Pencarian

Mas Rara 6

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 6


belum begitu jelas. Tetapi yang sedikit itu telah memberikan gambaran, bahwa
gadis yang disebut Mas Rara itu lari dari Raden Panji dan menuju kemari"
"Ya, ya Ki Sanak" sahut Manggada.
Tiba-tiba saja Ki Partija memotong "Kau tentu belum mengenalnya. Ki Tumenggung
Purbarana, sedangkan yang berdiri disebelahnya itu adalah Raden Puspasari. Salah
seorang bangsawan keturunan dari Majapahit yang kini berada di istana Pajang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Keturunan Majapahit?" ulang Manggada dan Laksana hampir berbareng. Jantungnya
memang menjadi berdebar-debar.
"Tetapi bagaimana dengan Mas Rara?" bertanya Manggada dengan tegang.
Raden Puspasari yang disebut sebagai keturunan dari Majapahit yang berada di
Pajang itu telah menyahut "Baiklah Ki Sanak. Biarlah Mas Rara kembali ke rumah
ini" "Tetapi jika Raden Panji datang pula dengan prajurit-prajuritnya?" bertanya
Manggada. "Kami akan berbicara dengan Raden Panji" jawab Raden Puspasari.
"Apakah Raden mengenal Raden Panji?" bertanya Laksana tiba-tiba.
Bangsawan itu menggeleng. Katanya "Secara pribadi belum.
Tetapi bukankah kita dapat berbicara dengan baik" Raden Panji adalah seorang
Senopati perang. Karena itu, maka
penalarannya tentu dapat berjalan dengan baik"
Manggada dan Laksana termangu-mangu sejenak.
Sementara Ki Partija wirasentana yang juga menjadi cemas bertanya "Apakah Raden
dapat melindungi Mas Rara?"
Raden Puspasari tersenyum. Katanya "Kita akan berbicara baik-baik. Ki Partija.
Bukankah nalar budi yang ada pada kita dapat kita pergunakan untuk memecahkan
persoalan-persoalan" Jika kita bersikap baik dan berbicara dengan baik, aku kira
tidak akan ada persoalan yang tidak akan dapat kita selesaikan"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi Raden Panji mempunyai sikap yang sangat keras menghadapi orang-orang
yang dianggap berani menentang perintahnya" berkata Laksana dengan nada cemas.
"Ia seorang Senapati yang mendapat tugas untuk
menenangkan satu daerah yang bergejolak" sahut Ki Tumenggung Purbarana "dengan
demikian maka memang perlu sikap yang keras dan tegas.
"Tetapi juga kepada orang-orang yang tidak bersalah seperti Mas Rara" desis
Laksana. "Tenanglah anak muda" berkata Ki Tumenggung sambil tersenyum.
Manggada dan Laksana tidak sempat berbicara panjang.
Mereka telah mendengar gemeretak kereta kuda serta derap kaki kuda yang
mengikutinya. "Mereka datang" berkata Manggada.
Sebenaranyalah sejenak kemudian sebuah pedati yang ditarik kuda telah memasuki
halaman rumah Ki Partija.
Didalamnya terdapat Wirantana yang terkejut sekali melihat beberapa prajurit
telah berada di halaman rumah itu.
Terdengar pekik kecil Mas Rara yang ketakutan.
Dengan sigap Wirantana meloncat turun. Ia melihat Manggada dan Laksana memegang
pedang ditangannya, sehingga dengan serta merta iapun telah menarik pedangnya
pula. Suasana memang menjadi tegang. Manggada dan Laksana yang semula mulai
menundukkan pedangnya, tiba-tiba pedang itu telah terangkat kembali. Terdengar
Manggada berdesis "Apakah kami tidak berada dalam jebakan Raden Panji?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami bukan sekelompok prajurit dibawah pimpinan Raden Panji" berkata Ki
Tumenggung Purbarana. Wirantana masih bingung. Namun Ki Partija kemudian telah berlari-lari
mendapatkan Mas Rara yang gemetar.
"Ayah" Mas Rara yang kemudian turun dari pedati itu langsung memeluk ayahnya.
"Marilah. Kita mendapatkan ibumu" berkata ayahnya.
"Siapakah mereka ayah" Apakah mereka utusan Raden Panji?" bertanya Mas Rara.
"Bukan. Bukan ngger" jawab Ki Partija.
"Tetapi siapa?" desak Wirantana
"Nanti aku ceriterakan. Sekarang marilah, masuklah" ajak Ki Partija.
Tetapi Wirantana berkata "Ayah. Kita harus menyelamatkan diri dari tangan Raden
Panji. Setidak-tidaknya kita harus menyelamatkan Mas Rara. Biarlah aku disini,
menghambat Raden Panji yang tentu akan mengejar kami"
"Sudahlah anak muda" berkata Raden Puspasari "tenanglah.
Kita masing-masing membawa ceritera yang panjang yang tidak sempat kita
ceriterakan sekarang. Tetapi sebaiknya kita tidak usah gelisah. Biarlah nanti
kita bersama-sama berbicara dengan baik-baik jika Raden Panji datang. Betapapun
keras hatinya, jika kita bersikap baik dan lunak, maka aku kira hatinya akan
menjadi lunak pula" "Tetapi Raden Panji adalah seorang yang keras hati "
berkata Wirantana. "Kedua orang anak muda yang datang lebih dahulu itupun telah mengatakannya"
jawab Raden Puspasari "Tetapi aku http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih tetap berkeyakinan, bahwa kita nanti akan dapat berbicara dengan baik"
Wirantana termangu-mangu. Tetapi seperti juga Manggada dan Laksana, masih ada
kecurigaan yang memancar disorot mata mereka.
Namun dalam pada itu, Ki Partija telah membimbing Mas Rara naik kependapa,
kemudian masuk keruang dalam.
Demikian Mas Rara bertemu dengan ibunya, maka tangannya bagaikan meledak. Bahkan
ibunya yang ingin menenangkan hati gadis itu, ternyata telah ikut menangis pula.
"Sudahlah" berkata Ki Partija "duduklah dengan tenang.
Mudah-mudahan persoalannya akan segera dapat diselesaikan dengan baik"
Demikian Mas Rara dan ibunya duduk diruang dalam, maka Ki Partija Wirasentana
telah kembali ke halaman.
Meskipun Ki Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari nampak tenang, tetapi
terasa ketegangan telah mencengkam halaman rumah itu. Beberapa orang prajurit
yang bersenjata tombak dan pedang, berdiri tegak tanpa mengetahui persoalan yang
sedang berkembang. Namun ketika mereka melihat Ki Tumenggung Purbarana dan Raden
Puspasari masih belum menunjukkan kegelisahannya, para prajurit itupun masih
berusaha untuk tetap tenang.
Dalam pada itu, maka Raden Panji yang marah berderap bersama para prajuritnya
menyusul Mas Rara. Hampir tanpa mengucapkan sepatah katapun disepanjang
perjalanan selain perintah-perintah dan umpatan-umpatan kasar. Raden Panji
memacu kudanya secepat-cepatnya. Sementara malam masih mencengkam.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun akhirnya Raden Panji dan para pengiringnya itupun menjadi semakin dekat
dengan padukuhan Nguter. Bahkan Raden Panji masih memaksa kudanya berlari lebih
cepat lagi. Beberapa ekor kuda mulai tertinggal beberapa langkah dibelakang iring-iringan
itu. Semakin lama semakin banyak meskipun jaraknya tidak terlalu jauh. Sementara
itu kuda Raden Panji yang tegar itu masih berdiri dengan kecepatan yang sangat
tinggi, tanpa menghiraukan kemungkinan buruk yang dapat terjadi jika kuda itu
terperosok kakinya ke dalam lubang disepanjang jalan atau terantuk batu yang
cukup besar. Darah Raden Panji justru terasa mendidih ketika ia memasuki pintu gerbang
padukuhan Nguter. Rasa-rasanya ia ingin meloncat menerkam dan mencekik Mas Rara
yang telah berani menolak kemauannya. Bahkan kemudian telah melarikan diri dari
tangannya. Satu hal yang belum pernah terjadi pada isteri-isterinya yang
terdahulu. Bahkan tidak seorangpun yang berani menentang kemauannya.
Dalam pada itu, orang-orang yang ada di halaman rumah Ki Partijapun segera
mendengar derap kaki kuda yang semakin lama semakin dekat. Ki Tumenggung
Purbaranapun segera memerintahkan prajurit-prajuritnya untuk bergeser dan
menempatkan diri ditempat yang tidak menarik perhatian.
Tidak ada tanda-tanda bahwa di halaman itu telah bersiap sekelompok orang untuk
melakukan kekerasan. Sementara Wirantana, Manggada dan Laksanapun telah menepi
pula, berdiri didepan tangga pendapa. Didepannya Ki Partija Wirasentana berdiri
bersama Ki Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari.
Pedati yang ditarik kuda dan membawa Mas Rara melarikan diri itupun telah
digeser ke pinggir halaman, dibawah sebatang pohon nangka. Sedangkan kedua orang
yang melayani pedati http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berdiri termangu-mangu menunggu apa yang akan terjadi kemudian.
Sejenak kemudian, maka derap kaki kuda disepanjang jalan padukuhan itu menjadi
semakin dekat. Orang-orang padukuhan yang semula terkejut mendengar derap kaki
dua tiga ekor kuda, serta gemeretak pedati, telah terkejut pula mendengar
pasukan berkuda lewat jalan padukuhan.
Beberapa orang yang terbangun dari tidurnya yang nyenyak menjadi berdebar-debar.
Mereka memang sudah mengira bahwa derap kaki kuda yang rasa-rasanya datang
berturut-turut itu ada hubungannya dengan Mas Rara.
"Apa yang telah terjadi?" desis seorang perempuan yang menjadi cemas mendengar
kuda-kuda yang berlari-larian dimalam hari itu.
"Entahlah" jawab suaminya "mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu"
Keduanya tidak bercakap-cakap lagi. Mereka sudah tidak mendengar apa-apa diluar.
Derap kaki kuda itu sudah menjauh dan keduanya memang yakin, bahwa kuda-kuda itu
menuju ke rumah Ki Partija Wirasentana.
Sebenarnyalah Raden Panji telah memacu kudanya langsung memasuki regol halaman
yang memang telah dibuka. Para prajuritnyapun telah mengikutinya pula, langsung
menebar dihalaman yang memang agak luas itu.
Namun ternyata Raden Panjipun terkejut melihat orang-orang yang sudah berada di
halaman. Meskipun mereka sama sekali tidak menunjukkan kesiagaan untuk
bertempur, namun orang-orang yang berdiri berderet di pinggir halaman, di depan
tangga pendapa serta pedati dibawah pohon nangka, membual jantungnya berdegup
semakin keras. Tiba-tiba saja masih http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diatas punggung kudanya Raden Panji berteriak lantang "Jadi kalian sudah
bersiap-siap untuk melawan aku he" Apakah kalian sudah menjadi gila" Aku
mendapat wewenang mengambil tindakan apapun untuk membuat daerah ini tenteram. Siapa yang melawan
perintahku sama dengan melawan kekuasaan Pajang, sehingga mereka dapat disebut
pemberontak. Dengan dasar itu, aku akan dapat membunuh semua orang yang ada
disini, yang sudah bersiap untuk memberontak"
Orang-orang yang berdiri dihalaman masih belum ada yang menjawab ketika Raden
Panji kemudian berteriak "Partija, Partija Wirasentana"
Ki Partija Wirasentana terkejut. Seperti seorang yang terbangun dari mimpi.
Wajahnya menjadi tegang dan jantungnya berdebar-debar.
Karena Ki Partija Wirasentana masih saja termangu-mangu, maka Raden Panji itupun
telah meloncat turun dari kudanya.
Dengan demikian maka para prajuritnyapun telah berloncatan turun pula. Seorang
diantara prajurit-prajurit itu telah mendekati Raden Panji untuk menerima
kudanya dan membawanya menepi. Beberapa langkah Raden Panji bergeser maju. Sekali lagi ia memanggil "Partija
Wirasentana. Kemari. Bukankah kau tidak tuli"
"Ya, ya Raden" jawab Ki Partija gagap. Selangkah ia maju.
"Mana anakmu itu he?" bentak Raden Panji.
"Ia ada didalam Raden" jawab Ki Partija.
"Apakah kau kira kau dapat melawan Pajang?" suaranya bergetar menghentak-hentak
karena kemarahan yng membakar isi dadanya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wajah Raden Panji masih tegang. Ia melihat dalam
keremangan cahaya obor dan lampu minyak, orang-orang yang berdiri dihalaman itu.
Mereka tidak menunjukkan sikap bermusuhan. Tetapi merekapun tidak menjadi
ketakutan. Dengan nada tinggi Raden Panji kemudian bertanya lantang
"Siapakah mereka" Kau upah orang untuk melindungimu dari kuasaku" Tentu kau
bayar mereka dengan Mas Kawin yang kau terima untuk Mas Rara yang ternyata
berkhianat itu" "Sama sekali tidak Raden" berkata Ki Partija Wirasentana dengan jantung yang
berdebaran. "Jadi siapakah mereka yang berada di halaman ini?"
bertanya Raden Panji. "Mereka adalah prajurit dari Pajang" jawab Ki Partija Wirasentana.
"Kau jangan mengigau seperti orang gila. Aku memang melihat mereka berpakaian
seperti prajurit Pajang. Tetapi disini, akulah penguasa tunggal dari Pajang.
Tidak ada pasukan yang lain yang mendapat wewenang berkeliaran di daerah ini
tanpa ijinku" Raden Panji hampir berteriak.
"Tetapi mereka benar- benar prajurit Pajang, Raden" jawab Ki Partija
Wirasentana. "Siapa pemimpinnya, aku ingin bicara" geram Raden Panji.
Yang melangkah maju adalah Ki Tumenggung Purbarana.
Seorang Tumenggung yang memiliki bentuk tubuh yang meyakinkan. Namun sikapnya
bukan sikap seorang prajurit yang kasar.
"Siapa kau?" bertanya Raden Panji.
"Aku Tumenggung Purbarana" jawab Ki Tumenggung.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Raden Panji mengerutkan keningriya. Ia memang melihat tanda-tanda seorang
perwira prajurit Pajang. Raden Panji yang marah itu memang mencoba untuk
mengekang diri. Dihadapan seorang Tumenggung Raden Panji harus berpikir ulang
untuk membentak-bentak. Sebelum Raden Panji menjawab, Tumenggung Purbarana berkata selanjutnya "Yang
berdiri disebelah ini adalah Raden Puspasari. Cucu dari Pangeran Kuda Kertanata,
putera Prabu Brawijaya Pamungkas. Yang sekarang berada di Pajang, karena ibunda
Raden Puspasari yang berada di Demak telah memerintahkannya untuk menyertai
pusaka-pusaka yang disemayamkan dari Majapahit dan berada di Demak untuk
selanjutnya dibawa ke Pajang.
Wajah Raden Panji nampak menjadi semakin tegang. Namun kemudian tiba-tiba ia
berkata "Aku hormati kedudukan Ki Tumenggung serta Raden Puspasari. Tetapi aku
mohon maaf. Daerah ini adalah kuasaku. Aku mendapat wewenang dengan pertanda cincin
kekuasaan pemerintah Pajang di daerah ini"
"Ya, ya. Kami tahu Raden Panji" jawab Ki Tumenggung Purbarana. Lalu katanya
"Raden Panji justru telah dianggap berhasil membuat daerah yang bergolak ini
menjadi tenang kembali"
"Tetapi kenapa Ki Tumenggung berada didaerah kuasaku tidak memberitahukan
kepadaku lebih dahulu, apalagi mendapat ijinku" bertanya Raden Panji.
"Persoalan kami sekedar persoalan keluarga. Kami tidak mencampauri keberhasilan
Raden Panji di daerah ini. Kamipun sama sekali tidak mengulangi kuasa Raden
Panji untuk menentukan kebijaksanaan didaerah ini" jawab Ki Tumenggung
Purbarana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jika demikian, kami yang mendapat tugas didaerah ini mohon agar Ki Tumenggung
serta Raden Puspasari meninggalkan daerah ini" berkata Raden Panji.
"Tentu. Kami akan segera meninggalkan daerah ini" jawab Ki Tumenggung Purbarana
"bahkan barangakali akan lebih cepat dari yang Raden duga"
"Tetapi apa hubungan Ki Tumenggung dengan Partija Wirasentana sehingga Ki
Tumenggung berada dirumah ini?"bertanya Raden Panji kemudian.
"Kami mendapat perintah untuk melihat kembali, apakah benar bahwa dirumah Ki
Partija ini telah dititipkan sebilah pusaka dari Majapahit, milik Pangeran Kuda
Kertanata yang dibawa oleh puteranya Raden Kuda Respada yang mengembara sejak
kanak-kanak. Yang kemudian hidup dan tinggal di padesan dengan nama Ki Respada.
Namun ketika isterinya meninggal saat melahirkan, maka Ki Respada telah
meneruskan perjalanan menuju ke Demak. Tetapi pusaka yang dibawanya dari
Majapahit itu telah ditinggalkan di sebuah padukuhan.
Nama padukuhan itu Nguter. Sedangkan orang yang mendapat titipan itu namanya
Partija dan kemudian menjadi Partija Wirasentana" jawab Tumenggung Purbarana.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lalu katanya pula "Raden Puspasari ini adalah orang yang berhak untuk mengambil pusaka itu sesuai
dengan pesan ibundanya, karena Raden Kuda Respada itupun segera meninggal
setelah berada di Demak tanpa sempat melihat kembali keris pusakanya yang
ditinggalkan" Raden Panji menjadi semakin tegang. Katanya "Partija Wirasentana tidak pernah
mengatakannya" "Mungkin Ki Partija menganggap bahwa hal itu tidak perlu dikatakan kepada
siapapun" berkata Ki Tumenggung
Purbarana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jika demikian, lakukanlah. Ambillah keris itu jika memang ada. Kemudian Ki
Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari aku persilahkan untuk meninggalkan
tempat ini. Aku masih akan menyelesaikan tugasku disini"
"Apakah disini ada pemberontak atau semacamnya
sebagaimana disebut-sebut oleh Raden Panji tadi?" bertanya Ki Tumenggung.
"Ya. Setidak-tidaknya ketiga orang anak muda yang telah melarikan isteriku itu"
jawab Raden Panji. Namun kemudian
"Tetapi ini bukan tugas Ki Tumenggung. Tugas itu adalah tugasku disini. Bukankah
tugas Ki Tumenggung mengambil keris dan membawanya kepada ibunda Raden
Puspasari?" "Ya Raden" jawab Ki Tumenggung. Namun kemudian
katanya "Tetapi selain keris, Raden Puspasari masih mempunyai tugas yang lain"
"Apa?" bertanya Raden Panji.
Ki Tumenggung Purbarana berpaling kepada Raden
Puspasari. Katanya "Sebaiknya Raden sajalah yang memberikan penjelasan"
Raden Puspasari melangkah selangkah maju. Katanya "Kami memang sedang mengemban
tugas untuk mengambil pusaka yang pernah ditinggalkan oleh paman Kuda Respada
disini. Tetapi tugas itu masih disertai dengan tugas yang lain. Tugas inilah yang semula
membuat kami agak bingung. Pada saat kami datang ke tempat ini, maka yang ada
dirumah ini tinggal keris pusaka itu. Sedangkan yang lain sudah tidak ada
dirumah ini" "Yang lain apa maksud Raden?" bertanya Raden Panji.
"Raden Panji" berkata Raden Puspasari "yang terjadi disini memang membingungkan.
Aku tidak tahu, yang manakah yang http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebaiknya dilakukan. Karena itu, maka bukankah sebaiknya kita duduk dan
berbicara sebaik-baiknya" Mungkin kita akan dapat memecahkan persoalannya dengan
baik" "Tidak ada yang harus dibicarakan Raden. Raden Puspasari melakukan tugas yang
dibebankan dipundak Raden. Aku menjalankan tugas yang memang sudah aku emban
sejak lama. Tugas kita memang sangat berbeda" jawab Raden Panji.
"Tetapi ada yang berkait Raden" berkata Raden Puspasari.
"Bagaimana mungkin tugas kita dapat berkait. Tugas itu tidak ada hubungannya
sama sekali " jawab Raden Panji dengan nada tinggi.
Raden Puspasari termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian ia masih bertanya "Jadi, dapatkah kita duduk sejenak untuk berbicara?"
"Apa yang sebenarnya akan Raden katakan" Katakanlah. Aku tidak mempunyai banyak
waktu" berkata Raden Panji.
Namun Raden Puspasari berkata "Raden. Bukankah hari telah jauh malam. Bahkan
sebentar lagi kita akan memasuki dini hari. Apakah kita tidak dapat menunda
persoalan kita sampai esok pagi?"
"Aku seorang prajurit Raden" jawab Raden Panji "aku harus memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Aku datang ke rumah ini karena aku mempunyai persoalan. Karena
itu, maka aku harus menyelesaikannya segera. Sementara itu aku mohon Radenpun
cepat menyelesaikan tugas Raden"
"Aku tidak tergesa-gesa seperti Raden Panji" jawab Raden Puspasari.
"Aku berkeberatan" jawab Raden Panji.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah jika demikian. Aku memang harus mengatakannya karena persoalannya sudah
terlanjur terkait. Seandainya, sekali lagi, seandainya Mas Rara tidak Raden
bawa, maka persolannya memang sama sekali tidak bersinggungan dengan tugas Raden
" jawab Raden Puspasari.
"Apa hubungannya dengan Mas Rara?" bertanya Raden Panji.
"Yang ditinggalkan oleh paman Raden Kuda Respada
sebenarnya bukan hanya sekedar sebilah keris pusaka. Tetapi keris itu akan
menjadi pertanda kelak, bahwa dirumah ini tinggal seorang anak yang pernah
dilahirkan oleh isteri paman Raden Kuda Respada. Namun bibi telah meninggal
setelah melahirkan. Sementara paman yang kemudian pergi ke Demak dengan
meninggalkan bayi dan pusakanya tidak sempat mengurusinya lagi karena paman juga
segera meninggal" jawab Raden Puspasari. Lalu katanya "Bayi itu adalah bayi perempuan yang
kemudian dibesarkan oleh Ki Partija Wirasentana. Dinamainya bayi perempuan itu
Wiranti, namun yang kemudian dipanggil dengan Mas Rara ketika bayi yang telah
menjadi gadis dewasa itu akan diambil menjadi isteri Raden Panji. Sebenarnya
rencana perkawinan itu sendiri sama sekali tidak berpengaruh. Jika Raden Panji
memang mencintainya dan Mas Rarapun mencintai Raden Panji. Bahkan kami telah
memutuskan untuk menyusul Mas Rara esok pagi ke rumah Raden Panji. Namun tiba-
tiba Mas Rara justru telah kembali ke rumah ini" Raden Puspasari berhenti
sejenak, lalu katanya pula "Karena itu, silahkan duduk Raden. Ternyata masih ada
beberapa masalah yang harus kita bicarakan"
Wajah Raden Panji menjadi tegang. Dipandanginya orang yang menyebut dirinya
Raden Puspasari itu. Kemudian Ki Tumenggung Purbarana, seorang yang memang
mengenakan pakaian seorang prajurit. Tubuh dan ujudnya memang http://ebook-
dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meyakinkan, bahwa ia adalah seorang prajurit yang berpangkat Tumenggung.
Untuk beberapa saat Raden Panji menjadi bingung. Tetapi tiba-tiba saja ia
berkata lantang "Siapapun kalian, akulah penguasa yang sah di daerah ini atas
nama Sultan Pajang. Karena itu, kuasaku adalah sama dengan kuasa Sultan itu sendiri"
"Bukanlah kami sudah menyatakan bahwa kami mengakui kuasa Raden Panji" Sejak
dari Pajang kami sudah membekali diri dengan pengakuan, bahwa di daerah ini ada
seorang Panji yang mendapat tugas untuk memulihkan keamanan dari gangguan para
perampok yang ganas. Raden Panji ternyata telah berhasil menghancurkan perampok
itu, sehingga daerah ini telah menjadi aman kembali " jawab Raden Puspasari.
"Jika demikian, silahkan kalian meninggalkan tempat ini. Aku berhak menentukan,
apakah kalian dapat berbuat sesuatu di sini atau tidak" jawab Raden Panji dengan
wajah yang menjadi tegang.
"Raden Panji" berkata Raden Puspasari "aku telah mendapat perintah untuk
mengambil pusaka yang ditinggalkan pamanda Raden Kuda Respada. Itu tentu tidak
akan ada persoalan. Namun ibunda juga memerintahkan agar aku membawa bayi yang pernah ditinggalkan
oleh pamanda Raden Kuda Respada itu, yang sekarang telah mekar menjadi seorang
gadis dewasa. Nah, dalam hal inilah persoalan kita berkait, karena gadis itu Raden tetapkan
untuk menjadi isteri Raden yang ke enam"
Ketegangan mencengkam, bukan saja wajah Raden Panji, tetapi jantungnya terasa
telah berdegup semakin keras.
Dengan suara lantang, Raden Panji berkata "Gadis itu telah melakukan kesalahan
yang sangat besar di daerah kuasaku. Ia http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah berkhianat. Karena itu ia harus dihukum. Kuasaku di daerah ini belum
pernah dicabut" "Baiklah" berkata Raden Puspasari "Mas Rara tidak akan melarikan diri. Aku akan
membawanya ke Pajang beserta keris pusaka pamanda Kuda Respada. Namun
persoalannya dengan Raden Panji masih belum selesai. Silahkan Raden Panji
mengusutnya ke Pajang agar Mas Rara diserahkan kepada Raden Panji untuk
menjalani hukuman" "Jangan menganggap aku kanak-kanak" jawab Raden Panji
"aku akan menangkap Mas Rara"
"Sudahlah Raden Panji" potong Ki Tumenggung Purbarana
"sebaiknya kita tidak bersitegang dengan sikap kita masing-masing. Bukankah
masih ada orang-orang yang lebih berwenang memutuskan persoalan yang sedang kita
hadapi. Kami akan menyerahkan Mas Rara itu kepada ibunda Raden Puspasari. Sementara itu,
Raden Panji yang merasa dikhianati atau apa, dapat menuntutnya, sehingga
persoalannya akan diselesaikan di Pajang.
"Ki Tumenggung tidak dapat memperkecil kuasaku di sini.
Meskipun pangkat Ki Tumenggung lebih tinggi dari pangkatku, tetapi aku mengemban
tugas yang mewakili kuasa Sultan di Pajang. Karena itu, silahkan kalian
meninggalkan tempat ini tanpa mencampuri persoalan-persoalan yang terjadi di
tempat ini, di daerah kuasaku" suara Raden Panji menjadi semakin keras.
"Baiklah Raden" jawab Ki Tumenggung Purbarana "sudah beberapa kali kami katakan.
Besok, jika matahari telah terbit, kami akan pergi bersama Mas Rara dan pusaka
yang dibawa oleh pamanda Kuda Respada itu. Bukankah cukup jelas"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mas Rara tidak dapat dibawa. Ia melakukan kejahatan di sini, di daerah kuasaku.
Ia harus diadili di sini. Apalagi ia bakal isteriku yang telah berkhianat" jawab
Raden Panji. "Raden Panji tidak boleh berbuat demikian, meskipun Raden Panji memiliki
pertanda kuasa Sultan Pajang" jawab Raden Puspasari "karena Sultan Pajang
sendiri tidak akan berbuat sebagaimana dilakukan oleh Raden Panji"
"Jangan mengada-ada" kesabaran Raden Panji yang kasar itu sudah habis "sekali
lagi aku mempersilahkan kalian pergi sekarang. Tidak besok pagi. Tinggalkan Mas
Rara di sini. Ini perintah atas dasar kuasa yang aku terima dari Kangjeng
Sultan" Tetapi Ki Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari masih tetap bersikap tenang.
Dengan sareh Ki Tumenggung berkata "Raden Panji. Jangan perlakukan kami seperti
perampok dan penyamun di daerah ini, yang telah berhasil Raden tenangkan. Kami
juga prajurit Pajang, sebagaimana Raden Panji. Jika Raden Panji mendapat kuasa
untuk menumpas perampok dan penyamun di daerah ini, tentu bukan berarti bahwa
Raden Panji juga mendapat kuasa untuk memperlakukan kami seperti itu. Karena
itu, sekali lagi aku mengulangi permintaan Raden Puspasari. Silahkan duduk. Kita
berbicara. Dengan demikian, kita akan mendapatkan penyelesaian yang terbaik,
yang dapat kita pilih"
"Kuasa yang aku terima tidak terkecuali" jawab Raden Panji
"kedatangan kalian akan dapat menimbulkan persoalan di sini, yang dapat
mengguncangkan ketenangan yang dengan susah payah telah aku pulihkan. Karena
itu, masih atas dasar kuasa yang aku terima dari Sultan, pergilah"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah" berkata Raden Puspasari kemudian "kami akan pergi. Tetapi keris pusaka
dari Majapahit serta Wiranti akan aku bawa"
"Bawalah pusaka itu. Tetapi Mas Rara tidak. Ia melakukan kejahatan disini. la
harus diadili disini, sebagaimana aku mengadili para perampok dan penyamun"
geram Raden Panji. "Mas Rara bukan perampok dan bukan penyamun" jawab Raden Puspasari.
"Ia berkhianat terhadapku. Justru terhadap seorang Senapati yang bertugas atas
dasar kuasa tertinggi" jawab Raden Panji semakin keras.
"Raden" berkata Raden Puspasari kemudian "baiklah. Marilah kita lihat sebentar
saja. Apakah sebenarnya kesalahan Mas Rara sehingga Raden menganggapnya
berkhianat, atau memberontak, atau mengganggu ketenangan daerah kuasa Raden
Panji" Wajah Raden Panji menjadi tegang. Sementara Raden Puspasari berkata selanjutnya
"Dalam hal ini, meskipun aku baru mendengar sedikit dari anak-anak muda yang
mendahului perjalanan Mas Rara serta kakaknya, aku tahu, bahwa yang terjadi sama
sekali tidak dapat disebut sebagai satu pemberontakan atau pengkhianatan atau
semacamnya" "Kalian tidak tahu pasti persoalannya" geram RadenPanji.
"Raden" Ki Tumenggung Purbaranapun ternyata tidak lagi dapat menahan-perasaannya
yang bergejolak "Raden
mendapat tugas di sini untuk menghancurkan para perampok dan penyamun. Itu bukan
berarti memberi wewenang kepada Raden Panji justru untuk merampok"
"Merampok?" wajah Raden Panji menjadi merah membara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berapa tahun Raden Panji berada di tempat ini" Dua atau selama-lamanya tiga
tahun. Berapa kali selama itu Raden Panji telah kawin" Dan apa yang sebenarnya
Raden Panji lakukan di daerah ini terhadap perempuan-perempuau itu juga atas Mas
Rara?" suara Ki Tumenggung Purbarana mulai bergetar "saat terakhir Raden akan
melakukan pelanggaran karena Raden Panji menghendaki Mas Rara sebelum hari
perkawinan dilangsungkan.
"Cukup" bentak Raden Panji "aku tidak mau mendengar fitnah buruk itu. Kalian
tentu iri melihat keberhasilanku di sini.
Namun dengan fitnah itu, akupun menjadi curiga, apakah benar kalian prajurit
Pajang yang mengemban tugas sebagaimana yang kalian katakan"
"Kami juga memiliki pertanda sebagaimana perintah kuasa yang kau bawa Raden"
jawab Ki Tumenggung Purbarana.
"Omong kosong. Pertanda itu dapat dibuat sendiri atau dipalsukan" geram Raden
Panji. "Apakah Raden Panji juga melakukannya?" bertanya Raden Puspasari.
"Aku sudah berada di sini lebih dari dua tahun. Jika pertanda yang aku bawa itu
palsu, maka Pajang mempunyai kesempatan luas untuk mengambil tindakan" jawab
Raden Panji lantang. "Pertanda yang kau bawa memang tidak palsu Raden, tetapi pengetrapan kuasa di
daerah ini itulah yang akhirnya menjadi palsu" sahut Raden Puspasari.
"Kau menghina seorang Senapati yang berkuasa di sini"
teriak Raden Panji yang marah.
Namun tiba-tiba saja terdengar seseorang berkata "Raden Puspasari benar. Bukan
pertanda kuasa itu yang dipalsukan.
Tetapi apa yang dilakukan Raden Panjilah yang palsu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang berpaling kearah suara itu. Seorang yang berjalan memauki halaman
itulah yang mengatakannya, sementara seorang yang lain menuntun kudanya
mendekat. "Aku sengaja tidak ingin mengejutkan kalian. Karena itu, aku turun dari kudaku
pada jarak yang masih agak jauh. Aku terpaksa berlari-lari kecil kemari agar aku
tidak terlambat mendengar pembicaraan ini meskipun aku tidak mengira bahwa di
sini ada pihak lain yang telah datang lebih dahulu dari aku"
Manggada, Laksana dan Wirantana terkejut ketika melihat wajah orang itu setelah
tersentuh cahaya obor di halaman.
Orang itu adalah orang yang pernah duduk di sebelah mereka di pendapa rumah
persinggahan Mas Rara. Mereka pulalah yang telah memberikan beberapa ekor kuda.
Namun agaknya mereka telah menyusul pula perjalanan para prajurit berkuda yang
dipimpin oleh Raden Panji sendiri.
"Aku datang berempat. Dua orang kawanku masih berada di luar regol untuk
mengatasi kesulitan jika hal itu terjadi" berkata orang itu selanjutnya "namun
agaknya dengan kehadiran beberapa orang prajurit Pajang dari kesatuan yang lain,
keadaan akan berubah"
"Siapa kau?" bertanya Raden Panji.
"Aku adalah tetangga Raden Panji" jawab orang itu "tetapi mudah-mudahan Ki
Tumenggung Purbarana masih mengenal aku"
Ki Tumenggung Purbarana termangu-mangu sejenak.
Dipandanginya orang yang mengenakan pakaian sebagaimana orang kebanyakan dalam
keremangan cahaya obor. Orang itu tersenyum sambil berkata "Aku juga prajurit Pajang. Aku Panji
Wiratama" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"O" Ki Tumenggung Purbarana mengangguk-angguk "Maaf adhi, aku memang agak lupa.
Sudah agak lama kita tidak bertemu"
"Sejak aku mendapat tugas dalam lingkungan prajurit sandi"
jawab Panji Wiratama. Lalu katanya "Nah, dalam rangka tugas sandiku, aku
diperintahkan mengawasi tugas Raden Panji Prangpranata. Beberapa laporan telah


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai ke Pajang tentang tingkah lakunya. Sebenarnya aku tidak perlu terlibat
langsung dalam tindakan kewadagan. Tetapi aku tidak sampai hati melihat nasib
gadis yang bernama Mas Rara itu. Ia mempunyai kelainan dengan isteri Raden Panji
sebelumnya. Agaknya gadis itu tidak pantas mengalami nasib yang buruk karena tingkah laku
Raden Panji" "Cukup" teriak Raden Panji Prangpranata "aku tahu. Kalian semua ternyata telah
sepakat untuk menjatuhkan namaku.
Agaknya kalian merasa iri hati akan keberhasilanku serta kepercayaan yang aku
terima dari Kangjeng Sultan di Pajang.
Nah, sekarang sekali lagi aku perintahkan kalian untuk pergi atau kalian akan
aku hancurkan disini atas nama Kangjeng Sultan Pajang"
"Raden Panji" berkata Panji Wiratama "sudahlah. Aku mohon Raden Panji bersedia
meninjau kembali segala tingkah laku Raden Panji. Sementara itu Ki Tumenggung
Purbarana dan Raden Puspasari juga membawa pertanda kuasa Sultan Pajang.
Akupun memiliki pertanda tugas sandiku. Karena itu bukankah tidak baik terjadi
benturan kekerasan antara kekuatan Pajang sendiri, sementara Pajang baru
berusaha untuk menyusun diri menjadi negara yang besar"
"Aku tidak memperdulikan sesorahmu" bentak RadenPanji Prangpranata.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku sudah cukup lama tinggal menjadi tetangga Raden Panji. Aku adalah saksi
yang akan dapat mengatakan segala tingkah laku Raden Panji yang tidak terpuji
bersama orang-orang yang bertugas bersamaku. Tetapi jika Raden Panji bersedia
mengerti, maka sudah tentu aku tidak akan sampai hati menjerumuskan Raden Panji
ke dalam kubangan yang dalam dan kotor. Apalagi aku tahu bahwa Raden Panji
adalah orang yang pernah berjasa disini meskipun dengan cara yang agak kasar
menghadapi para penjahat" berkata Panji Wiratama kemudian.
Tetapi agaknya Raden Panji Prangpranata tidak mau mendengarkan kata-kata Panji
Wiratama maupun Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari yang berusaha untuk
mencari penyelesaian dengan cara yang lebih baik dari kekerasan.
Bahkan kemudian Raden Panji itu berkata kepada para prajuritnya "He anak-anak.
Bersiaplah. Kalian harus bermain-main lagi. Tidak dengan para prajurit yang
sering merampok dan menyamun. Tetapi dengan prajurit-prajurit Pajang sendiri
yang ternyata tidak tahu paugeran dan dengan sengaja melanggar hak dan
wewenangku. Tunjukkan kepada mereka bahwa kalian adalah prajurit-prajurit Pajang
terpilih yang sudah berbilang tahun mengarungi medan demi medan
menghancurkan kelompok-kelompok penjahat didaerah ini.
Ingat siapa aku. Aku adalah orang yang paling banyak memberikan hadiah kepada
prajurit-prajuritku. Tetapi aku juga orang yang tidak segan-segan menghukum
prajurit-prajurit yang tidak berbuat sebaik-baiknya dalam pertempuran, apalagi
dihadapanku" Para prajurit Raden Panji memang menjadi berdebar-debar.
Mereka sadar, bahwa Raden Panji berkata sesungguhnya. Jika mereka tidak baik
menurut penilaian Raden Panji, maka mereka tentu benar-benar akan dihukum.
Hukuman yang pernah http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diberikan oleh Raden Panji kepada prajurit-prajuritnya memang tidak tanggung-
tanggung. Karena itu, apapun yang terjadi, maka para prajurit Raden Panji itupun telah
mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Tiga dari tujuh prajurit yang melepaskan Mas Rara ketika mereka mengejar sesaat
setelah Mas Rara meninggalkan pedukuhan Raden Panji, ada diantara para prajurit
yang mengiringi Raden Panji itu. Agaknya yang lain mendapat perintah untuk
menjaga para tawanan yang belum sempat mendapat perlakuan khusus dari Raden
Panji karena kesibukannya mengurus Mas Rara.
Ki Tumenggung Purbarana memang menjadi sedikit cemas menghadapi perkembangan
keadaan Raden Panji memang sulit diajak berbicara seperti telah dikatakan oleh
anak-anak muda yang menyelamatkan Mas Rara dari tangan Raden Panji.
Karena itu, maka Ki Tumenggung Purbaranapun telah memberikan isyarat pula kepada
prajurit-prajuritnya. Bahkan Panji Wiratamapun berkata kepada kawannya "Panggil
kedua kawanmu" Orang itupun mengangguk. Kemudian iapun telah bergeser menuju ke regol halaman.
Berapa saat kemudian, maka dua orang menuntun kudanya memasuki halaman itu,
langsung mengikat kuda mereka ditepi didekat kedua ekor kuda yang lain.
Halaman rumah Ki Partija Wirasentana itu telah dicengkam ketegangan. Setiap
orang telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sementara tangan para prajurit
itupun telah berada di hulu senjata mereka masing-masing. Mereka ternyata akan
berhadapan dengan semua prajurit Pajang sendiri, sehingga dengan demikian maka
pertempuranpun akan menjadi
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertempuran yang paling mendebarkan diri berbagai macam pertempuran yang pernah
mereka alami melawan para penjahat dan perampok.
Dalam pada itu dengan suara yang bergetar Raden Panji berkata lantang "Anak-
anak, tugas kalian adalah mengambil perempuan liar yang telah berkhianat itu.
Siapa yang mencoba menghalangi, singkirkan dengan cara sebagaimana kalian
lakukan terhadap para penjahat, karena sebenarnyalah setiap orang yang
menghalangi tugasku disini, aku perlakukan sebagai para, penjahat"
Wajah Ki Tumenggung Purbarana menjadi tegang. Dengan lantang iapun berkata "Aku
masih memperingatkan kau sekali lagi Panji Prangpranata" Suara Ki Tumenggung
memang berubah. Ia tidak lagi tersenyum dan berbicara dengan suara yang lembut.
Tetapi jawab Raden Panji "Kesempatan terakhir bagimu Tumenggung Purbarana.
Tinggalkan tempat ini"
Namun suara Panji Wiratama tidak lebih garangnya "Aku berhak menangkapmu
berdasarkan tugas dan wewenangku"
"Setan kau" teriak Raden Panji "singkirkan orang itu. Dengar perintahku. Ambil
prempuan pengkhianat itu. Siapa menghalangi, patahkan lehernya"
Pertempuran memang tidak dapat dicegah. Beberapa orang prajurit mulai bergerak.
Sementara Raden Panji masih berteriak
"Masuk ke dalam rumah itu. cari sampai ketemu. Ia menjadi penyebab peristiwa
ini. Jika ada seorang saja diantara prajuritku yang kulitnya tergores senjata,
maka hukuman bagi perempuan itu akan berlipat ganda. Ia akan mengalami hukuman
picis. Hukuman picis yang pertama yang aku berikan kepada seorang perempuan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pertempuran memang tidak dapat dicegah. Beberapa orang prajurit Pajang di bawah
perintah Raden Panji Prangpranata telah berusaha naik ke pendapa, menuju ke
pintu pringgitan. Tetapi para prajurit yang datang bersama-sama Ki
Tumenggung Purbarana dan Raden Puspasari telah mencegah mereka.
Sementra itu, Ki Partija Wirasentana sendiri menjadi bingung. Wirantana yang
gelisah menjadi termangu-mangu.
Manggada ternyata masih sempat berpikir dan berkata kepada Wirantana "Bawa
ayahmu masuk. Lindungi adikmu yang ada di dalam. Jika ada orang yang sempat
menyusup" "Baik. Aku dan ayah akan melindungi Mas Rara" berkata Wirantana.
Iapun segera berlari mendekati ayahnya sambil berkata
"Marilah. Lindungi Mas Rara"
Ki Partija seperti orang yang terbangun dari mimpi yang sangat buruk. Sementara
itu Wirantana telah menariknya naik ke pendapa dan masuk keruang dalam.
Di ruang dalam Mas Rara dan ibunya duduk gemetar saling berpelukan. Mereka tidak
tahu apa yang terjadi di luar. Mereka hanya mendengar orang-orang saling
membentak. Tetapi Mas Rara tidak tatu pasti, apakah yang mereka katakan selain
teriakan Raden Panji untuk menghukumnya. Ia tidak mendengar jelas penjelasan
Raden Puspasari tentang dirinya.
Keduanya terkejut sekali ketika pintu tiba-tiba terbuka.
Tetapi jantung mereka bagaikan disiram setitik embun ketika mereka melihat
Wirantana dan Ki Partija Wirasentana yang masuk ke ruang dalam.
"Aku akan menemani kalian" berkata Ki Partija.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana pun kemudian berdiri selangkah di sebelah adiknya. Sekilas ia sempat
memandang wajah yang basah itu.
Baru ia menyadari, bahwa wajah gadis itu memang lain dari wajahnya sendiri. Lain
dari wajah ibunya dan lain dan wajah ayahnya.
"Ternyata ia seorang gadis asing" desisnya.
Ki Partija Wirasentana pun kemudian telah memungut senjatanya dan bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu, di luar telah terjadi pertempuran yang sengit.
Kedua belah pihak memiliki ketangkasan yang seimbang.
Prajurit Raden Panji adalah prajurit yang untuk beberapa lamanya menjelajahi
arena pertempuran melawan para penjahat, sementara para prajurit yang datang
bersama Ki Tumenggung Purbarana adalah prajurit pilihan.
Manggada dan Laksana tidak dapat tinggal diam.
Keduanyapun telah terlibat dalam pertempuran melawan prajurit Raden Panji yang
garang. Prajurit yang terbiasa bertempur dengan keras dan kasar menghadapi para
perampok dan penjahat di daerah yang lain, yang harus mereka amankan.
Tetapi Manggada dan Laksana pun memiliki bekal yang cukup. Mereka memiliki
landasan ilmu yang mereka sadap dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Meskipun
belum begitu banyak, tetapi keduanya memiliki pengalaman yang keras pula.
Raden Panji Prangpranata sendiri adalah seorang Senapati perang yang memiliki
ilmu yang tinggi. Ia telah berhasil menguasai satu daerah yang luas selama ia
bertugas. Kekuasaannya seakan-akan tidak terbatas, karena kecuali Raden Panji sendiri
seorang yang berilmu tinggi, iapun memiliki kekuatan. Sepasukan prajurit Pajang
yang tangguh. Sehingga untuk beberapa lama Raden Panji merasa bahwa ia adalah
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang dapat berbuat apa saja menurut kehendaknya.
Siapa yang mencoba untuk menentangnya dengan tanpa kesulitan telah disingkirkan.
Bahkan jika dianggap perlu disingkirkan untuk selama-lamanya.
Raden Panji Prangpranata memang tidak saja berkuasa untuk menentukan satu
kebijaksanaan. Tetapi iapun merasa mempunyai wewenang untuk menghukum orang yang
dianggapnya bersalah tanpa dapat dibatalkan oleh orang lain.
Bahkan iapun merasa tidak perlu untuk mendengar pendapat orang lain apabilaia
sendiri sudah menganggap perlu untuk mengambil keputusan.
Namun dalam pada itu, di halaman rumah Ki Partija itu, ia telah bertemu dengan
seorang Senapati yang juga seorang pilihan. Ki Tumenggung Purbarana yang dengan
sengaja telah menempatkan diri menghadapi langsung Raden Panji
Prangpranata. Beberapa orang prajurit Raden Panji dengan cepat telah bergerak ke segala celah-
celah halaman. Mereka yang sudah untuk waktu yang lama mengikuti segala perintah
Raden Panji itupun menjadi sangat garang pula. Satu dua orang prajurit memang
berusaha untuk menembus pertahanan dan memasuki rumah lewat seketheng. Namun
para prajurit Pajang yang datang bersama Ki Tumenggung Purbarana telah menyebar.
Sementara Manggada dan Laksana telah ikut pula menghadapi para prajurit yang
berusaha memasuki seketheng sebelah kiri.
Sementara itu Panji Wiratama telah melibatkan diri pula dalam pertempuran itu.
Sebagai seorang petugas sandi, Panji Wiratama telah ditempa dengan ilmu
kanuragan, sehingga ia sama sekali tidak menjadi bingung menghadapi prajurit-
prajurit Raden Panji Prangpranata yang berpengalaman luas.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Raden Puspasari yang mendapat tugas untuk menjemput Mas Rara itu memang
termangu-mangu sejenak. Bukannya karena ia menjadi cemas menghadapi pertempuran
itu, tetapi pertempuran itu sama sekali tidak dikehendakinya.
Namun ia tidak banyak dapat berbuat sesuatu menghadapi seseorang yang keras
seperti Raden Panji Prangpranata, yang merasa dirinya orang yang paling
berkuasa. Ketika pertempuran menjadi semakin sengit, maka Raden Puspasari telah naik
kependapa. Dengan jantung yang berdebaran ia melihat seluruh arena di halaman
itu. Bahkan satu dua orang prajurit telah bertempur di pendapa itu pula.
Mereka adalah prajurit-prajurit Raden Panji yang ingin menerobos memasuki pintu
pringgitan untuk mengambil Mas Rara, namun telah dihentikan dan dihadapi oleh
para prajurit Pajang yang datang bersama-sama dengan Raden Puspasari itu.
Dalam pada itu, hampir diluar sadarnya, Raden Puspasari sempat melihat Manggada
dan Laksana yang sedang bertempur. Dengan kening yang berkerut, Raden Puapasari melihat, bahwa kedua
anak muda itu ternyata mampu mengimbangi kemampuan para prajurit Pajang. Mereka
sama sekali tidak mengalami banyak kesulitan untuk
mempertahankan dirinya. Tangannyapun dengan tangkas mempermainkan pedang.
"Anak-anak muda yang berani" berkata Raden Puspasari di dalam hatinya "agaknya
tidak banyak dari antara anak-anak muda yang berani mengambil sikap seperti
mereka. Di saat Raden Panji berada dalam puncak kekuasaannya, mereka berani
mengambil langkah yang dapat membahayakan hidup mereka untuk melindungi Mas Rara
yang diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh Raden Panji"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu Manggada dan Laksana memang sedang
bertempur dengan sengitnya. Masing-masing menghadapi seorang prajurit yang
terlatih dengan baik dan berpengalaman luas. Namun kedua anak muda itu sama
sekali tidak menjadi gentar. Apalagi mereka sadar, bahwa langkah-langkah yang
diambilnya ternyata mendapat sandaran yang mapan. Justru seorang Tumenggung dari
Pajang bersama pasukan kecilnya.
Manggada dan Laksana memang telah mengambil jarak.
Mereka menahan dua orang prajurit yang akan menyelinap lewat seketheng untuk
masuk ke dalam rumah melalui pintu-pintu butulan atau pintu samping. Jika kedua
orang prajurit itu berhasil masuk dan menguasai Mas Rara, maka segala bentuk
perlawanan memang harus dihentikan, karena jiwa Mas Rara tentu akan terancam.
Namun Manggada dan Laksana memang berhasil menahan kedua orang prajurit itu.
Dengan ketangkasannya, kedua anak muda itu telah membuat kedua orang prajurit
yang bertempur melawannya menjadi heran
Kedua orang prajurit yang bertempur melawan Manggada dan Laksana itu pernahi
melihat keduanya ketika Raden Panji mengunjungi bakal isterinya di rumah yang
telah disediakan baginya. Tetapi berbeda dengan para prajurit yang menjemput Mas
Rara dari rumahnya dan harus bertempur melawan orang-orang yang telah diupah
oleh paman Mas Rara sendiri untuk mencegahnya, mereka belum pernah melihat
kemampuan kedua anak muda itu. Meskipun mereka mendengar bahwa kedua anak muda
itu pernah menolong Mas Rara ketika gadis itu hampir diterkam seekor harimau,
serta ceritera beberapa orang kawannya bahwa kedua anak muda itu telah
mempertaruhkah nyawanya di saat Mas Rara dijemput dari rumahnya, namun mereka
tidak mengira bahwa kedua anak http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muda itu mampu mengimbangi mereka, prajurit yang
berpengalaman. Karena itu, maka kedua orang prajurit itupun kemudian telah mengerahkan segenap
kemampuannya. Seorang diantara mereka berkata "Anak-anak muda. Sebaiknya kau
tidak usah ikut campur. Kau bukan sanak bukan kadangnya. Jika perlawanan ini
dilakukan oleh kakaknya, maka hal itu masih dapat dimengerti. Tetapi kau bukan.
Karena itu, kami memberi kesempatan kepada kalian berdua untuk melarikan diri
jika kalian ingin selamat"
"Terima kasih" jawab Manggada "tetapi sebagaimana kau dengar, ternyata gadis itu
bukan sekedar anak Ki Partija Wirasentana. Tetapi ia adalah seorang gadis yang
seharusnya tidak berada di padukuhan. Ia seorang gadis bangsawan"
"Siapapun gadis itu, tetapi segala sesuatunya harus dikembalikan kepada
kekuasaan yang ada di daerah ini. Yang berkuasa adalah Raden Panji Prangpranata"
berkata prajurit itu. "Bukan berarti Raden Panji dapat berbuat apa saja tanpa menghiraukan tatanan
yang berlaku di Pajang. Raden Panji bukan Sultan Pajang yang berlaku di Pajang
yang berhak dan berwenang membuat paugeran sekehendak hatinya" jawab Manggada.
"Kau anak yang sombong" geram prajurit itu "jika kau sia-siakan kesempatan ini,
maka kau akan menyesal. Jika kau tidak terbunuh dalam pertempuran ini, maka kau
akan mendapat hukuman pula dari Raden Panji. Jika kau tahu, Raden Panji tidak
pernah ragu-ragu menghukum orang yang dianggapnya bersalah.
"Tetapi Kangjeng Sultan Pajang pun tidak akan ragu-ragu menghukum Raden Panji
dengan kesewenang-wenangannya http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meskipun ia pernah berjasa dalam tugasnya yang besar dan berat"
"Persetan kalian" geram prajurit yang seorang lagi. Kalian memang ingin mati.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jangan kau kira, bahwa keberhasilanmu membunuh seekor harimau akan dapat
menolongmu menghadapi senjata kami. Dengan membunuh seekor harimau kalian telah menjadi
kehilangan akal. Kepalamu menjadi besar dan tidak tahu diri"
Namun Laksana yang menjawab "Kita buktikan saja. Kepala siapa yang besar
sekarang ini" Prajurit itu menjadi merah. Dengan serta merta ia telah meloncat dengan
menjulurkan senjatanya kearah dada. Tetapi dengan tangkas Laksana telah
menangkisnya, sehingga ujung senjata itu sama sekali tidak menyentuh sasaran.
Bahkan Laksana sempat memutar pedangnya dan seolah-olah
menggeliat dengan cepat, sehingga sabetan mendatar justru telah memaksa prajurit
itu meloncat surut. Pertempuran itupun kemudian telah menjadi semakin sengit.
Para prajurit itu memperlakukan kedua anak muda itu seperti para perampok dan
penjahat lainnya. Merekalah yang mulai bertempur dengan kasar, keras dan tidak
terkendali. Namun Manggada dan Laksana tidak menjadi kehilangan akal. Mereka telah pernah
bertempur melawan orang-orang yang lebih keras dan lebih kasar dari para
prajaurit itu. Raden Puspasari menarik nafas dalam-dalam. Namun ia harus bergeser ke samping
ketika seorang prajurit menyerangnya dengan tiba-tiba. Namun seorang prajurit
Pajang yang datang bersamanya telah menempatkan diri melawan prajurit itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, Raden Panji Prangpranata yang bertempur melawan Ki Tumenggung
Purbarana menjadi semakin keras pula. Ternyata Raden Panji memang seorang yang
berilmu tinggi. Dengan tangkas ia berloncatan di seputar lawannya.
Meskipun Raden Panji itu nampaknya sudah mendekati usia lanjutanya, namun ia
masih seorang Senapali yang pilih landing. Tubuhnya yang tua itu masih mampu
melenting dengan ringannya, seakan-akan tidak digantungi bobot sama sekali.
Senjatanya berputaran dengan cepatnya. Sekali mematuk, dan dikesempatan lain
terayun dengan derasnya. Tetapi lawan yang dihadapi adalah Ki Tumenggung
Purbarana. Seorang Tumenggung yang pilih landing. Selain tubuhnya yang
meyakinkan, Ki Tumenggung pun memiliki bekal ilmu yang tinggi. Sebagai seorang
Senapati perang, maka Ki Tumenggung memiliki pengalaman yang tidak kalah luasnya
dari Raden Panji Prangpranata. Meskipun Raden Panji memiliki kecepatan gerak
yang tinggi, tetapi Ki Tumenggung sama sekali tidak menjadi bingung.
Sementara itu, di ruang dalam, Ki Partija Wirasentana dan Wirantana menunggui
Mas Rara dengan jantung yang
berdebar-debar. Namun tidak ada niat mereka untuk meninggalkan ruangan itu dan
untuk selanjutnya mengungsi ke tempat lain. Di halaman sudah terlanjur terjadi
pertempuran. Karena itu, keduanya justru tidak lagi merasa takut kepada Raden Panji
Prangpranata. Apalagi ada beberapa orang saksi yang juga datang dari Pajang.
Yang menjadi sangat gelisah adalah Raden Puspasari. Ia sama sekali tidak
menghendaki pertempuran seperti itu terjadi.
Namun iapun tidak dapat mengingkari kenyataan, bahwa Raden Panji Prangpranata
sama sekali tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Ia menganggap bahwa
kebenaran itu hanya ada pada dirinya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan jantung yang berdebaran, Raden Puspasari
menyaksikan pertempuran yang menjadi semakin sengit.
Bahkan korban telah mulai jatuh. Beberapa orang prajurit telah terluka.
Namun Raden Panji sendiri tampaknya tidak begitu
menghiraukannya. Ia bertempur dengan garangnya. Namun lawannyapun seakan-akan
telah kehabisan pola. Raden Panji yang selalu berhasil menghancurkan lawannya
dalam tugasnya di daerah itu, kini telah membentur kekuatan yang belum pernah
dijumpai sebelumnya. Gegedug yang paling garang sekalipun tidak membuatnya
mengalami kesulitan. Namun Ki Tumenggung Purbarana justru mulai membuatnya
gelisah. Apalagi ketika terasa bahwa Ki Tumenggung Purbarana mulai menekannya.
Dalam pada itu, para prajurit Raden Panjipun mulai mengalami kesulitan. Lawan-
lawan mereka ternyata memiliki kelebihan yang sulit mereka atasi. Para prajurit
yang berada di bawah perintah Ki Tumenggung Purbarana memang tidak lebih baik
dari para prajurit Raden Panji Prangpranata, sehingga diantara mereka terdapat
keseimbangan. Tetapi para prajurit yang harus bertempur melawan Panji Wiratama
dan kawan-kawannya dari prajurit sandi Pajang, harus memeras tenaganya untuk
dapat mengimbangi mereka. Bahkan prajurit-prajurit yang harus bertempur dengan
anak-anak muda yang pernah menolong Mas Rara dari cengkeraman kuku-kuku seekor
harimau itupun telah mengalami kesulitan pula. Manggada dan Laksana ternyata
memiliki bekal yang cukup tinggi untuk melawan para prajurit Pajang, meskipun
para prajurit Pajang itu memiliki pengalaman yang sangat luas.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan demikian, semakin lama semakin terasa bahwa Raden Panji Prangapranata dan
para prajuritnya menjadi semakin terdesak.
Tetapi karena hal seperti itu belum pernah terjadi selama ia bertugas di daerah
yang luas itu, maka Raden Panji masih saja tidak mau mengakui kekalahan yang
perlahan-lahan mencengkamnya. Bahkan dengan lantang Raden Panji itu masih meneriakkan aba-aba
untuk menghancurkan lawannya.
"Bunuh semua orang yang tidak mau menyerah" teriak Raden Panji Prangpranata
"jangan takut. Aku mempunyai pertanda kuasa dari Sultan Pajang"
Namun para prajuritnya yang tidak pernah gagal
melaksanakan perintah Raden Panji itu mulai menjadi gelisah.
Yang mereka hadapi bukan para perampok dan para penjahat, yang harus mereka
bunuh jika tidak mau menyerah. Tetapi yang mereka hadapi adalah prajurit-
prajurit Pajang. Orang-orang yang memiliki kemampuan setidak-tidaknya setingkat
dengan mereka. Bahkan beberapa orang diantara mereka memiliki kelebihan yang
sulit diimbangi. Ki Panji Wiratama ternyata dengan cepat menekan
lawannya. Tidak ada niat sama sekali untuk membunuh sesama prajurit Pajang.
Namun Panji Wiratama tidak dapat berbuat lain untuk menghentikan perlawanan
prajurit Pajang itu tanpa melukainya.
Sebenarnyalah, prajurit yang melawan Panji Wiratama itu sulit untuk dapat
melindungi dirinya sendiri dari seranganserangan yang membingungkan. Karena itu,
maka prajurit itu meloncat surut ketika senjata Panji Wiratama menyentuh pundak.
Tetapi Panji Wiratama tidak melepaskannya. Demikian prajurit itu berdiri tegak,
maka ujung senjata Panji Wiratama http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah memburunya. Seleret lukapun kemudian tergores di dada prajurit itu.
Prajurit itu mengaduh terlahan Namun terasa betapa pedihnya luka di pundak dan
di dadanya. Ternyata Panji Wiratama tidak melepaskannya. Selagi orang itu berusaha
memperbaiki keadaannya, maka kaki Panji Wiratama-lah yang menghantam lambungnya,
sehingga perutnya terasa mual.
Selagi orang itu terbongkok-bongkok menahan sakit di lambungnya, maka Panji
Wiratama telah mengetuk tengkuk orang itu dengan sisi telapak tangannya.
Orang itupun jatuh menelungkup. Bahkan langsung menjadi pingsan.
Prajurit yang lain sempat melihat apa yang terjadi atas kawannya itu. Ternyata
Panji Wiratama tidak mengetuk leher kawannya itu, maka leher prajurit itu akan
dapat terpenggal karenanya.
Semakin lama keadaan para prajurit Raden Panji menjadi semakin sulit. Tetapi
Raden Panji tidak mau mengakui kenyataan itu. Ia masih menuntut kemenangan
sebagaimana setiap terjadi benturan antara para prajuritnya dengan para perampok
dan penjahat. Bahkan setiap kali Raden Panji masih mengulangi perintahnya "Bunuh
yang tidak mau menyerah"
Tetapi tidak seperti yang selalu terjadi, maka para prajuritnya tidak dapat
melakukan perintah itu. Bahkan Raden Panji sendiri telah mengalami kesulitan
menghadapi lawannya, Ki Tumenggung Purbarana.
Raden Puspasari sendiri memang tidak terlibat dalam pertempuran itu. Hanya
sekali-sekali ia harus menghindar jika http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datang serangan tiba-tiba. Namun para prajuritnya selalu berusaha untuk
melindunginya. Dalam kecemasan Raden Puspasari ternyata tertarik sekali kepada Manggada dan
Laksana yang dengan tangkas
mengimbangi para prajurit yang menjadi lawan mereka.
Meskipun keduanya bukan prajurit dan umurnya masih terhitung sangat muda, namun
keduanya nampak tangkas dan cekatan. Keduanya sama sekali tidak mencemaskan,
meskipun keduanya harus melawan prajurit-prajurit yang berpengalaman.
Bahkan sekali-sekali kedua anak muda itu berloncatan dengan cepatnya, sehingga
lawannya menjadi kebingungan. Seperti anak kijang yang bermain-main di
rerumputan" desis Raden Puspasari.
Sementara itu, keadaan Raden Panji Prangpranata bersama para prajuritnya menjadi
semakin sulit. Semakin lama semakin banyak orang-orangnya yang terluka, sehingga
tidak mampu lagi memberikan perlawanan yang berarti. Meskipun pada kedua belah
pihak nampaknya tidak dibakar oleh nafsu untuk saling membunuh, namun
bagaimanapun juga di dalam pertempuran yang sengit, kemungkinan itu akan dapat
terjadi. Raden Panji sendirilah yang selalu berteriak-teriak untuk membunuh lawan yang
tidak mau menyerah. Namun Raden Panji beberapa kali harus berloncatan surut
untuk memperbaiki keadaannya yang semakin sulit.
Pada saatnya, maka Ki Tumenggung Purbarana yang
berteriak-teriak "Raden Panji. Sebagai seorang Senopati kau harus mampu menilai
keadaan medan. Menyerahlah. Selagi kita masih dikendalikan oleh penalaran kita.
Jika perasaan mulai menguasai otak kita, maka keadaan tentu akan lain"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Setan kau Purbarana" geram Raden Panji yang benar-benar tidak man melihat
kenyataan itu "siapapun yang menentang kuasaku di sini, akan aku hancurkan
sampai lumat" "Kau jangan kehilangan akal Raden Panji" sahut Ki Tumenggung Purbarana "aku akan
memberimu kesempatan untuk menilai pertempuran ini dalam keseluruhan"
Tetapi Raden Panji justru meloncat menyerang dengan garangnya.
Ki Tumenggung Purbarana bergeser mengelak. Namun
senjatanya telah berputar mematuk tubuh Raden Panji. Tetapi ternyata Raden Panji
yang tangkas itu masih sempat menggeliat. Bahkan dengan cepat senjatanya terayun
menyambar kearah kening Ki Tumenggung.
Ki Tumenggung dengan cepat mengangkat senjata
menangkis serangan Raden Panji itu. Dengan demikian, kedua senjata itupun telah
berbenturan. Masing-masing dengan mengerahkan segenap kekuatannya.
Raden Panji mengumpat sejadi-jadinya. Hampir saja senjatanya terlepas dari
tangannya. Namun ia masih sempat mempertahankannya meskipun tangannya terasa
menjadi pedih. Sambil meloncat mundur tiba-tiba saja ia berteriak "Jangan hiraukan yang lain.
Ambil perempuan pengkhianat itu. Aku hanya memerlukan perempuan itu. Siapa yang
menghalangi, bunuh saja di tempat"
Tetapi tidak seorangpun yang dapat melakukannya. Selain mereka masih harus
bertempur, merekapun tidak akan mampu melakukannya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di ruang dalam, Mas Rara mendengar teriakan Raden Panji itu. Dengan gemetar ia
telah memeluk ibunya, sementara Wirantana berkata "Jangan takut, ayah dan aku
ada di sini" Tetapi Mas Rara memang menjadi ketakutan. Apalagi ia tidak tahu apa yang
sebenarnya telah terjadi di pendapa dan di halaman depan rumahnya.
Dalam pada itu, seakan-akan seluruh padukuhan menjadi ketakutan. Satu dua orang
yang mendengar keributan itu dan keluar dari rumahnya, menjadi berdebar-debar.
Satu dua orang itu mencoba untuk melihat apa yang terjadi di halaman rumah Ki
Partija. Tetapi demikian mereka melihat sebuah pertempuran yang sengit, maka
merekapun telah pergi menjauh. Beberapa orang yang lain yang ingin melihat
keadaan, telah diberitahu tentang apa yang telah terjadi.
"Apa, yang sebenarnya terjadi di rumah itu?" desis seseorang.
"Kita tidak tahu. Ada dua pasukan yang datang ke rumah itu.
Namun ternyata kedua pasukan itu telah bertempur"
Dengan demikian, meskipun seakan-akan seisi padukuhan itu telah terbangun, namun
mereka tidak berani mendekat rumah Ki Partija Wirasentana. Meskipun ada niat
diantara mereka untuk membantu jika ada kesulitan yang terjadi. Tetapi mereka
tidak akan dapat melibatkan diri dalam pertempuran yang sengit. Merekapun tidak
tahu kepada siapa mereka harus berpijak.
Karena itu, mereka hanya dapat mengikuti pertempuran itu dari jarak yang agak
jauh, dengan jantung yang berdebar-debar. Namun demikian, pintu setiap rumah
telah ditutup rapat-rapat. Nyala lampu diperkecil dan perempuan-perempuan
memeluk anak-anak mereka semakin erat.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Seorang anak laki-laki merengek mencari ayahnya. Dengan susah payah ibunya
membujuknya agar anak itu diam.
"Ayah sedang meronda ngger. Tidurlah. Masih malam" bisik ibunya dengan suara
yang gemetar. Sebenarnyalah hampir setiap laki-laki memang keluar dari rumahnya dan berpesan
agar isterinya menyelarak pintu rapat-rapat. Yang tidak mendengar keributan
telah diketuk pintunya oleh tetangga-tetangganya dan dimintainya keluar rumah,
meskipun di luar rumah mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Pertempuran di halaman rumah Ki Partija masih saja berlangsung. Tidak ada tanda-
tanda bahwa Raden Panji akan menyerah, meskipun orang-orangnya semakin terdesak.
Beberapa orang justru telah terluka. Dan beberapa saat kemudian Raden Panji
sendiri telah tergores ujung senjata pula.
Meskipun lukanya tidak dalam dan tidak mempengaruhi kemampuannya, tetapi
pakaiannya telah terkoyak lebar.
Dalam pada itu, Raden Puspasari akhirnya menjadi tidak sabar lagi. Iapun mulai
menyingsingkan kain panjangnya. Sikap Raden Panji menurut Raden Puspasari telah
melampaui batas wewenangnya, sementara ia tidak mau mendengarkan
pendapat orang lain sama sekali.
"Orang yang semula dianggap berjasa itu ternyata telah menjadi mabuk kekuasaan"
berkata Raden Puspasari di dalam hatinya. Namun katanya kemudian kepada dirinya
sendiri "Apaboleh buat. Aku akan mengambil alih orang itu. Aku harus benar-benar
sampai hati untuk melumpuhkannya. Biarlah Ki Tumenggung Purbarana menyelesaikan
para prajuritnya" Tetapi ketika Raden Puspasari melangkah ke tangga pendapa, ia terkejut
karenanya. Raden Puspasari telah http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar derap kaki kuda mendekati halaman rumah Ki Partija Wirasentana.
Karena itu, ia urung turun ke halaman. Dengan berdebar-debar Raden Puspasari
menunggu siapa yang telah datang itu.
Mungkin prajurit-prajurit Raden Panji yang menyusul. Mungkin orang lain. Atau
siapapun. Ternyata tidak hanya derap beberapa ekor kuda mendekati pintu gerbang halaman.
Namun mereka masih saja terikat dalam pertempuran, sehingga mereka tidak dapat
memperhatikannya dengan seksama. Tetapi derap kaki kuda itu telah menyentuh
setiap jantung yang ada di halaman rumah Ki Partija dan sedang bertempur itu.
Beberapa saat kemudiam, beberapa ekor kuda muncul dari luar regol. Dua orang
dalam pakaian perwira tinggi Pajang, diikuti oleh lima orang prajurit pengawal.
Bahkan menilik pakaiannya, mereka adalah prajurit khusus bagian dari
Wiratamtama. Demikian mereka berada di halaman, maka pertempuran itupun seakan-akan telah
berhenti. Beberapa orang yang sedang bertempur itu telah berloncatan surut
mengambil jarak. Bahkan Raden Panjipun telah meloncat menjauhi Ki
Tumenggung Purbarana sambil berteriak "Siapa lagi yang datang ke halaman rumah
pengkhianat ini" Jika kalian prajurit Pajang, maka kewajiban kalian adalah
melaporkan kehadiran kalian kepada kami. Pasukan yang telah mendapat wewenang
untuk memelihara keamanan di daerah ini"
Dua orang perwira yang masih duduk dipunggung kudanya itu tidak segera menjawab.
Mereka memandang berkeliling halaman. Sekali-sekali mereka mengusap keringat di
kening. Ketujuh orang itu nampak letih. Demikian pula kuda-kuda mereka.


Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun ketika mereka bergerak lebih dekat dan mulai disentuh oleh cahaya lampu
minyak di pendapa, maka orang-orang yang ada di halaman itupun terkejut. Raden
Puspasarilah yang pertama-tama menyebut namanya "Paman Wilamarta"
Orang yang disebut namanya itu memandang ke pendapa.
Dengan nada rendah ia berdesis "Raden sudah berada di sini"
"Ya. Aku mendapat tugas bersama Ki Tumenggung
Purbarana" jawab Raden Puspasari.
"Tetapi apa yang telah terjadi di sini?" bertanya Ki Wilamarta,
Raden Puspasaripun kemudian turun dari pendapa.
Sementara Ki Wilamarta dan para pengiringnyapun meloncat turun dari kudanya.
Sambil mendekati Ki Wilamarta Raden Puspasaripun berkata
"Silahkan Ki Wilamarta bertanya kepada Raden Panji Prangpranata"
Ki Wilamarta mengerutkan keningnya. Dipandanginya Raden Panji Prangpranata,
Beberapa langkah Ki Wilamarta maju mendekat.
Sebelum Ki Wilamarta bertanya, Raden Panji telah berkata
"Selamat datang di daerah tugasku Ki Wilamarta"
Ki Wilamarta tersenyum. Katanya "Aku menjadi kelelahan.
Aku datang ke barak induk pengendalian pasukanmu. Tetapi kau tidak ada. Aku
mendapat keterangan bahwa belum terlalu lama kau pergi ke Nguter untuk memburu
para pengkhianat" "Ya. Ya, Ki Wilamarta" sahut Raden Panji dengan serta merta
"aku memang sedang berusaha menangkap pengkhianat yang ternyata mendapat
perlindungan dari beberapa orang prajurit http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pajang. Mereka datang ke daerah kuasaku tanpa melaporkan kehadirannya kepadaku"
"Siapa" bertanya Ki Wilamarta.
"Tumenggung Purbarana" jawab Raden Panji Prangpranata.
"Tetapi aku melihat Panji Wiratama ada di sini pula" berkata Ki Wilamarta.
"Ya Ki Wilamarta" jawab Panji Wiratama yang ada
dikejauhan, yang telah mengambil jarak pula dari lawannya
"aku telah datang pula kemari. Aku telah mencoba mencegah tindakan yang diambil
Raden Panji Prangpranata meskipun aku datang agak terlambat. Tetapi Raden Panji
sama sekali tidak menghiraukannya"
"Aku sedang menjalankan tugasku Ki Wilamarta sahut Raden Panji.
"Tugas apa?" bertanya Ki Wilamarta.
"Aku sedang memburu pengkhianat dan para perampok Selama ini aku telah berhasil
menjalankan tugasku dengan baik. Menguasai daerah yang luas dan membersihkannva
dari kejahatan. Tetapi ternyata kemudian justru aku sendirilah yang dirampok dan
dikhianati" jawab Raden Panji.
"Apa saja milik Raden Panji yang dirampok?" bertnya Ki Wilamarta.
Raden Panji termangu-mangu sejenuk. Namun keinudian iapun menjawab "Justru lebih
berharga dari harta benda. Calon isterikulah yang telah dirampok orang"
"Dan siapakah pengkhianat itu?" bertanya Ki Wilamarta pula.
Raden Panji memang menjadi bingung. Tetapi iapun
kemudian menjawab "Bakal isteriku itu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jika demikian, kenapa Raden Panji harus menyusul demikian jauhnya untuk
mengambil pengkhianat itu" Biar sajalah pengkhianat itu dibawa oleh para
perampok. Raden Panji tidak perlu berusaha menolongnya"
"Aku tidak akan menolongnyar Tetapi aku akan menangkap mereka semuanya" jawab
Raden Panji tersendat-sendat.
Ki Wilamarta tersenyum. Dipandanginya orang-orang yang ada di halaman itu. Raden
Puspasari, Ki Tumenggung Purbarana yang termangu-mangu, Panji Wiratama dan para
prajurit Pajang yang sedang saling bertempur itu.
Mereka pada umumnya telah mengenal Ki Wilamarta
seorang Senapati dari prajurit Wiratamtama Pajang. Seorang yang dekat sekali
hubungannya dengan Sultan di Pajang.
Halaman itupun kemudian telah dicengkam oleh suasana yang tegang namun hening.
Tidak seorangpun yang berbicara diantara mereka. Sementara Ki Wilamarta
melangkah ke pendapa dan kemudian naik serta berdiri tegak menghadap kehalaman.
"Raden Panji" berkata Ki Wilamarta "kami, di Pajang telah menerima laporan
tentang tugas-tugas yang kau lakukan. Di samping keberhasilanmu menenangkan
daerah ini dari kerusuhan yang ditimbulkan oleh para perampok, maka Raden
Panjipun telah menimbulkan kegelisahan tersendiri. Tugas yang kau pikul telah
kau laksanakan dalam batas-batas wajar. Tetapi semakin lama menjadi semakin
sulit dimengerti, sehingga pada suatu saat, tingkah laku Raden Panji sudah
terlepas dari kendali"
"Itu fitnah" potong Raden Panji.
Tetapi Ki Wilamarta seakan-akan tidak mendengarkannya. Ia berkata selanjutnya
"Aku mendapat tugas untuk mengikuti http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perkembangan tugas Raden Panji. Karena itu, aku telah menugaskan Panji Wiratama
yang belum kau kenal untuk mengamatimu dari dekat. Ia tinggal beberapa rumah
saja dari rumah yang kau pergunakan sebagai barak induk pasukanmu.
Ia tahu benar apa yang kau lakukan. Ia tahu, berapa orang perempuan yang telah
menjadi korbanmu. Selain itu, Raden Panji juga telah merasa berwenang untuk
menjatuhkan hukuman apa saja kepada orang yang dianggap bersalah.
Bahkan hukuman mati sekalipun"
"Puncak dari kegelisahan tugas Raden Panji adalah keinginan Raden Panji
mengambil calon isteri dari Nguter ini. Kami telah mendapat laporan lengkap.
Laporan itu kami hubungkan dengan tugas Ki Tumenggung Purbarana dan Raden
Puspasari. Kedua-duanya juga menyebutkan padukuhan Nguter. Apalagi ketika laporan yang
terperinci itu menyebut tentang Mas Rara"
dia berhenti sejenak. "Karena itu, aku datang langsung ingin bertemu dengan Raden Panji. Tetapi saat
kami datang, Raden Panji sedang memburu pengkhianat dan perampok kemari. Ke
Nguter. Betapapun kami letih, kami berusaha menyusul kemari, meskipun harus beristirahat
beberapa kali di perjalanan"
Wajah Raden Panji menjadi merah. Dipandanginya orang di sekelilingnya. Nampak
beberapa orang perwira yang memiliki kekuasaan di dalam tataran keprajuritan
Pajang. Bahkan beberapa orang yang kedudukannya lebih tinggi dari kedudukannya.
Apalagi Ki Wilamarta sendiri telah datang ke tempat itu.
Sementara itu Ki Wilamarta telah berkata selanjutnya "Kau masih sempat mengingat
apa yang kau lakukan selama ini Raden Panji. Sekarang aku datang tidak untuk
melupakan keberhasilanmu. Tetapi aku sekadar membawa perintah baru bagimu.
Kembali ke Pajang" http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Raden Panji yang tua itupun kemudian menundukkan
kepalanya. Ia masih mendengar Ki Wilamarta bertanya
"Bukankah aku tidak perlu menunjukkan pertanda tugasku kepadamu" Bukankah
wajahku yang telah kau kenal ini sudah merupakan pertanda itu?"
"Ya Ki Wilamarta" desis Raden Panji "aku tidak akan berani menanyakan pertanda
tugas Ki Wilamarta, justru aku mengenal Ki Wilamarta"
"Nah, jika demikian, marilah. Kita akan kembali ke Pajang"
berkata Ki Wilamarta. "Aku tidak akan melawan perintah itu" jawab Raden Panji
"tetapi aku akan berbicara dengan para prajuritku. Aku akan kembali ke barak
induk pengendalian pasukanku. Aku akan mengumumkan mereka dan berbicara kepada
mereka" "Tidak Raden Panji" jawab Ki Wilamarta "kita akan langsung pergi ke Pajang. Kita
akan mengambil jalan lain dan tidak akan singgah di barak pengendalian pasukanmu
itu" "Tetapi aku masih mempunyai barang-barang di sana" desis Raden Panji.
"Biarlah orang lain mengurusnya" jawab ki Wilamarta. Raden Panji tidak menjawab
lagi. Kepalanya yang tunduk menjadi semakin tunduk.
Namun Raden Puspasarilah yang berkata "Tentu paman Wilamarta tidak kembali ke
Pajang sekarang. Paman telah menjadi sangat letih. Kuda-kuda pamanpun letih.
Paman akan berada di sini sampai besok siang, sehingga cukup untuk beristirahat.
Besok kita bersama-sama menempuh perjalanan ke Pajang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Wilamarta termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya "Baiklah. Aku akan
beristirahat di sini sampai besok siang"
Dengan demikian, maka pertempuran di halaman itupun telah selesai. Beberapa
orang yang terluka sempat mendapat perawatan. Sementara Ki Wilamarta telah
memanggil beberapa orang untuk berbicara di pendapa. Raden Puspasari, Ki
Tumenggung Purbara-na, Panji Wiratama, Raden Panji Prangpranata serta Ki Partija
Wirasentana. Sedangkan di halaman para prajurit berada dalam kelompok-kelompok
mereka masing-masing. Namun mereka yang terluka telah dibaringkan di pringgitan
untuk mendapat perawatan. Apalagi mereka yang terluka cukup parah. Bahkan ada
dua diantara mereka yang nyawanya tidak dapat tertolong lagi.
Malam itu Ki Wilamarta telah memberikan beberapa perintah kepada para perwira
yang telah dikumpulkannya itu.
Ki Wilamarta yang membawa wewenang penuh dari
Kangjeng Sultan itu telah memerintahkan Panji Wiratama untuk menggantikan
kedudukan Raden Panji Prangpranata.
"Tugasmu tidak seberat tugas Raden Panji Prangpranata"
berkata Ki Wilamarta "Apalagi satu atau dua tahun yang lalu"
"Ya Ki Wilamarta" jawab Panji Wiratama "aku siap
menjalankan perintah"
Para prajurit yang datang ke Nguter bersama-sama dengan Raden Panji Prangpranata
akan menjadi saksi perintahku.
Tetapi untuk sandaran Ki Panji Wiratama dalam menjalankan tugasnya, maka aku
perintahkan Raden Panji menyerahkan pertanda tugasnya kepada Ki Panji Wiratama"
Raden Panji Prangpranata tidak dapat mengingkarinya melakukan segala perintah Ki
Wilamarta. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, di ruang dalam Mas Rara masih saja ketakutan. Namun Wirantana
yang menemaninya berkata "Jangan takut. Segala sesuatunya telah berlalu"
Mas Rara tidak menjawab. Tetapi tubuhnya masih gemetar.
Demikianlah, maka segala sesuatunya telah diselesaikan oleh Ki Wilamarta. Para
perwira yang ada di pendapa itu sudah tahu pasti apa yang akan mereka lakukan
besok. Namun masih ada satu hal yang mereka bicarakan,
bagaimana mereka akan membawa Mas Rara ke Pajang
"Mas Rara tidak mau duduk di punggung kuda" berkata Ki Partija Wirasentana
"namun atas kebaikan hati Ki Jagabaya, aku telah meminjam pedati kuda itu.
Pedati kuda yang beberapa hari yang lalu telah dibawa mengantarkan Mas Rara
menghadap Raden Panji Prangpranata"
"Apakah pedati itu masih dapat dipinjam?" bertanya Ki Wilamarta.
"Besok aku akan berbicara dengan Ki Jagabaya" jawab Ki Partija Wirasentana.
Tetapi Ki Wilamarta itupun kemudian telah bertanya kepada Raden Puspasari
"Apakah Mas Rara sudah siap berangkat besok?"
Raden Puspasari itupun termangu-mangu sejenak. Sambil memandangi Ki Partija
Wirasentana, Raden Puspasari itu berkata "Aku belum mengatakan apa-apa kepada
gadis itu" Ki Wilamarta mengerutkan keningnya. Dengan ragu-ragu ia bertanya "Kenapa Raden
belum berbicara dengan gadis itu?"
"Gadis itu baru datang. Ketika aku datang ke rumah ini, Mas Rara telah berada di
tempat Raden Panji Prangpranata. Namun kemudian telah melarikan diri "jawab
Raden Puspasari. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Wilamarta pun mengangguk-angguk. Katanya "Ya. Ya.
Aku dapat mengerti dan membayangkan peristiwanya. Tetapi bukankah sebaiknya
Raden berbicara sekarang dengan Mas Rara jika ia belum tidur?"
"Belum Ki Wilamarta" jawab Ki Partija Wirasentana "gadis itu masih ketakutan di
dalam, ditunggui kakaknya, maksudku anakku, Wirantana"
Raden Puspasari mengangguk-angguk. Katanya kepada Ki Partija "Aku dan Ki
Tumenggung Purbarana akan berbicara dengan gadis itu"
"Tetapi Wiranti tentu tidak akan berani keluar "desis Ki Partija Wirasentana.
"Jadi?" desis Raden Puspasari.
"Biarlah Raden dan Ki Tumenggung masuk ke pringgitan"
berkata Ki Partija Wirasentana.
Demikianlah. Diantar oleh Ki Partija, kedua utusan dari Pajang itu telah
memasuki pringgitan. Ketika pintu terbuka, Mas Rara telah memeluk ibunya erat-
erat. "Jangan takut" berkata ayahnya "keduanya adalah utusan dari Pajang yang justru
telah menolongmu" Namun bagaimanapun juga, bayangan ketakutan itu masih nampak di wajah Mas Rara.
Raden Puspasari dan Ki Tumenggung Purbarana itupun kemudian telah duduk di ruang
dalam. Dengan sangat berhati-hati Raden Puspasari mulai berbicara dengan Wiranti
yang kemudian disebut Mas Rara.
Mas Rara sendiri menjadi sangat terkejut mendengar keterangan itu. Bahkan ketika
ia menyadari, bahwa para utusan dari Pajang itu berniat menjemputnya dan
membawanya ke http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pajang. Mas Rara telah memeluk ibunya erat-erat. Hampir berteriak Mas Rara
menangis " Aku tidak mau. Aku tidak mau"
Bagi Mas Rara memang tidak ada orang lain yang
dianggapnya sebagai ayah dan ibunya kecuali Ki Partija Wirasentana suami isteri.
Meskipun keduanya tidak lebih dari orang-orang padesan, tetapi Mas Rara
merasakan kesejukan kasih sayangnya sejak ia masih belum menyadari kehadiran
dirinya. Namun Raden Puspasari, Ki Tumenggung Purbarana dan bahkan Ki Partija Wirasentana
suami isteri, dengan sabar berusaha, meyakinkan bahwa Mas Rara sudah sepantasnya
berada di Pajang. Sampai dini hari mereka membujuk Mas Rara untuk bersedia pergi ke Pajang. Namun
mereka masih saja mengalami kesulitan. Apalagi di Pajang, sebenarnya Mas Rara
sudah tidak lagi mempunyai ayah dan ibu kandung lagi.
Meskipun demikian, dengan segala macam kesediaan dan janji, maka Mas Rara akan
pergi ke Pajang namun bersama dengan orang yang dianggap orang tuanya itu. Ki
Partija Wirasentana suami isteri, dan kakaknya Wirantana.
Raden Puspasari dan Ki Tumenggung Purbarana memang tidak berkeberatan. Merekapun
membayangkan bahwa akhirnya Wiranti itu tentu akan kembali lagi kepada Ki Partija Wirasentana suami
isteri, karena selain kedua orang tuanya sendiri sudah tidak ada, hubungan
antara Wiranti dengan kedua orang tua angkatnya itu sudah terlanjur demikian
eratnya. Ketika fajar mulai membayang di langit, maka di pendapa rumah Ki Partija
Wirasentana itu Ki Wiratama telah mendapat laporan tentang kesediaan Mas Rara
pergi ke Pajang, namun bersama dengan seluruh keluarganya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu tidak berkeberatan" berkata Ki Wilamarta"
bagaimanapun juga, nama Pangeran Kuda Kertanata masih juga dihormati. Demikian
pula dengan Raden Kuda Respada, ayah Wiranti itu"
Ketika kemudian matahari terbit, maka para perwira prajurit Pajang itu justru
baru mulai beristirahat. Namun demikian, Raden Panji Prangpranata merasa bahwa
dirinya selalu berada di dalam pengawasan.
Menjelang siang, mereka akan meninggalkan tempat itu ke arah yang berbeda,
meskipun perjalanan mereka akan mereka lakukan sampai jauh malam. Ki Wilamarta
akan membawa Raden Panji Prangpranata ke Pajang, bersama-sama dengan Raden Pus-
pasari dan Ki Tumenggung Purbarana yang akan membawa Mas Rara dengan seluruh
keluarganya ke Pajang. Sedangkan Ki Panji Wiratama bersama para prajurit yang datang bersama Raden
Panji serta para pembantunya, akan kembali ke padukuhan induk pengendalian
pasukan Pajang yang semula dipimpin oleh Raden Panji Prangpranata.
Namun dalam pada itu, sebelum semuanya berangkat
meninggalkan rumah Ki Partija Wirasentana, setelah Ki Jagabaya meminjamkan
pedati kudanya. maka dua orang anak muda telah menemui Ki Partija Wirasentana
untuk minta diri.

Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak" jawab Ki Partija Wirasentana "kalian berdua akan pergi bersama kami ke
Pajang" "Terima kasih Ki Partija" jawab Manggada "kami sudah terlalu lama tersangkut di
padukuhan Nguter ini. Karena itu, maka kami mohon diri untuk menentukan
perjalanan kami. Sebenarnyalah kami sedang menempuh perjalanan pulang untuk menjumpai orang tua
kami setelah beberapa lama mengembara"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapakah mereka Ki Partija?" bertanya Ki Wiratama. Dengan singkat Ki Partija
telah meneeriterakan tentang kedua orang anak muda itu, yang bersama-sama dengan
anaknya telah membebaskan Wiranti dari tangan Raden Panji. Namun Wirantana
sempat menceriterakan apa yang pernah dilakukan oleh keduanya. Manggada dan
Laksana adalah orang yang telah menyelamatkan Mas Rara dari kuku-kuku dan taring
harimau lapar. Namun keduanya pula yang telah melepaskan Mas Rara dari nafsu
hitam Ki Resa, pamannya. "Tanpa kedua orang anak muda itu, maka para prajurit yang dikirim oleh Raden
Panji untuk menjemput Mas Rara tentu akan dihancurkan di perjalanan" berkata
Wirantana kemudian. Ki Wilamarta menganagguk-angguk. Sebagai seorang yang berilmu tinggi, maka iapun
dapat melihat kemampuan yang terpancar pada kedua orang anak muda itu.
Maka katanya kemudian "Anak-anak muda. Jika berkenan di hati kalian, aku ingin
menawarkan, agar kalian bersedia menjadi prajurit di Pajang"
Namun Manggada menjawab "Kami mengucapkan terima
kasih. Memang sangat menarik bagi kami untuk menjadi seorang prajurit. Tetapi
kami mohon untuk minta ijin dahulu kepada orang tua kami"
Ki Wilamarta tersenyum. Katanya "Baiklah. Sebenarnya kalian memang minta ijin
lebih dahulu" Dengan demikian maka Ki Partija Wirasentana suami isteri, Wirantana dan bahkan
Mas Rara sendiri tidak dapat lagi mencegahnya. Manggada dan Laksana benar-benar
meninggalkan padukuhan Nguter dengan seribu macam kesan dan kenangan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua anak muda itu sempat melihat sepasang mata Raden Panji Prangpranata yang
menyala. Namun iapun melihat senyum ramah Raden Puspasari dan pandangan lembut
Ki Tumenggung Purbarana. Kepada Ki Panji Wiratama, Manggada dan Laksana
mengingatkari akan kuda-kuda yang disediakan bagi mereka.
"Kuda itu masih ada di sini" desis Manggada.
Ketika mereka berdua meninggalkan halaman rumah itu, Mas Rara dan keluarganya
telah melepaskan mereka sampai ke regol. Dengan nada yang lemah Mas Rara
berbisik "Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakan kalian berdua"
Manggada dan Laksana hanya dapat menarik nafas. Namun merekapun kemudian telah
melangkah meninggalkan regol halaman semakin lama semakin jauh.
Tamat http://ebook-dewikz.com/ Tujuh Pedang Tiga Ruyung 12 Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Rahasia Kunci Wasiat 9
^