Pencarian

Pedang Pelangi 3

Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 3


Apalagi selama berapa hari belakangan ini Ji Giok lah yang selalu melayani kebutuhannya, walaupun kini ditukar dengan ci giok yang cantik dan luwes dalam pelayanan, toh timbul juga perasaaan yang amat tak sedap.
Ketika Ci giok mengembalikan semangkuk nasi, Huan cu im hanya menyuap beberapa suapan saja, ia merasa tak sukar untuk menelan nasi nasi itu melalui kerongkongan-Walaupun hanya semangkuk nasi, ia harus membuang banyak waktu dan tenaga untuk meng habiskannya .
"Budak akan menambahkan nasi untuk kongcu" kata ci giok selesai pemuda itu menghabiskan nasinya.
"Tidak, tidak usah" Huan cu im menggeleng. setelah minum dua tegukan kuah, dia pun bangkit berdiri ci giok menghidangkan sapu tangan panas dan secawan air teh lalu membereskan piring sisa dan mengundurkan diri Tak selang beberapa lama, Ci giok telah muncul kembali disitu sambil berkata: "Apakah Huan kongcu masih ada urusan yang membutuhkan pelayanan dari budak?" Huan cu im segera berpikir:
"Yaaa, betul, malam ini dia ada janji dengan kekasihnya, tak heran kalau dia ingin secepatnya pergi beristirahat." Maka jawabnya sambil tersenyum:
"sudah tak ada urusan lagi, kau boleh beristirahat"
"kalau begitu budak mohon diri lebih dulu"
Gadis itu membalikkan badan dan segera mengundurkan diri.
Kembali kekamarnya Huan cu im menutup pintu lalu duduk bersemedi diatas pembaringan, namun pikirannya terlalu gundah sehingga sukar baginya untuk menenangkan pikiran-Akhirnya ia membaringkan diri siap berangkat tidur, siapa tahu pikiran tetap kalut sehingga mata tak mau terpejam.....
Entah beberapa saat lamanya sudah lewat, dari kejauhan sana terdengar suara kentongan berbunyi dua kali, pertanda sudah mendekati kentongan kedua.....
Pada saat itulah tiba tiba dari atas atap rumah terdengar suara yang amat lirih, kelas ada orang sedang berjalan diatas atap rumah.
"Aaah, manusia berjalan malam" pekik Huan cu im dengan perasaan tergerak.
Dengan cepat dia teringat kembali akan janji ci giok dengan lelaki tersebut pada kentongan kedua, pikirnya lebih jauh:
"Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini lihay sekali, jangan jangan mereka bukan melakukan suatu pertemuan melainkan mempunyai suatu rencana tertentu?"
sementara dia masih termenung, dari depan halaman sana terdengar lagi suara ujung baju terhembus angin, ia berkelebat lewat dari arah barat menuju keutara.
Huan cu im segera mengenakan pakaian dan membuka jendela sebelah utara, dari sana dia melompat keluar dari ruangan dan melompat naik keatas atap rumah.
Angin dingin berhembus lewat membuat pikirannya menjadi seger kembali, betul juga, dikejauhan sana tampak dua sosok bayangan manusia sedang bergerak menuju kearah utara dengan kecepatan luar biasa.
Biarpun sudah dua hari dia berdiam dibenteng keluarga Hee, tapi berhubung bangunan dalam benteng itu amat rapat, dia tak tahu kemanakah perginya kedua orang manusia berjalan malam itu.
Tapi setelah mengetahui hal ini, dia merasa berkewajiban untuk mengikuti dan mengetahui apa gerangan yang terjadi.
Berpikir demikian dia lantas melejit kemuka dan mengejar kedua orang itu dengan cepat.
setelah melewati dua buah bangunan rumah, didepan sana muncul sebuah dinding pekarangan setinggi dua kaki.
setelah dia melompati dinding pekarangan tersebut, baru diketahui diluar sana terdapat sebuah jalan yang tembus kekebun hanya suasana disitu gelap gulita dan tak nampak setitik cahayapun
Diam diam Huan cu im mengangguk, lenyapnya kedua orang itu barusan sudah pasti telah menuju kekebun belakang melaluijalan tersebut.
Adapun alasan mereka dengan melalui jalan kecil ini pastilah dikarenakan jalanan itu jarang dilalui orang dihari hari biasa, berarti diwaktu malam keadaannya pasti lebih sepi lagi, jadi kemungkinan jejak mereka ketahuan pun amat minim.
Begitulah, sambil berpikir dihati Huan cu im tetap mempercepat langkahnya menyusul kedua orang tadi untuk menghindari jejaknya ketahuan, sepanjang jalan dia berlaku sangat berhati hati dan mengusahakan langkah seringan mungkin-Tak lama kemudian ia sudah tiba diujung jalan, sebuah dinding rendah menghadang jalan perginya.
Diatas dinding itu terdapat sebuah pintu bulat, kedua belah pintu kayunya tertutup rapat diatas pintu terlihat gembokan besar, namun bayangan tubuh kedua orang tadi sudah tak nampak lagi.
Dinding itu hanya beberapa kaki berarti kedua orang itu sudah melompati dinding tadi.
Huan cu im tak berani berayal, belum tiba dibawah dinding, kakinya sudah menutul cepat dan melayang keatas dinding.
setibanya kembali diatas permukaan tanah, ia baru melihat ada sebuah jalan kecil beralas batu cadas terbentang kedepan sana, kedua sisinya penuh dengan rak bunga, tidak diketahui jalan tersebut tembus hingga kemana"
Dalam kegelapan malam, lamat lamat dia dapat merasakan adanya bangunan besar, gardu dan gunung gunungan yang indah dibalik pepohonan, agaknya ia sudah berada dikebun belakang benteng keluarga Hee.
sedang kedua sosok bayangan manusia tadi, kini sudah pergi entah kemana"
"CElaka" ia mengeluh dihati.
Kebun bunga itu sangat luas, jangan lagi dua orang, sekalipun dua puluh orang juga susah ditemukan setelah berada disana.
Ditengah keraguan itu, tiba tiba Huan cu im melihat sesosok bayangan manusia muncul dari atas gunung gunungan dikejauhan sana, bayangan itu muncul dengan kecepatan luar biasa, setelah berputar satu lingkaran diudara, tiba tiba lenyap kembali.
" Cepat amat gerakan tubuh orang ini" sorak Huan cu im dihati.
Dengan ditemukannya jejak tersebut, ia tidak akan melepaskannya lagi dengan begitu saja, sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya ia meluncur kedepan dengan menyelinap diantara pepohonan-Namun ketika ia sampai disisi kiri gunung gunungan itu, bayangan lawan sudah lenyap tak berbekas, mestinya pihak lawan sudah mengejar kearah dua orang pertama tadi.
Adegan demi adegan yang dijumpainya malam ini menambah kecurigaan sianak muda kita, dia sadar bukan hanya dua orang manusia yang munculkan diri malam itu, tapi mau apakah mereka" Mungkinkah musuh musuh empek Heenya yang datang mencari balas"
Iapun sadar, manusia seperti mereka hanya boleh diikuti secara diam diam, sebisa mungkin dia harus menhindari bentrokan secara langsung dengan lawan-Maka setibanya disamping gunung gunungan dia menyelinap kembali kebelakang pepohonan-Dengan sorot mata yang tajam, tak lama kemudian ia jumpai sesosok bayangan manusia tergeletak kaku ditanah, jaraknya tak jauh dari ia berada sekarang. Penemuan ini membuat hatinya makin terkejut.
Kalau dilihat dari dandanan orang tersebut, ia mirip seorang centeng, yang aneh dia tergeletak tak berkutik disitu, entah sudah tewas" Entah sudah tertotok jalan darahnya"
Diam diam ia menyelinap kemuka dan menghampiri orang itu, betul juga orang itu memang seorang centeng, hanya jantungnya yang sudah berhenti berdetak karena sebuah pukulan yang keras, tubuhnya sudah mulai mendingin-
"Benar benar keji perbuatan orang ini" pikir Huan cu im penuh kemarahan, "tak salah lagi pasti hasil perbuatan dari orang yang berusaha munculkan diri dari belakang gunung gunungan, justru karena dia menyerang dengan pukulan berat maka korbannya tewas tanpa bersuara. sekarang bisa kusimpulkan, orang yang berdatangan pada malam ini memang nyata musuh musuh besar empek Hee" Kemudian ia berpikir lebih jauh:
"Aaaah, betul Tampaknya ci giok si budak itu sudah bersekongkol dengan orang, buktinya dia punya janji dengan orang pada kentongan kedua malam ini, Tak heran dia mengatakan aku cuma anak ayam yang beru menetas dan sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap diriku. Hmmm"
"Kalau dilihat senyuman yang manis, wajahnya yang cantik dan gerak geriknya yang lembut, tak tahunya ia bisa berhianat terhadap majikannya sendiri dan berkomplot dengan kaum bajingan, Hmmm setelah ketahuan rencana busuknya, aku harus membongkar sampai tuntas pada malam ini...."
Dengan ditemukannya korban disekitar tempat itu Huan cu im menduga pihak lawan belum pergi terlalu jauh, dengan bersembunyi dibalik semak belukar pemuda itu bergerak maju dengan berhati hati sekali melingkari sebuah kolam yang ada.
Di depan sana terbentang sebuah jembatan kecil yang berbentuk lengkung, kemudian dibelakangnya terbentang padang rumput yang luas ditengahnya berdiri lima buah pesanggrahan yang lamat lamat memancarkan cahaya lentera.
Melihat situasi demikian, Huan cu im menghentikan langkahnya disisi kolam sambil mengintip keluar, sebab untuk melewati padang rumput yang luas tanpa tempat persembunyian jelas bukan pekerjaan mudah apalagi dibalik rumah rumah itu jelas ada penghuninya.
"Haaahhh..... haaaahhhh...... haaahhh......"
Mendadak dibalik ruangan bergema suara tertawa yang amat menyeramkan, menyusul kemudian terdengar seseorang berkata dengan suara yang serak tua:
"setelah kalian masuk kedalam benteng keluarga Hee, mengapa pula harus menyembunyikan diri" Apakah kuatir aku memberi pelayanan yang kurang memuaskan?"
suara orang ini amat dingin dan menyeramkan, membuat siapapun yang mendengarkan merasa amat tak sedap.
"Orang ini bukan empek Hee" Huan cu im segera berpikir,
"tapi siapakah dia" Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas amat tekebur."
sementara dia masih berpikir, terdengar suara gelak tertawa bergema pula dari sisi kanan-Ditengah gelak tertawa itu, sesosok bayangan manusia melayang keluar dari balik lapangan rumput, ternyata dia adalah seorang kakek berbaju biru yang menggembel pedang, tampangnya kelihatan bersih dan amat keren-Antara tempat persembunyian Huan cu im dengan lapangan rumput itu selisih sebuah kolam, apalagi ditengah kegelapan malam, maka yang tampak olehnya hanya sesosok tubuh yang terlihat dari samping, otomatis wajahnya tidak nampak jelas.
Ia merasa usia orang itu diantara lima puluh tahunan, tapi gerak geriknya amat lembut dan halus, diam diam pikirnya kemudian-
"Mungkin orang inilah yang beru muncul dari balik gunung gunungan tadi"
SEtelah tiba dilapangan rumput itu, dengan suara lantang manusia berbaju biru itu berseru kembali.
"Aku orang she Ciang telah datang, siapakah kau" Mengapa tidak segera menampakan diri?"
orang yang berada didalam ruangan gedung itu tertawa tergelak:
" Kukira siapa yang telah muncul, rupanya Ciang Tayhiap yang disebut orang sebagai Kim mau hou (Pekikan sibulu emas)"
Ditengah pembicaraan tersebut, dari balik gedung pelan pelan berjalan kelaur seseorang berbaju panjang, terdengar ia berkata lebih lanjut: "Kedatangan kalian akan kusambut dengan semestinya....."
Cahaya lentera menyorot keluar dari balik gedung, apalagi orang itupun berjalan dengan amat lamban, maka Huan cu im dapat menyaksikan wajahnya dengan jelas.
orang itupun berusia lima puluh tahunan, berwajah kuda yang sempit lagi memanjang dengan dikombinasikan dengan sepasang mata kecil yang bersinar tajam hidung membengkok seperti paruh elang dan jenggot kambing yang panjang, perawakan tubuhnya ceking lagi jangkung.
Dalam sekilas pandangan saja, Huan cu im dapat merasakan hawa sesat yang terpancar keluar dari tubuhnya.
Ketika simanusia berbaju biru itu melihat munculnya manusia ini, agaknya ia tertegun
karena diluar dugaan, kemudian serunya setelah termangu sesaat: "Aaaah, masa kau adalah soh loko?"
Dari nada suara itu, selain terlintas perasaan diluar dugaan bahkan dipenuhi dengan rasa kaget.
Kakek ceking itu kembali tertawa seram.
"Benar, akulah orangnya, soh Han sim, apakah ciang tayhiap merasa sedikit diluar dugaan?"
Huan cu im belum pernah mengembara didalam dunia persilatan, tentu saja diapun tak tahu kalau nama besar Kim mau hou Ciang cu tin sudah menggetarkan utara maupun selatan sungai besar, sepanjang hidupnya entah berapa banyak pertarungan besar yang pernah dialami orang itu, pada hakekanya tiada kejadian didunia ini yang bisa mengagetkan hatinya.....
Kalaupun dibilang ada, maka kejadian tersebut adalah perjumpaannya dengan soh Han sim ditempat ini.
soh Han sim bergelar Kiu tau nio burung berkepala sembilan, ia termasuk tokoh persilatan yang bernama busuk diantara tiga belas partai sesat.
SEtelah perasaan kagetnya hilang, Kiang cu tin segera mengendalikan kembali emosinya, kembali ia berkata
"Yaa perjumpaanku dengan soh lo kopada malam ini memang benar benar mendatangkan perasaan tercengang dan diluar duggan untuk aku orang she Kiang"
"Padahal sedikitpun tidak ada yang aneh" Soh Han sim tertawa, "sebab aku telah bergabung menjadi congkoan dari benteng keluarga Hee"
Kiang cu tin agak tertegun setelah mendengar ucapan itu, Kiu Tau nio (Burung berkepala sembilan) soh Han sim sudah puluhan tahun termashur dalam dunia persilatan, selama ini dia memandang rendah segala kehidupan keduniawiaan, tapi sekarang mengapa dia malah muncul sebagai congkoan dari benteng keluarga Hee"
Huan cu im turut tertegun oleh ucapan tadi, biarpun dia belum tahu tentang identitas soh Han sim, ia mengetahui secara pasti bahwa congkoan dari benteng keluarga Hee adalah ciu Kay seng, mengapa dia mengaku sebagai congkoan dari benteng keluarga Hee sekarang.." Dalam pada itu Kiang cu tin telah berkata lagi sambil tertawa tergelak:
"ooooh rupanya soh loko telah mendapat kehormatan utnuk menjadi congkoan benteng keluarga Hee, kalau begitu maaf bila siaute bersikap kurang hormat"
"Kiang tayhiap tak usah memuji" soh Han Sim masih saja senyum tak senyum, " boleh aku tahu, ada urusan apakah Kiang tayhiap mengunjungi benteng keluarga Hee ditengah malam buta begini" Apakah memerlukan bantuan siaute?"
Biar ucapan tersebut enak didengar, namun bagi Huan cu im yang sama sekali tak berpengalamanpun dapat mendengar pula kalau soh Han sim bukan bersungguh hati hendak membantu Kiang cu tin, sebab nada suaranya amat dingin menyeramkan, sudah jelas mengandung nada permusuhan yang begitu tebal.
"Pertanyaan soh loko memang amat tepat, sesungguhnya kedatangan siaute adalah ingin menjenguk Cing im toheng"
Sekarang Huan cu im baru teringat, ketika ia bersama lo koan keh mengunjungi empek Heenya kemarin, ciu congkoan telah datang melaporkan bahwa Cing im totiang dari Go bi pay datang berkunjung, kemudian empek Hee munculkan diri dengan tergopoh gopoh untuk menyambut kedatangannya..
Dalam pada itu soh Han sim telah memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang menyeramkan, ia berkata:
"Ketajaman mata dan pendengaran dari Kiang tayhiap sungguh amat hebat, agaknya Kiang tayhiap juga tahu kalau Cing im totiang telah diterima sebagai tamu agung oleh benteng keluarga Hee serta dijamu dalam loteng Teng gwat lo"
Arti dari "ketajaman mata dan pendengaran" tersebut sudah jelas mengartikan bila Kiang cu tin tidak mempunyai mata mata didalam benteng itu darima na ia bisa tahu tempat kediaman dari Cing im totiang"
Maksud dari perkataan itu sudah barang tentu tak akan dipahami oleh Huan cu im, tapi berbeda dengan Kiang cu tin yang merupakan seorang jago silat kawakan. Paras mukanya segera berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian-
"soh loko adalah congkoan benteng keluarga Hee, setelah siaute utarakan maksud kedatanganku sekarang, harap kau sudi memberi laporan ke dalam."
"Aku rasa hal ini mungkin sulit."
"Apakah soh loko tidak bersedia memberi laparan?"
"Bukan begitu" jawab soh Ban sim, "kesatu, Cing im totiang tak ingin bertemu orang, kedua kedatangan Kiang tayhiap bukan pada saat yang tepat"
"Apa maksud soh loko berkata demikian?"
"Nama besar Kiang tayhiap dalam dunia persilatan sudah cukup termashur, bila kedatanganmu kebenteng keluarga Hee berdasarkan adat kesopanan maka kau tak malu menjadi tamu agung kami, tapi sekarang..... Kiang tayhiap berkunjung ditengah malam buta, apalagi secara langsung datang keloteng Teng gwat lo.,..."
Pelanpelan dia mengangkat wajahnya yang sempit memanjang serta kaku tanpa emosi itu, kemudian melanjutkan
"Loteng Teng gwat lo merupakan salah satu daerah terlarang dalam benteng kelaurga Hee, siaute sebagai congkoan dari benteng ini meski ada niat memberi muka kepada Kiang tayhiap. namun hal tersebut kurang leluasa rasanya, oleh sebab itu.... terpaksa....."
SE waktu mengucapkan kata kata yang terakhir, tiba tiba saja ia menarik suaranya panjang panjang dan tidak melanjutkan kata katanya....
Kiang cu tin sudah lama berkelana dalam dunia persilatan, tentu saja diapun bisa menangkap nada yang kurang bersahabat dari si burung berkepala sembilan soh Han sim tersebut, tanpa terasa ujarnya kemudian dengan suara dalam:
"Mengapa soh loko tidak melanjutkan kata katamu?"
"siaute tak berani menuruti suara hati" ucap soh Han sim dengan suara menyeramkan, "oleh sebab itu terpaksa akan menangkap Kiang tayhiap serta menantikan hukuman dari pocu."
-oo0dw0oo JILID : 6 "oooh, rupanya soh loko bermaksud akan menantang siaute untuk bertaruh ?" ucap Kiang cu tin sambil tertawa nyaring
"Bilamana hal ini perlu, tentu saja aku akan melakukannya"
"Bila malam ini setelah berjumpa dengan soh loko, aku orang she Kiang memang sudah merasa kalau masalahnya tidak bakal bisa diselesaikan secara baik baik."
"Itu namanya situasi bagaikan karang saiju bukan?" Soh Han sim menjengek. "sudahlah, sekarang siaute ingin bertanya lagi kepadamu pada malam ini berapa banyak anak buah yang telah Kiang tayhiap bawa?"
"Hanya aku orang she Kiang seorang, aku sama sekali tidak membawa konco."
"Haaahhh.... haaahhh... haaahhh...." Soh Han sim tertawa terbahak bahak, "mungkin ucapan Kiang tayhiap bukan muncul dari hati yang jujur bukan ?"
"Jadi soh loko tidak percaya?"
"Percaya atau tidak segera dapat dibuktikan dengan jelas asal bukti yang nyata tersedia, bukan begitu" Siaute bermaksud akan memperlihatkan dua orang kepada Kiang tayhiap. Entah Kiang tayhiap kenali mereka atau tidak?"
Berbicara sampai disitu, dia lantas membalikkan badan sambil membentak: "Petugas, bawa kemari kedua orang mata mata tersebut."
Ditengah bentakan, terlihat empat orang lelaki berpakaian ringkas yang membawa golok baja terhunus, munculkan diri sambil menggusur dua orang manusia yang sepasang tangannya digelenggu.
Kedua orang ini berusia empat puluh tahunan, perawakan tubuhnya pendek lagi ceking, dia adalah si bintang kejora Huan Tong sedangkan yang lain berusia tiga puluh tahunan dan bertubuh kekar, orang ini masih terhitung keponakan murid Kiang cu tin yang bernama Lu Siu....
Perlu diketahui, Kiang cu tin berasal dari Go bipay, dia masih terhitung saudara seperguruan dari cing im totiang, rupanya ketika ia lagi berbincang bincang dengan si burung berkepala sembilan Soh Han sim, Huan Tong serta Lu Siu telah manfaatkan kesempatan itu untuk menyelundup kedalam rumah serta berusaha menolong cing im totiang, siapa tahu perbuatannya itu ketahuan lawannya dan akhirnya kena dibekuk. Kiang cu tin gusar sekali setelah menyaksikan kejadian itu, segera bentaknya : "Soh Han sim, kau....." soh Han sim tertawa seram,
"Heeee, heeeee, heeeee, harap Kiang tayhiap jangan marah, Teng Gwat lo merupakan tempat yang disediakan untuk menyambut tamu agung apalagi saat ini cing im totiang telah beristirahat, siapapun dilarang mengganggu ketenangannya, oleh sebab itu sudah sewajarnya bila anak buahku membekuk mereka."
"Apa yang telah kalian lagi lakukan berhadap cing im toheng?"
"Waaaah...... lagi lagi Kiang tayhiap salah berbicara, cing im totiang adalah tamu agung kami, coba pikirkan apa yang kami lakukan terhadapnya."
"Tamu agung?" Kiang cu tin segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak gelak. "menurut apa yang kuketahui, kalian telah menawan cing im toheng disini, loteng Teng Gwat lo tak lebih merupakan tempat kalian menyekap orang, ucapanku ini tak salah bukan?"
Huan cu im yang dapat pula turut mendengarkan pembicaraan tersebut diam diam menjadi keheranan, menurut apa yang diketahui olehnya, Go bi pay termasuk satu dia ntara delapan partai besar, partai itu adalah sebuah perguruan kaum lurus, tapi sekarang mengapa empek Hee malah menahan dan menyekap cing im totiang dari Go bi pay"
Sementara itu Soh Han sim telah berkata lagi setelah memperdengarkan suara tertawa seramnya yang menusuk pendengaran-
" Kiang tayhiap. Tampaknya tidak sedikit yang berhasil kau ketahui."
"Harap Soh loko selekasnya mengabarkan kepada Hee pocu, nama besarnya bukan diperoleh secara mudah, harap selekasnya ia bebaskan cing im toheng, sebab dengan begitu keadaan masih mendingan, kalau tidak..."
" Kiang tayhiap. Pernahkah kau dengar orang bilang tentang perkataan setelah bertindak satu, mengapa tidak bertindak semuanya?"
"Rupanya kalian bermaksud hendak memusuhi Go bi pay kami?" teriak Kiang cutin marah.
"Apa yang mesti ditakuti dengan Go bi pay?" jengek Soh Han sim sambil tertawa seram, "sekalipun sembilan partai besarpun belum tentu akan dipandang sebelah matapun oleh pocu kami, lebih baik Kiang tayhiap tak usah mengandaikan nama Go bipay untuk menakut nakuti orang."
Kiang cu tin semakin naik darah, mencorong sinar tajam dari balik matanya, mendadak ia meloloskan pedang, lalu sambil menuding kemuka dengan menggunakan ujung pedangnya ia menghardik.
"orang she Soh, mari, biar aku orang she Kiang mencoba jurus ampuhmu lebih dulu."
Di tengah bentakan, tiba tiba sebelah kakinya menjejak tanah dan tubuhnya secepat kilat menerjang kearah keempat lelaki berbaju hijau yang menyandera Huan Tong serta Lu Siu tersebut.
Pada saat tubuhnya sedang menerjang kemuka, pedangnya secepat kilat telah melancarkan empat buah bacokan berantai, tampak empat gulung cahaya pedang yang menyilaukan mata seperti berkuntum kuntum bunga segera meluncur kebawah.
Si burung berkepala sembilan Soh Han sim hanya berpeluk tangan sambil menyaksikan Kiang cu tin bertindak, wajahnya dingin dan kaku tanpa emosi, sikapnya acuh tak acuh, seolah olah ia sama sekali tak berminat untuk melibatkan diri dalam pertarungan tersebut.
Keempat lelaki berbaju hijau yang menhadapi ancamanpun kelihatan tenang sama sekali tak kalut, dua orang diantaranya segera menggerakkan senjata masing masing dan melepaskan sebuah tangkisan silang kemuka. "Traaaang"
Serangan pedang Kiang cutin yang amat dahsyat itu segera terbendung oleh tangkisan tersebut.
Sementara itu, dua bilah golok yang lain telah membacok keluar, dua gulung cahaya golok secara terpisah mengancam kedua iga Kiang cu tin.
Meskipun hanya satu jurus, namun keempat orang itu dapat mengkominasikan gerakan gerakan bertahan serta gerakan menyerang, benar benar sebuah kerja sama yang sangat bagus.
Kiang cu tin amat terperanjat, buru buru dia gunakan tenaga tangkisan lawan untuk melompat mundur keposisi semula.
Soh Han sim sendiripun tidak bicara, dia hanya mengulapkan tangannya menitahkan keempat lelaki berbaju hijau itu mundur dari situ sambil menggusur kedua orang tawanannya.
Setelah itu dia baru berkata dengan suara menyeramkan:
" Kiang tayhiap. Para centeng dari benteng kami tidak terhitung gentong gentong nasi semua bukan" Menurut nasihat siauwte, lebih baik buang saja senjatamu itu dan menyerah kalah, daripada nantinya menyesal."
" orang she Soh" Kiang cu tin tertawa keras saking marahnya, "kau tak usah tekebur, tak usah tekebur dihadapanku, berapa banyak kemampuan yang kau miliki tak ada salahnya kalau kita coba pertarungkan sampai titik darah penghabisan-"
"Jadi kau ingin bertarung melawanku?" jengek soh Han sim sambil tertawa dingin.
Dari nada suara pembicaraannya, seakan akan dia tak sudi untuk bertarung melawan Kiang cu tin.
Tentu saja perkataan itu semakin meluapkan hawa amarah Kiang cu tin, segera bentaknya keras keras
"Soh Han sim, bila kau tidak turun tangan lebih dulu, aku orang she Kiang akan menyerang duluan."
Soh Han sim tertawa dingin, tangan kirinya dikebaskan pelan, dalam ulapan tangan inilah seorang lelaki baju hijau yang menyoren pedang telah munculkan diri dari balik pintu dengan langkah cepat.
Pelan pelan Soh Han sim mengangkat wajahnya serta memandang kearah Kiang cutin, kemudian menitahkan-
"coba kau terima beberapa jurus serangan dari Kiang tayhiap".
"Hamba terima perintah" lelaki berbaju hijau itu mengiakan-Tiba tiba ia membalikkan badan serta mengamati wajah Kiang cu tin lekat lekat, sesudah memberi hormat katanya:
"Silahkan Kiang tayhiap memberi petunjuk".
Orang ini baru berusia tiga puluh lima tahunan, mukanya kuning dengan sorot mata yang tajam, bahkan memancarkan pula sinar kelicikan yang luar biasa. Sambil menatap wajah lawannya, Kiang cu tin segera menegur, "Siapakah kau?"
"Aku mendapat perintah untuk minta petunjuk dari Kiang tayhiap. Jadi aku pikir tak perlu untuk menyebutkan nama."
"Hmm, jadi kau tak bernama" Selama hidup aku orang she Kiang paling tak sudi bertarung melawan manusia tanpa nama" dengus Kiang cu tin dingin. Soh Han sim tertawa seram, tiba tiba dia menyela.
"Kiang tayhiap cukup mengetahui kalau ia adalah anggota dari benteng kami. Dia turun tangan mewakili aku, jadi seandainya Kiang tayhiap bisa ungguli dia, nanti siauwte pasti akan layani pula tantanganmu. Tapi bila kau tak mampu mengungguli dirinya, lebih baik turuti saja nasehatku dan menyerah kalah saja".
Kiang cu tin sungguh amat gusar oleh kata kata itu dia segera berseru:
"Baiklah, sekarang kau boleh lancarkan seranganmu".
"Maaf, aku akan menyerang duluan," kata manusia berbaju hiaju itu dingin.
Pedangnya segera diloloskan dari sarungnya, lalu diantara berkelebatnya cahaya hijau dia maju sambil melepaskan sebuah tusukan kilat.
Kiang cu tin mendengus dingin melihat datangnya ancaman tersebut, batinnya "Bocah keparat ini benar benar sombong dan tekebur"
Sambil miringkan badan meloloskan diri dari ancaman, dia lepas pula sebuah serangan balasan, lalu dengan jurus naga sakti melangkah berputar, dia menyerobot kehadapan lawan kemudian-... Sreeeetttt, sreeet, secara beruntun melepaskan tiga buah tusukan berantai yang tak kalah cepatnya.
Dia berasal dari Go bipay, asal diberi kesempatan untuk turun tangan, maka tiga jurus serangan berantai segera dilancarkan bersamaan waktunya, dan sekali serangan sudah dilepaskan maka jurus jurus serangan berikutnya secara beruntun akan mengalir keluar pula tiada hentinya.
Ilmu pedang Luanpoh hong kiam hong (ilmu pedang angin ribut) dari Go bipay memang terhitung semacam kepandaian ilmu pedang yang amat dahsyat, bila serangan telah dilepaskan maka ibarat angin ribut yang menderu deru, cahaya pedang akan menyambar terus menerus tanpa berhenti, sebilah pedang dapat dirubah menjadi berpuluh batang, membuat pandangan orang akan menjadi kabur dan kebingungan sendiri.
Sesungguhnya ilmu pedang yang dimiliki manusia berbaju hijau itupun sangat lihay, tapi berhubung sejak pertarungan yang pertama ia sudah kena didesak lebih dulu olah Kiang cu tin dan terkepung dibalik lapisan cahaya pedangnya yang berlapis lapis, maka untuk beberapa saat sulit baginya untuk menghadapi ancaman ancaman yang bertubi tubi itu, bahkan hampir saja tak mampu untuk menghadapinya, berulang kali dia kena dipaksa untuk menghindar kesana kemari secara mengenaskan.
Biarpun Kiang cutin berhasil merebut posisi diatas angin, namun sesungguhnya ia merasa terkejut dalam hatinya, manusia seperti lelaki berbaju hijau itu sudah jelas tak bakal memiliki kedudukan yang tinggi didalam benteng keluarga Heetapi kenyataannya orang ini mampu menahan puluhan jurus serangan pedangnya.
Dari sini dapat diketahui kalau benteng keluarga Hee benar benar merupakan sarang naga gua harimau dan tak boleh dipandang secara enteng.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, mendadak permainan pedangnya diperketat, dengan ilmu pedang angin ributnya yang maha dahsyat sebentar ia tusuk ke timur sebentar lagi membabat kearah barat, semuanya dilakukan dengan cepat dan tidak kalut.
Cahaya pedang berkelebat dan menyambar tiada hentinya ditengah udara membuat orang sukar meraba arah sasaran dan sukar pula untuk menanggulanginya. "Tahan"
Mendadak Soh Han sim membentak dengan suara dalam, menyusul bentakan itu tubuhnya menerjang kemuka dengan kecepatan luar biasa, dalam sekejap mata ia sudah menerobos masuk kebalik bayangan pedang lawan-
cahaya pedang segera lenyap dan bayangan manusiapun saling berpisah.
Lelaki berbaju hijau itu menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur kebelakang.
Sebaliknya pedang yang tadinya ditangan Kiang cu tin, dalam waktu yang singkat telah berpindah tangan, tahu tahu senjata tersebut telah dirampas oleh Soh Han sim.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam Kiang cu tin saat ini, mimpipun dia tak pernah menyangka kalau si burung berkepala sembilan Soh Han sim memiliki kepandaian silat yang begitu hebat.
Soh Han sim segera membuang pedang rampasannya katas tanah, kemudian sambil menengok lawannya, dia berkata sambil tertawa seram:
"Kiang tayhiap. Sekarang sudah tiba saatnya bagimu untuk menyerahkan diri bukan?"
Sambil berkata demikian, selangkah demi selangkah pelanpelan ia menghampiri Kiang cu tin.
Kiang cu tin segera membentak keras penuh amarah: "Aku orang she Kiang akan beradu jiwa denganmu"
Ia menerjang maju, sepasang telapak tangannya dipergunakan bersama melancarkan serangkaian bacokan berantai.
" Kiang tayhiap. Benarkah kau hendak menantang siauwte untuk bertarung?"
Dengan telapak tangan Soh Han sim menangkis ancaman yang tiba, telapak tangan kirinya ditolak kedepan, disambutnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
"Plaaak Plaaaak"
Sewaktu keempat buah telapak tangan itu saling beradu satu sama lainnya Kiang cu tin merasakan hatinya bergetar keras tanpa disadari dia mundur tiga langkah secara beruntun-Sebaliknya Soh Han sim sama sekali tidak terpengaruh oleh hasil bentrokan itu, malah jengeknya kembali sambil tertawa seram, "sekarang kau sudah percaya bukan?"
Di atas wajahnya yang memanjang terselip senyum tak senyum yang amat tak sedap dipandang, ditatapnya Kiang cu tin lekat lekat, kemudian selangkah demi selangkah dia maju mendekati.
Tatkala terjadi bentrokan keras tadi Kiang cu tin sempat merasakan gejolak hawa darah dalam dadanya, dia sadar bahwa tenaga dalamnya masih ketinggalan bila dibandingkan lawannya, dan sekarang ia sudah tak mampu lagi untuk mengatur napas guna menenangkan kembali gejolak hawa darahnya, terpaksa selangkah demi selangkah pula dia mundur kebelakang.
Biarpun Huan cu im belum mempunyai bertarung melawan orang, namun hasil pertarungan dari Kiang cu tin melawan Soh Han sim cukup dipahami olehnya, ia tahu kalau Kiang cu tin bukan tandingan lawan, ingin membuat hati kecilnya mulai berpikir perlukah dia turun tangan untuk membantu Kiang cu tin-Manusia memang selalu demikian, dia akan berpihak kepada pihak yang lemah.
Semenatara dia masih ragu ragu untuk mengambil keputusan, tiba tiba dari sebelah kanan tempat persembunyiannya kedengaran seseorang membentak nyaring. " Lihat serangan "
Segumpal senjata rahasia, diiringi desingan angin tajam langsung menyambar ketubuh soh Han sim.
"Siapa yang berani menyergapku?" Soh Han sim segera tertawa seram.
Ujung baju kanannya segera dikebaskan kedepan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepat membuyarkan serangan senjata rahasia yang mengarah ke pihaknya.
Bersamaan waktunya, tampak bayangan manusia secepat sambaran petir menerjang kemuka memapaki datangnya senjata rahasia yang terpukul balik jatuh.
Huan cu im segera mendengar keluhan lirih dari sisi tubuhnya, seolah olah terdapat orang yang terluka dan roboh disitu, padahal Soh Han sim telah menerjang tiba kehadapannya.
Dalam keadaan begini Huan cu im tidak berpikir panjang lagi, tiba tiba ia melompat bangun dari tempat persembunyiannya dan mengayunkan telapak tangannya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut.
Biarpun serangan ini dilontarkan ketengah udara, akan tetapi berhubung serangan dilakukan demi menyelamatkan jiwa orang, pada hakekatnya ia telah menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki.
"Weesssss" Segulung kekuatan yang maha dahsyat segera meluncur kemuka menyambut datangnya ancaman itu.
Soh Han sim sama sekali tidak menduga sampai kesana, menanti ia sadar akan tibanya ancaman angin pukulan sudah hampir tiba dihadapan tubuhnya.
Dalam keadaan begini, terpaksa dia harus mengayunkan pula telapak tangannya untuk menangkis datangnya serangan tersebut. "Blaaaammmmm. ....."
Dalam bentrokan yang kemudian terjadi, ternyata Soh Han sim kena terhajar sampai terpental kebelakang.
"cepat lari" tiba tiba Kiang cu tin membentak keras.
Memanfaatkan kesempatan itu dia menyerang kemuka, telapak tangan kanannya segera diayunkan menghajar dada Soh Han sim.
Teriakan peringatan tadi rupanya khusus ditujukan kepada sipelepas senjata rahasia tersebut agar secepatnya melarikan diri dari situ.
Ini berarti terjangannya yang dilakukan secara nekad tanpa memperdulikan mati hidupnya sendiripun berniat untuk melindungi sipelepas senjata rahasia agar berhasil menyelamatkan diri dari ancaman tersebut.
Pada dasarnya Huan cu im juga seorang pemuda yang cerdik, begitu mendengar teriakan "cepat lari" dari Kiang cu tin, diam diam hatinya terkesiap. Buru-buru dia menyembunyikan diri siap mengundurkan diri dari tempat kejadian tersebut.
Tiba tiba dari belakang tubuhnya kedengaran suara orang merintih, cepat cepat ia berpaling, benar juga diantara semak belukar dijumpainya ada sesosok bayangan manusia sedang terkapar disitu
Dengan gerakan cepat ia segera menghampiri bayangan tadi, lalu tegurnya lirih: "Apakah saudara telah terluka?"
orang itu hanya merintih, tak sepatah katapun yang diutarakan-Huan cu im menjadi sangat gelisah, diam diam pikirnya:
"Luka yang diderita orang ini cukup parah, baik ataupun buruk, lebih baik kuselamatkan dulu jiwanya dari sini."
Berpikir demikian dia segera membungkukkan badan dan membopong tubuh orang itu kemudian dengan bersembunyi diantara pepohonan, cepat cepat dia mengundurkan diri dari situ,.
Lamat lamat ia mendengar dua kali benturan keras bergema dari belakang tubuhnya menyusul kemudian iapun mendengar suara gelak tertawa Soh Han sim yang menusuk pendengaran, bahkan terlihat juga ada beberapa bayangan manusia mulai memencarkan diri untuk melaksanakan pengejaran-Huan cu im semakin tak berani berhenti lama, sambil membopong tubuh orang itu ia kabur menjauh.
Tenaga dalam yang dipelajarinya selama beberapa tahun dari gurunya, ditambah latihan naik turun gunung yang dilakukan setiap hari, kesemuanya itu membuat ilmu meringankan tubuh yang dimiliki olehnya cukup sempurna.
Oleh sebab itu, biarpun dia mesti membopong seseorang pada saat ini, pemuda tersebut tidak perlu mengeluarkan tenaga yang cukup besar untuk melompat naik keatap rumah serta meloloskan diri.
Beruntung sekali perjalanan yang ditempuhnya kali ini menuju ke bangunan sebelah timur, karena itu sama sekali jejaknya tak sampai diketahui oleh lawan-Biarpun begitu, perasaan gugup dan panik sempat juga menyelinap kedalam hatinya. Tapi dia telah mempersiapakan segala sesuatunya dengan matang, dia tahu tempat dimana ia berdiam sekarang merupakan sebuah bangunan rumah yang tersendiri dan tidak mudah diketahui orang, oleh karena itu dia memutuskan untuk membawa korban tadi pulang kekamarnya.
Pemuda ini tidak membuang waktu lagi, setelah melompat turun kegedung belakang secara samar samar ia menyelinap masuk kedalam kamarnya serta membaringkan orang tadi keatas pembaringan sendiri.
Setelah itu, dia baru bertanya dengan suara lirih: "Saudara, lukamu berada dibagian mana" Serius tidak?"
Agaknya orang itu telah sadar kembali karena perjalanan tadi, dia merintih pelan kemudian berbisik:
"Paman Kiang, apakah...... apakah kita sudah lolos dari mara bahaya " Aku....Aku......... aku kena terhajar oleh.....
oleh jarum Bwee hoa-tin yang di..... dipentalkan oleh......
kebasan ujung baju bajingan tua itu, see...... sebagian besar jarum itu telah menghajar ditubuh boanpwe."
Tadi Huan cu im hanya ingin buru buru ingin menolong orang, begitu membopong tubuhnya lantas kabur. Dalam anggapannya korban adalah seorang pria, tapi setelah korban itu berbicara, ia baru tahu kalau orang tersebut rupanya seorang wanita. Ia menjadi tertegun, lalu tegurnya lirih:
"Siapakah nona?"
Perempuan itu masih mengira penolongnya adalah Kiang cu tin, baru sekarang ia merasa nada suaranya tidak benar, maka dengan perasaan terkejut ia segera meronta, lalu balik bertanya dengan suara amat lemah: "Sii..... siapakah kau?"
"Nona tak usah kuatir, aku bukan sekomplotan Soh Han sim."
"Jadi kau...... kau telah menyelamatkan aku?" perempuan itu menjerit kaget,
"tempat..... tempat apakah ini ?"
"Biarpun tempat ini masih terletak didalam benteng keluarga Hee, namun nona tak perlu kuatir, rawat saja lukamu ditempat ini, tak bakal ada yang kemari"
Mengetahui kalau tempat itu masih dalam benteng keluarga Hee, perempuan tadi semakin terkejut, segera tanyanya lagi dengan suara gemetar. "Seee...... sebenarnya siapakah kau?"
"Aku Huan cu im"
Belum selesai pemuda itu berbicara, perempuan itu telah menjeriit kaget: "Kau adalah Huan kongcu?"
"Nona mengenali aku?"
"Terus terang saja, budak adalah ci giok" perempuan itu merintih lirih.
Hhuan cu im mampu memandang dalam kegelapan denganjelas, tanpa terasa ia amati gsdis itu dengna seksama, nada suaranya memang kedengaran amat mirip dengan ci giok tetapi wajahnya pucat pias dan nampaknya sama sekali tidak mirip dengan dayang itu. Maka tanpa terasa serunya keheranan.
"Masa nona adalah ci giok?"
"Budak...... budak mengenakan topeng, maka...... maka kongcu tidak kenali aku."
"Asal kau jujur saja. Sudahlah sekarang kau boleh tak usah kuatir lagi....."
"Aaaaah...." mendadak ia teringat akan perkataan dari ci giok tadi, bahwasanya segenggam jarum Bwee hoa ciam yang dilepaskan olehnya telah dipentalkan oleh tenaga kibasan Soh Han sim sehingga separuh bagian diantaranya menghantam diatas tubuhnya. Teringat akan hal itu, maka diapun bertanya.
"Nona terkena jarum Bwee hoa ciam, bagaimana aku mesti berbuat untuk menolongmu?"
"Soal ini....."
Hanya kata kata itu yang diucapkan, sedangkan kata selanjutnya tak mampu dilanjutkan lagi.
"ooooh, nona sendiri juga tak tahu" Waaaah, bagaimana baiknya sekarang?"
"Budak..... budak....."
"Jika jarum itu tak dicabut keluar, niscaya keempat anggota badan nona tak bisa berkutik, jika mesti menunggu sampai besok. Waaaah bisa celaka, jelas rahasia ini tak bisa mengelabui mereka terlalu lama," kata Huan cu im gelisah.
Agaknya ci giok sudah mengambil keputusan dalam hatinya, dia lantas berbisik.
"Huan kongcu, kau adalah seorang lelaki sejati, budakpun tak usah malu malu lagi untuk berbicara terus terang."
"Betul, kau harus berbicara secepatnya, yang paling penting sekarang adalah mencabut keluar jarum jarum tersebut dari tubuhmu, apa akalmu" Katakan saja terus terang, asal aku mampu untuk melakukannya tentu akan kukerjakan untukmu."
Pancaran sinar penuh rasa terima kasih mencorong keluar dari balik mata ci giok, bisiknya lirih:
"Tubuh budak sudah terkena belasan batang jarum Bwee hoa-ciam, bahkan beberapa buah nadiku sudah tersumbat oleh jarum tersebut, jarum jarum itu hanya bisa dihisap keluar dengan mempergunakan besi sembrani."
"Haaaaah, sulit kalau begitu, aku mesti pergi kemana untuk mencari besi kembari itu?"
"Budak...... budak mempunyai benda itu sekarang tersimpan dalam saku."
Kata kata dari ci giok itu diutarakan seperti suara nyamuk, amat lembut dan lirih, untung saja wajahnya tertutup oleh topeng, coba kalau tidak sudah pasti akan tertampak wajahnya yang kemalu maluan.
"Mengapa tidak nona katakan sedari tadi?" seru Huan cu im sambil tertawa.
Tapi secara tiba tiba ia ingat akan sesuatu, wajahnya menjadi tertegun, kembali ia bertanya:
"Nona simpan dimana?"
"Dalam..... dalam saku budak"
Kalau saku itu berada dekat dada, apalagi dada seorang dara, bagaimana caranya untuk merogoh kesaku orang untuk mengambil benda tersebut" Huan cu imrjadi ragu ragu, ia segera bertanya. "Apakah nona bisa mengambil sendiri?"
Tapi pemuda itu segera menyadari akan kebodohan sendir, bukankah ucapan tersebut


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seakan akan tak berarti sama sekali" Bila ci giok mampu mengambil sendiri, masa ia tidak mengambilnya semenjak tadi"
"Huan kongcu" kembali ci giok berkata lirih, "sepasang tangan budak sudah tak mampu digerakkan lagi, terpaksa harus mohon bantuan untuk mengambilkan."
Huan cu im ragu ragu, tapi demi menyelamatkan orang terpaksa dia manggut manggut, sesudah masang lilin kemudian ia mendekati pembaringan, membungkukkan badan dan merogoh kedalam sakunya.
Sementara itu ci giok telah memejamkan matanya rapat rapat, seakan akan dengan berpejam mata dan tidak melihat pemuda itu, merasa malu dalam hatinya dapat dikurangi.
Padahal hatinya sudah berdebar sedari tadi, bahkan debaran jantungnya makin lama makin bertambah keras, andaikata tiada topeng diwajahnya, sudah pasti mukanya telah semerah babi panggang.
Sejak kecil Huan cu im belum pernah bersentuhan dengan kaum wanita, tatkala tangannya merogoh kedalam saku ci giok yang hangat, terutama sewaktu ujung jarinya menyentuh gumpulan daging montok yang lembut dan empuk. Semangat dan keberanian yang semula berkobar tiba tiba lenyap tak berbekas.
Darah yang mengalir didalam tubuhnya terasa seperti mendidih, hatinya berdebar keras belum lagi jari tangannya meraba benda yang dicari, ia sudah gemetaran keras dan tak mau turut perintah lagi.
Bagian dada merupakan daerah yang paling sensitip bagi seorang wanita, terutama bagi seorang dara yang masih perawan, tak heran kalau sekujur badan ci giok gemetar keras dan memperdengarkan rintihan lirih.
Huan cu im tak berani sembarangan gerayangan, tetapi dia mau tak mau mesti menggerayangi juga lantaran barang tetek bengek yang tersimpan didada nona itu banyak sekali, dalam keadaan begini dia memang harus meraba satu persatu dan mengeluarkannya.
Diantara benda benda yang terambil antara lain terdapat sebuah sapu tangan, sebuah botol kemala hijau, sebuah botol kecil porselen putih, beberapa biji mata uang yang diasah sehingga tajam pinggirannya serta sebuah bungkusan kain hijau.
Pemuda itu harus membagi pekerjaannya sampai dua kali untuk mengeluarkan barang barang tadi, kemudian baru ujarnya. "Nona, tidak kutemukan besi sembrani itu"
Sementara itu ci giok sudah terkulai lemas akibat gerayangan anak muda itu, dia hanya membisik lirih:
"Benda itu berada dalam bungkusan kain hijau."
"oooooh......" Huan cu im segera mengambil bungkusan kain hijau itu dan membukanya, ternyata bungkusan itu berisikan sebuah benda bulat berwarna hitam, tentu saja benda itu adalah besi sembrani yang dimaksudkan-Tanpa terasa ia bertanya:
"Nona, bagaimana cara menggunakan batu semberani ini?"
Kini ci giok sudah berhasil menenangkan kembali hatinya, ia berkata sedih
" Untuk menghisap jarum jarum tersebut dengan besi semberani, benda itu harus ditempelkan diatas lubang jarum, paling baik lagi jika bisa mengerahkan tenaga dalam, dengan begitu jarum-jarum tadi baru akan terhisap keluar. Diseluruh tubuh budak terdapat belasan tempat yang terkena jarum, agar bisa menghisapnya keluar, semua pakaian harus dilepaskan- Dengan begitu mulut luka baru akan kelihatan dengan jelas."
"Melepaskan semua pakaian?" Huan cu im kontan saja menjadi tertegun, bagaimana mungkin ia dapat melaksanakan kesemuanya ini" Apalagi tubuh seorang dara muda, apakah boleh dilihat secara bebas oleh seorang pemuda asing"
Kembali ia memandang sekejap payudara si nona yang menonjol montok dan penuh menggairahkan itu, lalu pikirnya lebih jauh:
"Biarpun antara sesama saudara kandung, kalau mesti menelanjangi nona itu, waaah, bisa berabe, toh antara lelaki dan perempuan ada bedanya?" Dengan perasaan sangsi ia lantas berkata: "Tentang soal ini......"
ci giok mengerdipkan matanya berulang kali, lalu berkata dengan suara pedih
"Huan kongcu, budak tak takut mati, Cuma peristiwa ini mempunyai sangkut paut yang amat besar, budak tidak bisa membocorkan identitasku yang sebenarnya, oleh sebab itu aku berharap kongcu sudi menyelamatkan aku."
"Aku bersedia menolongmu dan membawamu kemari, otomatis aku bersedia menyelamatkan jiwamu, hanya saja.....
hanya saja antara pria dan wanita ada bedanya, aku....."
" Kongcu bermaksud mengobati luka budak. Berarti kau adalah tabib yang mengobati pasien. Sekalipun antara lelaki dan wanita ada bedanya, asal hatimu lurus dan pikiranmu tidak sesat, apa yang mesti ditakuti lagi?"
"Kongcu, aku sebagai seorang gadis sucipun tidak mengacuhkan masalah tersebut, apa pula yang kongcu kuatirkan?"
Huan cu im tahu, selain menghisap keluar jarum Bwee hoa Ciam tersebut memang tiada jalan keluar, maka pikirnya kemudian:
"Kalaupada saat dan keadaan seperti ini aku tidak berusaha untuk menolongnya, siapa lagi yang bisa menyelamatkan jiwanya?" Berpikir demikian, dia lantas manggut manggut.
"Baiklah, akan kubantu dirimu untuk menghisap keluar jarum jarum tersebut."
Ia segera meletakkan besi semberani itu kesisi pembaringannya, kemudian mulai bekerja melepaskan pakaian ketat si nona yang melekat ditubuhnya.
Pemuda ini terpaksa melepaskan pakaian yang dikenakan gadis itu demi menyelamatkan jiwanya, tiada pikiran sesat barang setitikpun yang berada dalam benaknya.
Biarpun demikian, pakaian yang sedang dilepaskan olehnya sekarang adalah pakaian yang melekat ditubuh seorang gadis berusia hampir sebaya dengannya, peristiwa ini boleh dibilang baru pertama kali ia alami.
Maka sewaktu jarijari tangannya mulai menyentuh tubuhnya yang montok dan bahenol dalam hatinya segera timbul suatu gejolak emosi yang sangat hebat, napasnya juga jadi turut memburu.
Perlu diketahui pada jaman itu semua wanita rata rata mengenakan pakaian yang lebar dan kedodoran serta mengenakan gaun panjang yang mencapai tanah guna menyembunyikan potongan badan mereka yang meliuk liuk menggiurkan orang.
Seandainya ci giok mengenakan pakaian yang lebar dan kedodoran serta gaun panjang yang mencapai tanah, gejolak perasaan yang dialami Huan cu im mungkin masih rada mendingan, sebab dia tak lebih hanya mencopoti jubah yang kedodoran-Namun berbeda sekali dengan keadaan yang dialami ci giok sekarang, ia justru mengenakan pakaian ringkas tersebut memang khusus di rancang agar dapat bergerak dan melompat dengan leluasa, itulah sebabnya pakaian tadi begitu ketat menempel dibadan sehingga pada hakekatnya seluruh badan terbungkus rapat.
Justru karena begitu, Huan cu im jadi serba salah, tangannya jadi gemetaran sebab dia mesti mencopoti kancing kancing yang berada diatas tubuh yang montok dan menggairahkan itu satu persatu, jelas bukan suatu pekerjaan yang gampang.
Terutama sekali disaat jari jemarinya mulai menyentuh bagian dadanya dengan sepasang payudara yang aduhai, darah yang menggelora didalam dadanya seakan akan mendidih, hatinya berdebar keras bahkan sampai napaspun ikut menjadi sesak.
Makin tegang perasaannya makin gugup pula perbuatannya, kadang kala untuk melepaskan sebuah kancing saja ia mesti membutuhkan waktu yang cukup lama.
Untuk menyelesaikan pekerjaannya melepaskan sederet kancing dari atas sampai kebawah, Huan cu im dibuat mandi keringat dan mukanya berubah jadi merah membara.
Selesai melepaskan kancing kancing pakaian ringkas tersebut, kembali pemuda itu merasakan serba salah.
Sebab didepan matanya sekarang masih tertinggal selapis kain kutang berwarna merah yang tipis, dibalik kutang merah itu mencuat keluar dua buah gumpalan daging yang montok.
Putih, dan aduhaiii. Huan cu im baru saja melewati masa pubernya, benih benih cinta juga mulai berkembang dihati kecilnya, setelah memandang kejadian tersebut otomatis ia merasa sesak napas, tenggorokannya terasa bagaikan tersumbat. Ia benar benar tak mempunyai keberanian lagi untuk melanjutkan pekerjaannya guna melepaskan kancing kancing kecil diatas kutang tersebut.
Tapi masalah besar telah berada didepan mata, sekalipun tak beranipun harus diberanikan juga, terpaksa dia memejamkan matanya, menenangkan pikiran dan memberanikan diri untuk melepaskan kancing kancing kecil diatas kutang tersebut.
Didalam waktu singkat dihadapan matanya telah muncul sepasang payudara yang putih, montok dan kenyal dengan sepasang puting susu yang kecil dan merah.
Kali ini dia sudah mempunyai pengalaman biarpun gadis itu berada dalam keadaan telanjang, namun ia berhasil menenangkan pikiran dan perasaan hatinya, seluruh perhatian dan konsentrasinya tertuju pada luka jarum diatas tubuh korban-Betul juga pada bagian bagian jalan darah coat ti (disisi bahu), Mia yong (sebuah urat diatas payudara), Hian ki (sebuah urat dibawah payudara), Hiat cut (disisi kiri bawah ulu hati) Hui biau, Kau hiat (dibawah sepasang puting susu) dan jalan darah lain diseputar dada telah dipenuhi oleh bintik bintik merah bekas luka jarum, jumlahnya mencapai puluhan. Diam diam dia berpekik dalam hatinya. "Sungguh hebat kebasan ujungan baju orang itu"
Dalam keadaan begini dia tak sempat untuk meneliti lebih jauh, buru buru diambilnya besi semberani itu diletakkan diatas telapak tangan, kemudian setelah mengerahkan tenaga dalamnya, dia tempelkan besi semberani itu keatas bagian bintik bintik merah tadi.
Ketika telapak tangannya menempel diatas kulit badannya yang halus dan lembut, seolah olah karena aliran listrik yang bertegangan tinggi, sekali lagi tubuhnya terasa bergetar keras.
Semenjak kancing kancing pakaiannya dicopot orang, ci giok sudah dibuat sangat malu sehingga memejamkan matanya rapat rapat, dia tak berani mengucapkan sepatah katapun malah merintihpun tak berani.
Apalagi sewaktu telapak tangannya menempel diatas dadanya gemetar keras sekujur badannya, dadanya menjadi naik turun tak beraturan, napasnya memburu dan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Kalau pemuda itu merasakan tubuhnya seperti kena aliran listrik bertegangan tinggi, begitu juga dengan gadis tersebut, diapun merasakan badannya kena dialiri listrik berkekuatan tinggi.
Huan cu im menarik napas panjang, mata memandang ke hidung, hidung memandang ke hati, segenap pikiran dan perasaan dipusatkan menjadi satu, lalu pelan pelan mengerahkan hawa murninya dan mengangkat besi semberani itu untuk menghisap keluar jarum jarum tersebut dari dalam luka.
Ketika diamati dengan seksama, betul juga diatas besi semberani itu menempel sebatang jarum bwee hoa ciam yang lembut seperti bulu kerbau dan membawa noda darah.
Dengan berhati hati sekali jarum itu dibuang, kemudian mengulangi kembali pekerjaan tersebut secara berhati hati.
Demikianlah seperempat jam kemudian Huan cu im telah berhasil menghisap keluar sebelas batang jarum, ditambah tiga batang yang melekat diatas bahu, jumlah seluruhnya mencapai empat belas batang jarum bwee hoa ciam.
Ketika semua pekerjaan telah selesai, Huan cu im telah bermandikan keringat, sambil menyeka keringat, sekali lagi dia memeriksa seluruh badan nona itu dengan seksama.
Kini keadaannya seperti seorang tabib yang benar benar memeriksa penyakit, biarpun tubuh indah terpampang dihadapannya, ia tidak merasakan daya rangsangan barang sedikitpun.
"Nona," bisiknya kemudian, "coba kau atur pernapasan, apakah tubuhmu masih terdapat jarum yang belum terhisap keluar?"
Selama ini ci giok hanya memejamkan mata berpura pura tidak tahu untuk mengurangi rasa malunya, namun sekarang mau tak mau dia mesti membuka suara.
Setelah mencoba untuk mengatur pernapasan, dia mendesis lirih dan melompat bangun, kemudian sambil menutupi payudaranya dengan kedua belah tangan, ujarnya gelisah: "Terima kasih kongcu, sekarang sudah tidak ada lagi."
Hampir saja Huan cu im yang berdiri dimuka pembaringan dibikin terkejut oleh perbuatannya itu, cepat cepat dia membalikkan tubuhnya sambil berkata: "silahkan nona mengenakan pakaianmu"
Dengan cepat ci giok membetulkan kancing pakaiannya, lalu baru berkata dengan sedih
"Aku sudah selesai, sekarang kongcu boleh membalikkan badanmu......"
Huan cu im membalikkan tubuhnya, lalu dengan wajah memerah karena jengah ujarnya: "Kicnghi nona, karena kau telah lolos dari mara bahaya."
Pelan pelan ci giok melepas selembar topeng dari atas wajahnya, paras mukanya yang cantik jelita kini memerah karena jengah, mendadak ia jatuhkan diri berlutut dihadapan Huan cu im, kemudian setelah memberi hormat katanya,
"Huan kongcu benar benar seorang lelaki bijaksana yang berjiwa besar, malam ini kau telah selamatkan jiwaku, tiada balasan yang hendak ku berikan kepadamu selain menyembah"
cepat cepat Huan cu im meletakkan besi semberani itu keatas meja, lalu dengan wajah gelagapan serunya:
"Nona, harap kau jangan berbuat demikian, silahkan segera bangkit berdiri, harap nona tak usah memikirkan persoalan tersebut dalam hati, anggap saja tak pernah terjadi peristiwa semacam ini."
Kata kata tersebut hanya merupakan kata kata menghibur.
Yaa..... bagaimanapun juga kesucian seorang gadis merupakan mahkota yang tak ternilai harganya, bukan saja dia telah menelanjangi gadis tersebut malah sempat menggerayangi pula seluruh badannya....
Mengapa takpernah terjadi peristiwa macam itu, berarti pula agar sinona tak usah mengingat ingat kembali kejadian tersebut.
Ketika ci giok bangkit berdiri, semu merah yang mewarnai wajahnya telah luntur, sepasang matanya bening seperti air, pelan pelan dia menundukkan kepalanya kemudian berkata dengan suara lembut:
"Huan kongcu telah menyelamatkan selembar jiwa budak, budi kebaikan ini akan budak ukir didalam hatiku dan selama hidup tak pernah akan kulupakan."
Kalau pemuda itu menganjurkan sang nona agar melupakan peristiwa tadi, malah sang nona sebaliknya mengingatkan bahwa peristiwa tersebut tak pernah akan dilupakan olehnya. Maka cepat cepat Huan cu im berkata:
"Nona, harap kau jangan berkata begitu, aku hanya ingin menanyakan satu hal kepada nona."
Begitu sepasang matanya saling membentur dengan sorot mata gadis tersebut, dia segera menjumpai bahwa dibalik sorot matanya yang bening itu selain terselip semacam perasaan terima kasih yang tak terlukiskan dengan kata kata, terselip pula perasaan cinta yang teramat mendalam.
Selama ini dia belum pernah berpacaran dengan gadis manapun, kendati dalam bidang tersebut dia belum berpengalaman, namun sebagai seorang lelaki yang sudah meningkat dewasa, sudah barang tentu pemuda tersebut dapat merasakan sendiri dari sorot mata lawan-Itulah sebabnya ketika ucapannya masih ditengah jalan, ia telah menghentikannya secara mendadak. Tiba tiba ci giok berkata lagi:
"Sebetulnya apa saja yang kongcu tanyakan, budak wajib memberi jawaban selengkapnya, namun berhubung budak mempunyai kesulitan maka seandainya pertanyaan yang hendak kongcu ajukan menyangkut soal identitas budak, terpaksa budak harus minta maaf, sebab saat ini belum dapat budak jelaskan kepada kongcu."
"Kalau begitu aku takjadi menanyakan soal identitasmu"
buru buru Huan cu im berkata, Setelah mengerdipkan matanya dan tersenyum manis, kembali ci giok berkata:
"Bukannya budak sengaja berlagak sok misterius, sesungguhnya..... aaaai pokoknya dikemudian hari kongcu akan mengetahui dengan sendirinya."
Dari atas meja dia mengambil kembali barang barang yang dikeluarkan Huan cu im dari sakunya tadi dan dimasukkan kembali kedalam saku, kemudian bisiknya lagi:
"Budak mengerti, dalam hati kecil kongcu sudah pasti dihantui oleh pelbagai persoalan yang mencurigakan hatimu, tetapi malam ini sudah cukup larut, kongcupun sudah tersiksa sudah hampir setengah malaman lebih, lebih baik beristirahat saja secepatnya, sebab biarpun semua jarum sudah tercabut dari tubuh budak- sekarang masih harus dibubuhi obat lagi.
Begini saja.... besok malam budak baru akan datang memberikan keterangan lagi."
Selesai berkata, dia memungut kembali belasan batang jarum bwee hoa ciam yang tercabut keluar dari tubuhnya tadi dan beranjak keluar dari ruangan-oleh karena sang nona masih perlu pulang kekamarnya guna mengobati lukanya tentu saja Huan cu im tak enak utnuk menghalanginya, menanti gadis itu sudah berlalu, diapun menutup pintu, memadamkan lampu dan tidur.
Ketika berbaring diatas ranjangnya, terendus olehnya bau harum semerbak yang tertinggal dari gadis tadi, kelopak matanya menjadi berat untuk terpejam, adegan yang mendebarkan hatipun satu demi satu melintas kembali didepan matanya.
Kalau tadi dia masih berusaha keras untuk mengendalikan perasaannya karena harus mencabut keluar jarum jarum lembut dari tubuh nona tersebut, tentu saja dia belum merasakan sesuatu apapun.
Tapi setelah membayangkan kembali sekarang, mukanya kontan saja berubah menjadi merah padam, denyut nadinya bertambah cepat, perasaannya bergolak dan tentu saja sukar baginya untuk tidur.
Sejak kecil dia sudah peroleh pendidikan yang ketat oleh ibunya terutama sekali dalam soal tata krama dan sopan santun, terbayang kalau ingatan semacam itu sesat, cepat cepat dia memusatkan pikirannya dan membuang jauh jauh khayalan tersebut. Tapi satu ingatan teratasi, ingatan lainpun kembali muncul.
Terbayang kembali tanya jawab antara Kiang cu tin dengan si burung berkepala sembilan Soh Han sim, dia merasa peristiwa yang berlangsung pada malam ini tampaknya sedikit diliputi rahasia.
Terutama sekali masalah congkoan dari benteng keluarga Hee, sudah jelas sekali ciu Kay seng yang menduduki jabatan tersebut, mengapa Soh Han sim juga mengakui sebagai congkoan dari Benteng keluarga Hee..."
Meninjau dari mimik muka Soh Han sim yang menyeramkan serta tiada suaranya yang menggidikkan hati, jelas orang itu tidak mirip orang baik baik, mungkinkah empek Hee tak bisa membedakannya secara jelas"
Kalau dilihat dari kedatangan Kiang cu tin tampaknya dia bermaksud untuk menolong cing imtotiang, dan cing im totiang dari Go bipay juga agaknya sudah disekap diatas loteng Teng gwat lo, mengapa empek Hee harus menyekap cing im totiang.
Semakin dipikir, dia merasa dalam benteng keluarga Hee seakan akan menyimpan banyak sekali rahasia besar.
Pemuda tersebut boleh dibilang sama sekali tidak berpengalaman sekalipun ia merasa terdapat hal hal yang tidak beres dalam benteng keluarga Hee, namun tak terungkap olehnya dimanakah letak ketidak beresan tersebut.
Sewaktu naik kepembarungan tadi, waktu sudah menunjukkan tengah malam lewat, apalagi pikirannya dipenuhi pelbagai ingatan sekarang, ia semakin tak dapat memejamkan mata, dengan cepat kentongan kelimapun menjelang tiba.
Dari kejauhan sana mulai kedengaran suara yang berkokok, lamat lamat setitik cahayapun mulai memancar masuk melalui balik jendela. Setelah semalaman tak tertidur apalagi saat ini fajarpun telah menyingsing.
Huan cu im semakin tak ingin tidur lagi, dia segera bangkit berdiri, membuka pintu kamar dan berjalan menuju kekebun bunga.
Terasa angin berhembus lembut membawa udara dingin, namun membuat semangat orang justru bangkit kembali, pelan pelan ia berjalan menuju kebawah rak bunga, lalu sambil melepaskan otot otot yang kaku, pelan pelan dia menghembuskan napas panjang. Mendadak dari belakang tubuhnya kedengaran seseorang menegur dengan suara lembut. "Kongcu, mengapa sepagi ini sudah bangun" Apa salahnya kalau tidur sebentar lagi?"
Dengan perasaan terkejut Huan cu im membalikkan badannya, dia lihat ci giok dengan senyuman manus dikulum telah berdiri dihadapan mukanya. Tanpa terasa pemuda itu jadi tertegun, segera pikirnya:
"Hebat amat ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, walaupun ia sudah tiba dibelakang ku, ternyata aku tidak mengetahuinya sama sekali"
Tujuannya bangun sepagi ini tak lain memang berharap bisa menjumpai ci giok secepatnya, kini setelah bertemu dengan orangnya dia malah gelagapan sendiri dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Mungkinkah hal ini disebabkan perasaan cinta yang tumbuh setelah semalam ia membantu gadis itu membuka pakaian dan menggerayangi sekujur badannya"
Sinar berkilat segera terpancar keluar dari balik matanya, wajahnya yang tampan juga segera bersemu merah, dengan penuh kekuatiran ia berkata: "Nona, setelah terluka semalam, kau seharusnya banyak beristirahat dulu."
Nona ci giok bukan seorang yang bodoh sudah barang tentu diapun dapat menduga apa sebabnya pemuda tersebut sudah terbangun sepagi ini, jelas semalaman ia tak bisa tertidur, apalagi pancaran sinar matanya yang berkilat ketika melihat dirinya dan wajah memerah yang menghiasi wajahnya bagaimana mungkin semua perubahan perubahan tersebut dapat lolos dari pandangan matanya"
Seketika itu juga sepasang pipi Ci giok berubah menjadi semu merah, sambil tertawa ia menjawab:
"Budak sudah terbiasa bangun pagi...."
"Jadi nona telah sehat kembali?"
"Terima kasih banyak, budak sudah sembuh kembali, budak akan mengambilkan air untuk kongcu mencuci muka."
Padahal perasaannya waktu itu tak jauh berbeda seperti Huan cu im dia memang bangun pagi pagi karena ingin secepatnya bertemu kembali dengan Huan cu im.
Namun setelah berjumpa muka ia menjadi jengah sendiri karena itu dengan alasan akan mengambilkan air untuk mencuci muka, ia kabur kembali kedalam rumah.
Memandang bayangan tubuhnya yang menjauh, Huan cu im merasakan hatinya seperti terbuai mabuk dengan cepat dia turut melangkah masuk kedalam rumah-Tak selang berapa saat kemudian ci giok telah muncul kembali sambil membawa air, dengan wajah merah jengah katanya sambil tertawa manis. " Kongcu, silahkan mencuci muka?"
Ketika Huan cu im selesai mencuci muka ci giok telah menyiapkan hidangan sarapan pagi.
Baru selesai pemuda itu sarapan, seorang lelaki berbaju hijau telah muncul dalam halaman dan menanti didepan pintu dengan sepasang tangan diluruskan kebawah.
Ci giok yang bermata awas segera menangkap kehadiran lelaki berbaju hijau itu, buru buru ia maju menyongsong sembari menegur. "Kim koan si, ada urusan apa?"
"Nona ci giok, aku mendapat perintah dari Pocu untuk mengundang Huan kongcu"
Berubah paras muka ci giok setelah mendengar perkataan tersebut, ia terbungkam secara tiba tiba.
Huan cu im yang mendengar perkataan itu dari dalam ruangan segera berseru: "Pocu ada urusan apa?"
"Pocu hanya menitahkan kepada hamba untuk mengundang kongcu, mengenai urusan apa, hamba sendiri juga kurang tahu."
"Kini pocu berada dimana?"
"Pocu berada dilapangan latihan silat."
"Baik aku akan kesana."
"Biar hamba sebagai petunjuk jalan" buru buru lelaki berbaju hijau itu berseru.
Ci giok mendongakkan kepalanya memandang kearah Huan cu im, wabahnya memperlihatkan perasaan gelisah yang amat tebal.
Namun Huan cu im tak terlalu memperhatikan akan perubahan tersebut, dia sudah keluar dari halaman timur mengikuti dibelakang Kim koansi.
Setelah membelok pada pintu masuk kedua mereka menelusuri sebuah serambi panjang sebelum memasuki pintu ketiga yang dibaliknya terbentang sebuah lapangan luas untuk berlatih ilmu silat.
-oo0dw0oo JILID: 7 Waktu itu, diarena hadir dua tiga puluh orang lelaki berpakaian busu, mereka sedang berlatih ilmu silat, angin pukulannya menderu deru dan gerakan tubuhnya lincah.
Disamping arena berdiri seorang kakek berperawakan pendek yang berusia lima puluh tahunan, sorot matanya yang tajam sedang mengawasi gaya lelaki lelaki lain melepaskan pukulannya, sudah jelas orang ini bertindak sebagai pelatih.
Huan cu im mengikuti dibelakang Kim koansi mengitari lapangan menuju kedalam ruangan sudah barang tentu tak tersedia waktu cukup baginya untuk mengawasi lebih seksama.
Lapangan berlatih silat memang cukup lebar, pada waktu itu didepan ruangan lapangan terletak sebuah kursi kebesaran, orang yang sedang duduk disana tak lain adalah Hee Im hong, pocu benteng keluarga Hee. Dikedua belah sisinya tersedia pula delapan buah kursi namun semua bangku itu kosong, tapi dibagian muka undak undakan batu menuju keruangan, berdiri empat lima orang. Bila ditinjau dari dandanan mereka jelas orang orang itupun merupakan para pelatih.
Huan cu im mengikuti dibelakang Kim koansi menuju keruang depan, Hee Im hong yang melihat kedatangannya segera berseru sambil tersenyum: "Hiantit, cepat kemari"
Huan cu im segera datang kehadapannya lalu berkata dengan hormat: "Keponakan menjumpai empek Hee"
Hee Im hong menarik tangan Huan cu im dan menyuruhnya duduk disampingnya lalu sambil tertawa ramah katanya:
"Hiantit, duduklah dulu sambil menyaksikan mereka berlatih, orang itu adalah para centeng benteng kami, beberapa orang suhu sedang memberi petunjuk kepada mereka."
Lalu sambil menuding kearah kakek pendek yang berdiri ditepi arena itu, dia memperkenalkan.
"Dia adalah Jin Siu Jin suhu, berasal dari perguruan Pek Hok bun, kepandaian yang mereka latih adalah ilmu pukulan Pek hok kun, maju maupun mundur semuanya dilakukan secara gagah dan angkuh, persis gaya seekor bangau putih."
Huan cu im segera mengalihkan pandangan matanya kedepan, betul juga kedua tiga puluh orang lelaki kekar itu sedang merentangkan tangannya bergantian sambil memutar badan, semua gerakan dilakukan dengan lincah dan cekatan.
Sampai jurus Pek Hok kun selesai dilatih Jin suhu baru memberi hormat kepada pocunya serta kembali ketempat, namun dia tidak duduk dikursi, melainkan cuma berdiri saja disamping.
Menyusul kemudian muncul seorang lelaki jangkung yang bertubuh ceking dan berusia empat puluh tahunan dia memberi hormat dulu kepada pocunya sambil berkata :
"Sekarang, silahkan pocu menyaksikan latihan ilmu golok."
Sementara itu, kedua tiga puluh orang busu itu sudah meloloskan goloknya dengan cepat, mereka berdiri sambil menyilangkan senjata masing masing, ketika melihat lelaki jangkung itu turun ke arena, serentak mereka melakukan gerakan penghormatan. Sambil berpaling kearah Huan cu im, Hee Im hong segera menerangkan :
"Yang ini adalah To It hui, To suhu, dia merupakan jagoan lihay dari perguruan Tee siang bun aliran utara, ilmu yang diajarkan adalah ilmu golok To siang to...."
Sementara berbincang bincang, To suhu telah memberi kode kepada para busu tersebut, tentu saja kode itu merupakan komando untuk mulai berlatih.
Kawanan busu tersebu segera memainkan ilmu golok To siang to, sesuai dengan namanya, ilmu golok tersebut merupakan sejenis ilmu yang khusus menyerang bawah, oleh sebab itu ketika memainkan jurus jurus serangannya, mereka selalu menggunakan kuda kuda Khi bo poh dengan merendahkan tubuhnya.
Baik gerakan maju maupun gerakan mundur, semua diikuti dengan gerakan berputar, permainan golokpun darl lamban lambat laun menjadi semakin cepat. Pada mulanya masih kelihatan jurus jurus serangan yang mereka pergunakan, namun pada akhirnya cuma terlihat segulung cahaya golok yang menyambar kian kemari tak terlihat sama sekali bayangan tubuhnya.
Biarpun terdiri dari dua tiga puluhan gulung cahaya golok.
semuanya bergerak seragam dan gerak geriknya matang dan sangat terlatih......
Diam diam Huan cu im memuji akan kehebatan mereka, ia merasa seorang centeng saja sudah memiliki kepandaian silat sedemikian hebatnya, sudah jelas kepandaian tersebut bukan berhasil diperoleh hanya didalam satu dua hari saja.
Sementara masih termenung, mendadak kedua tiga puluh gulung cahaya golok itu lenyap tak berbekas, dalam waktu amat singkat, kedua tiga puluh orang busu itu sudah balik kembali ke posisi semula, semuanya berdiri tegak. wajahnya tidak memerah, napaspun tidak terengah engah.
To suhu segera membalikkan badan sembari memberi hormat. "Bagus, bagus" puji Hee Im hong sambil mengangguk berulang kali.
To suhu segera naik kembali keatas undak undakan dan berdiri bersama dengan Jin suhu sekalian berlima. Biarpun dibawah undak undakan disediakan delapan buah bangku yang jelas dipersiapkan untuk tempat duduk para pelatih, tapi kenyataannya tak seorangpun diantara mereka yang berani duduk disamping pocu mereka.
Hee Im hong segera mengangkat tangannya kearah kawanan busu tersebut, serentakpara busu menyarungkan kembali goloknya dan mengundurkan diri kedua belah sisi dengan cepat. Sambil mengelus jenggotnya yang hitam, Hee Im hong segera berpaling dan ujarnya sambil tertawa:
"Hiantit sekarang tiba giliranmu, sejak kecil kau sudah mengikuti Lo koan keh berlatih ilmu silat bukan" Sekarang empek Hee ingin mengetahui sampai dimanakah latihan yang berhasil kau peroleh?"
Ketika Huan cu im mendengar ia diminta tampilkan diri untuk bermain silat dihadapan orang banyak. mukanya segera berubah menjadi merah, lalu katanya agak tergagap:
"Keponakan hanya mengikuti lo koan keh belajar beberapa jurus ilmu silat kasaran yang jelek sekali untuk dilihat."
"Haaahhh..... haaahhh....." Hee Im hong tertawa tergelak,
"ucapan dari keponakan hasil ajaran dari lo koan keh juga bukan" Apa kau tidak tahu, lo koan keh terhitung seorang jagoan yang cukup lihay dalam perguruan Eng jiau bun, ajarannya sudah pasti tak akan jelek."
"Mari, keponakan tak usah malu malu, dihadapan empek Hee, kurang baik dalam latihanpun tak menjadi soal, toh aku hanya ingin mengetahui dasar dasar ilmu silatmu agar empek Hee bisa mengajarkan pula kepandaian silat lain untukmu."
Kemudian sambil menunjuk kearah beberapa orang yang berdiri ditepi arena, dia mena mbahkan
"Beberapa orang suhu tersebut masing masing memiliki keahlian yang berbeda, dikemudian hari keponakan akan berjumpa dengan mreka setiap hari, tak ada salahnya kau minta banyak petunjuk dari mereka."
jin Siu dan To It hui sekalian buru buru menjura sembari berkata: "Perkataan pocu terlampau tinggi." Hee Im hong tertawa tergelak.
"Dia adalah keponakanku Huan cu im, harap suhu sekalian suka banyak memberi petunjuk kepadanya."
Huan cu im segera menjura kepada mereka. Buru buru Jin Siu sekalian membalas memberi hormat sambil merendah:
"Memberi petunjuk mah tak berani, asal Huan kong cu punya kegembiraan, mari kita ingin meneliti."
"Baiklah, hiantit, sekarang kau boleh turun kegelanggang, semua yang hadir sekarang adalah orang sendiri, kau tak usah canggung atau malu malu lagi."
Oleh karena dipaksa oleh keadaan, mau tak mau Huan cu im harus bangkit berdiri dan turun ke gelanggang, tanpa melepaskan jubah luarnya lagi, dia berjalan satu kaki ketengah arena, kemudian sambil memberi hormat kepada Hee Im hong, katanya "Siautit akan mainkan ilmu Yu sin ki na jiu, harap petunjuk dari empek Hee"
Kemudian kepada Jin Siu sekalian dia menjura pula seraya berkata: "Harap suhu sekalian sudi memberi petunjuk."
Begitu selesai berkata, dia mulai membuat ancang ancang lalu dengan kelima jari tangan yang dipentangkan lebar lebar, dia mainkan seratus delapan jurus ilmu Yu sin ki najiu yang dipelajarinya dari aliran perguruan Engjiau bun tersebut, semua gerakan dilatih dengan lamban tapi mantap.
Dia masih teringat akan semua pesan gurunya bahwa segenap ilmu silat yang dipelajarinya tak boleh diperlihatkan kepada orang luar, oleh karena itu ilmu Yu sin ki najiu yang dimainkan sekarang, paling banter hanya disertai dengan tenaga sebesar lima bagian.
Perlu diketahui, ilmu silat yang dipelajari dari gurunya merupakan ilmu silat dengan menggunakan tenaga dalam aliran lurus, sekalipun dia telah berusaha untuk menyembunyikan kekuatan dan tak berani terlalu menyolok, tapi bagi seorang dengan tenaga dalam sepuluh bagian tapi kenyataannya hanya mempertunjukkan tenaga lima bagian sedikit banyak kekurangan tersebut akan terlihat dalam jurus jurus permainannya, dimana tampak tenaga dalamnya seperti tersendat sendat. Otomatis kejadian ini menimbulkan kesan yang lain bagi semua penonton yang menyaksikan latihan tersebut.
Hee Im hong yang menyaksikan latihan tersebut mengangguk tiada hentinya sambil tersenyum, dia memuji berulang kali, sedangkan Jin Siu sekalian juga melihat meski usia pemuda itu maish muda belia, akan tetapi tenaga dalamnya telah mencapai tingkat yang amat sempurna.
Ketika Huan cu im menyelesaikan latihannya memainkan seratus delapan jurus ilmu Yu sin ki najiu, wajahnya nampak masih tetap tenang dan segar, mukanya tidak memerah, napaspun tidak tersengal sengal.....
Jin Siu serta To It hui sekalian segera bertepuk tangan memberi pujian.
Begitu beberapa pelatih tadi bertepuk tangan, kawanan busu yang berada disisi arena pun sama sama ikut memberi aplus yang meriah.
Huan cu im kembali memberi hormat sambil berkata: "Bila latihan siautit tidak bagus, harap empek Hee jangan mentertawakan."
Hee Im hong mengelus jenggotnya sambil tersenyum:
"Ilmu Yu sin ki najiu yang hiantit latih benar benar amat matang dan sempurna ini menandakan kalau kaupernah berlatih giat untuk memperdalam kepandaian sia lt, hampir semua rahasia ilmu silat Eng Jiau bun berhasil kau kuasai, sekarang empek Hee berniat mencoba kemampuanmu."
Kemudian sambil berpaling ke arah Jin Siu, serunya
"Jin suhu, coba kau pilih dua orang busu untuk turun gelanggang melayani beberapa jurus serangan dari Huan hiantit"
"Hamba turut perintah"Jin Siu memberi hormat.
Dari nada pembicaraan empek Hee nya, Huan cu im dapat menangkap kalau dia hendak diadu dengan dua orang busu, hatinya menjadi amat gelisah, buru buru serunya:
"Empek Hee, siautit tak mampu, apalagi siautitpun belum pernah bertarung melawan orang."
"Hiantit tak usah takut" Hee Im hong mengelus jenggotnya sambil tertawa, " belajar Ilmu silat mempunyai tujuan dipakai untuk membela diri, menurut penilaian empek Hee, ilmu Ki najiu yang barusan kau pelajari sudah mencapai enam bagian sempuran, oleh sebab itu biar Jin suhu mencarikan dua orang lawan untuk latihanmu, coba kau lihat apakah mampu untuk menghadapi mereka" Hiantit tak perlu kuatir, pokoknya empek Hee tidak akan membiarkan kau menderita kerugian"
Sementara itu Jin siu telah membalikkan badan sambil berseru lantang "Siau LiongJin, Tu Liong seng"
"Hamba siap" dari sisi kiri terdengar ada orang menyahut.
Bersamaan itu pula muncul dua orang busu yang segera bersiap siap dengan wajah serius.
"Pocu menitahkan kepada kalian berdua untuk berlatih beberapa jurus dengan Huan kongcu, masing masing pihak hanya membatasi diri saling menutul saja, serangan tak boleh terlalu berat, mengerti?"
"Hamba turut perintah" kedua orang busu itu segera memberi hormat.
Setelah tersenyum kembali Hee Inm hong berkata:
"Hiantit, pertarungan ini hanya latihan saja, bukan pertarungan sungguhan, tapi mereka adalah jago jago yang berpengalaman dalam pertempuran, bila hiantit memang baru pertama kali ini bertarung, kau tak usah takut takut, turun tangan saja semampumu."
Huan cu im masih muda, rasa ingin menangpun masih amat tebal melekat dalam sifatnya, dari pesan Jin Siu kepada kedua orang busu tadi, ia sudah mendengar kalau pertarungan hanya dibatasi dengan saling menutul belaka.
Sedang empek Hee sekarang menganjurkan kepadanya agar mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki tanpa ragu ragu. Hal ini sama artinya kalau kedua orang busu tersebut jauh lebih mampu daripada dirinya.
Membayangkan kesemuanya ini, dia merasa amat tak puas, maka sambil tampilkan diri, dia menjawab: "Siautit mengerti"
Dalam pada itu, Siau Liongjin dan Tu Liong seng telah berdiri lima depa dihadapan Huan cu im, sesudah memberi hormat, mereka berkata bersama: "Silahkan Huan kongcu memberi petunjuk."
Huan cu im mengamati wajah kedua orang itu dengan seksama, ternyata mereka berdua berusia antara dua puluh lima enam tahunan, selain mempunyai tinggi badan yang sama, perawakan tubuh merekapun sama sama kekarnya, muka mereka juga sama sama merah dengan sorot mata yang berkilat.
Dalam sekilas pandangan saja, dapat diketahui bahwa mereka terlalu sering melatih diri dilapangan ini sehingga kulit tubuhnya terjemur jadi berubah warna. Buru buru dia memberi hormat sambil katanya:
" Kalian berdua terlalu sungkan, aku hanya sempat belajar ilmu silat kasaran selama beberapa tahun, harap kalian berdua sudi memberi petunjuk."
"Tidak berani" sahut kedua orang itu bersama.
Kemudian Siau Liong jin yang berada disebelah kiri berkata pula:
"Hamba mendapat perintah untuk melayani kongcu, harap kongcu melancarkan serangan lebih dulu."
"Aku belum pernah bertarung melawan orang , lebih baik kalian berdua menyerang duluan."
"Apakah hal ini kurang baik?" seru Tu Liong seng yang berdiri disebelah kanan-
"Tidak menjadi soal, kalian harus menyerang duluan, dengan begitu aku baru bisa memikirkan cara pemecahannya, bila aku mesti menyerang lebih dulu, aku tidak tahu jurus serangan manakah yang harus dipergunakan lebih dulu."
Pemuda ini memang belum pernah bertarung melawan orang, jadi semua perkataannya diutarakan dengan nada sejujurnya.
Siau Liong jin serta Tu Liong seng yang medengar perkataan tersebut, diam diam menjadi kegelian.
Sementara itu Jin Siu telah mengundurkan diri, tapi berhubung dia kuatir kedua orang busu itu menyerang kelewat berat sehingga melukai keponakan dari pocu dan akibatnya dia yang mesti bertanggung jawab, maka dia hanya mundur berdiri tak jauh dari sisi tubuh Huan cu im.
Sewaktu dilihatnya ketiga orang itu sama sama enggan menyerang duluan, diapun segera berseru:
"Kalau toh Huan kongcu enggan menyerang lebih dulu, baiklah kalian saja yang menyerang duluan-"
"Baik " sahut Siau Liong jin dan Tu Liong seng bersama sama. Pertama tama Siau Liong jin yang maju dulu setengah langkah, kemudian sambil mengeluarkan jurus pembukaan Bangau putih mementangkan sayap. dia berseru: "Huan kongcu, hamba akan menyerang duluan-"
Tangan kanannya dikembangkan dengan kelima jari menghadap keatas dia cengkeram bahu Huan cu im.
Jurus serangan tersebut tak berani dilancarkan kelewat cepat, namun ketika dilepaskan toh disertai pula dengan deruan angin serangan yang sangat kuat.
Ilmu silat yang dilatih Huan cu im bernama Yu sin ki najiu, arti "sin" sendiri adalah untuk menghadapi pertarungan jarak dekat, tentu saja termasuk cara menghindarkan diri dari serangan jarak dekat lawan-Ketika menyaksikan tangan kanan Siau Liong jin menyambar kearah bahunya, ia segera miringkan badannya menghindar sejauh satu depa kesamping.
Siapa tahu baru saja dia berkelit dari serangan siau Liong jin, Tu Liong seng telah membuka serangan pula, sambil berputar setengah lingkaran ia berteriak: " Kongcu, hati hati kau"
Tangan kirinya diayunkan dari kejauhan, sebuah pukulan jari tangan diarahkan keiga kiri Huan cu im.
Tentu saja serangan yang dilancarkan olehnya tak berani dilepaskan dengan gerakan yang terlalu cepat.
Tiba tiba Huan cu im melangkah maju kemuka dan berkelit dari sisi kanan Tu Liong seng, jurus serangan dari Tu Liong seng tersebut secara persis menyambar lewat dari sisi badannya serta mengenai sasaran kosong.
Begitu serangan pertama dari Siau Liong jin terhindar, tangan kanannya segera dikebaskan kemuka sambil berganti jurus, lalu dia membalikkan badan menghindar kebelakang Huan cu im dan menggunakan jurus bangau putih mencakar ular, kelima jari tangan yang dipentangkan langsung mencengkeram tengkuk pemuda tersebut.
Berhubung serangan pertamanya dapat dihindari Huan cu im karena serangan tersebut dilepaskan terlampau lambat, maka dalam melepaskan serangan yang kedua kali ini, dia telah mempercepat gerakannya.....
Baru saja serangan tersebut dilancarkan Huan cu im seolah olah mempunyai sepasan mata yang tumbuh dibelakang punggungnya, tiba tiba dia membalikkan badan tangan kirinya digapai dan persis mencekik punggung tangan Siau Liong jin serta menolaknya keluar.
Dalam pada itu berhubung Huan cu im berkelit dari sisi kanannya dan menyaksikan tangan kanannya sedang dipakai untuk menolak cengkeraman Siau Liong jin, maka Tu Liong seng segera melihat munculnya titik kelemahan pada tubuh lawan karena pengangkatan pergelangan tangan kanannya itu.
Peluang yang sangat baik ini tentu saja tak akan disia siakan dengan begitu saja, kaki kirinya segera maju mendesak. bahu kanannya direndahkan dan mengeluarkan jurus pentang sayap mencari jalan, dia bacok tulang iga Huan cu im.
Seperti juga dengan Siau Liong jin, ia tak berani menyertakan tenaga kelewat besar didalam serangannya tersebut, tapi kecepatan geraknya justru ditingkatkan-Biarpun pertarungan dilangsungkan dengan sangat lamban, sudah barang tentu kelambanan tersebut bukan berarti lamban seperti kaum sastrawan yang lemah gemulai, hanya gerakannya tak secepat gerakan pada umumnya saja. Padahal dalam kenyataanpun mereka saling desak mendesak.
Tolakan tangan kanan dari Huan cu im juga dilancarkan tidak terlalu cepat, tapi Siau Liong jin terlanjur menggunakan jurus serangannya sampai tengah jalan, tak kuasa lagi tubuhnya kena ditolak sampai berputar dan buru buru melompat kesamping.
Huan cu im sedikitpun tidak merasa gugup ataupanik, setelah mendorong Siau Liong jin, tiba tiba sikut kanannya menyodok kebawah dengan sodokan tersebut sikutnya persis menghantam diatas tulang persendian telapak tangan Tu Liong seng yang sedang menyerang tiba (letaknya pada lekukan dibawah ibu jari).
Tu Liong seng segera merasakan pergelangan tangan kanannya menjadi kaku, dia sangat terkejut dan cepat cepat melompat mundur kebelakang.
Hanya dalam satu gerakan saja selain Huan cu im berhasil mendorong Siau Liong jin, diapun berhasil memaksa mundur Tu Liong seng, tentu saja peristiwa tersebut disambut rasa gembira oleh Hee Im hong, sepasang matanya segera berkilat dan sambil tertawa ia manggut manggut berulang kali.
Perlu diketahui, Siau Liong jin serta Tu Liong seng sekalian tiga puluh enam orang busu merupakan Thian Liong busu atau busu naga langit yang khusus peroleh pendidikan ketat dan merupakan jago jago pilihan dari Benteng keluarga Hee.
Mereka semua rata rata memiliki kepandaian silat yang amat tangguh, itulah sebabnya nama mereka menggunakan urutan nama "naga".
Kenyataannya sekarang, Huan cu im mampu melayani kerubutan kedua orang itu dengan gerakan yang santai, sudah barang tentu kejadian tersebut menimbulkan perasaan gembira bagi Hee Im hong.
siau Liong jin serta Tu Liong seng berdua, kendatipun tak berani menyerang kelewat cepat dan berat dalam pertarungan tadi, bagaimanapun juga mereka pun enggan menampilkan ketidak becusan mereka dihadapan pocunya, sebab hal tersebut bisa menghilangkan pamor mereka dan bisa jadi akan tergeser dari kedudukan mereka sekarang sebagai Thian Liong Busu.
Baru sekarang, setelah kedua orang itu kena didesak sampai mundur kesisi arena, tentu saja kedua orang tersebut semakin tidak terima.
Demi karier serta masa depan mereka sekarang, kedua orang itu berniat memberikan sedikit hajaran kepada Huan cu im agar bisa menyelamatkan kembali pamor mereka yang merosot.
Oleh karena itu, setelah mundur mereka mendesak maju lagi dengan cepat mereka mendesak kembali kesisi tubuh Huan cu im sambil melepaskan sebuah pukulan.
Pukulan yang dikombinasikan dengan cengkeraman tersebut ditujukan kearah sepasang bahu anak muda tersebut, boleh dibilang serangannya amat cepat dan sangat mengagumkan.
Jin Siu kuatir mereka melukai Huan cu im, wajahnya berubah hebat setelah menyaksikan ancaman tersebut, baru saja dia berniat untuk menghalangi mereka.
Pada saat itulah Huan cu im telah mengambil tindakan, kali ini pemuda tersebut tidak menghindar ataupun berkelit, ia menunggu sampai sergapan kedua orang itu hampir menempel diatas bahunya.
PAda detik yang terakhir, tiba tiba Huan cu im memutar badannya seperti gangsingan, sepasang tangannya digerakkan bersama mencengkeram urat nadi kedua orang itu.
siau Liong jin maupun Tu Liong seng sama sama terkejut, mereka menarik tangannya dengan cepat untuk meloloskan diri, sayang keadaan sudah tak sempat lagi.
Dalam keadaan begini, mereka membentak bersama lalu sebuah tendangan kilat dilontarkan-Huan cu im tidak menunggu sampai tendangan kedua orang itu dilepaskan, sepasang tangannya diangkat, kelima jari tangannya mengendor dan tubuh kedua orang itu sudah terlempar sejauh satu kaki lebih.....
Kejadian ini dengan cepat membuat Jin Siu berdiri melongo, menyusul kemudian beberapa kali tepukan menyambut keberhasilan anak muda itu, sementara para busu dikedua sisi arena juga ikut bertepuk tangan....
Siau Liong jin serta Tu Liong seng sesungguhnya bukan lawan yang lemah, setelah terlempar mereka segera berjumpalitan beberapa kali dan berdiri kembali.
Namun dengan wajah memerah, mereka menjura sambil ujarnya:
"Huan kongcu memang sangat tangguh, hamba berdua merasa bukan tandingan"
Buru buru Huan cu im balas memberi hormat:
"Aaaah, aku tak mampu menahan diri, bila menyakitkan kalian harap sudi dimaafkan" Jin siu segera mengulapkan tangannya dan kedua orang itupun mengundurkan diri.
Dengan wajah amat gembira, Hee Im hong segera berseru setelah tertawa terbahak bahak.
"Hiantit memang benar benar hebat, padahal mereka terhitung busu kelas satu didalam benteng berbincang soal ilmu silat, mereka tidak berada dibawah kawanan busu lainnya dalam dunia persilatan, tapi dalam kenyataan kau berhasil melemparkan mereka berdua didalam satu gebrakan saja, ini menandakan kalau ilmu silat hiantit memang cukup tangguh"


Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling kearah Jin Siu dan ujarnya lagi sambil tertawa:
"Jin suhu, aku menyuruh kau mengirim dua orang turun kegelanggang, maksudku tak lain adalah agar kau mau percaya, sekarang terbukti bukan kalau aku tidak salah melihat?" Jin Siu buru buru membungkukkan badan sambil tertawa paksa:
"SEtiap ilmu silat yang berada didunia ini, asal sudah diperlihatkan tentu saja tak akan lolos dari pandangan mata Pocu, barusan pocu menitahkan kepada hamba untuk mengutus dua orang busu waktu itu hamba memang sudah mulai curiga." Sambil mengelus jenggotnya Hee Im hong segera tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... keponakanku ini tak lain adalah putra saudara angkatku sijago berbaju hijau Huan Tay seng, ayah harimau tak akan mempunyai anak anjing, sejak dulu aku sudah tahu kalau ia berbakat bagus serta merupakan bahan baik untuk belajar silat."
"coba kalian saksikan, dia hanya belajar ilmu Yu sin ki najiu dari pengurus rumah tangganya, tapi kenyataannya sudah memiliki kemampuan sehebat ini, bila aku memberi petunjuk kepadanya, tak sampai tiga tahun tanggung dalam dunia persialtan akan bertambah lagi dengan seorang jago muda yang berkepandaian sangat hebat." Seusai berkata kembali ia tertawa terbahak bahak penuh perasaan bangga.
Bagaimanapun juga Huan cu im masih muda, watak ingin menangnya masih besar, wajahnya kontan saja berseri setelah mendengar perkataan dari Hee Im hong tersebut, hati kecilnya merasa gembira sekali.
Sekembalinya kesisi Hee Im hong, dengan wajah memerah dia lantas berkata: "Pujian dari empek Hee tak berani siautit terima."
Hee Im hong segera menariknya agar duduk disampingnya, kemudian sambil tersenyum dia berkata:
"Hiantit tak usah terlalu merendahkan diri, kau adalah putra sijago berbaju hijau. Keponakan dari aku orang she Hee, sudah sepantasnya bila kau mempunyai nama yang tersohor dalam dunia persilatan, bukan empek Hee sengaja mengunggulkan diri sesungguhnya apa sih arti dari sembilan partai besar dalam pandangan kami?"
Tergerak hati Huan Cu im mendengar perkataan itu dia lantas teringat pula akan perkataan dari si burung berkepala sembilan Soh Han sim semalam.
"Apakah artinya dari Go bipay" Sekalipun sembilan partai besar juga tak bakal dipandang sebelah matapun oleh pocu."
Agaknya empek Hee benar benar tak memandang sebelah matapun terhadap sebilan partai besar.
Kalau mendengar penuturan dari Lo koan keh, sembilan partai besar merupakan perguruan perguruan kaum lurus yang amat ternama didalam dunia persilatan, tapi bila didengar dari nada pembicaraan empek Hee, tampaknya dia seperti menaruh permusuhan terhadap sembilan partai besar.
"Hiantit" Hee Im hong segera berpaling, "apa sih yang sedang kaupikirkan."
"Aaaaah, tidak ada apa apa."
"Pernahkan Lo koan keh mengajarkan ilmu senjata kepadamu?"
Huan cu im tak berani mengatakan kalau gurunya pernah mewariskan ilmu pedang ci kiam cap sa si (tiga belas jurus ilmu pedang jari) kepadanya, terpaksa dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Belum pernah."
"Baik, mulai besok pagi empek Hee akan mengajarkan ilmu pedang Kiu Kong kiam hoat lebih dulu kepadamu."
"Terima kasih empek Hee" seru Huan cu im dengan girang.
Hee Im hong tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..... nak. asal kau bersedia belajar, empek Hee pasti akan mewariskan segenap kepandaian silat yang aku miliki kepadamu, dalam tiga tahun mendatang, aku hendak menciptakan kau sebagai seorang jago muda nomor wahid dalam dunia persilatan-"
Kemudian sambil bengkit berdiri, dia manggut manggut kepada Jin Siu dan To It hui sekalian sambil berkata: "Baik, kalian boleh melanjutkan latihan" Kemudian sambil menarik tangan Huan Cu im, serunya: "Hiantit, mari kita pergi."
Jin Siu dan To It hui sekalian kelima orang pelatih itu segera membungkukkan badan memberi hormat:
"Hamba menghantar kepergian pocu."
Huan Cu im mengikuti dibelakang Hee Im hong kembali kekamar baca..... Sambil melepaskan genggamannya, Hee Im hong berkata kemudian dengan suara ramah.
"Nak. tempat ini merupakan kamar baca empek Hee, silahkan duduk...."
Seorang dayang berbaju hijau itu segera menghidangkan dua cawan teh wangi untuk pocu dan Huan Cu im.
Melihat dayang itu berusia hampir sebaya dengan Ji giok.
tanpa terasa Huan Cu im terbayang kembali nasib gadis tersebut. entah Ji giok betul betul jatuh sakit" Ataukah sengaja dipindahkan oleh Ciu congkoan"
Sebetulnya dia ingin mintakan ampun bagi Ji giok. namun terasa sukar untuk mengutarakannya keluar.
Dalampada itu Hee Im hong telah berjalan menuju kedepan sebaris almari buku yang berada disebelah utara, dia membungkukkan badan membuka laci almari bagian bawah dan mengeluarkan sebilah pedang panjang, kemudian setelah menutup kembali almarinya dan bangkit berdir, ujarnya sambil tersenyum:
"Hiantit, coba kau lihat bagaimana dengan pedang ini?"
Sambil berkata, "criiing" ia meloloskan sebilah pedang panjang yang sempit memancarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata tubuh pedang tersebut amat tipis, sekilas pandangan saja dapat diketahui sebagai pedang jempolan-
"Pedang ini biasa dipergunakan oleh empek Hee?" tanya Huan cu im kemudian-Hee Im hong disebut orang sebagai Hway Lam tayhiap yang tersohor dalam dunia persilatan, sudah barang tentu ia mempunyai sebuah pedang mustika. Hee Im hong menyarungkan kembali pedang itu, kemudian ujarnya sambil tersenyum:
"Empek Hee Jarang memakai pedang, pedang ini dulunya milik seorang teman empek yang membawanya dari wilayah Leng lam. Semula terdiri dari sepasang, yang satu bernama Kim nie (Pedang Pelangi Hijau) yang lain bernama cai hong (Pedang Pelangi Merah). Kalau pedang Kim nie memancarkan sinar kehijau hijauan maka pedang cay hong justru memancarkan cahaya merah bila terkena pancaran sinar matahari."
"Pedang ini sangat tajam, sekalipun tak bisa membelah pualam memotong emas. Senjata tajam biasa niscaya akan terpapas kutung, senjata tersebut memang terhitung senjata yang tajam sekali."
"Tapi buat empek Hee, senjata itu kelewat enteng, itulah sebabnya selama ini selalu kusimpan dalam almari dan tak pernah kupergunakan-Justru karena entengnya senjata tersebut, paling cocok bila dipakai oleh mereka yang baru belajar ilmu pedang hiantit, bila kau senang, empek Hee akan menghadiahkan untukmu."
Tentu saja Huan Cu im amat senang, ditengoknya wajah empek Hee lalu katanya:
"Empek Hee, pedang ini tentu mahal sekali, keponakan...."
Hee Im hong tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... nak. kau adalah satu satunya keponakan empek, hubungan empek dengan ayahmu melebihi saudara sekandung. Semenjak kecil empek juga paling senang dengan kau, apalah artinya sebilah pedang"
Apalagi empek jarang mempergunakannya, bila kau memang tertarik. ambil saja pedang mengapa bersungkan sungkan terhadap empek?"
Dia serahkan pedang Kim nle kiam tersebut ketangan Huan cu im......
Paras muka Huan cu im segera berseri, dengan sorot mata penuh rasa terima kasih serunya cepat:
"Terima kasih banyak empek Hee."
Kemudian setelah menerima pedang itu, kembali dia berkata:
"Empek Hee, lantas pedang pelangi merah berada dimana"
Bolehkah keponakan melihatnya?"
"Dulu siauli selalu ribut menginginkan pedang itu, empek telah menghadiahkan untuk putriku itu."
"Dari cerita ibu, keponakan mendapat tahu kalau empek mempunyai seorang putri yang tiga tahun lebih tua dari keponakan, sudah berapa hari keponakan berdiam disini, mengapa belum pernah bertemu dengan cici itu?"
Hee Im hong segera menghela napas panjang dan tidak berbicara lebih jauh.
Melihat empeknya membungkam Huan cu im juga tidak berani bertanya lebih jauh.
Kembali Hee im hong berjalan mendekati almari buku, dari dalam rak dia mengeluarkan sejilid kitab tipis, kemudai sambil menggapai kearah Huan cu im katanya:
" Hiantit, kemari kau. Kitab ini merupakan kitab salinan ilmu pedang Kiu kiong kiam boh dari kiu kiong bun, setiap kali melancarkan jurus pedang kaki harus melangkah mengikuti gerakan kiu klong, merupakan ilmu pedang yang paling baik ilmu langkahnya."
"Didalam kitab tersebut sudah dicantumkan rumus serta penjelasannya, terdapa pula keterangan yang menjelaskan setiap bagian, gerakan, ambil dan bawalah dahulu kitab tadi hapalkan rahasianya, bila terdapat hal hal yang tidak mengerti, setiap saat kau boleh datang mencari empek untuk minta penjelasan-"
Kemudian setelah meneguk air tehnya setegukan, dia berkata lebih jauh:
"Berhubung empek jarang sekali berada dirumah, asal kau sudah memahami rahasianya, maka kau bisa melatih sendiri gerak jurus serangan tersebut mengikuti gambar."
Kemudian ia membuka halaman pertama, sambil menuding kearah tulisan yang tercantum didalamnya ia memberi penjelasan secara ringkas, setelah itu baru bertanya: "Hiantit sudah mengerti?"
Huan cu im pernah belajar ilmu pedang ci kiam cap sa si dari gurunya, sekalipun menggunakan ilmu jari tangan sebagai pengganti pedang, namun semuanya mengikuti teori ilmu pedang, sudah berang tentu ia dapat memahami penjelasan dari empeknya dengan cepat. Maka sambil manggut manggut sahutnya
"Siautit mengerti."
Hee Im hong sangat gembira setelah mendengar perkataan itu disamping memuji akan kehebatannya, dia pun menerangkan pula banyak rahasia tentang mengerahkan pedang serta penggunaan tenaga.
Huan Cu im mengingat semua penjelasan tersebut dengan sepenuh hati, sejak kecil ia telah berpisah dengan ayahnya maka sikap empek Hee yang menganggapnya sebagai keponakan sendiri dan perhatiannya melebihi sikap seorang ayah terhadap putranya membuat anak n^muda tersebut merasa terharu sekali.
Tengah hari itu, Hee im hong menahannya agar bersantap bersama dengan didalam kamar baca, kemudian pemuda itu baru berpamitan dan pulang kekamarnya dengan membawa pedang Kim nie kiam serta kitab ilmu pedang kiu klong kiam hoat.
Kembali ke gedung timur, dia sudah menyaksikan ci giok berdiri seorang diri didepan kebun bunga, seakan akan sedang menantikan kedatangan seseorang.
Ketika melihat kemunculan pemuda itu merah dadu selembar wajah Ci giok, buru buru dia menyambut kedatangannya sambil menggerutu:
"Huan kongcu, mengapa kau tidak pulang pulang" Budak menjadi gelisah setengah mati."
"Nona, apa yang kau kuatirkan?"
"Budak kuatir pocu mengetahui peristiwa semalam" bisik Ci giok sambil menundukkan kepalanya rendah rendah. Huan Cu im segera tertawa
"Bagaimana mungkin dia bisa tahu" oya kau sudah bersantap?"
Sambil bertanya dia masuk kedalam kamarnya. Ci giok membalikkan badan mengikuti dibelakang tubuhnya, lalu menjawab lirih: "Sebelum kongcu pulang, budak mana berani makan dulu?"
"Aku telah bersantap bersama empek Hee dlkamar bacanya" Huan cu im tertawa, "cepat kau masuk dan bersantap dulu"
"Aaaaah, tidak mengapa...."
Kemudian dengan nada penuh perhatian, dayang itu bertanya lagi
"Huan kongcu, kau telah pergi hampir setengah harian lamanya, apa sih yang kau lakukan?"
"Aku berada dilapangan latihan silat."
Mendengar kata kata "lapangan latihan silat", ci giok seakan akan merasa tertarik sekali, dengan membelalakkan matanya lebar lebar, dia bertanya lagi:
"SEtiap orang anggota benteng yang tidak mendapat ijin dari pocu, dilarang memasuki lapangan latihan silat tersebut, menurut pendapat budak. lapangan latihan silat tersebut, tentu dipergunakan seseorang untuk berlatih semacam ilmu silat rahasia, entah slapa slapa saja yang berada disitu?"
Kalau didengar dari pertanyaan ini, jelas gadis itu bermaksud untuk menyelidik dan mencari keterangan-
"Agaknya orang yang berlatih silat ditempat itu adalah sekawanan Busu kelas satu dari benteng, jumlahnya mencapai tiga puluhan orang" kata Huan cu im. ci giok segera manggut manggut.
"Kalau begitu mereka sudah pasti dari kelompok Thian liong Busu, entah siapa siapa pula yang mengajarkan ilmu silat kepada mereka semua?"
"Pelatihnya berjumlah lima orang, tapi aku hanya mengetahui dua diantaranya, yang seorang bernama Jin Siu sedangkan yang lain bernama To It hui."
Mendengar nama nama tersebut, ci giok segera mendengus dingin: "Hmm, sibangau abu abu Jin Siu dan golok pemutus nyawa To It hui"
"Jadi kau mengenali mereka?"
"Tidak. aku tidak kenal" Ci giok menggelengkan kepalanya berulang kali, " budak cuma mendengar orang membicarakan tentang mereka, kedua orang tersebut merupakan sampah sampah masyarakat dari golongan hitam."
"Uooh, mereka adalah orang orang dari golongan hitam?"
Huan cu im menjerit kaget.
"Yang bernama Jin Siu adalah penghianat dari perguruan bangau putih sedang berusaha mencari dia dimana mana, rupanya dia sudah tak bisa menancapkan kakinya lagi didalam dunia persilatan, maka akhirnya diapun bergabung dengan Benteng keluarga Hee.."
Sambil memandang gadis itu, timbul pelbagai kecurigaan dalam hati Huan cu im, segera dia bertanya lagi:
"Nona, sesungguhnya siapakah kau?" Ci giok tertawa manis.
"Bukankah budak pernah bilang, soal identitas serta asal usul budak pada saat ini belum bisa dijelaskan kepada kongcu?"
Senyumannya kali ini seperti sekuntum bunga yang sedang mekar, indah dan sangat menawan.
Tanpa terasa Huan cu imjadi melongo dibuatnya, dia segera mengangguk berulang kali:
"Baik, baiklah, aku tidak akan bertanya lagi."
ci giok membalikkan badannya dan berkata kemudian
"Budak akan mengambilkan air teh untuk kongcu"
Dengan cepat ia beranjak pergi, tak lama kemudian gadis itu muncul kembali dengan membawa sebuah cawan berisi air teh, setelah diletakkan keatas meja, diliriknya pedang yang tersoren dipinggang pemuda itu sekejap. lalu tanyanya:
"ongcu, rasanya budak belum pernah melihat pedangmu itu."
"Barusan saja empek menghadiahkan pedang itu untukku."
"Waaah, kalau kalau begitu ilmu pedang kongcu pasti amat bagus" ujar ci giok sambil melirik kearahnya, " mungkin pocu khusus mengundang kongcu menuju kelapangan latihan silat untuk menyaksikan ilmu pedangmu?" Huan cu im segera tertawa
"Aku tak pernah belajar pedang, tetapi tebakanmu memang betul separuh, empek Hee memang bermaksud melihat kepandaian silatku, malah dua orang busu sempat kulempar kebelakang."
"Akh, masa kongcu mampu melempar kedua orang Thian Liong busu tersebut?" ci giok nampak seperti kurang percaya.
Huan cu im segera tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... bagaimana" Kau tidak percaya" Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... apakah kau benar benar menganggap aku orang she Huan sebagai kutu ayam?"
"Budak tidak berani"
Mendadak ci giok seperti memahami sesuatu, wajahnya kembali berubah menjadi merah padam, dengan kepala tertunduk dia lantas berbisik:
"Rupanya semua pembicaraan budak kemarin berhasil kongcu dengar" Harap kongcu sudi memaafkan kelancangan budak." Huan cu im kembali tertawa terbahak bahak:
"Aku hanya bergurau saja, tak usah kau pikirkan persoalan tersebut didalam hati."
"Terima kasih kongcu"
ci giok memberi hormat, lalu bisiknya lagi secara tiba tiba
"SEmalaman kongcu sudah tak tidur, sekarang seharusnya pergi beristirahat sebentar, malam nanti bisa jadi masih ada urusan-"
"Malam nanti masih ada urusan apa?" tanya Huan cu im dengan perasaan ingin tahu. ci giok segera tertawa misterius.
"sampai waktunya, kongcu pasti akan mengetahui dengan sendirinya......"
Selesai berkata, diam diam ia lantas undurkan diri dari situ....
Semalam, Huan cu im memang belum tidur, semalaman suntuk. sekarang dia merasakan sedikit agak lelah, maka setelah masuk kedalam kamar dia menutup pintu, duduk bersila diatas pembaringan dan pelan pelan mengatur pernapasan, tak lama kemudian pemuda itu sudah berada dalam keadaan tak tahu apa apa.
Entah berapa lama sudah lewat, mendadak suara ketukan pintu menyadarkan kembali pemuda itu, menyusul kemudian terdengar Ci giok berseru dari luar pintu: "Huan kongcu, kau harus bangun santapan malam sudah tersedia...."
Huan Cu im membuka matanya, betul juga hari sudah mulai gelap. maka ia segera melompat turun dari pembaringan serta membuka pintu kamar.
Ci giok dengan membawa sebaskom air untuk mencuci muka telah berdiri menunggu diluar pintu.
selesai membersihkan muka Huan Cu im segera berjalan keluar dari kamar tidurnya. Sementara itu Ci giok telah menyulut lentera dalam ruangan-Seorang lelaki berbaju hijau muncul sambil membawa hidangan, Ci giok menerima hidangan tersebut sedangkan lelaki berbaju hijau tadi segera mengundurkan diri.
Dengan cepat Ci giok menghidangkan sayur keatas meja, kemudian menyiapkan semangkuk nasi sebalum ujarnya "
Kongcu, silahkan bersantap dulu."
Huan cu im manggut manggut sambil duduk. tapi tak tahan dia toh bertanya lagi: "Nona, kau mengatakan malam nanti ada urusan, sebenarnya apa sih yang bakal terjadi?" Ci giok tertawa:
"Kalau sedang bersantap lebih baik jangan berbicara, silahkan kongcu bersantap dulu, sampai saatnya yang paling tepat, budak pasti akan menerangkan kepadamu."
"Waaah, pandai amat kau jual mahal."
"Itu namanya rahasia langit tak boleh bocor" bisik Ci giok sambil menempelkan jari tangannya diatas bibir dan tertawa: Terpaksa Huan cu im tidak bertanya lebih jauh dan buru buru bersantap.
Selesai mengisi perut, ci giok menghidangkan sebuah handuk panas untuk membersihkan muka, lalu dihidangkan pula secawan air teh, sebelum ia sendiri memberesi mangkuk piring serta mengundurkan diri dari sana.
Huan cu im tahu kalau gadis itu pergi kebelakang untuk bersantap. hanya saja ia tak tahu peristiwa apakah yang bakal terjadi malam nanti. Terpaksa sambil menghirup air teh, dia duduk tenang sambil menanti. Betul juga tidak lama kemudian ci giok telah muncul kembali sembari berbisik:
"Kongcu, sekarang kau masih ada waktu untuk beristirahat beberap saat lagi, lewat kentongan pertama nanti, budak akan datang untuk memanggilmu."
"Nama sebenarnya apa sih yang terjadi" Bersediakah kau menerangkan kepadaku sekarang juga?"
"Kongcu akan tahu dengan sendirinya bila waktunya sudah tiba, sekarang tak usah banyak bertanya dulu, nah budak akan mohon diri." Dengan cepat dia mengundurkan diri dari tempat itu.
Huan cu im hanya merasakan perkataan maupun gerak gerik ci giok penuh rahasia dan misterius, ia tak tahu obat apakah yang sedang dijual didalam cupu cupunya"
Namun dia percaya Ci giok bukan orang jahat, tak mungkin akan mencelakai dirinya, bila dia telah berjanji akan muncul kembali pada kentongan pertama nanti, sudah pasti dia akan muncul pada saatnya nanti.....
Maka diapun kembali kekamar, menutup pintu, memadamkan lentera dan seorang diri duduk menanti datangnya kentongan pertama.
Menunggu orang merupakan suatu pekerjaan yang menjemukan dan menggelisahkan hati, apalagi perasaannya sekarang diliputi oleh pelbagai kecurigaan yang memenuhi benaknya. Dia ingin secepatnya tahu peristiwa apakah yang bakal terjadi pada malam nanti" Karena itu terasa olehnya waktu berlalu seperti rangkakan siput.
Duel 2 Jago Pedang 2 Panji Sakti Karya Khu Lung Pendekar Pedang Sakti 2
^