Pencarian

Beruang Salju 5

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 5


disangka akhirnya aku bisa bertemu dengan putera Yo Taihiap......!
Hai, hai jika akhirnya aku harus menemui ajal di sini, aku akan mati
dengan puas......!" "Wang Kiesu, rahasia apakah yang ingin kau sampaikan itu. Kita
tidak boleh terlalu banyak membuang waktu karena tidak lama lagi
tentu kedatanganku ke mari akan diketahui oleh orang-orangnya
pangeran Ghalik......!"
"Ya, ya, memang aku hendak menyampaikan sesuatu pada Yo
Siauwhiap...... itulah mengenai ancaman terhadap para orangorang gagah yang menentang Kaisar Mongol tersebut. Pangeran
Ghalik telah berhasil menghimpun kekuatan, yang memang terdiri
dari tenaga campuran, tenaga jago-jago Mongolia di bawah
pimpinan Tiat To Hoat-ong, dan jago-jago golongan kita yang telah
bertekuk lutut bekerja pada mereka demi harta dan pangkat.
Semuanya akan dikerahkan untuk melakukan pengejaran
terhadap jago-jago yang pernah membantu perjuangan tentara
Song menghadapi kerajaan Mongolia. Malah di antara jago-jago
yang hendak dicelakai mereka terdapat nama-nama Yo Tayhiap
suami isteri, Oey Yok Su Locianpwe dan beberapa tokoh lainnya.
"Jika memang hal ini tidak cepat diberitahukan pada mereka agar
bersiap sedia, tentu mereka akan dicelakai dengan berbagai akal
bulus. Juga yang terancam bahaya tidak kecil adalah Toan Hong284
ya, di mana In-lam akan dijadikan arena pertempuran lagi. Karena
Kublai Khan akan merebut Tay-lie menangkap Toan Hong-ya dan
membinasakan jago-jago Tay-lie lainnya. Harap Yo Siauwhiap
setelah berhasil meninggalkan tempat ini, segera memberitahukan
hal itu pada mereka......!"
Yo Him mengangguk dengan sikap yang tenang, katanya: "Perihal
itu memang telah kami ketahui. Ayah dan ibuku serta tokoh-tokoh
lainnya pun telah menduga sebelumnya bahwa pihak Mongolia
pasti akan memusuhi mereka dan melakukan pengejaran, karena
itu mereka telah pergi menetap di tempat-tempat yang sulit dicari.
Harap Wang Kiesu tidak terlalu kuatir......!"
"Tetapi Yo Siauwhiap, di antara jago-jago Song yang telah
berkhianat dan berpaling muka, di mana mereka lebih rela
menyerah dan memeluk pangkat, bekerja untuk penjajah tersebut,
mereka telah membongkar dan memberitahukan di mana tempattempat berdiamnya dari tokoh-tokoh sakti itu......! Memang tokohtokoh sakti itu tidak jeri berurusan dengan penjajah, mereka
memiliki kepandaian tinggi. Namun yang kukuatirkan justeru
pangeran Ghalik telah menyusun rencana yang licik sekali, mereka
akan mempergunakan tipu daya yang kotor sekali untuk dapat
menangkap dan membinasakan para tokoh sakti dan jago-jago
kerajaan Song. "Disamping itu masih ada sesuatu yang penting sekali yaitu padaku
terdapat peta tempat penyimpanan harta karun dari kerajaan Song.
Aku yang telah memperoleh tugas untuk menyelamatkan peta
harta karun itu, yang kelak harus diberikan kepada orang yang
bermaksud mengusir penjajah, di mana harta yang tidak ternilai
285 harganya itu, yang bisa diselamatkan dari kemusnahan di tangan
penjajah itu, telah disembunyikan di suatu tempat yang
dirahasiakan sekali......! Sebelum Kublai Khan berhasil merebut
kotaraja, Kaisar kita telah mempersiapkan orang-orangnya
mengangkut seluruh harta kekayaan kerajaan yang bisa
diselamatkan dan disembunyikan di suatu tempat......"
Mendengar perkataan Wang Put Liong itu, Yo Him jadi tertarik,
ternyata rahasia penting yang hendak disampaikan Wang Put
Liong itu benar-benar merupakan suatu urusan yang penting
sekali, bukan hanya sekedar rencana pangeran Ghalik yang ingin
mencelakai para jago-jago yang masih setia pada kerajaan Song
yang telah musnah itu. "Mengenai rencana pangeran Ghalik, bagaimana cara dan akal
licik apa yang hendak dipergunakan olehnya untuk mencelakai
jago-jago yang setia pada negara yang telah dimusnahkan oleh
kaum penjajah itu, telah kuketahui dan kucatat dan kusimpan di
suatu tempat yang tersembunyi...... Karena jika kubawa serta jelas
sudah terjatuh di tangan pangeran Ghalik. Kau bisa mengambilnya
harta karun itu dan menyelamatkannya. Bersediakah Yo
Siauwhiap melakukan tugas mulia ini?"
Yo Him berdiam sejenak, lalu tanyanya, "Wang Kiesu, engkau baru
saja bertemu denganku sekali ini. Tetapi mengapa urusan yang
demikian penting kau telah segera mempercayai begitu saja
padaku" Bukankah sekarang ini justru aku tengah menjadi orang
undangan pangeran Ghalik?"
286 Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya: "Walaupun benar aku
telah mendengar dari engko kecil yang tadi telah menemui aku,
namun aku percaya, sebagai putera dari seorang pendekar besar
seperti Yo Taihiap, jelas Yo Siauwhiap tidak akan melakukan hal
hal Yahg bisa mendatangkan aib untuk keluargamu...... Itulah
sebabnya mengapa aku segera percaya bahwa hanya engkau
satu-satunya orang yang akan sanggup melaksanakan tugas ini,
karena tentunya engkaupun memiliki kepandaian tinggi yang telah
diwarisi orang tuamu, disamping tentunya pula kau sebagai
seorang Ho-han yang bisa dipegang kata-katanya......"
Yo Him tersenyum. "Tentu saja Boanpwe tidak akan
mengecewakan harapan Wang Kiesu......!" kata Yo Him. "Dan di
manakah peta harta karun yang tidak ternilai harganya itu bisa
diperoleh Boanpwe?" Wang Put Liong mengangkat tangannya, dia menunjuk dadanya.
"Di dadaku ini......!" sahutnya.
"Di dadamu, Wang Kiesu?"
Melihat Yo Him terkejut seperti itu, Wang Put Liong mengangguk.
"Ya, aku telah menyembunyikannya di balik kulit dadaku. Kau
pergunakan pedangmu untuk mengambil kulit dadaku ini. Di
dalamnya terdapat peta harta karun itu. Sengaja aku
menyimpannya secara istimewa seperti ini, karena memang untuk
mencegah jangan sampai terjatuh ke tangan penjajah!"
Yo Him mengangguk mengerti.
287 "Baiklah, jika memang peta harta karun itu telah disimpan yang
begitu baik sekali oleh Wang Kiesu, tidak perlu aku mengambilnya
sekarang. Yang terpenting, kini cara bagaimana meloloskan Wang
Kiesu dari tempat ini......!"
Wang Put Liong tersenyum pahit.
"Kau telah melihat keadaanku ini bukan"'' katanya kemudian. "Ke
dua tulang pie-pe ku telah dilobangi dan dirantai seperti ini, juga
seluruh otot-ototku telah diputuskan oleh algojo-algojonya
pangeran busuk itu, di mana aku kini menjadi manusia bercacad.
Selain kepandaianku telah musnah, juga mereka membuat aku
menjadi manusia yang sudah tidak punya guna.
"Kalau memang Yo Siauwhiap bersusah payah berusaha
menyelamatkan aku, itupun hanya sia-sia belaka, tidak seimbang
dengan tenaga dan bahaya yang akan kau hadapi. Karena itu, aku
sudah tidak mengharapkan untuk hidup lebih lama, kalau memang
peta harta karun ini bisa diselamatkan, aku telah bisa berlapang
dada dan puas. "Semula memang aku masih mengharapkan bisa ditolong
seseorang untuk melarikan diri dari tempat ini. Mengharapkan Yo
Taihiap mengetahui keadaanku dan datang menolongiku. Hal itu
hanyalah disebabkan aku tidak mau peta harta karun itu untuk
terkubur bersama aku, jika sampai aku menemui kematian,
sehingga selamanya tidak ada orang yang akan mengetahui
perihal peta harta karun tersebut.
"Tetapi setelah bertemu dengan kau Siauwhiap dan engkau juga
menyanggupi untuk melaksanakan tugas mulia itu, melindungi
288 peta harta karun ini, yang merupakan harta peninggalan kerajaan
Song kita, aku telah puas. Untuk matipun aku bisa dengan mata
terpejam dan tenang......!"
Namun Yo Him telah menggelengkan kepalanya.
"Wang Kiesu, dalam hal ini aku harus berusaha menyelamatkan
kau......! Biarlah sekarang, aku harus berusaha untuk memutuskan
rantai itu......!" Yo Him berdiri, dia mencekal rantai yang tertanam
di dinding tembok itu. "Kita tidak memiliki waktu terlalu banyak,
maka dari itu kita harus bekerja cepat........!"
Setelah berkata begitu Yo Him mengerahkan tenaga dalamnya
menarik rantai itu, agar terlepas dari dinding.
Namun rantai itu benar-benar tertanam dalam sekali di samping
sangat kuat. Waktu Yo Him menariknya dengan mempergunakan lweekangnya,
hanya sedikit sekali tembok yang meluruk namun rantai itu tidak
terlepas juga. Yo Him mencoba beberapa kali menariknya, ia penasaran karena
tidak bisa melepaskan rantai itu dari dinding.
Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya: "Sudahlah Yo
Siauwhiap, percuma kau mengeluarkan tenaga seperti itu, akan
sia-sia belaka usahanya. Aku berterima kasih atas maksud baikmu
yang ingin menolongi aku. Tetapi dalam hal ini, aku telah yakin,
rantai itu tidak mungkin bisa melepas dari benamannya di tembok
itu. Karena ujung rantai itu ditanam sedalam lima tombak lebih.
289 Yang dibuat melingkar-lingkar di dalam tembok itu, sehingga tidak
mungkin bisa ditarik terlepas......"
Yo Him masih ingin coba menarik rantai itu, waktu mana ia
mendengar suara ribut-ribut di luar kamar tersebut.
"Orang-orangnya pangeran terkutuk itu telah datang, mereka
mungkin mengetahui kau berada di dalam kamar ini, Yo Siauwhiap.
Kau harus cepat-cepat menyingkirkan diri. Sekarang juga kau
harus mengambil peta harta karun itu di dadaku. Dan di dalam peta
itu kujelaskan, di mana aku menyimpan rencana pangeran Ghalik
untuk membasmi para jago-jago yang mencintai negara Song
kita...... Cepatlah Yo siauwhiap, sebelum mereka datang, kau
harus segera dapat menyelamatkan dirimu bersama peta harta
karun itu!" Suara langkah kaki dan suara bentakan di luar kamar terdengar
ramai sekali. Malah terdengar juga saling benturnya senjata tajam.
Yo Him mengerutkan alis. Ia harus cepat-cepat melakukan apa
yang dikatakan oleh Wang Put Liong dan kemudian menerobos
keluar. Tetapi hatinyapun tidak begitu tega untuk membedah kulit
dada Wang Put Liong, malah kemudian meninggalkannya. Maka
Yo Him terdiam ragu-ragu.
Dalam keadaan seperti itu, di luar kamar terdengar suara ribut-ribut
itu bertambah ramai. Namun tidak ada seorangpun yang membuka
pintu dan masuk ke dalam ruangan ini.
290 Setelah berdiam diri sekian lama, Yo Him bisa menduga: "Mungkin
tengah terjadi sesuatu di luar kamar......! Mereka masih belum
mengetahui perihal beradanya aku di sini Wang Kiesu......!"
Wang Put Liong tengah berpikir serupa, ia mengangguk.
"Entah siapa yang telah datang ke mari?" katanya menggumam.
"Tentunya seorang yang gagah dan sakti berani mengacau di
istananya pangeran Ghalik itu......!"
Belum Yo Him menyahuti, waktu itu ia telah mendengar suara
bentakan bengis: "Bangsat dari mana yang datang mengacau di
sini?" Itulah suaranya pangeran Ghalik.
Terdengar suara tertawa yang nyaring dan tinggi sekali, Yo Him
seperti pernah mendengar suara tertawa seperti itu, namun ia tidak
ingat lagi, entah di mana ia pernah mendengarnya.
"Aku yang ingin membeset tubuh dan mematahkan tulang leher
dari manusia yang bernama Ghalik......!" menyahuti seseorang,
kemudian disusul dengan suara tertawanya lagi yang nyaring
meninggi. Wang Put Liong waktu itu jadi sibuk sekali, katanya: "Yo Siauwhiap.
Cepat kau ambil peta harta karun itu dari dalam lapisan kulit
dadaku.......!" Yo Him menggerakkan ke dua tangannya mengisyaratkan agar
Wang Kiesu berlaku tenang. Lalu dia memegang rantai itu yang
ditariknya dengan sekuat tenaganya. Betotannya itu memang lebih
kuat dari sebelumnya, karena tembok itu kembali berguguran.
291 Yo Him mengempos semangatnya dan tenaganya lagi, di mana dia
menarik lebih kuat lagi. Kali ini berhasil, karena rantai itu telah berhasil ditariknya keluar
dari dinding sepanjang tiga dim. Walaupun sedikit, itu merupakan
harapan yang besar untuk Yo Him.
Pemuda ini mengerahkan tenaga dalamnya lagi, ia memang
memiliki latihan lweekang yang sempurna, maka setelah menarik
dua kali, rantai itu telah berhasil ditarik keluar dari benaman tembok
sepanjang empat dim pula.
Mempergunakan kesempatan di luar tengah terjadi kericuhan
seperti itu, waktu orang-orangnya pangeran Ghalik tengah sibuk
menghadapi orang yang datang mengacau di istananya itu, maka
Yo Him ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
menyelamatkan Wang Put Liong.
Melihat rantai itu hanya bisa ditariknya sedikit demi sedikit,
akhirnya Yo Him tidak sabar, ia mengempos tenaganya
menyalurkan tenaga murninya pada telapak tangannya digerakkan
menghantam tembok itu. Kuat bukan main pukulan yang dilakukan pada tembok itu, sampai
dinding itu tergetar dan akhirnya meluruk tembok yang jadi sempal
tersebut oleh pukulan tapak tangan Yo Him.
Berulang kali Yo Him melakukan pukulannya itu, sehingga
beberapa bata terhajar menjadi hancur. Dan rantai telah dapat
ditarik lebih panjang lagi. Lewat sesaat lagi, rantai itu telah berhasil
292 terlepas dari tembok itu, setelah Yo Him mengerahkan seluruh
tenaganya dan menarik kuat sekali.
Namun Yo Him masih perlu menarik keluar rantai yang satunya
lagi. Ia melakukannya dengan cara yang sama seperti tadi. Yang
membawa hasil yang cukup baik, di mana rantai yang satunya itu
telah berhasil ditarik terlepas dari benaman di tembok itu.
"Akhirnya kita berhasil, Wang Kiesu!" kata Yo Him sambil
menghapus keringatnya. "Tetapi kita tidak bisa keluar dari tempat ini, mereka berada di
luar......!" menggumam Wang Put Liong dengan terharu
mengandung kegembiraan yang tiada tara, karena melihat rantai
yang mengikat tulang pie-pe nya itu telah berhasil ditarik terlepas
dari benamannya di dinding itu.
"Jangan kuatir. Nanti aku akan mengusahakannya dengan cara
bagaimanapun, agar kau bisa diselamatkan, Wang Kiesu...... yang
terpenting engkau harus diselamatkan dulu!"
Wang Put Liong hanya mengangguk disamping girang, iapun
sangat kagum sekali terhadap kekuatan tenaga lweekang yang
dimiliki Yo Him. Tadi dia telah melihatnya betapa pemuda itu telah
berhasil menarik terlepas ke dua rantai itu, yang tentu saja tidak
mudah dilakukan oleh sembarangan orang.
Waktu itu Yo Him telah melompat ke dekat pintu. Ia mengintai
keluar. Segera juga dilihatnya pertempuran yang tengah
berlangsung di luar ruangan itu.
293

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua sosok tubuh, yang satu bertubuh pendek kecil dengan
seorang lagi seorang yang bertubuh agak langsing tengah
bergerak-gerak lincah sekali, dikepung oleh orang-orang pangeran
Ghalik. Sedangkan pangeran Ghalik telah berdiri di luar gelanggang
pertempuran dengan sebatang golok tajam tercekal di tangannya
mengawasi kejadian itu dengan sepasang mata yang terpentang
lebar karena setiap saat bisa saja ia melompat ikut menyerang ke
dua sosok tubuh itu. Waktu Yo Him menegaskan ternyata orang yang bertubuh pendek
itu adalah seorang pemuda yang berparas cukup tampan mungkin
usianya duapuluh tahun lebih. Hanya bentuk tubuhnya yang
pendek sekali, bagaikan seorang anak belasan tahun. Gerakan
tubuhnya begitu cepat dan lincah, karena tampaknya pemuda
bertubuh pendek kecil itu memiliki ginkang yang luar biasa.
Dan sosok tubuh seorangnya lagi, adalah seorang wanita yang
telah berusia cukup tua, seorang nenek yang memiliki rambut
masih hitam. Gerakan nenek itu juga lincah sekali, di mana ia telah
melompat-lompat ke sana ke mari dengan gerakan yang sangat
cepat, setiap tangannya menyambar, tentu`senjata dari salah
seorang pengepungnya dapat dirampas.
Tentara Mongolia yang merupakan jago-jago pilihan dari pangeran
Ghalik, telah menyerang hebat dengan senjata masing-masing,
mengepung ke dua orang itu. Dan jumlah mereka hampir limapuluh
orang. Namun semuanya tidak berdaya untuk mendesak si nenek
dan pemuda itu. Sedangkan yang membuat Yo Him tambah kaget
294 di sebelah kanan di luar kalangan, berdiri seseorang, yaitu seorang
yang bertubuh tinggi besar, dengan muka yang memerah, yang
tidak lain dari Swat Tocu......
Suara teriakan yang nyaring tinggi yang didengar Yo Him ternyata
tidak lain dari teriakan Swat Tocu. Ia selalu berteriak-teriak dengan
suara yang nyaring, di mana ia tidak ikut bertempur, hanya
menganjurkan si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu, agar
mereka bisa menghadapi para pengepungnya lebih baik lagi. Yo
Him juga heran, mengapa Swat Tocu berada di istana pangeran
Ghalik, dan juga tanpa biruangnya, biruang Salju peliharaannya...... Tetapi yang membuat Yo Him girang, dengan adanya Swat Tocu
ia mendapat bantuan tenaga yang tidak kecil untuk menghadapi
pangeran Ghalik. Bukankah mereka telah pernah bertemu dan
tampaknya Swat Tocu memang bersikap baik padanya" Lagi pula
kepandaian Swat Tocu begitu sempurna dan tinggi.
Cepat-cepat Yo Him menghampiri Wang Put Liong, katanya,
"Wang Kiesu, mari ikut keluar. Kebetulan sekali Swat Tocu datang
bersama dengan dua orang temannya. Tampaknya ke dua
temannya itupun memiliki kepandaian tinggi. Swat Tocu memiliki
kepandaian yang sulit diukur, mungkin juga kita memiliki
kesempatan untuk meloloskan diri......!"
Wang Put Liong bimbang, namun akhirnya mengangguk.
"Yo Siauwhiap, jika memang kau yakin kita bisa meloloskan diri,
hal itu memang menggembirakan, tetapi yang kukuatirkan, justru
dengan mengajakku, tentu akan mempersulit dirimu. Karena aku
295 sudah tidak memiliki tenaga...... belum lagi kau nanti harus
melindungi ke dua orang temanmu. Yang katanya pun terluka dan
juga engko kecil yang pernah bertemu denganku......!?"
Yo Him bersenyum sabar, katanya dengan tenang: "Kau jangan
berpikir terlalu panjang seperti itu, karena dengan adanya Swat
Tocu, kau tidak perlu kuatir. Tentu Swat Tocu bersedia
membantuku untuk melindungimu, dan akupun akan segera
memanggil ke dua orang sahabatku itu, yaitu Cin toako dan Liu
Lopeh serta Tie-jie......!"
Wang Put Liong mengangguk, dan ketika Yo Him menggendong,
di mana Wang Put Liong didudukan pada pundaknya, dia juga
menurut saja. Dengan menggendong Wang Put Liong, tampak Yo Him
menghampiri pintu. Dia mementang mata mengawasi keadaan di
luar, karena jika telah tiba kesempatan yang memungkinkan dia
membawa lari Wang Put Liong, barulah pemuda ini akan keluar
dari dalam ruangan itu. Di saat seperti ini memang pertempuran tengah berlangsung di luar
ruangan, terjadi lebih seru. Pemuda bertubuh pendek itu tengah
melompat gesit sekali, sebentar ke kiri dan sebentar lagi tubuhnya
melompat ke kanan, dan ke dua tangannya telah digerakkan
dengan lincah, di mana ke dua tangannya terdapat sebatang pisau
yang pendek kecil, yang tersembunyi di telapak tangannya. Jika
tidak diperhatikan dengan benar, tentu tidak akan terlihat jelas.
Maka setiap kali dia berhasil menggores lawannya, lawan itu
mengeluarkan suara jeritan dan lukanya mengucurkan darah.
296 Dengan demikian tidak ada lawannya yang berani terlalu
mendesaknya. Sedangkan si nenek yang rambutnya masih hitam itu. Juga tidak
kalah tangguhnya. Karena telah memberikan perlawanan yang
sangat gigih sekali, setiap lawan mendesaknya tentu akan
dihajarnya, sehingga itu harus mundur dengan menderita
kesakitan. Pangeran Ghalik merupakan orang kepercayaan kaisar Kublai
Khan, ia memiliki banyak sekali jago-jago pilihan. Dan jagojagonya yang tengah mengepung si nenek dengan pemuda
bertubuh pendek tersebut semuanya merupakan jago-jago yang
memiliki kepandaian tinggi. Maka aneh sekali, walaupun jumlah
mereka begitu banyak. Tokh mereka tidak bisa berbuat apa-apa
pada ke dua lawan mereka itu, yang tangguh bukan main, di mana
mereka hanya bisa mengepung belaka.
Pemuda bertubuh pendek itu rupanya telah habis sabarnya melihat
jumlah lawan demikian banyak dan tetap saja dia bersama nenek
yang terkurung seperti itu. Maka dalam suatu kesempatan dia telah
memasukkan pisau kecil di tangannya itu ke dalam sakunya.
Setelah mendesak mundur dua orang lawannya, tahu-tahu dia
telah berjongkok, dan ke dua tangannya digerakkan perlahan dari
mulutnya terdengar suara kodok, suara "krookk, kroookk" seperti
suara kodok, lalu ke dua tangannya didorongkan ke depan kuat
sekali. Cepat cara menyerang pemuda bertubuh pendek tersebut, karena
seketika itu juga tubuh tiga orang jago dari pangeran Ghalik
297 terpental keras, rubuh kejengkang dan kemudian rebah tidak
bernapas lagi! Pemuda bertubuh pendek tersebut juga bukan hanya satu kali
melaksanakan serangannya yang aneh seperti itu, ia tetap
berjongkok, dan waktu mulutnya memperdengarkan suara
"Krookk, krookkk" pula dan ke dua tangannya digerakkan seperti
tadi, maka terpentallah empat orang jago yang menjadi lawannya.
Mereka kejengkang rebah pingsan dengan luka parah, dan yang
seorang seketika juga langsung putus jiwanya.
Menyaksikan keadaan seperti itu, di mana pemuda itu
mempergunakan ilmu yang aneh namun hebat itu, semua
lawannya jadi kaget dan memandang ragu-ragu untuk maju
menyerang lagi. Pangeran Ghalik juga telah memandang kaget
dan dia sampai mundur dua tindak ke belakang, mengawasi
tegang kepada pemuda yang tangguh itu.
Swat Tocu yang berdiri di pinggir telah tertawa nyaring, suaranya
tinggi, lalu katanya: "Bagus! Bagus! Memang apa yang pernah
kalian katakan ibu dan anak memang benar, bahwa kalian masih
memiliki hubungan erat dengan Auwyang Hong, si bisa bangkotan
itu! Itulah Ha-mo-kang!"
Yo Him kaget mendengar disebutnya cara serangan yang
dilakukan oleh pemuda itu disebut sebagai ilmu mujijat ini. Sejak
kematian Auwyang Hong dan sama sekali Yo Him tidak
menyangka bahwa sekarang ia bisa menyaksikan ilmu mujijat itu,
ilmu pukulan kodok Auwyang Hong yang pernah menggetarkan
rimba persilatan. 298 Memang Yo Him juga sering mendengar dari ayah dan ibunya,
mengenai sepak terjang Auwyang Hong di masa lalu, di mana
sempat juga Yo Ko menjadi "murid" dari Auwyang Hong. Namun
karena ilmu itu terlalu ganas, setelah memiliki kepandaian yang
sempurna, Yo Ko jarang sekali bahkan hampir sama sekali tidak
pernah mempergunakannya. Begitu juga kepada Yo Him dia tidak
menurunkan ilmu Ha-mo kang tersebut, hanya memberikan
penjelasan singkat saja. Begitu halnya juga dengan Oey Yok Su, waktu Yo Him telah
menjadi muridnya, Oey Yok Su menceritakan kepadanya, bahwa
Ha-mo-kang nya Auwyang Hong sesungguhnya merupakan ilmu
kodok yang sangat hebat sekali. Dan Oey Yok Su sendiri
mengakui, jika saja Auwyang Hong tidak sampai terbinasa, tentu
akan dapat melatihnya lebih sempurna. Benar ilmu Ha-mo-kang
tersebut tidak bisa merubuhkan Oey Yok Su, tetapi buat Oey Yok
Su juga sulit menghadapi dan merubuhkannya.
Maka dari itu Yo Him telah mengetahui akan kehebatan ilmu Hamo-kang itu. Namun kini yang membuat Yo-him heran, pemuda
berusia muda dan bertubuh pendek itu, dapat menjalankan ilmu
tersebut dengan baik, di mana setiap gerakan dari ke dua
tangannya itu, yang dipergunakan untuk menyerang lawannya,
selalu berhasil dengan memuaskan. Dengan demikian membuat
Yo Him memandang tertegun sejenak lamanya.
Sedangkan si nenek telah tertawa nyaring, katanya: "Untuk apa
aku mendustaimu" Justru karena kami pernah menerima pesan
dari Auwyang Hong. Kami juga berani menjelaskan duduk
persoalannya padamu! Kami memang tidak ingin mempergunakan
299 pengaruh dari Auwyang Hong untuk meminta bantuanmu, itu
terserah padamu...... tetapi kukira tentunya dengan memandang
pada Auwyang Hong tentu engkau bersedia untuk membantu kami
menyelesaikan suatu urusan......!"
Dan setelah berkata begitu, si nenek yang rambutnya masih hitam
telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring, di mana dia telah
menggerakkan ke dua tangannya, maka telah dua orang lagi
lawannya yang tergempur mundur.
Namun serangan si nenek berambut hitam itu tidak sehebat seperti
pemuda bertubuh pendek tersebut karena dia masih kalah tenaga.
Ilmu yang digunakannya tidak sehebat Ha-mo-kang yang
dipergunakan pemuda bertubuh pendek itu.
Yo Him jadi menduga-duga siapakah pemuda bertubuh pendek
yang liehay ini" Juga siapa nenek itu yang masih memilik rambut
yang hitam, dan sisa-sisa dari kecantikan masih berbekas di
wajahnya walaupun usianya telah lanjut. Dan mereka tampaknya
memiliki hubungan yang cukup akrab dengan Swat Tocu, malah
disebut-sebut mereka memiliki hubungan dengan Auwyang Hong,
malah sekarang pemuda bertubuh pendek itu telah membawakan
ilmu Ha-mo-kang, ilmu andalan Auwyang Hong.
Sesungguhnya, si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu adalah
ibu dan anak. Mereka adalah Cek Yian dan Phu-jie, yang pernah
kita kenal dalam kisah Sin-tiauw-thian-lam, yang pernah mengakui
sebagai isteri Auwyang Hong, dan putera sebagai puteranya
Auwyang Hong. 300 Sejak peristiwa di Hoa-san, di mana mereka mendapatkan
kenyataan kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong dibongkar
orang, dan Cek Tian telah bertempur dengan Yo Ko, maka
akhirnya ia mengajak Phu-jie untuk mengembara, menyelidiki dan
mencari orang yang telah membongkar kuburan Auwyang Hong.
Tetapi tahun demi tahun usaha mereka itu tidak berhasil sama
sekali sampai sekarang, sesudah duapuluh tahun lebih, waktu
Phu-jie, pemuda yang memiliki pertumbuhan tubuh yang pendek
itu telah dewasa, barulah mereka mengendus tentang peristiwa
pembongkaran kuburan Auwyang Hong yang terjadi hampir
duapuluh tahun lebih yang silam!
Sesungguhnya Phu-jie memang putera Auwyang Hong namun
putera tidak resmi di mana Phu-jie dianggap merupakan si anak
haram! Pek-to-san di mana ia berdiam di sana sebagai juga
seorang raja dengan pelayan-pelayannya terdiri dari gadis-gadis
cantik. See-tok Auwyang Hong merupakan seorang jago luar biasa dari
keempat jago lainnya, karena See-tok merupakan tokoh sakti yang
kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaian Oey Yok Su,
Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong maupun It Teng Taysu. Karena
sibuk mempersiapkan ilmu untuk menghadapi keempat jago-jago
luar biasa itu maka See-tok telah mencurahkan seluruh
perhatiannya untuk melatih ilmu tersebut perhatiannya dan tidak
mau menikah. Sebagai seorang manusia, tentu saja Auwyang Hong tidak bisa
terlepas dari kodrat manusia di mana ia sebagai seorang pria yang
dikelilingi oleh para pelayan yang ratusan orang jumlahnya semua
301 terdiri dari wanita-wanita cantik. Maka dari itu hampir semua
pelayan wanitanya itu memang dijadikan semacam isteri tidak
resmi, tidak ada seorangpun yang diambil secara sah sebagai
isterinya. Dengan demikian, mereka disamping menjadi "isteri", juga
merangkap sebagai "pelayan" dan juga "murid" dari Auwyang
Hong. Dari seorang "isteri" yang bernama Mie San Lie, diperoleh
seorang anak, hasil hubungan gelap mereka, di mana telah terlahir
seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Auwyang
Kongcu. Namun disebabkan malu untuk mengakui anaknya sebagai
puteranya, Auwyang Hong menceriterakan bahwa Auwyang
Kongcu adalah keponakannya. Tetapi Auwyang Hong sangat
mencintai Auwyang Kongcu, di mana seluruh kepandaiannya telah
diturunkan pada putera merangkap keponakan tersebut, sehingga
Auwyang Kongcu jadi liehay namun bernasib sial yang akhirnya
harus terbinasa muda......
Jika memang hendak diturutkan, tentu Auwyang Hong akan
memiliki ratusan anak haram atas hubungan gelapnya dengan
para pelayan wanita yang berjumlah ratusan orang itu. Namun
setiap kali pelayannya hamil, tentu Auwyang Hong memberikan
semacam obat sehingga kandungan itu gugur.
Dan setelah Auwyang Kongcu binasa, saat itulah Auwyang Hong
baru berhasrat untuk memiliki seorang anak lagi. Maka atas
hubungannya dengan seorang pelayan wanitanya yang bernama
Cek Tian, ia berhasil memiliki seorang anak pula, diberi nama
302 Auwyang Phu. Hanya saja disebabkan telah tiba waktunya untuk
diselenggarakan pertemuan di Hoa-san antara Auwyang Hong


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan keempat jago-jago lainnya yaitu Oey Yok Su, Ong Tiong
Yang, Ang Cit Kong dan It Teng Taysu, See-tok telah kembali ke
daratan Tiong-goan, meninggalkan puteranya yang pada saat itu
baru berusia sembilan bulan.
Hanya sebelum berangkat, See-tok telah meninggalkan sejilid
kitab ilmu silat dengan pesan jika memang ia tidak beruntung
memperoleh kemenangan dalam pertemuan di Hoa-san dan
terbinasa, maka Cek Tian harus mendidik Phu-jie sebaik mungkin
mendidik ilmu silatnya yang terdapat di dalam kitab warisannya itu.
Dengan demikian, Cek Tian telah mematuhi perintah suami tidak
resmi yang merangkap menjadi gurunya.
Memang sejak diculik Auwyang Hong, dan Cek Tian bekerja
sebagai pelayan merangkap istri. Dia juga memperoleh didikan
ilmu silat dari Auwyang Hong sehingga memiliki kepandaian yang
tinggi sekali. Sekarang menanti sekian tahun, waktu Phu-jie telah
berusia tujuh tahun, Auwyang Hong belum kembali, Cek Tian
mengajak Phu-jie ke daratan Tiong-goan untuk mencari ayah
anaknya itu disamping mengajari ilmu silat yang dimilikinya.
Karena memang Phu-jie putera See-tok yang licin dan cerdik itu
membuat anak itu pula memiliki otak yang encer pula. Dia bisa
mempelajari ilmu warisan See-tok dengan baik.
Namun sayangnya ketika mereka ibu dan anak melakukan
pengembaraan di daratan Tiong-goan. Di mana waktu itu Cek Tian
telah berusia setengah baya, karena See-tok baru mau memiliki
303 anak darinya setelah ia berusia pertengahan tahun seperti itu. Ibu
dan anak ini mendengar berita atas kematian Auwyang Hong dan
Ang Cit Kong. Maka Cek Tian mengajak Phu-jie ke Hoa-san untuk
menyambangi kuburan See-tok. Kejadian yang ada, kuburan itu
telah bongkar orang. Waktu ibu dan anak itu tiba di sana, malah
telah salah paham dengan Yo Ko dan Lo Ban Thong......
Karena hampir duapuluh tahun lamanya tidak berhasil mencari
jejak pembongkar kuburan Auwyang Hong, Cek Tian bermaksud
hendak mengajak Phu-jie kembali ke Pek-to-san. Namun anak itu
malah lebih senang mengembara di daratan Tiong-goan, yang
memiliki keindahan alam yang permai dan indah. Disamping itu,
kini Phu-jie telah menjadi seorang pemuda yang kepandaiannya
tangguh sekali. Hanya ada satu kekurangan padanya, bentuk
tubuhnya yang pendek tak bisa membesar, tampaknya seperti
anak belasan tahun belaka.
Sang ibu yang sangat mencintai anak tunggalnya itu, yang kini
telah berusia lanjut, menuruti saja kemauan Auwyang Phu. Mereka
telah mengembara terus dalam daratan Tiong-goan.
Soal penyerbuan tentara Mongolia, tak menarik perhatian ibu dan
anak tersebut, karena mereka lebih mementingkan pribadi mereka,
tanpa memperdulikan keadaan di sekitar mereka.
Waktu peperangan telah usai, di mana daratan Tiong-goan telah
berhasil dikuasai Kublai Khan. Waktu itulah Cek Tian bersama
Auwyang Phu baru memperoleh berita bahwa peristiwa
pembongkaran kuburan ayahnya itu, yang terjadi telah puluhan
304 tahun lalu, memiliki hubungan dan sangkut paut dengan pangeran
Ghalik, keponakan dari Kublai Khan.
Maka mereka ibu dan anak telah mencari pangeran Ghalik.
Semula mereka mengacau di istana kaisar Kublai Khan. Namun
setelah tidak berhasil menemukan jejak pangeran Ghalik, dan
setelah dikepung oleh perwira istana Kublai Khan yang umumnya
memiliki kepandaian tinggi itu, akhirnya mereka melarikan diri dari
istana dan menyelidiki lagi mencari jejak pangeran Ghalik.
Selama menyelidiki, mereka juga selalu main bunuh dan
membinasakan tentara-tentara Mongol yang mereka jumpai dan
mendesak mereka untuk memberi keterangan. Karena tangan ibu
dan anak yang begitu telengas, maka suatu kali seorang tentara
Mongolia yang takut mati, telah menceritakan bahwa pangeran
Ghalik sesungguhnya memiliki istana yang tersembunyi di sebuah
lembah...... Tidak urung setelah memberikan keterangan tentara
yang nasibnya sial ini digempur batok kepalanya sampai lumat oleh
pukulan tangan Auwyang Phu.
Begitulah Cek Tian bersama puteranya telah berangkat menuju ke
lembah Sam-cie-kok di pegunungan Liang-san. Tempat itu
memang tersembunyi letaknya, namun ibu dan anak ini memang
memiliki kepandaian yang tinggi dan juga memang ginkang
mereka sempurna, sehingga mereka bisa menemukannya. Dan
waktu tiba di istana yang merupakan perbentengan itu, ibu dan
anak ini juga telah bertemu dengan seseorang yang tengah
mengamuk hebat membinasakan beberapa orang tentara
Mongolia yang melakukan penjagaan di luar istana.
305 Orang itu tidak lain Swat Tocu yang ingin masuk ke dalam istana.
Namun telah ditahan, sehingga Swat Tocu bersama biruang
saljunya mengamuk di mana setiap kali ada tentara Mongolia yang
tercekal oleh biruang salju Pek-swat-jie, tentara itu akan terbinasa
dengan tubuh yang dirobek-robek oleh binatang buas tersebut!
Juga Swat Tocu sendiri telah membinasakan belasan tentara
penjaga. Sisanya segera melarikan diri ke dalam istana.
Cek Tian dan Auwyang Phu telah berkenalan dengan Swat Tocu.
Waktu mendengar nyonya itu mengakui sebagai isteri Auwyang
Hong dan Auwyang Phu sebagai putera Auwyang Hong, Swat
Tocu jadi tidak mempercayainya. Tetapi nyonya itu mengatakan,
nanti setelah mereka tiba di dalam istana. Ia akan membuktikan
kebenaran dari perkataan mereka. Memang kedatangan mereka
ke istana ini untuk mencari pangeran Ghalik, guna
memperhitungkan sakit hati mereka terhadap pembongkaran
kuburan Auwyang Hong. Nyonya Cek Tian tidak berani bersikap kurang ajar pada Swat
Tocu, karena dari Auwyang Hong ia pernah juga mendengar
terdapat seorang tokoh yang memiliki kepandaian sangat lihay,
tidak berada di bawah kepandaian Auwyang Hong, yaitu Swat
Tocu. Dan tidak disangkanya bahwa kini mereka bisa bertemu.
Malah tanpa segan-segan Cek Tian memohon agar Swat Tocu
membantu mereka untuk membalas sakit hati mereka pada
pangeran Ghalik. Swat Tocu menyatakan dengan memandang muka See-tok yang
telah terbinasa dan diperhina dengan pembongkaran kuburannya
306 oleh pangeran Ghalik, ia bersedia membantu. Terlebih lagi ia
tertarik melihat Auwyaug Phu merupakan seorang pemuda yang
memiliki bakat dan tulang baik untuk mempelajari ilmu silat,
walaupun tubuhnya begitu pendek dan cebol......
Memang kedatangan Swat Tocu ke lembah ini kebetulan saja.
Setelah berpisahan dengan Yo Him, ia mengajak biruang saljunya
meninggalkan kota itu dan tiba di lembah ini. Tak disangka mereka
juga tiba di lembah Sam-cie-kok tersebut, sehingga Swat Tocu
melihat istana yang megah.
Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki adat sangat aneh, ia
ingin sekali mengetahui, entah apa isinya istana tersebut dan siapa
penghuni istana yang aneh terletak di dalam lembah tersembunyi
itu. Dengan berani dia hendak memasuki istana itu. Siapa tahu ia
ditegur dan dicegat oleh para penjaga di luar istana, membuat Swat
Tocu memaksanya dan setelah dicegah terus, ia mengamuk
bersama biruang saljunya.
Begitulah Swat Tocu akhirnya bersama dengan Tek Cian dan
Auwyang Phu telah masuk ke istana tersebut, sedangkan Pekswat-jie, menanti di luar istana, untuk berkeliaran di lembah itu
menangkap burung dan binatang kecil lainnya......
Jago-jago yang mengurung Cek Tian dan Auwyang Phu semakin
ganas, mereka melihat banyak kawan mereka yang telah menjadi
korban. Dan karena itu, mereka telah bertekad untuk
membinasakan Auwyang Phu dan Cek Tian. Mereka memperketat
kepungan, dengan senjata mereka bersama meluruk melancarkan
serangan yang hebat. 307 Cek Tian melihat bahwa ia mau atau tidak harus mempergunakan
kekerasan membuka jalan berdarah. Maka wanita setengah baya
itu telah berjongkok dan kemudian mulutnya mengeluarkan suara
"krookk, krook", di mana kemudian ke dua tangannya digerakkan
ke depan memotong. Sama sikapnya seperti yang dilakukan oleh
Auwyang Phu, karena memang Cek Tian mempergunakan ilmu
Ha-mo-kang. Hebat kesudahannya, sebab tampak tiga orang lawannya telah
terpental keras dan seorang terbinasa, dua pingsan dengan luka di
dalam yang hebat. Ibu dan anak telah mempergunakan Ha-mo-kang. Ilmu warisan
Auwyang Hong, yang tercatat di dalam kitab warisannya itu,
memang telah diwarisi seluruhnya pada Auwyang Phu, sehingga
Auwyang Phu memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dengan
demikian, Cek Tian dan Auwyang Phu seperti juga dua orang
momok yang mengerikan bagi semua lawannya.
Pangeran Ghalik yang sejak tadi melihat bahwa ke dua orang ini
berbahaya sekali, dan juga belum lagi Swat Tocu yang tampaknya
memiliki kepandaian yang jauh lebih lihai belum turun tangan,
maka diam-diam pangeran Ghallik telah membisiki seorang anak
buahnya, meminta agar memanggil Tiat To Hoat-ong secepatnya.
Memang waktu itu Tiat To Hoat-ong belum lagi meninggalkan
istana pangeran ini, belum pulang ke ibu kota.
Dan setelah itu, pangeran Ghalik sendiri telah melompat
kehadapan Cek Tian, bentaknya: "Wanita tua tidak mengenal
mampus, kau berani mengacau di istanaku, heh?"
308 Dan golok di tangannya, di punggung goloknya yang bergigi seperti
gergaji itu telah digerakkan untuk membacok Cek Tian.
Namun Cek Tian mempergunakan
menghantam pangeran itu. ilmu Ha-mo-kangnya Pangeran Ghalik memang pernah menerima pelajaran ilmu silat
dari seorang aneh, yang kosen dan memiliki kepandaian luar biasa
tingginya, ia berkelit cepat dan gesit sekali. Di mana pukulan Hamo-kang yang dilancarkan oleh Cek Tian gagal mengenainya,
hanya menyambar dinding di belakang pangeran Ghalik, sehingga
dinding jebol berlubang. Pangeran Ghalik jadi terbang semangatnya. Dia boleh liehay
kepandaiannya, tetapi menghadapi wanita kosen ini, ia jadi
menggigil juga. Sedangkan Swat Tocu telah tertawa bergelak-gelak dengan suara
yang nyaring: "Bagus, bagus, manusia bertingkah seperti dia
memang harus dimampusi!"
Cek Tian juga telah berseru bengis: "Bukankah engkau pangeran
Ghalik?" Pangeran Ghalik telah berhasil mengumpulkan semangatnya,
dengan melintangkan goloknya di dada, ia telah menyahuti:
"Benar!" Tetapi di saat itu terdengar tiga jeritan lagi, tiga sosok tubuh
terpental oleh pukulan Ha-mo-kang Auwyang Phu.
309 "Bagus! Memang kau yang tengah kami cari!" kata Cek Tian.
"Ada urusan apa kalian mencariku dan sekarang mengacau di
sini?" bentak pangeran Ghalik ragu-ragu, lenyap kebengisannya
dan keagungannya sebagai seorang pangeran, walaupun ia masih
hendak bersikap keagung-agungan.
"Aku hendak menanyakan soal pembongkaran kuburan suamiku!"
menyahuti Cek Tian. "Siapa suamimu?"
"Auwyang Hong...... yang kuburannya di Hoa-san telah kau
bongkar!" Muka Pangeran Ghalik jadi berubah. "Ini...... ini......!" katanya
dengan suara terbata-bata.
"Hmmm, dalam hal ini kau mengakuinya bukan, bahwa yang
perintahkan orang-orangmu untuk membongkar kuburan Auwyang
Hong dan Ang Cit Kong adalah kau sendiri?" tanya Cek Tian
tambah bengis. Pangeran Ghalik memandang ragu.
Memang peristiwa pembongkaran kuburan di Hoa-san, yaitu
kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, yang sampai saat itu
masih merupakan teka teki buat Yo Ko, Lo Boan Thong Ciu Pek
Tong dan tokoh-tokoh lainnya, ternyata dilakukan oleh orangorangnya pangeran Ghalik.
310 Sebelum penyerbuan ke daratan Tiong-goan, Kublai Khan
memang perintahkan Tiat To Hoat-ong untuk berusaha
membinasakan jago-jago daratan Tiong-goan, jika dapat
membujuk mereka dan menguasai jago-jago daratan Tiong-goan
agar mau bekerja untuk pihak Mongolia. Memang Tiat To Hoat-ong
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, banyak juga jagojago Tiong-goan yang berhasil ditarik ke pihaknya.
Disamping Tiat To Hoat-ong, Kublai Khan telah perintahkan
pangeran Ghalik, agar pangeran itu menyelusup pula ke daratan
Tiong-goan membawa jago-jago pilihannya, guna menimbulkan
kekacauan dan mengadu domba satu dengan yang lainnya dari
sekian banyak para jago-jago Tiong-goan.
Memang pangeran Ghalik memiliki otak yang cerdas sekali
sehingga setelah mempelajari selama setahun lebih, dia telah
mengetahui siapa saja yang terpandai di antara para jago-jago
Tiong-goan, diapun menyebar orangnya untuk mencari jejak dari
para jago-jago tersebut. Dan perintahkan jago-jago Tiong-goan
yang telah berpihak pada Mongolia untuk mengantarkan surat
palsu kepada Yo Ko, It Teng Taysu dan juga jago lainnya, dengan
memalsukan surat-surat mereka.
Dengan demikian pangeran Ghalik ingin mengadu domba mereka.
Dan untuk menimbulkan kecurigaan satu dengan yang lainnya di
antara para jago-jago itu, sengaja pangeran Ghalik telah
perintahkan orang-orangnya untuk membongkar kuburan
Auwyang Hong dan Ang Cit Kong di puncak Hoa-san. Dan para
tokoh sakti yang diundang dengan undangan palsu itu, diminta
berkumpul di Hoa-san. 311 Memang pangeran Ghalik berhasil dengan tipunya ini, sehingga Yo
Ko dan tokoh-tokoh sakti lainnya hanya tercurah perhatiannya
pada urusan terbongkarnya kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit
Kong oleh orang-orang yang tidak diketahui siapa adanya. Dengan
begitu perhatian mereka terhadap urusan negara berkurang
banyak. Dan itu sangat besar artinya buat Kublai Khan.
Tetapi siapa tahu sekarang ini justeru telah muncul Cek Tian dan
Auwyang Phu, yang ingin menuntut balas. Setelah lewat puluhan
tahun, di mana Kublai Khan telah berkuasa sebagai seorang Kaisar
yang berdaulat di seluruh daratan Tiong-goan. Soal pembongkaran
kuburan di puncak Hoa-san itu timbul lagi.
"Sekarang kedatangan kami ibu dan anak ingin meminta
pertanggungan jawab dari kau pangeran Ghalik!" kata Cek Tian
dengan suara berang. Dilihatnya pangeran Ghalik berdiri bengong
saja dengan golok melintang di depan dadanya. Malah Cek Tian
bukan sekedar berkata begitu saja, sepasang tangannya dengan
ke dua kaki di tekuk berjongkok, telah didorongkan kuat sekali,
mulutnya memperdengarkan suara "krokkk, krookk" yang nyaring,


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena memang dia telah menyerang dengan mempergunakan
Ha-mo-kang. Pangeran Ghalik seperti baru tersadar, cepat ia mengelak.
Gerakannya terlambat sedikit, pergelangan tangan kirinya terkena
serempetan angin pukulan yang hebat itu. Malah belum lagi
pangeran Ghalik sempat untuk mengadakan persiapan di waktu itu
Cek Tian telah menyerang lagi dengan Ha-mo-kangnya.
312 Hebat cara menyerang Cek Tian, karena ia benar-benar bersakit
hati atas dibongkarnya kuburan suaminya itu, yaitu suami tidak
sah, yang merangkap sebagai majikan dan guru itu.
Berulangkali pangeran Ghalik berusaha menghindarkan diri,
berulang kali pula ia diserangnya. Karena memang Cek Tian telah
menyerang secara bertubi-tubi dengan hebat.
Pangeran Ghalik jadi terdesak hebat. Sama sekali pangeran Ghalik
tidak bisa memberikan perlawanan, di mana ia main mundur.
Dalam keadaan terdesak seperti itu, tampak berkelebat sesosok
bayangan dari ruangan dalam, disusul dengan teriakan seorang
wanita, yang didengar dari suaranya tentu seorang wanita tua,
yang berkata: "Pangeran, jangan kuatir, biar kuhajar perempuan
kurang ajar itu......!" malah menyusul dengan perkataannya itu,
berkelebat juga tiga sinar putih, yang menyambar ke arah Cek
Tian. Tiga sinar putih itu adalah sinar dari senjata rahasia berbentuk
jarum yang halus, yang menyebar ke tiga bagian anggota tubuh
yang mematikan di diri Cek Tian.
Tentu saja Cek Tian tidak mau membiarkan tubuhnya dijadikan
sasaran dari serangan senjata rahasia tersebut, ia telah menunda
serangan Ha-mo-kangnya pada Pangeran Ghalik dan melompat
berdiri, menghindarkan diri dari ketiga jarum rahasia itu.
Sesosok bayangan itupun telah tiba pula di hadapan Cek Tian,
tanpa banyak rewel telah menggerakkan tangan kanannya untuk
mencengkeram. 313 Sekali melihat cara bergerak wanita itu dan juga cara melepaskan
ke tiga batang jarum rahasia itu yang mengandung maut, Cek Tian
segera mengetahui bahwa lawannya kali ini merupakan lawan
yang berat dan memiliki kepandaian tinggi. Dia mengelakkan diri
cepat sekali. Tetapi lawan yang baru ini telah melakukan penyerangan yang
gencar, sampai Cek Tian berulang kali harus menghindarkan diri.
Dia baru bisa melihat bahwa penyerangnya itu adalah seorang
nenek yang telah tua sekali, jauh lebih tua dari dia sendiri......
Ternyata nenek tua yang baru muncul ini, yang usianya telah lanjut
sekali, dan rambutnya yang putih itu bagaikan perak berkilauan
adalah si nenek yang telah dijumpai Yo Ko di muka kuil di puncak
Hoa-san duapuluh tahun yang lalu. Dialah yang telah melukai Sin
Tiauw milik Yo Ko dengan jarumnya itu, dan juga dia telah
bertempur dengan Yo Ko ratusan jurus, dengan mempergunakan
ikat pinggangnya. Dan ia membantu pangeran Ghalik membongkar kuburan
Auwyang Hong dan Ang Cit Kong di mana dia merupakan seorang
tokoh berkepandaian tinggi yang mau bekerja untuk kerajaan
Mongolia. Dan setelah Kublai Khan berhasil menguasai daratan
Tiong-goan, pangeran Ghalik mengangkat nenek tua itu mengadi
penasehatnya, pembantunya yang bisa dipercaya.
Kini waktu mendengar suara ribut-ribut, ia telah keluar dari
kamarnya dan kebetulan melihat pangeran Ghalik tengah
mengalami ancaman bencana yang tidak kecil.
Itulah sebabnya dia segera maju menyerang.
314 Nenek tua itu she Liong bernama Tie Siang. Dia merupakan
seorang wanita yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi
sekali. Waktu dulu terjadi pertempuran yang seru antara dia
dengan Yo Ko di puncak Hoa-san. Kepandaiannya hanya terpaut
sedikit saja dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Baca Sin-tiauw-thianlam.
Setelah melihat Cek Tian berhasil mengelakkan beberapa
serangan cengkeram tangannya, tampak si nenek tua Liong Tie
Siang telah melepaskan ikat pinggangnya. Bagaikan seekor naga
yang bergulung-gulung, ikat pinggang itu telah menyambarnyambar akan menyerang Cek Tian.
Auwyang Phu melihat ibunya didesak oleh wanita tua itu yang
memiliki kepandaian sangat tinggi, segera mengeluarkan bentakan
bengis merubuhkan dua orang lawannya lagi, lalu melompat akan
membantu ibunya. Jago-jago lain melihat munculnya Liong Tie Siang, telah melompat
menyingkir, untuk menyaksikan saja. Karena mereka mengetahui
bahwa Liong Tie Siang merupakan nenek liehay yang memiliki
kepandaian bukan main tingginya, di mana tentu nenek she Liong
ini tentu akan dapat menghadapi Cek Tian dan Auwyang Phu.
Tanpa membuang-buang waktu, ang-kin Liong Tie Siang telah
berputar-putar. Memang Liong Tie Siang mengandalkan
senjatanya yang istimewa ini. Dengan ang-kinnya ini entah telah
berapa banyak jago-jago rimba persilatan yang berhasil
dirubuhkannya. 315 Sedangkan dulu di puncak Hoa-san, Yo Ko sendiri agak repot
menghadapi ang-kin si nenek, walaupun akhirnya Liong Tie Siang
telah melarikan diri karena tidak berdaya menghadapi Sin-tiauwtay-hiap.
Sedangkan Cek Tian dan Auywang Phu walaupun memiliki
kepandaian warisan Auwyang Hong yang hebat bukan main, tetapi
karena mereka berlatih diri tanpa bimbingan dari Auwyang Hong
secara langsung, melainkan melatih sendiri sedapat dan sebisa
mereka, dengan demikian, kepandaian mereka itu tidak sempurna.
Hebat ilmunya, namun latihannya yang kurang sempurna, arti dari
ilmu yang hebat itu menurun banyak.
Sekarang menghadapi ang-kin Liong Ti Siang yang hebat, tentu
saja Cek Tian dan Auwyang Phu jadi ripuh sendirinya, mereka ibu
dan anak jadi sibuk sekali.
Ujung ang-kin itu sebentar menyambar ke kiri, menyambar ke
pinggang menyambar ke bawah, menyambar ke daerah yang
mematikan. Malah ang-kin itu sebentar keras dan kaku sekali,
seperti juga tongkat yang menyerang untuk menggemplang, dilain
saat berobah lagi menyadi lemas dan lunak, akan melibat dan
mengikat ibu dan anak itu.
Auwyang Phu beberapa sekali berusaha mempergunakan Ha-mokangnya untuk menghadapi Liong Tie Siang, namun sejauh itu ia
masih belum sempat juga mempergunakan ilmu tersebut.
Begitu juga dengan Cek Tian yang tidak berhasil untuk
mempergunakan ilmu andalannya itu. Ia bersama puteranya selalu
main mundur saja. 316 Melihat keadaan seperti itu, Swat Tocu jadi tertarik. Dia merupakan
seorang tokoh sakti dan kini melihat nenek tua itu memiliki
kepandaian tinggi sekali, disamping itu juga memang tampaknya
Cek Tian dan Auwyang Phu tidak berdaya di bawah serangan angkin nenek tua she Liong itu.
Dengan demikian ia telah bermaksud untuk maju main-main
dengan Liong Tie Siang. Terlebih lagi ia pun ingat waktu di luar
istana, ia telah menjanjikan ibu dan anak itu bahwa ia akan
membantu mereka menghadapi pangeran Ghalik dan orangorangnya.
Setelah berdiam diri sejenak lamanya, akhirnya Swat Tocu telah
tertawa nyaring. katanya: "Kalian ibu dan anak, mundurlah, biarlah
aku yang main dengan nyonya itu......!"
Dan walaupun mulutnya perintahkan Cek Tian dan Auwyang Phu
mundur, tidak menanti sampai Cek Tian dan anaknya itu mundur,
tubuh Swat Tocu telah melompat maju ke tengah gelanggang.
Gerakan tubuhnya itu gesit sekali, sehingga tidak bisa dilihat jelas
cara bergeraknya. Tahu-tahu ia telah berada di hadapan Liong Tie
Siang. Sambil melompat begitu, Swat Tocu juga telah menggerakkan
tangan kirinya, katanya: "Mundurlah dulu, nyonya. Mari kita
bicara......!" Waktu itu Liong Tie Siang tengah melancarkan serangan angkinnya dengan cepat dan mengandung kekuatan yang bisa
mematikan kepada Cek Tian dan Auwyang Phu.
317 Namun waktu merasa samberan angin kibasan tangan Swat Tocu
yang aneh sekali, di mana menyambarnya angin dingin bukan main
dan tubuhnya seperti terbungkus oleh lapisan es, Liong Tie Siang
mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena heran dan kaget.
Gesit bukan main, tampak Liong Tie Siang telah melompat mundur
dua tindak ke belakang. Mempergunakan kesempatan itu, Cek Tian dan Auwyang Phu
telah mundur. Dengan mata mendelik, Liong Tie Siang telah mengawasi Swat
Tocu. "Siapa kau, manusia edan?" tegurnya, dia menyebut Swat Tocu
dengan sebutan manusia edan, karena melihat pakaian Swat Tocu
yang aneh dan terbuat dari kulit binatang buas.
Swat T'ocu tertawa. "Aku Swat Tocu, tentu kau pernah mendengar......!" sahutnya
sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Tubuh Liong Tie Siang jadi menggigil. Kagetnya tidak terkira
mengetahui bahwa orang aneh ini adalah Swat Tocu, tokoh sakti
dari Pulau Salju yang terkenal itu. Namun melihat muka Swat Tocu
yang masih begitu muda, paling tidak hanya limapuluh tahun lebih,
sedangkan menurut perkiraannya, di mana Swat Tocu telah
terkenal sejak delapanpuluh tahun lalu tentu usianya kini telah
seratus tahun lebih, Liong Tie Siang jadi ragu dan tidak
318 mempercayainya. Maka setelah mengawasi beberapa waktu
lamanya, ia telah tertawa dingin.
"Heemm engkau ingin menggertakku dengan mempergunakan
nama Swat Tocu?" ejeknya.
Swat Tocu tidak melayani ejekan itu, melainkan dia menggerakan
ke dua tangannya. "Terimalah seranganku ini, engkau akan mengetahui apakah aku
ini Swat Tocu." Dan membarengi dengan perkataannya dan
tampak dia telah menyerang dengan tenaga Inti Esnya.
Liong Tie Siang seketika merasakan tubuhnya seperti dikurung
oleh hawa dingin, bagaikan dirinya telah dikuasai oleh lapisan es,
dingin sekali. Cepat tanpa berayal sedikitpun juga, Liong Tie Siang
telah menggerakkan ang-kinnya.
Maksudnya dia ingin mendesak dia dengan Pukulan Inti Esnya
terlebih jauh. Waktu itulah Swat Tocu agar orang itu tak mundur sama sekali, dia
mengulurkan tangan kanannya, dan mencekal ujung ang-kin.
"Ke mari kau......!" bentaknya menarik dengan kuat sekali.
Swat Tocu memang telah memiliki latihan lweekang yang
sempurna sekali. Begitu ang-kin ditarik, begitu tubuh Liong Tie
Siang terbetot keras. 319 Kepandaian Liong Tie Siang juga tidak lemah. Dia sesungguhnya
memiliki lweekang yang sempurna juga. Namun karena ia tidak
menyangka akan diperlakukan seperti itu, malah Swat Tocu
menariknya dengan tiba-tiba dan mempergunakan lweekang yang
kuat sekali, dengan sendirinya tubuh Liong Tie Siang terbetot
melayang menghampiri Swat Tocu.
Di saat tubuh Liong Tie Siang akan menubruk kepadanya di waktu
itulah tampak Swat Tocu telah menghajar dengan telapak tangan
kanannya memapaki ke arah dada nenek tersebut.
Liong Tie Siang kaget bukan main, itulah berbahaya untuk dirinya.
Pukulan yang dilakukan Swat Tocu bukanlah pukulan biasa. Dia
memukul dengan mempergunakan Pukulan Inti Esnya, dengan
demikian, jika terkena serangan itu, berarti darah di sekujur
tubuhnya akan beku, dan ia juga akan terbinasa.
Tetapi dirinya tengah berada di tengah udara, malah menghampiri
ke arah Swat Tocu, bagaikan tengah menghampiri maut.
Lawannya itupun seorang tokoh sakti dari pulau Salju. Dengan
demikian, Liong Tie Siang menghadapi bahaya kematian......
Tetapi seperti yang dijelaskan bahwa kepandaian yang dimiliki
Liong Tie Siang memang merupakan kepandaian yang tidak
rendah. Walaupun belum bisa disejajarkan dengan kepandaian Yo
Ko, It Teng Taysu ataupun Oey Yok Su, namun di waktu itu dalam
jamannya itu, mungkin Liong Tie Siang merupakan jago wanita
yang ke dua setelah Siauw Liong Lie.
Karena itu,walaupun tengah menghadapi ancaman bahaya seperti
itu, sama sekali ia tidak jadi gugup. Setelah menetapkan
320 goncangan hatinya, waktu melihat telapak tangan Swat Tocu
tengah menyambar ke arah dirinya, dan hawa dingin juga telah
menyelubunginya, ia telah keluarkan suara seruan nyaring seperti
pekik tikus. Kemudian cepat bukan main dia menggerakkan ke dua
tangannya, dia telah menyampoknya dengan seluruh kekuatan
yang ada. Memang Liong Tie Siang berhasil menangkis telapak tangan Swat
Tocu. Malah tubuh Liong Tie Siang juga terpental ke belakang,
berjumpalitan dan berhasil hinggap di tanah kembali dengan
selamat, tidak urung dia menggigil kedinginan. Ketika tadi telapak
tangannya itu bentrok dengan telapak tangan Swat Tocu, dia
merasakan dari telapak tangan Swat Tocu bagaikan mengalir
menerobos hawa yang dingin sekali, melebihi dinginnya es. Dan
juga sekarang, walaupun dia telah berhasil menyelamatkan diri
dari kematian di tangan Swat Tocu, tidak urung ujung ang-kinnya
masih dipegang oleh Swat Tocu.
Begitulah, ujung ang-kin yang satu dicekal oleh Swat Tocu, ujung
yang lainnya dicekal oleh Liong Tie Siang, mereka berdiri saling
mengawasi. Walaupun tubuh mereka diam, tidak bergerak sama sekali, begitu
juga halnya dengan ke dua tangan dan ke dua kaki mereka
masing-masing tidak saling bergerak, kenyataannya memang
mempelihatkan bahwa mereka sebetulnya tengah mengadu
lweekang tingkat tinggi. 321 Sebab tadi begitu Liong Tie Siang terpental, dan telah hinggap di
atas lantai tanpa kurang suatu apapun juga, di saat itulah Swat
Tocu tanpa membuang waktu telah mengerahkan ilmu Inti Esnya
melalui ujung dari ang-kin yang masih dicekalnya itu.
Segulung hawa dingin yang luar biasa telah tersalurkan ke tangan
Liong Tie Siang. Sedangkan Liong Tie Siang waktu merasakan menerobosnya
hawa dingin dari ujung ang-kinnya, telah cepat-cepat
mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya. Ia mempergunakan
hawa Yang, hawa panas untuk melawan hawa dingin tersebut.
Memang baru Liong Tie Siang berhasil, dia bisa menghadapi hawa
dingin, namun perlahan-lahan hawa dingin itu menindih hawa Yang
yang dikerahkannya, dan juga hawa dingin mulai menerobos
perhatiannya, sehingga berangsur-angsur tubuh Liong Tie Siang
mulai mengigil. Semakin lama semakin keras, menggigil semakin
kuat, bagaikan dia berada di tengah-tengah danau es yang dingin
sekali...... Liong Tie Siang mengeluh di dalam hatinya, dia yakin bahwa


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawannya ini memang Swat Tocu adanya, yang sangat terkenal itu,
yaitu tokoh sakti yang kepandaiannya memang tidak berada di
bawah kepandaian ke lima jago luar biasa lainnya.
Dengan demikian, Liong Tie Siang mati-matian mengadakan
perlawanan. Memang masih ada terdapat satu jalan yang bisa menyelamatkan
dirinya. Yaitu dengan melepaskan ujung ang-kin yang dicekalnya,
322 sehingga dia terlepas dari pengaruh Inti Esnya Swat Tocu, dan dia
bisa menyelamatkan dirinya.
Tetapi Liong Tie Siang tidak rela jika harus melepaskan ang-kinnya
itu terjatuh di tangan lawannya.
Setelah berpikir sekian lama dan merasakan pertahanan dirinya
kian tergempur dan tidak lama lagi jika dia bertahan seperti ini,
tentu dirinya akan terluka oleh Inti Esnya Swat Tocu. Liong Tie
Siang jadi nekad dan dia mengeluarkan suara pekikan yang mirip
dengan suara pekikan seekor tikus.
Kemudian dengan cepat ia menjejakkan ke dua kakinya lagi, bukan
menerjang kepada lawannya, hanya melompat mundur. Dan
sambil melompat mundur itu, dia menarik sekuat tenaga angkinnya, maka karena Swat Tocu bertahan juga dengan cekalan
yang kuat, ang-kin itu yang jadi korban terputuskan di tengah,
menjadi dua potong. Yang sepotong dicekal oleh Swat Tocu, sedangkan yang sepotong
lagi dicekal oleh Liong Tie Siang.
Waktu itu, tampak Liong Tie Siang setelah berhasil melepaskan diri
dari libatan tenaga dingin lawannya, dia telah mengatur jalan
pernapasannya, dan sisa hawa dingin yang menguasai tubuhnya
itu telah lenyap. Dia berkata dengan suara yang tawar:
"Swat Tocu, di antara kita tidak terdapat permusuhan, dan juga
engkau dengan pihak Mongolia tidak tersangkut paut hubungan
dan urusan apapun juga. Malah engkau sebagai seorang tokoh
sakti yang hidup di pulau Esmu dan juga sebagai seorang tokoh
323 sakti yang dihormati oleh semua jago-jago rimba persilatan,
sekarang mengapa engkau memusuhi kami?"
Swat Tocu tertawa. "Aku tidak memusuhi kalian, aku juga tak mau tahu apa yang ingin
kalian lakukan, karena aku hanya tahu jika diriku tidak diganggu,
akupun tidak akan mengganggu dan tidak mau tahu urusan kalian!
Sekarang aku hanya tertarik untuk main-main beberapa ratus jurus
dengan kalian, terutama dengan kau!"
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Swat Tocu, bukan main
mendongkolnya Liong Tie Siang. Karena walaupun Swat Tocu
mengatakan bahwa dia tidak mau mencari urusan dengannya dan
pihak kerajaan Mongolia, namun dilihat dari sikapnya, memang ia
tengah mencari urusan dan gara-gara......
"Baiklah......!" kata Liong Tie Siang kemudian. "Jika memang kau
tetap ingin mengadu kepandaian denganku, akupun tidak bisa
menolak. Biarlah aku akan mempertaruhkan jiwa tuaku ini. Akupun
ingin mengetahui berapa hebat sih kepandaian Swat Tocu yang
terlalu dipuji-puji dan dibesar-besarkan itu......!"
Memang Liong Tie Siang merupakan seorang wanita yang tidak
mau mengalah menghadapi siapapun. Sejak mudanya dia selalu
bersikap keras pada siapapun juga. Jika sekarang dia mau
bertekuk lutut bekerja di bawah perintahnya pangeran Ghalik,
pangeran yang memiliki kepandaian lebih rendah dari dia, karena
pangeran itu memperlakukannya dengan baik dan menghormat.
324 Seperti terjadi di puncak Hoa-san, Liong Tie Siang tidak mau
selangkahpun mengalah pada Yo Ko, malah tanpa kenal takut, dia
telah bertempur dengan Yo Ko, baca Sin-tiauw-thian-lam. Maka
terlebih lagi sekarang, di waktu dia telah melatih diri lebih jauh
selama duapuluh tahun dan kepandaiannya telah mengalami
banyak kemajuan. Walaupun memang Liong Tie Siang menyadarinya bahwa
kepandaian Swat Tocu sangat luar biasa, tokh dia tidak jeri
karenanya. Di waktu itu, Swat Tocu telah tertawa.
"Itulah yang kuhendaki, yaitu engkau menemaniku main-main
untuk beberapa jurus......!" Dan setelah berkata begitu cepat Swat
Tocu telah melangkah maju.
Tampaknya Swat Tocu melangkah dengan tindakan kaki yang
perlahan namun tubuhnya tiba di hadapan Liong Tie Siang begitu
cepat, tahu-tahu dia telah berada di hadapan wanita she Liong
tersebut. Tangannya juga digerakkan, didorong ke arah Liong Tie Siang,
menyerang dengan gerakan seperti main-main dan ayal-ayalan.
Tetapi hebat dari cara menyerang seperti itu, karena memang Swat
Tocu telah mempergunakan pukulan Inti Es nya tingkat
pertengahan, berbeda dengan tadi, di mana ia mengerahkan
tenaga Inti Esnya baru dua bagian saja. Dengan begitu, bisa
dibayangkan betapa hebatnya hawa dingin yang telah mengurung
Liong Tie Siang. 325 Waktu menghadapi Yo Him beberapa waktu yang lalu, di mana
Swat Tocu tiga jurus melakukan penyerangan kepada Yo Him.
Diapun mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya dari Inti
Esnya itu. Setiap kali Yo Him mengelak dan benda-benda yang terkena
pukulan itu jadi terbungkus oleh lapisan es.
Kali inipun tenaga Inti Es yang dipergunakan oleh Swat Tocu sama
tingginya seperti waktu menghadapi Yo Him, maka dari itu, ketika
Liong Tie Siang mengelakkan diri di mana angin pukulan itu
menyambar terus dan mengenai seorang jago yang berdiri di
belakang Liong Tie Siang. Dia mengeluarkan suara teriakan kaget,
kemudian tubuhnya menggigil, lalu diam kaku. Dan tubuhnya telah
terbungkus oleh lapisan es!
Swat Tocu tertawa keras waktu melihat Liong Tie Siang berhasil
meloloskan diri dari serangannya itu. Dia telah mengulangi lagi
serangannya. Dalam keadaan seperti ini, tampaknya, Swat Tocu tidak mau
memberikan kesempatan sedikitpun juga kepada Liong Tie Siang.
Liong Tie Siang mendongkol bukan main, tetapi dia mendongkol
tanpa daya, karena dia harus sibuk mengelakkan diri berulang kali,
kalau memang tubuhnya tidak mau sampai terbungkus oleh
lapisan salju. Tetapi Liong Tie Siang juga tidak tinggal diam, walaupun dia sibuk
mengelakkan diri, beberapa kali dia masih berusaha membalas
menyerang dengan tenaga Yang nya. walaupun selalu gagal.
326 Setelah bertempur belasan jurus, Liong Tie Siang jadi mengeluh.
Sekarang dia baru mengakuinya, bahwa tidak percuma bahwa
Swat Tocu dikenal oleh jago-jago rimba persilatan sebagai tokoh
sakti yang kepandaiannya katanya tidak berada di bawah
kepandaian Oey Yok Su berlima.
Kenyataan yang sekarang dihadapinya memang membuktikan
bahwa kepandaian yang dimiliki Swat Tocu memang benar-benar
luar biasa. Dalam keadaan seperti itu, Liong Tie Siang juga baru menyadari,
jika memang mereka meneruskan pertempuran seperti ini
sebanyak sepuluh jurus lagi tentu yang rugi adalah dirinya, di mana
dia tidak akan sanggup menghadapi Swat Tocu lebih jauh.
Maka sambil mengelakan diri dari serangan Swat Tocu berikutnya,
Liong Tie Siang telah memeras otak memikirkan jalan yang sebaik
mungkin untuk meloloskan diri.
Di waktu itulah, tampak Swat Tocu telah tertawa nyaring. Dengan
sikap ayal-ayalan, telah menggerakkan ke dua tangannya,
katanya: "Nah, sekarang kau terimalah jurus seranganku ini......
Aku menghendaki engkau menjadi boneka nenek-nenek dari
es......!" Benar-benar hebat serangan yang kali ini dilancarkan oleh Swat
Tocu. Karena dari ke dua telapak tangannya yang digerakkan
dengan berbareng itu telah mengalir hawa yang dingin bukan main.
327 Jangankan Liong Tie Siang, sedangkan para jago-jago lainnya
yang telah berkumpul di sekitar tempat tersebut menggigil keras
sekali. Tapi mereka ada yang bercatrukan dan juga muka mereka pucat.
Walaupun mereka telah mundur beberapa langkah ke belakang
menjauhi diri dari gelanggang, tokh tidak urung mereka kedinginan
juga. Begitu juga halnya dengan pangeran Ghalik, tubuhnya sampai
menggigil. Walaupun ia menggigil tidak hebat, namun semakin
lama tubuhnya semakin menggigil lebih keras, menunjukkan
bahwa dia menderita kedinginan yang hebat.
Yo Him dan Wang Put Liong yang berada di dalam ruangan di balik
pintu berlapis besi itu juga merasakan hembusan angin yang dingin
sekali. Jika Yo Him tidak terpengaruh oleh hawa dingin itu, sebab begitu
dia mengerahkan tenaga lweekangnya dia bisa menguasai diri dan
telah mengusir hawa dingin tersebut. Tetapi yang hebat adalah
Wang Put Liong, walaupun ia terpisah di tempat yang jauh, tokh
terkena sambaran angin itu, tubuhnya telah menggigil.
Yo Him tersenyum, dia mengulurkan tangan kanan mencekal
tangan Wang Put Liong, dik?rahkan tenaga dalamnya. Dia lalu
menyalurkan tenaga Yang nya pada orang she Wang ini, maka
seketika rasa dingin yang mempengaruhi tubuh Wang Put Liong
jadi berkurang dan akhirnya lenyap.
328 "Berbahaya! Sungguh berbahaya!" mengeluh Wang Put Liong
kemudian dengan suara gumaman yang perlahan.
Yo Him sendiri kagum bukan main terhadap ilmu Inti Es yang
dimiliki oleh Swat Tocu. "Dia adalah Swat Tocu dari pulau Salju, kepandaiannya memang
tidak berada di bawah Locianpwe lainnya, seperti Oey Suhu, It
Teng Locianpwee dan ayahku......!"
Wang Put Liong telah mengangguk.
"Ya, aku baru melihat pertama kali ini ilmu yang luar biasa ini,
mengerikan sekali......!" menyahut orang she Wang tersebut.
Yo Him tersenyum. "Tetapi Swat Tocu sahabatku, dia tentu berdiri di pihak kita......!"
kata Yo Him. "Tetapi yang aneh adalah nenek dan pemuda pendek
itu. Mengapa mereka bisa membawakan ilmu Ha-mo-kang, ada
hubungan apa mereka dengan Auwyang Hong Locianpwe?"
Wang Put Liong jadi terkejut.
"Auwyang Hong?" tanyanya.
Yo Him mengangguk. "Ya, ilmu yang tadi mereka pergunakan untuk menghadapi orangorangnya pangeran Ghalik adalah Ha-mo-kang, ilmu pukulan
kodoknya Auwyang Hong Locianpwe yang sangat terkenal. Dan
329 tadi wanita tua itu juga telah menyebut-nyebut bahwa Auwyang
Hong Locianpwe ada suaminya, yang kuburannya telah dibongkar
oleh pangeran Ghalik. "Ayahku pernah menceritakan peristiwa dibongkarnya kuburan
Auwyang Hong dan Ang Cit Kong Locianpwe, yang telah dibongkar
orang yang tidak diketahui siapa...... Sampai sekarang masih tidak
diketahui apa maksud dari pembongkaran kuburan itu dan siapa
yang melakukannya. "Namun didengar dari perkataan nenek tua itu dengan pangeran
Ghalik, tampaknya peristiwa duapuluh tahun yang lalu tentang
pembongkaran kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong
Locianpwe dilakukan pangeran Ghalik. Tapi yang aneh lagi, yang
kuketahui Wang Kiesu, justeru Auwyang Hong Locianpwe tidak
memiliki isteri. Jika nenek itu mengakui dia sebagai isteri Auwyang
Hong Locianpwe, apakah pemuda itu adalah puteranya Auwyang
Hong Locianpwe?" Sambil menggumam begitu, Yo Him telah mengawasi terus dan
memperhatikan keadaan si nenek dan pemuda bertubuh pendek
itu, yaitu Auwyang Phu. Untuk sementara perhatiannya pada
pertempuran yang tengah berlangsung antara Liong Tie Siang
dengan Swat Tocu itu telah beralih kepada diri ibu dan anak itu, di
mana Yo Him lebih tertarik untuk mengetahui siapakah adanya
wanita tua itu dan Auwyang Phu.
Wang Put Liong juga mengawasi kepada Cek Tian dan Auwyang
Phu. 330 Sedangkan Liong Tie Siang yang tengah sibuk menghadapi
serangan Swat Tocu. Mulai keripuhan sendiri. Hatinya mulai
goncang di mana dia yakin tidak mungkin bisa lebih lama lagi
menghadapi Tocu dari Pulau Salju itu.
Tetapi sebagai seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi,
tentu saja Liong Tie Siang tidak mau menyerah begitu saja. Dia
telah mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lweekang yang
ada padanya. Harus diketahui, jika seseorang mempergunakan seluruh kekuatan
tenaga lweekangnya, sepenuh tenaga, malah akan membuat dia
terluka di dalam. Walaupun pertempuran itu bisa dimenangkannya,
tetapi tetap saja setelah pertempuran itu, di mana orang tersebut
telah mempergunakan seluruh kekuatan lweekangnya, tentu akan
menderita sakit. Dengan demikian Liong Tie Siang sendiri telah menyadari bahwa
dengan mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya ini
menghadapi Swat Tocu, di mana dia malu untuk menyerah dan
mundur mengakui kekalahannya di hadapan pangeran Ghalik,
bahwa dirinya jika tokh berhasil menghadapi serangan Swat Tocu
itu, kesudahannya dia yang akan jatuh sakit parah atau juga
mungkin terluka di dalam yang berat.
Namun disebabkan memang Liong Tie Siang nekad, dan dia juga
mengeluarkan seluruh kekuatan lweekangnya, tanpa memperdulikan akibatnya. Begitulah, tenaga Yang yang dikeluarkan oleh Liong Tie Siang
telah berbentur keras dengan hawa dingin yang dikerahkan oleh
331 Swat Tocu. Dengan begitu, tampak tubuh Liong Tie Siang telah
bergoyang-goyang seperti akan mundur, namun Liong Tie Siang
berusaha bertahan terus. Sedangkan Swat Tocu tidak mengalami sesuatu apapun juga.
Sambil tertawa keras, dia menarik pulang kembali ke dua
tangannya, kemudian tanpa henti dia telah mendorong lagi,
kembali menyerang dengan Pukulan Inti Esnya. Hawa dingin yang
lebih kuat telah menerjang Liong Tie Siang dengan hebat.
Kali ini Liong Tie Siang tampaknya tidak bisa mempertahankan diri
lagi. Dengan mengeluarkan suara perlahan mengandung perasaan
kaget, tubuh Liong Tie Siang telah terhuyung dua tindak ke
belakang, tergempurlah tenaga dalamnya dan juga perbentengan


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertahanan dirinya. Karena di waktu itu dia telah terserang hebat.
Di waktu bersamaan dengan itu, waktu Liong Tie Siang tengah
menghadapi ancaman bahaya maut yang tidak kecil. Telah berlarilari seseorang, diiringi dengan suara bentakannya: "Ohh, makhluk
kurang ajar yang ingin mengacau di sini tanpa kenal malu...... biar
aku yang menghajar mampus.....!" dan orang itu bukan hanya
berlari sambil berteriak tangannya digerakkan, dia memegang
pundak Liong Tie Siang, menahan agar tubuh itu tidak mundur
lebih jauh. Malah dari telapak tangannya telah keluarkan kekuatan lweekang
yang hebat sekali di mana telah disalurkan masuk ke dalam tubuh
Liong Tie Siang. Untuk sejenak Liong Tie Siang memperoleh
332 tenaga tambahan, tenaga lweekangnya yang telah tergempur tadi,
bisa disatukan kembali, dan ia jadi bisa berdiri tegak kembali!
Malah hawa dingin yang seperti mengurung diri Liong Tie Siang
telah lenyap, tidak bisa menguasai dirinya lagi. Dengan buyarnya
hawa dingin itu, maka Liong Tie Siang bisa bergerak lebih leluasa.
Berulang kali dia mengeluarkan suara erangan itu untuk
memusatkan tenaganya. Dengan tambahan tenaga dari orang
yang menempelkan telapak tangannya pada punggungnya, maka
Liong Tie Siang menggerakkan ke dua tangannya, mendorong
kepada Swat Tocu. Swat Tocu tertawa, ia melihat orang yang muncul membantu Liong
Tie Siang, sehingga nenek itu tidak terjungkal, adalah seorang
Mongolia berpakaian sebagai pendeta. Ia tidak mengenal pendeta
yang telah berusia cukup lanjut itu. Hanya ia heran juga bahwa
kepandaian pendeta itu demikian tinggi. Karena Liong Tie Siang
telah mendorong ke arah?ya dengan kekuatan yang berlipat dari
tenaganya yang semula. Swat Tocu juga mempergunakan tenaga
Inti Esnya jauh lebih kuat.
"Aduhhh......!" teriak Liong Tie Siang sambil menggigil keras.
Karena waktu tenaganya bentrok dengan tenaganya Inti Es yang
dipergunakan Swat Tocu, ia merasakan tenaganya itu buyar dan
tenaganya itu bagaikan lenyap tidak berbekas. Malah tubuhnya
seperti dibungkus oleh lapisan es lagi, ia menggigil dengan sekujur
tubuhnya terasa nyeri. Pendeta Mongolia yang muncul membantu Liong Tie Siang tidak
lain dari Tiat To Hoat-ong. Waktu melihat keadaan Liong Tie Siang
333 seperti itu, dia pun terkejut, karena walaupun berdiri di belakang
Liong Tie Siang, tokh Tiat To Hoat-ong merasakan sekujur
tubuhnya dingin sekali terkena sambaran pukulan Swat Tocu.
Cepat-cepat pendeta Mongolia itu menyambar tubuh Liong Tie
Siang. Dia juga melompat ke samping, sehingga Liong Tie Siang
bisa diselamatkan dari pengaruh tenaga dinginnya Swat Tocu.
"Toanio, kau beristirahat dulu. biar aku yang menghadapinya.....!"
kata Koksu Mongolia tersebut sambil melompat ke tengah
gelanggang menghadapi Swat Tocu. Matanya mengawasi bengis,
sambil bentaknya garang: "Siapa kau" Mengapa berani mengacau
di istana pangeran?"
Swat Tocu tertawa dingin, ia tidak memandang sebelah mata pada
pendeta ini. Walaupun dilihatnya Tiat To Hoat-ong memiliki
kepandaian yang tinggi, malah lebih tinggi dari kepandaian Liong
Tie Siang, tokh Swat Tocu tetap tidak menganggapnya sebagai
lawan yang perlu dihadapi dengan sungguh-sungguh.
Sebagai seorang tokoh sakti, tentu saja Swat Tocu merasa bahwa
dirinya yang tertinggi kepandaiannya di kolong langit ini, karena
Oey Yok Su, salah seorang dari kelima jago luar biasa di daratan
Tiong-goan yang pernah bertempur dengannya, tidak berdaya
untuk merubuhkannya. Maka, mana dipandang sebelah mata Tiat
To Hoat-ong ini" "Kemana aku ingin datang, tidak ada seorangpun yang bisa
melarangku. Ingin datang ke mari, engkau tidak bisa melarangku.
Jika memang engkau hendak mengurus diriku, nanti kuberikan kau
334 surat undangan dari Giam-lo-ong......!" suara Swat Tocu dingin
sekali. Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu negara, ia dihormati oleh
rakyat dan Kaisar Mongolia, bahkan kepandaiannyapun tinggi luar
biasa. Tidak biasanya ia dilayani dengan sikap seperti yang
diperlihatkan Swat Tocu. Walaupun telah dilihatnya tadi betapa Swat Tocu membuat Liong
Tie Siang jadi kelabakan seperti itu. Namun sama sekali Tiat To
Hoat-ong tidak jeri. Malah dengan gusar ia mengebutkan ujung
jubahnya, di mana kemudian ke dua tangannya dirangkapkan,
dengan sikap siap menyerang.
Swat Tocu tetap berdiam saja mengawasi sikap Tiat To Hoat-ong,
ia merasakan sambaran dan dorongan kuat sekali dari ujung jubah
Tiat To Hoat-ong. Namun Swat Tocu hanya dengan memusatkan
kuda-kuda ke dua kakinya, lalu balas mendorong dengan tenaga
Inti Esnya. Tiat To Hoat-ong jadi terkejut, ia merasakan tubuhnya disambar
angin yang dingin sekali, melebihi dinginnya es dan juga tubuhnya
seperti terbungkus oleh lapisan es.
Tetapi sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi,
disamping itu juga memang telah menguasai ilmu Yoga dengan
sempurna, Tiat To Hoat-ong tidak jeri dengan hawa dingin tersebut.
Ia telah merangkapkan ke dua tangannya. Kemudian memusatkan
tenaga murni di tan-tiannya, lalu menggerakkan ke dua tangannya
itu. 335 Dengan demikian tampak ia telah mengeluarkan hawa Yang
(panas) yang bukan main. Dua kekuatan yang berlainan sifatnya
itu. Yang satu dingin melebihi es, dan yang satunya lagi panas
melebihi panasnya api telah saling bentur.
Untuk orang-orang yang berkepandaian rendah, tentu mereka
tidak mengetahui hebatnya bentrokan yang terjadi itu. Maka
mereka hanya mengetahui bahwa ke dua orang itu hanya
mengadu kekuatan tenaga dalam.
Tetapi Liong Tie Siang dan juga pangeran Ghalik, telah melihat
bahwa Koksu negara itu tengah berusaha untuk membendung
serangan hawa dingin dari tenaga inti Es yang dilancarkan Swat
Tocu. Begitu juga halnya dengan Swat Tocu, yang telah berusaha
untuk menindih dan memunahkan tenaga "Yang" yang dikeluarkan
oleh Tiat To Hoat-ong. Ke dua orang itu masing-masing berdiri berhadapan dengan
terpisah jarak setombak lebih. Mereka mengawasi dengan muka
yang terpancar kekerasan dan juga urat-urat di muka mereka mulai
tampak. Begitu keadaan menjadi sunyi, ke duanya telah bergerak
lagi dengan ke dua tangan digerakkan.
Hampir bersamaan dengan benturan yang terjadi, tubuh mereka
juga bergoyang goyang. Yang seorang diselubungi oleh hawa
dingin, mukanya memerah, tubuhnya dingin bagaikan darah di
sekujur tubuhnya menjadi beku. Sedangkan yang seorang lagi,
Swat Tocu, mukanya mulai merah, keringat mengucur keluar deras
sekali dari sekujur tubuhnya. Dilihat dari keadaan seperti ini,
336 tampaknya Swat Tocu juga tengah dikuasai hawa "Yang" yang luar
biasa panasnya. Tiat To Hoat-ong sama sekali tidak menyangka bahwa Swat Tocu
ini merupakan tokoh sakti yang mungkin sudah tidak ada duanya
di kolong langit ini...... Tadi memang ia telah melihatnya bahwa
Swat Tocu bukan orang sembarangan, namun sebagai Koksu
negara yang memiliki kemuliaan, tentu saja dia harus turun tangan
membela pangeran Ghalik. Hanya saja ia tidak menyangkanya
bahwa Swat Tocu demikian tangguh.
Dalam beberapa kali gebrakan dengan saling menggebrakkan
tangan, mengadu tenaga dalam yang berlainan sifatnya itu tanpa
saling bentur itu, Tiat To Hoat-ong telah mengetahui bahwa
lawannya ini sesungguhnya masih menang setingkat dari dirinya.
Tetapi Tiat To Hoat-ong tentu saja tidak mau menyerah begitu saja,
lebih lagi ia memang merupakan seorang Koksu, yang dianggap
paling mulia di samping Kaisar mereka. Walaupun harus
mempertaruhkan jiwanya, Tiat To Hoat-ong tetap melindungi
pangeran Ghalik. Setelah merasakan bahwa tenaga Yang nya itu semakin lama
semakin tertindih oleh hawa dingin dari lawannya, Tiat To Hoatong mengeluarkan suara bentakan nyaring, di mana tubuhnya
telah digetarkan dan bulu-bulu di sekujur tubuhnya seperti berdiri
tegak. Pendeta ini telah mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu
Soboc , semacam ilmu yang telah diciptakannya dari intisari Yoga
dan intisari lweekang di daratan Tiong-goan ini, di mana sepuluh
tahun lebih belakangan ini Tiat To Hoat-ong memang telah
merampungkan ilmunya tersebut.
337 Waktu ilmu itu belum rampung benar, Tiat To Hoat-ong tidak
pernah mempergunakannya. Dan baru kali ini ia ingin mencobanya
untuk dipergunakan menghadapi ilmu Swat Tocu.
Soboc ternyata merupakan ilmu tenaga dalam yang luar biasa.
Karena Tiat To Hoat-ong telah berhasil melatih rampung, ia telah
mencapai tingkat yang tinggi sekali, di mana ia bisa
mempergunakan tenaga murninya sekehendak hatinya. Setiap kali
ilmu tersebut digunakan, bulu-bulu di sekujur tubuh Tiat To Hoatong berdiri, dari seluruh pori-pori kulitnya menguap semacam
kekuatan, di mana munculnya tenaga itu bergelombang.
Mula-mula perlahan, namun semakin lama semakin menjadi kuat.
Yang lebih luar biasa lagi, jika tenaga tersebut memperoleh
perlawanan, semakin kuat tenaga lawan, semakin kuat daya
tolaknya, semakin lunak serangan lawannya, semakin ketat pula
libatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Dengan begitu, baik lawan
yang berkepandaian tidak begitu tinggi atau memang lawan yang
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, jika telah terkena serangan
itu, niscaya akan mengalami suatu bencana yang tidak kecil.
Kini Tiat To Hoat-ong memang bermaksud mencoba ilmunya itu,
yang memang sebelumnya tidak pernah dipergunakan. Dengan
tubuh menggigil, ia telah menggerakkan perlahan-lahan ke dua
tangannya. Soboc memang hebat, karena tidak lama kemudian hawa dingin
yang mempengaruhi tubuh pendeta itu berangsur-angsur telah
berkurang. 338 Swat Tocu sendiri terkejut. Berulangkali ia mengempos semangat
dan tenaganya untuk mengirim tenaga Inti Es nya. Namun setiap
kali pula tenaganya itu seperti terbendung oleh suatu kekuatan.
Dan akhirnya lenyap tidak berbekas, sama sekali tidak
memberikan hasil, kepada lawannya yang seorang itu tenaga Inti
Es nya seperti tidak memiliki keampuhan lagi.
Diam-diam Swat Tocu kaget bukan main. Ia penasaran. Karena
sejak ia telah melatih sempurna tenaga Inti Es nya itu. Tidak
pernah ada yang sanggup menghadapinya. Terlebih lagi jika ia
telah mempergunakan sampai tingkat kedelapan. Namun sejauh
itu Swat Tocu memang tidak mempergunakan sampai ketingkat
delapan begitu juga sekarang, dikala ia menghadapi Tiat To Hoatong, baru mempergunakannya sampai tingkat keenam.
Namun melihat tenaga Inti Es nya itu tidak berpengaruh apa-apa
terhadap Tiat To Hoat-ong, Swat Tocu menambah lagi kekuatan
Inti Es nya itu, di mana ia telah mempergunakan kekuatan tingkat
ke tujuh. Maka hawa dingin yang mengurung Tiat To Hoat-ong
semakin dingin dan lapisan es yang seperti akan membungkus
tubuh Tiat To Hoat-ong semakin tebal juga.
Namun Tiat To Hoat-ong dengan ilmu Soboc nya itu juga telah
mengerahkan kekuatan murninya, di mana ia menggetarkan
tubuhnya semakin cepat juga, dan di saat itu tampak Tiat To Hoatong tengah berusaha membuyarkan seluruh pengaruh hawa dingin
yang menerjang dirinya. Jika memang ia berhasil memunahkan
hawa dingin itu, dan juga berhasil membendung kekuatan tenaga
Inti Es yang dipergunakan Swat Tocu, berarti ia akan dapat segera
339 membalas menyerang dengan ilmunya kepada Tocu pulau salju
itu. Dengan semakin cepat dan kerasnya tubuh Tiat To Hoat-ong yang
menggigil itu, dan juga bulu-bulu di sekujur tubuhnya yang semakin
tegak berdiri dengan pori-pori kulit yang semakin besar terbuka,
telah menyebabkan hawa yang muncul menguap dari tubuhnya itu
semakin tebal. Daya pertahanannya semakin kuat, sehingga hawa
dingin dari Swat Tocu tidak bisa mendekatinya, walaupun Swat
Tocu telah mempergunakan ilmunya itu sampai tingkat ke tujuh!
Yo Him dan Wang Put Liong yang tengah menyaksikan jalannya
pertempuran itu dari tempat persembunyian mereka, memandang
kagum. Itulah suatu pertempuran yang jarang sekali terjadi di
dalam Kang-ouw. Begitu juga Cek Tian dan Auwyang Phu, di mana ibu dan anak ini
mengawasi takjub dan kagum.
Cek Tian dan Auwyang Phu memang telah melatih ilmu warisan
Auwyang Hong. Seperti diketahui bahwa Auwyang Hong adalah
salah seorang dari kelima jago luar biasa juga. Dengan diwarisinya
kepandaian tersebut, yang tertulis seluruh kepandaiannya di kitab
yang telah diberikan kepada Cek Tian, berarti Cek Tian maupun
puteranya itu telah melatih dengan baik.
Hanya saja, yang kurang buat Auwyang Phu adalah latihan dan
pengalaman. Dan bagi Cek Tian, dia memang telah berusia cukup
lanjut, pula ia seorang wanita. Waktu Auwyang Hong menciptakan
ilmunya itu untuk dipergunakan oleh laki-laki, maka tidak sesuai
340 dipergunakan oleh wanita. Itulah sebabnya Cek Tian tidak bisa
melatih diri lagi dengan sempurna.
Pangeran Ghalik yang memiliki kepandaian yang tidak rendah,
walaupun tidak setinggi kepandaian Tiat To Hoat-ong, namun dia
memiliki kepandaian yang tidak sembarangan. Ia juga memiliki
pengetahuan yang luas, pengalaman yang cukup. Melihat jalannya
pertempuran seperti itu, ia jadi kagum bukan main.
Diam-diam di hatinya berpikir: "Orang aneh itu yang menjadi lawan
Koksu itu memang benar-benar hebat. Kepandaiannya itu jarang
sekali terdapat di dalam rimba perailatan. Jika saja dia bisa kutarik
ke dalam tanganku. Dia dapat diberikan kedudukan sebagai wakil
ataupun sebagai pemimpin dari seluruh jago-jago yang bekerja di
bawah perintahku......"
Berpikir seperti itu, Pangeran Ghalik telah mengawasi jalannya
pertempuran yang luar biasa itu dengan sikap bersungguhsungguh. Namun hati kecilnya terus juga berpikir: "Memang
belakangan ini kulihat ada gejala kurang baik pada Koksu.
Sikapnya padaku tidak seperti beberapa waktu yang lalu.
"Walaupun dia selalu bersikap manis, namun di balik sikapnya
yang manis itu lewat sinar matanya, tampak jelas dia seperti juga
membenciku...... Malah menurut laporan terakhir dari orang
kepercayaanku, bahwa Koksu kemungkinan tengah menghimpun
jago-jago di bawah kekuasaannya untuk melakukan sesuatu. Yang
jelas dia ingin menindih pengaruhku!"
Karena berpikir begitu, maka pangeran Ghalik telah mengawasi
Koksu Tiat To Hoat-ong yang tengah memusatkan seluruh
341 kekuatan tenaga Soboc nya untuk membendung hawa dingin
lawannya di mana Swat Tocu memang tengah mengerahkan
tenaga Inti Es nya tersebut pada tingkat ke tujuh.
Tubuh Tiat To Hoat-ong tergetar cukup keras, karena disamping


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia mengerahkan tenaga, lagi pula dia pun menerima gempuran
yang hebat mengandung hawa dingin yang luar biasa. Jika
memang Swat Tocu hanya menyerang dengan gempuran tenaga
biasa tentu Tiat To Hoat-ong akan dapat menghadapi dengan
mudah mempergunakan Soboc nya ini, tetapi justeru di balik
kekuatan tenaga dalam setiap gempuran Swat Tocu, mengandung
hawa dingin yang melebihi dinginnya es, sehingga tubuh Tiat To
Hoat-ong seperti juga akan dibungkus oleh lapisan es, yang tidak
tampak sangat namun dingin sekali.
Swat Tocu juga tampaknya penasaran bukan main, berulang kali
tangannya itu telah diulurkannya, dia berulangkali mengempos
hawa dingin untuk membungkus tubuh Tiat To Hoat-ong, agar
Koksu negara ini tidak bisa untuk memberikan perlawanan lebih
lanjut. Namun yang membuat Swat Tocu memperoleh kesulitan
tidak kecil, justru dari sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong telah
menguap semacam uap tipis yang membuyarkan setiap hawa
dingin yang menyelubungi sekujur tubuhnya, di mana hawa dingin
yang dikirim Swat Tocu lewat pukulan-pukulannya itu seperti telah
buyar sendirinya. Pangeran Ghalik waktu itu masih berpikir lebih jauh: "Beberapa
orang-orangku telah berhasil menyelidiki juga bahwa Koksu
berusaha untuk merebut kedudukanku dan mengambil alih
pengaruhku. Telah ada beberapa jago di bawah perintahku yang
342 telah di pengaruhinya. Dia memang liehay dan memiliki
kepandaian yang sempurna, dia merupakan saingan yang berat
jika memang dia memiliki maksud-maksud yang tidak baik.
Di samping aku harus hati-hati mengawasinya dengan ketat,
akupun harus berusaha menyelidiki terus apa yang dilakukan oleh
Koksu akhir-akhir ini. Karena belakangan ini, dia jarang hadir
dalam rapat-rapat yang kuadakan, di mana dia sering tidak berada
di istana, dan telah pergi ke suatu tempat yang tidak ingin
disebutkannya......!"
Dan setelah berpikir begitu, tanpa dikehendakinya pangeran
Ghalik telah menghela napas berulang kali. Tetapi perhatiannya
terhadap pertempuran yang tengah berlangsung dengan hebat
antara Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong tetap tercurahkan dengan
baik. Dan diapun merasakan menyambar-nyambarnya hawa
dingin yang terpancarkan dari setiap pukulan yang dilakukan oleh
Swat Tocu pada Tiat To Hoat-ong, sehingga si pangeran tersebut
harus mundur menjauhi diri dari kalangan tiga tindak......
Tiat To Hoat-ong sendiri heran bercampur kaget. Heran karena dia
tidak menyangka ada ilmu seperti itu, yang demikian luar biasa,
memiliki hawa yang demikian dingin menggigilkan tubuh.
Waktu dia mulai melatih Soboc nya, hal itu tidak pernah terpikirkan
olehnya. Dia memang melatih tenaga lweekangnya yang bisa
dipergunakan dengan leluasa, yaitu jika lawannya menyerang
keras, maka perlawanan dari tenaga latihan Soboc nya akan
menolak lebih kuat dan keras. Jika lawan menyerang
mempergunakan cara yang lunak, perlawanan itu akan melibat
343 dengan lunak pula, sehingga tenaga lawan bisa dilibatkan dan di
balikkan untuk menghantam lawan itu sendiri.
Namun sama sekali Tiat To Hoat-ong tidak menyangka bahwa
sekarang ada orang yang bisa menyerang dengan begitu kuat,
disamping dalam tenaga gempurannya itu terkandung hawa yang
demikian dingin, yang melebihi dinginnya es......! Memang tenaga
pukulan lawannya bisa dihadapinya, ditolaknya, namun hawa
dingin itu yang seperti juga ingin membungkus tubuhnya, tidak bisa
dilenyapkan oleh Tiat To Hoat-Ong, karena hanya hawa panas
yang menguap dari sekujur tubuhnya, lewat tenaga latihan Soboc
nya, maka hawa dingin itu bisa dibuyarkan.
Itu hanya untuk sedikit, kemudian hawa dingin itu mengurung
tubuhnya lagi. Buyar lagi, dan datang lagi. Begitu seterusnya.
Tentu saja telah membuat Tiat To Hoat-ong harus memutar otak
mencari jalan untuk dapat menghadapi ilmu yang aneh seperti itu.
Sedangkan Swat Tocu sendiri semakin lama semakin penasaran.
Semakin cepat dia menggerakkan ke dua tangannya semakin
hebat hawa dingin yang berhamburan menerjang ke tubuh Tiat To
Hoat-ong. Di mana tampak Swat Tocu berusaha untuk
membungkus sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong dengan pengaruh
hawa dinginnya itu. Memang Swat Tocu juga merasakan betapa uap tubuh Tiat To
Hoat-ong sering menolak padanya tenaga yang kuat sekali,
mengembalikan tenaga gempurannya. Dengan demikian Swat
Tocu juga kagum untuk kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Koksu
negara tersebut. 344 Namun sebagai tokoh sakti yang memiliki ilmu yang luar biasa,
yang seumurnya belum pernah bertemu tandingan, Swat Tocu
mana mau menerima keadaan seperti ini begitu saja" Setelah
gagal beberapa dengan serangannya, Swat Tocu merubah cara
menyerangnya. Sekarang sambil menggerakkan terus ke dua tangannya yang silih
berganti menyerang kepada Tiat To Hoat-ong, juga ke dua kakinya
telah melangkah menghampirinya, jarak mereka terpisah semakin
dekat. Tiat To Hoat-ong mengkerutkan alisnya.
"Manusia aneh, ini memiliki ilmu yang hebat luar biasa, siapakah
dia" Tampaknya dia telah menguasai pusat inti bumi yang bisa
dilatihnya dan bisa menyalurkan hawa yang demikian dingin......
Aku harus berusaha merubuhkannya dengan segera. Karena jika
tidak, sekali saja dia bisa menguasai diriku, di mana tubuhku
terkurung oleh hawa dinginnya. Peredaran darahku membeku,
sehingga tidak leluasa aku menggerakkan ke dua tangan dan
sepasang kakiku ini, dia segera bisa mencelakaiku!"
Mereka tampaknya bertempur dengan seru, tapi hati mereka
berpikir terus berusaha untuk mencari jalan guna merubuhkan
lawan masing-masing. Pikiran mereka pun bekerja terus,
sedangkan mata mereka telah memandang dengan sorot yang
bengis dan mereka telah bertekad untuk menyelamatkan jiwa
masing-masing. Dalam pertempuran ini, bukan lagi dipersoalkan kalah atau
menangnya. Karena justeru dengan terjadinya pertempuran antara
345 dua orang tokoh yang memiliki kepandaian yang begitu hebat
dengan sendirinya sekali saja mereka lengah dan dapat termakan
oleh lawan, jelas mereka akan bercelaka......!
Waktu itu, Swat Tocu telah beberapa kali melangkah maju
mendekati Tiat To Hoat-ong. Jarak pisah mereka semakin dekat
juga, mereka telah berhadapan tidak lebih terpisah dari setombak.
Wang Put Liong telah berbisik di pinggir telinga Yo Him, katanya:
"Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu negara dari Mongolia, dia
seorang luar biasa. Kepandaiannya juga terlalu dahsyat......
sedangkan lawannya itupun bukan lawan yang ringan, maka jika
memang mereka bertempur dengan cara seperti itu, tentu akan
membuat mereka celaka bersama-sama.
Yo Him mengangguk. "Ya, Swat Tocu seorang tokoh yang memiliki kepandaian luar biasa
juga. Tetapi tampaknya, mereka akan segera menghentikan
pertempuran karena ke duanya rupanya berimbang jika tidak ada
salah seorang yang terluka tentu mereka akan menghentikan
pertempuran itu dengan segera. Jika tidak mereka akan terlibat
dalam pertempuran yang tak berkesudahan selama berhari-hari,
itu bisa mencelakai diri mereka masing-masing. Di mana tenaga
lweekang mereka akan punah sebagian!"
Wang Put Liong menghela napas.
"Jika melihat ke dua orang itu, segera aku menyadari bahwa
kepandaian yang kumiliki sesungguhnya tidak memiliki apaapa......, dengan demikian, berarti untuk dapat malang melintang
346 dalam kalangan Kang-ouw, memang tidak pantas untukku......! Hai,
aku telah duapuluh tahun lebih berlatih diri namun kepandaian
yang kami miliki tidak seujung kuku ke dua orang itu.....!" setelah
berkata begitu, muka Wang Put Liong jadi guram.
Yo Him tertawa. "Mereka merupakan tokoh-tokoh yang hebat, sedangkan aku
sendiri belum tentu bisa menghadapi mereka, Cianpwe!" kata Yo
Him. "Kepandaian mereka mungkin berimbang dengan
kepandaian ayah ibu."
Wang Put Liong menghela napas lagi.
"Ya, jika saja sekarang ini ada Yo Tayhiap tentu mereka bisa
dipisahkan,..... aku perlu diselamatkan keluar dan tempat ini......."
Yo Him tersenyum. "Walaupun ayah tidak mau mencampuri lagi urusan dalam dunia
persilatan, tetapi aku sebagai anaknya tentu tidak akan
membiarkan cianpwe terlantar di sini......! Jangan kuatir, walaupun
pangeran Ghalik memiliki banyak pahlawan-pahlawannya yang
gagah, nanti aku menolongmu keluar dari tempat ini!"
Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya. "Sesungguhnya aku
tidak memikirkan perihal keselamatan diriku, hanya yang
membuatku jadi tidak tenang adalah tempat penyimpanan harta
karun ini. Jika sampai terjatuh ke dalam tangan pangeran Ghalik,
maka sia-sia belaka usahaku, selama ini......!" Beberapa kali Wang
Put Liong menghela napas lagi, wajahnya semakin guram saja.
347 Waktu itu Yo Him ingin menghiburnya lagi, tetapi dia dikejutkan
oleh suara teriakan Tiat To Hoat-ong di luar ruangan, di mana
tampak Tiat To Hoat-ong sambil memutar ke dua tangannya itu
berulang kali untuk mendesak Swat Tocu, dia telah mengeluarkan
pekik yang mengguntur. Hebat cara dia menyerang, demikian
dahsyat cara dia mendesak, sehingga tenaga gempuran yang
disalurkan oleh Swat Tocu bagaikan terbentur dengan lapisan
dinding yang tebal sekali, dan berbalik malah menghantam Swat
Tocu sendiri! Pemilik pulau Es itu tidak berdiam diri saja, dia telah mengeluarkan
suara tertawa bergelak-gelak yang nyaring kemudian katanya:
"Memang hebat sekali kepandaian lawanku ini...... sungguh
menggembirakan! Sungguh menggembirakan!"
Dan sambil berkata begitu, tampak Swat Tocu telah mengempos
semangatnya. Dia telah menerjang lagi dengan ke dua tangan
dimajukan lurus ke dada lawannya disamping itu tenaga gempuran
yang dipergunakannya semakin hebat. Tiat To Hoat-ong juga
mengempos semangatnya. Ke dua jago yang memiliki kepandaian begitu luar biasa, telah
berhadapan dengan tubuh menggigil. Jika Tiat To Hoat-ong mulai
dikuasai oleh hawa dingin yang membuatnya menggigil, namun
muka dan tubuhnya basah oleh butir-butir keringat akibat
pengerahan hawa tenaga murni Soboc nya, maka waktu itu Swat
Tocu juga terhuyung-huyung dengan tubuh bergoyang-goyang
seakan-akan ingin jatuh. Tapi ke dua kakinya tidak berobah
kedudukan, di mana dia tetap berada di tempatnya. Dengan
demikian, ke dua orang ini memang tengah saling memusatkan
348 seluruh kekuatan mereka yang terhebat, berusaha untuk saling
menindih lawannya. Dalam keadaan tegang seperti itu, di mana dua orang tokoh sakti
tengah mengadu kekuatan untuk mempertaruhkan mati hidupnya
jiwa mereka, dari dalam ruangan terdengar suara seruan tertahan
seorang gadis. Kemudian tampak berlari keluar seorang gadis
berusia tujuh atau delapanbelas tahun, di mana gerakan tubuhnya
gesit sekali, dan dia telah melangkah mendekati pangeran Ghalik.
Dia pun telah memanggil: "Ayah......!"
Pangeran Ghalik telah menoleh dan tersenyum, katanya: "Kau
Sasana" Pergilah kau masuk kembali, di sini ada orang jahat......
nanti jika urusan telah selesai, aku akan segera menemuimu!"
Tetapi gadis cantik jelita itu, seorang gadis Mongolia, yang ternyata
merupakan puteri dari pangeran Ghalik, yang bernama Sasana itu
telah tersenyum dengan manis.
"Tidak ayah!" katanya menggeleng perlahan. "Justeru aku ingin
menyaksikan keramaian! Jika memang ayah memaksa aku masuk
ke istana, maka biarlah untuk selanjutnya aku tidak mau makan
dan minum......!" Ayah itu kewalahan, dia memang sangat memanjakan puterinya
tersebut, yang merupakan Puteri tunggalnya, jadi terlalu manja.
Akhirnya pangeran Ghalik telah mengangguk.
"Baiklah, tetapi jika memang keadaan tidak mengijinkan. Engkau
harus meninggalkan tempat ini. Sebab bisa membahayakan
dirimu......!" katanya.
349 Sasana mengangguk. "Ayahku seorang pahlawan raja, memiliki pengaruh dan
kekuasaan besar. Juga gagah perkasa! Siapa yang berani
menghina aku?" menyahuti puteri itu dengan manja dan
memperlihatkan sikap jenaka dengan meleletkan lidahnya.
Pangeran Ghalik tersenyum, dia menarik tangan puterinya agar
berdiri di sampingnya. Kemudian ayah dan gadisnya itu telah
menyaksikan lebih lanjut pertempuran yang tengah berlangsung
antara Swat Tocu dengan Tiat To Hoat-ong.
Sedangkan Auwyang Phu waktu melihat munculnya gadis itu, telah
memandang dengan mata tidak berkedip. Memang baru pertama
kali ini dia telah melihat gadis secantik itu di mana selain
pakaiannya yang reboh, juga demikian cantik jelita.
Matanya yang gemerlapan, bagaikan kerlap kerlipnya bintangbintang di langit, sikapnya yang manja dan luwes itu, disamping
dengan kejelitaannya yang memukau benar-benar merupakan
seorang gadis yang sempurna kecantikannya. Lama dia
memandang ke arah gadis itu, sampai suatu kali Sasana telah
menoleh kepadanya, dan telah tersenyum pada pemuda bertubuh
pendek kecil itu! Hati Auwyang Phu tergoncang keras, mukanya merah, dia juga
balas tersenyum, namun segera membuang pandang ke arah
pertempuran di tengah gelanggang. Jantungnya berdegup keras
sekali. 350 Ibunya Cek Tian telah melihat sikap puteranya. Ia menarik lengan
baju anaknya itu, bisiknya, "Dia puteri musuh besar kita, matamu
jangan jelalatan seperti itu!"
Auwyang Phu hanya mengiyakan dengan pipinya yang berobah
merah lagi. Dia jengah ibunya mengetahui lagaknya tadi.
Waktu itu Tiat To Hoat-ong telah mengeluarkan suara bentakan
lagi, tangan silih berganti mengebut ke arah depannya, pada Swat
Tocu. Setiap kali dia menggerakkan salah satu tangannya, yang
digerakkan perlahan dan lambat sekali, bagaikan tangannya itu
berat bukan main. Ke dua kaki Tiat To Hoat-ong telah melesak beberapa dim di lantai.
Dan lantai yang terdiri dari batu hijau itu telah hancur, kemudian
kaki itu semakin melesak ke dalam. Setiap kali Tiat To Hoat-ong
menggerakkan ke dua tangannya, setiap kali itu pula ke dua
kakinya melesak semakin dalam sampai akhirnya telah melesak
sebatas betisnya! Swat Tocu waktu itu keadaannya tidak separah Tiat To Hoat-ong.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun diapun tidak kurang berbahayanya, karena dirinya seperti
juga terancam oleh kekuatan lweekangnya Tiat To Hoat-ong setiap
waktu. Jika ia memang lengah, tentu dirinya akan terluka parah.
Serangan hawa dingin yang terpancar dari setiap pukulannya itu
seperti juga sudah tidak memiliki pengaruh apa-apa untuk Tiat To
Hoat-ong lagi. Sekujur tubuh Tiat To Hoat-ong bagaikan telah
terlindung dan terlapis oleh kekuatan Soboc nya yang menguap
hawa panas yang semakin tebal juga.
351 Tetapi Swat Tocu tidak mau menerima keadaan seperti itu, karena
dia penasaran bukan main. Beberapa kali dia telah mengempos
semangatnya. Walaupun memang terlihat dia menang dalam satu
tingkat itu dari Tiat To Hoat-ong, namun sulit sekali baginya untuk
dapat merubuhkan Koksu negara itu dalam waktu yang singkat
sekali. Sedangkan Tiat To Hoat-ong sendiri memang telah menyadari,
tidak mungkin dia bisa merubuhkan lawannya, namun diapun tidak
mungkin bisa dirubuhkan lawannya. Yang jelas dan pasti, jika
memang mereka bertempur terus menerus seperti itu tentu akan
menyebabkan mereka terluka di dalam, sama-sama bisa
bercelaka. Kemungkinan besar merekapun akan binasa bersamasama......!
Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran seperti itu
berpikir: "Alangkah sayangnya jika ke dua orang itu sampai
terluka...... Mereka merupakan dua orang tokoh rimba persilatan
yang memiliki kepandaian yang luar biasa, tentunya dilatih dan
diperoleh tidak dengan mudah...... Alangkah sayangnya jika
sampai mereka berdua tercelaka......!
Sedang Yo Him berpikir seperti itu, tiba-tiba mata pemuda itu jadi
terpentang lebar-lebar, karena waktu itu dilihatnya muka Tiat To
Hoat-ong bengis bukan main, mimik mukanya keras sekali, yang
heran, ke dua kakinya biarpun terpendam dalam tanah, tokh
tubuhnya itu telah bergoyang-goyang, sebentar ke depan sebentar
ke belakang, dengan demikian dia seperti juga orang yang akan
rubuh ke depan atau kejengkang ke belakang. Sedangkan tubuh
352 Swat tocu tetap berdiam dari di tempatnya. namun mukanya
sebentar merah, sebentar hijau, sebentar kuning pucat.....
Ke dua orang itu benar-benar tengah menghadapi detik-detik yang
menentukan dalam pertempuran itu.
Semua orang-orang hadir di tempat itu jadi memandang dengan
tegang. Sedangkan Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong masing-masing
mengerahkan seluruh kekuatan yang ada pada mereka, untuk
mengatasi keadaan yang demikian membahayakan jiwa masingmasing......
Dalam kesunyian seperti itu, tiba-tiba berkelebat sesosok
bayangan hijau, gerakannya begitu ringan dan cepat sekali.
Disusul dengan teriakan kaget pangeran Ghalik. "Sasana......!"
Rupanya di waktu Tiat To Hoat-ong dan Swat Tocu dalam keadaan
terancam seperti itu di mana ke duanya terlibat dalam pertempuran
yang menentukan, dengan secara tiba-tiba Sasana telah melompat
dengan gesit sekali. Gerakannya begitu ringan yang tahu-tahu
telah melompat ke tengah gelanggang.
Tentu saja perbuatan Sasana membuat pangeran Ghalik jadi
terkejut bukan main. Dia berkuatir sekali. Untuk mencegah
perbuatan putrinya yang selalu dimanjakan itu, sudah tidak keburu
lagi. Jika memang Sasana menyelak di tengah-tengah ke dua orang
yang tengah saling mengadu kekuatan untuk mati dan hidup itu,
353 tentu tubuh Sasana akan hancur tergempur dua kekuatan tenaga
raksasa.....! Tetapi apa yang dikuatirkan oleh pangeran Ghalik ternyata
berlebihan. Sebab waktu itu, Sasana yang tiba di pinggiran Tiat To
Hoat-ong dan Swat Tocu, tidak berdiam diri.
Dia memang menyelak di tengah, namun ke dua tangannya
digerakan cepat sekali. Tangan kirinya diulurkan untuk
menyampok tangan Tiat To Hoat-ong, sedangkan tangan
kanannya telah mengebut perlahan tangan Swat Tocu. Gerakan
yang dilakukannya seperti juga tidak mempergunakan tenaga.
Ke dua jago yang tengah mengadu ilmu itu telah letih sekali.
Walaupun mereka bertempur belum setengah harian, namun
mempergunakan kekuatan tenaga mereka itu yang berlebihan,
sebab merekapun memang menemukan tandingan yang setimpal,
dengan kepandaian yang sama-sama tinggi dari sempurna.
Hebat, kesudahan dari dorongan ke dua tangan Sasana, karena
tubuh Swat Tocu telah terdorong melangkah mundur satu tindak
ke belakang dan Tiat To Hoat-ong terdorong dengan tubuh seperti
akan terjengkang, karena ke dua kakinya telah tertancap ke dalam
bumi, dengan sendirinya, hanya tubuhnya itu saja yang seperti
ingin kejengkang. Kemudian, Sasana telah melompat menjauh dua tindak, sambil
berkata: "Hentikan......!!"
Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong yang terpisah dari libatan
kekuatan tenaga masing-masing, telah berdiri tertegun sejenak.
354 Apa yang dilakukan oleh Sasana sesungguhnya berbahaya. Dia
meminjam kekuatan ke dua tenaga dalam dari ke dua orang yang
tengah bertarung, dengan cara "setail melontarkan seribu kati"
sehingga dengan cara yang tepat. Walaupun dengan tenaga yang
tidak begitu besar si gadis bisa memisahkan ke dua tokoh
persilatan yang lihay itu. Jika memang harus menghadapi salah
seorang dari ke dua jago itu Sasana tidak akan sanggup, karena
kepandaiannya masih berada di tingkat bawah terpaut jauh sekali.
Semula mereka menduga orang yang menyelak di antara mereka,
untuk melepaskan mereka dari libatan dua kekuatan yang tengah
saling bentur itu adalah seorang tokoh persilatan yang telih lanjut
usia. Tetapi kenyataannya seorang wanita yang demikian cantik
jelita, juga masih berusia muda sekali.
Dan yang paling terkejut adalah Tiat To Hoat-ong. Segera saja ia
mengenali orang yang telah memisah dia dengan Swat Tocu
adalah puteri dari pangeran Ghalik. Sama sekali dia tidak menduga
bahwa Sasana memiliki kepandaian yang hebat!
Semua orang juga jadi berdiri bengong mengawasi gadis itu.
Demikian halnya juga dengan pangeran Ghalik. Semula dia
kuatirkan keselamatan puterinya itu, tetapi setelah melihat apa
yang terjadi dia jadi lebih kaget dan bercampur girang, karena
kaget mengetahui puterinya itu memiliki kepandaian yang demikian
hebat, sedemikian girang. Dia sama sekali tidak pernah
mengetahui bahwa puterinya itu sesungguhnya merupakan salah
seorang pandai yang memiliki kepandaian silat jauh di atasnya"
355 Jangankan untuk memisahkan Tiat To Hoat-ong dengan Swat
Tocu yang tengah terlibat dalam suatu pertempuran yang seru dan
Tangan Berbisa 10 Rahasia Istana Terlarang Karya Wo Lung Shen Pendekar Pemetik Harpa 17
^