Pencarian

Pendekar Patung Emas 3

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 3


dari seorang pengecut tidak dapat ditangkap oleh pikiran orang
budiman, kemungkinan sekali Cian Pit Yuan sama sekali sudah tidak
punya maksud untuk mengadakan pertandingan secara blak blakan
dengan suhu." Wit Ci To menghela napas panjang ujarnya
Bilamana sipendekar baju hitam itu benar benar merupakan
murid Cian Pit Yuan, dengan kelihayan dari Ti Then saat ini
kemungkinan sekali aku sudah bukan merupakan tandingannya, dia
masih punya pegangan yang amat kuat untuk menantang
pertempuran secara terang terangan."
Menurut dugaan dari tecu" ujar Hong Mong Ling. " mungkin
dikarenakan Cian Pit Yuan belum mengetahui kepandaian yang
diciptakan itu apa bisa memukul rubuh suhu oleh sebab itulah
mengirim Ti Then terlebih dahulu untuk menjelidiki keadaan
sesungguhnya" Wi Ci To mengangguk dengan perlahan sekali lagi dia berjalan
bolak balik mengitari ruangan itu, ujarnya kemudian: Apa yang kau
duga mernang sangat beralasan sekali tetapi bagaimana pun juga
hal ini hanya dugaan belaka, kita tidak dapat menyalahi orang lain
sebelum mendapatkan bukti yang nyata . . "
"Tetapi..suhu, mungkin bilamana, kita berhasil mendapatkan
bukti kalau dia adalah murid dari Cian Pit Yuan, saat itu sudah
terlalu terlambat" Tiba-tiba Wi Ci To menghentikan langkahnya, dengan pandangan
yang amat tajam tanyanya: "Menurut kau kita harus berbuat
bagaimana untuk menghadapinya?"
"Siapa yang turun terlebih dahulu dialah yang kuat, buat apa kita
meninggalkan bencana dikemudian hari."
---ooo0dw0ooo--- "Omong kosong" bentak Wi Ci To dengan amat gusarnya.
Tubuh Hong Mong Ling segera tergetar dengan kerasnya, sambil
menundukkan kepalanya sahutnya.
"Bagaimana pun juga seharusnya di dalam pikiran tecu tidak
boleh mem punyai pikiran seperti ini, tetapi untuk keutuhan di
kemudian hari bila kita tidak berbuat demikian.."
"Tidak usah ngomong lagi" potong Wi Ci To dengan amat gusar.
"Sebelum kita berhasil mendapatkan bukti penjelewengan dari
dirinya, aku melarang kalian untuk bertindak secara gegabah.
"Baik" sahut Hong Mong Ling dengan sangat hormat.
Kemudian kepada Huang Puh Kiam Pek ujarnya pula.
"Sute, kau mengutus dua orang pendekar pedang merah untuk
siang malam mengawasi segala gerak gerik dari Ti Then bilamana
terlihat sesuatu yang mencurigakan harus segera lapor tetapi
seluruh gerak gerik kita jangan sampai diketahui olehnya.
"Baik." "Hmm..ooh masih ada lagi, kirim dua orang lainnya siang malam
jaga itu loteng penyimpan kitab"
---ooo0dw0o000--- Pada siang hari itu pula terlihatlah Ti Then bersama dengan Shia
Pek Tha dengan langkah yang perlahan berjalan kembali ke dalam
Benteng. Dengan resmi segera Wi Ci To mengadakan jamuan
menyambut kedatangan Ti Then, orang-orang yang menemani Ti
Then saat itu masih tetap Huang Puh Kiam Pek, Shia Pek Tha, Hong
Mong Ling serta Wi Lian In, di dalam jamuan itu pembicaraan
mereka tidak lebih berkisar pada persoalan ilmu pedang dari
berbagai partai di dalam dunia persitatan, juga tiba-tiba bahan
pembicaraannya telah berputar tentang diri Ti Then. Sambil tertawa
ujar Huang Pub Kiam Pek: "Ti-heng lohu punya sesuatu pertanyaan yang merasa tidak
enak untuk ditanyakan, harap kau jangan sempai tersinggung .
"Tidak mengapa.. tidak mengapa, silahkan cianpwe untuk
bertanya?" Sambil menuding kearah Shia Pek Tha" ujarnya:
"Tahun yang lalu, ketika Ti-heng membantu Pek Tha memukul
mundur Hoa San Ji koay, pada saat Pek Tha pulang ke dalam
Benteng pernah menceritakan hal itu dengan amat teliti sekali, saat
itu Pek Tha bilang katakan ilmu pedang dari Ti-heng berada diantara
pendekar pedang putih serta pendekar pedang merah dari Benteng
kami, dengan bukti dari hari ini terbukti kalau penglihatan dari Pek
Tha sama sekali salah besar tetapi sekali pun telah melihat juga
seharusnya tidak terlalu jauh perbedaannya, sesudah peristiwa
dikota Tiang An ini apa mungkin Ti-heng telah menemui sesuatu
peristiwa yang aneh?"
"Tidak ada" sahut Ti Then cepat. " di dalam satu tahun ini
boanpwe memang merasa kepandaianku telah mengalami kemajuan
yang amat pesat hal ini kemungkinan sekali dikarenakan
pengalaman yang terlalu banyak yang boanpwe alami, hal ini tidak
bisa disebut sebagai suatu peristiwa yang aneh."
"Bilamana dikarenakan dari pengalaman yang didapat, maka
asalkan Ti heng berkelana lagi selama beberapa tahun di dalam
dunia Kangouw tentunya akan jauh lebih hebat lagi ?"
"Cianpwe terlalu memuji, padahal kesempurnaan yang boanpwe
dapatkan ini masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
kalian berdua Pocu."
Tiba tiba Wi Lian In membuka mulut bertanya:
"Toako, bagaimana pandanganmu terhadap kami orang-orang
dari Benteng Pek Kiam Po ini?""
"Kepandaian dari ajahmu sangat tinggi . . ."
"Kita tidak usah membicarakan soal kepandaian silat " Potong Wi
Lian In dengan cepat. Ti Then menjadi tertegun sejenak kemudian barulah ujarnya:
"Pendekar pedang dari Benteng Pek Kiam Po ini tidak ada
seorang pun yang bukan merupakan pendekar pedang kenamaan
jadi orang sangat budiman di dalam dunia kangouw pun sangat
sering menolong yang lemah menindas yang kuat, oleh karena itu
cayhe amat kagum dan menghormati orang-orang ini"
-ooo0dw0ooo- Jilid 4.1. Ti Then, ilmu silat mu mencengangkan!
"Kalau begitu" ujar Wi Lian In sambil tersenjum, "Kita dapat
menjadi kawanmu sedang kau pun dapat menjadi kawan kami,
benar tidak ?" "Tidak salah" sahut Ti Then sambil tersenjum.
Wi Lian In tersenjum lagi, ujarna:
"Tetapi sajang sekali sekali pun kau memandang kami sebagai
kawan tetapi sebaliknya kami tidak bisa menganggap kau kawan"
Dengan terburu-buru bentak Wi Ci To:
"In ji, jangan ngomong sembarangan ?"
" Ha . . ha .. ha ha . ha " udiar Ti Then sambil tertawa terbahak-
bahak, "Perkataan dari nona Wi ini tentu mem punyai maksud yang
sangat mendalam, dapat kah nona menjelaskan lebih teliti lagi?"
" Kami senang berkawan dengan seorang teman yang suka
berterus terang, sedang kau sekali pun memandang kami orang-
orang dari Benteng Pek Kiam Po sebagai teman tetapi tidak mau
berterus terang kepada kami "
"Ha .. ha.. . lalu nona Wi ingin cayhe berterus terang dalam hal
apa sehingga bisa menjadi teman "
"Bilamana kau merasa kalau kami merupakan kawan-kawan yang
dapat dipercaya dan merupakan kawan-kawan karib, maka
seharusnya kau memberi tahukan kepada kami asal usul serta nama
dari suhumu" "Ooh . . begitu?" sahut Ti Then sambil tertawa. Ha... ha benar "
Nona memang seharusnya menyalahkan diri cayhe . . ?"
"Ehm Ti-heng harap jangan marah atas kelancangan dari putriku
ini." ujar Wi Ci To sambiftertawa paksa.
"Tidak" ujar Ti Then sambil gelengkan kepalanya. "Boanpwe
memang seharusnya memberitahukan nama dari suhuku, kemarin
malam boanpwe tidak mau menyebutkan dikarenakan boanpwe
merasa sekali pun disebut Wi Pocu juga tidak akan percaya."
".Ha, ha, ha . mata Lohu belum sampai kabur, perkataan dari
siapa pun dapat mempercayainya tetapi perkataan dari siapa pun
juga bisa tidak dipercaya masih bisa melihatnya sendiri
-Kalau begitu Wi Pocu mau percaya atas perkataan dari
boanpwe?" "Sudah tentu" sahut Wi Ci To sambil mengangguk.
"Baiklah, sekarang juga boanpwe akan beritahu nama dari
suhuku Dengan perlahan dia angkat cawannya yang berisikan arak dan
diteguknya dengan perlahan-lahan. Lagaknya mirip sedang
menceritakan suatu cerita biasa ujarnya kemudian
"Jika boanpwe katakan mungkin saudara sekalian tidak akan
percaya, suhu cayhe adalah seorang Bu Beng Lojin atau orang tua
tanpa nama. "Bu Beng Lojin?" tanya Wi Ci To dengan keheran-heranan sedang
sinar matanya dengan, tajam memandang wajahnya.
"Benar" sahut Ti Then sambil menundukkan kepalanya.
...Boanpwe belajar silat selama delapan tahun darinya tetapi selama
ini dia tidak pernah mengijinkan boanpwe untuk mengetahui
namanya... "Kenapa dia berbuat demikian" "
Ti Then tertawa pahit, sahutnya
"Siapa yang tahu, setiap kali boanpwe mohon dberi tahu nama
besar dari dia orang tua maka setiap kali pula dia bilang kalau
"Nama"nya sudah binasa beberapa tahun yang lalu, agaknya dia
orang tua pernah mengalami peristiwa menjedihkan yang menimpa
dirinya pada masa yang lalu"
"Lalu kenapa dia menerima kau sebagai muridnya?"
" Dia bilang manusia boleh mati tetapi kepandaian silat tidak
boleh musnah, dia tidak tega melihat kepandaiannya ikut terkubur
bersama tubuhnya oleh karena itulah menerima boanpwe sebagai
muridnya, bahkan dia sudah membuat peraturan yang sangat keras
bagi diri boanpwe asalkan boanpwe berani berbuat kejahatan maka
dengan tanpa am pun dia akan mencabut nyawa boanpwe."
"Wajah dari suhumu apakah Ti-heng mau juga melukiskan" ujar
Wi Ci To. "Boleh" sahutnya sambil tersenjum.
"Rambutnya sudah berubah dan memutih semuanya, sedang
usianya kurang lebih delapan puluh tahun lebih bentuk tubuhnya
sedengan hanya saja matanya yang sebelah sudah cacad, agaknya
terluka oleh semacam benda semasa mudanya."
Wi Ci To menundukkan kepalanya her pikir, kemudian tanyanya
lagi "Apa suhumu sendiri yang bercerita kalau matanya itu terluka
semasa dia masih muda?"
"Tidak, hanya dugaan dari boanpwe sendiri "
"Selain sebelah mata dari suhumu yang cacad, apa masih
terdapat anggota badan lain yang cacad?" timbrung Huang Puh Kian
pek. "Tidak ada" sahutnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Telinganya juga tidak cacad?"
"Tidak" sahutnya sambil menggeleng kan kepalanya kembali.
"Suhumu apa sering memakai tangan kiri mengambil barang?"
"Ha . . ha ... ha .." sahut Ti Then sambil tertawa tergelak.
"Huang Puh cianpwe apa mencurigai suhuku adalah sipendekar
pedang tangan kiri Cian Pit Yuan" Bukan, bukan . .. suhuku bukan
sipendekar tangan kiri Cian Pit Yuan. "
Air muka Huang Puh Kian pek segera berubah menjadi merah
padam sambil angkat bahu ujarnya:
"Maaf, maaf sekali, di dalam dugaan Lohu hanya tahu bahwa di
dalam Bu-lim saat ini selain sipendekar tangan kiri Cian Pit Yuan
sebenarnya tidak mungkin ada orang lain yang bisa melatih
kepandaian silat setinggi apa yang dimiliki Ti-heng saat ini."
"Ada satu kali" ujar Ti Then, "Suhu pernah bercerita kalau dia
orang tua sudah mengundurkan diri dari kalangan dunia kangouw
pada lima puluh tahun yang lalu, maka bilamana Huang Puh
cianpwe ingin mengetahui dengan jelas siapakah suhuku itu
seharusnya pergi mencari jago-jago yang terkenal pada lima puluh
tahun yang lalu" "Ha . ha . . lima puluh tahun yang lalu Lohu masih ingusan"
"Lohu ini tahun juga baru berusia enam puluh satu.- sambung Wi
Ci To sambil tertawa "pada lima puluh tahun yang lalu baru berusia
sebelas tahun, saat itu lohu belum belajar silat"
"Lalu dimana tempat tinggal dari suhumu ?" ujar Hong Mong Ling
dengan cepat. "Sejak dia orang tua menerima siauwte sebagai muridnya selalu
tinggal bersama dengan siauw-te di dalam sebuah gua di atas
gunung Kwua Cang San, pada tiga tahun yang lalu dia
memerintahkan siauw-te turun gunung berkelena di dalam dunia
kangouw, pada tahun kedua siauwtle pernah satu kali naik ke atas
gunung tetapi sudah tidak tampak dia orang tua berdiam di dalam
gua, maka tempat tinggal dari dia orang tua sekarang ini sekali pun
siauw-te sendiri juga tidak tahu"
Jika demikian adanya suhumu sudah tidak ingin bertemu lagi
dengan Ti-heng, " ujar Hong Mong Ling..
"Jika dilihat keadaannya memang begini" sahut Ti Then dengan
sedih. "Tadi Siauw-te pernah bilang bahwa dia mewarisi Siauw-te ilmu
silat semuanya adalah dikarenakan dia tidak tega melihat
kepandaian silatnya turut dengan tubuhnya, jika bicara dalam
perhubungan antara guru dengan murid boleh dikata sangat tawar
sekali. " Dengan wajah yang sangat serius ujar Wi Ci To.
"Jika didengar dari perkataan ti-heng suhumu pada usia tiga
puluh tahun sudah mengundurkan diri dari Bu-lim agaknya pernah
mengalami suatu peristiwa yang menjedihkan hatinya sehingga di
dalam keadaan yang putus asa dia berbuat demikian"
Ti Then hanya mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. "Kepandaian silat dari suhumu apakah mengandalkan ilmu
pedangnya yang paling lihay?" tanya Wi Lian In tiba-tiba.
"Tidak,Kepandaiannya di dalam ilmu pukulan, telapak serta ilmu
meringankan tubuh baru boleh dikata merupakan ilmu tunggalnya"
"Seluruh kepandaiannya sudah kau kuasai?"
"Benar." Sahut Ti Then mengangguk.
"Hanya bakat cayhe ada batasnya sekali pun sudah berhasil
mempelajari seluruh ilmu silat dari suhuku tetapi belum mencapai
pada kesempurnaan." Teringat oleh Wi Lian In akan ilmu pedangnya sudah demikian
mengejutkan bilamana ilmu pukulan serta ilmu meringankan
tubuhnya jauh lebih lihay dan lebih hebat dari ilmu pedangnya
sudah tentu sukar ditandingi lagi, untuk sesaat lamanya tak tertahan
ujarnya: "Maukah kamu mendemonstrasikan sedikit permainan pukulan
serta ilmu meringankan tubuh yang pernah kau pelajari ?"
"Hei Budak" bentak Wi Ci To sambil tertawa, ternyata makin lama
kau semakin tidak karuan.
"Tia" ujar Wi Lian In sambil tertawa. "Ti Toako juga sangat
mengharapkan bisa mengetahui siapakah suhunya kini minta dia
memperlihatkan beberapa jurus kepandaiannya kemungkinan sekali


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari permainan silatnya itu Tia bisa mengetahui asal usul dari
suhunya." "Sekali pun memang benar tetapi."
"Perkataan dari putrimu memang benar." potong Ti Then,
"Apabila Pocu tidak memandang rendah diri cayhe maka boanpwe
akan sedikit mempertunjukkan kepandaian cakar ajam yang
boanpwe miliki." Dia bisa dengan demikian cepat dan gembiranya menerima
permintaan dari Wi Lian In ini semuanya dikarenakan pertama dia
ingin menarik simpatik dan kegembiraan dari Wi Lian In sedang
kedua, dia ingin sedikit gujon-gujon dengan Wi Ci To (Menurut
perkataan dari Shia Pek Tha kepadanya katanya Wi Ci To pernah
meninggalkan Benteng selama empat lima bulan lamanya sehingga
di dalam hati dia menganggap Wi Ci To adalah majikan Patung
Emas) "dengan mempertunjukkan sedikit kepandaian silat yang
diajarkan oleh Wi Ci To di hadapan Wi Ci To sendiri bukankah
merupakan permainan yang sangat menarik sekali"
Terlihat Wi Ci To mengerutkan alisnya ujarnya,
"Ilmu pedang yang Ti-heng perlihatkan pagi tadi saja sudah
cukup membuat Lohu bingung dan tidak tahu asal usulnya apalagi di
dalam pukulan, Lohu kira juga sama saja?"
"Ha ... ha , ha . ha." Potong Huang Puh Kian Pek. "Tidak perduli
dibagaimana pun semuanya tidak mendatangkan bahaja, hanya
melihat-lihat saja juga tidak mengapa bukan?"
Wi Ci To melihat semua orang demikian tertariknya terpaksa
bangkit dari tempat duduknya sambil ujaraja
"Baiklah mari kita pergi ke lapangan latihan silat."
Lapanqan latihan silat dari Benteng seratus pedang ini terletak
ditengah Benteng, luasnya kurang lebih tiga puluh kaki, pada saat
tua muda enam orang tiba ditengah lapangan latihan silat itu
terlihatlah ditengah lapangan sedang terdapat puluhan orang dari
Pendekar pedang hitam yang sedang melatih ilmu pedangnya.
Ujar Ti Then sesudah melihat hal itu:
"Pendekar-Pendekar pedang dari Benteng kalian sungguh amat
rajin sekali sampai saat ini masih juga melatih ilmu pedangnya"
"Ha.. ha ...Lote telah salah menduga" ujar Shia Pek Tha:
"Beberapa pendekar pedang hitam ini pada hari biasa amat malas
berlatih sehingga kini kami sengaja menghukum mereka untuk
berlatih ilmn pedang satu hari penuh."
"Ooh.. . kiranya demikian."
Wi Lian In yang sudah kepingin melihat kepandaian silat dari Ti
Then segera mendepakkan kakinya ke atas tanah, ujarnya :
"Sudahlah, Ti Toako harus mendemonstrasikan kepandaiannya
dulu" Dengan perlahan Ti Then menyapu sekeliling tempat itu,
terlihatlah di sebelah kiri dari lapangan terdapat sebuah rak senyata
segera ujarnya: "Baiklah sekarang cayhe akan memperlihatkan ilmu meringankan
tubuh terlebih dulu."
Sambil berkata dengan langkah yang lebar dia berjalan
mendekati rak senyata tajam itu.
Terlihatlah setiap senyata tombak yang terdapat di dalam rak itu
runcing-runcing sekali bahkan kelihatannya sangat tajam diam-diam
dalam hatinya sangat kagum, pikirnya.
"Kepandaian dari Wi Ci To sungguh sebanding dengan apa yang
disiarkan di dalam dunia kangouw, hanya cukup dengan senyata-
senyata tajam yang terdapat di dalam rak senyata ini saja sudah
sangat berlainan dengan tempat. Biasanya, apabila pada satu
setengah tahun yang lalu menjuruh aku meloncat melalui atas
senyata mungkin sukar untuk melaksanakannya sebaliknya kini
bilamana aku tidak menggunakan sedikit kembangan mungkin
belum bisa memperlihatkan kelihayanku"
Pikirannya dengan cepat berputar, kemudian kepada Hong Mong
Ling sambil tertawa ujarnya.
"Hong heng, tolong ambillah beberapa batang hio (alat
sembahjangan orang Tionghoa) untuk siauwte"
Air muka Hong Mong Ling segera berubah, tanyanya dengan
kaget- -Ti-heng menghendaki hio untuk apa" Untuk sedikit permainan
dalam ilmu meringankan tubuh?"
Hong Mong Ling melihat dia tidak mau memberikan penjelasan
yang tegas terpaksa mengangguk dan berlalu dari lapangan.
Tidak lama dia sudah kembali dengan membawa beberapa
batang hio. Ti Then segera mengucapkan terima kasih dan
mengambil benda itu dari tangannya.
Setelah itu dengan perlahan-perlahan dia medekati rak senyata
dan meloncat naik ke atas ujung senyata yang sangat tajam
tersebut. Wi Ci To serta Huang Puh Kian Pek yang melihat kepandaiannya
ini dimana menancapkan hio ke atas ujung senyata tajam tidak
tertahan lagi pada berubah wajahnya.
Sudah tentu dalam hati mereka tahu kalau Ti Then hendak
memperlihatkan ilmu meringankan tubuh di atas hio itu tetapi yang
membuat hati mereka kini merasa sangat terkejut adalah
menancapkan hio di atas ujung tombak itu, haruslah diketahui alat
sembahjangan yang terbuat dari bambu yang sangat tipis itu
merupakan benda yang mudah putus sedang ujung tombak
merupakan benda dari baja tetapi dia bisa dengan mudahnya
menancapkan ke atas ujung tombak, kepandaian ini boleh dikata
sudah mencapai pada taraf memetik daun melukai orang, melukai
orang di balik gunung, Sebaliknya dia hanya merupakan pemuda yang baru berusia
kurang lebih dua puluh tahunan.
Diam-Diam Wi Lian In menarik ujung baju ajahnya, ujarnya
dengan perlahan. "Tia, kepandaiannya sungguh amat tinggi"
Wi Ci To mengangguk..dengan suara yang setengah berbisik
ujarnya, "Benar, sekali pun ajahmu juga tidak bisa melakukan hal seperti
itu" "Bukankah dia akan memperlihatkan permainan ilmu
meringankan tubuhnya di atas hio" tanya Wi Lian In Lagi.
"Benar, kepandaian ini tidak terhitung ajahmu di dalam dunia
kangouw saat ini juga hanya si kakek pemalas Kay Kong Beng serta
si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan dua orang yang bisa
melakukan" Wi Lian In menjadi sangat terkejut, tanyanya dengan cepat:
"Apa mungkin dia murid dari si kakek pemalas Kay Kong Beng?"
"Bukan, " sahut Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya, "Sejak dua
puluh tahun yang lalu sesudah si kakek pemalas Kay Kong Beng
menerima muridnya yang tidak berbakti itu pernah bersumpah
bahwa selamanya tidak akan menerima murid lagi, bahkan jika
dilihat dari kepandaian yang dimiliki Ti Then sekarang agaknya
sekali pun si kakek pemalas juga tidak mungkin bisa mengajari
hingga demikian lihay."
Pada saat ajah beranak berbisik dengan perlahan itulah Ti Then
sudah selesai menancapkan hionya ke ujung tombak.
Terdengar Huang Puh Kiam Pek sambil menghela napas panjang
pujinya: "Kepandaian sakti, kepandaian sakti, cukup melihat permainan
dari Ti-heng ini saja Lohu tidak lihat sudah tahu kalau kepandaian
lainnya pun tentu sangat menarik sekali"
Ti Then hanya tersenjum saja, setelah memberi hormat kepada
Wi Ci To dan Huang Puh Kiam Pek ujarnya:
"Boanpwe akan memperlihatkan sedikit kejelekan, harap Pocu
berdua suka beri petunjuk ?"
Sehabis berkata tubuhnya melayang ke atas dan berdiri dengan
kaki sebelah di atas ujung hio yang menancap pada ujung tombak
itu, jurus yang, digunakan ini adalah jurus Kim Ki Tok Lie atau ajam
emas berdiri disatu kaki.
Hio itu sendiri sebenarnya hanya terkena sedikit tenaga saja
maka segera okan putus, kini di atasnya diinyak oleh seorang
dengan ratusan kali beratnya ternyata sedikit melengkung pun
tidak hal ini memperlihatkan kalau ilmu meringankan tubuhnya telah
mencapai pada kesempurnaan, bahkan tubuhnya yang berat itu bisa
diubah menjadi sangat ringan bagaikan kapas,
"Bagus?" "Ilmu meringankan tubuh yang sempurna?"
"Kepandaian yang sangat lihay?"
Suara pujian dan seruan kagum dengan cepat berkumandang
dari seluruh penjuru lapangan membuat suasana menjadi sangat
ramai. Kiranya beberapa puluh orang pendekar pedang hitam yang
sedang berlatih ilmu pedang itu ketika melihat Ti Then
menancapkan hio di ujung tombak tadi sudah mulai memperhatikan
dengan penuh kekaguman dari tempat jauh, saat ini begitu TiThen
meloncat naik dan berdiri di ujung hio yang kecil dan mudah putus
itu tidak tertahan lagi pada bersorak memuji.
Ditengah suara sorakan memuji yang sangat ramai itulah terlihat
Ti Then sedikit memutar tubuhnya bagaikan segulung asap yang
sangat ringan telah mumbul ke tengah udara kemudian bersalto
beberapa kali dan melayang turun pada ujung Hio yang kedua
sedang benda yang diinyak ini sedikit pun tidak melengkung atau
bergerak. Setelah itu tubuhnya dengan gerakan yang sama melayang pula
pada ujung yang ketiga. Demikianlah dia mulai berlari dengan kecepatan yang luar biasa
di atas ujung tombak yang ditancapi Hio itu, semakin lari semakin
cepat sehingga akhirnya hanya terlihat segulung bajangan manusia
yang menari dan berkelebat diantara ujung Hio disekeliling lapangan
itu. Suara tepukan tangan, suara sorakan memuji semakin lama
semakin keras sehingga menggetarkan seluruh lapangan,
Selama hidupnya Wi Lian In juga belum pernah melihat ilmu
meringankan tubuh yang demikian saktinya, sehingga saking
girangnya air mukanya berubah menjadi merah padam, dengan
penuh kegirangan dia bertepuk tangan dan bersorak sorai.
Sebaliknya Hong Mong Ling sekali pun ikut bertepuk tangan
tetapi wajahnya semakin lama berubah semakin membesi. Ditengah
suara tepukan serta sorakan yang ramai itulah berturut-turut Ti
Then mengitari lapangan puluhan kali banyaknya, mendadak
tubuhnia menerjang ke atas udara setinggi tiga kaki lebih kemudian
dengan sangat ringannya melayang turun ke atas tanah kepada
para badirin sambil merangkap tangan memberi hormat ujarnya:
"Permainan yang jelek. Permainan yang jelek"
"Heei.."puji Wi Ci To sambil menghela napas panjang: "Bilamana
bukannya Lohu melihat dengan mata kepala sendiri sesungguhnya
sukar untuk mempercayai."
"Benar" -sambung Huang Puh Kiam Pek. "Dengan usia Ti-heng
yang masih demikian mudanya ternyata sudah berhasil melatih
kepandaiannya hingga sedemikian sempurnanya sungguh sukar
untuk diduga" Ti Then hanya mengucapkan banyak terima kasih berulang kali,
ujarnya kemudian "Boanpwe akan mempertunjukan ilmu pukulanku yang masih
cetek, harap Po cu berdua suka beri petunjuk"
Sesudah mengucapkan kata-kata itu dia menoleh memandang
kearah Hong Mong Ling, sambil tertawa ujarnya,
"Hong-heng, kali ini merepotkan kau lagi"
Terpaksa Hong Mong Ling tersenjum, tanyanya:
"Kali ini Ti-heng membutuhkan barang apa lagi ?"
"Hanya ingin meminyam pakaian longgar yang Hong-heng pakai
itu" Sekali pun dalam hati Hong Mong Ling merasa tidak puas tetapi
dia juga tidak berani menolak terpaksa dengan hati yang mangkal
dia melepaskan pakaiannya dan di angsurkan kearah Ti Then.
Dengan segera Ti Then menyambut sambil mengucapkan terima
kasih, kepada Wi Ci To kemudian ujarnya lagi,
"Entah Po cu mengijinkan tidak kedua orang saudara Pendekar
pedang hitam untuk membantu boanpwe "
Wi Ci To segera mengangguk, kepada para pendekar pedang
hitam yang sedang menonton itu teriaknya:
"Teng Eng Kiat Kauw Huan Tiong kalian kemari"
Dua orang pendekar pedang hitam segera menyahut dan
meloncat datang. Ti Then segera menjerahkan pakaian itu kepada mereka dan
menjuruh mereka berdiri masing-masing disatu pojok
mementangkan pakaian itu kemudian dirinya mundur lima enam
langkah ke belakang. Tiba-Tiba Hong Mong Ling tertawa tanyanya:
"Ti-heng apa hendak melancarkan serangan menghancurkan
pakaian itu?" "Tidak salah" Hong Mong Ling tertawa lagi" ejeknya
-Dengan menggunakan batu cadas bukankah malah bisa
memperlihatkan kepandaian asli dari Ti-heng" "
Ti Then hanya tersenjum tanpa mengucapkan sepatah kata pun
punggungnya membelakangi kedua orang pendekar pedang hitam
itu sesudah memusatkan seluruh tenaga dalamnya mendadak
tubuhnya berputar setengah lingkaran ditengah udara dan
melancarkan serangan yang dahsyat kearah depan.
"Sreeet "-- pakaian yang dibentangkan itu sudah terpukul hingga
berlubang. Win Ci To yang melihat kepandaian itu diam-diam mengerutkan
alisnya rapat-rapat sedang hadirin lainnya pun dibuat melongo dan
memandang terpesona ke atas pakaian yang berlubang itu lewat
beberapa saat kemudian baru terdengar suara sorakan yang sangat
ramai, Dengan satu pukulan tangan membuat pakaian berlubang
sebenarnya bukan merupakan suatu peristiwa yang aneh tetapi
"lubang" yang dihasilkan dari angin pukulan Ti Then ini sangat
berbeda dengan keadaan lainnya.
Dia bukannya memukul pakaian itu hingga hancur dan
berlubang-lubang melainkan hanya membuat pakaian itu berlubang
tidak besar tidak kecil persis sebesar kepalannya.
Hal ini sama saja artinya kekuatan pukulannya berhasil
dipusatkan pada satu tempat saja bukan menjebar keseluruh tangan
bahkan kecepatan pukulannya pun laksana sambaran kilat yang
sedang berkelebat. Hong Mong Ling mimpi pun tidak pernah menyangka kalau Ti
Then bisa memiliki kepandaian yang demikian menakutkan teringat
akan kata-kata ejekan yang tadi dia lontarkan tidak tertahan lagi
wajahnya berubah menjadi merah padam dengan sangat malu dia
menundukkan kepalanya rendah.
Ti Then segera maju ke depan mengambil pakaian dari tangan
kedua orang pendekar pedang hitam itu dan diserahkan kembali
kepada Hong Mong Ling, ujarnya:
"Sungguh maaf sekali telah merusak pakaian dari Hong-heng "
Hong Mong Ling segera menyambut pakaiannya, sambil tertawa
tawar sahutnya:

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak mengapa, hanya untung cuma melubangi sebuah pakaian
saja dan bukan melukai hati siauwte"
-Hong-heng tadi bilang batu cadas, bagaimana kalau minta
tolong Hong heng mengambilkan sebuah batu cadas kemari?"
Hong Mong Ling mengangguk tetapi bukannya dia mengambil
sendiri tetapi menoleh ke salah seorang pendekar pedang hitam
serunya: "Huan Tiong, ambil sebuah batu cadas kemari"
Pendekar pedang hitam itu menyahut dan pergi, tidak lama dia
sudah kembali dengan membopong sebuah batu cadas berbentuk
persegi panjang setebal lima cun dan diletakkan di hadapan Ti
Then. Ti Then memberi hormat kembali kepada Wi Ci To dan Huang
Puh Kian Pek sambil ujarnya:
"Boanpwe sekali lagi akan mempertunjukkan permainan yang
jelek, bilamana sampai tidak baik harap jangan ditertawakan"
Wi Ci To hanya tersenjum sambil mengangguk sepatah kata pun
tidak diucapkan. Dengan tangan kirinya Ti Then mengangkat batu cadas itu dan
dilemparkan ke atas kemudian telapak tangannya disertai dengan
tenaga dalam menekan di atas permukaan batu itu, baru saja
terdorong setengah depa batu cadas itu sudah jatuh ke atas tanah.
Dari permukaan batu cadas hancuran kapur beterbangan
mengikuti arah bertiupnya angin dan muncullah sebuah bekas
telapak tangan yang sangat jelas sedalam satu cun lebih.
Kali ini tidak ada orang yang bertepuk tangan atau bersorak
memuji semuanya membisu seribu bahasa hanya sepasang matanya
melotot keluar sebesar-besarnya agaknya mereka sudah dibuat
terkejut oleh kelihayan dari tenaga dalamnya.
Lama sekali Wi Ci To termenung memandang terpesona kearah
Ti Then kemudian barulah dia menoleh kearah para pendekar
pedang hitam yang sedang mengerumun itu, ujarnya:
"Kalian sudah melihat sendiri Pendekar baju hitam Ti Then ini
masih sangat muda dan usianya sebanding dengan kalian ternyata
sudah berhasil melatih kepandaiannya hingga mencapai demikian
sempurnanya, bilamana kalian ingin berubah seperti dia maka mulai
ini hari harus lebih giat lagi berlatih. "
Agaknya dia tidak punya bahan percakapan untuk dibicarakan
maka dengan mengambil dalih memberi nasehat menutupi
kesunyian itu, Ujar Wi Lian In tiba-tiba:
"Tia, kau sudah berhasil melihat asal usul dari perguruan Ti
Toako ?". Wi Ci To tidak menyawah hanya dengan langkah yang perlahan
berjalan meninggalkan lapangan.
Semua orang terpaksa mengikuti dia juga berjalan kembali ke
dalam ruangan tamu tanya Wi Lian In lagi:
-Tia, kau sudah tahu belum ?".
Wi Ci To gelengkan kepalanya, sambil tertawa pahit sahutnya:
"Belum." "Hei.." ujar Hong Mong Ling sambil menghela napas,
"Kepandaian Ti heng sungguh amat tinggi sekali, untung merupakan
kawan dari benteng kami, bilamana merupakan musuh dari benteng
Pek Kiam Po maka saat itu entah harus dengan cara bagaimana
untuk menghadapi diri Ti-heng."
"Ha . ha . ha " ujarnya sambil tertawa, " Bilamana Hong-heng
mencurigai kedatangan Siauw-te ini mem punyai maksud buruk
lebih baik sekarang juga Siauw-te mohon diri. "
Sehabis berkata dia bangkit berdiri dari kursinya.
"Ti-heng harap duduk kembali." ujar Wi Ci To dengan gugup
ketika melihat tamunya akan pergi.
"Baiklah" ujar Ti Then dengan sangat hormat dan duduk kembali
ketempat semula. Wi Ci To dengan wajah yang gusar menoleh kearah Hong Mong
Ling, makinya "Mong Ling, Ti-heng merupakan tuan penolongmu bagaimana
sekarang kau berani mengeluarkan kata-kata semacam ini. "
Air muka Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah padam
seperti kepiting rebus sambil tertawa paksa ujarnya:
"Suhu, tecu sedang bergurau dengan Ti-heng sama sekali tidak
mem punyai maksud lain. "
Wi Ci To hanya mendengus dengan dinginnya, sambil tertawa dia
menoleh kearah Ti Then kembali ujarnya:
"Ti-heng maukah menceritakan asal usulmu kepada Lohu ?""
"Baiklah" sahut Ti Then sesudah berpikir sebentar. "Boanpwe
berasal dan Kay Hong sejak kecil sudah ditinggal mati oleh orang
tuaku, kehidupan sehari hari hanya tergantung dari Sam-siokku.
Pada usia sepuluh tahun Sam-siok ternyata menjual boanpwe
kepada seorang hartawan didesa itu untuk bekerja sebagai kacung
buku di samping putra hartawan. Dua tahun kemudian ada suatu
hari mendadak Toa Sauvv-ya mendapat serangan penyakit dan
meninggal karena sedihnya kematian putranya itu kegusaran ini
ditimpakan kepada diri boanpwe dengan demikian boanpwe diusir
dari rumahnya. Saat itu karena takut dimaki oleh Sam Siok maka
boanpwe tidak berani pulang kerumah sesudah. meninggalkan
rumah hartawan itu berkelana diseluruh tempat akhirnya kalau
sesudah lewat setengah tahun baru bertemu dengan suhu dan
diterima sebagai muridnya. "
"Jika demikian adanya." ujar Wi Ci To "Sejak kini Ti-heng sudah
merupakan sebatang kara saja di dalam dunia ini?"
" Benar. " Tiba-Tiba Shia Pek Tha tertawa terbahak bahak, ujarnya.
"Perkataan dari Lote ini apa sungguh-sungguh"
"Sudah tentu sungguh-sungguh. "
"Kalau begitu kemarin Lote bilang kalau harta dari leluhur sudah
kau habiskan, tolong tanya Lote mendapat harta dari leluhur yang
mana?" Sama sekali Ti Then tidak pernah menyangka kalau dia bisa
mengingat-ingat perkataannya dengan demikian telitinya, segera dia
pura-pura memperlihatkan perasaan malunya, sambil tertawa
sahutnya: -Sungguh maaf kemarin malam siauwte hanya membual saja,
perkataannya sekarang ini barulah merupakan perkataan yang
sesungguhnya" "Kalau begitu" ujar Shia Pek Tha lagi, "Kali ini apa sebabnya Lote
berkelana dan berkeliaran di dalam dunia kangouw?"
"Tiga tahun yang lalu sesaat Siauwte meninggalkan suhu dia
orang tua pernah memberi siauwte ratusan tail emas tetapi pada
waktu-waktu mendekat ini sudah digunakan hingga ludas"
-Tetapi dengan kepandaian Lote yang demikian sempurnanya
untuk mencari uang, bukanlah merupakan pekerjaan yang sulit"
"Behar" sahut Ti Then sambil tertawa. -Siauwte memang bisa
bekerja sebagai guru silat atau sebagai pengawal barang tetapi
kedua macam pekerjaan ini siauwte tidak ada yang senang"
Wi Ci To batuk-batuk ringan, tanyanya mendadak:
"Sesudah ini Ti-heng punya rencana hendak kemana?"
"Heei.. saat ini keadaan sudah sangat mendesak terpaksa
Siauwte menerjunkan diri sebagai pengawal barang saja."
"Dari pada Ti-heng menjadi pengawal barang lebih baik tinggal
saja di dalam Benteng kami"
Sesudah mendengar perkataan dari Wi Ci To ini dalam hati Ti
Then semangkin menganggap dia adalah majikan patung emas,
segera pura-pura tertegun oleh perkataannya, ujarnya:
-Bagaimana hal ini bisa jadi, sekali pun boanpwe tidak punya
kepandaian apa-apa tetapi boanpwe percaya masih sanggup untuk
mencari hidup bagi diriku sendiri"
-Ha ha ha ha" potong Wi Ci To, "Lohu minta Ti-heng tinggal di
dalam benteng kami bukannya menjuruh Ti-heng makan minum
dengan tanpa bekerja"
"Ooh"." dia menguncak-uncak matanya kemudian tanyanya lagi
dengan keheran-heranan. Kalau tidak lalu Po cu menginginkan boan
pwe bekerja apa " ",
Wi Ci To termenung berpikir sebentar kemudian barulah
sahutnya: "Sebelumnya Lohu ingin tanya sesuatu apa suhumu pernah
memberi wanti wanti kepada Ti-heng untuk melarang kau
menurunkan ilmu silat kepada orang lain ",-
?"Tidak " "Kalau memangnya begitu Lohu akan mengangkat Ti-heng
sebagai pimpinan di dalam Benteng kami ini yang bertugas memberi
petunjuk ilmu silat kepada para pendekar pedang merah pendekar
pedang putih serta pendekar pedang hitam dari Benteng Pek Kiam
Po, setiap bulan kami akan membajar tiga ratus tail uang perak,
bagaimana ?" Perkataan ini begitu keluar dari Wi Ci To sampai air muka dari
Shia Pek Tha pun kelihatan berubah dengan sangat hebat, karena
kesembilan puluh sembilan pendekar pedang merah dari Benteng
Pek Kiam Po semuanya merupakan jago-jago pedang kenamaan di
dalam Bu-lim bahkan selain Hong Mong Ling seorang lainnya sudah
merupakan orang-orang yang sudah lanjut, kini ternyata Wi Ci To
akan mengangkat Ti Then yang usianya masih sangat muda sebagai
pimpinan dari seluruh pendekar pedang di dalam Benteng Pek Kiam
Po sebenarnya merupakan suatu pandangan rendah terhadap diri
mereka pendekar pedang merah.
Air muka Hong Mong Ling pun kelihatan berubah menjadi sangat
jelek yang semakin lama semakin tegang dan membesi, sejak
semula dia sudah tahu kalau Ti Then sebenarnya merupakan "Lu
kongcu" yang memukul rubuh dirinya di dalam sarang pelacur Touw
Hoa Yuan itu, tetapi karena urusan ini menyangkut nama baik
dirinya dia diuga tidak berani menceritakan keadaan yang
sesungguhnya kepada bakal mertuanya, dia takut karena hal itu
perkawinan antara dirinya dengan Wi Lian In bisa dibatalkan tetapi
kini bilamana Ti Then menyanggupi menyabat sebagai pimpinan dari
seluruh pendekar pedang dari Benteng Pek Kiam Po sama saja
dengan sebuah pedang panjang yang ditusuk ke dalam hatinya,
membuat dia selamanya akan sukar tidur njenyak sukar makan
dengan nikmat. Ti Then sendiri pun sudah tahu perubahan "Aneh" dari air muka
Shia Pek Tha, dalam hati diam-diam merasa sangat geli pikirnya:
"Ha ha ha ....orang She Hong rasakanlah, sekali pun dalam
hatimu punya maksud untuk berbicara tetapi tidak berani untuk
mengutarakan keluar. Dalam hatinya dia berpikir demikian tetapi pada air mukanya
sengaja memperlihatkan perasaan menjesal, sahutnya:
"Terima kasih atas kebaikan Pocu, boanpwe tidak berani
menerimanya." "Kenapa ?"".
Pertama, dengan kepandaian dari boanpwe agaknya tidak punya
hak untuk menjadi pimpinan pendekar pedang merah"
" Sembilan puluh sembilan pendekar pedang merah dari Benteng
Pek Kiam Po semuanya merupakan didikan langsung dari Lohu,
sedang kepandaian dari Ti-heng sudah sangat jelas jauh di atas
kepandaian Lohu sendiri maka jika berbicara dalam berhak atau
tidak Ti-heng sudah tidak ada persoalan lagi
-Kedua,-, ujar Ti Then, "usia boanpwe masih sangat muda
sedang pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po hampir
seluruhnya jauh lebih tua usianya dari boanpwe, maka.."
"Belajar kepandaian tidak memandang tua muda" Potong Wi Ci
To lagi: "siapa yang mencapai dahulu sebagai guru tentang hal ini
semakin tidak ada persoalau lagi"
Sehabis berkata dia menoleh kearah Shia Pek Tha, tanyanya
"Pek Tha, suhumu akan mengangkat Ti heng sebagai pimpinan
dari seluruh pendekar pedang di dalam Benteng kita, menolak
tidak"- Dalam hati Shia Pek Tha merasakan serba susah tetapi dia pun
merasa tidak punya alasan yang kuat untuk menolak terpaksa
dengan serius sahutnya: -'Tecu tidak menolak" -
Dengan perlahan sinar mata Wi Ci To beralih ke atas wajah Hong
Mong Ling tanyanya pula. "Mong Ling, kau bagaimana?"-,
"Tecu juga tidak menolak hanya "
"Hanya apa " "Ti-heng merupakan kawan dari Benteng kita tetapi dengan
Benteng kita sama sekali tidak mem punyai ikatan perguruan mau
pun aliran, bilamana suhu mengundang Ti-heng sebagai pimpinan
dari para pendekar Benteng Pek Kiam Po kita bilamana sampai
diketahui orang luar bukankah hanya akan dibuat sebagai bahan
ejekan saja" "Hmm ," Dengus Wi Ci To dengan keren, "Aku mendirikan.
Benteng Pek Kiam Po hanya bertujuan melindungi keselamatan dari
Bu-lim selamanya tidak punya niat untuk mengagungkan nama
besar sendiri mau pun nama besar dari Benteng kita bahkan di
dalam ilmu silat semuanya juga berasal dari satu aliran aku
selamanya tidak pernah memikirkan soal aliran mau pun perguruan,
bilamana mereka mau mengejek biarkanlah mereka mengejek "
Dengan perlahan dia menoleh kearah Ti Then kembali tanyanya:
"Bagimana pendapat Ti-heng sendiri?"
Sengadia Ti Then memperlihatkan sikapnya yang serba salah
ujarnya dengan gugup: "Tentang ini . . ini -
"Bilamana Ti-heng merasa tiga ratus tahil perak terlalu kurang,
lohu bisa menambah satu kali lipat lagi "
"Bukan" bukan?"sahut Ti Then dengan gugup, "Bukan soal
uang ..bukan soal uang , "
Ti-heng masih punya kesulitan apa lagi "
Boan pwe ingin berpikir dulu?".
"Itu sangat bagus, sesudah Ti-heng berpikir harulah beri jawaban
kepada Lohu,.. Pek Tha " tadi pagi kalian pesiar kemana saja "
" puncak seribu Buddha"
--Untuk berpesiar ke puncak emas serta Ban Hud Teng waktunya
sudah tidak cukup lebih baik kau ajak Ti-heng pesiar ke gua Kiu Lo
Tong juga tidak jelek"
Ti Then segera bangkit berdiri dan memberi hormat ujarnya
"Baiklah, boan pwvee minta ijin untuk pesiar ke atas gua Kiu Lo
Tong dan sekalian memikirkan maksud hati dari Pocu ini"
Shia Pek Tha segera ikut dan memberi hormat kepada kedua
orang Pocu kemudian bersama-sama Ti Then berjalan keluar dari
ruangan tamu. Menanti sesudah bajangan punggung dari Ti Then serta Shia Pek
Tha hilang dari pandangan mata dengan perlahan barulah Huang
Puh Kian Pek menoleh ke atas Wi Ci To sambil tanyanya:
"Apa benar Toako akan mengundang dia sebagai pimpinan para
pendekar pedang dari Benteng kita?"
"Benar " _Tetapi musuh atau kawan kita masih belum jelas, bagaimana
toako bisa berbuat" " Ha . ha .ha" " aku mengundang dia sebagai Cong Kiauwtouw
atau pimpinan sebenarnya memang sedang menjelidiki asal usul
serta maksud hati nya "


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana maksudnya " tanya Huang Puh Kiam Pek dengan
termangu-mangu. "Bilamana dia menyanggupi untuk menjadi pimpinan para
pendekar pedang kita, tidak sampai satu bulan kita sudah akan tahu
dengan jelas dia kawan atau lawan"
Dia berhenti sejenak kemudian tambahnya:
"Bilamana dia punya tujuan terhadap Benteng kita tentu tidak
akan bersungguh-sungguh memberi pelajaran silat kepada para
pendekar pedang sebaliknya bilamana dengan bersungguh-sungguh
hati dia memberi petunjuk kepada para pendekar kita maka hal ini
membuktikan kalau apa yang diutijapkan memang benar-benar,
saat itu di dalam Benteng punya pimpinan seperti dia bukankah
sangat untung sekali?"
"Tidak salah. tidak salah" sahut Huang Puh Kian Pek sambil
mengangguk. "Jika ditinyau dari kepandaian silatnya, bilamana sampai terjadi
suatu gerakan dari dirinya agaknya dua orang pendekar pedang dari
Benteng kita masih belum cukup untuk menahan dirinya, menanti
sesudah dia pulang dari pesiar kirim lagi dua orang pendekar
pedang merah untuk mengawasi seluruh gerak geriknya setiap saat
" " Baiklah, nanti aku perintahkan."
"Masih ada, loteng penyimpanan kitab kirim juga dua orang
untuk menyaganya, siang malam."
Malam semakin larut udara begitu dinginnya sedang angin pun
bertiup dengan kencangnya saat itulah Ti Then serta Shia Pek Tha
baru saja pulang dari goa Kiu Lo Tong. Huang Puh Kian Pek segera
menunjuk seorang pelajan tua khusus melajani keperluan Ti Then,
membantu dia mengambil air teh, dahar serta lain-lainnya membuat
dia yang bertindak sebagai "patung emas" makin lama merasa
semakin senang dan kerasan.
Baru saja dia selesai membersihkan badan dan berganti pakaian
Shia Pek Tha sudah datang mengundang dia lagi, ujarnya:
"Lo-te, Pocu sedang menanti kedatanganinu di dalam ruangan
dalam" -Pocu demikian memperhatikan diriku sungguh membuat Siauw-
te merasa tidak enak hati"
.-Ha..ha" tidak perlu mengucapkan kata-kata begini, marilah !"
Kedua orang itu berjalan mendatangi ruangan dalam, tampak di
dalam ruangan itu sudah disediakan meja perjamuan, Wi Ci To,
Huang Puh Kian Pek, Hong Mong Ling serta Wi Lian In sudah hadir
di dalam meja perjamuan begitu melihat Ti Then berjalan masuk ke
dalam ruangan segera mereka besama sama berdiri menyambut
kedatangannya. Dengan tersenjum Ti Then memberi hormat kepada semua
orang. Ujar Wi Ci To sambil. tersenjum.
"Ti-heng silahkan duduk, bagaimana pemandangan gua Kiu Lo
Tong ?" -Bagus, bagus sekali, hanya burung waletnya sangat banyak
sehingga permukaan tanah penuh dengan kotoran burung dan
merusak pemandangan bagus.'
"Di dalam gua ada patung dewa Cau Kong Beng yang katanya
sangat cocok, apa tadi Ti-heng sudah bersembahjangan
menanyakan rejeki " Tidak -" sahut Ti Then sambil tersenjum, "Manusia hidup
semuanya tergantung Thian, buat apa menanyakan rejeki atau tidak
terhadap sebuah patung?"
Begitulah mereka tua muda enam orang duduk kembali ke
tempat masing-masing dan mulai bersantap.
Jilid 4.2. Jadi Kiauwtauw benteng Pek Kiam Po
Ujar Ti Then lagi: " Goa Kiu Lo Tong disebut sebagai Kiu Lo, tetapi kenapa di
dalamnya hanya terdapat patung dewa Cau Kong Beng seorang
saja" "Ooh . . " ujar Wi Ci To. "patung dewa Cau Kong Beng ini entah
akhirnya secara bagaimana bisa ikut masuk di dalam goa itu,
padahal nama dari Kiu Lo itu masih mem punyai arti lain: "
Sambil menjumpit sajur ujarnya:
" Menurut dongeng ketika Kaisar mengunjungi Thian Huang
Cinyien ditempat itu pernah bertemu dengan seorang pertapa tua
ketika Kaisar bertanya kepada pertapa itu ada berapa orang yang
ikut bertapa maka jawabnya ada sembilan orang maka sejak itu
orang-orang menamakan goa itu sebagai Kiu Lo Tong".
Di dalam dunia ini banyak pemandangan yang menggunakan
nama yang aneh-aneh, misalnia saja dengan gunung Lo Cin
san..Pocu pernah berpesiar ke atas gunung Lo Cin san ?"" tanya Ti
Then. " Belum pernah ! " sahutnya sambil gelengkan kepalanya.
"Ha.. ha. . ha " di dalam gunung Lo Cin San itu ada sebuah gua
cupu-cupu itu hanya punya nama gua cupu-cupu saja padahal
sama sekali tidak mirip dengan sebuah cupu-cupu, sungguh tidak
tahu dia sedang jual jamu apa di dalam cupu-cu punya."
Wi Ci To tertawa terbahak-bahak tetapi sama sekali tidak
memperlihatkan pendapat apa pun.
Sesudah semua orang selesai mendahar dengan diam-diam Wi Ci
To menggojangkan kakinya memberi tanda kepada Huang Puh Kian
Pek yang ditendang dengan kaki itu segera merasa tanyanya:
"Terhadap undangan pocu tadi siang apakah Ti-heng sudah
ngambil keputusan?" "..,Benar " sahut Ti Then sambil mengangguk.
-,Bagaimana?" "Boanpwe mau menerimannya tetapi ada beberapa syarat?"
"Silahkan beri petunjuk"
"Boanpwe punya sifat suka bergerak dan dolan bilamana Pocu
berdua mengijinkan boanpwe untuk keluar masuk maka boanpwe
akan menyanggupi juga menyabat sebagai pimpinan dari Para
pendekar pedang" "Apa yang dimaksud dengan keluar masuk dengan bebas?"tanya
Huang Puh Kian Pek_ "Misalnya boanpwe gemar berjalan-jalan keluar dari benteng,
harap Pocu berdua tidak melarang"
Wi Ci To tersenjum, sahutnya:
"Sesudah Ti-heng menerima jabatan sebagai pimpinan para
pendekar pedang dalam Benteng kami sudah tentu kita semua
merupakan orang scndiri sedang Lohu saja sama sekali tidak
melarang keluar masuk dari para pendekar pedang merah apalagi
diri Ti-heng ?" " Kalau memangnya demikian, boanpwe menerimanya hanya
saja bilamana tidak baik dalam cara memberi petunjuk harap Pocu
mau memaafkan !"- -Ha ha ha ha . asalkan Ti-heng bisa menurunkan kepadaian silat
dari sepuluh bagian menjadi tiga bagian saja kepada para pendekar
pedang di dalam Benteng kami ini Lohu sudah merasa sangat puas
sekali?" Berbicara sampai di sini sepasang tangannya mengangkat cawan
arak, dan bangkit berdiri ujarnya:
"Marilah Lohu akan menghormati Ti Cong Kauw-tauw secawan?"
Dengan tergesa-gesa Ti Then bangkit membalas hormatnya,
sahutnya. "Tidak berani Pocu terlalu memandang tinggi diri Boanpwe !"
Maka Huang Puh Kian Pek, Shia Pek Tha, Hong Mong Ling serta
Wi Lian In berturut turut berdiri memberi hormat, membuat Ti Then
menjadi repot juga untuk membalasnya.
Sudah tentu Hong Mong Ling suka diluarnya, gemas di dalam
hatinya melihat hal ini. Wi Ci To sendiri juga mungkin sengaja atau tidak mendadak
ujarnya kepada putrinya Wi Lian In sambil tersenjum.
"In-ji, selanjutnya kau pun harus sering minta petunjuk dari Ti
Cong Kiauw tauw ?" Dengan tersenjum malu-malu sahut, Wi Lian In.
"Kepandaian silat Ti toaku sangat tinggi, sudah tentu putrimu
harus belajar dari dirinya?"
-Mulai besok pagi" ujar Wi Ci To lagi, "lohu akan mengumpulkan
seluruh jago pedang dari seluruh Benteng untuk mengumumkan Ti-
heng sebagai pimpinan seluruh pendekar dari benteng kita, tetapi,
tetapi. . . ." Dia termenung berpikir sebentar, kemudian barulah ujarnya lagi:
- Kini sekali pun pendekar pedang merah yang berada di dalam
Benteng hanya dua puluh orang saja tetapi pendekar pedang putih
serta pendekar pedang hitam hampir mencapai dua ratusan,
bilamana Ti Kiauwtauw seorang harus memberi petunjuk berapa
ratus orang banyaknnya mungkin akan terlalu payah, baiklah
demikian saja, Lohu akan menunjuk sepuluh orang pendekar
pedang merah belajar terlebih dulu dari Ti Kiauw-tauw kemudian
dengan menggunakan tenaga dari kesepuluh orang pendekar
pedang merah menurunkan ilmu itu kepada para pendekar pedang
putih serta pendekar pedang hitam"
"Lalu Tia akan menunjuk siapa saja diantara sepuluh orang itu?"
tanya Wi Lian In. "Yuan Ci Liong, Pan Kia Yang, Tay Tiauw Eng, Njoo Ceng Bu,
Tong Shit le, Lan Liang Kim, Lak Hong, Kian Ceng Haan, Hong Ling
dan kau" Air muka Hong Mang Ling segera berubah menjadi merah
padam, ujarnya: "Suhu, tecu punya rencana akan pergi ke Tiang An pada masa
sekarang ini, maka?"
Wi Ci To menjadi tidak senang, bentaknya:
"Kau tidak ingin belajar silat dari Ti heng?"
-Bukan . . bukan" ujar Hong Mong Ling dengan gugup" tecu
pernah menyanggupi In Moay untuk membelikan barang dikota
Tiang An." "Soal ini tidak perlu kau sendiri pergi beli, perkawinan kalian juga
tinggal tiga bulan lagi barang-barang yang In ji inginkan biarlah
beberapa hari lagi Lohu kirim orang untuk pergi membeli ?"
"Tetapi " tetapi?" ujar Hong Mong Ling lagi dengan terputus
putus. ?"Tecu ,.tecu juga . ..juga ingin sekalian menengok ."
Wi Ci To segera mengulap tangannya memutuskan pembicaraan
selanjutnya ujarnya : "Tidak usah bilang lagi tidak ada urusan yang jauh lebih penting
lagi dari pada belajar ilmu silat dari Ti Kiauw-tauw ?"
Hong Mong Ling tidak berani berbicara lagi, dengan berdiam diri
dia menghabiskan daharnya.
Sesudah semuanya merasa kenyang maka bahan pembicaraan
pun beralih pada soal-soal remeh kehidupan sehari-hari saja, saat
malam semakin kelam itulah perjamuan baru bubar sedang Ti Then
pun bangkit mohon diri dan kcmbali kekamarnya sendiri.
Pelajan tua yang melajani dirinya begitu melihat dia sudah
kembali segera mengikuti dirinya masuk kadalam kamar, tangannya
diluruskan ke bawah dengan sangat hormatnya menanti perintah.
Tanya Ti Then dengan perlahan:
"Orang tua, siapa namamu"-.
"Lapor kongcu"- sahut pelajan tua itu dengan sangat hormat.
"Budakmu she Ci bernama Tiang Siang, pocu selamanya memanggil
budakmu dengan sebutan Lo Cia, lebih baik kongcu pun memanggil
budakmu dengan sebutan ini saja"
"Sudah berapa lama kau berdiam di dalam Benteng Pek Kiam Po
ini" " tanya Ti Then lagi sambil tersenjum.
-,Sudah puluhan tahun lamanya sebelum pocu kami mendirikan
benteng Pek Kiam Po ini budakmu sudah mengikuti dirinya, jika
dihitung kurang lebih hampir mendekati empat puluh tahun
lamanya.- "Kau mengikuti Pocu sudah demikian lamanya, sudah tentu
kepandaian silatnya tidak lemah?"
"Tidak bisa jadi, tidak bisa jadi" sahut Locia sambil gelengkan
kepalanya.. "Budakmu tidak mem punyai bakat untuk belajar silat,
pernah Pocu menjuruh budakmu ikut dia belajar silat tetapi
selamanya tidak bisa berlatih dengan baik"
"Kali ini Pocu yang mengirim kau untuk melajani aku"
"Bukan" sahut Locia lagi sambil gelengkan kepalanya.
"Wakil Pocu yang mengirim budakmu kemari karena usia yang
sudah tua maka pada beberapa tahun ini budakmu berganti bekerja
di samping wakil Pocu-. Ti Then mengangguk dengan perlahan dengan langkah yang
kalem dia berjalan mendekati jendela dan mendorong hingga
terpentang lebar, sambil menunjuk kesebuah bangunan berloteng
tanyanya. "Ruangan itu sangat besar sekali siapa yang tinggal di sana?"
Dia teringat kembali akan pesan dari majikan patung emas,
bilamana hendak mengadakan hubungan dengan dia, pasang lampu
didekat jendela dan ketuk tiga kali kini dia harus memeriksa
keadaan disekeliling tempat itu, dia mengira bahwa bila mana diam
memasang lampu sebagai tanda hendak berhubungan dengan
majikan patung emas maka orang yang bisa melihat dengan sangat
jelas tandanya itu seharusnya orang yang berdiam di dalam loteng
itu, karena itulah dia sengaja menanya dengan sangat jelas.
Dengan cepat Lo-cia berjalan mendekati tubuhnya, sambil
menunjuk kearah bangunan loteng itu tanyanya.
"Kongcu menanyakan bangunan itu?"
?-Benar." "Itu tempat kamar buku Pocu kami"
"Ooh."kemudian dia menunjuk pula kearah bangunan loteng
yang berada disebetah kiri dimana bangunan itu berdiri sendiri,
tanyanya lagi: " Lalu yang itu?"
-Ooh, itu loteng penyimpanan kitab"
-Loteng penyimpanan kitab?" tanya Ti Then dengan penuh
keheranan. -Benar, loteng penyimpanan kitab dari Pocu kami."
-Kalau sudah ada kamar baca buat apa mendirikan sebuah loteng
penyimpan kitab lagi ?"
-Pocu kami gemar membeli dan menyimpan kitab" ujar Lo-cia,
"Karena jumlah buku yang terlalu banyak hanya sebuah kamar baca
saja tidak cukup untuk menam pungnya maka sengaja mendirikan
sebuah loteng penyimpanan buku untuk menjmpan kitab-kitab
tersebut. "Ooh..kiranya begitu, pada kemudian hari bilamana ada
kesempatan tentu aku akan pergi ke dalam untuk melihat-lihat
kitab, aku kira buku yang Pocu kalian simpan tentu merupakan
benda-benda yang sangat berharga... "
"Kiranya tidak mungkin bisa. " potong Lo-cia.
"Kenapa ?" tanya Ti Then yang dibuat tertegun oleh
perkataannya "Loteng penyimpanan kitab itu selamania pocu kami melarang
orang lain memasukinya, termasuk wakil Pocu kami serta nona Wi
sendiri: "Mungkin di dalamnya menyimpan banyak rahasia "
~Tentang hal ini budakmu tidak tahu' sahut Lo-cia sambil
gelengkan kepalanya.

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Budakmu hanya tahu bahwa Pocu tidak mungkin akan
mengijinkan orang lain ikut dia memasuki loteng penyimpanan
kitabnya itu" "Dia sendiri sering masuk ke sana?"
"Setiap lewat beberapa hari tentu dia masuk satu kali ke dalam,
dia senang seorang diri membaca buku di dalam tempat itu.
"Bagaimana kau bisa tahu dia membaca buku?" tanya Ti Then
sambil tersenjum. "Tidak membaca buku, buat apa dia masuk ke dalam?"
"Mungkin juga di dalam loteng penyimpan kitab itu bersembunyi
seorang yang sangat misterius" sahut Ti Then dengan tersenjum.
Lo-cia menjadi tertawa terbahak-bahak sahutnya :
"Kongcu suka gujon, bilamana di dalam sana berdiam seseorang
saat ini tentu dia sudah mati kelaparan.
"Mana mungkin ?"
"Selamanya kami tidak pernah melihat Pocu membawa makanan
masuk ke dalam bilamana di dalam sana ada orang bukankah sudah
mati kelaparan ?" Ti Then tertawa terbahak-babak, sambil menepuk bahunya
ujarnya lagi: "Ha.ha ha ha , : . orang itu akan mati kelaparan karena dia
disebut Yan Yu Giok"
Lo-cia menjadi termangu-mangu beberapa saat kemudian
barulah menjadi sadar, sambil tertawa terbahak-bahak sahutnya:
"Tidak salah " tidak salah " di dalam buku memang ada yang
disebut Yan Yu Giok..ha..haa.ha.."
Dengan perlahan Ti Then menutup jendela dan kembali ketempat
pembaringannya ujarnya. "Di sini sudah tidak ada urusan, kau boleh beristirahat
Lo-cia segera menangkap tangannya memberi hormat, sahutnya
: "Baiklah, budakmu berdiam dikamar sebelah bilamana kongcu
punya perintah silahkan mengetuk dinding tembok maka budakmu
akan mendengarnya". Sehabis berkata din mengundurkan diri dari dalam kamar.
Ti Then pun segera melepaskan pakaiannya dan berbaring
dengan tenang di atas pembaringan memikirkan berbagai persoalan
yang sangat rumit. Menurut bukti yang dia dapatkan sampai saat ini dia merasa
bahwa Wi Ci To memang merupakan majikan patung emas itu,
maka sekarang yang dia ingin ketahui adalah selain Wi Ci To
menginginkan dirinya memperistri putrinya apa mungkin masih
ada"rencana" lainnya " Loteng penyimpan kitab itu sampai wakil
Pocu serta putrinya sendiri pun tidak boleh masuk, mungkinkah di
dalamnya tersimpan berbagai macam barang yang berharga atau
menyimpan rahasia yang mem punyai hubungan yang sangat erat
dengan urusan ini?" Di dalam suasana pemikiran yang sangat ruwet itulah tidak
terasa lagi dia jatuh pulas dengan sangat njenyaknya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali sipedang naga perak Huang
Puh Kiam Pek sudah mengumpulkan seluruh pendekar pedang yang
ada di dalam Benteng ketengah lapangan latihan silat.
Sebenarnya "Pendekar Pedang Merah" dari Benteng Pek Kiam Po
berjumlah sembilan puluh sembilan orang, tetapi ada tujuh puluh
empat orang sedang berkelana di dalam dunia kangouw karena
itulah saat ini yang berada ditengah lapangan termasuk Wi Liam In
serta Hong Mong Ling hanya berjumlah dua puluh lima orang.
Mereka berbaris dipaling depan kemudian disusul dengan ratusan
pendekar Pedang putih dan ratusan pendekar pedang hitam
sehingga seluruhnya berjumlah dua ratusan orang dengan sangat
rapinya berdiri berjajar ditengah lapangan, pada pinggang setiap
orang tersoren sebilah pedang panjang keadaannya sangat angler
dan gagah sekali. Tidak berselang lama sipedang naga emas Wi Ci
To beserta Ti Then sudah berjalan masuk ke dalam lapangan.
Wi Ci To langsung naik ke atas mimbar yang disediakan, sesudah
menerima penghormatan dari seluruh muridnya ujarnya dengan
suara yang sangat lantang :
"Saudara-Saudaraku sekalian ini hari lohu mengumpulkan kalian
di sini bertujuan hendak mengenalkan kepada kalian seorang
pendekar aneh dari Bu-lim yang masih sangat muda, orang itu
adalah pendekar baju hitam Ti Then yang sekararig berdiri di
hadapan Lohu." Dari tengah lapangan segera gemuruh suara tepukan serta sorak
sorai yang sangat ramai, sudah tentu suara tepukan dari pendekar
pedang putih serta pendekar pedang hitam yang paling ramai.
Ti Then menjadi repot untak membalas hormat kepada semua
hadirin. Menanti sesudah suara tepukan serta sorak sorai itu mereda
sambung Wi Ci To lagi : "Nama besar dari pendekar baju hitam Ti Then tentunya kalian
sudah lama mendengar, dia merupakan seorang pendekar yang
suka menolong sesamanya berlaku adil bijaksana dan bersifat
jantan, apa lagi kepandaian silatnya sudah berhasil dilatih hingga
mencapai pada tarap kesempurnaan, kemarin sudah ada beberapa
orang pendekar pedang hitam yang dengan mata kepala sendirt
melihat kelihayan dari Ti Siauwhiap, mungkin mereka pun sudah
menceritakan keadaan itu kepada kalian oleh sebab itulah tentang
bagaimana kelihayan dan kepandaian yang dimiliki Ti siauwhiap
tidak perlu lohu ceritakan lagi di sini. Sekarang lohu akan
mengumumkan suatu berita baik kepada kalian jaitu Ti siauwhiap
sudah menerima tawaran lohu untuk menyabat sebagai pimpinan
dari seluruh pendekar pedang yang ada di dalam Benteng Pek Kiam
Po kita" Suara tepukan dan sorak sorai sekali memecahkan kesunyian.
Sedang Ti Then pun dengan repot memberi hormat kepada semua
orang. Sambung Wi Ci To lagi,
"Kemungkinan sekali diantara kalian ada yang merasa bahwa Ti
Siauwhiap bukan orang Benteng kita sehingga tidak seharusnya
menyabat pimpinan ini, bilamana diantata kalian ada yang berpikir
secara demikian maka kalian sudah salah besar, pada saat Lohu
mendirikan Benteng ini pernah baca suatu keputusan bahwa
Benteng Pek Kiam Po yang Lohu dirikan ini bukanlah melulu untuk
mencari nama yang terkenal di dalam Bu-lim, semakin tidak punya
maksud untuk menduduki pucuk pimpinan diseluruh Bu-lim dan
tidak ingin bentrok atau saingan dengan partai-partai lainnya. Lohu
hanya ingin mengumpulkan para ahli ilmu pedang untuk bersama-
sama menjelidikinya, dengan semangat yang berkobar kobar
bersama sama menjelidiki kepandaian silat bersama-sama,
membasmi kejahatan berbuat baik, .berbuat amal menolong
sesamanya dan bersikap pendekar dimana pun, oleh karena itulah
asalkan orang yang berhati luhur dan mem punyai bakat di dalam
ilmu silat boleh menjadi anggota Benteng kita, diantara kalian pun
ada banyak yang bcrasal dari suatu perkumpulan atau partai yang
bcrbeda, dengan bakal ilmu yang lalu masuk ke dalam Benteng
karena itulah ini hari Lohu mengangkat Ti siauw hiap sebagai
pimpinan diantara kalian juga mengunakan alasan yang sama"
Dia berbenti sejenak sedang pada bibirnya pun tersungging suatu
senjuman, sambungnya: "Sudah tentu diantara kalian ada yang merasa bahwa usia Ti
siauw-hiap masih sangat muda sedang usia kalian jauh iebih tua kini
diharuskan belajar silat dengan dia tidak urung akan merasa malu
juga soal ini merupakan suatu soal yang sangat biasa tetapi kalian
haruslah memahami suatu kenyataan yang dikatakan belajar ilmu
tidak mengingat tua atau muda yang mencapai terdahulu dialah
guru. Kepandaian silat dari Ti siauwhiap jauh melebihi kepandaian
kalian sudah tentu kalian harus menghormati dia sebagai guru-
Dia berhenti sejenak.lagi, sesudah memandang setiap pendekar
pedang yang berdiri di sana ujarnya lagi sambil tersenjum
"Untuk membuktikan kalau Ti siauwhiap punya hak dan punya
alasan yang kuat bertindak sebagai pimpinan kalian maka muiai
sekarang Lohu akan memberikan suatu kesempatan kepada kalian,
bagi siapa yang merasa tidak puas boleh keluar minta pelajaran dari
Ti Siauwhiap, Lo hu tidak akan marah, ada tidak?"
"Tidak ada" Kedua puluh lima orang pendekar pedang merah tidak ada yang
bergerak dari tempatnya, sejak semula mereka sudah mendengar
kalau kemarin pagi dengan tidak melancarkan serangan apa pun Ti
Then sudah berhasil mengalahkan seorang pendekar pedang putih,
kemudian tidak sampai sepuluh jurus berhasil rnengalahkan si naga
Hong Mong Ling pula, di samping itu ada pula yang secara
sembunyi-sembunyi melihat Ti Then ketika dia sedang
mendemontrasikan ilmu meringankan tubuh serta ilmu pukulan
karena itu mereka merasa bahwa dirinya masih belum apa-apanya
jika dibandingkan dengan Ti Then, sudah tentu tidak ada yang
berani mengajukan dirinya.
Para pendekar pedang putih dan pendekar pedang hitam yang
berdiri di belakang sudah tentu semakin tidak berani bergerak lagi:
Senjuman yang menghiasi bibir Wi Ci To dengan pelahan
menghilang dari wajahnya dengan serius ujarnya.
"Bilamana tidak ada orang yang berani keluar untuk minta
pelajaran dengan Ti siauw-hiap maka sejak hari ini kalian semua
harus menghormati dirinya dan mengikuti petunjuknya, barang
siapa yang berani kurang ajar dengan Ti siauw-hiap maka Lohu
tidak akan mengam puni lagi"
Perkataannya barn saja selesai dari antara pendekar pedang
merah tiba-tiba terlihat seseorang mengacungkan tangan kanannya
agaknya dia hendak mengatakan sesuatu.
Orang itu merupakan seorang kakek tua berusia lima puluh
tahunan dengan bentuk tubuh yang kurus kecil tetapi kedua belah
pelipisnya menonjol keluar sepasang matanya memancarkan sinar
yang sangat tajam agaknya dia merupakan seorang jago
berkepandalan tinggi yang sempurna
Melihat hal itu ujar Wi Ci To de ngan cepat
"Ki Kiam-su apa mau minta pelajaran dari Ti siauw-hiap "
"Benar" sahut pendekar pedang merah she-Ki itu.
"Baiklah, kau kemarilah "
Dengan langkah yang mantap pendekar pedang merah she-Ki itu
berjalan ke depan kemudian memberi hormat kepada Wi Ci To.
Dengan perlahan Wi Ci To menolak memandang Ti Then, sambil
tersenjum ujarnya: "Lohu akan memperkenalkan dahulu pada Ti siauwhiap, dia
merupakan pendekar pedang merah yang paling tua diantara
lainnya yang disebut sebagai To Hun Kiam Khek atau pendekar
pedang pencabut sukma Ki Tong Hong" "
Ti Then segera merangkap tangannya memberi hormat ujarnya:
"Sudah lama mendengar nama besar dari saudara ini hari bisa
bertemu sungguh sangat beruntung sekali"
Si pendekar pedang pencabut sukma Ki Tong Hong pun
membalas hormat, sahutnya:
"Tidak berani Ti siauw-hiap terlalu sungkan"
Dengan perlahan dia menoleh kearah Wi Ci To ujarnya sambil
tersenjum: "Pocu, hamba tahu bahwa hamba bukan tandingan dari Ti siauw-
hiap tetapi dalam hal kepandaian silat yang diutamakan adalah
pengalaman di dalam menghadapi musuh, dengan memberanikan
diri hamba ingin mencoba-coba pengalaman dari Ti slauwhiap."
"Baik., mau mencoba dengan tiara apa.."
Sahut si pendekar pedang pencabut sukma Ki Tong Hong dengan
perlahan. "Kepandaian silat dari Ti siauw-hiap sudah mencapai pada taraf
kesempurnaan hal ini hamba dengar dari saudara saudara sekalian,
di dalam demonstrasi sudah tentu berbeda dengan pertempuran-
yang menentukan mati hidup seseorang, bilamana bisa memperoleh
kemenangan ditengah pertempuran dengan senyata tajam yang
sungguh-sungguh dapat dihitung liehay"
"Jadi maksudmu akan bertempur dengan Ti siauwhiap di dalam
suatu pertempuran yang menentukan mati hidup?" tanya Wi Ci To
dengan nyaring. "Benar" sahut Ki Tong Hong, "Dengan memggunakan seluruh
kekuatan berusaha mengalahkan pihak lain, dalam turun tangan
tidak boleh menaruh belas kasihan sedang bilamana salah satu
menerima luka juga tidak diperkenankan menyalahkan"
Mendengar perkataan itu Wi Ci To mengerutkan alisnya, sambil
menoleh kearali Ti Then tanyanya,
"Bagaimana pendapat dari Ti siauwhiap "
-Bagus" boanpwe akan menggunakan nyawaku sebagai jaminan
untuk menemani saudara ini"
Wi Ci To menoleh lagi kearah Ki Tong Hong tanyanya :
"Kau siap hendak menggunakan kepandaian apa bertempur
melawan Ti Siauw- hiap "
"Yang terutama sudah tentu harus menggunakan pedang, tetapi
hamba tadi sudah bilang kalau pertempuran ini merupakan suatu
pertempuran yang menentukan mati hidup seseorang sehingga
harus menggunakan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk
bertempur tidak perduli dengan menggunakan kepandaian yang
ganas atau kejam macam apa pun boleh digunakan"
"Baiklah" ujar Wi Ci To " bilamana kau mem punyai kemungkinan
untuk membinasakan Ti siauw-hiap Lohu tentu tidak akan
menyalahkan kau tetapi bilamana sampai kau dikalahkan oleh Ti
Siauw?hiap sehingga menderita cacad jangan sampai mendendam
di dalam hati" "Hal ini sudah tentu"
Dengan perlahan Wi Ci To mengangkat kepalanya serunya
dengan keras: -Hong Ling, pinyamkan pedangmu kepada Ti Siauw-hiap "
Mendengar perkataan itu dalam hati Hong Mong Ling menjadi
sangat girang segera dia melepaskan pedangnya dari pinggang dan
berjalan ke depan menjerahkan pedang berikut sarungnya kepada
Ti Then. Pada wajahnya menampilkan perasaan yang sangat girang sekali.
Bagaimana dia bisa girang "
Ti Then menyambut pedang itu sedang dalam hati pikirnya :
"Orang ini begitu mendengar Wi Ci To menjuruh dia
meminyamkan pedangnya kepadaku pada air mukanya segera
memperlihatkan perasaan girang, apa mungkin dia sudah
bersekongkol dengan Ki Tong Hong untuk melaksanakan sebuah
rencana keji untuk mencelakai diriku ?"
Berpikir sampai di sini segera dia mencabut pedangnya dan
memeriksa dengan teliti. Sesudah memeriksa seluruh bagian dari pedang itu ternyata
sedikit pun tidak menemukan tempat-tempat curiga apa pun.
Akhirnya dia menyingkirkan sarung pedang itu ke samping
kemudian bergeser tiga langkah ke samping, kepada Ki Tong Hong
ujarnya sambil tertawa : "Ki cianpwe silahkan melancarkan serangan."
Ki Tong Hong pun mencabut keluar pedangnya dengan nyaring
sahutnya : Ti siauw-hiap harap berhati-hati, cayhe dalam dunia
kangouw terkenal sebagai orang yang suka mengadu jiwa, banyak
akal dan jadi orang licik bahkan pekerjaan yang paling rendah juga
bisa aku keluarkan."
Sekali pun perkataannya ini diucapkan dengan nada bergurau


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi cukup membuat orang yang mendengar merasa ngeri dan
bergidik: Kiranya si pendekar pedang pencabut sukma ini
merupakan seorang jago "tanpa am pun" yang sangat terkenal,
hanya saja dia khusus turun tangan terhadap orang-orang dari
golongan Hek-to saja sehingga dengan demikian Wi Ci To juga tidak
bisa mengambil tindakan atau hukuman terhadap dirinya.
Dengan sangat tenang Ti Then tersenjum ujarnya :
"Terima kasih atas peringatanmu, kan melancarkan serangan."
"Maaf" mendadak tubuhnya maju tiga langkah ke depan
pedangnya diputar setengah lingkaran ditengah udara kemudian
menusuk ke depan dengan kekuatan yang sangat luar biasa.
Gerakan ini dilakukan begitu cepatnya sehingga mirip dengan
berkelebatnya sinar kilat, sungguh tidak malu disebut sebagai
seorang pendekar pedang yang kenamaan.
Sebaliknya Ti Then sudah bisa melihat kalau serangan yang
dilancarkan ini merupakan suatu jurus serangan tangan kosong
maka tubuhnya sama sekali tidak bergerak atau menghindar bahkan
pedangnya pun tidak diangkat untuk balas melancarkan serangan.
Ki Tong Hong melihat dia tidak mau juga melancarkan serangan
segera menarik. kembali serangan kosongnya itu ditengah jalan,
jurus serangan segera berubah dari menusuk mendiadi gerakan
menabas, tubuhnya mendesakmaju lagi ke depan dari arah dada
kini berubah menyambar pinggang Ti Then.
Diantara berkelebatnya sinar pedang tahu-tahu pedang itu sudah
mencapai pinggang Ti Then tidak lebih sejauh tiga cun.
Saat itulah Ti Then baru bersuit nyaring, mendadak tubuhnya
melonyak ke atas dengan menggunakan jurus 'Yan Cu Can Swi"
atau burung walet menyapu air, sedang pedangnya ditekan ke
bawah memusnahkan jurus serangan itu.
Jurus serangan ini diika dilihat dari depannya sekali pun mirip
dengan sebuah jurus untuk menangkis serangan musuh tetapi di
belakang dari jurus serangan selandutnya secara diam-diam
tersembunyi sebuah serangan dahsyat yang mematikan.
Dia percaya bahwa Ki Tong Hong akan sukar untuk
menghindarkan diri dari jurus serangan yang mematikan ini hanya
saja dia tidak ingin mematikan nyawa dari Ki Tong Hong dalam hati
dia hanya punya niat melukai Ki Tong Hong saja
Siapa tahu, begitu pedangnya digunakan untuk menangkis
serangan pihak lawan suatu peristiwa yang diluar dugaan telah
terjadi terhadap dirinya.
"Criiiing . " dengan menimbulkan suara yang sangat nyaring
pedang yang digunakan untuk menangkis serangan pedang dari Ki
Tong Hong menjadi terasa sangat ringan sekali.
Pedangnya sudah terputus?""
Bahkan putusnya dari ujung gagang pedang hingga ujung
pedangnya sendiri. Terhadap setiap jago berkepandaian tinggi dari Bu-lim peristiwa
ini boleh dikata merupakan suatu peristiya yang sangat menakutkan
sekali. Sesaat Ti Then sedang merasa tertegun itulah dia hanya
merasakan pinggangnya terasa amat sakit ternyata dia sudah
berhasil dilukai oleh pedang Ki Tong Hong yang tidak mau menyia-
nyiakan ke sempatan yang sangat baik itu.
Darah segar segera memancar keluar membasahi seluruh
pakaiannya. "Tahan ?" bentak Wi Ci To dengan cepat.
Dengan cepat Ki.Tong Hong mengundurkan diri ke belakang
hingga beberapa kaki jauhnya dari tempat semula:
-Pocu, kenapa ?" ujar Ti Then sambil tersenjum:
"Lukamu tidak mengapa bukan ?" tanya Wi Ci To.
"Ha ha ha ha , tidak sampai binasa"
"Hal ini merupakan suatu peristiwa yang diluar dugaan, bilamana
bukannya pedang itu terputus kau pun tidak sampai menderita luka,
biarlah sekarang ganti sebilah pedang lagi untuk melanjutkan
bertempur"- Pada saat dia bilang "Peristiwa yang di luar dugaan itu dengan
tanpa sadar dia sudah melirik sekejap kearah Hong Mong Ling
agaknya dalam hati dia sudah tahu kalau hal ini merupakan
permainan licik dari Hong Mong Ling.
"Tidak bisa ganti pedang baru-
"Kenapa" tanya Wi Ci To dengan tercengang.
"Tadi Ki cianpwe sudah memberi penjelasan dengan sangat jelas
sekali, dia bilang dia mau bertempur di dalam pengalaman
bertempur dengan diri boanpwe sedang putusnya pedang sekali pun
merupakan suatu peristiwa yang berada diluar dugaan bilamana
boanpwe tidak segera bisa mengubah keadaan bahaja menjadi
keadaan yang menguntungkan hal ini mengertikan kalau
pengalaman boanpwe masih sangat cetek
-Jika demikian adanya kau sudah mengakui kalau sudah
dikalahkan?" ujar Wi Ci To keren sedang air mukanya berubah
menjadi demikian seriusnya.
"Tidak" sahut Ti Then tegas, "Boanpwe juga tidak akan mengakui
kalah karena sebelumnya Ki ciatipwe sudah beri penjelasan bahwa
pertempuran ini merupakan suatu pertempuran yang menentukan
mati hidup sedang kini boanpwe hanya menderita suatu luka sangat
ringan, ha ha ha belum sampai terbinasa",
"Kalau memangnya demikian kau boleh ganti dengan sebilah
pedang lainnya" "Tidak bisa" ujar Ti Than sambil menggelengkan
kepalanya"Kedua belah pihak dengan menggunakan nyawanya
bertempur mati-matian bilamana satu pihak terputus pedangnya
sudah tentu pihak yang lain tidak akan mengijinkan pihak yang
terputus pedangnya berganti dengan pedang baru, maka itulah
bilamana boanpwe sampai bertukar dengan pedang yang baru ini
namanya tidak adil" Sehabis berkata dia membuang gagang pedang itu ke atas tanah
dan berjalan mendekati Ki Tong Hong, ujarnya tersenjum.
"Ki cianpwe silahkan melanjutkan serangan selanjutnya"
Ki Tong Hong melihat pinggangnya terluka dan darah segar
masih terus menerus mengalir keluar dengan derasnya tetapi dia
sama sekali tidak melihatnia barang sekejap pun tak terasa hatinya
menjadi tergetar, juga, sambil mundur satu langkah ke belakang
ujarnya sambil tersenjum "Ti siauw-hiap sudah terluka, biarlah sampai di sini saja
pertempuran kita kali ini"
Ti Then tertawa dingin ujarnya:
"Kau tak .mau turun tangan, cayhe akan turun tangan terlebih
dahulu." "Baiklah" ujar Ki Tong Hong sambil tertawa serak. " Kau dengan
menggunakan tangan kosong melanjutkan pertempuran ini, baiklah
kau terlebih dahulu yang menjerang. "
Ti Then hanya mengangguk dengan perlahan, mendadak
tubuhnya mendesak maju ke depan dua langkah tangaanya dengan
sangat perlahan ditepuk kearah depan.
Ki Tong Hong tidak berani berlaku gegabah dengan tergesa-gesa
dia menggeserkan diri ke samping, dari sebelah samping segera
melancarkan satu serangan dahsyat menusuk jalan darah "Yu Bun
Hiat" di bawah dada Ti Then.
Pada saat dia melancarkan serangan tusukan yang sangat
dahsyat itulah mendadak tubuh Ti Then berkelebat dengan sangat
cepat dan tahu-tahu Ki Tong Hong te!ah kehilangan bajangan
musuhnya. Menanti dia merasakan kalau Ti Then sudah berada di belakang
tubuhnya saat itulah belakang lehernya sudah b?rhasil dicengkeram
oleh Ti Then dan dilemparkan seluruh tubuhnya ketengah udara.
Kecepatan gerakannya demikian dahsyatnya sehingga Wi Ci To
sendiri pun belum sempat melihat dengan jelas gerakan apa yang
dilakukan tubuh dari Ki Tong Hong sudah terlempar ketengah udara.
"Bluuk?" dengan mengeluarkan suara yang keras tubuh Ki Tong
Hong yang dilemparkan Ti Then itu terjatuh ke atas tanah beberapa
kaki dari tempat semula, untuk beberapa saat lamanya tidak
sanggup untuk berdiri: Setiap hadirin di dalam lapangan itu dibuat menjadi pada
melongo, air mukanya berubah menjadi pucat pasi siapa pun tidak
pernah menyangka dan siapa pun tidak akan percaya kalau Ti Then
berhasil menguasai seorang pendekar pedang merah yang tertua
dari Benteng Pek Kiam Po hanya di dalam satu jurus saja dengan
menggunakan tangan kosong, Tetapi peristiwa yang sesungguhnya
telah terjadi di hadapan mata mereka semua.
Untuk beberapa saat lamanya seluruh lapangan menjadi sunyi
senyap, secara samar-samar diliputi oleh selapis napsu untuk
membunuh yang sangat hebat.
Para pendekar pedang merah lainnya dari perasaan terkejut kini
berubah menjadi perasaan gusar yang meluap-meluap karena
mereka rasa kalau Ti Then terlalu menghina Ki Tong Hong yang
dibantingnya dengan demikian kerasnya.
Seat itulah agaknya Wi Ci To pun merasakan keadaan yang aneh
itu segera bentaknya dengan keren:
"Njoo Kiam-su, cepat bangunkan Ki Kiam-su dan bawa ke
samping Seorang pendekar pedang merah segera menyahut dan
membangunkan tubuh Ki Tong Hong, dengan perlahan dia
membimbing dirinya mengundurkan diri dari la?pangan untuk
beristirahat dihalaman belakang.
Air muka Wi Ci To berubah menjadi sangat keren, sambil
menyapu sekejap kearah para pendekar pedang merah ujarnya lagi
dengan keren "Saudara sekalian, ini semua adalah keluhuran dari hati Ti Kiauw-
tauw yang tidak menggunakan akal licik apa pun juga, dia
menggunakan kepandaian silat yang sesungguhnya mengalahkan
Ki-kiam-su, diantara kalian bilamana ada yang masih tidak puas
boleh minta pelajaran darinya saat ini juga"
Para pendekar pedang merah yang melihat wajah Pocu mereka
sudah berubah menjadi demikian serius serta kerennya tidak terasa
pada merasa jeri apalagi mereka pun merasa kalau kepandaian silat
dari Ti Then sudah mencapai pada taraf yang sangat tinggi,
sehingga dengan demikian tak seorang pun yang berani keluar
untuk men coba-coba. Setelah menanti beberapa seat lamanya Wi Ci To melihat tak
adaseorang pun yang berani keluar minta pelajaran segera ujarnya:
"Kalau memang sudah tidak ada lagi tetap dengan perkataan
lohu tadi sejak ini hari kalian harus menghormati dan menurut
perkataan dari Ti siauw-hiap, bilamana ada orang yang berani
berlaku kurang ajar terhadap dirinya maka lohu akan segera
mengusir dia dari dalam Benteng Pek Kiam Po ini"
Sehabis berkata dia turun dari mimbar ujarnya kepada Ti Then:
"Ti Kiauw-tauw silahkan naik mimbar untuk menerima
penghormatan " "Buat apa harus demikian" ujar Ti Then sambil tersenjum.
"Harus berbuat demikian, ini merupakan peraturan dari Benteng
kami" Terpaksa dengan langkah yang periahan Ti Then berjalan naik ke
atas mimbar sesudah menerima penghormatan dan sorak sorak dari
seluruh pendekar pedang yang ada ditengah lapangan dia
merangkap tangannya membalas hormat, ujarnya
"Saudara-Saudaraku sekalian, dengan mendapatkan perhatian
dari Pocu terpaksa cayhe menerima jabatan sebagal pimpinan dari
saudara-saudara sekalian, semoga saja saudara-saudaraku sekalian
jangan terlalu memandang tinggi kepada diri cayhe, cayhe harap
kalian dengan menggunakan kedudukan sesama saudara saling
hormat menghormati, saling belajar ilmu silat dan saling bantu
membantu disegala bidang, sejak ini bilamana cay he melakukan
kesalahan harap sandara-sandara sekalian mau memberi petunjuk"
Sehabis berkata dia memberi hormat lagi dan turun dari atas
mimbar. Sesudah itu Wi Ci To lah yang angkat bicara ujarnya:
"Sejak besok pagi Ti Kiauw-tauw akan mulai memberikan
petunjuk-petunjuk dalam ilmu silat, untuk ini yang akan menerima
petundiuk adalab Yuan Ci Long -Fan Kia Yong, Tay Tiauw Eng, Njoo
Ceng Bu Tong Shu In Lin Liang, Kim Lok Hong, Kian Ceng Haan,
Mong Ling serta Lian In dari pendekar pedang merah, kalian
sepuluh orang setiap pagi harus sudah berkumpul di sini tanpa ada
alasan untuk meninggakannya"
Sehabis berkata dia menoleh kearah si pedang naga perak Huang
Puh Kian Pek sambil tanyanya:
- Sute kau punya urusan "
"Tidak ada " "Baiklah, sekarang kalian boleh bubar"
Sekembalinya Ti Then ke dalam kamarnya sebentar kemudian
Shia Pek Tha sudah datang lagi dengan membawa dua stel pakaian
berserta obat luka, ujarnya sambil tertawa:
-Ti-heng cayhe mendapat perintah dari pocu sengaja datang
untuk mengobati luka dari Ti-heng--
-Aah , tidak berani, hanya suatu luka yang sangat kecil biarlah
siauw-te turun tangan sendiri"
Dia melepaskan pakaian bagian atasnya terlihatlah pada
pinggangnya tergores sebuah luka sepanjang empat cun dengan
dalam setengah cun, sedang darah segar masih terus mengalir
keluar dengan derasnya tak terasa dia tertawa pahit, ujarnya:
"Heei . . untung saja nyawaku belum dipanggil oleh Thian,
bilamana tergurat setengah cun lebih dalam lagi kiranya sejak tadi
sudah binasa" Sambil membantu Ti Then membalut lukanya ujar Shia Pek Tha:
"Memang sungguh merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh,
sekali pun pedang dari Mong Ling bukan merupakan pedang kuno
yang antik tetapi merupakan suatu pedang yang bagus, bagaimana
secara mendadak bisa putus sendiri ?"
"Mungkin pedang itu ada kekuatan gaibnya sehingga lebih baik
putus dari pada aku yang memakainya ?"
Shia Pek Tha menoleh memandang keluar pintu kamar kemudian
ujarnya dengan suara perlahan:
"Ti-heng tidak akan mencurigai hal itu perbuatan licik dari Mong
Ling bukan?" -.Tidak ! tidak" ujar Ti Then sambil gelengkan kepalanya. - Mong
Ling heng merupakan seorang budiman bagaimana bisa melakukan
pekerjaan semacam ini"
Siauw-te kira hal itu hanya merupakan suatu peristiwa diluar
dugaan saja" - Aku pikir dia tidak mungkin bisa berbuat demikian, kau sudah
menolong dia kembali ke dalam benteng kenapa dia harus
membalas suatu budi dengan dendam "
Sesudah lukanya dibalut dan berganti dengan sebuah pakaian
semangat Ti Then telah pulih kembali, ujarnya:
"Mari pergi, kita pergi lihat Ki Kiam su itu"
"Sesudah terbanting dengan keras oleh kau kini dia masih
terlentang di atas pembaringan, bilamana sekarang kita pergi
menengok dirinya, kiranya?"
" Dia akan berpikir secara bagaimana pun sesukanya, pokoknya
hal ini merupakan kejujuran dari hati siauw-te."
- Baiklah" ujar Shia Pek Tha sambil mengangguk, "Cayhe akan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa Ti-heng ke sana."
Ketika mereka berdua sampai di depan kamar Ki Tong Hong
terlihatlah pintu kamar terbuka lebar-lebar, Ki Tong Hong berbaring
di atas pembaringan sedang di depan pembaringan berdirilah empat
orang pendekar pedang merah Hong Mong Ling merupakan salah
satu diantaranya, entah mereka waktu itu sedang membicarakan
soal apa tetapi begitu melihat kedatangan Ti Then segera bersarna-
sama menutup mulutnya rapat-rapat sedang pada air mukanya
memperlihatkan perasaan terkejutnya.
Dengan langkah perlahan Ti Then berjalan masuk ke dalam
kamar, kepada Ki Tang Hong yang berbaring di atas pembaringan
dia merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya:
"Maaf tadi sudah melukai Ki toako, entah kini merasa
bagaimana?" "Untung masih baik" sahut Ki Tong Hong dengan tawar, "Atas
kemurahan Kiauw-tauw yang tidak turun tangan jahat cayhe merasa sangat
berterima kasih" "Heei . . . tadi siawwte tidak sempat menahan diri sehingga
mambuat Ki toako terluka, dalam hati merasa tidak enak"-
"Kiauw-tauw terlalu sungkan, cayhe belajar ilmu tidak rajin
bagaimana harus menyalahkan diri kiauwtauw"
"Semoga Ki Toako jangan sampai memasukkan peristiwa hari ini
ke dalam hati" -ooo0dw0ooo- Jilid 5.1. Mengusir Pendekar pedang tangan kiri Cian Pit
Yuan "Sudah tentu, sudah tentu" ujar Ki Tong Hong, "Sekali pun cayhe
telah mengalami kekalahan total tetapi di dalam hati merasa sangat
girang, sejak hari ini di dalam benteng terdapat seorang Ti
Kiauwtauw yang memimpin hal ini merupakan suatu keuntungan
bagi seluruh pendekar pedang dari benteng kami"
Dengan perlahan Ti Then menoleh kearah Shia Pek Tha, ujarnya
sambil tertawa: "Shia heng, siauwte ingin menggunakan uang saku sendiri
menyamu seluruh saudara-saudara dari Benteng, kau bilang kurang
lebih harus membutuhkan uang berapa?"
"Ti kiawtauw tidak usah berbuat demikian" ujar Shia Pek Tha
sambil tertawa, "Seharusnya dari pihak kami yang menyamu kau"
"Tidak, tidak..siauwte akan mengundang"tiga puluh meja
perjamuan, seratus tahil uang perak cukup tidak?"
"Ha ha ha ha"satu meja perjamuan tiga tahil perak, ini sudah
merupakan suatu perjamuan yang mewah"
"Siauwte juga hanya memiliki seratus tahil saja, kalau
memangnya sudah cukup, baiklah kita putuskan demikian saja, mari
kita laporkan pada Pocu malam ini kita bersama-sama bergembira"
Malam itu seluruh lapangan latihan silat telah penuh dengan
meja-meja perjamuan yang diatur dengan sangat rapih, lampu
menerangi seluruh penjuru, dengan tenangnya Pocu sendiri si
pedang naga emas Wi Ci To sampai orang yang terbawah pendekar
pedang hitam kini menjadi tamu sendiri Ti Then, dua ratus orang
banyaknya bersama-sama bergembira pada meja perjamuannya
masing-masing membuat suasana demikian ramainya.
Ti Then sendiri satu persatu menghormati setiap meja perjamuan
dengan secawan arak, sikapnya sangat ramah dan simpatik
sehingga orang-orang yang semula merasa tidak senang dengan
kehadirannya ini lama kelamaan timbul pula perasaan simpatik dari
dalam hati mereka. Tetapi karena orang yang harus dihormati demikian banyaknya
membuat dia makin lama semakin mabok oleh air kata-kata itu.
Wi Ci To yang melihat langkahnya mulai gentajangan segera
ujarnya pada Shia Pek Tha sambil tertawa:
"Pek Tha, Ti kiauwtauw sudah tidak kuat dengan kekuatan arak,
cepat antar dia ke dalam kamar untuk beristirahat"
Dengan sangat hormat Shia Pek Tha menyahut, segera dia
meninggalkan meja perjamuan, mendekati Ti Then yang sedang
minum dengan puasnya di samping Ki Tong Hong, ujarnya dengan
perlahan: "Ti Kiauwtauw, kamu orang sudah mabuk"
Sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya, "Ki toako, mari kita
teguk secawan lagi" "Bila Ti Kiauwtauw tidak mau istirahat sebentar ke dalam kamar
lebih baik kurangi sedikit dalam meneguk arak, kamu orang sudah
meneguk terlalu banyak"
Ti Then sesudah saling meneguk secawan arak dengan Ki Tong
Hong segera putar tubuhnya dengan sempojongan dia berjalan
kembali ke meja perjamuan Wi Ci To, ujarnya sambil tersenjum:
"Wi pocu, boanpwe sama sekali tidak mabok, harap kamu orang
tua legakan hati" "Ha ha ha ha?" sahut Wi Ci To sambil tertawa, "Lohu lihat kamu
orang sudah menghabiskan tiga puluh cawan arak, bilamana tidak
berhenti mungkin kamu orang sebagai majikan akan rubuh terlebih
dahulu" "Tidak mengapa"tidak mengapa, justru karena mabuk membuat
hati menjadi semakin tenteram, boanpwe pernah satu kali meneguk
menghabiskan arak sebanyak delapan kati akhirnya otakku masih
tetap segar dan bersih"
"Heeei..buat apa kamu orang meneguk arak sebegitu banyaknya,
haruslah kamu orang ketahui banyak minum merusak badan apalagi
lukamu belum sembuh benar-benar"
"Ha ha ha?" sahut Ti Then sambil tertawa terbahak-bahak,
"Boanpwe tidak takut merusak badan, hanya takut semakin miunum
semakin tidak mabok"
Wi Ci To tersenjum, tanyanya: "Kau gemar minum arak hingga
mabok?" "Sekali mabok menghilangkan beribu-ribu macam kemurungan di
dalam hati, boanpwe kepingin sekali mabok selamanya tidak sadar
kembali..semakin mabok semakin tenang semakin sadar semakin
memusingkan kepala" Wi Ci To yang mendengar perkataannya ini segera memandang
tajam wajahnya, tanyanya lagi: "Kamu punya kemurungan hati?"
"Benar, kemurungan yang sangat banyak sekali, misalnya
"ehmm..misalnya ada seorang lelaki menjual obat tetapi boanpwe
sama sekali tidak tahu di dalam cupu-cu punya menjual obat macam
apa?" Wi Ci To yang mendengar kata-kata dalam keadaan mabok itu
tidak terasa menjadi tertawa geli, ujarnya: "Coba lihat, kamu masih
bilang tidak mabok.."
Baru saja kata-kata "mabok" keluar dari mulutnya sekonyong-
konyong..sebuah benda melayang turun dengan cepatnya dari
tengah udara. "Braaak.." dengan menimbulkan suara yang keras benda itu
tepat terjatuh di atas meja perjamuan membuat cawan serta
mangkok pada beterbangan dan jatuh ke atas tanah.
Orang-Orang yang duduk dimeja perjamuan itubegitu melihat
benda tersebut tidak tertahan lagi air mukanya segera berubah
hebat, sambil menjerit kaget mereka pada meloncat berdiri dari
tempatnya masing-masing. Coba anda terka benda macam apa yang terjatuh dari tengah
udara itu" Ternyata sebutir batok kepala manusia yang masih meneteskan
darah segar dari bekas bacokannya.
Shia Pek Tha yang melihat kejadian itu segera berteriak keras:
"Oh Thian, bukahkah dia adalah Kang Kian Sian dari pendekar
pedang hitam?" Sepasang mata dari Wi Ci To berubah menjadi merah padam,
dengan berat tanyanya: "Dia sedang meronda di atas gunung?"
"Benar!" sahut Shia Pek Tha.
Di dalam sekejap mata saja semua orang sudah bisa menduga
peristiwa apa yang sedang terjadi, seluruh hadirin menjadi tenang
kembali keadaan begitu sunyi senyapnya sehingga tidak terdengar
sedikit suara pun, masing-masing tangan dengan kencang mencekal
gagang pedangnya masing-masing sedang seluruh perhatian
ditujukan siap menghadapi perubahan yang bakal terjadi.
+++ "Siapa yang datang?" tanya Ti Then dengan perlahan.
Wi Ci To menggelengkan kepalanya, agaknya dia sendiri pun
tidak tahu, tubuhnya dengan perlahan bangkit berdiri dari kursi,
ujarnya dengan nada yang berat:
"Kawan dari mana yang sudah datang mengunjungi benteng
kami, silahkan unjukkan diri untuk bertemu"
Suatu suara aneh yang sangat menjeramkan segera
berkumandang datang dari atas wuwungan rumah di samping kiri
lapangan latihan silat itu, sahutnya dengan seram:
"Aku, he he he..orang she Wi sungguh pandai kamu orang
bersenang senang mengadakan perjamuan hingga jauh malam
tetapi tahukah kamu orang majat-majat yang bergelimpangan di
tengah jalan sudah mulai mendingin?"
Para pendekar pedang merah yang ada ditengah perjamuan
begitu mendengar di atas wuwungan rumah ada orang segera siap
menubruk ke atas, saat itulah Wi Ci To sudah membentak dengan
keras: "Jangan bergerak!"
Para pendekar pedang merah tidak berani membangkang
perintahnya terpaksa duduk kembali ketempatnya masing-masing.
"Siapa sebenarnya saudara itu?"
"He he..kawan lamamu" sahut orang itu sambil tertawa
menjeramkan. "Hmm..hmm..selamanya lohu hanya bersahabat dengan orang-
orang jujur dan suka berterus terang, selamanya belum
pernahberkenalan dengan seorang manusia yang suka main
sembunyi-sembunyi seperti anak kura-kura"
Orang itu tertawa terbahak-bahak, sahutnya: "Lohu sendiri juga
tidak punya niat untuk main sembunyi-sembunyi seperti cucu kura-
kura" Sambil berkata terlihatlah sesosok bajangan manusia dengan
kecepatan yang luar biasa melayang turun dari atas atap. Gerakan
tubuhnya sangat ringan bagaikan burung walet, di dalam sekejap
mata saja dia sudah melayang turun beberapa kaki diluar lapangan
latihan silat tersebut. Rumah itu jaraknya dengan permukaan tanah
tidak lebih setinggi tujuh delapan kaki, kini dengan satu kali
lompatan saja ternyata dia bisa melayang turun dengan mudahnya
hal ini dengan jelas memperlihatkan kalau ilmu meringankan
tubuhnya sudah mencapai pada taraf kesempurnaan.
Bentuk tubuhnya kaku persis seperti sesosok majat hidup yang
baru saja bangkit dari kuburan.
Jika dilihat usianya kurang lebih diantara enam puluhan, tinggi
tubuhnya sedengan sedang bentuknya kurus kering rambutnya
terurai awut-awutan, wajahnya kotor dan baju yang dipakainya pun
compang camping persis seperti orang pengemis, hanya saja
dipinggang sebelah kanannya tersoren sebilah pedang panjang.
Di samping itu dia memiliki sepasang mata yang sangat tajam
bagaikan sambaran kilat, pada saat berkelebat membuat orang yang
melihat pada bergidik saking ngerinya.
Diam-diam Wi Ci To menghembuskan napas dingin, karena walau
pun dia tidak tahu siapa orang itu tetapi dalam hatinya sadar kalau
malam ini kedatangan seorang musuh yang sangat tangguh.
Sesudah berhasil menenangkan pikirannya barulah ujarnya: "Maaf
pandangan lohu sudah lamur, siapakah sebenarnya saudara ini?"
Orang aneh itu mementangkan mulutnya tertawa dingin sehingga
terlihatlah sebaris giginya yang kuning memuakkan, sahutnya:
"Selama beberapa tahun ini Wi Pocu selalu memimpin Bu-lim,
kedudukannya pun sangat terhormat, tidak aneh kalau sudah
melupakan kawan lama"
"Hemmm..hmm.."ujar Wi Ci To sambil tertawa dingin tak henti-
henti-nya: "Walau pun sudah lama Lohu mem punyai kedudukan
sebagai pimpinan seluruh Bu-lim tetapi selamanya tidak pernah
terlalu memandang tinggi kedudukan ini, asalkan kawan-kawan
karib dari satu jalan yang sama Lohu tidak akan melupakan untuk
selamanya" "Tetapi kamu orang sudah lupakan aku?"
"Hal ini dikarenakan saudara memang bukannya kawan lama dari
Lohu" Mendadak Huang Puh Kian Pek berjalan mendekati Wi Ci To,
ujarnya dengan perlahan: "Suheng coba lihat telinga kanannya!"
Mendengar perkataan itu dengan cepat Wi Ci To memperhatikan
telinga sebelah kanan dari orang itu dengan sangat teliti saat itulah
dia baru menemukan kalau telinga kanannya jauh lebih kecil dari
telinga kirinya, tidak tertahan tubuhnya tergetar dengan sangat
keras, serunya: "Haaa" Kau adalah si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit
Yuan?" "Ha ha ha..bagus sekali, bagus sekali..akhirnya kenal
juga..sungguh untung sekali..untung sekali"
Walau pun Wi Ci To boleh dihitung merupakan seorang yang
sangat tenang tetapi saat ini pada wajahnya tidak urung
menampilkan perasaan terkejutnya juga, sama sekali tidak terduga
olehnya si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan yang pada
masa lalu merupakan seorang pemuda tampan kini sudah berubah
menjadi seorang jelek yang sangat mengerikan.
Yang datang tidak akan punya maksud baik, yang bermaksud
baik tidak akan datang, ini hari si pendekar pedang tangan kiri Cian
Pit Yuan muncul ditempat itu sudah tentu membawa maksud yang
tidak baik, apalagi jika dilihat gerak-geriknya yang tambah lincah
agaknya sukar untuk dihadapi jika dibandingkan dengan dahulu.
Bahkan kedatangannya kali ini bertepatan dengan beradanya Ti
Then di dalam Benteng, apa mungkin Ti Then benar-benar
merupakan muridnya" Apa betul dia yang perintahkan Ti Then
untuk masuk Benteng bertindak sebagai mata-mata"
Sesudah berpikir sampai di sini tidak tertahan lagi hati Wi Ci To
berdebar dengan kerasnya.
Kepandaian yang dimiliki Ti Then saja dia sendiri sudah merasa
sulit untuk hadapi, kalau benar-benar Ti Then merupakan muridnya
si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ini maka dengan jelas
sekali memperlihatkan kalau kepandaian silat dari pihak lawan
sudah mencapai pada taraf yang jauh lebih tinggi dari dirinya,
dengan demikian kemungkinan sekali Benteng Pek Kiam Po akan
musnah di dalam serangannya kali ini.
Pikiran tersebut dengan cepat berkelebat di dalam benaknya,
segera dia putar tubuhnya berkata kepada Huang Puh Kian Pek
yang berdiri di sisinya: "Sute, perhatikan seluruh gerak-gerik dari Ti Then..dengan
perlahan-perlahan coba dekati tubuhnya bila menemukan gerak-
geriknya sedikit mencurigakan segera turun tangan kuasai dia"
Huang Puh Kian Pek sedikit mengangguk kemudian dengan
berpura-pura tidak sadar tubuhnya mulai bergeser kesisi tubuh Ti
Then. Ti Then yang selama ini selalu menganggap Wi Ci To sebagai
Majikan Patung Emas sudah tentu tidak terlalu memperhatikan
gerak-gerik dari Huang Puh Kian Pek yang mulai bergeser
mendekati tubuhnya itu.

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada air muka Wi Ci To dengan perlahan-lahan mulai
menampilkan senjuman, sambil memandang tajam kearah si
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ujarnya:
"Dua puluh tahun tidak bertemu, tidak disangka Cian-heng sudah
berubah menjadi sedemikian rupa.."
"Semuanya ini merupakan pemberian dari Wi Toa Pocu" sahut si
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan dengan dinginnya.
"Bagaimana perkataanmu ini?"
"Sejak aku orang she Cian kau lukao telinga kananku di depan
umum karfena merasa malu untuk bertemu dengan orang maka di
dalam beberapa tahun ini aku orang she Cian selalu bersembunyi
ditengah gunung hingga saat ini"
"Tapi" ujar Wi Ci To, "Sesaat sebelum terjadinya pertandingan
pada waktu itu kita pernah berjanyi terlebih dulu, tidak perduli siapa
pun yang terluka atau terkalahkan tidak diperkenankan mendendam
di dalam hati, mungkin Cian-heng sudah melupakan akan hal ini?"
"Ha ha ha ha..tidak lupa..tidak lupa, aku orang she Cian sama
sekali tidak mendendam"
"Lupa atau tidak hanya dalam hatimu sendiri yang jelas" ujar Wi
Ci To sambil tersenjum. "Aku orang she Cian benar-benar tidak akan mendendam di
dalam hati, ada pepatah mengatakan menang kalah merupakan
kejadian yang biasa di dalam suatu pertempuran, kemarin kalah
mungkin hari ini akan pulang dengan memperoleh kemenangan,
buat apa mendendam di dalam hati?"
"Lalu ini hari Cian-heng punya perhitungan pulang dengan
memperoleh kemenangan?" tanya Wi Ci To lagi.
"Benar" sahut Cian Pit Yuan sambil mengangguk, "Aku orang she
Cian tentu punya hak ini bukan?"
"Sudah tentu ada..sudah tentu ada, tetapi kamu orang tidak
seharusnya membunuh anak murid lohu, kamu orang merupakan
seorang jago yang punya nama sangat terkenal di dalam Bu-lim,
kini ternyata turun tangan membunujh seorang boanpwe yang
masih rendah tingkatannya, hal ini membuat lohu merasa kecewa
bagi dirimu" "Sebenarnya aku orang she Cian tidak punya niat untuk bunuh
dia, kesemuanya karena dia sendiri yang mencari mati"
"Oooh benar begitu?" tanya Wi Ci To sambil tertawa dingin.
"Aku orang she Cian sebetulnya punya niat dengan hormat
untuk menemui kau Wi Toa Pocu, siapa tahu anak muridmu itu
terlalu memandang rendah orang lain, dia melihat aku orang she
Cian berpakaian compang-camping dan miskin ternyata tidak
memperkenankan aku masuk bahkan memaki-maki dan meperolok-
olok aku orang, terpikir olehku dengan peraturan yang keras dari
Bentengmu ini sudah tentu tidak mungkin memiliki seorang anak
murid semacam dia, karena itulah orang semacam itu tidak mungkin
bisa terpakai lagi di sini maka aku mewakili kamu orang
menyingkirkan nyawa dari sini"
Shia Pek Tha yang mendengar perkataan ini menjadi sangat
gusar, mendadak dia meloncat bangun dari tempat duduknya,
sambil mengaum keras bentaknya:
"Omong kosong, Kang Kian Sian merupakan pendekar pedang
yang paling luhur hatinya, paling jujur dan paling menuruti aturan ,
kamu bangsat tua sudah bunuh dirinya kini memfitnah lagi, aku
akan adu jiwa denganmu terlebih dulu"
Sambil berkata dia meloncat kearahnya sambil mencabut pedang
dari sarung segera dia melancarkan satu serangan dahsyat ke
depan. Cian Pit Yuan tertawa terbahak-bahak, tubuhnya sedikit miring ke
samping segera terhindarlah dari tusukan dahsyat Shia Pek Tha ini
bersamaan pula kaki kanannya maju satu langkah ke depan dengan
tepat berhasil menghajar pundak Shia Pek Tha, membuat tubuhnya
tidak tahu lagi mundur beberapa langkah ke belakang dengan
sempojongan sambil tertawa keras ujarnya:
"Minggir sedikit, kau masih terlalu jauh untuk lawan aku"
Shia Pek Tha merupakan salah satu pendekar pedang merah
yang tertua di dalam Benteng Pek Kiam Po ini, julukannya Satu kali
tusukan menembus ulu hati, sudah sangat terkenal di dalam dunia
kangouw, kini satu tusukannya bukan saja berhasil digagalkan oleh
Cian Pit Yuan bahkan tubuhnya sendiri berhasil pula dipukul oleh
Cian Pit Yuan hingga mundur sempojongan, hal ini merupakan suatu
kejadian yang jauh diluar dugaan.
Dengan perkataan lain, hal ini membuktikan kalau kepandaian
silat dari si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan ini sudah
berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf kesempurnaan.
Wi Ci To yang melihat kejadian itu segera sadar kalau Shia Pek
Tha bukanlah musuh dari Cian Pit Yuan itu, jika pertempuran ini
diteruskan tidak lebih juga bikin malu saja segera bentaknya dengan
keras: "Pek Tha, kau mundur!"
Tetapi Shia Pek Tha sama sekali tidak mau ambil perduli
bentakannya itu, sambil membentak keras sekali lagi dia
menyambarkan pedangnya ke depan, pedangnya diputar hingga
mirip naga yang sedang menari di dalam sekejap mata saja dia
sudah berhasil melancarkan empat jurus serangan sekaligus dengan
gerakan menusuk, membabat, membacok serta menyambar.
Keempat jurus serangan ilmu pedang ini walau pun dilakukan
dengan sedikit perbedaan waktu tetapi waktu dilancarkan keluar
mirip sekali dengan empat buah serangan dilancarkan sekaligus
disekeliling tubuh Cian Pit Yuan itu.
Tetapi sebaliknya Cian Pit Yuan sama sekali tidak mencabut
keluar pedangnya, tubuhnya masih tetap berada ditempat semula
hanya saja kakinya dengan sangat ringannya bagaikan mengalirnya
mega di angkasa, tubuhnya dengan sangat lincah berhasil
menghindarkan diri dari seluruh serangan itu, pada saat serangan
yang keempat baru saja dilancarkan terlihatlah telapak tangannya
sedikit miring dengan sangat hebat dia berhasil menghajar perut
Shia Pek Tha. Waktu melancarkan serangan itu sama sekali tidak dilakukan
dengan cepat, hanya kecepatan serta kejituan serangannya itu
membuat Shia Pek Tha tidak berhasil menghindarkan diri lagi dari
serangan itu. Bagaikan sebuah tiang besar tubuh Shia Pek Tha dengan
mengeluarkan dengusan berat rubuh ke atas tanah dengan
kerasnya. Seluruh hadirin ditempat itu begitu melihat hanya di dalam satu
gerakan saja Cian Pit Yuan berhasil memukul rubuh Shia Pek Tha
tidak terasa pada melototkan matanya lebar-lebar sedang air
mukanya berubah dengan sangat hebatnya.
Dalam hati Wi Ci To sadar kalau dia harus secepat mungkin turun
tangan sendiri, tetapi baru saja dia hendak maju ke depan, Ti Then
yang berada di sampingnyajauh lebih cepat satu tindak dari dirinya,
terlihat tubuh Ti Then sedikit berkelebat dia sudah berada di
hadapan Cian Pit Yuan. Sebenarnya Huang Puh Kian Pek terus menerus bersiap diri untuk
menguasai Ti Then, tetapi gerakan dari Ti Then jauh lebih cepat
daripada apa yang dipikirkan, hampir-hampir boleh dikata sesaat
tubuh Ti Then sudah berada satu kaki dari tempat semula dia baru
turun tangan berusaha mencegah kepergian Ti Then itu, tetapi
gerakannya ini sudah tentu tidak mencapai pada sasarannya tidak
terasa air mukanya berubah menjadi merah padam, bentaknya: "Ti
Then, kamu mau berbuat apa?"
Ti Then sudah menjongkokkan diri di samping tubuh Shia Pek
Tha, terlihatlah dari samping mulutnya darah segar masih menetes
keluar dengan derasnya sedang keadaannya pun berada di dalam
keadaan tidak sadarkan diri, segera dia angkat kepala sambil
ujarnya: "Saudara itu cepat kemari membimbing Shia toako ke samping!"
Seorang pendekar pedang putih yang berada didekatnya segera
maju ke depan dan membopong tubuh Shia Pek Tha yang tidak
sadarkan diri itu ke samping tubuh Wi Ci To.
Setelah itu barulah dengan perlahan Ti Then bangkit berdiri dan
memandang tajam kearah Cian Pit Yuan, ujarnya sambil tertawa
dingin: "Gerak-gerikmu sungguh tidak jelek hanya bilamana dengan
mengandalkan kepandaian ini saja sudah berani mengacau benteng
Pek Kiam Po ini mungkin tidak begitu mudah"
Tadi Cian Pit Yuan sudah melihat dengan jelas kalau gerakan
tubuhnya sangat cepat sekali, dalam hatinya tidak urung merasa
terkejut juga kini tidak terasa lagi dia lebih memperhatikan
beberapa kejap kearahnya, dengan pandangan yang sangat tajam
dengan sangat teliti dia mulai memeriksa Ti Then dari atas kepala
hingga ujung kakinya, kemudian barulah katanya:
"Siapa kau?" "Hemm..hmmm..orang yang ada di dalam kalangan ini kecuali
saudara seorang lainnya merupakan orang-orang dari benteng Pek
Kiam Po" "Ha ha ha"ooh..begitu?" ujar Cian Pit Yuan sambil tertawa
terbahak-bahak, "Lohu pernah dengar di dalam benteng Pek Kiam
Po terdapat pendekar pedang merah, putih serta hitam, hey bangsat
cilik kamu termasuk dari tingkatan yang mana?"
"Pendekar pedang hitam" sahut Ti Then singkat.
Cian Pit Yuan yang mendengar perkataan ini tidak tertahan lagi
mengerutkan alisnya kencang-kencang, ujarnya dengan kurang
percaya: "Pendekar pedang hitam" Kalau begitu cepat menggelinding dari
sini, kalau tidak hemmm..hmmm jangan salahkan lohu turun tangan
kejam lagi terhadap dirimu"
"Sekali pun aku hanya seorang pendekar pedang hitam tetapi
dalam hati aku masih punya pegangan untuk membereskan orang
semacam kamu" Cian Pit Yuan begitu mendengar perkataan itu segera menjadi
gusar, sambil angkat kepala serunya dengan keras:
"Hey orang she Wi, kamu orang apa mau lihat pendekar pedang
hitammu yang ini juga kehilangan nyawa?"
Begitu Wi Ci To melihat sikap dari Ti Then terhadap pihak
lawannya segera tahulah dia bahwa Ti Then tidak mungkin
merupakan anak muridnya, tetapi untuk membuktikan kalau Ti Then
sama sekali tidak punya hubungan dengan pihak lawan di dalam
hatinya segera timbul keinginan untuk melihat masing-masing pihak
saling bergebrak dulu, maka sambil tertawa keras ujarnya:
"Cian-heng, kalau memangnya kamu orang tahu kalau di dalam
bentengku ini terdapat pendekar pedang hitam, putih serta merah,
apa mungkin kamu orang tidak tahu kalau di dalam benteng kami ini
berlaku juga satu peraturan?"
Cian Pit Yuan menjadi tertegun, tanyanya:
"Peraturan apa?"
"Setiap orang yang masuk ke dalam benteng ini bilamana hendak
bertempur lawan lohu maka terlebih dahulu harus melewati tiga
rintangan, memukul rubuh pendekar pedang hitam terlebih dahulu
kemudian melewati rintangan pendekar pedang putih, merah baru
kemudian bergebrak sendiri dengan lohu"
"Hemm..hmmm.." ujar Cian Pit Yuan sambil tertawa dingin, "Tapi
seorang pendekar pedang hitammu sudah aku bunuh"
"Lohu tidak melihat dengan mata kepala sendiri siatuasi pada
saat itu, mungkin juga kamu bunuh dia dengan siasat licin?"
Cian Pit Yuan menjadi sangat gusar, sahutnya kemudian:
"Baiklah pendekar pedang hitam itu boleh tidak dihitung tetapi
yang baru saja ini?"
"Dia bukan orang yang lohu tunjuk sudah tentu tidak bisa
dihitung" Cian Pit Yuan semakin gusar lagi, sambil menuding kearah Ti
Then ujarnya sambil tertawa dingin:
"Kini dengan resmi kamu tunjuk pendekar pedang hitam ini untuk
bergebrak lawan aku orang she Cian?"
"Tidak salah!" sahut Wi Ci To sambil mengangguk.
"Aku orang she Cian kalau tidak turun tangan masih tidak
mengapa, tapi begitu turun tangan maka pasti akan bunuh orang,
apa kau tega melihat anak muridmu terbunuh oleh aku orang she
Cian?" "Ha ha ha"sebaliknya lohu malah yang mau beri nasehat
padamu lebih baik sedikit berhati-hati, mungkin yang binasa adalah
kamu orang sendiri" Cian Pit Yuan mendengus dengan dinginnya, dia tidak mau ambil
bicara lebih banyak lagi, sambil menoleh kearah Ti Then ujarnya:
"Hey bangsat cilik, ajoh mulai turun tangan!"
"Tidak bisa..tidak bisa" ujar Ti Then, "Kamu orang adalah pihak
yang menjerbu ke dalam benteng kami ini sudah seharusnya kamu
orang yang turun tangan terlebih dulu"
Cian Pit Yuan tidak bisa menahan hawa amarahnya lagi,
bentaknya: "Bangsat cilik, orok busuk..kamu orang berani mengejek di depan
mata lohu" Sambil berkata tangannya dengan sangat dahsyat menghajar
dada pihak musuhnya. Dia tetap tidak siap sedia menggunakan pedangnya, hal ini
dikarenakan dia sama sekali tidak percaya kalau seorang pendekar
pedang hitam semacam Ti Then ini bisa mengalahkan dirinya.
Padahal Ti Then sendiri juga tak punya pegangan yang teguh
untuk memperoleh kemenangan ini tetapi kini dengan nyalinya yang
besar dia ingin mencoba bergebrak dengan seorang musuh yang
tangguh ini, dia tidak takut kalau sampai dikalahkan bahkan dalam
hatinya dia mengharapkan kalau dirinya bisa dikalahkan, sehingga
dengan demikian dia bisa membatalkan perjanyiannya dengan
Majikan patung emas itu, karena dia sudah berjanyi dengan Majikan
patung emas asalkan di dalam Bu-lim dia bisa menemui seorang
yang bisa mengalahkan dirinya atau bertempur seimbang dengan
dirinya maka segera dia akan memperoleh kebebasan kembali.
Maka itulah dia sangat mengharapkan bisa dikalahkan oleh pihak
lawannya yang tangguh ini, tetapi dia tidak berani mengalah secara
sengaja oleh karena itulah begitu melihat Cian Pit Yuan melancarkan
serangan dahsyat kearah dadanya dengan cepat dia menyambut
serangan itu dengan telapaknya juga.
"Plak..!" sepasang telapak tangannya masing-masing bertemu
menjadi satu terlihatlah tubuh Ti Then mundur satu langkah ke
belakang. Cian Pit Yuan begitu melihat Ti Then hanya berhasil dipukul
mundur satu langkah saja tidak terasa air mukanya berubah sangat
hebat, sambil tertawa aneh ujarnya:
"Hemmm..hmmmm punya simpanan juga, coba terima satu
seranganku ini lagi"
Suaranya baru keluar dari mulut, telapak tangannya sudah
menyambar datang. Dengan menggunakan jurus Co Yuan Hoa Su,
telapak tangannya dengan dahsyat menghajar perut dari Ti Then.
Ti Then tidak mau adu keras lawan keras lagi, tubuhnya sedikit
miring ke samping dengan menggunakan jurus "Pek Hok Liang Ci
atau bangau putih mementangkan sajap tubuhnya dari bawah ke
atas balas mengancam bahu pihak lawan.
Cian Pit Yuan tertawa dingin, telapak tangannya segera berubah
jurus, tubuhnya memutar ke sebelah kanan dengan menggunakan
jurus "Ji Lang Tan San auat Ji Lan memikul pakaian, balas


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjerang jakan darah Thay yang hiat, dikening sebelah kiri dari Ti
Then. Kedua orang itu saling serang menjerang dengan kecepatan
bagaikan kilat, di dalam sekejap saja puluhan jurus sudah berlalu
tetapi masing-masing tetap seimbang tanpa ada yang berhasil
merebut di atas angin. Dengan keadaannya seperti ini lama kelamaan hati Cian Pit Yuan
menjadi sedikit gugup dan bingung.
Pada dua puluh tahun yang lalu dia dikalahkan di bawah
serangan pedang Wi Ci To dengan menahan perasaan malu segera
hilang dari dunia kangouw untuk berlatih dengan giat ditengah
pegunungan yang sunyi, kini sesudah berhasil melatih ilmunya di
dalam hati menganggap dengan mudah mungkin dia berhasil
mengalahkan Wi Ci To sehingga terbalas dendam sakit hati
terpapasnya telinga sebelah kanannya itu, siapa tahu pada
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 6 Pendekar Cacad Karya Gu Long Kemelut Di Majapahit 1
^