Pencarian

Pedang Pelangi 28

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 28


"Kau telah menelan obat penawar racun itu?"
"Belum" jawab Huan Cu Im tertawa, "aku telah berhasil mendesak keluar sari racun yang terkandung dalam air teh tersebut keluar dari badan"
"Kau telah mendesak keluar sari racun tersebut dengan tenaga dalammu" Aaah, mustahil hal ini dapat kau lakukan-.."
seru Kim Peng dengan perasaan terkejut bercampur keheranan
"Aku berbicara dengan sejujurnya, tadi aku telah menggunakan tenaga dalam untuk menahan sari racun tersebut diantara dada dengan lambung, kemudian sewaktu kita naik gunung, secara diam diam sari racun tersebut telah kupaksa keluar dari badan melalui jalan darah Tiong clong hiat..."
"Waaah, kalau begitu tenaga dalam yang dimiliki Huan siangkong telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali, budak sungguh sangat kagum" seru Kim Peng dengan wajah berseri.
Memanfaatkan kesempatan inilah Huan Cu Im segera bertanya:
"Apabila dugaanku tidak salah, seharusnya nona adalah seorang sahabatku, bukan musuhku"
Kim Peng hanya mengiakan lirih dan sama sekali tidak memberikan jawabannya. Kembali Huan Cu Im berkata:
"Aku rasa nona pasti sudah cukup lama menyelundup didalam perkumpulan Tay Im-kau, tapi berasal dari perguruan manakah dirimu" Dapatkah aku mengetahuinya?"
Kim Peng segera berpaling ke arah lain seraya berbisik:
"Di kemudian hari Huan siangkong toh bakal mengetahui dengan sendirinya, buat apa kau tanyakan pada saat ini?"
Sementara pembicaraan berlangsung sepasang tangannya tanpa terasa agak berhenti menarik, kemudian ketika dia selesai berbicara dan siap menarik kembali tiba tiba saja tali tersebut macet dan tak mampu digerakkan kembali.
Atas terjadinya peristiwa ini Kim Peng menjadi amat gelisah, serunya agak tertahan: "Heran kenapa tali ini bisa menjadi macet secara tiba tiba?"
"Bagaimana kalau kubantu untuk menariknya?" tanya Huan Cu Im kemudian.
"Jangan" tampik Kim Peng, "kalau ditarik kelewat keras maka tali tersebut akan putus, bila sampai terjadi begini, bisa bakal berabe..."
Kembali dia mencoba untuk menariknya, tapi keranjang rotan tersebut tetap berhenti ditengah celah jurang sekali tidak bergerak dari posisinya.
Saking gelisahnya Kim Peng sudah mandi peluh dingin, serunya kemudian dengan nada kesal:
"Waah, jangan jangan roda pelicinnya macet karena terjepit, bagaimana jadinya sekarang" cia Toa nlo tidak berada pula disini, sekalipun dipanggil belum tentu dia akan menyahut, kecuali bila dia datang menengok setelah melihat kita belum juga munculkan diri, kalau tidak... siapa pula yang akan membantu kita menarik kembali keranjang ini?"
Baru selesai perkataan ini diucapkan, mendadak dari atas tebing batu sudah terdengar suara perempuan tua berbaju hitam itu sedang berseru dengan suara sedingin es: "Aku si nenek berada diatas tebing, malah Hu kaucupun hadir pula disini"
Kim Peng kelihatan amat terkejut, tapi kemudian serunya dengan nada gembira:
"Cia Toa nlo, roda pelicinnya macet dan tak mau bergerak lagi, cepatlah kau tarik kami balik ke tebing "
"Tak usah terburu" kedengaran suara Sim hujin berseru,
"Kim Peng, kau masih belum menjawab pertanyaan yang diajukan Huan siangkong kepadamu, coba katakanlah kau berasal dari perguruan mana" Aku pun pingin ikut mengetahuinya "
"Aduh celaka" pekik Huan Cu Im didalam hati, "rupanya semua pembicara an kami berdua telah disadap olehnya "
Kim Peng sendiripun kelihatan amat terperanjat, segera serunya dengan keras:
"Hujin, budak selalu setia mengikutimu siapa bilang aku berasal dari suatu perguruan tertentu ?"
"Betul, itulah sebabnya aku sendiripun kurang percaya.
Tapi kenyataan sudah terpapar didepan mata, jadi mau aku harus mempercayainya juga "
"Hujin tuduhanmu membuat budak merasa sangat penasaran"
"Tidak.. kau sama sekali tak perlu penasaran" pelan pelan Sim hujin berkata "dengan mata kepala sendiri aku dengar bagaimana kau peringatkan kepada Huan Cu Im agar jangan serius dalam menghadapi setiap persoalan, rasanya peringatan tersebut bukan karanganku sendiri bukan...?"
Kembali Huan Cu Im berpiklr setelah mendengar perkataan itu:
"Rupanya ketika Kim Peng mengajakku menuju ke gedung sebelah barat tadi secara diam diam ia selalu membuntuti dibelakangku. aaah nyata sekali kalau perempuan ini memang sangat menakutkan"
Kali ini Kim Peng membungkam diri dalam seribu bahasa.
Terdengar Sim hujin berkata lebih jauh
"Tatkala kusuruh kau mencampur air teh yang disuguhkan kepada Huan Cu Im dengan racun Cu bu san tadi sesungguhnya hal ini pun bermaksud untuk mencoba dirimu, sebab hanya kau seorang yang tahu dimanakah obat penawar racunnya disimpan obat penawar tersebut terbagi menjadi tiga bagian dan setiap bagian berisi empat renca dua hun, kenyataannya sekarang cuma tinggal tiga renca sembilan hun, ini berarti kau telah mencuri obat penawar tersebut sepertiga hun secara diam diam, kalau bukan begitu mengapa obatku bisa berkurang tiga hun secara mendadak ?"
Berbicara sampai disini, tanpa terasa ia tertawa merdu, kembali ujarnya:
"Kim Peng selama ini aku bersikap cukup baik kepadamu, sedang Huan Cu Im baru kau jumpai pertama kali ini,jadi mustahil kalau dia adalah kekasih hatimu, lebih lebih tak mungkin kalau kau bersedia mengorbankan keselamatan jiwamu demi seseorang yang sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dirimu, ini berarti tujuanmu mencurikan obat penawar racun baginya hanya ada satu alasan, yaitu kaupun sekomplotan dengannya"
Mendadak Kim Peng membusungkan dadanya dan berkata:
"Hujin, kuakui bahwa aku telah mencuri obat penawar racun milikmu, tapi aku tidak kenal dengan Huan siangkong, terlebih bukan sekomplotan dengannya"
"oooh... lantas apa sebabnya kau membantu dirinya secara diam diam?" tanya Sim hujin.
"Setiap umat manusia pada dasarnya dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, karena setiap orang dapat merasakan perbedaannya, aku sudah lewat muak melihat pelbagai kejahatan yang dilakukan perkumpulan Tay Im-kau selama ini, tapi sayang kemampuanku seorang amat terbatas sehingga tak mampu untuk mencegah semua kejadian tersebut. Dan kini kau hendak mencelakai Huan siangkong, hendak meracuni melalui air teh, setelah kuketahui akan maksud jahatmu itu, dengan Sendirinya aku harus berusaha untuk mencegah perbuatan busuk tersebut, itulah Sebabnya kucuri obat penawar racun tersebut dan diam diam kuberikan kepada Huan siangkong, aku rasa perbuatanku ini tidak keliru, tindakanku ini benar dan tepat sekali"
"Yaa, tindakanmu memang sangat tepat" Sim hujin tertawa terkekeh kekeh, "tapi tahukah kau apa akibatnya terhadap perbuatan yang telah kau lakukan?"
"Setelah aku berani melakukannya, berarti aku tidak takut menghadapi semua akibatnya"
"Bagus sekali!! Sekarang akupun dapat memberitahUkan kepadamu, bagi siapa saja yang berani menghianati perkumpulanku maka dia akan dijatuhi hukuman cincang dengan lima kali golok, tapi mengingat kau sudah banyak tahun setia kepadaku, akupun bersedia pula mengampuni selembar jiwamu."
"Kalau begitu harus kuucapkan banyak terima kasih atas kebesaran jiwa hujin."
"Tapi aku tak percaya kalau kau dapat mempunyai sebesar ini untuk berbuat kesemuanya itu, siapa tahu ada orang yang secara diam diam memerintahkan dirimu untuk berbuat demikian, nah, asal kau bersedia menunjukkan siapa kah orang yang telah memberi petunjuk kepadamu, maka akupun bersedia pula mengampuni jiwamu sekali ini"
"Tak ada orang yang memberi perintah kepadaku" jawab Kim Peng dengan suara tegas, "aku berbuat demikian atas dasar dorongan suara hatiku sendiri, biar hujin akan membinasakan diriku, aku tetap tak mampu menjawab pertanyaanmu itu."
"Huan Cu Im" pelan-pelan Sim hujin berseru.
"Apakah bibi Hee hendak mengajukan pertanyaan kepadaku?" tanya Huan Cu Im segera.
"Aku tak perlu bertanya lagi kepadamu" agaknya Sim hujin sedang tertawa hambar "asal usulmu serta maksud kedatanganmu telah kuketahui secara jelas, apa lagi yang mesti kutanyakan kepadamu ?"
"Lantas maksud bibi Hee..."
"Aku berharap agar kau bersedia melaksanakan sebuah tugas, entah bersediakah kau untuk melaksanakannya ?"
"Apa tugas tersebut ?"
"Bunuhlah Kim Peng sekarang juga "
"Membunuh nona Kim Peng ?" seru Huan Cu Im dengan perasaan sangat tertegun.
"Benar, bila kau masih ingin hidup lebih lanjut, lebih baik turutilah perkataan bibimu"
"Agaknya kau memang sengaja mengatur segala sesuatunya secara cermat, agar kubunuh nona Kim Peng ditempat ini?"
"Tepat sekali perkataanmu itu" seru Sim hujin, "dia berani menghianati aku gara gara hendak menolongmu, maka aku hendak melihat kau yang membunuhnya, agar dia menyesal setengah mati"
Mendengar perkataan ini, Kim Peng segera berteriak keras:
"Biarpun Huan siangkong membunuhku akupun tak akan menyesal, yang menyesal seharusnya adalah kau sendiri, sebab orang yang sudah berhak selama sekian tahun kepadamu pun pada akhirnya meninggalkan dirimu, mengapa hal ini sampai bisa terjadi" Tak lain karena perbedaan antara kebenaran dan kejahatan, kebersihan dan kemunafikan Perkumpulan Tay Im-kau terlalu keji, buas dan tak berperi kemanusiaan. orang orang Tay Im-kau semuanya ganas dan kejam..."
"Tutup mulutmu budak sialan" bentak Sim hujin dengan penuh kegusaran, "kau memang pantas dihukum mati "
Kemudian dengan suara dalam dia berseru kembali:
"Huan Cu Im, waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi, kau harus selekasnya mengambil keputusan"
Huan Cu Im segera tertawa nyaring:
Kau anggap aku orang she Huan akan menuruti perkataanmu?"
"Bagaimana pun juga kau harus menuruti perkataanku"
ujar Sim hujin dingin. Berbicara sampai disini, segera perintahnya kepada si nenek berbaju hitam itu.
"Nenek Cia, dengarkan baik baik, mulai sekarang aku akan menghitung dari angka satu sampai sepuluh, apabila Huan Cu Im masih tetap enggan turun tangan, maka kau harus memutuskan tali dari keranjang mereka, kedua orang itu terjerumus ke dalam jurang ratusan kaki dalamnya itu dan menjadi setan gentayangan"
"Hamba turut perintah" jawab nenek berbaju hitam itu cepat.
Maka dengan suara keras Sim hujin pun berseru:
"Huan Cu Im inilah kesempatanmu yang terakhir..."
Habis berkata, dia pun mulai menghitung "Satu... dua..., tiga..., empat..., lima..."
Kim Peng menjadi tegang sekali, dengan suara rendah ia segera berseru: "Huan siangkong, cepat peluk aku erat erat"
"Soal ini..." Huan Cu Im menjadi ragu ragu
"Hayo cepat" kembali Kim Peng mendesak dengan suara gelisah, "kalau sampai terlambat, keadaan akan menjadi runyam"
Mendadak saja dia menarik tangan Huan Cu Im serta ditariknya keras keras.
"Sembilan-.." seru Sim hujin lebih jauh tiba tiba ia berteriak keras "tunggu sebentar"
Setelah memberi perintah kepada nenek berbaju hitam itu, dia kembali berseru:
"Huan Cu Im, ayahmu masih berada ditanganku, asal kuayunkan tangan maka nenek Cia akan segera mematahkan tali temali itu dan selama hidup kaupun jangan harap bisa bertemu lagi dengan ayahmu apakah budak tersebut jauh lebih penting daripada ayahmu"
Tentu saja perkataan tersebut mendatangkan perasaan yang bergetar keras dalam hati Huan Cu Im, sekali pun Kim Peng pernah melepaskan budi kepadanya, tentu saja nona tersebut tak dapat dibandingkan dengan ayahnya.
Kalau dia mesti mati secara konyol gara gara enggan membunuhnya, bukankah tindakan tersebut amat tak berharga "
Sementara dia ragu ragu, Kim Peng yang semula mencengkeram tangannya kini telah melepaskannya kembali, lalu dengan suara sedih dia berkata:
"Huan siangkong, selembar nyawa budak sama sekali tak ada harganya sekalipun kau bakal membinasakan budakpun, budak tak akan merasa marah atau membencimu"
Sim hujin menyambung: "Hey Huan Cu Im, sudah kau pikirkan masak masak, hayo Cepat bunuh budak tersebut Tiba tiba saja Huan Cu Imi membusungkan dadanya, lalu berkata sambil tertawa keras
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... andai kata kubunuh nona Kim Peng, maka aku akan menjadi seorang manusia terkutuk yang tak tahu budi dan rasa setia kawan, padahal ayahku adalah seorang lelaki sejati yang gagah perkasa, masa dia mengharapkan anaknya menjadi seorang anak yang munafik, dan tak kenal budi ?"
Kim Peng kelihatan amat terharu setelah mendengar perkataan itu, tangan kirinya kembali menggenggam tangan Huan Cu Im erat erat, tangan maupun badannya kelihatan gemetar keras.
Dengan suara keras Sim hujin segera membentak: "Kau benar benar tidak takut mampus?"
Dengan suara keras sahut Huan Cu Im:
"Seorang lelaki sejati tak akan takut menghadapi kematian bila kau suruh aku membunuh seorang manusia yang tak bersalah, aku she Huan lebih baik mati saja daripada melakukannya "
-ooo0dw0ooo- Jilid: 58 "Bedebah, kau memang harus mampus" umpat Sim hujin dengan penuh amarah.
Baru saja perkataannya selesai diucapkan, mendadak...
"Kraaakk..." Tahu tahu keranjang rotan itu meluncur kebawah dengan kecepatan luar biasa.
Rupanya si nenek berbaju hitam itu sudah mengayunkan pisaunya dan memotong tali keranjang tersebut.
Sim hujin yang menyaksikan hal tersebut menjadi gusar sekali, segera bentaknya: "Nenek cia mengapa kau sungguh sungguh memotong tali keranjang tersebut?"
"Bocah keparat she Huan itu bau lagi keras kepala, manusia macam ini sama sekali tak berguna dibiarkan hidup terus"
Dengan mata mendelong Sim hujin mengawasi keranjang rotan yang sedang meluncur kedasar jurang sedalam ratusan kaki itu, kemudian memperdengarkan suara helaan napas panjang yang menyatakan rasa menyesalnya, ia berkata:
"Padahal kaucu telah memberi pesan secara khusus kepadaku, bagaimanapun juga aku harus berupaya untuk memperoleh Huan Cu Im, tapi sekarang semua rencanaku telah kau berantakkan"
oooDWooo Ketika tali temali diatas keranjang dipotong orang secara tiba tiba, dengan sendirinya keranjang tersebut jatuh meluncur ke dasar jurang yang seratus kaki lebih dalamnya itu, otomatis dua orang yang berada dalam keranjangpun turut terperosok jatuh kebawah.
Sementara itu tangan kiri Kim Peng telah menggenggam tangan Huan Cu Im erat erat, pada mulanya Huan Cu Im mengira nona itu merasa ketakutan sehingga menggenggam tangannya kencang.
Tapi setelah tali keranjang itu terpotong dan mereka berdua jatuh bersama ke dalam jurang, dia baru tahu kalau tangannya yang dipakai untuk menggenggam tangannya itu dimaksudkan untuk menyelamatkan selembar jiwanya.
Rupanya disaat kedua orang itu bergandengan tangan dan meluncur ke bawah jurang sedalam empat lima belas kaki kemudian mendadak gerak luncur tubuh Kim Peng terhenti sama sekali, dengan sendirinya Huan Cu Im yang ditarik tangan sebelahnya turut berhenti meluncur pula kebawah jurang . Terdengar olehnya Kim Peng berseru dengan gelisah:
"Huan toako, cepat peluk aku kencang kencang, dengan begitu aku baru punya kesempatan untuk turun tangan "
Dalam anggapan Huan Cu Im semula, mereka pasti tewas dalam keadaan mengerikan didasar jurang, sungguh tak disangka ternyata jiwanya berhasil lolos dari lubang jarum dan gerak luncurnya terhenti sama sekali hal ini membuat hatinya gembira sekali.
Disaat yang kritis inilah, untuk memanfaatkan waktu yang tersedla, tentu saja pemuda tersebut tidak membedakan lagi soal lelaki dan perempuan.
Ia segera merentangkan lengannya dan merangkul pinggang Kim Peng erat erat, kepalanya boleh dibilang menempel diatas sepasang payudaranya yang montok itu.
Sementara itu Kim Peng telah mempergunakan tangan kirinya yang luang untuk mencabut keluar sebilah pisau belati dari pinggangnya dan langsung ditusukkan ke atas dinding batu
Nyata sekali pisau belati itu tajamnya luar biasa dan merupakan sebilah senjata mestika, sekali ditusuk. senjata tersebut telah menancap diatas dinding batu tersebut.
Dengan demikian, tubuh mereka berdua pun segera berhenti meluncur kebawah dan bergelantungan di tengah udara.
Kim Peng boleh dibilang tetap dirangkul kencang kencang oleh pemuda tersebut sehingga hampir saja susah bernapas, coba kalau peristiwa ini berlangsung di waktu waktu biasa, pukulan semacam ini sudah pasti telah membuatnya menjadi lemas, hati berdebar dan tersengkal sengkal napasnya karena malu.
Tapi situasi saat ini jauh berbeda, tangan kanannya memegang seutas benang panjang seperti benang pengail erat erat, sementara tangan kirinya menggenggam sebilah pisau belati menanti mereka telah berhasil bergelantungan di udara secara mantap ia baru berkata dengan suara lembut:
"Dibawah batu karang sana terdapat tempat untuk berpijak kau boleh turun terlebih dulu"
Huan Cu Im mempunyai kemampuan untuk melihat dalam kegelapan, setelah mereka mantap posisinya tadi, sesungguhnya pemuda tersebut sudah melihat adanya tempat berpijak disisi kanan dimana mereka bergelantungan sekarang.
Sekalipun tempat itu berupa tebing batu yang terjal dan curam namun berbentuk tonjolan batu karang besar sekali, sementara dibawah batu karang tadi terdapat sebuah gua batu seluas satu kaki bentuknya persis seperti sebuah gardu dan selisih jaraknya hanya berapa depa.
Oleh sebab itu dia segera mengendorkan pelukannya serta melayang turun kesana
Kim Peng segera melepaskan benangnya dan ikut melompat turun keatas batu karang tadi, kembali pisau belati ditangan kanannya menusuk dinding, lalu dengan menggunakan benangnya digantungkan pada gagang pisau tersebut, dia baru berpaling dan katanya sambil tertawa merdu:
"Huan siangkong, barusan keadaan kita sangat berbahaya sekali, apakah kau merasa takut?"
Sekarang Huan Cu Im baru teringat bahwa Kim Peng telah menyuruh memeluk tubuhnya erat erat sebelum keranjang rotan itu dipotong talinya, hal ini menunjukkan kalau dia telah membuat persiapan yang matang jauh sebelumnya.
Peristiwa ini sungguh aneh sekali, mungkinkah dia memiliki kepandaian untuk meramalkan kejadian yang akan datang, sehingga dia telah menduga kalau Sim hujin akan memotong tali keranjang itu"
Yaa, betul... Sudah pasti Sim hujin yang sengaja memutar siasat tersebut dengan menyuruh Kim Peng menyelamatkan jiwanya serta mengalami nasib yang serupa dengannya.
Setelah mereka berdua terkurung ditebing yang terjal ini, sudah pasti dia hendak mempergunakan budi kebaikan Kim Peng untuk merebut simpatinya siasat Bi jiu ki atau siasat perempuan cantik untuk memikatnya agar bergabung dengan Tay Im-kau.
Kalau bukan demikian, mengapa Kim Peng dapat mempersiapkan segala sesuatunya secara matang" Dari mana dia tahu kalau di bawah batu karang itu terdapat tempat untuk berpijak"
Makin dipikir dia merasa dugaannya semakin besar, tanpa terasa serunya sambil tertawa dingin:
"Aku tidak menuruti perkataan perempuan she Sim untuk membunuh nona, sedang nona pun saat yang kritis telah menolongku. ini berarti diantara kita berdua sama sekali tidak saling berhutang, bukan begitu nona?"
Kim Peng jadi tertegun setelah menyaksikan sikap dingin pemuda tersebut, ditatapnya orang itu lalu tegurnya:
"Huan Siang kong mengapa kau mengucapkan perkataan semacam ini...?"
Kembali Huan Cu Im tertawa dingin:
"Nona Kim Peng, permainan yang kalian rencanakan ini kurang sempurna, lagi pula aku bukan seorang anak yang berusia tahun, kau kira aku mudah diperdaya?"
"Kapan sih budak memperdaya dirimu ?" tanya Kim Peng semakin termangu saking herannya.
"Apakah semua peristiwa ini bukan hasil rancangan dari perempuan she Sim itu " Sambil memotong tali keranjang, dia pun sengaja menyuruh kau menolongku dan sama sama terperangkap ditempat terpencil semacam ini, bukankah maksudnya agar kau bisa membujukku secara pelan-pelan hingga bersedia menjadi anggota Tay Im-kau" Siasat semacam ini sudah banyak yang kusaksikan didalam dunia persilatan, karena itu siasat menyiksa diri yang nona jalankan tak nanti akan berhasil membujukku, usahamu tersebut tentu akan mengalami kegagalan total"
"Aku sudah melaksanakan siasat menyiksa diri ?" Kim Peng membelalakkan sepasang matanya lebar lebar.
Kemudian sambil tertawa cekikikan dia berkata lagi
"Huan siangkong, bukankah sudah banyak yang kau saksikan didalam dunia persilatan " Nah, coba perhatikan baik baik, pernahkah kau bertemu dengan budak ?"
Sewaktu mengucapkan perkataan ini, ternyata nada suaranya sama sekali berubah, berubah menjadi seperti pernah dikenal olehnya.
Tanpa terasa Huan Cu Im menjadi tertegun sepasang matanya yang jeli pun menatap wajah Kim Peng tanpa berkedip. diawasinya raut wajah nona tersebut dengan seksama.
"Mengapa sih kau awasi diriku dengan pandangan seperti ini?" seru Kim Peng jengah.
Semakin didengar, Huan Cu Im merasa suara nona ini makin dikenal olehnya, hanya saja dia tak dapat menduga siapa gerangan orang ini, maka kembali katanya: "Sungguh aneh nada pembicaraanmu mirip sekali dengan seseorang yang sangat kukenal"
"Seseorang yang amat kau kenal?" Kim Peng Cemberut sambil tertawa, "kalau begitu Huan siangkong pernah kenal budak dimasa lalu?"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Huan Cu Im, lalu ujarnya dengan nada bersungguh sungguh: "Kau bukan nona Kim Peng "
"Kalau budak bukan Kim Peng lantas siapa?"
"Aku hanya mempunyai perasaan demikian, kau sudah pasti bukan nona Kim Peng, tapi akupun tak bisa menyebutkan siapa kah dirimu sesungguhnya "
Kim Peng semakin cemberut :
"Mungkin saja kita bisa kenalan lama, tapi oleh karena Huan siangkong terlalu banyak teman nona, tentu saja kau tak dapat mengingat diri budak lagi"
Dengan cepat Huan Cu Im mencengkeram tangan Kim Peng erat erat, lalu serunya: "Sebenarnya siapakah kau "
Hayo Cepat jawab" Pelan-pelan Kim Peng meronta dari cekalannya sambil berdiri membelakanginya, kemudian menyahut:
"Aku kan bernama Kim Peng" jika kau menganggap aku bukan Kim Peng, coba katakanlah siapakah aku yang sebenarnya ?"
Sekarang Huan Cu Im sudah yakin kalau dia bukan Kim Peng, sebab logat pembicaraannya sebentar kedengaran lembut dan halus serta terasa amat dikenal, tapi sebentar lagi berubah jadi dingin kaku seperti nada suara Kim Peng, akibatnya untuk berapa saat dia tak bisa menduga secara pasti siapa gerangan dirinya
Tapi ada satu hal yang dapat dipastikan olehnya, peristiwa yang dialaminya selama ini bukan siasat menyiksa diri yang dirancang oleh perempuan she Sim itu, tapi disaat yang kritis nona itu benar benar telah menyelamatkan jiwanya.
Melihat pemuda itu tidak menjawab, tiba tiba Kim Peng berkata lagi dengan sedih: "Aaai, tampaknya kau benar benar sudah tidak teringat lagi denganku" Sembari membetulkan letak rambutnya, tiba tiba dia membalikkan badan.
Sekarang Huan Cu Im dapat melihat wajahnya dengan jelas, hatinya menjadi kegirangan setengah mati, tanpa terasa dia merentangkan tangannya lebar lebar serta memeluk tubuhnya kencang kencang.
"Aaah, rupanya kau adalah Yap Ling" serunya kegirangan,
"bagus betul adikku, sudah lama aku mencari cari dirimu"
Ternyata nona itu bukan Kim Peng melainkan Yap Ling, dalam waktu singkat gadis tersebut telah membersihkan wajahnya dari obat penyaru muka.
Merah jengah selembar wajah Yap Ling, tapi ia membiarkan tubuhnya dipeluk pemuda tersebut, malah kepalanya segera disandarkan kedalam rangkulannya. Kemudian sambil mengangkat kepala, dia berkata dengan sedih: "Huan toako, benarkah kau telah melupakan diriku?"
Untuk sementara waktu Huan Cu Im masih dicekam perasaan terkejut bercampur girang sehingga dia merangkul gadis itu erat erat selama ini dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuannya .
Kakak beradik yang bertemu kembali setelah berpisah lama, apalagi ditempat ini, gerakannya memeluk hanya merupakan gerak spontan jadi sama sekali tidak terlintas pikiran jahat atau Cinta muda mudi.
Tapi setelah mendengar perkataannya itu ia baru terkejut dan buru buru melepaskannya kemudian sambil tersenyum katanya.
"Adikku, seharusnya aku dapat menduga dirimu sejak tadi, dari sute (Siang Siau Un) pernah kudengar bahwa kau memperoleh rejeki setelah ketimpa musibah dengan mengangkat nenek bermata buta sebagai guru, sute pandai mempergunakan ilmu pancingan yang bisa mengait orang tentu saja kaupun pandai pula dalam ilmu semacam itu"
"Siapa sih sute yang kau maksudkan?" tanya Yap Ling dengan perasaan tercengang.
"oooh... su te adalah adik seperguruanmu Siang Siau Un"
ucap Huan Cu Im sambil tertawa geli, "dalam perjalanan kita kebukit Lou cusan kali ini, dia telah menyaru sebagai pria, karena itu aku menjadi terbiasa menyebutnya sebagai sute (adik ke empat)"
"Eeei... aku ingin bertanya kepadamu, benarkah kau telah melupakan aku" Mengapa tidak kau jawab pertanyaanku itu?"
bisik Yap Ling lirih. Huan Cu Im segera membelai rambutnya dengan penuh rasa sayang, lalu sahutnya sambil tertawa ringan-
"Kau adalah adikku, sedang aku adalah toakomu, mana mungkin aku dapat melupakan dirimu?"
"Aku tak mau menjadi adikmu" seru Yap Ling sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kemudian tidak menunggu sampai Huan Cu Im sempat berbicara menyambung lebih jauh: "Aku bersedia menjadi kacung bukumu untuk selamanya..."
Ketika ucapan "untuk selamanya" melintas dalam pendengaran Huan Cu Im, sekali lagi pemuda itu tertegun, tapi segera ujarnya sambil tertawa:
"Sudahlah, jangan berbicara yang tak ada gunanya, berbicara yang benar, tak bisa berdiam terus disini, di kuil Say ko bio masih ada banyak orang yang terkena racun jahat dan membutuhkan obat penawar racun secepatnya, bila harus menunggu sampai fajar nanti, seluruh tenaga dalam yang mereka miliki pasti akan punah, dan akibatnya bisa luar biasa sekali. Kita harus selekasnya menghantar obat penawar racun itu untuk mereka."
"Apakah kau percaya dengan obat penawar racun yang diserahkan perempuan she sim itu kepadamu?" tanya Yap Ling sambil mengerdipkan matanya berulang kali.
"Dia toh sudah menerangkan bahwa obat penawar racun ini meski dapat memunahkan sejenis racun tapi tak bisa bermusuhan lagi dengan orang orang Tay Im-kau, rasanya ucapan ini dapat dipercaya."
Yap Ling segera tertawa. "Dia memang sudah mencampurkan sejenis racun yang tak dapat mengendus semacam bau bauan yang mereka buat didalam obat tersebut, tapi benda yang kau ambil sekarang sudah bukan obat penawar racun yang dimaksudkan tersebut"
"Apakah sudah kau tukar" Lantas kemana perginya obat penawar racun tersebut ?"
"Ehmm..." Yap Ling manggut manggut "obat penawar racun semacam ini lebih baik tak usah diminum, oleh semacam itu aku telah membuangnya kedalam jurang"
"Tapi orang orang yang berada di kuil Say ko bio tak dapat menunggu sampai fajar nanti" kata Huan Cu Im dengan gelisah, "sekali pun obat penawar racun itu mengandung sejenis racun yang lain, toh lebih baik daripada sama sekali tak ada obatnya"
"Racun yang mereka pergunakan pada malam ini masih bisa dipunahkan dengan obat penawar racun lain, sebaliknya sejenis racun yang dicampurkan didalam obat penawar racun tersebut justru merupakan obat yang sama sekali tak dapat ditawarkan kembali, oleh sebab itulah aku sengaja menukarnya dengan yang lain, isi obat dalam botol yang kau bawa tak lebih cuma tepung gandum, warnanya tak jauh berbeda dengan obat aslinya."
"Lantas bagaimana baiknya sekarang?"
Yap Ling segera tertawa cekikikan:
"Sudah berapa hari lamanya suhu menyuruh aku menyaru sebagai Kim Peng, sedang Kim Peng adalah dayang yang paling dipercaya oleh perempuan siluman itu, masa aku tak mengetahui segala sesuatunya secara jelas ?"
Mendengar perkataan ini, Huan Cu Im menjadi kegirangan setengah mati, buru buru serunya:
"Kalau begitu Cepat kau serahkan obat penawar racun yang asli kepadaku"
"Apa gunanya kuserahkan kepadamu?" ujar Yap Ling sambil tertawa, "kau masih mempunyai tugas lain, sedang tugas menghantar obat penawar racun itu sudah bukan menjadi bagianmu lagi"
"Lantas siapa yang menghantar obat itu kepada mereka?"
Yap Ling tertawa misterius:
"Suami cia Toa nio si nenek berbaju hitam yang menghantarkannya ke situ, malah obat tersebut merupakan obat penawar racun yang asli, bukan obat yang telah dicampuri racun."
"Jadi cia Toa nio juga orang kita?" tanya Huan Cu Im dengan wajah tertegun.
"Dia adalah guruku"
"Kau maksudkan dia adalah wakil congkoan dari Lou cu san, bagaimana mungkin dia"
"Aaah, bagaimana sih kau ini..." seru Yap Ling sambil mengerling sekejap ke arahnya, "kalau aku dapat menyaru sebagai Kim Peng, masa suhu tak dapat menyaru pula sebagai cia To nio?"
"oooh... rupanya begitu" seru Huan Cu Im kegirangan,
"kalau begitu Yu loocianpwee yang menghantar obat penawar racun itu ?"
"Tepat sekali perkataanmu itu "
Kemudian setelah berhenti sebentar, Yap Ling berkata lebih jauh:
"Tempat penyimpanan obat penawar racun milik perempuan she Sim itu hanya diketahui Kim Peng seorang, karenanya setelah kucuri obat penawar racun yang asli dari sana, kumasukkan pula yang palsu ketempat semula, dengan demikian dia tak akan menaruh curiga, tapi perempuan siluman itu memang lihay sekali, akhirnya toh gerak gerikku diketahui juga olehnya"
"Apakah nenek bermata buta sudah datang kemari selama tiga hari...?"
"Tidak, suhu baru datang semalam" Lalu Yap Ling berkata lebih jauh: "oleh karena suhu belum datang, maka akupUn tak berani mencUri obat penawar racun itu terlalu awal sebab kuatir ketahuan oleh perempuan she Sim itu, menanti suhu sudah tiba, aku harus mencurinya dan diserahkan kepadanya"
"Tadi kau mengatakan kalau aku masih mempunyai tugas lain, tugas apakah itu?"
"Dalam perjalanan pulang dari bukit Hong san, rupanya pihak Tay Im-kau telah menanam seorang mata mata didalam rombongan Hee pocu dan para ciangbunjin dari partai partai besar, hanya saja selama ini mereka sengaja berlagak seolah olah tidak tahu..."
"Mata mata?" kembali Huan Cu Im tertegun, "kau maksudkan diantara rombongan kami terdapat seorang mata mata?"
"Ehmm Dan orang itu masih berada di kuil Say ko bio sekarang."
"Siapakah dia?" tanya Huan Cu Im dengan perasaan terkejut.
"Dari sukong telah kudengar bahwa orang itu mempunyai kedudukan yang tinggi sekali didalam perkumpulan Tay Imkau, tapi belum diketahui siapakah dia, sewaktu kutanyakan kepada suhu, dia orang tua enggan memberi tahu"
"Kemudian?" "Ketika Hee pocu dan rombongannya tiba disini dan selesai makan siang, ternyata semua orang telah keracunan..."
"Jadi empek Hee sekalian sama sekali tidak melakukan persiapan apa apa?"
"Tay Im-kau mahir sekali dalam menggunakan racun, racun itu bukan dicampurkan didalam sayur dan hidangan"
"Kalau begitu dicampurkan kedalam air teh?"
"Apa bedanya dicampurkan kedalam air teh atau dicampurkan dalam hidangan" Sistim yang dipakai Tay Im-kau dalam melepaskan racunnya tak akan serendah itu"
"Lantas racun itu ditaburkan dimana?"
"Ditaburkan diatas handuk, ketika semua orang selesai bersantap siang, dayangpun menghidangkan handuk panas untuk membersihkan muka, ternyata racun tersebut telah dipersiapkan disana, tak ampun lagi semua orang pun segera terbius"
"Bagaimana akhirnya?" tanya Huan Cu Im gelisah.
"Akhirnya mereka pun dikirim ke dalam gua batu diseberang sana..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. dia berkata lebih jauh:
"Untuk menuju ke gua batu itu hanya tersedia sebuah jalan masuk keluar saja yakni jalan yang kau lalui tadi, untuk mencapai gua batu disebelah kanan dari gua batu sebelah kiri.
orang hanya dapat menyeberang dengan pergunakan keranjang gantung, lagi pula sekali angkut hanya bisa mencapai empat orang, dalam keadaan sudah dicangkok bubuk pembuyar tenaga sehingga ilmu silatnya sama sekali punah, tentu saja Heepocu sekalian tidak berkemampuan untuk melarikan diri dari situ, jangan lagi menyeberang dengan menggunakan keranjang biar punya sayappun belum tentu dapat melewatinya, ditambah lagi digua batu sebelah kanan terdapat cia Toa nio yang melakukan penjagaan, dia adalah komplotannya kakak beradik Sim dari Tay Im-kau yang berilmu silat sangat tinggi, oleh sebab itu kecuali suhu dia orang tua yang datang sendiri untuk menyaru sebagai cia Toa nio, rasanya memang tidak gampang untuk menyelamatkan semua orang dari sana"
"Tapi bukankah orang orang itu sudah terkena bubuk pembuyar tenaga...?"
Yap Ling kembali tertawa Cekikikan:
"Apa sih yang sedang kukerjakan disini" orang orang Say ko bio yang terkena bubuk racun saja telah memperoleh obat penawarnya, masa orang orang yang cuma terkena semacam bubuk racun pembuyar tenaga saja, aku malah tak dapat memperoleh obatnya?"
"Jadi apa yang harus kita perbuat sekarang?"
Yap Ling memandang sekejap ke arahnya lalu balik bertanya sambil tertawa merdu: "Menurut pendapatmu, apa yang harus kuperbUat?"
"Adikku yang baik, katakanlah secara terbUka, waktu sangat berharga buat kita, tak usah kita buang waktu lagi dengan percuma"
"Tak usah kuatir pokoknya tugas kita tak akan terbengkalai" ucap Yap Ling sambil tertawa, "baiklah, akan kuberitahukan kepada toako..."
"Nah, begitu baru adikku sayang" kata Huan Cu Im sambil tertawa lebar.
pelan-pelan Yap Ling menyandarkan kepalanya kembali ke atas dadanya yang bidang, setelah itu katanya:
"Beginilah kejadian yang sebenarnya, setelah sukong mengirim obat penawar racun ke sana, beliau akan menunggu sampai semua selesai bersemedi dan memulihkan kembali kekuatan tubuhnya sebelum berangkat dari kuil Say ko bio untuk kembali ke sini, tapi niat tersebut berarti sudah tengah hari besok. coba hitunglah sendiri berapa waktu yang tersisa dari sekarang hingga tengah hari esok ?"
Bagaikan kucing yang manja saja, nona itu bersandar mesra dalam pelukan sang pemuda.
Huan Cu Impun tak dapat menahan diri untuk balas merangkul gadis itu dengan penuh kehangatan, tanyanya kemudian: "Bagaimana dengan pihak kita disini?"
"Dengarkanlah dulu keteranganku "
Setelah mengangkat kepalanya sambil membereskan rambutnya yang kusut, Yap Ling berkata lebih jauh:
"Pekerjaan pertama yang harus kita lakukan adalah naik dulu keruang Yang sim san"
Kemudian tidak sampai Huan Cu Im mengajukan pertanyaannya, dia telah menambahkan : "Ruang Yang sim an adalah gua batu disebelah kanan"
Sementara pembicaraan berlangsung tubuhnya boleh dibilang sudah menempel begitu rapat dengan tubuh pemuda tersebut.
Biarpun selama ini Huan Cu Im selalu menganggapnya sebagai adik kecil, namun setelah berada dibawah tebing karang sedalam ratusan kaki yang begitu gelap ditengah malam buta begini, ditambah lagi dua insan berbeda kelamin saling berdempetan begitu rapat, lama kelamaan bergolak juga darah panas dalam tubuhnya.
Apa lagi nona tersebut berbicara sambil menengadah, dimana ia bisa mengendus bau harum yang sangat merangsang birahinya, ia menjadi terangsang hingga sahutnya kemudian lirih:
"Aku mengerti" Dengan hati yang berdebar keras dan muka yang menjadi panas, pelan-pelan kepalanya diturunkan kebawah.
Yap Ling sedang menengadah ternyata tidak berusaha untuk menghindar, disambutnya kedua lembar bibirnya yang panas itu dengan bibir sendiri.
Begitu dia merasa malu sekali, namun hati kecilnya dipenuhi oleh rasa gembira yang meluap.
Sudah lama dia mengharapkan hal semacam ini terjadi atas dirinya, karena dia memang rela dan pasrah untuk menerima semuanya. oleh sebab itu dengan berani sekali dia mengirimkan lidahnya kemulut pemuda tersebut.
Detak jantung kedua orang itu berdebar makin kencang dan makin memuncak. sesuatu kebutuhan yang mendesak menjalar dari hati kecil masing masing dan menyelimuti seluruh perasaan mereka.
Kini, sepasang tangan Huan Cu Im tidak menganggur saja, tapi mulai bergerak dengan hidupnya, jari jari tangannya yang lebar dan kasar mulai meraba dan menggerayangi seluruh bagian tubuh Sinona tentu saja terutama pada bagian bagian tertentu yang sesungguhnya amat rahasia dan terlarang.


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyatanya si nona pun tidak menolak. bahkan menyerahkan segala sesuatunya secara pasrah.
Dengan nafas mereka berdua makin memburu dan ngos ngosan... suasanapun makin panas menyengat...
Entah berapa lama kemudian, lambat laun suasana menjadi tenang kembali.
Huan Cu Im masih merangkul tubuhnya erat erat dan menundukkan kepala menciumi air mata yang membasahi pipinya, dengan lembut ia berbisik: "Adik Ling, kau menangis?"
Yap Ling tidak melengos, matanya dipentangkan lebar lebar membiarkan butiran air matanya membasahi pipi dan mukanya, tapi ia tersenyum manis:
"Aku menangis saking gembiranya, toako mulai saat ini aku sudah menjadi milikmu untuk selamanya, asal kau bersedia membagikan sepertiga atau seperempat bagian rasa Cintamu saja kepadaku, aku sudah merasa puas sekali..."
Tiba tiba ia memasukkan kepalanya ke dalam pelukan pemuda tersebut dan benar benar menangis, tapi sepasang tangannya memeluk tubuh pemuda tersebut lebih kencang.
Huan Cu Im menyudukkan kepalanya sambil mencium rambutnya yang harum kemudian katanya:
"Tak usah kuatir adik Ling, aku tak akan menyia nyiakan dirimu..."
"Aku tahu" Yap Ling mengangguk dengan penuh pengertian, "aku percaya kepadamu asal kau telah menjanjikan begitu, hatiku pun sangat lega..." Kembali mereka berdua saling berpelukan dengan mesrah.
Entah berapa lama sudah berlalu akhirnya Yap Ling mendorong pemuda tersebut sambil katanya dengan tersipu sipu: "Mari kita naik ke atas sekarang"
"Kau yang naik dulu, atau aku yang naik duluan?"
Merah jengah selembar wajah Yap Ling dibereskannya rambut yang kusut lalu sahutnya tertawa:
"Benang berpancing ini tipis sekali, masa kau mampu naik ke atas sendirian" Lebih baik aku yang naik duluan, kemudian baru menarikmu naik ke atas"
"Asalkan ada sedikit saja tempat berpijak aku yakin dapat mencapai ke atas tebing sendirian"
Kemudian setelah berhenti sejenak, tanyanya lebih jauh:
"Bukankah kita hendak pergi keruang Yang sim san"
Bagaimana jalannya kesana" Aku rasa lebih baik kau saja yang naik duluan"
"Yaa benar, memang lebih baik aku yang naik duluan, sebab biarpun kau sampai duluan, toh harus menunggu sampai kedatanganku untuk membukakan pintu, baiklah biar aku yang naik duluan"
Huan Cu Im segera menempelkan bibirnya disisi telinga nona tersebut seraya berbisik lirih:
"Silahkan istriku "
"Kau nakaL.." seru Yap Ling sambil mencubitnya dengan gemas.
Kemudian ia membalikkan badan sambil mencabut keluar pisau dan alat pancingannya, kemudian sambil menyerahkan kepada Huan Cu Im, katanya: "Aku akan naik duluan ?"
Sambil melejit ke atas, dia memegang alat pancingannya dan merambat naik ke atas tebing dengan Cepatnya.
Huan Cu Im merasakan tubuhnya seakan akan memperoleh tenaga baru, sambil menghimpun tenaganya dia segera mengikuti dibelakang Yap Ling untuk memanjat pula ke atas.
Dengan mengandalkan tenaga dalam yang sempurna, kedua orang itu mendaki tiada hentinya ke atas tebing, puluhan kaki tingginya berhasil mereka capai dalam waktu singkat.
Tampaknya Yap Ling telah mempersiapkan alat pancingannya disekitar mulut gua tebing itu, begitu sampai ditepi gua, dia pun melejit ke atas dan menyusup masuk ke dalam. Dengan Cepat Huan Cu Im mengikuti di belakangnya menyusup pula ke dalam gua
Melihat pemuda tersebut berhasil mencapai gua tadi seiring dengannya Yap Ling segera berseru dengan perasaan terkejut berCampur gembira: "Toako, secepat ini kau tiba disini"
"Aku mengkuatirkan keselamatanmu, karenanya menguntil terus dibelakangmu secara ketat"
Yap Ling merasakan hatinya menjadi manis dan hangat setelah mendengar perkataan tersebut, ia segera berpaling sambil serunya:
"Hmmm, kalau berada dihadapanku saja perkataanmu sedap didengar, tapi begitu pergi, akupun ikut terlupakan sama sekali"
"Mengapa sih kau tak begitu percaya denganku?" seru Huan Cu Im penasaran. Dengan Cepat dia menarik bahunya dan siap akan mencium bibirnya yang mungil itu. Buru buru Yap Ling mendorong tubuhnya sambil berbisik:
"Ssst, jangan begitu disini, kalau sampai kelihatan orang lain, kan malu sekali..."
Selesai berkata dengan cepat dia membalikkan badan sambil berjalan masuk kedalam, sementara tangannya menyulut sebuah obor sebagai alat penerangan.
Huan Cu Im dapat melihat dalam kegelapan, tentu saja dia tidak membutuhkan alat penerangan dengan tegap pemuda tersebut menguntil terus dibelakangnya.
Tempat itu merupakan sebuah lorong yang gelap dan bisa dilalui oleh dua orang yang jalan bersanding.
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang dua puluh kaki kemudian didepan sana muncul sebuah pintu besi berwarna hitam, diatas pintu terdapat kunci yang besar sekali.
Yap Ling segera merogoh sakunya mengeluarkan anak kunci untuk membuka pintu gerbang tersebut.
Setelah pintu terbuka, maka tampaklah sebuah ruangan batu yang besar dan lebar, di dalam ruangan tersebut terlihat banyak orang yang sedang duduk bersila disitu.
Ketika melihat kemunculan kedua orang tersebut, serentak mereka bangun berdiri.
Dalam sekilas pandang saja Huan Tay seng telah melihat kehadiran putranya, buru buru dia menegur:
"Anak im kau telah datang..."
"Ayah " seru Huan Cu Im cepat.
Hee Im hong turut berseru pula:
"Keponakanku, dari mana kau bisa tiba di sini?"
Cepat cepat Huan Cu Im memperkenalkan Yap Ling kepada semua orang, katanya: "Dia bernama Yap Ling, anak murid nenek bermata buta"
Yap Ling segera memberi hormat sambil berkata:
"Mungkin pocu tidak kenal dengan budak dulu budak adalah anak buah hujin di bukit Lou cu san"
Hee Im hong segera tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... nona Yap, kau adalah murid si nenek bermata buta, selanjutnya jangan menyebut demikian kepadaku"
Kemudian Huan Cu Impun memperkenalkan gadis tersebut kepada ayahnya.
Tiba tiba saja paras Yap Ling berubah menjadi semua merah karena jengah, kepalanya tertunduk rendah rendah, sambil memberi hormat katanya dengan lirih: "Boanpwee Yap Ling menjumpai empek"
Dengan wajah yang bersemu merah ini, nampak sekali kalau gerak geriknya yang tersipu sipu.
Sebagai orang yang berpengalaman tentu saja Huan Tay seng dapat menjumpai hal tersebut, diam diam ia menjadi keheranan, tanpa terasa pikirnya:
"Tampaknya hubungan nona Yap dengan anak im sangat erat dan akrab, kalau tidak mengapa ia kelihatan tersipu sipu sewaktu bertemu denganku ?"
Berpikir demikian, buru buru Huan Tay seng menjawab:
"Nona tak usah banyak adat"
"Adikku" kata Huan Cu Im segera, "cepat keluarkan obat penawar racunnya dan bagikan kepada semua orang, persoalan lain bisa kita bicarakan nanti saja"
Yap Ling segera menyahut dan mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna hijau dari sakunya, kemudian membagikan obat penawar racun tersebut kepada semua orang.
Secara ringkas Huan Cu Impun menceritakan kembali bagaimana sinenek buta menitahkan kepada Yap Ling untuk menyaru sebagai Kim Peng guna mencuri obat penawar racun, kemudian bagaimanakan nenek bermata buta menyaru sebagai cia Toa nio, bagaimana mereka sampai menemui kejadian di tebing penyebrangan dan sebagainya...
Selesai mendengar kisah tersebut, Hee Im hong segera menghembuskan napas panjang seraya berkata: "Beginipun lebih baik..."
"Lalu bagaimana Caramu sampai disini?" tanya Huan Tay seng kemudian.
Secara ringkas Huan Cu Impun menceritakan bagaimana rombongannya terkena serangan musuh ketika tiba dikuil Say ko bio, bagaimana ia berangkat kebukit Lou Cu san pada malam yang sama serta semua pengalaman yang telah dirasakannya barusan.
Tentu saja peristiwa panas dan mesrah yang dilakukannya bersama Yap Ling merupakan pengecualian yang dirahasiakan sekali oleh mereka berdua...
Yap Ling yang berdiri disisi arena merasakan pipinya menjadi panas lantaran jengah kepalanya tertunduk rendah rendah dan tak sepatah katapun yang berani diucapkan olehnya. Ketua Hoa sanpay Siang Han hui segera berkata dengan kening berkerut:
"Kini Yu tayhiap sekalian telah keracunan hebat. persoalan ini tak bisa dibiarkan dengan begitu saja, suheng..."
"Empek Siang tak usah kuatir" sela Huan Cu Im segera,
"obat penawar racun untuk mereka telah dikirim Yu locianpwee kesana"
"omintohud" puji syukur Hui san taysu dari Siau lim si setelah mendapat kabar ini "setelah kita semua makan obat penawar racun dan memulihkan kembali kekuatan kita, apa yang mesti kita perbuat selanjutnya" Apakah Huan sauhiap sudah tahu apa yang direncanakan Yu lo sicu...?"
"Persoalan ini baru boanpwee ketahui setelah mendapat keterangan dari adik Yap malam ini, rupanya racun yang bersarang ditubuh orang orang dikuil Say ko bio terdiri dari tujuh jenis, setelah mendapatkan obat penawar racunnya masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengatur pernapasan sebelum kondisi badan betul betul pulih kembali seperti sedia kala, ini berarti kira kira besok siang mereka baru akan tiba disini"
"Perempuan siluman she Sim itu mengira boanpwee serta Kim Peng telah tewas jatuh kedalam jurang yang dalamnya ratusan kaki itu, sedang tempat tersebut pun dijaga oleh cia Toa nio, dia pasti tidak menaruh prasangka buruk terhadap kita semua, karenanya malam ini para cianpwee bisa memanfaatkan waktu untuk menyimpan tenaga segar, hingga tengah hari besok kita baru menyerang ke luar untuk bergabung dengan orang orang yang datang dari kuil Say ko bio, boanpwee rasa dengan kekuatan gabungan kita semua, kawanan durjana dari Tay Im-kau pasti dapat ditumpas hingga ludas dan musnah seakar akarnya"
Ketua Hing gi bun Ciok Lip sam segera berkata pula:
"Nona Yap. kau sudah berapa hari bergabung dengan mereka, tahukah kau siapakah pentolan Tay Im-kau yang sebenarnya?"
"Walaupun sudah tiga hari lamanya boanpwee menyaru sebagai Kim Peng, namun peranan Kim Peng tak lebih hanya dayang kepercayaan perempuan Sim yang mengurus soal obat obatan beracun beserta obat penawar racunnya, lagi pula sepanjang hari berada disisi perempuan she Sim terus menerus selain bertemu dengan kakak perempuannya soal yang lain tak berani boanpwee tanyakan sebab kuatir jejakku ketahuan, tapi rasanya kaucu mereka adalah kakak perempuan perempuan she Sim itu, selain mereka terdapat pula seorang cong huhoat tapi siapakah dia aku kurang begitu tahu"
"Aaai..." Ciok Lip sam menghela nafas panjang, "tahu diri, tahu keadaan lawan, setiap pertarungan baru bisa dimenangkan. Percuma saja kita semua berkelana didalam dunia persilatan sekian waktu kalau nyatanya keadaan lawan yang sejelasnya pun belum kita peroleh datanya"
Hee Im hong segera tertawa terbahak bahak:
"Haaahh.. haaahh... haaahh...jangan lagi saudara Ciok, aku sendiri yang sudah diperalat sampai belasan tahun dan pesanggrahan di bukit Lou cu san sebagai tempat kediamankupun, hingga kini aku baru tahu kalau dibelakang bukit masih terdapat gua batu semacam ini, kalau bukan dikirim kemari oleh mereka disaat terbius, sungguh mati aku tak akan tahu tempat ini, kalau dibicarakan apakah hal ini tidak memalukan sekali?"
"Tapi dalam peristiwa ini saudara Hee tak dapat bisa disalahkan" ujar Liok Tiong goan, ketua Heng san pay selanjutnya, "yang jelas pihak Tay Im-kau sudah puluhan tahun merencanakan kesemuanya ini tanpa diketahui sama sekali oleh orang orang persilatan-.. dilihat dari hal ini saja dapat disimpulkan betapa cermat dan rahasianya pihak Tay Im-kau dalam melaksanakan tugas tugasnya"
"oleh karena itulah aku paling kagum dengan saudara cilik kita" kata Ciok Lip sam lagi sambil tertawa tergelak. "padahal dia belum lama terjun ke dunia persilatan, tapi secara beruntun telah berhasil membongkar serangkaian siasat busuk dari Tay Im-kau, dan menghancurkan serta menggagalkan pula banyak operasi Tay Im-kau yang meruglkan pihak kita semua. Saudara cilik, bukan aku sengaja berbicara mengibul atau bernada mengumpak, delapan atau sepuluh tahun lagi, Bulim bengcu akan jatuh ketanganmu"
"Saudara Ciok. Kau jangan kelewat memujinya" seru Huan Tay seng cepat cepat, "dia kan anak kecil, seorang anak kecil mengerti urusan apa...?"
Sekali lagi Ciok Lip sam tertawa tergelak:
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... Huan loko, putramu masih muda lagi tampan, dia merupakan satu satunya jago muda yang paling hebat dan menonjol, aku tidak berbicara sembarangan, lihat saja sendiri, keselamatan dan keamanan dunia persilatan puluhan tahun selanjutnya pasti akan terletak ditangannya seorang"
"Perkataan Ciok lo sicu memang sangat tepat" sambung Hui san tay su, "lolappun mempunyai pandangan yang serupa, Huan sau sicu orangnya Cekatan, gagah dan perkasa, biar masih muda usia namun memiliki daya kemampuan yang mengagumkan, terus terang saja orang orang sembilan partai besar terbatas sekali kemampuannya, tapi beruntung sekali dunia persilatan kita memiliki seorang tokoh menonjol seperti sau sicu yang akhirnya akan menanggung semua pertanggung jawaban ini..."
Ketika Yap Ling mendengar semua orang memuji kemampuan Huan toakonya, otomatis dia pun turut bergembira hati hingga sekulum senyuman manis segera menghiasi ujung bibirnya.
Ketika keadaan tersebut sempat terlihat oleh Hee Im hong, dihati kecilnya dia segera berpikir:
"Tampaknya hubungan antara perempuan ini dengan keponakan Huan telah mengikat pada hubungan yang sangat akrab"
Sementara itu Ciok Siu go (putri Ciok Lip sam) telah menarik tangan Yap Ling seraya berbisik:
"Nona Yap. waktu masih kelewat awal mari kita beristirahat sejenak..."
Diantara sekian banyak orang, hanya Ciok Siu go yang merupakan seorang yang wanita, dengan munculnya Yap Ling sekarang, dengan sendirinya diapun memperoleh teman.
Malam ini Yap Ling boleh dibilang terus menerus merasakan hatinya hangat dan manis, tapi bagaimanapun juga hari ini baru pertama kalinya dia mengalami kesemuanya itu, lagi pula berlangsung setengah malaman, karenanya dengan wajah tersipu sipu ia mengikuti ajakan tersebut untuk menyingkir kesudut lain-Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam pembicaraan yang asyik, masing masing nampak akrab sekali.
Hee Im hong dan Huan Tay seng sekalianpun duduk dilantai membentuk satu lingkaran dan merundingkan tindakan berikut yang akan dikerjakan esok pagi serta bagaimana caran menghadapi perkumpulan Tay Im-kau.
Sementara itu suasana di kuil Say ko bio tetap murung dan penuh kerisauan
Sekalipun sepeninggal Hoa Siang siang mereka masih dapat menanggulangi beberapa kali serbuan musuh secara paksa, namun diantara sekalian jago yang hadir, kecuali Hee Giok Yong, Siang Ci Un dan Siang Siau Un bertiga boleh dibilang racun pembuyar tenaga yang terkandung ditubuh kawanan jago lain mulai bekerja makin menghebat tenaga dalam yang dimilikipun mengikutinya berlalunya sang waktu, makin lama semakin bertambah lemah.
Padahal sepeninggal Hoa Siang siang, tak mustahil akan muncul jago tangguh lainnya, otomatis keadaan tersebut dihadapi dengan perasaan risau dan berat.
Terutama sekali kepergian Huan Cu Im yang sudah lewat satu kentongan lebih tampa kelihatan pemuda tersebut muncul kembali, hal mana amat menguatirkan hati semua orang.
Pihak musuh sudah banyak tahun bercokol di bukit Lou cu san, bukan saja kawanan jagoan banyak sekali, sekalipun tindak tanduk Tay Im-kau juga sudah termashur karena kekejaman, kebuasan dan kerahasiaannya.
Benar Huan Cu Im memiliki ilmu silat yang sangat hebat, tapi bagaimanapun juga ia masih muda dan belum banyak berpengalaman, kepergiannya seorang diri memasuki sarang harimau benar benar merupakan satu tindakan yang berbahaya sekali.
Tak terlukiskan rasa gelisah Ban Lo hujin, tapi diapun dapat melihat bahwa putrinya, Hee Giok yang dan Siang Ci Un beberapa orang sedang menguatirkan keselamatan jiwa Huan Cu Im seorang, karena itu meskipun dia sendiri gelisah dan kuatirnya bukan kepalang, hal mana tak berani diutarakan keluar, kuatir kalau beberapa orang nona itu semakin bertambah gelisah.
Tiba tiba Yu Hua Liong mengelus jenggotnya dan berkata sambil tersenyum:
"Sewaktu bertarung melawan Hoa Siang siang tadi, nampaknya tenaga dalam yang dimiliki nona Hee serta dua orang nona Siang sama sekali tidak berkurang, peristiwa ini benar benar merupakan suatu keberuntungan disaat seperti ini "
Siang Siau Un segera tertawa cekikikan, sahutnya:
"Yu Cianpwee, ketika aku bersama toaci dan jici menghantar kepergian samko tadi suhu telah memberi seorang sebiji teratai salju kepada kami bertiga, oleh sebab itu racun yang mengeram didalam tubuh kami sudah punah sama sekali "
"Suhumu?" Yu Hua Liong kelihatan tertegun, kemudian sambungnya dengan wajah gembira:
"Apakah nenek bermata buta locianpwee telah datang "
Haaahhh... haaahhh... mengapa tidak kalian katakan sedari tadi ?"
Melihat adiknya sudah mengungkapkan hal yang sebenarnya, terpaksa Siang Ci Un berkata sambil tertawa:
"Tadi, boanpwee tidak menjelas kan persoalan ini kepada semua orang karena si nenek Cianpwee enggan munculkan diri disini, kuatir jejaknya ketahuan orang orang Lou cu san, itulah sebabnya tidak berani kuungkapkan hingga sekarang"
Berkilat sepasang mata Yu Hua Liong setelah mendengar ucapan itu, segera tanyanya: "Ke mana perginya nenek bermata buta locianpwee sekarang ?"
"Suhu telah pergi, dia orang tua bilang masih ada urusan lain yang harus dikerjakan" sahut Siau Un.
"Apakah dia orang tua berjanji akan datang lagi nanti ?"
desak Yu Hua Liong dengan perasaan kuatir.
Dengan cepat Siang Siau Un menggelengkan kepalanya berulang kali. "Suhu tidak berpesan apa apa"
Yu Hua Liong segera mendehem pelan, lalu katanya lagi:
"Huan siaute telah berangkat menyerempet bahaya seorang diri, apa lagi nenek bermata buta locianpwee bersedia membantunya secara diam diam, keadaan tentu jauh lebih baik"
"Suhu telah berpesan bahwa kepergian samko tak perlu dikuatirkan, sebab ada orang yang akan membantunya secara diam diam,"
sekali lagi berkilat sepasang mata Yu Hua Liong, desaknya lebih lanjut :
"Apakah dia orang tua menjelaskan juga siapa yang akan membantunya secara diam diam?"
"Tidak soal ini telah kutanyakan, tapi sebelum memberi jawaban secara jelas suhu telah pergi lagi dengan tergesa gesa"
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin segera tertawa terbahak bahak timbrungnya:
"Haaah... haaah... haaah... setelah locau Tiong menjanjikan bantuan untuk saudara cilik aku hal ini tak bakal meleset lagi, dengan begitu aku si pengemis tua pun dapat berlega hati"
"Padahal kau memang tak perlu kuatir" sambung seorang secara tiba tiba dari luar pintu "siapa sih yang suruh kau menguatirkan keselamatannya"
Tiba tiba saja sepasang mata Lian Sam sin berkilat tajam, segera serunya dengan gembira:
"Haaahh... haahh... haaahh... lo cautiong telah datang "
Baru selesai dia berkata, pengemis sakti berwajah senyum telah melompat masuk ke dalam ruangan kuil seperti seekor monyet saja.
Dengan memancarkan sinar tajam dari matanya Yu Hua Liong bersama Ban lo hujin sekalian serentak bangkit berdiri.
Sambil tertawa terbahak bahak pengemis sakti berwajah senyum berkata:
"Haaah... haaah... haaahh... bagus bagus sekali, asal kalian semua selamat, ini paling bagus"
Dengan cepat Siau Un menerobos keluar dan menarik lengan pengemis sakti berwajah senyum sambil serunya :
"sukong, kebetulan sekali kedatanganmu, tahukah kau keadaan samko ?"
oleh teriakan si nona, pengemis sakti berwajah senyum segera maju beberapa langkah dengan sempoyongan, segera teriaknya :
"Hey budak cilik, kau jangan gelisah dulu, bagaimana kalau persoalan ini dibicarkan secara pelan-pelan "Jika kau betot semaunya sendiri, bisa jadi lenganku akan copot dari sendinya..."
"Aku sih tak perlu gelisah" jawab Siau Un segera, "tapi toako ku (Hee Giok yang) dan jiko ku (Siang Ci Un) sudah gelisah setengah mati, kalau tidak diberitahu secepatnya, mereka bisa mati karena kuatir "
Mendengar adiknya berkaok kaok semau sendiri dihadapan umum, kontan saja paras muka Siang Ci Un berubah menjadi merah padam seperti kepiting rebus, segera bentaknya.
"Siau Un, kau jangan bersikap kurang ajar terhadap Yu locianpwee.. hmm, makin dewasa rasanya kau semakin tak tahu aturan saja..."
"Heeh... heeh... heeh... tidak apa apa, tidak apa apa..."
sahut pengemis sakti berwajah senyum sambil tertawa terkekeh kekeh, "aku si orang tua memang paling senang melihat anak muda yang lincah dan gesit seperti ini, sebab orang yang gesit macam beginilah yang menarik hati"
Kontan saja Siang Siau Un membuat muka setan untuk mengejek kakaknya, sambil tertawa cekikikan ia berseru:
"Nah, sudah dengar belum" Sukong paling suka kalau aku bersikap terbuka kepadanya"
Sementara itu Yu Hua Liong telah berseru "cianpwee, silahkan duduk"
"Kalian tak usah sungkan sungkan, silahkan duduk, silahkan duduk,.."
"Sukong" kembali Siau Un berseru, "kau orang tua belum menjawab pertanyaanku, sebenarnya bagaimana keadaan samko?"
"Heeehh... heeehh... heeehh..." pengemis sakti berwajah senyum menuding atap rumah dan menyahut sambil tertawa terkekeh kekeh, "kau ingin mengetahui nasib si bocah muda Huan" Sewaktu dia naik keranjang rotan bersama Kim Peng, dayang kepercayaan Pocu hujin, tali pengikatnya telah dipotong oleh cia Toa nio, seorang anak buah Sim hujin hingga jatuh kedalam jurang yang dalamnya ratusan kaki..."
Hee Giok yang menjerit kaget, hampir saja dia jatuh pingsan-Siang Ci Un sendiripun merasakan kepalanya seakan akan dihantam orang dan martil besi yang berat sekali, pandangan matanya menjadi gelap dan berkunang kunang, sementara sepasang matanya menjadi berkaca kaca hampir saja air matanya jatuh berlinang.
Siang Siau Unpun merasa amat gelisah hingga membelalakkan matanya lebar lebar tanyanya kemudian:
"Kemudian apakah sukong yang telah menyelamatkan jiwa mereka berdua...?"
Ketika semua mendengar kalau Huan Cu Im telah terjatuh kedalam jurang yang dalamnya ratusan kaki, dengan perasaan terkejut bercampur cemas serentak mengalihkan perhatiannya kewajah pengemis tersebut.
Tapi setelah mendengar pertanyaan Siang Siau Un, dalam hati kecil semua orang pun lantas timbul kembali setitik harapan, perhatian semua orang pun kembali tertuju ke wajah pengemis sakti berwajah senyum menanti jawaban selanjutnya.
Pengemis sakti berwajah senyum tak langsung menjawab pertanyaan itu tapi mengalihkan pandangan matanya ke sekeliling ruangan, kemudian serunya keras keras: "Ban congkoan"
Buru buru Ban Tiong tat menjawab: "Kau orang tua ada perintah apa?"
Dengan suara rendah pengemis sakti berwajah senyum berkata: "Apakah disini ada arak" Aku si orang tua merasa haus sekali..."
Tidak menunggu sampai Ban Tiong tat memberikan jawabannya, Siang Siau Un telah menyahut:
"Tentu saja disini ada arak?"
"Bagus sekali, hayo cepat keluarkan"
"Sekarang semua orang sedang menantikan kabar berita dari sukong, asal sukong telah menerangkan duduk persoalan yang sebenarnya, aku akan menyiapkan arak tersebut secepatnya"
Pengemis sakti berwajah senyum terpaksa mengangkat bahunya sambil menyahut: "Apakah kau memaksa aku siorang tua menjelaskan lebih dulu sebelum mengambil arak?"
"Ban congkoan juga ingin secepatnya mendengar kabar kabar berita dari sukong, kalau dia harus pergi mengambil arak. kan berita selanjutnya tak akan didengar olehnya?"
"Baik. Baiklah" ujar pengemis sakti berwajah senyum kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali,
"kau si setan cilik memang pandai sekali memusuhi diriku, baik, baiklah, akan kuterangkan dengan segera"
"Sudahlah, kalau kau orang tua ingin menjelaskan katakanlah dengan segera" desak Siau Un lebih jauh.
Tampaknya pengemis sakti berwajah senyum tak sanggup menghadapi desakan gadis tersebut, sambil tertawa terkekeh kekeh segera ujarnya:
"Kau tahu, Kim Peng tak lain adalah hasil penyaruan kakak seperguruanmu"
"Tapi bukankah tali keranjang tersebut telah dipotong sehingga kedua orang itu terjerumus kedalam jurang?"
"Baiklah kuberitahukan sebuah rahasia lagi kepadamu, Singa betina dari Ho tang cia Tay nio sebenarnya tak lain adalah hasil penyaruan dari gurumu"
"Kalau begitu suhu tidak memotong tali tersebut sampai putus?"
"Perempuan she Sim itu hadir pula diatas tebing, tentu saja tali keranjang tersebut dipotong sampai putus "
"Waah... bukankah perkataanmu tak ada artinya sama sekali" Jika tali keranjang itu sudah putus, masa kedua orang itu tidak terjerumus kedalam jurang?"
Pengemis sakti berwajah senyum segera tertawa terkekeh kekeh:
"Dihari hari biasa kau sibudak setan amat pintar dan berakal hebat, kenapa kau berubah jadi begitu bodoh pada malam ini" Dengan kehadiran sucimu disamping bocah muda she Huan, sekalipun benar benar jatuh ke dalam jurang, toh dia tak bakal mampus"
"Aaaah, aku mengerti sekarang" seru Siang Siau Un dengan wajah berseri dan bertepuk tangan gembira "sudah pasti suci telah mempersiapkan benang tali pengailnya diatas tebing tersebut"
Setelah mendengar sampai disini, semua orang pun turut merasakan hatinya menjadi lega.
-oo0dw0ooo Jilid: 59 Kata Siang Siau Un lebih jauh:
"Bukankah suhu telah hadir disana" Asal kita bekuk batang leher perempuan she Sim tersebut, bukankah urusan menjadi beres" Kenapa ia mesti memotong tali keranjang segala"
Apakah perbuatan tersebut tidak berlebihan?"
"Tidak!! sama sekali tidak " jawab pengemis sakti berwajah senyum "memang benar membekuk perempuan she Sim tersebut hanya suatu tindakan yang sangat gampang tapi dengan membiarkan Huan Cu Im serta Kim Peng terjerumus ke dalam jurang, perempuan she Sim itupun tak akan menaruh curiga lagi dan segera kembali ke ruangannya.
Padahal tempat itu berupa sebuah lambung bukit yang dijaga oleh cia Toa nio seorang, setelah perempuan she Sim itu pergi, bocah muda she Huan dan sucimu baru punya kesempatan untuk menolong orang"
"Menolong orang?" tanya Siau Un keheranan, "Siapa lagi yang hendak ditolong?"
"orang yang harus ditolong banyak sekali" kata pengemis sakti, "tempat itu berupa dua tonjolan tebing batu yang tengahnya berselisih seluas dua puluhan kaki lebih dalam gua batu diseberang sanalah Hee Im hong dan para jago dari sembilan partai besar disekap. bahkan semuanya telah terkena racun pembuyar tenaga. Beruntung sekali obat penawar racunnya berhasil dicuri oleh sucimu yang menyaru sebagai Kim Peng, dayang kepercayaan perempuan sim. Tapi untuk mencapai tebing seberang, orang orang itu harus menumpang keranjang rotan dan bergilir diseberangkan kemari, padahal sekali menyeberang paling banter cuma muat empat orang ini berarti membutuhkan waktu yang cukup banyak..."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia berseru tertahan sambil menanya lagi
"Aduh celaka, mengapa kubeberkan rahasia yang paling besar ini kepada kalian" Aaai... gara gara kau si budak banyak bicara sehingga untuk menunggu datangnya arak aku sampai bicara melantur, kalau rahasia ini sampai diketahui Tay Imkau, bukankah urusan menjadi berabe?"
"Sukong, kau orang tua terlalu banyak curiga, disini kan tak ada anggota Tay Im-kau, siapa yang akan membocorkan rahasia tersebut?"
"Aaah kau si budak ingusan tahu apa?" kata pengemis sakti berwajah senyum sambil menarik muka, "aku si orang tua baru saja pulang dari bukit Lou cu san, justru suhumu yang memberitahukan persoalan ini kepadaku, katanya rahasia ini pun diketahui olehnya dari sucimu, sebab sucimu sudah tiga hari menyamar sebagai Kim Peng, dengan sendirinya berita yang berhasil diperoleh pun banyak sekali, konon di tempat kita sini terdapat Seorang mata mata dari Tay Im-kau..."
Penjelasan tersebut kontan saja membuat para hadirin menjadi tertegun, siapapun tidak menduga kalau diantara mereka terdapat seorang mata mata dari Tay Im-kau. Paras muka Ban lo hujin segera berubah sangat hebat. Dengan cepat Yu Huan Liong berkata: "Yu locianpwee, tahukah kau siapakah orang itu ?"
Dengan cepat, pengemis tua berwajah senyum menggelengkan kepalanya berulang kali "Si nenek tua istriku itu telah bertanya juga kepada muridnya, tapi hanya berhasil diketahui kalau tempat ini terdapat mata mata, masalah ini merupakan rahasia yang amat besar, dengan menyaru sebagai Kim Peng tentu saja murid istriku itu kurang leluasa untuk melakukan penyelidikan lebih jauh, karena takut rahasia penyaruannya ketahuan maka ia tak berani banyak bertanya"
Kemudian sambil meninju telapak tangan kirinya dengan kepalan tangan kanan ia berkata lebih jauh sambil tertawa terkekeh kekeh
"Padahal persoalan inipun bukan masalah yang pelik, asal aku si orang tua sudah minum arak. pelan-pelan persoalan ini pasti dapat kuselidiki lebih tuntas dan ketahuan siapa orangnya"
Mendadak dia melotot seraya berteriak :
"Ban congkoan, mengapa kau tidak segera menyiapkan arak bagi ku...?"
"Yu locianpwee" Ban Tong tat segera berkata sambil bermuram durja, "terus terang saja hamba katakan tempat ini cuma sebuah kuil pendeta, darimana datangnya arak..."
"Telur busuk" seru pengemis sakti berwajah senyum sambil mencak kegusaran, "kau betul betul sepuluh ribu delapan ratus butir telur busuk. rupanya berani juga kau memberontak aku si orang tua "
"Yu locianpwee..." Ban Tiong tat jadi ketakutan.
"Sudah, sudahlah. tak usah locianpwee, locianpwee terus terusan, kau tahu ular arakku sudah mulai memberontak, penderitaan yang kualami sekarang jauh lebih menyiksa dari pada bekerjanya racun jahat mengertikah kau ?"
Kemudian sambil menuding keluar ruangan ia berseru lebih jauh:
"Disekitar tempat itu terdapat dusun penduduk dusun itu pasti mempunyai arak, mengapa kau tidak segera berangkat untuk membeli seguci arak dari mereka" Kalau tak bisa dibeli toh bisa dicuri, yaaa pokoknya biar mencuripun kau harus mencurikan seguci arak untuk aku siorang tua"
"Baik, baik" Ban Tiong tat berulang kali Kemudian sambil mengayunkan langkah kakinya yang berat (karena diapun keracunan), orang tua tersebut bersiap siap meninggalkan tempat tersebut. Tiba tiba Siang Siau Un berseru:
"Ban congkoan, akulah yang membuat gara gara ini, biar aku saja yang berangkat. apalagi racun yang bersarang tubuhnya belum punah"
Siang Ci Un kuatir adiknya membuat gara gara, dengan cepat dia menimpali: "Siau Un, mari kita berangkat bersama"
Pengemis sakti berwajah senyum segera manggut manggut seraya berkata:
"Memang paling baik jika kalian berdua berangkat bersama, oya, ingat baik baik rumah ketiga dekat mulut dusun terdapat suatu keluarga Thia, arak yang dibuat nenek keluarga Thia paling sedap diteguk. cuma mereka tak pernah menjual arak.
bila mereka bersikeras enggan dijuaL lebih baik kalian memperolehnya dengan cara mencuri saja"
"Apakah kau orang tua benar benar menyuruh kami pergi mencuri?"
"Kalau gagal membeli, tentu saja harus dicuri... haaahh...
haaah... haaahh... tapi kau mesti tahu, nenek she Thia itu berjiwa sempit, biasanya aku selalu menyelundup masuk kerumahnya untuk mencuri arak buatannya dan meneguk setengah guci paling tidak araknya disembunyikan dalam dapur diruang sebelah, asal kalian dapat menemukan letak dapur tersebut, arak tersebut tentu dapat ditemukan"
"Baik, kami segera berangkat"
"Bila berhasil mencuri arak tersebut, cepat cepatlah kabur kembali, jangan sekali kali bertarung melawan orang " pesan pengemis itu lagi.
"Boanpwee pasti akan mengajak mereka untuk berunding secara baik baik" janji Siang ciun.
Mendadak pengemis sakti berwajah senyum berkata lagi:
"Kau si budak ingusan memang kelewat jujur, kau tahu nenek she Thia itu tak bisa dihadapi secara keras ataupun lunak, jikalau kau sampai mengusiknya, sudah pasti kau si orang tua bakal mati digerogoti ular, jangan sekali kali kau mengetuk pintu rumahnya, cara yang terbaik adalah mencuri, mengerti?"
"Kau tak usah kuatir cianpwee" sahut Siang Siau Un sambil tertawa cekikikan "pokoknya kami pasti akan berhasil mendapatkan arak tersebut untuk kau orang tua"
"Kalau begitu cepat cepatlah berangkat makin cepat semakin baik" kata pengemis sakti berwajah senyum kemudian sambil mengulapkan tangannya berulang kali.
Sekalipun Ban lo hujin tidak mengetahui apa sebabnya pengemis sakti berwajah senyum memerintahkan kedua orang gadis itu untuk mencuri arak, tapi dia mengerti tindakan dari Yu locianpwee tersebut tentu mempunyai tujuan tertentu, oleh sebab itu diapun tidak berusaha untuk menghalanginya.
Yu Hua Liong sebagai seorang jago yang sudah berpengalaman banyak tahun dalam dunia persilatan, tentu saja dapat mengetahui pula maksud tujuan si pengemis sakti tersebut.
Sinar matanya segera berkilat tak menetu, diapun membungkam diri dalam seribu bahasa membiarkan Siang Ci Un berdua berangkat meninggalkan ruangan tersebut.
Dusun itu terletak Cuma beberapa li dari kuil Say ko bio, tak selang sejenak kemudian Siang Ci Un dan Siau Un telah tiba dimulut dusun dan segera menghentikan langkahnya.
Sambil menuding kesebuah didepan sana, Siang Siau Un berbisik lirih : "Pasti rumah tersebut"
"Aku tahu" "Kalau begitu mari kita segera ke sana"
"Yu loCianpwe menentukan agar kita menyatroni rumah ini, lagi pula arak tersebut harus diperoleh dengan mencuri tanpa mengusik mereka, juga tak boleh berkelahi dengan orang, apakah kau tidak merasa kalau perintah perintah ini aneh sekali?"
"Kita kan cuma bertujuan mencuri araknya, tentu saja tak usah mengganggu mereka, apanya yang perlu diherankan ?"
"Bukan begitu" ujar Siang Ci Un, walaupun aku belum dapat menemukan alasannya, tapi sudah pasti mempunyai alsan alasan tertentu..."
"Aaah, kau memang selalu begitu, segala sesuatunya dipikirkan sampai sekeCil keCilnya, padahal kita hanya berniat mencuri, tapi kau sudah membawa persoalan ini entah sampai kemana... benar benar bikin pusing kepalaku"
Siang Ci Un kembali termenung beberapa saat lamanya, setelah itu ujarnya lagi:
"Aku rasa, bisa jadi Yu locianpwee sedang mengutus kita berdua untuk melaksanakan sebuah tugas..."
"Masa pergi mencuri arak pun merupakan suatu tugas?"
"Aaah, tidak benar" kata Siang Ci Un lebih lanjut sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "dari mana Yu locianpwee bisa tahu kalau keluarga tersebut terdapat seorang nenek dari marga Thia?"
"Apanya yang aneh dengan hal tersebut?" jawab Siau Un,
"apakah kau tidak mendengar perkataan Yu locianpwee tadi, setiap kali kalau kebetulan lewat disini, dia selalu menyusup kerumahnya untuk mencari arak sampai setengah guci?"
"Tidak. ada yang tak beres..." Siang Ci Un tetap menggelengkan kepalanya berulang kali.
Dengan gelisah Siang Siau Un segera berseru:
"Nona besarku sebenarnya kau bersedia masuk kedalam rumah itu atau tidak" Kalau cuma mencuri seguci arak saja, rasanya kau toh tak usah memutar otak untuk memikirkannya seCermat ini, coba kalau aku tidak pergi bersamamu, mungkin saat ini aku telah pulang ke kuil dengan membopong seguci arak wangi"
Siang Ci Un memandang sekejap ke arahnya, kemudian berkata:
"Kau memang selamanya tak sabaran, terburu napsu, segala sesuatunya ingin dikerjakan tanpa berpikir panjang, hmm... kalau keadaan semacam ini kau pertahankan terus akhirnya kau sendirilah yang bakal rugi"
"Dan kau..." Huuh, segala sesuatunya mesti dipikir dan dipikir terus dalam mengambil keputusan tak pernah tegas dan tandas, kalau begitu terus keadaanmu, mungkin sampai berumur delapan puluh tahun kau baru akan melahirkan anak"
"Kau..." Paras muka Siang Ci Un kontan saja berubah menjadi merah dadu karena jengah sementara ia hendak berang...
Siang Siau Un sambil tertawa Cekikikan segera menjejakkan kakinya keatas tanah, seperti hembusan angin puyuh dia cepat cepat kabur meninggalkan tempat tersebut.
Dengan suatu gerakan yang sangat ringan nona itu melesat kesisi dinding pekarangan rumah ketiga dan menyelinap dalam kebalik kegelapan, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah tak nampak lagi.
Sebetulnya Siang Ci Un ingin mencegah perbuatan adiknya itu, namun setelah menyaksikan gerakan tubuh adiknya tersebut, diam diam dia mengangguk.
Padahal adiknya hanya seorang murid tak resmi dari si nenek pengemis bermata buta petunuk yang pernah diperolehpun hanya berlangsung selama tiga bulan, tapi kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang diperolehnya sungguh luar biasa sekali, bahkan jauh lebih maju dari pada keadaan dulu.
oleh karena merasa kuatir membiarkan adiknya menyerempet bahaya seorang diri, maka dengan suatu gerakan cepat diapun segera menyusul dari belakangnya.
Rumah ketiga dari mulut dusun merupakan sebuah bangunan rumah yang kuno, walaupun letaknya dekat mulut dusun, keluar dinding pekarangan masih terdapat bentangan tanah kosong berlumpur, dinding pekarangan tidak terlalu tinggi, apalagi disaat menjelang kentongan keempat sudah tuan rumah terlelap dalam tidur yang sangat nyenyak...
Dengan sangat berhati hati sekali nona itu melewati pintu pekarangan melompat kehalaman tengah meski hanya selisih sedikit sekali ternyata jejak Siang Siau Un sudah lenyap entah kemana.
Halaman rumah tidak terlalu luas disisi kiri dan kanan masing masing tumbuh sebatang pohon waru yang besar sekali.
Bangunannya terdiri dari sederet ruangan yang terdiri dari tiga bilik disebelah kiri masih terdapat pula sebuah tanah kebun yang sempit yang ditanami aneka sayur tanah tersebut langsung berhubung dengan halaman belakang.
Siang Ci Un tahu kalau Siau Un telah menyerobot masuk kebelakang gedung maka diapun bersiap siap menyusul kesitu.
Tiba tiba dari dalam gedung terdengar suara seorang nenek sedang berseru:
"Menurut kau rasanya diluar rumah berhembus angin puyuh apakah kau telah menutup jendela baik baik" Jangan biarkan angin malam berhembus masuk hingga demam"
Disusul kemudian suara perempuan yang lain menjawab:
"Popo, diluar tak ada angin puyuh paling banter cuma dua lembar daun kering yang berguguran, silahkan kau orang tua pergi tidur"


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang Ci Un yang mendengar pembicaraan tersebut diam diam menjadi terperanjat, tajam benar pendengaran kedua orang perempuan itu, baru saja dia bersama Siau Un melayang masuk kedalam halaman rumah ternyata jejaknya tak berhasil mengelabuhi mereka, untung saja mereka hanya menganggap kehadirannya sebagai daun yang kering.
Sementara itu terdengar si nenek berkata lagi.
"Aaai... dasar orang yang telah berusia lanjut, jika tidurnya kurang tenang, sedikit saja angin berhembus seringkali akan mengusik pendengaran tuaku..."
"Nenek. sekarang belum menjelang kentongan keempat lebih baik kau orang tua tidur lagi" perempuan lain segera menanggapi.
Kali ini Siang Ci Un tak berani bertindak gegabah lagi, diam diam ia menelusuri kebun sayur menuju kebelakang.
Setibanya dihalaman belakang, disitu terdapat sebuah pelataran kecil juga terdapat tiga deret bilik dibagian tengah merupakan bilik yang kecil lagi sempat berisikan sebuah alat penggilingan, dikedua bilik lainnya nampak pintu sama sekali tak tertutup disebelah kanan adalah dapur sedang disebelah kiri merupakan gudang kayu bakar.
Sambil meringankan langkahnya nona ini menuju ke ruang tengah, namun disana tidak ditemuka bayangan tubuh adiknya, juga tak terdengar sedikit suarapun, tanpa terasa ia mulai berpikir:
"Heran, ke mana perginya si budak ini" Padahal ia sudah menyerobot masuk lebih dulu, mengapa tak nampak batang hidungnya?"
Berpikir begitu, dia segera melongok dulu ke balik bilik sebelah kiri, kamar gudang kayu bakar ini gelap dan berisikan tumpukan rumput kering serta kayu bakar, sedikitpun tidak mirip tempat penyimpan arak.
Maka dia pun menuju kesebelah kanan dimana terletak dapur, begitu melangkah masuk baru diketahui bahwa bentuk dapur itu besar sekali, kecuali sebuah tungku besar di sisi kiri terdapat sebuah rak tempat mangkuk dan perkakas dapur, sedang disisi rak terdapat sebuah pintu lain yang pintunya dalam keadaan terbuka. Siang Ci Un segera teringat kembali dengan pesan Yu locianpwee:
"Arak buatannya disimpan dalam ruang samping dapur, asal kau temukan dapurnya, maka tempat tersebut pasti akan ditemukan juga "
Ketiga buah bilik itu saling berhubungan satu dengan lainnya, bila dilihat dari bentuk dapurnya yang begitu luas, bisa diduga bahwa di balik bilik berisi batu giling yang sempit lagi keCil itu terdapat pula sebuah ruang lain yang lebih besar, bisa jadi disitulah tempat arak tersebut disimpan-Berpikir sampai disitu, dengan suatu gerakan cepat dia menyelinap masuk kedalam.
Baru melangkah masuk kedalam pintu, hidungnya telah mengendus bau harum arak yang amat tebal, dalam kegelapan ia saksikan gudang arak tersebut benar benar berisikan banyak sekali guci arak. bahkan ditumpuk setinggi manusia.
Dengan mengerahkan ketajaman matanya Siang Ci Un segera menemukan juga adiknya berdiri dekat dinding ruangan sebelah kanan tanpa bergerak. Dengan perasaan keheranan ia segera menegur: "Siau Un tidak mengapa kau ?"
Siang Siau Un tidak berbicara ataupun bergerak. dia hanya berdiri kaku disitu seolah olah tidak mendengar suara panggilannya.
Diam diam Siang Ci Un merasa amat terperanjat, pikirnya dengan cepat: "Jangan-jangan ia sudah dipecundangi orang?"
Berpikir begitu, cepat cepat dia memburu ke hadapannya, betul juga ia saksikan Siang Siau Un memejamkan matanya rapat rapat seperti tidur nyenyak. bau arak yang amat tebal menyembur keluar dari balik mulutnya, hal ini membuatnya semakin keheranan. Diam diam pikirnya lebih jauh:
"Sungguh aneh, selama ini adikku tak pernah minum arak.
tentu saja tak mungkin dia akan mencuri minum arak. tapi...
mengapa pula berada dalam keadaan mabuk ?"
Pada saat itulah tiba tiba ia merasakan berhembusnya segulung angin yang lembut dari belakang tubuhnya, satu ingatan segera melintas dalam benaknya... Dengan suatu gerakan yang cepat sekali buru buru dia membalikkan badan-Begitu dia membalikkan tubuh, segera ditemuinya seorang nenek berambut putih telah berdiri dibelakangnya, dari balik kegelapan tampak jelas sepasang matanya yang tajam seperti dua titik cahaya bintang sedang mengawasinya tanpa berkedip. Kemudian terdengar ia menegur dengan dingin:
"Kalian dua orang budak benar benar bernyali besar, bukankah sewaktu hendak masuk kemari telah kuperingatkan mengapa kalian masih nekad memasuki rumahku ?"
Buru buru Siang Ci Un membungkukkan badannya memberi hormat, lalu sahutnya:
"Ternyata tenaga dalam yang cianpwee miliki hebat sekali apakah adikku telah tertotok jalan darahnya ditangah cianpwee?"
Nenek berambut putih itu kembali berkata keras:
"oleh karena dia berani datang kemari untuk mencuri arak simpananku, maka akupun melolohkan semangkuk arak ke mulutnya biar dia mabok."
Berbicara sampai disitu, tiba tiba dia menarik muka dan mendengus, terusnya:
"Setelah kalian berani datang kemari, aku rasa pasti pernah belajar berapa jurus ilmu silat bukan" Aku si nenek mempunyai satu peraturan, yakni asaikan kau dapat menyambut tiga jurus seranganku, atau mampu minum tiga mangkuk arak buatanku tanpa mabok. akan kulepaskan kalian pergi dari sini secara bebas, nah sekarang kupersilahkan kau memilih sendiri"
"Nenek..." "Tak usah banyak berbicara lagi" tukas nenek berambut putih itu cepat, "kecuali dua jalan tersebut, tak ada cara lain yang tersedia lagi..."
Siang Ci Un segera berpikir: "Aneh betul watak nenek ini ?"
Kembali dia berpikir lagi :
"Biarpun adikku tak pandai minum arak tapi buat seseorang yang belajar tenaga dalam, sekalipun tak pernah minum arak pun rasanya tak bakal sampai mabuk dan tak sadarkan diri hanya gara gara meneguk berapa Cawan arak... ini berarti araknya pasti hebat sekali..."
"Sekarang, dia mengajukan syarat minum tiga cawan arak atau menerima tiga jurus serangannya, jadi kepandaian silatnya pun tentu lihay sekali... ehmmm... daripada harus minum arak yang tidak biasa bagiku, mendingan kuterima tantangannya untuk menyambut ketiga jurus serangannya..."
Sementara itu, ketika si nenek berambut putih itu menyaksikan lawannya hanya termenung tanpa menjawab dengan cepat menegur kembali:
"Sudah kau pikirkan baik baik?"
"Tenaga dalam yang nenek miliki sungguh hebat..."
"Tak perlu mengucapkan kata kata yang tak berguna lagi"
tukas nenek berambut putih itu, "pilihan yang mana pun sama saja bagiku, hayo cepat dijawab pilihan manakah yang kau pilih"
"Kalau begitu boanpwee memilih menerima ketiga jurus serangan nenek saja"
Nenek berambut putih itu manggut manggut:
"Bagus sekali, berhati hatilah kau, sekarang juga aku akan melancarkan serangan"
"Tunggu sebentar Apakah nenek hendak melancarkan seranganmu disini...?"
"Asal ada tempat untuk berputar badan, tempat tersebut sudah cukup untuk bertarung, apakah kau anggap tempat ini kurang luas?"
"Baiklah kalau begitu, cuma adikku..."
Dengan tak sabar nenek berambut putih itu menukas:
"Asal kau mampu menyambut ketiga jurus seranganku, tanggung kuberikan sebutir pil pemunah arak kepadanya dan membiarkan dia pulang bersamamu"
"Kalau begitu aku harus berterima kasih kepada nenek"
"Ucapan terima kasihmu terlalu awal diucapkan" dengus nenek berambut putih itu dingin, "nah sambutlah seranganku yang pertama ini"
Begitu selesai membentak, tiba tiba saja tangan kanannya diluruskan ke depan melancarkan sebuah sapuan kepinggang Siang Ci Un angin serangannya tajam bagaikan babatan golok, sedangkan jurus serangan yang digunakan adalah jurus Awan mengalir dipuncak bukit dari ilmu pukulan Hui im cia hoat aliran Hoa sanpay.
Dengan penggunaan jurus serangan tersebut, maka seandainya kau sambut ancaman maut dengan kekerasan, secepat kilat dia akan merubah gerak serangan tersebut menjadi jurus "asap berhembus menutupi senja" yakni serangan dengan sentilan kelima buah jari tangannya.
Bila dia sampai mengembangkan serangan dengan ilmu jari Juan im ci hoat, maka ancaman yang bertubi tubi sekaligus dapat mengancam tujuh delapan buah jalan darahmu, serangan mana jauh lebih hebat daripada ilmu pukulan Hu im ciang.
Semenjak kecil Siang Ci Un sudah banyak memperoleh petunjuk dari ayahnya, tentu saja dia tahu kelihayan ancaman tersebut, dengan cepat dia mundur setengah langkah ke belakang, lalu sambil membungkukkan badan, tangan kirinya disilangkan ke depan dada, sementara kelima jari tangan kanannya mendayung ke atas untuk mengancam pergelangan tangan lawan-..
Jurus serangan yang dipergunakan ini merupakan salah satu jurus dari ilmu pukulan Hui im ciang hoat yang bernama
"Siaujiu ciang sang Giok hu yong atau Hu yong kemala diatas tangan dewi, suatu gerakan yang khusus untuk menangkal keampuhan jurus serangan aliran awan dipuncak bukit.
Nenek berambut putih itu mendesis dingin, tangan kanannya segera ditarik kembali ambil bentaknya:
"Jurus kedua " Mendadak kelima jari tangannya direntangkan lebar lebar mengancam batok kepala si gadis.
Tentu saja Siang Ci Un mengenali jurus serangan tersebut sebagai jurus "Burung manyar dipuncak selatan", kelima jari tangannya yang mengancam persis seperti burung manyar sedang menutup sayap.
Seandainya sampai tertusuk oleh serangan tersebut, jangan tulang kepala manusia, batu karang yang keraspun niscaya akan terbelah menjadi dua.
Diam diam nona ini berseru keheranan setelah melihat kedua jurus serangan yang digunakan nenek itu adalah jurus serangan perguruannya tanpa terasa dia berpikir:
"Aneh, mengapa diapun pandai menggunakan jurus serangan perguruan kami" Sebenarnya apa hubungan sinenek dengan perguruan kami...?"
Tubuhnya segera berputar dengan ringan kelima jari tangan kanannya dipentangkan seperti cakar naga, lalu diantara perputaran pergelangan tangannya disodok ke atas kepalanya.
Jurus serangan ini bernama Naga sakti sembilan kali berputar, yaitu jurus tandingan dari Burung manyar dipuncak selatan-Waktu itu si nenek dengan jurus Burung manyar dipuncak selatannya baru dilancarkan setengah jalan, ketika menyaksikan Siang Ci Un mengeluarkan jurus Naga sakti sembilan kali berputar, tusukan tangannya berhenti secara tiba tiba ditengah udara, lalu sambil tertawa dingin katanya:
"Budak cilik, tahukah kau jika serangan ini kulanjutkan secara bersungguh sungguh, maka lenganmu akan berputar sembilan kali dan tergetar patah menjadi patah sembilan potong"
"Yaa, boanpwee percaya, karena tenaga dalam nenek jauh lebih mengungguli diriku. Tapi apa boleh buat, sebab hanya jurus serangan ini yang bisa memunahkan ancaman jurus serangan burung manyar dipuncak selatan yang nenek pergunakan"
Paras muka nenek berambut putih itu kelihatan amat tak sedap dipandang, setelah mendengus katanya lagi:
"Sungguh tak kusangka kau sebagai si anak murid Hoa sanpay ternyata rela takluk dan berbakti kepada Tay Im-kau, baik, memandang diatas wajah causu kami, aku si nenek telah mengalah dua jurus kepadamu, tapi dalam jurus ketiga nanti, aku tak akan berbelas kasihan lagi kepadamu"
Selesai berkata, iapun bersiap siap untuk melancarkan serangan lebih jauh.
"Nenek, tunggu sebentar" buru buru Siang Ci Un berteriak.
"Mereka tahu kalau aku berasal dari Hoa sanpay, karenanya sengaja mengutusmu datang kemari, apa lagi yang hendak kau kata kan?" bentak nenek berambut putih itu keras keras.
"Boanpwee bukan anggota Tay Im-kau"
"Kau bukan anggota Tay Im-kau?" berkilat sepasang mata nenek berambut putih itu, "lantas kau anak murid siapa, mau apa datang kemari?"
Setelah persoalan berkembang jadi begini, Siang Ci Unpun mengerti sekarang apa sebabnya pengemis sakti berwajah senyum mengutus mereka berdua datang kesitu, bisa jadi hal ini disebabkan hubungannya dengan si nenek sebagai sama sama anggota Hoa sanpay, tapi apa gerangan yang diinginkan pengemis sakti itu"
Maka sambil membungkukkan badannya memberi hormat, ia memperkenalkan diri: "Boanpwee Siang Ci Un-.."
Baru saja dia menyebutkan namanya "Siang Ci Un", sepasang mata si nenek telah berkilat kilat, segera tegurnya:
"Kau dari marga Siang" Apa hubunganmu dengan Siang Han hui?"
"Yang nenek maksudkan adalah ayah kami"
"Mau apa kalian datang kemari?" tanya si nenek lagi dengan wajah agak berubah. Merah padam selembar wajah Siang Ci Un karena jengah, sahutnya setelah ragu sejenak
"Boanpwee mendapat perintah untuk mencuri arak"
"Mencuri arak?" paras muka si nenek yang telah berubah agak lunak kini berubah lagi menjadi dingin seperti es,
"bukankah ayahmu sudah tahu kalau aku berdiam disini"
Mengapa ia tidak kunjung sendiri kemari sebaliknya mengutus kalian kakak beradik untuk datang mencuri arak" Benar benar kurang ajar"
Dari nada pembicaraan tersebut, Siang Ci Un segera dapat menyimpulkan kalau tingkat kedudukan nenek ini jelas masih lebih tinggi dari pada kedudukan ayahnya, maka dari itu sambil menjura buru buru katanya lagi: "Nenek telah salah paham..."
Biarpun sudah berusia lanjut, ternyata nenek berambut putih itu masih berangasan sekali, tidak sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, dia telah mendengus sambil menukas:
"Siapa bilang aku salah paham?"
"Bukan ayah kami yang mengutus kami berdua datang kemari. Pengemis sakti berwajah senyum Yu locianpwee lah yang mengutus kami berdua untuk datang kemari mencuri arak"
"Pengemis sakti berwajah senyum?" paras muka nenek berambut putih itu kelihatan agak terkejut, "apakah Yu locianpwee masih hidup segar bugar didunia ini?"
"Benar" "Mengapa Yu locianpwee mengutus kalian untuk datang mencuri arak?"
"Untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana besar, kali ini berbagai partai besar yang ada didunia persilatan telah bekerja sama untuk menumpas Tay Im-kau dari muka bumi, semua perencanaan dalam penyerbuan ini boleh dibilang disusun oleh Yu locianpwee secara diam diam, kini semua orang telah berkumpul di kuil Say ko bio, berhubung dalam kuil itu tidak tersedia arak. sedang Yu locianpwee pun ingin minum arak akhirnya boanpwee berdua diutus datang kemari untuk mencuri..."
Menyinggung kembali soal "mencuri" tanpa terasa paras mukanya berubah lagi menjadi semu merah.
Tiba tiba nenek berambut putih itu tertawa, katanya kemudian: "Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi "
Dengan cepat dia merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil porselen hijau dan menunggu sebutir pil berwarna putih yang segera dicekokan ke dalam mulut Siang Siau Un, kemudian ditaboknya pantat si nona.
Siang Siau Un segera mendusin kembali dari tidurnya, sambil membuka matanya kembali dia berseru tertahan:
"Aku tak mau... aku tak mau minum "
Rupanya perkataan itulah yang diteriakkan olehnya sewaktu tengkuknya ditangkap sinenek berambut putih dan mulutnya dilolohi secawan arak tadi. Itulah sebabnya begitu mendusin, ucapan itu pula yang segera diteriakkan keluar.
Dengan suara keras Siang Ci Un segera membentak. "Siau Un, hayo cepat menjumpai nenek"
Siang Siau Un mencoba untuk memutar biji matanya serta memperhatikan keadaan di sekitar sana, tapi oleh karena ia baru mendusin, sedang kamar itu gelap gulita, otomatis susah baginya untuk memperhatikan keadaan disekeliling sana dengan cepat.
Hal ini masih ditambah pula dia baru sadar dari mabok, karenanya nona kecil ini tak dapat melihat wajah lawannya secara jelas Ketika mendengar perkataan tersebut ia segera bertanya "cici, kau berada dimana?"
Nenek berambut putih itu segera berkata "Tempat ini terlalu gelap. mari kita keluar saja"
Tiba tiba dari ruang dapur muncul seberkas sinar lentera, disusul seorang wanita berkata :
"Nenek. aku telah menyulut lampu lentera"
Nenek berambut putih itu segera mengajak kedua orang gadis tersebut keluar dari gudang arak. benar juga diatas meja dapur telah disulut sebuah lentera.
Seorang perempuan berbaju hijau berdiri disisi meja dengan senyuman dikulum, kalau dilihat usianya, kurang lebih berumur empat puluh tahunan, kulitnya putih dan halus, jelas semasa mudanya dulu dia adalah seorang wanita cantik.
Sambil tersenyum nenek berambut putih itu memperkenalkan
: "Dia adalah menantuku ciu nio"
Lalu sambil menunjuk ke arah Siang Ci Un berdua, katanya pula : "Kedua orang kakak beradik ini adalah putri Siang ciangbunjin dari Hoa sanpay kita"
Sambil tertawa perempuan berbaju hijau itu manggut manggut, ujarnya pelan-"Silahkan duduk nona berdua"
"Nenek" kata Siang Ci Un kemudian, "boanpwee belum mengetahui tingkat kedudukan kau orang tua didalam perguruan dan siapa pula panggilannya ?"
Nenek berambut putih itu segera tertawa:
"Kalau dihitung hitung, ibumu masih keponakan muridku, tapi kalian boleh menyebut nenek saja kepadaku, sedang menantuku ini bisa kalian panggil sebagai bibi "
Buru buru Siang Ci Un dan Siau Un maju menyembah sambil serunya : "Boanpwee menjumpai nenek"
Dengan cepat nenek berambut putih itu membangunkan kedua orang nona dan berkata lagi sambil tertawa
"Memanggil nenek saja kau cukup, siapa suruh kalian melakukan penghormatan besar?"
Siang Ci Un dan Siau Un segera bangkit berdiri, kemudian sambil memberi hormat kepada perempuan berbaju hijau itu, serunya pula : "Bibi..."
Sambil tertawa perempuan berbaju hijau menyahut:
"Silahkan duduk dulu nona berdua sebelum berbicara lebih jauh"
Sementara itu si nenek berambut putih itu sudah menarik bangku dan duduk, kemudian ujarnya :
"Tatkala Yu locianpwee menitahkan kepada kalian untuk mencuri arak disini, apakah dia telah berpesan sesuatu ?"
Siang Siau Un turut duduk di bangku sisinya, lalu sambil mengangkat kepala menjawab : "cici, nenek suruh kita duduk dulu sebelum berbicara "
Siang Ci Un segera berpaling seraya ujarnya: "Bibi, kaupun silahkan duduk "
"Nona berdua duduk saja, aku masih harus kembali kekamar untuk mengurusi anak anak" kata perempuan berbaju hijau itu sambil tersenyum ramah.
"Kalau begitu pergilah " seru si nenek.
Perempuan berbaju hijau itu segera manggut manggut kepada mereka berdua, kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Siang Ci Un dan adiknya duduk bersanding, kemudian baru katanya : "Yu locianpwee sama sekali tidak berpesan apa apa kepada boanpwee berdua."
"Tadi kalian mengatakan bahwa rombongan besar hendak berangkat untuk menumpas Tay Im-kau dan kini berkumpul dikuil Say ko bio, apa lagi yang sedang dinantikan " Apakah jago jago kalian belum datang... "
"Itu sih bukan demikian" sahut Siang Ci Un Secara ringkas diapun menceritakan bagaimana jago-jago mereka keracunan dan sebagainya...
Tiba tiba nenek berambut putih itu berseru sambil tertawa :
"Kalau begitu tak salah lagi"
Tidak menunggu sampai Siang Ci Un kakak beradik sempat berbicara, dia telah berkata lebih jauh sambil tertawa :
"Walaupun Yu locianpwee tidak berpesan apa apa kepada kalian sewaktu disuruh berangkat kemari, tapi aku dapat menebak maksud tujuannya yang sesungguhnya"
"Nenek. apa yang berhasil kau duga?" tanya Siang Siau Un keheranan. Nenek berambut putih itu tertawa
"Maksud hati Yu locianpwee telah kupahami, pertama suamiku dulu disebut orang sebagai Kakek pemabok dari Tiong lam san ia pandai membuat arak dan sering berkelana ke pegunungan pegunungan termashur untuk mengumpulkan pelbagai obat obatan yang mestika, atas jerih payahnya itu ia berhasil memadu dua guci arak obat yang disebut arak tenaga dalam, konon bagi orang persilatan yang mengalami musibah hingga tenaga dalamnya buyar atau tak dapat mengumpul kembali hingga kehilangan tenaga, arak tersebut dapat membantunya memulihkan kembali kekuatan seperti sedia kala, kedua guci arak suamiku ini boleh dikata merupakan arak yang paling hebat dikolong langit"
Ketika mendengar sampai disitu, Siang Ci Unpun turut mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi.
Terdengar nenek rambut putih itu berkata lebih jauh :
"Suatu hari, Ui sik siansu dari kuil Siau lim sie bentrok dengan Wi tim cuncu dari Ngo tay san, mereka bertarung sampai tiga hari tiga malam tanpa berhenti, akhir pertarungan itu Wi tim cuncu termakan oleh sebuah pukulan Toan yok siancing, sedangkan Ui sik siansu pun terhajar pukulan Tay hu eng sehingga kedua belah pihak sama sama menderita luka parah.
"Menanti ketua siau lim si dan suamiku mendapat kabar serta menyusul kesana, keadaan mereka telah payah, segenap tenaga dalam yang dimilikipun sudah punah, sedemikian parahnya keadaan mereka sampai pil Tay hwee tham dari Siau lim si pun kehilangan kasiatnya, tapi dengan menggunakan seguci arak tenaga dalam tersebut, suamiku berhasil menyelamatkan jiwa mereka berdua."
"Kemudian suamiku sendiri menderita jalan api menuju neraka ketika sedang berlatih diri, secara beruntun diapun minum arak tersebut selama setengah bulan, luka tersebut akhirnya berhasil disembuhkan juga , kini sisanya tinggal setengah guci dan kami anggap sebagai mestika yang tak ternilai harganya"
"Sejak suamiku pulang ke alam baka, setengah guci arak tenaga dalam itupun kami simpan terus hingga kini"
Kemudian setelah tersenyum, lanjutnya kembali:
"Rombongan kalian telah terkena bubuk tujuh bisa dari Tay Im-kau, diantaranya racun pembuyar tenaga paling menghabiskan tenaga orang, sekalipun mempunyai obat penawarnya, bukan berarti tenaga dalam kalian bisa dipulihkan kembali dalam waktu singkat aku mengerti, sekalipun Yu locianpwee tidak menjelaskan, tapi tujuannya tak lain adalah mengutus kalian untuk mendapatkan setengah guci arak tenaga dalam itu"
"Aaah" Siang Siau Un berseru tertahan kalau begitu tak salah lagi dusun ini penuh dengan penduduk. setiap rumah tentu mempunyai arak tapi Yu locianpwee justru menyuruh kami datang mencuri dirumah nenek sudah tak dapat diragukan lagi ia memang suruh kami minta arak tenaga dalam dari nenek"
Nenek berambut putih itu menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Walaupun aku menyayangi arak mustika tersebut, tapi kesatu karena Yu locianpwee adalah seorang Bu lim cianpwee..."
"Apakah tingkat kedudukan Yu locianpwee masih jauh lebih tinggi daripada nenek?" sela Siau Un-Nenek itu segera tersenyum:
"Dulu Yu locianpwee adalah sahabat ayahku, kemudian bersahabat juga dengan suamiku dibandingkan dengannya suamiku masih lebih muda tiga puluh tahun, jadi kalau dihitung hitung dia mempunyai persahabatan dua generasi dengan keluarga kami"
"Waaah, kalau begitu kakek guruku ini terhitung orang yang paling tinggi kedudukannya didalam dunia persilatan"
seru Siau Un dengan rasa kagum.
Kejut dan heran nenek itu berseru "Kakek gurumu..."
"Yaa, adikku telah menjadi muridnya nenek pengemis bermata buta" Siang Ci Un segera menjelaskan.
"oooh..." kembali si nenek berseru dengan perasaan kaget bercampur gembira, "rupanya nona adalah murid dari si nenek pengemis bermata buta, waaah... rejekimu benar benar amat besar sehingga memperoleh perhatian darinya, tapi dengan begitu hutangku denganmu pun benar benar tak dapat diperhitungkan lagi untuk selamanya"
"Kau orang tua adalah paman guru ibuku ini berarti kau selamanya adalah nenek kami" sela Siau Un-Mendengar itu si nenek segera tertawa geli:
"Tapi Yu locianpwee adalah sahabat ayahku, bukankah kedudukanku jadi setingkat denganmu ?"
"Yu locianpwee dan ayah nenek hanya berupa sahabat, sedangkan nenek adalah paman gurunya ibuku mendiang, tentu saja kami lebih menitik beratkan dalam urutan perguruan" kata Siang Ci Un kemudian-Sambil tertawa nenek berambut putih itu manggut manggut.
"Ehmm... kalian kakak beradik memang pintar berbicara, nenek merasa gembira Siang Ciangbunjinpun beruntung sekali mempunyai sepasang putri yang Cerdas seperti kalian"
"Nenek. apakah selama ini kalian berdiam disini ?" tiba tiba Siau Un bertanya
"Sudah hampir tiga tahun kami pindah kemari" tiba tiba sinenek menggertak gigi menahan emosi, lalu terusnya,
"semuanya ini tak lain gara gara Tay Im-kau yang kejam dan jahat itu"
"Apakah nenek mempunyai dendam dengan pihak Tay Imkau
?" tanya ci un keheranan.
"Yaa, dendam kesumat karena kematian putraku" ujar si nenek."oyaa... pembicaraanku tadi belum selesai kuutarakan, maksud lain dari Yu locianpwee dengan mengutus kedatangan kalian adalah ingin menyampaikan kabar kepadaku kalau dendam berdarah selama sepuluh tahun ini sudah tiba waktunya untuk diperhatikan"
Tak sampai kedua orang itu bertanya lebih jauh, dia telah berkata kembali:
"Sepuluh tahun berselang, putra Thia Tiong Liong membuka sebuah perusahaan ekspedisi Sin Liong piaukiok diwilayah Holam. suatu kali dia mengawal sejumlah kiriman gelap yang tak ternilai harganya, ketika lewat di Tay ang san suatu malam, barang kawalannya telah hilang lenyap tak berbekas, sedang Tiong Liong ditemukan tewas didalam sebuah rumah penginapan kecil di bawah bukit Tay ang san, setelah peristiwa tersebut aku baru mendapat tahu kalau pada malam yang sama, ada seorang perempuan yang menginap juga dipenginapan kecil tersebut seorang diri. Keesokan harinya diapun pergi, tapi saat itulah ditemukan bahwa Tiong Liong tewas terkena jarum Im khek ciam dari pihak Tay Imkau..."
"Aaah, ibuku pun tewas oleh jarum Im khek ciam tersebut"
seru Siau Un terkejut. "Aku mengerti" nenek berambut putih itu manggut manggut, "setelah melalui penyelidikan yang seksama selama beberapa tahun terakhir ini, dapat kuketahui bahwa sarang Tay Im-kau berada dibukit Lou cu san oleh karena itulah secara diam diam kami pun pindah kemari. Tapi dalam tiga tahun penyelidikan terakhir ini, aku tak berhasil memperoleh berita apa apa, dari sini dapat disimpulkan betapa rahasianya gerak gerik mereka sampai akhirnya bulan berselang, aku berhasil menangkap seorang bajingan dari Tay Im-kau..."
Baru saja Siau Un hendak buka suara, Ci Un segera menarik baju adiknya mencegah agar dia tutup mulut dan mendengarkan kisah si nenek lebih jauh.
Terdengar nenek berambut putih itu berkata kembali:
"Penjahat itu datang menyatroni kami dengan alasan hendak memeriksa marga kami aku dapat merasakan bahwa mereka sudah menaruh curiga terhadap keluarga kami, karenanya kami pun tidak sungkan sungkan lagi dan segera turun tangan membekuknya kemudian kami paksa dia untuk menjelaskan situasi Tay Im-kau dibukit Lou cu san, sayang sekali orang ini cuma seorang jago pedang lencana tembaga, tidak banyak yang diketahui olehnya, bahkan siapakah pemimpin perkumpulan mereka pun tidak diketahui karena melihat dia tak sanggup memberi keterangan apa apa kepada kami, maka orang itupun kami bebaskan"
"Nenek. mengapa kau membebaskan orang orang itu ?"
tanya Siau Un dengan wajah keheranan.
Nenek berambut putih itu segera tertawa:
"Aku telah menotok jalan darah kematian diatas tubuhnya, kira kira sebelum mendaki ke bukit Lou cu san ia pasti akan tewas di tengah jalan, berbuat beginilah aku baru dapat membebaskan diri dari kecurigaan orang"
"Selanjutnya apakah tak ada yang datang lagi ?"
"Selanjutnya, mereka benar benar menaruh curiga terhadap keluarga kami" kata si nenek sambil tertawa, "dua kali mereka kirim orang untuk melakukan penyelidikan disini, tapi pernah membuat keonaran. Itulah sebabnya ketika kalian menyelundup masuk ke halaman belakang rumah kami malam tadi, akupun menganggap kalian sebagai orang orang yang dikirim pihak Lou cu san"
Kemudian setelah berhenti sejenak dia berkata lagi:
"Nah, waktu sudah semakin larut, nona berdua pun harus segera berangkat, sekarang juga aku akan mengambil arak tersebut."
Selesai berkata, nenek itu segera bangkit berdiri dan beranjak dari situ.
Tak selang berapa saat kemudian dia telah muncul kembali sambil membopong sebuah guci arak kecil yang penuh berlumpur ujarnya kemudian dengan wajah bersungguh sungguh :
"Isi setengah guci ini adalah arak tenaga dalam, nona, kuserahkan guci ini kepadamu harap kalian berhati hati dijalanan"
Ketajaman matanya memang mengagumkan dalam sekilas pandangan ia telah mengetahui kalau Siang Ci Un jauh lebih berhati hati dan seksama daripada Siau Un yang lincah dan masih kekanak kanakan itu:
Dengan serius pula Siang Ci Un menerima guci tersebut dengan kedua belah tangannya.
"Terima kasih nenek" katanya kemudian-Nenek berambut putih itu tersenyum.
"Masa dengan nenek sendiripun harus bersungkan sungkan?"
Lalu kepada Siang Siau Un katanya pula sambil tertawa.
"Nona Cilik, kaupun mempunyai tugas bukankah Yu locianpwee sangat gemar minum arak" Nah kuberi seguci arak sebagai tanda hormatku kepada dia orang tua, malam ini sudah kelewat larut, biar besok pagi pagi saja aku baru pergi mengunjunginya kemudian menggabungkan diri dengan kalian untuk bersama sama membasmi Tay Im-kau dari muka bumi..."
Ia membalikkan badan dan masuk kembali kegudang arak ketika muncul sebuah guci arak berisi dua puluh lima kati arak telah dibopongnya yang segera diserahkan kepada Siang Siau Un-Begitulah, mereka dengan masing masing membopong sebuah guci arak segera berpamitan kepada nenek berambut putih meninggalkan rumah dan berangkat kembali menuju ke kuil Say ko bic
Baru saja mereka memasuki halaman kuil terdengar si pengemis sakti berwajah senyum telah berseru sambil tertawa terkekeh kekeh
"Haaah... haaa... haaah... hey beres beres mereka telah datang mereka telah datang.. hey budak berdua, jika kalian tidak datang lagi mungkin ususku sudah keburu berlubang karena digigit ular arakku"
Siang Ci Un dan Siau Un masing masing dengan membopong seguci arak berjalan masuk ke dalam ruangan-Begitu masuk, Siau Un segera berteriak.
"Sukong, beruntung sekali aku dan cici tidak mengecewakan perintahmu..."
"Aku si orang tua sudah tahu" tukas pengemis sakti cepat,
"kalau dilihat dari dua guci arak yang kalian bopong sudah pasti kamu berdua telah bertemu dengan nenek Thia bukan"
Bahkan bisa jadi telah menderita sedikit kerugian, tapi kemudian kalian telah merapatkan hubungannya, dan memakai nama besarku untuk menutupi tujuan mencuri kalian, bukan begitu" Dalam girangnya si nenek Thia baru menghadiahkan dua guci arak untuk kalian, benar bukan?"
Siang Siau Un segera tertawa cekikikan-
"sukong, dari mana kau bisa tahu?"
Pengemis sakti berwajah senyum sama sekali tidak menggubrisnya, dengan suatu gerakan cepat disambarnya guci arak itu lalu diteguk dengan lahapnya, setelah itu ia baru berteriak keras:
"Hey, hey... menantu dari siau loteku, setelah sampai didepan pintu kenapa tidak masuk untuk bersua dengan engkoh tuamu " Hey, kau cepat masuk. jangan kabur dulu aku masih ada persoalan yang hendak dibicarakan denganmu "
Semua orang tidak tahu siapakah yang sedang diajak berbicara oleh pengemis itu, tapi sudah jelas ada seseorang diluar pintu.
Padahal dalam ruangan penuh dengan jago lihay, tapi nyatanya tak seorang pun yang tahu kalau diluar gedung telah kedatangan seseorang..
Hanya Yu Hua Liong, Ban Lo hujin Hoa Tin tin, Yo Leng kong, Kui Hau nlan dan Lian Sam sin beberapa orang saja yang dapat melihat bahwa pembicaraan si pengemis sakti berwajah senyum dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara, ini berarti orang tersebut kemungkinan besar masih berada di luar pintu kuil.
(Gedung timur adalah sebuah gedung terpisah yang letaknya disisi kiri ruang tengah jaraknya dengan pintu gerbang masih jauh sekali).
Golok Naga Kembar 6 Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Perjodohan Busur Kumala 3
^