Pencarian

Beruang Salju 6

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 6


menentukan itu, sedangkan untuk ikut maju ke tengah gelanggang
saja, berdiri di dekat ke dua orang itu mungkin pangeran Ghalik
sudah tidak sanggup! Tetapi puterinya itu...... Sasana justeru telah
berhasil memisahkan ke dua orang yang memiliki kepandaian yang
luar biasa tingginya itu dengan hanya satu gerakan!
Setelah tersadar dari bengongnya, pangeran Ghalik telah berlari
memburu kepada Sasana, tegurnya: "Sasana kau membuat aku
hampir mati kaget!" Tetapi Sasana yang cantik jelita itu telah tersenyum manis.
"Ayah, sudah ku katakan, kau tak perlu berkuatir atas diriku...... aku
sudah besar ayah!" "Aku bisa jaga diri baik-baik!" kata Sasana.
"Tapi...... kepandaianmu itu...... siapa yang telah mewarisinya"
Siapa gurumu?" tanya pangeran Ghalik.
Sasana tersenyum. "Tidak ada orang yang mengajari, akupun tidak memiliki
kepandaian apa-apa, ayah!" menyahuti Sasana sambil tertawa
lebar, sehingga terlihat jelas betapa barisan giginya yang putih
berkilauan itu. Tiat To Hoat-ong telah menghapus keringat di kening dan
mukanya, lalu dia membungkukkan sedikit tubuhnya. Sambil
356 tangan kanannya diletakkan di dada, katanya: "Terima kasih atas
pertolongan Kuncu (puteri)! Hebat sekali tenaga lweekangmu itu,
hampir saja aku tidak sanggup menerima tolakan tanganmu itu!"
Sasana tersenyum. "Koksu, itu hanya kebetulan saja, kau telah letih, maka mudah saja
aku mendorong untuk memisahkan kalian, bukan?" menyahuti
Sasana. Sedangkan Swat Tocu berbeda dengan Tiat To Hoat-ong. Dia
gusar sekali, penasaran bukan main. Dialah seorang tokoh yang
memiliki kepandaian luar biasa. Tak sembarang orang menerima
tangannya dan serangannya.
Tetapi k?tika di waktu dia tengah memusatkan kekuatan hebat
untuk menindih Tiat To Hoat-ong, si gadis yang muda usia itu,
didengarnya telah dipanggilnya oleh Tiat To Hoat-ong sebagai
Kuncu (Puteri), dengan sekali gerakan tangannya berhasil
mendorongnya sampai mundur satu langkah ke belakang, kudakuda ke dua kakinya juga tergempur. Inilah pengalaman pertama
yang pernah dialaminya. "Siapa kau?" tanyanya bengis. "Atau kau memang ingin
menggantikan orang Mongolia si gundul itu untuk berurusan
denganku?" Sasana tersenyum manis. 357 "Maaf, maaf paman!" katanya cepat dengan sikap yang jenaka.
"Jangan paman marah! Aku hanya ingin memisahkan kalian saja!
Mana berani aku bersikap kurang ajar padamu?"
Swat Tocu mengetahui jika memang dia tadi bisa mengerahkan
tenaganya seperminuman teh lagi kemungkinan besar dia bisa
merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Karena dia merasakan tenaga
dalam Koksu itu telah terguncang tidak karuan, daya lawan dan
daya bendungnya tidak sekuat semula.
Dalam keadaan seperti itu Tiat To Hoat-ong memang telah jatuh di
bawah angin. Tapi siapa sangka, gadis ini telah memisahkan
mereka. Dengan demikian, jelas si gadis bukan memisahkan
mereka, hanya sengaja menolongi Tiat To Hoat-ong. Rupanya
Sasana juga mengetahui, jika pertempuran itu berlangsung
beberapa saat lagi lamanya. Tentu Tiat To Hoat-ong akan
bercelaka...... Swat Tocu mendengus dingin. Dia merupakan golongan tua, tidak
bisa dia turun tangan terhadap gadis muda jelita itu yang termasuk
golongan muda. Namun hatinya mendongkol dan penasaran
sekali, maka dia menggerakkan tangan kanannya, "plakk" batu
gunung yang ada disampingnya telah ditamparnya semplak besar
sekali, meluruk jadi abu! Itulah tamparan yang mengandung
tenaga yang luar biasa kuatnya.
"Hem, beritahukan siapa gurumu?" kata Swat Tocu dingin. "Suruh
dia keluar untuk bertemu denganku!" Karena melihat gadis ini
memiliki lweekang yang luar biasa, jelas gurunya itu seorang liehay
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali.
358 Sasana telah bersenyum. "Maafkan aku telah berlaku kurang hormat, guruku itu jarang sekali
muncul dalam Kang-ouw, maka itu jarang sekali orang mengetahui
namanya dan diapun tidak ingin namanya disebut-sebut.....
maafkan!" dan Sasana telah merangkapkan sepasang tangannya,
dia telah menjura memberi hormat.
Sedangkan Swat Tocu telah mengawasi dengan mata mencilak,
tahu-tahu dia mengebut dengan tangan kanannya. Dari mana
muncul angin yang menerjang kuat sekali kepada Sasana.
Sasana menundukkan tubuhnya sedikit, yang membungkuk ke
depan, maka lewatlah serangan Swat Tocu. Dia hanya merasakan
hawa dingin yang mempengaruhi punggungnya, tetapi itu tidak
lama, kemudian lenyap. "Hebat kepandaianmu, usiamu masih muda namun engkau bisa
memunahkan serangan itu dengan mudah! Baiklah, suatu saat
kelak, aku ingin sekali berkenalan dengan gurumu itu!" Setelah
berkata begitu, dengan masih mendongkol, Swat Tocu telah
bersiul nyaring. Dari luar istana yang mirip perbentengan itu telah terdengar suara
mengerang aneh sekali, kemudian berkelebat sesosok bayangan
putih yang melompat masuk. Ternyata itulah seekor biruang, yang
tak lain dari biruang salju peliharaan Swat Tocu. Kemudian dengan
gerakan yang ringan sekali, Swat Tocu telah melompat ke
punggung biruang itu. Dia duduk di punggung biruang tersebut
yang membawanya melompat dinding yang tinggi itu,
meninggalkan tempat tersebut!
359 Sedangkan Pangeran Ghalik telah menghela napas dalam-dalam
kemudian menoleh kepada Auwyang Phu dan Cek Tian, tanyanya:
"Kalian telah menimbulkan kekacauan di tempat ini, dosa kalian
tidak ringan! Tangkap ke dua orang itu!" Dan perintah yang terakhir
itu ditujukan kepada anak buahnya.
Cek Tian telah tertawa dingin, sama sekali dia tidak takut. Malah
katanya: "Hmmm. kami berani datang ke mari berarti kami memang
bersedia untuk menerima apa yang akan terjadi pada diri kami!
Kami akan mempertaruhkan jiwa kami untuk kebinasaanmu ini.....!"
Tetapi Auwyang Phu mengambil sikap lain dengan ibunya.
Walaupun tubuhnya bercacad, ukurannya yang pendek seperti
anak kecil itu, namun otaknya tidak demikian dangkal, dia cerdik
sekali. Dilihatnya, disamping pangeran Ghalik yang memang memiliki
kepandaian yang tidak rendah, juga terdapat pahlawanpahlawannya pangeran itu yang semuanya memiliki kepandaian
sangat tinggi dan terutama sekali juga terdapat Tiat To Hoat-ong
yang lihay dan puteri pangeran itu yang tampaknya memiliki
kepandaian yang luar biasa, maka Auwvang Phu tidak berlaku
nekad, dia menarik tangan ibunya, katanya; "Ibu mari kita
pergi......!" Ibunya telah menoleh kepada anaknya itu dengan sorot mata yang
tajam. "Apa kau bilang?" tanyanya, diapun telah melihat pahlawanpahlawannya pangeran Ghalik telah mengurung mereka.
360 "Kita pergi meninggalkan tempat ini, jika memang kelak kita
memiliki kesempatan lagi tentu kita akan berkunjung lagi untuk
bertemu dengan si Ghalik itu!"
"Hm, apakah kau takut menghadapi mereka?" tegur Cek Tian jadi
gusar bukan main. Auwyang Phu menggeleng. "Tidak ada gunanya menghadapi mereka dalam keadaan seperti
sekarang......!" menyahut Auwyang Phu.
"Kalian menyerahlah untuk kami ringkus......," bentak salah
seorang pahlawan pangeran Ghalik sambil melintangkan goloknya
dan mengeluarkan rantai borgolan. "Jangan kalian mempersulit diri
kalian sendiri......"
Dan pahlawan yang seorang ini melangkah maju untuk memborgol
ke dua tangan Auwyang Phu.
Mendongkol Auwyang Phu oleh sikap pahlawan pangeran yang
seorang tersebut tahu-tahu dia angkat kaki kanannya dan
mendupak. Pahlawan yang seorang ini merupakan pahlawan yang memiliki
kepandaian cukup tinggi, tidak mudah dia didupak seperti itu. Dia
telah mengelakkan diri dari tendangan si pemuda bertubuh pendek
bulat kecil itu. Tetapi dia jadi kaget, karena Auwyang Phu begitu gagal
menendang ,justru dia telah menekuk ke dua kakinya setengah
361 berjongkok dan tahu-tahu tangannya mendorong ke arah si
pahlawan tersebut. "Bukk!" tubuh pahlawan itu terpental seperti
daun kering, kemudian terbanting dikejauhan tiga tombak lebih.
Auwyang Phu tanpa memperdulikan korbannya itu telah menarik
tangan ibunya. "Mari kita berangkat bu!"
Cek Tian tidak membantah lagi, hanya matanya mendelik bengis
mengawasi selintas pada pangeran Ghalik penuh dendam,
kemudian melangkah akan ikut puteranya meninggalkan tempat itu
dengan jalan melompati tembok yang tinggi itu.
Namun belasan orang pahlawannya pangeran Ghalik telah
melompat untuk mengurung. Tiat To Hoat-ong juga telah melompat
untuk membekuk pemuda bertubuh pendek she Auwyang tersebut.
Sasana menoleh kepada ayahnya.
"Biarkan mereka pergi, ayah......!" kata gadis itu.
Pangeran Ghalik bimbang, namun akhirnya dia berseru: "Biarkan
mereka pergi! Jangan diganggu!?"
Perintah Pangeran Ghalik tidak berani dibantah oleh para
pahlawannya itu, yang segera mengundurkan diri membuka
kepungan mereka. Demikian juga Tiat To Hoat-ong, yang
sebetulnya waktu itu baru saja mengulurkan tangan kanannya
guna menjambak punggung Auwyang Phu namun mendengar
teriakan Pangeran Ghalik, ia telah menarik pulang tangannya.
Namun dari mukanya terlihat dia tidak puas.
362 "Hmm, mereka hendak mencelakaimu, mereka mengandung
maksud buruk padamu, tetapi kau seenaknya membiarkan mereka
pergi!" berpikir Tiat To Hoat-ong di dalam hatinya. Tetapi Koksu
negara ini tidak mengutarakan pikirannya itu, dia hanya berdiam
diri. Namun hatinya semakin tidak puas kepada pangeran ini.
Auwyang Phu bersama ibunya telah melompat dengan ringan, dan
mereka telah berlalu lenyap dari pandangan mata semua orang.
Sedangkan pangeran Ghalik telah menoleh kepada puterinya,
tanyanya: "Mengapa kau minta agar mereka dibebaskan begitu
saja" Tentunya kau mempunyai alasan tertentu, Sasana?"
Sasana tersenyum. "Mereka merupakan orang-orang Kang-ouw yang memiliki
kepandaian yang tidak rendah juga. Tadi aku telah melihat pemuda
pendek itu mempergunakan jurus ilmu silat Ha-mo-kang ilmu silat
kodok yang merupakan kepandaian tunggal Auwyang Hong yang
terkenal, yang kuburannya pernah dibongkar oleh ayah belasan
tahun yang lalu! "Kita sementara ini tidak boleh mencari bentrokan dengan orangorang Kang-ouw karena bukankah baru beberapa tahun kita
menancapkan kaki di daratan Tiong-goan dan Kaisar kita berkuasa
belum lagi mantap. Jika memang kita mencari urusan dengan
orang-orang Kang-ouw, sehingga mereka selalu mengganggu
pihak kita, bukankah kita memperoleh kesulitan yang tidak kecil"
Hmm, bukankah ayahpun menerima tugas untuk menghimpun
para jago-jago untuk tunduk bekerja di bawah perintah ayah untuk
memusuhi mereka"!"
363 Ayah itu telah menepuk keningnya.
"Ai, kau benar! Memang ayah telah melupakan hal yang penting
itu! Mereka telah datang untuk memusuhi ayah, tanpa pikir panjang
lagi ayah ingin mempergunakan tangan besi. Tetapi memang itu
keliru, suatu kekeliruan yaug tidak kecil! Seharusnya ayah
menyambutnya dengan baik-baik, merangkulnya agar mereka
tunduk di bawah perintah ayah, karena tampaknya mereka anak
dan ibu memang memiliki kepandaian yang tidak rendah......!"
Puteri itu telah tersenyum.
"Namun belum lagi terlambat, biarlah nanti puterimu yang pergi
mempengaruhinya! Yang menarik sekali, tampaknya mereka ibu
dan anak itu memiliki hubungan yang dekat dengan Auwyang
Hong. Jelas warisan dari Auwyang Hong telah diperoleh mereka,
karena ilmu tunggal yang sakti dari Auwyang Hong tampaknya
dikuasai dengan baik oleh pemuda itu!"
"Tetapi Sasana......" pangeran Ghalik tampaknya ragu-ragu sekali.
"Apakah ayah ingin menyatakan kekuatiranmu terhadap
keselamatan diriku?" tanya puterinya sambil tetap tersenyum.
Pangeran Ghalik telah tertawa.
"Tidak, justru kulihat engkau memiliki kepandaian yang luar biasa,
dan tidak pernah kuduga sebelumnya! Sama sekali ayah tidak
mengetahui bahwa engkau memiliki kepandaian yang begitu
hebat. Anak, siapakah sebenarnya gurumu, mengapa kau tidak
memperkenalkan kepada ayah"''
364 "Dia seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian luar
biasa! Yang bisa menandinginya bisa dihitung dengan jari tangan.
Tetapi maaf ayah, seperti pesan yang diberikan oleh guru, maka
sementara ini anakmu belum bisa memberitahukan siapa adanya
guruku itu!" "Apakah dia berada dalam istana ini bersama-sama kita?" tanya
pangeran Ghalik lagi. Puterinya mengangguk. "Ya, tetapi ayah jangan sekali-kali coba menyelidikinya, karena jika
guruku itu tersinggung dan pergi, bukankah anak yang akan
menderita rugi, karena untuk selanjutnya tidak memperoleh
bimbingannya lagi" Itu masih belum seberapa, karena jika sampai
guruku gusar dan menegur aku, jelas aku bisa celaka, karena telah
melanggar pesannya......"
Pangeran Ghalik mengangguk, dia mengerti kesulitan puterinya ini.
Walaupun masih diliputi keheranan yang bukan main, namun
pangeran Ghalik tidak banyak bertanya lagi. Dia hanya girang
mengetahui bahwa puterinya ternyata telah memiliki kepandaian
yang luar biasa hebatnya. Walaupun menghadapi Tiat To Hoatong, belum tentu puterinya itu dengan mudah dirubuhkan oleh
Koksu negara itu. Tiat To Hoat-ong sendiri sejak tadi hanya mendengarkan saja
percakapan antara anak dan ayahnya. Dia pun ikut heran dan
menduga-duga, entah siapa guru puteri dari pangeran Ghalik ini.
365 Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak menanyakan hal ini hanya dalam hati
dia berpikir: "Kelak aku akan menyelidikinya.....!"
Waktu itu pangeran Ghalik telah mengibaskan tangannya. Semua
pahlawannya segera mengundurkan diri. Begitu juga halnya


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Liong Tie Siang dan yang lainnya telah meninggalkan
tempat itu. Tiat To Hoat-ong telah membungkukkan tubuhnya
sedikit, diapun telah mengundurkan diri.
Waktu pangeran Ghalik mengajak puterinya untuk kembali ke
istana mereka. Puteri itu mengatakan bahwa, dia ingin beranginangin di tempat ini dulu. Ayahnya tidak mencegah, dan pangeran
Ghalik telah melangkah pergi meninggalkan puterinya.
Sasana melangkah perlahan-lahan ke sana ke mari dengan
sepasang alis mengkerut. Tampaknya ada sesuatu yang tengah
dipikirkannya. Kemudian dia telah melangkah ke arah barat, ke arah tempat di
mana Yo Him dan Wang Put Liong berada. Gadis itu telah
mengawasi tajam sekali, karena dia melihat tidak ada pengawal di
depan pintu ruang tahanan itu. Kemudian terdengar dia tertawa
dingin. "Apakah kau ingin berdiam terus di situ sampai tua?" tegurnya
dengan suara tawar. "Mengapa tidak keluar memperlihatkan diri!"
Yo Him memang sejak tadi telah merasa kagum akan kepandaian
nona itu, terutama kecantikan si puteri itu yang begitu menawan
hati. Sekarang melihat bahwa Sasana mengetahui mereka berdua
bersembunyi di dalam ruang tahanan itu, dia tambah kagum lagi.
366 "Ternyata matanya tajam sekali!" pikir Yo Him. Namun pemuda ini
sama sekali tidak jeri, dia telah menarik tangan Wang Put Liong,
lalu digendongnya untuk dibawa keluar.
Sasana mengawasi mereka, kemudian katanya dengan tawar:
"Apakah kau anggap mudah untuk keluar dari perbentengan ini?"
Yo Him tersenyum, sabar sekali.
"Nona...... rupanya memang nona se?gaja ingin membiarkan kami
pergi tanpa memperoleh gangguan, karena nona sama sekali tidak
memberitahukan kepada ayahmu perihal kami walaupun nona
rupanya telah mengetahui sejak tadi......!"
"Yo kongcu!" kata Sasana kemudian dengan sikap bersungguhsungguh, "Ayahku telah demikian baik padamu, mengundang ke
mari. Untuk dijamu dan diberikan kedudukan yang baik buatmu,
namun engkau seperti mencari kesulitan untuk dirimu sendiri!
Sesungguhnya, apakah kau memang tidak mau menerima
kebaikan ayahku itu" Atau memang pertolongan yang telah
diberikannya menyembuhkan luka yang diderita oleh kawanmu itu
dianggap oleh kau sebagai perbuatan yang tiada artinya?"
Yo Him tersenyum tawar. "Nona, tentu saja aku si orang she Yo tidak akan melupakan budi
kebaikan dari pangeran Ghalik, tetapi...... jelas dalam persoalan ini,
aku pun tidak bisa bekerja di bawah perintahnya!"
"Jika memang engkau tidak bersedia menerima tawaran ayahku
guna memegang pangkat dan kedudukan, mengapa kau
367 menerima dan menyanggupi" Apakah itu perbuatan seorang lakilaki gagah" Hmm, ucapan seorang gagah tidak akan ditarik pula,
walaupun apa yang terjadi! Apakah demikian rendah harga derajat
dan dirimu?" Muka Yo Him berubah merah, diapun mendongkol. Sebetulnya dia
hendak mengatakan bahwa dia jelas tidak bisa tunduk pada
Pangeran Ghalik, karena pangeran itu hanyalah bermanis budi
untuk merangkul guna mencapai maksud dan tujuannya. Jadi
bukan sesungguhnya berbaik hati padanya. Tetapi akhirnya Yo
Him batal untuk mengutarakannya, dia hanya bilang: "Aku memiliki
suatu kesulitan yang sukar sekali kujelaskan padamu......!"
"Hm!" tertawa dingin gadis itu. "Lalu apa maksudkan kau dengan
membawa-bawa orang she Wang yang menjadi tawanan kami itu!"
"Kami adalah sahabat-sahabat, dan kulihat dia menerima
perlakuan demikian macam, perlakuan yang demikian manis dari
ayahmu. Hmm, jelas tidak dapat aku melihat saja tanpa berbuat
sesuatu pada keadaannya ini.......!"
Sasana telah tertawa dingin lagi.
"Apakah kau yakin bisa membawa pergi orang she Wang itu?"
tanyanya. "Akan kuusahakan......!" menyahut Yo Him berani.
Tiba-tiba Sasana telah tertawa keras dan nyaring, namun suara
sangat merdu. 368 "Kau memandang rendah pada kami, kau meremehkan kami.
Tahukah kau, jangankan untuk membawa keluar dari
perbentengan ini, sesungguhnya untuk membawanya keluar dari
pintu ruang tahanan itu saja tidak mudah, jika memang aku tidak
sengaja membiarkannya! Tidak perlu aku atau guruku yang
mencegah. Cukup jika Koksu kami atau beberapa orang pahlawan
ayahku yang merintangi, seumur hidup kau jangan harap bisa
keluar dan meninggalkan kamar tahanan itu!"
Setelah berkata begitu, Sasana memandang dengan sorot mata
yang tajam. Kemudian dia berkata lagi dengan sikap yang dingin
waktu melihat Yo Him berdiam diri saja,
"Sesungguhnya seluruh perihal keadaanmu telah "kuketahui',
begitu kau menjejakkan kaki di tempat ini. Telah kuperhatikan
gerak gerikmu. Hanya saja Yo kongcu, karena aku memandang
muka terang ayahmu yaitu Yo Tayhiap yang masih memiliki
hubungan dengan guruku, maka aku berlaku lunak padamu. Tidak
kulakukan hal-hal yang sama merugikan kau!"
Yo Him tidak jeri, walaupun gadis itu telah menggertaknya secara
halus, malah ia telah tertawa sambil tetap menggendong Wang Put
Liong, tanyanya dengan suara yang tetap sabar walaupun hatinya
mendongkol sekali. "Bolehkah aku mengetahui nama dan gelaran guru nona yang
mulia?" "Hmmmmmm, jangankan kau, sedangkan ayahku saja tidak akan
kuberitahukan! Cuma di sini dapat kutegaskan bahwa guruku
memiliki hubungan yang cukup dekat ayahmu! Karena itu jika
369 memang kau berbuat sesuatu yang bisa merugikan kedudukan
ayahku, hmmm, hmmm, tentu akupun tidak bisa selalu berpegang
pada memberi muka terang pada ayahmu, jelas aku akan
bertindak! Maaf, bukan aku bermaksud hendak mempersulit
dirimu, tetapi janganlah engkau mencari kesulitan untuk dirimu
sendiri!" Setelah berkata sampai di sini, Sasana berdiam diri sejenak,
mukanya jadi bersungguh-sungguh waktu dia meneruskan lagi
berkata dengan suara yang tegas: "Kembalikan Wang Put Liong ke
ruang tahanan itu!" Yo Him tertawa dingin, katanya: "Maafkan nona, bukan aku orang
she Yo tidak mau mematuhi perintah seorang puteri agung seperti
kau...... Wang Put Liong harus kubawa pergi dari tempat ini.....! Dia
telah disiksa demikian mengenaskan sekali. Maka harus
diselamatkan dari tangan-tangan manusia biadab seperti ayahmu
nona......!" Muka si gadis telah berubah merah padam, tetapi itu hanya
sejenak. Kemudian dia telah tertawa dingin dengan sikap tidak
acuh, dan memandang remeh pada Yo Him, tanyanya: "Apakah
engkau telah memikirkan dua kali akan maksud hatimu itu, Yo
kongcu?" "Ya, apapun yang terjadi, Wang Put Liong harus dibawa keluar dari
perbentengan ini! Dan perihal maksud ayahmu nona yang ingin
menarik menjadi orangnya, itu bisa dibicarakan nanti di belakang
hari!" 370 Sasana tiba-tiba tertawa keras lagi bergelak-gelak lalu katanya:
"Baiklah! Baiklah Yo kongcu! Yo Tayhiap merupakan tokoh rimba
persilatan yang memliki kepandain tinggi sekali! Aku memang telah
banyak dengar dari keterangan guruku......! Kebetulan di sini ada
kau sebagai puteranya, maka ingin meminta petunjukmu!" dan
puteri pangeran Ghalik yang nampaknya begitu lincah dan gesit,
telah bersiap-siap untuk mengirimkan satu serangan kepada Yo
Him. Tapi Yo Him tidak jeri, ketika dia mendengar Sasana berkata:
"Bersiaplah, Yo kongcu, aku akan segera meminta
petunjukmu.....!" Yo Him juga telah memusatkan kekuatan lweekangnya pada ke
dua tangannya. Dia telah menggendong Wang Put Liong di tangan
kiri, sedangkan tangan kanannya telah diluruskan turun ke bawah,
setiap detik bisa dipergunakan untuk menghadapi segala
kemungkinan. Sasana melangkah dua tindak mendekati Yo Him, dan tangan
kanannya tahu-tahu bergerak menotok ke arah ketiak Yo Him.
Gerakan yang dilakukannya itu lambat dan perlahan sekali,
bagaikan gadis itu memang bermaksud hanya menunjuk belaka,
tetapi dari ujung jari telunjuknya itu telah meluncur keluar angin
yang tajam sekali. Yo Him terkejut. Semula melihat cara menyerang gadis itu, dia
menduga bahwa Sasana itu mempergunakan ilmu It-yang-cie, ilmu
turunan raja raja Tayli, yang dimiliki oleh Toan Hong It Teng Taysu.
Namun setelah memperhatikan dengan seksama, walaupun
371 memang sama-sama menyerang dengan mempergunakan jari
telunjuk, namun ilmu yang dipergunakan oleh Sasana bukanlah Ityang-cie.
Angin yang tajam itu seperti juga mata pedang yang menerobos
pertahanan Yo Him. Sebagai seorang pemuda yang memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, Yo Him cepat mengelak ke
samping. Tapi untuk kagetnya, jari telunjuk gadis itu bergerak cepat
sekali, tahu-tahu ujung jarinya itu telah ikut miring ke samping dan
menempel di baju Yo Him! Itulah gerakan yang luar biasa cepat dan gesitnya. Tapi memang
Yo Him telah menyaksikan, betapa Sasana berhasil memisahkan
Tiat To Hoat-ong yang tengah bertempur hebat dengan Swat Tocu,
hal itu membuktikan bahwa tenaga dan kepandaian gadis ini
memang luar biasa. Karena itu, Yo Him pun berlaku hati-hati.
Menghadapi keadaan seperti ini, Yo Him sama sekali tidak gugup.
Cepat sekali dia telah menggerakkan tangan kanannya. Dia bukan
ingin menangkis, hanya akan mencengkeram muka si gadis.
Terpaksa Sasana menarik pulang serangannya, gadis itu mundur
dua langkah, menghindarkan mukanya dari cengkeraman Yo Him,
kemudian tanyanya: "Bagaimana, apakah dalam satu jurus ini kau
telah bisa berpikir dengan baik untuk maksudmu membawa pergi
orang she Wang itu?"
Yo Him tertawa tawar, katanya: "Memang nona memiliki
kepandaian yang mengagumkan sekali! Tapi maafkanlah, aku
orang she Yo terpaksa harus mengiringi kemauan nona......!"
372 Setelah berkata begitu, Yo Him kembali bersiap-siap, dia
menantikan serangan lagi.
Sasana tidak segera menyerang. Tadi dia telah menyerang
dengan mempergunakan jurus yang sesungguhnya merupakan
jurus yang berbahaya sekali. Jarang orang bisa menghindarkan
serangan seperti itu, jika memang kepandaiannya tanggung.
Tapi Yo Him, dengan mudah bisa menyelamatkan dirinya. Ini
memperlihatkan bahwa Yo Him pun bukan lawan yang ringan.
"Yo kongcu, ayahku bermaksud baik, dan engkau diperlakukan
baik pula!" kata Sasana. "Apakah engkau tidak mau melihat
sebelah mata terhadap semua itu......?"
"Sayang sekali kami memiliki pandangan yang berlainan, terlebih
lagi yang harus di ingat, ayah nona seorang pangeran yang
memiliki kedudukan mulia dan agung..... sedangkan aku ini" Hmm,
tentu aku tidak pantas menerima kebaikan-kebaikannya itu"!"
"Tetapi bicara soal bangsa, banyak juga jago-jago dari daratan
Tiong-goan yang bersedia bekerja pada ayahku!" menyahuti si
gadis. "Janganlah Yo kongcu berpandangan bahwa ayah seorang
pangeran Mongolia, maka terputus hubungan antara kalian!
Tidakkah jika memang Yo kongcu menerima uluran tangannya,
maka di antara kita ini akan terikat pula hubungan tali
persahabatan yang menggembirakan."
Yo Him menghela napas. "Satu tawaran yang menarik......!" katanya.
373 "Apakah Yo Kongcu bersedia untuk mengambil sikap baik-baik
dalam memutuskan persoalan ini"' tanya Sasana lagi sambil
menatap tajam sekali. "Nona......" menyahuti Yo Him. "Nona adalah puteri dari pangeran
Ghalik, jelas engkau akan berdiri di pihak ayahmu. Kepandaianmu
juga tidak rendah! Engkau seorang wanita yang luar biasa, memiliki
segala-galanya! Wajahmu cantik, kepandaianmu tinggi benarbenar mengagumkan sekali, jarang ada seorang wanita yang
sehebat engkau! "Tapi sekarang aku ingin bertanya padamu, jika saja aku
menawarkan padamu nona bahwa engkau akan diberikan
kedudukan yang tinggi dalam suatu pemerintahan di daratan
Tiong-goan, oleh bangsa Han kami, apakah kau akan
menerimanya dengan meninggalkan ayah dan juga bangsamu?"
Disanggapi seperti itu, muka Sasana telah berobah jadi merah, dia
telah berkata dengan tawar. "Jika memang kedudukan yang
ditawarkan itu memang menggembirakan dan menguntungkan,
mengapa harus ditolak" Tetapi sayang, sayang sekali..... justru
untuk kedudukan mulia telah kumiliki, ingat, aku adalah puteri dari
seorang pangeran. Pangeran Ghalik yang merupakan tangan
kanan dari Kaisar kami, dan memiliki kekuasaan yang besar tidak
terbatas! Jadi kau salah alamat jika bertanya seperti itu
padaku......!" dan setelah berkata begitu, si gadis tertawa dengan
sikapnya yang angkuh sekali, keagung-agungan.
374 Yo Him tertawa tawar, katanya: "Tetapi pertanyaanku tadi adalah
jawaban yang hendak kuberikan! Jika nona menjawab dengan jujur
hati atas pertanyaan itu, maka demikian pula jawabanku!"
"Jadi benar-benar Yo Kongcu memang tidak bersedia bekerja
sama dengan ayahku?" tanya Sasana.
"Kita bicara ke sana ke mari mutar-mutar, tetapi akhirnya tujuannya
satu, yaitu nona berusaha untuk mendesak agar aku menerima
tawaran ayah nona bukan?"
Sasana tidak menyahuti, dia mengawasi Yo Him beberapa saat
lamanya, sampai akhirnya mukanya berohah guram, dia
menunduk sejenak. Wang Put Liong yang berada dalam gendongan Yo Him telah
berbisik: "Yo Siauwhiap, biarlah kau kembalikan aku ke dalam
ruang kamar tahanan itu, tapi kau ambillah dulu peta harta karun
di dadaku. Setelah itu kau berusaha untuk meloloskan diri dari
tempat ini......!" Yo Him tidak menyahuti, dia hanya menggelengkan kepalanya.
Dan matanya mengawasi Sasana dengan tajam.
Waktu itu Sasana telah mengangkat kepalanya, dia menghela
napas, "Sesungguhnya Yo kongcu," kata Sasana kemudian. "Kau masih
belum mengerti duduknya hal......!"
375 "Jika memang boleh kutahui, persoalan apakah itu nona?" tanya
Yo Him dengan sikap yang tenang.
Sasana menghela napas, wajahnja tetap muram, seperti juga ada
sesuatu yang mengganjel hatinya.
"Kau tentu menduga, bahwa ayahku bekerja dengan setia


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerahkan jiwa dan raganya untuk Kaisar, bukankah begitu?"
Yo Him mengangguk. "Memang seorang pangeran yang telah menerima kekuasaan dan
kepercayaan dari Kaisarnya tentu akan melakukan tugasnya
sebaik mungkin......!"
"Memang benar, tapi ayahku tengah menghadapi kesulitan yang
tidak kecil.....!" "Apakah nona ingin mengatakan bahwa ayah nona akan
berhadapan dengan kami, para kesatria daratan Tiong-goan?"
tanya Yo Him dengan sikap mengejek.
"Bukan!" menggeleng si gadis.
"Lalu?" tanya Yo Him.
"Justru ayahku tengah mengalami gangguan dalam dari orangorangnya sendiri!" kata Sasana.
Yo Him mengerutkan alisnya, kemudian tertawa tawar.
376 "Kukira itu tidak ada perlunya diceritakan nona!" katanya
kemudian. "Tetapi, tahukah Yo kongcu, bahwa sekarang ayahku dalam
keadaan terancam" Bukan kami ayah dan anak memberatkan
kedudukan kami, tetapi justru keselamatan kami......! Di mana
orang kepercayaan ayah, yang sangat diandalkan, ternyata
merupakan musuh dalam selimut......"
Yo Him diam saja. "Kongcu tentu kenal dengan Koksu kami, yaitu Tiat To Hoat-ong
bukan?" tanya Sasana.
Yo Him mengangguk. "Dialah Koksu negara kalian yang tangguh berkepandaian tinggi
sekali. Ayahpun telah beberapa kali beradu tangan
dengannya......"!" menyahuti Yo Him.
Sasana menghela napas lagi, diapun telah memperlihatkan wajah
yang murung. "Justru Tiat To Hoat-ong sekarang ini tengah berusaha
menghimpun suatu kekuatan, untuk menggeser pengaruh
ayahku!" kata Sasana.
Yo Him memandang tertegun pada si gadis tetapi kemudian
katanya tawar: "Itulah urusan di antara kalian. Tentu tidak dapat
aku memberikan komentar......!"
377 "Benar!" mengangguk si gadis. "Ayahkupun tidak mengetahui
maksud buruk dari Tiat To Hoat-ong. Baru aku seorang yang telah
berhasil mengetahui dengan jelas maksud Koksu kami itu yang
ingin menggeser dan meruntuhkan ayahku, menindih
pengaruhnya, mempengaruhi Kaisar kami agar ayah
terpojokkan...... "Sejauh itu...... Koksu kami itu telah berhasil menghimpun banyak
sekali jago-jago silat di daratan Tiong-goan, diapun telah
mendatangkan beberapa orang jago liehay dari negeri kami yaitu
Mongolia......! Aku yang mengetahui kedudukan ayahku terancam,
sebagai puterinya, apakah tidak layak jika memang akupun
berusaha untuk menghimpun suatu kekuatan, yang akan
membantu dan melindungi ayahku?"
Yo Him tertawa tawar. "Memang di kalangan atas, sering terjadi permainan saling caplok
seperti itu, saling makan satu dengan yang lainnya!" menyahuti Yo
Him. "Aku sebagai rakyat jelata, tentunya tidak mengetahui dan
tidak mengerti dengan persoalan seperti itu!"
Sasana telah menghela napas waktu wajahnya memperlihatkan
kesungguhan, waktu dia berkata lagi: "Tetapi Yo Kongcu adalah
maksud dan tujuanku agar kau bersedia mau membantu ayah,
dengan adanya kau yang kuketahui memiliki kepandaian tinggi
serta sempurna, tentu keselamatan ayahku bisa terjamin! Dalam
hal ini yang memberatkan hatiku, bukanlah kedudukan ayah!
Walaupun ayah dicopot gelar kebangsawanannya dan menjadi
rakyat jelata biasa, aku rela......! Namun justru dari golongan Tiat
378 To Hoat-ong terkandung maksud buruk yang ingin membasmi kami
sekeluarga......!" Yo Him jadi memandang tertegun pada si gadis. Dia tidak mengerti,
mengapa puteri dari pangeran Ghalik, yang baru pertama kali ini
bertemu. Telah dapat membuka urusan yang penting tersebut
padanya. "Cukup jika memang Yo Kongcu menyanggupi untuk membantu
melindungi ayahku, maka budi Yo Kongcu tidak akan kulupakan.
Mengenai Wang Put Liong, juga persoalan lainnya, di mana
mengenai sahabat Yo Kongcu aku tentu tidak akan mempersulit
mereka, akan kuusahakan agar mereka bisa meninggalkan tempat
ini dengan aman tanpa memperoleh gangguan apapun juga......!"
Yo Him memandang tajam pada si gadis.
"Apa maksud nona?" tanyanya.
"Begini saja, kita adakan jual beli!" menyahuti si gadis. "Untuk
sekarang ini Yo Kongcu membantu kami, untuk menghadapi Tiat
To Hoat-ong dan orang-orangnya itu. Dan kawan-kawan Yo
Kongcu akan kami lepaskan......!"
Yo Him ragu-ragu. Itulah tawaran yang menarik. Memang bisa saja Yo Him segera
menyanggupi permintaan si gadis, agar Wang Put Liong serta Liu
Ong Kiang dan Cin Piauw Ho bisa meninggalkan perbentengan ini
tanpa memperoleh gangguan suatu apapun juga. Tetapi tentu saja
379 Yo Him tidak mau berdusta, karena itu dia tidak dapat mengiyakan
tawaran itu. Dia hanya bilang.
"Jika memang nona telah menawarkan bantuan seperti itu padaku,
inilah hal yang menggembirakan sekali! Begini saja, bebaskan dulu
sahabat-sahabatku, jika mereka telah meninggalkan perbentengan
ini, barulah nanti kita bicarakan pula persoalan ini. Bagaimana
pendapatmu?" Sasana telah mengawasi bimbang, namun akhirnya mengangguk.
"Baiklah, mereka akan dibebaskan dua hari lagi. Jika besok, tentu
akan mendatangkan kecurigaan pada Tiat To Hoat-ong, Koksu
negara kami. Maka, mereka harus meninggalkan perbentengan ini
secara diam-diam, sedangkan Koksu kami itu besok akan
menerima perintah dari ayah untuk pergi memberikan laporan
pada Kaisar, sehingga terbuka kesempatan yang luas.
Yo Him mengangguk. "Tetapi Yo Kongcu," kata Sasana lagi. "Kuharap saja kau tidak
merubah pikiranmu lagi......!"
Setelah berkata begitu. puteri pangeran Ghalik telah bersenyum,
manis sekali. Yo Him hanya mengawasi kepergian puteri dari pangeran Ghalik.
Lama sekali Yo Him berdiri di tempatnya itu. Sama sekali dia tidak
menyangka bahwa pangeran Ghalik memiliki seorang puteri selain
demikian cantik rupawan, juga memiliki kepandaian yang demikian
tinggi. Entah siapa gurunya, yang dirahasiakannya itu"
380 Setelah bayangan si gadis lenyap dari pandangannya, Yo Him
menghela napas. Di saat itulah Wang Put Liong telah berkata menyadarkan Yo Him
dari lamunannya. "Gadis itu memiliki kepandaian yang begitu
tinggi. Dia juga puteri dari pangeran Ghalik, kau harus waspada
menghadapinya, Yo Siauwhiap!"
Yo Him mengangguk. "Jangan sampai kau terkena tipu dayanya......!" kata Wang Put
Liong lagi. "Entah yang diceritakannya itu mengenai Tiat To Hoat-ong benar
atau memang hanya merupakan karangannya belaka?"
menggumam Yo Him. Dengan menggendong Wang Put Liong, Yo Him telah kembali ke
kamarnya. Dilihatnya Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang tengah
menantikannya. Ko Tie juga tampak bergelisah sekali.
Satu hari telah lewat, tidak terjadi suatu apapun juga. Hanya
mendekati sore terlihat beberapa orang pahlawan pangeran Ghalik
yang lewat dengan sikap tergesa-gesa. Merekapun seperti tengah
membicarakan sesuatu, namun Yo Him tidak mengerti bahasa
mereka. Malam itu keadaan di perbentengan tersebut sunyi sekali. Yo Him
bulak-balik di pembaringan dengan pikiran yang agak resah.
Dilihatnya kesehatan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang telah
mengalami kemajuan yang pesat. Malah Cin Piauw Ho, walaupun
381 tidak bisa disembuhkan keseluruhannya dari lukanya, dan racun
yang mengendap di tubuhnya itu tidak bisa dilenyapkan, namun
Cin Piauw Ho telah dapat berjalan dengan langkah perlahan-lahan.
Yang diperlukan oleh Cin Piauw Ho adalah obat penawar racun
yang bisa memunahkan seluruh racun yang mengendap di
tubuhnya itu. Tapi dengan memperoleh pengobatan dari tabibtabibnya pangeran Ghalik, racun itu untuk sementara bisa
dibendung daya kerjanya sehingga Cin Piauw Ho mungkin bisa
hidup tiga-empat bulan selama belum memperoleh obat penawar
racun yang tepat. Dalam kesunyian malam seperti itu, Yo Him memikir keras. Banyak
teka-teki yang dihadapinya di perbentengannya pangeran Ghalik.
Karena segala yang dialaminya demikian beruntun dan belum bisa
dipecahkan rahasianya. Seperti munculnya Swat Tocu, Cek Tian dan puteranya, yaitu
Auwyang Phu, dan juga putri dari pangeran Ghalik, yaitu Sasana,
yang memiliki kepandaian tinggi serta sempurna itu. Juga Yo Him
jadi teringat akan cerita Sasana mengenai niat busuk Tiat To Hoatong yang ingin menindih pengaruh dari pangeran Ghalik.
Memang urusan itu bukan menjadi urusannya, karena itu
persoalan dari orang-orang Mongolia tersebut. Malah membawa
suatu keuntungan yang tidak kecil untuk orang-orang Han, yaitu
dari kerajaan Song yang telah musnah, namun masih tersebar di
seluruh daratan Tiong-goan, dengan harapan suatu saat bisa
membangun negeri mereka lagi.
382 Jika terjadi perpecahan di dalam pemerintahan penjajah itu,
niscaya akan menyebabkan mereka lemah dan kelak mudah untuk
dirubuhkan dan diusir dari tanah air mereka. Namun Yo Him kini
menghadapi persoalan yang tidak ringan, karena selain Tiat To
Hoat-ong sendiri memiliki kepandaian yang tinggi bukan main, juga
pangeran Ghalik bersama dengan para pahlawannya itu bukan
lawan yang enteng. Apa lagi dibantu oleh Sasana, puterinya
pangeran tersebut, yang memang memiliki kepandaian sangat
tinggi. Yo Him juga mengetahui maksud pangeran Ghalik membujuknya
agar mau tunduk dan bekerja di bawah perintahnya. Hanyalah
ingin dimanfaatkan untuk mengorek keterangannya di mana
adanya para jago-jago yang membantu kerajaan Song, yang
hendak ditumpas oleh pangeran Ghalik ini.
Sedang Yo Him rebah gulak gulik di pembaringannya itu, tiba-tiba
dia mendengar suara yang ringan sekali di luar jendela kamarnya
dibarengi kemudian dengan ketukan perlahan.
"Yo kongcu, mari kau ikut aku......!" terdengar suara yang halus di
luar jendela. Yo Him terkejut, dia telah melompat turun dari pembaringan. Liu
Ong Kiang dan Cin Piauw Ho pun telah terbangun dari tidur
mereka. Rupanya ke dua orang inipun telah mendengar suara
ketukan di jendela itu, dan ke duanya sedang memandang pada
Yo Him dengan sorot mata tanda tanya. Ko Tie dan Wang Put
Liong waktu itu tengah tertidur nyenyak.
383 Yo Him mengangguk pada Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho, dia
mendekati jendela. Dia mengenali bahwa suara orang di luar
jendela itu adalah suaranya Sasana puteri dari pangeran Ghalik
yang telah bertemu dengannya malam ke marin.
Didorongnya daun jendela itu dengan waspada karena dia kuatir
nanti Sasana berlaku licik membokongnya. Tetapi hanya angin
malam menghembus. Tampak sesosok bayangan tengah berlarilari dengan tangan dilambaikan padanya.
Yo Him hanya bimbang sejenak, kemudian katanya pada Cin
Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. "Aku akan pergi sebentar, segera
aku kembali!" dan tubuh Yo Him gesit sekali melompat keluar dari
jendela itu. Sosok tubuh yang tengah berlari-lari itu yang tidak lain dari Sasana,
berlari gesit dan cepat sekali. Di bawah sinar cahaya rembulan,
tampak tubuh yang langsing itu bagaikan selembar daun yang
melayang-layang di tengah udara. Yo Him mengejarnya.
Tetapi Sasana tidak menghentikan larinya. Dia berlari terus menuju
ke arah timur, dan akhirnya tiba di suatu tempat yang banyak sekali
ditumbuhi pohon-pohon bunga beraneka warna. Itulah taman dari
istana atau perbentengan pangeran Ghalik tersebut. Yo Him pun
telah tiba dengan cepat. Sasana sudah tidak berlari lagi, dia berdiri agung dan cantik sekali.
Pakaiannya yang reboh, dengan paras mukanya yang cantik dan
rambutnya yang disanggul dua, tampak dia bagaikan seorang dewi
yang baru turun dari kahyangan, yang tengah menantikan Yo Him
dengan bibir tersungging senyuman yang manis.
384 Yo Him telah merangkapkan tangannya, tanyanya, "Ada urusan
apakah di malam larut seperti ini nona mengundangku datang ke
tempat ini?" Sasana mengawasi Yo Him sejenak, kemudian dia menyahut:
"Ada sesuatu yang penting ingin kubicarakan denganmu Yo
kongcu!" "Urusan apakah itu?" tanya Yo Him heran. "Apakah tidak lebih baik
jika memang besok siang saja nona menyampaikannya?"
Sasana menggeleng perlahan.
"Inilah untuk keselamatanmu juga Yo kongcu juga kawankawanmu itu......!" menjelaskan Sasana.
Yo Him heran, diapun terkejut, hatinya tercekat, tanyanya: "Apakah
itu nona" Apa maksudmu dengan mengatakan untuk keselamatan
kami?" Sasana menghela napas. "Sesungguhnya aku sebagai puteri dari ayahku, tidak dapat aku
memberitahukan rahasia ini kepadamu, tetapi kemarin malam aku
telah menjanjikan padamu akan bantu membebaskan kawanmu
itu...... karena itu aku terpaksa harus memberitahukan juga urusan
ini padamu......!" Yo Him berdiam saja mendengarkan dengan penuh perhatian, dan
diam-diam hatinyapun memuji akan kecantikan gadis di
385 hadapannya ini, yang memang memiliki kecantikan yang luar
biasa. "Sesungguhnya, Tiat To Hoat-ong telah diperintahkan ayah untuk
pergi ke kotaraja guna memberikan laporan kepada Kaisar
mengenai perkembangan dunia Kang-ouw belakangan ini dan dia
memang menerima tugas itu, namun m?minta pengunduran waktu
keberangkatannya itu selama tiga hari!" menjelaskan Sasana.
"Kukira urusan Koksu negara kalian itu tidak ada hubungannya
dengan kami!" kata Yo Him.
Sasana mengangguk. "Seharusnya memang begitu!" menyahuti Sasana. "Tetapi
sekarang ini lain urusannya. Tiat To Hoat-ong rupanya


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengajukan permintaan untuk pengunduran hari keberangkatannya itu, rupanya memang memiliki rencana sendiri,
yang ingin dilakukannya di luar tahu ayahku!"
"Urusan apakah yang nona maksudkan?" tanya Yo Him akhirnya.
"Rupanya Tiat To Hoat-ong tidak puas atas sikap ayahku yang
berusaha untuk memperlakukan kau dengan baik, juga telah
perintahkan tabib-tabib ayah untuk mengobati penyakit dan luka
dari kawan-kawanmu itu..... Dia memiliki maksud yang terkandung
di hatinya, maksud yang jahat dan buruk sekali...... di mana Koksu
negara kami itu ingin membinasakan kalian semua, yang telah
diatur sedemikian rupa agar tampaknya kalian terbinasa karena
kecelakaan......!" 386 Muka Yo Him berobah. Sedangkan Sasana telah meneruskan ceritanya.
"Kebetulan sekali sore itu aku tengah berada di ruangan belakang
istana ayah. Aku melihat sesosok bayangan yang berkelebat gesit
sekali. Aku mengejarnya secara diam-diam untuk membuntutinya.
Dia adalah Lonang Shing, orang kepercayaan Tiat To Hoat-ong,
yang baru sebulan lebih tiba di Tiong-goan ini datang dari Mongolia
atas undangan Koksu......!
"Aku mengikuti terus, di mana Lonang Shing menuju ke kamarnya
Tiat To Hoat-ong, mereka bicara kasak-kusuk. Aku tidak berani
menghampiri terlalu dekat jendela kamar Koksu karena itu aku
tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka, hanya tidak lama
kemudian kulihat Lonang Shing telah keluar pula dari kamar Koksu
dan menuju ke tempat berkumpulnya para pahlawan ayah......!
"Lonang Shing telah menemui beberapa orang pahlawan secara
diam-diam, aku telah berhasil pula mendengar percakapan
mereka. Ternyata mereka mengandung maksud buruk terhadap
kalian. Yang akan dibinasakan besok menjelang magrib, di mana
kalian akan diundang untuk menghadiri jamuan perpisahan atas
keberangkatan Tiat To Hoat-ong dalam perjamuan itu, kalian akan
diracuni......!" "Ah!" berseru Yo Him kaget.
Sasana menghela napas dan katanya lagi.
387 "Inilah memang kebetulan sekali, kuketahui maksud buruk mereka!
Itu belum hebat, ternyata rencana mereka bukan hanya sekedar
membinasakan kalian berempat yaitu kau bersama she Cin dan Liu
beserta si bocah kecil yang bersama kalian. Tetapi urusan ini
memiliki ekor yang tidak singkat buat ayahku, karena Tiat To Hoatong pun telah mempersiapkan laporan yang akan disampaikan
kepada Kaisar, bahwa ayahku telah berserikat dengan kau untuk
melakukan pemberontakan! Itulah fitnahan yang dilontarkan
kepada ayahku!" Yo Him jadi heran berbareng kaget.
"Bukankah pangeran Ghalik itu merupakan orang kepercayaan
Kaisar kalian" Ayahmu memiliki kekuasaan penuh untuk seluruh
angkatan perang Mongolia......"
Sasana mengangguk mengiyakan, namun dia menerangkan.
"Benar apa yang kau katakan itu, Yo kongcu. Tapi Tiat To Hoatong pun bukan manusia tolol. Dia mengerti dan yakin bahwa Kaisar
tentu tidak akan mempercayai begitu saja laporannya. Tentu
Kaisar kami akan mengirim orang-orangnya untuk melakukan
penyelidikan. "Tetapi Tiat To Hoat-ong telah memiliki bahan yang cukup kuat
untuk fitnahnya itu, di mana dia jika berhasil membinasakan kau
bersama ketiga orang kawanmu itu. Bukankah dia dapat saja
meyakinkan Kaisar bahwa memiliki hubungan dengan Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko dan para pendekar bekas kerajaan Song kalian"
Bukankah kau terbunuh di dalam istananya ayahku"
388 "Dan engkaupun telah diperlakukan demikian manis oleh ayahku,
yang telah mengundang dan menjamu kalian, di mana hampir
seluruh penghuni istana ini melihatnya" Jika memang utusan
Kaisar datang melakukan penyelidikan, tentu Tiat To Hoat-ong
menang angin, sedikit banyak cerita dari penghuni istana ini akan
memperkuat fitnahnya itu......!"
Yo Him hanya berdiam diri saja dengan mengerutkan sapasang
alisnya. Dia tidak menyangka sama sekali di antara pangeran
Ghalik dengan Koksu negara Mongolia tersebut terdapat
bentrokan seperti ini, saling cakar demikian rupa. Padahal, Yo Him
pernah melihat bahwa Tiat To Hoat-ong merupakan jago andalan
dari pangeran Ghalik. Maka agak luar biasa jika terjadi pangeran
Ghalik dengan Tiat To Hoat-ong cakar-cakaran merebut pengaruh.
"Mengenai urusan ini," kata Sasana lagi. "Ayahku belum lagi
mengetahuinya. Ayahku baru dapat menduga-duga tentang
maksud buruk Tiat To Hoat-ong namun belum mengetahui
keseluruhnya. Hanya aku yang secara keseluruhan mengetahui
rencana busuk dari koksu itu.
"Lalu apa yang ingin nona lakukan?" tanya Yo Him.
"Tentu saja, tanpa bukti tidak bisa aku bertindak," kata Sasana.
"Tiat To Hoat-ong setelah mencelakai kalian segera akan
meninggalkan tempat ini untuk pergi ke kotaraja. Racun yang
dipergunakannya itu adalah racun yang bekerja lambat sekali, di
mana baru bekerja selewatnya lima hari.
"Biarpun bekerja lambat, racun itupun merupakan racun yang tidak
pernah dapat ditarik jiwanya dari genggaman elmaut! Racun itu
389 diolah dari nyalinya ular berbisa, nyali kelabang, nyali kalajengking,
nyali kodok hitam, dan juga beberapa macam nyali dari binatangbinatang berbisa lainnya, sehingga merupakan racun yang luar
biasa......!" Yo Him tercekat hatinya. Walaupun bagaimana dia tak menyangka
bahwa Tiat To Hoat-ong akan mengambil tindakan sekeji itu.
"Jika memang Tiat To Hoat-ong telah berangkat ke kotaraja. Lewat
beberapa hari racun itu baru bekerja, dengan demikian pihakmu
akan menduga bahwa ayahku yang telah meracuni kalian dan itu
merupakan suatu keuntungan buat Tiat To Hoat-ong, karena dia
berhasil mengadu domba antara pihakmu dengan ayahku"
Sedangkan pada Kaisar dia bisa menyampaikan bahwa itu adalah
jasanya dan juga akan melontarkan fitnah yang berat sekalipada
ayahku!" "Jadi maksud nona?" tanya Yo Him.
"Seperti yang telah kukatakan padamu bahwa aku ingin
mengadakan jual beli denganmu. Persoalan ini belum diketahui
oleh ayahku maka dari itu, aku yang memberikan janji padamu,
bahwa ketiga orang sahabatmu akan kubebaskan, setelah itu kau
sendiri harus membantu aku untuk melindungi ayahku,
menghadapi orang-orangnya Tiat To Hoat-ong!"
Yo Him bimbang, dia berdiam diri sejenak lamanya, tidak
memberikan jawaban terhadap "tawaran" istimewa gadis tersebut.
Sasana mengawasi Yo Him dengan sinar mata yang berkilauan. Di
bawah sinarnya rembulan yang menerangi tempat itu, dengan
390 berada di taman bunga yang penuh pohon-pohon bunga beraneka
warna, si gadis demikian cantik. Sinar matanya itupun
menggoncangkan perasaan Yo Him. Tetapi cepat sekali Yo Him
bisa mengendalikan perasaannya, dia mengangguk.
"Baiklah, jika memang benar apa yang dikatakan oleh nona
mengenai rencana busuk Tiat To Hoat-ong terhadap diriku dan
kawan-kawan itu, aku bersedia membantumu! Tetapi perlu
kutegaskan di sini, bahwa aku tidak menjanjikan untuk membantu
ayahmu. "Jika sekarang aku menyanggupi itupun hanya untukmu, dengan
adanya jual beli di antara kita! Juga bantuanku hanya terbatas
melindungi ayahmu dari tangan jahat Tiat To Hoat-ong aku tidak
mengatakan akan melindungi keseluruhannya. Sebab di luar dari
urusan ayahmu dengan Tiat To Hoat-ong, bukanlah menjadi
urusanku lagi!" "Itupun telah lebih dari cukup!" kata Sasana sambil tersenyum dan
wajahnya berseri-seri. "Terima kasih Yo kongcu dengan
kesediaanmu untuk membantuku, maka semua urusan tentu dapat
dibereskan dengan baik! Jiwa ayahku tentu bisa terhindar dari
bencana!" Yo Him mengawasi si gadis beberapa saat lamanya, di mana
tampak wajah Sasana berseri-seri dan di bawah cahaya rembulan
begitu cantik, senyumnya pun menawan sekali. Pemuda ini jadi
menghela napas. katanya dengan suara yang agak perlahan:
"Nona, mengenai janjiku itu memang akan kutepati, tetapi aku tidak
berani memastikan akan berhasil membantumu menghadapi Tiat
391 To Hoat-ong dengan orang-orangnya. Aku hanya berjanji akan
membantumu sekuat tenaga dan engkau juga akan membebaskan
kawan-kawanku, sedangkan mengenai kekuatan Tiat To Hoat-ong
dengan orang-orangnya itu hanya engkau juga yang
mengetahuinya. "Benar, itu adalah urusanku. Tapi yang kubutuhkan adalah
bantuanmu, Yo kongcu, karena hanya engkau yang pasti dapat
menghadapi Tiat To Hoat-ong, sedangkan orang-orangnya itu
adalah urusanku dan ayahku di mana kami akan sanggup
menghadapinya. Asal memang kau sedia membantu kami dan
menepati janjimu, semuanya akan beres."
Setelah berkata begitu, Sasana telah mengerling sejenak pada Yo
Him, lalu melanjutkan lagi perkataannya: "Besok malam kawankawanmu itu akan kubebaskan...... dan Yo Kongcu kau boleh
memberitahukan pada mereka agar bersiap-siap!"
Yo Him mengangguk. Sasana telah memutar tubuhnya untuk
berlalu. Yo Him pun telah kembali ke kamarnya. Dia menceritakan
semuanya ini pada Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang. Sedangkan
Wang Put Liong yang waktu itu telah terbangun juga
mendengarkan cerita tersebut. Tampaknya Wang Put Liong jadi
gelisah sekali. "Wang Locianpwe, kau boleh menungguku di markas Kay-pang
bersama dengan Liu Locianpwe!" kata Yo Him.
392 Kemudian dia menoleh kepada Cin Piauw Ho, katanya:
"Kesehatanmu telah pulih walaupun racun yang mengendap di
tubuhmu belum bisa dilenyapkan, Cin toako! Maka jika memang
kau berhasil meninggalkan tempat ini, tentu kau bisa pergi ke Cialeng-kwan. Mudah-mudahan saja kau bisa memperoleh penawar
racun yang tepat dalam waktu-waktu yang dekat, namun
disamping itu akupun akan mencari obat untukmu Cin toako. Jika
urusan di sini telah selesai, aku akan segera menyusulmu ke Cialeng-kwan."
Cin Piauw Ho menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya:
"Baiklah, terima kasih atas bantuan yang selama ini diberikan Yo
Siauwhiap!" Yo Him juga telah berpesan kepada Liu Ong Kiang untuk
membawa serta Ko Tie meninggalkan tempat itu, di mana Yo Him
menjanjikan dalam beberapa bulan mendatang nanti ia akan
mengunjungi markas Kay-pang untuk menjemput Ko Tie kembali,
disamping itu tentu karena pada orang tersebut terdapat urusan
yang penting sekali. Juga Yo Him telah berkata kepada Liu Ong
Kiang, agar setelah nanti keluar dari istana pangeran Ghalik ini Liu
Ong Kiang boleh menyel?saikan urusan Kay-pang yang tengah
goyah mengalami perpecahan itu.
Liu Ong Kiang tidak membantah, hanya saja yang memberatkan
hatinya ia kuatirkan keselamatan Yo Him. Sebab dengan berada
seorang diri di dalam istananya pangeran Ghalik ini sama saja Yo
Him dengan berada di kandang harimau, yang sewaktu-waktu bisa
menerkamnya. 393 Malah Liu Ong Kiang meragukan Sasana, yang dikuatirkannya
justeru tengah memasang penangkap untuk Yo Him di mana
pangeran Ghalik memang sengaja memperalat puterinya yang
jelita itu untuk menjebak Yo Him. Namun Yo Him telah tetap
dengan keputusannya. Keesokan malamnya, dalam kesunyian malam yang telah begitu
larut dan juga kepekatan di sekitar istananya pangeran Ghalik,
tampak beberapa sosok tubuh tengah bergerak perlahan-lahan
menuju ke pintu istana pintu gerbang yang besar dan megah itu.
Dua orang penjaga yang melihat sosok tubuh itu segera
membentak dengan suara yang keras, "Siapa?"
"Aku! Cepat buka pintu!" menyahuti salah seorang sosok tubuh itu
dengan suara yang nyaring, suara seorang wanita.
Salah seorang penjaga pintu istana itu mengangkat tinggi-tinggi
pelita tengtoleng di tangannya, sehingga dia dapat melihat jelas
orang di depannya. Seorang gadis yang cantik jelita sedangkan di
belakangnya tampak empat orang lelaki yang dikenalnya sebagai
"tamu istimewa" dari pangeran Ghalik, bersama mereka juga
tampak seorang anak lelaki.
"Oh Kuncu?" seru mereka kaget. Dan tanpa banyak rewel lagi
mereka segera membuka pintu gerbang istana.
Ternyata gadis yang cantik jelita itu tidak lain dari Sasana bersamasama, dengan Yo Him, Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang, Wang Put
Liong dan Ko Tie. Setelah pintu gerbang terpentang Yo Him
merangkapkan tangannya memberi hormat kepada Cin Piauw Ho,
Liu Ong Kiang dan Wang Put Liong, di mana waktu itu Wang Put
394 Liong yang sepasang tangannya masih terborgol oleh rantai besi,
tengah digendong oleh Cin Piauw Ho, sedangkan Ko Tie
digendong oleh Liu Ong Kiang.
"Cin toako, Wang Locianpwe, selamat jalan! Juga kau Ko Tie,
selama dalam perjalanan, kau tidak boleh nakal, ya"! Kau tunggu
aku di tempatnya Liu Locianpwe. Nanti aku akan datang
menjemputmu!" Ko Tie mengiyakan, padahal di hati bocah itu merasa berat untuk
berpisah dengan Yo Him, namun dia tidak berani mengemukakan
perasaannya. Begitulah, Cin Piauw Ho, Wang Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko
Tie telah meninggalkan istana yang mirip perbentengan tersebut.
Namun baru saja mereka melangkah beberapa tindak tiba-tiba dari
arah belakang mereka telah menyambar angin yang berkesiuran
cepat sekali ke punggung Liu Ong Kiang. Ternyata itulah beberapa
batang jarum yang tengah menyambar ke jalandarah-jalandarah
yang mematikan di tubuh Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho.
Yo Him yang mengetahui itu, jadi terkejut. Dilihatnya jarum-jarum
itu menyambar dengan tenaga timpukan yang sangat kuat sekali.
Maka Yo Him telah mengebut dengan lengan bajunya, di mana
jarum-jarum itu telah runtuh ke tanah sebelum tiba pada
sasarannya. "Mau pergi kemanakah, tuan?" tegur suara yang dingin, namun
bengis sekali. "Apakah pelayanan kami selama ini kurang baik,
sehingga kalian ingin meninggalkan tempat kami secara diamdiam seperti ini"!"
395 Semua orang menoleh, tampak beberapa sosok tubuh berdiri di
dekat tembok istana ini, di tempat yang agak terhindar dari
penerangan api tengtonglengnya si penjaga pintu gerbang
tersebut. Salah seorang di antara mereka yang berdiri paling
depan, yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar, dan juga
dilihat dari cara berpakaiannya itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka Sasana jadi berobah ketika melihat Koksu negaranya itu. Dia
telah mengawasi sejenak, namun puteri pangeran Ghalik ini cepat
dapat menguasai perasaannya. Dia telah berkata dengan disertai
senyumnya: "Oh, Koksu" Kebetulan sekali, ada sesuatu yang ingin
kusampaikan?" Tiat To Hoat-ong melangkah maju beberapa langkah ke depan,
membungkukkan tubuhnya sedikit memberi hormat lalu dengan
muka yang bengis dan dingin. Dia bilang. "Kuncu, kebetulan sekali
aku lewat di tempat ini dan melihat kalian......! Tetapi yang
membuatku jadi heran, mengapa mereka ini, tamu-tamu kita yang
terhormat tampaknya ingin meninggalkan istana ayahmu.
Merekapun tampaknya semuanya membawa perbekalan seperti
juga akan melakukan suatu perjalanan yang jauh......!"
Sasana mengerti, itulah kata-kata sindiran dari Koksu negara.
Tetapi Sasana telah tersenyum, katanya dengan sikap yang
tenang. "Mereka telah menemui ayahku, telah meminta ijin untuk
meninggalkan tempat ini!"
"Lalu pangeran telah mengijinkan mereka pergi?" tanya Tiat To
Hoat-ong sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.
396 "Ya!" Sasana mengangguk, "Memang ayahku telah memberikan
ijin......!" "Hmmm seperti Kuncu ketahui, setiap orang di dalam istana ini,
kecuali pangeran dan aku, maka yang hendak keluar dari istana ini
harus memiliki "surat jalan" yang ditandatangani oleh pangeran!
Tentu peraturan yang, dikeluarkan oleh ayah Kuncu diketahui jelas
olehmu, bukan"!"
Muka si gadis jadi berobah merah, ternyata Tiat To Hoat-ong
memang mendesaknya terus.
Dan belum lagi si gadis sempat mencarikan jawaban yang tepat,
Tiat To Hoat-ong telah menoleh kepada Yo Him dengan sorot mata
yang tajam bengis sekali, namun ia membungkukkan sedikit
tubuhnya dengan agak memberi hormat, dia bilang dengan suara
yang dingin. "Hawa udara di malam selarut ini dingin sekali, harap tuan-tuan
kembali ke tempat kalian. Karena salah-salah nanti kesehatan
kalian terganggu." Yo Him memandang pada Sasana, dia seperti menantikan
keputusan dari puteri pangeran Ghalik tersebut.
Sedangkan Sasana waktu itu telah mengambil keputusan, diapun
berkata dengan suara yang nyaring: "Koksu! Kau dengarlah! Untuk
sekali ayah tergesa-gesa, sehingga ayahku lupa untuk
memberikan surat jalan yang seperti Koksu katakan tadi! Memang
merekapun adalah merupakan tamu-tamu istimewa, sehingga
mereka tidak memerlukan segala macam peraturan seperti itu!
397 Mereka adalah kesatria ternama, maka jika memang harus ikuti
peraturan yang ada itu tentunya kukira kurang begitu
menyenangkan untuk mereka......!"
"Begini saja Kuncu, kita kembali dulu ke dalam, di mana kita pergi
menghadap pada ayah Kuncu, dan nanti setelah pangeran
menyatakan mereka memang tidak perlu surat jalan untuk keluar
dari istana ini, akupun tentu tidak berani untuk merintanginya......!
"Terlebih lagi selama berada di sini, aku bertugas untuk menjaga
keselamatan pangeran dan juga seluruh istana ini berada dalam
penguasaanku, itu semua untuk keselamatan kalian juga! Tidak
bisa aku bersikap sembarangan, setidak-tidaknya setiap peraturan
yang telah diadakan oleh pangeran jelas tidak bisa dilanggar oleh
siapapun juga. Semua ini untuk keselamatan dari seluruh penghuni
istana ini juga! Maafkanlah Kuncu aku hanya sekedar menjalankan
tugas......" Muka Sasana berubah merah. Biasanya Tiat To Hoat-ong tidak
pernah membantah perkataannya.
Sebagai puteri dari pangeran Ghalik, yang menjadi orang
kepercayaan utama dari kaisar dan memiliki kehidupan yang
mutlak, mutlak terhadap angkatan perang kerajaan, tentu saja
Sasana merupakan orang yang agung dan dihormati sekali.
Namun malam ini, tampaknya Tiat To Hoat-ong memang ingin
mencegah kepergian dari Cin Piauw Ho dan yang lain-lain tersebut,
tanpa memperdulikan Sasana pula.
"Koksu!" kata Sasana dengan suara yang nyaring. "Apa yang
kukatakan adalah yang sebenarnya! Apakah memang Koksu tidak
398 mempercayai perkataanku" Jika memang kita pergi menemui
ayahku, akan sama pula jawabannya......!"
Tiat To Hoat-ong tersenyum dengan sikap tawar.
"Tetapi jika memang aku mendengarnya langsung dari pangeran,
tentu hal itu berarti aku tidak menyalahi tugasku ini!" menyahuti Tiat
To Hoat-ong. Melihat keadaan semakin runyam seperti ini, tiba-tiba Sasana
teringat sesuatu maka katanya sambil mengawasi Tiat To Hoatong: "Koksu kudengar malam ini seharusnya Koksu sudah
berangkat ke kota raja untuk memberikan laporan kepada Kaisar!
Tapi mengapa Koksu belum berangkat" Lagi pula kekuasaan
untuk keamanan istana ini, seluruhnya telah diserahkan kepada
Gochin Talu!" Koksu negara tersebut tersenyum.
"Kebetulan sekali kesehatanku terganggu, memang benar
perkataan Kuncu bahwa keberangkatanku ke kota raja ditunda dua
hari lagi sampai kesehatanku pulih!" menyahuti Koksu tersebut.
"Karena itu, walaupun seluruh wewenang mengadakan penjagaan
untuk keamanan istana ini telah diserahkan kepada Gochin Talu,
tokh aku tetap bertanggung jawab penuh akan keamanan di tempat
ini selama aku berada di sini" Bukankah Gocin Talu ini, hanyalah
memang merupakan wakilku semata jika aku tidak berada di
tempat?" Tiat To Hoat-ong tersenyum.
Sasana terdesak lagi, sedangkan Yo Him telah melihat keadaan
semakin tidak beres, sedangkan anak buah Tiat To Hoat-ong, tujuh
399 orang pendeta Mongolia yang berpakaian sama dengan Tiat To
Hoat-ong, hanya usia mereka semuanya mungkin baru
tigapuluhan tahun, telah menghampiri berdiri di belakang Tiat To
Hoat-ong, menahan kepergian Cin Piauw Ho dan yang lainnya
mempergunakan jarum rahasianya itu, maka memperlihatkan
bahwa Tiat To Hoat-ong tidak main-main untuk mencegah
kepergian mereka. Jelas walaupun bagaimana koksu negara itu
akan berusaha menahan kepergian Cin Piauw Ho dan lainnya.
"Kuncu," kata Yo Him kepada Sasana. "Jika memang urusan yang
dikatakan oleh Taysu itu merupakan suatu peraturan di sini, apa
salahnya jika Kuncu tolong pergi mengambilkan "surat jalan" yang
dimaksudkan oleh Taysu" Bukankah Kuncu bisa pergi menemui
ayahmu dan meminta "surat jalan" itu?"
Tiat To Hoat-ong tertawa menyeringai, katanya, "Ya, jika memang
Kuncu bersedia untuk pergi menghadap pangeran hanya seorang
diri, itupun tidak ada halangannya. Tetapi kuharap tuan-tuan
kembali dulu ke tempat kalian! Kukira alangkah baiknya jika kalian
meninggalkan tempat ini besok pagi, dengan melakukan
perjalanan di tengah malam begini bukankah merupakan
perjalanan yang menyebalkan?"
Setelah berkata begitu Tiat To Hoat-ong mengambil sikap seperti
mempersilahkan Yo Him dan yang lainnya untuk kembali ke dalam
istana. Sedangkan Sasana mengawasi Koksu itu dengan
sepasang alis yang mengkerut, otaknya bekerja keras sekali, untuk
mencari jalan guna menyingkirkan Koksu tersebut.
400 Dilihatnya ke tujuh pendeta muda, yang diketahui oleh Sasana
merupakan kawan-kawan Tiat To Hoat-ong, yang baru datang dari
Mongolia belum lama yang lalu, telah memperlihatkan sikap
bersiap-siap untuk menghadapi sesuatu. Merekapun tampaknya
memiliki kepandaian yang tidak rendah.
Diam-diam di hati Sasana juga telah menimbang-nimbang
menakar kekuatan. Yo Him memang bisa menghadapi Tiat To
Hoat-ong. Walaupun belum dapat dipastikan Yo Him bisa
merubuhkan Koksu negara yang sangat lihay itu di mana
kepandaiannya tinggi sekali. Namun sedikitnya Tiat To Hoat-ong
juga tidak bisa berbuat banyak pada Yo Him. Sedangkan yang
diragukan Sasana adalah ke tujuh orang anak buah Tiat To Hoatong itu. Sasana mungkin bisa menghadapi dua orang di antara
mereka. Lalu yang lima orang lagi siapa yang menghadapinya"
Cin Piauw Ho baru saja sembuh dari keracunan itupun belum
sembuh keseluruhan, di mana racun yang mengendap di tubuhnya
belum lagi bisa dipunahkan. Dengan demikian, tenaga dalamnya
belum lagi dipergunakan karena tidak bisa dikerahkan.
Sekali saja Cin Piauw Ho mengempos semangat dan tenaga
lweekangnya, sehingga hawa murninya bergolak, berarti bisa
membahayakan keselamatannya, racun yang mengendap dalam
darahnya akan menerjang ke jantung. Begitu pula Liu Ong Kiang,
diapun tengah terluka, walaupun lukanya itu telah mulai pulih tokh
semangatnya tidak bisa dipergunakan penuh keseluruhannya.
Dan yang paling utama Liu Ong Kiang tidak dapat bergerak dengan
leluasa. Wang Put Liong pun dalam keadaan terborgol. Sedangkan
401 Ko Tie tidak memiliki kepandaian apa-apa. Jika memang sampai
terjadi pertempuran di antara mereka berarti yang akan menderita
kerugian adalah pihaknya.
Maka Sasana akhirnya mengambil sikap lunak, katanya: "Baiklah,
jika memang Taysu menghendakinya begitu, biarlah nanti aku
akan memberitahukan pada ayah. Agar ayah bisa memberikan apa
yang dikehendaki oleh Taysu! Nah Yo kongcu, marilah ajak kawankawanmu untuk kembali......!"
Tiat To Hoat-ong memperdengarkan tertawa dingin, sikapnya sinis
sekali. "Kuncu, jika memang beberapa hari mendatang nanti aku telah
berangkat ke kota raja, kuharap saja, tidak terjadi peristiwa seperti
sekarang ini, di mana pangeran lupa memberikan "surat jalan"
yang diperlukan para tamu-tamu kita itu. Engkau yang harus
mengingatkannya, karena kukira Gochin Talu tidak akan
mengambil sikap seperti yang kulakukan. Dia seorang yang
memiliki sifat yang kasar dan tidak mengenal kesopanan,
dikuatirkan nanti dia melakukan sesuatu yang bisa mendatangkan
malu untuk kita...... di mana dia bertindak kurang hormat pada
tamu-tamu kita ini!"
Sasana mengerti, itulah ancaman yang diberikan oleh Tiat To
Hoat-ong. Sama saja arti perkataannya itu dengan ingin
mengatakan bahwa Gochin Talu adalah anak buahnya juga.
Kemungkinan besar jika terjadi Sasana berusaha meloloskan
"tawanan istimewa" tersebut, berarti Gochin Talu akan mengambil
tindakan tegas dengan meperlakukan mereka dengan tindakan
402 yang agak kasar. Untuk kata-kata itu Sasana telah tertawa tawar.
Kemudian bersama-sama Yo Him serta yang lainnya telah kembali
ke dalam. Sedangkan Tiat To Hoat-ong telah mengawasi kepergian Sasana
bersama dengan tamu-tamu istimewa tersebut. Setelah mereka
lenyap dari pandangan mata, Koksu negara itu telah menoleh
kepada ke tujuh pendeta Mongolia katanya: "Kalian berdiam di sini,
larang setiap orang keluar dari pintu gerbang ini, tidak seorangpun
diijinkan untuk meninggalkan istana ini. Siapa yang bersikeras dan
memaksa, kalian boleh menangkapnya dan menahannya!"
"Kami menerima perintah Koksu!" menyahuti ke tujuh pendeta itu.
Merekapun memperlihatkan sikap yang menghormat sekali.
Tiat To Hoat-ong bergegas menuju ke tempat kediaman pangeran
Ghalik, yaitu di dekat bagian tengah istana itu. Di mana penjagaan
di istana tersebut ketat sekali. Tetapi karena Koksu yang masuk,
maka tidak ada seorang penjaga yang mencegahnya. Ketika
sampai di ruangan dalam, Tiat To Hoat-ong melihat di muka
sebuah kamar, berdiri dua orang, yang tidak lain dari Liong Tie
Siang dan seorang pendeta Mongolia berusia empatpuluh tahun.
Ke dua orang tersebut yang melihat Tiat To Hoat-ong segera
menghampirinya dengan segera. Malah Liong Tie Siang telah
mengedipkan matanya, tangannya menunjuk ke dalam kamar.
"Pangeran Ghalik berada di kamarnya, tampaknya ada sesuatu
yang tengah menyusahkan hatinya!" bisik Liong Tie Siang perlahan
pada Koksu negara itu. 403 Tiat To Hoat-ong mengangguk, dia menoleh kepada pendeta
Mongolia yang berusia empatpuluh tahun lebih, katanya: "Lengky
Lumi sejak sekarang kau memiliki tugas baru! Awasi manusia she
Yo itu dan kawan-kawannya. Jika memang mereka melakukan
sesuatu yang mencurigakan, segera laporkan kapadaku. Jika
memang terpaksa engkau boleh segera turun tangan untuk
menangkap atau membinasakan mereka!
"Tadi ada seorang kawan kita yang telah melaporkan maksud
mereka yang hendak meninggalkan istana secara diam-diam,
untung aku masih keburu menghalanginya, sehingga mereka tidak
sampai keburu meninggalkan tempat ini. Tampaknya Kuncu
Sasana berdiri di pihak mereka, dan juga putri dari pangeran Ghalik
itu telah mengetahui maksud kita. Dia yang berusaha meloloskan
orang-orang itu! Rencana yang telah kita atur sebelumnya berjalan
sebagaimana telah ditetapkan......"
Lengky Lumi telah merangkapkan tangan memberi hormat, diapun
berlalu meninggalkan tempat itu. Lengky Lumi adalah seorang
pendeta Mongolia yang tangguh, ia memiliki latihan Yoga yang
tinggi sekali, terutama sekali ilmu gulatnya.
Memang baru empat bulan lebih dia datang ke daratan Tiong-goan,
untuk diperbantukan pada pangeran Ghalik. Namun diam-diam,
dia pun telah berhasil dipengaruhi oleh Tiat To Hoat-ong, di mana
Lengky Lumi akhirnya bekerja untuk Tiat To Hoat-ong, bukannya
mengawal keselamatan pangeran Ghalik. Malah Lengky Lumi
merupakan mata-mata yang selalu mengawasi pada setiap gerak
geriknya pangeran tersebut yang selalu melaporkan sesuatunya
kepada Tiat To Hoat-ong. 404 Setelah Lengky Lumi pergi, Tiat To Hoat-ong berkata pada Liong
Tie Siang: "Dan kau tetap diam di sini. Nanti jika ada sesuatu yang
penting aku akan segera memanggilmu. Aku hendak pergi
menemui pangeran.....!"
Liong Tie Siang mengangguk, dilihatnya Tiat To Hoat-ong dengan
langkah lebar telah mendekati pintu kamar. Kamar itu adalah
kamar pribadi pangeran Ghalik, di mana pangeran tersebut
memang berada di dalamnya. Tadi pangeran Ghalik telah
perintahkan Liong Tie Siang dan Lengky Lumi untuk mengadakan
penjagaan di muka kamarnya, siapapun dilarang mengganggunya.
Tetapi justru sekali yang ingin masuk ke dalam kamar itu adalah
Tiat To Hoat-ong dengan demikian Liong Tie Siang berdiam diri
saja. Tiat To Hoat-ong telah sampai di depan pintu kamar, Koksu ini
telah berdiam sejenak mendengarkan. Dia mendengar suara
langkah kaki yang berat satu-satu. Tampaknya pangeran Ghalik
memang belum tidur. Tengah berjalan mondar-mandir dalam
kamarnya. Setelah mendengarkan sekian lama akhirnya Tiat To Hoat-ong
mengetuk pintu itu.

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa?" terdengar suara pangeran Ghalik yang bertanya dengan
mempergunakan bahasa Mongolia.
"Ada sesuatu yang penting hendak dilaporkan. Apakah aku boleh
mengganggu sebentar"!" menyahuti Tiat To Hoat-ong.
405 "Hmm!" terdengar suara pangeran Ghalik disusul kemudian
dengan suara dibukanya pintu, lalu daun pintu terpentang. Tampak
pangeran Ghalik sendiri yang membuka pintu tersebut. "Ada
urusan penting apakah malam selarut ini koksu menghadap?"
Tiat To Hoat-ong membungkukkan sedikit tubuhnya, katanya:
"Baru saja tadi aku dapat menyelesaikan suatu urusan yang
mungkin tidak kecil, dan ingin memperoleh keterangan dari
pangeran mengenai keadaan yang sebenarnya!" kemudian Tiat To
Hoat-ong melangkah masuk.
Pangeran Ghalik mempersilahkan Koksu negara yang memiliki
kepandaian tinggi itu untuk duduk di sebuah kursi di hadapannya.
Dipandanginya Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata menyelidik,
kemudian tanyanya: "Urusan apa yang ingin dilaporkan Koksu
hingga tampak Koksu begitu tergopoh-gopoh dan hendak
melaporkan sendiri"!"
Tiat To Hoat-ong memperlihatkan senyum tawar. Dia bilang
dengan sikap sinis: "Tadi Kuncu Sasana ingin mengijinkan orang
she Yo dan beberapa orang tawanan lainnya, termasuk orang she
Wang yang kita tahan di kamar khusus itu, untuk meninggalkan
istana ini. Menurut Kuncu, semua itu adalah atas persetujuan dari
pangeran! "Tetapi, karena seperti peraturan,yang telah dikeluarkan oleh
pangeran, selain pangeran dan aku berdua, maka setiap orang
yang hendak meninggalkan istana harus membawa surat ijin
keluar dari pangeran. Namun mereka tidak memiliki surat ijin keluar
itu, maka telah kularang mereka meninggalkan istana. Sekarang,
406 yang ingin kuketahui, apakah semua itu benar atas perintah
pangeran"!" Muka pangeran Ghalik berobah, dia memandang heran pada Tiat
To Hoat-ong beberapa saat lamanya, sampai akhirnya
mengangguk perlahan: "Benar....! Memang semua itu atas ijinku!"
Muka Tiat T"o Hoat-ong berobah merah, tampaknya dia tidak puas.
Lalu katanya: "Tetapi pangeran, bukankah orang she Yo itu
merupakan tawanan penting, dari dia kita bisa memperoleh
keterangan-keterangan penting yang kita butuhkan mengenai
keadaan orang-orang yang pernah membantu kerajaan Song yang
telah runtuh itu" Dengan dilepasnya mereka, jelas hal ini akan
mempersulit kita juga......!"
Pangeran Ghalik tidak segera menyahuti, dia telah bangun dari
duduknya, berjalan perlahan-lahan ke arah jendelanya. Lama dia
memandang keluar jendelanya, mengawasi kegelapan malam.
Waktu itu otaknya tengah bekerja keras. Karena sebelum Tiat To
Hoat-ong datang menghadap, sore tadi memang Sasana pernah
mengungkapkan pada ayahnya ini, bahwa Tiat To Hoat-ong
tengah menyusun suatu kekuatan untuk menindih pengaruh
pangeran tersebut. Bahkan Sasana telah menceritakan segala apa
yang telah dilakukan oleh Tiat To Hoat-ong.
Hanya saja Sasana waktu itu mengatakan, dia belum begitu jelas
siapa-siapa saja yang benar-benar berada di pihak Tiat To Hoatong, dan belum lagi bisa memastikan pahlawan-pahlawan
pangeran Ghalik yang mana-mana saja yang telah berpihak pada
407 Koksu tersebut. Sasana hanya meminta perhatian ayahnya, agar
lebih waspada menghadapi Koksu tersebut.
Kini Koksu itu menyampaikan laporan mengenai sepak terjang
puterinya itu. Dan pangeran Ghalik yakin tentu Sasana memiliki
rencana sendiri. Sebab itu, walaupun dia tidak pernah mengijinkan
Sasana untuk membebaskan Yo Him dan yang lainnya, tokh dia
telah mombenarkan pertanyaan Tiat To Hoat-ong itu.
"Pangeran.....!" panggil Tiat To Hoat-ong tambah tidak senang,
tampaknya dia mulai tidak sabar. "Sesungguhnya, aku memang
harus tahu diri, bahwa disini aku hanya bawahan pangeran,
seluruh kekuasaan mutlak berada di tangan pangeran. Aku hanya
seorang Koksu negara, dan hanya dapat memberikan nasehatnasehat kepada Kaisar kita.
"Namun, disini pula letak ketidak mengertianku. Jika memang
orang she Yo dan kawan-kawannya itu, malah termasuk juga orang
she Wang yang kita duga menyimpan peta tempat penyimpanan
harta karun bekas kaisar Song itu, dilepaskan begitu saja,
bukankah pangeran pun akan mempersulit kedudukanku" Laporan
apa yang harus kuberikan kepada Kaisar" Dan apa yang harus
kujelaskan jika memang Kaisar menanyakan perihal diri orang she
Wang itu, yang memang tidak mau mengatakan di mana
beradanya peta tempat penyimpanan harta karunnya bekas raja
Song itu?" Pangeran Ghalik telah menghela napas, dia memutar tubuhnya,
mengawasi Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata yang tajam,
katanya, "Koksu, seperti yang telah kupesankan kemarin, di mana
408 sebelum tertundanya keberangkatan Koksu ke kotaraja untuk
memberikan laporan kepada Kaisar, aku telah menitipkan laporanlaporan yang terperinci mengenai kegiatan kita paling akhir ini,
bukan"!" Tiat To Hoat-ong hanya mengangguk.
"Dan kukira dalam laporan tersebut telah dijelaskan
keseluruhannya! Mengenai orang she Yo dan beberapa orang
temannya itu, yang sengaja kubiarkan untuk meninggalkan istana,
hanyalah merupakan pancingan belaka. Itu adalah kebijaksanaanku, untuk melempar umpan memperoleh hasil yang
kita harapkan! Nanti akan kujelaskan kepada Koksu jika memang
Koksu telah kembali dari kotaraja!"
Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak puas, dia masih bertanya juga:
"Tentang peraturan yang melarang siapapun meninggalkan istana
tanpa membawa surat ijin keluar, apakah masih berlaku"!"
Pangeran Ghalik mengangguk.
"Ya," sahutnya, "Memang peraturan itu masih tetap berlaku, tidak
bisa siapapun sembarangan keluar meninggalkan istana."
"Tapi pangeran, kukira hal itu masih kurang sempurna. Ada saran
yang hendak kusampaikan kepada pangeran, entah dapat atau
tidak kukatakan"!"
"Katakanlah, apa saran Koksu?"
409 "Menurut pendapatku, alangkah lebih baik dan bijaksana jika ijin
keluar istana dikeluarkan oleh Gochin Talu yang akan memegang
tugas menggantikan diriku selama pergi ke kota raja. Karena
dengan Gochin Talu yang mengeluarkan surat ijin keluar itu, berarti
segalanya bisa diatur lebih baik dan teliti. Sedangkan pangeran,
tidak selamanya berada di istana, bukankah sewaktu-waktu akan
berada di luar istana untuk satu urusan yang mendadak" Mungkin
kesempatan seperti itu akan dipergunakan oleh orang-orang
tertentu untuk melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan!"
"Saran yang baik, akan kupertimbangkan dulu beberapa hari,
walaupun nanti Koksu telah berangkat, jika memang kukira saran
itu sempurna dan baik, tentu kekuasaan penuh akan kuberikan
pada Go-chin Talu!" menyahuti pangeran Ghalik.
Tiat To Hoat-ong sesungguhnya masih ingin menyatakan ketidak
puasan hatinya, namun melihat sikap pangeran Ghalik yang telah
memperlihatkan sikap seperti meminta dia meninggalkan ruangan,
Koksu itu telah memberi hormat dengan membungkukkan sedikit
tubuhnya, lalu berlalu. Seperginya Tiat To Hoat-ong, pangeran Ghalik telah berjalan
mundar-mandir dalam kamarnya dengan sepasang alis yang
mengkerut. Tampaknya banyak sekali persoalan yang belum dapat
dipecahkan. Sampai akhirnya pangeran Ghalik telah memanggil
Liong Tie Siang, yang diperintahkan untuk memanggil Sasana,
agar segera menghadap padanya.
Liong Tie Siang segera berlalu untuk melaksanakan tugasnya.
Namun dalam perjalanan ke istananya Sasana, puteri pangeran
410 tersebut, Liong Tie Siang telah singgah di tempat Tiat To Hoat-ong,
memberitahukan bahwa Kuncu Sasana dipanggil menghadap
pangeran Ghalik. Tiat To Hoat-ong hanya berpesan pada Liong Tie
Siang agar benar-benar mengikuti pembicaraan mereka.
Kuncu Sasana waktu mengetahui dirinya dipanggil ayahnya,
segera bisa menduga bahwa panggilan itu ada hubungannya
dengan peristiwa tadi, di mana dia gagal mengeluarkan "tawanan"
istimewa ayahnya. Tetapi Sasana cepat-cepat menghadap
ayahnya. Pangeran Ghalik telah memperhatikan puterinya tajam sekali
waktu Sasana telah duduk dihadapannya, di kamarnya. Baru
kemudian katanya: "Sasana, segala yang kau lakukan memang
demi kebaikan ayah. Ayahpun yakin, engkau tentu telah menyusun
segala sesuatunya untuk menghadapi maksud jahat Tiat To Hoatong, seperti apa yang pernah kau ceritakan kepadaku. Tapi
mengenai maksudmu membebaskan beberapa orang tawanan kita
itu, inilah yang tidak dimengerti olehku.....! Tadi Koksu telah
menghadap padaku, menceritakan segalanya, di mana dia telah
melarang tawanan-tawanan itu meninggalkan istana!"
Sasana tersenyum, katanya: "Ayah, seperti yang pernah
kulaporkan, bahwa Tiat To Hoat-ong memang bukan manusia
baik-baik. Koksu mengandung maksud yang paling buruk
untukmu! Seperti juga ditangguhkannya keberangkatan Koksu ke
kota raja, ini merupakan sesuatu yang mencurigakan sekali.
"Kulihat, dia sehat dan segar bugar, tidak ada penyakit yang
mengendap padanya. Namun dengan alasan sakit dan
411 kesehatannya itu terganggu, dia menangguhkan keberangkatannya ke kota raja! Mengenai maksudku yang ingin
membebaskan tawanan-tawanan itu, hal itu bukanlah urusan yang
terlalu penting......!"
Pangeran Ghalik telah memandang puterinya dengan sinar mata
yang tajam, sampai akhirnya dia bilang: "Coba kau jelaskan duduk
persoalannya yang sesungguhnya, agar ayah bisa mengetahuinya
dengan jelas dan jika memang perlu, ayah dapat mengambil
tindakan yang seperlunya!"
Sasana mengangguk. Dia segera menceritakan kepada ayahnya
mengenai maksud buruk Tiat To Hoat-ong, yang telah memupuk
suatu kekuatan, yang hendak menindih pengaruh pangeran
Ghalik. Bahkan juga mengenai pahlawan-pahlawan dari pangeran
Ghalik yang telah berbalik untuk tunduk pada Tiat To Hoat-ong,
yang sebagian, dari mereka telah bersedia menjadi kaki tangannya
Koksu itu. Karena itu Sasana juga menegaskan, agar ayahnya itu
lebih berhati-hati terhadap para pahlawannya itu, yang
kekemungkinan bukannya semata-mata mengawasi keselamatannya, bahkan akan menjadi duri atau musuh dalam
selimut. Setelah mendengar jelas cerita Sasana mengenai maksud Tiat To
Hoat-ong, yang juga ingin memfitnahnya pada Kaisar, pangeran
Ghalik jadi murka bukan main. Namun dia seorang pangeran yang
ulung dan cerdik, tidak mau pangeran itu mengambil tindakan yang
tergesa-gesa. Bahkan dalam waktu sesingkat itu, dia ingin segera
mengadakan pembersihan dalam pasukan pahlawannya.
Bukankah dalam satu-dua hari lagi Tiat To Hoat-ong akan pergi ke
412 kota raja, dan dalam kesempatan itulah pangeran Ghalik akan
bertindak. Sasana juga telah menceritakan tentang jual-beli yang
dilakukannya dengan Yo Him. "Kawan-kawan orang she Yo itu
bukanlah manusia-manusia yang berarti, mereka pun tidak terlalu
penting, hanya Wang Put Liong seorang saja yang tetap harus kita
perhatikan. Walaupun anak ingin membebaskan mereka, tokh aku
telah memerintahkan beberapa orang kepercayaanku untuk
mengikuti terus orang she Wang itu. Malah jika ada kesempatan,
maka orang she Wang itu akan ditawan lagi, tetapi itulah dilakukan
di tengah perjalanan, kemudian ditahan di suatu tempat, sehingga
orang she Yo tersebut sama sekali tidak mengetahui!
"Kepandaian orang she Yo itu liehay, dia putera Sin-tiauw-tay-hiap
Yo Ko, juga telah mewarisi kepandaian ke dua orang tuanya, juga
tokoh-tokoh persilatan lainnya telah menurunkan ilmunya padanya.
Dengan demikian dia merupakan tenaga yang cukup penting buat
kita, di mana dapat kita pergunakan untuk menghadapi Koksu.
"Memang aku bisa meminta bantuan guruku, mungkin ilmu guruku
itu luar biasa dan di atas dari kepandaian orang she Yo, namun dia
seorang yang luar biasa. Adatnya pun ku-koay sekali. Sedangkan
namanya saja dilarang tidak boleh kusebutkan pada siapapun
juga, begitu juga halnya pada ayah, tidak boleh kuberitahukan
perihal dari guruku itu......! Tetapi ayah, jika memang waktunya
telah tiba dan keadaan benar-benar genting sekali, terpaksa aku
akan memohonnya juga, agar guruku itu bersedia untuk membantu
kita......!" 413 Pangeran Ghalik telah mengelah napas dalam-dalam, kemudian
katanya: "Baiklah Sasana, keteranganmu telah cukup, kau boleh
kembali ke tempatmu!"
Puteri itu memberi hormat pada ayahnya dan mengundurkan diri.
Sedangkan pangeran Ghalik telah berpikir keras untuk mencari
jalan yang tepat menghadapi Tiat To Hoat-ong Koksu, secara yang
di luar tampaknya tunduk padanya, di dalam memiliki maksud
busuk yang ingin menindih pengaruhnya, bahkan hendak
memfitnahnya pada Kaisar.
Inilah urusan yang tidak boleh dipandang remeh, walaupun Kaisar
tidak akan begitu saja mempercayai keterangan Koksu tersebut,
namun sedikit banyak akan mempengaruhi juga pandangan Kaisar
terhadapnya. Dan jika memang kebetulan terjadi dia melakukan
suatu kesalahan, ditimpali dengan fitnah dari Koksu tersebut, jelas
akan membuat kedudukannya terjepit.....
Tapi tanpa disadari oleh pangeran Ghalik bahwa seluruh
percakapannya dengan Sasana telah diketahui oleh Tiat To Hoatong yang menerima laporan dari Liong Tie Siang.......
"Y" Yo Him waktu itu tengah berunding dengan Cin Piauw Ho dan yang
lainnya. Mereka juga telah mengetahui bahwa di dalam istana ini
terdapat dua kekuatan yang saling bentrok satu dengan yang
lainnya. Golongan yang pertama adalah pangeran Ghalik, yang ingin
menancapkan kekuasaannya di mana dia ingin membasmi seluruh
414

Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jago-jago yang pernah membantu kerajaan Song, dan jika
memang tidak mau tunduk padanya, berarti akan memperoleh
kematian. Sedangkan golongan yang lainnya, yang memiliki
kekuasaan tidak kalah besarnya seperti pangeran Ghalik, adalah
Tiat To Hoat-ong si Koksu yang ingin menindih kekuasaan
pangeran Ghalik, dan membasmi semua jago-jago daratan Tionggoan tanpa pamrih lagi, dia ingin membabat sampai keakarakarnya.
Pertentangan yang terdapat pada ke dua golongan tersebut, yang
belum lagi terlihat dengan jelas, hanya menanti waktu-waktu
tertentu untuk meledak. Yang dibicarakan oleh Yo Him adalah cara-cara untuk dapat
meninggalkan istana pangeran Ghalik. Memang antara Yo Him
dengan puteri pangeran Ghalik tersebut telah terdapat kata
sepakat mengenai maksud "jual-beli'" yang bisa menguntungkan
ke dua belah pihak, antara Yo Him dengan pangeran Ghalik.
Tetapi, justru disamping itu terdapatnya Tiat To Hoat-ong, yang
merupakan golongan yang lainnya, yang menyebabkan "jual-beli"
itu jadi batal dengan sendirinya.
Tetapi Yo Him mengerti, bahwa diapun tidak dapat mempercayai
sepenuhnya keterangan yang diberikan oleh puteri Sasana, sebab
dalam urusan itu terkandung urusan yang lainnya. Jika tokh
memang dia menerima tawaran yang diajukan oleh puteri Sasana,
itu hanya disebabkan dia ingin menyelamatkan Cin Piauw Ho,
Wang Put Liong, Liu Ong Kiang dan Ko Tie dari istana pangeran
Ghalik ini. 415 Karena jika hanya dia seorang diri, jika kelak menghadapi peristiwa
yang bagaimana hebat sekalipun, tentu bisa dihadapinya dengan
baik olehnya. Namun justru usaha untuk meloloskan Wang Put
Liong dan yang lain-lainnya dari istana ini, telah mengalami
kegagalan. "Kita lihat saja perkembangan selanjutnya!" kata Yo Him akhirnya.
"Menurut dugaanku, Tiat To Hoat-ong setelah mengetahui maksud
puteri Sasana yang ingin meloloskan kita dari istana ini jelas tidak
akan dibiarkan olehnya begitu saja.....!"
Yang lainnya hanya menyatakan setuju.
Begitulah, malam itu mereka lewati di istana pangeran Ghalik
tersebut, tidak ada peristiwa apapun juga.
Keesokan paginya, Yo Him dan kawan-kawannya melihat banyak
sekali tentara yang berpakaian seragam lengkap dengan senjata
mereka, tengah melakukan pemeriksaan dan penjagaan yang
ketat sekali, juga sebagian dari mereka telah mengadakan
pemeriksaan di seluruh istana. Tampak kesibukan yang
menguasai istana. Tiat To Hoat-ong pun tampak lewat dua kali di depan tempat Yo
Him dan kawan-kawannya berada, di mana Koksu negara tersebut
telah melirik dengan sorot mata yang bengis kepada Yo Him dan
kawan-kawannya. Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak melakukan
sesuatu apapun juga. 416 Dengan melihat semua itu, Yo Him dan yang lainnya mengetahui
bahwa istana pangeran Ghalik ini tengah diliputi oleh hawa panas,
yang setiap saat bisa melahirkan peristiwa......
Dan dugaan Yo Him memang tidak meleset, pada malam ke dua
itu telah terjadi peristiwa yang cukup hebat......
Malam telah cukup larut, suara kentongan telah dipukul dua kali,
rembulan tergantung di langit memancarkan sinarnya yang kuning
keemas-emasan, menerangi keadaan di sekitar istana pangeran
Ghalik. Waktu itu Yo Him, Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang, Wang Put
Liong, belum lagi tidur, sedangkan Ko Tie telah tertidur.
Tetapi Yo Him tengah merundingkan cara untuk melarikan diri.
Hanya yang membuat mereka tidak bisa mengambil jalan
kekerasan melarikan diri adalah disebabkan kesehatan Cin Piauw
Ho dan Liu Ong Kiang belum lagi sembuh keseluruhannya.
Sedangkan Wang Put Liong boleh dibilang telah terpunahkan
seluruh kepandaiannya. Ko Tie pun masih terlalu kecil dan tidak
mengerti apa-apa, setidak-tidaknya hanya merupakan beban
belaka. Jika dalam keadaan biasa, jelas Yo Him dan kawankawannya itu akan mempergunakan ginkang mereka untuk
meninggalkan istana pangeran Ghalik.
Yo Him sebetulnya ingin sekali bertemu dengan Sasana untuk
mengajak puteri pangeran Ghalik merundingkan rencana mereka.
Tapi justeru untuk bertemu dengan puteri dari pangeran tersebut
bukanlah pekerjaan yang mudah.
417 Bahkan Yo Him mengetahui bahwa Tiat To Hoat-ong telah
menempatkan orang-orangnya untuk mengawasi dirinya. Hal ini
membuat Yo Him pun harus berlaku waspada.
Waktu Yo Him tengah berunding seperti itu, tiba-tiba dia
mendengar suara langkah kaki yang ringan sekali di luar
kamarnya. Wang Put Liong dan yang lainnya pun mendengar
setelah lewat beberapa saat. Didengar dari suara langkah kaki itu,
bukan hanya satu orang saja yang tengah mendatangi, sedikitnya
tiga atau empat orang. Yo Him memberi isyarat kepada kawan-kawannya, agar mereka
berwaspada, sedangkan Yo Him sendiri dengan gerakan yang
gesit telah melompat ke dekat meja, memadamkan api
penerangan. Lalu dia melompat ke dekat pintu.
Suara langkah kaki berhenti di luar kamar. Tidak lama kemudian
terdengar pintu diketuk perlahan.
"Orang she Yo, kami mengundang kau untuk ikut bersama kami!"
terdengar suara yang dingin, suara itu menyeramkan, karena
parau dan dalam, terutama sekali dalam suara itu mengandung
hawa pembunuhan. Yo Him segera mengetahui bahwa kedatangan orang-orang itu itu
tentunya tidak mengandung maksud baik. Setelah menoleh
kepada kawan-kawannya, Yo Him membuka pintu kamarnya
dalam keadaan siap sedia dan berwaspada terhadap serangan
bokongan. 418 Di luar kamar berdiri lima sosok tubuh yang semuanya berpakaian
sebagai pendeta Mongolia. Ternyata mereka adalah lima orang
pendeta Mongolia dari ke tujuh pendeta yang ke marin bersamasama Tiat To Hoat-ong mencegah mereka meninggalkan istana.
Wajah mereka dingin tidak memperlihatkan perasaan memandang
tajam sekali. "Yo kongcu, kau bersama kawan-kawanmu harus ikut bersama
kami!" kata salah seorang di antara mereka, yang rupanya jadi
pemimpinnya, suaranya tetap dingin menyeramkan.
"Hari telah larut malam seperti ini, kukira ada baiknya jika kami
besok pagi saja ikut bersama dengan kalian!" kata Yo Him yang
ingin menolak ajakan ke lima pendeta itu.
"Ini perintah dari Koksu dan kalian harus turut dengan kami!" kata
pendeta itu lagi, suaranya keras dan meninggi, mukanya kian
dingin, matanya memancarkan sinar yang tajam menyeramkan.
Yo Him tertawa tawar. "Maafkan, kami tidak bisa mematuhkan perintah Koksu kalian.
Kami disini hanya tamu, jadi bukan orang bawahan Koksu, dan jika
memang kami perlu dipanggil menghadapnya, tentu hal itu
dilakukannya besok pagi..... Sedangkan sekarang hari telah selarut
ini dan kukira juga tidak ada baiknya jika kami dalam keadaan
seperti sekarang harus menghadap pada Koksu kalian! Lihatlah,
bahwa kawan-kawan kami pun sudah mengantuk......!"
Muka ke lima orang pendeta itu berobah waktu mendengar
perkataan Yo Him, malah yang menjadi pemimpin mereka telah
419 berkata dengan suara yang tawar: "Kalian jangan memaksa kami
mempergunakan kekerasan pada kalian untuk menyeret kalian
menghadap pada Koksu, lebih baik kalian ikut kami dengan cara
baik-baik.....!" "Hemm, maafkan! undangan Koksu!" Maafkan! Tidak dapat kami memenuhi
Pendeta yang menjadi pemimpin dari kawan-kawannya itu rupanya
telah habis sabar. Dia mengulurkan tangan kanannya akan
mencengkeram pergelangan tangan Yo Him.
Cengkeraman itu bukan cengkeraman yang sembarangan, karena
itu adalah semacam ilmu mencengkeram dari ilmu gulat di
Mongolia. Siapa yang terkena dicekal, tentu sulit untuk meloloskan
tangannya dari cekalan tersebut. Di Tiong-goan, ilmu seperti itu
memiliki kemiripan dengan ilmu Kin-na-chiu, ilmu mencengkeram
dan menangkap. Yo Him mendengus tertawa dingin, dia telah menggeser
tangannya yang ingin dicengkeram, kemudian cepat dan gesit
sekali, tangan kanannya mendorong ke arah dada si pendeta.
Gerakan yang dilakukannya itu merupakan gerakan yang sangat
kuat sekali, karena Yo Him telah mendorong dengan disertai oleh
tenaga lweekangnya. Pendeta itu yang gagal mencengkeram pergelangan tangan Yo
Him, dan melihat dadanya yang telah diserang ingin didorong oleh
Yo Him cepat menarik pulang tangannya. Tapi tangannya itu
dipergunakan untuk menampar tangan Yo Him, yang ditangkisnya
dengan kuat. Malah cara menangkisnya pendeta ini aneh sekali,
420 begitu tangannya saling bentrok dengan tangan Yo Him, maka
tangan si pendeta seperti juga terbuat dari karet, bisa melibat.
Yo Him terkejut juga. Dia tadi mendorong dengan mempergunakan
tenaga lweekang yang tidak ringan. Tenaga dorongannya itupun
berkesiuran kuat, tidak sembarangan orang bisa menangkisnya.
Dan sekarang ternyata, selain pendeta itu bisa menangkis, dan
juga bisa melibat pergelangan tangannya.
Semua itu berlangsung hanya beberapa detik saja. Yo Him juga
tidak tinggal diam, karena begitu pergelangan tangannya dilibat,
Yo Him segera mengempos semangatnya.
Jika tadi dia mempergunakan dua bagian tenaga dalamnya, kini
dia mengerahkan lima bagian dari tenaga dalamnya, maka
pergelangan tangannya itu keras dan kuat seperti besi, sehingga
walaupun tangan dari pendeta itu melibatnya dengan kuat, yang
ingin meremukkan tulang pergelangan tangan Yo Him, namun dia
gagal dengan maksudnya. Begitu tangan si pendeta melibat dan
seperti ingin meremas pergelangan tangan Yo Him, dia merasakan
pergelangan tangan itu keras sekali.
Di saat si pendeta tengah mengeluh karena gagal dengan
maksudnya itu, tampak Yo Him telah menggerakkan tangan
kirinya, dia telah menotok ke arah jalan Jeng-kian-hiat.
Jalan darah itu merupakan hiat-to yang penting, karena merupakan
jalan darah yang bisa mematikan. Dengan demikian, segera
terlihat si pendeta tidak berani berayal untuk melepaskan
libatannya. Karena pendeta tersebut yakin, jika sampai hiat-tonya
tertotok, berarti dia akan tercelaka hebat, sedikitnya akan
421 bercacad. Begitu melepaskan libatan tangannya, si pendeta juga
telah mundur dua langkah ke belakang.
Memang maksud si pendeta ingin menyelamatkan kiri dari totokan
Yo Him, tapi dengan dilepaskan libatan tangannya pada tangan
kanan Yo Him, dia lebih celaka lagi. Karena Yo Him begitu
merasakan libatan tangan si pendeta mengendor, lalu terlepas, dia
membarengi dengan gerakan tangan kanannya, mendorong ke
depan hebat sekali. "Bukkk!" keras bukan main dada si pendeta telah terkena
hantaman telapak tangannya, maka tubuh si pendeta telah
terhuyung ke belakang beberapa langkah, dan di saat itulah,
tampak telah memuntahkan darah segar. Walaupun totokan
tangan kiri Yo Him terloloskan, tokh gempuran telapak tangan Yo
Him bukanlah pukulan yang ringan.
Keempat pendeta lainnya jadi terkejut, mereka telah mengeluarkan
seruan marah dan mengurung Yo Him.
Tapi Yo Him berdiri di tempatnya tanpa bergeming, dia menantikan
serangan. Sedangkan pendeta yang telah terluka itu, rupanya telah bisa
mengatur jalan pernapasannya dengan cepat. Dia memandang Yo
Him dengan sorot mata yang tajam, katanya sambil menyusut
darah di sudut bibirnya: "Yo kongcu, engkau memaksa kami harus
menempuh jalan kekerasan..... Maafkan, bukan kami tidak berlaku
hormat pada tamu..... tapi Yo kongcu yang mencari kesulitan
sendiri!" 422 Sambil berkata begitu, tampak si pendeta telah melangkah maju
lagi, dia telah menggerakkan ke dua tangannya, dirangkapkan,
bilangnya: "Dari Kong lompat ke Thian, lalu tutup di Beng dan
kemudian ke Liang!" berseru begitu, ke dua tangannya telah
mendorong Yo Him. Rupanya, dia memberikan petunjuk kepada
ke empat pendeta lainnya, agar menduduki "pintu" tertentu, untuk
mengepung Yo Him. Tenaga dorongan dari pendeta tersebut, walaupun tampaknya dia
telah terluka di dalam yang tidak ringan sampai memuntahkan
darah tokh tenaga mendorongnya itu menderu-deru bagaikan
angin topan. Ini membuktikan bahwa tenaga dalam dari pendeta
tersebut memang terlatih baik sekali.
Dan tenaga dalam yang dipergunakannya itu bukan merupakan
latihan lweekang namun merupakan latihan Yoga. Ilmu yang
dilatihnya dengan baik sekali, telah mencapai tingkat ke tujuh
sehingga dorongan ke dua tangannya bisa merubuhkan batu dan
menumbangkan pohon! Yo Him melihat cara orang menyerang seperti itu telah berkelit ke
samping dia menyampok dengan tangannya, keras dilawan keras.
Dua kekuatan telah saling bentur.
Waktu itulah, pendeta yang menduduki "pintu" Thian telah
menyerang ke arah pinggang Yo Him. Pukulannya tidak kalah
hebat dengan pendeta yang seorang itu.
Menghadapi serangan seperti ini Yo Him tidak boleh berayal,
memang ke lima pendeta itu jika ingin dibandingkan dengan
kepandaian Yo Him, mereka masih berada di bawah beberapa
423 tingkat. Cuma saja yang luar biasa adalah ilmu mereka, yaitu
kombinasi dari ilmu gulat Mongolia dan ilmu Yoga, yang menjurus
ke arah latihan ilmu Soboc nya Tiat To Hoat-ong!
Belum sempat Yo Him menghindari serangan dari pendeta yang
menduduki "pintu" Thian yang berada di "pintu" Kong, Beng dan
Liang telah mengeluarkan suara bentakan yang bengis dan
serentak telah menyerang juga, sehingga angin serangannya itu
menderu-deru kuat sekali.
Tidak ada pilihan lain buat Yo Him, dia memutar ke dua tangannya,
dan dengan gerakan yang cepat bukan main. Dia telah memutar
tubuhnya seperti gangsing, hawa sakti dari ke dua telapak
tangannya telah menghantam kuat sekali.
Terdengar suara "bukk, bukk, bukkk, bukkk, bukkk!" lima kali,
disusul dengan seruan kaget tertahan dari ke lima pendeta
tersebut, di mana mereka telah terhuyung mundur masing-masing
dua langkah ke belakang. Tubuh Yo Him bergoyang-goyang,
namun kedudukan ke dua kakinya tetap tidak tergoyahkan.
Di waktu itu Yo Him tidak membuang waktu sia-sia, dia
membarengi dengan tangan kanannya terulur kepada pendeta


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang menduduki "pintu" Kong, di mana dia mencengkcram baju di
punggung si pendeta terpental. Menyusul beruntun tangan Yo Him
bergerak lagi dua kali, dua orang pendeta lainnya telah berhasil
dilontarkan sejauh dua tombak lebih keluar kamar. Sedangkan dua
orang pendeta lainnya, telah berdiri tergagap, karena mereka tidak
menyangka sama sekali kepandaian Yo Him demikian tinggi.
424 Sedangkan Yo Him setelah berhasil melontarkan ke dua pendeta
yang tadi, membarengi dengan uluran tangannya menyambar lagi
ke punggung pendeta yang satu lagi, yang pertama-tama tadi
dilontarkan, yang waktu itu baru bisa berdiri dengan tubuh yang
bergoyang-goyang. Pendeta itu terkejut, ia mengeluarkan seruan tertahan ketika
melihat menyambarnya ke dua tangan Yo Him. Tetapi dia bisa
melihat menyambarnya ke dua tangan Yo Him tanpa bisa
mengelakkan dari cengkeram Yo Him karena itu tubuhnya telah
terlempar kembali ke tengah udara. Yang mengejutkan justeru
tubuhnya itu meluncur ke arah sebuah tiang. Jika memang
kepalanya membentur tiang itu, jika tidak mati, tentu kepalanya itu
sedikitnya akan retak. Sisa ke dua pendeta lainnya yang telah tersadar dari tertegun
mereka, waktu melihat ancaman yang dialami oleh kawan mereka
yang seorang itu, cepat-cepat telah menjejakkan kakinya.
Tubuhnya mereka berbareng mencelat menyambut ke arah kawan
mereka. Gerakan mereka gesit sekali, tetapi yang berhasil
menyambar lengan dari pendeta yang seorang itu adalah si
pendeta yang menjadi pimpinan mereka, karena dia bergerak lebih
gesit. Dan begitu berhasil mencekal lengan kawannya, dia
menariknya, dan ketika dia hinggap di lantai, kawannya itu bisa
diselamatkan sehingga kepalanya tidak sampai membentur tiang
itu. Dengan berhasilnya dilontarkan ketiga orang pendeta tersebut,
berarti pecahlah barisan pengepungan ke lima pendeta itu. Yang
membuat mereka jadi kaget justru belum lagi mereka memulai
425 dengan penyerangan mereka, dalam satu gebrakan Yo Him telah
berhasil memukul pecah barisan mereka, malah hampir saja
kawan mereka yang seorang ini tercelaka karenanya.
Ke lima pendeta itu telah berdiri pula di hadapan Yo Him dengan
sikap bersiap sedia untuk menyerang. Yo Him telah tertawa dingin,
katanya: "Lebih baik kalian pergi melaporkan pada Koksu kalian,
besok aku akan pergi menemuinya. Namun jika Koksu kalian
memiliki urusan penting sekali denganku, mintalah agar dia sendiri
yang datang ke mari!"
Mendengar perkataan Yo Him seperti itu, ke lima pendeta ini
rupanya telah terpukul pecah nyalinya, mereka tidak berani
mendesak lagi. Hanya si pemimpinnya telah berkata: "Baiklah, Yo
kongcu menimbulkan kesulitan untuk kalian sendiri. Jika memang
Koksu kami murka, maka kami tidak bisa berbuat lain lagi dan
janganlah Yo kongcu nanti menyesali kami. Sebab kami telah
mengundang Yo kongcu dengan cara yang baik.....!"
Setelah berkata begitu, si pendeta yang jadi pimpinan dari ke
empat pendeta lainnya, telah memberi isyarat, agar mereka segera
mengundurkan diri. Yo Him hanya memperlihatkan senyum mengejek, dia mengawasi
kepergian ke lima pendeta itu. Sedangkan di dalam hatinya Yo Him
yakin, tidak lama lagi tentunya Tiat To Hoat-ong akan melakukan
sesuatu yang licik dan jahat sekali untuk mencelakainya bersama
kawan-kawannya. Karena itu, begitu ke lima pendeta tersebut berlalu, Yo Him lalu
meminta kepada Cin Piauw Ho, Wang Put Liong, Liu Ong Kiang
426 dan Ko Tie yang dibangunkan dari tidurnya, agar mereka segera
berwaspada. Malam itu mereka tidak akan tidur, karena mereka
kuatir Tiat To Hoat-ong melakukan sesuatu, tindakan yang kasar.
Tetapi menanti sekian lama, tidak terjadi sesuatu apapun lagi
sampai menjelang fajar. Matahari memancarkan sinarnya yang hangat, dan tampak
pasukan keamanan istana pangeran Ghalik mulai sibuk pula di
tempat mereka masing-masing dengan penjagaan yang ketat.
Waktu pelayan mengantarkan makanan pagi untuk Yo Him dan
kawan-kawannya, pelayan itu telah menyerahkan sehelai surat
kepada Yo Him yang dilipat kecil sekali. Setelah Yo Him
membukanya dan membacanya, ternyata surat itu dari Sasana.
Isi surat tersebut antara lain:
"Malam ini datang ke tempatku untuk bertemu, ada yang
sangat penting ingin kusampaikan."
Surat itu tidak ditanda tangani, dan hanya terdapat beberapa huruf
kecil lagi di bawahnya yang berbunyi:
"Datang seorang diri tepat kentongan ke dua."
Yo Him menghela napas. Ia menyadari dirinya mulai terlibat dalam
pergolakan yang terjadi di istananya pangeran Ghalik ini. Di mana
dengan janjinya dia bersedia membantu Sasana, berarti Yo Him
telah membiarkan dirinya terseret dalam pergolakan tersebut.
427 Menjelang kentongan ke dua Yo Him bersiap-siap untuk menuju ke
istananya Sasana. Sebelum meninggalkan kawan-kawannya, Yo
Him telah berpesan jika selama dia pergi dan tempat kawankawannya itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka Liu Ong
Kiang diminta agar melepaskan panah api bersuara, untuk isyarat
kepada Yo Him, yang berjanji akan segera secepatnya kembali.
Istana dari puteri pangeran Ghalik ternyata merupakan sebagian
dari istana pangeran Ghalik yang terletak di sebelah barat dari
bangunan yang menyerupai perbentengan itu. Dan istana tempat
kediaman Sasana merupakan tempat yang indah sekali, dipenuhi
oleh pohon-pohon bunga beraneka warna.
Di istana ini, Sasana menempatinya bersama ibunya, dan dilayani
oleh para pelayan wanita. Tidak seorang pria pun penghuni istana
yang diijinkan untuk memasuki bagian dari istana tersebut, selain
pangeran Ghalik sendiri. Ketika Yo Him tiba di tempat tersebut, keadaan sunyi sekali, hanya
sinar rembulan yang memancarkan sinarnya yang guram. Dan
ketika itu Yo Him melihat seorang pelayan wanita yang tengah
berjalan menuju ke dalam istana. Cepat-cepat Yo Him
menyusulnya, dengan beberapa kali lompatan, dia telah mengejar
pelayan itu. Si pelayan terkejut waktu tiba-tiba di dekatnya berkelebat sesosok
tubuh, tetapi setelah melihat jelas bahwa orang itu tidak lain dari
Yo Him, mukanya jadi berseri-seri.
"Yo Him kongcu" Kuncu kami tengah menantikan kedatanganmu!"
katanya. 428 Segera pelayan itu mengajak Yo Him menuju ke sebuah ruangan.
Benar saja Sasana telah menantikan di situ, dan waktu melihat Yo
Him memang memenuhi panggilannya, mukanya jadi berseri-seri
waktu dia menyambut. "Yo kongcu, akhirnya kau mau memenuhi undanganku!
Maafkanlah, aku mengundangmu dengan cara yang kurang begitu
sopan......!" "Di dalam surat nona dinyatakan ada urusan yang sangat penting,
sesungguhnya urusan apakah itu?" tanya Yo Him sambil menatap
kepada si gadis dengan hati yang agak berdegup tergoncang,
karena dia melihat betapa jelita dan cantik rupawannya puteri
pangeran Ghalik. Gadis itu bagaikan seorang dewi belaka, dengan
senyumannya yang begitu manis, tubuhnya yang langsing
menggiurkan, dan juga dengan keagungannya dalam pakaiannya
yang reboh itu. "Benar Yo kongcu, memang ada urusan penting yang ingin
kurundingkan bersamamu.....!" kata Sasana kemudian. "Dan
urusan itu mengenai urusan Tiat To Hoat-ong. Pagi tadi, Koksu
negara kami itu telah menemuiku. Kami telah bertengkar, dan
Koksu kami itu telah mengancam akan mengambil tindakan yang
bisa merugikan diriku dan ayahku!"
"Lalu apa yang dilakukan oleh nona?" tanya Yo Him.
"Melaporkan seluruhnya pada ayahku, dan ayahku telah
mengadakan penjagaan yang ketat sekali. Tetapi yang membuat
kami ragu-ragu, kami tidak mengetahui, siapa-siapa saja di antara
429 anak buah ayah yang telah berpihak pada Tiat To Hoat-ong. Inilah
yang mempersulit ayah. "Memang ada beberapa orangnya yang menjadi kepercayaan
ayah, namun sejauh itu jumlah kami diperkirakan sekarang jauh
lebih sedikit dari jumlah yang dimiliki Tiat To Hoat-ong, sebab
Koksu kami itu memiliki banyak sekali jago-jago yang
berkepandaian tinggi. Terutama sekali, memang dia telah
mendatangkan jago-jago Mongolia yang menjadi keponakan murid
Pangeran Perkasa 8 Senja Jatuh Di Pajajaran Trilogi Pajajaran Karya Aan Merdeka Pendekar Sadis 6
^