Pedang Pelangi 7
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 7
Ia tidak cukup berpengalaman, sudah barang tentu tidak dapat merasakan pula masalah besar apakah yang sedang berlangsung dalam benteng keluarga Hee sambil mengangkat kepalanya dia lantas bertanya:
"Entah ada persoalan apa saja yang ingin lopek tanyakan kepadaku?"
seng Bian tong tersenyum "Kalau toh suhumu telah berpesan kepadamu, agar menceritakan semua yang kau lihat dan semua yang kau dengar didalam benteng keluarga Hee kepadaku, harap kau utarakan saja kesemuanya itu, aku rasa itupun sudah cukup bagiku."
Sesungguhnya Huan Cu im telah menjumpai banyak peristiwa yang aneh selama berada didalam benteng keluarga Hee Cuma sayang dia belum berpengalaman sama sekali, sehingga tidak dirasakan olehnya bahwa peristiwa peristiwa tersebut patut dicurigakan-Setelah ditanya oleh Siang Bian tong sekarang, untuk sesaat dia jadi kebingunan sendiri, sebab persoalan yang dijumpai terlalu banyak keadaannya pun semrawut tak karuan, sehingga dia menjadi bingung sendiri persoalan manakah yang harus diceritakan dulu.
Dalam bingungnya dengan wajah memerah karena jengah ia lantas berkata:
"Siautit juga tidak tahu persoalan yang manakah yang termasuk penting, lebih baik siautit ceritakan saja pengalamanku sejak masuk ke benteng keluarga Hee hingga sekarang Cuma sudah barang tentu akan disertakan pula kejadian kejadian yang tetek bengek."
Seng Bian tong tahu kalau Huan Cu im masih muda dan belum berpengalaman, sambil tersenyum ia mengangguk:
"Tidak jadi soal, pertemuan puncak dibukit Hong san sudah berada didepan mata kali ini semua perguruan besar hendak memilih seorang Bu lim bengcu untuk angkatan kesembilan dalam pemilihan ini tampaknya posisi Hee pocu paling kuat, karena itu semua orang berharap bisa mendapat keterangan lebih banyak tentang dirinya, Lotit sudah cukup lama berdiam dalam benteng keluarga Hee tentunya semakin teliti ceritamu semakin baik untuk kami semua"
Sekarang Huan Cu im baru mengetahui persoalannya dengan lebih jelas, ternyata didalam pertemuan puncak dibukit Hong san hariPeh cun nanti, umat persilatan hendak memilih Bu lim Bengcu angkatan kesembilan Rupanya posisi empek Hee nya paling kuat diantara sekian jago persilatan tak heran kalau dalam suratnya Ci giok menulis bahwa persoalan ini mempunyai sangkut paut yang besar dengan keadaan dunia persilatan, bahkan dikatakan pula kunci dari semua persoalan ini terletak diatas pundaknya.
Itu berarti dapat tidaknya Hee im hong terpilih sebagai Bu lim bengcu, Siang lopek dari Hoa sanpay tentu mempunyai daya pengaruh yang amat besar.
Jika dipikirkan kembali, agaknya tindakan Ci giok menjadi dayang dalam benteng keluarga Hee tindakan gurunya menjadi ketua pelatih dalam benteng keluarga Hee bahkan munculnya dua orang Tong sau ceng cu di kamar baca empek Hee nya, serta usaha siburung kepala sembilan Soh Ihansim meracuni arak yang diminumnya, serta pemberian pil penawar racun dari gurunya untuk membebaskan Ban Sian ceng dari pengaruh racun jahat mempunyai hubungan yang erat dengan pertemuan puncak dibukit Hong san itu.
Berpikir sampai disini, Huan Cu im segera merasa bahwa semua teka teki yang selama ini mencekam perasaannya selama berada dalam benteng keluarga Hee, kini sudah dapat dipecahkan seluruhnya.
Tapi, biarpun semua teka teki itu berhasil dipecahkan olehnya, muncul kembali sebuah persoalan lain yang membuatnya semakin sedih dan bingung.
Empek Hee dan ayahnya mempunyai hubungan persaudaraan sejak ia tiba di benteng keluarga Hee, iapun selalu menganggap dirinya sebagai putra sendiri, malah telah diumumkan bahwa enci Giok yang dijodohkan kepadanya.
Ia bersikap begitu baik kepaanya, dan sekarang dia hampir sudah berhasil meraih kedudukan sebagai Bu lim Bengcu, sepantasnya ia membantu usaha tersebut sekuat tenaga, atau paling tidak jangan merusak rencana baiknya.
Kini, ia sudah tahu kalau Siang lopek dari Hoa sanpay mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam pertemuan puncak ini, haruskah dia menceritakan semua persoalan ini kepada mereka"
Menurut penilaian sendiri, andaikata semua persoalan tersebut diutarakan secara blak blakan maka hal ini akan memberikan pengaruh yang tidak menuntungkan bagi usaha empek Hee untuk meraih jabatan Bu lim Bengcu.
Sementara itu, ketika Seng Bian tong melihat pemuda itu Cuma termenung belaka, tanpa terasa iapun menegur.
"Keponakanku, apa yang sedang kau pikirkan?"
Merah jengah selembar wajah Huan Cu im buru buru sahutnya agak tergagap
"Berhubung selama beberapa hari ini banyak sekali persoalan yang kujumpai, untuk sesaat siautit menjadi kebingungan setengah mati, ingin kuringkas ceritanya agar yang tidak penting tak usah diceritakan-.." seng Bian tong segera tersenyum
"Keponakanku" katanya, "kau cukup bercerita atas pengalamanmu sendiri secara garis besarpun boleh juga"
Sementara itu Huan cu im telah mengambil sebuah keputusan yang amat besar dalam detik itu, ia merasa walaupun Hee Im hong bersikap baik kepadanya, tapi berdasarkan pengamatannya selama beberapa waktu, benteng keluarga Hee memang agak misterius, seakan akan dibaliknya terkandung suatu rahasia besr yang tak boleh diketahui orang luar...
Seperti misalnya perbuatan mereka mencampurkan bubuk pembingung pikiran ke dalam minuman guru dan dirinya kemudian perbuatan mereka memalsukan Tong sau cengcu, kesemuanya itu sudah jelas bukan perbuatan dari seorang lelaki dari golongan lurus. Sebelum menjadi seorang Bu lim bengcu saja mereka sudah banyak melakukan perbuatan yang mencelakakan orang, andaikata sudah menjadi seorang Bu lim Bengcu, bukankah akan lebih banyak manusia yang menjadi korban.
Suhu adalah gurunya yang paling berjasa dan berbudi baginya, Ci giok pun mempunyai hubungan cinta dengan dirinya, tak mungkin mereka berdua akan menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan yang tak senonoh, kenyataannya kedua orang yang dikasihi itu minta kepadanya agar memberi tahukan apa yang dilihat dan didengar dalam benteng keluarga Hee kepada Seng lopek serta siang ciangbunjin, sudah pasti anjuran mereka ini tidak bakal salah lagi.
Ditambah pula Seng lopek mempunyai hubungan tiga keturunan dengan keluarganya, Siang ciangbunjin juga merupakan kenalan lama ayahnya, ia wajib untuk memberitahukan kesemuanya itu kepada mereka.
Berpikir sampai disini, pikiran Huan Cu im yang semula cupat kini terbuka sama sekali, diambilnya cawan dan meneguk setegukan teh, kemudian ia baru bercerita bagaimana dia bersama Lo koan keh pergi ke benteng keluarga Hee.
Kemudian bagaimana Lo koan keh meninggal akibat terkena angin duduk, bagaimana menjelang ajalnya menitipkan pesan kepada Ji giok yang meminta kepadanya agar segera meninggalkan benteng keluarga hee untuk menjumpai empek Seng...
-oo0dw0oo Jilid: 14 "Tunggu sebentar " tiba tiba Seng Bian tong mengulapkan tangannya sambil menukas, "kau bilang Lo koan keh mati karena terserang angin duduk..." Setelah minum arak apakah dia muntah muntah hebat" Bahkan menjelang ajalnya sekujur badan gemetar keras, sepasang tangannya seperti hendak menggenggam sesuatu, setelah mati matanya melotot dan mengucurkan darah dari ujung bibirnya ?"
"Perkataan lopek tepat sekali, keadaan Lo koan keh sewaktu mati memang dalam keadaan begitu"
Seng Bian tong segera manggut manggut kemudian sambil mengangkat kepala katanya lagi dengan suara dalam:
"Kalau ditinjau dari keteranganmu tadi, besar kemungkinan Lo koan keh meninggal karena keracunan"
"Keracunan?" Huan cu im merasa kepalanya seperti disambar geledek ditengah hari bolong, ia terbelalak lebar lebar dengan mulut melongo.
"Atas dasar apa kau mengatakan Lo koan keh mati akibat keracunan..." tanyanya kemudian
"Aaai... inilah akibat dari pengalamanmu yang kurang cukup, keadaan lo koan keh sewaktu tewas sudah jelas merupakan gejala keracunan hebat, sudah pasti ada orang telha mencampurkan racun penembus usus didalam araknya, aai... menurut pendapatku..."
"Apaka lopek berhasil menemukan suatu jejak?" buru buru Huan cu im bertanya. Seng Bian tong menggeleng, selang berapa saat kemudian ia baru berkata:
"Walaupun aku tidak mengetahui apa tujuan mereka membunuh lo koan keh, tapi bisa jadi lo koan keh mempunyai banyak sebab yang mengharuskan dia disingkirkan-"
Dari ucapan itu, bisa diartikan bahwa Lo koan keh menjelang ajalnya mungkin telah mengetahui suatu rahasia dalam benteng keluarga Hee, atau mendengar, atau melihat sesuatu di tempat tersebut.
Tentu saja Huan cu im dapat memahami maksud dari perkataan ini... Tiba tiba Huan cu im berteriak keras
"Kalau begitu pasti perbuatan dari ciu congkoan, malam itu ciu Kay seng yang menemani Lo koan keh minum arak. Ciu Kay seng manusia biadab, mengapa dia harus membunuh Lo koan keh?"
Perkataan tersebut diutarakan dengan penuh emosi, bahkan tak bisa dibendung lagi air matanya jatuh bercucuran.
Memandang si anak muda tersebut pelan pelan Seng Bian tong menghembuskan napas panjang, hiburnya kemudian-
"Keponakan, orang yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali, kau tak usah terlalu emosi lebih baik ceritakan dulu keadaan yang kau alami didalam benteng keluarga Hee, siapa tahu aku dapat menarik sedikit kesimpulan dari ceritamu itu"
Huan cu im mengatakan, kemudian diapun bercerita bagian Ji giok diseret pergi karena menutupi pesan terakhir Lo koan keh dan bagaimana sebagai gantinya dia di layani oleh ci giok.
Malam itu ketika ia pulang dari kamar baca empek Hee, didengarnya ci giok sedang berbicara dengan seseorang yang berjanji akan bekerja pada kentongan kedua iapun curiga mereka hendak melakukan suatu perbuatan yang tidak menguntungkan benteng keluarga Hee.
Ketika malam tiba iapun menguntil dibelakang ci giok sampai dikebun belakang dimana dilihatnya sidewa bermuka merah Siu tong sedang bertarung melawan burung berkepala sembilan Soh Han sim, dari pembicaraan mereka agaknya ci im totiang dari Go bi pay sudah terjatuh ketangan pihak benteng keluarga Hee.
Kemudian bagaimana ci giok melepaskan segenggam jarum bwee hoa ciam yang dipentaikan oleh Soh Han sim, kemudian dia melarikan gadis yang terluka dan bagaimana dia memukul mundur Soh Han sim.
Cuma soal bagaimana dia menyelamatkan ci giok dari jarum jarum bwee hoa ciam saja yang tidak dikemukakan.
Seng Bian tong yang mendengar sampai disitu segera mengangguk berulang kali.
Ternyata siburung berkepala sembilan soh Han sim benar benar berada didalam benteng keluarga Hee dulu orang itu pernah menjadi pelindung hukum dari perkumpulan teratai putih dan merupakan buronan kerajaan, sudah banyak tahun ia tak pernah muncul didalam dunia persilatan-
"Dewa bermuka merah loko juga berapa hari berselang baru kembali ke Kim leng, sewaktu bertemu denganku, kenapa tidak ia ungkapkan peristiwa ini" Baik sekarang coba kau lanjutkan ceritamu?"
Menyusul kemudian Huan cu im bercerita bagaimana malam itu ci giok mengajaknya menolong Ji giok dan menghantarnya ke kuil cu im an, sewaktu meninggaikan kuil itu bagaimana dia dihadang Soh Han sim, untuk muncul seorang perempuan berkerudung yang menyelamatkan dirinya.
"Tahukah kau siapakah perempuan berkerudung itu?"
tanya Seng Bian tong kemudian sambil tertawa.
Huan cu im tertegun. "Hingga sekarang keponakan masih belum tahu siapakah dia" sahutnya cepat. Seng Bian tong segera tersenyum.
"Kepandaian silat yang digunakan adalah cian hoa ci, padahal kepandaian tersebut merupakan ilmu andalan Kiu hoa sinni, putri Hee im hong tidak lain adalah muri Kiu hoa sinni"
"Aaah, jadi dia adalah enci Giok yong" seru Huan cu im sedikit diluar dugaan-Menyusul kemudian ia pun bercerita bagaimana dia kembali ke kamarnya dan sewaktu berbicara dengan gurunya ketahuan Hee Im hong kemudian bagaimana Hee Im hong mengundang gurunya menjadi ketua pelatih benteng mereka.
Kemudian bagaimana pula keesokan harinya gurunya datang menepati janji bagaimana melihat empek Hee dan Soh Han im menghantar cing im totiang dan Dewa bermuka merah Lou siu tong meninggaikan benteng, lalu bagaimana tengah hari itu Soh Han sim mencampurkan bubuk pembingung pikiran ke dalam arak gurunya...
Mendengar sampai disitu paras muka Seng Bian tong berubah hebat, ia segera bertanya: "Kau mendengar cerita ini dari mana ?"
Huan cu im segera bercerita bagaimana Siang Siau un memancingnya keluar dari benteng dan memberitahukan kepadanya kalau gurunya keracunan dan minta dia kabur secepatnya, lalu bagaimana ia bertemu dengan gurunya yang ternyata sudah menelan pil penawar racun sebelum sempat dikerjai orang.
Kemudian dia pun bercerita bagaimana Tong sau cengcu suami istri dari Szuchuan dan BansaU cengcu kakak beradik dari Hong san datang berkunjung, bagaimana malam itu diselenggarakan perjamuan untuk mereka.
Ketika perjamuan selesai, Hee Im hong menahan Tong danBan sau cengcu dalam kamar bacanya, bagaimana ia curiga mendengar orang berbisik bisik dan menemukan dalam kamar duduk Tong Bun huan yang lain-Ketika mendengar sampai disini, tak tahan lagi Seng Bian tong menukas
"Keponakanku, bukankah kau berkata Tong Bun huan dan Ban Sian ceng diundang Hee pocu menuju kamar bacanya ?"
"Benar " Maka Huan cu impun bercerita bagaimana ciu Kay seng mengajak Tong Bun huan menuju ke kamar baca, bagaimana ia menguntit secara diam diam dan menemukan Tong Bun huan yang lain tertidur diatas meja.
Sewaktu mendengar sampai disini, Seng Bian tong menghentikan permainan peluru besinya secara tiba tiba, ditatapnya Huan cu im lekat lekat kemudian bertanya : "Jadi terdapat dua Tong Bun huan" Apakah keponakan tidak salah melihat?" Dengan wajah serius Huan cu im menjawab:
"Siautit makan dan berbicara semeja dengan Tong sau cengcu, bahkan kami sempat berbicara banyak. Tak mungkin aku salah melihat"
"Ehmm..." Seng Bian tong segera manggut manggut, "coba kau lanjutkan ceritamu, bagaimana kemudian ?"
Jelas dia sudah menaruh perhatian khusus atas munculnya dua orang Tong Bun huan dikamar baca Hee Im hong tersebut.
Maka Huan cu impun bercerita bagaimana jejaknya ketahuan Hee Im hong, bagaimana dia dipanggil masuk ke kamar baca dan waktu itu Tong Bun huan yang tertidur dimeja sudah lenyap.
Sekali lagi Seng Bian tong mendengus "Hee Im hong memang benar benar hebat tak disangka ia bisa menggunakan siasat selicik ini Hmm, apakah dia tidak menaruh curiga padamu?"
"Untung sekali apa yang siautit ucapkan sejujurnya dipercaya oleh empek Hee."
Selanjutnya Huan cu impun bercerita bagaimana sekembalinya kedalam kamar gurunya telah menyerahkan sebutir pil penawar racun kepadanya.
Keesokan harinya, Hee Im hong pun mengundangnya kekamar baca, disitu ia mendengar Tong Bun huan suami istri cekcok semalam, dalam marahnya Tong sau hujin telah pergi tanpa pamit sedang Tong Bun huan telah pergi mengejar istrinya.
Saat itu didalam kamar baca tinggal Ban Sian ceng dan Soh Han sim, dalam perjamuan mana Hee Im hong menyinggung soal perkawinan, menggunakan kesempatan tersebut Soh Han sim memberi selamat kepadanya, ternyata arak itu sudah dicampuri bubuk pembingung pikiran maka ketika perjamuan itu selesai, dia beralasan kepala pusing buru buru meninggalkan tempat tersebut.
Seng Bian tong kembali manggut manggut, katanya kemudian Soh Han sim mencampurkan racun ke dalam arak ini berarti atas persetujuan Hee Im hong kalau begitu soal perkawinan hanya alasan saja agar Soh Han sim punya kesempatan untuk meracunimu. Untung suheng liehay sehingga musibah ini bisa dilewatkan dengan begitu saja"
Setelah berhenti sejenak kembali dia berkata :
"Aaah benar, kenapa dia rela melepaskan kau datang ke Kim leng " Apakah hal ini disebabkan kau sudah dicekoki bubuk pembingung pikiran sehingga mereka tidak kuatir kau berpikiran cabang ?"
"Benar, suhupun berkata demikian, semalam sebelum keberangkatanku, suhu telah berpesan kepadaku agar menceritakan semua peristiwa yang dijumpai dalam benteng keluarga Hee kepada lopek."
"Bahkan suhu bilang, setelah siautit tiba di sini, kemungkinan besar empek Hee akan memberi tugas kepadaku dan memerintahkan siautit untuk melakukan suatu tugas, dalam menghadapi persoalan apa pun siautit dianjurkan untuk berunding dulu dengan lopek kemudian baru melaksanakannya."
"Akan menyusul perintah ?" mendadak Seng Bian tong seperti memahami akan suatu, dia segera mengangguk, "yaa gurumu memang berotak tajam dan pintar sekali, andaikata suhumu tidak menyinggung masalah ini, aku benar benar tak akan menduga sampai kesitu"
Huan cu im belum cukup pengalaman oleh sebab itu dia tidak memahami maksud ucapan dari Seng Bian tong tersebut, karenanya dia hanya mengiakan berulang kali. Menyusul kemudian Seng Bian tong bertanya lagi : "Suhumu masih berpesan apa lagi kepadamu ?" Huan cu im berpikir sebentar, kemudian baru menjawab : "sudah tidak ada lagi..."
Tapi secara tiba tiba ia seperti teringat akan sesuatu segera ujarnya kembali :
"Menurut suhu, bisa jadi Ban sau ceng juga telah dicekoki obat pembingung pikiran oleh Soh Han sim, dia orang tua telah menyerahkan sebutir pil penawar racun kepadaku, dan menyuruh siautit mencari kesempatan untuk mencekokkan pil itu kemulutnya." Seng Bian tong kembali mengelus jenggotnya sambil mengangguk berulang kali.
"Kemungkinan tersebut memang ada, Cuma untuk sementara waktu kau jangan berikan dulu obat tersebut pada Ban sau cengcu, coba kita tunggu beberapa hari lagi."
"Selain itu..." tiba tiba Huan cu im teringat dengan surat yang dititipkan "ci giok kepadanya telah menitipkan sepucuk surat agar kubawa."
"Dia menitipkan surat itu untuk siapa?" tanya Seng Bian tong sambil tersenyum.
"Semula dia tidak bilang, katanya sampai itu baru boleh diperiksa setelah tiba disini barusan siautit telah memeriksanya, ternyata surat itu untuk siautit dan menyuruh aku laporkan semua yang kulihat dan kudengar dalam benteng keluarga Hee kepada lopek, sebab masalah ini mempengaruhi keadaan dunia persilatan-"
"Mana suratnya sekarang?"
Merah padam selembar wajah Huan cu im
"Dia berpesan agar surat itu dimusnahkan setelah dibaca, maka siautit pun telah membakarnya "
"Bagus sekali" seng Bian tong tersenyum, "biar kubicarakan persoalan ini kepada ciangbunjin"
Kemudian setelah mempermainkan peluru besinya, sambil tersenyum ia berkata lagi
"Kedatanganmu kali ini benar benar telah membawa berita yang amat penting, bahkan amat mempengaruhi keadaan dunia persilatan dimasa mendatang aku sama sekali tidak menyangka kalau Hee Im hong memiliki nama baik diluar ternyata mempunyai rencana busuk didalam kejadian tersebut benar benar membuat orang tidak mau percaya saja"
"Sebenarnya apa sih maksud tujuan empek Hee dengan perbuatannya itu..." tak tahan Huan cu im bertanya.
"Apa lagi" Tentu saja dia sedang mengincar kedudukan Bu lim Bengcu angkatan keempat tersebut" Seng Bian tong menghela napas panjang, "padahal seorang Bu lim Bengcu adalah seorang pemimpin dunia persilatan yang bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, membereskan pertikaian antara partai dengan partai, perguruan dengan perguruan, jadi sifatnya merupakan kerja sosial tanpa memperoleh imbalan belaka, biarpun demikian, jika kedudukan ini sampai terjatuh ke tangan seorang manusia yang bertujuan jahat, bisa jadi kejadian tersebut akan memancing datangnya bencana besar bagi seluruh dunia persilatan-."
Kemudian setelah mengangkat kepalanya memandang sekejap wajah pemuda itu, katanya sambil tertawa :
"Sekarang waktu sudah larut malam, kau harus pergi untuk beristirahat"
Huan cu impun segera berpamitan dan kembali keatas loteng, ketika membuka pintu, mendadak ia seperti merasa pintu tersebut pernah dibuka orang sebelum kedatangannya.
Sebetulnya hal itu Cuma siasat saja, jadi bukan suatu yang pasti, maka setelah berada didalam kamar, serta merta diperiksanya seluruh ruangan tersebut dengan seksama, alhasil tidak dijumpai suatu apapun-Maka dia menutup pintu dan siap membaringkan diri diatas pembaringan-Tapi pada saat itulah mendadak ia menemukan secarik kertas diletakkan disamping bantalnya ketika diambil kertas itu penuh tulisan, Cuma sayang tenaga dalamnya belum mencapai tingkat kesepuluh sehingga meski dapat melihat dalam kegelapan namun tak jelas membaca tulisan yang kecil itu.
Tapi ia tahu surat tersebut tentu ditulis oleh orang yang telah memasuki kamarnya itu lantas siapakah dia " Apa pula yang tercantum didalam surat tersebut " Manusia memang tak akan lepas dari rasa ingin tahu.
Terdorong untuk mengetahui siapa yang telah memasuki kamarnya dan apa yang ditulis dalam kertas tadi Huan cu im kembali memasang lentera kemudian membaca isi surat tersebut.
"Besok pagi tunggu ditepi jembatan Bun tek kiau, bila menjumpai seorang yang memakai topi pet bulu mengenakan jubah panjang dan mengempit payung, ikutilah di belakangnya, tiba ditujuan sebelum masing masing berbicara, kau harus membunuh orang tadi"
Tulisan ini sangat aneh, dibawah tidak dicantumkan tanda tangan seseorang, Tanpa terasa pemuda itu mulai berpikir:
"Surat ini diletakkan disisi bantalku, sudah pasti surat tersebut untukku, tapi siapakah dia ?"
"oaaah... bukankah suhu bilang setelah Soh Han sim meracuni seseorang dengan bubuk pembingung pikiran, kemungkinan besar empek Hee akan menyusulkan perintahnya, jangan jangan surat ini adalah perintah empek Hee yang disampaikan suruhannya ?"
"Lantas mengapa dia bisa tahu kalau besok pagi bakal ada orang semacam itu bakal lewat di jembatan Bun tek kiau ?"
Dia melipat surat itu dan dimasukkan kesaku kemudian pergi tidur...
Keesokan harinya baru saja Huan cu im selesai membersihkan badan, tampak si burung hong hijau Ban hui jin telah muncul di situ dengan kecepatan bagaikan hembusan angin.
Hari ini ia mengenakan baju biru dengan gaun ungu, rambutnya yang panjang diikat dengan tali biru pula.
Dengan senyuman dikulum dia berdiri dihadapannya dengan gagah dan lincah. Berklat sepasang mata Huan cu im menjumpai nona itu, buru buru serunya "Selamat pagi nona Ban"
Ban Hui jin mengerdipkan matanya kemudian tertawa.
"Huan siangkong" ia berkata, "kakakku bilang hari ini dia hendak berpesiar ke Ya hua tay, disitu dapat dipungut batuan kecil panca warna indah sekali, kita bisa mengambilnya untuk dipakai sebagai senjata senjata rahasia, kau kan tidak ada urusan" Selesai bersarapan nanti bagaimana kalau kita kesana bersama sama?"
"Tidak bisa, hari ini aku masih ada urusan" tolak Huan cu im cepat.
Senyum riang yang semula menghiasi wajah Ban Huijin seketika berubah menjadi dingin membeku, serunya cepat cepat :
"Apakah urusanmu tak bisa ditundak sehari saja" Kemarin malam aku sudah bilang dengan kakakku, akupun sudah kegirangan semalam tapi kau... hmm, kau justru menghilangkan kegembiraanku. " Buru buru Huan cu im tertawa.
"Hari ini aku benar benar ada urusan, biariah lain waktu saja kutemani lagi nona dan kakakmu"
"Tidak. Aku tak mau pergi, kemana pun aku tak mau" seru Ban Huijin mengambek.
Tidak menunggu Huan cu im menjawab ia sudah membalikkan badan dan beranjak keluar dari kamar.
Menyaksikan gerak tubuhnya yang begitu lincah, tanpa terasa Huan cu im memuji hati
"Dia memang benar benar bagaikan seekor burung hong "
Blaaammm..." Rupanya ketika keluar dari kamar, Ban Ihujijintelah mengutup pintu kamar tersebut keras keras.
Ini menandakan kalau gadis tersebut benar benar sudah marah
Ketika Huan cu im melangkah keluar dari kamarnya kebetulan Ban Sian Ceng juga sedang keluar dari kamarnya, sambil menggelengkan kepalanya berulang kali katanya :
"Aaai... nona besarku itu endah mengambek kepada siapa lagi ?"
"Agaknya ia sedang marah kepada siaute" jawab Huan cu im dengan wajah merah, "tadi nona Ban bilang telah berjanji dengan saudara Ban untuk berpesiar ke Yu hoa tay dia mengajak siaute turut serta sayang sekali siaute masih ada urusan hari ini."
"Kalau toh saudara Huan memang ada urusan lebih baik kita pergi lain waktu saja toh kita mesti pergi ke Yu hoa tay hari ini, mengapa sih dia mesti marah ?"
"Lebih baik saudara Ban yang membujuknya, besok pagi siaute tentu akan menemaninya."
"Sudahlah, kau tak usah menggubrisnya lagi," Ban Sian Ceng tertawa ramah. "Dia memang masih berwatak kekanak kanakan semakin dibujuk semakin menjadi kalau tak diperdulikan, sebentarpun dia akan baik dengan sendirinya."
Mereka berdua turun ke bawah bersama sama, disebuah meja telah tersedia berapa macam hidangan dengan setumpuk bakpao untuk sarapan-Seorang nenek yang melayani sarapan datang menyambut kedatangan mereka, katanya kemudian dengan ramah :
"Kongcu berdua, silahkan sarapan."
"Saudara Huan, silahkan duduk," kata Ban Sian cing sambil mengangkat tangannya. Huan cu im memandang sekejap ka atas loteng, lalu tanyanya : "Perlukah kita mengundang adikmu ?"
"Tadikan sudah kubilang, tak usah menggubris dia lagi,"
kata Ban sian Ceng sambil tertawa, "dalam keadaan demikian, sekalipun kau pergi mengundangnya pun dia tak akan menggubris, lebih baik kita bersarapan lebih dahulu."
Ban sian ching bersama Huan cu im mengambil tempat duduk untuk bersarapan, setelah itu baru pergi ke kamar bacanya Seng Bian tong.
Waktu itu Seng Bian tong sedang berdiri ditengah halaman sambil menghisap huncwee. Melihat kedatangan kedua orang itu segera sapanya ramah : "Apakah hiantit berdua dapat tidur dengan nyenyak semalam ?" Ban Sian ceng segera membungkukkan badannya memberi hormat, sahutnya
"Pelayan yang diberikan perusahaan anda benar benar amat sempurnya dan menyenangkan, boanpwee memang ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga buat locianpwee."
"Mari kita duduk berbincang didalam kamar baca." Undang seng Bian tong kemudian sambil mengangkat tangannya.
"Lapor lopek, siautit masih ada sedikit persoalan yang harus diselesaikan dulu, maaf kami tak bisa menemani kau orang tua," kata Huan cu im cepat.
"ooooh... keponakan hendak kemana " Kau baru sampai di Kim leng daerah sekitar sinipun tidak hapal, bagaimana kalau kuutus seorang pegawai perusahaan untuk menemanimu?"
Diam diam Huan cu im memberi kerdipan mata rahasia kepadanya, sesudah itu baru sahutnya:
"oooh, tidak usah biar siautit pergi mencari sendiri."
Selesai berkata diapun berpamitan dengan Seng Bian tong kemudian bersama Ban sian ceng berdua menuju ke luar.
Didepan pintu gerbang secara kebetulan berjumpa dengan Seng ceng hoa, terdengar orang itu menyapa sambil tersenyum.
"Saudara Huan, apakah kau datang kemari hendak mencariku?"
"Saudara Seng siaute berniat untuk berjalan jalan sebentar, aku hanya ingin mohon petunjuk dari saudara Seng, kalau ingin menuju kejembatan Buntek kiau, kita harus melalui jalan yang mana?"
"oooh, saudara Huan hendak pergi ke jembatan Bun tek kiau" Biar aku utus seseorang untuk menemanimu"
"Tidak usah, lebih baik siaute pergi sendirian saja, cukup saudara yang jelaskan kepada kujalan yang manakah yang harus kulewati..."
Sebelum Seng ceng hoa menjawab, Huan cu im sudah Celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu sambil merendahkan suaranya dia berbisik
"Siaute hanya akan pergi sebentar saja, sekembalinya nanti baru akan memberi laporan yang selengkapnya kepada Seng lopek. Harap saudara Seng jangan mengungkapkan persoalan ini kepada siapapun."
Karena mendengar perkataan terse but, terpaksa Seng ceng hoa manggut manggut seraya menjawab :
"Baiklah saudara Huan bila ingin pergi keBun tek kiau, tempat tersebut terletak dipantai utara sungai chin hway hoo..."
Secara ringkas dia lantas menjelaskan bagaimana harus menempuh perjalanan untuk pergi keBun tek kiau...
Huan cu im mengingat baik baik keterangan setelah berpamitan dengan Seng ceng hoa dan keluar dari Seng ki kiaukiok, berangkatlah dia menuju ketimur.
Ooooodwooooo Tempat yang termashur disebelah timur kota Kim leng tak lain adalah kuil Hu cu bio serta sungai chin hway hoo.
Hu cu bio seharusnya merupakan sebuah bangunan yang angker dan anggun sebab bangunan ini melambangkan kemajuan kebudayaan bangsa Tionghoa selama lima ribu tahun lamanya.
Tapi bangunan tersebut justru lebih mirip sebuah pasar di Peibing atau kuil Hian biau bio di siok ciu.
Di sekeliling kuil tumbuh aneka toko dan warung penjual makanan pedagang kaki lima, rumah makan serta berbagai ragam warung lainnya tumbuh disitu, boleh dibilang tempat ini merupakan tempat hiburan yang terbesar dan teramai bagi masyarakat kota Kim leng.
Ditepi kuil itu mengalirlah sungai ching hway hoo yang amat termashur disenatero negeri, banyak seniman dan sastrawan yang mempergunakan tempat itu untuk mencari inspirasi baru, para pembesar memanfaatkan tempat itu untuk menghibur diri, tak heran kalau tempat hiburan berada dimana mana perahu pesiarpun berlalu lalang tiada habisnya.
Suatu pemandangan yang amat menawan.
Jembatan Bun tek kiau berada dipantai utara sungai chin hway hoo disamping atas kuil Hu cu bio.
Dengan bersusah payah Huan cu im baru berhasil menemukan jembatan Bun tek kiau tersebut namun manusia yang berlalu lalang, laki perempuan dengan pakaian aneka hilir mudik tiada hentinya, benar benar merupakan sebuah tempat yang ramai sekali.
Menyaksikan kesemuanya ini timbul keraguan dalam hatinya, bagaimana mungkin dia bisa menemukan seseorang dengan ciri yang khusus ditempat keramaian seperti ini "
Dia mengangkat kepalanya matahari sudah beradaa diatas kepala hampir hampir mendekati tengah hari, namun pemuda itu tetap berdiri ditepi atas jembatan sambil memperhatikan setiap orang berlalu lalang.
Pada tahun belakangan ini orang yang mengenakan topi pet dengan jubah panjang memang tak sedikit jumlahnya.
Apabila kau ingin melihat apakah dibelakang punggungnya terdapat tambalan kain biru atau tidak- terutama sekali ditempat keramaian seperti ini, berarti kau mesti menunggu sampai orang itu lewat lebih dulu, kemudian baru memeriksa punggungnya.
Pada hakekatnya Huan cu im hampir tak sanggup untuk memejamkan matanya barang sekejap pun.
Tengah hari kini sudah menjelang tiba, tapi belum tampak juga kemunculan orang tersebut, apakah dia sudah menyeberang lewat, ataukah belum tiba "
Diam diam Huan cu im mulai menggerutu didalam hati, siapa tahu belum tentu ada orang semacam ini yang benar benar akan lewat disitu..."
Sementara dia masih termenung sambil melamun, tiba tiba sesosok bayangan manusia melintas lewat dalam kelopak matanya.
Perawakan orang itu tidak teriampau tinggi dia mengenakan sebuah topi pet yang sudah lusuh dan penuh kerutan, pakaian panjangnya sudah luntur sehingga mendekati putih, punggungnya bungkuk dan dibawah ketiaknya mengempit sebuah payung, selangkah demi selangkah ia berjalan naik ke atas jembatan.
Cepat cepat Huan cu im memperhatikan punggungnya betul juga disitu ia temukan tambalan kain berwarna biru.
Dialah orangnya. Ternyata pada tengah hari tepat benar benar terdapat manusia dalam dandanan semikian melewati jembatan tersebut.
Huan cu im benar benar merasa terkejut bercampur keheranan, darimana orang yang meninggalkan pesan kepadanya semalam bisa tahu kalau hari ini tengah hari tepat akan muncul seseorang dengan dandanan demikian meleati jembatan Bun tek kiau "
Dia harus meng until dibelakangnya, sesampainya di tempat tujuan harus membinasakan orang orang itu, tapi...
mengapa dia harus berbuat demikian "
Sebenarnya ia datang atas dorongan rasa ingin tahu, sebenarnya dia mengira belum tentu ada manusia demikian yang benar benar akan melewati tempat ini tapi sekarang terbukti sudah kalau benar benar ada manusia macam begini yang melewatijembatan Bun tek kiau, itu berarti dia harus membuntutinya untuk melihat apa gerangan yang terjadi...
Sementara dia masih termenung, orang itu sudah pergi jauh maka Huan cu impun mulai mengikuti dibelakangnya, bukan bermaksud untuk mengejarnya, melainkan hanya mengikuti dari kejauhan saja.
Tentu saja orang itu tidak bakal tahu kalau di belakang tubuhnya ada seseorang sedang mengikutinya, oleh sebab itu dengan punggung terbungkuk dia hanya berjalan terus menuju kearah barat dengan kepala tertunduk.
Huan cu im mengikuti terus dibelakang tubuhnya, entah berapa jauh sudah mereka tempuh, hanya terasa perjalanan semakin lama makin memasuki daerah sepi dan jauh dari keramaian, kini di hadapan mereka telah terbentang sebuah bukit tinggi yang terjal, curam dan berbahaya.
Namun orang itu masih berjalan terus ke depan, berpaling sekejap pun tidak.
Tak selang berapa saat kemudian ia sudah keluar dari pintu cing liang bun dan mendekati hutan yang lebat dengan kicauan burung dikejauhan sana.
Ketika sampai ditepi hutan, mendadak orang itu menghentikan langkahnya, lalu tanpa berpaling katanya dengan suara yang berat dan parau : "Sudah tiba ditempat tujuan, letaknya dalam rumah kayu dibalik hutan tersebut."
Huan cu im sekali lagi dibuat tertegun, segera pikirinya:
"Sekalipun dia tak berpaling, namun perkataan itu jelas ditujukan kepadaku, ini berarti dia sudah tahu sejak tadi kalau aku sedang mengikutinya... aaah tidak mungkin sudah jelas sipenulis surat semalam yang menyuruh dia memancing kedatanganku kemari, lantas mengapa pula aku mesti membunuhnya setelah dia selesai membuka suara...?"
Suhu pernah pula berkata, dalam dunia persilatan, berlaku sebuah pantangan yakni "bertemu hutan jangan masuk", sekarang haruskah dia memasuki hutan itu"
Ternyata orang yang meninggalkan surat itu berbuat begitu misterius, dengan bersusah payah dia memancing kedatangannya kemari, tapi apakah tujuan yang sebenarnya"
Setelah berada disini, bila tidak memasuki sarang macan, mana mungkin bisa peroleh anak harimau "
Kalau memang dibalik hutan terdapat rumah kayu, ini berarti sipembuat surat itu pasti menantikan kedatangannya di dalam bangunan rumah itu paling tidak dia harus menyelidik sampai jelas siapakah gerangan lawan dan apa maksud serta tujuannya.
Dalam pada itu, ketika orang tersebut selesai berbicara, dia segera melayang mengitari hutan dan berusaha kembali ke arah semula, gerakan tubuhnya tidak terlampau cepat tapi justru gesit dan cekatan bagaikan seekor monyet, tahu tahu saja bayangan sudah menjauh.
Sudah barang tentu Huan cu im tidak akan melaksanakan perintah seperti apa yang dicantumkan dalam surat itu, tanpa sebab tanpa musabab harus membunuh seseorang, dia hanya mengikut petunjuk orang tadi, berjalan menelusuri sebuah jalan kecil disisi Hutan itu.
Disaat dia sedang menelusuri jalan kecil dibalik hutan inilah, tiba tiba berkumandang suara jeritan ngeri yang memilukan hati dari kejauhan sana.
Jerit kesakitan itu bagaikan jeritan sekarat seseorang yang mengalami penderitaan hebat dan menjelang saat kematiannya tiba, lagi pula bila ditinjau dari arah datangnya suara jeritan tersebut, sudah jelas berasal dari arah dimana orang tadi melarikan diri.
Tertegun juga Huan cu im mendengar seruan tadi, ini berarti orang tersebut sudah menemui bencana dan mati terbunuh, mungkinkah si penulis surat tersebut yang sudah turun tangan membinasakan orang itu sendiri, karena ia tidak membunuhnya"
Tapi, mengapa pula harus begitu" Apakah orang itu mempunyai dosa besar yang pantas untuk menemui kematiannya"
Huan cu im segera berpendapat bahwa sipenulis surat itu sudah pasti bukan manusia baik hati, kalau tidak. Mustahil dia akan menganggap nyawa manusia bagaikan batang rumput yang berarti.
Dia tidak ragu lagi, dengan menelusuri jalan yang kecil yang berkelak kelok itu dia berjalan terus ke depan, makin masuk ke hutan semakin dalam, matahari semakin redup daun yang rindang hampir membuat setitik cahaya pun tak mampu menerobos masuk ke dalam.
Betul juga, diujung jalan kecil itu berdiri sebuah bangunan rumah kayu yang gelap gulita, rumah tersebut hanya terdapat sebuah pintu berwarna hitam, tiada suara tiada pula sesosok bayangan manusia pun berada disitu.
Dengan memperbesar keberaniannya Huan cu im berjalan menuju ke depan pintu, baru saja dia hendak mengetuk pintu...
Mendadak dari balik pintu rumah berkumandang suara seruan seseorang dengan nada yang amat aneh.
"Setelah sampai di depan pintu, mengapa tidak langsung membuka pintu dan masuk ke dalam ?"
Nada suara orang itu memang benar benar rada aneh, sukar rasanya untuk diketahui apakah dia sudah tua " Atau masih muda " Pokoknya membuat si pendengar merasakan hatinya sangat tak enak.
Huan cu im tidak ambil perduli siapakah orang itu, yang penting baginya setelah sampai disini maka setelah bersua nanti segala sesuatunya akan menjadi jelas. Oleh sebab itu dia segera membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan-Suasana di dalam ruangan rumah kayu itu jauh lebih redup dan gelap. Hampir boleh dibilang susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri.
Disaat Huan cu im telah melangkah masuk ke dalam rumah kayu itu tahu tahu... "Blam" pintu rumah dibelakang tubuhnya telah menutup sendiri secara otomatis.
Huan cu im baru pertama kali ini terjun ke dunia persilatan, belum pernah ia jumpai peristiwa aneh dan seram seperti ini, tidak urung hatinya menjadi tegang sambil menghentikan langkahnya, diam diam ia persiapkan sepasang telapak tangannya untuk menghadapi segala sesuatu yang tak diinginkan.
Sepasang matanya dicoba untuk dipejamkan sebentar lalu membukanya kembali dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, namun suasana didalam rumah kayu itu masih tetap gelap gulita dan sukar untuk melihat sesuatu apa pun.
Pada saat itulah, tiba tiba terdengar suara yang sangat aneh itu pelan pelan berkata lagi.
"Akulah yang mengundang kau untuk bersua disini, jangan kuatir, biarpun ruangan ini gelap gulita, tidak bakal ada kejadian yang tak menguntungkan akan menimpa dirimu"
Ditinjau dari arah berasalanya suara pembicaraan tersebut, Huan cu im menduga orang itu seharusnya berada dihadapannya, namun anehnya, ia justru tak berhasil menemukan jejak orang itu. Maka sekali lagi ia bertanya.
"Sobat, sebenarnya siapakah kau" Apa maksudmu mengundang kehadiranku disini ?" suara yang aneh tadi segera tertawa,
"Tak usah kau ketahui siapakah aku, aku sendiripun tidak akan bertanya kepadamu siapakah kau"
"Lantas ada urusan apa kau ?"
"Bukankah dalam sakumu terdapat sebuah mata uang kuno yang terbuat dari perak" Ambillah keluar"
Mendengar perkataan itu, Huan cu im segera berpikir.
"Yaa..betul sebelum keberangkatanku tempo hari, empek Hee pernah menyerahkan sebuah mata uang kuno yang terbuat dari perak kepadaku, dia menyuruh aku membawa terus benda tadi dan tak boleh dihilangkan, waktu itu dia tidak banyak memberi penjelasan dan akupun tidak mengetahui apa kegunaan dari mata uang tersebut, heran, mengapa orang ini pun bisa tahu?"
Berpikir demikian, dia pun menjawab.
"Benar, aku memang mempunyai sebuah mata uang semacam itu, sobat, apakah dikarenakan mata uang kuno itu maka kau berdaya upaya memancing kedatanganku kemari ?"
Suara yang aneh itu tertawa, suara tertawanya kedengaran agak parau dan aneh, selanya,
"Kau keliru besar, kusuruh kau mengeluarkan mata uang kuno itu karena hendak kuperiksa keaslian benda tersebut."
"Apa yang hendak kau periksa " Dan apa gunanya ?" Huan cu im semakin kebingungan-
"Heehh... heehh... heeh..." kali ini suara yang aneh tersebut tidak berkata, melainkan tertawa rendah dengan suara yang menyeramkan-Dibalik gelak tertawanya yang aneh itu, Huan cu im melihat dari balik kegelapan lebih kurang delapan sembilan depa dihadapan-nya, tiba tiba muncul sebuah tangan manusia, telapak tangannya terbuka lebar, pada jari tengah tangan tersebut tergantung sebuah rantai tipis yang membelenggu sebuah mata uang kuno terbuat dari emas, benda itu menggeletak pada telapak tangan kanannya.
Ternyata mata uang tersebut mempunyai motip dan ukiran yang sama dan persis seperti mata uang perak yang diserahkan empek Hee kepadanya itu.
(Pada permulaan tadi dikatakan, Huan cu im mampu melihat dalam kegelapan, meski tenaga dalamnya masih Cetek. Dan ruangan tersebut gelap gulita, namun berhubung mata uang emas itu terbuat dari emas yang dapat memancarkan sinar, maka anak muda tersebut dapat melihat kesemuanya itu dengan jelas).
Dalam sebuah rumah kayu yang gelap gulita, tidak nampak tubuh seseorang secara seutuhnya, tapi hanya melihat sebuah tangan aneh digerak gerakkan dihadapannya, siapa pun yang menyaksikan hal tersebut pasti akan terkejut dibuatnya. Tanpa terasa Huan cu im mundur selangkah, lalu tegurnya dengan perasaan bergidik. "Sobat, sebenarnya kau ini manusia atau setan ?" Suara yang aneh itu kembali tertawa.
"Lote, kau tak perlu takut, aku tentu saja manusia, Cuma kau tak sempat melihat dengan jelas, eh mm. Sekarang tentunya kau sudah melihat mata uang emasku ini bukan ?"
"Yaa, sudah kulihat" jawab Huan cu im sambil mengangguk.
"Baiklah..." Bersamaan dengan ucapan itu, tangan aneh yang muncul di depan mata tadi segera ditarik kembali dan lenyap dari pandangan mata, menyusul kemudian terdengar suara yang aneh itu kembali berkata:
"sekarang, keluarkan mata uang perakmu dan perlihatkan kepadaku." Hhuan cu im segera berpikir.
"Agaknya empek Hee memberikan mata uang perak itu kepadaku dengan mengandung suatu maksud tertentu dibalik kesemuanya ini pasti tersimpan pula sesuatu rahasia, karenanya orang ini selalu berusaha untuk memeriksa mata uang perakku, bila tidak kuberikan mata uang tersebut kepadanya sudah jelas orang inipun tak bakal mengucapkan sesuatu kepadaku...
Karena berpendapat demikian, maka dia merogoh ke dalam sakunya, dan mengeluarkan mata uang perak itu, lalu mengenakan rantainya diatas jari tengah tangan kanannya, kemudian ia baru berkata
"Bailah, jika kau ingin memeriksa, sekarang periksalah dengan seksama " Sembari berkata, dia lantas mengangsurkan tangan kanannya ke depan...
"Bagus sekali" suara aneh itu berseru kemudian, "ternyata kau memang utusan perak, sekarang kau boleh menyimpan kembali mata uang perakmu itu" Setelah Huan cu im menyimpan kembali mata uang peraknya, dia baru bertanya
"Apa kau bilang" Aku adalah utusan perak?"
"Benar, padahal usiamu masih muda, namun dapat menempati kedudukan sebagai Utusan perak, ini sudah merupakan sesuatu yang luar biasa..."
"Lantas siapa kau sendiri?"
"Eeeh... sewaktu Hee pocu menyerahkan kedudukan utusan perak kepadamu, apakah dia tidak menjelaskan tentang sesuatu kepadamu?"
"Aaah, nampaknya dibalik kesemuanya ini memang masih terdapat sesuatu yang luar biasa..." pikir Huan cu im. Cepatcepat dia menggeleng, lalu jawabnya
"Empek Hee menyerahkan benda ini kepadaku sehari sebelum keberangkatanku ke Kim leng, dia hanya berpesan agar benda itu kusimpan terus didalam saku dan tak boleh sampai hilang, selain itu dia tak berkata apa apa"
"Baiklah, kalau begitu biar aku yang memberitahukan kepadamu mata uang kuno ini semuanya terbagi menjadi empat tingkatan, yang terbuat dari emas disebut Lengcu emas, yang perak disebut Utusan perak- yang tembaga disebut tembaga sedangkan yang besi disebut Busu besi, kau adalah utusan perak dan kini tiba di Kim leng, itu berarti kau akan melaksanakan semua perintah yang diberikan Lengcu emas kepadamu, nah sekarang sudah mengerti ?"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Huan cu im, diam diam pikirnya:
"Soh Han sim telah mencampurkan bubuk pembingung sukma ke dalam arakku maka aku harus berlagak seakan akan kesadaran dan jalan pikiranku masih terpengaruh oleh obat tersebut serta menuruti semua perintahnya..."
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berpikir demikian, dia lantas maju dan memberi hormat seraya ujarnya.
"Walaupun empek Hee belum pernah memberi penjelasan kepadaku, tapi Lengcu bisa membuktikan dengan mata uang emas tersebut, ini berarti kau tak bakal berbohong entah ada urusan serta perintah apakah Lengcu mengundang kedatanganku kemari?"
Suara yang aneh itu segera tertawa puas, sahutnya.
"Bagus sekali, tampaknya memang kau yang dimaksud, ada pun maksudku mengundang kedatanganmu adalah untuk menyerahkan sebuah tugas kepadamu untuk dilaksanakan-"
"Silahkan lengcu memberi perintah, aku pasti akan melaksanakan dengan sebaik baiknya"
"Baik Disini terdapat sebutir pil, entah dimasukkan kedalam air teh ataupun arak, pil tersebut akan segera mencair, obat ini tiada berwarna ataupun berbau carilah suatu kesempatan baik untuk memasukkan pil tersebut kedalam air teh atau arak yang diminum Siang Han hui dari Hoa san, asal hal ini sudah kau laksanakan maka tugasmu berarti telah selesai"
Begitu selesai berkata, tangan aneh tadi kembali muncul didepan mata, pada telapak tangannya benar benar terdapat sebuah bungkusan kecil yang segera dilemparkan ke depan Huan cu im.
Dengan cepat Huan cu im menerimanya, baru saja dia hendak bertanya lagi... Mendadak terdengar suara aneh tadi menegur sambil mendengus dalam: "Huan cu im, adakah seseorang yang datang kemari bersama kau...?"
"Tidak ada, aku hanya datang seorang diri"
"Ini berarti orang tersebut datang kemari dengan menguntil dibelakang mu" kata suara aneh tadi dengan nada dingin,
"barang siapa berani memasuki daerah terlarangku, berarti dia hanya akan mati dan tak punya kesempatan hidup lagi, sekarang kuperintahkan kepadamu untuk segera membunuhnya"
Kalau disuruh membunuh orang, maka Huan cu impun menjadi ragu ragu,
"Soal ini..." "Ayo cepat berangkat" bentak suara aneh itu lagi,
"memangnya aku harus turun tangan sendiri?"
Huan cu im tidak mengetahui siapa yang telah datang dihati kecilnya ia segera berpikir.
"Jangan jangan Seng ceng hoa yang secara diam diam datang menguntil diriku" Orang ini adalah Lengcu emas, berarti ilmu silat yang dimilikinya pasti sangat hebat padahal aku hanya seorang diri belaka, andaikata yang datang betul betul adalah Seng toako, dengan tenaga gabungan kami berdua mungkin saja masih dapat membekuknya serta menyingkap latar belakangnya"
Ingatan tersebut secepat kilat melintas di dalam benaknya, dengan cepat dia mengiakan kemudian membalikkan badan dan menerobos keluar lewat pintu.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu kayu, tiba tiba terasa angin tajam menerpa wajahnya, tahu-tahu sesosok bayangan manusia telah muncul dihadapannya, orang itu adalah seorang kakek bermuka merah yang beralis mata tebal dan bermata besar, cambangnya kaku bagaikan tombak.
Orang ini mengenakan sebuah jubah panjang berwarna biru, tapi dibagian muka maupun belakangnya sudah dipenuhi tujuh delapan belas buah tambalan, perawakannya sedang tapi nampaknya keren, gagah dan perkasa.
Sesudah berdiri dihadapan Huan cu im, sepasang matanya yang tajam bagaikan sambaran petir mengawasi wajah Huan cu im beberapa kejap. Kemudian tegurnya^
"Engkoh cilik, siapakah kau?"
"Aku Huan cu im, dan siapa pula lotiang?"
"Aku Lian Sam sin, aku lihat engkoh cilik tidak mirip seorang manusia buas yang suka melakukan kejahatan, apa yang sedang kau perbuat disini?"
Lian Sam sin adalah tiang lo kanan dari tiang lo kiri kanan perkumpulan Kay pang, orang menyebutnya sebagai pengemis penakluk harimau, ia termasuk seseorang yang termashur namanya dalam dunia persilatan-Huan cu im belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, oleh sebab itu diapun tidak mengetahui akan asal usul lawannya, sambil angkat kepala dan tersenyum sahutnya,
"oooh, rupanya kakek Lian, ada urusan apa sih kakek Lian datang kemari?"
Menyaksikan mimik muka anak muda itu sama sekali tidak berubah meski dia telah mengutarakan nama serta julukannya, Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin segera menganggap Huan cu im adalah seorang jago lihay yang sengaja merahasiakan ilmunya, karena itu sambil tertawa tergelak katanya.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..^ rupanya engkoh cilik adalah seorang jagoan lihay, kalau begitu aku pengemis tua benar benar sudah salah melihat, jadi engkoh cilik adalah pemilik rumah kayu tersebut ?"
Berhubung si pendatang tersebut bukan Seng ceng hoa, maka Huan cu im enggan menyangkal pun tak mau mengaku, dia malah balik bertanya: "Kakek Lian ada urusan apa sih ?"
Berkilat sepasang mata Lian Sam sin, telah mendengus dia berkata:
"Kalau memang engkoh cilik berdiam di kawasan hutan ini, berarti kaulah yang bertanggung jawab terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam hutan ini."
"Hai, persoalan apa sih yang dimaksudkan kakek Lian?"
tanya Huan cu im keheranan-Lian Sam sin tertawa dalam.
"Engkoh cilik, masa terhadap pekerjaan yang kau lakukan sendiri, kau mesti bertanya lagi kepada aku si pengemis tua?"
"Seharusnya kakek Lian menerangkan duduknya persoalan sejelas mungkin, bila caramu berkata pun macam orang mengajukan teka taki, dari mana aku bisa tahu ?"
"Baik" Kata "baik" tersebut sengaja diutarakan Lian Sam sin dengan suara yang dalam dan berat, kemudian melanjutkan:
"Aku si pengemis tua ingin bertanya kepadamu, apakah seorang anggota pengemis yang tergeletak dibalik hutan sana tewas terbunuh ditanganmu?"
"Bukan" sahut Huan cu im sambil menggeleng setelah tertegun beberapa saat.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... engkoh cilik tak berani mengakui?" Lian Sam sin tertawa tergelak.
"Seandainya orang itu memang mati di tanganku, mengapa aku tak berani mengakui" Bila orang itu bukan tewas ditanganku, mengapa pula aku harus mengakui?"
"Haaahhh... haaah, haaah..." sekali lagi Lian Sam sin tertawa terbahak bahak. "engkoh cilik telah mengubah kawasan hutan ini sebagai daerah terlarang, diatas pohon kau gantungkan papan peringatan yang berbunyi "Barang siapa yang memasuki hutan ini akan mati", dan sekarang ditemukan jenasah seorang anggota Kay pang dalam kawasan hutan ini bila orang itu bukan mati ditanganmu, lantas perbuatan dari siapakah itu?"
Mendadak Huan cu im teringat akan si manusia bertopi pet yang mengempit payung rongsok itu, bukankah sewaktu dia memasuki kawasan hutan itu, dari kejauhan sana berkumandang suara jeritan kesakitan yang memilukan hati"
Rupanya dia adalah seorang anggota perkumpulan Kay pang.
Semasa masih berada dibenteng keluarga Hee tempo hari, dia pernah mendengar empeknya membicarakan soal Kay pang yang dikatakan sebagai perkumpulan yang paling setia kawan dan terhitung perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan-Konon anggota perkumpulan ini menyebar sampai disetiap propinsi, malah pihak sembilan partai besar seperti Siau lim dan Bu tong pay pun menaruh sikap hormat terhadap mereka, itulah sebabnya kesannya terhadap Kay pang pun boleh dibilang baik sekali.
Setelah mengetahui dari Lian Sam sin bahwa yang tewas adalah anggota Kay pang, dengan perasaan terkejut ia lantas berseru: "Jadi dia... dia adalah anggota Kay pang?" Lian Sam sin segera tertawa^
"Nah, sekarang engkoh cilik baru mengaku, bagus sekali, kau membunuh seorang anggota perkumpulan kami, maka kau mesti menebus dosamu itu, harap engkoh cilik suka mengikuti aku si pengemis tua..."
"Aaah Lotiang kembali telah salah paham" buru buru Huan cu im menggoyangkan tangannya berulang kali, "anggota perkumpulanmu itu bukan tewas ditanganku"
Pengemis penakluk harimau segera mengerutkan alis matanya yang tebal, kemudian membentak dengan suara dalam.
"Engko cilik, mengapa sih kau berusaha untuk mungkir terus" Kau anggap aku si pengemis tua adalah manusia gampang dipermainkan-.."
"Harap kakek Lian jangan salah paham dulu, aku sama sekali tidak mempunyai maksud demikian-.."
Tidak sampai anak muda itu menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin kembali telah menukas dengan suara dalam.
"Aku si pengemis tua tak mau tahu apa maksud yang sebenarnya, bila ingin memberi penjelasan, silahkan disampaikan sesudah sampai di kantor cabang kami untuk wilayah Kim leng"
"Kakek Lian-.."
"Bila kau sendiri enggan beranjak dari sini, biar aku si pengemis tua yang membantumu berjalan" bentak Lian Sam sin keras keras.
Oleh karena perkataannya sudah dua kali ditukas orang ditengah jalan, lama kelamaan Huan cu im dibuat mendongkol juga, dengan perasaan mangkel segera tegurnya. "Lotiang, sebetulnya kau bisa diajak berbicara soal Cengli tidak...?"
oooodwoooo "Dalam hal yang mana aku tak berbicara soal cengli ?"
Baru selesai pengemis tua itu berkata, tiba tiba terdengar suara seorang perempuan yang merdu bergema tiba, "Hm Tentu saja kau tak tahu soal cengli"
Dengan perasaan terkejut Pengemis penakluk harimau berpaling ke arah sebuah pohon besar disisi kiri, lalu bentaknya. "Siapa di situ?"
Tampak sesosok bayangan biru berkelebat lewat, tahu tahu sesosok bayangan manusia yang ramping dan lembut telah melesat turun dari atas pohon dan melayang turun diantara kedua orang tersebut.
Gadis itu berambut panjang, mengenakan baju ketat berwarna biru langit dengan gaun berwarna putih, biji matanya yang jeli berputar kian kemari, sementara sambil mencibir bibir, sahutnya dingin. "Aku yang berada disini, ada apa ?"
Melihat kemunculan nona itu, Huan cu im sendiripun merasa sedikit agak diluar dugaan segera serunya pula. "Nona Ban, rupanya kau..."
Yang datang memang si burung hong hijau Ban Huijin, kalau selama berbicara dengan pengemis penakluk harimau wajah maupun nada suaranya kedengaran dingin dan kaku, maka selama berbicara dengan Huan cu im sikap maupun nada suaranya justru halus, merdu dan hangat, bahkan sekulum senyuman manis selalu menghiasi ujung bibirnya.
"Memangnya aku tak boleh kemari ?" kedengaran nona itu berseru sambil memutar sepasang biji matanya.
Huan cu im segera tertawa rikuh.
"Dari mana nona bisa tahu kalau aku berada disini?"
tanyanya kemudian- Sekali lagi Ban Huijin mengerdipkan sepasang matanya yang jeli dan bening, kemudian katanya sambil tertawa ringan-"Aku ogah memberitahukan kepadamu..."
"Biar nona ogah berbicara, aku pun dapat menebaknya, bukankah kau bisa sampai kesini karena menguntil dibelakang ku ?"
Merah dadu selembar wajah Ban Huijin, setelah mencibirkan bibirnya ia memutar tubuhnya setengah lingkaran, lalu sahutnya merdu. "Aaah, aku mah tak sudi..."
"Hmm, sudah selesaikan pembicaraan kalian ?" tiba tiba pengemis penakluk harimau Lian Sam sin menegur dengan suara dalam dan berat diiringi dengusan dingin. Ban Huijin mengerling sekejap ke arahnya, kemudian menegur:
"Bagaimana kalau sudah selesai, dan bagaimana pula kalau belum selesai?"
"Ketahuilah, kesabaranku ada batasnya, engkoh cilik itu mesti turut aku pergi ke kantor"
"Hmm, dengan mengandalkan apa kau hendak mengajak Huan siangkong pergi dari sini?" dengus Ban Huijin.
"Sebab dia telah membunuh anggota Kay pang"
"Huuh, jangan kau anggap nama Kay pang bisa menakut nakuti orang, atas dasar dan bukti apa kau mengatakan Huan siangkong telah membunuh anggota Kaypang?"
Dengan pandangan penuh amarah Lian Sam sin melotot sekejap kearahnya lalu menjawab:
"Saat ini Cuma dia seorang yang berada dalam hutan ini, sedang diluar hutan situ dia tulis papa n peringatan yang berbunyi Barang siapa memasuki hutan ini mati, nyatanya anggota Kay pang ditemukan tewas dalam hutan, apakah kesemuanya ini belum cukup untuk membuktikan perbuatannya?"
"Hm, betul betul mengaco belo tak karuan" dengus Ban Huijin lagi.
Lian Sam sin semakin bertambah geram, tiba tiba bentaknya dengan suara keras.
"Apa kau bilang?"
"Aku bilang kau sedang mengaco belo karuan" teriak Ban Huijin sambil membusungkan dadanya, "Huan siangkong..."
"Hari ini, aku pengemis tua bersumpah akan membekuk kalian berdua dan membawa kalian berdua ke kantor..."
bentak Lian Sam sin keras keras.
Tiba tiba tangan kanannya menyambar ke muka, dengan kelima jari tangannya yang tajam seperti kaitan dia cengkeram pergelangan tangan Huan cu im secepat kilat.
Huan cu im sama sekali tidak menyangka kalau lawannya akan melancarkan serangan secara tiba tiba dan dengan kecepatan luar biasa, seketika itu juga ia terdesak sampai mundur sejauh setengah langkah, kemudian telapak tangan kanannya dibalik dan balas membacok pergelangan tangan Lian Sam sin-Perlu diketahui, pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah satu diantara dua tianglo Kay pang padahal kedudukan seorang tianglo dalam Kay pang amat tinggi dan terhormat, tidak dibawah kedudukan seorang pangcu, tentu saja tidak gampang untuk menjadi seorang tiang lo dalam perkumpulan Kay pang.
Kedudukan maupun nama besar bagi seorang jago persilatan bukanlah bisa diperoleh secara kebetulan ataupun untung untungan-Itu berarti ilmu silat yang dimiliki pengemis penakluk harimau Lian Sam sin bukan Cuma ilmu silat biasa saja, begitu melihat datangnya bacokan dari Huan cu im, reaksinya ternyata amat cepat.
"Bagus sekali" serunya sambil tertawa dingin. Dia menarik tangan kanannya dengan cepat untuk menghindari bacokan dari Huan cu im, lalu tubuhnya menerjang ke muka secara tiba tiba, tangan kanannya dengan ilmu "sikutan keulu hati"
menumbuk lawan, kemudian karena tak sampai menangkis ancaman musuh, dengan jari tengah dan telunjuknya yang ditekuk bagaikan kaitan, dia menyerang lawan bagaikan sambaran petir. Bayangan jari tangan menyelimuti angkasa dan langsung mendesak kehadapan muka.
Walaupun Huan cu im tidak tahu kalau Lian Sam sin adalah seorang tianglo dari Kay pang, namun diapun mengerti kalau ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini teramat hebat, cepat cepat sepasang tangannya disilangkan didepan dada memuat guntingan dan menyapu keluar teriaknya kemudian "Lotiang, harap tunggu dulu, kau sudah salah paham"
Jurus serangan yang dipergunakan barusan adalah jurus
"Bintang dan rembulan saling berebut" dari tiga belas jurus ilmu jari pedang sepasang tangannya seperti sambaran pedang menyapu ke kiri dan ke kanan dari depan dada.
Meskipun Cuma jari tangan saja, namun oleh karena tangan itu sebagai pengganti pedang maka terasa juga pengaruhnya sebagai pedang dimana jari tangannya menyambar, hawa pedang turut terpancar keluar pula, membuat semua ancaman jari tangan musuh terbendung semuanya...
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin hampir saja tak percaya kalau musuhnya hanya orang bocah ingusan yang masih tetek. Ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, untuk sesaat dia menjadi kaget dan terkesiap sehingga mundur dua langkah kebelakang.
Bentrokan yang terjadi dalam pertarungan jarak dekat ini meski tidak ada suatu kelebihan yang luar biasa, namun bagi pandangan seorang ahli, pertarungan tersebut sudah terhitung amat dahsyat dan mengerikan semua peristiwa hanya berlangsung dalam sekejap mata saja.
Begitu tubuh mereka berdua saling berpisah, Lian sam sin segera melotot kearah Huan cu im dengan sorot mata yang tajam kemudian katanya^
"Gerak serangan engkoh cilik amat hebat, dan luar biasa, mari, mari, sudah puluhan tahun aku si pengemis tua belum pernah menjumpai jago muda yang begitu tangguh macam kau, ayo kita bertarung diluar hutan saja"
"Lotiang, kau salah paham" kembali Huan cu im berseru.
"Siapa bilang aku si pengemis tua salah paham"
Pertarungan kita ini hanya dibatasi kita berdua saja, kita bertarung secara satu lawan satu asal kau mampu mengungguli aku si pengemis aku segera putar badan dan angkat kaki, sebaliknya bila aku si pengemis yang menang, maka kau mesti turut aku pergi ke kantor cabang kami di Kim leng, tentunya hal ini adil bukan?"
"Tidak adil" tukas Ban Huijin-
Lian Sam sin segera melototkan matanya bulat bulat, kemudian tegurnya terhadap Ban Hui jin ini
"Dalam hal yang mana perkataan aku si pengemis tidak adil?"
"Kalau Huan cu im yang menang, maka kau balik badan segera pergi sebaliknya bila dia kalah harus turut kau pergi ke kantor cabangmu, itu mah namanya tidak adil, bila dia yang kalah mengapa ia tak boleh seperti kau, balik badan lantas pergi?"
"Sebab dia telah membunuh anggota Kay pang kami"
"Hmm, selama ini aku selalu menguntil di belakangnya, aku sama sekali tidak melihat ia mencelakai anggota Kay pang kalian, pembunuhnya jelas orang lain, kini kau bukannya pergi mencari si pembunuh yang sesungguhnya, sebaliknya malah melimpahkan dosa itu kepadanya, apakah ini adil namanya"
Memangnya kau melihat Huan siang kong telah membunuh anggota Kay pang?"
-oo0dw0oo Jilid: 15 Lian Sam sin jadi tertegun, kemudian tanyanya:
"Sungguhkah pertanyaanmu itu ?"
"Buat apa aku mesti membohongi dirimu"
Lian Sam sin segera berpaling kearah Huan cu im, kemudian tegurnya pula : "Engkoh cilik mengapa tidak kau katakan sedari tadi ?"
"Tadi aku sudah berapa kali hendak berkata, tapi lotiang selalu menukas perkataanku bagaimana mungkin aku bisa menerangkan kepadamu ?"
"Baik," kata Lian Sam sin kemudian, "kalau begitu aku pingin bertanya, tulisan di luar hutan yang berbunyi Barang siapa yang memasuki hutan ini mati, apakah tulisanmu ?"
"Bukan" "Apakah kau juga tidak berdiam didalam rumah kayu ini?"
kembali Lian Sam sin bertanya.
"Tidak" Lian Sam sin segera menatap pemuda itu lekat lekat kemudian tanyanya: "Lantas ada urusan apakah engkoh cilik datang kemari ?"
"Sewaktu berada di tepi jembatan Bun tek kiau, jumpai seorang lelaki bertopi pet lalu dan mengempit sebuah payung rongsok lewat dihadapanku, maka akupun menguntil di belakangnya sampai disini, aku bisa menguntilnya hanya terdorong rasa ingin tahu, ketika orang itu tiba didepan hutan, akupun ikut masuk kedalam kawasan hutan ini dengan menelusuri jalan kecil yang ada sementara dia mengintari hutan tersebut belum sampai berapa langkah kumasuki hutan ini dari kejauhan situ sudah terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati aku tidak tahu kalau dia sudah mati dibunuh seseorang, lebih lebih tidak kuketahui dia adalah anggota Kay pang."
Semua pengakuannya ini memang suatu pengakuan yang sejujurnya, hanya saja ia tidak menerangkan kalau ada orang telah meninggalkan surat diatas pembaringannya.
Tatkala sianak mugaitu berkata Lian Sam sin dengan sorot matanya yang tajam mengawasi wajahnya tanpa berkedip.
Seolah olah dia hendak mengamati apakah dia telah berbohong ataukah berbicara yang sesungguhnya "
Menanti Huan cu im telah menyelesaikan perkataannya, dia baru berkata :
"Engkoh cilik, kau langsung mencari sampai disini dan kau temukan rumah kayu tersebut, lantas apa yang kau perbuat?"
"Terdorong oleh rasa ingin tahuku, akupun maju mengetuk pintu, namun tiada seorang manusiapun yang menjawab, karena itu kudorong pintu rumah dan masuk kedalam, ternyata rumah itu sangat gelap sehingga untuk melihat kelima jari tangan sendiripun susahnya amat terpaksa aku mengundurkan diri dari situ, dan akupun berjumpa dengan lotiang."
Sedang mengenai suara aneh yang terdengar dalam ruangan gelap itu, Huan cu imtak ingin menjelaskan kepada orang luar sebelum dia merundingkan hal ini dengan Seng lopek.
Tentu saja banyak titik kelemahan yang terdapat dalam pembicaraan tersebut, seperti misalnya kemarin ia baru sampai di Kim leng mengapa dia datang seorang diri kejembatan Bun tek kiau " Dan apa pula maksudnya kesitu "
Cuma tentang persoalan seperti ini sudah barang tentu Lian Sam sin tak akan merasakannya.
Sekalipun demikian, hal tersebut sama sekali tak dapat mengelabui Ban Huijin yang pintar dan berotak encer, sambil mengedipkan sepasang matanya yang bulat dan jeli dia memandang pemuda itu sambil tertawa.
Menurut pengamatan Lian Sam sin selama ini, dia merasa Huan cu im tidak lebih hanya seorang pemuda yang baru terjun ke dunia persilatan, semua pengakuannya seperti tidak bohong. Karenanya sesudah termenung sejenak ia berkata :
"Baiklah, aku sipengemis tua percaya dengan perkataanmu itu mati kita masuk kedalam ruangan itu dan coba kita periksa apa isinya."
Ban Huijin terhitung juga seorang yang besar rasa ingin tahunya, dia segera berteriak sesudah mendengar perkataan tersebut:
"Yaa..betul, kita memang sudah seharusnya masuk kedalam dan siap menyerbu masuk ke dalam rumah kayu itu."
"Nona Ban, tunggu sebentar" buru buru Huan cu im berteriak dengan cemas.
Mendengar teriakan itu, Ban Huijin segera menghentikan langkahnya, kemudian sambil berpaling tanyanya : "Ada apa
?" Huan cu im segera memburu kemuka, kemudian menjawab:
"Suasana di dalam rumah kayu itu gelap gulita sehingga susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri, lebih baik aku saja yang berjalan didepan-"
Melihat pemuda itu begitu menaruh perhatian terhadap dirinya, Ban Huijin segera berpaling dan melemparkan sekulum senyum yang amat manis kearahnya sambil katanya
"Terima kasih banyak atas perhatianmu kepadaku..."
Ketika mengucapkan kata "kepadaku" tiba tiba saja paras mukanya berubah menjadi semu merah.
Sementara kedua orang itu masih berbicara, si Pengemis penakluk harimau telah berebut berjalan dimuka dan memasuki rumah kayu itu terlebih dulu
cepat cepat kedua orang itu mengikuti pula di belakangnya, mereka masuk kerumah itu bersama sama.
Kali ini Huan cu im sudah mempunyai pengalaman, ketika memasuki pintu, dia memungut sebutir batu dan dihanjalkan di depan pintu sehingga pintu tersebut tidak merapat kembali, dengan demikian sinar matahari dapat mencorong masuk ke dalam biarpun tidak terlalu terang paling tidak bisa menyaksikan keadaan disekitar tempat itu secara lamat lamat.
Rumah kayu itu hanya terdiri dari sebuah ruangan berbentuk persegi panjang pada bagian dalamnya digantung sebuah tirai berwarna hitam sehingga ruangan tersebut terbagi menjadi bagian luar dan bagian dalam.
Begitu menyerbu ke dalam ruangan Lian Sam sin langsung menyingkap tirai hitam itu dan menuju kebelakang.
Diam diam Huan cu im manggut manggut sambil berpikir :
"oooh... rupanya didalam ruangan telah digantung sebuah tirai warna hitam tak aneh kalau aku hanya mendengar suaranya tak kelihatan manusianya, rupanya orang itu berbicara dengan menyembunyikan diri dibalik tirai. Sudah barang tentu aku tak dapat melihatnya, karena yang diperlihatkan dari balik tirai hanya sebuah tangan saja, makanya yang kujumpai hanya sebuah tangan pula."
Berpikir demikian, dia turut pula melangkah masuk ke dalam ruangan belakang^
Bagian ruangan yang berada dibelakang tirai hitam itu amat sempit dibelakang Cuma terdapat sebuah jendela kayu, saat itu Lian Sam sin telah membuka jendela tersebut dan melongok keluar.
Diluar jendela terbentang pula sebuah hutan yang lebat, tentu saja tidak terlihat apa apa disitu.
Huan cu im yang menyaksikan kejadian tersebut diam diam menghembuskan napas lega, pikirnya :
"Kalau begitu, Lengcu mata uang emas telah pergi dari sini."
Dalam pada itu Lian Sam sin telah menutup kembali jendela tersebut seraya berpaling, lalu tanyanya :
"Sewaktu engkoh cilik masuk kemari tadi, benarkah kau tidak menjumpai seseorang ?"
"Sewaktu aku masuk keruangan ini, berhubung tempatnya gelap gulita sehingga sukar untuk menyaksikan sesuatu, dengan cepat aku mengundurkan diri dari situ, tidak kujumpai seorang manusiapun disitu."
Lian Sam sin tidak berkata, dia Cuma mengangguk berulang kali sebagai pertanda bahwa dia menaruh kepercayaan penuh terhadap pengakuan dari Huan cu im itu.
Selang beberapa saat kemudian, ia baru berkata lagi :
"Mungkin sewaktu engkoh cilik masuk ke dalam rumah tadi, di ruangan ini sudah tersembunyi seseorang, hanya saja engkoh cilik tidak melihat akan kehadirannya saja."
Diam diam Huan cu im terkejut juga mendengar perkataan itu, Tapi sambil berlagak kaget tanyanya:
"Rupanya Lotiang telah menjumpai sesuatu?"
"E eh h mm..." Lian Sam sin manggut manggut membenarkan, kemudian sambil mengangkat kepala, dan tertawa dia melanjutkan "walaupun aku sipengemis tua tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri namun hidungku ini dapat mengendus baunya."
"Kenapa aku tidak dapat mengendus bau apapun?" tanya Ban Huijin keheranan-Sambil mengelus jenggotnya Lian Sam sin segera tertawa.
"Aku sipengemis tua sudah berkelana cukup lama dalam dunia persilatan, puluhan tahun berkecimpung dalam hal yang sama, lama kelamaan membuat aku dapat membedakan bau manusia. Orang ini sudah cukup lama berdiam dalam ruangan ini, tentu saja dia meninggalkan pula bau manusia di situ."
Huan cu im yang mendengar semua pembicaraan tersebut, diam diam berpikir. "Tampaknya sipengemis tua ini benar benar lihay dan banyak pengalamannya." Sementara itu Ban Huijin telah bertanya lagi :
"Apakah lotiang bisa mengendus pula manusia macam apakah dirinya ?"
"Soal ini..." Lian Sam sin tertawa paksa, kemudian baru ujarnya, "aku sipengemis tua hanya dapat mengendus bau manusia, sedangkan tentang manusia macam apakah dirinya itu, dari mana aku mampu untuk mengendusnya ?"
Tampaknya dia seperti enggan untuk dapat membicarakan tentang manusia yang bersembunyi didalam ruangan itu dengan mereka berdua sambil mengangkat kepalanya lagi dia meneruskan :
"Mari kita pergi, orang itu sudah lama berlalu kita tak berguna berada disini terlalu lama, lebih baik keluar dulu sebelum berbicara lebih jauh"
Selesai berkata, dia lantas berjalan keluar lebih dulu dari ruangan tersebut. Huan cu im danBan Huijin segera mengikuti pula dibelakangnya.
Lian Sam sin sama sekali tidak menghentikan langkahnya Ia menelusuri jalan setapak dalam hutan tersebut dan langsung menuju keluar. Sambil berjalan ia bertanya pula kepada Huan cu im :
"Engkoh cilik masih muda belia semestinya kau tidak mempunyai musuh besar bukan ?"
Tentu saja pertanyaan semacam ini harus diajukan olehnya karena anggota Kay pang yang telah tewas itu tak mungkin tanpa sebab musabab akan memancing kedatangan Huan cu im dari jembatan Bun tek kiau yang begitu jauh sampai disini, sedangkan didalam rumah kayu itu pun sudah tersembunyi seseorang yang tampaknya sudah lama menunggu, tentu saja dibalik kesemuanya itu pasti terdapat alasan tertentu.
Sebelum Huan cu im menjawab, Ban Huijin telah menimbrung lebih dulu "Mana mungkin Huan siang kong punya musuh "
Kami baru tiba di Kim leng kemarin."
"oooh..." gumam Lian sam sin kemudian, "kalau begitu aneh sekali."
Tak lama kemudian mereka bertiga sudah keluar dari hutan, mendadak Lian Sam sin menghentikan langkahnya seraya berpaling, kepada Huan cu im dia berkata :
"Walaupun aku sipengemis tua percaya bahwa semua pengakuan engkoh cilik ini adalah sejujurnya, tapi kau si engkoh cilik pun tak bisa dikatakan bebas sama sekali dari kecurigaan bukan ?"
"Apa yang lotiang inginkan untuk dapat mempercayai diriku
?" "Aku sipengemis tua masih tetap mengulangi perkataanku yang semula, lebih baik kita bertarung dengan sebaik baiknya di sini, jika engkoh cilik yang unggul, kau boleh segera meninggalkan tempat ini, sebaliknya kalau kalah, harap kau suka mengikuti aku si pengemis tua untuk berkunjung kekantor cabang di Kim leng, tapi aku sipengemis tua jamin perkumpulan kami hanya akan menyelidiki sebab sebab kematian dari anggota kami saja, kepergian engkoh cilik tak lebih hanya sebagai saksi, tiada orang yang akan menyusahkan dirimu." Huan cu im segera tertawa dingin.
"Heeeh... heeeh... heeeh... semua kisah pengalamanku telah kututurkan kepadamu, mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, aku sih tak sudi menerima ancaman atau tekanan dari seseorang, apabila lotiang membutuhkan kehadiranku sebagai saksi silahkan saja kau memberi alamat kantor cabangmu aku bisa pergi sendiri ke sana dan tak bakal mengingkar janji. . . "
"Tidak bisa" Lian Sam sin menggelengkan kepalanya berulang kali, "pertarungan diantara kita berdua harus dilangsungkan sehingga menang kalah dapat ditentukan"
"Maaf, aku tak mau melayani kehendakmu itu, sampai jumpa." Kata Huan cu im sambil menjura.
Selesai berkata dia membalikkan badan dan siap berlalu dari situ...
Lian Sam sin tertawa dingin, menyusul kemudian terdengarBan Huijin menjerit kesakitan sambil berteriak keras
: "Hei, lepaskan aku, mau apa kau ?"
Ketika Huan cu im berpaling, dia menyaksikan tangan kiri Lian Sam sin telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ban Hui jin, sedangkan telapak tangan kanannya ditempelkan di atas punggungnya.
Sebelum dia berucap sesuatu, sipengemis tua itu sudah berkata lagi sambil tertawa dingin :
"Engkoh cilik, apabila kau menolak untuk melangsungkan suatu pertarungan yang adil denganku, terpaksa aku sipengemis tua akan menawan nona ini untuk kujadiakan sebagai sandera..."
Huan cu imjadi amat gusar setelah menyaksikan peristiwa ini, dengan kening berkerut bentaknya keras keras :
"Kalau kulihat dari usiamu yang sudah lanjut, tak kusangka kau bisa melakukan perbuatan semacam ini, hmmm Apa maksudmu menganiaya nona Ban disaat ia tak siap " Baik, Baik lepaskan dia terlebih dulu, aku akan melangsungkan pertarungan yang sejujurnya melawanmu disini juga."
Melihat pemuda itu sudah menyanggupi paras muka Lian Sam sin berubah menjadi lembut kembali, dia segera melepaskan cekalannya atas Ban Huijin lalu katanya :
"Tahukah engkoh cilik mengapa aku sipengemis tua bersikeras hendak melangsungkan pertarungan melawanmu ?"
Dengan wajah merah padam karena mendongkol dan marah, Ban Huijin segera menimbrung sambil mengumpat.
"Kau situa bangka celaka, jahatnya setengah mati."
Sedangkan Huan cu im berdiri dengan wajah serius dan menyahut ketus.
Bukankah kau mengatakan hendak menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita berdua ?"
Dalam marahnya, dia segan menyebut lawan sebagai
"lotiang" lagi, sopan santun telah ditangguhkan dengan begitu saja.
"Benar" Lian Sam sin segera tersenyum "selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah aku sipengemis tua didesak mundur oleh seseorang dalam gebrakan yang pertama, tapi barusan aku telah dipaksa mundur sejauh dua langkah oleh engkoh cilik dalam satu gebrakan saja, itulah sebabnya aku ingin tahu akan asal usul perguruan engkoh cilik. Yang lebih penting lagi adalah untuk mencoba sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki engkoh cilik."
"Kedua, berhubung seorang anggota Kay pang kami terbunuh, padahal dia termasuk satu diantara delapan pelindung hukum perkumpulan kami yang berilmu silat tinggi maka aku si pengemis tua merasa wajib untuk mencoba kemampuan yang dimiliki engkoh cilik sedangkan perbuatanku mencengkeram pergelangan tangan nona tadi, sesungguhnya tak lebih hanya ingin memanasi hatimu, masa aku sipengemis tua benar benar hendak menganiaya seorang nona ?"
"Setelah kusanggupi tantanganmu itu, tentu saja tak akan kupungkiri lagi, silahkan lotiang mulai melancarkan seranganmu "
Saat itu rasa mendongkol dan gusar yang membara didada Ban Huijin belum hilang dengan mulut cemberut dia segera ikut berteriak dari samping.
"Huan siangkong, dia kan mencari gara gara kepadamu, buat apa sih kau mesti bersikap sungkan sungkan kepadanya
?" Lian Sam sin tertawa terbahak bahak.
"Haa... haah... kalau begitu aku sipengemis tua tak akan sungkan sungkan lagi..."
Sambil membentak keras mendadak dia maju selangkah ke depan, dari posisi Tiong-kiong tangan kirinya bagaikan gaitan mencakar kemuka, sementara telapak tangan kanannya membacok ke depan dada secepat kilat.
Jurus serangan yang digunakan itu tak lebih Cuma jurus
"menaklukkan naga dengan tangan kosong" sebuah jurus serangan biasa saja, namun dibalik cakarnya itu terasa hawa serangan yang tajam memancar keluar dari kelima jari tangannya.
Huan cu im tak berani berlaku gegabah cepat cepat dia mundur setengah langkah, sementara tangan kanannya dengan ilmu jari pedang melepaskan sebuah bacokan balasan-Dalam dunia persilatan, orang sering kali mempergunakan telapak tangan, atau kepalan atau jari tangan untuk menghadapi serangan musuh, tapi jarang sekali mempergunakan jari tangan sebagai pengganti pedang untuk melancarkan serangan, Lian Sam sin yang menghadapi keadaan demikian, tampaknya segera menaruh perhatian khusus atas kemampuan lawannya ini.
Benar juga dalam bacokan yang dilancarkan Huan cu im itu, terasa ada segulung desingan angin tajam yang turut memancar dari balik serangan tadi, keadaannya sangat mengerikan-Didalam hati kecilnya Lian Sam sin segera berpikir,
"Entah darimana datangnya sianak muda ini " Kalau dilihat dari gerak serangan yang dipergunakan olehnya, sudah jelas dia memakai ilmu jari pengganti pedang untuk melepaskan jurus jurus seangan ilmu pedang."
Berpikir demikian, sambil tertawa terbahak bahak telapak tangan kanannya berada didepan dada secepat kilat disodokkan ke muka untuk menyongsong datangnya ancamar musuh, dimana serangannya dilancarkan, hawa serangan yang kuat serasa menyesakkan napas.
Huan cu im segera melihat bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya amat sempurna dia tak berani beradu kekerasan dengannya, dengan cepat tubuhnya berputar sambil melangkah kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
"Engkoh cilik mengapa kau tak berani menyambur seranganku ini dengan kekerasan ?" seru Lian Sam sin kemudian dengan tertawa nyaring.
Ditengah bentakan tersebut, sepasang lengannya diputar kencang melepaskan serangkaian serangan berantai, angin serangan yang kuat dan dahsyat segera berhamburan kemana mana.
Bagaimanapun juga Huan cu im adalah seorang pemuda yang berdarah panas, ia segera termakan oleh hasutan Lian Sam sin yang memanaskan hatinya itu, apa lagi di situ hadir pula Ban Huijin yang sedang menonton jalannya pertarungan-Harus diketahui, bagai seorang pemuda yang masih muda belia, asaikan ada seorang nona yang berdiri di depannya, maka lepaskan apa hubunganmu dengan nona tersebut, yang jelas dari hati kecilnya akan timbul semangat juang yang jauh lebih besar, terutama sekali rasa tak mau kalahnya dihadapan orang, apalagi Ban Huijin yang berada dihadapannya sekarang adalah keturunan keluarga Ban dari bukit Hong san...
Tentu saja Huan cu im enggan mengalah terus menerus, sepasang tangannya segera diputar menggunakan tiga belas jurus ilmu jari pedangnya untuk melangsungkan pertarungan sengit melawan Lian Sam sin.
Tiga belas jurus ilmu jari pedangnya ini tak lain adalah hasil ciptaan gurunya Ju It koay yang telah bersusah payah selama puluhan tahun untuk mengambil inti sari dari jurus jurus serangan terampuh dari berbagai aliran dan partai yang kemudian diciptakan serangkaian jurus serangan yang luar biasa.
Walaupun namanya saja terdiri dari tiga belas jurus, padahal dalam setiap gerakan terbagi pula dalam tiga sampai tujuh perubahan yang beraneka ragam, selain jurus jurus untuk menghindarkan diri dari ancaman musuh, terdapat pula gerak serangan yang tangguh, itulah sebabnya ilmu jari pedang ini harus dikombinasikan dengan ilmu gerakan tubuh yang enteng dan lincah sehingga ketangguhannya dapat terlihat semua.
Sebaliknya ilmu pukulan yang bersifat keras berulang kali gurunya telah berpesan, apabila keadaan tidak terlalu mendesak atau memaksa, maka ilmu pukulan tersebut tak boleh digunakan secara sembarangan
Selain itu dia pun waris mencampurkan seratus delapan jurus ilmu Ki na jiu dan Tay lak eng jiau kang dibalik ilmu pukulannya tadi setiap kali ia terpaksa harus mempergunakannya .
oleh sebab itu semasa dalam latihan, Huan cu im selalu melatih ilmu silatnya campur aduk lama kelamaan ilmu Hui sin pat elang, tiga belas jurus ilmu jari pedang ilmu Tay lek eng jiau kang dan seratus delapanjurus ilmu na-jiu bisa digunakan sepotong demi sepotong secara terpisah, ataupun digunakan secara gabungan dan dikombinasikan satu dengan lainnya.
Sesungguhnya tiga belas jurus ilmu jari pedang lebih mengutamakan menghindarkan diri dari ancaman musuh sambil mencari kesempatan untuk melepaskan serangan balasan, tapi oleh karena Lian Sam sin mengatakan ia tak berani menerima serangannya dengan kekerasan, maka dia selipkan juga ilmu Tay lek eng jiau kang serta Hui sin pat ciang nya. Dengan demikian, bukan saja dia pergunakan jurus jurus serangan yang khusus dipakai untuk menghindari serangan lawan, disertakan juga ilmu Ki najiau yang hebat dan pukulan yang bertenaga raksasa, sebentar lagi memainkan ilmu pukulan, lalu ilmu jari, ilmu cengkeraman dan ilmu telapak tangan, perubahan demi perubahan dilakukan secara beruntun dan bergantian^
Makin bertarung sipengemis penakluk harimau merasa semakin terkejut bercampur keheranan ia merasa bahwa pemuda tersebut selain memiliki tenaga dalam yang sempurna, jurus jurus serangannya pun sama sekali diluar dugaan-Sebetulnya sipengemis tua itu bisa memaksa Huan cu im untuk bertarung, hal ini tak lain disebabkan ia sudah mencoba tadi bahwa usia Huan cu im mes kit masih muda, namun ilmu pukulannya justru luar biasa dan pemuda tersebut boleh dibilang merupakan jago muda yang belum pernah ditemui selama puluhan tahun terakhir ini, terdorong oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin menang sendiri inilah, memaksanya untuk menantang pemuda itu untuk berduel.
Sekarang, ia dapat melihat Huan cu im sebentar menyerang dengan telapak tangan sebentar lagi dengan jari, sebentar dengan cengkeram semuanya disertai dengan perubahan yang begitu banyak. Diam diam ia semakin kagum.
Tiba tiba saja ia merasa ilmu cengkeraman yang dipergunakan pemuda tersebut mirip sekali dengan aliran silat dari Eng jiau bun, tanpa terasa pikirnya dengan perasaan terkejut :
"Heran, sejak kapan Eng Jiau bun mempunyai seorang tokoh muda yang memiliki ilmu silat begitu hebat ?"
Makin tangguh musuh yang dihadapi Lian Sam sin merasa semakin asyik dan gembira serangan demi serangan yang dipergunakan juga makin menghebat hingga angin tajam menderu deru.
Beberapa gebrakan kemudian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak bergabung menjadi satu, diantaranya bayangan manusia yang saling berkelebat, terciptakan selapis bayangan semu yang menari nari, namun dari tenaga yang terpancar dari balik tangan kedua belah pihak, terhembus kekuatan yang bisa mencapai sejauh delapan sembilan depa lebih, pada hakekatnya pasir dan debu dibuat beterbangan ke udara keadaannya sangat mengerikan
Semua peristiwa itu kontan saja membuat siburung hong hijau Ban Huijin yang menonton jalannya pertarungan tersebut merasakan pandangan matanya jadi kabur, diam dia ia merasa terkejut bercampur keheranan.
"Betul betul tidak kusangka kalau Huan siangkong memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, ini mah rasanya kelewat menguntungkan Hee Giok yong..."
"Tapi merekakan belum secara resmi dikawinkan biarpun sudah tukar cincin, rasanya akupun..."
Tiba tiba ia merasa pipinya jadi merah dan panas diam diam ia mendesis lirih, perhatiannya terhadap pertarungan yang sedang berlangsung diarenapun segera terpencar.
Pada permulaan pertarungan itu berlangsung, Huan cu im masih penuh diliputi keragu raguan dan ngeri dalam menghadapi serangan serangan Lian Sam sin yang dahsyat dengan tenaga dalam yang amat sempurna.
Terutama sekali dia masih awam dalam dunia persilatan, pengalamannya dalam bertarung melawan orangpun belum cukup, biarpun jurus jurus serangan yang dilatihnya saban hari amat hapal dan matang, namun setelah tiba waktunya dipergunakan dia toh tetap merasa gugup dan kebingungan, tak tahu jurus dipergunakan lebih dulu.
Menanti pertarungan telah berlangsung sekian waktu, tehnik penggunaan jurus maupun gerak serangan yang dipergunakanpun kian lama kian bertambah matang, segenap pikiran daperhatiannya segera dipusatkan untuk menghadapi serangan lawan, jurus demi jurus serangan yang dipergunakanpun makin lama semakin lancar dan sesuai dengan keinginan hati...
Walaupun demikian, dia tak lebih baru sepuluh tahun mempelajari ilmu silatnya, tidak seperti apa pengemis penakluk harimau Lian Sam sin yang sudah berlatih puluhan tahun lamanya, tenaga dalam yang dimiliki pun sudah mencapai berapa puluh tahun kematangan-oleh sebab itu biarpun ia mengeluarkan segenap inti sari ilmu pedang dari berbagai aliran dan partai yang terhimpun dalam tiga belas jurus ilmu jari pedang serta tenaga cengkeraman dan angin pukulan dari ilmu Tay lek engjiau kang, namun bila ingin bertarung melawan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Lian Sam sin, dia masih tetap bukan tandingan-Tapi setiap kali bila Huan cu im sudah terdesak oleh angin pukulan Lian Sam sin yang maha dahsyat tersebut sehingga sukar untuk mempertahankan diri, ia selalu menggunakan ilmu Hwee sin pat Ciang untuk menyambut ancaman lawan dengan kekerasan-Setiap kali sepasang telapak tangan mereka saling membentur sehingga timbulkan suara benturan keras, posisi kedua belah pihak tetap seimbang tiada yang menang tiada pula yang kalah kedua orang itu sama sama mundur satu dua langkah dari posisi semula.
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah seorang jago yang paling mengandalkan tenaga pukulan Yang kang, begitu kuat dan hebatnya tenaga pukulan orang ini sehingga ia disebut orang sebagai penakluk harimau, biasanya orang persilatan yang bertemu dengannya paling enggan beradu kekerasan dengannya.
Siapa sangka Huan cu im yang masih berusia begitu muda, hanya dalam beberapa gebrakan saja ia sudah beradu keekrasan sebanyak berapa kali dengannya.
Setiap kali pemuda itu sudah terdesak hebat hingga tak mampu menandinginya lagi setiap kali pula pemuda tersebut beradu kekerasan dengannya, tapi justru dari beradu kekerasan inilah sang pemuda justru mampu mengembalikan posisinya yang terdesak sehingga berada kembali dalam keadaan seimbang.
Atas kejadian tersebut, timbullah keasyikan dan kegembiraan pengemis penakluk harimau untuk menyerang lebih jauh, dia salah mengira Huan cu im adalah seorang jagoan yang sengaja menyembunyikan kepandaian silatnya, oleh karena itu timbul niatnya untuk mencoba Huan cu im lebih jauh.
Setiap kali dia melepaskan pukulan, hawa murninya selalu dihimpun dan dilontarkan sepenuhnya, kian lama tenaga pukulan yang disertakan dalam serangannya makin bertambah hebat, akhirnya kekuatan yang terpancar justru bagaikan kapak raksasa yang hendak membelah bukit karang.
Sebaliknya Huan cu im yang harus menghadapi serangan musuh yang makin lama semakin bertambah hebat, hingga pada hakekatnya setiap serangan memiliki bobot yang luar biasa, diam diam hatinya menjadi terkejut bercampur terkesiap.
Berada dalam keadaan demikian, pada hakekatnya ilmu Kiam ci cap si dan Eng jiau kang nya sama sekali tidak berfungsi lagi, dia hanya bisa mengeluarkan ilmu Hwee sin pat ciang saja untuk mengajak lawannya bertarung dalam sistim keras lawan keras.
Dan justru setiap kali dia baru bisa memperbaiki posisinya apabila sudah mengeluarkan ilmu Hwee sin pat ciang tersebut dan mendesak lawan mundur setengah langkah.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Itu berarti apabila dia meneluarkan ilmu Hwee sin pat ciang tersebut secara beruntun, sudah pasti dari kalah dia akan menang dan berhasil merobohkan lawannya, padahal berulang kali suhunya telah berpesan agar ia tak melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu pertarungan yang dialami Huan cu im sekarang bolek dibilang amat susah dan berat.
Biarpun demikian, keadaan seperti ini boleh dibilang merupakan kesempatan baik yang tak pernah akan dijumpai dilain waktu, pertarungannya melawan seorang jago lihay dunia persilatan seperti Lian Sam sin membuatnya banyak menyerap pengalaman yang berharga dalam pertarungan yang berat dan ketat itu, disamping tehnik meraih keseimbangan dibalik kekalahan dan mencari kemenangan dibalik keseimbangan.
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah seorang jagoan yang berpengalaman amat luas, selama pertarungan berlangsung, dia pun berhasil menemukan bahwa ilmu jari serta ilmu cakar dari Huan cu im meski kurang tangguh, namun ilmu silat yang sesungguhnya paling diandalkan oleh pemuda itu tak lain adalah pukulan aneh yang selalu diselipkan diantara beberapa jurus serangannya itu.
Kalau dilihat pula dari sikap tegang dan serius yang menyelimuti wajah pemuda itu, jelas bukan disengaja atau berpura pura, maka hal ini berarti disaat gurunya mewariskan ilmu silat kepadanya, secara sengaja dia telah menyelipkan semacam ilmu silat yang rahasia dan sakti dibalik jurus jurus silat lainnya, sedang pemuda itu sendiri sama sekali tidak tahu. Lantas ilmu silat apakah itu "
Kalau dilihat dari usia bocah itu, paling banter dia baru mencapai usia enam tujuh belas tahunan, sekalipun semenjak lahir dari rahim ibunya sudah belajar tenaga dalam, belum tentu dia mampu melatih tenaga dalamnya sehingga dapat beradu kekerasan dengan dirinya.
Ditinjau dari kejadian ini, maka bisa disimpulkan kemampuannya bertarung seimbang melawan dirinya itu tak lain berkat mengandalkan ilmu pukulannya yang aneh dan luar biasa itu.
Sambil bertarung pengemis tua itu memperhatikan terus dengan seksama, namun betapa pun ia sudah memperhatikan, ia selalu menjumpai Huan cu im pasti melakukan perputaran badan yang amat cepat lebih dulu sebelum melakukan pukulan yang sangat aneh tadi, disaat tubuhnya berputar inilah serangan dilepaskan-Atau dengan perkataan lain, disaat dia melepaskan pukulannya, selalu mempergunakan tubuhnya untuk menutupi pandangan matanya lebih dulu membuat orang lalu tak dapat melihat dengan jelas perubahan gerakan tangan dan jurus serangan yang akan dipergunakannya .
Disaat kau sudah melihat telapak tangannya, tenaga pukulan bagaikan amukan ombak dahsyat telah menggulung tiba.
Lian Sam sin sudah sekian waktu memperhatikan dengan seksama namun tak pernah berhasil menemukan sesuatu apapun, hal ini membuatnya makin tercengang bercampur kaget.
Banyak sudah ilmu pukulan yang dikenal dan diketahui olehnya didalam dunia persilatan selama ini, namun belum pernah mendengar orang membicarakan soal ilmu pukulan sambil berputar badan macam ini.
Akibatnya dia menaruh perasaan kagum bercampur kaget atas kemampuan yang dimiliki Huan cu im dalam usia muda itu.
Baru saja dia hendak menghentikan pertarungan untuk mencari tahu asal usul Huan cu im, pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan tinggi, sambil berlarian mendekat terdengar orang itu berteriak keras. "Lian tiang lo cepat kau hentikan pertarungan-"
Lian Sam sin menarik kembali serangannya lalu sambil melompat ke belakang teriaknya keras keras.
"Engkoh cilik, cepat hentikan seranganmu"
Mendengar teriakan itu, Huan cu im segera menarik kembali serangannya dan mundur ke belakang.
Ternyata pendatang adalah seorang lelaki kekar berbaju hijau yang berusia dua puluh empat- lima tahunan, dia beralis mata tebal dan bermata besar, mukanya merah dan perawakan kekar, sehingga kelihatan sekali keperkasaannya.
Setelah berhenti, dia segera memberi hormat kepada Lian Sam sin sambil menjura.
"Lian tianglo, suhu ada urusan hendak dirundingkan, harap kau segera kembali ke kantor cabang Kim leng"
Lian Sam sin yang baru saja menemukan seorang jago muda, tentu saja enggan meninggalkannya dengan begitu saja maka seraya manggut manggut katanya.
"Aku sudah tahu, kau boleh pulang dulu, aku segera menyusul "
"Baik" sahut lelaki kekar berbaju biru itu kemudian seraya memberi hormat, "kalau begitu tecu pergi lebih dulu"
Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Huan cu im serta Ban Huijin, dia segera membalikkan tubuh dan berlalu dari situ. Dengan senyuman dikulum Lian Sam si segera berkata.
"Dia adalah satu satunya ahli waris dari pangcu perkumpulan kami, Leng Kang to"
Ban Huijin tidak menanggapi perkataan itu, malah serunya kemudian kepada sang pemuda.
"Huan siangkong, ayo kita pergi"
"Nona, tampaknya kau masih marah kepada aku sipengemis tua ?" seru Lian Sam sin kemudian sambil tertawa paksa.
"Huuuh, aku mah tak akan marah" sahut Ban Huijin dingin.
"Asal tidak marah saja itu memang lebih baik" kata Lian Sam sin kemudian sambil tersenyum, kemudian setelah menepuk bahu Huan cu im, katanya lagi dengan nada tulus
"engkoh cilik, kau merupakan satu satunya jago muda yang pernah kujumpai selama ini, kita boleh dibilang tidak saling bertarung tidak saling mengenal, apabila engkoh cilik tidak keberatan, ingin sekali aku sipengemis tua mengikat tali persahabatan denganmu, entah bagaimanakah pendapatmu?"
"Hm, bukankah dia adalah orang yang kau tuduh sebagai pembunuh keji?" ejek Ban Ihui jin dengan wajah cemberut.
Kembali Lian Sam sin tertawa.
"Pada mulanya aku sipengemis tua memang berpendapat demikian, tapi sesudah masuk rumah kayu itu, aku sipengemis tua segera menyadari bahwa apa yang dikatakan engkoh cilik she Huan ini memang benar, apa lagi setelah melalu pertarungan sengit yang saja berlangsung, aku si pengemis dapat memastikan bahwa pembunuh yang telah membinasakan anggota Kaypang kami adalah orang lain, bukan hasil perbuatan dari engkoh cilik she Huan ini."
"Mengapa begitu ?"
"Selama aku sipengemis bertarung melawan engkoh cilik she Huan hampir mencapai tiga puluhan jurus ini, dapat kulihat bahwa jurus siauko kebanyakan aneh tapi tidak sesat, gaya serangan yang dipergunakan seseorang dapat menunjukkan pula bagaimanakah watak serta perangai si manusia itu sendiri."
"Anggota Kaypang yang terbunuh itu tewas akibat tusukan pedang dari punggungnya, jurus serangan yang dipergunakan disebut Tok tjoh Ji tong atau ular beracun memasuki goa, jurus serangan itu sangat keji dan buas, dapat diduga bahwa sipembunuhnya adalah seorang manusia licik yang keji, buas dan tidak berperi kemanusiaan, perbuatan semacam ini sudah jelas bukan perbuatan dari Huan siauko"
"Perlu diketahui Ji tong hiat terletak diantara sela-sela tulang punggung, jurus serangan semacam itu biasa disebut juga sebagai Hong bong ji tong atau burung hong memasuki goa, merupakan tempat yang mematikan dibagian punggung manusia." Ban Huijin kembali mencibirkan bibirnya sembari menggerutu :
"Huuuh, untung saja kau masih punya kebijaksanaan untuk membedakan mana yang jahat dan mana yang benar..."
"Haaahhh haaahhh... haaahh seandainya kemampuan semacam inipun tidak kumiliki buat apa aku disebut orang sebagai pengemis penakluk harimau?" sahut Lian Sam sin sambil tertawa tergelak gelak.
Nama pengemis penakluk harimau belum pernah didengar ataupun diketahui oleh Huan cu im, oleh sebab itu diapun tidak mengetahui sampai dimanakah kebesaran nama dan kedudukan orang itu didalam dunia persilatan"
Tapi berbeda sekali dengan si burung hong hijau Ban Huijin, begitu mendengar nama "Pengemis penakluk harimau", ia nampak tertegun dengan wajah melongo, kemudian pikirnya :
"Aku pernah dengar bahwa pengemis penakluk harimau adalah salah satu diantara tiga tokoh paling utama dalam perkumpulan Kaypang, telapak tangan bajanya tiada tandingan didunia ini, T^api nyatanya Huan siangkong mampu bertarung seimbang dengannya."
Sambil berpikir, dengan wajah terkejut bercampur keheranan dia menengok ke arah Lian Sam sin, kemudian tanyanya :
"Jadi kau adalah tianglo kanan dari Kay pang yang disebut orang pengemis penakluk harimau ?"
Lian Sam sin tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh nona pernah mendengar tentang namaku ini ?" Bersemu merah selembar wajah Ban Huijin, jawabnya kemudian,
"ibuku sering membicarakan soal ini, katanya cianpwee adalah seorang pendekar besar yang berjiwa besar, bijaksana dan ksatria, memandang orang jahat bagaikan musuh besar, apabila siauli sudah banyak melakukan kesalahan ataupun sikap yang kasar tadi, harap cianpwee sudi memaafkan-.."
"ooh, tidak berani" Lian Sam sin tertawa bangga, "sedang mengenai kebencianku terhadap kaum penjahat, ini memang benar. Asal kujumpai ada manusia yang melakukan kejahatan dan kebengisan tak pernah melepaskan dengan begitu saja..."
Tiba tiba dia menyeka ujung bibirnya dengan ujung baju, kemudian bertanya : "Bolehkah aku tahu siapakah ibu nona?"
"ibuku adalah Lo tang keh dari keluarga Ban dibukit Hong san-.."
"Aaah, haah... haah... haah..." cepat cepat Lian Sam sin menjura seraya tertawa, "kalau Ban Lo hujinsih cukup kenal baik, kalau begitu nona adalah nona Ban yang disebut orang sebagai si burung hong hijau ?"
Kembali paras muka Ban Ihuijin berubah menjadi semu merah, sahutnya lirih, "Sianti adalah Huijin"
"Kenapa tidak nona katakan sedari tadi?" seru Lian Sam sin kemudian, setelah berpaling kearah Huan cu im, kembali katanya. "Siapa pula Huan siauko ini" Kalau dilihat bahwa ia menempuh perjalanan bersama sama nona Ban, bisa diduga kalau diapun anak murid dari suatu perguruan besar ?"
Ban Huijin mengerling sekejap kearah Huan cu im, lalu sahutnya sambil tertawa:
"Kau orang tua tentunya pernah mendengar tentang siJago berbaju ijau Huan tayhiap bukan" Nah Huan siang kong adalah..."
"Haaahh... haaah... haaah..." tidak sampai Ban Huijin menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin telah menukas sambil tertawa terbahak bahak.
"tentu saja aku si pengemis tua kenal dengan Huan tayhiap. Rupanya engkoh cilik adalah putra dari Huan tayhiap.
Ini bagus sekali. Jadi ilmu silat keluarga tak aneh kalau aku si pengemis merasa amat mengenal tapi tidak dapat meraba asal usulnya"
Sesungguhnya apa yang dia katakan memang benar, ilmu silat yang dimiliki jago berbaju hijau Huan Tay seng diperoleh dari warisan keluarganya (kakek Huan Tay seng semasa mudanya berasal dari perguruan bangau putih). Ilmu silat dari keluarganya memang mempunyai perbedaan yang besar sekali dengan ilmu silat dari aliran serta perguruan mana pun.
Kalau perguruan atau aliran lain, biasanya ilmu silat yang mereka turunkan hanya terdiri dari sejenis aliran ilmu silat tertentu, berbeda sekali dengan ilmu silat keturunan keluarga, sekalipun kakeknya berasal dari suatu perguruan tertentu, tapi bagi seseorang yang berpengalaman luas dalam dunia persilatan, sering kali ilmu silatnya dapat menyerap aliran ilmu silat lain dari pandangan atau pengelihatan saja.
Dari sang kakek diwariskan kepada ayah, dari sang ayah diwariskan kepada sang anak, turun temurun ilmu silat itu diwariskan secara beruntun dan sama sekali tidak dikacaukan satu sama lainnya.
Oleh karena itulah ilmu silat yang berasal dari keluarga paling susah diketahui asal usul, perguruan atau alirannya, ilmu silat mereka boleh dibilang terdiri dari suatu aliran yang berdiri sendiri...
"Ilmu silat yang kupelajari sebenarnya berasal dari ajaran guruku..." Huan cu im menerangkan.
Lian Sam sin mengawasi lekat lekat, kemudian tanyanya,
"Siapa sih guru engkoh cilik ?"
"Guruku she Ju bernama It koay ?"
Mendengar nama itu Lian Sam sin jadi tertegun,ju it koay terasa aneh dan asing, belum pernah ia dengar nama orang itu, dalam dunia persilatan pun rasanya belum pernah terdapatjagoan semacam ini...
Tapi, bagaimana pun juga dia adalah seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, muridnya saja memiliki kemampuan sedemikian hebatnya sudah dapat diduga gurunya memiliki kepandaian yang jauh lebih tangguh.
Karenanya sambil tertawa terbahak bahak katanya kemudian-
"Guru yang termashur akan menghasilkan murid yang hebat, tak aneh kalau engkoh cilik memiliki kepandaian silat yang luar biasa "
"Lotiang kelewat memuji, kemampuan yang boanpwee miliki masih belum terhitung seberapa" kata Huan cu im seraya menjura.
"Baiklah, kita tak usah membicarakan soal itu lagi, tadi akusipengemis mengatakan hendak mengikat tali persahabatan dengan engkoh cilik, entah bagaimanakah pendapat engkoh cilik ?"
"Lotiang adalah seorang cianpwee yang dHormati dan disegani oleh setiap umat persilatan, boanpwee beruntung sekali dapat berkenalan dengan lotiang pada hari ini, soal mengikat tali persahabatan-.. boanpwee..."
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin telah menukas.
"Aku sipengemis tua hanya ingin bertanya kepadamu, apakah kau bersedia menjadi sahabatku " Engkoh cilik tak usah menyebut cianpwee, boanpwee lagi, kalau bersedia katakan bersedia, kalau enggan katakan enggan, kan beres ?"
Ban Huijin mengerlip sekejap ke arahnya, kemudian menimbrung pula dari samping.
"Yaa, benar Huan siangkong, kulihat kau memang kelewat sedikit, bicaralah blak blakan..."
Bersemu merah selembar wajah Huan cu im oleh perkataan tersebut, buru buru dia berkata.
"Lotiang begitu baik padaku, sudah barang tentu boanpwee bersedia..."
"Bagus sekali" seru Lian Sam sin dengan gembira, "mulai sekarang kita adalah saudara sendiri, engkoh cilik tak usah menyebut lotiang atau boanpwee lagi, kau sebut aku engkoh tua, dan aku sebut kau adik cilik, bukankah ini lebih bagus ?"
"Kalau mesti menggunakan sebutan ini, rasanya boanpwee..."
"Nah, nah... coba lihat, baru saja diberi tahu, sekarang sudah lupa lagi, bukankah Lian cianpwee sudah menjadi saudara angkatmu, sudah sepantasnya bila kalian saling menyebut sebagai saudara kalau menampik melulu apakah kau tidak merasa bahwa perbuatanmu itu kelewatan manja...?"
Lian Sam sin tertawa terbahak bahak^ serunya pula:
"Haaah haaahh... haaahh... tampaknya nona Ban lebih blak blakan, namun aku sendiri pun harus mengubah panggilan dengan menyebutku sebagai engkoh tua, jangan cianpwee cianpwee terus menerus..^"
Merah padam selembar wajah Ban Huijin, dengan agak tersipu sipu katanya kemudian lirih,
"Setelah engkoh tua berkata begitu, baiklah aku menurut perintah saja..."
Dengan wajah yang menaruh hormat Huan cu im menjura pula kepada Lian Sam sin lalu berkata :
"Kalau memang engkoh tua tidak keberatan, terimalah sebuah hormat dari siaute"
Dengan penuh kegembiraan Pengemis penakluk harimau mencekal tangan Huan cu im dan digoyang goyangkan berulang kali, katanya sambil tertawa tergelak.:
"Haaa... haaah... haaah... saudara cilik, engkoh tua benar benar merasa amat gembira, sayang pangcu telah mengundangku untuk membicarakan urusan penting, kau menginap dimana sekarang" Sebentar engkoh tua pergi menjengukmu"
"Saat ini siaute menginap di perusahaan Seng ki piauklok, Cuma rasanya kurang pantas bila engkoh tua yang datang menjenguk siaute, begini saja, besok pagi siaute yang akan berkunjung ke kantor cabang perkumpulan Kay pang untuk menjenguk engkoh tua, entah bagaimanakah pendapat engkoh tua ?"
"Baik " Lian Sam sin manggut manggut, "engkoh tua akan menunggumu di kantor cabang, ehm... nona Ban, kau bersedia datang bersama sama saudara cilik bukan ?"
Melihat pengemis itu memandang dia dan Huan cu im sebagai satu rombongan, meski agak malu, gembira amat hati kecilnya, dengan kepala tertunduk ia segera bertanya.
"Apakah engkoh tua akan menyambut kedatanganku dengan gembira ?" Lian Sam sin tertawa.
"Tentu saja akan menyambut kedatanganmu dengan gembira, bukankah kau menyebut engkoh tua pula kepadaku
" Sebagai engkoh tua, masa tidak senang menyambut kedatangan Te moay nya ?"
Pengemis itu telah mengucapkan kata Tee adik lelaki da nMoay adik perempuan menjadi satu, pada hakekatnya kedua kata tersebut mempunyai arti ganda, yaitu sebagai saudara lelaki dan saudara perempuannya, tapi bisa pula diartikan sebagai ipar.
Ban Huijin adalah seorang nona yang pintar, sudah barang tentu ia dapat menangkap arti dari perkataan tersebut, mukanya menjadi merah padam, rasa malunya semakin menebal, dihati kecilnya ia merasa manis dan hangat.
Tidak sampai Huan cu im berkata^, Lian Sam sin telah berkata lagi sambil tersenyum. "Baiklah, sekarang engkoh tua akan pergi dulu"
Selesai berkata, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan tergopoh gopoh meninggalkan tempat tersebut.
"Nona Ban- ucap Huan cu im kemudian, "kita pun harus segera pergi..."
"Ehmm..." Ban Huijin mengiakan dan segera beranjak pergi, sambil berjalan dia berpaling seraya ujarnya lagi.
"Huan siangkong, umurmu lebih muda berapa tahun sih dari toako ku ?"
"Tampaknya saudara Ban telah berusia dua puluh tahun sekarang...?" Ban Huijin manggut manggut.
"Ya a, tahun ini toaku ku berusia dua puluh satu tahun"
"Kalau begitu aku lebih muda lima tahun dari saudara Ban"
Mencorong sinar terang dari balik mata Ban Huijin setelah mendengar perkataan itu, sambil miringkan kepalanya dia berseru.
"Kalau begitu kau berusia enam belas tahun" Lahir pada bulan berapa...?"
"Bulan satu" "Kalau begitu kau lebih tua sebelas bulan daripada diriku"
kata Ban Huijin gembira. "Apakah nona juga berusia enam belas tahun ?"
sekali lagi paras muka Ban Ihuijin berubah menjadi merah jengah, sahutnya lirih : "Tahukah kau, mengapa aku menanyakan berapa usiamu?"
"Tidak" "Sebab selama ini aku memanggilmu Huan siang kong kalau sampai kedengaran orang lain rasanya kurang sedap.
Oleh karena... oleh karena itu bila aku lebih tua daripada mu, maka aku mesti memanggil adik Huan kepadamu..."
"Tapi kenyataannya sekarang membuktikan kalau aku lebih tua daripada dirimu" tukas Huan cu im bangga.
Wanita Gagah Perkasa 6 Maling Budiman Berpedang Perak Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis 12
Ia tidak cukup berpengalaman, sudah barang tentu tidak dapat merasakan pula masalah besar apakah yang sedang berlangsung dalam benteng keluarga Hee sambil mengangkat kepalanya dia lantas bertanya:
"Entah ada persoalan apa saja yang ingin lopek tanyakan kepadaku?"
seng Bian tong tersenyum "Kalau toh suhumu telah berpesan kepadamu, agar menceritakan semua yang kau lihat dan semua yang kau dengar didalam benteng keluarga Hee kepadaku, harap kau utarakan saja kesemuanya itu, aku rasa itupun sudah cukup bagiku."
Sesungguhnya Huan Cu im telah menjumpai banyak peristiwa yang aneh selama berada didalam benteng keluarga Hee Cuma sayang dia belum berpengalaman sama sekali, sehingga tidak dirasakan olehnya bahwa peristiwa peristiwa tersebut patut dicurigakan-Setelah ditanya oleh Siang Bian tong sekarang, untuk sesaat dia jadi kebingunan sendiri, sebab persoalan yang dijumpai terlalu banyak keadaannya pun semrawut tak karuan, sehingga dia menjadi bingung sendiri persoalan manakah yang harus diceritakan dulu.
Dalam bingungnya dengan wajah memerah karena jengah ia lantas berkata:
"Siautit juga tidak tahu persoalan yang manakah yang termasuk penting, lebih baik siautit ceritakan saja pengalamanku sejak masuk ke benteng keluarga Hee hingga sekarang Cuma sudah barang tentu akan disertakan pula kejadian kejadian yang tetek bengek."
Seng Bian tong tahu kalau Huan Cu im masih muda dan belum berpengalaman, sambil tersenyum ia mengangguk:
"Tidak jadi soal, pertemuan puncak dibukit Hong san sudah berada didepan mata kali ini semua perguruan besar hendak memilih seorang Bu lim bengcu untuk angkatan kesembilan dalam pemilihan ini tampaknya posisi Hee pocu paling kuat, karena itu semua orang berharap bisa mendapat keterangan lebih banyak tentang dirinya, Lotit sudah cukup lama berdiam dalam benteng keluarga Hee tentunya semakin teliti ceritamu semakin baik untuk kami semua"
Sekarang Huan Cu im baru mengetahui persoalannya dengan lebih jelas, ternyata didalam pertemuan puncak dibukit Hong san hariPeh cun nanti, umat persilatan hendak memilih Bu lim Bengcu angkatan kesembilan Rupanya posisi empek Hee nya paling kuat diantara sekian jago persilatan tak heran kalau dalam suratnya Ci giok menulis bahwa persoalan ini mempunyai sangkut paut yang besar dengan keadaan dunia persilatan, bahkan dikatakan pula kunci dari semua persoalan ini terletak diatas pundaknya.
Itu berarti dapat tidaknya Hee im hong terpilih sebagai Bu lim bengcu, Siang lopek dari Hoa sanpay tentu mempunyai daya pengaruh yang amat besar.
Jika dipikirkan kembali, agaknya tindakan Ci giok menjadi dayang dalam benteng keluarga Hee tindakan gurunya menjadi ketua pelatih dalam benteng keluarga Hee bahkan munculnya dua orang Tong sau ceng cu di kamar baca empek Hee nya, serta usaha siburung kepala sembilan Soh Ihansim meracuni arak yang diminumnya, serta pemberian pil penawar racun dari gurunya untuk membebaskan Ban Sian ceng dari pengaruh racun jahat mempunyai hubungan yang erat dengan pertemuan puncak dibukit Hong san itu.
Berpikir sampai disini, Huan Cu im segera merasa bahwa semua teka teki yang selama ini mencekam perasaannya selama berada dalam benteng keluarga Hee, kini sudah dapat dipecahkan seluruhnya.
Tapi, biarpun semua teka teki itu berhasil dipecahkan olehnya, muncul kembali sebuah persoalan lain yang membuatnya semakin sedih dan bingung.
Empek Hee dan ayahnya mempunyai hubungan persaudaraan sejak ia tiba di benteng keluarga Hee, iapun selalu menganggap dirinya sebagai putra sendiri, malah telah diumumkan bahwa enci Giok yang dijodohkan kepadanya.
Ia bersikap begitu baik kepaanya, dan sekarang dia hampir sudah berhasil meraih kedudukan sebagai Bu lim Bengcu, sepantasnya ia membantu usaha tersebut sekuat tenaga, atau paling tidak jangan merusak rencana baiknya.
Kini, ia sudah tahu kalau Siang lopek dari Hoa sanpay mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam pertemuan puncak ini, haruskah dia menceritakan semua persoalan ini kepada mereka"
Menurut penilaian sendiri, andaikata semua persoalan tersebut diutarakan secara blak blakan maka hal ini akan memberikan pengaruh yang tidak menuntungkan bagi usaha empek Hee untuk meraih jabatan Bu lim Bengcu.
Sementara itu, ketika Seng Bian tong melihat pemuda itu Cuma termenung belaka, tanpa terasa iapun menegur.
"Keponakanku, apa yang sedang kau pikirkan?"
Merah jengah selembar wajah Huan Cu im buru buru sahutnya agak tergagap
"Berhubung selama beberapa hari ini banyak sekali persoalan yang kujumpai, untuk sesaat siautit menjadi kebingungan setengah mati, ingin kuringkas ceritanya agar yang tidak penting tak usah diceritakan-.." seng Bian tong segera tersenyum
"Keponakanku" katanya, "kau cukup bercerita atas pengalamanmu sendiri secara garis besarpun boleh juga"
Sementara itu Huan cu im telah mengambil sebuah keputusan yang amat besar dalam detik itu, ia merasa walaupun Hee Im hong bersikap baik kepadanya, tapi berdasarkan pengamatannya selama beberapa waktu, benteng keluarga Hee memang agak misterius, seakan akan dibaliknya terkandung suatu rahasia besr yang tak boleh diketahui orang luar...
Seperti misalnya perbuatan mereka mencampurkan bubuk pembingung pikiran ke dalam minuman guru dan dirinya kemudian perbuatan mereka memalsukan Tong sau cengcu, kesemuanya itu sudah jelas bukan perbuatan dari seorang lelaki dari golongan lurus. Sebelum menjadi seorang Bu lim bengcu saja mereka sudah banyak melakukan perbuatan yang mencelakakan orang, andaikata sudah menjadi seorang Bu lim Bengcu, bukankah akan lebih banyak manusia yang menjadi korban.
Suhu adalah gurunya yang paling berjasa dan berbudi baginya, Ci giok pun mempunyai hubungan cinta dengan dirinya, tak mungkin mereka berdua akan menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan yang tak senonoh, kenyataannya kedua orang yang dikasihi itu minta kepadanya agar memberi tahukan apa yang dilihat dan didengar dalam benteng keluarga Hee kepada Seng lopek serta siang ciangbunjin, sudah pasti anjuran mereka ini tidak bakal salah lagi.
Ditambah pula Seng lopek mempunyai hubungan tiga keturunan dengan keluarganya, Siang ciangbunjin juga merupakan kenalan lama ayahnya, ia wajib untuk memberitahukan kesemuanya itu kepada mereka.
Berpikir sampai disini, pikiran Huan Cu im yang semula cupat kini terbuka sama sekali, diambilnya cawan dan meneguk setegukan teh, kemudian ia baru bercerita bagaimana dia bersama Lo koan keh pergi ke benteng keluarga Hee.
Kemudian bagaimana Lo koan keh meninggal akibat terkena angin duduk, bagaimana menjelang ajalnya menitipkan pesan kepada Ji giok yang meminta kepadanya agar segera meninggalkan benteng keluarga hee untuk menjumpai empek Seng...
-oo0dw0oo Jilid: 14 "Tunggu sebentar " tiba tiba Seng Bian tong mengulapkan tangannya sambil menukas, "kau bilang Lo koan keh mati karena terserang angin duduk..." Setelah minum arak apakah dia muntah muntah hebat" Bahkan menjelang ajalnya sekujur badan gemetar keras, sepasang tangannya seperti hendak menggenggam sesuatu, setelah mati matanya melotot dan mengucurkan darah dari ujung bibirnya ?"
"Perkataan lopek tepat sekali, keadaan Lo koan keh sewaktu mati memang dalam keadaan begitu"
Seng Bian tong segera manggut manggut kemudian sambil mengangkat kepala katanya lagi dengan suara dalam:
"Kalau ditinjau dari keteranganmu tadi, besar kemungkinan Lo koan keh meninggal karena keracunan"
"Keracunan?" Huan cu im merasa kepalanya seperti disambar geledek ditengah hari bolong, ia terbelalak lebar lebar dengan mulut melongo.
"Atas dasar apa kau mengatakan Lo koan keh mati akibat keracunan..." tanyanya kemudian
"Aaai... inilah akibat dari pengalamanmu yang kurang cukup, keadaan lo koan keh sewaktu tewas sudah jelas merupakan gejala keracunan hebat, sudah pasti ada orang telha mencampurkan racun penembus usus didalam araknya, aai... menurut pendapatku..."
"Apaka lopek berhasil menemukan suatu jejak?" buru buru Huan cu im bertanya. Seng Bian tong menggeleng, selang berapa saat kemudian ia baru berkata:
"Walaupun aku tidak mengetahui apa tujuan mereka membunuh lo koan keh, tapi bisa jadi lo koan keh mempunyai banyak sebab yang mengharuskan dia disingkirkan-"
Dari ucapan itu, bisa diartikan bahwa Lo koan keh menjelang ajalnya mungkin telah mengetahui suatu rahasia dalam benteng keluarga Hee, atau mendengar, atau melihat sesuatu di tempat tersebut.
Tentu saja Huan cu im dapat memahami maksud dari perkataan ini... Tiba tiba Huan cu im berteriak keras
"Kalau begitu pasti perbuatan dari ciu congkoan, malam itu ciu Kay seng yang menemani Lo koan keh minum arak. Ciu Kay seng manusia biadab, mengapa dia harus membunuh Lo koan keh?"
Perkataan tersebut diutarakan dengan penuh emosi, bahkan tak bisa dibendung lagi air matanya jatuh bercucuran.
Memandang si anak muda tersebut pelan pelan Seng Bian tong menghembuskan napas panjang, hiburnya kemudian-
"Keponakan, orang yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali, kau tak usah terlalu emosi lebih baik ceritakan dulu keadaan yang kau alami didalam benteng keluarga Hee, siapa tahu aku dapat menarik sedikit kesimpulan dari ceritamu itu"
Huan cu im mengatakan, kemudian diapun bercerita bagian Ji giok diseret pergi karena menutupi pesan terakhir Lo koan keh dan bagaimana sebagai gantinya dia di layani oleh ci giok.
Malam itu ketika ia pulang dari kamar baca empek Hee, didengarnya ci giok sedang berbicara dengan seseorang yang berjanji akan bekerja pada kentongan kedua iapun curiga mereka hendak melakukan suatu perbuatan yang tidak menguntungkan benteng keluarga Hee.
Ketika malam tiba iapun menguntil dibelakang ci giok sampai dikebun belakang dimana dilihatnya sidewa bermuka merah Siu tong sedang bertarung melawan burung berkepala sembilan Soh Han sim, dari pembicaraan mereka agaknya ci im totiang dari Go bi pay sudah terjatuh ketangan pihak benteng keluarga Hee.
Kemudian bagaimana ci giok melepaskan segenggam jarum bwee hoa ciam yang dipentaikan oleh Soh Han sim, kemudian dia melarikan gadis yang terluka dan bagaimana dia memukul mundur Soh Han sim.
Cuma soal bagaimana dia menyelamatkan ci giok dari jarum jarum bwee hoa ciam saja yang tidak dikemukakan.
Seng Bian tong yang mendengar sampai disitu segera mengangguk berulang kali.
Ternyata siburung berkepala sembilan soh Han sim benar benar berada didalam benteng keluarga Hee dulu orang itu pernah menjadi pelindung hukum dari perkumpulan teratai putih dan merupakan buronan kerajaan, sudah banyak tahun ia tak pernah muncul didalam dunia persilatan-
"Dewa bermuka merah loko juga berapa hari berselang baru kembali ke Kim leng, sewaktu bertemu denganku, kenapa tidak ia ungkapkan peristiwa ini" Baik sekarang coba kau lanjutkan ceritamu?"
Menyusul kemudian Huan cu im bercerita bagaimana malam itu ci giok mengajaknya menolong Ji giok dan menghantarnya ke kuil cu im an, sewaktu meninggaikan kuil itu bagaimana dia dihadang Soh Han sim, untuk muncul seorang perempuan berkerudung yang menyelamatkan dirinya.
"Tahukah kau siapakah perempuan berkerudung itu?"
tanya Seng Bian tong kemudian sambil tertawa.
Huan cu im tertegun. "Hingga sekarang keponakan masih belum tahu siapakah dia" sahutnya cepat. Seng Bian tong segera tersenyum.
"Kepandaian silat yang digunakan adalah cian hoa ci, padahal kepandaian tersebut merupakan ilmu andalan Kiu hoa sinni, putri Hee im hong tidak lain adalah muri Kiu hoa sinni"
"Aaah, jadi dia adalah enci Giok yong" seru Huan cu im sedikit diluar dugaan-Menyusul kemudian ia pun bercerita bagaimana dia kembali ke kamarnya dan sewaktu berbicara dengan gurunya ketahuan Hee Im hong kemudian bagaimana Hee Im hong mengundang gurunya menjadi ketua pelatih benteng mereka.
Kemudian bagaimana pula keesokan harinya gurunya datang menepati janji bagaimana melihat empek Hee dan Soh Han im menghantar cing im totiang dan Dewa bermuka merah Lou siu tong meninggaikan benteng, lalu bagaimana tengah hari itu Soh Han sim mencampurkan bubuk pembingung pikiran ke dalam arak gurunya...
Mendengar sampai disitu paras muka Seng Bian tong berubah hebat, ia segera bertanya: "Kau mendengar cerita ini dari mana ?"
Huan cu im segera bercerita bagaimana Siang Siau un memancingnya keluar dari benteng dan memberitahukan kepadanya kalau gurunya keracunan dan minta dia kabur secepatnya, lalu bagaimana ia bertemu dengan gurunya yang ternyata sudah menelan pil penawar racun sebelum sempat dikerjai orang.
Kemudian dia pun bercerita bagaimana Tong sau cengcu suami istri dari Szuchuan dan BansaU cengcu kakak beradik dari Hong san datang berkunjung, bagaimana malam itu diselenggarakan perjamuan untuk mereka.
Ketika perjamuan selesai, Hee Im hong menahan Tong danBan sau cengcu dalam kamar bacanya, bagaimana ia curiga mendengar orang berbisik bisik dan menemukan dalam kamar duduk Tong Bun huan yang lain-Ketika mendengar sampai disini, tak tahan lagi Seng Bian tong menukas
"Keponakanku, bukankah kau berkata Tong Bun huan dan Ban Sian ceng diundang Hee pocu menuju kamar bacanya ?"
"Benar " Maka Huan cu impun bercerita bagaimana ciu Kay seng mengajak Tong Bun huan menuju ke kamar baca, bagaimana ia menguntit secara diam diam dan menemukan Tong Bun huan yang lain tertidur diatas meja.
Sewaktu mendengar sampai disini, Seng Bian tong menghentikan permainan peluru besinya secara tiba tiba, ditatapnya Huan cu im lekat lekat kemudian bertanya : "Jadi terdapat dua Tong Bun huan" Apakah keponakan tidak salah melihat?" Dengan wajah serius Huan cu im menjawab:
"Siautit makan dan berbicara semeja dengan Tong sau cengcu, bahkan kami sempat berbicara banyak. Tak mungkin aku salah melihat"
"Ehmm..." Seng Bian tong segera manggut manggut, "coba kau lanjutkan ceritamu, bagaimana kemudian ?"
Jelas dia sudah menaruh perhatian khusus atas munculnya dua orang Tong Bun huan dikamar baca Hee Im hong tersebut.
Maka Huan cu impun bercerita bagaimana jejaknya ketahuan Hee Im hong, bagaimana dia dipanggil masuk ke kamar baca dan waktu itu Tong Bun huan yang tertidur dimeja sudah lenyap.
Sekali lagi Seng Bian tong mendengus "Hee Im hong memang benar benar hebat tak disangka ia bisa menggunakan siasat selicik ini Hmm, apakah dia tidak menaruh curiga padamu?"
"Untung sekali apa yang siautit ucapkan sejujurnya dipercaya oleh empek Hee."
Selanjutnya Huan cu impun bercerita bagaimana sekembalinya kedalam kamar gurunya telah menyerahkan sebutir pil penawar racun kepadanya.
Keesokan harinya, Hee Im hong pun mengundangnya kekamar baca, disitu ia mendengar Tong Bun huan suami istri cekcok semalam, dalam marahnya Tong sau hujin telah pergi tanpa pamit sedang Tong Bun huan telah pergi mengejar istrinya.
Saat itu didalam kamar baca tinggal Ban Sian ceng dan Soh Han sim, dalam perjamuan mana Hee Im hong menyinggung soal perkawinan, menggunakan kesempatan tersebut Soh Han sim memberi selamat kepadanya, ternyata arak itu sudah dicampuri bubuk pembingung pikiran maka ketika perjamuan itu selesai, dia beralasan kepala pusing buru buru meninggalkan tempat tersebut.
Seng Bian tong kembali manggut manggut, katanya kemudian Soh Han sim mencampurkan racun ke dalam arak ini berarti atas persetujuan Hee Im hong kalau begitu soal perkawinan hanya alasan saja agar Soh Han sim punya kesempatan untuk meracunimu. Untung suheng liehay sehingga musibah ini bisa dilewatkan dengan begitu saja"
Setelah berhenti sejenak kembali dia berkata :
"Aaah benar, kenapa dia rela melepaskan kau datang ke Kim leng " Apakah hal ini disebabkan kau sudah dicekoki bubuk pembingung pikiran sehingga mereka tidak kuatir kau berpikiran cabang ?"
"Benar, suhupun berkata demikian, semalam sebelum keberangkatanku, suhu telah berpesan kepadaku agar menceritakan semua peristiwa yang dijumpai dalam benteng keluarga Hee kepada lopek."
"Bahkan suhu bilang, setelah siautit tiba di sini, kemungkinan besar empek Hee akan memberi tugas kepadaku dan memerintahkan siautit untuk melakukan suatu tugas, dalam menghadapi persoalan apa pun siautit dianjurkan untuk berunding dulu dengan lopek kemudian baru melaksanakannya."
"Akan menyusul perintah ?" mendadak Seng Bian tong seperti memahami akan suatu, dia segera mengangguk, "yaa gurumu memang berotak tajam dan pintar sekali, andaikata suhumu tidak menyinggung masalah ini, aku benar benar tak akan menduga sampai kesitu"
Huan cu im belum cukup pengalaman oleh sebab itu dia tidak memahami maksud ucapan dari Seng Bian tong tersebut, karenanya dia hanya mengiakan berulang kali. Menyusul kemudian Seng Bian tong bertanya lagi : "Suhumu masih berpesan apa lagi kepadamu ?" Huan cu im berpikir sebentar, kemudian baru menjawab : "sudah tidak ada lagi..."
Tapi secara tiba tiba ia seperti teringat akan sesuatu segera ujarnya kembali :
"Menurut suhu, bisa jadi Ban sau ceng juga telah dicekoki obat pembingung pikiran oleh Soh Han sim, dia orang tua telah menyerahkan sebutir pil penawar racun kepadaku, dan menyuruh siautit mencari kesempatan untuk mencekokkan pil itu kemulutnya." Seng Bian tong kembali mengelus jenggotnya sambil mengangguk berulang kali.
"Kemungkinan tersebut memang ada, Cuma untuk sementara waktu kau jangan berikan dulu obat tersebut pada Ban sau cengcu, coba kita tunggu beberapa hari lagi."
"Selain itu..." tiba tiba Huan cu im teringat dengan surat yang dititipkan "ci giok kepadanya telah menitipkan sepucuk surat agar kubawa."
"Dia menitipkan surat itu untuk siapa?" tanya Seng Bian tong sambil tersenyum.
"Semula dia tidak bilang, katanya sampai itu baru boleh diperiksa setelah tiba disini barusan siautit telah memeriksanya, ternyata surat itu untuk siautit dan menyuruh aku laporkan semua yang kulihat dan kudengar dalam benteng keluarga Hee kepada lopek, sebab masalah ini mempengaruhi keadaan dunia persilatan-"
"Mana suratnya sekarang?"
Merah padam selembar wajah Huan cu im
"Dia berpesan agar surat itu dimusnahkan setelah dibaca, maka siautit pun telah membakarnya "
"Bagus sekali" seng Bian tong tersenyum, "biar kubicarakan persoalan ini kepada ciangbunjin"
Kemudian setelah mempermainkan peluru besinya, sambil tersenyum ia berkata lagi
"Kedatanganmu kali ini benar benar telah membawa berita yang amat penting, bahkan amat mempengaruhi keadaan dunia persilatan dimasa mendatang aku sama sekali tidak menyangka kalau Hee Im hong memiliki nama baik diluar ternyata mempunyai rencana busuk didalam kejadian tersebut benar benar membuat orang tidak mau percaya saja"
"Sebenarnya apa sih maksud tujuan empek Hee dengan perbuatannya itu..." tak tahan Huan cu im bertanya.
"Apa lagi" Tentu saja dia sedang mengincar kedudukan Bu lim Bengcu angkatan keempat tersebut" Seng Bian tong menghela napas panjang, "padahal seorang Bu lim Bengcu adalah seorang pemimpin dunia persilatan yang bertujuan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, membereskan pertikaian antara partai dengan partai, perguruan dengan perguruan, jadi sifatnya merupakan kerja sosial tanpa memperoleh imbalan belaka, biarpun demikian, jika kedudukan ini sampai terjatuh ke tangan seorang manusia yang bertujuan jahat, bisa jadi kejadian tersebut akan memancing datangnya bencana besar bagi seluruh dunia persilatan-."
Kemudian setelah mengangkat kepalanya memandang sekejap wajah pemuda itu, katanya sambil tertawa :
"Sekarang waktu sudah larut malam, kau harus pergi untuk beristirahat"
Huan cu impun segera berpamitan dan kembali keatas loteng, ketika membuka pintu, mendadak ia seperti merasa pintu tersebut pernah dibuka orang sebelum kedatangannya.
Sebetulnya hal itu Cuma siasat saja, jadi bukan suatu yang pasti, maka setelah berada didalam kamar, serta merta diperiksanya seluruh ruangan tersebut dengan seksama, alhasil tidak dijumpai suatu apapun-Maka dia menutup pintu dan siap membaringkan diri diatas pembaringan-Tapi pada saat itulah mendadak ia menemukan secarik kertas diletakkan disamping bantalnya ketika diambil kertas itu penuh tulisan, Cuma sayang tenaga dalamnya belum mencapai tingkat kesepuluh sehingga meski dapat melihat dalam kegelapan namun tak jelas membaca tulisan yang kecil itu.
Tapi ia tahu surat tersebut tentu ditulis oleh orang yang telah memasuki kamarnya itu lantas siapakah dia " Apa pula yang tercantum didalam surat tersebut " Manusia memang tak akan lepas dari rasa ingin tahu.
Terdorong untuk mengetahui siapa yang telah memasuki kamarnya dan apa yang ditulis dalam kertas tadi Huan cu im kembali memasang lentera kemudian membaca isi surat tersebut.
"Besok pagi tunggu ditepi jembatan Bun tek kiau, bila menjumpai seorang yang memakai topi pet bulu mengenakan jubah panjang dan mengempit payung, ikutilah di belakangnya, tiba ditujuan sebelum masing masing berbicara, kau harus membunuh orang tadi"
Tulisan ini sangat aneh, dibawah tidak dicantumkan tanda tangan seseorang, Tanpa terasa pemuda itu mulai berpikir:
"Surat ini diletakkan disisi bantalku, sudah pasti surat tersebut untukku, tapi siapakah dia ?"
"oaaah... bukankah suhu bilang setelah Soh Han sim meracuni seseorang dengan bubuk pembingung pikiran, kemungkinan besar empek Hee akan menyusulkan perintahnya, jangan jangan surat ini adalah perintah empek Hee yang disampaikan suruhannya ?"
"Lantas mengapa dia bisa tahu kalau besok pagi bakal ada orang semacam itu bakal lewat di jembatan Bun tek kiau ?"
Dia melipat surat itu dan dimasukkan kesaku kemudian pergi tidur...
Keesokan harinya baru saja Huan cu im selesai membersihkan badan, tampak si burung hong hijau Ban hui jin telah muncul di situ dengan kecepatan bagaikan hembusan angin.
Hari ini ia mengenakan baju biru dengan gaun ungu, rambutnya yang panjang diikat dengan tali biru pula.
Dengan senyuman dikulum dia berdiri dihadapannya dengan gagah dan lincah. Berklat sepasang mata Huan cu im menjumpai nona itu, buru buru serunya "Selamat pagi nona Ban"
Ban Hui jin mengerdipkan matanya kemudian tertawa.
"Huan siangkong" ia berkata, "kakakku bilang hari ini dia hendak berpesiar ke Ya hua tay, disitu dapat dipungut batuan kecil panca warna indah sekali, kita bisa mengambilnya untuk dipakai sebagai senjata senjata rahasia, kau kan tidak ada urusan" Selesai bersarapan nanti bagaimana kalau kita kesana bersama sama?"
"Tidak bisa, hari ini aku masih ada urusan" tolak Huan cu im cepat.
Senyum riang yang semula menghiasi wajah Ban Huijin seketika berubah menjadi dingin membeku, serunya cepat cepat :
"Apakah urusanmu tak bisa ditundak sehari saja" Kemarin malam aku sudah bilang dengan kakakku, akupun sudah kegirangan semalam tapi kau... hmm, kau justru menghilangkan kegembiraanku. " Buru buru Huan cu im tertawa.
"Hari ini aku benar benar ada urusan, biariah lain waktu saja kutemani lagi nona dan kakakmu"
"Tidak. Aku tak mau pergi, kemana pun aku tak mau" seru Ban Huijin mengambek.
Tidak menunggu Huan cu im menjawab ia sudah membalikkan badan dan beranjak keluar dari kamar.
Menyaksikan gerak tubuhnya yang begitu lincah, tanpa terasa Huan cu im memuji hati
"Dia memang benar benar bagaikan seekor burung hong "
Blaaammm..." Rupanya ketika keluar dari kamar, Ban Ihujijintelah mengutup pintu kamar tersebut keras keras.
Ini menandakan kalau gadis tersebut benar benar sudah marah
Ketika Huan cu im melangkah keluar dari kamarnya kebetulan Ban Sian Ceng juga sedang keluar dari kamarnya, sambil menggelengkan kepalanya berulang kali katanya :
"Aaai... nona besarku itu endah mengambek kepada siapa lagi ?"
"Agaknya ia sedang marah kepada siaute" jawab Huan cu im dengan wajah merah, "tadi nona Ban bilang telah berjanji dengan saudara Ban untuk berpesiar ke Yu hoa tay dia mengajak siaute turut serta sayang sekali siaute masih ada urusan hari ini."
"Kalau toh saudara Huan memang ada urusan lebih baik kita pergi lain waktu saja toh kita mesti pergi ke Yu hoa tay hari ini, mengapa sih dia mesti marah ?"
"Lebih baik saudara Ban yang membujuknya, besok pagi siaute tentu akan menemaninya."
"Sudahlah, kau tak usah menggubrisnya lagi," Ban Sian Ceng tertawa ramah. "Dia memang masih berwatak kekanak kanakan semakin dibujuk semakin menjadi kalau tak diperdulikan, sebentarpun dia akan baik dengan sendirinya."
Mereka berdua turun ke bawah bersama sama, disebuah meja telah tersedia berapa macam hidangan dengan setumpuk bakpao untuk sarapan-Seorang nenek yang melayani sarapan datang menyambut kedatangan mereka, katanya kemudian dengan ramah :
"Kongcu berdua, silahkan sarapan."
"Saudara Huan, silahkan duduk," kata Ban Sian cing sambil mengangkat tangannya. Huan cu im memandang sekejap ka atas loteng, lalu tanyanya : "Perlukah kita mengundang adikmu ?"
"Tadikan sudah kubilang, tak usah menggubris dia lagi,"
kata Ban sian Ceng sambil tertawa, "dalam keadaan demikian, sekalipun kau pergi mengundangnya pun dia tak akan menggubris, lebih baik kita bersarapan lebih dahulu."
Ban sian ching bersama Huan cu im mengambil tempat duduk untuk bersarapan, setelah itu baru pergi ke kamar bacanya Seng Bian tong.
Waktu itu Seng Bian tong sedang berdiri ditengah halaman sambil menghisap huncwee. Melihat kedatangan kedua orang itu segera sapanya ramah : "Apakah hiantit berdua dapat tidur dengan nyenyak semalam ?" Ban Sian ceng segera membungkukkan badannya memberi hormat, sahutnya
"Pelayan yang diberikan perusahaan anda benar benar amat sempurnya dan menyenangkan, boanpwee memang ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga buat locianpwee."
"Mari kita duduk berbincang didalam kamar baca." Undang seng Bian tong kemudian sambil mengangkat tangannya.
"Lapor lopek, siautit masih ada sedikit persoalan yang harus diselesaikan dulu, maaf kami tak bisa menemani kau orang tua," kata Huan cu im cepat.
"ooooh... keponakan hendak kemana " Kau baru sampai di Kim leng daerah sekitar sinipun tidak hapal, bagaimana kalau kuutus seorang pegawai perusahaan untuk menemanimu?"
Diam diam Huan cu im memberi kerdipan mata rahasia kepadanya, sesudah itu baru sahutnya:
"oooh, tidak usah biar siautit pergi mencari sendiri."
Selesai berkata diapun berpamitan dengan Seng Bian tong kemudian bersama Ban sian ceng berdua menuju ke luar.
Didepan pintu gerbang secara kebetulan berjumpa dengan Seng ceng hoa, terdengar orang itu menyapa sambil tersenyum.
"Saudara Huan, apakah kau datang kemari hendak mencariku?"
"Saudara Seng siaute berniat untuk berjalan jalan sebentar, aku hanya ingin mohon petunjuk dari saudara Seng, kalau ingin menuju kejembatan Buntek kiau, kita harus melalui jalan yang mana?"
"oooh, saudara Huan hendak pergi ke jembatan Bun tek kiau" Biar aku utus seseorang untuk menemanimu"
"Tidak usah, lebih baik siaute pergi sendirian saja, cukup saudara yang jelaskan kepada kujalan yang manakah yang harus kulewati..."
Sebelum Seng ceng hoa menjawab, Huan cu im sudah Celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu sambil merendahkan suaranya dia berbisik
"Siaute hanya akan pergi sebentar saja, sekembalinya nanti baru akan memberi laporan yang selengkapnya kepada Seng lopek. Harap saudara Seng jangan mengungkapkan persoalan ini kepada siapapun."
Karena mendengar perkataan terse but, terpaksa Seng ceng hoa manggut manggut seraya menjawab :
"Baiklah saudara Huan bila ingin pergi keBun tek kiau, tempat tersebut terletak dipantai utara sungai chin hway hoo..."
Secara ringkas dia lantas menjelaskan bagaimana harus menempuh perjalanan untuk pergi keBun tek kiau...
Huan cu im mengingat baik baik keterangan setelah berpamitan dengan Seng ceng hoa dan keluar dari Seng ki kiaukiok, berangkatlah dia menuju ketimur.
Ooooodwooooo Tempat yang termashur disebelah timur kota Kim leng tak lain adalah kuil Hu cu bio serta sungai chin hway hoo.
Hu cu bio seharusnya merupakan sebuah bangunan yang angker dan anggun sebab bangunan ini melambangkan kemajuan kebudayaan bangsa Tionghoa selama lima ribu tahun lamanya.
Tapi bangunan tersebut justru lebih mirip sebuah pasar di Peibing atau kuil Hian biau bio di siok ciu.
Di sekeliling kuil tumbuh aneka toko dan warung penjual makanan pedagang kaki lima, rumah makan serta berbagai ragam warung lainnya tumbuh disitu, boleh dibilang tempat ini merupakan tempat hiburan yang terbesar dan teramai bagi masyarakat kota Kim leng.
Ditepi kuil itu mengalirlah sungai ching hway hoo yang amat termashur disenatero negeri, banyak seniman dan sastrawan yang mempergunakan tempat itu untuk mencari inspirasi baru, para pembesar memanfaatkan tempat itu untuk menghibur diri, tak heran kalau tempat hiburan berada dimana mana perahu pesiarpun berlalu lalang tiada habisnya.
Suatu pemandangan yang amat menawan.
Jembatan Bun tek kiau berada dipantai utara sungai chin hway hoo disamping atas kuil Hu cu bio.
Dengan bersusah payah Huan cu im baru berhasil menemukan jembatan Bun tek kiau tersebut namun manusia yang berlalu lalang, laki perempuan dengan pakaian aneka hilir mudik tiada hentinya, benar benar merupakan sebuah tempat yang ramai sekali.
Menyaksikan kesemuanya ini timbul keraguan dalam hatinya, bagaimana mungkin dia bisa menemukan seseorang dengan ciri yang khusus ditempat keramaian seperti ini "
Dia mengangkat kepalanya matahari sudah beradaa diatas kepala hampir hampir mendekati tengah hari, namun pemuda itu tetap berdiri ditepi atas jembatan sambil memperhatikan setiap orang berlalu lalang.
Pada tahun belakangan ini orang yang mengenakan topi pet dengan jubah panjang memang tak sedikit jumlahnya.
Apabila kau ingin melihat apakah dibelakang punggungnya terdapat tambalan kain biru atau tidak- terutama sekali ditempat keramaian seperti ini, berarti kau mesti menunggu sampai orang itu lewat lebih dulu, kemudian baru memeriksa punggungnya.
Pada hakekatnya Huan cu im hampir tak sanggup untuk memejamkan matanya barang sekejap pun.
Tengah hari kini sudah menjelang tiba, tapi belum tampak juga kemunculan orang tersebut, apakah dia sudah menyeberang lewat, ataukah belum tiba "
Diam diam Huan cu im mulai menggerutu didalam hati, siapa tahu belum tentu ada orang semacam ini yang benar benar akan lewat disitu..."
Sementara dia masih termenung sambil melamun, tiba tiba sesosok bayangan manusia melintas lewat dalam kelopak matanya.
Perawakan orang itu tidak teriampau tinggi dia mengenakan sebuah topi pet yang sudah lusuh dan penuh kerutan, pakaian panjangnya sudah luntur sehingga mendekati putih, punggungnya bungkuk dan dibawah ketiaknya mengempit sebuah payung, selangkah demi selangkah ia berjalan naik ke atas jembatan.
Cepat cepat Huan cu im memperhatikan punggungnya betul juga disitu ia temukan tambalan kain berwarna biru.
Dialah orangnya. Ternyata pada tengah hari tepat benar benar terdapat manusia dalam dandanan semikian melewati jembatan tersebut.
Huan cu im benar benar merasa terkejut bercampur keheranan, darimana orang yang meninggalkan pesan kepadanya semalam bisa tahu kalau hari ini tengah hari tepat akan muncul seseorang dengan dandanan demikian meleati jembatan Bun tek kiau "
Dia harus meng until dibelakangnya, sesampainya di tempat tujuan harus membinasakan orang orang itu, tapi...
mengapa dia harus berbuat demikian "
Sebenarnya ia datang atas dorongan rasa ingin tahu, sebenarnya dia mengira belum tentu ada manusia demikian yang benar benar akan melewati tempat ini tapi sekarang terbukti sudah kalau benar benar ada manusia macam begini yang melewatijembatan Bun tek kiau, itu berarti dia harus membuntutinya untuk melihat apa gerangan yang terjadi...
Sementara dia masih termenung, orang itu sudah pergi jauh maka Huan cu impun mulai mengikuti dibelakangnya, bukan bermaksud untuk mengejarnya, melainkan hanya mengikuti dari kejauhan saja.
Tentu saja orang itu tidak bakal tahu kalau di belakang tubuhnya ada seseorang sedang mengikutinya, oleh sebab itu dengan punggung terbungkuk dia hanya berjalan terus menuju kearah barat dengan kepala tertunduk.
Huan cu im mengikuti terus dibelakang tubuhnya, entah berapa jauh sudah mereka tempuh, hanya terasa perjalanan semakin lama makin memasuki daerah sepi dan jauh dari keramaian, kini di hadapan mereka telah terbentang sebuah bukit tinggi yang terjal, curam dan berbahaya.
Namun orang itu masih berjalan terus ke depan, berpaling sekejap pun tidak.
Tak selang berapa saat kemudian ia sudah keluar dari pintu cing liang bun dan mendekati hutan yang lebat dengan kicauan burung dikejauhan sana.
Ketika sampai ditepi hutan, mendadak orang itu menghentikan langkahnya, lalu tanpa berpaling katanya dengan suara yang berat dan parau : "Sudah tiba ditempat tujuan, letaknya dalam rumah kayu dibalik hutan tersebut."
Huan cu im sekali lagi dibuat tertegun, segera pikirinya:
"Sekalipun dia tak berpaling, namun perkataan itu jelas ditujukan kepadaku, ini berarti dia sudah tahu sejak tadi kalau aku sedang mengikutinya... aaah tidak mungkin sudah jelas sipenulis surat semalam yang menyuruh dia memancing kedatanganku kemari, lantas mengapa pula aku mesti membunuhnya setelah dia selesai membuka suara...?"
Suhu pernah pula berkata, dalam dunia persilatan, berlaku sebuah pantangan yakni "bertemu hutan jangan masuk", sekarang haruskah dia memasuki hutan itu"
Ternyata orang yang meninggalkan surat itu berbuat begitu misterius, dengan bersusah payah dia memancing kedatangannya kemari, tapi apakah tujuan yang sebenarnya"
Setelah berada disini, bila tidak memasuki sarang macan, mana mungkin bisa peroleh anak harimau "
Kalau memang dibalik hutan terdapat rumah kayu, ini berarti sipembuat surat itu pasti menantikan kedatangannya di dalam bangunan rumah itu paling tidak dia harus menyelidik sampai jelas siapakah gerangan lawan dan apa maksud serta tujuannya.
Dalam pada itu, ketika orang tersebut selesai berbicara, dia segera melayang mengitari hutan dan berusaha kembali ke arah semula, gerakan tubuhnya tidak terlampau cepat tapi justru gesit dan cekatan bagaikan seekor monyet, tahu tahu saja bayangan sudah menjauh.
Sudah barang tentu Huan cu im tidak akan melaksanakan perintah seperti apa yang dicantumkan dalam surat itu, tanpa sebab tanpa musabab harus membunuh seseorang, dia hanya mengikut petunjuk orang tadi, berjalan menelusuri sebuah jalan kecil disisi Hutan itu.
Disaat dia sedang menelusuri jalan kecil dibalik hutan inilah, tiba tiba berkumandang suara jeritan ngeri yang memilukan hati dari kejauhan sana.
Jerit kesakitan itu bagaikan jeritan sekarat seseorang yang mengalami penderitaan hebat dan menjelang saat kematiannya tiba, lagi pula bila ditinjau dari arah datangnya suara jeritan tersebut, sudah jelas berasal dari arah dimana orang tadi melarikan diri.
Tertegun juga Huan cu im mendengar seruan tadi, ini berarti orang tersebut sudah menemui bencana dan mati terbunuh, mungkinkah si penulis surat tersebut yang sudah turun tangan membinasakan orang itu sendiri, karena ia tidak membunuhnya"
Tapi, mengapa pula harus begitu" Apakah orang itu mempunyai dosa besar yang pantas untuk menemui kematiannya"
Huan cu im segera berpendapat bahwa sipenulis surat itu sudah pasti bukan manusia baik hati, kalau tidak. Mustahil dia akan menganggap nyawa manusia bagaikan batang rumput yang berarti.
Dia tidak ragu lagi, dengan menelusuri jalan yang kecil yang berkelak kelok itu dia berjalan terus ke depan, makin masuk ke hutan semakin dalam, matahari semakin redup daun yang rindang hampir membuat setitik cahaya pun tak mampu menerobos masuk ke dalam.
Betul juga, diujung jalan kecil itu berdiri sebuah bangunan rumah kayu yang gelap gulita, rumah tersebut hanya terdapat sebuah pintu berwarna hitam, tiada suara tiada pula sesosok bayangan manusia pun berada disitu.
Dengan memperbesar keberaniannya Huan cu im berjalan menuju ke depan pintu, baru saja dia hendak mengetuk pintu...
Mendadak dari balik pintu rumah berkumandang suara seruan seseorang dengan nada yang amat aneh.
"Setelah sampai di depan pintu, mengapa tidak langsung membuka pintu dan masuk ke dalam ?"
Nada suara orang itu memang benar benar rada aneh, sukar rasanya untuk diketahui apakah dia sudah tua " Atau masih muda " Pokoknya membuat si pendengar merasakan hatinya sangat tak enak.
Huan cu im tidak ambil perduli siapakah orang itu, yang penting baginya setelah sampai disini maka setelah bersua nanti segala sesuatunya akan menjadi jelas. Oleh sebab itu dia segera membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan-Suasana di dalam ruangan rumah kayu itu jauh lebih redup dan gelap. Hampir boleh dibilang susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri.
Disaat Huan cu im telah melangkah masuk ke dalam rumah kayu itu tahu tahu... "Blam" pintu rumah dibelakang tubuhnya telah menutup sendiri secara otomatis.
Huan cu im baru pertama kali ini terjun ke dunia persilatan, belum pernah ia jumpai peristiwa aneh dan seram seperti ini, tidak urung hatinya menjadi tegang sambil menghentikan langkahnya, diam diam ia persiapkan sepasang telapak tangannya untuk menghadapi segala sesuatu yang tak diinginkan.
Sepasang matanya dicoba untuk dipejamkan sebentar lalu membukanya kembali dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, namun suasana didalam rumah kayu itu masih tetap gelap gulita dan sukar untuk melihat sesuatu apa pun.
Pada saat itulah, tiba tiba terdengar suara yang sangat aneh itu pelan pelan berkata lagi.
"Akulah yang mengundang kau untuk bersua disini, jangan kuatir, biarpun ruangan ini gelap gulita, tidak bakal ada kejadian yang tak menguntungkan akan menimpa dirimu"
Ditinjau dari arah berasalanya suara pembicaraan tersebut, Huan cu im menduga orang itu seharusnya berada dihadapannya, namun anehnya, ia justru tak berhasil menemukan jejak orang itu. Maka sekali lagi ia bertanya.
"Sobat, sebenarnya siapakah kau" Apa maksudmu mengundang kehadiranku disini ?" suara yang aneh tadi segera tertawa,
"Tak usah kau ketahui siapakah aku, aku sendiripun tidak akan bertanya kepadamu siapakah kau"
"Lantas ada urusan apa kau ?"
"Bukankah dalam sakumu terdapat sebuah mata uang kuno yang terbuat dari perak" Ambillah keluar"
Mendengar perkataan itu, Huan cu im segera berpikir.
"Yaa..betul sebelum keberangkatanku tempo hari, empek Hee pernah menyerahkan sebuah mata uang kuno yang terbuat dari perak kepadaku, dia menyuruh aku membawa terus benda tadi dan tak boleh dihilangkan, waktu itu dia tidak banyak memberi penjelasan dan akupun tidak mengetahui apa kegunaan dari mata uang tersebut, heran, mengapa orang ini pun bisa tahu?"
Berpikir demikian, dia pun menjawab.
"Benar, aku memang mempunyai sebuah mata uang semacam itu, sobat, apakah dikarenakan mata uang kuno itu maka kau berdaya upaya memancing kedatanganku kemari ?"
Suara yang aneh itu tertawa, suara tertawanya kedengaran agak parau dan aneh, selanya,
"Kau keliru besar, kusuruh kau mengeluarkan mata uang kuno itu karena hendak kuperiksa keaslian benda tersebut."
"Apa yang hendak kau periksa " Dan apa gunanya ?" Huan cu im semakin kebingungan-
"Heehh... heehh... heeh..." kali ini suara yang aneh tersebut tidak berkata, melainkan tertawa rendah dengan suara yang menyeramkan-Dibalik gelak tertawanya yang aneh itu, Huan cu im melihat dari balik kegelapan lebih kurang delapan sembilan depa dihadapan-nya, tiba tiba muncul sebuah tangan manusia, telapak tangannya terbuka lebar, pada jari tengah tangan tersebut tergantung sebuah rantai tipis yang membelenggu sebuah mata uang kuno terbuat dari emas, benda itu menggeletak pada telapak tangan kanannya.
Ternyata mata uang tersebut mempunyai motip dan ukiran yang sama dan persis seperti mata uang perak yang diserahkan empek Hee kepadanya itu.
(Pada permulaan tadi dikatakan, Huan cu im mampu melihat dalam kegelapan, meski tenaga dalamnya masih Cetek. Dan ruangan tersebut gelap gulita, namun berhubung mata uang emas itu terbuat dari emas yang dapat memancarkan sinar, maka anak muda tersebut dapat melihat kesemuanya itu dengan jelas).
Dalam sebuah rumah kayu yang gelap gulita, tidak nampak tubuh seseorang secara seutuhnya, tapi hanya melihat sebuah tangan aneh digerak gerakkan dihadapannya, siapa pun yang menyaksikan hal tersebut pasti akan terkejut dibuatnya. Tanpa terasa Huan cu im mundur selangkah, lalu tegurnya dengan perasaan bergidik. "Sobat, sebenarnya kau ini manusia atau setan ?" Suara yang aneh itu kembali tertawa.
"Lote, kau tak perlu takut, aku tentu saja manusia, Cuma kau tak sempat melihat dengan jelas, eh mm. Sekarang tentunya kau sudah melihat mata uang emasku ini bukan ?"
"Yaa, sudah kulihat" jawab Huan cu im sambil mengangguk.
"Baiklah..." Bersamaan dengan ucapan itu, tangan aneh yang muncul di depan mata tadi segera ditarik kembali dan lenyap dari pandangan mata, menyusul kemudian terdengar suara yang aneh itu kembali berkata:
"sekarang, keluarkan mata uang perakmu dan perlihatkan kepadaku." Hhuan cu im segera berpikir.
"Agaknya empek Hee memberikan mata uang perak itu kepadaku dengan mengandung suatu maksud tertentu dibalik kesemuanya ini pasti tersimpan pula sesuatu rahasia, karenanya orang ini selalu berusaha untuk memeriksa mata uang perakku, bila tidak kuberikan mata uang tersebut kepadanya sudah jelas orang inipun tak bakal mengucapkan sesuatu kepadaku...
Karena berpendapat demikian, maka dia merogoh ke dalam sakunya, dan mengeluarkan mata uang perak itu, lalu mengenakan rantainya diatas jari tengah tangan kanannya, kemudian ia baru berkata
"Bailah, jika kau ingin memeriksa, sekarang periksalah dengan seksama " Sembari berkata, dia lantas mengangsurkan tangan kanannya ke depan...
"Bagus sekali" suara aneh itu berseru kemudian, "ternyata kau memang utusan perak, sekarang kau boleh menyimpan kembali mata uang perakmu itu" Setelah Huan cu im menyimpan kembali mata uang peraknya, dia baru bertanya
"Apa kau bilang" Aku adalah utusan perak?"
"Benar, padahal usiamu masih muda, namun dapat menempati kedudukan sebagai Utusan perak, ini sudah merupakan sesuatu yang luar biasa..."
"Lantas siapa kau sendiri?"
"Eeeh... sewaktu Hee pocu menyerahkan kedudukan utusan perak kepadamu, apakah dia tidak menjelaskan tentang sesuatu kepadamu?"
"Aaah, nampaknya dibalik kesemuanya ini memang masih terdapat sesuatu yang luar biasa..." pikir Huan cu im. Cepatcepat dia menggeleng, lalu jawabnya
"Empek Hee menyerahkan benda ini kepadaku sehari sebelum keberangkatanku ke Kim leng, dia hanya berpesan agar benda itu kusimpan terus didalam saku dan tak boleh sampai hilang, selain itu dia tak berkata apa apa"
"Baiklah, kalau begitu biar aku yang memberitahukan kepadamu mata uang kuno ini semuanya terbagi menjadi empat tingkatan, yang terbuat dari emas disebut Lengcu emas, yang perak disebut Utusan perak- yang tembaga disebut tembaga sedangkan yang besi disebut Busu besi, kau adalah utusan perak dan kini tiba di Kim leng, itu berarti kau akan melaksanakan semua perintah yang diberikan Lengcu emas kepadamu, nah sekarang sudah mengerti ?"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Huan cu im, diam diam pikirnya:
"Soh Han sim telah mencampurkan bubuk pembingung sukma ke dalam arakku maka aku harus berlagak seakan akan kesadaran dan jalan pikiranku masih terpengaruh oleh obat tersebut serta menuruti semua perintahnya..."
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berpikir demikian, dia lantas maju dan memberi hormat seraya ujarnya.
"Walaupun empek Hee belum pernah memberi penjelasan kepadaku, tapi Lengcu bisa membuktikan dengan mata uang emas tersebut, ini berarti kau tak bakal berbohong entah ada urusan serta perintah apakah Lengcu mengundang kedatanganku kemari?"
Suara yang aneh itu segera tertawa puas, sahutnya.
"Bagus sekali, tampaknya memang kau yang dimaksud, ada pun maksudku mengundang kedatanganmu adalah untuk menyerahkan sebuah tugas kepadamu untuk dilaksanakan-"
"Silahkan lengcu memberi perintah, aku pasti akan melaksanakan dengan sebaik baiknya"
"Baik Disini terdapat sebutir pil, entah dimasukkan kedalam air teh ataupun arak, pil tersebut akan segera mencair, obat ini tiada berwarna ataupun berbau carilah suatu kesempatan baik untuk memasukkan pil tersebut kedalam air teh atau arak yang diminum Siang Han hui dari Hoa san, asal hal ini sudah kau laksanakan maka tugasmu berarti telah selesai"
Begitu selesai berkata, tangan aneh tadi kembali muncul didepan mata, pada telapak tangannya benar benar terdapat sebuah bungkusan kecil yang segera dilemparkan ke depan Huan cu im.
Dengan cepat Huan cu im menerimanya, baru saja dia hendak bertanya lagi... Mendadak terdengar suara aneh tadi menegur sambil mendengus dalam: "Huan cu im, adakah seseorang yang datang kemari bersama kau...?"
"Tidak ada, aku hanya datang seorang diri"
"Ini berarti orang tersebut datang kemari dengan menguntil dibelakang mu" kata suara aneh tadi dengan nada dingin,
"barang siapa berani memasuki daerah terlarangku, berarti dia hanya akan mati dan tak punya kesempatan hidup lagi, sekarang kuperintahkan kepadamu untuk segera membunuhnya"
Kalau disuruh membunuh orang, maka Huan cu impun menjadi ragu ragu,
"Soal ini..." "Ayo cepat berangkat" bentak suara aneh itu lagi,
"memangnya aku harus turun tangan sendiri?"
Huan cu im tidak mengetahui siapa yang telah datang dihati kecilnya ia segera berpikir.
"Jangan jangan Seng ceng hoa yang secara diam diam datang menguntil diriku" Orang ini adalah Lengcu emas, berarti ilmu silat yang dimilikinya pasti sangat hebat padahal aku hanya seorang diri belaka, andaikata yang datang betul betul adalah Seng toako, dengan tenaga gabungan kami berdua mungkin saja masih dapat membekuknya serta menyingkap latar belakangnya"
Ingatan tersebut secepat kilat melintas di dalam benaknya, dengan cepat dia mengiakan kemudian membalikkan badan dan menerobos keluar lewat pintu.
Baru saja ia melangkah keluar dari pintu kayu, tiba tiba terasa angin tajam menerpa wajahnya, tahu-tahu sesosok bayangan manusia telah muncul dihadapannya, orang itu adalah seorang kakek bermuka merah yang beralis mata tebal dan bermata besar, cambangnya kaku bagaikan tombak.
Orang ini mengenakan sebuah jubah panjang berwarna biru, tapi dibagian muka maupun belakangnya sudah dipenuhi tujuh delapan belas buah tambalan, perawakannya sedang tapi nampaknya keren, gagah dan perkasa.
Sesudah berdiri dihadapan Huan cu im, sepasang matanya yang tajam bagaikan sambaran petir mengawasi wajah Huan cu im beberapa kejap. Kemudian tegurnya^
"Engkoh cilik, siapakah kau?"
"Aku Huan cu im, dan siapa pula lotiang?"
"Aku Lian Sam sin, aku lihat engkoh cilik tidak mirip seorang manusia buas yang suka melakukan kejahatan, apa yang sedang kau perbuat disini?"
Lian Sam sin adalah tiang lo kanan dari tiang lo kiri kanan perkumpulan Kay pang, orang menyebutnya sebagai pengemis penakluk harimau, ia termasuk seseorang yang termashur namanya dalam dunia persilatan-Huan cu im belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, oleh sebab itu diapun tidak mengetahui akan asal usul lawannya, sambil angkat kepala dan tersenyum sahutnya,
"oooh, rupanya kakek Lian, ada urusan apa sih kakek Lian datang kemari?"
Menyaksikan mimik muka anak muda itu sama sekali tidak berubah meski dia telah mengutarakan nama serta julukannya, Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin segera menganggap Huan cu im adalah seorang jago lihay yang sengaja merahasiakan ilmunya, karena itu sambil tertawa tergelak katanya.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh..^ rupanya engkoh cilik adalah seorang jagoan lihay, kalau begitu aku pengemis tua benar benar sudah salah melihat, jadi engkoh cilik adalah pemilik rumah kayu tersebut ?"
Berhubung si pendatang tersebut bukan Seng ceng hoa, maka Huan cu im enggan menyangkal pun tak mau mengaku, dia malah balik bertanya: "Kakek Lian ada urusan apa sih ?"
Berkilat sepasang mata Lian Sam sin, telah mendengus dia berkata:
"Kalau memang engkoh cilik berdiam di kawasan hutan ini, berarti kaulah yang bertanggung jawab terhadap setiap peristiwa yang terjadi dalam hutan ini."
"Hai, persoalan apa sih yang dimaksudkan kakek Lian?"
tanya Huan cu im keheranan-Lian Sam sin tertawa dalam.
"Engkoh cilik, masa terhadap pekerjaan yang kau lakukan sendiri, kau mesti bertanya lagi kepada aku si pengemis tua?"
"Seharusnya kakek Lian menerangkan duduknya persoalan sejelas mungkin, bila caramu berkata pun macam orang mengajukan teka taki, dari mana aku bisa tahu ?"
"Baik" Kata "baik" tersebut sengaja diutarakan Lian Sam sin dengan suara yang dalam dan berat, kemudian melanjutkan:
"Aku si pengemis tua ingin bertanya kepadamu, apakah seorang anggota pengemis yang tergeletak dibalik hutan sana tewas terbunuh ditanganmu?"
"Bukan" sahut Huan cu im sambil menggeleng setelah tertegun beberapa saat.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... engkoh cilik tak berani mengakui?" Lian Sam sin tertawa tergelak.
"Seandainya orang itu memang mati di tanganku, mengapa aku tak berani mengakui" Bila orang itu bukan tewas ditanganku, mengapa pula aku harus mengakui?"
"Haaahhh... haaah, haaah..." sekali lagi Lian Sam sin tertawa terbahak bahak. "engkoh cilik telah mengubah kawasan hutan ini sebagai daerah terlarang, diatas pohon kau gantungkan papan peringatan yang berbunyi "Barang siapa yang memasuki hutan ini akan mati", dan sekarang ditemukan jenasah seorang anggota Kay pang dalam kawasan hutan ini bila orang itu bukan mati ditanganmu, lantas perbuatan dari siapakah itu?"
Mendadak Huan cu im teringat akan si manusia bertopi pet yang mengempit payung rongsok itu, bukankah sewaktu dia memasuki kawasan hutan itu, dari kejauhan sana berkumandang suara jeritan kesakitan yang memilukan hati"
Rupanya dia adalah seorang anggota perkumpulan Kay pang.
Semasa masih berada dibenteng keluarga Hee tempo hari, dia pernah mendengar empeknya membicarakan soal Kay pang yang dikatakan sebagai perkumpulan yang paling setia kawan dan terhitung perkumpulan paling besar dalam dunia persilatan-Konon anggota perkumpulan ini menyebar sampai disetiap propinsi, malah pihak sembilan partai besar seperti Siau lim dan Bu tong pay pun menaruh sikap hormat terhadap mereka, itulah sebabnya kesannya terhadap Kay pang pun boleh dibilang baik sekali.
Setelah mengetahui dari Lian Sam sin bahwa yang tewas adalah anggota Kay pang, dengan perasaan terkejut ia lantas berseru: "Jadi dia... dia adalah anggota Kay pang?" Lian Sam sin segera tertawa^
"Nah, sekarang engkoh cilik baru mengaku, bagus sekali, kau membunuh seorang anggota perkumpulan kami, maka kau mesti menebus dosamu itu, harap engkoh cilik suka mengikuti aku si pengemis tua..."
"Aaah Lotiang kembali telah salah paham" buru buru Huan cu im menggoyangkan tangannya berulang kali, "anggota perkumpulanmu itu bukan tewas ditanganku"
Pengemis penakluk harimau segera mengerutkan alis matanya yang tebal, kemudian membentak dengan suara dalam.
"Engko cilik, mengapa sih kau berusaha untuk mungkir terus" Kau anggap aku si pengemis tua adalah manusia gampang dipermainkan-.."
"Harap kakek Lian jangan salah paham dulu, aku sama sekali tidak mempunyai maksud demikian-.."
Tidak sampai anak muda itu menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin kembali telah menukas dengan suara dalam.
"Aku si pengemis tua tak mau tahu apa maksud yang sebenarnya, bila ingin memberi penjelasan, silahkan disampaikan sesudah sampai di kantor cabang kami untuk wilayah Kim leng"
"Kakek Lian-.."
"Bila kau sendiri enggan beranjak dari sini, biar aku si pengemis tua yang membantumu berjalan" bentak Lian Sam sin keras keras.
Oleh karena perkataannya sudah dua kali ditukas orang ditengah jalan, lama kelamaan Huan cu im dibuat mendongkol juga, dengan perasaan mangkel segera tegurnya. "Lotiang, sebetulnya kau bisa diajak berbicara soal Cengli tidak...?"
oooodwoooo "Dalam hal yang mana aku tak berbicara soal cengli ?"
Baru selesai pengemis tua itu berkata, tiba tiba terdengar suara seorang perempuan yang merdu bergema tiba, "Hm Tentu saja kau tak tahu soal cengli"
Dengan perasaan terkejut Pengemis penakluk harimau berpaling ke arah sebuah pohon besar disisi kiri, lalu bentaknya. "Siapa di situ?"
Tampak sesosok bayangan biru berkelebat lewat, tahu tahu sesosok bayangan manusia yang ramping dan lembut telah melesat turun dari atas pohon dan melayang turun diantara kedua orang tersebut.
Gadis itu berambut panjang, mengenakan baju ketat berwarna biru langit dengan gaun berwarna putih, biji matanya yang jeli berputar kian kemari, sementara sambil mencibir bibir, sahutnya dingin. "Aku yang berada disini, ada apa ?"
Melihat kemunculan nona itu, Huan cu im sendiripun merasa sedikit agak diluar dugaan segera serunya pula. "Nona Ban, rupanya kau..."
Yang datang memang si burung hong hijau Ban Huijin, kalau selama berbicara dengan pengemis penakluk harimau wajah maupun nada suaranya kedengaran dingin dan kaku, maka selama berbicara dengan Huan cu im sikap maupun nada suaranya justru halus, merdu dan hangat, bahkan sekulum senyuman manis selalu menghiasi ujung bibirnya.
"Memangnya aku tak boleh kemari ?" kedengaran nona itu berseru sambil memutar sepasang biji matanya.
Huan cu im segera tertawa rikuh.
"Dari mana nona bisa tahu kalau aku berada disini?"
tanyanya kemudian- Sekali lagi Ban Huijin mengerdipkan sepasang matanya yang jeli dan bening, kemudian katanya sambil tertawa ringan-"Aku ogah memberitahukan kepadamu..."
"Biar nona ogah berbicara, aku pun dapat menebaknya, bukankah kau bisa sampai kesini karena menguntil dibelakang ku ?"
Merah dadu selembar wajah Ban Huijin, setelah mencibirkan bibirnya ia memutar tubuhnya setengah lingkaran, lalu sahutnya merdu. "Aaah, aku mah tak sudi..."
"Hmm, sudah selesaikan pembicaraan kalian ?" tiba tiba pengemis penakluk harimau Lian Sam sin menegur dengan suara dalam dan berat diiringi dengusan dingin. Ban Huijin mengerling sekejap ke arahnya, kemudian menegur:
"Bagaimana kalau sudah selesai, dan bagaimana pula kalau belum selesai?"
"Ketahuilah, kesabaranku ada batasnya, engkoh cilik itu mesti turut aku pergi ke kantor"
"Hmm, dengan mengandalkan apa kau hendak mengajak Huan siangkong pergi dari sini?" dengus Ban Huijin.
"Sebab dia telah membunuh anggota Kay pang"
"Huuh, jangan kau anggap nama Kay pang bisa menakut nakuti orang, atas dasar dan bukti apa kau mengatakan Huan siangkong telah membunuh anggota Kaypang?"
Dengan pandangan penuh amarah Lian Sam sin melotot sekejap kearahnya lalu menjawab:
"Saat ini Cuma dia seorang yang berada dalam hutan ini, sedang diluar hutan situ dia tulis papa n peringatan yang berbunyi Barang siapa memasuki hutan ini mati, nyatanya anggota Kay pang ditemukan tewas dalam hutan, apakah kesemuanya ini belum cukup untuk membuktikan perbuatannya?"
"Hm, betul betul mengaco belo tak karuan" dengus Ban Huijin lagi.
Lian Sam sin semakin bertambah geram, tiba tiba bentaknya dengan suara keras.
"Apa kau bilang?"
"Aku bilang kau sedang mengaco belo karuan" teriak Ban Huijin sambil membusungkan dadanya, "Huan siangkong..."
"Hari ini, aku pengemis tua bersumpah akan membekuk kalian berdua dan membawa kalian berdua ke kantor..."
bentak Lian Sam sin keras keras.
Tiba tiba tangan kanannya menyambar ke muka, dengan kelima jari tangannya yang tajam seperti kaitan dia cengkeram pergelangan tangan Huan cu im secepat kilat.
Huan cu im sama sekali tidak menyangka kalau lawannya akan melancarkan serangan secara tiba tiba dan dengan kecepatan luar biasa, seketika itu juga ia terdesak sampai mundur sejauh setengah langkah, kemudian telapak tangan kanannya dibalik dan balas membacok pergelangan tangan Lian Sam sin-Perlu diketahui, pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah satu diantara dua tianglo Kay pang padahal kedudukan seorang tianglo dalam Kay pang amat tinggi dan terhormat, tidak dibawah kedudukan seorang pangcu, tentu saja tidak gampang untuk menjadi seorang tiang lo dalam perkumpulan Kay pang.
Kedudukan maupun nama besar bagi seorang jago persilatan bukanlah bisa diperoleh secara kebetulan ataupun untung untungan-Itu berarti ilmu silat yang dimiliki pengemis penakluk harimau Lian Sam sin bukan Cuma ilmu silat biasa saja, begitu melihat datangnya bacokan dari Huan cu im, reaksinya ternyata amat cepat.
"Bagus sekali" serunya sambil tertawa dingin. Dia menarik tangan kanannya dengan cepat untuk menghindari bacokan dari Huan cu im, lalu tubuhnya menerjang ke muka secara tiba tiba, tangan kanannya dengan ilmu "sikutan keulu hati"
menumbuk lawan, kemudian karena tak sampai menangkis ancaman musuh, dengan jari tengah dan telunjuknya yang ditekuk bagaikan kaitan, dia menyerang lawan bagaikan sambaran petir. Bayangan jari tangan menyelimuti angkasa dan langsung mendesak kehadapan muka.
Walaupun Huan cu im tidak tahu kalau Lian Sam sin adalah seorang tianglo dari Kay pang, namun diapun mengerti kalau ilmu silat yang dimiliki pengemis tua ini teramat hebat, cepat cepat sepasang tangannya disilangkan didepan dada memuat guntingan dan menyapu keluar teriaknya kemudian "Lotiang, harap tunggu dulu, kau sudah salah paham"
Jurus serangan yang dipergunakan barusan adalah jurus
"Bintang dan rembulan saling berebut" dari tiga belas jurus ilmu jari pedang sepasang tangannya seperti sambaran pedang menyapu ke kiri dan ke kanan dari depan dada.
Meskipun Cuma jari tangan saja, namun oleh karena tangan itu sebagai pengganti pedang maka terasa juga pengaruhnya sebagai pedang dimana jari tangannya menyambar, hawa pedang turut terpancar keluar pula, membuat semua ancaman jari tangan musuh terbendung semuanya...
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin hampir saja tak percaya kalau musuhnya hanya orang bocah ingusan yang masih tetek. Ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, untuk sesaat dia menjadi kaget dan terkesiap sehingga mundur dua langkah kebelakang.
Bentrokan yang terjadi dalam pertarungan jarak dekat ini meski tidak ada suatu kelebihan yang luar biasa, namun bagi pandangan seorang ahli, pertarungan tersebut sudah terhitung amat dahsyat dan mengerikan semua peristiwa hanya berlangsung dalam sekejap mata saja.
Begitu tubuh mereka berdua saling berpisah, Lian sam sin segera melotot kearah Huan cu im dengan sorot mata yang tajam kemudian katanya^
"Gerak serangan engkoh cilik amat hebat, dan luar biasa, mari, mari, sudah puluhan tahun aku si pengemis tua belum pernah menjumpai jago muda yang begitu tangguh macam kau, ayo kita bertarung diluar hutan saja"
"Lotiang, kau salah paham" kembali Huan cu im berseru.
"Siapa bilang aku si pengemis tua salah paham"
Pertarungan kita ini hanya dibatasi kita berdua saja, kita bertarung secara satu lawan satu asal kau mampu mengungguli aku si pengemis aku segera putar badan dan angkat kaki, sebaliknya bila aku si pengemis yang menang, maka kau mesti turut aku pergi ke kantor cabang kami di Kim leng, tentunya hal ini adil bukan?"
"Tidak adil" tukas Ban Huijin-
Lian Sam sin segera melototkan matanya bulat bulat, kemudian tegurnya terhadap Ban Hui jin ini
"Dalam hal yang mana perkataan aku si pengemis tidak adil?"
"Kalau Huan cu im yang menang, maka kau balik badan segera pergi sebaliknya bila dia kalah harus turut kau pergi ke kantor cabangmu, itu mah namanya tidak adil, bila dia yang kalah mengapa ia tak boleh seperti kau, balik badan lantas pergi?"
"Sebab dia telah membunuh anggota Kay pang kami"
"Hmm, selama ini aku selalu menguntil di belakangnya, aku sama sekali tidak melihat ia mencelakai anggota Kay pang kalian, pembunuhnya jelas orang lain, kini kau bukannya pergi mencari si pembunuh yang sesungguhnya, sebaliknya malah melimpahkan dosa itu kepadanya, apakah ini adil namanya"
Memangnya kau melihat Huan siang kong telah membunuh anggota Kay pang?"
-oo0dw0oo Jilid: 15 Lian Sam sin jadi tertegun, kemudian tanyanya:
"Sungguhkah pertanyaanmu itu ?"
"Buat apa aku mesti membohongi dirimu"
Lian Sam sin segera berpaling kearah Huan cu im, kemudian tegurnya pula : "Engkoh cilik mengapa tidak kau katakan sedari tadi ?"
"Tadi aku sudah berapa kali hendak berkata, tapi lotiang selalu menukas perkataanku bagaimana mungkin aku bisa menerangkan kepadamu ?"
"Baik," kata Lian Sam sin kemudian, "kalau begitu aku pingin bertanya, tulisan di luar hutan yang berbunyi Barang siapa yang memasuki hutan ini mati, apakah tulisanmu ?"
"Bukan" "Apakah kau juga tidak berdiam didalam rumah kayu ini?"
kembali Lian Sam sin bertanya.
"Tidak" Lian Sam sin segera menatap pemuda itu lekat lekat kemudian tanyanya: "Lantas ada urusan apakah engkoh cilik datang kemari ?"
"Sewaktu berada di tepi jembatan Bun tek kiau, jumpai seorang lelaki bertopi pet lalu dan mengempit sebuah payung rongsok lewat dihadapanku, maka akupun menguntil di belakangnya sampai disini, aku bisa menguntilnya hanya terdorong rasa ingin tahu, ketika orang itu tiba didepan hutan, akupun ikut masuk kedalam kawasan hutan ini dengan menelusuri jalan kecil yang ada sementara dia mengintari hutan tersebut belum sampai berapa langkah kumasuki hutan ini dari kejauhan situ sudah terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati aku tidak tahu kalau dia sudah mati dibunuh seseorang, lebih lebih tidak kuketahui dia adalah anggota Kay pang."
Semua pengakuannya ini memang suatu pengakuan yang sejujurnya, hanya saja ia tidak menerangkan kalau ada orang telah meninggalkan surat diatas pembaringannya.
Tatkala sianak mugaitu berkata Lian Sam sin dengan sorot matanya yang tajam mengawasi wajahnya tanpa berkedip.
Seolah olah dia hendak mengamati apakah dia telah berbohong ataukah berbicara yang sesungguhnya "
Menanti Huan cu im telah menyelesaikan perkataannya, dia baru berkata :
"Engkoh cilik, kau langsung mencari sampai disini dan kau temukan rumah kayu tersebut, lantas apa yang kau perbuat?"
"Terdorong oleh rasa ingin tahuku, akupun maju mengetuk pintu, namun tiada seorang manusiapun yang menjawab, karena itu kudorong pintu rumah dan masuk kedalam, ternyata rumah itu sangat gelap sehingga untuk melihat kelima jari tangan sendiripun susahnya amat terpaksa aku mengundurkan diri dari situ, dan akupun berjumpa dengan lotiang."
Sedang mengenai suara aneh yang terdengar dalam ruangan gelap itu, Huan cu imtak ingin menjelaskan kepada orang luar sebelum dia merundingkan hal ini dengan Seng lopek.
Tentu saja banyak titik kelemahan yang terdapat dalam pembicaraan tersebut, seperti misalnya kemarin ia baru sampai di Kim leng mengapa dia datang seorang diri kejembatan Bun tek kiau " Dan apa pula maksudnya kesitu "
Cuma tentang persoalan seperti ini sudah barang tentu Lian Sam sin tak akan merasakannya.
Sekalipun demikian, hal tersebut sama sekali tak dapat mengelabui Ban Huijin yang pintar dan berotak encer, sambil mengedipkan sepasang matanya yang bulat dan jeli dia memandang pemuda itu sambil tertawa.
Menurut pengamatan Lian Sam sin selama ini, dia merasa Huan cu im tidak lebih hanya seorang pemuda yang baru terjun ke dunia persilatan, semua pengakuannya seperti tidak bohong. Karenanya sesudah termenung sejenak ia berkata :
"Baiklah, aku sipengemis tua percaya dengan perkataanmu itu mati kita masuk kedalam ruangan itu dan coba kita periksa apa isinya."
Ban Huijin terhitung juga seorang yang besar rasa ingin tahunya, dia segera berteriak sesudah mendengar perkataan tersebut:
"Yaa..betul, kita memang sudah seharusnya masuk kedalam dan siap menyerbu masuk ke dalam rumah kayu itu."
"Nona Ban, tunggu sebentar" buru buru Huan cu im berteriak dengan cemas.
Mendengar teriakan itu, Ban Huijin segera menghentikan langkahnya, kemudian sambil berpaling tanyanya : "Ada apa
?" Huan cu im segera memburu kemuka, kemudian menjawab:
"Suasana di dalam rumah kayu itu gelap gulita sehingga susah untuk melihat kelima jari tangan sendiri, lebih baik aku saja yang berjalan didepan-"
Melihat pemuda itu begitu menaruh perhatian terhadap dirinya, Ban Huijin segera berpaling dan melemparkan sekulum senyum yang amat manis kearahnya sambil katanya
"Terima kasih banyak atas perhatianmu kepadaku..."
Ketika mengucapkan kata "kepadaku" tiba tiba saja paras mukanya berubah menjadi semu merah.
Sementara kedua orang itu masih berbicara, si Pengemis penakluk harimau telah berebut berjalan dimuka dan memasuki rumah kayu itu terlebih dulu
cepat cepat kedua orang itu mengikuti pula di belakangnya, mereka masuk kerumah itu bersama sama.
Kali ini Huan cu im sudah mempunyai pengalaman, ketika memasuki pintu, dia memungut sebutir batu dan dihanjalkan di depan pintu sehingga pintu tersebut tidak merapat kembali, dengan demikian sinar matahari dapat mencorong masuk ke dalam biarpun tidak terlalu terang paling tidak bisa menyaksikan keadaan disekitar tempat itu secara lamat lamat.
Rumah kayu itu hanya terdiri dari sebuah ruangan berbentuk persegi panjang pada bagian dalamnya digantung sebuah tirai berwarna hitam sehingga ruangan tersebut terbagi menjadi bagian luar dan bagian dalam.
Begitu menyerbu ke dalam ruangan Lian Sam sin langsung menyingkap tirai hitam itu dan menuju kebelakang.
Diam diam Huan cu im manggut manggut sambil berpikir :
"oooh... rupanya didalam ruangan telah digantung sebuah tirai warna hitam tak aneh kalau aku hanya mendengar suaranya tak kelihatan manusianya, rupanya orang itu berbicara dengan menyembunyikan diri dibalik tirai. Sudah barang tentu aku tak dapat melihatnya, karena yang diperlihatkan dari balik tirai hanya sebuah tangan saja, makanya yang kujumpai hanya sebuah tangan pula."
Berpikir demikian, dia turut pula melangkah masuk ke dalam ruangan belakang^
Bagian ruangan yang berada dibelakang tirai hitam itu amat sempit dibelakang Cuma terdapat sebuah jendela kayu, saat itu Lian Sam sin telah membuka jendela tersebut dan melongok keluar.
Diluar jendela terbentang pula sebuah hutan yang lebat, tentu saja tidak terlihat apa apa disitu.
Huan cu im yang menyaksikan kejadian tersebut diam diam menghembuskan napas lega, pikirnya :
"Kalau begitu, Lengcu mata uang emas telah pergi dari sini."
Dalam pada itu Lian Sam sin telah menutup kembali jendela tersebut seraya berpaling, lalu tanyanya :
"Sewaktu engkoh cilik masuk kemari tadi, benarkah kau tidak menjumpai seseorang ?"
"Sewaktu aku masuk keruangan ini, berhubung tempatnya gelap gulita sehingga sukar untuk menyaksikan sesuatu, dengan cepat aku mengundurkan diri dari situ, tidak kujumpai seorang manusiapun disitu."
Lian Sam sin tidak berkata, dia Cuma mengangguk berulang kali sebagai pertanda bahwa dia menaruh kepercayaan penuh terhadap pengakuan dari Huan cu im itu.
Selang beberapa saat kemudian, ia baru berkata lagi :
"Mungkin sewaktu engkoh cilik masuk ke dalam rumah tadi, di ruangan ini sudah tersembunyi seseorang, hanya saja engkoh cilik tidak melihat akan kehadirannya saja."
Diam diam Huan cu im terkejut juga mendengar perkataan itu, Tapi sambil berlagak kaget tanyanya:
"Rupanya Lotiang telah menjumpai sesuatu?"
"E eh h mm..." Lian Sam sin manggut manggut membenarkan, kemudian sambil mengangkat kepala, dan tertawa dia melanjutkan "walaupun aku sipengemis tua tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri namun hidungku ini dapat mengendus baunya."
"Kenapa aku tidak dapat mengendus bau apapun?" tanya Ban Huijin keheranan-Sambil mengelus jenggotnya Lian Sam sin segera tertawa.
"Aku sipengemis tua sudah berkelana cukup lama dalam dunia persilatan, puluhan tahun berkecimpung dalam hal yang sama, lama kelamaan membuat aku dapat membedakan bau manusia. Orang ini sudah cukup lama berdiam dalam ruangan ini, tentu saja dia meninggalkan pula bau manusia di situ."
Huan cu im yang mendengar semua pembicaraan tersebut, diam diam berpikir. "Tampaknya sipengemis tua ini benar benar lihay dan banyak pengalamannya." Sementara itu Ban Huijin telah bertanya lagi :
"Apakah lotiang bisa mengendus pula manusia macam apakah dirinya ?"
"Soal ini..." Lian Sam sin tertawa paksa, kemudian baru ujarnya, "aku sipengemis tua hanya dapat mengendus bau manusia, sedangkan tentang manusia macam apakah dirinya itu, dari mana aku mampu untuk mengendusnya ?"
Tampaknya dia seperti enggan untuk dapat membicarakan tentang manusia yang bersembunyi didalam ruangan itu dengan mereka berdua sambil mengangkat kepalanya lagi dia meneruskan :
"Mari kita pergi, orang itu sudah lama berlalu kita tak berguna berada disini terlalu lama, lebih baik keluar dulu sebelum berbicara lebih jauh"
Selesai berkata, dia lantas berjalan keluar lebih dulu dari ruangan tersebut. Huan cu im danBan Huijin segera mengikuti pula dibelakangnya.
Lian Sam sin sama sekali tidak menghentikan langkahnya Ia menelusuri jalan setapak dalam hutan tersebut dan langsung menuju keluar. Sambil berjalan ia bertanya pula kepada Huan cu im :
"Engkoh cilik masih muda belia semestinya kau tidak mempunyai musuh besar bukan ?"
Tentu saja pertanyaan semacam ini harus diajukan olehnya karena anggota Kay pang yang telah tewas itu tak mungkin tanpa sebab musabab akan memancing kedatangan Huan cu im dari jembatan Bun tek kiau yang begitu jauh sampai disini, sedangkan didalam rumah kayu itu pun sudah tersembunyi seseorang yang tampaknya sudah lama menunggu, tentu saja dibalik kesemuanya itu pasti terdapat alasan tertentu.
Sebelum Huan cu im menjawab, Ban Huijin telah menimbrung lebih dulu "Mana mungkin Huan siang kong punya musuh "
Kami baru tiba di Kim leng kemarin."
"oooh..." gumam Lian sam sin kemudian, "kalau begitu aneh sekali."
Tak lama kemudian mereka bertiga sudah keluar dari hutan, mendadak Lian Sam sin menghentikan langkahnya seraya berpaling, kepada Huan cu im dia berkata :
"Walaupun aku sipengemis tua percaya bahwa semua pengakuan engkoh cilik ini adalah sejujurnya, tapi kau si engkoh cilik pun tak bisa dikatakan bebas sama sekali dari kecurigaan bukan ?"
"Apa yang lotiang inginkan untuk dapat mempercayai diriku
?" "Aku sipengemis tua masih tetap mengulangi perkataanku yang semula, lebih baik kita bertarung dengan sebaik baiknya di sini, jika engkoh cilik yang unggul, kau boleh segera meninggalkan tempat ini, sebaliknya kalau kalah, harap kau suka mengikuti aku si pengemis tua untuk berkunjung kekantor cabang di Kim leng, tapi aku sipengemis tua jamin perkumpulan kami hanya akan menyelidiki sebab sebab kematian dari anggota kami saja, kepergian engkoh cilik tak lebih hanya sebagai saksi, tiada orang yang akan menyusahkan dirimu." Huan cu im segera tertawa dingin.
"Heeeh... heeeh... heeeh... semua kisah pengalamanku telah kututurkan kepadamu, mau percaya atau tidak terserah kepadamu sendiri, aku sih tak sudi menerima ancaman atau tekanan dari seseorang, apabila lotiang membutuhkan kehadiranku sebagai saksi silahkan saja kau memberi alamat kantor cabangmu aku bisa pergi sendiri ke sana dan tak bakal mengingkar janji. . . "
"Tidak bisa" Lian Sam sin menggelengkan kepalanya berulang kali, "pertarungan diantara kita berdua harus dilangsungkan sehingga menang kalah dapat ditentukan"
"Maaf, aku tak mau melayani kehendakmu itu, sampai jumpa." Kata Huan cu im sambil menjura.
Selesai berkata dia membalikkan badan dan siap berlalu dari situ...
Lian Sam sin tertawa dingin, menyusul kemudian terdengarBan Huijin menjerit kesakitan sambil berteriak keras
: "Hei, lepaskan aku, mau apa kau ?"
Ketika Huan cu im berpaling, dia menyaksikan tangan kiri Lian Sam sin telah mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan Ban Hui jin, sedangkan telapak tangan kanannya ditempelkan di atas punggungnya.
Sebelum dia berucap sesuatu, sipengemis tua itu sudah berkata lagi sambil tertawa dingin :
"Engkoh cilik, apabila kau menolak untuk melangsungkan suatu pertarungan yang adil denganku, terpaksa aku sipengemis tua akan menawan nona ini untuk kujadiakan sebagai sandera..."
Huan cu imjadi amat gusar setelah menyaksikan peristiwa ini, dengan kening berkerut bentaknya keras keras :
"Kalau kulihat dari usiamu yang sudah lanjut, tak kusangka kau bisa melakukan perbuatan semacam ini, hmmm Apa maksudmu menganiaya nona Ban disaat ia tak siap " Baik, Baik lepaskan dia terlebih dulu, aku akan melangsungkan pertarungan yang sejujurnya melawanmu disini juga."
Melihat pemuda itu sudah menyanggupi paras muka Lian Sam sin berubah menjadi lembut kembali, dia segera melepaskan cekalannya atas Ban Huijin lalu katanya :
"Tahukah engkoh cilik mengapa aku sipengemis tua bersikeras hendak melangsungkan pertarungan melawanmu ?"
Dengan wajah merah padam karena mendongkol dan marah, Ban Huijin segera menimbrung sambil mengumpat.
"Kau situa bangka celaka, jahatnya setengah mati."
Sedangkan Huan cu im berdiri dengan wajah serius dan menyahut ketus.
Bukankah kau mengatakan hendak menentukan siapa yang lebih unggul diantara kita berdua ?"
Dalam marahnya, dia segan menyebut lawan sebagai
"lotiang" lagi, sopan santun telah ditangguhkan dengan begitu saja.
"Benar" Lian Sam sin segera tersenyum "selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah aku sipengemis tua didesak mundur oleh seseorang dalam gebrakan yang pertama, tapi barusan aku telah dipaksa mundur sejauh dua langkah oleh engkoh cilik dalam satu gebrakan saja, itulah sebabnya aku ingin tahu akan asal usul perguruan engkoh cilik. Yang lebih penting lagi adalah untuk mencoba sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki engkoh cilik."
"Kedua, berhubung seorang anggota Kay pang kami terbunuh, padahal dia termasuk satu diantara delapan pelindung hukum perkumpulan kami yang berilmu silat tinggi maka aku si pengemis tua merasa wajib untuk mencoba kemampuan yang dimiliki engkoh cilik sedangkan perbuatanku mencengkeram pergelangan tangan nona tadi, sesungguhnya tak lebih hanya ingin memanasi hatimu, masa aku sipengemis tua benar benar hendak menganiaya seorang nona ?"
"Setelah kusanggupi tantanganmu itu, tentu saja tak akan kupungkiri lagi, silahkan lotiang mulai melancarkan seranganmu "
Saat itu rasa mendongkol dan gusar yang membara didada Ban Huijin belum hilang dengan mulut cemberut dia segera ikut berteriak dari samping.
"Huan siangkong, dia kan mencari gara gara kepadamu, buat apa sih kau mesti bersikap sungkan sungkan kepadanya
?" Lian Sam sin tertawa terbahak bahak.
"Haa... haah... kalau begitu aku sipengemis tua tak akan sungkan sungkan lagi..."
Sambil membentak keras mendadak dia maju selangkah ke depan, dari posisi Tiong-kiong tangan kirinya bagaikan gaitan mencakar kemuka, sementara telapak tangan kanannya membacok ke depan dada secepat kilat.
Jurus serangan yang digunakan itu tak lebih Cuma jurus
"menaklukkan naga dengan tangan kosong" sebuah jurus serangan biasa saja, namun dibalik cakarnya itu terasa hawa serangan yang tajam memancar keluar dari kelima jari tangannya.
Huan cu im tak berani berlaku gegabah cepat cepat dia mundur setengah langkah, sementara tangan kanannya dengan ilmu jari pedang melepaskan sebuah bacokan balasan-Dalam dunia persilatan, orang sering kali mempergunakan telapak tangan, atau kepalan atau jari tangan untuk menghadapi serangan musuh, tapi jarang sekali mempergunakan jari tangan sebagai pengganti pedang untuk melancarkan serangan, Lian Sam sin yang menghadapi keadaan demikian, tampaknya segera menaruh perhatian khusus atas kemampuan lawannya ini.
Benar juga dalam bacokan yang dilancarkan Huan cu im itu, terasa ada segulung desingan angin tajam yang turut memancar dari balik serangan tadi, keadaannya sangat mengerikan-Didalam hati kecilnya Lian Sam sin segera berpikir,
"Entah darimana datangnya sianak muda ini " Kalau dilihat dari gerak serangan yang dipergunakan olehnya, sudah jelas dia memakai ilmu jari pengganti pedang untuk melepaskan jurus jurus seangan ilmu pedang."
Berpikir demikian, sambil tertawa terbahak bahak telapak tangan kanannya berada didepan dada secepat kilat disodokkan ke muka untuk menyongsong datangnya ancamar musuh, dimana serangannya dilancarkan, hawa serangan yang kuat serasa menyesakkan napas.
Huan cu im segera melihat bahwa tenaga dalam yang dimiliki musuhnya amat sempurna dia tak berani beradu kekerasan dengannya, dengan cepat tubuhnya berputar sambil melangkah kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman tersebut.
"Engkoh cilik mengapa kau tak berani menyambur seranganku ini dengan kekerasan ?" seru Lian Sam sin kemudian dengan tertawa nyaring.
Ditengah bentakan tersebut, sepasang lengannya diputar kencang melepaskan serangkaian serangan berantai, angin serangan yang kuat dan dahsyat segera berhamburan kemana mana.
Bagaimanapun juga Huan cu im adalah seorang pemuda yang berdarah panas, ia segera termakan oleh hasutan Lian Sam sin yang memanaskan hatinya itu, apa lagi di situ hadir pula Ban Huijin yang sedang menonton jalannya pertarungan-Harus diketahui, bagai seorang pemuda yang masih muda belia, asaikan ada seorang nona yang berdiri di depannya, maka lepaskan apa hubunganmu dengan nona tersebut, yang jelas dari hati kecilnya akan timbul semangat juang yang jauh lebih besar, terutama sekali rasa tak mau kalahnya dihadapan orang, apalagi Ban Huijin yang berada dihadapannya sekarang adalah keturunan keluarga Ban dari bukit Hong san...
Tentu saja Huan cu im enggan mengalah terus menerus, sepasang tangannya segera diputar menggunakan tiga belas jurus ilmu jari pedangnya untuk melangsungkan pertarungan sengit melawan Lian Sam sin.
Tiga belas jurus ilmu jari pedangnya ini tak lain adalah hasil ciptaan gurunya Ju It koay yang telah bersusah payah selama puluhan tahun untuk mengambil inti sari dari jurus jurus serangan terampuh dari berbagai aliran dan partai yang kemudian diciptakan serangkaian jurus serangan yang luar biasa.
Walaupun namanya saja terdiri dari tiga belas jurus, padahal dalam setiap gerakan terbagi pula dalam tiga sampai tujuh perubahan yang beraneka ragam, selain jurus jurus untuk menghindarkan diri dari ancaman musuh, terdapat pula gerak serangan yang tangguh, itulah sebabnya ilmu jari pedang ini harus dikombinasikan dengan ilmu gerakan tubuh yang enteng dan lincah sehingga ketangguhannya dapat terlihat semua.
Sebaliknya ilmu pukulan yang bersifat keras berulang kali gurunya telah berpesan, apabila keadaan tidak terlalu mendesak atau memaksa, maka ilmu pukulan tersebut tak boleh digunakan secara sembarangan
Selain itu dia pun waris mencampurkan seratus delapan jurus ilmu Ki na jiu dan Tay lak eng jiau kang dibalik ilmu pukulannya tadi setiap kali ia terpaksa harus mempergunakannya .
oleh sebab itu semasa dalam latihan, Huan cu im selalu melatih ilmu silatnya campur aduk lama kelamaan ilmu Hui sin pat elang, tiga belas jurus ilmu jari pedang ilmu Tay lek eng jiau kang dan seratus delapanjurus ilmu na-jiu bisa digunakan sepotong demi sepotong secara terpisah, ataupun digunakan secara gabungan dan dikombinasikan satu dengan lainnya.
Sesungguhnya tiga belas jurus ilmu jari pedang lebih mengutamakan menghindarkan diri dari ancaman musuh sambil mencari kesempatan untuk melepaskan serangan balasan, tapi oleh karena Lian Sam sin mengatakan ia tak berani menerima serangannya dengan kekerasan, maka dia selipkan juga ilmu Tay lek eng jiau kang serta Hui sin pat ciang nya. Dengan demikian, bukan saja dia pergunakan jurus jurus serangan yang khusus dipakai untuk menghindari serangan lawan, disertakan juga ilmu Ki najiau yang hebat dan pukulan yang bertenaga raksasa, sebentar lagi memainkan ilmu pukulan, lalu ilmu jari, ilmu cengkeraman dan ilmu telapak tangan, perubahan demi perubahan dilakukan secara beruntun dan bergantian^
Makin bertarung sipengemis penakluk harimau merasa semakin terkejut bercampur keheranan ia merasa bahwa pemuda tersebut selain memiliki tenaga dalam yang sempurna, jurus jurus serangannya pun sama sekali diluar dugaan-Sebetulnya sipengemis tua itu bisa memaksa Huan cu im untuk bertarung, hal ini tak lain disebabkan ia sudah mencoba tadi bahwa usia Huan cu im mes kit masih muda, namun ilmu pukulannya justru luar biasa dan pemuda tersebut boleh dibilang merupakan jago muda yang belum pernah ditemui selama puluhan tahun terakhir ini, terdorong oleh rasa ingin tahu dan rasa ingin menang sendiri inilah, memaksanya untuk menantang pemuda itu untuk berduel.
Sekarang, ia dapat melihat Huan cu im sebentar menyerang dengan telapak tangan sebentar lagi dengan jari, sebentar dengan cengkeram semuanya disertai dengan perubahan yang begitu banyak. Diam diam ia semakin kagum.
Tiba tiba saja ia merasa ilmu cengkeraman yang dipergunakan pemuda tersebut mirip sekali dengan aliran silat dari Eng jiau bun, tanpa terasa pikirnya dengan perasaan terkejut :
"Heran, sejak kapan Eng Jiau bun mempunyai seorang tokoh muda yang memiliki ilmu silat begitu hebat ?"
Makin tangguh musuh yang dihadapi Lian Sam sin merasa semakin asyik dan gembira serangan demi serangan yang dipergunakan juga makin menghebat hingga angin tajam menderu deru.
Beberapa gebrakan kemudian serangan yang dilancarkan kedua belah pihak bergabung menjadi satu, diantaranya bayangan manusia yang saling berkelebat, terciptakan selapis bayangan semu yang menari nari, namun dari tenaga yang terpancar dari balik tangan kedua belah pihak, terhembus kekuatan yang bisa mencapai sejauh delapan sembilan depa lebih, pada hakekatnya pasir dan debu dibuat beterbangan ke udara keadaannya sangat mengerikan
Semua peristiwa itu kontan saja membuat siburung hong hijau Ban Huijin yang menonton jalannya pertarungan tersebut merasakan pandangan matanya jadi kabur, diam dia ia merasa terkejut bercampur keheranan.
"Betul betul tidak kusangka kalau Huan siangkong memiliki kepandaian silat yang begitu hebat, ini mah rasanya kelewat menguntungkan Hee Giok yong..."
"Tapi merekakan belum secara resmi dikawinkan biarpun sudah tukar cincin, rasanya akupun..."
Tiba tiba ia merasa pipinya jadi merah dan panas diam diam ia mendesis lirih, perhatiannya terhadap pertarungan yang sedang berlangsung diarenapun segera terpencar.
Pada permulaan pertarungan itu berlangsung, Huan cu im masih penuh diliputi keragu raguan dan ngeri dalam menghadapi serangan serangan Lian Sam sin yang dahsyat dengan tenaga dalam yang amat sempurna.
Terutama sekali dia masih awam dalam dunia persilatan, pengalamannya dalam bertarung melawan orangpun belum cukup, biarpun jurus jurus serangan yang dilatihnya saban hari amat hapal dan matang, namun setelah tiba waktunya dipergunakan dia toh tetap merasa gugup dan kebingungan, tak tahu jurus dipergunakan lebih dulu.
Menanti pertarungan telah berlangsung sekian waktu, tehnik penggunaan jurus maupun gerak serangan yang dipergunakanpun kian lama kian bertambah matang, segenap pikiran daperhatiannya segera dipusatkan untuk menghadapi serangan lawan, jurus demi jurus serangan yang dipergunakanpun makin lama semakin lancar dan sesuai dengan keinginan hati...
Walaupun demikian, dia tak lebih baru sepuluh tahun mempelajari ilmu silatnya, tidak seperti apa pengemis penakluk harimau Lian Sam sin yang sudah berlatih puluhan tahun lamanya, tenaga dalam yang dimiliki pun sudah mencapai berapa puluh tahun kematangan-oleh sebab itu biarpun ia mengeluarkan segenap inti sari ilmu pedang dari berbagai aliran dan partai yang terhimpun dalam tiga belas jurus ilmu jari pedang serta tenaga cengkeraman dan angin pukulan dari ilmu Tay lek engjiau kang, namun bila ingin bertarung melawan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Lian Sam sin, dia masih tetap bukan tandingan-Tapi setiap kali bila Huan cu im sudah terdesak oleh angin pukulan Lian Sam sin yang maha dahsyat tersebut sehingga sukar untuk mempertahankan diri, ia selalu menggunakan ilmu Hwee sin pat Ciang untuk menyambut ancaman lawan dengan kekerasan-Setiap kali sepasang telapak tangan mereka saling membentur sehingga timbulkan suara benturan keras, posisi kedua belah pihak tetap seimbang tiada yang menang tiada pula yang kalah kedua orang itu sama sama mundur satu dua langkah dari posisi semula.
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah seorang jago yang paling mengandalkan tenaga pukulan Yang kang, begitu kuat dan hebatnya tenaga pukulan orang ini sehingga ia disebut orang sebagai penakluk harimau, biasanya orang persilatan yang bertemu dengannya paling enggan beradu kekerasan dengannya.
Siapa sangka Huan cu im yang masih berusia begitu muda, hanya dalam beberapa gebrakan saja ia sudah beradu keekrasan sebanyak berapa kali dengannya.
Setiap kali pemuda itu sudah terdesak hebat hingga tak mampu menandinginya lagi setiap kali pula pemuda tersebut beradu kekerasan dengannya, tapi justru dari beradu kekerasan inilah sang pemuda justru mampu mengembalikan posisinya yang terdesak sehingga berada kembali dalam keadaan seimbang.
Atas kejadian tersebut, timbullah keasyikan dan kegembiraan pengemis penakluk harimau untuk menyerang lebih jauh, dia salah mengira Huan cu im adalah seorang jagoan yang sengaja menyembunyikan kepandaian silatnya, oleh karena itu timbul niatnya untuk mencoba Huan cu im lebih jauh.
Setiap kali dia melepaskan pukulan, hawa murninya selalu dihimpun dan dilontarkan sepenuhnya, kian lama tenaga pukulan yang disertakan dalam serangannya makin bertambah hebat, akhirnya kekuatan yang terpancar justru bagaikan kapak raksasa yang hendak membelah bukit karang.
Sebaliknya Huan cu im yang harus menghadapi serangan musuh yang makin lama semakin bertambah hebat, hingga pada hakekatnya setiap serangan memiliki bobot yang luar biasa, diam diam hatinya menjadi terkejut bercampur terkesiap.
Berada dalam keadaan demikian, pada hakekatnya ilmu Kiam ci cap si dan Eng jiau kang nya sama sekali tidak berfungsi lagi, dia hanya bisa mengeluarkan ilmu Hwee sin pat ciang saja untuk mengajak lawannya bertarung dalam sistim keras lawan keras.
Dan justru setiap kali dia baru bisa memperbaiki posisinya apabila sudah mengeluarkan ilmu Hwee sin pat ciang tersebut dan mendesak lawan mundur setengah langkah.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Itu berarti apabila dia meneluarkan ilmu Hwee sin pat ciang tersebut secara beruntun, sudah pasti dari kalah dia akan menang dan berhasil merobohkan lawannya, padahal berulang kali suhunya telah berpesan agar ia tak melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu pertarungan yang dialami Huan cu im sekarang bolek dibilang amat susah dan berat.
Biarpun demikian, keadaan seperti ini boleh dibilang merupakan kesempatan baik yang tak pernah akan dijumpai dilain waktu, pertarungannya melawan seorang jago lihay dunia persilatan seperti Lian Sam sin membuatnya banyak menyerap pengalaman yang berharga dalam pertarungan yang berat dan ketat itu, disamping tehnik meraih keseimbangan dibalik kekalahan dan mencari kemenangan dibalik keseimbangan.
Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin adalah seorang jagoan yang berpengalaman amat luas, selama pertarungan berlangsung, dia pun berhasil menemukan bahwa ilmu jari serta ilmu cakar dari Huan cu im meski kurang tangguh, namun ilmu silat yang sesungguhnya paling diandalkan oleh pemuda itu tak lain adalah pukulan aneh yang selalu diselipkan diantara beberapa jurus serangannya itu.
Kalau dilihat pula dari sikap tegang dan serius yang menyelimuti wajah pemuda itu, jelas bukan disengaja atau berpura pura, maka hal ini berarti disaat gurunya mewariskan ilmu silat kepadanya, secara sengaja dia telah menyelipkan semacam ilmu silat yang rahasia dan sakti dibalik jurus jurus silat lainnya, sedang pemuda itu sendiri sama sekali tidak tahu. Lantas ilmu silat apakah itu "
Kalau dilihat dari usia bocah itu, paling banter dia baru mencapai usia enam tujuh belas tahunan, sekalipun semenjak lahir dari rahim ibunya sudah belajar tenaga dalam, belum tentu dia mampu melatih tenaga dalamnya sehingga dapat beradu kekerasan dengan dirinya.
Ditinjau dari kejadian ini, maka bisa disimpulkan kemampuannya bertarung seimbang melawan dirinya itu tak lain berkat mengandalkan ilmu pukulannya yang aneh dan luar biasa itu.
Sambil bertarung pengemis tua itu memperhatikan terus dengan seksama, namun betapa pun ia sudah memperhatikan, ia selalu menjumpai Huan cu im pasti melakukan perputaran badan yang amat cepat lebih dulu sebelum melakukan pukulan yang sangat aneh tadi, disaat tubuhnya berputar inilah serangan dilepaskan-Atau dengan perkataan lain, disaat dia melepaskan pukulannya, selalu mempergunakan tubuhnya untuk menutupi pandangan matanya lebih dulu membuat orang lalu tak dapat melihat dengan jelas perubahan gerakan tangan dan jurus serangan yang akan dipergunakannya .
Disaat kau sudah melihat telapak tangannya, tenaga pukulan bagaikan amukan ombak dahsyat telah menggulung tiba.
Lian Sam sin sudah sekian waktu memperhatikan dengan seksama namun tak pernah berhasil menemukan sesuatu apapun, hal ini membuatnya makin tercengang bercampur kaget.
Banyak sudah ilmu pukulan yang dikenal dan diketahui olehnya didalam dunia persilatan selama ini, namun belum pernah mendengar orang membicarakan soal ilmu pukulan sambil berputar badan macam ini.
Akibatnya dia menaruh perasaan kagum bercampur kaget atas kemampuan yang dimiliki Huan cu im dalam usia muda itu.
Baru saja dia hendak menghentikan pertarungan untuk mencari tahu asal usul Huan cu im, pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan tinggi, sambil berlarian mendekat terdengar orang itu berteriak keras. "Lian tiang lo cepat kau hentikan pertarungan-"
Lian Sam sin menarik kembali serangannya lalu sambil melompat ke belakang teriaknya keras keras.
"Engkoh cilik, cepat hentikan seranganmu"
Mendengar teriakan itu, Huan cu im segera menarik kembali serangannya dan mundur ke belakang.
Ternyata pendatang adalah seorang lelaki kekar berbaju hijau yang berusia dua puluh empat- lima tahunan, dia beralis mata tebal dan bermata besar, mukanya merah dan perawakan kekar, sehingga kelihatan sekali keperkasaannya.
Setelah berhenti, dia segera memberi hormat kepada Lian Sam sin sambil menjura.
"Lian tianglo, suhu ada urusan hendak dirundingkan, harap kau segera kembali ke kantor cabang Kim leng"
Lian Sam sin yang baru saja menemukan seorang jago muda, tentu saja enggan meninggalkannya dengan begitu saja maka seraya manggut manggut katanya.
"Aku sudah tahu, kau boleh pulang dulu, aku segera menyusul "
"Baik" sahut lelaki kekar berbaju biru itu kemudian seraya memberi hormat, "kalau begitu tecu pergi lebih dulu"
Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Huan cu im serta Ban Huijin, dia segera membalikkan tubuh dan berlalu dari situ. Dengan senyuman dikulum Lian Sam si segera berkata.
"Dia adalah satu satunya ahli waris dari pangcu perkumpulan kami, Leng Kang to"
Ban Huijin tidak menanggapi perkataan itu, malah serunya kemudian kepada sang pemuda.
"Huan siangkong, ayo kita pergi"
"Nona, tampaknya kau masih marah kepada aku sipengemis tua ?" seru Lian Sam sin kemudian sambil tertawa paksa.
"Huuuh, aku mah tak akan marah" sahut Ban Huijin dingin.
"Asal tidak marah saja itu memang lebih baik" kata Lian Sam sin kemudian sambil tersenyum, kemudian setelah menepuk bahu Huan cu im, katanya lagi dengan nada tulus
"engkoh cilik, kau merupakan satu satunya jago muda yang pernah kujumpai selama ini, kita boleh dibilang tidak saling bertarung tidak saling mengenal, apabila engkoh cilik tidak keberatan, ingin sekali aku sipengemis tua mengikat tali persahabatan denganmu, entah bagaimanakah pendapatmu?"
"Hm, bukankah dia adalah orang yang kau tuduh sebagai pembunuh keji?" ejek Ban Ihui jin dengan wajah cemberut.
Kembali Lian Sam sin tertawa.
"Pada mulanya aku sipengemis tua memang berpendapat demikian, tapi sesudah masuk rumah kayu itu, aku sipengemis tua segera menyadari bahwa apa yang dikatakan engkoh cilik she Huan ini memang benar, apa lagi setelah melalu pertarungan sengit yang saja berlangsung, aku si pengemis dapat memastikan bahwa pembunuh yang telah membinasakan anggota Kaypang kami adalah orang lain, bukan hasil perbuatan dari engkoh cilik she Huan ini."
"Mengapa begitu ?"
"Selama aku sipengemis bertarung melawan engkoh cilik she Huan hampir mencapai tiga puluhan jurus ini, dapat kulihat bahwa jurus siauko kebanyakan aneh tapi tidak sesat, gaya serangan yang dipergunakan seseorang dapat menunjukkan pula bagaimanakah watak serta perangai si manusia itu sendiri."
"Anggota Kaypang yang terbunuh itu tewas akibat tusukan pedang dari punggungnya, jurus serangan yang dipergunakan disebut Tok tjoh Ji tong atau ular beracun memasuki goa, jurus serangan itu sangat keji dan buas, dapat diduga bahwa sipembunuhnya adalah seorang manusia licik yang keji, buas dan tidak berperi kemanusiaan, perbuatan semacam ini sudah jelas bukan perbuatan dari Huan siauko"
"Perlu diketahui Ji tong hiat terletak diantara sela-sela tulang punggung, jurus serangan semacam itu biasa disebut juga sebagai Hong bong ji tong atau burung hong memasuki goa, merupakan tempat yang mematikan dibagian punggung manusia." Ban Huijin kembali mencibirkan bibirnya sembari menggerutu :
"Huuuh, untung saja kau masih punya kebijaksanaan untuk membedakan mana yang jahat dan mana yang benar..."
"Haaahhh haaahhh... haaahh seandainya kemampuan semacam inipun tidak kumiliki buat apa aku disebut orang sebagai pengemis penakluk harimau?" sahut Lian Sam sin sambil tertawa tergelak gelak.
Nama pengemis penakluk harimau belum pernah didengar ataupun diketahui oleh Huan cu im, oleh sebab itu diapun tidak mengetahui sampai dimanakah kebesaran nama dan kedudukan orang itu didalam dunia persilatan"
Tapi berbeda sekali dengan si burung hong hijau Ban Huijin, begitu mendengar nama "Pengemis penakluk harimau", ia nampak tertegun dengan wajah melongo, kemudian pikirnya :
"Aku pernah dengar bahwa pengemis penakluk harimau adalah salah satu diantara tiga tokoh paling utama dalam perkumpulan Kaypang, telapak tangan bajanya tiada tandingan didunia ini, T^api nyatanya Huan siangkong mampu bertarung seimbang dengannya."
Sambil berpikir, dengan wajah terkejut bercampur keheranan dia menengok ke arah Lian Sam sin, kemudian tanyanya :
"Jadi kau adalah tianglo kanan dari Kay pang yang disebut orang pengemis penakluk harimau ?"
Lian Sam sin tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh nona pernah mendengar tentang namaku ini ?" Bersemu merah selembar wajah Ban Huijin, jawabnya kemudian,
"ibuku sering membicarakan soal ini, katanya cianpwee adalah seorang pendekar besar yang berjiwa besar, bijaksana dan ksatria, memandang orang jahat bagaikan musuh besar, apabila siauli sudah banyak melakukan kesalahan ataupun sikap yang kasar tadi, harap cianpwee sudi memaafkan-.."
"ooh, tidak berani" Lian Sam sin tertawa bangga, "sedang mengenai kebencianku terhadap kaum penjahat, ini memang benar. Asal kujumpai ada manusia yang melakukan kejahatan dan kebengisan tak pernah melepaskan dengan begitu saja..."
Tiba tiba dia menyeka ujung bibirnya dengan ujung baju, kemudian bertanya : "Bolehkah aku tahu siapakah ibu nona?"
"ibuku adalah Lo tang keh dari keluarga Ban dibukit Hong san-.."
"Aaah, haah... haah... haah..." cepat cepat Lian Sam sin menjura seraya tertawa, "kalau Ban Lo hujinsih cukup kenal baik, kalau begitu nona adalah nona Ban yang disebut orang sebagai si burung hong hijau ?"
Kembali paras muka Ban Ihuijin berubah menjadi semu merah, sahutnya lirih, "Sianti adalah Huijin"
"Kenapa tidak nona katakan sedari tadi?" seru Lian Sam sin kemudian, setelah berpaling kearah Huan cu im, kembali katanya. "Siapa pula Huan siauko ini" Kalau dilihat bahwa ia menempuh perjalanan bersama sama nona Ban, bisa diduga kalau diapun anak murid dari suatu perguruan besar ?"
Ban Huijin mengerling sekejap kearah Huan cu im, lalu sahutnya sambil tertawa:
"Kau orang tua tentunya pernah mendengar tentang siJago berbaju ijau Huan tayhiap bukan" Nah Huan siang kong adalah..."
"Haaahh... haaah... haaah..." tidak sampai Ban Huijin menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin telah menukas sambil tertawa terbahak bahak.
"tentu saja aku si pengemis tua kenal dengan Huan tayhiap. Rupanya engkoh cilik adalah putra dari Huan tayhiap.
Ini bagus sekali. Jadi ilmu silat keluarga tak aneh kalau aku si pengemis merasa amat mengenal tapi tidak dapat meraba asal usulnya"
Sesungguhnya apa yang dia katakan memang benar, ilmu silat yang dimiliki jago berbaju hijau Huan Tay seng diperoleh dari warisan keluarganya (kakek Huan Tay seng semasa mudanya berasal dari perguruan bangau putih). Ilmu silat dari keluarganya memang mempunyai perbedaan yang besar sekali dengan ilmu silat dari aliran serta perguruan mana pun.
Kalau perguruan atau aliran lain, biasanya ilmu silat yang mereka turunkan hanya terdiri dari sejenis aliran ilmu silat tertentu, berbeda sekali dengan ilmu silat keturunan keluarga, sekalipun kakeknya berasal dari suatu perguruan tertentu, tapi bagi seseorang yang berpengalaman luas dalam dunia persilatan, sering kali ilmu silatnya dapat menyerap aliran ilmu silat lain dari pandangan atau pengelihatan saja.
Dari sang kakek diwariskan kepada ayah, dari sang ayah diwariskan kepada sang anak, turun temurun ilmu silat itu diwariskan secara beruntun dan sama sekali tidak dikacaukan satu sama lainnya.
Oleh karena itulah ilmu silat yang berasal dari keluarga paling susah diketahui asal usul, perguruan atau alirannya, ilmu silat mereka boleh dibilang terdiri dari suatu aliran yang berdiri sendiri...
"Ilmu silat yang kupelajari sebenarnya berasal dari ajaran guruku..." Huan cu im menerangkan.
Lian Sam sin mengawasi lekat lekat, kemudian tanyanya,
"Siapa sih guru engkoh cilik ?"
"Guruku she Ju bernama It koay ?"
Mendengar nama itu Lian Sam sin jadi tertegun,ju it koay terasa aneh dan asing, belum pernah ia dengar nama orang itu, dalam dunia persilatan pun rasanya belum pernah terdapatjagoan semacam ini...
Tapi, bagaimana pun juga dia adalah seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, muridnya saja memiliki kemampuan sedemikian hebatnya sudah dapat diduga gurunya memiliki kepandaian yang jauh lebih tangguh.
Karenanya sambil tertawa terbahak bahak katanya kemudian-
"Guru yang termashur akan menghasilkan murid yang hebat, tak aneh kalau engkoh cilik memiliki kepandaian silat yang luar biasa "
"Lotiang kelewat memuji, kemampuan yang boanpwee miliki masih belum terhitung seberapa" kata Huan cu im seraya menjura.
"Baiklah, kita tak usah membicarakan soal itu lagi, tadi akusipengemis mengatakan hendak mengikat tali persahabatan dengan engkoh cilik, entah bagaimanakah pendapat engkoh cilik ?"
"Lotiang adalah seorang cianpwee yang dHormati dan disegani oleh setiap umat persilatan, boanpwee beruntung sekali dapat berkenalan dengan lotiang pada hari ini, soal mengikat tali persahabatan-.. boanpwee..."
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan kata katanya, Lian Sam sin telah menukas.
"Aku sipengemis tua hanya ingin bertanya kepadamu, apakah kau bersedia menjadi sahabatku " Engkoh cilik tak usah menyebut cianpwee, boanpwee lagi, kalau bersedia katakan bersedia, kalau enggan katakan enggan, kan beres ?"
Ban Huijin mengerlip sekejap ke arahnya, kemudian menimbrung pula dari samping.
"Yaa, benar Huan siangkong, kulihat kau memang kelewat sedikit, bicaralah blak blakan..."
Bersemu merah selembar wajah Huan cu im oleh perkataan tersebut, buru buru dia berkata.
"Lotiang begitu baik padaku, sudah barang tentu boanpwee bersedia..."
"Bagus sekali" seru Lian Sam sin dengan gembira, "mulai sekarang kita adalah saudara sendiri, engkoh cilik tak usah menyebut lotiang atau boanpwee lagi, kau sebut aku engkoh tua, dan aku sebut kau adik cilik, bukankah ini lebih bagus ?"
"Kalau mesti menggunakan sebutan ini, rasanya boanpwee..."
"Nah, nah... coba lihat, baru saja diberi tahu, sekarang sudah lupa lagi, bukankah Lian cianpwee sudah menjadi saudara angkatmu, sudah sepantasnya bila kalian saling menyebut sebagai saudara kalau menampik melulu apakah kau tidak merasa bahwa perbuatanmu itu kelewatan manja...?"
Lian Sam sin tertawa terbahak bahak^ serunya pula:
"Haaah haaahh... haaahh... tampaknya nona Ban lebih blak blakan, namun aku sendiri pun harus mengubah panggilan dengan menyebutku sebagai engkoh tua, jangan cianpwee cianpwee terus menerus..^"
Merah padam selembar wajah Ban Huijin, dengan agak tersipu sipu katanya kemudian lirih,
"Setelah engkoh tua berkata begitu, baiklah aku menurut perintah saja..."
Dengan wajah yang menaruh hormat Huan cu im menjura pula kepada Lian Sam sin lalu berkata :
"Kalau memang engkoh tua tidak keberatan, terimalah sebuah hormat dari siaute"
Dengan penuh kegembiraan Pengemis penakluk harimau mencekal tangan Huan cu im dan digoyang goyangkan berulang kali, katanya sambil tertawa tergelak.:
"Haaa... haaah... haaah... saudara cilik, engkoh tua benar benar merasa amat gembira, sayang pangcu telah mengundangku untuk membicarakan urusan penting, kau menginap dimana sekarang" Sebentar engkoh tua pergi menjengukmu"
"Saat ini siaute menginap di perusahaan Seng ki piauklok, Cuma rasanya kurang pantas bila engkoh tua yang datang menjenguk siaute, begini saja, besok pagi siaute yang akan berkunjung ke kantor cabang perkumpulan Kay pang untuk menjenguk engkoh tua, entah bagaimanakah pendapat engkoh tua ?"
"Baik " Lian Sam sin manggut manggut, "engkoh tua akan menunggumu di kantor cabang, ehm... nona Ban, kau bersedia datang bersama sama saudara cilik bukan ?"
Melihat pengemis itu memandang dia dan Huan cu im sebagai satu rombongan, meski agak malu, gembira amat hati kecilnya, dengan kepala tertunduk ia segera bertanya.
"Apakah engkoh tua akan menyambut kedatanganku dengan gembira ?" Lian Sam sin tertawa.
"Tentu saja akan menyambut kedatanganmu dengan gembira, bukankah kau menyebut engkoh tua pula kepadaku
" Sebagai engkoh tua, masa tidak senang menyambut kedatangan Te moay nya ?"
Pengemis itu telah mengucapkan kata Tee adik lelaki da nMoay adik perempuan menjadi satu, pada hakekatnya kedua kata tersebut mempunyai arti ganda, yaitu sebagai saudara lelaki dan saudara perempuannya, tapi bisa pula diartikan sebagai ipar.
Ban Huijin adalah seorang nona yang pintar, sudah barang tentu ia dapat menangkap arti dari perkataan tersebut, mukanya menjadi merah padam, rasa malunya semakin menebal, dihati kecilnya ia merasa manis dan hangat.
Tidak sampai Huan cu im berkata^, Lian Sam sin telah berkata lagi sambil tersenyum. "Baiklah, sekarang engkoh tua akan pergi dulu"
Selesai berkata, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan tergopoh gopoh meninggalkan tempat tersebut.
"Nona Ban- ucap Huan cu im kemudian, "kita pun harus segera pergi..."
"Ehmm..." Ban Huijin mengiakan dan segera beranjak pergi, sambil berjalan dia berpaling seraya ujarnya lagi.
"Huan siangkong, umurmu lebih muda berapa tahun sih dari toako ku ?"
"Tampaknya saudara Ban telah berusia dua puluh tahun sekarang...?" Ban Huijin manggut manggut.
"Ya a, tahun ini toaku ku berusia dua puluh satu tahun"
"Kalau begitu aku lebih muda lima tahun dari saudara Ban"
Mencorong sinar terang dari balik mata Ban Huijin setelah mendengar perkataan itu, sambil miringkan kepalanya dia berseru.
"Kalau begitu kau berusia enam belas tahun" Lahir pada bulan berapa...?"
"Bulan satu" "Kalau begitu kau lebih tua sebelas bulan daripada diriku"
kata Ban Huijin gembira. "Apakah nona juga berusia enam belas tahun ?"
sekali lagi paras muka Ban Ihuijin berubah menjadi merah jengah, sahutnya lirih : "Tahukah kau, mengapa aku menanyakan berapa usiamu?"
"Tidak" "Sebab selama ini aku memanggilmu Huan siang kong kalau sampai kedengaran orang lain rasanya kurang sedap.
Oleh karena... oleh karena itu bila aku lebih tua daripada mu, maka aku mesti memanggil adik Huan kepadamu..."
"Tapi kenyataannya sekarang membuktikan kalau aku lebih tua daripada dirimu" tukas Huan cu im bangga.
Wanita Gagah Perkasa 6 Maling Budiman Berpedang Perak Karya Kho Ping Hoo Wanita Iblis 12