Pendekar Bloon 29
Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 29
persilatan memberi mereka gelar salju," menerangkan Hoa
Sin. Kemudian Hoa Sin cepat mengalihkan pembicaraaan
kepada ketiga orang itu: "Sam-wi, apakah tujuan sam-wi
datang ke gunung Hong-san ini" "
"Kami dengar bahwa di gunung Hong-san telah timbul
sebuah perkumpulan agama baru yang disebut Seng lian-kau.
Mereka kabarnya mengumpulkan anggauta dengan cara
paksa. Itulah sebabnya maka kami hendak bertemu mereka."
" Jika demikian," kata Hoa Sin, "kita ini orang sendiri.
Rombongan kami juga demikian. Bahkan kami hendak
mininjau bagaimana nasib dari kawan kami ketiga ketua partai
persilatan yang telah pergi ke gunung ini dan sampai sekarang
tiada beritanya." "O. siapakah mereka" " tanya si muka brewok Bo Kian.
"Hui Gong taysu ketua Siau-lim-pay, Ang Bin tojin ketua Bu
tong-pay dan Sugong In ketua Kong-tong-pay," Hoa Sin lalu
menceritakan tentang peristiwa yang dialami mereka selama
ini. Mereka terpaksa harus memecah diri untuk memenuhi
undangan dari Thian tong-kau di gunung Thay-san dan Senglian-
kau di gunung Hong-san. Ketua dari kedua partai baru itu
sama menggunakan nama Kim Thian Cong."
"O, Kim Thian Cong yang diangkat oleh kaum persilatan
sebagai Bu-lim-pang-cu itu" " seru Bo Kian.
"Ya," kata Hoa Sin, kemudian menunjuk pada Blo'on, "dan
Kim kongcu ini adalah putera dari mendiang Kim tayhiap."
"O." seru si muka brewok, "aku pernah bertemu muka
dengan ayahmu, Kim kongcu. Dia memang seorang pendekar
yang hebat ....." ia berhenti sebentar sambil memandang
wajah Blo"on dengan pandang meragu.
Rupanya Hoa Sin tahu apa yang dikandung dalam hati Bo
Kian. Tentulah tokoh2 dari Tay-swit san itu heran mengapa
putera Kim Thian Cong yang begitu termasyhur, seperti
seorang pemuda yang Blo'on.
"Sekarang hendak kemanakan sam-wi ini" " Hoa Sin
lanjutkan pembicaraannya.
"Naik ke gunung Hong-san," kata mereka.
"Tunggu dulu," kata Blo'on, "urusan di rumah makan ini
belum beres, harus dibereskan dulu. Aku hendak cari tahu
siapakah pembunuh yang telah menghabisi jiwa keempat
orang itu." "Kongcu," kata Hou Sin, "mereka telah terkena jarum
rahasia yang amat beracun ....."
"O. apakah dari pemuda yang membawa kipas tadi" *
"Bukan." kata Hoa Sin," jarum yang mencabut nyawa
keempat orang itu lebih halus dan lebih lembut, terbuat dari
emas. Sedang jarum yang dilepaskan pemuda berkipas tadi,
jarum perak." "Lalu siapakah pembunuhnya" " tanya Blo'on.
"Jangan2.....," kata Swat-gan-liong Liong Kim Tong yang
bermata satu, Tetapi ia tak lanjut kan perkataannya.
"Siapakah pembunuhnya kalau menurut dugaan Liong
beng." Hoa Sin. "Mungkin salah seorang dari kedua rombongan wanita tadi.
Entah si nenek bertongkat bambu kuning, entah wanita
dengan kedua nona cantik itu," kata Liong Kim Tong.
Hoa Sin merenung, " Kedua rombongan tetamu wanita itu
memang aneh gerak geriknya. Terutama si nona cantik yang
diiring nenek bertongkat bambu kuning itu. Selama masuk
dalam rumah makan ini, tak pernah mengucap sepatah pun
juga," kata Hoa Sm. "Jika begitu, kita kejar mereka," seru Lo Kun, "sayang kalau
nona2 cantik itu sampai hilang."
Tiada seorang yang menggubris ocehan kakek itu. Mereka
segera ke luar dari rumah makan itu.
Tiba2 Sian Li berhenti: "Tunggu dulu ......" Sian Li lari
kembali ke dalam rumah makan. Ia mencari ciangkui: " Hai,
ciangkui, ke marilah."
Ciangkui atau pemilik rumah makan heran. Tetapi karena
yang memanggilnya seorang nona, ia pun segera
menghampiri. "Ciangkui, awaslah aku hendak menyerangmu," tiba2 gadis
itu terus maju menyerang ciangkui.
" Eh, apa-apaan nona ini" " seru ciangkui si raya loncat ke
samping. Tetapi gerakan itu dapat menghindari serangan Sian
Li. Diam2 terkejut Sian Li karena serangannya luput. Pada hal
ia menyerang dengan jurus yang istimewa dan gunakan
kelincahan gerak yang hebat. Dugaannya makin keras.
Diserangnya pula ciangkui itu dengan jurus Ya-ma-hua-cong
atau Kuda-liar-menebar-bulusuri.
Tetapi ciangkui itu dapat menghindar pula dengan cara
yang mengejutkan. "Hoa cianpwe, " tiba2 Sian Li berteriak: "Dialah pembunuh
dari keempat orang tadi! "
Hoa Sin dan rombongannya terkejut.
"Bagaimana engkau dapat mengatakan begitu nona Liok" "
tegur Hoa Sin. "Dalam rumah makan ini tiada seorang pun yang tahu siapa
pembunuhnya. Kedua rombongan tetamu wanita itu dan
ketiga Tay-swat-sam-hiong tentu sedang menumpahkan
perhatian pada usaha kita mengejar sasterawan berkipas tadi.
Pada kesempatan itulah mereka telah melepaskan jarum maut
kepada keempat orang itu."
"Kurang meyakinkan nona, " kata Hoa Sin.
"Keempat orang yang menjadi korban itu tentulah tokoh2
yang berilmu, tak mungkin mereka dapat menderita kematian
begitu mengenaskan, apabila mereka tahu ada tetamu yang
hendak membunuh mereka. Adalah karena tak menyangka
sama sekali terhadap ciangkui dan jongos2 di sini, barulah
keempat orang itu dapat terbunuh."
" Agak jelas, " kata Hoa Sin, "bukti yang lain" "
"Lihatlah betapa tangkas ciangkui tadi menghindari
seranganku. Hal itu membuktikan bahwa dia tentu seorang
jago silat yang ulung."
"Tidak," teriak ciangkui, "aku tak tahu menahu soal
kematian mereka. Aku sibuk memberi perintah kepada jongos
untuk mempersiapkan pesan2 tetamu. Bagaimana nona
menuduhku secara membabi buta begitu" "
Sian Li mencabut pedang dan tanpa menggubris
penyangkalan ciangkui, dia terus menyerangnya lagi.
Kali ini suasana bertambah genting. Pedang yang dimainkan
Sian-li itu adalah pedang pusaka Pek-liong kiam.
Karena diserang begitu gencar, terpaksa ciang-kui pun
berusaha untuk menghindar. Dan lama kelamaan karena
terdesak akhirnya ia balas menyerang juga.
Kini pertempuran berobah kedudukannya. Jika tadi ciangkui
itu kelabakan menghindar kian ke mari untuk melepaskan diri
tetapi sekarang dia yang berbalik memegang situasi. Nona itu
berbalik terdesak. Walau pun ciangkui hanya menggunakan
tangan kosong tetapi setiap tamparan atau pun hantaman
tentu menimbulkan desir angin-tenaga yang setajam pisau.
Mau tak mau terpaksa Sian Li harus melindungi diri.
"Sumoay, mundurlah," seru Blo'on segera maju
menggantikan Sian Li. Serempak dengan itu jongos yang tadi tampak bersikap
menghormat dan rendah diri, saat itu tiba2 berhamburan
menyerang rombongan Blo'on.
"Hm, jangan harap kalian hari ini mampu tinggalkan rumahmakan
ini dengan membawa nyawa," ejek ciangkui rumahmakan.
"Jika begitu engkaulah pembunuh dari keempat orang itu" "
tanya Hoa Sin pula. Ciangkui rumah makan tertawa seram. Sikap dan wajahnya
kini bukan lagi seperti ciangkui yang begitu rendah diri
terhadap para tetamunya tetapi seperti seorang iblis yang
haus darah. "Ya," sahutnya, "mereka berempat akan menjadi bahan
makanan yang lezat."
"Hai!" teriak Blo'on, "apakah engkau menjual daging
manusia" " "Disini jauh dari kota. Perlu apa aku harus suruh orang
untuk membeli daging ke kota. Bukankah memboroskan uang
saja. Tidakkah lebih enak dan menguntungkan apabila
mencari daging dari tetamu2 yang makan disini" "
"Jadi daging masakan yang engkau berikan kepadaku tadi,
daging manusia," Blo'on pucat seketika.
"Ya," sahut ciangkui dengan tertawa keras.
"Huakkk....," tiba2 Blo'on rasakan perutnya seperti berontak
dan meluap. Segera makanan yang berasal dalam perutnya itu
muntah ke luar lagi. Begitu keras ia muntah sehingga
makanan2 itu berhamburan menumpah dan menyemprot ke
muka Ciangkui. "Bangsat!" teriak ciangkui seraya mundur dan mengusap
makanan yang melumuri mukanya.
Habis muntah, Blo'on pun loncat menerjang. Ia marah
sekali. Dihantamnya ciangkui dengan sekeras-kerasnya.
Auhhhh ..... Ciangkui itu mencelat, tubuhnya menghantam tiang rumah.
Tiang patah dan terkaparlah ciangkui itu dengan perut hancur
lebur, batok kepalanya pun pecah berantaran.
"Blo'on! " "Suko! " Demikian Lo Kun dan Sian Li serempak berteriak. Mereka
terkejut dan baru pertama kali itu melihat Blo'on marah dan
mengamuk. Muka brewok Bo Kian, si Tinggi-kurus Liong Kim Tong dan
si mata satu Swat-gan-liong Pa Kim atau Tay-swat-san-samhiong,
terlongong melihat kesaktian Blo'on. Mereka tak
mengira bahwa pemuda yang tampaknya blo'on ternyata
memiliki pukulan yang sedemikian dahsyatnya.
Tetapi Blo'on sudah terlanjur mengamuk. Ia menerjang
meja dan mengobrak-abrik semua pekakas dalam rumah
makan itu, pyur .... sekali hantam sebuah tiang yang besar,
hancur lebur, genteng pun rontok.
Belum puas rasanya pemuda itu. Ia terus menghantam
dinding tembok sehingga berantakan. Dalam beberapa kejab
saja, rumah-makan itu pun porak poranda.
Melihat itu Hoa Sin terkejut. Cepat ia menyambar tangan
Blo'on; "Kim kongcu mari kita keluar, rumah ini akan hancur
....... " " Enyah! " teriak Blo'on seraya melemparkan tangan ketua
Kay-pang. Ketua Kay-pang itu mencelat sampai beberapa
langkah. "Suko, engkau ini bagaimana, " Sian Li terkejut dan hendak
mengajak sukonya keluar. Tetapi Blo'on meronta dan
melepaskan tangannya sehingga nona itu mencelat sampai ke
luar pintu. " Hai, Blo'on cucuku, mengapa engkau mengamuk! " tiba2
kakek Lo Kun menubruk pinggang Blo'on. Tetapi Blo'on
meronta sekuat-kuatnya dan terlemparlah Lo Kun ke halaman
luar. Peristiwa itu mengejutkan sekalian orang. Mengapa
mendadak sontak pemuda itu mengamuk seperti orang gila.
Hong Hong tojin coba untuk memegang tangan pemuda itu
dan hendak menarik ke luar tetapi kembali dengan
menyiakkan tangan, ketua Go-bi-pay itu mencelat sampai
beberapa langkah. Ceng Sian suthay terkejut. Ia tak mau mengalami nasib
seperti yang lain. Cepat ia menyerang Blo'on, maksudnya ia
hendak menutuk jalan-darah pelemas pemuda itu agar rubuh.
Tetapi pukulan Blo'on yang dilancarkan beberapa kali,
memaksa rahib dari Kun-lun-pay itu mundur sampai ke luar
halaman. Tay swat san-sam-hiong atau tiga tokoh dari gunung Tayswat-
san, setelah mengetahui bahwa Blo'on itu putera dari
Kim Thian Cong, sahabat mereka, tak tega hati melihat Blo'on
tertimpa rumah-makan yang akan rubuh itu. Serempak
mereka bertiga terus menyerbu Blo'on. Hendak diseretnya
pemuda itu ke luar. Tetapi Blo'on benar2 seperti orang gila. Ia menghantam
ketiga orang itu. Memang ia tak mengerti jurus2 ilmusilat,
tetapi hantaman itu memancarkan tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang
yang luar biasa saktinya sehingga ketiga tokoh dari gunung
Tay-swat-san itu berhamburan terdampar ke luar.
Blo'on kini hanya tinggal seorang diri. Dia melanjutkan pula
amukannya. Menghantam setiap pekakas dan tiang, bahkan
tembok dan rumah-makan. Ketika sebuah tiang terhantam
hancur, seluruh atap dan wuwungan rumah-makan pun segera
rubuh. Bummmmm..... Jilid 44 Pikiran menyerap bahwa daging manusia itu tidak layak
harus dimakan. Hanya manusia liar yang makan daging
manusia. Dan perasaanpun menolak, sesuai dengan pikiran
itu. Demikian Blo'on. Ketika mendengar bahwa daging yang
dijadikan hidangan dalam rumah makan itu terdiri dari daging
manusia, seketika muallah perut Blo'on. Ia muntah2.
Karena muntah2 maka meluaplah hawa murni dalam perut
Blo"on. Dan karena marah maka memancarlah darah anak itu.
Hawa murni yang terbaur dalam darah bergolak, menimbulkan
tenaga-dalam Ji-ih sin-keng yang dahsyat sehingga seperti
orang yang terkena penyakit tekanan darah tinggi, Blo'on
kehilangan kesadaran pikirannya. Ia mengamuk seperti orang
gila. Hanya dengan menghantam semua benda yang
dilihatnya, perasaannya terasa longgar.
Jika Blo'on mengamuk, wah, kacaulah orang2 itu. Tiada
seorang pun dari ketua partai persilatan dan tokoh2 persilatan
ternama yang mampu menghentikan.
Rumah makan diobrak-abrik dan tiang serta dindingnya
dihantam sehingga rumah makan itu ambruk. Memang khayal
kedengarannya, tetapi kenyataan memang begitu.
Ji-ih-sin-kang atau tenaga sakti yang dapat digerakkan
menurut sekehendak hatinya. Memang Ji-ih-sin-kang itu
termasuk tenaga-dalam yang jarang sekali dapat dicapai oleh
orang persilatan. Untuk belajar ilmu silat diperlukan tiga syarat: Bakat, guru
dan ketekunan. Bakat bukan suatu kegemaran melainkan
perangkat tulang2 pada tubuh yang memungkinkan untuk
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerap ilmu si!at yang sukar. Guru, apabila mendapat yang
kurang tinggi ilmunya, tentu tak dapat menempa muridnya
menjadi seorang jago silat sakti. Dan ketekunan, harus tak
boleh tiada. Ilmu silat merupakan gerak, baik ke luar mau pun
ke dalam. Ke luar, berupa gerakan tubuh, kaki dan lengan. Ke
dalam, pernapasan dan pangerahan tenaga-dalam serta hawa
murni. Kesemuanya itu harus tekun berlatih setiap hari sampai
bertahun-tahun sehingga setiap gerak2 dalam jurus ilmu silat
itu merupakan gerak yang otomatis, dengan atau tanpa
dikendalikan oleh pikiran.
Tetapi di dunia ini memang sering terjadi hal yang luar
biasa, luar dari kewajaran. Seperti misalnya yang terjadi pada
diri Blo'on. Dia tak nengerti ilmusilat karena memang tak mau
belajar silat. Tetapi berkat suatu kejadian dan rejeki yang luar
biasa, ia telah minum darah naga, makan buah som dari dasar
laut yang berumur seribu tahun sehingga hawa-murni dalam
tubuhnya berkembang dan tenaga-dalam mengumpul
kemudian apa yang disebut Ji-ih-sin-kang.
Sebenarnya untuk mencapai tataran sampai pada
penguasaan tenaga-dalam yang sempurna, barulah jalandarah
Seng-si-hian-kwan dalam tubuh dapat ditembus. Untuk
menembus jalan-darah itu memang bukan sembarang tokoh
silat dapat mencapainya. Blo'on berkat daya dari beberapa buah dan darah ajaib
yang diminumnya, telah tertembus jalan-darah Seng-si-hian
kwannya sehingga dia memiliki tenaga sakti Ji-ih-sin-kang.
Dan dapatkah setiap orang meniru seperti dia" Rasanya
dalam dunia persilatan hanya Blo'on seorang saja yang
menemukan rejeki semukjijat itu.
Sekalian orang terkejut ketika rumah-makan itu rubuh.
Mereka mengira Blo'on tentu kerubuhan. Tetapi berkat tenaga
sakti Ji-ih-sin-kang dapatlah ia terhindar dari malapetaka.
Dia gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong,
menghantam dan menampar runtuhan puing, ganteng dan
tiang2 yang menimpah dirinya. Kemudian ia ke luar dan
runtuhan puing2 itu dengan selamat.
"Suko .......!" Sian Li menjerit kegirangan seraya lari
menyongsongnya, "engkau tak kena apa2" "
Blo'on hanya gelengkan kepala. Tetapi kini sikapnya sudah
tenang kembali. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin
dan Lo Kun pun menghampirinya.
"Blo'on, mengapa engkau mengamuk" " tegur kakek Lo
Kun. " Aku merasa mual karena mendengar kalau hidangan yang
kita makan tadi terdiri dari daging manusia. Tahu2 pikiranku
gelap dan kepala panas sekali lalu aku mengamuk," kata
Blo'on. Semua orang heran mendengar cerita itu. Mereka pun tak
tahu mengapa Blo'on memiliki tubuh yang sedemikian aneh.
"Hoa pangcu," seru Blo"on, nadanya garang seperti seorang
pemimpin, ke mana orang2 yang berada dalam rumah-makan
tadi" " "Mereka telah sama naik ke gunung Hong-san," kata Hoa
sin, ketua Kay-pang. "Di manakah orangtua yang berpakaian seperti pengemis
tadi" " tiba2 Blo'on teringat.
"Entah ke mana dia," kata Hoa Sin, "aku pun curiga pada
orang itu. Dia memang aneh sekali."
"Tak perlu hiraukan pemabuk tua itu," kakek Lo Kun
menyelutuk, "yang penting ayo kita lekas naik ke gunung
Hong-san agar dapat menyusul rombongan nona2 cantik itu."
Karena setiap kata selalu menuju kepada gadis cantik,
Blo'on mendongkol juga. "Kakek Lo," serunya, "kuberitahu kepadamu, ya. Orang
sudah tua semacam engkau, patutnya sudah punya cucu .......
" "Tidak mungkin!" kembali kakek limbung itu menyelutuk,
"sedang isteri saja tidak punya bagaimana disuruh punya
cucu" " Blo'on terperangah. "Itulah sebabnya aku hendak mencari isteri agar punya
anak, punya cucu," kata Lo Kun pula.
"Tidak mungkin! " teriak Blo'on.
"Mengapa tidak mungkin" " Lo Kun kerutkan dahi.
"Karena sebelum anakmu besar, engkau sudah masuk ke
liang kubur!" seru Blo'on.
"Jika begitu, apakah aku tak boleh menikah" " tanya kakek
Lo Kun. "Di dunia banyak orang yang tak menikah Hong Hong tojin,
Hui Gong taysu, Ceng Si suthay dan masih banyak tokoh2
yang tak menikah seumur hidup!" seru Blo"on.
"Karena mereka tak mampu mencari jodoh," bantah Lo
Kun. Mendengar itu, Hoa Sin segera menengahi: "Bukan begitu,"
katanya,"aku sendiri juga tidak menikah. Setiap orang
mempunyai pendirian sendiri. Para paderi, rahib dan orang2
suci juga tak menikah. Mereka mengabdikan diri mencari jalan
kesempurnaan....." "Tunggu," teriak kakek Lo Kun, "apakah jalan
kesempurnaan itu" "
"Menurut kepercayaan mereka, hidup ini suatu derita.
Orang harus menghindari supaya kelak jangan menitis
kembali. Caranya adalah membuat karma hidup yang baik.
Jika kita sendiri sudah penuh dengan lumpur dosa, mengapa
harus menciptakan keturunan lagi" "
"Habis, kalau tidak punya keturunan, kita kan tidak
berbakti" " "Itu kata orang," sahut Hoa Sin, "berbakti itu hanya
ditujukan pada orang2 tua yang menurunkan kita, bukan
terhadap kewajiban dharma seseorang. Dalam tataran
lingkungan Karma, tidak ada yang disebut berbakti atau tidak
berbakti.. Yang ada hanya karma yang baik dengan yang
buruk. Selama orang masih melakukan karma buruk,, dia
tentu tetap akan dijelmakan lagi di dunia yang penuh derita
ini. Oleh karena itu mereka, yang percaya akan ajaran2 itu,
mencari jalan untuk kebebasan dari penderitaan itu. Caranya
dengan membuat karma yang baik."
"Kalau tak punya anak yang banyak, kelak kalau sudah tua
tentu tak ada yang merawat," seru kakek Lo Kun pula.
"Nah, di situlah tampak belangnya manusia, yang berpikiran
semacam itu. Mereka menciptakan anak, dengan dalih
berbakti kepada orangtua, tetapi pada hakekatnya mereka
mempunyai maksud yang terselubung, agar kelak di hari
tuanya mereka tidak kapiran. Jauh hari mereka sudah
mempersiapkan diri untuk mencari keenakan pada hari
tuanya. Tujuan murni bahwa manusia diwajibkan untuk
mengembang-biakkan keturunan, tercemar dengan
kepentingan peribadi. Mempunyai anak, bukan lagi wajib dari
seorang manusia tetapi merupakan keuntungan2 yang
diperhitungkan demi kepentingan orang itu di hari tuanya.
Adakah tujuan yang sudah tidak bersih itu akan membuahkan
karma yang baik" Adakah dengan nafsu keinginan dan cita2
itu, nyawa mereka kelak dapat tenang dan ikhlas
meninggalkan raganya apabila mereka sudah tiba janjinya
mati" Tidakkah mereka akan terbelenggu oleh beban2 hidup
dalam dunia" " "Aku tak mengerti Hoa pangcu," seru Lo Kun.
"Saat ini memang lopeh tak mengerti, tetapi kelak lopeh
tentu akan merasakan sendiri apabila sudah tiba waktunya,"
kata Hoa Sin. "Hoa pangcu," kata Blo"on, " mumpung masih belum terlalu
malam, mari kita berangkat mendaki ke puncak Hong-san."
Sekalian ketua partai persilatan dan tokoh2 setuju. Segera
mereka tinggalkan tempat itu.
Ada suatu perobahan dalam sikap Blo'on. Sejak kerubuhan
rumah-makan, sikapnya tampak lebih tenang dan bicaranya
pun lebih tegas dan tidak ngelantur. Memang pada saat
rumah-makan itu rubuh, genteng dan tiang usuk menimpa
kepala dan tubuh Blo'on. Walau pun dia menggunakan Ji-ihsin-
kang untuk menghalau, tetapi tak urung masih banyak
puing2 yang menghantam kepalanya.
Dan ada suatu perasaan aneh padanya. Ia merasa
kepalanya agak terang, pikirannya tenang. Ia sendiri tak tahu
apa sebabnya, yang nyata, pikiran lebih terang dari semula.
Malam pun makin tinggi. Langit pun gelap tertutup
mendung hitam. Tiba2 hujan pun turun. Untung mereka
melihat sebuah kuil tua yang didirikan di lereng gunung.
Bergegas mereka menuju ke kuil itu. Walau pun keadaannya
sudah rusak dan tak terpelihara, tetapi dapat juga digunakan
untuk meneduh. Dalam kuil itu ternyata dipuja tiga patung dari tiga orang
saudara-angkat yang termasyhur pada jaman Sam Kok
dahulu. Mereka yalah Lau Pi, Kwan Kong dan Thio Hwi. Lau Pi
berwajah tenang dan agung, di kemudian hari dia memang
menjadi raja. Kwan Kong berwajah merah, gagah perkasa.
Sedang Thio Hwi bermuka brewok, sangat bengis.
Aneh juga. Biasanya dalam kuil yang dipuja tentulah arca
malaekat atau pun dewa2. Tetapi arca dalam kuil itu ternyata
memuja patung dari tiga tokoh ternama pada jaman Sam Kok.
Hoa Sin telah memecah rombongannya menjadi tiga.
Rombongan pertama berangkat dulu, terdiri dari Hoa Sin
sendiri, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Blo'on dan Sian Li
serta kakek Lo Kun. Rombongan kedua, yalah ketiga tokoh dari gunung Tayswat-
san yakni si brewok Bo Kian, si tinggi Liong Kim Tong
dan si mata-satu Pa Kim. Ketiga tokoh itu diminta mengambil
jalan dari lamping gunung bagian kanan.
Sedang rombongan ketiga terdiri dari Pui Kian, tianglo Hoasan-
pay, Hong Ing dan beberapa anak murid Hoa-san-pay.
Mereka diminta memimpin murid2 dari Siau lim-pay dan Butong-
pay. Mereka diminta mengambil jalan dari belakang
gunung. Kepada mereka diperintahkan supaya mengobrakabrik
markas Seng-liau-kau. Jika perlu boleh dibakar saja.
Demikian keenam orang rombongan Blo'on itu terpaksa
berteduh di kuil tua itu.
"Sial dangkal," Lo Kun menggerutu panjang pendek, "dapat
tempat meneduh saja di kuil bobrok begini."
"Sudahlah, lopeh," Hoa Sin menghibur "dari pada
kehujanan di jalan, lebih baik kita meneduh di sini."
Karena perut kenyang dan suasana sepi, tak terasa mereka
tertidur. Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay tidak
tidur, melainkan pejamkan mata bersemedhi, memulangkan
tenaga. Memang bagi tokoh2 semacam mereka, bersemedhi
memulangkan tenaga itu sudah sama dengan tidur.
Tetapi tidak demikian dengan Blo'on dan Sian Li, terutama
kakek Lo Kun. Mereka tidur pulas.
Karena tidak ada tempat yang bersih, kakek Lo Kun mencari
akal. Dia duduk bersandar pada patung Thio Hwi yang
bermuka bengis. Blo'on juga meniru. Dia memilih patung Kwan
Kong yang berwajah merah Sedang Sian Li bersandar pada
patung Lau Pi yang berwajah agung.
Tiba2 terdengar suara orang mengerang dan mendesuh
keras seperti sesak napasnya. Dan menyusul tubuh kakek Lo
Kun pun meronta-ronta, kedua tangannya mendekap leher
dan berusaha untuk menyiak sesuatu.
Blo'on yang berada di samping, terperanjat. Ia melihat
kedua tangan patung Thio Hwi itu tengah mencekik leher
kakek Lo Kun. la hendak menolong tetapi " uh ....... tiba2 ia
merasa tubuhnya kaku tak dapat digerakkan.
Sian Li juga mendengar. Tetapi ia juga tak dapat berkutik.
Bahkan menggerakkan tubuh saja pun tak mampu. Ia hanya
dapat melihat keadaan kakek Lo Kun yang keroncalan
meronta-ronta. Yang membuatnya lebih terkejut lagi, ketika ia
hendak berteriak memanggil ketiga ketua persilatan supaya
menolong kakek Lo Kun, ternyata la tak dapat mengeluarkan
suara. Rupanya Hoa Sin, Hong Hong dan Ceng Sian mendengar
juga desuh napas kakek Lo Kun yang memburu keras seperti
kuda lari. Mereka serempak membuka mata. Demi melihat
keadaan kakek Lo Kun, cepat Hong Hong tojin loncat
menghampiri. "Lotiang, mengapa engkau" " tegur ketua Go-bi pay itu.
"Aku dicekik patung ini," saat itu Lo Kun sudah dapat
bergerak karena tiba2 tangan patung itu pun melepaskan
cekikannya. Memandang ke arah patung Thio Hwi itu, Hong Hong tojin
berkata : "Ah, jangan tergurau, totiang. Jelas sebuah patung
bagaimana dapat mencekik engkau" Mungkin engkau
bermimpi." Habis berkata ketua Go-bi-pay itu pun kembali ke
tempatnya lagi seraya bergumam: "Orang tua itu memang
rewel dan selalu ada2 saja. Masakan mengatakan kalau
lehernya dicekik patung" "
Mendengar ocehan Hong Hong tojin, Hoa Sin dan Ceng Sian
percaya. Keduanya segera pejamkan mata melanjutkan
semedhinya lagi. "Kurang ajar, masakan orang tidur enak2, engkau cekik
leherku" gumam Lo Kun lalu berbangkit dan balas mencekik
leher patung itu. Sekonyong-konyong kedua tangan patung itu memeluk
tubuh Lo Kun kencang2. Lo Kun terkejut dan meronta
sekuatnya tetapi ia tak mampu melepaskan diri. Pelukan itu
makin lama makin kencang sehingga Lo Kun sukar bernapas.
Blo on dan Sian Li meiihat kejadian itu tetapi mereka tak
dapat berbuat apa2. Blo'on rasakan tubuhnya lunglai sedang
Sian Li tak dapat berkutik.
"Heh..... heh... , heh.....," karena napasnya sesak, Lo Kun
hanya dapat mendesuh-desuh seperti orang bertele-tele.
Hong Hong tojin tak mau membuka mata. Ia tahu kakek itu
seorang kakek sinting, hanya cari gara2 saja. Tetapi Hoa Sin
terpaksa membuka mata. Ketika melihat kakek Lo Kun
berpelukan dengan patung Thio Hwi, dia cepat berbangkit dan
menghampiri. "Mengapa lopeh mencekik leher patung itu" " tegurnya
ketika melihat tingkah Lo Kun yang tengah mencekik leher
patung. Saat itu tangan patung sudah melepaskan pelukannya dan
kembali seperti sikapnya semula, berdiri dengan tegak.
"Dia kucekik lehernya tetapi dia pun balas memeluk aku
sekuatnya sehingga aku sampai tak dapat bernapas," kata Lo
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kun seraya menarik tangannya, "Sudahlah, lopeh," kata Hoa
Sin yang paham akan kelimbungan Lo Kun, "tidur saja, nanti
pagi2 kita harus sudah berangkat."
"Aku memang mau begitu tetapi patung ini selalu
mengganggu aku saja."
Tetapi Hoa Sin tak mau meladeni dan terus kembali ke
tempat duduknya. "Patung, jangan gila-gilaan," gumam Lo Kun, "kalau engkau
terus menerus mengganggu aku, terpaksa engkau akan
kuhajar." Habis berkata ia terus sandarkan diri pada kedua kaki
patung itu, belum berapa lama kembali terdengar suara Lo
Kun mendesah-desah seperti orang gelagapan terminum air.
Hong Hong tojin dan Hoa Sin karena sudah melihat sendiri
bagaimana tingkah laku kakek itu, diam saja. Tetapi karena
suara itu makin keras, Ceng Sian suthay terpaksa membuka
mata. Ketika melihat kakek itu keroncalan tak henti-hentinya,,
terpaksa ia berbangkit dan menghampiri.
Ternyata kepala Lo Kun telah terjepit kedua lutut patung
itu. Begitu keras jepitan patung itu hingga kepala Lo Kun
terasa pening. Dan celakanya pula, tiba2 tangan patung itu
memijat hidung kakek Lo Kun sehingga kakek itu tak dapat
bernapas. Itulah sebabnya mulut kakek itu mendesah-desah
dan tubuhnya keroncalan. Dia bingung untuk melepaskan
yang mana du'u. Kalau hendak menyiak tangan patung yang
memijat hidungnya, kepalanya makin terasa sakit dijepit lutut
patung. Tetapi kalau hendak menyiak lutut patung, hidungnya
yang dipencet tangan patung itu tak tertolong dan ia harus
bernapas dengan mulut. Tetapi begitu Ceng Sian suthay datang, maka lutut patung
itu pun menyiak sendiri, demikian tangannya juga melepaskan
hidung kakek Lo Kun. "Kenapa lopeh menyusup ke bawah selakang kaki patung
itu" " tegur Ceng Sian.
"Siapa yang berobos ke bawah selakangnya" Kepalaku
dijepit lutut patung itu dan hidungku di pencet sampai tak
dapat bernapas," kakek Lo Kun bersungut-sungut marah.
"Ah, sudahlah," karena mengetahui kakek itu tak kurang
suatu apa, Ceng Sian suthay pun berkata, "baiklah lopeh tidur
saja yang tenang." Tanpa menunggu jawaban orang, Ceng Sian suthay pun
segera kembari ke tempat duduknya.
Dalam pada itu Blo'on tahu semua yang terjadi. Tetapi ia
merasa tak dapat berbuat apa2.
"Ah, kenapa aku ini" " katanya dalam hati. Ia berusaha
untuk menggerakkan tangan dan kaki tetapi tak dapat. Gila,
pikirnya. Dan karena berulang kali tak dapat bergerak,
akhirnya ia marah. Ia menahan napas beberapa saat,
kemudian bersiap-siap mengumpulkan tenaga dan pada
akhirnya ia memekik sekuat-kuatnya seraya berontak.
Brakkkkk .... Kekuatan yang dihimpun Blo'on itu merupakan tenaga-sakti
Ji-ih-sin kang. Dan sekali berhasil menghimpun dan
memancarkannya, maka bebaslah dia dari pengaruh jalandarahnya
yang tertutuk. Bahkan karena dia menggerakkan
tangan dan kakinya, maka patung Kwan Kong itu pun
terlanggar tangannya. Patung itu ternyata terbuat dari
perunggu. Tetapi tangan Blo'on yang bergerak dengan tenagasakti
Ji-ih sin-kang telah menghantamnya hingga rubuh ....
"Hai, " serentak Blo'on melenting bangun dan kesima
melihat sesosok tubuh manusia menyelinap ke luar dari pintu
belakang. Pada lain saat ia pun terus loncat mengejar.....
Di luar gelap gulita. Hujan sudah mulai reda. Tetapi Blo'on
tak menghiraukan. Ia panas hatinya karena sejak tadi telah
dilumpuhkan orang itu. Orang itu rupanya terkejut sekali melihat Blo'on dapat
mengejarnya. "Gila benar, anak ini," gumamnya dalam hati. Saat itu
jaraknya hanya tinggal tiga tombak. Tiba2 ia berhenti
menunggu Blo'on. "Siapa engkau! " bentak Blo'on setelah berhenti berhadapan
dengan orang itu. Dari sinar cuaca yang remang2, Blo'on melihat yang
dihadapinya itu seorang tua bermuka tertawa.
"Bagaimana engkau lihat wajahku" " orang tua itu balas
menegur. "Engkau selalu tertawa saja, " sahut Blo'on.
"Nah, karena itu orang menyebutku sebagai Siau Bin lojin si
orangtua berwajah tertawa. "
"Mengapa engkau mengganggu tidurku dalam kuil itu" "
"Bodoh! " seru Siau Bin lojin, "jika aku tak mengganggumu,
mungkin engkau sudah mati. "
"Jangan bicara sembarangan saja! " bentak Blo'on.
"Kalau aku bohong, engkau boleh memaki atau pun
menghajar aku," kata Siau Bin lojin, "jika engkau kembali ke
kuil dan memeriksa patung itu baru engkau dapat
membuktikan aku berbohong atau tidak. "
"Baik, " sahut Blo'on, "tetapi sekarang aku hendak
menyelesaikan dirimu. Mengapa engkau mengganggu aku"
Kalau engkau memang bermaksud baik, mengapa tak mau
bilang dengan terus terang tetapi engkau telah melarikan diri
seperti orang ketakutan" . Bukankah tingkahmu itu membuat
orang curiga" "
"Goblok!" seru Siau Bin lojin, "kalau aku tak melarikan diri,
mereka tentu dapat mengetahui diriku" "
"Siapa mereka" " tegur Blo'on.
"Jago2 Seng-lian kau!"
"Apa" " teriak Blo'on. "jago2 Seng-lian-kau" Mengapa aku
tak melihat barang seorang manusia dalam kuil itu" "
"Memang tidak," sahut Siau Bin lojin,"tetapi patung2 itulah."
Blo"on terbelalak, serunya : "Jangan mengoceh tak keruan.
Masakan patung2 itu engkau katakan jago2 Seng lian-kau!"
"Sudahlah, jangan banyak bicara!" bentak Siau Bin lojin,
"lekas engkau kembali ke dalam kuil, mungkin saat ini kawankawanmu
sedang menderita." "Engkau ?"". tiba2 Blo'on tak dapat melanjutkan katakatanya
karena orangtua itu sudah loncat dua tombak jauhnya
dan terus melenyapkan diri dalam kegelapan gerumbul pohon.
Gerakannya yang begitu tangkas, membuat Blo'on tertegun
heran. "Hm, kalau engkau berani membohongi aku, kelak kalau
bertemu lagi tentu tak kuberi ampun," kata Blo"on lalu
berputar tubuh dan terus lari kembali ke dalam kuil.
Bukan kepalang kejut Blo'on ketika saat itu kakek Lo Kun
telah digepit dalam ketiak patung Thio Hwi, sedang patung
Kwan Kong bertempur dengan Hong Hong tojin.
Ruang kuil amat sempit sehingga Hong Hong tojin terdesak
menghadapi senjata pedang panjang dari patung Kwan Kong
itu. "Hong Hong kaucu." teriak Hoa Sin, "kita keluar saja!"
Ketua-ketua partai persilatan itu serentak Ioncat
berhamburan keluar. Mereka siap menunggu di halaman kuil.
Tetapi sampai beberapa saat belum juga patung itu keluar.
"Hoa pangcu, mengapa" Apa yang terjadi" " saat itu Blo'on
lari menghampiri dan bertanya kepada Hoa Sin.
"Celaka, kongcu," kata Hoa Sin, "entah apa sebabnya tiba2
kedua patung itu dapat bergerak dan menyerang Hong Hong
kaucu." "Dimana kakek Lo Kun" "
"Dia ditawan oleh patung Thjo Hwi."
"Sumoayku Sian Li" "
"Juga masih didalam dan ditawan oleh patung Kwan Kong"
"Kita serbu!' teriak Blo'on terus lari masuk ke dalam kuil.
Dia melihat kedua patung itu masih tegak berdiri di tempat
masing-masing. Dilihatnya kakek Lo Kun dan Sian
menggeletak di bawah kaki mereka.
"Setan, engkau berani mencelakai kakekku." Blo'on terus
menyerbu patung Thio Hwi.
Tiba2 patung itu gerakkan tangan kanan menyongsong ke
muka dan Blo'on menjerit. Ia terlempar mundur membentur
dinding tembok. Blo'on tak mengira kalau patung itu dapat bergerak dan
bahkan dapat memancarkan tenaga yang kuat sekali. Dia tak
bersedia maka dia pun menderita.
Sebelum ia sempat berdiri tegak, patung Thio Hwi yang
bersenjata tombak itu sudah mengenplangkan tombaknya ke
kepala Blo'on. Untung Blo'on menyadari bahaya dan cepat
melambung ke samping. Bum .... Lintai hancur lebur dihantam tombak dari patung Thio Hwi
itu. Debu bertebaran memenuhi ruang.
Patung Thio Hwi itu tak menghiraukan. Seolah dia tak
tergetar dan tak terpengaruh akan debu yang bertebaran itu.
Dia terus maju menusuk Blo'on lagi, krak.....
Blo'on dapat menghindari dan tombak pun menusuk dinding
tembok. Hebat sekali tenaga patung Thio Hwi itu. Tembok kuil
yang cukup tebal, dapat ditembuskan dan berlubang besar.
Dengan gagah perkasa patung Thio Hwi itu mengamuk. Dia
menyerang Blo'on habis-habisan.
Blo'on heran. Bermula ia agak gentar menyaksilan
keperkasaan patung itu. Tetapi beberapa waktu kemudian
timbullah rasa penasaran dalam hatinya.
"Hai, engkau ini patung atau manusia" " teriaknya sehabis
menghindari sebuah tusukan tombak patung itu.
Namun patung Thio Hwi ini tak menghiraukan. Dia hanya
menjawab dengan sebuah serangan yang lebih dahsyat.
Memang serangannya yang satu lebih dahsyat dari yang lain.
Ketika tombak patung Thio Hwi menghantam dinding lagi,
cepat Blo'on menyambar tombak itu. Kini terjadilah tarik
menarik diantara keduanya.
Dengan menggerung keras, patung Thio Hwi menarik
tombak sekuat-kuatnya. Tetapi dia terbelalak kaget ketika
tarikan itu berhasil karena Blo"on memang melepaskan
cekalannya. Patung Thio Hwi tersurut setengah langkah ke
belakang. Saat itu tak disia-siakan Blo'on. Ia loncat maju dan
menghantam dada patung Thio Hwi, duk.....
"Aduh, " Blo'on menjerit kesakitan tetapi patung Thio Hwi
itu pun terjerembab ke belakang.
Dengan menahan kesakitan, Blo"on terus Ioncat menerjang
lagi. Ia merampas tombak patung itu.
Rupanya patung itu bukan patung sesungguhnya tetapi
seorang manusia. Begitu melihat Blo'on menerjang, ia terus
dorongkan kedua tangannya menyongsong.
Blo'on juga songsongkan kedua tangannya ke muka. Dan
manusia patung itu pun mendesuh keras lalu terpelanting ke
belakang lagi. Rupanya manusia patung itu masih belum puas. Ia bergeliat
bangun lalu perlahan-lahan mengangkat tangan kanan ke
atas. " Kim kongcu, awas, dia hendak melancarkan pukulan
Hong-im-ciang! " tiba2 terdengar Hoa Sin ketua Kay-pang
menerobos masuk dan berseru memberi peringatan kepada
Blo'on. Terapi Blo'on tak tempat menghiraukan. Ia pun perlahanlahan
mengangkat tangannya, persis menirukan gerak
manusia patung yang berbentuk seperti Thio Hwi itu.
Thio Hwi adalah seorang panglima perang yang gagah
perkasa pada jaman Sam Kok (Tiga Negeri ) dahulu.
Ketika manusia patung itu menyorongkan tangannya ke
muka, Blo"on pun juga. Dessss .... terdengar bunyi macam api
tersiram air. Dan ketika itu manusia patung yang berbentuk
seperti panglima Thio Hwi pun menjerit dan meraung keras.
Dia terseok-seok ke belakang membentur meja dan terus
rubuh. Ternyata pukulan sakti Hong im ciang atau pukulan Im
merah yang mampu membakar sasaran, telah tertolak oleh
tenaga sakti Ji-ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on. Memang
rasanya tiada tenaga yang lebih aneh dan sakti dari tenaga Jiih
sin-kang itu. Ji ih-sin kang mampu mengikuti kemudian
menolak segala jenis tenaga-dalam yang bagaimana sifatnya,
panas, dingin, keras mau pun lunak.
Karena tenaga-sakti Hong im-ciang yang dilancarkan
manusia patung itu tertolak balik, dia termakan sendiri oleh
tenaga saktinya dan akibatnya ia rubuh menderita luka dalam
yang parah. Melihat kawannya rubuh, patung Kwan Kong yang berwajah
merah segera menuding ke arah Blo"on dengan sebuah jari
telunjuk. Singgg .... terdengar bunyi desis tajam melanda
Blo'on. Blo'on terkejut. Buru2 ia menghindar ke samping tetapi
tak urung bajunya telah berlubang juga. Juga dinding tembok
yang di belakangnya ikut berlubang.
"Kek-gong-it-ci kang!" teriak Hoa Sin terkejut. Kek-gong-itci-
kaag artinya dengan sebuah jari dapat menutuk dari jarak
jauh. "Siapa" " seru Ceng Siau suthay.
"It-ci-sin-kang Jui Pok, tokoh dari gunung Se-gak yang
sudah tak terdengar selama empatpuluh tahun."
"Benarkah dia" " Ceng Sian suthay makin tegang.
"Dalam dunia persilatan rasanya tiada tokoh yang mampu
melepaskan tutukan sebuah jari dengan hasil yang begitu
dahsyat," sahut Hoa Sin.
"Dia orang baik atau jahat, Hoa pangcu" " tanya Blo'on.
"Dia memang seorang tokoh yang berwatak aneh. Sepak
terjangnya hanya menuruti sekehendak hatinya. Dia tak
tergolong aliran Hitam juga bukan tokoh aliran Putih," jawab
Hoa Sin, "kong-cu. engkau harus hati2 benar terhadap dia."
"Tetapi dia seperti manusia patung. Tak dapat bicara dan
menyerang dengan kalap," kata Blo'on.
"Mungkin seperti manusia patung yang menyerupai Thio
Hwi tadi, dia juga sudah hilang kesadaran pikirannya. Rupanya
dia tentu telah dikuasai Seng-liau kau."
"Kim kongcu, kasihlah aku yang menghadapinya, " kata Hoa
Sin. "Hoa pangcu, " seru Ceng Sian suthay, "jika manusia
patung itu benar lt-ci-un kang Jui Pok, jangankan Hoa pangcu
sekali pun kita bertiga maju berbareng, rasanya masih belum
dapat menandingi kesaktian orang itu. Dahulu mendiang
sukuku pernah menceritakan tentang tokoh itu. Suhu pesan,
apabila bertemu dengan dia supaya berhati-hati dan jangan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai menimbulkan kemarahannya."
"Terima kasih, suthay, " jawab Hoa Sin, "tetapi aku sudah
mempunyai cara untuk menundukkannya."
Kemudian ketua Kay pang itu membisiki beberapa patah
kata ke telinga Blo"on. Blo'on mengangguk-angguk.
Hoa Sin terus loncat ke muka manusia patung itu dan
sebelum orang sempat menggerakkan jarinya, Hoa Sin
menyerangnya. Berulang kali orang itu mendesuh kejut karena
hantamannya selalu salah dan dia berbalik terancam oleh
pukulan Hoa Sin. Ternyata Hoa Sin telah mengeluarkan ilmu silat yarg baru
saja diciptakannya. Ilmu silat itu diberi nama Joh bong-siang
atau pukulan berlawanan arah. Kalau suaranya menyerang
kiri, pukulannya datang dari kanan, demikian sebaliknya.
Rupanya siasat Hoa Sin itu memberi hasil. Manusia patung
yang berujud Kwan Kong itu agak bingung. Dia tak sempat
mempergunakan jarinya untuk melukai lawan.
Dan sebagai ketua partai Kay-pang sudah tentu Hoa Sin
memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu Hoa Sin
memang cerdas sekali. Hasilnya selama berkelana mencari
jejak Blo'on dia telah mencintakan ilmusilat Salah-arah itu.
Dia memang sengaja menyerang rapat pada lawan agar
orang itu tak sempat melancarkan pancaran jari-saktinya.
Kek-gong-it ci-kang Jui Pok memang hebat sekali. Walau
pun dia kehilangan kesadaran pikirannya tetapi ilmusilatnya
masih hebat. Dalam beberapa waktu ia sudah dapat
menyesuaikan diri dengan gaya serangan lawan.
Krak .... Terdengar bentrokan keras ketika Jui Pok menangkis
pukulan Hoa Sin. Hoa Sin tak mengira kalau lawan sudah
dapat mengimbangi permainannya, ia hanya mengerahkan
sepertiga bagian tenaga dalamnya, sedang Jui Pok hampir tiga
bagian. Sudah tentu Hoa Sin menderita. Ia rasakan lengannya
kesemutan dan tersurut mundur. Melihat itu Jui Pok pun cepat
hendak gerakkan jarinya untuk menutuk .,..
Sekonyong-konyong seutas benda panjang macam tali
meluncur menyerang ke muka Jui Pok hingga tokoh itu
gelagapan untuk menampar. Dan pada saat perhatiannya
ditujukan pada benda yang menyambar mukanya itu, tiba2 ia
mendengus tertahan ketika sebuah benda keras membentur
perutnya. "Hekkk .. Jji Pok kontal ke belakang. Sebelum ia dapat
berdiri tegak, kakinya telah disapu orang, blus .... tak ampun
lagi tokoh yang termasyhur pada empatpuluh tuhun berselang,
terbanting jatuh ke lantai. Sebelum ia sempat bangun,
dadanya sudah dicemplak orang dan kakinya pun diringkus.
Ternyata benda macam tali tadi adalah ular Thiat-bi-coa
milik kakek Lo Kun. Memang kakek itu sudah sadar. Ketika
melihat Jui Pok hendak menutuk Hoa Sin, kakek itu segera
lontarkan ular Thiat-bi coa lalu membenturkan kepalanya ke
perut orang itu. Dan yang menyapu kaki Jui Pok tak lain
adalah Blo'on. Kemudian Lo Kun terus mencempiak dan
menindih perut, sedang Blo'on yang meringkus kaki Jui Pok.
Jui Pok mati kutu. la menggerung sekuat-kuatnya dan
meronta, Tenaga dalam yang terpancar dari seorang tokoh
macam Jai Pok, bukan alang-kepalang hebatnya.
Seketika kakek Lo Kun mencelat ke atas dan kepalanya
membentur genteng, brak ....
"Celaka!" teriaknya. Kepalanya telah terjepit pada genteng
sehingga tubuhnya terkatung-katung di atas, tidak dapat
menerobos ke atas, juga tak dapat meluncur ke bawah.
Dengan sekuat tenaga kakek itu meronta, dan berhasillah ia
meluncur ke bawah. Beda dengan Blo'on, Ketika Jui Pok meronta den
menendangkan kakinya, tenaga Ji-ih-sin kang Blo'on
memancar sehingga tubuh Jui Pok ikut melambung ke atas
kemudian meluncur ke lantai lagi, duk.... duk ....
Selekas tubuh Jui Pok membentur lantai, Lo Kun yang
meluncur dari atas genteng tadi pun tepat jatuh di perut Jui
Pok. Seketika Jui Pok tak ingat diri Iagi.
"Hendak diapakan manusia patung ini" * tanya Lo Kun.
"Lebih baik diikat. Tunggu setelah kita dapat menyelesaikan
kawanan Seng-lian-kau, baru kita tolong lagi dia. Rasanya dia
tentu diracuni orang Seng lian-kau sehingga kesadaran
pikirannya hilang," kata Hoa Sia.
Sementara itu Sian Li pun telah disadarkan.
"Rupanya pihak Ssng-Iian-kau telah memasang beberapa
rintangan di sepanjang jalan ke atas puncak," kata Ceng Sian
suthay. "Sungguh tak kuduga kalau patung ternyata manusia
hidup," Lo Kun menggerutu, "mereka dapat menggangu
tidurku seenaknya seja."
Mereka beristirahat beberapa waktu sampai hari terang
tenah barulah mereka berangkat mendaki lagi.
Tak berapa Iama mereka sudah melihat bangunan gedung
yang menjulang tinggi di kejauhan muka.
"Gedung itu mirip sebuah vihara," seru Sian Li, "apakah
markas Seng-liau-kau" "
"Kita obrak-abrik saja sarang mereka," seru Lo Kun.
Mereka makin dekat. Tetapi alangkah kejut mereka ketika
jalanan terputus oleh sebuah jurang yang tak kurang dari tiga
tonbak lembarnya. "Ah," Hoa Sin mendesuh kejut, "hebat benar Seng-liau-kau
membangun markasnya."
Ternyata jurang yang curam itu mengelilingi sebuah tanah
lapang yang luas dimana gedung vihara itu didirikan. Dengan
begitu apabila hendak mencapai daerah markas itu, harus
menggunakan jembatan atau alat lain2. Tetapi sekeliling
jurang itu tak tampak barang sebuah jembatan maupun tali
yang menghubungkan pada kedua tepi.
"Ah, bagaimana kita harus mencapai tepi seberang sebelah
sana" " Lo Kun bersungut-sungut.
"Tunggu," seru Blo'on lalu menghampiri ke dekat tepi
jurang lalu menahan napas dan terus menghamburkan
teriakan yang nyaring sekali:
"Hai, orang Seng-lian kau, kami datang memenuhi
undanganmu ....." "Mereka tidak mengundang kita, kongcu." tukas Hoa Sin, "
undangan waktu mereka mengadakan upacara merayakan
berdirinya partai Seng-lian-kau sudah lama lampau."
"Orang Seng-Iian-kau," mengapa kalian tak berani unjuk
diri" Kami datang ke mari untuk mengabrak-obrik sarangmu!
" tiba2 Lo Kun berteriak.
Walau pun, kumandangnya kalah nyaring dengan teriakan
Blo'on tetapi cukup keras juga.
Tiada penyahutan apa2, juga tak seorang pun muncul dari
vihara itu. Keadaan di sekeliling vihara dan tanah lapang,
sunyi senyap. "Mungkin mereka masih tidur," kata Lo Kun, "lalu
bagaimana kita ini" "
Hoa Sin tertawa kecil : "Hanya dua buah jalan. Kita tunggu
sampai nanti ada orang yang muncul atau kita loncat melintasi
mulut jurang ini! " "Huh, " kakek Lo Kun mengeluh ngeri, "siapa yang mampu
melompati jurang begini lebar" "
"Hanya suko seorang, " seru Sian Li.
"Aku" " Blo"on terkejut, "mana aku bisa" "
Hoa Sin mengakui memang di antara rombongan nanya
Blo"on yang dapat melompati mulut jurang itu. Tiba2 ia
mendapat akal. Ia segera meninggalkan mereka dan menuju
ke sebuah hutan bambu. Di situ dia menebang beberapa puluh
batang bambu lalu dijalinnya menjadi tali bambu yang cukup
kokoh. Dengan membawa berpuluh utas tali bambu ia kembali
lagi. "Kim kongcu. mari kita buat jembatan dari tali bambu ini, "
katanya. "Bagus, Hoa pangcu," seru Blo'on gembira.
"Tetapi kongcu yang harus membuat," kata Hoa Sin pula.
"Aku" " Blo'on heran, "bagaimana caranya" "]
"Kongcu dengan membawa ujung tali bambu, loncat ke
seberang tepi sana ....... "
" Mana mungkin aku dapat melakukan, pangcu" " Blo'on
memprotes. "Kongcu memiliki tenaga sakti yang luar biasa, tetapi
kongcu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus
memancarkannya." "Ya, memang aku sendiri juga aneh. Entah bagaimana cara
untuk memancarkan tenaga itu," kata Blo'on.
"Mudah," kata Hoa Sin, "silahkan kongcu berdiri di tepi
jurang ini dan pejamkan mata."
"Lalu" " "Kongcu tentu dapat melayang sendiri ke seberang sana. "
"Benar" " "Benar. " "Baiklah, " Blo'on terus berdiri tegak menghadap ke
seberang di muka. Ia pejamkan mata.
" Lopeh, " tiba2 telinga Lo Kun terngiang oleh suara macam
nyamuk mendenging, "lekas engkau dorong tubuh Blo"on
sekeras-kerasnya. Dia tentu dapat melompati jurang itu."
Lo Kun menurut. Segera ia lari dan terus mendorong tubuh
Blo'on. " Huh ....... " Blo'on menjerit kaget. Ketika membuka mata
ia makin terkejut karena saat itu ternyata tubuhnya sedang
melayang turun ke dalam jurang.
"Celaka ..." cepat ia meronta dan bergeliatan. Aneh juga.
Seketika tubuhnya melayang ke atas dan dapat mencapai tepi
di seberang muka. "Kim kongcu, sambutilah ujung tali ini, " seru Hoa Sin
seraya melemparkan ujung tali yang sudah diikat dengan batu.
Blo"on pun menyambuti. Berturut-turut. beberapa tali itu
dilontarkan Hoa Sin dan disambut Blo:on. Dan dapatlah
terbentuk sebuah jembatan tali yang terdiri dari berpuluh tali
bambu. Sian Li, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Lo Kun lalu Hoa
Sin, mereka segera melintasi jembatan gantung itu.
Pada saat mereka masih di tengah-tengah jembatan, tiba2
dari arah vihara terbang seekor burung besar, burung garuda.
Burung itu segera menyerang rombongan Hoa Sin.
"Jahanam!" teriak Lo Kun. Karena rombongan harus
bergerak menghindari serangan garuda, jembatan itu pun
berguncang guncang keras, maka Lo Kun menjerit-jerit.
Melihat itu Ceng Sian suthay segera taburkan dua biji
senjata rahasia Thi-lian-cu atau teratai-besi ke arah mata
garuda. Tetapi burung itu lihay sekali. Dia dapat mematuk
jatuh thi-lian-cu itu dengan paruhnya yang keras.
Sian Li menggunakan pedang Pek-liong-kiam untuk
melindungi diri. Kakek Lo Kun mengeluarkan ular thiat-bi coa
dan Hoa Sin pun terpaksa memakai tongkat penggebuk anjing
atau bak-kau-pang. Berulang kali tubuh burung itu tersabat dan terhantam
tongkat tetapi rupanya burung itu keras sekali tubuhnya. Dia
seolah tak mempan, badannya sekeras besi. Walau pun tak
kalah tetapi kelima orang itu sibuk juga menghadapi serangan
garuda. " Nona Liok, jangan berhenti, terus berjalan menghampiri
tepi dan dengan secepatnya terus naik ke daratan." seru Hoa
Sin. Mereka bergerak pelahan dan akhirnya dapat menoapai
daratan tepi. "Pengecut sekali orang2 Seng-lian-kau itu," teriak Lo Kun
marah2, "didalam kuil kita diganggu si Jui Pok, sekarang
disambar burung garuda keparat."
Tiba2 burung garuda itu lepaskan serangannya dan terbang
ke atas lalu hinggap pada sebuah batu tak jauh dari tempat
mereka. Hoa Sin terkesiap. "Apakah dugaanku benar" " pikirnya. Ia terus berteriak
sekeras-kerasnya : "Hai garuda Sin-eng, bukankah engkau ini
burung piaraan Kek-gong-it-ci kang Jui Pok" Dia sekarang
sedang tidur dalam kuil, hayo, engkau lekas menjemput
tuanmu ke sana! " Aneh sekali. Diluar dugaan, garuda sakti yang tadi
menyerang begitu ganas, ketika mendengar Hoa Sin
menyebut nama Jui Pok, terus terbang menuju ke kuil.
"Hai, apa-apaan burung gila itu" " teriak Lo Kun sembari
mengacungkan tinjunya dengan geram. Rupanya dia masih
marah kepada burung itu. "Sudahlah, lopeh," kata Hoa Sin, "dia burung piaraan Jui
Pok yang jadi patung Kwan Kong tadi. Yang kuherankan
mengapa tokoh sakti semacam Jui Pok dapat dikuasi orang
Seng-Iian-kau" "
"Kita tanya saja pada ketua Seng-lian-kau," seru Lo Kun
seraya ayunkan langkah. Suasana vihara itu masih sunyi. Tiada penjaga sama sekali,
Dung ..... dung ..... dung ....
Kakek Lo Kun terus mendebur pintu sekeras-kerasnya
seraya berkaok-kaok: "Hai, buka pintu, lekas buka pintu! "
Pintu terdengar berderak derak dan pelahan-lahan terbuka.
Seorang lelaki tua bungkuk muncull dan memaki-maki :
"Hai, orang gila manakah yang pagi2 sudah menggembrong
pintu" " "Aku bukan orang gila....., " baru Lo Kun berteriak
demikian, tiba2 matanya terbelalak, " engkau .... engkau .......
" ia tergagap-gagap ketika melihat penjaga pintu itu.
Tiba2 penjaga pintu itu bersuit dan seekor anjing bulu
kuning segera berlari-lari muncul dari dalam vihara.
"Kuning, gigitlah pantat orang gila itu, " teriak penjaga
pintu sambil menuding kepada kakek Lo Kun.
Anjing Kuning itu menggereng buas lalu menerjang tetapi
secepat itu Sian Li pun berteriak: "Kuning ....!"
Anjing itu berhenti, memandang Sian Li lalu menggereng
pula. Pada lain saat dia loncat menerkam Sian Li. Nona itu
terkejut. Ia tak menyangka maka tak bersiap. Untung pada
saat yang berbahaya itu Blo'on loncat dan menampar kepala
anjing itu : " Jangan mengganggu sumoayku, anjing gila!"
Anjing-itu terlempar dan berguling-guling ke tanah.
Meraung-raung kesakitan. Beberapa saat kemudian tiba2
binatang itu bangkit lalu menghampiri Blo'on. Melihat itu
Blo'on siap hendak menamparnya lagi tetapi Sian Li
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencegahnya: "Jangan suko, dia sudah jinak ....".
Memang sinar mata anjing itu tidak sebuas tadi, ia
menghampiri Blo'on dan menjilat-jilat kaki pemuda itu.
Sikapnya seperti sudah kenal lama.
"Suko, itulah anjing Kuning suko, " seru Sian Li.
" O, ya, ya, aku ingat sekarang," kata Blo'on, "mengapa dia
di sini" " "Suko, " seru Sian Li pula. " bukankah kakek penjaga pintu
kakek Kerbau Putih" "
" Apa iya" " seru Blo'on terkejut, "mengapa dia menjadi
penjaga pintu vihara Seng-lian-kau" "
"Memang benar, dia si Kerbau Putih yang hilang itu," kata
Lo Kun seraya menghampiri.
" Hai, Kerbau Putih, ternyata engkau masih hidup" "
tegurnya. "Orang gila, jangan ngoceh tak keruan! Siapa yang engkau
panggil Kerbau Putih" Aku seorang manusia, bukan kerbau.
Aku manusia hidup mengapa engkau terkejut" " penjaga pintu
marah. "Gila," balas kakek Lo Kun. "baik2 kutegur engkau,
mengapa engkau malah marah2 seperti orang gila" Bukankah
engkau Kerbau Putih dulu" "
"Kakek edan," teriak penjaga pintu itu, "aku bukan terbau,
aku manusia!" "Manusia bungkuk," teriak Lo Kun mulai penasaran,
"bukankah namamu Kerbau Putih" "
"Bangsat gundul!" penjaga pintu itu balas memaki, "biar
bungkuk aku seorang manusia. Namaku bukan Kerbau Putih,
aku penjaga pintu vihara agung Seng-lian-kau."
"Siapa namamu" "
"Gu Mo Ong, pangkat Sin-bun-su vihara Seng-Iian-kau.
Hayo lekas beri hormat kepadaku!" teriak penjaga pintu itu.
Sian Li heran. Jelas penjaga pintu itu adalah kakek Kerbau
Putih, mengapa dia menyangkal" Apakah didunia ini terdapat
dua orang yang sama rupa dan perawakannya"
"Kakek Kerbau Putih," akhirnya ia coba menjelaskan,
"memang kakek ini adalah kakek Kerbau Putih dalam
rombongan kami yang dipimpin sukoku Blo'on."
Penjaga pintu itu deliki mata kepada Sian Li, serunya :
"Budak liar, siapa kakekmu itu" Engkau cantik, sayang
kalau engkau ikut-ikutan seperti kakek jelek itu."
Dikata kakek jelek, marahlah Lo Kun.
"Hai, orang bungkuk." teriaknya seraya menuding penjaga
pintu itu, "engkau memang Kerbau Putih yang pernah jadi
kawanku tempo dulu. Kalau engkau menyangkal dirimu
sendiri, pun boieh saja. Kita putus hubungan, juga tak apa2.
Tetapi janganlah engkau memaki aku kakek jelek. Apakah
engkau ini tak lebih jelek dan aku" "
''Orang gila, enyahlah engkau!" penjaga pintu balas memaki
dan mengusir. Disini vihara Seng-lian-kau yang suci, tidak
kuijinkan manusia gila seperti engkau mengotori vihara ini!"
Lo Kun makin marah Ia terus maju dan menjotos penjaga
pintu itu. Penjaga pintu juga tak mau mandah begitu saja
dipukul. Ia menangkis lalu balas memukul.
Kedua kakek itu segera berhantam. Makin lama makin seru.
Dari serang-menyerang dengan jurus ilmusilat mereka terus
bergelut. Ternyata kepandaian mereka memang seimbang.
Sampai beberapa saat belum ada yang menang dan kalah.
"Suko, lerailah mereka," Sian Li meminta kepada Blo'on
"tentulah kakek Kerbau Putih itu sudah kehilangan ingatannya
hingga dia lupa kepada kita"
"Ya, memang kakek Kerbau Putih itu aneh," kata Blo'on,
"tetapi apakah dia benar kakek Kerbau Putih kita itu" "
"Eh, engkau ini bagaimana suko. Jelas dia itu memang
kakek Kerbau Putih dulu. Sedangkan kakek Lo Kun pun ingat,
masakan engkau lupa."
"Kalau begitu, tunggulah," seru Blo'on. Dia terus maju dan
membentak : "Hai. kamu kedua kakek limbung! Ayo, berhenti
dulu!" Namun kedua kakek itu tak menghiraukan. Mereka masih
bergulat, cengkram mencengkram, tindih, bahkan gigitmenggigit.
"Hai, kakek gila, kalian mendengar tidak" " teriak Blo'on,
"berhenti, aku mau bicara!"
Namun kedua kakek itu tak menggubris. Melihat itu Blo'on
jengkel. Ia terus mencengkeram bahu kakek Lo Kun dan
ditarik ke atas. "Aduh, aduh ..." Lo Kun menjerit-jerit kesakitan, "kakiku
digigit kakek edan itu!"
Blo'on memang melihat kakek penjaga pintu masih
mendekap kaki Lo Kun dan menggigitnya. Ia merasa kasihan
pada kakek Lo Kun yang ditariknya itu. Maka segera ia
lepaskan cekelannya dan berganti menyeret tubuh kakek
penjaga pintu. "Aduh, keparat, bedebah .....!" sekarang kakek penjaga
pintu yang berkaok-kaok kesakitan. "Aduh. hih, geli juga .....
ketiakku dicengkeram kakek gila!".
Memang pada saat Blo'on menyeret tubuh kakek penjaga
pintu, kakek Lo Kun terus menerkam ketiak orang dan
diremasnya keras2. Terpaksa Blo"on lepaskan kakek penjaga pintu lalu beralih
memeluk tubuh kakek Lo Kun dan ditariknya ke belakang.
Kesempatan itu digunakan kakek Kerbau Putih untuk balas
dendam. Disambarnya kaki kakek Lo Kun lalu ditekuknya
keras2. "Aduh ..., kakinya putus," Lo Kun kesakitan.
Tetapi kali ini Blo'on tak mau melepaskan tubuh kakek Lo
Kun. Mengisar langkah ia mendupak kakek Kerbau Putih
sekeras-kerasnya. 'Uh....." kakek Kerbau Patih terlempar sampai beberapa
langkah ke belakang. Dengan begitu dapatlah Blo'on melerai
mereka. Kemudian ia melangkah ke tengah mereka.
"Hai. dengarkan. Aku mempunyai cara untuk menemukan
siapakah dtantara kalian berdua yang lebih sakti," kata Blo'on.
"Katakan," teiiak Lo Kun.
"Akan kuuji kalian dengan dua buah kepandaian. Pertama,
angkatlah tubuhku Barangsiapa yang kuat mengangkat
tubuhku sampai ke atas kepala, dia menang. Dan kedua,
pukullah aku, siapa yang dapat memukul aku sampai rubuh,
dia yang menang. Mau" "
"Setuju." seru kakek penjaga pintu, "siapa yang mulai
memukul dulu" "
"Engkau," seru Blo'on kepada penjaga pintu itu.
"Baik," sahut kakek Kerbau putih seraya singsingkan lengan
jubah dan menghampiri ke muka Blo"on. Terus memegang
tengkuk dan pantat Blo'on lalu diangkatnya.
"Huh ... huh .....," tiba2 kakek itu mendesuh desuh. Sampai
mukanya merah dan keringat bercucuran, tetapi dia tak
mampu mengangkat tubuh Blo'on.
"Engkau menggunakan ilmu setan," akhirnya karena tak
berhasil dia marah2. "Sudahlah, engkau menyisih saja ke samping, biar kakek Lo
Kun yang mencobanya," seru Blo'on.
Lo Kun pun segera singsingkan lengan baju lalu
mengangkat. "Hek .... hek ....," meski pun sudah berulang kali kakek Lo
Kun kerahkan tenaga, tetap dia tak mampu mengangkat tubuh
Blo'on. Dia rasakan tubuh Blo'on. memancarkan tenaga-tolak
sebesar tenaga yang dikerahkannya untuk mengangkat tubuh
Blo'on. Sampai merah padam mukanya tetapi kakek itu tak
mampu mengangkat tubuh Blo'on.
"Engkau curang," teriak kakek penjaga pintu, "engkau
pinjam tenagaku untuk menahan tenagaku. Sudah tentu aku
tak. dapat mengangkat."
"Lalu bagaimana maksudmu" " tanya Blo'on.
"Eugkau naik dulu ke atas punggungku lalu kuangkatmu ke
atas. Kalau aku tak mampu, aku menyerah kalah, berani" "
"Setuju! " sambut Bio'oa serentak.
Kakek penjagu pintu ilu terus berjongkok dan Blo'on pun
terus mencemplak dan menginjak benjolan daging pada
punggung kakek itu. Kakek penjaga pintu berdiam diri sejenak. Rupanya dia
sedang kerahkan tenaganya. Pada lain saat ia berteriak keras :
" Naik ....!" Tubuh Blo'on memang terangkat naik bersama punggung
kakek penjaga pintu. Tetapi pada saat penjaga pintu itu
hampir berdiri tegak, tiba2 dia terperosok ke bawah Iagi.
Dia penasaran sekali. Dihimpunnya segera tenaga lalu
dengan menggembor keras ia melonjak sembari menyangga
tubuh Blo'on. Memang seketika Blo'on ikut terangkat naik tetapi sesaat
kemudian kakek penjaga pintu itu menjerit rubuh. Kali ini
memang sakit sekali dia. Bukan saja kakinya tergempur sehingga terkapar ke lantai,
pun punggungnya masih terinjak kaki Blo'on.
"Tobaaat .....!" ia menjerit dan pingsan. Rupanya dia tak
tahu apa yang terkandung dalam tubuh Blo'on. Ji ih sin-kang
merupakan tenaga sakti yang aneh, dapat mekar dan
melingkup seperti karet. Makin keras menerima pukulan orang
makin keras dia akan memantulkan tenaga-tolak.
Kakek penjaga pintu mengerahkan seluruh tenagadalamnya
dan akibatnya dia telah ditindih oleh tenaga-tolak
yang mengembalikan tenaganya itu.
Melihat kakek penjaga pintu pingsan, Blo'on segera turun
dari punggungnya. Tetapi secepat itu kakek Lo Kun terus
menghampiri dan memeluk tubuhnya.
"Sekarang giliranku yang akan mengangkat tubuhmu! "
teriak kakek Lo Kun. "Gila, " Blo'on menjerit karena tubuhnya terangkat.
"Jangan kakek Lo, tak usah mengangkat tubuh suko," teriak
Sian Li seraya menarik baju Lo Kun.
Juga Blo'on meronta sehingga Lo Kun terlempar dan
terhuyung dua langkah!.. " Tidak bisa, " teriak Lo Kun, "kita sudah berjanji hendak
adu tenaga mengangkat tubuh anak muda itu. Kakek penjaga
sudah mengangkat, aku pun harus pegang janji."
"Ah, lopeh, tak usahlah, " Hoa Sin ikut mencegah, "katakan
saja kalau engkau sudah berhasil mengangkatnya."
"Bohong! Engkau berani mengajari aku berbohong. Tidak
bisa! " Lo Kun deliki marah kepada ketua Kay-pang. itu.
Kemudian ia berkeras juga hendak mengangkat tubuh
Blo'on. "Kim kongcu, turuti saja kemauannya dan biarkanlah dirimu
diangkatnya. Jangan menggunakan tenaga dalam untuk
meronta," tiba2 telinga Blo'on terngiang suara macam
nyamuk. la menurut dan biarkan dirinya diangkat kakek Lo
Kun. "Ya, engkaulah yang menang karena dapat mengangkat
tubuhku," kata Blo"on tertawa.
Lo Kun terus menghampiri ke tempat kakek penjaga pintu :
"Hai, kerbau tua, hayo bangun."
Tetapi diguncang dan ditarik berulang kali ternyata kakek
penjaga pintu itu diam saja. Dia masih pingsan. Tetapi pijakan
Blo'on pada daging benjol di punggungnya itu memberi akibat
yang hebat. Kakek itu pingsan berat.
" Ah, dia mati!" teriak Lo Kun.
Sian Li terkejut dan memeriksa : "Ah, tidak, dia belum mati,
musih bernapas." Blo'on kasihan. Dialah yang menyebabkan kakek itu pingsan
dan menderita luka parah. Dia harus dapat menyembuhkan. Ia
teringat masih mempunyai beberapa biji buah som seribu
tahun (Hay-te cian-han-som). Ia mengambil dua butir dan
menyusupkan ke dalam mulut kakek itu.
Belum kakek itu siuman, tiba2 dari dalam ruang muncul dua
orang kacung berpakaian paderi.
"Hai, siapa kalian ini" Hai, mengapa tukang jaga pintu itu"
" teriak kedua paderi anak itu seraya lari menghampiri.
Saat itu kakek Lo Kun sedang mengusap-usap dada kakek
tukang jaga pintu supaya lekas siuman. Tahu2 telinganya
dijiwir oleh kedua anak itu dan terus dilempar ke belakang.....
" Aduh....." Lo Kun menjerit kesakitan.
Kedua daun telinga merah dan panas sekali.
"Bangsat, engkau berani menjiwir telingaku" " ia terus lari
menubruk kedua anak itu, maksudnya hendak dihajar.
Tetapi kedua anak itu bergerak lincah sekali. Setelah
masing2 menghindar, dengan cepat mereka meringkus Lo Kun
lalu dilemparkan, bum ....
Jatuh ke lantai sampai tiga tombak jauhnya menyebabkan
Lo Kun meringis kesakitan. Terpaksa ia harus bangun dengan
merangkak. "Kunyuk cilik, berani benar engkau melemparkan kakekmu"
" ia terus lari hendak menerkam kedua anak itu tetapi kedua
anak itu lincah sekali. Melihat itu Blo'on merasa sebal. Dengan sebuah gerak yang
tak disangka-sangka ia menyambar tangan kedua anak itu:
"Jangan kurang ajar engkau!"
Kedua anak itu terkejut. Mereka meronta dan menghantam
Blo'on. Tetapi mereka menjerit karena pukulan yang
dilontarkan itu memancarkan tenaga tolak yang mendampar
mereka sendiri. Kedua anak itu terlempar. Lo Kun menyambut
mereka dengan tamparan pada kepalanya dan mereka pun
terus jatuh ke lantai. "Omitohud!" tiba2 terdengar suara orang berseru dan
muncullah tiga orang lelaki tua terdiri dari seorang paderi,
seorang imam dan seorang pertapa.
"Hui Gong siansu ..... Ang Bin tojin .... Sugong pangcu!"
serentak berserulah Hoa Sin ketika melihat ketiga orang itu..
Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin pun terkejut. Mereka
berseru menegur dan segera menghampiri.
"Ah, siapakah kalian ini" " paderi tua itu terkejut, "kami
baru saja bertemu kali ini, bukan" ''
Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong tojin terbelalak.
"Bukankah taysu ini Hui Gong siausu, Ang Bin totiang dan
Sugong In pangcu" Mengapa taysu sekalian lupa kepada
kami" " Ang Bin tojin terkejut: "Ah, mungkin saudara salah lihat.
Jelas kami tak pernah bertemu dan belum pernah mengenal
saudara2 ini semua."
"Hui Gong taysu. Ang Bin totiang, Sugong losu, mengapa
taysu sekalian lupa kepada kami" " teriak Sian Li yang heran
atas sikap mereka.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Li-sicu, harap jangan bicara seenakmu sendiri. Kami adalah
Ti-khek-ceng (paderi2 penerima tetamu) dari vihara agung
Seng-lian-kau, harap jangan mengatakan yang bukan-bukan,"
seru Ang Bin tojin. Hoa Sin dan kedua ketua partai persilatan benar2 terbeliak
heran. Mereka saling bertukar pandang. Akhirnya Hoa Sin
mengangguk : "Kakek Kerbau Putih tadi pun bersikap demikian kepada
kita," katanya dengan berbisik, "jelas ketika taysu ini juga
terkena racun pelelap pikiran dari orang Seng-lian-kau."
Kakek Lo Kun belum begitu kenal dengan Hui Gong bertiga,
dia terus maju dan menegur.
"Hai, paderi, hai, imam dan pertapa tua," serunya, "kalian
jangan main2. Kalau Hoa pang Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin kami bukan orang sembarangan. Mereka adalah
ketua partai Kay-pang, partai Kun lun dan partai Go-bi yang
termasyhur. Kalau mereka mau kenal kepadamu, itu sudah
suatu rejeki besar bagi kalian. Mengapa kalian berani
menolak" ". "Kakek gila." bentuk Ang Bin tojin, "siapa yang kenal
dengan segala macam ketua partai persilatan itu. Dalam dunia
persilatan yang ada hanya Seng lian-kau dan yang layak
disebut kaucu hanyalah kaucu dari Seng-lian-kau."
"Apa itu sih, Seng-lian kau," " dengus kakek Lo Kun, "imam
hidung kerbau, sudahlah, jangan banyak bicara. Katakan
engkau mau mengaku atau tidak!"
"Mengaku apa" "
"Mengaku kalau kenal dengan ketiga sahabat ku itu!"
"Kakek gila!" bentak Sugong In seraya menampar.
Karena tak menduga, kakek Lo Kun tersurut beberapa
langkah ke belakang. "Eh, pertapa gila, engkau berani turun tangan memukul
aku" " Lo Kun penasaran dan terus menyerang.
Melihat itu Hoa Sin hendak melerai. Ia tahu memang bukan
atas kehendaknya sendiri Sugong ln itu menyangkal melainkan
karena kesadaran pikirannya telah hilang. Entah dengan
menggunakan obat apakah Seng liang kau sehingga dapat
membuat tokoh2 sakti seperti ketiga paderi itu sampai lupa
diri. Tetapi baru ia hendak melangkah, tahu2 Arg Bin tojin sudan
menyerangnya. "Totiang, aku Hoa Sin, masakan totiang lupa kepadaku" "
seru Hoa Siu seraya menghindar mundur.
Tetapi Ang Bin tojin benar2 lupa segala apa. Ia menyerang
Hoa Sin sehingga ketua Kay-pang itu pun terpaksa harus
melayani. Namun ia lebih banyak menghindar dan tak mau
balas menyerang. Melihat itu Ceng Sian suthay, berseru : "Harap taysu
sekalian berhenti. Kita adalah orang sendiri, mengapa harus
saling bermusuhan." "Hm, jika engkau tahu gelagat. harap engkau segera ajak
kawan-kawanmu enyah dari sini," tiba2 Hui Gong taysu
mendengus. Ceng Sian suthay pun tahu bahwa Hui Gong taysu telah
kehilangan kesadaran pikirannya. Ia tak mau menggubris.
Maksudnya ia hendak menghentikan pertempuran itu agar
jangan sampai terjadi akibat2 yang tak diharapkan. Tetapi
baru ia hendak melangkah, Hui Gong sudah menghadangnya
seraya kebutkan hudtim: "Sekali lagi kuperingatkan engkau supaya kalian enyah.
Jangan bikin onar di sini!"
Ceng Sian suthay terkejut. Taburan hudtim ketua Siau-lim si
itu menimbulkan deru angin yang tajam sekali. Ceng Siau
cepat2 lepaskan pukulan Hian-ciaug (kapas) untuk menghalau
lalu dia loncat menghindar.
Bian-ciang atau pukulan kapas, mengandung tenaga-dalam
yang bersifat lunak, Tampaknya gerak pukulan rahib dari Kunlun-
pay itu tak berapa keras dan bertenaga, tetapi pukulan itu
dapat menyerap tenaga-keras dan menariknya ke samping.
Hui Gong taysu terkejut ketika kebutan hudtimnya seperti
terseret oleh segulung angin yang mengandung tenaga
lembut. Tetapi dia adalah ketua Siau-lim-si yang berilmu tinggi. Saat
itu pikirannya memang linglung, seperti hilang. Dia tak ingat
lagi ketiga ketua partai bersilatan yang menjadi rekan
perjuangannya. Tetapi dalam llmusilat, dia masih dapat
memainkan dengan hebat seperti sediakala.
Melihat Ceng Sian suthay dapat menghalau hud-timnya,
Hwi Gong penasaran. Segera ia menyerang dengan hudtim.
Kali ini disaluri dengan tenaga dalam Toa-lat-kim-kang.
Tenaga dalam itu bersifat keras dan dahsyat, mampu
menghancurkan batu karang.
Hoa Sin terkejut. Pukulan itu teramat dahsyatnya. Ceng
Sian suthay tentu terpaksa akan menangkis dengan pukulan
yang sakti juga. Akibatnya salah seorang tentu akan
menderita. Cepat Hoa Sin memutuskan untuk menyongsong dengan
pukulan agar dapat mengurangi kedahsyatan pukulan Hui
Gong taysu. Tetapi sebelum ia sempat bertindak, Hong Hong
tojin sudah mendahului gerakkan tenaganya.
Ketua Go-bi pay itu telah melepaskan pukulan Gun-goanciang.
Tetapi agar jangan menimbulkan akibat2 yang tak
diinginkan dia hanya menggunakan lima bagian tenaganya.
Dalam pada itu ternyata Ceng Sian suthy pun melepaskan
pukulan Hian ciang pula. Ketika toa-lat kim-kong ciang
melanda di tengah jalan telah disambut oleh dua buah
pukulan sakti. Dari muka dibentur pukulan Bian-ciang dan dari
samping dilanda pukulan Gun-goan-ciang. Karena toa-lat kimkong
ciang itu hanya menggunakan tiga bagian tenaga saja,
maka pukulan itu pun terdampar ke samping, bum....
akibatnya dinding yang terlanggar hancur berguguran.
Melihat itu Ang Bin tojin marah Ketua Bu-tong-pay itu tanpa
berkata apa2 terus menyerang Hong Hong tojin.
Demikian pula Hui Gong taysu. Dia pun menyerang Ceng
Sian suthay. Dan tak ketinggalan pula Sugong In ketua Kong
tong pay, dia menerjang Hoa Sin.
Suasana gaduh dan hiruk. Enam orang ketua partai
persilatan telah saling bertempur sendiri.
Ceng Sian suthay terpaksa tumpahkan seIuruh
kepandaiannya untuk menghadapi Hui Gong taysu.
Hong Hong tojin juga harus peras keringat untuk melayani
serangan Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay yang lihay itu.
Hanya Hoa Sin ketua Kay-pang yang agak ringan. Dengan
mengeluarkan ilmusilat Joh-siang-ciang atau pukulan Salaharah
yang baru saja diciptakannya, dia berhasil mendesak
Sugong In ketua Kong-tong-pay.
Sementara itu kakek Lo Kun bingung tak keruan. Sambil lari
mondar-mandir ia menggerutu : "Gila, gila, mengapa kawan
sendiri harus bertempur ....."
Plak .... Tiba2 kepalanya ditampar orang dari belakang dan lehernya
disekap orang dengan kencang sehingga Lo Kun tak dapat
bernapas. Dia meronta-ronta hendak melepaskan diri sehingga
terjadilah adegan seperti orang bergumul.
"Hai, kakek, mengapa engkau!" teriak Sian Li yang terkejut
dan terus menarik tubuh kakek penjaga pintu.
Ternyata yang menyekap leber Lo Kun dan menampar
kepalanya, adalah kakek penjaga pintu. Disekap sekuat tenaga
sehingga tak dapat bernapas dan ditampar sekerasnya
sehingga kepalanya pening, Lo Kun terkulai tak ingat diri.
"Mengapa engkau mencelakai kakekku Lo Kun" tegur Sian
Li dengan marah. "Budak perempuan, apakah aku bukan kakekmu juga si
Kerbau Putih itu" " kakek penjaga pintu itu balas berteriak.
"Oh," Sian Li berseru kejut2 girang, "apakah engkau sudah
ingat dengan kami" "
"Uh, siapa bilang aku lupa kalian. Bukankah kalian ini
budak, perempuan Sian Li yang menjadi sumoay dari pemuda
gundul Blo"on itu" " kata kakek Kerbau Putih sembari
menuding ke arah Blo"on.
"Bagus, kakek Kerbau Putih," teriak Sian Li girang sekail,
"tetapi mengapa engkau menampar kepala kakek Lo Kun itu,
uh .... celaka mengapa dia" '
Sian Li terkejut ketika melihat Lo Kun masih menggeletak di
lantai. Buru2 ia menghampiri Lo Kun, Kakek Kerbau Putih pun
ikut menghampiri. "Hai, Lo Kun, mengapa engkau tidur saja" Hayo bangun,"
kakek Kerbau Putih itu menggoIak-golek kepala Lo Kun
berulang kali namun Lo Kun tetap tak membuka mata.
"Kurang ajar, masakan baru bertemu saja sudah minta
dimanjakan," kakek Kerbau Putih merogoh ke dalam saku
bajunya dan mengeluarkan sebuah buli2 kulit lalu disusupkan
ke dalam mulut Lo Kun. Aneh, sekalipun pingsan tetapi mulut Lo Kun dapat
meneguk isi buli2 itu. Beberapa saat kemudian, kakek Kerbau
Patih berteriak : "Hai, sudah. Jangan engkau habiskan arak Swat-som-ciu
ini," ia terus hendak menarik buli2 itu tetapi tiba2 tangan Lo
Kun mendorongnya hingga kakek Kerbau Putih terjerembab ke
belakang. "Nikmat sekali, benar2 nikmat." Lo Kun bergeliat bangun
setelah menghabiskan arak dalam buli2 itu semua.
"Setan Macan Hitam, mengapa engkau habiskan arakku" "
kakek Kerbau Putih marah.
"Bangsat kerbau, mengapa engkau menampar kepala dan
menyekap leherku begini keras" " Lo Kun balas deliki mata.
"O, kakek gila, masakan orang menumpahkan rasa rindu
kepadamu, engkau malah pingsan" " sahut kakek Kerbau
Putih. Ternyata tindakan kakek Karbau Putih tadi, setelah
pikirannya sadar dengan gembira memeluk sahabatnya karib.
Tetap dia tak menyadari kalau pelukannya itu terlalu keras.
Bukan memeluk lagi tetapi seperti orang mencekik. Dan
celakanya yang dipeluk itu bagian leher. Sudah tentu Lo Kun
tak dapat bernapas dan pingsan.....
"Kakek Lo, " cepat2 Sian Li menerangkan, "kakek Kerbau
Putih sudah ingat kita. Setelah makan dua butir Hay te-cianlian
som, rupanya pikirannya sudah tersadar."
"O, Kerbau Putih, apa engkau sudah tidak gila lagi
sekarang" " tegur Lo Kun.
"Siapa bilang aku gila" " Kerbau Putih deliki mata.
Sementara itu pertempuran antara keenam ketua persilatan
tadi sudah berlangsung sampai seratusan jurus. Ceng Sian
suthay makin sibuk untuk menghadapi serangan Hui Gong
taysu. Demikian pula Hong Hong tojin sudah mulai mandi
keringat melayani serangan Ang Bin tojin. Hanya Hoa Sin yang
masih lincah dan dapat membuat Sugong In kewalahan.
"lh ..... , " tiba2 kedengaran Ceng Sian suthay mendesis
kaget dan loncat mundur. Ketika pukulan Hui Gong yang
menimpah ke arah kepala tiba2 diganti dengan tusukan jari,
walau Ceng Sian suthay sempat loncat mundur tetapi
rambutnya kena tertowel sehingga terurai.
Ceng Sian suthay marah. Sebagai seorang rahib, sebagai
ketua Kun-lun-pay ia merasa terhina atas tindakan Hui Gong
taysu. Serentak ia mencabut pedang Ceng-Iui kiam. Seketika
terdengar bunyi macam halilintar meletus dan cahaya yang
berkilat-kilat menyilaukan mata.
Ceng-lui-kiam atau pedang Halilintar-biru memiliki perbawa
dan cahaya yang sesuai dengan namanya. Pedang pusaka
yang diperolehnya dari Lam-hay siang-jin dahulu, jarang sekali
digunakan oleh Cen Sian. Kini suthay itu lupa bahwa Hui Gong
taysu bukan Hui Gong taysu yang semula tetapi Hui Gong
yang sudah terbius hilang kesadaran pikirannya. Dia hanya
menuruti rangsang kemarahannya.
"Suthay, jangan," tiba2 Blo'on mencegah, "pedang tak
bermata, apabila sampai melukai kawan sendiri, tentu akan
menimbulkan dendam yang parah. Lebih baik aku saja yang
menghadapinya." Blo'on terus maju ke hadapan Hui Gong.
"Taysu, " serunya, "mengapa taysu lupa kepada kami" "
"Aku adalah Ti khek-ceng (paderi penyambut tetamu) dari
vihara Seng lian di sini. Lekas kaIian enyah atau terpaksa akan
kugunakan kekerasan mengusirmu," seru Hui Gong.
"Taysu, apakah benar2 taysu sudah lupa kepadaku" "
tanya Blo'on pula. "Buka dadamu!" teriak Hui Gong taysu.
Blo'on terbeliak. "Setelah melihat bagaimana dadamu, baru aku dapat
mengatakan kenal atau tak kenal kepadamu," kata Hui Gong.
Untuk menghindari pertempuran, terpaksa Blo'on menurut.
Ia membuka bajunya sehingga dadanya yang bidang kelihatan
jelas. Hui Gong menghampiri, memandang lekat pada dada anak
itu. Kemudian ulurkan telapak tangan kanannya, melekat pada
dada Blo'on. Blo'on diam saja.
"Suko, awas, dia hendak mencelakai engkau!" menyadari
bahwa dengan melekatkan telapak tangan, ke dada Sukonya,
Hui Gong dapat memancarkan tenaga-sakti untuk
menghancurkan dada Blo'on, Sian Li cepat2 berteriak memberi
peringatan. Dan habis berteriak, ia terus mencabut pedang
lalu hendak menerjang. Tetapi sebelum sempat bergerak, ia terkejut menyaksikan
pemandangan yang aneh. Apa yang diduganya memang
benar. Tiba2 Blo'on mendesuh kaget dan mencelat sampai tiga
langkah ke belakang. Tetapi Hui Gong taysu sendiri lebih
menderita. Dia terhuyung-huyung ke belakang sampai
beberapa langkah dan jatuh ngelumpruk ke lantai.
Bloon terlongong-longong heran. Ia tak mengerti mengapa
tiba2 Hui Gong taysu mendorongnya. Dan dari telapak tangan
taysu itu memancarkan tenaga arus yang kuat sekali. Blo'on
terkejut dan ingin berontak untuk menahan arus kuat itu.
Akibatnya Blo'on terpental sampai tiga langkah tetapi Hui
Gong taysu terkena tenaga-tolak dari Ji ih-sin kang sehingga ia
harus menerima akibat dari tenaga-dalam yang dilancarkan
itu. "Taysu bagaimana, apakah engkau kenal kepadaku" "
Blo'on maju menghampiri. Seolah-olah tak terjadi apa2.
"Aku tak kenal kepadamu," seru Hui Gong taysu, "engkau
bukan anggauta Seng-lian-kau."
"Memang, eh, bagaimana taysu tahu" " sahut Blo'on.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Setiap dada anggauta Seng-lian-kau tentu mempunyai
tanda cap bunga Teratai ....... "
"O, apakah taysu juga" "
"Nih, lihatlah! " tanpa sungkan2 lagi seperti sikap seorang
yang tak sadar, Hui Gong taysu lalu menyingkap dada
bajunya. Dan tampak sebuah torehan yang berlukiskan
sekuntum teratai. Sayang Blo'on tak dapat meneliti bunga itu lebih lanjut.
Sebenarnya lukisan bunga teratai itu bukan dicacah melainkan
terbuat dari bahan campuran perak putih dengan ramuan
obat. Setelah ditancapkan pada dada orang, maka orang itu
akan kehilangan daya kesadarannya. Dia seperti kosong
pikirannya, lupa segala. Yang diketahuinya dia hanya harus
menurut perintah pimpinan Seng lian kau.
Andaikata Hoa Sin atau Ceng Sian suthay atau Hong Hong
tojin yang melihat pertandaan gambar teratai itu, mereka
tentu dapat memikirkan lebih lanjut.
"Kakek Kerbau butih," tiba2 Sian Li mendapat pikiran,
"apakah dadamu juga berhias gambar bunga teratai" "
"Huh, budak perempuan, mengapa engkau hendak melihat
dadaku" Apakah engkau tak malu" "
Sian Li tersipu-sipu merah mukanya. Sebenarnya hampir
saja ia dapat memecahkan persoalan itu tetapi karena
disemprot begitu oleh kakek Kerbau Putih, dia pun malu.
Sementara itu pertempuran Hong Hong tojin lawan Ang Bin
tojin pun mencapai ketegangan.
Ang Bin tojin telah melancarkan pukulan Poh giok-ciang
atau pukulan Pembelah kumala, sebuah ilmu pukulan yang
istimewa dari partai Bu tong pay. Perbawa pukulan itu mampu
menghancurkan batu karang, seperti terbelah dengan senjata
tajam. Hong Hong tojin terkejut. Jika ia melayani dengan ilmu
pukulan Gun-goan-ciang, jelas tentu akan terjadi suatu akibat
yang tak diharapkan. Namun apabila ia lemah, jelas pula ia
akan menderita. Tetapi angin pukulan dari Ang Bin tojin cepat melanda dan
Hong Hong tojin gugup lalu mengangkat tangan. Tiba2
sebelum ia sempat mengayunkan tangannya, sesosok tubuh
telah melesat di hadapannya dan menyongsongkan kedua
tangannya untuk menahan pukulan Ang Bin tojin.
Dessss..... Orang itu mencelat ke belakang untung dapat disanggah
Hong Hong tojin, tetapi Ang Bin tojin mencelat sampai
setombak jauhnya dan jatuh terduduk ....
Yang melesat untuk menyambuti pukulan ketua Bu tongpay
itu adalah Blo'on. Dia kencangkan tangan untuk menerima
pukulan. la tak tahu bagaimana harusnya mengerahkan
tenaga. Tetapi keinginannyalah yang menggerakkan tenagasakti
Ji-ih sin-kang. Akibatnya ketua Bu-tong-pay yang
memiliki tenaga-dalam hebat dan melancarkan pukulan Pohgiok-
ciang, menderita sekali. Kali ini karena telah mengalami kegagalan yang pertama,
maka Ang Bin tojm menambahkan tenaga-dalam sebesar
tujuh bagian dalam pukulannya itu. Tetapi akibatnya makin
runyam. Dia menderita tenaga dalamnya yang terpancar oleh
daya tolak tenaga-sakti Ji ih sin-kang.
Ang Bia tojin cukup parah menderita luka. Ia mutah darah
lalu pejamkan mata. Blo'on kesima. Diam2 ia menyesal karena
telah melukai ketua Bu tong-pay itu. Ia maju menghampiri dan
meminta maaf". "Totiang ....... "
Baru dia berkata sepatah-tiba2 Ang Bin tojin meraung dan
terus melenting bangun seraya menghantam Blo'on.
Jarak mereka hanya terpisah dua tiga Iangkah dan gerakan
Ang Bin tojin itu dilakukan secara cepat dan tak terduga-duga.
Sudah tentu Blo'on sukar untuk menghindar.
Melihat itu Sian Li pun menjerit :
"Suko.....! " Jilid 45 Blo'on terkejut. Namun apa mau dikata. Jaraknya hanya
tiga langkah dan Ang Bin tojin menghantam dengan penuh
kemurkaan. Blo'on tak mampu menghindar lagi.
Melihat itu Sian Li juga menjerit. Tetapi tak sempat lagi
gadis itu hendak menolong.
Dalam detik2 berbahaya itu tiada jalan bagi Blo'on kecuali
mengangkat tangannya untuk menangkis.
Krakkkk ..... Terdengar dua buah kerat tulang saling beradu keras.
Blo'on mencelat sampai beberapa langkah. Tetapi Ang bin
tojin, ketua Bu tong pay pun terlempar sampai setombak
jauhnya. Kali ini ketua Bu tong-pay itu duduk bersila di tanah
pejamkan mata. Wajahnya pecat pasi.
"Suko, engkau tak kena apa2" " Sian Li lari menghampiri
dengan cemas. "Hanya sedikit ampek dadaku," kata BIo'on "bagaimana
dengan Ang Bin tojin" "
"Dia ....... " Sian Li berpaling ke arah ketua Bu-tong-pay,
"dia parah sekali ..."
Blo'on dan Sian Li segera menghampiri.
"Ang Bin totiang," seru Blo'on; "maafkan, tetapi totiang
sendiri yang menghantam dengan sepenuh tenaga "
Namun ketua Bu tong-pay itu diam saja. Ternyata dia telah
mengerahkan sisa tenaganya untuk menghantam Blo'on.
Tetapi akibatnya, dia makin menderita sekali. Tenagadalamnya
telah menderita luka parah.
"Kim kongcu," tiba2 Hong Hong tojin menghampiri dan seolah2
memeriksa keadaan Ang Bin, tahulah dia kalau ketua
Bu-tong-pay itu gawat sekali keadaannya. Ibarat pelita yang
kehabisan minyak, "Ang Bin toheng menderita luka parah.
Apabila tak mendapat obat yang mujarab, mungkin dia .....
akan menjadi cacat. Sekurang2nya dia harus beristirahat
sampai tiga empat bulan baru dapat sembuh.
"Suko," tiba2 Sian Li berseru, "aku masih mempunyai
simpanan Cian-lian-hay-te-som. Baik lah kuberi lima butir."
Gadis itu, terus mengeluarkan lima biji Hay te som lalu
diberikan kepada Hong Hong lojin.
Hong Hong tojin menyambut! tetapi dia agak ragu2.
"Mengapa totiang tak lekas memberikan kepadanya" "
tanya Sian Li. "Jelas bahwa Ang Bin toheng dan Hui Gong siansu itu telah
menderita kehilangan kesadaran pikirannya. Dia telah diperalat
oleh orang Seng-lian-kau. Aku kuatir, Ang Bin toheng akan
menolak pemberian obat ini. "
"Ya, benar, totiang." kata Blo'on, "jika begitu lebih baik kita
paksa saja." "Aku mempunyai daya, " akhirnya Hong Hong tojin berkata
lalu menghampiri ketua Bu-tong-pay itu. Tiba2 ia menutuk
dada ketua Bu-tong-pay itu. Bluk .... Ang Bin rojin serentak
rubuh. "Benar, totiang, " seru Sian Li, " hanya dengan jalan ditutuk
jalan darah supaya dia tak dapat berkutik, barulah kita dapat
memberi obat kepadanya."
"Lebih baik buka saja bajunya," kata Hong liong pula
kepada Blo'on. Blo'on pun terus melakukan perintah itu.
Hong Hong tojin terus membuka mulut ketua Bui-tong-pay
itu lalu memasukkan kelima butir Hay-te-som ke dalam
mulutnya. Blo'on memegang kedua lengan Ang Bin menjaga supaya
tokoh itu tidak meronta. Tetapi ternyata ketua Bu-tong-pay itu
lemas tenaganya. "Hai, dada Ang Bin tojin ini juga ada lukisan bunga teratai
putih, " seru Blo'on seraja menunjuk dada Ang Bin.
"Hai, apa yang dikatakan Hui Gong taysu memang benar,"
kata Hong Hong tojin, "semua tokoh penting dari Seng-liankau,
dadanya tentu berhias cacahan bunga teratai putih. "
Hong Hongpun memeriksanya. Dia dapatkan lukisan itu
melekat pada dada, berwarna putih perak.
"Hm, tentu inilah yang menyebabkan Ang Bin toheng
kehilangan kesadaran pikirannya," kata Hong Hong. Ia
membau lukisan itu, kemudian menjilatnya.
"Ya, tak salah lagi, " serunya, "lukisan teratai putih itu tentu
dibuat dengan ramuan racun. Apabila kita dapat
menghilangkannya, tentulah Ang Bin toheng akan pulih lagi
kesadaran pikirannya!"
Bio'on terus mengeluarkan pedang.
" Eh, mau apa suko" " seru Sian Li.
"Akan kukorek lukisan teratai itu supaya hilang."
"Jangan," cegah Hong Hong, "jika salah urus, kemungkinan
malah akan membahayakan jiwanya."
Ia coba memeriksa lagi lukisan itu dengan teliti.
Dalam pada itu Hui Gong taysupun segera maju. Kuatir
kalau paderi Siau-lim itu akan mengganggu pekerjaan Hong
Hong tojin. Ceng Sian suthaypun segera maju menghadang.
Rupanya dalam kesadaran pikirannya yang hilang, ketua
Siau-lim itu masih dapat meluap ke marahannya. Ia jengkel
melihat rahib itu selalu merintanginya.
Hui Gong segera menyerangnya dengan ilmu pukulan
Hung-liang-sip-pat ciang atau Delapan belas-tamparanmenundukkan-
naga. Sebuah ilmu pukulan simpanan dari
vihara Siau-lim. Ilmu Hang-liong-siap-pat-ciang itu memang jarang
digunakan karena dari paderi Siau-lim angkatan Hui, hanya
Hui Gong siansu seorang yang menguasainya. Dia memang
seorang murid yang cerdas dan saleh.
Ceng Sian suthay terkejut. Dengan sekuat tenaga ia
melayaninya namun hanya dapat bertahan tanpa dapat
membalas. Itupun dengan susah payah.
"Suthay, silahkan beristirahat," seru pengemis-sakti Hoa Sin
seraya maju. Ceng Sian suthay tahu akan watak ketua Kay Pang. Dia
jujur dan baik hati. Hanya suka melucu dan berolok-olok.
Karena yang meminta ketua Kaypang itu Ceng Sian pun tak
marah. Ia segera loncat mundur.
"Hola, Hui Gong siansu, kiranya siansu sudah lupa benar2
pada kawan2 lama. Aku si pengemis tua Hoa Sin," serunya.
"Huh," ketua Siau-lim hanya mendesuh terus menyerang.
Hoa Sin ketua Kay-pang mempunyai bermacam-macam
ilmusiiat yang aneh. Sesuai dengan wataknya yang aneh, Hoa
Sin disamping memiliki ilmusilat dari partainya, juga gemar
mempelajari berbagai ilmusilat dari beberapa aliran. Dan
gemar pula ia menciptakan ilmu silat baru. Joh-hong-ciang
atau pukulan berlawanan arah, juga diciptakan selama dalam
perjalanan. Hoa Sin pun segera mengeluarkan ilmu silat ciptaannya itu.
Memang pada babak permulaan dapat mengimbangi
permainan lawan. Tetapi setelah Hang-liong-sip-pat-ciang
mencapai jurus yang ke lima-belas, ketua Kaypang itu
kelabakan setengah mati. Dam2 ia harus mengakui bahwa ketua Siau lim itu memang
hebat sekali tenaga dalamnya. Joh-hong-ciang mau disambar
angin pukulan Hang-liong-sip-pat-ciang yang perbawanya
laksana halilintar menyambar.
Melihat itu kakek Lo Kun menghampiri kakek Kerbau Putih
dan membisikinya. Kedua kakek itu terus mengitari ke
belakang Hui Gong taysu. Tanpa berkata apa2, keduanya
terus loncat menubruk ketua Siau-lim itu. Lo Kun merangkul
kedua kaki Hui Gong dan kakek Kerbau Putih menyekap
pinggang orang. Hui Gong terkejut. Ia hampir rubuh. Cepat ia ayunkan
tangannya untuk menghantam kakek Kerbau Putih. Tetapi
saat itu dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, Hoa Sin
sudah loncat dan menutuk dada paderi itu.
"Ah....." Hoa Sin menghela napas longgar dan mempesut
keringat pada dahinya. Ia sudah kewalahan menghadapi
paderi Siau-lim itu. "Bawa kemari!" teriak Blo'on.
"Kenapa" " seru Lo Kun yang masih mati-matian mendekap
kedua kaki Hui Gong. "Hui Gong taysu sudah terkena tutukanku, dia tentu tak
dapat bergerak lagi. Harap paman Lo suka menggotong ke
tempat Kim kongcu," kata Hoa Sin.
"Mau engkau apakan" " tanya Lo Kun ketika menggotong
Hui Gong ke tempat Blo'on.
"Lihat, kakek Lo," seru Blo'on, "mustika batu Naga merah
yang engkau berikan itu ternyata memiliki hasiat yang hebat
sekali. Lihatlah, lukisan teratai perak pada dada Ang Bin tojin
ini!" Kakek Lo Kun melongok. "Hai, mengapa lukisan itu dapat tersedot rontok" "
teriaknya. "Memang hebat sekali batu pemberian kakek itu," seru
Blo'on. "setelah lukisan di dada Ang Bin tojin habis, nanti kita
kerjakan lukisan di dada Hui Gong taysu."
Selagi rombongan Blo'on masih sibuk menolong Ang Bin
tojin, tiba2 dari dalam vihara Seng-lian-si, muncul beberapa
orang. Mareka mengenakan jubah putih, pada bagian dada
berlukis teratai kuning. Jumlah mereka tak kurang dari duapuluh orang dan ketika
melihat kakek Kerbau Putih, Hui Gong taysu dan Ang Bin tojin
berada pada rombongan Blo'on segera mereka hendak
menerjang. Melihat itu Ceng Sian suthay dan Hoa Sin segera
menghadang. "Berhenti! hardik ketua Kay-pang, mau apa kalian ini" "
"Kami anakbuah Hong-lian-tong," sahut salah seorang,
"ketiga orang itu adalah tukang sapu dan paderi Ti-khek ceng
Seng-lian-si. Kenapa mereka" "
"Mereka adalah kawan kami. Hui Gong taysu ketua Siaulim-
si, Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay dan kakek Kerbau
Putih adalah kawan kami." seru Hoa Sin.
"Hm, berani benar engkau mengaku-aku! Lepaskan
mereka!" Seorang pula segera menghampiri orang yang bicara itu
dan berkata bisik. "Hm, jelas mereka telah menderita luka, tentu kamu yang
mencelakai!" seru orang itu pula.
"Benar," seru kakek Lo Kun dan kakek Kerbau putih seraya
maju, "memang kawanku ini bermula tak ingat siapa aku. Dia
malah mengamuk, dan menyerang. Tetapi sekarang dia sudah
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jinak dan ingat kembali pada kawan2 lama."
"Ta-soh ceng, mengapa engkau tak lekas ke mari!" seru
orang itu. "Hah" Siapa ta-soh-ceng itu" " sahut Lo Kun.
"Ta-soh-ceng adalah paderi tukang sapu, dia!" orang itu
menunjuk kakek Kerbau Pulih.
"Benarkah" " kakek Lo Kun berpaling kepada kakek Kerbau
Putih. "Siapa bilang aku tukang sapu!" teriak Kerbau Putih."
"Hai, ta-soh-ceng, mengapa engkau lupa kewajibanmu dan
enak2 campur dengan orang2 ini" "
"Aku bukan tukang sapu!" teriak kakek Kerbau Putih.
"Tangkap ta-soh-ceng itu!" orang berjubah putih teratai
kuning itu segera berteriak memberi perintah.
Dua orang jubah putih teratai kuning segera maju hendak
meringkus kakek Kerbau Putih tetapi dihadang Hoa Sin dan
Ceng Sian. "Eh, mengapa kamu merintangi" " seru kedua paderi jubah
putih itu, "Dia adalah kakek Kerbau Putih teman kami, bukan
paderi tukang sapu." seru Hoa Sin.
"Hm, jelas dia adalah ta soh-ceng dari vihara Seng lian si
ini. Aku hendak nenangkap orangku sendiri, mengapa kalian
turut campur!" "Tidak!" kata Hoa Sin, "dia adalah kawan kami. Memang dia
telah di tangkap orang Seng-han-kau dan di jadikan tukang
sapu, tetapi sekarang dia sudah bebas"
"Hm, rupanya engkau memang hendak cari gara2 di sini,"
kata paderi jubah putih lalu ayunkan tangannya menghantam.
Krakkkk ..... Hoa Sin menangkis. Ia terkejut. Walanpun ia berhasil dapat
membuat orang itu tersurut mundur dua langkah tetapi ia
rasakan lengannya juga tergetar.
Yang seorang hendak memukul tetapi segera di sambut
Ceng Sian suthay. Juga Ceng Sian menderita perasaan seperti
Hoa Sin. Kedua orang berjubah putih dengan lukisan bunga teratai
itupun terkesiap juga. Namun mereka tak menghiraukan suatu
apa dan terus menyerang lagi.
Hoa Sin memperhitungkan, rombongan orang jubah putih
teratai kuning itu berjumlah duapuluh. Jika kepandaian
mereka rata2 seperti yang dua orang itu, tentu sukar untuk
mengatasi mereka. Maka dia harus cepat2 dapat
mengalahkannya. Hoa Sin segera gunakan ilmu meringankan tubuh. Juga
dalam hal ini, dia telah menciptakan ilmu loncatan tersendiri
yang dinamakan Tong-long jong-thian atau Belalang-loncat-ke
udara. Gerakan ketua Kay-pang yang aneh itu membuat lawan
bingung dan beberapa saat kemudian, dapatlah Hoa Sin
mengatasi kedua lawannya.
"Berhenti!" tiba2 terdengar seorang lelaki tua berjubah
putih dengan lukisan bunga teratai kuning, muncul dari dalam
ruangan. Rombongan orang berjubah putih dengan teratai kuning itu
segera menyiak membuka jalan seraya memberi hormat.
"Hormat kepada Hong-lian-tong-cu!"
Lelaki itu bermata satu, umurnya setengah baya, membawa
sebatang tongkat tangkainya berbentuk kepala naga.
Melihat kedua orang jubah putih terkapar di lantai, Honglian-
tong-cu atau kepala dari Paseban-teratai-kuning yang
bermata satu itu berkilat-kilat memancarkan kemarahan.
" Kenapa mereka" " serunya dengan suara bengis.
Salah seorang jubah putih teratai kuning segera maju
memberi laporan. "Hm, jelas mereka hendak cari gara2! " kata lelaki mata
satu. "Tok gan hui-liong! " seru Hoa Sin ketika melihat lelaki
bermata satu. Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin pun cepat dapat
mengenali orang itu sebagai Tok-gan hui-liong atau si NagaTiraikasih
website http://kangzusi.com.
terbang mata-satu dari Tibet yang dulu pernah datang
menghadiri upacara sembahyangan jenazah Kim Thian ceng.
Tetapi Tok gan hui-liong tak menyahut, melainkan
membentak: " Hai, siapa kalian yang berani bertindak
berandalan di vihara Seng-lian-si sini!
Dalam pada itu, Blo'on telah menyelesaikan pertolongannya
kepada Ang Bin tojin. Lukisan teratai perak pada dada ketua
Bu-tong-pay itu sudah bersih dan kini imam itu sedang
pejamkan mata menyalurkan pernapasan untuk
mengembalikan tenaganya. "Sumoay, siapakah si Mata-satu itu" " tanya BIo'on kepada
Sian Ii. "Dia adalah si Naga-terbang-mata-satu dari Tibet yang dulu
telah mengacau dalam upacara sembahyang peti jenasah
suhu." "O " kata Blo'on, "bagaimana cara dia melakukan
pengacauan. ''Dia meyulut dupa, ketika sembahyang, dia manaburkan
dupa itu ke arah peti mati dengan pukulan Biat gong ciang."
"Hm," desuh Blo'on. "berikanlah pertolongan pada Hui Gong
siansu dengan batu kumala merah ini. Aku hendak membuat
perhitungan dengan si Mata-satu itu dulu."
Blo'on menyerahkan mustika kumala merah lalu
menghampiri kehadapan si Mata-satu.
"Kim kongcu, mengapa engkau" " Hoa Sin terkejut.
"Berikan si mata satu ini kepadaku. Aku hendak
menyelesaikan perhitungan dengan dia."
Dan sebelum Hoa Sin sempat berkata lagi, Blo'on pun
sudah berseru kepada lelaki bermata satu itu :
"Hai, Naga-terbang-mata-satu, kenapa engkau hendak
terusakkan peti jenasah ayahku dulu" "
"Hm, siapa engkau, setan gundul!" bentak Tok-gan-huiliong.
"Aku putera Kim Thian Cong. Lekas jawab, mengapa
engkau hendak mengganggu ayahku yang sudah meninggal! "
"Setan gundul, engkau berani bertingkah liar di sini! " seru
Tok-gan-hui-liong seraya menghantam.
Aneh. Kali ini Blo'on tidak menirukan saja gerakan orang.
Entah bagaimana dia mempunyai! pikiran untuk menangkap
orang itu dan mengadilinya.
Begitu orang memukul, dia terus enjot kakinya. Mudahmudahan
bisa terbang ke udara, pikirnya.
"Eh....." ia terkejut dan girang ketika tubuhnya benar2
dapat melambung ke udara sampai dua tombak tingginya. Ia
terkejut lalu meronta dan meluncur turun. Wut .... secepat
anakpanah meluncur, tahu2 dia sudah berada di belakang
lelaki bermata-satu itu. Tok-gan hui-liong cepat berputar tubuh dan wut .... ia
menghantam lagi sekuat-kuatnya. Kali ini dia lancarkan
pukulan Biat-gong-ciang yang paling menjadi andalannya.
Blo'on terkejut dan loncat ke atas lagi. la meluncur dua
tombak dan tahu2 sudah tiba di belakang lawan.
Demikian berulang sampai tiga empat kali selalu pukulan
Tok-gan-hui-liong itu tak dapat mengenai sasaran.
"Baiklah aku berputar-putar supaya pandang matanya
kabur, setelah itu baru kuhantamnya," pikir Blo'on.
Ia terus lari berputar-putar mengelilingi si Mata-satu. Dan
terkejutlah sekalian tokoh yang menyaksikan gerakan Blo'on.
Hampir mereka tak percaya apa yang disaksikan. Saat itu
Blo'on tidak tampak lagi orangnya melainkan hanya sesosok
bayangan putih yang makin lama makin seperti segulung
asap. "Hebat benar gin-kang dari Kim kongcu itu," bisik Hoa Sin.
"Gila, Blo'on jadi bayangan setan, " teriak kakek Lo Kun,
"dari mana dia belajar ilmu macam itu" "
Naga-terbang-mata-satu terkejut dan bingung, la berusaha
untuk menghantam tetapi tak pernah kena. Dan selang
beberapa saat kemudian, tiba2 ia jatuh terduduk, pejamkan
mata. "Hm, dia kehabisan napas," seru Lo Kun.
Blo'on berhenti, la menghampiri ke muka orang itu, serunya
: "Hai, mata satu, mengapa dulu engkau hendak
menghancurkan jenazah ayahku" " tegurnya.
Teiapi si Mata-satu diam saja.
"Hai, mata satu, apa engkau tuli" " teriak Blo'on,
"jawablah, kalau memang beralasan, dapat kuberi ampun.
Tetapi kalau alasanmu tidak baik, engkau tentu kuhajar."
Namun mata satu itu tetap diam.
"Blo'on, dia matanya tinggal satu, tentu tidak dapat
mendengar omonganmu!'* seru kakek Lo Kun.
Hoa Sin, Ceng Sian dan beberapa orang tertawa geli.
Masakan mata tinggal satu terus bisa tuli.
Blo'on maju mendekat. Ia memegang bahu Mata-satu.
Rupanya Naga-terbang-mata-satu masih terang ingatannya.
Dia hanya lunglai karena kehabisan tenaga. Tahu bahwa bahu
dipegang orang ia terkejut. Jika orang itu menggunakan
tenaga untuk meremas, tentulah tulang bahunya akan remuk
dan dengan demikian ilmu kepandaiannya akan lenyap kerena
tenaganya merana. Sebenarnya baru dua bagian saja tenaga dalamnya yang
sudah kembali. Tetapi karena kuatir akan dicelakai, dia terus
kerahkan segenap sisa tenaga-dalamnya kearah bahunya
untuk menolak tangan orang.
Blo'on terkejut dan saat itu juga tenaga sakti Ji-ih-sin-kang
pun terpancar dari tangannya. Naga-terbang-mata-satu
menjerit dan terus terjungkal rubuh. Dia pingsan.
"Celaka dia mati!" teriak Blo'on.
Hoa Sin menghampiri dan memeriksa pergelangan tangan
orang. Ia mengatakan denyutnya masih ada, orang itu hanya
pingsan. Pada saat itu Sian Lipun sudah selesai mengobati Hui Gong
taysu. Ketua vihara Siau lim itu masih duduk bersemedhi. Hoa
Sin memang sengaja tak mau membuka jalandarah Hui Gong
yang ditutuknya tadi. Biar taysu itu dapat menjalankan darah
untuk mengerahkan tenaga-dalamnya. Dengan demikian tentu
akan makan waktu sehingga Cian lian-hay-te-som dapat
mengembangkan khasiatnya.
"Sumoay, pinjamkanlah kumala merah itu kepadaku untuk
mengobati orang ini," seru Blo'on. Sian Lipun
menyerahkannya. Juga pada dada Tok-gan-hui-liong terdapat lukisan teratai
perak. Setelah dilekati dengan kumala merah itu, dapatlah
lukisan teratai perak berguguran lenyap.
Blo'on terkejut ketika melihat pandang mata Tok-gan-huiliong
redup, tidak berkilat-kilat seperti tadi.
Hoa Sin tertawa. "Kim kongcu," katanya, "apakah kongcu tetap hendak
menghukumnya" "
"Soal itu tergantung dari jawabannya, " jawab Blo'on.
"Tetapi dia sudah menerima hukuman dari kongcu," seru
Hoa Sin pula. "Aku tak merasa menghukumnya! "
"Orang Tibet ini, sudah menjadi orang biasa. Tenaganya
sudah hancur sehingga dia tak dapat bermain silat lagi. Dia
menjadi manusia cacad."
"Hai! Bagaimana begitu" " teriak Blo'on.
"Ketika kongcu mencekal bahunya, dia meronta sekuat2nya.
Hal itu berarti dia bunuh diri sendiri. Tenaga yang di
pancarkannya telah tertolak oleh tenaga-sakti kongcu.
Akibatnya tulang bahunya telah remuk dan dia akan cacad
seumur hidup, menjadi seorang biasa."
"Tetapi biarlah dia pulih kesadaran pikirannya dulu. Blo'on
tetap melanjutkan pengobatannya untuk menyedot lukisan
teratai perak dengan mustika Naga kumala merah.
Rupanya karena tongcu mereka telah kalah, kawanan orang
berjubah putih dengan gambar teratai kuning itu jeri. Mereka
tak berani bergerak. Tiba2 dari dalam ruang vihara muncul seorang berjubah
merah dengan gambar teratai warna kuning. Memakai topi
berbentuk bunga teratai merah dan membawa sekeping
marmar. "Amanat cong-thancu Seng-lian-kau," serunya seraya
mengacungkan marmar putih itu.
Kawanan orang yang berjubah putih dengan gambar bunga
teratai kuning tadi seraya membungkuk tubuh, memberi
hormat. "Dengarkan amanat Hek cong-thancu," seru orang itu pula,
"bahwa rombongan tetamu yang datang supaya segera
dibawa ke paseban agung."
Rombongan jubah putih itu memberi hormat dan
menyambut: "Baik, kami akan melakukan perintah congthancu."
Orang berjubah merah itupun segera masuk lagi. Kemudian
salah seorang dari rombongan jubah putih bergambar teratai
kuning itu, maju ke hadapan Hoa Sin.
"Atas perintah Hek cong-thancu, kalian di persilahkan
masuk." Hoa Sin berunding dengan Blo'on. Blo'on menghendaki
supaya rombongan orang jubah putih gambar teratai kuning
itu masuk lebih dulu. "Kita harus menunggu Hui Gong taysu, Ang Bin totiang dan
si mata-satu ini sembuh, baru akan masuk," kata Blo"on.
"Terima kasih atas sambutan anda sekalian," seru Hoa Sin
kepada rombongan jubah putih itu, "tetapi kami hendak
menolong orang dulu. Silahkan anda masuk lebih dulu."
"Cong-thancu sudah mengeluarkan titah. Kalian harus
sekarang juga masuk," seru orang itu.
"Eh. apakah kalian hendak memaksa" " tegur kakek Lo Kun.
"Cong-thancu telah bermurah hati untuk mengundang
kalian. Jangan kalian banyak tingkah!"
"Telah kukatakan. Rombongan masih perlu menolong
orang. Sebentar tentu akan menyusul."
Tanpa banyak kata, dua orang jubah putih itu segera
menghampiri kakek Lo Kun hendak menyeretnya. Melihat itu
kakek Kerbau Putih pun marah. Dihantamnya orang berjubah
putih itu. Dan kakek Lo Kun juga marah, la berontak lalu
menyerang. Dua orang jubah putih itu terpelanting ke belakang. Kakek
Lo Kun dan kakek Kerbau Putih tak peduli. Sudah terlanjur
mengamuk, pikir mereka, lebih baik menghajar kawanan jubah
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
putih ini sekali. Empat belas lelaki berjubah putih bergambar teratai kuning,
segera menyerang Lo Kun dan Kerbau Putih. pertempuran
kembali berkobar seru. "Hoa pangcu, tolong obati si mata satu ini,'! seru Blo'on,
"aku hendak membantu kedua kakek itu. "
Hoa Sin segera menyambuti mustika kumala merah dan
mulai menolong si mata satu. Sementara Blo'on mendongkol
kepada kawanan jubah putih itu.
Tanpa menggunakan jurus silat, ia terus maju dan
mengamuk. Duk, duk, duk .... terdengar tinjunya
menghantam, disusul dengan beberapa sosok tubuh yang
rubuh. Memang Blo'on juga menderita terkena pukulan lawan.
Tetapi celakanya, si pemukul itu malah terpelanting sendiri.
Dalam beberapa waktu saja keempat belas orang jubah
putih bergambar teratai kuning itu sudah kalang kabut. Ada
yang rubuh, ada yang mengerang-erang kesakitan, ada yang
pingsan dan ada yang melarikan diri.
Sababis menyelesaikan mereka, Blo'on kembali
menghampiri si mata satu. Saat itu si mata satu sudah sadar
pikirannya. "Mengapa dulu engkau hendak menghancurkan peti
jenasah ayahku" " tegur Blo'on.
Tok-gan-hui-liong menerangkan bahwa ia hendak
membalas sakit hati atas tindakan Kim Thian-cong
menghancurkan sebelah matanya.
"Mengapa ayahku sampai menghajar engkau" "
"Pada masa itu aku memang menuntut penghidupan yang
tak baik. Aku malang melintang di daerah Tibet sebagai
begal." "Hai, apakah sekarang engkau sudah sadar" "
"Ya," "Jika demikian, silahkan pergi."
"Apa engkau tak membunuh aku" "
"Engkau sudah mendapat hukuman yang sesuai. Sekarang
ilmu kepandaian dan tenagamu sudah punah. Tak mungkin
lagi engkau berbuat jahat."
"Hm ?" "Apakah engkau masih kurang puas dan hendak menuntut
balas kepadaku kelak" "
"Engkau sudah memberi ampun jiwaku, bagaimana aku
hendak membalas dendam kepadamu. Ketahuilah kami orang
Tibet juga rakyat yang tahu budi dan kenal kebenaran."
"Bagus." seru Blo'on, "maafkanlah aku karena telah
mencelakai dirimu." Demikian Tok-gan hui-liong tokoh hitam dari Tibet yang
pernah merajai daerah Tibet selama belasan tahun, saat itu
berjalan pelahan-lahan turun dari gunung Hong-san.
Dia tahu bahwa dirinya sekarang sudah menjadi orang
biasa. Tetapi dia tetap gembira karena telah terlepas dari budi
dan dendam yang sudah membayanginya selama ini.
Kemudian rombongan Blo'on segera masuk kedalam vihara
Seng Iian si. Dalam pada itu rombongan kedua yang terdiri dari Tay
swat-san sam-hiong yakni si brewok Kian yang bergelar Swat
kim-kong atau Malaekat salju, si tinggi Liong Kim Tong
bergelar Swat-leng coa atau Ular salju-sakti, si mata-satu Pa
Kiu bergelar Swat-gau-liong atau Naga-mata-salju, segera
memasuki markas Seng-lian dari samping kanan gunung.
Tetapi mereka segera dihadang oleh kawanan imam
berjubah putih dengan gambar teratai warna kelabu.
Ketiga tokoh dari gunung Tay swat-san segera dikepung.
"Hai, siapakah kalian yang berani menyelundup ke daerah
Seng-ling-kau" " bentak salah seorang imam.
Karena sudah kepergok, ketiga jago dari Tay-swat san-samhiong,
memang hendak mengunjungi pangkalan Seng-liankau.
'"Kalau memang bermaksud baik, mengapa tidak ambil
jalan dari muka!" tegur imam teratai kelabu itu.
"Kami telah kesasar jalan. Maaf, karena belum kenal akan
keadaan gunung ini. Terutama tak tahu kalau gunung ini telah
menjadi pangkalan Seng-liau-kau."
"Apakah kalian tak menerima undangan untuk menghadiri
upacata peresmian berdirinya Seng-lian kau" "
"Yang kami terima adalah undangan dari Thian su-kau.
Tetapi waktu itu kami sedang keluar. Ketika kembali baru kami
mengetahui undangan itu. Tetapi mengapa sekarang tempat
ini menjadi pangkalan Seng-Iiau-kau l" tanya Bo Kian.
"Heh, memang sebelumnya di gunung ini telah berdiri
sebuah perkumpulan baru yakni Thian-su-kau tetapi kemudian
oleh ketua kami yang baru. diganti dengan nama Seng-liankau."
"Siapatah nama ketua Seng lian kau" "
"Kim Thian-cong tancu."
"Kim Thian Cong" " Bo Kiam mengulang keras, "bukankah
tokoh ini sudah menutup mata di gunung Lo-hu-san" "
"Siapa bilang kalau sudah mati!" bentak imam berlukis
teratai kelabu. "Lalu bagaimana kalian akan memperlakukan kami" " seru
Bo Kian, "Serahkan dirimu agar kami ikat dan bawa
menghadap kaucu." "Mengapa" "
"Kalian telah melanggar peraturan Seng-lian-kau, berani
masuk di tempat ini. Setiap tetamu harus masuk dari pintu
besar vihara disebelah muka."
"Telah kukatakan bahwa aku telah kesalahan jalan. Apakah
engkau tak percaya" "
"Soal itu boleh engkau katakan di hadapan kaucu kami.
Kami anggauta Hwe lian tong bertugas meronda di daerah ini.
Setiap orang yang berani masuk kemari, harus ditangkap!"
"Jika aku menolak" "
"Terpaksa harus kita hajar!"
"Wah, enak saja engkau omong," Bo Kian tertawa
mengejek. "Memang kalau belum merasakan kelihaian dari anakbuah
Hwa lian-tong, engkau tentu masih bermulut besar," seru
orang itu kemudian berseru kepada kawan-kawannya.
"Siapkan Lian-hoa tin!"
Serempak kawanan imam yang berjumlah dua puluh orang
itu berpencaran membentuk diri dalam sebuah barisan yang
disebut Lian-hoa-tin atau barisan Bunga-teratai. Ketiga tokoh
dari Tay-swat san itu dikepung.
"Kita serang bersama," bisik Bo Kian dengan menggunakan
ilmu Menyusup-suara. Serempak ketiga tokoh itu bergerak menerjang tiga
jurusan. Barisan Lian-hoa-tin merentang mundur. Pada saat ketiga
tokoh Tay-swat-san itu mendesak merekapun sagera
menghantam sehingga Bo Kian bertiga mundur.
Tampaknya memang tiada suatu keistimewaan pada
barisan Lian-hoa-tin itu, kecuali hanya bentuknya yang
menyerupai sekuntum bunga teratai. Tetapi ternyata ketiga
tokoh Tay-swat-san itu sukar untuk menerobos. Setiap kali
mereka mendesak maju, mereka seperti terbentur dengan
pagar tenaga yang hebat. Dan yang lebih aneh, napas mereka
makin sesak. "Mugkin mereka menggunakan asap beracun" pikir Bo Kian.
Tetapi dia tak melihat barang segumpal asap maupun bubuk
apapun yang sekiranya dapat menebarkan hawa racun.
"Mereka menggunakan ilmu setan," Bo Kian menggunakan
ilmu Menyusup suara pula untuk mamberitahu kepada kedua
rekannya. "Sebelum mereka sampat menghancurkan kita, kita harus
menghancurkan mereka," sahut Liong Kim Tong si Ular-saljusaktl.
Bo Kian segera mencabut senjatanya, sepasang gembolan
berbentuk orang. Liong Kim Tong melolos jwan-pian atau
ruyung berbentuk ular dan Pai Kim dengan senjatanya
pedang. Ketiga tokoh itu dengan bersuit nyaring lalu
menyerang. Hebat sekali memang kesaktian dari ketiga tokoh Tay-swat
san itu. Barisan Lian-hoa-tin kacau balau. Dalam beberapa
Jodoh Rajawali 30 Amanat Marga Karya Khu Lung Rahasia Istana Terlarang 6
persilatan memberi mereka gelar salju," menerangkan Hoa
Sin. Kemudian Hoa Sin cepat mengalihkan pembicaraaan
kepada ketiga orang itu: "Sam-wi, apakah tujuan sam-wi
datang ke gunung Hong-san ini" "
"Kami dengar bahwa di gunung Hong-san telah timbul
sebuah perkumpulan agama baru yang disebut Seng lian-kau.
Mereka kabarnya mengumpulkan anggauta dengan cara
paksa. Itulah sebabnya maka kami hendak bertemu mereka."
" Jika demikian," kata Hoa Sin, "kita ini orang sendiri.
Rombongan kami juga demikian. Bahkan kami hendak
mininjau bagaimana nasib dari kawan kami ketiga ketua partai
persilatan yang telah pergi ke gunung ini dan sampai sekarang
tiada beritanya." "O. siapakah mereka" " tanya si muka brewok Bo Kian.
"Hui Gong taysu ketua Siau-lim-pay, Ang Bin tojin ketua Bu
tong-pay dan Sugong In ketua Kong-tong-pay," Hoa Sin lalu
menceritakan tentang peristiwa yang dialami mereka selama
ini. Mereka terpaksa harus memecah diri untuk memenuhi
undangan dari Thian tong-kau di gunung Thay-san dan Senglian-
kau di gunung Hong-san. Ketua dari kedua partai baru itu
sama menggunakan nama Kim Thian Cong."
"O, Kim Thian Cong yang diangkat oleh kaum persilatan
sebagai Bu-lim-pang-cu itu" " seru Bo Kian.
"Ya," kata Hoa Sin, kemudian menunjuk pada Blo'on, "dan
Kim kongcu ini adalah putera dari mendiang Kim tayhiap."
"O." seru si muka brewok, "aku pernah bertemu muka
dengan ayahmu, Kim kongcu. Dia memang seorang pendekar
yang hebat ....." ia berhenti sebentar sambil memandang
wajah Blo"on dengan pandang meragu.
Rupanya Hoa Sin tahu apa yang dikandung dalam hati Bo
Kian. Tentulah tokoh2 dari Tay-swit san itu heran mengapa
putera Kim Thian Cong yang begitu termasyhur, seperti
seorang pemuda yang Blo'on.
"Sekarang hendak kemanakan sam-wi ini" " Hoa Sin
lanjutkan pembicaraannya.
"Naik ke gunung Hong-san," kata mereka.
"Tunggu dulu," kata Blo'on, "urusan di rumah makan ini
belum beres, harus dibereskan dulu. Aku hendak cari tahu
siapakah pembunuh yang telah menghabisi jiwa keempat
orang itu." "Kongcu," kata Hou Sin, "mereka telah terkena jarum
rahasia yang amat beracun ....."
"O. apakah dari pemuda yang membawa kipas tadi" *
"Bukan." kata Hoa Sin," jarum yang mencabut nyawa
keempat orang itu lebih halus dan lebih lembut, terbuat dari
emas. Sedang jarum yang dilepaskan pemuda berkipas tadi,
jarum perak." "Lalu siapakah pembunuhnya" " tanya Blo'on.
"Jangan2.....," kata Swat-gan-liong Liong Kim Tong yang
bermata satu, Tetapi ia tak lanjut kan perkataannya.
"Siapakah pembunuhnya kalau menurut dugaan Liong
beng." Hoa Sin. "Mungkin salah seorang dari kedua rombongan wanita tadi.
Entah si nenek bertongkat bambu kuning, entah wanita
dengan kedua nona cantik itu," kata Liong Kim Tong.
Hoa Sin merenung, " Kedua rombongan tetamu wanita itu
memang aneh gerak geriknya. Terutama si nona cantik yang
diiring nenek bertongkat bambu kuning itu. Selama masuk
dalam rumah makan ini, tak pernah mengucap sepatah pun
juga," kata Hoa Sm. "Jika begitu, kita kejar mereka," seru Lo Kun, "sayang kalau
nona2 cantik itu sampai hilang."
Tiada seorang yang menggubris ocehan kakek itu. Mereka
segera ke luar dari rumah makan itu.
Tiba2 Sian Li berhenti: "Tunggu dulu ......" Sian Li lari
kembali ke dalam rumah makan. Ia mencari ciangkui: " Hai,
ciangkui, ke marilah."
Ciangkui atau pemilik rumah makan heran. Tetapi karena
yang memanggilnya seorang nona, ia pun segera
menghampiri. "Ciangkui, awaslah aku hendak menyerangmu," tiba2 gadis
itu terus maju menyerang ciangkui.
" Eh, apa-apaan nona ini" " seru ciangkui si raya loncat ke
samping. Tetapi gerakan itu dapat menghindari serangan Sian
Li. Diam2 terkejut Sian Li karena serangannya luput. Pada hal
ia menyerang dengan jurus yang istimewa dan gunakan
kelincahan gerak yang hebat. Dugaannya makin keras.
Diserangnya pula ciangkui itu dengan jurus Ya-ma-hua-cong
atau Kuda-liar-menebar-bulusuri.
Tetapi ciangkui itu dapat menghindar pula dengan cara
yang mengejutkan. "Hoa cianpwe, " tiba2 Sian Li berteriak: "Dialah pembunuh
dari keempat orang tadi! "
Hoa Sin dan rombongannya terkejut.
"Bagaimana engkau dapat mengatakan begitu nona Liok" "
tegur Hoa Sin. "Dalam rumah makan ini tiada seorang pun yang tahu siapa
pembunuhnya. Kedua rombongan tetamu wanita itu dan
ketiga Tay-swat-sam-hiong tentu sedang menumpahkan
perhatian pada usaha kita mengejar sasterawan berkipas tadi.
Pada kesempatan itulah mereka telah melepaskan jarum maut
kepada keempat orang itu."
"Kurang meyakinkan nona, " kata Hoa Sin.
"Keempat orang yang menjadi korban itu tentulah tokoh2
yang berilmu, tak mungkin mereka dapat menderita kematian
begitu mengenaskan, apabila mereka tahu ada tetamu yang
hendak membunuh mereka. Adalah karena tak menyangka
sama sekali terhadap ciangkui dan jongos2 di sini, barulah
keempat orang itu dapat terbunuh."
" Agak jelas, " kata Hoa Sin, "bukti yang lain" "
"Lihatlah betapa tangkas ciangkui tadi menghindari
seranganku. Hal itu membuktikan bahwa dia tentu seorang
jago silat yang ulung."
"Tidak," teriak ciangkui, "aku tak tahu menahu soal
kematian mereka. Aku sibuk memberi perintah kepada jongos
untuk mempersiapkan pesan2 tetamu. Bagaimana nona
menuduhku secara membabi buta begitu" "
Sian Li mencabut pedang dan tanpa menggubris
penyangkalan ciangkui, dia terus menyerangnya lagi.
Kali ini suasana bertambah genting. Pedang yang dimainkan
Sian-li itu adalah pedang pusaka Pek-liong kiam.
Karena diserang begitu gencar, terpaksa ciang-kui pun
berusaha untuk menghindar. Dan lama kelamaan karena
terdesak akhirnya ia balas menyerang juga.
Kini pertempuran berobah kedudukannya. Jika tadi ciangkui
itu kelabakan menghindar kian ke mari untuk melepaskan diri
tetapi sekarang dia yang berbalik memegang situasi. Nona itu
berbalik terdesak. Walau pun ciangkui hanya menggunakan
tangan kosong tetapi setiap tamparan atau pun hantaman
tentu menimbulkan desir angin-tenaga yang setajam pisau.
Mau tak mau terpaksa Sian Li harus melindungi diri.
"Sumoay, mundurlah," seru Blo'on segera maju
menggantikan Sian Li. Serempak dengan itu jongos yang tadi tampak bersikap
menghormat dan rendah diri, saat itu tiba2 berhamburan
menyerang rombongan Blo'on.
"Hm, jangan harap kalian hari ini mampu tinggalkan rumahmakan
ini dengan membawa nyawa," ejek ciangkui rumahmakan.
"Jika begitu engkaulah pembunuh dari keempat orang itu" "
tanya Hoa Sin pula. Ciangkui rumah makan tertawa seram. Sikap dan wajahnya
kini bukan lagi seperti ciangkui yang begitu rendah diri
terhadap para tetamunya tetapi seperti seorang iblis yang
haus darah. "Ya," sahutnya, "mereka berempat akan menjadi bahan
makanan yang lezat."
"Hai!" teriak Blo'on, "apakah engkau menjual daging
manusia" " "Disini jauh dari kota. Perlu apa aku harus suruh orang
untuk membeli daging ke kota. Bukankah memboroskan uang
saja. Tidakkah lebih enak dan menguntungkan apabila
mencari daging dari tetamu2 yang makan disini" "
"Jadi daging masakan yang engkau berikan kepadaku tadi,
daging manusia," Blo'on pucat seketika.
"Ya," sahut ciangkui dengan tertawa keras.
"Huakkk....," tiba2 Blo'on rasakan perutnya seperti berontak
dan meluap. Segera makanan yang berasal dalam perutnya itu
muntah ke luar lagi. Begitu keras ia muntah sehingga
makanan2 itu berhamburan menumpah dan menyemprot ke
muka Ciangkui. "Bangsat!" teriak ciangkui seraya mundur dan mengusap
makanan yang melumuri mukanya.
Habis muntah, Blo'on pun loncat menerjang. Ia marah
sekali. Dihantamnya ciangkui dengan sekeras-kerasnya.
Auhhhh ..... Ciangkui itu mencelat, tubuhnya menghantam tiang rumah.
Tiang patah dan terkaparlah ciangkui itu dengan perut hancur
lebur, batok kepalanya pun pecah berantaran.
"Blo'on! " "Suko! " Demikian Lo Kun dan Sian Li serempak berteriak. Mereka
terkejut dan baru pertama kali itu melihat Blo'on marah dan
mengamuk. Muka brewok Bo Kian, si Tinggi-kurus Liong Kim Tong dan
si mata satu Swat-gan-liong Pa Kim atau Tay-swat-san-samhiong,
terlongong melihat kesaktian Blo'on. Mereka tak
mengira bahwa pemuda yang tampaknya blo'on ternyata
memiliki pukulan yang sedemikian dahsyatnya.
Tetapi Blo'on sudah terlanjur mengamuk. Ia menerjang
meja dan mengobrak-abrik semua pekakas dalam rumah
makan itu, pyur .... sekali hantam sebuah tiang yang besar,
hancur lebur, genteng pun rontok.
Belum puas rasanya pemuda itu. Ia terus menghantam
dinding tembok sehingga berantakan. Dalam beberapa kejab
saja, rumah-makan itu pun porak poranda.
Melihat itu Hoa Sin terkejut. Cepat ia menyambar tangan
Blo'on; "Kim kongcu mari kita keluar, rumah ini akan hancur
....... " " Enyah! " teriak Blo'on seraya melemparkan tangan ketua
Kay-pang. Ketua Kay-pang itu mencelat sampai beberapa
langkah. "Suko, engkau ini bagaimana, " Sian Li terkejut dan hendak
mengajak sukonya keluar. Tetapi Blo'on meronta dan
melepaskan tangannya sehingga nona itu mencelat sampai ke
luar pintu. " Hai, Blo'on cucuku, mengapa engkau mengamuk! " tiba2
kakek Lo Kun menubruk pinggang Blo'on. Tetapi Blo'on
meronta sekuat-kuatnya dan terlemparlah Lo Kun ke halaman
luar. Peristiwa itu mengejutkan sekalian orang. Mengapa
mendadak sontak pemuda itu mengamuk seperti orang gila.
Hong Hong tojin coba untuk memegang tangan pemuda itu
dan hendak menarik ke luar tetapi kembali dengan
menyiakkan tangan, ketua Go-bi-pay itu mencelat sampai
beberapa langkah. Ceng Sian suthay terkejut. Ia tak mau mengalami nasib
seperti yang lain. Cepat ia menyerang Blo'on, maksudnya ia
hendak menutuk jalan-darah pelemas pemuda itu agar rubuh.
Tetapi pukulan Blo'on yang dilancarkan beberapa kali,
memaksa rahib dari Kun-lun-pay itu mundur sampai ke luar
halaman. Tay swat san-sam-hiong atau tiga tokoh dari gunung Tayswat-
san, setelah mengetahui bahwa Blo'on itu putera dari
Kim Thian Cong, sahabat mereka, tak tega hati melihat Blo'on
tertimpa rumah-makan yang akan rubuh itu. Serempak
mereka bertiga terus menyerbu Blo'on. Hendak diseretnya
pemuda itu ke luar. Tetapi Blo'on benar2 seperti orang gila. Ia menghantam
ketiga orang itu. Memang ia tak mengerti jurus2 ilmusilat,
tetapi hantaman itu memancarkan tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang
yang luar biasa saktinya sehingga ketiga tokoh dari gunung
Tay-swat-san itu berhamburan terdampar ke luar.
Blo'on kini hanya tinggal seorang diri. Dia melanjutkan pula
amukannya. Menghantam setiap pekakas dan tiang, bahkan
tembok dan rumah-makan. Ketika sebuah tiang terhantam
hancur, seluruh atap dan wuwungan rumah-makan pun segera
rubuh. Bummmmm..... Jilid 44 Pikiran menyerap bahwa daging manusia itu tidak layak
harus dimakan. Hanya manusia liar yang makan daging
manusia. Dan perasaanpun menolak, sesuai dengan pikiran
itu. Demikian Blo'on. Ketika mendengar bahwa daging yang
dijadikan hidangan dalam rumah makan itu terdiri dari daging
manusia, seketika muallah perut Blo'on. Ia muntah2.
Karena muntah2 maka meluaplah hawa murni dalam perut
Blo"on. Dan karena marah maka memancarlah darah anak itu.
Hawa murni yang terbaur dalam darah bergolak, menimbulkan
tenaga-dalam Ji-ih sin-keng yang dahsyat sehingga seperti
orang yang terkena penyakit tekanan darah tinggi, Blo'on
kehilangan kesadaran pikirannya. Ia mengamuk seperti orang
gila. Hanya dengan menghantam semua benda yang
dilihatnya, perasaannya terasa longgar.
Jika Blo'on mengamuk, wah, kacaulah orang2 itu. Tiada
seorang pun dari ketua partai persilatan dan tokoh2 persilatan
ternama yang mampu menghentikan.
Rumah makan diobrak-abrik dan tiang serta dindingnya
dihantam sehingga rumah makan itu ambruk. Memang khayal
kedengarannya, tetapi kenyataan memang begitu.
Ji-ih-sin-kang atau tenaga sakti yang dapat digerakkan
menurut sekehendak hatinya. Memang Ji-ih-sin-kang itu
termasuk tenaga-dalam yang jarang sekali dapat dicapai oleh
orang persilatan. Untuk belajar ilmu silat diperlukan tiga syarat: Bakat, guru
dan ketekunan. Bakat bukan suatu kegemaran melainkan
perangkat tulang2 pada tubuh yang memungkinkan untuk
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerap ilmu si!at yang sukar. Guru, apabila mendapat yang
kurang tinggi ilmunya, tentu tak dapat menempa muridnya
menjadi seorang jago silat sakti. Dan ketekunan, harus tak
boleh tiada. Ilmu silat merupakan gerak, baik ke luar mau pun
ke dalam. Ke luar, berupa gerakan tubuh, kaki dan lengan. Ke
dalam, pernapasan dan pangerahan tenaga-dalam serta hawa
murni. Kesemuanya itu harus tekun berlatih setiap hari sampai
bertahun-tahun sehingga setiap gerak2 dalam jurus ilmu silat
itu merupakan gerak yang otomatis, dengan atau tanpa
dikendalikan oleh pikiran.
Tetapi di dunia ini memang sering terjadi hal yang luar
biasa, luar dari kewajaran. Seperti misalnya yang terjadi pada
diri Blo'on. Dia tak nengerti ilmusilat karena memang tak mau
belajar silat. Tetapi berkat suatu kejadian dan rejeki yang luar
biasa, ia telah minum darah naga, makan buah som dari dasar
laut yang berumur seribu tahun sehingga hawa-murni dalam
tubuhnya berkembang dan tenaga-dalam mengumpul
kemudian apa yang disebut Ji-ih-sin-kang.
Sebenarnya untuk mencapai tataran sampai pada
penguasaan tenaga-dalam yang sempurna, barulah jalandarah
Seng-si-hian-kwan dalam tubuh dapat ditembus. Untuk
menembus jalan-darah itu memang bukan sembarang tokoh
silat dapat mencapainya. Blo'on berkat daya dari beberapa buah dan darah ajaib
yang diminumnya, telah tertembus jalan-darah Seng-si-hian
kwannya sehingga dia memiliki tenaga sakti Ji-ih-sin-kang.
Dan dapatkah setiap orang meniru seperti dia" Rasanya
dalam dunia persilatan hanya Blo'on seorang saja yang
menemukan rejeki semukjijat itu.
Sekalian orang terkejut ketika rumah-makan itu rubuh.
Mereka mengira Blo'on tentu kerubuhan. Tetapi berkat tenaga
sakti Ji-ih-sin-kang dapatlah ia terhindar dari malapetaka.
Dia gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong,
menghantam dan menampar runtuhan puing, ganteng dan
tiang2 yang menimpah dirinya. Kemudian ia ke luar dan
runtuhan puing2 itu dengan selamat.
"Suko .......!" Sian Li menjerit kegirangan seraya lari
menyongsongnya, "engkau tak kena apa2" "
Blo'on hanya gelengkan kepala. Tetapi kini sikapnya sudah
tenang kembali. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin
dan Lo Kun pun menghampirinya.
"Blo'on, mengapa engkau mengamuk" " tegur kakek Lo
Kun. " Aku merasa mual karena mendengar kalau hidangan yang
kita makan tadi terdiri dari daging manusia. Tahu2 pikiranku
gelap dan kepala panas sekali lalu aku mengamuk," kata
Blo'on. Semua orang heran mendengar cerita itu. Mereka pun tak
tahu mengapa Blo'on memiliki tubuh yang sedemikian aneh.
"Hoa pangcu," seru Blo"on, nadanya garang seperti seorang
pemimpin, ke mana orang2 yang berada dalam rumah-makan
tadi" " "Mereka telah sama naik ke gunung Hong-san," kata Hoa
sin, ketua Kay-pang. "Di manakah orangtua yang berpakaian seperti pengemis
tadi" " tiba2 Blo'on teringat.
"Entah ke mana dia," kata Hoa Sin, "aku pun curiga pada
orang itu. Dia memang aneh sekali."
"Tak perlu hiraukan pemabuk tua itu," kakek Lo Kun
menyelutuk, "yang penting ayo kita lekas naik ke gunung
Hong-san agar dapat menyusul rombongan nona2 cantik itu."
Karena setiap kata selalu menuju kepada gadis cantik,
Blo'on mendongkol juga. "Kakek Lo," serunya, "kuberitahu kepadamu, ya. Orang
sudah tua semacam engkau, patutnya sudah punya cucu .......
" "Tidak mungkin!" kembali kakek limbung itu menyelutuk,
"sedang isteri saja tidak punya bagaimana disuruh punya
cucu" " Blo'on terperangah. "Itulah sebabnya aku hendak mencari isteri agar punya
anak, punya cucu," kata Lo Kun pula.
"Tidak mungkin! " teriak Blo'on.
"Mengapa tidak mungkin" " Lo Kun kerutkan dahi.
"Karena sebelum anakmu besar, engkau sudah masuk ke
liang kubur!" seru Blo'on.
"Jika begitu, apakah aku tak boleh menikah" " tanya kakek
Lo Kun. "Di dunia banyak orang yang tak menikah Hong Hong tojin,
Hui Gong taysu, Ceng Si suthay dan masih banyak tokoh2
yang tak menikah seumur hidup!" seru Blo"on.
"Karena mereka tak mampu mencari jodoh," bantah Lo
Kun. Mendengar itu, Hoa Sin segera menengahi: "Bukan begitu,"
katanya,"aku sendiri juga tidak menikah. Setiap orang
mempunyai pendirian sendiri. Para paderi, rahib dan orang2
suci juga tak menikah. Mereka mengabdikan diri mencari jalan
kesempurnaan....." "Tunggu," teriak kakek Lo Kun, "apakah jalan
kesempurnaan itu" "
"Menurut kepercayaan mereka, hidup ini suatu derita.
Orang harus menghindari supaya kelak jangan menitis
kembali. Caranya adalah membuat karma hidup yang baik.
Jika kita sendiri sudah penuh dengan lumpur dosa, mengapa
harus menciptakan keturunan lagi" "
"Habis, kalau tidak punya keturunan, kita kan tidak
berbakti" " "Itu kata orang," sahut Hoa Sin, "berbakti itu hanya
ditujukan pada orang2 tua yang menurunkan kita, bukan
terhadap kewajiban dharma seseorang. Dalam tataran
lingkungan Karma, tidak ada yang disebut berbakti atau tidak
berbakti.. Yang ada hanya karma yang baik dengan yang
buruk. Selama orang masih melakukan karma buruk,, dia
tentu tetap akan dijelmakan lagi di dunia yang penuh derita
ini. Oleh karena itu mereka, yang percaya akan ajaran2 itu,
mencari jalan untuk kebebasan dari penderitaan itu. Caranya
dengan membuat karma yang baik."
"Kalau tak punya anak yang banyak, kelak kalau sudah tua
tentu tak ada yang merawat," seru kakek Lo Kun pula.
"Nah, di situlah tampak belangnya manusia, yang berpikiran
semacam itu. Mereka menciptakan anak, dengan dalih
berbakti kepada orangtua, tetapi pada hakekatnya mereka
mempunyai maksud yang terselubung, agar kelak di hari
tuanya mereka tidak kapiran. Jauh hari mereka sudah
mempersiapkan diri untuk mencari keenakan pada hari
tuanya. Tujuan murni bahwa manusia diwajibkan untuk
mengembang-biakkan keturunan, tercemar dengan
kepentingan peribadi. Mempunyai anak, bukan lagi wajib dari
seorang manusia tetapi merupakan keuntungan2 yang
diperhitungkan demi kepentingan orang itu di hari tuanya.
Adakah tujuan yang sudah tidak bersih itu akan membuahkan
karma yang baik" Adakah dengan nafsu keinginan dan cita2
itu, nyawa mereka kelak dapat tenang dan ikhlas
meninggalkan raganya apabila mereka sudah tiba janjinya
mati" Tidakkah mereka akan terbelenggu oleh beban2 hidup
dalam dunia" " "Aku tak mengerti Hoa pangcu," seru Lo Kun.
"Saat ini memang lopeh tak mengerti, tetapi kelak lopeh
tentu akan merasakan sendiri apabila sudah tiba waktunya,"
kata Hoa Sin. "Hoa pangcu," kata Blo"on, " mumpung masih belum terlalu
malam, mari kita berangkat mendaki ke puncak Hong-san."
Sekalian ketua partai persilatan dan tokoh2 setuju. Segera
mereka tinggalkan tempat itu.
Ada suatu perobahan dalam sikap Blo'on. Sejak kerubuhan
rumah-makan, sikapnya tampak lebih tenang dan bicaranya
pun lebih tegas dan tidak ngelantur. Memang pada saat
rumah-makan itu rubuh, genteng dan tiang usuk menimpa
kepala dan tubuh Blo'on. Walau pun dia menggunakan Ji-ihsin-
kang untuk menghalau, tetapi tak urung masih banyak
puing2 yang menghantam kepalanya.
Dan ada suatu perasaan aneh padanya. Ia merasa
kepalanya agak terang, pikirannya tenang. Ia sendiri tak tahu
apa sebabnya, yang nyata, pikiran lebih terang dari semula.
Malam pun makin tinggi. Langit pun gelap tertutup
mendung hitam. Tiba2 hujan pun turun. Untung mereka
melihat sebuah kuil tua yang didirikan di lereng gunung.
Bergegas mereka menuju ke kuil itu. Walau pun keadaannya
sudah rusak dan tak terpelihara, tetapi dapat juga digunakan
untuk meneduh. Dalam kuil itu ternyata dipuja tiga patung dari tiga orang
saudara-angkat yang termasyhur pada jaman Sam Kok
dahulu. Mereka yalah Lau Pi, Kwan Kong dan Thio Hwi. Lau Pi
berwajah tenang dan agung, di kemudian hari dia memang
menjadi raja. Kwan Kong berwajah merah, gagah perkasa.
Sedang Thio Hwi bermuka brewok, sangat bengis.
Aneh juga. Biasanya dalam kuil yang dipuja tentulah arca
malaekat atau pun dewa2. Tetapi arca dalam kuil itu ternyata
memuja patung dari tiga tokoh ternama pada jaman Sam Kok.
Hoa Sin telah memecah rombongannya menjadi tiga.
Rombongan pertama berangkat dulu, terdiri dari Hoa Sin
sendiri, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Blo'on dan Sian Li
serta kakek Lo Kun. Rombongan kedua, yalah ketiga tokoh dari gunung Tayswat-
san yakni si brewok Bo Kian, si tinggi Liong Kim Tong
dan si mata-satu Pa Kim. Ketiga tokoh itu diminta mengambil
jalan dari lamping gunung bagian kanan.
Sedang rombongan ketiga terdiri dari Pui Kian, tianglo Hoasan-
pay, Hong Ing dan beberapa anak murid Hoa-san-pay.
Mereka diminta memimpin murid2 dari Siau lim-pay dan Butong-
pay. Mereka diminta mengambil jalan dari belakang
gunung. Kepada mereka diperintahkan supaya mengobrakabrik
markas Seng-liau-kau. Jika perlu boleh dibakar saja.
Demikian keenam orang rombongan Blo'on itu terpaksa
berteduh di kuil tua itu.
"Sial dangkal," Lo Kun menggerutu panjang pendek, "dapat
tempat meneduh saja di kuil bobrok begini."
"Sudahlah, lopeh," Hoa Sin menghibur "dari pada
kehujanan di jalan, lebih baik kita meneduh di sini."
Karena perut kenyang dan suasana sepi, tak terasa mereka
tertidur. Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay tidak
tidur, melainkan pejamkan mata bersemedhi, memulangkan
tenaga. Memang bagi tokoh2 semacam mereka, bersemedhi
memulangkan tenaga itu sudah sama dengan tidur.
Tetapi tidak demikian dengan Blo'on dan Sian Li, terutama
kakek Lo Kun. Mereka tidur pulas.
Karena tidak ada tempat yang bersih, kakek Lo Kun mencari
akal. Dia duduk bersandar pada patung Thio Hwi yang
bermuka bengis. Blo'on juga meniru. Dia memilih patung Kwan
Kong yang berwajah merah Sedang Sian Li bersandar pada
patung Lau Pi yang berwajah agung.
Tiba2 terdengar suara orang mengerang dan mendesuh
keras seperti sesak napasnya. Dan menyusul tubuh kakek Lo
Kun pun meronta-ronta, kedua tangannya mendekap leher
dan berusaha untuk menyiak sesuatu.
Blo'on yang berada di samping, terperanjat. Ia melihat
kedua tangan patung Thio Hwi itu tengah mencekik leher
kakek Lo Kun. la hendak menolong tetapi " uh ....... tiba2 ia
merasa tubuhnya kaku tak dapat digerakkan.
Sian Li juga mendengar. Tetapi ia juga tak dapat berkutik.
Bahkan menggerakkan tubuh saja pun tak mampu. Ia hanya
dapat melihat keadaan kakek Lo Kun yang keroncalan
meronta-ronta. Yang membuatnya lebih terkejut lagi, ketika ia
hendak berteriak memanggil ketiga ketua persilatan supaya
menolong kakek Lo Kun, ternyata la tak dapat mengeluarkan
suara. Rupanya Hoa Sin, Hong Hong dan Ceng Sian mendengar
juga desuh napas kakek Lo Kun yang memburu keras seperti
kuda lari. Mereka serempak membuka mata. Demi melihat
keadaan kakek Lo Kun, cepat Hong Hong tojin loncat
menghampiri. "Lotiang, mengapa engkau" " tegur ketua Go-bi pay itu.
"Aku dicekik patung ini," saat itu Lo Kun sudah dapat
bergerak karena tiba2 tangan patung itu pun melepaskan
cekikannya. Memandang ke arah patung Thio Hwi itu, Hong Hong tojin
berkata : "Ah, jangan tergurau, totiang. Jelas sebuah patung
bagaimana dapat mencekik engkau" Mungkin engkau
bermimpi." Habis berkata ketua Go-bi-pay itu pun kembali ke
tempatnya lagi seraya bergumam: "Orang tua itu memang
rewel dan selalu ada2 saja. Masakan mengatakan kalau
lehernya dicekik patung" "
Mendengar ocehan Hong Hong tojin, Hoa Sin dan Ceng Sian
percaya. Keduanya segera pejamkan mata melanjutkan
semedhinya lagi. "Kurang ajar, masakan orang tidur enak2, engkau cekik
leherku" gumam Lo Kun lalu berbangkit dan balas mencekik
leher patung itu. Sekonyong-konyong kedua tangan patung itu memeluk
tubuh Lo Kun kencang2. Lo Kun terkejut dan meronta
sekuatnya tetapi ia tak mampu melepaskan diri. Pelukan itu
makin lama makin kencang sehingga Lo Kun sukar bernapas.
Blo on dan Sian Li meiihat kejadian itu tetapi mereka tak
dapat berbuat apa2. Blo'on rasakan tubuhnya lunglai sedang
Sian Li tak dapat berkutik.
"Heh..... heh... , heh.....," karena napasnya sesak, Lo Kun
hanya dapat mendesuh-desuh seperti orang bertele-tele.
Hong Hong tojin tak mau membuka mata. Ia tahu kakek itu
seorang kakek sinting, hanya cari gara2 saja. Tetapi Hoa Sin
terpaksa membuka mata. Ketika melihat kakek Lo Kun
berpelukan dengan patung Thio Hwi, dia cepat berbangkit dan
menghampiri. "Mengapa lopeh mencekik leher patung itu" " tegurnya
ketika melihat tingkah Lo Kun yang tengah mencekik leher
patung. Saat itu tangan patung sudah melepaskan pelukannya dan
kembali seperti sikapnya semula, berdiri dengan tegak.
"Dia kucekik lehernya tetapi dia pun balas memeluk aku
sekuatnya sehingga aku sampai tak dapat bernapas," kata Lo
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kun seraya menarik tangannya, "Sudahlah, lopeh," kata Hoa
Sin yang paham akan kelimbungan Lo Kun, "tidur saja, nanti
pagi2 kita harus sudah berangkat."
"Aku memang mau begitu tetapi patung ini selalu
mengganggu aku saja."
Tetapi Hoa Sin tak mau meladeni dan terus kembali ke
tempat duduknya. "Patung, jangan gila-gilaan," gumam Lo Kun, "kalau engkau
terus menerus mengganggu aku, terpaksa engkau akan
kuhajar." Habis berkata ia terus sandarkan diri pada kedua kaki
patung itu, belum berapa lama kembali terdengar suara Lo
Kun mendesah-desah seperti orang gelagapan terminum air.
Hong Hong tojin dan Hoa Sin karena sudah melihat sendiri
bagaimana tingkah laku kakek itu, diam saja. Tetapi karena
suara itu makin keras, Ceng Sian suthay terpaksa membuka
mata. Ketika melihat kakek itu keroncalan tak henti-hentinya,,
terpaksa ia berbangkit dan menghampiri.
Ternyata kepala Lo Kun telah terjepit kedua lutut patung
itu. Begitu keras jepitan patung itu hingga kepala Lo Kun
terasa pening. Dan celakanya pula, tiba2 tangan patung itu
memijat hidung kakek Lo Kun sehingga kakek itu tak dapat
bernapas. Itulah sebabnya mulut kakek itu mendesah-desah
dan tubuhnya keroncalan. Dia bingung untuk melepaskan
yang mana du'u. Kalau hendak menyiak tangan patung yang
memijat hidungnya, kepalanya makin terasa sakit dijepit lutut
patung. Tetapi kalau hendak menyiak lutut patung, hidungnya
yang dipencet tangan patung itu tak tertolong dan ia harus
bernapas dengan mulut. Tetapi begitu Ceng Sian suthay datang, maka lutut patung
itu pun menyiak sendiri, demikian tangannya juga melepaskan
hidung kakek Lo Kun. "Kenapa lopeh menyusup ke bawah selakang kaki patung
itu" " tegur Ceng Sian.
"Siapa yang berobos ke bawah selakangnya" Kepalaku
dijepit lutut patung itu dan hidungku di pencet sampai tak
dapat bernapas," kakek Lo Kun bersungut-sungut marah.
"Ah, sudahlah," karena mengetahui kakek itu tak kurang
suatu apa, Ceng Sian suthay pun berkata, "baiklah lopeh tidur
saja yang tenang." Tanpa menunggu jawaban orang, Ceng Sian suthay pun
segera kembari ke tempat duduknya.
Dalam pada itu Blo'on tahu semua yang terjadi. Tetapi ia
merasa tak dapat berbuat apa2.
"Ah, kenapa aku ini" " katanya dalam hati. Ia berusaha
untuk menggerakkan tangan dan kaki tetapi tak dapat. Gila,
pikirnya. Dan karena berulang kali tak dapat bergerak,
akhirnya ia marah. Ia menahan napas beberapa saat,
kemudian bersiap-siap mengumpulkan tenaga dan pada
akhirnya ia memekik sekuat-kuatnya seraya berontak.
Brakkkkk .... Kekuatan yang dihimpun Blo'on itu merupakan tenaga-sakti
Ji-ih-sin kang. Dan sekali berhasil menghimpun dan
memancarkannya, maka bebaslah dia dari pengaruh jalandarahnya
yang tertutuk. Bahkan karena dia menggerakkan
tangan dan kakinya, maka patung Kwan Kong itu pun
terlanggar tangannya. Patung itu ternyata terbuat dari
perunggu. Tetapi tangan Blo'on yang bergerak dengan tenagasakti
Ji-ih sin-kang telah menghantamnya hingga rubuh ....
"Hai, " serentak Blo'on melenting bangun dan kesima
melihat sesosok tubuh manusia menyelinap ke luar dari pintu
belakang. Pada lain saat ia pun terus loncat mengejar.....
Di luar gelap gulita. Hujan sudah mulai reda. Tetapi Blo'on
tak menghiraukan. Ia panas hatinya karena sejak tadi telah
dilumpuhkan orang itu. Orang itu rupanya terkejut sekali melihat Blo'on dapat
mengejarnya. "Gila benar, anak ini," gumamnya dalam hati. Saat itu
jaraknya hanya tinggal tiga tombak. Tiba2 ia berhenti
menunggu Blo'on. "Siapa engkau! " bentak Blo'on setelah berhenti berhadapan
dengan orang itu. Dari sinar cuaca yang remang2, Blo'on melihat yang
dihadapinya itu seorang tua bermuka tertawa.
"Bagaimana engkau lihat wajahku" " orang tua itu balas
menegur. "Engkau selalu tertawa saja, " sahut Blo'on.
"Nah, karena itu orang menyebutku sebagai Siau Bin lojin si
orangtua berwajah tertawa. "
"Mengapa engkau mengganggu tidurku dalam kuil itu" "
"Bodoh! " seru Siau Bin lojin, "jika aku tak mengganggumu,
mungkin engkau sudah mati. "
"Jangan bicara sembarangan saja! " bentak Blo'on.
"Kalau aku bohong, engkau boleh memaki atau pun
menghajar aku," kata Siau Bin lojin, "jika engkau kembali ke
kuil dan memeriksa patung itu baru engkau dapat
membuktikan aku berbohong atau tidak. "
"Baik, " sahut Blo'on, "tetapi sekarang aku hendak
menyelesaikan dirimu. Mengapa engkau mengganggu aku"
Kalau engkau memang bermaksud baik, mengapa tak mau
bilang dengan terus terang tetapi engkau telah melarikan diri
seperti orang ketakutan" . Bukankah tingkahmu itu membuat
orang curiga" "
"Goblok!" seru Siau Bin lojin, "kalau aku tak melarikan diri,
mereka tentu dapat mengetahui diriku" "
"Siapa mereka" " tegur Blo'on.
"Jago2 Seng-lian kau!"
"Apa" " teriak Blo'on. "jago2 Seng-lian-kau" Mengapa aku
tak melihat barang seorang manusia dalam kuil itu" "
"Memang tidak," sahut Siau Bin lojin,"tetapi patung2 itulah."
Blo"on terbelalak, serunya : "Jangan mengoceh tak keruan.
Masakan patung2 itu engkau katakan jago2 Seng lian-kau!"
"Sudahlah, jangan banyak bicara!" bentak Siau Bin lojin,
"lekas engkau kembali ke dalam kuil, mungkin saat ini kawankawanmu
sedang menderita." "Engkau ?"". tiba2 Blo'on tak dapat melanjutkan katakatanya
karena orangtua itu sudah loncat dua tombak jauhnya
dan terus melenyapkan diri dalam kegelapan gerumbul pohon.
Gerakannya yang begitu tangkas, membuat Blo'on tertegun
heran. "Hm, kalau engkau berani membohongi aku, kelak kalau
bertemu lagi tentu tak kuberi ampun," kata Blo"on lalu
berputar tubuh dan terus lari kembali ke dalam kuil.
Bukan kepalang kejut Blo'on ketika saat itu kakek Lo Kun
telah digepit dalam ketiak patung Thio Hwi, sedang patung
Kwan Kong bertempur dengan Hong Hong tojin.
Ruang kuil amat sempit sehingga Hong Hong tojin terdesak
menghadapi senjata pedang panjang dari patung Kwan Kong
itu. "Hong Hong kaucu." teriak Hoa Sin, "kita keluar saja!"
Ketua-ketua partai persilatan itu serentak Ioncat
berhamburan keluar. Mereka siap menunggu di halaman kuil.
Tetapi sampai beberapa saat belum juga patung itu keluar.
"Hoa pangcu, mengapa" Apa yang terjadi" " saat itu Blo'on
lari menghampiri dan bertanya kepada Hoa Sin.
"Celaka, kongcu," kata Hoa Sin, "entah apa sebabnya tiba2
kedua patung itu dapat bergerak dan menyerang Hong Hong
kaucu." "Dimana kakek Lo Kun" "
"Dia ditawan oleh patung Thjo Hwi."
"Sumoayku Sian Li" "
"Juga masih didalam dan ditawan oleh patung Kwan Kong"
"Kita serbu!' teriak Blo'on terus lari masuk ke dalam kuil.
Dia melihat kedua patung itu masih tegak berdiri di tempat
masing-masing. Dilihatnya kakek Lo Kun dan Sian
menggeletak di bawah kaki mereka.
"Setan, engkau berani mencelakai kakekku." Blo'on terus
menyerbu patung Thio Hwi.
Tiba2 patung itu gerakkan tangan kanan menyongsong ke
muka dan Blo'on menjerit. Ia terlempar mundur membentur
dinding tembok. Blo'on tak mengira kalau patung itu dapat bergerak dan
bahkan dapat memancarkan tenaga yang kuat sekali. Dia tak
bersedia maka dia pun menderita.
Sebelum ia sempat berdiri tegak, patung Thio Hwi yang
bersenjata tombak itu sudah mengenplangkan tombaknya ke
kepala Blo'on. Untung Blo'on menyadari bahaya dan cepat
melambung ke samping. Bum .... Lintai hancur lebur dihantam tombak dari patung Thio Hwi
itu. Debu bertebaran memenuhi ruang.
Patung Thio Hwi itu tak menghiraukan. Seolah dia tak
tergetar dan tak terpengaruh akan debu yang bertebaran itu.
Dia terus maju menusuk Blo'on lagi, krak.....
Blo'on dapat menghindari dan tombak pun menusuk dinding
tembok. Hebat sekali tenaga patung Thio Hwi itu. Tembok kuil
yang cukup tebal, dapat ditembuskan dan berlubang besar.
Dengan gagah perkasa patung Thio Hwi itu mengamuk. Dia
menyerang Blo'on habis-habisan.
Blo'on heran. Bermula ia agak gentar menyaksilan
keperkasaan patung itu. Tetapi beberapa waktu kemudian
timbullah rasa penasaran dalam hatinya.
"Hai, engkau ini patung atau manusia" " teriaknya sehabis
menghindari sebuah tusukan tombak patung itu.
Namun patung Thio Hwi ini tak menghiraukan. Dia hanya
menjawab dengan sebuah serangan yang lebih dahsyat.
Memang serangannya yang satu lebih dahsyat dari yang lain.
Ketika tombak patung Thio Hwi menghantam dinding lagi,
cepat Blo'on menyambar tombak itu. Kini terjadilah tarik
menarik diantara keduanya.
Dengan menggerung keras, patung Thio Hwi menarik
tombak sekuat-kuatnya. Tetapi dia terbelalak kaget ketika
tarikan itu berhasil karena Blo"on memang melepaskan
cekalannya. Patung Thio Hwi tersurut setengah langkah ke
belakang. Saat itu tak disia-siakan Blo'on. Ia loncat maju dan
menghantam dada patung Thio Hwi, duk.....
"Aduh, " Blo'on menjerit kesakitan tetapi patung Thio Hwi
itu pun terjerembab ke belakang.
Dengan menahan kesakitan, Blo"on terus Ioncat menerjang
lagi. Ia merampas tombak patung itu.
Rupanya patung itu bukan patung sesungguhnya tetapi
seorang manusia. Begitu melihat Blo'on menerjang, ia terus
dorongkan kedua tangannya menyongsong.
Blo'on juga songsongkan kedua tangannya ke muka. Dan
manusia patung itu pun mendesuh keras lalu terpelanting ke
belakang lagi. Rupanya manusia patung itu masih belum puas. Ia bergeliat
bangun lalu perlahan-lahan mengangkat tangan kanan ke
atas. " Kim kongcu, awas, dia hendak melancarkan pukulan
Hong-im-ciang! " tiba2 terdengar Hoa Sin ketua Kay-pang
menerobos masuk dan berseru memberi peringatan kepada
Blo'on. Terapi Blo'on tak tempat menghiraukan. Ia pun perlahanlahan
mengangkat tangannya, persis menirukan gerak
manusia patung yang berbentuk seperti Thio Hwi itu.
Thio Hwi adalah seorang panglima perang yang gagah
perkasa pada jaman Sam Kok (Tiga Negeri ) dahulu.
Ketika manusia patung itu menyorongkan tangannya ke
muka, Blo"on pun juga. Dessss .... terdengar bunyi macam api
tersiram air. Dan ketika itu manusia patung yang berbentuk
seperti panglima Thio Hwi pun menjerit dan meraung keras.
Dia terseok-seok ke belakang membentur meja dan terus
rubuh. Ternyata pukulan sakti Hong im ciang atau pukulan Im
merah yang mampu membakar sasaran, telah tertolak oleh
tenaga sakti Ji-ih-sin-kang yang dimiliki Blo'on. Memang
rasanya tiada tenaga yang lebih aneh dan sakti dari tenaga Jiih
sin-kang itu. Ji ih-sin kang mampu mengikuti kemudian
menolak segala jenis tenaga-dalam yang bagaimana sifatnya,
panas, dingin, keras mau pun lunak.
Karena tenaga-sakti Hong im-ciang yang dilancarkan
manusia patung itu tertolak balik, dia termakan sendiri oleh
tenaga saktinya dan akibatnya ia rubuh menderita luka dalam
yang parah. Melihat kawannya rubuh, patung Kwan Kong yang berwajah
merah segera menuding ke arah Blo"on dengan sebuah jari
telunjuk. Singgg .... terdengar bunyi desis tajam melanda
Blo'on. Blo'on terkejut. Buru2 ia menghindar ke samping tetapi
tak urung bajunya telah berlubang juga. Juga dinding tembok
yang di belakangnya ikut berlubang.
"Kek-gong-it-ci kang!" teriak Hoa Sin terkejut. Kek-gong-itci-
kaag artinya dengan sebuah jari dapat menutuk dari jarak
jauh. "Siapa" " seru Ceng Siau suthay.
"It-ci-sin-kang Jui Pok, tokoh dari gunung Se-gak yang
sudah tak terdengar selama empatpuluh tahun."
"Benarkah dia" " Ceng Sian suthay makin tegang.
"Dalam dunia persilatan rasanya tiada tokoh yang mampu
melepaskan tutukan sebuah jari dengan hasil yang begitu
dahsyat," sahut Hoa Sin.
"Dia orang baik atau jahat, Hoa pangcu" " tanya Blo'on.
"Dia memang seorang tokoh yang berwatak aneh. Sepak
terjangnya hanya menuruti sekehendak hatinya. Dia tak
tergolong aliran Hitam juga bukan tokoh aliran Putih," jawab
Hoa Sin, "kong-cu. engkau harus hati2 benar terhadap dia."
"Tetapi dia seperti manusia patung. Tak dapat bicara dan
menyerang dengan kalap," kata Blo'on.
"Mungkin seperti manusia patung yang menyerupai Thio
Hwi tadi, dia juga sudah hilang kesadaran pikirannya. Rupanya
dia tentu telah dikuasai Seng-liau kau."
"Kim kongcu, kasihlah aku yang menghadapinya, " kata Hoa
Sin. "Hoa pangcu, " seru Ceng Sian suthay, "jika manusia
patung itu benar lt-ci-un kang Jui Pok, jangankan Hoa pangcu
sekali pun kita bertiga maju berbareng, rasanya masih belum
dapat menandingi kesaktian orang itu. Dahulu mendiang
sukuku pernah menceritakan tentang tokoh itu. Suhu pesan,
apabila bertemu dengan dia supaya berhati-hati dan jangan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sampai menimbulkan kemarahannya."
"Terima kasih, suthay, " jawab Hoa Sin, "tetapi aku sudah
mempunyai cara untuk menundukkannya."
Kemudian ketua Kay pang itu membisiki beberapa patah
kata ke telinga Blo"on. Blo'on mengangguk-angguk.
Hoa Sin terus loncat ke muka manusia patung itu dan
sebelum orang sempat menggerakkan jarinya, Hoa Sin
menyerangnya. Berulang kali orang itu mendesuh kejut karena
hantamannya selalu salah dan dia berbalik terancam oleh
pukulan Hoa Sin. Ternyata Hoa Sin telah mengeluarkan ilmu silat yarg baru
saja diciptakannya. Ilmu silat itu diberi nama Joh bong-siang
atau pukulan berlawanan arah. Kalau suaranya menyerang
kiri, pukulannya datang dari kanan, demikian sebaliknya.
Rupanya siasat Hoa Sin itu memberi hasil. Manusia patung
yang berujud Kwan Kong itu agak bingung. Dia tak sempat
mempergunakan jarinya untuk melukai lawan.
Dan sebagai ketua partai Kay-pang sudah tentu Hoa Sin
memiliki kepandaian yang tinggi disamping itu Hoa Sin
memang cerdas sekali. Hasilnya selama berkelana mencari
jejak Blo'on dia telah mencintakan ilmusilat Salah-arah itu.
Dia memang sengaja menyerang rapat pada lawan agar
orang itu tak sempat melancarkan pancaran jari-saktinya.
Kek-gong-it ci-kang Jui Pok memang hebat sekali. Walau
pun dia kehilangan kesadaran pikirannya tetapi ilmusilatnya
masih hebat. Dalam beberapa waktu ia sudah dapat
menyesuaikan diri dengan gaya serangan lawan.
Krak .... Terdengar bentrokan keras ketika Jui Pok menangkis
pukulan Hoa Sin. Hoa Sin tak mengira kalau lawan sudah
dapat mengimbangi permainannya, ia hanya mengerahkan
sepertiga bagian tenaga dalamnya, sedang Jui Pok hampir tiga
bagian. Sudah tentu Hoa Sin menderita. Ia rasakan lengannya
kesemutan dan tersurut mundur. Melihat itu Jui Pok pun cepat
hendak gerakkan jarinya untuk menutuk .,..
Sekonyong-konyong seutas benda panjang macam tali
meluncur menyerang ke muka Jui Pok hingga tokoh itu
gelagapan untuk menampar. Dan pada saat perhatiannya
ditujukan pada benda yang menyambar mukanya itu, tiba2 ia
mendengus tertahan ketika sebuah benda keras membentur
perutnya. "Hekkk .. Jji Pok kontal ke belakang. Sebelum ia dapat
berdiri tegak, kakinya telah disapu orang, blus .... tak ampun
lagi tokoh yang termasyhur pada empatpuluh tuhun berselang,
terbanting jatuh ke lantai. Sebelum ia sempat bangun,
dadanya sudah dicemplak orang dan kakinya pun diringkus.
Ternyata benda macam tali tadi adalah ular Thiat-bi-coa
milik kakek Lo Kun. Memang kakek itu sudah sadar. Ketika
melihat Jui Pok hendak menutuk Hoa Sin, kakek itu segera
lontarkan ular Thiat-bi coa lalu membenturkan kepalanya ke
perut orang itu. Dan yang menyapu kaki Jui Pok tak lain
adalah Blo'on. Kemudian Lo Kun terus mencempiak dan
menindih perut, sedang Blo'on yang meringkus kaki Jui Pok.
Jui Pok mati kutu. la menggerung sekuat-kuatnya dan
meronta, Tenaga dalam yang terpancar dari seorang tokoh
macam Jai Pok, bukan alang-kepalang hebatnya.
Seketika kakek Lo Kun mencelat ke atas dan kepalanya
membentur genteng, brak ....
"Celaka!" teriaknya. Kepalanya telah terjepit pada genteng
sehingga tubuhnya terkatung-katung di atas, tidak dapat
menerobos ke atas, juga tak dapat meluncur ke bawah.
Dengan sekuat tenaga kakek itu meronta, dan berhasillah ia
meluncur ke bawah. Beda dengan Blo'on, Ketika Jui Pok meronta den
menendangkan kakinya, tenaga Ji-ih-sin kang Blo'on
memancar sehingga tubuh Jui Pok ikut melambung ke atas
kemudian meluncur ke lantai lagi, duk.... duk ....
Selekas tubuh Jui Pok membentur lantai, Lo Kun yang
meluncur dari atas genteng tadi pun tepat jatuh di perut Jui
Pok. Seketika Jui Pok tak ingat diri Iagi.
"Hendak diapakan manusia patung ini" * tanya Lo Kun.
"Lebih baik diikat. Tunggu setelah kita dapat menyelesaikan
kawanan Seng-lian-kau, baru kita tolong lagi dia. Rasanya dia
tentu diracuni orang Seng lian-kau sehingga kesadaran
pikirannya hilang," kata Hoa Sia.
Sementara itu Sian Li pun telah disadarkan.
"Rupanya pihak Ssng-Iian-kau telah memasang beberapa
rintangan di sepanjang jalan ke atas puncak," kata Ceng Sian
suthay. "Sungguh tak kuduga kalau patung ternyata manusia
hidup," Lo Kun menggerutu, "mereka dapat menggangu
tidurku seenaknya seja."
Mereka beristirahat beberapa waktu sampai hari terang
tenah barulah mereka berangkat mendaki lagi.
Tak berapa Iama mereka sudah melihat bangunan gedung
yang menjulang tinggi di kejauhan muka.
"Gedung itu mirip sebuah vihara," seru Sian Li, "apakah
markas Seng-liau-kau" "
"Kita obrak-abrik saja sarang mereka," seru Lo Kun.
Mereka makin dekat. Tetapi alangkah kejut mereka ketika
jalanan terputus oleh sebuah jurang yang tak kurang dari tiga
tonbak lembarnya. "Ah," Hoa Sin mendesuh kejut, "hebat benar Seng-liau-kau
membangun markasnya."
Ternyata jurang yang curam itu mengelilingi sebuah tanah
lapang yang luas dimana gedung vihara itu didirikan. Dengan
begitu apabila hendak mencapai daerah markas itu, harus
menggunakan jembatan atau alat lain2. Tetapi sekeliling
jurang itu tak tampak barang sebuah jembatan maupun tali
yang menghubungkan pada kedua tepi.
"Ah, bagaimana kita harus mencapai tepi seberang sebelah
sana" " Lo Kun bersungut-sungut.
"Tunggu," seru Blo'on lalu menghampiri ke dekat tepi
jurang lalu menahan napas dan terus menghamburkan
teriakan yang nyaring sekali:
"Hai, orang Seng-lian kau, kami datang memenuhi
undanganmu ....." "Mereka tidak mengundang kita, kongcu." tukas Hoa Sin, "
undangan waktu mereka mengadakan upacara merayakan
berdirinya partai Seng-lian-kau sudah lama lampau."
"Orang Seng-Iian-kau," mengapa kalian tak berani unjuk
diri" Kami datang ke mari untuk mengabrak-obrik sarangmu!
" tiba2 Lo Kun berteriak.
Walau pun, kumandangnya kalah nyaring dengan teriakan
Blo'on tetapi cukup keras juga.
Tiada penyahutan apa2, juga tak seorang pun muncul dari
vihara itu. Keadaan di sekeliling vihara dan tanah lapang,
sunyi senyap. "Mungkin mereka masih tidur," kata Lo Kun, "lalu
bagaimana kita ini" "
Hoa Sin tertawa kecil : "Hanya dua buah jalan. Kita tunggu
sampai nanti ada orang yang muncul atau kita loncat melintasi
mulut jurang ini! " "Huh, " kakek Lo Kun mengeluh ngeri, "siapa yang mampu
melompati jurang begini lebar" "
"Hanya suko seorang, " seru Sian Li.
"Aku" " Blo"on terkejut, "mana aku bisa" "
Hoa Sin mengakui memang di antara rombongan nanya
Blo"on yang dapat melompati mulut jurang itu. Tiba2 ia
mendapat akal. Ia segera meninggalkan mereka dan menuju
ke sebuah hutan bambu. Di situ dia menebang beberapa puluh
batang bambu lalu dijalinnya menjadi tali bambu yang cukup
kokoh. Dengan membawa berpuluh utas tali bambu ia kembali
lagi. "Kim kongcu. mari kita buat jembatan dari tali bambu ini, "
katanya. "Bagus, Hoa pangcu," seru Blo'on gembira.
"Tetapi kongcu yang harus membuat," kata Hoa Sin pula.
"Aku" " Blo'on heran, "bagaimana caranya" "]
"Kongcu dengan membawa ujung tali bambu, loncat ke
seberang tepi sana ....... "
" Mana mungkin aku dapat melakukan, pangcu" " Blo'on
memprotes. "Kongcu memiliki tenaga sakti yang luar biasa, tetapi
kongcu tak menyadari dan tak tahu bagaimana harus
memancarkannya." "Ya, memang aku sendiri juga aneh. Entah bagaimana cara
untuk memancarkan tenaga itu," kata Blo'on.
"Mudah," kata Hoa Sin, "silahkan kongcu berdiri di tepi
jurang ini dan pejamkan mata."
"Lalu" " "Kongcu tentu dapat melayang sendiri ke seberang sana. "
"Benar" " "Benar. " "Baiklah, " Blo'on terus berdiri tegak menghadap ke
seberang di muka. Ia pejamkan mata.
" Lopeh, " tiba2 telinga Lo Kun terngiang oleh suara macam
nyamuk mendenging, "lekas engkau dorong tubuh Blo"on
sekeras-kerasnya. Dia tentu dapat melompati jurang itu."
Lo Kun menurut. Segera ia lari dan terus mendorong tubuh
Blo'on. " Huh ....... " Blo'on menjerit kaget. Ketika membuka mata
ia makin terkejut karena saat itu ternyata tubuhnya sedang
melayang turun ke dalam jurang.
"Celaka ..." cepat ia meronta dan bergeliatan. Aneh juga.
Seketika tubuhnya melayang ke atas dan dapat mencapai tepi
di seberang muka. "Kim kongcu, sambutilah ujung tali ini, " seru Hoa Sin
seraya melemparkan ujung tali yang sudah diikat dengan batu.
Blo"on pun menyambuti. Berturut-turut. beberapa tali itu
dilontarkan Hoa Sin dan disambut Blo:on. Dan dapatlah
terbentuk sebuah jembatan tali yang terdiri dari berpuluh tali
bambu. Sian Li, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, Lo Kun lalu Hoa
Sin, mereka segera melintasi jembatan gantung itu.
Pada saat mereka masih di tengah-tengah jembatan, tiba2
dari arah vihara terbang seekor burung besar, burung garuda.
Burung itu segera menyerang rombongan Hoa Sin.
"Jahanam!" teriak Lo Kun. Karena rombongan harus
bergerak menghindari serangan garuda, jembatan itu pun
berguncang guncang keras, maka Lo Kun menjerit-jerit.
Melihat itu Ceng Sian suthay segera taburkan dua biji
senjata rahasia Thi-lian-cu atau teratai-besi ke arah mata
garuda. Tetapi burung itu lihay sekali. Dia dapat mematuk
jatuh thi-lian-cu itu dengan paruhnya yang keras.
Sian Li menggunakan pedang Pek-liong-kiam untuk
melindungi diri. Kakek Lo Kun mengeluarkan ular thiat-bi coa
dan Hoa Sin pun terpaksa memakai tongkat penggebuk anjing
atau bak-kau-pang. Berulang kali tubuh burung itu tersabat dan terhantam
tongkat tetapi rupanya burung itu keras sekali tubuhnya. Dia
seolah tak mempan, badannya sekeras besi. Walau pun tak
kalah tetapi kelima orang itu sibuk juga menghadapi serangan
garuda. " Nona Liok, jangan berhenti, terus berjalan menghampiri
tepi dan dengan secepatnya terus naik ke daratan." seru Hoa
Sin. Mereka bergerak pelahan dan akhirnya dapat menoapai
daratan tepi. "Pengecut sekali orang2 Seng-lian-kau itu," teriak Lo Kun
marah2, "didalam kuil kita diganggu si Jui Pok, sekarang
disambar burung garuda keparat."
Tiba2 burung garuda itu lepaskan serangannya dan terbang
ke atas lalu hinggap pada sebuah batu tak jauh dari tempat
mereka. Hoa Sin terkesiap. "Apakah dugaanku benar" " pikirnya. Ia terus berteriak
sekeras-kerasnya : "Hai garuda Sin-eng, bukankah engkau ini
burung piaraan Kek-gong-it-ci kang Jui Pok" Dia sekarang
sedang tidur dalam kuil, hayo, engkau lekas menjemput
tuanmu ke sana! " Aneh sekali. Diluar dugaan, garuda sakti yang tadi
menyerang begitu ganas, ketika mendengar Hoa Sin
menyebut nama Jui Pok, terus terbang menuju ke kuil.
"Hai, apa-apaan burung gila itu" " teriak Lo Kun sembari
mengacungkan tinjunya dengan geram. Rupanya dia masih
marah kepada burung itu. "Sudahlah, lopeh," kata Hoa Sin, "dia burung piaraan Jui
Pok yang jadi patung Kwan Kong tadi. Yang kuherankan
mengapa tokoh sakti semacam Jui Pok dapat dikuasi orang
Seng-Iian-kau" "
"Kita tanya saja pada ketua Seng-lian-kau," seru Lo Kun
seraya ayunkan langkah. Suasana vihara itu masih sunyi. Tiada penjaga sama sekali,
Dung ..... dung ..... dung ....
Kakek Lo Kun terus mendebur pintu sekeras-kerasnya
seraya berkaok-kaok: "Hai, buka pintu, lekas buka pintu! "
Pintu terdengar berderak derak dan pelahan-lahan terbuka.
Seorang lelaki tua bungkuk muncull dan memaki-maki :
"Hai, orang gila manakah yang pagi2 sudah menggembrong
pintu" " "Aku bukan orang gila....., " baru Lo Kun berteriak
demikian, tiba2 matanya terbelalak, " engkau .... engkau .......
" ia tergagap-gagap ketika melihat penjaga pintu itu.
Tiba2 penjaga pintu itu bersuit dan seekor anjing bulu
kuning segera berlari-lari muncul dari dalam vihara.
"Kuning, gigitlah pantat orang gila itu, " teriak penjaga
pintu sambil menuding kepada kakek Lo Kun.
Anjing Kuning itu menggereng buas lalu menerjang tetapi
secepat itu Sian Li pun berteriak: "Kuning ....!"
Anjing itu berhenti, memandang Sian Li lalu menggereng
pula. Pada lain saat dia loncat menerkam Sian Li. Nona itu
terkejut. Ia tak menyangka maka tak bersiap. Untung pada
saat yang berbahaya itu Blo'on loncat dan menampar kepala
anjing itu : " Jangan mengganggu sumoayku, anjing gila!"
Anjing-itu terlempar dan berguling-guling ke tanah.
Meraung-raung kesakitan. Beberapa saat kemudian tiba2
binatang itu bangkit lalu menghampiri Blo'on. Melihat itu
Blo'on siap hendak menamparnya lagi tetapi Sian Li
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencegahnya: "Jangan suko, dia sudah jinak ....".
Memang sinar mata anjing itu tidak sebuas tadi, ia
menghampiri Blo'on dan menjilat-jilat kaki pemuda itu.
Sikapnya seperti sudah kenal lama.
"Suko, itulah anjing Kuning suko, " seru Sian Li.
" O, ya, ya, aku ingat sekarang," kata Blo'on, "mengapa dia
di sini" " "Suko, " seru Sian Li pula. " bukankah kakek penjaga pintu
kakek Kerbau Putih" "
" Apa iya" " seru Blo'on terkejut, "mengapa dia menjadi
penjaga pintu vihara Seng-lian-kau" "
"Memang benar, dia si Kerbau Putih yang hilang itu," kata
Lo Kun seraya menghampiri.
" Hai, Kerbau Putih, ternyata engkau masih hidup" "
tegurnya. "Orang gila, jangan ngoceh tak keruan! Siapa yang engkau
panggil Kerbau Putih" Aku seorang manusia, bukan kerbau.
Aku manusia hidup mengapa engkau terkejut" " penjaga pintu
marah. "Gila," balas kakek Lo Kun. "baik2 kutegur engkau,
mengapa engkau malah marah2 seperti orang gila" Bukankah
engkau Kerbau Putih dulu" "
"Kakek edan," teriak penjaga pintu itu, "aku bukan terbau,
aku manusia!" "Manusia bungkuk," teriak Lo Kun mulai penasaran,
"bukankah namamu Kerbau Putih" "
"Bangsat gundul!" penjaga pintu itu balas memaki, "biar
bungkuk aku seorang manusia. Namaku bukan Kerbau Putih,
aku penjaga pintu vihara agung Seng-lian-kau."
"Siapa namamu" "
"Gu Mo Ong, pangkat Sin-bun-su vihara Seng-Iian-kau.
Hayo lekas beri hormat kepadaku!" teriak penjaga pintu itu.
Sian Li heran. Jelas penjaga pintu itu adalah kakek Kerbau
Putih, mengapa dia menyangkal" Apakah didunia ini terdapat
dua orang yang sama rupa dan perawakannya"
"Kakek Kerbau Putih," akhirnya ia coba menjelaskan,
"memang kakek ini adalah kakek Kerbau Putih dalam
rombongan kami yang dipimpin sukoku Blo'on."
Penjaga pintu itu deliki mata kepada Sian Li, serunya :
"Budak liar, siapa kakekmu itu" Engkau cantik, sayang
kalau engkau ikut-ikutan seperti kakek jelek itu."
Dikata kakek jelek, marahlah Lo Kun.
"Hai, orang bungkuk." teriaknya seraya menuding penjaga
pintu itu, "engkau memang Kerbau Putih yang pernah jadi
kawanku tempo dulu. Kalau engkau menyangkal dirimu
sendiri, pun boieh saja. Kita putus hubungan, juga tak apa2.
Tetapi janganlah engkau memaki aku kakek jelek. Apakah
engkau ini tak lebih jelek dan aku" "
''Orang gila, enyahlah engkau!" penjaga pintu balas memaki
dan mengusir. Disini vihara Seng-lian-kau yang suci, tidak
kuijinkan manusia gila seperti engkau mengotori vihara ini!"
Lo Kun makin marah Ia terus maju dan menjotos penjaga
pintu itu. Penjaga pintu juga tak mau mandah begitu saja
dipukul. Ia menangkis lalu balas memukul.
Kedua kakek itu segera berhantam. Makin lama makin seru.
Dari serang-menyerang dengan jurus ilmusilat mereka terus
bergelut. Ternyata kepandaian mereka memang seimbang.
Sampai beberapa saat belum ada yang menang dan kalah.
"Suko, lerailah mereka," Sian Li meminta kepada Blo'on
"tentulah kakek Kerbau Putih itu sudah kehilangan ingatannya
hingga dia lupa kepada kita"
"Ya, memang kakek Kerbau Putih itu aneh," kata Blo'on,
"tetapi apakah dia benar kakek Kerbau Putih kita itu" "
"Eh, engkau ini bagaimana suko. Jelas dia itu memang
kakek Kerbau Putih dulu. Sedangkan kakek Lo Kun pun ingat,
masakan engkau lupa."
"Kalau begitu, tunggulah," seru Blo'on. Dia terus maju dan
membentak : "Hai. kamu kedua kakek limbung! Ayo, berhenti
dulu!" Namun kedua kakek itu tak menghiraukan. Mereka masih
bergulat, cengkram mencengkram, tindih, bahkan gigitmenggigit.
"Hai, kakek gila, kalian mendengar tidak" " teriak Blo'on,
"berhenti, aku mau bicara!"
Namun kedua kakek itu tak menggubris. Melihat itu Blo'on
jengkel. Ia terus mencengkeram bahu kakek Lo Kun dan
ditarik ke atas. "Aduh, aduh ..." Lo Kun menjerit-jerit kesakitan, "kakiku
digigit kakek edan itu!"
Blo'on memang melihat kakek penjaga pintu masih
mendekap kaki Lo Kun dan menggigitnya. Ia merasa kasihan
pada kakek Lo Kun yang ditariknya itu. Maka segera ia
lepaskan cekelannya dan berganti menyeret tubuh kakek
penjaga pintu. "Aduh, keparat, bedebah .....!" sekarang kakek penjaga
pintu yang berkaok-kaok kesakitan. "Aduh. hih, geli juga .....
ketiakku dicengkeram kakek gila!".
Memang pada saat Blo'on menyeret tubuh kakek penjaga
pintu, kakek Lo Kun terus menerkam ketiak orang dan
diremasnya keras2. Terpaksa Blo"on lepaskan kakek penjaga pintu lalu beralih
memeluk tubuh kakek Lo Kun dan ditariknya ke belakang.
Kesempatan itu digunakan kakek Kerbau Putih untuk balas
dendam. Disambarnya kaki kakek Lo Kun lalu ditekuknya
keras2. "Aduh ..., kakinya putus," Lo Kun kesakitan.
Tetapi kali ini Blo'on tak mau melepaskan tubuh kakek Lo
Kun. Mengisar langkah ia mendupak kakek Kerbau Putih
sekeras-kerasnya. 'Uh....." kakek Kerbau Patih terlempar sampai beberapa
langkah ke belakang. Dengan begitu dapatlah Blo'on melerai
mereka. Kemudian ia melangkah ke tengah mereka.
"Hai. dengarkan. Aku mempunyai cara untuk menemukan
siapakah dtantara kalian berdua yang lebih sakti," kata Blo'on.
"Katakan," teiiak Lo Kun.
"Akan kuuji kalian dengan dua buah kepandaian. Pertama,
angkatlah tubuhku Barangsiapa yang kuat mengangkat
tubuhku sampai ke atas kepala, dia menang. Dan kedua,
pukullah aku, siapa yang dapat memukul aku sampai rubuh,
dia yang menang. Mau" "
"Setuju." seru kakek penjaga pintu, "siapa yang mulai
memukul dulu" "
"Engkau," seru Blo'on kepada penjaga pintu itu.
"Baik," sahut kakek Kerbau putih seraya singsingkan lengan
jubah dan menghampiri ke muka Blo"on. Terus memegang
tengkuk dan pantat Blo'on lalu diangkatnya.
"Huh ... huh .....," tiba2 kakek itu mendesuh desuh. Sampai
mukanya merah dan keringat bercucuran, tetapi dia tak
mampu mengangkat tubuh Blo'on.
"Engkau menggunakan ilmu setan," akhirnya karena tak
berhasil dia marah2. "Sudahlah, engkau menyisih saja ke samping, biar kakek Lo
Kun yang mencobanya," seru Blo'on.
Lo Kun pun segera singsingkan lengan baju lalu
mengangkat. "Hek .... hek ....," meski pun sudah berulang kali kakek Lo
Kun kerahkan tenaga, tetap dia tak mampu mengangkat tubuh
Blo'on. Dia rasakan tubuh Blo'on. memancarkan tenaga-tolak
sebesar tenaga yang dikerahkannya untuk mengangkat tubuh
Blo'on. Sampai merah padam mukanya tetapi kakek itu tak
mampu mengangkat tubuh Blo'on.
"Engkau curang," teriak kakek penjaga pintu, "engkau
pinjam tenagaku untuk menahan tenagaku. Sudah tentu aku
tak. dapat mengangkat."
"Lalu bagaimana maksudmu" " tanya Blo'on.
"Eugkau naik dulu ke atas punggungku lalu kuangkatmu ke
atas. Kalau aku tak mampu, aku menyerah kalah, berani" "
"Setuju! " sambut Bio'oa serentak.
Kakek penjagu pintu ilu terus berjongkok dan Blo'on pun
terus mencemplak dan menginjak benjolan daging pada
punggung kakek itu. Kakek penjaga pintu berdiam diri sejenak. Rupanya dia
sedang kerahkan tenaganya. Pada lain saat ia berteriak keras :
" Naik ....!" Tubuh Blo'on memang terangkat naik bersama punggung
kakek penjaga pintu. Tetapi pada saat penjaga pintu itu
hampir berdiri tegak, tiba2 dia terperosok ke bawah Iagi.
Dia penasaran sekali. Dihimpunnya segera tenaga lalu
dengan menggembor keras ia melonjak sembari menyangga
tubuh Blo'on. Memang seketika Blo'on ikut terangkat naik tetapi sesaat
kemudian kakek penjaga pintu itu menjerit rubuh. Kali ini
memang sakit sekali dia. Bukan saja kakinya tergempur sehingga terkapar ke lantai,
pun punggungnya masih terinjak kaki Blo'on.
"Tobaaat .....!" ia menjerit dan pingsan. Rupanya dia tak
tahu apa yang terkandung dalam tubuh Blo'on. Ji ih sin-kang
merupakan tenaga sakti yang aneh, dapat mekar dan
melingkup seperti karet. Makin keras menerima pukulan orang
makin keras dia akan memantulkan tenaga-tolak.
Kakek penjaga pintu mengerahkan seluruh tenagadalamnya
dan akibatnya dia telah ditindih oleh tenaga-tolak
yang mengembalikan tenaganya itu.
Melihat kakek penjaga pintu pingsan, Blo'on segera turun
dari punggungnya. Tetapi secepat itu kakek Lo Kun terus
menghampiri dan memeluk tubuhnya.
"Sekarang giliranku yang akan mengangkat tubuhmu! "
teriak kakek Lo Kun. "Gila, " Blo'on menjerit karena tubuhnya terangkat.
"Jangan kakek Lo, tak usah mengangkat tubuh suko," teriak
Sian Li seraya menarik baju Lo Kun.
Juga Blo'on meronta sehingga Lo Kun terlempar dan
terhuyung dua langkah!.. " Tidak bisa, " teriak Lo Kun, "kita sudah berjanji hendak
adu tenaga mengangkat tubuh anak muda itu. Kakek penjaga
sudah mengangkat, aku pun harus pegang janji."
"Ah, lopeh, tak usahlah, " Hoa Sin ikut mencegah, "katakan
saja kalau engkau sudah berhasil mengangkatnya."
"Bohong! Engkau berani mengajari aku berbohong. Tidak
bisa! " Lo Kun deliki marah kepada ketua Kay-pang. itu.
Kemudian ia berkeras juga hendak mengangkat tubuh
Blo'on. "Kim kongcu, turuti saja kemauannya dan biarkanlah dirimu
diangkatnya. Jangan menggunakan tenaga dalam untuk
meronta," tiba2 telinga Blo'on terngiang suara macam
nyamuk. la menurut dan biarkan dirinya diangkat kakek Lo
Kun. "Ya, engkaulah yang menang karena dapat mengangkat
tubuhku," kata Blo"on tertawa.
Lo Kun terus menghampiri ke tempat kakek penjaga pintu :
"Hai, kerbau tua, hayo bangun."
Tetapi diguncang dan ditarik berulang kali ternyata kakek
penjaga pintu itu diam saja. Dia masih pingsan. Tetapi pijakan
Blo'on pada daging benjol di punggungnya itu memberi akibat
yang hebat. Kakek itu pingsan berat.
" Ah, dia mati!" teriak Lo Kun.
Sian Li terkejut dan memeriksa : "Ah, tidak, dia belum mati,
musih bernapas." Blo'on kasihan. Dialah yang menyebabkan kakek itu pingsan
dan menderita luka parah. Dia harus dapat menyembuhkan. Ia
teringat masih mempunyai beberapa biji buah som seribu
tahun (Hay-te cian-han-som). Ia mengambil dua butir dan
menyusupkan ke dalam mulut kakek itu.
Belum kakek itu siuman, tiba2 dari dalam ruang muncul dua
orang kacung berpakaian paderi.
"Hai, siapa kalian ini" Hai, mengapa tukang jaga pintu itu"
" teriak kedua paderi anak itu seraya lari menghampiri.
Saat itu kakek Lo Kun sedang mengusap-usap dada kakek
tukang jaga pintu supaya lekas siuman. Tahu2 telinganya
dijiwir oleh kedua anak itu dan terus dilempar ke belakang.....
" Aduh....." Lo Kun menjerit kesakitan.
Kedua daun telinga merah dan panas sekali.
"Bangsat, engkau berani menjiwir telingaku" " ia terus lari
menubruk kedua anak itu, maksudnya hendak dihajar.
Tetapi kedua anak itu bergerak lincah sekali. Setelah
masing2 menghindar, dengan cepat mereka meringkus Lo Kun
lalu dilemparkan, bum ....
Jatuh ke lantai sampai tiga tombak jauhnya menyebabkan
Lo Kun meringis kesakitan. Terpaksa ia harus bangun dengan
merangkak. "Kunyuk cilik, berani benar engkau melemparkan kakekmu"
" ia terus lari hendak menerkam kedua anak itu tetapi kedua
anak itu lincah sekali. Melihat itu Blo'on merasa sebal. Dengan sebuah gerak yang
tak disangka-sangka ia menyambar tangan kedua anak itu:
"Jangan kurang ajar engkau!"
Kedua anak itu terkejut. Mereka meronta dan menghantam
Blo'on. Tetapi mereka menjerit karena pukulan yang
dilontarkan itu memancarkan tenaga tolak yang mendampar
mereka sendiri. Kedua anak itu terlempar. Lo Kun menyambut
mereka dengan tamparan pada kepalanya dan mereka pun
terus jatuh ke lantai. "Omitohud!" tiba2 terdengar suara orang berseru dan
muncullah tiga orang lelaki tua terdiri dari seorang paderi,
seorang imam dan seorang pertapa.
"Hui Gong siansu ..... Ang Bin tojin .... Sugong pangcu!"
serentak berserulah Hoa Sin ketika melihat ketiga orang itu..
Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin pun terkejut. Mereka
berseru menegur dan segera menghampiri.
"Ah, siapakah kalian ini" " paderi tua itu terkejut, "kami
baru saja bertemu kali ini, bukan" ''
Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong tojin terbelalak.
"Bukankah taysu ini Hui Gong siausu, Ang Bin totiang dan
Sugong In pangcu" Mengapa taysu sekalian lupa kepada
kami" " Ang Bin tojin terkejut: "Ah, mungkin saudara salah lihat.
Jelas kami tak pernah bertemu dan belum pernah mengenal
saudara2 ini semua."
"Hui Gong taysu. Ang Bin totiang, Sugong losu, mengapa
taysu sekalian lupa kepada kami" " teriak Sian Li yang heran
atas sikap mereka.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Li-sicu, harap jangan bicara seenakmu sendiri. Kami adalah
Ti-khek-ceng (paderi2 penerima tetamu) dari vihara agung
Seng-lian-kau, harap jangan mengatakan yang bukan-bukan,"
seru Ang Bin tojin. Hoa Sin dan kedua ketua partai persilatan benar2 terbeliak
heran. Mereka saling bertukar pandang. Akhirnya Hoa Sin
mengangguk : "Kakek Kerbau Putih tadi pun bersikap demikian kepada
kita," katanya dengan berbisik, "jelas ketika taysu ini juga
terkena racun pelelap pikiran dari orang Seng-lian-kau."
Kakek Lo Kun belum begitu kenal dengan Hui Gong bertiga,
dia terus maju dan menegur.
"Hai, paderi, hai, imam dan pertapa tua," serunya, "kalian
jangan main2. Kalau Hoa pang Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin kami bukan orang sembarangan. Mereka adalah
ketua partai Kay-pang, partai Kun lun dan partai Go-bi yang
termasyhur. Kalau mereka mau kenal kepadamu, itu sudah
suatu rejeki besar bagi kalian. Mengapa kalian berani
menolak" ". "Kakek gila." bentuk Ang Bin tojin, "siapa yang kenal
dengan segala macam ketua partai persilatan itu. Dalam dunia
persilatan yang ada hanya Seng lian-kau dan yang layak
disebut kaucu hanyalah kaucu dari Seng-lian-kau."
"Apa itu sih, Seng-lian kau," " dengus kakek Lo Kun, "imam
hidung kerbau, sudahlah, jangan banyak bicara. Katakan
engkau mau mengaku atau tidak!"
"Mengaku apa" "
"Mengaku kalau kenal dengan ketiga sahabat ku itu!"
"Kakek gila!" bentak Sugong In seraya menampar.
Karena tak menduga, kakek Lo Kun tersurut beberapa
langkah ke belakang. "Eh, pertapa gila, engkau berani turun tangan memukul
aku" " Lo Kun penasaran dan terus menyerang.
Melihat itu Hoa Sin hendak melerai. Ia tahu memang bukan
atas kehendaknya sendiri Sugong ln itu menyangkal melainkan
karena kesadaran pikirannya telah hilang. Entah dengan
menggunakan obat apakah Seng liang kau sehingga dapat
membuat tokoh2 sakti seperti ketiga paderi itu sampai lupa
diri. Tetapi baru ia hendak melangkah, tahu2 Arg Bin tojin sudan
menyerangnya. "Totiang, aku Hoa Sin, masakan totiang lupa kepadaku" "
seru Hoa Siu seraya menghindar mundur.
Tetapi Ang Bin tojin benar2 lupa segala apa. Ia menyerang
Hoa Sin sehingga ketua Kay-pang itu pun terpaksa harus
melayani. Namun ia lebih banyak menghindar dan tak mau
balas menyerang. Melihat itu Ceng Sian suthay, berseru : "Harap taysu
sekalian berhenti. Kita adalah orang sendiri, mengapa harus
saling bermusuhan." "Hm, jika engkau tahu gelagat. harap engkau segera ajak
kawan-kawanmu enyah dari sini," tiba2 Hui Gong taysu
mendengus. Ceng Sian suthay pun tahu bahwa Hui Gong taysu telah
kehilangan kesadaran pikirannya. Ia tak mau menggubris.
Maksudnya ia hendak menghentikan pertempuran itu agar
jangan sampai terjadi akibat2 yang tak diharapkan. Tetapi
baru ia hendak melangkah, Hui Gong sudah menghadangnya
seraya kebutkan hudtim: "Sekali lagi kuperingatkan engkau supaya kalian enyah.
Jangan bikin onar di sini!"
Ceng Sian suthay terkejut. Taburan hudtim ketua Siau-lim si
itu menimbulkan deru angin yang tajam sekali. Ceng Siau
cepat2 lepaskan pukulan Hian-ciaug (kapas) untuk menghalau
lalu dia loncat menghindar.
Bian-ciang atau pukulan kapas, mengandung tenaga-dalam
yang bersifat lunak, Tampaknya gerak pukulan rahib dari Kunlun-
pay itu tak berapa keras dan bertenaga, tetapi pukulan itu
dapat menyerap tenaga-keras dan menariknya ke samping.
Hui Gong taysu terkejut ketika kebutan hudtimnya seperti
terseret oleh segulung angin yang mengandung tenaga
lembut. Tetapi dia adalah ketua Siau-lim-si yang berilmu tinggi. Saat
itu pikirannya memang linglung, seperti hilang. Dia tak ingat
lagi ketiga ketua partai bersilatan yang menjadi rekan
perjuangannya. Tetapi dalam llmusilat, dia masih dapat
memainkan dengan hebat seperti sediakala.
Melihat Ceng Sian suthay dapat menghalau hud-timnya,
Hwi Gong penasaran. Segera ia menyerang dengan hudtim.
Kali ini disaluri dengan tenaga dalam Toa-lat-kim-kang.
Tenaga dalam itu bersifat keras dan dahsyat, mampu
menghancurkan batu karang.
Hoa Sin terkejut. Pukulan itu teramat dahsyatnya. Ceng
Sian suthay tentu terpaksa akan menangkis dengan pukulan
yang sakti juga. Akibatnya salah seorang tentu akan
menderita. Cepat Hoa Sin memutuskan untuk menyongsong dengan
pukulan agar dapat mengurangi kedahsyatan pukulan Hui
Gong taysu. Tetapi sebelum ia sempat bertindak, Hong Hong
tojin sudah mendahului gerakkan tenaganya.
Ketua Go-bi pay itu telah melepaskan pukulan Gun-goanciang.
Tetapi agar jangan menimbulkan akibat2 yang tak
diinginkan dia hanya menggunakan lima bagian tenaganya.
Dalam pada itu ternyata Ceng Sian suthy pun melepaskan
pukulan Hian ciang pula. Ketika toa-lat kim-kong ciang
melanda di tengah jalan telah disambut oleh dua buah
pukulan sakti. Dari muka dibentur pukulan Bian-ciang dan dari
samping dilanda pukulan Gun-goan-ciang. Karena toa-lat kimkong
ciang itu hanya menggunakan tiga bagian tenaga saja,
maka pukulan itu pun terdampar ke samping, bum....
akibatnya dinding yang terlanggar hancur berguguran.
Melihat itu Ang Bin tojin marah Ketua Bu-tong-pay itu tanpa
berkata apa2 terus menyerang Hong Hong tojin.
Demikian pula Hui Gong taysu. Dia pun menyerang Ceng
Sian suthay. Dan tak ketinggalan pula Sugong In ketua Kong
tong pay, dia menerjang Hoa Sin.
Suasana gaduh dan hiruk. Enam orang ketua partai
persilatan telah saling bertempur sendiri.
Ceng Sian suthay terpaksa tumpahkan seIuruh
kepandaiannya untuk menghadapi Hui Gong taysu.
Hong Hong tojin juga harus peras keringat untuk melayani
serangan Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay yang lihay itu.
Hanya Hoa Sin ketua Kay-pang yang agak ringan. Dengan
mengeluarkan ilmusilat Joh-siang-ciang atau pukulan Salaharah
yang baru saja diciptakannya, dia berhasil mendesak
Sugong In ketua Kong-tong-pay.
Sementara itu kakek Lo Kun bingung tak keruan. Sambil lari
mondar-mandir ia menggerutu : "Gila, gila, mengapa kawan
sendiri harus bertempur ....."
Plak .... Tiba2 kepalanya ditampar orang dari belakang dan lehernya
disekap orang dengan kencang sehingga Lo Kun tak dapat
bernapas. Dia meronta-ronta hendak melepaskan diri sehingga
terjadilah adegan seperti orang bergumul.
"Hai, kakek, mengapa engkau!" teriak Sian Li yang terkejut
dan terus menarik tubuh kakek penjaga pintu.
Ternyata yang menyekap leber Lo Kun dan menampar
kepalanya, adalah kakek penjaga pintu. Disekap sekuat tenaga
sehingga tak dapat bernapas dan ditampar sekerasnya
sehingga kepalanya pening, Lo Kun terkulai tak ingat diri.
"Mengapa engkau mencelakai kakekku Lo Kun" tegur Sian
Li dengan marah. "Budak perempuan, apakah aku bukan kakekmu juga si
Kerbau Putih itu" " kakek penjaga pintu itu balas berteriak.
"Oh," Sian Li berseru kejut2 girang, "apakah engkau sudah
ingat dengan kami" "
"Uh, siapa bilang aku lupa kalian. Bukankah kalian ini
budak, perempuan Sian Li yang menjadi sumoay dari pemuda
gundul Blo"on itu" " kata kakek Kerbau Putih sembari
menuding ke arah Blo"on.
"Bagus, kakek Kerbau Putih," teriak Sian Li girang sekail,
"tetapi mengapa engkau menampar kepala kakek Lo Kun itu,
uh .... celaka mengapa dia" '
Sian Li terkejut ketika melihat Lo Kun masih menggeletak di
lantai. Buru2 ia menghampiri Lo Kun, Kakek Kerbau Putih pun
ikut menghampiri. "Hai, Lo Kun, mengapa engkau tidur saja" Hayo bangun,"
kakek Kerbau Putih itu menggoIak-golek kepala Lo Kun
berulang kali namun Lo Kun tetap tak membuka mata.
"Kurang ajar, masakan baru bertemu saja sudah minta
dimanjakan," kakek Kerbau Putih merogoh ke dalam saku
bajunya dan mengeluarkan sebuah buli2 kulit lalu disusupkan
ke dalam mulut Lo Kun. Aneh, sekalipun pingsan tetapi mulut Lo Kun dapat
meneguk isi buli2 itu. Beberapa saat kemudian, kakek Kerbau
Patih berteriak : "Hai, sudah. Jangan engkau habiskan arak Swat-som-ciu
ini," ia terus hendak menarik buli2 itu tetapi tiba2 tangan Lo
Kun mendorongnya hingga kakek Kerbau Putih terjerembab ke
belakang. "Nikmat sekali, benar2 nikmat." Lo Kun bergeliat bangun
setelah menghabiskan arak dalam buli2 itu semua.
"Setan Macan Hitam, mengapa engkau habiskan arakku" "
kakek Kerbau Putih marah.
"Bangsat kerbau, mengapa engkau menampar kepala dan
menyekap leherku begini keras" " Lo Kun balas deliki mata.
"O, kakek gila, masakan orang menumpahkan rasa rindu
kepadamu, engkau malah pingsan" " sahut kakek Kerbau
Putih. Ternyata tindakan kakek Karbau Putih tadi, setelah
pikirannya sadar dengan gembira memeluk sahabatnya karib.
Tetap dia tak menyadari kalau pelukannya itu terlalu keras.
Bukan memeluk lagi tetapi seperti orang mencekik. Dan
celakanya yang dipeluk itu bagian leher. Sudah tentu Lo Kun
tak dapat bernapas dan pingsan.....
"Kakek Lo, " cepat2 Sian Li menerangkan, "kakek Kerbau
Putih sudah ingat kita. Setelah makan dua butir Hay te-cianlian
som, rupanya pikirannya sudah tersadar."
"O, Kerbau Putih, apa engkau sudah tidak gila lagi
sekarang" " tegur Lo Kun.
"Siapa bilang aku gila" " Kerbau Putih deliki mata.
Sementara itu pertempuran antara keenam ketua persilatan
tadi sudah berlangsung sampai seratusan jurus. Ceng Sian
suthay makin sibuk untuk menghadapi serangan Hui Gong
taysu. Demikian pula Hong Hong tojin sudah mulai mandi
keringat melayani serangan Ang Bin tojin. Hanya Hoa Sin yang
masih lincah dan dapat membuat Sugong In kewalahan.
"lh ..... , " tiba2 kedengaran Ceng Sian suthay mendesis
kaget dan loncat mundur. Ketika pukulan Hui Gong yang
menimpah ke arah kepala tiba2 diganti dengan tusukan jari,
walau Ceng Sian suthay sempat loncat mundur tetapi
rambutnya kena tertowel sehingga terurai.
Ceng Sian suthay marah. Sebagai seorang rahib, sebagai
ketua Kun-lun-pay ia merasa terhina atas tindakan Hui Gong
taysu. Serentak ia mencabut pedang Ceng-Iui kiam. Seketika
terdengar bunyi macam halilintar meletus dan cahaya yang
berkilat-kilat menyilaukan mata.
Ceng-lui-kiam atau pedang Halilintar-biru memiliki perbawa
dan cahaya yang sesuai dengan namanya. Pedang pusaka
yang diperolehnya dari Lam-hay siang-jin dahulu, jarang sekali
digunakan oleh Cen Sian. Kini suthay itu lupa bahwa Hui Gong
taysu bukan Hui Gong taysu yang semula tetapi Hui Gong
yang sudah terbius hilang kesadaran pikirannya. Dia hanya
menuruti rangsang kemarahannya.
"Suthay, jangan," tiba2 Blo'on mencegah, "pedang tak
bermata, apabila sampai melukai kawan sendiri, tentu akan
menimbulkan dendam yang parah. Lebih baik aku saja yang
menghadapinya." Blo'on terus maju ke hadapan Hui Gong.
"Taysu, " serunya, "mengapa taysu lupa kepada kami" "
"Aku adalah Ti khek-ceng (paderi penyambut tetamu) dari
vihara Seng lian di sini. Lekas kaIian enyah atau terpaksa akan
kugunakan kekerasan mengusirmu," seru Hui Gong.
"Taysu, apakah benar2 taysu sudah lupa kepadaku" "
tanya Blo'on pula. "Buka dadamu!" teriak Hui Gong taysu.
Blo'on terbeliak. "Setelah melihat bagaimana dadamu, baru aku dapat
mengatakan kenal atau tak kenal kepadamu," kata Hui Gong.
Untuk menghindari pertempuran, terpaksa Blo'on menurut.
Ia membuka bajunya sehingga dadanya yang bidang kelihatan
jelas. Hui Gong menghampiri, memandang lekat pada dada anak
itu. Kemudian ulurkan telapak tangan kanannya, melekat pada
dada Blo'on. Blo'on diam saja.
"Suko, awas, dia hendak mencelakai engkau!" menyadari
bahwa dengan melekatkan telapak tangan, ke dada Sukonya,
Hui Gong dapat memancarkan tenaga-sakti untuk
menghancurkan dada Blo'on, Sian Li cepat2 berteriak memberi
peringatan. Dan habis berteriak, ia terus mencabut pedang
lalu hendak menerjang. Tetapi sebelum sempat bergerak, ia terkejut menyaksikan
pemandangan yang aneh. Apa yang diduganya memang
benar. Tiba2 Blo'on mendesuh kaget dan mencelat sampai tiga
langkah ke belakang. Tetapi Hui Gong taysu sendiri lebih
menderita. Dia terhuyung-huyung ke belakang sampai
beberapa langkah dan jatuh ngelumpruk ke lantai.
Bloon terlongong-longong heran. Ia tak mengerti mengapa
tiba2 Hui Gong taysu mendorongnya. Dan dari telapak tangan
taysu itu memancarkan tenaga arus yang kuat sekali. Blo'on
terkejut dan ingin berontak untuk menahan arus kuat itu.
Akibatnya Blo'on terpental sampai tiga langkah tetapi Hui
Gong taysu terkena tenaga-tolak dari Ji ih-sin kang sehingga ia
harus menerima akibat dari tenaga-dalam yang dilancarkan
itu. "Taysu bagaimana, apakah engkau kenal kepadaku" "
Blo'on maju menghampiri. Seolah-olah tak terjadi apa2.
"Aku tak kenal kepadamu," seru Hui Gong taysu, "engkau
bukan anggauta Seng-lian-kau."
"Memang, eh, bagaimana taysu tahu" " sahut Blo'on.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Setiap dada anggauta Seng-lian-kau tentu mempunyai
tanda cap bunga Teratai ....... "
"O, apakah taysu juga" "
"Nih, lihatlah! " tanpa sungkan2 lagi seperti sikap seorang
yang tak sadar, Hui Gong taysu lalu menyingkap dada
bajunya. Dan tampak sebuah torehan yang berlukiskan
sekuntum teratai. Sayang Blo'on tak dapat meneliti bunga itu lebih lanjut.
Sebenarnya lukisan bunga teratai itu bukan dicacah melainkan
terbuat dari bahan campuran perak putih dengan ramuan
obat. Setelah ditancapkan pada dada orang, maka orang itu
akan kehilangan daya kesadarannya. Dia seperti kosong
pikirannya, lupa segala. Yang diketahuinya dia hanya harus
menurut perintah pimpinan Seng lian kau.
Andaikata Hoa Sin atau Ceng Sian suthay atau Hong Hong
tojin yang melihat pertandaan gambar teratai itu, mereka
tentu dapat memikirkan lebih lanjut.
"Kakek Kerbau butih," tiba2 Sian Li mendapat pikiran,
"apakah dadamu juga berhias gambar bunga teratai" "
"Huh, budak perempuan, mengapa engkau hendak melihat
dadaku" Apakah engkau tak malu" "
Sian Li tersipu-sipu merah mukanya. Sebenarnya hampir
saja ia dapat memecahkan persoalan itu tetapi karena
disemprot begitu oleh kakek Kerbau Putih, dia pun malu.
Sementara itu pertempuran Hong Hong tojin lawan Ang Bin
tojin pun mencapai ketegangan.
Ang Bin tojin telah melancarkan pukulan Poh giok-ciang
atau pukulan Pembelah kumala, sebuah ilmu pukulan yang
istimewa dari partai Bu tong pay. Perbawa pukulan itu mampu
menghancurkan batu karang, seperti terbelah dengan senjata
tajam. Hong Hong tojin terkejut. Jika ia melayani dengan ilmu
pukulan Gun-goan-ciang, jelas tentu akan terjadi suatu akibat
yang tak diharapkan. Namun apabila ia lemah, jelas pula ia
akan menderita. Tetapi angin pukulan dari Ang Bin tojin cepat melanda dan
Hong Hong tojin gugup lalu mengangkat tangan. Tiba2
sebelum ia sempat mengayunkan tangannya, sesosok tubuh
telah melesat di hadapannya dan menyongsongkan kedua
tangannya untuk menahan pukulan Ang Bin tojin.
Dessss..... Orang itu mencelat ke belakang untung dapat disanggah
Hong Hong tojin, tetapi Ang Bin tojin mencelat sampai
setombak jauhnya dan jatuh terduduk ....
Yang melesat untuk menyambuti pukulan ketua Bu tongpay
itu adalah Blo'on. Dia kencangkan tangan untuk menerima
pukulan. la tak tahu bagaimana harusnya mengerahkan
tenaga. Tetapi keinginannyalah yang menggerakkan tenagasakti
Ji-ih sin-kang. Akibatnya ketua Bu-tong-pay yang
memiliki tenaga-dalam hebat dan melancarkan pukulan Pohgiok-
ciang, menderita sekali. Kali ini karena telah mengalami kegagalan yang pertama,
maka Ang Bin tojm menambahkan tenaga-dalam sebesar
tujuh bagian dalam pukulannya itu. Tetapi akibatnya makin
runyam. Dia menderita tenaga dalamnya yang terpancar oleh
daya tolak tenaga-sakti Ji ih sin-kang.
Ang Bia tojin cukup parah menderita luka. Ia mutah darah
lalu pejamkan mata. Blo'on kesima. Diam2 ia menyesal karena
telah melukai ketua Bu tong-pay itu. Ia maju menghampiri dan
meminta maaf". "Totiang ....... "
Baru dia berkata sepatah-tiba2 Ang Bin tojin meraung dan
terus melenting bangun seraya menghantam Blo'on.
Jarak mereka hanya terpisah dua tiga Iangkah dan gerakan
Ang Bin tojin itu dilakukan secara cepat dan tak terduga-duga.
Sudah tentu Blo'on sukar untuk menghindar.
Melihat itu Sian Li pun menjerit :
"Suko.....! " Jilid 45 Blo'on terkejut. Namun apa mau dikata. Jaraknya hanya
tiga langkah dan Ang Bin tojin menghantam dengan penuh
kemurkaan. Blo'on tak mampu menghindar lagi.
Melihat itu Sian Li juga menjerit. Tetapi tak sempat lagi
gadis itu hendak menolong.
Dalam detik2 berbahaya itu tiada jalan bagi Blo'on kecuali
mengangkat tangannya untuk menangkis.
Krakkkk ..... Terdengar dua buah kerat tulang saling beradu keras.
Blo'on mencelat sampai beberapa langkah. Tetapi Ang bin
tojin, ketua Bu tong pay pun terlempar sampai setombak
jauhnya. Kali ini ketua Bu tong-pay itu duduk bersila di tanah
pejamkan mata. Wajahnya pecat pasi.
"Suko, engkau tak kena apa2" " Sian Li lari menghampiri
dengan cemas. "Hanya sedikit ampek dadaku," kata BIo'on "bagaimana
dengan Ang Bin tojin" "
"Dia ....... " Sian Li berpaling ke arah ketua Bu-tong-pay,
"dia parah sekali ..."
Blo'on dan Sian Li segera menghampiri.
"Ang Bin totiang," seru Blo'on; "maafkan, tetapi totiang
sendiri yang menghantam dengan sepenuh tenaga "
Namun ketua Bu tong-pay itu diam saja. Ternyata dia telah
mengerahkan sisa tenaganya untuk menghantam Blo'on.
Tetapi akibatnya, dia makin menderita sekali. Tenagadalamnya
telah menderita luka parah.
"Kim kongcu," tiba2 Hong Hong tojin menghampiri dan seolah2
memeriksa keadaan Ang Bin, tahulah dia kalau ketua
Bu-tong-pay itu gawat sekali keadaannya. Ibarat pelita yang
kehabisan minyak, "Ang Bin toheng menderita luka parah.
Apabila tak mendapat obat yang mujarab, mungkin dia .....
akan menjadi cacat. Sekurang2nya dia harus beristirahat
sampai tiga empat bulan baru dapat sembuh.
"Suko," tiba2 Sian Li berseru, "aku masih mempunyai
simpanan Cian-lian-hay-te-som. Baik lah kuberi lima butir."
Gadis itu, terus mengeluarkan lima biji Hay te som lalu
diberikan kepada Hong Hong lojin.
Hong Hong tojin menyambut! tetapi dia agak ragu2.
"Mengapa totiang tak lekas memberikan kepadanya" "
tanya Sian Li. "Jelas bahwa Ang Bin toheng dan Hui Gong siansu itu telah
menderita kehilangan kesadaran pikirannya. Dia telah diperalat
oleh orang Seng-lian-kau. Aku kuatir, Ang Bin toheng akan
menolak pemberian obat ini. "
"Ya, benar, totiang." kata Blo'on, "jika begitu lebih baik kita
paksa saja." "Aku mempunyai daya, " akhirnya Hong Hong tojin berkata
lalu menghampiri ketua Bu-tong-pay itu. Tiba2 ia menutuk
dada ketua Bu-tong-pay itu. Bluk .... Ang Bin rojin serentak
rubuh. "Benar, totiang, " seru Sian Li, " hanya dengan jalan ditutuk
jalan darah supaya dia tak dapat berkutik, barulah kita dapat
memberi obat kepadanya."
"Lebih baik buka saja bajunya," kata Hong liong pula
kepada Blo'on. Blo'on pun terus melakukan perintah itu.
Hong Hong tojin terus membuka mulut ketua Bui-tong-pay
itu lalu memasukkan kelima butir Hay-te-som ke dalam
mulutnya. Blo'on memegang kedua lengan Ang Bin menjaga supaya
tokoh itu tidak meronta. Tetapi ternyata ketua Bu-tong-pay itu
lemas tenaganya. "Hai, dada Ang Bin tojin ini juga ada lukisan bunga teratai
putih, " seru Blo'on seraja menunjuk dada Ang Bin.
"Hai, apa yang dikatakan Hui Gong taysu memang benar,"
kata Hong Hong tojin, "semua tokoh penting dari Seng-liankau,
dadanya tentu berhias cacahan bunga teratai putih. "
Hong Hongpun memeriksanya. Dia dapatkan lukisan itu
melekat pada dada, berwarna putih perak.
"Hm, tentu inilah yang menyebabkan Ang Bin toheng
kehilangan kesadaran pikirannya," kata Hong Hong. Ia
membau lukisan itu, kemudian menjilatnya.
"Ya, tak salah lagi, " serunya, "lukisan teratai putih itu tentu
dibuat dengan ramuan racun. Apabila kita dapat
menghilangkannya, tentulah Ang Bin toheng akan pulih lagi
kesadaran pikirannya!"
Bio'on terus mengeluarkan pedang.
" Eh, mau apa suko" " seru Sian Li.
"Akan kukorek lukisan teratai itu supaya hilang."
"Jangan," cegah Hong Hong, "jika salah urus, kemungkinan
malah akan membahayakan jiwanya."
Ia coba memeriksa lagi lukisan itu dengan teliti.
Dalam pada itu Hui Gong taysupun segera maju. Kuatir
kalau paderi Siau-lim itu akan mengganggu pekerjaan Hong
Hong tojin. Ceng Sian suthaypun segera maju menghadang.
Rupanya dalam kesadaran pikirannya yang hilang, ketua
Siau-lim itu masih dapat meluap ke marahannya. Ia jengkel
melihat rahib itu selalu merintanginya.
Hui Gong segera menyerangnya dengan ilmu pukulan
Hung-liang-sip-pat ciang atau Delapan belas-tamparanmenundukkan-
naga. Sebuah ilmu pukulan simpanan dari
vihara Siau-lim. Ilmu Hang-liong-siap-pat-ciang itu memang jarang
digunakan karena dari paderi Siau-lim angkatan Hui, hanya
Hui Gong siansu seorang yang menguasainya. Dia memang
seorang murid yang cerdas dan saleh.
Ceng Sian suthay terkejut. Dengan sekuat tenaga ia
melayaninya namun hanya dapat bertahan tanpa dapat
membalas. Itupun dengan susah payah.
"Suthay, silahkan beristirahat," seru pengemis-sakti Hoa Sin
seraya maju. Ceng Sian suthay tahu akan watak ketua Kay Pang. Dia
jujur dan baik hati. Hanya suka melucu dan berolok-olok.
Karena yang meminta ketua Kaypang itu Ceng Sian pun tak
marah. Ia segera loncat mundur.
"Hola, Hui Gong siansu, kiranya siansu sudah lupa benar2
pada kawan2 lama. Aku si pengemis tua Hoa Sin," serunya.
"Huh," ketua Siau-lim hanya mendesuh terus menyerang.
Hoa Sin ketua Kay-pang mempunyai bermacam-macam
ilmusiiat yang aneh. Sesuai dengan wataknya yang aneh, Hoa
Sin disamping memiliki ilmusilat dari partainya, juga gemar
mempelajari berbagai ilmusilat dari beberapa aliran. Dan
gemar pula ia menciptakan ilmu silat baru. Joh-hong-ciang
atau pukulan berlawanan arah, juga diciptakan selama dalam
perjalanan. Hoa Sin pun segera mengeluarkan ilmu silat ciptaannya itu.
Memang pada babak permulaan dapat mengimbangi
permainan lawan. Tetapi setelah Hang-liong-sip-pat-ciang
mencapai jurus yang ke lima-belas, ketua Kaypang itu
kelabakan setengah mati. Dam2 ia harus mengakui bahwa ketua Siau lim itu memang
hebat sekali tenaga dalamnya. Joh-hong-ciang mau disambar
angin pukulan Hang-liong-sip-pat-ciang yang perbawanya
laksana halilintar menyambar.
Melihat itu kakek Lo Kun menghampiri kakek Kerbau Putih
dan membisikinya. Kedua kakek itu terus mengitari ke
belakang Hui Gong taysu. Tanpa berkata apa2, keduanya
terus loncat menubruk ketua Siau-lim itu. Lo Kun merangkul
kedua kaki Hui Gong dan kakek Kerbau Putih menyekap
pinggang orang. Hui Gong terkejut. Ia hampir rubuh. Cepat ia ayunkan
tangannya untuk menghantam kakek Kerbau Putih. Tetapi
saat itu dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, Hoa Sin
sudah loncat dan menutuk dada paderi itu.
"Ah....." Hoa Sin menghela napas longgar dan mempesut
keringat pada dahinya. Ia sudah kewalahan menghadapi
paderi Siau-lim itu. "Bawa kemari!" teriak Blo'on.
"Kenapa" " seru Lo Kun yang masih mati-matian mendekap
kedua kaki Hui Gong. "Hui Gong taysu sudah terkena tutukanku, dia tentu tak
dapat bergerak lagi. Harap paman Lo suka menggotong ke
tempat Kim kongcu," kata Hoa Sin.
"Mau engkau apakan" " tanya Lo Kun ketika menggotong
Hui Gong ke tempat Blo'on.
"Lihat, kakek Lo," seru Blo'on, "mustika batu Naga merah
yang engkau berikan itu ternyata memiliki hasiat yang hebat
sekali. Lihatlah, lukisan teratai perak pada dada Ang Bin tojin
ini!" Kakek Lo Kun melongok. "Hai, mengapa lukisan itu dapat tersedot rontok" "
teriaknya. "Memang hebat sekali batu pemberian kakek itu," seru
Blo'on. "setelah lukisan di dada Ang Bin tojin habis, nanti kita
kerjakan lukisan di dada Hui Gong taysu."
Selagi rombongan Blo'on masih sibuk menolong Ang Bin
tojin, tiba2 dari dalam vihara Seng-lian-si, muncul beberapa
orang. Mareka mengenakan jubah putih, pada bagian dada
berlukis teratai kuning. Jumlah mereka tak kurang dari duapuluh orang dan ketika
melihat kakek Kerbau Putih, Hui Gong taysu dan Ang Bin tojin
berada pada rombongan Blo'on segera mereka hendak
menerjang. Melihat itu Ceng Sian suthay dan Hoa Sin segera
menghadang. "Berhenti! hardik ketua Kay-pang, mau apa kalian ini" "
"Kami anakbuah Hong-lian-tong," sahut salah seorang,
"ketiga orang itu adalah tukang sapu dan paderi Ti-khek ceng
Seng-lian-si. Kenapa mereka" "
"Mereka adalah kawan kami. Hui Gong taysu ketua Siaulim-
si, Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay dan kakek Kerbau
Putih adalah kawan kami." seru Hoa Sin.
"Hm, berani benar engkau mengaku-aku! Lepaskan
mereka!" Seorang pula segera menghampiri orang yang bicara itu
dan berkata bisik. "Hm, jelas mereka telah menderita luka, tentu kamu yang
mencelakai!" seru orang itu pula.
"Benar," seru kakek Lo Kun dan kakek Kerbau putih seraya
maju, "memang kawanku ini bermula tak ingat siapa aku. Dia
malah mengamuk, dan menyerang. Tetapi sekarang dia sudah
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jinak dan ingat kembali pada kawan2 lama."
"Ta-soh ceng, mengapa engkau tak lekas ke mari!" seru
orang itu. "Hah" Siapa ta-soh-ceng itu" " sahut Lo Kun.
"Ta-soh-ceng adalah paderi tukang sapu, dia!" orang itu
menunjuk kakek Kerbau Pulih.
"Benarkah" " kakek Lo Kun berpaling kepada kakek Kerbau
Putih. "Siapa bilang aku tukang sapu!" teriak Kerbau Putih."
"Hai, ta-soh-ceng, mengapa engkau lupa kewajibanmu dan
enak2 campur dengan orang2 ini" "
"Aku bukan tukang sapu!" teriak kakek Kerbau Putih.
"Tangkap ta-soh-ceng itu!" orang berjubah putih teratai
kuning itu segera berteriak memberi perintah.
Dua orang jubah putih teratai kuning segera maju hendak
meringkus kakek Kerbau Putih tetapi dihadang Hoa Sin dan
Ceng Sian. "Eh, mengapa kamu merintangi" " seru kedua paderi jubah
putih itu, "Dia adalah kakek Kerbau Putih teman kami, bukan
paderi tukang sapu." seru Hoa Sin.
"Hm, jelas dia adalah ta soh-ceng dari vihara Seng lian si
ini. Aku hendak nenangkap orangku sendiri, mengapa kalian
turut campur!" "Tidak!" kata Hoa Sin, "dia adalah kawan kami. Memang dia
telah di tangkap orang Seng-han-kau dan di jadikan tukang
sapu, tetapi sekarang dia sudah bebas"
"Hm, rupanya engkau memang hendak cari gara2 di sini,"
kata paderi jubah putih lalu ayunkan tangannya menghantam.
Krakkkk ..... Hoa Sin menangkis. Ia terkejut. Walanpun ia berhasil dapat
membuat orang itu tersurut mundur dua langkah tetapi ia
rasakan lengannya juga tergetar.
Yang seorang hendak memukul tetapi segera di sambut
Ceng Sian suthay. Juga Ceng Sian menderita perasaan seperti
Hoa Sin. Kedua orang berjubah putih dengan lukisan bunga teratai
itupun terkesiap juga. Namun mereka tak menghiraukan suatu
apa dan terus menyerang lagi.
Hoa Sin memperhitungkan, rombongan orang jubah putih
teratai kuning itu berjumlah duapuluh. Jika kepandaian
mereka rata2 seperti yang dua orang itu, tentu sukar untuk
mengatasi mereka. Maka dia harus cepat2 dapat
mengalahkannya. Hoa Sin segera gunakan ilmu meringankan tubuh. Juga
dalam hal ini, dia telah menciptakan ilmu loncatan tersendiri
yang dinamakan Tong-long jong-thian atau Belalang-loncat-ke
udara. Gerakan ketua Kay-pang yang aneh itu membuat lawan
bingung dan beberapa saat kemudian, dapatlah Hoa Sin
mengatasi kedua lawannya.
"Berhenti!" tiba2 terdengar seorang lelaki tua berjubah
putih dengan lukisan bunga teratai kuning, muncul dari dalam
ruangan. Rombongan orang berjubah putih dengan teratai kuning itu
segera menyiak membuka jalan seraya memberi hormat.
"Hormat kepada Hong-lian-tong-cu!"
Lelaki itu bermata satu, umurnya setengah baya, membawa
sebatang tongkat tangkainya berbentuk kepala naga.
Melihat kedua orang jubah putih terkapar di lantai, Honglian-
tong-cu atau kepala dari Paseban-teratai-kuning yang
bermata satu itu berkilat-kilat memancarkan kemarahan.
" Kenapa mereka" " serunya dengan suara bengis.
Salah seorang jubah putih teratai kuning segera maju
memberi laporan. "Hm, jelas mereka hendak cari gara2! " kata lelaki mata
satu. "Tok gan hui-liong! " seru Hoa Sin ketika melihat lelaki
bermata satu. Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin pun cepat dapat
mengenali orang itu sebagai Tok-gan hui-liong atau si NagaTiraikasih
website http://kangzusi.com.
terbang mata-satu dari Tibet yang dulu pernah datang
menghadiri upacara sembahyangan jenazah Kim Thian ceng.
Tetapi Tok gan hui-liong tak menyahut, melainkan
membentak: " Hai, siapa kalian yang berani bertindak
berandalan di vihara Seng-lian-si sini!
Dalam pada itu, Blo'on telah menyelesaikan pertolongannya
kepada Ang Bin tojin. Lukisan teratai perak pada dada ketua
Bu-tong-pay itu sudah bersih dan kini imam itu sedang
pejamkan mata menyalurkan pernapasan untuk
mengembalikan tenaganya. "Sumoay, siapakah si Mata-satu itu" " tanya BIo'on kepada
Sian Ii. "Dia adalah si Naga-terbang-mata-satu dari Tibet yang dulu
telah mengacau dalam upacara sembahyang peti jenasah
suhu." "O " kata Blo'on, "bagaimana cara dia melakukan
pengacauan. ''Dia meyulut dupa, ketika sembahyang, dia manaburkan
dupa itu ke arah peti mati dengan pukulan Biat gong ciang."
"Hm," desuh Blo'on. "berikanlah pertolongan pada Hui Gong
siansu dengan batu kumala merah ini. Aku hendak membuat
perhitungan dengan si Mata-satu itu dulu."
Blo'on menyerahkan mustika kumala merah lalu
menghampiri kehadapan si Mata-satu.
"Kim kongcu, mengapa engkau" " Hoa Sin terkejut.
"Berikan si mata satu ini kepadaku. Aku hendak
menyelesaikan perhitungan dengan dia."
Dan sebelum Hoa Sin sempat berkata lagi, Blo'on pun
sudah berseru kepada lelaki bermata satu itu :
"Hai, Naga-terbang-mata-satu, kenapa engkau hendak
terusakkan peti jenasah ayahku dulu" "
"Hm, siapa engkau, setan gundul!" bentak Tok-gan-huiliong.
"Aku putera Kim Thian Cong. Lekas jawab, mengapa
engkau hendak mengganggu ayahku yang sudah meninggal! "
"Setan gundul, engkau berani bertingkah liar di sini! " seru
Tok-gan-hui-liong seraya menghantam.
Aneh. Kali ini Blo'on tidak menirukan saja gerakan orang.
Entah bagaimana dia mempunyai! pikiran untuk menangkap
orang itu dan mengadilinya.
Begitu orang memukul, dia terus enjot kakinya. Mudahmudahan
bisa terbang ke udara, pikirnya.
"Eh....." ia terkejut dan girang ketika tubuhnya benar2
dapat melambung ke udara sampai dua tombak tingginya. Ia
terkejut lalu meronta dan meluncur turun. Wut .... secepat
anakpanah meluncur, tahu2 dia sudah berada di belakang
lelaki bermata-satu itu. Tok-gan hui-liong cepat berputar tubuh dan wut .... ia
menghantam lagi sekuat-kuatnya. Kali ini dia lancarkan
pukulan Biat-gong-ciang yang paling menjadi andalannya.
Blo'on terkejut dan loncat ke atas lagi. la meluncur dua
tombak dan tahu2 sudah tiba di belakang lawan.
Demikian berulang sampai tiga empat kali selalu pukulan
Tok-gan-hui-liong itu tak dapat mengenai sasaran.
"Baiklah aku berputar-putar supaya pandang matanya
kabur, setelah itu baru kuhantamnya," pikir Blo'on.
Ia terus lari berputar-putar mengelilingi si Mata-satu. Dan
terkejutlah sekalian tokoh yang menyaksikan gerakan Blo'on.
Hampir mereka tak percaya apa yang disaksikan. Saat itu
Blo'on tidak tampak lagi orangnya melainkan hanya sesosok
bayangan putih yang makin lama makin seperti segulung
asap. "Hebat benar gin-kang dari Kim kongcu itu," bisik Hoa Sin.
"Gila, Blo'on jadi bayangan setan, " teriak kakek Lo Kun,
"dari mana dia belajar ilmu macam itu" "
Naga-terbang-mata-satu terkejut dan bingung, la berusaha
untuk menghantam tetapi tak pernah kena. Dan selang
beberapa saat kemudian, tiba2 ia jatuh terduduk, pejamkan
mata. "Hm, dia kehabisan napas," seru Lo Kun.
Blo'on berhenti, la menghampiri ke muka orang itu, serunya
: "Hai, mata satu, mengapa dulu engkau hendak
menghancurkan jenazah ayahku" " tegurnya.
Teiapi si Mata-satu diam saja.
"Hai, mata satu, apa engkau tuli" " teriak Blo'on,
"jawablah, kalau memang beralasan, dapat kuberi ampun.
Tetapi kalau alasanmu tidak baik, engkau tentu kuhajar."
Namun mata satu itu tetap diam.
"Blo'on, dia matanya tinggal satu, tentu tidak dapat
mendengar omonganmu!'* seru kakek Lo Kun.
Hoa Sin, Ceng Sian dan beberapa orang tertawa geli.
Masakan mata tinggal satu terus bisa tuli.
Blo'on maju mendekat. Ia memegang bahu Mata-satu.
Rupanya Naga-terbang-mata-satu masih terang ingatannya.
Dia hanya lunglai karena kehabisan tenaga. Tahu bahwa bahu
dipegang orang ia terkejut. Jika orang itu menggunakan
tenaga untuk meremas, tentulah tulang bahunya akan remuk
dan dengan demikian ilmu kepandaiannya akan lenyap kerena
tenaganya merana. Sebenarnya baru dua bagian saja tenaga dalamnya yang
sudah kembali. Tetapi karena kuatir akan dicelakai, dia terus
kerahkan segenap sisa tenaga-dalamnya kearah bahunya
untuk menolak tangan orang.
Blo'on terkejut dan saat itu juga tenaga sakti Ji-ih-sin-kang
pun terpancar dari tangannya. Naga-terbang-mata-satu
menjerit dan terus terjungkal rubuh. Dia pingsan.
"Celaka dia mati!" teriak Blo'on.
Hoa Sin menghampiri dan memeriksa pergelangan tangan
orang. Ia mengatakan denyutnya masih ada, orang itu hanya
pingsan. Pada saat itu Sian Lipun sudah selesai mengobati Hui Gong
taysu. Ketua vihara Siau lim itu masih duduk bersemedhi. Hoa
Sin memang sengaja tak mau membuka jalandarah Hui Gong
yang ditutuknya tadi. Biar taysu itu dapat menjalankan darah
untuk mengerahkan tenaga-dalamnya. Dengan demikian tentu
akan makan waktu sehingga Cian lian-hay-te-som dapat
mengembangkan khasiatnya.
"Sumoay, pinjamkanlah kumala merah itu kepadaku untuk
mengobati orang ini," seru Blo'on. Sian Lipun
menyerahkannya. Juga pada dada Tok-gan-hui-liong terdapat lukisan teratai
perak. Setelah dilekati dengan kumala merah itu, dapatlah
lukisan teratai perak berguguran lenyap.
Blo'on terkejut ketika melihat pandang mata Tok-gan-huiliong
redup, tidak berkilat-kilat seperti tadi.
Hoa Sin tertawa. "Kim kongcu," katanya, "apakah kongcu tetap hendak
menghukumnya" "
"Soal itu tergantung dari jawabannya, " jawab Blo'on.
"Tetapi dia sudah menerima hukuman dari kongcu," seru
Hoa Sin pula. "Aku tak merasa menghukumnya! "
"Orang Tibet ini, sudah menjadi orang biasa. Tenaganya
sudah hancur sehingga dia tak dapat bermain silat lagi. Dia
menjadi manusia cacad."
"Hai! Bagaimana begitu" " teriak Blo'on.
"Ketika kongcu mencekal bahunya, dia meronta sekuat2nya.
Hal itu berarti dia bunuh diri sendiri. Tenaga yang di
pancarkannya telah tertolak oleh tenaga-sakti kongcu.
Akibatnya tulang bahunya telah remuk dan dia akan cacad
seumur hidup, menjadi seorang biasa."
"Tetapi biarlah dia pulih kesadaran pikirannya dulu. Blo'on
tetap melanjutkan pengobatannya untuk menyedot lukisan
teratai perak dengan mustika Naga kumala merah.
Rupanya karena tongcu mereka telah kalah, kawanan orang
berjubah putih dengan gambar teratai kuning itu jeri. Mereka
tak berani bergerak. Tiba2 dari dalam ruang vihara muncul seorang berjubah
merah dengan gambar teratai warna kuning. Memakai topi
berbentuk bunga teratai merah dan membawa sekeping
marmar. "Amanat cong-thancu Seng-lian-kau," serunya seraya
mengacungkan marmar putih itu.
Kawanan orang yang berjubah putih dengan gambar bunga
teratai kuning tadi seraya membungkuk tubuh, memberi
hormat. "Dengarkan amanat Hek cong-thancu," seru orang itu pula,
"bahwa rombongan tetamu yang datang supaya segera
dibawa ke paseban agung."
Rombongan jubah putih itu memberi hormat dan
menyambut: "Baik, kami akan melakukan perintah congthancu."
Orang berjubah merah itupun segera masuk lagi. Kemudian
salah seorang dari rombongan jubah putih bergambar teratai
kuning itu, maju ke hadapan Hoa Sin.
"Atas perintah Hek cong-thancu, kalian di persilahkan
masuk." Hoa Sin berunding dengan Blo'on. Blo'on menghendaki
supaya rombongan orang jubah putih gambar teratai kuning
itu masuk lebih dulu. "Kita harus menunggu Hui Gong taysu, Ang Bin totiang dan
si mata-satu ini sembuh, baru akan masuk," kata Blo"on.
"Terima kasih atas sambutan anda sekalian," seru Hoa Sin
kepada rombongan jubah putih itu, "tetapi kami hendak
menolong orang dulu. Silahkan anda masuk lebih dulu."
"Cong-thancu sudah mengeluarkan titah. Kalian harus
sekarang juga masuk," seru orang itu.
"Eh. apakah kalian hendak memaksa" " tegur kakek Lo Kun.
"Cong-thancu telah bermurah hati untuk mengundang
kalian. Jangan kalian banyak tingkah!"
"Telah kukatakan. Rombongan masih perlu menolong
orang. Sebentar tentu akan menyusul."
Tanpa banyak kata, dua orang jubah putih itu segera
menghampiri kakek Lo Kun hendak menyeretnya. Melihat itu
kakek Kerbau Putih pun marah. Dihantamnya orang berjubah
putih itu. Dan kakek Lo Kun juga marah, la berontak lalu
menyerang. Dua orang jubah putih itu terpelanting ke belakang. Kakek
Lo Kun dan kakek Kerbau Putih tak peduli. Sudah terlanjur
mengamuk, pikir mereka, lebih baik menghajar kawanan jubah
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
putih ini sekali. Empat belas lelaki berjubah putih bergambar teratai kuning,
segera menyerang Lo Kun dan Kerbau Putih. pertempuran
kembali berkobar seru. "Hoa pangcu, tolong obati si mata satu ini,'! seru Blo'on,
"aku hendak membantu kedua kakek itu. "
Hoa Sin segera menyambuti mustika kumala merah dan
mulai menolong si mata satu. Sementara Blo'on mendongkol
kepada kawanan jubah putih itu.
Tanpa menggunakan jurus silat, ia terus maju dan
mengamuk. Duk, duk, duk .... terdengar tinjunya
menghantam, disusul dengan beberapa sosok tubuh yang
rubuh. Memang Blo'on juga menderita terkena pukulan lawan.
Tetapi celakanya, si pemukul itu malah terpelanting sendiri.
Dalam beberapa waktu saja keempat belas orang jubah
putih bergambar teratai kuning itu sudah kalang kabut. Ada
yang rubuh, ada yang mengerang-erang kesakitan, ada yang
pingsan dan ada yang melarikan diri.
Sababis menyelesaikan mereka, Blo'on kembali
menghampiri si mata satu. Saat itu si mata satu sudah sadar
pikirannya. "Mengapa dulu engkau hendak menghancurkan peti
jenasah ayahku" " tegur Blo'on.
Tok-gan-hui-liong menerangkan bahwa ia hendak
membalas sakit hati atas tindakan Kim Thian-cong
menghancurkan sebelah matanya.
"Mengapa ayahku sampai menghajar engkau" "
"Pada masa itu aku memang menuntut penghidupan yang
tak baik. Aku malang melintang di daerah Tibet sebagai
begal." "Hai, apakah sekarang engkau sudah sadar" "
"Ya," "Jika demikian, silahkan pergi."
"Apa engkau tak membunuh aku" "
"Engkau sudah mendapat hukuman yang sesuai. Sekarang
ilmu kepandaian dan tenagamu sudah punah. Tak mungkin
lagi engkau berbuat jahat."
"Hm ?" "Apakah engkau masih kurang puas dan hendak menuntut
balas kepadaku kelak" "
"Engkau sudah memberi ampun jiwaku, bagaimana aku
hendak membalas dendam kepadamu. Ketahuilah kami orang
Tibet juga rakyat yang tahu budi dan kenal kebenaran."
"Bagus." seru Blo'on, "maafkanlah aku karena telah
mencelakai dirimu." Demikian Tok-gan hui-liong tokoh hitam dari Tibet yang
pernah merajai daerah Tibet selama belasan tahun, saat itu
berjalan pelahan-lahan turun dari gunung Hong-san.
Dia tahu bahwa dirinya sekarang sudah menjadi orang
biasa. Tetapi dia tetap gembira karena telah terlepas dari budi
dan dendam yang sudah membayanginya selama ini.
Kemudian rombongan Blo'on segera masuk kedalam vihara
Seng Iian si. Dalam pada itu rombongan kedua yang terdiri dari Tay
swat-san sam-hiong yakni si brewok Kian yang bergelar Swat
kim-kong atau Malaekat salju, si tinggi Liong Kim Tong
bergelar Swat-leng coa atau Ular salju-sakti, si mata-satu Pa
Kiu bergelar Swat-gau-liong atau Naga-mata-salju, segera
memasuki markas Seng-lian dari samping kanan gunung.
Tetapi mereka segera dihadang oleh kawanan imam
berjubah putih dengan gambar teratai warna kelabu.
Ketiga tokoh dari gunung Tay swat-san segera dikepung.
"Hai, siapakah kalian yang berani menyelundup ke daerah
Seng-ling-kau" " bentak salah seorang imam.
Karena sudah kepergok, ketiga jago dari Tay-swat san-samhiong,
memang hendak mengunjungi pangkalan Seng-liankau.
'"Kalau memang bermaksud baik, mengapa tidak ambil
jalan dari muka!" tegur imam teratai kelabu itu.
"Kami telah kesasar jalan. Maaf, karena belum kenal akan
keadaan gunung ini. Terutama tak tahu kalau gunung ini telah
menjadi pangkalan Seng-liau-kau."
"Apakah kalian tak menerima undangan untuk menghadiri
upacata peresmian berdirinya Seng-lian kau" "
"Yang kami terima adalah undangan dari Thian su-kau.
Tetapi waktu itu kami sedang keluar. Ketika kembali baru kami
mengetahui undangan itu. Tetapi mengapa sekarang tempat
ini menjadi pangkalan Seng-Iiau-kau l" tanya Bo Kian.
"Heh, memang sebelumnya di gunung ini telah berdiri
sebuah perkumpulan baru yakni Thian-su-kau tetapi kemudian
oleh ketua kami yang baru. diganti dengan nama Seng-liankau."
"Siapatah nama ketua Seng lian kau" "
"Kim Thian-cong tancu."
"Kim Thian Cong" " Bo Kiam mengulang keras, "bukankah
tokoh ini sudah menutup mata di gunung Lo-hu-san" "
"Siapa bilang kalau sudah mati!" bentak imam berlukis
teratai kelabu. "Lalu bagaimana kalian akan memperlakukan kami" " seru
Bo Kian, "Serahkan dirimu agar kami ikat dan bawa
menghadap kaucu." "Mengapa" "
"Kalian telah melanggar peraturan Seng-lian-kau, berani
masuk di tempat ini. Setiap tetamu harus masuk dari pintu
besar vihara disebelah muka."
"Telah kukatakan bahwa aku telah kesalahan jalan. Apakah
engkau tak percaya" "
"Soal itu boleh engkau katakan di hadapan kaucu kami.
Kami anggauta Hwe lian tong bertugas meronda di daerah ini.
Setiap orang yang berani masuk kemari, harus ditangkap!"
"Jika aku menolak" "
"Terpaksa harus kita hajar!"
"Wah, enak saja engkau omong," Bo Kian tertawa
mengejek. "Memang kalau belum merasakan kelihaian dari anakbuah
Hwa lian-tong, engkau tentu masih bermulut besar," seru
orang itu kemudian berseru kepada kawan-kawannya.
"Siapkan Lian-hoa tin!"
Serempak kawanan imam yang berjumlah dua puluh orang
itu berpencaran membentuk diri dalam sebuah barisan yang
disebut Lian-hoa-tin atau barisan Bunga-teratai. Ketiga tokoh
dari Tay-swat san itu dikepung.
"Kita serang bersama," bisik Bo Kian dengan menggunakan
ilmu Menyusup-suara. Serempak ketiga tokoh itu bergerak menerjang tiga
jurusan. Barisan Lian-hoa-tin merentang mundur. Pada saat ketiga
tokoh Tay-swat-san itu mendesak merekapun sagera
menghantam sehingga Bo Kian bertiga mundur.
Tampaknya memang tiada suatu keistimewaan pada
barisan Lian-hoa-tin itu, kecuali hanya bentuknya yang
menyerupai sekuntum bunga teratai. Tetapi ternyata ketiga
tokoh Tay-swat-san itu sukar untuk menerobos. Setiap kali
mereka mendesak maju, mereka seperti terbentur dengan
pagar tenaga yang hebat. Dan yang lebih aneh, napas mereka
makin sesak. "Mugkin mereka menggunakan asap beracun" pikir Bo Kian.
Tetapi dia tak melihat barang segumpal asap maupun bubuk
apapun yang sekiranya dapat menebarkan hawa racun.
"Mereka menggunakan ilmu setan," Bo Kian menggunakan
ilmu Menyusup suara pula untuk mamberitahu kepada kedua
rekannya. "Sebelum mereka sampat menghancurkan kita, kita harus
menghancurkan mereka," sahut Liong Kim Tong si Ular-saljusaktl.
Bo Kian segera mencabut senjatanya, sepasang gembolan
berbentuk orang. Liong Kim Tong melolos jwan-pian atau
ruyung berbentuk ular dan Pai Kim dengan senjatanya
pedang. Ketiga tokoh itu dengan bersuit nyaring lalu
menyerang. Hebat sekali memang kesaktian dari ketiga tokoh Tay-swat
san itu. Barisan Lian-hoa-tin kacau balau. Dalam beberapa
Jodoh Rajawali 30 Amanat Marga Karya Khu Lung Rahasia Istana Terlarang 6