Pencarian

Mas Rara 5

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 5


Tapi...." "Tapi?" Manggada mengulang.
Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya orang-orang yang duduk di
sekitarnya. Tampaknya mereka saling berbincang dengan temannya masing-masing,
tanpa menghiraukan orang yang duduk di sebelah anak-anak muda itu.
Tetapi orang itu menggeleng sambil berdesis "Tidak apa-apa.
Raden Panji memang seorang yang sering memberi hadiah pada orang-orang yang
berjasa padanya. Sebagaimana Raden Panji akan memberi hadiah pada kalian"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana mengungguk-angguk. Tetapi mereka sadar bahwa bukan itu yang
akan dikatakan oleh orang itu.
Sementara Wirantana bertanya "Apakah Raden Panji sering memberi hadiah seperti
ini?" Pembicaraan diantara mereka terputus. Wirantana,
Manggada dan Laksana tahu bahwa orang itu tidak dapat mengatakan lebih banyak
lagi tentang Raden Panji. Karenanya, anak-anak muda itu tidak bertanya lebih
banyak lagi. Sementara itu, di ruang dalam, Raden Panji telah memanggil Mas Rara dan
perempuan tua yang melayani gadis itu.
"Nah" berkata Raden Panji "aku sudah selesai makan.
Seharusnya kaupun makan juga bersamaku. Tapi aku tidak mau melihat mata laki-
laki yang menjengkelkan di pendapa itu, yang selalu menatapmu. Semua orang. Dan
dari mata mereka terpancar sorot perasaan mereka. Ada yang iri, ada yang dengki,
dan yang lebih jahat lagi ada diantara mereka yang memandangimu dengan penuh
gairah. Rasa-rasanya aku ingin membunuh mereka"
Jantung Mas Rara menjadi semakin berdebaran. Namun Raden Panji kemudian
mengatakan niatnya untuk mempercepat saat pernikahan mereka.
"Sebelum aku mendapat tugas penting dari Pajang" berkata Raden Panji.
Wajah Mas Rara yang pucat menjadi semakin pucat.
Jantungnyapun berdegup, semakin cepat. Keringat dingin telah membasahi pakaian
yang dipakainya. Tetapi Raden Panji seakan-akan tidak melihat kegelisahan itu. Bahkan iapun
kemudian berkata "Dengan demikian, maka segalanya akan segera menjadi bersih.
Tidak ada lagi hambatan yang menghalangi kita"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara menundukkan kepalanya. Ketegangan yang tajam telah mencengkam seisi
dadanya. Namun Raden Panji justru bertanya "Mas Rara. Bukankah kau merasa bersukur atas
keputusanku itu" Kau akan segera menjadi seorang perempuan yang sangat dihormati
disini. Karena aku adalah orang yang paling berkuasa disini, maka kaupun akan menjadi
perempuan yang paling berbahagia.
Semua perempuan akan menghormatimu karena kau, adalah perempuan yang
berkedudukan paling tinggi. Kau dengar" Kau adalah perempuan yang berkedudukan
paling tinggi" Mas Rara masih menunduk. Isi dadanya menjadi semakin sakit. Rasa-rasanya
jantungnya akan meledak mendengar kata-kata Raden Panji itu.
"Mas Rara" berkata Raden Panji kemudian "kau tidak usah merasa malu. Katakan,
apakah kau menjadi berbahagia karenanya?"
Darah Mas Rara mengalir semakin cepat di dalam tubuhnya.
"Katakan" perintah Raden Panji.
Dan Mas Rarapun tahu bahwa ia memang harus menjawab sebagaimana diminta oleh
Raden Panji. "Katakan" desak Raden Panji "jangan membuat aku menjadi gila. Bukankah kau
merasa bahagia karena keputusanku untuk mempercepat hari pernikahan kita?"
Memang tidak ada pilihan lain. Meskipun kemudian yang hampir menjadi gila adalah
Mas Rara. tetapi Mas Rara itu menjawab "Ya Raden Panji"
"Katakan bahwa kau merasa berbahagia" perintah Raden Panji.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku merasa berbahagia Raden Panji" berkata Mas Rara kemudian dengan mulutnya,
tetapi tidak dengan hatinya.
Bahkan sebaliknya, hatinya menjadi semakin pedih.
Tetapi Raden Panji tertawa. Katanya "Sukurlah. Ternyata dugaanku benar. Kau
tentu menjadi tidak sabar menunggu hari perkawinan yang aku tetapkan. Jangan
cemas. Besok pagi-pagi kakakmu akan pulang memanggil ayah dan ibumu. Pekan ini
kita akan menikah dengan resmi"
Wajah Mas Rara menjadi tegang. Tetapi Raden Panji itu tertawa berkepanjangan.
Katanya kepada perempuan tua yang melayani Mas Rara itu "Siapkan Mas Rara untuk
memasuki hari perkawinannya. Ajari gadis itu apa yang harus dilakukannya sesudah
hari pernikahan itu. Agaknya ia masih terlalu bodoh sehingga ia harus tahu
tugasnya sebagai seorang isteri agar aku tidak menjadi marah dihari pertama
perkawinanku" Perempuan tua itu mengangguk hormat sambil menjawab
"Baik Raden Panji"
"Gadis yang cantik ini harus mengetahui kewajibannya dengan baik" berkata Raden
Panji. Namun iapun kemudian tertawa berkepanjangan.
Ketika kemudian Raden Panji berdiri dan melangkah ke pintu, perempuan tua itu
bertanya "Ampun Raden Panji, apakah pakaian pengantin bagi Mas Rara harus
dipersiapkan yang baru, atau memakai pakaian pengantin yang sudah ada?"
Wajah Raden Panji menjadi merah. Matanya terbelalak sambil membentak "Perempuan
dungu. Jika kau bukan perempuan tua, aku tampar mulutmu. Kau kira aku siapa he"
Sudah tentu isteriku yang cantik ini tidak boleh memakai barang bekas. Ia harus
memakai pakaian yang paling baik dan baru. Kau dengar?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, ya Raden" jawab perempuan tua itu dengan nada gemetar "tetapi apakah
pakaian baru itu dapat dibuat dalam waktu yang pendek ini?"
"Kenapa tidak" Sehari pakaian itu harus jadi. Seandainya aku ingin pernikahanku
berlangsung besok, maka pakaian itu harus siap besok. Kerahkan lima atau bahkan
sepuluh orang untuk membuat pakaian itu atau jika perlu seratus orang" Raden
Panji hampir berteriak. Perempuan tua itu menunduk dalam-dalam. Ia memang sudah menduga bahwa ia akan
dibentak-bentak dengan pertanyaannya. Tetapi ia menganggap bahwa lebih baik
dibentak-bentak sekarang daripada ia salah langkah. Jika ia keliru justru disaat
hari perkawinan, maka ia tidak akan mendapat ampun lagi. Karena ia tahu bahwa
tidak mungkin membuat pakaian pengantin dalam waktu yang singkat dengan
mengerahkan seratus orang sekalipun, karena pakaian itu hanya dapat dibuat oleh
seorang saja atau paling tidak dua tiga orang untuk membantunya.
Perempuan tua itu tidak bertanya lagi. Sementara Raden Panji bergumam "Lebih
baik berada di pendapa daripada aku harus membunuh perempuan tua yang dungu ini"
Perempuan tua itu hanya berdiam diri saja. Sementara Raden Panji telah melangkah
kembali kepintu. Sambil membuka pintu ia berkata "Besok kakakmu akan menjemput
orang tuamu" Ketika Raden Panji telah berada diluar pintu, maka perempuan tua itu menarik
nafas dalam-dalam. Sementara Mas Rara bertanya dengan nada dalam "Kau tidak apa-
apa bibi?" "Tidak Mas Rara. Tidak" jawab perempuan tua itu.
"Sukurlah" desis Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lebih baik begitu Mas Rara. Jika aku melakukan kesalahan justru dihari
perkawinan, maka aku akan mengalami nasib yang sangat buruk" jawab perempuan tua
itu. Mas Rara mengangguk-angguk. Tetapi dari wajahnya
memancar kegelisahan yang sangat. Hari perkawinan itu akan diajukan begitu cepat
sehingga ia tidak mendapat
kesempatan untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya memasuki neraka yang
mengerikan itu. Tetapi tidak seorangpun dapat merubah keputusan Raden Panji yang paling berkuasa
didaerah itu. Di pendapa Raden Panji telah berkata lantang "He kau, Wirantana. Bukankah namamu
Wirantana?" Wirantana mengangguk hormat sambil menjawab "Ya Raden Panji"
"Nah, besok kau harus pulang ke rumahmu. Besok pagi-pagi.
Katakan kepada ayah dan ibumu, bahwa mereka harus datang secepatnya kemari. Aku
akan mempercepat hari perkawinanku"
berkata Raden Panji. Wajah Wirantana menjadi tegang. Tetapi kemudian iapun berpendapat, bahwa hal itu
tentu akan lebih baik daripada pernikahan itu dipercepat tidak setahu ayah dan
ibunya. Karena itu, maka Wirantana itupun sekali lagi mengangguk hormat sambil berkata
"Ya Raden Panji. Besok aku akan memberitahukan kepada ayah ibuku"
"Bagus. Tetapi kau harus pergi sendiri dan kembali sebelum sepekan bersama ayah
dan ibumu. Kedua orang anak yang sombong itu tidak perlu kau bawa lagi kemari.
Aku tidak mengundangnya dihari pernikahanku" berkata Raden Panji.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada dan Laksana menahan nafasnya sehingga
dadanya merasa sesak. Darahnya menjadi panas. Namun ia sadar, bahwa ia harus
bertahan untuk tidak berbuat apapun juga. Jika ia melakukan satu kesalahan
setidak-tidaknya menurut Raden Panji, maka ia yakin, bahwa jiwanya akan
terancam. Karena itu, maka kedua orang anak muda itu hanya
mengatupkan giginya saja rapat-rapat.
Sejenak kemudian, maka Raden Panji yang merasa bahwa keperluannya sudah cukup
telah membubarkan pertemuan itu.
Para pengawalnya segera bersiap untuk membawa Raden Panji kembali kerumahnya.
Namun Raden Panji masih sempat minta diri kepada Mas Rara "Aku akan
mempersiapkan segala-galanya. Jangan cemas.
Perkawinan kita akan berlangsung dalam pekan ini juga"
Mas Rara menunduk meskipun ia tahu bahwa ia harus menjawab. Karena itu terdengar
suaranya perlahan sekali "Terima kasih Raden Panji"
"Kau harus mempersiapkan dirimu baik-baik. Perempuan tua itu akan mengajarimu
apa yang harus kau lakukan dihari pertama pernikahan kita itu" berkata Raden
Panji kemudian. Lalu "Besok kakakmu akan menjemput orang tuamu"
Mas Rara tidak menjawab. Sementara Raden Panjipun kemudian telah meninggalkannya
dan selanjutnya meninggalkan rumah itu. Sepeninggal Raden Panji, maka pendapa dan bahkan
halaman rumah itupun menjadi lengang. Beberapa orang yang hadir di pendapa itu
sebagian ikut mengiringi Raden Panji kembali ke rumahnya yang hanya berjarak
beberapa patok saja bersama para prajurit pengawal. Sedangkan yang lain pulang
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kerumah masing-masing. Orang yang duduk disebelah Wirantana itu sempat berkata
"Berbuatlah sebaik-baiknya sesuai dengan keinginan Raden Panji untuk kebaikanmu
dan kebaikan adik perempuanmu"
Wirantana mengangguk-angguk. Ia mengerti maksud orang itu. Karena itu, maka ia
berdesis "Terima kasih Ki Sanak. Tetapi siapa nama Ki Sanak itu?" bertanya
Wirantana. "Namaku Wirasta" jawab orang itu "aku belum lama tinggal di padukuhan ini.
Tetapi dalam waktu yang pendek aku segera mengenali sifat Raden Panji"
Wirantana mengangguk-angguk. Sementara Manggada
bertanya "Dimana rumah Ki Sanak?"
"Beberapa ratus langkah dari rumah ini" jawab orang itu
"tidak terlalu jauh"
Tiba-tiba saja Laksana bertanya pula "Apakah kami boleh berkunjung ke rumah Ki
Sanak?" Orang itu tersenyum sambil menggeleng "Tidak perlu anak muda. Bukan maksudku
menolak kebaikan hati kalian. Tetapi aku tidak ingin mendapat perhatian khusus
dari Raden Panji disini, justru karena aku tahu sifat Raden Panji"
Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Sementara orang itu berkata "Aku mohon
kalian mengerti" "Ya, ya" sahut Manggada "apalagi kami berdua. Nampaknya Raden Panji tidak senang
melihat kehadiran kami, meskipun kami datang atas undangan Raden Panji itu"
Orang itu mengangguk angguk. Namun iapun kemudian melangkah sambil berrdesis
"Aku minta diri"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang itupun kemudian telah meninggalkan halaman rumah itu tanpa berpaling lagi.
Nampaknya ia benar-benar tidak ingin menarik perhatian Radenn Panji dan orang--
orangnya. Beberapa saat kemudian, maka rumah itu menjadi lengang.
Meskipun masih ada satu dua orang prajurit yang nampaknya mendapat tugas untuk
berjaga-jaga, tetapi tidak ada lagi orang yang hilir mudik di halaman. Satu dua
orang pelayan masih membenahi pendapa yang telah kosong.
Wirantana, Manggada dan Laksanapun kemudian telah pergi ke tempat kedua orang
yang melayani kereta berkuda yang mereka pinjam dari Ki Jagabaya.
"Besok kita pulang" berkata Wirantana kepada mereka berdua.
"Baiklah" jawab seorang diantara mereka "rasa-rasanya aku sudah lama
meninggalkan anak isteriku"
Wirantana tersenyum. Namun katanya "Tetapi sehari kemudian kita akan kembali
kemari. Aku akan menghadap Ki Jagabaya untuk memohon agar aku diperkenankan
meminjam pedati itu lagi"
"Untuk apa?" bertanya orang itu.
"Aku harus membawa ayah dan ibuku kemari sebelum
sepekan" jawab Wirantana.
Orang yang melayani kereta itu mengangguk-angguk.
Katanya "Segala sesuatunya terserah kepada Ki Jagabaya. Jika aku diperintahkan
untuk kembali kemari, maka akupun akan kembali"
"Terima kasih" jawab Wirantana "kita dapat mempersiapkan diri sejak sekarang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Wirantana, Manggada dan Laksana kembali ke gandok yang disediakan bagi
mereka, maka kedua orang itupun telah mulai membenahi kereta mereka. Besok pagi-
pagi sekali kereta itu akan menempuh lagi perjalanan panjang kembali ke Nguter.
Sedangkan sehari kemudian, mereka akan kembali lagi ke padukuhan itu.
Di biliknya, Manggada berdesis "Besok kita akan berpisah"
"Begitu cepatnya perpisahan itu terjadi. Sebenarnya aku ingin kalian hadir saat
adikku menikah sepekan lagi" desis Wiratana.
Manggada menggeleng. Katanya "Tidak mungkin" Sementara Laksana menyambung "Kau
dengar, bahwa Raden Panji telah mengusir kami"
"Ya. Aku tidak mengerti kenapa Raden Panji telah berbuat sedemikian kasarnya"
gumam Wirantana "seharusnya ia berterima kasih kepada kalian"
Namun Manggada sempat juga bergurau "Raden Panji
menjadi cemburu. Bukankah aku atau Laksana jauh lebih muda dan tampan dari Raden
Panji itu" Wirantana yang wajahnya tegang itu sempat juga
tersenyum. Namun Laksana menyahut "Tetapi Mas Rara tentu akan memilih orang lain
jika ia mendapat kesempatan. Bukan Raden Panji tetapi juga bukan salah seorang
diantara kami berdua"
Wirantana sempat tertawa pendek. Katanya "Untunglah kesempatan untuk memilih itu
tidak ada pada Mas Rara"
Laksana menarik nafas dalam-dalam. Namun ia tidak berkata apapun.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketiganya berhenti bergurau ketika mereka melihat seseorang datang menemui
mereka. Ketiga anak muda itu segera dapat mengenalnya, bahwa orang itu adalah
pemimpin prajurit yang menjemput Mas Rara dari Nguter kemarin lusa.
Ketiga anak muda itu memang menjadi berdebar-debar.
Tetapi wajah prajurit itu nampak ramah dan tidak berkesan keras.
"Maaf anak-anak muda. Barangkali aku akan mengganggu kalian yang sedang
beristirahat" berkata pemimpin prajurit itu.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah tidak" jawab Wirantana. Tetapi iapun berkata "Namun kehadiran Ki Sanak
memang agak mengejutkan. Barangkali ada perintah dari Raden Panji?"
"Aku datang bukan atas nama Raden Panji" jawab perwira itu. Lalu katanya "Tetapi
atas keinginanku sendiri"
"O" Wirantana mengangguk-angguk "terima kasih atas kunjungan Ki Sanak. Tetapi
apakah ada sesuatu yang penting?"
"Tidak anak-anak muda" jawab prajurit itu "aku datang untuk mengucapkan terima
kasih" Wirantana termangu-mangu sejenak. Berempat merekapun kemudian duduk diserambi
gandok. "Aku tidak dapat melupakan bantuan kalian yang justru menentukan anak-anak muda"
berkata prajurit itu. "Bantuan apa yang telah kami berikan?" bertanya Wirantana.
"Ketika kami membawa Mas Rara kemari, bukankah kalian telah berbuat sesuatu yang
justru berhasil menyelamatkan Mas Rara meskipun harus mengorbankan pamannya.
Kalianiah yang pertama-tama melihat sekelompok penjahat yang telah berusaha
menjebak kami. Sudah tentu atas perintah Ki Sanak"
jawab prajurit itu "selanjutnya,
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"kalian pulalah yang telah mengambil Mas Rara dari tangan pamannya yang mencoba
melarikannya itu" "Hanya satu langkah kecil dari seluruh tugas yang Ki Sanak lakukan" desis
Wirantana. "Sementara itu, meskipun Raden Panji juga menyatakan terima kasih kepada kalian,
tetapi seakan-akan kedua anak muda yang sebelumnya telah menolong Mas Rara dari
tajamnya taring seekor harimau itu telah diusirnya" desis prajurit itu pula.
"Tidak apa-apa Ki Sanak" sahut Manggada "kami tahu bahwa kami memang tidak
pantas untuk berada di rumah Raden Panji.
Kamipun telah menerima hal ini dengan hati terbuka. Besok pagi-pagi kami berdua
akan meninggalkan tempat ini dengan lapang dada, sementara Wirantana akan pulang
menjemput kedua orang tuanya"
Prajurit itu mengangguk-angguk. Katanya "Tanpa kalian bertiga, maka aku kira
sudah menerima hukuman yang sangat berat karena Mas Rara tentu sudah hilang.
Mungkin akupun akan hilang pula dari percaturan para prajurit dibawah perintah
Raden Panji" "Ah, tentu tidak. Ki Sanak tentu dapat mengatasinya"
berkata Laksana kemudian.
"Mungkin saat itu kami dapat mengalahkan para penjahat yang diupah oleh Ki Resa
itu. Tetapi bukankah kami akan kehilangan Mas Rara yang dilarikan oleh Ki Resa,
justru karena hal itu diluar perhitungan kami" Setidak-tidaknya kami akan
mengira bahwa Ki Resa berniat menyelamatkan kemenakannya itu" desis pemimpin
prajurit yang menjemput Mas Rara itu.
Ketiga anak muda itu hanya mengangguk-angguk kecil saja.
Sedangkan prajurit itu berkata selanjutnya Rasa-rasanya sikap http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Raden Panji tidak adil terhadap kedua orang anak muda ini.
Mungkin pada saatnya, sikap yang demikian pula akan dialami oleh Wirantana dan
bahkan kedua orang tuanya"
"Sudahlah" berkata Manggada "lupakan semuanya itu Ki Sanak"
Tetapi prajurit itu berkata terus "Bukannya aku tidak melaporkan hal ini kepada
Raden Panji. Aku telah melaporkan selengkapnya, Akupun agak terkejut melihat
sikapnya itu" "Itu adalah ciri seorang yang mempunyai kekuasaan tanpa batas" berkata Wirantana
hampir diluar sadarnya. Prajurit itu mengangguk-angguk. Katanya "Aku mengenal sifat Raden Panji dengan
baik. Tetapi semakin lama, kami para prajurit bukannya semakin memahami sifat
dan wataknya, tetapi justru sebaliknya. Kami menjadi semakin tidak mengerti"
"Jika Raden Panji itu menikah sepekan lagi, mudah-mudahah peristiwa itu akan
dapat merubah sikapnya" berkata Wirantana.
"Tetapi ketahuilah anak-anak muda. Raden Panji bukannya baru akan menikah untuk
pertama kali" desis prajurit itu.
Wirantana mengangguk-angguk. Ia mengerti maksud prajurit itu. Pernikahan yang
telah dilakukan Raden Panji berulang kali, sama sekali tidak merubah sifat dan
wataknya. "Anak-anak muda" berkata prajurit itu "aku tidak dapat berbuat lain kecuali
sekedar mengucapkan terima kasih. Tetapi apa yang telah kalian lakukan waktu
itu, benar-benar telah menyelamatkan nyawaku"
"Tidak ada yang kami lakukan" desis Manggada "sudahlah.
Mudah-mudahan Ki Sanak akan dapat menempatkan diri Ki Sanak diantara keluarga
besar kekuatan Pajang di tempat ini"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Prajurit itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Mudah-mudahan aku tidak menjadi
gila disini. Mudah-mudahan aku segera ditarik ke Pajang untuk tugas lain. Aku
lebih senang ditugaskan di daerah-daerah yang keras meskipun berbahaya daripada
berada di dekat Raden Panji yang aneh itu, meskipun kami para prajurit disini
mendapat cukup makan dan pakaian.
Bahkan seluruh keluarga para prajurit"
"Apakah keluarga Ki Sanak juga tinggal di padukuhan ini?"
bertanya Wirantana. "Tidak" jawab prajurit itu "adalah kebetulan bahwa aku sendiri tidak mempunyai
keluarga. isteriku meninggal sebelum kami mempunyai anak. Beberapa orang kawanku
yang mempunyai anak dan isteri, juga tidak dibawa kepadukuhan ini.
Mereka tinggal di keluarga mereka yang lain. Kami tidak menetap disini untuk
seterusnya. Mungkin dalam waktu yang tidak terlalu lama kami dipindahkan ke
tempat lain. Dan jika hal itu terjadi dalam waktu singkat, maka kami akan merasa
sangat berbahagia" Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Tetapi mereka tidak menjawab, karena
mereka tidak tahu apa yang harus dikatakannya.
Prajurit itu ternyata tidak terlalu lama berbicara dengan ketiga orang anak muda
itu. Beberapa saat kemudian mereka bangkit berdiri karena prajurit itu telah
minta diri untuk kembali ke kesatuan mereka.
"Prajurit-prajuritku mendapat tugas untuk menjaga tawanan"
berkata pemimpin prajurit yang menjemput Mas Rara itu.
Demikianlah maka sejenak kemudian prajurit itupun telah meninggalkan ketiga
orang anak muda yang termangu-mangu.
Ketika prajurit itu sampai keregol maka Wirantanapun berdesis
"Ternyata prajurit itu juga mengalami tekanan perasaan selama http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia berada di sini" "Tetapi tentu ada orang yang memanfaatkan sifat dan watak Raden Panji itu untuk
kepentingan diri sendiri" sahut Manggada.
"Ya" guman Laksana "justru orang-orang yang demikian itulah orang-orang yang
berbahaya. Orang yang duduk disebelahnya itupun nampaknya mengerti keadaan di
lingkungan Raden Panji itu dengan baik"
"Tetapi ia mengaku orang baru disini" sahut Laksana.
"Semakin lama akupun menjadi semakin tidak mengerti"
berkata Wirantana. Manggada menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Memang agak berbeda dengan orang
yang duduk disebelahmu yang nampaknya justru berusaha untuk mengerti"
Wirantana termangu-mangu sejenak. Namun tiba-tiba ia berkata "Ternyata para
prujurit yang bertugas disini selalu berharap untuk segera dipindahkan"
"Kenapa kau berkesimpulan seperti itu?" bertanya Laksana.
"Meskipun mereka itu mendapat gaji yang cukup, makan dan pakaian bahkan bagi
keluarga mereka, tetapi keluarga mereka tidak mereka bawa ke padukuhan ini"
jawab Wirantana. Manggada dan Laksana mengangguk-angguk. Mereka
berkesimpulan bahwa tempat ini memang tempat yang sulit untuk dimengerti. Hanya
orang-orang yang bersungguh-sungguh berusaha untuk mengerti secara khusus
sajalah yang akan dapat mengerti.
Bahkan bukan saja apa yang kasat mata, tetapi juga apa yang tersirat
daripadanya. Mereka justru berusaha untuk http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat jauh kepusat jantung Raden Panji yang memiliki kekuasaan yang seakan-
akan tidak terbatas itu. Namun Manggada dan Laksana tidak akan mendapat
kesempatan untuk melihat lebih banyak lagi tentang isi dari padukuhan itu.
Mereka besok harus meninggalkan rumah itu pagi-pagi benar, bersama-sama dengan
keberangkatan Wirantana pulang.
Ketiga orang itupun telah berbenah diri sebaik-baiknya.
Mereka akan berpisah besok. Meskipun Manggada dan Laksana belum terlalu lama
mengenal Wirantana, namun mereka seakan-akan telah merupakan sahabat-sahabat
yang sangat akrab. Apalagi mereka telah mengalami bersama-sama ancaman bagi jiwa
mereka. Menjelang senja turun, maka datang beberapa orang prajurit utusan Raden Panji
menemui Manggada dan Laksana. Mereka membawa dua bingkisan kecil yang berisi apa
yang oleh Raden Panji disebut pakaian sepengadeg. Tidak lebih dari selembar kain
panjang dan selembar baju lurik berwarna hitam. Tidak ada ikat kepala, apalagi
ikat pinggang yang dilengkapi dengan kamus dan timang.
"Kami mendapat pesan selain menyerahkan hadiah yang dijanjikan oleh Raden Panji,
maka kami juga harus memperingatkan bahwa besok pagi-pagi kalian berdua diminta
sudah tidak berada di padukuhan ini lagi" berkata pemimpin sekelompok prajurit
itu. "Baik Ki Sanak" jawab Manggada "aku juga sudah berjanji kepada Raden Panji"
"Baiklah anak muda. Kami hanyalah sekedar utusan" desis prajurit itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami tahu itu" sahut Manggada pula. Prajurit-prajurit itupun termangu-mangu
sejenak. Namun pemimpin kolompok itu kemudian mengangguk
sambil berkata "Kami minta diri anak-anak muda. Kami telah melakukan tugas kami"
"Sampaikan terima kasih kami kepada Raden Panji. Kami juga mohon diri, besok
sebelum matahari terbit, kami akan meninggalkan padukuhan ini" berkata Manggada.
Jilid 4 "AKU juga mohon diri" sambung Wirantana "aku akan kembali menjemput ayah dan
ibuku. Sebelum sepekan mereka harus sudah berada di padukuhan ini"
"Baiklah anak-anak muda" berkata pemimpin prajurit itu
"kami akan menyampaikannya kepada Raden Panji"
Sepeninggal para prajurit itu, Manggada berdesis "Untuk menyampaikan hadiah
seperti ini, kenapa harus sekelompok prajurit. Bukankah satu atau dua orang saja
sudah cukup?" "Satu kehormatan" desis Wirantana "bukankah dengan demikian kalian cukup
dihormati disini, sehingga untuk menyerahkan hadiah yang tidak berarti itu telah
dilakukan oleh sekelompok prajurit?"
"Kami memang tidak pernah memikirkan hadiah. Karena itu, kami tidak memikirkan
apakah hadiah itu benilai atau tidak"
desis Manggada. "Justru karena itu" berkata Wirantana "justru karena hadiahnya tidak bernilai,
maka ada nilai yang lain yang diberikan kepada kalian. Satu penghormatan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada mengerutkan keningnya. Namun iapun kemudian tertawa sambil berkata
"Nilai-nilai yang sulit aku dapatkan ditempat lain"
Ketiga anak muda itupun tertawa. Namun hati mereka terasa seperti disentuh ujung
duri. Mereka merasa betapa perlakuan yang diberikan oleh Raden Panji itu benar-
benar menyakiti hati mereka. Terutama Manggada dan Laksana. Namun demikian
Manggada juga merasa gelisah karena adiknya yang tentu merasa sangat gelisah
pula. Wirantana sudah membayangkan bahwa menjadi isteri Raden Panji bukannya
satu peristiwa yang bernilai tinggi, tetapi justru akan merupakan satu
penderitaan yang panjang. Apalagi Mas Rara adalah isteri Raden Panji yang
keenam. Ia akan menjadi endapan kepahitan hidup kelima isteri Raden Panji
sebelumnya. Namun tiba-tiba terbersit satu pertanyaan "Apakah aku akan membiarkan
penderitaan itu berkepanjangan?"
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu, ketiga anak muda itupun
telah berada di dalam biliknya. Laksana sempat membaringkan diri dipembaringan,
sementara Manggada dan Wirantana duduk diamben bambu sambil merenung.
Sementara itu maka senjapun menjadi semakin gelap.
Lampu telah dinyalakan dimana-mana. Digandok itupun lampu telah dinyalakan pula.
"Aku akan berbicara dengan sais dan pembantunya itu"
berkata Wirantana. Manggada dan laksana mengangguk. Dengan nada datar Manggada berkata "Aku akan
segera tidur agar besok aku dapat bangun dini hari"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Bukankah kita menunggu makan
malam?" Manggada tidak menjawab. Ia duduk sambil tersenyum, sementara Laksana masih saja
berbaring. Sekali-sekali matanya justru terpejam meskipun ia tidak ingin segera
tidur. Kepada kedua orang yang melayani pedati berkuda itu Wirantana sudah berpesan,
agar pedati itu dipersiapkan.
Mereka akan berangkat menjelang fajar.
"Kita tinggal berangkat" berkata seorang diantara mereka
"segalanya sudah siap"
"Baiklah" berkata Wirantana "besok kita berangkat sebelum padukuhan ini
terbangun. Kita berangkat bersama-sama dengan Manggada dan Laksana meskipun
tujuan kita berbeda"
"Kedua orang anak itu akan pergi kemana?" bertanya seorang yang lain.
"Mereka memang sedang mengembara. Mungkin mereka
akan pergi ke Pajang" jawab Wirantana.
Demikian maka Wirantanapun telah meninggalkan kedua orang itu. Sementara itu,
kedua orang itu memang sudah menyiapkan segala-galanya. Bahkan senjata merekapun
telah mereka siapkan. Ketika Wirantana kembali ke gandok ternyata makan malam bagi mereka telah
dipersiapkan. Setelah makan malam maka rasa-rasanya udara menjadi panas sehingga bertiga anak-
anak muda itu justru duduk-duduk diserambi yang udaranya terasa lebih sejuk.
Namun mereka tidak terlalu lama berada diserambi. Halaman rumah itu nampak
terlalu sepi. Meskipun ada dua orang prajurit yang berjaga, juga diregol dan
lima orang yang lain berada http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
digardu meskipun dua orang diantaranya sudah berbaring karena mendapat giliran
tidur disore hari, namun suasananya terasa sangat lengang.
Malam yang menjadi semakin dalam telah membuat ketiga orang itu mulai mengantuk.
Tetapi rasa-rasanya mereka masih belum puas berbicara justru disaat terakhir
mereka sempat melakukannya. Besok mereka sudah akan berpisah.
Tanpa mereka sadari, maka mereka telah berbicara kian kemari, termasuk
membicarakan sifat-sifat Raden Panji serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat
terjadi atas Mas Rara. Namun akhirnya mereka memang menjadi mengantuk sekali menjelang tengah malam.
Karena itu, maka Wirantanapun berkata "Baiklah. Kita akan beristirahat sekarang.
Besok menjelang fajar kita akan bersiap"
Manggada dan Laksanapun mengangguk-angguk. Dengan nada rendah agak tertelan
Manggada berkata "Aku juga sudah mengantuk"
Demikianlah, maka ketiga orang anak muda itupun telah membaringkan dirinya
dipembaringan. Sekali-sekali mereka menguap dan menggosok mata mereka. Memang
terasa sayang sekali bahwa mereka akan melewatkan saat-saat terakhir mereka bertemu
hanya untuk tidur. Namun mereka tidak dapat mengelak.
Tetapi ketika mata mereka telah terpejam, maka ketiga anak muda itu telah
dikejutkan oleh pembicaraan yang terjadi di halaman. Tidak terlalu keras. Namun
nampaknya bersungguh-sungguh.
"Aku mengemban tugas dari Raden Panji" terdengar suara yang berat.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau membawa pertanda perintah itu?" bertanya suara yang lain.
"Ada" jawab orang yang pertama.
Wirantana memang sangat tertarik oleh pembicaraan itu.
Iapun segera bangkit, memadamkan lampu dan dengan sangat berhati-hati membuka
pintu bilik gandok. Manggada dan Laksanapun telah ikut pula mengintip dari sela-sela pintu bilik
gandok itu. Mereka melihat dua orang yang berdiri dihadapan salah seorang dari
para prajurit yang bertugas, bahkan agaknya pemimpin kelompoknya. Sementara dua
orang prajaurit yang lain, yang sudah bersiap-siap untuk beristirahat setelah
tugasnya diregol digantikan oleh dua orang kawannya, berdiri termangu-mangu
didepan gardu. Ketiga orang anak muda itu melihat salah seorang dari kedua orang yang mengaku
utusan Raden Panji itu telah menunjukkan sesuatu. Agaknya sebuah cincin.
"Kau tentu mengenal cincin ini. Cincin ini memang cincin pertanda perintah Raden
Panji" berkata orang itu.
Pemimpin sekelompok prajurit yang bertugas itu menarik nafas dalam-dalam Namun
katanya "tetapi Mas Rara tentu sudah tidur"
"Tidak apa apa. Kita harus membangunkannya dan segera membawanya menghadap Raden
Panji" jawab orang itu.
"Tetapi kenapa harus malam-malam begini?" bertanya pemimpin prajurit itu.
"Jangan bodoh" jawab orang yang membawa cincin itu.
Pemimpin prajurit yang sedang bertugas di rumah itu menarik nafas dalam-dalam.
Namun keragu-raguannyapun kemudian telah terdesak kesamping ketika utusan Raden
Panji http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berkata "Perintah Raden Panji. kami harus membawa Mas Kara. Tidak boleh ada
orang yang menghalanginya"
"Terserahlah" berkata pemimpin prajurit itu "tetapi sebenarnya aku kasihan
melihat gadis itu" "Apakah kau akan melawan perintah Raden Panji?" bertanya utusan itu.
"Tentu tidak. Ambillah" jawabnya.
Tetapi utusan itu berkata "Kaulah yang membangunkannya dan membawanya kemari.
Aku akan membawanya sampai kepada Raden Panji"
"Kau yang mendapat perintah. Lakukan perintah itu" jawab pemimpin prajurit yang
bertugas. "Perintah Raden Panji termasuk perintah kepada kalian"
jawab utusan itu. Tetapi pemimpin prajurit itu menggeleng. Katanya "Tentu tidak. Raden Panji hanya
memerintahkan kepadamu untuk mengambil gadis itu. Sekarang terserah kepadamu,
apakah kau akan membawanya menghadap atau tidak"
Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Seorang diantara mereka berkata
"Baiklah. Kami akan mengambilnya"
Meskipun sebenarnya ragu-ragu, tetapi kedua orang itupun telah menuju ke pintu
pringgitan. Dengan perlahan-lahan pintu itupun diketuknya.
Baru setelah diulang sampai dua tiga kali, maka terdengar seorang perempuan
menyapa "Siapa diluar?"
"Kami bibi. Mengemban perintah Raden Panji" jawab salah seorang diantara
keduanya. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa malam-malam?" bertanya perempuan yang ada didalam itu.
"Kami hanya mengemban perintah bi "jawab prajurit itu.
"Bagaimana kalau besok saja?" bertanya perempuan yang ada di dalam.
"Apakah ada diantara kita yang berani menentang perintah Raden Panji?" prajurit
itu justru bertanya. Perempuan itupun kemudian telah membuka pintu. Sebelum orang tua itu bertanya,
prajurit itu telah menunjukkan cincin yang dipakainya sambil berkata "Aku
membawa pertanda pengemban perintah Raden Panji"
Perempuan tua yang melayani Mas Rara termangu-mangu.
Ia menyadari apa yang akan terjadi dengan gadis yang lugu itu.
Tetapi iapun mengerti, apa yang terjadi terhadap seseorang yang berani menentang
perintah Raden Panji itu. Apalagi tentang seorang perempuan cantik yang telah
mengguncangkan hatinya sehingga Raden Panji itu tidak sabar lagi menunggu waktu
sepakan yang telah ditentukannya sendiri"
Satu gejolak perasaan telah terjadi dihati perempuan tua itu.
Rasa-rasanya ia memang ingin menghalangi kedua orang itu mengambil Mas Rara.
Tetapi perempuan tua itu menyadari, bahwa ia tidak akan berdaya berbuat sesuatu
untuk mencegahnya. "Maaf bibi" berkata prajurit itu "aku minta bibi
membangunkannya dan membawanya kemari. Kami akan
mengantar mereka kepada Raden Panji sekarang juga. Raden Panji sudah berpesan
agar aku segera kembali sambil membawa Mas Rara bersamaku. Raden Panji sudah
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengancam, jika aku gagal, maka leherku akan menjadi taruhan"
Perempuan tua itu termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian katanya " Itulah biliknya"
"Bawa gadis itu kemari" berkata kedua orang itu hampir berbareng.
Tetapi perempuan tua itu menggeleng lemah. Katanya "Kau ambil gadis itu sendiri,
Aku tidak sampai hati membangunkannya dan memberitahukannya bahwa ia
diperlukan Raden Panji sekarang juga, sementara masih ada tenggang waktu sepekan
dengan hari pernikahan yang ditentukan sendiri oleh Raden Panji"
Kedua orang itu menjadi tegang. Namun ia tidak akan dapat memaksa perempuan tua
itu untuk membangunkan Mas Rara.
Sementara waktunya sudali menjadi terlalu lama. Raden Panji yang memberikan
perintah langsung kepada kedua orang itu nampaknya tidak sabar lagi menunggu.
Karena itu, maka keduanyapun telah menyingkirkan
perasaannya sendiri yang justru berlawanan dengan tugas yang harus diembannya.
Seorang diantara mereka berkata "Aku akan membangunkannya"
Orang itu telah mendekati pintu bilik Mas Rara. Namun sebenarnyalah keragu-
raguan masih saja mencengkamnya.
Ketika diluar sadarnya prajurit itu menyentuh pintu, maka iapun tahu bahwa pintu
bilik itu telah diselarak dari dalam.
Perlahan-lahan orang itu mengetuk pintu sambil berdesis
"Mas Rara, Mas Rara"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa saat orang itu mengetuk pintu, namun sama sekali. tidak terdengar
jawaban. Karena itu, maka prajurit itu mengetuk semakin keras.
"Mas Rara" panggil prajurit itu.
Mas Rara sebenarnya memang sudah terbangun. Tetapi ia justru menjadi ketakutan.
Yang terdengar diluar pintu adalah suara laki-Iaki.
"Mas Rara" berkata prajurit yang membangunkannya itu
"aku membawa pesan Raden Panji. Pesan yang sangat penting bagi Mas Rara"
Mas Rara masih saja ragu-ragu. Namun karena pintu itu diketuk lagi, maka iapun
bertanya "Siapa diluar?"
Prajurit yang mendapat tugas untuk menjemput Mas Rara itu menarik nafas dalam-
dalam. Dengan nada rendah ia berkata
"Kami adalah utusan Raden Panji. Jika Mas Rara ragu-ragu, maka silahkan membuka
pintu. Kami akan menunjukkan pertanda perintah dari Raden Panji"
"Kenapa tidak besok saja?" bertanya Mas Rara.
"Pesan itu sangat penting Mas Rara" jawab prajurit itu "aku persilahkan Mas Rara
melihat cincin itu. Mas Rara tentu akan yakin, bahwa kami adalah utusan Raden
Panji" Mas Rara memang tidak dapat berbuat lain. Ia menyadari, bahwa dirinya bagaikan
seekor kelinci didalam kandang seekor harimau yang ganas.
Ketika prajurit itu mengetuk pintunya lagi, maka Mas Rara pun telah membukanya.
Diluar pintu ia melihat dua orang prajurit berdiri termangu-mangu. Beberapa
langkah dibelakangnya, orang tua yang melayaninya berdiri tegak dan tubuh
gemetar. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikian pintu terbuka, maka perempuan tua itu telah berlari memeluknya. Diluar
sadarnya, terasa air mata perempuan tua itu menitik dibahunya.
"Bibi" desis Mas Rara.
Perempuan tua itu tidak menjawab sama sekali. Tetapi kedua orang prajurit itulah
yang kemudian mengangguk hormat.
Mas Rara berdiri tegak memandangi kedua orang prajurit yang menunduk itu.
Meskipun keduanya belum mengatakan sesuatu kepadanya, tetapi Mas Rara seakan-
akan sudah tahu apa yang akan dilakukan Raden Panji atas dirinya.
Namun kemudian salah seorang dari kedua prajurit itu betapapun segannya,
terpaksa mengatakan "Mas Rara. Kami adalah utusan Raden Panji. Kami membawa
pertanda perintah. Kami ditugaskan untuk mempersilahkan Mas Rara bersama-sama dengan kami menghadap
Raden Panji" Meskipun Mas Rara sudah menduga, namun ketika kedua orang prajurit itu
menyampaikan perintah Raden Panji, jantungnya masih juga berdentangan keras
sekali. Perempuan tua yang kemudian melepaskan pelukannya itupun berdiri dengan cemasnya
disisi Mas Rara. Sudan beberapa kali ia menyaksikan perempuan yang menjadi
isteri Raden Panji. Namun perasaannya terasa lain ketika ia berhadapan dengan
Mas Rara. Apalagi jika ia melayani seorang perempuan yang tamak dan sombong.
Maka ia sama sekali tidak merasa tersentuh melihat saat-saat seperti yang sedang
terjadi itu. Ia merasa sangat benci kepada perempuan yang menyambut perintah
Raden Panji itu dengan sangat gembira dan penuh harapan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun ternyata bahwa sikap Mas Rara itu berbeda. Pada saat yang sangat gawat
itu, ia justru menemukan keberanian yang sudah terlepas dari dirinya sejak ia
dinyatakan akan menjadi isteri Raden Panji. Pribadinya yang serasa hilang itu
tiba-tiba pula telah bangkit kembali didalam dirinya. Bahwa tubuhnya rasa-
rasanya tidak menjadi miliknya lagi, dengan serta merta telah tersentak dari
relung jantungnya. Karena itu, maka Mas Rara itu dengan tengadah berkata
"Katakan kepada Raden Panji, bahwa aku tidak dapat menghadap sekarang. Kecuali
hari telah larut malam, katakan bahwa aku sedang sakit"
"Tetapi perintah Raden Panji mawanti-wanti" berkata prajurit itu "jika aku
kembali tanpa Mas Rara, maka aku akan mendapat hukuman yang sangat berat. Bahkan
mungkin aku akan dihukum mati"
"Kau tidak bersalah" berkata Mas Rara "perintahnya telah sampai kepadaku. Tetapi
akulah yang menolaknya. Bukan kalian berdua"
"Benar Mas Rara. Tetapi apakah aku dapat meyakinkan Raden Panji bahwa Mas Rara
menolak perintah itu?" desis prajaurit itu.
"Apakah kau akan membawa cincinku untuk meyakinkan Raden Panji?" bertanya Mas
Rara. "Tidak Mas Rara. Bukan cincin itu. Yang penting kami mengharap Mas Rara
menghadap Raden Panji. Apapun yang akan dilakukan Raden Panji benar-benar diluar
tanggung jawab kami. Jika kami melakukannya, itu semata-mata karena kamipun
merasa takut untuk menolak perintah itu" berkata prajurit yang menjadi gelisah
itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Katakan kepada Raden Panji, bahwa kau telah melakukan tugasmu dengan baik. Dan
katakan pula bahwa akulah yang menolak perintahnya. Jika Raden Panji marah dan
akan menjatuhkan hukuman, biarlah aku yang dihukum. Hukuman mati sekalipun"
jawab Mas Rara. Lalu katanya pula "Sampaikan kepada Raden Panji bahwa aku
menolak kemauannya. Aku baru akan menjadi isterinya sepekan lagi.
Wajah kedua utusan itu menjadi tegang. Mereka tidak mengira bahwa Mas Rara akan
menolak perintah yang diberikan Raden Panji. Secara kebetulan, seorang diantara
mereka juga melakukan perintah yang sama atas isteri Raden Panji yang ke lima.
Tapi perintah itu tidak ditolaknya. Utusan itu tidak tahu perasaan apa yang
bergejolak di hati perempuan itu.
Tapi perempuan itu tampaknya merasa bangga sekali. Baru beberapa hari kemudian
pernikahannya akan berlangsung.
Namun keluarga itu tidak lama tampak utuh. Beberapa bulan kemudian hubungan
mereka mulai retak dan nasib isteri kelima itu menjadi kurang baik.
Tetapi sekarang, seorang perempuan dari padukuhan Nguter telah berani menentang
perintah Raden Panji. Bahkan menentang untuk menerima hukuman mati sekalipun.
Ketika keduanya masih termangu-mangu, Mas Rara yang seakan-akan telah menemukan
dirinya kembali itu berkata "Ki Sanak, kembalilah. Aku masih letih. Aku masih
ingin tidur lagi" Kedua orang itu saling berpandangan sejenak. Namun seorang diantara mereka
berkata "Tidak Mas Rara. Aku harus kembali menghadap Raden Panji bersama Mas
Rara" "Aku tidak mau" bentak Mas Rara.
"Kami juga tidak berani kembali tanpa Mas Rara" sahut yang seorang lagi.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Terserah pada kalian. Tapi aku tidak akan pergi" jawab Mas Rara.
Kedua orang itu menjadi bingung. Dengan gagap, seorang diantara mereka berkata
"Tidak. Mas Rara harus pergi"
"Aku tidak mau" jawab Mas Rara tegas.
"Kami akan memaksa Mas Rara" utusan yang kehilangan akal itu mulai mengancam.
Wajah Mas Rara jadi makin tegang. Dengan suara bergetar ia berkata "Kau tahu
siapa aku" Kau tidak akan dapat menakut-nakuti aku. Aku adalah calon isteri
Raden Panji. Jika kalian berani menentang perintahku, itu berarti kalian berani
menentang Raden Panji"
Kedua orang itu memang menjadi bimbang. Tetapi
ketakutan yang bergejolak di jantung mereka ternyata lebih berat dibanding
keragu-raguan mereka, sehingga seorang diantara mereka berkata "Raden Panjilah
yang memerintahkan kami datang kemari. Karena itu, yang kami lakukan adalah atas
nama dan atas kuasanya. Karena itu, jangan menentang kami"
Debar jantung Mas Rara bagaikan semakin cepat berdegup.
Tapi ia masih berkata lantang "Pergi. Jangan mencoba mengganggu aku. Jika Raden
Panji mengetahuinya, kalian akan dihukum gantung"
"Kami mengemban perintah Raden Panji" ulang salah seorang dari mereka, tetapi
Mas Rara tetap pada pendiriannya.
Katanya "Aku tidak mau. Jika kau akan memaksakan, kalian akan menyesal. Aku
dapat mengatakan hitam atau putih tentang kalian kepada Raden Panji. Aku dapat
mengatakan bahwa kalian telah memanfaatkan keadaan itu untuk kepentingan dan
kesenangan kalian sendiri"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gila" wajah orang-orang itu menjadi marah. Seorang diantara mereka berkata
"Kami akan melakukannya dihadapan saksi-saksi, para prajurit yang bertugas di
tempat ini akan menjadi saksi apa yang telah kami lakukan. Mereka akan
mengatakan sesuai dengan apa yang mereka lihat"
Wajah Rara Wulan jadi panas. Ternyata orang-orang itu tidak lekas menjadi
ketakutan. Namun ia sudah bertekad untuk tidak mau pergi mengikuti keduanya.
Karena itu, Rara Wulan berkata "Aku tidak peduli. Tapi aku tidak mau. Jika
kalian coba menjamah kulitku dan menjadi kotor, Raden Panji tentu tidak akan
memaafkan kalian lagi"
Kedua orang itu memang berpikir. Namun seorang diantara mereka tiba-tiba saja
telah mencabut pedangnya sambil berkata "Mas Rara harus pergi. Aku memiliki
wewenang penuh untuk melakukan apa saja sampai Mas Rara berhasil aku bawa
menghadap Raden Panji"
"Termasuk membunuh aku?" tanya Mas Rara.
Orang yang memegang pedang itu menjadi makin bingung.
Ternyata Mas Rara sama sekali tidak menjadi gentar melihat ujung pedang yang
tajam runcing itu. Bahkan sambil menengadahkan dadanya ia berkata "Marilah. Jika
itu perintah Raden Panji, lakukanlah"
Sejenak kedua orang itu tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Sementara itu,
perempuan tua yang melayani Mas Rara menjadi sangat ketakutan. Ketika seorang
diantara kedua utusan Raden Panji itu mengacungkan pedangnya, perempuan itu
bergeser mendekati Mas Rara.
Karena kedua orang itu tidak segera berbuat sesuatu, sekali lagi Mas Rara
berkata "Ayo, bunuh aku jika kau berani melakukannya. Nanti bawa tubuhku
menghadap Raden Panji. Kau tentu akan menerima hadiah yang sangat besar, atau http://ebook-dewikz.com/


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lehermu akan dipenggal di halaman rumah Raden Panji untuk dijadikan pangewan-
ewan. Kepalamu akan dijadikan peringatan bagi orang-orang yang berani pada calon
isterinya. Jika hal seperti ini kau lakukan dua tiga bulan lagi, setelah aku
benar-benar jadi isterinya, mungkin kau akan naik pangkat. Tapi jika sekarang
kau lakukan, berarti kau akan membunuh diri"
Kedua orang itu benar-benar menjadi bingung. Tampaknya Mas Rara terlalu yakin
akan dirinya. Seakan-akan dalam waktu singkat Mas Rara telah berubah sama
sekali. Bukan lagi seorang perempuan lembut, penurut dan tanpa berani mengangkat
wajahnya dihadapan seseorang. Namun tiba-tiba ia dapat menjadi garang dan
menantang ujung pedang. Perempuan tua yang melayaninya menjadi sangat heran.
Kekuatan apa yang telah menggerakkan Mas Rara untuk berbuat demikian.
Namun dalam kebingungan dan tanpa dapat melihat jalan keluar yang lebih baik,
kedua orang itu telah melakukan kekerasan. Memang tidak menusuk jantung Mas Rara
dengan pedang. Justru senjata tajam yang sudah dicabut itu disarungkan kembali.
Keduanya kemudian memaksa Mas Rara untuk mengikutinya. Seorang diantara mereka
telah memegang lengan gadis itu dan menariknya sambil berkata "Aku tidak tahu
apakah jalan ini yang terbaik. Tetapi aku tidak mau mendapat hukuman karena
perempuan yang keras kepala ini"
Ketika Mas Rara meronta, yang seorang lagi telah
membantunya, memegangi lengannya yang satu lagi.
Mas Rara, seorang gadis lembut dan lugu, tidak dapat mengatasi kekuatan kedua
orang prajurit itu. Tangannya yang kasar dan tenaganya yang besar, telah
menyeret Mas Rara dari ruang dalam.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara tidak mengira bahwa ia akan mendapat perlakuan sangat kasar. Sementara
itu, perempuan tua yang melayaninya telah memeluk dan menahannya sambil berkata
"Lepaskan. Lepaskan. Kau akan digantung besok jika kau berani berbuat kasar terhadap calon
isteri Raden Panji" Tapi bagi kedua orang itu, berbuat kasar tentu akan lebih baik daripada tidak
membawa Mas Rara sama sekali. Apalagi Raden Panji telah mengancam, apapun
alasannya, ia tidak mau mendengarkan jika mereka datang tanpa Mas Kara.
Ketakutan akan pesan itulah yang telah membuat kedua utusan itu kebingungan dan
tidak dapat melihat jalan keluar.
Ketika keduanya menarik Mas Rara keluar ruang dalam, Mas Rara menjerit hingga
suaranya yang melengking telah mengejutkan semua orang yang ada di lingkungan
rumah itu. Beberapa orang prajaurit berlari-larian ke pendapa, ketika mereka melihat kedua
utusan Raden Panji itu keluar dari pintu pringgitan.
"Apa yang terjadi?" tanya pemimpin prajurit yang bertugas sambil mengacungkan
tombaknya. "Aku harus membawa gadis itu menghadap Raden Panji.
Beliau yang memerintahkan. Tidak ada alasan untuk mengelakkan perintah itu.
Malam ini, Mas Rara harus dihadapkan padanya. Tapi Mas Rara menolak, sehingga
kami harus memaksanya. Karena itu, aku minta dua orang diantara kalian pergi
bersama kami untuk menjadi saksi bahwa kami melakukan atas perintah Raden Panji
dan tidak mengkhianatinya sama sekali" berkata salah seorang dari kedua utusan itu.
Para prajurit itu termangu-mangu. Seorang diantara mereka bertanya "Apakah
tindakan ini tidak membuat Raden Panji marah?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami sudah mendapat wewenang. Dengan cara apapun juga, Mas Rara harus
dihadapkan padanya malam ini juga"
berkata salah seorang dari utusan itu. Katanya lagi "Karena itu, bantu aku agar
tugas ini dapat kami selesaikan dengan baik, sehingga kita semuanya tidak
mendapat hukuman besok pagi"
Para prajurit itu termangu-mangu. Namun mereka yakin bahwa kedua orang itu
memang utusan Raden Panji, menilik pertanda yang mereka bawa. Dengan demikian,
keduanya telah bertindak atas nama Raden Panji.
Dalam keragu-raguan itu, Mas Rara meronta sekali lagi.
Demikian tiba-tiba hingga kedua orang prajurit yang memeganginya terkejut. Mas
Rara memang dapat melepaskan diri. Tapi ia tidak sempat berlari turun dari
pendapa. Tangan-tangan yang kuat itu telah menggapainya lagi. Bahkan kemudian
tangan-tangan kasar itu memeganginya lebih erat di lengannya, sehingga lengan
Mas Rara terasa sakit. Sekali lagi Mas Rara menjerit. Tapi suaranya bagaikan hilang ditelan geiapnya
malam. Namun dalam pada itu, Wirantana, Manggada dan Laksana telah berdiri di halaman
rumah itu, Dengan sigapnya mereka meloncat naik ke pendapa Dengan geram
Wirantana bertanya "Apa yang kalian lakukan atas adikku?"
"Kami mengemban tugas dari Raden Panji" berkata utusan itu sambil menunjukkan
cincin pertanda kekuasaan Raden Panji.
Wirantana, Manggada dan Laksana termangu-mangu
sejenak. Namun kemudian Wirantana telah bertanya kepada Mas Rara "Apa yang
mereka kehendaki?" "Aku tidak mau. Aku tidak mau" teriak Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sedangkan perempuan tua yang melayani Mas Rara itupun telah berada di pendapa
rumuh itu dengan wajah yang tegang.
"Ki Sanak" berkata Wirantana kemudian "Mas Rara datang ke rumah ini karena
permintaan Raden Panji. Mas Rara itu dalam waktu sepekan lagi akan menjadi
isteri Raden Panji. Kenapa sekarang kau perlakukan seperti itu?"
"Kami mengemban tugas. Kami harus membawa Mas Rara menghadap Raden Panji
sekarang ini. Seharusnya Mas Rara tidak menolaknya, sehingga tidak akan terjadi
sesuatu" berkata salah seorang dari mereka yang membawa Mas Rara itu.
"Tetapi bukankah kau dapat mengatakan kepada Raden Panji bahwa Mas Rara
berkeberatan untuk menghadap malam ini?" sahut Wirantana.
"Kau belum mengenal Raden Panji dengan baik. Tetapi kau seharusnya sudah tahu,
meskipun kau baru mengenal beberapa saat, bahwa bagi Raden Panji, tidak akan
pernah mau mendengarkan jawaban seperti itu" berkata orang itu selanjutnya.
"Jadi, dianggap apa adikku itu" Apakah ia tidak dianggap sebagai seseorang yang
mempunyai perasaan, yang mempunyai kehendak dan harga diri" Ia baru akan menjadi isteri Raden Panji
sepekan lagi" berkata Wirantana. Lalu katanya "Apapun yang akan dilakukannya
malam ini, namun Mas Rara harus mendapat hak untuk bersedia atau tidak bersedia
datang. Jika Mas Rara tidak bersedia datang, maka tidak ada orang yang dapat
memaksanya" "Raden Panji dapat memaksanya" jawab orang itu.
"Tidak" geram Wirantana tegas.
"Jadi kau berani melawan Raden Panji?" bertanya orang itu kemudian.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak. Aku tidak berani melawan Raden Panji, tetapi akupun tidak rela adikku
kehilangan haknya untuk menentukan kehendaknya dan mempertahankan harga dirinya"
jawab Wirantana. "Cukup" orang yang membawa Mas Rara itu menjadi
semakin marah "Minggir, atau kau akan mendapat hukuman dari Raden Panji.
Ketahuilah, Raden Panji tidak pernah tanggung-tanggung jika ia memberikan
hukuman kepada seseorang yang telah berani melawan kehendaknya"
"Hukuman sepantasnya hanya diberikan kepada orang-orang yang bersalah. Tidak
kepada orang-orang yang mempertahankan haknya" jawab Wirantana.
"Raden Panji tidak akan mempedulikan, apakah ia bersalah atau tidak. Tetapi
semua orang yang menentang kehendaknya, ia akan dihukum. Termasuk Mas Rara.
Karena itu, maka biarlah Mas Rara datang memenuhi perintah Raden Panji" jawab
orang itu. Wirantana tiba-tiba telah menjadi garang pula. Gejolak perasaannya ternyata
tidak dapat dikendalikan lagi. Apalagi sikap kedua orang itu justru menjadi
semakin kasar terhadap Mas Rara. Seorang diantaranya seakan-akan telah
menyeretnya sementara yang lain berdiri menghadapi Wirantana, Manggada dan
Laksana. Dengan lantang Wirantana berkata "Lepaskan adikku"
"Kau gila. Raden Panji mempunyai wewenang untuk
menghukum mati kepada siapa saja yang dianggapnya menghalangi tugasnya" berkata
orang itu. "Wewenang dari siapa?" bertanya Wirantana. Lalu katanya
"kalau wewenang itu diberikan oleh ayah dan ibunya, maka itu http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak akan mempunyai nilai sama sekali untuk ditrapkan dalam tugas-tugasnya
sebagai seorang prajurit"
"Tutup mulutmu. Raden Panji mendapat tugas dari Kangjeng Sultan di Pajang untuk
mengamankan daerah ini dari kekuasaan para penjahat dengan wewenang untuk
memberikan hukuman mati kepada siapa saja yang berani menentangnya"
berkata orang itu. "Jika demikian, kaulah yang gila. Atau Raden Panji itulah yang sudah menjadi
gila" Wirantana benar-benar telah kehilangan pengekangan diri.
Kedua orang prajurit yang mengambil Mas Rara itu terkejut.
Mereka tidak menduga, sama sekali, bahwa kata-kata yang keras itu akan terlontar
dari mulut seseorang apalagi dari sebuah padukuhan yang jauh.
Dengan lantang seorang diantara mereka berkata "Kau sudah benar-benar menjadi
jenuh untuk hidup. Kau akan digantung sebagaimana para penjahat yang telah
tertangkap" "Wewenang untuk menghukum mati hanya diberikan kepada Raden Panji dalam tugasnya
memberantas kejahatan. Tidak untuk kepentingan diri sendiri, apalagi untuk
memaksa perempuan-perempuan muda menjadi isterinya yang ke enam, ketujuh bahkan
kelak isterinya yang ke seratus. Apalagi memaksa seorang perempuan yang bukan
isterinya datang kepadanya di malam hari seperti ini" suara Wirantana tidak
kalah lantangnya. "Tutup mulutmu" bentak prajurit itu "atas nama Raden Panji dengan wewenang yang
diberikan kepadaku, jangan ganggu tugasku. Atau aku akan mempergunakan
wewenangku" "Aku tidak akan mengganggumu jika kau tidak mengganggu adikku" Wirantana
membentak pula. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku melakukan perintah Raden Panji" orang itu berteriak.
Tetapi Wirantanapun berteriak pula "Jika demikian, jika kalian telah menjadi
budak-budak yang mati, katakan, Raden Panji tidak boleh mengganggu adikku"
Wajah kedua orang prajurit itu menjadi merah. Namun dengan demikian, mereka
telah memusatkan perhatian mereka kepada Wirantana.
Dalam kesempatan itu, Mas Rara telah menghentakkan tangannya dan merenggutnya
dari pegangan prajurit itu.
Demikian tiba-tiba dan diluar dugaan, sehingga sejenak kemudian tangan Mas Rara
telah terlepas. Keberanian Mas Rara benar-benar telah tumbuh tanpa segera berlari kearah
Wirantana dan seakan-akan bersembunyi di belakang punggungnya.
Kemarahan kedua orang prajurit yang mengemban tugas Raden Panji itu sudah sampai
ke puncak. Kemarahan mereka telah dilandasi pula oleh perasaan takut jika mereka
gagal menjalankan perintah. Seandainya mereka tidak dapat membawa Mas Rara
menghadap Raden Panji, maka Raden Panji tentu akan menjadi kehilangan kesabaran
sebagaimana sering dilakukannya. Keduanya tentu akan mengalami nasib yang sangat
buruk. Apalagi tugas mereka adalah tugas yang sangat mudah. Membawa seorang per-
empuan menghadp Raden Panji. Hanya itu.
Karena itu, maka seorang diantara mereka berkata "Aku masih ingin memperingatkan
kalian sekali lagi. Aku tengah mengemban perintah Raden Panji. Bahkan lebih
dipercaya untuk membawa pertanda kuasanya. Cincin jabatannya. Jika kalian masih
menghalangi tugasku ini, maka aku akan mempergunakan kekerasan. Seperti Raden
Panji, maka aku berwenang untuk membunuh seorang yang melawan
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perintahnya, karena seseorang yang melawan perintah Raden Panji yang berkuasa
atas nama Kanjeng Sultan adalah pengkhianat"
"Aku tidak berkeberatan disebut pengkhianat oleh Raden Panji karena mencegah
tingkah lakunya yang tidak pantas serta menerapkan wewenang yang tidak
sewajarnya atas seorang gadis yang tidak berdaya seperti Mas Rara. Meskipun Mas
Rara sudah ditetapkan menjadi bakal isteri Raden Panji, tetapi baru sepekan lagi
ia sah menjadi isterinya. Baru sepekan lagi Mas Rara wajib tunduk atas segala
kemauan Raden Panji. Tetapi tidak sekarang"
"Cukup " bentak prajurit itu "aku memang harus menyumbat mulutmu"
"Kedua prajurit itu tiba-tiba saja telah bergerak. Sementara itu Manggada dan
Laksanapun telah bergerak pula. Mereka sama sekali tidak lagi menghiraukan
kemungkinan hukuman yang tidak terbayangkan karena kemarahan Raden Panji.
Tetapi kedua anak muda itu merasa wajib membela Wirantana.
"Lindungi adikku" berkata Wirantana sambil mendorong adiknya kepada Manggada dan
Laksana. Namun Manggadapun berkata "Jaga Mas Rara baik-baik"
Laksana tidak sempat menjawab. Tetapi iapun bergeser mendekati Mas Rara ketika
Manggada bergeser maju dan berdiri disisi Wirantana.
Kedua prajurit yang marah itu tidak berpikir panjang lagi.
Dengan serta merta keduanya telah menyerang Wirantana dan Manggada, sehingga
sejenak kemudian merekapun telah bertempur dengan sengitnya.
Keributan itu telah menimbulkan kebingungan beberapa orang prajurit yang
bertugas meronda. Mereka berdiri http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
termangu-mangu. Mereka tidak tahu apa yang sebaiknya mereka lakukan. Mereka
mengerti bahwa kedua orang kawannya itu sekedar menjalankan perintah. Tetapi
merekapun tahu, kenapa Wirantana, kakak Mas Rara berkeras untuk mencegah
tindakan kedua orang prajurit itu.
Sementara itu, ternyata kemampuan Wirantana dan
Manggada untuk bertempur seorang lawan seorang, jauh lebih tinggi dari kedua
prajurit itu. Dengan demikian, maka dalam waktu singkat, maka kedua orang
prajurit itu sudah terdesak.
Namun dalam pada itu, salah seorang prajurit, yang mengenakan cincin pertanda
kekuasaan Raden Panji itu berteriak "Para prajurit yang bertugas, Atas nama
Raden Panji, kalian aku perintahkan untuk menangkap ketiga orang itu serta Mas
Rara" Para prajurit masih juga ragu-ragu. Ada diantara mereka yang memang merasa
kasihan kepada Mas Rara. Namun ternyata ketika prajurit yang memakai pertanda
kuasa Raden Panji itu menyebut namanya, maka prajurit-prajurit itupun menjadi
cemas tentang nasib mereka sendiri.
Karena itu, maka merekapun mulai bergerak ke pendapa.
Empat orang bersama-sama.
Namun Wirantana dan Manggadapun telah siap menyambut mereka.
Ketika kemudian mereka terlibat dalam perkelahian, maka Laksana tidak dapat
tinggal diam. Iapun telah terjun pula kedalam lingkaran perkelahian. Sementara
itu mereka bertigalah yang kemudian berusaha untuk melindungi Mas Rara yang
ketakutan. Tetapi adalah diluar dugaan, bahwa kedua orang yang dikirim oleh Ki Jagabaya
untuk melayani kereta berkuda itupun http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah tanggap akan keadaan. Mereka dengan cepat telah mengemasi pedati berkuda
mereka. Wirantana, Manggada dan Laksana yang bertempur melawan beberapa orang sekaligus
itu memang mengalami kesulitan, justru karena Rara Wulan menjadi sangat
ketakutan. Karena itu maka yang mereka lakukan kemudian adalah bergeser turun ke
halaman sambil membawa Mas Rara diantara mereka.
Pada saat itulah, pedati yang ditarik kuda itu telah memasuki halaman pula.
Dengan cambuk yang panjang yang diputar dan dihentak-hentakkan sendal pancing,
maka beberapa orang justru telah menyibak.
"Cepat, masuk" berkata kedua orang yang melayani pedati itu hampir bersamaan.
Salah seorang diantara kedua orang itulah yang kemudian menolong Mas Rara masuk,
sementara Manggada dan Laksana telah menghadangi setiap orang yang berusaha
mendekat.

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wirantana masih bertempur dengan sengitnya. Namun kemudian iapun mulai bergerak,
bergeser sejalan dengan gerak pedati menuju ke regol.
Dua orang prajurit masih berada di regol. Merekapun segera berusaha menghadangi
usaha Wirantana melarikan adiknya.
Tetapi Wirantana telah menyerang keduanya sehingga seorang diantara mereka
terdesak keluar. Sementara yang lain harus bergeser menjauh ketika cambuk sais
pedati yang ditarik kuda itu menghentak-hentakkan cambuknya dengan keras.
Demikian pedati berkuda itu lolos, maka Wirantana yang meloncat naik segera
bertindak "Manggada, Laksana, cepat naik"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua orang anak muda itupun telah meloncat naik pula.
Para prajurit yang berlari-lari memang berusaha untuk mengejar mereka. Semua
prajurit yang ada di halaman rumah yang dipergunakan oleh Mas Rara. Beberapa
diantara mereka yang semula masih bermimpi, bukan saja karena mereka terbangun
dan terkejut, tetapi merekapun tidak dapat sepenuhnya melakukan perintah
kawannya yang membawa cincin kekuasaan Raden Panji, karena mereka menganggap Mas
Rara masih terlalu muda untuk mengalami nasib yang buruk.
Tetapi kemudian mereka kemudian tidak dapat ingkar akan tugas mereka. Mereka
juga tidak mau mendapatkan hukuman dari Raden Panji karena mereka tidak membantu
para prajurit kepercayaannya yang justru memakai cincin kuasanya.
Wirantana, Manggada dan Laksana telah bersiap
sepenuhnya. Kedua orang yang melayani pedati itupun telah bersiap pula
menghadapi segala kemungkinan. Pedati itu meskipun ditarik oleh kuda, tetapi
tidak dapat berlari terlalu cepat. Sementara Wirantana, Manggada dan Laksana
tidak sempat mengambil seekor kudapun meskipun dibelakang terdapat beberapa ekor
kuda. Lebih dari sepuluh orang prajurit telah mengejar mereka.
Sementara itu, seorang prajurit yang lain telah berlari minta bantuan prajurit
berkuda yang ada di padukuhan itu.
Jalan yang kurang menguntungkan, serta Mas Rara yang beberapa kali memekik kecil
oleh guncangan-guncangan roda pedati yang menginjak batu-batu padas, membuat
pedati itu semakin lambat. Para prajurit yang berlari itu ternyata semakin lama
menjadi semakin dekat. Mereka telah mengacu-acukan senjata mereka sambil
berteriak-teriak. Tetapi yang tidak diduga telah terjadi pula. Beberapa orang berkuda telah muncul
dari tikungan. Dengan serta merta orang-http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang berkuda itu justru telah menyerang para prajurit yang sedang mengejar
pedati itu. Dengan demikian pertempuranpun telah terjadi, Namun memang tidak terlalu lama.
Orang-orang berkuda, yang jumlahnya hanya ampat orang itu ternyata mampu menahan
sepuluh orang yang mengejai pedati itu. sehingga jaraknya menjadi semakin jauh.
Bahkan kemudian pedati itu telah keluar dari padukuhan menyusuri jalan-jalan
bulak. Dalam kegelapan malam, pedati itu meluncur terguncang-guncang menjauhi padukuhan
yang dipergunakan oleh Raden Panji sebagai landasan kekuatannya untuk mengawasi
daerah yang luas. Tetapi tidak semua prajurit Raden Panji berada di padukuhan
itu. Beberapa kelompok justru tersebar untuk mengawasi keadaan serta untuk
menegakkan kekuasaan yang diberikan oleh Pajang kepadanya. Sepuluh orang yang
mengejar mereka sudah tidak nampak lagi. Apalagi gelap malam memang telah
menghalangi pandangan mata mereka.
Tetapi beberapa saat kemudian, Wirantana, Manggada dan Laksana terkejut. Mereka
mendengar derap kaki kuda. Dan bahkan dalam keremangan malam di bulak yang
terbuka luas, mereka melihat empat orang penunggang kuda menyusul mereka.
Ketiga orang anak muda itu termangu-mangu. Mereka tidak tahu apa yang
dikehendaki oleh ampat orang berkuda itu.
Apakah mereka benar-benar ingin menolong atau sebaliknya, mereka menghendaki Mas
Rara. Jika mereka berhasil menguasai Mas Rara maka masih ada kemungkinan bagi
mereka untuk memeras Raden Panji. Sementara Raden Panji tentu ingin mendapatkan
Mas Rara. Tidak sebagai calon isterinya, tetapi sebagai seorang buruan yang
harus dihukum berat. Mungkin Raden Panji masih menghendaki Mas Rara sebagai
seorang gadis. Tetapi tentu tidak lagi sebagai isterinya http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelak setelah Mas Rara berusaha melarikan diri dan apalagi melawan perintahnya.
Bagaiamanapun sais pedati itu melecut kudanya, namun kuda yang menarik pedati
itu memang tidak dapat berlari cepat. Sehingga dengan demikian, maka keempat
orang berkuda itu semakin lama menjadi semakin dekat,
Seorang diantara mereka yang berkuda itu bergerak maju lebih cepat dari kawan-
kawannya sehingga beberapa saat kemudian telah berada hanya beberapa langkah
dibelakang pedati itu. "Berhenti" teriak orang itu "berhentilah. Aku ingin berbicara dengan kalian"
Pedati itu tidak juga berhenti. Sementara orang itu sekali lagi berteriak
"Berhenti. Apakah kalian tidak mengenal aku lagi?"
Malam memang gelap. Wirantana, Manggada dan Laksana yang juga berada didalam
pedati itu sudah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
"Pedati itu terlalu berat membawa beban enam orang.
Karena itu, maka pedati itu tidak dapat berlari lebih cepat.
Berhentilah" orang itu masih berteriak.
Pedati itu masih saja berlari. Namun roda pedati yang lebih berat dari roda
kereta biasa itu, serta enam orang yang ada didalam-nya benar-benar telah
membebani tenaga kuda yang menariknya.
Ketika roda pedati itu terperosok kedalam lumpur, maka pedati itu tertahan
sejenak. Mas Rara telah menjerit oleh goncangan yang tiba-tiba itu, sehingga
gadis itu terkejut bukan buatan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kuda-kuda yang menarik pedati itu memang segera dapat mengangkat roda yang
terperosok tidak begitu dalam itu.
Namun dua orang penunggang kuda telah berhasil menggapai kendali kuda penarik
pedati itu dan menghentikannya.
Sais yang mengemudikan pedati itu ragu-ragu. Meskipun cambuknya telah siap
terayun, namun kedua orang sais itu masih ragu-ragu untuk menyerang meskipun
keretanya sudah berhenti.
Wirantana, Manggada dan Laksana telah berloncatan turun.
Mereka telah bersiap menghadapi segala kemungkinan.
Dua orang penunggang kuda yang tidak memegangi kendali kuda dan masih berada
dibelakang pedati itupun telah meloncat turun pula. Seorang diantara mereka
telah melangkah maju. Dengan nada rendah orang itu bertanya "kau benar-benar
tidak mengenal aku lagi?"
t Ketiga orang anak muda itu saling berpandangan sejenak.
Namun dalam jarak yang semakin dekat ketiganya dapat melihat lebih jelas
meskipun malam cukup gelap. Tetapi di tempat terbuka maka cahaya bintang
dilangit, membuat malam menjadi remang-remang.
Akhirnya ketiga orang anak muda itu mengangguk-angguk.
Wirantanalah yang menyahut "Ya. Kami mengenal Ki Sanak.
Bukankah Ki Sanak orang yang duduk disebelah kami kemarin siang ketika Raden
Panji datang menjumpai Mas Rara?"
"Tepat" jawab orang itu.
"Sekarang, apakah yang Ki Sanak kehendaki?" bertanya Wirantana.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sebaiknya kalian lebih cepat meninggalkan padukuhan ini.
Agar pedati itu tidak terlalu berat, pakailah kuda-kuda kami,.
Tetapi ingat, jika segala sesuatunya sudah selesai, maka kuda itu harus kalian
kembalikan kepada kami" berkata orang itu.
Satu hal yang sama sekali tidak terduga. Namun Wirantana yang sedang menghadapi
kesulitan itu tidak sempat berpikir panjang. Apalagi orang itupun berkata
"Cepat. Tinggalkan tempat ini. Sebentar lagi, pasukan berkuda tentu akan
menyusul kalian, jika kalian terlambat"
Anak-anak muda itu tidak berpikir panjang lagi. Meskipun segera menerima ampat
ekor kuda, Wirantana, Manggada, Laksana dan seorang dari kedua orang sais itu.
Mereka berdua akan bergantian mengemudikan pedati yang menjadi semakin ringan
itu. Namun Manggada sempat juga bertanya "Lalu bagaimana dengan Ki Sanak"
"Jangan pikirkan aku" jawab orang itu.
"Tetapi Ki Sanak telah melawan para prajurit yang mengejar kami" berkata
Manggada. "Mereka tidak mengenal kami. Malam cukup gelap,
sementara kami tidak membiarkan mereka sempat melihat wajah kami dengan jelas.
Para prajuritpun tidak akan mengira bahwa kami, yang tinggal disekitar rumah
itu, akan melakukan perlawanan seperti ini" jawab orang itu.
Demikianlah, maka Wirantana dan yang lainpun telah melanjutkan perjalanan mereka
yang mendebarkan. Mereka sadar, bahwa prajurit berkuda tentu akan mengejar
mereka. Namun rasa-rasanya perjalanan mereka memang menjadi lebih cepat. Pedati kuda
yang menjadi semakin ringan itu dapat http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melaju meskipun justru terguncang-guncang. Sekali-sekali Mas Rara memekik bukan
saja ketakutan, tetapi juga kesakitan.
Ketiga orang anak muda yang berpacu disebelah dan belakang pedati itu, setiap
kali mendengar pekik Mas Rara yang berpegangan tiang-tiang pedati itu kuat-kuat.
Manggada yang mendekati Wirantana itupun kemudian berkata "Kau naik saja
menemani Mas Rara. Biarlah kami berkuda dibelakang pedatimu.
"Lalu kuda ini?" bertanya Wirantana.
"Sangkutkan kendalinya pada tiang pedati itu" jawab Manggada.
"Terlalu pendek" desis Wirantana kemudian.
Sais pedati itu ternyata menyahut pula "Disini ada tambang sabut kelapa"
Sais itu telah memberikan tambang itu kepada Wirantana.
Namun Wirantanapun berkata "Berhentilah sebentar"
Kereta itu memang berhenti. Hanya sebentar. Selama Wirantana mengikat kendali
kudanya dengan tali dan mengikatkan ujung tadi yang lain pada tiang kereta
berkudanya. Sejenak kemudian kereta itu sudah berpacu kembali.
Ditambah Wirantana, maka berat pedati itu menjadi semakin mantap. Sementara itu,
Wirantana pun dapat mengawani Mas Rara yang ketakutan.
Beberapa saat kemudian, kereta berkuda itu melewati simpang empat ditengah-
tengah bulak. Beberapa saat kemudian, kereta itu akan memasuki sebuah padukuhan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Anak-anak muda itu memang menjadi berdebar-debar. Jika para peronda di padukuhan
itu menghentikan mereka, maka mereka akan kehilangan waktu.
Namun Manggadalah yang kemudian mendahului kereta itu mendekati regol.
Sebenarnyalah ada beberapa orang yang berdiri disebelah menyebelah regol. Bahkan
dua orang diantara mereka berdiri ditengah-tengah regol sambil mengangkat
tangannya. Tetapi Manggada justru berteriak lebih dahulu "Minggir.
Minggir. Kuda pedatiku menjadi gila"
Teriakan itu begitu tiba-tiba sehingga orang-orang yang ada diregol itu
terkejut. Karena pedati itu justru berpacu semakin cepat, maka merekapun telah
berloncatan menepi. Dengan demikian maka pedati itupun telah berderap dengan kencangnya lewat gardu
peronda di depan pintu gerbang yang terbuka diregol padukuhan.
Para peronda itu termangu-mangu sejenak. Namun
merekapun tidak menghiraukannya lagi. Mereka tidak akan dapat menolong karena
kereta itu berpacu terlalu kencang.
Sehingga dalam waktu yang pendek, derapnya sudah tidak terdengar lagi.
Manggada yang masih tetap berpacu dipaling depan itu telah melakukan hal yang
sama ketika pedati berkuda itu akan keluar dari regol padukuhan diujung sebelah.
Para perondapun telah meloncat menepi ketika mereka melihat beberapa ekor kuda
berpacu seperti dikejar hantu.
Ketika pedati itu sampai ke bulak kembali, rasa-rasanya sesak nafas orang-orang
berkuda serta mereka yang ada didalam pedati itu menjadi longgar. Meskipun
demikian, mereka http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama sekali tidak mengurangi laju kuda-kuda mereka pada kemungkinan yang paling
baik. Namun anak-anak muda yang melarikan Mas Rara itu
terkejut. Ketika mereka mendekati simpang empat yang lain ditengah-tengah bulak
itu, dalam keremangan malam mereka melihat beberapa orang berkuda tengah
memotong jalan mereka dari arah kanan simpang empat itu.
"Tidak ada kesempatan untuk berhenti dan mengambil arah yang lain. Seakan-akan
begitu tiba-tiba beberapa orang prajurit berkuda telah berada didepan mereka.
Anak-anak muda yang membawa Mas Rara itu tidak
mempunyai pilihan lain. Merekapun segera bersiap menghadapi segala kemungkinan
yang dapat terjadi atas mereka.
Beberapa langkah dari para prajurit berkuda yang berhenti disimpang empat itu.
Manggada telah memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti. Namun Laksana
telah menyusul Manggada dan berhenti disisinya, sementara Wirantanapun telah
meloncat pula dari dalam pedati.
"Jaga adikku baik-baik" pesan Wirantana kepada sais pedati itu.
Beberapa saat anak-anak muda itu saling berhadapan dengan beberapa orang
prajurit 4berkuda. Semuanya ada tujuh orang dengan senjata masing-masing.
Namun pemimpin prajurit itu tiba-tiba saja telah meloncat turun sambil berkata
"Aku mengalami kesulitan malam ini"
Manggada termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia dapat mengenali prajurit itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu pemimpin prajurit itu berkata selanjutnya "Aku mendapat perintah
untuk menangkap kalian, tetapi bagaimana mungkin hal ini dapat aku lakukan?"
"Apakah kalian tidak mengenal kami?" bertanya prajurit itu.
"Ya. aku kenal. Kau adalah pemimpin prajurit Raden Panji yang mendapat tugas
menjemput Mas Rara" jawab Manggada.
"Ya. Ternyata kalian telah menyelamatkan jiwaku pada saat itu. Karena itu aku
tidak berhasil membawa Mas Rara karena tingkah laku pamannya itu, maka aku tentu
akan digantung. Tanpa kalian maka Mas Rara tentu sudah hilang. Dan kami akan tergantung di tiang
gantungan itu" Manggada justru menjadi termangu-mangu. Sementara pemimpin prajurit jtu berkata
"Kami adalah prajurit yang membawa Mas Rara itu dari padukuhannya. Kami mendapat
perintah dari Raden Panji untuk membawa Mas Rara kembali"
"Dan kalian berusaha untuk membawanya" bertanya
Manggada. Pemimpin prajurit itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menggeleng
lemah. Katanya hampir hanya terdengar oleh dirinya sendiric "Tidak. Aku tidak
dapat melakukannya. Aku tahu apa yang akan terjadi dengan Mas Rara jika ia kami
bawa kembali. Raden Panji tidak akan memperlakukannya lagi sebagai seorang gadis
yang akan dinikahinya sepekan lagi. Ia akan menghukum gadis itu dengan caranya.
Cara seorang yang seakan-akan memang sudah tidak wajar lagi. Kelakuannya tidak
pantas untuk disebut. Apalagi terhadap gadis-gadis yang diinginkannya"
"Jadi?" bertanya Manggada.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah. Teruskan perjalanan kalian. Aku akan mengatakan bahwa aku tidak dapat
menjumpai kalian telah mengambil jalan lain dari jalan yang kami telusuri" jawab
prajurit itu. "Apakah dengan demikian kalian tidak akan dihukum?"
bertanya Laksana. "Hukumannya tentu akan lebih ringan. Kami dapat dianggap tidak melakukan tugas
kami sebaik-baiknya. Tetapi yang terjadi adalah diluar batas kemampuan kami"
jawab pemimpin prajurit itu.
Manggada, Laksana dan Wirantana saling berpandangan sejenak. Hampir berbareng
mereka mengucap "Terima kasih atas kebaikan kalian"
"Cepatlah, kamipun akan segera berpacu mengikuti jalan menyilang ini" Namun
kemudian pemimpin prajurit itu berdesis perlahan "mudah-mudahan tidak ada
pengkhianatan. Jika Raden Panji mengetahui hal itu, maka kami benar-benar akan
digantung di ara-ara"
"Apakah sebenarnya ia berhak melakukannya?" bertanya Wirantana.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Raden Panji mendapat wewenang tanpa batas. Maksudnya untuk mengatasi keadaan
yang tidak aman didaerah ini karena sebuah gerombolan perampok dan penyamun yang
besar dan kuat yang bahkan kemudian menghimpun para penjahat yang lain. Brandal,
gegedug dan bahkan pencuri-pencuri kecil, mereka ikut dalam satu gerombolan.
Raden Panji memang berhasil. Dengan kekerasan yang tidak tanggung-tanggung Raden
Panji berhasil menumpas gerombolan itu. Menangkap beberapa orang diantaranya.
Namun sebagian dari mereka sudah dihabisi oleh Raden Panji sendiri sebelum
dibawa ke Pajang" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukankah dengan demikian Raden Panji menjadi seorang pahlawan?" bertanya
Laksana. "Tetapi setelah gerombolan perampok itu dimusnahkannya menjadi debu, maka
kekuasaan yang ada ditangannya dipergunakan menurut kehendak hatinya sendiri"
jawab prajurit itu. Lalu katanya pula "Kadang-kadang Raden Panji itu bertindak
bijaksana. Namun justru yang sering dilakukan, ia lupa pada sangkan paraning
dumadi" "Apakah tidak ada laporan kepada para Senapati di Pajang?"
bertanya Wirantana. "Siapa berani memberikan laporan" Jika laporan itu jatuh ketangan sahabat Raden
Panji, maka orang yang memberikan laporan itu akan dapat menjadi ndeg pengamun-
amun" jawab prajurit itu. Namun katanya kemudian "Sudahlah. Lanjutkan
perjalananmu. Sebaiknya kalian tidak berhenti sejauh mungkin kuda kalian dapat
bertahan. Kalian dapat beristirahat sebentar untuk memberi kesempatan kuda
kalian minum dan makan rumput diperjalanan itu. Tetapi kalian harus segera
melanjutkan perjalanan kalian sampai ke rumah. Setelah itu terserah kepada
kalian. Tetapi pertimbangkan kemungkinan buruk yang dapat terjadi atas kalian
sekeluarga" "Jadi?" bertanya Wirantana "apakah kami harus mengungsi?"
"Aku kira itu adalah kemungkinan yang paling baik" jawab pemimpin prajurit itu.
Lalu katanya "Bawa Mas Rara keluar dari daerah kekuasaan Raden Panji. Tetapi
kalian harus tahu, bahwa Raden Panji adalah pendendam. Ia tentu masih akan
mencari Mas Rara sepanjang sisa umurnya"
Wirantana mengangguk-angguk. Katanya "Terima kasih atas keterangan Ki Sanak.
Bahkan kami segera melanjutkan perjalanan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perjalanan ke Nguter memang perjalanan yang agak
panjang. Karena itu, maka semua yang ada di iring-iringan itu harus mampu
menyesuaikan diri dengan perjalanan mereka yang berat. Jauh lebih berat dari
perjalanan ke Pajang pulang balik.
Sejenak kemudian, maka Mas Rara dan para pengawalnya telah melanjutkan
perjalanan. Namun mereka masih akan selalu dibayangi oleh kekuasaan dan
kewenang-wenangan Raden Panji.
Meskipun demikian disepanjang perjalanan, anak-anak muda itu masih sempat
mengagumi keberanian pemimpin prajurit yang telah memberikan kesempatan kepada
Mas Rara untuk melarikan diri.
Dua kali anak-anak muda itu mendapat pertolongan dari orang yang berbeda,
sehingga mereka masih dapat
melanjutkan perjalanan. Tetapi mereka tidak tahu, apabila sekali lagi ada
sekelompok prajurit mampu mengejar mereka lagi, maka apakah mereka masih sempat
untuk membebaskan diri. Malam itu, pedati yang ditarik kuda itu masih berjalan terus diikuti oleh
beberapa penunggang kuda yang letih. Tetapi mereka tidak berhenti sejauh dapat
mereka capai. Ketika matahari terbit, iring-iringan itu memang sempat berhenti
sejenak disebelah jalan yang tidak begitu besar. Laksana telah dengan tergesa-
gesa pergi ke sebuah kedai yang baru saja dibuka, sementara kuda-kuda mereka
sempat beristirahat sambil minum air bening yang mengalir disebuah parit.
"Kasihan kuda-kuda itu" desis Manggada.
Tetapi mereka tidak berhenti terlalu lama. Merekapun segera melanjutkan
perjalanan mereka menuju ke padukuhan Nguter.
Wirantana merasa tidak perlu mencari jalan lain dari jalan yang http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
paling dekat yang dapat ditempuh, karena orang-orang Raden Panji sudah tahu
dengan pasti, dimanakah letaknya Nguter.
Yang penting menurut perhitungan Wirantana adalah sampai ke rumah dan langsung
mengungsi ke tempat yang berada diluar jangkauan kekuasaan Raden Panji.
"Tetapi kemana?" pertanyaan itu telah semakin
menggelisahkan Wirantana.
"Akan dipikirkan kemudian" katanya didalam hati.
Demikianlah, maka secepat-cepat dapat dilakukan, pedati itupun berderap diatas
jalan yang tidak terlalu rata. Mas Rara yang telah sama sekali tidak mau makan
apapun yang dibeli oleh Laksana. Kegelisahannaya tidak memungkinkan untuk
menelan apapun juga. Tetapi Manggada, Laksana dan Wirantana sendiri sempat makan makanan yang telah
dibeli sambil duduk dipunggung kuda. Demikian juga kedua orang yang dikirim oleh
Ki Jagabaya untuk melayani pedati serta kudanya itu.
Mataharipun menjadi semakin terik. Panasnya terasa makin menggigit kulit. Ketika
mereka melampaui jalan yang lewat diantara pegunungan yang kecil berbatu-batu
padas, maka mereka menjadi semakin berpengharapan bahwa mereka akan dapat sampai
ke rumah dengan selamat. Tetapi perjalanan ke padukuhan Nguter memang jauh.
Dengan demikian maka Wirantana tidak dapat memaksa kuda-kuda dari iring-iringan
yang kecil itu untuk berjalan terus. Jika Wirantana memaksanya juga, maka
mungkin kuda-kuda itu justru akan kehabisan tenaga diperjalanan. Karena itu,
maka perjalanan itupun menjadi perjalanan yang cukup lama.
Sementara itn, Raden Panji yang mendapat laporan dari penolakan Mas Rara untuk
datang ke rumahnya, serta sikap http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anak-anak muda yang menyertainya dari padukuhan Nguter telah membuatnya sangat
marah. Demikian marahnya Raden Panji, sehingga berteriak-teriak memberikan
beberapa perintah. Apalagi ketika ia menyadari bahwa prajurit-prajurit yang ada di rumah pondokan
Mas Rara tidak dapat mengatasi anak-anak muda itu. Bahkan hadirnya orang yang
tidak dikenal dan ikut campur dalam persoalan itu.
Kemarahan Raden Panji memuncak ketika ia mendapat laporan dari sekelompok
pasukan berkuda, bahwa mereka tidak menemukan Mas Rara setelah mereka
mengelilingi lingkungan itu, terutama mengikuti jalan kearah padukuhan Nguter.
"Kenapa kau kembali tanpa membawa Mas Rara?" teriak Raden Panji.
Kakinya tiba-tiba saja telah menghantam pemimpin prajurit yang telah memberikan
kesempatan kepada Mas Rara untuk melepaskan diri sehingga prajurit itu jatuh
terlentang. "Ampun Raden Panji" mohon prajurit itu kemudian "jika Raden Panji berkenan, kami
akan menyusulnya ke padukuhan Nguter. Jalan manapun yang mereka tempuh, maka
kami berjanji bahwa kami akan datang lebih dahulu di rumah Mas Rara itu. Kami
akan menangkap kedua orang tuanya dan apabila Mas Rara langsung pulang, kamipun
akan menangkapnya dan membawanya menghadap Raden Panji"
"Setan kau. Kau akan melarikan diri dari hukuman yang pantas aku berikan
kepadamu he?" bentak Raden Panji.
"Tidak Raden. Hukuman apapun yang akan diberikan
kepadaku, akan aku terima dengan kepala tunduk. Namun demi kesetiaanku, maka aku
ingin benar-benar membawa Mas Rara menghadap Raden Panji.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak. Kau tidak boleh pergi sendiri. Siapkan kudaku. Aku sendiri akan pergi ke
Nguter. Aku sendiri akan menangkap perempuan liar itu dan menghukumnya sepanjang
jalan dari Nguter sampai ke rumahku menurut caraku. Ia harus menjalani hukuman
yang terberat dari antara semua hukuman yang pernah aku berikan kepada isteri-
isteriku sebelumnya, sehingga akhirnya perempuan itu akan aku hukum mati karena
ia telah menghina aku yang berkuasa di daerah ini"
Tidak seorangpun yang berani menjawab apalagi
membantah. Namun dalam pada itu, Raden Panji itu berdesis dengan nada rendah
"Tetapi ia sangat cantik. Ia harus menjadi isteriku sebelum aku akan
menghukumnya dengan hukuman yang terberat"
Pemimpin prajurit itu mengumpat di dalam hati. Tetapi ia masih saja menundukkan
kepalanya. Ia tahu, Raden Panji adalah orang yang berilmu sangat tinggi sehingga
dengan ilmunya itu ia mampu menduduki jabatannya yang seakan-akan tidak dapat
diganggu gugat itu. Tetapi pemimpin prajurit itu terkejut ketika Raden Panji tiba-tiba saja
membentak "Cepat, sediakan kudaku atau aku bunuh kau"
Pemimpin prajurit itupun segera bergerak. Ia dengan tergesa-gesa telah pergi ke
belakang untuk mencari orang yang terbiasa memelihara kuda yang paling baik
milik Raden Panji itu. Dalam waktu tidak terlalu lama kuda itu memang sudah siap.
Tetapi prajurit itu tidak segera membawa kuda itu ke halaman.
Ia masih memerintahkan orang yang menyiapkan kuda itu untuk memberi makan lebih
dahulu. "Kuda ini telah makan dengan kenyang" berkata gamel yang mengurusi kuda-kuda
Raden Panji itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi kuda ini akan menempuh perjalanan jauh" jawab prajaurit itu.
Gamel itu tidak menjawab lagi. Iapun telah menyiapkan makanan secukupnya bagi
kuda yang telah disiapkan bagj Raden Panji itu.
Namun sebelum kuda itu sempat makan, seorang prajurit berlari-lari ke belakang
sambil berkata "Kakang. Raden Panji sudah tidak sabar lagi. Cepat sebelum ia
datang sendiri kemari dan membunuhmu disini"
Pemimpin prajurit itu mengangguk. Katanya "Baiklah. Aku akan membawa kuda ini ke
halaman depan" Sejenak kemudian itu telah siap. Demikian pula beberapa ekor kuda yang lain.
Dengan lantang Raden Panji berkata "Kita akan pergi. Lima belas orang akan ikut
bersamaku" Sejenak kemudian, maka enam belas ekor kuda sudah berpacu menuju ke padukuhan
Nguter, termasuk pemimpin prajurit yang telah memberi kesempatan Mas Rara pergi,
bersama prajurit-prajurit. Sementara itu, beberapa orang yang lain harus tinggal
untuk menjaga para tawanan yang disimpan di padukuhan yang menjadi pusat
pengendalian dari pasukan Raden Panji itu.
Ternyata Raden Panji dan prajurit-prajuritnya berpacu lebih cepat dari pedati
yang ditumpangi Mas Rara. Meskipun jarak pada saat Raden Panji berangkat dengan
pedati Mas Rara cukup jauh, tetapi kuda Raden Panji berpacu seperti angin.
Prajurit yang pernah merasa diselamatkan kedudukannya oleh anak-anak muda yang
menyertai Mas Rara itu memang menjadi berdebar-debar. Ia telah berusaha
menghambat http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keberangkatan Raden Panji dengan menghambat kesiagaan kudanya. Tetapi ternyata
itu tidak berpengaruh banyak.
Kuda Raden Panji yang berpacu didepan memang seperti seekor kuda yang ketakutan
karena dikejar hantu. Tanpa menghiraukan bahaya yang dapat terjadi diperjalanan.
Raden Panji berpacu dengan cepatnya.
Di jalan yang agak ramai, Raden Panji memang sedikit mengurangi kecepatannya.
Tetapi laju kudanya masih tetap jauh lebih cepat dari laju pedati yang
ditunggangi oleh Mas Rara.
Hanya karena kesempatan yang telah didapatkannya dengan berlari lebih dahulu
sajalah, maka pedati itu tidak segera dapat disusul.
Wirantana rasa-rasanya ingin terbang saja melintasi jarak yang tersisa. Iapun
sudah membayangkan bahwa dibelakangnya sekelompok prajurit dibawah pimpinan Raden Panji sendiri tengah
memburunya. Seperti dikatakan oleh prajurit yang melepaskannya meneruskan
perjalanan itu bahwa Raden Panji adalah seorang pendendam.
Sisa-sisa hari berjalan sangat cepat. Justru perjalanan merekalah yang terasa
maju sangat lamban. Ketika matahari terbenam Mas Rara masih belum sampai ke
rumahnya Namun akhirnya, iring-iringan kecil itu telah mendekati padukuhan Nguter.
Padukuhan yang nampaknya sudah menjadi sepi. Pintu-pintu sudah ditutup setelah
lampu dan oncor mulai dipasang di regol-regol halaman. Nguter agaknya memang
sudah lelap. Ketika pedati yang ditumpangi Mas Rara masuk ke regol padukuhan, maka
kegelisahan justru semakin membakar http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jantung. Rasa-rasanya kudanya sudah tidak mau berlari lagi.
Nampaknya kuda-kuda itu telah menjadi sangat letih.
Dalam pada itu, jarak antara pedati yang membawa Mas Rara dengan iring-iringan
orang berkuda yang dipimpin langsung oleh Raden Panji itu menjadi semakin
pendek. Meskipun jarak yang ditempuh cukup panjang, tetapi Raden Panji tidak terlalu
banyak beristirahat. Kecepatan lari kudanyapun berlipat dengan kecepatan lari
kuda pedati Mas Rara. Wirantana memang menjadi sangat gelisah. Ia harus segera sampai ke rumah.
Memaksa ayah dan ibunya berkemas dan dengan cepat pergi mengungsi.
Tetapi pedati itu memang tidak mau berjlan lebih cepat lagi.
Sais yang memegang kendali kuda penarik pedati itupun telah mencoba untuk
menyentuh kudanya dengan ujung cemeti.
Tetapi kuda itu hanya menghentak dua tiga langkah. Lalu kembali berlari dengan
letihnya. Karena kegelisahan yang menghentak jantung, maka
Wirantana itupun kemudian berkta kepada adiknya "Kita sudah ada di padukuhan.
Biarlah aku mendahului perjalanan kalian agar aku sempat minta kepada ayah dan
ibu untuk bersiap-siap. Kita semuanya harus mengungsi ketempat yang tidak
diketahui oleh Raden Panji"
"Jangan tinggalkan aku, kakang" minta Mas Rara.
"Tetapi kita tidak boleh terlambat" jawab Wirantana.
"Kau tetap bersamaku" berkata Mas Rara dengan suara yang sangat dalam.
Wirantana tidak sampai hati meninggalkan adiknya yang ketakutan. Namun iapun
berharap agar ayah dan ibunya akan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sempat bersiap-siap menghadapi kemungkinan yang sangat buruk itu.
Karena itu, maka Wirantana menjadi bingung.
Dalam pada itu, Manggadalah yang kemudian berkata
"Apakah kau sependapat, jika aku mendahului perjalanan kalian" Bukankah
perjalanan ini sudah tidak jauh lagi?"
Wirantanalah yang ragu-ragu. Jika Raden Panji dan pasukannya datang menyusul,
maka ia tidak mempunyai seorang kawanpun untuk melindungi Mas Rara.
Namun akhirnya Wirantanapun setuju. Kedua orang sais dan pembantunya itu tentu
akan bersedia berbuat sesuatu.
Karena itu, maka Wirantanapun kemudian berkata "Baiklah.
Pergilah. Biarlah ayah dan ibu menyiapkan kuda agar kita dapat segera berangkat.
Kuda pedati itu harus diganti agar kita dapat berjalan lebih cepat. Mudah-
mudahan Raden Panji tidak membawa seorang atau lebih orang-orang yang ahli dalam
menelusuri jejak" Manggada dan Laksanapun tidak membuang waktu lagi.
Keduanya telah mempercepat derap kuda mereka yang masih lebih segar dari kuda
penarik pedati itu. Apalagi kuda-kuda kedua anak muda itu tidak menarik muatan
apapun juga. Demikianlah kedua ekor kuda itupun segera berpacu. Mereka sudah mengenal dengan
baik jalan menuju ke rumah Ki Partija Wirasentana. Karena itu, maka kedua anak
muda itu dengan cepat telah mendekati regol rumah Ki Partija Wirasentana.
Dengan tergesa-gesa keduanya langsung memasuki regol halaman yang ternyata masih
terbuka. Namun kedua orang anak muda itu terkejut sekali. Demikian mereka memasuki regol,
maka beberapa orang yang sudah http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di halaman segera bergeser ke pintu. Tanpa menutup pintu regol, orang-
orang itu telah merundukkan ujung tombak pendek mereka.
Manggada dan Laksana segera meloncat turun dari kudanya.
Demikian mereka sempat memperhatikan orang-orang yang berdiri dipintu, maka
keduanya berdesis "Prajurit"
"Kita terjebak" berkata Manggada "untung Mas Rara tidak bersama kita"
"Tetapi bagaimana kita sempat memberitahukan


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadanya?" desis Laksana.
Keduanyapun tidak segera mendapatkan jalan yang dapat mereka tempuh untuk
menyelamatkan Mas Rara. Sementara itu, beberapa orang prajurit telah mengepung mereka. Sekilas Manggada
dan Laksana sempat menghitung.
Delapan orang. Manggada dan Laksanapun segera berdiri saling
membelakangi. Dengan serta merta mereka telah mencabut pedang-pedang mereka dan
siap menghadapi segala kemungkinan, meskipun bagi mereka delapan orang itu tentu terlalu banyak.
Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja dari pringgitan terdengar suara orang
bertanya "Siapakah mereka?"
Salah seorang prajurit menjawab "Kami tidak tahu. Kedua-duanya langsung menyerbu
masuk dan tiba-tiba saja telah mencabut pedang.
Beberapa orang telah melintasi pendapa dan kemudian turun kehalaman. Sementara
itu, beberapa buah obor menerangi halaman rumah itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang diantara mereka yang turun dari pendapa itu adalah Ki Partija
Wirasentana. Berlari-lari ia mendekati Manggada dan Laksana sambil berkata
"Ngger, kaukah itu?"
"Ya" jawab Manggada "kami datang tergesa-gesa Ki Partija.
Tetapi kami terlambat. Para prajurit ini telah berada disini.
"Prajurit yang mana" Apakah angger tahu, dari mana datangnya para prajurit ini?"
bertanya Ki Partija. "Bukankah mereka prajurit Raden Panji?" bertanya Laksana.
"Raden Panji Prangpranata maksud angger?" bertanya Ki Partija pula.
"Ya " jawab Laksana.
Ki Partija menggeleng. Katanya "Bukan ngger. Mereka bukan prajurit yang dikirim
oleh Raden Panji. Tetapi kenapa angger menjadi tergesa-gesa dan menyangka bahwa
para prajurit ini prajurit Raden Panji?"
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak. Namun kemudian Manggada berkata
"Ada sesuatu yang penting harus aku sampaikan kepada Ki Partija Wirasentana.
Tetapi prajurit-prajurit ini datang dari mana dan untuk apa?"
"Marilah, silahkan duduk" berkata Ki Partija Wirasentana
"tetapi kenapa angger tiba-tiba saja telah menarik pedang" Apa yang sebenarnya
terjadi?" "Ki partija" berkata Manggada yang menjadi sangat tegang.
Mas Rara berada diperjalanan. Beberapa saat lagi ia akan sampai kehalaman rumah
ini. Kami minta Ki Partija dengan cepat bersiap-siap. Kita harus mengungsi"
"Kenapa kita harus mengungsi" Apa yang telah terjadi?"
bertanya Ki Partija tegang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mas Rara melarikan diri dari tangan Raden Panji yang nampaknya ingin melanggar
paugeran. Raden Panji menghendaki Mas Rara sebelum hari pernikahan
dilangsungkan. Sedangkan Mas Rara berpegang teguh pada batas-batas ketentuan
hubungan antara laki-laki dan perempuan menurut paugeran" jawab Manggada.
"Bagaimana hal itu dapat terjadi?" bertanya Ki Partija.
"Wirantana tidak sampai hati melihat kesulitan Mas Rara.
Kami telah menembus para penjaga dan melarikan diri. Kami tahu, bahwa saat ini
Raden Panji dengan pasukannya sedang mengejar kami menuju kemari. Karena itu,
Wirantana minta agar Ki partija Wirasentana bersiap untuk mengungsi. Jika tidak,
maka kedatangan Raden Panji akan merupakan malapetaka bagi kita semuanya"
berkata Manggada kemudian.
Ki Partija memang menjadi bingung. Diluar sadarnya ia memandang orang-orang yang
turun bersamanya dari pringgitan. Seorang diantara mereka, seorang yang bertubuh tinggi tegap berdada bidang
dengan lengan dan bahu yang kekar maju selangkah. Ketika ia berbicara, maka
Manggada dan Laksana terkejut. Suaranya tidak mencerminkan kegarangan tubuhnya.
Tetapi suaranya terdengar lembut "Aku mendengar ceritamu anak-anak muda. Memang
Kisah Dua Naga Di Pasundan 3 Anak Harimau Karya Siau Siau Jala Pedang Jaring Sutra 15
^