Pencarian

Pendekar Bloon 30

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 30


kejap dua tiga orang telan rubuh.
Barisan Lan-hoa tin berusaha untuk memelihara
kesatuannya tetapi desakan yang dilancarkan ketiga tokoh
Tay-swat-san itu terlalu dahsyat. Terutama senjata mereka,
merupakan maut yang mengerikan.
Beberapa imam jubah putih dengan gambar teratai kelabu
itu, kembali rubuh lagi. Tiba2 terdengar sebuah suitan nyaring
yang menggidikkan buluroma.
Sesosok tubuh kurus melayang dari udara dan meluncur
turun kedalam barisan. Barisan Lian-hoa-tin hentikan serangannya. Dan merekapun
terus tegak berjajar lalu memberi hormat kepada pendatang
itu. Orang itu bertubuh kurus kering, mengenakan jubah
dengan gambar teratai kelabu. Kepalanya bertutup kain
kerudung bunga teratai. Ketiga jago Tay swat-san terkesiap dan tertegun ketika
manyaksikan orang itu. Wajahnya pucat kurus seperti mayat.
Jari2 tangannya yang kurus dengan kuku yang panjang,
menyerupai cakar setan. Dia adalah Hwe lian-tong tongcu atau kepala paseban
Taratai Kelabu dari Seng-lian-kau. Namanya tak dikenal, orang
hanya mengenal gelarannya yakni Te-gak giam-lo-kui atau
Setan dari Raja Akhirat. Ketiga Jago Tay-swat-san itu tak sempat bertanya apa2
karena Giam-lo-kui terus menyerangnya.
Dalam suasana petang hari seperti saat itu bayangan Giamlo-
kui itu benar2 menyerupai setan.
Rupanya ketiga lokoh Tay-swat san itu sungkan kalau maju
bartiga. Maka majulah si mata satu Swat-an-liong Pa Kim.
Dia memiliki pedang pusaka yang diperolehnya secara tak
sengaja. Ketika Tay-swat-san dilanda badai salju hebat maka
terjadi tanah longsor yang hebat. Sebuah puncak bukit telah
longsor. Dalam bukit itu terdapat bekas sebuah kuil tua. Entah
sudah berapa ratus tahun kuil itu teruruk timbunan salju.
Dalam kuil itulah si mata satu Pa Kim telah menemukan
sebatang pedang. Ketika dimainkan pedang itu memancarkan
hawa yang dingin sekali. la menamakannya pedang Kilat-salju.
Walaupun dengan tangan kosong, tetapi kesepuluh jari
Giam-lo kui itu tak kalah berbahayanya dengan pedang lawan.
Kuku jarinya itu dapat ditegangkan lurus dan keras untuk
menusuk. Tring, iring-tring..... Terdengar dering senjata tajam yang memekakkan telinga
ketika terjadi benturan antara pedang Kilat-salju dengan
kuku2 jari. Keduanya menyurut mundur. Giam-lo-kui rasakan padang
lawan itu seperti menyembur hawa dingin yang menyusup ke
tulang2 lengannya. Pui Pa Kim rasakan lengannya juga seperti
dirayapi binatang kecil2 yang terasa panas.
Pa Kim terkejut namun tak sempat ia memeriksa lengannya.
Giam lo-kui sudah loncat menyerangnya lagi.
Pa Kim menduga kuku2 jari manusia seperti mayat itu tentu
mengandung racun. Ia segera keluarkan ilmu permainan
pedang Kilat-salju. Seketika tampak angin menderu-deru keras
dan kilat menyambar-nyambar.
Tetapi Giam-lo kui dengan gaya permainannya yang aneh
selalu dapat menghindari tabasan pedang. Dan kadang
terdengar dering tajam ketika ia gunakan ujung kukunya
untuk menutuk batang pedang.
Pertempuran berjalan seru. Beberapa saat kemudian
tampak gerakan pedang Pa Kim makin menurun
kecepatannya. Dan pada lain saat pula, tiba2 ia terhuyunghuyung
ke belakang. Melihat itu dengan meringkik ngeri seperti hantu kuburan,
Giam-lo kui terus merangsang maju. Tring, ia dapat
menampar jatuh pedang lawan lalu mencengkeram lengannya
dan terus ulurkan tangan kiri untuk menerkam muka Pa Kim.
"Jangan mengganggu sam te!" tiba2 Liong Kim Tong loncat,
menyabat punggung Giam-lo kui dengan ruyung ular.
Wut ..... Giam-lo-kui cepat balikkan tangan untuk
menampar. Tetapi ruyung ular itu luar biasa sekali. Seperti
seekor ular hidup, ruyung ular itu dapat menghindar ke bawah
lalu maju pula untuk menghantam punggung orang.
Giam-lo-kui terkejut. Ia tahu bahwa lawan memiliki tenagadalam
yang hebat sekali sehingga dapat menguasai ruyung
menurut sekehendak hatinya.
Terpaksa ia lepaskan cengkeraman lengan Pa Kim, lalu
menyongsong ruyung ular itu dengan menebarkan kelima
jarinya. Kemudian disusul dengan lengan kiri menampar
batang ruyung. Plak .... ruyung ular luput dicengkeram tapi kena ditampar.
Tetapi begitu meluncur ke bawah, ruyung ular itu kembali
menjulur maju menyambar perut lawan.
Serangan itu memang hebat. Giam-lo kui berteriak aneh
lalu melambung ke udara untuk menghindar. Di tengah udara
ia berulang kali menampar dengan kedua tangannya. Dan
sambil meluncur ia menampar kepala orang.
"Ji-te, cepat mundur! " teriak Bo Kian ketika melihat gaya
serangan Giam-lo-kui yang sedemikian cepat dan dahsyat.
Liong Kim Ting terkejut. Ia hendak loncat mundur tetapi tak
keburu. Sebelum kedua tangan Giam-lo-kui tiba, muka Liong
Kim Ting sudah seperti tertabur bubukan yang menyebabkan
kulit mukanya seperti terbakar.
Bum .... Pada saat itu Bo Kian tak dapat berpeluk tangan lagi. Ia
lepaskan dua buah hantaman ke arah Giam-lo kui dan kepada
Liong Kim Ting. Bo Kian mempunyai gelaran sebagai Swat-kim-kong atau
Malaekat-salju. Tenaganya kuat sekali. Giam-lo-kui terkejut
dan terpaksa buang tubuhnya ke belakang. Sedangkan Liong
Kim Ting mencelat sampai beberapa langkah.
Bo Kian terus menerjang Giam-lo kui dengan sepasang
gembolan baja. Dengan tenaganya yang kuat, sepintas
tampak seperti seorang raksasa yang sedang mengamuk.
Giam lo-kui berkuik-kuik seperti setan merintih-rintih.
Sepasang tangannyapun makin kencang bergerak-gerak
menyerang dan menampar gembolan lawan.
Pertempuran berjalan amat seru dan seimbang. Bo Kian
penasaran sekali. Ia menyerang dengan kalap.
Wut ..... segumpal kain kerudung kepala lawan terhantam,
kopiahnya jatuh dan tampaklah wajah Giam-lo-kui lebih jelas.
Terkejut sekali Bo Kian melihat wajah lawannya. Kepalanya
tidak gundul tatapipun tidak banyak rambutnya. Batok
kepalanya berwarna putih. Dalam kegelapan malam wajah
Giam-lo-kui itu tak ubah seperti setan.
Hanya sekejap ia tertegun tetapi ia harus menderita
kerugian besar. Dengan tertawa meringkik keras dan seram,
Giam-lo kui rentang kedua tangannya dan menerkam lawan.
Bo Kian terkejut. Ia hendak mengangkat senjatanya tetapi
kalah dulu. Tangannya kena tersambar jari tangan lawan. Bo
Kian hendak ayunkan gembolan kiri untuk menghantam.
Namun seketika itu ia rasakan tangan kanannya yang
dicengkeram Giam-lo-kui itu seperti terbakar. Sakitnya sampai
menusuk ke ulu hati sehingga hantaman dengan gembolan kiri
tadi agak lambat. Gian lo-kui miringkan kepala untuk menghindar lalu tangan
kanannya menyambar siku lengan kiri lawan. Bo Kian terkejut
sekali tetapi ia tak dapat berbuat apa2. Saat itu ia rasakan
tangannya seperti dibakar api dan tenaganyapun lunglai.
Setelah mencengkeram sekeras-kerasnya, Giam Io-kui tiba2
lepaskan tangannya dan terus hendak mencengkeram leher
orang. Jelas Bo Kian tentu akan mati apabila lehernya tercekik
manusia mayat. Namun ia tak berdaya, kecuali hanya
membelalak memandang dengan penuh kemarahan kepada
wajah lawan. Dalam detik2 yang berbahaya itu tiba2 sebuah gelombang
angin yang keras menyambar punggung Giam-lo-kui.
" Hm, " Giam-lo kui mendengus marah. Terpaksa ia
balikkan tangan kanan untuk menangkis sambaran angin
dahsyat itu. Krak .... Giam-lo-kui tergetar tubuhnya. Menyusul pantatnyapun
tersodok oleh sebuah benda keras. Ia mundur karena rasakan
tubuhnya kesemutan. Buru2 ia empos semangat lalu kerahkan
tenaga dan loncat ke samping. Ia lebih berat menyelamatkan
jiwanya daripada membunuh Bo Kian.
"Setan Giam-lo-kui, jangan engkau mengganasi orang! "
bentak sebuah suara parau.
Giam-lo-kui berputar tubuh dan menggeram "Hm, kiranya
engkau nenek tua bangka!"
"Kiranya engkau masih hidup setan kuburan" " ternyata
yang menyerang dari belakang tadi adalah nenek bertongkat
bambu yang mengiringkan si gadis cantik.
"Mengapa engkau turut campur urusanku" " tiba2 Giam-lokui
menggeram. "Apakah engkau masih melanjutkan pekerjaan dulu" Tapi
yang hendak engkau bunuh itu seorang tua, bukan anak
gadis!" seru nenek bertongkat bambu kuning.
"Hong-tiok pohpoh, disini bukan di gunung Ki-lian-san.
Jangan engkau bicara semaumu sendiri!"
Hong-tiok pohpoh atau Nenek Bambu Kuning mendengus:
"Dimanapun juga, asal engkau setan kuburan masih suka
mencelakai orang, aku Hong-tiok poh poh, tentu akan
menghajarmu!" "Dia hendak masuk ke dalam Seng-lian-kau tanpa aturan!"
"O, jadi sekarang engkau ikut sebagai antek Seng-lian-kau"
Apa pangkatmu" " Hong Tiok poh poh mengejek.
"Tutup mulutmu, nenek tua!" teriak Giam-Io-kui, "sepuluh
tahun yang lalu engkau telah mengobrak abrik tempatku.
Sudah lama aku memang hendak mencarimu. Sungguh
kebetulan sekali engkau datang mengantarkan diri sendiri."
"Ponpoh," tiba2 terdengar lengking seorang gadis, "biarlah
aku yang menghadapinya."
Rupanya nenek Bambu Kuning itu taat pada si gadis. Ia
segera mengundurkan diri.
"Giam-lo kui," seru gadis cantik itu, "engkau masih ingat
kepadaku" " "Siapa engkau!"
"Aku adalah anak dari wanita yang engkau rusak
kehormatannya lalu engkau bunuh itu!"
"Hek-bi kui" "
"Ya, Hek-bi kui si Mawar Hitam, engkau masih ingat" "
Giam-lo-kui terbelalak. "Giam lo-kui, lekas bersiap untuk melawan aku. Pakailah
senjatamu atau kukumu yang beracun itu!" seru si gadis
cantik. "Hong-tiok pohpoh!" teriak Giam lo kui kepada nenek
Bambu Kuning. "Ya. memang nona itu yang akan menagih hutang darahmu
kepada ibunya. Jangan kuatir, setan akhirat, aku takkan
membantunya. Dan kalau engkau mampu mengalahkan,
bunuhlah." Tergetar hati Giam lo kui. Dengan pernyataan itu jelas
bahwa kini akan berhadapan dengan seorang gadis yang lihay.
"Giam-lo-kui, aku tak punya banyak waktu menunggumu.
Kalau engkau tak lekas menyerang, terpaksa aku yang akan
menyerang! " seru gadis itu.
" Hm, silahkan! " dengus Giam-lo-kui.
Gadis itu tertawa melengking. Sekali geliatkan tubuh ia
terus menyerang lawan. Giam-lo kui menyambut dengan kedua cakar mautnya.
Tetapi ia terkejut ketika mendapatkan bahwa gadis itu benar2
seperti sesosok bayangan setan. Tiap kali dicengkeram selalu
hanya angin kosong. "Giam-lo kui, engkau dahulu membunuh ibuku dengan
menginjak perutnya. Sekarang akupun hendak menyuruhmu
merasakan betapa nikmatnya orang mati yang diinjak
perutnya itu! " Crettt ..... Saat itu Giam-lo-kui tengah rentangkan kedua tangannya
hendak menerkam. Tetapi ia terkejut ketika merasakan setiup
desus angin tajam melanda ke arah tenggorokannya.
"Heh, " ia merasa tenggorokannya seperti tertusuk benda
tajam dan seketika itu ia rasakan napasnya seperti berhenti.
Baru ia hendak kerahkan tenaga-dalam untuk membuka
jalandarah pada tenggorokannya yang tertutuk itu, kembali ia
rasakan pusar perutnya seperti dilanda setiup angin tajam.
Seketika ia terhuyung-huyung dan rubuh.
Ia masih sempat menyadari bahwa dirinya telah terkena
tutukan jari sakti dari jarak jauh. Namun ia sudah tak dapat
berbuat apa2 lagi kecuali harus jatuh terduduk. Dan sekali
sebuah kaki menendang dadanya iapun terkapar di tanah.
"Hek......" ia hanya dapat menguak tertahan ketika
perutnya seperti dipijak oleh sebuah kaki yang beratnya ribuan
kati. Hendak menjerit tak dapat karena tenggorokannya tertutuk.
Hendak merontapun tak mampul karena tenaganya hilang.
Tindihan itu makin lama makin keras dan tiba2 ia
menyemburkan darah merah ketika perutnya pecah dan
ususnya membural keluar.....
Tiga empat imam jubah putih teratai kelabu marah melihat
tongcu mereka menderita kematian yang begitu mengerikan.
Mereka terus berhamburan hendak menyerang si nona. Tetapi
saat itu nenek Bambu Kuning sudah menyambut dengan
tongkatnya. Terdengar beberapa jerit pekikan ngeri ketika orang2 itu
berhamburan terlempar ke beberapa penjuru.
"Pohpoh, dendam kematian ibuku sebagian telah terhimpas.
Pembunuhnya telah dapat kubunuh. Sekarang kita masih
harus mencari manusia yang mencelakai ibuku itu," kata si
gadis. " Ketiga orang tadi terluka parah, biar kutanyai mereka
dulu," kata nenek Bambu Kuning.
Setelah mengetahui bahwa ketiga orang itu jago dari Tayswat-
san, nenek Bambu Kuning segera mengeluarkan tiga
butir pil dan diberikan kepada mereka.
"Kalian telah terkena racun-bangkai dari Giam-lo-kui. Pil ini
hanya dapat mempertahankan jiwa kalian sampai empatpuluh


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hari. Dalam waktu itu kalian harus berusaha untuk mencari
obat yang lebih mujarab. "Terima kasih, pohpoh," sahut Bo Kian. Kemudian ia
menanyakan apakah obat yang manjur untuk menghilangkan
racun-bangkai itu. "Leng-ci, swat-lian, bo-siu-oh dan ..... ah, apabila kalian
dapat meminta obat Siok-beng-tan dari Kun Lun locu yang
tinggal di puncak gunung Kun-lun-san, tentulah jiwa kalian
dapat tertolong," kata nenek Bambu Kuning.
Kemudian nenek dan gadis itu segera melanjutkan
perjalanan masuk ke markas Seng-lian-si. Ternyata keduanya
juga mengambil jalan dari lamping kanan gunung.
Di sebuah lapangan, mereka melihat banyak sekali orang
berkerumun. Sekeliling lapangan itu diterangi oleh obor
sehingga terang seperti siang hari.
Di sebelah utara tepi lapangan, tampak berderet-deret kursi
yang penuh dengan orang. Juga di kedua samping lapangan
itu penuh dengan jajaran orang2 berjubah putih yang tegak
berdiri. Ternyata ketua Seng-lian-kau telah menerima laporan dari
anakbuahnya bahwa Sean-lian-kau telah didatangi oleh
serombongan orang yang hendak menantang.
Ketua Seng-lian-kau lalu memerintahkan supaya
penerimaan tetamu dilakukan di lapangan yangl dulu dipakai
untuk mengadakan upacara meresmikan berdirinya Seng-liankau.
Semua anggauta Seng-lian-kau hadir lengkap. Tampak
duduk di kursi kebesaran, seorang lelaki mengenakan jubah
kuning dengan lukisan bunga teratai warna merah. Memakai
kopiah berbentuk bunga teratai. Tetapi mukanya tertutup kain
kerudung warna hitam. Di kanan kiri diapit oleh dua orang pengawal. Bukan lelaki
yang bertubuh gagah perkasa melainkan dua orang gadis
cantik. Di deretan muka agak bawah, duduk pula seorang lelaki
setengah tua, mengenakan jubah kuning dengan bunga
teratai warna hitam. Di deretan mukanya, duduk lima orang. Empat lelaki dan
seorang perempuan setengah tua.
Sebenarnya deretan mereka telah disediakan tujuh kursi
tetapi yang hadir hanya lima orang. Masih dua kursi yang
kosong. Kelima orang itu masing2 mengenakan jubah putih tetapi
berlainan gambar bunga teratai pada dada bajunya. Yang
seorang dengan bunga teratai warna merah, kemudian yang
seorang bunga teratai warna wungu, lalu bunga teratai warna
biru, teratai hijau dan teratai coklat.
Di antara kelima orang itu, yang mengenakan jubah
berbunga teratai warna bijau itu adalah wanita setengah tua
tadi. Sedang yang paling muda adalah orang yang
mengenakan bunga teratai warna coklat. Dia masih muda dan
berparas tampan. Pada saat itu serombongan orang melangkah masuk ke
tengah lapangan dengan diiring oleh dua orang lelaki berjubah
putih bunga teratai merah.
Di sekeliling sepanjang empat penjuru tepi lapangan,
berjajar-jajar beberapa kelompok barisan. Barisan jubah putih
teratai merah, jubah putih teratai ungu, teratai biru, teratai
hijau, teratai coklat. Yang mangenakan jubah putih teratai
hijau terdiri dari gadis-gadis. Rupanya mereka termasuk
pimpinan dari wanita setengah baya tadi.
Setiap barisan ternyata disesuaikan dengan pemimpinnya
yang duduk di kursi. Jika pemimpin jubah putih teratai hijau
itu adalah seorang wanita maka barisan jubah putih teratai
hijau pun terdiri dari gadis2. Pemimpinnya yang berjubah
putih bunga teratai merah itu lelaki tua, maka barisannya pun
terdiri dari orang2 yang sudah berumur 50-an tahun.
Orang yang berjubah putih dengan teratai coklat itu masih
muda maka barisannya pun terdiri dari orang2 muda.
Rombongan orang tadi segera berdiri di depan tokoh2
Seng-lian-kau yang duduk di kursi.
"Cong-tongcu, tanyalah keperluan mereka!," tiba2 wanita
setengah tua yang duduk di belakang kelima orang itu
berseru. Orang muda yang berjubah putih dan teratai coklat segera
berbangkit. "Hai, siapakah saudara2 ini" Dan apa maksud saudara
datang ke vihara Seng-lian-si kami" ", serunya.
"Aku, Hoa Sin, ketua dari Kay-pang, bersama Hong Hong
tojin ketua Go-bi-pay, Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay
dan beberapa orang yang menghadap ketua Seng lian-kau."
"O, pangcu bertiga tidak datang dalam acara peresmian
berdirinya Seng lian-kau kami"
"Kami bertujuh partai persilatan terpaksa membagi tugas.
Hui Gong taysu ketua Siau lim-si, Ang Bin tojin ketua Bu-tongpay
serta Su gong In kaucu dan Kong-tong-pay yang datang
memenuhi undangan Seng-lian-kau."
"Dan yang lain" "
"Aku, Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong lojin serta
Pang To Tik dari Hoa san-pay terpaksa harus ke Thay-san
untuk memenuhi undangan Thian-tong-kau!"
"O, jadi kalian menganggap Thian tong kau itu lebih
berharga dari Seng lian kau" "
"Aku tak bermaksud mengatakan begitu. Tetapi keadaanlah
yang memaksa kami harus bertindak begitu.
"Apa yang engkau maksudkan memaksa itu" "
"Karena baik Seng lian kau maupun Thian lian-kau sama2
mempunyai ketua yang bernama Kim Thian Cong."
"Ho, dan kalian percaya" "
"Itulah sebabnya kami harus membuktikan mana yang
betul!" "Dan bagaimana buktinya" "
"Kim Thian Cong dari Thian teng kau di gunung Thay san
itu adalah palsu. Kalau tak salah, dia adalah Thiat sat cu atau
Ngo tok sin kun. Entah yang mana, tetapi yang jelas dia bukan
Kim Thian Cong." "Engkau betul." seru orang muda yang disebut Cong lian
tongcu atau tongcu Teratai Coklat, "Kim Thian Cong yang aseli
adalah ketua Seng-lian-kau kami."
"Dimanakah kaucu Seng-lian kau'l" seru Hoa Sin.
Orangmuda berjubah putih dengan gambar teratai coklat itu
berpaling ke atas dan berseru:
"Yang duduk di deretan paling atas itu adalah kaucu kami
yang kami hormati!" "Benarkah dia Kim Thian Cong tayhiap" " seru Hoa Sin agak
tegang. "Mengapa aku harus bohong" "
"Tetapi mengapa kaucu tak menampakan wajahnya"
Bagaimana kami dapat melihatnya kalau wajahnya
mengenakan kain penutup warna hitam iiu" "
Kepala barisan Teratai coklat itu tertawa, serunya:
"Wajah Kim kaucu kami hanya dapat dilihat oleh orang yang
sudah masuk menjadi anggauta Seng-lian-kau."
"Bagaimana kami hendak membuktikan Seng lian-kau kaucu
itu benar Kim Thian Cong tayhiap atau bukan" "
"Engkau harus masuk dulu ke dalam Seng lian-kau."
Hoa Sin diam beberapa saat.
"Jika dia benar Kim Thian Cong tayhiap aku dan
rombonganku, bersedia masuk menjadi anggauta Seng-lian
kau." " Hm, peraturan Seng-lian-kau menetapkan, orang harus
masuk menjadi anggauta dulu baru di perkenankan melihat
wajah kaucu kami. " " Hm, " Hoa Sin mendesuh lalu berpaling kepada Hong
Hong tojin dan Ceng Sian suthay untuk berunding. Tampak
kedua ketua Kun-lun-pay dan Go-bi-pay itu menganggukangguk.
"Tetapi bagaimana kalau setelah masuk ternyata kami
anggap Seng-lian-kau kaucu itu bukan Kim Thian Cong tayhiap
yang sesungguhnya" "
"Kaucu kami bersedia untuk dibunuh."
"Tidak cukup begitu saja! "
Tiba2 terdengar suara orang berteriak hingga tongcu
barisan Teratai Coklat terkejut dan memandang ke arah suara
itu. Demikian pula Hoa Sin dan kedua kawannya. Ah, ternyata
yang berseru itu tak lain adalah kakek Lo Kun.
"Eh, kakek, siapa engkau! " tegur tongcu barisan Teratai
Coklat. "Kurang ajar! " maki Lo Kun, "masakan engkau lupa
kepadaku" " "Siapa" " "Gila! " kakek Lo Kun masih memaki, "bukankah engkau
yang kusemprot dengan bakso dari mulutku ketika berada di
rumah-makan di bawah gunung ini" "
Merah padam muka tongcu barisan Teratai coklat itu.
"Hai, bung, siapa yang melakukan pembunuhan di rumahmakan
itu" Hayo, ngaku saja!"
"Soal itu, nanti saja kita bicarakan lagi. Sekarang yang
penting adalah untuk menyelesaikan persoalan yang diajukan
Hoa pangcu tadi," kata tongcu Teratai coklat.
"Kuanggap belum cukup," seru Lo Kun.
"Lalu bagaimana" "
"Kim Thian Cong harus di uji ilmu kepandaiannya dulu, baru
dapat dinilai dia aseli atau bukan. Karena kalau melihat
wajahnya saja, mungkin terdapat orang yang menyerupai atau
memakai kedok. Nah, inilah yang harus kujaga!"
Tongcu Teratai coklat, Hoa Sin, Ceng Sian dan Hong Hong
tojin terbeliak. Diam2 Hoa Sin terkejut mengapa tiba2 saja
kakek limbung itu berobah terang sekali pikirannnya. Dia
mengakui, bahwa dia tak sampai pada pemikiran begitu.
"Hm. selama ini belum pernah ada manusia yang menuntut
permintaan begitu!" seru tongcu Teratai coklat.
"Ya aku malah manusianya!" seru Lo Kun, Tongcu Teratai
coklat itu termenung. "Cong lian tongcu, kaucu meluluskan tuntutan itu .... " tiba2
telinga Cong-tongcu itu terngiang suara halus macam bunyi
nyamuk. Tongcu barisan Teratai Coklat itu terkesiap. Ia tahu bahwa
yang membisikinya itu adalah Hek thancu, si wanita setengah
tua yang duduk di belakangnya, dengan menggunakan ilmu
Menyusup suara. Orang muda yang berpangkat sebagai Coug-lian tongcu
dalam Seng-lian kau itu segera berseru:
" Baik. Tetapi ingat Kaucu kami menjunjung rasa welas asih
terhadap setiap orang. Tetapi sekali bertempur, jangan harap
orang itu dapat diberi ampun jiwanya."
Kakek Lo Kun menggerutu : "Itu kalau menang. Tapi kalau,
eh..... Blo'on ke marilah, " tiba2 kakek Lo Kun memanggil
Blo'on. Blo'on menghampiri. "Ini adalah Kim Blo'on, anaknya Kim Thian Cong dan itu,"
kakek Lo Kun melambai Sian Li. Nona itupun segera
menghampiri, "murid dari Kim Thian Cong. Apa dia kenal pada
anak dan muridnya" "
Cong lian tongcu merenung sejenak.
"Sudah tentu kenal," sahutnya, "tetapi hubungan ayah dan
anak serta murid itu adalah hubungan peribadi. Sedang
urusan Seng-lian kau merupakan kepentingan umum. Jangan
mencampur adukkan urusan keluarga atau peribadi dengan
urusan umum! " "Apakah Blo'on dan anak perempuan ini juga harus masuk
menjadi anggauta Seng-lian kau" " tanya kakek Lo Kun pula.
"Tentu, " sahut Cong-lian tongcu. "dan harus tunduk pada
setiap peraturan Seng-lian kau."
"Kalau begitu percuma," kata kakek Lo Kun, "Blo"on hayo
kita pergi. Tak perlu engkau cari bapakmu. Ikut saja pada
kakekmu ini, aku dapat mencarikan isteri yang cantik
untukmu." "Berhenti! " teriak Cong lian tongcu ketika melihat kakek Lo
Kun terus berputar tubuh hendak ngeloyor, "engkau sudah
datang ke vihara Seng lian si dan telah mendesak kaucu
membuka persidangan besar. Jangan harap engkau dapat
tinggalkan tempat ini sebelum urusan selesai! "
"Gi!a, engkau hendak memaksa menginjak-injak hak azasi
orang" " teriak Lo Kun.
Karena kuatir kakek itu menerbitkan onar sebelum urusan
selesai, buru2 Hoa Sin membisiki.
"Lotiang, harap bersabar dulu sampai urusan kita
selesaikan." Lo Kun menurut. "Bagaimana, apakah kalian sudah mengambil keputusan" "
tanya Cong-lian tongcu pula.
Hoa Sin memang sudah berunding dengan Ceng Sian dan
Hong Hong tojin. Ketiga ketua partai persilatan itu bersepakat
untuk menerima saja masuk menjadi anggauta Seng-lian kau.
Setelah itu mereka akan menuntut untuk melihat wajah Kim
Thian Cong. "Baik, kami menerima," kata Hoa Sin memberi jawaban.
Cong lian tongcu segera memberi laporan kepada Hek cong
thancu atau wanita yang duduk di sebelah belakangnya
tentang hal itu. "Panggil Seng-lian Su-cia untuk segera melakukan upacara
sembahyangan masuk menjadi anggauta! " Hek thancu
memberi perintah. Tak lama kemudian muncullah seorang lelaki berjubah
merah dengan dada dan pinggangnya bergambar bunga
teratai merah. Orang itu mengenakan kedok muka yang
menyeramkan. Dialah yang disebut Su cia atau duta dari Seng-lian kau. Di
belakangnya mengiring sepuluh pemuda dan sepuluh pemudi,
juga mengenakan jubah merah dengan gambar teratai hitam.
Dua pasang pemuda pemudi yang paling depan membawa
penampan bertutup kain warna merah. Entah apa isinya.
Begitu barisan jubah merah itu tiba di depan rombongan
Hoa Siu mereka lalu berhenti.
"Sebelumnya kalian harus mengucapkan sumpah
kesetiaan," seru Seng-Han Sucia itu.
"Ketua Kay-pang, dipersilahkan maju, " kata Seng-lian Sucia
itu pula. Hoa Sin sebelumnya telah berunding dengan Ceng Sian dan
Hong Hong tojin bagaimana harus menghadapi keadaan saat
itu. Kemudian dia maju.

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkau harus menirukan kata-kataku," kata Seng-lian
Sucia itu, " hayo, mulai ....... "
"Hari ini ..... . "
"Hari ini .... " Hoa Sin menirukan.
"Tecu, Hoa Sin, ketua Kay pan g ....
"Tecu, Hoa Sin, ketua Kaypang ..." Hoa Sin menirukan.
"Demi Thian dan agama Seng-lian-kau .. menyatakan
masuk menjadi anggauta Seng-lian-kau. Taat dan setya pada
Kim Thian Cong kaucu dan tunduk pada semua peraturan.
Apabila tecu ingkar janji .... tecu bersedia dihukum mati atau
hukuman apa saja ..."
Ketika menirukan sumpah itu, Hoa Sin telah mengganti dan
menambahi kata2 Kim Thian Cong kaucu' , menjadi * Kim
Thian Cong kaucu yang aseli' .
Selesai mengucapkan sumpah, Sucia itu membuka sebuah
penampan, isinya sebilah pisau dan penampan yang kedua
berisi sebuah basi besar.
"Tusuk tanganmu dengan ujung pisau itu dan kucurkan
darahmu ke dalam basi itu," seru Sucia kepada Hoa Sin.
Hoa Sin juga menurut perintah itu.
"Upacara yang terakhir, bukalah dadamu," seru Sucia.
Hoa Sin.tetap menurut saja.
Su-cia itu membuka penampan yang ketiga, berisi sebuah
hiolou atau tempat abu dupa. Ia mengambil hiolou itu,
menuang isinya lalu menaburkan ke dada Hoa Sin.
Terakhir Su-cia itu membuka penampan yang keempat.
Juga berisi sebuah bokor dari batu pualam putih, di bawah
bokor itu terdapat dua pasang supit dari gading.
Su-cia itu mengambil supit, masing2 dipegang dalam
tangan kanan dan kiri. Kemudian ia menyumpit benda dari
dalam bokor itu. Bentuknya seperti kalung dari prada perak.
Dengan hati2, Su-cia lalu menempelkan kalung prada perak
itu pada dada Hoa Sin. Setiap kali ia gunakan ujung sumpit
untuk menekan kalung prada itu.
Pada saat Su cia melepaskan kalung prada itu dan
meletakkan kembali supitnya di dada Hoa Sin telah berhias
sebuah lukisan bunga teratai perak.
"Ya, selesai. Silahkan menunggu di sana."
"Hong Hong tojin, ketua Go bi pay, harap melakukan
upacara sumpah." Hong Hong tojinpun maju dan melakukan upacara2 seperti
yang dilakukan Hoa Sin tadi.
Setelan selesai ia disuruh berjajar ke tempat Hoa Sin.
Kemudian Ceng Sian suthay. Hanya ketika disuruh buka
dada, Ceng Sian suthay menolak. Ia hanya mau melakukan hal
itu apabila yang menempelkan gambar teratai perak itu juga
seorang wanita. Akhirnya sucia mengalah dan menyuruh salah seorang
gadis dari rombongannya itu yang melakukan.
Juga Ceng Sian suthay dipersilahkan berkumpul di tempat
Hoa Sin dan Hong Hong tojin. Kini yang mendapar giliran
kakek Lo Kun. Waktu dilakukan upacara mengucap sumpah terjadi
kehebohan. Kakek Lo Kun mengucap :
" Hari ini aku, Lo Kun, bekas kepala Gi lim kun ( pengawal
istana ), disuruh bersumpah lagi masuk menjadi anggauta
Seng-lian-kau ..... "
Bermula Sucia hendak marah tetapi,, teringat bahwa
sebentar lagi setelah dada kakek dipasang gambar teratai
perak, pikiran kakek itu tentu hilang dan akan tunduk pada
semua perintah Seng lian-kau, maka Sucia itupun tak mau
ribut2. Juga kakek Lo Kun menolak ketika badannya hendak
dipasangi teratai prada perak.
"Tidak, aku tak mau kalau engkau yang melekatkan. Aku
minta nona manis itu yang melakukan, " kata kakek Lo Kun.
"Jangan banyak tingkah, kakek liar! " Sucia membentak.
"Ho, engkau menolak, kalau begitu lebih baik aku pergi
saja. Tiba2 telinga Seng-lian Su-cia terngiang oleh suara halus
macam bunyi nyamuk lagi. Suara itu menyuruhnya supaya
meluluskan saja permintaan si kakek gila.
"Hm, mengingat umurmu sudah tak berapa lama, maka
kaucu menurutkan kemarahan hati untuk meluluskan
permintaanmu, " kata Su-cia lalu memerintah seorang gadis
dalam rombongannya untuk melakukan penempelan gambar.
Girang sekali Lo Kun memandang wajah nona yang tengah
menaburkan abu pada dadanya. Memang kakek itu seorang
kakek yang gilah basah. Asal dekat dengan nona cantik, dia
lupa segala apa. Setelah selesai, kakek Lo Kun disuruh berkumpul ke tempat
Hoa Sin. Kemudian giliran Blo'on. Juga Bloon tak mau menirukan
semua perkataan Su cia itu tetapi merubahnya :
"Aku Blo'on, putera dari Kim Thian Cong aImarhum,
menyatakan coba2 masuk Seng-lian-kau. Taat dan setya pada
Kim Thian Cong apabila ia Kim Thian Cong yang sekarang ini
benar2 ayahku yang aseli dan yang hidup kembali dari
kuburan ...." Su-cia marah tetapi kembali dia mendapat perintah dengan
ilmu menyusup-suara supaya membiarkan saja pemuda Blo'on
itu. Yang terakhir adalah Sian Li. Juga nona ini menolak ketika
disuruh buka dada. Ia minta supaya seorang gadis yang
melakukan pelekatan gambar teratai perak pada dadanya.
Su-ciapun diperintahkan oleh pimpinan Seng lian-kau untuk
meluluskan permintaan Sian Li.
Setelah selesai, Sian Li disuruh berkumpul bersama kawan2
rombongannya. Kemudian Su-cia memberi hormat kepada Seng-lian-kau
kaucu segera diiring rombongan, tinggalkan lapangan.
Beberapa saat kemudian Ceng lian tong kembali berseru :
"Nah, sekarang kalian sudah masuk menjadi anggauta
Seng-lian-kau. Bagaimana kalian akan ditempatkan dan akan
diberi jabatan apa, nanti kauculah yang akan memberi
amanat." Rupanya Cong-Laan tongcu itu hendak menguji bagaimana
keadaan rombongan Hoa Sin saat ini.
"Hoa Sin, apakah engkau hendak bicara" "
"Ya, " sahut Hoa Sin, "kami tetap hendak menuntut
permintaan yang kami ajukan tadi."
"Apa" " "Kami minta supaya diperkenankan melihat wajah kaucu
Seng-lian-kau. " Cong-lian tongcu merenung diam. Biasanya ia tengah
menggunakan ilmu Menyusup-suara untuk bertanya kepada
Hek thancu. Ia mendapat jawaban bahwa permintaan Hoa Sin supaya
diluluskan. Tak lama kemudian, kaucu Seng-lian-kau tampak
berbangku. Pelahan-lahan dia turun ke bawah.
Sekalian orang yang duduk di deretan kursi berbangkit
memberi hormat. Juga barisan anakbuah Seng-lian-kau yang
berjajar-jajar di empat penjuru keliling lapangan itu serentak
tegak dan berseru: "Seng-lian-kau kaucu banswe! Banswe! "
Banswe artinya dhirgahayu atau semoga panjang usia.
Pelahan-lahan dengan diiring oleh dua orang nona, ketua
Seng lian-kau itu menghampiri ke tempat rombongan Hoa Sin.
Lebih kurang dua tombak jauhnya dia berhenti.
"Apakah engkau hendak melihat wajahku" "
"Benar kaucu," seru Hoa Sin.
"Mengapa" "
"Agar kami yakin bahwa kaucu ini adalah Kim tayhiap yang
seperti kami kenal dahulu. "
"Hm ......" "Apakah kaucu lupa pada kami semua ini" "
"Tidak, " sahut ketna Seng-lian-kau itu, " tetapi yang lalu
biarlah lalu. Sekarang kita harus mulai kehidupan baru. Dulu
kawan, mungkin karena sekarang tak suka padaku, terpaksa
harus kuanggap lawan. Demikian sebaliknya, dulu lawan
sekarang mungkin jadi kawan. "
"Tetapi maaf, kaucu ....... "
"Ya, katakanlah! "
"Bukankah kaucu sudah menutup mata ketika di kediaman
kaucu di gunung Lou-hu san yang lalu" *!
Ketua Seng lian-kau itu tertawa dingin.
"Yang mati itu hanya namaku untuk menyingkiri musuh
yang hendak membalas sakit hati kepadaku. Sekarang setelah
dapat kutundukkan mereka maka akupun hidup kembali dan
mendirikan partai agama baru ini. "
Hoa Sin mendesuh. "Apakah engkau masih kurang yakin dan tetap hendak
melihat wajahku" " tanya ketua Seng lian-kau itu pula.
"Agar hati kami tenang, kami terpaksa mengajukan
permohonan itu," kata Hoa Sin.
"Baik, " kata ketua Seng-lian kau, "tetapi ketahuilah, setiap
anggauta yang hendak melihat wajahku, kelak tentu harus
menerima hukuman." "O, mengapa" "
" Karena hal itu kuanggap sebagai suatu penghinaan bahwa
kalian tidak mempercayai diriku. "
"Apakah hukumannya" "
"Kelak akan kuputuskan lagi, " sahut ketua Seng-lian-kau,
"yang mesti engkau dan kawan-kawanmu itu harus memotong
salah sebuah bagian tubuhnya selaku penebus dosa."
"Baik, kaucu. "
"Jika demikian, bersiaplah kalian di hadapanku," seru ketua
Seng-lian-kau. Hoa Sin dan rombongannya segera tegak berjajar di
hadapan ketua Seng-Iian-kau itu. Mereka merasa tegang dan
berdebar-debar menunggu bagaimana sesungguhnya wajah
dari ketua Seng lian-kau yang mengaku sebagai Kim Thian
Cong itu. Diam2 Cong-lian tongcu heran melihat sikap dan bicara Hoa
Sin. Saat itu sudah berselang sepeminum teh lamanya tetapi
mengapa ketua Kay-pang itu masih terang pikirannya dan
jelas perkataannya" Pada hal biasanya, dalam waktu lima menit setelah dadanya
diberi teratai prada perak, orang tentu sudah hilang kesadaran
pikirarnya. Apakah yang terjadi" Apakah mereka kebal terhadap racun
dalam teratai perak itu" Mulailah timbul pertanyaan dalam
hati kepala barisan Teratai coklat. Tetapi ia belum berani
menduga pasti dan ingin melihat lagi bagaimana
perkembangan mereka lebih lanjut.
Pelahan-lahan tangan ketua Seng-lian-kau itu mulai
bergerak ke atas, memegang ujung kain penutup muka warna
hitam. Pelahan tetapi tertentu, mulailah kain penutup warna
hitam itu diangkat ke atas.....
"Kim tayhiap ...,!" teriak Hoa Sin.
"Kim tayhiap ....!"' demikian Hong Hong tojin dan Ceng Sian
suthay juga ikut serempak berseru kaget.
Memang dalam kain penutup warna hitam itu ternyata
merupakan wajah dari Kim Thian Cong.
"Belum tentu! " tiba2 terdengar suara orang berseru
nyaring. Sekalian orang terkejut dan mencurah pandang. Ah,
ternyata dia. "Blo'on, apa katamu" " teriak kakek Lo Kun kepada orang
yang menyangkal itu. Dia memang Blo'on.
"Bolehkan aku melihat dengan dekat wajahmu" " seru
Blo'on. Kim Thian Cong terkesiap. " Sia ....... "
"Blo'on, apa engkau meragukan wajah ayahmu!" tiba2 Lo
Kun menyerobot sehingga ucapan ketua Seng-lian-kau itu
terhenti setengah jalan. "Ya, ada sesuatu yang hendak kuperiksa pada muka ayahku
itu,., seru Blo'on. "Apa" "' "Nanti saja setelah habis kuperiksa," kata Blo"on.
"Ya, benar, kongcu," cepat Hoa Sin menyusuli kata2. Ia
kuatir Blo'on akan kelepasan omong menjawab pertanyaan Lo
Kun yang kurang pikir itu. Bukankah kalau mendengar apa
yang akan diperiksa Bloon, ketua Seng-lian-kau itu akan
segera ber-siap2 memberi jawaban.
Kakek Lo Kun memang tak dapat berpikir panjang. Seperti
tadi, baru saja ketua Seng-lian-kau itu mengucap 'Sia ... ", Lo
Kun sudah menukasnya. la duga kata2 'sia ..." itu tentu
berkelanjutan dengan kata 'siapa engkau" " Dengan ucapan
itu tentulah dapat diketahui bahwa Kim Thian Cong itu palsu.
Karena tak mungkin seorang ayah akan lupa kepada
puteranya. "Hm, jangan engkau kurang ajar terhadap ayahmu.
Masakan seorang anak tak bercaya pada ayahnya" " seru
ketua Seng-lian-kau. "Ah, kalau benar engkau ayahku, mengapa engkau
keberatan kalau aku dekat kepadamu" "
Blo*on balas bertanya. Diam2 Hoa Sin terkejut dan memuji akan ketangkasan
bicara Blo'on saat ini. "Hm, di depan orang banyak engkau berani kurang adat
kepadaku" Baik, kuberi ijin engkau mendekati aku tetapi
kalau engkau tak menemukan suatu apa pada diriku, engkau
harus menerima hukuman!"
"Boleh!" sambut Blo'on.
"Aku tak peduli anak atau sahabat. Pokok barang siapa
berani kurang adat terhadap aku ketua Seng-lian-kau, tentu
akan kuhukum. Ingat,! aku bukan Kim Thian Cong pribadi
melainkan ketua Seng-Iian-kau. Kepentingan umum, partai
Seng-lian-kau di atas kepentingan keluarga dan sahabat!"
"Aku bersedia!" seru Blo'on.
"Hm, silahkan engkau datang kemari," ketua Seng-liankaupun
memberi perintah. Blo'on menghampiri maju. Hoa Sin dan kawan-kawan
tegang sekail. Kalau ketua Seng-lian-kau itu marah dan tiba2
menyerang Blo'on tidakkah anak itu akan berbahaya sekali"
Tetapi mereka tak dapat berbuat apa2 karena saat itu
Blo'on sudah berdiri pada jarak dua langkah di hadapan Kim
Thian Cong. Dan ternyata ketua Seng-lian-kau itupun tak
bertindak apa2.

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Thian Cong berhadapan dengan Blo"on. Ayah dan
putera saling berhadapan dan saling pandang memandang
dengan tajam. "Sudah jelaskah engkau" " tanya Kim Thian Cong.
"Ya." "Bagaimana" "
"Engkau bukan ayahku!"
Kim Thian Cong terkejut. "Apa katamu" " serunya keras.
"Kurasa engkau bukan ayahku!"
"Anak sial!" damprat ketua Seng-lian-kau, "Bagaimana
engkau berani mengatakan begitu" "
"Apa aku boleh menyatakan pendapat" " tanyanya "Bukan
saja boleh tetapi memang harus. Engkau berani mengatakan
aku bukan ayahmu, harusnya memberi keterangan2 dan bukti.
Kalau tidak, maka tak peduli engkau anak atau bukan, tentu
kuperintahkan supaya kepalamu di penggal!"
"Pertama," kata Blo'on, "engkau tampak lebih muda dari
ayahku. Pada saat sekarang sudah terpaut hampir delapan
tahun aku berpisah dengan ayah. Engkau semakin tua,
kebalikannya engkau semakin muda."
Ketua Seng-lian-kau tertawa.
"Engkau memang anak tolol! Paling akhir aku telah
menemukan ramuan obat untuk membikin diriku awet muda.
Soal itu bukan suatu hal yang mengherankan bagi setiap kaum
persilatan yang mengerti ilmu obat2an. Tahu!"
"Hm," desuh Blo'on.
"Sudah" Apakah masih ada lagi" " tanya ketua Seng-liankau,
"kalau memang masih, hayo, katakan."
"Memang masih!"
"Ho, hayo, bilang!" ketua Seng-lian-kau menantang dengan
suara garang. "Baik," kata Blo'on, "aku hendak mengatakan satu bukti
yang tak terdapat pada dirimu. Ayahku mempunyai tahi lalat
pada ujung daun telinga sebelah kanan. Tetapi engkau tidak.
Aku tahu jelas akan tahi lalat ayah itu. Karena dulu ketika
masih kecil aku sering di bopong, di timang2 dan aku sering
memegang daun telinga ayah."
Ketua Seng-lian-kau pucat seketika ....
Jilid 46 Anggauta pimpinan Seng-lian-kau terkejut melihat
perubahan airmuka ketua mereka. Tetapi cepat wanita
setengah tua yang masih cantik, berjubah kuning dengan
lukisan teratai putih, berseru : "Engkau memang seorang anak
yang kurang ajar, berani membuat malu ayah sendiri!" ia
menuding Blo'on. "Eh, perempuan, jangan sembarangan memaki cucuku
Blo'on," seru kakek Lo Kun seraya deliki mata.
"Mengapa engkau menuduh aku tak menghormat orangtua"
" seru Blo'on. "Engkau minta melihat wajah ayahmu, sudah diluluskan.
Kawan-kawanmu tadi pun sudah mengakui kalau ketua kami
memang benar Kim Thian Cong kaucu. Sekarang engkau ganti
acara, cari alasan soal tahi-lalat."
"Memangnya begitu sih," dengus Blo'on, apakah aku harus
mengatakan lain" Memang ayahku mempunyai tahi-lalat pada
ujung daun telinganya yang kanan."
"Hm, kalau benar mempunyai tahi-lalat engkau pasti
mengakui kaucu sebagai ayahmu yang aseli" " wanita itu
menegas. "Ya." "Baik. silahkan engkau memeriksa telinga kaucu."
Belum Blo'on menyahut, Lo Kun sudah maju ke samping
ketua Seng-lian-kau dan mengamati daun telinganya.
"Bohong! Tidak ada apa-apanya," serentak kakek itu
berteriak. "Kakek gila!" bentak wanita yang disebut Hek thancu itu,
"yang engkau periksa telinga kiri" padahal yang tumbuh tahilalatnya
telinga kanan!" "O," kakek Lo Kun terus berkisar ke sebelah kanan dan,
"celaka .....!"
Blo'on dan tokoh2 lain terbeliak.
"Kenapa" " seru Blo'on.
"Ada tahinya!" teriak Lo Kun.
"Tahi apa" "
"Tahi nyamuk!" seru Lo Kun, "warnanya hitam seperti
kedelai." "Kakek gi!a.'" bentak Hek thancu, "bukan tahi nyamuk tapi
tahi lalat." "Perempuan katak!" Lo Kun balas membentak, "masakan
aku yang sudah begini tua tak tahu membedakan tahi-lalat
dengan tahi nyamuk. Kalau tahi-lalat tentu melekat didalam
kulit tetapi yang berada pada telinga ayah Blo'on itu hanya
melekat pada kulit."
"Jangan banyak mulut, kakek liar!" bentak Hek thancu, "ini
bukan urusanmu. Yang berhak meneliti adalah pemuda ini
karena dialah putera dari Kim kaucu. Sekarang silahkan
engkau memeriksanya," dia terus mempersilahkan Blo'on.
Blo'on maju dan berhenti pada jarak dua langkah dari ketua
Seng-lian-kau. Ia memandang ujung telinga sebelah kanan
dari ketua Seng-lian-kau itu. Lama sekali dengan melongo.
"Bagaimana" Bukankah engkau sudah puas dengan bukti
yang engkau lihat" " tegur Hek thancu.
"Ya." "Bukankah sekarang engkau percaya" "
"Ya." "Jika begitu, lekaslah engkau menghaturkan hormat dan
mohon maaf kepada ayahmu ".
"Buat apa" " Blo'on mengerut dahi.
"Bukankah dia, Kim kaucu, itu ayahmu" "
"Ya, benar. Tetapi dia sudah meninggal dunia".
"Hah" " Hek thancu terbelalak, "apa katamu" "
"Ayahku yang aseli sudah meninggal di gunung Lou-hi-san."
"Gila! Inilah Kim Thian Cong tayhiap yang sekarang menjadi
kaucu dari Seng-lian-kau. Dia adalah ajahmu."
"Engkau boleh mengatakan begitu tetapi aku pun bebas
tidak mengakui." "Bukankah permintaanmu untuk menandai bukti tahi-lalat
pada telinganya sudah terpenuhi" "!
"Ya." "Lalu" " "Lalu" " "Ternyata tidak ada tahi-lalatnya."
"Hai!" Hek thancu berteriak kaget lalu menghampiri ke
samping ketua Seng-lian-kau.
Ia berdiri tegak memandang kaucu itu. "Kauou, aku telah
menjentikkan sebutir bubuk hitam ke telinga kaucu. Maafkan.
Agar pemuda itu menganggapnya sebagal tahi-lalat." Hek
thancu gunakan ilmu Menyusup suara untuk memberi laporan
kepada ketua Seng lian-kau.
"Hm. memang tadi kurasa ada suatu benda lembut yang
menempel pada ujung telingaku. Tetapi beberapa kejab
kemudian, benda lembut itu hilang?"" kaucu Seng-lian-kau
menjawab juga dengan ilmu Menyusup suara.
Hek thancu pucat. Jelas di tempat itu tentu terdapat
seorang ko-jin yang hebat.
"Lalu bagaimana, kaucu" Mohon kaucu suka memberi
petunjuk," kata Hek thancu.
Kaucu Seng-lian-kau tak menyahut melainkan memandang
Blo'on dan berkata: "Soal tahi-lalat, memang aku lupa untuk mengatakan
kepadamu," katanya kepada Blo'on. "memang benar di ujung
telingaku yang kanan tumbuh sebuah tahi-lalat. Tetapi pada
suatu hari, tahi-lalat itu makin membesar dan sakit. Terpaksa
kuhilangkan saja." "Tidak bisa!" teriak Lo Kun, "engkau tak berhak
menghilangkan tahi-lalat itu."
"Hah" * kaucu Seng-liang-kau terbeliak. "Tahi-lalat adalah
pemberian orangtuamu sejak engkau dalam kandungan. Itu
sebagai cap pengenal dari dirimu. Masakan enak saja engkau
menghilangkannya!" "Kakek gila." seru kaucu Seng-lian-kau, "tahi lalat itu
milikku sendiri. Aku berhak sepenuhnya untuk menghilangkan
karena kuanggap dapat menimbulkan bahaya."
"Engkau manusia durhaka!" teriak Lo Kun makin ngotot,"
berani membuang pemberian mamahmu!"
"Kakek gila, jangan kurang ajar engkau!" Hek thancu
kebutkan lengan jubahnya. Tahu2 Lo Kun mencelat sampai
setombak jauhnya. Dia terhuyung-huyung dan rubuh.
"Perempuan hitam, engkau berani mendorong aku!" Lo Kun
melenting kearah Hek thancu.
"Tunggu. kakek!" tiba2 Blo'on mencegah, "biar urusanku
selesai dulu. Jangan kakek mengganggu."
"Engkau lebih tahu aturan," seru Hek-tancu, "dan tentunya
engkau juga mau mengakui kaucu sebagai ayahmu, bukan" "
"Tidak!" sahut Blo'on, "dia lebih muda dari mendiang
ayahku dan tak punya tahi-lalat pada daun telinganya. Jelas
dia bukan ayahku." "Hm, jika demikian." seru Hek thancu, "jangan harap
engkau mampu keluar dari tempat ini."
"O, engkau hendak memaksa aku supaya mengaku ayah
kepada orang yang bukan ayahku" "
"Engkau mau mengakui atau tidak tetapi kaucu kami tetap
Kim Thian Cong kaucu!"
"Terserah, itu urusanmu!" teriak kakek Lo Kun, "kami tetap
tak mengakui. Blo'on, hayo, kita pergi!"
"Jangan," sahut Blo'on, "tujuan kita kemari adalah untuk
membikin perhitungan dengan orang yang mengaku sebagai
ayahku dan hendak menguasai dunia persilatan."
"O, kamu memang sengaja bermaksud begitu" " tegur Hek
thancu lalu berpaling kearah rombongan Hoa Sin, "apakah
kalian juga begitu" "
"Kami juga mempunyai beberapa pertanyaan yang hendak
kami ajukan kepada Seng-lian-kau kaucu," kata Hoa Sin.
Hek thancu terkejut. Mengapa rombongan Blo'on rata2
masih sadar pikirannya. Apakah bunga teratai perak itu tak
mempan terhadap mereka" "
"Dan apakah kalian setiap orang juga hendak bertanya" " ia
coba menguji lain2 rombongan Blo"on, Ternyata Ceng Sian
suthay, Hong Hong tojin dan Sian Li juga mengiakan. Kini Hek
thancu makin berkesan jelas bahwa rombongan Blo'on masih
sadar pikirannya. Hek thancu menghadap kaucu Seng-lian-kau yang
sementara itu sudah kembali ke tempat duduknya.
"Kaucu, rombongan orang2 itu hendak minta ijin
menghaturkan pertanyaan kehadapan kaucu," kata Hek
thancu. "Tidak perlu," sahut kaucu Seng-lian-kau, "suruh mereka
pilih. Mau masuk Seng-lian-kau atau dibasmi!"
Hek thancu kembali kepada rombongan Blo'on dan
menyampaikan kata2 kaucu.
"Kaucu telah manurunkan perintah, kalian mau masuk
Seng-lian-kau atau dihancurkan!"
"Sebenarnya, kami seluruh partai2 persilatan sangat
menghormat dan mengagumi peribadi Kim Thian Cong
tayhiap. Dulu Kim tayhiap pun kami anggap sebagai pemimpin
dunia persilatan. Sudah tentu sekarang pun kami tetap taat
dan patuh kepadanya. Hanya saja karena kami semua
mengetahui bahwa Kim tayhiap telah menutup mata di
gunung Lou-hu-san, maka betapa kejut perasaan kami ketika
mendengar bahwa di gunung Hongsan ini berdiri sebuah
partai Seng-lian kau yang dipimpin Kim tayhiap."
Berhenti sejenak Hoa Sin melanjutkan : "Namun persoalan
ini amat besar dan penting sekali bagi dunia persilatan.
Sebelum kami memutuskan untuk menggabung atau tidak,
kami mohon supaya diluluskan mengajukan pertanyaan
kepada Kim tayhiap agar perasaan kami lebih mantap dan
percaya penuh." "Tadi kalian minta untuk melihat wajah Kim kaucu dan telah
diluluskan. Sekarang kalian hendak mengajukan pertanyaan
lagi. Hal itu sungguh keterlaluan sekali. Seng lian-kau dan
kaucu, bukan tokoh yang mudah dipermainkan. Sekarang
tinggal pilih, tunduk atau mati!"
"Ganas!" teriak Lo Kun," kalau begitu engkau hendak main
paksa!" "Kakek gila, jangan banyak mulut. Siapkan pesan2mu
kepada anak dan isterimu. Karena sebentar lagi engkau akan
menuju ke neraka." "Aku tidak punya anak dan isteri. Perempuan hitam, engkau
sudah tua dan hitam. Sekali pun aku begini tua, juga tak mau
mengambilmu sebagai isteri. Tetapi jangan engkau menyiksa
gadis2 cantik itu. Apakah mereka juga hendak engkau paksa
menjadi perawan tua" Begini saja. Aku akan memilih salah
seorang yang cantik. Aku berjanji takkan menyia-nyiakan dia.
Dia tentu lebih bahagia menjadi isteriku daripada menjadi
perawan tua disini."
Bukan main marah Hek thancu.
"Coba engkau buka mulut lagi!" teriaknya.
"A...." baru kakek Lo Kun membuka mulut, dia tak dapat
melanjutkan kata-kata lagi. Mulutnya ternganga, mata
mendelik. Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin terkejut. Jelas
Lo Kun telah terkena angin tutukan. Karena yang menyuruh
itu Hek thancu terang yang menutuk itu pun Hek thancu.
Tetapi thancu itu tak melakukan suatu gerak apa2 dan masih
tetap tegak ditempatnya. "Kek-gong-tiam-hiat yang sakti!" diam2 ketiga ketua partai
persilatan itu membatin. Mareka makin terkejut akan
kepandaian Hek thancu yang memiliki ilmu Kek-gong-tiam-hiat
atau Menutuk-jalandarah-dari-jauh yang begitu sakti.
"Kenapa" " tegur Blo'on melihat kakek Lo Kun ngangakan
mulut tetapi tak dapat bicara.
"Suko, dia terkena tutukan sakti dari wanita berkulit hitam
itu," bisik Sian Li.
Hoa Sin menghampiri dan menutuk jalan-darah pada
kerongkongan Lo Kun. Tetapi ia tak berhasil. Mulut Lo Kun
tetap menganga. Hoa Sio kerutkan dahi. Ceng Sian suthay mencoba, tapi
gagal. Hong Hong tojin juga tak mampu menolong.
"Bagaimana Hoa pangcu" " tanya Blo'on.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia terkena ilmu tutukan istimewa. Kami bertiga tak
mampu menolong," kata Hoa Sin.
"Lalu bagaimana" "
"Terpaksa untuk sementara kakek Lo Kun harus buka mulut
terus. Setelah dapat menundukkan wanita itu baru kita dapat
menyuruhnya membuka jalandarah paman Lo Kun."
"Celaka!" seru Blo'on. "sampai berapa lama kakek Lo Kun
harus menganga begitu" "
Blo'on menghampiri kakek Lo Kun dan terus memegang
mulutnya, hendak dibungkam.
"Jangan kongcu," cegah Hoa Sin, "kalau menggunakan
kekerasan dikuatirkan jalan-darah paman Lo akan putus.
Kongcu memiliki tenaga-dalam yang kuat."
"Kalau jalandarahnya putus, lalu bagaimana keadaannya" "
"Mulutnya tak dapat digunakan lagi. Tidak dapat menganga
dan mengatup seperti mulut biasa."
"Ha, ha, ha ...," Lo Kun berkata-kata tetapi tak dapat
membentuk kata2. Ia menuding mulutnya.
"Maaf, kakek, kami tak dapat menolong. Untuk sementara
biar begitu dulu," kata Blo'on.
Kakek Lo Kun berjingkrak marah.
Dia berusaha untuk menutup mulutnya tetapi tak mampu.
"Kakek Lo, kulumlah mustika ini." Tiba2 Sian Li memberikan
mustika burung Hong hijau kedalam mulut kakek itu.
"Nah, itu suatu pelajaran. Siapa yang banyak mulut, tentu
akan mengalami nasib seperti dia," saru Hek thancu.
Rombongan Blo'on lalu dipersilahkan duduk di deretan kursi
paling bawah. Letaknya disebelah samping kanan gelanggang.
"Cong thancu, silahkan tampil untuk melayani mereka."
seru Hek thancu. Sesungguhnya Hek thancu itu adalah congthancu
atau kepala dari para thancu.
Cong-thancu atau kepala kelompok barisan Teratai coklat,
segera berbangkit dan dengan langkah tenang maju ke tengah
gelanggang. "Aku, Giok-bin-hou, thancu dari Cong-liau kun perkumpulan
Seng-lian-kau, mengemban perintah dari cong-thancu untuk
melayani kehendak tetamu2. Silahkan maju ke gelanggang
untuk menguji kepandaian."
"O, itu yang pernah kusemprot mukanya dengan bakso,"
kata Lo Kun, "biar aku saja yang menghadapi."
Ternyata dia sudah sembuh dan terus maju tetapi dicegah
Hoa Sin. "Jangan lopeh," kata ketua Kay pang, "kita harus menyusun
tenaga untuik menghadapi mereka. Lihatlah, kelima thancu itu
masih ada. Mereka tentu memiliki kepandaian yang sakti."
"Maksudmu" " tanya Lo Kun.
"Kita atur siapa yang harus menghadapi mereka. Misalnya,
akulah yang akan menghadapi thancu teratai merah itu.
Sedang wanita yang mengenakan jubah teratai hijau itu
biarlah Ceng Sian suthay yang menyamhutnya."
"Dan pemuda yang pernah kusemprot bakso itu, siapa yang
harus maju menyambutnya" "
"Biarlah aku saja, Hoa pangcu," jawab Sian Li ajukan diri.
"O, engkau ...."
"Jangan, budak perempuan," Lo Kun pun ikut melarang,"
pemuda itu bermata keranjang. Dia nanti akan
mempermainkan engkau!"
"Hoa pangcu, rasanya aku masih sanggup untuk
menghadapinya. Mungkin aku tak dapat mengalahkan tetapi
aku pun tak sampai kalah," Sian Li mendesak.
Hoa Sin mengangguk. Tampak mulutnya berkomat-kamit
tetapi tak bersuara. "Nona Liok, jangan meremehkan lawan. Gunakan siasat
agar dia lengah dan memandang rendah kepandaianmu. Jika
perlu pikatlah perhatiannya".."
Sian Li terkejut ketika telinganya terngiang suara halus
macam nyamuk mendenging. Tetapi ia segera mengetahui
bahwa yang bicara itu adalah Hoa Sin dengan menggunakan
ilmu Menyusup-suara. Siam Li mengangguk. "Hoi pangcu, terima kasih. Aku hendak menghadapi thancu
itu," kata Sian Li seraya malangkah maju ke gelanggang.
Blo'on terkejut. Ia memandang Hoa Sin dengan pandang
bertanya. Tetapi ketua Kay-pang itu hanya tersenyum.
"Eh, Hoa pangcu, mengapa engkau merelakan dia pergi"
Awas, kalau dia sampai kena apa2, aku akan meminta ganti
kerugian kepadamu," kata Lo Kun.
Sementara Itu Sian Li sudah berhadapan dengan Congthancu
Giok-bin-hou. Sesuai dengan gelarannya Giok-bin-hou
atau si Rase-kumala, pemuda itu memang berwajah putih dan
bening seperti kumala. "O, engkau nona cantik," seru Giok-bin hou, "apakah dalam
rombonganmu sudah tiada jago lelaki sehingga harus engkau
yang maju" " "Banyak sekali tetapi pimpinanku cukup menganggap aku
akan dapat menghadapi engkau," sahut Sian Li.
"O, sayang," Giok bin-hou tertawa, "nona secantik engkau
mengapa harus mati muda" "
"Kuharap engkau mau memberi kelonggaran. Syukur
engkau mau mengalah."
"Ohh," Giok-bin-hou terkesiap, "apa maksudmu" "
"Semua mata telah tercurah kepada kita. Terutama kawankawanmu
dari Seng lian-kau menaruh perhatian besar
kepadamu. Mari kita segera memulai," sahut Sian Li.
"Silahkan engkau mulai dulu, nona."
Sian Li tak mau banyak bicara lagi. Ia terus membuka
serangan dengan jurus Giok-li-san-hoa atau Bidadari-menebarbunga.
Kim Thian Cong memang memberi "pelajaran lain pada
ketiga muridnya. Kepada murid kesatu, Tio Goan Pa,
digembleng dengan ilmu pukulan yang sakti, baik dengan
tenaga-luar mau pun tenaga-dalam.
Kepada murid kedua yakni Kwik Ing Hong, yang mati
terbunuh itu, khusus ditempa dengan ilmu tendangan dan
ginkang yang lihay. Kepada Sian Li, karena memang anak
perempuan, Kim Thiian Cong mengutamakan ajaran ilmu
pedang dan ilmu gin-kang.
Giok-bin-hou menyambut serangan Sian Li dengan tertawa.
Mudah sekali ia menghindar lalu balas menyerang. Sian Li
kalang kabut menghindar mundur. Ia balas menyerang lagi
tetapi untuk yang kedua kalinya, Giok-bin-hou dapat membuat
gadis itu kelabakan. Jelas menurut pandangan orang2 Seng-lian-kau. Sian Li itu
bukan tandingan Giok-bin-hou. Mereka yakin dalam beberapa
saat saja, thancu dari barisan Teratai coklat itu pasti dapat
mengalahkannya. Serangan Sian Li yang ketiga, berakhir dengan suatu
kekalahan. Sian Li harus loncat mundur beberapa langkah.
"Tarima kasih, nona manis. Tusuk kundaimu ini akan
kusimpan untuk kenangan," Giok-bin-hou tertawa sambil
memasukkan sebatang tusuk kundai kumala kedalam sakunya.
Sian Li pucat. Tetapi diam2 ia girang. Jelas serangan Giokbin-
hou yang hendak menerkam kepalanya tapi, apabila
benar2 dilaksanakan tentu akan membawa maut. Giok-bin-hou
dapat menghantam kepala Sian Li. Tetapi ternyata kepala dari
barisan Teratai-coklat itu tak mau melakukannya.
Tiba2 Sian Li mencabut pedang Pek-liong-kiam, serunya:
"Cabutlah senjatamu!"
"Ha, ha, ha," Giok-bin-hou tertawa, "Untuk menghadapi
engkau, nona, perlu apa harus menggunakan senjata segala"
" "Pedang tak bermata, jika engkau tak mau, itu bukan
salahku!" "Tentu," sahut Giok-bin-hou dengan nada jumawa, "kalau
engkau mampu memapas ujung lengan jubahku saja, aku
mengaku kalan." "Apakah omonganmu itu, dapat dipercaya" "
"Giok-bin hou adalah thancu dari kelompok Cong-lian tin
Seng-lian-kau. Semua pimpinan Seng lian-kau adalah orang
terhormat dan ksatrya!"
Diam2 Sian Li girang. Siasatnya berhasil mengelabuhi
lawan. Dalam penyerangan ia memang sengaja menggunakan
jurus yang sederhana dan gerakan yang tak begitu hebat.
Giok-bin-hou terkecoh dan menganggap kepandaian nona itu
tak berapa tinggi. "Baik, bersiaplah." seru Sian Li seraya mengambil sikap.
Berdiri tegak, pedang dijulurkan lurus ke depan dada, tangan
kiri ditebarkan melindungi dada. Kemudian dia mulai
mengangkat pedang ke atas dan tiba2 pedang berhamburan
menghujani lawan. Murid perempuan dari Kim Thian Cong membuka serangan
dengan ilmupedang Giok-li-kiam atau ilmu Pedang-bidadari.
Giok-bin-hou terkejut melihat gerak serangan lawan. Ia
tahu bahwa nona itu menggunakan ilmu pedang Giok-li-kiam.
Tetapi ia heran mengapa gerakannya begitu cepat dan
dahsyat sekali. Giok bin hou pun segera menggunakan Thianliong-
pat hong-ciang atau ilmupukulan Naga dari-delapan
penjuru. Thancu dari Seng-lian-kau itu walau pun masih berusia
muda tetapi ternyata memiliki kepandaian yang bebat.
Memang untuk diangkat sebagai thancu Seng-lian-kau, harus
benar2 teruji kepandaiannya.
Sian Li terkejut juga. Ia tak kira bahwa lawan mampu
terhindar dari serangan pedangnya bahkan mampu telah
mengirim pukulan. "Hm, jika tak mampu mengalahkan dia yang bertangan
kosong, aku sungguh malu sekali," diam2 Sian Li
membulatkan tekad. Serentak ia berganti dengan ilmupedang Mo-ing-pian-kiam
atau pedang Bayangan-iblis. Ilmupedang itu adalah ajaran dari
orangtua aneh dalam dasar jurang ketika Sian Li dilempar oleh
tokoh dari Thian-tiok dahulu.
Hoa Sin, Ceng Sian suthay, Hong Hong tojin terbeliak.
Mereka tak menyangka bahwa Sian Li ternyata memiliki ilmu
pedang yang sedemikian ampuh.
"Gila budak perempuan itu," tiba2 kakek Lo Kun berseru,
"dari mana dia memperoleh kepandaian yang begitu hebat"
Mengapa dia tak pernah bercerita kepadaku" "
Blo'on tak mengerti ilmu silat mau pun ilmu pedang. Dia
hanya tahu bahwa saat itu Sian Li seperti berobah menjadi
puluhan bayangan. Dan dilihatnya pula bahwa lawan pontang
panting tak keruan. Diam2 dia gembira.
Giok-bin-hou kali ini benar2 kelabakan. Dia baru menyadari
bahwa nona yang dihadapannya itu bukan seorang lemah.
Andalkata dia menggunakan senjata, mungkin dia masih dapat
menghadapi. Tetapi dia hanya bertangan kosong dan menilik
angin sambaran pedang itu berhawa dingin dan tajam, jelas
tentu pedang pusaka. Hai Namun karena sudah terlanjur,
terpaksa dia harus berjuang mati-matian untuk membela
kehormatannya. Tiba2 terjadi suatu adegan yang mengejutkan. Tahu2 Sian
Li mencelat ke udara dan melayang sampai tiga tombak
jauhnya. Dia berjumpalitan dan dapat berdiri dengan tegak.
Rombongan Blo'on terkejut. Mereka mengira Sian Li tentu
menderita pukulan lawan. Bahkan kakek Lo Kun terus lari
menghampiri. "Hai, budak perempuan, bagaimana engkau" Apakah
engkau terluka" Biar kubalaskan ...."
"Tunggu kakek," seru Sian Li ketika melihat Lo Kun hendak
menghampiri Giok-bin-hou.
"Apa engkau tak terluka" "
Sian Li gelengkan kepala. "Tidak," katanya, "mari kita
kembali ke tempat duduk,"
Gadis itu terus berjalan memimpin tangan Lo Kun diajak
kembali ke tempat duduk. "Lho, bagaimana engkau ini" Apakah engkau menang"
Atau engkau menyerah kalah" "
"Tanyakan kepadanya sendiri," bisik Sian Li.
Kakek Lo Kun teras menghampiri kemuka Giok bin hou yang
sementara itu masih tegak terlongong-Iongong.
"Hai, bagaimana engkau" " seru Lo Kun.
Giok-bin-hou diam saja. "Apakah engkau tuli" " Lo Kun mengulang seruannya.
"Lopeh, apakah engkau tak tahu kalau kain ikat kepalanya
telah terpapas pedang Sian Li" " tiba2 telinga Lo Kun
mendengar suara lembut macam nyamuk mengiang.
"Hai, siapa yang bicara kepadaku" " kakek linglung itu
berteriak dan memandang kian kemari." aneh ... eh, apakah, h
o .... benar2 ...," tiba2 kakek itu berteriak seraya memandang
kearah ikat kepala Giok-bin-hou.
"Sekarang engkau harus mundur. Lihat kain kepalamu telah
terpapas!" seru Lo Kun gembira.
Giok-bin-hou pucat. "Hayo, engkau punya malu tidak" " teriak Lo Kun," apa
janjimu tadi" "
Tiba2 wajah Giok-bin-hou merah padam.
"Tentu, aku tentu memegang janji. Tetapi sekarang aku
hendak membuat perhitungan kepadamu atas tingkahmu
menyemprot kuah bakso pada mukaku tempo hari."
"O, benar, benar. Engkau memang jujur dan memiliki
ingatan tajam. Tapi aku juga tidak lupa. Tempo hari
kusuruhmu menampar mukaku, engkau tak mau. Mengapa
sekarang engkau hendak cari gara2" "
Bukan main mendongkol hati Giok-bin-hou saat itu. Untuk
menutup malu ia akan mengalihkan kemarahannya kepada Lo
Kun. "Pokok, sekarang aku hendak balas menampar mukamu,
kakek gila!" serunya seraya maju dan plak, plak .... dengan
suaru gerak loncatan yang luar biasa cepatnya, ia sudah
menampar muka kakek Lo Kun.
Lo Kun terhuyung-huyung mendekap mulutnya yang
berdarah. Kepalanya serasa memancar berpuluh bintang.
Rupanya Giok-bin-hou tak mau memberi ampun. Ia masih
belum puas. Segera ia loncat memburu dan hendak menghajar
kakek Lo Kun lagi. Tetapi tiba2 sesosok bayangan melesat ke hadapannya dan
membentak: "Jangan kurang ajar terhadap kakekku!"
"Engkau!" Giok-bin-hou berteriak demi melihat
penghadangnya itu si Blo'on dan tanpa hentikan gerak
tubuhnya yang melaju ke muka, ia terus menghantam dada


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Blo'on, Dukkkk ..... Tardengar suara tinju menimpa badan disusul dengan dua
sosok tubuh yaag mencelat masing2 ke belakang. Blo'on
mencelat jungkir balik tetapi dapat berdiri tegak. Sedangkan
Giok bin-hou juga terlempar sampai dua tombak dan masih
terhuyung-huyung mau jatuh. Mukanya merah padam.
Blo'on segera maju menghampiri dan berseru :
"Engkau sudah kalah dengaa sumoayku tetapi masih
hendak menganiaya kakekku!"
"Aku hendak membalas hinaan yang pernah dilakukannya di
rumahmakan kemarin."
"Baik. aku yang akan menerima pembalasanmu itu!" sahut
Blo'on. Diam2 Giok-bin-hou terkejut heran. Jelas dia dapat
menghantam tetapi pada waktu tinjunya mengenai dada
Blo'on, serasa ditolak oleh tenaga yang dahsyat sekali.
Namun karena pemuda itu sudah maju dihadapannya, Giokbia
hou pun terpaksa harus melayani.
"Kalau engkau mau mewakili nyawanya terserah."
Giok-bin-hou terus bergerak menyerang. Dia gunakan jurus
ilmupukulan yang cepat dan dahsyat. Diserangnya Blo'on
dengan gencar sekali Tetapi alangkah kejutnya ketika
mendapatkan lawan juga bergerak sama, baik jurus mau pun
kecepatannya. Giok-biu-hou heran. Diserangnya pula Blo'on dengan makin
gencar dan dahsyat. Tetapi dia benar2 heran tak terkira ketika
mendapatkan Blo"on dapat meniru semua gaya serangan dan
kecepatannya. "Gila, ilmusilat apakah yang dimiliki pemuda gundul ini"
Atau apakah dia menggunakan ilmu sihir dan setan" " diam2
dia membatin. Tiba2 ia teringat akan sebuah jurus yang disebut Anginmenderu-
hujan-mencurah. Ya, jelas sekali ia menggunakan
jurus itu. Tiba2 tubuhnya melambung tinggi lalu bergeliatan menukik
kebawah seraya lepaskan dua buat pukulan tangan kanan dan
kiri. Buru ... bum ... Terdengar dua buah letupan disusul dengan hamburan
tanah yang muncrat keatas dan bertebaran ke empat penjuru.
Dengan gerak seringan kapas, Giok-bin-hou pun melayang
turun ke tanah. Ia memandang tajam2, menerobos kepulan
debu yang tebal. Ia hendak melihat bagaimana keadaan
Blo'on. Setelah kabut tanah menipis ia dapat melihat jelas kearah
tempat Blo'on berdiri tadi.
Alangkah kejutnya ketika ia tak melihat bayangan Blo'on.
Dan lebih kaget pula ketika tahu2 dia disekap dari belakang.
Hah ". Ia berontak sekuat-kuatnya. Tetapi segera ia
mengeluh kesakitan karena, sekuat tenaga yang ia gunakan
untuk meronta itu, sekuat itu pula tubuhnya dijepit sekuatkuatnya.
"Hek ...." tekanan yang dideritanya sedemikian hebat
sehingga dia tak dapat bernapas. Pandang matanya gelap,
kepala pun pening. Sesaat kemudian ia kerahkan segenap tenaga dan berontak
untuk melepaskan diri. Tetapi apa yang dideritanya juga makin
hebat. Sedernikian hebat sehingga tulang rusuknya merasa
patah. "Kakek, berapa kali dia menamparmu" " seru Blo"on.
"Dua kali." "Kalau begitu, kembalikanlah!"
"Benar," kakek Lo Kun segera melangkah maju dan plat,
plak ....... Kali ini Giok-bin-hou benar2 tak berdaya. Ketika tangan Lo
Kun melayang. dia coba berusaha untuk mengerahkan tenaga
menghindari. Tatapi tangan Blo'on pun segera memancarkan
tenaga yang kuat sekali. Giok-bin-hou coba mengerahkan
tenaga dalam menahan tamparan kedua. Tetapi akibatnya
makin runyam. Apa yang dia lakukan, dia harus menerima
akibatnya. Didalam tubuh dia terlanda tenaga-dalam yang
dipancarkan dari tangan Blo'on, disebelah luar dia harus
menerima tamparan kakek Lo Kun yang marah.
Tiga buah gigi Giok-bin-hou tanggal dan orangnya pun
pingsan. Dia menderita luka-dalam yang parah.
Anggauta barisan Cong-lian-kun atau Teratai-cokelat segera
terhamburan menyerbu tetapi serentak mereka disongsong
tubuh Giok-bin hou yang dilemparkan Blo'on.
Sesaat rombongan barisan Cong-han-kun itu sibuk
menyanggapi tubuh Giok-bin-hou, Blo'on dan Lo Kun pun
segera kembali ketempat duduknya.
Gempar seketika gelanggang pertempuran itu. Giok-binhou,
thancu dari barisan Teratai-cokelat. merupakan salah
seorang thancu Seng-lian kau yang diandalkan
perkumpulannya. Selain masih muda, berilmu kepandaian
tinggi, pun memiliki kecerdasan yang mengagumkan.
Dialah yang mempunyai rencana untuk mendirikan
rumahmakan di kaki gunung untuk melumpuhkan dan
menculik orang persilatan yang hendak mengganggu Senglian-
kau. Tetapi dia mempunyai kelemahan, gemar paras cantik dan
bertabiat sombong. Itulah sebabnya dia harus menderita
kekalahan dari Sian Li. Hek cong thancu segera gunakan ilmu Menyusup suara,
menyuruh Lam kim-kong Wan Tiong maju.
Thancu dari barisan Teratai-biru itu pun segera melangkah
ke tengah gelanggang. "Kalah menang dalam medan pertempuran, sudah jamak.
Seng-lian kau mengakui dan menghormati lawan yang lebih
sakti," seru kepala barisan Teratai-biru.
Blo'on dan rombongannya memandang kearah Hoa Sin.
Ketua Kay-pang itu dianggap sebagai pimpinan mereka.
"Silahkan Hong Hong totiang maju menghadapi orang itu,"
kata Hoa Sin. Ketua Go-bi-pay pun menurut.
Setelah saling memperkenalkan diri, maka Lam-kim-kong
atau si Malaekat-malas segera berseru:
"Silahkan totiang memulai. Kami sebagai tuan rumah
seharusnya mengalah terhadap tetamu."
Hong Hong tojin, seorang ketua partai persilatan yang
terkenal seperti Go-bi-pay. Sudah tentu dia bukan tokoh
sembarangan. Dia membuka serangan dalam jurus Sin-wen-te-kuo atau
Kera-sakti-mempersembahkan buah. Tangan kanan lurus
menghantam kemuka. sedang tangan kiri siap didamping
pinggang. Lam-kim-kong tak mau menghindar atau pun menangkis.
Dia hanya kampiskan dada dan perut ke belakang. Melihat itu
Hong Hong totiang tebarkan kelima jarinya untuk menusuk
dada lawan. Tetapi alangkah kejutnya ketika jarinya tersedot
oleh tenaga yang kuat. Cepat ia kerahkan tenaga-dalam untuk
menahan. Tetapi pada saat itu tenaga-sedotan itu tiba2
berobah menjadi pancaran tenaga-tolak yang keras.
Tangan Hong Hong tojin tertolak kebelakang sehingga
kuda2 kakinya tergempur mundur selangkah.
Dalam gebrak pertama itu Hong Hong di fihak yang
menderita. Tetapi kekalahan itu memberi pengetahuan
kepadanya bahwa lawannya itu seorang jago tenaga-dalam
yang hebat. Dia harus hati2 menghadapinya.
Selanjutnya pertempuran pun berlangsung seru dan cepat.
Keduanya sama2 mengeluarkan jurus-yang jarang digunakan.
Tiba2 terjadi satu adegan yang menegangkan sekali. Hong
Hong tojin berhasil mendesak Lan-kim-kong dan pada saat itu
dia pun melihat suatu kesempatan yang terbuka.
Sebagai seorang ketua partai persilatan sudah tentu Hong
Hong tojin tahu akan hal itu dan tak mau melewatkan begitu
saja. Dengan menggerung keras, dia gunakan jurus Thui-gongong-
gwat atau Mendorong jendela-melihat rembulan. Kedua
tangan mendorong sekeras-kerasnya ke dada lawan.
Kung..... Tiba2 Hong Hong tojin terkejut ketika mulut Lam-kin-kong
mendengkung keras. Segumpal angin yang keras melanda ke
muka ketua Go-bi pay. Ketua Go-bi-pay tak menyangka sama
sekali lawan akan menggunakan semburan tenaga-dalam dari
mulut. Jarak demikian dekat dan seluruh perhatiannya telah
ditumpahkan kearah kedua tangannya yang sedang
menghantam dada lawan. Terdengar dua buah teriak tertahan disusul oleh dua sosok
tubuh yang mencelat ke belakang.
Ternyata Hong Hong tojin telah gunakan pukulan Gungoan-
ciang yang hebat. Ia tak percaya lawan mampu bertahan
dari pukulannya itu. Memang Lan-kim-kong Wan Tiong mencelat sampai
setombak jauhnya tetapi dia dapat berdiri tegak. Sedangkan
Hong Hong tojin terhuyung-huyung beberapa langkah lalu
jatuh terduduk. Ketua Go-bi-pay itu pejamkan mata,
menyalurkan pernapasan. Menilik wajahnya yang pucat, jelas
ketua Go-bi-pay itu tentu menderita luka dalam yang cukup
berat. Lam-kim-kong tertawa mengejek lalu mulai maju
menghampiri lagi. Melihat itu Blo'on segera maju ke
gelanggang. "Eh, mengapa engkau muncul" Apakah mau main kerubut"
" tegur Lam-kim-kong.
"Tidak," sahut Blo'on. "Hong Hong totiang sedang
melakukan pernapasan. Mungkin menderita luka.
"Lalu" " "Akulah yang akan menggantikan!"
"Engkau mengakui fihakmu kalah" "
"Ya." "Hm, dia belum mampus."
"Apakah perlu harus sampai mati" "
"Hanya dua pilihan, mati atau menyerah."
"Apa maksudmu dengan menyerah itu" "
"Menjadi anggauta Seng-lian-kau dan tunduk pada semua
peraturannya." Blo'on tertawa. "Pertandingan ini secara rombongan, bukan perorangan.
Jika semua rombonganku kalah, barulah rombonganku
menyerah kepada Seng-lian kau. Bukankah yang tadi, fihakku
juga merebut kemenangan" "
Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan lain2 diam2 terkejut girang
mendengar bantahan Blo'on. Mereka heran mengapa
mendadak sontak pikiran Blo'on begitu terang.
"Ho engkau menghendaki pertempuran secara
keseluruhannya" "
"Apakah tidak begitu" Apakah harus satu demi satu
dianggap kalah atau menang. Jika engkau mengira bahwa
fihakku yang kalah harus ikut Seng-lian-kau maka menurut
keadilan, fihakmu yang kalah pun harus ikut aku!"
"Jangan, Blo'on.! Perlu apa memelihara mereka!" tiba2
kakek Lo Kun berseru. "Sudahlah, Jangan banyak bicara. Mari kita segera
bertempur," seru Lam-kim-kong yang rupanya agak terdesak
dalam pembicaraan. "Silahkan!" sambut Blo'on.
Lam-kim-kong gemas dengan Blo'on karena pemuda gundul
itulah yang dapat mengalahkan Giok-bin-hou. Diam2 ia
hendak cari pahala. Apabila dapat membekuk Blo'on,
bukankah pangkatnya akan naik dalam Seng lian-kau"
"Engkau tetamu, engkaulah yang memulai, saru Lam-kimkong.
Dia tetap pegang gengsi sebagai tuanrumah.
"Tetapi aku tak dapat menyerang," seru Blo"on, "engkau
saja yang menyerang, baru aku dapat membalas."
Mendengar itu Hoa Sin dan lain2nya terkejut. Apabila Lamkim-
kong sampai mengetahui bahwa Blo'on tak mengerti
ilmusilat, bukankah hal itu akan merugikan Blo'on.
"Baik." untunglah Lam-kim-kong tak mau bertanya lebih
lanjut. Dia ingin cepat2 meringkus Blo'on.
Serangan dibuka dengan sebuah terjangan dalam jurus
Hek-hou thou-sim atau Macan hitam-menerkam-hati. Sambil
loncat, tangannya menerkam dada.
Blo'on terkejut, Serentak memancarkan tenaga sakti Ji-ihsin-
cang dalam tubuhnya. Dia ingin menghindar dari terkaman
maut itu. Dan segera menjejak tanah untuk loncat keatas,
wut.... Lam-kim-kong Wan Tiong adalah seorang thancu dari Senglian-
kau. Dia memiliki ilmusilat yang tinggi terutama ilmu
tenaga-dalam yang di semburkan dengan mulut. Ha-ma-kang
atau ilmu-sakti Dengung-katak.
Demikian nama ilmu semburan tenaga dalam dari mulut itu.
Dan lebih ganas lagi, dia sering mengumur bubukan racun.
Hong Hong tojin tadi pun terkena semburan tenaga dalam
yang mengandung bubuk racun. Itulah sebabnya maka ketua
Go bi-pay itu gelap pandang matanya dan rubuh. Dia terkena
semburan tenaga-dalam beracun.
Lan kim-kong mengira sekali terkam dia pasti dapat
mencengkeram dada Blo'on lalu hendak dirobeknya, Tetapi
alangkah kejutnya ketika ia hanya menubruk bayangan
kosong. Blo'on seolah hilang dari pandangannya.
"Hayo aku disini!" seru Blo'on.
Lam kim-kong terkejut dan cepat berbalik tubuh ke
belakang. Ia tak mengira bahwa Blo'on sudah berada di
belakangnya. Sekalian anakbuah Seng lian-kau, terutama barisan Terataibiru
menahan napas ketika melihat Blo'on melambung ke atas,
melayang melampaui kepala Lan-kim kong dan turun di
belakangnya. Mereka siap akan meneriaki Lam-kim-kong
apabila Blo'on akan menyerang dari belakang. Tetapi ternyata
pemuda itu tak mau melakukan dan hanya berseru memanggil
lawan. Lam-kim-korg menggeram keras2. Dia segera menerjang
lagi. Dan karena tahu pemuda lawannya itu dapat melambung
keatas maka dia pun sudah menjagai kemungkinan itu.
Tetapi diluar dugaan Blo'on tidak melambung melainkan
menirukan gaya serangan lawan, "Hm, engkau cari mampus!'
dengus Lam-kim-kong ketika tangan kanannya yang
menerkam juga disambut oleh tangan kanan Blo'on yang
menerkam. Ketika kedua tangan saling beradu, dia terus
mencengkeram tangan Blo'on dan meremas sekuat-kuatnya.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hah!" Blo'on terkejut dan menepiskan tangannya Rasa
kejut telah memancarkan tenaga sakti Ji ih-sin-kangnya.
Seketika tangan Lam-kim-kong seperti tertolak sebuah
gelombang tenaga-dalam yang dahsyat sekali. Tenaga dalam
yang dipancarkan kearah tangan kanannja tadi seketika
tertolak balik kedalam tubuhnya lagi. Akibatnya hebat.
Tangannya seperti dilontarkan dan karena hebatnya lontaran
itu tubuhnya sampai ikut berputar-putar deras seperti
gangsingan. Pada saat dia dapat menguasai dan menghentikan putaran
tubuhnya, ternyata tanah yang dipijaknya itu telah melesak
sampai sejari dalamnya. Tardengar pekik kaget orang2 Seng-tian-kau. Belum pernah
selama ini mereka menyaksikan pertempuran yang begitu
aneh dan luar biasa. Pucat wajah Lam kim-kong Wan Tiong. Saat itu baru dia
menyadari akan suatu keanehan yang luar biasa pada diri
pemuda gundul yang mengalahkan Giok bin-hou thancu
barisan Teratai-cokelat tadi.
Mengapa pemuda gundul itu mampu menirukan semua
gaya dan gerak jurus serangannya" mengapa pula pemuda
gundul itu dapat memancarkan tenaga dalam penolak yang
sedemikian aneh dan sakti"
Dikata aneh karena tubuh pemuda gundul itu seperti
menerima saja gelombang serangan tenaga-dalam tetapi tiba2
gelombang tenaga-dalam itu memantul balik kepada
penyerangnya. Dikata sakti karena ilmu memantulkan balik
tenaga-dalam itu termasuk ilmu tataran tinggi.
Lam-kim kong heran, benar2 heran . Namun karena sudah
turun di gelanggang, ia harus berusaha keras untuk
mengalahkan lawan. Cara yang bagaimana ganas dan keji pun
tak peduli, pokok dapat membunuh lawan.
Diam2 Lam-kim-kong pun sudah siapkan rencana. Lalu ia
maju lagi melakukan serangan. Karena tahu lawan tentu
menirukan serangannya. Segera ia memasang perangkap.
Dengan jurus Peck-ho can ki atau burung bangau merentang
sayap, ia merentang kedua tangannya. Dan memang Blo'on
pun menirukan gaya itu. Pada saat itu juga Lam kim kong
maju selangkah dan" "kung ".."
"Auh " " terdengar jeritan ngeri ketika tubuh Lam-kim kong
terlempar setombak jauhnya dan mendekapkan tangan ke
muka, meraung-raung seperti serigala sakit gigi.
Apa yang terjadi benar2 mengejutkan sekalian orang. Pada
saat Lam kim-kong mendengkung melancarkan ilmu Ha-makang
beracun, Blo'on menirukan. Racun yang disemburkan
dari mulut Lam-kim-kong disambut pula oleh semburan tenaga
dalam Jih ih sin kang dari mulut Blo'on. Akibatnya Lam-kim
kong tertampar racun dari semburan mulutnya sendiri,
ditambah pula masih terlempar satu tombak.
Lam kim-kong berjingkrak-jingkrak, dengan masih menutup
mukanya dia lari seperti orang gila.
Sesosok tubuh melayang dari deretan thancu2 Seng liankau.
Dengan gesit orang itu memegang tubuh Lam-kim-kong.
"Wan thancu, apa yang terjadi padamu" "
Namun Lam-kim kong Wan Tiong masih meraung-raung
seperti orang gila. Melihat itu orang tersebut yang bukan lain
adalah Gok mo-ong si Raja-tangis yang menjabat sebagai
thancu barisan Teratai Ungu segera menyambar tangan Lan
kim-kong dan menariknya. "Ah....." Gok-mo-ong memekik kaget ketika melihat wajah
Lam-kim kong berobah menyeramkan. Penuh dengan bintil2
hitam, kedua biji matanya melotot keluar, "Wan thancu,
engkau terkena racun!"
Lan-kim kong tak menyahut melainkan masih meraungraung
kian kemari. Gok-mo-ong makin terkejut melihat sepak
terjang rekannya. Jelas Lam-kim-kong telah buta kedua
matanya. Ia pun melihat pertempuran tadi. Ketika Lam kim-kong
mendengkung, lawan pun mendengkung dan akitbatnya
segulung cairan warna hitam telah menyimprat ke muka Lamkim-
kong sendiri. "Ah, dia tentu terkena racun yang disemburkannya sendiri,"
akhirnya Gok-mo-ong menarik kesimpulan. Cepat ia melambai
memanggil seorang anakbuah dan suruh dia membawa Lamkim-
kong masuk. Setelah itu barulah Gok mo-ong menuju ke tengah
gelanggang. Tetapi ternyata Blo'on sudah tak kelihatan.
Pemuda itu sudah kembali ke tempat duduknya lagi.
Tiba2 Gok-mo-ong menangis, serunya dengan sedih :
"Siapakah diantara rombongan tetamu yang sudi menghibur
kesedihanku" " Bio'on segera berbangkit.
"Jangan, " cegah Hoa Sin, "kali ini biarlah paman Lo yang
maju." "Aku" " Lo Kun terkejut.
"Ya, hiburlah dia, orang yang gemar menangis itu, " ujar
Hoa Sin. Sambil mengiakan Lo Kun segera lari menghampiri ke
hadapan Gok-mo-ong. "Hai, orang sudah setua engkau mengapa masih suka
menangis" " tegur kakek Lo Kun, " apa yang engkau tangisi"
" Sambil menangis, Gok-mo-ong berseru: "Kakek, aku sudah
kehilangan dua orang kawan yang tercinta, bagaimana hatiku
tak sedih" Hanya manusia yang tak punya hati, tentu masih
dapat tertawa. " Habis berkata Gok mo ong menangis makin keras. Aneh,
tiba2 Lo Kun pun ikut bersedih. Dia diam termenung-menung.
"Celaka," keluh Hoa Sin, "dia terkena serangan tangis Gokmo
ong. " "Paman Lo, jangan kena ditipu lawanmu. Dia menangis itu
sebenarnya sedang melancarkan ilmu tangis sakti yang
disebut Toan-jong golc-hwa ( ilmu Tangis-penghancur usus) .
Apakah engkau tak takut kalau ususmu putus terburai ke luar"
" tiba2 telinga Lo Kun mendengar kata2 lembut tetapi cukup
jelas. "Lawanlah dengan tertawa dan tamparlah mukanya. Suruh
dia diam jangan menangis," kembali suara macam ngiang
nyamuk itu melengking ke dalam telinga Lo Kun.
Serentak Lo Kun terperangah. Dia kebas-kebaskan kepala
sampai beberapa kali tetapi agaknya ia masih belum terlepas
dari pengaruh ilmu Toan-jong-gok-hwat.
Plak .... tiba2 ia menampar gundulnya sendiri keras sekali
sehingga gelagapan dan terhuyung-huyung ke belakang.
" Kurang ajar! " sesaat berdiri tegak dia terus memaki,
"mengapa engkau terus menerus menangis" "
Namun Gok-mo ong tak menghiraukan dan masih asyik
menangis. Bahkan makin lama nadanya makin menyayat hati.
Lo Kun maju hendak melakukan perintah orang yang
memberi bisikan tadi. Tetapi baru dua langkah, ia sudah
terhenti, menunduk diam. Gok mo ong makin keras tangisnya. Tiba2 Lo Kun
mendumprah ke tanah seperti orang yang lunglai tenaganya.
"Celaka, kakek itu terkena Toan-jong-gok-hwat " diam2 Hoa
Sin mengeluh. Karena tahu bahwa sebentar lagi Lo Kun pasti
hancur ususnya, Hon Sin segera hendak maju ke tengah
gelanggang. Tetapi dia kalah cepat dengan Blo'on dan Sian Li
yang serempak lari menghampiri Lo-Kun.
Sebenarnya Bio'on dan Sian Li tak bersepakat lebih dulu.
Hanya karena mereka sayang akan kakek Lo Kun, melihat
keadaan kakak itu, keduanya terus berhamburan dan hendak
manolong. "Kakek Lo, engkau kenapa" " seru Sian Li seraya
mengangkat tubuh Lo Kun. "Kasih dia minum obat dan bawa keluar. Aku hendak
menghadapi setan tangis itu," seru Blo`on yang terus maju ke
muka Gok-mo-ong. "Hai, berhenti!" teriak Blo'on. Tetapi rupanya Gok-mo-ong
malah memperkeras tangisnya.
Blo'on mendongkol. Dia, maju mengharnpiri hendak
menampar tetapi haw baru beberapa langkah tiba2 dia
terhenti dan terus ikut menangis.
Sudah tentu Hoa Sin dan rombongannya terkejut. Dengan
cemas mereka mengikuti apa yang akan terjadi dengan kedua
orang itu. "Auhhhhhh ...... " tiba2 Gok-mo-ong melolong
berkepanjangan dan terus terjungkal rubuh.
Gempar sekalian orang menyaksikan hal itu. Sudah tentu
terutama darit fihak Seng-lian-kau. Sesosok tubuh segera
melayang ke tengah gelanggang dan memeriksa tubuh Gokmo-
ong. Tiba2 wajah pendatang itu pucat.
"Dia sudah mati "." serunya tertahan. Berpaling ke
belakang, dilihatnya Blo'on sudah berhenti menangis dan
pelahan-lahan melangkah ke tempat duduknya lagi.
Tiba2 pendatang itu tamparkan tangan kanannya ke arah
Blo'on. "Kim kongcu, menyingkirlah!", Hoa Sin yang sejak
pendatang itu turun ke gelanggang selalu mengawasi gerak
geriknya, cepat apungkan tubuh dan manyambar tubuh Blo'on
dibawa menyingkir ke samping.
"Kenapa Hoa pangcu" " terbelalak heran "Dia menyerang
kongcu." "Menyerang" Mengapa aku tak mendengar gerak
pukulannya sama sekali" "
Hoa Sin mengangguk. "Dia adalah Bu Ing Sin-tan si Malaekat-sakti tanpabayangan
yang kini menjadi than cu Seng Tian-kau. Dia
memiliki pukulan yang disebut Bu-ing-ciang. Pukulan itu sama
sekali tak mengeluarkan bunyi dan sambaran angin tetapi
tahu2 lawan sudah rubuh. "
"Oh," desuh Bloon agak kaget, "tetapi bagaimana pangcu
tahu tentang diri orang itu" "
"Dia dulu juga hadir dalam malam terakhir dari
penghormatan jenasah Kim tayhiap. Pada saat melakukan
sembahyang, dia melepaskan ilmu pukulan Bu ing-ciang ke
arah peti jenasah ......."
"Setan, " teriak Blo'on lalu berputar tubuh hendak
menghadapi Bu Ing Sin-kun.
"Kim kongcu, kali ini biarlah aku yang menghadapinya.
Harap kongcu suka beristirahat," kata Hoa Sin.
"Tetapi Hoa pangcu, dia memiliki ilmu Bu-ing-ciang yang
hebat ....... " Hoa Sin tersenyum. " Aku tahu bagaimana harus menghadapinya."
Akhirnya Blo'oa menurut. Dan majulah Hoa Sin berhadapan
dengan Bu ing Sin kun. "Selamat berjumpa kembali, Bu lng Sin-kun," Hoa Sin
memberi salam, " tentulah anda masih kenal dengan Hoa Sin,
bukan" " "Hm, bukankah engkau pengemis yang ikut giat mengurus
pemakaman jenasah Kim Thian Cong dulu" "
Hoa Sin tertawa mengiakan. "Benar, kiranya anda masih
memiliki ingatan yang tajam sekali. Tetapi aku heran,
mengapa tokoh sesakti anda ternyata mau bekerja sebagai
thancu dari Seng-lian-kau."
"Hm," Bu Ing Sin kun mendesuh, "Seng-lian-kau adalah
wadah yang paling tepat untuk kaum persilatan dan tokoh2
sakti. Jika engkau sudah kenal dengan Seng-lian-kau engkau
tentu tak kan malu menjadi anggautanya. Bahkan engkau
merasa bangga karena diterima sebagai anggauta
perkumpulan itu." Hoa Sin tertawa. "Terserah saja pada anggapan anda. Tetapi aku, Hoa Sin.
lebih suka jadi raja pengemis dari pada budak Sang-lian-kau."
Merah muka Bu Ing Sin-kun, hardiknya:
"Sudahlah, jangan banyak mulut. Mari kita selesaikan
personlan kita ini."
Kedua tokoh itu pun tak mau banyak bicara lagi. Keduanya
segera terlibat dalam serang menyerang yang hebat. Walau
pun pertempuran dilakukan dengan tangan kosong, tetapi
kedahsyatannya tak berkurang. Bahkan lebih maut dari
pertempuran menggunakan senjata.
Berulang kali pada beberapa kesempatan, Bu Ing Sia-kun
pun melancarkan pukulan Bu-ing-ciang yang lihay tetapi dia
heran mengapa ketua Kay-pang itu tak rubuh.
Ternyata Hoa Sin memang sudah mengadakan persiapan.
Dahulu ketika menerima pukulan dari tokoh Thian-sat-cu pada
malam may-song atau malam terakhir peti jenasah Kim Thian
Cong; berada di rumah, dia tak sampai remuk karena
sebelumnya ia memasang sehelai tikar yang dianyam dari
bahan kulit swat-coa atau ular salju yang berumur ratusan
tahun. Alas itu dapat menahan segala tusukan senjata tajam
dan pukulan sakti. Pengalaman itu memberi pelajaran pada Hoa Sin, setiap
berhadapan dengan tokoh yang termasyhur sakti, dia selalu
mengenakan penutup dada dari kulit swat-coa itu. Demikian
ketika menuju ke markas Seng-lian-kau, Hoa Sin pun tak lupa
memasang alat pelindung itu, Itulah sebabnya beberapa
pukulan tanpa bayangan dari Bu lng Sinkun selalu disongsong
dengan dada oleh Hoa Sin.
Hoa Sin memang tajam sekali matanya. Dia sempat
memperhatikan bahwa lawan sedang bingung memikirkan
kegagalan pukulan Bu Ing ciangnya. Dalam kesempatan itu
Hoa Sin pun segera melancarkan ilmu pukulan Joh-hong-ciang
atau pukulan Salah-arah yang diciptakannya sendiri itu.
Sebagai seorang ketua partai persilatan sebesar Kay-pang
sudah tentu Hoa Sin memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Ditambah pula dengan kecerdasan otaknya yang tajam, dia
merupakan seorang lawan yang tak boleh dipandang enteng.
Pertempuran antara kojiu lawan kojiu memang berlangsung
cepat dan dahsyat, enak dinikmati. Dengan ilmu Joh-hongciang,
Hoa Sin berhasil memaksa lawan untuk berloncatan
kian kemari. Tetapi Hoa Sin pun tetap mencemaskan pukulan
Bu-ing-sin-ciang atau pukulan tanpa-bayangan dari lawan.
Pada suatu serangan, Hoa Sin berhasil menu tuk bahu kiri
lawan tetapi dia pun terkena pukulan-tanpa-bayangan.
Keduanya terhuyung-huyung mundur.
Bu Ing sin-kun tegak seperti patung sedang Hoa Sin jatuh
terduduk dan muntah daran.
Dari deretan tempat duduk para thancu, turunlah seorang


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

thancu, menghampiri Bu Ing sin-kun. Dia adalah thancu
wanita dari barisan Teratai Merah, Bau Hong mo li atau Ibliswanita-
angin-gemulai. Tiba2 si Angin-gemulai Biau Hong moli menutuk tubuh Bu
Ing sin-kun beberapa kali. Bu log sin-kun gelagapan. Ternyata
jalan darahnya telah terkena tutukan jari Hoa Sin. Kini dia
bebas. Bu Ing sin-kun tersipu sipu merah mukanya ketika
mengetahui apa yang terjadi. Dihadapan segenap pimpinan
dan anakbuah Seng-lian-kau, tarnyata dia tak mampu
mengalahkan Hoa Sin. Benar dia berhasil melepaskan pukulan
Bu-in-ciang hingga lawan muntah darah. Tetapi dia sendiri pun
terkena tutukan ketua Kaypang. Dengan demikian
pertandingan itu serie, tiada yang kalah dan menang.
Sejenak memandang ke sekeliling, la melihat Hoa Sin masih
duduk pejamkan mata. Wajahnya pucat. Seketika timbullah
nafsu jahatnya. Ia segera mengangkat tangannya.
Tiba2 Sian Li dan Blo'on lari ke tengah gelanggang,
menghampiri Hoa Sin. "Hoa pancu, engkau terbuka" " seru Blo'on.
Sian Li yang tiba lebih dulu segera mendekat ke muka Hoa
Sin. Tetapi sebelum nona itu sempat membuka mulut, tiba2 ia
menjerit dan terjungkal rubuh.
Ternyata Sian Li telah menjadi korban pukulan tanpabayangan
dari Bn Ing sin-kun. Karena berdiri di muka Hoa Sin,
dia menjadi perisai ketua Kay-pang itu.
Melihat itu Blo'on terkejut. Cepat dia menghampiri
sumoaynya ?"Sumoay, engkau kena apa" "
Baru dia bertanya begitu, tiba2 dia juga terdorong ke
tempat Sian li. Karena takut menimpa sumoaynya, Blo'on
kerahkan tenaga untuk condongkan tubuh ke samping, lalu
berguling-guling di tanah. Ia fak tahu mengapa tiba2
pantatnya seperti didorong tenaga yang kuat sekali.
Ia loncat bangun dan melihat ke sekelilingnya. Bu Ing Sinkun
dan wanita jubah merah berada tiga tombak jauhnya.
Mungkinkah mereka yang memukulnya" Ah, tak mungkin.
"Kim kongcu, Bu Ing sin-kun curang. Dia memukulmu dari
jarak jauh ...." Melihat Blo'on celingukan kian kemari dengan wajah heran,
Ceng Sian suthay segera gunakan ilmu Menyusup-suara untuk
memberi tahu kepada anak itu.
Blo'on terbelalak dan memandang kaarah Bu Ing sin-kun.
Namun dia masih terlongong-longong.
"Kim kongcu, Bu Ing sin-kun memiliki ilmu pukulan Bu-ingciang
atau ilmu pukulan tanpa-bayangan yang dapat
dilepaskan dari jarak jauh....," kembali Ceng Sian perlu untuk
menyusuli keterangannya lagi. Ia menduga Bio'on tentu
bingung dan tak percaya. Kali ini Blo'on baru gelagapan sadar. Tetapi baru ia hendak
melangkah, tampak Bu Ing sin-kun mengangkat pula
tangannya. Blo'on pun segera menirukan. Serangkum angin
pukulan melanda, dia terdampar mundur selangkah, Tetapi Bu
Ing sin pun juga terdorong selangkah ke belakang.
Kini Blo'on benar2 menyadari bahwa memang Bu ing sinkunlah
yang menyerangnya. Serentak ia maju menghampiri
dan menuding. "Hai, engkau, mengapa engkau curang" " serunya.
"Siapa curang" " balas Bu Ing sin-kun. "Hoa pang-cu
memang rubuh. Tetapi engkau pun tegak tak dapat bergerak.
Andaikata tidak ditolong wanita baju merah ini, engkau tentu
masih jadi patung. Engkau dibantu kawanmu, seharusnya
engkau memberi kesempatan kepada fihakku untuk menolong
Hoa pangcu. Mengapa sebelum kita menolong Hoa pangcu,
engkau terus memukul" Apakah itu tidak curang" "
Bu Ing sin-kun merah mukanya. Ia malu karena sampai
tertutuk oleh Hoa Sin. Kini dia dimaki maki oleh seorang
pemuda gundul. Walau pun ia tahu bahwa tadi Giok-bin-hou.
Gok-mo-ong telah dijatuhkan pemuda gundu! itu. Karena
diluap rasa marah karena ditutuk Hoa Sin, ditambah pula
karena melihat perwujudan Blo'on yang tak karuan, serentak
ia tumpahkan kemarahannya kepada pemuda itu.
"Jangan banyak mulut!" tiba2 Bu Ing sin kun mengangkat
tangannya dan terus ditamparkan ke arah Blo'on.
Tiada angin mau pun suatu bunyi yang terdengar dari
tamparan Bu Ing sin-kun itu sehingga Blo'on hampir terkecoh.
Untung anak itu segera menirukan gerak gerik orang.
"Uh....." Bu Ing sin-kun mendasuh kejut ketika tubuhnya
terpental sampai dua langkah ke belakang. Ia terkejut
mengapa tiba2 tenaga-dalam yang dipancarkan melalui
pukulan Tanpa-suara itu membalik dan melanda dirinya
sendiri. Ia masih belum menyadari dan tetap penasaran. Kini dia
kerahkan tujuh bagian tenaga-dalam dan terus menampar
kearah Blo'on. Bu Ing sin-kun diakui dunia persilatan sebagai sin-kun atau
ksatrya sakti. Dan pengakuan itu memang ada dasarnya.
Pukulan yang dimiliki tokoh itu memang menggemparkan
kaum persilatan. Entah sudah berapa banyak jago2 silat
ternama yang rubuh di tangannya. Seperti yang terjadi
beberapa detik tadi. Hoa Sin ketua Kay-pang pun muntah
darah karena termakan pukulan Bu-ing-ciang.
Bahkan saat itu dia gunakan tujuh bagian tenaga-dalamnya
untuk menghantam Blo'on, dapat dibayangkan betapa dahsyat
pukulan itu. Melihat itu Blo'on pun menirukan gerakannya bahkan kali ini
dia menampar lebih keras. Dia marah melihat Bu Ing sin-kun
melukai Hoa Sin dan Sian Li.
Hek .... mulut Bu Ing sin-kun menguak, tubuhnya mencelat
sampai dua tombak. Tiba2 sesosok bayangan melayang dan
menyambar tubuh Bu Ing Sin-kun. Orang itu berjumpalitan di
udara dan bagaikan seekor burung alap2, dia terus
menggondol tubuh Bu Ing sin-kun, melayang turun di luar
gelanggang lalu lari.... Gempar sekalian orang2 Seng-lian-kau. Dalam rapat besar
yang dihadiri oleh segenap pimpinan dan anakbuah Seng-liankau,
seorang pendatang yang tak dikenal, dapat melarikan
seorang thancu Seng-lian-kau. Hal itu benar2 hampir tak
dapat dipercaya. B'o'on terkejut tetapi sesaat kemudian dia terus lari
mengejar. "Hai, tunggu aku, Blo'on," kakek Lo Kun juga terus ikut
mengejar. Dalam beberapa kejap ketiga orang itu pun lenyap.
Jika Blo'on sibuk mengejar, tidak demikiai dengan pimpinan
Seng tian-kau. Mereka tenang2 saja. Sebenarnya Hek congthancu
hendak bertindak tetapi tiba2 ia mendapat kisikan
melalui ilmu Menyusup-suara dari ketua Seng-lian-kau, supaya
tenang dan melanjutkan acara pertandingan. Karena tiada
mendapat perintah, anakbuah Seng lian kau pun tak berani
bertindak. "Kay-pang pangcu," seru Biau Hong moli, thancu Terataimerah
kepada Hoa Sin yang saat itu masih duduk bersemedhi.
Sementara Sian Li masih menggeletak di tanah, "ayo, engkau
atau siapa dari kawanmu yang melayani aku!"
"Biau Hong moli. akulah yang akan menemani engkau,"
tiba2 terdengar sebuah suara seorang wanita berseru.
Biau Hong terkejut dan berpaling. Ia terkejut karena tidak
mendengar suara apa2 tahu2 di belakangnya muncul seorang
rahib. Dan rahib itu bukan lain adalah Ceng Sian suthay.
"O, engkau Ceng Sian," serunya dengan nada garang untuk
menutupi rasa kejutnya, "rupanya sekarang ilmu
kepandaianmu bertambah sakti."
"Jangan terlalu memuji," seru Ceng Sian suthay, "karena
hal itu akan menurunkan nyalimu."
"Hm," dengan Biau Hong moli.
Ceng Sian suthay menggapai kearah rombongannya supaya
membawa Hoa Sin dan Sian Li. Tiba2 muncul seorang kakek
agak bungkuk, Dia adalah kakek Kerbau Putih yang muncul
bersama Hui Gong siansu, Ang Bin tojin. Sugong In. Mereka
membawa Hoa Sin dan Sian Li keluar gelanggang.
"Biau Hong moli," seru Ceng Sian suthay, "bagaimana
pertempuran ini akan dilangsungkan" "
"Kita cepatkan saja," sahut Biau Hong, "mari kita pakai
senjata." Thancu wanita dari Seng-lian-kau itu terus mencabut
pedang. Ceng Sian suthay pun mengeluarkan hud-tim atau
kebut pertapaannya. Sejenak dia mememandang tajam2
kearah thancu dari Seng-lian-kau itu.
Sesuai dengan gelarannya Biau Hong moli atau Iblis wanita
Angin-gemulai, walau pun usianya sudah lebih dari
empatpuluh tahun, tetapi Biau Hong masih mengenakan
dandanan yang menyolok. Mukanya berbedak tebal, bibir
dilumuri gincu merah, sangguInya keatas seperti seorang
perawan. Dan yang nyentrik, sepasang tangan dan kaki wanita
itu mengenakan gelang. Memang Biau Hong seorang wanita
cantik, tetapi dengan cara berdandan yang berkelebihan itu,
menimbulkan kesan kalau dia seorang wanita yang gemar
pelesiran. "Engkau tetamu, engkau boleh mulai menyerang dulu,"
serunya kepada Ceng Sian.
Rahib yang menjadi ketua dari partai Kun Iun pay ini pun
segera melakukan pembukaan dalam jurus Tang-hong-hud liu
atau Angin-musim rontok-meniup-pohon liu.
Bulusuri dari kebut itu pun segara berhamburan sebagai
hujan mencurah. Namun Biau Hong moli bergeliatan
melayang-layang kian-kemari seraya memainkan pedangnya.
Sepintas pandang gerakannya mirip dengan kupu2 yang
menari-nari diantara curahan hujan.
Kedua wanita sakti itu segera terlibat dalam pertempuran
seru. Kuduanya sama2 memiliki gin-kang atau ilmu
meringankan tubuh yang sakti. Yang satu bagai hujan lebat
yang satu seperti angin gemulai.
Sudah seratusan jurus telah berlangsung namun keduanya
masih belum tampak siapa yang lemah. Bahkan saat itu
hampir sukar diketahui mana Ceng Sian mana Biau Hong.
Untung Ceng Sian mengenakan jubah warna putih dan Biau
Hong pakaian merah sehingga sosok tubuh mereka
merupakan paduan sepasang warna merah dan putih.
Baik dari fihak Seng-lian-kau mau pun dari rombongan Hoa
Sin, sama mengagumi keindahan dan kelihayan dan
pertempuran kedua wanita sakti itu.
Menilik jalannya pertempuran, mereka kuatir pertempuran
itu akan berlangsung lama sekali. Entah sampai berapa ratus
jurus. Biau Hong mengagumi kesaktian Ceng Sian suthay. Dulu
memang dia pernah bentrok dengan suthay itu ketika dia
kepergok menculik seorang pemuda. Dalam pertempuran itu ia
berhasil mendesak Ceng Sian dan meloloslkan diri.
Tetapi kini dia dapatkan kepandaian rahib ketua Kun-lun
pay itu memang maju pesat dan jauh bedanya dengan dulu.
Untung dia pun sudah mempersiapkan diri untuk meyakinkan
ilmu yang lebih tinggi. Berkat menemukan sebuah kitab
pusaka, dia dapat meyakinkan ilmu gin-kang sehingga
mencapai tataran Coh-siang-hui atau Terbang-diatas-rumput.
Apabila ia lari maka kakinya seolah-olah tak menginjak tanah.
Juga Ceng Sian suthay tak kurang kejutnya melihat
kegesitan lawannya. Ia harus menumpahkan segenap
kepandaiannya agar jangan termakan pedang lawan, Hanya
dengan kesabaran dan ketenangan, barulah ia dapat bertahan
menghadapi Iawan. Namun betapa ulet dan gigih suatu pertempuran, akhirnya
tentu akan terakhir juga.
Sekonyong-konyong dua buah sinar yang berbentuk suatu
lingkar bundar, meluncur kearah Ceng Sian. Menyusul dua
buah lingkar sinar melayang ke perut Ceng Sian.
"Tring, tring?"
Dua buah lingkar sinar yang menyerang ke muka Ceng Sian
itu tak lain adalah sepasang gelang kumala yang melilit di
tangan Biau Hong moli. Dan pada saat Ceng Sian menangkis
dengan hud-tim, Biau Hong moli ayunkan kakinya susul
menyusul dan kedua gelang kumala pada kakinya pun
meluncur ke perut Ceng Sian.
Bukan kepalang kejut Ceng Sian menerima serangan yang
tak terduga-duga itu. Ia berusaha untuk berkisar ke samping
tetapi pada saat itu juga pedang Biau Hong molli pun sudah
memapas kepalanya. Ceng Sian masih berusaha untuk
menangkis, tring budtimnya terbabat putus. Untung Ceng Sian
masih sempat menundukkan kepala sehingga selamat dari
tebasan pedang. Sekali pun begitu, kain penutup kepalanya
telah terbabat. Bukan kepalang murka rahib ketua Kun-lun-pay itu. Dia tak
kira kalau lawan akan menggunakan senjata rahasia gelang
kumala yang dipakai pada lengan dan kaki. Sebagai seorang
ketua partai persilatan yang ternama, sudah tentu Ceng Sian
merasa terhina. Lebih baik mati daripada mendapat malu.
Dengan kerahkan seluruh tenaga-dalam, dia taburkan
tangkai hudtim kemuka Biau Hong. Biau Hong gugup. Dia pun
tak menyangka lawan masih dapat menggunakan jurus yang
sedemikian nekad. Cepat dia condongkan kepalanya ke
samping tetapi pada saat itu pula, tangan kiri Ceng Sian pun
sudah menutuk jalandarah pada tulang bahu lawan, tring....
Seketika Biau Hong rasakan tangan kanannya lunglai dan
pedangnya pun jatuh katanah. Tetapi pada saat itu juga Ceng
Sian merintih pelahan, tubuhnya terhuyung-huyung ke
belakang dan rubuh terduduk. Dia termakan gelang kaki lawan
.... Peristiwa itu terjadi hampir serempak. Pada saat Ceng Sian
menutuk, pinggangnya pun terbentur gelang kumala sehingga
tenaganya berkurang. Andaikata tidak, tutukan Ceng Sian itu
tentu akan membuat Biau Hong cacad seumur hidup.
Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan
pertempuran itu. Tampak wajah Biau Hong pucat kemudian
merah padam. Sejenak kemudian ia membungkuk, memungut
pedangnya lalu pelahan-Iahan mengharnpiri Ceng Sian yang
saat itu masih duduk pejamkan mata. Dengan mata
memberingas penuh dendam kemarahan, ia segera ayunkan
pedangnya menabas kepala Ceng Sian.
Sekalian orang menahan napas. Bahkan rombongan Hoa
Sin, terdengar ada yang menjerit karena mereka melihat Ceng
Sian masih pejamkan mata.
Auhhhh ......

Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar jerit pekikan mengaum dahsyat dan tubuh Ceng
Sian pun terjungkal rubuh ke muka. Tokoh2 rombongan Hoa
Sin menjerit dan hendak maju menolong Ceng Sian. Sian Li
yang saat itu sudah sadar, walau pun tenaga-dalamnya masih
terluka, paksakan diri untuk melangkah ke tengah gelanggang
karena hendak menolong Ceng Sian. Ia tak peduli dan tak
takut pada Biau Hong moli yang masih tegak dengan mata
melotot. Begitu tiba ditempat dan hendak mengangkat tubuh Ceng
Sian sathay, tiba2 Sian Li menjerit kaget : "Oh....." ia rubuh.
Hong Hong tojin dan Hoa Sin, kakek Kerbau Putih lalu Hui
Gong taysu, berhamburan menolong Sian Li dan Cang Sian
suthay dibawa keluar. Terdengar sorak gembira dari barisan Seng-lian-kau untuk
menyambut kemenangan Biau Hong moli. Namun thancu
wanita dari Seng-lian kau itu masih tegak seperti patung.
Tidak bergerak, juga tidak bicara apa2.
Tiba2 Hek cong-thancu melayang dari tempat duduknya ke
tanah gelanggang. Ternyata dialah yang pertama curiga atas
keadaan Biau Hong moli. Dengan ilmu Menyusup-suara iameminta
supaya Biau Hong moli kembali ke tempat duduknya.
Tetapi Biau Hong moli tetap diam saja.
Ketika memandang Biau Hong moli, seketika pucatlah
wajah Hek cong thancu. Ia maju mendekat dan memegang
bahu Biau Hong. Tiba2 Biau Hong rubuh. Untung Hek congthancu
sudah memegangi bahunya. Ternyata Biau Hong moli
sudah tak bernyawa. Hek cong-thancu memberi isyarat dan
beberapa anakbuah barisan Seng-lian-kau maju menghampiri
lalu mengangkat tubuh Biau Hong keluar gelanggang.
"Hm bagus, kalian ini." seru Hek cong-thancu dengan mata
berapi-api dan wajah merah padam, "rahib itu telah berlaku
curang menabur dada Biau Hong thancu dengan jarum
beracun .......* Gemparlah sekalian orang. Baik dari fihak Seng-lian-kau
mau pun dari rombongan Hoa Sin. Mereka baru tahu bahwa
Biau Hong mati karena tertabur jarum beracun yang dilepas
Ceng Sian suthay. Sekonyong-konyong udara berhamburan hawa harum dan
sesosok tubuh putih melayang ke tengah gelanggang.
"Ceng Sian suthay memang curang." seru orang itu dengan
suara merdu. Hek cong-thancu terkejut ketika melihat pendatang
berpakaian putih itu. Seorang wanita yang cantik. Walau pun
umurnya hampir 40-an tahun, tetapi lekuk2 kecantikannya
masih menonjol. Dan tampaknya lebih muda dari umurnya.
Rambutnya bersunting seikat bunga melati putih. Tubuhnya
menyiarkan bau yang harum.
"Eagkau siapa" "* tegur Hek cong-thancu, "dan apa maksud
kedatanganmu kemari" "
"Aku siapa dan apa maksud kedatanganku kemari, tiada
sangkut pautnya dengan engkau maka tak perlu
kuberitahukan. Yang penting, aku hendak menjawab
tuduhanmu kepada Ceng Sian suthay tadi."
Hek cong-thancu terkesiap. Ia melihat sikapnya yang
tenang dan sinar mata dari wanita cantik yang tenang tetapi
berkilat-kilat tajam, Hek thancu menduga wanita itu tentu
berisi kepandaian sakti. "Engkau tak berhak ikut campur urusan ini!" melihat sikap
orang yang getas, Hek cong-thancu pun bernada keras.
" Aku tak ingin turut campur, hanya hendak mengatakan
bahwa Ceng Sian suthay memang curang ....... "
"O," Hek cong-thancu agak legah karena mengira orang
tentu berpihak pada Seng-lian-kau.
" Bolehkah aku memberi penilaian" " seru wanita cantik itu
pula. "Hm," Hek cong thancu mengangguk.
"Tetapi Ceng Sian suthay terpaksa melakukan kecurangan
itu, " kata wanita cantik itu pula.
"Apa katamu" " Hek cong-thancu terbeliak.
"Kukatakan, Ceng Sian suthay berbuat begitu karena
terpaksa." "Maksudmu" "
"Dia terpaksa mengimbangi kecurangan Biau Hong moli
tadi. " "Jangan bicara sembarangan! " bentak Hek cong-thancu.
"Kedua pasang gelang kumala yang dipakai Biau Hong moli
tadi juga mengandung racun. Dan dengan menggunakan
senjata rahasia itu, dia juga curang bahkan yang berbuat
curang lebih dulu! "
"Setan!" Hek cong-thaucu terus ayunkan tangan
menghantam. Tiba-tiba sesosok tubuh melayang dan menghantam
pukulan Hek cong-thancu dengan tongkatnya, pyarrr.....
Terdengar bunyi berderak keras dan tahu2 tegaklah di
tengah gelanggang seorang nenek tua dengan mencekal
sebatang bambu kuning. " Hong Tiok poh-poh! " saru Hek cong-thancu terkejut.
"O, engkau masih kenal aku" " seru nenek yang memang
Hong Tiok pohpoh itu dengan nada dingin.
" Mengapa engkau melindungi dia" Apakah dia kawanmu"
" seru Hek cong-thancu.
"Persetan!" teriak Hong Tiok pohpoh, "aku butuh mencari
engkau! " "Aku" " Hek cong-thancu tergetar, "mengapa engkau
menangkis pukuIanku yang kutujukan kepadanya" "
"Agar engkau jangan keliwat banyak membunuh orang dan
agar engkau jangan kehabisan tenaga dulu dalam menghadapi
aku! " "Hm, " Hek cong-thancu menggeram. "nenek Bambu
Kuning, jangan engkau bersikap seperti seorang hakim yang
berkuasa menentukan mati hidup orang. Ingat, di sini adalah
markas Seng-lian-kau, jangan bertingkah di sini! "
Hong Tiok pohpoh melengking marah : "Persetan dengan
Seng-lian-kau. Aku tak peduli, aku hendak mencari engkau,
bukan Seng-lian-kau!"
"Aku adalah cong-thancu dari Seng-lian kau dan di
gelanggang ini semua atas nama Seng-lian-kau. "
"Sudah kukatakan, aku tak peduli dengan segala macam
Seng-lian-kau. Aku hendak mencarimu dan menghimpas
hutangmu. Ini urusan peribadi, bukan urusan Seng-lian kau."
" Tangkap nenek gila ini! " serentak Hek cong thancu pun
berseru. Duapuluh anakbuah barisan Teratai-merah segera
menyerbu Hong Tiok poh poh.
Melihat itu nenek Bambu Kuning marah. Tanpa banyak
suara dia terus putar tongkat bambunya untuk menghantam
mereka. Tetapi anakbuah barisan Teratai merah itu pun bukan
bangsa kerucuk yang lemah. Mereka mengepung dan
menyerang nenek itu dari delapan penjuru. Betapa saktinya
tetapi karena menghadapi sekian banyak jago2, Hong Tiok
pohpoh sibuk juga. Hong Tiok pohpoh berhasil merubuhkan lima orang tetapi
akhirnya dia pun terkena pedang mereka. Bahunya terbacok
dan kakinya pun terbabat. Kini nenek itu berlumuran darah.
Dia makin mengamuk kalap.
Tiba2 sesosok tubuh melayang ke dalam gelanggang dan
terus langsung menerjang barisan Teratai-merah itu. Tangan
pendatang itu berayun-ayun beberapa kali dan terdengarlah
susul menyusul jerit pekik disertai dengan sosok2 tubuh yang
rubuh. Dalam beberapa kejap saja, barisan Teratai-merah itu telah
dibasmi semua. "Poh poh, apakah lukamu parah" " seru pendatang itu,
yang bukan lain adalah si gadis cantik yang datang bersama
nenek itu. "Hm, kawanan kurcaci itu memang harus dibasmi, " kata
Hong Tiok pohpoh sambil menahan kesakitan.
"Pohpoh, lekas engkau mundur dan obatilah lukamu," seru
si jelita pula. Hong Tiok pohpoh pun menurut.
Kemudian si jelita maju ke hadapan Hek cong-thancu "Siapa
engkau" tegar Hek cong-thancu dengan marah sekali karena
melihat anakbuahnya bergelimpangan di tanah.
", kalau engkau tak kenal aku, memang pantas. Tetapi aku
tetap mengenal engkau!" sahut jelita itu.
"Siapa engkau!"-teriak Hek cong-thancu.
"Jawab dulu pertanyaanku ini," sahut si jelita, "bukankah
engkau yang bernama Hek Bi-jin.
Hek cong thancu terkejut. Ia tak menyangka nona yang
semuda itu kenal akan namanya. Namun ia mengiakan juga.
"Aku adalah anak dari Hek Bi-kui yang engkau bunuh itu.
Saat ini aku hendak meminta ganti jiwa kepadamu! "
'Engkau . Hek Bi-jin menyurut mundur.
"Jangan banyak bicara, lekas bersiap menerima
kematianmu! " tiba2 jelita itu mencabut sepasang tusuk
kundai dari sanggulnya lalu menyerang.
Melihat lawan hanya bersenjata tusuk kundai, Hek Bi-jin
pun segera memainkan pedangnya, menyerang dengan
gencar. Tring .... tring, setiap sambaran pedang tentu
disambut dengan tusukan ujung tusuk kundai. Hek Bi-jin
penasaran dan makin kalap tetapi dia tetap tak mampu
melepaskan pedangnya dari ujung tusuk kundai.
Tiba2 sesosok tubuh melayang dari tempat duduk pimpinan
Seng-lian kau : "Hai, berhenti. Apakah engkau puteri dari Hek
Bi kui" " serunya seraya melayang ke tanah.
Tetapi saat itu pula wanita cantik bersanggul bunga melati
tadi segera melayang ke hadapannya.
"Sui Kim-san, engkau masih kenal aku" " seru wanita cantik
itu. " Engkau ..... Kui Giok! " teriak orang itu.
"Bukan!" seru wanita itu."Kui Giok sudah mati merenas
dalam derita penghianatanmu. Yang engkau hadapi ini adalah
Hu Yong siancu yang akan mencabut nyawamu!"
"Kui Giok... "Jika lelaki semacam engkau masih hidup, tentu banyak
wanita yang menderita. Engkau harus mati sekarang juga!"
Tiba2 sesosok tubuh langsing melayang ke samping Hu
Yong siancu. Dia adalah Sui Kim Lian, murid Hu Yong siancu
yang sebenarnya puterinya serdiri.
"Suhu, apakah ini ayahku yang bernama Sui Kim-san itu" *
seru Kim Liau. "Ya," sahut Hu Yong siance, "dia seorang lelaki yang lebih
mementingkan kesenangan diri dengan lain wanita dari pada
isteri dan anaknya. Apakah engkau rela mempunyai ayah
Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong 3 Misteri Lukisan Tengkorak Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Kisah Sepasang Bayangan Dewa 2
^