Pencarian

Pendekar Patung Emas 2

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 2


"Cang siangkong ini bukan anggota dari benteng Pek Kiam Po,
apa kongcu juga akan menghantar dia ke dalam Benteng?"
"Tidak salah" sahut Ti Then sambil mengangguk.
Dalam hati Ku Ie memangnya mengharapkan semua urusan
dengan cepat dibereskan perkataan itu dengan cepat dia keluar
kamar untuk menyiapkan kereta.
Setelah Ku Ie berlalu dari dalam kamar barulah dengan perlahan
Ti Then memutar tubuhnya, ujarnya kepada Liuw Su Cen sambil
tersenjum "Heei"aku telah membuat kesalahan kepada kawan nona, harap
nona tidak menjadi marah"
Pada saat ini sebaliknya pada wajah Liuw Su Cen menampilkan
perasaan girangnya, sambil tertawa sahutnya
"Lu Kongcu harap jangan bicara demikian, Hong siangkong ini
memang seharusnya mendapatkan hajan, aku sama sekali tidak
punya perasaan apa pun terhadap dirinya, pada waktu-waktu yang
lalu pun aku terpaksa baru mau menemui dia"
Berkata sampai di situ, mendadak dia merendahkan nada
suaranya, tanyanya: "Lu kongcu pada kemudian hari apa kau mau datang lagi?"
"Tentang ini sukar dipastikan mungkin datang mungkin tidak
datang lagi. .. " Air muka Liuw Su Cen berubah menjadi kemerah merahan,
sambil menundukkan kepalanya dia tertawa malu-malu katanya:
"Bilamana kongcu tidak menampik harapanku ini dan tidak bosan
dengan wadiahku harap mau datang berkunjung lagi,"
" Baiklah" Sahut Ti Then sambil mengangguk. "Kalau aku ada
waktu yang luang tentu akan segera berangkat kemari"
Pada saat itulah Ku Ie dengan perlahan berjalan masuk, katanya:
"Kereta kuda sudah dipersiapkan, kongcu akan berangkat
kapan.?" "Sekarang juga" sahutnya sambiI bangkit berdiri.
Sehabis berkata dari dalam buntaiannya dia mengambil keluar
ratusan tail uang perak yang dengan perlahan diletakkan ke atas
meja, kemudian membungkuk memanggul tubuh Hong Mong Ling
serta Cang Bun Piauw berjalan keluar dari kamar itu.
Jilid 2.2. Masuk Benteng Pek Kiam Po
Ku Ie yang melihat sekali keluar uang ratusan tail banyaknya
menjadi amat girang, dengan membuntuti di belakang tubuhnya dia
mengucapkan terima kasihnya dengan tidak henti hentinya, ujarnya.
"Lu Kongcu, pada kemudian hari harap datang lagi, bila kau
datang aku akan memerintahkan Liuw Su Ceng untuk masakkan
beberapa macam sajuran untuk menyambut kedatangan Kongcu, Su
Cen kami ini bukan saja sangat pandai di dalam menari menyanyi
serta membuat syair dia pun pandai memasak!"
Ti Then hanya menyahut dengan sembarangan, dengan cepat
dia membopong, tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw
keluar dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu tidak salah lagi di
depan telah tersedia sebuah kereta kuda yang amat mewah, dengan
cepat dia mengangkat kedua orang itu ke dalam kereta sedang
dirinya pun mengikuti duduk di dalam kereta tersebut.
Orang yang menjadi kusir kereta tak lain adalah penjaga yang
diberi upah dirinya tadi, dengan cepat dia menutup pintu kereta dan
manyalankan keretanya dengan cepat.
Dengan perlahan lahan Ti Then mulai menggeserkan diri
mendekati kusir kuda, tanyanya,
"Kau tahu tidak jalan menuju ke benteng Pek Kiam Po " "
"Tahu . tahu . pada tahun yang lalu ketika Pocu merajakan ulang
tahunnya yang keenam puluh di dalam Benteng telah diadakan
perlombaan, hamba pada saat itu juga ikut masuk ke dalam
benteng untuk melihat keramaian.
" Ehm... itu sangat bagus sekali perjalanan menuju kebenteng
Pek Kiam Po masih ada dua puluh li jauhnya aku akan berbaring
untuk beristirahat sebentar, bilamana kereta sudah tiba di bawah
sebuah pohon siong yang tua kau hentikanlah kereta kuda dan
memanggil bangun diriku."
" Baik....baik....kongcu silahkan beristirahat, hambamu tidak akan
salah mencari jalan."
Dengan perlahan Ti Then masuk ke dalam kereta kembali,
tangannya dengan sangat cepat sekali rnenotok jalan darah pingsan
ditubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw setelah itu barulah
dia membaringkan diri untuk beristirahat.
Dengan cepat dia telah jatuh tidur dengan njenyaknya,
dikarenakan dia telah kebiasaan untuk berkelana keseluruh tempat
oleh karena itu sejak dahulu telah terbiasa dengan tidur ditempat
mana-mana, asalkan dalam hatinya tidak memikirkan urusan apa-
apa maka dengan cepat dia telah jatuh pulas dengan njenyaknya.
Kereta kuda itu dengan mengikuti jalan raja di bawah gunung itu
berlari selama satu jam lamanya, sesampainya di bawah pohon
siong tua yang dimaksudkan oleh Ti Then dengan cepat penjaga
sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu menghentikan keretanya dan
turun untuk memanggil diri Ti Then, teriaknya
"Lu kongcu....Lu Kongcu...kau sudah mendusin belum?"
Pada saat kereta kuda itu berhenti Ti Then telah mendusin dari
tidurnya mendengar panggilan itu dengan perlahan dia duduk dan
tanyanya "Ehm ...sudah sampai?""
"Belum, bukankah tadi kongcu meme?san pada hamba untuk
memanggil kongcu ditempat ini " ?"
"Ehm . ." Segera dia membuka pintu kereta kuda itu dan
meloncat turun, kepalanya diangkat memandang sejenak keadaan
cuaca, ujarnya kemudian "Sudah kentongan kedua ?"
"Benar, setelah berjalan dua li lagi kita akan tiba di dalam
benteng Pek Kiam Po itu"
Dengan tangannya Ti Then menggosok gosok wajahnya sehingga
kesadarannya pulih kembali, kemudian dengan menyeret keluar
tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw dari dalam kereta
kuda ujarnya "Cukup, sekarang kau boleh pulang"
Penjaga sarang pelacuran itu di tertegun, tanyanya:
"Kongcu tidak rnenghantar mereka sampai di dalam Benteng Pek
Kiam Po?" "Sudah tentu harus dihantar.
"Tetapi . tetapi " kenapa?"
"Bilamana aku menggunakan kereta kuda dari Touw Hoa Yuan
kalian menghantar mereka masuk ke dalam Benteng, tentu Wi Pocu
tidak akan mengam puni Hong Mong Ling ini ... dimana bisa
mengam puni orang lakukanlah pengam punan itu terhadap setiap
orang, buat apa kita berbuat keterlaluan."
Agaknya penjaga itu dibuat sadar oleh perkataan dari Ti Then ini,
segera sahutnya: "Ooh...agaknya kongcu tidak ingin menjelaskan urusan yang
sebenarnya kepada Pek Kiam Pocu, Wi Ci To?"
"Benar, " Sepasang mata penjaga Touw Hoa Yuan itu sedikit melirik kearah
tubuh Cang Bun Piauw yang menggeletak di atas tanah, lalu ujarnya
lagi: "Kalau begitu, Lu kongcu akan menggunakan cara apa untuk
menjelaskan tentang Cang siangkong ini kepada diri Wi Ci To itu
pimpinan dari benteng Pek Kiam Po "
"Biar Hong Mong Ling yang menjelaskan sendiri"
Penjaga itu tertawa, setelah memberi hormat lalu ujarnya:
"Kalau memangnya begitu, hamba akan segera kembali"
Sehabis berkata dia kembali ke atas kereta dan memutar haluan
untuk kembali ke dalam sarang pelacurnya.
Sebelum berangkat terdengar Ti Then telah memesan wanti-
wanti lagi ujarnya dengan agak keras:
"Setelah peristiwa ini bilamana terdapat orang lain yang rnencari
berita tentang urusan yang sebenarnya terjadi, kalian orang-orang
dari Touw Hoa Yuan boleh menjelaskannya dengan sejujurnya
tetapi jangan bilang kalau kau pernah menghantar mereka berdua
hingga tempat ini, cukup kau bilang aku telah membawa mereka
berdua sampai diluar kota"
"Baik.." sahut penjaga itu, pecutnya diajunkan kepantat kudanya,
dengan sangat cepat kereta kuda itu meluncur kearah kota.
Ti Then berdiam diri hingga kereta kuda itu jauh dari
pandangannya barulah dengan perlahan mulai membuka pakaian
serta sepatunya yang baru serta mewah itu, kemudian rambutnya
dibuat kacau sehingga kembalilah bentuknya seperti semula.
Kiranya sekali pun diluar dia memakai pakaian yang sangat bagus
dan mewah tetapi di dalam tubuhnya masih tetap memakai
pakaiannya yang sudah dengkil serta compang camping itu,
sehingga begitu pakaian barunya dicopot maka di dalam sekejap
saja dari seorang "Lu Kongcu yang perlente berubah menjadi wajah
asli dari Ti Then yang kotor serta dengkil.
Sesudah membuka pakaian serta sepatu barunya dengan cepat
disimpannya benda-benda itu sesuatu tempat yang sangat
tersembunyi disekitar tempat itu sesudah itulah dengan langkah
yang cepat pula berjalan kembali ke bawah hohon siong tua dan
sambil mengempit tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw
berjalan ke depan. Setelah berjalan puluhan tindak lamanya tiba-tiba di dalam
benaknya teringat kembali akan kata-kata dari Majikan patung emas
: Sesudah turun gunung aku bertindak seperti seekor cacing dalam
perutmu selamanya akan mengikuti kau kemana pun juga."
Pikirannya segera berkelebat diam diam batinnya:
"Hm . . kenapa aku tidak mau mencoba-coba untuk membuktikan
apa benar dia terus mengikuti diriku "
Berpikir sampai di situ tanpa ragu ragu ujarnya. .
"Aku akan segera memasuki Benteng Pek Kiam Po, coba lihat
permainanku ini bagus tidak "
Tetapi setelah suara itu berkumandang, keluar lama sekali tetap
tidak terdengar suara sahutan: "Apa mungkin Madikan patung emas
tidak ikut datang kemari ?"
"Atau mungkin dia sengaja tidak mau memberi jawabannya?"
Pikirannya segera berkelebat lagi, batinnya.
"Hm...hm...agaknya perkataan yang diucapkan tempo hari hanya
untuk menggertak diriku saja. Hm...Hmm...
Berpikir sampai di sini dengan segera dia mempercepat langkah
kakinya berjalan kearah Benteng Pek Kiam Po.
Perjalanan menuju kebenteng Pek Kiam Po itu makin lama
terlihat makin cepat, jalan raja yang menghubungkan Benteng itu
dengan kota Go bi pun dibuat demikian lebar serta ratanya,
sungguh tidak nyana kalau dapat dibuat sedemikian bagusnya.
Baru saja dia lari dengan cepatnya ke depan, tiba-tiba tetlihatlah
olehnya di atas tanah bertuliskan enam buah tulisan yang sangat
besar sekali. "Semoga kau cepat mencapai hasil yang dicita-citakan. "
" Haa....Tidak salah lagi tulisan dari Majikan Patung Emas". Ti
Then menarik napas panjang-panjang, pada air mukanya pun
dengan perlahan-lahan timbul perasaan apa boleh buat, sambil
tertawa pahit dia mengangkat bahunya, dan ujarnya:
"Kalau kau memangnya sudah datang aku mau memberitahukan
padamu akan suatu urusan, tiga ratus tahil perak yang kau berikan
kepadaku kini sudah kuhamburkan hingga habis."
Sehabis berkata dengan rnenggunakan kakinya menghapus
tulisan di atas tanah, setelah itu barulah melanjutkan perjalanannya
menuju ke depan. Setelah berjalan kurang lebih ratusan tindak terlihatlah jawaban
dari Majikan Patung Emas yang ditulis di atas tanah ditengah jalan
juga. Kira-Kira tulisan itu berbunyi:
Kau jadi orang terlalu sosial, sikapmu yang dernikian sosialnya
terhadap Liuw Su Cen membuat orang merasa sajang, kini aku beri
seratus tail perak lagi harap kau gunakan lebih hemat lagi, jangan di
hambur hamburkan seenakmu "
Di samping beberapa patah tulisan itu terletaklah sebuah
bungkusan yang berisikan uang perak.
Ti Then segera memungut buntalan itu dan dimasukkan ke dalam
sakunya, setelah menghapus tulisan itu sambil tertawa ringan
ujarnya: "Untuk mencuri seekor ajam juga harus disediakan segenggam
beras, Liuw Su Cen bagaimana pun juga merupakan seorang
pelacur yang sangat terkenal dan punya nama yang cemerlang
sekali pun kuberi ratusan tail perak kepadanya juga tidak mengapa,
perlu apa kau demikian kikirnya."
"Kau mau ikut aku memasuki Benteng Pek Kiam Po tidak ?"
Sehabis berkata dengan kecepatan yang luar biasa dia berlalu
dari tempat itu. Kali ini setelah berjalan seratus tindak baru terlihat jawaban dari
Majikan Patung Emas, jawaban nya sangat singkat sekali hanya
tertuliskan satu huruf saja jakni
"Ikut." Tak terasa lagi tirnbul perasaan yang sangat tertarik dan girang
sekali di dalam hatinya. Sekali pun dia belum pernah memasuki Benteng Pek Kiam Po
tetapi dia tahu dengan amat jelas kalau penjagaan di dalam
Benteng Pek Kiam Po tetapi amat rapat dan keras sekali, tidak
mungkin seseorang dapat menjusup ke dalam dengan sangat
mudah tanpa ditemukan oleh penjaganya. Sudah tentu dengan
kepandaian yang dimiliki Majikan Patung Emas dia bisa menjusup ke
dalam benteng Pek Kiam Po tanpa diketahui oleh penjaganya, tetapi
persoalannya yang penting, Dapatkah dia bertahan lebih lama di
dalam Benteng Pek Kiam Po itu ?"?"
Tugas dirinya yang terutama di dalam memasuki Benteng Pek
Kiam Po ini adalah memperistri Wi Lian In tetapi tugasnya ini tidak
mungkin akan mencapai hasilnya di dalam satu hari satu malam
saja, bila mana dirinya harus berdiam selama setengah tahun di
dalam benteng ini apa mungkin dia pun dapat menyembunyikan diri
di dalam Benteng selama setengah tahun lamanya tanpa diketahui
oleh orang lain ?" Hal ini tidak mungkin akan bisa terlaksana!
Tetapi bilamana dia dapat bertahan dan bersembunyi di dalam
Benteng Pek Kiam ini selama setengah tahun lamanya tentu tanpa
diragu-ragukan lagi dia merupakan anggota dari Benteng Pek Kiam
Po ini. Sedang bilamana dia benar-benar merupakan salah satu anggota
dari Benteng Pek Kiam Po ini maka tidaklah akan sukar untuk
menjelidiki sebenarnya rencana busuk apakah yang sedang disusun
olehnya untuk dilaksanakan oleh dirinya sendiri.
Ti Then yang sembari jalan sambil berpikir semakin terasa amat
tertarik dan girang, tak terasa dia tertawa tergelak, ujarnya:
"Sungguh bagus sekali, dengan demikian bilamana aku
membutuhkan petunjuk darimu maka sembarangan waktu aku bisa
meminta keterangan, tetapi aku harus menggunakan cara apa untuk
mengadakan hubungan dengan dirimu ?"
Sehabis berkata dia melanjutkan lagi perjalanannya ke depan.
Seperti yang semula kali ini pun pada ratusan tindak baru


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditemukan jawabannya. "Hubungan dilakukan pada malam hari ketuklah jendela
sebanyak tiga kali dan sulutlah lampu minyak didekatnya, tetapi aku
tidak tentu akan munculkan diri"
Di sampingnya terlihat ada tulisan yang tertuliskan:
"Sudah cukup, di depan sudah ada anak buah dari Benteng Pek
Kiam Po yang melakukan jaga malamnya, kau tidak perlu bertanya
lagi- Ti Then pun dengan cepat menghapus tulisan-tulisan itu, setelah
itu dengan langkah yang lebar melanjutkan perjalanan ke depan.
Jalanan gunung itu berkelok-berkelok dan berputar-berputar
diantara lereng gunung, puncak gunung Go bi san dipandang
ditengah malam yang buta itu kelihatan semakin menjeramkan,
puncaknya yang aneh serta banyak berserakan disekitar tempat itu,
pohon siong tumbuh bagaikan mega rapatnya, tebing-tebing yang
amat curam diselingi dengan jurang yang amat lebar dan dalam
menambah keseraman sekitar tempat itu, di sekitar tempat itu pun
sering terdengar suara pekikan dari kera-kera yang berkeliaran
ditambah dengan desiran pohon siong tertiup angin memecahkan
kesunyian malam yang mencekam .
Ti Then belum pernah mengunjungi Benteng Pek Kiam Po hanya
dia pernah dengar orang bilang katanya Benteng Pek Kiam Po itu
terletak di bawah puncak Sian Ciang Jen itu, hanya dia tahu
asalkan mengikuti jalan gunung ini terus berjalan ke atas maka
akhirnya akan sampai juga ke dalam benteng Pek Kiam Po itu.
Dengan mengikuti jalanan gunung itu dia berjalan kurang lebih
satu li jauhnya setelah melalui sebuah jembatan gantungan
mendadak di hadapannya berkelebat sebuah bajangan manusia
yang melayang turun dari atas pohon, dalam hati segera dia tahu
kalau orang itu tentunya penjaga malam dari Benteng Pek Kiam Po,
dengan cepat dia menghentikan langkah kakinya dan berdiri diam
ditempat. Orang yang datang itu adalah seorang pemuda yang memakai
pakaian singsat berwarna hitam pekat, pada punggungnya tersoren
sebilah pedang yang berwarna hitam pula, sesaat ketika dia
melayang turun dari atas pohon sama sekali tidak menimbulkan
suara sedikit pun hal ini memperlihatkan kalau kepandaiannia tidak
lemah. Begitu Ti Then melihat kalau pemuda itu menjoren sebilah
pedang yang berwarna hitam segera dia tahu kalau orang itu
termasuk di dalam "Pendekar pedang hitam" dari Benteng Pek Kiam Po.
Kiranya di dalam Benteng Pek Kiam Po ini para pendekar pedang
yang tergabung di dalamnya dibagi menjadi tiga macam jaitu
"Pendekar Pedang Merah", Pendekar pedang putih" dan Pendekar
Pedang Hitam", diantara ketiga tingkatan itu kedudukan "Pendekar
pedang Merah lah yang tertinggi kemudian disusul oleh "Pendekar
Pedang Putih dan akhirnya baru "Pendekar pedang hitam.
Orang-Orang dari "Pendekar Pedang Hitam: bilamana hendak
naik ke dalam kedudukan "Pendekar pedang Putih haruslah
mendapat pengujian dari para "Pendekar pedang merah " terlebih
dahulu sedang dari pendekar putih bilamana akan naik kependekar
pedang merah harus diuji oleh Majikan Benteng ini sendiri sedang
setiap orang yang telah naik di dalam kedudukan ,"Pendekar
pedang merah" barulah diperkenankan berkelana di dalam dunia
kang ouw sebaliknya pendekar pedang putih serta pendekar pedang
hitam tidak diperkenankan keluar dari Benteng untuk mengadakan
perjalanan di dalam Bu-lim, bilamana mendapat perintah untuk
dilaksanakan di dalam Bu-lim mereka pun tidak diperkenankan
dengan menggunakan kedudukan pendekar pedang putih atau
pendekar pedang hitam untuk menyebut dirinya.
Oleh karena itulah sekali pun orang-orang di dalam Bu-lim tahu
kalau di dalam Benteng Pek Kiam Po terdapat pendekar pedang
hitam serta pendekar pedang putih tetapi selamanya belum pernah
menemuinya sendiri. Sesuai dengan namanya tentu keadaannya pun harus sama dan
jika menurut penilaian dengan tingkatan itu maka kepandaian yang
dimiliki orang orang dari pendekar pedang hitam seharusnya paling
cetek dan paling lemah tetapi setelah Ti Then melihat sendiri
pendekar pedang hitam yang berdiri di hadapannya segera tahu
kalau pemikiran dirinya pada waktu yang lalu adalah salah besar,
diam-diam dalam hatinya sangat memuji, pikirnya:
"Hanya seorang pendekar pedang hitam saja sudah memiliki
kepandaian yang demikian tingginya apalagi kepandaian silat dari
orang orang pendekar pedang merah kelihatannya kepandaian silat
yang dimili si sipedang naga emas Wi Ci To tidaklah lemah sesuai
dengan dugaan dari majikan patung emas semula...
Dia bisa punya pikiran seperti ini dikarenakan majikan patung
emas pernah berkata kepadanya kalau dia sudah sanggup untuk
mengalahkan sipedang naga emas Wi Ci To di dalam ratusan jurus
saja. Di dalam sarang pelacuran Touw Hoa Yuan dia bisa berhasil
membekuk batang leher Hong Mong Ling dari "Pendekar pedang
merah" kesemuanya ini hanya hasil dari luar dugaannya.
Baru saja pikiran-pikiran itu berkelehat di dalam benaknya
dengan kecepatan bagaikan kilat. Pendekar pedang hitam yang
menghalangi perjalanannya itu telah membuka mulut bertanya:
"Kawan siapa namamu, ditengah malam buta ini naik gunung ada
urusan apa yang penting"
Sikap serta nada ucapannya tidak sombong juga tidak halus,
sepasang matanya yang sangat tajam dengan tak henti-hentinya
memandang kearah Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw yang
dikepit diketiak Ti Then.
Dikarenakan malam yang semakin larut ditambah lagi jaraknya
masih ada tiga empat kaki jauhnya oleh karena itu sama sekali dia
tidak menduga kalau diantara dua orang yang dikempit di bawah
ketiak Ti Then itu adalah Si naga mega Hong Mong Ling dari
"pendekar pedang merah" Benteng Pak Kiang Po.
Dengan cepat Ti Then membungkukkan dirinya memberi hormat
dan sahutnya: "Cayhe Ti Then, tadi malam ketika berjalan diluar kota Go-bi
telah menemukan kedua orang ini dipukul tak sadarkan diri dan
menggeletak di tengah jalan. Oleh karena kenal kalau salah satu
diantaranya adalah "Pendekar Pedang Merah" dari Benteng Pek Kiam
Po maka sengaja aku datang menghantarkan mereka"
Dengan sedikit pun tidak ragu-ragu dia telah melaporkan nama
aslinya kepadanya karena di dalam hatinya dia telah mengambil
keputusan, dia merasa sekali pun dirinya menerima perintah yang
mengharuskan memperistri Wi Lian In tetapi bagaimana pun juga
urusan ini menyangkut nama baik dari seorang nona, dirinya harus
menanggung segala beban serta resikonya dan tidak mungkin
menggunakan nama palsu untuk meni punya.
Pendekar pedang hitam itu begitu mendengar perkataan tersebut
air mukanya segera berubah hebat, dengan cepat dia maju dua
langkah ke depan, begitu melihat orang yang berada di bawah
ketiak sebelah kanan dari Ti Then adalah bakal menantu kesajangan
dari majikan Benteng Pek Kiam Po perasaan terkejutnya semakin
menghebat, serunya. "Ooh Thian... .dia....kenapa dia,"
"Hanya jatuh tidak sadarkan dirinya saja, agaknya di dalam
tubuhnya tidak mengalami cedera apa pun.
Dengan perasaan yang arnat terkejut tanya pendekar pedang
hitam itu lagi : "Siapa orang yang satunia "
"Cayhe juga tidak kenal.."
"Tetapi dia bukan orang dari Benteng kami." ujar pendekar
pedang hitam "Tadi dia menggeletak bersama-sama dengan kawan pendekar
pedang merah ini, maka itu cayhe terpaksa bawa sekalian kemari."
" Dengan tiara bagaimana dia bisa terluka."
"Tidak tahu" sahut Ti Then sambil menggelengkan kepalanya.
Ketika cayhe hendak mamasuki kota telah menemukan mereka
menggeletak ditengah jalan diluar kota"
Dengan perasaan yang sangat terkejut dan ragu ragu pendekar
pedang hitam itu tak henti-hentinya memandang kearah tubuh
Hong Mong Ling yang tidak sadarkan diri itu, gumamnya:
"Sungguh heran, " sungguh mengherankan sekali, di dalam Bu-
lim saat ini ada siapa yang berhasil memukul dia hingga seperti ini
". " Ti Then segera tersenjum ujarnya:
"Menanti dia sadar kembali tentu akan mengetahui dengan lebih
jelas lagi." Pendekar pedang hitam itu tidak berani berlaku ajal lagi, sambil
mengangguk sahutnya : "Baik silahkan saudara mengikutiku masuk ke dalam Benteng
Sehabis berkata dia maju menyambut tubuh Hong Mong Ling dan
memutar tubuhnya berlalu,
Ti Then dengan mengempit tubuh Cang Bun Piauw terpaksa
mengikuti di belakang orang itu, tanyanya:
"Jaraknya dari sini sampai ke dalam Benteng masih seberapa
jauhnya " " "Tidak jauh, segera akan tiba."
"Ehm...saudara termasuk pendekar pedang hitam dari Benteng
Pek Kiam Po?" "Benar" sahut pendekar pedang hitam itu. "Cayhe She Ki
bernama Hong?" "Ooh jaa... Lo-heng tadi bilang she Ti, Ti apa "."
"Ti Then" " Sahut Ti Then singkat,
"Ti Then" 'Sepertinya nama ini pernah kudengar,
agaknya..Hmm.. tak dapat kuingat kembali Kakinya didepakkan ke
atas sesaat kemudian tiba-tiba dengan kejut bercampur girang
menoleh kembali memandang kearah Ti Then, ujarnya:
"Kau adalah si pendekar berbaju hitam Ti Then?"
Ti Then hanya tersenjum saja, sahutnya:
"Hek Ie Hiap tiga buah kata, cayhe tidak sanggup menerimanya,
"Aku dengar ilmu pedangniu amat tinggi, bukan begitu" tanya Ki
Hong dengan girangnya. "Tidak benar "sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya "Pada
saat ini ada siapa yang dapat menandingi kehebatan serta kelibayan
dari ilmu pedang Benteng Pek Kiam Po?"
Ki Hong masih tetap meneruskan perjalanannya menuju ke
dalam Benteng Pek Kiam Po, sembari berjalan ujarnya:
"Cayhe sering mendengar katanya ilmu Pedang dari Lo-heng bisa
rnenandingi pendekar pedang merah dari Benteng kami orang-
orang yang memiliki usia seperti Lo-heng sekarang hanya
Hong Mong Ling seorang, karena itulah Lo-heng boleh dikata
merupakan bintang diantara kami orang-orang muda.
"Ki-heng terlalu mernuji" sahut Ti hen sambil tertawa.
"Kepandaian yang cetek dari Cayhe mana bisa dibandingkan dengan
kelihayan ilmu pedang pendekar pedang merah dari Benteng Pek
Kiam po. " "Aah .,, Ti-heng terlalu sungkan, nama besarmu sekali pun Pocu
dari benteng kami pun telah mengenalnya.
"Haa ..."Sahut Ti Then. "Bisa mendapatkan penghargaan dari
orang berkepandaian tinggi sungguh membuat Cay he merasa
sangat bahagia.. . Bagaimana pandangan Pocu kalian tentang diriku
ini" "Menurut apa yang diucapkan majikan Benteng kami kepada
orang lain, Kaum pendatang baru di dalam Bu-lim yang paling
menonjol pada saat ini ada tiga orang, diantara ketiga orang itu
adalah Ti-heng sendiri, kemudian bakal menantu majikan benteng
kami jaitu Hong Kouw-ya dan yang terakhir adalah . -
" Bukankah si Hong Liuw Kiam Khek atau sipendekar pedang
suka pelesiran Ing Ping Siuw ini?" Timbrung Ti Then.
"Benar, apa Ti-heng pernah bertemu muka dengan si pendekar
pedang suka pelesiren Trig Ping Siuw
"Belum pernah, hanya pernah mendengar nama besarnya. -
"Cayhe dengar ilmu pedangnya sangat tinggi sekali bahkan
pernah dengan menggunakan pedangnya membabat habis Lauw
San Lak Hiong atau enam penyahat dari gunung Lauw san"
"Benar, Lauw San Lak Hiong bukanlah merupakan lawan yang
sangat enteng, tetapi Ing Ping Siuw ternyata bisa menahan
serangan keenam orang itu bahkan di dalam sekejap saja
membunuh habis mereka, sungguh bukan merupakan pekerjaan
yang mudah " Sedang mereka berbicara itu dari hadapan jalanan gunung itu
telah muncul seorang pendekar pedang hitam yang melintangkan
pedangnya menghalangi perjalanan mereka teriaknya dengan keras
"Siapa yang datang?"
"Saudara, aku adanya" sahut Ki Hong dengan cepat.
"Oooh . ."segera pendekar pedang hitam itu memasukkan
kembali pedangnya ke dalam sarung kemudian berjalan ke depan
menjongsong datangnya Ki Hong tetapi ketika melihat datangnya
membopong tubuh sinaga mega Hong Mong Ling sedang di
belakang tubuhnya pun berjalan seorang pemuda yang asing, tak
terasa dia menjadi amat terkejut, serunya:
"Aduh ....terjadi urusan apa?"
Ki Hong segera menjelaskan yang sebenarnya bahkan
rnemperkenalkan orang itu kepada Ti Then, tanyanya kemudian
"Kau sudah bertemu dengan kepala barisan Shia Kiauw To ?"?"
"Aku tidak melihat dia berjalan keluar, mungkin masih berada di
dalam Benteng" " Kalau begitu bagus sekali, Siauw-te akan masuk mencari dia
untuk memberi laporan. Sehabis berkata segera dia memimpin jalan menuju kedalarn
Benteng., "Siapa itu kepala barisan she-Shia ?" tanya Ti Then.
"Oooh... dia adalah seorang pendekar pedang merah dari
benteng kami, sebutannya sebagai Juan Sim Kiam atau si pedang
penembus ulu hati, Shia Pek Tha din merupakan salah satu dari
murid-murid kesajangan majikan Benteng kami, ini malam dialah
yang bertugas sebagai kepala regu jaga asal kita menemukan
sesuatu urusan harus dilaporkan kepada dirinya terlebih
dahulu"sahut Ki Hong.
"Ooh kiranya sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha, pada
tahun yang lalu dikota Tiang An Cayhe pernah bertemu dan minum
arak bersama dengan dia, ehm dia memang merupakan seorang
yang sangat periang dan suka bergaul."
"Dengan cara bagaimana Ti Then bisa berkenalan dengan
dirinya?" "Pada suatu malam pada tahun yang lalu" sahut Ti Then "ketika
Caybe sedang berpesiar didaerah istana delapan dewa, tiba-tiba
kulihat didekat tempat itu tiga orang sedang bertempur, ketika aku
melihat lebih dekat lagi segera kukenal kalau dua diantaranya
adalah iblis dari kalangan Hek to, ketika aku lihat Shia Pek Tha
agaknya tidak kuat melawan mereka maka aku munculkan diri untuk
menolong menggempur mundur kedua orang itu, demikanlah kami
berkenalan dan ketika saling omong-omong itulah baru aku ketahui
kalau dia merupakan pendekar pedang merah dari Benteng Pek
Kiam Po. Keesokan harinya Shia Pek Tha mengundang cayhe minum
arak di atas loteng Cuang Yuan Lo... "
Ki Hong menjadi amat girang, ujarnya


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika dernikian adanya, maka Ti heng dengan kepala regu Shia
Pek Tha merupakan kawan lama, nanti bilamana bertemu dengan Ti
heng tentu akan sangat girang"
Sembari berbicara mereka telah berjalan berputar putar di dalam
puncak gunung itu sebuah bangunan yang sangat megah dan kokoh
kuat segera terbentang di hadapan mata, ketika dipandang lebih
teliti lagi terlihatlah benteng Pek Kiam Po yang sangat terkenal dan
menggetarkan kangouw ini mem punyai bentuk bangunan yang
amat aneh tetapi sangat angker.
Bangunan itu didirikan di bawah tebing yang amat curam
disekelilingnya dikelilingi oleh tembok yang amat tinggi, di depan
pintu benteng berdirilah sebuah loteng pengintai sehingga
keadaannya mirip sekali dengan sebuah kota kecil. setiap ruangan di
dalam benteng tersebut terang benderang sehingga kelihatan besar
keangkerannia. "Benteng Pek Kiam Po. " tiga buah tulisan yang amat besar
terpancang jauh tinggi di depan pintu benteng dan terlihat terbuat
dari emas murni di bawah sorotan sinar rembulan memancarkan
sinarnya yang menyilaukan mata.
Benteng Pek Kiam Po. Inilah Benteng Pek Kiam Po yang mewakili
keadilan dan kebenaran di dalam dunia Kangouw.
Oleh karena di dalam hati Ti Then memangnya mem punyai
suatu rencana yang tertentu begitu melihat benteng Pek Kiam Po
yang amat megah serta angker itu tak terasa lagi menjadi amat
tegang. Untuk menenangkan pikiran serta hatinya dia menarik napas
panjang-panjang, kemudian ujarnya:
"Ehm . sungguh besar benteng ini mungkin seluruh benteng ini
berisi ribuan orang banyaknya?"
Ki Hong hanya mengia saja tanpa memberikan penjelasan yang
lebih panjang. Agaknya semua anggota dari benteng Pek Kiam Po
itu mem punyai kewajiban untuk menutup mulutnya rapat-rapat
terhadap segala rahasia dari benteng itu sehingga mereka sama
sekali tidak mau membuka rahasia di depan orang luar.
Ti Then pun segeta merasakan kalau pertanyaannya sudah
keterlaluan, segera dia putar haluan ujarnya lagi:
"Tebing itu pun amat besar sekali, apa tebing itu yang disebut
sebagai Sian Ciang Jen ?".
"Tidak salah" sahut Ki Hong" Sian Ciang Jen ini jauh lebih indah
dari Sian Ciang Jen yang terdapat di atas gunung Hoa San.
Ketika itulah mereka telah sampai di depan pintu benteng yang
sangat besar itu. Dua orang penjaga pintu benteng begitu melihat yang datang
adalah orang sendiri segera membukakan pintu mempersilahkan Ki
Hong serta Ti Then masuk, segera Ki Hong membawa Ti Then
kesebuah ruang tamu yang amat luas dan meletakkan tubuh Hong
Mong Ling serta Cang Bun Piauw ke atas kursi, ujarnya kemudian:
"Ti heng, silahkan menunggu sejenak, aku hendak memberi
laporan sebentar kepada Shia-te "
Baru saja dia selesai berbicara, tiba-tiba dari luar ruangan tamu
yang luas itu berkumandang datang suara yang amat nyaring dan
sedikit serak-serak yang sedang bertanya :
"Ki Hong, kau membawa siapa datang kemari ?"
Sehabis berkata seorang lelaki berusia pertengahan yang
memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar dan amat kekar berjaIan
masuk ke dalam ruangan itu.
Wajah dari orang lelaki berusia pertengahan itu amat keren dan
gagah, wajahnya persegi dengan telinga yang besar, alisnya tebal
bagaikan sapu, matanya bagaikan bola mata seekor harimau
hidungnya bagaikan hidung singa, berewoknya memenuhi seluruh
wajahnia sedang tubuhnya memakai baju berwarna merah darah
dengan sebilah pedang berwarna merah yang disorenkan
dipinggangnya, sikap serta tindak tanduknya memperlihatkan
seorang yang amat gagah sekali.
Orang ini tidak lain adalah sipedang penembus ulu hati, Shia Pek
Tha adanya. Ketika sinar matanya bertemu denga tubuh Hong Mong Ling
serta Cang Bun Piauw yang bersandar di atas kursi dengan
lemasnya itu tak terasa air mukanya berubah hebat, kakinya sedikit
menutul tanah dengan kecepatan yang luar biasa melayang
ketengah udara dan berkelebat ke samping tubuh kedua orang itu.
Tetapi ...ketika dia berjaIan lebih dekat lagi dan dapat melihat
wajah dari Ti Then dengan sangat jelas, air,mukanya terlintaslah
perasaan tertegunnya, serunya:
" Kau ...Ti Then?""
Ti Then segera merangap tangannya memberi hormat, ujarnya:
"Sejak perpisahan..apa.Shia..heng baik-baik saja?""
Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha menjadi amat terkejut
bercampur girang, sambil memandang kearah Hong Mong Ling serta
Cang Bun Piauw dua orang tanyanya
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Ketika tadi siauwte berjalan hendak memasuki kota Go bi
menemukan kedua orang ini menggeletak di pinggir jalan agaknya
mereka telah dipukul hingga jatuh tidak sadarkan diri, karena
siauwte kenal diantara mereka dua ada seorang yang merupakan
pandekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po maka sengaja
datang mengantar mereka kembali "
Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha setelah mendengar
perkataan itu segera memeriksa keadaan dari Hong Mong Ling dan
mengadakan pemeriksaan dengan teliti pada seluruh tubuhnya
setelah itu barulah dia membuka kelopak matanya, ujarnya
"Ehm . . tidak ada tanda-tanda terIuka dalam, agaknya hanya
tertotok jalan darah pingsannya saja"
"Oooh... kiranya hanya tertotok jalan darah pingsannya
saja"sahut Ti Then. Pada saat itu sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha telah
memutar tubuhnya berkata kepada Ki Hong ujarnya.
"Cepat undang Pocu serta Siaocia datang."
Ki Hong menyahut dan segera berlalu dengan targesa gesa dari
dalam ruangan. Setelah itu barulah dengan perlahan Shia Pek Tha memeriksa
keadaan dari Cang Bun Piauw, ketika menemukan kalau Cang Bun
Piauw pun juga tertotok jalan darah pingsannya tak terasa lagi
menjadi mengerutkan alis dalam dalam, ujar nya:
"Sungguh mengherankan sekali, bagaimana bisa terjadi urusan
seperti ini?" "Shia heng apa kenal dengan orang ini " "
"Kenai" sahut Shia Pek Tha. orang ini bernama Cang Bun Piauw
dengan julukan sitikus rakus dart Go-bi dia merupakan seorang
yang paling gemar pelesiran, bukan saja berjudi, mabok mabok kan
serta suka main perempuan bahkan perbuatannya pun tidak ada
yang merupakan pekerjaan baik-baik:"
"Benar..memang hal ini amat aneh dan mengherankan sekali"
"Kalau benar mereka hanya ditotok jalan darah pingsannya
kenapa Shia heng tidak membantu membebaskan jaIan darahnya
yang tertotok.".."
"Tidak" sahut Shia Pek Tha sambil menggelengkan kepalanya,
"Menanti setelah suhu datang baru kita bicarakan lagi, suhuku mem
punyai pangetahuan yang sangat luas di dalam cara menotok jalan
darah dari seluruh penjuru dunia, asalkan dia orang tua melihat
sendiri cara menotok jalan darah ini kemungkinan sekali bisa
mengetahui siapakah sebenarnya orang yang merubuhkan mereka."
Setelah itu dia bangkit berdiri, kepada Ti Then sambil merangkap
tangannya memberi hormat ujarnya:
"Aku orang she-Shia seharusnya mengucapkan banyak terima
kasih terlebih dahulu pada Lo-te."
"Oooh... tidak perlu sungkan-sungkan"
"Sesudah perpisahan kita di kota Tiang An di dalam sekejap saja
sudah lama tidak bertemu selama ini Lo-te baik-baik bukan ?"
Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa pahit, sahutnya:
"Sangat buruk, semakin lama semakin miskin".
Sejak tadi Shia Pek Tha telah dapat melihat si pendekar baju
hitam yang berdiri di hadapannya sekarang jauh berbeda
keadaannya dengan sewaktu bertemu dikota Tiang An pada tahun
yang lalu, ketika tahun yang lalu dia bertemu dengan Ti Then bukan
saja pakaian yang dipakainya sangat mewah serta perlente bahkan
keadaannya pun sangat gagah, sedang kini Ti Then telah berubah
demikian miskinnya sehingga baju yang dipakai pun compang
camping tidak karuan dan sangat dengkil sekali tidak terasa hatinya
menjadi amat terkejut bercampur heran, kini ketika mendengar dia
bilang kalau dirinya semakin lama semakin miskin tak tertahan
tanyanya: -ooo0dw0ooo- Jilid 3.1. Hong Mong Ling si pendusta
"Lo-te telah menemui bencana apa yang demikian seriusnya?"
"Tidak ada " sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya, "Hanya
siauw-te telah menghabiskan harta benda peninggalan leluhurku,
sehingga kini telah berubah menjadi seorang yang amat miskin"
Shia Pek Tha tertawa terbahak-bahak, tanyanya :
" Perkataan dari Lo-te ini apa benar benar ?"
"Buat apa aku menipu dirimu ?" "
Shia Pek Tha tersenjum ujarnya:
"Kalau begitu aku orang she-Shia benar-benar mengagumi dan
memuji dirimu. " Perkataan dari Shia-heng ini bagaimana bisa diucapkan ?"" Tanya
Ti Then sambil tertawa kaget.
"Lo-te punya kepandaian silat yang demikian tingginya ternyata
dapat hidup tenteram di dalam keadaan yang miskin, tidak pernah
menggunakan kepandaian silatnya untuk merampok atau merampas
barang orang lain, bukankah hal ini patut dikagumi dan dipuji '?"?"
Shia-heng tidak usah terlalu memuji dan kagum terhadap Siauw-
te, kemungkinan sekali pada suatu hari bilamana Siauw-te sudah
tidak bisa menahan kemiskinan yang menimpa segera akan
mendaftarkan diri menjadi anggauta perampok.
Baru saja Shia Pek Tha hendak berbicara lagi, mendadak
matanya dapat melihat suhunya si pedang naga emas Wi Ci To
beserta putrinya Wi Lian In telah berjalan memasuki ruangan itu,
dengan nada yang serius ujarnya dengan cepat :
"Suhu telah datang! "
Orang yang disebut sebagai jago nomor dua di dalam Bu-lim ini,
pocu dari Benteng Pek Kiam Po sipedang naga emas Wi Ci To sekali
pun usianya sudah lebih dari enam puluh tahun tetapi jika dilihat
dari wajah serta bentuknya tidak lebih kelihatan baru berusia lima
puluh tahunan. Tubuhnya tinggi besar dengan sikap serta tindak
tanduk yang halus bagaikan siucay tetapi keren bagaikan baja
bahkan sikapnya amat menjenangkan sekali, bila orang yang tidak
tahu tentu tidak akan percaya kalau dia merupakan seorang jago
berkepandaian tinggi yang memiliki ilmu pedang yang amat lihay,
bahkan mungkin menganggap dia sebagai seorang siucay yang
hanya tahu akan syair-syair saja.
Agaknya dia telah mendapatkan keterangan yang amat jelas dari
mulut Ki Hong oleh karena itu setelah berjalan masuk ke dalam
ruangan sedikit pun tidak memperlihatkan sikapnya yang amat
terperanyat, dengan tidak mengucapkan sepatah kata pun juga dia
berjalan mendekati tubuh Hong Mong Ling kemudian menggendong
tubuhnya dan direbahkan ke atas tanah, tangannya tidak ambil
diam sampai di situ saja dengan amat cekatan mengadakan
pemeriksaan diseluruh tubuhnya.
Putri dari Wi Ci To jaitu Wi Lian In yang berada di sampingnya dengan wajah yang penuh perasaan kuatir memandang tak henti-hentinya ketubuh Hong Mong Ling, ujarnya dengan agak gugup:
"Dia, dia tidak mengapa bukan ?"
Putri dari Wi Ci To itu memang amat cantik sekali wajahnya,
agaknya perkataan dari majikan patung emas sedikit pun tidak
salah. Wajah dari Wi Lian In hampir mem punyai kesamaan dengan
wajah dari Liuw Su Cen dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan,
wajahnya berbentuk kuaci dengan alisnya bagaikan bulan, matanya
yang cemerlang bagaikan bintang timur, bibirnya yang keciI mungil
berwarna kemerah-merahan sehingga kelihatan amat cantik sekali,
keadaan serta sikapnya pun jauh lebih agung dan lebih halus jika
dibandingkan Liauw Su Cen, Ti Then yang melihat kecantikan
wajahnia tak terasa diam-diam memuji tak henti-henti-nya, pikirnya:
"Hong Mong Ling sudah mempunyai bakal istri yang demikian
cantiknya ternyata masih pergi bermain cinta dengan seorang
pelacur urusan ini memang sedikit mengherankan . ."
Ketika terpikir olehnya kalau Wi Lian In ini kemungkinan sekali
akan berubah menjadi bakal istrinya tak terasa lagi jantungnya
berdebar dengan amat keras.
"Dapatkah dia berhasil memperistri Wi Lian In yang cantik jelita
itu?" Ketika dia sudah menjadi istrinya, perintah selanjutnya dari
majikan patung emas itu akan menjuruh dia berbuat apa lagi"
Apakah dengan meminyam sebutan "menantu" dari dirinya untuk
menutupi gerak-gerik selanjutnya kemudian mengadakan gerakan-
gerakan untuk mengacau dan menghancurkan benteng Pek Kiam Po
ini dari dalam" Tidak, Majikan patung emas sudah pernah memberi penjelasan
kepadanya kalau dia tidak akan memerintahkan dirinya untuk
melakukan pekerjaan yang membahajakan orang-orang dari
benteng Pek Kiam Po, tetapi perkataannya apa boleh dipercaya"
Kalau begitu sekali pun "Rencana" dari majikan patung emas itu tidak mendatangkan kerugian bagi orang-orang dari Benteng Pek
Kiam Po, apa mungkin "rencana" nya mendatangkan keuntungan
bagi benteng Pek Kiam Po ini"
Kalau mendatangkan keuntungan bagi Benteng Pek Kiam Po lalu
apakah keuntungan itu"
Ketika Ti Then berpikir sampai di sini tidak terasa lagi dia mulai
melayangkan pandangannnya memperhatikan sipedang naga emas
Wi Ci To itu. Sampai saat ini juga dalam hatinya dia masih tetap mencurigai
kalau Majikan patung emas itu adalah rubahan dari si pedang emas
Wi Ci To ini dikarenakan dia hendak melindungi putrinya Wi Lian In
tidak sampai dijodohkan dengan seorang pemuda hidung bangor
maka dia hendak menggunakan dirinya untuk mengacau dan
merusak hubungan cinta antara putrinya dengan Hong Mong Ling,
dengan demikian putrinya Wi Lian In bisa dijodohkan dengan
dirinya. Dan kini terlihatlah olehnya pada wajah Wi Ci To memperlihatkan
perasaan `tidak suka" dan 'tidak puas" nya terhadap Hong Mong
Ling ini. Sipedang naga emas Wi Ci To sesudahnya memeriksa dengan
teliti seluruh tubuh dari Hong Mong Ling, alisnya dikerutkan
kencang-kencang ujarnya dengan keren:
"Hm..dia terpukul belakang lehernya terlebih dahulu kemudian
baru ditotok jalan darah pingsannya"
"Suhu, dia tertotok oleh cara menotok jalan darah yang macam
bagaimana?" tanya Shia Pek Tha.
Cara.menotok jalan darah yang sangat biasa, tidak ada tempat
yang terlalu mengherankan "
Sesudah berhenti sejenak dia menoleh kearah Cang Bun Piauw
sambil tanyanya: "Siapa orang ini?"
"Si tikus rakus dari Go bi Cang Bun Piauw"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si pedang naga emas Wi Ci To sambil menggerakkan tangannya
membebaskan jalan darah yang tertotok pada tubuh Hong Mong
Ling tanyanya: "Orang mana tikus rakus dari Go bi itu?"
"Rumahnya tinggal didaiam kota Go bi, dia adalah seorang
kongcu yang suka pelesiran, suka judi mau pun mabok-mabokan"
Mendengar perkataan itu dengan wajah yang penuh perasaan
terkejut Wi Lian In angkat kepalanya, tanyanya pada Shia Pek Tha:
"Pek Tha suheng, kau bilang apa"
Pada wajah Shia Pek Tha segera timbul perasaan bimbang dan
sedihnya, sesaat kemudian barulah sahutnya,
"Sumoay, kau tidak usah marah kemungkinan sekali suhengmu
telah salah bicara' "Hmm"Dengus Wi Ci To dengan dinginnya." cepat katakan
dengan jelas kau kenal dengan orang ini ?"
"Tecu hanya tahu tindakan serta gerak gerik dan perbuatan
orang ini saja, dengan dirinya sama sekali tidak kenal"
"Hmm..aku lihat dia sama sekali tidak paham ilmu silat."
"Benar" sahut Shia Pek Tha," Ajahnya pernah memangku jabatan
sebagai pembesar kota sehingga harta kekajaannya amat banyak
sekali sedang dia lalu menggunakan nama besar dari bapaknya
serta kekajaannya untuk berbuat tidak senonoh diluaran dan
menganiaja kaum rakjat yang lemah."
Dengan-perlahan Wi Ci To putar tubuhnya pergi membebaskan
jalan darah dari Cang Bun Piauw, tanyanya lagi.
"Lalu bagaimana mungkin Mong Ling bisa bergaul dengan orang
macam ini?" "Tentang ini tecu juga tidak tahu," sahut Shia Pek Tha dengan
cepat, "Kemungkinan sekali Mong Ling sute sama sekali belum
pernah kenal dengan orang ini, hanya mungkin" pokoknya
bagaimana keadaan sesungguhnya lebih baik tunggu saja Mong
Ling sute sesudah sadar kembali baru kita tanyai"
Wi Ci To melihat Hong Mong Ling belum juga sadarkan diri
segera putar tubuhnya mengangguk kepada Ti Then, ujarnya sambil
tertawa: "Inikah si pendekar baju hitam Ti Then ?"
"Benar" sahut Ti Then sambil rangkap tangannya memberi
hormat. " Ha. .. ha... ha . Lohu telah tidak sedikit mendengar cerita
mengenai pendekar baju hitam, lohu amat girang bisa bertemu
dengan seorang pendekar muda yang amat terkenal di dalam dunia
kang ouw." "Pocu terlalu memuji"
"Siapakah suhu dari Ti-heng ?"
Ditanyai dengan pertanyaan itu Ti Then segera menjadi serba
susah, dengan gugup sahutnya:
"Tentang hal ini boanpwe?"".."
"Ha... ha.. ha.. bilamana Tiheng merasa ada sesuatu yang tidak
enak untuk dibicarakan lebih baik tidak usah menyawab, orang yang
bisa menggembleng seorang pemuda seperti Ti heng ini tentunya
merupakan seorang diago tua yang telah lama menyembunyikan diri
dan mengasingkan diri dari pengalaman."
"Tidak salah" sahut Ti Then cepat, "Suhuku memang telah lama
mengasingkan diri dari pergaulan, dia orang tua pernah memberi
tahu pada boanpwe untuk tidak secara sembarangan
mernberitahukan namanya kepada orang lain"
Bagaimana pun juga pengalaman dari Wi Ci To telah amat luas,
begitu melihat keadaan itu segera dia tukar pembicaraan, ujarnya
lagi: " Pada tahun yang lalu Ti-heng pernah membantu Shia Pek Tha
memukul mundur musuh tangguh dan ini hari Ti-heng menolong
muridku lagi pulang ke dalam Benteng dalam hati Lohu benar-benar
merasa sangat berterima kasih.
"Aah..mana, mana . hanya secara kebetulan saja, perlu apa
terlalu dipikirkan. "
Saat itulah terdengar suara Shia Pek Tha yang sedang berseru:
"Suhu ... Mong Ling sute sudah sadar kembali"
Sinaga mega Hong Mong Ling yang rebah terlentang ditengah
ruangan dengan perlahan sadar kembali, sambil mengucak-ucak
matanya dia memandang dengan perlahan kesekelilingnya, tetapi
ketika dia melihat dengan jelas kalau dirinya sedang rebah ditengah
ruangan dalam Benteng Pek Kiam Po dengan cepat segera meloncat
bangun. Pada saat itu pula ketika dilihatnya Cang Bun Piauw berada pula
disisi tubuhnya tak terasa air mukanya berubah dengan hebatnya.
Dengan dingin ujar Wi Lian In:
" Hm.. telah terjadi peristiwa apa?"
Hong Mong Ling tidak segera memberi jawaban, dengan wajah
yang penuh perasaan terkejut dan ketakutan dia memandang wajah
Wi Ci To, Shia Pek Tha serta akhirnya berhenti pada wajah Ti Then.
Dengan pandangan yang amat tajam dia memandang beberapa
saat lamanya ke atas wajahnya kemudian dengan bimbang
gumamnya: "Kau..kau . . ..siapa kau" "
"He . . he ,sahut Wi Ci To sambil tertawa dingin: "Dia adalah
sipendekar baju hitam Ti Then, juga merupakan in-jin yang telah
menolong kau kembali. "
Mendengar perkataan itu dengan cepat sambung Ti Then.
"Malam tadi cayhe kebetulan sedang lewat hendak masuk kota
ketika sampai diluar kota telah melihat di samping jalan rebah
Hong-heng berdua dengan tidak sadarkan diri, oleh karena cayhe
kenal kalau Hong-heng adalah pendekar pedang merah dari
benteng Pek Kiam Po ini maka sengaja menolong Hong heng berdua
kembali ke dalam benteng.
Ketika Hong Mong Ling dengar kalau Ti Then menemukan dirinya
berada diluar kota dalam hatinya baru merasa amat lega sedang
perasaan terkejut serta ketakutan yang menghiasi wajahnya pun
dengan perlahan mulai lenyap.
Dengan cepat dia bangkit berdiri sambil ujarnya:
"Ooh ... kiranya begitu, kalau begitu cayhe mengucapkan banyak
terima kasih dahulu atas budi pertolongan dari Ti-heng,.
Sambil berkata dia merangkap tangannya memberi hormat
kepada Ti Then. Wi Lian In yang berdiri disisinya dengan wajah yang cemberut
ujarnya dengan amat dingin:
"Cepat bilang, bagaimana bisa terjadi peristiwa ini?"
Hong Mong Ling melihat sekejap kearah Cang Bun Piauw yang
masih belum sadarkan dirinya, pikirnya dalam hati:
" Hmm ...sekarang dia belum sadar kembali, biar aku tunggu
sebentar lagi baru bicara. "
Berpikir sampai di situ, tangannya memegang belakang leher,
ujarnya : "Ehm..bicara sesungguhnya aku sendiri juga tidak tahu telah
terjadi peristiwa apa.. .
Wajah Wi Ci To segera berubah, dengan keren bentaknya:
"Hmm..Kau dipukul orang hingga tidak sadarkan diri mana
mungkin tidak tahu apa yang telah terjadi "
Dengan tetap menggosok kedua pelipisnya ujar Hong Mong Ling
dengan perlahan, : "Suhu"kau orang tua tidak usah marah biarlah tecu dengan
tenang mengingat-ingat kembali- Heeei"kepalaku masih tetap
pusing sekali"aduh."
"Hmm "sungguh kurang ajar" dengus Wi Lian In sambil
depakkan kakinya ke atas tanah.
Hong Mong Ling dengan tundukkan kepalanya "berpikir keras"
menanti setelah dia melihat Cang Bun Piauw dengan perlahan-lahan
sadar kembali barulah angkat kepalanya kembali sambil sahutnya:
--Tecu sekarang sudah teringat kembali peristiwa yang
sebenarnya adalah begini, ini hari ketika tecu sampai diluar kota Go
bi cuaca sudah hampir gelap, baru saja hendak melangkah masuk
kota tiba-tiba di belakang tubuhku terdengar ada seseorag yang
sedang berteriak teriak memanggil tecu: Hei . . yang berada di
depan bukan kah Mong Ling heng?" ketika tetiu menoleh terliharlah
orang itu adalah Cang Bun Piauw adanya"
"He... h.e..Potong Wi Lian In sambil tertawa dingin "bagus sekali
kiranya kau sudah berkenalan dengan si tikus rakus dari Go bi Cang
Bun Piauw ini" "In moay jangan salah paham" ujar Hong Mong Ling dengan
ketakutan. "Siau heng sama sekali tidak kenal dengan orang ini, kami tidak
lebih hanya punya kesempatan bertemu satu kali saja"
"Hmmm .. lanjutkan !", bentak Wi Ci To.
Hong Mong Ling ragu-ragu sejenak kemudian barulah
sambungnya: "Ketika tecu melihat orang itu adalah dia maka segera tecu tanya
dia punya urusan apa, dia tidak ada hanya katanya baru saja
menagih hutang dari desa dan kini akan pulang dalam kota, dia
ingin berjalan bersama-sama dengan tecu. Ketika baru saja berjalan
tidak jauh mendadak dari samping jaIan meloncat keluar seorang
berkerudung menanyakan tecu apakah benar pendekar pedang
merah dari Benteng Pek Kiam Po, maka segera tecu membenarkan
pertanyaan itu. Siapa tahu orang berkerudung itu tanpa
mengucapkan kata-kata lagi segera menjerang tecu."
Ti Then yang berdiri di samping ketika mendengar ceritera itu
diam-diam merasa amat geli, pikirnya.
" Majikan patung emas bilang Hong Mong Ling ini berhati tidak
lurus jadi orang amat curang ternyata sedikit pun tidak salah.
Didengar dari cerita bohongnya ini sudah tahu kalau kepandaiannya
di dalam hal itu amat liehay sekali. "
Sinar mata Wi Ci To memancarkan sinar yang amat tajam
potongnya: "Bagaimana nada suara dari orang berkerudung itu" Berapa
besar usianya?" "Jika didengar dari nada ucapannya agaknya berasal dari daerah
San Si, sedang usianya kurang lebih lima puluh tahunan."
"Pakai senyata?"
"Tidak" sahut Hong Mong Ling dengan cekatan. "Tetapi ilmu
telapaknya amat aneh dan liehay sekali, tecu yang didesak dengan
serangan telapak yang bertubi-bertubi itu memaksa tecu sama
sekali tidak punya kesempatan untuk mencabut pedang
menyambut datangnya serangan musuh. Sehingga akhirnya-
"akhirnya belakang leherku terkena gaplokannya sesudah itu
urusan selanjutnya tecu tidak tahu sama sekali
Sinar mata Wi Ci To berkelebat tak henti-hentinya, dengan berat
ujarnya: "Kau tidak.tahu kepandaian silatnya dari golongan apa?"
Wajah Hong Mang Ling segera menampiIkan perasaan
kecewanya, sahutnya dengan sedikit malu.
"Benar tecu sama sekali tak tahu"
"Ehm.." sambil mengelus jenggotnya Wi Ci To berpikir keras
sejenak.- "Didaerah sekitar San-si siapa yang paling hebat dalarn
ilmu telapaknya?" "Apa mungkin Thiat Sah Ciang atau si pukulan pasir besi, Cau Si
Pei" " "Tidak mungkin" sahut Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya,
"sekali pun ilmu telapak dari si pukulan pasir besi: Cau Si Pei sangat
hebat tetapi dia tidak mungkin memenangkan kalian"
"Tia" seru Wi Lian In. "dia sudah sadar, coba tanyakan pada
dirinya" Wi Ci To ketika melihat Ceng Bun Piauw sudah bangkit dan
duduk di atas tanah segera memutar tubuhnya. Sinar matanya
dengan amat tajam memperhatikan seluruh tubuhnya,kemudian
barulah tanyanya: "Cang kongcu, dapatkah kau menceritakan peristiwa yang terjadi
kemarin malam dengan amat teliti kepada Lo hu"
" Kau orang tua apakah majikan dari Benteng Pek Kiam Po?"
"Tidak salah! memang lohu sendiri. " sahut Wi Ci To sambil
mengangguk. "Selamat bertemu, selamat bertemu. Siauw-cu telab lama
rnendengar nama besar dari Wi Pocu, hanya selama ini tidak punya
jodoh untuk bertemu, ini hari dapat ?"
Wi Lian In yang tahu orang itu merupakan seorang kongcu yang
suka pelesiran, judi mabok-mabokan dalam hatinya sudah timbul
perasaan bencinya, kini tak tertahan lagi bentaknya dengan keras:
"Tidak usah banyak ngomong, cepat bicara. "
Cang Bun Piauw yang dibentak men jadi berdiri termangu-
mangu, segera dengan wajah yang penuh senjuman tengik
lanjutnya: "Baik.. baik. "peristiwa yang sebenarnya adalah begini. Ini hari
Siauw seng pergi kedesa Lie-khia-cung untuk menarik pajak sawah,
pada saat pulang dan tiba diluar kota secara kebetulan telah
bertemu dengan Hong-heng ini, lalu siauw-seng berjalan bersama
dengan dirinya, tetapi belum berjalan begitu jauh secara tiba-tiba
dari samping jalan meloncat keluar seorang yang berkerudung ?"
Apa yang diceritakan olehnya persis dengan cerita yang
dikisahkan oleh Mong Ling.
Tanya Wi Ci To : "Sesudah dia merubuhkan muridku, baru memukul rubuh
dirimu?" "Benar "- sahut Cang Bun Piauw sambil mengangguk. "Siauw
seng tidak punya dendam dan sakit hati dengan dirinya ternyata dia
berani turun tangan terhadap siauw seng, sungguh kurang ajar
sekali " "Hmm sesudah dia pukul rubuh muridku pernah mengucapkan
kata-kata apa?" Cang Bun Piauw menundukkan kepalanya pura-pura berpikir
keras, sesaat kemudian baru sahutnya:
"Ooh .. ada, sesudah dia pukul rubuh Hong heng dia pernah
tertawa dingin sambil ujarnya: . He he... pendekar pedang merah
dari Benteng Pek Kiam Po tidak lebih juga hanya begini saja"
sehabis berbicara segera dia lajangkan tangannya memukul rubuh
Siauw seng. Wi Ci To mengangguk perlahan kemudian dengan perlahan dia
menoleh ke arah Hong Mong Ling sambil tanyanya:
"Sebenarnya kau kuat menahan beberapa jurus serangannya?"
"Di dalam keadaan yang amat gugup dan kelabakan tecu hanya
berhasil menyambut sepuluh jurus saja"
"He..he..orang yang bisa mengalahkan kau hanya di dalam
sepuluh jurus saja tidak banyak"
"Suhu..tahukah kau siapa orang itu?"
"Ehm . aku masih belum bisa mengetahui" sahut Wi Ci To sambil
gelengkan kepalanya. "Apa mungkin musuh bujutan suhu pada masa yang lalu"Co Shu
Koay kiam atau sipendekar pedang tangan kiri, Cian Pit Yuan" "
tanya Shia Pek Tha. "Bila dia orang yang melakukan" sahut Wi Ci To- " seharusnya
dia langsung datang mencari aku, tidak mungkin bisa pergi
menjerang Hong Mong Ling"
"Suhu" seru Hong Mong Ling "Siapa itu sipendekar pedang
tangan kiri, Cian Pit Yuan "


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Seorang pendekar pedang kenamaan yang pada dua puluh
tahun yang lalu pernah kalah di bawah ilmu pedangku dan dia
pernah bersumpah untuk mencari balas."
Berbicara sampai di sini dia menoleh memandang Shia Pek Tha
lagi, lanjutnya: "Tidak perduli siapakah orang berkerudung itu, tetapi dia sudah
menghina Hong Mong Ling sudah tentu kedatangannya tidak punya
niat baik, cepat kau pergi bangunkan beberapa orang pendekar
pedang merah untuk menyaga diseluruh tempat sekitar Benteng"."
Shia Pek Tha segera bungkukkan dirinya menerima perintah dan
mengundurkan diri dari dalam ruangan.
Sesudah memberi perintah pada Shia Pek Tha dengan perlahan
Wi Ci To menoleh lagi kearah Hong Mong Ling, ujarnya:
"Mong Ling, kau bawalah Ti-heng beserta Cang kongcu masuk ke
dalam kamar untuk beristirahat, besok pagi-pagi suruhlah orang
menghantar Cang Kongcu masuk ke dalam kota Go-bi terlebih
dahulu" Hong Mong Ling segera bungkukkan diri menerima perintah,
setelah itu kepada Ti Then serta Cang Bun Piauw ujarnya:
"Kalian berdua silahkan mengikuti siautw-te masuk kamar untuk
beristirahat." Ti Then serta Cang Bun Piauw segera minta ijin pada Wi Ci To dan mengikuti di belakang tubuh Hong Mong Ling ke luar dari
ruangan tamu, setelah berjalan beberapa lama sampailah mereka
disebuah deret kamar yang memanyang, Hong Mong Ling dengan
cepat membuka dua buah pintu kamar, semula dia mempersilahkan
Ti Then memasuki salah satu kamar kemudian barulah membawa
Cang Bun Piauw kekamar yang lain.
Sesudah masuk ke dalam kamar tangannya segera menutupi
pintu dan menjulut lampu, ujarnya kepada Cang Bun Piauw dengan
nada yang amat perlahan: "Sungguh amat bahaja, kurang sedikit saja diketahui rahasia kita"
" "Siapa bilang tidak, semula kita masih berada di dalam Touw Hoa
Yuan dan di pukul rubuh oleh Lu kongcu itu, bagaimana akhirnya
bisa dibuang diluar kota?"
"Hmm . .mungkin Lu kongcu itu telah membawa kita keluar kota
. kali ini berhasil mengelabuhi mereka tetapi kau harus ingat jangan
sekali-sekali sampai keadaan yang sesungguhnya bocor dan
diketahui orang lain, "Ooh . . sudah tentu sudah tentu..
"He"he ."ujar Hong Mong Ling lagi. "Bilamana urusan ini sampai
diketahui orang lain dan sumoayku tahu kalau aku pernah pergi
main wanita .he . he . . tentu dia tidak mau kawin sama aku lagi,
saat itu aku akan membereskan nyawamu. "
Cang Bun Piauw yang diancam seperti itu terpaksa hanya bisa
tertawa pahit saja sambil sahutnya
"Kau legakanlah hatimu, orang lain aku berani main-main tetapi
terhadap Hong-heng aku tidak akan berani main-main"
"Masih ada" tambah Hong Mong Ling: "Besok pagi sesudah kau
pulang ke dalam kota segera pergi ke dalam Touw Hoa Yuan untuk
memberi peringatan kepada Ku le, katakan padanya untuk jangan
menceritakan urusan kemarin malam kepada orang lain kalau tidak
hmm . hm hmm aku tidak akan berbuat sungkan-sungkan lagi
terhadap dirinya." "Baik, baik"siauwate tentu melaksanakan perintah ini dengan
sebaik-baiknya" "Bagus, sekarang kau boleh beristirahat, aku pergi."
Sehabis berkata segera dia putar tubuh untuk berlalu dari dalam
kamar tersebut, "Hong-heng tunggu sebentar !"-
"Ada urusan apa?" tanya Hong. Mong Ling sambil balikkan
tubuhnya, Cang Bun Piauw menuding kearah kamar sebelah, ujarnya
dengan perlahan "Siauw-te rasa orang ini agaknya pernah kita jumpai, entah
bagaimana perasaan Hong-heng?"
"Hm..dia adalah sipendekar baju hitam Ti Then dan merupakan
seorang dari kalangan yang punya nama sangat terkenal, kau
pernah bertemu dengan dia "
"Tidak"tidak?" sahut Cang Bun Piauw cepat, "Hanya saja siuaw-
te rasa wajahnya sedikit mirip, sedikit mirip dengan bangsat she Lu
itu " Mendengar perkataan itu wajah Hong Mong Ling segera berubah,
sinar matanya dengan tajam memandang wajah Cang- Bun Piauw,
ujarnya: ?"Tapi ini tidak bisa mungkin terjadi."
"Kenapa tidak mungkin","
"Ehm..kau curiga kalau bangsat she Lu itu adalah jelmaan dari
dirinya?" "Sama sekali Cang Bun Piauw tidak pernah berpikir kalau urusan
bisa berubah ,demikian seriusnya, mendengar perkataannya itu dia
menjadi sangat terperanyat, balik bertanya:
"Kau lihat benar tidak?"
Hong Mong Ling menggigit kencang sesaat kemudian barulah
angkat bicara lagi, sahutnya.
"Hm..untung saja kau cepat peringatkan diriku, siauw te pun
merasa kalau dia mirip sekali degan bangsat she Lu itu, tetapi kalau
memang perkataan ini benar apa tujuan darinya untuk berbuat
demikian?" "Mungkin dia hendak menggunakan kesempatan ini untuk masuk
ke dalam Benteng dan melakukan suatu pekerjaan yang tidak
menguntungkan bagi keselamatan Benteng Pek Kiam Po"
"Tidak mungkin" Sahut Hong Mong Ling sesudah berpikir
sejenak" Alasannya ada dua, pada urusan sebelumnya dia sama
sekali tidak tahu kalau kita akan pergi ke Touw Hoa Yuan untuk
mencari senang, seperti mungkin bisa menyamar sebagai "Lu
kongcu" untuk menunggu kita di sana, ke dua dia adalah jago dari
kalangan Pek-to di dalam dunia persilatan dengan Benteng Pek
Kiam Po sama sekali tidak punya ganyalan apa-apa, mana mungkin
dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mamasuki Benteng dan
melakukan pekerjaan yang tidak menguntungkan bagi Benteng Pek
Kiam Po kita ini?" "Kalan tidak sudah tentu dia punya tujuan untuk merusak
perkawinan antara kau dengan nona Wi"
"Tidak mungkin.." sahut Hong Mong Ling sambil gelengkan
kepalanya lagi" dia tidak punya alasan untuk merusak perhubungan
antara diriku dengan sumoay, kita boleh berbicara satu langkah ke
belakang, bilamana dia punya tujuan ini kenapa dia pun ikut
membantu kita untuk mangelabuhi mereka " "
"Bilamana bangsat she-Lu itu adalah jeimaan dirinya, masih ada
satu kemungkinan . . . dia ingin merebut bakal istrimu ?",
Pada air muka Hong Mong Ling segera terlintas senjuman yang
amat dingin sahutnya: "Hmm..dengan wajah serta keadaannya yang amat miskin itu dia
masih belum mamadahinya?"
Sekali pun pada mulutnya dia bicara demikian padahal dalam
hatinya telah timbut perasaan curiganya yang, amat tebal, segera
ujarnya lagi: "Kau beristirahatlah, biar aku pergi menjelidiki keadaan yang
sesungguhnya." Sehabis berkata segera dia putar tubuhnya berlalu dart kamar
Cang Bun Piauw. Ketika dia berjalan sampai di depan kamar Ti Then dillhatnya
suasana kamar itu sudah amat sunyi, dengan perlahan dia angkat
tangannya mengetuk kamar itu, panggilnya:.
"Ti-heng " Ti-heng..Ti-heng kau sudah tidur?"
Dari dalam kamar segera terdengar sahutan dari Ti Then,
sahutnjna: "Ooooh ..siapa" Hong-heng"silahkan masuk "
Hong Mong Ling setelah ragu-ragu sejenak kemudian mendorong
pintu dan berjalan masuk, terlihatlah baju luar dari Ti Then telah
dilepaskan dan dia sedang berbaring di atas pembaringan. Melihat
hal itu dengan cepat dia pura-pura mau mengundurkan diri sambil
udiarnya, "Ooh , kiranya Ti-heng sudah siap hendak tidur, kalau begitu
siauw-te telah mengganggu"
"Hong-heng silahkan duduk, " ujar Ti Then sambil bangkit duduk
di atas pembaringan "Siauw-te belum punya maksud untuk tidur,
lebih balk kita cerita-cerita saja.
Hong Mong Ling yang mendengar parkataannya persis seperti
maksud di dalam hatinya diam-diam merasa amat girang, cepat dia
duduk di atas sebuah kursi sambil rangkap tangannya memberi
hormat, ujarnya: "Budi pertolongan dari Ti heng membuat siauw-te bingung harus
berbuat bagaimana untuk membalasnya."
"Ha..Ha..ha"..mana bisa dihitung sebagai menolong nyawamu,
harap Hong-heng tidak usah risaukan dalam hati. "
"Nama besar Ti-heng bagaikan halilintar yang memekikkan
telinga, sudah lama siauw-te mengandung maksud untuk bertemu
dengan Ti-heng, ini hari bisa bertemu muka boleh dikata sangat
menjenangkan hati siauw-te.
"Ha"ha .. ha ... mana..mana..Sinaga Mega Hong Mong Ling
nama ini jauh- lebih nyaring dan lebih terkenal di dalam Bu-lim."
Teringat kembali di dalam benak Hong Mong Ling ketika dia di
dalam satu jurus saja telah dipukul rubuh oleh "Lu kong cu" tidak
terasa lagi telinga serta wajahnya berubah menjadi kemerah-
merahan, ujarnya. "Mana mungkin, kepandaian siauw-te masih terlalu jauh
ketinggalan jika dibandingkan dengan Ti-heng, harap mulai saat ini
Ti-heng mau memberi banyak petunjuk kepada siauw-te."
"Ha" ha .. ha . Hong-heng berbicara demikian mungkin bisa
membuat siauwte mejadi malu dengan sendirinya."
Hong Mong Ling pun tertawa, sahutnya:
"Ha ... ha, . Ti-heng terlalu merendahkan diri "
"Ooh :..kali ini Ti-heng berkunjung kekota Go-bi entah punya
tujuan apa ?" "Ooh "siauwte hanya secara tidak sengaja lewat di sini,
sebenarnya aku punya rencana untuk mencari kawan bermain."
"Ini hari Ti-heng dapat berkunjung ke dalam Benteng harap kaki
mau tinggal beberapa hari di sini."
"Baiklah, " sahut Ti Then tanpa pikir panjang lagi,"Memangnya
sudah datang bilamana tidak mengganggu beberapa hari suhengmu
juga tidak mungkin mau melepaskan diri siauw-te. "
Hong Mong Ling lihat dia menyanggupi dengan demikian
cepatnya tak terasa semakin curiga lagi, sambil tertawa paksa
ujarnya: "Asalkan Ti-heng tidak terlalu kesunyian atas kejelekan Benteng
kami, siauw te dengan segala senang hati akan menyambut Ti-heng
untuk berdiam beberapa hari lamanya di dalam, Benteng."
"Baiklah, siauw-te pun punya perasaan simpatik begitu bertemu
muka dengan Hong-heng, dalam hatiku merasa amat girang sekali
bisa berkawan dengan seorang semacam Hong-heng ini."
"Ha...ha, mana..mana" siauw-te dengar ilmu pedang dari Ti-
heng amat lihay sekali, pada kemudian hari masih mengharapkan
petunjuk-petunjuk dari Ti-heng."
"Memberi petunjuk dua buah kata Siauw-te tidak berani
menerima, bilamana saling bertukar pikiran masih jauh lebih bagus
lagi." Diam-Diam hati Hong Mong Ling semakin girang pikirnya:
"Hmm"bagus sekali, kau pendekar baju hitam Ti Then sekali pun
namanya tidak kecil tetapi bilamana bicara dalam hal ilmu pedang
aku masih punya kepercayaan untuk merubuhkan dirimu, menanti
besok pagi aku akan mencari kesempatan untuk minta petunjuk
darimu, di hadapan orang banyak memukul rubuh dirimu, pada saat
ini aku mau lihat kau masih punya muka tidak untuk bertamu di
sini." Sampai saat ini juga dia masih tetap berani untuk mengambil
kesimpulan bahwa Ti Then adalah Lu Kongcu tetapi dia pun tidak
berani untuk mengambil kesimpulan kalau Ti Then adalah Lu kongcu
oleh karena itulah dia baru mengambil keputusan untuk mengajak
dia bertanding ilmu pedang dan mengambil kesempatan itu mebuat
malu Ti Then sehingga dia tidak berani berdiam lebih lama lagi di
dalam Benteng Pek Kiam Po dengan sendirinya secara tidak
langsung dia pun telah melenyaplan sebuah bencana dikemudian
hari. Terhadap kemampuannya dengan mengandalkan ilmu
pedangnya bisa mengalahkan diri Ti Then dia sudah merasa mem
punyai pegangan yang amat kuat oleh sebab itulah semakin berpikir
semakin merasa girang, segera dia bangkit mohon diri, ujarnya:
"Hari sudah mendekati pagi Ti-heng silahkan beristirahat, siauwte
mohon diri terlebih dahulu"
Sehabis berkata dia memberi hormat lagi dan mengundurkan diri
dari dalam kamar. Sesudah melihat Hong Mong Ling pergi jauh barulah dengan
perlahan Ti Then bangkit berdiri untuk menutup pintu kamar dan
balik lagi ke atas pembaringan, matanya dipejamkan rapat-rapat.
Padahal dia tidak bisa tidur karena dia merasa bahwa masib
banyak urusan yang harus dipikirkan terlebih dahulu, banyak siasat
yang harus diselidiki, persoalan pertama yang harus dipikirkan
terlebih dahulu adalah: "Benarkah sipedang naga emas Wi Ci To itu adalab majikan
patung emas?" Tadi dia pernah melakukan pemeriksaan yang amat teliti
terhadap sikap serta seluruh gerak gerik dari sipedang naga emas
Wi Ci To, tetapi sekali pun telah diperhatikan amat teliti dia tetap
tidak bisa mengambil keputusan benar tidak dia adalah majikan
patung emas, maka itu kini dia harus memikirkan sebuah "Bukti"
dari penjelidikannya itu.
Dengan cara dan siasat apakah dia baru bisa menjelidiki kalau Wi
Ci To itu benar atau tidak sebagai Majikan patung emas"
Ooh ..ada. Asalkan bertanya dan menjelidiki sebentar kepada
Shia Pek Tha atau Hong Mong Ling apakah, di dalam setengah
tahun ini Wi Ci To selalu berada di dalam Benteng atau tidak maka
dengan cepat dia akan mengerti benarkah dia majikan patung emas
atau bukan. Bilamana selama setengah tahun yang lalu Wi Ci To tidak pernah
berada di dalam Benteng Pek Kiam Po maka dia tentu dan pasti
adalah Majikan patung emas.
Tetapi bilamana selama setengah tahun yang lalu dia selalu
berada di dalam Benteng maka sudah tentu dia tidak mungkin
adalah Majikan patung emas.
Bilamana hasil dari penjelidikannya membuktikan kalau Wi Ci To
bukan majikan patung emas, lalu apa mungkin majikan patung
emas itu adalah sipendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan"
Mengenai "Si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan" ini dia pernah mendengar dan mengetahui kalau dia pun merupakan
seorang pendekar yang amat lihay ilmu pedangnya, pada dua puluh
tahun yang lalu dia pernah memiliki nama besar yang sejajar
dengan nama Wi Ci To di dalam Bu-lim, kemudian di bawah hasutan
serta gosokan orang banyak maka kedua orang, itu di hadapan
orang banyak telah mengadakan pertandingan untuk menentukan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi rendahnya kepandaian masing-masing akhirnya Cian Pit Yuan
kalah sedang telinga sebelah kanannnya pun berhasil ditabas oleh
pedang Wi Ci To hingga tinggal separuh, sejak saat itulah Cian Pit
Yuan lenyap dari dalam Bu-lim sampai saat ini.
Seorang pendekar pedang kenamaan secara tiba tiba mendapat
kekalahan ditangan orang lain bahkan sebuah telinganya berhasil
ditabas putus, hinaan dan perasaan malu seperti ini sudah tentu
membuat hatinya merasa dendam, sedang sakit hati ini pun sudah
tentu harus dicari balas.
Tetapi bilamana majikan patung emas itu adalah sipendekar
pedang tangan kiri Cuan Pit Yuan, bilamana dia ingin membalas
dendam seharusnya turun tangan sendiri, kenapa kini
memerintahkan dirinya untuk menjusup ke dalam Benteng bertindak
sebagai "Patung emas "
Dia menggunakan "patung emas" ini untuk mencari kemenangan
dari Wi Ci To, apa mungkin dia ingin memenangkan .pertandingan
ini dengan tanpa menggunakan kepandaian silat"
Oleh sebab Itulah dia semakin merasa kalau Cuan Pit Yuan ini
tidak mungkin adalah Majikan patung emas:
Lalu, siapakah sebenatnya Majikan patung emas itu"
Apakah dia sudah mengikuti dirinya masuk ke dalam Benteng Pek
Kiam Po ini " Atau, apa mungkin dia merupakan salah satu anggota dari
Benteng Pek Kiam Po ini"
Beberapa pertanyaan ini membuat dia benar-benar sukar untuk
memejamkan matanya sebaliknya masih terdapat banyak sekali
urusan yang membuat dia merasa tidak tenteram, sekarang dia
sudah memasuki Benteng seratus pedang, sejak saat ini
kemungkinan sekali dia bisa menggantikan kedudukan Hong Mong
Ling sebagai mantu dari Wi Ci To tetapi sekali pun dirinya dapat
dengan sungguh hati pergi mencintai Wi Lian In apabila pada suatu
hari Majikan patung emas secara tiba tiba memerintahkan dirinya
untuk melakukan sesuatu perbuatan yang tidak mendatangkan
kebaikan bagi Wi Ci To, lalu dia harus berbuat bagaimana "
Bilamana dia menolak perintah dari patung emas ini sudah tentu
dia akan membunuh dirinya, kematian dari dirinya tidak perlu
disajangkan tetapi bukankah dengan demikian malah merusak
kebahagiaan dari Wi Lian In "
Heeei, apabila kepandaian silat yang dimiliki o!eh Wi Ci To bisa
mengalahkan dirinya itulah sangat bagus sekali, tetapi majikan
patung emas pernah berkata selain si kakek pemalas Kay Kong Beng
tidak mungkin ada orang yang bisa mengalahkan dirinya
Hari telah pagi. Terdengar suara orang yang sedang mengetuk pintu dari luar.
Dengan cepat Ti Then bangkit berdiri dan membuka pintu,
terlihatlah si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha dengan
menyinying sebuah buntalan telah berdiri di depan dengan cepat dia
memberi hormat ujarnya: "Ooh .. Shia heng, pagi benar."
"Ha . -ha .bagaimana tidurmu kemarin malam ?"?" ujar Shia Pek
The sambil melangkahkan kakinya berjalan masuk ke dalam kamar.
"Masih baikan, apakah telah menemukan seseorang yang
menjelundup masuk ke dalam benteng ?""
"Tidak ada" sahut Shia Pek Tha sambil gelengkan kepalanya,
"Kelihatannya orang berkerudung itu sama sekali tidak punya
maksud berbuat jahat terhadap benteng Pek Kiam Po ini."
"Ooh... benar ?","
Menurut dugaan Ie-heng, tentunya dia merupakan seorang jago
berkepandaian tinggi dari dalam Bu-lim yang ingin mencoba
kepandaiannya sendiri sehingga dia sengaja dengan wajah yang
berkerudung sengaja munculkan dirinya bergebrak melawan Mong
Ling sute, sesudah kemarin malam berhasil mengalahkan Mong Ling
sute dengan hasil yang puas telah meninggalkan kota Go-bi ini, "
"Ehm . . benar"- sahut Ti Then sambil mengangguk "Kelihatannya
mungkin memang demikian "
Shia Pek Tha berbatuk ringan, sambil tertawa ujarnya:
"Tadi siauwheng dengar dari Mong Ling sute katanya Lote sudah
menyanggupi untuk berdiam di dalam Benteng selama beberapa
hari?" "Benar, tetapi sudah tentu harus melihat dulu apakah Wi Pocu
serta Shia heng man menerima atau tidak."
"Ha . ..ha"ha" . kenapa tidak mau menerima" Lote sukar sekali
bisa berkunjung ketempat ini, kali ini bilamana kau tidak tinggal
selama beberapa hari di tempat ini, aku juga tidak akan melepaskan
dirimu dengan demikian mudahnya."
Sehabis berkata dia berhenti sejenak dan memandang seluruh
tubuh Ti Then sekejap, tiba-tiba dengan merendahkan suaranya
ujarnia lagi: Tetapi ada beberapa urusan yang terpaksa aku harus minta maaf
darimu terlebih dahulu"
Ti Then menjadi tertegun dibuatnya, tanyanya cepat:
"Ada urusan apa?"
"Ha"ha . . ha... . sebelum aku jelaskan urusan ini terlebih dahulu
aku harap Lo-te jangan sampai memandang maksudku yang tulus
hati ini sebagai suatu hinaan atau cemoohan terhadap Lo-te."
" Sebenarnya urusan apa?" tanya Ti Then.
"Ha"ha . . kau harus menyanggupi dahulu kalau tidak akan
menerima maksud baikku ini sebagai suatu hinaan atau cemoohan,
kalau tidak maka " he"he..maap saja aku tidak berani untuk
meneruskan. " "Selamanya Shia-heng selalu suka blak-blakan, kenapa ini hari
secara mendadak bisa berubah demikian seriusnya?"
"Urusan ini menyangkut perhubungan antara majikan rumah
dengan tamu, mau tidak mau harus berbuat demikian. "
"Hee .. kalau begitu baiklah siauw-te menerimanya, cepat Shia-
heng silahkan bicara. "
Dengan perlahan-lahan Shia Pek Tha membuka buntalan yang
dibawa ditangannya, dari dalam buntalan itu diambilnya
seperangkat baju yang sangat baru serta sepasang sepatu yang
baru pula, kemudian diangsurkan ke depan Ti Then, ujarnya sambil
tertawa. "Hanya ini saja, barang ini merupakan sedikit penghormatan
siauw-heng kepada diri Lo-te harap Lo-te tidak sampai salah paham
terhadap maksudku ini?"
Secara tiba-tiba Ti Then menjadi sadar kembali, sambil tertawa
terbahak bahak sahutnya: "Sungguh maaf, siauwte kini bertemu di dalam Benteng
seharusnya tidak boleh memakai baju yang telah compang camping
ini " "Ha.... ha . . perkataan bukannya demikian, sekali pun lo te
memakai pakaian yang lebih dengkil serta compang-camping pun
orang-orang dalam Benteng tidak akan ada yang berani
memandang rendah terhadap diri Lo te, hanyalah siauw-heng
merasa kalau Lo te seharusnya berdandan baru benar., ada pepatah
yang mengatakan bahwa Budha memakai pakaian emas manusia
memakai pakaian dari kain" sudah seharusnya Lo te harus yang
lebih baik lagi" Dalam hati Ti Then tahu akan maksud balk yang tulus dari kawan
lamanya ini, segera dia membuka pakaiannya yang dengkil itu dan
berganti dengan pakaian barunya kemudian barulah dia
membereskan rambutnya, seperminum teh kemudian sambil
tertawa ujarnya: "He "he" sampai aku sendiri pun telah tidak kenal ?"
Sesudah bertukar dengan pakaian yang baru ditambah lagi
dengan dandanannya yang rapi, di dalam sekejap saja dia telah
"berubah'" jauh lebih mirip dengan Lu-kongcu lagi.
Jilid 3.2. Mempermalukan Hong Mong Ling
Ujar Shia Pek Tha sambil tertawa:
"Begini barulah wajahmu yang sesungguhnya, pada waktu yang
lalu ketika siauwheng bertemu kau di kota Tiang An, saat itu kau
pun gagah dan perlente seperti sekarang?"
Seorang pembantu segera mengangsurkan sebaskom air hangat
kepadanya untuk cuci muka, setelah semuanya selesai barulah
dengan mengikuti Shia Pek Tha berjalan keluar dari dalam kamar.
Ujar Shia Pek Tha: "Suhuku telah menunggu di dalam ruangan dalam menanti lo-te
untuk dahar bersama,, cepat Lo-te ikuti diriku"
Ti Then segera menggerakkan langkahnya mengikuti di
belakangnya sambil tanyanya:
"Bagaimana dengan Cang kong-cu itu?"
"Sejak tadi sudah dihantar pulang !"
"Sejak perpisahan kita pada tahun yang lalu di kota Tiang An
apakah Shia heng pernah melakukan perjalanan keluar Benteng?".
"Tidak pernah" sahut Shia Pek Tha,"Suhu bilang sifat dari siauw-
heng, amat berangasan dan kasar mudah sekali bentrok dengan
orang lain maka sengaja tidak perbolehkan siauw-heng untuk
mengadakan perjalanan di luaran."
Dengan meminyam kesempatan inilah tanya Ti Then lagi
" Suhumu juga tidak suka keluar benteng"'"
"Benar, dia orang tua memang pada masa dekat ini jarang sekali
melakukan perjalanan keluar Benteng"
"Setengah tahun baru-baru ini apa juga tidak pernah pergi?"
"Ehm?"sahut Shia Pek Tha sesudah mengingat ingat sebentar. .
"Pernah satu kali pergi ke kuil Sang Cing Kong di atas Cing Jen
mencari Cui Toojin bermain catur, baru pada beberapa hari yang
lalu pulang ke dalam benteng, satu-satunya kegemaran dia orang
tua pada waktu mendekat ini hanya bermain catur"
Ti Then yang mendengar keterangan itu dalam hatinia menjadi
tergerak tanyanya lagi: "Pada saat dia melakukan perjalanan diluaran apa Shia heng
sekalian mengawani?"
Dalam pikiran Shia Pek Tha mengira kalau dia amat menaruh
perhatian terhadap cara hidup sehari-hari dari suhunya sebab itulah
seluruh pertanyaannya dijawab tanpa ragu-ragu, kini ditanyai
dengan pertanyaan ini segera sahutnya
"Tidak perlu, dia suka berpesiar seorang diri "
"Jarak dari sini ke Cing Jen kira-kira tiga ratus li jauhnya,
ternyata suhumu hanya sengaja ke sana untuk bermain catur
dengan Cui Toojin. Ha ha.. . ha , sungguh hebat sekali
kegemarannya ini" Shia Pek Tha pun tertawa, ujarnya:
"Ha..ha..ha" bagaimana pun juga dia orang tua memangnya
tidak punya urusan sehingga tidak perlu mengejar waktu, ada
kalanya begitu keluar pintu selama setengah tahun lamanya baru
pulang, umpama saja kepergiannya kali ini untuk bermain catur
catur dengan Cui Toojin saja sudah menghabiskan waktu empat,
lima bulan lamanya.."
Ti Then yang mendengar perkataan ini dalam hatinya semakin
mantap dugaannya kalau Wi Ci To adalah Majikan patung emas itu,
tak terasa lagi pikirnya "Bagus sekali, kelihatannya kau Wi Ci To ternyata adalah
majikan" ku" hanya dikarenakan tidak ingin putrimu dijodohkan
kepada Hong Mong Ling ternyata telah memeras otak untuk
mengatur siasat semacam ini.
Setelah berpikir sejenak ujarnya lagi:
"Shia heng, agaknya hubungan putri suhumu dengan Mong Ling
heng tidak jelek" "Benar " sahut Shia PekTha.
"Sejak semula mereka sudah mengikat tali perkawinan mungkin
dua tiga bulan lagi mereka akan segera dikawinkan secara resmi."
"Ooh.. kiranya demikian adanya tidak aneh kalau kemarin malam
nona Wi kelihatan demikian tegangnya,"
"Ha ..ha . ha ha ha sumoayku itu memangnya sangat suka
dengan Mong Ling sute, melihat dia bersama sama dengan Cang
Bun Piauw sudah tentu menjadi tegang."
Kedua orang itu sambil berjalan berbicara tidak terasa lagi telah
sampai di. dalam ruangan bagian dalam, terlihatlah di tengah
ruangan besar itu telah diatur meja perjamuan sedang si pedang
naga emas Wi Ci To beserta seorang kakek tua berbaju hijau telah
menanti di sana, sinaga mega Hong Mong Ling berdiri di belakang
kedua orang itu. Begitu dia melihat wajah serta dandanan dari Ti Then yang
sangat rajin dan perlente itu mendadak air mukanya berubah hebat,
sepasang matanya dengan tajam memperhatikan seluruh tubuh Ti
Then sedang dalam hatinya pikirnya dengan gemas:
"Hmm..tidak. salah kiranya kau adanya. "
Kiranya satu kali pandang saja dia sudah dapat melihat kalau Ti
Then yang berdiri di hadapannya saat ini tidak lain adalah Lu
kongcu yang memukul rubuh sewaktu berada di dalam sarang
pelacuran Touw Hoa Yuan. Dengan langkah yang amat perlahan Ti Then berjalan masuk ke
dalam ruangan, sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas
wajah kakek tua berbaju hijau itu, terlihatlah orang itu mem punyai
wajah yang amat angker, sikapnya gagah sedang pada janggutnya
terurai jenggot berwarna hitam yang amat panjang.
Ketika dia melihat dandanannya itu segera tahu kalau orang itu
tentunya adalah sute dari si pedang naga emas Wi Ci To, Hien Liong
Kiam atau si pedang naga perak Huang Puh Kiam Pek yang
merupakan wakil majikan dari benteng Pek Kiam Po, dengan tidak
berpikir lebih banyak lagi dia maju ke depan memberi hormat
kepada Wi Ci To sambil ujarnya:
"Boanpwe Ti Then memberi hormat kepada Wi Pocu"
Dengan cepat Wi Ci To angkat tangannya mengulap, ujarnya
sambil tersenjum: "Tidak usah terlalu sungkan, tentunya kemarin malam Ti heng
tidak bisa tidur njenyak.?""
"Aah mana, mana tidak perlu Pocu tarlalu kuatir, boannwe dapat
tidur dengan sangat njenyak"
Wi Ci To segera menuding kearah kakek tua berbaju hijau yang
duduk di sampingnya ujarnya:
"Ini adalah sute dari lohu, Huang Puh Kiam Pek"
Ti Then segera memutar tubuhnya dan merangkap tangannya
memberi hormat ke pada sipedang naga perak Huang Puh Kiam Pek
itu, sambil tersenjum ujarnya.
"Boanpwe Ti Then, memberi hormat kepada Huang Puh cianpwe.
" "Ha...h a . "sahut sipedang naga perak itu sambil .tertawa, "Ti-
heng masih muda belia ternyata bisa memiliki kepandaian silat serta
ilmu surat yang demikian tingginya, sungguh merupakan jago yang
dapat dipandang sebagai pembawa kebahagiaan dalam Bu-lim, "
"Aah . . cianpwe terlalu memuji, boannwe tidak berani
menerima." "Ti heng." terdengar suara panggilan dari Wi Ci To. " silahkan
duduk, mari kita mulai bersantap. "
Dengan tidak sungkan-sungkan lagi Ti Then segera duduk di
samping Wi Ci To. Sesudah itu kepada Hong Mong Ling serta Shia Pek Tha ujarnya
pula: "Kalian berdua pun duduklah menemani tamu."
Shia Pek Tha serta Hong Mong Ling segera menyahut secara


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbareng, demikianlah tua muda lima orang bersama-sama mulai
bersantap sambil bercerita panjang lebar.
Apa yang menjadi bahan pernbicaraan mereka tidak lebih
merupakan bahaja-bahaja yang mengancam keutuhan dari dunia
persilatan. Sesudah seiesai bersantap, terdengar Wi Ci To buka mulut
tanyanya: "Kali ini Ti Then rnengunjungi kota Go-bi entah punya tujuan
apa?" " Ooh..tidak ada yang penting pada bulan yang lalu boanwe
punya urusan untuk menuju ke telaga Tian Ci, kali ini dalam
perjalanan pulang sebenarnia ingin mengunjungi teman-teman
untuk bermain. "Ti-heng apa sudah berd janjj untuk bertemu dengan kawan-
kawan?" "Tidak"- sahut Ti Then. "Temanku itu adalah seorang terpelajar.
Waktu yang lalu kami berkenalan dikota Tiang An selama itu selalu
dia mengajak boan pwe untuk bermain kerumahnya. Padahal
tempat itu sudah sering boanpwe kunjungi sehingga kini pergi atau
tidak pergi tidak mengapa.
"Kalau memang demikian adanya" ujar Wi Ci To dengan girang.
"Ti-heng kali ini harus berdiam selama beberapa hari di dalam
Bentengku yang buruk ini"
"Ha..ha..bisa mendapatkan kesempatan untuk berkumpul dengan
para cianpwe sekalian sudah tentu boan-pwe tidak berani
menampiknya, hanya saja.."
Wi Ci To mengulap tangarnya memotong pembicaraan
selanjutnya, "Ti-heng tidak perlu demikian sungkannya, sekali pun lohu tidak
tahu asal usul suhumu tetapi lohu tahu kalau kau merupakan
seorang pemuda yang berhati tulus, selama hidupku ini lohu paling
suka berkenalan dengan seorang pemuda seperti Ti-heng ini,
bilamana kau tidak rnenampiknya silahkan berdiam di sini beberapa
lama" Diam-Diam dalam hati Ti Then merasa amat geli pikirnia
"Hm..kau menginginkan aku untuk memperistri putrimu sudah
tentu dengan sangat gernbira dan tangan terbuka menyambut
kedatanganku ini "tetapi pada mulutnya, sahutnya dengan lembut
"Terima kasih atas perhatian dan kecintaan dari Pocu terhadap
diri boanpwe?" Si pedang naga perak Huang Puh Kiam Pek yang selama ini
berdiam diri tiba-tiba menambahkan:
"Dengan rnemberanikan diri lohu ingin bertanya apakah suhu dan
Ti heng masih sehat-sehat saja?"
"Boanpwe sudah ada tiga empat tahun lamanya tidak bertemu
dengan dia orang tua, entah bagaimana keadaan dari dia orang tua
mendekat ini.." Sipedang naga Perak, Huang Puh Kiam Pek tersenjum, ujarnya
lagi: "Ti-heng dengan mengandalkan ilmu pedang menjagoi seluruh
dunia kang-ouw melihat muridnya sudah cukup untuk menunjukkan
gurunya sudah tentu ilmu pedang dari suhumu telah mencapai pada
taraf kesempurnaan yang amat tinggi"
"Tidak berani" sahut Ti Then tetapmerendah. --Bagaimana
kehebatan dari kepandaian silat suhuku, boanpwe sukar untuk
mengukurnya tetapi keberhasilan dari boanpwe tidak setinggi apa
yang cianpwe pikirkan, kalau sembarangan saja masih boleh jadi
tetapi bilamana harus dibandingkan dengan seorang jago pedang
kenamaan, ha..ha"ha .maaf kalau boanpwe tidak berani
meneriman ja" " Ha..ha . , ha?" ujar si pedang naga perak, Huang Puh Kiam
Pek, "Ti-heng ternyata sangat pandai untuk merendah diri, teringat
akan Tiong Lam Siauw Toojin itu juga merupakan seorang jago
pedang kenamaan yang sukar dicari tandingannya di dalam Bu-lim
tetapi ternyata bisa bergebrak seimbang dengan diri Ti-heng, hanya
cukup dari hal tadi saja sudah cukup untuk membuktikan kalau
kepandaian silat Ti-heng telah mencapai pada taraf kesempurnaan"
" Ha - ha " mana, mana, itu hanya secara kebetulan saja tidak
bisa terhitung sebagai kepandaian yang sebenaraja."
"Lohu punya semacam permintaan yang kurang pantas entah Ti-
heng mau menerimanya atau tidak"
"Silahkan cianpwe memberi petunjuk" sahut Ti Then cepat."
asalkan boanpwe bisa melakukannya tentu akan melaksanakannya
dengan tidak membantah"
"Anggota benteng kami dari atas sampai ke bawah semuanya
mengandalkan kepandaian ilmu pedang, oleh karena itu begitu
mendengar ada orang yang pandai di dalam permainan ilmu pedang
tidak dapat dihindarkan lagi timbul perasaan girangnya, asalkan Ti-
heng tidak menyalahkan, ketidak sopanan dari lohu ini maka lo-hu
ingin menjuruh seseorang mencoba-coba dengan kepandaian Ti-
heng sudah tentu hanya cukup dengan tutulan dianggap selesai.
Bagaimana " " "Baik sih baik, hanya takutnya sampai menjadi tidak enak saja."
"Ha"ha.. . siapa menang siapa kalah tidak boleh dimasukkan ke
dalam hati dan tidak dapat disiarkan keluar, bilamana sudah
disebutkan terlebih dahulu sudah tentu tidak sampai merasa enak
dengan lainnya bukan"
"Kalau memang demikan adanya, boan-pwe menurut perintah
saja. " Sipedang naga perak, Huang Puh Kiam Pek segera menoleh
kearah Hong Mong Ling sambil ujarnya:
"Mong Ling, cepat panggil seorang pendekar pedang putih
datang" Dia tidak mengundang seorang pendekar pedang merah untuk
bertanding denganTi Then sudah tentu hal ini memperlihatkan kalau
dia tidak memandang terlalu tinggi kepandaian silat dari Ti Then ini.
Agaknya Wi Ci To merasa tidak tenang di dalam hatinya, tetapi
dia pun hanya melirik sekejap saja kearah Huang Puh Kiam Pek
sedang mulutnya tetap ditutup rapat-rapat.
Hong Mong Ling begitu mendengar susioknya tidak mengirim
dirinya untuk bertanding melawan Ti Then di dalam hatinya sedikit
merasa kecewa, tetapi sesudah berpikir sejenak dia pun merasa
bilamana harus rnengirirn seorang pendekar pedang putih untuk
bertanding dengan Ti Then terdahulu jauh lebih baik sehingga dia
pun bisa melihat kehebatan dari kepandaiaa silat Ti Then segera
dengan sangat hormatnya menyahut dan berlalu dari meja
perjamuan. Ujar Wi T'i To mendadak, "Pendekar pedang putih dari benteng kami ini sudah tentu bukan
tandingan dari Ti- heng, harap nanti bilamana terjadi pertandingan
jangan turun tangan lebih ganas"
"Mana. .mana" sahut Ti Then dengan cepat, "padahal kepandaian
dari boan-pwe sangat terbatas, kemungkinan sekali masih belum
sanggup untuk mengalahkan seorang pendekar pedang hitam dari
benteng Pek Kiam Po ini"
"Ha"ha..wajah Ti-heng bersinar tajam. Semangatnya pun
sangat mantap. luar tidak sama dengan dalamnya, bilamana lo-hu
tidak melihat salah, mungkin diantara pendekar pedang merah dari
Benteng Pek Kiam Po ini pun tak ada yang sanggup untuk
menerima serangan dari Ti Then."
"Mungkin Wi Pocu telah salah melihat, pendekar pedang merah
dari Benteng Pocu merupakan jago-jago pedang gemblengan mana
mungkin boanpwe bisa berhasil menandingi mereka"
Pada saat mereka berbicara saling merendah itulah terdengar
suara merdu: "Selamat pagi" Air mukanya bening sebening embun pagi. Begitu cantik dan
segar.Wi Lian In yang cantik jelita.
"Ha..ha..ha..Inyie, cepat datang memberi hormat kepada Ti
Siauwhiap, kemarin malam orang lain sudah berhasil menolong
Mong Ling kembali kau masih belum juga mengucapkan terima
kasih kepada orang" Saat itulah dengan. resmi Wi Lian In memberi hormat kepada Ti
Then samblt ujarnya: "Ti Siauw-hiap kau baik-baik saja."
Dengan cepat Ti Then bangkit membalas hormat sahutnya:
"Terima kasih atas perhatian nona Wi "
Dengan perlahan sinar mata Wi Lian In berputar kesekeliling
ruangan ketika dilihatnya Hong Mong Ling tidak berada di sana
dengan perasaan heran bertanya "Tia, dia belum bangun ?"."
"Sudah sudah bangun, hanya saja Huang Puh susiok barn saja
memerintahkan dia untuk mengundang seorang pendekar pedang
putih datang kemari ."
" Wi Lian In menjadi tertegun, tanyanya:
"Buat apa memanggil seorang pendekar pedang putih datang ?"
"Untuk meminta pengajaran ilmu pedang denganTi siauw hiap"
Perasaan ingin tahu dan tertarik dalam dalam hati Wi Lian In
segera timbul, sambil bersorak kegirangan ujarnya : "Bagus sekali
sudah lama aku tidak melihat orang bertanding kapan kau mulai ?""
"Menanti sesudah Hong Mon g Ling membawa seorang pendekar
pedang putih maka kita boleh mulai "
Perkataanya baru selesai tampak Hong Mong Ling dengan
membawa seorang pemuda dari Pendekar pedang putih berjalan
memasuki ruangan. Pendekar pedang putih itu sudah memberi hormat kepada Wi Ci
To serta Huang Puh Kiam Pek, lalu dia memberi hormat juga kepada
Ti Then sambil ujarnya: "Siauw-te Hong Ling An menghunjuk hormat kepada Ti-heng"
Nada ucapannya sekali pun sangat halus dan sopan tetapi
sepasang matanya memancarkan sinar yang amat buas.
Sekali pandang saja Ti Then sudah tahu kalau pihak lawannya
telah mendapatkan banyak petunjuk dari Hong Mong Ling tetapi dia
tidak mau pikirkan di dalam hatinya sambil merangkap tangannya
membalas hormat sahutnya:
"Selamat bertemu."
Air muka Wi Ci To terlihat secara mendadak berubah menjadi
amat keren dengan sangat serius sekali ujarnya.
" Ling An, di dalam pendekar pedang putih kau merupakan
seorang yang mem punyai sipat paling keras dan paling berangasan,
kemungkinan sekali dapat naik menjadi pendekar pedang merah,
sekarang aku beri satu kali kesermpatan bagimu untuk bertanding
melawan Ti siauw-hiap. Tetapi kemungkinan sekali kau bukan
lawannya seumpama sampai bisa menang aku melarang kau untuk
menyiarkan berita ini keluar.
"Baik" sahut Hong Ling An sambil bungkukkan dirinya.
"Bilamana kau berani melanggar peritah ini segera dikeluarkan
dari perguruan" Air muka Hong Ling An segera berubah sekali lagi dia
membungkukan dirinya sambil sahutnya:
"Baik" Selesai berbicara tidak menanti lainnya lagi segera Wi Ci To
bangkit berdiri ujarnya: "Baik, sekarang kita semua menuju ke halaman beiakang!"
Wi Lian In yang berdiri di samping menjadi tertegun, tanyanya
dengan penuh keheranan: "Kenapa tidak pergi bertanding dilapangan latihan silat?"
"Tidak perlu" sabut Wi Ci To dengan keren, "cepat kehalaman
belakang" Tidak perlu dia menjelaskan sebab-sebab kenapa tidak diadakan
dilapangan latihan silat tetapi semua orang asal berpikir sebentar
saja sudah tahu artinya, sudah tentu dikarenakan dia hendak
melindungi kekalahan yang akan dialami oleh satu pihak maka ingin
mengadakan pertandingan ini di hadapan umurn.
Sebaliknya di dalam pandangan Ti Then dia mengira bahwa
tentunya dia bertujuan hendak menjelamatkan perasaan malu dari
Hong Ling An barulah berbuat dernikian dalam hatinya diam-diam
merasa amat geli, pikirnya
"Hm"kau ingin aku tinggal di sini tetapi juga tidak tahu kalau
muridmu dipukul hingga kalah oleh diriku, pikiranmu sungguh tajam
sekali?" Segera dengan dipimpin oleh Wi Ci To berjalanlah mereka keluar
dari ruangan menuju ke halaman belakang.
Di dalam sekejap saja sampailah rombongan orang-orang itu di
halaman belakang, halaman itu tidak begitu luas hanya kurang lebih
lima kaki saja besarnya, di atas tanah berlapiskan batu-batu jubin
yang besar sehingga sangat cocok sekali untuk bertanding
kepandaian silat. Sesudah Wi Ci To berdiri tegak ditengah halaman, matanya
dengan perlahan melirik sekejap ke pinggang Ti Then, terlihatlah dia
sama sekali tidak membawa senyata maka tak terasa lagi sambil
tertawa ujarnya: "Ooh.kiranya Ti-heng tidak membawa pedang.?"
"Sebenarnya boanpwe mem punyai sebilah pedang
hanya.dikarenakan di tengah jalan kehabisan perbekalan sehingga
terpakasa harus menjualnya?"
"Heeei?" sahut Wi Ci To sambil menghela napas ternyata Ti-heng
lebih rela menjual pedang sendiri daripada melakukan pekerjaan
yang tidak senonoh, sungguh membuat orang amat kagum!"
Dengan perlahan dia menoleh kearah Hong Mong Ling sambil
ujarnya: "Mong Ling, cepat lepaskan pedangmu dan pinyamkan kepada
Ti-heng!" "Baik!" sahut Hong Mong Ling sambil melepaskan pedangnya
kemudian dengan menggunakan sepasang tengannya diangsurkan
pedang itu ke hadapan Ti Then.
Ti Then segera menyambut dan dipandangnya sekejap, pujinya.
"Ha . ha sungguh sebilah pedang bagus "
"Ha ha..bagaimana " Cocok"." tanya sipedang naga perak Huang
Puh Kiam Pek sambil tertawa.
"Bagus . . bagus sekali !"
"Kalau begitu mulailah ?"
Pendekar pedang putih Hong Ling An segera memberi hormat
kepada Wi Ci To serta Huang Puh Kiam Pek kemudian mencabut
keluar pedang panjangnya dan berjalan menuju ketengah halaman,
sambil merangkap pedangnya di depan dada ujarnya:
"Ti-heng silahkan memberi petunjuk
"Tidak berani" sahut Ti Then sambil membalas hormat. "harap
Hong-heng mau memberikan pelajaran dengan tidak terlalu ganas."
Sehabis berbicara dia pun berjalan menuju kearah Selatan dan
berdiri tegak tidak bergerak.
Hong Ling An melihat dia sudah bersiap-siap, dengan kuda-
kudanya diperkuat seluruh perhatiannya dipusatkan ke depan
kemudian berturut maju tiga langkah ke depan.
Seluruh perhatiannya dipusatkan ke depan ujung pedangnya
bergetar tak henti-hentinya sedang hawa murninya dipusatkan di
pusar, sungguh tidak dapat dipandang rendah sikapnya ini.
Ti Then pun dengan cepat maju tiga langkah ke depan, tetapi
dia tidak menggunakan gerakan jurus serangan apa pun pedang
panjang ditangannya pun masih tetap menunjuk ke bawah, hal ini
membuktikan kalau sama sekali dia tidak mau ambil peduli dengan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sikap pihak musuh. Wi Ci To yang melihat hal itu diam-diam. menganggukkan
kepalanya agaknya dalam hatinya merasa amat kagum terhadap
kemantapan dari Ti Then yang seperti sebuah gunung Thay san itu.
Tetapi sikap serta bentuk dari TI Then yang demikian tenangnya
ini di dalam pandangan Hong Ling An membua hawa amarahnya
memuncak, dia menganggap kalau Ti Then terlalu sombong
sehingga dalam hatinya seger timbul pikiran untuk memberi
pelajaran kepada Ti Then ini di dalam keadaan apa pun juga.
Sinar matanya dengan tajam memandang tubuh Ti Then,
langkah kakinya dengan perlahan mulai digeserkan ke depan
agaknya. dia sedang menanti suatu kesempatan untuk mengadakan
penjerangan dengan amat dahsyat. Siapa tahu sekali pun dia telah
bergeser setindak demi setindak tetapi tetap juga tidak berhasil
melancarkan satu jurus serangan pun.
Karena dia sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk
melancarkan serangannya, sesudah Ti Then maju tiga langkah ke
depan selama ini dia selalu tidak bergerak. Tetapi. sekali pun tidak
bergerak seluruh tubuhnya terjaga begitu rapatnya sehingga tidak
ada lubang kelemahan sedikit pun bisa digunakan untuk menjerang.
Bukan saja Hong Ling An yang merasakan kalau tubuh Ti Then
terjaga amat rapat sekali sekali pun Wi Ci To serta Huang Puh Kiam
Pek yang berdiri di samping pun merasakan kalau tubuh Ti Tnen itu
amat sukar untuk diserang, oleh karena itulah tidak terasa lagi air
mukanya berubah semakin tegang.
Dugaan dari Wi Ci To terhadap diri Ti Then jauh lebih tinggi dari
dugaan Huang Puh Kiam Pek, tetapi agaknya dia pun sama sekali
tidak pernah menyangka kalau Ti Then ternyata dapat demikian
menakutkan. Suasana ditengah kalangan sunyi senyap tak
kedengaran suara, mungkin jatuhnya sebuah jarum pun saat itu
dapat di dengar dengan nyata.
Berturut-Berturut Hong Ling An mengubah dengan beberapa
macam jurus serangan, agaknya ingin memancing Ti Then untuk
menggeserkan tubuhnya tetapi selama ini Ti Then terus menerus
bagaikan sebuah patung Buddha tetap tidak bergerak sedikit pun
juga sedang pada wajahnya tersungging suatu senjuman yang amat
manis. Kedua belah pihak sama-sama mempertahankan diri kira-kira
seperempat jalan lamanya tetapi masing-masing tetap tidak ada
yang turun tangan terlebih dahulu, terlihatlah wajah Hong Ling An
telah mulai basah kujup oleh butiran-butiran keringat yang
mengucur keluar dengan sangat deras.
Agaknya dia sudah kelihatan sangat lelah sekali napasnya mulai
terengah-engah sedang air mukanya berubah menjadi merah
padam. Dalam hatinya dia merasa amat gemas sekali ingin sekali dengan
satu kali serangan mengalahkan diri Ti Then. Makin lama dia mulai
kehilangan ketenangannya sedang hatinya pun mulai menjadi kacau
dan bimbang. Wi Ci To begitu melihat keaadan segera tahu kalau dia bukanlah
lawan dari Ti Then, sambil menghela napas ajarnya:
"Sudahlah Ling An kau sudah dikalahkan !"
Wajah Hong Ling An segera berubah menjadi merah padam, dia
tidak berani lagi untuk melanjutkan pertempuran itu dengan cepat
mengundurkan dirinya ke belakang , tangannya dirangkap memberi
hormat sambil ujarnya : "kepandaian dari Ti heng amat lihay,
siauwte sungguh amat kagum sekali dan terimakasih atas welas
kasih dari Ti heng tadi."
Dalam hatinya dia pun paham bilamana Ti Then punya maksud
untuk turun tangan saat ini kemungkinan sekali dirinya sudah
dikalahkan oleh karena itu mau tak mau dia pun harus
mengucapkan kata-kata ini.
Ti Then segera merangkap pedagnya memberi hormat, sahutnya,
"Tidak berani Hong heng terlalu sungkan "
"Heeei?" ujar Wi Ci To sambil menghela napas panjang, "dengan
berdiam diri berhasil mengundurkan musuh, ini hari hitung-hitung
Lohu telah terbuka mata. Huang Puh Kiam Pek pun ikut memuji ujarnya: " Sungguh hebat,
sungguh hebat tidak kusangka sama sekali kalau Ti heng dengan
usia yang demikian mudanya ternyata telah dapat melatih diri
hingga mencapai taraf yang demikian sempurnanya
Sebaliknya dalam hati Hong Mong Ling diam-diam merasa tidak
puas ujarnya : " Suhu biarlah muridmu minta petunjuk beberapa
jurus dari Ti heng bagaimana ?"
"Heeei ..kau pun bukan lawan dari Ti-heng "
"Tentang hal ini murid mu sudah tahu" sahut Hong Mong Ling,
"Tetapi biar pun bagaimana Ti-heng merupakan tamu terhormat
dari benteng kita, demikian baiknya kesempatan bilamana tidak
minta beberapa petunjuk bukankah sangat sajang sekali"
"Baiklah" sahut Wi Ci To sambil mengangguk, "Kalau memangnya
niat untuk minta petunjuk sekarang juga boleh mulai"
Hong Mong Ling menjadi amat girang segera dia minta pedang
panjang ditangan Hong Ling An dan turun ketengah
kalangan,kepada Ti Then sambil bungkukkan diri memberi hormat
ujarnya:. "Thi-heng silahkan memberi petunjuk"
"Tidak berani " sahut Ti Then :sambl membalas hormatnya
"Pedang ditangan siauwte ini merupakan benda dari Hong-heng,
lebih baik Hong heng mernakai ini saja," sambil berkata segera dia
melemparkan pedang itu kearahnya.
"Tidak perlu" seru Hong Mong Ling dengan keras, "Biar siauwte
menggunakan yang ini saja?"
Sambil berkata dia menggerakkan pedangnya mengembalikan
pedang tersebut kearah Ti Then, kemudian disusul dengan satu
serangan dahsyat. Wi Ci To yang melihat Hong Mong Ling ternyata menggunakan
kesempatan mengembalikan pedang itu telah melancarkan serangan
dahsyat dalam hatinya merasa tidak puas, baru saja, dia bendak
membentak tetapi siapa tahu saat itu juga dia dibuat menjadi
tertegun: Kiranya di dalam sekejap mata itu juga Ti Then ternyata telah
berhasil meloloskan diri dari bahaja.
Kiranya ketika Hong Mong Ling melancarkan serangan
dahsyatnya itu bukannya Ti Then mengundurkan diri untuk
menghindarkan diri sebaliknya malah maju ke depan entah dengan
menggunakan kepandaian apa tahu-tahu dia sudah berkelebat
berdiri di belakang tubuh Hong Mong Ling, sedang tangannya
menyambar menyambut pedang yang dilemparkan kearahnya tadi.
Sebaliknia begitu Hong Mong Ling melihat di hadapannya telah
kehilangan bajangan tubuh dari Ti Then segera dengan cepat dia
memutar tubuhnya, lutut sebelah kirinya setengah berlutut di tanah
sedang tubuh bagian atasnya berputar dengan cepat, pedangnya
dengan membawa sambaran angin yang amat tajam menyapu
mendatang. Kegesitari dari geraknya sungguh membuat setiap orang merasa
amat kagum. Ti Then sudah menduga kalau dia tentu bisa melancarkan
serangan ini oleh karena itu begitu dia menyambut pedangnya
dengan cepat ditekan ke bawah. "Criing." dengan tepat sekali dia
berhasil menahan sambaran pedangnya.
Hong Mong Ling yang melihat sambarannya tidak mencapai pada
hasil segera pedangnya berubah kembali, dengan kecepatan yang
luar biasa pedangnya berputar sehingga terlihatlah sinar pedang
yang menyilaukan mata memenuhi seluruh angkasa.
"Sret " sret"berturut-berturut dia melancarkan tujuh kali
serangan hebat keseluruh tubuh Ti Then sedang tempat yang
diancam pun merupakan jalan darah yang terpenting.
Tujuh kali serangannya sekali pun ada perbedaan waktunya
tetapi, di dalam sekejap saja sudah selesai dilancarkan,
kecepatannya sungguh luar biasa.
Tetapi Ti Then sama sekali tidak geserkan kakinya setindak pun,
pedangnya tetap disambar mematahkan setiap serangannya,
ternyata dengan amat mudah dia berhasil memunahkan ketujuh
buah serangan dahsyat yang dilancarkan Hong Mong Ling itu.
Ketika sampai pada jurus yang terakhir mendadak
terdengar:"Criing" "yang amat nyaring sekali, tubuh Hong Mong
Ling bagaikan terpukul oleh suatu tenaga "yang amat besar sekali,
tidak am pun lagi tubuhnia dengan terhujung-terhujung mundur
beberapa langkah ke belakang.
"Cukup!" terdengar suara bentakan dari Wi Ci To menghentikan
pertandingan itu. Wajah Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah padam,
sambil melemparkan pedangnya kearah Hong Ling An, dia
merangkap tangannya memberi hormat, ujarnya
"Kepandaian Ti-heng sungguh amat hebat sekali, siauwte tak
sanggup untuk menahan lebih lama lagi"
"Ha..ha : mana mana, Hong heng terlalu mernuji"
Dia tahu bahwa ketujuh buah serangan pedang yang baru saja
dilancarkan oleh Hong Mong Ling itu tentunya merupakan ketujuh
buah jurus andalan dari Wi Ci To, semakin dia tahu kalau pihak sana
mengandung maksud untuk membereskan nyawanya tetapi dalam
hal ini sama sekali dia tidak mengambil perduli,
Air muka Wi Ci To berubah semakin jelek lagi, dengan amat
gusarnya dia melotot sekejap kearah Hong Mong Ling, kepada Ti
Then dengan tertawa yang di paksa ujarnya
"Ilmu pedang yang Ti heng miliki ternyata demikian tingginya
sehingga jauh berada diluar dugaan lohu, sungguh tidak malu
disebut sebagai jago berkepandaian tinggi dari dunia kangouw"
"Mana.. mana" ujar Ti Then dengan merendah "Bilamana tadi
Hong heng menjerang dengan sekuat tenaga kemungkinan sekali
boanpwe tidak akan bisa menahan serangan tersebut "
Sehabis berbicara dengan sangat hormat sekali dia menjerahkan
pedang ditangannya kepada Hong Mong Ling.
Terdengar Wi Ci To tertawa terbahak bahak, tanyanya
"Apakah Ti-heng pernah berpesiar ke atas gunung Go-bi ini?"
"Belum pernah" sahut Ti Then. "Hanya aku dengar di atas
gunung Go bi ada puncak Ban hud Ting, Kim Teng serta Jian Pay
Teng sebagai tiga tempat yang terindah di atas gunung ini, pada
waktu yang lalu boanpwe memang punya niat untuk berpesiar ke
sana. " Dengan perlahan Wi Ci To menoleh memandang kearah Shia Pek
Tha, ujarnya -Pek Tha, kau temanilah Ti-heng berpesiar ke atas gunung, nanti
siang cepat pulang untuk makan siang. "
Shia Pek Tha segera membungkukkan diri menyahut, kepada Ti
Then sambil tertawa ujarnya.
" Entah Lo-te ini hari punya minat untuk berpesiar tidak ?"
"Sudah tentu."sahu Ti Then sambil tersenjum.
Kedua orang itu sesudah berpamit kepada Wi Ci To serta Huang
Puh Kiam Pek dua orang segera meninggalkan halaman belakang
untuk berpesiar keluar Benteng. Wi Ci To sesudah melihat bajangan
tubuh Ti Then lenyap dari pandangan mendadak air mukanya
berubah menjadi amat keren, sinar matanya dengan sangat tajam
memandang kearah Hong Mong Ling sambil ujarnya dengan berat.
"Mong Ling, kau tahu tidak untuk menjadi seorang pendekar
pedang harus memperhatikan hal apa"-.
"Silahkan.suhu memberi petunjuk." sahut Hong Mong Ling sambil
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"He .- . he.." ujar Wi Ci To sambil tertawa dingin. "Bilamana kau
sudah lupa maka aku akan memberitahu padamu sekali lagi,
seorang yang berlatih ilmu silat yang terpenting adalah jujur,
berbudi dan ramah, jangan sekali-sekali merasa sombong bila
mendapatkan kemenangan: dan jangan iri atau mendendam
bilamana dikalahkan oleh orang lain. "
"Benar suhu" sahut Hong Mang Ling dengan wajah yang penuh
bernadakan kekecewaan. "Hmm" tadi betul-betul kau sedang mengadu jiwa, kelihatannya
kau benar-benar benci kepadanya sehingga ingin sekali membunuh
dirinya dalam satu kali tusukan karena apa?"
"Muridmu tahu kesalahan, karena muridmu tahu kalau ilmu
pedangnya amat tinggi dan hebat maka perasaan ingin menrang
segera timbul di dalam hatiku, di samping itu . . .aku ingin .. aku
ingin mencoba-mencoba .. "
"Mencoba apa?" bentak Wi Ci To dengan keras.
"Muridmu curiga kalau dia kemungkinan sekali adalah orang
berkerudung yang kemarin malam mencegat muridmu ditengah
jalan!" Hati Wi Ci To menjadi tergerak, sambil memandang tajarn
kearahnya ujarnya "Bukankah kemarin kau bilang orang berkerudung itu berusia
kurang lebih lima puluh tahunan?"
"Hal ini adalah dugaan dari muridmu berdasarkan suara
ucapannya, tetapi mungkin juga suaranya disengajakan begitu"
Sinar mata Wi Ci To berkedipit tanyanya lagi
"Dia mem punyai alasan apa menyamar sebagai orang
berkerudung memukul rubuh kau kemudian menolong kau
kembali"," "Tujuannya kemungkinan sekali meminyam kesempatan ini
memasuki benteng dengan kedudukan dan pandangan sebagai
seorang tamu terhormat, seudah itu secara diam-diam melakukan
sesuata pekerjaan yang mendatangkan bencana bagi benteng kita"
-Hm ."Dengus Wi Ci To, ?"tetapi benteng kami sama sekali tidak
punya ganyalan apa-apa dengan dirinya dia mem punyai alasan apa
untuk berbuat sesuatu yang jelek bagi benteng kita?"
"Penyahat di dalam menyalankan perampokannya juga tidak
menggunakan alasan yang kuat "
"Tetapi sipendekar baju hitam Ti Then itu bukan merupakan
orang dari kalangan Hek-to
"Tidak," potong sipedang naga perak Huang Puh Kiam Pek.
"selama beberapa sekali pun sipendekar baju hitam Ti Then itu
bertindak sebagai seorang pendekar budiman tetapi hati manusia
ditutup dengan kulit yang tebal siapa pun tidak bisa mengetahui dia
seorang yang balk atau seorang yang buruk "
Dengan perlahan Wi Ci To mengalihkan pandangannya
kearahnya ujarnya: Siauw-heng masih tidak dapat terpikir juga dengan menggunakan
alasan apa dia memasuki benteng kita untuk melakukan
pengacauan :" "Hmm : dengus Huang Puh Kiam Pek dengan dinginnya, "dia
tidak mau menyebutkan asal usul serta nama suhunya, mungkin
sekali suhunya adalah sipendekar pedang tangan kiri, Cian Pit Yuan
Wi Ci To mengerutkan alisnya rapa-rapa, ujarnya
."Tetapi Ti Then sama sekali tidak menggunakan tangan kirinya
untuk bergebrak", "He..he..urusan sudah lewat dua puluh tahun lamanya,
kemungkinan sekali Cian Pit Yuan sudah menciptakan ilmu baru
yang tidak perlu menggunakan tangan kiri lagi
Tak terasa lagi sambil menggendong sepasang tangannya Wi Ci
To berjalan bolak balik_ di dalam ruangan itu, setelah berpikir


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sejenak ujarnya. " Ehm . . Cian Pit Yuan jadi orang tidak terlalu jahat hanya saja
sifatnya terlalu berangasan apabila dia hendak membalas dendam
atas terpapasnya telinga sebelah kanannya kenapa tidak datang
berkunjung sendiri ?""
" Suhu" seru Hong Mong Ling."Bagaimana pun juga cara berpikir
Panji Sakti 2 Kemelut Di Cakrabuana Karya A Merdeka Permana Pedang Keadilan 14
^