Pencarian

Pendekar Bloon 9

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 9


Hun kisupun lalu menutuk jalan darah di dadanya, Seketika
bujang itupun rubuh tak ingat diri lagi.
Seiring dengan jatuhnya tubuh ke lantai maka masuklah
kakek Lo Kun. Tetapi serentak dengan itu kakek itupun
menjerit : "Petapa cabul!".
Sudah tentu Soh Hun kisu terlongong, "Mengapa engkau
memaki aku ?" tanyanya.
"Engkau memang imam tua yang masih cabul mengapa
engkau suruh dia telanjang bulat ?" tanya kakek Lo Kun pula.
Belum Soh Hun kisu memberi keterangan kakek Lo Kun
sudah menudingnya pula : "Engkau apakan dia tadi. hai imam
gila !" "Kututuk jalan darahnva supaya pingsan," kata Soh Hun
kisu. "Tidak bisa" bantah kakek Lo Kun yang kumat angot
linglungnya, "tentu engkau perkosa sehingga dia pingsan."
'Gila cngkaul" akhirnya marah juga imam itu. "masakan aku
sudi dengan seorang bujang perempuan semacam itu '
"Sombongnya!" balas kakek Lo Kun. "buka kah engkau tadi
juga mau dengan aku"' Kalau si orang bujang perempuan
begini tua, engkau niat Tentulah dia yang. lebih muda. engkau
lebih mau lagi " Soh Hun kisu terlongong. kemudian marahlah ia ," "Engkau
seorang kakek gila ! Siapa sudi dengan engkau " Aku tadi kan
hanya suatu siasat karena kutahu engkaulah yang jadi patung
dalam kuil gunung itu"
"Ha. apakah benar begitu ?" kakek Lo Kun kerutkan
dahinya. "Jangan gila-gilaan begitu" kata Soh Hun kisu pula. "kalau
aku memang mau, murid-murid Partai Melati yang cantikcantik
itupun aku bisa mendapatkan"
"Imam kurang ajar" tiba-tiba kakek Lo Kun berteriak pula
sehingga Soh Hun kisu melongo. "Jangan engkau
mengganggu nona-nona cantik di sini"
"Mengapa ?" Soh Hun kisu makin heran "apakah engkau
orang Partai Melati ?"
"Bukan !" sahut kakek Lo Kun "tetapi diantara nona-nona
cantik Partai Melati itu. salah seorang adalah isteriku Sun Lihoa.
tahu ! Awas. kalau engkau berani mengganggu isteriku,
tentu kuhajar" "Isterimu disini ?" Soh Hun ki-su makin tereliak heran.
"Ya," jawab kakek Lo Kun "Ingat, namanya Sun Li-hoa,
orangnya cantik sekali ' "Hagatmana isterimu bisa masuk disini ?"
"Itulah yang akan kuselidiki sebabnya." kata kakek Lo Kun
"dia temu ditipu oleh Hu Yang si se-cu atau kemungkinan
tentu dipaksa dibawa kesini."
"O, kaiau begitu kita harus membebaskan" kata Soh Hun
kisu. Tetapi sesaat kemudian ia bertanya heran, "tetapi
engkau sudah tua bangka mengapa isterimu masih muda "
Bukankah nona-nona murid Partai Melati itu masih gadis-gadis
yang berumur belasan tahun ?"
Kakek Lo Kun garuk-garuk kepala : "Itu aku sendiri tak
mengerti mengapa dia masih tetap begitu muda dan cantik.
Tetapi sudahlah jangan tanya . Nanti akan kuurus sendiri."
Soh Hun kisu memandang kakek Lo Kun
"Hai mengapa engkau mengawasi aku begitu" tegur kakek
Lo Kun. "apakah engkau kira aku ini seorang perempuan..
Tidak, tidak! Aku lelaki"
"Memang kutahu engkau seorang kakek" jawab Soh Hun
kisu "'hanya akan kuketahui, apakah engkau ini seorang giia
atau linglung " "Ho, sudah jangan pedulikan diriku. Sekarang kau mau
keluar dan sini atau tidak. Kalau mau menolong kawankawanmu.
lekas carilah bagaimana akan bertindak. Tak perlu
mengetahui aku gila atau tidak !" bentak Lo Kun.
Sementara kedua orang itu berunding bagaimana mengatur
langkah untuk keluar dan menolong kawan-kawannya, adalah
di bagian kamar lain juga si Blo'on mengalami peristiwa yang
mendebarkan. Setelah tinggalkan kakek Lo Kun. Blo'on berjalan terus
kemuka, Ia tak tahu tempat itu. Pokoknya asal berjalan saja.
Bila mendengar ada orang bicara dalam kamar, itulah kamar
yang harus ia masuki Tetapi hampir tiba diujung lorong, masih juga ia belum
mendengar suara orang, la mulai bingung.
'"Celaka" kata Blo'on. "bagaimana ini " Apakah aku harus
kembali mencari bujang perempuan muda itu untuk
menandakan ternpatnya ?"
Hampir ia berputar tubuh terus hendak menuju ke dapur
lagi. Tetapi tiba-tiba ia hentikan langkah. PiKirnya : "Ah. kalau
bertanya kepadanya ia tentu marah. Ya, kalau hanya memaki
saja masih mending. Tetapi kalau dia curiga terhadap diriku,
bukankah penyamaranku bakal ketahuan " Ah, lebih baik
kupergi kelain tempat saja, mungkin dibagian sini tempatnya"
Blo'on terus berjalan melintasi halaman dan menuju
kesebuah bangunan yang bercat merah. Bangunan itu mirip
dengan sebuah bungalow yang indah. Memiliki sebuah
halaman yang penuh ditanami bunga-bunga warna warni.
Terutama bunga melati, bunga seruni, dahlia. mawar dan lainlain.
Tengah Blo'on celingak celinguk masuk ke halaman
serambi, tiba-tiba muncullah dua orang muda mudi yang
bergandengan tangan. Rupanya, kedua pasangan itu habis
dari kerkeliling taman menikmati pemandang di malam yang
indah. "Hai. siapa itu ?" tegur yang pemudi, seorang nona cantik,
mengenakan baju biru muda.
"A-moy mengantar arak," sahut Blo'on. Rupanya kali ini dia
benar-benar mengingat namanya si A-moy. agar jangan
sampai ketahuan penyamaran nya.
'O, A-moay. bagus," seru gadis cantik itu dengan suara
merdu, "bawalah masuk ..."
Habis berkata nona itu terus memimpin tangan sipemuda
yang cakap masuk kedalam ruangan
"Taruh di mana nona ?" tanya Blo'on.
"Di meja batu kumala itu." seru sinona, "tetapi hati-hati
jangan sampai tumpah,"
Setelah meletakkan penampan arak. Blo'on pun bertanya
pula : "Apakah masih ada lain pesan yang nona hendak
perintahkan ?" "Ya. nanti dulu, jangan terburu-buru pergi," kata si nona
cantik "sebenarnya aku masih akan menyuruh engkau
mengambilkan apa. ah ... mengapa lupa! Cobalah, kuingat
ingatnya dulu." Blo"on tegak seperti patung. Ia memandang sinona.
Seorang gadis berumur tujuh-delapan belas tahun, yang amat
jelita. Kemudian ia berganti memandang si pemuda. Ah,
seorang pemuda yang cakap. Ia merasa pernah melihat, tetapi
lupa di mana. Pemuda itupun balas memandang Blo"on. Di pandanginya
juga Blo'on dengan tajam kemudian tampak ia kerutkan dahi.
"Engkoh Liok. engkau hendak makan apa?" tiba-tiba nona
itu bertanya kepada si pemuda bagus.
"Aku?" sipemuda Liok gelagapan kaget. "ah, terserah apa
saja." Nona itu tertawa dan lontarkan sebuah lirikan mata yang
tajam, kepada pemuda itu. Kemudian ia berseru kepada Blo'on
"A-moay. ambilkan dendeng rusa di dapur untuk teman arak."
Blo'on mengiakan. Ia terus melangkah keluar dengan hati
kebingungan. Dendeng rusa " Dimana kah tempatnya "
"Tak usahlah adik Lian," tiba-tiba pemuda Liok itu berseru
mencegah, "aku tak lapar. Cukup kita minum arak saja."
"A-moay" tiba-tiba nona yang dipanggil Lian atau
lengkapnya bersama Sui Kim-lian itu berseru memanggil
Blo'on. Blo"onpun berhenti, "tak perlu mengambil dendeng
rusa, tuan Liok tidak mempunyai selera makan dendeng,"
"Engkoh Liok. bagaimana acara kita malam ini ?" tanya Kimlian
dengan suara merdu merayu
"Minum arak sambil membuat syair," kata pemuda Liok
tertawa, "kita adu syair, siapa yang kalah harus minum arak"
"O. mengapa mesti memeras otak membuat syair "
Bukankah lebih enak setelah puas minum ... kita terus tidur ?"
kata sinona. Pemuda Liok itu tertawa : "Ah, memang benar lebih enak.
Tetapi sudah menjadi kebiasaanku selama belasan tahun, aku
tak dapat tidur apabila belum membuat syair . . "
"Tetapi engkoh Liok, itu lain. Kita nanti tidak tidur,
melainkan ..." nona itu tertawa la!u mencubit lengan
sipemuda. Gayanya penuh kemanjaan yang merayu.
Pemuda itupun tertawa : "Ya. sudah tentu, tetapi justeru
itulah yang kuusahakan. Habis membuat syair, semangatku
tentu bertambah segar, pikiran terang dan gairahku lebih
merangsang. Percayalah adik Lian, entah bagaimana, memang
begitulah adat kebiasaanku'.
"O, jadi dengan membuat syair itu semangat engkoh akan
lebih menyala dan tenaga engkoh akan bertambah jantan
perkasa ?" tanya Kim-lian.
Pemuda Liok itu tertawa mengangguk.
"Apakah disini tersedia alat tulis dan kertas?" tanya pemuda
Lioh. "Tentu, sahut Kim-lian, disini sebenarnya tempat yang
sering digunakan suhu untuk bersenang-senang menghibur
diri." "O," desah pemuda Liok, "lalu mengaapa engkau pakai"
Bukankah kalau suhumu tahu, engkau akan dimarahi ?"
Nona itu tertawa "Suhu akan marah kepadaku" Oh, jangan
kuatir engkoh Liok. Suhu tak mungkin marah kepadaku ?"
Pemuda Liok itu heran, serunya : "Mengapa begitu adik
Lian" Apakah suhumu seorang yang sabar dan tak pernah
marah ?" "Ih, suhu seorang wanita yang bengis dan keras. Semua
anak murid Partai Melati tiada yaq berani membantah
perintahnya. Tetapi terhadap diriku, entah bagaimana, dia
selalu sabar dan sayang ..."
"Aneh," gumarn pemuda Liok. "apakau karena engkau yang
paling cantik dan paling cerdik diantara lain-lain saudara
seperguruanmu?" "Bagaimana engkoh melihat wajahku ini" Kim-lian balas
bertanya. "Cantik sekali," seru pemuda itu
Karena dipuji cantik oleh si pemuda, dada nona itu serasa
meledak. Memang demikian sifat dari kaum wanita. Tua muda,
besar kecil, tentu bangga dan gembira apabila dipuji cantik.
"Ah, aku sendiri juga tak tahu. engkoh Liok Mengapa suhu
bersikap begitu kepadaku . . "
"Kalau tak ada sebabnya, tak mungkin dia pilih kasih
begitu," kata pemuda Liok pula.
"Eh, mengapa engkoh begitu menaruh perhatian sekali
kepada diriku ?" tanya Kim-lian.
"Apakah engkau tak senang kuperhatikan" pemuda Liok itu
balas bertanya Kim-lian tertawa makin manja : "Sudah tentu ergkoh Liok.
Asal engkau sungguh-sungguh cinta padaku dan takkan
menyia-nyiakan diriku".
Pemuda Liok itu tertawa : "Ah, adik lian. janganiah engkau
menyangsikan janjiku. Tetapi engkau tahu adik Lian. Bahwa
keluargaku itu seorang keluarga yang terhormat. Ayahku
bekas cong tok (gubernur) keras adatnya. Kalau engkau ingin
menjadi ingin menjadi isteriku selama-lamanya, engkau harus
keluar dari tempat ini dan kembali ke jalan yang baik ..."
Kim-lian mendesis perlahan : "Ya, sebenarnya aku juga tak
suka hidup dalam suasana begini. Tapi aku tak berdaya untuk
meloloskan diri. Engkau tahu, engkoh Liok, suhu itu sakti dan
bengis, siapa yang bersalah tak menurut peraturannya, tentu
akan dibunuh." "Tetapi mengapa dia begitu baik terhadap dirimu ?" tanya
pemuda Liok itu pula. "Ah, soal itu memang suatu rahasia. Semula aku sendiri
juga tak tahu. Hanya secara kebetulan saja aku dapat
mengetahuinya, tetapi, ah . . " nona itu menghela n:pas.
"Mengapa ?" pemuda Liok makin heran,
"Seorang jiwa telah menjadi korban .. "
"Ha!" pemuda Liok kerutkan dahi "Aku tak mengerti apa
yang engkau katakan, adik Lian, maukah engkau
menceritakan dengan jelas?"
Kim-lian tak lekas menyahut me!ainkan berdiam beberapa
saat. Setelah itu baru ia berpaling kearah Blo'on yang masih
tegak termangu-mangu mendengarkan pembicaraan.
"A-moy, mengapa engkau masih berada disini " Apakah
engkau hendak mencun pembicaraan?" tiba-tiba Kim-lian
menegur. Blo'on gelagapan, sahutnva : "Bukankah nona belum
menyuruh aku pergi ?"
"Setan." damprat rona itu, "apakah kalau tak kusuruh,
engkau tetap berada disini " Kurang ajar . . . "
Bio"on menyeringai : "Aku bukan setan, nona. aku A moay'.
Akupun tidak kurang ajar karena tadi nona suruh aku tungeu
dulu." "Eh, engkau berani membantah aku?" Kim lian mulai naik
darah. "kapan engkau belajar membantah kata-kataku " Siapa
yang mengajarkan engkau?"
"Aku sebetulnya tak berani membantah, tapi kupikir kalau
aku diam saja, nanti nona tentu marah dan menganggap aku
tak mempeduli nona. Habis, bagaimana aku harus berbuat ?"
kata Bloon seraya rentangkan kedua tangannya.
"Sudahlah adik Lian." segera pemuda Liok melerai, "tak
perlu ribut-ribut dengan seorang bujang Suruh saja mengambil
air hangat untuk membersihkan muka "
Kim lian menurut lalu suruh Blo"on mengambilkan baskom
berisi air hangat. Setelah Blo'on pergi barulah Kim-lian merapatkan duduknya
disampmg pemuda Liok. Ia mulai menuturkan sebuah kisah.
"Bermula aku memang tak tahu. Kuanggap Hu Yong siaucu
itu adaiah suhuku yang telah merawat dan mendidik aku
sedari kecil. Dan dia memang memperlakukan sebagai
seorang rnurid, keras dan berdisiplin.
Pada suaiu hari dalam latihan ilmu silat yang diberikan,
suhu mengharuskan aku loncat ke atas ssebuah karang yang
tingginya hampir dua tombak. Beberapa suci dan sumoay ku


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada yang dapat ada juga yang gagal dan jatuh. Aku gemetar.
"Lian, mengapa engkau gemetar " Takutkah engkau ?"
tegur suhu kala itu. Kujawab bahwa hari itu badanku terasa tak enak dan
kepalaku pening. Tetapi dia hanya tertawa dan tetap
menyuruhku melakukan latihan itu.
Karena takut, akupun melakukannya juga. Dengan
mengerahkan seluruh tenagaku, aku berhasil mencapai
puncak karang. Tetapi begitu tegak di puncak itu. kepalanya
terasa pusing sekali, mataku berkunang-kunang dan
rubuhlahaku kebawah . ."
"Ih," pemuda Liok mendesis, "lalu bagamana ?"
"Aku jatuh dari ketinggian dua tombak. Suhu dan beberapa
saudara seperguruanku berhamburan hendak menyanggupi
tetapi terlambat. Aku jatuh terbanting ditanah dan pingsan.
Ketika aku membuka mata ternyata aku berada di kamar
suhuku berbaring diatas pembaringannya yang mewah.
Ternyata tulang punggungku patah sehingga aku harus
dirawat selama beberapa bulan.
Ketika sakitku masih gawat, sadar tak sadar kudengar suara
seorang wanita menangis terisak-isak. Ketika kurentangkan
mataku, kulihat yang menangis itu suhu.
"Kim-lian, puteriku, mamah yang bersalah memaksa
engkau harus berlatih loncat keatas punccak karang yang
tinggi. Ah. anakku. engkau tak tahu betapa perasaan mamah.
Kalau engkau sampai kena apa-apa, hancurlah hati mamah.
Mamah sebenarnya cinta kepada ayahmu tetapi dia seorang
lelaki yang tak kenal budi dan kasih seorarg isteri. Karena tak
tahan menderita siksaan batin. kubawa engkau lari
meninggalkannya. Dan engkau lah Lian, milik mamah satusatunya
di dunia ini. Kalau engkau . . engkau . , sampai kena
apa-apa ah, bagaimana mamah . , dapat hidup . . seorang.
Diri". "Aku terkejut mendergar ratapan Suhu itu" kata Kim-Iian
kepada pemuda Liok, "apakah dia itu mamahku ?"
.Mengapa engkau meragukannya" Bukankah dia
sudahmenyebut siapa dirinya ?" tanya pemuda Liok
"Tetapi setelah aku sembuh kembali sikap dan perlakuan
Suhu kepadaku tetap tak berohah. bengis dan keras." kata
Kim lian, "itulah yang menimbu!kan keraguanku. Namun aku
tak berani menanyakan."
"Lalu apakah sampai sekarang engkau belum juga tahu ?"
tanya pemuda Liok. Kam-!ian tidak langsung menyahut melainkan melanjutkan
ceritanya ; "Pada suatu hari nenek Siong yang menjadi inang
pengasuhku sejak aku kecil, sakit. Akupun menjenguknya.
Dalam kesempatan itu aku menanyakan tentang diriku
dengan suhu. Nenek Siong dengan terus terang menerangkan
bahwa sesungguhnya aku ini memang putri suhu.
Aku terkejut mendengar keterangan itu lalu kudesaknya :
"Lalu siapakah ayahku " Apakah ia masih hidup ?"
"Namanya Sui Kim-san, seorang pemuda yang cakap dan
sakti tetapi tak setia. Pada waktu Mamahmu mengandung,
ayahmu main gila dengan bujang mada. Mamahmu marah lalu
pergi merantau. Ah, kasihan ketika hari itu aku ke hutan
mencari daun, kuketemukaa mamahmu rebah pingsan
dibawah pohon. Dia kubawa pulang. Setelah melahirkan
engkau, dia menitipkan engkau kepadaku lalu melanjutkan
pergi mengembara. Sepuluh tahun kemudian ia muncul lagi
dan mengajak aku tinggal di lembah ini. Aku bukan nenekmu
sesungguhnya, nak. Tetapi suhumu melarang aku
menceritakan hal itu kepadamu. Itulah sebabnya maka aku
mengatakan kepadamu bahwa ayah dan ibumu sudah
meninggal dan engkau harus menganggap Hu Yong siancu itu
sebagai ibumu sendiri."
"Aneh," gumam pemuda Liok. "mengapa seorang ibu tak
mau mengaku terang terangan kepada anaknya sendiri.
Apakah dia merasa malu karena mempunyai anak seperti
engkau ?" "Entafrah." kata Kim-lian."tetapi kuduga dalam peristiwa itu
tentu terselip suatu rahasia Hanya sayang aku tak dapat
memperoleh keterangan tentang rahasia itu dari nenek Siong."
"Mengapa " Apakah dia tak mau menceritakan kepadamu ?"
tanya pemuda Liok, "Dia tentu akan menceritakan kepadaku" kata Kim-lian.
"Dan apakah tidak ?" tanya pemuda Lio
"Ya, dia tak menceritakan lagi karena ia tak dapat bercerita
..." "Mengapa ?" pemuda Liok terkejut.
"Keesokan harinya ketika aku datang ke tempatnya ternyata
nenek Siong sudah meninggal dunia ..." berkata sampai dismi
Kim-lianpun mengucurkan airmata.
?"Ah. orang tua yang menderita sakit, sudah jamak kalau
meninggal dunia." pemuda Liok menghiburnya.
"Tetapi aku heran, sorenya ketika kujenguk dia masih
tampak sehat dan bicara dengan tangkas. Tetapi mengapa
keesokan harinya dia sudah meninggal. Tidak mungkin," kata
Kim-lian. "ya, kqrena penasaran aku segera melakukan
penyelidikan. Akhirnya dapat kuketemukan bukti yang
menyebabkan kematian nenekku. Teh yang diminumnya itu
terdapat endapan bubuk putih ..."
"Racun ?" seru Pemuda Liok.
Kim lian mengangguk : "Ya, dia telah mati keracunan atau
tepatnya diracuni karena berani, menceritakan rahasia diri
suhu dan diriku . , "
"Ah," pemuda Liok menghela napas, "apakah salah
menceritakan keadaanmu itu" Mengapa suhumu atau ibumu
begitu benci kepada orang yang mengetahui rahasia itu ?"
Kim-lianpun mendesah : "Itulah engkoh Liok hal yang
membuat hatiku dendam dan penasaran. Karena ibu bertindak
begitu, akupun dingin juga kepadanya. Aku ingin lolos dari
tempat ini untuk mencari ayahku. Apakah dia masih hiduo.
aku tak tahu. Dimanakah tempat tinggalnya, akupun tak tahu.
Tetapi aku mendapat firasat bahwa dia masih hidup maka
akupun hendak mencarinya ke seluruh penjuru dunia , "
Pemuda Liok termenung. Ia tak menyangka bahwa Lembah
Melati yang terkenal sebagai sarang wanita-wanita cabul
ternyata terdapat seorang gadis yang ingin melepaskan diri
dari tempat itu. Dan gadis itupun bukan gadis sembarangan
melainkan putri dari pemilik lembah Melati sendiri.
"Nona Lian," kata pemuda itu sesaat kemudian. "maaf. aku
hendak bertanya kepadamu, harap jangan marah"
"Silahkan, engkoh," jawab gadis itu. "Apakah memang
demikian perintah Hu Yong siancu agar anakmurid Partai
Melati itu menculik lelaki dan melakukan perbuatan cabul
dengan orang-orang tawanannya?"
"Ya, memang benar." jawab Kim-lian, "entah bagaimana
suhu memang seperti orang yang penasaran dan membenci
orang lelaki. Dia seperti hendak membalas dendam kepada
setiap orang lelaki tampan. DicuIik lalu dibuat permainan
sepuas puasnya setelah itu dilempar keluar dari lembah.
"Apakah ayahmu juga seorang pria yang tampan ?" tanya
pemuda Liok "Entah," jawab Kim-lian '"karena aku belum pernah melihat
bagaimana wajah ayah. Tetapi menurut kata nenek, memang
ayah itu tampan sekali!"
"O, kalau begitu jelas ibumu itu penasaran terhadap
ayahmu lalu menumpahkan dendam kemarahannya pada
setiap pria tampan" "Yah kemungkinan begitu" kata Kim-lian, "maka dirusuhnya
anak murid Partai Melati ini untuk mengikuti jejaknya. Tetapi
aneh.." "Mengapa ?" tanya pemuda Liok pula.
"Berpuluh-puluh suci dan suimoay memang diberi
kebebasan untuk mencari orang lelaki dan bersenang-senang
dengan tawanan itu. Hanya aku yang dilarang"
"Ha" Pemuda Liok terbelalak.
"Ya memang suhu pernah memanggil aku empat mata. Dia
memberi pesan tegas dan keras aku tak boleh main-main
dengan orang lelaki. aku berani melanggar larangan itu. Tentu
akan dihukum. Engkau tahu apa hukuman yang akan
dijatuhkan jika kepadaku apabila aku berani melanggar
larangan itu?" "Entahlah," sahut pemuda Liok.
"Suhu akan merusak kecantikan wajahku ini, supaya aku
menjadi gadis yang jelek. Kutahu sifat dan perangai suhu.
barang siapa melanggar peraturannya tentu dihukum. Pernah
seorang sumoay telah melanggar lalu dipotong daun teiirga
dan hidungnya. Karena malu. sumoay itu telah membunuh diri
dengan membenturkan kepalanya ketembok"
"Dan apakah selama itu engkau tak berani melanggar pesan
suhumu, walaupun secara diam-diam ?" tanya pemuda Liok
pula "Tak berani" "Lalu mengapa sekarang engkau berani bergaul rapat
denganku ?" tanya pemuda Liok tengah menyangsikan
keterangan itu. Kim lian tersipu-sipu menjawabnya "Ah, lain. Pertama kali
aku melihatmu, entah bagaimana hatiku berdebar keras dan
gelisah. Akhirnya aku menghadap Ting San-hoa minta izin
agar aku yang melayani engkau "
"Apakah dia setuju ?"
"Tidak setujupun tentu akan setuju. Kan walaupun dia
murid yang paling tinggi. Akan tetapi dia sungkan-sungkan
terhadapku " "Mungkin dia sudah tahu kalau engkau puteri dari suhumu"
kata pemuda Liok "Ya mungkin begitu " kata Kim-lian "memang bukan melulu
dia, pun para suci dan sumoay disini memang sungkan
kepadaku " Dalam pembicaraan itu tiba-tiba pintu terdengar diketuk
orang. Ternyata si Amoay Blo"on yang datang dan menyanggul
sebuah ember besar di atas kepala.
"Taruh dihadapan tuan Liok" perintah Kim-lian
Ketika Blo"on meletakkan ember dihadapan pemuda Liok,
tiba-tiba pemuda itu berseru tertahan.
"Ah, airnya begitu panas, masih berkepul"
Memang menggunakan kaki Kim lian merasa memang air
yang di dalam embar itu masih panas sekali, nona itu marah
dan mendamprat : "Goblok mengapa air untuk cuci tangan
masih begitu panas " Bukankan aku minta air hangat ?"
"Yang hangat habis nona" Blo"on memberi keterangan.
"Blo"on benar engkau!" bentak si nona itu pula "Kan mudah
sekali mendapatkan air hangat. Asal engkau tambah sedikit
dengan air dingin air panas ini tentu menjadi hangat"
"Blo"on " siapakah yang nona panggil blo"on ?" Blo"on
terkejut. "Engkau yang Blo"on" bentak Kim-lian
"Ya benar. Bagaimana nona tahu ?" Blo"on makin heran dan
mengira kalau nona itu sudah tahu bahwa namanya si Blo"on.
Kim-lian deliki mata "Apa maksudmu ?"
"Mengapa nona tahu kalau aku ini Blo"on ?" si Blo"on
mengulang pertanyaannya. "Suruh mengambil air hangat tetapi mengambil air yang
begitu panas kalau tidak Blo"on lalu apa namanya ?"
"Ya, benar nona, engkau benar memang aku Blo"on. Hanya
aku ingin tahu, bagaimana nona tahu kalau Blo"on"
"Gila" bentak Kim-lian makin marah "apakah engkau tidak
tahu kalau arti Blo"on ialah goblok seperti engkau ini"
"Ah nona ini bagaimana " bukankah sudah mengaku kalau
ini Blo"on" "Engkau memang gila ! Apa engkau hendak jual lagak di
depan tuan Liok ini ?"
"Jual lagak " Biar apa ?" Blo"on heran.
"Agar tuan Liok suka kepadamu !" kata Kim-lian, "engkau
hendak meniru nona-nonamu yang lain itu. bukan ?"
"Tidak, tidak." cepat-cepat Blo"on membantah "aku tak ingin
memikat tuan Liok. Pun andaikan tuan Liok suka kepadaku,
belum tentu aku mau "
Plak . . . tiba-tiba Kim Lian menampar pipi Blo"on "Kurang
ajar. Engkau berani menghina tuan Liok ?"
"Tidak, nona." kata Blo'on sambil mendekap pipinya yang
merah "aku tidak menghina, tetapi mengatakan yang
sebenarnya. Apabila tuan Liok menghendaki diriku. Akupun tak
dapat melayani, karena, aku ini....."
Tiba-Tiba Bio'on teringat kalau dirinya sedang menyaru jadi
bujang perempuan. Maka ia hentikan Kata-katanya.
"Engkau bagaimana " engkau sangat cantik ?" Kim-lian
marah terus hendak menamparnya lagi.
Tetapi dicegah Pemuda Liok "Sudahlah adik Lian, jangan
mengurusi bujang yang blo"on. Suruh saja ia membawa
kembali air panas itu supaya diberi air dingin sedikit "
Karena yang menengahi pemuda Liok, Kim Lian jadi
menurut : "Engkau bawa kembali ember itu dan tambahkan
sedikit air dingin supaya hangat "
Blo"on mengiakan segera ia menghampiri ke tempat ember
lalu mengambilnya, maka ember itupun disanjungnya diatas
kepala. Pemuda Liok memperhatikan dengan tajam diri bujang
perempuan itu dan gerak geriknya. Ia mengerutkan dahi agak
terkejut. Serasa ia pernah melihat wajah bujang itu tetapi
entah dimana ia lupa. Untuk menjaga jangan sampai orang curiga, maka Blo"on
mengolah gerak jalannya. Ia tak berjalan dengan langkah
lebar sebagai biasanya, melainkan dengan langkah yang
bergoyang-goyang. Ia melihat bagaimana berlenggang
lenggoknya seorang gadis apabila berjalan. Dan iapun
mencoba untuk menirukan gaya itu.
Tetapi karena dia seorang anak lelaki dab blo"on maka
gerak geriknya itu malah menimbulkan suatu gerak yang over
acting atau berlebih-lebihan. Gaya jalannya seperti seekor
bebek berjalan bergoyang pinggul...
Melihat itu pemuda Liok hampir tak kuat menahan gelinya.
Tetapi tidak demikian dengan Kim Lian memandang tingkah
laku si Amoay Bloon itu se akan-akan meledek
Ketika Blo"on tepat tiba di ambang pintu tiba-tiba Kim Lian
berteriak " Amoay berhenti!"
Bloon terkejut lalu berputar tubuh. Pintu itu memang cukup
tinggi tetapi karena menyanjung ember itu di kepala. Blo"on
harus mengendapkan tubuh apabila akan melewati ambang


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pintu, supaya ember tidak melanggar palang pintu atas.
Karena mendongkol melihat tingkah laku Ah moay yang
disangka hendak memikat perhatian pemuda Liok. Ketika ia
melirik ke arah pemuda Liok memang dilihatnya pemuda itu
mengawasi Ah moay dengan penuh perhatian. Diam-diam
timbul kemarahan hati Kim Lian. Ia cemburu, maka
dipanggilnya Blo"on dengan bentakan yang keras.
Blo"on sebenarnya sudah tahu kalau harus mengendapkan
tubuh agar ember diatas kepalanya jangan sampai melanggar
palang pintu. Tetapi begitu mendengar bentakan Kim Lian
memangilnya ia terkejut sekali dan lupa untuk mengendapkan
tubuh terus saja ia berputar tubuh hendak menghadap ke arah
nona itu. Prak.. ember itu membentur palang atas pintu dan seketika
tumpahlah isinya. "Aduhhh....." menjeritlah Blo"on terus mendekap kepalanya.
Air itu mencurah ke kepalanya, karena air panas sudah tentu
Blo"on menjerit ketakutan sekali. Ya bayangkan saja
bagaimana rasanya kalau kepala disiram air panas itu.
Untuk mengurangi rasa kesakitannya. Blo"on berjingkrakjingkrak
dan menjerit-jerit. Namun rasa sakit itu masih tetap tak berkurang. Dan
karena bingung Blo"on pun segera lari seperti orang gila. Ia
lari mengamuk kian kemari dalam ruangan itu.
"Hai.... Rambutnya copot"teriak Kim Lian demi melihat
rambut palsu yand dipasang di kepala Blo"on itu meluncur
jatuh ke lantai. "Gila!" kembali nona itu menjerit bahkan kali ini lebih kaget
dari yang tadi. Setelah Blo"on gundul kembali seperti asalnya.
Kim Lian segera mendapat gambaran bahwa bujang itu tak
mirip dengan Ah moay. Dan jelas dia itu seorang lelaki muda
yang berkepala gundul. "Mengapa ?" pemuda Liok bertanya heran.
"Dia... bukan Ah-moay" seru Kim-lian "dia itu jelas seorang
lelaki yang menyaru jadi Ah-moay "
Blo"on terkejut.....
---000odw0ooo--- Jilid 13 Berantakan. Rambut yang menempel di kepala Blo'on itu atas usul kakek
Kerbau Putih, dilekatkan dengan bubur. Memang setelah
bubur itu kering, dapat juga rambut palsu itu melekat di
kepala Blo'on. Tetapi karena air panas dalam ember itu tumpah. maka
sebagaian ada yang mencurah ke kepala Blo'on. Sebenarnya,
setelah bubur kering itu terkena air, rambut palsu Blo'on
sudah mulai copot dari gundulnya. Apalagi karena kesakitan,
Blo'on berjingkrak-jingkrak dan lari seperti orang gila. Rambut
palsu itupun terus saja meluncur jatuh ke lantai.
Ketika Kim-lian berteriak kaget, Blo"onpun ikut terkejut
juga. Seketika ia menyadari apa yang terjadi. Dirabahnya
kepala, hai. rambutnya sudah hilang, hanya tinggal gundulnya
saja. "Celaka," Blo'on mengeluh, "aku pasti ketahuan kalau
memalsu jadi bujang Ah-moy".
Cepat ia mencari rambut palsunya. Dan setelah ketemu,
terus dipakainya lagi. Karena ketegangan itu. ia sampai lupa
pada kepalanya yang tersiram air panas.
Kemudian ia mengambil ember yang terguling di lantai,
terus hendak melangkah keluar.
"Tunggu!" sekali ayunkan tubuh, Kim-lian pun sudah
menghadang di ambang pintu.
"Eh, bukankah nona suruh aku memberi sedikit air dingin
pada air panas ini ?"
'Tutup mulutmu !" bentak Kim-lian. Ia benar mendongkol
sekali karena dikira tak tahu akan penyamaran Blo"on. Dan
juga jawaban Blo'on itu menjengkelkan sekali. Bukankah
ember sudah jatuh dan air panas sudah menumpati ke lantai
Apunya yang akan d.Lambah air dingin "
"Siapa engkau !" bentak Kim-lian pula dengan deliki mata.
Tetapi Blo'on tak menyahut.
"Bangsat, mengapa engkau tak menyahut" damprat Kim
lian makin marah. Tetap Blo"on tak menyahut,
Plak . . . tiba-tiba dengan gerakan yang cepat sekali, tangan
nona itu menampar pipi Blo"on lagi. Karena terkejut, Blo'on
goncangkan kepala dan rambut palsunya kembali jatuh ke
lantai. "Uh, rambut celaka, mengapa engkau jatuh saja ?" gumam
Blo'on seraya menjemput rambut itu terus dipasang di
kepalanya lagi. "Hayo, engkau mau mengaku atau tidak! Kalau tetap
membisu saja, tentu kubunuh engkau !" gertak Kim-lian
dengan bengis "Huh, bukankah nona tadi suruh aku tutup mulut "
Mengapa sekarang suruh aku mengaku ?" balas Blo"on. .
Merah muka Kim-lian. Hatinya seperti digelitik hendak
meledak. "Bicara " Siapa engkau ini ?" bentaknya.
"Aku " Masakan nona tak kenal " Bukankah aku ini si Ahmoay
?" "Bangsat, engkau bukan Ah-moay !"
"Siapa bangsat itu " Aku " Ah, bagaimana seorang bujang
perempuan dapat menjadi bangsat"
Duk . . . karena tak kuat menahan kemarahan Kim-lian
menghantam dada Blo'on. Blo"on tersurut mundur selangkah
tetapi nona itupun terpental mundur selangkah juga.
Nona itu terlongong heran. Ketika tinjunya mengenai dada
Blo"on, ia merasa dada orang itu memancarkan tenagamembal
yang kuat sehingga tangannya terpental kebelakang.
Memang nona itu tak tahu bahwa sebenarnya tubuh Blo'on
itu mengandung tenaga-dalam yang aneh. Makan rumput
Kumis-naga, minum darah Ki-liu dan mendapat saluran
tenaga-dalam panas dingin dari kedua kakek Lo Kun dan
kakek Kerbau Putih, menjadi tubuh Blo'on sebuah tubuh yang
penuh dengan tenaga dalam. Sayang anak itu tak tahu
bagaimana mengembangkan tenaga dalamnya.
Tetapi ada suatu keanehan pada tubuh Blo'on. Walaupun ia
tak dapat mengembangkan tenaga-dalamnya, namun tenagadalam
itu setiap saat akan memancar sendiri manakala
tubuhnya di pukul orang. Itulah sebabnya maka Kim-lian
teribentur oleh suatu pancaran tenaga-dalam yang
mementalkan tinjunya. '"Engkau bukan Ah-moay, tetapi seorang penjahat yang
menyelundup kedalam lembah ini dan menyaru jadi Ah-moy !"
seru Kim-lian. "Bukan, aku bukan seorang penjahat!" bantah Blo'on. "aku
orang biasa, aku Ah-moy . . "
"Hm. engkau masih berani mengaku Ah-moay " Rambutmu
itu jelas rambut palsu. Cobalah engkau copot, tentu engkau
berobah menjadi seorang lelaki yang berkepala gundul !"
"Eh, apakah benar begitu ?" masih Blo'on menegas.
Karena dadanya terasa sesak terhimpit kemarahan, Kim-lian
hanya menyahut singkat : "Ya!"
"Celaka, kalau begitu kakek Kerbau Putih itu yang membikin
malu aku" seru Blo"on mengoceh sendiri.
Kim-lian tercengang. Ia tak mengerti apa yang dikatakan
Blo'on tentang kakek Kerbau Putih itu. la tak tahu mengapa
seekor kerbau putih disebui sebut sebagai kakek.
"Hai, apakah engkau ini bangsa siluman ?" teriak Kim-lian.
"Siluman" Apakah siluman itu" " Blo'on balas bertanya.
"Siluman ialah mahluk yang dapat berganti rupa. Ular yang
bertapa sampai ribuan tahun dapat berganti menjadi manusia
atau apa saja yang dikehendaki. Kerbau juga begitu.
Bukankah engkau tadi mengoceh tentang kakek Kerbau Putih
" Kalau seekor kerbau putih bisa menjadi kakek, dia tentu
siluman." "O," desuh Blo'on, "kalau begitu nanti akan kutanyakan
pada kakek Kerbau Putih, apakah dia itu bangsa siluman atau
bukan." "Dan engkau tentu juga siluman !" bentak Kim-lian.
"Tidak! Aku bukan siluman, aku manusia biasa. Aku seorang
bujang perempuan yang bernama Ah-moy."
Karena tak kuat menahan kemarahannya, Kim lian terus
loncat menerjang. Blo'on terkejut dan menghindar ke
samping. Trang . . . ember diatas kepalanya itupun meluncur jatuh
dan kebetulan tepat menjatuhi kepala Kim-lian. Dan
celakanya, ember itu tepat sekali menelungkupi kepala si nona
sehingga nona itu menjerit jerit kesakitan.
Ternyata dalam ember itu masih ada sedikit sisa air panas.
Dan air panas itu mengucur kemuka si nona. Nona itu
menjerit-jerit kesakitan sekali. Ia berusaha hendak membuka
ember tetapi karena ingin buru-buru dan mukanya seperti
diselomoti api, sesaat nona itu tak dapat membuka ember
yang rnenutup kepalanya itu.
"Celaka, mengapa nona itu tak mau cepat membuka
ember?" seru Blo'on ikut bingung. Cepat ia menghampiri
ketempat Kim-lian lalu membantu untuk melepaskan ember
itu. Tetapi celaka, karena bingung, bukan membuka
kebalikannya Blo'on malah menekan ember itu kebawah
sehingga makin menutup kencang kepala si nona.
"Hai, mengapa engkau malah memasuk kan ember itu ke
kepalaku ?" teriak Kim-lian menjerit makin keras. Rasa sakit,
gelisah dan ditambah malah ditekan oleh tangan Blo'on,
menyebabkah nona itu mengamuk tak keruan.
"Tidak, nona, aku hendak membantumu melepaskan ember
ini" kata si Blo'on. Dia semakin bingung karena nona itu terus
menerus melonjak-lonjak saja. Tanpa disadar, tangannya
mencekal ember kencang. Kim-lian melonjak ke atas dan
Blo"on menekan ke bawah, sudah tentu ember makin
menyusup kencang ke kepala si nona.
Karena tak kuat menahan kesakitan dan tak dapat
bernapas, Kim lian berontak. Ia menendang perut Blo'on
sekuat-kuatnya, duk . . .
"Aduhhh . . " Blo"on menjerit kesakitan. Perut tertendang
ujung kaki, membuat Blo'on kesakitan dan rubuh. Tetapi
tangannya masih mencekal ember erat-erat sehingga . . .
Bluk . . . Blo'on jatuh tetapi Kim-lianpun dibawanya jatuh
juga. Celakanya malah nona itu yang jatuh lebih dulu dan
Blo"on jatuh menimpah ke tubuh si nona. Duk, gundul si Blo'on
membentur dada Kim lian sekeras-kerasnya . .
"Aduh," Blo"on menjerit lalu bergeliatan bangun. Tetapi
secepat itu ia terus menyambar ember lalu ditariknya keluar
dari kepala Kim-lian. "Ah," Blo"on menghela napas longgar karena telah berhasil
mencabut ember dari kepala si nona. Tetapi ketika
memandang kearah Kim-lian ternyata nona itu masih rebah di
lantai. "Nona, mengapa engkau tidur di lantai" Bangunlah," ia
mengguncang-guncang tubuh nona itu supaya bangun.
Tetapi Kim-lian tetap meram.
Karena beberapa saat tak dapat membangunkan Kim-lian,
Blo"on heran. Dipandangnya muka nona itu. Ah, ia terkejut.
"Mengapa mukanya terdapat bintik-bintik merah?" serunya
heran, "tadi dia cantik sekali, mengapa sekarang banyak
bintik-bintik merahnya ?"
"Hi, hi" tiba-tiba terdengar suara orang tertawa itu
sipemuda Liok. "Mengapa engkau tertawa." tegur Blo'on.
"Engkau memang tolol," seru pemuda Liok itu "nona itu
pingsan, mana bisa hendak engkau bangunkan."
"Hai ?" Blo'on berteriak kaget, "pingsan" Mengapa dia
pingsan " Siapa yang membuatnya pingsan ?"
"Dia pingsan karena kepalanya tertutup ember dan ember
itu masih terdapat sisa air panas yang mengguyur mukanya.
Dia tentu kesakitan sekali. Lalu engkau hendak membantunya
melepas ember itu tetapi engkau malah menekannya sehingga
lebih masuk lagi." "O," Blo"on mendesuh, "tetapi dia memang tak kenal budi
Masa aku memberi pertolongan malah perutku ditendang"
Pemuda Liok itu tertawa : "Engkau bukan menolong tetapi
malah mencelakainya Sudah tentu dia marah dan menendang
perutmu. Karena engkau rubuh, engkau bawa dia rubuh sekali
di kepalamu menimpah dadanya. Itulah sebabnya mengapa
dia pingsan." "O," kembali Rlo'on mendesuh, "lalu bagaimana
menolongnya ?" "Tak perlu terburu-buru menolongnya. Biarkan dia pingsan
dulu." "Ho, apakah engkau tak kasihan ?" tana Blo"on.
"Kasihan sih kasihan, tetapi aku lebih kasihan kepada
engkau" kata pemuda itu.
"Aku " Mengapa " Aku tak tak apa-apa mengapa engkau
kasihan kepadaku. Sebaliknya nona itu kesakitan dan pingsan,
engkau tak kasihan. Bagaimana engkau ini ?" seru Blo"on
Pemuda itu tertawa :"Kalau dia kutolong dan sadar dari
pingsan, bukankah engkau yang celaka " Bukankah dia nanti
akan marah dan memukul engkau lagi ?"
"O, benar," seru Blo'on, "aku sendiri heran mengapa dia
begitu bengis kepadaku. Lalu bagaimana, apakah engkau
hendak membiarkan saja dia pingsan di lantai ?"'
"Tidak," sahut pemuda Liok lalu menghampiri dan terus
mengangkati tubuh Kim-lian dibaringkan di atas pembaringan.
Ia memijit beberapa bagian dari tubuh nona itu.
"Hai, mengapa engkau hendak menyadarkannya " Apakah
engkau menghendaki dia supaya menyerang aku ?" teriak
Blo'on. Pemuda itu hanya tertawa : "Kebalikannya, telah kupijat
jalan darah pelemasnya. Walaupun nanti dia sadar, tetapi dia
tak berkutik." "O, mengapa " Apakah engkau tak suka kepadanya ?" seru
Blo'on pula. Pemuda itu tertawa pula : "Apakah engkau kira aku suka
kepadanya ?" "O, aneh ..." habis berkata Blo"on terus terputar tubuh dan
ayunkan langkah. "Hai, hendak kemana engkau?" teriak pemuda itu.
"Kemana lagi kalau tidak balik ke dapur" sahut Blo'on


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seenaknya. "Bodoh !" teriak pemuda itu pula, "mengapa engkau harus
kembali ke dapur lagi " Mau apa ". Apakah engkau ini bujang
Ah moy yang aseli ?"
Blo'on seperti disadar. la berdiri tertegun lalu berpaling :
"Apakah engkau lihat aku ini tak menyerupai Ah-moy ?"
"Ih", desis pemuda itu, "sudah sejak engkau masuk
kedalam kamar ini aku curiga. Dan setelah kuawasi benarTiraikasih
website http://kangzusi.com.
benar, makin jelas kalau engkau ini bukan bujang perempuan
sungguh-sungguh tetapi seorang banci"
"Banci ?" ulang Blo'on, "aku tidak banci?"
Kalau tidak banci, engkau ini lelaki atau perempuan?"
"Lelaki !" Pemuda Liok tertawa mengikik karena desakan telah
berhasil. Katanya pula : "Kalau lelaki mengapa engkau
berpakaian seperti orang perempuan?"
"Bukan kemauanku sendiri tetapi kedua kakek itu yang
memaksa." "Siapa kedua kakek itu ?"
"Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih".
"Kerbau Putih " O. kalau begitu yang dikata kan nona tadi
memang benar kalau engkau ini bangsa siluman ?"
"Tidak, aku bukan siluman. Kakek Kerbau Putih itu seorang
manusia juga, tua dan bungkuk"
"Tetapi siluman memang bisa menjelma jadi manusia,
engkau harus hati-hati," kata pemuda Liok.
"O, baiklah," seru Blo'on, "nanti akan kutanya kepadanya,
apakah ia itu siluman atau bukan"
Habis berkata Blo"on terus hendak pergi lagi.
"Hai, hendak kemana engkau?" seru pemuda itu
"Mencari kedua kakek kawanku," sahut Blo'on
"Nanti dulu, jangan terburu-buru pergi. Aku hendak
bertanya kepadamu," kata pemuda Liok.
"Huh, ingat aku bukan bujang perempuan, aku orang lelaki,
jangan engkau main gila kepada ku," kata Blo'on.
Merahlah wajah pemuda itu. Wajahnya yang cakap tampak
ayu sekali. "Aku hendak bertanya, siapakah engkau ini sebenarnya ?"
tanya pemuda itu. "Aku " Aku Blo'on."
"Blo'on ?" ulang pemuda itu, "ah, jangan bergurau. Nama
itu kan nona tadi yang jengkel lalu memakimu blo'on. Masakan
engkau benar-benar bernama blo"on."
"Benar," Blo'on menegas, "memang aku ini si Blo'on"
Pemuda itu kerutkan dahi menatap wajah Blo'on lekat-lekat,
serunya: "Siapa yang memberimu nama itu?"
"Seorang nona anakmurid Hoa-sau-pay," sahut Blo'on.
Pemuda Liok makin mengerut : "Anakmurid Hoa-san-pay "
Siapa namanya?" "Ah, siapa ya namanya, aku sudah lupa. Tetapi memang
benar dia yang kasih nama itu."
"Mengapa engkau mau ?"
"Mengapa tidak mau?" balas Blo"on, "bukankah nama itu
enak didengar dan mudah diingat. Kalau terlalu sukar, aku tak
dapat mengingat." "Tetapi kalau tak salah, engkau ini . . "
Baru pemuda Liok hendak berkata, Blo'on sudah menukas :
'"Sudahlah, jangan mengurusi diriku. Aku hendak mencari
kawan-kawanku" Habis berkata ia terus ayunkan langkah.
"Tunggu," seru pemuda itu pula.
Blo'on berhenti : "Tunggu apa lagi ?"
"Akupun hendak mencari kedua kawanku," pemuda Liok
terus menghampiri, "mari kita bersama-sama mencari
mereka." Demikian keduanya segera keluar dari villa indah itu dan
menuju ke bagian tengah. Tiba-Tiba pula pemuda Liok
menegur : "Hai, ya aku ingat sekarang. Bukankah engkau
yang jadi patung dalam kuil di tengah hutan itu ?"
"O, engkau pemuda yang datang bersama dua orang lelaki
tua dikuil itu ?" Blo'on balas bertanya.
Pemuda Liok mengiakan lalu bertanya lagi "Mengapa
engkau menjadi patung ?"
"Itu sih gara-gara kakek Kerbau Putih yang suruh aku jadi
patung Dia bilang, kalian ini mungkin bangsa penjahat maka
lebih baik jadi patung supaya jangan kalian ganggu," Blo'on
menerangkan. "Apakah engkau lihat aku ini seorang penjahat ?" tanya
pemuda Liok. "Kalau melihat wajahmu, tidak," kata Blo"on "tetapi entah
hatimu, aku tak tahu."
Pemuda Llok tertawa : "Siapa yang tahu hati orang" Seperti
siapakah yang tahu pikiran orang" Kalau melihat wajahmu,
engkau ini pintar. Tetapi ternyata engkau seperti orang
blo"on." "Tidak seperti tetapi memang namaku Blo'on." kata Blo'on
dengan bangga. "Ih, aneh, mengapa engkau tampak bangga dengan nama
itu ?" pemuda Liok heran.
"Sudah tentu bangga," kata Blo'on, "karena di dunia ini
hanya aku seorang yang bernama Blo'on. Orang tentu pilih
nama yang bagus-bagus dan indah-indah. Tetapi apa
peduliku. Yang penting kan hatinya. pikirannya . . "
Tiba-Tiba Blo'on berhenti. Berbicara tentang pikiran, ia lalu
bertanya : "Apakah yang menyebabkan kita bisa berpikir ?"
"Otak." kata pemuda Liok.
"Hai, benar, benar !" seru Blo'on, "otakku hilang maka aku
tak dapat mengingat apa-apa yang telah lalu."
Pemuda Liok terbeliak : "Otakmu hilang " Siapa yang bilang
begitu ?" "Siapa lagi kalau bukan gadis murid Hoa-san pay yang
memberi nama Blo'on kepadaku itu. Dia bilang otakku hilang
dan harus diobati dengan Otak naga."
"Apa " Otak naga ?" ulang pemuda Liok.
"Ya, otak naga," sahut Blo"on, "apa engkau belum pernah
melihat naga " Otaknya dapat menyembuhkan orang yang
pikirannya hilang." "Yang kulihat hanya naga dalam gambaran tetapi naga
yang sesungguhnya belum pernah tahu. Mungkin didunia ini
tiada orang yang pernah melihat naga "
"O. bodoh benar engkau dan orang-orang itu," seru Blo'on,
"naga itu tempatnya di Laut Hitam. Aku memang hendak
kesana untuk menangkap naga ini"
Pemuda Liok makin terbelalak heran. Dipandangnya Blo'on
lekat-lekat lalu bertanya: "engkau tentunva tidak gila, bukan
"'" "Ya, aku memang tidak gila," sahut Blo'on "hanya saja
pikiranku kosong tak dapat mengingat peristiwa yang lalu."
"Siapa namamu yang sesungguhnya ?" tanya pemuda Liok
pula. "Justeru itulah yang akan kucari. Aku sendiri lupa siapa
diriku ini." "O, aku kenal siapa engkau ini," tiba-tiba pemuda Liok
berkata. "Benar ?" Blo'on terkejut, "siapa aku ini ?"
"Engkau adalah Yu-yong suko, putera suhuku yang telah
menutup mata," kata pemuda itu.
Blo"on terbeliak lalu berseru : "Siapa nama suhumu ?"
"Jari-sakti Kim Thian cong !"
"Hai, Kim Thian cong ?" teriak Blo'on.
Sudah tentu pemuda Liok itu ikut terkejut juga. Ia
mengatakan Blo'on itu putera Kim Thian-cong, "mengapa anak
itu malah terkejut mendengar , nama ayahnya ?"
"Mengapa ?" "Kim Thian-cong itu jelas masih hidup !" seru Blo'on.
Pemuda Liok melongo, serunya sesaat kemudian "Jangan
gila, suhuku sudah menutup mata, tetapi..."
"Tetapi bagaimana ?" kali ini Blo'on yang terbeliak.
"Tetapi mayatnya telah dicuri orang ..."
"Hai !" Blo'on menjerit kaget, "mayatnya dicuri orang "
Siapa pencurinya " Mengapa engkau memperbolehkan pencuri
itu membawa mayat suhumu "Gila omonganmu itu." pemuda Liok menggeram, "siapa
yang memperbolehkan " Kalau tahu tentu kubunuh pencuri
itu. Tetapi kita sama sekali tak tahu siapa pencurinya."
"Celaka !" Blo'on menggumam, "buat apa orang mencuri
mayat suhumu ?" "Entahlah, tanya saja nanti pada pencurinya kalau sudah
ketemu. Aku memang sedang mencari siapa pencuri itu," kata
pemuda Liok, "eh, engkau mengatakan kalau Kim Thian-cong
suhu hidup lagi. Bagaimana engkau tahu ."
"Ya, memang," jawab Blo"on, "dia tentu mencuri karena
hendak menghidupkan suhumu lagi."
"Sudahlah, jangan linglung," tukas pemuda Liok.
"terangkanlah bagaimana engkau tahu kalau suhuku hidup ?"
"O. itu. Ketika aku bersama kedua kakek datang ke gereja
Siau lim-si, datang juga seorang lelaki berpakaian hitam yang
mengaku sebagai sebagai utusan Kim Thian-cong. Orang itu
menyerahkan surat undangan kepadaSiau-lim-si suruh datang
kegunung Hong-san untuk menghadiri rapat"
"Rapat apa ?" tanya pemuda Liok.
"Kim Thian cong hendak mengadakan rapat dan
mengundang semua orang-orang persilatan. Dia hendak suruh
partai-partai persilatan bubar dan menggabungkan diri pada
perkumpulan yang hendak dibentuknya.
Pemuda Liok terkejut : "Perkumpulan apa ?"
"Perkumpulan baru yang diberinya nama Seng lian-kau atau
Teratai Suci. Barangsiapa tak menurut akan dibunuh. Dengan
begitu jelas kalau suhumu itu memang hidup kembali dan
sekarang tinggal di Hong san. Kalau engkau hendak menemui,
kesanalah saja." Pemuda Liok memandang Blo'on pula. Dia matanya pemuda
itu dengan tajam. Ingin ia medapat kepastian, apakah Blo'on
itu seorang pemuda normal atau memang otaknya sudah
hilang seperti yang dikatakan sendiri itu.
"Mengapa engkau melihati aku saja " tegur Blo'on, "apakah
engkau tak percaya keteranganku itu " Kalau tak percaya
silahkan bertanya ke Siau lim-si. Kalau aku bohong, boleh
potong kepalaku!" "Baiklah, anggap saja kalau hal itu memang sungguhsungguh"
kata pemuda Liok, "tetapi mengapa tampaknya
engkau ayem-ayem saja mendengar berita itu?"
Blo'on kerutkan alis : "Lalu engkau suruh aku bagaimana ?"
"Aneh," pemuda itu membanting-banting kaki pada lantai,
"bukankah Kim Thian-cong itu ayahmu ?"
"Tidak," sahut Blo'on, "aku bukan anak Kim Thian-cong
tetapi putera raja".
"Hah?" pemuda itu ternganga mulutnya, "engkau putera
raja " Siapa yang bilang ?"
"Somali". "Siapa Somali itu ?" mata pemuda Liok membelalak makin
lebar. "Apa engkau belum kenal Somali " Celaka!"' seru Blo'on.
"Somali itu pengawal dari raja. Karena dia berani main gila
dengan selir raja, dia dihukum dalam sebuah guha. Kakinya
dirantai dan ditaruh dalam kerangkeng besi. Hah, mengerikan
sekali. Karena bertahun-tahun dalam keadaan begitu dia
sampai tak dapat berdiri lagi. Sekarang terpaksa dia harus
tinggal dalam guha menjaga isten kakek Lo Kun dan kekasih
kakek Kerbau Putih. Kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih
sekarang hendak mengantar aku ke kota raja menghadap raja.
Kalau sudah ketemu, baru nanti kedua kakek itu akan kembali
ke guha dan tinggal bersama Somali ..."
"Berhenti !" teriak pemuda Liok sekeras-kerasnya seraya
menutupi kedua telinganya. Rupanya ia muak mendengar
Blo'on mengoceh seperti hujan mencurah.
Saat itu mereka tiba diujung lorong dan hendak melintasi
halaman. Tiba-Tiba dua sosok tubuh berhenti di tengah
halaman itu. Rupanya orang itu hendak menuju ke tengah
markas tetapi karena mendengar suara orang menyuruh
berhenti, mereka berhenti.
Pada hal pemuda Liok itu menghentikan ocehan Blo"on
tetapi orang itu mengira kalau mereka yang disuruh berhenti.
Pemuda Liok dan Blo'on terkejut ketika melihat dua orang
nona berdiri ditengah halaman. Karena sudah kepergok
pemuda Liok dan Blo'on tak dapat bersembunyi lagi. Terpaksa
keduanya menghampiri dua sosok orang itu.
"Siapa engkau !"
"Siapa engkau !"
Pemuda Liok menegur tetapi berbareng dengan itu kedua
orang itupun menegur sehingga kedua saling menegur dalam
waktu yang sama. "Ci Kwi-hwa, kedua orang itu mencurigakan sekali. Kita
belum pernah tahu !" kata salah seorang yang bertubuh agak
kecil. Ternyata kedua orang itu adalah Lo Kwi-hoa dan Seng Bikiok,
murid keenam dan ketujuh dari Hu Yong siancu.
Keduanya malam itu bertugas meronda.
"Ya, siapakah kalian ?" tegur Kwi-hoa seraya maju
menghampiri. Demi melihat pemuda Liok dan seorang pemuda
gundul yang mengenakan pakaian perempuan, ia berteriak :
"Hai, engkau orang banci dari mana, mengapa engkau berani
masuk kedalam markas ini !"
"Nona, akulah pemuda yang ditawan dua hari yang lalu.
Tadi aku habis melayani nona Kim-lian lalu disuruh kembali
ketempatku lagi," cepat pemuda Liok memberi jawaban.
"O," desuh Kwi hoa yang cepat berganti nada ramah karena
melihat pemuda Liok itu bertampang cakap sekali, "tetapi
siapakah si banci ini?"
"Dia . . . dia bujangku" akhirnya pemuda Liok menjawab.
"Aku ..." karena dianggap sebagai bujang dari pemuda itu,
Blo'on hendak memberi penjelasan dan memberitahukan siapa
dirinya. Tetapi cepat-cepat pemuda Liok menginjak kakinya
keras supaya dia diam. Karena cuaca di halaman gelap, jadi
gerakan pemuda Liok itu tak sampai ketahuan kedua nona itu.
Kwi-hoa berpaling kearah sumoaynya Bi-ki dan tersenyum,
matanya bersinar-sinar. Kemudian ia menarik tangan Bi-kiok
diajak menuju ke tepi halaman yang terpisah belasan langkah
dari tempat pemuda Liok. "Jit-moay," bisik Kwi-hoa. Ia menyebut Bi kiok sebagai Jitmoay


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atau adik seperguruan yang ketujuh, "enak-enak saja
Kim-lian sam-suci bersenang diri. Sebaliknya kita berdua
disuruh meronda" Bi-kiok mengangguk : "Memang, para suci kita itu tak adil.
Lihat tuh toa-suci San-hoa, masakan tiap malam dia
bersenang senang dengan putera tihu. Kita tak pernah diberi
kesempatan untuk menemani putera tihu itu."
"Ya, oleh karena itu kita harus berusaha mencari sendiri,
maukah engkau bantu membantu dengan aku, jit-moay ?"'
tanya Kwi-hoa. "Bagaimana caranya ?"' tanya Bi-kiok.
"Begini," ia membisiki kedekat telinga Bi-kio "pemuda yang
ini cakap sekali. Maksudku, kita boleh bergilir menemaninya
malam ini. Aku dulu yang menemani dan engkau yang
meronda seorang diri Kira-Kira dua jam lagi, ganti engkau
yang mencmai dan aku yang meronda."
Bi-kiok gembira tetapi tiba-tiba ia bertanya "Tetapi apakah
para suci dan sumoay yang lain takkan mengetahui rencana
kita ?" "Ah, saat ini sudah lewat tengah malam, mereka tentu
sudah tidur mendengkur. Dan empat jam lagi kita sudah bebas
tugas." kata kwi-hoa
"Baiklah," sahut Bi-kiok. "Apabila ada bahaya atau
gangguan, cepat-cepat engkau memberitahu kepadaku." kata
Kwi-hoa. Demikian mereka kembali ketempat pemuda Liok dan.
Blo"on lagi. "Di mana kamarmu ?" tanya Kwi-hoa kepada pemuda Liok.
"Aku tinggal di belakang, " sahut pemuda itu sekenanya
saja. "Ketahuilah, malam ini kami berdua yang meronda. Setiap
orang yang keliaran keluar, akan kutangkap. Berbahaya kalau
kalian berdua berjalan sendiri. Mari kuantarkan" kata Kwi-hoa.
Pemuda Liok bingung juga. Kalau menolak, orang tentu
curiga Kalau mengiakan, ah. ia dapat menduga maksud kedua
nona itu. "Apakah nona juga murid dari Partai Melati " tanyanya.
"Ya, aku Lo Kwi hoa murid ke enam dari Ku Yong siancu
dan ini sumoayku yang ke tujuh Seng Bi-kiok."
Akhirnya pemuda Liok terpaksa meluluskan diantar kedua
nona itu. Baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba
terdengarlah genta bertalu talu dengan gencar.
"Genta itu sebuah genta raksasa yang ditaruh di paseban
Lian bu-thia ialah paseban untuk berlatih ilmusilat. Genta
raksasa itu dipakai untuk berlatih ilmu tutukan jari, ialah
sebagai sasaran untuk di-tutuk dengan jari. Tetapi selain itu.
apabila markas timbul bahaya, genta itu dipalu sebagai
pertandaan bahaya. Tengah malam buta genta bertalu-talu nyaring, sudah tentu
seluruh penghuni markas Lembah Melati terperanjat bangun.
Mereka segera keluar dari kamar masing-masing dan cepat
berkumpul kepaseban Lian-bu-thia.
Memang demikianlah perintah Hu Yong siancu Bila terjadi
bahaya, sekalian anakmurid tak boleh gugup dan bertindak
sendiri tetapi harus lekas berkumpul ke paseban Lian bu-thia
untuk menerima perintah. "Wah. celaka," kata Kwi-hoa, rupanya dalam markas telah
timbul bahaya. Mengapa kita tak tahu
"Ya, liok-suci" kata Bi-kiok, "kitapun harus lekas-lekas
berkumpul ke Lian-bu thia. Lalu bagaimana dengan kedua
orang ini ?" Kwi hoa merenung diam. Rupanya dia tengah cari akal.
Beberapa saat kemudian ia berkata kepada pemuda Liok :
"Kuantar dulu kalian kekamar-ku dan untuk sementara engkau
tinggal saja disitu"'
"Ah. lebih baik aku kembali kekamar sendiri saja,' kata
pemuda Liok. "Tidak !" seru Kwi-hoa, "aku hanya sebentar dan tentu
segera datang." Demikian pemuda itu dan Blo'on lalu diajak kesebelah timur
ujung halaman dan masuk ke dalam sebuah villa kecil yang
menjadi tempat kediaman Kwi-hoa.
Kwi-hoa dan Bi-kiok terus bergegas menuju ke paseban
Lian-bu-thia. Ternyata di paseban itu sudah berkumpul
beberapa suci dan Mimoay mereka. Tetapi mereka heran
mengapa tak melihat Ting San-hoa, toa-suci mereka yang
menjadi wakil pimpinan markas.
Tetapi itu masih belum mengherankan. Yang lebih
membuat kedua nona itu terkejut ialah terdapatnya tiga
bujang perempuan, ialah bujang Bwe bujang tua An dan
bujang muda Ah-moy. Ketiga hujang itu menangis. Dan yang
lebih membuat ke dua nona itu terbeliak melongo ialah bujang
muda Ah-moay ternyata gundul kepalanya.
"Ai, liok-sumoay dan jit-sumoay, engkau baru datang." seru
Lim Sian, murid kelima dari Hu Yong siancu. Dia menyebut
Kwi-hoa liok-sumoay atau adik seperguruan keenam Bi kiok
sebagai jit-sumoay atau adik seperguruan ketujuh.
"Ya, ngo suci," kata Kwi-hoa, "apakah yang telah terjadi ini"
"Markas telah dikacau orang," sahut Lian Sian, "apakah
engkau tak melihat musuh yang menyelundup kedalam
markas ?" "Tidak," sahut Kwi-hoa dan Bi-kiok.
"Aneh," kata Lim Sian, "bukankah malam ini jatuh giliran
kalian yang meronda,?"
"Ya, tetapi diluar lembah tak tampak suatu apa yang
mencurigakan." kata Kwi-hoa lalu bertanya, "sebenarnya
apakah yang telah terjadi, ngo-suci ?"
"Ketiga bujang itulah yang membunyikan genta sehingga
aku bergegas-gegas lari kemari." ka ta Lim Sian.
"Sudahkah ngo-suci menanyai mereka ?" tanya Bi-kiok.
"Mereka hanya menangis gerung-gerung dan tak dapat
menjawab yang jelas," kata Lim Sian.
"Baiklah, kita tanya dulu, agar kalau toa-su ci San-hoa
datang, kita sudah dapat memberi keterangan" kata Bikiok
seraya menghampiri ketempat ketiga bujang itu.
"Hai, bibi Bwe dan bibi An dan engkau juga Ah moay," ia
mulai bertanya, "mengapa kalian' memukul genta ?" Apakah
yang telah terjadi ?"
Bujang perempuan Bwe dan An karena sudah tua, mereka
agak gugup. Ah-moaylah yang menjawab : "Ai, celaka, nona.
Tawanan di guha Kumbang Hitam lolos dan aku, hu. hu, hu "
Ah-moy menangis lagi dengan keras, la jengkel dan marah.
"Mengapa Ah-moay ?" tegur Bi-kiok,
"Mereka telah.. telah mencukur rambutku! sampai begini
kelimis ..." "Siapakah tawanan itu " Berapa jumlah yang lolos "'.
"Tiga orang, dua orang kakek tua dan seorang masih
muda," kata Ah-moy. Diam-Diam Kwi-hoa membayangkan pemuda itu dan si
Blo'on yang ditemuinya itu. Mereka berdua masih muda tentu
bukan seperti yang dimaksud Ah-moy. Maka ia memutuskan
lebih baik tak mengatakan hal itu kepada Lim Sian. Apalagi
kalau mengatakan tentu banyak urusan dan akan
menggagalkan rencananya untuk menemani pemuda itu
"Bagaimana mereka meloloskan diri ?" tanya Bi-kiok pula.
Ah-moay lalu menceritakan bagaimana mereka telah
disiasati oleh ketiga orang itu sehingga akhirnya diringkus dan
diikat. Untung bibi Ho datang ke guha tawanan itu dan dapat
melepaskan mereka kalau tidak mereka tentu akan mati.
"Hm, itulah Ah moy, upahnya orang yang genit dan ingin
mencari kesenangan dengan orang tawanan. Kalau toa-suci
San-hoa tahu, engkau tentu dimaki-maki," kata Bi-kiok.
Mendengar toa-suci San-hoa disebut. bertanyalah Kwi hoa
kepada Lim Sian : "Ngo-suci,aneh, mengapa toa-suci tak
datang ?" "Hm, mungkin dia keletihan dan tidur pula" sahut Lim Sian.
"Mengapa ?" "Uh, malam ini dan boleh dikatakan tiap malam dia tentu
tidur bersama putera tihu itu," jawab Lim Sian dengan nada
agak kurang puas. "Ih ..." Kwi-hoa mendengus pelahan, "tetapi mana yang
lainnya. Mengapa Kim-lian sam suci dan Siu-lan si suci juga
tak kelihatan " Aneh"
"Ya, kemanakah kedua orang itu ?" Lim sian sendiripun ikut
merasa aneh. Hu Yong siancu mempunyai 17 murid. Tujuh orang murid
tingkat angkatan pertama. Dan sepuluh orang murid tingkat
kedua. Dari ketujuh murid tingkat kesatu itu, yang satu ialah
Ki Lian hong diajak Hu Yong siancu ke Lamhay.
Saat itu di Lian-bu-thia sudah berkumpul tiga belas orang
murid Partai Melati. Yang tak muncul ialah Ting San-hoa, Sui
Kim-lian, Ho Siu lan. Oleh karena sampai beberapa saat belum juga keempat
orang itu muncul, akhirnya Lim Sian tak sabar lagi.
"Hayo, kita jenguk mereka" katanya dengan mengajak Kwihoa
dan Bi-kiok. Yang lain-lain disuruh tetap berada di
paseban situ. Pertama ketiga nona itu menuju ke ruang Biau-him-tong
atau ruang Jiwa-terbuai. Keadaan dalam ruang itu sunyi senyap dan gelap. Tak ada
lampu penerangannya. "Aneh, mengapa ruang ini sunyi senyap" kata Lim Sian,
"bukankah disini malam ini dijadikan tempat bersenangsenang
diri ?" "Mari kita jenguk kedalam," kata Bi-kiok seraya terus
memutar grendel pintu, "hai, mengapa pintu tidak dikancing
dari dalam ?" Nona itu terus melangkah masuk, menyulut korek dan
nyalakan lilin. "Celaka !" tiba-tiba Bi-kiok menjerit kaget sehingga Lim Sian
dan Kwi-hoa menerobos masuk. Demi menyaksikan keadaan
dalam ruang itu kedua nona itupun ikut melongo. Mereka
melihat bujang perempuan Kiong tidur diatas pembaringan tak
dapat berkutik. Ketika selimutnya dibuka ternyata bujang itu
telanjang bulat. "Hai, bangun," Bi-kiok mengguncang-guncang tubuh si
Kiong tetapi bujang itu diam saja.
"Liok-sumoy, jangan dipaksa, dia tertutuk jalan darahnya,"
kata Lim Sian. Bi kiok terkejut lalu memeriksa. Memang apa Yang
dikatakan sucinya itu benar. Bujang Kiong tertutuk jalan
darahnya. Bi-kiok berusaha untuk membuka jalan darah yang
tertutuk itu tetapi tak mampu.
"Aneh, mengapa luar biasa sekali ilmu tutukan orang itu ?"
gumamnya dengan geram. Lim Sian dan Kwi-hoapun berturut-turut mencoba untuk
membuka jalan darah si Kiong yang tertutuk tetapi gagal.
"Menilik ilmu tutukan ini, jelas orang itu tentu memiliki
kepandaian sakti," kata Kwi hoa.
"Atau mungkin bukan dari Tiong-goan. Menurut suhu,
sumber ilmu kepandaian dari dunia persilatan Tiong-goan itu
pada dasarnya sama. Demikian juga dengan ilmu menutuk
jalan darah. Kalau kita tak mampu membuka jalan darah yang
tertutuk itu, jelas kalau musuh tentu bukan tokoh dari dunia
persilatan Tiong goan," kata Lim Sian.
Kemudian nona itu berkata pula: "Biarlah, kita tinggalkan
dia disini dan memeriksa kelain ruang"
Mereka tiba diruang Hui-hun-tong atau ruang Jiwa-terbangke
Nirwana. Juga ruang itu tampak sunyi dan gelap. Dan
ketika Bi-kiok membuka pintu ternyata pintu tak dikancing.
Ketegangan makin mencengkam ketiga nona itu ketika
mereka melangkah masuk dan menyalakan lilin.
Di ruang Hui-hun-tong itu dijadikan tempat bersenangsenang
oleh Ho Siu-lan murid keempat dari Hu Yong siancu
bersama Bok Kiang, guru silat pada kantor tihu. Sebenarnya
yang disuruh mengantar arak kesitu oleh bujang perempuan
Kiong ialah Ah-moay alias Blo"on. Tetapi karena tak tahu
tempatnya Blo'on telah keliru masuk ke Biau hun-tong atau
villa Jiwa lelap yang dipakai nona Sui Kim-lian bersama
pemuda Liok. Tetapi karena terlanjur salah masuk, bujang Kiong disuruh
menaruh hidangan arak kedalam kamar oleh Ho Sui lan.
Bok Kiang mencari akal untuk menghadap nona murid
keempat dari Hu Yong siancu itu. Akhirnya ia menggunakan
akal untuk pura-pura melayani rayuan si nona.
Setelah Siu-lan percaya penuh dan siap menyambutnya
ditengah ranjang, tiba-tiba guru silat itu menutuk jalandarah
sinona. Seketika nona itu tak dapat berkutik. Juga jalandarah
pembisunya ditutuk agar jangan dapat berteriak. Setelah
mengikatnya erat-erat, Bok Kiangpun keluar untuk mencari
kawan-kawannya. Walaupun telah menduga bahwa dalam kamar itu tentu
terjadi seperti dalam ruang Biau-hun tong tadi, namun tak
pernah diduga oleh Lim Sian .Kwi-hoa dan Bi-kiok bahwa yang
akan ditemukan dalam kamar itu adalah Ho Siu-lan, suci
mereka yang nomor empat. Pun keadaan, nona itu seperti
bujang Kiong. Telanjang bulat, hanya ditutupi dengan kain
selimut. Lim Sian segera mencoba membuka jalandarah Siu lan yang
tertutuk dan berhasil, Dengan kemalu maluan Siu lan terus
hendak mencari pakaiannya tetapi ternyata dibawa oleh Kok
Kiang. Maksudnya agar nona itu untuk beberapa waktu tak
dapat keluar dari kamar itu.
"Keparat benar guru silat itu." Siau-lan memaki panjang
pendek. "Apakah yang telah terjadi si-suci ?" tanya Lim Sian.
Dengan singkat Siu lan lalu menuturkan ba......
Halaman 34-35 gak ada Lim Sian tergopoh-gopoh membuka jalandarah Ting Sanhoa,
Beberapa jenak kemudian, San hoa dapat membuka
mata dan mengerang pelahan.
"Toa-Suci . , !" seru Lim Sian dan. Kwi hoa aku Lim Sian
dan liok sumoay Kwi-hoa."
"Ih . . " tiba-tiba San hoa bangun serentak, lekas ambil
pakaianku !" Kwi hoa mencarikan tetapi tak ketemu: "mana. toa-suci ?"
"Di atas kursi" kata San-hoa,
Tetapi diatas kursi tak ada sepotong pakail pun juga.
"Tidak ada, toa-suci" kata Kwi-hoa, "tentu diambil orang !"
"Keparat !" San-hoa memaki, "orang itu memang harus


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kubunuh !" San-hoa loncat turun dari ranjang dengan masih memakai
selimut untuk membungkus tubuhnya. Ia mencari kian kemari
tetapi pakaiannya memang tak ada. Pada saat ia menghampiri
lemi kaca untuk memeriksa barangkali pakaiannya ditaruh di
dalam situ, tiba-tiba ia menjerit seperti disambar petir.
"Astaga ! Kepalaku . . rambutku kemana" ia melengking dan
meraung seperti seekor singa kelaparan.
Lim Sian dan Kwi hoa sebenarnya sudah tahu tetapi takut
untuk memberitahu, Keduanya hanya diam saja tak berani
buka suara. "Lim Sian. Kwi-hoa, engkau berani menggunduli rambutku
!" serunya seraya maju menghampiri dengan mata merah dan
wajah buas. "Toa-suci !" teriak kedua nona itu dengan cemas, "bukan
kami yang melakukannya. Aku tidur di kamarku dan lioksumoy
melakukan ronda malam ini."
San-hoa hentikan langkah : "Benarkah bukan kalian ?"
"Wah, bagaimana toa-suci ini," kata Lim Siun kami berdua
yang mencari dan menolong toa suci, bukan yang
menggunduli. Lalu siapakah teman toa suci kemarin malam itu
?" "Tahukah kalian akan putera tihu itu " Ke-manakah dia saat
ini ?" tanya Ting San-hoa.
"Entahlah kami tak tahu" sahut Lim Sian kemudian bertanya
apakah Ting San-hoa perlu hendak menyuruh mereka
mengambil pakaian. Ting Sah-hoa mengiakan. Lim Sianpuu minta Kwi hoa yang mengambilkan. Kemudian
ia berkata kepada Ting San-hoa "Toa suci, masih ada seorang
yang belum kami ketemukan ialah Sam-suci Kim-lian. Maka
aku hendak mencarinya dan harap toa-suci suka menunggu
kedatangan liok-sumoay,"
"Ya, baiklah." kata San-hoa.
Lim Sianpun segeia tinggalkan ruang Lok-hun tong. Ia
mencari kemana-mana tetapi tak mendapatkan Kim-lian.
Akhirnya ia teringat akan villa tempat suhunya. Kesanalah ia
menuju. Dan dugaannya memang tepat. Disitu ia menemukan
Kim-lian dalam keadaan wajahnya penuh bintik-bintik merah
dan pingsan. "Sam-suci, mengapa engkau begini ?" tanya Lim Sian serta
nona itu sudah sadar. "Bangsat, kemana Ah-moy ?" teriak nona itu dengan marah.
"Ah-moy " Dia berada di Lian-bu-thia bersama sekalian
sumoay" kata Lim Sian.
"Ah, bukan Ah-moy yang itu tetapi Ah moy palsu !" seru
Kim-lian makin marah karena menganggap Lim Sian tak cepat
dapat menangkap kata-katanya. Pada hal ia belum
menjelaskan sendiri. Dengan singkat Lim Sian lalu menuturkan apa yang terjadi
malam itu. Kemudian ia menga jak Kim lian keluar.
Kim-lian mengenakan kain kerudung hitam untuk menutupi
mukanya yang masih terluka air panas itu.
Baru kedua nona itu keluar dari villa mewah milik Hu Yong
siancu, tiba-tiba mereka dikejutkan pula oleh suara genta
bertalu-talu. Cepat kedua nona itu berlari menuju ke Lian-bu
thia. Ternyata yang berada disitu hanya ketiga bujang Bwe, An
dan Ah-moy. "Oh, nona Lian dan nona Sian, para nona sedang menuju
kearah kebakaran, "Ah-moy menerangkan.
Kim lian dan Lim Sian terkejut. Mereka ber paling. Memang
dari penjuru markas tampak api memancarkan cahayanya
merah ke langit sehingga hari yang sudah hampir pagi itu
tampak terang. Asappun bergulung-gulung membubung ke
angkasa. "Celaka, musuh telah membakar lembah kita," kata Kim lian
seraya mengajak Lim Sian untuk menuju kebagian belakang
markas. Belum berselang berapa lama dari kepergian gadis-gadis
murid Partai Melati itu, muncullah seorang imam tua bersama
seorang bujang perempuan tua yang memakai bedak tebal,
bertubuh pendek. Demi melihat perempuan itu, serentak menjeritlah bibi Bwe
: "Bangsat, itulah yang mencelakai aku. Dia memalsu diriku "
Habis berkata bibi Bwe terus lari menyongsong orang yang
menyaru jadi dirinya. Plak . karena marahnya bujang Bwe
terus menampar muka orang yang menyaru jadi dirinya itu.
"Hai . . . !" bujang Bwe menjerit kaget ketika melihat wajah
orang itu. Seorang kakek tua yang berjanggut panjang.
Karena kain penutup mukanya tertampar jatuh, tampaklah
wajah orang itu dengan jelas.
Memang yang datang itu Soh Hun kisu dan kakek Lo Kun si
bujang Bwe palsu, kakek Lo Kun terkejut ketika bujang tua
Bwe menyongsong nya dan terus menampar mukanya.
Kakek Lo Kun terkejut, serunya : "Hai, mengapa engkau
disini " Bukankah engkau tidur dalam guha tawanan ?"
"Tua keparat!" maki bujang Bwe itu itu seraya hendak maju
menerkam muka kakek Lo Kun tetapi kakek itu sudah cepat
menghindar kesamping "Hai, jangan gila engkau, perempuan tua," bentak kakek Lo
Kun, engkau harus berterima kasih kepadaku karena
pekerjaanmu aku yang mewakili ..."
'Tua bangka. engkau mencuri pakaianku Hayo. lepas !"
bujang tua Bwe terus menerjang kakek Lo Kun.. Kakek Lo Kun
lari menghindar tetapi terus diburu. Dengan demikian kedua
orang itu berlari-lari kejar-kejaran di sekeliling paseban Lianbu-
thia. Tengah peristiwa itu berlangsung tiba-tiba dari arah barat
muncul pula seorang pemuda bermuka pucat dengan diiring
oleh seorang bujang perempuan tua.
Demi melihat pemuda itu, berserulah Hun kisu dengan
sangsi-sangsi girang : "Adakah kongcu ini Kho Pik giam
kongcu putera Kho tihu Belum pemuda bermuka pucat itu menyawab muncul pula
seorang lelaki setengah tua yang lari-lari menuju ke Lian buthia.
terus memeluk muda bermuka pucat itu.
"Ah, Kho kongcu, akhirnya kami berhasil menemukan
kongcu ..." "O, Bok kausu," pemuda itu yang bukan lain memang Kho
Pik-giam memeluknya dengan girang Kemudian Bok Kiang
memperkenalkan pemuda itu dengan Soh Hun kisu.
Apabila ketiga orang itu tengah bercakap-cakap adalah
bujang perempuan itu yang celaka karena pada saat Soh Hun
kisu menyambut Kho Pik giam, bujang perempuan An pun
terus memaki perempuan yang mengiring Kho Pik-giam itu.
"Hai. bangsat, penipu, engkau berani melucuti pakaianku
dan mengikat tubuhku !" habis memaki bujang An itu terus
menyerbu wanita tua itu. "Celaka, dia berada disini." diam-diam perempuan tua yang
bukan lain dari penyaruan kakek Kerbau putih mengeluh.
Sebelum bujang tua An sempat menerkamnya, ia sudah
melarikan diri. "Hai, kembalikan pakaianku, bangsat tua !" teriak bujang
tua An seraya mengejar. Demikian di paseban Lian bu-thia itu
berlangsung adegan yang lucu. Dua kakek yang berpakaian
sebagai perempuan tengah dikejar oleh dua orang bujang
perempuan tua. Mereka berlari-larian mengelilingi paseban itu.
"Ho, engkau kakek Kerbau Putih ?" tegur kakek Lo Kun
demi melihat kakek Kerbau Putih disampingnya.
"Ya, aku dikejar oleh perempuan yang kupakai pakaiannya
itu." sahut kakek Lo Kun." dan mengapa engkau juga berlarilari
?" "Setan pendek, akupun dikejar juga oleh perempuan tua
yang kupakai pakaiannya ini," sahut kakek Kerbau Putih.
"Hayo, engkau harus cari akal bagaimana supaya kita dapat
lolos ! Bukankah engkau yang suruh aku menyaru jadi
perempuan ?" "Huh. tak usah mengomel, masakan menghadapi dua orang
bujang perempuan tua saja kita tak mampu ?" dengus kakek
Kerbau Putih. Tetapi diam-diam ia memang belum
menemukan akal. Tengah peristiwa itu masih berlangsung tiba-tiba muncul
lagi seorang pemuda cakap bersama seorang bujang
perempuan muda. "Hai. saudara Liok," teriak Bok Kiang menyambut Pemuda
itu dengan gembira. "Siapakah pemuda ini ?" tanya Kho Pik-giam kepada Bok
kausu. Sudah tentu guru silat itu heran mendengar pertanyaan dari
putera tihu. "Bukankah saudara Liok ini sute dari kongcu sendiri ?"
serunya heran. "Sute?" Kho Pik-giam mengulang heran, "aneh, mengapa
aku belum kenal ?" "Maaf, Kho kongcu, aku Liok Sin-Iam seorang pengembara.
Karena mendengar peristiwa kongcu hilang maka aku
memberanikan diri menghadap Kho tihu. Agar dapat
diterima maka aku mengaku sebagai sute kongcu," pemuda
Liok itu memberi penjelasan tentang dirinya.
Karena melihat pemuda Liok itu seorang pemuda yang
cakap dan halus dan pula memang benar-benar telah
mencurahkan tenaga untuk menolong dirinya. Kho Pikgiampun
menghaturkan terima kasih.
"Hai, engkau !" tiba Ah moay berteriak dan terus lari
ketempat Blo'on. "kembalikan rambutku dan pakaianku !"
Blo'on terkejut ketika tahu-tahu seorang perempuan muda
yang kepalanya ditutup dengan kain menyerbu dirinya.
"Nanti dulu !" Blo'on songsongkan kedua tangannya
kemuka untuk mencegah, "siapa engkau" Mengapa engkau
hendak minta rambut dan pakaian dari aku ?"
"Bangsat ! Engkaulah yang menggunduli rambutku dan
memakainya." dengan kalap Ah-moay terus merangsang
dengan kedua tangannya mencakar muka Blo on.
Blo'on terkejut dan menghindar ke samping tetapi
rambutnya kena disamoar oleh Ah-moy terus ditariknya. Uh . .
. berobahlah kini Bloon .menjadi seorang laki yang gundul.
"Hu, hu, hu . , " tiba-tiba Ah-moy menangis, "rambut ini tak
dapat tumbuh dikepalaku lagi.. "
"Jangan kuatir, pakailah bubur atau lem. Tadi akupun juga
menggunakan bubur untuk mlekatkan rambut itu di kepalaku
..." "Jahanam engkau !" sekonyong-konyong Ah moy timpukkan
ikatan rambut itu kemuka Blo'on. Plok . . rambut tepat
menampar muka Blo'on sehingga dia gelagapan dan
berbangkis , . . Habis menimpuk, Ah-moy terus maju dan memukul Blo"on.
Duk . . aduh, Blo"on menjerit karena hidungnya kena tinju Ahmoy.
Tetapi diluar dugaan Ah moypun menjerit-jerit kesakitan
sembari mendekap tangannya.
Seperti yang telah diterangkan, tubuh Blo'on itu
mengandung tenaga dalam yang luar biasa Blo'on tak
dapat mengembangkan tenaga-dalam itu tetapi apabila dia
dipukul tenaga-dalam itu akan memantul, Itulah sebabnya
maka Ah-moy menjerit kesakitan.
"Hai, Blo"on, mengapa engkau juga disini" teriak Kakek Lo
Kun yang berlari-larian mendatangi bersama kakek Kerbau
Putih. "Lho, kakek berdua juga . , . " belum selesai Blo'on berkata
tiba-tiba kedua kakek itu disekap belakang oleh bujang tua
Bwe dan bibi An, Karena terkejut, kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih
berontak, Kedua bujang perempuan itupun terlempar
beberapa langkah dan terus jatuh.
Kho Pik-giam, pemuda Liok, Bok Kiang Soh Hun kisu yang
tahu duduk perkaranya, sama tertawa gelak-gelak ...
Sesaat kemudian tiba-tiba pemuda Liok berkata: "Lebih baik
kita cepat tinggalkan lembah ini."
"Ya, benar," sahut Kho Pik-giam.
"Tidak," tiba Soh Hun kisu berseru, "bakar dulu lembah ini
baru kita pergi." "Tidak !" tiba-tiba pula kakek Lo Kun menyeletuk, "jangan
main-main engkau imam tua. Membakar lembah ini berarti
membakar isteriku !"
Soh Hun kisu melongo. "Apakah isteri kakek berada disini ?" tegur Kho Pik-giam.
Kakek Lo Kun mengangguk : "Ya." "Siapa namanya dan
yang mana ?" "Namanya Sun Li-hoa, yang paling cantik sendiri itu."
Kho Pik-giam terbeliak, katanya : "Tetapi murid-murid Partai
Melati disini tak ada yang bernama pun Li hoa."
"Uh, bagaimana engkau tahu ?"
"Ting San-hoa yang menceritakan kepadaku"
"Ya, benar, kakek," kata pemuda Liok pula nona Kim-lian
juga pernah mengatakan begitu padaku."
"Hai, kalian dua orang pemuda tolol. Jelas aku sudah
bertemu sendiri dengan isteriku ketika naik kereta bersama
seorang pemuda, mengapa kau berani mati mengatakan tidak
ada !" kakek Lo Kun marah-marah.
Pemuda Liok terkejut. Bukan karena memikirkan soal isteri
Lo Kun yang bernama Sun li hoa itu tetapi karena kata-kata si
kakek tentang pemuda yang ditawan. Ya, benar, dalam
markas Partai Melati ini memang masih terdapat tawanantawanan
orang lelaki. "Saudara-Saudara sekalian," segera ia berkata setelah kita
berhasil membebaskan Kho kongcu, sebaiknya jangan
kepalang tanggung. Mari kita tolong pemuda-pemuda yang
ditawan dalam markas ini !"
Ternyata maksud pemuda Liok itu didukung sekalian orang.
Hanya guru silat Bok Kiang yang agak membantah : "Aku
setuju tetapi kurasa lebil baik salah seorang dari kita yang
mengantarkat Kho kongcu pulang dahulu. Karena Kho kongci
masih lemah. Yang lain-lain boleh melaksanakan usul saudara
Liok itu." "Tidak, Bok kausu," Kho Pik-giam menolak "aku cukup kuat.
Aku ingin menolong juga mereka yang menjadi korban
gerombolan wanita cabul di sini."
Akhirnya mulailah rombongan itu menuju k bagian belakang
markas. Mereka hendak mengeluarkan pemuda-pemuda yang
ditawan di situ. Sebelum pergi mereka menutuk jalan darah
Ah-moy supaya pingsan.

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak berapa lama dari kepergian merek berbondongbondonglah
murid-murid. Partai Melati kembali ke paseban
Lian bu-thia lagi. Alangkah kaget mereka ketika melihat
beberapa tawanan yaitu pengacau tadi sudah lenyap. Yang
ada hanya hanya perempuan tua bibi Bwe, bibi An dan Ahmoy
yang menggeletak di tanah tak sadarkan diri.
Ternyata dibeberapa tempat dari markas Partai Melati telah
timbul kebakaran. Bangunan yang indah dan mewah dari
markas itu telah habis di makan api. Mereka duga kebakaran
itu tentu perbuatan dari rombongan putera tihu dan kedua
kakek linglung itu. "Hai, kemanakah gerangan lari mereka ?" I tanya San-hoa
dengan geram. "Kukira mereka tentu belum lari jauh. Kalau kita kejar tentu
masih dapat menangkap mereka," kata Kim-lian dengan
geram sekali. Memang diantara gadis-gadis murid Partai Melati, yang
paling menderita ialah Ting San hoa karena rambutnya dicukur
dan Sui Kim-lian yang muka nya melepuh merah karena
tersiram air panas. "Ya, hayo kita kejar dan bunuh mereka!' kata Ting San-hoa.
Ketiga belas murid Partai Melati itu segera menuju ke pintu
gerbang. Ketika pintu dibuka, mereka terkejut melihat seorang
lelaki berpakaian hitam dan mengenakan kerudung muka
warna biru tegak ditengah pintu.
"'Siapa engkau !" tegur Ting San-hoa.
"Adakah aku berhadapan dengan Hu Yong siancu pemimpin
Partai Melati ?" tidak menjawab, orang itu malah balas
bertanya. "Suhu tak berada dalam markas. Akulah wakilnya." sahut
Ting San-hoa lalu mengulang pertanyaan pula.
"Aku utusan dari Kim Thian-cong tayhiap pemimpin partai
Thian-su-kau yang berpusat di gunung Thaysan untuk
menemui Hu Yong siancu," kata orang itu.
"Apa maksudmu ?"
"Thian-su-kau ialah partai agama utusan Allah. Partai itulah
yang akan mempersatukan dan menenteramkan dunia
persilatan. Maka Kim kaucu telah mengirim surat undangan
kepada semua partai persilatan dan tokoh-tokoh untuk
menghadiri upaca ra peresmian berdirinya partai besar itu."
"Lalu bagaimana partai-partai atau tokoh-tokoh persilatan
yang tak mau ikut dalam partai Thian-si-kau itu ?"
"Hanya ada dua pilihan. Ikut atau mati Partai-Partai
persilatan harus membubarkan diri dan menyerahkan limu
kepandaian partai masing-masing kepada Thian-su-kau
Pemimpin kami akan mengajak para ketua partai persilatan
untuk membahas dani menciptakan sebuah ilmusilat baru dari
inti ilmu silat berbagai aliran dalam dunia persilatan.
Nantinya didunia persilatan ini hanya ada satu partai persilatan
dan satu aliran ilmusilat. Dengan demikian dunia persilatan
takkan terjadi pertikaian dan pergolakan lagi."
"Alangkah hebatnya !" seru San-hoa sinis.
"Memang," sahut utusan Baju Biru itu dengan bangga.
"Kalau saja semua partai menurut saja seperti anak kecil."
sambut nona itu. Baju Biru terkesiap. Ditatapnya San-hoa dengan mata
berkilat-kilat : "Lalu menurut anggapanmu, apakah suhumu
juga akan menolak ?"
"Partai Melati sebuah partai yang bebas. Tak ingin
menguasai dunia persilatan dan tak suka terjun dalam
kekeruhan dunia persilatan. Kami hidup tenang dalam lemoah
yang sunyi dan terpencil. Mengapa harus ikut ramai-ramai
dalam partai gabungan dari Kim tayhiap itu ?"
"Itu suatu alasan untuk menghindar dari keharusan yang
ditentukan oleh partai Thian-su-kau Suhumu boleh bersikap
begitu tetapi harus membubarkan partai ini dan hidup seperti
wanita biasa. Pun apabila secara perseorangan dia masih giat
dalam dunia persilatan, berarti diapun harus i-kut dalam
Thian-su-kau. Pendek kata setiap partai ilan tokoh persilatan
harus masuk kedalam partai baru itu. Yang membantah, akan
kehilangan nyawa." "Wah. garang benar, garang benar !" seru Ting San hoa.
Memang sebelum pergi, Hu Yon siancu sudah menceritakan
tentang kemungkinan datangnya utusan dari dua Kim Thiancong
Kin Thian-cong dari utara dan Kim Tnian-cong da
selatan. Pun Hu Yong siancu menerangkan bahw Kim Thiancong
itu sebenarnya sudah meninggal dunia. Tetapi entah
bagaimana dewasa itu dalam dunia persilatan telah muncul
dua tokoh yang menyebut dirinya sebagai Kim Thian-cong.
Dua duanya mendirikan partai baru dan hendak memaksa
semua partai persilatan meleburkan diri pada par tai baru itu.
"Kewajibanmu hanyalah menyampaikan surat undangan ini
kepada suhumu." kata utusan itu seraya mengeluarkan
sepucuk sampul dan menyerah kan kepada San-hoa.
Setelah menerima, timbul pikiran San-hoa untuk menjajal
kepandaian utusan itu. Maka iapun berkata : "Tugasmu
menyerahkan surat sudah selesai. Sekarang mari kita bicara
dalam suasa bebas." Sejenak utusan baju biru itu memandang gadis-gadis murid
Partai Melati dengan tajam. Sepasang bola matanya
memancarkan sinar berkilat-kilat dari seorang lelaki.
"Ya, lalu apa maksudmu ?" tanya orang itu
"Sudah menjadi peraturan lembah Melati, bahwa lembah
ini pantang diinjak oleh kaki orang lelaki. Setiap lelaki yang
berani menginjakkan kaki ditanah ini, harus tinggal disini dan
menurut perintah kami !"
"O," desis orang itu, "kalau aku berkeras pergi ?"
"Boleh saja," sahut San-hoa, asal engkau mampu lolos dari
.barisan kami." Orang itu tertawa : "Bagus! Aku merasa gembira sekali
dikepung oleh gadis-gadis cantik dari Lembah Melati ini !"
San hoa tertawa sinis : "Jangan keburu bererang dahulu
sebelum engkau benar-benar sudah lolos dari kepungan
barisan Melati." "Baik," sahut orang itu, "lalu dimanakah kita akan mencoba
kekuatan ?" "Engkau seorang tetamu, tentu harus kami layani dengan
hormat. Mari silahkan masuk ke paseban Lian bu-thia.
Disanalah kita nanti mempertunjukkan barisan itu kepadamu
!" Orang itu tertawa lalu mengikuti rombongan anakmurid
Partai Melati masuk kedalam markas, Tan hoa menuju ke
paseban Lian-bu thia. Ketika mengamati keadaan markas itu, tiba-tiba utusan
Baju Biru itu terkejut : "Hai, mengapa keadaan markas Partai
Melati menjadi tumpukan puing " Apakah telah terjadi
kebakaran ?" "Ya, memang ada gerombolan pengacau yang telah
membakar markas kami," sahut San-hoa, "tetapi itu urusan
kami dan akan kami bereskan sendiri."
"Siapakah yang membakar markas ini ?" masih utusan itu
menegas. San-hoa tertawa dingin : "Telah kukatakan peristiwa itu
bukan urusan orang luar, maka janganlah engkau bertanya
lebih jauh." "Siapa bilang aku tak berhak mencampuri urusan ini ?" seru
utusan Baju Biru itu, "ingat, dalam surat undangan itu, Thiansu-
kau sudah menganggap bahwa semua partai persilatan di
dunia persilatan ini sudah menjadi anakbuahnya. Thian su-kau
wajib untuk melindungi anakbuahnya !"
San-hoa tertawa mengejek : "Itu anggapan mu sendiri,
bung. Tetapi kami Partai Melati belum tentu mau menjadi
auggauta Thian-su-kau, hal itu masih menunggu keputusan
suhu. Dan selama belum ada keputusannya, saat ini kami
belum terikat hubungan apa-apa dengan Thian-su-kau !"
"Hm, seorang budak perempuan yang pintar putar lidah,"
damprat utusan Baju Biru itu, "Thian su-kau bermaksud baik
kepada kalian, mengapa kalian malah mengejek. Baik,
rupanya kalau tidak kutunjukkan sedikit kepandaian, kalian
tentu masih keras kepala."
San-hoa tak mau banyak bicara. Segera Ia bertepuk tangan
dan berseru: "Melati-mekar-dipagihari !"
Mendengar itu serentak keduabelas gadis-gadis itu
berhamburan dan berpencaran membentuk sebuah barisan
yang melingkari orang itu.
"Kami sudah siapkan barisan, silahkan engkau menerjang"
seru San hoa kepada orang Thian su-kau itu
Orang itupun mendengus lalu mulai bergerak. Lebih dahulu
ia membuka serangannya dengan jurus-jurus biasa. Setelah
mengetahui bagaimana cara gerak barisan lawan, barulah ia
robah gaya serangannya dengan gerak yang istimewa.
Gerak Baju Biru itu memang aneh. Sebentar ia menerjang
ke timur, sebentar lagi terus menyerang ke barat dan belum
saja anakmurid Partai Melati yang menjaga disebelah barat
bergerak, Baju Birupun sudah melesat ke utara. Kemudian
belum berhantam dengan nona yang menjaga di utara, tibatiba
Baju Biru sudah melenting menerjang ke selatan. Sepintas
pandang gerakan orang itu mirip dengan seekor burung
rajawali yang melayang-layang kian kemari.
Barisan anakmurid Partai Melati terkejut melihat gaya
serangan orang itu. Akhirnya mereka melakukan siasat tetap
tenang. Kalau musuh menyerang disambut, kalau musuh
diam. merekapun diam. Siasat itu ternyata menggagalkan rencana Baju Biru. Dia
menggunakan siasat menyerang kalang kabut agar barisanpun
ikut kalang kabut. Ternyata siasatnya itu tak menghasilkan.
Tiba-Tiba Baju Biru merobah gerakannya. Kini ia tegak
berdiam diri ditengah barisan kemudian maju menyerang Gaya
serangannya aneh sekali. Bukan secepat burung rajawali menyambar, melainkan
selambat siput berjalan. Ketika mendekati barisan. ia gerakkan
tangannya untnk memukul tetapi gerakan tangannya itu amat
pelahan sekali di tampaknva seperti tak bertenaga.
Mau tak mau terangsang juga anggauta barisan yang
diserangnya itu. Ko Sui-hoa, seorang murid Partai Melati
tingkatan kedua, yang kebetulan berada ditempat itu, serentak
menyambar Itangan si Baju Biru.
"Sui-hoa, jangan menyerang . . !" San-hl terkejut dan cepat
mencegahnya, tetapi terlambat
Sui-hoa berhasil menerkam tangan lawan. terus hendak
ditariknya. Tetapi demi mendengar teriakan San-hoa, Sui
hoapun hendak menarik pulang tangannya. Tetapi astaga . . .
betapapun ia kerahkan tenaganya untuk melepaskan
tangannya tetapi tak mampu. Tangannya serasa melekat
dengan ta ngan musuh. Melihat itu San hoa terus memberi isyarat kepada sumoaysumoaynya
untuk segera menjepit mulai dari kanan kiri dan
belakang. Tetapi orang itu cepat bergerak lebih cepat. Secepat
kilat ia menarik tangan Sui-hoa, lalu dicengkeram tubuhnya
terus diangkat dan diputar-putar untuk menghantam barisan
yang hendak menjepitnya. Seketika gemparlah sekalian anakmurid Partai Melati.
Mereka sibuk untuk menyingkir. Karena kalau menyongsong,
tentu akan melukai sumoal sendiri
"Hm," densus San-hoa serava merogoh ke dalam bajunya.
Ia mengambil bubuk Bi cong-hun. obat yang akan membuat
orang pingsan apabila mencium baunya.
Tetapi Baju Biru ternyata tajam sekali matanya. Ia daoat
menguasai setiap gerak gerik dari kedua belas gadis-gadis itu.
Pada saat San hoa merogoh baju, ia sudah curiga. Dan pada
saat tangan San-hoa hendak bergerak menimpuk, lapun
segera mendahului melemparkan tubuh Sui-hoa kearahnya.
San-hoa terkejut. Lontaran itu amat kuat sekali sehingga
tahu-tahu tubuh Sui-hoa sudah melayang tiba. Mau tak mau
terpaksa San hoa harus menyambuti karena kalau ia
menghindar jelas tubuh sumoynya pasti terbanting ke tanah.
Dan tepat dikala San-hoa menyambuti tubuh Sui-hoa,
secepat kilat orang itupun sudah ayunkan tubuh loncat
menutuk jalan darah San-hoa. San-hoa rubuh, terus
disanggapi orang itu lalu diangkat ke atas dan diputar-putar
lagi. Kali ini barisan anakmurid Partai Melati itu benar-benar
panik, Baju Biru memutar-mutar tubuh San hoa dan Sui-hoa
bagaikan sepasang baling-baling derasnya.
Anakmurid Partai Melati tertegun kesima,
Mereka benar-benar kehilangan faham dan tak tahu i pa
yang akan dilakukan. Pun karena ditutuk jala darahnya, Sanhoa
tak dapat berkutik dan bersel memberi perintah.
"Berhenti !" tiba-tiba Kim-lian, murid nomor tiga dari Hu
Yong siancu, berseru menghentikan orang itu.
"Aku mau berhenti kalau engkau sudah menyatakan
menyerah !" sahut orang itu.
"Ya, hentikanlah perbuatanmu itu dan nanti kita bicara
dengan baik " sahut Kim-lian. Nona ini adalah nona yang
melayani pemuda Liok di berakhir mukanya tersiram airpanas
gara-gara tingkah laku si Blo'on
Baju Biru ternyata mau menghentikan putarannya : "Ho,
untung kalian sudah mau menyerah Kalau tidak, lama
kelamaan, anggauta tubuh dari dua orang kawanmu ini tentu
akan copot dai persambungannya ?"
Sambil meletakkan tubuh kedua nona itu di tanah, ia
berseru : "Bagaimana, apakah kalian sudah menyerah ?"
"Ya ..." "Tidak ! Tidak' belum selesai Kim-lian berkata, tiba-tiba dari
luar paseban terdengar sebuah suara yang parau dan pada
lain saat seorang kaki berpakaian wanita, menerobos barisan
dan teri tegak menghadapi utusan Thiah-su-kau. Begitu I ba,
kakek itu terus menuding Baju Biru.
Halaman 57, 58, 59, 60 ga ada
"Ah, kemungkinan pemuda cakap dan rombongannya itulah
yang membakar markas ini " diam-diam ia menimang. Dan
cepat ia mendapat akal. "Hai, pengacau, bukankah kalian yang membakar markas
Partai Melati ini ?" tegurnya.
"Hm, itu bukan urusanmu," pemuda Liok menumpas
dengan kata-kata. "Siapa bilang bukan urusanku ?" sahut orang Thian-su-kau,
"Partai Melati adalah anggauta Thian-su-kau. Aku wajib
melindunginya !" Pemuda Liok terkesiap lalu berpaling kepada Kim-lian :


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona Sui. benarkah Partai Melati ini menjadi anggauta Thiansu-
kau ?" "Itu bukan urusanmu !" sahut Kim-lian yang rupanya masih
marah marah kepada pemuda itu
Pemuda Liok terkesiap, "Hai, nona cantik," seru kakek Kerbau Putih '"mengapa
engkau marah kepada rombongan kami"
"Aku tak marah asal pemuda Liok ini dan si Ah-moy palsu
itu mau berlutut minta ampun dengan mencium kakiku !" seru
Kim-lian. "Ah, nona Kim-lian . . " desah pemuda Liok "Aku seorang
anak laki, masakan sudi mencium kakimu !" teriak Blo'on.
Soh Hun kisu tiba-tiba melesat maju kehadapan utusan
Thian-su kau : "Thian-su-kau hendak menelan dunia
persilatan, tentu sudah mempunyai modal kepandaian yang
hebat bukan main. Dan engkau sebagai utusannya, tentulah
hebat juga kepandaianmu. Aku seorang pertapa tak terkenal,
ingin sekali aku mendapat pelajaran dari kau Thian-su-kau
yang hendak menjagoi dunia persilatan itu !"
Utusan Thian-su-kau itu terkesiap. Dipandangnya pertapa
itu sejenak, lalu berkata : "Siapakah namamu ?"
"Soh Hun kisu."
"Pertapa Pencabut Nyawa " Uh. Seram" berseru orang
Thian su-kau itu, "baiklah, karena namamu begitu seram tentu
kepandaianmu seram juga. Aku ingin tahu juga sampai
bagaimana seramnya pekerjaanmu sebagai tukang cabut
nyawa itu!" Demikian keduanya segera bersiap. Soh Hu kisu mulai
membuka serangan dengan sebuah jurus Thui-jong-ong-gwe
atau Mendorong-jendela-melihat rembulan Kedua tangannya
menyongsong ke muka untuk mendorong ke dada lawan.
"Hm, betapa sederhana sekali ilmu pertapa ini," dengus
utusan Thian-su-kau dalam hati. Kemudian ia mengisar tubuh
kesamping lalu secepat kilat menabaskan telapak tangannya
ke tangan si pertapa. Memang jurus Thui-jong-ong-gwe itu jurus yang amat
sederhana. Tetapi bukan itu yang akan dilancarkan oleh Soh
Hun kisu. Jurus itu hanya untuk memancing lawan. Ketika
orang Thian-iu kau itu hendak menabas, segera Soh Hun
kisu menarik mundur tangannya lalu secepat kilat ia
menerkam ulu hati lawan dongan jurus Hek-hou cau-sim atau
Harimau hitam menerkam hati . . .
Orang Thian-su kau itu terkejut melihat gerakan lawan,
yang begitu cepat Karena kedua tangannya terlanjur menabas
kemuka. maka ia tak sempat untuk menangkis. Dalam
ancaman jari maut Suh Hun kisu, utusan berbaju biru itu
segera surutkan dadanya kebelakang terus dilanjutkan me
rebah kan kepalanya kebelakang sehingga sampai ke tanah.
"Hm, hendak lari kemana engkau," dengus Soh Hun kisu
dalam hati. Dan cepat ia maju selangkah lalu ayunkan tinju
menghantam sekuat-kuatnya ke perut orang itu !
Baju Biru itu dalam posisi yang berbahaya, kakinya
memancang, tubuh dan kepalanya melengkung
kebelakang.sampai mencapai tanah. Dan saat itu Soh Hun kisu
sudah berada dekat sekali dihadapannya, menghantam perut.
Huh . . . tiba-tiba Soh Hun kisn mendesuh kejut ketika
pukulannya mengenai angin kosong karena tiba-tiba lawan
rebahkan seluruh tubuhnya ketatlah.
Dengan geram, pertapa itu segera menginjakkan kakinya ke
tubuh orang. Injakan itu disertai dengan tenaga Cian-kin-tui
atau Tindihan-seribu-kati.
"Auhhh . . !" Terdengar jeritan ngeri. Tetapi bukan dari si Baju Biru
melainkan dari Soh Hun kisu. Tubuh pertapa itu terhuyunghuyung
seraya mendekap dadanya. Setelah beberapa langkah,
iapun rubuh ke tanah. Sudah tentu sekalian murid-murid Partai Mela dan
rombongan Blo'on terkejut menyaksikan adegan itu, Pemuda
Liok cepat loncat ketempat pertapa itu. Dirabahnya hidung
Soh Hun kisu. ternyaya sudah tak bernapas. Demikianpun
denyut jantungnya juga sudah berhenti. Pertapa itu sudah
meninggal Pemuda Liok heran mengapa pertapa itu tak meninggalkan
bekas-bekas terluka senjata tajam atau pukulan. la memeriksa
dengan teliti dan akhirnya menemukan sebab dari kematian
pertapa itu. Sepasang mata, hidung, mulut dan tenggokan serta dada
pertapa Soh Hun tertembus se sebatang jarum emas.
Dicabutinya keenam batang jarum emas itu lalu berbangkitlah
pemuda Liok. "Hm, manusia ganas." serunya kepada orang Thian-su-kau
yang saat itu sudah berdiri lagi, " begitu kejam engkau
mencabut nyawa orang !"
"Itu sebagai contoh untuk siapa yang berani menentang
Thian-su-kau !" sahut orang itu.
"Hm, terimalah jarum maut kepunyaanmu ini !" tiba-tiba
pemuda Liok berseru seraya taburkan keenam jarum maut itu
kepada pemiliknya. "Ha, ha, ini bukan senjata makan tuan tapi senjata kembali
kepada tuannya " seru orang Thian su-kau itu seraya kebutkan
lengan baju dan tahu-tahu jarum-jarum itu hilang lenyap.
Pemuda Liok terbeliak kaget.
"Hayo, keluarkanlah lagi seluruh kepandaiamu !" seru orang
Thian-su-kau itu dengan ini mengejek.
Melihat itu marahlah kakek Lo Kun. Walaupun hanya
berkenalan dalam waktu singkat, tetapi ia merasa suka
dengan pemuda Liok itu. Maka melihat pemuda Liok diejek,
kakek Lo Kun terus melangkah maju,
"Ho, setan hitam, jangan sumbar-sumbar. Aku yang akan
menghajarmu !" seru kakek Lo Kun terus menerjangnya.
Orang Thian su-kau itu terkejut dan maka keraslah
dugaannya bahwa kakek itu seorang tak waras. Tetapi iapun
terkejut melihat gerakan si kakek yang begitu cepat dan
dahsyat. Terpaksa ia menghindar.
Tetapi kakek Lo Kun tetap membayangi Sedemikian pesat
sekali kakek itu menyambar hingga orang Thian-su-kau itu
hampir tak mempunyai kesempatan untuk bernapas.
"Celaka," diam-diam orang itu mengeluh "kakek limbung ini
ternyata hebat sekali kepandaiannya Kalau tak gunakan
senjata rahasia, aku bisa celaka . . . " '
Memang Lo Kun telah menggunakan ilmu pe-dang Tui
hong-kiam atau Pedang-pemburu angin. Hanya dia tak
memakai pedang melainkan dengan tangan kosong saja.
Pada saat Lo Kun ayunkan tangannya hendak menabas
leher orang, orang itupun gunakan jurus Thiat-pian kio atau
Jembatan-besi. Menekuk tubuh kebelakang sampai kedua
tangan menjamah tanah Kemudian pada saat tangan Lo Kun
menyambar lewat diatas tubuhnya, tiba-tiba orang itu
menggeliat bangun seraya taburkan sebatang pisau tipis.
Lo Kun yang saat itu sedang miringkan tubuh dan berpaling
kekiri mengikuti gerak tangannya yang menyambar angin tadi,
terkejut sekali karena melihat benda mengkilap putih
menyambar ke dadanya. "Awas hui-to, kakek !" tiba-tiba pemuda Liok berseru
memberi peringatan kepada Lo Kun,
Lo Kun cepat loncat mundur tetapi ia menjerit kaget ketika
dada bajunya penuh dengan hamburan rambut hitam. Dan
ketika merabah jenggotnya ia makin berjingkrak : "Celaka,
jenggotku hilang ... I"
"Terimalah ini. pengecut !" tiba-tiba kakek kerbau Putih
terus loncat menerjang orang Thian-su-kau.
Orang itu terkejut lagi. Tamparan kakek rambut putih ini
hebat dan berbahaya. Ia cepat-cepat menghindar tetapi agak
terlambat. Plak, kepalanya tertampar dan kain penutup
kepalanya jatuh ke tanah.
"Bagus, kakek Kerbau Putih !" Blo"on berteriak
kegirangan,"hajar saja orang itu !"
Orang Thian-su-kau itu tegak berdiri dengal wajah merah
padam. Sepasang matanya berkilat-kilat memandang kakek
Kerbau Putih. Ia merasa terhina sekali karena kain kepalanya
tertampar. "Hm, kakek bungkuk," serunya dengan mata berapi-api
"jangan kira engkau sudah dapat mengalahkan aku. Tahukah
enckau apa yang kupegang ini?"
Kakek Kerbau Putih memandang kearah benda yang
dipegang orang itu, lalu berseru: "Ho, apakah bukan sebatang
tongkat ?" "Benar." sahut orang itu, "tahu namanya ?"
"Tongkat orang buta !" seru kakek Kerbau Putih
"Hm, inilah tongkat ajaib Cian-gok-kui"
"Apa artinya ?" seru kakek Kerbau Putih. "Seribu iblis
menangis ..." ---ooo0dw0ooo--- Jilid 14 Suka duka. Sejenak kakek Kerbau Putih tertegun mendengar nama
tongkat yang aneh itu. Tetapi ia tak gentar.
"Seribu iblis menangis, sejuta iblis meringis aku tak peduli.
Pokok engkau pergi dan jangan mengganggu gadis2 disini !"
teriaknya. Orang Thian su-kau itu terbeliak: "Mengapa" Apakah
engkau juga anakbuah Partai Melati ?"
"Bukan." sahut kakek Kerbau Putih, "tetapi diantara nona2
cantik itu terdapatlah kekasihku..."
Mendengar ucapannya itu, tertawalah orang Thian-su-kau
gelak2. Kini ia makin mendapat kesan jelas bahwa kakek
rambut putih yang dihadapinya itu seorang kakek linglung.
"Engkau mempunyai kekasih disini " Ha, ha" seru orang
Thian-su-kau itu bergelak tawa.
"Jangan banyak bicara, engkau mau pergi atau tidak !"
bentak kakek Kerbau Putih dengan keras.
"Hrn, kalau engkau sanggup menampung tangis dari seribu
iblis dalam tongkatku ini, barulah aku mau angkat kaki !"
"Hm baiklah," orang itu segera menutup kata-katanya
dengan memutar tongkatnya ke udara. Seketika terdengarlah
angin menderu-deru dan kilat memekik mekik seperti
merobek-robek angkasa. Makin lama deru angin dan pekik kilat itu makin
menghebat. Seolah-olah delapan penjuru angin sedang timbul
prahara. Makin lama makin mendekat ketempat kakek Kerbau
Putih. Kakek Kerbau Putih terkejut sekali menyaksikan
kedahsyatan tongkat Seribu-iblis-menangis yang begitu luar
biasa Demikianpun sekalian orang.
Tetapi sebelum kakek Kerbau Putih sempat berpikir langkah
apa yang hendak diambilnya tahu2 dirinya sudah tertimpah
oleh lingkaran putih tongkat lawan. Buru2 kakek Kerbau Putih
pun melawan. Ia gunakan ilmu tamparan Hang-Liong-sip patciang
untuk menghalau. Memang untuk beberapa saat, sinar putih dari tongkat
Seribu iblis-menangis itu dapat tertahan oleh tamparan Hangliong-
sip pat-ciang yang hebat. Tetapi lama kelamaan,
lingkaran sinar tongkat itu makin merapat lagi untuk
mengurung tubuh kakek Kerbau Putih.
"Hai. jangan melukai sahabatku !" melihat kakek Kerbau
Putih sudah kebingungan, tiba2 kakek Lo Kun terus maju
menerjang. "Jangan melukai kakekku!" serempak dengan seruan kakek
Lo Kun, Blo'onpun berteriak. Dan hampir serempak pada
waktunya, keduanya sama2 loncat menyerbu orang Thian-su
Kau. Kakek Loi Kun dari samping kanan, Blo'on dari samping
ki-ri. Lo Kun lepaskan sebuah hantaman yang keras. Pun Bloon,
walaupun tak tahu apakah ada hasilnya atau tidak, pokok dia
terus menghantam juga. Orang Thian-su-kau itu terkejut karena munculnya kedua
orang itu. Bahkan kejutnya makin meluap ketika mendapatkan
bahwa pukulan yang dilekaskan oleh kedua orang itu
menimbulkan deru angin yang kuat sekait. Terpaksa orang
Thian su-kau itupun mengendorkan serangannya terhadapi
kakek Keibau Putih, lalu songsongkan tangan kiri untuk
menangkis pukulan kakek Lo Kun. Untuk pukulan Blo'on, ia tak
memandang mata dan hanya menggeliatkan tubuh
menghindar. Plak . . terdengar benturan keras dari tenaga pukulan kakek
Lo Kun dan orang Thian-su kau. Kakek Lo Kun tersurut
setengah langkah kebelakang tetapi orang Thian-su kau
itupun tergetar bahunya. "Uh . . " terdengar Blo'on mendesuh kaget ketika
pukulannya luput dan lewat dibelakang tubuh orang Thian-su
kau itu. Tetapi karena anak itu terlalu bernafsu sekali untuk
memukul, karena pukulannya luput, tubuhnyapun ikut jorok
kemuka dan tanpa disengaja, kepalanya membentur pantat
orang itu, bluk . . . "Aduh . . " Bloon menjerit kaget dan sakit. Lebih terkejut
lagi adalah orang Thian-su-kau Benturan kepala Bloon itu
membuat tubuhnya terhuyung. Dan celakanya pula, saat itu
karena lingkaran sinar tongkat agak kendor, kakek Kerbau
Putihpun sempat melepaskan tamparannya
Plak . . tongkat Seribu-iblis-menangis tersiak kesamping dan
kakek Kerbau Putihpun terus hendak melanjutkan
tamparannya ke muka lawan
Orang Phian-su-kau itu terkejut. Cepat ia menangkis
dengan tangan kiri. Tetapi betapalah terkejutnya ketika tahu2
pinggangnya telah dipeluk oleh Bloon.
Melihat orang itu terhuyung hendak jatuh Blo'on kasihan
dan cepat menyambar pinggang lalu dipeluknya kencang
sekali. Maksudnya menyangga jangan sampai orang itu jatuh.
Tetapi akibatnya, orang itu meringis kesaktian.
Seperti telah dikatakan, tubuh Bloon itu mengandung
tenaga-dalam yang hebat. Hanya dia tidak tahu bagaimana
untuk mengeluarkannya. Penyaluran tenaga-dalamnya itu
terjadi apabila ia dipukul orang atau apabila ia terkejut.
Dan-karena kepalanya membentur pantat orang, Blo'on
terkejut lalu menyambar pinggang orang itu dan dipeluknya
erat2. Tanpa disadari tenaga dalam Bloon telah mengalir
kearah kedua tangannya Seketika orang Thian-su-kau itu
merasa seperti dicengkeram tangan besi.
Melihat Blo'on berhasil mendekap perut orang kakek Lo
Kunpun maju dan menghantam orang itu lagi. Dan serempak


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada saat itu juga, kakek Kerbau Putihpun lontarkan sebuah
tamparan dahsyat Duk . . plak . . . Dada orang Thian su-kau termakan tinju kakek Lo Kun dan
mukanya terdampar tamparan kakek Kerbau Putih. Perutnya
disekap kencang sekali oleh Blo'on.
Wakil Thian su-kau itu mengerang tertahan. Napasnya
sesak, hidungnya bercucuran darah, perutnya seperti remuk.
Dan pingsanlah ia , . , Sebenarnya wakil Thian-su-kauau itu memiliki kepandaian
yang tinggi. Dan tongkat Seribu-iblis menangis itu luar biasa
hebatnya. Tongkat itu dapat mendesingkan bunyi yang keras
dan ngeri, dapat membuat isi-dada orang rontok dari
tempatnya. Dan terakhir, tongkat itu akan memancarkan
ratusan jarum beracun kepada lawan.
Tetapi orang Thian su-kau itu memang sial. Selama
mendatangi kemarkas beberapa partai persilatan, perguruan
silat dan tokoh2 ternama, belum pernah ia mendapat
perlawanan yang berarti Tetapi kali ini, di Lembah Melati ia
benar2 ketemu batunya. Dia dikalahkan oleh tiga orang
linglung secara penasaran sekali. Dia tak sempat
mengembangkan pukulannya dan tak sempat pula
menggunakan tongkatnya yang lihay.
"Hai, dia mati . . !" tiba2 kakek Lo Kun berteriak ketika
melihat orang itu meramkan mata dan terkulai.
Tiba' sesosok tubuh kecil melesat datang dan secercah sinar
menyambar : "Sekarang baru dia mati sungguh . . !'
Cret . , . sebatang pedang menyilam kedada orang itu.
Terdengar jeritan ngeri. Blo-on kaget sehingga lepaskan
tangannya. Utusan Thian-su-kau jatuh ketanah, menggelepargelepar
macam ikan diatas pasir. Beberapa sosok tubuh berhamburan loncat dan terus
menghujani tubuh orang itu dengan pedang dan badik. Orang
Thian su-kau itupun matilah.
Ternyata yang loncat untuk menusuk dada orang Thian sukau
itu bukan lain ialah Kim-lian, la gemas sekali melihat
perbuatan orang itu yang hendak menganiaya kedua saudara
seperguruannya Dan yang berhamburan menghujani tubuh orang itu dengan
senjata adalah gadis2 murid Partai Melati.
Setelah beberapa saat kesima melihat tubuh orang Thian
su-kau itu dihujani bacokan, tiba2 Blo'on marah.
"'Hai, kalian anak perempuan, tetapi mengapa begitu kejam
membacok orang ?" teriaknya menegur murid2 Partai Melati.
Melihat wajah Blo"on. seketika meluaplah kemarahan Kim
lian. Segera ia teringat akan mukanya yang ditelungkupi
ember berisi air panas oleh pemuda itu.
"Hm, sekarang giliranmu menjadi seperti orang itu !"
serunya dengan bengis, seraya maju menghampiri Blo'on
dengan masih menghunus pedang.
"Ya, benar sam suci," teriak gadis2 itu, "sekarang kita harus
membunuh pemuda sinting dan kedua kakek gila itu !"
Blo'on terkejut: "Apa" Engkau masih belum puas
membunuh seorang manusia ?" '
"Belum", kala Kim lian dengan wajah memberingas, "aku
belum puas kalau belum minum darahmu ..."
"Mati aku ! Jadi engkau suka minum darah manusia . . "
baru Bloon berkata sampai disitu, Kim-lian sudah loncat
membacoknya. Betapapun blo'onnya si Bloon itu tapi karena hendak
dibacok pedang, iapun berusaha untuk menghindar dengan
loncat kesamping. Kim lian terkejut ia tak menyangka bahwa anakmuda yang
tampak bloon, ternyata memiliki Ilmu gin-kang yang begitu
hebat. Namun ia tetap panasaran. Dengan sebuah loncatan
lagi, ia memutar pedang dalam jurus Prahara melanda-gurunpasir
untuk memagari lawan dalam lingkungan sinar pedang.
Tetapi Blo'onpun segera gunakan tata langkah Tui-hongkiam
ajaran kakek Lo Kun untuk berlari lari menghindar.
Demikian keduanya segera terlibat dalam kejar mengejar yang
seru. ''Hai, kamu kedua kakek, mengapa kamu diam saja melihat
aku diuber-uber hendak dibunuh gadis ini ?" sambi! berlari,
Blo'on berteriak kepada kedua kakek.
"Itulah upahrya kalau berani mengganggu anak gadis ?"
bukan memberi pertolongan, sebaliknya kakek Lo Kun malah
mendamprat, "Ya, mengapa engkau menyiram mukanya dengan air
panas" Wajah itu suatu kehormatan bagi seorang gadis.
Berani menyiram dengan air panas, berarti engkau menghina
besar" kakek Kerbau Putihpun ikut menyesali Bloon.
Blo'on menyeringai. Ia hendak balas mendamprat kedua
kakek itu tetapi ia tak sempat mencari kata2 karena dikejar
mati-matian oleh sambaran pedang Kim-lian.
"Hai. kamu sekalian, mengapa menjadi penonton saja"
Hayo, bunuhlah kedua kakek itu juga" tiba2 Kim-lian berteriak
kepada gadis2 Partai Malati yang masih tegak berdiam diri itu.
Kawanan gadis itu terkesiap dah menyadar seruan samsucinya.
Mereka serentak menghunus senjata lalu menyerbu
kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putih. Kedua kakek itu sibuk
menghindari serangan mereka. Seketika suasanapun tampak
kacau pula. Karena sekian saat tak berhasil menguber Blo'on, akhirnya
Kim-lian mendapat akal. Ia merogoh kedalam saku baju dan
terus menabur Blo"on dengan segenggam bunga melati. Bunga
melati berhamburan, menyiarkan bau yang harum sekali
Melihat tindakan sam-sucinya, kawanan gadis2 itupun juga
mengambil segenggam bunga melati dari baju masing2 lalu
serentak ditaburkan ke udara. Dari udara berhamburan hujan
bunga mellati yang menyiarkan bau luar biasa harumnya.
Karena tidak dikejar, Blo'onpun berhenti Demikian pula
dengan kedua kakek Lo Kun dan Kerbau Putih.
"Hujan melati, aduh, harumnya . . " teriak Blo'on. Tetapi
habis berteriak, anak itupun rubuh Bluk, bluk, bluk .... berturut
turut kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih, Kho Pik-giam guru
silat Buk Kiang pun ikut rubuh.
Terdengar sorak sorai dari kelima belas gadis cantik murid
Partai Melati ketika melihat musuh mereka telah rubuh.
"Pesta maut, cincang daging !" teriak mereka seraya
berhamburan hendak, menghujani batuan kepada korban2
yang telah tak sadarkan diri.
"Berhenti !" serentak terdengarlah lengking teriakan yang
nyaring. Anakbuah Partai Melati terkejut dan serempak berpaling.
"Apabila kalian berani membunuh kawan-kawanku, kedua
saudara seperguruanmu ini tentu akan kucincang "
Ternyata yang berseru itu ialah pemuda liok. Pada saat
kawanan gadis itu menaburkan bunga melati, ia sudah curiga.
Apalagi setelah mencium bau yang harum ia hendak berteriak
beri peringatan kepada blo'on dan kedua kakek tapi bau
harum itu sedemikian kerasnya sehingga ia terpaksa harus
menutup pernapasan. Dengan demikian ia tak dapat
rnengeluarkan suara. Apa yang diduganya ternyata benar Bau wangi itu
mengandung obat bius yang membuat orang pingsan. Ketika
rombongan kavan2nya rubuh, ia cepat mendapat pikiran dan
terus menyelinap ke tempat San hua dan Sui hoa rebah. Pada
saat anakmurid Partai Melati hendak membunuh Blo"on dan
kawan-kawannya, ia terus berteriak rnemberi peringatan.
Ketiga belas anak murid Partai Melati tertegun
Mereka tak tahu bagaimana harus bertindak. "Bagaimana
kehendakmu ?" seru Kim-lian
"Kita tukar-menukar orang."
"Tidak !" Kim-lian menolak, "aku setuju untuk tukar
menukar tawanan, tetapi caranya lain."
Tembang Tantangan 2 Walet Emas Perak Karya Khu Lung Alap Alap Laut Kidul 16
^