Pendekar Bloon 10
Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 10
"Bagaimana ?" "Engkau harus mampu mengalahkan aku !"
"O," desah pemuda Liok, "apakah ucapanmu itu dapat
dipercaya ?" "Aku tak pernah ingkar janji. Tidak seperti pemuda macam
engkau yang telah mengelabuhi aku begitu hina"
Merah muka pemuda Liok itu, serunya: "Baik, harap engkau
jangan menyesal" "Kita bertempur dengan senjata atau tangan kosong ?" seru
pemuda Liok pula. "Dengan senjata. Karena dengan senjata yang tak bermata
itu segeralah dapat diputuskan, mati atau menang," seru Kimlian
dengan geram. Rupanya ia masih penasaran sekali
terhadap pemuda itu "Baik, silahkan engkau menghunus senjatamu" seru
pemuda Liok. Kim-lian melolos ikat pinggangnya yang terbuat dari sutera
warna merah muda. Tar . . sekali gentak. sutera yang lemas
itu segera meledakkan bunyi menggelegar yang keras.
Diam2 pemuda Liok terkejut. Baru saat itu ia menyadari
bahwa Kim lian itu memiliki tenaga dalam yang hebat.
"Hai, mengapa engkau tak menghunus senjata?" seru Kim
lian ketika melihat pemuda itu tegak
"Senjataku telah engkau rampas ketika menjadi orang
tawanan," sahut pemuda itu, "memang tak perlu aku harus
memakai senjata hanya menghadapi engkau saja."
Merah wajah Kim-lian. Cepat ia berpaling pada rombongan
sumoaynya : "Sumoay. beri pedang kepadanya."
Seorang nona segera menghampiri pemuda Liok dan
menyerahkan sebatang pedang. Pemuda itu menganggap,
baik juga ia menggunakan untuk menghadapi lawan yang
tentu berkepandian tinggi.
Sesaat pemuda itu mencekal pedang maka berserulah Kimlian
seraya gerakkan kain ikat pinggangnya : "Awas, terimalah
seranganku " Terdengar bunyi menggelegar gelegar macam cambuk
melecut di udara ketika ikat pinggang mulai bertebaran di
udara. Kemudian ikat pinggang yang panjangnya tak kurang
dari 3-4 tombak itu segera meliuk liuk dan melingkar-lingkar
macam ular sedang meluncur di permukaan air
Pemuda Liok acungkan batang pedang kemuka dada.
Pandang matanya mencurah kearah pedang. Selekas ikat
pinggang bertaburan menumpuk kearahnya. iapun serentak
memutar pedangnya. Seketika timbullah sebuah lingkaran
sinar putih berkilat yang menyelubungi tubuh pemuda itu.
Tring, tring, tring..... Terdengar dering menggemerincing. ketika kain ikat
pinggang beradu dengan pedang. Padahal ikat pinggang itu
sutera yang lemas tetapi ditangan Kim-lian, sutera itu dapat
beroba'h sekeras baja Dapat dibayangkan betapa hebat
tenaga-dalam murid nomor tiga daii Partai Melati itu.
Pertempuranpun berlangsung seru. Sekalian orang terlongo
menyaksikan pemandangan yang mempesonakan. Sepintas
seperti bukan suatu pertandingan adu jiwa. melainkan sebagai
sepasang ular naga yang sedang bercengkerama di laut.
Pemuda Liok itu terkejut melihat permainan I Kim-lian.
Tetapi ia tetap tak gentar dan bahkan bulatkan tekatnya untuk
memenangkan pertandingan itu. Karena kalau kalah, kawankawannya
tentu celaka. Diam2 Kim lianpun kaget menyaksikan ilmu pedang pemuda
yang tampaknya seorang lemah itu. Akhirnya ia mendapat
akal. Tiba2 ia memutar kain pinggangnya makin seru dan
gentar untuk melibat pemuda itu. Beberapa saat kemudian
tiba2 ia lepasan ujung kain pinggang. Kain pinggang itu tetap
berputar putar untuk melibat tubuh pemuda Liok.
Kemudian ia merogoh kedalam baju dan mengambil
segenggam benda putih sebesar telur burung laluTiraikasih
website http://kangzusi.com.
ditimpukkan kearah lawan yang sedang terlibat kain pinggang.
Begitu terbentur lingkaran kain pinggang, benda kecil2 itupun
pecah, menghamburkan asap putih yang wangi.
Serempak pada saat Kim-lian menimpukkan benda kecil
yang terakhir, tiba2 dari dalam lingkaran ikat pinggang itu
meluncurlah pemuda Liok keudara lalu berjumpalitan dan
bagaikan seekor burung camar menukik ke laut, iapun sudah
melayang kearah Kim lian.
Kim-lian terkejut dan hendak menghindar mundur tetapi
kalah cepat dengan pemuda Liok. Selekas turun kebumi,
dengan tangkas sekali pemuda itu loncat maju menusuk
tenggorokan Kim-lian "Menyerah atau mati ?"'
Ternyata pemuda itu tak mau meneruskan tusukannya
melainkan cukup melekatkan ujung pedang ke tenggorokkan
Kim-lian. Sekalian murid Partai Melati terkejut dan hendak bergerak
maju menolong tetapi pemuda Liok membentak "Hayo. siapa
yang berani maju selangkah saja nona Kim-lian ini tentu
kubunuh" "Apa permintaanmu ?" akhirnya Kim lian bertanya
"Sadarkan semua kawan-kawanku itu !" seru pemuda Liok.
Kim lian segera memberi perintah kepada para sumoaynya.
Gadis itupun segera menolong menyadarkan rombongan
Blo'on. Tetapi selekas sadar dari pingsannya, kakek Lo Kun
melonjak bangun dan meneriaki pemuda Liok : "Hai, jangan
mengganggu nona cantik disini. Bisa keliru dengan isteriku !"
Karena terkejut, pemuda Liok berpaling. Kesempatan itu
digunakan sebaik baiknya oleh Kim-lian. Cepat ia menybiak
ujung pedang lalu menyelinap kebawah dan menendang, plak
.... karena tak menyangka-nyangka pemuda itu lengah dan
termakanlah perutnya dengan kaki si nona. Ia terlempar
sampai empat lima langkah jauhnya . .
'"Saudara Liok . . ," Kho Pik-giam dan Bok kausu bergegas
lalu menghampiri. Demikian pula dengan kakek Lo Kun, kakek
Kerbau Putih dan Bio"on.
Tampak pemuda Liok duduk bersila pejamkan mata.
Rupanya dia tengah menjalankan peredaran tenaga-dalam
untuk menyalurkan darah dalam tubuhnya.
Rupanya Kakek Lo Kun menyadari bahwa dialah yang
membikin celaka pemuda Liok. Karena ia berseru maka
pemuda itu berpaling dan akibatnya menerima tendangan.
"Hai kemana nona itu !" kakek Lo Kun terus hendak
memaki Kim lian tetapi alangkah kejutnya ketika nona itu
sudah lenyap. Demikian pula dengan lain2 anakmurid2 Partai
Melati. Ternyata ketika orang2 itu sibuk menghampiri pemuda Liok,
Kim-lian terus lalu masuk ke dalam markas. Melihat itu gadis2
yang lainnyapun mengikuti.
Kakek Lo Kun penasaran. Ia hendak mengejar gadis2 itu.
"Kakek, jangan ..." tiba2 pemuda Liok berseru mencegah.
Lo Kun terkejut dan berhenti. Ketika melhat yang bicara itu
pemuda Liok. ia gembira 'O. engkau sudah sembuh ?"
Pemuda Liok mengangguk: "Jangan mengejar mereka
Mereka sudah cukup menderita. Markas mereka sudah
terbakar dan beberapa orang pimpinan telah mengalami
peristiwa yang menyiksa hati mereka. Biarlah mereka dapat
sadar akan kesesatan dan mau kembali lagi ke jalan yang
benar." Demikian rombongan itu segera keluar dari lembah Melati.
Bok Kiang dan Kho Pik-giam kembali ke Hong-yong-hu tetapi
pemuda Liok mengatakan hendak meneruskan
pengembaraannya. "Kalau begitu ikut saja kepada rombongan kita," kata kakek
Lo Kun. "bolehkah engkau engkoh ..." kata pemuda itu kepada
Blo'on. "Sudah tentu boleh." sahut bloon, "pokok asal engkau mau
menderita bersama kita bertiga"
Pemuda Liok tertawa girang.
---ooo0dw0ooo--- Musyawarah Waktu berjalan pesat sekali. Tak terasa sudah tiga bulan
lamanya sejak tokoh2 partai persilatan itu meninggalkan
puncak Giok-li-nia untuk mencari jejak putera Kim Thian cong
yang bernama Kini Yu-yong dan mencari pencuri yang
mengambil jenazah Kim Thian cong.
Maka hari itu. tepat seperti yang telah diputuskan bersama,
berkumpul pula ketua2 tujuh partai persilatan di Wisma
Perdamaian. Hui Gong taysu dari Siau-lim-pay, Ang Bin tojin ketua Butong
pay. Hong Hong tojin dari Go bi-pay. Ditambah dengan
Pang To-tik wakil, pimpinan Hoa-san-pay, keempat tokoh itu
bertugas untuk mencari pencuri mayat Kim Thian cong. Tetapi
yang datang baru tiga orang, Pang To-tik belum tampak
datang. Dari tiga ketua partai persilatan yang gas mencari jejak Kim
Yu-yong baru dua yang datang yam Ceng Sian suthay rahib
pimpinan Kun-lun pay dan Sugong In ketua Kong-pay.
Pengemis sakti Hoa Sin belum tiba.
Kedatangan tokoh2 itu disambut oleh Goan pa, murid
pertama dari mendiang Kim Thian cong Tetapi ada suatu
keheranan yang menghinggapi perasaan kelima tokoh2 itu
ialah tak nampaknya Liok Sian-li, murid ketiga dari Kim Thian
cong. "Dimanakah Liok sicu?" akhirnya Hui Goan taysu
menanyakan diri murid perempuan itu.
"Ah," Tio Goan-pa mendesah. Sikapnya agak jengkel dan
putus asa, "Liok sumoay memang keras adatnya Sudah
kucegah tetapi dia tetap tak mau membatalkan niatnya. Dia
telah pergi untuk mencari jejak Kim sute ..."
'O," desuh Hui Gong taysu terkejut, "bukankah soal itu
sudah diambil alih oleh tiga cianpwe yang bertanggung jawab"
Lebih baik kalau Liok sicu tinggal saja di guuung ini, jangan
pergi kemana-mana." "'Ah. maafkan sam-sumoayku itu, taysu" kata Tio Goan pa
berkabut sesal, "memang dia keras perangainya. Selalu tak
dapat dicegah apa yang telah menjadi kehendaknya."
Rupanya sekalian ketua partai persilatan itu dapat
menerima alasan dari Tio Goan-pa.
Keadaan Wisma Perdamaian tetap seperti tahun2 yang lalu
dimana dahulu mendiang Kim Thian cong sering menerima
kunjungan dari tokoh2 persilatan.
Kelima ketua partai persilatan itupun duduk berkumpul di
oaseban Wisma Perdamaian, paseban yang banyak memberi
kenangan kepada mereka Tiga bulan yang lalu, di paseban itulah mereka menjaga
peti jenazah It-ci-sin-kang Kim Thian cong dalam menerima
kunjungan tokoh silat yang datang ke puncak Giok-li-nia. Ada
yang datang untuk melawat penguburan jenazah bekas
pemim-pm dunia persilatan itu. Ada pula yang sengaja datang
untuk menunaikan hasrat mereka membalas dendam.
Sambil menunggu kedatangan Pengemis-sakti Hoa Sin dan
Pang To-tik, maka Hui Gong taysu ketua Siau lini si memulai
pembicaraan dengan memberi laporan tentang perjalanannya
bersama Hong Hong tojin ketua perguruan Go-bi-pay menu ju
ke Tibet mencari jejak lhama Hong-san-koay-ceng.
"Dari keterangan yang kita peroleh sepanjang jalan
dapatlah kami ketahui bahwa lhama itu menjadi murid biara
Peh-liong-bio di gurun Gumatak" kata ketua Siau-lim-si, "dan
kesanalah aku dan Hong Hong toheng."
"Gupala, kepala biara Peh-liong bio terkejut ketika
menyambut kedatangan kami," kata Hui Gong pula, "Lhama
itu menerangkan bahwa Hon koayceng, sudah sejak beberapa
tahun telah dan sampai saat itu belum kembali lagi"
"Kemudian atas pertanyaan kami, lhama menerangkan
bahwa Hong-sat-koay ceng itu adalah suhengnya. Namanya
yang sesungguhnya ialah Panda lhama. Sebenarnya sebagai
murid kepala. Panda Ihamalah yang mengganti sebagai kepala
dan biara Peh liong bio Tetapi entah bagaimana, guru mereka
telah mengangkat Gupala. Sejak itulah maka Panda Ihama
pergi dan gurun Gumutak"
'Kemudian kami meminta keterangan lebih jauh pada
Gupala tentang permusuhan antara Panda lhama dengan Kim
tayhiap." kata Hui Gong tio
"Lalu bagaimana keterangan lhama itu" Tanya Ang Bin tojin
ketua Bu-tong pay. "Kulihat Gopala seorang lhama yang jujur dan taat
beribadah," kata Hui Gong taysu, 'dia mengatakan bahwa tak
begitu jelas tentang dendam permusuhan itu. Tetapi ia
memang ingat bahwa pada suatu hari Kim tayhiap memang
pernah berkunjung ke biara Peh-iiong bio dan bertemu dengan
Kosala, lhama besar yang menjadi guru dari Gupala dan Panda
lhama." "Apa yang dibicarakan oleh kedua orang aku tak tahu," kata
Gopala lhama, "tetapi kulihat guru telah mempersilahkan Kim
tayhiap masuk dalam ruang semedhinya. Guru pesan kepada
seluruh anakmurid bahwa selama tiga hari tiga malam tidak
boleh masuk keruang semedhi. Barangsiapa berani melanggar,
akan dihukum. Apa yang dilakukan lhama besar Kosala
dengan Kim Thian-cong, tak ada orang yang tahu. Yang
kuketahui, selama tiga hari tiga malam itu, keduanya tak
pernah keluar dan ruang semedhi," kata Gopala.
"Tetapi tepat pada hari ketiga tiba2 muncullah Panda
suheng." kata Gopala pula, "ia berkeras hendak minta
menghadap guru. Karena takut akan larangan guru, terpaksa
kucegahnya. Tetapi Panda suheng tetap memaksa dan akupun
tetap merintanginya. Akhirnya ia lupa lalu memukul aku...."
"Terpaksa aku membela diri sehingga terjadilah
pertempuran dengan suheng. Rupanya Panda suheng malu
dan marah karena tak dapat merubuhkan aku. Tiba2 ia
melancarkan sebuah pukulan yang belum pernah kuketahui
Muka dan dadaku serasa terbakar karena dilanda pukulan
suheng itu. Akupun rubuh pingsan ..."
"Ketika aku sadarkan diri," demikian Gopala melanjutkan
penuturannya, "kulihat guru sedang menyalurkan tenagadalam
untuk menolong aku. Setelah aku sadar, beliau lalu
memberiku minum obat dan suruh aku beristirahat. Kulihat
wajah guru tampak gelap sekali. Jelas dia amat marah kepada
tindakan suheng." "Panda" tegur guru kepada suheng, "tahukah engkau akan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesalahanmu ?" 'Ya, guru," kata suheng dengan khidmat," memang muiid
mengaku bersalah. Tetapi murid hendak menghaturkan
laporan penting tentang sebuah kitab pusaka yang murid
ketemukan dalam sebuah ..."
"Tentang laporan itu, jangan dibicarakan dulu" tukas
Kosala, "sekarang akan kupertimbangkan tentang
kesalahanmu. Panda, engkau tahu apa akibatnya engkau
berani masuk kedalam ruang semedhi ini?"
Panda tersipu-sipu mengatakan tak tahu.
'Hm, perbuatanmu itu Panda, telah menghancurkan nama
baikku. Aku kalah janji dengan Kim taybiap. Dan aku harus
mengaku kalah kepadanya ..."
Panda lhama terkejut. Sejenak iu berpaling, memandang
Kun Thian-cong. "Dan yang kedua, Panda," kata Kosala pula, "engkau telah
melukai sutemu sendiri. Tahukah! engkau apa hukuman bagi
murid yang melukai saudara seagamanya ?"
"Dikurung dalam ruangan selama tiga tahun" kata Panda.
'Benar," sahut Kosala, "tetapi masih ada la in soal lagi.
Engkau telah melukai Gopala dengan pukulan yang bukan
ajaran dari perguruan kita. Dengan begitu jelas engkau telah
berguru kepada lain aliran. Siapakah gurumu itu " Dan
pukulan apakah yang engkau gunakan terhadap Gopala ?"
Panda lhama pucat wajahnya.
"Hong-sat-ciang adalah pukulan ganas dari kaum lhama
kuning di lembah Altai. Jelas engkau tentu berguru kepada
mereka!" Panda lhama diam saja. "Panda." aoakah engkau tak dapat bicara?" tegur guru
Kosala dengan tajam. "Apakah yang murid harus katakan lagi, guru ?" Panda
menjawab. "Jadi engkau memang sudah mengakui apa yang telah
kukatakau tadi ?" "Mana titah guru, murid tentu tak berani membantah,"
sahut Panda. Tiba2 wajah Kosala lhama berobah tegang.
"Panda," serunya dengan nada memberingas, "kami para
lhama dari daerah gurun Gumutak ini menganut dan
menjunjung Dhai Lama. Sedang kaum lhama dari daerah
pegunungan Altai, menjunjung Panchen Lhama. Beda yang
dipuja, beda pula pendiriannya. Oleh karena jelas engkau
telah menggabungkan diri dengan kaum Panchen Lhama maka
kaum dan perguruan Gumutak tak dapat menerima engkau
lagi !" Panda berobah wajahnya tetapi sesaat kemudian dia
tampak tenang. "Apa katamu, Panda" seru Kosala.
"Murid menempuh jalan menggabung dengan kaum
Panchen Lhama adalah demi menyelidiki kitab pusaka itu. Dan
kini murid telah berhasil mendapat keterangan tentang buku
itu . , . " "Panda' tukas guru besar Kosala Ihama-lhama penganut Dai
Lhama harus menempuh jalan suci dan pendirian yang kokoh.
Untuk memperjuangkan mencari kitab pusaka itu. memang
boleh. Tetapi tidik diperbolehkan untuk merobah pendirian,
menggabungkan diri pada kaum yang beda haluannya. Lebih
baik tak mendapatkan kitab itu kalau kita harus kehilangan
pendirian !" Panda tetap berdiam diri.
"Sekarang dengarkanlah keputusanku," seru Kosala pula,
"sejak saat ini engkau sudah bukan menjadi murid kaum
penganut Dhai Lhama lagi, Sejak saat ini ergkan tak boleh lagi
menginjak biara Pek liong kut ini "
Panda tertegun "Adakah keputusan guru itu tak terlalu berat dengan
imbalan jasa yang hendak kupersembahkan ?"' serunya sesaat
kemudian. "Keputusan itu menurut garis ketentuan pimpinan Dhai
Lama yaug agung !" seru Kosala.
"Baiklah, guru " kata Panda, "karena demikian keputusan
guru, muridpun hendak tinggalkan tempat ini. Atas budi yang
guru limpahkan kepada murid selama ini murid akan tetap
ingat sampai mati dan tentu akan membalasnya."
Panda memberi hormat lalu hendak keluar,
"Tunggu dulu. Panda," kata Kosala "masih ada sesuatu
yang penting kepadamu."
Panda berhenti lalu menghadap kearah guru nya : "Silahkan
guru memberi titah "
"Panda, oleh karena engkau sudah bukan murid perguruan
ini lagi, maka engkaupun harus mengembalikan apa yang
engkau peroleh dari sini."
Panda terbelalak. "Maksud guru ?" tanyanya sesaat kemudian.
"Ilmu kepandaian yang engkau peroleh dari sini, harus
engkau kembalikan." "Oh," Panda mendesuh, "artinya murid harus menjadi
lhama biasa seperti tatkala murid datang kemari pada pertama
kali ?" Lhama besar Kosala mengangguk.
"Adakah guru hendak merusakkan tubuh murid "' tanya
Panda. "Sesungguhnya memang harus begitu, Panda, kata Kosala,
"tetapi hatiku tak sampai. Maka ku-berimu kelonggaran ..."
Ia merogoh keluar sebuah botol kecil dari batu kumala.
menuangkan dua butir pil warna merah dan putih,
"Yang putih ini, akan menghapus tenaga-dalam bagian Im
(negatip) dan yang merah ini, melenyapkan tenaga dalam
bagiau Yang. Kcdua-duanya harus engkau telan sekarang
juga." kata guru besar dari biara Peh liong-bio.
Panda lhama menyambuti dengan gemetar.
Sejenak memindang kedua butir pil itu ia terus menelannya.
Memberi hormat kepada Kosala dan terus hendak pergi.
"Tunggu duiu, Panda, tiba2 Koala berseru
Dan setelah Panda berhenti, guru itupnun berkata "Jangan
Buru-buru pergi dahulu. Coba mengangaan mulutmu ..."
Panda terkesiap. Memandang gurunya dengan mata
berkilat-kilat lalu mengangakan mulut. Kosala menghampiri
memeriksa mulut Panda lalu berkata : "Baiklah, Panda,
silahkan engkau pergi dan mudah-mudahan engkau hidup
bahagia". Demikian Gopala lhama mengakhiri penuturannya kepada
Hui Gong taysu dan Hong Hong tojin
"Aneh, yang menghukumnya gurunya sendiri, mengapa
Panda lhama si Hong-sat-koay ceng itu mendendam kepada
Kim tayhiap ?" tanya Ang Bin tojin.
Hui Gong taysu mengangguk : "'Memang sepintas
tampaknya janggallah perbuatan Panda si Pasir Kuning itu.
Tetapi kuduga tentulah ada sesuatu yang menyebabkan ia
mendendam kepada Kim tayhiap. Sayang karena waktunya
terbatas, terpaksa kami berdua kembali. Mengingat waktu
perjalanan masih sisa dua tiga hari, maka akupun pulang ke
Kosan dan Hong Hong toheng ke Gobi Ternyata gereja Siau
lim sipun telah mengalami peristiwa yang aneh dan
mengejutkan !" "Peristiwa bagaimana ?" tanya Ang Bin tojin
"Beberapa waktu yang lalu, gereja Siaulim si telah
kedatangan serombongan oiang aneh terdiri dari seorang
pemuda, dua orang kakek dan tiga ekor binatang piaraannya,
burung rajawali, anjing dan kera"-kata Hui Gong taysu.
"Ketiga orang itu manusia2 limbung. Baik tingkah laku dan
bicaranya seperti orang yang ku rang waras. Mereka datang
ke gereja Siau-lim-si untuk menanyakan tentang seorang
tokoh bernama Bu Bun lojin. Oleh paderi2 yang bertugas
menjaga keamanan gereja, mereka dilarang masuk tetapi me
reka tetap memaksa. Akhirnya terjadi pertempuran .., "
"O, jadi walaupun sinting mereka juga memiliki ilmusilat
tinggi ?". tanya Ang Bin tojin.
Hui Gong taysu mengiakan.
"Patkwa-tin disiapkan untuk menghalau mereka tetapi
mereka mampu melintasi. Lalu disiapkan pula Lo-han-tin; Pun
mereka dapat membubarkannya ..."
"Omitohud," seru Ang Bin tojin, "Lo han-tin adalah barisan
sakti dari gereja Siau-lim-si. Banyak tokoh2 sakti yang harus
kembali dengan menggigit jari apabila berhadapan dengan
barisan sakti itu. Tetapi mengapa mereka mampu
membobolkan- barisan itu ?"
Dengan panjang lebar, Hui Gong taysu menceritakan
mengapa sebabnya barisan Lo han-tin Simpai bubar.
Mendengar itu tertawa gelak2-lah sekalian ketua partai
persilatan. Bobolnya Lo-han-tin ternyata disebabkan oleh
gempuran istimewa dari isi perut salah seorang kakek linglung
itu. "Serempak dengan munculnya rombongan manusia2
linglung itu maka datang pula seorang tetamu vang mengaku
sebagai utusan dari Kim Thiann-cong ..."
"Hai . . . !" beberapa ketua partai persilatan serempak
berteriak kaget, "markas kamipun menerima kedatangan
utusan semacam itu."
Hui Gong taysu terkejut dan berpaling. Ternyata yang
berseru itu iaiah Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay dan
Sugong In ketua Kong-tongpay.
"Markas Bu-tong-paypun demikian juga," kata Ang Bin tojin.
"Omitohud !" seru Hui Gong taysu, "jika demikian mereka
tentu mendatangi setiap perguruan Adakah toheng dan sin-ni
juga menerima undangan untuk menghadiri rapat di gunung
Hongsan?" "Benar," sahut Sugong In, "bahkan tidak hanya ke gunung
Hongsan, pun juga kegunung Thay san."
"Apa "' Hui Gong taysu terkejut menegas.
Sugong ln memandang ketua Siau-lim-si dengan heran.
"Adakah tidak demikian dengan gereja Siau lim-si ?"
Hui Gong taysu gelengkan kepala; "Ketika aku pulang, Hui
In sute hanya menyampaikan tentang undangan dari Kim
Thian cong untuk meng hadiri rapat peresmian partai baru di
gunung Hong san. Partai itu diberi nama partai Seng-lian-kau
atau Teratai Suci, pendirinya Kim Thian-cong sendiri"
"Benar," sahut Sugong In, "kamipun menerima undangan
semacam itu tetapi disampmg itu kamipun menerima pula
undangan untuk menghadiri rapat pembentukan partai Thiansu-
kau di gunung Thay-san. Partai itu juga didirikanoleh Kim
Thian cong." '"Omitohud !" Hui Gong taysu berseru kejut, "benarkah
terjadi peristiwa semacam itu ?"
"Benar, taysu," kata rahib Ceng Sian suthay "Kun-Iun-pay
juga menerima dua buah undangan dari Kim Thian-cong
digunung Hongsan dan Kim Thian-cong di gunung Thay-san"
"Dan Hong Hong toheng ?" tanya Hui Gong taysu kepada
ketua Partai Go bi-pay. "Hanya menerima undangan dari Kim Thian cong di gunung
Thaysan." "Dan tohcng "' tanya Hui Gong kepada Ang Bin tojin.
Ketua partai Bu-tong-pay itu menjawab: "Kami hanya
menerima undangan dari Kim Thian-cong gunung Hongsan"
"Jelas dia tentu bukan Kim Thian cong !" seru Ceng Sian
suthay. "Benar, suthay ..." tiba2 terdengar sebuah suara nyaring
dari luar paseban Dan ketika para ketua partai persilatan
berpaling, ternyata yang muncul adalah Pengemis sakti Hoa
Sin. "'O. Hoa pangcu," seru para ketua partai persilatan
serempak berdiri untuk memberi hormat!
Pengemis sakti itu segera mengambil tempat duduk,
"Maaf, apabila pencemis tua ini terlambat datang." katanya,
"tetapi bukan maksud pengemis hendak sengaja datang
terlambat melainkan karena pengemis tua habis
menyelesaikan suatu peristiwa yang lucu."
"Peristiwa bagaimana ?" tanya Hui Gong taysu "dapatlah
Hoa pangcu memberiahu kepada kami ?"
"Dua orang yang Sama2 membawa anjing Ketika saling
berjumpa, anjing mereka berkelahi Melihat itu kedua orang
itupun ikut berkelahi. lucunya bukan orang lawan orang dan
anjing musuh anjing. Tetapi orang lawan anjing dan yang satu
pun demikian juga, anjing tarung dengan orang Ha, ha, ha . ."
Para ketua pntai persilatan itu tahu bagaimana perangai
Pengemis-sakti Hoa Sin yang suka melucu dalam kata-nya.
Mereka hanya ganda tertawa saja.
"Ternyata kedua anjing itu lebih lihay dapat mengalahkan
orang. Kedua orang pemilik anjing itu lari terbirit-birit. Tetapi
kedua anjing itu tak mau mengikuti tuannya. Mereka
berkumpul dengan kawannya. Anjing tetap sama anjing,
manusia sama manusia ..."
Pengemis-sakti itu lalu tertawa gelak2 dan nyaring
semaunya sendiri. "Hoa pangcu." sela Hui Gong taysu, ''maaf, aku tak tahu
apa yang pangcu maksudkan dengan cerita itu. Maukah
pangcu memberi penjelasan ?"
Tiba2 wajah Pengemis sakti Hoa Sin mengerut serius,
katanya: "Peristiwa itu suatu pelajaran bahwa, jenis itu
mencari jenis. Manusia tetap akan bersatu dengan manusia
dan kawanan anjing tentu akan menggerombol dengan anjing
..." "Aku tak mengatakan siapa2," kata Pengemis sakti itu pula,
"melainkan hanya menuturkan tentang kericuhan dalam partai
Kay-pang kami sendiri. Dengan timbulnya dua Kim Thian-cong
itu maka perpecahan antara Partai Pengemis selatan dan
Partai Pengemis utara makin menjadi lebih tajam. Pengemis
Seribu-racun Sin Kay telah menjadi sucia (wakil) dari Kim
Thian cong gunung Thay san Dan Partai Pengemis Selatan
telah menerima undangan untuk menghadiri peresmian partai
baru yang hendak mereka dirikan !"
"Omotuhud" seru Hui Goan taysu
"Hoa pangcu." tiba2 Ceng Sian suthay menyeletuk, jika
partai Kay-pang utara sudah menggabungkan diri pada partai
Thian-su-kau yang baru. apakah partai Kay-pang selatan juga
tidak menggabungkan diri pada partai Seng-tian-kau di
gunung Hongsan itu ?"
Wajah Hoa Sin memberingas, matanya mendelik. Tetapi
sesaat kemudian ia tertawa: "Ah, sin-ni memandang hina
kepada dinku si pengemis tua ini , . "
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukan Hoa pangcu," buru2 Ceng Siau suthay menyusuli
"sama sekali aku tak menghina pangcu. Tetapi aku hanya
ingin mengetahui. Bukan kali dalam sunsana kacau seperti
dewasa ini,kita harus tahu siapa lawan siapa kawan ?"
"Ha, ha," Pengemis-sakti Hoa Sin tertawa, "telah kukatakan,
jenis itu mencari jenis. Manusia dengan manusia, anjing
dengan anjing. Masakan sin-ni tak mengerti apa yang
kumaksudkan itu" Ceng Sian suthay tertawa walaupun diam2 ia agak malu
hati karena mendamprat sentilan halus dari pengemis sakti itu.
"Disamping undangan dari Thian-su-kau, memang partai
Pengemis selatan, menerima undangan juga dari Seng-liankau."
kata Pengeuus-sakti Hoa lebih lanjut, "dua-duanya
berasal dari dua orang .Kim Thian-cong, ha, ha !"
"Lalu bagaimana pendirian Hoa pangcu" tanya Hui Gong
taysu. Belum Pe-ngemis-sakti Hoa Sin menyahut. tiba2 muncullah
seorang lelaki tua dengan wajat muram dan kaki lunglai, ia
berjalan masuk kedalam paseban.
"Pang tayhiap ..." seni para ketua partai persilatan serta
melihat pendatang itu. "Maaf, para totiang dan sin-ni karena Pang To-tik terlambat
datang," kata orang itu seraya menghampiri. Hui Gong taysu
mempersalahkannya duduk. Sesaat kemudian Hui Gong taysu berkata : "Karena
bertujuh partai persilatan sudah hadir lengkap, maka lonipun
akan membuka rapat ini secara resmi."
Setelah mengucapkan selamat datang, maka Hui Gong
taysu lalu mengulangi lagi memberi laporan tentang hasil
pencariannya kepada orang yang diduga menjadi pencuri
jenazah Kim Thian-cong. Kemudian ia meminta kepada yang hadir supaya
melaporkan hasil masing2.
Karena Hui Gong taysu melakukan penyelidikan bersama
Hong Hong tojin, maka Hong Hong tojin tak perlu memberi
laporan lagi. Dan kini Ang Bin tojinlah yang membuka suara.
"Bu-ing kui yang hendak kuselidiki itu ternyata benar2
bagaikan bayangan setan." kata Ang Bin tojin, "orang
mengatakan dia berada di Kang-lam, kukejar ke Kang-lam, dia
melesat ke Kangpak. Kuburu ke Kangpak, dia menyelinap ke
Oulam, aku ke Oulam dia ke Oupak. Karena penasaran aku ke
Oupak dan dia sudah ngacir ke Shoa-tang susul ke Shoa-tang,
dia ke Siamsay. Al benar seperti dipermainkan ..."
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "bagaimana setiap kali
toheng tahu dia menuju ke suatu tempat ?"
"Itulah jelas perbuatan Setan-tanpa-bayangan"kata Ang Hiu
tojin. "setiap kali aku menemui tokoh2 daerah, tentulah tokoh
itu memberikan sebuah sampul surat kepadaku. Tiap kali
kubuka, surat itu tentu dari Hu-ing-kui yang meminta ini
kepadaku dan mengatakan kalau dia sudah pidah kelain
daerah." "Malah pada suatu hari aku benar2 telah dibuat main2
olehnya," kata ketua Bu-tongpay itu pula. "ketika aku tiba di
sebuah hutan yang terletak di wilayah Shoatang. tiba2
kudengar orang memanggil namaku. Jelas kuperhatikan suara
itu berasal dan arah barat. Segera aku menghampiri tapi
sesaat kemudian orang itu memanggil namaku lagi dari arah
timur. Aku ke timur orang itu memanggil darii arah utara Dan
ketika aku ke Utara dia memanggil dari selatan. Karena
jengkel, akupun berteriak meminta supaya unjuk diri"
"Dia tertawa dan berseru :"Bukankah aku sudah menjumpai
totiang ?" "Dimana ?" aku berteriak kaget.
"Ah, pelupa benar totiang ini, "orang itu tertawa, "cobalah
totiang ingat siapa yang totiang jumpai dalam perjalanan tadi
..." Ang Biu tojin menggali ingatannya. Sesaat kemudian ia
berseru : "Ketika melalui sebuah gunung, Akupun tertimpah
hujan dan terpaksa meneduh di sebuah kuil gunung. Imam
penjaga kuil itu menyambut kedatanganku dengan baik . . "
"Ha, ha, totiang kira siapakah imam penjaga kuil itu ?" seru
orang misterius itu pula.
Seketika berobahlah wajah Ang Bin tojin, serunya tak
lampias : "Apakah imam itu ..."
"Ah, mengapa totiang tak ingat akan wajah imam itu"
Cobalah totiang bayangkan lagi, tentu akan mengetahui
bagaimana wajahku itu."
"Engkau ..." Belum sempat ketua Bu-tong-pay itu menye lesaikan katakatanya,
orang aneh itupuu sudah menukas : "Dan siapa lagi
yang totiang jumpahi dalam perjalanan tadi ?"
"Seorang sasterawan yang hendak menuju ke kota raja ikut
dalam ujian . . " "Ha. ha, masih ingatkah totiang akan wajahnya "'
"Apakah itu engkau ?" teriak Ang Bin tojin seperti dipagut
ular. "Totiang harus percaya karena hal itu memang kenyataan
dari diriku". "Bu-ing kui, engkau berani mengolok aku teriak Ang Hin
tojin terus loncat menerjang kearah sebuah gerumbul yang
diperhatikannya menjadi tempat bersembunyi orang aneh itu.
"Ha, ha. totiang mudah memberang," seru orang dari lain
arah. "totiang hendak melihat wajahku, setelah kuberitahu.
mengapa totiang marah?"
Ang Bin tojin hampir tak percaya pada apa yang dialaminya.
Dengan ilmu ginkang yang tinggi ia bergerak laksana petir
menyambar untuk menyergap. Tetapi ternyata hanya
gerumbul kosong yang diterjangnya. Dan jelas tadi ia sudah
memusatkan pendengarannya bahwa orang itu bersembunyi
dibalik gerumbui. Tetapi ah . . . ia hanya menubruk angin.
Sebagai seorang ketua partai persilatan masyhur dan
ternama sejak beratus tahun, sudah tentu Ang Bin tojin
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Ia seorang tokoh
angkatan tua yang banyak pengalaman dan luas pengetahuan,
"Bi-sim pian im-hwat , . " tanpa disadari ia telah
mengucapkan sebuah ilmu yang digunakan ieli B -ing kui.
"Bagus, totiang, tak kecewa totiang menjadi ketua dari
sebuah partai persilatan sehebat Bu-tongpay," tiba2 orang
aneh itu berseru "Memang pengalaman dan pandangan
lotiang luas sekali sehingga ilmu pusaka yang sudah ratusan
tahun hilang dari dunia persilatan, lotiang masih dapat
menyebutkan namanya"
Kata kata orang aneh itu mengakui bahwa Ang Bin tojin
memang dapat menyebut dengan tepat.
Ang Bin tojin terkejut dalam hati Bi sim pian im hwat atau
Ilmu Menyesatkan-diri-memindah suara, merupakan ilmu yang
ratusan tahun tak terdengar lagi di dunia Apabila orang itu
dapat menggunakan ilmu tersebut, dapatlah dibayangkan
betapa hebat kesaktian orang itu.
Namun Ang Bin totiang seorang tokoh yang
berpengalaman. Walaupun dalam hati terkejut tetapi kerut
wajahnya tak menampilkan rasa gelisah. Dengan tenang ia
tertawa kecil. "Belajar ilmu silat tak boleh dimabuk kebanggaan dan
kecongkakan. Ingat, di atas langit ada langit. Orang yang sakti
masih ada sakti lagi. Bahwa sicu telah berhasil mengali lagi
ilmu pusaka lama, tidaklah suatu jaminan bahwa sicu sudah
menjadi tokoh yang paling sakti di dunia. Masih banyak tokoh2
terpendam yang tak mau unjuk diri dan lebih senang hidup
kesunyian dan ketenangan ..."
Ang Bi'i tojin hampir tak percaya pada yang dialaminya.
Dengan ilmu ginkang yang tiin < ia bergerak laksana petir
"Setiap orang mempunyai cita2 hidup sendiri Yang tenang
sepi, biarlah menyepi, bertapa tak mau mengurus keramaian
dunia. Yang senang mengurus dunia, biarlah dia
berkecimpung dalam pergolakan dunia yang tak pernah
mengenal kesunyian . "
"Adakah sicu ini Bu-ing kui ?" cepat Ang Bin tojin menegur.
"Ha, ha, aku seorang manusia, bukan setan"
'Tetapi mengapa sicu tak berani mengunjukkan diri ?" seru
Ang Bin tojin. "Yang terakhir, apakah yang totiang lihat dalam
perjalanan?" orang itu balas bertanya.
Sejenak merenung, ketua Bu-tong pay berkata : "Seorang
tua yang tengah mengail ikan ditepi sungai."
"Dan totiang tentu tak pernah menyangka bahwa orangtua
itu sama dengan sasterawan yang hendak ke kota raja dan
penjaga kuil gunung"
'Oh" Ang Bin tojin mendesuh kejut. Sekejut orang yang
mendengar halilintar meletus di siang bolong.
"Tiga kali sudah aku menunjukkan diri tapi totiang tak ambil
perhatian. Adakah lotiang masih mengatakan aku tak berani
menampakan diri" seru orang itu.
"Siapa sicu ini ?" akhirnya karena kehilangan faham, Ang
Bin tojin berteriak tegang, "mengapa gerak gerik sicu seperti
Bu ing ku si Setan tanpa bayangan ?"
"Ya, demikianlah. Tetapi aku bukan Setan-tanpa-bayangan
melainkan Kakek tanpa bayangan"
"Bu Ing lojin ?" teriak Ang Bin tojin makin kaget.
Ketua Bu-tong-pay itu segera membayangkan akan
peristiwa pada limapuluh tahun berselang, ketika ia masih
muda dan menjadi murid dari perguruan Bu-tong-pay yang
didirikan oleh Thia Sam hong.
Ia mendengar bahwa dewasa itu didunia persilatan telah
muncul seorang tokoh yang aneh. Gerak gerik dan sepak
terjangnya sukar diduga o-rang. Dunia persilatan memberinya
gelar nama Bu Ing-jin atuu manusia tanpa bayangan.
Sepak terjang Bu Ing-jin itu memang sukar ditentukan
pendiriannya. Tidak termasuk aliran Putih, pun tidak aliran
Hitam, bertindak menuruf pertimbangan dan kehendaknya
sendiri. Menurut cerita, pernah cikal bakal Bu-tong-pay ialah Thio
Sam-hong mencari Bu ing-jin. Mereka berjumpa dipuncak
gunung Hoa-san, Kedua tokoh itu mengadu kesaktian dalam ilmu pedang
Tetapi sampai tiga hari tiga malam, ternyata tak ada yang
kalah dan menang. Kemudian mereka hentikan adu kesaktian dan
merundingkan tentang sumber ilmupedang. Thio Sam hong
kagum sekali kepada pengetahuan orang itu. Kemudian ia
menegur mengapa Bu ing-jin tak mau mendukung golongan
Putih untuk membersihkan dunia persilatan dan gangguan
golongan Hitam. Bu-ingjin hanya ganda tertawa. "Garis antara Baik dan
buruk itu hampir tak tampak Yang baik ternyata buruk, yang
buruk belum tentu buruk ..."
"Apa maksud saudara mengatakan begitu" tanya Thio Sam
hong. "Aku hampir putus asa melihat tokoh2 yang dimasyhurkan
sebagai jago golongan Putih. Setelah kuselidiki dan menguji
pandangan mereka, ternyata apa yang dikata baik oleh
mereka itu terlalu kaku. Lebih banyak dipengaruhi oleh
kepentingan peribadi. Bahkan ada beberapa jago golongan
putih yang sebenarnya berhati jahat. Maka aku tak mau
mengikatkan diri pada suatu golongan. Baik golongan Putih
maupun Hitam, apabila ia memang jahat, tentu kubasmi"
Teringat akan cerita itu, makin besarlah ketegangan hati
Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay yang sekarang. Apabila orang
aneh itu benar Bu ing jin dan karena sudah tua lalu berganti
dengan Bu Ing lojin atau Kakek-tanpa-bayangan, Ia runyam
juga. "Bu Ing lojin." seru Aig Bin tojin pula, "Benarkah engkau
yang mencuri jenazah Kim thian hiap?"
"Kim Thian-cong memang seorang jago golongan Pulih
yang terbesar dalam jamannya. Adalah karena jasanya maka
banyak perkumpulan2 rahasia-yang mengacau negara yang
sedang kalut, telah tertumpas. Melihat keberanian dan
kesaktiannya tertariklah pangeran Ing Lok untuk
mengangkatnya sebagai tayciang (panglima) istimewa. Dia
ditugaskan untuk mengamankan kaum persilatan dan
mengajak mereka tunduk pada pangeran itu"
"Teruskan," seru Ang Bin tojin.
"Sejak baginda Beng thaycou wafat. maka timbullah
perebutan diantara putera-puteranya. Di antara yang paling
kuat dan berpengaiuh ialah pangeran Ing Ho dan pangeran
Ing Lok. Karena pangeran Ing Ho itu ibunya puteri dari
Mongol, maka rakyat lebih suka kepada pangeran Ing Lok
Tetapi pangeran Ing Ho mendapat dukungan dari sisa tentara
Mongol dan menteri2 bekas pemerintahan baginda Goan-si
cou. Dalam perebutan kekuasaan itu hampir pangeran Ing Ho
mendapat kemenangan apabila tak muncul suatu peristiwa
yang mengherankan . . . "
"Ah, peristiwa apa ?" tanpa disadari Ang Bin tojin terhanyut
dalam pembicaraan dengan orang yang tak tampak
bayangannya itu. "Pangeran Ing Lok memanggil Kim Thian-cong dan
diberinya tugas untuk menghancurkan kekuatan pangeran Ing
Ho dari dalam. Kim Thian-cong ................
Halaman 46-47 ga ada weksss
... si cambuk hitam . . "
"O, itukah isteri Kim Thian cong ?" tanya Ang bin tojin.
"Ya, salah seorang dari sekian banyak wanita2 yang telah
diperisteri Kim Thian-cong. Maka apabila setelah dia
meninggal banyak sekali musuh yang datang hendak
melakukan pembalasan, Huh sudah jamak. Karena barang
siapa menanam dia harus memetik buahnya."
"Apakah lojin yang mencuri mayat Kim tayhiap ?" seru Ang
Bin tojin. "Ha. ha. ha" orang tak kelihatan itu tertawa gelak2,
"mengapa engkau persamakan Bu-ing kui dengan Bu Ing lojin,
lucu, sungguh lucu benar "
"Lalu siapakah Bu ing kui itu ?" tanya Ang Bin tojin tegang.
Tetapi tiada penyahutan lagi dari orang itu.
"Lojin kalau engkau bukan Bu-ing kui lali siapakah Bu ing
kui itu ?" Ang Bin tojin mengulang pertanyaannya.
Tetapi tiada penyahutan. 'Tojin., adakah Bu ing-kui itu yang mencuri mayat Kim
tayhiap "' seru Ang Bin tojin dengan nada makin tegang.
Namun tetjp tiada jawaban apa2
"Berlakulah ksatrya lojin. siapa yang mencuri mayat Kim
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tayhiap, engkau atau dia ?"
Tetap tiada jawaban. "Kura2 yang tak mau mengunjukkan muka, maaf kalau aku
berlaku kurang hormat !" kata Ang Bin tojin yang mulai curiga.
Ia mengamati a-rah dan tempat yang diperkirakan tentu
menjadi tempat- persembunyian orang aneh itu.
Setelah tetap tiada penyahutan. akhirnya Ang Bin tojin
terus loncat menerjang kebalik sebuah gerumbul pohon, wut,
wut . . . dua buah pukulan ia lancarkan untuk menyergap.
Tetapi yang diserbu hanialah angin belaka. Orang aneh tadi
sudah tak kelihatan bayangannya.
Ang Bin tojin benar2 termangu mangu. Sebagai seorang
ketua partai. Bu-tong-pay yang termasyur. ia telah diagungkan
sebagai tokoh persi-latau yang cemerlang. Tetapi nyatanya,
saat itula benar2 merasa dipermainkan oleh seorang yang
menamakan dirinya sebagai Bu Ing lojin.
Dan lebih terkejut pula ketika ia melihat pada sebuah batu
yang menggunduk didekat gerumbul pohon itu terdapat
guratan huruf yang berbunyi :
Bu Ing dan Bu Ing sama arti Tetapi Bu ing-kui itu setan
mati. Bu Ing lojin itu kakek yang masih doyan arak dan
daging sekati "Ah, jika teringat akan peristiwa itu. kecil rasanya diriku.
diatas langit masih terdapat langit memang tepat sekali kata2
itu," akhirnya Ang Bin tojin mengakhiri penuturannya dengan
nada putus-asa. "Ah, toheng tak perlu memikirkan diri Bu Ing lojin
sedemikian rupa." Hui Gong taysu menghiburnya, "setiap
manusia memang tak sempurna dan tentu ada
kekurangannya Buruk dan baik tergantung dan penilaian
masing2. Hanya saja kita lihat dan rasakan, tindakan Kim
tayhiap " telah menghasilkan pulihnya ketenangan dalam
dunia persilatan dan terbentuknya sebuah kerajaan yang
aman dibawah pimpinan baginda Ing lok kita sebagai salah
sebuah partai perguruan yang merasakan pengayoman dari
Kim tayhiap wajib membalas budinya. Soal lain2, itulah urusan
pribadi Kim tayhiap."
"Benar. taysu," kata Ang Bin tojin, ' Bu Ing lojin itu telah
membuka mataku tentang dunia persilatan dan ilmu silat."
"Andaikata Bu Ing lojin tak setuju akan sepak terjang Kim
tayhiap, itulah hak dia untuk buat apa saja terhadap jenazah
Kim tayhiap, tetapi hak kita pula untuk menyelamatkan
jenazah Kim tayhiap dari gangguan orang."
"Tepat, taysu" seru Pengemis-sakti Hoa sin pula, "Bu Ing
lojin berhak merusak tetapi kita berhak melindungi. Tetapi
menurut hemat sipengemis tua itu, belum tentu Bu Ing lojin
yang mencuri jenazah Kim tayhiap. Maka penyelidikan harus
tetap kita lanjutkan kepada Bu ing-kui yang jelas telah datang
kemari untuk menuntut balas kepada Kim tayhiap."
Kemudian Hui Gong taysu mempersilahkan Pang To-tik
untuk memberi laporannya.
"Yang paling celaka nasibnya ialah aku,"' wakil dari Hoasan-
pay itu memulai laporannya dengan nada sedih, "ketika
sedang dalam perjalanan menuju ke Thay-san untuk
menyelidiki jejak Thian-sat-cu, tiba2 aku bertemu dengan
seorang lelaki pertengahan umur. Ketika aku memperkenal
kan diriku, orang itu tertawa keras.
"Mengapa saudara tertawa "." tegurku.
"Yang diraih setinggi langit, yang dikandung berceceran,"
seru orang itu. "Apa maksudmu ?"'
"Bukankah engkau hendak menyelidiki suhuku Thian-sat-cu
?" tanya orang itu. Pang To-tik terkejut. Ia tak mengira kalau orang itu murid
dari Thian-sat-cu. Tetapi karena sudah terlanjur
memperkenalkan diri. maka iapun tak mau menyangkal.
"Benar," sahutku "memang Thian-sat-cu kami curigai
sebagai orang yang mencuri jenazah Kim thian-tong tayhiap".
"Mencuri mayat?" orang itu terkejut lalu tertawa keras,
"buat apa suhu mencuri mayat?"
"Entah," sahut Pang To-tik. "justeru hal itu yang hendak
kutanyakan kepada suhumu."
"Aha daripada engkau membuang waktu dan tenaga
menyelidiki suhu, lebih baik engkau pulang saja ke markasmu"
"Aku sudah terlanjur tiba dlsini. mengapa harus pulang ?"
sahut Pang To-tik. "Karena Hoa-san pay sudah berantakan l' Pang To-tik
terkejut. Tetapi sesaat kemudian ia tertawa : "Sahabat,
janganlah engkau anggap aku seorang anak kecil yang dapat
engkau kibuli Hoa-san pay adalah sarang harimau dan naga,
siapa yang berani cari mati ke sana ?"
Orang itu tertawa : "Engkau percaya atau tidak, itu
terserah. Tetapi kenyataannya memang begitu".
"Mana Thian-satcu ?" tegur Pang To tik.
Karena nama suhunya dipanggil begitu marahlah orang itu:
"Hm, besar nian mulutmu berani menyebut nama suhuku
tanpa suatu kehormatan"
'"Suhumu membanggakan diri dengan nama Thian sat cu.
Mengapa aku harus memanggil dengan nama lain ?" sahut
Pang lo-tik mulai marah "Mengapa engkau mencari suhu ?"
"Akan kutanya, apa sebabnya ia mencuri jenazah Kim
tayhiap ?" "Mencuri mayat Kim tayhiap" Enkau gila" teriak orang itu,
"bukan dicuri tetapi memang Kim tayhiap sendiri yang
menggunakan ilmu semedi tingkat tinggi menghentikan
pernapasan untuk pura2 mati ..."
"Ngaco !" bentak Pang To-tik.
Tetapi orang itu tak mengacuhkan, katanya pula : "Saat ini
Kim tayhiap telah menetap di gunung Thaysan ini sebagai
ketua dari sebuah partai baru Thian-su kau ..."
"Ngaco !" bentak Pang To-tik, "bukankah yang menguasai
Thay san ini suhumu Thian-sat-cu"
"Ya " kata orang itu, "itu dulu tetapi sekarang sudah diambil
alih oleh Kim tayhiap. Suhuku Thian-sat cu diangkat menjadi
salah seorang Su cia (wakil)."
Pang To-tik memandang orang itu lekat2, serunya :
"Siapakah engkau !"
"Aku habis menjalankan perintah Kim tayhiap mengirim
undangan ke berbagai partai persilatan dan tokoh2 persilatan
untuk menghadiri peresmian dari berdirinya partai baru Thiansu-
kau Antara lain akupun datang ke Hoa-san. Tetapi...."
"Bagaimana ?" seru Pang To-tik.
"Hoa-san-pay hancur berantakan !"
Gemetarlah tubuh Pang To tik mendengar keterangan itu.
Namun ia tetap tak percaya.
"Bohong !" bentak Pang To-tik seraya menghantam. Tetapi
orang itu dengan sebuah yang indah dan luar biasa, telah
dapat menghindari. Pang To tik penasaran. Ia
hendak loncat menerjang lagi
tetapi tiba2 orang itu mendahului
menaburkan segenggam benda
putih. Pang To tik terkejut Jarak
amat dekat taburan itu cepat
sekali, tak mungkin ia dapat
menghindar. Untunglah ia tak
sampai kehilangan kesadaran.
Cepat ia kebutkan lengan bajunya, Pyur, pyur . . benda2 putih hancur lebur tertampar kebutan
lengan bajunya. Sebagai gantinya benda pulih itu segera
menghamburkan asap bergulung-gulung tebal membungkus
Pang To-tik Pang To-tik makin terkejut. Cepat ia hentikan
pernapasannya karena kuatir asap itu mengandung obat bius.
"Pang To tik, karena engkau salah seorang dari kaum
persilatan yang hendak dijadikan pengawal dari Kim tayhiap.
maka kali ini kuberi kelonggaran. Pulanglah ke Hoa-san dan
buktikan sendiri kata-kataku tadi . . "
Walaupun mendengar orang bicara tetapi saat itu Pan-To
tik tengah sibuk menghalau asap dengan kebutan lengan baju.
Dan ketika asap menipis, orang itupun Lenyap.
"Akupun pulang ke Hoa-san. Dan apa yang kudapati di Hoa
san, memang seperti yang dikatakan orang itu. Bahkan lebih
hebat lagi. Kam bu sute. ketua Hoa san-pay.telah dibunuh
orang beberapa tiang-lopun binasa dan anak murid Hoa sanpay
bubar tak keruan. Keadaan markas Hoasan-pay morat
marit," kata Pang To-tik mengahiri laporannya,
"Hah ... Benarkah hal itu ?" teriak para ketua partai
persilatan serempak. Mereka seolah-olah mendengar halilintar
berbunyi di siang hari Hoa-san-pay merupakan salah sebuah
partai persilatan yang mempunyai sejarah lama dan termasuk
menjadi salah sebuah sumber llmusilat yang sakti. Bagaimana
mungkin partai itu mendadak sontak dilain waktu yang singkat
saja sudah hancur berantakan "
'Tak mungkin " teriak Hong Hong tojin dari partai Go-bi-pay.
"Mustahil !' seru Ang Bin tojin.
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "Pang sicu benarkah hal
itu terjadi pada Hoa sanpay"
"Benar, taysu," sahut Pang To-tik, 'kalau tak terjadi
sungguh2 masakan aku harus memberikan keterangan begitu
"' "Jadi Kam pangcu benar telah dibunuh orang "'' Sugong ln
ketua Kong-tong-pay menegas
Pang To-tik mengiakan. "Siapa pembunuhnya ?"
"Justeru hal itulah yang masih akan kuselidiki. Karena
serupa dengan hilangnya jenazah Kim tayhiap, pun
pembunuhan atas diri Kam sute ini sangat aneh dan misterius
sekali ..." "Apakah sama sekali Pang tayhiap tak berhasil memperoleh
keterangan ?" tanya Hong Hong tojin yang rupanya paling
ngotot. Memang ia ber-sahabat baik dengan Kam Sian-hong
ketua Hoa-san -pay yang terbunuh itu,
"Dari seorang murid yang menderita luka parah, aku
mendapat keterangan. Bahwa yang membunuh Kam sute itu
seorang pemuda tolol. Dan yang mengobrak-abrik markas
Hoa-san-pay itu utusan dari Seng-lian-kau." kata Pang To-tik.
"Pemuda tolol " Ah, aneh sekali," gumam Hong Hong tojin.
"masakan seorang yang berilmu sakti seperti Kam pangcu
dapat dibunuh seorang pemuda tak terkenal apalagi tolol. Lalu
apakah para tianglo dan anakmurid Hoa-san-pay tak mampu
menangkap pemuda tolol itu ?"
"Memang pemuda itu telah ditangkap dan akan dibunuh
tetapi ternyata dia masih mampu melarikan diri dengan
membawa seorang murid perempuan dari markas Hoa-sanpay."
Sekalian ketua partai persilatan mendesuh penuh
keheranan. "Adakah Pang tayhiap belum mengejar jejak pembunuh itu"
tanya Hong Hong tojin pula.
"Ah. bagaimana aku sempat untuk melakukan hal itu " kata
Pang To-tik, "saat itu keadaan markas Hoa-san-pay. benar2
mengenaskan banyak anakrnuridnya yang terluka dan mati.
Ada pula yang melarikan diri. Aku bingung. Memburu jejak
pembunuh itu atau mengejar utusan Seng lian-kau dulu.
Akhirnya aku teringat akan perjanjian untuk berkumpul disini.
Maka akupun segera menuju ke gunung ini untuk memberi
laporan meminta pertimbangan dari para totiang sekalian"
Hui Gong taysu menghela napas: "Sejak kim tayhiap
meninggal, dunia persilatan jelas akan mengalami pergolakan
yang hebat lagi. Di utara terdapat seorang Kim Thian-cong
dan di selatan muncul seorang yang mengaku sebagai Kim
Thian-cong. Pada hal jelas Kim tayhiap itu sudah meninggal.
Tetapi ternyata jenazahnya telah dicuri orang. Rasanya saat ini
kita berada dalam lautan kabut tebal yang tak tahu arah.
Belum tindakan kita untuk mencari jejak pencuri jenazah Thian
cong selesai. Belum lagi usaha kita untuk mencari putera Kim
tayhiap yang mengembara itu berhasil kini tiba2 muncul pula
sebuah hal yang luar biasa anehnya. Dua orang Kim Thian
cong serempak muncul dan hendak menguasai persilatan ..."
Para ketua partai persilatan itupun ikut tegang dan gelisah.
"Pang tayhiap." tiba2 rahib Ceng Sian suthay yang sejak
tadi berdiam diri. kini membuka suara, "apakah engkau tahu
sendiri Kam pangcu telah mati?"
Pang To tik terkesiap, serunya : "Bagaimanakah maksud
suthay ?" "Adakah Pang tayhiap melihat sendiri jenazah Kam Sian
hong pangcu itu ?" kata Ceng Sian suthay.
"Saat itu aku sedang berada digunung ini bersama totiang
sekalian untuk mengurus jenazah Kim tayhiap. Waktu aku
pulang ke Hoasan, ternyata jenazah Kam sute sudah
ditanam." "Siapa yang memerintahkan penanaman itu?"
"Keempat tianglo Hoa-san-pay !"
"Tetapi urusan itu amat penting sekali, mengapa mereka
tak menunggu sampai Pang tayhiap pulang " Adakah mereka
segera memberi kabar kepada Pang tayhiap ?"
Pang To-tik terdiam. Sesaat kemudian ia menjawab :
"Sebenarnya ini suatu rahasia dari perguruanku. Tetapi karena
kuanggap totiang sekalian adalah kawan sendiri maka akupun
akan menerangkan dengan terus terang. Terbunuhnya Kam
sute itu merupakan pukulan yang berat bagi nama partai Hoasan
pay. Oleh karena itu sedapat mungkin keempat tiang-lo
hendak merahasiakan hal itu. Setelah pembunuhnya dapat
ditangkap dan diketahui latar belakangnya, barulah Hoasan
pay akan mengumumkan tentang kematian itu"
"Dimana jenazah Kam pangcu ditanam?" tanya Ceng Sian
suthay pula. Pertanyaan itu membuat sekalian ketua partai
persilatan terkesiap. Mereka heran mengapa rahib ketua partai
Kun-lun pay tiba2 saja bertanya sedemikian melilit.
Pang To-tikpun tertegun. Sejenak kemudian ia berkata :
"Ditanam dalam makam para ciaiw bun-jin Hoa-san-pay."
"Hm," Ceng Sian suthay hanya mendengus
"Adakah suthay hendak menanyakan lain lagi ?" tanya Pang
To-tik. "Untuk sementara ini tidak."
Kemudian Hui Gong berkata : "Dengan demikian
kesimpulan daripada laporan untuk mengejar jejak pencuri
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jenazah Kini tayhiap telah selesai dengan hasil nihil ..."
"Sekarang Ioni minta kepada Hoa pangcu Ceng Sian suthay
dan Sugong In toheng untuk memberikan laporan," kata
paderi dari Sian lim si pula.
"Dalam perjalanan, aku telah mendapat laporan dari
seorang ketua daerah partai kaypang bahwa didalam markas
Kay-pang telah didatangi seorang tetamu yang mengaku
sebagai utusan sebuah partai baru Seng-lian-kau. Bermula
kuanggap laporan itu biasa saja, tetapi ketika tho-cu (ketua
daerah) mengatakan bahwa partai baru itu didirikan oleh Kim
Thian-cong akupun terkejut. Buru2 aku pulang ..."
"Keadaan di markas Kay-pang cukup mengerikan. Pengemis
tua Hoa Sin ini walaupun menjabat sebagai ketua, tetapi tak
mau terikat dengan urusan partai. Boleh dikata dalam setahun
penuh, pengemis tua ini selalu pergi. Karena itu pekerjaan
dalam partai pengemis, dilakukan oleh Su-koay-sin-git, empat
pengemis aneh. Mereka ialah Hoan thong-sin kay atau
Pengemis Kantong-nasi Su Sin, Ciu-kui-sin-kau atau Pengemis
Pemabuk Ko Hin, Hong-tiansin-kay atau Pengemis Gila Ma Cun
dan Sui-kak-sin kau atau Pengemis-doyan-tidur La Bo-gun . . .
"Ngo-koay-sin-git !" seru Ceng Sian suthay.
"Benar suthay," sahut Hoa Sin, "memang sekarang hanya
Ngo-koay-sin-git atau Lima Pengemis aneh. Setelah toasuheng
Han-jiat-sin-kay atau Pengemis Panas-dingin Suma
Kian hilang tak ketahuan jejaknya, Kay-pang mengadakan
rapat dan mengangkut aku si pengemis Jari-enam ini rnenja- ,
di ketua. Ah sebenarnya aku tak suka. Aku lebih suka bebas
mengembara. Baru setelah keempat Sin-kan itu
menyanggupi untuk melakukan pekeijaan partai dan aku boleh
mengembara sekehendak hatiku, akupun baru mau menerima
jabatan itu____" "O.nitohud," seru Hui Gong taysti, "Han sin kay Suma Kian
pangcu seorang tokoh yang sakti dan berbudi. Mengapa dia
tak ketahuan beritanya "."
Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan pula laporannya :
"Ternyata memang orang yang menamakan dirinya sebagai
utusan patai Seng lian kau benar telah datang ke markas
kami. Dia hendak menerimakan undangan supaya partai
Pengemis menghadiri peresmian partai baru itu. Tetapi karena
kata-katanva amat jumawa dan sombong Pengemis gila Ma
Cuo sute marah dan menggebuknya. Mereka bertempur.
Tetapi orang itu teramat lihay sekali. Ma sute dapat dipukul
rubuh demikian pula dengan Pengemis doyan tidur La Bo
gun sute. Dia juga kalah dan terluka. Pengemis Kantong-nasi
Su Sin dan Pengemis Setan arak Ko Hin sute, maju serempak.
Orang itu dikepung oleh anakbuah markas Kaypang. Tetapi
menggunakan obat peledak yang menebarkan asap beracun,
orang itu berhasil meloloskan diri"
Berhenti sejenak Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan lagi :
"Peristiwa itu kupandang sombong. Undangan itu menyatakan
apabila tak datang Partai Pengemiis akan dihancurkan oleh
Seng lian-kau" "Segera aku hendak menyelidiki ke Hoasan" kata Pengemissakti
Hoa Sin, "ditengah pedunungan kulihat seorang kakek
tengah menyerang seorang anakmuda gundul dengan ketololtololan
itu tak mengerti ilmus'lat dan hanya berusaha
menghindar sebisanya. Kulemparkan sekerat kayu untuk
menghentikan. Tetapi orangtua itu menghindar dan celakanya
anak gundul yang hendak kutolong itulah yang terkena dan
terlempar kedalam lembah yang curam....."
"Mati"' tanya Pang To-tik-"Entah karena aku tak sempat
menenngoknya. Kakek itu ternyata salah seorang dari tianglo
Hoasan-pay yang bernama Naga besi Pui Kian marah sekali
kepadaku dan terus menyerang dengan kalap. Tetapi aku tak
mau melayaninya setelah mendapat kesempatan terus
meloloskan diri" "Hm, anak gundul itu tentulah pembunuh dari Kam sute,
"kata Pang To-tik. "Benar, memang Naga-besi Pui Kian mengatakan begitu,"
sahut Hoa Sin. Tiba2 wajah Pang To-tik berobah merah serunya : "Kalau
sudah tahu anak itu musuh Hoasan-pay, mengapa Hoa pangcu
masih tetap hendak campur tangan " Adakah Hoa pangcu
menganggap orang Hoa-san-pay itu boleh dipandang sebelah
mata ?" Sekalian ketua partai persilatan terkejut mendengar kata2
Pang To-tik yang amat taiam itu. Demikian pula Pengemis
sakti Hoa Sin. Bahkan Ia merasa tatapan mata Pang To-tik
kepadanya itu mengandung kemarahan.
"Pang tayhiap." kata Hoa Sin, "dari kejauhan kulihat
seorang lelaki tua tengah menyerang seorang anakmuda
dengan keras sekali. Jelas anak itu tentu akan terlempar jatuh
kedalam jurang. Untuk lari menghampiri tentu membutuhkan
waktu. Mungkin akan terlambat dan anak itu pasti sudah
terlempar kebawah jurang. Akupun tak tahu kalau orangtua
itu ternyata salah seorang tiang-lo Hoa-san-pay. Maka untuk
menolong seorang anak muda yang terancam bahaya maut
dari jauh ku lontarkan sekerat kayu kepada orangtua itu.
Maksudku supaya dia hentikan serangannya. Sama sekali aku
tak bermaksud hendak membela anak dan memusuhi Hoa
san-pay." "Tetapi bukankah Pui Kian tianglo sudah memberi
penjelasan dan engkau tetap melayani serangannya ?" tegur
Pang To-tik. "Oho," Pengemis sakti Hoa Sin tertawa "Maaf sudah
kuminta, tetapi dia masih ngotot menyerang. Apakah Pang
tayhiap suruh aku diam menerima pukulannya ?"
"Hoa pangcu" serentak Pang To-tik bangkit dan
memandang pengemis tua itu dengan memberingas, "musuh
Hoa-san-pay harus Hoa san-pay sendiri yang membereskan.
Kalau pembunuh itu tak ketemu, aku pasti akan minta
pertanggurij an jawab kepadamu !"
Pengemis sakti Hoa Sin tertawa nyaring "Yang tidak tahu,
tidak berdosa. Pengemis tua tidak tahu sama sekali bahwa
Kain pangcu terbunuh oleh seorang pemuda yang tak terkenal
Aku hanya kasihan dan merasa tak adil apabila tiang lo dari
Hoa-san pay menyerang seorang anak muda begitu rupa ..."
"Pang tayhiap," tiba2 Ceng Sian suthay berseru tajam, "ada
suatu keganjilan dalam peristiwa pembunuhan Kam pangcu"
"Silahkan suthay menerangkan hal itu," sahut Pang To-tik.
"Bila menilik keterangan Hoa pangcu tadi bahwa pemuda
itu tentu hancur digempur tiang-lo dari Hoa san-pay, kiranya
aneh sekali kalau Kam Sian-hong pangcu sampai dibunuh oleh
pemuda itu. Apakah dalam hal itu Hoa-san-pay tak salah
menuduh orang yang tak berdosa ?"
Ucapan ketua Kun-lun-pay itu membuka pandangan
sekalian ketua partai persilatan.
"Memang lain perkiraan lain kenyataan." sahut Pang To-tik.
"menilik dengan tianglo Hoa-Mu pay dia sudah tak dapat
berkutik, tak mungkin dia dapat membunuh Kam sute. Tetapi
memang kenyataannya pemuda itulah yang ditangkap oleh
anak murid Hoa-san pay yang mendapatkan dia itu berada
dalam guha dimana Kam sute terbunuh. Tiang-lo Hoa san pay
adalah tokoh yang tahu membedakan mana yang jahat dan
baik, yang bersalah dan yang tidak. Kalau tak ada bukti2 jelas,
tak mungkin tiang lo Hoa san-pay akan menyerang seorang
anakmuda yang tak ngerti silat "
"Soal pemuda itu berada dalam guha tempat terbunuhnya
Kam pangcu, bukanlah suatu bukti bahwa prmuda itulah
pembunuhnya," bantah Ceng San suthay, "apa yang terjadi
dalam terakhir ini memang serba aneh. Misalnya, hilangnya
jenazah Kim tayhiap. munculnya dua tokoh dari selatan dan
utara yang sama mengaku bernama Kim Thian-cong dan
terbunuhnya Kam pangcu. Banyak hal2 yang kita sangka.
ternyata rneleset. Maka baiklah kita jangan cepat2 manjatuh
kan dakwaan sebelum mendapat bukti yang meyakinkan ..."
"Bagaimana mungkin mendapat bukti kalau bukti itu sudah
mati " Pang To-tik menananggapi
'Pang tayhiap," seru Pengemis-sakti Hoa-sin "pengemis tua
takkan ingkar dari tanggung jawab. Akan kucari anakmuda itu.
Apabila dia benar2 sudah binasa, pengemis tua akan
mewajibkan untuk menyelidiki peristiwa pembunuhan itu
sampai mendapat bukti yang terang. Kalau memang dia
pembunuhnya, pengemis tua akan menyerahkan dan
menerima apapun hukuman yang hendak dijatuhkan Hoa-san
pay atas diri pengemis tua. Tapi kalau ternyata bukan dia yang
membunuh, Pengemis tuapun akan mewakilinya meminta
keadilan kepada Hoa san-pay"
Ucapan Pengemis-sakti itu bernada keras ia merasa telah
kesalahan menghantam pemuda itu sampai terlempar kedalam
jurang. Maka ia hendak menebus dosa. Ia masih tak percaya
kalau pemuda itu dapat membunuh Kam Sian-hong.
"Omitohud," Hui Gong taysu berseru, "saat ini musuh
bermunculan mengancam keselamata dunia persilatan dan
partai persilatan. Bersatu teguh, bercerai runtuh.
Meninggalnya Kam pangcu menjadi tanggung jawab kita
semua untuk menyelidiki dan menangkap pembunuhnya.
Mencari hilangnya jenazah Kim tayhiap juga menjadi tanggung
jawab kita bersama. Demikianpun dalam menghadapi teka teki
munculnya dua orang Kim Thian cong itu. Dunia persilatan
terancam kabut hitam dan segera hujan darah pasti akan
mencuiah Karena itu kita harus bersatu. Hapuskan perselisihan
dan dendam peribadi. Satukan tenaga dan pikiran untuk
menghadapi bahaya itu"
"Apa yang taysu utarakan itu. memang tepat sekali."
sambut Ang Bin tojin. "dengan sasah payah selama berpuluh
tahun Kim tayhiap telah berusaha untuk mempersatukan kita.
Masakan jerih payah selama berpuluh tahun akan kita hapus
dalam sehari saja ?"'
Pernyataan kedua ketua partai persilatan yang berpengaruh
itu menimbulkan kesadaran pada diri kdua partai. Terutama
Pang To-tik dan Pengemis sakti yang hampir saja bertengkar.
Kemudian Hui Gong taysu meminta kepada Ceng Sian
suthay untuk memberi laporan.
Rahib ketua Kun lun pay itu segera memberi laporan
Pengalaman yang dialami oleh Sian suthay ternyata tak kurang
menarik. "Peristiwa yang kujumpai memang menarik juga." kata
suthay itu. "tetapipun akan menambah ruwetnya suasana
yang kita hadapi ..."
---o0dw0o--- Jilid 15 Karma. Ceng Sian suthay adalah ketua partai Kun-lun-pay yang
merupakan salah sebuah partai besar dalam dunia persilatan
dewasa itu. Pernyataan rahib itu tentang pengalamannya cukup
menarik perhatian sekalian ketua persilatan yang hadir.
Dan mulailah suthay itu bercerita : "Aku menuju ke selatan
untuk mencari jejak putera Kim tayhiap yang hilang itu.
Sampai tiba i ujung daratan yang berbatasan dengan laut
selatan, tetap belum berbasil kuketemukan sesuatu.
Tetapi laut Lam-hay itu segera membangkitkan ingatanku
akan suatu peristiwa besar yang menyangkut mendiang
orangtuaku dan kepentingan partai perguruan Kun lun-pay.
Segera kuputuskan untuk menyeberangi laut menuju pulau
Hailam. Halaman 6-7 ga ada lebih tampan, lebih pandai bicara.
Bimbanglah hati Gwat-ngo menghadapi persembahan cinta
diri kedua suhengnya itu. Hendak menerima cinta Hong-kiat.
tetapi ia lebih tertarik! kepada Ong Han. Namun kalau
menerima cinta Ong Han, iapun kasihan kepada Hong-kiat.
Diantara simpang jalan antara Kasihan dan Cinta itu.
akhirnya pertimbangan Gwat-ngo lebih condong kepada Cinta.
Cinta itu suara hati tetapi kasihan itu hanya getaran hati.
Kalau ia memilih Hong-kiat, ia merasa lebih kasihan lagi
kepada pemuda itu Karena bukankah suhengnya kesatu itu
nanya menerima cinta yang berdasar rasa kasihan saja " Cinta
yang sesungguh nya bukan keluar dari hati nuraninya yang
tulus" Bukankah dengan demikian suhengnya itu akan men
derita batin " Ah, tak mau Gwat ngo memaksa suara hati nya dan menipu
Hong-kiat. Lebih baik ia berterus terang menolak cinta Hongkiat.
Biarlah suhengnya itu menderita siksaan batin. Tetapi itu
tentu hanya untuk sementara waktu. Kelak tentu suhengnya
itp akan memperoleh seorang gadis yang mencin? tainya. Dan
diam2 Gwat-ngo berjanji dalam hati akan membantu
suhengnya mendapatkan jodoh yang sesuai.
Dengan pertimbangan itu maka mulailah Gwat ngo
membuka hatinya untuk menerima cinta Ong Han, suhengnya
yang kedua. Pergaulan antara kedua muda mudi yang menjadi Suheng
dan sumoay itu makin hari makin akrab. Walaupun sedapat
mungkin Gwat-ngo tak ingin menyakiti hati Hong-kiat karena
melihat hubungannya dengan Ong Han, namun Gwat-ngo ta
dapat menahan suara hatinya yang mendambakan cinta.
Bagaikan sekuntum bunga yang mekar, ia menyambut dengari
gembira akan kedatangan sang kumbang berbulu emas.
Hong-kiat bukan tak tahu akan perkembangan kedua sute
dan sumoaynya itu. Namun ia seorang yang jujur. Ia
mencintai Gwat ngo dengan se tulus hati. Apabila Gwat-ngo
gembira, ia turut gembira. Kebahagiaan Gwat-ngo, merupakan
keba hagiaanya pula. Karena ia selalu ipgih membahagiakan
sumoaynya itu. Melihat hubungan Gwat-nyo dengan
suhengnya yang kedua makin bertambah erat, ia hanya dapat
menghela napas ... Pada suatu hari Pek Thian tojin jatuh sakit
"Sudahlah, kalian tak perlu bersedih." kata nya kepada
ketiga muridnya yang dengan penuh perihatin siang malam
menjaga disampingnya. "setiap awal tentu ada akhir. Apa
yang Hidup tentu Mati. Itu sudah kodrat alam. Yang penting
bukan lah menjaga dan mempertahankan supaya aku tetap
hidup seratus tahun lagi. Karena toh hal itu akan sia2 belaka.
Tetapi haruslah menjaga dan mempertahankan apa yang telah
kulakukan semasa hidupku"
Ketiga anakmurid itu mengangguk.
"Aku mati, bukan suatu hal yang aneh dan patut
disayangkan. Karena setiap manusia tentu tak lnput dari
kematian. Tetapi Pek Thian tojin mati, bukan berarti Kun-lunpay
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mati juga. Kun-lun-pay harus tetap hidup sampai di akhir
jaman. Kun Iuri pay telah menyumbangkan ilmu pusaka dari
bang sa kita yang berupa ilmu silat, baik dengan pukul an
tangan kosong maupun ilmu permainan pedang Dan hal itu
telah diakui oleh dunia persilatan
Berhenti sejenak untuk mengambil napas, ke tua Kun-lunpay
itu berkata pula : "Kun-lun-pay didirikan oleh kakek moyang kita dengan jerih
payah. Maka sudahlah menjadi kewajiban dari anak2 muridnya
untuk menjaga dan mempertahankan perguruan kita itu. Maka
kalau kalian bertiga benar2 cinta dan sayang kepadaku, kalian
harus berlatih keras untuk mencapai tataran kesempurnaan
dari berbagai ilmu kepandaian yang telah kuajarkan itu."
"Baik suhu" kata ketiga murid itu.
Pek Thian tojin tertawa girang. Wajahnv? memancarkan
sinar kebahagiaan. "Puaslah sekarang apabila ajalku tiba" katanya pula,
"Kun-lun-pay pasti tetap jaya di tangan kalian. Namun lepas
dari tanggung jawabku kepada partai perguruan, masih ada
sebuah tanggung jawabku sebagai seorang ayah terhadap
puterinya " "Yah, janganlah engkau terlalu mencemaskan diriku,'' buru2
Gwat-ngo berseru, "aku sudah cukup dewasa untuk menjaga
diriku, Yang penting ayah harus lepaskan pikiran dan
mengasoh secukup-cukupnya agar sakit ayah lekas sembuh"
Pek Thian tojin tersenyum : "Sekarang engkau dapat
mengatakan begitu kepadaku, Gwat. Tetapi kelak apabila
engkau sudah menjadi orang tua. tentu lain lagi bicaramu."
Kemudian orangtua itu berpaling memandang Hong-kiat
lalu Ong Han. "Hong-kiat." katanya kepada murid pertama "kutahu
engkau seorang pemuda yang baik, jujur dan setia. Walaupun
engkau agak lamban berpikir tetapi engkau penuh tanggung
jawab. Sifat itu amat diperlukan pada pimpinan partai Kun lunpay
. . " Lalu Pek Thian memandang Ong Han: '"Han engkau
seorang pemuda yang berbakat, cerdas dan tangkas. Sifat2 itu
juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin partai perguruan.
Maka aku agak bingung untuk menentukan, siapakah yang
kelak a-kan kuserahi pimpinan perguruan Kun lun-pay."
"Suhu," cepat Ong Han berkata, "harap suhu jangan
berbanyak pikiran. Toasuhenglah yang harus mengganti
kedudukan sebagai pemimpin Kun-lun-pay karena toa suheng
adalah murid pertama"
Pek Thian tojin mengangguk : "Benar, memang demikianlah
naluri pergantian pimpinan pada tiap partai persilatan. Murid
pertama harus yang diangkat sebagai pengganti suhunya.
Tetapi aku mempunyai pendirian lain. Pengganti pimpinan
partai Kun-lun pay takkan didasarkan atas u-rut-urutan
kedudukan muridnya tetapi akan berdasar pada kecakapan
dan rasa tanggung jawabnya terhadap partai Kun-lun-pay".
"Engkau lebih cerdas dan lebih cakap," kata Pek Thian tojin.
"Tetapi toa suheng lebih jujur, setia rasa dan besar
tanggung jawabnya," tukas Ong Han.
"Itulah sebabnya maka aku bingung," Pek Thian tojin cepat
merebut pembicaraan. Setelah itu ia merogoh kebawah kasur
tempat tidurnya. Sesaat kemudian ia sudah mencekal
sebatang pedang dengan kerangkanya. Kerangkanya terbuat
dari kayu cendana yang diukir macam bentuk seekor naga.
"Inilah pedang pusaka Ceng-lui-kiam." kata Pek Thian
tojin". sekarang hendak kupersilahkan kalian untuk memilih :
pedang atau kerangkanya."
"Hong-kiat, sebagai murid pertama, engkau kuberi
kelonggaran untuk memilih lebih dahulu." serunya kepada
Hong-kiat. Tetaoi pemuda jujur itu menolak : "Maaf, suhu murid tak
mempunyai pilihan Baik pedang maupun kerangkanya, murid
tetap akan menerimanya dengan penuh hormat dan tanggung
jawab." Diam2 Pek Thian tojin memuji kejujuran muridnya yang
pertama itu. Lalu ia suruh Ong Han yang memilih. Bermula
Ong Han juga menolak tetapi karena didesak oleh suhu dan
toa-suhengnya, akhirnya mau juga ia memilih lebih dulu.
"Baiklah, suhu," katanya seraya tampil rneng hampiri
pedang, "biarlah murid memilih pedangnya saja."
"Hong-kiat, apakah engkau sudah rela mendapat kerangka
pedang ?" tanya Pek Thian.
"Murid telah mengatakan, apapun yang akan diterimakan
kepada murid, tentu akan murid jaga dan rawat dengan
sebaik-baiknya." sahut Hong-kiat.
"Jika begitu, ambillah kerangka pedang Ceng Iui-kiam ini"
kata Pek Thian. Setelah Oog Han mengambil pedang dan Hong kiat
kerangkanya maka berkata pula Pek Thian tojin.
"Memang nasib itu sudah digariskan kepada kalian berdua,"
katanva, "Ong Han, engkau memelih pedang itu berarti
engkau memilih isi atau buahnya. Isi atau buah itu yalah ilmu
pelajaran dari partai Kun-lun-pay."
Berhenti sejenak ketua partai Kun-lun-pay itu berkata pula :
"Engkau telah memiliki delapan bagian dari ilmu kepandaian
partai kita. Dan apa yaitu; dapat kuajarkan kepadamu
memang hanya sampai pada tataran itu. Tetapi sesungguhnya
masih ada dua bagian ilmu pusaka partai kita yang lenyap . . "
"Oh," Ong Han terkejut. "dapatkah kita menggali lagi ilmu
itu. suhu ?" "Adakah engkau mempunyai minat untuk mencari ilmu
pusaka kita yang hilang itu ?"
Ong Han mengiakan : "Benar suhu. Murid hendak
memperlengkapi ilmu kepandaian partai Kun lun-pay agar
dapat menambah kejayaan partai kita"
"Bagus, muridku." seru Pek Thian tojin, "tetapi hal itu tidak
mudah." "Suhu," kata Ong Han. "apapun yang akan terjadi demi
kepentingan partai kita. murid sanggup untuk melakukan,
sekalipun harus terjun kedalam lautan api. Mohon suhu suka
memberi petunjuk." Karena melihat kesungguhan hati muridnya, Pek Toian
tojinpun lalu memberi penjelasan : "Sbenarnya kitab pelajaran
ilmusilat partai Kun-lun pay terdiri dari 10 buah Yang berada
disitu hanya delaoan buah. Masih ada dua buah yang berada
di Mongolia. "Di tempat siapa ?" tanya Ong Han.
"Seorang pertapa sakti yang tinggal di kota Ulan Bator."
"Mengapa suhu tak pernah mencoba kesana" tanya ong
Han pula. Pek Thian tojin menghela napas : "Aku sudah berulang kali
kesana tetapi senantiasa gagal. Ketahuilah muridku. Orang
sakti itu.memang aneh dan berilmu tinggi. Dia memberi tahu
kepadaku, bahwa aku tak berjodoh dengannya."
Ong Han heran dan menyanakan nama o-rang saksi itu.
"Entah siapa namanya. Pokok asal engkau tiba disana, dia
tentu akan tahu sendiri. Tanpa engkau cari dia akan datang
sendiri kepadamu apa bila engkau memang berjodoh. Tetapi
kalau engkau tak mempunyai rejeki, dia akan memberitahu
dengan surat." "Suhu, ilmu apakah yang berada padanya?" tanya Ong Han.
"Yang satu ilmu tutukan jari dari jarak jauh dan yang satu
ilmu pedang terbang."
Ong Han tertarik dan menyatakan akan pergi ke Ulan Bator.
Kemudian Pek Thian tojin berkata kepada ong-kiat:
"Muridku, engkau memang seorang jujur dan penerima.
Karena engkau menerima pohonnya maka engkaulah yang
menggantikan aku sebagai ketua Kun-lun-pay apabila kelak
aku menutup mata." "Suhu ..." "Jangan membantah, Hong-kiat." cepat Pek Thian tojin
mencegah Hong-kiat yang hendak ber kata. "itu memang
sudah ketentuan nasib. Yang memilih buah, akan mendapat
ilmu pelajaran Kun lun-pay. Yang memilih pohon, akan
mendapat kedudukan sebagai ketua Kun-lun-pay."
Demikian keputusan yang diambil Pek Thian tojin Dan
keesokan harinya berangkatlah Ong Han menuju ke Mongolia.
Suatu perjalanan yang jauh dan sukar.
Beberapa bulan kemudian penyakit Pek Thian tojin makin
berat dan akhirnya menutup matalah ketua Kun-lun pay itu.
Sebelum meninggal. Pek Thian tojin telah menyerahkan
sebuah kim-long atau surat rahasia kepada puterinya Gwatngo.
So tahun kemudian, baru kim-long itu boleh dibuka.
Li Hong-kiat menjalankan kedudukan sebagai ketua partai
dengan hati2 dan bertanggung jawab. Sampai setahun
lamanya, belum juga Ong Han pulang.
Karena sudah tiba waktunya maka Gwat-ngo pun segera
membuka Kim-long dari ayahnya, la nyata surat warisan itu
berisi pesan bahwa apabila dalam waktu setahun Ong Han
sudah pulangi Gwat ngo boleh menikah dengan dia. Tetapi apa bila
sampai setahun tak pulang maka Gwat-ngo supaya menikah
dengan Hong-kiat. Gwat Ngo termenung-menung membaca surat peninggalan
ayahnya. Sampai beberapa hari ia masih bingung dan
bermuram durja. Hong-kiat yang selalu memperhatikan
dirinya, segera menanyakan sebab2 kelesuan sumoaynya itu.
Gwat-ngo-pun terpaksa menunjukkan surat ayahnya itu.
Hong-kiat tak sampai hati memaksa sumoay nya. Ia tahu
sumoaynya itu lebih mencintai Ong Han. Maka ia berkata :
"Lebih baik kita tunggu setahun lagi. Tentulah sute sudah
pulang." Gwat-ngo terharu akan kejujuran toa-Suheng nya. Namun
betapapun ia tak dapat memaksa suara hatinya.
Tak terasa setahun pun telah habis lagi dan Ong Han tetap
belum muncul. "Sumoay, jangan bersedihlah, mari kita menunggunya lagi
satu tahun," kata Hong-kiat menghibur sumoaynya.
Amat terharu sekali Gwat-ngo dibuatnya atas kecintaan
yang tiada taranya dari toa-suheng Itu. Diam2 ia mulai
mengagumi peribadi Hong-kiat yang luhur.
"Toa-suheng," katanya dengan penuh haru. "kita sudah
cukup bersabar menunggu sampai tiga tahun. Apabila tahun
yang terakhir ini suheng tetap tak pulang, marilah kita
laksanakan perintah ayah . , "
Rupanya memang nasib telah menggariskan perjodohan
Gwat-ngo dengan Hong-kiat. Sampai tahun yang ketiga, tetap
Ong Han tak pulang. Karena merasa telah lebih dari cukup
menunggunya, akhirnya Gwat-ngo melangsungkan pernikahan
dengan Hong-kiat. Keduanya hidup bahagia dan di-karunia
seorang puteri. Pada waktu Ong Han pergi ke Mongolia, kaisar Goan-si cou
yang berasal dari Mongol, telah wafat. Terjadilah
pemberontakan diseluruh negeri yang hendak menumbangkan
kekuasaan pemerintahan Goan. Diantara yang berhasil dalam
gerakan itu yalah Cu Goan-ciang yang kemudian mengangkat
diri menjadi kaisar Beng.
Selama terjadi huru hara pemberontakan2 itu, dunia
persilatanpun mengalami pergolakan hebat. Muncullah
gerombolan Topeng Hitam yang memaksa partai2 persilatan
untuk menentang Cu Goan ciang dan menunjang
pemerintahan Goan lagi. Partai persilatan yang menolak, tentu
dihancurkan Pemimpin gerombolan Topeug Hitam itu seorang muda
yang sakti sekali kepandaiannya entah berapa banyak jago2
silat Tiong-goan yang telah mati dibawah pedang pusakanya.
Kesaktian dan keganasan pemimpin gerombolan Topeng
Hitam benar2 merontokkan nyali setiap kaum persilatan.
Usaha mereka hampir berhasil ketika tiba2 muncullah Kim
Thian-cong. Topeng Hitam yang menghancurkan. Kim Thiancong.
yang membangun pula. Topeng Hitam mendukung
pemerintahan Go-an, Kim Thian-cong menunjang kerajaan
Beng. Akhirnya bertemulah kedua tokoh itu dimuara sungai Hekliong-
kiang (sungai Naga hitam) Da lam pertempuran dahsyat
yang berlangsung sampai sehari semalam itu. akhirnya Kim
tayhiap dapat menutuk pedang pusaka Ceng-lui-kiam hingga
jatuh kedalam sungai. Tetapi Kim tayhiappun menderita luka
sebuah tusukan pada bahunya.
Kemudian Kim tayhiap berhasii mencabut topeng kain hitam
dari pemimpin gerombolan itu dan tahu siapa sebenarnya dia.
Orang itu pucat. "Bunuhlah" katanya dengan gagah.
"Siapa engkau ?" tanya Kim tayhiap.
"Tak perlu engkau tahu namaku !"
"Ha, ha" Kim Thian-cong tertawa, "walaupun engkau tak
mau memberitabu tetapi aku dapat mengenali ilmu
perguruanmu. Bukankah engkau anak murid . . "
'Tutup mulutmu!" cepat orang itu berteriak "aku mau
menyerah tetapi dengan syarat !"
Kini Thian-cong menimang Orang yang umur nya sebaya itu
ternyata seorang tokoh dunia persilatan Tionggoan. Murid
sebuah partai persilatan termasyhur dan menjadi salah satu
dari ketujuh partai persilatan besar.
"Katakan syaratmu !" seru Kim Thian-cong.
"Aku mau menyerah bukan berarti aku kalah kepadamu
Tetapi aku hanya mengalah. Aku akan mengundurkan diri dari
keaktipan didunia persilat an dan mengasingkan diri. Tetapi
engkau tak boleh menyelidiki siapa namaku dan tak boleh
menyiarkan diriku kepada dunia persilatan."
Kim Thian-cong menimbang bahwa syarat itu tidak berat
maka iapun segera menyanggupi.
"Tetapi ingat, setiap saat kudengar orang membicarakan
siapa sebernarnya diri pemimpin gerombolan Topeng Hitam
itu, pasti engkaulah yang menyiarkan. Dan aku tentu akan
bergerak lagi untuk menghancurkan seluruh partai2 persilatan
dan engkau !" "Baik, ucapan seorang lelaki adalah ibarat seekor kuda yang
lepas. Sekali lari takkan dihenti kan lagi." seru Kim Thian-cong,
"tetapi engkaupun harus ingat. Begitu kudengar engkau dan
gerombolanmu bergerak mengacau dunia persilatan lagi aku
tentu akan membuka kedok rahasia dirimu dan akan mengajak
seluruh partai persilatan untuk meminta pertanggungan jawab
kepada partai perguruanmu !"
Demikian keduanya mengakhiri pertempuran dengan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebuah perjanjian yang aneh. Namun karena perjanjian itu
telah diucapkan oleh dua tokoh silat yang sakti, keduanyapun
sama2 pegang janji. Sejak mulai saat itu, gerombolan Topeng
Hitampun menghilang dari dunia persilatan.
Lima tahun kemudian pada suatu hari Li Hong-kiat dan
isterinya terkejut ketika menerima kedatangan Ong Han.
Dengan panjang lebar Ong Han segera menuturkan
pengalamannya selama berada di daerah Mongol la berhasil
bertemu dengan orang Mongol sakti itu dan diberi ajaran Hoagong-
ci atau Jari penggurat-langit dan ilmu Hui-kiam atau
Pedang-terbang tetapi dengan syarat, sebelumnya aku harus
sanggup melaksanakan sebuah perintah dari orang sakti itu.
"Tekadku, aku takkan pulang sebelum membawa kedua
ilmu sakti itu." kata Ong Han "maka kuterima permintaannya.
Aku diperintah untuk mencarikan Ular katak yang hanya
terdapat di danau Balehasj di daerah barat"
Ong Han berhasil menemukan danau itu dan menyelam ke
dasar danau Ia berhasil menangkap seekor Ular katak, sejenis
binatang aneh yang kepalanya seperti ular tetapi badannya
katak. Tetapi ketika ia hendak membawa ular-katak itu ia telah
dikepung oleh suku Kazak dan ditawan.
Ong Han diberi minuman obat yang menghilangkan
kesadaran pikirannya lalu diajak oleh suku Kazak berperang
melawan lain suku. Dua tahun lamanya ia membantu kepada
suku Kazak. Setelah perang selesai dan dianggap berjasa,
maka diapun dibebaskan. Ular-katak diberikan kepadanya lagi begitu pula iapun
disembuhkan dari kehilangan kesadaran pikirannya, Kemudian
bergegas ia kembali ke U-lan Bator. Tetapi orang sakti itu
sudah makin parah sakitnya.
Dengan minum ular-katak itu, dapatlah jiwa orang Mongol
itu tertolong tetapi dia lumpuh. Tubuhnya tak dapat bergerak.
Untung luh sebelumnya orang itu sudah menyiapkan lukisan
dalam sebuah buku. Ong Han disuruh melakukan gerakan
sesuai dengan lukisan itu. Dua tahun lamanya Ong Han belajar
dengan cara itu. walaupun masih kurang sempurna tetapi ia
sudah dapat mencapai delapan bagian.
Pada suatu hari sepulang dari berbelanja ke kota. Ong Han
mendapatkan suhunya itu mati di bunuh orang. Mulut suhunya
itu masih menggigit seketat daging kecil. Ternyata ujung jari
kelingking orang. Ong Han menduga, ketika hendak dibunuh suhunya masih
dapat menggigit jari kelingking mu suh. Ong Han menyimpan
bukti itu, Ada lagi sebuah hal yang mengherankan pada mayat
suhunya. Telunjuk jari suhunya itu menuding kearah lantai.
Ong Han yang berotak cerdas segera merang kai dugaan.
Digalinya lantai itu dan ternyata memang terdapat sebuah
kotak kecil terbuat dari kulit kerbau. Ketika dibuka isinya
sebuah surat yang menyatakan bahwa kedua buah kitab
pusaka yang berisi ilmu kesaktian itu tersimpan dalam Kuil
Kuning di luar tembok istana kaisar Goan.
Dahulu orang Mongol itu diangkat menjadi kepala Kuil
Kuning. Tetapi karena dia kesalahan pada kaisar maka dijatuhi
hukuman mati, Tetapi ia ditolong oleh It Sian tojin. Untuk
membalas budi, kepala Kuil Kuning itu menyerahkan delapan
buah kitab pelajaran ilmu sakti. It Sian tojin kemudian menjadi
ketua dari partai Kun-lun-pay.
"Itulah sebabnya maka aku sampai sekian lama baru
pulang," kata Ong Han kepada toa-su hengnya Hong-kiat.
Atas pertanyaan Ong Han. Hong-kiat yang telah menjadi
ketua Kun-lun pay menhela napas.
"Selama lima tahun ini banyak sekali pero-bahan yang telah
terjadi." katanya, "suhu telah menutup mata dan akupun
terpaksa menerima jabatan sebagai ketua . , . "
Ah, sudah selayaknya suheng melakukan tugas itu." kata
Ong Han dengan nada lepas.
"Gwat-ngo, tulunglah engkau ambilkan surat peninggalan
suhu itu," kata Hong-kiat. Tak berapa lama Gwat ngopun
keluar lagi dengan menyerahkan sebuah sampul surat.
"Sute . . maafkan, aku terpaksa melaksanakan pesan suhu."
kata Hong-ktat. Habis membaca, wajah Ong Han tetap tenang, katanya :
"Akulah yang bersalah, suheng. Bahkan suheng sudah
memberi kelonggaran waktu lebih dari yang dipesan suhu.
Semoga suheng dan sumoay dapat hidup bahagia , . "
Sejak itu tinggallah Ong Han di markas Kun lun-pay. Tetapi
sikapnya sekarang jauh berbeda dengan dahulu. Dia berobah
menjadi seorang pendiam dan suka melamun.
"Sute. mengapa engkau sekarang suka bermenung
melamun seorang diri ?" tegur Hong-kiat.
Ong Han hanya mengatakan tak apa2 Tetapi setelah
didesak oleh suhengnya barulah ia menyatakan kalau
memikirkan tentang dua buah kitab pusaka yang masih
tersimpan dalam Kuil Kuning
"Suheng, kejayaan Kun-lun-pay harus kita bangun dan
kembangkan seluas-luasnya. Ilmu yang termaktub dalam kitab
pusaka itu tiada ternilai saktinya. Dengan memiliki ilmu
Pedang-terbaag yang sudah beratus tahun lenyap. Kun lunpay
akan menjagoi dunia persilatan,"
"Lalu bagaimana kehendakmu'" tanya Hong-kiat.
"Aku tetap hendak mencari kitab pusaka itu" sahut Ong
Han. "Tetapi penjagaan disana tentu ketat sekali" katr Hong kiat.
"Itulah sebabnya aku selalu termenung memikirkah hal itu,"
sahut Ong Han. Hong-kiat tertarik akan tujuan sutenya yang mulia.
Bukankah sutenya itu berjuang keras demi membangun
kejayaan Kun-lun-pay. "Ah, dia berjuang begitu gigih dan aku " Aku hanya enak2
berada dalam markas dan menikah dengan sumoaynya, Belum
pernah aku keluar untuk melakukan tugas kepentingan partai"
diam2 Hong-kiat menilai dirinya.
Dia seorang jujur. Maka segera ia menawarkan tenaganya
untuk menemani sutenya menuju ke kota raja.
Demikian kedua suheng dan sute itu segera berangkat.
Urusan partai diserahkan kepada Gwat ngo.
Lebih kurang enam bulan kemudian, pada suatu hari tiba2
muncullah Ong Han dengan membawa luka2 berdarah. Sudah
tentu Gwat-ngo terkejut sekali.
"Mana suheng ?" tanyanya cemas.
Ong Han tak menyahut melainkan bercucur an airmata . . .
"Oh." Gwat-ngo menjerit, "benarkah dia . .. dia . . celaka .?"
Dengan terbata-bata Ong Han menceritakan bahwa dalam
usahanya menyelundup ke dalam Kuil Kuning, ia dan
suhengnya telah dipergoki oleh para penjaga disitu. Terjadi
pertempuran dengan barisan siwi (pasukan istana) yang lebih
besar jumlahnya dan terdiri dari tokoh2 silat sakti.
Hong-kiat rubuh dan terluka berat. Bermula Ong Han
mengamuk dan hendak adu jiwa untuk membalas kematian
suhengnya tetapi dalam detik2 masih dapat bernapas, Hongkiat
mencegah dan menyuruhnya pulang.
"Sute, biarlah satu yang mati jangan dua-dua. Kita harus
tetap menegakkan Kun-lun pay. Dan tolonglah engkau rawat
sumoay dan anaknya..."
"Bermula aku tak mau," Ong Han melanjut kan
keterangannya, "tetapi karena suheng tetap mendesak,
akhirnya aku terpaksa membuka jalan-darah dan meloloskan
diri ..." Gwat-ngo tersedu-sedu mendengar berita itu. Betapapun,
Hong-kiat. itu adalah suaminya yang yang mencintai dan
menyayanginya. Sampai beberapa bulan Gwat-ngo tetap
bersedih. Untunglah ada Ong Han yang selalu menghiburnya.
Waktu berjalan pesat sekali. Musim panas berganti musim
rontok lalu musim dingin. Dan setelah mengalami musim yang
menggigilkan tubuh dan merawankan hati itu, akhirnya tibalah
musim semi, musim yang memberi harapan pada semua
mahluk di semesta alam. Sering dengan kedatangan musim semi yang indah
gemilang itu. mulai cairlah kabut kesedihan yang
menyelubungi hati Gwat-ngo si janda kembang yang masih
muda belia itu. Belaian kata2 yang dirangkai indah oleh mulut Ong Han
yang pandai bicara, bagaikan sinar matahari yang memancar
di musim semi. Memberikan kegairahan dan menimbulkan
harapan hidup dalam hati Gwat-ngo. Kelayuan dan kelesuan
hidup janda itu, mulai merekah kegairahan dan harapan. Dan
bersemi pulalah benih2 asmara yang pernah menjalin antara
ia dengan Ong Han dahulu.
Cinta pertama, selalu berkesan. Ketika Ong Han
menyatakan isi hatinya maka Gwat-ngopun menyambutnya
dengan sepuluh jari. Demikian keduanya segera hidup menjadi suami isteri
dengan bahagia. Setahun kemudian pada suatu malam, Ong Han menerima
kedatangan seorang tetamu. Secara kebetulan, Gwat ngo dari
balik dinding ruangan dapat mendengar pembicaraan mereka.
Rupanya orang itu seperti menagih janji kepada Ong Han.
Ong Han beibangkit dan masuk kedalam kamar. Rupanya
timbul kecurigaan dalam hati Gwat ngo. Ketika Ong Han
masuk, ia pura-pura tidur.
Ternyata Ong Han mengambil sarung pedang yang
tergantung pada tembok. Sarung pedang itu yalah kerangka
dari pedang Ceng-lui-kiam.
Gwat ngo terkejut. Pada saat itu juga ia hendak menegur
tetapi pada lain kilas ia mempunyai lain pemikiran. Untuk
apakah Ong Han mengambil kerangka pedang itu " Ah,
baiklah ia membiarkan saja dulu dan ia hendak tahu apa yang
a-kan dilakukan Ong Han dengan sarung pedang itu.
Setelah mengambil sarung pedang, Ong Han terus keluar
dan menyerahkan kepada tetamu itu. Kemudian seielah
berbicara sebentar, keduanya tertawa lalu berbangkit dan
melangkah keluar. Dengan hati2 Gwat-ngo mengikuti mereka. Tiba di sebuah
hutan yang sunyi, sekonyong-konyong Ong Han menghantam
orang itu. Karena tak menyangka nyangka, orang itu tak
sempat menangkis dan rubuh.
"Penghianat Ong Han, engkau menghianati janji . . .
sebagai upah untuk mencelakai suheng-mu, engkau memberi
balasan begini ..." orang itu berteriak sekuat-kuatnya tetapi ia
tak dapat melanjutkan kata-katanya karena saat itu Ong Han
menendangnya kedalam jurang . . .
Bukan kepalang kejut Gwat-ngo ketika menyaksikan
peristiwa itu Setelah Ong Han pergi, ia terus turun ke jurang
untuk menolong orang itu.
Orang itu menderita luka parah. Tetapi berkat ilmu tenaga
dalamnya yang tinggi, ia masih dapat! bernapas. Ternyata dia
seorang Mongol murid orang sakti dari kota Ular Bator yang
memberi pelajaran ilmu tutukan jari jarak jauh dan ilmu
Pcdang-terbang kepada Ong Han. Dengan begitu orang itu
masih pernah suheng dari Ong Han
Gwat ngo melekatkan telapak tangannya ke punggung
orang itu untuk menyalurkan tenaga-dalamhya. Tak berapa
saat orang itupun sadarkan diri Ketika mengetahui Gwat ngo
itu isteri Hong-kiat, orang itu menangis minta maaf.
"Maafkan aku nyonyah" katanya, "aku Tol-tai, telah ditipu
Ong Han untuk membunuh suamimu . . dia berjarji . . hendak
memberikan kerangka pedang Ceng lui kiam . . tetapi ternyata
ta curang dan menghantam aku . . "
"Apakah suamiku sudah mati ?" seru Gwat ngo gopoh.
"Dia terluka parah dan kubuang dalam jurang. Entah mati
entah hidup . . " 'Mengapa engkau menghendaki kerangka pedang itu ?"
tanya Gwat ngo pula. Belum Toltai menjawab tiba2 diatas tebing terdengar suara
Ong Han berteriak-teriak memanggil Gwat-ngo.
Rupanya setelah pulang dan tak mendapatkan Gwat ngo
berada di tempat tidur, Ong Han terkejut Ia kuatir terjadi
sesuatu dengan Gwat-ngo Ia mencari kemana mana tetapi
tetap tak bertemu. Akhirnya timbullah kecurigaan, bukan
mustahil Gwat-ngo mengetahui peristiwa kedatangan tetamu
dari Mongol tadi. Ia mulai gelisah lalu menuju ke jurang
tempat pertempuran tadi. "Hai, mengapa engkau disitu Gwat-moay ?" serunya
terkejut ketika matanya yang tajam melihat sesosok tubuh
wanita sedang berjongkok menolong seorang lelaki. Buru2 ia
lari menuruni jurang 'Celaka . . dia datang lagi," kata Toltai tersendat2, "nyonya .
. lekaslah engkau lari . . "
'Tidak," sahut Gwat-ngo tegas, "aku hendak membuat
perhitungan dengan manusia serigala itu !"
"Jangan . . dia lebih sakti . . engkau tentu menderita . . "
"Biarlah aku mati asal penghianat itupun mati !" Gwat ngo
tetap menolak. "Nyonyah . . loloslah sabukku dan gunakan untuk
menghadapi serangan Gig Han. Sabuk itu terbuat dari Swat
coa (ular saljo) yang telah membeku digurun salju Siberia
selama ratusan tahun. Selain mampu menahan senjata, pun
apabila mengenai tubuh lawan, lawan tentu akan menggigil
kedinginan dan lumpuh tenaganya," dengan paksakan diri
Toltai memberi keterangan.
Gwat-ngo menurut dan saat itu Ong Hanpun sudah tiba
dihadapan mereka. "Gwat-moay, mengapa engkau berada disini" tegur Ong
Han dengan memberingas. Sebelum Gwat-ngo menyahut, Toltai sudah mendahului:
'Anjing Ong Han perbuatanmu yang durhaka telah kuberi tahu
kepada nyonyah ini. Engkau . manusia , . berhati serigala . . "
"Tutup mulutmu, anjing !" Ong Han membentak dan
lepaskan sebuah hantaman dengan meng gunakan ilmu Hoagong-
ci atau Jari-pengguratlangit,
Terdengar Toltai menjerit
ngeri tetapi menyusul itu,
Ong Hanpun menjerit, seram terus melarikan diri.
Ternyata serempak pada waktu Ong Han menghancurkan Toltai, Gwat-ngopun segera
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyabat dengan sabuk Swat-coa-han-kut-tay, sabuk
ular salju, Bahu Ong Han termakan ujung sabuk. Seketika menggigillah dia
Tenaganya serasa hilang Menyadari bahaya yang mengancam,
Ong Han terus melarikan diri . . .
"Jahanam, sampai ke ujung langitpun tetap akan kucarimu
!" G vat ngo mengejarnya:
Tetapi akhirnya Ong Han dapat meloloskan diri juga.
Setelah mengejar beberapa lama, tiba2 Gwat-ngo merasa
pusing dan akhirnya jatuh. Ternyata dia sudah mengandung
tiga empat bulan. Perasaan marah, gemas dan dendam yang
membakar hatinya telah menyebabkan hawa dalam tubuhnya
bergejolak keras dan darahnya berhamburan keras
Ia malu, menyesal dan menderita guncangan batin yang
hebat sehingga setelah sadar dari pingsannya, ia berobah
linglung pikirannya, la tak mau kembali ke Kun-lun san tetapi
merantau ke pegunungan dan hutan belukar. Bahkan ketika
melahirkan bayi, ia membuang bayi itu ditengah hutan Ia malu
dan jijik merawat anak dari seorang manusia yang berhati
binatang seperti Ong Han. Dan sejak itu ia hilang lenyap tiada
beritanya. Partai Kun-lun pay geger karena kehilangan ketuanya yang
baru yalah Ong Han serta Gwat-ngo. Demikianpun tak hentihentinya
anak perempuan yang baru berumur tiga tahun itu
menangis mencari ibunya. Untunglah datang seorang rahib tua yang bernama Giok Im
sengbo yang bersedia mengambil anak perempuan itu. Setelah
anak perempuan itu besar ia diperbolehkan kembali ke gunung
kun lun. Kebetulan tiang-lo yang menjabat sebagai pejabat
ketua partai Kun lun-pay telah meninggal maka nona itupuh
diangkat sebagai penggantinya.
"Demikianlah sekelumit kissah sedih yang pernah melanda
partai Kun lun-pay, ''Ceng Siar suthay mengakhiri ceritanya.
'O, nona itu tentu suthay sendiri,"kata An? Bin-tojin ketua
Bu tong pay. Ceng Sian suthay mengangguk.
"Tetapi bagaimana suthay tahu akan riwayat! itu "
Bukankah suthay saat itu masih berumur tiga tahun?"' seru
Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay
Ceng Sian suthay tersenyum : "Sudah tentu suhuku yang
memberitahu. Demikian pula tentang Lam hay It soh, pun
suhu menceritakan juga Dia. bukan lain yalah Ong Han, orang
yang telah menganiaya ayahku dan mencelakai ibuku !"
"Omitohud" seru Hui Gong taysu, "dendam itu laksana bisul,
mudah timbul sukar dilenyapkan Sekalipun sembuh tetapi
tetap meninggalkan bekas Mengapa suthay masih
mengandung rasa dendam, kepadanya " Bukankah dia akan
menderita sendiri akibat perbuatannya itu ?"
Ceng Sian suthay tak menyahut melainkan termenung
diam. Rupanya terjadi pertentangan dalam batinnya.
"Memang telah kuusahakan hal itu sekuat tenagaku,"
katanya sesaat kemudian, "dan sudah lama aku tak
memikirkan persoalan itu. Tetapi pada saat aku tiba di laut
selatan dalam rangka mencari putera Kim tayhiap yang hilang'
itu, tiba' saja timbullah hasratku untuk menuju ke pulau
Hailam." "Apakah tujuan suthay ke sana ?" tanya Ang Bin tojin.
"Bermula hanya ingin menjenguk dan membuktikan apakah
Lam-hay It-soh itu benar paman guruku Ong Han." kata Ceng
Sian suthay. "Benarkah dia itu ?" seru Hong Hong tojin.
"Aku sendiri memang tak ingat lagi bagaimana wajah
paman guruku dahulu," kata Ceng Sian suthay, "maka ketika
berhadapan muka, iapun menerima kedatanganku dengan
ramah. Setelah berbicara beberapa saat, akupun segera
memperkenal kan siapa diriku yang sesungguhnya. Dia
terkejut sekali dan pucat lesi ..."
'Omitohud," seru Hui Gong taysu pula, "dosa memang tak
ubahnya seperti bayangan. Kemanakah orang hendak lari dan
bersembunyi, tetapi rasa dalam hati telah berbuat dosa itu,
tetap akan membayanginya ..."
"Dalam tanya jawab dengan dia, dapatlah ku ketahui bahwa
ia membunuh ayahku karena marah melihat ayah telah
menikah dengan ibuku. Dia masih mencintai ibuku dan tak rela
kalau ibu dipersunting lain orang ..."
Beihenti sejenak Ceng Sian suthay melanjutkan :
"Sebenarnya aku sudah naik darah mendengar keterangannya
itu tapi segera dapat kumaklumi perasaan seorang pemuda
yang sedang dimabuk Asmara. Cinta itu memang buta dan
dapat membuat orang kalap dan gelap . . "
Berhenti sejenak, Ceng Sian suthay melanjut kan ceritanya
pula. "Ketika kutanyakan tentang pedang pusaka Ceng-lui-kiam.
ia menjawab bahwa pedang itu telah terlepas jatuh kedalam
bengawan Hek-liong-kiang ketika ia melangsungkan
pertempuran hebat dengan Kim Thian-cong."
"Kemudian kutanyakan pula tentang sarung pedang Cengliong-
kiam. Kukatakan bahwa pedang Ceng lui-kiam itu
menjadi haknya karena o-leh sucou (kakek guru) telah
diberikan kepadanya Tetapi sarung pedang itu adalah hak
milik ayahku. Maka aku berhak untuk meminta.
Mendengar pertanyaau itu, Lam-hay It-soh menghela napas
panjang : "Sarung pedang itu telah dicuri oleh muridku".
"Siapa namanya ?" tanyaku.
"Sui Kim-san," jawab Lam-hay It soh.
"Mengapa tak engkau kejar " Bukankah engkau tahu bahwa
sarung pedang itu hak milik su-hengmu yang pada suatu hari
kemungkinan dapat mencarimu untuk meminta barang itu ?"
kutegur-nya dengan tajam.
Kembali Lam hay It soh menghela napas.
"Aku tak dapat melakukan hal itu." katanya.
"Mengapa ?" "Karena puteriku telah meninggalkan surat apa bila aku
mengejar dan membunuh Kim-san, puteriku itupun akan
bunuh diri." kata Lam-hay Is-soh
"Mengapa begitu "' tanyaku pula, "apakah hubungan
puterimu dengan muridmu Kim San itu"
"Puteriku juga kuberi pelajaran ilmusilat bersama Kim san.
Hubungan kedua suheng dan su-moay itu erat sekali tak ubah
seperti engkoh dan adik. Aku merasa gembira dan
membiarkan mereka bergaul bebas. Ternyata pada suatu hari
telah terjadi hal yang sama sekali tak pernah kuduga-duga.
Kim san dan puteriku minggat dengan membawa sarung
pedang Ceng lui kiam. Dan meninggalkan surat itu."
"Apakah engkau melarang mereka menjadi suami isteri ?"
tanyaku. "Bukan melarang tetapi hanya memperingatkan bahwa saat
ini mereka jangan memikirkan lain2 hal tetapi harus
menumpahkan seluruh perhatian untuk belajar silat. Kelak
setelah selesai baru lah nanti aku akan membicarakan soal
perjodoan mereka. Tetapi rupanya mereka telah tergoda oleh
nafsu sehingga terjadi peristiwa itu."
"Apakah mereka sudah mengadakan hubungan gelap ?"
"Begitulah menurut pengakuan dalam surat puteriku itu. Ia
mengatakan kalau sudah mengandung"
"Mengapa mereka harus melarikan diri" Bukankah Kalau
mereka mengaku terus terang akan perbuatan mereka,
engkau tentu akan memberi maaf?"
"Anakku hanya seorang itu . . . "
"Bohong !" kubentaknya keras, "bibit siapakah yang
terkandung diperut ibuku kala itu ?"
Lam-hay It-soh gemetar mendengar kata kataku. Wajahnya
pucat lesi dan tubuhnya lemah lunglai
"Tetapi bukan maksudku hendak meninggalkan ibumu.
Dialah yang marah dan hendak membunuhku"
"Seharusnya memang begitu. Karena engkau seorang
manusia berhati serigala .'" kudampratnya.
Lam-hay lt soh menundukkan kepala berdiam diri.
"Siapa nama anakmu ?" tanyaku pula. "Kui giok"
'Pernahkah engkau mendengar berita tentang mereka ?"
Lam-hay It-soh gelengkan kepala : "Sejak peristiwa itu
batinku telah menderita pukulan hebat. Aku jemu dengan
dunia persilatan. Aku tetap a-kan tinggal disini sampai di akhir
hayatku." Kutatapnya orang itu. Berbagai pikiran berkecamuk dalam
batinku saat itu. Apakah aku harus melampiaskan dendam
darah ayahku atau apa kah kubiarkan saja dia hidup tersiksa
batinnya " '"Suthay," tiba2 ia memanggil namaku dengan sebutan
suthay, "bukankah kedatanganmu ini hendak menuntut balas
atas kematian ayahmu ?"
"Hm," aku hanya mendengus.
"Silahkan bunuh aku." katanya dengan nada paserah, "aku
takkan balas menyerang ataupun membela diri. Aku sudah
merasa berdosa kepada ayahmu atau suhengku sendiri dan
ibumu . . " "Dosa selalu membayangi setiap pembunuh!"
"Karena itu, bunuhlah aku. Agar aku lekas terbebas dari
penderitaan hidup." Aku mendengus : "Yang memberi jiwamu, bukan aku maka
akupun tak berhak mencabutnya.-
Lam-hay It-soh menghela napas. Tiba2 matanya
memberingas. serunya : "Ceng Sian, apakah maksudmu
kemari "'* "Pertama, hendak melihat wajah seorang paman guruku
yang katanya tinggal di pulau ini. Ke dua. untuk menyaksikan
betapakah wujutnya seorang manusia yang begitu sampai hati
untuk men celakai suhengnya sendiri dan begitu longgar dada
untuk merebut isteri suhengnya. Dan ketiga, untuk
menanyakan perihal sarung pedang yang menjadi hak milik
ayahku." "Keinginanmu yang pertama, telah terkabul, Beginilah
macamnya manusia yang tak layak menjadi paman gurumu.
Keinginanmu yang'kedua, pun telah terkabul. Inilah manusia
yang berhati binatang itu. Keinginanmu ketiga, juga telah
mendapat jawaban Carilah orang yang bernama Sui Kim san
dan mintalah sarung pedang itu kepadanya. Tetapi masih ada
sebuah keinginan yang belum engkau utarakan"
"Apa ?" tanyaku.
"Engkau harus menuntut balas atas kematian ayah
bundamu !" seru Lam hay It-soh.
"Mengapa aku harus menuntut balas" Bukankah tanpa
kutuntut engkaupun sudah dituntut oleh karma dosamu. Kalau
engkau kubunuh, engkau tentu segera mati. Suatu hal yang
jauh lebih enak apabila kubiarkan engkau hidup dalam
cengkeraman karmamu ..."
"Ceng Sian, engkau kejam !" teriak Lam-hay It soh terus
mencabut sebatang badik dan diangsurkan kemuka. 'Ceng
Sian, bunuhlah aku, bunuhlah aku . . "
Aku terkejut melihat kekalapan Lam-hay It soh. Kulihat saat
itu dia sudah kehilangan kesadarannya. Dengan mata merah
memberingas, ia maju memberikan badik itu kepadaku. Aku
terpaksa mundur. Namun dia tetap mendesak maju seperti
orang gila. Aku ketakutan sendiri lalu berputar tubuh loncat
keluar. "Ceng Sian. engkau sungguh kejam . . " ia menjerit panjang
untuk kemudian tak bersuara lagi.
Saat itu aku sudah lari beberapa tombak. Ketika mendengar
teriakannya yang bernada ngeri aku terkejut dan cepat
berpaling kebelakang. Ah... Lam-hay It-soh sudah rubuh
berlumuran darah. Cepat aku lari kembali untuk menolongnya. Kulihat dadanya
tertanam badiknya sendiri.
"Mengapa engkau bunuh diri sendiri ?" tegurku rawan.
Betapun dia masih paman guruku. Dalam keadaan yang
sedemikian mengenaskan, timbullah rasa kasihanku.
"Aku memang tak layak hidup. Dosaku ber gelimpangan.
Lekas. Ceng Sian, waktu . . hanya tinggal sedikit sekali . . ' ia
mulai terengah-engah "dengarkanlah pesanku . . "
"Paman, dosamu sudah kumaafkan . . "
"Ah. terlambat Ceng Sian," katanya makin lemah. Wajahnya
mulai tampak kuning, "badik yang tertanam didadaku ini . .
pusaka dari guruku di Ular Bator, disebut badik Hong-cui-tian
(badik Air Kuning), sebuah badik yang keramat dan ganas.
Barangsiapa terkena badik ini mayatnya akan menjadi cairan
air kuning . . " "Paman . . " Ceng Sian berseru kaget.
"Dan sebentar lagi, akupun segera akan menjadi cairan
juga. Tetapi aku tak menyesal, Ceng Sian. Sekarang
dengarkanlah pesanku terakhir . . Pertama, ampunilah
kesalahanku terhadap ayah dan ibumu . . "
"Paman, telah kumaafkan semua kesalahanmu "Baik, Ceng
Sian, dengan begitu dapatlah nanti aku berangkat ke alam
baka dengan tenang hati Kedua, sarung pedang Ceng lui-kiam
milik ayahmu yang kuambil kemudian dicuri oleh muridku Kim
san itu. sebenarnya merupakan sebuah peta tempat simpanan
kitab pusaka sakti. Apabila dapat menemukan kitab pusaka itu
dan dapat mempelajari isinya, tentu dapat menjadi tokoh silat
yang tiada tandingannya didunia . , "
Ia berhenti sejenak untuk beristirahat lalu me lanjuikan pula
: "Carilah si Kim-san itu dan rebutlah kembali sarung pedang
milik Kun-lun-pay yang telah diwariskan kepada ayahmu itu . "
"Baik, paman" "Dan pesanku ketiga atau yang terakhir, carilah anakku si
Kui-giok itu dan berikanlah suratku kepadanya . surat itu
kutaruh dalam almari pakaianku. Dan apabila sebentar lagi
tubuhku jadi cairan air kuning, janganlah engkau tanam tetapi
masukkanlah tulang kerangkaku dalam sebuah peti dan
taruhlah .didalam guaku. Biar kelak si Kui-giok yang
menyelesaikannya . . Badik Hong-cui-tian ini, kuberikan
kepadamu . . "Paman, benarkah ayahku sudah mati ?" tanyaku gugup
karena melihat keadaannya sudah makin payah.
"Soal itu aku tak pasti. Kemungkinan besar dia tentu sudah
mati. Setelah kurusakkan wajahnya lalu kulempar kedalam
lembah. Oh, suheng ampunilah dosaku . .
Ceng Sian terkejut dan mengira Ong Han a-tau Lam-hay Itsoh
sudah meninggal tetapi ternyata beberapa saat kemudian,
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia membuka mata kembali dan berkata dengan makin lemah.
"Sebenarnya setelah menamatkan pelajaran dari suhuku
Tofara di Ulan Bator itu, akupun diusulkan olehnya menjadi
pengawal keraton kaisar Goan atau Kubilai Khan Melihat
kesaktian dan kecerdikanku, kaisar telah mengangkat aku
menjadi panglima istimewa yang ditugaskan untuk membasmi
partai persilatan di Tiong-goan.
Agar jangan menyangkut nama baik kerajaan Goan maka
kubentuk sebuah gerombolan Topeng Hitam yang mengganas
dan membasmi partai2 per silatan yang tak mau tunduk pada
pemerintah. Usahaku hampir berhasil seluruhnya andai kata
tak muncul seorang jago muda yang bernama Kita Thian cong.
Karena kalah, akhirnya aku mengadakan perjanjian kepadanya
untuk takkan muncul lagi dalam dunia persilatan . . "
"Nah. kiranya sudah cukup. Ceng Sian. Kurasakan kakiku
sudah mulai lunglai. Aku tak dapat lama2 lagi bicara Pesanku
terakhir . . jagalah tegaknya partai Kun . . lun . , pay . . "
"Paman . . " Ceng Sian berseru tetapi ternyata Lam-hay Itsoh
sudah putus jiwanya. "Akupun segera melakukan semua pesannya" Ceng Sian
suthay mengakhiri laporannya kepada ketujuh ketua partai
persilatan. Para ketua partai persilatan itupun tertarik akan penuturan
rahib ketua Kun-lun-pay. "Lalu usaha suthay dalam mencari jejak putera Kira tayhiap
itu ?" tanya Hui Gong taysu. Ceng Sian suthay menghela
napas. "Hampir tak berhasil kecuali mendengar berita tentang
munculnya rombongan yang aneh. Seorang pemuda blo'on
dengan pengiringnya dua orang kakek linglung, seekor anjing
kuning, burung raiawali dan monyet hitam. Tetapi aku belum
sempat menyaksikan rombongan orang aneh itu. Ku jelajahi
sepanjang pesisir wilayah selatan sehingga tibalah waktunya
aku harus berkumpul lagi. di pun cak Giok-li-nia sini."
"O. baiklah suthay," kata Hui Gong taysu lalu berpaling
kepada Sugong In ketua Kong-tong pay. Tetapi belum sempat
ia membuka mulut, Ceng Sian sudah berkata pula.
"Ah, maaf, taysu," kata rahib itu, "ada sebuah peristiwa
kecil yang lupa kuceritakan."
"O, silahkan menutur," kata Hui Gong taysu. "Ketika aku
kembali ke daratan dari pulau Hainan itu pada suatu hari aku
berjumpa dengan seorang wanita bersama seorang gadis
cantik. Wanita itu agak aneh. Dia mengenakan kerudung kain
hitam pada mukanya. Entah bagaimana rupanya merekapun
tampaknya heran melihat aku berjalan seorang diri di
sepanjang pesisir. "Suhu," tiba2 gadis itu berkata kepada wanita berkerudung
itu, "aneh, seorang rahib berjalan seorang diri di tepi pantai.
Dan apakah suhu tak melihat sesuatu yang mencurigakan
pada diri rahib itu ?"
Saat itu kita sudah berselisih jalan. Kedua wanita itu sudah
berada beberada langkah dibelakang Namun masih kudengar
juga pembicaraan mereka. "Apa yang engkau lihat pada rahib itu ?" tanya siwanita
berkerudung muka. "Jubahnya bagian bawah seperti terdapat noda darah . . "
kata gadis itu. "Benar ?" wanita berkerudung menegas.
"Benar, suhu" kata si gadis.
"Hm. kalau begitu kita tanya pada rahib itu" kata wanita
berkerudung pula. "Gadis cantik itu telah mendahului suhunya untuk lari
mengejar aku" Ceng Sian suthay bercerita lebih lanjut.
"Hai, berhenti dulu suthay" seru si gadis.
"Apakah li-sicu perlu dengan aku?" tanyaku.
"Ya," sahut gadis cantik itu, "dari manakah suthay ini dan
hendak kemanakah " Mengapa suthay tampak begitu tergopoh
?" "Aku habis dari pulau Hailam dan hendak pulang. Hari
begini malam dan awan begitu gelap aku harus lekas2
pnlang." sahut Ceng Sian
"Tetapi mengapa pakaian suthay berlumuran noda darah ?"
tanya gadis itu pula. Ceng Sian suthay terkejut. Memandang keba wah
pakaiannya. Ia kerutkan kening lalu menyahut:
"Ah, aku habis menolong orang yang terluka . . "
'"Siapa '" gadis itu masih mendesak.
"Soal itu tak ada hubungan dengan Li-sicu Nah, kiranya
sudah cukup kita bicara, aku segera melanjutkan perjalanan
agar jangan sampai ter timpah hujan," kata Ceng Sian suthay
seraya terus gunakan ilmu gin-kang lari pesat menyusur jalan
sepanjang pantai. "Hai, suthay. berhentilah . . " gadis itu terkejut dan terus
mengejar. Tetapi ia ketinggalan jauh dibelakang dan akhirnya
kehilangan jejak Ceng Sian suthay yang sudah melenyapkan
diri kedalam gerumbul pohon.
"Nah. hanya sekelumit peristiwa itu yang lupa kuceritakan,"
kata Ceng Sian suthay kepada para tokoh persilatan.
Hui Gong taysu mengangguk : "Adakah suthay kenal pada
wanita berkerudung dan gadis itu"
Ceng Sian suthay gelengkan kepala : "Tidak Hanya ketika
dalam perjalanan kemari, tiba2 aku mendapat kesan,
kemungkinan wanita berkerudung dan muridnya itu hendak
menuju ke Hailam juga."
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "apakah suthay hendak
maksudkan bahwa wanita berkerudung itu . . .
"Kemungkinan memang dia itu puteri dari Lam-Hay It soh
tetapi aku tak berani memastikan. Sebenarnya aku hendak
kembali ke Hailam lagi untuk mencarinya tetapi mengingat
Pahlawan Harapan 1 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Cinta Bernoda Darah 13
"Bagaimana ?" "Engkau harus mampu mengalahkan aku !"
"O," desah pemuda Liok, "apakah ucapanmu itu dapat
dipercaya ?" "Aku tak pernah ingkar janji. Tidak seperti pemuda macam
engkau yang telah mengelabuhi aku begitu hina"
Merah muka pemuda Liok itu, serunya: "Baik, harap engkau
jangan menyesal" "Kita bertempur dengan senjata atau tangan kosong ?" seru
pemuda Liok pula. "Dengan senjata. Karena dengan senjata yang tak bermata
itu segeralah dapat diputuskan, mati atau menang," seru Kimlian
dengan geram. Rupanya ia masih penasaran sekali
terhadap pemuda itu "Baik, silahkan engkau menghunus senjatamu" seru
pemuda Liok. Kim-lian melolos ikat pinggangnya yang terbuat dari sutera
warna merah muda. Tar . . sekali gentak. sutera yang lemas
itu segera meledakkan bunyi menggelegar yang keras.
Diam2 pemuda Liok terkejut. Baru saat itu ia menyadari
bahwa Kim lian itu memiliki tenaga dalam yang hebat.
"Hai, mengapa engkau tak menghunus senjata?" seru Kim
lian ketika melihat pemuda itu tegak
"Senjataku telah engkau rampas ketika menjadi orang
tawanan," sahut pemuda itu, "memang tak perlu aku harus
memakai senjata hanya menghadapi engkau saja."
Merah wajah Kim-lian. Cepat ia berpaling pada rombongan
sumoaynya : "Sumoay. beri pedang kepadanya."
Seorang nona segera menghampiri pemuda Liok dan
menyerahkan sebatang pedang. Pemuda itu menganggap,
baik juga ia menggunakan untuk menghadapi lawan yang
tentu berkepandian tinggi.
Sesaat pemuda itu mencekal pedang maka berserulah Kimlian
seraya gerakkan kain ikat pinggangnya : "Awas, terimalah
seranganku " Terdengar bunyi menggelegar gelegar macam cambuk
melecut di udara ketika ikat pinggang mulai bertebaran di
udara. Kemudian ikat pinggang yang panjangnya tak kurang
dari 3-4 tombak itu segera meliuk liuk dan melingkar-lingkar
macam ular sedang meluncur di permukaan air
Pemuda Liok acungkan batang pedang kemuka dada.
Pandang matanya mencurah kearah pedang. Selekas ikat
pinggang bertaburan menumpuk kearahnya. iapun serentak
memutar pedangnya. Seketika timbullah sebuah lingkaran
sinar putih berkilat yang menyelubungi tubuh pemuda itu.
Tring, tring, tring..... Terdengar dering menggemerincing. ketika kain ikat
pinggang beradu dengan pedang. Padahal ikat pinggang itu
sutera yang lemas tetapi ditangan Kim-lian, sutera itu dapat
beroba'h sekeras baja Dapat dibayangkan betapa hebat
tenaga-dalam murid nomor tiga daii Partai Melati itu.
Pertempuranpun berlangsung seru. Sekalian orang terlongo
menyaksikan pemandangan yang mempesonakan. Sepintas
seperti bukan suatu pertandingan adu jiwa. melainkan sebagai
sepasang ular naga yang sedang bercengkerama di laut.
Pemuda Liok itu terkejut melihat permainan I Kim-lian.
Tetapi ia tetap tak gentar dan bahkan bulatkan tekatnya untuk
memenangkan pertandingan itu. Karena kalau kalah, kawankawannya
tentu celaka. Diam2 Kim lianpun kaget menyaksikan ilmu pedang pemuda
yang tampaknya seorang lemah itu. Akhirnya ia mendapat
akal. Tiba2 ia memutar kain pinggangnya makin seru dan
gentar untuk melibat pemuda itu. Beberapa saat kemudian
tiba2 ia lepasan ujung kain pinggang. Kain pinggang itu tetap
berputar putar untuk melibat tubuh pemuda Liok.
Kemudian ia merogoh kedalam baju dan mengambil
segenggam benda putih sebesar telur burung laluTiraikasih
website http://kangzusi.com.
ditimpukkan kearah lawan yang sedang terlibat kain pinggang.
Begitu terbentur lingkaran kain pinggang, benda kecil2 itupun
pecah, menghamburkan asap putih yang wangi.
Serempak pada saat Kim-lian menimpukkan benda kecil
yang terakhir, tiba2 dari dalam lingkaran ikat pinggang itu
meluncurlah pemuda Liok keudara lalu berjumpalitan dan
bagaikan seekor burung camar menukik ke laut, iapun sudah
melayang kearah Kim lian.
Kim-lian terkejut dan hendak menghindar mundur tetapi
kalah cepat dengan pemuda Liok. Selekas turun kebumi,
dengan tangkas sekali pemuda itu loncat maju menusuk
tenggorokan Kim-lian "Menyerah atau mati ?"'
Ternyata pemuda itu tak mau meneruskan tusukannya
melainkan cukup melekatkan ujung pedang ke tenggorokkan
Kim-lian. Sekalian murid Partai Melati terkejut dan hendak bergerak
maju menolong tetapi pemuda Liok membentak "Hayo. siapa
yang berani maju selangkah saja nona Kim-lian ini tentu
kubunuh" "Apa permintaanmu ?" akhirnya Kim lian bertanya
"Sadarkan semua kawan-kawanku itu !" seru pemuda Liok.
Kim lian segera memberi perintah kepada para sumoaynya.
Gadis itupun segera menolong menyadarkan rombongan
Blo'on. Tetapi selekas sadar dari pingsannya, kakek Lo Kun
melonjak bangun dan meneriaki pemuda Liok : "Hai, jangan
mengganggu nona cantik disini. Bisa keliru dengan isteriku !"
Karena terkejut, pemuda Liok berpaling. Kesempatan itu
digunakan sebaik baiknya oleh Kim-lian. Cepat ia menybiak
ujung pedang lalu menyelinap kebawah dan menendang, plak
.... karena tak menyangka-nyangka pemuda itu lengah dan
termakanlah perutnya dengan kaki si nona. Ia terlempar
sampai empat lima langkah jauhnya . .
'"Saudara Liok . . ," Kho Pik-giam dan Bok kausu bergegas
lalu menghampiri. Demikian pula dengan kakek Lo Kun, kakek
Kerbau Putih dan Bio"on.
Tampak pemuda Liok duduk bersila pejamkan mata.
Rupanya dia tengah menjalankan peredaran tenaga-dalam
untuk menyalurkan darah dalam tubuhnya.
Rupanya Kakek Lo Kun menyadari bahwa dialah yang
membikin celaka pemuda Liok. Karena ia berseru maka
pemuda itu berpaling dan akibatnya menerima tendangan.
"Hai kemana nona itu !" kakek Lo Kun terus hendak
memaki Kim lian tetapi alangkah kejutnya ketika nona itu
sudah lenyap. Demikian pula dengan lain2 anakmurid2 Partai
Melati. Ternyata ketika orang2 itu sibuk menghampiri pemuda Liok,
Kim-lian terus lalu masuk ke dalam markas. Melihat itu gadis2
yang lainnyapun mengikuti.
Kakek Lo Kun penasaran. Ia hendak mengejar gadis2 itu.
"Kakek, jangan ..." tiba2 pemuda Liok berseru mencegah.
Lo Kun terkejut dan berhenti. Ketika melhat yang bicara itu
pemuda Liok. ia gembira 'O. engkau sudah sembuh ?"
Pemuda Liok mengangguk: "Jangan mengejar mereka
Mereka sudah cukup menderita. Markas mereka sudah
terbakar dan beberapa orang pimpinan telah mengalami
peristiwa yang menyiksa hati mereka. Biarlah mereka dapat
sadar akan kesesatan dan mau kembali lagi ke jalan yang
benar." Demikian rombongan itu segera keluar dari lembah Melati.
Bok Kiang dan Kho Pik-giam kembali ke Hong-yong-hu tetapi
pemuda Liok mengatakan hendak meneruskan
pengembaraannya. "Kalau begitu ikut saja kepada rombongan kita," kata kakek
Lo Kun. "bolehkah engkau engkoh ..." kata pemuda itu kepada
Blo'on. "Sudah tentu boleh." sahut bloon, "pokok asal engkau mau
menderita bersama kita bertiga"
Pemuda Liok tertawa girang.
---ooo0dw0ooo--- Musyawarah Waktu berjalan pesat sekali. Tak terasa sudah tiga bulan
lamanya sejak tokoh2 partai persilatan itu meninggalkan
puncak Giok-li-nia untuk mencari jejak putera Kim Thian cong
yang bernama Kini Yu-yong dan mencari pencuri yang
mengambil jenazah Kim Thian cong.
Maka hari itu. tepat seperti yang telah diputuskan bersama,
berkumpul pula ketua2 tujuh partai persilatan di Wisma
Perdamaian. Hui Gong taysu dari Siau-lim-pay, Ang Bin tojin ketua Butong
pay. Hong Hong tojin dari Go bi-pay. Ditambah dengan
Pang To-tik wakil, pimpinan Hoa-san-pay, keempat tokoh itu
bertugas untuk mencari pencuri mayat Kim Thian cong. Tetapi
yang datang baru tiga orang, Pang To-tik belum tampak
datang. Dari tiga ketua partai persilatan yang gas mencari jejak Kim
Yu-yong baru dua yang datang yam Ceng Sian suthay rahib
pimpinan Kun-lun pay dan Sugong In ketua Kong-pay.
Pengemis sakti Hoa Sin belum tiba.
Kedatangan tokoh2 itu disambut oleh Goan pa, murid
pertama dari mendiang Kim Thian cong Tetapi ada suatu
keheranan yang menghinggapi perasaan kelima tokoh2 itu
ialah tak nampaknya Liok Sian-li, murid ketiga dari Kim Thian
cong. "Dimanakah Liok sicu?" akhirnya Hui Goan taysu
menanyakan diri murid perempuan itu.
"Ah," Tio Goan-pa mendesah. Sikapnya agak jengkel dan
putus asa, "Liok sumoay memang keras adatnya Sudah
kucegah tetapi dia tetap tak mau membatalkan niatnya. Dia
telah pergi untuk mencari jejak Kim sute ..."
'O," desuh Hui Gong taysu terkejut, "bukankah soal itu
sudah diambil alih oleh tiga cianpwe yang bertanggung jawab"
Lebih baik kalau Liok sicu tinggal saja di guuung ini, jangan
pergi kemana-mana." "'Ah. maafkan sam-sumoayku itu, taysu" kata Tio Goan pa
berkabut sesal, "memang dia keras perangainya. Selalu tak
dapat dicegah apa yang telah menjadi kehendaknya."
Rupanya sekalian ketua partai persilatan itu dapat
menerima alasan dari Tio Goan-pa.
Keadaan Wisma Perdamaian tetap seperti tahun2 yang lalu
dimana dahulu mendiang Kim Thian cong sering menerima
kunjungan dari tokoh2 persilatan.
Kelima ketua partai persilatan itupun duduk berkumpul di
oaseban Wisma Perdamaian, paseban yang banyak memberi
kenangan kepada mereka Tiga bulan yang lalu, di paseban itulah mereka menjaga
peti jenazah It-ci-sin-kang Kim Thian cong dalam menerima
kunjungan tokoh silat yang datang ke puncak Giok-li-nia. Ada
yang datang untuk melawat penguburan jenazah bekas
pemim-pm dunia persilatan itu. Ada pula yang sengaja datang
untuk menunaikan hasrat mereka membalas dendam.
Sambil menunggu kedatangan Pengemis-sakti Hoa Sin dan
Pang To-tik, maka Hui Gong taysu ketua Siau lini si memulai
pembicaraan dengan memberi laporan tentang perjalanannya
bersama Hong Hong tojin ketua perguruan Go-bi-pay menu ju
ke Tibet mencari jejak lhama Hong-san-koay-ceng.
"Dari keterangan yang kita peroleh sepanjang jalan
dapatlah kami ketahui bahwa lhama itu menjadi murid biara
Peh-liong-bio di gurun Gumatak" kata ketua Siau-lim-si, "dan
kesanalah aku dan Hong Hong toheng."
"Gupala, kepala biara Peh-liong bio terkejut ketika
menyambut kedatangan kami," kata Hui Gong pula, "Lhama
itu menerangkan bahwa Hon koayceng, sudah sejak beberapa
tahun telah dan sampai saat itu belum kembali lagi"
"Kemudian atas pertanyaan kami, lhama menerangkan
bahwa Hong-sat-koay ceng itu adalah suhengnya. Namanya
yang sesungguhnya ialah Panda lhama. Sebenarnya sebagai
murid kepala. Panda Ihamalah yang mengganti sebagai kepala
dan biara Peh liong bio Tetapi entah bagaimana, guru mereka
telah mengangkat Gupala. Sejak itulah maka Panda Ihama
pergi dan gurun Gumutak"
'Kemudian kami meminta keterangan lebih jauh pada
Gupala tentang permusuhan antara Panda lhama dengan Kim
tayhiap." kata Hui Gong tio
"Lalu bagaimana keterangan lhama itu" Tanya Ang Bin tojin
ketua Bu-tong pay. "Kulihat Gopala seorang lhama yang jujur dan taat
beribadah," kata Hui Gong taysu, 'dia mengatakan bahwa tak
begitu jelas tentang dendam permusuhan itu. Tetapi ia
memang ingat bahwa pada suatu hari Kim tayhiap memang
pernah berkunjung ke biara Peh-iiong bio dan bertemu dengan
Kosala, lhama besar yang menjadi guru dari Gupala dan Panda
lhama." "Apa yang dibicarakan oleh kedua orang aku tak tahu," kata
Gopala lhama, "tetapi kulihat guru telah mempersilahkan Kim
tayhiap masuk dalam ruang semedhinya. Guru pesan kepada
seluruh anakmurid bahwa selama tiga hari tiga malam tidak
boleh masuk keruang semedhi. Barangsiapa berani melanggar,
akan dihukum. Apa yang dilakukan lhama besar Kosala
dengan Kim Thian-cong, tak ada orang yang tahu. Yang
kuketahui, selama tiga hari tiga malam itu, keduanya tak
pernah keluar dan ruang semedhi," kata Gopala.
"Tetapi tepat pada hari ketiga tiba2 muncullah Panda
suheng." kata Gopala pula, "ia berkeras hendak minta
menghadap guru. Karena takut akan larangan guru, terpaksa
kucegahnya. Tetapi Panda suheng tetap memaksa dan akupun
tetap merintanginya. Akhirnya ia lupa lalu memukul aku...."
"Terpaksa aku membela diri sehingga terjadilah
pertempuran dengan suheng. Rupanya Panda suheng malu
dan marah karena tak dapat merubuhkan aku. Tiba2 ia
melancarkan sebuah pukulan yang belum pernah kuketahui
Muka dan dadaku serasa terbakar karena dilanda pukulan
suheng itu. Akupun rubuh pingsan ..."
"Ketika aku sadarkan diri," demikian Gopala melanjutkan
penuturannya, "kulihat guru sedang menyalurkan tenagadalam
untuk menolong aku. Setelah aku sadar, beliau lalu
memberiku minum obat dan suruh aku beristirahat. Kulihat
wajah guru tampak gelap sekali. Jelas dia amat marah kepada
tindakan suheng." "Panda" tegur guru kepada suheng, "tahukah engkau akan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kesalahanmu ?" 'Ya, guru," kata suheng dengan khidmat," memang muiid
mengaku bersalah. Tetapi murid hendak menghaturkan
laporan penting tentang sebuah kitab pusaka yang murid
ketemukan dalam sebuah ..."
"Tentang laporan itu, jangan dibicarakan dulu" tukas
Kosala, "sekarang akan kupertimbangkan tentang
kesalahanmu. Panda, engkau tahu apa akibatnya engkau
berani masuk kedalam ruang semedhi ini?"
Panda tersipu-sipu mengatakan tak tahu.
'Hm, perbuatanmu itu Panda, telah menghancurkan nama
baikku. Aku kalah janji dengan Kim taybiap. Dan aku harus
mengaku kalah kepadanya ..."
Panda lhama terkejut. Sejenak iu berpaling, memandang
Kun Thian-cong. "Dan yang kedua, Panda," kata Kosala pula, "engkau telah
melukai sutemu sendiri. Tahukah! engkau apa hukuman bagi
murid yang melukai saudara seagamanya ?"
"Dikurung dalam ruangan selama tiga tahun" kata Panda.
'Benar," sahut Kosala, "tetapi masih ada la in soal lagi.
Engkau telah melukai Gopala dengan pukulan yang bukan
ajaran dari perguruan kita. Dengan begitu jelas engkau telah
berguru kepada lain aliran. Siapakah gurumu itu " Dan
pukulan apakah yang engkau gunakan terhadap Gopala ?"
Panda lhama pucat wajahnya.
"Hong-sat-ciang adalah pukulan ganas dari kaum lhama
kuning di lembah Altai. Jelas engkau tentu berguru kepada
mereka!" Panda lhama diam saja. "Panda." aoakah engkau tak dapat bicara?" tegur guru
Kosala dengan tajam. "Apakah yang murid harus katakan lagi, guru ?" Panda
menjawab. "Jadi engkau memang sudah mengakui apa yang telah
kukatakau tadi ?" "Mana titah guru, murid tentu tak berani membantah,"
sahut Panda. Tiba2 wajah Kosala lhama berobah tegang.
"Panda," serunya dengan nada memberingas, "kami para
lhama dari daerah gurun Gumutak ini menganut dan
menjunjung Dhai Lama. Sedang kaum lhama dari daerah
pegunungan Altai, menjunjung Panchen Lhama. Beda yang
dipuja, beda pula pendiriannya. Oleh karena jelas engkau
telah menggabungkan diri dengan kaum Panchen Lhama maka
kaum dan perguruan Gumutak tak dapat menerima engkau
lagi !" Panda berobah wajahnya tetapi sesaat kemudian dia
tampak tenang. "Apa katamu, Panda" seru Kosala.
"Murid menempuh jalan menggabung dengan kaum
Panchen Lhama adalah demi menyelidiki kitab pusaka itu. Dan
kini murid telah berhasil mendapat keterangan tentang buku
itu . , . " "Panda' tukas guru besar Kosala Ihama-lhama penganut Dai
Lhama harus menempuh jalan suci dan pendirian yang kokoh.
Untuk memperjuangkan mencari kitab pusaka itu. memang
boleh. Tetapi tidik diperbolehkan untuk merobah pendirian,
menggabungkan diri pada kaum yang beda haluannya. Lebih
baik tak mendapatkan kitab itu kalau kita harus kehilangan
pendirian !" Panda tetap berdiam diri.
"Sekarang dengarkanlah keputusanku," seru Kosala pula,
"sejak saat ini engkau sudah bukan menjadi murid kaum
penganut Dhai Lhama lagi, Sejak saat ini ergkan tak boleh lagi
menginjak biara Pek liong kut ini "
Panda tertegun "Adakah keputusan guru itu tak terlalu berat dengan
imbalan jasa yang hendak kupersembahkan ?"' serunya sesaat
kemudian. "Keputusan itu menurut garis ketentuan pimpinan Dhai
Lama yaug agung !" seru Kosala.
"Baiklah, guru " kata Panda, "karena demikian keputusan
guru, muridpun hendak tinggalkan tempat ini. Atas budi yang
guru limpahkan kepada murid selama ini murid akan tetap
ingat sampai mati dan tentu akan membalasnya."
Panda memberi hormat lalu hendak keluar,
"Tunggu dulu. Panda," kata Kosala "masih ada sesuatu
yang penting kepadamu."
Panda berhenti lalu menghadap kearah guru nya : "Silahkan
guru memberi titah "
"Panda, oleh karena engkau sudah bukan murid perguruan
ini lagi, maka engkaupun harus mengembalikan apa yang
engkau peroleh dari sini."
Panda terbelalak. "Maksud guru ?" tanyanya sesaat kemudian.
"Ilmu kepandaian yang engkau peroleh dari sini, harus
engkau kembalikan." "Oh," Panda mendesuh, "artinya murid harus menjadi
lhama biasa seperti tatkala murid datang kemari pada pertama
kali ?" Lhama besar Kosala mengangguk.
"Adakah guru hendak merusakkan tubuh murid "' tanya
Panda. "Sesungguhnya memang harus begitu, Panda, kata Kosala,
"tetapi hatiku tak sampai. Maka ku-berimu kelonggaran ..."
Ia merogoh keluar sebuah botol kecil dari batu kumala.
menuangkan dua butir pil warna merah dan putih,
"Yang putih ini, akan menghapus tenaga-dalam bagian Im
(negatip) dan yang merah ini, melenyapkan tenaga dalam
bagiau Yang. Kcdua-duanya harus engkau telan sekarang
juga." kata guru besar dari biara Peh liong-bio.
Panda lhama menyambuti dengan gemetar.
Sejenak memindang kedua butir pil itu ia terus menelannya.
Memberi hormat kepada Kosala dan terus hendak pergi.
"Tunggu duiu, Panda, tiba2 Koala berseru
Dan setelah Panda berhenti, guru itupnun berkata "Jangan
Buru-buru pergi dahulu. Coba mengangaan mulutmu ..."
Panda terkesiap. Memandang gurunya dengan mata
berkilat-kilat lalu mengangakan mulut. Kosala menghampiri
memeriksa mulut Panda lalu berkata : "Baiklah, Panda,
silahkan engkau pergi dan mudah-mudahan engkau hidup
bahagia". Demikian Gopala lhama mengakhiri penuturannya kepada
Hui Gong taysu dan Hong Hong tojin
"Aneh, yang menghukumnya gurunya sendiri, mengapa
Panda lhama si Hong-sat-koay ceng itu mendendam kepada
Kim tayhiap ?" tanya Ang Bin tojin.
Hui Gong taysu mengangguk : "'Memang sepintas
tampaknya janggallah perbuatan Panda si Pasir Kuning itu.
Tetapi kuduga tentulah ada sesuatu yang menyebabkan ia
mendendam kepada Kim tayhiap. Sayang karena waktunya
terbatas, terpaksa kami berdua kembali. Mengingat waktu
perjalanan masih sisa dua tiga hari, maka akupun pulang ke
Kosan dan Hong Hong toheng ke Gobi Ternyata gereja Siau
lim sipun telah mengalami peristiwa yang aneh dan
mengejutkan !" "Peristiwa bagaimana ?" tanya Ang Bin tojin
"Beberapa waktu yang lalu, gereja Siaulim si telah
kedatangan serombongan oiang aneh terdiri dari seorang
pemuda, dua orang kakek dan tiga ekor binatang piaraannya,
burung rajawali, anjing dan kera"-kata Hui Gong taysu.
"Ketiga orang itu manusia2 limbung. Baik tingkah laku dan
bicaranya seperti orang yang ku rang waras. Mereka datang
ke gereja Siau-lim-si untuk menanyakan tentang seorang
tokoh bernama Bu Bun lojin. Oleh paderi2 yang bertugas
menjaga keamanan gereja, mereka dilarang masuk tetapi me
reka tetap memaksa. Akhirnya terjadi pertempuran .., "
"O, jadi walaupun sinting mereka juga memiliki ilmusilat
tinggi ?". tanya Ang Bin tojin.
Hui Gong taysu mengiakan.
"Patkwa-tin disiapkan untuk menghalau mereka tetapi
mereka mampu melintasi. Lalu disiapkan pula Lo-han-tin; Pun
mereka dapat membubarkannya ..."
"Omitohud," seru Ang Bin tojin, "Lo han-tin adalah barisan
sakti dari gereja Siau-lim-si. Banyak tokoh2 sakti yang harus
kembali dengan menggigit jari apabila berhadapan dengan
barisan sakti itu. Tetapi mengapa mereka mampu
membobolkan- barisan itu ?"
Dengan panjang lebar, Hui Gong taysu menceritakan
mengapa sebabnya barisan Lo han-tin Simpai bubar.
Mendengar itu tertawa gelak2-lah sekalian ketua partai
persilatan. Bobolnya Lo-han-tin ternyata disebabkan oleh
gempuran istimewa dari isi perut salah seorang kakek linglung
itu. "Serempak dengan munculnya rombongan manusia2
linglung itu maka datang pula seorang tetamu vang mengaku
sebagai utusan dari Kim Thiann-cong ..."
"Hai . . . !" beberapa ketua partai persilatan serempak
berteriak kaget, "markas kamipun menerima kedatangan
utusan semacam itu."
Hui Gong taysu terkejut dan berpaling. Ternyata yang
berseru itu iaiah Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay dan
Sugong In ketua Kong-tongpay.
"Markas Bu-tong-paypun demikian juga," kata Ang Bin tojin.
"Omitohud !" seru Hui Gong taysu, "jika demikian mereka
tentu mendatangi setiap perguruan Adakah toheng dan sin-ni
juga menerima undangan untuk menghadiri rapat di gunung
Hongsan?" "Benar," sahut Sugong In, "bahkan tidak hanya ke gunung
Hongsan, pun juga kegunung Thay san."
"Apa "' Hui Gong taysu terkejut menegas.
Sugong ln memandang ketua Siau-lim-si dengan heran.
"Adakah tidak demikian dengan gereja Siau lim-si ?"
Hui Gong taysu gelengkan kepala; "Ketika aku pulang, Hui
In sute hanya menyampaikan tentang undangan dari Kim
Thian cong untuk meng hadiri rapat peresmian partai baru di
gunung Hong san. Partai itu diberi nama partai Seng-lian-kau
atau Teratai Suci, pendirinya Kim Thian-cong sendiri"
"Benar," sahut Sugong In, "kamipun menerima undangan
semacam itu tetapi disampmg itu kamipun menerima pula
undangan untuk menghadiri rapat pembentukan partai Thiansu-
kau di gunung Thay-san. Partai itu juga didirikanoleh Kim
Thian cong." '"Omitohud !" Hui Gong taysu berseru kejut, "benarkah
terjadi peristiwa semacam itu ?"
"Benar, taysu," kata rahib Ceng Sian suthay "Kun-Iun-pay
juga menerima dua buah undangan dari Kim Thian-cong
digunung Hongsan dan Kim Thian-cong di gunung Thay-san"
"Dan Hong Hong toheng ?" tanya Hui Gong taysu kepada
ketua Partai Go bi-pay. "Hanya menerima undangan dari Kim Thian cong di gunung
Thaysan." "Dan tohcng "' tanya Hui Gong kepada Ang Bin tojin.
Ketua partai Bu-tong-pay itu menjawab: "Kami hanya
menerima undangan dari Kim Thian-cong gunung Hongsan"
"Jelas dia tentu bukan Kim Thian cong !" seru Ceng Sian
suthay. "Benar, suthay ..." tiba2 terdengar sebuah suara nyaring
dari luar paseban Dan ketika para ketua partai persilatan
berpaling, ternyata yang muncul adalah Pengemis sakti Hoa
Sin. "'O. Hoa pangcu," seru para ketua partai persilatan
serempak berdiri untuk memberi hormat!
Pengemis sakti itu segera mengambil tempat duduk,
"Maaf, apabila pencemis tua ini terlambat datang." katanya,
"tetapi bukan maksud pengemis hendak sengaja datang
terlambat melainkan karena pengemis tua habis
menyelesaikan suatu peristiwa yang lucu."
"Peristiwa bagaimana ?" tanya Hui Gong taysu "dapatlah
Hoa pangcu memberiahu kepada kami ?"
"Dua orang yang Sama2 membawa anjing Ketika saling
berjumpa, anjing mereka berkelahi Melihat itu kedua orang
itupun ikut berkelahi. lucunya bukan orang lawan orang dan
anjing musuh anjing. Tetapi orang lawan anjing dan yang satu
pun demikian juga, anjing tarung dengan orang Ha, ha, ha . ."
Para ketua pntai persilatan itu tahu bagaimana perangai
Pengemis-sakti Hoa Sin yang suka melucu dalam kata-nya.
Mereka hanya ganda tertawa saja.
"Ternyata kedua anjing itu lebih lihay dapat mengalahkan
orang. Kedua orang pemilik anjing itu lari terbirit-birit. Tetapi
kedua anjing itu tak mau mengikuti tuannya. Mereka
berkumpul dengan kawannya. Anjing tetap sama anjing,
manusia sama manusia ..."
Pengemis-sakti itu lalu tertawa gelak2 dan nyaring
semaunya sendiri. "Hoa pangcu." sela Hui Gong taysu, ''maaf, aku tak tahu
apa yang pangcu maksudkan dengan cerita itu. Maukah
pangcu memberi penjelasan ?"
Tiba2 wajah Pengemis sakti Hoa Sin mengerut serius,
katanya: "Peristiwa itu suatu pelajaran bahwa, jenis itu
mencari jenis. Manusia tetap akan bersatu dengan manusia
dan kawanan anjing tentu akan menggerombol dengan anjing
..." "Aku tak mengatakan siapa2," kata Pengemis sakti itu pula,
"melainkan hanya menuturkan tentang kericuhan dalam partai
Kay-pang kami sendiri. Dengan timbulnya dua Kim Thian-cong
itu maka perpecahan antara Partai Pengemis selatan dan
Partai Pengemis utara makin menjadi lebih tajam. Pengemis
Seribu-racun Sin Kay telah menjadi sucia (wakil) dari Kim
Thian cong gunung Thay san Dan Partai Pengemis Selatan
telah menerima undangan untuk menghadiri peresmian partai
baru yang hendak mereka dirikan !"
"Omotuhud" seru Hui Goan taysu
"Hoa pangcu." tiba2 Ceng Sian suthay menyeletuk, jika
partai Kay-pang utara sudah menggabungkan diri pada partai
Thian-su-kau yang baru. apakah partai Kay-pang selatan juga
tidak menggabungkan diri pada partai Seng-tian-kau di
gunung Hongsan itu ?"
Wajah Hoa Sin memberingas, matanya mendelik. Tetapi
sesaat kemudian ia tertawa: "Ah, sin-ni memandang hina
kepada dinku si pengemis tua ini , . "
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukan Hoa pangcu," buru2 Ceng Siau suthay menyusuli
"sama sekali aku tak menghina pangcu. Tetapi aku hanya
ingin mengetahui. Bukan kali dalam sunsana kacau seperti
dewasa ini,kita harus tahu siapa lawan siapa kawan ?"
"Ha, ha," Pengemis-sakti Hoa Sin tertawa, "telah kukatakan,
jenis itu mencari jenis. Manusia dengan manusia, anjing
dengan anjing. Masakan sin-ni tak mengerti apa yang
kumaksudkan itu" Ceng Sian suthay tertawa walaupun diam2 ia agak malu
hati karena mendamprat sentilan halus dari pengemis sakti itu.
"Disamping undangan dari Thian-su-kau, memang partai
Pengemis selatan, menerima undangan juga dari Seng-liankau."
kata Pengeuus-sakti Hoa lebih lanjut, "dua-duanya
berasal dari dua orang .Kim Thian-cong, ha, ha !"
"Lalu bagaimana pendirian Hoa pangcu" tanya Hui Gong
taysu. Belum Pe-ngemis-sakti Hoa Sin menyahut. tiba2 muncullah
seorang lelaki tua dengan wajat muram dan kaki lunglai, ia
berjalan masuk kedalam paseban.
"Pang tayhiap ..." seni para ketua partai persilatan serta
melihat pendatang itu. "Maaf, para totiang dan sin-ni karena Pang To-tik terlambat
datang," kata orang itu seraya menghampiri. Hui Gong taysu
mempersalahkannya duduk. Sesaat kemudian Hui Gong taysu berkata : "Karena
bertujuh partai persilatan sudah hadir lengkap, maka lonipun
akan membuka rapat ini secara resmi."
Setelah mengucapkan selamat datang, maka Hui Gong
taysu lalu mengulangi lagi memberi laporan tentang hasil
pencariannya kepada orang yang diduga menjadi pencuri
jenazah Kim Thian-cong. Kemudian ia meminta kepada yang hadir supaya
melaporkan hasil masing2.
Karena Hui Gong taysu melakukan penyelidikan bersama
Hong Hong tojin, maka Hong Hong tojin tak perlu memberi
laporan lagi. Dan kini Ang Bin tojinlah yang membuka suara.
"Bu-ing kui yang hendak kuselidiki itu ternyata benar2
bagaikan bayangan setan." kata Ang Bin tojin, "orang
mengatakan dia berada di Kang-lam, kukejar ke Kang-lam, dia
melesat ke Kangpak. Kuburu ke Kangpak, dia menyelinap ke
Oulam, aku ke Oulam dia ke Oupak. Karena penasaran aku ke
Oupak dan dia sudah ngacir ke Shoa-tang susul ke Shoa-tang,
dia ke Siamsay. Al benar seperti dipermainkan ..."
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "bagaimana setiap kali
toheng tahu dia menuju ke suatu tempat ?"
"Itulah jelas perbuatan Setan-tanpa-bayangan"kata Ang Hiu
tojin. "setiap kali aku menemui tokoh2 daerah, tentulah tokoh
itu memberikan sebuah sampul surat kepadaku. Tiap kali
kubuka, surat itu tentu dari Hu-ing-kui yang meminta ini
kepadaku dan mengatakan kalau dia sudah pidah kelain
daerah." "Malah pada suatu hari aku benar2 telah dibuat main2
olehnya," kata ketua Bu-tongpay itu pula. "ketika aku tiba di
sebuah hutan yang terletak di wilayah Shoatang. tiba2
kudengar orang memanggil namaku. Jelas kuperhatikan suara
itu berasal dan arah barat. Segera aku menghampiri tapi
sesaat kemudian orang itu memanggil namaku lagi dari arah
timur. Aku ke timur orang itu memanggil darii arah utara Dan
ketika aku ke Utara dia memanggil dari selatan. Karena
jengkel, akupun berteriak meminta supaya unjuk diri"
"Dia tertawa dan berseru :"Bukankah aku sudah menjumpai
totiang ?" "Dimana ?" aku berteriak kaget.
"Ah, pelupa benar totiang ini, "orang itu tertawa, "cobalah
totiang ingat siapa yang totiang jumpai dalam perjalanan tadi
..." Ang Biu tojin menggali ingatannya. Sesaat kemudian ia
berseru : "Ketika melalui sebuah gunung, Akupun tertimpah
hujan dan terpaksa meneduh di sebuah kuil gunung. Imam
penjaga kuil itu menyambut kedatanganku dengan baik . . "
"Ha, ha, totiang kira siapakah imam penjaga kuil itu ?" seru
orang misterius itu pula.
Seketika berobahlah wajah Ang Bin tojin, serunya tak
lampias : "Apakah imam itu ..."
"Ah, mengapa totiang tak ingat akan wajah imam itu"
Cobalah totiang bayangkan lagi, tentu akan mengetahui
bagaimana wajahku itu."
"Engkau ..." Belum sempat ketua Bu-tong-pay itu menye lesaikan katakatanya,
orang aneh itupuu sudah menukas : "Dan siapa lagi
yang totiang jumpahi dalam perjalanan tadi ?"
"Seorang sasterawan yang hendak menuju ke kota raja ikut
dalam ujian . . " "Ha. ha, masih ingatkah totiang akan wajahnya "'
"Apakah itu engkau ?" teriak Ang Bin tojin seperti dipagut
ular. "Totiang harus percaya karena hal itu memang kenyataan
dari diriku". "Bu-ing kui, engkau berani mengolok aku teriak Ang Hin
tojin terus loncat menerjang kearah sebuah gerumbul yang
diperhatikannya menjadi tempat bersembunyi orang aneh itu.
"Ha, ha. totiang mudah memberang," seru orang dari lain
arah. "totiang hendak melihat wajahku, setelah kuberitahu.
mengapa totiang marah?"
Ang Bin tojin hampir tak percaya pada apa yang dialaminya.
Dengan ilmu ginkang yang tinggi ia bergerak laksana petir
menyambar untuk menyergap. Tetapi ternyata hanya
gerumbul kosong yang diterjangnya. Dan jelas tadi ia sudah
memusatkan pendengarannya bahwa orang itu bersembunyi
dibalik gerumbui. Tetapi ah . . . ia hanya menubruk angin.
Sebagai seorang ketua partai persilatan masyhur dan
ternama sejak beratus tahun, sudah tentu Ang Bin tojin
memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Ia seorang tokoh
angkatan tua yang banyak pengalaman dan luas pengetahuan,
"Bi-sim pian im-hwat , . " tanpa disadari ia telah
mengucapkan sebuah ilmu yang digunakan ieli B -ing kui.
"Bagus, totiang, tak kecewa totiang menjadi ketua dari
sebuah partai persilatan sehebat Bu-tongpay," tiba2 orang
aneh itu berseru "Memang pengalaman dan pandangan
lotiang luas sekali sehingga ilmu pusaka yang sudah ratusan
tahun hilang dari dunia persilatan, lotiang masih dapat
menyebutkan namanya"
Kata kata orang aneh itu mengakui bahwa Ang Bin tojin
memang dapat menyebut dengan tepat.
Ang Bin tojin terkejut dalam hati Bi sim pian im hwat atau
Ilmu Menyesatkan-diri-memindah suara, merupakan ilmu yang
ratusan tahun tak terdengar lagi di dunia Apabila orang itu
dapat menggunakan ilmu tersebut, dapatlah dibayangkan
betapa hebat kesaktian orang itu.
Namun Ang Bin totiang seorang tokoh yang
berpengalaman. Walaupun dalam hati terkejut tetapi kerut
wajahnya tak menampilkan rasa gelisah. Dengan tenang ia
tertawa kecil. "Belajar ilmu silat tak boleh dimabuk kebanggaan dan
kecongkakan. Ingat, di atas langit ada langit. Orang yang sakti
masih ada sakti lagi. Bahwa sicu telah berhasil mengali lagi
ilmu pusaka lama, tidaklah suatu jaminan bahwa sicu sudah
menjadi tokoh yang paling sakti di dunia. Masih banyak tokoh2
terpendam yang tak mau unjuk diri dan lebih senang hidup
kesunyian dan ketenangan ..."
Ang Bi'i tojin hampir tak percaya pada yang dialaminya.
Dengan ilmu ginkang yang tiin < ia bergerak laksana petir
"Setiap orang mempunyai cita2 hidup sendiri Yang tenang
sepi, biarlah menyepi, bertapa tak mau mengurus keramaian
dunia. Yang senang mengurus dunia, biarlah dia
berkecimpung dalam pergolakan dunia yang tak pernah
mengenal kesunyian . "
"Adakah sicu ini Bu-ing kui ?" cepat Ang Bin tojin menegur.
"Ha, ha, aku seorang manusia, bukan setan"
'Tetapi mengapa sicu tak berani mengunjukkan diri ?" seru
Ang Bin tojin. "Yang terakhir, apakah yang totiang lihat dalam
perjalanan?" orang itu balas bertanya.
Sejenak merenung, ketua Bu-tong pay berkata : "Seorang
tua yang tengah mengail ikan ditepi sungai."
"Dan totiang tentu tak pernah menyangka bahwa orangtua
itu sama dengan sasterawan yang hendak ke kota raja dan
penjaga kuil gunung"
'Oh" Ang Bin tojin mendesuh kejut. Sekejut orang yang
mendengar halilintar meletus di siang bolong.
"Tiga kali sudah aku menunjukkan diri tapi totiang tak ambil
perhatian. Adakah lotiang masih mengatakan aku tak berani
menampakan diri" seru orang itu.
"Siapa sicu ini ?" akhirnya karena kehilangan faham, Ang
Bin tojin berteriak tegang, "mengapa gerak gerik sicu seperti
Bu ing ku si Setan tanpa bayangan ?"
"Ya, demikianlah. Tetapi aku bukan Setan-tanpa-bayangan
melainkan Kakek tanpa bayangan"
"Bu Ing lojin ?" teriak Ang Bin tojin makin kaget.
Ketua Bu-tong-pay itu segera membayangkan akan
peristiwa pada limapuluh tahun berselang, ketika ia masih
muda dan menjadi murid dari perguruan Bu-tong-pay yang
didirikan oleh Thia Sam hong.
Ia mendengar bahwa dewasa itu didunia persilatan telah
muncul seorang tokoh yang aneh. Gerak gerik dan sepak
terjangnya sukar diduga o-rang. Dunia persilatan memberinya
gelar nama Bu Ing-jin atuu manusia tanpa bayangan.
Sepak terjang Bu Ing-jin itu memang sukar ditentukan
pendiriannya. Tidak termasuk aliran Putih, pun tidak aliran
Hitam, bertindak menuruf pertimbangan dan kehendaknya
sendiri. Menurut cerita, pernah cikal bakal Bu-tong-pay ialah Thio
Sam-hong mencari Bu ing-jin. Mereka berjumpa dipuncak
gunung Hoa-san, Kedua tokoh itu mengadu kesaktian dalam ilmu pedang
Tetapi sampai tiga hari tiga malam, ternyata tak ada yang
kalah dan menang. Kemudian mereka hentikan adu kesaktian dan
merundingkan tentang sumber ilmupedang. Thio Sam hong
kagum sekali kepada pengetahuan orang itu. Kemudian ia
menegur mengapa Bu ing-jin tak mau mendukung golongan
Putih untuk membersihkan dunia persilatan dan gangguan
golongan Hitam. Bu-ingjin hanya ganda tertawa. "Garis antara Baik dan
buruk itu hampir tak tampak Yang baik ternyata buruk, yang
buruk belum tentu buruk ..."
"Apa maksud saudara mengatakan begitu" tanya Thio Sam
hong. "Aku hampir putus asa melihat tokoh2 yang dimasyhurkan
sebagai jago golongan Putih. Setelah kuselidiki dan menguji
pandangan mereka, ternyata apa yang dikata baik oleh
mereka itu terlalu kaku. Lebih banyak dipengaruhi oleh
kepentingan peribadi. Bahkan ada beberapa jago golongan
putih yang sebenarnya berhati jahat. Maka aku tak mau
mengikatkan diri pada suatu golongan. Baik golongan Putih
maupun Hitam, apabila ia memang jahat, tentu kubasmi"
Teringat akan cerita itu, makin besarlah ketegangan hati
Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay yang sekarang. Apabila orang
aneh itu benar Bu ing jin dan karena sudah tua lalu berganti
dengan Bu Ing lojin atau Kakek-tanpa-bayangan, Ia runyam
juga. "Bu Ing lojin." seru Aig Bin tojin pula, "Benarkah engkau
yang mencuri jenazah Kim thian hiap?"
"Kim Thian-cong memang seorang jago golongan Pulih
yang terbesar dalam jamannya. Adalah karena jasanya maka
banyak perkumpulan2 rahasia-yang mengacau negara yang
sedang kalut, telah tertumpas. Melihat keberanian dan
kesaktiannya tertariklah pangeran Ing Lok untuk
mengangkatnya sebagai tayciang (panglima) istimewa. Dia
ditugaskan untuk mengamankan kaum persilatan dan
mengajak mereka tunduk pada pangeran itu"
"Teruskan," seru Ang Bin tojin.
"Sejak baginda Beng thaycou wafat. maka timbullah
perebutan diantara putera-puteranya. Di antara yang paling
kuat dan berpengaiuh ialah pangeran Ing Ho dan pangeran
Ing Lok. Karena pangeran Ing Ho itu ibunya puteri dari
Mongol, maka rakyat lebih suka kepada pangeran Ing Lok
Tetapi pangeran Ing Ho mendapat dukungan dari sisa tentara
Mongol dan menteri2 bekas pemerintahan baginda Goan-si
cou. Dalam perebutan kekuasaan itu hampir pangeran Ing Ho
mendapat kemenangan apabila tak muncul suatu peristiwa
yang mengherankan . . . "
"Ah, peristiwa apa ?" tanpa disadari Ang Bin tojin terhanyut
dalam pembicaraan dengan orang yang tak tampak
bayangannya itu. "Pangeran Ing Lok memanggil Kim Thian-cong dan
diberinya tugas untuk menghancurkan kekuatan pangeran Ing
Ho dari dalam. Kim Thian-cong ................
Halaman 46-47 ga ada weksss
... si cambuk hitam . . "
"O, itukah isteri Kim Thian cong ?" tanya Ang bin tojin.
"Ya, salah seorang dari sekian banyak wanita2 yang telah
diperisteri Kim Thian-cong. Maka apabila setelah dia
meninggal banyak sekali musuh yang datang hendak
melakukan pembalasan, Huh sudah jamak. Karena barang
siapa menanam dia harus memetik buahnya."
"Apakah lojin yang mencuri mayat Kim tayhiap ?" seru Ang
Bin tojin. "Ha. ha. ha" orang tak kelihatan itu tertawa gelak2,
"mengapa engkau persamakan Bu-ing kui dengan Bu Ing lojin,
lucu, sungguh lucu benar "
"Lalu siapakah Bu ing kui itu ?" tanya Ang Bin tojin tegang.
Tetapi tiada penyahutan lagi dari orang itu.
"Lojin kalau engkau bukan Bu-ing kui lali siapakah Bu ing
kui itu ?" Ang Bin tojin mengulang pertanyaannya.
Tetapi tiada penyahutan. 'Tojin., adakah Bu ing-kui itu yang mencuri mayat Kim
tayhiap "' seru Ang Bin tojin dengan nada makin tegang.
Namun tetjp tiada jawaban apa2
"Berlakulah ksatrya lojin. siapa yang mencuri mayat Kim
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tayhiap, engkau atau dia ?"
Tetap tiada jawaban. "Kura2 yang tak mau mengunjukkan muka, maaf kalau aku
berlaku kurang hormat !" kata Ang Bin tojin yang mulai curiga.
Ia mengamati a-rah dan tempat yang diperkirakan tentu
menjadi tempat- persembunyian orang aneh itu.
Setelah tetap tiada penyahutan. akhirnya Ang Bin tojin
terus loncat menerjang kebalik sebuah gerumbul pohon, wut,
wut . . . dua buah pukulan ia lancarkan untuk menyergap.
Tetapi yang diserbu hanialah angin belaka. Orang aneh tadi
sudah tak kelihatan bayangannya.
Ang Bin tojin benar2 termangu mangu. Sebagai seorang
ketua partai. Bu-tong-pay yang termasyur. ia telah diagungkan
sebagai tokoh persi-latau yang cemerlang. Tetapi nyatanya,
saat itula benar2 merasa dipermainkan oleh seorang yang
menamakan dirinya sebagai Bu Ing lojin.
Dan lebih terkejut pula ketika ia melihat pada sebuah batu
yang menggunduk didekat gerumbul pohon itu terdapat
guratan huruf yang berbunyi :
Bu Ing dan Bu Ing sama arti Tetapi Bu ing-kui itu setan
mati. Bu Ing lojin itu kakek yang masih doyan arak dan
daging sekati "Ah, jika teringat akan peristiwa itu. kecil rasanya diriku.
diatas langit masih terdapat langit memang tepat sekali kata2
itu," akhirnya Ang Bin tojin mengakhiri penuturannya dengan
nada putus-asa. "Ah, toheng tak perlu memikirkan diri Bu Ing lojin
sedemikian rupa." Hui Gong taysu menghiburnya, "setiap
manusia memang tak sempurna dan tentu ada
kekurangannya Buruk dan baik tergantung dan penilaian
masing2. Hanya saja kita lihat dan rasakan, tindakan Kim
tayhiap " telah menghasilkan pulihnya ketenangan dalam
dunia persilatan dan terbentuknya sebuah kerajaan yang
aman dibawah pimpinan baginda Ing lok kita sebagai salah
sebuah partai perguruan yang merasakan pengayoman dari
Kim tayhiap wajib membalas budinya. Soal lain2, itulah urusan
pribadi Kim tayhiap."
"Benar. taysu," kata Ang Bin tojin, ' Bu Ing lojin itu telah
membuka mataku tentang dunia persilatan dan ilmu silat."
"Andaikata Bu Ing lojin tak setuju akan sepak terjang Kim
tayhiap, itulah hak dia untuk buat apa saja terhadap jenazah
Kim tayhiap, tetapi hak kita pula untuk menyelamatkan
jenazah Kim tayhiap dari gangguan orang."
"Tepat, taysu" seru Pengemis-sakti Hoa sin pula, "Bu Ing
lojin berhak merusak tetapi kita berhak melindungi. Tetapi
menurut hemat sipengemis tua itu, belum tentu Bu Ing lojin
yang mencuri jenazah Kim tayhiap. Maka penyelidikan harus
tetap kita lanjutkan kepada Bu ing-kui yang jelas telah datang
kemari untuk menuntut balas kepada Kim tayhiap."
Kemudian Hui Gong taysu mempersilahkan Pang To-tik
untuk memberi laporannya.
"Yang paling celaka nasibnya ialah aku,"' wakil dari Hoasan-
pay itu memulai laporannya dengan nada sedih, "ketika
sedang dalam perjalanan menuju ke Thay-san untuk
menyelidiki jejak Thian-sat-cu, tiba2 aku bertemu dengan
seorang lelaki pertengahan umur. Ketika aku memperkenal
kan diriku, orang itu tertawa keras.
"Mengapa saudara tertawa "." tegurku.
"Yang diraih setinggi langit, yang dikandung berceceran,"
seru orang itu. "Apa maksudmu ?"'
"Bukankah engkau hendak menyelidiki suhuku Thian-sat-cu
?" tanya orang itu. Pang To-tik terkejut. Ia tak mengira kalau orang itu murid
dari Thian-sat-cu. Tetapi karena sudah terlanjur
memperkenalkan diri. maka iapun tak mau menyangkal.
"Benar," sahutku "memang Thian-sat-cu kami curigai
sebagai orang yang mencuri jenazah Kim thian-tong tayhiap".
"Mencuri mayat?" orang itu terkejut lalu tertawa keras,
"buat apa suhu mencuri mayat?"
"Entah," sahut Pang To-tik. "justeru hal itu yang hendak
kutanyakan kepada suhumu."
"Aha daripada engkau membuang waktu dan tenaga
menyelidiki suhu, lebih baik engkau pulang saja ke markasmu"
"Aku sudah terlanjur tiba dlsini. mengapa harus pulang ?"
sahut Pang To-tik. "Karena Hoa-san pay sudah berantakan l' Pang To-tik
terkejut. Tetapi sesaat kemudian ia tertawa : "Sahabat,
janganlah engkau anggap aku seorang anak kecil yang dapat
engkau kibuli Hoa-san pay adalah sarang harimau dan naga,
siapa yang berani cari mati ke sana ?"
Orang itu tertawa : "Engkau percaya atau tidak, itu
terserah. Tetapi kenyataannya memang begitu".
"Mana Thian-satcu ?" tegur Pang To tik.
Karena nama suhunya dipanggil begitu marahlah orang itu:
"Hm, besar nian mulutmu berani menyebut nama suhuku
tanpa suatu kehormatan"
'"Suhumu membanggakan diri dengan nama Thian sat cu.
Mengapa aku harus memanggil dengan nama lain ?" sahut
Pang lo-tik mulai marah "Mengapa engkau mencari suhu ?"
"Akan kutanya, apa sebabnya ia mencuri jenazah Kim
tayhiap ?" "Mencuri mayat Kim tayhiap" Enkau gila" teriak orang itu,
"bukan dicuri tetapi memang Kim tayhiap sendiri yang
menggunakan ilmu semedi tingkat tinggi menghentikan
pernapasan untuk pura2 mati ..."
"Ngaco !" bentak Pang To-tik.
Tetapi orang itu tak mengacuhkan, katanya pula : "Saat ini
Kim tayhiap telah menetap di gunung Thaysan ini sebagai
ketua dari sebuah partai baru Thian-su kau ..."
"Ngaco !" bentak Pang To-tik, "bukankah yang menguasai
Thay san ini suhumu Thian-sat-cu"
"Ya " kata orang itu, "itu dulu tetapi sekarang sudah diambil
alih oleh Kim tayhiap. Suhuku Thian-sat cu diangkat menjadi
salah seorang Su cia (wakil)."
Pang To-tik memandang orang itu lekat2, serunya :
"Siapakah engkau !"
"Aku habis menjalankan perintah Kim tayhiap mengirim
undangan ke berbagai partai persilatan dan tokoh2 persilatan
untuk menghadiri peresmian dari berdirinya partai baru Thiansu-
kau Antara lain akupun datang ke Hoa-san. Tetapi...."
"Bagaimana ?" seru Pang To-tik.
"Hoa-san-pay hancur berantakan !"
Gemetarlah tubuh Pang To tik mendengar keterangan itu.
Namun ia tetap tak percaya.
"Bohong !" bentak Pang To-tik seraya menghantam. Tetapi
orang itu dengan sebuah yang indah dan luar biasa, telah
dapat menghindari. Pang To tik penasaran. Ia
hendak loncat menerjang lagi
tetapi tiba2 orang itu mendahului
menaburkan segenggam benda
putih. Pang To tik terkejut Jarak
amat dekat taburan itu cepat
sekali, tak mungkin ia dapat
menghindar. Untunglah ia tak
sampai kehilangan kesadaran.
Cepat ia kebutkan lengan bajunya, Pyur, pyur . . benda2 putih hancur lebur tertampar kebutan
lengan bajunya. Sebagai gantinya benda pulih itu segera
menghamburkan asap bergulung-gulung tebal membungkus
Pang To-tik Pang To-tik makin terkejut. Cepat ia hentikan
pernapasannya karena kuatir asap itu mengandung obat bius.
"Pang To tik, karena engkau salah seorang dari kaum
persilatan yang hendak dijadikan pengawal dari Kim tayhiap.
maka kali ini kuberi kelonggaran. Pulanglah ke Hoa-san dan
buktikan sendiri kata-kataku tadi . . "
Walaupun mendengar orang bicara tetapi saat itu Pan-To
tik tengah sibuk menghalau asap dengan kebutan lengan baju.
Dan ketika asap menipis, orang itupun Lenyap.
"Akupun pulang ke Hoa-san. Dan apa yang kudapati di Hoa
san, memang seperti yang dikatakan orang itu. Bahkan lebih
hebat lagi. Kam bu sute. ketua Hoa san-pay.telah dibunuh
orang beberapa tiang-lopun binasa dan anak murid Hoa sanpay
bubar tak keruan. Keadaan markas Hoasan-pay morat
marit," kata Pang To-tik mengahiri laporannya,
"Hah ... Benarkah hal itu ?" teriak para ketua partai
persilatan serempak. Mereka seolah-olah mendengar halilintar
berbunyi di siang hari Hoa-san-pay merupakan salah sebuah
partai persilatan yang mempunyai sejarah lama dan termasuk
menjadi salah sebuah sumber llmusilat yang sakti. Bagaimana
mungkin partai itu mendadak sontak dilain waktu yang singkat
saja sudah hancur berantakan "
'Tak mungkin " teriak Hong Hong tojin dari partai Go-bi-pay.
"Mustahil !' seru Ang Bin tojin.
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "Pang sicu benarkah hal
itu terjadi pada Hoa sanpay"
"Benar, taysu," sahut Pang To-tik, 'kalau tak terjadi
sungguh2 masakan aku harus memberikan keterangan begitu
"' "Jadi Kam pangcu benar telah dibunuh orang "'' Sugong ln
ketua Kong-tong-pay menegas
Pang To-tik mengiakan. "Siapa pembunuhnya ?"
"Justeru hal itulah yang masih akan kuselidiki. Karena
serupa dengan hilangnya jenazah Kim tayhiap, pun
pembunuhan atas diri Kam sute ini sangat aneh dan misterius
sekali ..." "Apakah sama sekali Pang tayhiap tak berhasil memperoleh
keterangan ?" tanya Hong Hong tojin yang rupanya paling
ngotot. Memang ia ber-sahabat baik dengan Kam Sian-hong
ketua Hoa-san -pay yang terbunuh itu,
"Dari seorang murid yang menderita luka parah, aku
mendapat keterangan. Bahwa yang membunuh Kam sute itu
seorang pemuda tolol. Dan yang mengobrak-abrik markas
Hoa-san-pay itu utusan dari Seng-lian-kau." kata Pang To-tik.
"Pemuda tolol " Ah, aneh sekali," gumam Hong Hong tojin.
"masakan seorang yang berilmu sakti seperti Kam pangcu
dapat dibunuh seorang pemuda tak terkenal apalagi tolol. Lalu
apakah para tianglo dan anakmurid Hoa-san-pay tak mampu
menangkap pemuda tolol itu ?"
"Memang pemuda itu telah ditangkap dan akan dibunuh
tetapi ternyata dia masih mampu melarikan diri dengan
membawa seorang murid perempuan dari markas Hoa-sanpay."
Sekalian ketua partai persilatan mendesuh penuh
keheranan. "Adakah Pang tayhiap belum mengejar jejak pembunuh itu"
tanya Hong Hong tojin pula.
"Ah. bagaimana aku sempat untuk melakukan hal itu " kata
Pang To-tik, "saat itu keadaan markas Hoa-san-pay. benar2
mengenaskan banyak anakrnuridnya yang terluka dan mati.
Ada pula yang melarikan diri. Aku bingung. Memburu jejak
pembunuh itu atau mengejar utusan Seng lian-kau dulu.
Akhirnya aku teringat akan perjanjian untuk berkumpul disini.
Maka akupun segera menuju ke gunung ini untuk memberi
laporan meminta pertimbangan dari para totiang sekalian"
Hui Gong taysu menghela napas: "Sejak kim tayhiap
meninggal, dunia persilatan jelas akan mengalami pergolakan
yang hebat lagi. Di utara terdapat seorang Kim Thian-cong
dan di selatan muncul seorang yang mengaku sebagai Kim
Thian-cong. Pada hal jelas Kim tayhiap itu sudah meninggal.
Tetapi ternyata jenazahnya telah dicuri orang. Rasanya saat ini
kita berada dalam lautan kabut tebal yang tak tahu arah.
Belum tindakan kita untuk mencari jejak pencuri jenazah Thian
cong selesai. Belum lagi usaha kita untuk mencari putera Kim
tayhiap yang mengembara itu berhasil kini tiba2 muncul pula
sebuah hal yang luar biasa anehnya. Dua orang Kim Thian
cong serempak muncul dan hendak menguasai persilatan ..."
Para ketua partai persilatan itupun ikut tegang dan gelisah.
"Pang tayhiap." tiba2 rahib Ceng Sian suthay yang sejak
tadi berdiam diri. kini membuka suara, "apakah engkau tahu
sendiri Kam pangcu telah mati?"
Pang To tik terkesiap, serunya : "Bagaimanakah maksud
suthay ?" "Adakah Pang tayhiap melihat sendiri jenazah Kam Sian
hong pangcu itu ?" kata Ceng Sian suthay.
"Saat itu aku sedang berada digunung ini bersama totiang
sekalian untuk mengurus jenazah Kim tayhiap. Waktu aku
pulang ke Hoasan, ternyata jenazah Kam sute sudah
ditanam." "Siapa yang memerintahkan penanaman itu?"
"Keempat tianglo Hoa-san-pay !"
"Tetapi urusan itu amat penting sekali, mengapa mereka
tak menunggu sampai Pang tayhiap pulang " Adakah mereka
segera memberi kabar kepada Pang tayhiap ?"
Pang To-tik terdiam. Sesaat kemudian ia menjawab :
"Sebenarnya ini suatu rahasia dari perguruanku. Tetapi karena
kuanggap totiang sekalian adalah kawan sendiri maka akupun
akan menerangkan dengan terus terang. Terbunuhnya Kam
sute itu merupakan pukulan yang berat bagi nama partai Hoasan
pay. Oleh karena itu sedapat mungkin keempat tiang-lo
hendak merahasiakan hal itu. Setelah pembunuhnya dapat
ditangkap dan diketahui latar belakangnya, barulah Hoasan
pay akan mengumumkan tentang kematian itu"
"Dimana jenazah Kam pangcu ditanam?" tanya Ceng Sian
suthay pula. Pertanyaan itu membuat sekalian ketua partai
persilatan terkesiap. Mereka heran mengapa rahib ketua partai
Kun-lun pay tiba2 saja bertanya sedemikian melilit.
Pang To-tikpun tertegun. Sejenak kemudian ia berkata :
"Ditanam dalam makam para ciaiw bun-jin Hoa-san-pay."
"Hm," Ceng Sian suthay hanya mendengus
"Adakah suthay hendak menanyakan lain lagi ?" tanya Pang
To-tik. "Untuk sementara ini tidak."
Kemudian Hui Gong berkata : "Dengan demikian
kesimpulan daripada laporan untuk mengejar jejak pencuri
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jenazah Kini tayhiap telah selesai dengan hasil nihil ..."
"Sekarang Ioni minta kepada Hoa pangcu Ceng Sian suthay
dan Sugong In toheng untuk memberikan laporan," kata
paderi dari Sian lim si pula.
"Dalam perjalanan, aku telah mendapat laporan dari
seorang ketua daerah partai kaypang bahwa didalam markas
Kay-pang telah didatangi seorang tetamu yang mengaku
sebagai utusan sebuah partai baru Seng-lian-kau. Bermula
kuanggap laporan itu biasa saja, tetapi ketika tho-cu (ketua
daerah) mengatakan bahwa partai baru itu didirikan oleh Kim
Thian-cong akupun terkejut. Buru2 aku pulang ..."
"Keadaan di markas Kay-pang cukup mengerikan. Pengemis
tua Hoa Sin ini walaupun menjabat sebagai ketua, tetapi tak
mau terikat dengan urusan partai. Boleh dikata dalam setahun
penuh, pengemis tua ini selalu pergi. Karena itu pekerjaan
dalam partai pengemis, dilakukan oleh Su-koay-sin-git, empat
pengemis aneh. Mereka ialah Hoan thong-sin kay atau
Pengemis Kantong-nasi Su Sin, Ciu-kui-sin-kau atau Pengemis
Pemabuk Ko Hin, Hong-tiansin-kay atau Pengemis Gila Ma Cun
dan Sui-kak-sin kau atau Pengemis-doyan-tidur La Bo-gun . . .
"Ngo-koay-sin-git !" seru Ceng Sian suthay.
"Benar suthay," sahut Hoa Sin, "memang sekarang hanya
Ngo-koay-sin-git atau Lima Pengemis aneh. Setelah toasuheng
Han-jiat-sin-kay atau Pengemis Panas-dingin Suma
Kian hilang tak ketahuan jejaknya, Kay-pang mengadakan
rapat dan mengangkut aku si pengemis Jari-enam ini rnenja- ,
di ketua. Ah sebenarnya aku tak suka. Aku lebih suka bebas
mengembara. Baru setelah keempat Sin-kan itu
menyanggupi untuk melakukan pekeijaan partai dan aku boleh
mengembara sekehendak hatiku, akupun baru mau menerima
jabatan itu____" "O.nitohud," seru Hui Gong taysti, "Han sin kay Suma Kian
pangcu seorang tokoh yang sakti dan berbudi. Mengapa dia
tak ketahuan beritanya "."
Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan pula laporannya :
"Ternyata memang orang yang menamakan dirinya sebagai
utusan patai Seng lian kau benar telah datang ke markas
kami. Dia hendak menerimakan undangan supaya partai
Pengemis menghadiri peresmian partai baru itu. Tetapi karena
kata-katanva amat jumawa dan sombong Pengemis gila Ma
Cuo sute marah dan menggebuknya. Mereka bertempur.
Tetapi orang itu teramat lihay sekali. Ma sute dapat dipukul
rubuh demikian pula dengan Pengemis doyan tidur La Bo
gun sute. Dia juga kalah dan terluka. Pengemis Kantong-nasi
Su Sin dan Pengemis Setan arak Ko Hin sute, maju serempak.
Orang itu dikepung oleh anakbuah markas Kaypang. Tetapi
menggunakan obat peledak yang menebarkan asap beracun,
orang itu berhasil meloloskan diri"
Berhenti sejenak Pengemis-sakti Hoa Sin melanjutkan lagi :
"Peristiwa itu kupandang sombong. Undangan itu menyatakan
apabila tak datang Partai Pengemiis akan dihancurkan oleh
Seng lian-kau" "Segera aku hendak menyelidiki ke Hoasan" kata Pengemissakti
Hoa Sin, "ditengah pedunungan kulihat seorang kakek
tengah menyerang seorang anakmuda gundul dengan ketololtololan
itu tak mengerti ilmus'lat dan hanya berusaha
menghindar sebisanya. Kulemparkan sekerat kayu untuk
menghentikan. Tetapi orangtua itu menghindar dan celakanya
anak gundul yang hendak kutolong itulah yang terkena dan
terlempar kedalam lembah yang curam....."
"Mati"' tanya Pang To-tik-"Entah karena aku tak sempat
menenngoknya. Kakek itu ternyata salah seorang dari tianglo
Hoasan-pay yang bernama Naga besi Pui Kian marah sekali
kepadaku dan terus menyerang dengan kalap. Tetapi aku tak
mau melayaninya setelah mendapat kesempatan terus
meloloskan diri" "Hm, anak gundul itu tentulah pembunuh dari Kam sute,
"kata Pang To-tik. "Benar, memang Naga-besi Pui Kian mengatakan begitu,"
sahut Hoa Sin. Tiba2 wajah Pang To-tik berobah merah serunya : "Kalau
sudah tahu anak itu musuh Hoasan-pay, mengapa Hoa pangcu
masih tetap hendak campur tangan " Adakah Hoa pangcu
menganggap orang Hoa-san-pay itu boleh dipandang sebelah
mata ?" Sekalian ketua partai persilatan terkejut mendengar kata2
Pang To-tik yang amat taiam itu. Demikian pula Pengemis
sakti Hoa Sin. Bahkan Ia merasa tatapan mata Pang To-tik
kepadanya itu mengandung kemarahan.
"Pang tayhiap." kata Hoa Sin, "dari kejauhan kulihat
seorang lelaki tua tengah menyerang seorang anakmuda
dengan keras sekali. Jelas anak itu tentu akan terlempar jatuh
kedalam jurang. Untuk lari menghampiri tentu membutuhkan
waktu. Mungkin akan terlambat dan anak itu pasti sudah
terlempar kebawah jurang. Akupun tak tahu kalau orangtua
itu ternyata salah seorang tiang-lo Hoa-san-pay. Maka untuk
menolong seorang anak muda yang terancam bahaya maut
dari jauh ku lontarkan sekerat kayu kepada orangtua itu.
Maksudku supaya dia hentikan serangannya. Sama sekali aku
tak bermaksud hendak membela anak dan memusuhi Hoa
san-pay." "Tetapi bukankah Pui Kian tianglo sudah memberi
penjelasan dan engkau tetap melayani serangannya ?" tegur
Pang To-tik. "Oho," Pengemis sakti Hoa Sin tertawa "Maaf sudah
kuminta, tetapi dia masih ngotot menyerang. Apakah Pang
tayhiap suruh aku diam menerima pukulannya ?"
"Hoa pangcu" serentak Pang To-tik bangkit dan
memandang pengemis tua itu dengan memberingas, "musuh
Hoa-san-pay harus Hoa san-pay sendiri yang membereskan.
Kalau pembunuh itu tak ketemu, aku pasti akan minta
pertanggurij an jawab kepadamu !"
Pengemis sakti Hoa Sin tertawa nyaring "Yang tidak tahu,
tidak berdosa. Pengemis tua tidak tahu sama sekali bahwa
Kain pangcu terbunuh oleh seorang pemuda yang tak terkenal
Aku hanya kasihan dan merasa tak adil apabila tiang lo dari
Hoa-san pay menyerang seorang anak muda begitu rupa ..."
"Pang tayhiap," tiba2 Ceng Sian suthay berseru tajam, "ada
suatu keganjilan dalam peristiwa pembunuhan Kam pangcu"
"Silahkan suthay menerangkan hal itu," sahut Pang To-tik.
"Bila menilik keterangan Hoa pangcu tadi bahwa pemuda
itu tentu hancur digempur tiang-lo dari Hoa san-pay, kiranya
aneh sekali kalau Kam Sian-hong pangcu sampai dibunuh oleh
pemuda itu. Apakah dalam hal itu Hoa-san-pay tak salah
menuduh orang yang tak berdosa ?"
Ucapan ketua Kun-lun-pay itu membuka pandangan
sekalian ketua partai persilatan.
"Memang lain perkiraan lain kenyataan." sahut Pang To-tik.
"menilik dengan tianglo Hoa-Mu pay dia sudah tak dapat
berkutik, tak mungkin dia dapat membunuh Kam sute. Tetapi
memang kenyataannya pemuda itulah yang ditangkap oleh
anak murid Hoa-san pay yang mendapatkan dia itu berada
dalam guha dimana Kam sute terbunuh. Tiang-lo Hoa san pay
adalah tokoh yang tahu membedakan mana yang jahat dan
baik, yang bersalah dan yang tidak. Kalau tak ada bukti2 jelas,
tak mungkin tiang lo Hoa san-pay akan menyerang seorang
anakmuda yang tak ngerti silat "
"Soal pemuda itu berada dalam guha tempat terbunuhnya
Kam pangcu, bukanlah suatu bukti bahwa prmuda itulah
pembunuhnya," bantah Ceng San suthay, "apa yang terjadi
dalam terakhir ini memang serba aneh. Misalnya, hilangnya
jenazah Kim tayhiap. munculnya dua tokoh dari selatan dan
utara yang sama mengaku bernama Kim Thian-cong dan
terbunuhnya Kam pangcu. Banyak hal2 yang kita sangka.
ternyata rneleset. Maka baiklah kita jangan cepat2 manjatuh
kan dakwaan sebelum mendapat bukti yang meyakinkan ..."
"Bagaimana mungkin mendapat bukti kalau bukti itu sudah
mati " Pang To-tik menananggapi
'Pang tayhiap," seru Pengemis-sakti Hoa-sin "pengemis tua
takkan ingkar dari tanggung jawab. Akan kucari anakmuda itu.
Apabila dia benar2 sudah binasa, pengemis tua akan
mewajibkan untuk menyelidiki peristiwa pembunuhan itu
sampai mendapat bukti yang terang. Kalau memang dia
pembunuhnya, pengemis tua akan menyerahkan dan
menerima apapun hukuman yang hendak dijatuhkan Hoa-san
pay atas diri pengemis tua. Tapi kalau ternyata bukan dia yang
membunuh, Pengemis tuapun akan mewakilinya meminta
keadilan kepada Hoa san-pay"
Ucapan Pengemis-sakti itu bernada keras ia merasa telah
kesalahan menghantam pemuda itu sampai terlempar kedalam
jurang. Maka ia hendak menebus dosa. Ia masih tak percaya
kalau pemuda itu dapat membunuh Kam Sian-hong.
"Omitohud," Hui Gong taysu berseru, "saat ini musuh
bermunculan mengancam keselamata dunia persilatan dan
partai persilatan. Bersatu teguh, bercerai runtuh.
Meninggalnya Kam pangcu menjadi tanggung jawab kita
semua untuk menyelidiki dan menangkap pembunuhnya.
Mencari hilangnya jenazah Kim tayhiap juga menjadi tanggung
jawab kita bersama. Demikianpun dalam menghadapi teka teki
munculnya dua orang Kim Thian cong itu. Dunia persilatan
terancam kabut hitam dan segera hujan darah pasti akan
mencuiah Karena itu kita harus bersatu. Hapuskan perselisihan
dan dendam peribadi. Satukan tenaga dan pikiran untuk
menghadapi bahaya itu"
"Apa yang taysu utarakan itu. memang tepat sekali."
sambut Ang Bin tojin. "dengan sasah payah selama berpuluh
tahun Kim tayhiap telah berusaha untuk mempersatukan kita.
Masakan jerih payah selama berpuluh tahun akan kita hapus
dalam sehari saja ?"'
Pernyataan kedua ketua partai persilatan yang berpengaruh
itu menimbulkan kesadaran pada diri kdua partai. Terutama
Pang To-tik dan Pengemis sakti yang hampir saja bertengkar.
Kemudian Hui Gong taysu meminta kepada Ceng Sian
suthay untuk memberi laporan.
Rahib ketua Kun lun pay itu segera memberi laporan
Pengalaman yang dialami oleh Sian suthay ternyata tak kurang
menarik. "Peristiwa yang kujumpai memang menarik juga." kata
suthay itu. "tetapipun akan menambah ruwetnya suasana
yang kita hadapi ..."
---o0dw0o--- Jilid 15 Karma. Ceng Sian suthay adalah ketua partai Kun-lun-pay yang
merupakan salah sebuah partai besar dalam dunia persilatan
dewasa itu. Pernyataan rahib itu tentang pengalamannya cukup
menarik perhatian sekalian ketua persilatan yang hadir.
Dan mulailah suthay itu bercerita : "Aku menuju ke selatan
untuk mencari jejak putera Kim tayhiap yang hilang itu.
Sampai tiba i ujung daratan yang berbatasan dengan laut
selatan, tetap belum berbasil kuketemukan sesuatu.
Tetapi laut Lam-hay itu segera membangkitkan ingatanku
akan suatu peristiwa besar yang menyangkut mendiang
orangtuaku dan kepentingan partai perguruan Kun lun-pay.
Segera kuputuskan untuk menyeberangi laut menuju pulau
Hailam. Halaman 6-7 ga ada lebih tampan, lebih pandai bicara.
Bimbanglah hati Gwat-ngo menghadapi persembahan cinta
diri kedua suhengnya itu. Hendak menerima cinta Hong-kiat.
tetapi ia lebih tertarik! kepada Ong Han. Namun kalau
menerima cinta Ong Han, iapun kasihan kepada Hong-kiat.
Diantara simpang jalan antara Kasihan dan Cinta itu.
akhirnya pertimbangan Gwat-ngo lebih condong kepada Cinta.
Cinta itu suara hati tetapi kasihan itu hanya getaran hati.
Kalau ia memilih Hong-kiat, ia merasa lebih kasihan lagi
kepada pemuda itu Karena bukankah suhengnya kesatu itu
nanya menerima cinta yang berdasar rasa kasihan saja " Cinta
yang sesungguh nya bukan keluar dari hati nuraninya yang
tulus" Bukankah dengan demikian suhengnya itu akan men
derita batin " Ah, tak mau Gwat ngo memaksa suara hati nya dan menipu
Hong-kiat. Lebih baik ia berterus terang menolak cinta Hongkiat.
Biarlah suhengnya itu menderita siksaan batin. Tetapi itu
tentu hanya untuk sementara waktu. Kelak tentu suhengnya
itp akan memperoleh seorang gadis yang mencin? tainya. Dan
diam2 Gwat-ngo berjanji dalam hati akan membantu
suhengnya mendapatkan jodoh yang sesuai.
Dengan pertimbangan itu maka mulailah Gwat ngo
membuka hatinya untuk menerima cinta Ong Han, suhengnya
yang kedua. Pergaulan antara kedua muda mudi yang menjadi Suheng
dan sumoay itu makin hari makin akrab. Walaupun sedapat
mungkin Gwat-ngo tak ingin menyakiti hati Hong-kiat karena
melihat hubungannya dengan Ong Han, namun Gwat-ngo ta
dapat menahan suara hatinya yang mendambakan cinta.
Bagaikan sekuntum bunga yang mekar, ia menyambut dengari
gembira akan kedatangan sang kumbang berbulu emas.
Hong-kiat bukan tak tahu akan perkembangan kedua sute
dan sumoaynya itu. Namun ia seorang yang jujur. Ia
mencintai Gwat ngo dengan se tulus hati. Apabila Gwat-ngo
gembira, ia turut gembira. Kebahagiaan Gwat-ngo, merupakan
keba hagiaanya pula. Karena ia selalu ipgih membahagiakan
sumoaynya itu. Melihat hubungan Gwat-nyo dengan
suhengnya yang kedua makin bertambah erat, ia hanya dapat
menghela napas ... Pada suatu hari Pek Thian tojin jatuh sakit
"Sudahlah, kalian tak perlu bersedih." kata nya kepada
ketiga muridnya yang dengan penuh perihatin siang malam
menjaga disampingnya. "setiap awal tentu ada akhir. Apa
yang Hidup tentu Mati. Itu sudah kodrat alam. Yang penting
bukan lah menjaga dan mempertahankan supaya aku tetap
hidup seratus tahun lagi. Karena toh hal itu akan sia2 belaka.
Tetapi haruslah menjaga dan mempertahankan apa yang telah
kulakukan semasa hidupku"
Ketiga anakmurid itu mengangguk.
"Aku mati, bukan suatu hal yang aneh dan patut
disayangkan. Karena setiap manusia tentu tak lnput dari
kematian. Tetapi Pek Thian tojin mati, bukan berarti Kun-lunpay
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mati juga. Kun-lun-pay harus tetap hidup sampai di akhir
jaman. Kun Iuri pay telah menyumbangkan ilmu pusaka dari
bang sa kita yang berupa ilmu silat, baik dengan pukul an
tangan kosong maupun ilmu permainan pedang Dan hal itu
telah diakui oleh dunia persilatan
Berhenti sejenak untuk mengambil napas, ke tua Kun-lunpay
itu berkata pula : "Kun-lun-pay didirikan oleh kakek moyang kita dengan jerih
payah. Maka sudahlah menjadi kewajiban dari anak2 muridnya
untuk menjaga dan mempertahankan perguruan kita itu. Maka
kalau kalian bertiga benar2 cinta dan sayang kepadaku, kalian
harus berlatih keras untuk mencapai tataran kesempurnaan
dari berbagai ilmu kepandaian yang telah kuajarkan itu."
"Baik suhu" kata ketiga murid itu.
Pek Thian tojin tertawa girang. Wajahnv? memancarkan
sinar kebahagiaan. "Puaslah sekarang apabila ajalku tiba" katanya pula,
"Kun-lun-pay pasti tetap jaya di tangan kalian. Namun lepas
dari tanggung jawabku kepada partai perguruan, masih ada
sebuah tanggung jawabku sebagai seorang ayah terhadap
puterinya " "Yah, janganlah engkau terlalu mencemaskan diriku,'' buru2
Gwat-ngo berseru, "aku sudah cukup dewasa untuk menjaga
diriku, Yang penting ayah harus lepaskan pikiran dan
mengasoh secukup-cukupnya agar sakit ayah lekas sembuh"
Pek Thian tojin tersenyum : "Sekarang engkau dapat
mengatakan begitu kepadaku, Gwat. Tetapi kelak apabila
engkau sudah menjadi orang tua. tentu lain lagi bicaramu."
Kemudian orangtua itu berpaling memandang Hong-kiat
lalu Ong Han. "Hong-kiat." katanya kepada murid pertama "kutahu
engkau seorang pemuda yang baik, jujur dan setia. Walaupun
engkau agak lamban berpikir tetapi engkau penuh tanggung
jawab. Sifat itu amat diperlukan pada pimpinan partai Kun lunpay
. . " Lalu Pek Thian memandang Ong Han: '"Han engkau
seorang pemuda yang berbakat, cerdas dan tangkas. Sifat2 itu
juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin partai perguruan.
Maka aku agak bingung untuk menentukan, siapakah yang
kelak a-kan kuserahi pimpinan perguruan Kun lun-pay."
"Suhu," cepat Ong Han berkata, "harap suhu jangan
berbanyak pikiran. Toasuhenglah yang harus mengganti
kedudukan sebagai pemimpin Kun-lun-pay karena toa suheng
adalah murid pertama"
Pek Thian tojin mengangguk : "Benar, memang demikianlah
naluri pergantian pimpinan pada tiap partai persilatan. Murid
pertama harus yang diangkat sebagai pengganti suhunya.
Tetapi aku mempunyai pendirian lain. Pengganti pimpinan
partai Kun-lun pay takkan didasarkan atas u-rut-urutan
kedudukan muridnya tetapi akan berdasar pada kecakapan
dan rasa tanggung jawabnya terhadap partai Kun-lun-pay".
"Engkau lebih cerdas dan lebih cakap," kata Pek Thian tojin.
"Tetapi toa suheng lebih jujur, setia rasa dan besar
tanggung jawabnya," tukas Ong Han.
"Itulah sebabnya maka aku bingung," Pek Thian tojin cepat
merebut pembicaraan. Setelah itu ia merogoh kebawah kasur
tempat tidurnya. Sesaat kemudian ia sudah mencekal
sebatang pedang dengan kerangkanya. Kerangkanya terbuat
dari kayu cendana yang diukir macam bentuk seekor naga.
"Inilah pedang pusaka Ceng-lui-kiam." kata Pek Thian
tojin". sekarang hendak kupersilahkan kalian untuk memilih :
pedang atau kerangkanya."
"Hong-kiat, sebagai murid pertama, engkau kuberi
kelonggaran untuk memilih lebih dahulu." serunya kepada
Hong-kiat. Tetaoi pemuda jujur itu menolak : "Maaf, suhu murid tak
mempunyai pilihan Baik pedang maupun kerangkanya, murid
tetap akan menerimanya dengan penuh hormat dan tanggung
jawab." Diam2 Pek Thian tojin memuji kejujuran muridnya yang
pertama itu. Lalu ia suruh Ong Han yang memilih. Bermula
Ong Han juga menolak tetapi karena didesak oleh suhu dan
toa-suhengnya, akhirnya mau juga ia memilih lebih dulu.
"Baiklah, suhu," katanya seraya tampil rneng hampiri
pedang, "biarlah murid memilih pedangnya saja."
"Hong-kiat, apakah engkau sudah rela mendapat kerangka
pedang ?" tanya Pek Thian.
"Murid telah mengatakan, apapun yang akan diterimakan
kepada murid, tentu akan murid jaga dan rawat dengan
sebaik-baiknya." sahut Hong-kiat.
"Jika begitu, ambillah kerangka pedang Ceng Iui-kiam ini"
kata Pek Thian. Setelah Oog Han mengambil pedang dan Hong kiat
kerangkanya maka berkata pula Pek Thian tojin.
"Memang nasib itu sudah digariskan kepada kalian berdua,"
katanva, "Ong Han, engkau memelih pedang itu berarti
engkau memilih isi atau buahnya. Isi atau buah itu yalah ilmu
pelajaran dari partai Kun-lun-pay."
Berhenti sejenak ketua partai Kun-lun-pay itu berkata pula :
"Engkau telah memiliki delapan bagian dari ilmu kepandaian
partai kita. Dan apa yaitu; dapat kuajarkan kepadamu
memang hanya sampai pada tataran itu. Tetapi sesungguhnya
masih ada dua bagian ilmu pusaka partai kita yang lenyap . . "
"Oh," Ong Han terkejut. "dapatkah kita menggali lagi ilmu
itu. suhu ?" "Adakah engkau mempunyai minat untuk mencari ilmu
pusaka kita yang hilang itu ?"
Ong Han mengiakan : "Benar suhu. Murid hendak
memperlengkapi ilmu kepandaian partai Kun lun-pay agar
dapat menambah kejayaan partai kita"
"Bagus, muridku." seru Pek Thian tojin, "tetapi hal itu tidak
mudah." "Suhu," kata Ong Han. "apapun yang akan terjadi demi
kepentingan partai kita. murid sanggup untuk melakukan,
sekalipun harus terjun kedalam lautan api. Mohon suhu suka
memberi petunjuk." Karena melihat kesungguhan hati muridnya, Pek Toian
tojinpun lalu memberi penjelasan : "Sbenarnya kitab pelajaran
ilmusilat partai Kun-lun pay terdiri dari 10 buah Yang berada
disitu hanya delaoan buah. Masih ada dua buah yang berada
di Mongolia. "Di tempat siapa ?" tanya Ong Han.
"Seorang pertapa sakti yang tinggal di kota Ulan Bator."
"Mengapa suhu tak pernah mencoba kesana" tanya ong
Han pula. Pek Thian tojin menghela napas : "Aku sudah berulang kali
kesana tetapi senantiasa gagal. Ketahuilah muridku. Orang
sakti itu.memang aneh dan berilmu tinggi. Dia memberi tahu
kepadaku, bahwa aku tak berjodoh dengannya."
Ong Han heran dan menyanakan nama o-rang saksi itu.
"Entah siapa namanya. Pokok asal engkau tiba disana, dia
tentu akan tahu sendiri. Tanpa engkau cari dia akan datang
sendiri kepadamu apa bila engkau memang berjodoh. Tetapi
kalau engkau tak mempunyai rejeki, dia akan memberitahu
dengan surat." "Suhu, ilmu apakah yang berada padanya?" tanya Ong Han.
"Yang satu ilmu tutukan jari dari jarak jauh dan yang satu
ilmu pedang terbang."
Ong Han tertarik dan menyatakan akan pergi ke Ulan Bator.
Kemudian Pek Thian tojin berkata kepada ong-kiat:
"Muridku, engkau memang seorang jujur dan penerima.
Karena engkau menerima pohonnya maka engkaulah yang
menggantikan aku sebagai ketua Kun-lun-pay apabila kelak
aku menutup mata." "Suhu ..." "Jangan membantah, Hong-kiat." cepat Pek Thian tojin
mencegah Hong-kiat yang hendak ber kata. "itu memang
sudah ketentuan nasib. Yang memilih buah, akan mendapat
ilmu pelajaran Kun lun-pay. Yang memilih pohon, akan
mendapat kedudukan sebagai ketua Kun-lun-pay."
Demikian keputusan yang diambil Pek Thian tojin Dan
keesokan harinya berangkatlah Ong Han menuju ke Mongolia.
Suatu perjalanan yang jauh dan sukar.
Beberapa bulan kemudian penyakit Pek Thian tojin makin
berat dan akhirnya menutup matalah ketua Kun-lun pay itu.
Sebelum meninggal. Pek Thian tojin telah menyerahkan
sebuah kim-long atau surat rahasia kepada puterinya Gwatngo.
So tahun kemudian, baru kim-long itu boleh dibuka.
Li Hong-kiat menjalankan kedudukan sebagai ketua partai
dengan hati2 dan bertanggung jawab. Sampai setahun
lamanya, belum juga Ong Han pulang.
Karena sudah tiba waktunya maka Gwat-ngo pun segera
membuka Kim-long dari ayahnya, la nyata surat warisan itu
berisi pesan bahwa apabila dalam waktu setahun Ong Han
sudah pulangi Gwat ngo boleh menikah dengan dia. Tetapi apa bila
sampai setahun tak pulang maka Gwat-ngo supaya menikah
dengan Hong-kiat. Gwat Ngo termenung-menung membaca surat peninggalan
ayahnya. Sampai beberapa hari ia masih bingung dan
bermuram durja. Hong-kiat yang selalu memperhatikan
dirinya, segera menanyakan sebab2 kelesuan sumoaynya itu.
Gwat-ngo-pun terpaksa menunjukkan surat ayahnya itu.
Hong-kiat tak sampai hati memaksa sumoay nya. Ia tahu
sumoaynya itu lebih mencintai Ong Han. Maka ia berkata :
"Lebih baik kita tunggu setahun lagi. Tentulah sute sudah
pulang." Gwat-ngo terharu akan kejujuran toa-Suheng nya. Namun
betapapun ia tak dapat memaksa suara hatinya.
Tak terasa setahun pun telah habis lagi dan Ong Han tetap
belum muncul. "Sumoay, jangan bersedihlah, mari kita menunggunya lagi
satu tahun," kata Hong-kiat menghibur sumoaynya.
Amat terharu sekali Gwat-ngo dibuatnya atas kecintaan
yang tiada taranya dari toa-suheng Itu. Diam2 ia mulai
mengagumi peribadi Hong-kiat yang luhur.
"Toa-suheng," katanya dengan penuh haru. "kita sudah
cukup bersabar menunggu sampai tiga tahun. Apabila tahun
yang terakhir ini suheng tetap tak pulang, marilah kita
laksanakan perintah ayah . , "
Rupanya memang nasib telah menggariskan perjodohan
Gwat-ngo dengan Hong-kiat. Sampai tahun yang ketiga, tetap
Ong Han tak pulang. Karena merasa telah lebih dari cukup
menunggunya, akhirnya Gwat-ngo melangsungkan pernikahan
dengan Hong-kiat. Keduanya hidup bahagia dan di-karunia
seorang puteri. Pada waktu Ong Han pergi ke Mongolia, kaisar Goan-si cou
yang berasal dari Mongol, telah wafat. Terjadilah
pemberontakan diseluruh negeri yang hendak menumbangkan
kekuasaan pemerintahan Goan. Diantara yang berhasil dalam
gerakan itu yalah Cu Goan-ciang yang kemudian mengangkat
diri menjadi kaisar Beng.
Selama terjadi huru hara pemberontakan2 itu, dunia
persilatanpun mengalami pergolakan hebat. Muncullah
gerombolan Topeng Hitam yang memaksa partai2 persilatan
untuk menentang Cu Goan ciang dan menunjang
pemerintahan Goan lagi. Partai persilatan yang menolak, tentu
dihancurkan Pemimpin gerombolan Topeug Hitam itu seorang muda
yang sakti sekali kepandaiannya entah berapa banyak jago2
silat Tiong-goan yang telah mati dibawah pedang pusakanya.
Kesaktian dan keganasan pemimpin gerombolan Topeng
Hitam benar2 merontokkan nyali setiap kaum persilatan.
Usaha mereka hampir berhasil ketika tiba2 muncullah Kim
Thian-cong. Topeng Hitam yang menghancurkan. Kim Thiancong.
yang membangun pula. Topeng Hitam mendukung
pemerintahan Go-an, Kim Thian-cong menunjang kerajaan
Beng. Akhirnya bertemulah kedua tokoh itu dimuara sungai Hekliong-
kiang (sungai Naga hitam) Da lam pertempuran dahsyat
yang berlangsung sampai sehari semalam itu. akhirnya Kim
tayhiap dapat menutuk pedang pusaka Ceng-lui-kiam hingga
jatuh kedalam sungai. Tetapi Kim tayhiappun menderita luka
sebuah tusukan pada bahunya.
Kemudian Kim tayhiap berhasii mencabut topeng kain hitam
dari pemimpin gerombolan itu dan tahu siapa sebenarnya dia.
Orang itu pucat. "Bunuhlah" katanya dengan gagah.
"Siapa engkau ?" tanya Kim tayhiap.
"Tak perlu engkau tahu namaku !"
"Ha, ha" Kim Thian-cong tertawa, "walaupun engkau tak
mau memberitabu tetapi aku dapat mengenali ilmu
perguruanmu. Bukankah engkau anak murid . . "
'Tutup mulutmu!" cepat orang itu berteriak "aku mau
menyerah tetapi dengan syarat !"
Kini Thian-cong menimang Orang yang umur nya sebaya itu
ternyata seorang tokoh dunia persilatan Tionggoan. Murid
sebuah partai persilatan termasyhur dan menjadi salah satu
dari ketujuh partai persilatan besar.
"Katakan syaratmu !" seru Kim Thian-cong.
"Aku mau menyerah bukan berarti aku kalah kepadamu
Tetapi aku hanya mengalah. Aku akan mengundurkan diri dari
keaktipan didunia persilat an dan mengasingkan diri. Tetapi
engkau tak boleh menyelidiki siapa namaku dan tak boleh
menyiarkan diriku kepada dunia persilatan."
Kim Thian-cong menimbang bahwa syarat itu tidak berat
maka iapun segera menyanggupi.
"Tetapi ingat, setiap saat kudengar orang membicarakan
siapa sebernarnya diri pemimpin gerombolan Topeng Hitam
itu, pasti engkaulah yang menyiarkan. Dan aku tentu akan
bergerak lagi untuk menghancurkan seluruh partai2 persilatan
dan engkau !" "Baik, ucapan seorang lelaki adalah ibarat seekor kuda yang
lepas. Sekali lari takkan dihenti kan lagi." seru Kim Thian-cong,
"tetapi engkaupun harus ingat. Begitu kudengar engkau dan
gerombolanmu bergerak mengacau dunia persilatan lagi aku
tentu akan membuka kedok rahasia dirimu dan akan mengajak
seluruh partai persilatan untuk meminta pertanggungan jawab
kepada partai perguruanmu !"
Demikian keduanya mengakhiri pertempuran dengan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebuah perjanjian yang aneh. Namun karena perjanjian itu
telah diucapkan oleh dua tokoh silat yang sakti, keduanyapun
sama2 pegang janji. Sejak mulai saat itu, gerombolan Topeng
Hitampun menghilang dari dunia persilatan.
Lima tahun kemudian pada suatu hari Li Hong-kiat dan
isterinya terkejut ketika menerima kedatangan Ong Han.
Dengan panjang lebar Ong Han segera menuturkan
pengalamannya selama berada di daerah Mongol la berhasil
bertemu dengan orang Mongol sakti itu dan diberi ajaran Hoagong-
ci atau Jari penggurat-langit dan ilmu Hui-kiam atau
Pedang-terbang tetapi dengan syarat, sebelumnya aku harus
sanggup melaksanakan sebuah perintah dari orang sakti itu.
"Tekadku, aku takkan pulang sebelum membawa kedua
ilmu sakti itu." kata Ong Han "maka kuterima permintaannya.
Aku diperintah untuk mencarikan Ular katak yang hanya
terdapat di danau Balehasj di daerah barat"
Ong Han berhasil menemukan danau itu dan menyelam ke
dasar danau Ia berhasil menangkap seekor Ular katak, sejenis
binatang aneh yang kepalanya seperti ular tetapi badannya
katak. Tetapi ketika ia hendak membawa ular-katak itu ia telah
dikepung oleh suku Kazak dan ditawan.
Ong Han diberi minuman obat yang menghilangkan
kesadaran pikirannya lalu diajak oleh suku Kazak berperang
melawan lain suku. Dua tahun lamanya ia membantu kepada
suku Kazak. Setelah perang selesai dan dianggap berjasa,
maka diapun dibebaskan. Ular-katak diberikan kepadanya lagi begitu pula iapun
disembuhkan dari kehilangan kesadaran pikirannya, Kemudian
bergegas ia kembali ke U-lan Bator. Tetapi orang sakti itu
sudah makin parah sakitnya.
Dengan minum ular-katak itu, dapatlah jiwa orang Mongol
itu tertolong tetapi dia lumpuh. Tubuhnya tak dapat bergerak.
Untung luh sebelumnya orang itu sudah menyiapkan lukisan
dalam sebuah buku. Ong Han disuruh melakukan gerakan
sesuai dengan lukisan itu. Dua tahun lamanya Ong Han belajar
dengan cara itu. walaupun masih kurang sempurna tetapi ia
sudah dapat mencapai delapan bagian.
Pada suatu hari sepulang dari berbelanja ke kota. Ong Han
mendapatkan suhunya itu mati di bunuh orang. Mulut suhunya
itu masih menggigit seketat daging kecil. Ternyata ujung jari
kelingking orang. Ong Han menduga, ketika hendak dibunuh suhunya masih
dapat menggigit jari kelingking mu suh. Ong Han menyimpan
bukti itu, Ada lagi sebuah hal yang mengherankan pada mayat
suhunya. Telunjuk jari suhunya itu menuding kearah lantai.
Ong Han yang berotak cerdas segera merang kai dugaan.
Digalinya lantai itu dan ternyata memang terdapat sebuah
kotak kecil terbuat dari kulit kerbau. Ketika dibuka isinya
sebuah surat yang menyatakan bahwa kedua buah kitab
pusaka yang berisi ilmu kesaktian itu tersimpan dalam Kuil
Kuning di luar tembok istana kaisar Goan.
Dahulu orang Mongol itu diangkat menjadi kepala Kuil
Kuning. Tetapi karena dia kesalahan pada kaisar maka dijatuhi
hukuman mati, Tetapi ia ditolong oleh It Sian tojin. Untuk
membalas budi, kepala Kuil Kuning itu menyerahkan delapan
buah kitab pelajaran ilmu sakti. It Sian tojin kemudian menjadi
ketua dari partai Kun-lun-pay.
"Itulah sebabnya maka aku sampai sekian lama baru
pulang," kata Ong Han kepada toa-su hengnya Hong-kiat.
Atas pertanyaan Ong Han. Hong-kiat yang telah menjadi
ketua Kun-lun pay menhela napas.
"Selama lima tahun ini banyak sekali pero-bahan yang telah
terjadi." katanya, "suhu telah menutup mata dan akupun
terpaksa menerima jabatan sebagai ketua . , . "
Ah, sudah selayaknya suheng melakukan tugas itu." kata
Ong Han dengan nada lepas.
"Gwat-ngo, tulunglah engkau ambilkan surat peninggalan
suhu itu," kata Hong-kiat. Tak berapa lama Gwat ngopun
keluar lagi dengan menyerahkan sebuah sampul surat.
"Sute . . maafkan, aku terpaksa melaksanakan pesan suhu."
kata Hong-ktat. Habis membaca, wajah Ong Han tetap tenang, katanya :
"Akulah yang bersalah, suheng. Bahkan suheng sudah
memberi kelonggaran waktu lebih dari yang dipesan suhu.
Semoga suheng dan sumoay dapat hidup bahagia , . "
Sejak itu tinggallah Ong Han di markas Kun lun-pay. Tetapi
sikapnya sekarang jauh berbeda dengan dahulu. Dia berobah
menjadi seorang pendiam dan suka melamun.
"Sute. mengapa engkau sekarang suka bermenung
melamun seorang diri ?" tegur Hong-kiat.
Ong Han hanya mengatakan tak apa2 Tetapi setelah
didesak oleh suhengnya barulah ia menyatakan kalau
memikirkan tentang dua buah kitab pusaka yang masih
tersimpan dalam Kuil Kuning
"Suheng, kejayaan Kun-lun-pay harus kita bangun dan
kembangkan seluas-luasnya. Ilmu yang termaktub dalam kitab
pusaka itu tiada ternilai saktinya. Dengan memiliki ilmu
Pedang-terbaag yang sudah beratus tahun lenyap. Kun lunpay
akan menjagoi dunia persilatan,"
"Lalu bagaimana kehendakmu'" tanya Hong-kiat.
"Aku tetap hendak mencari kitab pusaka itu" sahut Ong
Han. "Tetapi penjagaan disana tentu ketat sekali" katr Hong kiat.
"Itulah sebabnya aku selalu termenung memikirkah hal itu,"
sahut Ong Han. Hong-kiat tertarik akan tujuan sutenya yang mulia.
Bukankah sutenya itu berjuang keras demi membangun
kejayaan Kun-lun-pay. "Ah, dia berjuang begitu gigih dan aku " Aku hanya enak2
berada dalam markas dan menikah dengan sumoaynya, Belum
pernah aku keluar untuk melakukan tugas kepentingan partai"
diam2 Hong-kiat menilai dirinya.
Dia seorang jujur. Maka segera ia menawarkan tenaganya
untuk menemani sutenya menuju ke kota raja.
Demikian kedua suheng dan sute itu segera berangkat.
Urusan partai diserahkan kepada Gwat ngo.
Lebih kurang enam bulan kemudian, pada suatu hari tiba2
muncullah Ong Han dengan membawa luka2 berdarah. Sudah
tentu Gwat-ngo terkejut sekali.
"Mana suheng ?" tanyanya cemas.
Ong Han tak menyahut melainkan bercucur an airmata . . .
"Oh." Gwat-ngo menjerit, "benarkah dia . .. dia . . celaka .?"
Dengan terbata-bata Ong Han menceritakan bahwa dalam
usahanya menyelundup ke dalam Kuil Kuning, ia dan
suhengnya telah dipergoki oleh para penjaga disitu. Terjadi
pertempuran dengan barisan siwi (pasukan istana) yang lebih
besar jumlahnya dan terdiri dari tokoh2 silat sakti.
Hong-kiat rubuh dan terluka berat. Bermula Ong Han
mengamuk dan hendak adu jiwa untuk membalas kematian
suhengnya tetapi dalam detik2 masih dapat bernapas, Hongkiat
mencegah dan menyuruhnya pulang.
"Sute, biarlah satu yang mati jangan dua-dua. Kita harus
tetap menegakkan Kun-lun pay. Dan tolonglah engkau rawat
sumoay dan anaknya..."
"Bermula aku tak mau," Ong Han melanjut kan
keterangannya, "tetapi karena suheng tetap mendesak,
akhirnya aku terpaksa membuka jalan-darah dan meloloskan
diri ..." Gwat-ngo tersedu-sedu mendengar berita itu. Betapapun,
Hong-kiat. itu adalah suaminya yang yang mencintai dan
menyayanginya. Sampai beberapa bulan Gwat-ngo tetap
bersedih. Untunglah ada Ong Han yang selalu menghiburnya.
Waktu berjalan pesat sekali. Musim panas berganti musim
rontok lalu musim dingin. Dan setelah mengalami musim yang
menggigilkan tubuh dan merawankan hati itu, akhirnya tibalah
musim semi, musim yang memberi harapan pada semua
mahluk di semesta alam. Sering dengan kedatangan musim semi yang indah
gemilang itu. mulai cairlah kabut kesedihan yang
menyelubungi hati Gwat-ngo si janda kembang yang masih
muda belia itu. Belaian kata2 yang dirangkai indah oleh mulut Ong Han
yang pandai bicara, bagaikan sinar matahari yang memancar
di musim semi. Memberikan kegairahan dan menimbulkan
harapan hidup dalam hati Gwat-ngo. Kelayuan dan kelesuan
hidup janda itu, mulai merekah kegairahan dan harapan. Dan
bersemi pulalah benih2 asmara yang pernah menjalin antara
ia dengan Ong Han dahulu.
Cinta pertama, selalu berkesan. Ketika Ong Han
menyatakan isi hatinya maka Gwat-ngopun menyambutnya
dengan sepuluh jari. Demikian keduanya segera hidup menjadi suami isteri
dengan bahagia. Setahun kemudian pada suatu malam, Ong Han menerima
kedatangan seorang tetamu. Secara kebetulan, Gwat ngo dari
balik dinding ruangan dapat mendengar pembicaraan mereka.
Rupanya orang itu seperti menagih janji kepada Ong Han.
Ong Han beibangkit dan masuk kedalam kamar. Rupanya
timbul kecurigaan dalam hati Gwat ngo. Ketika Ong Han
masuk, ia pura-pura tidur.
Ternyata Ong Han mengambil sarung pedang yang
tergantung pada tembok. Sarung pedang itu yalah kerangka
dari pedang Ceng-lui-kiam.
Gwat ngo terkejut. Pada saat itu juga ia hendak menegur
tetapi pada lain kilas ia mempunyai lain pemikiran. Untuk
apakah Ong Han mengambil kerangka pedang itu " Ah,
baiklah ia membiarkan saja dulu dan ia hendak tahu apa yang
a-kan dilakukan Ong Han dengan sarung pedang itu.
Setelah mengambil sarung pedang, Ong Han terus keluar
dan menyerahkan kepada tetamu itu. Kemudian seielah
berbicara sebentar, keduanya tertawa lalu berbangkit dan
melangkah keluar. Dengan hati2 Gwat-ngo mengikuti mereka. Tiba di sebuah
hutan yang sunyi, sekonyong-konyong Ong Han menghantam
orang itu. Karena tak menyangka nyangka, orang itu tak
sempat menangkis dan rubuh.
"Penghianat Ong Han, engkau menghianati janji . . .
sebagai upah untuk mencelakai suheng-mu, engkau memberi
balasan begini ..." orang itu berteriak sekuat-kuatnya tetapi ia
tak dapat melanjutkan kata-katanya karena saat itu Ong Han
menendangnya kedalam jurang . . .
Bukan kepalang kejut Gwat-ngo ketika menyaksikan
peristiwa itu Setelah Ong Han pergi, ia terus turun ke jurang
untuk menolong orang itu.
Orang itu menderita luka parah. Tetapi berkat ilmu tenaga
dalamnya yang tinggi, ia masih dapat! bernapas. Ternyata dia
seorang Mongol murid orang sakti dari kota Ular Bator yang
memberi pelajaran ilmu tutukan jari jarak jauh dan ilmu
Pcdang-terbang kepada Ong Han. Dengan begitu orang itu
masih pernah suheng dari Ong Han
Gwat ngo melekatkan telapak tangannya ke punggung
orang itu untuk menyalurkan tenaga-dalamhya. Tak berapa
saat orang itupun sadarkan diri Ketika mengetahui Gwat ngo
itu isteri Hong-kiat, orang itu menangis minta maaf.
"Maafkan aku nyonyah" katanya, "aku Tol-tai, telah ditipu
Ong Han untuk membunuh suamimu . . dia berjarji . . hendak
memberikan kerangka pedang Ceng lui kiam . . tetapi ternyata
ta curang dan menghantam aku . . "
"Apakah suamiku sudah mati ?" seru Gwat ngo gopoh.
"Dia terluka parah dan kubuang dalam jurang. Entah mati
entah hidup . . " 'Mengapa engkau menghendaki kerangka pedang itu ?"
tanya Gwat ngo pula. Belum Toltai menjawab tiba2 diatas tebing terdengar suara
Ong Han berteriak-teriak memanggil Gwat-ngo.
Rupanya setelah pulang dan tak mendapatkan Gwat ngo
berada di tempat tidur, Ong Han terkejut Ia kuatir terjadi
sesuatu dengan Gwat-ngo Ia mencari kemana mana tetapi
tetap tak bertemu. Akhirnya timbullah kecurigaan, bukan
mustahil Gwat-ngo mengetahui peristiwa kedatangan tetamu
dari Mongol tadi. Ia mulai gelisah lalu menuju ke jurang
tempat pertempuran tadi. "Hai, mengapa engkau disitu Gwat-moay ?" serunya
terkejut ketika matanya yang tajam melihat sesosok tubuh
wanita sedang berjongkok menolong seorang lelaki. Buru2 ia
lari menuruni jurang 'Celaka . . dia datang lagi," kata Toltai tersendat2, "nyonya .
. lekaslah engkau lari . . "
'Tidak," sahut Gwat-ngo tegas, "aku hendak membuat
perhitungan dengan manusia serigala itu !"
"Jangan . . dia lebih sakti . . engkau tentu menderita . . "
"Biarlah aku mati asal penghianat itupun mati !" Gwat ngo
tetap menolak. "Nyonyah . . loloslah sabukku dan gunakan untuk
menghadapi serangan Gig Han. Sabuk itu terbuat dari Swat
coa (ular saljo) yang telah membeku digurun salju Siberia
selama ratusan tahun. Selain mampu menahan senjata, pun
apabila mengenai tubuh lawan, lawan tentu akan menggigil
kedinginan dan lumpuh tenaganya," dengan paksakan diri
Toltai memberi keterangan.
Gwat-ngo menurut dan saat itu Ong Hanpun sudah tiba
dihadapan mereka. "Gwat-moay, mengapa engkau berada disini" tegur Ong
Han dengan memberingas. Sebelum Gwat-ngo menyahut, Toltai sudah mendahului:
'Anjing Ong Han perbuatanmu yang durhaka telah kuberi tahu
kepada nyonyah ini. Engkau . manusia , . berhati serigala . . "
"Tutup mulutmu, anjing !" Ong Han membentak dan
lepaskan sebuah hantaman dengan meng gunakan ilmu Hoagong-
ci atau Jari-pengguratlangit,
Terdengar Toltai menjerit
ngeri tetapi menyusul itu,
Ong Hanpun menjerit, seram terus melarikan diri.
Ternyata serempak pada waktu Ong Han menghancurkan Toltai, Gwat-ngopun segera
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyabat dengan sabuk Swat-coa-han-kut-tay, sabuk
ular salju, Bahu Ong Han termakan ujung sabuk. Seketika menggigillah dia
Tenaganya serasa hilang Menyadari bahaya yang mengancam,
Ong Han terus melarikan diri . . .
"Jahanam, sampai ke ujung langitpun tetap akan kucarimu
!" G vat ngo mengejarnya:
Tetapi akhirnya Ong Han dapat meloloskan diri juga.
Setelah mengejar beberapa lama, tiba2 Gwat-ngo merasa
pusing dan akhirnya jatuh. Ternyata dia sudah mengandung
tiga empat bulan. Perasaan marah, gemas dan dendam yang
membakar hatinya telah menyebabkan hawa dalam tubuhnya
bergejolak keras dan darahnya berhamburan keras
Ia malu, menyesal dan menderita guncangan batin yang
hebat sehingga setelah sadar dari pingsannya, ia berobah
linglung pikirannya, la tak mau kembali ke Kun-lun san tetapi
merantau ke pegunungan dan hutan belukar. Bahkan ketika
melahirkan bayi, ia membuang bayi itu ditengah hutan Ia malu
dan jijik merawat anak dari seorang manusia yang berhati
binatang seperti Ong Han. Dan sejak itu ia hilang lenyap tiada
beritanya. Partai Kun-lun pay geger karena kehilangan ketuanya yang
baru yalah Ong Han serta Gwat-ngo. Demikianpun tak hentihentinya
anak perempuan yang baru berumur tiga tahun itu
menangis mencari ibunya. Untunglah datang seorang rahib tua yang bernama Giok Im
sengbo yang bersedia mengambil anak perempuan itu. Setelah
anak perempuan itu besar ia diperbolehkan kembali ke gunung
kun lun. Kebetulan tiang-lo yang menjabat sebagai pejabat
ketua partai Kun lun-pay telah meninggal maka nona itupuh
diangkat sebagai penggantinya.
"Demikianlah sekelumit kissah sedih yang pernah melanda
partai Kun lun-pay, ''Ceng Siar suthay mengakhiri ceritanya.
'O, nona itu tentu suthay sendiri,"kata An? Bin-tojin ketua
Bu tong pay. Ceng Sian suthay mengangguk.
"Tetapi bagaimana suthay tahu akan riwayat! itu "
Bukankah suthay saat itu masih berumur tiga tahun?"' seru
Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay
Ceng Sian suthay tersenyum : "Sudah tentu suhuku yang
memberitahu. Demikian pula tentang Lam hay It soh, pun
suhu menceritakan juga Dia. bukan lain yalah Ong Han, orang
yang telah menganiaya ayahku dan mencelakai ibuku !"
"Omitohud" seru Hui Gong taysu, "dendam itu laksana bisul,
mudah timbul sukar dilenyapkan Sekalipun sembuh tetapi
tetap meninggalkan bekas Mengapa suthay masih
mengandung rasa dendam, kepadanya " Bukankah dia akan
menderita sendiri akibat perbuatannya itu ?"
Ceng Sian suthay tak menyahut melainkan termenung
diam. Rupanya terjadi pertentangan dalam batinnya.
"Memang telah kuusahakan hal itu sekuat tenagaku,"
katanya sesaat kemudian, "dan sudah lama aku tak
memikirkan persoalan itu. Tetapi pada saat aku tiba di laut
selatan dalam rangka mencari putera Kim tayhiap yang hilang'
itu, tiba' saja timbullah hasratku untuk menuju ke pulau
Hailam." "Apakah tujuan suthay ke sana ?" tanya Ang Bin tojin.
"Bermula hanya ingin menjenguk dan membuktikan apakah
Lam-hay It-soh itu benar paman guruku Ong Han." kata Ceng
Sian suthay. "Benarkah dia itu ?" seru Hong Hong tojin.
"Aku sendiri memang tak ingat lagi bagaimana wajah
paman guruku dahulu," kata Ceng Sian suthay, "maka ketika
berhadapan muka, iapun menerima kedatanganku dengan
ramah. Setelah berbicara beberapa saat, akupun segera
memperkenal kan siapa diriku yang sesungguhnya. Dia
terkejut sekali dan pucat lesi ..."
'Omitohud," seru Hui Gong taysu pula, "dosa memang tak
ubahnya seperti bayangan. Kemanakah orang hendak lari dan
bersembunyi, tetapi rasa dalam hati telah berbuat dosa itu,
tetap akan membayanginya ..."
"Dalam tanya jawab dengan dia, dapatlah ku ketahui bahwa
ia membunuh ayahku karena marah melihat ayah telah
menikah dengan ibuku. Dia masih mencintai ibuku dan tak rela
kalau ibu dipersunting lain orang ..."
Beihenti sejenak Ceng Sian suthay melanjutkan :
"Sebenarnya aku sudah naik darah mendengar keterangannya
itu tapi segera dapat kumaklumi perasaan seorang pemuda
yang sedang dimabuk Asmara. Cinta itu memang buta dan
dapat membuat orang kalap dan gelap . . "
Berhenti sejenak, Ceng Sian suthay melanjut kan ceritanya
pula. "Ketika kutanyakan tentang pedang pusaka Ceng-lui-kiam.
ia menjawab bahwa pedang itu telah terlepas jatuh kedalam
bengawan Hek-liong-kiang ketika ia melangsungkan
pertempuran hebat dengan Kim Thian-cong."
"Kemudian kutanyakan pula tentang sarung pedang Cengliong-
kiam. Kukatakan bahwa pedang Ceng lui-kiam itu
menjadi haknya karena o-leh sucou (kakek guru) telah
diberikan kepadanya Tetapi sarung pedang itu adalah hak
milik ayahku. Maka aku berhak untuk meminta.
Mendengar pertanyaau itu, Lam-hay It-soh menghela napas
panjang : "Sarung pedang itu telah dicuri oleh muridku".
"Siapa namanya ?" tanyaku.
"Sui Kim-san," jawab Lam-hay It soh.
"Mengapa tak engkau kejar " Bukankah engkau tahu bahwa
sarung pedang itu hak milik su-hengmu yang pada suatu hari
kemungkinan dapat mencarimu untuk meminta barang itu ?"
kutegur-nya dengan tajam.
Kembali Lam hay It soh menghela napas.
"Aku tak dapat melakukan hal itu." katanya.
"Mengapa ?" "Karena puteriku telah meninggalkan surat apa bila aku
mengejar dan membunuh Kim-san, puteriku itupun akan
bunuh diri." kata Lam-hay Is-soh
"Mengapa begitu "' tanyaku pula, "apakah hubungan
puterimu dengan muridmu Kim San itu"
"Puteriku juga kuberi pelajaran ilmusilat bersama Kim san.
Hubungan kedua suheng dan su-moay itu erat sekali tak ubah
seperti engkoh dan adik. Aku merasa gembira dan
membiarkan mereka bergaul bebas. Ternyata pada suatu hari
telah terjadi hal yang sama sekali tak pernah kuduga-duga.
Kim san dan puteriku minggat dengan membawa sarung
pedang Ceng lui kiam. Dan meninggalkan surat itu."
"Apakah engkau melarang mereka menjadi suami isteri ?"
tanyaku. "Bukan melarang tetapi hanya memperingatkan bahwa saat
ini mereka jangan memikirkan lain2 hal tetapi harus
menumpahkan seluruh perhatian untuk belajar silat. Kelak
setelah selesai baru lah nanti aku akan membicarakan soal
perjodoan mereka. Tetapi rupanya mereka telah tergoda oleh
nafsu sehingga terjadi peristiwa itu."
"Apakah mereka sudah mengadakan hubungan gelap ?"
"Begitulah menurut pengakuan dalam surat puteriku itu. Ia
mengatakan kalau sudah mengandung"
"Mengapa mereka harus melarikan diri" Bukankah Kalau
mereka mengaku terus terang akan perbuatan mereka,
engkau tentu akan memberi maaf?"
"Anakku hanya seorang itu . . . "
"Bohong !" kubentaknya keras, "bibit siapakah yang
terkandung diperut ibuku kala itu ?"
Lam-hay It-soh gemetar mendengar kata kataku. Wajahnya
pucat lesi dan tubuhnya lemah lunglai
"Tetapi bukan maksudku hendak meninggalkan ibumu.
Dialah yang marah dan hendak membunuhku"
"Seharusnya memang begitu. Karena engkau seorang
manusia berhati serigala .'" kudampratnya.
Lam-hay lt soh menundukkan kepala berdiam diri.
"Siapa nama anakmu ?" tanyaku pula. "Kui giok"
'Pernahkah engkau mendengar berita tentang mereka ?"
Lam-hay It-soh gelengkan kepala : "Sejak peristiwa itu
batinku telah menderita pukulan hebat. Aku jemu dengan
dunia persilatan. Aku tetap a-kan tinggal disini sampai di akhir
hayatku." Kutatapnya orang itu. Berbagai pikiran berkecamuk dalam
batinku saat itu. Apakah aku harus melampiaskan dendam
darah ayahku atau apa kah kubiarkan saja dia hidup tersiksa
batinnya " '"Suthay," tiba2 ia memanggil namaku dengan sebutan
suthay, "bukankah kedatanganmu ini hendak menuntut balas
atas kematian ayahmu ?"
"Hm," aku hanya mendengus.
"Silahkan bunuh aku." katanya dengan nada paserah, "aku
takkan balas menyerang ataupun membela diri. Aku sudah
merasa berdosa kepada ayahmu atau suhengku sendiri dan
ibumu . . " "Dosa selalu membayangi setiap pembunuh!"
"Karena itu, bunuhlah aku. Agar aku lekas terbebas dari
penderitaan hidup." Aku mendengus : "Yang memberi jiwamu, bukan aku maka
akupun tak berhak mencabutnya.-
Lam-hay It-soh menghela napas. Tiba2 matanya
memberingas. serunya : "Ceng Sian, apakah maksudmu
kemari "'* "Pertama, hendak melihat wajah seorang paman guruku
yang katanya tinggal di pulau ini. Ke dua. untuk menyaksikan
betapakah wujutnya seorang manusia yang begitu sampai hati
untuk men celakai suhengnya sendiri dan begitu longgar dada
untuk merebut isteri suhengnya. Dan ketiga, untuk
menanyakan perihal sarung pedang yang menjadi hak milik
ayahku." "Keinginanmu yang pertama, telah terkabul, Beginilah
macamnya manusia yang tak layak menjadi paman gurumu.
Keinginanmu yang'kedua, pun telah terkabul. Inilah manusia
yang berhati binatang itu. Keinginanmu ketiga, juga telah
mendapat jawaban Carilah orang yang bernama Sui Kim san
dan mintalah sarung pedang itu kepadanya. Tetapi masih ada
sebuah keinginan yang belum engkau utarakan"
"Apa ?" tanyaku.
"Engkau harus menuntut balas atas kematian ayah
bundamu !" seru Lam hay It-soh.
"Mengapa aku harus menuntut balas" Bukankah tanpa
kutuntut engkaupun sudah dituntut oleh karma dosamu. Kalau
engkau kubunuh, engkau tentu segera mati. Suatu hal yang
jauh lebih enak apabila kubiarkan engkau hidup dalam
cengkeraman karmamu ..."
"Ceng Sian, engkau kejam !" teriak Lam-hay It soh terus
mencabut sebatang badik dan diangsurkan kemuka. 'Ceng
Sian, bunuhlah aku, bunuhlah aku . . "
Aku terkejut melihat kekalapan Lam-hay It soh. Kulihat saat
itu dia sudah kehilangan kesadarannya. Dengan mata merah
memberingas, ia maju memberikan badik itu kepadaku. Aku
terpaksa mundur. Namun dia tetap mendesak maju seperti
orang gila. Aku ketakutan sendiri lalu berputar tubuh loncat
keluar. "Ceng Sian. engkau sungguh kejam . . " ia menjerit panjang
untuk kemudian tak bersuara lagi.
Saat itu aku sudah lari beberapa tombak. Ketika mendengar
teriakannya yang bernada ngeri aku terkejut dan cepat
berpaling kebelakang. Ah... Lam-hay It-soh sudah rubuh
berlumuran darah. Cepat aku lari kembali untuk menolongnya. Kulihat dadanya
tertanam badiknya sendiri.
"Mengapa engkau bunuh diri sendiri ?" tegurku rawan.
Betapun dia masih paman guruku. Dalam keadaan yang
sedemikian mengenaskan, timbullah rasa kasihanku.
"Aku memang tak layak hidup. Dosaku ber gelimpangan.
Lekas. Ceng Sian, waktu . . hanya tinggal sedikit sekali . . ' ia
mulai terengah-engah "dengarkanlah pesanku . . "
"Paman, dosamu sudah kumaafkan . . "
"Ah. terlambat Ceng Sian," katanya makin lemah. Wajahnya
mulai tampak kuning, "badik yang tertanam didadaku ini . .
pusaka dari guruku di Ular Bator, disebut badik Hong-cui-tian
(badik Air Kuning), sebuah badik yang keramat dan ganas.
Barangsiapa terkena badik ini mayatnya akan menjadi cairan
air kuning . . " "Paman . . " Ceng Sian berseru kaget.
"Dan sebentar lagi, akupun segera akan menjadi cairan
juga. Tetapi aku tak menyesal, Ceng Sian. Sekarang
dengarkanlah pesanku terakhir . . Pertama, ampunilah
kesalahanku terhadap ayah dan ibumu . . "
"Paman, telah kumaafkan semua kesalahanmu "Baik, Ceng
Sian, dengan begitu dapatlah nanti aku berangkat ke alam
baka dengan tenang hati Kedua, sarung pedang Ceng lui-kiam
milik ayahmu yang kuambil kemudian dicuri oleh muridku Kim
san itu. sebenarnya merupakan sebuah peta tempat simpanan
kitab pusaka sakti. Apabila dapat menemukan kitab pusaka itu
dan dapat mempelajari isinya, tentu dapat menjadi tokoh silat
yang tiada tandingannya didunia . , "
Ia berhenti sejenak untuk beristirahat lalu me lanjuikan pula
: "Carilah si Kim-san itu dan rebutlah kembali sarung pedang
milik Kun-lun-pay yang telah diwariskan kepada ayahmu itu . "
"Baik, paman" "Dan pesanku ketiga atau yang terakhir, carilah anakku si
Kui-giok itu dan berikanlah suratku kepadanya . surat itu
kutaruh dalam almari pakaianku. Dan apabila sebentar lagi
tubuhku jadi cairan air kuning, janganlah engkau tanam tetapi
masukkanlah tulang kerangkaku dalam sebuah peti dan
taruhlah .didalam guaku. Biar kelak si Kui-giok yang
menyelesaikannya . . Badik Hong-cui-tian ini, kuberikan
kepadamu . . "Paman, benarkah ayahku sudah mati ?" tanyaku gugup
karena melihat keadaannya sudah makin payah.
"Soal itu aku tak pasti. Kemungkinan besar dia tentu sudah
mati. Setelah kurusakkan wajahnya lalu kulempar kedalam
lembah. Oh, suheng ampunilah dosaku . .
Ceng Sian terkejut dan mengira Ong Han a-tau Lam-hay Itsoh
sudah meninggal tetapi ternyata beberapa saat kemudian,
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia membuka mata kembali dan berkata dengan makin lemah.
"Sebenarnya setelah menamatkan pelajaran dari suhuku
Tofara di Ulan Bator itu, akupun diusulkan olehnya menjadi
pengawal keraton kaisar Goan atau Kubilai Khan Melihat
kesaktian dan kecerdikanku, kaisar telah mengangkat aku
menjadi panglima istimewa yang ditugaskan untuk membasmi
partai persilatan di Tiong-goan.
Agar jangan menyangkut nama baik kerajaan Goan maka
kubentuk sebuah gerombolan Topeng Hitam yang mengganas
dan membasmi partai2 per silatan yang tak mau tunduk pada
pemerintah. Usahaku hampir berhasil seluruhnya andai kata
tak muncul seorang jago muda yang bernama Kita Thian cong.
Karena kalah, akhirnya aku mengadakan perjanjian kepadanya
untuk takkan muncul lagi dalam dunia persilatan . . "
"Nah. kiranya sudah cukup. Ceng Sian. Kurasakan kakiku
sudah mulai lunglai. Aku tak dapat lama2 lagi bicara Pesanku
terakhir . . jagalah tegaknya partai Kun . . lun . , pay . . "
"Paman . . " Ceng Sian berseru tetapi ternyata Lam-hay Itsoh
sudah putus jiwanya. "Akupun segera melakukan semua pesannya" Ceng Sian
suthay mengakhiri laporannya kepada ketujuh ketua partai
persilatan. Para ketua partai persilatan itupun tertarik akan penuturan
rahib ketua Kun-lun-pay. "Lalu usaha suthay dalam mencari jejak putera Kira tayhiap
itu ?" tanya Hui Gong taysu. Ceng Sian suthay menghela
napas. "Hampir tak berhasil kecuali mendengar berita tentang
munculnya rombongan yang aneh. Seorang pemuda blo'on
dengan pengiringnya dua orang kakek linglung, seekor anjing
kuning, burung raiawali dan monyet hitam. Tetapi aku belum
sempat menyaksikan rombongan orang aneh itu. Ku jelajahi
sepanjang pesisir wilayah selatan sehingga tibalah waktunya
aku harus berkumpul lagi. di pun cak Giok-li-nia sini."
"O. baiklah suthay," kata Hui Gong taysu lalu berpaling
kepada Sugong In ketua Kong-tong pay. Tetapi belum sempat
ia membuka mulut, Ceng Sian sudah berkata pula.
"Ah, maaf, taysu," kata rahib itu, "ada sebuah peristiwa
kecil yang lupa kuceritakan."
"O, silahkan menutur," kata Hui Gong taysu. "Ketika aku
kembali ke daratan dari pulau Hainan itu pada suatu hari aku
berjumpa dengan seorang wanita bersama seorang gadis
cantik. Wanita itu agak aneh. Dia mengenakan kerudung kain
hitam pada mukanya. Entah bagaimana rupanya merekapun
tampaknya heran melihat aku berjalan seorang diri di
sepanjang pesisir. "Suhu," tiba2 gadis itu berkata kepada wanita berkerudung
itu, "aneh, seorang rahib berjalan seorang diri di tepi pantai.
Dan apakah suhu tak melihat sesuatu yang mencurigakan
pada diri rahib itu ?"
Saat itu kita sudah berselisih jalan. Kedua wanita itu sudah
berada beberada langkah dibelakang Namun masih kudengar
juga pembicaraan mereka. "Apa yang engkau lihat pada rahib itu ?" tanya siwanita
berkerudung muka. "Jubahnya bagian bawah seperti terdapat noda darah . . "
kata gadis itu. "Benar ?" wanita berkerudung menegas.
"Benar, suhu" kata si gadis.
"Hm. kalau begitu kita tanya pada rahib itu" kata wanita
berkerudung pula. "Gadis cantik itu telah mendahului suhunya untuk lari
mengejar aku" Ceng Sian suthay bercerita lebih lanjut.
"Hai, berhenti dulu suthay" seru si gadis.
"Apakah li-sicu perlu dengan aku?" tanyaku.
"Ya," sahut gadis cantik itu, "dari manakah suthay ini dan
hendak kemanakah " Mengapa suthay tampak begitu tergopoh
?" "Aku habis dari pulau Hailam dan hendak pulang. Hari
begini malam dan awan begitu gelap aku harus lekas2
pnlang." sahut Ceng Sian
"Tetapi mengapa pakaian suthay berlumuran noda darah ?"
tanya gadis itu pula. Ceng Sian suthay terkejut. Memandang keba wah
pakaiannya. Ia kerutkan kening lalu menyahut:
"Ah, aku habis menolong orang yang terluka . . "
'"Siapa '" gadis itu masih mendesak.
"Soal itu tak ada hubungan dengan Li-sicu Nah, kiranya
sudah cukup kita bicara, aku segera melanjutkan perjalanan
agar jangan sampai ter timpah hujan," kata Ceng Sian suthay
seraya terus gunakan ilmu gin-kang lari pesat menyusur jalan
sepanjang pantai. "Hai, suthay. berhentilah . . " gadis itu terkejut dan terus
mengejar. Tetapi ia ketinggalan jauh dibelakang dan akhirnya
kehilangan jejak Ceng Sian suthay yang sudah melenyapkan
diri kedalam gerumbul pohon.
"Nah. hanya sekelumit peristiwa itu yang lupa kuceritakan,"
kata Ceng Sian suthay kepada para tokoh persilatan.
Hui Gong taysu mengangguk : "Adakah suthay kenal pada
wanita berkerudung dan gadis itu"
Ceng Sian suthay gelengkan kepala : "Tidak Hanya ketika
dalam perjalanan kemari, tiba2 aku mendapat kesan,
kemungkinan wanita berkerudung dan muridnya itu hendak
menuju ke Hailam juga."
"Omitohud," seru Hui Gong taysu, "apakah suthay hendak
maksudkan bahwa wanita berkerudung itu . . .
"Kemungkinan memang dia itu puteri dari Lam-Hay It soh
tetapi aku tak berani memastikan. Sebenarnya aku hendak
kembali ke Hailam lagi untuk mencarinya tetapi mengingat
Pahlawan Harapan 1 Sepasang Pedang Pusaka Matahari Dan Rembulan Karya Aminus, B_man, Kucink Cinta Bernoda Darah 13