Pencarian

Manusia Srigala 15

Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 15


melakukan sapuan ke depan.
Waktu itu dia telah menghimpun segenap tenaga dalam
yang dimilikina ke dalam ujung pedang, dengan begitu di saat
pedangnya melancarkan serangan, teriringlah selapis angin
pedang yang tajam dan kuat menyapu ke muka.
Setelah mengetahui akan kehebatan lawannya, si
sastrawan berusia pertengahan tak berani lagi memandang
enteng lawannya, sorot matanya segera berkilat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memancarkan sinar tajam, sudah jelas dia te lah meningkatkan
kewaspadaan hatinya. Bukan cuma begitu, jurus-jurus serangan yang kemudian
dipergunakan juga dilancarkan dengan lebih berhati-hati serta
seksama. Tampak tangannya sebentar memacok dengan ilmu telapak
tangan, sebentar lagi menotok dengan jari tangannya, semua
ancaman tersebut ditujukan ke arah urat nadi pada
pergelangan tangan kanan Sik Tiong Giok yang mengenggam
pedang itu. Begitu pertarungan berkobar di antara mereka berdua,
dalam waktu singkat dua tiga puluh jurus telah lewat, namun
menang kalah di antara mereka berdua masih sukar
ditentukan. Sik Tiong Giok mendengus katanya tiba-tiba :
"Hmm, ternyata kau memiliki ilmu silat yang cukup hebat
dan luar biasa..." Sastrawan berusia pertengahan itu tertawa dingin,
sahutnya : "Terbukti kau mampu bertahan sebanyak tiga puluhan
gebrakan di tanganku tanpa menderita kalah, nyata juga kalau
kemampuanmu setarap dengan seorang jago kelas satu dalam
dunia persilatan." Sik Tiong Giok tersenyum :
"Apakah kau mempunyai keyakinan untuk menang?"
"Aku yakin kau pun tidak mempunyai kemampuan untuk
mengalahkan diriku."
"Hmm, aku justru akan mengalahkan kau dalam sepuluh
jurus dan mencabut nyawamu dalam dua puluh jurus,
percayakah kau?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perkataan mu itu sungguh membuat aku sukar untuk
percaya," sahut sastrawan itu dingin.
Kembali Sik T iong Giok tertawa.
"Baik, kalau begitu bersiap-siaplah untuk menerima
serangan!" katanya. Sembari berbincang-bincang, pertarungan sama sekali tak
berhenti, kedua orang itu bertarung lagi sebanyak belasan
jurus tanpa diketahui siapa yang menang dan siapa yang
kalah. Ketika Sik Tiong Giok telah selesai berkata tadi, mendadak
ia menarik kembali serangannya sambil mundur sejauh lima
depa dari posisi semula, begitu berdiri tegak, pelan-pelan
pedangnya diangkat ke atas.
Dari pancaran sinar mata Sik Tiong Giok yang tajam dan
berkilauan, sastrawan berusia pertengahan itu dapat
menyaksiakan betapa sempurnanya tenaga dalam yang
dimiliki anak muda tersebut, hatinya menjadi terkesiap,
pikirnya : "Tampaknya bocah keparat ini benar-benar mampu
mengalahkan aku dalam sepuluh gebrakan, mungkin tiada
manusia kedua di dunia ini yang mampu mengungguli dirinya
lagi." Sementara dia masih berpikir tampak olehnya Sik Tiong
Giok telah menggerakkan pedangnya dengan jurus 'hawa
unggu datang dari timur' langsung menusuk ke dadanya.
Sastrawan berusia pertengahan itu sudah waspada sedari
tadi, sudah barang tentu ia tak berani berayal lagi, sambil
bergeser selangkah ke samping tangan kanannya diayunkan
ke depan mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan.
Tiba-tiba Sik T iong Giok menggerakkan pergelangan tangan
kanannya ke bawah lalu secara mendadak pedangnya
membalik ke atas sambil melancarkan tusukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya dia sudah menaruh perasaan was-was terhadap
kemampuan sastrawan berusia pertengahan itu, dia tahu jurus
pedang yang biasa tak bakal melukainya.
Oleh sebab itu di saat pedangnya membalik sambil
melakukan gerakan menusuk tadi secara tiba-tiba dia merubah
gerakannya di tengah jalan.
Sebaliknya sastrawan berusia pertengahan itu pun merasa
agak sangsi setelah menyaksikan gerak serangan Sik Tiong
Giok yang aneh itu, karenanya begitu melihat gerakan pedang
lawan membalik ke atas cepat-cepat dia mengundurkan diri
untuk menghindarkan diri.
Melihat musuhnya mundur, Sik Tiong Giok segera
memanfaatkan kesempatan itu untuk mendesak lebih ke
depan, pedangnya langsung ditusukkan ke depan dari
kejauhan. Nyata sekali kalau sastrawan berusia pertengahan itu
belum melihat dimanakah letak kehebatan dari jurus serangan
ini, baru saja dia tertegun, tahu-tahu melihat Sik Tiong Giok
mendesak ke depan sambil melancarkan serangan.
Berada dalam keadaan begini, cepat-cepat telapak tangan
kanannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat, sedangkan tubuhnya berkelit ke sisi kiri.
Siapa sangka belum lagi kakinya berdiri tegak, pedang Sik
Tiong Giok tanpa bergeser sedikitpun dari posisinya semula
telah menempel di atas jalan darah penting di dadanya.
Hal ini membuatnya amat terperanjat, dengan cepat dia
menghindar ke samping lalu sepasang telapak tangannya
dibacokkan berulang kali.
Biarpun sepasang telapak tangannya sudah diayunkan
beruntun dan tubuhnya sudah menghindar dengan gerakan
cepat namun pedang Sik Tiong Giok seperti besi semberani
saja, menempel terus dari depan dadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan sastrawan
berusia pertengahan itu di samping perasaan ngeri, diam-diam
dia menggertak giginya kencang-kencang lalu mengeluarkan
semua kemampuan yang dimilikinya selama ini.
Tiba-tiba dia melancarkan dua puluh empat buah pukulan
berantai dan tubuhnya menghindar pula ke dua belas posisi
yang berbeda. Tapi ujung pedang Sik Tiong Giok seakan-akan sudah
menempel dengan tubuhnya, kemana pun dia menggeser,
ujung pedang tersebut tetap menempel dan tak bergerak dari
dadanya. Lambat laun cucuran keringat dingin mulai membasahi
seluruh wajah sastrawan berusia pertengahan itu.
Sambil tersenyum Sik Tiong Giok segera berkata :
"Walaupun kau telah me lancarkan dua puluh buah pukulan,
padahal jurus pedang yang kugunakan hanya lima gerakan
saja, tampaknya untuk mencabut nyawamu, aku tidak usah
menunggu sampai dua puluh jurus lagi."
Mendengar perkataan tersebut sastrawan berusia pertengahan itu jadi bergidik, dia sadar apa yang dikatakan
lawannya benar, tapi diapun tak sudi mengaku kalah dengan
begitu saja. Sebab umat persilatan pada umumnya mempunyai penyakit
yang sama yakni suka akan 'nama besar', bagi mereka lebih
baik jiwa melayang daripada nama baik menjadi hancur, itulah
sebabnya sastrawan tersebut segera mendengus dingin.
Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berkata :
"Tampaknya sebelum melihat peti mati kau tak akan
menangis, nah sambutlah seranganku ini!"
Di tengah bentakan keras, pedangnya segera meluncur ke
depan dengan jurus 'ikan terbang belut melompat'.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat selapis cahaya hijau yang disertai
dengan bunga pedang telah memancar kemana-mana.
Kontan saja sastrawan berusia pertengahan itu dibuat
kalang kabut dan gelagapan tiada hentinya, dengan
mengerahkan sisa kekuuatan yang dimilikinya dia melepaskan
kembali dua buah pukulan, maksudnya untuk membendung
ancaman yang tiba sementara tubuhnya bergerak mundur ke
belakang. Cahaya tajam kembali berkilauan, mata pedang ikut
mendesak ke depan dan mengurung seluruh tubuhnya rapat-
rapat. Dalam terkejut dan ngerinya, cepat-cepat sastrawan
berusia pertengahan itu menyodokkan tangan kanannya ke
muka dengan jurus 'melukis naga membuat mata'.
Dalam sekejap mata itulah serangan jari yang dilepaskan
telah tergulung oleh cahaya tajam yang luar biasa itu, ternyata
serangannya kena terbungkus oleh hawa pedang si anak
muda itu. Dalam gugup dan takutnya, satu ingatan untuk 'kabur'
segera melintas lewat, ceapt-ceapt ia menarik hawa murninya
sambil menjatuhkan badannya ke belakang, maksud dia akan
berusaha kabur dari balik kabut pedang dengan gerakan 'ikan
leihi melentik'. Siapa tahu gerakan serangan pedang dari Sik Tiong Giok
jauh lebih cepat daripada gerakan tubuhnya, sebelum dia
sempat menjatuhkan diri ke belakang cahaya tajam telah
menyambar lewat. Sastrawan berusia pertengahan itu segera merasa hawa
dingin menyambar lewat dari atas kepalanya, cepat-cepat dia
menarik kepalanya ke bawah, namun batok kepalanya sudah
keburu terasa dingin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untung saja Sik Tiong Giok masih punya welas kasih
sehingga sambaran pedangnya ini hanya mematas kutung
rambutnya, coba kalau dua inci lebih ke bawah, niscaya batok
kepala sastrawan berusia pertengahan itu sudah terpapas
kutung menjadi dua bagian.
Begitu berhasil dengan serangannya, Sik Tiong G iok segera
menarik pula serangannya dan berkata sambil tertawa :
"Sampai sekarang aku hanya menggunakan lima jurus saja,
tahukah kau apa sebabnya aku berbelas kasihan kepadamu?"
Setelah rambutnya tersambar pedang lawan hingga rontok
tadi, sastrawan berusia pertengahan itu merasakan seluruh
badannya jadi lemas, rambutnya jadi kusut, matanya
terbelalak lebar-lebar dan mengawasi Sik Tiong Giok dengan
tertegun tanpa bicara maupun bergerak.
Kedengaran Sik Tiong Giok berkata lebih jauh :
"Maksudku tak lain agar kau bisa membawa ku pergi
menjumpai Gi Liong kuncu."
Sastrawan berusia pertengahan itu menghela napas,
katanya kemudian : "Nyata sekali kepandaian silat yang dimiliki pangeran cilik
memang luar biasa, baiklah, ikutilah aku!"
Dia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dengan
langkah lebar... Sik Tiong Giok segera menyusul di belakangnya, lalu
berkata sambil tertawa : "Ehmm, sebenarnya kepandaian silat yang kau miliki pun
terhitung lumayan juga, sayang sekali kau justru menggabungkan diri dengan kaum sesat. Yaa, patut
disayangkan!" Agaknya sastrawan berusia pertengahan itu merasa amat
mendongkol sekali, dia sama sekali tak menggubris ocehan Sik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong Giok dan meneruskan perjalannya dengan langkah
cepat. Setelah menempuh perjalanan yang berliku-liku sejauh
beberapa li, lambat laun mereka keluar dari hutan siong dan di
depan mata sekarang terentang sebuah telaga yang sangat
besar. Sementara itu fajar telah menyingsing di ufuk timur,
matahari yang memancarkan sinar keemas-emasannya
memercikan pantulan cahaya yang amat tajam di atas
permukaan air. Di tengah telaga terdapat sebuah bukit kecil, di atasnya
berdiri beberapa buah bangunan rumah.
Sambil menuding ke arah bangunan rumah di seberang
sana, Sik Tiong Giok segera berkata :
"Istana Gi liong kiong tentu terletak di atas bukit di tengah
telaga, bukan?" Sastrawan berusia pertengahan itu masih membungkam
diri dalam seribu bahasa, tiba-tiba ia bersuit nyaring.
Dengan bergemanya suara suitan itu, tiba-tiba muncul
sebuah sampan yang bergerak cepat sekali mendekati tepi
pantai. Dengan suara dingin sastrawan berusia pertengahan itu
berseru : "Cepat bawa pangeran ini menyeberang telaga!"
Di ujung sampan berdiri seorang nona cantik berbaju hijau,
ketika mendengar perintah tersebut, dia segera menyahut :
"Budak mengerti!"
Sastrawan berusia pertengahan itu segera membalikkan
badan seraya berkata lagi :
"Silahkan pangeran naik ke atas kapal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok ragu-ragu sejenak, tapi dengan cepat dia
melompat naik ke atas sampan itu.
Dengan cepat nona berbaju hijau itu mendayung
sampannya dan melaju ke tengah telaga dengan membelah
gulungan ombak. Sampan itu sudah bergerak puluhan kaki lebih, tapi sikap
nona berbaju hijau itu tetap acuh tak acuh, seakan-akan


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kehadiran Sik Tiong Giok disana sama sekali tidak dianggap,
suasana hening mencekam sekeliling tempat itu.
Sik Tiong Giok benar-benar takk sabar, tiba-tiba ujarnya
kepada nona berbaju hijau itu sambil tertawa :
"Bolehkah aku tahu siapa nona" Dan bangunan di atas
bukit di tengah telaga itu apa betul istana Gi liong kiong?"
Nona berbaju hijau itu membungkam diri dalams seribu
bahasa, dia hanya mengayuh sampan tiada hentinya, jangan
lagi menjawab pertanyaan Sik Tiong Giok, memandang
sekejap pun tidak. Beberapa kali Sik Tiong Giok mengulangi pertanyaannya,
tapi setiap kali tidak memperoleh tanggapan sebagaimana
mestinya, lama-lama pemuda itu sadar juga kalau lawannya
memang sengaja tidak menggubris dirinya.
Setelah berpikir sejenak, mendadak ia menjerit kaget :
"Hei, siapa sih nona berbaju merah itu?"
Nona berbaju hijau itu nampak seperti terkejut oleh
teriakan itu, cepat-cepat dia berpaling dan celingukan kesana
kemari, tapi suasana di sekitar sana tetap hening, tak sesosok
bayangan manusia pun yang nampak.
Tak kuasa lagi dia mendelik ke arah Sik Tiong Giok sambil
menegur : "Hey, bersikaplah lebih jujur!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau dugaanku tak keliru, orang-orang yang mengenakan
pakian hijau seperti kau ini tentu mempunyai kedudukan yang
paling rendah di dalam istana Gi liong kiong, selanjutnya
urutannya pasti baju merah, baju kuning dan Gi Liong kuncu
sendiri mengenakan pakaian berwarna hitam."
Nona berbaju hijau itu kelihatan amat terperanjat setelah
mendengar perkataa nitu dengan suara dingin ia segera
berseru : "Darimana kau dengar kesemuanya ini" Apakah pelindung
hukum di tepi telaga yang memberitahukan kepadamu" Hmm,
aku lihat dia sudah hampir mampus."
"Eeeei, kau jangan menuduh orang baik-baik secara
sembarangan," seru Sik Tiong Giok sambil tertawa,
"kesemuanya ini hanya hasil dugaanku sendiri."
"Ehmm, tak nyana kau secerdik itu!"
Kembali Sik T iong Giok tertawa.
"Terima kasih banyak atas pujianmu, sesungguhnya aku
bisa menduga kalau Gi Liong kuncu pasti memakai baju hitam
karena ku nilai dia adalah seorang yang misterius dan berhati
kejam, biasanya manusia yang hatinyahitam paling gemar
memakai baju warna gelap."
"Lebih baik jangan berceloteh yang bukan-bukan, hati-hati
kalau ada halilintar yang akan memotong lidahmu, jangan
membuat istana Gi liong kiong sebagai tempat kuburan untuk
selamanya," kata nona berbaju hijau itu dingin.
"Setiap pesilat pasti mendambakan tempat kubur yang
ideal dan indah baginya, bila aku mesti mati disini, hatiku pun
amat puas apalagi ditemani gadis-gadis cantik macam
kalian..." Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba dia mengalihkan
pokok pembicaraan ke soal lain, kembali ujarnya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah Gi Liong kuncu berwajah cantik?"
Mendadak nona berbaju hijau itu membentak nyaring :
"Sekali lagi kuperingatkan kepadamu, hal-hal yang tak
pantas dipertanyakan lebih baik jangan kau tanyakan."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak
sampan itu bergetar keras, ternyata sampan tersebut telah
menumbuk di atas sebuah batu karang.
Baru saja Sik Tiong Giok hendak bertanya lagi, nona
berbaju hijau itu sudah membentak lebih dulu dengan suara
dingin : "Silahkan naik ke daratan!"
Sik Tiong Giok mengalihkan pandangan matanya dan
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ternyata di
hadapannya terbentang dinding batu karang yang amat terjal,
pada hakekatnya tiada jalan yang bisa ditempuh untuk
mencapai puncak tebing itu.
Tanpa terasa ia bertanya dengan wajah keheranan :
"Disini sama sekali tidak tersedia jalanan, apa maksudmu
kau menyuruh aku turun disini?"
Tiba-tiba tersungging sekulum senyuman di wajah nona
berbaju hijau itu setelah mendengar perkataan tadi, akan
tetapi di saat sorot matanya saling beradu dengan Sik Tiong
Giok, mendadak mukanya berubah lagi jadi dingin dan kaku
seperti es, ujarnya dingin :
"Huuuh, katanya saja pintar, tak tahunya bodoh sekali,
mengapa kau lupa dengan ucapan yang berbunyi 'Merambat
rotan naik ke tebing...' Satu ingatan segera melintas dalam benak Sik Tiong Giok
sehabis mendengar perkataa ini, cepat dia melompat naik ke
atas sebuah batu besar kemudian memeriksa dinding batu itu
dengan seksama. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar juga, di sepanjang dinding itu penuh ditumbuhi
pepohonan rotan liar daun yang lebat menutupi sebuah mulut
gua di bawahnya. Setelah berpikir sejenak dia segera mengambil ancang-
ancang dan segera melompat ke depan.
Begitu masuk ke dalam gua, disana terbentang undak-
undakan tiga huruf yang besar sekali :
GI LIONG KIONG Sik Tiong Giok mencoba untuk memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian meneruskan perjalannya
dengan menaiki tangga batu itu.
Tatkala dia sudah mencapai pada anak tangga yang
terakhir, mendadak kakinya terpeleset sehingga tanpa sadar
tangannya segera menyambar dinding batu untuk berpegangan disitu. Siapa tahu begitu sepasang tangannya memegang dinding
batu itu, tiba-tiba berkelebat lewat sinar kuning yang
menyilaukan mata langsung menjirat sepasang tangannya.
"Criiiing...!" Ternyata benda kuning itu membelenggu pergelangan
tangannya erat-erat, jelas merupakan sebuah alat borgol.
Sementara Sik Tiong Giok masih terperanjat, tahu-tahu
bahunya sudah dicengkeram sebuah tangan disusul seseorang
berkata dengan suara nyaring :
"Setiap orang yang ingin memasuki istana Gi liong kiong
dilarang membawa senjata tajam, tak nyana kau berani sekali
melanggar peraturan yang berlaku dalam istana kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam kagetnya, Sik Tiong Giok segera merasakan
tubuhnya menjadi lemas dan sama sekali tak mampu
digunakan kembali. Saat itulah dia merasa pedang diloloskan oleh orang,
menyusul kemudian sepasang tangannya ditelikung ke
belakang serta diborgol dengan sebuah borgol emas, setelah
itulah dia baru dilepaskan tanpa menotok jalan darahnya.
Menanti Sik Tiong Giok berpaling, dia segera mengenali
orang itu sebagai seorang nona berbaju merah, saking
jengkelnya dia segera mendengus sambil serunya :
"Beginikah cara kalian orang-orang Gi Liong oh dalam
menyambut tamunya?" Nona berbaju merah itu segera terenyum :
"Seandainya aku tidak berbuat begini, bagaimana mungkin
kau akan menuruti perkataanku" Ayohlah ikuti diriku!"
"Kau hendak mengajakku kemana?"
"Bukankah kau hendak berjumpa dengan tuan putriku?"
"Dia berada dimana?"
"Di atas pagoda Tuan hun kek dalam istana Gi liong kiong
ini." Sik Tiong Giok segera mendengus dingin :
"Oooh, rupanya dia berdiam dalam pagoda pemutus
sukma, nama ini betul-betul membuat hati orang bergidik, aku
tebak dia pasti seorang manusia latah yang sudah sedikit
sinting!" "Hey... kuanjurkan kepadamu lebih baik berhati-hatilah
kalau berbicara di tempat ini."
Sik Tiong Giok segera tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang mati hidupku sudah berada di tangan kalian,
tanpa berbicarapun tidak nanti bisa mempertahankan hidupku,
apa salahnya kalau aku berbicara sebanyak mungkin sebelum
mati?" Nona berbaju merah itu melotot sekejap ke arahnya,
kemudian membalikkan badan dan sama sekali tidak
menggubris lagi. Sik Tiong Giok sendiripun mati kutunya saat itu, terpaksa
dia harus mengikuti di belakang nona itu dengan mulut
membungkam. Setelah menembusi hutan pohon siong mereka membelok
menelusuri jalan yang penuh dengan rerumputan batu
menempuh jarak sejauh beberapa kaki, Sik Tiong Giok telah
menemukan bahwa orang yang berjaga-jaga di sepanjang
jalan makin lama semakin banyak jumlahnya.
Waktu itu si nona berbaju merah itu berjalan dengan wajah
serius, apa pun yang dikatakan Sik Tiong Giok sama sekali
tidak digubris dan ditanggapi olehnya.
Setelah terlepas dari jalanan berumput, pemandangan alam
di sekelilingnya tiba-tiba berubah.
Di depan sana terbentang sebuah kebun bunga,
bangunannya megah dan indah.
Kemudian setelah melewati kebun bunga itu dan membelok
ke kanan berjalan sejauh puluhan kaki, di depan mata
terbentang sebuah tanah lapang yang luas.
Di tengah tanah lapang berdiri beberapa buah gedung,
semua bangunan itu tampak kokoh dan luas.
Beberapa orang nona berpakaian ringkas berjalan mondar
mandir di muka bangunan tersebut semuanya menyoren
pedang dan kelihatan angker serta gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba di depan tanah lapang seorang nona berbaju ringkas
segera maju mendekat, setelah memberi hormat kepada gadis
berbaju merah itu dan berlangsung tanya jawab secara
ringkas, Sik Tiong Giok diajak menuju ke sebuah bangunan
yang letaknya sebelah kiri.
Dari tanya jawab yang berlangsung tadi, Sik Tiong Giok
dapat mendengar kalau sudah banyak jago lihay yang ditawan
serta disekap di dalam gedung sebelah kanan.
Tanpa kemampuan untuk melawan, dia dimasukkan ke
dalam sebuah ruangan, ketika nona berbaju ringkas itu
mengundurkan diri pintu kamar ditutup dan dikunci dari luar.
Sambil menghela napas Sik Tiong Giok mencoba untuk
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, terasa ruangan
itu sangat redup dan cuma terdapat sebuah jendela seluas
satu depa yang diberi terali besi kuat.
Dengan ketajaman pedangnya dia mencoba untuk
memperhatikan sekeliling tempat itu, tak lama kemudian ia
berhasil menemukan kalau di luar jendela ada seseorang yang
selalu mengawasi gerak geriknya, ini berarti seandainya dia
bermaksud melepaskan diri dari borgol pun perbuatannya
pasti ketahuan. Lambat laun dia merasa di tempat itu dicekam oleh
semacam suasana yang misterius.
Lamat-lamat dia pun seperti mendengar suara rintihan
yang dikumandangkan dari balik kepedihan hati.
Tapi bersamaan waktunya dia pun mendengar suara
tertawa cekikikan dari sekawanan gadis muda.
Ia mulai bertanya pada diri sendiri, haruskah dia
memutuskan borgol itu dengan mengerahkan tenaga
dalamnya, lalu mendobrak pintu dan menerjang keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itulah terdengar suara langkah kaki manusia
bergema datang, disusul kemudian terdengar suara kunci di
depan pintu dibuka orang.
Kraaaak...! Pintu ruangan terbuka dan berdirilah seorang nona berbaju
merah di muka pintu, dengan suara dingin diapun berseru :
"Hey orang she Sik, hayo cepat turut aku."
Meski hanya beberapa patah kata yang amat singkat,
namun diutarkan dengan suara yang dingin dan kaku
bagaikan es, sehingga menimbulkan perasaan bergidik bagi
siapa pun yang mendengarnya.
Sik Tiong Giok tersenyum dan beranjak ke luar dari
ruangan itu, lalu berlalu dengan mengikuti si nona berbaju
merah tersebut. Setelah melewati sebuah halaman besar, tiba-tiba
dilihatnya seorang nona berbaju kuning berdiri di s isi pintu.
Nona berbaju merah itu segera mengulapkan tangannya
seraya berseru : "Seng leng budak dari gedung Soh ciu piat wan mendapat
perintah untuk menjemput Pangeran Serigala, kini kuserahkan
kepada nona...!" "Baik, kau boleh pergi dari s ini," jawab nona berbaju kuning
itu sambil mendengus. Menyusul kemudian dia mengawasi wajah Sik Tiong Giok
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan, lalu
diperhatikanna beberapa kejap dari atas hingga ke bawah.
Sambil bergendong tangan, Sik Tiong Giok segera
menegur: "Heran, mengapa kalian orang-orang dari Gi Liong oh
hampir semuanya tak berperasaan" Aku toh tamu agung yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diundang oleh tuan putri kalian, mengapa kalian justru
memperlakukan diriku seperti seorang tawanan?"
"Memang beginilah peraturan kami, kau tak bakal
mengerti," sahut nona berbaju kuning itu.
Kembali Sik T iong Giok mendengus.
"Hmm, aku tidak mengerti dengan peraturan kentut kalian
ini, apakah kamu semua tidak merasa bahwa sikap semacam


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini terlalu besar dan tak tahu aturan" Kau harus mengerti, aku
seorang she Sik bukan seorang manusia yang mau
dipermainkan orang dengan begitu saja!"
"Aku tahu bahwa ilmu silat yang kau miliki memang hebat,
tapi kau tak bakal bisa melepaskan diri dari borgol tersebut."
"Huuh... borgol sekecil itu mana mungkin bisa membelenggu ku terus menerus" Aku tak percaya!"
"Jika kau tak percaya, mengapa tidak kau coba untuk
mengerahkan tenaga dalam mu, coba dilihat dapatkah kau
getarkan borgol tersebut hingga terlepas?" jengek nona
berbaju kuning itu sambil tertawa.
"Aku tak ingin berbuat begitu, tuan putri kalian yang harus
membukakan borgol tersebut bagiku."
Nona berbaju kuning itu kembali tertawa.
"Terus terang saja kukatakan kepadamu, borgol ini terbuat
dari besi baja T ee sim han shi golok atau pedang mestika pun
tak nanti dapat mematahkannya, kecuali kau mempunyai
lapisan kayu Leng lo hol dari Kang sim!"
Tiba-tiba saja satu ingatan melintas dalam benak Sik T iong
Giok sete lah mendengar perkataan itu, dia teringat kembali
dengan lapisan kayu yang berada dalam sakunya sekarang,
pikirnya kemudian : "Aaah, tidak kusangka kedua lempengan kayu yang begitu
sederhana ternyata mampu mematahkan besi baja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berpikir sampai disitu, diapun mulai memutar otak serta
mencari akal bagaimana caranya mengambil keluar kedua
lempengan kayu tersebut dari sakunya.
Ketika menyaksikan anak muda itu membungkam diri,
sambil tersenyum nona berbaju kuning itu menegur :
"Hey, apa yang sedang kau pikirkan" Ayo cepat turut aku!"
"Tapi aku tak bisa berjalan lagi sekarang," sahut Sik Tiong
Giok dengan kening berkerut.
"Kenapa?" "Desakan dari dalam perut tiba-tiba saja mau menyambar
keluar, aku kuatir bila bergerak kelewat cepat maka ampasku
bakal menyemprot keluar dalam celana, coba bayangkan
bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengan tuan putri
kalian?" Begitu mendengar perkataan tersebut, nona berbaju kuning
itu seakan-akan sudah mengendus bau busuk yang menusuk
hidung, cepat-cepat ia menutup hidungnya sambil membentak: "Aduh... baunya! Bagaimana sih kamu ini" Benar-benar
menjengkelkan." "Yaa, apa boleh buat, aku toh tak bisa menahan lebih
lanjut, tapi kesemuanya ini kesalahan si nona berbaju merah
bercelana hijau tadi, sudah berulang kali kuajukan permintaan
kepadanya, tapi dia tak pernah memenuhi keinginanku dengan
lega hati, yaa... apalagi yang bisa kuperbuat?"
"Waah.. mereka memang kebangetan, tapi akupun tak lega
membiarkan kau masuk kakus seorang diri..."
"Waduh, celaka!" kembali Sik Tiong Giok berteriak secara
tiba-tiba, "aku benar-benar sudah tak mampu menahan diri
lagi, oh nona, berbuatlah kebaikan bagiku... cukup kau
bebaskan sebuah tanganku saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku harus menotok jalan darah Seng hu dan Yang
leng hiat mu..." "Dengan kaki sebelah, bagaimana caraku untuk berjalan?"
sahut Sik Tiong Giok kemudian sambil mengeluh.
Nona berbaju kuning itu segera mengerling sekejap ke
arahnya, lalu menjawab : "Kau jangan kelewat mendesak diriku, sedikitlah tahu diri,
kalau tidak, aku pun tidak akan memperdulikan dirimu lagi."
"Baiklah," ujar Sik Tiong Giok kemudian sambil menghela
napas panjang, "bila berada di bawah atap rumah orang,
memang mesti menundukkan kepala."
Sementara pembicaraan masih berlangsung s i nona berbaju
kuning itu sudah mengajak Sik Tiong Giok menuju ke sebuah
kakus, mula-mula dia menotok dulu jalan darah Sik Tiong Giok
kemudian baru melepaskan borgolnya dan menyingkir jauh.
Padahal Sik Tiong Giok sama sekali tidak merasa ada
desakan yang hebat dari perutnya, dia justru menggunakan
kesempatan yang sangat baik itu untuk mengeluarkan kedua
lembar kayu itu serta disisipkan ke balik ujung bajunya, lalu
dengan lagak membuang hajad, sekian saat kemudian dengan
melompat-lompat memakai kaki sebelah, dia muncul kembali.
Nona berbaju kuning itu segera tersenyum melihat tingkat
laku pemuda tersebut, dengan cepat dia mengenakan
borgolnya kembali, setelah itu baru membebaskan jalan
darahnya. Sambil tertawa Sik Tiong Giok berseru :
"Nona, kau memang baik hati, di kemudian hari pasti akan
mendapat seorang suami yang ideal."
"Hey, lebih baik jangan berbicara sembarangan," bentak
nona berbaju kuning itu, "sekarang, ayo cepat ikut aku..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selesa i berkata dia lantas membalikkan badan dan beranjak
pergi dari situ, terpaksa Sik Tiong Giok mengikut di
belakangnya. Setelah menelusuri sebuah serambi yang panjang, akhirnya
mereka tiba di dalam sebuah halaman gedung.
Dalam halaman tersebut tak ada tanaman bunga atau
pepohonan, hal ini membuat suasana di sekitar situ terasa
seram dan menggidikkan hati...
Di depan halaman adalah halaman besar, dari undak-
undakan hingga ke serambi panjang, masing-masing berdiri
dua puluh empat orang gadis tanpa bergerak sedikit pun,
semuana memakai baju ringkas dengan pedang tersoren di
punggungnya. Nona berbaju kuning itu mengajak Sik Tiong Giok berjalan
melalui antara kerumunan gadis-gadis berpakaian ringkas itu.
Sik Tiong Giok sendiripun menunjukkan sikap yang aneh,
dia tersenyum dan mengangguk pada setiap orang gadis yang
dijumpainya. Sebaliknya kawanan nona berbaju ringkas itupun diam-
diam memuji dalam hati. "Ehmm... bocah muda ini memang ganteng sekali
wajahnya." Di bagian tengah ruangan terletak sebuah kursi kebesaran,
di kedua sisinya berderet dua puluh empat buah tungku api, di
sisi setiap tungku terletak sebuah alat penjepit besi.
Yang aneh, ternyata ruangan tersebut kosong melompong
dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
Nona berbaju kuning itu langsung menyembah ke arah
kursi kebesaran yang kosong itu sambil serunya :
"Budak telah membawa kemari Pangeran Serigala!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tinggalkan dia disini, dan kau segera kembali ke pos mu
semula..." perintah seseorang dengan suara sedingin es.
Nona berbaju kuning itu mengiakan dan segera bangkit
berdiri, tanpa memandang sekejap matapun terhadap Sik
Tiong Giok, dia membalikkan badan dan beranjak pergi dari
situ. Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, ketika tidak dijumpainya sesosok bayangan manusia pun,
tanpa terasa dia mendengus dingin :
"Hmm, tampaknya pihak Gi Liong oh tak mampu
memperlihatkan kemampuan yang lain selain segala macam
permainan busuk, hmmm, sekalipun begitu, Sik Tiong Giok tak
akan menjadi takut."
"Huhh sekalipun tak akan menakutkan dirimu, sayang
sekali kau sudah tidak memiliki tenaga perlawanan lagi."
"Belum tentu begitu, sekalipun kau persiapkan bukit golok
atau kuali berisi minyak mendidih, tak nanti kau sanggup
mengurung aku orang she Sik di tempat ini."
"Hmm, kau tak usah tekebur lebih dulu, buktinya kau sudah
terbelenggu sekarang, aku tak percaya kalau kau memiliki
kepandaian yang begitu hebat hingga mampu melepaskan diri
dari borgol tersebut."
"Oooh kau anggap borgol kecil ini dapat membuat diriku
mati kutunya?" Suara yang dingin dan kaku itu kembali kedengaran :
"Aku lihat bacotmu memang besar sekali, ingin kulihat
dengan cara apakah kau hendak membuka borgol itu?"
"Akan kugunakan tenaga dalam yang kumiliki untuk
mematahkan borgol ini, aku yakin biarpun borgol tersebut
dibuat dari besi baja sekalipun tak akan mampu menahan
terjangan hawa murniku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus sekali, kalau begitu cobalah untuk melepaskan diri
dari belenggu, ingin kulihat sampai dimanakah kemampuan
yang kau miliki itu..."
Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Tentu saja borgol ini akan kulepaskan, tapi sebelumnya
kau harus memberitahukan kepada lebih siapakah kau?"
"Gi Liong kuncu!"
"Hmm, aku tidak percaya kalau kau adalah Gi Liong kuncu,
bayangkan saja, Gi Liong kuncu menyebut dirinya sebagai
penguasa di telaga Gi Liong oh, namanya juga cukup
menggetarkan dunia persilatan, bisanya manusia semacam ini
kalau bukan seorang jagoan dari golongan iblis tentulah
seorang pendekar gagah dari dunia persilatan, mana mungkin
manusia sehebat ini cuma main sembunyi belaka dan tak
berani bertem orang?"
"Hal ini cuma bisa salahkan ketajaman mata mu yang
belum mencapai tingkat kesempurnaan, karena itu orang yang
berdiri di hadapan mu pun tak sempat kau lihat."
Sik Tiong Giok segera menghimpun ketajamaan matanya
untuk memperhatikan keadaan di sekitar situ, benar juga, di
belakang kursi kebesaran berdiri seorang bayangan hitam
yang ramping lagi tinggi, kecuali sepasang matanya, hampir
seluruh badannya disembunyikan di balik kain hitam.
Sambil tertawa dingin Sik Tiong Giok berkata lagi :
"Aku tetap tak percaya kalau kau adalah Gi Liong kuncu."
"Lalu bagaimana baru bisa membuatmu percaya?"
"Kecuali kau bersedia menemui ku dengan wajah aslimu,
bayangkan sendiri siapa yang sudi menganggap sesosok
makhluk yang manusia bukan manusia, setan bukan setan
sebagai Gi Liong kuncu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mudah sekali bila kau ingin beremu dengan wajah asli ku,
tapi kau mesti menggunakan langkah Bwee hoa untuk
memadamkan kedua puluh empat buah tungku api itu lebih
dahulu." Sik Tiong Giok segera memperhatikan tungku-tungku api
itu dengan seksama, benar juga, semuanya memang diatur
menurut langkah bwee hoa, tanpa terasa pikirnya :
"Langkah Bwee hoa tak ada yang hebat dan perlu ditakuti,
biarpun diberi bambu atau pisau tajam, keadaan tersebut
masih dapat diatasi dengan pengerahan tenaga dalam, tapi
kalau bentuknya berupa tungku api, waah... susah jadinya,
jangan lagi tenaga dalam tak bisa dipakai untuk menghadapi
api, kalau kakiku sampai terperosok, paling tidak bakal
melepuh atau hangus."
Dengan perasaan ragu-ragu diawasinya kedua puluh empat
tungku api itu tanpa berbicara.
"Bagaimana" Kau sudah merasa takut?" jengek Gi Liong
kuncu sambil tertawa dingin, "tapi bila kau bersedia menyerah
kepada kami, aku pun bersedia menemui dirimu dengan wajah
asliku." Kontan saja Sik Tiong Giok tertawa dingin :
"Oooh, beginikah maksud tujuan mu mengirim surat ke
tempat jauh dan sengaja mengundang kedatanganku ke
telaga Gi Liong oh ini?"
"Yaa, boleh juga dibilang begitu, tapi yang kuudang bukan
hanya kau seorang." "Masih ada siapa lagi?"
"Kecuali para ketua dari sembilan partai besar, banyak pula
jago-jago kenamaan dari dunia persilatan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh, tampaknya kau memang berniat untuk menggulung
semua jago-jago silat yang ada dalam dunia persilatan, kau
benar-benar berhati kejam."
"Tapi aku sama sekali tak bermaksud hendak mencelakai
mereka semua..." "Biarpun begitu, dunia persilatan sudah dilanda oleh
pembunuhan-pembunuhan berdarah gara-gara ulahmu itu."
"Siapa suruh mereka membangkang dan enggan takluk"
Kau harus tahu, siapa menentang dia harus mati, itulah
peraturan yang telah ditetapkan pihak kami."
"Aku tebak di dalam hatimu masih tetap jeri terhadap
seseorang bukan?" Gi Liong kuncu segera menghela napas panjang.
"Aaaii.. tebakanmu memang benar, dapatkah kau jelaskan
kepadaku, atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Aku dapat berbicara demikian atas dasar kemunculan Cu
Bu Ki di dalam kelompok Gi Liong oh ini, sudah jelas badai
pembunuhan yang melanda dunia persilatan selama ini tak
lain adalah atas perintah darimu, bukankah begitu?"
"Kau memang amat cerdik, tapi Cu Bu Ki bukan manusia
yang bisa diandalkan, hampir saja dia menghancurkan semua
rencanaku." "Aku tahu, oleh karena dia adalah murid si kakek serigala
langit, maka kau membujuknya agar berkhianat, lalu dengan
mengenakan topeng si rasul serigala langit kau perintahkan
dia melakukan pelbagai keonaran dan pembunuhan, bukankah
tujuanmu untuk memaksa si kakek serigala agar munculkan


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri lalu kau manfaatkan kesempatan itu untuk melenyapkan
duri dari pelupuk mata?"
Tiba-tiba Gi Liong kuncu tertawa ringan :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waah, apa yang kau katakan bagaikan melihat dengan
mata kepala sendiri, kau betul-betul amat cerdik."
"Oleh sebab itulah menurut pendapatku, kau paling takut
dengan si kakek serigala langit bukankah begitu?"
Gi Liong kuncu termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, kemudian baru berkata :
"Kau hanya berhasil menebak benar separuhnya saja,
karena terhadap si kakek serigala langit aku cuma punya rasa
benci, sama sekali tidak takut kepadanya."
"Jawabanmu itu tak sesuai dengan perasaan hatimu,
seandainya kau tidak takut kepadanya, mengapa kau selalu
berdaya upaya untuk menipuku hingga memasuki Gi Liong oh
ini?" "Sebab kau adalah anak angkatnya, juga merupakan ahli
warisnya, bila aku mampu melenyapkan kau dari muka bumi,
berarti aku telah berhasil melampiaskan separuh dari rasa
dendamku." "Boleh aku tahu, dendam kesumat macam apakah yang
telah terjalin di antara kalian?"
"Asal kau mampu memadamkan kedua puluh empat api
dalam tungku-tungku tersebut dengan langkah Bwe hoa cun,
tentu saja akan kuceritakan hal itu kepadamu."
Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Baiklah! Kalau begitu tolong buka dulu borgol di tanganku
ini." "Barusan, bukankah kau mengatakan bahwa membuka
borgol tersebut sama mudahnya seperti membalik tangan"
Kenapa tidak kau buktikan di hadapanku sekarang?"
"Jikalau aku dapat melepaskan diri dari borgol ini, dapatkah
kau membatalkan syarat untuk memadamkan api dalam kedua
puluh empat buah tungku itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaah, pertaruhan ini kelewat tinggi."
"Lalu apa maksudmu?"
"Akan kusambut dirimu dengan penghormat seperti
seorang tamu agung!"
"Eei, bukankah aku memang tamu agung yang kau
undang" Aku tak mau kalau taruhannya terlalu enteng?"
"Apa usulmu?" "Seandainya aku mampu melepaskan diri dari borgol ini,
bagaimana kalau kau mesti menjumpai aku dengan wajah
aslimu?" kata Sik Tiong Giok sambil tertawa.
Gi Liong kuncu termenung sejenak, kemudian baru berkata:
"Boleh saja, cuma kaupun mesti memadamkan kedua puluh
empat tungku berapi itu dengan langkah Bwee hoa."
"Maaf, aku akan melakukan hal tersebut kecuali bila kau
sanggup memaksa ku naik dengan ilmu silatmu!"
"Bila kau tak berhasil membebaskan diri dari borgol
tersebut?" "Apalagi yang bisa kukatakan" Tentu saja aku bersedia
menjadi budakmu untuk selamanya."
"Baik!" seru Gi Liong kuncu kemudian.
Dengan sepasang mata yang tajam diawasinya Sik Tiong
Giok tanpa berkedip, dia ingin me lihat dengan cara apakah si
anak muda tersebut akan membebaskan diri dari borgol itu.
Sik Tiong Giok segera berlagak seakan-akan sedang
menghimpun tenaga dalamnya, padahal pada saat itulah
secara diam-diam ia mengeluarkan lempengan kayu yang
disembunyikan di balik ujung baju kemudian diiriskan ke atas
borgol tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dibilang memang aneh sekali, borgol yang tak
mempan dibacok dengan pedang maupun golok mestika ini
ternyata tak berguna sama sekali setelah bertemu dengan
kedua lempengan kayu itu, seperti memotong tahu saja,
borgol tersebut segera terpapas putus.
Tapi Sik Tiong Giok tidak langsung mencopotnya dari
pergelangan tangan, secara diam-diam ia sembunyikan lagi
kedua lempeng kayu itu ke balik ujung bajunya, setelah itu
baru ujarnya sambil tertawa tergelak :
"Nah, perhatikanlah secara baik-baik, kini hawa murniku
telah ku himpun semua, borgol tersebut segera akan
kupatahkan..." Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia membentak keras :
"Lepas!" "Criiingg...!" Diiringi suara gemerincingan nyaring, borgol itu segera
jatuh ke atas tanah dan Sik Tiong Giok pun memperoleh
kebebasannya kembali. Kejadian ini kontan saja membaut Gi Liong kuncu amat
terperanjat, sepasang matanya sampai terbelalak bear dan
mulutnya melongo, sampai lama kemudian ia baru berkata :
"Kepandaian silat apakah yang kau latih?"
Sik Tiong Giok tertawa : "Itu mah rahasia pribadiku, bagaimana mungkin dapt
kusampaikan kepadamu" Tapi jika kau memaksaku naik ke
atas tungku api itu..."
"Hmm, kau anggap aku tak mampu mendesakmu naik?"
Kembali Sik T iong Giok tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"aku bisa berpendapat demikian lantaran menang kalah
masih susah untuk diduga, itu tergantung sampai dimanakah
taraf kepandaian silat yang kau miliki."
Gi Liong kuncu mendengus dingin, menyusul kemudian ia
munculkan diri dari balik tirai di belakang kursi kebesaran.
Dalam lamat-lamatnya suasana, samar-samar dapat terlihat
selembar wajahnya yang cantik molek.
Terdengar Gi Liong kuncu berkata :
"aku telah me lepaskan kain kerudung muka ku dan telah
kupenuhi janjiku tadi, sekarang kau pun harus naik ke atas
tungku-tungku berapi itu!"
Sik Tiong Giok segera tertawa lagi :
"Kepandaian silat aneh macam apa sih yang kau miliki" Tak
ada salahnya bila kau keluarkan semua, mari kita buktikan
bersama, sanggupkah kau memaksaku naik ke atas tungku-
tungku berapi itu." "Kalu begitu, berhati-hatilah kau..."
Tidak nampak bagaimana dia menggerakkan tubuhnya, di
antara kain hitam yang berkibar terhembus angin, tahu-tahu
saja tubuhnya sudah berada di samping tungku api nomor
satu. Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan
sambaran kilat, tangannya menyambar penjepit besi yang
berada di sisinya. Sementara Sik Tiong Giok terperanjat, Gi Liong kuncu telah
mendesak datang dan menjojohkan alat besi yang membara
itu ke wajah si anak muda itu.
Hawa panas yang menyengat menerpa ke atas kulit wajah,
mendatangkan perasaan yang tak sedap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok tak berani beraya l, cepat-cepat dia lepaskan
sebuah pukulan ke muka, lalu mengigos ke samping.
Gi Liong kuncu mengejar lebih jauh, alat besi yang
membara itu disodok dan dijojoh berulang kali, ia meneter si
anak muda tersebut habis-habisan.
Setelah terdesak hebat, Sik Tiong Giok baru menyesal
karena tindakannya kelewat ceroboh, dengan hilangnya
pedang andalannya berarti sulit baginya untuk menangkis
sodokan alat besi lawan yang membara itu.
Ini berarti hanya ada satu cara baginya untuk mengatasi
kesulitan tersebut, yakni mengerahkan gerakan tubuhnya
yang enteng untuk bermain petak umpet dengan lawan.
Begitulah, sambil mengitari tungku-tungku berapi itu
mereka bedua saling berkejaran satu dengan lainnya, makin
berputar makin cepat saja gerakanya.
Setiap kali mengerakkan tubuhnya mengejar, Gi Liong
kuncu selalu mengganti alat besinya dengan alat lain yang
masih panas. Dalam waktu s ingkat dalam arena hanya tampak dua sosok
bayangan manusia yang berkelebat tiada hentinya.
Lebih kurang setengah jam kemudian, mendadak Gi Liong
kuncu menghentikan gerakannya, kemudian dengan panas
tersengkal-sengkal berseru :
"Kau yang menang!"
Padahal Sik Tiong Giok sendiripun sudah merasa kecapaian,
coba kalau Gi Liong kuncu tidak segera berhenti dan
pertarungan berlangsung seperminum teh lagi, niscaya
pemuda itu akan terdesak hingga terpaksa melompat naik ke
atas tungku api itu. Sik Tiong Giok segera tersenyum, dengan berlagak seakan-
akan tetap santai ia berkata :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemenangan yang kuraih kali ini benar-benar tak
gampang, padahal aku sendiri pun sudah mulai lelah."
"Tak perduli bagaimanapun keadaanmu, yang pasti
pertarungan ini berhasil kau menangkan, maka mulai sekarang
kau telah menjadi tamu agungku."
Sik Tiong Giok merasa sedikit di luar dugaan sehabis
mendengar perkataan itu, pikirnya :
"Sungguh tak nyana kalau budak ini sangat tahu aturan."
Sementara dia masih berpikir, Gi Liong kuncu telah
bertepuk tangan sambil berseru :
"Mana pengawal" Cepat ajak Sik siangkong menuju ke
kamar tamu untuk minum teh."
Muncul seorang gadis berbaju kuning dari balik pintu,
sambil memberi hormat kepada Sik Tiong Giok katanya :
"Silahkan Sik siangkong!"
Menanti Sik Tiong Giok berpaling lagi ke arah Gi Liong
kuncu, ternyata tirai sudah diturunkan dan orangnya tak
kelihatan lagi, terpaksa dia mengikuti di belakang nona
berbaju kuning itu keluar dari ruangan tengah.
Di bagian belakang merupakan sebuah halaman luas, meski
tiada aneka bunga namun pepohonan yang tumbuh disitu
amat lebat sehingga mendatangkan suasana yang menyeramkan. Di bagian depan gedung merupakan sebuah ruangan kecil
yang indah, dalam ruangan itu berjejer rak-rak buku yang
penuh dengan aneka kitab.
Sik Tiong Giok melangkah masuk ke dalam ruangan itu
sambil memperhatikan sekejap sekelilingnya, lalu sete lah
mengambil tempat duduk, nona berbaju kuning itu muncul
menghidangkan air teh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar nona itu berkata sambil tertawa :
"Silahkan mencicipi air teh dulu, sebentar sayur dan arak
akan dihidangkan." Sik Tiong Giok sama sekali tidak menggubris, dia
mengawasi terus sekeliling tempat itu sambil berpikir di hati :
"Tak nyana kalau Gi Liong kuncu gemar membaca buku,
tapi mengapa sikapnya begitu kejam dan buas?"
Sementara dia masih berpikir, mendadak terdengar nona
berbaju kuning itu berkata lagi :
"Sayur dan arak telah dihidangkan, silahkan Sik siangkong
ambil tempat duduk."
Ketika Sik Tiong Giok berpaling, dilihatnya nona berbaju
kuning itu sedang melangkah masuk ke dalam ruangan sambil
membawa sebaki hidangan lezat.
Dasar sudah lapar, pemuda itu segera beranjak menuju ke
tempat duduk yang telah disediakan, lalu tidak menunggu
sampai nona berbaju kuning itu selesa i menghidangkan
hidangan yang ada, dia sudah menyambar sepotong paha
ayam dan dimakannya dengan lahap.
"Sik siangkong, nampaknya sudah lama kau tak pernah
bersantap?" goda nona berbaju kuning itu sambil tersenyum.
Sik Tiong Giok tertawa jengah.
"Yaa, sudah tiga hari aku tak makan apa-apa, sekali pun
dalam perjalanan menuju ke telaga Gi Liong oh aku pernah
makan daging menjangan, tapi berhubung ada racunnya, aku
telah memuntahkannya kembali dengan mengerahkan tenaga
dalam." "Apakah kau tidak kuatir dalam hidangan ini telah diberi
racun?" tiba-tiba nona berbaju kuning itu bertanya lagi sambil
tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Sik Tiong Giok mendelik besar, kemudian
berkata dengan suara dingin :
"Aku tak percaya kalau tuan putri kalian akan meracuni
hidangan ini, lagi pula andaikata benar-benar hendak diracuni,
akupun tak bakal takut."
Sekali lagi nona berbaju kuning itu tersenyum, diambilnya
poci perak dan memenuhi cawan Sik T iong Giok dengan arak,
ujarnya : "Kalau memang tidak takut, silahkan kau teguk arak ini
sampai habis..." "Minum yaa minum, lihat saja sampai dimana pengaruh
racun itu terhadap diriku," dengus Sik Tiong Giok dingin.
Sambil berkata dia mengangkat cawan dan meneguk isinya
sampai habis, lalu sambil meletakkan kembali cawan kosong
itu ke atas meja, dia berseru :
"Mari tuang secawan lagi..."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba tubuhnya terasa ada
sesuatu yang tak beres, dengan sepasang mata memancarkan
sinar tajam menggidikkan hadi dia segera berseru :
"Bagus sekali, ternyata dalam arak ini..."
Belum habis perkataan itu diutarakan, tangannya sudah
menyambar ke muka siap mencengkeram tubuh si nona
berbaju kuning itu. Dengan cekatan nona berbaju kuning itu berkelit ke
samping kemudian serunya sambil tertawa :
Jilid 29 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"DUGAAN MU KELIRU, DI DALAM SAYUR dan arak itu sama
sekali tak ada racunnya, siapa suruh takaran arakmu kelewat
jelek sedang arak tadi kau teguk begitu cepat dan terburu-
buru, tentu saja kepala mu jadi pening."
Ketika cengkeraman Sik Tiong Giok atas nona berbaju
kuning itu mengenai sasaran yang kosong, hampir saja dia
tidak mampu menahan tubuhnya yang sedang menerjang ke
muka, dia mesti maju empat lima langkah dengan terhuyung-
huyung lebih dulu sebelum akhirnya dapat mengendalikan
keseimbangan badannya. Saat ini dia baru merasa kalau dia memang tak kuat minum
arak, perutnya merasa panas seperti dibakar, matanya
berkunang-kunang dan tubuhnya terasa ringan.
Akan tetapi kesadaran pikirannya masih tetap jernih, semua
yang diucapkan nona berbaju kuning itu pun dapat
didengarnya dengan jelas, sambil maju dengan sempoyongan
lalu berpegangan di tepi meja ia berseru :
"Arak apakah itu" Mengapa hanya secawan pun sudah
memabukkan orang?" "Arak itu dihasilkan dari wilayah Inlam, sama tersohornya
seperti teh dari Phu oh to, namanya arak seratus buah Pek
kok sin ciu. Bila sampai mabuk maka empat jam kemudian
baru akan sadar, karena itu kuanjurkan kepadamu untuk
meneguk secawan lagi agar mabuk kepayang dan tidur
senyenyaknya, dengan begitu semua kelelahan yang kau
derita selama beberapa hari inipun akan hilang lenyap tak
berbekas." Waktu itu Sik T iong G iok memang sedang dipengaruhi oleh
arak, mendengar perkataan tersebut ia pun bergumam :
"Baik... baik... akan kuteguk secawan lagi biar betul-betul
mabuk..." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diangkatnya cawan araknya lalu meneguk isinya sampai
habis. Ketika arak kedua sudah masuk ke dalam perut, dia pun
jatuh tak sadarkan diri. Menanti dia sadar kembali, pemandangan di sekeliling
tempat itu sama sekali telah berubah.
Kini dia sudah berada dalam sebuah ruangan batu yang
gelap gulita tanpa cahaya lentera, suasana hening dan gelap,
namun secara lamat-lamat dia mengendus bau harum
semerbak yang menusuk hidung.
"Aaaaaii..." Suara helaan napas panjang mendadak bergema dari sisi
tubuhnya, hal ini membuatnya cepat-cepat berpaling ke
samping. Pada jarak tiga kaki di sisinya terdapat pula sebuah
pembaringan, dari balik kelambu dia seperti melihat ada orang
sedang duduk disitu. Apa yang terlihat tentu saja amat mencengangkan Sik
Tiong Giok, tanpa terasa pikirnya :
"Aaaai, siapa pula orang itu?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba dari
balik kelambu sudah kedengaran seseorang berkata :
"Kau sudah sadar dari mabuk" Gara-gara rakus minum
akibatnya urusan jadi terbengkalai, akan kulhat bagaimana
caramu menyelesaikan persoalan ini."
Nada suaranya halus dan lembut, sudah jelas berasal dari
seorang perempuan. "Siapakah kau" Mengapa kau pun bisa berada disini?" tanya
Sik Tiong Giok cepat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah Li Peng, sudah tiga hari terkurung di tempat
ini..." Sik Tiong Giok menjadi girang sekali setelah mendengar
perkataan itu, cepat dia berseru :
"Oooooh, adik Peng akhirnya aku berhasil juga menemukan
dirimu..." Li Peng menghela napas : "Aaaaai, sekalipun berhasil ditemukan tapi apa gunanya"
Paling tidak kau harus berusaha untuk melepaskan diri dari
kurungan ini..." "Baik, akan kuusahakan!"
Pada saat itulah pintu ruangan dibuka orang kemudian
muncul seorang perempuan jelek yang bertubuh kekar,
kepada si anak muda itu segera serunya :
"Hey bocah muda, cepat keluar! Tuan putri kami hendak
bertemu dengan mu." Sik Tiong Giok segera mendengus dingin :
"Hmmm, bagus sekali, kebetulan aku memang hendak
berjumpa dengannya, hayo berangkat!"
Dia melompat bangun dari atas pembaringan lalu mengikuti
di belakang perempuan jelek itu.
Setelah melalui sebuah halaman, di sekitar situ tidak
nampak gedung lain selain sebuah ruangan besar.
Di tengah ruangan telah siap tiga buah meja yang diatur
dalam posisi segitiga, Sik Tiong Giok dipersilahkan duduk di
meja sebelah kanan... Suasana di sekeliling tempat itu amat hening, selain Sik
Tiong Giok seorang, pada kedua meja lainnya nampak kosong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di kedua belah sisi meja berdiri dua belas gadis berbaju
ringkas, semuana memegang pedang yang terhunus, sikapnya
seperti lagi menghadapi musuh besar.
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, lalu ujarnya dingin :
"Dimanakah tuan putri kalian?"
"Kenapa sih kau mesti terburu napsu" Sebentar toh akan
datang juga..." Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak terdengar
suara irama musik bergema dari kejauhan sana dan makin
lama semakin mendekat... Mula-mula yang muncul lebih dulu adalah empat orang
gadis berdandan keraton yang masing-masing membawa
sebuah baki kemala berisi barang kebutuhan, di belakangnya
menyusul empat orang bocah perempuan yang membawa
dupa, masing-masing meletakkan dupa tersebut di meja
bagian tengah. Dalam waktu singkat bau dupa menyelimuti seluruh
ruangan serta menyiarkan bau harum semerbak.
Diam-diam Sik T iong Giok mengumpat setelah menyaksikan
kejadian tersebut : "Besar amat lagaknya..."
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dengan lantang :
"Tuan putri tiba!"
Bersamaan dengan suara bentakan itu tampak seorang
nona cantik berbaju hitam pelan-pelan masuk ke dalam
ruangan dan menduduki kursi utama.
Sik Tiong Giok segera mendengus sambil mengomel :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak heran kalau Gi Liong oh didirikan jauh di luar
perbatasan, ternyata pengikutnya adalah sekawanan manusia
yang belum berbudaya..."
"Atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Tolong tanya apa kedudukanku sekarang?"
"Kenapa mesti ditanya lagi, tentu saja seorang tamu
agung." "Kalau memang seorang tamu agung, mengapa kau
menyekapku dalam penjara batu" Beginikah cara Gi Liong oh
melayani tamu agungnya?"
Gi Liong kuncu segera tertawa.
"Tahukah kau antara lelaki dan perempuan dipisahkan oleh
batas-batas moral tertentu" Sebagaimana kau ketahui, semua
penghuni Gi Liong oh adalah anak gadis, selain kau seorang
yang laki-laki tak ada cowok disini, padahal kau lagi mabuk,
apa salahnya bila kuambil tindakan pengamanan sebelum
terjadi sesuatu yang melanggar susila?"
"Huuh, kau betul-betul kelewat memandang hina aku! Tapi
bukankah dalam ruangan batu itu terdapat juga seorang
nona?" "Dia sih dayang kami yang kabur, tentu saja lain ceritanya."
"Baik, kita jangan membicarakan soal semacam itu lagi,
sekarang sampaikan kepadaku, ada urusan apa kau
mengundangku kemari."
"Sejak keraton kami didirikan pada tiga puluh tahun
berselang, selama ini hanya kau seorang yang berhasil masuk
kemari, tahukah kau akan peraturan yang berlaku disini?"
"Peraturan yang berlaku disini kelewat banyak, membuat
aku mengingat pun menjadi segan," sahut Sik Tiong Giok
sambil tertawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagi setiap lelaki yang memasuki daerah terlarang dari
istana kami maka dia hanya mempunyai dua pilihan saja."
Mendadak Sik Tiong Giok tertawa tergelak :
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... aku mengerti, bukankah
kau hendak mencari menantu" Sayang sekali pangeranmu tak
punya minat dalam hal ini."
Paras muka Gi Liong kuncu segera berubah hebat, serunya
dingin : "Apabila kau masih saja berbicara semaunya sendiri, jangan
salahkan kalau aku tak akan bersikap sungkan-sungkan lagi
kepadamu." "Sejak permulaan dulu kalian tak pernah bersikap sungkan
kepadaku, kalau memang tak senang, mari kita melangsungkan pertarungan lagi."
Untuk sesaat lamanya Gi Liong kuncu jadi tertegun,
bisiknya kemudian : "Kau memang sangat... sangat..."
"Kau tak usah mengumpak diri lagi."
"Kau pun sombong!"
"Aku orang she Sik lebih suka mati daripada dihina."
"Apakah kau beranggapan ilmu s ilatku tak mampu melebihi
dirimu?" "Dalam ilmu silat terdapat dua aliran yang berbeda yaitu
aliran keras dan aliran lunak, masing-masing aliran pun
mempunyai kelebihan yang tersendiri, apakah nona berhasrat
untuk melangsungkan suatu pertarungan lagi dengan ku?"
Sembari berkata dia segera bangkit berdiri.
Tiba-tiba ke delapan orang gadis berbaju ringkas yang
berdiri di kedua belah sisi ruangan bertindak cepat dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepung di sekelilingnya sementara ke delapan bilah
pedang mereka mengancam datang dari delapan penjuru
serta menempelkan ujung pedangnya di depan tubuh Sik
Tiong Giok... Menyaksikan kejadian tersebut Sik Tiong Giok segera
tertawa terbahak-bahak : "Haaa haaa haaa... apakah kalian hendak mengandalkan
jumlah yang banyak" Tapi sayang ancaman semacam ini tak
akan membuat ku takut."
Gi Liong kuncu termenung beberapa saat lamanya,
kemudian sambil mengulapkan tangannya pelan-pelan dia
berkata : "Kalian boleh mengundurkan diri dari ruangan ini, aku
percaya dia tak akan berani bertindak kasar kepadaku."
"Budak terima perintah," sahut kawanan gadis berpakaian
ringkas itu serentak. Kembali Gi Liong kuncu berkata :
"Bila kau bertarung melawanku, aku percaya dengan
kepandaian silat yang sekarang kau miliki, kita dapat
bertarung seimbang tanpa ada yang menang dan tak ada
yang kalah, tetapi kau harus mengerti, di dalam istana Gi liong
kiong ku ini masih terdapat seratusan orang jago lihai yang
berilmu tinggi, kau tak nanti mampu menandingi mereka
semua." "Lebih baik hancur sebagai kemala daripada utuh sebagai
genteng, aku punya semangat untuk bertarung hingga titik
darah penghabisan." "Ehmm, kegagahanmu memang sangat mengagumkan,"
seru Gi Liong kuncu tertawa.
Setelah mengucapkan perkataan itu tiba-tiba saja dia tutup
mulut dan tidak berbicara lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk beberapa saat lamanya suasana dalam ruangan itu
menjadi sunyi senyap dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Secara diam-diam Sik Tiong Giok segera menghimpun
seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, asal
pihak musuh menyerang lebih dulu, maka diapun akan
melancarkan serangan balasan dengan sekuat tenaga.
Siapa tahu suasana tetap berlalu dalam keheningan dan tak
nampak suatu gerakan pun, malah suara napas pun seakan-
akan tak terdengar lagi. Lama kelamaan Sik Tiong Giok jadi keheranan, dengan
cepat dia mengangkat kepalanya dan memandang sekejap ke
arah Gi Liong kuncu. Ternyata Gi Liong kuncu sedang berdiri tak bergerak di
tempat semula persis seperti sebuah patung batu.
Selisih jarak di antara mereka berdua boleh dibilang dekat
sekali, lagipula Gi Liong kuncu telah melepaskan kain hitam
pelindung badannya. Hal ini membuat Sik Tiong Giok dapat
melihat wajah perempuan itu dengan jelas sekali.
Rambutnya yang panjang terurai sepanjang bahu, alis
matanya panjang dan melentik, sepasang matanya bulat
besar, bibirnya kecil mungil dan saat itu sedang menyungging
sekulum senyuman. Tiba-tiba Sik Tiong Giok meraskan wajahnya berubah jadi
merah padam, buru-buru dia melengos ke arah lain,
sementara hati kecilnya dia memuji :


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar-benar seorang perempuan yang amat cantik!"
Mendadak terdengar suara teguran lembut menggema di
sisi telinganya : "Mengapa sih kamu tak berani menengok ku?"
Sik Tiong Giok segera mendengus :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm, mengapa aku tak berani menengokmu?"
"Kalau begitu berpalinglah dan coba tengok wajahku
dengan penuh seksama."
Sik Tiong Giok benar-benar berpaling serta mengamati
wajah perempuan itu dengan seksama.
Tapi begitu dia memandang dengan serius tiba-tiba saja
pemuda itu merasakan peredaran di dalam tubuhnya mengalir
dengan cepatnya bahkan denyut jantungnya terasa bertambah
keras. Ia merasa Gi Liong kuncu yang cantik itu memancarkan
semacam rangsangan napsu birahi yang membuat perasaan
orang jadi bergolak keras dan pikirannya jadi kalut.
Dalam keadaan seperti inilah, terdengar Gi Liong kuncu
berkata lagi dengan lembut :
"Sekarang ikutilah aku, mari..."
Suara halus itu, lembut dan amat manis, bahkan secara
lamat-lamat mengandung daya rangsangan yang dapat
membetot sukma. Sik Tiong Giok merasakan hatinya bergetar keras tanpa
terasa dia berjalan mengikuti di belakang nona tersebut, ia tak
tahu kemana mereka telah pergi dan menempuh perjalanan
berapa jauh. Lebih kurang seperminum teh kemudian, tiba-tiba
pandangan matanya jadi silau.
Ternyata mereka telah memasuki sebuah kamar tidur yang
sangat indah dan menawan.
Mendadak kesadaran Sik Tiong Giok seperti menjadi jernih
kembali, ia membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba segulung bau harum semerbak berhembus lewat
kemudian pandangan matanya jadi silau, wajah yang cantik
molek itu tahu-tahu sudah menghadang di hadapannya.
Terdengar nona itu berkata sambil tertawa :
"Setelah kemari, kenapa harus pergi lagi" Kau hendak pergi
kemana...?" Sik Tiong Giok segera berpaling, sorot matanya persis
saling beradu pandangan dengan sinar mata perempuan itu.
Dari balik matanya yang jeli, terasa pancaran daya
pengaruh yang kuat membuat perasaan Sik T iong Giok segera
bergolak kembali dengan hebatnya.
Sebuah tangan yang putih dan lembut diulurkan ke depan
dan menggenggam pergelangan tangan kanannya.
Di balik telapak tanganna yang halus dan lembut itu
seakan-akan membawa aliran listrik yang sangat kuat,
membakar api birahi di dalam tubuh Sik Tiong Giok sehingga
berkobar dengan hebatnya.
Terutama sekali di bawah kerdipan matanya yang jeli,
seperti ada dua buah pisau tajam yang menembusi lubuk hati
pemuda itu. Kesemuanya ini membuat orang tak berani membangkang
juga tak berani membantah.
Untung juga Sik Tiong Giok mempunyai bakat yang baik,
dengan sekuat tenaga dia berusaha mengendalikan gejolak
perasaannya dengan mengabitkan tangannya keras-keras, lalu
sambil mendengus ujarnya :
"Cepat lepaskan aku..."
Sayang sekali genggaman tangannya yang halus lembut itu
seperti susah untuk dilepaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itulah terdengar suara yang halus lembut itu kembali
berbisik dengan pelan : "Apa sih yang kau takuti" Aku toh tak akan menelanmu."
Sik Tiong Giok tak sanggup mempertahankan diri lagi,
napasnya jadi tersengkal-sengkal, mendadak dia menyambar
pinggang orang yang langsing dengan tangan kirinya
kemudian dipeluknya kencang-kencang, bibirnya digerakkan
mendekati bibir perempuan itu sambil bergumam, entah apa
saja yang dikatakan olehnya.
Dalam keadaan kritis dan sangat berbahaya inilah,
mendadak terdengar suara genta dibunyikan bertalu-talu.
Gi Liong kuncu kelihatan sangat terkejut, paras mukanya
segera berubah hebat dan sikapnya pulih kembali jadi dingin
dan kaku. Mendadak dia mendorong tubuh Sik Tiong Giok yang
berada di dalam pelukannya lalu bertepuk tangan keras.
Seorang nona berbaju kuning segera munculkan diri sambil
berseru : "Budak menanti perintah!"
"Bawa kembali orang ini ke ruang batu!" perintah Gi Liong
kuncu dingin. Nona berbaju kuning itu mengiakan, dia segera berpaling
ke arah Sik Tiong Giok sambil katanya :
"Mari ikut aku!"
Dalam pada itu Sik Tiong Giok masih tetap berdiri termangu
sambil mengawasi Gi Liong kuncu tanpa berkedip, tampaknya
dia seperti berat hati untuk meninggalkan tempat tersebut.
Sambil tersenyum Gi Liong kuncu segera berkata :
"Pergilah bersamanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok menyahut dan membalikkan badan, lalu
berjalan keluar dari ruangan dengan langkah lebar.
Nona berbaju kuning itu membawa Sik Tiong Giok melalui
dua buah gedung besar sebelum akhirnya tiba di sebuah
ruangan, disana terlihat ada beberapa orang perempuan jelek
bertubuh kekar sedang melakukan penjagaan.
Setelah menyerahkan Sik Tiong Giok kepada perempuan
jelek itu, nona berbaju kuning tadi balik badan dan beranjak
pergi dari situ. Setelah memandang wajah perempuan jelek itu, di dalam
benak Sik Tiong Giok segera muncul bayangan tubuh dari Li
Peng, kesadaran pikirannya juga segera p ulih kembali seperti
sedia kala, tanpa terasa dia berpikir :
"Apa yang telah kulakukan selama ini?"
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, dari sisi
telinganya sudah terdengar suara yang parau dan kasar
berseru : "Hey, si burung dungu, ayoh cepat jalan kenapa masih
berdiri saja disana?"
Mendadak Sik Tiong Giok meraskan hatinya bergetar keras,
satu ingatan melintas lewat di dalam benaknya, kemudian
sambil tersenyum dia berjalan menuju ke depan.
Beberapa langkah kemudian sete lah mengikuti di belakang
perempuan jelek itu, secara diam-diam dia menggerakkan
jarinya secepat kilat ia totok jalan darah di bawah iganya.
Seketika itu juga perempuan jelek bertubuh kekar itu
berdiri kaku di tempat semula seperti sebuah patung batu.
Tanpa memperhatikan barang sekejap pun, Sik Tiong Giok
segera membalikkan badan sambil berlarian ke muka dalam
waktu singkat dia telah berhasil menyusul si nona berbaju
kuning itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa napsu membunuhnya kini subah berkobar, dengan
suatu gerakan yang amat ceapt dia menyelinap ke belakang
tubuh gadis tersebut kemudian mencengkeram lengannya.
Dalam kagetnya nona berbaju kuning itu bermaksud akan
berpaling tapi Sik Tiong Giok mengayunkan kembali jari
tangannya menotok jalan darah nona tadi.
Kontan saja gadis itu tak mampu bergerak maupun
berbicara, hanya sepasang matanya terbelalak lebar dengan
pandangan tertegun. Sambil menggertak gigi Sik Tiong Giok segera melemparkan tubuh itu ke tengah udara.
Bagaikan sebutir kelereng tubuh nona berbaju kuning itu
terpental ke atas atap rumah, kemudian terbanting kembali ke
bawah dengan kepalanya lebih dulu...
"Praaaakk...!" Tak ampun batok kepalanya hancur berantakan dan
selembar jiwanya melayang meninggalkan raganya.
Sik Tiong Giok tidak berhenti lama setelah melakukan
pekerjanan tersebut, dengan suatu gerakan cepat dia balik
kembali ke sisi perempuan jelek tadi kemudian menepuk pula
punggungnya. Perempuan jelek itu segera memperoleh kembali
kesadarannya dan meneruskan perjalannya ke depan.
Oleh karena gerakan tangan Sik Tiong Giok yang lincah dan
cekatan serta waktu yang teramat singkat, maka perempuan
bermuka jelek itu hanya merasa sedikit tertegun saja lalu
sadar kembali, ia sama sekali tidak curiga kalau jalan
darahnya baru saja ditotok orang.
Oleh sebab itu tanpa rasa curiga sedikit pun juga, dia
meneruskan perjalanannya membawa Sik Tiong Giok menuju
ke ruang batu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja dia muncul di depan ruang batu Li Peng sudah
berseru kegirangan : "Engkoh Giok, akhirnya kau kembali juga, saking tak
sabarnya hampir saja aku hendak menerjang keluar dari s ini."
"Mengapa kau tidak berbuat begitu?" tanya Sik Tiong Giok
dengan perasaan tercengang.
Li Peng tertawa. "Aku percaya kau pasti punya akal untuk balik kemari, aku
takut mengganggu rencana besarmu sehingga urusannya jadi
terbengkalai dan sekarang..."
"Sekarang kenapa?"
"Sekarang aku berharap mempunyai banyak waktu untuk
berkumpul bersama dirimu..."
Ketika berbicara sampai disini, tiba-tiba saja sepasang
pipinya berubah jadi semu merah setelah tersenyum malu-
malu, ia menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok mengalihkan pokok pembicaraan ke masalah lain, katanya sambil tertawa :
"Keadaanku pada hari ini sungguh amat berbahaya,
andaikata suara genta tidak bergema pada saatnya yang tepat
mungkin aku sudah terjerumus ke dalam neraka dan tak bisa
menolong diri lagi."
"Ooooh... apa yang telah kau jumpai" Cepat ceritakan
kepadaku..." Sik Tiong Giok tertawa hambar.
"Aku tak akan berani mengelabui mu, tentu saja apa yang
ku alam i akan kuceritakan semua."
Secara ringkas dia pun menceritakan apa yang telah
dialam inya belum lama berselang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika selesai mendengar kisah tersebut, Li Peng jadi amat
marah dan mendongkol, dengan kening berkerut serunya
seraya mendengus : "Hmmm, betul-betul tak tahu malu, menggunakan paras
cantik menyesatkan orang, terhitung orang macam apakah dia
itu?" Sementara mereka berdua sedang bercakap-cakap,
mendadak dari luar sana terdengar suara gaduh, dengan
perasaan keheranan mereka pun mendekati pintu melongok
ke luar. Di luar gedung tampak lima orang nona berbaju kuning
sedang melarikan diri terbirit-birit sedngkan di belakang
mereka nampak dua sosok bayangan manusia mengejar
dengan ketatnya. Dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling susul
menyusul... "Hmmm, habis sudah riwayat hidup beberapa orang budak
sialan itu..." dengus Li Peng tiba-tiba.
Dengan perasaan tercengang Sik Tiong Giok berseru :
"Semenjak telaga Gi Liong oh didirikan, konon selama tiga
puluh tahun belum pernah ada lelaki yang masuk kemari,
siapakah kedua orang itu" Nyata sekali mereka berhasil
menerobos istana Gi liong kiong."
Belum habis perkataan itu diutarakan dari kejauhan sana
telah berkumandang datang dua kali jeritan ngeri yang
memilkan hati, dua orang gadis berbaju kuning roboh
terjengkang ke atas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Berhasil dengan serangan mautnya, kedua sosok bayangan
manusia itu tidak berhenti sampai disitu saja, dengan
kecepatan luar biasa mereka menyusul kembali ke arah ke
empat korban lainnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gerakan tubuh dari mereka berdua memang sangat hebat,
dalam sekejap mata kembali korbannya berhasil tersusul,
ketika ke empat kepalan mereka diayunkan ke depan, di
antara deruan angin pukulan yang kuat, jeritan ngeri yang
memilukan hati segera bergema saling susul menyusul.
Tahu-tahu ke empat orang gadis berbaju kuning itu sudah
roboh terjungkal ke atas tanah.
Dengan kematian semua korbannya, kedua orang
pengejarnya baru menghentikan pengejaran dan celingukan
sekejap memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu.
Pangeran Serigala langit Sik T iong Giok benar-benar dibuat
tercengang oleh adegan yang baru saja berlangsung di
hadapannya, apalagi di dalam beberapa gebrakan saja kedua
orang tersebut berhasil membunuh beberapa orang budak
berbaju kuning, pikirnya kemudian :
"Ak dengar selama tiga puluh tahun terakhir ini belum
pernah ada seorang lelaki pun yang pernah memasuki istana


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gi liong kiong, lalu siapakah ke dua orang itu?"
Setelah kedua orang pembunuh itu menghentikan
pengejaran, keadaan mereka pun dapat terlihat dengan lebih
jelas. Ternyata ke dua orang itu adalah lelaki berusia
pertengahan yang berbaju ringkas dan menyoren senjata di
punggungnya, yang seorang berwajah tampan sebaliknya
yang lain berwajah jelek.
Setelah memeriksa sekejap keadaan di sekeliling tempat
itu, akhirnya lelaki bermuka jelek itu memandang ke arah
ruang batu dimana Sik Tiong Giok disekap, serunya kemudian
dengan lantang : "Apabila kalian adalah tawanan yang disekap Gi Liong
kuncu disana, cepatlah manfaatkan kesempatan ini untuk
meninggalkan tempat tersebut..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru saja Li Peng hendak menjawab, Sik Tiong Giok telah
menghalangi niatnya itu sambil berbisik :
"Jangan bergerak dulu, sebentar akan ada keramaian untuk
ditonton..." Benar juga, baru saja ia selesai berbicara, suara genta telah
bergema di seluruh istana Gi liong kiong.
Menyusul kemudian serentetan suara musik yang lembut
berkumandang pula membelah angkasa.
Pada saat yang bersamaan, dari balik lapangan telah
muncul sejumlah manusia. Begitu melihat kemunculan orang-orang itu, Li Peng segera
berseru lirih : "Coba kau lihat, banyak juga yang datang! Ada jago-jago
dari Siau lim pay, Go bi pay, Hoa san pay..."
"Coba kau lihat, pihak Bu tong pay pun turut hadir," ser Sik
Tiong Giok pula sambil tertawa.
"Yaa, mereka benar-benar punya kemampuan, nyatanya
semua jago berhasil menyerbu masuk ke dalam istana Gi liong
kiong ini." "Aku tebak mereka bukan menyerbu masuk dengan
kekerasan, tapi dijemput oleh orang-orang yang diutus Gi
liong kiong." "Aah mana mungkin" Aku tidak percaya!"
Sik Tiong Giok segera tertawa.
"Apakah kau tidak melihat sederet bangunan rumah kayu di
sisi tanah lapang itu?" ujarnya.
"Maksudmu mereka adalah orang-orang yang semula
disekap dalam rumah kayu itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaa, aku rasa memang begitu," sahut Sik Tiong Giok
sambil mengangguk, "hanya entah siapa yang telah
membebaskan mereka semua?"
Sementara mereka masih berbincang-bincang, situasi
dalam arena telah terjadi perubahan, jago-jago dari pihak Gi
liong kiong telah bermunculan pula dari segala penjuru
lapangan, dengan begitu kedua belah pihak pun telah saling
berhadapan satu dengan lainnya.
Di satu tempat jagonya terdiri dari lelaki semua, sedangkan
di pihak lain jago-jagonya terdiri dari perempuan semua.
Di pihak kaum perempuan tentu saja dipimpin oleh Gi Liong
kuncu, tampak ia duduk di balik sebuah kelambu dan lamat-
lamat masih kelihatan bayangan tubuhnya.
Sedangkan di pihak kaum lelaki ada yang berdandan
hwesio, pendeta maupun orang preman namun tak ada
pentolannya, mereka sedang menanti dengan perasaan
gelisah. Tiba-tiba dari balik tirai kelambu berkumandang suara
teguran yang dingin dan kaku :
"Siapa yang telah membebaskan kalian semua" Siapa
pemimpin kalian" Hayo suruh keluar untuk menjawab!"
Biarpun nada suaranya sangat halus dan lembut, namun
setiap patah katanya serasa menusuk pendengaran.
Dari kelompok kaum lelaki segera berjalan keluar seorang
kakek ceking yang bertubuh kerdil, sahutnya sambil tertawa
terkekeh-kekeh : "Heeeehh... heeehhh... heeehhhh... berhubung dari
kelompok kami tidak terpilih seorang pemimpin pun, terpaksa
biar aku s i kerdil yang mewakili mereka untuk berbicara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok terkejut sekali sesudah mengetahui siapa
orang itu, sebelum ia sempat berbicara terdengar Li Peng
berseru dengan perasaan kaget bercampur keheranan :
"Hey, kenapa susiok cebol pun berada disini?"
"Coba kau lihat sepasang manusia jelek dari szuchuan pun
ikut datang!:" Li Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya : "Aku tidak kenal dengan mereka, belum pernah aku
bertemu dengan kedua orang itu!"
Si kakek ceking yang bertubuh kerdil itu tak lain adalah si
kakek cebol yang berjalan di bawah tanah Kongsun Swan,
tampaknya sudah menjadi pembawaannya, setiap pembicaraannya maupun gerak geriknya baik di saat tenang
ataupun tegang, ia tak pernah lupa dengan gerakannya yang
kocak. Gi Liong kuncu yang berada di balik tirai segera berkata
dengan suara ketus : "Kalau toh kau sudah menampilkan diri, apakah bisa juga
mengambilkan keputusan untuk mereka semua?"
Kakek cebol berjalan di bawah tanah tertawa terkekeh-
kekeh : "Heeehhh... heeehhh... heeehhh... setelah terpilih di antara
mereka, paling tidak aku toh bisa mengambilkan setengah
keputusan bagi mereka, bukan begitu?"
Gi Liong kuncu segera mendengus dingin :
"Bagus sekali, sekarang katakan dahulu, siapa yang telah
membebaskan kalian dari sekapan di rumah-rumah kayu itu?"
"Memang ada seseorang telah melakukan hal tersebut,
sayang sekali aku tidak kenal siapakah orang itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm, apakah arti perkataanmu?" umpat Gi Liong kuncu
amat gusar. Kakek cebol berjalan di bawah tanah segera tertawa lagi :
"Jangan perduli apa arti perkataan itu, yang jelas kami
semua benar-benar sudah erlepas dari kurungan."
"Sekarang ku perintahkah kepada kalian semua agar segera
kembali ke dalam kamar tahanan masing-masing serta
menunggu keputusan ku nanti...!"
"Kau anggap kami akan berbuat seperti apa yang kau
perintahkan...?" "Kenapa" Jadi kalian bermaksud hendak menantang
perintahku ini" Mau memberontak rupanya?"
"Kecuali sanggup menaklukkan kami semua sekali lagi,
kalau tidak, jangan bermimpi lagi di siang hari bolong, sebab
aku tahu, perbuatan itu bukan suatu pekerjaan yang
gampang." Baru saja perkataan itu selesai diucapkan mendadak tirai
hitam itu disingkapkan dan muncullah seorang perempuan
berparas cantik duduk di sebuah bangku.
Sekilas pandangan orang tidak akan tertarik oleh
kecantikannya, tapi bila kau sudah memandangnya sekejap
maka tak tahan akan memandang lagi untuk kedua kalinya,
begitu seterusnya, nyata dia memang seorang perempuan
yang sangat cantik. Dengan kerlingan matanya yang tajam ia memperhatikan
sekejap orang-orang itu, kemudian ujarnya dingin :
"Kau anggap aku tidak memiliki kemampuan untuk berbaut
begitu...?" "Yaa betul, aku menganggap kau memang tak mampu,"
jawab si kakek cebl sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gi Liong kuncu kuncu segera tertawa dingin, sambil
mengulapkan tangannya dia berseru :
"Ui kiok kiu li, segera turun ke arena dan bekuk mereka
semua serta kembalikan ke kamar tahanan."
Baru saja perintah diberikan, sembilan orang perempuan
berbaju kuning yang berada di hadapannya telah menyahut
sambil me loloskan pedang, serentak mereka menerjang ke
arah para jago. Kakek cebol segera berpaling pula seraya berseru :
"Babak pertama ini seharusnya ditangani oleh kalian orang-
orang Bu tong pay, coba beri pelajaran kepada mereka
dengan ilmu pedang kalian yang hebat, jangan biarkan nama
baik kalian rusak oleh budak-budak ingusan itu."
Seorang tosu yang bercambang lebat segera menyahut
dengan lantang : "Bu liang siuhud, biarpun darah kami harus berceceran di
lantai Gi liong kiong, akan kami menangkan pertarungan
babak ini!" Pedangnya yang telah diloloskan dari sarung segera
digetarkan di tengah udara, seketika itu juga delapan orang
tosu sama-sama meloloskan senjata masing-masing dan
menyongsong kedatangan ke sembilan perempuan tersebut.
Dalam waktu singkat pertarung telah berlangsung dengan
serunya, cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa,
bayangan manusia silih berganti saling menerkam.
Kalau di satu pihak lebih mengandalkan kesempurnaan
tenaga dalamnya, maka pihak yang lain lebih mengutamakan
kelihayan jurus serangannya untuk beberapa saat kemudian
masih berimbang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi setelah pertarungan itu berlangsung lebih lama lagi,
anggota perguruan Bu tong pay mulai tak mampu menahan
diri lagi. Lambat laun mereka terdesak hebat dan kelihatan sudah
tak mampu menahan diri lagi.
Ilmu pedang yang dipergunakan Ui kiok kiu li tersebut
memang sangat hebat, barisan yang digunakan juga amat
hebat, dimana sebuah serangan tertuju, delapan pedang
lainnya menyusul secara beruntun.
Biarpun anak murid Bu tong pay memiliki tenaga dalam
yang jauh lebih sempurna, tapi menghadapi tekanan yang
datangnya dari empat penjuru, pada hakekatnya kemampuan
mereka tak dapat berkembang secara sempurna.
Sementara itu barisan pedang dari kesembilan perempuan
seruni kuning mulai menyusut makin mengencang, selapis
badai hawa pedang yang amat dahsyat mengurung anak
murid Bu tong pay dengan ketatnya.
Berada dalam keadaan seperti ini, melawan terus berarti
ada ancaman kematian, atau dengan perkataan lain kecuali
menyerahkan diri, tiada jalan kedua lagi bagi anak murid Bu
tong pay. Sik Tiong Giok serta Li Peng yang mengikuti jalannya
pertarungan itu dari balik ruangan batu, merasa terkejut juga
setelah menyaksikan kejadian ini.
Kejut dan tercengang li segera berseru :
"Engkoh Giok, apakah kau punya cara yang baik untuk
mematahkan barisan itu" Bila keadaan ini dibiarkan
berlangsung terus, sudah pasti anak murid Bu tong pay
terpaksa harus balik kembali ke dalam kamar tahanannya!"
"Biarpun aku belum mempunyai cara yang terbaik untuk
memecahkan barisan tersebut, tapi aku rasa anak murid Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tong pay tak akan segoblok itu, mereka pasti lebih suka mati
daripada dikembalikanke penjara."
Belum habis perkataan diutarakan, jeritan ngeri yang
memilukan hati telah berkumandang dari arah arena
pertarungan, ternyata seorang murid Bu tong pay sudah
tertusuk dadanya hingga tewas.
Saat itulah terdengar Gi Liong kuncu berkata dengan suara
dingin : "Apakah kalian akan melawan terus" Lebih baik cepat-cepat
balik ke kamar tahanan, kalau tidak, akan ku suruh kalian mati
semua di dasar telaga Gi Liong oh."
Si tosu bercambang yang agaknya merupakan pimpinan
rombongan, segera menyahut sambil membentak :
"Anak murid Bu tong pay bukan manusia pengecut yang
takut mati, apabila kau hendak menghadapi kami secara keji,
silahkan saja dilakukan, kami tak bakal gentar untuk
menghadapinya!" Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari kejauhan sana
berkumandang datang suara seseorang yang berseru sambil
tertawa : "Hey Si Hian cing sikerbau kecil, kau benar-benar tak
becus, masa menghadapi beberapa orang bocah perempuan
pun tak berkutik, apakah kau tidak kuatir membuat malu
gurumu?" Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, tampak
sesosok bayangan abu-abu melayang turun di tengah arena,
ternyata dia dalah seorang kakek jangkung yang membawa
sebuah tongkat bambu. Li Peng yang berada di dalam ruangan batu segera
berseru: "Aah, ternyata Ong susiok juga telah datang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar itu, Sik Tiong Giok tertawa :
"Kalau dugaan ku tak salah, yang telah datang bukan cuma
dia seorang, siapa tahu ketiga orang sesepuh itu sudah datang
semua." Ternyata yang baru saja muncul adalah Ku tiok lojin Ong
Hian, begitu melayang turun ke tengah arena, tongkat
bambunya langsung disodokkan ke muka dan menyerbu ke
dalam barisan pedang dari sembilan perempuan seruni kuning.
Tampak tongkat bambunya sebentar menyodok ke kiri lalu
menghantam ke barat, dalam waktu singkat barisan lawan
sudah dibuat kocar kacir tak karuan.
Mendadak dari kejauhan sana berkumandang kembali
suara pekikan yang amat nyaring, suaranya keras bagaikan
pekikan naga, naring dan keras terasa amat menusuk
pendengaran.

Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil tertawa Sik Tiong Giok segera berkata :
"Waah, rupanya toa supek ku juga turut datang."
"Kau maksudkan Thian liong siu Sin lo cianpwee?"
"Benar, bila kau mendengar pekikan bangau, itu berarti ji
supek ku yang datang."
"Kalau yang kudengar adalah suara lolongan serigala?"
goda Li Peng sambil tertawa cekikikan.
Sambil mengerdipkan matanya Sik Tiong Giok tertawa geli
juga, sahutnya : "Hey budak ingusan, sejak kapan kau belajar nakal" Berani
amat kau menggoda ku?"
Sementara kedua orang itu masih bergurau, situasi dalam
arena telah terjadi perubahan besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menghadapi sodokan tongkat bambu dari Ku tiok lojin,
barisan dari ke sembilan perempuan seruni kuning itu sudah
kocar kacir tak karuan lagi bentuknya.
Pada saat itulah si kakek naga langit Siu Bun telah muncul
pula di tengah arena. Menyaksikan keadaan tersebut, Gi Liong kuncu segera
berseru dengan suara keras :
"Cepat bunyikan genta emas dan kumpulkan segenap
pengawal yang berada disini!"
Dua orang gadis berbaju merah segera melejit ke udara
dan langsung kabur menuju ke loteng genta di muka keraton.
Siapa tahu, baru saja mereka berdua tiba di bawah loteng
genta, genta yang berada di atas loteng telah berbunyi
bertalu-talu. "Traaang... traang... traang..."
Dengan perasaan terkejut dua orang perempuan itu
mendongak ke atas, tapi sebelum mereka sempat menegur,
dari atas loteng sudah kedengaran seseorang berseru sambil
tertawa nyaring : "Haah... haah... haah... aku telah mewakili kalian berdua
untuk membunyikan genta emas, ingin kulihat sekarang siapa
yang akan datang mengantar kematiannya!"
Di tengah gelak tertawa yang amat keras, tiba-tiba muncul
sesosok bayangan manusia dari atas loteng dan berkelebat
lewat seringan asap, dalam waktu s ingkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata.
Untuk beberapa saat lamanya kedua orang gadis berbaju
merah itu jadi tertegun dan tak tahu apa yang mesti
dilakukan. Sementara itu dari sekeliling tanah lapang telah
berdatangan pula banyak orang yang aneh, ternyata tujuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iblis dari kota Ci sia yang mati ditelan naga pun kini muncul
dalam keadaan segar bugar, bahkan menjadi pengawal pribadi
Gi Liong kuncu. Sik Tiong Giok menjadi keheranan setengah mati setelah
menyaksikan kejadian tersebut, gumamnya dengan perasaan
tercengang. "Betul-betul suatu kejadian yang sangat aneh, mengapa
mereka utuh dan hidup segar?"
"Siapa sih yang kau maksudkan?" tanya Li Peng.
"Siapa lagi, tentu saja ke tujuh iblis dari Ci sia, menurut si
Raja setan kepala botak, mereka telah ditelan semua oleh
naga siluman tapi mengapa semuanya utuh dan hadir disitu?"
Setelah mengerdipkan matanya berulang kali, Li Peng
menjawab : "Aku rasa di balik kesemuanya ini pasti ada hal yang luar
biasa, siapa tahu kita sudah terkena siasat busuk lawan."
Tiba-tiba saja Sik Tiong Giok merasakan hatinya tergerak
sesudah mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia berpaling
dan mengawasi wajah Li Peng lekat-lekat.
Li Peng menjadi rikuh sendiri setelah dipandang seperti itu,
tiba-tiba saja paras mukanya berubah menjadi merah padam,
segera bentaknya : "Hey, kenapa sih kau mengawasi diriku dengan cara seperti
ini...?" Dengan suara dingin Sik Tiong Giok segera berkata :
"Aku dengar Gi Liong oh mempunyai dua belas tusuk konde
emas yang semuanya berwajah persis seperti kau, benarkah
itu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaa, benar, mereka telah mengubah wajah seseorang
dengan menggunakan obat-obatan tapi wajahnya tidak terlalu
mirip, ada apa sih...?"
"Sepanjang perjalanan menuju kemari, aku telah berjumpa
beberapa orang di antaranya, ketika hampir terjerumus dalam
neraka perempuan, aku pun bertemu lagi beberapa orang di
antaranya, sulit rasanya untuk membedakan satu sama
lainnya." Li Peng segera tertawa cekikikan :
"Hal ini disebabkan kau tidak teliti, padahal jika kau mau
memperhatikan dengan seksama, maka tak sulit untuk
membedakannya!" "Aku tidak mengerti tentang soal ini."
"Gaya maupun sikapnya kan berbeda..."
Tiba-tiba Sik Tiong G iok seperti memahami sesuatu, segera
katanya : "Aaah, yaa... betul, betul, aku sudah mengerti sekarang...
aku sudah mengerti..."
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seseorang berseru
dengan suara nyaring : "Hey setan bekepala botak! Kau benar-benar membuatku
penasaran, seandainya aku tidak bertemu dengan siluman
rase hitam, mungkin saat ini aku telah bertemu dengan raja
Giam!" Sik Tiong Giok segera berpaling setelah mendengar
perkataan itu, tampak dua orang bocah kecil munculkan diri
dari kerumunan orang banyak, mereka adalah si nona kecil
Sim Cui serta si Kalajengking kecil Siu Cing.
Raja setan kepala botak yang berdiri di sisi Gi Liong kuncu
segera berseru sambil tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah cilik, hitung-hitung umurmu memang masih
panjang." "Bukankah kau pernah mengatakan sambil menangis
bahwa beberapa orang saudaramu sudah mati dicaplok naga
siluman?" seru Siu Cing lagi dengan penasaran.
"Benar! Aku berani bersumpah tak membohongi dirimu."
"Lalu mengapa mereka masih hidup segar bugar hingga
sekarang?" Si Raja setan kepala botak segera tertawa.
"Kami orang-orang dari istana iblis memang memiliki ilmu
sakti pelindung badan, bagaimana mungkin s iluman naga bisa
mencaplok kami semua?"
"Huuh, kentut busuk," seru Siu Cing sambil menarik muka,
"aku tebak kalian pasti sedang bermain gila."
Mendadak si kakek cebol Kongsun Swan menyela :
"Anak muda, kau tak usah bertanya lagi, bahkan aku
sendiripun bisa sampai kemari karena ditelan siluman naga."
Siu Cing segera membelalakkan matanya lebar-lebar,
kemudian berdiri tertegun.
Sementara itu, di sisi Gi Liong kuncu telah bertambah lagi
dengan empat orang manusia.
Ketika si kakek naga langit Sin Bun melihat kehadiran
orang-orang itu, mendadak paras mukanya berubah hebat,
segera serunya dengan suara dingin :
"Ehmmm, tampaknya tidak sia-sia aku datang menghadiri
pertemuan puncak ini, tak nyana bisa bersua dengan sobat
lama yang telah berpisah banyak tahun, kejadian seperti ini
benar-benar pantas dirayakan dengan sebaik-baiknya."
Ku tiok lojin berjalan mendekat sehabis membuyarkan
kerubutan sembilan orang perempuan seruni kuning itu, ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar perkataan tersebut, segera ujarnya sambil
tertawa: "Hey ular panjang, mungkin kau sudah bertemu dengan
seteru lama mu, kalau tidak masa muka mu jadi hijau
membesi" Hayo katakan dulu, manusia macam apa sihdirinya?"
"Itu dia, keempat cecunguk yang baru datang itu," seru
kakek naga langit sambil menuding ke muka.
Ku tiok lojin memperhatikan orang-orang itu sesaat, lalu
katanya sambil menggelengkan kepala :
"Teramat asing bagiku, belum pernah rasanya bersua
dengan mereka..." "Biarpun asing bagi pandanganmu pasti tak bagi
pendengaranmu, pernah kau dengar tentang empat siluman
dari gurun pasir?" Mendengar nama tersebut, tiba-tiba saja sekujur badan Ku
tiok lojin bergetar keras, cepat-cepat dia berseru :
"Oooh, kau maksudkan sisa-sisa pelarian dari gurun pasir
dulu" Masa mereka belum mampus?"
Si kakek yang bersenjata tombak pendek segera menyela
dengan suara lantang : "Kami bersaudara telah berhail melatih ilmu kebal, hidup
kami masih cukup panjang."
Kakek naga langit segera menjelaskan :
"Orang ini adalah si siluman tombak baja Un Piau!"
"Dan aku bernama siluman martil emas Beng sah,"
sambung seorang kakek berwajah merah dengan suara
nyaring. Menyusul kemudian pedang To Hong dan siluman kepalan
Lu Bong turut memperkenalkan juga namanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil mendengus, kakek naga langit segera berkata :
"Setelah jiwa kalian pernah ku ampuni sewaktu berada di
tepi telaga T ah sim oh tempo hari, kini kalian berani membuat
onar pula di tepi telaga Gi Liong oh, hmm... manusia semacam
kalian ini tak dapat diampuni lagi."
"Hey manusia she Sin, kau jangan sombong dulu," bentak
siluman kepalan To Hong dengan suara keras, "kedatangan
kami hari ini tak lain adalah hendak membuat perhitungan
dengan dirimu." "Bagus sekali, kita memang sudah seharusnya memperhitungkan kembali hutang-hutang lama, tapi apakah
kalian hendak maju bersama-sama ataukah maju seorang
demi seorang?" "Haa... haa... haa...," siluman tombak baja tertawa seram,
"biarpun harus satu lawan satu, loya mu tak bakal takut,
sambut dulu sebuah tusukan tombak ku ini."
Seraya berseru, sepasang tombak pendeknya segera
diputar sambil menyerbu ke dalam arena.
"Bagus sekali," bentak si kakek naga langit pula, "biar ku
kirim dulu dirimu ke neraka."
Tongkat penakluk naganya digetarkan, lalu menciptakan
selapis cahaya tajam yang menyilaukan mata.
Suasana di sekeliling arena waktu itu amat hening dan tak
kedengaran sedikit suara pun, semua orang sedang
memperhatikan jalannya pertarungan antara jago-jago
golongan lurus dengan sesat ini, mereka ingin tahu sampai
dimanakah taraf kepandaian silat yang mereka miliki.
Tiba-tiba terdengar Li Peng yang berada dalam ruangan
batu berkata sambil menghela napas panjang :
"Aku kuatir kakek Sin masih bukan tandingan lawan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku tebak yang kalah nanti pasti ke empat siluman
dari gurun pasir!" sambung Sik T iong Giok dingin.
"Darimana kau bisa mengatakan begitu?" tanya Li Peng
sambil melotot besar. "Sejak dulu hingga sekarang, kaum sesat tak akan
menangkan kaum lurus, apa lagi yang mesti dikatakan?"
Li Peng segera tertawa. "Menurut pendapatku, untuk bisa menaklukkan keempat
siluman itu, guruku harus turut serta juga dalam pertarungan
itu." Tiba-tiba dari luar arena situ kedengaran seseorang
berteriak dengan suara keras seperti geledek :
"Hey bocah tolol, kau benar-benar tidak penurut, mengapa
kau boleh menyerah sesuka hati?"
Ketika semua orang berpaling, dapat dilihat orang yang
barusan berteriak adalah si lengan baja Ciu Siang.
Sik Tiong Giok jadi tercengang, segera pikirnya :
"Bukankah dia sudah pergi mengikuti Huan Li ji" Mengapa
bisa muncul juga disini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali
terdengar seseorang berseru keras :
"Hey bocah gede, rupanya kau pun ikut datang."
Yang beteriak barusan adalah si tendangan geledek A poo.
Dengan tanpa asa jeri, mereka berdua langsung berjalan
menuju ke tengah lapangan.
Sementara itu permainan tongkat penakluk naga dari si
kakek naga langit sudah mencapai pada puncaknya, jurus-
jurus yang mematikan dilancarkan berulang kali tapi siluman
tongkat baja pun bukan manusia lemah, jurus-jurus serangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu tombaknya dapat menghadapi setiap ancaman secara
mantap. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung dua
puluhan gebrakan lebih. Kakek naga langit dengan mengandalkan pengalamannya
yang luas, jurus serangannya yang matang serta tenaga
dalamnya yang sempurna secara paksa berhasil menempati
posisi setingkat lebih atas.
Sebaliknya siluman tombak baja menderita rugi akibat
wataknya yang berangasan dan kasar, ketika melihat
serangannya sekian lama belum juga dapat mengalahkan si
kakek naga langit, emosinya jadi me ledak, jurus-jurus
mematikan pun dilontarkan berulang kali.
Mendadak ia berteriak keras :
"Roboh kau!" Menyusul bentakan ini, senjata tombaknya langsung
disodokkan ke depan.

Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat-cepat kakek naga langit menarik lambungnya ke
belakang sambil mengeluarkan ilmu langkah To cay jit seng
poh, dengan suatu gerakan yang manis ia berhasil meloloskan
diri dari ancaman tersebut.
Dengan gerakan tersebut nampaknya serangan tombak itu
akan mengenai sasaran yang kosong, karena jelas panjang
senjata itu tidak cukup untuk mencapai sasarannya.
Siapa tahu, pada saat itulah tombak besi yang panjangnya
hanya tiga depa itu tiba-tiba memanjang satu depa lebih
panjang daripada keadaan normal.
Tentu saja kejadian yang sama sekali tak terduga ini sangat
mengejutkan para jago lainnya yang menontong jalannya
pertarungan itu, tak heran jeritan kaget bergema dari sana
sini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aah...!" Namun sayangnya si kakek naga langit justru telah
mengetahui keistimewaan dari senjata lawan, tiba-tiba saja
dia memutar badannya sambil mundur sejauh lima langkah.
Agaknya permainan busuk dari senjata tombak siluman
tombak baja bukan hanya sampai disitu saja, begitu melihat
kakek naga langit melangkah mundur, tiba-tiba ia membentak
lagi : "Kena!" Tiba-tiba saja dari balik senjata tombak di tangan kanannya
yang sedang menyodok ke depan, memancar keluar segumpal
cahaya bintang yang amat menyilaukan mata, menyusul
kemudian tangan kirinya diayunkan, lagi-lagi sebatang tombak
pendek yang berantai meleset ke muka dengan kecepatan luar
biasa. Digencet oleh dua buah serangan maut yang datang dari
dua arah yang berbeda, kakek naga langit betul-betul tiada
jalan lain uuntuk menghindarkan diri, terpaksa dia harus
memutar tongkatnya kencang-kencang untuk menghadapi
ancaman itu. Pada saat inilah, dari tengah udara melayang turun sesosok
bayangan manusia yang langsung menghadang di muka kakek
naga langit. Lalu terdengarlah suara benturan keras yang bergema silih
berganti diakhiri dengan suara gemerincingan yang sangat
keras. Kilauan cahaya bintang itu semuanya menyambar ke tubuh
orang tersebut, sementara tombak pendek berantai itupun
berhasil membelenggu sepasang kakinya.
Namun anehnya, orang itu justru bersikap acuh tak acuh,
malah berdiri disana sambil tertawa terkekeh-kekeh, badannya
sama sekali tak bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja kejadian tersebut amat mengejutkan para jago
lainnya, sehingga jeritan kaget kembali bergema memecahkan
keheningan. "Aaah..." Tapi orang yang paling terkejut adalah Ban biau siankoh Lu
Yong poo, dia menjerit lengking dengan suara yang amat
kaget, lalu roboh tak sadarkan diri.
Sebaliknya Sik T iong Giok yang berada dalam ruangan batu
justru merasa tak terlukiskan gembiranya setelah melihat
kemunculan orang itu, bahkan li peng juga turut berseru
tertahan : "Aaah, dia!" "Yaa, aku yakin telaga Gi Liong oh bakal tumpas sama
sekali kali ini," seru Sik Tiong Giok tertawa.
"Kaukenal dengan dia?"
"Tentu saja kenal, kami kan sahabat lama," sahut pemuda
itu sambil tertawa lagi. "Kau mengetahui siapakah dia?"
"Rase sakti Li Keng kiu, bukankah begitu?"
"Hanya betul separuh!"
Sik Tiong Giok segera mengerdipkan sepasang matanya
yang jeli, kemudian setelah tertegun sejenak katanya :
"Perkataanku hanya benar separuh" coba kau terangkan
lebih jelas lagi!" "Dia adalah ayah kandungku."
Bagaikan baru memahami akan sesuatu, Sik Tiong Giok
segera berseru : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh... mengerti aku sekarang, tak heran kalau wajahmu
dengan Huan Li ji bisa mirip sekali, kalau begitu ibu kandung
mu pastilah Ban biau siankoh."
Tiba-tiba saja paras muka Li Peng berubah menjadi amat
sedih, dia menggelengkan kepalanya pelan-pelan.
"Bukan, ibuku bernama Chin Soat hong... aduh... kita
jangan membicarakan soal ini lagi, pokoknya hutang piutang
harus dituntut balas..."
Dalam pada itu, siluman tombak baja pun kelihatan
terperanjat sekali sete lah menyaksikan kemunculan si rase
sakti. Jilid 30 TAPI SEBAGAI MANUSIA YG LICIK dan banyak tipu
muslihatnya, meski kaget pikirannya tak sempat kalut, buru-
buru dia menarik kembali serangannya, lalu berniat
mengendalikan kekuatan lengannya yang mencapai seribu kati
itu untuk membetot si rase sakti hingga roboh terjungkal.
Siapa sangka pada saat itulah dari tengah udara melayang
turun lagi seorang sastrawan berusia pertengahan, orang itu
melayang turun persis di atas lantainya.
Kontan saja siluman tombak baja merasakan pergelangan
tangannya jadi sakit sekali, tahu-tahu saja rantai pada tombak
pendek tersebut sudah terlepas dari genggaman.
Kejadian ini tentu saja amat mengejutkan ke tiga orang
siluman lainnya, sambil membentak keras serentak mereka
terjun ke dalam arena dan mengelilingi tubuh s iluman tombak
baja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian siluman pedang To Hong menjura seraya
berkata: "Kami benar-benar kagum dengan kepandaian silat anda,
boleh aku tahu siapa namamu?"
Sastrawan itu bersikap seakan-akan tidak mendengar
perkataan itu, dia hanya mengawasi ke empat siluman itu
sambil tertawa terkekeh-kekeh dan sama sekali tidak
menggubris. Melihat orang itu bersikap acuh tak acuh, sorot mata ke
empat siluman itu pun bersama-sama ditujukan ke arah
lawan. "Apakah kau tak berani menyebutkan namamu?" jengek
siluman pedang kemudian dengan suara dingin.
Tapi sastrawan berusia pertengahan itu masih saja tertawa
bodoh tanpa menjawab, bahkan sinar matanya sudah
dialihkan dari wajah para jago ke arah wajah Gi Liong kuncu.
Tiba-tiba ia tidak tertawa lagi, dengan pandangan
mendelong dia awasi wajah cantik Gi Liong kuncu tanpa
berkedip. Si rase sakti Li Keng kiu segera tertawa, katanya :
"Menyinggung tentang orang ini, sebenarnya dia bukan
termasuk manusia sembarangan."
"Kalau memang seorang kenamaan, mengapa ia justru
bersikap tuli dan bisu sama sekali tak berani menyebutkan
nama sendiri?" Kembali s i rase sakti tertawa :
"Ucapanmu memang benar, dia memang seorang tokoh
yang bisu lagi tuli pada tiga puluh tahun berselang setiap
orang tentu akan bergidik bila mendengar nama sastrawan
bisu tuli!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sastrawan bisu tuli" Dia..." Siluman pedang To Hong
menjerit kaget, saking kagetnya dalam waktu singkat paras
muka ke empat orang siluman itu sama-sama berubah hebat.
Li Peng yang menyaksikan hal ini segera berbisik :
"Engkoh Giok, apa sih hebatnya dengan sastrawan bisu tuli
itu" Coba lihat mereka sudah dibuat ketakutan setengah
mati." Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak,
kemudian baru katanya : "Aku memang pernah mendengar ayah angkat membicarakan tentang persoalan ini, memang ada manusia
bernama begitu, konon ilmu s ilat yang dimilikinya benar-benar
sangat hebat." "Dia itu termasuk orang baik atau orang jahat?"
"Posisinya terletak antara lurus dan sesat, lagi pula ia
sudah bisu dan tuli sejak dilahirkan, ada kalanya dia pun
melakukan kebaikan tapi kadangkala sikapnya kelewat sesat
dan paling buruk lagi dia gemar main perempuan dan pantang
melihat perempuan cantik."
Berbicara sampai disitu dia segera membungkam, sorot
matanya dialihkan kembali ke wajah sastrawan bisu tuli.
Mengikuti arah yang dilihat pemuda itu, Li Peng ikut pula
memandang, ternyata sastrawan bisu tulis sudah berdiri dua
kaki di hadapan Gi Liong kuncu, dia sedang mengawasi nona
itu dengan senyum dikulum dan menggapai tiada hentinya.
Sejak munculkan diri di dalam dunia persilatan, Gi Liong
kuncu boleh dibilang merupakan seorang tokoh yang
misterius, setiap perintahnya sanggup membuat kalutnya
suasana dalam dunia persilatan.
Banyak sekali jago persilatan yang sudah keburu roboh
dipecundangi sebelum sempat bertemu dengan wajahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terutama beberapa tahun belakangan ini, kekuatan mereka
sudah makin tumbuh dan daya pengaruhnya makin luas, boleh
dibilang kebuasan dan kekejian mereka telah merambat dalam
seluruh dunia persilatan.
Kali ini dengan segala akal muslihatnya dia bermaksud
meringkus semua jago kenamaan dari dunia persilatan
kemudian menguasai seluruh dia. Dia menganggap asal dunia
sudah jatuh di tangannya maka siapa puntak berani
membangkang perintahnya lagi.
Selain itu dia pun punya rencana hendak mendapat
kelabang langit berusia seribu tahun yang tak lama lagi akan
muncul. Siapa tahu dalam saat seperti ini justru muncul raja
bermain perempuan, sastrawan bisu tuli, tentu saja
amarahnya segera memuncak setelah melihat sikapnya yang
kurang ajar itu, segera bentaknya keras-keras :
"Cepat kalian bunuh bajingan itu!"
Bersamaan dengan menggemanya bentakan itu, dalam
waktu singkat bayangan manusia saling berkelebat, sembilan
perempuan seruni kuning, sepuluh tusuk konde anggrek putih
ditambah pula dengan tiga empat puluh orang Botan hitam
dan anyelir merah, semuanya turun tangan bersama-sama.
Dalam waktu singakt kawanan jago-jago perempuan itu
sudah mengurung di sekeliling sastrawan bisu tuli serta
mengepungnya rapat-rapat.
Sikap sastrawan bisu tuli masih tetap tenang saja seakan-
akan tak pernah terjadi sesuatu apa pun, ia tertawa bodoh.
Mendadak suara bentakan bergema silih berganti, tiga
empat puluh bilah pedang segera membentuk selapis kabut
cahaya yang serentak menyerang tubuh sastrawan bisu tuli
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bentakan marah menggelegar pula di angkasa, tiba-tiba
muncul segulung desingan angin tajam yang menyapu lewat
membaut pedang-pedang itu saling membentur satu sama
lainnya dan menimbulkan suara desingan yang amat nyaring.
Lalu jeritan kaget, teriakan bergema juga menusuk
pendengaran, suasana waktu itu benar-benar mengerikan
sekali. Menanti sorot mata semua orang dialihkan kembali ke arah
sastrawan bisu tuli itu, entah bagaimana ternyata ia telah
berhasil memeluk tubuh Gi Liong kuncu ke dalam pelukannya.
Agaknya perempuan idtu sudah kehilangan tenaganya
sama sekali, dengan lemas ia bersandar dalam pelukan
sastrawan bisu tuli itu. Sikap dari sastrawan bisu tuli waktu itu tak ubahnya seperti
kucing kelaparan, dia memeluk tubuh Gi Liong kuncu dengan
kencang sementara mulutnya mencium sekujur tubuh
perempuan itu, sepasang tangannya juga mulai meraba dan
menggerayangi bagian rahasia dari nona itu.
Akibatnya para jago perempuan seperti seruni kuning,
anggrek putih, anyelir merah dan boan hitam sama-sama
dibuat terkejut, gusar, malu dan gemas.
Malah ada di antara mereka yang jadi nekad dan
melupakan keselamatan jiwa sendiri, dengan bentakan keras
tubuh mereka langsung menerjang ke muka.
Sastrawan bisu tuli sama sekali tidak mendongakkan
kepalanya, mendadak dia mengayunkan tanganna berulang
kali, dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi hawa
serangan yang luar biasa.
"Blaaammm... blaaammm... blaaammmm."
Suara benturan bergema berulang kali, perempuan-
perempuan yang tak takut mati itu terhajar semua oleh
pukulan yang maha dahsyat sehingga mencelat ke belakang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menjerit kesakitan kemudian jatuh terguling di atas
tanah. "Breet..." Tiba-tiba kedengaran suara baju yang dirobek orang.
Ternyata sastrawan bisu tuli telah merobek pakaian yang
dikenakan Gi Liong kuncu sehingga terlihatlah sepasang
payudara yang putih, montok dan kenyal dengan sepasang
putih susunya yang kecil.
Dengan begitu Gi Liong kuncu

Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun kehilangan kewibawaannya setelah terungkap kemisteriusannya, ternyata
ia tak juah berbeda seperti perempuan lainnya.
Rasa malu, cemas, gelisah dan marah membaut perempuan
itu tak mampu mengendalikan diri lagi, dia menjerit lengking
kemudian roboh tak sadarkan diri.
Sementara itu ke tujuh iblis dari kota Ci sia sama sekali
tidak melakukan sesuatu tindakan pun, sekali pun mereka
sudah meloloskan senjata masing-masing namun tiada
gerakan apapun yang dilakukan.
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang berada dalam ruangan
dibuat tertegun, ia tak habis mengerti mengapa sastrawan
bisu tuli bisa memiliki ilmu silat yang begitu hebat dengan
tenaga dalam yang begitu sempurna.
Li Peng menjadi amat gusar setelah melihat kejadian di
Suling Emas 15 Pedang Bunga Bwee Karya Tjan I D Kaki Tiga Menjangan 4
^