Pencarian

Mas Rara 1

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 1


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seri Arya Manggada II Karya : SH MINTARDJA Sumber DINO di Indozone Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http://dewikz.byethost22.com/
http://kangzusi.info/ http://ebook-dewikz.com/
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 01 SEJENAK kemudian, ketiga orang bertubuh raksasa itu mulai dipaksa untuk mengelak
dari serangan-serangan Manggada dan Laksana. Namun seranganserangan kedua orang
anak muda yang bertempur berpasangan itu rasa-rasanya selalu memburu mereka.
Sehingga dengan demikian maka kedua orang itupun telah mulai dengan
seranganserangan mereka pula.
Dengan demikian maka pertempuranpun menjadi semakin lama semakin cepat. Berbeda
dengan lawan-lawan ketiga raksasa yang terdahulu, maka kedua anak muda itu
justru telah lebih dahulu mengenai mereka. Seorang diantara mereka harus
menyeringai menahan sakit ketika serangan Manggada mengenai lambungnya. Kemudian
disusul pula oleh tumit Laksana yang langsung menghantam dada. Bahkan kemudian
sekali lagi Manggada sempat mengayunkan sisi telapak tangannya mengenai tengkuk
yang seorang lagi sehingga orang itu jatuh menelungkup.
Meskipun ia masih bangkit lagi, namun wajahnya bukan saja menjadi kotor, tetapi
kulit didahinya tersobek hampir sampai ke pelipis. Sehingga dengan demikian maka
darahpun mulai mengucur. Dalam perkelahian selanjutnya, ternyata ketiga orang itu sama sekali tidak
berdaya. Manggada dan Laksana benar-benar telah meningkatkan ilmu mereka,
sehingga dalam waktu yang pendek ketiga orang itu telah tidak berdaya sama sekali. Bahkan
ketika Ki Sudagar sendiri serta ayah Miranti mencoba membantunya, kedua anak
muda itu sama sekali tidak menjadi goyah.
Ketika para pengikut Ki Sudagar Resakanti itu mulai meraba senjatanya, maka
Manggadapun berkata "Jangan mencoba menarik senjata kalian. Akupun juga
bersenjata. Jika kalian http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menarik pedang, berarti akan terjadi pembunuhan disini, karena kalian bertiga
tidak akan mampu mengimbangi ilmu pedang kami berdua"
Ketiga orang itu termangu-mangu. Namun ketika mereka melihat Manggada menarik
pedangnya dan memutarnya dengan cepat, maka ketiganya menjadi semakin ragu-ragu.
"Apakah kalian ingin terbunuh disini?" bentak Laksana tiba-tiba. Lalu katanya
pula "Yang pertama akan mati bukan kalian bertiga, tetapi Ki Sudagar Resakanti.
Ia merupakan sumber dari kekisruhan ini. Kedua adalah ayah Miranti, yang telah
sampai hati menjual anak gadisnya"
Wajah ketiga orang itu menjadi semakin tegang. Numun tiba-tiba saja terdengar Ki
Sudagar Resakanti berteriak "Bunuh ketiga cucurut itu. Aku yang bertanggung
jawab. Mereka telah mengacaukan rencanaku yang telah matang"
Ketiga orang itu berpaling sejenak. Wajah Ki Sudagar memang telah menjadi merah
membara. Karena itu, maka ketiga orang itupun benar-benar telah menarik
senjatanya dan mencoba berpencar. Namun ternyata mereka tidak banyak mendapat
kesempatan. Manggada telah siap menyerang sambil berkata "jadi kalian sama
sekali tidak mau mendengar kata-kataku?"
Sebelum orang-orang itu menjawab, maka Manggada dan Laksana Loluh meloncat
menyerang. Senjata mereka
berputaran dengan cepat menyusup perhanan ketiga orang bertubuh raksasa itu.
Seorang diantara mereka setiap kali harus bergeser mengambil jarak, karena ia
harus menyeka darahnya yang mengucur dari luka didahinya. Tetapi justru karena
itu, maka orang itulah yang terbebas dari ujung pedang Manggada dan Laksana.
Kedua orang bertubuh raksasa itu hampir berbareng mengaduh kesakitan. Ujung
pedang Manggada dan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Laksana telah mengoyak tubuh kedua orang yang bertubuh raksasa itu. Seorang
dilambungnya dan seorang dipundaknya.
Dengan pucat keduanya meraba lukanya yang mulai
memancarkan darah yang masih hangat dari tubuh mereka.
"Ki Sudagar" geram Manggada "sekali lagi aku peringatkan, jika kau tidak
memerintahkan orang-orangmu berhenti maka kau adalah orang yang akan mati
pertama kali. Wajah Ki Sudagar menjadi pucat ketika Manggada
mendekatinya sambil berkata kepada Laksana "Jika ketiga orang itu masih melawan,
hancurkan mereka. Aku akan membunuh Ki Sudagar"
Wajah Ki Sudagar menjadi semakin pucat. Setelah termangu-mangu sejenak, maka
iapun berkata "Baik. Baiklah. Orang-orangku akan berhenti"
"Bawa orang-orangmu pergi. Tinggalkan tempat ini. Jangan bermimpi lagi untuk
mengambil Miranti sebagai menantumu.
Biarlah ia merancang hari depannya dengan anak muda yang dicintainya, sehingga
ia akan memiliki keutuhan pilihan. Apapun yang terjadi kelak adalah tanggung
jawabnya sendiri" Ki Sudagar masih termangu-mangu. Namun Manggada itu membentak " Cepat, sebelum
kami berdua menjadi gila"
Ki Sudagar tidak menjawab lagi. Iapun segera melangkah menuju ke kudanya diikuti
oleh ayah Miranti dan ketiga orang yang telah terluka itu. Sejenak kemudian,
maka kuda-kuda mereka telah berderap meninggalkan rumah itu.
Manggada dan Laksana telah menyarungkan pedangnya.
Kemudian katanya kepada Ki Bekel "Segalanya sekarang terserah kepada Ki Bekel.
Namun menurut pendapatku, biarlah untuk sementara Miranti berada dirumah Ki
Bekel. Selanjutnya, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terserah apa yang terbaik dilakukannya sesuai dengan pertimbangan Ki Bekel"
"Kita akan membicarakannya ngger" berkata Ki Bekel.
"Maaf Ki Bekel. Aku tidak dapat mengikuti Ki Bekel kembali ke padukuhun Ki
Bekel. Kami berdua akan melanjutkan perjalanan. Kami serahkan kedua ekor kuda
itu disini" sahut Manggada "bukankah aku singgah untuk sekedar minta ijin
bermalam di banjar. Tetapi sekarang hari telah siang. Bahkan hampir tengah hari.
Bukankah aku tidak perlu bermalam lagi?"
Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Namun saudara Ki Winduwara itu berkata "Aku
mohon angger berdua sudi bermalam disini barang semalam saja"
Tetapi Manggada dan Laksana menggeleng. Dengan nada rendah Laksana berkata "Kami
akan melanjutkan pernjalanan kami yang mash panjang. Kami mohon maaf"
Ki Winduwaralah yang kemudian berkata kepada anaknya Sela Aji. Kaulah yang wajib
mengucapkan seribu kali terima kasih kepada mereka berdua. Mereka telah berbuat
terlalu banyak bagi kalian berdua. sehingga kalian bebas dari bencana"
Sela Aji lelah mengajak Miranti untuk mendekati kedua orang anak muda itu.
Dengan suara yang lemah Sela Aji yang kepalanya masih pening itu berkata "Aku
mengucapkan beribu terima kasih"
Manggada tersenyum. Sambil minta diri maka ditepuknya pundak Sela Aji sambil
berkata "Kau tempuh jalanmu dengan kesulitan yang hampir mencelakaimu. Karena
itu, kau harus menyelamatkan perkawinan kalian sampai akhir hidup kalian"
Sela Aji mengangguk kecil. Demikian pula Miranti. Bahkan dari sela-sela bibirnya
ia berucap "Terima kasih anak-anak muda yang baik"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Bekel, Kl Winduwara, para bebahu dan paman Sela Aji tidak mampu lagi menahan
kedua anak muda itu. Keduanyapun segera minta diri betapapun paman Sela Aji itu menahannya.
Demikianlah kedua orang anak muda itu telah melanjutkan perjalanan mereka.
Mereka memang merasa letih dan kantuk.
Semalam mereka tidak jadi menumpang untuk tidur di banjar.
Namun Laksana itupun kemudian berkata "Ternyata bukan bersumber dari hutan
Jatimalang. Lebih-lebih lagi mereka bukan kawan yang baik untuk menjajagi ilmu
kita. Kita masih memerlukan orang lain yang lebih baik dari ketiga orang raksasa
dungu itu" "Ah kau. Kau harus ingat pesan ayahmu" jawab Manggada.
"Ya, ya. Aku ingat" sahut Laksana sambil tersenyum. Namun katanya kemudian "He,
bukankah Miranti gadis yang cantik?"
"Ah kau" desis Manggada.
Laksana tertawa. Namun ia tidak menjawab lagi.
Manggada dan Laksana memutuskan untuk tidak segera kembali ke rumah ayah
Manggada. Padahal mereka meninggalkan tempat berguru, terutama Manggada, didorong oleh perasaan rindu
pada ayah dan ibunya. Namun ternyata, kedua anak muda itu tiba-tiba saja merasa perlu melihat dunia
ini lebih banyak. Justru karena mereka telah hadir di cakrawala, maka mereka
merasa tetapa sempitnya penglihatan mereka.
Karenanya, kedua anak muda itu telah memutuskan untuk tidak segera pulang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan demikian, keduanya tidak memilih jalan terdekat menuju ke Pajang, tempat
tinggal orang tua Manggada, tapi melingkar.
Manggada dan Laksana berjalan menelusuri jalan sempit yang membawa mereka ke
dekat sebuah hutan yang tidak seluas hutan Jatimalang. Ketika mereka menuruni
tebing sebuah sungai, tidak jauh dari hutan kecil itu, Manggada sempat bertanya
kepada seorang petani yang sedang mencuci cangkulnya sambil memandikan seekor
lembu. "Ki Sanak, sungai ini disebut sungai apa?"
Petani itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian, ia justru bertanya "Apakah
anak-anak muda bukan penghuni padukuhan di sekitar tempat ini?"
"Bukan Ki Sanak" jawab Manggada.
Petani itu mengangguk-angguk. Katanya kemudian "Sungai ini disebut Kali Jlantah,
yang mengalir dari antara lereng Gunung Lawu dan Gunung Kukusan"
Manggada mengangguk-angguk. Namun ia masih juga
bertanya "Hutan yang di sebelah itu?"
Petani itu mengangkat wajahnya. Tetapi hutan itu tidak nampak dari tempat mereka
berdiri, karena terhalang tebing.
Namun petani itu sudah tahu pasti, bahwa tidak terlalu jauh dari tempat itu
memang terdapat sebuah hutan.
Karena itu ia jawab "Hutan itu disebut hutan Nguter, anak-anak muda, karena
letaknya tidak jauh dari sebuah padukuhan yang disebut Nguter. Sebuah padukuhan
yang mulai lumbuh, meskipun tidak terlalu cepat"
Tetapi apakah letaknya yang dekat dengan hutan itu tidak mengganggu?" bertanya
Laksana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu tidak" jawab petani itu "tetapi sekali-sekali memang pernah ada seekor
harimau yang berkeliaran mendekati padukuhan. Pernah terjadi ternak dimangsa
oleh harimau yang kebetulan kelaparan. Biasanya harimau-harimau yang telah
menjadi tua dan tidak lagi mampu berburu di hutan yang lebat itu"
Kedua anak muda itupun mengangguk-angguk. Namun
keduanya tiba-tiba saja ingin melihat-lihat padukuhan yang ada di dekat hutan
itu. Setelah mengucapkan terima kasih kepada petani itu, keduanya lalu menyusuri Kali
Jlantah menuju kesebuah padukuhan yang dipisahkan bulak panjang dan berada tidak
jauh pula dari sebuah hutan yang disebut Hutan Nguter, sebagaimana nama
padukuhan terdekat dan hutan itu.
Demikian keduanya naik ke atas tebing, mereka telah berada di sebuah padang
perdu itu, terdapat bulak yang luas sekali. Di kejauhan, nampak sebuah hutan
yang dipisahkan oleh padang perdu pula, serta bulak panjang dengan sebuah
padukuhan. Manggada dan Laksana kemudian menyeberangi padang perdu dan turun ke jalan
sempit di ujung bulak. Menyusuri jalan sempit itu, mereka melintasi sebuah bulak
yang luas. Beberapa buah gubug terdapat diantara kotak-kotak sawah.
Agaknya orang-orang yang pergi ke sawah tidak perlu hilir mudik pulang ke rumah
masing-masing, di waktu mereka beristirahat di tengah hari. Biasanya, keluarga
merekalah yang pergi ke sawah untuk mengirimkan makan siang mereka.
Matahari memang terasa semakin panas menyengat kulit.
Namun di jalan sempit, di tengah-tengah bulak yang luas itu, Manggada dan
Laksana mulai bertemu dengan beberapa orang yang membawa makanan ke sawah.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dua orang anak berjalan sambil berteriak-teriak
menyanyikan sebuah tembang yang patah-patah dan tidak berujung pangkal.
Sementara beberapa puluh langkah di belakang mereka, seorang perempuan separo
baya menggendong sebuah bakul makanan sambil mengusap
keringat di keningnya. Tetapi kerja itu sudah dilakukannya setiap hari.
Kedua anak muda itu berjalan semakin lama semakin dekat dengan hutan yang tidak
begitu besar itu. Sedangkan di sisi lain, nampak sebuah padukuhan yang hijau,
diantara tanaman yang subur di sawah.
Agak jauh di depan mereka, nampak seorang perempuan yang berjalan menggendong
bakul pula. Tetapi kedua anak muda itu tidak dapat melihat dengan jelas, karena
jaraknya yang masih cukup jauh.
Nampaknya, perempuan itu bukannya seorang perempuan yang sudah seperti baya,
sebagaimana yang dijumpainya sebelumnya. Tetapi perempuan itu adalah perempuan
yang masih cukup muda. Namun kedua anak muda itu tidak berpapasan dengan perempuan itu. Sebelum mereka
bertemu jalan, perempuan itu sudah berbelok meniti sebuah pematang.
Laksana tiba-tiba saja menarik nafas panjang, sementara Manggada sempat bertanya
"Kenapa?" "Tidak apa-apa" jawab Laksana.
Manggada tersenyum. Tetapi ia tidak berkata sesuatu.
Namun ketika Manggada dan Laksana berjalan semakin dekat dengan pematang tempat
perempuan itu berbelok, dan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjalan di tengah-tengah hijaunya batang padi, tiba-tiba saja mereka terkejut.
Kedua anak muda itu mendengar jerit panjang. Kemudian mereka melihatl perempuan
yang masih nampak tersembul diantara batang padi itu berbalik, berlari dengan
cepatnya. Namun ketika perempuan itu meloncati parit di ujung pematang, ia terperosok
jatuh. Manggada dan Laksana dengan cepat berlari mendekatinya.
Dengan serta merta, keduanya telah menolongnya berdiri sambil bertanya hampir
berbareng "Ada apa?"
Perempuan itu ternyata adalah seorang perempuan muda Wajahnya menjadi pucat, dan
bibirnya yang bergerak nampaknya tidak dapat melontarkan kata-kata. Tetapi
tagnannya bergerak menunjuk ke satu arah.
Manggada dan Laksana berpaling mengikuti arah tangan perempuan itu. Ternyata
keduanya terkejut. Manggada dan Laksana telah memapah perempuan muda itu
beberapa langkah surut. Kedua unuk muda itu telah melihat seekor harimau yang tersembul dari rimbunnya
batang padi muda yang tumbuh subur.
Perempuan yang ketakutan itu menjadi sangat gemetar.
Tetapi Manggada berkata "Jangan cemas. Kami akan berusaha untuk mengusir harimau
itu" "Tetapi, tetapi" perempuan itu nampaknya masih akan berbicara. Namun mulutnya
bagaikan sulit untuk dipergunakan.
"Tenanglah" berkata Laksana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana kemudian meletakkan perempuan muda itu duduk di pinggir
jalan. Sementara Manggada dan laksana mempersiapkan diri untuk melawan harimau
itu. Keduanya tiba-tiba teringat pekerjaan mereka sebelum meninggalkan padukuhan
tempat mereka menempa diri.
Mereka memang sering berburu binatang buas untuk diambil kulitnya, yang dapat
mereka jual kepada para pedagang kulit binatang buas.
Tetapi yang mereka hadapi saat ini bukan sekadar harimau buruan, tapi mereka
harus melindungi seorang perempuan muda yang ketakutan.
Karena itu, mereka tidak saja harus memperhatikan diri mereka berdua, tetapi


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga harus memperhatikan perempuan itu. Jika perempuan itu menjadi semakin
ketakutan, maka ia akan dapat menjadi pingsan karenanya.
Di pinggang kedua anak muda itu, masih terselip pedang.
Karenanya, mereka dapat mempergunakannya untuk melawan harimau itu, karena
mereka tidak sedang memerlukan kulitnya.
Menghadapi seekor harimau yang besar itu, kedua anak muda itu berpencar. Harimau
itu, menurut pengamatan Manggada dan Laksana, adalah seekor harimau yang memang
sudah agak tua, yang sudah malas berburu kijang atau jenis-jenis binatang buruan
lainnya. Nampaknya harimau itu sudah menjadi sangat lapar, sehingga tidak sabar lagi
menunggu senja. Dengan harapan untuk bertemu buruan yang lemah, dan tidak mampu
berlari secepat kijang atau rusa, harimau itu telah menyeberangi padang perdu di
pinggir hutan itu untuk memasuki bulak persawahan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian, harimau itu mulai merunduk.
Harimau itu menjadi marah, ketika melihat dua orang anak muda yang dengan
sengaja datang mendekatinya.
Sementara itu, dari kejauhan seorang yang juga akan mengirim makan ke sawah dan
melihat harimau yang sudah berada di jalan bulak itu, telah berteriak-teriak
sambil berlari menjauh tanpa menghiraukan apa yang dapat terjadi atas mereka
yang sudah berhadapan dengan harimau itu.
Sebenarnyalah perempuan muda yang duduk di tanggul parit, agak mundur beberapa
langkah dari Manggada dan Laksana dengan sangat ketakutan. Ia sama sekali sudah
tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berlari menjauh. Kakinya bagaikan telah
membeku. Teriakan orang yang berlari menjauh itu, ternyata telah didengar oleh beberapa
orang, sehingga mereka yang berada di sawah atau mulai beristirahat di gubug,
telah meloncat turun dan berlari ke jalan.
"Ada apa?" bertanya seseorang. Harimau, harimau" teriak orang itu sambil berlari
tanpa berhenti. Sejenak kemudian, berita tentang kehadiran seekor harimau di sawah itu telah
sampai ke padukuhan. Orang-orang padukuhan yang menganggap bahwa seekor harimau
dapat mendatangkan kematian, kemudian membunyikan kentongan dalam nada titir.
Seekor harimau yang turun ke sawah, atau bahkan datung ke padukuhan, bukannya
untuk pertama kali. Namun demikian, harimau masih juga merupakan seekor binatang
yang menakutkan. Belum setahun, seekor hurimau telah membunuh seorang petani
yang bekerja di sawah dan singgah di padang perdu untuk mencari kayu bakar.
Sepekan kemudian, baru ditemukan sisa-sisa tubuhnya yang telah dikoyak-koyak
oleh http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
harimau, diseret ke dalam hutan. Sedangkan sebelumnya, seekor harimau telah
menerkam beberapa ekor kambing beberapa malam berturut-turut.
Seekor diantara harimau yang turun ke padukuhan itu, telah berhasil dibunuh oleh
para petani. Mereka yang marah, ramai-ramai berusaha menjebak harimau itu dan
membunuhnya. Diantara para petani itu, seorang yang bertubuh tinggi kekar, berjanggut dan
berjambang, dengan bulu dada yang lebat, adalah orang yang paling berani. Ia
adalah orang yang memimpin perburuan harimau itu, sehingga berhasil membunuhnya.
Suara titir dan teriakan-teriakan, kembali membangkitkan kemarahan para petani,
sehingga mereka bergegas keluar dari rumahnya
"Dimana harimau itu?" bertanya seorang petani pada seorang yang berlari-lari di
lorong, di muka rumahnya.
"Di sawah" jawab orang itu "hampir saja menerkam orang"
"Siapa yang akan diterkamnya" Lalu bagaimana?" bertanya orang itu kembali.
"Entahlah" jawab orang itu dengan nafas terengah-engah
"beberapa orang laki-laki bersenjata telah mendatanginya"
"Siapa yang akan diterkam?" bertanya orang itu mendesak.
"Mas Rara" jawab orang itu.
"Mas Rara?" mata orang itu terbelalak. Dengan tangkasnya ia berlari masuk ke
dalam rumahnya untuk mengambil sebatang tombak pendek. Kemudian berlari dengan
cepat menuju ke gerbang padukuhan.
Ia segera tahu di mana harimau itu. Karena itu, ia pun berlari sepanjang bulak
dengan tombak pendek di tangannya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya, dari kejauhan ia melihat beberapa orang berkerumun. Dari kejauhan
sudah nampak beberapa buah ujung senjata yang mencuat diantara beberapa orang
yang berdiri dalam lingkaran.
Dengan jantung berdebar, ia bertanya kepada diri sendiri
"Apa yang telah terjadi dengan Mas Rara?"
Sejenak kemudian, ia telah menyibak orang-orang yang berdiri dalam lingkaran. Ia
berharap bahwa ia tidak terlambat.
Yang dilihatnya di dalam lingkaran orang-orang padukuhan itu, adalah Mas Rara
yang pingsan. Kepalanya terletak di pangkuan kakak laki-lakinya. Sementara kedua
orang tuanya menangisi di sebelahnya.
"Kenapa dengan Mas Rara, kakang?" bertanya yang
bertubuh kekar itu. Suaranya menggelegar dan membangunkan ayah Mas Rara dari
keadaannya. Sambil berpaling, berdesis "Kau Resa"
"Bagaimana dengan Rara kakang?" bertanya orang bertubuh kekar yang dipanggil
Resa itu. "Ia pingsan. Tubuhnya menjadi dingin seperti membeku"
jawab ayah Mas Rara. Resa lalu berjongkok di sebelahnya. Namun ia berkata "Ki Sampar tentu akan
segera menyembuhkannya"
Seorang tua yang sibuk mengobati Mas Rara berpaling.
Tetapi sekejap kemudian ia telah sibuk lagi memijit-mijit kening Mas Rara dengan
sejenis reramuan. Resa pun kemudian bangkit berdiri sambil berkata "Apakah harimau itu telah
lari?" "Tidak Ki Resa" jawab seseorang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu?" bertanya Resa.
Beberapa orang di sisi lain telah menyibak. Di belakang mereka, seekor harimau
yang besar tergolek tidak bernyawa.
"Kalian telah membunuhnya beramai-ramai?" bertanya Resa.
"Tidak Ki Resa" jawab beberapa orang hampir berbareng.
"Lalu bagaimana?" bertanya Resa heran.
"Dua orang anak muda itulah yang membunuhnya" jawab seorang.
"Dua orang anak muda?" Resa menjadi semakin heran.
Beberapa orang pun kemudian menunjuk dua orang anak muda yang berdiri diantara
mereka, yang mengerumuni Mas Rara yang pingsan itu.
"Siapa mereka?" hampir diluar sadarnya Resa bertanya.
Orang-orang itu menggelengkan kepalanya. Memang tidak seorang pun diantara
mereka mengenai kedua orang anak muda itu.
Namun wajah Resa telah berubah. Ia justru tidak senang melihat dua orang anak
muda yang telah membunuh seekor harimau yang sangat besar. Yang lebih besar dari
seekor harimau yang pernah dibunuhnya bersama-sama dengan beberapa orang.
Namun Resa masih herusaha untuk bersikap wajar. Apalagi Mas Rara masih belum
sadarkan diri. Tetapi sejenak kemudian, Mas Rara mulai bergerak. Dengan nada rendah, Ki Sampar
berkata kepada orang-orang yang berkerumun "Mundurlah. Mundurlah agar udara
menjadi segar. Jika kalian berkerumun terlalu dekat, udara akan menjadi pengab. Bau keringat
kalian akan membuatnya pingsan lagi"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ayahnya pun telah berkata pula kepada orang-orang itu
"Tolonglah, tolonglah"
Orang-orang yang berkerumun itupun berdesakan mundur.
Sementara itu, Mas Rara benar-benar telah sadar. Bahkan kemudian gadis itu
menangis tersedu-sedu. "Sudahlah Rara. Sudahlah" berkata kakaknya yang kemudian mengusap air matanya
dengan jari-jarinya "jangan menangis.
Kau berada di sawah. Nanti orang-orang melihatmu menangis"
"Kakang" desis Mas Rara. Namun wajahnya tiba-tiba nampak ketakutan "bagaimana
dengan harimau itu" "Harimau itu sudah mati" jawab kakaknya.
"Mati" Kaulah yang membunuhnya kakang?" bertanya Mas Rara.
Kakaknya menggeleng. Namun katanya "Sudahlah. Nanti kau akan tahu. Sekarang,
bangkitlah dan coba duduk. Kau perlu minum"
Mas Rara memang berusaha untuk bangkit. Minum seteguk air yang dibawanya untuk
mengirim ayahnya dan kakaknya yang bekerja di sawah. Air kendi yang segar, telah
membuat tenaganya pulih kembali. Apalagi ketika ia melihat banyak orang
bersenjata mengerumuninya, sehingga ia tidak perlu ketakutan lagi. Apalagi
ketika ia melihat pamannya yang bertubuh tegap tegar, dan dikagumi oleh orang-
orang sepadukuhannya karena keberaniannya. Bahkan, ada orang yang menyebutnya Ki
Resa, si pembunuh harimau.
"Paman telah membunuh harimau itu?" bertanya Mas Rara.
Resa menjadi agak bimbang untuk menjawab. Namun
kemudian katanya Sudahlah. Kau harus merasa sehat lebih http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dahulu. Kemudian, jika mungkin, pulanglah, agar kau tidak kepanasan di tengah
sawah ini" "Ia masih lemah paman" desis kakaknya.
"Kau dapat memapahnya" berkata pamannya. Kakaknya mengangguk kecil. Katanya
"Baiklah. Aku akan mencobanya"
"Aku dapat berjalan sendiri kakang" berkata Mas Rara.
"Marilah. Aku akan membantumu" jawab kakaknya.
Dibantu oleh kakaknya, Mas Rara pun telah berjalan tertatih-tatih bersama
ibunya. Sementara ayahnya masih sempat menemui Manggada dan Laksana untuk mengucapkan
terima kasih. Katanya kemudian
"Kami mohon kalian berdua bersedia untuk singgah di rumah kami"
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak.
Sementara ayah Mas Rara mendesaknya "Kami mohon anak-anak muda. Kami mohon"
Manggada dan Laksana tidak dapat menolak permintaan itu.
Karena itu, katanya hampir berbareng "Baiklah. Kami akan singgah"
Ketika orang-orang itu kemudian beriringan kembali ke padukuhan, maka beberapa
orang diantara mereka berniat membawa harimau itu kembali untuk diambil
kulitnya. Namun Resa yang pernah digelari Pembunuh harimau, membentak "Untuk apa kalian
bawa harimau itu?" "Kulitnya laku dijual Ki Resa" jawab salah seorang diantara mereka.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi harimau itu adalah hak ke dua anak muda itu" jawab Ki Resa yang tiba-
tiba saja berkata "He, panggil anak-anak muda itu. Cepat, sebelum ia pergi jauh"
Orang-orang itu menjadi heran. Nada kata-kata Ki Resa nampaknya tidak begitu
ramah. "Cepat" bahkan ia membentak.
Seorang diantara mereka telah berlari-lari menyusul kedua orang anak muda yang
berjalan paling belakang dari iring-iringan itu.
"Anak-anak muda" berkata orang itu" Ki Resa minta kalian untuk menemuinya
sebentar. Hanya sebentar"
Kedua anak muda itu termangu-mangu. Namun mereka pun melangkah kembali,
mendekati Ki Resa yang memandangi mereka dengan tajamnya.
"Kalian yang mengaku telah membunuh harimau ini?"
bertanya Resa. "Ya Ki Sanak" jawab Manggada "kami terpaksa
membunuhnya, karena harimau itu akan menerkam gadis yang pingsan itu"
"Aku pamannya. Aku adalah Ki Resa yang digelari Pembunuh Harimau. Kenapa kau
harus melakukannya" Apa kalian kira, tanpa kalian aku tidak mampu membunuhnya?"
bertanya Ki Resa. Manggada dan Laksana menjadi heran. Ia tidak mengerti, kenapa tiba-tiba saja
orang itu menjadi marah kepada mereka.
Karena Manggada dan Laksana tidak segera menjawab, maka Ki Resa membentak
"Kenapa" Kenapa kalian diam saja"
kalian sudah mengaku dapat membunuh harimau itu, sekarang kalian harus dapat
mempertanggung-jawabkan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggadalah yang kemudian bertanya "Ki Resa, apakah kami telah melakukan
kesalahan?" "Kau terlalu sombong. Kau dan kawanmu itu, dengan sengaja ingin menunjukkan
kepada orang-orang padukuhan ini bahwa kalian adalah orang-orang yang memiliki
kelebihan dengan membunuh harimau tua yang sudah tidak bergigi itu"
jawab Ki Resa "Kau kira dengan permainanmu itu, aku akan mengagumimu?"
Manggada dan Laksana akhirnya mengerti kenapa orang itu menjadi marah. Agaknya,
orang yang telah disebut pembunuh harimau, adalah orang yang sangat dikagumi di
padukuhan itu. Kehadiran mereka berdua, dianggap menjadi saingan bagi orang itu.
Wajah Laksana menjadi tegang. Tetapi sebelum ia
mengatakan sesuatu, Manggada telah mendahului "Ki Resa.
Jika kami dianggap bersalah, kami minta maaf. Tetapi kami tidak sempat berpikir
sama sekali pada waktu itu. Apalagi kami sama sekali tidak tahu bahwa perbuatan
kami telah membuat Ki Resa tidak senang. Sebab, saat itu harimau telah meloncat
menerkam, sebelum Ki Resa datang"
Ki Resa mengerutkan keningnya. Jawaban anak muda itu nampaknya dapat dimengerti
oleh orang-orang yang ikut mendengar pembicaraan itu, sehingga Ki Resa menahan
diri untuk menghindari prasangka buruk dari orang-orang yang akan mengambil
kulit harimau itu. Bahkan kemudian, sambil melangkah pergi, ia berkata "Jika kalian menginginkan
kulitnya, bicaralah dengan anak-anak itu"
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak.
Sementara itu, orang-orang yang akan membawa harimau itu telah berbicara kepada
Manggada dan Laksana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bawalah" jawab Manggada "tetapi kulit harimau itu tidak dapat dijual mahal.
Beberapa buah lubang terdapat pada kulit itu"
Seorang anak muda yang lebih tua sedikit dari Manggada bertanya "Jadi seharusnya
bagaimana?" "Kulit harimau akan menjadi lebih mahal jika tidak terdapat luka-luka di
tubuhnya" jawab Manggada.
"Tetapi hampir tidak mungkin dapat membunuh harimau tanpa melukainya" desis anak
muda itu. Manggada tidak menjawab. Ia memang tidak ingin bercerita lebih panjang tentang
kebiasaannya menangkap harimau, hingga pada suatu saat pamannya harus
menghentikannya. Sementara itu, seorang telah berlari-lari kembali dari iring-iringan yang
menjadi semakin jauh. Dengan nada tinggi, orang itu berkata Ki Sanak. Marilah.
Kami, bukan saja keluarga Mas Rara, tetapi seisi padukuhan, mempersilahkan
kalian singgah. "Baik, baik Ki Sanak jawab Manggada kami akan segera menyusul bersama saudara-
saudara yang akan membawa harimau ini untuk dikuliti"
Akhirnya, beberapa orang telah mengangkat harimau yang cukup berat itu untuk
dibawa ke padukuhan bersama dengan Manggada dan Laksana. Agak jauh di hadapan
mereka, Ki Resa berjalan cepat, menyusul iring-iringan Mas Rara.
Dalam pada itu, Laksana berdesis kepada Manggada
"Kenapa kau terlalu merendahkan diri terhadap Ki Resa" Jika itu jadi
perselisihan, bukan salah kita. Aku justru ingin tahu, apakah orang yang disebut
Pembunuh Harimau itu dapat mengalahkan aku seorang diri. Tanpa kau"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah" berkata Manggada "kita akan memasuki satu lingkungan baru. Sebaiknya
kita bersikap baik, sehingga kesan pertama yang ditangkap oleh orang-orang
padukuhan atas kita, cukup baik. Mungkin pada kesempatan lain kita akan dapat


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersikap lain terhadap Ki Resa"
Laksana termangu-mangu. Namun ia tidak menjawab lagi.
Keduanya tidak banyak berbicara lagi. Iring-iringan itu telah melewati bulak
panjang. Semakin lama semakin bertambah-tambah. Orang-orang yang berada di
sawah, hampir semuanya ikut bersama-sama iring-iringan itu kembali ke padukuhan.
Bahkan beberapa orang seakan-akan menyongsong mereka, untuk melihat apa yang
telah terjadi dengan Mas Rara.
Seorang gadis yang sebaya dengan Mas Rara, yang tidak berani menyongsong ke
sawah, berbisik kepada kawannya di mulut lorong padukuhan "Jika terjadi sesuatu
atas Mas Rara, maka Raden Panji akan marah sekali. Seisi padukuhan ini akan
dihukumnya tanpa ampun"
"Sukurlah bahwa Mas Rara dapat diselamatkan. Beberapa saat lagi, ia akan duduk
di pelaminan dengan seorang bangsawan tinggi yang sangat dihormati" sahut
kawannya juga seorang gadis.
Gadis yang pertama itu, berkata lagi "Banyak kawan-kawan sebayu kita menjadi
iri" Tetapi gadis yang pertama mencubitnya. Katanya "Ah, apakah kau juga iri?"
"Bukankah bakal suaminya, Raden Panji, berkuasa dan kaya raya?" jawabnya sambil
menghindari cubitan kawannya.
Yang lain tidak menjawab lagi. Mereka telah melihat iring-iringan datang. Di
bagian depan, orang tua Mas Rara disusul http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara yang dibimbing kakaknya. Namun Mas Rara, meskipun masih nampak lemah,
tapi sudah mampu berjalan lebih baik.
Ketika iring-iringan itu memasuki padukuhan, tidak banyak pertanyaan dapat
dijawab. Iring-iringan itu langsung menuju ke rumah Mas Rara.
Karena beberapa orang ikut masuk ke halaman rumah Mas Rara, orang tua gadis itu
sibuk mencari kedua anak muda yang telah membunuh harimau, yang hampir saja
menerkam anak gadisnya. "Mereka ada di belakang" berkata Resa yang sudah ada di rumah itu pula.
"Kami akan menyambut mereka sebagai pernyataan terima kasih" berkata ayah Mas
Rara. "Biarkan saja mereka" berkata Ki Resa dengan nada berat
"mereka akan menjadi manja, dan bahkan sombong. Mereka akan mengira bahwa di
padukuhan ini tidak ada orang lain yang dapat melakukan sesuatu yang lebih baik
dari yang dapat mereka lakukan. Mereka mengira bahwa membunuh harimau adalah
satu kerja yang tidak ada bandingnya"
Ayah Mas Rara menarik nafas dalam-dalam. Dengan sabar, orang tua itu berkata
"Seluruh padukuhan itu tahu Resa, bahwa kau tentu akan mampu melakukannya.
Tetapi saat itu, adalah kebetulan bahwa kedua orang anak muda itu ada di dekat
anakmu, yang hampir saja di terkam seekor harimau. Sudah tentu tidak seorang pun
akan memilih untuk menunggu kedatanganmu"
"Aku mengerti kakang, aku mengerti" jawab Resa "tetapi dengan demikian, seluruh
isi padukuhan ini dengar serta merta http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah mengaguminya. Terimalah keduanya dengan wajar.
Tanpa harus dibuat-buat"
"Apakah yang aku lakukan tidak wajar" Aku, orang tua dari seorang gadis yang
diselamatkan jiwanya. Bukankah wajar jika aku merasa sangat bergembira, dan
menyatakan sukur kepada Yang Maha Pencipta, yang telah melindungi anakku dengan
lantaran kedua anak muda itu?" bertanya ayah Mas Rara.
"Ketika aku membunuh harimau, orang-orang padukuhan ini tidak menjadi gempar
seperti ini" geram Ki Resa.
"Kenapa tidak?" bertanya ayah Mas Rara "bukankah waktu itu justru semua orang
keluar dari rumahnya, ikut beramai-ramai membunuh harimau itu. Kaulah yang
berhasil menghunjamkan tombak pendekmu ke tubuh harimau itu, sehingga harimau itu tidak
bernafas lagi, setelah lukanya arang keranjang dihujani senjata oleh orang
sepadukuhan" "Kakang memperkecil keberhasilanku, seolah-olah aku hanya dapat melakukannya
dengan bantuan orang sepadukuhan"
geram Ki Resa. Ayah Mas Rara menarik nafas dalam-lalam. Namun ia tidak bertanya lagi.
Sementara itu, bersama beberapa orang, Manggada dan Laksana telah memasuki
halaman itu pula. Dengan tergesa-gesa, ayah Mas Rara mempersilahkan naik ke
pendapa yang tidak begitu luas.
Beberapa orang laki-laki telah ikut duduk pula di pendapa.
Mereka adalah orang-orang yang mengagumi kedua anak muda yang belum mereka kenal
itu. Sebenarnyalah mereka mengetahui bahwa sebelumnya, Ki Resa pernah juga membunuh
seekor harimau bersama-sama dengan hampir setiap laki-laki padukuhan yang keluar
sambil http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membawa senjata. Sehingga Ki Resa digelari Pembunuh Harimau. Namun ketika
kemanakannya sendiri hampir diterkam seekor harimau, justru Orang lainlah yang
menolongnya. Orang-orang yang ada dipendapa itu ingin mengenai lebih jauh kedua anak muda
itu. Siapakah mereka, dan dari mana saja mereka berjalan, atau menuju kemana,
sehingga mereka melintasi bulak panjang didekat padukuhan mereka.
Beberapa saat kemudian, ayah Mas Rara berkata dengan nada rendah "Selamat datang
dipadukuhan Nguter anak-anak muda"
"Terima kasih Ki Sanak. Tetapi bolehkah aku tahu nama Ki Sanak" Bukankah Ki
Sanak orang tua gadis itu?" bertanya Manggada.
Ayah Mas Rara tertawa. Katanya "Ya anak-anak muda. Aku adalah ayah gadis itu.
Namaku Ki Partija" kemudian, sambil menunjuk kakak Mas Rara yang sudah duduk di
pendapa itu pula, ia berkata "Itu adalah anakku yang sulung. Namanya Wirantana.
Kakak anak gadisku yang akhir-akhir dipanggd Mas Rara"
"Kenapa akhir-akhir ini?" bertanya Laksana.
"Namanya bukan Mas Rara, tetapi Wiranti. Karena anak gadisku akan diambil
menjadi isteri Raden Panji Prangpranata, maka orang-orangpun telah memanggilnya
Mas Rara. Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
hampir di luar sadarnya, Laksana bertanya "Nama Ki Sanak agak bernada lain
dengan nama anak-anak Ki Sanak"
Ki Partija, ayah gadis itu tersenyum. Katanya "Nama itu adalah pemberian kedua
orang tuaku. Aku memang tidak merubahnya, meskipun setelah kawin aku mempunyai
nama lain. Tetapi aku tidak pernah mempergunakannya"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa nama itu?" bertanya Manggada.
"Wirasentana. Nama yang aku buat sendiri setelah aku berumah tangga. Tetapi
jarang sekali orang yang memanggilku demikian. Orang-orang di sekitarku masih
saja memanggilku Ki Partija. Aku senang dengan panggilan itu" jawab orang itu.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara itu, hidangan mulai
disuguhkan. Minuman dan makanan.
Setelah meneguk minuman dan mencicipi beberapa potong makanan, Manggada dan
Laksana minta diri untuk melanjutkan perjalanan.
Tetapi ternyata ia tidak berhasil keluar dari pendapa rumah itu. Ki Wirapartija
telah mencegahnya. Dengan sungguh-sungguh, ia minta agar kedua anak muda itu
menunggu. Besok keluarga itu akan mengadakan upacara, mengucapkan sukur kepada
Yang Maha Agung yaitu ALLAH swt. bahwa anaknya telah diselamatkan dari maut.
Anak gadis yang diharapkan akan dapat menjadi tumpuan kebanggaan orang tuanya.
"Kami benar-benar tidak rela angger berdua meninggalkan rumahku sebelum hadir
dalam upacara sukuran itu" berkata Ki Partija Wirasentana.
Manggada dan Laksana saling berpandangan sejenak. Tetapi sebelum mereka
menjawab, Ki Partija telah berkata
"Sekali lagi aku minta anak-anak muda untuk tetap tinggal.
Kami akan mempersilahkan angger berdua untuk beristirahat di gandok sebelah
kanan. Kalian telah menyelamatkan jiwa anakku. Itu bukan sekadar satu peristiwa
yang dapat dilakukan begitu saja, dan kemudian tidak punya kesan apapun. Angger
berdua harus tahu, bahwa yang kalian lakukan itu tidak akan dapat dilupakan
seumur hidup. Bahkan akan tetap berpengaruh pada sikap dan cara berpikirnya"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua anak muda itu tidak dapat memaksa. Beberapa orang telah menekankan
permintaan Ki Partija dengan sungguh-sungguh. Akhirnya Manggada berkata
"Baiklah. Aku mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya"
"Bagus" Ki Partija hampir berteriak. Lalu katanya kepada anak laki-lakinya
"Wirantana. Bawa kedua anak muda ini ke gandok kanan. Biarlah mereka
beristirahat" Wirantana mengangguk kecil. Kemudian katanya "Marilah Ki Sanak, perlu
beristirahat. Kami telah menyiapkan gandok sebelah kanan bagi Ki Sanak berdua"
Manggada dan Laksana pun kemudian meninggalkan
pendapa. Ki Partija kemudian berkata kepada orang-orang yang ikut duduk di
pendapa itu "Biarlah anak-anak muda itu beristirahat lebih dahulu. Berkelahi
dengan seekor harimau, bukan pekerjaan ringan. Jauh lebih berat daripada mengisi
sepuluh jambangan pakiwan yang besar-besar. Bahkan akan dapat mengancam nyawa
mereka sendiri. Adalah jarang ada anak-anak muda yang memiliki kemampuan
sebagaimana kedua anak muda itu"
"Nanti sore kalian akan mendapat kesempatan berbincang-bincang lagi dengan
mereka" berkata Ki Partija.
Ketika pendapa rumah itu telah menjadi sepi, Ki Resa telah menemui kakaknya, Ki
Partija Wirasentana. Seperti diduga oleh kakaknya, Ki Resa kemudian berkata
"Kakang terlalu memanjakan anak-anak itu. seperti yang sudah aku katakan.
Jika mereka mau pergi, biar saja mereka pergi. Untuk apa kakang menahan mereka"
"Resa" berkata kakaknya "seperti yang sudah aku katakan.
Aku memang menjadi sangat bergembira bahwa anakmu lepas dari maut. Kau tidak
boleh memikirkan kepentinganmu sendiri, seakan-akan anak-anak muda itu menyaingi
kebesaran http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
namamu sebagai pembunuh harimau. Kau mendapatkan
kebesaran namamu sendiri, sehingga anak itupun
mendapatkannya pula. Jika saat itu kami harus menunggu kedatanganmu, maka
anakmu, Mas Rara, tentu sudah mati diterkam harimau yang besar itu. Apa daya
seorang gadis" "Aku tidak mengecilkan arti kemampuannya kakang. Kakang dapat mengucapkan terima
kasih, memberinya sedikit uang, dan menyuruhnya pergi" berkata Ki Resa.
Tetapi kakaknya menggeleng. Katanya "Persoalannya menyangkut hidup dan mati.
Bukan sekadar upah seperti menebang sebatang pohon. Bagi Mas Rara, juga bagiku,
semua milikku tidak akan cukup untuk membayar jasa yang telah diberikan" Ki
Partija berhenti sejenak. Lalu "Apalagi kedua anak muda itu sebaya, bahkan lebih
muda sedikit dari Wirantana.
Mereka akan dapat menjadi kawan yang baik"
Ki Resa hanya dapat menggeram. Ia tidak dapat membantah niat kakaknya untuk
menahan kedua anak muda itu.
Seperti yang dikatakan oleh ayahnya, Wirantana menjadi cepat akrab dengan
Manggada dan Laksana. Wirantana yang sedikit lebih tua dari kedua anak muda itu,
ternyata juga belum terlalu lama tinggal di rumahnya. Anak muda itu juga baru
saja kembali dari rumah seorang sahabat ayahnya yang memiliki kemampuan ilmu
kanuragan. "Tetapi yang kami pelajari, adalah sangat sederhana sekali"
berkata Wirantana. Manggada tersenyum sambil menjawab "Kami tidak
mendapatkan apa-apa selain ilmu dasar. Hanya itu"
"Tetapi kalian berdua mampu membunuh seekor harimau"
berkata Wirantana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Satu kebetulan. Atau mungkin karena terdorong oleh satu kewajiban yang harus
kami lakukan untuk membantu sesama"
jawab Manggada. Wirantana mengangguk-angguk. Namun katanya "Tetapi aku masih sangsi, apakah aku
mampu melakukannya, seandainya terpaksa aku melakukannya. Meskipun umurku lebih
tua dari kalian, namun agaknya dalam ilmu kanuragan, kalian sudah lebih dewasa
dari aku" Manggada menggeleng lemah. Namun Laksanalah yang
berkata "Kami masih baru mulai. Kami belum apa-apa"
Demikianlah, mereka sempat berbicara tentang berbagai macam pengalaman mereka
masing-masing. Saat-saat mereka berada di perguruan mereka. Adalah diluar sadar
bahwa Laksana kemudian menceriterakan pula kebiasaan mereka menangkap harimau
untuk diambil kulitnya, dan dijual kepada pedagang kulit binatang buas dan
binatang liar. Sehingga pada suatu saat pamannya menghentikannya, karena hal itu
dianggap dapat mengganggu keseimbangan kehidupan di hutan.
Wirantana mengangguk-angguk. Katanya "Jadi membunuh, bahkan menangkap harimau
adalah pekerjaan kalian sehari-hari?"
Anak-anak muda itu mengerutkan keningnya. Namun hal itu sudah terlanjur
dikatakannya. Wirantana nampaknya memang tidak menaruh perhatian yang berlebihan Namun ketika
ia kembali ke pendapa, ia telah menceritakan kepada ayahnya.
Ayahnya mengangguk-angguk. Ia percaya akan ceritera itu.
Kedua anak muda itu tentu anak-anak muda yang memang memiliki kelebihan dari
anak-anak muda kebanyakan. Bahkan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dari Wirantana yang pernah dikirimnya berguru, dan belum lama kembali kepada
keluarganya. Tetapi Ki Partija memang tidak perlu merasa iri. Bahkan ia menganggap kehadiran
kedua anak muda itu akan dapat membantu anaknya mengembangkan ilmunya.
"Jika saja anak-anak muda itu mau tinggal bersama Wirantana untuk beberapa lama"
berkata Ki Partija Wirasentana di dalam hatinya.
Namun pada hari itu, Ki Partija telah mempersiapkan segala-galanya dengan cepat.
Besok mereka akan menyelenggarakan upacara ucapan sukur dengan memanggil
tetangga-tetangganya. Makan bersama, dan kelenengan sepanjang malam. Ki Partija
memang mempunyai kelompok yang terbiasa mengadakan latihan-latihan menabuh
gamelan, sehingga justru pada malam sukuran, Ki Partija ingin mencoba kemampuan
kawan-kawannya itu. Dengan demikian, sejak hari itu, beberapa perempuan telah menjadi sibuk. Mereka
mulai mengumpulkan bahan-bahan mentah yang dapat mereka lakukan pada hari itu.
Dari lumbung, beberapa orang perempuan telah mengambil padi dan mulai
menumbuknya di lesung yang panjang. Kemudian yang lain mengambil daun pisang di
kebun belakang yang cukup luas. Kemudian yang lain lagi pergi ke pategalan
memetik dedaunan yang dapat dipergunakan untuk membuat nasi megana.
Namun bukan saja hasil kebun dan pategalan sendiri.
Beberapa orang tetangga yang ikut mengucap sukur bahwa Mas Rara selamat, telah
datang memberikan sumbangan apa saja. Yang kebiasaannya membuat gula kelapa,
telah datang dengan membawa setenggok gula kelapa. Ada yang membawa
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebakul telur itik. Tetapi ada juga yang membawa dua ekor ayam hidup-hidup.
Dengan demikian, beberapa macam bahan telah datang sendiri, sehingga Ki Partija
Wirasentana tidak perlu membelinya lagi keesokan harinya.
Malam itu di rumah Ki Partija sudah ramai dikunjungi orang.
Beberapa orang duduk di pendapa namun ada juga yang duduk-duduk di serambi
gandok. Terutama anak-anak muda yang ingin berkenalan dengan Manggada dan
Laksana. Namun dalam pada itu, yang sangat mengejutkan adalah kehadiran seorang utusan
dari Raden Panji Prangpranata yang juga hadir di pendapa.
Dengan tergopoh-gopoh Ki Partija Wirasentana telah menemui tamunya yang khusus
itu. Tentu ada sesuatu yang penting sehingga Raden Panji Prangpranata teleh
mengirimkan utusan untuk datang ke rumahnya.
Dengan penuh hormat, Ki Partija Wirasentana menyapa tamunya, serta menanyakan
keselamatan perjalanannya. Juga ditanyakan pula keselamatan Raden Panji
Prangpranata serta keluarganya.
"Baik, Ki Partija Wirasentana" jawab utusan itu "Kami dan keluarga Raden Panji
dalam keadaan selamat"
Ki Partija mengangguk-angguk sambil berdesis "Sukurlah, namun kedatangan Ki
Sanak yang tiba-tiba telah membuat hatiku berdebar-debar. Sebab kami akan
menyelanggarakan upacara pernyataan sukur karena Mas Rara telah diselamatkan
dari terkaman seekor harimau yang sangat besar"
Orang itu tersenyum, katanya "Baru saja aku mendengar tentang hal itu.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebenarnya kedatanganku tidak ada sangkut pautnya dengan rencana Ki Partija
menyelenggarakan upacara http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pernyataan sukur. Aku justru terkejut ketika memasuki halaman rumah ini,
ternyata banyak orang berada di dalamnya"
Ki Partija Wirasentana mengangguk-angguk sambil berkata
"Kebetulan sekali Ki Sanak. Dengan demikian Ki Sanak dapat menyampaikan kepada
Raden Panji, bahwa baru saja terjadi peristiwa yang hampir saja merenggut jiwa
Mas Rara" "Tetapi bukankah Mas Rara sudah selamat sekarang?"
bertanya utusan itu. "Sudah Ki Sanak. Itulah sebabnya kami membuat upacara pernyataan sukur besok
malam" jawab Ki Partija Wirasentana yang tina-tiba bertanya "apakah Ki Sanak
akan bermalam sampai besok?"
Orang itu tersenyum, katanya "Aku hanya bermalam
semalam. Besok apgi aku sudah berangkat kembali"
"Kenapa tidak besok lusa saja?" sahut Ki Partija "besok Ki Sanak dapat ikut
upacara pernyataan sukur itu. Besok malam Mas Rara akan menari untuk membuat
suasana semakin meriah"
"Mas Rara akan menari besok?" bertanya orang itu.
"Ya" jawab Ki Partija.
"Mas Rara dapat menari?" bertanya utusan itu pula.
"Anakku adalah penari terbaik di padukuhan ini" jawab Ki Partija "Aku mempunyai
seperangkat gamelan yang akan dipergunakan besok. Para penabuh juga dari
padukuhan ini" Utusan itu menarik nafas dalam-dalam. Ia memang sudah melihat itu ada di
pringgitan. "Nanti, jika kawan-kawan sudah lengkap, kami akan mengadakan latihan" berkata Ki
Partija. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Utusan itu mengangguk-angguk, namun katanya
"Beruntunglah aku melihat latihan itu, sehingga aku dapat melihat Mas Rara
menari. Aku tentu akan menceritakannya pada Raden Panji Prangpranata"
"Apalagi jika Ki Sanak sempat menyaksikannya besok"
berkata Ki Partija. Tetapi orang itu tersenyum sambil berkata "Aku besok harus kembali"
Ki Partija pun kemudian menanyakan keperluan utusan itu datang ke padukuhan
Nguter. "Ki Partija Wirasentana" jawab orang itu "sebenarnya aku mendapat perintah dari
Raden Panji untuk melihat keadaan Mas Rara yang sudah agak lama tidak
dikunjunginya, karena kesibukannya. Selain itu, Raden Panji nampaknya sudah
mulai bersiap-siap untuk menentukan hari perkawinannya dengan Mas Rara. Oleh
karena itu. Raden Panji minta Ki Partija untuk bersiap-siap. Dalam waktu dua
tiga pekan lagi, Raden Panji akan mengirim utusan lagi.
Ki Partija mengangguk-angguk. Katanya "Kami hanya menunggu perintah, Ki Sanak.
Apapun yang diperintahkan oleh Raden Panji, kami akan melaksanakan. Kami tidak
berwenang untuk menyatakan pendapat apapun di hadapan Raden Panji Prangpranata"
"Ada dua kemungkinan yang akan ditawarkan Raden Panji"
berkata utusan itu pula "perkawinan agung itu diadakan di sini, kemudian
diboyong Raden Panji, atau perkawinan agung diadakan di rumah Raden Panji.
Ditinjau dari segi adat, maka perkawinan itu sebaiknya dilakukan di sini. Tetapi
mengingat tempat dan kelayakan bagi para tamu Raden Panji yang akan diundang,
sebaiknya perkawinan dilakukan di rumah Raden Panji"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Partija mengangguk-angguk. Katanya "Sekali lagi aku nyatakan, kami hanya
melakukan segala perintah Raden Panji.
Dimanapun perkawinan agung itu dilakukan, kami tidak akan berkeberatan"
"Kesulitan yang lain jika perkawinan itu dilakukan di sini, jaraknya terlalu
jauh dari para tamu yang akan diundang oleh Raden Panji. Jika upacara selesai,
Raden Panji harus menyediakan penginapan yang pantas bagi para tamunya. Dan itu
agaknya tidak mungkin dilakukan mengingat tidak ada rumah yang pantas di sini.
Jarak perjalanan ke tempat ini sangat melelahkan. Berkuda, lebih dari setengah
hari perjalanan. Aku memang tidak terlalu cepat berpacu, karena aku tidak
tergesa-gesa. Beberapa kali aku berhenti untuk makan, terutama yang aku tidak
tahan adalah minum, serta memberi minuman dan makanan kudaku" berkata utusan
itu. Ki Partija mengangguk-angguk. Katanya "Sudah aku katakan Ki Sanak. Terserah
kepada Raden Panji. Kami hanya tinggal melaksanakannya"
Utusan itu mengangguk-angguk. Lalu katanya "Jika demikian Ki Partija, aku akan
menyampaikannya kepada Raden Panji.
Namun agaknya Raden Panji cenderung untuk melaksanakan perkawinan itu di rumah
Raden Panji yang memadai. Pada suatu saat, Raden Panji akan mengirimkan utusan
disertai dengan pertanda dirinya untuk menjemput Mas Rara. Aku juga belum tahu,
kapan itu dilakukan. Apalagi jika Raden Panji kemudian mempunyai rencana lain.
"Kami akan melakukan dengan sebaik-baiknya. Kami
menunggu dengan sabar dan dengan kesungguhan hati" jawab Ki Partija.
"Nah, jika Ki Partija tidak mempunyai persoalan lagi, biarlah hasil pembicaraan
ini aku bawa kepada Raden Panji" berkata http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
utusan itu "sekarang, silahkan Ki partija meneruskan acara yang telah kau susun.
Mungkin latihan atau apa. Tetapi jika Ki Partija tidak berkeberatan, aku ingin
berbicara dengan kedua anak muda yang telah berhasil membunuh harimau itu"
"Tentu. Aku sama sekali tidak berkeberatan" berkata Ki Partija Wirasentana "aku
akan memanggilnya. Anak-anak muda itu masih berada di gandok. Beberapa orang
anak muda dari padukuhan Nguter ini telah datang untuk menemuinya dan berbicara
dengan keduanya" Ki Partija pun kemudian menyuruh seseorang untuk
memanggil Manggada dan Laksana agar datang ke pendapa untuk menemui utusan dari
Raden Panji Prangpranata.
Sejenak kemudian, kedua anak muda itu telah hadir.
Beberapa orang anak muda dari Nguter, ikut naik ke pendapa dan duduk pula
diantara mereka. Utusan itu agak terkejut melihat keduanya. Masih terlalu muda. Sementara itu,
dari seseorang ia telah mendengar, bahwa adik Ki Partija telah mendapat gelar
Pembunuh Harimau. Namun yang kemudian menolong Mas Rara. justru dua orang yang masih sangat muda.
Untuk beberapa saat, utusan itu berbicara dengan Manggada dan Laksana. Memang
tidak terlalu banyak yang mereka bicarakan selain peristiwa sekitar pembunuhan
harimau yang hampir saja menerkam Mas Rara itu.
"Kalian akan mendapat hadiah secukupnya dari Raden Panji"
berkata utusan itu. Tetapi Manggada menggeleng sambil berkata "Terima kasih.
Bukan maksud kami untuk mendapatkan hadiah apapun. Kami melakukannya karena kami
merasa berkewajiban"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itu tersenyum. Katanya "Aku tahu. Raden Panji memberikan hadiah karena
rasa terima kasihnya. Mungkin sekadar kenangan bagi kalian berdua.Tetapi Raden
Panji tidak akan menilainya dengan uang, karena keselamatan jiwa Mas Rara tidak
akan dapat dihargai berapapun juga"
Manggada dan Laksana menarik nafas dalam-dalam.
Keduanya kemudian mengangguk hormat. Namun keduanya sama sekali tidak menjawab
lagi. Demikianlah. Sejenak kemudian, utusan itu berkata kepada Ki Partija Wirasentana
"Silahkan meneruskan rencana kalian.
Latihan atau memasang perlengkapan, memindahkan gamelan atau apapun juga.
Bukankah gamelan besok tidak akan ditempatkan di pringgitan?"
"Kami akan melakukan latihan dahulu Ki Sanak. Besok siang baru gamelan akan
dipindah di sisi pendapa, berseberangan dengan pringgitan itu" jawab Ki Partija
Wirasentana. Sejenak kemudian, Ki Partija Wirasentana telah
mempersilahkan para penabuh untuk menempati tempatnya.
Hampir semuanya orang dari padukuhan Nguter, meskipun ada satu dua orang datang
dari padukuhan tetangga. Tetapi sudah menjadi kebiasaan mereka untuk setiap kali
melakukan latihan bersama dengan orang-orang Nguter.
Utusan Raden Panji ternyata seorang yang mampu
menikmati irama gamelan. Apalagi ketika para penari mulai melakukan latihan.
Beberapa orang membawakan pethilan tari topeng. Namun yang paling menarik adalah
ketika Mas Rara melakukan latihan sangat memikat para pehpnton. Apalagi besok,
jika Mas Rara mengenakan pakaian lengkap seorang penari.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Anak-anak muda Nguter memandanginya tanpa berkedip.
Mas Rara bukan saja seorang penari yang baik, tapi juga seorang gadis yang
sangat cantik. Manggada dan Laksana memandang gadis itu bagaikan membeku. Mereka belum pernah
melihat gadis secantik gadis yang sedang menari itu. Anak gadis Ki Wiradadi yang
diambil oleh sekelompok orang berilmu hitam untuk dikorbankan, juga cantik. Tapi
gadis itu tidak sedang bersolek seperti Mas Rara.
Anak gadis Ki Wiradadi justru nampak kusut dan lemah.
Sedangkan Mas Rara nampak bersih dan segar.
Selagi Mas Rara menari dengan asyiknya, di halaman, pamannya pun tengah
mengaguminya. Bahkan Ki Resa yang digelari Pembunuh Harimau itu sempat menggeram
"Kenapa gadis itu telah dijual?"
Sekilas Ki Resa memandang utusan Raden Panji
Prangpranata. Dengan mata yang memancarkan ketidak senangan, ia kemudian
meninggalkan halaman, dan keluar regol turun ke jalan.
Ternyata di jalan, di depan rumah Ki Partija Wirasentana, cukup ramai. Meski
yang berlangsung di pendapa baru latihan, tapi telah banyak orang datang. Bukan
saja untuk menonton, tetapi juga untuk ikut menyatakan kegembiraan mereka bahwa
Mas Rara selamat. Ki Resa tidak menghiraukan mereka. Ia hanya mengangguk jika ada orang mengangguk
kepadanya. Namun tidak sepatah kata keluar dari mulutnya.
Beberapa orang yang melihat sikapnya, menjadi heran.
Beberapa orang hanya mendengar bahwa Ki Resa merasa kurang senang karena ia
didahului oleh dua orang anak muda yang telah membunuh harimau itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang-orang itu coba untuk mengerti, bahwa Ki Resa yang mendapat panggilan
Pembunuh Harimau itu menjadi kecewa karena bukan dirinya yang membunuh harimau
itu. Tetapi justru dua orang anak muda.
Namun tidak seorang pun yang dapat menyalahkan kedua anak muda itu. Jika
keduanya tidak berbuat sesuatu, apalagi membunuh harimau itu, Mas Rara tidak
akan dapat lagi menari di pendapa rumahnya.
Demikianlah. Malam itu rumah Mas Rara menjadi sangat sibuk. Orang-orang
perempuan mulai memasak untuk
menyiapkan hidangan buat besok.
Namun akhirnya pendapa rumah itu sepi, ketika latihan telah selesai, serta
orang-orang yang ikut menyatakan kegembiraan mereka telah pulang, karena malam
berikutnya mereka akan datang lagi sebagai tamu dalam upacara pernyataan sukur.
Beberapa orang yang tinggal dan mulai merasa ngantuk, berbaring di serambi. Ki
Partija Wirasentana pun telah beristirahat setelah mempersilahkan Manggada dan
Laksana beristirahat di gandok, ditemani Wirantana. Sementara itu, utusan Raden
Panji Prangpranata dipersilahkan beristirahat di biliknya.
Namun dalam pada itu, meskipun pendapa keadaannya sepi, tapi tidak demikian
halnya dengan didapur. Beberapa orang masih saja sibuk. Tetapi beberapa orang
mulai berbaring di mana saja tersedia tempat, meskipun di sebelah orang yang
sedang mengkukur kelapa. Ketika matahari terbit di hari berikutnya, rumah Mas Rara menjadi semakin sibuk.
Malam mendatang, akan diselenggarakan upacara yang menarik itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun pagi itu utusan Raden Panji Prangpranata telah minta diri. Betapapun Ki
Partija Wirasentana mencoba menahannya, namun utusan itu tetap mohon diri untuk
kembali. "Aku tidak berani melanggar perintah Raden Panji" berkata utusan itu "jika aku
tidak pulang hari ini, Raden Panji akan marah"
Dengan demikian, keluarga Mas Rara tidak dapat
menahannya lagi, Namun utusan itu sempat sekali lagi mengucapkan terima kasih
kepada Manggada dan Laksana yang telah menyelamatkan Mas Rara.
"Jika tidak perkawinan agung itu akan batal. Yang terjadi adalah iring-iringan
untuk mengantarkan tubuh membeku ke kuburan. Ah, itu memang tidak akan terjadi"
berkata utusan itu. "Kami sekadar melakukan kewajiban. Bukankah kewajiban kita adalah saling tolong-
menolong?" sahut Manggada.
"Ya. Meskipun demikian, kami harus mengenal kalian, tempat tinggal kalian dan
keluarga kalian" berkata utusan itu.
Tetapi Manggada menggeleng. Katanya "Ki Sanak boleh mengenai nama kami. Itu
sudah cukup. Besok kami sudah akan meninggalkan tempat ini. Dan barangkali kita
tidak akan bertemu lagi"
Orang itu tersenyum. Katanya "Kalian memang anak-anak muda yang rendah hati.
Tetapi apa salahnya jika kami mengenai kalian lebih banyak" Seandainya kami
tidak ingin memberikan apapun juga, bukankah kita dapat berkenalan dan
bersahabat lebih akrab?"
Tetapi Manggada hanya tersenyum. Sementara Laksana berkata "Tetapi kami dapat
menduga sebelumnva apa yang akan Ki Sanak lakukan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata utusan itu. Namun ia berharap bahwa ayah Mas Rara akan dapat
memberikan lebih banyak keterangan tentang kedua orang anak muda itu.
Sementara utusan itu minta diri. Ki Resa tidak mendekat. la benar-benar merasa
benci kepadanya, meskipun orang itu tidak lebih dari seorang utusan.
Sebenarnyalah bahwa Ki Resa sangat membenci orang yang disebut Raden Panji
Prangpranata. Seorang yang berkedudukan tinggi, kaya raya serta memiliki kekuasaan atas daerah
yang luas, termasuk padukuhan Nguter.
Sejenak kemudian, orang itu minta diri. Wirantana, Manggada dan Laksana
mengantarkannya sampai ke regol halaman.
Demikian kuda itu berpacu meninggalkan halaman Ki Partija, Ki Resa mendekati
mereka sambil berdesis kepada Wirantana
"He, apakah kau rela adikmu dijual oleh ayah ibumu?"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
katanya "Aku tidak tahu maksud paman"
"Kau memang bodoh. Apalagi kau agak lama meninggalkan kedua orang tuamu, karena
menuntut ilmu. Sekarang kau telah kembali. Kau tidak lagi Wirantana yang bodoh,
lemah dan tidak mampu berpikir. Kau sekarang sudah memiliki ilmu. Umurmu sudah
menjadi makin dewasa. Karena itu, kau harus mampu berpikir tentang sikap kedua
orang tuamu atas adikmu itu"
geram Ki Resa. Tetapi Ki Resa tidak menunggu Wirantana menjawab. Ia segera melangkah
meninggalkan anak muda itu.
Wirantana berdiri termangu-mangu. Namun kemudian ia bergumam "Aku tidak mengerti
maksud paman. Kenapa paman menganggap Mas Rara telah dijual kepada Raden Panji"
"Bagaimana sebennrnya?" bertanya Manggada.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu. Aku harus bertanya kepada ayah dan ibu, apa yang sebenarnya
terjadi atas adikku itu. Tetapi aku sama sekali tidak melihat kesan yang tidak
wajar pada adikku" berkata Wirantana. "Ia seorang gadis" berkata Manggada biasanya seorang gadis tidak pernah
menyatakan pendapatnya. apapun yang akan terjadi atas dirinya"
"Tetapi adikku sangat terbuka hatinya kepadaku. la tidak pernah menyembunyikan
sesuatu. Apalagi jika benar kata paman, bahwa Mas Rara telah dijual" berkata
Wirantana. "Mungkin Mas Rara sendiri tidak tahu apa yang telah dibicarakan tentang dirinya,
oleh ayah dan ibumu" desis Manggada.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak-anak muda itu tidak berbicara lebih lanjut ketika beberapa orang datang
mendekati mereka sambil tersenyum.
Seorang diantara mereka berkata " He, apakah aku masih mendapat bagian kerja di
rumahmu Wirantana" Mengusung gamelan atau memasang oncor di sudut-sudut halaman,
atau apa saja?" "Ah" sahut Wirantana "tidak ada kerja apapun di rumah.
Hanya sekadar menyapu. halaman. Dan itu sudah aku lakukan"
Orang-orang itu tertawa. Namun sambil memasuki legol, seorang diantara mereka
berkata "Jika kerja sudah habis, maka biarlah menunggu saja waktunya suguhan
dikeluarkan" Wirantana juga tertawa. Namun ia tidak menjawab.
Beberapa saat anak-anak muda itu masih berdiri di regol.
Namun kemudian Wirantana berkata "Silahkan beristirahat di serambi gandok. Aku
akan berbicara dengan ayah dan ibu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana tidak menolak. Keduanya kemudian pergi ke serambi gandok,
sementara Wirantana pergi ke ruang dalam untuk berbicara dengan ayahnya.
Sementara itu, kesibukan masih saja berlangsung di luar dan di dalam rumah
sampai kedapur. Mas Rara sendiri ternyata bukan seorang gadis yang manja. Ia
ikut sibuk bersama perempuan-perempuan di dapur.
Ketika Wirantana kemudian menghadap ayahnya, dan
menyampaikan pertanyaannya, maka ayahnya sama sekali tidak mau memberikan
keterangan, sehingga Wirantana menjadi sangat kecewa.
Dengan wajah tegang, Wirantana menemui Manggada dan Laksana yang duduk di amben
panjang, di serambi gandok.
"Ayah masih saja menganggap aku anak-anak" berkata Wirantana
"Bagaimana?" bertanya Manggada.
"Ayah dan ibu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.
Ayah hanya mengatakan bahwa Raden Panji adalah orang yang berwibawa dan sangat
berkuasa" jawab Wirantana.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun dalam pada itu, Wirantana berkata
"Tetapi menilik keterangan itu, memang ada unsur yang tidak wajar dalam
perkawinan yang akan dilangsungkan antara Mas Rara dan Raden Panji. Namun
agaknya perkawinan itu akan memberikan kebanggaan, bukan saja keluargaku, tapi
seluruh padukuhan Nguter. Ternyata Mas Rara sangat dihormati, sebelum ia menjadi
isteri Raden Panji. Para penghuni padukuhan ini tentu berharap, Mas Rara akan dapat mengangkat
derajad seluruh padukuhan ini. Mas Rara akan dapat memanfaatkan kekuasaan Raden
Panji bagi kepentingan padukuhan kecil yang sampai saat ini tidak http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memiliki kelebihan apapun juga dari padukuhan-padukuhan lain"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Dengan nada datar Manggada berkata "Jika
demikian, perkawinan itu akan memberikan arti kepada padukuhan ini"
"Ya. Tetapi paman agaknya sangat tidak setuju" berkata Wirantana.
"Mungkin lambat laun kau akan mengerti apa sebabnya adikmu menjadi isteri Raden
Panji, dan kenapa pamanmu tidak menyukainya" berkata Laksana. Lalu "Tetapi
menilik sikap tetangga-tetanggamu, semua akan ikut berbangga atas rencana
perkawinan itu" Wirantana mengangguk-angguk. Ia sependapat dengan anak muda yang telah menolong
adiknya dari cabikan taring harimau itu.
"Ya" berkata Wirantana kemudian "Seluruh padukuhan ikut bergembira karena adikku
selamat. Dari tetangga-tetangga kami mendapat banyak sekali sumbangan. Bahan
mentah, bahkan keamanan yang sudah siap untuk disuguhkan dan ada diantara mereka
yang menyumbang uang"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara Wirantana berkata selanjutnya
"Kami tidak dapat menolaknya.
Jika kami tidak mau menerima sumbangan Itu, tetangga-tetangga kami akan menjadi
sakit hati. Mereka menuduh kami mulai menjadi sombong sebelum Mas Rara menjadi
isteri Raden Panji" Namun tiba-tiba Manggada bertanya "Apakah kau pernah bertemu dengan Raden
Panji?" Wirantana menggeleng. Katanya "Belum. Aku belum lama kembali"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana dengan adikmu?" bertanya Manggada pula.
"Anak itu tidak pernah mengatakan sesuatu. Sebagaimana layaknya seorang gadis,
ia menerimanya dengan wajar. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia merasa dijual
seperti yang dikatakan paman. Seperti sudah aku katakan, ia Hanya terbuka
padaku. Tetapi aku tidak tahu tentang soal yang satu ini" suara Wirantana merendah.
Manggada dan Laksana hanya mengangguk-angguk saja.
Namun agaknya Wirantana merasa belum puas jika belum mengetahui kenapa pamannya
selalu menganggap bahwa adiknya telah dijual.
Tetapi Wirantana kemudian berkata "Baiklah. Biarlah aku membantu mengatur tempat
di pendapa" "Kami dapat membantumu" berkata Manggada.
"Kalian adalah tamu kami" jawab Wirantana. Tetapi sambil tersenyum Laksana
berkata "Di mana-mana kami tidak terbiasa diperlakukan sebagai tamu. Kami lebih
sering berada di satu tempat untuk melakukan kerja apapun"
Wirantana pun tidak berkeberatan. Ia sadar, bahwa perasaan kedua anak muda itu
tentu tidak enak, jika mereka hanya sekadar duduk sementara orang lain sibuk di
halaman, di pendapa dan dimana-mana.
Demikianlah. Menjelang senja, semuanya sudah siap. Bahkan orang mulai memasang
obor disudut-sudut halaman, di regol dan bahkan di belakang rumah.
Para penabuh gamelan dan para penari sudah mulai
mempersiapkan diri. Demikian pula Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejenak kemudian, gamelan pun mulai dibunyikan. Suasana di rumah Ki Partija
Wirasentana menjadi semakin meriah.
Lampu-lampu minyak terdapat di mana-mana.
Sementara di dapur, segala sesuatu telah dipersiapkan.
Malam itu, bukan saja seisi rumah Ki Partija Wirasentana merasa bersukur atas
keselamatan Mas Rara, tapi seisi padukuhan menjadi bergembira karenanya. Sejak
orang tua sampai kanak-kanak. Yang biasanya tidur sejak hari gelap, sempat
bermain-main sampai jauh malam. Bahkan dengan sedikit uang saku untuk membeli
gelali, kacang serta binteng jae.
Ada diantara mereka yang tertarik pada suara gamelan, dun melihat beberapa saat
di halaman. Mereka sekejap mengagumi orang-orang yang menari di pendapa. Namun
kemudian mereka berlari-lari lagi di halaman.
Ketika para tamu di pendapa dipersilahkan makan nasi punar yang berwarna kuning,
anak-anak pun dipanggil pula ke longkangan. Mereka juga mendapat sepincuk nasi
punar, kedele goreng dan sekerat daging ayam serta telur dadar.
Betapa gembiranya anak-anak itu. Mereka tidak saja makari nasi kuning, tetapi
justru saat mereka berdesakan untuk menerima sepincuk nasi itulah yang sangat
menarik bagi mereka. Namun semuanya itu perlahan-lahan berlalu. Ki Bekel padukuhan Nguter atas nama
Ki Partija Wirasentana menyatakan kegembiraan hati seluruh keluarga serta
mengucapkan sukur kehadapan Yang Maha Agung, bahwa Mas Kara telah diselamatkan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana sama sekali tidak menduga, bahwa Ki Bekel telah memanggil
mereka berdua dan diperkenalkan kepada semua orang yang hadir di pendapa.
Wajah kedua anak muda itu menjadi merah. Kaki meleka rasa-rasanya menjadi
seberat timah, ketika melangkah di pendapa. Semua mata memandang mereka berdua.
Bahkan ketika orang-orang Nguter bertepuk tangan gemuruh, Manggada dan Laksana
hampir menjadi pingsan karenanya.
Mereka agaknya memilih berkelahi melawan seekor harimau daripada berdiri di
pendapa itu. Namun, sementara semua orang bersuka itu, Ki Resa masih saja tetap menyendiri
sambil bergeremang. Ia tidak dapat mencegah apa yang akan terjadi dengan Mas
Rara, yang akan diperisteri Raden Panji Prangpranata itu.
Ki Resa sama sekali tidak mau naik ke pendapa. Ia berlalan hilir mudik di depan
regol rumah kakaknya itu.
Lewat tengah malam, suasana sudah menjadi tenang. Irama gamelan tidak lagi
gemuruh mengiringi tari-tarian. Yang terdengar adalah suara gamelan yang tenang,
mengalir dalam irama terayun lembut. Kadang-kadang melengking dalam nada tinggi,
namun kemudian menurun rendah seperti seekor burung yang melayang-layang di
udara malam. Menjelang dini, satu dua orang mulai mohon diri. Terutama orang-orang tua yang
sudah tidak tahan lagi duduk semalam suntuk. Udara malam yang dingin, rasa-
rasanya membuat darah mereka lambat mengalir. Namun anak-anak muda tetap
bertahan sampai fajar. Baru ketika langit menjadi merah, keramaian di pendapa
itu resmi dinyatakan selesai.
Tetapi dari dapur sekali lagi telah mengalir minuman panas dan nasi langgi yang
hangat dengan serundeng kuning http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gemerisik dan dendeng basah yang lunak. Tidak digoreng dengan minyak, tetapi
dipanggang di atas api kecil.
Mereka yang ikut menghadiri keramaian dalam upacara sukuran itu, ternyata pulang
dengan perut kenyang. Ki Bekel yang terhitung masih belum terlalu tua, bertahan
sampai selesai. Bahkan sampai orang terakhir meninggalkan pendapa rumah itu.
Ki Bekel masih sempat menemui Mas Rara untuk
mengucapkan selamat, dan kemudian berpesan "Lain kali berhati-hati. Di hutan itu
masih terdapat beberapa ekor binatang buas yang kadang-kadang mengganggu kita.
Namun jika anak-anak muda itu kelak meninggalkan padukuhan ini, kita masih
mempunyai Ki Resa, Si Pembunuh Harimau. Karena itu, kita tidak usah khawatir.
Meskipun demikian, sebaiknya jangan pergi sendiri jika kau mengirim nasi ayahmu
di sawah yang dekat dengan hutan itu. Kau boleh mengirim nasi ke sawah, tetapi
yang jauh dari hutan. Jika terjadi sesuatu atasmu, Raden Panji tentu tidak hanya
menyalahkan ayahmu, tetapi kami semua. Penduduk padukuhan Nguter. Barangkali
akulah yang akan menerima hukuman paling berat"
Mas Rara mengangguk hormat, sambil berdesis bertahan "Ya Ki Bekel"
"Ajak ayahmu jika kau akan pergi ke sawah dekat hutan itu"
berkata Ki Bekel pula "tidak ada seekor harimau pun yang berani mengusikmu"
"Ya Ki Bekel" sekali lagi Mas Rara mengangguk. Namun kemudian Ki Bekel bertanya
"Di mana Ki Resa" Aku tidak melihatnya sejak sore"
"Paman agak sibuk Ki Bekel" jawab Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya "Salam buat
pamanmu" "Ya Ki Bekel" jawab Mas Rara sambil mengangguk hormat.
Demikianlah. Ki Bekel kemudian minta diri. Ketika ia keluar dari regol, langit
sudah menjadi semakin terang. Namun Ki Bekel sudah tidak bertemu dengan Ki Resa.
Yang kemudian tinggal adalah orang-orang yang
membersihkan jalan di depan rumah Ki Partija Wirasentana, Jalan yang menjadi
kotor oleh dedaunan bungkus makanan, karena di sepanjang jalan di depan rumah
itu bertebaran orang-orang yang memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan.
Demikian pula orang-orang yang sibuk membersihkan halaman pendapa, bahkan bagian
dalam rumah. Perempuan-perempuan di dapur sibuk membersihkan perkakas yang
kotor. Manggada dan Laksana ikut pula membantu Wirantana membersihkan halaman. Mencabut
tiang-tiang obor dan membantu menyimpan gamelan ke ruang tengah.
Ketika matahari memanjat semakin tinggi, sebagian kerja di bagian luar rumah
sudah hampir selesai. Karena itu, Manggada dan Laksana mulai membicarakan, kapan
mereka akan meneruskan perjalanan.
Namun sebelum mereka mengambil keputusan, menjelang tengah hari, datang dua
orang berkuda memasuki regol rumah Ki Partija Wirasentana. Dua orang yang
kemudian menyatakan diri utusan Raden Panji Prangpranata.
Ki Partija Wirasentana terkejut bukan buatan. Baru saja utusan yang datang
terdahulu kemarin meninggalkan rumah itu, tiba-tiba dua orang yang lain telah
datang pula. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi dengan ramah seorang diantaranya berkata "Kami mohon maaf, bahwa
kedatangan kami telah mengejutkan Ki Wirasentana. Sebenarnya tidak ada hal yang
terlalu penting. Kami hanya akan menyampaikan beberapa pesan"
Ki Wirasentana menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku sudah menjadi sangat
berdebar-debar" "Kami mengerti" jawab salah seorang diantara mereka
"karena itu kami merasa wajib untuk segera memberikan ketenangan kepada Ki
Wirasentana" Ternyata kedua orang itu tidak tergesa-gesa menyampaikan sesuatu. Mereka sempat
menunggu minuman hangat dan beberapa potong makanan, sebelum mereka menyampaikan
pesan dari Raden Panji, sehingga Ki Partija Wirasentana menjadi tenang.
Baru setelah meneguk minuman hangat, dan makan
beberapa potong makanan, salah seorang dari mereka berkata
"Baiklah Ki Wirasentana. Kami memang membawa pesan dari Raden Panji
Prangpranata" Ki Partija mengangguk-angguk, sementara utusan itu berkata selanjutnya "Utusan
yang kemarin datang kemari, telah memberikan laporan kepada Raden Panji. Semua
keterangan yang diberikan telah diterima Raden Panji dengan hati-hati.
Karena persoalannya menyangkut seorang perempuan yang akan menjadi isterinya"
Ki Partija Wirasentana masih mengangguk-angguk.
Sedangkan utusan itu melanjutkan "Ternyata Raden Panji kemudian mengambil
kesimpulan, bahwa segala sesuatunya harus dipercepat pelaksanaannya. Apalagi
ketika utusan yang datang sebelum kami itu melaporkan bahwa Mas Rara benar-benar
sudah menjadi dewasa penuh. Ketika kemarin utusan itu melihat latihan yang
dilakukan Mas Rara, ia mengambil http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesimpulan, Mas Rara sudah pantas melaksanakan perkawinan dengan Raden Panji
Prangpranata" Ki Partija Wirasentana menarik nafas dalam-dalam.
Sedangkan utusan itu masih berkata "Peristiwa yang terjadi atas Mas Rara, sangat
mengejutkan Raden Panji. Bagi Raden Panji, kurang pantas jika bakal isterinya
masih harus pergi ke sawah mendukung bakul berisi makanan, untuk mengirim
ayahnya. Apakah tidak ada orang lain yang dapat
melakukannya?" Ki Partija mengangguk kecil sambil berkata "Aku minta maaf.
Tolong, sampaikan pada Raden Panji. Aku tidak mengira bahwa suatu saat Mas Rara
akan bertemu harimau. Bagiku, seorang gadis harus dapat melakukan pekerjaan yang
memang harus dilakukannya. Ia tidak boleh menjadi manja, meskipun ia sudah pasti
akan menjadi isteri seorang pemimpin yang berkuasa. Jika ia menjadi manja, ia
tidak akan dapat menjadi seorang isteri yang baik"
Utusan Raden Panji itu tersenyum sambil menjawab "Maksud Ki Partija memang baik.
Tetapi yang telah terjadi itu mencemaskan hati Raden Panji. Karena itu, selagi
peristiwa seperti itu belum terulang, biarlah segala sesuatunya segera
diselesaikan" "Maksud Raden Panji?" bertanya Ki Partija Wirasentana.
"Ki Partija" berkata utusan itu "Raden Panji akan segera menyelesaikan segala
macam upacara yang harus dilakukan.
Raden Panji dalam akhir pekan ini akan mengirim utusan resmi untuk menyerahkan
mas kawin bagi Mas Rara"
"Akhir pekan ini?" Ki Partija Wirasentana terkejut "begitu cepat?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya. Sebulan kemudian, perkawinan diselenggarakan.
Keterangan utusan kemarin, Ki Partija menyerahkan kepada kebijaksanaan Raden
Panji, apakah perkawinan itu akan diselenggarakan di sini atau di rumah Raden
Panji. Ternyata Raden Panji mengambil keputusan, perkawinan
diselenggarakan di rumah Raden Panji. Karena itu, agar segala persiapan dapat
diselenggarakan dengan baik, setelah upacara penyerahan mas kawin, pertengahan
bulan, Mas Rara akan dijemput dan dibawa ke rumah Raden Panji. Mas Rara akan
mengalami pingitan setengah bulan. Memang terlalu pendek, karena seharusnya
pingitan berlangsung empatpuluh hari empat puluh malam. Tetapi Raden Panji


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menganggap bagi Mas Rara tidak perlu. Segala sesuatunya dilakukan karena rasa
cemas, akan terjadi lagi sesuatu yang bisa mencelakai Mas Rara" berkata utusan
itu. Ki Partija termangu-mangu sejenak. Kemudian ia berdesis
"Kenapa begitu tergesa-gesa" Aku kira tidak setiap saat ada harimau keluar dari
hutan. Apalagi sejak peristiwa itu terjadi, Mas Rara tidak pernah lagi pergi ke
sawah mengirim makanan"
"Tetapi apakah Ki Partija Wirasentana mempunyai alasan bahwa waktu sebulan itu
terasa terlalu pendek?" Bukankah segala sesuatunya akan dilakukan di rumah Raden
Panji" Sejak sekarang Raden Panji sudah menugaskan orang untuk melakukan apa
saja yang penting bagi perkawinan agung itu.
Rumah Ki Tumenggung sudah mulai dibenahi. Bahkan sampai dinding halaman pun
telah diperbaiki dan dibersihkan. Setiap hari tidak kurang dari lima orang
bekerja keras membersihkan rumah, beserta halaman dan kebun belakang" berkata
utusan itu. Ki Partija hanya dapat mengangguk-angguk. Jika segala sesuatunya dilakukan di rumah Raden Panji, ia tidak mempunyai alasan waktu itu terlalu pendek.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena itu, Ki Partijapun berkata "Terserah kepada Raden Panji. Apapun yang
diperintahkan, akan kami lakukan dengan sebaik-baiknya"
"Sukurlah" berkata orang itu "utusan yang kemarin datang juga mengatakan, Ki
Partija menyerahkan segala sesuatunya pada Raden Panji"
Ki Partija mengangguk-angguk. Ia memang tidak bisa berbuat lain daripada
mengiakan segala pesan Raden Panji Prangpranata.
Namun kemudian utusan itu berpesan "Ki Partija. Selain itu semua, Ki Partija
diminta menahan dua orang anak muda yang telah menolong Mas Rara agar tidak
meninggalkan tempat ini. Raden Panji benar-benar merasa berhutang budi. Jika mereka mengaku pengembara,
maka mereka tentunya tidak
mempunyai batasan waktu sampai kapan harus kembali pulang.
Diharap mereka dapat ikut menghadap Raden Panji saat Mas Rara dijemput kelak"
Ki Partija Wirasentana mengangguk-angguk. Namun
kemudian katanya "Tetapi sebaiknya Ki Sanak berbicara langsung dengan mereka.
Mereka tentu akan lebih memperhatikan pesan itu daripada aku yang mengatakannya"
"Baiklah. Aku akan bertemu dengan mereka. Selama
keduanya berada di sini, semua biaya hidupnya ditanggung Raden Panji" berkata
utusan itu. "Ah, bukan begitu" berkata Ki Partija "mereka tidak memerlukan apa-apa kecuali
makan. Dan itu tidak seberapa.
Apalagi keduanya sebaya dengan anakku, sehingga mereka merasa mempunyai kawan
seimbang di sini" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jangan segan-segan" berkata utusan itu "meskipun hanya makan dan minum, tetapi
mereka akan berada di sini kira-kira setengah bulan"
"Bukan apa-apa" jawab Ki Partija "terima kasih atas perhatian Raden Panji. Untuk
makan dua orang, aku tidak merasa keberatan"
Sebelum utusan itu menjawab, Ki Partija Wirasentana telah mendahuluinya "Maaf Ki
Sanak. Aku akan memanggil anak-anak itu"
Sejenak kemudian, Manggada dan Laksana telah menghadap utusan Raden Panji
Prangpranata, untuk mendengarkan permintaan Raden Panji.
Setelah usai, Manggada dan Laksana saling berpandangan.
Namun kemudian Manggada menjawab "Sebenarnya kami tidak ingin menetap di suatu
tempat untuk waktu terlalu lama.
Sebenarnya kami sudah harus sampai di rumah. Jika orang tua kami mengetahui
bahwa kami telah meninggalkan rumah paman tetapi belum sampai di rumah, mereka
akan gelisah" "Tetapi ini perintah Raden Panji Prangpranata" berkata utusan itu "tidak
seorangpun berwenang menolak perintahnya.
Apalagi perintah kepada kalian berdua mengandung
kemungkinan menguntungkan bagi kalian. Setidak-tidaknya, secara pribadi, Raden
Panji dapat mengucapkan terima kasih kepada kalian"
"Yang kami lakukan tidak lebih dari kewajiban terhadap sesama" berkata Manggada.
"Tidak ada alasan apapun juga" berkata utusan itu sambil tertawa. Katanya
kemudian "Seharusnya kalian berdua berterima kasih karena mendapat perhatian
khusus dari Raden Panji Prangpranata. Sebaiknya kalian menyesuaikan diri dengan
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keinginannya. Jika kalian tidak meneputi perintahnya, Raden Panji akan marah,
meskipun semula ia berniat mengucapkan terima kasih pada kalian"
"Anak-anak muda" berkata Ki Partija Wirasentana kemudian
"aku minta kalian bersedia. Seperti yang dikatakan utusan Raden Panji, untuk
kepentingan apapun Raden Panji tidak ingin perintahnya ditentang. Sebaiknya,
kalian berdua tetap tinggal di sini sampai Raden Panji menjemput Mas Rara untuk
dibawa ke rumahnya, menjelang perkawinan agung itu"
Manggada dan Laksana termangu-mangu. Namun kemudian Manggada berkata "Baiklah.
Jika kami memang harus menunggu, kami akan menunggu"
"Terima kasih" berkata Ki Partija Wirasentana "Wirantana tentu akan senang
mendengar keputusanmu. Ia akan
mendapat kawan yang sebaya di rumah ini"
Demikianlah, Manggada dan Laksana kemudian
meninggalkan pendapa. Kedua utusan itu masih berbincang beberapa lama. Namun
kemudian keduanya minta diri untuk segera kembali,
"Begitu cepat?" bertanya Ki Partija "aku kira Ki Sanak berdua akan bermalam.
Bukankah Ki Sanak hampir semalam
menempuh perjalanan, karena menjelang tengah hari KiSanak sampai di sini"
Namun seorang diantara mereka menjawab "Kami masih akan singgah di rumah seorang
kadang. Kami akan bermalam di sana. Besok pagi-pagi kami akan menempuh
perjalanan kembali" Keduanya tidak dapat ditahan-tahan lagi, dan kemudian meninggalkan rumah Ki
Partija Wirasentana. Namun demikian http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih meninggalkan pesan, agar kedua orang anak muda itu benar-benar tidak
meninggalkan rumah Ki Partija Wirasentana.
Karena itulah, Ki Partija benar-benar minta agar Manggada dan Laksana tidak
meninggalkan rumahnya. "Kita tidak dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Raden Panji jika kita
menolak perintahnya" berkata Ki Partija Wirasentana. Lalu katanya pula "Meskipun
seandainya angger berdua telah jauh, Raden Panji akan memerintahkan orang-
orangnya untuk melacak sampai kalian berdua ditemukan.
Selain itu, aku pun agaknya akan menemui kesulitan"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sebenarnya mereka tidak menjadi takut
diancam akan dilacak sampai ke manapun. Mereka sadar, bahwa kekuasaan Raden
Panji ada batasnya. Keduanya merasa dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dari
jangkauan tangan para pengikut Raden Panji.
Tetapi jika yang kemudian mengalami kesulitan adalah Ki Partija, maka
persoalannya akan berbeda.
Karena itu, kedua orang anak muda itu terpaksa menunggu untuk waktu yang lama.
Sampai saatnya Mas Rara dijemput.
Mereka berdua agaknya harus ikut bersama orang-orang yang menjemput Mas Rara
itu, menghadap Raden Panji.
"Orang yang aneh" berkata Manggada "orang itu memaksa memberikan hadiah kepada
orang lain, dengan mengancam"
"Kita tidak dapat menolak, justru karena kita mengingat keselamatan Ki Partija
Wirasentana" berkata Laksana.
Manggada mengangguk-angguk. Mereka memang tidak
mempunyai pilihan lain. Untunglah di rumah itu ada anak muda yang hampir sebaya dengan mereka. Anak Ki
Partija Wirasentana sendiri, sehingga mereka dapat bergerak lebih bebas. Bersama
Wirantana, http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tidak merasa berada dalam tahanan, karena mereka di pagi hari telah ikut
ke sawah. Mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Wirantana, membantu Ki
Partija Wirasentana. Tetapi Mas Rara tidak lagi mengirimkan makanan ke sawah.
Pekerjaan itu kemudian dilakukan oleh orang lain. Seorang laki-laki muda
pembantu Ki Partija. Ternyata Manggada dan Laksana juga terampil bekerja di sawah. Mereka telah
terbiasa melakukannya, di samping kebiasaan mereka memasuki hutan untuk berburu
binatang. Manggada dan Laksana menjadi semakin akrab dengan Wirantana. Karena Wirantana
baru saja pulang dari sebuah perguruan, maka mereka sempat berlatih bersama.
Meskipun Wirantana belum mencapai tataran sebagaimana Manggada dan Laksana,
namun perbedaan itu hanyalah selapis tipis. Pada saat-saat tertentu, mereka
mampu berlatih dengan baik. Di sore hari, jika tidak ada pekerjaan di sawah,
atau bahkan di malam hari.
Dengan latihan-latihan itu, mereka bertiga mampu
mungembangkan kemampuan mereka masing-masing.
Manggada dan Laksana yang mempunyai dasar unsur-unsur ilmu yang berbeda dari
Wirantana, dapat saling mengambil keuntungan dari perbedaan itu. Anak-anak muda
yang masih ingin berkembang itu, telah berusaha menemukan sesuatu yang dapat
memperkaya unsur-unsur gerak mereka masing-masing.
Namun atas usul Wirantana, mereka selalu menyembunvikan kemampuan mereka yang
sebenarnya dari pamannya, Ki Resa.
"Kenapa?" bertanya Manggada.
"Entahlah" jawab Wirantana "aku tidak tahu, kenapa aku tidak begitu yakin akan
niat baik paman. Paman selalu mencela http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sikap ayah. Meskipun mungkin paman benar, tetapi cara yang ditempuh oleh paman,
terasa agak kurang mapan"
"Bukankah Ki Resa itu adik ayahmu?" bertanya Laksana.
"Ya. Tetapi umur mereka terpaut banyak. Ayah adalah anak sulung, sedang paman
Resa anak bungsu. Diantara mereka, masih ada dua orang saudara ayah. Seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Sebenarnya empat, Tetapi dua orang meninggal di
saat mereka sedang tumbuh. Kedua-duanya perempuan" jawab Wirantana.
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Namun
Laksana kemudian bertanya "Pamanmu tidak setuju bahwa Mas Rara akan menjadi
isteri Raden Panji" "Ya. Itu jelas. Paman selalu menuduh ayah menjual anak gadisnya. Namun
seharusnya paman juga mempertimbangkan kekuasaan Raden Panji. Sementara itu, aku
tidak melihat akibat buruk pada Mas Rara sampai saat ini" jawab Wirantana.
Tetapi ia pun berkata selanjutnya " Namun aku kadang kadang melihat Mas Rara
merenung. Aku tidak tahu sebabnya. Agaknya hal yang satu ini disembunyikannya
rapat-rapat, meskipun dalam hal lain, Mas Rara selalu terbuka padaku. Tetapi
sebagai seorang gadis, Mas Rara memang tidak banyak pilihan.
Terutama tentang jodohnya"
"Sepekan lagi, akan datang utusan Raden Panji untuk memberikan Mas Kawin kepada
Mas Rara" desis Laksana.
"Tiga hari lagi" sahut Wirantana "dua hari telah lewat.
Karena itu ayah sudah bersiap-siap untuk menerima utusan itu"
Wirantana berhenti sejenak, lalu "Tetapi nampaknya paman menjadi semakin jauh
dari ayah" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara Wirantana berkata selanjutnya
"Telah dua hari paman tidak kembali"
"Apakah pamanmu mempunyai rumah yang lain?" bertanya Manggada.
"Ya. Paman memang mempunyai rumah sendiri. Warisan yang diterima dari kakek,
sebagaimana ayah. Tetapi paman memang sering berada di sini" jawab Wirantana.
"Apakah pamanmu belum berkeluarga?" bertanya Laksana.
Wirantana termangu-mangu. Katanya dengan nada dalam
"Ada sudah lama pergi dari rumah. Baru beberapa saat aku berada kembali diantara
keluargaku. Karena itu, aku tidak tahu dengan jalan apa yang telah terjadi
dengan paman, serta keluarganya. Namun menurut pendengaranku, paman memang
pernah kawin" "Pernah kawin?" bertanya Laksana.
"Ya. Tetapi aku tidak tahu jelas, kenapa paman sekarang sendiri" jawab
Wirantana. Manggada dan Laksana tidak bertanya lebih jauh. Agaknya Wirantana bukan saja
tidak banyak mengetahui tentang pamannya, tetapi ia pun agak segan untuk
menceriterakannya. Demikianlah, Ki Partija Wirasentana bersama keluarganya menjadi sibuk ketika
hari yang ditentukan menjadi semakin dekat. Ki Partija merasa perlu untuk
menyediakan penginapan bagi para utusan itu. Jika mereka menempuh perjalanan di
siang hari, maka para tamu yang akan membawa mas kawin itu harus bermalam di
padukuhan Nguter. Karena itulah, Ki Partija membersihkan kedua gandok rumahnya. Manggada dan
Laksana, bersama Wirantana. berada http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di balik belakang, Bahkan Ki Partija telah meminjam rumah di depannya, untuk
disediakan pula sebagai penginapan, karena rumah. itu juga memiliki gandok kiri
kanan yang memadai. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu datang. Seluruh keluarga Ki Partija
diminta bersiap menyambut utusan. Ki Resa yang pergi telah kembali. Bahkan ia
tidak menolak ketika Ki Partija memanggilnya untuk ikut menerima tamu yang akan
datang. Ki Partija Wirasentana juga minta beberapa orang tua untuk ikut menerima
utusan Raden Panji, yang akan datang untuk menyerahkan mas kawin.
Tetapi karena Ki Partija tidak tahu waktu yang tepat saat kedatangan utusan itu,
maka di hari kelima, sejak menjelang tengah hari, beberapa orang telah bersiap-
siap menyambutnya. Jika mereka berangkat di malam hari, maka mereka akan Mampai di sini menjelang
tengah hari, seperti utusan yang datang sepekan lalu" berkata Nyi Partija.
Mereka tidak akan menempuh perjalanan semalam suntuk, karena mereka membawa mas
kawin. Meskipun kita mendapat mas kawin berlebihan bahkan tanpa mas kawinpun
kita tidak akan berkeberatan, namun betapapun kecilnya, mas kawin itu tentu akan
menarik perhatian. Terutama bagi orang yang berniat jahat" sahut Ki Partija
Wirasentana. Isterinya mengangguk-angguk. Namun bagaimanapun juga, mereka telah
bersiap untuk menerima tamu utusan Raden Panji Prangpranata.
Ternyata KI Partija dan orang-orang yang telah bersiap di pendapa harus menunggu
sampai sore hari. Ketika matahari menjadi semakin rendah, orang yang ditugaskan
oleh Ki Partija Wirasentana mengamati kedatangan utusan itu di mulut lorong
padukuhan, telah berlari-lari untiik menyampaikan laporan, http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahwa sebuah iring-iringan telah nampak di bulak, di sebelah padukuhan.
"Apakah mereka itu utusan Raden Panji?" bertanya Ki Partija Wirasentana.
"Entahlah. Tetapi mereka berlima, dan dua ekor kuda tanpa penunggang. Agaknya
dua ekor kuda itu membawa beban"
jawab orang yang mengamati jalan bulak itu.
Ki Partija hampir memastikan bahwa mereka itulah utusan Raden Panji. Karena itu,
orang-orang yang berada di pendapa itupun telah bersiap-siap menyambut tamu-tamu
mereka. Sebenarnyalah bahwa lima orang itu adalah utusan Raden Panji, yang harus membawa
mas kawin untuk orang tua Mas Rara.
Kelima orang itu kemudian diterima dengan sangat hormat oleh Ki Partija dengan
keluarganya. Bahkan Ki Resa pun ikut menerima mereka. Sikapnya berubah sama
sekali. Ia tidak lagi berwajah muram. Marah-marah dengan menuduh kakaknya telah
menjual anak gadisnya. Dengan sikap yang ramah. Ki Resa ikut menerima utusan
Raden Panji di pendapa. Wirantana, Manggada dan Laksana sempat memperhatikan sikap Ki Resa. Bahkan
Wirantana sempat berdesis "Sikap paman agak berbeda dari kebiasaannya. Ketika
Utusan yang terdahulu datang, paman sama sekali tidak mau ikut menerima.
Tetapi sekarang paman nampak bersikap baik"
Manggada mengangguk-angguk. Katanya "Mungkinsesuatu telah berkembang di dalam
dadanya" Wirantana mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak berbicara lagi. Bahkan ia menjadi
tegang, menyaksikan pertemuan yang diliputi kegembiraan sangat besar itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejenak kemudian, hidanganpun disuguhkan. Sambil
berbincang dan tertawa-tawa, mereka menghirup minuman hangat, dan mencicipi
beberapa potong makanan. Namun sebenarnyalah, bahwa utusan yang datang itu tidak sebagaimana dibayangkan
oleh Ki Partija. Ia menyangka bahwa utusan yang datang adalah orang-orang tua
yang akan menyampaikan mas kawin dengan berbagai macam upacara adat. Diantara
mereka tidak ada seorang perempuanpun.
Hanya lima orang yang berpakaian sebagai pelayan dalam di rumah Raden Panji
Prangpranata. Meskipun demikian, orang tertua diantara mereka telah menggenapi adat itu. Ia
merupakan utusan dan sekaligus mewakili orang-orang tua yang datang dengan resmi
untuk melamar Mas Rara, dengan menyerahkan Mas Kawin. Kelima orang itupun
kemudian mengambil mas kawin yang harus diserahkan. Tidak seperti biasanya,
berupa sanggan dan pakaian sepengadeg, diiringi dua atau tiga buah jodang berisi
makanan, disamping sejumlah uang. Yang dibawa kelima orang utusan itu membuat Ki
Partija tercengang. Agaknya Raden Panji ingin menyelesaikan upacara itu tanpa mengikuti urutan adat.
Ia begitu saja menyerahkan sejumlah uang yang nilainya tidak pernah dibayangkan
oleh KI Partija Wirasentana. Lima kampil berisi kepingan-kepingan uang.
Diantaranya kepingan uang perak dan emas. Selain itu, Raden Panji juga
mengirimkan pakaian lima pangandeg. Yang tidak pernah diduga sebelumnya adalah,
Raden Panji telah menyerahkan pula perhiasan sepengandeg. Centhung, tusuk konde,
cunduk montul, kalung, subang, cincin, peniti renteng, bahkan pendhing. Semuanya
dari emas dengan tretes permata.
Ki Partija Wirasentana tercenung beberapa saat. Yang dihadapinya itu seolah-olah
sebuah mimpi ajaib. Karena itu. Ki Partija terkejut ketika yang tertua diantara
kelima orang itu http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata "Semua yang dikirimkan Raden Panji telah kami serahkan. Dengan sengaja
kami menunjukkan semuanya ini dihadapan saksi, sehingga jika Raden Panji
menanyakannya, tidak akan ada selisihnya. Memang kami tidak menganut adat yang
seharusnya berlaku dalam upacara asok tukon. Kami tidak disertai orang-orang tua
laki-laki dan perempuan. Tidak pula membawa sanggan dan jodang. Semua itu
dilakukan Raden Panji karena keadaan. Jarak yang panjang, serta waktu yang
terasa sempit" Ki Partija Wirasentana mengangguk dalam-dalam. Dengan nada rendah, ia berkata
"Ki Sanak. Apa yang diberikan oleh Raden Panji Prangpranata kepada keluarga
kami, sudah terlalu banyak, Bahkan kami tidak tahu, bagaimana menghitung semua
itu. Adapun mengenai upacara berdasarkan adat, kami sama sekali tidak merasa
terlampaui. Jika ada perbedaan dari kebiasaan yang berlaku, hanyalah sekadar
laku. Bukan isi dari upacara itu. Karenanya, kami mengucapkan beribu terima
kasih tidak hanya satu dua kali. Tetapi berkalikali dan setiap saat"
Kelima orang utusan itu tertawa. Yang tertua diantara mereka berkata "Yang
diberikan kepada Mas Rara memang sangat banyak. Itu jika dihitung dengan angka
yang kita kenal. Tetapi tentu tidak bagi Raden Panji Prangpranata, karena Raden Panji memiliki
jauh lebih banyak dari yang kita duga"
Ki Partija Wirasentana mengangguk-angguk. Demikian pula Ki Resa, yang juga
menjadi sangat heran melihat barang-barang berharga sekian banyaknya.
Namun pembicaraan itu terputus ketika para pelayan menghidangkan makan yang
memang sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Nasi maupun lauk pauknya masih
hangat. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata kelima orang utusan itu juga tidak mempergunakan basa basi, sebagaimana
Raja Pedang 2 Kuda Kudaan Kumala Seri Oey Eng Burung Kenari Karya Siau Ping Memanah Burung Rajawali 10
^