang ketiga, kena
tertendang. Musuh yang keempat coba melarikan diri, tapi
Lian Cioe keburu menjambret pergelangan kakinya dan lalu
melontarkannya keatas perahu. Mengingat, bahwa ketiga
musuhnya pasti bakal mati kalelap jika tidak ditolong, ia
segera melemparkan mereka satu persatu kekepala perahu
dan kemudian barulah ia sendiri meloncat keatas perahu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu sesudah bergulingan, musuh keempat
melompat bangun dan lalu menikam dada Coei San dengan
bornya. Melihat ilmu silat orang itu biasa saja, tanpa
berkelit. Coei San menangkap pergelangan tangannya yang
mencekal senjata kemudian menotok jalanan darah didada
dengan sikutnya. Tanpa mengeluarkan teriakan, dia rubuh
diatas geladak perahu. "Diantara yang berkumpul didarat kelihatannya terdapat
beberapa orang yang berkepandaian tinggi", kata Lan Cioe.
"Sesudah berhadapan, tak dapat kita berlaku sungkan lagi."
Coei San mengangguk dan lalu memerintahkan juragan
perahu untuk menjalankan kendaraan air itu. Karena mesti
melawan arus air, jalanannya perahu perlahan sekali.
Begitu berdekatan dengan enam perahu musuh, Lian Cioe
mengangkat keempat tawanannya, membuka jalanan darah
mereka dan lalu melemparkannya keperahu yang paling
dekat. Tapi sungguh heran dari enam perahu itu sama sekali
tidak terdengar suara manusia, belasan orang yang
berkumpul didaratanpun tidak mengeluarkan sepatah kata,
seolah-olah mereka semua gagu, sedang keempat orang
yang barusan dilontarkan juga tak muncul lagi.
Tiba-tiba, selagi perahu Lian Cioe mau melewati keenam
perahu itu, seorang pendayung dari perahu musuh yang
paling dekat mengayun tangannya dan hampir berbareng,
dengan dua kali suara ledakan, kemudi perahu Lian Cioe
terbakar dan perahunya sendiri terputar badannya.
Yang dilemparkan oleh sipendayung yalah semacam
dinamit yang biasa digunakan oleh para nelayan untuk
mendinamit ikan. Hanya karena barang peledak itu dibuat
luar biasa besar maka tenaganyapun jauh lebih bear
daripada dinamit yang biasa.
Dengan paras muka tetap menunjuk ketenangan, Lian
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cioe melompat keperahu musuh. Sebagai seorang yang
berkepandaian tinggi, nyalinya sangat besar dan sampai
pada saat itu, ia masih tetap tidak bersenjata.
Kedatangan Jiehiap tidak digubris oleh sipendayung.
"Siapa yang melemparkan dinamit?" bentak Lian Cioe. Tapi
orang itu tidak menjawab dan lagaknya seperti orang gagu
dan tuli. Lian Cioe segera masuk kegubuk perabu, dimana
terdapat dua orang laki-laki yang duduk pada sebuah meja,
tapi merekapun tidak bergerak dan tidak bersuara.
Dengan mendongkol ia mencekal tengkuk salah seorang
dan lalu mengankatnya tinggi-tinggi. "Hai! Kau jangan
main gila!" bentaknya. tapi orang itu merarnkan kedua
mata nya dan tetap menutup mulut.
Sebagai seorang kenamaan dari Rimba Persilatan, Lian
Coe sungkan mengunjak kegarangan terhadap seorang yang
bukan tandingannya. Ia lalu melepasakan orang itu dan
pergi kebelakang perahu, dimana ia bertemu dengau Coei
San dan So So yang mendukung Boe Kie.
Tiba-tiba So So berteriak "Awas! Penjahat menenggelamkan perahu!" Sesaat itu, air sudah mulai
mencapai geladak perahu. Ternyata, musuh yang berdiam diperahu itu sudah
membuat persiapan dan begitu lekas Lian Cioe berempat
pindah keperahu mereka, orang-orang itu lalu membuka
sumbat lubang lubang di dasar perahu. Lian Cioe berempat
lantas melompat keparaha yang kedua, tapi perahu itupun
mulai kalam. "Ngotee, sekarang tak bisa tidak, kita mendarat juga,"
katanya. Ia mengerti, bahwa musuh telah membuat keenam
perahu itu sebagai papan loncatan untuk mengundang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu-tamu naik kedaratan. Beberapa saat kemudian,
mereka sudah berada diatas gili-gili.
Belasan lelaki yang mengenakan pakaian hitam itu
berdiri dalam garis setengah lingkaran, sehingga Lian Cioe
berempat separuh terkurung. Sabagain besar diantara
mereka bersenjatakan pedang sedang yang lainnya
mencekal sepasang golok atau Joanpian (cambuk). Tak
satupun yang membawa senjata berat.
Jiehiap berdiri tegak dengan paras muka dingin dan
sepasang matanya yang bersinar terang menyapu musuh-
musuh yang menghadang itu.
Mendadak, seorang musuh yang berdiri ditengah-tengah
mengebas tangan kanannya dan barisan setengah lingkaran
itu segera terpecah dua dan membuka jalan ditengah-
tengah. Mereka berdiri dengan badan separuh membungkuk, ujung senjata mereka ditudingkan kebumi,
sedang kedua tangan mereka dirangkap sebagai tanda
memberi hormat. Sesudah membalas hormat, Lian Cioe
bertindak maju. Begitu Jiehiap lewat sekonyong-konyong
ujung kedua barisan kembali menyambung menjadi satu
dan menutup jalanan keluar, sehingga Coei San, So So dan
Boe Kie lantas saja terkurung.
Ngohiap tertawa terbahak-bahak. "Kalau begitu, yang
dikehendaki kalian adalah aku, seorang she Thio," katanya.
"Terima kasih atas perhatian kalian yang begitu besar."
Musuh yang berdiri ditengah tengah, yang rupanya
menjadi pemimpin rombongan, kelihatan bersangsi. Ia
menundukkan pedangnya dan sekali lagi membuka jalan.
"So So, kau jalan lebih dulu !" memerintah sang suami.
Sambil mendukung Boe Kie, si isteri segera bertindak
maju. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong selagi mau melewati kedua barisan,
lima orang bergerak bagaikan kilat dan pedang mereka
menuding Boe Kie. Dengan kaget So So bertindak mundur,
tapi kelima musuh itu mengikuti dan pedang mereka tetap
berada dalam jarak kira-kira satu kaki dari tubuh si bocah.
Lian Cioe yang sangat berwaspada sudah lantas melihat
kejadian itu. Sekali menotol tanah dengan kedua kakinya,
tubuhnya terbang dan masuk ke dalam kurungan musuh.
Bagaikan kilat, kedua tangannya menepuk empat kali,
saban tepukan mengenakan pergelangan tangan musuh
yang mencekal pedang dan empat batang pedang hampir
berbareng terpental ketengah udara. Sesudah itu, tangan
kirinya menyambar pergelangan tangan musuh yang
kelima. Begitu mencekal, ia merasa tangan musuh halus
luar biasa, seperti juga tangan seorang wanita. Buru-buru ia
menotok jalanan darah orang dan buru-buru pula ia
melepaskan cekalannya. Tangan orang itu lantas saja lemas
dan pedangnya jatuh ditanah.
Sesudah pedang mereka terlepas, kelima orang itu cepat-
cepat melompat mundur. Dilain saat, dua batang pedang menyambar Lian Cioe.
Kedua senjata itu menikam lurus dari kiri dan kanan.
Jiehiap lantas saja mengenali bahwa serangan itu yalah
pukulan Tay mo pang see (Pasir yang rata digurun pasir)
dari Koen loen pay. Lian Cioe menunggu sampai ujung pedang hanya
terpisah kira-kira tiga dim dari dadanya dan pada saat yang
tepat, ia menarik sedikit dadanya kebelakang, sedang
telunjuk tangan kiri dan tangan kanan menyentil badan
kedua pedang itu. Kedua sentilan itu kelihatannya tidak bertenaga, tapi
sebenarnya hebat luar biasa disertai dengau Lweekang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat tinggi. Menurut kebiasaan senjata lawan pasti akan
terlepas. Tapi kali ini begitu telunjuknya nenyentuh badan
pedang, ia merasakan sambutan dari tenaga Jioa kin (tenaga
lembek), sehingga Lweekangnya kena dipunahkan. Tapi
kedua musuh itu tak dapat mempertahankan diri, satu


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhuyung tiga tindak dan badannya bergoyang-goyang
sedang yang lain, sesudah mengeluarkan teriakan kesakitan,
muntah darah. Semenjak mencegat, tak satupun mengeluarkan suara
dan teriakan itu adalah suara pertama. Sungguh heran,
teriakan itu tajam dan nyaring, seperti teriakan seorang
wanita. Melihat kelihayan Lian Cioe, pemimpin rombongan
mengebas tangannya dan belasan orang itu lantas saja
mundur, akan kemudian menghilang di antara pohon-
pohon. Lian Cioe mengawasi bayangan mereka deugan
mata tajam. Ia mendapat kenyataan, bahwa hampir
semuanya bertubuh langsing dan gerak-gerik mereka yang
gemulai menyerupai gerak-gerik wanita.
"Jie Jie dan Thio Ngo dari Boe tong pay menghaturkan
maaf kepada Thie khim Sianseng! " teriak Lian Cioe.
Orang-orang itu tidak menjawab, hanya sayup sayup
terdengar tertawanya seorang wanita.
Sesudah bahaya lewat, So So menurunkan Boe Kie dari
dukungannya dan sambil terus mencekal tangan puteranya,
ia berkata. "Jiepeh, orang-orang itu rasanya orang
perempuan. Apa mereka orang orang Koen loen pay?"
"Bukan," jawabnya "mereka orang Go bie pay."
"Go bie pay?" menegas Coei San dengan perasaan heran.
"Bukankah tadi Jieko menyebut nama Thie khim
Sianseng?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lian Cioe menghela napas, "Mereka tidak bersuara dan
muka mereka ditutup dengan topeng
itu semua menandakan bahwa mereka sungkan dikenali orang,"
katanya. "Lima pedang yang mengancam Boe Kie ialah
Han bwee kiam tin (Barisan pedang bunga Bwee) dari Koen
loen pay, sedang kedua orang yang menikam aku juga
menggunakan pukulan Tay mo pang see data Koen loen
pay. Karena mereka menyamar sebagai orang Koen loen,
aku sungkan membuka rahasia mereka dan sengaja
menyebutkan nama Thie khim Sianseng, Ciang boenjin dari
Koen loen pay." "Bagaimana Jiepeh tahu mereka orang Go bie pay?"
tanya So So. "Apa diantaranya ada yang dikenal?"
"Tidak," jawabnya. "Dilihat dari Lweekangnya yang
tidak seberapa dalam, mereka mungkin cucu cucu murid
Biat coat Soe thay, Ciang boenjin Go bie pay. Dengan lain
perkataan, mereka adalah murid turunan keempat dari
partai tersebut. Diantara mereka, tak satupun yang dikenal
aku. Tapi pada waktu mereka coba mempunahkan
sentilanku dengan tenaga Jio kin, aku segera mengenali,
bahwa ilmu yang digunakan lima Go bie pay. Sebagaimana
kau tahu, tidaklah terlalu sukar untuk meniru pukulan-
pukulan partai lain. Tapi begitu
lekas seseorang menggunakan Lweekang, tak dapat tidak, topengnya
terlocot." Coei San mengangguk. "Sebenarnya mereka tak akan
terluka berat, jika mereka tidak melawan dan segera
melepaskan senjata waktu disentil Jieko," katanya. "Aku
tahu, kalau Jieko memandang mereka semua seperti
musuh, kedua bocah itu tentu sudah hilang jiwanya. Hanya
aku merasa heran, mengapa hari ini mereka mencegat kita,
sedang biasanya orang-orang Go bie pay selalu berlaku
sungkan terhadap kita."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di waktu muda. Insoe pernah menerina budi Kwee
Siang Liehiap Couw soe dari Go bie pay." menerangkan
Lian Cioe. "Oleh karena begitu, In soe sering memesan,
supaya kami jangan sampai kebentrok dengan murid-murid
Go bie, supaya persahabatan lama dapat dipertahankan
terus. Sesudah sentilanku mengenakan pedang, barulah aku
tahu, bahwa mereka tak akan bisa bertahan. Aku ingin
menarik pulang Lweekang, tapi sudah tidak keburu lagi,
sehingga kedua orang itu terluka juga. Biarpun tidak
disengaja, aku sudah melanggar pesanan Insoe."
So So tertawa. "Baik juga Jiepeh menyebutkan nama
Thie khim Sianseng, sehingga, jika bersalah, kesalahan itu
tidak ditujukan langsung terhadap Go bie pay."
Sementara itu, keenam perahu kecil sudah karam semua,
sedang perahu yang ditumpangi Lian Cioe berempat sudah
pergi jauh. Anak buah perahu perahu kecil itu dengan basah
kuyup mulai merangkak naik digili-gili.
"Apa mereka semua orang-orang Go bie?" tanya So So.
"Bukan." bisik Lian Cioe. "Kurasa mereka orang orang
Liang coan pang dari Cauw ouw."
Melihat lima batang pedang Go bie yang sangat bagus
menggeletak ditanah, So So membungkuk untuk menjemputnya. "Jangan ganggu!" melarang sang Jiepeh. "Jika dipedang
itu diukir nama, dihari kemudian kita tak akan bisa
menyangkal lagi. Hayolah kita meneruskan perjalanan."
Sekarang So So sudah merasa takluk terhadap Jiepeh
yang mulia dan lihay itu. "Baiklah," katanya sambil berjalan
dengan menuntun tangan Boe Kie.
Sesudah melewati gerombolan pohon pohon sekonyong-
konyong Boe Kie berteriak dengan suara girang: "Kuda!
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lihat!" Benar saja, dibawah sebuah pohon lioe tampak tertambat
tiga ekor kuda yang besar dan garang.
Cepat cepat mereka menghampiri dan didahan pohon
tercantum selembar kertas. Coei San mengambil kertas itu
yang tertulis perkataan seperti berikut: "Mempersembahkan
tiga ekor kuda untuk menebus dosa."
"Mereka ternyata berlaku sungkan sekali terhadap kita,"
kata Lian Cioe. Mereka segera menunggang kuda-kuda itu
dengan Boe Kie duduk di depan ibunya. Sibocah yang
belum pernah menunggang kuda jadi girang tak kepalang.
"Sesudah banyak orang mengetahui gerak-gerik kita,
kurasa menumpang perahu atau menumpang kuda tiada
banyak bedanya," kata Coei San.
"Benar," jawab sang kakak: "Kita tentu akan menghadapi
lebih banyak gelombang. Kalau bukan terlalu terpaksa, kita
tidak boleh turunkan tangan terlampau berat." Ia berkata
begitu, karena mengingat terlukanya kedua murid Go bie
dan hatinya tetap merasa tidak enak.
Diam-diam So So merasa sangat malu. Karena kesalahan
yang begitu kecil, Jiehiap sudah merasa begitu menyesal.
Betapa jauh perbedaan antara dirinya sendiri yang pernah
memandang jiwa manusia seperti jiwa semut dan sang
Jiepeh yang sedemikian mulia hatinya. Ia merasa bahwa
orang yang berdosa harus bertanggung jawab dan ia tak
pantas menyukarkan Jie Lian Cioe lagi. Karena memikir
begitu, ia lantas saja berkata: "Jiepeh, tujuan mereka ialah
kami berdua suami istri. Sedang terhadap Jiepeh, mereka
berlaku hormat sekali. Jika didepan ada rintangan lagi,
biarlah teehoe yang menyambutnya lebih dulu dan jika aku
kalah, barulah Jiepeh menolong."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, mengapa Teehoe berkata begitu?" kata Lian Coe.
"Dengan berkata begitu, Teehoe menganggap aku seperti
orang luar. Kita sekarang sudah terikat pamili, mati dan
hidup haruslah bersama-sama."
So So tidak berani membantah lagi. "Terang terang
mereka tahu, bahwa Jiepeh berada bersama sama kami, tapi
mengapa mereka berlaku begitu ceroboh dan mengirim saja
murid-murid turunan keempat yang ilmu silatnya belum
seberapa?" tanyanya pula.
"Mungkin sekali karena persiapan mereka dilakukan
dengan tergesa-gesa, sehingga tidak keburu memanggil
orang orang lebih pandai," jawab Lian Cioe.
Karena menduga, bahwa pencegatan Go hie pay
bertujuan untuk menyelidiki tempat sembunyinya Cia Soen,
Coei San lantas berkata: "Baru sekarang kutahu, bahwa
Gieheng bermusuhan dengan Go bie pay. Selarna berada di
Peng hwee to, ia tidak pernah menyebut-nyebut itu."
"Ya, semula akupun merasa heran," kata Lian Cioe. "Go
bie pay adalah sebuah partai persilatan yang menjaga keras
peraturannya, sedang murid muridnya sebagian terbesar
terdiri dari kaum wanita. Biat coat Soethay selamanya tidak
mempermisikan murid-murid Go bie berkelara dalam dunia
Kangouw. Mereka kebanyakan menjadi pendata, mengasingkan diri dari pergaulan atau menikah dan
mengurus rumah tangga. Waktu Go bie pay mengirim
orang untuk bertempur dangan Peh bie kauw kamipun
merasa heran. Belakangan baru kami tahu latar belakangnya. Pada suatu malam Phoei Peng, Phoei Loo
eng hiong, siorang jago tua dipropinsi Holan, dibunuh
orang dan diatas tembok tertulis huruf-huruf yang berbunyi:
Si pembunuh ialah Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen."
"Apakah Phoei Peng anggauta Go bie pay ?" tanya So
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
So. "Bukan," jawabnya. Sesudah berdiam beberapa saat,
barulah Jie Lian Cioe memberi penjelasan: "Sebenarnya
adalah kurang pantas untuk membicarakan soal-soal pribadi
dari orang-orang yang tingkatannya lebih atas. Sepanjang
keterangan, di waktu muda, Biat coat Soethay adalah salah
seorang wanita tercantik dalam Rimba Persilatan.
Belakangan, mendadak beliau mencukur rambut dan
menjadi pendeta, sedang Phoei Loo enghiong memutuskan
sebuah lengannya sendiri, dan sampai mati ia tidak pernah
menikah." Hampir berbareng, Coei San dan So So mengeluarkan
seruan tertahan. Baru sekarang mereka tahu, bahwa Ciang
boen jin Go bie pay yang tersohor itu pernah mengalami
kegagalan dalam percintaan. Mereka mengerti, kalau Biat
coat Soethay sedapat mungkin ingin membalas sakit
hatinya orang yang dicintainya.
"Jiepeh, apakah Phoei Loo enghiong seorang baik atau
seorang jahat'?" tanya Boe Kie.
"Tentu saja seorang baik," jawabnya. "Sesudah mengutungkan lengan sendiri, ia bercocok tanam, membaca
kitab-kitab dan menyembunyikan diri dari pergaulan
manusia." "Hai! Perbuatan Giehoe memang sangat tidak pantas,"
kata Boe Kie dengan suara duka. "Ia tak boleh membunuh
manusia secara serampangan saja"
Lian Cioe jadi girang sekali. Ia mengangkat anak itu dan
lalu mengusap kepalanya, "Anak kau sekarang tahu, bahwa
seorang manusia tidak boleh sembarangan membunuh
sesama manusia" katanya dengan suara halus. "Jiepeh
sungguh merasa girang. Orang yang sudah mati tidak bisa
hidup kembali. Maka itu, biarpun terhadap seorang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat jahat, kita masih tidak boleh segera membunuhnya.
Kita harus memberi kesempatan supaya dia bisa membelok
kejalanan yang lurus."
"Jiepeh, aku ingin ajukan satu permintaan, bolehkan"
tanya Boe Kie. "Permintaan apa?" menegas sang paman.
"Jika mereka mencari Giehoe, aku minta jie peh suka
membujuk mereka supaya mereka tidak membinasakannya
karena Giehoe sudah buta dan tidak dapat melawan
mereka," kata si bocah.
Lian Cioe bersangsi. Sesudah memikir sejenak, ia
menjawab: "Tak dapat aku meluluskan permintaanmu. Tapi
aku berjanji, bahwa aku sendiri tak akan membunuh
Giehoemu" Boe Kie mengawasi Jiehiap dengan mata membelalak
dan air matanya berlinang-linang.
Waktu fajar menyingsing, mereka tiba disebuah kota
kecil, dimana mereka mengaso setengah harian dan
diwaktu lohor segera meneruskan perjalanan.
Selang beberapa hari, tibalah mereka dikota Hankouw.
Hari itu selang mendekati kota Anlok. Ditengah jalan
mereka bertemu dengan belasan orang yang lari lintang
pulang dari sebelah depan.
Begitu bertemu dengan rombongan Lian Cioe mereka
berteriak-berteriak: "Balik! Balik! Jangan menuju terus!
Disebelah depan serdadu Tat coe (serdadu Mongol, Goan)
sedang membunuh dan merampok".
Sambil mengawasi So So, salah seorang berkata "Kau
sungguh berani mati. Kalau bertemu dengan mereka, kau
bakal celaka." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada berapa banyak?" tanya Lian Cioe,
"Belasan orang," jawabnya dan mereka segera lari terus


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejurusan timur. Musuh terbesar dari Boe tong Cit-hiap ialah serdadu
Goan yang sering berbuat sewenang-wenang terhadap
rakyat. Dalam mendidik murid-muridnya, Thio Sam Hong
memegang peraturan keras dan selamanya melarang murid-
murid itu sembarangan turun tangan. Tapi jika menghajar
serdadu Goan yang sedang merampok atau membunuh
rakyat, mereka bukan saja tidak ditegur malah dipuji. Maka
itu, mendengar rombongan musuh hanya berjumlah belasan
orang, Lian Cioe lantas saja mengeprok tunggangannya dan
maju kedepan diikut oleh Coei San bertiga.
Benar saja, sesudah berjalan kira-kira tiga mereka
mendengar sesambat rakyat. Belasan serdadu yang
bersenjata golok dan tombak tengah mengunjuk kegarangannya dan diatas tanah sudah menggeletak
beberapa mayat. Bukan main gusarnya Coei San. Ia menyerang dan
Gelang Perasa 2 Kisah Si Rase Terbang Karya Chin Yung Ilmu Ulat Sutera 7
^