Pencarian

Manusia Srigala 11

Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 11


tersebar di sekitar sana, membuat suasana menjadi ramai.
Peristiwa tersebut pada hakekatnya telah menghancurkan
nama baik Pat Huang Sin Mo, tak heran kalau iblis tua itu
menjadi kaget bercampur gusar.
Tiba-tiba ia membentak lagi : "Sambutlah sebuah
pukulanku ini, budak sialan!"
Di tengah bentakan, segenap kekuatan yang dimilikinya
segera dihimpun ke dalam telapak tangannya dan pelan-pelan
didorong ke depan. Menantu bermuka jelek Huan Sim amat terperanjat melihat
keadaan ini, diam-diam pikirnya : "Celaka, iblis ini telah
mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk
beradu jiwa dengan Li ji."
Agaknya Huan Li ji tak tahu akan bahaya, dia mengira daya
kemampuan dari Pat Huang Sin Mo hanya begitu-begitu saja,
apalagi dia pun tidak usah kuatir karena ada dukungan yang
besar di belakang tubuhnya.
Segera semua tenaga dalamnya dihimpun, ilmu Siau kiu
heng sin kang yang bars dipelajari pun dikeluarkan, saat itu
pula terdengar manusia aneh berbaju hitam itu berbisik lagi :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nak, kau memang nakal, inilah saatnya bagimu untuk
mencoba ilmu Siau kiu heng s ing kang mu, hati-hati aku akan
membantu keberhasilanmu."
Pelan-pelan Huan Li ji menggerakkan sepasang telapak
tangannya ke muka, sepuluh jari tangannya yang lentik
diayunkan menyongsong kedatangan serangan lawan.
Kali ini gerakan dari kedua belah pihak sama sekali tidak
menimbulkan sedikit suarapun, masing-masing pihak menggerakkan tangannya sangat lamban.
Kalau di satu pihak seperti emas, maka telapak tangan di
lain pihak seperti kumala putih, yang satu mirip cakar burung
yang lain seperti sutera halus, ketika jaraknya tinggal dua tiga
inci, mendadak kedua belah pihak sama-sama menghentikan
gerakannya. Lebih kurang setengah seperminum teh kemudian,
segulung angin berpusing muncul secara tiba-tiba dan
berputar di sekitar sana, makin berputar semakin bertambah
tinggi. Lalu... 'Blammm!' terjadi ledakan keras yang memekakkan
telinga, menyusul kemudian terasa pula pusaran angin puyuh
yang memancar kemana-mana.
Sedemikian hebatnya bentrokan ini, membuat setiap orang
yang hadir disitu merasakan hatinya berdebar keras.
Waktu itu Huan Li ji hanya berputar tiga lingkaran lalu
berdiri tegak kembali di tempat semula.
Sebaliknya keadaan dari Pat Huang Sin Mo amat
menggenaskan, dengan sempoyongan dia mundur terus
sejauh beberapa puluh langkah sebelum akhirnya dapat berdiri
tegak. Untuk sesaat dia hanya tertegun di tempat, bagaikan ayam
jago kalah bertarung mukanya berubah menjadi pusat pias,
hatinya amat kecewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana?" jengek Huan Li ji kemudian sambil tertawa,
"apakah kau mempunyai sisa tenaga untuk melepaskan
serangan yang ketiga?"
Pat Huang Sin Mo menghembuskan napas panjang, lalu
katanya : "Baiklah lencana tujuh iblis itu kau simpankan untuk
sementara waktu." Sambil tertawa Huan Li ji segera berpaling ke arah Lu Y ong
poo dan jengeknya pula : "Apakah kau masih mempunyai
pendapat?" "Nak..." bisik Lu Yong poo lirih.
Mendadak Huan Li ji menukas sambil mendelik besar :
"Jangan memanggil terlalu mesra."
Dengan rasa kaget Lu Yong poo mundur selangkah ke
belakang kemudian katanya : "Apakah kau benar-benar
berniat menguasai istana iblis?"
"Soal ini tak usah kau tanyakan, meski aku tidak berniat
menguasai istana iblis, tapi aku berhasrat untuk menguasai
semua iblis agar mau tunduk pada perintahku."
"Kalau begitu mengapa kau tidak menjabat sebagai lengcu
dari tujuh iblis?" sela Raja setan kepala botak secara tiba-tiba.
"Betul, aku memang berniat menjadi Ji mo lengcu," kata
Huan Li ji tertawa, "selama lencana ini berada di tanganku
dalam tiga tahun ini, kalian harus menuruti perkataanku,
barang siapa tidak tunduk, segera akan kumusnahkan batok
kepalanya lebih dulu, kemudian baru menjatuhkan hukuman
sesuai dengan peraturan. "Apa yang hendak lengcu perintahkan sekarang?" tanya
Raja setan kepala botak segera.
"Mundur dulu dari lembah Lu hoa kok ini untuk sementara
waktu, tujuh hari kemudian temui aku di tepi sungai Ci sui
hoo." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja setan kepala botak segera mengiakan, dia memberi
tanda kepada dua orang rekan lainnya dan beranjak pergi
lebih dulu dari s itu. Pat Huang Sin Mo dan Ban biau sian koh tak berani beraya l
lagi, cepat-cepat mereka mengikuti di belakang raja setan dan
berlalu dari tempat itu. Suasana yang semual tegang pun menjadi tenang kembali,
tiga iblis yang semula datang dengan gaya yang luar biasa,
sekarang harus pulang dengan kecewa.
Menantu bermuka jelek Huan Sim betul-betul merasa amat
gembira, dia tertawa berulang kali dengan wajah berseri,
mimpi pun dia tak mengira kalau puteri kesayangannya
memiliki daya kemampuan sehebat ini.
Belum sempat dia memuji kehebatan puterinya, Huan Li ji
telah berkata lebih jauh : "Ayah, kau jangan keburu gembira
dulu, ayoh kita tangani dulu keadaan luka dari sam siok, aku
rasa dia agak parah lukanya."
"Betul," seru Sik Tiong Giok pula setelah tiba-tiba teringat
akan sesuatu, "kita harus menengok dulu keadaan dari sobat
tua kita." Sambil berkata ia serahkan lencana tujuh iblis itu ke tangan
Huan Li ji, kemudian dengan langkah cepat masuk ke dalam
ruangan. Menantu bermuka jelek Huan Sim, si duka bermuka jelek
Huan Ki serta kakek cebol segera mengikuti pula di
belakangnya. Waktu itu rembulan bersinar terang menyorot ruangan
tersebut, suasana dan pemandangan disana nampak amat
jelas. Dewa guntur bermuka jelek Huan Siau berbaring di atas
pembaringan, sedangkan di sudut ruangan duduk bersila
seorang manusia berbaju hitam yang berambut panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan wajah tertegun Sik Tiong Giok segera memburu ke
depan sambil sapanya : "Sobat tua... mengapa kau?"
Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu mendongakkan
kepalanya sambil memperlihatkan wajahnya, lalu sambil
tertawa getir berkata : "Sobat kecil, coba kau lihat apakah aku
adalah kakek serigala langit?"
Kakek cebol yang baru masuk ke dalam ruangan segera
menjerit kaget, serunya tertahan : "Kau... kau adalah Pek
lian..." Mendadak manusia aneh berbaju hitam itu bangkit berdiri
dan menggoyangkan tangannya berulangkali mencegah kakek
cebol berkata lebih lanjut, ujarnya : "Sobat cebol aku harus
pergi sekarang." Kembali tubuhnya sempoyongan sehingga hampir saja
roboh ke atas tanah. Cepat-cepat Sik Tiong Giok memayang dirinya seraya
berseru : "Sobat lama, apakah kau terluka?"
Huan Li ji segera menyela : "Dia menderita luka parah
karena harus membantu aku untuk memukul mundur Pat
Huang Sin Mo." Baru sekarang kedua manusia jelek serta kakek cebol
memahami apa gerangan yang telah terjadi, serentak mereka
menjerit bersama : "Oooh..."
"Sobat tua, kalau memang begitu kau lebih-lebih tak boleh
pergi dari sini," seru Sik Tiong Giok lagi.
Tiba-tiba menantu bermuka jelek Huan Sim melelehkan air
matanya, sambil menarik tangan Huan Li ji, dia berkata seraya
menuding ke arah manusia aneh berbaju hitam itu : "Li ji, dia
tak lain adalah..." "Cho lotoa, apakah kau hendak mengingkar janji?"
mendadak manusia berbaju hitam itu membentak keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kemudian sikapnya menjadi lunak kembali, sete lah
menghela napas pelan terusnya : "Lotoa urusan yang sudah
lewat biarkan saja lewat, anggap saja impian yang berlalu apa
gunanya kau mesti mengungkapnya kembali" Nah aku pergi
dulu..." Seusai berkata sambil menghimpun sisa tenaga yang
dimilikinya dia menjejakkan kakinya ke atas tanah lalu berlalu
dari tempat itu. Memandang kepergian orang itu, s i menantu bermuka jelek
Huan Sim termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya sambil menghela napas panjang : "Benar-benar
seorang tokoh aneh yang mirip naga sakti yang kelihatan
kepalanya tak kelihatan ekornya tapi apa sebabnya justeru
memiliki pengalaman sejelek ini" Aai, benar-benar suatu
peristiwa yang mengenaskan."
"Ayah," tiba-tiba Huan Li ji menyela, "apa yang hendak kau
katakan tadi" Dia adalah apa ku?"
Menantu bermuka jelek Huan Sim termenung dan berpikir
sejenak, lalu sahutnya : "Dia adalah seorang tokoh sakti dari
dunia persilatan, seorang tuan penolong dari lembah Lu hoa
kok kita." Huan Li ji segera tertawa : "Benar, ucapan ayah memang
tepat sekali! Dia memang seorang tokoh dunia persilatan yang
berjiwa besar, seandainya tiada dia pada hari ini, lembah Lu
hoa kok kita pasti akan berantakan dan tertimpa musibah."
Sementara mereka masih berbincang-bincang, si dewa
guntur bermuka jelek Huan Siau yang sedang berbaring di
atas pembaringan itu merintih pelan menyusul kemudian dia
memuntahkan segumpal darah kental berwarna hitam.
Betapa terkesiapnya beberapa orang itu, si Menantu
bermuka jelek Huan Sim yang mempunyai hubungan
persaudaraan dengannya cepat-cepat menerobos masuk ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam ruangan, kemudian serunya : "Losam! Losam! Kenapa
kau?" Sesudah memuntahkan darah kental berwarna hitam itu,
dewa guntur bermuka jelek Huan Siau kehilangan sama sekali
daya kekuatan tubuhnya, lagi-lagi dia jatuh tak sadarkan diri.
Huan Li ji yang menyaksikan kejadian itu segera
mengucurkan air matanya karena gelisah bercampur cemas,
sambil menyebut 'sam siok', ia berlutut di tepi pembaringan
dengan perasaan yang amat pedih, sedemikian pedihnya
sehingga tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Kakek cebol menghela napas panjang, katanya pelan :
"Seandainya losam tidak ceroboh dan bertindak gegabah, dia
tak akan mengalami nasib seperti ini, betul-betul suatu
tindakan yang tidak menguntungkan. Cho lotoa, bagaimana
keadaannya sekarang...?"
Dengan air mata bercucuran dan suara sesenggukkan,
menantu bermuka jelek Huan Sim menyahut : "Selain terkena
bubuk racun penghancur tulang, semua urat nadi penting di
bawah iganya patah juga termakan totokan siluman
perempuan itu, aku lihat keadaannya sudah tidak bisa
dipertahankan lagi!"
"Tapi sebotol bubuk pelenyap racun yang ditinggalkan
manusia berbaju hitam itu dapat memunahkan daya pengaruh
dari bubuk beracun penghancur tulang," seru si Duka bermuka
jelek Huan Ki cepat-cepat.
"Tapi kita kan tak bisa menyambung kembali nadinya yang
terputus," sambung si Menantu bermuka jelek Huan Sim
dengan air mata bercucuran.
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba saja rasa
sedih dan pedih yang tak terkirakan menyelimuti seluruh
benaknya, ia begitu sedih sampai tak mampu melanjutkan
kembali kata-katanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak si dewa guntur bermuka jelek Huan Siau yang
berbaring di atas pembaringan membuka kembali matanya.
Sik Tiong Giok serta Huan Li ji yang berdiri di sisi
pembaringan menjadi gembira sekali setelah melihat keadaan
itu, serunya hampir berbareng : "Sam siok..."
Dua manusia jelek serta kakek cebol pun kelihatan kaget
bercampur gembira, serentak mereka maju bersama ke
depan. Dewa guntur bermuka jelek Huan Siau memandang sekejap
semua orang yang hadir lalu menghembuskan napas panjang,
kepada menantu bermuka jelek Huan Sim katanya lirih :
"Toako, aku rasa aku sudah tak sanggup bertahan lagi."
"Losam, jangan berpikir yang bukan-bukan, kau pasti akan
sembuh kembali," hibur menantu bermuka jelek Huan Sim
sambil menekan rasa sedih di dalam hatinya.
Kembali si Dewa guntur bermuka jelek Huan Siau tertawa
getir, bisiknya : "Toako tak usah menghiburku, asal Li ji tetap
sehat wal afiat biar matipun aku akan pejamkan mata rapat-
rapat." "Sam siok!" Huan Li ji segera berpikir sedih setelah mendengar
perkataan itu sambil mendekap pamannya dia menangis
tersedu-sedu. Dengan susah payah Huan Siau menggerakkan tangan
kirinya dan membelai rambut Huan Li ji dengan penuh kasih
sayang, bisiknya lirih : "T ak usah menangis lagi nak, walaupun
kau bukan darah daging dari keluarga Huan namun kami
bersaudaralah yang telah memeliharamu hingga dewasa, kau


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terhitung juga sebagai keturunan keluarga Huan... sudahlah,
kau jangan menangis."
Huan Li ji berusaha keras untuk menekan rasa sedih dan
isak tangisnya namun semakin ditahan rasa sedih semakin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memuncak sehingga akhirnya
ia mendekam di sisi pembaringan sambil menangis sejadi-jadinya.
Pelan-pelan Huan Siau berpaling ke arah Sik Tiong Giok,
lalu bisiknya pula : "Pangeran kecil..."
"Bila Sam siok ingin menyampaikan sesuatu pesan,
katakanlah!" cepat-cepat Sik Tiong Giok menyahut.
"Dahulu kami tiga bersaudara adalah orang-orang dari
golongan hitam sampai kemudian bertemu dengan majikan
tua kami baru melepaskan jalan sesat kembali ke jalan yang
benar, majikan tua bersikap amat baik kepada kami, budi
kebaikannya menumpuk bagaikan bukit."
"Losam, jagalah kesehatanmu baik-baik, apa gunanya kau
membicarakan tentang persoalan itu?" buru-buru si Menantu
bermuka jelek Huan Sim mencegah.
"Toako, aku teringat kembali akan banyak persoalan yang
terjadi di masa lampau, aku merasa berterima kasih sekali
kepada T hian yang telah memberikan kesemuanya ini kepada
kita." "Bagaimana mungkin engkoh cilik Sik bisa memahami bila
kau membicarakannya dengannya?"
"Aku hanya berharap dia bisa merawat anak Li baik-baik
dengan mengingat hubungan kami yang telah banyak tahun
mengikuti majikan tua."
Waktu itu Sik Tiong Giok pun merasakan sepasang matanya
agak berkaca-kaca, cepat-cepat dia berseru : "Sam siok tak
usah kuatir, aku tdak akan merugikan nona Li... apalagi
menyia-nyiakan dirinya."
"Yaa aku tahu kau bisa baik-baik me layaninya, aku...
akupun bisa berlega hati sekarang."
Berbicara sampai disitu mendadak ia batuk beberapa kali
sambil memuntahkan beberapa gumpal darah hitam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian kepalanya terkulai dan menghembuskan napas
panjang-panjang. Menantu bermuka jelek Huan Sim segera menyaksikan
keadaan yang tidak menguntung, cepat-cepat dia membangunkan tubuh Huan Siau sambil teriaknya :
"Losaaam! Losaaam!"
Kakek cebol segera pula memeriksa denyutan nadinya,
namun sambil menghela napas panjang katanya pelan : "Dia...
dia te lah pergi..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, Huan Li ji telah
menangis sekeras-kerasnya sedang Sik Tiong Giok sekalian
turut melelehkan pula air matanya meski tanpa suara.
Dewa guntur bermuka jelek Huan Siau telah menghembuskan napasnya yang terakhir, sejak kini dia tak
bisa merasakan lagi pahit getirnya kehidupan di dunia ini.
(oooOdwOooo) Sang surya mulai merangkak naik dari ufuk timur, sinar
keemas-emasan memancar masuk ke dalam ruangan.
Suasana hening masih mencekam seluruh ruangan
tersebut, yang ada disitu hanya butiran air mata yang
bercucuran. Lama kemudian kakek cebol baru berkata : "Kau harus
menahan rasa sedihmu, bersiap-siaplah untuk menyediakan
semua perlengkapan untuk pemakaman Lo sam, sedang
budak Li dan engkoh cilik Sik masih ada urusan di tepi sungai
Ci sui ho..." Bagaikan baru sadar dari impian buruk, si Menantu
bermuka jelek Huan Sim memandang sekejap wajah semua
orang lalu setelah menghela napas panjang dia perintahkan si
Duka bermuka jelek Huan Ki untuk menitahkan orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orangnya agar menyiapkan pemakaman bagi Dewa guntur
bermuka jelek Huan Siau. Tujuh hari kemudian Sik Tiong Giok bersama Huan Li ji
telah melakukan perjalanan.
Walaupun sepasang muda mudi ini masih dicekam oleh
rasa sedih akibat kematian dari s i Dewa guntur bermuka jelek
Huan Siau, namun tak tertutup pula rasa gembira yang
menyelimuti perasaan mereka.
Hal ini memang tak bisa disalahkan, sedih dan gembira
merupakan perasaan yang dimiliki setiap manusia, terutama
bagi kaum muda di saat gembira mereka gampang melupakan
segala kesedihan. Mereka berdua menempuh perjalan bersama-sama, meski
tidak banyak berbicara namun setiap kali beradu pandangan
dan setiap kali senyum dikulum, semuanya itu sudah cukup
untuk menggantikan berbagai pembicaraan.
Dalam keadaan seperti ini mereka hanya menganggapnya
banyak berbicara merupakan suatu hal yang tak ada gunanya.
Ketika senja hari ke-enam tiba, mereka telah sampai di
puncak bukit T hian ciat san.
Dari atas puncak bukit, mereka jumpai sungai Ci sui hoo
yang berliku-liku menembusi tebing dan bukit bagaikan
sebuah ular besar, sungguh indah pemandangan alam di situ.
"Sudah kau lihat," kata Sg sambil tertawa, "sungai itu
adalah Ci sui hoo tersebut?"
"Aku sendiripun tidak mengerti empek berbaju hitam itulah
yang mengusulkan kepadaku," sahut Huan Li ji.
"Aku tebak dipilihnya tempat tersebut, tentu mengandung
suatu arti yang mendalam."
Huan Li ji manggut-manggut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaa, aku tebak kawanan gembong iblis itupun pasti tak
akan berdiam diri saja."
"Kalau memang demikian, kita tak boleh turun ke situ
secara terang-terangan," kata Sik Tiong Giok sambil tertawa,
"lebih baik kita menyusup dulu ke situ secara diam-diam,
setelah menguasai keadaan barulah munculkan diri."
Kembali Huan Li ji mengangguk, tanyanya kemudian sambil
mengerdipkan matanya : "Bagaimana dengan kuda kita?"
"Itu mah gampang, kita titipkan di rumah orang dusun, bila
urusan telah selesai baru kita ambil lagi."
Maka berangkatlah kedua orang itu mencari rumah
penduduk di sekitar sana, setelah menitipkan kuda mereka
dan mengencangkan pakaiannya berangkatlah kedua orang itu
menuju ke tepi sungai Ci sui hoo dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuh. Daerah di sekitar tempat itu merupakan daerah yang
termashur karena bahayanya, dimana-mana terdapat tebing
yang curam dengan jurang yang dalam, sekali salah
melangkah tubuh kita akan hancur berantakan.
Untung saja muda mudi itu memiliki ilmu meringankan
tubuh yang amat sempurna sehingga medan yang curam tidak
menjadi rintangan yang serius bagi kedua orang itu.
Sepintas lalu, jarak dari puncak bukit sampai tepi sungai Ci
sui hoo nampak amat dekat, tapi bagi pelancong yang akan
kesitu paling tidak mereka harus menempuh perjalanan
selama seharian penuh, itupun harus melalui banyak
rintangan. Itulah sebabnya Sik Tiong Giok dan Huan Li ji baru tiba di
tengah bukit setelah menempuh perjalanan dua kentongan
lamanya, tiba-tiba dari kejauhan sana mencorong datang
setitik cahaya lampu. "Coba kau lihat disitu ada orang," Huan Li ji berbisik lirih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap daerah itu,
kemudian setelah berpikir sejenak sahutnya : "Ayoh
berangkat, mari kita periksa keadaan disana!"
Dengan cepat dia berangkat menuju ke arah mana
berasalnya sumber cahaya itu diikuti Huan Li ji dari belakang.
Dalam tiga sampai lima lompatan saja mereka sudah
berada dekat dengan sumber cahaya tersebut, ternyata sinar
lamput itu bukan berasal dari rumah gubuk atau bangunan
rumah lainnya seperti apa yang diduganya semula, sinar
lentara itu berasal dari balik sebuah pohon yang besar sekali.
Batang pohon itu mencapai sepuluh pelukan orang dewasa,
meski tengahnya berlubang namun daunnya sangat rimbun.
"Aneh, masa ada orang berdiam di dalam batang pohon
itu?" pikir kedua orang itu dengan perasaan tercengang.
Setelah berpikir sejenak, Sik Tiong Giok segera memberi
tanda kepada Huan Li ji, dengan langkah berhati-hati
berangkatlah mereka berdua mendekati pohon tersebut.
Ternyata pohon itu benar-benar besar sekali, bukan saja
pada dahan pohon terdapat jendela, malah terdapat dua buah
banyaknya sedangkan ruangan di balik batang pohon itu bisa
menjadi tiga buah ruangan besar.
Semakin dilihat Huan Li ji semakin merasa kaget bercampur
keheranan, tanpa terasa bisiknya sambil tertawa : "Waaah ini
baru namanya rumah pohon yang sangat istimewa,
mungkinkah ada orang yang berdiam disitu?"
Sik Tiong Giok segera menggoyangkan tangannya
mencegah gadis itu bertanya lebih lanjut, kemudian pelan-
pelan mereka mendekati daun jendela yang terdekat dan
melongok ke dalam. Seandainya tidak mengintip masih mendingan; begitu
melihat hampir saja Huan Li ji menjerit keras saking kagetnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata di balik ruangan pohon itu terlihat ada seorang
duduk disitu dengan tenangnya.
Dibilang manusia karena dia memiliki wajah kasar seperti
manusia yang lainnya, namun manusia itu justru tidak
memancarkan hawa kehidupan barang sedikitpun jua.
Yang paling menakutkan adalah selembar wajahnya yang
kurus lagi kecil tanpa alis mata pun tidak memancarkan warna
darah, bahkan tanpa pancaran sedikit emosi pun.
Panca indranya pun susah dibedakan secara jelas, mata
dan bibir yang tertutup rapat membentuk sebuah jalur garis
lurus, rambutnya terurai panjang, ia memakai baju hitam dan
duduk tak bergerak disitu, bentuknya tak berbeda seperti
patung batu atau arca setan yang diletakkan di depan pintu.
Begitu aneh dan seramnya manusia aneh ini membuat Sik
Tiong Giok berdua merasakan bulu kuduknya pada bangun
berdiri dan hatinya berdebar keras.
Ketika segulung angin dingin berhembus lewat dan
mengibarkan ujung baju mereka berdua, Huan Li ji tak dapat
menahan rasa bergidiknya lagi, tiba-tiba ia berseru tertahan :
"Setan...!" Mendengar gadis itu menjerit, cepat-cepat Sik Tiong Giok
menarik tangannya dan menyingkir sejauh dua kaki lebih dari
tempat semula, setelah menyembunyikan diri baik-baik dia
baru berkata : "Adik Li, mengapa kau menjerit semaunya?"
Huan Li ji mengerdipkan matanya berulang kali dengan
wajah pucat karena takut, lama kemudian ia baru balik
bertanya : "Engkoh Giok, benarkah di dalam dunia ini terdapat
setan?" Sik Tiong Giok tertawa : "Seandainya benar-benar ada
setan, apakah kita harus berkelahi dengan setan?"
"Kita kan masih ada urusan lain, mana ada waktu untuk
berkelahi dengan setan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah sebabnya aku bilang di dunia ini tak ada setan,"
seru Sik Tiong Giok sambil tertawa.
Huan Li ji manggut-manggut pelan, meski rasa takut dan
ngeri masih mencekam perasaannya. Pada saat itulah,
mendadak dari dalam rumah pohon itu berkumandang datang
suara teguran seseorang : "Setelah datang kemari kenapa
kalian tidak duduk sebentar di dalam rumahku?"
Teguran itu kembali mengejutkan Huan Li ji, hampir saja ia
menjerit sekuat-kuatnya kalau mulutnya tidak segera didekap
sang pemuda. Beberapa saat kemudian Sik Tiong Giok baru bertanya :
"Hey, kau ini manusia atau setan?"
"Aku manusia juga setan, apakah kalian takut?" sahut
orang dibalik rumah pohon.
"Kami tidak takut," sahut Sik Tiong Giok.
"Mengapa tak berani masuk ke dalam rumahku untuk
duduk" Kalian benar-benar berjodoh denganku, silahkan
masuk ke dalam!" Sik Tiong Giok memandang sekejap ke arah Huan Li ji, lalu
bisiknya pelan : "Adik Li kau takut?"
Huan Li ji menggeleng tanda ia tak takut, padahal hati
kecilnya mereka bergidik.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berseru :
"Kalau toh kau tak takut, bagaimana kalau kita masuk
untuk melihat-lihat?"
Sambil berkata dia segera menarik tangan Huan Li Ji dan
berjalan masuk ke dalam rumah pohon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja masuk ke dalam pintu rumah, mendadak
terdengar orang yang berada dalam rumah pohon itu
membentak lagi : "Enyah dari sini, kalian adalah siluman dari mana yang
berani memasuki rumah pohon ku?"
Mendengar bentakan tersebut Sik Tiong Giok segera
menarik tangan Huan Li ji dan melompat mundur sejauh satu
kaki lebih, serunya kemudian sambil mendengus dingin :
"Kenapa sih kau tak tahu aturan" Padahal kau yang
mengundang kami masuk, kenapa sekarang malah marah-
marah sendiri?"

Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang yang berada di dalam rumah pohon itu segera
tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaah... haaa... aku hanya ingin mencoba
keberanian kalian, ternyata kalian tak tahan bentakan, ayoh
cepat masuk." Sekali lagi Sik T iong Giok mendengus dingin.
"Kalau toh kau tidak senang menyambut kedatangan kami,
buat apa pula kami harus mengganggu ketenanganmu" Maaf,
kami tidakjadi masuk..."
"Haahh... haaahh haahh... kalau punya nyali sekecil ini,
buat apa kau mengembara di dalam dunia persilatan" Aku
sungguh merasa keheranan, kenapa suhu kalian mengijinkan
kamu berdua mengembara?"
Kata-kata yang memanaskan hati ini segera ditanggapi Sik
Tiong Giok dengan perasaan mendongkol, setelah mendengus
serunya : "Masuk yaa masuk, apa yang mesti kita takuti" Biarpun
harus menembusi sarang naga gua harimau, aku Sik Tiong
Giok tak akan merasa jeri..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selesa i berkata, sambil membusungkan dada ia segera
melangkah masuk ke dalam rumah pohon itu.
Kali ini tidak terjadi sesautu gerakanpun tapi setibanya di
dalam ruangan dan memandang apa yang berada di depan
mata, kembali kedua orang itu dibuat tertegun dan berdiri
melongo, untuk setengah harian lamanya mereka sampai tak
mampu mengucapkan sepatah katapun.
Ternyata dalam waktu yang amat singkat ini, manusia aneh
bermuka setan yang berada di dalam rumah pohon itu telah
berubah bentuknya, apa yang mereka jumpai sekarang tidak
lagi berwajah aneh, melainkan seorang kakek berambut putih,
berwajah lembut penuh kasih sayang yang sedang
memandang ke arah mereka sambil tertawa.
Huan Li ji yang tak mampu menahan rasa kaget dan
herannya segera berseru keras :
"Eeeeii... empek tua, nampaknya kau pandai berubah-ubah
bentuk wajah...?" Kakek itu tersenyum : "Benar, di dunia inipun terdapat banyak manusia yang
pandai berubah wajah, sebentar nampak baik sebentar lagi
jahat, apakah nona merasa keheranan akan hal ini?"
Dengan perasaan setengah mengerti setengah tidak Huan
Li ji berkata lagi : "Oooh, aku tebak empek tua pastilah dewa rase..."
"Adik Li, jangan sembarangan berbicara," buru-buru Sik
Tiong Giok mencegah. Tapi kakek itu kembali tertawa terbahak-bahak :
"Haah... haah.. haah.. apa yang nona cilik katakan memang
benar, biasanya hanya rase tua yang pandai berubah-ubah
muka serta hidup di dalam dahan pohon. Haah.. haah...siapa
disitu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di tengah gelak tertawa tiba-tiba kakek itu membentak
keras, bentakan tersebut membuat Sik Tiong Giok berdua
merasa amat terperanjat. Dari kejauhan sana kedengaran seseorang menyahut :
"Kami adalah orang yang tersesat di jalan."
Kakek itu segera memberi tanda agar Sik Tiong Giok
sekalian bersembunyi di belakang tubuhnya, kemudian baru
berkata lagi : "Kalau memang tersesat di tengah jalan, mengapa tidak
masuk untuk duduk-duduk" Siapa tahu aku bisa membantu
kalian untuk memberi petunjuk jalan."
Dari luar rumah pohon segera muncul tiga orang, dua
orang berpakaian ringkas dan seorang sastrawan setengah
umur, mereka sedang mengitari pohon itu sambil melakukan
pemeriksaan. Ketika mendengar suara tersebut, ketiga orang itu segera
mundur ke belakang dan tak berani maju lagi.
"Mengapa kalian bertiga harus sungkan-sungkan?" kembali
kakek itu berseru, "silahkan masuk dan duduk di dalam, apa
sih yang kalian takuti...?"
Tanpa terasa ketiga orang itu mundur lagi dua langkah ke
belakang, lalu seorang lelaki di antaranya yang bercodet di
mukanya bertanya dengan suara dalam :
"Aku lihat tempat ini amat mencurigakan, kita tak boleh
masuk secara sembarangan, entah bagaimana menurut
pendapat kalian berdua?"
"Perkataan saudara Bu memang betul," sahut lelaki lain
yang wajahnya penuh tahi lalat, "lebih baik kita tak usah
masuk ke dalam, bagaimana menurut pendapat saudara Yu?"
Sastrawan setengah umur itu termenung sebentar,
kemudian jawabnya : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku rasa tidak apa-apa, biarpun ada sesuatu yang di luar
dugaan, memangnya bisa berbat apa terhadap kita bertiga?"
Mendengar ucapan itu dua orang lelaki kekar tersebut
saling berpandangan sekejap, lalu setelah meloloskan senjata
masing-masing, lelaki Cu itu berkata :
"Baiklah, masuk yaa masuk, aku tidak percaya kalau dia
bisa melalap kita semua."
Sambil berkata dia mempersiapkan goloknya sambil
menyerbu masuk ke dalam ruangan.
Lelaki bertahi lalat di wajahnya itu jelas berwatak
berangasan, ia tak sudi ketinggalan di belakang, sambil
mengayunkan golok serta memburu pula dari belakang.
Menyaksikan perbuatan mereka, sastrawan setengah umur
itu hana bisa tertawa sambil menggelengkan kepalanya,
setelah meloloskan senjata kipasnya dia menyusul pula di
belakang mereka. Dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah memasuki
ruangan rumah pohon tersebut.
Mendadak terdengar lelaki bercodet itu berseru sambil
tertawa seram : "Haah... haah... haah, rupanya cuma seorang kakek tua
bangka, kenapa manusia semacam inipun berdiam di tempat
ini?" oooOdwOooo Dengan sura yang semakin tua dan memelas, kakek itu
segera menyahut setelah menghela napas panjang :
"Aku sudah banyak tahun disekap di tempat ini, berhubung
sepasang kakiku telah cacad dan tak dapat bergerak lagi,
terpaksa aku berdiam di dalam liang pohon ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eemm, tempat ini memang sangat bagus," seru lelahi
bertahi lalat itu sambil tertawa, "tak kusangka kau bisa
memilih pohon besar yang jauh lebih nyaman daripada
gedung ini sebagai tempat tinggalmu..."
Belum habis dia berkata, sastrawan setengah umur yang
masuk paling akhir itu telah menyerang tanpa mengucapkan
sepatah katapun, kipasnya langsung menotok jalan darah
thian teng hiat di badan kakek tersebut.
Tindakan yang dilakukan sastrawan setengah umur itu
sangat mencengangkan kedua lelaki lainnya sehingga untuk
sesaat mereka jadi tertegun.
Nampaknya jalan darah thian teng hiat di tubuh kakek itu
segera akan termakan oleh totokan maut tersebut.
Huan Li ji tak sanggup menahan diri, mendadak dia
melompat bangun dari tempat persembunyiannya sambil
meloloskan pedang lalu menangkis serangan kipas dari
sastrawan setengah umur itu.
Dua orang lelaki kekar itu hanya merasakan pandangan
matanya menjadi silau, tahu-tah muncul seorang nona cilik
dari belakang kakek itu dengan gerakan cepat bagaikan
sambaran kilat, tanpa terasa mereka menjadi tertegun.
Tiba-tiba terdengar kakek itu tertawa terbahak-bahak
sambil serunya : "Budak dungu, mengapa kau tak dapat menahan diri?"
Sastrawan setengah umur yang kenan didesak mundur oleh
Huan Li ji segera mendengus dingin, kepada kedua orang
lelaki kekar itu hardiknya :
Akan tetapi si kakek itu justru tetap duduk tak bergerak
sedikitpun dari posisi semula, dia malahan tersenyum hambar.
"Kakek ini sangat mencurigakan, mengapa kalian belum
juga turun tangan...?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki bercodet itu menyahut :
"Aku rasa bocah perempuan itu.."
"Apa yang sedang kau perhatikan saat ini?" Tiba-tiba
sastrawan setengah umur itu menukas, "bila sudah tertawan
nanti, kau boleh memandangnya hingga puas."
Baru selesai ia berkata, Sik Tiong Giok yang berada di
belakang kakek itu telah menampakkan diri pula seraya
berkata : "Berdasarkan apa yang kau ucapkan barusan, manusia
semacam kau lebih pantas dibuat mampus..."
Ketiga orang itu tidak menduga kalau dalam rumah pohon
tersebut masih terdapat orang lain, dengan perasaan kaget
mereka mundur selangkah setelah mendengar teguran itu.
"Bocah keparat, siapa kau?" sastrawan setengah umur itu
segera membentak keras. Sik Tiong Giok tersenyum.
"Peraturanku, barang siapa bertanya dia mesti mengajukan
namanya lebih dulu, nah sebutkan dahulu kalian siapa?"
Pertanyaan tersebut segera mengobarkan kembali hawa
amarah dari ketiga orang itu, dua lelaki kekar tersebut
serentak membentak keras lalu menerjang ke muka sambil
mengayunkan goloknya. Bersamaan waktunya, sastrawan setengah umur itupun
membentang kipasnya sambil membabat tubuh Huan Li ji.
"Ruangan disini terlalu sempit, kalau pingin bertarung lebih
baik di luar saja!" tantang Huan Li ji.
Seraya berkata ia segera mengigos ke samping untuk
menghindari bacokan lawan, lalu dengan suatu gerakan yang
cekatan menyelinap keluar dari ruangan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sastrawan setengah umur itu mendengus dingin, dengan
cepat ia mengejar dari belakang.
Dengan berlalunya kedua orang itu, ruangan dalam rumah
pohon pun bertambah lenggang, dua orang lelaki kekar itu
segera melancarkan terkamannya semakin garang.
Sik Tiong Giok mendengus sambil mendesak maju ke
muka, telapak tangannya segera diayunkan ke depan
menghantam punggung golok dari lelaki bercodet itu.
Menjumpai rekannya terancam bahaya, lelaki yang satunya
segera membacok keras-keras.
Di dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah terlihat
dalam suatu pertarungan yang amat seru, tampak cahaya
golok berkilauan memenuhi angkasa, seluruh tubuh Sik Tiong
Giok terkurung di balik cahaya senjata tersebut.
Berbicara soal kepandaian silat yang dimiliki Sik T iong Giok,
jangan dilihat dia cuma bertangan kosong belaka tapi dua
orang musuhnya sudah dibuat kalang kabut dak karuan, masih
untung dia bermaksud membekuk mereka hidup-hidup agar
bisa ditanyai masalah sekitar tepi sungai Ci sui hoo, kalau
tidak, mungkin mereka sudah mampus sedari tadi.
Di saat pertempuran masih berlangsung dengan serunya,
tiba-tiba terdengar kakek itu membentak keras :
"Tahan!" Sik Tiong Giok segera melompat ke belakang si kakek
setelah mendengar bentakan tersebut, sebaliknya kedua orang
lelaki kekar itu berpaling ke arah si kakek dengan wajah agak
tertegun. Andaikata tidak memandang, mungkin keadaannya masih
rada mendingan, begitu bertatap muka dengan kakek
tersebut, tiba-tiba saja mereka merasakan pancaran sinar
tajam menyeramkan muncul dari balik mata kakek itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat mereka rasakan kesadarannya sedikit
rada punah sehingga untuk beberapa saat lamanya kedua
orang itu hanya bisa berdiri melongo macam orang bodoh.
"Segera keluar dari sini dan bunuh orang she Yu itu!"
perintah si kakek tiba-tiba dengan suara dingin.
"Apa kau bilang?" tanya kedua orang lelaki itu dengan
wajah tertegun. "Aku suruh kalian bunuh manusia she Yu itu, ayoh cepat
kerjakan!" Bagaikan orang yang kehilangan ingatan, kedua orang
lelaki itu mengiakan lalu membalikkan tubuh dan menerjang
keluar dari ruangan tersebut.
Sementara itu si sastrawan setengah umur sedang didesak
habis-habisan oleh Huan Li ji sehingga kalang kabut tak
karuan, ia menjadi amat girang ketika menjumpai kedua orang
lelaki kekar itu muncul dari balik ruangan, disangkanya
mereka telah berhasil membunuh orang-orang di dalam
ruangan tersebut. Dengan suara lantang segera teriaknya :
"Saudara Song, saudara Cu, cepat bantu aku untuk
meringkus bocah perempuan ini."
Kedua orang lelaki itu tidak menyahut dan segera
menyerbu ke muka sambil mengayunkan senjatanya tapi
bukan Huan Li ji yang menjadi sasaran, tusukan mereka
langsung ditujukan ke arah sastrawan setengah umur itu.
Mimpi pun sastrawan setengah umur itu tak menyangka
bakal terjadi peruahan semacam ini ditambah lagi serangan
yang dilancarkan lawan sangat mendadak, biarpun ilmu silat
yang dimiliki sangat hebat pun rasanya sulit juga baginya
untuk menghindarkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa ampun lagi sambaran golok yang satu segera
menyambar ikat kepalanya hingga robek dan terjatuh ke atas
tanah, sementara sambaran golok yang lain membabat
pahanya sehingga daging berikut pakaiannya terpotong
sebagian, darah segar segera bercucuran keluar dengan
derasnya. Huan Li ji sangat keheranan melihat adegan yang barusan
terjadi, ia tak habis mengerti mengapa musuhnya malah
berbalik membantunya, tapi nona itu tidak membuang waktu
terlalu lama untuk memikirkannya, ia sangat menguatirkan
keselamatan Sik Tiong Giok.


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka sambil menarik kembali serangannya dia membalikkan badan siap menyusul ke dalam ruangan, tapi
saat itu pula secara kebetulan Sik T iong Giok telah munculkan
diri. Cepat-cepat dia menghampiri pemuda itu lalu serunya
terkejut bercampur keheranan :
"Engkoh Giok, apa yang telah terjadi dengan mereka?"
"Jalan pemikiran mereka sudah terpengaruh oleh daya
hipnotis," bisik Sik Tiong Giok sambil tersenyum, "dengan
demikian kita pun tak usah repot-repot menghadapi mereka
lagi." Huan Li ji kembali termangu-mangu dengan perasaan tidak
habis mengerti, dia tak tahu mengapa jalan pemikiran kedua
orang itu bisa terpengaruh, maka ditatapnya tiga orang lelaki
yang sedang bertarung seru itu dengan tertegun.
Dalam pada itu, sastrawan setengah umur yang terluka itu
sudah melompat ke belakang dengan perasaan terkesiap,
sambil mengawasi kedua orang rekannya dengan mata
terbelalak ia berseru : "Hey... kaa... kalian sudah gila?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kedua orang lelaki kekar itu tidak menjawab,
dengan sepasang mata melotot besar dan memancarkan sinar
berapi-api yang penuh dengan kebencian, mereka menyerang
terus secara kalap. "Eei saudara berdua, apakah kau sudah tidak kenali diriku
lagi?" kembali sastrawan setengah umur itu berteriak kaget.
Kedua orang lelaki itu tidak menggubris, golok mereka
digetarkan berulang kali dan menyerang terus dari kiri dan
kanan. Agaknya sastrawan setengah umur itu cukup mengetahui
akan tingkatan ilmu silat yang dimiliki dua orang rekannya ini,
seandainya dia harus bertarung satu lawan satu maka tiada
persoalan yang dikuatirkan lagi, namun jika kedua orang itu
maju bersama, ia sadar bukan tandingan lawan.
Kini, setelah menghadapi serangan kedua orang rekannya
yang begitu garang dan buas, ia sadar bahwa mustahil
baginya untuk menghindarkan diri belaka, akhirnya sambil
menggertak gigi ia tangkis serangan mereka dengan kipasnya.
Siapa tahu begitu serangan ditangkis, kedua orang lelaki
kekar itu menyerang semakin kalap, sepasang golok mereka
dibacokkan dan diayunkan berulang kali secara nekad, hampir
semua jurus serangan yang digunakan adalah jurus-jurus
sernagan adu jiwa. Lambat laun sastrawan setengah umur itu mulai terdesak
hebat, di bawah kepungan sepasang golok lawan ia cuma bisa
bertahan daripada balas melancarkan serangan.
Belasan jurus kemudian sastrawan setengah umur itu
semakin keteter hebat, ia sadar bahwa kemampuannya sudah
habis, segera teriaknya dengan gelisah :
"Saudara Song, saudara Cu, betulkah kalian sudah tidak
mengenali diriku lagi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu juga tiba-tiba Sik Tiong Giok mendengar
suara kakek itu berbisik di sisi telinganya :
"Hey anak muda, sekarang tinggal melihat tindakanmu
selanjutnya berusaha menaklukkan ketiga orang ini dan
menjadikan mereka sebagai budakmu, asal ketiga orang itu
sudah ditaklukkan maka kau tentu bisa memasuki wilayah Ci
sui hoo secara mudah."
Sik Tiong Giok tertegun sehabis mendengar perkataan itu,
segera pikirnya : "Aneh benar, darimana ia bisa tahu kalau aku hendak ke
sungai Ci sui hoo." Belum habis ingatan tersebut melintas terdengar kakek itu
telah membisik lagi : "Hey, anak muda! Peluang baik segera akan hilang, kau
harus manfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Tanpa berpikir panjang lagi Sik Tiong Giok segera
menerjang maju ke muka, sekali ayunan tanganya sambar
golok dari lelaki she Song itu.
Jurus serangan yang digunakan semuanya adalah ilmu Ki
na jiu hoat, begitu berhasil yang satunya dia siap merebut
pula golok berikutnya, tapi lelaki she Cu itu segera memutar
goloknya langsung membabat pergelangan tangannya.
Dalam keadaan begini Sik Tiong Giok harus mengutamakan
keselamatan diri lebih dulu, dia merendah pergelangan
tangannya ke bawah menghindari bacokan musuh, kemudian
sebuah tendangan kilat dilontarkan ke depan.
Lelaki she Cu itu mengigos ke samping menghindarkan diri,
kemudian goloknya diputar dan melancarkan bacokan lagi.
Walaupun terjangan Sik Tiong Giok kali ini gagal untuk
merampas golok di tangan kedua orang lawannya, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justru berhasil menyelamatkan sastrawan setengah umur itu
dari ancaman. Serta merta sastrawan itu melompat keluar dari arena lalu
berdiri di kejauhan sambil mengatur napas.
Agaknya sastrawan tersebut sudah berencana untuk
berpeluk tangan belaka membiarkan lawannya bertarung
sendiri, sementara dia tinggal memungut hasilnya nanti.
Sayang sekali dia lupa kalau disitu masih terdapat Huan Li
ji, si nona yang menyaksikan kejadian tersebut segera
membentak keras, dia menerobos ke muka sembari
melancarkan totokan. Sambil mendengus tertahan, sastrawan setengah umur itu
segera roboh terjengkang ke atas tanah.
Berbareng dengan robohnya sastrawan setengah umur itu,
Sik Tiong Giok telah mengeluarkan juga ilmu silat
simpanannya melepaskan tiga serangan secara berantai dan
berhasil merebut posisi di atas angin.
Lalu serangkaian serangan totokan dilancarkan, dalam
sekejap mata saja lelaki she Song dan Cu itu sudah roboh
terjungkal ke atas tanah.
"Anak muda, gotong ketiga orang itu masuk ke dalam!"
kedengaran kakek di dalam rumah pohon itu berseru.
Sik Tiong Giok segera saling berpandangan sekejap dengan
Huan Li ji, lalu dengan perasaan apa boleh buat dia
menggelengkan kepalanya berulang kali, digotongnya kedua
orang lelaki itu lalu masuk ke dalam ruangan.
Setelah meletakkan kembali kedua orang lelaki itu ke lantai,
ia mengangkat kepalanya kembali, tapi segera teriaknya
dengan rasa kaget bercampur girang :
"Aaah! Rupanya kau..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huan Li ji yang kebetulan sedang melangkah masuk sambil
menenteng tubuh sastrawan setengah umur itu segera
berteriak pula dengan tercengang :
"Eeei... kau lagi lagi sudah berubah!"
Ternyata kakek berambut putih yang berada di dalam
rumah pohon itu kini telah berubah kembali, rupanya orang itu
bukan lain adalah manusia aneh berbaju hitam yang pernah
mereka jumpai sewaktu berada di lembah Lu hoa kok tempo
hari. Sambil tersenyum manusia aneh berbaju hitam itu
manggut-manggut, katanya :
"Kau merasa keheranan bukan nak?"
"Sebenarnya siapa sih kau ini?" tanya Sik Tiong Giok
dengan perasaan bingung. "Haah... haah... haaahh... kalian tidak usah tahu siapakah
aku, pokoknya aku tidak bermaksud jahat terhadap kalian,
kalau tidak bisa dibilang justru menguntungkan."
"Hmmm, kau sudah menyiksa orang untuk menempuh
perjalanan jauh kemudian berperan jadi setan disini, kebaikan
apa yang kau berikan kepada kami?" sela Huan Li ji cemberut.
Kembali manusia aneh berbaju hitam itu tertawa :
"Tahukah kau bahwa semua jago dari pelbagai partai yang
ada di dalam dunia persilatan dewasa ini telah berdatangan
semua di bukit Pay lau san?"
"Pergi ke bukit Pay lau san..." tanya Sik Tiong Giok sangat
terkejut, "mengapa mereka kesana" Apakah karena kelabang
langit tersebut?" "Benar, siapa pun pasti ingin mendapatkan kelabang langit
yang merupakan binatang langka tersebut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huuh, paling banter cuma seekor kelabang raksasa yang
sudah berumur lama, apa sih anehnya?" sela Huan Li ji lagi.
"Kau tidak mengerti akan manfaat binatang tersebut nak,"
kata manusia aneh itu tertawa, "jangan lagi mutiara kelabang
langit merupakan mestika yang tak ternilai harganya, bahkan
cakar dari kelabang itupun merupakan obat mestika yang
tiada taranya." "Apa sih khasiat benda tersebut?"
"Kau harus tahu nak, kelabang langit baru akan munculkan
diri setiap tiga ribu tahun satu kali, bagi orang yang belajar
ilmu maka mutiara kelabang tersebut dapat menguatkan hawa
murninya sehingga mencapai tingkatan paling tinggi,
sebaliknya bagi orang yang belajar silat, benda tersebut dapat
berubah menjadi kebal dan tahan uji."
"Apa pula gunanya bangkai kelabang tersebut?" tanya Sik
Tiong Giok kemudian. "Bangkai kelabang itu bisa dijadikan ramuan obat mestika,
bila sampai terjatuh ke tangan orang-orang golongan sesat,
waah bisa berabe jadinya, sebab hal itu bisa membantu
kemampuan mereka untuk berbuat kejahatan, itulah sebabnya
aku minta kepada kalian untuk berusaha keras mendapatkan
kelabang langit itu seutuhnya."
"Kami harus mendapatkan kelabang tersebut seutuhnya?"
tanya Huan Li ji sambil mengerdipkan matanya.
"Benar," manusia aneh berbaju hitam itu mengangguk,
"justru karena kalian harus mendapatkan kelabang tersebut
seutuhnya, maka aku baru berusaha membantu kalian untuk
mendapatkan lencana tujuh iblis serta mengendalikan satu-
satunya golongan yang paling tangguh dari golongan sesat."
"Aku kuatir hal ini terlalu sulit," tukas Sik Tiong Giok, "aku
rasa tujuh iblis bukan lawan yang gampang dihadapi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah sebabnya pula aku berusaha memancing kedatangan kalian kemari sambil mempersiapkan segala
sesuatunya dengan cermat."
"Persiapan apa yang hendak kau lakukan?" tanya Huan Li
ji. "Di dalam tujuh hari mendatang aku akan mewariskan
semacam ilmu sakti kepada kalian, selain itu akan kutaklukkan
pula dua belas orang jago tangguh untuk dijadikan sebagai
Busu pelindung lencana kalian. Setelah itu kalian baru
berangkat ke bukit Pay lau san untuk merampas mutiara
kelabang langit." Sambil berkata ia mendongakkan kepalanya memandang
langit-langit ruangan, sikap maupun tindak tanduknya tak
berbeda seperti orang yang sedang melamun dan mengigau.
Melihat sikapnya yang lucu itu Huan Li ji menjadi geli, ia
tertawa cekikikan. Mendadak manusia aneh berbaju hitam itu melototkan
matanya lalu berseru : "Apakah kau tidak percaya nak?"
"Yaa, aku tidak percaya!"
"Mengapa tidak kita buktikan dulu" Tujuh hari kemudian
aku akan menghantar kalian memasuki lembah Ci sui hoo."
Dalam pada itu ke tujuh iblis yang berada di tepi sungai Ci
sui hoo telah menunggu selama belasan hari lamanya.
Sejak tujuh delapan hari berselang mereka te lah menerima
laporan dari mata-matanya yang mengatakan ada sepasang
muda mudi berangkat meninggalkan lembah Lu hoa kok
sedang mendaki bukit Thian ciat san, tapi anehnya empat lima
hari sudah lewat, namun orang yang ditunggu-tunggu belum
juga nampak. Kembali enam tujuh hari lewat tanpa terasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hari ini, tiba-tiba dari arah bukit Thian ciat san muncul
sebuah tandu yang digotong dua orang lelaki kekar, di depan
tandu tersebut mengikuti sepuluh orang lelaki yang semuanya
bertubuh kekar dan berwajah seram.
Kawanan manusia itu langsung menuju ke depan sebuah
kuil bobrok dan berhenti disitu.
Dari balik tandu kemudian muncul seorang bocah
perempuan berwajah cantik yang membimbing seorang tua
bongkok berwajah jelek memasuki kuil tersebut.
Tujuh orang iblis yang menyaksikan adegan tersebut
segera dibuat kaget bercampur keheranan.
Ang lo hujin yang bermata satu segera mengetukkan
tongkatnya di atas tanah sambil mendengus :
"Hmm, manusia dari mana mereka itu, besar amat
lagaknya." "Toako menurut pendapatmu mungkinkah sasaran kita
yang sudah datang?" tanya Ban biau sian kok kepada Raja
setan kepala botak. Raja setan kepala botak termenung sejenak, lalu sahutnya :
"Sulit untuk dikatakan, tapi anehnya masa budak tersebut
menjadi begini keren dan bergaya?"
"Siapa tahu semua kemewahan itu khusus disediakan oleh
tiga manusia jelek untuk dipamerkan kepada kita," sambung
Pat Huang Sin Mo. "Aku rasa tidak benar," Ang lo hujin menggeleng,
"seandainya yang datang memang budak itu, mengapa tujuh
ekor ikan dari Phang ci serta tujuh malaikat bengis dari Tian
pak bisa menjadi pengawalnya?"
"Yaa, aku pun merasa sangat heran," sela Bocah sakti iblis
langit Ang Cun dengan suara lengking, "mustahil kalau dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

manusia bengis dari Liang san sudi menjadi tukang pikul
tandunya." Telapak darah pengusik langit Lu Ma yang berwatak paling
berangasan segera mendengus dingin setelah mendengar
perkataan itu, katanya tiba-tiba :
"Biar kutengok orang-orang itu, ingin ku lihat manusia
darimanakah yang berani berlagak begitu besar di hadapan
kita." Sambil berkata ia segera berjalan menuju ke kuil bobrok
tersebut. Di depan pintu kuil hanya kelihat si kakek jelek
berpunggung bungkuk seorang duduk mengantuk disitu
meskipun ia melihat ada orang menghampirinya namun
sikapnya tetap acuh tak acuh.
Telapak darah pengusik langit Lu Ma sudah terbiasa hidup
kasar dan mau mencari menangnya sendiri, tentu saja ia tak
memandang sebelah mata pun terhadap kekek jelek lagi
bongkok itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
langsung menuju ke dalam ruangan.
Siapa tahu baru saja dia melangkahi pintu depan, kakek
bongkok itu sudah mengangkat kepalanya sambilmenegur :
"Hmm, aturan untuk masuk pintu rumah orangpun tak
tahu, buat apa kau datang ke sini" Enyah cepat!"
Tidak nampak jelas gerakan apa yang dipergunakan lawan,
tahu-tahu sja terdengar si T elapak darah pengusik langit Luma
mendengus tertahan dan tubuhnya sudah terlempar keluar
dari s itu. Untung saja dasar silat yang dimilikinya cukup sempurna,
cepat-cepat dia gunakan gerakan ikan leihi melentik untuk
melompat bangun kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika berpaling kembali ke arah kakek bongkok itu,
ternyata ia masih tetap duduk di tempat semula.
Telapak darah pengusik langit Lu Ma agak tertegun
sejenak, lalu setelah ragu sejenak dia melanjutkan kembali
langkahnya menuju ke dalam ruangan kuil.
Kali ini dia bertindak lebih berhati-hati, sementara kakinya
melangkah ke dalam ruang kuil, sepasang matanya
mengawasi gerak-gerik dari kakek bongkok itu tanpa berkedip.
Sampai kakinya melangkah ke dalam pintu ruangan
ternyata kakek bongkok itu belum juga melakukan suatu
gerakan, baru saja hatinya merasa lega, mendadak sepasang
lututnya terasa amat sakit sehingga tak kuasa lagi ia jatuh
berlutut di atas tanah. Kakek bongkok itu segera melompat bangun dan berseru
sambil tertawa terbahak-bahak :
Jilid 21 "HAAAHH... Haaa... haa... nah begitu baru lumayan. Kalau
ingin masuk pintu mesti tahu aturan sedikit."
Setelah berhenti sejenak ia segera berseru lagi dengan
suara lantang : "Wakil dari partai tujuh iblis telah berlutut di depan pintu
mohon bertemu!" Belum habis seruan itu, dari balik ruangan bergema
kembali suara teriakan seseorang :
"Pangeran belum naik tahta, suruh mereka menunggu di
luar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kejadian ini hampir saja meledakkan dada s i T elapak darah
pengusik langit Lu Ma saking marah dan mendongkolnya dia
segera memaksakan diri untuk berdiri kemudian mencakar
kakek bongkok itu. Sambil tertawa dingin si kakek bongkok itu berkelit ke
samping menghindarkan diri dari sambaran Lu Ma.
Saking bernapsunya Telapak darah pengusik langit Lu Ma
melancarkan serangannya ia tidak sempat menarik kembali
ancaman tersebut di saat musuhnya menghindar, serangan
tersebut langsung saja menghantam tiang pintu sehingga
pintu kuil roboh terbelah menjadi dua diiringi suara ledakan
keras. Di tengah debu dan pasir yang beterbangan kakek bungkuk
itu kembali berteriak : "Cepat laporkan kepada pangeran, anakan iblis tersebut
sudah mulai bertingkah disini."
Sahutan keras segera bergema lagi dari balik ruangan :
"Kalau berani bertingkah, berilah pelajaran lebih dulu,
pangeran segera akan muncul di singgasana!"
Di tengah seruan tersebut, kembali si Telapak darah
pengusik langit Lu Ma menyerang kakek bungkuk itu dengan
sebuah bacokan tangan kanannya yang cepat bagaikan kilat.
Kakek bungkuk itu berseru kaget lalu menjatuhkan diri ke
belakang kakinya bagai berdiri sempoyongan saja tetapi tahu-
tahu ia sudah lolos dari ancaman musuh.
Sementara itu keenam orang iblis
lainnya telah berdatangan semua ketika melihat pertarungan telah berkobar
mereka jadi amat terperanjat setelah mengetahui kakek
bungkuk yang reyot itu ternyata memiliki ilmu silat yang
sangat pandai. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus sekali!" teriak Pat Huang Sin Mo keras-keras, "inilah
namanya orang tak suka pamer tak nyana lohong adalah
seorang jago berilmu tinggi, boleh aku tahu kau dari aliran
mana?" Kakek bungkuk itu tersenyum :
"Aku tak lebih seorang prajurit tak bernama di bawah
pimpinan pangeran, belum pantas disebut seorang jago lihay."
Baru selesai perkataan itu diutarakan, mendadak tujuh iblis
itu merasakan pandangan matanya jadi silau, seorang gadis
cantik berwajah dingin telah muncul di depan pintu kuil sambil
membentak : "Kakek bungkuk, mengapa kau begitu pikun" Pangeran
telah muncul di singgasana menurunkan perintah agar tujuh
iblis masuk menjumpainya."
Kakek bungkuk itu cepat-cepat memberi hormat setelah
mendengar perkataan itu. "Budak tahu." Tiba-tiba gadis cantik itu tertawa dingin :
"Coba lihat tubuhmu yang sudah menua, masa masih ingin
berkelahi dengan tujuh iblis" Masa kau masih mampu?"
Kakek bungkuk itu mendongakkan kepalanya dengan mata
berkilat tapi dengan cepat menunjuk kembali sambil
menjawab : "Yaa, aku sudah tua dan tidak berguna lagi."
Gadis cantik itu tertawa ringan, dia segera membalikkan
badan dan balik ke dalam ruang kuil.
Mendadak terdengar si Raja setan kepala botak menjerit
kaget : "Hey, bukankah dia adalah budak dari tiga manusia jelek
yang kita jumpai di lembah Lu hoa kok?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban biau sian koh ikut menghela napas panjang.
"Yaa, dia mirip sekali dengan anakku itu."
"Apakah lencana tujuh iblis kalian terjatuh di tangan budak
itu?" Ang lou hujin segera bertanya.
Sebelum Raja setan kepala botak menyahut kakek bungkuk
itu sudah berseru lebih dulu :
"Pangeran telah mengundang kalian untuk menghadap, ayo
cepat masuk!" Ketujuh orang iblis itu saling berpandangan sekejap,
akhirnya Raja setan kepala botak berkata :
"Ayoh berangkat, kita tengok ke dalam dan coba lihat
macam apakah pangeran kentut mereka itu."
Sambil berkata dia segera berjalan masuk lebih dulu diikuti
ke-enam rekannya dari belakang.
Di ruang tengah duduk tiga orang, yang berada di tengah
adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong Giok, di sisi kirinya
duduk Huan Li ji sedangkan sebelah kanannya duduk
Sastrawan setengah umur yang membawa kipas.
Sementara itu di kedua belah sisi ruangan masing-masing
berdiri tujuh ikan dari Liang san.
Dengan mata mendelik dan tertawa keras si Raja setan
kepala botak segera menegur :
"Bocah Sik, hari ini kau nampak gagah dan bergaya..."
Belum habis dia berkata, salah seorang dari dua manusia
buas Liang san yang bernama Selaksa dewa bingung Yu Bong
telah membentak dengan keras :
"Tutup mulutmu kakek botak, kau mesti tahu sopan santun
bila berbicara dengan pangeran kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waaa... semenjak kapan dua manusia buas dari bukit
Liang san mengabdi kepada seorang pangeran, huuh... kau
ingin mengurusi kami juga?" bentak Ang lou hujin sambil
menghentakkan tongkat ke atas tanah.
Sejuta setan kesal Y u Jiang segera membentak pula :
"Nenek bermata satu, apakah kau tidak puas?"
"Heeeh, heeeh, kalau dilihat dari gaya kalian berdua
manusia buas dari Liang san aku si nenek memang merasa
sangat tak puas." "Kau berani beradu kepandaian dengan ku?"
Kembali Ang lou hujin menghentakkan tongkatnya ke atas
tanah sesudah tertawa seram ia mengejek :
"Siapa bilang tak berani, akan kusuruh kau rasakan
kelihayan tongkatku."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba Sastrawan
setengah umur yang duduk di samping Pangeran Serigala
langit telah membentangkan kembali kipasnya lalu, sreeet!
Diiringi desingan keras bergema pula suara gemerincing yang
amat keras, ternyata tongkat di tangan Ang lou hujin itu sudah
terjatuh ke atas tanah. Dengan suara keras Bocah sakti iblis langit Ang Cun
membentak keras-keras : "Yu Hoa, mau apa kau?"
Ternyata Sastrawan setengah umur itu dikenal oleh umat
persilatan sebagai siucay bermata setan Yu Hoa.
Dengan dingin dan ketus sastrawan itu menjawab :
"Selama berada di hadapan pangeran, jangan mencoba
menggunakan tongkat atau bermain golok, mengerti?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huuh... pangeran kentut," teriak Ang Cun marah-marah,
"bajingan keparat she Sik kau tak usah berlagak di hadapan
kami, hutang piutang di antara kita belum dibereskan.
"Apakah persoalan yang menyangkut kotak Giap hap gi
ciau tersebut yang kau maksudkan?" kata Sik Tiong Giok
sambil tertawa, "asal kalian bisa keluar dari kuil bobrok
dengan selamat hari ini, tentu akan aku persembahkan
dengan kedua belah tanganku."
"Bocah keparat, aku setuju dengan usulmu itu dan
andaikata aku tak bisa keluar dari kuil bobrok pada hari ini,
akupun akan menuruti semua perkataanmu, mau dibunuh
mau dicincang silahkan."
"Dibunuh atau dicincang sih tidak usah," kata Sik Tiong
Giok sambil tertawa, "cukup bila kau bersedia tunduk serta
taat pada perintahku."
Bocah sakti iblis langit Ang Cun tertawa terbahak-bahak :
"Haaahh... haaah... asal kau si bocah keparat benar-benar
memiliki kemampuan semacam itu, Ang losam bersedia
menjadi budakmu seumur hidup."
Begitu selesa i berkata, sepasang kakinya segera dijejakkan
ke atas tanah dan menerjang ke arah Sik Tiong Giok yang
duduk di tengah ruangan. Sik Tiong Giok tetap duduk tak bergerak di tempat semula,
sebaliknya Huan Li ji yang berada di sebelah kanannya segera
mengeluarkan sebuah benda dan diacungkan di hadapannya
seraya membentak : "Di luar kuil terdapat lapangan yang lebih luas, jika ingin
bertarung lebih baik dilakukan disitu saja."
Sekilas pandangan saja si Bocah sakti iblis langit Ang Cun
sudah mengenali benda itu sebagai lencana Thian mo leng
yang telah hilang di Lu hoa kok, cepat-cepat dia menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali gerakannya lalu dengan wajah tertegun mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Bersamaan waktunya si siucay bermata satu Yu Hoa
mengulapkan tangannya, ketujuh ikan dan kelima malaikat
bengis yang berdiri di sisi ruangan serentak memburu pula
keluar serta mengepung seluruh halaman kuil itu rapat-rapat.
Susul menyusul ketujuh iblis tadi turut mengundurkan diri
pula dari ruangan kuil, sete lah memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, Ang lou hujin segera berkata sambil
tertawa dingin : "Tampaknya kalian telah mempersiapkan perangkap dan
jebakan dalam kuil bobrok ini."
"Walaupun bukan perangkap atau jebakan yang hebat,"
kata Sik Tiong Giok sambil tertawa, "tapi cukup menyulitkan
kalian tujuh orang iblis bila berniat menerjang keluar dari s ini."
"Hmmm kau jangan memandang enteng kemampuan dari
tujuh iblis..." teriak Ang lou hujin sambil tertawa dingin.
Belum habis dia berkata, si sejuta setan masgul Yu liang
telah melompat ke depan sambil membentak :
"Tak usah banyak cincong lagi, sambut dulu tiga buah
pukulan dari aku she Yu..."
Memang demikianlah watak dari dua manusia buas bukit
Liang san, bila watak buasnya sudah berkobar, maka mereka
tak akan mengakhiri perbuatannya sebelum menang kalah,
mati hidup ditentukan. Begitu membentak tubuhnya segera menerobos maju ke
muka dan melepaskan sebuah bacokan maut ke arah lawan.
Jangan dilihat kedua manusia buas itu berperawakan kasar,
ilmu silatnya sungguh hebat dan dahsyat. Begitu serangan
dilancarkan angin pukulan yang sangat kuat seperti hembusan
angin puyuh segera menyapu ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang lou hujin pun termashur juga sebagai seorang


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gembong iblis yang disegani orang banyak, kendatipun Leng
san sam yu telah mengurungnya selama banyak tahun di
bawah bukit Cio hong, namun watak bengis dan kejinya belum
juga hilang. Serta merta dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut.
Sungguh dahsyat tenaga pukulan yang dilancarkan olehnya
itu, bersama dengan gerakan serangan ini, angin pukulan
yang tajam dan kuat menderu-deru ke muka.
"Blaaamm...!" Begitu sepasang telapak tangan saling beradu, terjadilah
suara ledakan keras yang memekakkan telinga, dua kaki di
sekeliling arena segera dilanda putaran angin berpusing yang
menerbangkan pasir, debu dan batu krikil.
Akibat dari benturan tersebut, sejuta setan masgul Y u Jiang
segera merasakan datangnya tenaga kuat yang menerjang
tubuhnya, tak kuasa badannya tergetar mundur sejauh
setengah langkah lebih. Sebaliknya keadaan Ang lou hujin jauh lebih mengenaskan
lagi, ia terhantam sampai mundur sejauh dua langkah lebih.
Melihat kejadian tersebut, sejuta setan masgul Yu Jiang
makin bertambah garang, tanpa banyak berbicara lagi telapak
tangannya segera diayun ke depan melancarkan serangkaian
pukulan dan bacokan yang amat dahsyat.
Sekalipun dalam hati kecilnya Ang lou hujin sadar kalau
kekuatannya bukan tandingan lawan, tapi sebagai seorang
perempuan yang sudah terbiasa mencari menang sendiri,
tentu saja ia tak mau mengaku kalah dengan begitu saja,
serta merta dia mengayunkan kembali telapak tangannya
untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut!"
"Blaaam!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bentrokan keras kembali terjadi dan pasir serta debu
kembali beterbangan di angkasa, kali ini Ang lou hujin
terdorong mundur sebanyak satu langkah lebar.
Melihat Ang lou hujin menderita kerugian si Telapak darah
pengusik langit Lu Ma segera menyelinap maju ke depan
untuk membantu rekannya. Sejuta setan kesal Yu Jiang yang sudah asyik bertarung
sama sekali tak perduli lagi siapa lawannya, ia segera
membentak keras-keras : "Sambutlah seranganku yang ketiga ini!"
Menyusul ayunan telapak tangannya, ledakan keras kembali
bergema memecahkan keheningan.
Di antara angin serangan yang berpusing Sejuta setan
kesal Y u Jiang tak sanggup lagi mengendalikan kuda-kudanya,
segera beruntun ia terdorong mundur sejauh lima enam
langkah lebih, tubuhnya gontai dan untung saja tak sampai
roboh terjengkang ke atas tanah, kendatipun demikian hawa
murninya mengalami juga goncangan yang sangat keras.
Menjumpai saudaranya menderita kerugian, Selaksa dewa
murung Yu Bong segera berteriak :
"Losam, kau tidak apa-apa bukan?"
"Aku masih sanggup menahan diri, akan kucoba untuk
menerima sebuah pukulannya lagi," sahut Sejuta setan kesal
Yu Jiang lantang. "Sudahlah, bagaimana jika manusia liar itu kau serahkan
kepadaku...?" "Tidak bisa, keparat ini menjadi bagianku," seru Sejuta
setan kesal Yu Jiang dengan mata melotot.
"Tak bisapun harus bisa, kau tahu kalau isi perutmu sudah
terluka..." tegur Selaksa dewa murung Yu Bong gusar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa bilang aku terluka" Pokoknya antara aku dengan
keparat ini belum ada akhirnya jika salah satu pihak belum
roboh." Sambil berkata dia melepaskan lagi sebuah pukulan
dahsyat sekalipun hawa murninya sudah tersendat-sendat
namun kekuatannya sama sekali tak berkurang.
Pada dasarnya si Telapak darah pengusik langit Lu Ma
memang menggetarkan dunia persilatan karena keampuhan
tenaga dalamnya, sudah barang tentu ia tak pandang sebelah
matapun terhadap kemampuan dari si Sejuta setan kesal Yu
Jiang. Melihat datangnya ancaman, dia segera mengayunkan pula
telapak tangannya untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut. Pada saat itulah si Selaksa dewa murung Y u Bong berteriak
keras : "Loji, serhkan saja keparat itu kepadaku."
Bersamaan waktunya dia lancarkan pula sebuah pukulan
yang maha dahsyat ke depan.
Walaupun Telapak darah pengusik langit Lu Ma termashur
dalam dunia persilatan karena ketangguhan ilmu pukulannya,
namun ia tak menyangka tibanya sergapan dari belakang
otomatis hawa murninya juga tak sempat ditarik kembali.
Digencet dari muka dan belakang oleh pukulan yang amat
dahsyat terpaksa dia mengayunkan telapak tangannya
menghadapi pukulan dari muka dan belakang sekaligus.
"Blaaaamm, blaaamm!"
Dua kali benturan keras bergema memecahkan keheningan. Sejuta setan kesal Yu Jiang segera mencelat ke belakang
dan roboh terduduk di atas tanah, namun si Telapak darah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengusik langit Lu Ma pun tidak menerima keuntungan apa-
apa, malahan dia terhuyung-huyung ke belakang sebelum
akhirnya jatuh terduduk. Hanya Selaksa dewa murung Yu Bong seorang tetap berdiri
tegak seperti keadaan semula.
Hal ini bukan berarti tenaga dalam yang dimiliki Selaksa
dewa murung Yu Bong sangat hebat dan melebihi kemampuan
dari T elapak darah pengusik langit Lu Ma yang benar, ia justru
manfaatkan kesempatan yang sangat baik di saat musuhnya
terpojok oleh desakan dan gencetan sehingga ia berhasil
meraih keuntungan besar. Dengan kejadian tersebut, ketujuh iblis menjadi tertegun.
Mereka sadar bila pertarungan semacam ini dilanjutkan maka
pada akhirnya mereka akan kehabisan tenaga dan menyerah
kalah, jelas posisi semacam ini tidak menguntungkan.
Dalam pada itu, kakek bungkuk yang semual menjaga di
depan pintu mendadak hilang lenyap entah kemana perginya.
Raja setan kepala botak memandang sekejap sekeliling
tempat itu, kemudian serunya dengan lantang :
"Bocah she Sik, bila kau berniat mencari kemenangan
dengan memakai akal licik, biarpun pada akhirnya kami
bertujuh jatuh pecundang di tanganmu, kekalahan tersebut
tidak akan memuaskan kami."
"Lantas bagaimana maksudmu" Pertarungan macam apa
yang kau kehendaki...?"
Raja setan kepala botak tertawa terbahak-bahak :
"Haaa... haaa... haaa... haaa... kulihat dari keinginanmu
menjadi seorang pemimpin dunia persilatan sudah pasti
kepandaian silat yang kau miliki amat tangguh, untuk itu kami
tujuh bersaudara masing-masing ingin melepaskan tiga buah
pukulan kepadamu, apakah kau berani untuk menerimanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jelas dia bertujuan jahat, yaitu meminta Sik Tiong Giok
seorang diri menghadapi mereka bertujuh.
Sebagaimana diketahui, untuk mengalahkan Pat Huang Sin
Mo dulu, Im thian sam siu (tiga kakek dari Im thian) yang
berkepandaian tinggipun harus turun tangan bersama-sama,
disamping itu Leng san sam yu (tiga kerabat dari Leng san)
pun hanya mampu mengurung Ang Lou Hujin, bisa
dibayangkan bagaimana mungkin Sik Tiong Giok sanggup
menghadapi ketujuh iblis itu sekaligus, kendatipun dia
memiliki kemampuan yang hebat.
Mendengar ucapan tersebut, Sik Tiong Giok menjadi
tertegun, sedangkan siucay bermata setan Yu Hoa yang
berada di sisinya juga memandang sekejap ke arahnya.
Pada saat itulah mendadak dari luas pintu ruangan kuil
berkumandang seruan seseorang :
"Waaah, banyak amat orang yang berkumpul disini"
Apakah sedang menyelenggarakan pibu (adu kepandaian silat)
disini" Bolehkah aku turut serta di dalam pertandingan ini?"
Semua orang segera berpaling ke arah mana berasalnya
suara itu, sedangkan Sik Tiong Giok dengan perasaan tertegun
segera berpikir : "Kenapa budak itu pun turut datang kemari?"
Sebaliknya Ang lou hujin tanpa memperdulikan keadaan
luka yang sedang dideritanya, mendadak ia membentak keras
lalu menerjang ke arah mana datangnya suara itu dengan
kalap. Ternyata orang yang baru saja menampakkan diri adalah
seorang bocah perempuan yang berusia dua tiga belas
tahunan, dia memakai baju ketat berwarna hijau dgn
sepasang pedang tersoren di punggungnya.
Sambil memutar sepasang biji matanya yang besar dia
memandang sekejap sekeliling tempat itu, sementara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang kepangnya turut bergoyang kian kemari mengikuti
gerakan kepalanya, jelas terpancar dari wajahnya betapa binal
dan nakalnya bocah perempuan itu.
Ternyata nona cilik ini tak lain adalah Sim Cui.
Begitu melihat Ang lou hujin menerjang ke arahnya dia
segera berkelit ke samping sambil tertawa cekikikan serunya :
"Hey si jelek tua, rupanya tidak ada yang suka kepadamu.
Buat apa kau mencari nona mu terus" Idiih tak tahu malu..."
Sambil mengejek, jari tangannya digerakkan di pipinya
membuat gerakan mengejek, hal ini membuat semua orang
yang berada di sekelilingnya segera tertawa tergelak.
Saking mendongkolnya paras muka Ang lou hujin yang
dasarnya sudah jelek kini berubah menjadi merah padam
seperti babi panggang, dengan semakin geram dan gusar dia
mengejar nona kecilitu siap memukulnya.
Dengan gerakan yang lincah seperti seekor ikan Sim Cui
segera berkelit ke samping dan menghindarkan diri dari
sergapan lawan, dengan begitu tubrukan dari Ang lou hujin
pun mengenai sasaran yang kosong.
Menanti Ang lou hujin menghentikan pengejarannya, nona
cilik itu segera mengejek lagi :
"Hey mata buta, itik yang tak punya pantat, kau lebih
pantas kawin dengan katak budukan."
Ang lou hujin kembali menjadi berang dan melakukan
pengejaran lagi. Hua sin mo i Thi cu yang melihat kejadian itu turut
bersusah hati bagi kesialan Ang lou hujin, bagaimanapun juga
dia adalah seorang tokoh silat yang ternama, tapi sekarang
tak mampu membekuk seorang nona kecilpun. Kejadian
tersebut boleh dibilang benar-benar merupakan suatu kejadian
yang mengenaskan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, ia segera berteriak keras :
"Suci, jangan kuatir, aku datang membantumu."
"Huuh, biarpun kalian tujuh iblis maju bersama pun tidak
ada gunanya...." ejek Sim Cui segera.
Perlu diketahui Hua sin mo li termashur dalam dunia
persilatan karena gerakan tubuhnya yang amat cepat, begitu
selesai berkata tadi, dia segera menggerakkan sepasang
telapak tangannya dan menyerang Sim Cui.
Akan tetapi nona cilik itupun amat cekatan, tidak diketahui
gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu saja dia sudah
menerobos keluar dari ancaman serangan iblis perempuan itu
dan malahan mendesak maju lebih ke muka.
Atas kejadian ini Hua sin mo li menjadi tertegun karena
kaget dan cepat-cepat mundur ke belakang.
Siapa tahu secara kebetulan Ang lou hujin sedang
menerjang ke muka, sepang cakar setannya langsung tertuju
ke arah tubuh Hua sin mo li yang sedang mundur.
Dalam pada itu Sim Cui telah menerobos keluar dari bawah
ketiak Hua Sin mo li dan melompat ke atas undak-undakan
ruangan sambil menontong kedua orang iblis itu saling
bertarung sendiri. Untung sekali Hua sin mo li memiliki gerakan tubuh yang
cekatan, di saat yang paling kritis ia segera miringkan tubuh
sambil mengigos ke samping, dengan gerakan yang amat
berbahaya dia terlepas dari ancaman maut itu.
Menyaksikan adegan tersebut, tujuh iblis itu sama-sama
berpekik di dalam hati : "Ooooh, sungguh berbahaya."
Dalam pada itu Sim Cui telah bertolak pinggang dan
mengejek sambil tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Asyik bukan" Si setan jelek mencakar rase binal, sayang
sekali cakarannya itu meleset."
Raja setan kepala botak segera mendengus dingin,
teriaknya : "Budak busuk! Kau ingin me lihat darah bercucuran" Aku
segera akan membuatmu mampus bermandikan darah."
"Itik tua berpantat gundul, kau tak usah ngebacot yang
bukan-bukan huuuhh nona mu masih sanggup menghadapi
kerubutan kalian bertujuh seorang diri, tidak percaya silahkan
dibuktikan," bentak Sim Cui jengkel.
Pat Huang Sin Mo tertawa seram tiba-tiba serunya :
"Budak busuk, pandai amat kau mengibul yang bukan-
bukan." "Katak buduk, kau tak percaya" Mengapa tidak bertaruh
denganku?" "Coba kau terangkan dulu bagaimana taruhannya, aku tak
percaya kalau kau si budak kecil memiliki kemampuan
sedemikian besarnya."
Sim Cui tertawa. "Jika dalam sepuluh jurus aku tak mampu mengungguli
kalian, bagaimana kalau anggap saja aku yang kalah?"
Pat Huang Sin Mo tertawa terbahak-bahak.


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haah... haah... haaah... budak licin, taruhan semacam ini
kelewat enteng." "Lalu apa keinginanmu?"
"Aku punya dua syarat, cuma kuatirnya kau tak bisa
mengambil keputusan."
"Bila tidak kau jelaskan, bagaimana mungkin aku bisa
mengambil keputusan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau masih kecil, apakah perkataanmu masih dapat
dipercaya?" Sim Cui segera melotot besar, serunya :
"Kau bilang usiaku kecil" Kau tahu meskipun kura-kura
sudah tua umurnya, dia toh masih tetap kecil dan tak bisa
berkaki delapan" Sedangkan emas yang kecil, biar kecil tapi
keras sekali dan bisa dihancurkan."
Merasa dirinya dimaki nona kecil sebagai kura-kura, Pat
Huang Sin Mo menjadi marah sekali, matanya segera melotot
besar dan rambutnya pada berdiri kaku seperti landak.
Nona kecil itu segera membentak lagi :
"Huuh, kau anggap dengan bergaya seperti itu lantas aku
menjadi taku" Terus terang aku bilang, aku tak bakal takut
dengan kura-kura tua seperti kau!"
Sambil berusaha menahan amarahnya, Pat Huang Sin Mo
segera berkata dengan suara dingin :
"Aku tak perduli apa yang kau bilang, pokoknya kau mesti
mencari seseorang untuk menjamin perkataanmu itu."
Kakek bungkuk yang menjaga pintu kuil tadi mendadak
muncul kembali di muka pintu sambil menimbrung :
"Biar kusuruh pangeran kecil kami yang memberi jaminan!"
Mendengar perkataan tersebut Sik Tiong Giok menjadi
melongo, dia cukup mengetahui kemampuan dari Sim Cui,
jangan lagi mengalahkan ke tujuh iblis tersebut dalam sepuluh
gerakan, seorang saja di antara mereka sudah cukup
merobohkan nona kecil itu tak sampai sepuluh gerakan, sudah
barang tentu pemuda ini tak percaya akan kemampuannya.
Sementara dia masih ragu, Pat Huang Sin Mo telah berseru
dengan keras : "Bocah she Sik, beranikah kau memberi jaminan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara Sik Tiong Giok masih termangu-mangu dan tak
tahu apa yang mesti dijawab mendadak ia mendengar
seseorang berbisik di s isi telinganya :
"Anak muda cepat kau sanggupi, peluang terbaik ini mesti
kau manfaatkan dengan sebaik-baiknya."
Sik Tiong Giok segera mendehem pelan lalu sahutnya :
"Baik, aku akan menjamin perkataanmu itu, tapi apakah
syarat yang hendak kalian ajukan?"
"Bila budak cilik ini tak mampu mengungguli kami dalam
sepuluh jurus, maka kau harus berkewajiban untuk
mengembalikan lencana tujuh iblis itu kepada kami."
"Dan kedua," timbrung s i Raja setan kepala botak tiba-tiba,
"kau pun harus menyerahkan kotak Giok hap gi ciau tersebut
pada kami." Di dalam anggapan ke tujuh iblis tersebut, Sik Tiong Giok
pasti akan menolak permintaan tersebut, sekalipun bersedia
menyerahkan kembali lencana tujuh iblis, belum tentu akan
setuju untuk menyerahkan kotak Giok hap gi ciau.
Siapa tahu apa yang terjadi sama sekali di luar dugaan,
tanpa berpikir panjang Sik Tiong Giok segera menjawab :
"Baik, aku menyetujui semua permintaan kalian, tapi apa
yang hendak kalian pertaruhkan " Bila dalam sepuluh jurus
kalian dikalahkan nona kecil itu apa yang hendak kalian
perbuat?" Diam-diam tujuh iblis merasa terkejut sekali setelah
mendengar si Raja setan kepala botak berkata :
"Jika kami yang kalah maka mulai sekarang markas besar
kami di Ci sia kami tutup dan selama kau she Sik masih
berada dalam dunia persilatan, kami tak akan munculkan diri
lagi di depan umum."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waah, taruhan semacam itu sih kelewat enteng," seru Sik
Tiong Giok sambil tertawa.
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?"
"Raja setan kepala botak, apakah perkataanmu bisa
dianggap sebagai perkataan ketujuh rekanmu?"
Raja setan kepala botak segera mendelik besar, teriakna
dengan marah : "Biarpun tujuh iblis dari Ci shia belum terhitung jagoan dari
golongan lurus, soal kepercayaan kami pegang teguh."
Dengan nada tak sabar Pat Huang Sin Mo berteriak pula :
"Keparat she Sik, jika ingin mengajukan syarat cepatlah
diajukan, asal kami sudah setuju pasti tak akan diingkari."
"Sebetulnya syaratku sederhana sekali," kata Sik Tiong Giok
sambil tertawa. "Jika kalian kalah, maka sepanjang hidup
harus menuruti semua perkataanku..."
Begitu perkataan tersebut diajukan, ketujuh iblis tersebut
segera termenung lalu berpaling sendiri, tapi siapa pun tidak
percaya kalau dengan kemampuan mereka yang sudah
termashur dalam dunia persilatan, seorang nona kecil berusia
dua tiga belas tahun pun tak mampu dihadapi..."
Mendadak si Raja setan kepala botak berseru :
"Baiklah, kami menyetujui syaratmu itu."
Sik Tiong Giok segera memandangi keenam iblis lainnya
sambil bertanya : "Bagaimana dengan kalian semua?"
"Tentu saja kami tak akan menyesal," jawab enam iblis
lainnya bersama-sama. Sik Tiong Giok manggut-manggut kepada Sim Cui segera
katanya : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah nona, kau boleh turun tangan segera."
Sambil tertawa Sim cui manggut-manggut dia segera
mencabut pedangnya dan berseru :
"Hey, kalian akan maju bersama-sama atau seorang demi
seorang...?" Sementara Ang lou hujin telah mengambil kembali
tongkatnya dari atas tanah, teringat kembali dendamnya
karena diolok nona kecil itu tadi, dia segera menyiapkan
senjatanya sambil membentak :
"Biar aku nenek tua yang coba kepandaian silatmu..."
Sesungguhnya Sim Cui sendiri pun tidak mempunyai
keyakinan untuk mengalahkan lawannya, apa yang dilakukan
selama ini tidak lebih cuma menuruti petunjuk seseorang.
Pada mulanya dia merasa asyik dengan permainan
tersebut, tetapi setelah serangan musuh dilancarkan, dia baru
merasa gugup dan tidak tahu harus menggunakan jurus
serangan apakah untuk membendung datangnya ancaman
lawan yang begitu dahsyat.
Di saat dia sedang bimbang dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat inilah, mendadak dari lengan kanannya muncul
segulung tenaga kekuatan yang tak terlukiskan hebatnya,
membuat jurus Ka hay kim liang (menyungging samudra
dengan tiang emas) yang sedang digunakan menjadi lebih
kuat dan bertenaga. Ang lou hujin sudah amat membenci dengan nona kecil
tersebut, kalau bisa dia ingin menghantam nona itu sampai
tubuhnya hancur berantakan, tak heran kalau serangan yang
dilepaskan itu telah menggunakan tenaga sebesar sepuluh
bagian. Menanti pedang dan tongkatnya saling beradu, Ang lou
hujin baru merasa kalau keadaan tak beres, dengan perasaan
terkesiap segera pikirnya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaaah, sungguh aneh" Baru berpisah berberapa hari
dengan bocah keparat ini mengapa tenaga dalamnya telah
memperoleh kemajuan sedemikian hebatnya" Bahkan dua kali
lipat lebih hebat daripada keadaan semula."
Belum habis ingatan tersebut lewat, tongkatnya telah
beradu dengan senjata lawan.
"Traaaaanggg...!"
Di tengah benturan keras yang memekakkan telinga,
tongkat bajanya seberat puluhan kati itu tahu-tahu sudah
tergetar lepas dari cekalannya dan mencelat ke udara.
"Blaaaam..." Kembali terjadi bentrokan keras, tongkat baja yang
mencelat itu segera menghantam pintu kuil sehingga hancur
berantakan. Ang lou hujin menjerit kaget, tubuhnya secara beruntun
mundur sejauh enam tujuh langkah ke belakang, tangannya
saling berpegangan dan tak mampu digerakkan lagi, jelas
kalau sendi tulang lengannya telah terlepas.
Kakek bungkuk yang berada di depan pintu kuil itu segera
bersorak memuji : "Betul-betul sebuah jurus tongkat terbang menghantam
pintu yang sangat hebat."
Peristiwa ini dengan cepat menggetarkan hati setiap jago
yang hadir di arena, semuanya membelalakkan matanya lebar-
lebar dan berdiri dengan wajah tertegun.
Di antara sekian orang cuma Huan Li ji seorang yang diam-
diam merasa keheranan bukan karena kemampuan Sim Cui
yang mengejutkan, tapi karena nada suara dari kakek
bungkuk itu telah berubah sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Sim Cui yang paling merasa girang oleh kejadian
ini, mimpipun dia tak menyangka kalau Ang lou hujin dapat
dirobohkan olehnya hanya dalam satu gebrakan saja.
Begitu berhasil dengan serangannya, dengan semangat
berkobat segera serunya lagi sambil tertawa cekikikkan :
"Nah, masih ada siapa lagi yang ingin merasakan
seranganku?" Belum habis ia berkata Ban biau sian koh Lu Yong poo
telah membentak keras : "Budak ingusan, rasakan tusukan pedangku ini!"
Seperti gulungan angin puyuh dia menerjang ke muka,
pedangnya dengan membiaskan cahaya berkilauan langsung
membacok kepalanya. Sim Cui tidak menyangka kalau serangan tersebut akan
datang sedemikian cepatnya, tampaknya dia tak sanggup lagi
untuk menghindarkan diri.
Sik Tiong Giok yang melihat kejadian tersebut kontan saja
melompat bangun saking kagetnya, sedangkan Huan Li ji
hampir saja menjerit keras.
Tapi di saat yang paling kritis itulah tangan kanan Sim Cui
seperti digandeng seseorang, ujung pedangnya segera
menyodok ke atas dan persis menghantam tubuh pedang dari
Lu Yong poo. "Traaang!" Dentingan nyaring segera berkumandang memecahkan
keheningan, pedang Lu Yong poo pun tergetar sampai
mencelat sejauh dua tiga kaki lebih dan menancap di atas
pohon, bukan begitu saja saking besarnya tenaga pantulan
itu, pedang tersebut bergetar terus tiada hentinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan Lu Yong poo sendiri menderita cukup runyam,
telapak tangannya pecah dan berdarah, sementara orangnya
berdiri tertegun bagaikan sebuah patung.
Raja setan kepala botak menjadi kaget bercampur
mendongkol, matanya melotot besar bagaikan gundu,
tangannya mengaruk-garuk kepala botaknya yang tak gatal,
betapapun ia sudah perhatikan gerak serangan lawan secara
seksama, nyatanya dia tak berhasil untuk melihat secara jelas
gerakan apakah yang telah digunakan nona kecil itu.
Berhasil untuk kedua kalinya, Sim Cui makin bersemangat
lagi, sambil tertawa cekikikan serunya kemudian :
"Baru jurus kedua, waaah agaknya tidak perlu sepuluh
juruspun kalian bertujuh sudah mampu dibuat keok semua."
Dengan geram Telapak darah pengusik langit Lu Ma
mendengus dingin, teriaknya :
"Kau memang nampak agak hebat budak busuk, coba kau
rasakan dulu seranganku."
Tiba-tiba dia putar lengannya lalu melancarkan sebuah
bacokan ke depan, di tengah deruan angin serangan yang
kuat terselip pula bau busuk menusuk hidung, bagaikan
amukan ombak di tengah samudra langsung menyapu ke
depan. Sim Cui menjadi melongo, musuhnya berdiri di kejauhan
sana sambil me lancarkan pukulan, padahal pedangnya amat
pendek, bagaimana caranya dia mesti menyambut ancaman
tersebut" Tampaknya nona kecil itu segera akan tergulung oleh
pukulan maut lawannya dan mampus secara mengerikan.
Mendadak, di saat yang amat kritis itulah tahu-tahu dari
ujung pedang pendeknya memancar keluar dua gulung tenaga
serangan yang maha dahsyat langsung menyergap ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu dua gulung tenaga serangan itu saling bertemu,
nyatanya angin serangan dari pedang itu berhasil menembusi
angin pukulan lawan bahkan meneruskan sergapannya ke
depan dengan membawa suara desingan yang amat tajam.
"Sreeet!" Di tengah desingan tajam itu, Telapak darah pengusik
langit Lu Ma tak sanggup lagi mempertahankan diri, secara
beruntun dia terdorong mundur sejauh tujuh delapan langkah
lebih dari posisi semula, lamat-lamat dadanya terasa sakit
bagaikan tertembus oleh tusukan pedang, bukan begitu saja
bahkan hawa murninya juga mengalami kerugian yang tak
kecil. oooOdwOooo Peristiwa ini segera mengejutkan semua orang yang hadir
di arena, siapapun tidak menduga kalau seorang bocah
perempuan yang berusia dua tiga belas tahunan ternyata
mampu menghadapi tujuh orang iblis sekaligus, andaikata
tidak disaksikan dengan mata kepala sendiri, siapapun tentu
tak percaya. Tapi kenyataan sudah terbentang di depan mata, tidak
percaya pun terpaksa mereka harus mempercayainya.
Setelah berhasil meraih kemenangan secara beruntun,
nona kecil itu menjadi amat kegirangan sampai mulutnya tak
bisa ditutup kembali, serunya sambil tertawa cekikikan :
"Apakah masih ada yang tidak puas" Ka lau ada ayoh cepat


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju ke depan, sebab aku masih ada urusan lain yang mesti
diselesaikan." Tak seorang pun di antara ke tujuh orang iblis itu yang
berbicara ataupun memberikan pendapat, mereka hanya
saling berpandangan dengan mulut membungkam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama kemudian, si Raja setan kepala botak baru
mengerdipkan sepasang mata tikusnya dan berkata sambil
tertawa : "Kepandaian silat yang nona cilik miliki memang sangat
hebat, kami semua benar-benar merasa takluk dan tunduk,
tapi sebelum itu kami ingin sekali bertarung melawan
Pangeran Serigala langit apakah sudi kiranya pangeran
memberi petunjuk?" Sik Tiong Giok segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaah... haah... haah... apakah kau berkeyakinan dapat
menangkan aku?" "Hmm, sebelum pertarungan dimulai, sulit untuk dikatakan
bisa atau tidak, sebab siapa bertarung menggunakan ilmu s ilat
sejati, maka siapapun jangan harap bisa meraih kemenangan
dengan akal muslihat..."
"Aaah itu sih belum tentu, kadang kala dalam satu gerak
serangan saja orang bisa meraih kemenangan dan posisi lebih
menguntungkan, apakah kau tidak percaya?"
"Aku tidak percaya, andaikata kami bertujuh maju bersama
apakah kaupun bisa mengungguli kami dengan gerakan tipu
dari jurus-jurus seranganmu itu?"
"Kalau begitu bagaimana jika kita mencobanya?" tantang
Sik Tiong Giok sambil tertawa.
Sembari berkata ia lantas bangkit dari tempat duduknya
dan berjalan menuju ke tengah arena, sikapnya amat santai,
seakan-akan sama sekali tak memandang sebelah matapun
terhadap pertarungan yang bakal berlangsung ini.
Ketujuh orang iblis itu saling bertukar pandangan sekejap
lalu masing-masing menyebarkan diri mengambil posisi
mengepung dan bersiap sedia melancarkan serangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sikap yang santai dan tenang Sik Tiong Giok
memandang sekejap ke arah tujuh orang iblis itu, lalu
katanya: "Silahkan kalian segera turun tangan!"
"Baik," sahut Raja setan kepala botak lalu ia segera maju
ke depan dan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Dengan cekatan Sik Tiong Giok menghindar ke samping,
begitu lolos dari serangan iapun berseru sambil tertawa :
"Tenaga pukulanmu kali ini jauh lebih lemah daripada
seranganmu sewaktu berada di lembah Lu Hoa Kok tempo
hari, aneh! Mengapa tenagamu malah tamah mundur?"
Raja Setan kepala botak mendengus dingin, setelah
memandang sekejap keenam rekannya, ia membentak keras
lalu secara beruntun me lancarkan beberapa buah bacokan
berantai. Menyusul serangan dahsyat dari si Raja setan kepala botak,
keenam orang iblis lainnya serentak maju pula me lancarkan
serangan, masing-masing orang mengerahkan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk mengurung anak muda itu
rapat-rapat. Begitu tujuh orang iblis itu turun tangan bersama
melakukan pengeroyokan, segera terlihat suatu kerja sama
yang sangat hebat, daya pengaruh yang terpancarpun jauh
berbeda dengan keadaan semula masing-masing orang
menyerang gencar dan kalap, semuanya berusaha merobohkan lawan dengan serangan-serangan beruntunnya
yang dahsyat bagaikan amukan angin puyuh.
Bila berbicara soal tenaga dalam sudah jelas Sik Tiong Giok
bukan tandingan lawan, tapi ia justru mengandalkan
kelincahan dan keindahan jurus serangannya untuk mengatasi
semuanya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebentar ia nampak menyodok, sebentar lagi nampak
membacok, posisinya pun ikut bergeser tiada hentinya kesana
kemari, dalam keadaan seperti ini hilanglah kesempatan bagi
ketujuh iblis itu untuk menguasai keadaan.
Sebagaimana diketahui, si T elapak darah pengusik langit Lu
Ma telah menderita luka dalam, andaikata ia bertarung secara
sabar dan mantap, luka tersebut tentu tak akan berpengaruh
banyak terhadap tenaga dalamnya.
Tapi sayang ia kurang sabar, setelah bertarung sekian lama
tanpa hasil, habis sudah kesabarannya, tiba-tiba ia
membentak keras lalu tubuhnya menerjang maju ke depan
secara ganas. Sebagai seorang jago yang termashur dalam dunia
persilatan karena ilmu pukulannya, bisa diketahui betapa
dahsyat dan hebatnya ancaman tersebut.
Dalam keadaan demikian Sik Tiong Giok bukan berusaha
untuk menghindarkan diri sebaliknya dia malah maju
menyongsong serta menyambut datangnya ancaman tersebut
dengan keras melawan keras.
Telapak darah pengusik langit Lu Ma menjadi amat girang,
segera pikirnya : "Bajingan cilik, rasain kelihayanku ini..."
Ingatan tersebut baru saja melintas lewat, sepasang
telapak telah saling beradu satu sama lainnya, cepat-cepat dia
mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, dalam
perkiraannya pukulannya kali ini pasti akan berhasil melukai
lawan. Siapa sangka begitu bentrokan terjadi, tiba-tiba saja tenaga
pukulannya terpeleset ke samping sehingga tenaga pukulannya yang amat dahsyat itu menyambar melewati sisi
dada Sik Tiong Giok dan langsung menerjang tubuh Ang lou
hujin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terlukiskan rasa kaget Telapak darah pengusik langit Lu
Ma menyaksikan kejadian itu, cepat-cepat teriaknya :
"Hati-hati suci atau kakek ke-empat..."
Sambil berteriak tergopoh-gopoh ia tarik kembali tenaga
pukulannya. Sayang sekali keadaan sudah terlambat, tenaga pukulan
yang maha dahsyat itu telah menerjang ke arah Ang lou hujin.
Kendatipun Ang lou hujin sendiri merasakan juga
datangnya tenaga serangan maha dahsyat yang menerjang ke
arahnya sehingga dia sempat mengibaskan tangannya untuk
menangkis tapi akibatnya toh ia sendiri tergetar mundur
dengan sempoyongan, bahkan belum cukup sampai disitu
tubuhnya terhuyung kembali ke belakang dan akhirnya roboh
terjungkal ke atas tanah.
Melihat adegan tersebut, Sik Tiong Giok kontan tertawa
terbahak-bahak, ejeknya kemudian :
"Hey, mengapa kalian malah saling gontok-gontokan
sendiri?" "Haa, haa... haa... inilah yang dinamakan orang, air bah
menerjang kerajaan naga."
Sementara masih menggoda, Raja setan kepala botak
segera memanfaatkan kesempatan baik itu dengan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Seakan-akan tidak menyangka datangnya serangan
tersebut, pemuda itu akan segera terhajar telak.
Semua kejadian ini dapat diikuti oleh keenam iblis lainnya
dengan jelas, bahkan Ang lou hujin yang masih tertunduk di
atas tanah segera berseru keras saking gembiranya.
Pada saat yang amat kritis inilah, tiba-tiba Sik Tiong Giok
merendahkan bahunya sambil mengigos ke samping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika itu juga Raja setan kepala botak merasakan
bahwa serangannya bukan saja gagal mengenai lawan,
bahkan pada saat yang bersamaan dia yang merasakan
bagaimana angin serangannya yang maha dahsyat itu telah
meluncur ke samping dan langung menghantam tubuh Hua in
moli T hi Cu yang berada di hadapannya.
Thi Cu sangat terkejut merasakan datangnya serangan
tersebut, buru-buru dia mengayunkan telapaknya untuk
menyambut datangnya serangan dahsyat dari rekannya ini.
Sayang seribu kali sayang, tenaga dalam yang dimilikinya
kelewat cetek begitu ancaman tersebut disambut, ia segera
merasakan datangnya tenaga tekanan yang maha dahsyat
menindih tubuhnya. Tak ampun tubuhnya segera mencelat sejauh satu kaki
lebih dan sewaktu roboh kembali ke atas tanah, darah segar
menyembur keluar dari mulutnya.
Hanya cukup dua gebrakan saja, ke tujuh orang iblis itu
sudah dibuat kaget, tertegun dan sesaat lamanya tak tahu apa
yang mesti dilakukan. Lama kemudian, Raja setan kepala botak baru mundur dua
langkah sambilserunya dengan perasaan ngeri :
"Hey bocah muda, ilmu silat apa yang telah kau
pergunakan itu?" "Haah... haah... inilah yang dinamakan ilmu meminjam
golok membunuh orang, pernahkah kau dengar nama ini?"
"Bangsat, kau ngaco belo!" Tiba-tiba Raja setan kepala
botak membentak marah. "Mau percaya atau tidak terserah kepadamu, masih berani
bertarung lagi?" Pertanyaan ini kembali membuat Raja setan kepala botak
berdiri tertegun, bila dilihat dari keadaan situasi jelas mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertujuh tak mampu bertarung lagi, tapi kalau disuruh
mengaku kalah, diapun merasa tak rela.
Lama setelah berdiri termangu, akhirnya Raja setan kepala
botak berkata sambil menghela napas :
"Baiklah kami bertujuh dari istana iblis mengaku kalah."
"Ehm, bagaimana dengan perjanjian selama tiga tahun...?"
"Akan kami laksanakan."
"Tapi kau harus tahu," sela Ban biau s ian koh Lu Y ong poo
tiba-tiba, "kami hanya takluk pada lencana tujuh iblis, tapi
bukan takluk kepadamu, Pangeran Serigala."
Baru selesai dia berkata, kakek bungkuk yang berada di
depanpintu kuil telah menyambung sambil tertawa terbahak-
bahak : "Perduli kalian takluk kepada siapa yang penting asal kalian
benar-benar takluk."
Dengan marah Lu Yong poo melotot sekejap ke arah kakek
itu, namun sebelum dia sempat mengumbar amarahnya, Raja
setan kepala botak telah memberi tanda kepadanya, kemudian
katanya kepada Sik Tiong Giok sambil tertawa :
"Nah, persoalan telah beres, kami ingin mohon diri lebih
dulu." Mendadak Huan Li ji mengangkat tinggi lencana tujuh iblis
itu lalu berseru : "Apakah kalian bermaksud tidak menghormati lencana
tujuh iblis itu lagi?"
Ketujuh iblis itu sama-sama tertegun, lalu sambil memberi
hormat serunya berbareng :
"Kami siap mendengarkan perintah dari lengcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil mengangkat tinggi lencana lengcu tersebut, Huan Li
ji segera berkata lagi : "Kuperintahkan kepada kalian bertujuh segera berangkat ke
bukit Pay Lau San selidiki tentang bakal munculnya kelabang
langit, periksa juga manusia-manusia dari mana saja yang
berniat merebut mestika tersebut, nah cepat berangkat!"
Dengan perasaan apa boleh buat, tujuh orang iblis itu
segera menyahut lalu dengan wajah murung dan tubuh lemas
beranjak pergi meninggalkan kuil tersebut.
Menanti tujuh orang itu sudah pergi jauh, Huan Li ji tak
dapat menahan rasa gelinya lagi, ia segera tertawa tergelak...
"Di hari-hari biasa, ketujuh orang itu sombong dan takebur
serta soknya bukan kepalang, tapi hari ini keadaan mereka tak
ubahnya seperti seekor anjing yang kena gebuk, sungguh
mengenaskan sekali keadaannya. Sampai aku sendiripun turut
merasa kasihan." "Tapi bila suatu ketika kau si budak terjatuh ke tangan
mereka, orang-orang itu tak bakal menaruh belas kasihan
kepadamu," sambung kakek bungkuk itu sambil tertawa.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok maju ke depan dan memberi
hormat, katanya kemudian :
"Seandainya locianpwee tidak membantu kami secara diam-
diam, belum tentu ketujuh iblis itu akan sedemikian takluknya
hari ini." "Kalau begitu kalian harus berterima kasih sekali
kepadaku," seru kakek bungkuk itu sambil tertawa.
"Yaa, memang sudah sepantasnya berterima kasih sekali
kepada cianpwee..." Seraya berkata ia segera berlutut sambil memberi hormat,
diikuti pula oleh Huan Li ji dari s isinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya Sim Cui seorang tetap berdiri tak berkutik di tempat
semula sambil tersenyum. Melihat itu, kakek bungkuk tersebut segera menegur :
"Hey, budak nakal, seandainya aku tidak membantu secara
diam-diam mustahil kau dapat mengalahkan ketujuh iblis itu,
mengapa kau tidak berterim akasih kepadaku?"
Nona cilik itu segera mencibirkan bibirnya dan menyahut :
"Hmm, mengapa aku harus berlutut dan menyembah
kepadamu" Kau ini manusia macam apa?"
Sik Tiong Giok terkejut sekali, dia tak mengira kalau nona
kecil itu begitu bernyali sehingga berani memaki seorang


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

locianpwee dari dunia persilatan, tanpa terasa ia mengerutkan
dahinya rapat-rapat. "Adikku, kau tak boleh bersikap demikian terhadap seorang
bulim cianpwee," Huan Li ji segera berbisik pula.
Sambil memutar biji matanya yang jeli, Sim Cui kembali
tertawa. "Kau anggap siapakah dia..." haa.. haa.. dia cuma seorang
angkatan muda dari dunia persilatan, dia cuma seorang
cecunguk muda." Perkataan dari nona cilik ini tentu saja semakin
membingungkan Sik Tiong Giok serta Huan Li ji, untuk sesaat
kedua orang itu hanya bisa saling berpandangan dengan
wajah termangu. Sim Cui mengerling sekejap ke arah orang itu, lalu katanya
lagi sambil tertawa cekikikan :
"Bukankah kalian ingin melihat jelas wajah aslinya" Nah,
asalkan kugapai tanganku ini sudah pasti dia akan
menampakkan wajah aslinya." Ketika mendengar ucapan
tersebut kakek bungkuk itu segera tertawa terbahak-bahak,
sambil melepaskan topeng dari wajahnya dia berseru :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waduh nona besarku, kau memang hebat sekali, tak usah
repot-repot lagi biar kutunjukkan sendiri wajah asliku."
Sik Tiong Giok semakin terkejut lagi sete lah melihat
keadaan yang sebenarnya. Ternyata kakek bungkuk yang semestinya adalah manusia
aneh penghuni rumah pohon itu, sekarang telah berubah
menjadi seorang bocah lelaki berusia dua tiga belas tahunan
yang berwajah merah, bergigi putih dan bertampang nakal.
Huan Li ji membelalakkan pula matanya lebar-lebar sambil
memandang dengan terkejut serunya kemudian agak
termangu : "Haah" dia berubah lagi... Siapakah kau sebenarnya?"
Sementara itu Sik Tiong Giok telah mendekat maju ke
muka dan membekuk tengkuk bocah itu, setelah tertegun
sejenak, bentaknya kemudian sambil tertawa :
"Bagus sekali perbuatanmu Kalajengking kecil, kau berani
mempermainkan aku?" Ternyata bocah itu bukan lain adalah Si Kalajengking kecil
Siu Cing. Dengan peluh jatuh bercucuran, ia segera berteriak
keras : "Aduh mak, jangan kau cekik mati aku, beginikah sikapmu
terhadap seorang locianpwee?"
"Huuh, kau masih berani berlagak sebagai seorang
locianpwee" Lihat saja kucekik kau sampai mampus," kata Sik
Tiong Giok sambil mencekik dengan gemas.
Lama kelamaan Siu Cing tak tahan juga, ia segera berseru
kembali : "Engkoh Sik ku yang baik, ampunilah aku, bila cekikan ini
kau lanjutkan aku benar-benar bisa berangkat ke istana langit
dengan menumpang angin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok tersenyum, ia mengendorkan tangannya lalu
berkata : "Cepat katakan, mengapa kau datang dengan menyaru
sebagai kakek bongkok?"
"Hmm, siapa lagi, siluman rase itu yang memaksa aku
menyaru demikian hampir saja aku mati konyol," omel Siu
Cing sambil berkerut kening.
"Sudah, jangan membanyol terus, siapa sih siluman rase
tua itu?" "Siapa yang lagi membanyol" Masa kau tidak kenal
dengannya?" seru Siu Cing sambil membelalakkan matanya
lebar-lebar. "Siapa sih yang kau maksudkan?" tanya Sik Tiong Giok
semakin kebingungan. "Siapa lagi, tentu saja si tua bangka yang mengaturkan
segalanya bagi kalian itu."
"Oh, kau maksudkan cianpwee yang bungkuk itu" Y a, kami
memang sudah kenal dengannya, dan kami pun tahu kalau dia
pandai menyamar." "Huuh, diapun pandai menipu orang," seru Siu Cing sambil
tertawa. "Itulah sebabnya ku panggil ia sebagai rase tua."
"Sejak kapan kau kenal dengannya?"
Siu Cing segera membusungkan dadanya dan menjawab
dengan bersemangat : "Kami sih sahabat lama, sudah kenal lama sekali, malah
hubungan kami pun terhitung lumayan juga."
Menyaksikan gaya Siu Cing yang kocak itu, Huan Li ji
segera tertawa cekikikan serunya :
"Waah kalau dilihat gayanya sih hebat juga, tapi berapa sih
umurmu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hey nonaku, jangan, jangan kau pandang biasa orang lain,
jelek-jelek begini aku yang tua sudah berusia tiga belas tahun
mengerti" Tidak terlalu muda bukan?"
"Aah, makin omong makin edan saja kamu ini."
"Anjing yang sudah berumur tiga belas tahun baru
terhitung sudah tua!" sela Sim Cui tiba-tiba sambil tertawa.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, kontan saja semua
orang tertawa tergelak. Sebaliknya Siu Cing melotot dengan
penasaran, teriaknya : "Budak ingusan, kau berani samakan aku dengan anjing"
Hati-hati dengan mulutmu itu!"
"Ada apa" Mau ajak berkelahi?" tantang Sim Cui segera.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok me lerai, katanya sambil
tertawa: "Sudahlah jangan cekcok dulu, adik Cing cepat katakan
siapakah locianpwee itu?"
"Si rase sakti Li Cing Kiu termasuk orang jago kelas satu,
yang disegani banyak orang, tapi justru takut terhadap dua
orang." "Siapakah kedua orang itu?"
"Yang pertama adalah kakek serigala langit Sik Thian Kun."
Tanpa terasa sekulum senyum muncul di ujung bibir Sik
Tiong Giok segera tanyanya lebih lanjut :
"Siapakah orang yang kedua itu?"
"Orang itu tak lain adalah aku sendiri, si kalajengking Siu
Cing," sebut bocah itu sambil menuding hidung sendiri.
Perkataan itu kembali disambut semua orang dengan gelak
tertawa keras. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah orang takut kepadamu, karena kau suka
bertebal muka?" ejek Sim Cui segera.
"Budak ingusan," teriak Siu Cing sambil melotot. "Kapan sih
aku pernah bertebal muka?"
Sambil tertawa Sik Tiong Giok berseru :
"Perduli bertebal muka atau tidak, coba ceritakan dulu
kisah perjumpaanmu dengan rase sakti locianpwee."
"Aku berjumpa dengannya di bukit Pay Lau San, dia
menyuruh aku dan budak cilik itu datang ke tepi sungai Ci Sui
Hoo untuk menantikan kedatanganmu."
"Kalau begitu kalian sudah datang sedari tadi" Tapi
mengapa si tolol tak nampak?"
"Bersama Li suci dia telah berangkat ke bukit Pay Lau San
lebih dulu, sedang kami khusus ke Ci Sui Hoo untuk
menunggu kedatangan kalian."
"Hey jangan berbicara seenak begitu, aku mah tak berani
menerima kebaikanmu itu," seru Sik Tiong Giok sambil
tertawa. "Sudah, sudahlah," cepat-cepat Siu Cing menggoyangkan
tangannya berulang kali sambil tertawa, "aku memang lagi
apes. Lagi-lagi tertipu oleh si rase tua itu."
Baru selesai ia berkata, tiba-tiba muncul sebutir batu kecil
yang meluncur tiba dengan kecepatan tinggi dan persis
menghajar pipinya, tak ampun lagi pipi yang putih jadi
membengkak dan merah. Terdengar seseorang berseru dari atas atap rumah diiringi
gelak tertawa yang keras.
"Setan cilik, usil amat mulutmu itu, beraninya cuma
memaki aku di belakang orang, kalau tidak diberi sedikit
pelajaran tentu tak akan mengetahui kelihayanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan itu, Siu Cing segera menutupi
mulutnya dengan kedua belah tangan sambil berteriak :
"Aduh mak... kalau pipiku sampai bengkak besar, aku tak
akan melepaskan kau dengan begitu saja."
"Sudahlah setan cilik, kau tak usah ngotot terus, kalau
pipimu sampai bengkak besar, mas kau masih bisa
berbicara...?" kata orang itu tertawa.
Dalam pada itu Sik Tiong Giok telah menjura ke atas atap
rumah sambil berseru : "Locianpwee..."
"Bocah muda she Sik," sela orang itu sambil tertawa, "lebih
baik kalian segera berangkat, hati-hati mestika itu direbut
orang." Begitu selesai berkata, ia segera berkelebat lewat dan
berlalu dari situ, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan.
Sik Tiong Giok bediri termangu sampai lama sekali,
kemudian dia baru kembali ke dalam ruangan.
Selesa i berunding, berangkatlah mereka semua pada
malam itu juga dengan membawa serta Si lima ikan, dua
manusia buas, serta empat malaikat bengis.
Rombongan berjalan dengan amat cepat, tapi dimana
mereka muncul disitu segera terjadi kegemparan, terutama
karena ulah dua manusia buas, salah sedikit saja segera akan
timbul keributan dengan orang.
Hari ini, ketika senja menjelang tiba, mereka melepaskan
lelah di kota Swan Wi Sia, selesai membersihkan badan
mereka pun bersantap bersama di ruang tengah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 22 SEBAGIAN besar di antara tamu-tamu yang berada di
dalam ruangan waktu itu adalah kawanan jago dari berbagai
daerah yang khusus datang kesitu untuk mencari mestika di
bukit Pay Lau San. Sementara semua orang sedang bersantap dengan ramai,
tiba-tiba dari luar pintu berjalan masuk lima orang perempuan
cantik. Perempuan-perempuan itu rata-rata berparas cantik
dengan potongan badan yang menarik, hanya sayang di balik
keayuanna terpancar pula kegenitan dan kejangannya.
Sik Tiong Giok sangat terkejut setelah melihat kemunculan
perempuan-perempuan itu, ia segera menarik ujung baju Siu
Cing sambil berbisik : "Adik Cing cepat kau pinjamkan topengmu itu kepadaku."
"Buat apa?" tanya Siu Cing keheranan.
"Aku tak ingin bertemu muka dengan orang-orang itu."
Siu Cing segera berpaling sete lah mendengar perkataan
tersebut, tapi dengan cepat diapun berseru kaget :
"Waduh celaka ke lima bebek jelek itu pasti akan beradu
jiwa denganku bila tahu aku berada disini."
"Itulah sebabnya kita harus cepat-cepat menyaru muka."
Seruling Samber Nyawa 15 Sepasang Pendekar Kembar Ouw Yang Heng-te Karya Kho Ping Hoo Kisah Membunuh Naga 33
^