Pencarian

Manusia Harimau Marah 4

Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra Bagian 4


begitu rendah hati dan hahu benar, bahwa semua pun karena izin Tuhan juga.
Kapten Kamaludin yang ada di sana semakin kagum pada anak muda itu yang diam-
diam sudah dianggapnya sebagai guru, walaupun dia belum belajar suatu apa pun.
Tetapi dari perkenalan yang baru dua jam itu ia sudah melihat dan sebenarnya
juga belajar banyak sekali dari Erwin.
Caranya bicara dan bersikap.
Kalau dengan air putih saja ia bisa membuat mata rabun menjadi sembuh semula,
maka pastilah ia seorang dukun yang amat hebat.
"Bersyukurlah kepada Tuhan," kata Erwin lagi kepada istri dan keluarga Mahadi.
"Sisa air ini nanti sapukan ke seluruh tubuh Pak Mahadi. Mudah-mudahan Tuhan
berkenan lagi mengabulkan permohonan kita bersama. Yaitu kesembuhan Pak Mahadi
sehingga dapat menjalankan tugasnya kelak sebagai polisi yang baik."
Ketika keluarga Mahadi menanyakan persyaratan termasuk bayaran yang harus mereka
penuhi, Erwin menjawab, bahwa ia tidak punya persyaratan. Pun tidak mau dibayar.
Dukun aneh, pikir mereka, sebagaimana telah beberapa pasien tak mampu, tak habis
pikir mengapa seorang dukun sederhana semacam Erwin tidak mau menerima bayaran
atas jasa-jasanya. "Mengapa begitu?" tanya istri dan rekan-rekan Mahadi.
"Ya, begitulah. Saya bukan dukun profesional. Tidak hidup dari mengobati orang.
Mungkin pada suatu ketika saya memerlukan uluran tangan Bapak-bapak. Misalnya
kalau saya kebetulan haus di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekitar sini saya akan mampir mohon segelas sir. Saya kira hidup di dunia ini
harus tolong-menolong," jawab Erwin.
Sementara itu istri Mahadi mulai menyapukan air dingin yang dijampi anak muda
tadi kepada badan suaminya. Beberapa saat kemudian Mahadi telah mengatakan bahwa
ia mutai merasa segar dan kemudian seperti biasa kembali. Ajaib, sungguh ajaib.
Seperti disulap saja. Dari merasa begitu sakit ia menjadi segar bugar. Dan
dukunnya tak mau dibayar. Dunia ini memang terlalu penuh dengan aneka keanehan.
Di sana-sini ada orang menipu. Mengaku dukun tetapi palsu. Mengaku sarjana
tetapi ijazahnya palsu. Jual emas murni, katanya butuh uang. Kemudian ternyata
lagi bahwa yang dijualnya itu hanya emas palsu. Dan kini, seorang manusia
sederhana yang dengan cara sukar masuk akal menyembuhkan seorang sakit berat
tidak ingin dibayar. Mengapa dunia ini tidak mempunyai banyak insan seperti dukun muda ini. Mengapa
orang baik disbanding dengan orang jahat kini kira-kira hanya tiga dari sepuluh
orang" Bangunan-bangunan menjulang ke angkasa, tetapi mental merosot cukup
menyolok! *** ERWIN terus jadi buah bibir sampai setelah ia meninggalkan rumah Mahadi. Bagi
Kapten Kamaludin semakin jelas, bahwa orang muda ini adalah pilihan tempat untuk
mencari ilmu. Malamnya dia datang lagi ke rumah Erwin. Menyatakan lagi keinginannya untuk
menuntut ilmu. "Saya ingin jadi orang seperti Saudara," kata Kapten Kamaludin.
"Jangan, jadilah orang baik sebagaimana keadaan Bapak sekarang."
"Saudara tidak suka disebut Bapak. Sebut jugalah saya dengan Saudara, supaya
terasa lebih akrab. Sebetulnya orang semacam saudara pantas disebut bapak, sebab ada sifat-sifat
bapak terhadap anak pada diri saudara. Misalnya menghadapi Mahadi tadi pagi.
Ajarilah saya ilmu mengobati orang sakit. Saya pun kelak akan mencoba jadi orang
sebaik saudara!" "Orang seperti saya hanya berguna sekali-sekali saja. Sedangkan orang dengan
tugas seperti bapak diperlukan setiap hari."
"Sebenarnya memang begitu. Diperlukan setiap hari. Tetapi saya lebih suka jadi
orang seperti saudara. Sungguh mati !"
"Mengapa begitu?"
"Terlalu banyak godaan dan tekanan. Kadang-kadang hati ini marah melihat keadaan
di lingkungan sendiri. Kadang-kadang pula mau meneteskan air mata!"
"Mengapa begitu?" tanya Erwin bagaikan orang yang ingin tahu.
"Karena perbedaan yang amat menyolok. Sudahlah jangan kita bicarakan itu," kata
Kamaludin dengan menarik napas.
"Sebenarnya mengapa Saudara mendatangi saya untuk berguru, padahal saya bukan
guru?" tanya Erwin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kamaludin menyebut nama Dja Lubuk, membuat Erwin jadi terkejut. Ada hubungan apa
antara Kamaludin dengan ayahnya" Manusia harimau itu bertanya dari siapa
Kamaludin mendengar nama itu. Tentu cerita yang dikhayalkan orang, katanya.
"Bukan cerita orang. Saya sendiri telah melihat beliau," lalu Kapten Polisi itu
menerangkan pengalamannya.
Mulai pertemuan di rumah Mandiangin sampai pertarungan di waktu dinihari di
lapangan Monas. Setelah cukup lama berdiam, Erwin berkata, "Memang, beliau ayahku. Kasihan.
Semua gara-gara salahku!"
"Bolehkah saya kini belajar dari Saudara?" tanya Kamaludin kemudian.
"Saya tidak punya ilmu yang berarti. Tak dapat mengajari. Barangkali ayah atau
ompung saya dapat memberi petunjuk kepada Saudara!"
"Bagaimana saya bisa bertemu dengan beliau-beliau?"
"Ayah dan ompungku sudah lama tiada!"
Kamaludin heran. Bagaimana pula belajar dari orang-orang yang telah tiada" Dan
bagaimana pula tidak ada lagi" Dia baru saja menyaksikan ayah Erwin yang sakti.
Sebagai manusia biasa dan sebagai manusia harimau.
Dan mendadak suara yang sudah dikenal Kamaludin itu terdengar di ruangan tak
seberapa besar itu. "Apa yang dikatakan anakku itu benar, Kapten Kamaludin. la tidak dapat
mengajarkan apa-apa. Dari aku pun tidak ada yang perlu dipelajari. Anda dapat berbuat banyak untuk
masyarakat, kalau itu keinginan Anda.
Kedudukan Anda sebagai perwira kepolisian memberi anda peluang untuk mengabdi
pada masyarakat yang membutuhkan perlindungan. Memang kadang-kadang menyakitkan
hati anda, tetapi lingkungan mana kini yang bebas dari perbuatan yang kotor
menyedihkan atau menyakitkan hati?" Suara itu suara Dja Lubuk.
Kamaludin merasa bahwa permintaannya ditolak dengan cara halus. Dan dia pun
merasa bahwa apa yang dikatakan Dja Lubuk, benar. Ia dapat berbuat banyak.
Tetapi tidak selalu. Kadang-kadang ada hambatan. Ada orang yang kadang-kadang tidak memilih
kejujuran, tetapi keuntungan. Walaupun tidak halal. Walaupun menyakiti orang
lain. Walaupun bertentangan dengan sumpah jabatan. Persetan sama sumpah jabatan,
kata orang-orang buruk mental ini, toh tidak ada yang dikutuk sumpahnya!
"Jangan putus asa Kapten," kata Dja Lubuk. "Aku tidak berjanji, tetapi kalau aku
kebetulan tahu anda susah karena menjalankan tugas, aku akan datang! Jangan
tanya apa-apa kepadaku Kapten.
Aku mau pergi kini. Jangan pula ceritakan tentang aku atau Erwin!" Dan Dja Lubuk
menghilang lagi sebagaimana ia biasa lenyap setelah meninggalkan pesan-pesannya.
Kamaludin menyalam Erwin, kemudian tunduk karena tak kuat menentang mata redup
tetapi amat berwibawa itu.
"Bolehkah saya sesekali jalan-jalan ke mari?" tanya Kamaludin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan. Saya beruntung mempunyai kenalan atau, kalau boleh saya katakan
sahabat, seperti Saudara.
Punya kedudukan baik dan berhati baik," jawab Erwin.
"Bolehkah saya mengajukan sebuah pertanyaan saja?" tanya Kamaludin ketika ia
sudah akan pergi. Erwin mempersilakannya.
"Bila saudara mau menghadapi babi ganas itu, bolehkah saya melihat?"
"Sukar saya menjawabnya. Entah kapan akan bertemu dengannya atau kapan dia
menyerbu ke rumah ini! Tetapi saudara sudah berhasil mengintai ayah saya, tentu
dapat juga mengintai saya nanti!" kata Erwin sambil tertawa. Sebenarnya
Kamaludin merasa kecewa dengan ditolaknya ia menjadi murid, tetapi di samping
itu ia telah melihat betapa baik hati sebenarnya Dja Lubuk dan anaknya.
Apalagi Dja Lubuk telah mengisyaratkan, bahwa kapan sangat diperlukan, mungkin
ia akan mendampingi Kamaludin dalam melaksanakan tugas manakala ia benar-benar
dalam bahaya. la yakin tak banyak, bahkan hampir tak ada orang yang mendapat
peluang sebaik yang telah diperolehnya. Akhirnya ia merasa dirinya termasuk
orang beruntung. Dan dalam hati ia berjanji untuk tidak menceritakan semua
pengalamannya kepada siapapun, termasuk kepada istrinya sendiri.
*** KAMALAUDDIN pergi, Erwin bergegas ke rumah Sutan Mandiangin. Tampak banyak orang
di rumah itu. Tentu saja masih membicarakan apa yang malam lalu telah terjadi.
Erwin jadi cemas. Bukan memikirkan dirinya, melainkan diri Sabrina yang tanpa
dapat dilawan telah mengambil tempat dalam hatinya. Tetapi ia tak boleh
menyatakannya, begitu pesan ayahnya. Dan ia harap akan dapat menahan diri. Dan
pernah lupa pada pesan orang tua sakti itu.
"Pamanku takut sekali Er," kata Sabrina kepada manusia harimau itu.
"Semua manusia, bahkan hewan bagaimana buas sekalipun kadang-kadang punya rasa
takut. Juga babi itu. Tak ada manusia atau hewan yang kebal atau tahan terhadap segala-
galanya. Orang yang kebal terhadap semua senjata, mungkin tak tahan kena api rokok
sekalipun. Sebaliknya ada orang yang kena pisau sedikit sudah akan luka dan takut melihat
darah, tetapi ia dapat melalui lautan api tanpa cedera. Terlalu banyak macamnya
ilmu di permukaan bumi ini.
Yang sukar dimengerti dan tak dapat dianalisa dengan hukum akal.
Itulah kegaiban dan keajaiban. Kita terima semuanya itu sebagaimana adanya saja.
Tak usah dipikirkan mengapa bisa begitu," kata Erwin.
"Aku boleh sering main-main ke rumahmu?" tanya Sabrina.
"Aku senang kau datang, tetapi jangan selalu." "Kau tak suka?"
"Bukan, aku khawatir kau akan jadi pergunjingan orang."
"Perduli apa sama percakapan orang. Mereka-mereka, kita ya kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hidup bermasyarakat tak bisa begitu. Entahlah kalau mengasingkan diri ke tengah
rimba." Sabrina diam. Dia kagum atas banyaknya pertimbangan sahabatnya ini. Sudah banyak
yang dipelajarinya dari Erwin.
Tetapi mendadak terdengar kursi meja bergerak dan berantakan. Diobrak abrik oleh
manusia atau makhluk yang tak kelihatan. Tetapi baik Erwin maupun Sabrina segera
tahu. Itu tentu Ki Ampuh si manusia babi yang dapat membuat dirinya tidak
kelihatan. Lalu terdengar dengkur yang keras dan tawa terbahak-bahak.
"Kau datang lagi ya!" bentak Erwin.
"Aku akan selalu datang. Aku kasihan padamu Sabrina. Kau bertepuk sebelah
tangan," kata Ki Ampuh mulai menghasut kini.
Mendengar ini, Sabrina memandang Erwin. la tahu bahwa babi itu jahat dan
mencintai atau setidak-tidaknya ingin menguasai dirinya, tetapi ia termakan juga
oleh hasutan itu. Bertepuk sebelah tangan" Itukah sebabnya maka Erwin tidak mau
ia selalu datang ke rumahnya" Lalu dia memberi alasan yang terdengar begitu
bijaksana. Tak baik dilihat masyarakat, katanya.
"O, itu rupanya yang menjadi sebab Erwin! Kini aku tahu," kata Sabrina. Dan ia,
yang tadi mendekap Erwin karena takut dan terkejut, kini merenggangkan diri.
"Dia menghasut, Rina. Apakah kau lebih percaya padanya?"tanya Erwin.
"Huh, ha ha, si pengecut itu betul-betul palsu. Dia tidak menyukaimu, tetapi dia
juga tidak mau menolak sekaligus. Makanya dia memberi berbagai macam dalih untuk
tidak terlalu akrab denganmu! Kasihan, aku sungguh kasihan melihat gadis
secantik kau mengemis kasih pada makhluk yang hanya seperti dia palsunya!" kata
Ki Ampuh. Panas hati Erwin bukan buatan, tetapi girangnya Ki Ampuh juga bukan kepalang.
"Aku percaya, bahwa dia berkata benar," kata Sabrina. la sedih dan malu.
"Dia bohong. Dia berdusta dan menghasut," kata Erwin. Tetapi dia tak mau
mengatakan bahwa ia sayang dan cinta pada Sabrina karena dilarang oleh ayahnya.
Padahal Sabrina justeru menantikan kata-kata itu, pernyataan kasih dari
mulutnya. Mengapa ia hanya mengatakan babi itu bohong sedangkan ia sendiri tak
mau mengatakan apa yang benar-benar terasa di hatinya, kalau benar ia cinta pada
Sabrina" "Aku tidak akan mencederaima Sabrina kalau kau menjauhkan diri dari pengecut
itu. Kau keturunan cindaku, aku manusia yang sedang bernasib begini. Apa
bedanya" Kita sama-sama makhluk yang malang," kata Ki Ampuh. Erwin diam tak
menanggapi lagi. Sabrina kian percaya, bahwa babi sakti itu mengatakan yang
sebenarnya. Tiba-tiba Erwin terpelanting dan suara Ki Ampuh berkata: "Pergi kau
pengecut dan penipu wanita!"
Erwin sebenarnya marah tetapi oleh malunya, ia meninggalkan tempat itu. Dan
Sabrina tidak mencegahnya. Ia cinta pada Erwin tetapi betapa hina dia kalau
bertepuk hanya sebelah tangan.
Erwin merasa dadanya sesak. la ingin bicara banyak, mengatakan apa yang
terkandung dalam hati, tetapi ia tak boleh melakukannya. Kalau ia melanggar
entah bencana apa yang akan datang.
Kalau sudah ayah melarang, maka sudah tentu ada suatu sebab pokok. Ayahnya cinta
padanya, maka itu ia selalu melindungi anaknya. Dan perlindungan itu berbagai
cara, kadangkala bersifat pencegahan datangnya malapetaka yang tak terduga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga puluh hari lagi baru ia boleh mengatakan cinta pada Sabrina. Dan dalam
menanti masa yang sekian lama berbagai macam dapat terjadi. Jangan-jangan Ki
Ampuh telah sempat membujuk atau dengan paksa menodai Sabrina.
Sudah terbukti bahwa Ki Ampuh pandai menghasut dan Sabrina yang ketakutan juga
dapat dihasut. Apalagi setelah ia membiarkan Erwin pergi tanpa berusaha menahannya sedikit pun.
Mengapa nasibnya mesti begitu" Kerapkali dilanda kesedihan. Pada saat itu Erwin
yang mempunyai banyak ilmu pun tak berpikir bahwa semua kejadian itu merupakan
cobaan baginya. Dapatkah ia menahan diri" Tidak menyatakan kasih sayang kepada
wanita itu" la tidak menyadari bahwa yang demikian berat mungkin hanya ujian dan
gemblengan terhadap dirinya. Supaya ia mempunyai kemampuan dan kebolehan yang
lebih besar di masa mendatang.
Memang, kalau suatu bencana menimpa diri sendiri, orang bijak pun selalu tak
kuasa mempergunakan kebijaksanaan yang dapat dinasehatkannya pada orang lain.
Tiba di rumah Erwin menghempaskan diri di ranjang dan tak dapat menahan air
mata. Dia ingat pada ibunya yang selalu sayang pada ayahnya. Ia ingin belaian
ibu yang melahirkan dan membesarkannya. Ia merasa begitu sepi dan begitu
sendiri tanpa ada seorang pun mendampingi untuk menghibur hatinya yang terasa
luluh. Di waktu itulah pintu rumahnya diketuk orang, dan setelah mengeringkan air mata
ia membukakannya. Yang berdiri di sana membuat ia heran tetapi juga gembira.
Orang itu tak lain daripada Sabaruddin yang baru kembali dari Ujungpandang.
"Kau baru menangis, ada apa?" tanya Sabaruddin memasuki rumah.
"Ah tidak apa-apa," jawab Erwin. Suatu jawaban biasa dari orang yang diamuk
kesedihan atau ditimpa musibah tetapi tidak dapat atau tidak mau segera
menceritakan apa gerangan yang telah terjadi.
"Ceritakanlah sahabat. Kau telah banyak sekali meringankan dukacita kami
sekeluarga. Tidakkah aku dapat berbuat sesuatu untukmu?" bujuk Sabaruddin.
"Istri dan anakku telah tiada," kata Erwin. Mendengar ini anak muda dari
Ujungpandang itu tak dapat membendung air matanya. Dan ia membiarkannya.
"Sudah berapa lama Er?"
"Pada hari aku tiba itu. Aku tak sempat bertemu dengan mereka," lalu ia
menceritakan apa yang telah terjadi. Kini Sabaruddin menangis terisak-isak. Ia
merasa, kalau Erwin tidak dibawanya ke Ujungpandang, mungkin semuanya itu tidak
sampai terjadi. Mengapa begitu buruk nasib sahabatnya yang baik hati itu" Tak
ada yang dapat dilakukan Sabaruddin untuk Erwin. Orangorang yang sudah dipanggil
Tuhan tidak akan kembali. Termasuk orang-orang yang paling kita cintai. Dan
Sabaruddin tidak tahu, bahwa air mata Erwin yang baru dikeringkan ketika ia
datang tadi, adalah karena kawannya itu tak dapat menyatakan cinta kepada
seseorang baru yang belum dikenalnya, Sabrina yang berayahkan cindaku.
Sabaruddin mengajak Erwin ke rumahnya dan manusia harimau itu menurut. Tak
banyak sahabatnya, karena ia tidak cukup luas bergaul.
Setelah makan bersama, Erwin kembali ke rumahnya untuk melihat segala perabotan
yang tidak seberapa banyaknya telah porak poranda oleh perbuatan tangan jahil.
Ia tahu bahwa yang melakukannya tak lain daripada Ki Ampuh. Manusia babi itu
amat sakit hati, karena walaupun ia dapat menghasut Sabrina tetapi ia tidak
berhasil mengambil hatinya untuk menyerah kepadanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara suka rela. Namun pada hari itu ia tidak meneruskan niat jahatnya.


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ditinggalkannya gadis itu untuk merusak harta benda Erwin.
Tetapi manusia harimau itu tidak berapa menghiraukannya. Orang dalam duka
seringkali tidak terlalu peduli dengan keadaan sekeliling, apalagi kalau baru
berupa kerusakan benda-benda mati seperti yang dilakukan Ki Ampuh. Nanti pada
saat ia telah dapat menguasai diri dan menghimpun daya ingat dan daya pikir,
barulah pembalasan akan diatur dan dilaksanakan. Kini sedang angin Ki Ampuh,
nanti mungkin gilirannya akan tiba juga.
*** SEMUA peristiwa, baik di rumah Sabrina maupun di rumah Erwin sendiri, diketahui,
bahkan disaksikan oleh Dja Lubuk yang disertai oleh Raja Tigor, karena kakek ini
sudah rindu pada cucunya. Ketika si kakek mau bertindak, Dja Lubuk mohon agar
menyabarkan diri. "Semua ini ujian bagi Erwin yang masih akan menempuh banyak gelombang besar
dalam hidup. Kalau ia berhasil, ia akan jadi lebih mudah melaluinya," kata Dja
Lubuk. Erwin tidak tahu akan kehadiran ayah dan ompungnya. Setelah agak tenang,
amarah dan sakit hati Erwin dibangkitkan oleh adanya tahi babi di bawah bantal
yang tak diganggu iblis itu. Manusia harimau itu memukulkan tinjunya ke tembok.
Amarahnya menyala-nyala. Suatu perbuatan kotor dan suatu penghinaan terbesar
dalam hidupnya. Tubuh Erwin menggeletar dan beberapa saat kemudian ia telah
menjadi harimau. Anehnya, kali ini mukanya berubah jadi muka harimau. Ia kaget,
apakah arti perubahan yang lain sekali ini"
Perubahan menjadi harimau biasa itu kiranya telah menumbuhkan semangat dan
hasrat harimau dalam diri Erwin, walaupun ia masih dapat berpikir seperti biasa
dan menyadari bahwa ia sebenarnya manusia yang kadangkala bertubuh harimau. Oleh
kesadaran inilah maka ia ingat membaca mantera untuk membuat dirinya tidak
terlihat oleh orang biasa dan oleh apa saja yang punya nyawa di dunia ini.
Ki Ampuh yang babi iblis telah memberaki tempat tidurnya. Itu tidak dapat
dimaaflcan. la akan mencarinya sekarang juga, walaupun tak tahu ke mana akan
dicari sebagaimana dulu ia pernah juga mencarinya tanpa mengetahui akan
kemungkinan tempat persembunyiannya. Kala itu ia mengikutkan langkah kakinya
saja. Dan akhirnya ia menemukannya juga tatkala babi itu hendak memperkosa
Sabrina. Ia meninggalkan kota tanpa dilihat atau terlihat oleh siapapun. Kalaulah ada
manusia yang melihatnya tentu akan terjadi kepanikan dan mungkin ia akan
ditembak oleh siapapun yang mempunyai senjata api.
Sampai larut malam ia mencari ke berbagai tempat. Tidak berhasil. Menjelang pagi
ia kembali ke kota. Pukul 7.30 ia tiba di Jatinegara. Oleh kejengkelan harimau
itu ingin menimbulkan kepanikan. Mengapa harus dia sendiri yang kecewa. Biarlah
orang-orang lain juga merasa takut dan panik. Dan ia membaca mantera untuk
melenyapkan kekuatan doa membuat diri tak kelihatan. Maka mendadak berteriak-
teriak dan berlarian puntang pantinglah ratusan manusia yang melihatnya.
Bagaimana secara tiba-tiba ada harimau di tengah-tengah mereka" Suatu keajaiban,
tetapi itu tak terpikirkan oleh mereka. Ketakutan dan kepanikan saja yang
menguasai orang banyak itu.
Beberapa anggota pemelihara keamanan yang berpistol juga iari tunggang langgang.
Tak ingat untuk mempergunakan senjata menembak mati binatang buas yang amat
berbahaya karena doyan membunuh dan makan daging makhluk hidup itu. Apalagi
daging manusia yang manis rasanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi beberapa anggota ABRI yang bersenjata laras panjang dan sedang menumpang
sebuah truk tidak jadi panik. Tahu apa yang harus diperbuat dalam keadaan
seperti itu. Truk berhenti dan beberapa orang membidikkan senjata ke arah
binatang itu. Tak usah takut akan mengenai orang, karena semua manusia itu telah
menyingkir. Yang sempat mengherankan mereka adalah tidak adanya orang yang
diterkam oleh binatamg buas itu.
Ia hanya berjalan tenang-tenang, seolah-olah ia berada di rimba raya saja. Pasti
bukan harimau sirkus, karena tidak ada yang sedang mengadakan pertunjukan di
Jakarta. Apakah harimau jinak peliharaan seseorang yang sudah tidak ingin daging
manusia karena terlalu sering melihat manusia dan selalu mendapat makan cukup"
Tetapi penjaga keamanan yang harus melindungi keamanan orang banyak tidak mau
ambil resiko. Peluru disuruh melaksanakan tugas. Membunuh sang raja hutan. Empat
peluru mengenai sasaran, sebab mereka memang pintar-pintar menembak dan
melakukannya dengan hati tenang. Tetapi harimau itu bukannya roboh atau berlari.
la menoleh ke arah asalnya peluru, lalu berjalan lagi seenaknya.
Seperti orang mengejek atau tidak peduli.
Para penembak saling pandang. Menunjukkan rasa heran tanpa kata. Kemudian
seperti dikomando mereka bersama menembak lagi. Dan semua peluru pasti mengenai
harimau yang tak acuh itu. Kini binatang itu membalik, memandangi keempat orang
yang menembakinya lalu berlari-lari ke arah truk. Orang-orang bersenjata itu
kini jadi takut. Mereka melompat dari truk, berhamburan lari ke berbagai
jurusan. Malu" Siapapun tidak akan perlu merasa malu dalam menghadapi kenyataan seperti itu.
Harimau kebal peluru. Orang bisa mati konyol kalau berlagak mau terus berhadapan
dengan makhluk semacam itu. Lebih baik menghadapi sepuluh Kasdut. Atau selusin
pembunuh berdarah dingin.
Dan harimau itu tidak terus mengejar penembak-penembak itu. la berdiri di sana
memandangi saja seolah-olah sudah puas melihat mereka lari terbirit-birit. Orang
ramai di sana lantas berpikir bahwa harimau ini tidak bermaksud mencederai
mereka, tetapi rasa takut mereka tidak berkurang.
Sebaik-baiknya harimau, ia terkenal sebagai raja hutan yang paling ganas. Bisa
jadi pembunuh tak kenal ampun. Ada pula di antara mereka yang berpikir, bahwa
binatang buas kebal itu masuk kota mencari seorang pemburu yang barangkali
menembak mati atau melukai salah seekor dari keluarga kesayangannya. Betina
pasangannya atau anaknya.
Boleh jadi juga membunuh atau melukai sahabatnya. Karena penasaran ia cari
pemburu itu sebagaimana seorang dendam akan mencari musuhnya walaupun harus
menempuh neraka. Sudah tentu kehadiran harimau itu bukan hanya menyebabkan orang ramai panik,
tetapi juga beberapa banyak kendaraan bertabrakan karena pengemudinya dilanda
ketakutan. Lalu lintas jadi kacau balau dan harimau itu terus saja jalan dengan
tenang. Sesekali ia berhenti dan menoleh ke sekeliling seolah-olah mencari sesuatu atau
seseorang yang barangkali saja ada di antara orang-orang itu. Tiba-tiba harimau
itu mengaum keras dua kali berturutturut sehingga masyarakat tambah ketakutan.
Sepasukan Polisi yang dimintai bantuan telah tiba di sana. Semua melompat dari
atas truk yang membawa mereka. Ada yang terjatuh karena kaki sudah goyah tatkala
menghadapi binatang yang katanya tak dimakan peluru itu.
Mereka menyebar diri, mengepung sang raja hutan.
Harimau itu berdiri di tengah-tengah, mendengus kemudian mengaum. Beberapa orang
pemegang senjata jadi gemetar. Kaiau hanya menghadapi bandit mereka tidak akan
setakut itu. Mereka tidak bisa ramalkan apa yang akan terjadi, tetapi mereka harus
menjalankan tugas atasan untuk menembak mati binatang berbahaya yang telah
menimbulkan kepanikan itu. Rupanya di antara petugas polisi itu ada seorang
pawang harimau. Anak dari seorang pawang profesional
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah memanggil puluhan harimau di daerah Jambi dan Palembang. Orang ini,
sersan mayor Basrah, sebelum jadi polisi sudah biasa mengikut ayahnya ke hutan
untuk menangkap harimau. Yang ditangkap biasanya harimau yang telah berbuat
salah. Membunuh penduduk atau ternak. Dengan kekuatan ilmu gaib pawang bisa
memanggilnya untuk menyerah. Pawang yang benar-benar hebat dapat menundukkan
harimau yang bersalah. Manakala sudah dalam jarak tembak, barulah ia dibunuh
oleh yang ditugaskan untuk itu. Tidak mesti pawang itu sendiri membunuhnya.
Seringkali pawang tak mau melakukan pekerjaan yang dianggapnya kejam itu.
Tugasnya hanya memanggil, bukan membunuh. Serma Basrah mencoba jampi-jampi yang
pernah dipelajarinya dari ayahnya, bahkan pernah pula dipraktekkannya beberapa
kali. Rupanya manusia harimau ini merasa bahwa ia disuruh tunduk. Semula ia gelisah,
sehingga sang pawing dan kawan-kawannya yang sudah siap dengan senjata mulai
yakin, bahwa serma rekan mereka itu benar-benar orang luar biasa. Sudah
dimufakatkan di markas tadi, bahwa mereka hanya menembak kalau perlu. Begitu
permintaan sersan mayor Basrah, yang mereka terima baik. Setelah gelisah,
harimau itu berjalan. Semua senjata siap tembak. Binatang itu tanpa ragu-ragu
menuju satu orang saja. Sersan mayor Basrah. Kawan-kawannya menjadi tegang, begitu juga banyak penonton
yang tadi ketakutan kini berubah ingin menyaksikan suatu pertunjukan yang pasti
hanya bersua sekali seumur hidup mereka. Basrah mulai girang. Manteranya
berhasil. Harimau itu pasti akan sujud nanti di hadapannya. la akan membuat nama
besar. Akan jadi pengisi koran berhari-hari lamanya.
Bayangkan, seorang sersan mayor Polisi menundukkan raja hutan di dalam kota.
Beberapa meter di hadapannya binatang buas yang punya rupa amat mengerikan itu
memang berhenti. "Duduk dan sujudlah!" perintah pawang Serma Basrah.
Sang harimau berdiri saja. Tenang, melihat ke kiri dan kanan. Seolah-olah
menaksir kekuatan Basrah dengan kawan-kawannya.
"Tunduk perintahku! Engkau tentu telah membunuh seseorang. Engkau mengaku?"
Harimau itu diam saja, kemudian menguap.
"Tunduk dan sujudlah. Aku atasanmu. Turut perintahku!"
Harimau itu memandangnya.
"Kau tak dapat menentang aku, harimau berdosa!" bentak sersan mayor itu dengan
memusatkan seluruh kekuatan batinnya.
"Siapa bilang?" tanya harimau itu tiba-tiba. Kini semua tangan yang memegang
senjata, termasuk Basrah dan penonton jadi gemetar. Takut dan heran. Ya Tuhan,
apa yang berada di hadapan mereka" Harimau yang berbicara. His atau harimau
jadi-jadiankah dia" Beberapa orang polisi bergegas meninggalkan tempat. Ini
bukan lawan. His atau jin bukan lawan manusia dengan senjata, sebab makhluk-
makhluk halus itu tidak bisa dibunuh dengan senjata.
Sersan mayor yang mulai takut itu pun merasa amat heran. Tetapi ia mau coba
menghadapinya dengan kekuatan batin. Kalau lawannya itu bicara kan belum berarti
ia kalah" Boleh jadi ia manusia mati yang jadi harimau. Mungkin nanti ia akan
tunduk juga. Cuma tidak secepat harimau biasa. Sebab yang ini tentu punya otak
manusia. "Siapa kau sebenarnya?" tanya sersan mayor Basrah, masih dengan suara berwibawa.
"Pentingkah bagimu siapa aku?" tanya harimau itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa kau masuk kota" Siapa yang kau cari, kalau ada yang kau cari?"
"Adakah hukum yang melarang harimau masuk kota" Pasal berapa?" Wah, harimau ini
jelas mengejek dan mempermainkan si pawang dan kawan-kawannya. Tetapi ia tidak
menampakkan tanda-tanda mau menyerang.
"Menyerahlah supaya kami tidak perlu menembak," kata pawang itu.
"Kalau aku tidak menyerah, perlukah kalian menembak diriku" Apa kesalahanku"
Siapa yang kusakiti"
Penjahat pun harus diadili dulu. Sedangkan aku bukan penjahat!"
"Setidak-tidaknya kau menimbulkan ketakutan dan kepanikan!"
"Salah mereka. Kenapa mesti takut dan panik. Aku tidak bermaksud jahat terhadap
mereka," kata harimau itu. "Katakankah siapa engkau sebenarnya," pinta Basrah. Kini mulai lunak.
"Sudah kukatakan, tak penting bagimu dan kawan-kawanmu!" lalu ia hilang.
Sekarang semua yang menyaksikan benar-benar bagai bermimpi. Ke mana perginya.
Harimau masuk kota, ditembak tak mempan, dipawangi malah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Dan ia sama sekali tidak menyakiti siapapun. Apakah sebenarnya semua
ini" Berita itu segera menjalar ke tiap pelosok kota. Yang tidak melihat sendiri
banyak yang tidak percaya. Ah, kabar sensasi. Biasa zaman kita. Ada kejadian
yang dibesar-besarkan untuk membuat orang melupakan peristiwa lain yang
sebenarnya lebih besar lagi. Untuk mengalihkan perhatian kata orang.
Beberapa banyak wartawan segera datang ke tempat kejadian. Masih ada bekas-bekas
mobil saling tabrakan. Pecahan-pecahan kaca yang bertaburan. Wartawan-wartawan
ini pun sukar percaya pada kejadian itu tetapi karena berita berarti duit, maka
semuanya dilalap untuk disiarkan panjang lebar dalam koran-koran mereka. Koran-
koran sore pasti akan dicetak lebih banyak karena tiap orang pasti ingin
membacanya. Memang begitulah kenyataan. Kepanikan dan ketakutan bagi sementara
masyarakat merupakan rezeki bagi sekelompok orang lain. Yang memanfaatkan
kejadian dengan berbagai cara. Antara lain dengan menulis.
Tetapi aneh, pada koran-koran terbitan sore itu tiada berita mengenai harimau
kebal yang pandai bicara, masuk kota. Tidak sebaris pun. Mereka menyangka bahwa
mungkin koran tak sempat memuat. Tapi mustahil.
Kejadiannya pada pagi hari.
Tak ada yang tahu, bahwa tiap pemimpin redaksi dari koran sore telah ditelpon
oleh orang yang tidak mau menyebutkan namanya. "Perintahkan redaksi Anda untuk
tidak memuat berita di Jatinegara pagi tadi.
Bab 11 Kalau kalian muat, aku akan datang mengobrak abrik kantor kalian! Jangan tanya
siapa aku!" Telpon diletakkan. Tak ada pemimpin redaksi yang mau ambil resiko. Barangkali
yang memberi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingat itu si harimau yang bisa bicara. Seorang wartawan koran terbitan pagi yang
sedianya akan menurunkan berita tersebut dalam penerbitan keesokan paginya telah
menerima ancaman: "Jangan Anda komersilkan diriku kalau mau selamat!"
"Siapa Anda?" tanya sang wartawan.
"Aku yang datang ke Jatinegara tadi pagi!"
"Kau telah mendengarnya. Kau mau memberitakan"
"Harimau kebal yang pandai bicara tadi pagi?"
"Jangan tanya lagi. Jangan beritakan!"
"Tapi aku wartawan. Kewajibanku memberitakan berita."
"Aku melarangnya. Kau kadang-kadang juga dilarang menulis suatu berita, bukan.
Kali ini aku yang melarang!"
"Tapi . . ." ia tidak bisa meneruskan.
"Tiada tapi. Kuulangi jangan tulis!" perintah suara itu. Telpon diletakkan.
Wartawan itu masih bimbang.
Mungkin hanya orang iseng yang mau menakut-nakutinya. Ia pun bertekad untuk
tetap memuat berita itu. Tetapi mendadak kursinya terjungkal dan ia jatuh terduduk di lantai. Tak ada
yang menjungkalkan. Setidaktidaknya tidak kelihatan. Kemudian meja kerjanya
dijungkir-balikkan oleh entah apa atau siapa yang tidak kelihatan.
Wartawan yang oleh teman-temannya dipanggil Mus dari singkatan namanya Mustafa,
kali ini bukan mendengar berita tetapi mengalami suatu kejadian di mana dia
sendiri dapat dijadikan bahan pemberitaan yang menghasilkan uang bagi rekan-
rekannya. Kali ini dia rasakan bagaimana tidak enaknya mengalami suatu kejadian
yang bukan hanya mengherankan, tetapi bahkan amat menakutkan. Ia yang selalu
melahap cerita-cerita tentang musibah yang menimpa siapapun, kecuali keluarganya
sendiri barangkali, sekarang duduk bagaikan tak kuat bangkit dengan muka pucat.
"Masih mau menulis tentang diriku?" tanya suatu suara di dalam ruangan itu.
Sementara itu dua kawannya yang mendengar hingar bingar di kamar kerjanya telah
datang. "Kerjaan siapa itu Mus?" tanya Budin, seorang wartawan yang cari makannya
melalui berita-berita di Pengadilan. Mustafa tidak menjawab.
"Aku tanya, masih mau meneruskan tulisan tentang diriku?" tanya suara tadi
kembali, kini dengan nada agak keras. Marah rupanya karena pertanyaan pertama
tidak dijawab. "Siapa itu Mus?" tanya Budin lagi yang masih bingung apa sebetulnya yang telah
dan sedang terjadi. Ia menduga bahwa ada seorang penjahat telah masuk dan kini
sedang bersembunyi di ruang kerja rekannya. Mengancam Mustafa yang barangkali
ada niat menulis tentang dirinya.
"Tidak, tidak lagi!" jawab Mustafa. Dia ingin bebas dari ancaman makhluk yang
tidak kelihatan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Budin dan kawannya. Adi jadi ikut ketakutan di samping heran bukan main. Apa sih
yang sedang berlangsung" Dengan siapa Mustafa bicara" Apakah ia tahu siapa yang-
masuk ruangan itu" Kini Budin dan Adi ikut takut. Dengan sendirinya mereka juga
turut dalam bahaya. Biar wartawan, kalau keadaan gawat begitu, jarang yang punya
nyali untuk bertahan. Lebih baik cari selamat. Dan mereka mau pergi. Apa boleh
buatlah dengan nasib Mustafa.
Tetapi mereka tertahan lagi, ketika suara yang tak kelihatan makhluknya itu
berkata. "He, kau Budin dan Adi, jangan pergi! Dengarkan! Jangan menulis tentang
diriku yang tadi pagi mencari seseorang di Jatinegara. Bukan kehendakku jadi
harimau seperti yang mereka lihat!" Kini Budin dan Adi bukan hanya takut dalam
hati tetapi tubuh, terutama kaki juga gemetaran. Peluh pun mulai membasahi baju.


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudahlah, aku mau pergi kini. Maaf, aku telah datang dan membuat kalian takut.
Tapi masih lebih baik takut daripada binasa, bukan!" Lalu terdengar langkah-
langkah berat meninggalkan ruangan itu. Yang punya kaki tentu bertubuh besar.
Beberapa menit kemudian baru mereka merasa sudah aman. Karena sudah mendengar
cerita tentang harimau yang membuat masyarakat dan sejumlah pemelihara keamanan
jadi ketakutan dan panik, mereka tahu bahwa yang bicara tadi tentulah dia!
Dia yang harimau tetapi tidak kelihatan. Dia yang menjungkir-balikkan kursi meja
Mustafa tanpa mau memperlihatkan diri. Ketika pelaksana redaksi menanyakan copy
tentang peristiwa di Jatinegara, Mustafa dengan terus terang saja menjawab,
bahwa berita tersebut tidak boleh disiarkan. Pelaksana jadi heran, siapa pula
yang melarang. Berita itu tidak akan menimbulkan kegoncangan politik, tidak
merongrong wibawa Pemerintah, tidak akan mengacaukan ekonomi dan keuangan, juga
tidak akan mengganggu ketertiban dan keamanan.
"Pokoknya kalau kita semua dan surat kabar ini mau selamat, jangan dimuat,"
jawab Mustafa. "Maksudmu Surat Izin Terbit akan dicabut kalau kita menyiarkannya?" tanya si
Pelaksana. Mustafa menceritakan apa yang terjadi kepada atasannya itu. Dengan membawa Budin
dan Adi sebagai saksi. Walaupun mulanya menyangka dipermainkan, kemudian mau
menertawakan ketiga wartawan itu, tetapi akhirnya si pelaksana redaksi itu pun
tak dapat berbuat lain daripada mempercayai kisah tak masuk akal tersebut.
"Jangan pikir tak masuk akal," kata satu suara tiba-tiba. "Mereka menceritakan
yang sebenarnya," kemudian terdengar suara mengaum. Suara harimau yang
binatangnya tidak kelihatan.
Mendengar suara menakutkan itu, kini malah si pelaksana yang berkata: "Ya Pak,
kami tidak akan memuatnya." Buat dia, tutur dengan "bapak" itu menandakan rasa
hormat. Itulah sebabnya tidak ada berita tentang kejadian amat menghebohkan di
Jatinegara yang tersiar lumayan luas melalui mulut ke mulut. Banyak pembaca,
bahkan beberapa banyak pejabat tinggi menelpon mengapa tidak ada satu koran pun
memuat berita tentang kejadian tersebut. Mengetahui apa sebabnya banyak orang
tertanyatanya apa lagi yang akan dilakukan oleh harimau sakti itu.
*** BEBERAPA hari Erwin memikirkan bagaimana caranya ia membalas perbuatan keji Ki
Ampuh. Ia juga belum dapat memecahkan atau mendapat penjelasan dari ayahnya
mengapa ia pada kali itu menjadi harimau penuh.
Untunglah pada waktu itu ia masih dapat berpikir sebagai manusia biasa dan tidak
sampai bertindak sebagai binatang buas terhadap masyarakat yang melihat dia di
Jatinegara. Dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untunglah ia kebal peluru. Kalau tidak demikian tentu ia telah roboh oleh peluru
yang sekian banyak mengenai tubuhnya. Dan kalau ia waktu itu
tewas, tentu bangkainya akan jadi mayat manusia sebagaimana Sutan Rimbogadang,
ayah Sabrina, menjadi manusia yang sudah tak bernyawa setelah ia tewas dibunuh
oleh puluhan manusia di Sungai Penuh.
Walaupun Sabrina telah membiarkannya pergi ketika Ki Ampuh memfitnah dirinya
sebagai makhluk palsu, hati manusianya tetap mengingat dan merindukan gadis yang
dapat dipengaruhi babi manusia tersebut.
Ia merasa kelemahannya, yaitu tak dapat membantah tuduhan Ki Ampuh dengan
bersumpah bahwa ia sesungguhnya amat menyayangi dan mencintai Sabrina. Suatu
larangan ayah yang telah membawa akibat begitu menyakitkan baginya tetapi tentu
juga bukan suatu larangan karena kejahilan ayah terhadap anak.
Justeru karena sayanglah maka ia berpesan untuk tidak menyatakan perasaan
hatinya sebelum Indahayati dan anaknya melewati empat puluh hari sejak kematian
mereka yang amat menyedihkan. Dua puluh tiga hari lagi, masih cukup lama. Dan
apa yang dikhawatirkan Erwin memang pada tempatnya. Sejak berhasil mempengaruhi
Sabrina sehingga tertanam dalam hatinya bahwa Erwin tidak mencintainya, Ki Ampuh
telah dua kali dagang berkunjung.
Tiap kali ia coba pula meyakinkan gadis itu bahwa ia sebenarnya juga manusia
biasa yang oleh suatu nasib buruk saja maka jadi babi. Kalau ia bukan manusia,
mustahil ia bisa bicara. la sudah sampai berusaha mempersamakan dirinya dengan
Sabrina yang sebenarnya juga punya nasib seperti dia, yaitu kadangkala bisa
berubah jadi harimau. Sama dengan ayahnya. la jelaskan, bahwa ayah Sabrina yang
sudah mati itu pun akan bangkit dari kuburnya, bukan lagi sebagai manusia tetapi
sebagai harimau. Hanya kebangkitan kembali bagi cindaku tidak sama waktunya.
Ada yang tujuh hari setelah kematian, tetapi ada juga yang sampai sepuluh tahun
atau bahkan lebih baru hidup kembali.
Cindaku, kata Ki Ampuh, sejak kematiannya telah menjadi penasaran dan ingin
melakukan pembalasan terhadap manusia yang pernah kejam terhadap dirinya. Mereka
juga selalu rindu pada istri dan anak-anak yang disayanginya. Sutan Rimbogadang,
kata Ki Ampuh, pasti rindu sekali pada Sabrina dan pada saatnya ia akan datang.
Ia tidak akan menyukai Erwin, karena ia bukan cindaku, tetapi manusia harimau
oleh ilmu-ilmu dunia yang dianut ayah dan kakeknya semasa hidup. Sabrina yang
tidak tahu tentang bagaimana sesungguhnya penentuan bagi cindaku yang mati,
menaruh kepercayaan pada cerita Ki Ampuh, walaupun susah diterima oleh akalnya.
Setelah melihat bahwa gadis itu kian percaya pada dirinya, Ki Ampuh coba
menyampaikan hasrat hatinya, yaitu ingin selalu melindungi Sabrina sebagai wanita yang amat dicintai
dan disayanginya. Tetapi Sabrina menolak dengan cara halus bahwa ia belum
berhasrat punya kekasih. ia menggunakan kata-kata yang bijaksana kini, karena sudah melihat kehebatan Ki
Ampuh. Bagaimanapun ia tidak ingin binasa oleh kesombongan. Dalam hati ia berketetapan
untuk tidak akan sudi menyerah pada rayuan Ki Ampuh. Kalau sekedar bersahabat,
dia bersedia dan bahkan suka sekali, karena dirinya akan dilindungi. Sebagaimana
Erwin, gadis ini pun selalu teringat pada orang yang sebenarnya masih
dicintainya. Yang ia tidak mengerti, mengapa Erwin tidak pernah mengatakan cinta padanya.
Bukankah itu suatu tanda bahwa ia tidak mencintai" Otaknya tidak sampai
memikirkan bahwa mungkin manusia harimau benar-benar mencintai tetapi tidak
boleh menyatakan perasaan hatinya. Atau adanya larangan tertentu bagi manusia
harimau. Apa bedanya manusia harimau dan Ki Ampuh yang manusia babi" Ki Ampuh
terus terang merayu dan menyatakan cinta, mengapa Erwin tidak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ketekunan Ki Ampuh untuk mendapatkan Sabrina dengan jalan penyerahan
sukarela akhirnya berubah menjadi suatu kejengkelan dan bangkitlah nafsunya yang
pernah berkobar ketika ia berhadapan dengan gadis itu di sebuah kebun karet. Ia
ingin melampiaskan nafsunya dan ia harus mendapatkannya.
"Kau menolak aku Sabrina?" tanyanya.
"Jangan kita bicarakan itu. Bukankah kita bersahabat. Bukankah kau pelindungku
Ki Ampuh?" jawab Sabrina dalam usaha mencegah amarah manusia babi itu.
"Sudah kukatakan, aku membutuhkan dirimu. Aku harus mendapatkannya malam ini,"
kata Ki Ampuh. Sudah jelas apa yang dimaksudnya.
Sabrina tidak menjawab, tetapi Ki Ampuh yang hadir di kamar Sabrina dalam
bentuknya sebagai babi hutan juga tidak menantikan jawaban. Ia telah menyatakan
keputusannya. Dia tidak mau menanti sampai hari atau malam lain.
Babi itu menerkam Sabrina dalam posisi berdiri, lalu mendorong gadis itu ke
tembok. Ia menciumi Sabrina dengan menjaga jangan sampai taringnya melukai
manusia itu. Dan Sabrina, yang sudah dipukau, tidak dapat berteriak. Ia tahu,
bahwa kehormatan dirinya menjadi taruhan.
Kaki depan babi itu kemudian merobek-robek baju Sabrina sehingga tampaklah
dadanya yang putih bersih membangkitkan gairah si babi sebagai api yang ditiup-
tiup angin. Pada saat itu Sabrina mohon kepada Tuhan dan almarhum ayahnya agar ia dijadikan
harimau. Kini ia amat memerlukannya. Tetapi, sial baginya permintaan itu tidak terkabul.
Ia tetap Sabrina cantik dengan tenaga lemah. Walaupun begitu diusahakannya
mendorong babi yang mendengus-dengus itu. Bukan karena marah
tetapi karena nafsu yang berkobar-kobar.
"Binasalah aku sekali ini," pikir Sabrina dengan perasaan amat pilu, "Hancur
kegadisanku oleh seekor babi!"
Pada saat babi itu akan merenggut kehormatan Sabrina, mendadak terdengar suara
harimau mengaum dalam kamar itu juga. Manusia babi itu menoleh dan betapa
terkejut dia. Di belakangnya berdiri seekor harimau. Bukan tubuh harimau dengan
muka manusia sebagaimana telah beberapa kali dihadapinya.
Sabrina yang sudah putus asa bagaikan hidup dari suatu kematian. Ayahnya, yang
berdiri itu tentu ayahnya. Begitulah juga sangka hati Ki Ampuh. Dia tadi
mengatakan bahwa tiap cindaku yang mati, pada suatu saat akan bangkit kembali
dari kuburnya untuk mendatangi orang-orang yang pernah menyakitinya atau
mengunjungi orang-orang yang amat dicintainya.
"Ayah," teriak Sabrina.
Babi itu telah melepaskan calon korbannya, mengambil sikap bertahan atau
menyerang, tergantung bagaimana langkah si pendatang itu selanjutnya.
"Kau mengganggu aku cindaku. Tentu kaulah yang bernama si Rimbogadang, ayah
calon istriku ini!" kata Ki Ampuh.
Harimau itu diam, tidak menanggapi, juga tidak bergerak. Ia hanya memandang saja
pada Sabrina dan Ki Ampuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa kau mematung di situ! Apakah cindaku yang bangkit dari kematian tidak
bisa berkata-kata?" ejek Ki Ampuh. Ia menyangka, bahwa harimau itu ragu-ragu
menyerang dirinya. "Ayah!" kata Sabrina lagi yang yakin benar bahwa harimau itu tak lain daripada
ayahnya. Tetapi yang dipanggil ayah diam saja. Seperti tadi, ia hanya memandang.
Tidak bisa ditebak apa yang tersembunyi di balik pandangan matanya itu.
"Ayah, aku bukan menyerah padanya. Ia menyerang, aku tak kuasa melawan," kata
Sabrina yang khawatir kalau-kalau ayahnya menyangka ia suka dengan babi itu.
Harimau itu tidak menyahut, tetapi pandangan matanya berubah.
"Yang kucintai adalah Erwin ayah, si manusia harimau. Tetapi ia tidak membalas
cintaku. Salahkah aku ayah?" "Anakmu ini bodoh, menghendaki pengecut dan pengkhianat yang sama sekali tidak
menyukai dirinya," kata manusia babi itu menyela. Karena harimau itu tidak menanggapi, maka ia
seperti menaruh harapan kembali. Barangkali saja Sutan Rimbogadang merestui,
pikirnya. Mendadak harimau itu menggeram. Lalu matanya seperti memancarkan api.
"Kau babi laknat, Ki Ampuh. Tak tahu malu dan kejam melebihi apa pun. Kau dajal
yang mestinya tak ada di dunia ini!" bentak harimau itu. Ki Ampuh terkejut.
Harimau itu toh pandai bicara. Tetapi Sabrina pun terkejut heran bercampur malu.
Itu bukan suara ayahnya. Ia masih ingat bagaimana suara ayahnya. Itu suara yang
dikenal Ki Ampuh dan Sabrina. Tetapi mengapa mukanya pun muka harimau" Sabrina
dan Ki Ampuh sama-sama heran dan agak mengerti mengapa harimau itu mempunyai
suara Erwin yang biasanya adalah manusia harimau. Belum pernah Ki Ampuh melihat
manusia harimau itu menjadi harimau seluruhnya. Apakah ini harimau sakti lain
yang mempunyai suara sama dengan Erwin atau hanya meniru suara nya untuk suatu
siasat. "Tak usah kalian ragukan lagi," kata harimau itu, "Aku memang Erwin." Kini Ki
Ampuh menjadi benar-benar hampir tak percaya. Musuhnya ini kini bisa menjadi
harimau dengan kepala harimau.
Adanya dia di kamar itu tentu karena mendapat firasat bahwa Sabrina dalam
bahaya. Sabrina sendiri, bagaimana heran dan terkejutnya, menjadi lega.
Kedatangan Erwin di saat ia dalam bahaya besar tentulah karena orang yang
dicintainya mengetahui melalui firasat. Dan ia datang sudah pasti karena ia mau
menyelamatkannya. Ia menyelamatkan, sudah tentu karena sayang dan cinta! Ataukah
karena kasihan sematamata" Begitu tanyanya di dalam hati.
"Ki Ampuh, tidakkah kau punya malu hendak memperkosa gadis yang terang-terang
tidak menyukai dirimu!" kata harimau itu.
"Apakah kau kira dia menyukai engkau?" balas Ki Ampuh.
"Setidak-tidaknya aku tidak berusaha menggagahinya! Biarlah ia menghina diriku
karena ia percaya pada segala fitnahmu. Aku rela menerima segala cacian dan
makian. Karena aku memang makhluk yang hina, tidak seperti manusia yang wajar,
juga tidak seperti harimau si raja hutan belantara! Namun begitu aku tidak sudi
kau memperkosa wanita yang membenci diriku!" kata Erwin. Kini ia tunduk seolah-
olah hendak menutupi mukanya. Sabrina amat terharu mendengar ucapan Erwin.
Dalam merendahkan diri dan menerima semua penghinaan itu tersembunyi tangis
karena malu dan pilu. Lukakah hatinya karena Sabrina membiarkan ia pergi tempo
hari setelah dihina dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
difitnah oleh Ki Ampuh tanpa berusaha sedikit pun untuk mencegah kepergiannya"
Apakah ia harus meminta maaf kepada Erwin yang pada detik tergawat telah
menyelamatkan dirinya"
Perlukah itu" Minta maaf kepada seseorang yang hanya menaruh kasihan padanya,
padahal yang diharapkannya bukan iba kasihan melainkan kasih dan sayang"
"Jadi apa maumu sekarang harimau siluman?" ejek Ki Ampuh.
"Kau tahu apa mauku!" jawab Erwin.
"Maumu aku pergi dari sini" Jangan kau harap!"
"Aku mau nyawamu, bangsat!" bentak Erwin.
"Kau gila! Aku ini orang mati yang bangkit kembali! Orang hanya satu kali mati
dan aku telah melaluinya. Aku tidak akan bisa mati lagi. Bagaimana pula kau
hendak mengambil nyawaku!"
Mendengar ini Erwin tidak segera menyahut. Apa yang dikatakan Ki Ampuh memang
benar. Ia manusia yang telah mati. Kemudian bangkit lagi jadi babi. Bisakah babi
itu mati lagi padahal ia sudah pernah mati" Benarkah orang tak bisa mati dua
kali" Erwin tidak dapat menjawab pertanyaan yang timbul dalam benaknya.
Kalau benar Ki Ampuh tidak mungkin mati dua kali, maka babi yang tak lain
daripada Ki Ampuh itu tak mungkin dapat dibinasakannya.
Dalam pada itu pikiran sehat timbul dalam diri Sabrina. Kalaupun hanya karena
kasihan, Erwin telah datang dalam bentuk harimau untuk menyelamatkannya. Dan ia
masih utuh sebagai gadis karena kedatangan Erwin. Seharusnya dia mengucapkan
terima kasih. Tetapi hasrat hatinya yang masih mengharapkan lebih daripada
kasihan dari Erwin menyebabkan Sabrina tidak dapat menahan pertanyaan: "Erwin,
mengapa kau datang menyelamatkan diriku?"
"Sudah kukatakan. Aku tak rela kau diperkosa oleh bedebah yang tak tahu malu
ini!" jawab Erwin. Panas hati Ki Ampuh dikatakan tak tahu malu dan bedebah pula
lagi. Tetapi ia tidak langsung menyerang Erwin, karena masih menanyai dirinya,
apakah ia sanggup membinasakan lawannya yang kini telah datang sebagai harimau"
Dia benci sekali pada Erwin, tetapi dia tidak ingin mati konyol karena salah
perhitungan. "Mengapa kau tidak rela aku diambil Ki Ampuh?" tanya Sabrina memancing.
Erwin tidak menjawab. Ia tahu apa yang harus dikatakan, tetapi ia tidak boleh
mengatakannya. Dia tahu juga bahwa Sabrina menantikan jawaban yang justeru belum boleh
diucapkannya itu. Sabrina kecewa. Pancingannya tidak juga mengena. Ia menilai Erwin hanya kasihan
saja padanya dan di samping itu penuh tanda tanya. Ia tidak tahu sama sekali
bahwa Erwin juga tidak kalah kecewa disbanding dengan dirinya. Bahkan gelisah
menantikan saat ia dapat memberi keterangan kepada wanita yang kini hanya boleh
dicintainya dalam hati itu!
Kini babi itu menjawab, "Ia hanya perusak kebahagiaan orang lain. Tidak mau
melihat orang lain merasa senang. Itulah salah satu kebusukannya."
"Bagaimanapun ia telah menyelamatkan diriku," kata Sabrina.
"Menyelamatkan katamu" Kau berpikir begitu, karena belum mengetahui siapa dan
bagaimana Ki Ampuh ini. Meskipun ia berupa babi, tetapi ia dapat mencintai
wanita dan memberi kesenangan kepadanya lebih daripada manusia yang ganteng
dengan tubuh yang kekar. Yang hanya lahiriah gagah, tetapi sebenarnya bukan apa-
apa jika telah sampai pada saat membuat seorang wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa bahagia sesuai dengan hak tiap wanita. Aku, aku ini orangnya yang dapat
membuat wanita senang. Dan aku ini pula orangnya yang tahu benar-benar apa
tuntutan wanita!" kata Ki Ampuh. Meskipun dengan kata-kata berselimut, jelas
bagi Sabrina dan Erwin apa yang dimaksud dengan kesenangan dan kebahagiaan oleh
Ki Ampuh. "Kalau bajingan ini tidak mengganggu tadi," kata Ki Ampuh, "Maka takutmu hanya
takut sementara yang akan berubah jadi rasa senang yang belum kau rasakan seumur
hidupmu. Aku hanya memerlukan sedikit waktu untuk menunjuk-buktikan kepadamu,
bahwa orang seperti aku inilah yang kau butuhkan. Kau akan tahu Sabrina bahwa
setelah berkenalan akrab dengan aku kau tidak akan pernah inginkan laki-laki
lain, karena mereka tidak akan dapat memberikan apa yang sedianya kuberikan tadi
padamu," kata Ki Ampuh memuaskan hati dan coba merangsang Sabrina dengan cara
lain.

Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalaupun ia tidak terangsang, tentu ia ingin tahu, apa benar sih yang dapat
disuguhkan Ki Ampuh, yang tak dapat dilakukan oleh kebanyakan laki-laki di atas
dunia ini" Erwin memandangi Sabrina bagaimana reaksi kata-kata babi itu terhadap
dirinya. Ia merasa sangat dihina, sebab dengan sendirinya Ki Ampuh bermaksud
mengatakan, bahwa Erwin tidak akan dapat memberikan kesenangan seperti dia.
"Walaupun bentuk diriku seperti babi, Sabrina;" kata Ki Ampuh melengkapi daya
pikatnya. Dan pada saat itu Ki Ampuh yang pernah belajar ilmu pekasih di Sibolga
membaca mantera-mantera yang sudah lama tak digunakannya. Selama. jadi babi
inilah untuk pertama kali ia mencobakannya kembali. Semua istri-istrinya semasa
ia masih manusia diperolehnya dengan kekuatan ilmu pekasih. Yang Indo, yang Cina
dan bangsa sendiri yang kesemuanya muda-muda dan cantik-cantik. Dan mantera itu
rupanya punya pengaruh atas diri Sabrina.
Hatinya jadi lunak kembali terhadap babi itu, bukan karena kesenangan dan
kebahagiaan yang dikatakannya itu, tetapi sesuatu yang ia tidak mengerti dan tak
dapat menerangkannya. Sabrina memandang harimau yang tak banyak berkata itu. dan
tanpa disadarinya ia berkata: "Sudahlah Erwin, aku tidak membutuhkan pertolongan
atau kehadiranmu lagi. Aku tak takut pada Ki Ampuh.
Aku tadi hanya terkejut!"
Erwin merasa seperti disambar petir. Kehadirannya tidak dibutuhkan lagi. Suatu
cara pengusiran dengan kata-kata lain saja. Dan ini untuk kedua kalinya.
"Sabrina," kata harimau itu sejurus kemudian. "Kau mengusir aku pergi?"
"Aku hanya tidak membutuhkan kehadiranmu," kata Sabrina. Sama saja artinya,
hanya ia tidak mau menggunakan kata-kata yang terlalu kasar.
"Itu kan sudah jelas harimau siluman," kata Ki Ampuh kini jadi berani. "Sabrina
tidak mau mengatakan mengusir, tetapi dia mengusir engkau. Ia mau berdua-dua
saja dengan aku di sini,"
katanya lagi tanpa malumalu.
"Sabrina, kau keterlaluan terhadap diriku!" ujar Erwin yang harus menelan
penghinaan dan menekan perasaan sayangnya kepada gadis yang masih bersih itu.
Apakah menjelang selesai empat puluh hari sejak kepergian istri dan anaknya ia
akan kehilangan Sabrina pula yang tadinya sudah meringankan beban
penderitaannya, walaupun tak dapat dikatakan menggantikan orangorang tersayang
yang telah tiada dan tak mungkin digantikan oleh siapapun"
Sekali lagi Erwin pergi dengan hati yang teramat masgul.
"Akhirnya kau menjadi bijaksana dengan pikiran sehat dan dewasa," kata Ki Ampuh.
"Kau akan menerima apa yang kujanjikan! Kau pasti akan merasakan kesenangan yang
belum pernah kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasakan, bahkan tak pernah kau impikan." Babi itu melangkah mendekati wanita
cantik yang telah tunduk di bawah pengaruhnya dan akan menjadi mangsa,
sebagaimana sekian banyak perempuan semasa ia masih manusia dulu telah menjadi
korban kekuatan ilmu hitam dan guna-gunanya.
"Marilah sayang," kata babi itu. Sabrina sadar bahwa babi itu asalnya manusia
yang telah mati dan oleh kutukan sumpah jadi begitu. Dalam hati kecilnya ia
tidak mencintai babi, tak mungkin mencintainya, tetapi ia juga tidak berdaya
untuk menolak kini. Ia rasakan bahwa ia tidak berdaya.
Dan ia menurut perintah, datang mendekati babi hutan itu.
"Kau percaya pada apa yang kukatakan tadi bukan" Dan kau telah melihat untuk
kesekian kalinya bahwa si harimau siluman yang semula kau cintai itu sebenarnya
sama sekali tidak mencintai dirimu. la datang tadi hanya karena sifat busuknya
tak rela melihat aku dan kau menikmati kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak
pernah dapat diberikannya kepada istrinya dulu dan juga tidak akan pernah
sanggup memberinya kepadamu.
Kau telah melihat kebenaranku dan kau percaya bahwa aku benarbenar cinta padamu
dan akan melindungi dirimu. Berkatalah sejujur hatimu, iya atau tidak" Aku tidak
memaksa!"kata Ki Ampuh yang tahu bahwa ilmu hitamnya telah bekerja sebagaimana
mestinya. "Ya, aku percaya padamu Ki Ampuh," kata Sabrina yang telah terpukau.
"Dan kau sayang padaku bukan?"
"Ya, aku sayang padamu Ki Ampuh," kata Sabrina. Jelas, hanya tanpa perasaan
orang yang sedang jatuh cinta. Begitulah kekuatan guna-guna.
"Dan kau akan menurut segala nasehat dan permintaanku bukan?"
"Aku akan menurut Ki Ampuh."
"Kau tahu sudah bahwa harimau siluman itu tidak mencintai dirimu?"
"Aku tahu." "Dan kau malu karena bertepuk sebelah tangan?"
"Aku malu Ki Ampuh."
"Dia tadi datang hanya untuk mengganggu kau dan aku, bukankah begitu."
"Ya, dia tadi datang mengganggu kita Ki Ampuh." "Sekarang kau benci padanya.
Ataukah tidak?" "Sekarang aku benci padanya."
"Aku ini pantas jadi kekasihmu bukan?"
"Ya, kau pantas jadi kekasihku Ki Ampuh."
"Kau akan memberi aku keturunan bukan?"
"Ya, aku akan memberimu keturunan."
"Apa yang kau sukai" Manusia, harimau atau babi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku ingin bayi Ki Ampuh, seperti ayahnya."
"Kau pandai sekali, sayang," kata Ki Ampuh.
"Anak harus sesuai dengan ayahnya Ki Ampuh."
"Kau akan menamakan siapa?" tanya Ki Ampuh.
"Ayahnya yang pandai memilih nama untuknya!"
"Kita beri dia nama Sabrinani kalau perempuan dan Ampualam kalau lelaki. Kau
setuju?" "Aku sangat setuju Ki Ampuh."
"Aku lebih suka anak lelaki supaya bisa menyambung keturunan, kau?"
"Aku juga lebih suka anak lelaki supaya berkembang biak babi-babi sakti." Ki
Ampuh girang bukan buatan. Dengan kekuatan ilmu hitamnya semua cita-citanya akan
terpenuhi dan tercapai. Dan akan habislah harapan bagi Erwin yang amat dibencinya itu.
*** ADAPUN Erwin sampai hadir tatkala Ki Ampuh hendak merenggut keperawanan Sabrina,
karena ia mendadak merasa gelisah dan mendapat firasat bahwa atas diri Sabrina
akan terjadi malapetaka yang akan menjadi tangisannya seumur hidup. Ia mohon
supaya bisa menjadi harimau lagi dan doanya terkabul, ia kaget sekali tatkala
melihat Ki Ampuh telah siap untuk memperkosa wanita yang disayanginya.
Kedatangannya telah mencegah bencana itu, tetapi oleh larangan ayahnya untuk
menyatakan cinta, maka ia lagi-lagi tersingkir karena pandainya Ki Ampuh
menjatuhkan namanya di hadapan Sabrina. Ia terpaksa pulang. Bagaimanapun
besarnya cinta pada Sabrina, is masih lebih taat pada pesan ayahnya.
Setiba di rumahnya Erwin menjadi manusia biasa kembali. Hatinya hancur luluh
karena sepeninggalnya tentulah Ki Ampuh akan melaksanakan hasrat hatinya yang
sudah tak tertahankan. Bukankah dari cinta, Sabrina telah jadi muak padanya dan
terus terang mengatakan tidak lagi menghendaki kehadirannya. Ia hanya tidak mengatakan bahwa
ia ingin menikmati kesenangan dan kebahagiaan yang dikatakan Ki Ampuh.
"Kau akan menurut ya sayang, supaya semua berjalan indah," kata Ki Ampuh. "Kau
ingin mengalami sesuatu yang paling indah dari semua keindahan, bukan?"
"Aku akan menurut Ki Ampuh. Berilah aku yang paling indah di antara semua
keindahan itu," kata Sabrina. Jauh di lubuk hatinya ia menangis, tetapi ia tak berdaya menolak
segala perintah dan keinginan manusia babi itu.
Kekuatan ilmu hitam memang luar biasa. Seperti halnya Sabrina. Ia bersedia
menurut segala perintah dan keinginan orang yang menyihirnya. Hati nuraninya
sebenarnya tidak menyukai, merasa bahwa ia menyerahkan kehormatannya kepada
babi, walaupun asalnya manusia, tetapi untuk mengatakan tidak saja pun ia tak
sanggup. Ia telah sepenuhnya dalam kekuasaan babi pandai sihir itu. Ki Ampuh
girang bukan kepalang, sehingga ia gugup, menjelang saat akan tercapainya
maksud. Kini sudah tidak akan ada halangan lagi.
Erwin tentu sudah tak sanggup datang, karena sudah dua kali dibikin malu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pintalah agar anak kita ini lelaki, sayang," kata Ki Ampuh ketika sudah hendak
memulai perbuatan durjananya.
"Ya, semoga ia nanti akan jadi anak lelaki, Ki Ampuh," kata Sabrina.
Tetapi sesuatu yang ajaib terjadi. Sesuatu yang di luar perkiraan siapapun. Juga
di luar dugaan Ki Ampuh. Mendadak terdengar suara petir menggelegar dan
bersamaan dengan lenyapnya gema halilintar itu, daya kelelakian Ki Ampuh menurun
lalu kendor sama sekali. Ia menjadi impoten, setidak-tidaknya untuk saat itu. Sebagaimana ia setahun yang
lalu pernah mendadak jadi impoten ketika mbah Panasaran yang amat cantik
menantikan suatu kesenangan dari dirinya. Dan seperti di belantara Cikotok dulu,
kini pun ia menjadi amat malu dan panas hati.
Mengapa yang begitu menyakitkan hati terjadi justeru pada saat ia hendak
menunjukkan kemampuannya yang luar biasa sebagai lelaki, yang katanya sukar
dicari tandingannya di dunia ini.
Sabrina telah menyerah sebagaimana dulu mbah Panasaran telah menyediakan diri.
Dia sendirilah yang tak sanggup. Malunya jadi berlipat ganda karena ia telah
menjanjikan bahwa setelah perbuatan pertama itu nanti Sabrina akan tahu
bagaimana rasanya yang dinamakan keindahan terindah di mayapada ini. Apakah
sebenarnya yang terjadi"
Ia sudah puluhan atau bahkan ratusan kali mendengar petir tatkala melakukan
kebersamaan dengan salah seorang istrinya dulu. Petir tidak pernah punya
pengaruh atas dirinya. Sabrina diam saja. Tidak bersyukur tetapi juga tidak
kecewa. Begitulah keadaan seseorang dalam pengaruh ilmu sihir, seperti
menerawang saja di persawangan.
Tidak merasa berpijak, juga tidak merasa bergantung.
"Lain kali saja Sabrina. Pikiranku sedang terganggu. Ada seseorang sedang
menjahili kita. Barangkali jahanam itu lagi. Dajal yang kau usir tadi," kata Ki Ampuh penuh rasa
kesal dan kecewa. "Ya, lain kali Ki Ampuh. Barangkali si jahanam itu menjahili kita," kata Sabrina
mengulangi katakata Ki Ampuh.
Mendadak terdengar gelak tawa, lalu gelak terbahak-bahak. Dapat juga dikatakan
gelak kemenangan. Disusul dengan suara, "Bukan si Erwin, Ki Ampuh. Dan bukan pula petir.
Halilintar itu hanya memberitahukan kepadamu tentang kedatanganku. Kau masih
kenal suaraku?" Ki Ampuh coba mengingat-ingat suara siapa yang didengarnya itu. Bukan suara Dja
Lubuk. Apakah suara Raja Tigor yang kakek Erwin" Ah bukan juga. Suara orang tua sakti
itu lain. Tetapi suara ini pernah juga didengarnya beberapa kali. Di mana" Ia
coba mengingat-ingat. Benar pernah. Di Sumatera. Kini dia ingat, suara Datuk nan
Kuniang, si mayat yang dikuburkan di Kebayoran Lama, tetapi kadangkala bangkit
dari kuburnya. Bukan sebagai harimau, melainkan sebagai manusia biasa.
Pakaiannya saja yang lain. Hanya kain kafan yang menjadi pembungkus jenazahnya
tatkala ia dikuburkan. Ia sahabat akrab Dja Lubuk dan Raja Tigor. la pernah
dikunjungi Erwin dan pernah menurunkan beberapa ilmu kepandaiannya kepada
manusia harimau yang anak sahabatnya Dja Lubuk itu."
"Betul Ki Ampuh, aku Datuk nan Kuniang. Tak menyangka akan bertemu lagi dengan
aku. Bahkan tak pernah mengingat aku lagi. Tak terkenang olehmu bahwa aku yang
membawa kau ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumatera dengan berjalan kaki di permukaan air Selat Sunda dan Samudera
Indonesia" Kita masih sama-sama tatkala di Padang, lalu kita berpisah. Ingatkah
kau?" kata suara itu lagi. Tak lama kemudian ia berdiri di kamar itu. Datuk nan
Kuniang berbaju kain kafan dengan muka dan kaki serta seluruh penutup dirinya
berlumpur tanah Hat yang kuning warnanya.
Bagaimanapun merasa diri sangat hebat, melihat mayat bangkit dari kubur dalam
bentuk yang begitu, Ki Ampuh menjadi takut. Mengapa orang yang sudah tidak ada
lagi dalam ingatannya itu mendadak kembali"
Apakah ia dari dalam kuburanrfya sana dapat melihat segala apa yang' terjadi di
permukaan bumi" Dan bangkit mendatangi siapa saja dan di mana saja
dikehendakinya" Detik-detik yang berlalu tanpa kata, membuat Ki Ampuh
berkesempatan untuk menguasai dirinya kembali, walaupun hanya sebagian. la
berdiri atas dua kaki belakangnya dan pelan-pelan mendapatkan Datuk nan Kuniang.
Setelah dekat ia berkata: "Apa kabar Datuk, lama sekali sudah kita tak
berjumpa?" la berusaha mengambil hati Datuk nan Kuniang. Yang ditanya tak
menjawab. Ki Ampuh mengulurkan kaki depan sebelah kanan bagaikan manusia mengulurkan
tangan untuk bersalaman. Datuk nan Kuniang tidak menjawab tanya, pun tidak
menyambut salam. Ki Ampuh merasa bahwa yang datang itu tidak bersenang hati dan
memendam rasa amarah dalam dirinya. Dalam perjalanan ke Minangkabau dulu, Datuk
nan Kuniang bukan hanya dapat berjalan di atas air tetapi sanggup pula membawa
dirinya, Erwin dan Dja Lubuk bersama ayahnya Raja Tigor.
Suatu kemampuan yang hanya dapat dilakukan tak lebih dari selusin orang sakti di
dunia ini. Kini ia melumpuhkan daya kelelakian Ki Ampuh sehingga maksud jahatnya gagal
total. Orang begini tak dapat dimusuhi. Yang paling bijaksana adalah membuatnya
jadi kawan. Kalaupun itu tidak dapat, sekurang-kurangnya jangan membuat ia
sampai membenci. "Aku mohon maaf Datuk!" kata Ki Ampuh dengan suara pelahan dan menundukkan
kepala. "Untuk apa?" tanya Datuk nan Kuniang.
"Untuk apa yang Datuk lihat tadi!"
"Minta maaflah kepada gadis yang masih suci itu!"
"Aku mohon Datuk mendengar penjelasanku. Aku tidak merasa salah terhadap diri
perempuan ini, karena perbuatan yang hendak dilaksanakan itu atas dasar
sukarela. Tidak ada paksaan. la malah minta mendapat anak laki-laki," kata Ki
Ampuh. "Benar ia menyukaimu?"
"Benar, sepenuh hatinya," kata Ki Ampuh dengan keyakinan bahwa Datuk nan Kuniang
sudah mulai reda dari marahnya.
"Ah, apa benar Ki Ampuh?"
"Aku bersumpah, silakan Datuk tanya sendiri." Babi itu mulai bangga dan senang.
Datuk nan Kuniang mendekat beberapa langkah. Wanita itu memandanginya. Entah
takut entah jijik, Sabrina tidak dapat membeda atau merasakannya Datuk nan
Kuniang memandangnya sejenak. Lalu bertanya:
"Sabrina, engkau anak Sutan Rimbogadang, dulu di Sungai Penuh. Betulkah itu?"
"Betul Pak," jawab Sabrina.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, jangan panggil aku Bapak. Tatkala mati umurku sudah mendekati seratus
tahun. Engkau anak Minang. Panggil aku dengan Inyiek!"
"Benar Nyiek!" kata Sabrina mengulangi jawaban. Inyiek dalam bahasa Minang
adalah kakek. "Benarkah kau suka dan cinta pada babi asal dari manusia ini?" tanya Datuk nan
Kuniang sambil menoleh pada Ki Ampuh.
"Tidak Nyiek. Demi Allah tidak!" Ki Ampuh terkejut dan marah. Terkejut karena
Sabrina memberi jawaban lain daripada keyakinannya. Marah karena jawaban itu
akan membuat Datuk nan Kuniang menuduh ia berdusta. la tak tahu, bahwa dalam
memandang Sabrina sejenak tadi, mayat dari kuburan di Kebayoran Lama itu telah
membebaskannya dari pengaruh sihir Ki Ampuh.
"Telah kau dengar sendiri Ki Ampuh," kata Datuk nan Kuniang kepada babi itu.
"Sabrina, kau berdusta. Tadi kau sendiri yang meminta. Kau katakan ingin
kebahagiaan dan ingin punya anak dari aku. Katakan begitu!" kata Ki Ampuh.
"Dia dusta Nyiek. Aku tak pernah menyukainya. Bahkan aku benci dan takut
padanya. Telah beberapa kali ia hendak memperkosa diriku. Kadang-kadang dengan
bujuk rayu, tetapi tadi dengan kekerasan. Pernah Bapak Dja Lubuk dan bang Erwin
menyelamatkan aku dari kejahatannya!" kata Sabrina. Ki Ampuh kian marah dan
menjadi gugup. Dia baca mantera untuk menghilangkan dirinya, karena ia yakin
benar, bahwa ia dalam bahaya. Tetapi apa mau dikata. Ki Ampuh yang tadi begitu
kegirangan mendadak menjadi makhluk paling sial. Manteranya tak bekerja sebagai
biasa. Dirinya tetap ada di sana, tidak raib seperti yang dikehendaki dan
diyakininya. "Tak usah kau coba melarikan diri Ki Ampuh," kata Datuk nan Kuniang dengan suara
datar. Tiada nada ejekan, membuat Ki Ampuh tambah takut. Mayat ini benar-benar angker.
Ia merasa dirinya jadi sangat kecil.
Padahal biasanya ia merasa dirinya manusia atau manusia babi yang amat sakti.
Baru tadi dia menundukkan Sabrina hanya dengan kekuatan mantera dan pandangan
mata, kini ia tidak berdaya apa-apa. Bukan hanya tidak sanggup meneruskan maksud


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jahatnya karena mendadak jadi impoten, tetapi menghilang pun tak dapat lagi.
"Kau dengar, Sabrina bukan hanya tak suka padamu, tetapi membencimu dan takut.
Mengapa kau berani mengatakan bahwa ia cinta dan bahkan minta anak darimu" Kau
sampai berani bersumpah. Tidak cukupkah kau menjadi babi yang hina karena kau
melanggar sumpahmu sendiri" Apa yang kau lakukan atas dirinya" Katakan kepada
Sabrina dan minta maaf kepadanya!"
Walaupun merasa amat malu, tetapi harapan untuk dapat pergi tanpa cedera timbul
kembali. Kalau dia mengaku apa yang telah dilakukannya dan mau minta maaf, ia tentu akan
diperbolehkan pergi. Bagaimanapun itu lebih baik daripada membuat Datuk nan
Kuniang marah dan mungkin saja membuat dirinya jadi kodok atau kakerlak. Kalau
sampai jadi begitu, habislah seluruh harapan dan kesombongan. Masih lebih baik
jadi babi dengan taring-taring yang dapat membunuh.
"Aku tadi menyihirnya Datuk!" kata Ki Ampuh.
"Jahanam kau babi sial tak tahu diri," kata Sabrina mendadak. Ia telah jadi
Sabrina biasa kembali. Amat marah dan tambah benci, mengetahui bahwa dirinya
tadi disihir. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Marahnya Ki Ampuh bukan buatan, dikatakan jahanam, sial dan tak tahu diri. Oleh
gadis yang tadi hampir saja jadi santapannya. Tetapi ia tidak berani menjawab
atau menantang, karena Datuk nan Kuniang masih ada di sana.
"Masih ada yang kau lupa atau pura-pura lupa Ki Ampuh!" kata penyelamat Sabrina.
Juga dengan suara datar. Sakit hati Ki Ampuh. Tetapi apa boleh buat. Yang paling
penting boleh pergi dengan selamat. Masih ada hari esok, kesempatan lain.
"Jangan pikir hari esok atau hari lain Ki Ampuh. Engkau tidak akan pernah lagi
dapat melakukan kejahatan yang banyak kau lakukan semasa hidupmu sebagai manusia
dulu!" Cilaka, dia akan impoten selama-lamanya. Maka tanpa pikir, ia berkata: "Sabrina,
aku mohon maaf atas kesalahanku!" Sabrina tidak menjawab, tetapi tahu bahwa
orang berlumpur dengan kain kafan itu pastilah seseorang yang teramat sakti. la
tahu anak siapa dirinya dan Ki Ampuh tunduk tanpa syarat kepadanya.
"Katakan kepadanya, bahwa babi, walaupun asal manusia tidak layak berbuat mesum
dengan manusia. Ia harus mencari jenisnya. Babi semacam dirinya," perintah Datuk
nan Kuniang. Babi itu merasa tambah tertekan, tetapi ini pun harus diterimanya
kalau masih mau selamat. Kartu jadi terbalik kini. Tadi ia dapat memerintah
Sabrina dengan kekuatan sihirnya. Sekarang dia harus menurut apa saja yang
diperintah oleh Datuk nan Kuniang. Inilah suatu kenyataan, bahwa di atas
seseorang yang merasa dirinya kuat selalu masih ada orang yang lebih kuat dan
pada saatnya mengatasi dirinya. Maka berkatalah Ki Ampuh: "Babi tidak layak
berbuat mesum dengan manusia.
la harus mencari babi juga semacam dirinya."
"Sudah, kau boleh pergi," kata Datuk nan Kuniang. Gembiranya Ki Ampuh bukan
main. Dia selamat. Tidak jadi kakerlak atau kodok. Masih banyak harapan untuk hari esok dan hari-
hari yang akan datang. Ki Ampuh mengucapkan terima kasih dan berpaling untuk
pergi. Tetapi ia terhenti kembali dengan pikiran gundah. Datuk nan Kuniang telah
membuatnya impoten. Kalau kehilangan daya kelelakian itu untuk selamanya, maka
tak ada lagi gunanya untuk hidup, begitu pandangan babi yang sejak masih manusia
banyak menumpukkan hidupnya dalam hubungan seks. la menghadap Datuk nan Kuniang
kembali dan dengan kepala ditundukkan ia mohon agar dirinya dibebaskan dari
kematian kelelakiannya. "Bebaskan aku dari hukuman itu Datuk, aku tidak akan berbuat kejahatan lagi,"
ujarnya dengan suara minta dikasihani.
"Hah, kau masih ingat bahwa kau telah kukebiri. Kau tak boleh dipercaya Ki
Ampuh, sudah banyak kali terbukli."
"Ampuni segala kealpaanku Datuk. Kali ini aku berjanji akan mentaatinya."
Sabrina tidak mau mencampuri.
Ia yakin Datuk nan Kuniang akan mengambil keputusan yang bijaksana.
Kemudian Datuk nan Kuniang berkata: "Baiklah, kau akan kubebaskan dari
kelemahanmu, tetapi dalam arti yang terbatas!"
Ki Ampuh bertanya dalam hati, tak segera berani bertanya. Terbatas bagaimana
yang dimaksudkan oleh Datuk nan Kuniang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
KI Ampuh memandang Datuk nan Kuniang hendak mendengar keputusan atas nasibnya.
Datuk itu juga memandanginya, membuat ia akhirnya tunduk karena kalah kuat
pengaruh mata. Sabrina mendengar dengan perasaan tegang, apakah yang dimaksud
Datuk dengan keterbatasan tadi.
"Kau ingin penjelasan Ki Ampuh?" tanya Datuk nan Kuniang.
"Benar Datuk," katanya dengan nada minta dikasihani tanpa mengangkat kepalanya.
Hatinya dilanda rasa takut. Jantungnya berdebar menanti.
"Kau tadi telah mengatakan bahwa kau tidak lagi akan melakukan kejahatan seperti
yang hendak kau lakukan tadi!" kata Datuk nan Kuniang.
"Ya Datuk, saya tidak akan menyihir manusia lagi."
"Bukan itu yang kau janjikan tadi. Dan bukan janji itu yang kupinta!"
Ki Ampuh menanti kalimat-kalimat yang tidak lengkap itu. Karena Datuk nan
Kuniang tidak melanjutkan, maka dialah yang bertanya. "Tidak jelas bagiku
Datuk." "Bukankah kau berjanji bahwa kau tidak lagi akan memperkosa manusia!"
"Benar Datuk nan Kuniang. Saya tidak lagi akan melakukannya!"
"Dan kau telah mengatakan sendiri, bahwa babi seharusnya hanya bermesraan dengan
sesama babi!" Mendengar itu Ki Ampuh seperti disambar geledek. Apa maksud mayat hidup itu
berkata begitu" Tetapi ia tak perlu lama menantikan penjelasan.
"Karena kau tidak lagi akan menjahati manusia yang wanita, maka kau akan tidak
berdaya lagi untuk melakukannya. Kau mengerti maksudku bukan?" tanya Datuk.
Ki Ampuh tidak menjawab. Tak sanggup mengatakan mengerti, padahal ia mengerti.
la ingin jangan dihukum seberat itu.
"Mohon ampun Datuk nan Kuniang. Janganlah aku dihukum seberat itu!"
"Sebenarnya itu bukan hukuman. Hanya pelengkap bagi janjimu. Kau tidak
membutuhkan kelelakian terhadap manusia perempuan, karena kau tidak lagi akan
melakukannya. Kau dapat melakukannya sekehendak hatimu terhadap babi. Sesuai
dengan janji yang kau ucapkan tadi!"
Sabrina girang di dalam hati. Sungguh bijaksana Datuk nan Kuniang. Dan ia penuh
kemanusiaan dan keadilan. Kejantanan babi itu terhadap sesama babi tidak
dimatikannya. Babi yang biasanya amat gagah dan garang itu menangis. kasihan hati Datuk nan
Kuniang lagi, tetapi benar-benar karena amat sedih dan putus asa oleh keputusan
yang harus diterimanya. Baru beberapa saat yang lalu ia merasa dirinya paling
hebat, dapat berbuat sekehendak hatinya terhadap siapapun yang tidak sekuat dia.
Sekarang ia merasakan bagaimana sakitnya ditindas oleh mayat hidup kembali yang
jauh lebih berkuasa pula dari dirinya. Diam-diam, jauh di lubuk hatinya, pada
saat dikalahkan seperti ini ia menyesal, mengapa ia hidup sejahat itu dan
sekejam itu. Tetapi sesalnya sungguh-sungguh sudah tiada berguna lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Datuk yang bijaksana," tangis Ki Ampuh dalam usaha terakhirnya, "Hukuman itu
sangat bijaksana. Tetapi apakah Datuk tidak sudi bermurah hati memberi maaf
kepadaku yang mengaku salah dan mengaku Datuk sebagai orang yang berkemampuan
dan berkekuasaan jauh di atas diriku?"
"Engkau telah kumaafkan, boleh pergi ke mana kau suka. Apa yang kuputuskan bukan
hukuman. Hanya untuk membuat kau memenuhi apa yang kau janjikan! Pergilah,
kuharap kau dapat pasangan yang sesuai dan hidup bahagia!" kata Datuk nan
Kuniang yang sudah tak terlembutkan lagi hatinya.
Meskipun amat sedih Ki Ampuh masih sempat mengerlingkan mata sipitnya pada
Sabrina yang telah lepas dari jangkauannya. Dan sedih serta sakit hati itu
membangunkan rasa dendam. Kalau ia tidak berkesempatan lagi menjamah Sabrina
menurut nafsunya, maka siapapun tidak akan boleh menikmatinya.
"Jangan punya niat buruk Ki Ampuh," kata Datuk nan Kuniang yang dapat membaca
apa yang terpikir dan terniat dalam hati babi itu. "Aku telah memberi kau
kesempatan hidup." Babi itu ngeluyur. Apa pun kata Datuk nan Kuniang sudah tak menjadi soal lagi.
Ia toh sudah tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan lagi sebagaimana dulu
dapat dilakukannya terhadap siapa saja yang berkenan di hatinya.
Bab 12 SETELAH babi itu pergi Sabrina sujud di hadapan kaki mayat hidup kembali yang
berlumpur itu. Tiada rasa takut dan tiada rasa jijik. Tanpa kedatangan Datuk nan Kuniang
pastilah ia sudah tidak utuh lagi.
Kehormatannya hilang direnggut seekor babi siluman. Namun begitu, setelah ia
selamat kini, tiada rasa dendam pada Ki Ampuh. Walaupun ia boleh merasa aman
terhadap kemungkinan perkosaan ia merasa sedih juga melihat Ki Ampuh menangis
tadi. Kelemahan hati Sabrina, lekas memaafkan dan lekas kasihan. Ia selamat,
apalagi yang lebih daripada itu.
"Inyiek, bolehkah saya bertanya?" ujar Sabrina.
"Tentu saja. Kau ingin tahu apa hubunganku dengan ayahmu yang dibunuh orang-
orang kejam di kampungmu itu. Terus terang tiada hubungan keluarga. Tetapi aku
mengenalnya. la anak sahabatku yang lebih dulu tutup usia dari aku. Kakekmu itu
seorang hebat. Pandai silat, digelarkan si Pandeka. Dan gelar itu tepat baginya.
la seorang pendekar yang hebat sekali. Kalau baru sepuluh orang saja tak kan
sanggup merobohkan almarhum kakekmu itu. Tetapi menjelang akhir hidupnya ia
membuat suatu kesalahan atau lebih tepat suatu kekhilafan. Entah mengapa harus
terjadi demikian," kata Datuk nan Kuniang bercerita tentang kakek Sabrina.
la terhenti. Pada mukanya tampak bahwa ia sedang mengenang atau membayangkan
kembali masa lampau. Puluhan tahun yang lalu.
"Apa yang terjadi Nyiek?" tanya Sabrina ingin tahu.
"Ketika pada suatu hari ia dan seorang kawannya pergi berburu, mereka bertemu
dengan harimau yang sedang menyusui dua ekor anaknya. Kakekmu membisikkan pada
kawannya agar berhenti dan jangan harimau itu sampai tahu. Tetapi malang, induk
harimau yang amat tajam daya dengar dan daya ciumnya itu mengetahui bahwa ada
manusia di sekitarnya. Ia mengangkat kepala, telinganya berdiri lurus-lurus.
Tetapi ia masih terus menyusui anak-anaknya. Begitulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cinta ibu kepada anak!" Datuk nan Kuniang berhenti lagi seakan-akan mengingat
apa lagi kemudian terjadi. Sabrina menantikan dengan penuh keinginan tahu
bagaimana kelanjutannya. "Kawan kakekmu itu rupanya jadi takut dan tak kuat menahan diri. Ia berkata
"kita tembak saja". Suara itu terdengar oleh induk harimau. Kini ia berdiri.
Kedua anaknya di belakangnya. Apa pun yang akan terjadi, anak-anak tersayangnya
harus dibela. Sebenarnya kecelakaan itu masih bisa dicegah, kalau kawan kakekmu
itu menurut nasehat. Pandeka mengajaknya pergi. Harimau itu akan membiarkan.
Yang amat penting baginya, anak-anaknya jangan diganggu. Bukan menyerang
manusia-manusia yang diketahuinya ada di dekatnya. Tetapi kawan kakekmu itu
menembak juga." Karena Datuk nan Kuniang berhenti, maka Sabrina setengah
bertanya dan setengah meneruskan: "Induk harimau itu mati dan anak-anaknya
kehilangan ibu." "Oh, bukan begitu Ina, lebih buruk daripada dugaanmu!"
"Lalu bagaimana" Tembakannya meleset, harimau itu menerkam. Yang kena terkam
kakekku sehingga ia tewas di situ."
"Bukan begitu. Tembakan kawan kakekmu itu memang tidak mengenai sasaran karena
ia tidak dapat membidik dengan mantap. Harimau itu menggeram, lalu melompat.
Yang jadi tujuan utamanya tentu saja si penembak itu. Harimau termasuk binatang
yang pintar. Dia tahu musuh mana yang paling berbahaya atau jahat. Itulah yang
harus dibinasakan lebih dulu. Kakekmu yang pendekar tanpa pikir juga melompat,
menyambut serangan harimau itu. Terjadi benturan. Menurut cerita kawan kakekmu
itu, kakekmu memukul kepala harimau dengan belakang tangan kanannya.
Harimau itu terlempar beberapa meter. Begitulah kerasnya pukulan itu."
"Lalu?" tanya Sabrina yang membayangkan bagaimana kira-kira jalan pertarungan
itu. "Amarah harimau itu kemudian berbalik pada kakekmu. Karena dia yang menghadang
dan memukul dirinya. Ia berdiri dan bersiap untuk menyerang lagi. Kini lebih
cermat, karena ia tahu bahwa lawannya seorang yang tangguh. Tiada pilihan bagi
kakekmu. Ia harus membela diri.
Hasilnya sudah dapat dipastikan. Kakekmu atau si harimau akan mati. Tidak akan
ada hanya luka berat. Si harimau, kalau menang, tidak akan membiarkan musuhnya
hidup. Si harimau juga tidak akan berhenti melawan selagi ia masih bernapas,
yang jadi taruhan adalah dua anak tercintanya.
Untuk itu dia tidak takut pada siapa pun."
"Kawan kakekku itu tentu membantu kakekku, karena ulahnya maka harimau itu
sampai menyerang," kata Sabrina serasa tak sabar menunggu selesainya cerita.
"Tidak. Dia tidak menolong. Dia sendiri kemudian menceritakan, bahwa dia dengan
gemetaran memanjat sebatang pohon untuk menyelamatkan diri."
"Kemudian dia menembak harimau itu dari atas pohon," potong Sabrina.
"Itu juga tidak. Bedilnya tertinggal di tanah karena ia gugup dan sangat takut.
Katanya, dia malah terkencingkencing ketika memanjat pohon itu. Pertarungan
matimatian terjadi antara kakekmu dan harimau yang amat murka itu. Walaupun
kakekmu pendekar, beberapa tamparan harimau itu melukai badan dan mukanya.
Setengah tubuhnya berlumuran darah. Tetapi kala itu ia pun hanya punya satu
tekad dan tahu satu kemungkinan. Membunuh harimau itu karena terpaksa atau tidak
akan bertemu lagi dengan istri dan anakanaknya, termasuk ayahmu yang, setelah
nikah diberi gelar Sutan Rimbogadang."
"Bagaimana kesudahan perkelahian itu Nyiek?" tanya Sabrina.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakekmu keluar sebagai pemenang. Harimau itu tidak luka-luka, karena kakekmu
hanya mempergunakan tangan kosong. "Pukulan dan tamparan tangan itu menghabiskan
tenaga dan melumpuhkan si harimau. Ia akhirnya tak kuat berdiri. Masih dicobanya
mengingsut-ingsut ke arah anak-anaknya. Mukanya yang biasa amat ganas, pada saat
itu memperlihatkan kesedihan.
Kedua matanya berkaca-kaca. la mengerang-erang. Kalau ia manusia mungkin
mengucapkan kata-kata terakhir untuk kedua anaknya yang akan ditinggalkannya,
tak tahu entah nasib apa dan bagaimana yang sedang menanti, Dan kedua harimau
kecil itu mendatangi induknya, mungkin belum tahu atau mengerti apa yang terjadi
atas diri ibu mereka. Kemudian kepala harimau itu terkulai, tiada bernyawa lagi.
Sabrina bertanya bagaimana akhirnya nasib kakeknya dan anak-anak harimau itu.
Diceritakan oleh Datuk nan Kuniang, bahwa setelah melihat harimau itu roboh tak
berkutik lagi, kawan Pandeka turun dari pohon. la senang sekali karena telah
selamat. Lebih daripada itu ia mengatakan hendak membawa kedua ekor anak harimau
itu pulang, untuk nanti dijual. Bisa mendatangkan uang yang lumayan banyak,
katanya. Pandeka menganjurkan supaya kedua anak harimau yang telah kehilangan
induk itu dibiarkan saja di situ. Nanti akan ada harimau betina lain atau
bapaknya mengurus kelanjutan hidupnya. Tetapi karena kawan Pandeka berkeras
hendak membawanya pulang, pemburu yang telah setengah bermandi darah itu tidak
kuasa lagi membantah. Biarlah dibuatnya apa yang diingininya.
"Tapi Inyiek katakan, kakekku membuat suatu kesalahan atau kekhilafan. Bagaimana
ceritanya?" Tanya Sabrina.
"Membiarkan kawannya membawa kedua anak harimau itu, adalah suatu kesalahan
besar. Dia mengenal sifat-sifat harimau. Pengingat kuat dan pendendam seumur
hidup. Seharusnya kakekmu memukul kawannya sampai pingsan dan membawanya pulang
ke rumah. Membiarkan kedua anak harimau itu di sana. Membunuh induknya saja
sudah suatu kesalahan!"
"Tetapi bukankah beliau terpaksa melakukannya demi menyelamatkan nyawanya yang
hanya sebuah?" kata Sabrina membela kakeknya yang tidak pernah dikenalnya karena
kala itu dia belum lahir. Ayahnya saja saat itu masih bujangan.
"Mestinya beliau membiarkan harimau itu menerkam kawannya yang melepaskan
tembakan tak mengena itu!"
"Tapi, bukankah itu suatu sifat pengecut!" kata Sabrina.
"Tidak dalam keadaan seperti itu. Ia telah menasihatkan agar membiarkan harimau
dengan anak-anaknya itu. Ia tidak mengganggu. Lagi pula mereka bukan memburu
harimau. Yang dicari rusa. Kalau pembelaan kakekmu terhadap kawannya tidak dapat
dikatakan kesalahan atau kekhilafan, maka seluruh kejadian itu kita namakan saja
takdir!" kata Datuk nan Kuniang.
Mendengar pendapat ini, Sabrina tidak mendebat lagi. Kalau sudah dinamakan
takdir, penentuan nasib, orang mau berkata apa lagi.
"Kemudian bagaimana Nyiek?"
"Kawannya membawa kedua anak harimau pulang. Dimasukkannya ke dalam kandang.
Cerita itu tersiar ke seluruh kampung bahkan ke kampung-kampung sekitarnya.
Banyak orang jadi gelisah!"
"Mengapa Nyiek?" tanya Sabrina.
"Ya, begitulah. Mereka menduga, bahwa dua anak harimau yang dibawa pulang itu
akan menimbulkan malapetaka. Setidak-tidaknya mendatangkan suatu musibah di
kampung itu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah dugaan mereka itu benar?"
"Ya, empat hari kemudian sudah menjadi kenyataan. Malam itu hari Kamis malam
Jumat. Hujan turun besar sekali. Keesokan paginya penduduk gempar. Orang yang
membawa harimau itu, pagi-pagi kedapatan mati di pekarangan rumahnya. Padahal ia
semalaman tidak keluar. Istrinya tahu benar."
"Bagaimana bisa begitu Nyiek?" Sabrina kian tertarik dan heran.
"Ia diambil seekor harimau dari kamar tidurnya. Dibawa ke luar. Istrinya pun
tidak sampai mengetahuinya."
Meskipun hanya mendengar kisahnya, namun bulu roma Sabrina berdiri juga. Ia
bertanya bagaimana seekor binatang liar begitu besar dapat masuk rumah,
mengambil seseorang dan membawanya ke luar tanpa diketahui oleh siapapun.
"Harimau binatang yang sangat pintar, sudah kukatakan tadi. Selain harimau liar
biasa dengan otak yang pintar ada lagi harimau piaraan yang dapat disuruh
melakukan apa saja oleh pemiliknya. Dan ada lagi manusia harimau seperti Dja
Lubuk, ayahnya Raja Tigor dan ada, lagi yang lain-lain."
Harimau dapat bergerak tanpa suara, walaupun badannya besar dan berat. Harimau
piaraan atau suruhan dapat dibuat tak kelihatan oleh pemiliknya, kalau ia
mempunyai ilmu tinggi. Begitu pula harimau jadi-jadian dan manusia harimau bisa
menghilangkan diri. Datuk nan Kuniang menceritakan, bahwa orang yang diambil
dari sisi istrinya itu dibunuh di pekarangan, tak jauh dari tangga. Jantung dan
hatinya telah tiada. "Pembunuhan misterius oleh harimau itu merupakan pembalasan dendam," kata Datuk
nan Kuniang. "Bagaimana masyarakat mengetahui, bahwa yang mengambil dan membunuhnya itu
benarbenar seekor harimau?" tanya Sabrina.
"Dari jejak-jejak kakinya. Waktu itu hujan turun dengan amat deras. Sudah
kuceritakan tadi. Bukan hanya di pekarangan tetapi di dalam rumah juga ada bekas-bekas telapak
kaki harimau itu. Kisah pembalasan itu bukan sampai di situ saja, Ina. Harimau itu juga
membebaskan dan membawa pergi kedua anak harimau yang ditangkap oleh kawan
kakekmu itu. Seluruh isi kampung jadi sangat gempar. Berbagai macam dugaan
mereka. Banyak yang mengatakan, bahwa harimau itu bukan harimau biasa. Tetapi tak
siapapun dapat membuktikan, harimau apa dan bagaimana ia sebenarnya."
"Orang kampung atau pawang di sana tidak mencari harimau yang masuk rumah itu?"
tanya Sabrina. "Tak ada yang berani mencari, takut akan jadi korban berikutnya.
Ada dua pawang terkenal berusaha memanggil harimau yang dianggap pembunuh itu.
Biasanya si pemakan manusia akan datang. Tak kuat melawan panggilan si pawang.
Tetapi harimau yang ini tidak datang. Itu menguatkan keyakinan orang-orang di
sana bahwa ia bukan harimau biasa. Malahan kedua pawang yang memanggilnya. itu
mendapat mimpi yang sama. Didatangi harimau besar, kata mereka sebesar lembu.
Sudah tua dengan janggutnya yang cukup panjang oleh usia. Ia berpesan kepada
kedua pawang itu agar jangan lagi mencoba memanggil si pembunuh, karena ia hanya
mengambil nyawa seseorang yang telah mengambil nyawa seekor harimau betina yang
harus mengasuh kedua anaknya. Perbuatan itu sangat kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagi orang semacam itu, kata harimau tua itu, hanya ada satu hukuman. Membayar
dengan nyawa juga!" "Hebat sekali harimau itu. Apakah harimau yang datang dalam mimpi kedua pawang
itu yang mengambil dan membunuh kawan kakekku Nyiek?" tanya Sabrina lagi.
"Entah, tak ada orang yang tahu. Aku juga tidak tahu."
"Dia tidak mendatangi kakekku dalam mimpi?" Sabrina ingin tahu. "Sudah kukatakan
pada awal cerita tadi, bahwa oleh satu kesalahan atau kekhilafan maka terjadi
bencana yang akibatnya berkepanjangan. Sejak peristiwa perkelahian dengan induk
harimau itu, kakekmu selalu gelisah.
Luka-luka oleh kuku binatang buas itu menyebabkan Pandeka demam, kadang-kadang
menggigil. Selalu tampak olehnya muka ibu yang meninggalkan dua anak itu. Sedih dengan mata
berlinang karena sebenarnya ia tidak rela berpisah dengan mereka. Dan perpisahan
itu terjadi karena Pandeka membunuhnya.
Tidak soal apa yang menjadi sebab sampai terjadi pembunuhan atas dirinya.
Pandeka memang sangat hebat dalam pencak silat, tetapi dalam ilmu perdukunan ia
tak mempunyai pengetahuan apa pun. Dari kegelisahan Pandeka jadi pemenung, ia
selalu mengatakan menyesal sekali telah membunuh induk harimau itu. Ketika
kawannya dibawa ke luar dari rumah dan dibunuh oleh harimau, orang yang biasa
hebat itu jadi dihantui perasaan takut. Apakah ia juga akan mengalami nasib yang
sama" Beberapa orang dukun telah dipanggil untuk mengobatinya. Orang-orang pandai itu
mengatakan, bahwa harimau yang dibunuhnya itu selalu mendatanginya. Pandeka
membenarkan. Setelah luka-lukanya hampir sembuh. Pandeka mulai berjalan-jalan kembali. Ke
kebun atau ke warung-warung kopi. Beberapa sahabatnya selalu bertanya tentang
kisah di hutan itu. Tetapi Pandeka selalu menjawab bahwa ia tak ingat lagi
bagaimana semuanya itu berlangsung. Hanya satu kalimat yang selalu diucapkannya.
Bahwa ia menyesal membunuh harimau itu. Akhirnya kenangan akan peristiwa itu
mengganggu ketenteraman jiwa Pandeka. Pada suatu malam ia bermimpi. Didatangi
harimau besar dan tua. Mungkin harimau yang mengunjungi dua pawang dalam impian mereka.
"Kau telah menceraikan ibu dari dua anaknya," kata harimau itu dalam mimpi
Pandeka. "Kau harus membayar untuk kejahatan itu." Ia seakan-akan berdialog
dengan si harimau. "Aku amat menyesal. Aku tidak punya pilihan lain!" jawab Pandeka.
"Mestinya kau tidak membela kawanmu yang jahat itu. Kau sendiri kuketahui
berhati baik. Kasihan pada induk yang menyusui anaknya. Ketika ibu itu menyerang kawanmu yang
hendak membunuhnya, mestinya kau biarkan. Kau kan tahu sifat bangsaku. Dalam
kejadian seperti itu bangsaku hanya memilih orang yang berdosa.
Yang tidak bersalah tidak akan diusik sedikit pun."
"Ya, aku tahu. Tetapi aku tak tega kawanku itu diterkam!"
"Itulah kelemahanmu. Kawanmu itu sampai hati menembak induk yang sedang memberi
makan dua anaknya. Ia egoist. Mau cari uang dengan membuat pihak lain menderita.
ia mau menjual anak-anak bangsaku yang dibunuhnya. Dan kalau sampai kejadian,
maka kedua anak kecil yang belum tahu apa-apa itu akan jadi tawanan seumur
hidup. Jangan-jangan saban hari kekurangan makan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua tuduhanmu itu benar. Aku menyesal," kata Pendeka.
"Walaupun begitu kau harus dihukum untuk tindakanmu yang berpihak pada
penjahat!" kata harimau tua itu. Ketika Pandeka bertanya hukuman bagaimana,
harimau itu hilang dan ia terbangun. Tiga hari saja setelah mimpi itu Pandeka
menunjukkan perubahan-perubahan dalam perbuatan sehari-harinya. Kemudian
keluarganya melihat bahwa Pandeka sudah kehilangan parit di bawah hidungnya.
Pertanda bahwa ia sudah jadi cindaku. Ketika pada suatu hari ia pergi ke
Alahanpanjang, mendadak di tengah orang ramai ia berubah jadi harimau. Ia
dibunuh oleh orang banyak, tewas.
Tetapi tubuhnya tidak kembali jadi manusia. Yang lebih mengherankan, tubuhnya
yang tetap harimau itu kemudian hilang. Melihat kenyataan itu semua orang jadi
ketakutan. Tubuh tanpa nyawa yang hilang, biar makhluk apa pun, pasti akan hidup
kembali. Kalau tidak dalam bentuk aslinya maka ia akan hinggap pada salah satu
macam makhluk lain. Dan makhluk itu bisa juga berupa manusia.
Dan betullah, setelah mati di Alahanpanjang dan berita itu tersiar luas sampai
ke Sungai Penuh dan sekitarnya, tiga hari kemudian Pandeka datang dalam bentuk
aslinya sebagai manusia menemui keluarganya.
Meskipun suami atau ayah, kedatangannya kembali setelah resmi diberitakan
meninggal, tentulah menimbulkan rasa terkejut, kemudian syukur dengan berbagai
macam tanda tanya. Pandeka melihat bahwa banyak di antara keluarganya yang heran melihatnya. Tetapi
mereka tak mau bertanya. Berat untuk membuka mulut. Khawatir Pandeka merasa
tersinggung atau bahkan terhina. Untuk menjawab tanda tanya dalam hati yang
rupanya diketahui oleh Pandeka, maka tanpa ditanya dialah yang bercerita,.
"Macam-macam yang kudengar tentang diriku. Terakhir bahwa aku mati di
Alahanpanjang. Sebagai harimau, kata mereka. Dan bangkai harimau itu hilang."
Setelah diam sebentar, Pandeka meneruskan: "Itu bohong. Aku tak mengerti apa
gunanya mereka bercerita yang bukan-bukan seperti itu. Bagaimana aku mungkin
mati di Alahanpanjang, sedangkan dalam dua bulan terakhir ini aku tidak pernah
ke sana. Dan aku bukan cindaku seperti kata mereka.
Cindaku tak punya parit di bawah hidungnya. Kalian lihatlah baik-baik mukaku.
Nih, di bawah hidungku ini," kata Pandeka memperlihatkan bawah hidungnya pada
sanak keluarga dan sahabat-sahabat akrabnya. "Ada parit atau tidak." Kalau aku
yang macam ini dikatakan cindaku, maka kalian semua juga cindaku sebab aku tidak
punya perbedaan dengan kalian."
Sabrina yang mendengar cerita Datuk nan Kuniang pun jadi heran tak mengerti.
Jalan cerita itu begitu rumit. Bagaimana yang sebenarnya ia tak tahu.
"Aku juga tidak tahu bagaimana yang sebenarnya," kata Datuk nan Kuniang, tanpa
menunggu pertanyaan Sabrina.
"Tetapi bahwa Pandeka pernah tak punya parit setelah ia dilukai oleh harimau
betina itu, hampir semua orang di Sungai Penuh tahu. Ayah dan pamanmu Sutan
Mandiangin juga mengetahui," kata Datuk nan Kuniang.
"Inyiek kenal juga dengan pamanku?" tanya Sabrina.
"Ya, kenal-kenal begitulah. Beliau tidak mengenal diriku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boleh aku mengajukan sebuah pertanyaan lagi?" tanya Sabrina.
"Tentang Erwin" Huh, kau tunggu saja waktunya."
"Waktu apa Nyiek?"
"Yah, apa yang kau nantikan dari dia?"
"Apakah dia mernbenci diriku?"
"Itu sudah terang tidak. Bukankah dia datang menyelamatkanmu pada detik yang
amat genting bagi keselamatanmu?"
"Aku sayang sekali padanya," kata Sabrina memancing.
"Bagus. Pantas menyayangi dia. Dia orang baik. Tetapi miskin."
"Aku tidak ingin yang kaya," kata Sabrina. Ia sudah tak malu-malu secara tak
langsung mengatakan bahwa ia cinta pada manusia harimau itu.
"Di dunia ini kekayaan harta banyak gunanya," kata Datuk nan Kuniang. "Lebih-
lebih di waktu kini. Dari kuburanku kulihat bagaimana serakahnya banyak manusia
sekarang dan bagaimana kebanyakan orang menilai derajat seseorang dari harta
kekayaan yang dimilikinya. Kebanyakan orang sudah bersifat sangat materialistis,
bukankah begitu istilahnya sekarang."
"Yah, tapi harta saja tidak bisa membuat seseorang bahagia," debat Sabrina.
"Tak usahlah kita bicarakan hal itu. Tergantung pada selera masing-masing saja.
Banyak gadis sekarang mengutamakan yang punya banyak duit!"
"Inyiek," kata Sabrina karena semua pancingnya tidak atau kurang mengena. "Bang
Erwin tidak pernah mengatakan sayang kepadaku."
"Apakah itu perlu?"
"Apakah itu tidak perlu?"
"Menyatakan sayang atau cinta itu macam-macam caranya. Dengan kata-kata atau
dengan perbuatan." "Dia tak pernah mengatakan. Aku ingin dia mengatakannya supaya hatiku tenang."
"Tenangkan saja hatimu."
"Apakah sebab ia tidak mau mengatakannya berterus terang kalau benar ia pun
sayang padaku?" Datuk nan Kuniang jadi bimbang mendengar pertanyaan ini. Ia tahu
pesan ayah Erwin kepada anaknya. Pesan itu tentu mengandung suatu hikmah dan
mempunyai sebab serta tujuan tertentu. Kalau ia katakan kepada Sabrina apa sebab
Erwin belum menyatakan cintanya, maka sama artinya ia membuka suatu rahasia yang
mungkin merupakan ujian bagi Sabrina dan Erwin.
Maka tanpa ragu-ragu lagi Datuk nan Kuniang menerangkan, bahwa hal itu tidak
diketahuinya. Yang diketahuinya Erwin tidak benci kepada Sabrina.
Sabrina penasaran, karena jawaban Datuk nan Kuniang tidak dapat memberi
kepastian kepadanya. Orang sayang saja belum tentu berarti ia mencintai. Dalam
kata cinta tercakup Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sayang, tetapi sayang saja belum berarti mencintai. Apalagi tidak benci. Orang
bisa saja tidak membenci seseorang, tetapi itu sama sekali tidak bermakna bahwa
ia menyukai apalagi mencintai orang itu.
Orang yang bangkit kembali dari kuburnya itu sangat mengetahui bahwa Sabrina
tidak puas, tetapi ia harus membiarkannya begitu sebagai ujian yang mungkin
dimaksud oleh Dja Lubuk. Akhirnya Datuk nan Kuniang mengatakan, bahwa ia sudah cukup lama di situ dan
mohon diri. Gadis yang baru habis ketakutan dan dibebaskan dari malapetaka itu tampak jadi
khawatir kembali. Siapa tahu, babi itu nanti datang kembali untuk membalas sakit
hatinya. "Tidak ada manusia yang hidup bebas dari segala ketakutan di dunia ini," kata
Datuk nan Kuniang. "Termasuk orang terkaya atau merasa dirinya terkuat atau
terhebat di permukaan dunia ini, di negara mana saja.
Raksasa pun akan hanyut ditelan banjir atau dilanda taufan. Orang terkuat dan
terkaya pun bisa sakit dan pasti mati manakala sudah datang saatnya. Kadangkala
kekayaan dan kekuatan yang mereka khayalkan tak ada lawannya itu sendiri yang
mempercepat proses penyakit dan kematian mereka. Orang kaya malah selalu takut.
Takutnya yang terakhir di dunia adalah saat menghadapi kematian. la rasanya tak
mau berpisah dengan harta melimpah ruah yang dikumpulkannya selama hidup.
Mungkin dengan sifat-sifat yang amat serakah. Kau mengerti Sabrina?"
Sabrina mengangguk. "Nah, kalau kau pun mempunyai rasa takut, itu sesuatu yang
lumrah. Tetapi ada orang-orang serta malaikat yang akan melindungi orang tak berdosa.
Erwin pun selalu memikirkan keselamatanmu!"
Setelah tinggal sendirian, Sabrina jadi merasa takut lagi. Besar kemungkinan
babi itu akan kembali. Ia tak akan dapat lagi melampiaskan nafsunya atas manusia
karena telah dilumpuhkan oleh Datuk nan Kuniang.
Tetapi selebihnya dia masih utuh dengan kekuatan yang luar biasa. Ia mungkin
datang untuk membunuh Sabrina yang telah menjadi sebab kedatangan Datuk nan
Kuniang dan membuat dia tidak dapat menikmati hubungan yang selama hidupnya dulu
merupakan peristiwa-peristiwa terindah.
Sabrina menceritakan pengalamannya malam itu kepada paman dan tantenya yang
menjadi ketakutan. Di dalam sejarah hidup keluarga, mereka telah beberapa kali
mengalami musibah yang amat menyedihkan dan memalukan. Kakeknya mati dikeroyok
di Alahanpanjang karena mendadak jadi harimau oleh karena ia membunuh induk dari
dua anak harimau yang masih amat membutuhkan asuhan. Ayahnya mati pula dibunuh
sejumlah manusia yang panik karena ia pun berubah jadi harimau di tengah orang
ramai. Sabrina sendiri ternyata menerima warisan dari ayahnya, pada waktu-waktu
tertentu jadi harimau. Untunglah Sutan Mandiangin yang berusia sekitar lima
puluhan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menerima sifat-sifat kakek
atau saudaranya yang menemui ajal dengan amat tragis itu.
"Lalu apa yang harus kita perbuat?" tanya tante Sabrina.
"Aku pun tak tahu," kata Sabrina.
"Menunggu takdir sajalah sambil berdoa," kata Sutan Mandiangin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak setuju diam-diam saja menunggu kedatangan maut yang tidak wajar. Kita
harus berbuat sesuatu. Misalnya minta bantuan Polisi atau dukun. Kalau dia
kelihatan datang, biar ditembak mati oleh Polisi.
Dukun yang pandai akan dapat membuat babi itu tidak sanggup memasuki pekarangan
kita. la akan kepanasan seperti dibakar bila ia mendekati rumah kita!" ujar
tante Sabrina. "Dia bukan babi biasa tante," kata Sabrina. "Dia manusia yang jadi babi dan dia
mempunyai ilmu hebat yang sulit dilawan oleh dukun."
"Ya, jangan dukun biasa. Pasti ada dukun yang kawakan, yang dapat menaklukkan
babi itu." Sabrina ingat pada Erwin, tetapi mau menyebut namanya. Bagaimana mau minta
bantuan kepadanya, sedang pernyataan sayang yang diharapkan darinya tidak pernah
terkabul. "Baiklah," kata Sutan Mandiangin. "Kita minta bantuan Polisi dan cari dukun yang
benar-benar punya ilmu luar biasa untuk melawan makhluk ganas berkemampuan
datang mendadak dan menghilang tanpa bekas itu." Benar kata istrinya, orang
hidup tidak boleh hanya menanti takdir.
Tetapi kalau bahaya atau maut tidak dapat dielakkan lagi, maka kita harus
menerimanya sebagai penentuan yang tidak bisa kita ubah. Karena yang menentukan
itu Dia yang paling kuasa, paling tahu dan paling pengasih dan penyayang
Kebetulan selama beberapa hari dua anggota Polisi menjaga keamanan di sekitar
rumah Sutan Mandiangin dan dua dukun dari Cirebon dan Banten menginap di rumah


Manusia Harimau Marah Karya S B. Chandra di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu mempraktekkan ilmu mereka, Ki Ampuh tidak pernah datang. Entah karena takut
pada dukun-dukun itu, entah sengaja mau menunggu saat yang tepat, yaitu manakala
dirinya sudah mulai dilupakan atau kurang ditakuti.
Sepekan berlalu sejak Sabrina lolos dari perkosaan Ki Ampuh oleh kedatangan
Datuk nan Kuniang. Selama itu Erwin tidak pernah menemui gadis itu. Begitu pula Sabrina tidak
pernah berkunjung ke rumah Erwin. Lalu terjadilah apa yang biasanya hanya kita
jumpai dalam buku-buku roman khayalan. Yang bagi Sabrina benar-benar merupakan
suatu kenyataan. Dalam suatu pesta ulang tahun temannya ia bertemu dengan
beberapa kenalan baru. Seorang di antaranya pemuda menarik asal Sulawesi.
Kebetulan lagi Sulawesi Selatan dan kota asalnya Pare-Pare, di mana belum lama
yang lalu terjadi pembunuhan-pembunuhan misterius.
Pemuda yang menarik dan simpatik ini kebetulan pula bernama Sabaruddin,
keturunan bangsawan Bugis.
Lebih kebetulan lagi, Sabaruddin ini bukan hanya senama dengan Sabaruddin yang
baru kehilangan adik dan kemudian dibantu oleh Erwin membalas dendam terhadap
dua orang yang berhubungan langsung dengan kematian Andi Farida. Sabaruddin
kenalan baru Sabrin itu adalah Sabaruddin yang sahabat Erwin.
Jangan dikira bahwa Sabrina atau Sabaruddin jatuh cinta pada pandangan pertama,
sebab mereka memang tidak mendadak saling mencintai. Hanya orang-orang yang
diduga kurang akal atau kurang sehat pikiran yang bisa langsung jatuh cinta.
Kalau pada pandangan pertama merasa senang, itu bisa terjadi dan bahkan banyak
terjadi, karena pembawaan seseorang memang bisa memikat rasa senang orang lain
terhadap dirinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun baru sekali bertemu. Dan kalau belakangan ternyata bahwa orang yang
tiba-tiba disenangi itu rupanya punya perangai atau sifat-sifat yang memualkan,
maka kesenangan,,akan berubah jadi kebencian.
Wajah atau pembawaan hanya menimbulkan simpati, bukan menceritakan bagaimana
orang itu sebenarnya. Nah begitulah perkenalan itu menimbulkan simpati Sabrina pada Sabaruddin dan
demikian pula sebaliknya. Perkenalan menyenangkan itu kemudian disusul oleh
pertemuan-pertemuan persahabatan selanjutnya. Sabaruddin datang ke tempat
tinggal Sabrina, berkenalan dengan paman dan tantenya. Sabrina juga beberapa
kali ke rumah Sabaruddin. Persahabatan itulah yang kemudian tumbuh menjadi rasa
sayang. Bagi Sabrina mengisi hatinya yang lambat laun jadi kosong oleh karena Erwin
tidak memberinya apa yang dibutuhkannya, walaupun sekedar dalam kata-kata.
Sabaruddin yang baru berputus kasih dengan pacarnya Widya, merasa dapat sahabat
yang boleh dijadikan kekasih. Tidak usah heran akan hal ini. Semua insan di
dunia ini membutuhkan kasih sayang yang dalam banyak peristiwa lambat laun
tumbuh lagi menjadi saling mencintai.
Sabrina mendapat angin baik. Selama hubungannya dengan Sabaruddin tidak pernah
didatangi perasaan untuk mencindaku. Ia tambah rapi memelihara diri. Sabun mandi
pun ditukar dari buatan negeri sendiri dengan resep impor menjadi sabun yang
benar-benar buatan luar negeri seperti Christian Dior dan Madam Rochas yang
punya keharuman tersendiri. Barangkali boleh dikatakan, bahwa Sabrina jadi
genit. Bersamaan dengan perkembangan hubungannya dengan Sabaruddin, ia mulai
melupakan Erwin dan suclah mulai lupa, bahwa ia keturunan cindaku dan pernah
jadi harimau. Ia yakinkan dirinya bahwa masa itu telah berlalu. Ia hibur dirinya dengan
menilai peristiwa-peristiwa itu sebagai mimpi buruk belaka. Sabaruddin dan
Sabrina semakin sering pergi bersama, apakah untuk menghadiri pesta, piknik atau
menonton. Dan kedua insan itu telah saling menumpahkan isi hati, saling
menyayang dan mencintai. Apa yang dilakukan oleh Sabrina yang tadinya begitu
cinta kepada Erwin merupakan perubahan yang wajar dalam kehidupan manusia yang
kesepian atau kecewa. Bukan suatu pengkhianatan kasih. Dan apa yang terasa
kemudian ditumpahkan oleh Sabaruddin juga sesuatu yang biasa saja. Baginya
Sabrina cantik, menarik dan hatinya belum diduduki oleh wanita lain.
*** ERWIN menanti hari demi hari berlalu dengan perasaan tak sabar, tetapi tak dapat
membuat bumi berputar lebih cepat untuk mempersingkat waktu yang empat puluh
hari. Beberapa kali ia hampir kalah, dalam ujian. la ingin mengatakan saja
kepada Sabrina bahwa ia amat mencintainya tetapi belum boleh melakukannya karena
ada pesan dari ayahnya. Tetapi bagaimanapun lambat terasanya tiap hari berlalu,
akhirnya Erwin hanya harus menunggu delapan hari saja. Tiga puluh dua hari telah
berlalu. Dia akan katakan nanti dengan kata-kata terindah yang hanya dapat
disusun oleh seorang pujangga. Dia akan cium tangannya mohon maaf atas lamanya
tenggang waktu yang diharuskan atas dirinya.
Dia akan katakan nanti: "Ina, aku telah amat berdosa membuat kau selalu bertanya
bagaimana aku ini sebenarnya. Bend atau sekedar kasihan padamu. Kau tak pernah
tahu, bagaimana aku menderita menanti saat ini, saat yang serasa-rasa tak akan
pernah tiba. Aku bukan hanya sayang, tetapi amat cinta kepadamu Ina. Aku tak
akan sanggup hidup tanpa kau sayang." Banyak lagi yang akan dikatakannya,
kemudian ia akan mencium pipi Sabrina, lalu lehernya, kemudian matanya,
mulutnya, seluruh tubuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia akan tumpahkan seluruh kasih sayang pada Sabrina, hanya Sabrina seorang. Saat
itu tentu akan indah sekali setelah sekian lama dia menanti dan setelah sekian
lama Sabrina menghadapi teka-teki yang tak terjawab. Mereka akan berpelukan,
mungkin menangis karena bahagia.
Setelah itu ia akan melamar Sabrina secara resmi. Ia akan minta bantuan
sahabatnya Sabaruddin menyampaikan maksud hatinya, karena ia tidak punya orang
tua dan kerabat di Jakarta. Sahabat terbaik dan terdekatnya adalah Sabaruddin,
maka dialah yang akan menjadi telangkai. Ia tahu, Sabaruddin akan
melaksanakannya dengan baik dan girang. Ia akan menganggapnya sebagai suatu
balas budi terhadap Erwin yang telah membinasakan musuh-musuh keluarga hartawan
Bugis itu. Walaupun sesungguhnya Erwin tidak mengharapkan imbalan budi dari
sahabatnya itu. *** LAIN pula halnya Ki Ampuh. Sepekan lamanya ia tak mau keluar dari sebuah gua
tempat persembunyiannya. Inilah nasib terburuk selama hidupnya sebagai manusia dan setelah ia hidup
kembali dari kematian sebagai babi. la masih ingin melepaskan diri dari hukuman
yang dijatuhkan Datuk nan Kuniang atas dirinya. Itu hanya dapat dilakukan oleh
yang membuat atau orang yang (ebih hebat darinya. Siapakah yang lebih hebat dari
Datuk nan Kuniang" Mbah Panasarankah" Barangkali.
Wanita berusia teramat lanjut dengan wajah bagai perawan tercantik itu mempunyai
amat banyak ilmu. Barangkali dia sanggup menghidupkan kelelakiannya kembali.
Tetapi kalaupun ia sanggup, apakah ia mau" la telah bermusuhan dengan perempuan
keramat itu. Tetapi siapa lagi selain dia"
Akhirnya Ki Ampuh mengambil keputusan untuk menemui Mbah Panasaran. Biarlah dia
menyembah dan mencium telapak kakinya asalkan ia dijantankan kembali. Sasaran
utama nanti tentu Sabrina yang menganggap dirinya telah tak mungkin lagi
melampiaskan nafsunya. Dengan menghilangkan rasa malu Ki Ampuh untuk ketiga
kalinya pergi ke Cikotok di Banten. la tahu, bahwa kedatangannya pasti tidak
akan mengejutkan mbah Panasaran yang punya daya lihat jarak jauh itu. Mbah
Panasaran sedang disisiri oleh dua dayang-dayang di bawah sebatang pohon rindang
yang merupakan salah satu penghias tamannya yang luas.
Anehnya, meskipun begitu besar, tak ada seorang pemburu pun pernah melihat
istana mbah yang amat sakti ini. Konon mbah sengaja membutakan mata mereka
terhadap tempat kediamannya. Mereka tidak dapat melihat bangunan megah dengan
taman yang permai itu. "Aku tahu, bahwa kau akan kemari. Aku pun tahu maksud kedatanganmu. Supaya
jangan membuang waktu, kembali sajalah kau ke tempat kediamanmu. Aku tak dapat
menolong!" kata Mbah Panasaran.
"Aku bersedia jadi budakmu Ratu di atas semua Ratu!" kata Ki Ampuh sambil
berlutut kemudian- menyembah.
"Aku tidak membutuhkan babi sebagai budakku."
"Jika begitu jadikan aku manusia kembali. Aku akan mencium kakimu setiap pagi
dan malam dan aku bersedia melakukan apa saja yang kau perintah!"
"Dasar kau tak kenal malu. Bukankah kau ke Sumatera mencari ilmu untuk membalas
dendam padaku" Mengapa kau kini minta tolong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Ampuh tidak segera menjawab. Malu tak kepalang. la tahu bahwa semua orang
yang ada di situ membicarakan dirinya yang berujud babi.
"Ampuni dan tolonglah aku mbah. Tak ada lagi tempat lain yang dapat kumintai
pertolongan." "Menolongmu berarti merusak orang lain. Kalau kukembalikan kejantananmu yang
telah binasa oleh kekuatan Datuk nan Kuniang, kau akan mengganas lagi Man
kemari. Yang pertama-tama akan kau perkosa adalah Sabrina, bukankah begitu?"
Ki Ampuh tambah malu. Semua rahasia hatinya dan perbuatannya diketahui oleh
wanita sakti yang seperti akan hidup terus sepanjang zaman.
"Pertanyaanku tak kau jawab Ki Ampuh!" kata Mbah Panasaran.
"Mbah telah mengetahuinya. Hatiku terlalu sakit mbah. Aku memang akan
melakukannya, tetapi bukan karena hawa nafsu, melainkan sebagai pembalasan sakit
hati belaka. Sesudah aku membalas, biarlah aku tak berdaya lagi."
"Hanya untuk membalas pada Sabrina?" tanya Mbah Panasaran.
"Benar mbah." "Ah, aku tak percaya! Kau pendusta sepanjang masa. Kau pengkhianat yang tak
kenal malu. Bukankah kau mengkhianati Erwin maka kau jadi babi!"
"Aku bersumpah mbah!"
"Sumpah, katamu" Mana ada artinya sumpah bagimu. Sama saja dengan kebanyakan
pejabat yang mengangkat sumpah jabatan. Huh, dunia ini sudah terlalu banyak
manusia kotornya. Makanya selalu dilanda bencana alam!"
Segala bujuk rayu Ki Ampuh tak berhasil. Ia pulang dengan tangan hampa.
Sementara itu hari berganti, sehingga genaplah empat puluh hari istri dan anak
Erwin meninggal dibunuh Ki Ampuh. Masa menahan diri berlalu sudah.
Hari masih pagi ketika Erwin bangun dan menunaikan wajib subuh. Jam delapan
nanti ia akan ke rumah Sabrina menumpahkan seluruh isi hatinya yang selama ini
terpaksa dipendam. Betapa akan girang Sabrina nanti, pikirnya.
Kedatangan Erwin sepagi itu membuat terkejut hati Sabrina yang membukakan pintu.
Tidak disangkanya lakilaki yang pernah amat dicintai dan dirindukan itu akan
datang lagi. Telah sekian lama ia tidak mendengar kabar mengenai dirinya. Darah
Sabrina tersirap memang, hanya seketika, kemudian ia menguasai diri.
Dipersilakannya Erwin masuk. Laki-laki harimau itu merasakan sambutan yang
berbeda dari biasa. Dingin dan sedikit kaku. Tetapi ia dapat memakluminya.
Bukankah ia sekian lama membiarkan gadis itu terharapharap tanpa pernah
mendengar pernyataan cinta dari dirinya" Dan bukankah ia telah begitu lama tak
datang ke rumah gadis yang amat disayangi dan selalu dirindukannya itu"
"Aku mohon maaf Ina. Bagaimana keadaan paman dan tantemu?" kata Erwin membuka
bicara. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Beliau berdua baik-baik saja. Terima kasih atas perhatianmu. Dan tidak ada yang
perlu kumaafkan, karena aku tidak merasa kau membuat suatu kesalahan pada
diriku!" jawab Sabrina.
Suatu sindiran atau amarahkah ini"
"Aku punya salah padamu. Aku mengakuinya dan aku mohon maaf. Ataukah tiada maaf
lagi bagi diriku?" "Pada tiap kesalahan yang wajar sepantasnya manusia saling bermaafan. Tetapi
engkau tidak mempunyai kesalahan apa pun padaku. Jadi apa yang harus kumaafkan?"
Kalimat-kalimat Sabrina diucapkan dengan nada datar.
Tanpa emosi, hampir tanpa perasaan> Erwin mulai kikuk. Ia tidak mempunyai
kesalahan" Selama hari ini ia dihantui perasaan bersalah karena tidak menyatakan sayang dan
cinta pada gadis yang amat mengharapkan dirinya. Ia yakin bahwa Sabrina amat
kecewa dan dilanda berbagai pertanyaan atau dugaan di dalam hati. Kini, waktu ia
minta maaf dan tiba waktunya untuk mengatakan apa yang terpaksa dipendamnya
selama ini, Sabrina dengan datar mengatakan bahwa ia sama sekali tidak punya
kesalahan. "Kau marah Ina?" tanya Erwin memulai kembali.
"Tidak, mengapa harus marah" Sudah kukatakan, kau tidak punya salah padaku.
Tidak ada sebab bagiku untuk marah padamu!"
"Aku tak punya salah"!" tanya Erwin bagaikan hendak meyakinkan dirinya atas
Pendekar Mata Keranjang 3 Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan Giok Bun Kiam Lu Karya Chin Yung Rahasia Kunci Wasiat 2
^