Pencarian

Pendekar Patung Emas 22

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 22


Cung-cu berkata kalau paling cepat Cuo It Sian baru sampai disini
dua puluh hari kemudian, maka itu kita masih punya kesempatan
untuk mengubah siasat"
"Gak-hu menduga apakah Cuo It Sian bisa menerima undangan
dari Nyio Locian-pwe untuk datang ke perkampungan Thiat Kian San
Cung?" "Delapan bagian dia bisa dating!"
"Tetapi ada kemungkinan juga dia tidak berani datang, karena
dia sudah membinasakan anak murid dari Nyio locianpwe, Si elang
sakti Cau Ci Beng, sewaktu putra dari Nyio Locianpwe sampai di
rumahnya dan menjelaskan maksud hatinya untuk memohon
bantuannya membasmi Si iblis bungkuk Leng Hu Ih, mungkin dia
sudah menaruh curiga kalau rahasia dimana dia sudah membunuh
mati si elang sakti Cau Ci Beng telah diketahui oleh dia orang tua
sehingga dengan demikian dia sudah menaruh salah anggapan
bahwa undangannya untuk mengunjungi perkampungan Thiat Kiam
San Cung hanyalah satu siasat balaka !"
"Sudah tentu dia bisa berpikir sampai kesana, tetapi lohu percaya
dia bisa datang karena diapun menduga kalau pembunuhan yang
dilakukan ditengah malam buta itu tidak bakal bisa diketahui oleh
siapapun juga, maka itu Nyio Cung-cu tidak mungkin bisa
mengatahui kalau Cau Ci Beng mati ditangannya, bahkan bilamana
dia tidak datang maka hal ini semakin bisa diperlihatkan kecurigaan
yang lebih besar !" Dia berhenti sebentar untuk kemudian katanya lagi :
"Sudah tentu jikalau dia tidak datang kita bisa melakukan
pekerjaan sesuai dengan rencana,"
"Bilamana dia sudah datang apakah Gak-hu merasa dia dapat
membawa pedang Biat Hun Kiam-nya ?" tanya Ti Then
"Sukar untuk dibiarakan, dia ada kemungkinan membawa serta
pedang tersebut ada kemuugkinan juga tidak membawa pedang itu
. . ." "Apa maksud perkataanmu itu ?"
"Untuk menutupi rahasia patahnya pedang pendek itu ada
kemungkinan dia bisa membawa serta pedang pendek Biat Hun
Kiam itu untuk sengaja diperlihatkan kepada Nyio Cung cu sehingga
dengan demikian bisa ada orang yang membuktiksn kalau pedang
pendek Biat Hun Kiam itu belum pernah terputus , . ."
"Oooh " , . . sekarang boanpwe paham sudah," tiba-tiba potong
Ti Then sambil tertawa. "Kau sudah memahami apa?" tanya Wi Ci To melengak.
"Dahulu dia pernah menggunakan pedang pendek Biat Hun Kiam
itu untuk melakukan satu perbuatan yang merugikan masyarakat,
akhirnya pedang pendek itu patah jadi dua dan secara tidak sengaja
sudah didapatkan oleh Gak-hu sehingga menangkap pangkal
peristiwa inu, bukan begitu?" ujar Ti Then sambil tertawa.
"Benar" sahut Wi Ci To kemudian sambil mengangguk sesudah
berpikir sebentar. "Sekarang kau adalah menantuku, maka aku
sudah menaruh kepercayaan kepadamu, peristiwa yang terjadi
memang seperti apa yang kau duga, dia memang pernah
menggunakan pedang ini untuk melakukan satu perbuatan yang
merugikan orang lain."
"Peristiwa apa?"
Dengan perlahan-lahan Wi Ci To menghela napas panjang.
"Orang itu sebetulnya tidak jelek" ujarnya. "Pada masa yang lalu
setelah lulus ujian dia lantas diangkat sebagai pembesar negeri dan
memangku jabatan disatu kota tetapi dia orang bersifat jujur dan
suka menegakkan keadilan bahkan paling tidak suka melihat cara
bekerja dari pembesar lainnya, akhirnya karena tidak betah dia
meletakkan jabatan dan kembali kedesa, beberapa tahun kemudian
dia mulai berkelana didalam Bu-lim. dikarenakan semasa kecilnya
dia pernah memperoleh pelajaran ilmu silat dari seorang manusia
aneh di dalam Bu-lim maka tidak sampai satu tahun dia
mengembara namanya sudah terkenal sekali diseluruh sungai telaga
bahkan di dalam beberapa tahun itupun dia sering melakukan
pekerjaan baik maka orang2 sudah menganggap dia sebagai
seorang pendekar yang patut dihormati.
Heei.. , , siapa tahu setelah tiba di masa tuanya ternyata
perbuatannya malah tidak keruan dan sudah melakukan satu
perbuatan yang sangat tercela sekali"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas kemudian sambil
tertawa dingin sambungnya:
"Urusan sudah begini, pada suatu tengah malam empat tahun
yang lalu, dikarenakan lohu ada urusan hendak pergi menyambangi
Yuan Koan Thaysu itu ciangbunjin dari Siauw lim pay ditengah
perjalanan melewati sebuah dusun didekat kota Tiong Cing Hu yaitu
dusun Sak Peng, mendadak dari sebuah rumah petani
berkumandang datang suara jeritan ngeri dari seorang perempuian,
lohu dengan cepat mengejar kesana begitu masuk kedalam pintu
satu pemandangan yang amat memalukan dan mengerikan
terpampang dihadapan mata,
Didalam rumah itu menggeletaklah sepasang suami istri, yang
lelaki sudah tertotok jalan darah kematiannya sehingga binasa
diatas lantai, yaug perempuan telanjang bulat menggeletak diatas
pembaringan, jelas sekali bagian bawah badannya sudah mengalami
perkosaan yang ganas, pada dadanya masih mengalir keluar darah
segar dengan amat derasnya sedang disamping badannya
menggeletaklah potongan pedang pendek tersebut.
Jika ditinjau dari keadaan itu jelas perempuan tersebut sudah
diperkosa dulu kemudian baru dibunuh dan alat untuk melakukan
pembunuhan itu bukan lain adalah pedang pendek tersebut entah
secara bagaimana pedang pendek yang digunakan untuk menusuk
dada perempuan itu bisa putus sedangkan pembunuhnya mungkin
karena keadaannya amat gugup ternyata potongan pedang itu pun
sudah lupa untuk memungutnya kembali."
Ketika mendengar kisah tersebut sampai disana Ti Then segera
mengerti, bangsat tukang perkosa itu bukan lain adalah si pembesar
kota Cuo It Sian, tidak terasa lagi hawa amarah sudah membara
didalam dadanya. "Hmm, sungguh ganas perbuatannya!" makinya dengan gusar.
Sekali lagi Wi Ci To menghela napas panjang, sambungnya lagi :
"Ketika Lohu melangkah masuk kedalam kamarnya perempuan
tersebut masih belum putus nyawa, begitu bertemu dengan lohu
dengan kata kata terputus dia cuma mengucapkan Cuo It Sian tiga
kata saja setelah itu napasnya putus dan menemui ajalnya."
"Dia mempunyai banyak uang, untuk main perempuan masih
mempunyai cara yang amat banyak sekali, tidak kusangka ternyata
dia masih menggunakan juga cara yang demikian kejamnya. Hmm,
patut dibunuh" Wi Ci To tersenyum. "Manusia adakalanya memang sangat menggelikan" ujarnya lagi
dengan perlahan. "Terang-terangan didalam hati mempunyai sifat
suka main perempuan tetapi dihadapan orang lain sengaja
memperlihatkan sikap yang keren dan berwibawa di wajahnya
memperlihatkan sikapnya yang sok suci . . . karena itu untuk
melampiaskan napsu binatangnya terpaksa dia melakukan pekerjaan
mencuri, demikian pula dengan keadaan dari Cuo It Sian, terang
terangan dia kepingin sekali main perempuan tetapi tidak berani
memperlihatkan keinginannya itu secara terbuka didalam keadaan
yang kebelet pikiran serta kesadarannya jadi terganggu,
kesadarannya jadi kalut sehingga tanpa memikirkan akibatnya dia
sudah melakukan pekerjaan yang amat rendah dan memalukan itu."
"Tetapi jikalau ditinjau kekayaan yang berlimpah limpah untuk
mencari perempuan atau gundik bukanlah satu soal yang amat sulit,
didalam rumahnya dia menyembunyikan perempuan ada siapa yang
bakal tahu ?" ujar Ti Then sambil tertawa.
"Dengan usianya yang sudah lanjut boleh dikata sudah patut
menjadi kakeknya orang lain, bagaimana pun dia harus
memperlihatkan juga kewibawaannya apalagi ada beberapa patah
kata entah kau pernah dengar orang berkata atau tidak ?"
"Perkataan apa ?" tanya Ti Then cepat.
"Daripada istri lebih baik gundik, daripada gundik lebih baik
budak perempuan, daripada budak perempuan lebih baik
memperkosa." "Hmmm, sungguh mirip tulang kere!" seru Thi Then sambil
tertawa pahit. Mendadak Wi Ci To mendehem perlahan, senyuman yang
menghiasi bibirnya pun telah lenyap. "Pokoknya" ujarnya lagi dengan serius, "Perbuatan dari Cuo It
Sian memperkosa perempuan itu bukan dikarenakan godaan hatinya
saja. sebab yang penting adalah dikarenakan perempuan itu
mempunyai wajah yang amat cantik serta bentuk badan yang
montok dan menggiurkan."
"Aaaah.., perempuan ini sangat cantik?" tanya Ti Then tertegun.
"Benar." sahut Wi Ci To mengangguk, "Boleh dikata saking
cantiknya sukar untuk dibandingkan, apalagi sepasang matanya
yang hitam dan besar itu membuat setiap orang yang melihatnya
pasti akan terpikat. Sudah tentu Cuo It Sian terpikat hatinya oleh
kecantikan wajah perempuan itu sewaktu menarik hasil panennya
sehingga saking tidak tahannya dia sudah melakukan perbuatan
tersebut." "Lalu apakah suami dari perempuan itu adalah anak buah dari
Cuo It Sian?" tanya Ti Then keheranan-
"Tidak salah, kalau tidak bagaimana perempuan itu bisa
mengetahui kalau orang yang memperkosa kemudian
membunuhnya adalah hasil perbuatan dari Cuo It Sian?"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas kemudian sambungnya
lagi. "Berbicara selanjutnya, sewaktu loho melihat perempuan itu telah
mati untuk menghindarkan diri dari kesalah pahaman dari orang-
orang kampung, maka lohu segera pungut kembali potongan
pedang itu dan meninggalkan dusun itu kembali ke kota Tiong Cing
Hu" Sewaktu Lohu sampai dirumahnya waktu itu dia masih belum
tidur, ketika lohu munculkan dirinya dan bertemu dengan dia
kemudian memperlihatkan pula potongan pedang itu dia segera jadi
ketakutan bahkan secara tiba-tiba sudah berlutut dihadapan lohu
untuk minta diampuni dosanya, dengan memandang jasa yang
pernah diperbuat sewaktu berkelana didalam Bu-lim dia berjanji
empat tahun kcmudian dia akan bunuh diri dihadapan lohu untuk
menebus dosanya" "Kenapa dia mengajukan permintaan itu?"
"Dia bilang dia masih ada perintah dari suhunya yang masih
belum diselesaikan, menurut perkataannya sesaat suhunya
menemui ajalnya dia minta dia orang bantu mencarikan keturunan
dari seorang tuan penolongnya kemudian mewariskan seluruh
kepandaian silat itu kepada putra atau cucu dari orang itu, dan
selama ini dia masih belum menjalankan tugasnya itu karenanya dia
berharap sebelum meninggalkan dunia ini dia ingin menyelesaikan
dulu perintah dari Suhunya ini.."
"Perkataannya ini apa sungguh-sungguh?"
"Waktu itu wajahnya dipenuhi dengan air mata bahkan sudah
mengangkat sumpah. Lohu segera mempercayainya dan
mengijinkan dia hidup empat tahun lagi. Saat itu perduli dia sudah
berhasil menemukan keturunan dari tuan penolongnya itu atau tidak
dia diharuskan bunuh diri untuk menebus dosa tersebut."
"Lalu apakah Gak-hu tidak pernah memikirkan bilamana sampai
waktunya dia mungkiri sumpahnya dan tidak mau membunuh diri
untuk menebus dosanya itu?".
"Lohu pernah memberitahu kepadany dengan jelas bilamana
sampai waktunya dia tidak mau bunuh diri untuk menebus dosa
tersebut maka pada pertemuan puncak di gunung Hoa san tahun
besok dihadapan orang banyak Lohu akan membongkar rahasianya
ini" "Dan potongan pedang itu sebagai barang buktinya " sambung Ti
Then lebih lanjut. "Benar" sahut Wi Ci To membenarkan.
"Selama tiga tahun ini secara diam-diam beberapa kali Lohu
memeriksa gerak-geriknya; aku menemukan dia agaknya memang
benar sedang mencari- keturunan tuan penolongnya sesuai dengan
pesan terakhir suhunya, tetapi waktu hari itu Lohu mendengar
pengakuan dari Hu-Poocu yang berlutut sambil menjelaskan
maksudnya mengadakan jual beli dengan Cuo It Sian, Lohu baru
merasa aku orang sudah tertipu*, kiranya dia sengaja ulur waktu
sebenarnya sedang berusaha untuk mencuri kembali potongan
pedang itu untuk melenyapkan bukti"
"Setelah Hu poocu bunuh diri seharusnya Gak-hu lantas
mengumumkan kejahatannya"
"Waktu itu dikarenakan sedang mempersispkan perjanjian
dengan si anjing langit rase bumi lohu tidak ada waktu untuk
mengumumkan kejahatannya dihadapan umum tetapi menanti
setelah aku berhasil menghancurkan istana Thian Teh Kong dia
sudah berhasil menawan Ih Koen, Cha Cay Hiong serta Pau Kia Yen
tiga orang" "Sewaktu dia orang sesudah memperkosa lalu membunuh
perempuan itu, potongan pedang yang lain masih tertinggal didalam
badan perempuan itu, akhirnya bagamana dia bisa mengambil
kembali potongan pedang yang masih tertinggal itu ?" tanya Ti Then
lagi. "Hari itu setelah lohu perintah kau pergi kegunung Cun san untuk
mencuri kembali potongan pedang tersebut, lohu segera berangkat
menuju ke dusun Sam Peng untuk mengadakan penyelidikan, saat
itulah lohu baru tahu pada malam setelah perempuan itu diperkosa
kemudian dibunuh dan tepatnya setelah lohu meninggalkan diri Cuo
It Sian dia segera kembali lagi ke perkampungan Sam Peng untuk
mengambil keluar potongan pedang yang masih tertinggal dibadan
perempuan itu kemudian minjam kesempatan sebelum terang tanah
dia sudah bakar habis rumah petani itu, karenanya sewaktu Lohu
mengadakan penyelidikan didusun Sam Peng orang2 dusun
disekeliling tempat itu semuanya bilang sepasang suami istri itu
menemui ajalnya karena rumah yang mereka diami sudah terbakar,
mereka sama sekali tidak tahu kalau mereka sudah mati terlebih
dahulu ditangan Cuo It Sian.
Ditinjau dari hal ini saja jelas sekali sejak semula dia sudah punya
rencana untuk merebut kembali potongan pedang itu dari tangan
Lohu dan hendak mencuci bersih dosanya."
-oooOdwOooo- "PERISTIWA ini sekalipun Gak-hu tidak dapat segera
mengumumkan dihadapan Bu-lim seharusnya boleh juga
diberitahukan kepada para jago yang ada didalam Benteng "ujar Ti
Then kemudian. "Kenapa Gak-hu selalu tidak mau berkata?"
"Sesudah potongan pedang itu berhasil dia orang dapatkan
kembali lohu sendiri pun tidak mempunyai bukti lagi untuk
membuktikan dosanya secara terbuka berarti juga sudah membuka
kedoknya yang sebenarnya dia mempunyai pengaruh dan harta
yang cukup banyak dan dapat menggunakan uangnya untuk
membeli kekuatan dari luar untuk melawan Benteng kita, maka itu
Lohu harus berpikir sebelum membeberkan dosa dihadapan umum."


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi pedang pendek itu sudah disambung seperti sedia kala,
sekalipun kita rebut kembali apakah bisa digunakan sebagai bukti
atas kejahatannya?" "Dapat" "Bagaimana bisa jadi ?" tanya Ti Then tidak paham.
"Pedang pendek itu adalah hadiah dari Nyio Sam Pak kepadanya
di kemudian hari setelah ada ditangan kita sekalipun dia mau
memberi penjelasan juga tidak bakal jadi terang apalagi ada kau
sebagai yang dengan mata kepala sendiri melihat dia
membinasakan Cu Kiam Lojien serta Si elang sakti Cau Ci Beng- lain
kali di hadapan para jago dalam Bu lim kau bisa menunjukan pula
tempat dimana Cu Kiam Lo-jien serta Si elang sakti Cau Ci Beng
dikubur." Ti Then segsra mengangguk membenarkan.
"Tadi Gak-hu bilang kalau memangnya dia menerima undangan
tersebut datang ke Perkampungan Thiat Kiam San cung ada
kemungkinan pedang pendek Biat Hun Kiam itu dibawa serta
kemudian sengaja diperlihatkan pada Nyio locianpwe sehingga
dengan demikian ada orang yang membuktikan kalau pedang
pendek itu belum pernah patah."
Tidak menanti dia meneruskan perkataannya Wi Ci To sudah
menyambung. "Sebaliknya alasannya tidak dibawa serta kemungkinan sekali dia
takut hilang." "Kalau begitu sekarang kita pura-pura mengatakan dia datang
dengan membawa pedang pendek itu. kita harus carikan satu akal
untuk mendapatkan pedang tersebut"
"Kau punya pendapat apa ?"
"Sebenarnya maksud kita datang kemari adalah hendak melihat
wajah serta perawakan dari Nyio Locianpwe kemudian oleh Gak-hu
atau boanpwe yang menyamar sebagai Nyio Locianpwe pergi ke
kota Tiong Cing Hu untuk memeriksa pedang itu kemudian menukar
pedang yang asli dengan yang palsu- Kini kalau memangnya Cuo It
Sian akan datang di perkampungan Thiat Kiam San Cung bagaimana
kalau kita jelaskan seluruh persoalan itu kepada dia orang tua
kemudian minta dia menanyakan pedang Biat Hun Kiam itu sesudah
dia tiba didalam perkampungan, bilamana Cuo It Sian membawa
serta pedang pendek Biat Hun Kiam itu maka dia akan mengambil
keluar untuk diperlihatkan kepada Nyio Locianpwe, saat itulah kita
dengan menurut rencana yang semula turun tangan dan biarlah
Nyio Locianpwe yang menukar pedang yang asli itu dengan yang
palsu". "Bilamana siasat ini diketahui olehnya?" tanya Wi Ci To setelah termenung berpikir sebentar.
Ti Then segera tersenyum manis.
---ooo0dw0ooo--- Jilid 34.1 : Cuo It Sian akhirnya datang juga
"Kalau begitu kita harus menawannya secepat mungkin, dia
sudah memperkosa dan membunuh orang jikalau dibicarakan dari
dosanya ini kita boleh membasminya terlebih dahulu tanpa menanti
pertemuan puncak para jago diatas gunung Hoa San tahun depan"
Wie Ci To termenung berpikir sejenak akhirnya dengan tegasnya
dia mengangguk. "Baiklah, kau tidurlah terlebih dulu," ujarnya kemudian. "Loohu
sekarang juga akan pergi menemui Nyio Cung-cu dan menceritakan
seluruh peristiwa ini kepadanya"
Selesai berkata dia segera mengambil mantelnya dan turun dari
atas pembaringan untuk pergi dari dalam kamar.
Dengan perlahan Ti Then menghembuskan napas lega, teka teki
yang menyelimuti hatinya selama beberapa bulan ini boleh dikata ini
hari sudah terpecahkan, tidak terasa diam2 dia sudah memperingati
diri sendiri. Seorang manusia yang benar2 sejati tidaklah seharusnya berbuat
kejahatan seperti Cuo It Sian ini sebetulnya dia adalah seorang yang
suci dan berbudi, tetapi dikarenakan menuruti hawa napsu didalam
hatinya sehingga melakukan pekerjaan yang begitu memalukan
bahkan setelah peristiwa itu dia tidak mempunyai keberanian untuk
menebus dosanya, akhirnya semakin terjerumus kedalam lembah
kehinaan yang lebih mendalam sehingga tidak dapat terhindar lagi
dia harus menebus dosa itu hal ini sungguh menakutkan sekali ....
Selanjutnya dia memikirkan dirinya sendiri, teringat dirinya yang
diperintahkan oleh Majikan Patung Emas untuk memperisteri Wie
Lian In maka keadaannya pada saat itu mirip sekali dengan keadaan
dari Cuo It Sian yang sudah memperkosa perempuan itu, untuk
berpaling pun sudah terlambat !
Bolehkah dirinya kawin dengan Wie Lian In" Tidak boleh!!!
Tetapi majikan patung emas sudah menerangkan dengan begitu
jelasnya, bilamana dirinya tidak mau mendengarkan kembali
perintahnya untuk memperistri Wie-Lian In dan bantu dia mencapai
pada tujuannya maka terpaksa dia akan melakukan satu tindakan
"Kekerasan". Tindakan " Kekerasannya " itu sudah tentu hendak turun tangan
membinasakan Wie Ci To serta Wie Lian In, dengan kepandaian
silatnya yang begitu dahsyat dan sempurna untuk membinasakan
Wie Ci To boleh dikata satu pekerjaan yang amat mudah sekali.
Kalau begitu, jikalau dia mau mengikuti perintahnya dan
memperistri Wie Lian In bukankah hal ini sama saja dengan telah
menolong Wie Ci To dari kematian, tetapi persoaiannya terletak
setelah dia kawin dengan Wie Lian In ... .
Semakin berpikir semakin bingung dan semakin mangkel, selama
satu malaman dia tidak dapat memejamkan matanya barang
sekejappun. XXXXX Hari sudah terang . . Dengan wajah yang sangat terharu Nyio Sam Pak bersama
dengan Wie Ci To berjalan masuk kedalam kamar Ti Then,
Setelah duduk di dalam kamar dia baru menghela napas panjang
dan ujarnya, "Ti Kiauw tauw, tempat terkuburnya jenasah muridku apakah kau
masih bisa menemukannya ?"
"Sudah tentu bisa" sahut Ti Then mengangguk- "Sekalipun
boanpwee tidak tahu nama dari tempat pegunungan yang amat
sunyi tersebut tetapi dengan amat mudahnya boanpwee bisa
menemukannya kembali."
Titik2 air mata mulai mengucur keluar membasahi wajahnya,
kemudian sambil gelengkan kepalanya dia menghela napas panjang,
"Tidak kusangka Cuo It Sian sebetulnya adalah seorang manusia
yang berhati begitu kejam. tidak aneh kalau muridku sampai kini
belum kembali juga, kiranya dia sudah menemui bencana."
"Karena dia sudah membinasakan Cu Kiam Loojien didadalam
hatinya dia baru ambil keputusan untuk membereskan sekalian
muridmu karena muridmu bilang mau pergi kegunung Cun San
mencari Cu Kiam Loojien untuk mengambil pedang, sedangkan
tempat itunya amat dekat sekali dengan gunung Cun San apalagi
ditengah malam bisa pula dia takut setelah muridmu menemukan
mayat dari Cu Kiam Loojin lantas menaruh curiga dialah
pembunuhnya, karena itu tanpa berhenti lagi dia menusuk mati
sekalian muridmu," kata Ti Then.
"Sungguh kejam, terlalu kejam!" maki Nyio Sam Pak dengan
amat gusarnya. "Kali ini orang yang pergi mengundang dia datang kemari adalah
putra sulung dari Nyio cungcu atau putra yang kedua ?" tanya Wie
Ci To tiba2. Air muka Nyio Sam Pak seketika itu juga berubah sangat hebat.
"Putra sulung loolap Si Ce." sahutnya sambil mendongakkan
kepalanya. "Maksud Wie Poocu . . . kemungkinan dia bisa turun
tangan membinasakan putraku ?"
"Loohu rasa tidak mungkin" sahut Wie Ci To sambil gelengkan
kepalanya. "Sekalipun dia menaruh curiga kalau undangan Nyio
heng kepadanya untuk mengunjungi perkampungan Thiat Kiam San
Cung adalah bertujuan untuk membalas dendam atas kematian dari
muridmu dia pun tidak akan berani turun tangan untuk sekalian
membunuh mati putra dari Nyio heng karena sekalipun dia bunuh
putramu juga tidak ada gunanya."
Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak baru merasa rada
lega. "Putraku sudah ada tiga, empat hari lamanya meninggalkan
perkampungan, sekali pun mengirim orang untuk suruh dia pulang
juga tidak bakal kecandak" ujarnya perlahan.
"Kalau begitu kitapun terpaksa harus menggunakan siasat
melawan siasat seperti apa yang aku orang She Wie katakan
kemarin malam . . . menanti saja kedatangannya!" Sahut Wie Ci To
kemudian. "Bilamana dia datang juga untuk memenuhi undangan mungkin
setengah bulan kemudian baru bisa tiba ditempat ini" ujar Nyio Sam
Pak lagi sambil menggigit kencang bibirnya. "Loolap cuma takut dia
orang tidak berani datang untuk memenuhi undangan".
"Kalau begitu kita tunggu dua puluh hari dulu disini bilamana dia
tidak datang juga maka kita ber-sama2 pergi ke kota Tiong Cing Hu
untuk mengunjungi diri nya".
Nyio Sam Pak segera mengangguk.
"Sewaktu dia tiba di perkampungas Thiat Kiam San Cung waktu
itu janganlah sekali-kali membiarkan diapun tahu kalau kita ada
didalam perkampungan "Tukas Ti Then pula. "Maka itu Nyio
Loocianpwee harus baik2 memberi pesan wanti2 sama orang2
perkampungan agar semuanya baik2 menjaga rahasia ini"
"Soal ini loolap paham" sahut Nyio Sam Pak mengangguk.
Demikianlah mulai hari itu Wie Ci To serta Ti Then pun tinggal
didalam perkampungan Thiat Kiam San Cung.
Didalam sekejap saja sepuluh hari lewat dengan cepatnya . ..
sepasang mata serta kedua tempat luka pedang ditangan Ti Then
pun sudah sembuh seperti sedia kala, dikarenakan Nyio Sam Pak
menaruh rasa terima kasih atas bantuan mereka membasmi Si iblis
bungkuk Leng Hu Ih serta anak buah-nya. setiap hari tentu dengan
masakan yang paling lezat dia menjamu Wie Ci To berdua, karena
itulah sekalipun sewaktu luka Ti Then sudah kehilangan banyak
darah tetapi saat ini boleh dikata sudah sembuh kembali seperti
sedia kala. Hari itu putra kedua dari Nyio Sam Pak, Nyio Si Jien sudah
kembali kedalam perkampungan dengan membawa dua orang
jagoan kelas satu dari Bu lim merekapun merupakan kawan akrab
dari Nyio Sam Pak, yang satu adalah Im Si Tiauw Ong atau si kakek
tukang pancing Shia Si Yuen sedangkan yang lain adalah toosu dari
Bu-tong pay Lam Yang Cu. Setelah mereka meadengar penjelasan dari Nyio Sam Pak dan
mengetahui berkat bantuan dari Pek Kiam-Pocu Wie Ci To kawanan
iblis bungkuk Leng Hu Ih berhasil dibasmi maka mereka berdua
cuma tinggal satu hari saja didalam perkampungan kemudian pada
hari kedua pamit diri untuk kembali ketempat asalnya.
Didalam sekejap mata empat hari kembali berlalu dengan
cepatnya. Nyio Sam Pak pun menduga ada kemungkinan Cuo It Sian
hampir datang karenanya dia segera rnempersiapkan satu kamar
rahasia buat Wie Ci To serta Ti Then untuk bersembunyi setelah itu
dia mengumpulkan seluruh anggota perkampungannya untuk diberi
wanti2 jangan sampai membocorkan rahasia dimana Wie Ci To serta
Ti Then berhasil menghancurkan si iblis bungkuk Leng Hu Ih
kemudian mertamu selama beberapa lama didalam perkampungan.
Keesokan harinya Nyio Si Ce yang diperintahkan Nyio Sam Pak
untuk mengundang Cuo It Sian mendadak muncul kembali didalam
perkampungan Thiat Kiam San Cung seorang diri.
Nyio Sam Pak yang melihat putranya kembali dalam keadaan
selamat, hatinya jadi amat lega sekali.
"Si Ce kau sudah kembali?" serunya kegirangan.
"Benar Tia !" Sahut Nyio Si Ce cepat. "Selama dua puluh hari ini apakah Si iblis bungkuk Leng Hu Ih tidak mencari gara2 lagi dengan
kita ?" "Tidak, kau sudah bertemu dengan Cuo It Sian ?".
"Benar, dia telah menyanggupi untuk datang membantu kita
mengusir Si iblis bungkuk tersebut ".
"Lalu kenapa dia tidak datang ber-sama2 kau" " tanya Nyio Sam
Pak kemudian. "Dia bilang masih ada urusan yang harus diselesaikan, dan
memerintahkan aku untuk pulang dulu. dia bilang dua hari
kemudian akan menjusul sendiri kemari ".
"Bagus, kau ikutlah Loolap!" ujar Nyio Sam Pak kemudian sambil mengangguk.
Dengan memimpin putranya Nyio Si Ce dia berjalan masuk
kedalam kamar rahasia itu, ujarnya kemudian sambil menuding
kearah Wie Ci To serta Ti Then yang sedang bermain catur didalam
kamar rahasia tersebut. "Mereka adalah Wie Toa Poocu dari Benteng Pek Kiam Poo serta
Ti Then, Ti Kiauw-tauw dari Benteng Pek Kiam Poo, cepat kau maju
menyambut mereka !",
Nyio Si Ce yang mendengar perkenalan dari ayahnya itu semula
rada tertegun tetapi sebentar kemudian dengan wajah kegirangan
segera maju memberi hormat,
Menanti setelah mereka mengucapkan kata2 merendah barulah
ujarnya kembali. "Si Ce, sekarang kau ceritakanlah keadaanmu sewaktu bertemu
dengan Cuo It Sian kepada kita semua"
Nyio Si Ce yang mendengar perkataan tersebut ada sesuatu yang
tidak beres segera jadi tertegun,
"Cuo Loocianpwee dia . . . dia kenapa ?" tanyanya keheranan.
"Nanti saja aku beritahu padamu. sekarang kau ceritakanlah
dahulu kisahmu" "Aku melakukan perjalanan siang malam dengan cepatnya pada
hari kesembilan sudah tiba di kota Tiong Cing Hu. setibanya didepan
rumah Cuo Loocianpwee kebetulan dia sedang keluar rumah dan
agaknya mau pergi keluar, ketika melihat putramu datang agaknya
dia merasa sangat terkejut sekali dan katanya . Iih ...bukankah kau
adalah putra sulung dari Nyio Sam Pak dari perkampungan Thiat
Kiam San Cung, Nyio Si Ce" putramu lantas cepat turun dari kuda
memberi hormat. Dia tanya kepadaku ada urusan apa datang
kekota Tiong Cing Hu, aku menjawab mendapatkan perifctah dari
Tia untuk menyambangi dirinya dan ada urusan yang hendak
dirundingkan, setelah mendengar perkataan tersebut air mukanya
kelihatan rada aneh, lama sekali dia mamperhatikan aku tanpa
mempersilahkan aku masuk kedalam rumah. Setelah berada
didalam rumah dia baru tanya ada urusan apa putramu suruh
datang kemari, aku lantas menceritakan kisah dimana si iblis
bungkuk Leng Hu Ih datang ke atas gunung Lak Ban san untuk
mendirikan sarang dan mencari gara-gara dengan kita dari
perkampungan Thiat Kiam San Cung kemudian mengutarakan
sekalian msksudnya minta dia suka membantu.
Dia lalu menanyai keadaan dari si iblis bungkuk Leng Hu Ih
dengan amat teliti, setelah itu termenung berpikir beberapa saat
lamanya kemudian baru menyetujui, tetapi dia bilang masih ada
urusan yang harus dikerjakan terlebih dulu maka itu dia
memerintahkan aku untuk kembali dulu dan dua hari kemudian dia
baru menyusul kemari."
Dengan perlahan Nyio Sams Pak mengangguk, kepada Wie Ci Tc
lantas tanyanya. "Menurut Wie Poocu bagaimana ?".


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bilamana dia telah menyanggupi untuk datang memberi bantuan
seharusnya ikut datang pula dengan putramu ..." Sahut Wie Ci To
setelah termenung berpikir sebentar.
"Benar. tetapi jika ditinjau dari keadaan ini ada kemungkinan dia
tidak berani datang".
"Tidak tentu, jikalau dia tidak datang bagaimana dia orang akan
memberi alasannya kepada Nyio Loocianpwee ?" " Sela Ti Then
kemudian. "Menurut pendapat boan-pwee tentu dia akan secara
diam2 datang kegunung Lak Ban san dulu untuk memeriksa apakah
Si iblis bungkuk Leng Hu Ih pernah mendirikan sarangnya diatas
gunung ini setelah itu baru datang ke perkampungan kita"
"Bilamana demikian adanya, jikaiau dia melihat sarang itu sudah
terbakar belum tentu mau datang!"
"Dia pasti datang, asalkan dia orang sudah memeriksa dan
mengetahui kalau memang pernah terjadi urusan ini maka dia pati
akan datang kemari".
"Bilamana dia datang kemari, lalu loo-lap harus menjelaskan
kepadanya dengan cara apa?" tanya Nyio Sam Pak lagi.
"Katakan saja secara tiba2 datang seorang jagoan Bu-lim yang
tidak diketahui namanya, dengan seorang diri dia pergi mencari
siiblis bungkuk Leng Hu Ih lalu membunuh dirinya dan membakar
sarangnya. "Bilamana kita harus memberi penjelasan secara begini maka kita
harus mengirim orang untuk menjaga dibekas sarang itu, kalau
tidak bilamana ada kaum penjahat yang tersisa dan ditanyai oleh
Cuo It Sian bukankah urusan-akan berabe?"" timbrung Wie Ci To.
"Benar! " sahut Nyio Sam Pak mengangguk "Nanti Loolap akan kirim orang untuk pergi kesana"-.
Nyio Si Ce yang mendengar dari pembicaraan orang2 itu agaknya
mengandung "Siasat" tidak terasa dalam hati merasa terkejut
bercampur ragu2. "Tia! Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?" tanyanya keberanan.
"Kau duduklah" Seru Nyio Sam Pak kemudian dengan wajah
serius. "Aku akan menceritakan kepadamu dengan perlahan "."
xxx Hari ketiga siang sejak Nyio Si Ce pulang kedalam perkampungan
mendadak dengan tergesa-gesa Nyio Sam Pak berjalan masuk
kedalam kamar rahasia, kepada Wie Ci To ujarnya.
"Dugaan dari Wie Poocu sedikitpun tak salah. Cuo It Sian sudah
hampir datang." Semangat Wie Ci To segera berkobar kembali.
"Apakah dia pergi memeriksa dulu keadaan dari sarang
tersebut?" tanyanya cepat.
"Benar," sahut Nyio Sam Pak sambil mengangguk. "Seorang anak
buah Loolap yang diperintahkan untuk menjaga disekitar sarang itu
baru saja melepaskan burung merpati yang kirim kabar katanya Cuo
It Sian sudah munculkan dirinya di belakang sarang tersebut,
bahkan katanya sebentar lagi segera tiba."
"Apakah dia orang pernah berbicara dengan anak buah dari Nyio
heng itu?" tanya Wie Ci To kegirangan.
"Tidak! Loolap perintah dia untuk menyamar sebagai anak buah
dari si iblis bungkuk Leng Hu Ih dan bersembunyi di sekeliling hutan
itu, begitu ditemui oleh Cuo It Sian maka dia harus mengaku
sebagai sisa dari anak buahnya si iblis bungkuk. Akhirnya Cuo It
Sian tidak menganiaya dirinya, di atas suratnya dia melaporkan
bahwa Cuo It Sian cuma memeriksa sebentar abu dari sarang
tersebut setelah itu lantas berangkat menuju kemari."
Wie Ci To segera mengambil keluar pedang pendek palsu yang
persis seperti pedang pendek Biat Hun Kiam itu kepadanya.
"Kalau begitu bagus sekali" serunya sekarang kita harus bekerja
sesuai dengan rencana"
Pedang pendek yang mirip dengan pedang Biat Hun Kiam itu
adalah pedang yang dicuri si pencuri tiga tangan dari badan Cuo It
Sian. Cuo It Sian pernah menggunakan pedang itu untuk menipu Ti
Then sekarang Wie Ci To pun ikut menggunakan cara yang sama
untuk menipu diri Cuo It Sian-
Setelah menerima pedang itu Nyio Sam Pak segera
memasukkanya ke dalam saku.
"Mungkin dia sudah hampir tiba" katanya dengan cepat. "Loolap
segera pergi menyambutnya"
Selesai berkata dia segera putar badan berlalu.
Baru saja tiba diluar kamar rahasia itu tampaklah putra
sulungnya Nyio Si Ce dengan tergesa-gesa sudah datang.
"Tia! Dia sudah tiba didepan pintu perkampungan! " lapornya
dengan suara yang perlahan.
Dengan langkah yang cepat Nyio Sam Pak segera berjalan keluar
dari pintu perkampungan. "Cepat buka pintu menyambut! " teriaknya.
Dengan membawa ketiga orang putranya Nyio Sam Pak segera
berjalan keluar dari pintu perkampungan-
Tampaklah sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya
muncul diatas jalanan luar perkampungnn tersebut,
Gerak gerik dari bayangan tersebut amat cepat sekali, hanya
didalam sekejap saja sudah berada kurang lebih sepuluh kaki dari
depan pintu perkampungan.
Dia . . . bukan lain adalah si pembesar kota Cuo It Sian!!
Dengan wajah penuh senyuman Nyio-Sam Pak segera
merangkap tangannya menjura.
"Cuo-heng, Loo-lap sedikit terlambat menyambut, maaf . . .
maaf".. Cuo It Sian segera tertawa terbahak2, sahutnya sambil
menepuk2 pundak dari Nyio Sam Pak;
"Jangan terlalu sungkan2 , . . . Nyio-heng kita adalah kawan
lama yang sudah ada puluhan tahun lamanya buat apa masih
membicarakan segala macam adat?"
"Haah . . . haaa . . . haaa . . , , ada beberapa tahun tidak
bertemu ternyata Cuo heng masih tidak kelihatan tua, sebetulnya
Cuo-heng lah yang lebih pandai merawat badan" ujar Nyio Sam Pak
sambil tertawa ter-bahak2.
"Mana . . . mana . . . bilamana siauw-te sudah menginjak usia
seperti Nyio-heng kiranya tidak bakal bisa sehat seperti diri Nyio
heng sekarang ini !"
"Mari kita bicara didalam saja" ujar Nyio Sam Pak kemudian
sambil menggandeng tangannya.
Mereka segera berjalan masuk kedalam ruangan tengah, setelah
duduk Nyio Si Ce lantas menyuguhi air teh.
Kemudian Nyio Sam Pak memerintahkan putranya yang kedua,
ketiga dan beberapa orang anak muridnya untuk ber-sama2 maju
memberi hormat. Sesudah semuanya selesai Nyio Sam Pak baru berkata dengan
suara yang serius. "Kali ini Loolap mcngundang Cuo-heng jauh2 datang kemari
sungguh merasa tidak enak."
"Aaaah . . buat apa Nyio heng berbicara demikian" seru Cuo It
Sian dengan cepat. "Bilamana kawan ada kesusahan sudah
seharusnya aku turun tangan membantu apa lagi si iblis bungkuk
Leng Hu Ih adalah seorang penjahat Bu lim yang patut dibasmi
bilamana Siauwte dapat ikut serta di dalam pembasmian penjahat
ini boleh dikata merupakan satu urusan yang patut digembirakan"
"Cuma sayang urusan sudah bisa dibikin bares."
"Iiih . . bagaimana bisa beres?" tanya Cuo It Sian sengaja
memperlihatkan rasa kagetnya.
"Urusan sudah terjadi diluar dugaan, hari itu setelah Loolap
memberitahukan Si Cie, Si Jien dua orang bersaudara untuk turun
gunung -mengundang Cuo heng serta Im Si Tiauw Ong dan Lam
Yang Ci dari Bu tong Pay, mendadak pada hari ketiga putraku yang
bungsu Si Ih datang melapor, katanya didepan sarangnya Leng Hu
Ih sudah kedatangan seorang jagoan berkepandaian tinggi yang
sedang bertempur dengan amat serunya melawan Leng Hu Ih"
"Entah siapakah jagoan Bu lim itu?" timbrung Cuo It Sian-
"Cuo-heng dengarkan dulu Loolap menceritakan urusan ini
dengan perlahan lahan, ketika loolap mendengar ada orang yang
sedang bertempur seru dengan Leng Hu Ih maka segera loolap
mengumpulkan seluruh anak muridku untuk menerjang kesana,
siapa tahu setibanya didepan sarang itu tampaklah Leng Hu Ih
sudah menggeletak mati sedangkan sarangnya pun sudah berada
didalam lautan api."
"Aaah . . , sudah tentu perbuatan dari si kakek pemalas Kay Kong
Beng " seru Cuo It Sian dengan wajah terperanjat.
"Bukan," sahut Nyio Sam Pak tersenyum dan gelengkan
kepalanya. Air muka Cuo It Sian segera berubah hebat,
"Kalau tidak tentu perbuatan dari Pek Kiam Poocu Wie Ci To,"
Serunya lagi dengan sinar mata yanng berkedip2,
"Juga bukan!" Dengan pandangan tajam Cuo It Sian memandang diri Nyio Sam
Pak tidak berkedip, "Kalau tidak tentunya Kiauw-tauw dari Benteng Pek Kjam Poo . .
si pendekar Ti Then" sahutnya sepatah demi sepatah.
"Bukan ". bukan "
Rasa tegang dari Cuo It Sian pun segera lenyap tak berbekas,
diganti dengan senyuman yang amat ramah menghiasi bibirnya.
"Lalu siapa ?" Nyio Sam Pak mendehem dulu beberapa kali kemudian baru
sambungnya: "Loolap sekalian yang melihat Si iblis-bungkuk Leng Hu Ih sudah
mati tetapi anak buahnya masih ada maka segera menghajar
mereka sehingga dibuat kocar kacir tidak karuan, waktu itu Loohu
berhasil membunuh Si kupu kupu bunga Hong it Peng, Si manusia
banci Ong Cuo Ting. Thian San Ji Lang-' Kiem Hoo dan Kiem Hay, Si
ketemu tidak mujur Cang Hiong serta si Siluman bocah dari lembah
setan Yu Si beberapa orang"
"Lalu siapa yang telah membinasakan Leng Hu Ih itu ?",
"Setelah Loolap berhasil mernperoleh kemenangan segera
menangkap seorang penjahat untuk ditanyai. Katanya orang yang
berhasil membinasakan Leng Hu Ih adalah seorang kakek tua
berbaju hijau yang usianya sudah ada tujuh puluh tahunan,
wajahnya amat segar dan berwibawa, ketika dia bertemu muka
dengan Leng Hu Ih didepan sarangnya dia orang cuma
mengucapkan sepatah kata saja, katanya: "Hey bungkuk kau masih
ingat hutangmu pada tiga belas tahun yang lalu ?" setelah itu
mereka segera bertempur"
"Tadi sewaktu Nyio-heng sampai di sana dia orang sudah pergi ?"
tanya Cuo It Sian- "Benar !" Sahut Nyio Sam Pak mengangguk. "Setelah dia berhasil membunuh Leng Hu Ih dan membakar sarangnya lantas tanpa
mengucapkan kata2 lagi sudah berlalu dari sana".
"Tahukah kau dia meaggunakan senjata apa ?"
"Menurut jawaban dari penjahat itu dia menggunakan pedang"
"Sunggug aneh sekali" Seru Cuo It Sian sambil mengerutkan
alisnya rapat2. "Leng Hu Ih mempunyai julukan sebagai raja iblis
dari seluruh Bu-lim. jago2 Bu-lim pada saat ini kecuali si kakek
pemalas Kay Kong Beng, Pek Kiam Poocu Wie Ci To serta si
pendekar baju hitam Ti Then, siapa lagi yang bisa membinasakan
diri Leng Hu Ih ?"".
"Loohu sendiripun tidak dapat mengetahui dia adalah Nabi dari
mana, cuma saja didalam Bu-lim yang demikian luasnya memang
pasti ada beberapa orang jagoan yang berkepandaian amat tinggi
sekali tanpa diketahui oleh orang lain".
Lama sekali Cuo It Sian termenung berpikir keras, lalu
gumamnya seorang diri: "Ehmm ... apa muagkin dia . "
"Cuo-heng sudah teringat akan siapa ?"
"Seorang yang bernama Boe Beng Loojien"
"Boe Beng Loojien?" Tanya nyio Sam pak pura-pura terkejut.
"Benar," sahut Cuo It Sian mengangguk. Wajahnya berubah amat
serius sekali. "Dia adalah suhu dari si pendekar baju hitam Ti Then
itu-Kiauw tauw dari benteng Pek Kiam Poo . , tahukah Nyio heng
akan si pendekar baju hitam Ti Then- pemuda-ini ?"
"Loolap pernah mendengar cuma tidak begitu jelas, dia adalah
pemuda macam apa ?" "Usianya ada dua puluh tahunan, tetapi kepandaian silat yang
dimilikinya amat tinggi sekaii sukar diukur dia pernah mengalahkan
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan,"
Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak segera menghela
napas panjang, "Heeei . kepandaian silat dari si pendekar pedang tangan kiri Cian
Pit Yuan tidak ada dibawah kepandaian dari Wie Ci To, kalau
memangnya si pendekar baju hiram Ti Then bisa mengalahkan
dirinya maka kepandaian silatnya jelas jauh diatas kepandaian dari
Wie Ci To," "Ehmin . . . !" sahut Cuo It Sian mengangguk. "Sekalipun tidak
dapat melampaui Wie Ci To, sedikit2nya juga tidak ada dibawah Wie
Ci To sendiri!" "Sebenarnya dia dengan Wie Ci To ada sangkut paut apa?" tanya
Nyio Sam Pak kemudian dengan wajah serius.
"Katanya pula si pendekar baju hitam itu Ti Then melakukan
perjalanan lewat diluar kola Go-bie dan menemukan murid dari Wie
Ci To yaitu Hong Mong Ling menggeletak dijalan dalam keadaan
tidak sadar, dia lantas menolongnya kembali ke Benteng Pek Kiam
Poo, akhirnya Wie Ci To menemukan kalau Ti Then memiliki
kepandaian silat yang amat tinggi sekali, karenanya dia diangkat
sebagai kiauwtauw didalam Benteng Pek Kiam Poo,"
"Seorang bocah cilik yang baru berusia dua puluh tahunan
ternyata berhasil memiliki kepandaian silat yang tinggi sungguh
bukanlah satu pekerjaan yang gampang"
"Siauw-te pernah dua kali bertemu muka dengan dirinya, dia
mengaku suhunya bernama Boe Beng Loojien, mengenai siapakah
namanya yang sebetulnya dia sendiripun tidak tahu, tidak perduli
perkataannya ini benar atau tidak dengan kepandaian silatnya yang
begitu tinggi, kepandaiannya tidak mungkin bisa dimilikinya sejak
lahir- dia pasti ada seorang suhu bahkan kepandaian silat dari
suhunya itu pasti jauh berada diatas kepandaian silat dari si kakek
pemalas Kay Kong Beng."
Jilid 34.2 : Ada saksi pengakuan Cuo It Sian
Dengan cepat Nyio Sam Pak menganggukkan kepalanya,
"Benar" sahutnya, "Kalau memangnya kepandaian silat yang
dimiliki Ti Then tidak berada dibawah kepandaian silat dari Wie Ci
To maka kepandaian silat dari suhunya pasti berada diatas si kakek
pemalas Kay Kong Beng."
"Maka itu siauwte menduga orang yang membinasakan Leng Hu
Ih itu ada kemungkinan besar adalah suhunya Ti Then, Si Boe Beng
Lojin" "Hey . cuma sayang kedatangan loolap ada sedikit terlambat,
kalau tidak loolap tentu akan berkenalan dengan jagoan yang
memiliki kepandaian silat amat tinggi ini"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu sambungnya lagi
sambil tertawa: "Heei tapi dengan kejadian itu kedatangan dari Cuo heng dari
tempat jauh ini akan sia-sia belaka tetapi tidak mengapa asalkan
Cuo-heng ada kesenangan pasti ada yang hendak dibunuh"
"Aaaah .... masih ada musuh?" tanya Cuo It Sian melengak.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada!" "Siapa ?" "Loolap" sahut Nyio Sam Pak sambil menuding hidungnya sendiri.
"Haa haaa kiranya sengaja Nyio-heng mengundang siauw-te
kemari sebetulnya hendak memuaskan keinginanmu untuk main
catur," seru Cuo It Sian tertawa keras.
"Kali ini bilamana Cuo-heng tidak mau melayani Loolap untuk
bermain sebanyak sepuluh atau delapan kali, Loolap tidak akan
melepaskan kau pergi"
"Baik, siauw-te akan melayani sampai akhir"
Saat itulah Cia Pu Leng sudah berjalan masuk ke dalam ruangan,
"Suhu, perjamuan sudah dipersiapkan" Lapornya kepada Nyio
Sam Pak, Nyio Sam Pak segera bangkit berdiri meninggalkan tempat
duduknya, Mereka segera berjalan menuju ke ruangan makan, tampak
ditengah ruangan sudah tersedia satu meja perjamuan yang
mewah. Nyio Sam Pak segera mempersilahkan Cuo It Sian untuk
menduduki tempat yang teratas sedang dirinya duduk disampingnya
kemudian memerintahkan pula Si Ce, Si Jien serta Si Ih untuk
menemaninya. Tua muda lima orang segera angkat cawan dan meneguknya
dengan gembira. "Nyio-heng bilang sudah mengundang pula sikakek tukang
pancing serta Lam Yang Ci dari Bu-tong Pay, kenapa mereka tidak
ikut datang untuk sama2 bersantap?"
"Mereka sudah datang, tetapi ketika mendengar Leng Hu Ih
sudah mati keesokan harinya lalu pada berlalu dari perkampungan"
"Lama sekali tidak bertemu dengan si kakek tukang pancing, dia
orang apakah masih suka mancing seperti dulu?"
"Benar, Shia Si Yuen loo-heng ini memang sangat menyenangkan
sekali ." "Katanya dia suka mancing ikan dikarenakan untuk menghindari
istrinya yang cerewet, lama kelamaan dia maiah terkena demam
mancing." Nyio Sam Pak segera angkat cawannya dan menghormati
kembali satu cawan kepadanya, setelah itu baru tanyanya:
"Beberapa tahun ini Cuo-heng sendiri mengisi kekosongan waktu
dengan bekerja apa ?"
"Beberapa tahun akhir ini Siauw-te jarang melakukau perjalanan
jauh, setiap hari duduk dirumah teh untuk ngomong2."
"Kenapa tidak mencari seorang murid?"
"Siauw-te memang bermaksud demikian, cuma saja untuk
mencari seorang pemuda yang mempunyai hati serta sifat yang baik
dan jujur bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, bahkan sifat
dari Siauw-te pun sangat pemalas. tidak sabaran untuk memberi
petunjuk kepada murid maka itu sampai sekarang Siauw-te tidak
pernah menerima seorang murid pun"
Nyio Sam Pak lantas tersenyum.
"Sebaliknya Loo-lap mempunyai murid yang tidak sedikit
jumlahnya. bilamana Cuo-heng tidak menampik atas kebodohan
mereka aku akan hadiahkan seorang muridku agar jadi ahli
warismu" "Haaa . . . haaa , . . Nyio-heng jangan berguyon" ujar Cuo It Sian
sambil tertawa terbahak2, "Bagaimana mungkin muridmu boleh
diberikan kepada orang lain?"
"Sungguh," jawab Nyio Sam Pak dengan serius, "Kepandaian dari
Loolap ada batasnya, bilamana mereka mengikuti loolap terus
sebetulnya tidak bakal bisa memperoleh kemajuan, bilamana Cuo-
heng benar benar ada maksud loolap pasti akan memberikan
seorang kepadamu, usianya tidak begitu besar cuma dua puluh tiga
tahun bahkan sifatnya pun amat bagus sekali,"
Cuo It Sian melihat dia orang berkata dengan nada yang serius,
tidak terasa sudah tanyanya sambii memperhatikan wajahnya
tajam: "Siapa?" "Itu orang yang sudah melayani Cuo-heng sewaktu Cuo-heng
mertamu di perkampungan Loolap tempo hari,"
"Siapa?" tanya Cuo It Sian agak melengak.
"Sekarang dia tidak ada di dalam perkampungan, Loolap sedang
mengirim dia pergi ke gunuog Cun San untuk mengambil kembali
sebilah pedang dari Cu Kiam Loojien, tetapi ada kemungkinan
sebentar lagi dia bakal kembali... Cuo-heng apa sudah tidak ingat
lagi dengan dirinya ?"
Dengan perlahan Cuo It Sian angkat cawannya untuk meneguk
habis isinya, lantas dia tertawa terbahak-bahak.
"Kelihatannya siauw-te harus berpikir keras lagi . . eeee "aduh
siapa toh namanya" loolap sudah agak lupa."
"Dia bernama Cau Ci Beng"
"Oooh " benar" benar" sahut Cuo It Sian dengan wajah yang
biasa saja. "Agaknya dia mempunyai julukan sebagai si . si . . "
"Si elang sakti !"
"Ehm , " tidak salah.. tidak salah, memang benar si elang sakti"
sahut Cuo It Sian keras, "Bagaimana Nyio heng secara tiba-tiba
punya maksud hendak memberikan dia orang sebagai muridnya
siauw-te?" "Dia mempunyai bakat yang amat bagus sekali tidak sampai
seberapa lama seluruh kepandaian silat dari Loolap sudah berhasil
dipelajari seluruhnya, diam2 Loolap pergi mengadakan pameriksaan
Loolap rasa bilamana dia dapat memperoleh seorang guru yang
ternama maka di kemudian hari dia tentu akan jadi seorang jagoan
Bu-lim. Setelah pikir pulang pergi Loolap rasa cuma Cuo-heng
seorang saja semua yang mempunyai hubungan persahabatan yang
erat dengan loolap bahkan Cuo-heng memiliki kepandaian silat yang
tinggi pula maka itu Loolap rasa hanya Cuo-heng seorang saja yang
patut menjadi gurunya itulah sebabnya kenapa Loolap mempunyai
maksud untuk memberikannya kepada Cuo-heng"
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu sambil tersenyum
tambahnya: "Tetapi Loolap tidak terlalu memaksa bilamana Cuo-heng tidak
berminat yaa.. sudahlah."
Cuo It Sian tersenyum tawar.
"Urusan ini harus menunggu dia orang menyetujuinya baru bisa
jadi. aku lihat lebih baik tunggu sampai dia pulang dulu baru kita
bicarakan lagi" "Baiklah, kita tunggu dia pulang dulu baru dibicarakan kembali."
Berbicara sampai disini kepada putranya yang ketiga Si Ih lantas
tanyanya, " Si Eh, Ci Beng, bocah itu agaknya sudah pergi sangat
lama bukan?" "Benar, sudah ada sebulan lamanya" Sahut Nyio Si Ih dengan
hormatnya. Nyio Sam Pak segera mengerutkan alisnya rapat2.
"Bocah ini segala-galanya baik cuma sayang dia rada suka
bermain!" Serunya. "Nyio-heng apa suruh dia pergi mengambil pedang dirumah
kediamannya Cu Kiam Loojien?" tiba2 Cuo It Sian bertanya.
"Benar, tahun yang lalu Loolap pergi melakukan perjalanan
kedaerah Lam Huang dan secara tidak sengaja sudah menemukan
sebuah besi baja yang bagus, maka loolap lantas serahkan besi itu
kepada Cu Kiam Loojien untuk dibuatkan sebilah pedang, bulan
kemarin Cu Kiam Loojien datang mengirim surat katanya pedang
tersebut sudah jadi maka loolap lantas kirim orang untuk
mengambilnya." "Haaaa . . . haaaa . . . walau pun Nyio-heng sudah
mengundurkan diri dari keramaian dunia, tetapi kegemarannya
terhadap pedang agaknya belum pernah hilang" ujar Cuo It Sian
sambil tertawa. "Benar . . . benar . . . mari, mari . . kita minum arak."
Mereka berlima kembali saling maneguk satu cawan setelah itu
mulai bersantap. Tiba-tiba agaknya Nyio Sam Pak sudah teringat akan sesuatu,
daging yang sudah disumpit dan hendak dimasukkan kedalam mulut
mendadak ditarik kembali.
"Aaaah , , benar" ujarnya sambil angkat kepalanya, "Pedang Biat
Hun Kiam yang tempo hari Loolap hadiahkan kepada Cuo-heng
apakah masih ada ?" "Masih ada, masih ada, Siauw-te selalu membawanya didalam
badan." Agaknya Nyio Si Ih tidak mengerti apa yang dibicarakan itu.
cepat tanyanya: Apa itu pedang pendek Biat Hun Kiam ?"
"Oooh sebilah pedang pendek dari jaman Cun Ciu, dahulu loolap
hadiahkan kepada Cuo heng."
"Bagaimana macamnya pedang pendek dari jaman Cun Ciu itu ?"
tanya Nyio Si Ih lagi dengan wajah ke-heran2an.
"Cuo-heng" ujar Nyio Sam Pak kemudian kepada diri Cuo It Sian.
"Sewaktu tempo hari loolap hadiahkan pedang Biat itu kepada
Cuo heng bocah-bocah masih kecil sehingga belum pernah melihat
bagaimana bentuk dari pedang Biat Hun Kiam itu, sekarang
dapatkah Cuo-heng mengambilnya keluar untuk dilihat-lihat ?"
Cuo It Sian segerai mengangguk, dari dalam sakunya dia
mengambil keluar pedang pendek Biat Hun Kiam itu kemudian
diangsurkan kepada Nyio Si Ih.
"Hian-tit silahkan melihat" ujarnya sambil tertawa.
Nyio Si ih segera bangkit berdiri dan menerima pedang itu
dengaa menggunakan sepasang tangannya, setelah itu perlahan
mencabut keluar pedang pendek itu.
Ketika dilihatnya pedang tersebut memancarkan sinar yang
menyilaukan mata tidak terasa lagi dia sudah memuji.
"Sebuah pedang yang amat bagus,"
"Mari berikan kepadaku" ujar Nyio Si Jien dengan cepat.
Mereka tiga bersaudara segera saling bergilir memandang
pedang tersebut, akhirnya Nyio Sam Pak menerima pedang itu.
Sembari memperhatikan pedang itu ujarnya.
"Pedang Biat Hun Kiam ini memang merupakan sebilah pedang
yang amat bagus sekali cuma saja mendatangkan hawa membunuh
yang tidak enak, apakah Cuo heng pernah menggunakan pedang ini
untuk membunuh seseorang ?"
"Tidak pernah! " sahut Cuo It Sian sambil gelengkan kepalanya.
Baru saja dia berbicara sampai disitu mendadak dari depan
ruangan berkumandang suara terjatuhnya barang yang pecah
berantakan. Cuo It Sian yang didalam hatinya memang sudah menaruh
curiga, begitu mendengar suara terjatuhnya barang pecah belah itu
dengan cepat meloncat bangun kemudian putar badannya
menengok keluar. "Ada urusan apa?" teriaknya.
Diatas lantai didepan pintu tampaklah pecahan mangkok serta
tumpahan kuah yang mengotori seluruh permukaan.
Kiranya seorang pelayan yang membawa satu nampan kuah
ayam entah secara bagaimana sewaktu ada didepan pintu itu sudah
jatuh sehingga kuahnya tumpah.
"Nyio An, kau kenapa tidak berhati~hati!" Bentak Nyio Sam Pak
dengan gusar "Nyio An" si pelayan itu segera memperlihatkan rasa takutnya,
dengan badan gemetar sahutnya dengan gugup:
"Ham . . . hamba . , hamba . salah! kaki . . . kaki hamba kena . .
. kena ter ter - . . tersangkut batu . ."
"Cepat ambil sapu dan bersihkan tempat itu !" bentak Nyio Sam
Pak lagi dengan gusar. Nyio An segera menyahut dan dengan ter-gesa2 mengundurkan
diri dari sana. "Hmmm! Usianya sudah lanjut tetapi bekerja selalu saja tidak
keruan !" Maki Nyio Sam Pak lagi.
"Nyio-heng tidak usah memaki dirinya lagi" cegah Cuo It Sian
dengan cepat. "Kemungkinan sekali kuah itu memang amat panas
sekali." Nyio Sam Pak segera memasukkan kembali pedang pendek itu
kedalam sarungnya lalu diserahkan kembali kepadanya.
"Cuo-heng silahkan duduk kembali" ujarnya sambil tertawa,
"Budak itu sungguh bodoh, baik2 semangkuk kuah ayam kini malah
hancur berantakan tidak keruan !"
Cuo It Sian segera menerima kembali pedang pendek itu, baru
saja hendak dimasukkan kembali kedalam badannya mendadak air
mukanya berubah sangat hebat, sambil mencabut kembali pedang
pendeknya jelas wajahnya berubah semakin seram.
"Nyio-heng sebenarnya kau mau berbuat apa ?" tanyanya sambil
memandang tajam diri Nyio Sam Pak.
"Kenapa?" balas tanya Nyio Sam Pak sambil tertawa,
"Bilamana Nyio-heng merasa keberatan untuk memberikan
pedang Biat Hun Kiam itu kepadaku lebih baik mintalah kembali
secara terus terang, di siang hari bolong buat apa kau melakukan
pekerjaan itu?" Sembari berkata tangannya dengan cepat disamber menekan
pundak kanan dari Nyio Si Ce.
"Si Ce-heng cepat menyingkir."
Suara peringatan itu keluar dari mulutnya Ti Then.
Secara diam-diam dia bersama-sama dengan Wie Ci To sudah
munculkau dirinya di depan ruangan makan tersebut.
Mendeogar suara peringatan itu Nyio Si Ce segera berjumpalitan
kebelakang ber-sama2 dengas kursinya dia mundur kebelakang
lantas dengan meminjam kesempatan itu meloncat sejauh dua kaki
lebih. Nyio Si Jien serta Nyio Si Ih bersaudara pun bersama-sama
meloncat dua kaki kebelakang meninggalkan meja perjamuan.
Cuo It Sian yang telapak tangannya menekan tempat kosong
tubuhnya dengan cepat berputar kamudian menoleh memandang
kearah pintu luar, Begitu melihat Wie Ci To serta Ti Then muncul didepan pintu
ruangan, air mukanya seketika itu juga berubah jadi pucat pasi
bagaikan mayat. "Heee heee. kiranya Wie Poccu juga sudah datang," ujarnya
sambil tertawa dingin "Kalian terus menerus memfitnah dan
mendesak loohu untuk menyerahkan harta kekayaan loohu, kalian
sungguh kejam sekali."
"Hmmmm, orang she Cuo sampai keadaan seperti ini juga ingin
sekalian menggigit loohu,"
"Nyio-heng." ujar Cuo It Sian kemudian kepada diri Nyio Sam
Pak. "Wie Poocu ini demi berhasilnya maksud hati untuk merebut
harta kekayaan dari loohu berulang kali dia berusaha memfitnah aku
dengan merebut pedang Biat Hun Kiam tersebut, karena dia hendak
menggunakan pedang Biat Hun Kiam itu sebagai bukti menuduh
siauw-te sudah membunuh orang, kau jangan sampai kena tertipu
olehnya," Wajah Nyio Sam Pak segera berubah jadi amat keren. Sinar
matanya dengan perlahan menyapu sekejap keatas wajahnya lalu
dengan dinginnya bertanya;
"Apakab Cuo-heng benar2 tidak pernah membunuh orang ?"
"Tidak! Siauw-te buat apa membunuh orang" Seharusnya Nyio-


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

heng tahu bagaimana aku jadi orang . . ."
"Kalau begitu !" Potong Nyio Sam Pak dengan cepat. "Siapa yang sudah membunuh mati Cu Kiam Loojien serta muridku Cau Ci
Beng?". Selama ini Cuo It Sian selalu menganggap perbuatannya
membunuh mati Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng
tidak akan diketahui orang lain. Saat ini mendengar secara tiba2
Nyio Sam Pak mengungkat kembali akan kedua orang itu didalam
hati dia merasa sangat terkejut sekali.
"Siapa yang sudah melihat ?" tanyanya tanpa terasa.
"Ti Kiauw-tauw" Sahut Nyio Sam Pak dengan wajah yang amat
adem. Mendadak Cuo It Sian tertawa keras dengan amat seramnya.
"Nyio-heng, persahabatan kita sudah ada puluhan tahun
lamanya, apakah sampai ini hari kau masih tidak memahami sifat
dari Siauw-te" Kenapa bukannya kau mempercayai omongan Siauw-
te bahkan sebaliknya mempercayai omongan sembarangan,
omongan fitnah dari mereka berdua yang ingin mencelakai Siauw-te
?" "Mata loolap masih belum kabur, siapa yang benar siapa yang
salah masih dapat membedakan dengan jelas " Seru Nyio Sam Pak
sambil tertawa dingin. "Apa lagi dari tindak tandukmu tadi yang
hendak menawan putraku Si Ce. loolap sudah tahu kalau perkataan
dari Wie, Ti dua orang tidak salah!"
Sepasang mata dari Cuo It Sian dengan mengandung rasa benci
yang amat sangat memandang diri Wie Ci To berdua tanpa
berkedip, dari wajahnya tersungginglah satu senyuman dingin yang
amat menyeramkan. "Tidak salah! " ujarnya kemudian. "Cu Kiam Loojien serta
muridmu Cau Ci Beng memang loohu yang bunuh tetapi kalian tidak
punya bukti, dengan nama baik serta kedudukan yang terhormat
dari loohu didalam Bu-lim aku rasa didalam dunia kangouw tidak
bakal ada orang yang mempercayai tuduhan j&ng kalian lancarkau
kepada loohu! "Tetapi beberapa patah kata perkataan yang kau ucapkan
barusan ini merupakan satu bukti yang nyata !" Sahut Wie Ci To
sambil tertawa nyaring; "Tetapi kecuali kalian, ada siapa yang mendengar pula
perkataanku ini?" ejek Cuo It Sian sambil tertawa dingin.
"Masih ada loolap!"
Bersamaan dengan berkumandangnya suara itu didepan pintu
muncul kembali seorang. 00O00 58 Dia adalah seorang hweesio tua yang memakai baju lhasa
berwarna abu2 dengan ditangannya membawa sebuah tongkat.
Melihat munculnya orang itu air muka Cuo It Sian berubah
semakin hebat lagi. "Siapa kau ?" tanyanya dengan cepat.
Walaupun dia tidak tahu siapakah hweesio tua itu tetapi dia tahu
dia orang bukanlah anggota dari perkampungan Thiat Kiam San
Cung ini. Bilamana seseorang yang bukan termasuk orang dari
perkampungan Thiat Kiam San Cung mendengar perkataannya
tersebut sudah tentu lebih dari cukup untuk menjadi seorang saksi,
karenanya hal ini benar2 membuat dia merasa sangat terperanjat.
Dengan sikap yang amat keras dan berwibawa hweesio tua itu
bungkukkan badannya memberi hormat:
"Loolap It Ie !"
"Ciangbunjin dari Ngo Thay San. It Ie Sangjien?" tanya Cuo It
Sian dengan kaget, tubuhnya tergetar dengan amat keras sekali.
"Benar loolap adanya!" sahut hweesio itu sambil mengangguk.
Air muka Cuo It Sian semakrn pucat lagi. dia percaya dengan
nama serta kedudukannya yang ada didalam Bu-lim sekali pun Wie
Ci To serta Nyio Sam Pak menuduh dia pernah melakukan
pembunuhan dan perkosaan dengan diri mereka sebagai saksinya
orang2 didalam Bu-lim sebagian besar tidak akan mau percaya
karena itu tadi dia berani mengaku kalau Cu Kiam Loojien serta Cau
Ci Beng memang dia yang bunuh, siapa sangka pada saat yang
bersamaan It Ie Sangjien dari Ngo Thay San sudah munculkan diri
disana. Dia tahu dengan kedudukan It Ie Sangjien sebagai seorang
pendeta yang beribadat tinggi setiap perkataan dan perbuatannya
tentu akan dihormati oleh semua orang bilamana dia orang
bertindak sebagai saksinya maka bukankah kedudukan akan jadi
kepepet. Nyio Sam Pak yang melihat air mukanya penuh diliputi oleh
perasaan terkejut tak terasa lagi dia sudah tersenyum.
"Wie Poocu menduga kau tentu tidak akan mengakui dosa2
tersebut maka mengusulkan kepada Loolap untuk kirim orang pergi
ke gunung Ngo Thay San mengundang datang It Ie Sangjien ini,
sekarang kau sudah mengaku telah membunuh orang dan It Ie
Sangjien pun sudah mendengarnya dengan jelas, kau ada perkataan
apalagi yang hendak dikatakan?".
Lama sekali Cuo It Sian termenung akhirnya dia menghela napas
panjang. "Hey kau orang she-Wie, hatimu sungguh begitu atos" ujarnya
sambil menoleh kearab Wie Ci To. "Loohu dikarenakan menuruti
napsu sendiri sehingga melakukan satu perbuatan yang memalukan
kau tanpa mengingat perbuatan mulia yang sudah loohu lakukan
selama ini didalam Bu-lim memaksa Loohu harus melakukan bunuh
diri juga, kau .... kau sungguh kejam! ".
Berbicara sampai disini tidak kuasa lagi dua titik air mata
menetes keluar membasahi pipinya.
Air muka Wie Ci To segera berubah sangat hebat, dengan nada
yang amat keren dan serius ujarnya;
"Tanpa sebab kau sudah membunuh anak buahmu sendiri, lalu
memperkosa istrinya kau manusia yang tidak lebih menyerupai
binatang masih berani membela diri juga ?".
Dengan perlahan Cuo It Sian menundukkan kepalanya rendah2.
Ujar Wie Ci To lagi : "Untuk menutupi dosamu kau sudah menggunakan pelbagai cara
yang memalukan untuk mtnculik Ti Kiauw-tau serta Siauw-li bahkan
membinasakan pula sekeluarga petani didusun Thay Peng Cung,
diikuti membunuh Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng.
Perbuatanmu sungguh kejam sekali".
"Hee . . . heee . . . Wie Ci To. Di mana dapat mengampuni orang
ampunilah dia orang" ujar Cuo It Sian sambil tertawa seram. "Loohu sudah hidup sampai begini tua apakah kau benar2 ingin merusak
nama baik dari Loohu?".
"Perkataan dari Loohu pada tiga tahun yang lalu ini hari masih
terhitung." ujar Wie Ci To dengan suara yang berat. "Bila mana kau mau bunuh diri untuk menebus dosa ini maka loohu tidak akan
mengumumkan dosamu ini secara terbuka !".
"Bagaimana kalau Loohu menggunakan seluruh kekayaanku
untuk menolong orang miskin sebagai tebusan atas dosaku itu,
setelah itu loohu akan mengundurkan diri dari keramaian Bu-lim ..."
serunya lagi dengan ter-sedu2.
"Tidak bisa !" Potong Wie Ci To dengan keras.
"Kalau begitu kau benar2 mengingini nyawa dari Loohu ini?" Seru Cuo It Sian sambil tertawa dingin. "Ayoh cepat turun tangan !".
Baru saja kata2 terachir diucapkan mendadak dengan gaya
burung bangau menerjang kelangit tubuhnya meluncur keatas atap.
"Braaaak ....!" dengan disertai suara yang amat keras sekali atap rumah itu sudah hancur berantakan sedang tubuhnya dengan
melalui lubang diatas atap itu menerjang keluar.
Wie Ci To segera membentak keras, tubuhnya pun segera
meloncat naik keatas wuwungan rumah,
Sewaktu dilihatnya Cuo It Sian melarikan diri kebelakang
perkampungan diapun dengan cepat mengikuti dari belakang,
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang paling lihay
dengan cepatnya dia mengejar dari belakang.
Ti Then serta Nyio Sam Pak dengan cepat mengikutinya pula dari
arah belakang untuk melakukan pengejaran.
Cuo It Sian melarikan diri dengan amat cepatnya. hanya didalam
sekejap saja dia sudah melewati empat buah rumah bagaikan kilat
cepatnya dia melarikan diri terus kedepan.
Tetapi agaknya orang2 didalam perkampungan Thiat Kiam San
Cung itu sudah mengadakan persiapan, sewaktu sepasang kaki dari
Cuo It Sian menginjak pada atap bangunan yang kelima mendadak
tampaklah dari atas wuwungan rumah muncul sesosok bayangan
manusia yang dengan dahsyatnya membabat sepasang kaki dari
Cuo It Sian. "Turun !" Bentaknya.
Di dalam keadaan yang ter-gesa2 Cuo It Sian jadi terperanjat
sekali, tetapi bagaimanapun dia adalah seorang jago kawakan.
tubuhnya dengan cepat menjatuhkan diri kebawah kemudian
berbelok kekanan melanjutkan larinya.
Disebelah kanan merupakan bangunan yang berloteng.
Siapa tahu diatas loteng itupun sudah ada orang yang
bersembunyi disana, baru saja tubuhnya hampir mencapai atas
loteng itu mendadak kembali tampaklah seorang yang muncul
kembali dari atas bangunan itu sambil melancaikan satu serangan
dahsyat kearahnya. Dengan cepat Cuo It Sian berjumpalitan ditengah udara. karena
tidak sempat lagi untuk menangkis lagi datangnya serangan
tersebut, sembari mengebutkan ujung jubahnya dia melayang turun
keatas tanah. Wie Ci To, Ti Then, Nyio Sam Pak serta It Ie Sangjien waktu
itupun sudah tiba disana dan mengurungnya rapat2.
Cuo It Sian yang melihat dia orang tidak dapat melarikan diri lagi,
air mukanya gera berubah jadi pucat pasi.
"Bagus . . bagus" serunya sambil tertawa seram. "Walaupun ini hari loohu tidak bisa meloloskan diri dari kematian tetapi kau orang
she-Wie pun jangan harap dapat hidup lebih lama lagi".
Air muka Wie Ci To segera berubah sangat adem.
"Seluruh perbuatan dari loohu selama hidup belum pernah
tercela, sekalipun setelah mati kau jadi setan loohu juga tidak akan
takut!" sahutnya. "Tidak salah! " seru Cuo It Sian dengan gusar. "Kau orang she-Wie memang suci bersih dan jujur, tetapi kaupun jangan harap bisa
lolos, ada satu hari kau pun akan menyesal sendiri"
"Untuk membasmi penjahat sekalipun loohu harus mati juga
tidak akan menyesal!" ujar Wie Ci To lagi sambil tertawa dingin.
Jilid 34.3 : Ancaman pasukan aneh
"Kau tunggu saja Loohu sejak semula sudah atur satu pasukan
aneh yang dapat menghancurkan dirimu, tidak sampai setengah
tahun kemudian kau beserta seluruh benteng Pek Kiam Poo jangan
harap bisa meloloskan diri dari bencana ini!"
Selesai berkata tangan kanannya dengan cepat digaplokkan
keatas kepalanya sendiri.
Terdengar suara hancurnya tulang batok kepalanya seketika itu
juga hancur berantakan dan berserakan diatas tanah, setelah itu
tubuhnya dengan perlahan roboh keatas tanah menemui ajalnya.
Melihat kejadian itu It Ih sagjien segera memejamkan matanya,
"Omintobud . , ,siancay " , ,siancay" serunya berulang kali.
Nyio Sam Pak berdiam diri lama sekali setelah itu dia baru
menghela napas panjang. "Walaupun dia sudah bunuh diri tetapi dia orang sama sekali
tidak memperlihatkan rasa menyesalnya . . , heeai . . . sungguh
sayang..sungguh sayang.."
"Dia selalu menganggap perbuatan baiknya yang selama ini
dipupuk bisa menghapuskan kejahatan yang pernah diperbuat itu
siapa sangka sekalipun seorang budiman hanya karena sedikit salah
saja maka jasanya yang terdahulu akan ikut lenyap dengan
sendirinya, apalagi kejahatan yang diperbuat olehnya kali ini benar-
benar merupakan satu kejahatan yang luar biasa."
"Bilamana bukannya ini hari loolap mendengar dengan mata
kepala sendiri akan pengakuannya mungkin loolap masih tidak akan
percaya kalau dia pernah melakukan perbuatan dengan
memperkosa istri orang lain" ujar Nyio Sam Pak lagi sambil
menghela napas panjang, "Dengan sifatnya sebenarnya tidaklah
mungkin bisa melakukan pekerjaan semacam itu."
"Manusia tidak akan terhindar dari sifat kebinatangannya,
bilamana tidak dapat mawas diri maka sukar sekali buat kita untuk
bisa menghindarkan diri dari perbuatan semacam itu" ujar Wie Ci
TO. "Benar" sambung It Ih sangjien dengan cepat, "Perkataan dari
Wie sicu sedikitpun tidak salah, mungkin Cuo sicu bisa berbicara
demikian dikarenakan hartanya yang banyak dirumah membuat dia
harus bersikap keras dan berwibawa, karenanya untuk memuaskan
napsu kebinatangannya dia harus melakukan perbuatan semacam
ini" "Dia bilang sudah mengatur satu pasukan aneh, entah siasat apa
lagi itu?" ujar Nyio Sam Pak tiba2 sambil angkat kepalanya
memandang kearah diri Wie Ci To.
"Mungkin omong kosong untuk gertakan saja !" Jawab Wie Ci To
sambil tertawa dingin. "Lebih baik Wie Poocu sedikit berhati2, loolap dahulupun mengira
dia adalah seorang kawan yang patut untuk diajak sebagai teman,
tetapi dari sini sudah dapat dilihat kalau dia orang adalah seorang
yang amat licik sekali bahkan suka untuk menggunakan akal,
kemungkinan sekali sejak semula dia memang sudah
mempersiapkan semacam siasat yang hendak mencelakai Wie
Poocu serta Benteng Pek Kiam Poo"
"Ini hari ada It Ih Sangjien yang bertindak sebagai saksi, lain kali bilamana di antara Benteng kami dengan pihak Cuo It Sian terjadi
sesuatu urusan, aku rasa mudah sekali untuk dapat dibereskan. . . "
"Sekarang kita hendak mengurus jenazahnya dengan cara
bagaimana ?" tanya Nyio Sam Pak kemudian.
"Baik2 menguburkan dirinya saja"
"Baiklah, urusan ini serahkan saja kepada putriku untuk pergi
menguruskannya, mari kila kembali keruangan tengah saja".
xxxxx Keesokan harinya It Ih Sangjien berpamitan pada Nyio Sam Pak
serta Wie Ci To untuk kembali kegunung Ngo Thay san.
Wie Ci To yang merasa tidak tenang atas perkataan-perkataan
yang sudah diucapkan oleh Cuo It Sian sesaat hendak bunuh diri,
setelah menghantarkan It Ih Sangjien pulang diapun segera berkata
kepada Nyio Sam Pak: "Nyio-heng, aku orang she-Wie pun harus pulang".
"Tidak!!" cegah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Wie Poocu harus tinggai lagi beberapa hari baru pulang".
"Bilamana dilain waktu ada kesempatan kita bertemu lagi,
sekarang aku orang she Wie harus pulang ke benteng untuk
mengurusi perkawinan".
"Perkawinan siapa?" tanya Nyio Sam Pak melengak.
"Putriku." Nyio Sam Pak pernah mendengar Ti Then memanggilnya sebagai
Gak hu, mendengar perkataan tersebut dia segera memandang
sekejap kearah Ti Then. "Menantu dari Wie Poocu apakah Ti Kiauw tauw ini?" tanyanya
sambil tertawa. "Benar." sahut Wie Ci To mengangguk.
"Aku orang she Wie sudah berkata bilamana urusan dari Cuo It
Sian ini sudah beres aku akan segera melangsungkan perkawinan
mereka." "Putrimu bisa dijodohkan dengan Ti Kiauw tauw boleh dikata
merupakan pasangan yang setimpal" ujar Nyio Sam Pak dengan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

girang. "Selamat. selamat, sampai waktunya jangan lupa memberi
kabar kepada Loolap,"
"Tentu, tentu.." sahut Wie Ci To tertawa.
Mendadak Nyio Sam Pak menarik kembali senyuman yang
menghiasi bibirnya itu, lalu ujarnya dengan serius,
"Bilamana Wie Poocu benar-benar bermaksud berangkat ini hari,
loolap ada satu permintaan."
"Nyio-heng silahkan berbicara, asalkan aku orang she Wie bisa
melaksanakan pasti akan melakukannya!"
"Sebetulnya bukan satu urusan yang besar cuma saja jenasah
dari muridku Cau Ci Beng Loolap ingin memindahkan ia kedalam
perkampungan, bilamana tidak menunda perjalanan kalian
bagaimana kalau loolap perintahkan Si Ce serta Si Jien untuk
mengikuti kalian " Cukup Wie Poocu suka menujukkan tempat
terkuburnya Cau Ci Beng biarlah putraku yang bekerja sendiri"
"Baiklah" sahut Wie Ci To kemudian sambil mengangguk. "Kalau
begitu putramu boleh siap-siap untuk melakukan perjalanan."
Nyio Sam Pak segera menoleh kearah putranya Nyio Si Ce serta
Nyio Si Jien. "Kalian cepatlah mengadakan persiapan, Wie Poocu serta Ti
Kiauw tauw sebentar lagi akan berangkat."
Kedua orang bersaudara itu segera menyahut dan masuk
kedalam untuk mengadakan persiapan,
Agaknya Nyio Sam Pak teringat kembali akan sesuatu, mendadak
dia bangkit berdiri, "Ooooh benar, kalian berdua tunggulah
sebentar, loolap akan pergi kedalam sebentar"
Dengan tergesa-gesa dia meninggalkan ruangan besar, tidak
selang lama kemudian dia sudah berjalan masuk kembali kedalam
ruangan dengan membawa satu kotak.
Ujarnya kemudian sambil tertawa tawar,
"Putrimu dengan Ti Kiauw-tauw akau melangsungkan
perkawinannya, loolap tidak ada barang apa2 cuma sedikit hadiah
ini harap kau suka menerimanya"
Air muka Ti Then segera terasa amat panas,
"Tidak . . . Nyio loocianpwee kau jangan berbuat demikian,
boanpwee tidak berani menerimanya "ujarnya dengan gugup"
Nyio Sam Pak duduk kembali keterapas semula setelah ltu dia
tertawa ter~bahak2. "Jangan dikata Ti Kiauw-tauw sudah menolong loolap membasmi
Si-iblis bungkuk Leng Hu Ih, sekalipun dengan persahabatan antara
loolap dengan Wie Poocu kedua hadiah ini harus diberikan juga
kepadamu." Sambil berkata dia meletakkan kotak yang semula kesamping
kemudian dari dalam sakunya mengambil keluar pula satu kotak
yang amat indah itu. Ketika kotak itu dibuka, tampaklah sebuah intan sebesar jari
kelingking muncul di hadapan mata.
"Intan iai adalah pemberian dari seorang kawanku dari daerah Si
Ik pada beberapa tahun yang lalu" ujarnya kemudian. "Sekarang
loolap akan menghadiahkannya kepada putri Wie Poocu sebagai
tanda selamat." Intan tersebut berwarna biru dan memancarkan sinar yang
berkilauan. jelas sekali harganya tidak ternilai,
Agaknya Wie Ci To juga mengerti bagaimana berharganya
barang tersebut, dengan cepat dia gelengkan kepalanya.
"Tidak bisa jadi, tidak bisa jadi.." tolaknya, "Bagaimana Nyio
heng boleh menghadiahkan barang itu kepada siauwli" Bilamana
Nyio heng memang bermaksud untuk memberi hadiah maka hadiah
itu tidak boleh kelewat seratus tahil perak"
Intan tersebut boleh dikata mempunyai harta sebesar sepuluh
laksa tahil. "Sekalipun berharga sepuluh laksa tahil tetapi barang itupun
merupakan benda mati" ujar Nyio Sam Pak tertawa. "Bilamana
bukannya kalian datang tepat pada waktunya mungkin loolap
beserta seluruh isi perkampungan ini sudah tanpa bernyawa lagi,
apakah intan ini masih bisa disimpan?"
"Tidak bisa . . tidak bisa!" seru Wie Ci To terus sambil gelengkan
kepalanya berulang kali. "Eeh . . . eeh , . . bukannya disumbangkan untuk Wie Poocu,
kenapa kau orang begitu ribut?"
Berbicara sampai disini dia segera mengangsurkan intan itu
kepada Ti Then. "Ti Kiauw-tauw harap suka mewakili aku untuk menyerahkan
barang ini kepada nona Wie sesampainya didalam Benteng".
Ti Then menoleh memandang kearah Wie Ci To, dia tidak berani
untuk menerimanya. "Wie Poocu, sebenarnya kau tahu bagaimana sifat dari Loolap"
ujar Nyio Sam Pak lagi. "Bilamana ini hari kau tidak mau
menerimanya maka Loolap akan suruh orang sengaja mengirim
benda terebut ke-dalam Benteng Pek Kiam Poo!".
"Baiklah, kau terimalah!" ujar Wie Ci To kemudian sambil
mengerutkan alisnya. Saat itulah Ti Then baru berani menerima intan tersebut.
"Sudah seharusnya boanpwee mewakili nona Wie mengucapkan
terima kasih atas pemberian dari Nyio Loocianpwee ini " ujarnya
perlahan. Setelah itu dengan hormatnya dia menjura memberi hormat.
Nyio Sam Pak segera tertawa ter-bahak2 dia mengambil pula
kotak yang lebih besar itu.
"Yang ini loolap hadiahkan untuk Ti Kiauw-tauw sebagai hadiah.
Sedikit sumbangan ini harap kau suka menerimanya." ujarnya lagi
sambil tertawa. "Barang itu barang pusaka apa lagi ?" Timbrung Wie Ci To dari
samping. Nyio Sam Pak segera membuka kotak itu, dia tersenyum.
"Sebuah pakaian yang terbuat dari kulit ! " Serunya.
Pakaian yang terbuat dari kulit itu berwarna putih, diatasnya
dengan amat rapatnya tertancap jarum2 yang amat tajam.
Melihat barang tersebut air muka Wie Ci To segera berubah amat
hebat "Aaah . . , Luan Wee Cia ?" " Serunya.
"Penglihatan Poocu sungguh lihay. memang tameng landak
adanya." Luan Wee Cia atau baju luar tameng landak ini jika dibicarakan di
daiam Bu-lim boleh dikata merupakan satu barang yang sangat
berharga sekali, jikalau dipakai dibadan boleh dikata mirip dengan
sebuah tameng besi yang amat dahsyat tidak perduli senjata atau
telapak tangan jangan harap bisa melukai barang seujung rambut
pun" "Tidak, tidak" seru Wie Ci To lagi sambil gelengkan kepalanya.
"Barang pusaka yang demikian berharganya seharusnya Nyio heng
..." "Seharusnya diberikan orang lain" sambung Nyio Sam Pak
dengan cepat. "Dan orang yang paling cocok untuk menerima
barang tersebut adalah Ti Kiauw tauw"
"Nyio Loocianpwee harap menerimanya kembali, boanpwee tidak
berani menerimanya," tampik Ti Then cepat,
"Apa kau orang baru menerima barang ini bilamana Loolap sudah
berlutut dihadapanmu?"
"Tidak. tidak ada urusan semacam ini" teriak Ti Then sambil
membelalakkan matanya, "Ti Kiauw tauw membantu perkampungan kami melenyapkan
musuh besar, budi semacam ini apa halangannya kalau loolap
berlutut dihadapanmu ?"
Sehabis berkata dia sungguh2 mau jatuhkan diri berlutut.
Ti Then benar2 amat terperanjat sekali, dengan gugup dia
meninggalkan tempat duduknya sambil berteriak.
"Sudah. sudahlah boanpwee menerimanya"
"Haaa haaa loolap tidak takut kau tidak menerimanya" seru Nyo
Sam Pak sambil tertawa terbahak-bahak.
Setelah menerima pakaian luar tameng landak itu Ti Then segera
bungkukkan badannya memberi hormat.
"Barang yang demikian berharganya boanpwee benar-benar tidak
berani untuk menerimanya," ujarnya cepat. "Bilamana dikemudian
hari Nyio Loocianpwee membutuhkan sesuatu harap segera kirim
orang pergi mencari boanpwee"
"Baik, baik bilamana memang ada kejadian seperti itu Loolap
segera akan kirim orang untuk meminjamnya dari tangan Ti Kiauw
tauw." Saat itulah tampak Nyio Si Ce dua bersaudara dengan membawa
buntalan sudah berjalan keluar.
"Baiklah," ujar Wie Ci To kemudian sambil merangkap tangannya
member hormat: "Sekarang juga loohu pamit dulu, setelah hari
perkawinan siauwli ditetapkan tentu loohu akan kirim orang untuk
memberi kabar kepada Nyio-heng, sampai waktunya Nyio-heng
harus dating ber-sama2 dengan putramu"
"Sudah tentu ! sudah tentu !"
Dia menghantar Wie Ci To serta Ti Then sampai diluar
perkampungan, setelah mereka berangkat dia baru balik kembali kedalam
perkampungan. Wie Ci To, Ti Then serta dua bersaudara dari keluarga Nyio
masing2 dengan menunggang seekor kuda mengikuti jalan gunung
menuruni gunung Lak Ban San tersebut kemudian melanjutkan
perjalanannya menuju kearah Timur.
Selama ditengah perjalanan tidak terjadi peristiwa apa2, pada
hari yang kelima mereka sudah tiba dikota Tiang An.
Ti Then dengan mengambil kesempatan itu segera menguangkan
kertas uang sebesar lima belas laksa tahil perak yang didapatkan
dari tangan Giok Bien Langcoen, Coe Hoay Loo itu kemudian
membelikan juga beberapa macam kado buat Wie Lian In.
Setelah menginap satu malam didalam kota, keesokan harinya
mereka kembali melajutkan perjalanannya.
Sebelum meninggalkan kota Tiang An Ti Then memasukkan uang
sebanyak lima belas laksa tahil itu kedalam empat buah karung,
kemudian dengan minta bantuan dari Wie Ci To serta dua
bersaudara dari keluarga Nyio setiap kali mereka memasuki kota
dan menemukan rumah orang miskin secara diam2 lantas memberi
beberapa tahil perak kedalamnya.
Demikianlah sembari melakukan perjalanan mereka menyebarkan
uang tersebut kepada kaum miskin. Sewaktu memasuki daerah Auw
Leng uang sebesar lima belas laksa tahil perak sudah tersebar habis.
Ti Then merasa sangat gembira sekali, ujarnya sambil tertawa:
"Beberapa hari ini aku rasakan sebagai hari2 yang paling
berbahagia buatku selama hidupnya !"
"Inilah yang dinamakan berbuat amal paling menyenangkan"
Seru bang Wie Ci To sambil tersenyum,
"Harta kekayaan dari Cuo It Sian jika dihitung ada seberapa
banyaknya ?". "Dia adalah manusia yang paling kaya di wilayah daerah Siok
Ceng bilamana dihitung dengan sawah dan tanahnya mungkin ada
diatas seribu laksa tahil perak".
"Uang yang sebegitu banyaknya bisa menolong banyak orang
miskin, hari itu kenapa Gak-hu tidak mau menerima uang
tebusannya itu untuk kemudian dibagi bagikan kepada orang miskin
?" "Tidak, dosa dari seorang manusia tidak dapat ditebus dengan
menggunakan uang" seru Wie Ci To dengan keren.
"Dengan kematian ini entah harta kekayaan yang sebegitu
banyaknya itu hendak diberikan kepada siapa?"
"Dia ada seorang putra yang sejak semula sudah meninggalkan
rumah entah pergi kemana, kali ini setelah mendengar ayahnya
bunuh diri kemungkinan sekali bisa pulang untuk mengatur urusan
terakhir dari ayahnya"
"Putranya apa bisa bersilat ?"
"Loohu dengar tidak bisa, dia adalah seorang sastrawan yang
pernah lulus ujian Negara, agaknya bernama Ing Koei"
"Perkataan yang diucapkan Cuo It Sian sebelum bunuh diri Gak-
hu merasa sungguh-sungguh atau bohong ?"
"Loohu sendiri juga tidak jelas?"
"Bilamana urusan ini adalah nyata" sambung Nyio Si Ce dengan
cepat. "Dan Wie Loocianpwee merasa sulit untuk dihadap mereka
segeralah kirim orang untuk memberi kabar kepada kami- walaupun
Tia dia orang tua sudah mengundurkan diri dari dunia kangouw
tetapi kami bersaudara nanti akan memberi bantuan kepada Wie
loocianpwee untuk sumbang sedikit tenaga."
"Baik" ujar Wie Ci To sambil tertawa.
Tua muda empat orang sembari berjalan sembari bercakap
cakap, kembali berjalan sepuluh hari lagi sampailah mereka di
tengah tanah tandus antara gunung Cun san dengan kota Hoa Yong
Sian, yaitu tempat dimana Si elang sakti Cau Ci Beng menemui
ajalnya. Ti Then segera turun dari kudanya dibawah pohon tersebut,
sambil menuding keatas tanah gundukan dibawah pohon yang
rindang itu ujarnya, "Cau-heng dikubur ditempat ini."
Nyio Si Ce serta Nyio Si Jien lantas meloncat turun dari kuda,
kemudian setelah mencabut keluar pedangnya mereka mulai
menggali kuburan tersebut.
Tidak begitu dalam mereka menggali segera tersiarlah bau busuk
mayat yang amat menusuk hidung.
Mereka dua orang bersaudara segera berhenti menggali.
"Cau sute kau menemui kematian dengan begitu kasihannya !"
ujar Nyio Si Jien sambil melelehkan air mata.
Dengan perlahan Nyio Si Jien menoleh kearah Wie Ci To,
kemudian ujarnya: "Wie Loocianpwee serta Ti-heng apakah hendak kembali kedalam
Benteng?" "Loohu akan menuuggu setelah jenazahnya akan dikeluarkan dari
tanah baru berangkat"
"Tidak !" Seru Nyio Si Ce dengan gugup, "Wie Loocianpwee serta Ti-heng yang bersusah payah sudah menghantar kami bersaudara
sampai disini sudah lebih dari cukup, kini biarlah Si Jien mengikuti
Loocianpwee ber-sama2 melakukan perjalanan sampai dikota Hoa
Yong Sian untuk membeli kereta- peti mati dan barang2 lain setelah
itu Wie Loocianpwee berdua boleh berangkat kembali ke Benteng."
"Tidak membutuhkan bantuan Loohu?".
"Tidak, urusan yang demikian kecilnya ini, kami bersaudara bisa
membereskan sendiri".
"Kalau begitu Loohu berpisah dulu sampai disini, sampai
waktunya perkawinan antara Ti Kiauw-tauw serta siauw-li, kalian
dua bersaudara harus datang pula untuk minum arak kegirangan".
"Tentu . . . tentu, kami pasti datang" sahut Nyio Si Ce sambil
merangkap tangannya memberi hormat.
Demikianlah Wie Ci To, Ti Then serta Nyio Si Jien segera
melanjutkan kembali perjalanannya kearah Barat kembali ke kota
Hoa Yong Sian. Tidak sampai dua puluh li mereka sudah berada didalam kota,
setelah menemani Nyio Si Jien membeli kereta serta peti mati dan
menghantar dia orang melakukan perjalanan, Ti Then serta Wie Ci
To baru bersantap siang kemudian melanjutkan perjalanan kembali
ke Benteng.

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Air muka Wie Ci To penuh dihiasi senyuman kegembiraan,
ujarnya di tengah perjalanan:
"Kali ini kita dapat membereskan Cuo It Sian dengan begitu
mudahnya sungguh berada diluar dugaan . ."
"Benar." sahut Ti Then mengangguk, "Dengan demikian kita
sudah membuang banyak kerepotan dari pada harus melakukan
sesuai dengan rencana dimana mengharuskan Gak-hu menyamar
sebagai Nyio Sam Pak, walaupun kita berhasil mencuri pedang itu
tetapi untuk membereskan nyawanya harus menanti dulu sampai
tahun besok setelah Gak hu mengumumkan dosanya di hadapan
umum, wah kalau sampai waktu itu baru bisa turun tangan untuk
membinasakan dirinya mungkin hati pun sudah mangkel sekali."
"Cuo It Sian bilang Loohu bernapsu untuk membunuh dirinya
terus menerus, berarti pula dia sedang menegur loohu tidak
mempunyai hati untuk mengampuni orang lain, kau rasa
bagaimana?" "Tidak, dia yang melakukan pekerjaan jahat dosanya amat besar
sekali tidak boleh diampuni lagi."
"Karena kau akan menjadi menantu loohu maka loohu akan
memberi nasehat kepadamu kau janganlah sekali-kali menganggap
dengan kepandaian silat yang amat tinggi dan pergi kesana kemari
tanpa diketahui orang lain sekalipun melakukan suatu perbuatan
salah tidak bakal bisa ketahuan, kau harus ingat akan kata-kata
yang mengatakan : Sekaiipun kau bisa mengelabui orang tetapi
jangan barap bisa mengelabui dirimu sendiri, apa lagi mengelabui
mata hati Lao Thian-ya setiap orang yang percaya berbuat jahat dia
tentu akan menerima karma sesuai dengan perbuatannya,"
Ti Then yang teringat akan dirinya yang mendapat perintah dan
majikan patung emas untuk pergi memperistri putri orang lain uatuk
kemudian melaksanakan satu rencana busuk dalam hati merasa
sangat menyesal sekali, saking gemasnya dia kepingin sekali
mencari sebuah lubang untuk diterobosi.
Dia ingin sekali menceritakan seluruh rencana yang sudah
disusun oleh majikan patung emas dan rahasia dimana dia orang
telah digunakan oleh majikan patung emas tetapi setelah teringat
akan sesuatu dia batalkan kembali maksudnya itu.
Karena sejak bersama-sama dengan Wie Ci To meninggalkan
Benteng Pek Kiam Poo sampai kedalam perkampungan Thiat Kiam
San Cung dan hingga kini walaupun dia belum pernah bertemu
kembali dengan pemuda berbaju biru itu orang yang dikirim majikan
patung emas untuk mengawasi gerak geriknya tetapi dia selalu
merasa pemuda berbaju biru itu masih mengawasi terus akan
dirinya, bilamana sekarang dia membeberkan semua rahasia dari
majikan patung emas bilamana sampai terdengar atau terlihat oleh
pemuda berbaju biru itu dan dilaporkan kepada majikan patung
emas. Walaupun hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan dia orang
tetapi Wie Ci To beserta seluruh anggota Benteng Pek Kiam Poo
akan menemui bencana yang luar biasa ada kemungkinan majikan
patung emas segera akan turun tangan .... membunuh Wie Ci To
atau menculik Wie Lian In!"
Maka itu setelah berpikir bolak balik akhirnya dia merasa lebih
baik urusan jangan dibicarakan dulu, menanti setelah dia
mendapatkan satu cara untuk menghadapi majikan patung emas
waktu itulah dia baru minta ampun dihadapan Wie Ci To.
Wie Ci To yang melihat setelah dia orang mendengar
perkataannya itu air mukanya segera kelihatan sangat aneh dalam
anggapannya dia mengira perkataannnya sudah terlalu berat,
segera dia tertawa. "Loohu percaya penuh kau pasti bukanlah manusia semacam itu,
perkataan yang aku ucapkan ini hari cumalah omongan sepintas lalu
saja." "Nasehat dari Gak-hu sedikitpun tidak salah, aku orang pasti
akan mengingatkan terus didalam hati."
"Loohu bisa mempunyai seorang menantu seperti kau dalam hati
loohu merasa amat girang sekali " ujar Wie Ci To tersenyum dan
menganggukkan kepalanya. Mendadak terdengar Ti Then menghela napas panjang.
"Seperti Cuo It Sian, orang yang memiliki nama baik didalam Bu-
lim setelah melakukan sedikit kesalahan saja maka namanya akan
jadi rusak. Sebaliknya kita yang sudah turun tangan memberi
hukuman pun menemui banyak kesukaran. coba bayangkan saja
disamping harus menghukum dia kita pun harus memberi
penjelasan kepada orang2 Bu-lim lainnya. Setelah dipikir-pikir aku
rasa membunuh orang2 dari kalangan Hek-to jauh lebih gampang
lagi misalnya saja boanpwee sudah membinasakan Giok Bien
Langcoen Coe Hoay Loo jelas tidak usah diterangkan lagi orang2
lainpun sudah pada tahu kenapa boanpwee membunuhnya".
"Benar. perkataan tersebut sedikitpun tidak salah. Menghadapi
Cuo It Sian, Loohu merasa benar2 merupakan satu pekerjaan yang
paling susah" "Kejadian yang seperti peristiwa Cuo It Sian ini apakah Gak-hu
pernah menemuinya lagi ?" tanya Ti Then kemudian dengan
meminjam kesempatan ini. "Sudah tidak ada!" Sahut Wie Ci To sambil gelengkan kepalanya.
"Selama hidupnya Gak-hu kecuali mengikat permusuhan dengan
si pendekar pedang tangan kiri apakah tidak pernah mengikat
permusuhan dengan jago2 Bu lim lainnya?"
"Tidak ada. buat apa kau menanyakan hal ini?"
"Tidak mempunyai arti yang istimewa, boanpwee cuma
sembarangan bertanya saja!" sahut Ti Then tertawa.
Dengan perlahan Wie Ci To menghela napas panjang.
---ooo0dw0ooo--- Jilid 35 "LOOHU jarang sekali mengikat permusuhan dengan orang lain
dikarenakan urusan pribadi bilamana para jagoan dsri kalangan hek-
to yang pernah loohu kasi hukuman dahulu sekarang menaruh
dendam kepadaku hal itu yaa boleh dikata merupakan satu hal yang
jamak." "Sewaktu boanpwee belum memasuki benteng Pek Kiam Poo,
terhadap diri Gak-hu pun pernah menaruh satu perasaan " " kata Ti
Then. "Eeeei . . . perasaan apa ?" tanya Wie Ci To sembari
memperhatikan wajahnya dalam2.
Setelah mendengar perkataan dari boanpwee, Gak-hu jangan
marah lhoo." ujar Ti Then tertawa.
"Loohu tidak akan marah, kau boleh langsung berkata terus
terang saja." "Boanpwee merasa seluruh perbuatan serta gerak gerik dari Gak-
hu mengandung kemisteriusan hingga membuat orang merasa
susah untuk mengambil dugaan."
"Kau maksudkan dari segi apa?" tanya Wie Ci To tertawa.
"Semisalnya dengan loteng penyimpan kitab itu ...."
"Rahasia yang menyelubungi loteng Penyimpan kitab itu sudah
kau ketahui " Potong Wie Ci To dengan cepat. "Di tempat itu kecuali menyimpan sebuah kenangan lama yang sukar loohu lupakan sama
sekali tidak menyimpan rahasia apapun !"
"Sudah tentu boanpwee mau pecaya terhadap apa yang Gak-hu
katakan. tetapi boanpwee rasa orang luar tidak bakal mau percaya.
mereka tentu akan menganggap Gak-hu menyimpan barang pusaka
yang berharga didalam Loteng penyimpan kitab tersebut."
Wie Ci To yang mendengar perkataan itu lantas tertawa.
"Jago Bu~lim yang mengetahui kalau loohu memiliki sebuah
Loteng Penyimpan kitab yang melarang setiap orang memasuki tempat itu sudah
tidak sedikit jumlahnya, tetapi selama puluhan tahun ini tiada
seorang pun yang berani mengadakan penyelidikan kedalam Loteng
tersebut, kini mereka sudah tidak merasa keheranan lagi terhadap
tempat itu." "Hanya untuk menyimpan sebuah lukisan serta sebuah rahasia
pribadi Gak-hu harus membangun sebuah loteng penyimoan kitab
yang demikian kuatnya boanpwee rasa hal ini rada luar biasa, sama
saja dengan persoalan kecil yang dibesar2kan"
"Kau berkata demikian apa mungkin di hatimupun sudah
menaruh curiga kalau di dalam Loteng penyimpan kitab dari loohu
itu sudah tersimpan semacam barang pusaka yang berharga ?"
Tanya Wie Ci To sambil memandang tajam dirinya kemudian
tertawa. "Boanpwee menduga bilamana Gak-hu benar2 sudah menyimpan
semacam barang di dalam loteng penyimpan kitab itu maka barang
itu pasti bukan barang pusaka yang berharga melainkan sebuah
benda yang sama sekali tidak berharga tetapi mempunyai sangkut
paut yang amat besar sekali dengan keselamatan kita semua, atau
boleh dikata sifat dari barang itu ada kemiripan dengan potongan
pedang pendek dari Cuo It Sian, bukan begitu ?"
Wie Ci To tersenyum tetapi tidak memberikan jawabannya, lewat
beberapa saat kemudian baru menggelengkan kepalanya.
"Tidak benar. dugaanmu sama sekali salah"
Ti Then pun tertawa. dia tidak banyak berbicara lagi.
Setengah bulan kemudian, akhirnya tua muda dua orang tiba
juga didalam Benteng Pek Kiam Poo.
Wie Lian In serta para jagoan pedang yang ada di dalam Benteng
sewaktu mendengar berita ini cepat pada keluar pintu Benteng
untuk melakukan penyambutan kemudian bsrsama sama masuk
kedalam Benteng dan duduk beristirahat di dalam ruangan tamu.
Wie Ci To yang dikarenakan Cuo It Sian sudah melakukan bunuh
diri maka dia tidak mengumumkan akan kejahatan yang sudah
diperbuat olehnya, oleh sebab itulah terhadap pengalamannya
selama ia meninggalkan benteng bersama-sama dengan Ti Then
sepatah katapun tidak dia ungkat, dia cuma menanyakan keadaan
dari Benteng dari diri si pendekar penembus ulu hati Shia Pek Tha,
"Keadaan Benteag aman tenteram tidak terjadi urusan apapun."
Terdengar Shia Pek Tha memberikan laporannya. "Cuma si Cui
lojien dari gunung Cing Shia pernah datang berkunjung mencari
poocu untuk diajak main catur tetapi setelah mengetahui poocu
tidak ada dalam benteng dia lantas pulang,"
"Baiklah, tidak ada urusan lagi. kalian boleh mengundurkan diri"
seru Wie Ci To kemudian sambil mengangguk.
Msnanti setelah Shia Pek Tha serta para jagoan pedang mersh
sudah pada mengundurkan diri dari dalam ruangan, Wie Ci To
bangun berdiri dan kirim satu senyuman kepada diri Wie Lian In.
"In-jie." ujarnya dengan halus.
"Bilamana kau ingin mengetahui bagaimana kesudahan dari
pekerjaan yang dilakukan loohu serta Ti Kiauw tauw, kau boleh
suruh Ti Kiauw tauw menceritakannya loohu sekarang mau
beristirahat dulu," Selesai berkata dia segera berjaian keluar dari ruangan tersebut.
Menanti setelah bayangan punggung dari Wie Ci To lenyap dari
pandangan, dengan tidak sabaran lagi Wie Lian In segera menoleh
dan mendesak Ti Then dengan kata2 yang keras.
"Cepat ceritakan, kalian berhasil atau tidak ?"
"Haaa . , haaa . . jangaa keburu, biarlah aku mengembalikan
buntalan kedalam kamar dan cuci muka dulu nanti aku tentu
menceritakan kisah ini dengan jelas.
"Baiklah kalau begitu cepatlah kau pergi aku tunggu dirimu
didalam kebun." Sekembalinya dalam kamar, Ti Then meletakkan dulu
buntalannya keatas meja setelah itu dia baru perintah si Loo-cia
mengambil air untuk mencuci muka.
Setelah semuanya selesai dengan langkah perlahan dia baru
berjalan menuju kedalam kebun.
Sejak semula Wie Lian In sudah menanti didalam gardu, sewaktu
melihat Ti Then muncul disana dia lantas menepuk2 bangu yang
ada disamping badannya. "Mari, duduk disini!" katanya.
Ti Then tanpa berbicara lagi segera duduk disisi badannya.
Wie Lian In segera menjatuhkan diri kedalam pelukannya,
dengan wajah yang kikuk ujarnya perlahan:
"Aku mau tanya padamu, beberapa hari ini apakah kau
merindukan diriku?".
"Sudah tentu! tiada seharipun aku tidak merindukan akan
dirimu!" sahut Ti Then sembari merangkul pinggangnya yang
ramping itu. "Sungguh ?" "Sungguh !!" "Akupun sangat merindukin dirimu" ujar Wie Lian In lagi dengan
pandangan penuh cinta. "Ada berapa kali aku bermaksud untuk menyusul
dirimu". "Aaaah . . . masih untung kau tidak menyusul diriku".
"Kenapa?" Tanya Wie Lian In keheranan.
"Urusan sudah terjadi diluar dugaan, kami tidak jadi pergi kekota
Tiong Cing Hu. Aku dengan ayahmu berhasil membereskan diri Cuo
It Sian didalam perkampungan Thiat Kiam San cung".
"Aaaah . , . Cuo It Sian juga pergi ke perkampungan Thiat Kiam
San Cung?" tanya Wie Lian In dengan terperanjat.
"Benar, urusan sebenarnya adalah begini"
Diapun segera menceritakan seluruh kejadian itu kepada diri Wie
Lian In. "Demikianlah. . . . akhirnya dia terdesak dan bunuh diri
dihadapan kita !" Terdengar Ti Then mengakhiri ceritanya.
Wie Lian In setelah selesai mendengar cerita itu segera
menghembuskan napas panjang2.
"Sungguh tidak disangka bajingan tua itu bisa dilenyapknn
dengan demikian mudahnya, bagaimana dia mau melakukan bunuh
diri ?" tanyanya. "Didalam keadaan seperti itu dia tahu untuk meloloskan diri
bukanlah satu pekerjaan yang gampang, apalagi ayahmu pun sudah
memberi ancaman bilamana dia tidak mau melakukan bunuh diri
untuk menebus dosanya maka seluruh kejahatan yang diperbuat
akan diumumkan didalam Bu-lim maka itu terpaksa dia harus
memilih jalan bunuh diri ini."
Dengan pandangan penuh rasa kuatir Wie Lian In segera
dongakkan kepalanya memandang sepasang mata Ti Then,
"Kau bilang matamu kena disambit kapur oleh si iblis bungkuk
Leng Hu Ih, sekarang spa sudah sembuh ?" tanyanya.
"Sama sekali sudah sembuh."
"Luka yang dilengan ?"
"Juga telah sembuh."
"Setelah kau serta Tia menghantarkan dua bersaudara dari
keluarga Nyio menemukan tempat dikuburnya jenszah Cau Ci Beng
lalu segera berangkat pulang?"
Dari dalam sakunya dia lantas mengambil keluar sebuah kotak
dan diangsurkan kepada Wie Lian In.
"Ini terimalah barang hadiah untukmu dari! Nyio Loo cung-cu
coba bukalah untuk dilihat-lihat.
"Barang hadiah ?" Tanya Wie Lisn In melengak.
"Benar. sewaktw dia mendengar ayahmu bilang kau hendak
kawin dengan aku. maka hadiah ini lantas dititipkan kepadaku untuk
disampaikan kepadamu," ujar Ti Then sambil tertawa.
Air muka Wie Lian In seketika itu juga berobah merah.
"Ayahku bilang spa ?" tanyanya dengan malu.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia bilang setelah kembali kedalam Benteng maka dia orang tua
segera akan mempersiapkan perkawinan kita."
Wie Lian In segera membuka kotak itu sewaktu dilihatnya isi dari
kotak itu bukan lain adalah sebuah berlian biru tidak kuasa lagi
matanya terbelalak lebar,
"Oooh, , Thian!" teriaknya kaget. "Berlian biru ini sangat
berharga sekali." "Menurut taksiran ayahmu ada kemungkinan berlian itu bernilai
sapuluh- laksa tahil perak"
"Barang yang demikian berharganya bagaimana kau berani
menerimanya ?" tanya Wie Lian In dengan terkejut bercampur
girang. "Nyio Loo cung-cu jadi orang sangat lapang dada dia paksa aku
untuk menerimanya bahkan dia bilang bilamana aku tidak mau
terima maka dia sengaja akan kirim orang untuk menghantarkan
barang itu kemari" Wie Lian In segera mengambil keluar berlian biru itu dan
ditelitinya beberapa saat setelah itu sambil tertawa katanya:
"Mungkin untuk membalas budi kalian yang sudah membantu dia
membasmi si iblis bungkuk Leng Hu Ih dan anak buahnya maka
sengaja dia hadiahkan barang2 yang berharga, waah . . . aku yang
tidak ikut2 malah kecipratan rejeki . ."
"Dia masih hadiahkan barang ini untukku" ujar Ti Then kembali
sambil mengeluarkan baju tameng landak psmberian Nyio Sam Pak
itu. "Tahukah kau barang apakah ini ?"".
Wie Lian In lantas terima pakaian luar tameng landak itu dan
diperhatikan beberapa saat lamanya.
"Ooooh sebuah pakaian dalam, agaknya terbuat dari kulit
semacam binatang!" katanya.
"Eeehni . . baju ini kalau dipakai dibadan bisa tahan tusukan
senjata tajam bahkan dapat msmunahkan pula tenaga lweekang
dari jagoan macam apapun".
"Apakah baju luar tameng landak ?" tanya Wie Lian In dengan
bersemangat. "Tidak salah, ternyata kau mengerti juga akan barang berharga"
sahut Ti Then sembari mengangguk.
Wie Lian In menarik napas panjang.
"Barang semacam ini bukankah merupakan satu barang pusaka
yang di-idam2kan oleh setiap jago Bu-lim?" Serunya dengan hati
sangat gembira. "Sebetulnya aku tidak berani menerima pemberian hadiah yang
sangat berharga ini, tetapi Nyio Loo Cung-cu terus menerus
mendesak bahkan dia bilang jikalau aku tidak mau menerima maka
dia mau berlutut dihadapanku, aku tidak punya akal lagi terpaksa
barang ini aku terima."
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas setelah itu sambil
tertawa tambahnya : "Padahal aku tidak membutuhkan barang semacam ini, aku
sudah mengambil keputusan untuk hadiahkan barang ini kepada
orang lain!". Mendengar keputusan dari Ti Then ini tidak terasa lagi Wie Lian
In jadi merasa tegang. "Tidak boleh . . . tidak boleb, tidak bisa jadi!" Serunya dengan
gugup. "Barang pusaka yang di-idam2kan oleh setiap jagoan Bu-lim
bagaimana boleh kau hadiahkan kepada orang lain, kau jangan
berbuat ke-tolol2an!"
"Aku mau hadiahkan barang ini buat calon istriku yang tercinta
apa juga tidak boleh ?" Tanya Ti Then sambil memandang diri Wie
Lian In dengan mesra. Wie Lian In agak tertegun dibuatnya, tetapi sebentar kemudian
dia sudah tertawa cekikikan.
"Hmmm sungguh pintar mulutmu, aku tidak mau!" Teriaknya.
"Kenapa kau tidak mau " Tanya Ti Then melengak. "Barang
semacam ini sangat berguna sekali buat dirimu, lain kali bilamana
kau keluar Benteng harus memakainya dibadanmu. jikalau misalnya
sampai bertemu dengan jagoan yang memiliki kepandaian silat amat
tinggi jadi tidak sampai menderita luka.
oooOOOooo 59 Dengan perlahan Wie Lian In segera mencubit pahanya, lalu
dengan wajah penuh perasaan cinta kasih ujarnya dengan suara
perlahan: "Oooh.., engkohku yang bodoh, beberapa hari kemudian
barangmu sama juga dengan barangku, barangku sama juga seperti
barangmu, buat spa kau hadiahkan barang itu kepadaku ?"
Ti Then yang merasa perkataannya sedikit pun tidak salah,segera
angkat bahunya dan tertawa.
"Kalau begitu lain kali bilamana kau mau keluar pintu maka harus
mengabulkan permintaanku untuk memakainya dibadan."
Wie Lian In segera menganggukkan kepalanya lalu menempelkan
pipinya keatas dadanya, dia benar2 sudah dimabuk oleh cinta.
Dari dalam sakunya kembali Ti Then mengambil keluar sebuah
kotak. "Ehmm yang sekarang ini adalah hadiahku yang aku beli sewaktu
ada di kota Tiang An, entah sukakah kau dengan barang2 ini?"
tanyanya. "Asalkan kau yang membeli aku tentu suka!"
Sembari berkata dia membuka kotak itu untuk dilihat isinya,
terlihatlah tusuk konde, anting2, gelang dan macam2 perhiasan
yang memancarkan cahaya terang muncul dihadapan matanya,
tidak kuasa lagi dalam hati dia merasa amat girang,
"Bukankah kau pernah bilang hendak membelikan hadiah buatku
yang nilainya tidak melebihi satu tahil perak?" Godanya sambil
tertawa, "Aku rasa barang2 perhiasan ini tidak sampai satu tahil
perak bukan ?" "Barang2 itu aku beli dengan menggunakan uangku sendiri maka
harganya tidak ada batas-batasnya."
"Aku pun sudah belikan beberapa pakaian buat-mu, sekarang
barang-barang itu sudah ada didalam kamarku biar nanti aku
ambilkan buat kau lihat..."
Mereka berdua duduk ber-mesra2an hingga jauh malam
menjelang datang, waktu itulah sambil bergandengan tangan
mereka baru berjalan keluar dari dalam kebun menuju kekamar
baca untuk menjenguk Wie Ci To sebentar, kemudian ber~sama2
pergi bersantap malam. Sehabis bersantap Ti Then kambali ke kamarnya untuk
membersihkan badan, berganti pakaian lalu jalan2 keluar untuk
melakukan perondaan disekeliling Benteng. Sehabis berkata
sebentar dengan para jagoan pedang dia baru kembali kedalam
kamarnya untuk beristirahat.
Dia tahu tanpa diundang majikan patung emas pasti akan
munculkan dirinya ditengah malam, karenanya tanpa mengirim
tanda lagi dia lantas naik keatas pembaringan untuk tidur.
Ternyata sedikitpun tidak salah, seperti juga beberapa kali yang
lain pada kentongan ketiga tanpa diundang majikan patung emas
sudah munculkan dirinya diatas atap rumah, setelah membuka atap
dengan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia mulai menurunkan
patung emasnya. Kali ini Ti Then merasakan kedatangannya jauh lebih jelas, sesaat
sebelum patung emas itu berada ditepi pembaringannya dia sudah
terjaga dari pulasnya, dia segera bangun dari tidurnya lalu menarik
tali hitam yang mengikat patung emas tersebut.
"Hey agaknya kali ini kau merasa begitu ter-buru2, kenapa selalu
saja kau tidak memberikan waktu buatku untuk beristirahat dengan
nyenyak?" Teriaknya dengan menggunakan ilmu menyampaikan
suara. Nada ucapan dari majikan patung emas masih tetap dingin, kaku
dan sangat tawar sekali. "Apakah setiap kali kau meninggalkan benteng Pek Kiam Poo
tidak pernah tidur dengan nyenyak?" Serunya dengan menggunakan
ilmu untuk menyampaikan suara pula.
"Perjalanan jauh melelahkan badan, setelah kembali kedalam
Benteng sudah tentu harus tidur dulu semalam dengan
nyenyaknya!". "Kau tidak usah banyak bicara lagi, ayoh cepat melaporkan
seluruh pengalamanmu dengan jelas!" Perintah majikan patung
emas dengan angkernya. "Orang yang kau kirim untuk mengawasi diriku apa masih belum
kembali?" tanya Ti Then sambil tertawa.
"Bagaimana kau tahu kalau aku kirim orang lagi untuk
mengawasi seluruh gerak-gerikmu?"
"Hal ini sudah ada didalam dugaanku! " Jawab Ti Then tertawa
geli. "Kali ini dugaanmu sama sekali meleset aku tidak kirim orang
untuk membuntuti dirimu".
"Kenapa ?" Majikan Patung emas segera tertawa dingin.
"Karena aku tahu kau merasa sayang terhadap nyawa Wie Ci To
ayah beranak, untuk melindungi mereka dari bencana yang tidak
diinginkan sudah tentu kau tidak akan bermaksud untuk merusak
rencanaku dari tengah jalan " katanya.
"Akhir dari Cuo It Sian adalah sebuah cermin buatmu, orang yang
bermaksud jahat tentu akan memperoleb akhir yang tidak
menyenangkan !" "Hmm! kau bangsat cilik berani memberi nasehat kepadaku ?" "
Teriak majikan Patung emas dengan gusar. "Cuo It Sian tetap Cuo It
Sian sedang aku tetap aku?"
"Jadi maksudmu kepandaian silat yang kau miliki jauh lebih lihay
dari kepandaian Cuo It Sian sehingga tidak ada orang yang bisa
menguasahi dirimu lagi ?"
"Sedikitpun tidak salah!" jawab majikan patung emas tidak ragu2
lagi. "Heee . . . heee kalau begitu anggapan kau itu adalah salah
besar! walaupun kepandaian silatmu tiada orang yang dapat
melawan tetapi Thian bisa menghukum dirimu, bilamana kau
berbuat jahat maka karmanya akan selalu mengikuti dirimu."
"Sudah cukup belum perkataanmu ?" potong majikan patung
emas dengan gusarnya. Dalam hati Ti Then tahu hawa amarahnya sebentar lagi akan
berkobar karenanya nada ucapannya semakin dipertajam.
"Belum selesai" jawabnya sambil tertawa "Sekarang aku mau
mulai dengan laporanku ?""
Demikianiah dia segera menyerukan seluruh kejadian yang
dialaminya sewaktu ada didalam perkampungan Thiat Kiam San
Cung. Dengan tenangnya majikan patung emas mendengarkan kisah itu
hingga habis setelah itu barulah ujarnya:
"Jadi dengan demikian peristiwa yang menyangkut diri Cuo it
Sian dapat dikatakan sudah beres?"
"Benar!!" sahut Ti Then mengangguk "Tetapi sesaat sebelum dia melakukan bunuh diri pernah mengancam katanya dia sudah
mengatur satu pasukan aneh yang di dalam setengah tahun
mendatang bakal mendatangkan bencana bagi Benteng Pek Kiam
Poo, perkataan ini bilamana sungguh2 maka lain kali kita masih ada
urusan lagi!" "Hmm! orangnya sudah mati masih bisa memperlihatkan
permainan setan apa lagi?" Seru majikan patung emas sambil
mendengus dingin. "Aku pun berpikir demikian , , , "
"Sekarang kita bicarakan soal perkawinanmu dengan Wie Lian In,
apakah Wie Ci To pernah menyinggung kembali persoalan ini?" ujar
majikan patung emas kemudian mengalihkan bahan
pembicaraannya. "Pernah! dia bilang setelah kembaii ke dalam Benteng maka dia
akan mulai mengadakan persiapan. aku rasa kejadian itu pasti bakal
berlangsung didalam satu, dua bulan mendatang.
"Kalau memangnya sudah mulai mengadakan persiapan lalu buat
apa harus menunggu satu dua bulan lagi ?".
"Sudah tentu harus memilih satu hari yang bagus agar semua
tetamu ditempat kejauhan bisa ada kesempatan untuk mendatangi
Benteng Pek Kiam Poo, kau bilang benar tidak" " Seru Ti Then
tertawa. "Ehmmm .... tidak salah"Wie Ci To mempunyai sahabat serta
kenalan ysng amat banyak dan tersebar diseluruh Bu-lim, tetamu
yang diundang tentu sangat banyak sekali".
"Tujuanmu sudah hampir tercapai pada apa yang kau inginkan,
maka itu sekarang aku mau menjelaskan telebih dahulu akan
aesuatu hal kepadamu. Sewaktu aku sudah jadi suami istri dengan
Wie Lian In maka tidak perduli kau mau mencuri atau berbuat
apapun pokoknya tidak boleh melukai keselamatan barang
seorangpun dari anggota Benteng Pek Kiam Poo, kalau tidak sekali
pun harus mati aku juga tidak akan melakukan perintahmu !"
"Boleh". Ti Then lalu termenung sebentar, mendadak sambil tertawa
ujarnya lagi : "Kau pernah bilang perintahmu yang kedua baru akan kau
sampaikan setelah aku kawin dengan Wie Lian In tetapi setelah aku
kawin dengan Wie Lian In maka aku akan tidur satu pembaringan
dengan dirinya. Saat itu bagaimana kau bisa memberikan
perintahmu yang kedua " Apakah kau hendak menggunakan cara
yang sama seperti sekarang, menurunkan patung emas dari atas
atap untuk bercakap-cakap dengan aku ?".
"Soal ini sampai waktunya sudah tentu ada caranya sendiri".
"Baiklah, jikalau kau tidak ada perkataan yang lain sekarang
silahkan untuk mengundurkan diri".
"Aku masih ada beberapa patah kata lagi yang hendak aku
sampaikan kepadamu. Aku tahu selama ini kau menerima
perintahku untuk kawin dengan Wie Lian In dengan rasa tidak puas,
kemungkinan sekali kau bisa melaporkan urusan ini kepada diri Wie
Ci To. Hmm! bilamana kau berani berbuat demikian maka kau akan
menyesal karena kesemuanya ini tidak bakal biss lolos dari
pengawasanku begitu aku menemukan kau bermaksud untuk
membocorkan hal ini kepadanya maka aku segera akan turun
tangan membunuh mereka ayah beranak terlebih dulu, setelah itu
baru membasmi seluruh jagoan pedang yang ada di dalam
Benteng," Mendengar ancaman itu Ti Then segera merasakan hatinya
bergidik. "Bilamana kau ada nyali untuk membinasakan diri Wie Ci To
kenapa tidak kau lakukan sejak semula?" Tantang Ti Then dengan
kesal. "Kenapa kau kirim aku kemari untuk melakukan segala
macam siasat dengan ber-sembunyi2 ?".
"Setiap manusia mempunyai rasa cinta kasih yang tersembunyi,
jika tidak sampai pada keadaan yang benar2 terpaksa aku tidak
ingin membuka pantangam membunuh!" jawab majikan patung
emas dengan dingin. Selesai berkata dia segera menarik kembali patung emasnya.
Dua hari kemudian mendadak Wie Ci To memerintahkan seluruh
jagoan pedang merah yang ada didalam Benteng untuk ber-sama2 bersantap
siang.

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua orang yang mendengar pemberitahuan itu segera
mengetahui kalau di dalam perjamuan nanti tentu Poocu mereka
akan menyampaikan sesuatu hal. Maka tanpa membuang tempo lagi
mereka segers berkumpul didalam ruangan makan.
Ternyata sedikitpun tidak salah, setelah bsrsantap Wie Ci To
lantas mengumumkan kalau putrinya akan dijodohkan dengan Ti
Then. Seluruh jago pedang merah segera menyambut pengumuman itu
dengan hati girang, ditengah suara sorakan yang gegap gempita
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 32 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 4
^