Pencarian

Beruang Salju 14

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 14


Melihat Wie Liang Tocu begitu nekad dan telah menyerang lagi
ingin mengadu jiwa, Tiat To Hoat-ong jadi merasa mendongkol dan
murka. "Hemmm, manusia tidak tahu diri.....!" menggumam Koksu itu, dia
memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, menyalurkan pada ke
dua telapak tangannya kemudian dia mengayunkan tangannya
932 menyerang kepada Wie Liang Tocu yang tengah menerjang
kepadanya dengan gerakan nekad dan kalap.
Wie Liang Tocu yang memang sudah nekad tidak mau
membiarkan serangannya ditangkis, karenanya begitu melihat
lawannya hendak menangkis dan balas menyerang, Wie Liang
Tocu tidak menanti sampai serangannya itu kena ditangkis, dia
telah merobah arah serangannya.
Jika semula dia menyerang ke arah dada dari Tiat To Hoat-ong,
sekarang dia menaikkan sedikit ke dua tangannya merobah arah
sasarannya ke arah batok kepala Koksu tersebut.
Tiat To Hoat-ong kembali terkesiap karena dia tidak menyangka
sama sekali bahwa lawannya dapat menarik dan merobah kembali
tenaga serangannya itu pada sasaran yang lain, yaitu ke arah
batok kepalanya. Waktu Tiat To Hoat-ong menangkis, dia telah memperkirakan titik
tempat tangkisan tersebut, dengan demikian tenaga lweekang
yang dipergunakannya itu telah diperkirakanya. Jika memang dia
menangkis dengan menaikkan ke dua tangannya terlebih tinggi
lagi, berarti akan menyebabkan kekuatan tenaga tangkisan itu
berkurang banyak dan yang akan tertimpah bencana dan bahaya
adalah dirinya, yang akan menderita terluka di dalam.
Sebab itu, tidak ada jalan lain yang bisa diambil Koksu ini selain
membatalkan tangkisannya, kemudian dengan cepat menghindarkan dirinya dari serangan Wie Liang Tocu telah
dimiringkan. Sambil berbuat seperti itu dengan gerakan yang cepat
933 sekali tampak Tiat To Hoat-ong menyerempang mempergunakan
ke dua kakinya. Wie Liang Tocu semula tengah bergirang hati karena merasa yakin
serangan ke arah batok kepala lawannya akan berhasil dengan
baik. Akan tetapi dia kembali jadi mendongkol dan terkejut, sebab
tahu-tahu pendeta yang menjadi Kok-su negara itu telah menarik
pulang tenaga tangkisannya, dan mempergunakan kelicikannya
menghindar saja, sehingga tidak ada hasil yang berarti diperoleh
Wie Liang Tocu. Saking gusarnya, Wie Liang Tocu tidak memperdulikan
serampangan kaki Koksu tersebut, dia telah memperhebat
serangan pada ke dua telapak tangannya.
"Dukkk! Bukkk!" dua kali suara benturan terdengar keras sekali, di
mana tendangan kaki Tiat To Hoat-ong mengenai telak sekali perut
Wie Liang Tocu, sedangkan telapak tangan kanan Wie Liang Tocu
menghantam tepat sekali pundak Koksu itu.
Dengan demikian mereka berdua saling terpental. Namun ketika
ke duanya telah dapat berdiri tetap pula, ke duanya tidak saling
menerjang atau menyerang lagi, mereka hanya berdiri saling
pandang dengan sikap bersiap siaga.
Sebenarnya serangan yang dilakukan olah Wie Liang Tocu
bukanlah serangan yang ringan, akan tetapi Tiat To Hoat-ong yang
telah berhasil meyakinkan ilmu Soboc nya sampat tingkat ke
delapan, menyebabkan dia sanggup menerima serangan Wie
Liang Tocu yang dahsyat tanpa mengakibatkan dia terluka di
934 dalam. Walaupun demikian, tidak urung si pendeta merasakan
matanya berkunang-kunang.
Wie Liang Tocu sendiri yang menerima tendangan kaki si Koksu
menyebabkan perutnya jadi mual. Dia merasakan seluruh isi
perutnya seperti terbalik.
Pandangan mata Tianglo dari Kay-pang inipun terasa gelap,
menyebabkan tubuhnya agak sedikit membungkuk. Hanya saja
disebabkan Wie Liang Tocu mengetahui bahwa keselamatan
dirinya terancam, dia tetap memusatkan kekuatan tenaga
lweekangnya, dan bersiap siaga menantikan serangan berikutnya
dari Koksu negara itu. Untung saja Tiat To Hoat-ong pun tidak menyerangnya lebih jauh
disebabkan hantaman telapak tangan Wie Liang Tocu. Untuk
sementara itu Koksu tersebut seperti tengah mengempos
semangatnya. "Baiklah, kukira cukup sampai di sini, lain kali kita bertemu lagi!"
berseru Wie Liang Tocu sambil memutar tubuhnya untuk melompat
ke atas genting guna pergi meninggalkan tempat itu.
Gochin Talu dan Lengky Lumi sejak tadi telah mengawasi jalannya
pertempuran antara Tiat To Hoat-ong dengan Wie Liang Tocu, dan
melihat bahwa kepandaian Wie Liang Tocu memang berada di atas
kepandaian mereka. Jika saja di waktu itu tidak muncul Tiat To Hoat-ong, niscaya
mereka berdua tidak berdaya menghadapi Wie Liang Tocu.
Dengan demikian telah membuat mereka mengakui juga, bahwa
935 kepandaian mereka memang masih berada di bawah kepandaian
Tiat To Hoat-ong maupun Wie Liang Tocu.
Mereka telah memandang dengan tatapan mata yang
mengandung rasa kagum. Dan di waktu itulah mereka telah
menyaksikan Tiat To Hoat-ong terserang pundaknya dan Wie
Liang Tocu sebaliknya kena ditendang hebat oleh si Koksu negara,
membuat ke dua orang itu untuk sejenak lamanya, telah berdiam
diri seperti juga tengah bersiap-siap hendak saling menerjang lagi.
Sebenarnya Gochin Talu dan Lengky Lumi ingin mempergunakan
kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang Tocu, guna
mengeroyoknya. Karena mereka yakin, jika memang mereka
mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang
Tocu, jelas pengemis itu tidak akan sempat untuk menghadapinya
dengan baik. Mereka yakin Wie Liang Tocu telah terluka di dalam
yang cukup parah. Hanya saja mereka masih bimbang kalau-kalau Wie Liang Tocu
masih memiliki kekuatan tenaga dalam yang hebat, dan
kemungkinan mereka berdua yang bercelaka. Karena itu, akhirnya
Gochin Talu dan Lengky Lumi hanya berdiam diri mematung saja
mengawasi. Dan di saat itulah Wie Liang Tocu telah berkata seperti itu dengan
maksud ingin berlalu meninggalkan tempat tersebut. Gochin Talu
dan Lengky Lumi terkejut, mana bisa Wie Liang Tocu dibiarkan
berlalu begitu saja. Sedangkan Tiat To Hoat-ong yang waktu itu telah berhasil
menyalurkan pernapasannya dan memulihkan tenaganya serta
936 lenyap perasaan sakit di pundaknya, memperdengarkan suara tertawa mengejek.
mendengus "Hemmm, untuk datang ke mari memang mudah tetapi tidak
semudah itu kau hendak angkat kaki..... Tempat ini bukan
sebangsa tempat pelacur dan bunga raya yang bisa didatangi dan
berlalu begitu saja! Hemmm, terimalah seranganku ini! Jika
memang kau bisa menerima, silahkan kau angkat kaki!"
Sambil mengejek seperti itu, Tiat To Hoat-ong menggerakkan ke
dua tangannya. Dia telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya,
di mana dia telah mempergunakan tenaga latihan ilmu sobocnya.
Dengan cepat sekali ke dua telapak tangannya itu menghantam.
Dari ke dua telapak tangannya meluncur angin, serangan yang
dahsyat sekali. Wie Liang Tocu sebenarnya waktu itu ingin berlalu menyudahi
pertempuran di antara mereka sampai di situ saja. Akan tetapi dia
merasakan sambaran angin yang hebat bukan main di
belakangnya. Dengan demikian telah membuat Wie Liang Tocu
batal untuk berlalu dan memutar kembali tubuhnya, dia
menyambuti angin serangan itu dengan mengulurkan ke dua
tangannya, dia menyampok sekuat tenaganya dengan kekerasan
pula! Benturan yang terjadi antara dua kekuatan yang dahsyat bukan
main tidak bisa dielakkan lagi, karena itu ruangan tersebut jadi
tergetar hebat sekali. Karena dua kekuatan yang saling bentrok
menimbulkan getaran bagaikan gunung meletus atau gempa bumi.
937 Wie Liang Tocu sendiri yang tengah terluka di dalam, merasakan
napasnya jadi menyesak waktu kekuatan tenaganya saling bentrok
dengan tenaga lweekang Tiat To Hoat-ong.
Berbeda dengan Wie Liang Tocu, justru Tiat To Hoat-ong telah
merasakan getaran yang tidak seberapa. Dia membarengi dengan
susulan serangan selanjutnya lagi, yang kekuatan tenaga
dalamnya tidak kalah dari tenaga serangan yang semula.
Wie Liang Tocu jadi mencelos hatinya. Dia tengah terhuyung
karena desakan yang begitu kuat akibat bentrokan tenaga dalam
yang terjadi, dan sekarang dia telah diserang seperti itu lagi.
Dengan demikian membuat Wie Liang Tocu terdesak hebat sekali,
diapun berada dalam keadaan terancam keselamatannya.
Jika dia mempergunakan kekerasan untuk menangkis, niscaya
akan menyebabkan dia terluka lebih hebat lagi pada bagian dalam
tubuhnya, tetapi jika dia berkelit, hal itupun sudah tidak mungkin
dilakukannya. Dalam beberapa detik yang menentukan itu, Wie Liang Tocu sudah
tidak memiliki jalan lainnya. Dia telah mengempos sisa tenaganya
dan tahu-tahu ke dua tangannya telah digerakkan, dengan
kekerasan dia menangkis. Tiat To Hoat-ong girang melihat gerakan lawannya, karena Koksu
ini telah melihatnya bahwa Wie Liang Tocu dalam keadaan terluka.
Jika memang serangannya kali ini ditangkis dengan kekerasan
oleh Tianglo pengemis ini, niscaya akan menyebabkan Wie Liang
Tocu terluka hebat. 938 Bcntrokan yang terjadi antara tenaga tangkisan Wie Liang Tocu
dengan serangan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong menyebabkan
Wie Liang Tocu menderita hebat sekali. Dia merasakan matanya
gelap, tubuhnya tergetar, karena dia merasakan tubuhnya seperti
diterjang oleh ribuan kati tenaga yang tidak tampak, dan Wie Liang
Tocu juga hilang keseimbangan tubuhnya, di mana dia telah
terhuyung, kemudian mengeluarkan suara keluhan perlahan.
Tubuhnya kejengkang rubuh, di mana dia sudah tidak sadarkan diri
lagi, pingsan..... Tiat To Hoat-ong sendiri yang telah mempergunakan ilmu
Sobocnya melewati batas, segera duduk bersila untuk mengatur
pernapasannya ketika melihat lawannya telah pingsan.
Gochin Talu dan Lengky Lumi yang menyaksikan keadaan Wie
Liang Tocu jadi girang bukan main. Segera juga mereka berdua
menubruk maju menubruk Wie Liang Tocu.
Akan tetapi, waktu Gochin Talu don Lengky Lumi tengah menubruk
atau membekuk Wie Liang Tocu, tiba-tiba sekali tubuh Wie Liang
Tocu telah meletik bangun melompat sambil menggerakkan ke dua
tangannya menghantam kepada Gochin Talu dengan tangan kiri
dan tangan kanannya menghantam Lengky Lumi.
Ke dua kaki tangan Tiat To Hoat-ong ini tidak menyangka akan
terjadi urusan seperti itu di mana Wie Liang Tocu ternyata hanya
pura-pura terluka belaka, dan sekarang di luar dugaan mereka,
telah menyerang dengan cara yang seperti membokong. Hebat
tenaga serangan dari Wie Liang Tocu, dilakukannya juga dengan
mendadak sekali. 939 Dengan demikian, Gochin Talu dan Lengky Lumi yang ke duanya
tengah berada dalam keadaan terluka di dalam tidak sempat
menghindarkan diri dari hantaman itu. Dengan telak mereka
terkena serangan Wie Liang Tocu. Tubuh mereka terpental dan
ambruk pingsan di lantai didahului oleh suara jeritan mereka......
Tiat To Hoat-ong membuka matanya lebar-lebar dengan hati
terkejut. Di waktu itulah dia melihat Wie Liang Tocu tengah
melompat naik ke atas genting dan melarikan diri lenyap di dalam
kegelapan sang malam yang kian larut juga.
Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong. Semula dia bermaksud
untuk mengejar Wie Liang Tocu, akan tetapi segera juga dia
teringat akan keselamatan Gochin Talu dan Lengky Lumi. Ke
duanya perlu segera ditolongnya, karena jika terlambat, jelas akan
membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi yang terluka berat di
dalam tubuhnya akan menemui ajalnya......
Wie Liang Tocu sebenarnya telah terluka parah sekali di dalam
tubuhnya. Dia memang sengaja pura-pura pingsan sambil
menahan sekuat tenaganya agar dia tidak pingsan. Sesungguhnya
dia bersikap seperti itu dikarenakan ingin agar Gochin Talu dan
Lengky Lumi maju mendekatinya untuk membekuknya. Dan apa
yang diinginkannya itu memang terjadi, maka dengan seluruh
kekuatan tenaga dalam yang ada padanya, Wie Liang Tocu telah
menyerang ke dua lawan itu.
Jika memang serangannya itu gagal, niscaya Wie Liang Tocu
sudah tidak memiliki tenaga lagi, karena dia telah mempergunakan
seluruh tenaga yang ada padanya untuk menghantam kepada
940 Gochin Talu. Jika memang waktu itu Tiat To Hoat-ong melompat
dan menyerangnya niscaya Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki
sisa tenaga lagi. Dia telah melarikan diri dan tidak ada yang
mengejarnya, dengan sendirinya Wie Liang Tocu jadi bisa
bernapas lega..... Malam itu hanya udara dingin sekali, juga dengan menderita luka
di dalam yang tidak ringan menyebabkan Wie Liang Tocu
merasakan tubuhnya menggigil. Setiap langkah kakinya seperti
juga terhuyung dan seakan dia akan terguling rubuh.
Namun Tianglo Kay-pang ini telah menguatkan dan merasakan
hatinya. Dia mengempos seluruh sisa tenaga yang masih ada
padanya, dan berlari-lari terus di atas genting menuju keluar kota
raja...... "Y" Waktu berada di luar kota tubuhnya sudah lemah dan langkah
kakinya seperti juga sudah tidak bertenaga. Jika memang Wie
Liang Tocu tidak mengeraskan hati, mungkin dia sudah rubuh
terjungkal di tanah dan pingsan. Akan tetapi sebagai seorang tokoh
Kay-pang yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan lweekang
yang terlatih dengan sempurna, walaupun dalam keadaan terluka
parah seperti itu, dia tokh masih bisa mempertahankan diri dan
berlari terus.

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika tiba di depan permukaan sebuah hutan, tampak Wie Liang
Tocu sudah tidak berhasil untuk mempertahankan diri terus. Dia
telah terduduk di tanah. Napasnya memburu keras sekali. Bola
941 matanya mencilak ke sana ke mari, seperti juga mencari-cari
tempat yang sekiranya baik untuk beristirahat.
Hal itu disebabkan Wie Liang Tocu kuatir kalau Tiat To Hoat-ong
perintahkan orang-orangnya untuk melakukan pengejaran. Dan
waktu melihat di sebelah kanan dari permukaan hutan itu terdapat
sebungkah batu yang berukuran besar sekali, dengan di sisi kiri
kanan batu tersebut tumbuh cukup lebat pohon-pohon Yang-liu,
maka Wie Liang Tocu mengempos seluruh sisa tenaganya, dia
berusaha untuk berdiri. Namun usaha itu gagal, dia telah terjatuh duduk lagi di tanah. Tiga
kali Wie Liang Tocu berusaha untuk berdiri, namun dia selalu
gagal. Sepasang kakinya begitu lemas dan seperti juga tidak memiliki
kekuatan lagi. Dan akhirnya terpaksa Wie Liang Tocu telah
merangrak menghampiri batu tersebut. Dengan demikian dia bisa
menghampiri batu itu lebih dekat.
Tenaga yang dipergunakannya itupun terlalu dipaksakan, dan
napasnya memburu keras sekali. Wie Liang Tocu beberapa kali
berhenti merangkak, untuk melancarkan pernapasannya.
Setelah beberapa saat lamanya dia merangkak dan berhenti
seperti itu, akhirnya Wie Liang Tocu berhasil mencapai belakang
batu tersebut. Dengan menyenderkan tubuhnya di batu itu, Wie
Liang Tocu duduk menyender sambil mengatur pernapasannya,dia
berusaha memulihkan tenaga dalamnya.
942 Lewat lagi beberapa saat, kesegarannya agak pulih. Namun Wie
Liang Tocu masih tetap duduk menyender di tempatnya, sama
sekali dia tidak bergerak, karena memang dia ingin memulihkan
seluruh tenaga dalamnya tersebut, agar dia tidak terluka di dalam
yang bisa membahayakan jiwanya. Diam-diam Wie Liang Tocu
juga kagum atas kepandaian yang dimiliki Tiat To Hoat-ong
Memang perihal diri Koksu negara itu telah lama didengar akan
ketangguhannya, di mana Tiat To Hoat-ong memiliki kepandaian
yang sangat tinggi sekali. Jika memang Wie Liang Tocu tidak
memiliki lweekang yang telah terlatih dengan sempurna, niscaya
akan menyebabkan dia menemui kematian ditangan Tiat To Hoatong. Masih beruntung baginya, karena dia memiliki latihan
lweekang yang cukup sempurna sehingga ilmu soboc yang hebat
dari Tiat To Hoat-ong tidak berdaya menghabisi jiwanya.
Wie Liang Tocu menghela napas. Sebulan yang lalu dia telah
bertemu dengan Yo Ko dan rombongannya, yang terdiri dari Ciu
Pek Thong, Swat Tocu, Yeh-lu Chi dan lainnya.
Dari Pangcunya itulah Wie Liang Tocu telah mendengar bahwa
pangeran Ghalik telah membunuh diri. Dan urusan dengan
Pengeran Ghalik itu pun telah dapat dibikin terang. Dengan adanya
penjelasan Yeh-lu Chi, yang perintahkan padanya agar
menghabisi urusan Pangeran Ghalik sampai di situ saja, karena
tidak ada perlunya Kay-pang memusuhi keturunan Pangeran
Ghalik. Juga Wie Liang Tocu jadi girang mendengar bahwa Sasana, puteri
pangeran Ghalik telah menjadi kekasih Yo Him, adik angkatnya itu.
943 Karena memang Wie Liang Tocu menyampaikan juga pada Yeh-lu
Chi, bahwa persoalan Kay-pang telah dihabisi sampai di situ saja
dengan kematian pangeran Ghalik dan tidak akan ditarik panjang
sampai pada puteri pangeran yang malang nasibnya itu.
Hanya saja kepada Yeh-lu Chi, Tianglo dari Kay-pang ini
melaporkan juga perihal penghianatan Kan Tianglo, Pheng Tianglo
dari Nyo Tianglo. Ke tiga Tianglo itu bermaksud mengadakan kerja
sama dengan pihak Tiat To Hoat-ong, di mana ke tiga Tianglo itu
bermaksud untuk merebut kekuasaan tertinggi di Kay-pang
dengan mempergunakan bantuan tenaga dari jago-jago istana raja
penjajah tersebut. Karenanya, Wie Liang Tocu, lebih jauh
melaporkan, pihak kerajaan Boan itu terdiri dari Gochin Talu dan
Lengky Lumi, yang menjadi penghubung dengan ke tiga Tianglo
tersebut. Perihal diketahuinya pengkhinatan ke tiga Tianglo itu secara
kebetulan sekali. Seorang murid Wie Liang Tocu telah secara kebetulan mendengar
percakapan mereka yang bermaksud menghubungi Gochin Talu
dan Lengky Lumi, guna meminta bantuannya agar membantu
mereka merebut kedudukan Pangcu Kay-pang.
Mendengar laporan muridnya tersebut Wie Liang Tocu terkejut.
Segera juga Tianglo yang seorang ini melakukan penyelidikan.
Selama dua bulan Wie Liang Tocu melalukan penyelidikan tanpa
kenal putus asa dan lelah, karena dia menyadari bahwa urusan
yang tengah dihadapinya ini adalah urusan besar yang
menyangkut mati hidupnya dan maju mundurnya Kay-pang
944 sebagai perkumpulan pengemis yang diakui oleh orang-orang
gagah dalam rimba persilatan sebagai sebuah perkumpulan yang
paling dihormati, karena di dalam Kay-pang banyak sekali terdapat
tokoh-tokoh saktinya. Sekarang terdapat maksud buruk dari ke tiga Tianglo itu yang ingin
mengkhianati partai mereka sendiri dengan mengadakan kerja
sama bersama orang Boan, tentu saja membuat Wie Liang Tocu
jadi murka. Dan usaha dari Wie Liang Tocu dalam menyelidiki urusan tersebut
tidak sia-sia belaka, di mana dia telah berhasil menyelidikinya
dengan baik dan juga memperoleh banyak bukti-bukti tentang
maksud pengkhianatan ke tiga Tianglo itu.
Dengan demikian, jalan pertama yang dilakukan oleh Wie Liang
Tocu adalah berusaha membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi,
guna mencegah terjadinya persekutuan antara dua orang Boan itu
dengan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dan Nyo Tianglo.
Tetapi usaha Wie Liang Tocu untuk membunuh Gochin Talu dan
Lengky Lumi ternyata gagal. Sebab di saat dia mulai dapat
merubuhkan ke dua orang itu dan bermaksud ingin menghabisi
jiwa ke dua orang Boan itu, ternyata telah muncul Tiat To Hoatong.
Ternyata Tiat To Hoat-ong berada di gedungnya Gochin Talu pun
hanya kebetulan sekali. Waktu Gochin Talu, bersama Lengky Lumi
mengundurkan diri setelah memberikan laporan mereka perihal
akan adanya kerja sama mereka dengan ke tiga Tianglo Kay-pang
945 itu, Tiat To Hoat-ong tidak mempercayai seluruhnya laporan ke dua
orang bawahannya ini Karenanya secara diam-diam dia telah menguntitnya dan
berusaha mendengarkan percakapan mereka. Siapa tahu justru
ketika Tiat To Hoat-ong tengah asyik mendengarkan secara diamdiam percakapan Gochin Talu dan Lengky Lumi, waktu itu muncul
Wie Liang Tocu. Semula Tiat To Hoat-ong yang telah mendengarkan perundingan
ke dua orang itu, mengetahui Gochin Talu dan Lengky Lumi
memberikan laporan yang sebenarnya. Melihat kedatangan Wie
Liang Tocu, salah seorang tokoh Kay-pang, Tiat To Hoat-ong
bermaksud segera keluar untuk menempurnya. Namun akhirnya
Koksu yang licin dan licik ini segera berobah pikirannya.
Dia ingin melihat bagaimana tindakan dan cara Gochin Talu serta
Lengky Lumi menghadapi tokoh Kay-pang tersebut, untuk
mengetahui kesungguhan diri dari ke dua orang itu dalam
mengabdikan diri pada pihak kerajaan.
Itulah sebabnya membuat Tiat To Hoat-ong berdiam diri saja
menyaksikan betapa Gochin Talu dan Lengky Lumi terdesak hebat
oleh Wie Liang Tocu, akhirnya Gochin Talu dan Lengky Lumi
terancam jiwanya di tangan pengemis tua itu. Barulah Tiat To Hoatong muncul untuk melindunginya.
Teringat akan semua peristiwa yang dialaminya tadi, Wie Liang
Tocu menghela napas dalam-dalam.
946 Dia merasa heran bahwa Koksu negara Mongolia tersebut memiliki
kepandaian yang begitu hebat. Sama sekali diluar dugaannya,
karena dia telah mendengar akan kehebatan kepandaian Koksu
tersebut, akan tetapi Wie Liang Tocu merasa yakin banwa tidak
mungkin Koksu itu dapat merubuhi dan melukai padanya.
Namun kenyataannya berlainan sekali dengan keyakinannya itu.
Mereka telah bertempur cukup banyak jurus, dan memang dirinya
tidak dibinasakan oleh Tiat To Hoat-ong dengan mudah. Hanya
saja sekarang Wie Liang Tocu telah terluka demikian berat.
Dengan demikian Wie Liang Tocu menghela napas beberapa kali
menyesali dirinya mengapa kepandaiannya tidak terlatih lebih
sempurna lagi. "Tetapi..... diapun pasti terluka di dalam!" menghibur Wie Liang
Tocu pada dirinya sendiri karena dia yakin, walaupun dirinya
sendiri telah terluka cukup parah seperti ini, akan tetapi Tiat To
Hoat-ong pun tidak terhindar dari luka di dalam yang cukup parah.
Karena Wie Liang Tocu jadi jauh lebih tenang dan dia memusatkan
seluruh tenaga murninya untuk berusaha menyembuhkan luka di
dalam tubuhnya. Yang paling utama adalah berusaha melancarkan
pula pernapasannya, karena jika hawa murni dapat dikumpulkan
menjadi bulat kembali, dengan demikian mudah sekali baginya
untuk menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Sayangnya justru
tenaga murninya itu telah terpecahkan buyar, dengan begitu pula
agak sulit buat Wie Liang Tocu menyembuhkan luka di dalam
tubuhnya. 947 Angin malam berhembus dingin sekali, menerjang kepada Wie
Liang Tocu. Tetapi Wie Liang Tocu tidak memperdulikannya. Dia memejamkan
matanya rapat-rapat dan berusaha keras untuk menyalurkan
seluruh hawa murninya. Berangsur-angsur memang Tianglo dari Kay-pang ini berhasil juga
untuk menyatukan kembali seluruh hawa murninya yang pecah
tergempur oleh kekuatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Dan
walaupun demikian dia tidak bisa segera mempergunakan
kekuatan tenaga murninya itu, karena inti dari hawa murninya itu
belum lagi dapat dikumpulkan bulat menjadi satu.
Wie Liang Tocu mengakhiri usahanya untuk mempersatukan
kembali tenaga dalamnya yang semula buyar, dia beristirahat dan
duduk menyandar di batu tersebut. Menurut dugaannya, mungkin
memakan waktu sampai satu bulan dia harus bersemedhi setiap
harinya sepuluh jam guna memulihkan kesehatannya. Untung saja
luka di dalam tubuh yang di deritanya itu tidak terlalu parah
sehingga tidak sampai membuat dia bercacat karenanya.
Wie Liang Tocu waktu itu melihat rembulan mulai condong ke arah
barat. Tidak lama lagi memang terlihat matahari fajar telah mulai
memancarkan sinarnya yang kemerah-merahan. Angin pagi yang
berhembus mengenai dirinya terasa mulai hangat.
Agak lama juga Wie Liang Tocu berdiam diri di situ, dia beristirahat
sejenak lamanya lagi baru kemudian berusaha untuk bangun
948 berdiri. Akhirnya dia berdiri sendiri. Akan tetapi sepasang kakinya
masih gemetaran lemas tidak bertenaga.
Cepat-cepat Wie Liang Tocu duduk pula, karena dia tidak mau
terlalu memaksakan diri, karena jika dia terlampau mengerahkan
seluruh kekuatannya, bisa membuat dia terluka di dalam yang tidak
ringan. Maka Wie Liang Tocu telah duduk bersemedhi kembali.
Di antara kesunyian pagi seperti itu, tiba-tiba pendengaran Wie
Liang Tocu yang sangat tajam mendengar suara langkah kaki
seseorang yang tengah menghampiri ke arah tempat di mana dia
berada. Wajah Wie Liang Tocu berobah, karena menduga tentunya Tiat To
Hoat-ong yang telah perintahkan kaki tangannya melakukan
pengejaran terhadap dirinya.
"Keadaanku sedang demikian lemah. Jika mereka berhasil
mencariku dan menemui jejakku niscaya aku akan menghadapi
kesulitan yang tidak kecil.....!" diam-diam Wie Liang Tocu
membathin di dalam hatinya. "Akan tetapi, biarlah aku akan
mengadu jiwa dengan mereka. Jika memang aku bisa
membinasakan tiga orang dari mereka, itupun sudah lebih dari
cukup sebagai imbalannya......!"
Karena berpikir seperti itu, diliputi oleh semangat untuk berbuat
nekad, Wie Liang Tocu sudah tidak memperdulikan akan
kesehatan tubuhnya yang belum pulih. Dia menyalurkan seluruh
sisa kekuatan tenaga dalamnya, kemudian memusatkan pada ke
dua telapak tangannya. Karena Wie Liang Tocu bermaksud begitu
949 lawan memperlihatkan diri, dia akan menyerangnya dengan hebat
untuk mengadu jiwa. Suara langkah kaki semakin dekat juga. Malah Wie Liang Tocu
yang memiliki pendengaran sangat tajam seketika mengetahui
bahwa suara langkah kaki itu bukan hanya seorang saja, sedikitnya
terdiri dari empat orang.
Menyadari bahaya yang mengancam keselamatan dirinya
membuat Wie Liang Tocu selain berbuat nekad dan bersiap sedia
untuk menghadapi kematian bersama-sama dengan lawanlawannya itu, juga dia telah berpikir keras untuk mencari daya lain
yang sekiranya lebih baik.
Saat itu Wie Liang Tocu mendengar suara langkah kaki itu semakin
dekat juga. Dia membuka matanya lebar-lebar mengawasi ke arah
dari mana didengarnya suara langkah kaki itu mendekati. Dan
akhirnya dilihatnya beberapa sosok bayangan yang telah
munculnya dari bagian sebelah kanannya.
Wie Liang Tocu mengempos semangatnya. Dia mengawasi lebih
tajam lagi menantikan kesempatan untuk mendahului lawannya
yang akan dibinasakannya dengan satu kali pukulan maut dari
seluruh sisa tenaga yang masih dimilikinya.
Ke empat sosok bayangan tubuh yang muncul itu ternyata empat
orang laki-laki bertubuh kurus, dengan usia yang tidak sama. Ada
yang berusia limapuluh tahun lebih, ada yang berusia empatpuluh
lima tahun, akan tetapi yang termuda di antara mereka, ada yang
berusia empatpuluh tahun. Ke empat orang itu berpakaian
compang camping, pakaian mereka penuh tambalan.
950 Wie Liang Tocu waktu melihat ke empat orang tersebut, yang
ternyata merupakan empat orang pengemis, ia mengeluarkan
seruan tertahan karena heran dan girang.
"Wie Liang Tocu.....!" berseru ke empat orang itu yang melihat Wie
Liang Tocu dengan kegirangan yang meluap-luap. "Kami mencari
Wie Liang Tocu kemana-mana dengan bersusah payah, kiranya
Wie Liang Tocu berada di sini, terimalah hormat kami!"
Wie Liang Tocu sudah tidak sempat mendengar terus perkataan
ke empat pengemis itu, karena dirasakan seluruh tenaganya telah
habis. Tubuhnya lemah dan dia lunglai tidak sadarkan diri, pingsan.
Ke empat orang pengemis itu terkejut melihat keadaan Wie Liang
Tocu. Salah seorang di antara mereka segera maju untuk memeriksanya,
dan mereka jadi saling pandang satu dengan yang lainnya. Waktu
mereka memperoleh kenyataan Wie Liang Tocu terluka di dalam
yang tidak ringan, juga tampaknya Tianglo dari Kay-pang ini pun


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam keadaan pingsan disebabkan kehabisan tenaga.
Tanpa berjanji terlebih dulu, mereka telah mengangkat tubuh
pemimpin mereka ini. Dua orang mengangkat kaki, dua orang lagi
mengangkat punggung Wie Liang Tocu, yang mereka bawa lari
dengan gesit sekali. Wie Liang Tocu sendiri tidak mengetahui bagaimana kelanjutan
dari pertemuan dengan ke empat orang pengemis itu. Dia hanya
merasakan dirinya melayang-layang, dan kemudian pandangan
matanya gelap sekali, lenyaplah kesadarannya.....
951 "Y" Ke empat orang pengemis tersebut lain dari ke empat orang tokoh
Kay-pang yang memiliki tingkatan delapan karung, mereka
memiliki kepandaian yang tidak lemah. Akan tetapi mereka pun
tidak berani sembarangan untuk berusaha mengobati Tianglo
mereka ini dengan mempergunakan lweekang masing-masing,
walaupun mereka telah melihatnya bahwa Wie Liang Tocu terluka
di dalam yang cukup berat.
Karena itu mereka cepat-cepat membawa Wie Liang Tocu ke
tempat mereka, untuk menemui salah seorang tokoh Kay-pang,
agar tokoh Kay-pang itu, yang memiliki lweekang berada di atas
tingkatan mereka, dapat mengobati luka Wie Liang Tocu.
Dengan berlari-lari cepat di pagi itu, dalam waktu sekejap mata
saja telah puluhan lie yang mereka lalui dan telah meninggalkan
kota raja semakin jauh juga.
Memang Wie Liang Tocu tengah dicari oleh pihak Kay-pang,
karena sebagai tianglo tentu saja kehadirannya di tempat rapat
besar Kay-pang sangat diperlukan sekali. Karena itu, banyak
murid-murid Kay-pang yang telah diperintahkan untuk mencari Wie
Liang Tocu guna diundang hadir di Hou-ciu, dalam rapat besar
Kay-pang yang akan diselenggarakan malaman Cap-go di bulan
mendatang. Siapa sangka, ke empat pengemis delapan karung itu, telah
berhasil menemui Wie Liang Tocu, di saat Tianglo itu tengah dalam
keadaan sekarat, karena terluka begitu parah. Disamping girang,
juga ke empat murid Kay-pang tersebut berkuatir sekali. Mereka
952 begitu bergegas untuk kembali ke tempatnya membawa Wie Liang
Tocu. Setelah berlari-lari lagi sejenak lamanya, waktu mendekati tengah
hari, sampailah mereka di muka sebuah dusun.
Dusun itu tidak terlalu besar, rumah penduduk di situpun tidak
padat, satu dengan yang lainnya terpisah cukup jauh, sehingga
keadaan di tempat itu tenang sekali. Dan ke empat murid Kay-pang
itu telah melarikan Wie Liang Tocu ke arah selatan dari dusun
tersebut, di mana akhirnya, di permukaan sebuah bukit, dekat kaki
bukit sebelah barat, berdiri sebuah kuil yang tidak begitu besar.
Kuil tersebut adalah kuil tua yang merupakan tempat sembahyang
penduduk dusun itu. Akan tetapi disebabkan tidak ada yang
merawatnya, kuil tua itu semakin rusak dan ada bagiannya yang
telah gugur. Maka semakin sedikit sekali orang-orang dusun
tersebut yang datang bersembahyang di kuil itu.
Akhirnya kuil tua itu merupakan kuil tua yang kosong dengan tidak
terawat sama sekali. Dan dengan demikian segera juga kuil itu
dijadikan tempat berkumpul dari anggota-anggota Kay-pang yang
berada di sekitar kota itu.
Dan sekarang ke empat pengemis delapan karung itu telah
membawa Wie Liang Tocu ke kuil tua tersebut, karena memang
mereka ingin menemui seorang tokoh Kay-pang yang didengarnya
berada di kuil tersebut. Ketika ke empat pengemis tingkat delapan karung yang membawa
Wie Liang Tocu tiba di muka kuil tersebut, mereka melihatnya
953 bahwa di depan kuil duduk bersemedhi dua orang pengemis muda.
Ke dua pengemis muda itu walaupun tampaknya tidur
sesungguhnya tidak tidur.
Merekalah dua orang penjaga dari golongan Kay-pang kalau ada
orang asing yang datang ke kuil tersebut. Karenanya, begitu
mereka melihat empat orang pengemis Kay-pang dari tingkat
delapan karung mendatangi, mereka terkejut dan cepat-cepat
melompat bangun untuk berlutut di hadapan ke empat pengemis
itu. "Jangan banyak peradatan!" perintah salah seorang dari ke empat
pengemis itu. "Cepat beritahukan kedatangan kami kepada Samcie-sin-kay!"
Sam-cie-sin-kay adalah Pengemis Sakti dengan Tiga Jari, yang di
dalam kalangan Kang-ouw sangat terkenal sekali, sebab
kepandaiannya yang sangat tinggi. Akan tetapi perangai pengemis
tersebut sangat aneh. Setiap turun tangan dia selalu tidak pilih bulu
dan mengambil sikap keras.
Hanya kepada murid-murid Kay-pang belaka Sam-cie-sin-kay
bersedia menolong kesulitan si murid Kay-pang. Akan tetapi untuk
orang luar, walaupun orang itu menangis sambil berlutut memohon
agar dirinya ditolong dari suatu kesulitan, tidak nantinya Sam-ciesin-kay mau menolonginya.
Ke dua murid Kay-pang itu, yang merupakan murid Kay-pang
tingkat tiga karung telah mengiyakan cepat sekali. Mereka
mempersilahkan dulu ke empat pengemis itu agar masuk ke dalam
kuil, lalu mereka berlari ke dalam untuk memberikan laporan.
954 Tidak lama kemudian keluar seorang pengemis tua berusia
limapuluh tahun lebih, dengan langkah lebar. Di belakangnya
mengikuti pengemis yang tadi.
Ke empat pengemis delapan karung itu di waktu melihat si
pengemis tua tersebut, cepat-cepat merangkapkan sepasang
tangan masing-masing, karena mereka telah meletakkan Wie
Liang Tocu yang rebah pingsan di atas sebuah kursi panjang.
"Harap Toako menerima hormat kami," kata ke empat pengemis itu
berbareng. "Kami datang dengan membawa sedikit persoalan buat
partai kita!" Pengemis tua yang baru keluar itu tidak lain dari Sam-cie-sin-kay.
Dia cepat-cepat membalas hormat ke empat pengemis yang
tingkatannya di dalam Kay-pang setingkat dengannya.
"Jangan terlalu banyak peradatan, walaupun bencana apa saja
yang terjadi, tentu membuat Sam-cie-sin-kay mempertaruhkan
jiwanya guna membela Kay-pang!" Setelah berkata begitu Samcie-sin-kay dengan memperlihatkan sikap sungguh-sungguh telah
berkata lagi: "Nah, sekarang katakanlah, apakah sekiranya
persoalan yang kalian sebutkan tadi"!"
Ke empat pengemis itu kembali memberi hormat. Walaupun Samcie-sin-kay merupakan tokoh Kay-pang tingkat delapan karung
sama halnya dengan mereka, akan tetapi justru ke empat
pengemis tersebut mengindahkan sekali Sam-cie-sin-kay yang
memiliki suatu keahlian yang melebihi mereka, bahkan memiliki
ilmu andalan yaitu ilmu pengobatan yang sangat hebat. Setiap
955 anggota Kay-pang yang terluka bagaimana berat dan parahnya
tentu akan dapat disembuhkan oleh Sam-cie-sin-kay.
"Kami ingin minta pertolongan dari Toako guna menyembuhkan
Wie Liang Tocu Tianglo.....!" menjelaskan salah seorang dari ke
empat pengemis itu. Mendengar disebutnya Wie Liang Tocu Tianglo, wajah Sam-ciesin-kay berobah, bola matanya mencilak memain tidak hentihentinya.
"Wie Liang Tocu Tianglo" Apa yang telah terjadi pada diri Wie
Tianglo!" Waktu bertanya begitu, bola mata Sam-cie-sin-kay melirik
kepada Wie Liang Tocu yang rebah pingsan di kursi panjang.
Diapun bukan hanya melirik saja, dengan gerakan yang ringan
sekali dia nelompat ke samping Wie Liang Tocu, kemudian
mengeluarkan seruan kaget, katanya dengan murka: "Siapa yang
demikian kurang ajar telah berani melukai Wie Tianglo sedemikian
rupa?" Suaranya menggeledek sekali.
Ke empat pengemis yang membawa Wie Liang Tocu jadi terkejut,
mereka cepat-cepat merangkapkan tangan masing-masing
memberi hormat. "Maafkan dan ampunilah kami murid-murid yang tidak punya guna,
sehingga kami hanya kebetulan belaka menemui Wie Tianglo
dalam keadaan yang telah terluka parah. Belum lagi kami sempat
untuk memberi hormat dan meminta keterangan, Wie Tianglo telah
jatuh pingsan di depan sebuah hutan belukar.....
956 "Dengan demikian kami tidak mengetahui siapa yang telah melukai
Wie Tianglo! Tetapi jika memang Wie Tianglo telah tertolong dan
tersadar dari pingsannya, tentu Wie Tianglo dapat memberikan
keterangan siapa yang telah menganiaya dirinya! Kami berempat
bersumpah, walaupun harus membuang jiwa di dalam kobaran api
dan rendaman minyak yang mendidih, kami akan mempertaruhkan
jiwa kami untuk membalaskan sakit hati Wie Tianglo!"
Bola mata Sam-cie-sin-kay mencilak beberapa saat, kemudian
katanya dengan semangat yang terbangun: "Kukira kalian
membawa persoalan apa! Tidak tahunya persoalan Wie Tianglo!
Jangankan kalian yang meminta pertolongan dan bantuanku agar
menolongi Wie Tianglo, jika tidak meminta, itu sudah jadi
kewajibanku untuk menyelamatkan jiwa Wie Tianglo.....!" Setelah
berkata begitu Sam-cie-sin-kay cepat-cepat memeriksa keadaan
Wie Tianglo. Setelah sekian lama memeriksa dia memperoleh kcnyataan bahwa
luka di dalam tubuh Wie Tianglo sangat parah sekali, karena
banyak urat-urat halusnya yang telah hancur dan putus. Dengan
demikian, hawa murninya tidak dapat diatur seperti semula.
Disamping itu pula memang hawa murni dari Wie Tianglo tampak
mengalir kacau sekali, tidak teratur. Jantungnya berdegup lemah
sekali dan darahnya beredar acak-acakan.
Selesai memeriksa, Sam-cie-sin-kay menghela napas.
"Entah siapa yang memiliki tangan begitu telengas melukai Wie
Tianglo, dengan cara seperti ini....."!" menggumam Sam-cie-sinkay dengan suara mengandung kemarahan.
957 "Apakah Wie Tianglo masih bisa diselamatkan, Toako"!" tanya ke
empat pengemis itu dengan suara berkuatir sekali.
Sam-cie-sin-kay tidak segera menyahuti, dia berdiam diri bagaikan
berpikir keras. mulutnya menggumam perlahan: "Sam-cie-hiat
yang hancur, Bo-liang-hiat yang putus, Tiang-ku-hiat yang remuk
dan beberapa jalan darah terpenting di tubuh yang tersumbat.
Semua itu merupakan tanda-tanda dari korban keganasan ilmu
tenaga dalam yang dahsyat! Entah siapa yang telah turunkan
tangan demikian keji pada Wie Tianglo dan siapa orang liehay
itu.....!" Sambil menggumam seperti itu, tidak hentinya Sam-cie-sinkay memeriksa terus tubuh Wie Liang Tocu
Akhirnya, sambil bangkit, dia menghela napas, katanya kepada ke
empat pengemis yang membawa Wie Tianglo padanya.
"Walaupun tidak sampai menemui kematian akan kukuatirkan luka
Wie Tianglo akan membuatnya bercacad seumur hidup.....!" kata
Sam-cie-sin-kay. "Apakah...... apakah Toako tidak bisa menolongnya agar Wie
Tianglo sembuh tanpa kurang suatu apapun juga?" tanya ke empat
pengemis itu. Mereka seperti juga memohon kepada Sam-cie-sinkay, karena mereka mengetahui benar bahwa Sam-cie-sin-kay
mengerti dan liehay ilmu pengobatannya.
Sam-cie-sin-kay menghela napas lagi, tampak dia seperti berpikir
lama sekali. Baru kemudian dia berkata lagi: "Aku akan berusaha
untuk menolongi jiwa Wie Tianglo, walaupun dengan cara
pengobatan yang akan kutempuh itu kemungkinan bisa
mengorbankan sebagian dari tenaga lweekangku, hal itu tidak
958 menjadi soal. Namun yang tengah kupikirkan, jika saja pengobatan
seperti itu gagal, tentu akan membuat Wie Tianglo cacat seumur
hidup! Ada satu ramuan obat yang bisa meringankan luka Wie
Tianglo dan hanya satu-satunya di dunia obat tersebut yang bisa
menyalamatkan jiwa Wie Tianglo.....!"
"Obat apakah itu Toako?" tanya ke empat pengemis tersebut
serentak. "Obat itu sangat sulit diperoleh, hanya tumbuh satu kali dalam
seratus tahun! Karena itu, jarang sekali, boleh dibilang hampir
sama sekali tidak ada orang yang memiliki obat tersebut.....!
Karena itu, untuk memperoleh obat itu, jika tidak secara kebetulan,
jangan harap kita bisa memperolehnya......!"
"Katakanlah Toako, obat apakah itu" Kami berempat akan
berusaha mencari sahabat-sahabat kami. Seumpama di antara
mereka ada yang menyimpan obat yang toako maksudkan! Yang
terpenting jiwa Wie Tianglo dapat diselamatkan.....!"
Sam-cie-sin-kay menghela napas tagi, dia tersenyum pahit,
katanya kemudian: "Memang kalian berempat mungkin memiliki
banyak sahabat dan bisa saja meminta pertolongan dan bantuan
mereka kalau-kalau mereka menyimpan obat yang kumaksudkan
itu! Tetapi aku yakin, walaupun kalian mengelilingi seluruh
permukaan dunia ini untuk mencari sahabat-sahabat kalian, belum
tentu obat itu berhasil ditemukan......!"
Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas lagi
berulang kali, wajahnya muram sekali.
959 Ke empat pengemis itu tampak penasaran, tanya mereka dengan
serentak: "Tetapi tidak ada salahnya jika Toako memberitahukan
kami obat apakah yang ingin dipergunakan itu, dan tidak salahnya
juga, jika kami berusaha mencarinya!"
"Tetapi percuma dan akan sia-sia. Dalam waktu dua kali duapuluh
empat jam pengobatan terhadap diri Wie Tianglo sudah harus
dilakukan. Jika terlambat satu hari saja, berarti keselamatan
jiwanya sulit ditolong lagi..... Maka dari itu, untuk memperoleh obat
mujarab tersebut, bagaimana mungkin kalian bisa menemuinya
hanya dalam dua hari saja"!"
Muka ke empat pengemis itu berobah pucat, merekapun
tampaknya jadi muram sekali.
Malah salah seorang di antara mereka, telah duduk numprah di
lantai dan menangis menggerung-gerung. Di antara ke empat
pengemis itu mungkin dialah yang paling lemah hati dan
perasaannya, sehingga tanpa malu-malu lagi, karena terlalu
berkuatir dan berduka memikirkan keselamatan jiwa Wie Tianglo,
dia menangis terisak-isak.
Waktu itu Sam-cie-sin-kay telah menghiburnya.
"Sudahlah, kalian jangan berduka seperti itu! Aku akan berusaha
untuk menolongi jiwa Wie Tianglo! Kita berusaha, tentang berhasil
atau tidaknya usaha kita, saja serahkan kepada Thian!"
Setelah berkata begitu Sam-cie-sin-kay perintahkan pada
pengemis tingkat tiga karung itu untuk mempersiapkan kamar buat
ke empat tamunya, ke empat pengemis yang sama tinggi
960 tingkatnya dengan dia dan juga sebuah kamar untuk Wie Liang
Tocu. Pengemis tingkat tiga karung itu bekerja cepat sekali, karena
sebentar kemudian dia telah datang melapor kepada Sam-cie-sinkay bahwa kamar yang disiapkan untuk Wie Lieng Tocu dan ke
empat pengemis itu telah selesai dan telah dibersihkan maka
dengan dibantu oleh ke empat pengemis Kay-pang itu, Sam-ciesin-kay mengangkat Wie Tianglo ke sebuah kamar.
Wie Tianglo adalah seorang tokoh Kay-pang dia telah
menggemblok sembilan lapis karung, dengan demikian berada
satu tingkat di atas kedudukan Sam-cie-sin-kay. Dengan begitu
pula, Sam-cie-sin-kay ingin berusaha sedapat mungkin untuk
menolongi jiwa Tianglonya ini.
Wie Tianglo ini yang sebenarnya adalah tocu sebuah pulau, sangat


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat sekali naik tingkatnya dalam partai Kay-pang. Pertama
masuk Kay-pang dia dianugerahi kedudukan tujuh karung oleh
pangcu Kay-pang yaitu Yeh-lu Chi.
Dan setelah dia mengangkat saudara dengan Yo Him (dalam cerita
Sin-tiauw-thian-lam) karena memang ilmu silatnya yang sangat
tinggi dan jasanya yang tidak sedikit dalam Kay-pang, maka dalam
waktu yang singkat dia naik tingkat menjadi delapan karung..... Dan
kemudian sekarang tingkatnya telah naik pula menjadi Tianglo
Kay-pang dengan karung sembilan.
Semua anggota Kay-pang serta pangcu Kay-pang sendiri menaruh
rasa hormat dan segan pada Wie Tianglo ini.
961 Setelah meletakkan dengan baik Wie Liang Tianglo di atas
pembaringan, Sam-cie-sin-kay mulai bekerja untuk menolongi
Tianglo ini. Pertama-tama dia menotok puluhan jalan darah di tubuh Wie Liang
Tocu, kemudian dia menguruti sekujur tubuh Tianglo itu, sampai
keringat membasahi seluruh tubuh Sam-cie-sin-kay. Namun Samcie-sin-kay tidak berhenti dan terus juga menguruti dan menotok
berbagai bagian anggota tubuh Wie Liang Tocu, dengan demikian
tampak dia letih bukan main.
Ke empat orang pengemis yang bertingkat delapan karung berdiri
di samping pembaringan mengawasi dengan berkuatir.
Sebenarnya mereka ingin menanyakan kepada Sam-cie-sin-kay
apakah mereka berempat diperkenankan untuk bantu
menyalurkan lweekang mereka guna menguruti tubuh Wie Liang
Tocu. Walaupun bagaimana lweekang ke empat pengemis itu sangat
tinggi sekali, hanya saja mereka tidak mengerti ilmu pengobatan.
Dengan demikian mereka tidak bisa turun tangan bantu menolongi
Tianglo mereka yang seorang itu.
Tetapi jika mereka berempat berdiam diri saja juga membuat
mereka jadi tidak tenang, karena melihat betapa Sam-cie-sin-kay
telah mandi keringat seperti itu, tampaknya sangat lelah bukan
main. Sedangkan Wie Liang Tocu masih berada dalam keadaan
pingsan. Salah seorang di antara ke empat pengemis itu rupanya sudah
tidak dapat menahan diri. Dialah yang tadi menangis duduk
962 numprah di atas lantai, dialah yang memiliki perasaan sangat halus
dan hati yang lemah. Sekarang menyaksikan keadaan seperti itu,
segera juga dia bertanya kepada Sam-cie-sin-kay,
"Toako, apakah..... apakah aku diperbolehkan untuk bantu
menguruti mewakili kau sejenak, asal kau memberitahukan jalan
darah mana yang perlu ditotok. Dengan demikian Toako dapat
beristirahat dengan baik, agar toako pulih kembali!"
Sam-cie-sin-kay berhenti menguruti. Dia mengerutkan sepasang
alisnya, tanpa menjawab tampaknya dia ragu-ragu. Akan tetapi
setelah dia berpikir beberapa saat, akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah!" katanya. "Memang ada baiknya kita bergantian dan aku
akan memberitahukan bagian-bagian mana yang perlu diurut dan
bagian mana yang perlu ditotok!"
Setelah berkata begitu, tampak Sam-cie-sin-kay bangun dari
pembaringan itu, dan meminta pengemis karung delapan itu duduk
di pembaringan. Dengan duduk di samping pembaringan, Sam-ciesin-kay telah memberikan petunjuknya:
"Totok jalan darah Gu-peng-hiat, Sam?-tiang-hiat, lalu Kian-huhiat..... totok pula jalan darah Ma-liang-hiat, lalu mengurut jalan
darah Huang-cie-hiat, kemudian jalan darah Gu-sie-hiat..... lalu
menotok jalan darah.....!!" Begitulah seterusnya Sam-cie-sin-kay
telah memberikan petunjuknya seperti juga dia tengah menghapal.
Sedangkan pengemis delapan karung telah menuruti setiap
petunjuk yang diberikan oleh Sam-cie-sin-kay, jalan darah mana
yang ditotok, jalan darah mana yang harus diurutnya. Sebentar
963 kemudian keringat telah memenuhi tubuh pengemis itu, napasnya
memburu. Setiap kali dia menotok, dirasakannya dari ujung jari telunjuknya
seperti menerobos keluar hawa yang panas sekali. Itulah tanda
bahwa tenaga dalamnya telah mengalir keluar. Dengan begitu pula
jelas dia telah membuang tenaga dalamnya yang tidak sedikit.
Rupanya cara pengobatan yang tengah dijalankan oleh Sam-ciesin-kay merupakan cara yang sangat luar biasa, di mana
membutuhkan lweekang yang mahir dan tinggi sekali. Jika seorang
yang berusaha menolong itu memiliki sinkang dan lweekang yang
tidak terlalu tinggi, malah akan membuat orang itu sendiri yang
terluka di dalam dan kemungkinan bila memperoleh kematian!
Waktu itu, melihat si pengemis telah bermandikan keringat yang
banyak dan deras sekali. Segera juga Sam-cie-sin-kay
memintanya untuk diganti pula olehnya. Akan tetapi dengan
serentak ke tiga pengemis lainnya menawarkan diri mereka untuk
menggantikan kedudukan teman mereka.
Sam-cie-sin-kay, tidak keberatan, segera meluluskannya
permintaan mereka, di mana tampak mereka telah bergantian
menyalurkan kekuatan lweekang masing-masing menotok jalan
darah dan mengurut berbagai jalan darah yang disebutkan oleh
Sam-cie-sin-kay. Cepat sekali seorang demi seorang mereka telah
bermandikan keringat yang deras sekali, juga tampak mereka
sangat lelah. Terakhir, setelah ke tiga pengemis itu bergiliran menotok dan
mengurut berbagai jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu, segera
964 juga digantikan pula oleh Sam-cie-sin-kay, yang telah menotok dan
mengurut tubuh Wie Liang Tocu.
Akan tetapi Wie Liang Tocu tetap berada dalam keadaan pingsan.
Tidak terlihat sedikitpun kemajuan yang diperoleh atas pengobatan
itu. Setelah menotok dan mengurut sekian lamanya, di mana keringat
telah membanjiri sekujur tubuh Sam-cie-sin-kay, tampak Sam-ciesin-kay menggumam dengan suara yang perlahan: "Walaupun
bagaimana tidak ada jalan lain hanya mempergunakan obat
mujarab itu barulah Wie Liang Tocu bisa diselamatkan jiwanya!"
Waktu mengucapkan perkataannya itu Sam-cie-sin-kay
memperlihatkan wajah yang suram.
Ke empat pengemis itu, yang masing-masing tengah berkuatir
dengan hati yang berdebar keras, serentak bertanya: "Toako,
tolong kau beritahukan pada kami sesungguhnya obat apakah
yang kau maksudkan itu?"
Wajah Sam-cie-sin-kay tampak masih muram, ia menghela napas
beberapa kali tanpa menyahuti pertanyaan ke empat orang
pengemis itu. Walaupun bagaimana keadaan Wie Tianglo memang
menguatirkan sekali, membuat ke empat pengemis itu tidak bisa
bersabar lagi. Malah salah seorang di antara mereka berkata:
"Apakah toako dapat lebih cepat memberitahukan kepada kami,
sesungguhnya obat apa yang dapat menyembuhkan luka dalam
yang diderita oleh Wie Tianglo" Jika terlambat, kami kuatir bisa
membahayakan jiwanya!"
965 Setelah berkata, beberapa kali ke empat pengemis tersebut
menghela napas sambil memperlihatkan wajah suram
mengandung kedukaan yang sangat.
Sam-cie-sin-kay melihat keadaan ke empat orang pengemis
tersebut jadi tidak tega hati untuk berdiam diri terlalu lama, akhirnya
dia berkata: "Baiklah, aku akan memberitahukan pada kalian obat
mujarab yang kumaksud itu!"
Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay memandang lagi
bergantian kepada ke empat pengemis tersebut, katanya lagi:
"Jika memang ingin dibicarakan lebih jauh, luka Wie Liang Tianglo
sangat berat sekali. Banyak urat dan jalan darahnya yang terputus,
dengan demikian sulit untuk menyembuhkannya. Jika tokh berkat
obat mujarab itu kesehatannya bisa pulih, tokh itupun belum berarti
Wie Liang Tianglo akan sehat keseluruhannya.
"Kemungkinan ia akan lumpuh atau bercacad dengan punahnya
seluruh latihan tenaga dalamnya. Karena dari itu, semula aku tidak
bermaksud memberitahukan kepada kalian tentang obat mujarab
tersebut. "Namun apa salahnya jika memang kalian berempat tokh berusaha
untuk mencari obat itu karena kulihat kalian memang bertekad
walaupun bagaimana ingin menolongi jiwa Wie Liang Tocu dari
kematian dan dari kecacatan yang bakal terjadi! Hemmm,
walaupun hanya tinggal waktu dua hari, di mana dalam dua hari
kalian sudah harus memperoleh obat yang kumaksudkan itu, dan
tidak yakin bahwa kalian akan dapat berhasil mencarinya.
966 "Namun tidak ada salahnya jika memang aku memberitahukan
agar kelak kalian tidak penasaran dan merasa puas telah berusaha
mencari obat tersebut.....! Dengarkanlah oleh kalian baik-baik.
"Obat itu semula merupakan Swat-lian dari Thian-san, akan tetapi
berkat kecerdasan dari seorang Locianpwe pada ribuan tahun
yang lalu, telah mempergunakan teratai salju itu sebagai pohon
induk yang "dikawinkan" dengan pohon Jin-som dari Tibet, maka
terlahir semacam pohon yang luar biasa sekali khasiat dan
kegunaannya, hasil dari perkawinan yang terjadi antara Swat-lian
dan Jin-som yang telah berusia ribuan tahun!
"Itulah baru berhasil setelah locianpwe itu bersusah payah
membuang waktunya selama tigapuluh tahun! Pohon yang
ditemukannya dari hasil perkawinan tersebut diberi nama Liansom. Dan pohon itu baru berkembang puluhan tahun dari kembang
sebelumnya. Semula memang dalam sepuluh tahun pohon
tersebut memberikan hasil bunga pertamanya hanya dalam
tigapuluh tahun, bunga gelombang ke dua empatpuluh tahun, dan
limapuluh tahun kemudian baru memperoleh kembang gelombang
ke tiga. "Begitu seterusnya setiap kali bertambah sepuluh tahun. Semakin
tua usia pohon itu, makin jarang sekali berkembang..... dan jarang
pula orang yang mengetahui perihal pohon Lian-som tersebut.
Karena dari itu, jika memang tidak kebetulan jangan harap kita bisa
memperoleh kembang pohon mujarab dan ajaib tersebut..... Bukan
disebabkan harganya, akan tetapi khasiat yang dimiliki pohon
tersebut memang sangat luar biasa.....!"
967 Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas berulang
ka1i dengan wajah yang muram.
Sedangkan ke empat pengemis yang memiliki tingkat delapan
karung itu jadi berobah wajah mereka pucat pias. Merekapun
mengeluh. Karena didengar dari keterangan Sam-cie-sin-kay
memang tidak mudah buat mereka memperoleh Lian-som, pohon
ajaib dan mujijat tersebut.
Semangat mereka untuk mencari kembang dari Lian-som tersebut
pun menurun separoh. Jika sebelumnya mereka memiliki harapan
besar untuk berusaha memperoleh pohon Lian-som, sekarang
setelah mengetahui asal usul pohon itu, mereka jadi berkurang
keyakinannya. "Kepada siapa kalian ingin mencari kembang Lian-som itu" Nah,
semuanya telah kuberitahukan, karena itu jika memang Wie Liang
Tianglo memiliki usia panjang dan juga diberkahi oleh Thian, tentu
dalam dua hari secara mujijat dan ajaib sekali kalian bisa
menemukan kembang pohon Lian-som tersebut!"
Ke empat pengemis itu memandang dengan muka yang kaku dan
muram mengandung kedukaan dan kekuatiran. Walaupun
bagaimana merekapun kini diliputi perasaan bingung, karena
memang mereka sendiri tidak mengetahui kemana harus mencari
pohon ajaib yang dimaksudkan oleh Sam-cie-sin-kay.
"Kalian berempat boleh pergi mencari pohon bunga ajaib itu,
sedangkan aku akan tetap di sini mengobati dan menotok seluruh
jalan darah dari Wie Liang Tianglo. Dengan demikian, kekuatan
daya tubuh Wie Tianglo bisa lebih panjang. Akan tetapi perlu
968 kujelaskan dan kutegaskan di sini, selewatnya dua hari, akupun
tidak berdaya apa-apa lagi untuk menyelamatkan jiwa Wie
Tianglo......" Setelah berkata begitu, Sam-cie-sin-kay menghela napas penuh
putus asa. Jika sekarang dia ingin menotok dan mengurut sekujur
tubuh dan jalan darah Wie Tianglo, itulah disebabkan agar Wie
Tianglo memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat. Dan apa yang
dikatakannya tadi memang benar. Jika saja terlambat memperoleh
kembang Lian-som, dalam dua hari, selewatnya dari waktu itu jiwa
Wie Tianglo sudah sulit dilindungi lagi.
Tetapi ke empat pengemis itupun menyadari dari diam pasrah
melihati saja betapa Wie Tianglo menghadapi detik-detik
kematiannya, maka alangkah baiknya jika dalam dua hari ini
mereka berusaha untuk mencari Lian-som.
Memang untuk mencari kembang itu di toko-toko obat sudah tidak
mungkin, namun untuk mencarinya di sahabat-sahabat mereka
yang banyak sekali berdiam di kota raja, atau juga berusaha
mencari dan mencuri dari istana raja Boan, kemungkinan besar
kembang Lian-som itu akan dapat diperoleh.
Teringat kepada istana Kaisar, semangat ke empat pengemis itu
terbangun. "Baiklah!" kata salah seorang di antara mereka. "Kami akan
berusaha mencarinya di istana Kaisar Boan. Siapa tahu kembang
Lian-som terdapat di sana, dan kami akan berusaha untuk
mencurinya..... Jika saja kami berhasil mencuri bunga itu, jelas jiwa
Wie Tianglo akan dapat ditolong......!" Setelah berkata begitu
969 pengemis ini membungkukan tubuhnya memberi hormat kepada
Sam-cie-sin-kay. Demikian juga halnya dengan ke tiga pengemis
lainnya, mereka pun telah memberi hormat.
Akan tetapi Sam-cie-sin-kay tersenyum.
"Kalian akan menyatroni istana Kaisar Boan itu"!" tanyanya
dengan suara yang tawar dan tersenyum pahit. "Aku bukan tidak
mempercayai akan kepandaian kalian yang tinggi di mana
kepandaian kalian kemungkinan besar berada di atas
kepandaianku sendiri, akan tetapi di istana Kaisar Boan itu banyak
sekali terdapat jago-jagonya yang memiliki kepandaian sangat
tinggi! "Aku sendiri telah puluhan tahun berkeliaran di kota raja ini, dengan
demikian aku mengetahui dengan jelas semua jago-jago di istana
Kaisar Boan itu..... terutama sekali Koksu atau guru negara yang
bernama Tiat To Hoat-ong. Dia memiliki kepandaian yang sangat
tinggi sekali. Jika memang kalian dipergoki olehnya, tentu kalian
sulit untuk meloloskan diri dari tangannya......!"
Setelah berkata begitu Sam-cie-sin-kay mengawasi ke empat
pengemis itu, maksudnya ingin menasehati ke empat sahabatnya
itu agar tidak menerjang bahaya menyatroni istana Kaisar Boan
tersebut. Namun ke empat pengemis tua yang telah bulat tekad dan yakin
akan kesanggupan mereka dan juga memang mereka ingin
mempertaruhkan jiwa tanpa memikirkan resikonya, karena
walaupun bagaimana mereka ingin mempertaruhkan jiwa mereka
masing-masing, asal dapat memperoleh kembang Lian-som.
970 "Baiklah Toako, terima kasih atas nasehatmu..... Kami akan tetap
pergi ke istana Kaisar Boan itu untuk mencari kembang Lian-som."
Setelah berkata begitu, ke empat pengemis merangkapkan tangan


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka memberi hormat dan mengundurkan diri.
Sam-cie-sin-kay menghela napas dia tidak mencegah terlebih
jauh. Hanya saja segera juga dia mulai menotok dan menguruti
tubuh Wie Liang Tianglo, yang waktu itu masih berada dalam
keadaan pingsan. "Y" Ke empat orang pengemis dengan tingkat delapan karung itu
sebenarnya di dalam kalangan Kang-ouw terkenal sebagai Empat
Hantu dari Kay-pang. Mereka dijuluk sebagai Sie-mo-kay-pang
atau Empat Hantu dari Partai Pengemis. Hal ini disebabkan
mereka memiliki kepandaian yang sangat tinggi juga setiap
tindakan mereka luar biasa, jika membasmi penjahat, mereka tidak
memandang bulu, juga selalu menurunkan tangan berat.
Yang paling tua bernama Yang Kiong Sian sedangkan yang ke dua
bernama Phoa Tiang Ie yang ke tiga Sun Kiang Lo dan yang ke
empat dan paling muda usianya adalah Bo Siang Hong. Mereka
berempat selalu bersama, dan setiap kali melakukan suatu
pekerjaan, diselesaikan oleh mereka berempat.
Sehingga orang-orang rimba persilatan baik yang menaruh hormat
dan segan padanya, maupun yang merasa jeri dan takut
menamakan mereka sebagai Sie-mo-kay-pang,
971 Tetapi ke empat pengemis tersebut tidak keberatan menerima
gelaran seperti itu, karena mereka beranggapan gelaran tidak
membawa persoalan apa-apa buat mereka, yang terpenting justru
tindak tanduk dan perbuatan mereka dalam rimba persilatan.
Biarpun orang menggelari mereka dengan sebutan Empat Iblis
atau Empat Hantu, tetapi yang pasti mereka berempat selalu
berdiri di jalan yang benar dan adil.
Sekarang untuk berusaha menolongi jiwa Wie Liang Tocu, mereka
bermaksud mendatangi istana Kaisar Boan, untuk mencari
kembang Lian-som. Jika memang di istana Kaisar Boan itu
terdapat kembang Lian-som tersebut, walaupun harus
mempertaruhkan jiwa mereka, ke empat pengemis Kay-pang itu
akan berusaha untuk mencuri kembang Lian-som tersebut.
Dari ke empat pengemis Sie-mo-kay-pang itu yang memiliki
kepandaian tertinggi adalah Yang Kiong Sian, karena ia memang
memiliki bermacam-macam kepandaian yang aneh-aneh di
samping itu juga ilmu totokannya yang istimewa. Setiap korban
yang telah ditotokannya niscaya tidak akan dapat dibuka totokan
itu, jika memang bukan Yang Kiong Sian sendiri yang
membukanya. Sekarang mereka berempat telah bertekad untuk menyatroni
istana Kaisar karenanya begitu meninggalkan kuil tua tersebut,
mereka berempat dengan mengandalkan ilmu lari cepat telah
melesat bagaikan empat sosok bayangan saja, di mana mereka
berlari-lari menuju ke arah kota raja.
972 Waktu itu telah menjelang sore hari, dan ketika mereka tiba di
dekat pintu kota, keadaan di sana mulai banyak orang yang
mereka jumpai. Karenanya agar tidak menarik perhatian orangorang itu, ke empat Sie-mo-kay-pang ini tidak mempergunakan
ginkang mereka, hanya berjalan dengan langkah lebar memasuki
kota raja. Keadaan di kota raja memang berbeda jika dibandingkan dengan
kota-kota lainnya, sebagai tempat bermukimnya Kaisar. Jelas kota
raja merupakan kota yang sangat ramai dan besar sekali dengan
bangunan-bangunan yang tinggi menjulang dengan kemewahannya. Juga sepanjang hari keadaan di kota raja ini
selalu ramai, di mana banyak rumah penginapan dan rumah
makan yang buka sepanjang hari, siang dan malam, karena di kota
raja selalu saja ramai baik siang maupun malam hari.
Yang Kiong Sian telah menganjurkan kepada ke tiga orang adiknya
itu bahwa mereka baru bergerak jika hari telah menjelang malam.
Dengan begitu, mereka akan lebih leluasa dan mudah berkeliaran
di dalam istana Kaisar. Jika saja mereka memaksakan diri
bergerak di sore itu juga, jelas mereka akan memperoleh banyak
kesulitan, yang akan menghambat dan kemungkinan
menggagalkan pekerjaan mereka untuk memperoleh kembang
Lian-som tersebut. Ke tiga orang adik Yang Kiong Sian telah menyetujui pendapat
kakak tertua mereka, begitulah mereka berempat telah
mengelilingi kota raja untuk menyelidiki keadaan di tempat
tersebut, kalau-kalau nanti mereka dapat dipergoki oleh para
973 pahlawan Kaisar dan mereka tentu akan melarikan diri, meloloskan
diri dari jalan-jalan yang telah mereka kenali sekarang ini.
Menjelang tengah malam, ke empat pengemis itupun bersiap-siap.
Yang Kiong Sian waktu itu memberitahukan kepada ke tiga orang
adiknya bahwa mereka akan bekerja dengan membagi diri menjadi
dua rombongan. Yang Kiong Sian akan bersama-sama Phoa Tiang
Ie memasuki istana dari sebelah barat, sedangkan Sun Kiang Lo
dan Bo Siang Hong memasuki istana dari sebelah timur.
Dengan demikian mereka akan dapat bekerja lebih cepat sehingga
seluruh tempat dan bagian istana kemungkinan dapat mereka
datangi untuk diselidiki. Jika memang mereka berempat bergabung
jelas hanya akan membuat perhatian para pahlawan di kota raja
lebih besar, malah kemungkinan mereka akan dipergoki lebih
mudah. Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong menyetujui
rencana yang diatur oleh Yang Kiong Sian. Begitulah mereka
segera membagi diri menjadi dua rombongan.
Di saat kentongan ke dua tiba, ke empat pengemis itu membagi diri
menjadi dua rombongan, Phoa Tiang Ie bersama Yang Kiong Sian
telah pergi ke bagian barat dari sebelah istana Kaisar yang tampak
begitu megah, dan Sun Kiang Lo bersama Bo Siang Hong tentu
mengambil bagian timur. Keadaan di istana Kaisar waktu itu sangat ketat sekali
pengawalnya. Mereka semua melakukan penjagaan dengan rapat
dan boleh dibilang tidak ada bagian yang lowong dari pengawasan
974 mereka. Karenanya ke empat pengemis dari Kay-pang itu
bukannya mudah untuk menerobos ke dalam istana.
Malah menurut pengamatan ke empat orang pengemis Kay-pang
itu justru para pahlawan raja yang mengadakan penjagaan dengan
ketat itu umumnya memiliki kepandaian yang lumayan.
Yang Kiong Sian bersama Phoa Tiang Ie yang mengambil bagian
barat dari istana Kaisar ternyata tidak bisa segera bekerja, karena
di bagian barat dari istana Kaisar, penjagaan sangat ketat sekali.
Untuk sementara waktu Yang Kiong Sian bersama Phoa Tiang Ie
telah berdiam diri bersembunyi di balik batu-batu marmer yang
menyerupai tugu yang terdapat di bagian istana tersebut. Mereka
menantikan kesempatan yang baik baru mulai bekerja.
Dikala itu, tampak yang mengadakan penjagaan, yang terdiri dari
belasan orang pengawal kerajaan yang berpakaian seragam dan
mereka semuanya memiliki wajah yang keras dan tubuh yang
tinggi tegap. Dilihat dari langkah kaki mereka, para pengawal
istana tersebut memiliki kepandaian yang tidak rendah. Karena itu
Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie tidak berani bergerak
sembarangan. Sekali saja mereka bergerak ceroboh dan jejak
mereka terendus oleh para pengawal itu, niscaya akan membuat
mereka sulit bekerja di waktu-waktu mendatangnya.
Disebabkan itu pula Phoa Tiang Ie telah membisiki Yang Kiong
Sian. Jika memang pengawalan di bagian istana di tempat mereka
berada itu berlangsung sampai pagi hari, mereka terpaksa harus
bertindak dengan mempergunakan kekerasan dan berusaha untuk
membinasakan para pengawal tersebut, karena mereka tidak
975 dapat menanti terlalu lama. Mereka hanya memiliki kesempatan
hanya dua hari. Jika hari ini mereka tidak bekerja, dan besok
mereka menemui rintangan, niscaya rencana mereka untuk
menerobos istana Kaisar gagal sama sekali.
Yang Kiong Sian pun menyetujui pendapat kawannya, karena itu
mereka mengawasi dengan ketat, di mana mereka memperhatikan
gerak gerik dari belasan orang pengawal istana itu.
Setelah mendekati kentongan ke tiga, waktu udara malam dingin
sekali, tampak beberapa orang di antara mereka telah duduk
beristirahat dengan menyenderkan tubuh di tempat penjagaan
mereka. Rupanya untuk beristirahat atau memang mereka telah
dipengaruhi oleh hawa mengantuk.
Sedangkan beberapa orang sisanya lagi telah berkeliling untuk
memeriksa keadaan di sekitar tempat itu.
"Mari kita mulai bekerja.....!" bisik Phoa Tiang Ie.
Akan tetapi Yang Kiong Sian menggeleng perlahan, bisiknya:
"Jangan, kita tunggu sampai beberapa orang yang tengah
meronda berkeliling itu kembali. Waktu itu kita lihat apakah mereka
akan beristirahat dan tidur atau memang meronda terus.....!"
Phoa Tiang Ie mengangguk mengiyakan, begitulah mereka
memasang mata dengan tajam mengawasi terus.
Tampak tidak lama kemudian beberapa orang pengawal kerajaan
yang tadi berkeliling telah kembali. Mereka semua tampak
976 mengantuk dan letih sekali. Dan juga beberapa orang di antara
mereka telah menguap. "Dari hari ke hari kita mengadakan penjagaan, keadaan selalu
seperti ini-ini saja!" kata salah seorang di antara mereka. "Mana
ada lalat yang berani memasuki mulut singa" Hem lebih baik kita
tidur saja..... Bukankah keadaan selalu aman"!"
"Akan tetapi jika terjadi sesuatu, tanggung jawab kita sangat besar,
kemungkinan leher kita akan dipotong....." bergurau salah seorang
kawannya. Tetapi orang yang tadi bicara menganjurkan untuk tidur itu tidak
memperdulikan gurau kawannya. Dia telah merebahkan dirinya di
kursi yang terdapat di tempat penjagaan itu, dan mereka telah
memejamkan matanya bersama-sama dengan para pengawal
yang terlebih dulu telah rebah di situ.
Sisanya para pengawal itupun rupanya merasa mengantuk dan
mereka beranggapan memang apa yang dikatakan oleh kawan
mereka bahwa keadaan selalu aman, membuat mereka pun
terangsang lebih kuat oleh rasa kantuk.
Akhirnya mereka kalah dengan perasaan kantuk tersebut,
membuat mereka memilih tempat masing-masing untuk duduk.
Walaupun mereka tidak tidur, akan tetapi bermaksud untuk
beristirahat. Menyaksikan keadaan seperti itu, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang
Ie jadi girang bukan main, karena mereka yakin, jika saja para
pengawal kerajaan itu kalah oleh rasa kantuk mereka dan tertidur,
977 mereka akan dapat bekerja dengan leluasa. Dengan demikian, ke
dua pengemis itupun berdoa tidak hentinya memohon kepada
Thian agar membantu usaha mereka dalam hal mencari kembang
Lian-som. Tidak lama kemudian beberapa orang pengawal kerajaan yang
semula tidak ingin tidur itu, telah terkalahkan oleh kantuknya. Mata
mereka terpejam dan kepala mereka sering lunglai dan akhirnya
tertidur, terdengar suara menggeros mereka.
Yang Kiong Sian memberi isyarat kepada Phoa Tiang Ie, begitulah
setelah menanti sekian lama lagi, dan merasa bahwa keadaan
aman untuk mereka bertindak. Ke duanya berindap-indap keluar
dari tempat persembunyian mereka.
Dengan gerakan tubuh yang sangat gesit sekali, tampak ke dua
pengemis itu telah melompat melewati beberapa batang pohon di
tempat itu dan melewati juga batu-batuan gunung buatan. Dengan
tidak menimbulkan suara sedikitpun juga, mereka berdua telah
memasuki ruangan dalam istana di bagian tersebut.
Keadaan di dalam istana ternyata sunyi. Rupanya penghuni istana
tengah dibuai oleh tidur mereka yang nyenyak sekali.
Dikala itu tampak Yang Kiong Sian telah melompat ke belakang
sebuah tiang besar, tangannya melambai kepada Phoa Tiang Ie,
yang segera menyusul menempati dirinya di belakang tiang itu di
sisi Yang Kiong Sian. Tidak lama kemudian waktu mereka memasang mata, tampak
seseorang tengah melangkah dengan tindakan kaki yang lunglai
978 dan tubuh sempoyongan dan mata setengah terpejamkan.
Tampaknya orang ini berjalan dalam keadaan mengantuk.
Yang Kiong Sian mengedipkan mata kepada Phoa Tiang Ie, dia
ingin memberitahukan bahwa inilah kesempatan baik mereka
untuk menangkap orang itu. Karenanya, waktu orang itu lewat di
dekat tempat mereka bersembunyi, dengan gerakan yang sangat
gesit sekali Yang Kiong Sian telah melesat keluar dari balik tiang
besar itu sambil mengulurkan tangannya.
Sedangkan orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu
merasakan sambaran angin di sisi tubuhnya, segera dia membuka
matanya untuk melihat. Akan tetapi, ketika melihat seseorang yang
tidak dikenalnya berdiri bengis disampingnya, dia jadi kaget. Dan
rasa kaget nya itu terlambat, sebab belum lagi dia bisa bertanya
atau berteriak, justru tangan Yang Kiong Sian telah bekerja
menotok beberapa jalan darahnya, seketika lenyap tenaga orang
itu, tubuhnya lunglai dan rubuh di lantai.
Yang Kiong Sian bekerja cepat sekali, dia menyeret tubuh orang
tersebut. Kemudian dia membuka totokannya, lalu katanya dengan
suara yang bengis sekali: "Jangan menimbulkan keributan. Jika
kau berteriak atau menimbulkan kegaduhan, sekali totok jiwamu
akan kukirim ke Giam-lo-ong.....!"
Orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu, yang baru
berusia antara tigapuluh tahun lebih, ketakutan bukan main, dia
mengangguk berulang kali.
"Aku..... aku akan menurut.....!" katanya dengan suara yang kaku
mempergunakan bahasa Han, karena tampak jelas dia merupakan
979 seorang pelayan suku bangsa Mongolia, yang mungkin belum
begitu lama dibawa ke daratan Tiong-goan.
"Kau harus menjawab setiap pertanyaanku dengan benar dan juga
jujur. Sekali saja kau berdusta, maka jiwamu akan kukirim ke
neraka! Mengerti kau?"
"Mengerti!?" "Hemm, di mana letak ruangan tempat penyimpan obat Kaisar"!
Cepat katakan!" bentak Yang Kiong Sian dengan suara bengis,
namun perlahan sekali. Muka orang itu memang telah pucat. Waktu ditanya perihal
ruangan tempat penyimpanan obat-obatan milik Kaisar, mukanya
jadi semakin pucat dan dia bingung.
"Aku tidak begitu jelas mengetahui tempat penyimpanan obat itu
karena aku bertugas di bagian dapur.....!" berkata orang tersebut
dengan suara gemetar. "Dusta.....!" bentak Yang Kiong Sian semakin bengis. "Bagaimana


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin kau tidak mengetahui ruangan tempat penyimpanan obatobatan milik Kaisar, sedangkan kau termasuk sebagai salah
seorang penghuni istana ini!"
Orang itu tambah ketakutan, katanya: "Aku tidak akan berdusta.....
aku mengatakan yang sebenarnya. Memang aku tidak mengetahui
jelas di mana letak ruangan tempat penyimpanan obat-obatan
Kaisar...... Akan tetapi yang kudengar dari cerita-cerita kawanku,
980 katanya ruangan itu berada di sebelah selatan dari istana ini, di
mana berhadap-hadapan dengan kamar pribadi Kaisar......!"
Yang Kiong Sian merasa cukup dengan keterangan tersebut, dia
mengangguk sambil katanya: "Baiklah, terima kasih atas
keteranganmu itu, dan agar kau tidak menimbulkan kerewelan,
lebih baik kau beristirahat disini dulu...... Jika memang kau tidak
berdusta dan kelak kami telah menemui ruangan tempat
penyimpanan obat-obatan Kaisar, kami akan kembali ke mari.
Selain untuk membebaskan kau, juga kami akan menghadiahkan
kepadamu beberapa tail emas sebagai tanda terima kasih kami!"
Berbareng dengan habisnya perkataan Yang Kiong Sian, tangan
pengemis ini telah bekerja dengan cepat sekali, dia menotok
beberapa jalan darah di tubuh pelayan istana tersebut. Dengan
demikian tubuh pelayan istana tersebut jadi kaku tidak bisa
bergerak dan juga tidak bersuara.
Dalam keadaan seperti itu, tampaknya Yang Kiong Sian ingin
bekerja dengan cepat. Dia bersama dengan Phoa Tiang Ie telah
melompat ke arah sebelah selatan dari bagian istana itu, di mana
mereka mencari kamar pribadi Kaisar.
Waktu mereka tiba di sebuah ruangan yang mewah, ruangan yang
merupakan ruangan untuk sidang Kaisar. Tampak penjagaan di
tempat itu tidak ada sama sekali. Akan tetapi begitu melewati
ruangan mewah tempat bersidang Kaisar tersebut, Yang Kiong
Sian dan Phoa Tiang Ie telah melihat di depan sebuah kamar
berpintu berukiran emas, tampak berjaga dua orang Thaykam
dengan perlengkapan senjata.
981 Segera juga Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menduga bahwa
kamar yang dikawal itu tentunya kamar pribadi Kaisar.
Ke dua pengemis Kay-pang itu segera bekerja. Mereka berdiam
diri di tempat persembunyian mengawasi keadaan di sekitar
tempat itu. Juga Yang Kiong Sian telah menduga, tentu ke dua pengawal itu
adalah dua orang pengawal yang memiliki kepandaian yang
sangat tinggi. Karena ke dua pengawal itupun bertanggung jawab
jika terjadi sesuatu atas diri kaisar, karenanya mereka harus
mengadakan penjagaan yang ketat. Walaupun setiap hari mereka
mengadakan penjagaan dan tidak pernah terjadi sesuatu yang luar
biasa, tidak pernah ada penjahat yang datang, akan tetapi mereka
tidak pernah kenal bosan melakukan penjagaan itu.
Dengan demikian, penjagaan di depan kamar pribadi Kaisar itu
walaupun hanya dikawal dua orang saja, tokh keadaan ini sulit
sekali untuk Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menerobosnya.
Karena ke dua pengawal itu selain memiliki kepandaian yang tinggi
sekali tentunya, juga mereka melakukan dan mengadakan
pengawal dengan ketat, dengan sepasang mata yang selalu
terpentang lebar-lebar. Yang Kiong Sian berbisik di sisi telinga Phoa Tiang Ie dengan
suara yang perlahan sekali: "Sulit buat kita menerobos masuk, atau
memang kita berusaha untuk memasuki kamar di seberang kamar
itu saja, yaitu kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar.....
Lihatlah kamar di seberangnya itu tidak dikawal..... berarti kita bisa
memasuki jauh lebih mudah.....!"
982 Phoa Tiang Ie mengangguk beberapa kali. Begitulah mereka telah
mencari kesempatan yang baik.
Selama itu mereka melihat bahwa ke dua pengawal itu tidak
pernah lengah. "Jalan satu-satunya kita harus memasuki kamar obat-obatan itu
dari balik jendela yang berada di belakang kamar tersebut. Jika
memang kita berusaha memasukinya dari depan niscaya ke dua
pengawal itu akan mengetahui..... Lihatlah mereka tidak pernah
lengah sedikitpun juga.....!" Phoa Tiang Ie telah memberikan
usulnya. Yang Kiong Sian menyetujui usul kawannya.
Begitulah mereka berdua telah jalan memutar untuk mengelilingi
ruangan tersebut. Mereka mencari jendela dari kamar tempat
penyimpanan obat-obatan Kaisar. Dan mereka berhasil. Mereka
menemui sebuah jendela. Seketika itu juga tampak Yang Kiong Sian tanpa membuang-buang
waktu lagi telah bekerja. Ia telah membongkar jendela terbuka, dan
cepat sekali daun jendela dapat dibukanya.
Waktu itu Phoa Tiang Ie sendiri selama Yang Kiong Sian
membongkar jendela telah mengawasi sekeliling tempat itu, kalaukalau ada pengawal istana yang lewat. Selama itu mereka dapat
bekerja dengan aman, karena tidak seorangpun yang lewat di
tempat itu. 983 Tidak lama kemudian daun jendela itu dapat dipentang lebih lebar.
Segera juga Yang Kiong Sian melompat masuk, menyusul Phoa
Tiang Ie. Mereka setelah berada di dalam kamar obat-obatan itu,
segera iapun menutup kembali daun jendela, karena jika kebetulan
ada pengawal yang lewat, tentu pengawal istana itu tidak akan
menaruh kecurigaan apa-apa.
Setelah berada di dalam kamar obat itu, Yang Kiong Sian dan Phoa
Tiang Ie melihat banyak sekali obat-obatan yang tersimpan di situ,
juga botol obat beraneka warna dan macamnya memenuhi kamar
tersebut. Dengan begitu jelas terlihat bahwa Kaisar Boan-ciu ini memang
menyimpan berbagai macam obat-obatan yang jarang bisa
diperoleh di luaran, dan juga merupakan obat-obat mujarab yang
langka sekali di dunia. Di antara bau obat-obatan tersebut, Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong
Sian telah memeriksa setiap botol obat itu. Menurut keterangan
dari Sam-cie-sin-kay bahwa Lian-som merupakan hasil
perkawinan antara Swat-lian dan Jin-som. Dengan demikian
mereka mencari obat atau kembang Lian-som dari baunya, yang
mereka duga tentu menyiarkan dua macam bau harum, yaitu
harumnya Swat-lian dan Jin-som.
Akan tetapi mereka mencari ke sana ke mari, telah ratusan botol
yang mereka buka dan ciumi, akan tetapi tetap saja mereka tidak
berhasil menemui obat yang mereka cari itu. Sedang mereka
bergelisah mencari terus tanpa kenal putus asa, tiba-tiba mereka
984 mendengar suara langkah kaki yang ringan di luar kamar itu, di
arah dekat jendela. Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian jadi berobah, mereka
saling pandang. Mereka menduga tentu ada pengawal istana yang
mengendus jejak mereka. Ke duanya segera juga bersiap siaga.
Yang lebih mengejutkan mereka, justru waktu itu didengarnya
jendela seperti dikorek. Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian
berobah semakin pucat. Mereka pun jadi was-was dan bersiapsiap untuk menghadapi segala kemungkinan, karena jendela itu
hanya tertutup daunnya belaka dan tidak terkunci. Dengan begitu,
sekali dikorek, tentu akan terbuka dan akan diketahuinya bahwa
ada orang yang memasuki kamar obat tersebut.
Daun jendela itu memang terbuka dengan mudah dan di luar
melompat dua sosok tubuh dengan gesit. Salah seorang di antara
ke dua sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan tertahan.
Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie yang melihat ke dua sosok
tubuh yang melompat masuk, jadi berbalik girang, karena seketika
dia mengenali bahwa ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari dua
orang sahabat mereka, yaitu Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong,
yang semula memasuki istana dari sebelah timur.
Cepat-cepat Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melompat keluar.
Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong yang melihat dua sosok tubuh
melompat keluar dari balik lemari obat-obatan jadi terkejut bukan
main. Tangan mereka dikibaskan untuk bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan karena mereka menduga bahwa ke dua
985 sosok tubuh yang keluar itu tidak lain dari dua orang pengawal
yang berada di kamar obat-obatan Kaisar ini.
Namun cepat sekali mereka dapat mengenali ke dua orang
tersebut, yaitu Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie
"Yang Toako.....!" berseru Bo Siang Hong dan Sun Kiang Lo
dengan suara tertahan. "Kalian berdua telah berada disini?"
Begitulah mereka telah bertemu dengan girang, karena berempat
mereka telah berhasil berada di kamar obat-obatan ini. Hanya
sekarang yang membuat mereka bingung bagaimana caranya
mencari kembang Lian-som.
Waktu itu Yang Kiong Sian telah mengemukakan usulnya.
"Bagaimana jika kita membawa beberapa macam obat-obatan
yang kita perkirakan sebagai Lian-som" Dengan berempat
tentunya kita akan dapat membawanya cukup banyak dan dengan
begitu pula akan membuat kita akan dapat memperlihatkan kepada
Sam-cie Toako, obat manakah yang dicari itu....."!"
Usul yang dikemukakan oleh Yang Kiong Sian ternyata disetujui
oleh ke tiga orang kawannya. Karena mereka seketika telah
mengiyakan dan mulai mengantongi sebanyak mungkin obatobatan yang mereka perkirakan adalah obat-obat yang mereka cari
itu. Begitulah, dalam waktu sekejap mata saja, ke empat orang
pengemis ini telah mengantongi banyak sekali bermacam-macam
obat-obatan. Mereka memang berpikir, dalam sekian banyak obat
986 yang mereka bawa itu, tentu salah satu di antaranya terdapat obat
yang mereka cari itu. Waktu itu, Yang Kiong Sian yang merasa telah cukup mengantongi
bermacam-macam obat-obatan telah mengisyaratkan kepada ke
tiga orang adiknya, bahwa mereka harus segera meninggalkan
tempat itu. Begitulah mereka berempat telah keluar dari jendela
kamar obat-obatan tersebut. Dan di saat mereka melompat keluar,
keadaan sunyi dan sepi sekali, tidak terlihat seorangpun juga.
Ke empat pengemis ini dapat bernapas lega karena walaupun
bagaimana mereka bergirang hati, usaha mereka memasuki istana
Kaisar telah berhasil. Sekarang yang menjadi harapan mereka adalah bahwa di antara
obat yang mereka bawa itu tentu terdapat Lian-som. Dengan
demikian tentu jiwa Wie Liang Tocu akan dapat tertolong.
Akan tetapi, waktu Yang Kiong Sian tengah menutup daun jendela,
agar tampak seperti keadaan semula dan tidak mendatangkan
kecurigaan, mendadak sekali menyambar sesosok bayangan
dengan gerakan yang sangat ringan sekali. Dan sosok bayangan
tersebut juga bukan hanya sekedar melompat menubruk saja,
akan tetapi ke dua tangannya telah bekerja dengan cepat sekali
menyerang dengan mempergunakan lweekang yang sangat
dahsyat sekali. Yang Kiong Sian yang waktu itu berada paling dekat dengan
jendela kamar obat-obatan tersebut merasakan betapa angin
serangan itu menyambar menyesakkan napasnya. Demikian pula
halnya dengan ke tiga orang kawannya, ke tiga pengemis itu
987 merasa dada mereka seperti ditindih oleh hawa panas yang luar
biasa, membuat tubuh mereka bagaikan disambar oleh lidah api,
membuat mereka berempat kaget bukan main.
Seketika itu pula sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi,
ke empat pengemis Kay-pang itu menyadarinya bahwa orang yang
menyerang mereka itu tentunya memiliki kepandaian yang sangat
tinggi dan istimewa sekali. Sedangkan Yang Kiong Sian tidak mau
berayal lagi, dia telah menyampok tangan orang tersebut dengan
tangannya yang telah disaluri oleh tenaga lweekangnya.
Dan kesudahannya sangat luar biasa. Dua kekuatan tenaga
raksasa telah saling bentur, menggetarkan keadaan di sekitar
tempat itu. Yang membuat ke tiga pengemis lainnya terkejut dan hati mereka
terkesiap, justru waktu itu tubuh Yang Kiong Sian telah terhuyung.
Itulah benar-benar keadaan yang mengejutkan sekali, terbukti
bahwa lweekang penyerang itu berada di atas lweekang Yang
Kiong Sian. Sedangkan ke tiga orang pengemis lainnya, yaitu Phoa Tiang Ie,
Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, cepat sekali menerjang kepada
sosok bayangan yang baru datang dan telah menyerang Yang
Kiong Sian itu. Mereka bertiga serentak telah melancarkan
serangan ke bagian yang mematikan di tubuh orang itu.
Sosok tubuh itu memperdengarkan suara tertawa mengejek.
Diapun tidak tinggal diam, karena dengan sebat sekali ke dua
tangannya telah bergerak, menyampok tangan Phoa Tiang Ie dan
juga kaki Bo Siang Hong. Gerakan orang itu benar-benar
988 mengagumkan sekali, sebab begitu dia menggerakkan tangan dan
kakinya, seketika itu tubuh Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie telah
terpental ke belakang. Tinggal Sun Kiang Lo yang menerjang sambil mempergunakan ke
dua tangannya. Sun Kiang Lo merupakan pengemis yang memiliki
ilmu cengkeram seperti cakar Garuda.
Menyaksikan cara menyerang Sun Kiang Lo yang menerjang
kepadanya dengan ke sepuluh jari tangan, yang terpentang
dengan demikian, memaksa sosok tubuh itu harus mundur
beberapa langkah. Begitu sepasang tangan Sun Kiang Lo
mengenai tempat kosong, sebat bukan main dia telah membarengi
untuk menyerang lagi mempergunakan hantaman telapak
tangannya. Cara dia menghantam seperti itu benar-benar sangat kuat. Tenaga
dalamnya berkesiuran dan terlihat betapa tubuh dari Sun Kiang Lo
telah terpental. Namun Sun Kiang Lo yang telah menyaksikan betapa Bo Siang
Hong dan Phoa Tiang Ie tadi, telah dibuat terpental maka dia
bersiap sedia. Sekarang di waktu dirinya sendiri yang terpental, dia
cepat-cepat berjumpalitan dan mengempos semangatnya dan
tenaganya guna memberati tubuhnya.
Di antara berkesiuran angin serangan lawan dan meluncurnya
sang tubuh, Sun Kiang Lo berhasil memperlambat meluncur
tubuhnya, sehingga dia tidak sempat menubruk dan membentur
dinding. Dia telah jatuh dengan ke dua kaki terlebih dulu. Berdiri
tegak dan wajahnya saja yang agak pucat, karena tampak jelas
989 bahwa gempuran yang diterima dari orang itu telah menimbulkan
goncangan-goncangan yang sangat kuat dan dahsyat sekali pada
dadanya, menyebabkan dia terluka di dalam yang tidak ringan.....
Orang itu berdiri tegak dengan memperdengarkan berulang kali
suara tertawa mengejek, wajahnya bengis sekali. Dialah seorang
yang bertubuh tinggi besar dengan kepala yang botak dan juga
memakai jubah kependetaan. Rupanya dia seorang Lhama, yang
berusia antara empatpuluh tahun lebih.
"Hemm, anjing-anjing kurap dan budukan yang benar mencari
mampus berani masuk ke dalam istana Kaisar! Aku Dalpa Tacin


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan membuat kalian jera coba-coba kembali masuk ke dalam
istana!" Setelah berkata bengis seperti itu, dengan gerakan yang sangat
cepat sekali tampak Dalpa Tacin bergerak dengan sepasang
tangan yang menimbulkan angin berkesiuran sangat kuat sekali.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, segera juga terlihat
bahwa Yang Kiong Sian berempat dengan Phoa Tiang Ie, Sun
Kiang Lo dan Bo Siang Hong seperti terkurung oleh angin
serangan ke dua tangan dari Dalpa Tacin.
Akan tetapi Yang Kiong Sian berempat merupakan Sie-mo-kaypang yang memiliki kepandaian tidak rendah. Jika tadi mereka
telah dibuat terpental karena mereka sama sekali tidak
mengerahkan tenaga yang kuat. Disamping itu memang mereka
tidak menyangka bahwa lawan demikian liehay. Tadinya mereka
hanya menduga seorang pengawal istana biasa saja.
990 Sekarang setelah mengetahui bahwa mereka berhadapan dengan
Lhama yang liehay dan tangguh, membuat Yang Kiong Sian jadi
mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Berempat pengemispengemis Kay-pang ini telah bergerak dengan lincah, masingmasing mengincar bagian yang mematikan di tubuh si Lhama.
Dalpa Tacin memiliki semacam ilmu yang aneh. Setiap kali dia
menggerakkan sepasang tangannya, maka dari ke dua telapak
tangannya itu keluar angin yang panas sekali seperti kobaran api.
Dan juga terlihat jelas sekali bahwa Dalpa Tacin bagaikan memiliki
ilmu weduk, yaitu semacam ilma kebal yang tidak mempan oleh
senjata tajam atau juga pukulan tangan kosong dan cengkeraman.
Dengan demikian membuat Dalpa Tacin leluasa sekali untuk
bergerak mendesak ke empat orang lawannya.
Sedangkan Yang Kiong Sian berempat semakin lama jadi semakin
terdesak. Walaupun bagaimana memang terlihat jelas bahwa Sun
Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie telah terdesak sangat hebat. Beberapa
kali mereka berjumpalitan karena terpaksa harus mengelakkan diri
dengan tergesa dari serangan lawan yang tangguh itu dengan
gerakan yang terpaksa, jika tidak tentu mereka akan bercelaka.
Sedangkan Bo Siang Hong sendiri telah dua kali memuntahkan
darah segar, sebab dadanya telah kena dihantam dengan hebat
sekali oleh tangan Dalpa Tacin.
Dalpa Tacin sendiri yang memiliki kepandaian sangat tinggi
biasanya tidak pernah memandang sebelah mata kepada lawanlawannya. Akan tetapi sekarang setelah lewat belasan jurus dan
991 ternyata dia belum juga berhasil merubuhkan lawan-lawannya itu
membuat Dalpa Tacin penasaran bukan main.
Dengan mengeluarkan suara teriakan dan bentakan yang keras,
Dalpa Tacin telah melompat menerjang sepasang tangannya telah
berobah cara bergeraknya, di mana sepasang tangan itu sebentar
menyilang ke atas dan ke bawah tidak dapat diduga sebelumnya.
Hanya yang jelas dan pasti bahwa dari ke dua telapak tangan
Dalpa Tacin mengalir kekuatan tenaga dalam yang luar biasa
hebatnya dan selalu mendesak Yang Kiong Sian berempat dengan
keras. Yang Kiong Sian selama bertempur telah memperhatikan cara
bertempur Dalpa Tacin. Sesungguhnya hatinya mulai tidak tenang,
karena jika keadaan seperti ini berlangsung beberapa saat lagi,
niscaya akan menyebabkan Dalpa Tacin bisa memanggil
pengawal istana lainnya, atau juga pengawal istana lainnya bisa
mendengar suara keributan tersebut dan berdatangan.
Dengan demikian, tentu Yang Kiong Sian berempat akan
menghadapi ancaman yang cukup hebat. Dan tampak jelas,
betapa Yang Kiong Sian berusaha secepat mungkin untuk
mengetahui di mana letak kelemahan Dalpa Tacin.
Menurut penglihatannya, mengamati cara bersilat Dalpa Tacin,
bahwa Lhama itu selalu mempergunakan telapak tangannya untuk
menyerang dengan tenaga dalamnya. Dan biasanya seseorang
yang telah mahir kepandaian lweekangnya, sehingga setiap kali
menyerang mengandalkan lweekangnya tersebut untuk
menyerang, tentu kelemahannya terletak di ke dua kakinya.
992 Setiap jago yang memiliki lweekang yang tinggi dan selalu
mengandalkan lweekangnya niscaya jika tengah bertempur
dengan lawannya akan mengerahkan seluruh kepandaiannya
pada ke dua telapak tangannya, dan itu akan membuat dia lengah
dan tidak menyalurkan kekuatan tenaga lweekangnya pada ke dua
kakinya. Dengan begitu, setelah memperhatikan sejenak lamanya, segera
juga tampak Yang Kiong Sian merobah cara bersilatnya. Jika
semula dia bersilat mengandalkan kekerasan untuk keras dilawan
keras. Sekarang ini justru Yang Kiong Sian telah merobah cara
bersilatnya. Dia telah mempergunakan kelunakan, dia lebih banyak
mengelakkan diri dari setiap serangan lawannya, dan jika
menyerang Yang Kiong Sian mengincar bagian bawah dari
lawannya, yaitu ke dua kaki dari Dalpa Tacin.
Waktu itu, Yang Kiong Sian pun telah meneriaki ke tiga orang
kawannya dengan mempergunakan kata-kata sandi, memberitahukan kelemahan dari Dalpa Tacin, agar mereka bertiga
juga menyerang Dalpa Tacin dengan mempergunakan taktik
seperti yang dipergunakannya, yaitu menyerang bagian
bawahnya. Serentak mereka berempat selalu menyerang bagian bawah
penjagaan Dalpa Tacin. Dan apa yang diduga oleh Yang Kiong Sian tidak salah, karena
setelah diserang dengan gencar bagian bawahnya, yaitu pada ke
dua kakinya, telah membuat Dalpa Tacin jadi kelabakan dan
bergelisah, di mana Lhama ini jadi sibuk sekali untuk berkelit ke
993 sana ke mari menghindarkan diri. Dan serangannya jadi
berkurang, karena dia sibuk sekali untuk menghindarkan diri dari
setiap serangan lawan pada ke dua kakinya.
Tubuh Dalpa Tacin telah berkelebat-kelebat bagaikan bayangan
saja. Akan tetapi ke empat pengemis itupun bukan lawan yang
ringan, karena mereka tidak jarang sengaja telah bergulingan di
lantai. Dengan demikian mereka dapat menyerang bagian bawah
Dalpa Tacin dengan gencar.
Sedangkan Dalpa Tacin sendiri yang menyaksikan hal seperti itu,
jadi gusar dan penasaran. Dia menyadari bahwa ke empat orang
lawannya ini telah mengetahui kelemahan dirinya, karenanya telah
mendesak terus ke bagian bawah pada arah ke dua kakinya, di
mana memang memiliki kuda-kuda yang tidak begitu kuat.
Di saat itu Yang Kiong Sian yang tidak mau membuang-buang
waktu lagi telah berseru nyaring, tahu-tahu tubuhnya telah
menggelinding di lantai. Sepasang tangan dan juga ke dua kakinya
telah bergerak ke sana ke mari dengan cepat sekali menyerang ke
dua kaki Dalpa Tacin. Dalpa Tacin sendiri sibuk sekali melompat ke sana ke mari
menghindarkan diri. Beberapa kali ke dua kaki dari Dalpa Tacin kena diserampang oleh
tendangan kaki Yang Kiong Sian, di mana dia hampir jatuh
terpelanting. Akan tetapi memang dasarnya lweekang dari Lhama itu sangat
kuat, dia bisa melindungi ke dua kakinya itu dengan tenaga
994 lweekang tersebut. Dengan demikian tendangan dari Yang Kiong
Sian akhirnya mengenai tempat sasaran yang sangat keras sekali.
Waktu kakinya membentur kaki Dalpa Tacin, membuat Yang Kiong
Sian menderita kesakitan yang cukup hebat.
Sedangkan ke tiga orang adik angkat Yang Kiong Sian, yaitu Phoa
Tiang Ie dan Sun Kiang Lo serta Bo Siang Hong, pun tidak tinggal
diam, dengan gencar mereka pun telah menyerang bagian bawah
penjagaan Dalpa Tacin. Setiap kali mereka menyerang, semuanya
dilakukan dengan serentak.
Hal ini membuat Dalpa Tacin jadi agak repot. Walaupun setiap
serangan yang dilancarkan mereka dapat dihindarkan si Lhama,
akan tetapi tidak urung Lhama ini berulang kali hampir terkena
serangan itu. Boleh dibilang sekarang berbalik keadaan mereka, jika
sebelumnya Dalpa Tacin selalu mendesak dengan seranganserangannya yang mengandung maut. Akan tetapi sekarang justru
Dalpa Tacin yang lebih banyak berkelit, sedangkan ke empat orang
lawannya itu, pengemis-pengemis Kay-pang, telah melancarkan
serangan dengan gencar. Dengan begitu Dalpa Tacin jadi marah
dan penasaran, dan dia menyadari jika hal ini berlarut-larut, jelas
akan membuat ke empat orang lawannya memiliki kesempatan
untuk berusaha meloloskan diri.
Karena Dalpa Tacin tidak mau membuang-buang waktu lagi, dia
telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring sekali, dan tampak
jelas betapa tubuh Dalpa Tacin juga telah melompat ke tengah
udara. 995 Gerakannya itu untuk menyelamatkan diri dari serangan Yang
Kiong Sian berempat. Juga dengan mempergunakan kesempatan
yang hanya beberapa detik itu, Dalpa Tacin berusaha untuk bersiul
kembali dengan suara yang nyaring bukan main.
Dengan demikian, segera juga tampak beberapa sosok bayangan
tengah berlari-lari mendatangi dengan cepat.
Yang Kiong Sian jadi terkesiap hatinya, demikian juga ke tiga
pengemis Kay-pang lainnya. Mereka menyadari, bahwa suara
siulan dari Dalpa Tacin tadi rupanya memanggil orang-orangnya
atau pengawal istana lainnya, untuk meminta bala bantuan. Jika
saja di situ telah berkumpul para pengawal istana, walaupun
bagaimana tingginya kepandaian Yang Kiong Sian berempat,
jangan harap mereka bisa meloloskan diri!
Menyaksikan hal itu, Yang Kiong Sian berpikir cepat sekali. "Angin
keras......!" dia berseru meneriaki kawan-kawannya.
Ke tiga orang kawannya mengerti bahwa mereka dianjurkan agar
melarikan diri. Begitulah, di saat tubuh Dalpa Tacin melayang di tengah udara,
Yang Kiong Sian berempat mempergunakan kesempatan tersebut
untuk memutar tubuh. Dengan mengerahkan seluruh ginkang
mereka, ke empat pengemis itu melompat meninggalkan ruangan
itu. Maksud mereka ingin melarikan diri.
Akan tetapi Dalpa Tacin mana mau membiarkan mereka berempat
meloloskan diri begitu saja" Ketika melihat ke empat pengemis itu
ingin melarikan diri, dengan sebat sekali Dalpa Tacin telah
996 bergerak. Ternyata dia telah melontarkan beberapa batang jarum
halus yang menyambar kepada Yang Kiong Sian berempat.
Yang Kiong Sian berempat merasakan angin yang menyambar
halus di belakang mereka. Dengan gesit mereka mengelakkan diri.
Namun dengan demikian, gerakan mereka sendiri untuk
meloloskan diri terlambat.
Waktu itu Dalpa Tacin telah meluncur cepat sekali menyusul
mereka. Terpisah cukup jauh tampak belasan orang pengawal istana yang
tengah berlari mendatangi.
Yang Kiong Sian menyaksikan keadaan seperti itu jadi nekad.
"Kalian bertiga pergi meloloskan diri lebih dulu, biarlah aku yang
akan menghadapi Lhama ini.....!" teriaknya. Dia menganjurkan
Phoa Tiang Ie bertiga pergi meloloskan diri terlebih dulu, dan dia
memang memutar tubuhnya, dengan gerakan yang sangat cepat
sekali, sepasang tangannya menyerang memapak kepada Dalpa
Tacin. Karena serangan Yang Kiong Sian menyebabkan Dalpa Tacin mau
atau tidak mau harus menangkis dengan mempergunakan tangan
kirinya. Dan karena dia menangkis, Phoa Tiang Ie dari yang lainnya
telah berlari jauh. Bukan main murkanya Dalpa Tacin. Dengan bengis berulang kali
dia menyerang Yang Kiong Sian.
997 Yang Kiong Sian memang merasakan betapa tenaga serangan
Dalpa Tacin membuatnya sesak bernapas. Akan tetapi dia masih
sanggup untuk menghadapi serangan itu dengan berulang kali
berkelit dan balas menyerang dengan mempergunakan seluruh
kekuatan yang ada padanya.
Gerakan yang dilakukan oleh Yang Kiong Sian merupakan jurusjurus untuk membela diri saja. Gerakan-gerakan seperti itu
walaupun menyebabkan Dalpa Tacin tidak bisa menyerang dan
merubuhkan dirinya, akan tetapi dia pun tidak bisa mendesak
Dalpa Tacin untuk meloloskan diri. Sedangkan belasan orang
pengawal istana telah tiba di tempat tersebut segera mereka
mengepungnya dengan ketat.
"Kalian bekuk anjing kurap ini!" berseru Dalpa Tacin sambil
melompat mundur, dan waktu itu belasan orang pengawal istana
tersebut telah meluruk menyerang kepada Yang Kiong Sian.
Sedangkan Dalpa Tacin sendiri telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya seperti terbang telah mengejar Phoa Tiang Ie dan juga
berusaha untuk merintangi mereka melarikan diri. Karena dia
memiliki ginkang yang berada di atas ke tiga orang itu, dengan
demikian dalam waktu sekejap saja dia telah berhasil mengejar ke
tiga orang itu. Dengan gerakan tubuh seperti seekor burung rajawali tengah
menyambar mangsanya, tampak tubuh Dalpa Tacin telah
meluncur melintang di hadapan ke tiga orang itu. Sepasang tangan
Dalpa Tacin juga tidak tinggal diam. Dia telah menggerakkan
sepasang tangannya untuk menyerangnya.
998 Kali ini Dalpa Tacin telah menyerangnya dengan mempergunakan
delapan bagian tenaga lweekangnya. Angin yang menerjang
kepada Phoa Tiang Ie bertiga seperti juga terjangan angin puyuh.
Dengan demikian membuat ke tiga orang pengemis itu harus
berusaha membendung tenaga serangan lawannya dengan
tangkisan yang sekuat tenaga.
Akan tetapi tidak urung mereka bertiga telah terpelanting oleh
desakan angin serangan Dalpa Tacin. Sedangkan Dalpa Tacin
mengulangi lagi serangannya, dan ke dua telapak tangannya yang
serentak, maka kekuatan tenaga serangannya itu jauh lebih kuat
dibandingkan dengan sebelumnya.
Hebat bukan main cara menyerang Dalpa Tacin waktu itu. Phoa
Tiang Ie baru saja melompat bangun, dan ketika itulah angin
serangan Dalpa Tacin telah menyambar datang sehinggga tubuh
orang she Phoa tersebut terpental bergulingan di atas lantai.
Sedangkan ke dua pengemis lainnya telah melompat menerjang
kepada Dalpa Tacin. Dua pasang tangan mereka, menyambar ke
arah batok kepala dan bahu Dalpa Tacin.
Namun Dalpa Tacin bergerak sangat cepat sekali. Dia telah
menangkis dengan kibasan tangannya membuat ke dua lawannya
itu terpental, sama nasibnya seperti halnya Phoa Tiang Ie. Dalpa
Tacin mengeluarkan suara tertawa mengejek, segera juga dia
melompat untuk menyerang lebih jauh, sehingga membuat ke tiga
pengemis itu mengeluh. Mereka telah terluka di dalam tubuh yang tidak ringan akibat
serangan yang tadi oleh Dalpa Tacin. Sekarang Dalpa Tacin telah


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

999 menyerang mereka pula tidak kalah hebatnya. Dengan demikian,
jika memang menyambuti dengan kekerasan, jelas mereka akan
terluka lebih hebat lagi. Tetapi jika mereka tidak menangkis, tentu
mereka pun akan menjadi korban serangan itu di mana mereka
sudah tidak memiliki kesempatan untuk mengelakkan diri.
Dalpa Tacin yang menyaksikan keadaan ke tiga orang lawannya
itu telah memperdengarkan suara tertawa mengejek, sedangkan
tenaga serangannya itu telah ditambah pula lebih kuat, dengan
semangat yang terbangun dan mata yang memancarkan sinar
yang bengis, Dalpa Tacin telah bernafsu sekali ingin
membinasakan ke tiga orang lawannya dalam satu kali serangan
ini. Waktu itulah tampak Phoa Tiang Ie menjadi nekad. Dia mengetahui
bahwa dirinya dan ke dua orang kawannya itu tidak bisa
meloloskan diri, karenanya dia telah mengeluarkan suara bentakan
nekad. Justru waktu tangan kanan dari Dalpa Tacin meluncur ke
arah dirinya, Phoa Tiang Ie telah melompat menerjang Lhama itu
sambil mengerahkan seluruh tenaga dalamnya pada ke dua
telapak tangannya yang diulurkan untuk menyampok serangan
Lhama tersebut. Sedangkan Bo Siang Hong sendiri telah mengeluarkan pekik yang
keras, tubuh melompat sambil menyerang tidak kalah hebatnya,
karena diapun berpikiran sama seperti Phoa Tiang Ie.
Gerakan ke dua pengemis ini mengejutkan Dalpa Tacin. Semula
dia girang sebab melihat bahwa serangannya itu tentu akan
berhasil dengan memuaskan untuk membinasakan ke tiga orang
1000 lawannya. Siapa tahu ke dua pengemis itu berlaku nekad, dan
tenaga serangan mereka, walaupun tidak setangguh ilmu
pukulannya, akan tetapi juga tidak bisa diremehkan oleh Dalpa.
Waktu itulah dua kekuatan antara ke dua pengemis dan tenaga
Dalpa Tacin saling bentur.
Bentrokan yang terjadi membuat tubuh Dalpa Tacin terhuyunghuyung beberapa langkah. Sedangkan tubuh ke dua pengemis itu,
Phoa Tiang Ie dan Bo Siang Hong sendiri terpental keras sekali,
tubuh mereka bergulingan di lantai dan tidak bergerak lagi. Pingsan
tidak sadarkan diri. Pengemis yang seorangnya lagi, yaitu Sun Kiang Lo yang
menyaksikan nasib ke dua sahabat mereka itu telah menjadi nekad
juga. Dia mengeluarkan suara jeritan gusar dan ingin mengadu
jiwa. Dengan cepat dia menerjang, dan setiap serangan dari ke dua
tangannya memaksa Dalpa Tacin sementara menghindarkannya
dengan kelitan-kelitan yang gesit sekali.
Dalpa Tacin memang telah terluka di dalam akibat serangan ke dua
pengemis lainnya, belum lagi dia bisa mempersatukan kembali
lweekangnya, justru telah datang serangan dari Sun Kiang Lo,
membuat dia memaksakan diri untuk menangkis sedapat mungkin.
Namun ini justru merupakan suatu keuntungan yang tidak kecil
buat Sun Kiang Lo, karena tenaga tangkisan yang dilakukan Dalpa
Tacin tidak sekeras seperti tadi, sehingga tenaga dalam dari Sun
Kiang Lo telah berhasil membuatnya terhuyung beberapa langkah.
Mempergunakan kesempatan itu, Sun Kiang Lo menyambar tubuh
ke dua orang kawannya, yang pinggang mereka masing-masing
1001 dikempit oleh tangan kiri dan tangan kanannya laluu melompat
keluar dari ruangan itu, menerobos lari ke taman yang luas, dan
menyembunyikan diri di balik batu-batu gunung buatan.
Waktu itu Yang Kiong Sian yang tengah dikepung oleh puluhan
orang pengawal istana memberikan perlawanan dengan gigih.
Hanya saja kepandaian dari para pengawal istana itu tidak sehebat
Dalpa Tacin, dengan sendirinya Yang Kiong Sian walaupun telah
terluka di dalam yang parah, tokh dia masih bisa memberikan
perlawanan. Malah beberapa kali Yang Kiong Sian telah berhasil merubuhkan
tiga orang pahlawan istana, kemudian menerobos ke bagian yang
lowong. Tubuhnya melesat cepat sekali ke tengah udara, lalu
dengan segera berlari meninggalkan tempat itu.
Para pahlawsn istana yang lainnya segera mengejar dengan cepat
sekali. Dan di dalam keadaan seperti itu, tampak jelas mereka
berusaha untuk dapat menangkap Yang Kiong Sian.
Hanya saja Yang Kiong Sian telah mengerahkan seluruh kekuatan
ginkangnya. Dia berlari dengan cepat sekali, dan berbelok masuk
ke dalam taman. Ketika berada dalam taman segera juga dia melompati dinding,
dan tubuhnya melesat keluar istana. Gerakannya itu memang
cukup menolongnya, karena para pengejarnya yang memiliki
ginkang tidak setinggi dia, tidak dapat melompati dinding dan harus
jalan memutar untuk keluar dari taman tersebut.
1002 Mempergunakan kesempatan yang ada itulah, Yang Kiong Sian
telah menghilang dan lenyap dalam kegelapan malam.
Hanya saja hati Yang Kiong Sian jadi bergelisah sekali, karena dia
menguatirkan keselamatan ke tiga orang kawannya, yang tidak
diketahuinya. Apakah dapat meloloskan diri atau tidak.
Waktu itu di antara kegelapan malam, di belakang tubuhnya
tampak api yang terbang dari obor yang dibawa oleh para
pengejarnya, namun Yang Kiong Sian tidak memperdulikannya.
Dia berlari terus dengan cepat sekali, sehingga dalam waktu
sekejap mata saja dia telah meninggalkan kota raja cukup jauh.
Pilihan satu-satunya buat Yang Kiong Sian adalah kembali ke kuil
tua di mana Sam-cie-sin-kay berada.
Hatinya tetap tidak tennang, karena dia menguatirkan ke tiga orang
kawannya, kalau tertangkap oleh Dalpa Tacin dan orangorangnya.
Ketika Yang Kiong Sian tiba di kuil tua itu memang ke tiga orang
kawannya itu masih juga belum kembali. Sam-cie-sin-kay yang
telah menyambut kembalinya dia. Dan waktu Yang Kiong Sian
mengeluarkan seluruh obat-obatan yang telah dicurinya itu, Samcie-sin-kay memeriksanya. Wajah Sam-cie-sin-kay tetap muram,
karena dia tidak berhasil menemukan barang yang diinginkannya
yaitu Lian-som. Setelah menantikan sekian lama, masih juga ke tiga orang
pengemis lainnya belum kembali, membuat Yang Kiong Sian dan
Sam-cie-sin-kay bergelisah. Malah Sam-cie-sin-kay sendiri
1003 mengusulkan untuk mengirim orang-orangnya pergi ke kota raja
Pendekar Panji Sakti 9 Pahlawan Padang Rumput Karya Liang Yu Sheng Pedang Hati Suci 8
^