Pencarian

Pendekar Patung Emas 21

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 21


membalas dendam orang tuanya sehingga tanpa pamit lagi dia
sudah meninggalkan Benteng, soal ini memang patut dikasihani"
"Benar. . ." Dengan perlahan sinar mata dari Nyio Sam Pak dialihkan keatas
wajah Ti Then ia tertawa.
"Ti Kiauw-tauw, bisa diterima sebagai Kiauwvtauw dari Benteng
Pek Kiam Po tentunya kepandaian silat yang dimilikinya amat tinggi
sekali, entah dapatkah Lolap ikut mengetahui siapakah nama dari
gurumu" "Tidak berani!" Sahut Ti Then sambil bungkukan badannya
memberi hormat. "Suhuku adalah Bu Beng Lo-jin, dia orang tua
sudah lama sekali mengundurkan diri dari-keramaian dunia."-
"Bu Beng Lojin?" tanya Njio Sam Pak dengan air muka keheran-
heranan. "Lolap sudah berkelana didalam Bu-lim selama lima, enam
puluh tahunan lamanya tetapi belum pernah mendengar kalau
didalam Bu-lim ada seorang jagoan berkepandaian tinggi yang
demikian hebatnya. ..."
"Perkataan yang diucapkan Ti Kiauw-tauw adalah perkataan yang
sungguh-sungguh!" Sambung Wi Ci To dengan cepat.-"Dia cuma
mendapatkan pelajaran ilmu silat saja dari Bu Beng Lojin itu
sedangkan mengenai hubungan antara guru dan murid agaknya
tidak terlalu penting.."
"Kenapa ?" tanya Nyio Sam Pak melengak.
"Kemungkinan sekali dimasa yang lalu Bu Beng Lojin pernah
menemui satu peristiwa yang menyedihkan hatinya sehingga dia
sudah mengasingkan diri tidak munculkan diri kembali kedalam Bu-
lim, waktu dia menerima Ti Kiauw-tauw-sebagai muridnya dia
pernah mengatakan sebab-sebabnya menerima murid, dia bilang
tidak tega melihat ilmu silatnya ikut terkubur kedalam liang kuburan
karena itu setelah Ti Kiauw-tauw berhasil didalam ilmu silatnya dia
lantas pergi meninggalkan dirinya. -sampai sekarang Ti Kiauw-tauw
sendiripun tidak tahu-dia telah berdiam dimana."
Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak menghela napas
panjang. "Kelihatannya didalam dunia ini masih terdapat banyak
jagoan berkepandaian tinggi yang tidak diketahui oleh orang Bu-lim,
walaupun lolap belum pernah melihat kepandaian dari Ti Kiauw-
tauw tapi cukup ditinjau dari penghargaan yang diberikan Wi Pocu
kepadanya sehingga sukar dicarikan tandingannya pada saat in
Ini" "Nyio locianpwe terlalu memuji," ujar Ti Then merendah, "Sedikit
kepandaian dari boanpwe tidaklah seberapa, sebenarnya masih
belum bisa dikatakan hebat"
"Kalau Ti Kiauw tauw bicara demikiao Wi Pocu kalian setelah
mendengar perkataan ini hatinya tentu akan sedih" ujar Nyio Sem
Pak sambil tertawa terbahak-bahak.
"Apa maksud dari perkataan Nyio Locianpwe ini?" tanya Ti Then
melengak. "Pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po semuanya
adalah jagoan pedang yang sudah mempunyai nama besar di dalam
Bu-lim, bilamana sekarang Ti Kiauw tauw bilang kepandaianmu
tidak dapat melebihi orang lain maka bukankah para pendekar
pedang merah itu termasuk golongan rendahan"
Wi Ci To yang ada disamping tertawa terbahak-bahak.
"Padahal keadaan yang sesungguhny memang demikian"
sambungnya dengan cepat, "Anak buah dari aku orang she Wi jikalau dibandingkan dengan
Ti Kiauw tauw memang boleh dikata golongan rendah saja"
Sekali lagi Nyio Sam Pak tertawa tergelak.
"Sebaliknya anak murid golongan rendahan dari Wi Pocu itu
semuanya dapat menjabat sebagai Kiauwtauw dari perkampungan
Thiat Kiam san Cung kami"
"Nyio heng kita adalah kawan lama, buat apa kalau bicara begitu
merendahnya?" ujar Wi Ci To sambil tertawa.
Mendadak air muka Nyio Sam Pak berubah jadi amat sedih sekali,
lalu dengan perlahan-lahan dia menghela napas panjang.
"Suagguh kami orang dari perkampungan Thiat Kiam San cung
sudah tidak dapat mengembalikan kejayaan seperti dahulu lagi"
ujarnya dengan sedih. "Semakin lama kita semakin merosot; coba
bayangkan pada masa yang lalu ada siapa yang berani datang ke
perkampungan Thiat Kiam san cung kami untuk mencari gara-gara"
sedan kini...." Berbicara sampai disini dengan sedihnya dia menundukkan
kepalanya lalu menghela napas panjang,
"Kenapa ?" tanya Wi Ci To kaget,
Nyio Sam Pak segera tertawa pahit.
"Hei . . . lebih baik tidak usah kita ungkap lagi" serunya.
Wi Ci To yang melihat dia tidak mau menjelaskan lebih lanjut,
dengan cepat dia mengalihkan bahan pembicaraannya.
"Putra pertama serta putra kedua dari Nyio heng apa tidak ada
didalam perkampungan?"
"Mereka ada urusan sudah meninggalkan perkampungan"
"Agaknya mereka berdua sudah memperoleh seluruh kepandaian
dari Nyio-heng, bahkan .."
Dia angkat kepalanya memandang kearah Huan Ceng Hong serta
Cia Pu Leng yang ada dibelakang badan Nyio Sam Pak itu lalu sambungnya lagi.
"Beberapa orang anak murid dari Nyio-heng ini pun sudah
mencapai kesempurnan, menurut perkataan seharusnya hal ini tidak
membuat Nyio-heng merasa kecewa."
"Mereka suheng-te memangnya tidak membuat lolap merasa
kecewa," sahut Nyio Sam Pak perlahan. "Persoalannya sekarang
kepandaian yang lolap berikan kepada mereka sudah tidak cukup
bagi mereka untuk menghadapai segalanya."
"Anak murid dari aku orang she Wi sekalipun pendekar pedang
merah yang paling tinggi pun sewaktu berkelana didalam dunia
kangouw belum tentu bisa menangkan seluruh pertempuran yang
dihadapinya, merekapun sama saja pernah memperoleh kekalahan,
tetapi lohu pernah beritahu kepada mereka, sebagai seoraog jagoan
pedang yang penting adalah semangat berlatih silat yang tidak ada
kunjung padamnya, belum tentu setiap menghadapi pertempuran
harus memperoleh kemenangan"
"Perkataan dari Wi Pocu sedikitpun tidak salah" ujar Nyio Sam
Pak tertawa, "Mereka suheng-te pun bisa memegang erat-erat
perkataaan tersebut"
"Kalau memangnya bisa demikian maka yang lainnya tidak perlu
dipikirkan lagi" "Tetapi bilamana setiap kali menghadapi pertempuran sengit dan
seringkali menderita kekalahan begini pun bukanlah suatu cara yang
baik" "Perkataan dari Nyio-heng ini apakah mempunyai bukti?"
Nyio Sam Pak termenung berpikir sebentar, akhirnya dia tertawa
pahit. "Lebih baik tidak usah dikatakan saja, bilamana diceritakan malah
mendatangkan rsa malu saja"
"Bilamana Nyio-heng ada urusan yang sukar dibereskan lebih
baik kau ucapkanlah terus terang, aku orang she Wi dengan senang
hati akan turun tangan memberi bantuan"
Nyio Sam Pak Cuma gelengkan kepalanya tidak berbicara.
"Nyio-heng," ujar Wi Ci To kemudian berganti bahan
pembicaraan. "Pada masa
Mendekat ini apakah kau pernah bertemu dengan si pembesar
kota uo It Sian?" Ketika Nyio Sam Pak mendengar disebutnya si pembesar kota
Cuo It Sian mendadak semangatnya berkobar kembali.
"Tidak" jawabnya sambil gelengkan kepalanya, "Sudah lama
sekali aku tidak bertemu dengan dirinya, apakah Wi Pocu pernah
melihat dirinya?" "Tidak lama yang lalu aku pernah bertemu satu kali dengan
dirinya, aku orang she Wi dengar katanya Nyio-heng dengan dirinya
adalah kawan lama?" "Benar," sahut Nyio Sam Pak mengangguk, "jadi orang tidak jelek
juga, bukan saja Bun mau pun Bu lihay bahkan berhati pendekar
dan suka menolong orang yang lemah, dia memang seorang
manusia yang patut diajak berkawan."
"Benar...benar.." sahut Wi Ci To tersenyum.
"Kepergian putra pertama serta putera kedua dari lolap kali ini
pun ada kemungkinan sekalian mereka pergi juga menyambangi
dirinya." Mendengar perkataan itu dalam hati Ti Then merasa sangat
terperanjat sekali. "Aaah..kedua orang putera dari locianpwe pergi menyambangi
dirinya?" serunya tak terasa,
Dia teringat kembali akan peristiwa terbunuhnya si elang sakti
Cau Ci Beng oleh Cuo It Sian, urusan ini Nyio Sam Pak sampai
sekarang pun masih belum tahu.
Bilamana sekarang kedua orang putra dari Nyio Sam Pak menuju
ke rumahnya Cuo It Sian bukankah hal ini akan memancing rasa
curiga dari Cuo It Sian " ada kemungkinannya sekali malah
menimbulkan napsu membunuh dari dirinya sehingga hal ini
membuat hatinya jadi amat cemas sekali.
Nyio Sam Pak yang melihat secara tiba-tiba dia orang
menimbrung bahkan air mukanya membawa rasa tegang tidak
terasa lagi jadi sedikit melengak.
"Ada yang tidak beres?" tanyanya cepat.
"Tidak mengapa ....tidak mengapa,"
Dengan perlahan Nyio Sam Pak menoleh ke arah diri Wi Ci To
lalu dengan wajah yang ragu-ragu tanyanya;
"Apakah diantara Wi Pocu dengan Cuo It Sian ada ganjalan hati?"
Wi Ci To sendiripun tahu Ti Then sedang merasa kuatir atas
keselamatan dari kedua orang putra Nyio Sam Pak itu, tetapi pada
saat ini dia merasa tidak leluasa untuk menceritakannya kareoa itu
dia segera gelengkaa kepalanya.
"Tidak ada, walaupun aku orang she-Wi sudah berkenalan amat
lama sekali dengan dirinya tetapi belum pernah terjadi sedikit
bentrokan pun" Baru saja dia selesai berkata mendadak tampaklah seorang
pemuda berlari masuk ke dalam ruangan lalu dengan sikap yang
gugup dia berkata kepada Nyio Sam Pak-
"Cung cu, mereka datang merampok kayu lagi"
Air muka Nyio Sam pak segera berubah sangat hebat, mendadak
dia membanting hancur cawan yang ada di tangannya dan meloncat
bangun. "Hmmm..sungguh keterlaluan sekali!"
"Sudah terjadi urusan apa?" tanya Wi Ci To melengak.
Dengan amat gusarnya Nyio sam Pak berjalan mondar mandir di
tengah ruangan, kemudian dia baru tertawa dingin.
"Hmmmm..itu iblis bongkok Ling Hu-Ih berani mencari gara-gara
dengan lolap" Mendengar disebutnya si iblis bongkok Ling Hu Ih oleh Nyio Sam
Pak ini baik Wi Ci To mau pun Ti Then bersama-sama jadi sangat terkejut
karena si iblis bongkok Ling Hu Ih ini adalah seorang manusia yang
paling lihay dari kalangan Hek-to, kepandaian mau pun nama
besarnya tidak ada di bawah dari si anjing langit rase bumi, bahkan
mempunyai julukan sebagai raja dari antara iblis.
Selama ini jejaknya tidak menentu karena itu sekalipun Wi Ci To
sudah amat lama mendengar nama besarnya tetapi belum pernah
bertemu muka, tetapi dia tahu si iblis bongkok Leng Hu Ih ini adalah
seorang manusia yang sukar untuk diganggu.
"Si iblis bongkok Leng Hu Ih sudah sampai di gunung Lak Ban
San?" Tanya Wi Ci To dengan terperanjat.
"Benar, sudah ada beberapa bulan lamanya" sahut Nyio Sam Pak
dengan air muka terharu. "Apa tujuannya datang ke gunung Lak Ban san ini?"
"Mendirikan markas besar"
"Aaaah..ternyata ada urusan begini" Dia ingin menduduki gunung
ini sebagai raja?" "Tidak salah, selama ini iblis tersebut selalu berkelana seorang
diri, tidak disangka secara tiba-tiba saja pada tiga bulan yang lalu
dia memimpin segerombolan manusia datang ke gunung Lak Ban
san dan berdiam kurang lebih tiga li dari perkampungan kami,
katanya mereka mau mendirikan markas besar disana"
"Bukankah hal ini berarti pula sedang menantang perang
terhadap Nyio-heng?" tanya Wi Ci To dengan air muka serius.
"Benar!" sahut Nyio Sam Pak tertawa dingin, "Karena lolap sudah
mengumumkan kalau aku telah mengundurkan diri dari kalangan
dunia persilatan, maka lolap tidak ingin bergebrak lagi dengan orang
lain, karena itu sudah memerintahkan putraku yang pernah
mencegah, akhirnya setelah bergebrak, karena mereka berjumlah
amat banyak putraku sekalian tidak kuat menahan serangan mereka
dan setiap kali menderita kekalahan, pada waktu mendekat ini sikap
mereka semakin ganas lagi, ternyata pepohonan dan kayu-kayu
yang ada di sekitar tempat ini sudah diambili, bukankah hal ini
terang-terang sedang menantang aku?"
"Apakah dahulu Nyio heng pernah ada ganjalan hati dengan Ling
Hu Ih ?" "Dengan dia orang sendiri tidak ada, tetapi dengan adik
misannya Si "Ping sin siucay" atau-siucay penyakitan Ciu Kia Leng psrnah terjadi sedikit peristiwa pada tujuh delapan tahun yang lalu
dia sudah lolap hukum, kemungkinan sekali dengan berdasarkan
urusan inilah dia sengaja naik keatas gunung Lak Ban San untuk
mencari gara-gara" "Tadi Nyio heng tidak mau menceritakan urusan tersebut apakah
yang dimaksud dengan peristiwa dari Leng Hu Ih ini?"
"Benar!" Sahut Nyio Sam Pak sambil menghela napas panjang.
"Omong terus terang saja dikarenakan lolap tidak mempunyai
pegangan yang kuat untuk memperoleh kemenangan maka selama
ini lohu terus menerus bersabar diri dan menghindarkan diri dan
setiap bentrokan langsung dengan mareka, tetapi ternyata mereka
mendesak terus menerus, bukankah hal ini semakin tidak
memandang sebelah mata pun kepada lolap?"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi:
"Orang yang dibawa olehnya kali ini ada dua ratus orang lebih,
diantaranya ada beberapa orang yang merupakan jagoan
berkepandaian tinggi dari kalangan Hek-to, lolap yang merasa tidak
dapat menangkan mereka maka pada beberapa hari yang lalu sudah
memerintahkan kedua orang putraku untuk turun gunung mencari
bala bantuan. Cuo It Sian pun termasuk salah seorang yang lolap
mintai bantuannya." Wi Ci To yang mendengar Cuo It Sian pun termasuk orang yang
diundang untuk membantu pertempuran ini tidak kuasa lagi dia
sudah melirik sekejap kearah Ti Then kemudian tanyanya:
"Bala bantuan yang diundang Nyio heng entah kapan baru bisa
tiba disini?" "Paling cepat mungkin dua puluh hari kemudian baru bisa tiba"
"Ada satu persoalan yang aku orang she-Wi mengharapkan Nyio-
heng suka menjawabnya secara terus terang . . ."
"Urusan apa?" tanya Nyio Sam Pak sambil pandang tajam
wajahnya. "Nyio-heng, maukah kau orang memandang aku orang she-Wi


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagai teman?" "Apa maksud perkataan dari Wi Pocu ini?"
"Bilamana Nyio-heng suka memandang aku orang she-Wi sebagai
teman maka sekarang juga kita pergi temui si iblis bongkok Leng Hu
Ih itu" "Bisa memperoleh bantuan dari Wi Pocu sudah tentu sangat
bagus sekali, Cuma saja Wi Pocu baru saja tiba dari tempat
kejauhan, bagaimana boleh . . . ".
"Kau tidak usah sungkan-sungkan lagi !" ujar Wi Ci-To sambil
bangkit berdiri, nenanti setelah membereskan Leng Hu Ih, Nyio-
heng baru baik-baik menjamu kita dengan beberapa cawan arak
saja" "Kalau begitu Lolap segera akan memrntahkan anak muridku
untuk bikin persiapan" ujar Nyio Sam Pak dengan amat girang.
"Kemudian kita bersama-sama berangkat, pergi mencari diri Leng
Hu Ih untuk bertempur mati-matian"
"Tidak . ..tidak perlu" cegah Wi Ci To dengan cepat, "Lebih baik Nyio-heng perintahkan anak muridmu untuk baik-- m-enjaga
perkampungan saja, cukup kita- tiga orang sudah dapat
membereskan mereka" "Tetapi mereka berjumlah amat banyak" Seru Nyio Sam Pak
melengak- Wi Ci To lantas tersenyum tawar, "Untuk menawan penjahat
harus menangkap rajanya terlebih dulu, asalkan kita berhasil
membunuh Leng Hu Ih maka sisanya tidak perlu ditakuti lagi."
"Tetapi mereka masih mempunyai beberapa orang pembantu
yang amat lihay sekali seperti "Ci Hun Suseng" atau si-sastrawan banci Ong Cuo Ting"
Pan Bian si Sah" atau si muka aneh Ling Ang Lian" Boe-Cing atau Si kakek tak berbudi Ko Cing Im serta It Kiam Pun Ci" atau bertemu
tidak mujur Cang Hiong, bilamana Leng Hu Ih tidak mau bertempur
satu lawan satu melainkan memerintahkan mereka-untuk turun
tangan mengerubuti.."
"Soai ini pun tidak usah dikuatirkan !" potong Wi Ci To dengan
cepat. Nyio Sam Pak melihat dia orang mempunyai kepercayaan yang
begitu teguh tidak-banyak berbicara lagi kepada putranya yang
ketiga Nyio Si Ih lantas perintahnya: "Si Ih, kau pergi ambil pedang baja dari Lolap!"
Nyio Si Ih dengan hormatnya menyahut kemudian dengan
tergesa-gesa lari masuk ke dalam ruangan.
Tidak lama kemudian pedang bajanya sudah tiba.
Nyio Sam Pak segera menerima pedang itu dan dicabutnya
keluar, seperti baru saja bertemu dengan kawan lama ujarnya
kemudian sambil menghela napas panjang.
"Pedang baja ini sudah lolap simpan lama sekali, tidak kusangka
ini hari harus digunakan kembali !"
Pedang baja ini besar kecilnya persis dengan pedang pusaka
biasa, cuma saja dari badannya mengeluarkan sinar yang amat
tawar sekali, kelihatannya sangat aneh. Wi Ci To tersenyum,
"Pedang baja dari Nyio-heng ini pada masa yang lalu pernah
mengetarkan seluruh" dunia kangouw dan ditakuti oleh kaum
penjahat, kali ini bisa muncul kembali dari sarungnya membuat
Nyio-heng kelihatan makin gagah lagi" pujinya.
Nyio Sam Pak cuma tertawa tawar lalu memasukkan kembali
pedang bajanya ke dalam sarung, kepada putranya yang ketiga Nyio
Si Ih dia segera berpesan,
"Si Ih, kau baik-baiklah menjaga perkampungan, lolap bersama-
sama dengan Wi Pocu akan menemui Leng Hu Ih tersebut."
Berbicara sampai disini dia segera menoleh kearah Wi Ci To serta
Ti Then. "Mari kita berangkat !" ujarnya sambil tertawa.
Dengan demikian mereka bertiga segera berjalan meninggalkan
perkampungan Thiat kiam San Cung.
Nyio Sam Pak memimpin berjalan di depan, dengan melalui
sebuah jalan usus kambing yang kecil disamping kiri perkampungan
dia berjalan sejauh setengah li, mendadak terdengarlah suara
ditebangnya kayu berkumandang datang dari hutan sebelah depan.
Nyuo Sam Pak segera mempercepat langkahnya.
"Heee . . . heeee , . . kemarin dulu pemimpin yang meronda
disini adalah Hoa Hu Tiap atau sikupu-kupu bunga Hong It peng,
kemungkinan sekali ini hari pun dia juga yang pimpin" Serunya
sambil tertawa dingin. "Bagaimana dengan kepandaian silatnya?" tanya Wi Ci To.
"Tidak lemah, muridku Cia Pu Leng pernah bergebrak melawan
dirinya tetapi bsrakhir dengan seimbang."
"Hoa Hu Tiap, atau sikupu-kupu bunga Hong It Peng ini boanpwe
pernah mendengar orang berkata" tiba-tiba tukas Ti Then." Menurut apa yang boanpwe dengar dia adalah adik angkat dari Giok Bian
Langcoen, Coe Hoay Lo !"
"Tidas salah, mereka berdua adalah bajingan-bajingan cabul
yang kejahatannya sudah bertumpuk-tumpuk"
"Giok Bin Langcoen Coe Hoay Lo sudah boanpwe basmi" ujar Ti
Then sambil tertawa, "Ini hari biarlah si kupu-kupu bunga Hong It
Peng ini pun boanpwe basmi sekalian,"
Berbicara sampai disini mendadak di hutan sebelah depan
terdengar suara benturan yang amat keras sekali sehingga
memekikkan telinga, agaknya ada sebatang pohon besar yang
berhasil dirobohkan. "Kurang ajar !" maki Nyio Sam Pak dengan gusar.
Tubuhnya segera berkelebat menubruk kearah hutan itu.
Wi Ci To serta Ti Then pun dengan cepat mengikuti dari
belakangnya di dalam sekejap saja mereka bertiga sudah tiba
dilapangan tersebut. Pada saat ini di tengah lapangan ini ada dua puluh orang lelaki
herpakaian ringkas sedang menggergaji kayu sedaag yang lain
sedang memotong-motong kayu itu jadi beberapa bagian dan siap
digotong pergi. Diantara mereka ada seorang yang mamakai baju berwarna-
warni dengan wajah kurus kering sedang berdiri bergandeng tangan
disana jika dilihat dari sikapnya jelas dialah pemimpin yang
memimpin pekerjaan di tempat ini.
Ketika pandangan matanya dapat melihal si kakek pedang baja
Nyio Sam P?k, Wi Ci To serta Ti Ihen menubruk datang air mukanya
sedikit berubah, tetapi dia orang sama sekali tidak memperhatikan
rasa jerinya. Bukan begitu saja bahkan dia melengos dan pura-pura tidak
melihat kedatangan mereka itu.
Dengan wajah yang amat gusar sekali Nyio Sam Pak segera
berjalan menghampiri dirinya.
"Kau kah si kupu-kupu bunga, Hong It Peng ?" tanyanya dengan
suara yang berat. "Cayhe memang adanya" sahut lelaki berusia pertengahan itu.
"Siapakah nama besar dari lo sianseng " Ada keperluan apa
datang kemari ?" "Lolap Nyio Sam Pak"
Si kupu kupu bunga Hong It Peng sengaja memperlihatkan rasa
terkejutnya, dengan gugup dia bungkukkan badannya menjura.
"Aaih . .. kiranya kiranya kau orang tua adalah Nyio Lo Cung-cu
selamat bertemu , selamat bertemu."
"Siapa yang suruh kalian tebangi kayu-kayu disini?" seru Nyio
Sam Pak tertawa dingin. Si kupu-kupu bunga Hong It Peng tertawa.
"Toako kami si iblis bongkok Leng Hu Ih yang suruh."
Dia mengucapkan kata-kata Iblis bongkok Leng Hu Ih dengan
dengan amat tegas sekali agaknya dia mengira nama Leng Hu Ih
bisa mengejutkan orang yang mendengar.
"Sekarang aku perintah kalian untuk menghentikan penebangan
kayu dan cepat menggelnding pergi dari sini!" perintah Nyio Sam
Pak lagi dengan dingin. Mehdengar perkataan itu si kupu-kupu bunga Hong It Peng
segera tertawa terbahak-bahak.
"Nyio lo Cung-cu kau sungguh pandai bergurau" ujarnya
mengejek. "Hutan belantara ini bukannya harta milik kau Nyio Lo
Cungcu, siapa yang senang menebang siapa pun tidak ada yang
bisa mencegah." "Tetapi Lolap bisa mencegahnya," ujar Nyio Sam Pak dingin.
Sinar mata dari si kupu kupu bunga segera melirik sekejap
kearab Wi Ci To serta Ti Then yang berdiri disampingnya, agaknya dia sama sekali tidak
kenal dengan Pocu dari benteng Pek Kiam Po serta Ti Kiauwtauw
yang namanya sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw ini, air
mukanya sama sekali tidak memperlibatkan sedkit rasa jeripun.
"Oouw kiranya ini hari Nyio Lo Cung-cu sudah memnbawa
pembantu" ejeknya dengan dingin, "Makanya omonganmu begitu
besar hee...he.." Sepasang mata dari Nyio Sam Pak segera melotot lebar-lebar
lantas tertawa seram- "Tidak-salab,, ini hari lolap memang sengaja mengundang datang
dua orang pembantu tetapi untuk membasmi kau bajingan cabul
lolap percaya masih ada kekuatan"
Berbicara sampai kata-kata yang terakhir telapak tangan
kanannya segera didorong ke depan melancarkan satu pukulan
menghajar dada darI si kupu-kupu bunga itu.
Di tangan kirinya dia masih mencekal pedang bajanya, saat ini
dia tidak ingin menggunakan pedangnya melancarkan serangan, hal
ini sudab tentu dikarenakan dia lagi menjaga kedudukannya sendiri
dan tidak ingin bertempur secara resmi melawan si kupu kupu
bunga ini. Dengan cepat si kupu-kupu bunga merasa datangnya serangan
tersebut amat hebat baru saja pundak dari Nyio Sam Pak sedikit
bergerak dia sudah meloncat mundur ke belakang.
"Hee . . hee . . tunggu sebentar!" serunya sambil tertawa aneh.
"Ada kentut cepat lepaskan!" teriak Nyio Sam Pak tertawa dingin.
Si kupu-kupu bunga segera memperlihatkan senyuman
menyengirnya yang sangat mengejek.
"Nyio Lo cung cu." ujarnya sambil menuding ke arah Wi Ci To
serta Ti Then yang berdiri disampingnya itu. "Kedua orang
pembantu yang kau bawa ini hari sudah seharusnya kau kenalkan
dulu biar aku pun mengetahui nama mereka."
"Yang tua adalah si pedang naga emas Wi Ci To, Pocu dari
Benteng Pek Kiam Po, si pendekar pedang yang muda adalah Kiauw
tauw dari Benteag Pek Kiam Po si pendekar baju hitam Ti Then"
Seketika itu juga air muka si kupu-kupu bunga berubah sangat
hebat. Dia orang yang mempunyai si iblis bongkok Leng Hu Ih sebagai
tulang punggung sebenarnya sama sekali tidak memandang sebelah
mata terhadap para pembantu yang diundang oleh Nyio Sam Pak
ini, tetapi ketika didengarnya kedua orang itu bukan lain adalah Wi
Ci To itu Pocu dari Benteng Pek Kiam Po serta si pendekar pedang
hitam Ti Then, seketika itu juga dia dibuat ketakutan. Sekalipun si
iblis bongkok Leng Hu Ih sendiri pun tidak berani mencari gara-gara
dengan Wi Ci To apalagi si kupu-kupu bunga sendiri " Maka itu
didalam keadaan yang amat cemas itulah sikapnya pun sudah
berobah jauh lebih hormat lagi. Dengun gugup dia bungkukkan
badannya menjura terhadap diri Wi Ci To.
"Oooow . . kiranya Wi Toa Pocu sudah datang maaf cayhe
punya-mata tak berbiji . .maaf . . maaf . . " serunya sambil
menyengir-nyengir, Wi Ci To segera melengos dia tidak ambil gubris
terhadap omongannya. Air muka si kupu-kupu bunga seketika itu
juga berubah memerah dan merasa sangat malu sekali, dengan
sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap mempertahankan
senyuman di bibirnya- "Hee . . . heea . cayhe . . cayhe membawa beberapa orang
saudara ini datang menebang kayu . .se.. sebetulnya mendapat
perintah dari toako Kami si iblis bungkuk Leng Hu Ih , , , kini kini ,
heee . hee , kini bilamana Wi Toa Pocu perintahkan kami untuk
berhenti . . cayhe . . , cayhe segera kembali ke markas uotuk
melaporkan urusan ini kepada toako kami"
Berbicara sampai disini dia segera menoleh dan teriaknya dengaa
keras kepada anak buahnya-
"Heeey saudara sekalian, berhenti menebang, ikut aku pulang.."
Mendengar perintah tersebut orang-orang itu lantas pada
berhenti bekerja dan membereskan alat-alatnya siap meninggalkan
tempat itu. "Hong It Peng," tiba-tiba terdengar Ti Then berseru sambil maju
kedspan, "Biar mereka pulang sendiri,"
Air muka si kupu-kupu bunga segera berubah jadi pucar pasi, dia
segera memperlihatkan senyuman paksa.
"Ti Kiauwtauw ada petunjuk apa?" tanyanya.
Ti Then berjalan sampai beberapa langkah dan badannya baru
berhenti, kepada Nyio Sam Pak segera ujarnya.
"Nyio Locianpwe, kau orang tua boleh beristirahat dulu, orang ini
serahkan saja kepada boanpwe untuk dibereskan."
Agaknya Nyio Sam Pak pun ingin sekali mengetahui kelihaian dari
Ti Then, dia segera tertawa dan mengundurkan diri dari sana, waktu
itu Ti Then baru menoleh kearah si kupu-kupu bunga.
"Aku dengar kau adalah adik angkat dari Giok Bian Langcoen Coe
Hoay Lo ?" "Benar" sahut si kupu kupu bunga Hong It-peng sambil terpaksa
mengangguk. "Kalau begitu seharusnya kau membalas dendam atas kematian
dari Giok Bian Langcoen, dia sudah aku bunuh mati"
"Cayhe mempunyai perintah yang belum terlaksana, saat ini
bukan waktunya untuk membicarakan soal balas dendam, nanti
setelah aku laporkan urusan ini kepada toako aku baru datang lagi
untuk minta beberapa pelajaran dari Ti kiauw tauw" usai berkata dia
putar badan siap meninggalkan tempat tersebut kembali.
"Berhenti!" bentak Ti Then sambil tertawa, si kupu kupu bunga
segera merasakan hatinya bergidik, terpaksa dengan keraskan
kepala dia putar badannya kembali.
"Ti Kiauw tauw kau punya perintah apa lagi?" tanyanya sambil
tertawa kering. "Agaknya kau takut mati.?"
Air muka si kupu kupu bunga segera berubah memerah.
"Cayhe tidak paham apa maksud dari perkataan Ti Kiauwtauw
ini." "Selama hidupku aku paling benci terhadap manusia Jay Hoa Cat
yang tukang merusak perawan perempuan, maka itu setiap kali aku
bertemu dengan penjahat pemetik bunga aku tidak bakal akan
melepaskan dirinya."
"Tapi cayhe bukanlah seorang penjahat pemetik bunga."
"Sedikit-dikitnya satu golongaa dengan dia, kau adalah adik
angkat dari Giok Bian LangCoen maka sudah tentu sama sepeiti dia
kau pun Seoracg penjahat pemetik bunga."
"Kalau bicara lebih baik kalau ada buktinya, Ti Kiauwtauw jangan
sembarangan menuduh."
Ti Then segera tertawa dingin.
"Ditinjau dari julukanmu sebagai kupu kupu bunga, kupu-kupu
selamanya tidak bakal meninggalkan bunga.
Agaknya si kupu kupu banga merasa keadaan tidak baik, dengan
cepat dia menarik kembali rasa takutnya diikuti memperdengarkan
suara tertawanya yang sangat tidak enak.
"Kelihatannya ini hari Ti Kauwtauw tidak bermaksud melepaskan
cayhe?"

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, kau boleh mulai melancarkan serangan" sahut Ti Then
mengangguk. "Bagus sekali, cayhe akan menemani kau bermain sebentar"
Tubuhya segera bergerak mundur beberapa depa ke belakang
tangan kanannya merogoh ke dalam sakunya mencabut keluar
sebilah pedang emas yang memancarkan sinar yang amat-tajam,
Ti Then tetap tidak mencabut keluar pedangnya, dia tertawa
nyaring. "Bagus sekali, sekarang silahkan mulai turun tangan"
Si Kupu kupu bunga segera menggetarkan pedang lemas di
tangannya sehingga memperdengarkan suara dengungan yang
amat keras, dia tertawa dingin.
"Kenapa kau tidak cabut keluar pedangmu?"
"Di dalam sepuluh jurus bilamana aku tidak dapat mencabut
nyawamu dengan menggunakan sepasang kepalanku ini maka ini
bari ku akan lepaskan satu kehidupan buat dirimu"
Walaupun si kupu-kupu bunga sudah lama mendengar nama
besar dari Ti Then dan mengetahui kalau dia memiliki kepandaian
silat yang amat tinggi, tetap; karena ia belum pernah melihatnya
dengan mata kepala sendiri maka dalam hatinya masih tak mau
percaya. Kini mendengar perkataan dari Ti Then itu tak terasa dia jadi
gusar juga. "Kita putuskan demikian, terimalah seranganku!" bentaknya
sambil tertawa seram. Baru saja perkataannya selesai pedangnya sudah membabat
datang dengan cepat menusuk hati dari Ti Then.
Ti Then tetap berdiri tidak bergerak, menanti setelah ujung
pedangnya hampir mendekati badannya tubuhnya baru sedikit
miring kesamping, telapak tangannya diubah jadi cengkeraman
mengancam pergelangan tangan kanan pihak lawan.
Siapa tahu tusukan pedang dari si kupu kupu bunga itu tidak
lebih cuma serangan kosong belaka, melihat Ti Then miringkan
badannya menghindar dengan cepat dia gerakkan badannya maju
kedepan pedang lemasnya dari gaya minimal jadi membabat,
laksana berkelebatnya naga perak dia mengancam pergelangan
tangan kanan dari Ti Then.
Perubahan jurus yang sangat cepat ini benar-benar boleh dipuji
sebagai serangan jagoan kelas satu di Bulim,
Ti Then segera membentak keras, tubuhnya sedikit berjongkok
ke bawah telapak tangan kirinya bagaikan kilat cepatnya menghajar
pusar dari pihak lawan. Ketika si kupu-kupu bunga menemukan serangannya yang kedua
kembali mencapai sasaran yang kosong untuk mengubah jurus
kembali sudah tidak sempat saking terdesaknya terpaksa dia
mengundurkan dirinya kebelakang.
Tetapi bersamaan dengan mundurnya sang badan kebelakaog
itulah dia membentak keras lagi, pedang lemasnya membacok
pundak-kiri dari Ti Then.
Datangnya serangan pedang kali ini amat dahsyat dan ganas
sekali, bilamana pundak dari Ti Then ini terkena bacokannya maka
kontan segera akan terpapas putus jadi dua.
Tetapi menang kalahpun pada saat itu sudah dapat ditentukan.
Ketika pedang si kupu-kupu bunga dibabat kebawah itulah
mendadak dia merasakan pandangannya jadi kabur, dia sudah
kehilangan bayangan dari Ti Then.
Diikuti jalan darah Leng Thay hiat pada punggungnya terasa
seperti kena ditusuk, saking kesakitannya seketika itu juga dia tidak
sadarkan diri. Tubuhnya sedikit bergoyang lantas rubuh tak dapat bergerak
lagi. Kedua puluh orang penjahat lainnya sewaktu melihat pemimpin
mereka si kupu-kupn bunga hanya didalam tiga jurus saja sudah
menggeletak tak bangun, semuanya pada terkejut dan berdiri
termangu-mangu di sana. Untuk melarikan diri pun mereka sudah
lupa. Nyio Sam Pak sendiripun dibuat terbelalak oleh kejadian ini.
Dia sejak semula sudah tahu kalau Ti Then tentu memiliki
kepandaian silat amat tinggi sekali hingga bisa diterima sebagai
Kiauwtauw didalam Benteng Pek Kiam Po tetapi dia tidak
menyangka kalau gerakan Ti Then dapat demikian lihaynya.
Lama sekali dia termangu-mangu kemudian dengan sangat
terperanjatnya berpikir.;
"Dalam tiga jurus saja dia sudah berhasil memukul rubuh si
kupu-kupu bungs. kepandaian yang demikian tingginya ini
kemungkinan Wi Ci To sendiripun tidak sanggup untuk
melakukannya. Berpikir sampai disitu tidak tertahan lagi dia segera membuka
mulutnya bertanya: "Ti Kiauw tauw, apa kau sudah membunuh dirinya ?"
"Benar" sahut Ti Then mengangguk,
Para penjahat lainnya sewaktu mendengar si kupu-kupu bunga
sudah binasa saat itu seperti baru saja bangun dari impian, dengan cepat-cepat pada
melarikan diri dari sana dengan terbirit-birit,
"Semuanya berhenti!" tiba-tiba dengan suara yang seperti guntur
membelah bumi Ti Then membentak keras.
Mendengar suara bentakan yang memekikkan telinga itu suasana
di sekeli1ing kalangan jadi bergetar, para penjahat sudah mulai
melarikan diri terbirit-birit itu pun segera pada berhenti berlari dan
tidak berani bergerak barang sedikitpun.
"Maju dua orang dan angkat mayat ini, sisanya dengan berbaris
jadi satu mengikutinya dari belakang" perintah Ti Then lebih lanjut.
Para penjahat itu mana berani membangkang, segera tampaklah
dua orang penjahat maju ke depan menggotong mayat si kupu-
kupu bunga sedang yang lainnya berbaris jadi satu mengikutinya
dari belakang, tapi mereka tidak ada yang berani bergerak.
Karena mereka tidak tahu Ti Then hendak memerintahkan
mereka pergi ke perkampungan Thiat Kiam San-cung ataukah
kembali ke markas besarnya sendiri.
"Ayoh jalan! Kembali ke markas besar kalian!" perintah Ti Then
lebih lanjut. Demikianlah dua orang yang menggotong mayat itu berjalan di
paling depan berbaris mengikuti dari belakangnya.
Thi Then, Nyio Sam Pak serta Wi Ci To tiga orang berjalan di
paling belakang, bagaikan sebuah ular panjang mereka beramai-
ramai bergerak menuju ke markas mereka.
Kurang lebih sesudah melakukan perjalanan sejauh dua li
setengah sampailah mereka di depan sebuah perkampungan.
Perkampungan itu belum selesai dibangun, saat ini masib ada
berpuluh-puluh orang penjahat sedang mendirikan pagar kayu serta
bahan tangga. "Berhenti!" perintah Ti Then selanjutnya.
Kedua puluh orang penjahat itu agaknya sudah pernah mendapat
pendidikan yang amat keras sekali, mendengar perintah itu dengan
gerakan yang sama mereka menghentikan barisannya.
"Berlutut..!" Para penjahat jadi melengak tapi mereka tidak berani
memmbangkang dengan cepat pada berlutut keatas tanah.
"Yang membopong mayat tidak usah berlutut"
Kedua orang penjahat yang menggotong mayat itu mengikuti
perintah dan tetap berdiri.
"Bagus sekali, sekarang semua orang merangkak masuk kedalam
perkampungan dan suruh Leng Hu Ih menggelinding keluar!"
Para penjahat itu tidak ada yang berani membangkang, dengan
mengikuti dari belakang mayatnya si kupu-kupu bunga mereka
merangkak masuk kedalam perkampungan.
Para penjahat lainnya yang ada didalam perkampungan itu
semula tidak mengetahui apa yang sudah terjadi, ketika melihat ada
segerombolan orang merangkak masuk kedalam perkampungan
mereka pada tertawa terbahak-bahak kegelian.
Tetapi setelah melihat jelas kalau mereka adalah orang sendiri
bahksn melihat pula mayat tersebut bukan lain adalah mayat dari si
kupu kupu bunga air muka mereka baru pada berubah hebat.
Dengan meninggalkan pekerjaannya sendiri-sendiri mereka pada
melarikan diri masuk kedalam markasnya dengan terbirit-birit.
Tidak lama kemudian si iblis bungkuk Leng Hu Ih dengan
memimpin serombongan orang berjalaa keluar dari sarangnya.
Usianya ada enam puluh tahun, kepalanya besar dengan mata
yang bulat, wajahnya" penuh barcambang walaupuo badannya
bongkok tetapi perawakannya besar dia amat ganas sakali
kelihatannya, pada saat ini air mukanya diliputi oleh napsu untuk
membunuh. Orang yang mengikutinya dari belakang semuanya ada dua belas
orang banyaknya, diantara mereka tidak ada seorangpun yang berwajah genah,
mereka semua mempunyai bentuk wajah yang bengis dan ganas
sekali- Setelah berjalan keluar dari sarangnya mereka berhenti karang
lebih empat kaki dari antara Wi Ci To bertiga.
Si iblis bungkuk Leng Hu Ih segera mengulap tangannya
mencegah kedua belas orang pembantunya untuk berhenti sedang
dirinya maju tiga langkah kedepan, kepada Wi Ci To lantas rangkap
tangannya memberi hormat.
"Lo-heng ini apakah bukan si pedang naga emas Wi Ci To, Pocu
dari Benteng Pek-Kiam Po ?" ujarnya,
"Lo-hu memang adanya" sahut Wi Ci To sambil balas hormatnya.
Si iblis bongkok Leng Hu Ih segera memperdengarkan suara
tertawanya yang amat menyeramkan.
"Nama besar dari saudara aku sudah mendengarnya seperti
mendengar guntur di siang hari bqlong, ini hari beruntung dapat
bertemu aku merasa sangat beruntung sekali "
"Haaaa .... haaa .... tidak berani ..tidak berani!"
Si iblis bongkok Leng Hu Ih segera memperlihatkan sebaris
giginya yang putih runcing kemudian tertawa seram kembali.
"Selama puluhan tahun lamanya Wi Pocu memimpin Bu-lim dan
menjagoi seluruh kolong langit hal ini benar-benar patut dikagumi
oleh semua orang." "Terima kasih. . . . terima kasih." Sahut Wi Ci To kembali.
oooooOooooo "Tidak lama berselang aku dengar katanya Wi Pocu
menghancurkan istana Thian Teh Kong dan membasmi si anjing
langit rase bumi, entah benarkah urusan ini ?" tanya si iblis bongkok
Leng Hu Ih tertawa. "Benar !" "Ini hari Wi Pocu datang kemari entah ada keperluan apa ?"
"Sengaja datang menghantar kau ke-akherat !"
Air muka si iblis bongkok Leng Hu Ih segera berubah sangat
hebat. "Perkataan dari Wi Pocu sungguh enak sekali !" serunya tertawa serak.
Wi Ci To tersenyum. "Selamanya lohu kalau berbicara tidak pernah berbelok-belok !"
"Bagus sekali, kalau begitu sekarang aku orang she-Leng Hu
ingin minta satu penyelasan kepadamu, kau mau menghantar aku
orang she Leng Hu menuju ke akherat berdasarkan alasan apa ?"
"Membasmi penjahat !"
"Kau mengartikan aku orang she Leng Hu yang memerintahkan
anak buahku pergi ke sekitar perkampungan Thiat Kiam San Cung
menebangi kayu ?" Seru Si iblis bongkok Leng Hu Ih tertawa dingin.
"Bukan !" "Kalau begitu membasmi penyahat dua kata mempunyai maksud
apa ?" "Kau mengumpulkan manusia-manusia celaka ini datang kemari
dan bendak mendirikan sarang hal ini terang-terangan sedang
mempersiapkan satu komplotan perampok, demi keselamatan dari
penduduk terpaksa lohu harus membasmi dulu bibit-bibit bencana
ini agar pendudukpun bisa terhindar dari bencana yang
menderitakan." Tiba-Tiba Leng Hu lh tertawa terbahak-bahak.
"Haaa . , - . haaaa . haaa .. Wi Ci To ! Kau terlalu tidak pandang
diri kami," teriaknya mendongkol.
"Orang lain mungkin takuti dirimu tetapi aku Leng Hu Ih tidak
bakal akan pandang sebelah matapun kepadamu!"
'*Selama hidup tujuan lohu membasmi penjahat bukanlah
bermaksud hendak jadi seorang pahlawan, kau tidak pandang lohu
hal ini tidak akan menyusahkan hati lohu."
"Nyio Sam Pak" tiba-tiba Leng Hu Ih menoleh kearah diri Nyio
Sam Pak lantas ejeknya dengan suara yang menghina,."Lohu kira
kau adalah seorang manusia luar biasa, tidak disangka kau orang
lebih cuma seorang kawanan tikus bernyali:kecil, menanti setelah
kedatangan pembantu kau baru berani menongolkan kepala
bertemu dengan lohu!"
Mendengar perkataan tersebut Nyio Sam Pak segera maju
kedepan. "Bliamana kau berharap hendak berkelahi dengan lolap, sekarang
bukankah sudah ada kesempatan' ujarnya perlahan.
"Bagus. , . . bagus .... bagus sekali, hal ini memang sesuai
dengan maksud hati lohu!" Sahut Leng Hu Ih sambil angkat
kepalanya tertawa tertawa terbahak-bahak.
SambiI berkata dari tangan seorang sastrawan berusia pertengan
dia menerima sebilah pedang kemudian maju kedepan menyambut
kedatangan dari Nyio Sam Pak.
Melihat suasana sudah meruncing Wi Ci To segera berkata
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya :
"Ti Kiauw tauw, badan Nyio Cungcu sudah lemah usianya pun
sudah lanjut,aku rasa dia tidak bakal bisa menahan serangannya
lebih baik kau saja yang menyambut serangan kali ini."
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera maju kedepan
menghalangi Nyio Sam Pak.
"Nyio Locianpwe!" ujarnya sambil. rangkapkan tangannya
memberi hormat. "Kau orang tua sudah mengumumkan diri untuk
mundur dari dunia persilatan, tidak seharusnya kau orang tua
menggerakkan senjata lagi, biarlah pertempuran kali ini boanpwe
yang mewakili." "Tidak !" tolak Nyio Sam Pak sambil tertawa, "Ti Kiauw tauw silahkan mengundurkan diri. lolap mau turun tangan sendiri*
"Bilamana Nyio Locianpwe sayang kepada boanpwe maka
seharusnya pertempuran kali ini kau orang tua berikan kepada
Boanpwe, agar boanpwe pun mendapat kesempatan untuk
mengangkat nama !" Berbicara sampai disini tidak menanti Nyio Sam Pak setuju atau
tidak dia segera menyambut datangnya Si iblis bongkok Leng Hu Ih.
"Hey manusia bongkok!" ujarnya sambil tertawa, "Seharusnya
kau mencari diriku dulu. dan balaskan dendam atas kematian dari
anak buahmu si kupu-kupu bunga"
"Menyingkir!" bentak Leng Hu lh sambil mengerutkan alisnya
rapat-rapat. "Kau bangsat cilik manusia macam apa. Kau berani juga
menantang Lohu bertempur?"
Kelihatannya dia sama sekali tidak mengetahui kalau Ti Then
adalah seorang manusia yang sukar untuk dihadapi.
"Ooow kau suruh aku menyingkir " mudah sekali! asalkan kau


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerakan pedangmu aku bisa mundur .sendiri."
Mendengar perkataan dari Ti Then ini Leng Hu Ih jadi amat gusar
sekali dengan cepat dia putar badan meninggalkan tempat itu.
"Cuo Ting!" perintahnya dengan dingin. "Kau turun tangan dan
jagal bangsat cilik itu!"
Jika didengar dari nada suaranya jelas dia tidak mau menurunkan
derajatnya berternpur dengan angkatan rendah.
Si sastrawan berusia pertengahan itu segera menyahut dan
meloncat maju kedepan. Wajahnya adalah yang paling "Genah" diantara kedua belas
orang lainnya telapi bibirnya memakai gincu serta pipinya berbedak,
seorang lelaki dengan memakai gincu dibibirnya hal ini jelas
memperlihatkan kalau dia orang adalah seorang banci.
Ti Then yang melihat potongannya segera merasa dadanya amat
mual hamper muntah. "Kau orang yang disebut sebagai sastrawan Banci Ong Cuo
Ting?" tanyanya. "Benar" sahut si sastrawan banci Ong Cuo Ting dengan suara
yang melengking kecil dan gaya yang tengik.
"Kau sebenarnya lelaki atau perempuan?" bentak Ti Then dengan
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Lalu kau melihat aku seorang lelaki atau perempuan?" balik
Tanya si sastrawan banci sambil paling kepalanya tertawa
melengking. "Aku lihat kau mirip dengan seorang siluman!"
"Betul sekali!" sahut si sastrawan banci tertawa, "Aku memang
paling suka makan itunya manusia"hee..hiii..hiii..kau bocah cilik
lebih baik sedikit waspada!"
"Kau berbadan tidak laki-laki tidak perempuan sungguh membuat
orang merasa mual, harus dibunuh!"
Begitu kata-kata terakhir diucapkan keluar dari mulutnya,
serangannya sudah menyambar kedepan.
Agaknya si sastrawan banci itu tidak menyangka kalau gerakan Ti
Then bisa begitu cepatnya, dia jadi terperanjat lalu dengan terburu-
buru mundur beberapa tindak kebelakang.
Serangan kedua dari Ti Then segera menyambar dating lagi
menghajar pinggangnya. "Rubuh!" bentaknya keras.
Pukulannya ini dilancarkan amat cepat sekali, sedangkan
ketepatannya serta kemantapannya luar biasa.
"Braaak!" punggung dari si sastrawan banci Ong Cuo Ting itu
segera terkena hajar sehingga badannya berjumpalitan diatas
tanah. Melihat kejadian itu si iblis bongkok Leng Hu Ih baru merasa
terkejut, air mukanya berubah sangat hebat sekali, agaknya pada
saat ini dia baru mengetahui kalau Ti Then sebetulnya adalah
seorang manusia berbahaya.
"Pukulanku barusan cuma merupakan satu peringatan saja
kepadamu agar kau jangan terlalu memandang rendah musuhmu,
ayoh bangun kita bergebrak kembali!"
Air muka si sastrawan banci Ong Cuo Ting segera berubah
memerah, dengan cepat dia melompat bangun.
"Bangsat cilik, kau pintar juga!" teriaknya.
Pukulannya tadi agaknya tidak sampai melukai badannya, tetapi
tidak urung nyalinya terpukul goyah juga, senyuman yang
menghiasi wajahnya seketika itu juga lenyap tak berbekas.
Begitu tubuhnya meloncat meloncat bangun dia segera
merendahkan badannya memperkuat kuda-kuda kemudian pusatkan
seluruh perhatiannya menanti serangan lawan selanjutnya.
Ti Then sama sekali tidak memperlihatkan gaya apa pun, sambil
tertawa mengejek ujarnya.
"Kali ini lebih baik kau saja yang mulai menyerang!"
Si sastrawan banci Ong Cuo Ting segera geserkan bandannya
bergerak maju, kemudian secara tiba-tiba membentak keras,
telapak tangannya laksana sebilah golok dengan tajamnya
membabat badan Ti Then. Ti Then yang mendengar datangnya angin pukulan amat keras
dia segera mengetahui kalau serangan tersebut adalah serangan
yang benar-benar, telapak tangan kanannya segera diayun
menyambut kedatangannya. Si sastrawan banci Ong Cuo Ting yang baru saja menerima satu
pukulannya tanpa menderita Iuka dalam hati dia mengira Ti Then
cuma mengandalkan kelincahan ilmu telapaknya saja sedangkan
tenaga dalamnya biasa saja, karena itu melihat Ti Then menyambut
datangnya serangan tersebut dalam hati merasa sangat girang
sekali, dia mengambil keputusan untuk mengadu keras. lawan keras
dengan diri Ti Then. Mendalak ..." Braak !" ujung telapak masing-masing pihak
dengan menimbulkan suara yang amat keras saling berbentur satu
sama lainnya. Si sastrawan banci segera menjerit ngeri tubuhnya berturut-turut
mundur tiga langkah kebelakang kemudian jatuh terduduk di atas
tanah, air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat: sedang
keringat dingin mengucur keluar dengan derasnya.. .
Sebaliknya Ti Then bagaikan batu karang saja dengan tenangnya
masih tetap berdiri tidak bergerak,
Air muka Leng Hu lh berubah sangat hebat.
"Cuo Ting, kau luka dimana?" tanyanya dengan cemas.
Tangan kiri dari Si sastrawan banci Ong Cuo Ting ditekan pada
lengan kanannya kemudian memperlihatkan rasa kesakitan.
"Aduuh . . . lengan kananku! aduuh .habis sudah lengan
kananku." Teriaknya meringis.
Leng Hu Ih segera maju kedepan dan menyincing ujubg baju
kanannya untuk memeriksa, tampaklah ujung telapaknya sudah
mendekok kedalam. sebuah lengan kanan yang bagus kini sudah
terhajar patah jadi empat bagian, tulang-tulangnya sudah hancur
lebur sedangkan otot-otot maupun urat nadinya sudah pada pecah
berantakan. Tidak terasa lagi dia menghembuskan napas dingin. kepada
seorang kakek tua yang ada disampingnya dia segera berseru:
"Lo-ko, cepat kau bimbing Cuo Ting masuk kedalam"!"
Seorang kakek tua .segera menyahut dan membimbing Si
sastrawan banci masuk kedalam sarangnya.
Setelah itu Leng Hu Ih baru mendengus dingin. sepasang
matanya dengan perlahan beralih keatas wajah Ti Then,
Dengaa pandangan berapi-api dan penuh napsu membunuh
teriaknya sepatah demi sepatah:
"Bangsat cilik, lohu ternyata sudah salah menyangka dirimu!"
"Sekarang pun aku rasa masih belum terlambat" sambung Ti
Then dengan cepat. Agaknya Leng Hu lh tetap tidak bermaksud untuk turun tangan
sendiri, dia kembali pergi ketempat semula
"Kim Ho, Kim Hay kalian kakak beradik cepat turun kedalam
kalangan, minta beberapa petunjuk dari Ti Kiaw tauw" perintahnya.
Dua orang kakek tua yang kurus kering dengan wajah yang sama
dan berusia kurang lebih lima puluh tahunan dengan mencekal gada
bersama-sama berjalan keluar dari barisan.
Wajah mereka seperti pinang dibelah dua- pakaian yang dipakai
pun sama sampai perawakan pun kembar, jelas sekali mereka
adalah saudara kembar. Wi Ci To yang melihat munculnya sepasang saudara kembar yang
bernama Kim Ho serta Kim Hay itu air mukanya segera berubah
sangat hebat,., "Haaaa . . , haaa . . -haaaa . ; , kiranya Thian san Ji Lang! atau
dua ekor serigala dari Thian san, sudah lama kita tidak bertemu !"
ujarpja tiba-tiba. Thian San Ji Lang segera tertawa seram.
"Wi Toa Pocu selama ini baik-baik kah "'* ujarnya berbareng.
"Haaaa . . . haaa . . . pertempuran kita sewaktu ada diatas
gunung Thian mungkin sudah sepuluh tahun bukan?"
"Tidak salah, sepuluh tahun !"
"Kalian saudara-saudara kembar yang dapat turun tangan
bersama-sama bahkan memiliki kerja sama yang amat bagus
sungguh mengagumkan sekali untung sekali pada sepuluh tahun
yang lalu Lohu berhasil menangkan setengah jurus dari kalian, lohu
rasa setelah berpisah sepuluh tahun. kepandaian kalian berdua
tentu jauh lebih lihay bukan"''
Thian san Ji Lang segera tertawa dingin.
"Nanti setelah kita bertemu dengan Ti-kiauwtauw mu ini, cayhe
bersaudara masih ingin minta petunjuk dari Wi toa pocu, harap toa
pocu suka member muka kepada kami."
"Bagus"bagus sekali, lohu akan menanti kedatangan kalian!"
Ti Then sebetulnya tidak tahu keadaan yang sebetulnya dari
Thian san Ji Lang ini, setelah mendengar pembicaraan dengan Wi Ci
To dia baru tahu kalau kedua orang saudara ini bukanlah manusia
sembarangan, dia tahu secara diam-diam Wi Ci To sedang memberi
peringatan kepadanya untuk jangan memandang enteng musuhnya,
dia lantas bertanya : "Wajah kalian dua orang sungguh mirip sekali. tentunya anak
kembar bukan ?" "Tidak salah !" sahut Thian San Ji Lang berbareng.
"Siapakah "Kim Ho " dan siapa Kim Hay?"
"Aku Kim Ho" sahut orang yang ada di sebelah kiri.
"Aku Kim Hay !" sahut orang yang ada di sebelah kanan.
"Oooouw. . . Kim Ho adalah Lo-toa Kim Hay- adalah Lo-ji ?" tukas Ti Then lagi sambil tertawa.
"Tidak salah!" sahut Kim Ho mengangguk, air mukanya berubah
amat keren sekali. "Kalian menggunakan serigala sebagai julukan, tentunya bukan
manusia baik-baik !"
"Aku rasa tidak seberapa . . . . hanya saja kami doyan makan
daging manusia !" kata Kim Hay sambil tertawa seram.
"Ouuw begitu?" sungguh tepat sekali aku orang memang ahli
didalam menangkap srigala yang doyan makan manusia!"
"Tidak usah banyak omong lagi cepat cabut keluar pedangmu!"
bentak Kim Ho sambil melototkan matanya.
Dengan perlahan-lahan Ti Then mencabut keluar.pedangnya,
ujung pedangnya dituding keatas tanah sambil tertawa ringan.
"Silahkan - .!"
"Kau bangsat cilik jikalau kepingin hidup lebih lama lagi lebih baik turun tangan terlebih dulu.";
"Sedikitpun tidak salah."
Ditengah suara pembicaraannya mendadak tubuhnya bergerak
maju kedepan, pedang panjangnya dengan cepat melancarkan
serangan gencar mengancam tubuh musuh-musuhnya.
Ditengah berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan mata
tampak dua kuntum bunga pedang dengan amat cepatnya
melayang kekiri dan kekanan.
Ternyata kedua orang srigala dari Thian san bukan marusia tolol,
gada ditangan masing-masing dengan cepat diangkat menangkis
datangnya serangan pedang dari Ti Then.
"Crring...criing". . dua buah suara benturan berbunyi pada saat
yang bersamaan hal ini membuktikan bagaimana cepatnya gerakan
pedang dari Ti Then. Baiu saja suara bentrokan tersebut bergema tubuhnya sudah
rnenerobos ke tengah antara Thian.san.Ji Lang; dengan jurus Hong
Cian Jan Im atau angin berhembus membuyarkan mega pedangnya
bagaikan kilat cepatnya melayang membabat bagian bawah dari
tubuh Thian san Ji Lang. Ketenangannya laksana perawan, kecepatannya laksana
sambaran kilat, Tetapi kepandaian silat dari Thian san Ji Lang pun amat tinggi
sekali, baru saja jurus serangan dari Ti Then dilancarkan kedepan
tubuh mereka pun melayang sejauh lima depa menghindarkan diri
dari serangan tersebut. Kemudian disusul gada dari Kim Ho mendadak menekan
kebawah dengan jurus "Hay The Ci Sah" atau menusuk hiu di dasar
laut menangkis pedang dari Ti Then.
Satu bertahan yang lain menyerang, kerjasama mereka benar-
benar sangat hebat sekali.
Sekali pandang saja Thi sudah tahu kalau pertempuran kali ini
merupakan pertempuran yang paling seru sejak dia terjunkan
dirinya kedalam dunia Kangouw, tetapi dia sedikit pun tidak keder
sejak semula dia sudah tidak memperhatikan nyawanya sendiri,
bahkan dia sangat berharap didalam satu pertempuran yang amat
sengit sekali dia bisa mengakhiri hidupnya sehingga dengan
demikian bisa lolos dari perintah majikan patung emas.
Sudah tentu yang dimaksudkan dengan berharap bisa mengakhiri
hidupnya didalam satu pertempuran sengit bukannya berarti dia
mempunyai niat membiarkan musuhnya membinasakan dirinya
sebaliknya dia bermaksud hendak mengadu jiwa dengan
mengeluarkan seluruh kepandaiannya.
Maka itu setiap kali ia bisa bertemu dengan musuh tangguh
semangatnya malah berkobar, dia semakin berani untuk bergerak
maju dan semakin bertempur semakin bersemangat.
Karena itulah walaupun kerja sama dari Thian San Ji Lang amat
lihay sekali tetapi tidak sampai membuat dia jadi keder.
Tampak telapak tangannya bersama-sama dengan pedang di
tangannya mendadak melancarkan serangan berbareng ke depan.
Telapak kirinya dengan cepat disambar kedepan menghajar dada
dari Kim Hay sehingga dia orang terdesak mundur disusul badannya
maju kedepan, pedang ditangannya laksana seekor naga sakti
menyambut datangnya serangan dari Kim Ho.
Di dalam sekejap saja masing-masing pihak sudah saling serang
sebanyak lima puluh jurus.
Keadaan seperti semula siapa pun tidak ada yang berhasil
memperoleh kemenangan. Nyio Sam Pak yang menonton jalannya pertempuran seketika itu
juga dibuat terbelalak dan mulut melongo.
Sebaliknya Leng Hu Ih serta jagow kelas satunya pun dibuat
terbelalak melihat pertempuran tersebut, mereka benar-benar tidak
dapat percaya akan kejadian yang dilihatnya di depan mata pada
saat ini. Seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tahunan ternyata
bisa bertempur seorang diri melawan Thian San Ji Lang yang
namanya telah menggetarkan dunia kangauw sejak puluhan tahun
yang lalu, bukan saja tidak kelihatan kalah bahkan semakin
bertempur semakin berani dan semakin lama semakin gagah.
Kembali tiga puluh jurus berlalu dengan cepatnya, hati Thian San
Ji Lang pun mulai goyah dan gugup.
Hal ini sudah tentu terjadi, bilamana pihak lawannya adalah Wi Ci
To sekali pun bertempur sangat lama mereka tidak bakal jadi gugup
kerena Wi Ci To adalah jagoan yang satu angkatan dengan mereka,
bilamana tidak berhasil mendapatkan kemenanga didalam waktu
yang singkat adalah soal yang jamak.
Sebaliknya Ti Then dia tidak lebih adalah seorang bocah yang
masih ingusan, ternyata dengan seorang diri dia bisa menahan
serangan gabungan dari Thian san Ji Lang bahkan semakin
bertempur semakin gagah, sudah tentu didalam hati mereka merasa
sangat terperanjat sekali-
Pertempuran diantara jagoan kelas satu paling mengutamakan
ketenang'an, sedikit mereka merasa gugup perhatiannya jadi buyar


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sendirinya kerja sama diantara mereka pun jadi rada
kendor, semakin bertempur mereka semakin jarang menyerang dan
akhirnya terdesak ada dibawah.
Ti Then yang berhasil merebut diatas angin jurus serangan yang
dilancarkan keluar pun semakin ganas lagi, jurus-jurus mematikan
dengan tak hentinya mengalir keluar, sinar pedangnya laksana
beribu-ribu jarum ganas dengan cepatnya menerjang kedepan
membuat keadaaan serasa kabur dibuatnya.
Mendadak suara jeritan ngeri menyayatkan hati berkumandang
keluar dari mulut Kim Hay.
Tampak tubuhnya mendadak meloncat kedepan meninggalkan
kalangan pertempuran, baru saja sepasang kakinya menempel
permukaan tanah tubuhnya sudah bergoyang-goyang tidak
hentinya. Kiranya bagian lambungnya sudah tertusuk pedang..darah segar
dengan amat derasnya mengucur keluar membasahi bajunya.
Mungkin dikarenakan luka itu tepat ada di tempat bahaya maka
akhirnya dia tidak kuat menahan tubuhnya lagi dan rubuh ke atas
tanah. "Lo-ji, kau?" teriak Kim Ho dengan perasaan terperanjat sekali.
Baru saja dia selesai berkata mendadak air mukanya sudah
berubah sangat hebat. Karena pada saat itulah dia merasa lengan kanannya terasa amat
dingin, dalam hati dia segera tahu urusan tidak beres, tubuhnya
dengan terburu-buru meloncat beberapa kaki kedepan sedangkan
telapak kirinya pun tanpa terasa sudah menekan ke lengan
kanannya. Tetapi dia segera menemuka tempat itu sudah kosong kemudian
disusul rasa nyeri yang amat sangat, air mukanya berubah sangat
berduka, sambil menghela napas panjang dia jatuhkan diri duduk
diatas tanah. Darah segar dengan derasnya mengucur keluar dari lengannya.
Kiranya seluruh bagian dari lengan kanannya sudah kena dibabat
putus. Gada serta tangan kanannya tepat terjatuh di depan kaki Ti
Then. Leng Hu Ih semula menganggap dengan dikeluarkannya Thian
san Ji Lang maka kemenangan pasti ada di tangannya, siapa tahu
akhirnya satu mati yang satu terluka, membuat hatinya merasa
terkejut bercampur gusar, air mukanya jadi kehijau-hijauan, kulitnya
mengerut, setelah memerintahkan anak buahnya menggotong pergi
Thian San Ji Lang dia segera berjalan maju mendekati Ti Then.
---ooo0dw0ooo--- Jilid 33 "BANGSAT CILIK!" Bentaknya sambil tertawa seram "Kau
memang betul-betul seorang manusia berbakat alam yang sukar
ditemui diantara Bu-lim, kau berhak bermain-main dengan Lohu."
"Haaa . . . haaa . . haaahaa sebentar lagi kau bakal tahu bukan
saja aku punya hak untuk bermain dengan diirmu bahkan
mempunyai kekuatan pula untuk membereskan dirimu" sahut Ti
Then sambil tertawa terbahak-bahak.
Leng Hu Ih segera menggetakkan taagannya mencabut keluar
pedang panjang dari sarungnya sambil melemparkan sarung
pedangnya ke samping serunya dengan suara yang amat keras:
"Ayoh! mulai serang!".
"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Wi Ci To berteriak mencegah.
Dia segera berjalan kesamping Ti Then dan mengulapkan
tangannya minta dia orang mengundurkan diri, lalu kepada Leng Hu
Ih ujarnya sambil tersenyum:
"Kiau-tauw dari Benteng kami sudah melayani dua kali
pertandingan, kali ini seharusnya adalah giliran Lohu!"
Sinar mata yang amat buas dari Leng Hu Ih berkelebat beberapa
kali, dia lantas mengangguk.
"Bagus .... bagus sekali, Lohu dari dulu memang mempunyai
maksud untuk terjadinya satu peristiwa seperti ini hari" sahutnya
sambil tertawa seram. Dengan perlahan2 Wi Ci To mencabut keluar pedang panjangnya,
dia tersenyum tawar, "Saudara mempunyai julukan sebagai iblis nomor satu didalam
Bu-lim, sekalipun diantara kita berdua tidak ada ikatan sakit bati
tetapi demi melenyapkan bibit bencana untuk Bu-lim lohu sudah
ambil keputusan untuk melenyapkan kau dari muka bumi, karena
itulah nanti kalau turun tangan kaupun tidak usah sungkan2 lagi."
"Baik!" Teriak Leng Hu Ih tertawa seram dengan kerasnya. "Ini
hari juga kita tentukan siapa yang menang siapa kalah, kita lihat
saja setelah hari ini seluruh Bu-lim adalah milikmu atau milik Lohu!"
"Heee . . . heeee . , , kiranya saudara ingin mcrajai seluruh
sungai telaga." Tidak tertahan lagi Wi Ci To tertawa dingin.
"Tidak salah, urusan ini bukannya tidak dapat dikerjakan!"
"Sekalipun kau dapat membinasakan lohu jangan harap kau
dapat merajai seluruh Bu-lim, haruslah kau ketahui jago2 Bu-lim
yang kepandaiannya jauh melebihi lohu pun masih amat banyak
sekali!" "Hee . . heeee . . . heeee . . . cuma ada dua orang saja, yang
satu adalah si kakek pemalas Kay Kong Beng sedang yang lain
adalah Suhunya bangsat cilik She-Ti itu, tetapi kedua orang ini aku
rasa tidak terlalu sukar untuk dihadapi."
"Haa . . haaa . . . haaa . . . lalu tahukah kau orang siapa
sebetulnya Suhu dari Ti Kiauw-tauw?" ejek Wi Ci To sambil tertawa
ter-bahak2. "Lohu dapat menyelidikinya dengan seksama."
"Kau orang sama sekali tidak mengetahui siapakah Suhu dari Ti
Kiauw-tauw, bagaimana kau bisa tahu kalau dia orang tidak sukar untuk
dihadapi?" "Tidak usah banyak omong lagi, ayoh, mulai serang" bentak Leng
Hu Ih tidak sabaran lagi kemudian mendesak maju satu langkah
kedepan. "Lohu lihat lebih baik kau saja mulai menyerang, tidak perduli
kau bagaimana sombongnya dimata lohu kau orang tidak lebih
cuma seorang cacad, bagaimana lohu tega untuk turun tangan
terlebih dulu terhadap seorang yang sudab cacad?"
Mendengar perkataan tersebut Leng Hu Ih benar-benar dibuat
amat gusar, dia segera berpekik nyaring lalu membentak keras.
"Mulutmu jelek harus dihancurkan, lihat pedang!"
Tubuhnya berkelebat kedepan, sekonyong-konyong pedang
panjangnya ditusuk kehadapan dada Wi Ci To.
Kecepatan geraknya benar-benar membuat Ti Then yang berdiri
disamping pun merasa sangat terperanjat, dia dapat melihat
kecepatan gerak dari Leng Hu Ih tidak berada dibawah dirinya,
karenanya dia mulai merasa kuatir terhadap keselamatan dari Wi Ci
To, dia takut Wi Ci To tidak sanggup menahan datangnya serangan
yang begitu gencar dari Leng Hu Ih.
Tetapi bagaimanapun Wi Ci To adalah seorang ahli di dalam ilmu
pedang, tampak tubuhnya sedikit miring kesamping dengan amat
indahnya dia berhasil menggeserkan kedudukkannya dan dengan
amat cepatnya menghindarkan diri dari tusukan pedang Leng Hu Ih
ini. Pokoknya diapun berhasil juga untuk balas melancarkan satu
tusukan mengarah badan musuhnya.
Tusukannya ini amat aneh dan dahsyat sekali, pedangnya dari
arah bawah menuju keatas menusuk leher dari Leng Hu Ih.
Sebaliknya gerakan dari Leng Hu Ih untuk memecahkan
datangnya jurus serangan itupun sangat aneh sekali, tampak
sepasang kakinya tidak bergerak tubuhnya bagian atas menjatuhkan
diri kebelakang pedang pedangnya dengan mendatarkan dada
ditusuk kedepan menutul tubuh pedang dari Wi Ci To, kecepatannya
luar biasa sekali. Sekali pandang saja Ti Then dapat melihat kalau di dalam jurus
serangannya ini secara diam-diam sudah terkandung satu serangan
mematikan yang amat ganas sekali.
Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah, pada waktu pedang
panjang dari Wi Ci To menyambar kedepan menangkis datangnya
serangan dari Leng Hu Ih itulah mendadak Leng Hu Ih melancarkan
satu jurus yang amat aneh.
Pedangnya bagaikan ular dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat berturut-turut menusuk jalan darah "Tiong Ting, Hun Swe serta
"Tan Thian" tiga buah jalan darah penting.
Wi Ci To tidak sempat menangkis datangnya serangan tadi,
seketika itu juga dia kena terdesak mundur tiga langkah ke
belakang. Leng Hu Ih segera mendesak kedepan pedang panjangnya
bagaikan bayangan setan berkelebat keatas kebawah tak ada
hentinya menyerang keseluruh tubuh Wi Ci To.
Dalam hati Ti Then merasa sangat tegang sekali, tidak kuasa lagi
kepada Nyio Sam Pak yang disampingnya dia berbisik dengan suara
yang amat lirih, "Si bongkok ini sungguh lihay sekali jalannya jurus pedang amat
aneh dan ganas," "Benar!" sahut Nyio Sam Pak mengangguk. "Katanya ilmu
pedangnya ini dia dapatkan dari seorang hwesio Si Ih yang amat
lihay." Baru saja Ti Then mau membuka mulut lagi mendadak dari
dalam sarang musuh berkelebat datang tiga sosok bayangan
manusia. Sewaktu dilihat lebih jelas lagi ternyata mereka adalah
ketiga orang yang membawa pergi si sastrawan banci serta Thian-
shan Ji lang itu. Ketika memandang pula kearah keenam orang yang ada ditengah
kalangan tampaklah mereka dengan mata melotot sedang
memandangi dirinya tajam2. Di dalam hati dia segera tahu kalau
mereka mempunyai maksud untuk mengerubuti dirinya berdua.
Kepada diri Nyio Sam Pak kembali ujarnya dengan suara yang
perlahan: "Nyio Locianpwe apa kau kenal dengas kesembilan orang itu?"
"Kenal . . kenal.." sahut Nyio Ssm Pak dengan cepat, "Dari kiri
kekanan adalah Si kakek tak berbudi Ko Cing Liong, si ketemu tidak
mujur Cing Hiong, si muka aneh Leng Ang Lian, Kui Kok Yau Tong
atau si siluman bocah dari lembah setan Yu Si, atau si malaikat
botak Yu Sam San, Ci Hua Kui atau si sastrawan rambut merah
Gong Pit Kay, sedang tiga orang yang baru datang itu adalah Ang
Liuw Ci atau si bisul merah Tiauw Ih, Touw Ciauw Liong atau si
naga bertanduk tunggal Lu Cian San serta Sam Cian Lang Ci atau si
mata keranjang Si Koan Khei."
"Anak buah dari si iblis bongkok apakah cuma ini saja yang
lihay?" tanya Ti Then kembali.
"Masih ada tujuh, delapan orang yang tidak datang mungkin
orang-orang itu sudah mendapat perintah untuk turun gunung
menyelesaikan sesuatu tugas."
"Dari antara kesembilan orang ini Nyio locianpwe percaya bisa
sekaligus menghadapi berapa orang?"
"Paling banyak cuma tiga orang saja" sahut Nyio Sam Pak setelah
termenung berpikir sebentar, "Ti Kiauw tauw apakah mengira
mereka bakal maju mengerubuti kita?"
"Benar, coba kau lihat mereka sudah saling bertukar pandangan,
aku rasa sebentar lagi mereka akan bergerak"
"Lalu Ti Kiauw tauw sendiri bisa menerima berapa orang?" balik
tanya Nyio Sam Pak. Didalam hati Ti Then merasa dengan kekuatannya sendiri
didalam sekejap saja dia bisa menerima empat orang musuh, tetapi
agar membuat pihak sana tidak merasa terlalu malu maka
jawabnya; "Boanpwe sendiri pun cuma bisa menghadapi tiga orang saja,
maka itu bilamana mereka bersembiian bersama-sama menyerang
kiranya kita bakal menemui kerepotan, kita harus menggunakan
cara yang paling cepat dan diluar dugaan turun tangan terlebih dulu
membereskan dua orang dari antaranya,"
"Coba kau lihat, mereka sudah datang" tiba-tiba Nyio Sam Pak
berteriak dengan air muka berubah hebat,
Sedikitpun tidak salah, Si kakek tak berbudi Ko Cing Liong
sekalian bersembilan bersama-sama mencabut keluar senjata
tajamnya masing-masing kemudian dengan gagahnya berjalan
mengbampiri diri Ti Tben serta Nyio Sam Pak yang masih berdiri tak
bergerak. Menanti setelah mereka hampir mendekati dirinya mendadak Ti
Then tertawa nyaring, "Heee .. . hee . . . kalian ingin mengandalkan
jumlah banyak untuk memperoleh kemenangan ?"
Baru saja perkataan tersebut diucapkan keluar mendadak
tubuhnya berkelebat ke depan, saking cepatnya sehingga orang lain
tidak dapat melihat jelas tahu-tahu tubuhnya sudah berada diantara
kesembilan orang itu. Di tengah berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan mata
terdengarlah dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memenuhi angkasa.
Diikuii suara jatuhnya dua tubuh manusia ke atas tanah.
Orang yang rubuh binasa diatas tanah adalah si Setan rambut
merah Gong Pit Kay serta si naga bertanduk tunggal Lu Cing San.
Bagian badannya yang terkena pedang adalah diatas kening
serta pada lehernya, begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah
napasnya pun ikut putus. Sebenarnya mereka pun sudah bersiap sedia untuk ikut maju
mengerubuti Ti Then berdua, mereka pun dapat melihat tubuh Ti
Then yang menerjang kearah mereka tetapi walaupun sudah
bersusah payah untuk menghindar keadaan masih tidak
mengijinkan. Hal ini seketika itu juga membuat sisanya bertujuh jadi
termangu-mangu. Sudah tentu mereka semua adalah jago-jago dari
kalangan Hek-to yang sering memperoleh kemenangan didalam
menghadapi pertempurannya, mereka semua berani menerjang dan
berani beradu jiwa, setelah termangu-mangu beberapa saat
lamanya kesadarannya pun jadi pulih kembali, mereka mulai
berteriak-teriak dan maju kedepan mengerubuti Ti Then.
Tampak bayangan golok serta pedang berkelebat memenuhi
angkasa membuat pandangan jadi kabur, hanya dalam sekejap saja
Ti Then sudah terjerumus di dalam dengan keadaan yang sangat
berbahaya sekali. Walaupun dia orang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi
tetapi dengan kekuatan seorang diri mana mungkin dia dapat
menahan serangan gabungan dari tujuh orang jagoan kelas satu
dari kalangan Hek to ini, karena tujuh orang ada empat belas buah
tangan sebaliknya dia orang cuma ada dua tangan saja.
Dua tangan tidak mungkin bisa menahan serangan berbareng
dari empat belas buah tangan.
Nyio Sam Pak tidak berani berlaku ayal lagi, dengan
menggerakkan pedangnya dia pun segera menubruk masuk
kedalam kalangan. Dengan menggunakan jurus Hong In Yong atau angin bertiup
ombak menggulung secara terpisah dia menyerang si siluman bocah
dari lembah setan Yu Si serta si bisul merah Tiauw Ih berdua.
Dia orang adalah seorang ahli pedang yang sudah sangat
terkenal didalam Bu lim bahkan tenaga dalamnya amat tinggi sekali,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

si siluman bocah dari lembah setan Yu Si serta sibisul merah Tiauw
Ih mana berani memandang enteng musuhnya, berturut-turut
mereka menggerakan pedangnya menangkis datangnya serangan
tersebut. Demikianlah dengan cepatnya Nyio Sam Pak sudah terjerumus
kedalam satu pertempuran yang amat seru sekali melawan si
siluman bocah dari lembah setan Yu Si serta si bisul merah Tiauw ih.
Beberapa jurus lewat dengan cepatnya, sewaktu dilihatnya Ti
Then yang harus melawan lima orang ternyata sudah terdesak 'U
dibawaJi acgin. sec&ra mendadak dibawah angin, secara nendadak
dia sudah kirim satu tusukan kearah si ketemu tidak mujur.
"Ayoh kemari seorang lagi!" bentaknya dengan keras. "Kalian
lima orang tua bangka mengerubuti seorang pemuda apakah tidak
merasa malu?" "Bagus sekali," sahut si ketemu tidak mujur Cang Hiong sambil
tertawa dingin, "Kalau kau orang tidak ingin berumur panjang, aku
si orang tua segera kirim kau pulang ke rumah nenekmu."
Gada di tangannya dengan mengarah tepat kepala Nyio Sam Pak
membacok ke bawah. Dengan adanya hal ini Ti Then segera merasakan tekanan yang
mendesak dirinya jauh lebih enteng lagi, tempo hari sewaktu ada di
dalam Benteng Pek Kiam Poo dia pernah membasmi habis
kedelapan belas malaikat iblis dari si anjing langit rase bumi,
sekalipun sekarang dia merasa si kakek tak berbudi si malaikat
botak serta si mata keranjang memiliki kepandaian silat yang jauh
lebih tinggi dari kedelapan belas orang
malaikat iblis tersebut tetapi dia merasa untuk merebut
kemenangan bukanlah suatu persoalan yang menyulitkan.
Dugaannya sedikitpun tidak meleset, setelah berlalu puluhan
jurus perlahan-lahan dia berhasil merebut posisi yang lebih baik lagi.
Senjata yang digunakan si kakek tak berbudi empat orang adalah
toya, pedang, cambuk serta kipas, mereka yang melihat Ti Then
dari kedudukan banyak bertahas sedikit menyerang, makin lama
berubah jadi kedudukan banyak menyerang sedikit bertahan hatinya
mulai merasa terkejut bercampur gusar, empat macam senjata
bagaikan titiran air hujan dan tiupan angin topan dengan gencarnya
menyerang tubuh Ti Then. Didalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu dengan
cepatnya, walau pun si kakek tak berbudi berempat masih berada
diatas angin tetapi toya, pedang, cambuk serta kipas empat macam
senjata tajamnya untuk menjiwit ujung baju dari Ti Then pun tidak
sanggup. Saat ini Wi Ci To serta si iblis bongkok Leng Hu Ih pun sedang
bertempur dengan amat serunya, untuk beberapa saat lamanya
tidak dapat ditentukan siapa yang kuat siapa yang lemah.
Sebaliknya Nyio Sam Pak ada sedikit tidak kuat menahan
serangan musuhnya, ilmu pedangnya amat lihay sekali tetapi
dikarenakan usianya yang sudah lanjut ditambah pula badannya
sudah mulai lemah, setelah bergebrak mendekati ratusan jurus
gerakannya mulai menjadi perlahan, kelihatannya dia sudah tidak
ada harapan lagi untuk merebut kemenangan.
Ti Then, yang melihat akan hal ini diam-diam didalam hati
merasa amat cemas sekali mendadak dia bersuit panjang, jurus
pedangnya berkelebat semakin cepat lagi menerjang musuh-
musuhnya. Tiba-tiba si malaikat botak Yu Sam San mendengus berat,
dengan terhuyung-huyung tubuhnya mundur beberapa langkah
kebelakang, dari kaki kirinya mengucur keluar darah segar dengan
amat derasnya jelas dia sudah tersambar pedang dari Ti Then.
Ti Then yang serangannya mendapatkan hasil semangatnya
semakin berkobar, pedang panjangnya dengan mengikuti
gerakannya menekan kebawah kemudian laksana serentetan sinar
kilat dengan cepatnya membabat sepasang kaki dari si kakek tak
berbudi. Dengan terburu-buru si kakek tak berbudi meloncat menghindar,
sepasang tangannya mencekal toya besinya semakin kencang
kemudian dengan mengarah kepala Ti Then membacok kebawah.
Jurus serangannye amat kuat dan dahsyat, gerakannya pun
cepat bagaikan sambaran kilat.
Ti Then tertawa dingin mendadak tubuhnya miring kesamping
kemudian berputar kearah kanan, pedangnya dari gerakan
membacok diubah jadi gerakan menusuk dengan menggunakan
jurus Huan Liong Ci Hauw atau naga membalik menusuk macan
berbalik menerjang si mata keranjang Su Koan Khei terdengar dia
berpekik aneh kemudian dengan gugupnya mengebutkan kipasnya
menangkis datangnya serangan tersebut tetapi akhirnya dia tidak
berhasil juga untuk menghindarkan diri dari seluruh serangan
tersebut pinggangnya dengan kerasnya kena tertusuk pedang Ti
Then. "Aduuuh "!"
Dengan amat terperanjatnya dia berteriak keras kemudian ujung
kakinya menutul permukaan tanah dengan cepatnya mengundurkan
diri sejauh dua kaki ke belakang, kedua tangannya menekan
menutupi luka pada pinggangnya kemudian dengan terbirit-birit
melarikan diri kedalam sarangnya.
Si malaikat botak Yu Sam Sian pun tidak berani bertempur lebih
lama lagi cambuknya dengan cepat disambar kebawah kemudian
dengan menyeret kaki kirinya yang terluka mengikuti dari belakang
si mata keranjang, mengundurkan diri kedalam sarang dengan ter-
gesa2, Dengan demikian orang yang mengerubuti diri Ti Then kini
tinggal dua orang saja yaitu si kakek tak berbudi serta si muka
aneh. Ti Then merasa semakin enteng lagi, serangan yang dilancarkan
semakin ganas lagi, seketika itu juga membuat si kakek tak berbudi
serta si muka aneh terdesak mundur terus dan tidak kuat untuk
bertahan lebih lanjut. Tetapi pada saat itulah Nyio Sam Pak berhasil dipukul kaki
kanannya oleh gada dari si ketemu tidak untung Cang Hiang
sehingga terjatuh keatas tanah.
Senjata siluman bocah dari lembah setan Yu Si adalah sepasang
tombak pendek, ketika dilihatnya Nyio Sam Pak rubuh keatas tanah
dia segera tertawa aneh. Dengan mengambil kesempatan ini sepasang tombaknya dengan
disertai tenaga yang dahsyat ditusuk keatas lambung Nyio Sam Pak.
Bilamana tusukannya ini mendapatkan hasil maka seketika itu
juga seluruh isi perut dari Nyio Sam Pak akan berserakan diatas
tanah. Tetapi pada saat yang amat kritis itulah mendadak Si siluman
bocah dari lembah setan Yu Si menjerit ketakutan, tubuhnya dengan
sempoyongan mundur satu kaki lebih kemudian rubuh keatas tanah
tak bergerak lagi. Tepat pada bagian ulu hatinya tertancaplah sebuah gagang
pedang yang menembus sampai pada punggungnya. Matinya amat
cepat sekali, begitu tubuhnya menggeletak diatas tanah sepasang
matanya mendelik keluar dan tidak bernyawa lagi.
Orang yang baru saja turun tangan melancarkan serangan itu
bukan lain adalah Ti Then adanya.
Ti Then yang melihat Nyio Sam Pak rubuh diatas tanah
dikarenakan jaraknya ada tiga kaki jauhnya didalam keadaan cemas
dalam hati segera mengambil keputusan untuk menyambitkan
pedangnya guna menolong nyawa dari Nyio Sam Pak.
Begitu pedangnya disambitkan kedepan tubuhnya ikut menubruk
maju kedepan tubuh Nyio Sam Pak.
Telapak tangannya bagaikan kilat cepatnya dihantam kedepan
menghajar dada dari si ketemu tidak mujur.
Si ketemu tidak mujur yang dikarenakan melihat si siluman bocah
dari lembah setan Yu Si secara tiba tiba menemui ajalnya terkena
sambitan pedang pada saat ini saking terkejutnya sudah dibuat
termangu-mangu, maka itu sewaktu pukulan Ti Then menyambar
datang ternyata dia sudah lupa untuk menangkis maupun
menghindar, "Braak . ." dengan disertai suara yang amat keras tubuhnya
terpukul pental keatas udara, serentetan darah segarpun mengikuti
melayang sang tubuh memancar keluar dari mulutnya.
Sewaktu tubuhnya mencapai tanah dia sudah tidak bergerak lagi.
Sebaliknya si bisul merah Tiauw Ih yang melihat kehebatan Ti
Then laksana malaikat dari angkasa saking takutnya dia tidak berani
bergebrak lebih lanjut, sepasang kakinya menutul permukaan tanah
kuat-kuat kemudian mengundurkan diri beberapa kaki jauhnya.
Si kakek tak berbadi serta si muka aneh pun tidak berani maju
kembali, dengan perlahan mereka mulai menggeserkan kakinya
kebelakang, agaknya mereka bermaksud untuk molor pergi.
Melihat sikap mereka itu Ti Then segera mendesak tiga langkah
kedepan. "Heee - , . heee . . . jangan lari!" bentaknya sambil tertawa
dingin. "Kalian bertiga harus bertempur lagi dengan aku"
Air muka si kakek tak berbudi seketika itu juga berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat, mendadak dia putar tubuh kemudian
bagaikan segulung asap berlalu dengan tergesa-gesa dari sana,
Si muka aneh serta si bisul merah yang melihat si kakek tak
berbudi melarikan diri sudah tentu tidak berani berdiam lebih lama
lagi disana, mereka pun dengan cepat melarikan diri terbirit-birit
dari kalangan. Ti Then segera tertawa terbahak-bahak kemudian baru putar
badannya dan berkata kepada Nyio Sam Pak.
"Bagaimana dengan luka Nyio Locianpwe ?"
Nyio Sam Pak tidak menjawab, sepasang matanya dengan
terbelalak lebar-lebar melototi diri Ti Then beberapa saat lamanya
dia orang banar-benar dibuat melongo.
Lama sekali baru terdengar dia orang menghela napas panjang
kemudian gelengkan kepalanya berulang kali.
"Oooh . . . Thian, kepandaian silat dari Kiauw-tauw ini sebetulnya
dilatih dengan cara bagaimana?"
Ti Then cuma tersenyum tidak menjawab, dia segera maju
kedepan membimbingnya bangun.
"Heeeei, masih untung kakiku tidak sampai putus ..." ujar Nyio Sam Pak kemudian sambil tundukkan kepalanya memperhatikan
kaki kanannya. "Ombak belakang sungai Tiang Kang mendorong
ombak di depannya, manusia baru menggantikan manusia-manusia
lama, perkataan ini ternyata sedikit pun tidak salah. Lolap memang
sudah terlalu tua," Ti Then yang melihat dia tidak menemui cedera yang berarti
segera menoleh memandang kearah pertempuran yang masih
berlangsung dengan sengitnya antara Wi Ci To dengan Leng Hu Ih,
ketika melihat mereka masih bartempur dengan begitu ramainya tak
terasa dia sudah tersenyum.
"Mereka benar-benar sepasang musuh yang bagus!" ujarnya.
"Tidak-" Bantah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Si iblis bungkuk hampir kalah, coba kau lihat keringat sudah mulai mengucur
membasahi keningnya, sebaiiknya keaadaan Wi Poocu masih biasa
saja seperti sedia kala . ."
"Tidak salah, si iblis bungkuk tidak bakal bisa bertahan seratus
jurus lagi." "Tetapi ..." ujar Nyio Sam Pak dengan suara yang amat lirih.
"Bilamana dia ingin melarikan diri agaknya Wi Poocu tidak bakal bisa menghalangi dirinya."
Ti Then segera mengangguk tanda menyetujui pendapat ini, dia
pun sudah bisa melihat kalau Leng Hu Ih adalah seorang manusia
yang luar biasa. Bilamana dia orang dibandingkan dengan diri si pendekar pedang
tangan kiri Cian Pit Yuan, dia orang memang jauh lebih tinggi satu
tingkat darinya. Terdengar dengan perlahan Nyio Sam Pak menghela napas
panjang, lalu gumamnya seorang diri, "Bilamana iblis ini tidak
dibasmi maka dia merupakan satu bencana yang tak terhingga
dikemudian hari ...."
"Tadi dia bilang mau bertempur mati-matian melawan Poocu,
entah benar tidak perkataannya itu"
"Menurut penglihatan lolap dia tidak bakal mau bertempur
mati2an melawan Wi poocu, dia pasti akan melarikan diri" sahut
Nyio Sam Pak tertawa. Tetapi dia tidak akan berhasil meloloskan dirinya. . ."
Perkataannya yang gagah dan tegas ini menunjukkan kalau
didalam hatinya dia sudah berniat untuk membasmi si iblis bungkuk
Leng Hu Ih tersebut. Selesai berkata dia segera berjalan menuju kedepan mayat dari si
siluman bocah dari lembah satan dan mencabut keluar pedangnya,
setelah membersihkan darah yang menempel pada tubuh pedang
itu dia baru kembali lagi kesamping badan Nyio Sam Pak.
"Ti Kiauw-tauw ini hari sudah menolong lolap lolos dari kematian,
entah lolap harus berbuat bagaimana untuk membalas budimu yang
besar itu?" ujar Nyio Sam Pak kemudian sambil memandang diri Ti
Then tajam2. ooOoo 56 "Nyio locinpwe kau tidak usah begitu sungkan2, membasmi
kaum penjahat dan menolong sesamanya adalah tugas kami, buat
apa Locianpwe memikirkannya didalam hati ?" Seru Ti Then dengan
cepat. Pada saat itulah mendadak terdengar si iblis bongkok Leng Hu Ih
yang ada didalam kalangan berteriak keras, dengan cepat dia
menoleh kearah tengah kalangan.
Tampaklah pada saat itu si iblis bongkok Leng Hu Ih sedang
melayang kebelakang untuk mengundurkan diri.
Sejak semula Ti Then sudah memperhatikan dirinya, begitu
melihat dia mengundurkan dirinya kebelakang dengan cepat
tubuhnya bergerak, maju kedepan untuk menghalangi perjalanan
mundurnya. "Hey Bungkuk ! mati hidup belum ditentukan kau sudah ingin lari
?" bentaknya keras. f
Dibagian dada dari si-iblis bongkok Leng Hu Ih sudah tergores
sebuah luka yang panjang, darah segar menetes keluar membasahi
bajunya. jelas dia audah berhasil di lukai oleh ujung pedang dari Wi
Ci To. Ketika dilihatnya Ti Then menghalangi jalan mundurnya, pada air
mukanya jelas menampilkan rasa gusarnya yang amat sangat;
"Siapa yang menghalangi aku mati!" bentaknya dengan keras.
Pedang ditangannya dengan kecepatan yang luar biasa ditusuk
kedada Ti Then. Dengan cepat Ti Then menggeserkan badannya kesamping,
pedangnya dengan menggunakan jurus "Giok Ti Heng Coei" atau
seruling pualam berbunyi alun, membabat pinggangnya.
Siapa tahu jurus serangan yang baru saja dilancarkan oleh Leng
Hu Ih ini cuma sebuah jurus tipuan belaka, baru saja menyambar
sampai ditengah jalan mendadak tubuhnya menyingkir kesamping
untuk kemudian berkelebat pergi.
Ti Then segera tertawa terbahak2 bagaikan bayangan setan dia
mengikuti dari belakangnya dan menghalangi didepannya.
"Kau tidak bakal bisa lolos dari sini!" teriaknya keras sambil
membabat pedangnya ke depan. "Lebih baik kau tinggal disini untuk
baik2 bergebrak dengan aku saja"
"Baik. Lohu akan mengadu jiwa dengan kau bangsat cilik!"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bentak Leng Hu Ih dengan gusarnya sambil menangkis datangnya
serangan itu. Ditengah suara teriakannya yang amat nyaring kembali dia
melancarkan tujuh kali tusukan mengancam tubuh Ti Then.
Ti Then harus mengundurkan diri tujuh tindak baru berhasil
memecahkan ke tujuh buah serangan dahsyatnya itu, dengan cepat
dia balas melancarkan tujuh buah se rangaa dahsyat pula mendesak
dia orang sehingga terpaksa mundur tujuh delapan tindak
kebelakang, Wi Ci To tahu Ti Then tidak bakal menderita kekalahan ditangan
Leng Hu Ih karenanya didalam hati dia merasa berlega hati, dia
segera berjalan mendekati diri Nyio Sam Pak dan tanyanya dengan
penuh perhatian : "Agaknya tadi Nyio-heng terluka, bagaimana?" Tidak mengapa?"
"Tidak mengapa!" Sahut Nyio Sam Pak sambil gelengkan
kepalanya. "Sedikit aku berlaku ayal kaki kananku terkena satu kali gebukan dari gadanya Si ketemu tidak mujur"
"Masih dapat berjalan?"
"Bisa!" "Kalau begitu mari kita serbu kedalam sarangnya dan sekalian
membakarnya" "Tetapi menang kalah diantara mereka belum ketahuan,
bagaimana kita.." Seru Nyio Sam Pak sambil menuding ketengah kalangan dimana
Ti Then serta Leng Hu Ih sedang bergebrak dengan amat serunya.
"Kau tidak usah menaruh rasa kuatir terhadap diri Ti Kiauw-tauw"
Potong Wi Ci To dengan cepat "Tidak sampai seberapa lama dia
sudah dapat membereskan musuhnya."
"Bukan begitu, maksud lolap bilamana kita meninggalkan tempat
ini dan anak buahnya ber-sama2 mengerubuti diri Ti Kiauw-tauw
bukankah urusan akan berabe?"
"Justru dikarenakan takut anak buahnya menyerbu kesini dalam
jumlah yang besar maka aku orang she-Wi bermaksud untuk
menerjang dulu kedalam sarangnya dan hancurkan seluruh orang
yang ada disana." Nyio Sam Pak termenung berpikir sebentar akhirnya dia
mengangguk. "Baiklah. mari kita masuk!"
Demikianlah dengan cepat mereka berdua berkelebat menaiki
tangga didepan sarang tersebut kemudian menerjang masuk kearah
dalam. Leng Hu Ih yang melihat Wi Ci To serta Nyio Sam Pak menerjang
masuk ke dalam sarangnya dan dia segera tahu mereka hendak
menghancurkan seluruh isinya tidak terasa lagi didalam hati merasa
tarkejut bercampur gusar.
Dia meraung keras, ber-turut2 pedangnya dibabat kedepan
memaksa mundur Ti Then kebelakang kemudian dengan meminjam
kesempatan itu hendak menerjang masuk pula kedalam sarang
tersebut dan mencegah Wi Ci To berdua menghancurkan
gerakannya. Sudah tentu Ti Then tidak akan membiarkan dia orang
mengundurkan diri dari sana, ditengah suara tertawanya yang amat
keras tubuhnya segera meloncat keatas mengejar dari belakang.
Sekali loncat Leng Hu ih sudah mencapai tiga kaki jauhnya, ilmu
meringankan tubuhnya jelas sangat hebat, tetapi baru saja
sepasang kakinya menncapai atas tanah Ti Then pun dalam waktu
yang bersamaan melayang lima depa dihadapannya, pedang
panjangnya dengan amat gencar melancarkan serangan mendesak
dirinya membuat dia orang kembali terkurung didalam bayangan2
pedang yang amat rapat itu.
Sekali lagi mereka berdua bergebrak beberapa jurus banyaknya
diatas tangga itu. Leng Hu Ih yang melihat dia tidak berhasil meloloskan diri tidak
kuasa lagi segera memaki dengan gusarnya:
"Neneknya . . anak anjing! lohu dengan kalian Benteng Pek Kiam
Poo ada sakit hati apa" kenapa kalian mau membasmi kami sampai
keakar2nya?" "Kami Benteng Pek Kiam Poo selalu mengutamakan sifat
pendekar untuk membasmi kaum penjahat yang mengacau
ketentraman Bu-lim, selamanya kami menganggap kaum penjahat
sebagai musuh2 kita yang harus dibasmi" ujar Ti Then sambil
tertawa berat. Leng Hu Ih setelah berhasil menangkis beberapa jurus serangan,
mendadak tubuhnya meloncat keatas kemudian berjumpalitan
ditengah udara dan melayang turun ditangga yang lebih depan.
Dengan cepat Ti Then meloncat mengejar.
"Mau pergi boleh saja, tetapi sebuah tanganmu harus ditinggal"
Serunya sambil tertawa nyaring.
Mendadak Leng Hu Ih putar badannya dan mengayunkan
tangannya kebelakang. "Barang ini kau terimalah !" teriaknya sambil tertawa keras-
Segenggam kapur dengan cepatnya menyambar datang.
Ti Then menduga dia orang sedang menyambitkan senjata
rahasia ke arahnya tetapi sama sekali tidak menyangka kalau
senjata rahasianya adalah segenggam kapur yang khusus digunakan
untuk melukai mata, dikarenakan jaraknya terlalu dekat baru saja
dia bermaksud menutup matanya keadaan sudah terlambat.
Ada sebagian kecil dari kapur itu sudah tepat menghajar matanya
sehingga terasa amat perih.
Mata adalah bagian badan yang paling lemah, setiap jago Bu-lim
yang terkena kapur tersebut bilamana bukannya untuk sementara
akan jadi buta maka untuk selamanya dia tidak dapat melihat lagi,
karenanya keadaan seperti itu sangat berbahaya sekali.
Sudah tentu Ti Then tidak terkecuali, dia merasakan sepasang
matanya amat sakit, seketika itu juga pandangannya jadi gelap tak
dapat melihat suatu apapun.
Rasa terperanjatnya kali ini benar2 luar biasa, dengan gugup dia
menghentikan gerakannya dan meloncat turun dan atas tangga.
Dikarenakan dia orang tak dapat melihat suatu apapun, begitu
mencapai permukaan tanah seketika itu juga tubuhnya jatuh
terjengkang tak dapat bergerak.
Melihat hal itu Leng Hu Ih jadi amat girang sekaii, dengan cepat
dia menubruk kebawah. "Bangsat cilik, serahkan nyawamu!" Bentaknya sambil tertawa
keras. Pedangnya digetarkan dengan cepat mengarah ulu hati Ti Then,
dia menyerang kearah bawah.
Walaupun sepasang mata Ti Then sudah jadi buta tetapi
telinganya masih tajam dan dapat membedakan datangnya angin
serangan. Dengan gesitnya dia menggelinding ke samping menghindarkan
diri dari tusukan pedang tersebut, diikuti tubuhnya meloncat keatas
dengan mengikuti arah datangnya angin serangan tadi menyapu ke
depan. Serangannya kali ini mengancam sepasang kaki dari Leng Hu Ih.
Kecepatan serangannya amat dahsyat seperti menggunakan
mata yang normal. Dengan lekas Leng Hu Ih meloncat kesamping untuk
menghindarkan diri dari babatan itu, pada wajahnya segera
tersungginglah satu senyuman yang amat buas dan ganas sekali,
"Heee . . . . bangsat cilik. kau masih ingin mempamerkan
kepandaianmu ?" ejeknya dingin.
Air muka Ti Then amat tawar sekali, dengan perlahan-lahan dia
menekukkan kaki kirinya kebawah sehingga membentuk gaya
setengah berlutut pedang panjangnya dilintangkan didepan dada
memperhatikan sikap menanti serangan.
"Hmm.... sekarang adalah kssempaian yang baik buatmu, ayoh
maju!" serunya dingin.
Dengan diam2 Leng Hu Ih bergeser tiga langkah kesamping
kemudian secara diam2 menusuk kearah pinggangnya, menanti ujung pedangnya
sudah berada satu dua coen dari pinggangnya dia baru membentak
dengan keras : "Awas !" Mendadak tubuh Ti Then berputar setengah lingkaran, didalam
keadaan yang amat kritis dia sudah membabat pedangnya
kesamping memukul miring serangaanya itu, kemudian dengan
mengikuti gerakan badannya sang pedang membacok kearah
dadanya. Gerakannya amat keras dan aneh sekali. Dengan ter-buru2 Leng
Hu Ih meloncat mundur kebelakang.
"Heee . . . heee .... bangsat cilik" teriaknya sambil tertawa
seram." Aku mau lihat kau masih bisa terima berapa jurus serangan
dari Lohu !" Selesai berkata tubuhnya bergerak maju lagi melancarkan
serangan ganas. Dengan mengandalkan pendengarannya Ti Then segera
menggerakkan pedangnya menangkis serangan tersebut, semakin
lama dia merasa semakin tidak tahan akhirnya terpaksa dia
meloncat bangun untuk menghindar.
Leng Hu Ih tidak mau memberi kesempatan buatnya untuk
bertukar napas. tubuhnya sekali lagi menubruk maju kedepan,
serangannya pun semakin lama semakin gencar semakin lama
semakin dahsyat. "Hey bangsat cilik" teriaknya sembari menyerang sembari
tertawa seram. "Ini hari kau sudah membinasakan empat orang
anak buah dari Lohu, sekarang lohu mau tabas putus sepasang
tangan serta sepasang kakimu terlebih dulu untuk membalaskan
dendam atas kematian dari mereka berempat! "
Ti Then dengan sekuat tenaga menahan datangnya serangan itu,
sembari bertempur tangannya yang lain segera mengucak matanya
berusaha untuk mengembalikan penglihatannya tetapi sekalipun
sudah berusaha amat lama dia semakin merasa matanya semakin
sakit sehingga tak terasa lagi didalam hati dia menghela napas
panjang. "Sudahlah " pikirnya kemudian, "tidak kusangka aku Ti Then ini hari harus menemui ajalnya ditangan Si iblis bungkuk ini tetapi . .
bagaimana aku boleh mati dengan sama sekali tidak berharga ini "
Aaku harus mengadu jiwa dengan dirinya."
Baru saja berpikir sampai disitu mendadak dia merasakan
lengannya amat sakit sekali agaknya Leng Hu Ih sudah berhasil
menggores luka lengannya.
Masih untung luka tersebut tidak terlalu berat, dengan tergesa-
gesa dia angkat badannya untuk menangkis.
"Traaaang . . " dengan tepatnya dia berhasil memukul kesamping
pedang dari Leng Hu Ih, dia tidak mau membuaug kesempatan lagi
tubuhnya dengan cepat bergerak maju mendesaknya lebih lanjut.
Ssbaliknya Leng Hu Ih tidak mau mengadu jiwa dengan dirinya,
ketika dilihat tempat kedudukkannya sudah diketahui dengan cepat
tubuhnya meloncat kesamping.
Kemudian dengan perlahan-lahan dia memutar kebelakang badan
Ti Then, sambil meringankan tindakannya dengan tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun dia mendesak maju kembali.
Ti Then dengan pusatkan seluruh perhatiannya mendengar,
dikarenakan tidak mendengar juga pihak lawannya menyerang
terpaksa dia putar badannya melancarkan serangan dengan
menggunakan jurus Ya Can Pat huan atau delapan penjuru
petempur malam. Leng Hu Ih tetap berdiam ditempat sama sekali tidak bergerak.
"Leng Hu Ih, kau terlalu tolol" Maki Ti Then kemudian sambil
menghentikan gerakammya. "Bagaimana sudah begitu lama kau
masih belum sanggup untuk membinasakan diriku ?"
Didalam hati Ti Then tahu dia hendak melancarkan serangan
bokongan kepadanya karena itu di dalam hati dia pun segera
mengambil keputusan untuk dengan siasat melawan siasat.
Dia akan berdiri tenang menunggu datangnya serangan musuh,
menanti pedangnya sudah menempel badannya dengan
menggunakan saat yang amat kritis itulah dia hendak balas
melancarkan satu serangan beradu jiwa dengan dirinya.
Karena itu keadaannya jadi semakin tegang lagi, dengan
dinginnya dia berdiri menanti.
Leng Hu Ih yang melihat pihak lawannya pun hendak
menggunakan tenang ma lawan tenang semakin tidak berani
bergerak lagi, sepasang matanya yang buas dengan cepatnya
berputar-putar, mendadak dengan perlahan-lahan dia berjongkok
memungut sebuah batu kemudian dengan perlahan-lahan bangkit
dan mneyambitkan batu itu kedepan tubuh Ti Then.
"Plooook!" dengan disertai suata yang amat nyaring batu itu
tepat terjatuh dihadapannya.
Tubuh Ti Then segera kelihatan bergetar amat keras.
Tetapi dia pun tidak turun tangan, dia hendak menanti sampai
pedang pihak lawan menempel badannya dia baru melancarkan
serangan balasannya. Sebaliknya Leng Hu Ih menduga Ti Then pasti akan terkena
pancingannya dan turun tangan melancarkan serangan, karena itu
begitu melihat badan Ti Then sedikit tergetar dengan cepat dia
ayunkan pedangnya menyerang lengan sebelah kanan dari Ti Then.
Dia tetap mempunyai rencana untuk membacok putus tangan
serta kaki Ti Then dulu kemudian baru membinasakan diri Ti Then
dengan perlahan-lahan. Tampaklah sinar pedang berkelebat menyilaukan mata,
pedangnya dengan amat tepat sekali berhasil membacok lengan
kanan dari Ti Then, Sedang Ti Then pun dengan menggunakan saat pedang tersebut
menempel badannya mendadak dia putar pedangnya dari bawah-
ketiak kanannya menusuk kearah belakang.
"Aaaaaah ,"."..".
Suara teriakan ngeri yang mendirikan bulu roma segera bergema
keluar dari mulut Leng Hu Ih.
Ti Then segera merasakan kalau pedangnya dengan amat tepat
sekali berhasil menusuk lambung lawannya, didalam hati dia merasa
sangat girang sekali, dengan cepat tubuhnya berputar kebelakang
kaki kanannya dengan kecepatan yang luar biasa melancarkan
tendangan kilat menghajar lambungnya kemudian sembari
mencabut keluar pedangnya dia meloncat mundur satu langkah.
Dia sama sekali tidak mendengar suara rubuhnya pihak lawan,
karena itu begitu ujung kakinya mencapui permukaan tanah dengan
pusatkan seluruh perhatiannya dia siap-siap menghadapi perubahan
selanjutnya, Tetapi walaupun sudah ditunggu beberapa saat lamanya masih
belum terdengar juga suara rubuh maupun berjalannya Leng Hu Ih,
didalam hati diam2 dia merasa terkejut bercampur curiga, tidak
kuasa lagi tanyanya dengan suara keras;
"Hey bungkuk, kau sudah mati?"
Leng Hu Ih tidak menjawab.
Tadi dia merasakan pedangnya itu dengan amat tepat sekali
berhasil menusuk lambung dari pihak lawannya bahkan pedangnya
menancap sangat dalam sekali, menurut keadaan biasa seharusnya
pihak lawan sudah menemui ajalnya.
Tetapi kenapa dia tidak mendengar suara rubuhnya pihak lawan"
karenanya didalam hati dia merasa tidak paham. pedangnya segera
dikibaskan kembali dengan menggunakan jurus Ya Can Pat Hong
atau delapan penjuru bertempur malam.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akhirnya dia sama sekali menemui sasaran yang kosong.
"Apa mungkin dengan membawa luka dia sudah melarikan diri ?"
pikirnya didalam hati- "Bilamana memang demikian adanya maka
tentunya dia meloncat pergi sewaktu aku mencabut keluar
pedangku tadi . . ?"
Berpikir akan hal ini rasa tegang yang mencekam didalam hatinya
pun manjadi kendor kembali, dia mulai merasakan lengan kanannya
terasa amat sakit. Ketika dia meraba dengan menggunakan tangannya saat itulah
dia baru menemukan kalau luka pada lengannya itu tidak kecil,
panjangnya ada dua coen dengan lebar tiga coen bahkan hampir
melukai tulangnya, darah segar dengan tak-henti2nya menetes
keluar membasahi bajunya, dengan cepat jari tangannya berkelebat
menotok jalan darah yang dekat dengan tempat tersebut.
Setelah itu kepalanya didongak memandang kearah sebelah
sarang penjahat itu, secara samar2 dia merasakan ada sinar merah
yang muncul didaerah sekitar tempat itu, tak kuasa lagi dia
bergumam seorang diri; "Aaah"... itu tentu warna api, Wi Ci To serta Nyio Sam Pak
sudah membakar sarang perampok tersebut"
Berpikir sampai disitu mendadak telingany mendengar suara
hiruk pikuk yang amat keras sekali berkumandang datang dari
tempat kejauhan, Jika didengar dari suara tersebut agaknya berasat dari anak buah
dari si iblis bongkok yang sedang melarikan diri kocar kacir dari
dalam sarangnya. "Ehmm .... bilamana diantara orang2 itu ada seorang jagoan
yang melarikan diri melewati tempat ini dan melihat aku sedang
terluka?" Berpikir akan hal ini dengan ter-gesa2 dia berjalan menuju
kesebelah kanan. Dia masih ingat disebelah kanas dari tempat itu terdapat sebuah
hutan yang amat lebat dia bermaksud untuk bersembunyi beberapa
saat lamanya didalam hutan itu, karena mata serta kedua luka
dilengannya sudah sukar buatnya untuk bergebrak kembali.
Tetapi baru saja dia berjalan beberapa langkah mendadak
terdengarlah suara tersampoknya ujung pakaian berkelebat dating
dengan kecepatan yang luar biasa.
Dengan cepat dia putar badannya siap2 menghadapi sesuatu.
"Ti Kiauw-tau kau kenapa?"
Suara dari Wi Ci To. Mendengar suara itu Ti Then segera menghembuskan napas
lega, dengan wajah yang menampilkan senyuman pahit dia berkata:
"Gakhu..kau?" Wi Ci To yang melihat wajahnya sudah dipenuhi dengan kapur
menjadi amat terperanjat sekali, dengan cepat dia berlari mendekat.
"Kenapa matamu?" tanyanya dengan cemas.
"Karena sedikit tidak waspada, mataku sudah terkena sambitan
kapur dari si iblis bongkok.."
Belum habis dia berbicara tiba-tiba terdengarlah suara dari Nyio
Sam Pak berkumandang keluar dari belakang Wi Ci To.
"Aaaah"kau sudah bunuh iblis ini!" teriaknya dengan keras.
"Aaaah..dia sunguh-sungguh sudah mati?" Tanya Ti Then
kegirangan. "Kau"kau membinasakan dirinya setelah matamu dibutakan
olehnya?" tanya Wi Ci To dengan terperanjat.
"Benar" sahut Ti Then mengangguk, "Dia ingin menabas tangan
serta kaki dari boanpwe tetapi akhirya boanpwe berhasil menusuk
dirinya" agaknya boanpwe berhasil menusuk lambungnya"
"Tidak!" seru Nyio Sam Pak membenarkan kesalahannya, "Kau
sudah menusuk ulu hatinya"
"Oooh..lalu mayatnya apa rubuh disana?"
"Benar" "Sungguh aneh sekali" gumam Ti Then seorang diri, "Kenapa
boanpwe tidak mendengar tubuhnya rubuh keatas tanah?"
"Tentunya dia rubuh keatas tanah dengan perlahan" sahut Wi Ci
To memberikan pendapatnya, "Matamu sudah tidak dapat melihat?"
"Benar, aku cuma bisa melihat sinar putih yang rada samar2 dan
buram . ." Wi Ci To dengan ter-gesa2 memasukkan pedangnya kedalam
sarung kemudian serunya dengan cemas:
"Mari, lohu gendong kau pulang kedalam perkampungan !"
Tidak menanti Ti Then memberikan jawabannya dengan cepat
dia sudah menggendong badan Ti Then dan lari menuju ke
perkampungan Thiat Kiam San Cung.
Nyio Sam Pak sambil menenteng pedang-segera mengikuti dari
belakangnya. "Bagaimana dengan sarang mereka ?" tanya Ti Then kemudian
ditengah jalan. "Sedang terbakar hebat, anak buah mereka sebanyak seratus
orang sudah bubaran bagaikan buuung !". Sahut Wi Ci To.
"Diantara pembantu2 Leng Hu Ih kini cuma Sikakek tak berbudi,
Si muka aneh serta sibisul merah tiga orang saja yang berhasil
meloloskan diri" Sambung Nyio Sam Pak lebih lanjut. "Boleh dikata pertempuran kita kali ini memperoleh kemenangan total, cuma saja
Ti Kiauw-tauw sudah menderita luka. hal ini benar2 membuat lolap
merasa tidak tenang".
"Nyio Locianpwe buat apa mengucapkan kata2 tersebut " sedikit
luka dari boanpwe ini tidaklah seberapa buat apa locianpwe merasa
kuatir ?". "Tetapi bilamana sepasang mata dari Ti Then Kiauw-tauw tidak
dapat melihat kembali, maka " . . . "
"Tidak! dia dapat melihat lagi," Sela Wi Ci To dengan cepat."
Setelah kembali kedalam perkampungan nanti, asalkan dibersihkan
beberapa kali dengan menggunakan air maka dia bisa melihat
kembali seperti sedia kala"
"Semoga saja demikian..." sambung Nyio Sam Pak sambil
menghela napas panjang. "Bilamana tidak dapat melihat juga tidak mengapa, nyawa dari
boanpwepun ini didapat dari pungutan, ada apanya yang dapat
disesali ?" Di dalam keadaan buta ternyata Ti Kiauw tauw masih bisa
melukai dan membinasakan Leng Hu Ih, hal ini sungguh2 sukar
untuk dipercaya!" "Soal ini mungkin dikarenakan dia orang terlalu memandang
rendah diriku. Bilamana bukannya dia ingin membacok putus sepasang tangan
serta kaki dari boanpwe kemungkinan sekali dia sudah berhasil
membinasakan diri boanpwe."
Mereka bertiga sembari berjalan sembari ber-cakap2, tidak
selang seperempat jam kemudian mereka sudah tiba didalam
perkampungan Thiat Sam Kiam san Cung.
Nyio Si Ih sekalian yang melihat Ti Then menderita luka jadi
merasa terkejut, dengan cepat mereka pada maju mengerubung
dan menanyakan parsoalannya..
Tetapi Nyio Sam pak sudah mengulapkan tangannya mencegah,
tegurnya: "Nanti saja kita bicarakan lagi, sekarang cepat ambil beberapa
pikul air bersih," Huan Ceng Koei serta Cia Pu Leng yang ada dikalangan dengan
tergesa2 segera berlalu. Kepada putranya Nyio Si Ih dengan cepatnya Nyio Sam Pak
memberi perintah lagi. "Si Ih, cepat kau siapkan obat2an dan menolong Ti Kiauw-tauw
balutkan lukanya." "Baik!" sahut Nyio Si Ih kemudian dengan tergesa-gesa berlalu
dari sana. Beberapa saat kemudian Huan, Cio dua orang sudah
mengambil empat pikulan air bersih, Wi Ci To segera membimbing
Ti Then untuk berjongkok dihadapan air bersih itu dan serunya.
"Mari masukkan kepalamu kedalam air!"
Ti Then segera menurut dan memasukkan kepalanya kedalam
air, kapur yang di wajahnya setelah terkena sir segera pada buyar
dari kawahnya, Wi Ci To yang melihat air yang bersih atu sudah tercampur
sehingga kotor segera ganti dengan air yang baru.
"Sekarang coba kau membuka matamu dengan perlahan-lahan"
katanya, Sekali lagi Ti Then memasukkan kepalanya kedalam air kemudian
dengan ptrlahan-lahan membuka matanya,
Ternyata sedikitpun tidak salah, rasa sakit sudah semakin
berkurang, kaput yan masih tertinggal didalam matapun sebagian
besar sudah larut kedalam air.
Ketika dia angkat kepalanya secara samar2 dia dapat melihat
beberapa sosok bayangan yang kabur, dalam hati dia merasa
sangat girang sekali. "Aaah . . , sudah lebih baikan!".
"Sudah dapat melihat?"" tanya Wi Ci To dengan cepat.
"Masih sedikit kabur, tetapi sudah dapat melihat bentuk badan
orang!". "Coba ganti sepikul air lagi!"
Setelah mencuci lagi dengan sebaskom air bayangan orang yang
semula kelihatan kabur kini jauh lebih jelas lagi, cuma saja jaraknya
masih kelihatan jauh. Wi Ci To yang melihat Nyio Si Ih sudah membawa obat2an
datang kesana lantas ujarnya kemudian:
"Sekarang balut dulu lukamu, setelah itu lohu akan bantu
mencucikan kembali matamu dengan perlahan".
Demikianlah dengan dibimbing oleh Wi Ci To, Ti Then
dibaringkan keatas sebuah pembaringan.
Wi Ci To serta Nyio Sam Pak segera turun tangan sendiri
mencucikan mulut luka itu kemudian baru diberi obat dan di
bungkus dengan kain. "Kau sudah banyak mengalirkan darah, sekarang merasa
bagaimana?" tanya Wi Ci To tiba2.
"Sekarang aku merasa rada lapar! " sahut Ti Then sambil
tersenyum. "Aaaah ..." seru Nyio Sam Pak tertahan, kepada putranya Nyio Si Ih cepat ujarnya:
"Si Ih, perjamuan telah dipersiapkan?".
"Sejak semula telah dipersiapkan " sahut Nyio Si Ih dengan
sangat hormat. "Sekarang Ti Kiauw-tauw tidak dapat makan dimeja perjamuan, .
kau cepatlah bawa kemari makanan tersebut".
Nyio Si ih lantas menyahut dan berlalu dari sana.
"Nyio-heng!" tiba" terdengar Wi Ci To berkata. "Disini apakah ada kapas yang bersih?"
"Buat apa Wi Poocu memerlukan kapas?" tanya Nyio Sam Pak
melengak. "Bersihkan matanya!" Sahut Wi Ci To sambil menuding kearah Ti
Then. "Matanya harus dibersihkan dengan menggunakan-kapas
baru dapat bersih dari kapur".
Nyio Sam Pak lalu memerintahkan anak buahnya untuk pergi
mengambil kapas, kemudian dengan rasa girang ujarnya:
"Jika dilihat keadaan ini penglihatan dari Ti Kiauw-tauw akan
dapat pulih kembali seperti sedia kala"
"Benar! " sahut Wi Ci To mengangguk. "kapur memang barang
yang paling mudah melukai mata, tetapi kalau dapat cepat2
dibersihkan dengan air maka hal itu tidak lagi terlalu bahaya".
Leng Hu Ih selamanya menyebut dirinya sebagai iblis nomor satu
didalam Bu-lim dan selamanya bersikap amat sombong sekali, tidak
disangka didalam sakunya dia pun memiliki benda yang amat
rendah seperti ini! ".
"Mungkin benda ini sudah dipersiapkan untuk menghadapi kita
berdua dia sebeenarnya adalah orang dari kalangan Hek-to sudah
tentu berbuat apa pun dia tidak takut".
Sewaktu berbicara sampai disana tampaklah Nyio Si Ih dengan
membawa nampan makanan yang lezat sudah berjalan masuk ke
dalam. Baru saja makanan itu diletakkan di meja orang yang
diperintahkan untuk membawa kapas pun sudah tiba.
"Mau cuci mata dulu atau makan dulu?" tanya Nyio Sam Pak
kemudian. "Cuci mata dulu" Sahut Wi Ci To,
Dia mengambil sebuah bangku dan membiarkan kepala dari Ti
Then menjulur keluar dari dalam pembaringan dan bersandar diatas
bangku tersebut. setelah itu dia mengambil kapas dibasahi dulu
dengan air dingin kemudian baru mulai membuka mata dari Ti Then
dan membersihkan kapur yang masih tertinggal didalam kelopak
matanya itu. Sesudah dicuci beberapa kali akhirnya rasa sakit yang diderita Ti
Then pun jauh berkurang, sedangkan penglihatannya sudah pulih
delapan bagian, "Sekarang bagaimana rasanya ?" tanya Wi Ci To.
"Sudah hampir pulih seluruhnya cuma saja masih merasa sedikit
sakit." "Soal ini tidak bisa terhindar lagi tetapi setelah lewat satu dua
hari tentu akan sembuh kembali seperti sediakala, sekarang kau
duduklah dan bersantap."
"Tidak!" cegah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Tangan kanan dari
Ti Kiauw-tauw masih belum sembuh. biarlah dia tetap berbaring
Lolap akan suruh putraku membantu dia!"
Dengan cepat dia menekan badan Ti Then untuk berbaring
kembali, setelah itu kepada putranya Nyio Si Ih perintahnya:
"Si Ih, coba kau bantulah Ti Kiauw-tauw untuk menyiapkan
makanan itu kepadanya!"
"Tidak perlu begitu. boanpwe bisa makan dengan menggunakan
tangan kiri." Seru Ti Then menampik.
Tetapi walaupun dia sudah berbicara secara bagaimanapun dia
orang tua tidak memperkenankan juga dia makan sendiri. Ti Then
tidak dapat berbuat apa-apa lagi terpaksa sahutnya kemudian:
"Kalau begitu silahkan Nyio Locian-pwe pergi bersantap, cuma
dikarenakan sedikit luka dari boanpwe membuat Lo-cianpwe pun
harus bingung- benar2 membuat boanpwe merasa tidak tenang."
"Baiklah!" ujar Nyio-Sam Pak kemudian dan menoleh kearah Wi
Ci To. "Mari kita pergi makan dulu, nanti kita datang lagi!"
Setelab dua orang tua itu pergi Nyio Si Ih mulai membantu Ti
Then menyuapinya, dia orang sampai waktu ini masih tidak tahu
bagaimana Ti Then terkena sambitan kapur oleh pihak lawan serta
bagaimana kesudahan pertempuran melawan Leng Hu Ih, tidak
tertahan lantas tanyanya;
"Ti-heng siapa yang sudah melukai matamu itu ?"
"Leng Hu Ih" "Oooh. . . kau sudah bergebrak dengan si iblis bungkuk Leng Hu
Ih ?" tanya Nyio Si Ih terkejut.
"Benar." "Lalu bagaimana kesudahannya ?" Sembari menyuapi makan Ti
Then segera menceritakan bagaimana dia sudah mengalahkan diri
iblis bungkuk itu. Ketika Nyio Si Ih mendengar dia orang sudah berhasil
membinasakan diri iblis bungkuk Leng Hu Ih tidak terasa lagi
sepasang matanya sudah terpentang lebar2, dengan wajah kurang
percaya tanyanya dengan terkejut.


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sungguh " kau . . . kau bisa menangkan si iblis bungkuk Leng
Hu Sian?" Ti Then cuma tersenyum saja tidak menjawab.
xxxx Malam ini dengan alasan hendak menjaga Ti Then Wi Ci To tidur
satu kamar dengan diri Ti Then.
Nyio Sam Pak menemani mereka berdua sampai tengah malam
baru pamit untuk pulang ke kamarnya.
Setelah melihat bayangan punggungnya lenyap dari balik pintu,
Ti Then baru menoleh ke arah Wi Ci To dan tersenyum pahit.
"Siasat kita aku rasa sukar untuk dijalankan lagi" ujarnya dengan suara yang rendah. "Gak-hu punya rencana berbuat bagaimana?"
"Lohu sendiri juga tidak mengetahui cara untuk menghadapi
perubahan ini.." sahut Wi Ci To kemudian dengan wajah serius
setelah termenung berpikir beberapa saat lamanya.
"Ini hari kita harus membantu Nyio-locianpwe melenyapkan si
iblis bungkuk Leng Hu Ih, walau pun urusan terjadi di luar dugaan
tetapi boleh dikata perjalanan kita tidak sia-sia, bilamana kita tidak
pergi ke perkampungan Thiat Kiam San Cung terlebih dulu
bagaimana bisa tahu kalau Nyio locianpwe juga mengundang Cuo It
Sian untuk member bantuan?"
"Benar!" sahut Wi Ci To sambil mengangguk "Untung sekali Nyio
Ksatria Negeri Salju 7 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Kelana Buana 18
^