Pencarian

Manusia Srigala 18

Manusia Srigala Karya Can I D Bagian 18


Ketika semua orang berpaling, tampak Huan Li ji telah
menghadang jalan pergi Makhluk tua sembilan cacad.
Dua menusia jelek dari Szuchuan merasa tak lega hati
melihat kejadian tersebut, dengan cepat dia melompat ke
depan serta berjaga-jaga di kedua belah sisi nona kecil itu.
Menantu bermuka jelek Huan Sim segera berseru :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak Li cepat mundur dulu, biar aku yang memberesi
siluman tua ini." Huan Li ji segera tertawa.
"Kau tak usah kuatir ayah ku dan paman jie-ok cukup
berdiri di samping arena saja sambil melindungiku, jangan
biarkan siluman tua ini kabur dari sini. Dia tak akan menahan
seratus jurus serangan ku."
Tampak Makhluk tua sembilan cacad telah sadar bahwa
mustahil baginya untuk me loloskan diri dari situ, dia segera
mengeluarkan sisa tulang kelabang langit itu, kemudian
berseru sambil tertawa seram :
"Heeeehh, heeeeh, heeeh budak busak, kau anggap aku
benar-benar takut kepada mu?"
"Mengapa tidak kita selesaikan dengan pertarungan saja?"
tantang Huan Li ji. "Baik!" Tiba-tiba si Makhluk tua sembilan cacad itu membalikkan
badan sambil me loloskan sepasang alat penyumpit dari
kelabang langit, kemudian sambil membalikkan badan ia
terjang Huan Li ji secara ganas.
Gerakan yang dilakukan oleh siluman tua itu benar-benar
amat cepat, di antara hembusan angin berbau am is dan
pancaran darah berbau anyir, dia menyerang lawannya secara
garang. Menghadapi bau busuk tersebut, Huan Li ji tetap berdiri tak
bergerak di tempat semula, sebaliknya dua manusia jelek dari
Szuchuan segera mengundurkan diri sejauh satu kaki lebih
dari posisi semula. Huan Li ji sama sekali tidak takut menghadapi alat
penyumpit dari kelabang langit, diiringi bentakan nyaring
pedangnya diayunkan ke depan melancarkan sebuah tusukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kilat, sementara pergelangan tangan kanannya kembali
digetarkan, dengan jurus 'menyingkap awan me lihat matahari'
dia lepaskan lagi sebuah tusukan kilat ke dada lawan.
Makhluk tua sembilan cacad segera berteriak penuh
amarah : "Budak setan, cepat serangan pedangmu!"
Di tengah teriakan keras tubuhnya bergerak mundur sambil
berputar kencang untuk me loloskan diri dari ancaman
tersebut, menyusul kemudian dia merendahkan badan ambil
memutar senjatanya melancarkan serangan balasan.
Huan Li ji tertawa dingin, dengan jurus 'membendung
sungai mencegat rembulan' dia serang senjata lawan sambil
mendesak lebih ke muka. "Hendak kabur kemana kau?" bentak Huan Li ji dengan
suara keras. Ia menerjang pula ke depan secara kalap, sehingga dalam
waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam suatu
pertarungan yang amat seru.
Di pihak lain pertarungan antara Sik Tiong Giok melawan
Sastrawan bisu tuli pun sudah berlangsung dengan serunya.
Sik Tiong Giok dengan pedangnya berulang kali
melancarkan serangkaian serangan dahsyat yang ditujukan ke
bagian-bagian yang mematikan di tubuh lawan.
Sebaliknya ilmu silat yang dimiliki Sastrawan bisu tuli pun
amat dahsyat, ruyung lemasnya diputar sedemikian rupa
untuk membungkus diri dalam suatu pertahanan yang ketat.
Beberapa kali ia kena terdesak hingga berada di bawah
angin, tapi setiap kali berhasil diimbangi kembali dengan jurus
yang hebat di luar dugaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertarungan sengit yang berlangsung saat ini boleh dibilang
merupakan pertarungan yang terseru selama puluhan tahun
terakhir ini. Para pendekar yang menonton jalannya pertarungan ini
menjadi lupa diri, lambat laun mereka bergerak lebih ke depan
sehingga akhirnya mengurung mereka berdua di tengah
arena. Sastrawan bisu tuli yang menyaksikan kejadian ini menjadi
amat terkejut, dia sadar apabila ia gagal mengungguli Sik
Tiong Giok pada hari ini, maka sulit baginya untuk meloloskan
diri. Berpikir sampai disitu, tiba-tiba ia menghimpun kembali
semangatnya dan memutar ruyung lemas itu sedemikian rupa
menyerupai hujan badai yang menyerang tiada hentinya.
Bersamaan dengan waktunya dia menggerakkan pula
telapak tangan kirinya yang dikombinasikan dengan deruan
angin serangan dari ayunan ruyung untuk menyerang Sik
Tiong Giok secara gencar dan hebat.
Sik Tiong Giok yang menjumpai serangan gencar dari
lawannya dengan cepat dapat menduga kalau pihak lawan
berusaha untuk meraih kemenangan secepatnya, satu ingatan
segera melintas lewat dan dia pun mengembangkan
permainan jurus pedangnya secara menghebat. Hanya saja ia
telah merubah taktik pertempuran dengan suatu pertarungan
bergerilya, tentu saja tujuannya untuk menguras tenaga lawan
sampai habis, disamping itu diapun memanfaatkan setiap
kesempatan yang ada untuk melancarkan serangan balasan.
Bagi orang jago yang ahli dalam sekilas pandangan saja orang
akan tahu bahwa Sik Tiong Giok sudah memegang posisi yang
lebih menguntungkan, sekarang ia mengikuti lawannya
dengan sikap tenang, bila hal ini berlangsung lama, pada
akhirnya Sastrawan bisu tuli lah yang akan menderita
kekalahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sastrawan bisu tuli sebagai seorang yang berpengalaman
luas, tentu saja menyadari akan keadaan tersebut, ia tahu bila
keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung lebih lama,
tenaga dalam yang hilang pasti akan bertambah banyak,
dengan sendirinya tindakan semacam ini bukan suatu tindakan
yang baik. Akan tetapi keadaannya sekarang ibarat menunggang di
punggung harimau, apabila ia mengendorkan serangannya,
niscaya keadaan akan bertambah runyam.
Dalam keadaan begini, terpaksa ia harus menyerang
dengan sepenuh tenaga dan berusaha mencari kemenangan
dengan menyerempet bahaya, bisa dibayangkan betapa
dahsyat dan gencarnya serangan yang dilancarkan kemudian.
Sekilas pandangan, tubuh Sik Tiong Giok seakan-akan
sudah terkurung di bawah bayangan ruyung serta angin
pukulannya, padahal pemuda itu masih dapat menghadapi
lawannya dengan santai. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung
ratusan jurus, lambat laun si Sastrawan bisu tuli mulai tak
sanggup menahan diri lagi.
Mendadak timbul niat jahatnya, dengan memanfaatkan
kesempatan di saat memutar badannya, diam-diam ia
merogoh segenggam pasir baja dan menggunakan peluang di
saat melancarkan serangan, ia lepaskan sebuah bacokan
maut. Dengan mengerahkan tenaga dalamnya, dia telah
menghisap pasir besi itu sehingga menempel pada telapak
tangannya. Sik Tiong Giok jadi tertegun ketika menyaksikan telapak
tangan lawan yang dipakai untuk melancarkan serangan itu
berubah jadi hitam pekat, diam-diam pikirnya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan Sastrawan bisu tuli melatih semacam ilmu
pukulan beracun..." Berpikir sampai disitu, pedangnya segera diayunkan ke
atas, dia menghindarkan diri dari serangan ruyung musuh
kemudian sambil membalikkan badan, ia tusuk telapak tangan
lawan dengan menggunakan ujung pedangnya.
"Aaaah...!" Tiba-tiba Sastrawan bisu tuli menjerit aneh, telapak
tangannya segera diayunkan ke depan dan segulung pasir besi
memancar ke tubuh lawan dengan hebatnya.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok memutar pedangnya untuk
melindungi seluruh badan, semua pasir besi yang datang
menyerang kontan jatuh berhamburan kemana-mana.
Akan tetapi Sastrawan bisu tuli telah menduga bahwa
serangan pasir besinya tak akan mampu melukai Sik Tiong
Giok, dia pun telah menduga kalau Sik Tiong Giok tentu akan
memutar pedangnya untuk menahan serangant sb.
Maka dari itu setelah menghamburkan pasir besinya tadi,
ruyung lemasnya langsung diayunkan ke depan, sebelum jurus
serangan itu berakhir di tengah jalan ia merubah lagi jurus
serangannya dengan menggetarkan ekor ruyung ke atas serta
melilit pedang anak muda tersebut.
Lalu sambil kerahkan seluruh tenaga yang dimilikinya,
kembali dia berteriak aneh :
"Aaah...!" Teriakan aneh tersebut seolah-olah berarti menyuruh Sik
Tiong Giok melepaskan genggamannya.
Sik Tiong Giok tidak menduga sampai kesitu, tahu-tahu saja
ia merasa ada tenaga besar yang membetot tangannya.
Padahal dalam saat yang bersamaan dia harus
menghindarkan diri dari sergapan pasir besi, ini berarti tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalamnya tidak mungkin bisa dihimpun seutuhnya, tak kuasa
lagi kelima jari tangannya segera mengendor.
Sekilas cahaya tajam berkelebat lewat, tahu-tahu
pedangnya sudah terlepas dari genggaman.
Tak terlukiskan rasa terkejut Sik Tiong Giok menghadapi
kejadian tersebut, cepat-cepat dia mundur selangkah ke
belakang, kemudian telapak tangan kanannya didorong ke
depan melancarkan sebuah pukulan yang dahsyat.
Sastrawan bisu tuli sangat gembira karena keberhasilannya
merampas pedang lawan, sambil berpekik aneh, ia bersiap-
siap menghajar tubuh Sik Tiong Giok dengan ruyung serta
pedang hasil rampasan. Tapi dia tak menyangka kalau Sik Tiong Giok dapat
melancarkan serangannya secepat itu, tahu-tahu segulung
tenaga pukulan yang kuat telah menyergap datang serta
mengancam lima buah jalan darah penting di depan dadanya.
Dalam keadaan seperti ini, tentu saja ia harus
mengutamakan keselamatan jiwa sendiri, tiba-tiba lengannya
digerakkan ke atas. Siapa tahu belum juga pedang itu tergetar lepas kembali
segulung desingan angin tajam menyerang jalan darah kaku di
bawah sikutnya. Dalam gugup dan terdesaknya, ia segera membuang
senjata ruyungnya serta melompat mundur ke belakang.
Belum lagi kakinya mencapai permukaan tanah, angin
pukulan Sik Tiong Giok yang tak sempat menghajar tubuhnya
telah menggulung kedua macam senjata tersebut serta
membuangnya ke tengah angkasa.
Pada saat ini mereka berdua mempunyai pikiran yang
sama, siapa pun tak membiarkan lawannya merebut kembali
senjata andalan tersebut. Akibatnya untuk beberapa saat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka saling berpandangan tanpa bergerak barang sedikit
pun juga. Mendadak Sik Tiong Giok membentak keras :
"Beranikah kau beradu pukulan denganku?"
Sastrawan bisu tuli mengangguk berulang kali, lalu sambil
menjejakkan kakinya ke atas tanah, ia melejit setinggi lima
depan dan sepasang telapak tangannya diayunkan kembali
melepaskan serangkaian serangan yang gencar dan dahsyat.
Dalam pada itu, Huan Li ji dengan permainan pedangnya
telah berhasil mengurung Makhluk tua sembilan cacad serta
mendesaknya sampai berkaok-kaok keras.
Sayang sekali tenaga dalam yang dimiliki gadis cilik ini telah
memperoleh kemajuan sepuluh kali lipat daripada kemampuannya dua hari berselang, sekali pun siluman tua itu
berkaok-kaok keras, dia tak pernah berhasil menembusi kabut
pedang lawan. Mendadak terdengar suara jeritan kaget yang tinggi
melengking bergema memecahkan keheningan.
Para jago yang menonton jalannya pertarungan jadi
tertegun dan segera berpaling, tampak Sik Tiong Giok sedang
mengejar sesosok bayangan hitam yang sedang melarikan diri
diiringi suara pekikan penuh amarah.
Ternyata Sastrawan bisu tuli telah melakukan suatu
gerakan seakan-akan hendak beradu jiwa dengan Sik Tiong
Giok, siapa tahu dia justru mengarahkan suatu gerakan tubuh
yang sakti untuk menerjang ke arah Li Peng, lalu sete lah
mencengkeramurat nadi pada pergelangan tangan gadis
tersebut, dia segera kabur dari situ.
Peristiwa ini berlangsung sangat tiba-tiba, dan siapa pun
tidak menyangka kalau gembong iblis tersebut akan bertindak
selicik ini dengan membekuk sandera sebelum melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara semua orang masih diliputi perasaan kaget dan
tertegun, sekali lagi berkumandang datang jeritan ngeri yang
menyayat hati, di antara percikan darah segar yang
menyembur ke empat penjuru, Makhluk tua sembilan cacad
telah tewas dengan kepalanya terpisah dari badan.
Tanpa berpaling barang sekejap pun, Huan Li ji segera
berlarian meninggalkan tempat itu sambil berteriak keras :
"Engkoh Giok, tunggu aku sebentar..."
Bagaikan seekor burung nuri, dia terbang melintas di udara
dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Di belakang gadis tersebut menyusul pula si Rase sakti Li


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keng kiu yang melakukan pengejaran dengan amarah yang
meluap-luap. Sementara beberapa orang lainnya bermaksud menyusul
dari belakang, mendadak terdengar Siong hee lojin berseru
keras mencegah kepergian mereka.
"Kalian tak perlu repot-repot! B iar pun mereka yang terlibat
dari ikatan budi dan dendam untuk menyelesaikan sendiri
persoalannya, percuma kita turut campur dalam persoalan
ini." "Maksudmu Sastrawan bisu tuli adalah..."
Sebelum perkataan dari si kakek cebol berjalan di bawah
tanah selesai diucapkan, Siong hee lojin telah menukas :
"Benar, walaupun dia suka dengan perempuan, tapi hingga
kini masih berstatus perjaka, jangan kalian anggap dia benar-
benar bisu dan tuli, sesungguhnya dia tidak bisu ataupun tuli,
cuma rada kalap." "Aku tidak mengerti, kenapa ia harus berbuat demikian,"
tanya kakek naga langit dengan perasaan tidak mengerti.
"Orang yang sedih biasanya memang aneh tingkah
lakunya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Pek Im lojin,
buru-buru ujarnya : "Apakah dia adalah W i ong pia yang terjun ke dalam sungai
dari puncak tebing itu?"
Dengan wajah sedih Siong hee lojin segera mengangguk.
"Benar, Sik Tiong Giok sendiri tak lain adalah adik Kaisar
Tio pie, jadi mestinya dia T io Hui..."
oToAoHOOOdwokozo MENJELANG senja, di atas bukit Lau san tampak ada
bebeapa sosok bayangan hitam sedang saling berkejaran
dengan kecepatan tinggi, di bawah timpaan cahaya matahari
yang kemerah-merahan bayangan itu nampak berkilauan.
Orang-orang itu tak lain adalah Sik Tiong G iok yang sedang
mengejar si Sastrawan bisu tuli, di belakangnya mengikuti
Huan Li ji. Pelan-pelan langit pun menjadi gelap, pemandangan di
sekitar tempat itu pun mulai kabur dan samar-samar.
Sastrawan bisu tuli yang berusaha melarikan diri dari
pengejaran orang, selalu memilih jalan setapak yang sempit
dan berbahaya. Sebaliknya si pengejar berusaha keras menolong orang
yang tertawan dengan kecang mereka melakukan pengejaran
secara ketat. Mendadak dari depan situ berkumandang datang suara
pekikan yang amat keras. Baru saja suara pekikan itu bergema, dari s isi tebing segera
bermunculan belasan sosok bayangan hitam.
Sik Tiong Giok menjadi tertegun setelah menyaksikan
kejadian tersebut, diam-diam pikirnya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan ia telah mencapai sarangnya" Kalau tidak,
dari mana datangnya hantu-hantu sebanyak ini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba dari
empat penjuru berhembus lewat deruan angin topan yang
amat dahsyat, disusul kemudian tampak belasan sosok
bayangan hitam itu melakukan terjangan dengan hebatnya.
Cepat-cepat Sik Tiong Giok melompat mundur sejauh
beberapa kaki serta menyembunyikan diri dai balik sebuah
batu cadas, ketika ia mengintip keluar, tampaklah bayangan
hitam yang menerjang datang itu tak lain adalah belasan ekor
binatang yang berbentuk aneh.
Makhluk-makhluk aneh itu berwajah seperti kuda dengan
tubuh seperti beruang, rambutnya amat panjang dan
perawakannya tinggi kekar serta kelihatan buas sekali, di atas
kepalanya tumbuh sebuah tanduk tunggal, sepasang matanya
yang melotot besar kelihatan berwarna merah, keadaannya
sangat mengerikan. Dalam pada itu Huan Li ji telah menyusul pula ke situ,
sambil bersandar di sisi tubuh Sik Tiong Giok, tanyanya
dengan perasaan terkejut bercampur gugup :
"Engkoh Giok, binatang aneh apakah itu?"
"Apakah kau belum pernah menjumpainya" Binatang itu
disebut kuda beruang, merupakan hasil silangan dari kuda
dengan induk beruang, sifatnya buas dan ganas, dalam sekali
rentangan tangan, mereka mampu mencabik-cabik seekor
harimau ganas." "Sungguh tak nyana Sastrawan bisu tuli memiliki
kepandaian sehebat ini dengan berhasil menjinakkan binatang
buas tersebut dalam jumlah yang begini banyak, apa yang
harus kita lakukan sekarang?"
Sik Tiong Giok termenung sebentar, kemudian sahutnya :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau mempunyai keyakinan untuk menghadapi
seekor binatang buas di antaranya?"
"Sekali pun menghadapi dua tiga ekor sekaligus, rasanya
juga masih mampu, tapi kalau lebih dari itu, mungkin aku tak
sanggup." "Aku mempunyai sebuah cara yang bodoh, cara tersebut
kupelajari dari para pemburu ketika masih di bukit serigala
tempo hari," kata Sik Tiong Giok.
"Sudah pasti cara tersebut merupakan sebuah cara yang
hebat dan luar biasa."
"Tidak! Cara ku ini justru merupakan sebuah cara yang
sangat bodoh," Sik Tiong Giok kembali tertawa.
"Coba katakanlah!"
"Kita cukup membunuh seekor binatang di antaranya
kemudian dengan membopong bangkai binatang tersebut
terjun ke bawah tebing sekali pun tebing itu sangat dalam tapi
dengan bangkai binatang tersebut sebagai tameng tak nanti
tubuh kita akan terluka, kawanan kuda beruang itu pasti akan
membubarkan diri setelah me lihat kita terguling ke bawah
tebing nanti." Huan Li ji segera berkerut kening setelah mendengar
perkataan itu, pelan-pelan ujarnya :
"Aku rasa hal ini belum tentu bisa ku lakukan secara baik,
belum pernah aku melatih diri dengan kemampuan seperti
itu." "Tak menjadi soal, kau boleh meniru cara ku ini..."
Seraya berkata ia segera melompat keluar dari tempat
persembunyiannya. Baru saja tubuhnya mencapai permukaan tanah, seekor
binatang kuda beruang yang amat besar telah menerjang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hadapannya dengan kecepatan bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya. Sambil membentangkan sepasang lengannya lebar-lebar
dan mempersiapkan tanduk tunggalnya yang bersinar tajam ia
terkam Sik Tiong Giok secara ganas.
Walaupun terkaman dari binatang tersebut tidak diembel-
embeli dengan gerak tipu namun kedahsyatan dan
keganasannya sewaktu menerang tiba tak kalah dengan
kehebatan seorang jago silat yang memiliki tenaga dalam
amat sempurna. Sik Tiong Giok telah mempersiapkan diri secara baik-baik,
dengan mengeluarkan ilmu Ki na jiu hoat dari bukit serigala, ia
berteriak keras : "Adik Li, perhatikan baik-baik!"
Di tengah teriakan tersebut, sepasang telapak tangannya
segera diayunkan bersama-sama dari kiri dan kanan.
Binatang kuda beruang ini selain memiliki tenaga yang
berat, kulit tubuhnya pun tebal dan keras, tenaga serangan
berbobot tiga sampai lima ratus kati yang dilancarkan jago
persilatan biasa tak akan mampu melukai dirinya.
Akan tetapi tenaga pukulan yang dimiliki Sik Tiong Giok
jauh berbeda dengan kemampuan yang dimiliki kawanan umat
persilatan pada umumnya, dalam dua ayunan tangan saja,
serangan dahsyat itu sudah bersarang telak di dada binatang
tersebut. 'Bluuuk... bluukk!' Termakan oleh serangan yang maha dahsyat itu, binatang
aneh tadi menjerit keras, kepalanya segera ditandukkan, lalu
dengan menggunakan tanduk tunggalnya dia terjang dada Sik
Tiong Giok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan kejadian itu, cepat-cepat Sik Tiong Giok
mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam jari tangan, lalu
sambil merendahkan badannya meloloskan diri dari tandukan
binatang itu, tangannya segera disodorkan ke dalam perut
lawan. Setelah menderita luka parah untuk kedua kalinya,
binatang tersebut tak mampu menahan diri lagi, kembali ia
menjerit aneh dengan suara yang melengking.
Tanpa mencabut keluar jari tangannya, ia terjang kembali
binatang tadi dengan tumbukan bahunya, hal ini membuat
binatang tadi tertumbuk sejauh dua kaki lebih dari tempat
semula. Memanfaatkan kesempatan tersebut, Sik Tiong G iok segera
menyambar pinggang binatang tadi dan dibawanya terjun ke
bawah tebing jurang. Huan Li ji mengikuti kejadian tersebut dengan jelas,
dengan cepat dia munculkan diri serta membinasakan seekor
binatang lainnya, setelah itu dengan bangkai binatang itu
sebagai penahan badan, ia terjun pula ke dalam jurang.
Sementara itu, Sastrawan bisu tuli yang berhasil menahan
pengejaran Sik Tiong Giok dengan barisan binatang kuda
beruangnya, dengan cepat mempercepat langkahnya menelusuri jalan setapak menuju ke kanan, tak lama
kemudian ia sudah tiba di dalam sebuah lembah.
Ketika ia menundukkan kepalanya memperhatikan Li Peng
yang berada dalam bopongannya, ternyata gadis itu sudah
pingsan saking kagetnya. Sastrawan bisu tuli segera tertawa dengan suara rendah,
tiba-tiba dengan wajah berubah ia memandang ke depan situ.
Dari balik pepohonan yang lebat, tampak setitik cahaya api
memancar keluar dari balik kegelapan.
Tanpa terasa dia pun berpikir dengan perasaan terkesiap :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aneh, sudah berpa hari aku tak pernah pulang, kenapa
dalam rumah bisa muncul cahaya api?"
Berpikir sampai disitu, dia segera mempercepat larinya
maju ke depan. Di kaki bukit terdapat sebuah bangunan rumah yang
terbuat dari batu, dari balik cealh batu itu memancar keluar
setitik cahaya lentera. Sambil mendekati bangunan rumah itu, Sastrawan bisu tuli
mencoba untuk mengintip ke dalam dan ingin tahu s iapa yang
telah bersembunyi dalam rumahnya.
Mendadak... 'Tooook, toook, toook...'
Suara bok hi yang dipukul bergema nyaring dari balik
ruangan. Dengan perasaan tertegun Sastrawan bisu tuli segera
berpikir kembali : "Sungguh aneh, baru berapa hari aku tidak pulang ke
rumah, mengapa rumah kediaman ku bisa berubah menjadi
ruang sembahyang" Pendeta liar dari mana yang telah
mangkal disini?" Sementara dia masih termenung, suara pukulan bok hi
kembali bergema memecahkan keheningan di tengah
kegelapan suara tersebut menyebar di angkasa dan
menambah suasana sepi dan hening di sekeliling tempat itu.
Dalam kaget bercampur keheranan, Sastrawan bisu tuli
segera meneruskan langkahnya mendekati rumah batu itu.
Mendadak suara bok hi berhenti, kemudian terdengar
seseorang menegur : "Apakah anak Pia telah pulang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan tersebut semakin mencengkam hati si
Sastrawan bisu tuli sehingga untuk sesaat lamanya ia berdiri
tertegun dengan mata terbelalak lebar-lebar.
Dengan cepat dia mendekati pintu serta menerobos masuk
ke dalam. Ternyata rumah batu yang semula merupakan tempat
tinggalnya kini benar-benar sudah berubah menjadi sebuah
ruang sembahyang. Di atas dinding persis berhadapan dengan pintu depan,
bertengger sebuah patung Budha, di bawahnya terletak
sebuah hiolo yang terbuat dari tembaga yang menyiarkan
asap hijau tipis. Di bawah patung Budha, duduk bersila seorang nikou tua,
tapi berhubung ia duduk membelakangi pintu sehingga tak
nampak jelas bagaimanakah bentuk mukanya.
Tiba-tiba nikou tua itu menegur dingin :
"Siapa yang berada dalam boponganmu itu" Mengapa tidak
kau turunkan dengan segera?"
Walaupun hanya dua patah kata, namun di balik ucapan
tersebut justru mengandung nada yang amat berwibawa,
membuat Sastrawan bisu tuli yang mendengarnya pelan-pelan
menurunkan tubuh Li Peng ke atas lantai.
"Siapakah kau?" tanpa terasa dia menegur.
Dengan suara dingin nikou tua itu berkata :
"Tak nyana Sastrawan bisu tuli pun pandai berbicara, hal ini
menandakan kalau sifat mulia mu belum lenyap sama sekali,
apakah kau sudah tidak mengenali diriku lagi?"
Sambil berkata tiba-tiba nikou tua itu membalikkan
badannya menghadap ke arah Sastrawan bisu tuli, dapat
dilihat wajahnya diliputi hawa amarah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru sekarang Sastrawan bisu tuli dapat melihat wajah
lawannya dengan jelas, mendadak ia menjatuhkan diri
berlutut dengan ketakutan, serunya kemudian sambil
menyembah berulang kali :
"Anak Pia patut dihukum mati, ternyata aku tak tahu akan
kedatangan Ong koh!"
"Kenangan indah bagikan impian," kata nikou tua itu


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan suara dingin, "Tian an sencu di masa lalu telah tewas
dalam suasana kacau, aku yang berada di hadapan mu
sekarang adalah Gho hui lonie!"
"Wi ong pia yang berjaya di masa lampau telah tewas pula
di tengah samudra bersama Lio Tay hu, aku yang masih hidup
sekarang tak lebih hanya Sastrawan bisu tuli."
"Sekarang pun kau sudah tak ada pikiran untuk
mengembalikan kekuasan Kerajaan lama, paling tidak harus
punya ingatan untuk me lepaskan budi di dunia ini, hmmm,
perbuatan yang kau lakukan selama banyak tahun terakhir ini
benar-benar kelewat batas."
"Bangsa Mongol sedang melakukan pencarian secara besar-
besaran, apabila aku tidak berperan demikian, bagaimana
mungkin bisa melepaskan diri dari intaian mereka?"
"Banyak cara untuk menyembunyikan diri, bersikap terbuka
pun ada batasnya, mengapa kau bertindak cabul dan tak tahu
malu?" "Anak Pia dtak berani bertindak ceroboh, percayalah
selama ini aku tidak bertindak cabul."
"Hmmm, aku dengar kau gemar bermain perempuan
dimana-mana kau lakukan keonaran sehingga perempuan
dimana pun takut menjumpai dirimu, benarkah ada kejadian
seperti ini?" "Apa yang dikatakan dalam dunia persilatan memang
benar, tapi hingga kini anak Pia masih tetap seorang perjaka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Gho hui lo nie melotot besar, bentaknya dengan
penuh kegusaran : "Siapakah yang barusan kau culik itu" Ka lau toh kau masih
perjaka, apa gunanya kau culik nona kecil itu?"
Sastrawan bisu tuli segera menoleh dan memandang
sekejap ke arah Li Peng yang berbaring di atas lantai itu, lalu
sahutnya sambil tertawa :
"Harap Ong koh jangan gusar, anak Pia sama sekali tidak
mempunyai pikiran jahat, aku tak lebih hanya ingin bergurau
dengan si Rase sakti Li Keng kiu, sebab budak ini adalah
putrinya yang bernama Li Peng, aku ingin membuatnya
gelisah dan panik sehingga dapat melampiaskan rasa
mendongkol ku terhadapnya sewaktu berada di bukit Gi liong
san." "Apakah Li Keng kiu telah menyusul kemari?"
"Memang ada yang menyusul kemari, tapi orang bukan Li
Keng kiu melainkan seorang pemuda tampan yang bernama
Pangeran Serigala langit..."
Tiba-tiba Gho hui lonie berkata sambil tersenyum :
"Tahukah kau siapa Pangeran Serigala itu?"
"Aku dengar dia adalah putra kakek serigala langit yang
bernama Sik Tiong Giok."
"Ucapanmu memang tepat, tapi yang sesungguhnya dia
masih punya darah keturunan keluarga Tio."
"Apa?" Sastrawan bisu tuli tertegun setealh mendengar
perkataan tersebut, "jadi dia pun merupakan keturunan dari
keluarga Tio kami...?"
"Benar, dia adalah putra raja selatan Tio Si yang bernama
Tio Hui, di saat Thio Tay hu tenggelam ke sungai bersama
perahunya, ia telah ditolong oleh kakek serigala langit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa terasa Sastrawan bisu tuli tertawa gelisah setelah
mendengar ucapan tersebut, segera serunya :
"Kami sudah bertarung hampir setengah harian lamanya,
tapi tidak menyangka sama sekali kalau kami berdua masih
bersaudara." Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak dari luar
pintu terdengar pula seseorang berseru sambil tertawa
terbahak-bahak : "Haaaahhh... haaaahhh. haaaahhh. sudah tiga puluh tahun
lamanya aku mengenali dirimu, tak disangka kau Sastrawan
bisu tuli ternyata dapat berbicara serta mendengar."
Sastrawan bisu tuli menjadi sangat terkejut, baru saja dia
hendak menerjang keluar, Gho hui lonie telah berseru sambil
memuji keagungan Sang Budha.
"Omitohud, kalau toh Li sicu telah datang, mengapa tidak
duduk dulu di dalam ruangan?"
Orang yang berbicara di luar pintu itu memang tak lain
adalah si Rase sakti Li Keng kiu, kembali ia tertawa tergelak
setelah mendengar perkataan tersebut.
"Lo suthay, mengapa kau pun muncul di tempat yang
terpencil seperti ini..."
Sambil berkata dia segera melangkah masuk ke dalam
rumah batu itu. Baru saja dia melangkah masuk dan belum selesai berkata,
tiba-tiba tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
lalu kedengaran seseorang berseru :
"Iblis hidung belang, nona akan beradu jiwa denganmu."
Sambil berseru, sebuah serangan segera dilontarkan ke
depan dengan hebatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Keng kiu sama sekali tidak menduga sampai disitu,
menanti ia sadar akan datangnya ancaman keadaan sudah
terlambat. 'Blaaam!' Dengan telak serangan tersebut bersarang di tubuhnya.
Untung saja dia memiliki tenaga dalam yang cukup
sempurna sehingga ancaman itu tidak sampai merenggut
jiwanya, namun tak urung isi perutnya menderita luka juga,
dengan sempoyongan tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga
empat langkah ke belakang.
Menanti ia dapat melihat dengan jelas bahwa si penyerang
tak lain adalah Li Peng, putrinya sendiri, segera bentaknya
keras-keras : "Anak Peng, apakah kau sudah gila?"
Setelah melancarkan serangannya, Li Peng baru sadar
kalau dia salah memukul dan menghajar ayah kandung
sendiri, maka tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia
segera membalikkan badan dan balik menerjang ke arah si
Sastrawan bisu tuli. Kali ini s i Sastrawan bisu tuli telah mempersiapkan diri baik-
baik, tentu saja ia tidak membiarkan dirinya terhantam, sambil
mengegos ke samping serunya sambil tertawa :
"Nona, jangan mengumbar amarahmu lebih dulu, bila
hendak menyampaikan sesuatu katakan saja perlahan-lahan."
Mendadak Li Peng jadi tertegun dan berdiri melongo, dia
tak menduga kalau seseorang yang bisu tuli ternyata dapat
berbicara. Sementara itu Li Keng kiu telah berjalan masuk ke dalam
ruangan setelah mendehem, katanya :
"Anak Peng, berat amat pukulan yang kau lancarkan
terhadap diriku itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil mengerdipkan matanya yang jeli Li Peng cepat-
cepat berseru : "Aku kan tak sempat melihat dengan jelas wajahmu,
ayah... kenapa kau tidak membantu untuk meringkus manusia
keparat itu?" Li Keng kiu segera tertawa.
"Kau maksudkan si Sastrawan bisu tuli" Padahal dia adalah
orang sendiri!" "Orang sendiri" Kenapa dia begitu jahat?"
Kembali Li Keng kiu tertawa.
"Dia hanya ingin bergurau dengan kita sambil melampiaskan rasa mendongkolnya, tapi tak ada maksud apa-
apa..." Kemudian sambil menoleh ke arah Sastrawan bisu tuli,
kembali dia berkata : "Sekarang, tentunya kau sudah tak keki lagi bukan"
Hmmm, mencari penyakit buat diri sendiri, sekarang ma lah
mangkel dengan ku, betul-betul tidak adil."
Sastrawan bisu tuli segera tertawa.
"Seandainya kau tidak memancing ku memasuki telaga Gi
Liong oh, tak mungkin aku menjadi begini mengenaskan
bahkan hampir saja kehilangan selembar nyawaku."
"Seandainya kau tidak terpikat oleh perempuan, mana
mungkin akan mengalami musibah semacam itu?" balas Li
Keng kiu sambil tertawa pula.
Tiba-tiba Gho hui sinni menukas sambil menghela napas
panjang : "Aai... ulah dari Pia ji selama beberapa tahun belakangan
ini memang kebangetan, semoga kau bisa mawas diri di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian hari sehingga jangan sampai orang lain mengutuk
dan membencimu." Sastrawan bisu tuli segere mendengus :
"Ong koh, masa kau tidak dapat melihat, kekuasaan
siapakah yang memerintah dunia saat ini?"
"Yaa, walaupun bangsa Mongol bukan termasuk suku
bangsa kita namun berjuta-juta rakyat yang hidup di bawah
kekuasaannya merupakan anak keturunan dari kasir Huang
tee, kendati pun kita tak mampu mengembalikan dinasti kita
ke tampuk pimpinan, namun kita tak boleh mengabaikan
kehidupan rakyat kita yang sengsara; sayang Leng kong tak
tahu beritanya hingga tak diketahui firman sri baginda
almarhum telah jatuh ke mana."
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Li Peng,
dengan cepat dia berseru :
"Tio Leng kong telah tewas di tepi sungai Bok lo kang,
sedangkan Firman Sri Baginda almarhum diserahkan kepada
Pangeran Serigala langit Sik T iong Giok."
"Sik Tiong Giok... jadi mereka ayah dan anak bertemu
muka..." seru Gho hui lonie dengan perasaan terkejut.
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia melotot ke arah
Sastrawan bisu tuli sambil berseru :
"Bukankah kau mengatakan bahwa dia te lah mengejar dari
belakang" Mengapa hingga sekarang belum nampak juga?"
"Bisa jadi mereka telah dihadang oleh kawanan beruang
kuda, sebentar lagi toh akan menyusul kemari."
"Tapi bisa juga tak akan kemari," sambung Li Keng kiu
dengan cepat. "Mengapa begitu?" tanya Sastrawan bisu tuli tertegun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa tahu kalau dia telah dihadang oleh tetangga kita"
Sewaktu kemari tadi, aku sempat mendengar suara pekikan
panjang tadi, oleh sebab persoalan itu tak ada sangkut
pautnya dengan diri ku, maka aku pun tidak mencampur lebih
jauh, tapi bila ku bayangkan kembali sekarang, bisa jadi
mereka sudah terjerumus ke dalam lembah seratus
binatang..." "Apakah kau maksudkan Pek siu sin kun Long Siang?"
tanya Gho hui lonie. "Kecuali dia, siapa lagi yang memiliki kemampuan sehebat
itu..." "Kalau memang demikian, lebih kita segera menyusul
kesana, aku kuatir bocah itu bukan tandingannya," seru
Sastrawan bisu tuli kemudian.
"Yaa, kalau memang mau berangkat, kita segera
berangkat, aku memang amat menguatirkan keselamatan
putri ku yang satu itu."
Kedua orang itu segera membalikkan badan dan berlarian
keluar dari ruangan. Mendadak Gho hui lonie berseru pula
"Walaupun sudah banyak tahun aku tidak mencampuri
urusan keduniawian tapi dem i keturunan keluarga T io, hari ini
aku akan pergi bersama kalian."
Tentu saja kedua orang jagoan itu merasa gembira sekali
setelah mendengar perkataan itu, bahkan Li Peng pun turut
merasa amat kegirangan. Maka berangkatlah ke empat orang itu menuju ke lembah
seratus binatang. Sementara itu, Sik Tiong Giok serta Huan Li ji memang
sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit
melawan Pek siu Sin kun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya ketika mereka berdua mengelinding ke dalam
jurang sambil memeluk bangkai beruang kuda tadi, pada
hakekatnya mereka tak sadar kalau dasar jurang itu
sebetulnya merupakan daerah terlarang dari lembah seratus
binatang. Semenjak Pek siu sin kun Leng siang suami istri berdiam
dalam lembah tersebut, mereka telah mengumumkan
peraturan yang ketat sekali, yaitu barang siapa yang berani
memasuki daerah lembah seratus binatang, perduli siapa saja
orangnya akan ku bunuh sampai mati.
Sebagai jago-jago muda, tentu saja Sik Tiong Giok dan
Huan Li ji tidak mengetahui tentang peraturan tersebut, sekali
pun tahu, mereka pun tidak mengenali dimanakah letak
lembah seratus binatang tersebut.
Dan kini, tanpa disadari mereka justru memasuki lembah
seratus binatang yang terlarang itu.
Baru saja mereka berdua mencapai di atas tanah,
mendadak terdengar seseorang membentak keras :
"Siapa disitu" Berani amat memasuki lembah seratus
binatang." Sik Tiong Giok cepat-cepat menjawab :
"Maaf bila kami telah mengusik ketenangan anda,
sesungguhnya tanpa sengaja kami telah sampai disini, harap
anda sudi memberi petunjuk agar kami bisa meninggalkan
tempat ini." "Hmm, setelah sampai disini, apakah kau masih berharap
dapat keluar dengan selamat?" jengek orang itu dingin.
"Ada apa" Jadi kau bermaksud menahan kami berdua di
tempat ini?" Mendadak terdengar suara tinggi melengking nyaring
bergema disitu : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semenjak kami suami istri berdua berdiam di lembah


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seratus binatang, telah kami umumkan kepada seluruh dunia
persilatan bahwa barang siapa berani memasuki lembah kami
barang selangkah saja, maka jiwanya akan kami cabut."
"Siapa sih yang menetapkan peraturan semacam itu?"
tanya Sik Tiong Giok sambil tertawa.
"Kami suami istri yang menetapkan," sahut suara yang
dingin kaku itu cepat. "Siapakh kalian?"
"Pek siu sin kun!"
Mendadak Sik Tiong Giok berkata :
"Pek siu sin kun hanya pantas mengurusi berbagai jenis
binatang, masa manusia pun turut kau urusi" Mulai hari ini,
peraturan tersebut harus kalian hapus untuk selamanya."
Pek siu sin kun tertawa melengking :
"Bocah keparat, besar amat bacot mu, semenjak peraturan
tersebut berlaku di dalam lembah ini, sudah ada seratus tujuh
orang yang menemui ajalnya di tempat ini, bila ditambah
dengan kedua butgir batok kepala kalian hari ini, maka
jumlahnya akan berubah menjadi seratus sembilan biji, ha...
ha... ha... ha... sungguh menyenangkan, sungguh menggembirkan hati..."
"Hmmm, manusia biadab macam kalian hanya pantas
berkawan dengan binatang-binatang buas, lebih baik jangan
menyebut diri sebagai manusia lagi," umpat Huan Li ji dengan
suara keras. "Budak sialan, siapa yang sedang kau maki?" bentak Pek
siu hujin gusar. "Selain kalian berdua, siapa pula yang berada disini" T entu
saja kalian yang ku maksudkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Pek siu sin kun tertawa terbahak-bahak :
"Haa... haa... haa, hujin, apakah dia sedang mengumpatmu?" "Mengumpat diriku sama artinya dengan mengumpat
dirimu sendiri," sambung Pek siu hujin segera.
"Dalam tiga puluh tahun terakhir ini, belum pernah kami
dengar umpatan yang dialamatkan kepada kita berdua."
"Yaa, hari ini merupakan suatu pengecualian, baru pertama
kalinya tradisi itu dipecahkan."
Mendadak Pek siu sin kun bertepuk sebelah tangan keras
sambil berseru : "Sungguh merupakan suatu kejadian yang luar biasa,
bukan hanya berani memaki kita, malah berani pula datang
kemari sambil menuding ke arah kita, haaahhh... haaahhh...
haahhh..." Selesa i mengucapkan perkataan tersebut, dia segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Pek siu hujin benar-benar merupakan pasangan yang
cocok, begitu Pek siu sinkun tertawa tergelek, dia pun turut
tertawa terbahak-bahak. Gelak tertawa kedua orang ini yang satu tinggi melengking
sementara yang lain rendah berat, satu nyaring yang lain
melengking tajam seperti beribu-ribu ekor kuda yang lari
bersama, keadaannya sungguh mengerikan.
Dalam sekali pendengaran saja, dapat diketahui bahwa
tenaga dalam yang dimiliki ke dua orang itu amat sempurna,
agaknya mereka berniat menaklukkan Sik Tiong Giok serta
Huan Li ji dengan suara tertawanya yang sangat besar itu.
Tentu saja Sik Tiong Giok tak akan takut menghadapi
mereka, sambil berpekik nyaring, gelombang suaranya segera
menembus ke balik gelak tertawa yang keras tersebut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaranya seperti pekikan naga, sebentar nyaring sebentar
lembut. Sebelum terjadi bentrokan secara fisik, ke dua belah pihak
telah beradu dalam lebih dulu melalui adu suara.
Beberapa saat kemudian, dari atas sebatang pohon besar
melayang turun dua sosok tubuh manusia yang berdiri berjajar
di bawah pohon, gelak tertawa mereka sama sekali tidak
berhenti, suaranya tetap nyaring dan membetot sukma.
Sik Tiong Giok tak berani berayal, suara pekikannya
semakin lepas dan keras, dibantu pula oleh Huan Li ji dari
samping, suara pekikan yang tajam seakan-akan menembusi
awan. Biarpun kedua belah pihak terpisah pada jarak satu kaki
dan berdiri tak bergerak di posisi semula, namun di satu pihak
tertawa, di lain pihak berpekik, mereka justru telah
melangsungkan pertarungan sengit antara mati dan hidup
dengan mengandalkan tenaga dalam yang sempurna.
Kejadian ini berlangsung hampir setengah jam lamanya,
namun menang kalah masih belum dapat ditentukan.
Namun akibat dari pertarungan itu, seluruh lembah seratus
binatang menjadi gempar dan bergetar keras, pekikan dan
teriakan binatang liar sampai membuat suasana jadi gegap
gempita, keadaannya tak berbeda seperti terjadinya gempa
bumi dahsyat. Mendadak Pek siu hujin menarik kembali gelak tertawanya
seraya berkata : "Hey, tidak kusangka tenaga dalam yang dimiliki bocah ini
benar-benar sangat hebat!"
"Yaa, baru pertama kali ini ku jumpai musuh yang tangguh
selama tiga puluh tahun terakhir ini," sambung Pek siu s inkun
sambil menghentikan pula gelak tertawanya, "manusia hebat
semacam ini lebih-lebih tak boleh dibiarkan hidup terus."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bila kita berhasil menggantung batok kepalanya sepasang
muda mudi itu di muka lembah, maka selanjutnya tak akan
ada orang yang berani mengganggu kita berdua lagi."
Pek siu sinkun tertawa terbahak-bahak :
"Haaaahhh... haaaahhh... haaahhh. hujin sudah lama aku
tak makan hati manusia, coba kau terka, hati mereka berdua
empuk atau tidak?" Tanya jawab di antara berdua orang itu berlangsung secara
santai, seakan-akan di sekitar sana tiada orang ke dua.
Sik Tiong Giok yang mencoba memperhatikan sepasang
suami istri yang aneh itu dengan seksama, diam-diam
merasakan hatinya bergidik, bulu kuduknya tanpa terasa pada
bangkit berdiri. Tampak olehnya Pek siu sinkun memiliki selembar wajah
yang hijau pucat, rambutnya panjang sebahu, mengenakan
kulit binatang beruang kuda yang menyeramkan itu, hanya
bedanya di atas kepalanya tidak bertanduk.
Bentuk muka Pek siu hujin lebih aneh lagi, ia bertelanjang
dada, telanjang kaki dan cuma mengenakan selembar kulit
binatang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling
rahasia, mukanya bersemu kuning emas tapi dipoles dengan
panca warna sehingga tampaknya tak berbeda jauh seperti
kuntilanak. Sementara dia masih mengawasi kedua orang itu dengan
seksama, Pek siu hujin telah meloloskan buah ruyung ular
yang segera digetarkan ke muka langsung menyambar kaki
Huan Li ji. Ketika merasakan datangnya desingan angin tajam yang
menyergap dirinya, Huan Li ji segera melejit ke tengah udara
sambil meloloskan pedangnya dan langsung disayatkan ke
atas ruyung lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ruyung lemas milik Pek siu hujin itu mempunyai panjang
mencapai satu kaki, bentuknya tak berbeda seperti seekor
ular, apalagi setelah digetarkan, gerakkannya nampak amat
lincah dan cekatan. Akan tetapi Huan Li ji bukan bocah sembarangan, dia te lah
memperoleh warisan dari empat orang tokoh sakti dunia
persilatan, kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar amat
dahsyat. Begitu pedangnya digetarkan ke depan sekuntum bunga
pedang langsung melilit ke ruyung tersebut menempel terus
secara ketat bagaikan seekor tikus yang menggit ekor saja.
Merasakan ruyungnya terjepit oleh serangan lawan, dengan
sekuat tenaga Pek siu hujin menggetarkan senjatanya ke
belakang. Namun Huan Li ji sudah mempunyai perhitungan sendiri,
ketika pihak lawan menggetarkan senjatanya ia sama sekali
tidak mengeluarkan tenaga tapi membiarkan senjatanya
tergetar ke tengah udara oleh gerakan ruyung lemas itu.
Di tengah udara dengan cepat ia meminjam tenaga lawan
untuk melejit kembali lalu telapak tangan kirinya mendayung
ke bawah membuat satu gerakan lingkaran busur lalu secara
tiba-tiba diayunkan ke bawah dengan sepenuh tenaga.
Angin pukulan yang menderu-deru dahsyat dengan cepat
mengurung seluruh badan Pek siu hujin.
Sementar itu Pek siu hujin sedang merasa gembira karena
berhasil melemparkan tubuh Huan Li ji ke tengah udara, ia
baru terperanjat setelah merasakan datangnya segulung
kekuatan yang maha dahsyat bagaikan ambruknya langit
langsung menindih ke atas kepalanya dan membuatnya
hampir saja tak mampu bernapas kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam gugup dan gelisahnya cepat-cepat dia mengambil
tindakan yang drastis, ruyung lemasnya dilemparkan ke
angkasa sementara tubuhnya cepat mundur ke belakang.
Pek siu sinkun merasa sangat gusar melihat istrinya
dikalahkan oleh seorang nona cilik tak sampai satu gebrakan,
sambil meraung keras ia mengayungkan telapak tangannya
sambil melancarkan terkaman.
Melihat kejadian tersebut, Sik Tiong Giok segera berseru
keras : "Hati-hati adik Li!"
Belum habis perkatan tersebut diucapkan, tiba-tiba terasa
desingan angin tajam menyergap dari belakang tubuhnya,
cepat-cepat dia merendahkan badan sambil mengayunkan
pedangnya ke belakang. Siapa sangka sasaran yang dituju oleh Pek siu sinkun
bukanlah Sik Tiong Giok, ia bermaksud untuk merampas
kembali ruyung panjang milik Pek siu hujin yang terjatuh ke
atas tanah itu. Melihat Pek siu sinkun berusaha menyambar ruyung
tersebut, dengan cepat Sik Tiong Giok merendahkan
pergelangan tangannya, kemudian menerkam ke depan dan
turut menyambar pula senjata ruyung panjang tadi.
Akibatnya kedua belah pihak turun tangan bersama-sama,
seorang berhasil menyambar gagang ruyung sementara yang
lain berhasil menyambar ujung ruyung, pada saat yang
bersamaan kedua belah pihak sama-sama membetot dengan
sepenuh tenaga. Dalam waktu singkat ruyung lemas yang panjangnya satu
kaki itu sudah terbetot sampai lurus dan kencang bagaikan
tombak, apalagi ketika mereka berdua sama-sama menarik
dengan sekuat tenaga, mendadak...
'Kraaakk!' Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ruyung lemas itu sudah patah menjadi dua bagian.
Berhubung kedua belah pihak sama-sama menggunakan
tenaga dalam sampai sepuluh bagian, maka begitu ruyung
lemas itu patah menjadi dua bagian mereka jadi kehilangan
keseimbangan badannya. Di bawah terjangan tenaga besar yang memantul balik, Sik
Tiong Giok tak mampu berdiri tegak lagi, ia tergetar sedikit
tubuhnya dan mundur selangkah ke belakang.
Sebaliknya Pek siu sinkun harus mundur sejauh dua tiga
langkah lebih sebelum berhasil berdiri tegak.
Dengan terjadinya peristiwa ini, maka tinggi rendahnya
tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu pun menjadi jelas.
Pek siu sinkun menjadi amat terperanjat, segera teriaknya
keras-keras : "Bocah keparat, tampaknya kau memang sangat hebat!"
Di tengah seruan tersebut, kedua ujung bajunya segera
dikebaskan cepat, tahu-tahu di atas tangannya telah
bertambah dengan sepasang senjata penggaris baja.
Satu dari atas yang lain dari bawah, dengan jurus 'kuda liar
membelah suri' ia langsung menerjang ke depan dan
mengancam jalan darah cian kang hiat dan Hoa kay hiat di
tubuh Sik Tiong Giok. Pada saat yang bersamaan Pek siu hujin membentak pula,
sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke depan
melancarkan terjangan pula.
"Huuuh, tak tahu malu, kalian hendak main keroyok?"
bentak Huan Li ji lantang.
Di tengah bentakan tersebut, dia bersiap-siap melancarkan
serangan. Tapi Sik Tiong Giok segera berseru sambil tertawa :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Li, lebih baik kau lindungi aku dari sisi arena, lihat
saja aku taklukkan kedua orang siluman ini seorang diri,
jangan kau biarkan mereka lolos dari s ini dengan selamat."
"Tak usah kuatir," sahut Huan Li ji sambil tertawa, "mereka
tak akan lolos dalam keadaan selamat."
Sudah tiga puluh tahun lamanya Pek siu sinkun suami istri
berdiam dalam lembah tersebut, kepandaian silat yang mereka
miliki memang amat hebat, terutama sekali dalam suatu
serangan kerja sama yang hebat, kombinasi jurus-jurus
serangan yang mereka gunakan betul-betul luar biasa
hebatnya. Sebaliknya Sik Tiong Giok dengan mengandalkan tenaga
murni yang diwariskan si kakek serigala langit yang
merupakan hasil latihan selama puluhan tahu nitu pun bukan
manusia sembarangan, lebih menguntungka nlagi dia memiliki
kecerdasan otak yang luar biasa sehingga perubahan jurus
serangannya sering kali berada di luar dugaan orang.


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baru saja Pek siu sinkun menyerang dengan jurus 'kuda liar
membelah beruang suri', pesh dengan jurus 'burung nuri
menubruk comberet' telah menyusul tiba.
Berada dalam keadaan seperti ini, apabila Sik Tiong Giok
menangkis datangnya ancaman senjata penggaris besi dari
Pek siu sinkun maka tubuhnya tentu akan berputar dan di saat
tubuhnya sedang berputar itulah dia tak mungkin lolos dari
ancaman telapak tangan Pek s iu hujin. Dalam sekilas pandang
saja Sik Tiong Giok sudah mempunyai gambaran tentang
tindakan berikut yang harus dilakukan, sambil berpekik
nyaring tiba-tiba tubuhnya melejit tinggi satu kaki lebih ke
tengah udara, lalu dari atas dia lepaskan sebuah bacokan kilat
ke bawah dengan disertai tenaga serangan dahsyat.
Menyaksikan kejadian tersebut, mendadak Pek siu hujin
menjerit kaget : Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaa...! Kenapa kedua orang bocah itu bisa menggunakan
jurus tersebut..." Di tengah teriakan tadi, cepat-cepat tubuhnya menyingkir
ke samping untuk menghindarkan diri.
Orang bilang sekali terpagut ular, tiga tahun takut dengan
tali. Setelah ia menderita kerugian di tangan Huan Li ji dalam
jurus serangan tersebut hingga kehilangan ruyung panjangnya, maka setelah melihat Sik Tiong Giok
menggunakan kembali jurus yang sama, ia menjadi amat
terperanjat dan ketakutan.
Sik Tiong Giok yang melihat Pek siu hujin ketakutan
dibuatnya, segera menyusul di belakangnya, berada di tengah
udara ia melancarkan sebuah tusukan ke bawah dengan jurus
'burung manyar menyambar pasir' untuk menghadang jalan
pergi perempuan aneh itu, lalu pedangnya digetarkan
menciptakan selapis cahaya tajam yang berkilauan langsung
menusuk dada lawan. Dalam kaget dan ngerinya Pek siu hujin makin terkesiap
setelah melihat datangnya ancaman cahaya tajam yang
meluncur ke arah dadanya, ia segera menjerit keras :
"Aaaah..." Dalam gugup dan gelisahnya cepat-cepat dia menarik dada
sambil mundur selangkah, kemudian sepasang telapak
tangannya digerakkan bersama, kelima jari tangan kirinya
seperti kaitan mencengkeram bahu Sik Tiong G iok, sementara
tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan menghantam
punggung pedang pemuda itu.
Dalam satu jurus terdapat dua gerakan yang jitu, boleh
dibilang tindakannya ini benar-benar merupakan suatu sistem
pertahanan sambil menyerang yang hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok segera tersenyum setelah melihat hal ini,
tiba-tiba dia merendahkan tubuhnya ke bawah dengan jurus
'angin kencang menggugurkan daun', dia membabat sepasang
kaki Pek siu hujin. Mimpi pun Pek siu hujin tidak menyangka kalau pihak
lawan dapat merubah jurus serangannya secepat itu tanpa
terasa ia menjadi bergidik hatinya.
Dalam gugup dan gelisahnya, cepat-cepat dia menjejakkan
kakinya ke atas tanah dan melejit sejauh satu kaki lebih dari
posisi semula, kemudian teriaknya dengan perasaan gelisah :
"Anjing budukan, kenapa kau tidak ikut maju?"
"Jangan tergesa-gesa, hari ini kita tak akan melepaskan
bocah keparat itu dengan begitu saja."
"Hey, jangan berbicara sesumbar," jengek Sik Tiong Giok,
"kalau memang hebat hayo majulah ke depan!"
Sambil berseru dia memutar badan sambil mendesak ke
muka, dalam waktu singkat ke tiga orang itu sudah terlibat
dalam suatu pertarungan yang amat sengit.
Lambat laun kegelapan malam telah hilang, fajar pun mulai
menyingsing di ufuk timur, pada saat itulah dari mulut lembah
Pek siu muncul serombongan manusia yang dipimpin oleh Gho
hui lonie. Ke empat orang itu menonton jalannya pertarungan
sekejap, kemudian terdengar Gho hui lonie berseru memuji
keagungan sang Budha sambil serunya :
"Omitohud, anak Giok cepat hentikan seranganmu."
Suara itu amat nyaring dan bergema di empat penjuru
membuat ketiga orang yang sedang terlibat dalam
pertarungan sengit itu bersama-sama menghentikan serangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sik Tiong Giok memandang sekejap ke sekeliling tempat
itu, tapi begitu bertemu dengan si Sastrawan bisu tuli, hawa
amarahnya tak dapat dibendung lagi, sambil berteriak penuh
kegusaran serunya : "Iblis cabul, mau kabur kemana kau?"
Menyusul seruan tadi, dia menerjang ke arah Sastrawan
bisu tuli sambil mengayunkan pedangnya.
Terjangan yang dilakukan Sik Tiong Giok ini dilakukan
dalam keadaan gusar, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya
kekuatan yang disertakan, dalam keadaan tidak siap,
meskipun Sastrawan bisu tuli memiliki kepandaian yang
bagaimana pun hebatnya, sulit juga rasanya untuk
menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Tampak sambaran pedang tersebut segera akan bersarang
di tubuh si Sastrawan bisu tuli, hal tersebut membuat si Rase
sakti Li Keng kiu dan Li Peng bersama-sama menjerit kaget.
Untung di saat yang kritis itulah, mendadak Gho hui sinni
mengayunkan senjata kebutannya dan menyebarkan beribu-
ribu lembar bulu ekor kuda yang kuat itu untuk melindungi
seluruh badan si Sastrawan bisu tuli, menyusul kemudian
muncul segulung tenaga kekuatan yang maha dahsyat
mementalkan tubuh Pangeran Serigala langit ke belakang.
Sik Tiong Giok baru saja merasa girang karena serangan
pedangnya segera akan mencapai hasil ketika secara tiba-tiba
muncul segulung tenaga kekuatan yang maha dahsyat
mementalkan tubuhnya ke belakang.
Dalam terkejutnya ia segera berpaling ke tengah arena
dimana berasalnya serangan tersebut.
Tapi apa yang kemudian dilihatnya membuat ia terkejut
bercampur gembira, buru-buru serunya :
"Su thay... kau, ku..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gho hui lonie mengangguk, ucapnya :
"Nak, mengapa kau bertindak begitu gegabah?"
Sik Tiong Giok segera melotot besar, serunya :
"Suthay, orang ini sudah terlalu banyak melakukan
kejahatan di dalam dunia persilatan, dia menjadi kutukan
setiap manusia di dunia ini, apakah manusia durjana semacam
ini kita biarkan hidup terus di dunia ini?"
"Thian adalah maha pengasih, mengapa kita tidak berbuat
kebajikan dengan memaafkan mereka yang telah bertobat?"
"Tidak, berbuat cabul adalah kejahatan nomor wahid di
dunia ini, dia adalah orang bajingan cabul, manusia terkutuk
seperti ini tak boleh diberi kesempatan hidup."
"Aku tak percaya kalau dia telah berbuat cabul."
"Tapi aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri."
"Sekalipun kau telah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, rasanya sulit bagi mu untuk membersihkan noda
tersebut sampai tuntas."
"Aku tidak mengerti!"
Gho hui lonie menghela napas panjang :
"Aaaai, tahukah kau siapakah orang ini?"
"Dia adalah Sastrawan Bisu Tuli yang sangat tersohor
karena kebusukan namanya."
"Dia adalah kakak mu Wi ong pia, yaitu Kaisar terakhir dari
dinasti Song!" "Aku dengar Wi ong pia sudah tewas pada tiga puluh tahun
berselang ketika didorong oleh Liok Siu hu terjun ke dalam
lautan, aku tak percaya kalau dia adalah kakakku."
"Tapi akulah yang telah menyelamatkan jiwanya dari dalam
lautan, seperti juga ketika kau diselamatkan oleh kakek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serigala langit, bukankah hingga sekarang pun kau masih
tetap hidup di dunia ini?"
Sik Tiong Giok tetap merasa tidak puas, serunya dengan
suara dingin : "Kalau memang dia adalah seorang Raja dari suatu Dinasti,
terlepas dari gagal atau berhasil memegang tampuk
pemerintah tak sepantasnya kalau ia berbuat cabul dengan
melakukan pelbagai perbuatan yang mesum sehingga
menyedihkan perasaan berjuta-juta rakyatnya."
Sekali lagi Gho hui lonie menghela napas panjang :
"Aaai, manusia sedih manakah yang tak menjadi kalap,
justru karena hal itulah dia menyebut diri sebagai Sastrawan
bisu tuli yang tak mau mendengar, tak mau berbicara dan
melakukan semua perbuatan menurut suara hati sendiri,
padahal yang pasti dia hanya seorang manusia kalap yang
pantas dikasihani, perbuatannya tidak sejahat apa yang kau
bayangkan semula." Sik Tiong Giok termenung beberapa saat lamanya,
kemudian pelan-pelan bangkit berdiri dan berkata dengan
suara dingin : "Baik, selanjutnya aku tak akan mencarinya lagi."
Selesa i berkata dia segera membalikkan badan beranjak
pergi dari situ. Mendadak Gho hui lonie membentak dengan suara keras :
"Berhenti!" Sik Tiong Giok segera berhenti setelah mendengar
bentakan tersebut, lalu membalikkan badan dan menatap
dengan wajah sedingin salju.
Dengan suara perlahan Gho hui lonie segera berkata :
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, sekalipun kau tak bersedia mengakuinya sebagai
seorang Kaisar, apakah kau pun juga tak bersedia
menganggapnya sebagai saudara kandung mu sendiri?"
Sik Tiong Giok segera mendengus dingin :
"Dia adalah seorang anak keturunan dari keluarga Tio,
sedangkan aku cuma seorang murid perguruan serigala langit,
air sungai tidak mengganggu air sumur, hubungan apa pula
yang terjadi di antara kami berdua?"
"Apakah kau sudah lupa bahwa diri mu pun dari marga
Tio?" "Tidak, aku dari marga Sik."
Belum habis perkataan itu diutarakan, Gho hui lonie sudah
dibuat naik pitam, dengan suara keras segera bentaknya :
"Binatang, kau berani."
Menyusul bentakan tersebut, senjata kebutannya sudah
diayunkan ke depan, bulu-bulu kudanya yang kuat seperti
kawat langsung mengancam dada Sik Tiong Giok.
Pada saat itulah mendadak terdengar dua kali jeritan kaget,
disusul kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
dua orang manusia telah muncul di hadapan Sik Tiong Giok,
mereka adalah Huan Li ji serta Li Peng.
"Suthay, ampunilah selembar jiwanya," teriak mereka
berdua bersama-sama. Gho hui suthay segera memejamkan matanya rapat-rapat
sementara dua buir air matanya jatuh berlinang membasahi
wajahnya, pelan-pelan dia berkata :
"Baiklah, kalian boleh pergi dari sini! Tapi ingat, ia boleh
saja tidak mengaku dari marga T io, tapi jangan lupa Tio Leng
kong yang mati secara mengenaskan adalah ayah
kandungnya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Sik Tiong Giok berseru :
"Siapakah ibuku?"
"Dia adalah Hui keng sithay dari Ko hoa san, beliau sudah
lama berpulang ke alam baka, moga-moga kau bisa berbuat
amal dan kebajikan bagi seluruh umat persilatan."
Belum habis ia berkata, mendadak terdengar si Rase sakti
membentak keras : "Hey, mau apa kau?"
Menyusul kemudian terasa segulung desingan angin tajam
menyambar-nyambar di angkasa, ketika semua orang
berpaling, tampaklah si Rase sakti Li Keng kiu telah saling
bertarung dengan si Sastrawan bisu tuli.
Paras muka si rase sakti Li Keng kiu penuh diliputi rase
kaget dan gugup, sebaliknya Sastrawan bisu tuli tertawa
seram tiada hentinya, gerak gerik maupun tingkah lakunya tak
berbeda seperti orang yang tak waras otaknya. Hanya di
dalam dua kali gebrakan saja, si rase sakti Li Keng kiu elah
berhasil mencengkeram pergelangan tangan Sastrawan bisu
tuli tapi ia masih saja tertawa seram tiada hentinya sedangkan
tubuhnya sempoyongan sambil gemetar keras.
Baru sekarang semua orang mengerti ternyata kedua orang
itu bukan sedang bertarung tapi si rase sakti Li Keng kiu
sedang berusaha mencegah Sastrawan bisu tuli melakukan
bunuh diri. Ternyata Sastrawan bisu tuli merasa amat sedih
setelah melihat Sik Tiong Giok tidak bersedia mengakui dirinya
sebagai kakak kandungnya, apalagi bila teringat akan
perbuatan yang dilakukan selama ini, serta kehancuran dinasti
yang dipimpinnya, kesemuanya ini mendatangkan pukulan
batin yang amat berat bagi dirinya.
Maka setelah berpikir sejenak, dia pun mengambil
keputusan untuk memutuskan nadi sendiri serta melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bunuh diri, andaikata perbuatannya tidak segera diketahui si
rase sakti Li Keng kiu, mungkin ia sudah tewas sendiri tadi.
Dengan suatu gerakan cepat Gho hui lonie menyelinap ke
sisi tubuhnya dan menempelkan telapak tangannya di atas
jalan darah Leng tay hiat pada punggungnya, lalu sambil
menghela napas dia berkata :
"Walaupun dinasti kita telah hancur namun rakyat kita


Manusia Srigala Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap utuh, tanah air kita pun masih terbentang megah di
dunia ini, mengapa sih kau harus mengambil keputusan
pendek?" Sastrawan bisu tuli tertawa getir :
"Anak Pia sadar bahwa diriku memang tak becus sehingga
menyia-nyiakan pengharapan Sri Baginda almarhum, akupun
merasa tak punya muka lagi untuk bertemu dengan rakyat ku,
kalau tidak mati apa yang harus kuperbuat?"
"Jalan pemikiranmu kelewat sempit, mengapa kau tidak
memanfaatkan kekuatan dan kemampuan yang kau miliki
serta rasa dendam yang membara di dalam dadamu untuk
mempersatukan segenap ksatria dan pendekar yang ada di
dunia ini untuk bersama-sama mengusir kaum penjajah dari
muka bumi" Tidakkah kau merasa bahwa perbuatan tersebut
jauh lebih bermanfaat daripada mencari mati dengan jalan
pendek?" Sastrawan bisu tuli tertawa getir :
"Sayang sekali perkataanmu itu kau ucapkan kelewat
terlambat, aku... mungkin aku sudah tak tahan lagi."
Ketika mengucapkan perkataan tersebut, sepasang
matanya telah dialihkan ke wajah Sik Tiong Giok.
Sementara Sik Tiong Giok sendiri pun sedang dicekam oleh
perasaan yang amat sedih, walaupun dia merasa amat tak
puas terhadap perbuatan yang dilakukan Sastrawan bisu tuli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama ini namun timbul juga rasa sedih dan pedih di dalam
hatinya setelah menyaksikan keadaannya waktu itu.
Diam-diam pikirnya kemudian :
"Bagaimanapun juga dia toh tetap merupakan kakak
kandungku, hanya karena salah berpikir sehingga terjerumus
ke jalan yang sesat, bagaimana pun juga kesalahan yang
diperbuatnya masih pantas dimaafkan, buat apa sih aku mesti
memojokkan posisinya."
Berpikir sampai disitu, dia segera berjalan menghampiri ke
sisi tubuh Sastrawan bisu tuli kemudian sambil berjongkok,
panggilnya dengan suara lirih :
"Koko..." Belum habis dia memanggil, air matanya telah bercucuran
membasahi wajahnya. Sambil tertawa getir Sastrawan bisu tuli berkata :
"Adik Hui, kesemuanya ini merupakan kesalahanku, aku
telah menodai nama baik keluarga Tio, apakah kau masih
membenciku?" Dengan mata berkaca-kaca Sik Tiong Giok menjawab :
"Aku hanya terdorong oleh emosi saja sehingga bersikap
kasar kepadamu, aku tak akan membencimu."
Sekulum senyum segera tersungging di ujung bibir
Sastrawan bisu tuli, dia berkata lagi :
"Akupun merasa tenang setelah mendengar perkataan itu,
aku akan mati dengan mata meram, semoga kau bisa
berjuang lebih baik lagi sehingga mengangkat kembali nama
baik keluarga T io kita..."
Ketika berbicara sampai disitu, suaranya sudah menjadi
lemah dan parau, mendadak tubuhnya berkelejotan kemudian
membungkam dan tak pernah bersuara lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan gugup si rase sakti Li Keng kiu berusaha
memayang tubuhnya itu. Sedangkan Gho hui lonie segera berbisik dengan suara lirih:
"Dia telah berpulang ke alam baka..."
Belum habis perkataan tersebut diucapkan, Sik Tiong Giok
sudah menangis tersedu-sedu dengan amat sedihnya.
Fajar sudah mulai menyingsing, sinar matahari memancarkan sinar keemas-emasannya menyinari seluruh
angkasa tapi suasana di tempat itu sangat hening, semua
orang terbungkam dalam seribu bahasa.
Sampai lama kemudian mereka baru menggali liang tanah
untuk menguburkan Kaisar dari dinasti Song yang terakhir itu,
kemudian setelah memanjatkan doa bagi keberangkatannya
ke alam baka semua orang baru berlalu dari situ dengan
membawa perasaan hati yang pedih.
Pek siu sinkun suami isri tetap tinggal di lembah seratus
binatang meneruskan tradisinya, karena mereka sudah
terbiasa hidup memencilkan diri dari keramaian dunia.
Hanya kini, di atas sebidang tanah yang mereka huni, telah
bertambah dengan kuburan dari seorang kaisar yang malang.
Sebaliknya Pangeran Serigala langit meneruskan perjuangannya berusaha mengusir kaum penjajah dari tanah
airnya, sekalipun usahanya itu tidak mencapai hasil yang
diharapkan, namun tujuannya berhasil juga terwujud
beberapa ratus tahun kemudian, di saat bangsa Han berhasil
mengusir kaum penjajah dari tanah airnya.
Sementara nama besar Pangeran Serigala pun jadi
termashur di seluruh dunia persilatan.
T A M A T Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kisah Si Naga Langit 10 Seruling Gading Lanjutan Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Kemelut Blambangan 9
^