Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 13

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 13


Demikian dia lari tanpa tujuan sambil dikejar-kejar, sampai ia menabrak justru pintu kamar tulis.
Liok Koan Eng tidak berkhawatir orang lolos, tetapi melihat orang tawanan masuk ke kamar ayahnya, khawatir ayahnya nanti diserang, dia lompat untuk menghalang di depan ayahnya itu. Di muka pintu segera terlihat sejumlah cecu berdiri menghalang.
Dalam kesusu dan bingung seperti itu, Wanyen
Kang tidak dapat memperhatikan Oey Yong berdua, dia menuding Liok Koan Eng dan menegor: "Perampok sangat jahat, kau sudah menggunai akal busuk
membocorkan perahu! Tidakkah kamu khawatir
ditertawakan kaum kangouw"!"
Koan Eng tertawa lebar. "Kau putra raja Kim, perlu apa kau menyebut-nyebut dua huruf kangouw itu?" ia membaliki.
"Selama di Pakhia aku telah mendengar nama
besar kaum kangouw di Selatan," berkata Wanyen Kang berani, "Buktinya " hm " ternyata hari ini kamu hanya"."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hanya apa"!" Koan Eng memotong.
"Hanya kamu kaum hina dina yang pandai
mengandalkan orang banyak!" sahut pangeran muda iru.
Koan Eng gusar sekali dihina secara demikian. Ia muda tetapi ialah kepala untuk kaum Rimba Persilatan di Kanglam. Ia kata: "Kau ingin bertempur satu sama satu, baru kau mampus tidak menyesal?"
Inilah jawaban yang diharap Wanyen Kang.
Memang ia sengaja memancing amarah orang. Maka ia kata; "Kalau orang Kwie-in-chung ada yang sanggup mengalahkan aku, aku akan mandah dibelenggu, tidak nanti aku membilang suatu apa. Siapa yang hendak memberikan pelajaran kepadaku"!" Ia pun bersikap temberang, matanya menyapu semua orang, kedua tangannya digendong di belakangnya.
Kata-kata tersebut itu membangkitkan amarah Cio Cecu dari puncak Bok Lie Hong, juga aseran tabiatnya, maka ia lantas majukan dirinya, malah segera dia menyerang dengan kedua tangannya.
Wanyen Kang berkelit, membikin serangan jatuh di tempat kosong, berbareng dengan itu, kedua
tangannya bekerja. Tangan kanan menyambar ke baju di punggung, tangan kiri membantui, maka tubuh cecu itu lantas terangkat, terus dilemparkan ke arah kawan-kawannya di ambang pintu!
Koan Eng terkejut. Orang lihay, mungkin tidak ada cecu lawannya. "Tuan, kau benar lihay!" katanya. "Aku ingin meminta pengajaran beberapa jurus dari kau, mari kita pergi ke thia!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tuan rumah yang muda ini berkata demikian sebab ia duga pertandingan mesti hebat, di dalam kamar tulis itu ia khawatir nanti melukai ayahnya serta kedua tetamunya itu yang tidak mengenal ilmu silat"
"Untuk pibu, di manapun sama saja!" kata Wanyen Kang jumawa. "Apakah halangannya di sini" Silahkan cecu memberi pengajaranmu!"
Koan Eng terpaksa, tapi ia berlaku tenang. "Baik!"
katanya. "Kau tetamu, kaulah yang mulai!"
Wanyen Kang benar lihay. Mendadak ia ulur tangan kirinya, mengancam, disusul sama dengan tangan kanannya, menjambak baju orang. Ia sudah lantas menggunai jurus dari Kiu Im Pek-kut Jiauw.
"Bocah kurang ajar, tahukah lihaynya chung-cu kamu!" kata Koan Eng di dalam hatinya. Ia tidak berkelit, ia cuma mengkeratkan tubuhnya sedikit, untuk meluncurkan tangan kanannya menghajar lengan
orang, sedang dua jari dari tangan kirinya menyambar ke sepasang mata.
Wanyen Kang pun terperanjat mengetahui orang
lihay. Inilah ia tidak sangka. Ia lantas menarik pulang kedua tangannya, ia mundur setengah tindak, untuk memutar tangan menankap lengan lawan. Tapi Koan Eng dapat membebaskan diri.
Melihat lihaynya tuan rumah, Wanyen Kang tidak berani memandang enteng. Maka ia berkelahi dengan sungguh-sungguh.
Koan Eng itu sebenarnya ada murid kesayangan
dari Kouw Bok Taysu dari kuil Kong Hauw Sie di Liman, ia pandai Gwa-kang yaitu ilmu luar Hoat Hoa Cong.
Ia pun mengetahui orang lihay, ia bersilat dengan hati-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hati. Ia tidak kasih tubuhnya dijambak.
Untuk Gwa-kang, kaum Gwa-kee, ialah ahli luar, ada pribahasa, "Kepalan tiga bagian, kaki tujuh bagian", atau lagi, "Tangan ialah kedua daun pintu, mengandal kaki menendang orang," Maka itu, Koan Eng bersilat mengaandal pada pribahasa itu.
Hebat pertarungan ini, sampai seratus jurus lebih belum ada yang menang atau kalah, Kwee Ceng dan Oey Yong diam-diam memuji Koan Eng demikian lihay.
Setelah bertempur lama, hati Wanyen Kang gentar.
Ia tahu, ia terkurung dan lama-lama ia bisa kehabisan tenaga, kalau ia mesti banyak menempur banyak musuh bergantian, celakalah dirinya. Ia pun
sebenarnya masih lemah bekas disebabkan
menenggak terlalu banyak air. Karena itu, ingin ia lekas mengakhirkan pertandingan itu, untuk
menyingkirkan diri. Lewat lagi beberapa jurus, Koan Eng merasa ia keteter. Musuh telah mendesak sangat. Satu kali ia terlambat, pundakny akena terhajar. Tidak tempo lagi ia terhuyung mundur. Wanyan Kang merangsak, untuk memberikan hajaran terakhir. Justru ia maju, justru kaki kiri tuan rumah meleset ke arah dadanya. Itulah dupakan "Kaki jahat" yang ebrbahaya sekali.
Wanyen Kang tidak menyangka selagi terhuyung
musuh dapat mendupak, ia ketahui itu sesudah kasep, dadanya kena terhajar kaki musuhnya itu. Ia lantas menrasakan dadanya itu sakit. Tapi ia tidak menyerah dengan begitu saja. Ia membalas dengan membareng menotok betis dengan lima jeriji kiri dan tangan kanannya dipakai menolak dengan keras seraya ia berseru: "Pergilah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koan Eng berdiri dengan sebelah kaki, tidak heran kalau ia kena tertolak hingga mental ke arah
pembaringan ayahnya, disaat tubuhnya bakal
membentur pembaringan, mendadak Liok Chung-cu mengulur tangan kirinya menahan punggungnya, lalu dengan perlahan tubuhnya dikasih turun. tapi ayah itu terkejut melihat betis anaknya mengucurkan darah.
"Kurang ajar!" ia berseru. "Pernah apa kau dengan Hek Hong Siang Sat"!"
Tanggapan dan seruan itu membikin heran semua orang tidak terkecuali Koan Eng sendiri, anaknya.
Sebab anak ini semenjak kecil ketahui ayahnya sudah bercacad kedua kakinya, setiap hari ayah itu berdiam di kamar tulis saja berteman dengan alat tetabuhan khim, gambar dan kitab. Ia juga heran merasakan tanggapan ayah itu kepada tubuhnya. Tapi masih ada juga orang yang tidak heran, mereka ini ialah Oey Yong dan Kwee Ceng. Si nona karena ia melihat besi patkwa di pintu dan si pemuda karena mendengar keterangan kekasihnya.
Wanyen Kang melengak ditanyakan halnya Hek
Hong Siang Sat. "Makhluk apa Hek Hong Siang Sat itu?" ia balik menanya. Ia telah diajari silat oleh Bwee Tiauw Hong tetapi Tiauw Hong tidak pernah
memberitahukan asal usul dan she serta namanya.
"Jangan berlagak pilon!" membentak pula Liok
Chung-cu. "Siapa yang ajarkan kau itu ilmu Kiu Im Pek-ku Jiauw ynag jahat"!"
Wanyen Kang bernyali besar. "Tuan kecilmu tak sempat ngobrol denganmu, maaf tak dapat aku
menemani kau!" katanya seraya ia memutar tubuh, bertindak ke arah pintu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua cecu gusar, mereka mengangkat golok
merintangi. "Bagaimana kata-katamu"!" Wanyen Kang menoleh kepada Koan Eng, romannya bengis." Kata-katamu berharga atau tidak"!"
Muka Koan Eng pucat. Ia mengangkat tangannya.
"Kami kaum Thay Ouw bangsa terhormat!" katanya.
"Saudara-saudara, lepaskan ia pergi! Thio Toako, tolong antar ia keluar!"
Semua cecu itu tidak puas tetapi mereka tidak berani membantah pemimpinnya itu.
Thio cecu pun sudah lantas membentak: "Mari turut aku! Sendiri saja tidak nanti kau menemani jalanan bocah!"
"Mana sekalian siwi dan pengiringku?" Wanyen
Kang tanya. "Mereka semua pun dimerdekakan!" menyahut
Koan Eng. Pangeran itu menunjuki jempolnya. "Bagus, benar kau satu kuncu! Nah, sekalian cecu, sampai bertemu pula di belakang hari!" Ia memutar tubuh untuk memberi hormatnya, romannya sangat puas.
"Tunggu dulu!" chung-cu tua membentak selagi
orang hendak mengangkat kaki.
Wanyen kang segera menoleh, "Bagaimana"!"
tanya ia. "Aku si orang tua bodoh, ingin aku belajar kenal dengan Kiu Im Pek-ku Jiauwmu!" menyahut tuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah yang tua ini. "Bagus! Bagus!" tertawa Wanyen Kang, sedang
orang lainnya terperanjat.
Koan Eng sangat berbakti, ia terkejut tetapi ia lantas menceagh. "Ayah, jangan layani binatang ini!" katanya.
"Jangan khawatir!" berkata si ayah itu. "Aku lihat belum sempurnya kepandaiannya itu." Ia mengawasi dengan tajam kepada pangeran itu, lalu berkata pula:
"Kakiku sakit, aku tidak dapat berjalan. Kau maju ke mari!"
Wanyen kang tertawa, tetapi ia tidak
menghampirkan. Koan Eng habis sabar, meskipun kakinya sakit, ia tidak mau membiarkan ayahnya bertempur, maka ia lompat maju sambil berkata; "Hendak aku mewakilkan ayahku meminta pengajaran beberapa jurus dari kau!"
"Bagus, mari kita berlatih pula!" tertawa Wanyen Kang.
"Anak Eng, mundur!" mendadak Liong Chungcu
berseru, sambil berseru tangan kanannya menekan pinggiran pembaringan, hingga tubuhnya mencelat maju, berbareng dengan mana dengan tangan kiri ia menyerang ke arah embun-embun si pangeran.
Semua orang terkejut, mereka berseru.
Wanyen Kang tidak takut, ia menangkis. Tapi
kesudahannya ia kaget bukan main. Ketika kedua tangan beradu, ia merasa tangan kanannya terpegang keras, menyusul mana, tangan kanan si orang tua menyambar bahunya. Ia lantas menangkis seraya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berontak untuk melepaskan tangan kanannya itu dari cekalan lawan.
Tubuh Liok Chungcu tidak turun ke lantai, tubuh itu berdiam mengandal tenaga lengan si pangeran, yang ia terus mencekalnya dengan keras, tangan kanannya menyerang pula, beruntun hingga lima enam kali.
Wanyen Kang repot menangkis, ia berontak tapi siasia saja. Ia mencoba menendang dengan kaki kirinya, juga tidak ada hasilnya.
Melihat itu, para cecu heran dan girang. Semua mengawasi pertempuran ynag luar biasa itu, yang hebat sekali.
Lagi sekali tangan kanan Liok Chungcu menyerang.
Wanyen Kang menggunai lima jarinya, untuk
membabat tangan lawan, atau mendadak lengan si orang tua ditekuk, sikutnya menggantikan menyerang, tepat mengenai jalan darah kinceng-hiat. Pangeran itu kaget, ia merasakan tubuhnya seperti mati separuh hingga gerakannya menjadi lambat, karenanya, tangan kirinya lantas kena ditangkap lawannya, bahkan dengan suara meretek, sambungan tangannya kena dibikin terlepas!
Liok Chungcu benar-benar sebat, ia mengandali kedua tangannya saja, dapat ia bergerak dengan lincah. Kembali tangan kirinya menyerang, menyambar ke pinggang orang, berbareng dengan mana, cekalan tangan kanannya dilepaskan, tangan itu dipakai menekan pundak si pangeran, maka pesat sekali ia mencelat balik ke pembaringannya di mana ia bercokol pula dengan tetap dan tenang.
Bab 28. Ular-Ular Pada Menari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koan Eng lompat ke depan pembaringan. "Ayah,
kau tidak apa-apa?" ia menanya.
Ayahnya itu tertawa. "Binatang ini benar-benar lihay!" katanya.
Dua tauwnia sudah lantas maju, untuk
membelenggu kaki dan tangan Wanyen Kang.
"Dalam kantongnya perwira she Toan yang ditawan itu ada beberapa borgolan tembaga, itu dapat dipakai untuk membelenggu binatang ini, coba kita lihat, dia dapat berontak lagi atau tidak!" berkata Thio Cecu.
"Bagus!" sahut beberapa orang, diantaranya ada yang lantas pergi lari, untuk mengambil borgolan itu, maka dilain detik, pangeran itu sudah diborgol tangan dan kakinya.
"Mereka sediakan ini untuk menyusahkan rakyat jelata, sekarang biarlah ia yang mencicipi sendiri!" kata Liok Chungcu dengan tertawa.
Wanyen Kang bermandikan peluh pada dahinya, ia menahan sakit, ia tidak mengeluh atau merintih.
"Bawa dia kemari!" kata Liok Chungcu, yang tahu orang kesakitan.
Dua tauwnia menggotong pangeran itu dekat
kepada tuan rumah. Liok Chungcu menotok tulang punggung serta dada kiri di beberapa tempat, setelah mana hilang rasa sakitnya Wanyen Kang, hingga pangeran itu
mendongkol berbareng heran. Katanya dalam hatinya:
"Gerakan tangannya orang ini sama dengan gerakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya suhu, mungkinkah mereka daa hubungan satu sama lain?" Tapi belum sempat ia bicara, Koan Eng sudah suruh orang bawa ia ke tempat tahanan.
Semua cecu pun pada lantas mengundurkan diri.
Baru setelah itu, Kwee Ceng dan Oey Yong
memutar tubuhnya. Semenjak tadi mereka berdiam saja, melainkan secara diam-diam mereka melirik.
"Anak-anak gemar berkelahi, jiwi tentu
menertawakan mereka," kata Liok Chungcu kepada tetamunya.
"Siapa dia itu?" tanya Oey Yong. Dia membawa
sikap wajar, "Apakah dia telah mencuri disini, maka chungcu menjadi gusar sekali?"
Di dalam hatinya, nona ini semakin curiga. Gerakan tangan dan totokannya tuan rumah ini sama dengan pelajarannya sendiri.
Chungchu itu tertawa. "Benar, dia telah mencuri tidak sedikit barang kami!" sahutnya. "Mari, mari kita melihat gambar-gambar dan kitab, jangan
kegembiraan kita diganggu pencuri itu."
Koan Eng sudah mengundurkan diri juga, maka
dikamar tulis itu mereka tetap berada bertiga, tapi yang berbicara adalah tuan rumah dan Oey Yong berdua, Kwee Ceng tidak mengerti hal kitab dan gambar, pemuda itu tertarik sama huruf-huruf yang coret-coretannya tajam mirip dengan gerakan pedang. Meski begitu ia berdiam saja. Bukankah mereka toh sudah berpura-pura tidak mengerti silat"
Habis bersantap tengah hari, Liok Chungcu perintah kedua bujangnya mengantarkan kedua tetamunya
pesiar kedua gua Thio Kong dan Sian Kong seperti ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah menjanjikan. Kedua gua itu kesohor untuk pemandangan alamnya yang indah. Sampai sore baru mereka kembali dengan merasa senang.
"Bagaimana, Yong-jie, kita tolongi dia atau jangan?"
tanya Kwee Ceng disaat mereka hendak masuk tidur.
"Kita baik tinggal dulu di sini beberapa hari," sahut si nona. "Kita masih belum ketahu jelas tentang tuan rumah kita ini."
"Ilmu silatnya sama dengan ilmu silatmu," Kwee Ceng memberitahukan.
Oey Yong berpikir, "Inilah anehnya," katanya.
"Mungkinkah ia kenal Bwee Tiauw Hong?"
Keduanya tidak dapat menerka. Mereka pun
khawatirkan tembok ada kupingnya, lantas mereka memadamkan api dan tidur. Pada tengah malama, keduanya mendusin karena kuping mereka mendengar suara perlahan di atas genting. Keduanya lantas lompat bangun, untuk menghampirkan jendela. Begitu mereka mementang daun jendela, mereka menampak berkelebatnya satu bayangan orang, yang terus bersembunyi di antara pohon-pohon bunga mawar.
Setelah celingukan, orang itu bertindak ke timur, hati-hati itu sekali sikapnya, menandakan ia bukannya salah seorang penghuni rumah.
Oey Yong menarik tangan Kwee Ceng, keduanya
lompat keluar dari jendela, untuk menguntit bayangan itu. Mereka bisa lantas bekerja karena tadi, diwaktu masuk tidur, mereka tidak membuka pakaian luar.
Belasan tindak kemudian, diantara cahya bintang-bintang, kelihatan nyata bayangan itu adalah seorang nona, yang ilmu silatnya lumayan juga. Kerana ini Oey
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yong bertindak mendekati,. Tepat orang itu menoleh, ia lantas mengenali Bok Liam Cu. Ia lantas saja tersenyum. Di dalam hatinya ia berkata: "Bagus, kau hendak menolong kekasihmu! Hendak aku melihat, bagaimana caramu bertindak!"
Bok Liam Cu jalan pergi datang di taman itu, lalu dilain saat ia tersesat jalan.
Oey Yong sebaliknya kenal taman itu, yang diatur menurut patkwa. Inilah keistimewaannya Oey Yok Su, ayahnya. Tentang patkwa ini, ayahnya telah mengajari padanya. Jadi taman ini diatur menurut barisan rahasia Pat-kwa-tin.
"Dengan caramu ini berjalan, sampai seratus tahun pun tidak nanti kau dapat cari kekasihmu itu," kata Oey Yong dalam hatinya. Tapi ia hendak membantu. Maka ia memungut segumpal tanah, ia menimpuk, "Ambil jalan ke sana!" ia menunjuki, suaranya perlahan, ia sendiri bersembunyi di belakang pohon.
Nona Bom terperanjat. Ia menoleh, ia tidak melihat siapa juga. Ia pun bercuriga dan bersangsi. Lantas ia melompat ke arah darimana timpukan datang. Tentu sekali Oey Yong telah lenyap.
"Entah ia bermaksud baik atau jahat, tapi baiklah aku turuti pengunjukannya," kemudian nona Bok berpikir. Ia terus pergi ke kiri. Lalu habis itu, setiap ia bersangsi, ada timpukan tanah yang memberi petunjuk padanya. Ia telah berjalan berliku-liku, sampai mendadak ada timpukan yang jauh, yang bersuara di jendelanya sebuah kamar yang di depannya.
Berbareng dengan itu, dua bayangan berkelebat dan lenyap.
Cerdas Liam Cu, segera ia lari menghampiri jendela
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, jendela dari sebuah rumah kecil. Setibanya di depan rumah itu, dua orang lelaki tergeletak di tanah, matanya mereka mengawasi dia. Mereka itu masih mencekal senjata, tapi tak dapat bergerak. Terang sudah mereka itu adalah korban-korban totokan di jalan darah.
"Pasti ada orang pandai yang membantu aku,"
berpikir Liam Cu. Ia masuk ke dalam rumah itu, kuping dan matanya dipasang. Segera ia mendapat dengar suara orang bernapas.
"Engko Kang!" ia memanggil perlahan. "Kau"!"
"Ya, aku!" ada jawaban untuk itu.
Itulah suara Wanyen Kang, yang sadar sebab
barusan mendengar suara tubuh roboh di luar rumah.
Dia memang lagi memasang kuping. Dia kenali suara si nona.
Dalam gelap gulita, Liam Cu segera
menghampirkan. "Ada dua orang pandai yang membantu aku, enath siapa mereka itu," kata nona ini. "Mari kita pergi!"
"Apakah kau membawa golok pedang mustika?"
tanya pangeran itu. "Kenapa?" balik tanya si noa.
Wanyen Kang tidak menjawab, ia hanya
perdengarkan suara borgolan.
Liam Cu mengerti, ia menjadi sangat masgul.
"Menyesal pisau belati mustikaku itu telah aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berikan pada adik Oey," ia menyesalkan diri.
Oey Yong dan Kwee Ceng yang tetap bersembunyi, mereka dapat dengar suara si nona. Di dalam hatinya, nona Oey berkata: "Sebentar akan aku serahkan pisau mustika itu."
"Nanti aku pergi curi kunci borgolnya!" kata Liam Cu akhirnya. Ia bingung dan berkhawatir.
"Jangan pergi, adik!" Wanyen Kang mencegah.
"Orang disini lihay, percuma kau pergi."
"Bagaimana kalau aku gentong kau?" tanya si nona.
"Tidak dapat, orang ikat aku pada tiang." jawab sang pangeran.
"Habis bagaimana?" tanya si nona lagi.
Lalu terdengar suara menangis perlahan dari nona itu.
"Mari kau dekati aku"." kata Wanyen Kang tertawa.
Liam Cu membanting kaki. "Orang tengah
bergelisah, kau masih bisa bergurau!" tegurnya.
"Siapa bergurau?" Wanyen Kang masih tertawa.
"Aku omong sebenarnya."
Liam Cu tidak memperdulikannya, ia mengasah
otaknya. "Kenapa kau ketahui aku berada disini?" Wanyen Kang tanya kemudian.
"Aku mengikuti kau terus-menerus?" jawab si nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlahan. "Oh, adik, kau baik sekali." Suara Wanyen Kang agak tergerak. "Mari kau dekati aku, kau menyender di tubuhku, hendak aku bicara."
Liam Cu menjatuhkan diri dan duduk, ia menurut.
"Aku adalah utusan negeri Kim, tidak nanti mereka berani lancang membunuh aku," berkata Wanyen
Kang. "Hanya dengan tertahan di sini, pastilah gagal urusan tentara dari ayahku. Aku bingung".Adik, baiklah kau tolongi aku?"
"Bagaimana?" tanya si nona.
"Di leherku ada cap emas, kau loloskan itu."
Liam Cu menurut. "Inilah cap perutusan," Wanyen Kang
memberitahukan. "Sekarang kau lekas pergi ke Liman, di sana kau menemui Soe Mie Wan, itu perdana menteri kerajaan Song"."
Nona Bok terkejut. "Aku seorang wanita biasa, cara bagaimana
perdana menteri itu dapat menemui aku?" tanyannya.
"Kalau ia melihat cap ini, apsti ia repot sekali menyambut kau!" kata Wanyen Kang tertawa. "Kau beritahu padanya bahwa aku ditawan perampok di Thay Ouw ini, hingga karenanya tidak dapat aku datang padanya. Kau pesan apabila ada utusan
Mongolia yang datang, suruh ia jangan menerimanya hanya segera bunuh saja si utusan itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, kenapa begitu?" si nona menanya heran.
"Inilah urusan besar dari tentara dan negera, dijelaskan pun kau tidak bakal mengerti! Pergi kau sampaikan pesanku ini kepada perdana menteri itu, itu artinya kau sudah mewakilkan aku melakukan satu pekerjaan yang besar. Jikalau utusan Mongolia itu keburu sampai dan dapat bicara dengan raja Song, itu artinya kerugian besar bagi kami negara Kim."
"Apa itu negara Kim?" Liam Cu tanya. "Aku adalah rakyatnya kerajaan Song! Sebelum kau omong jelas, tidak bisa aku bekerja".
"Bukankah nanti kau bakal menjadi permaisuri di negara Kim?" Sembari berbicara, Wanyen Kang
tersenyum. "Ayah angkatku ialah ayahmu sejati, adalah orang Han. Apakah kau benar-benar sudi menjadi raja Kim?"
tanya Liam Cu. "Aku cuma tahu, cuma"."
"Kenapa?" Wanyen Kang memotong.
"Sampai sebegitu jauh aku pandang kau sebagai orang pintar dan gagah," kata Liam Cu, "Dan aku menyangka kau berpura-pura saja menjadi pangeran, bahwa kau lagi menantikan ketikanya yang baik untuk berbuat sesuatu guna kerajaan Song! Kau benar-benarkah hendak mengakui musuh sebagai ayahmu!"
Wanyen Kang bediam. Ia dapat mendengar suara
lagu orang berubah, kata-katanya seperti macet di tenggorokan. Itulah tandanya orang gusar dan
menyesal. Maka ia berdiam.
"Negara yang indah dari kerajaan Song telah
separuhnya dirampas orang asing!" berkata pula Liam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cu. "Dan rakyat kita bangsa Han telah ditangkap-tangkapi, dibunuh dan dianiaya! Mustahilkah kau sendiri juga tidak memikirkan itu" Kau".kau".."
Berhenti si nona berbicara, ia lemparkan cap ke tanah, sambil menutup muka, ia bertindak pergi.
Wanyen Kang terkejut, segera ia memanggil
"Adik, aku salah!" katanya, memanggil, "Mari
kembali!" Liam Cu berhendti bertindak, ia berpaling, "Mau apa kau"!" ia tanya.
"Tunggulah sampai aku sudah lolos dari sini, aku akan tak lagi menjadi utusan negeri Kim," berkata Wanyen Kang. "Aku juga tidak akan kembali ke negera Kim itu, hanya bersama kau, aku akan hidup menyepi sebagai orang tani, supaya kita bisa hidup bersama dengan tenang dan berbahagia"."
ona Bok menghela napas, ia berdiri menjublak.
Semenjak pibu, ia sudah pandang Wanyen Kang
sebagai pemudanya yang paling gagah. Bahwa
Wanyen Kang tidak hendak mengakui ayahnya sendiri, ia masih menyangka pada itu ada sebabnya. Ia pun menduga orang menjadi utusan negara Kim karena ada suatu maksud tersembunyi, guna nanti melakukan suatu usaha besar untuk kerajaan Song. Tapi siapa tahu, sekarang sia-sia saja pengharapannya itu. Ia dapatkan kenyataan orang hanya satu manusia
sekakar, yang kemaruk sama harta dan kemuliaan".
"Adikku, kau kenapa?" Wanyen Kang tanya.
Liam Cu berdiam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang ibuku membilangi aku bahwa ayah
angkatmu adalah ayahku yang sejati," Wanyen Kang berkata pula. "Sayang sebelum aku menanya dengan jelas, keduanya mereka sudah menutup mata,
karenanya sampai sekarang aku jadi ragu-ragu".."
Pikiran Liam Cu tergerak juga.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau ia belum mengetahui jelas, ia dapat diberi maaf?" pikirnya. Lalu ia berkata: "Sekarang kau jangan sebut lagi hal aku harus pergi kepada perdana menteri Song untuk membawa capmu ini. Hendak aku mencari adik Oey untuk minta pisau mustika guna menolongi kau?"
Oey Yong mendengar itu semua, kalau tadinya ia hendak menyerahkan pisaunya, segera ia menubah maskdunya. Ia benci mendengar Wanyen Kang
hendak berbuat sesuatu untuk tentara Kim. Ia pikir:
"Baiklah aku membiarkan dia tertutup lagi beberapa hari di sini"." Ayahnya memang membenci sekali negera Kim itu.
"Taman ini aneh jalannya, kenapa kau ketahui
jalanannya itu?" kemudian Wanyen Kang menanya.
"Ada seorang pandai yang memberi petunjuk
padaku," sahut Liam Cu. "Dia menyembunyikan diri, aku belum tahu siapa dia."
Wanyen Kang mengasih dengar suara tidak tegas.
"Adikku," katanya pula, "Kalau lain kali kau datang pula, mungkin kau kepegrok penghuni rumah ini. Kalau benar kau hendak menolongi aku, pergi kau cari satu orang?"
"Aku tidak sudi mencari perdana menteri she Soe
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu!" memotongi si nona.
"Bukannya Soe Sinsiang, hanya guruku," Wanyen Kang memberi tahu
"Oh?" si nona terhenti suaranya.
"Kau pergi membawa ikat pinggangku ini," Wanyen Kang berkata pula. "Di gelang emasnya ikat pinggang itu kau ukir kata-kata: "Wanyen Kang dapat susah di kwie-in-chung di tepi telaga Thay Ouw" Tigapuluh lie di utara kota Souwciu ada sebuah bukit belukar, di sana kau cari sembilan buah tengkorak yang bertumpuk menjadi satu: Satu di atas, tiga di tengah dan lima di bawah. Ikat pinggangku ini, kau letakkan di bawah tenggorak itu.
Liam Cu heran, "Untuk apakah itu?" ia menanya.
"Guruku itu telah buta kedua matanya," Wanyen Kang memberi keterangan. "Kalau ia dapat memegang ikat pinggang itu serta gelang emasnya, lantas ia bakal dapat mencari aku. Setelah meletaki ikat pinggang itu, jangan kau berlambat, kau mesti lekas-lekas
mengangkat kaki. Aneh tabiat guruku, apabila ia mendapatkan ada orang di dekat tumpukan tengkorak itu, mungkin ia akan membunuhmu. Guruku lihay, pasti dia bakal dapat menolongi aku. Kau tunggui saja aku di kuil Hian Biauw Koan di kota Souwciu."
"Kau bersumpah dulu, bahwa kau tidak akan akui pula bangsat menjadi ayah dan tidak menjual negara ini untuk mencelakai rakyat!" berkata si nona.
Mendengar itu, Wanyen Kang menjadi tidak
senang. Ia kata: "Setelah urusanku beres, sudah tentu aku akan bertindak menurut kata hatiku yang benar.
Sekarang kau memaksa aku mengangkat sumpah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apakah mau"!" Liam Cu lemah hatinya. "Baik, aku akan pergi
menyampaikan warta!" bilangnya. Ia meloloskan ikat pinggang si anak muda.
"Adikku, kau hendak pergi sekarang?" kata Wanyen Kang, "Mari, adik!"
"Tidak!" kata si nona yang bertindak ke pintu.
"Aku khawatir belum lagi guruku datang menolongi aku, mereka sudah keburu membunuh aku," kata pula Wanyen Kang, "Maka itu untuk selama-lamanya aku tidak bakal melihat pula padamu?"
Liam Cu menjadi lemah hatinya. Ia kembali, ia senderkan tubuhnya dalam rangkulan pangeran itu. Ia pasrah. Kemudian, mendadak ia berkata dengan
keras: "Di belakang hari, jikalau kau tidak menjadi orang baik-baik, aku bakal mati di hadapanmu!"
Inilah Wanyen Kang tidak sangka, maka itu, ia menjadi melengak.
Liam Cu berlompat bangun, untuk berlalu.
Oey Yong sudah lantas menunjuki pula jalan secara diam-diam seperti tadi, maka setibanya di kaki tembok, Liam Cu bertekuk lutut, mengangguk tiga kali, katanya:
"Oleh karena cianpwee tidak sudi memperlihatkan diri, biarlah aku memberi hormatku ke udara saja."
"Oh, itulah aku tidak berani terima!" terdengar satu suara halus dibarengi sama tertawa geli.
Liam Cu segera mengangkat kepalanya tetapi tetap ia tidak melihat siapa juga kecuali bintang-bintang di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
langit. Ia heran bukan main. Ia seperti mengenali suara Oey Yong, hanya ia heran, kenapa orang berada di sini dan ketahui jalan rahasia itu. Ia jalan belasan lie, lantas ia berhenti di bawah sebuah pohon besar untuk tidur, lalu besoknya, dengan menaik perahu, ia menyeberangi telaga Thay Ouw dan pergi ke kota Souwciu.
Souwciu adalah kota kota ramai di tenggara
walaupun ia tidak dapat melawan Hangciu, di sini orang hidup secara mewah melupakan kekejaman
bangsa Kim yang pernah menggilas-gilasnya. Tapi Liam tidak pikirkan kepelesiran. Habis bersantap di sebuah rumah makan, melihat matahari sudah doyong ke barat, ia lantas pergi keluar kota utara. Dengan menuruti petunjuk Wanyen Kang, ia hendak mencari gurunya pemuda itu. Makin lama jalanan makin sulit.
Matahari pun segera melenyap di belakang bukit.
Segera terdengar suara-suara aneh dari burung-burung hutan. Sampai langit sudah gelap ia mencari di lembah, belum juga ia menemui tumpukan tengkorak seperti katanya Wanyan Kang.
"Baiklah aku cari pondokan, besok pagi aku mencari pula," pikirnya.
Syukur di sebelah barat situ ada sebuah rumah, dengan kegirangan ia lari menghampirkan, hingga ia mendapatkan sebuah kuil tua dan rusak, namanya Yoh Ong Bio. Ketika ia menolak pintu, pintu itu roboh menjeblak, debunya beterbangan. Terang itulah sebuah kuli kosong. Di dalamnya penuh kabang-kabang, segala apa tidak teratur.
Senang juga Liam Cu akan mendapati meja masih utuh, ia lantas bersihkan itu, untuk menempatkan diri.
Ia tutup pintu tadi, yang ia pasang pula, lantas ia mengeluarkan rangsum kering untuk menangsal perut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia pakai buntalannya sebagai bantal waktu ia
merebahkan diri. Kapan ia ingat Wanyen Kang, ia menjadi berduka dan malu, tanpa merasa air matanya meleleh turun. Karena ini, sampai kentongan yang kedua barulah ia dapat tidur. Tiba-tiba saja ia mendusin. Ada suara apa-apa di luar kuil, bukan suara angin, bukan suara air. Ia berduduk untuk memasang kuping terlebih jauh. Ketika ia mendengar suara bertambah nyaring, ia lompat ke pintu untuk melihat keluar. Ia menjadi kaget sekali, hatinya memukul dengan keras.
Di bawah terangnya rembulan, terlihat ribuan, ya laksaan ular hijau, bergulat-legot menuju ke timur, bau amisnya masuk ke dalam kuil. Menggelesernya ular itu, itulah yang menerbitkan suara luar biasa itu. Di belakang pasukan ular itu nampak tiga orang pria dengan pakaian serba putih yang tangannya
memegang galah panjang peranti menggiring ular itu.
Liam Cu tidak berani mengintai lebih lama, ia khawatir nan kepergok. Sesudah mendengar suara orang pergi jauh, baru ia mengintai pula. Sekitarnya jadi sepi pula, hingga ia merasa tengah bermimpi.
Ia membuka pintu, ai pergi ke luar. Tidak lagi ia melihat ketiga orang dengan pakaian putih itu. Ia merasa hatinya lega. Ia jalan beberapa tindak ke jalan yang bekas diambil ular itu. Disaat ia hendak membalik tubuh, untuk kembali ke kuil, ia melihat suatu barang putih tidak jauh dari dekatnya itu. Warna putih itu bertojoh sinar rembulan, adanya di atas batu. Ia heran, ia menghampirkan. Ia segera melihat tumpukan
tengkorak, malah bertumpuknya tepat seperti ditunjuk Wanyen Kang. Ia kaget berbareng girang. Dengan hati kebat-kebit, ia menghampirkan, untuk meletaki di bawah itu ikat pinggang Wanyen Kang. Tangannya bergetar ketika ia meraba tengkorak itu. Luar biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali, lima jarinya tepat masuk ke dalam lima lubang di tulang tengkorak itu hingga ia menjerit seraya memutar tubuh untuk kabur. Atau mendadak ia ingat tak perlu ia takut. Ia ketakutan sendiri tanpa perlunya.
Maka sekarang ia dapat tersenyum. Maka ia lantas merapikan menaruh ikat pinggangnya itu.
"Pasti benar gurunya luar biasa sekali, entah bagaimana romannya yang menakuti?" pikirnya. Ia memang belum pernah melihat Bwee Tiauw Hong, dan tempo Tiauw Hong bertempur hebat di istana, dia dan ayahnya sudah kabur lebih dulu. Habis itu ia memuji, mengharap gurunya Wanyan Kang itu menemui ikat pinggang ini nanti segera menolongi muridnya balik ke jalan yang lurus.
Tengah si nona memuji, ia merasai pundaknya ada yang pegang. Ia kaget sekali. Tanpa menoleh, ia berlompat ke depan, kemudian sambil meletaki kedua tangannya di depan dadanya, baru ia memutar
tubuhnya. Di luar dugaannya, orang sudah berada di belakangnya, kembali pundaknya di pegang. Ia
berlompat pula, kembali dia disusul, kembali
pundaknya di pegang. Kejadian ini terulang empat lima kali. Ia bermandikan keringat dingin. Tak tahu ia, ia lagi menghadapi manusia lihay atau hantu.
"Kau siapa"!" akhirnya ia menanya, suaranya
bergemetar. Orang itu mencium ke lehernya. "Harum!" katanya.
Liam Cu berbalik dengan cepat sekali, maka
sekarang ia dapatkan di depannya berdiri seorang pemuda dengan dandanan sebagai mahasiswa,
tangannya menggoyang-goyangkan kipas, gerak-
geriknya halus. Untuk kagetnya ia kenali Auwyang Kongcu, salah seorang yang memaksa kematian ayah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan ibu angkatnya. Ia gusar tetapi ia tidak berdaya, maka itu ia memutar tubuhnya untuk lari. Baru saja belasan tindak, atau Auwyang Kongcu sudah berada di hadapannya sembari tertawa haha-hihi, ia mementang kedua tangannya. Asal ia maju lagi, ia tentu telah masuk ke dalam rangkulannya pemuda itu! Maka ia menghentikan tindaknnya, untuk lari ke kiri. Tapi baru beberapa tindak, kembali orang berada di
hadapannya. Ketika ia mengulangi lari beberapa kaki lagi, tetap pemuda itu menyaksikan orang kaget dan takut, saban-saban dia mengulur tangannya untuk umencekuk. Rupanya senang dia mempermainkan
nona itu. Liam Cu menjadi nekat, ia menghunus goloknya
dan menyerang. Dua kali ia membacok, dua-dua
kalinya gagal. "Ah, jangan galak!" seru pemuda itu tertawa, habis ia membebaskan diri. Ia mengegos ke kiri, tangan kanannya dikebaskan, tangan kirinya di ulur. Maka si nona sudah lantas kena dipegang pinggangnya yang ceking ramping itu.
Liam Cu berontak tetapi cuma-cuma, ia merasakan tubuhnya sakit. Goloknya pun sudha kena dirampas si pemuda. Ia berontak pula tetapi hanya menyebabkan tubuhnya kena dipeluk. Ia merasakan nadinya ditekan, habis mana habislah semua tenaganya, tubuhnya menjadi lemas, tidak bisa ia meronta pula.
Auwyang Kongcu mengasih dengar tertawa
ceriwisnya. "Kau angkat aku menjadi gurumu, segera aku merdekakan kau!" katanya.
Liam Cu merasakan mukanya diusap-usap, ia
mengerti, orang bermaksud buruk terhadapnya, saking mendongkol dan takutnya, mendadak saja ia pingsan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa lama ia tak sadarkan diri, ia tidak tahu, kapan kemudian ia mendusin perlahan-lahan, ia merasakan tubuhnya masih dipeluk orang. Mulanya ia menyangka ia berada dalam rangkulan Wanyan Kang, ia girang, tetapi ia membuka matanya, ia dapatkan Auwyang Kongcu. Ia kaget, ia malu, ia lantas berontak.
Hendak ia berteriak, mulutnya sudah disumpal dengan sapu tangan. Sekarang ia mendapatkan dirinya diapit kiri dan kanan oleh masing-masing delapan wanita yang canti-cantik, yang semuanya pun serba putih pakaiannya, setiap wanita memegang alat senjata, hanya mata mereka mengawasi ke tengkorak-tengkorak di atas batu.
Heran nona Bok, tak tahu orang lagi berbuat apa. Ia menyesal tak dapat menggerakkan tubuhnya, ia
melainkan bisa menoleh. Ia kaget luar biasa waktu ia berpaling ke Auwyang Kongcu.
Di belakang pemuda itu berkumpul ular-ular
hijaunya, tubuh semua ular itu tidak bergerak, mulutnya terbuka, di situ terlihat lidahnya semua, warnanya merah, merupakan sebagai lautan lidah. Di antara ribuan ular itu ada tiga pria dengan bjau putih dan tangan mencekal galah.
Ketika ia menoleh ke arah sembilan tengkorak, yang ia awasi, di sana terlihat gelang emas pada ikat pinggang mengasih lihat warna bergemerlapan, tiba-tiba ia ingat suatu apa.
"Mungkin mereka ini lagi menanti tibanya guru engko Kang," ia berpikir. "Mestinya mereka lagi bersiap dengan sikap bermusuh".. Kalau gurunya Wanyen Kang datang seorang diri, mana ia sanggup melawan mereka ini" Di sini pun ada ribuan ular hijau"."
Cemas hatinya si nona. Ia lalu berharap-harap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
supaya gurunya Wanyen Kang jangan datang.
Selang tengah jam, rembulan tampak mulai naik, Auwyang Kongcu terlihat mendongak memandang si putri malam.
"Apakah mungkin guru Wanyen Kang baru akan
datang sesudah rembulan naik?" nona Bok ini
menduga-duga. Rembulan terus naik perlahan-lahan, naik melintasi atas pepohonan. Langit menjadi terang sekali dan bersih sekali. Tidak ada suara lain, kecuali kutu-kutu dari empat penjuru atau suara burung malam. Malam sunyi sekali?"".
Auwyang kongcu masih memandangi putri malam.
Sekarang ia serahkan Liam Cu kepada satu nona, untuk nona itu yang memeluknya. Ia sendiri
mengeluarkan kipasnya, dicekal di tangan kanannya.
Matanya mengawasi ke sebuah pengkolan.
Liam Cu menduga bahwa orang yang dinanti-nanti bakal segera datang, dengan sendirinya hatinya tegang. Apakah bakal terjadi"
Tidak lama dalam kesunyian itu, dari jauh terdengar suara tajam, lalu suara itu datang mendekat. Maka sekarang terlihat seorang wanita dengan rambut riap-riapan muncul di pengkolan. Dia sudah lantas
bertindak dengan perlahan. Mungkin ia sudah merasa ada orang di dekat-dekatnya.
Liam Cu menduga inilah gurunya Wanyen Kang. Ia menjadi heran. Ia telah menyangka kepada seorang luar biasa, tidak tahunya cuma wanita macam ini".
Bwee Tiauw Hong telah memperoleh kemajuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah di dalam istana ia mendapatkan beberapa petunjuk dari Kwee Ceng untuk melatih diri. Ia menyakinkannya dengan sungguh-sungguh. Hasilnya kedua kakinya dapat dipakai berjalan dengan cepat. Ia tahu Kanglam Liok Koay sudah pulang ke Kanglam, ia hendak menyusul untuk membalas dendam. Demikian ia menyusul selagi si pangeran muda menjadi utusan negara Kim, mengikuti ke Selatan. Ia masih berlatih diri terus, karena itu ia tidak dapat naik perahu, ia ambil jalan darat, supaya nanti dapat ebrtemu di Souwciu.
Karena perpisahan ini, ia tidak tahu bahwa Wanyen Kang sudah terjatuh ke dalam tangan perampok. Ia pun tidak tahu bahwa Auwyang Kongcu untuk
membalas sakit hati gundiknya, telah menantikan ia di tempat ini. Hanya saking lihaynya , ia segera mendengar suara orang bernapas. Sekarang ia
mendengar satu suara lain yang ia anggap luar biasa.
"Sungguh lihay!" kata Auwyang Kongcu dalam
hatinya. ia lihat berhenti bertindak. Ia lantas mengebaskan kipasnya, ia berbangkit, berniat untuk segera menyerang. Syukur sebelum ia melompat, tiba-tiba ia melihat satu orang muncul dari sebuah tikungan. Ia mengawasi, orang itu tinggi dan kurus, pakaiannya sebagai seorang sastrawan, hanya
mukanya belum tampak jelas. Yang aneh, tindakan orang itu tidak bersuara. Sekalipun Bwee Tiauw Hong, ia masih mengasih dengar tindakan perlahan.
Segera orang itu telah datang dekat. Ia berdiri di belakang Bwee Tiauw Hong, matanya menyapu
kepada pemuda she Auwyang itu.
Sekarang Auwyang Kongcu dapat melihat wajah
orang, ia terkejut, tubuhnya menggigil. Itulah muka dengan sepasang mata seperti berputaran, dengan warna kulit dari mayat, romannya tidak jelek amat tetapi diam dan dingin. Karena ini, ia mesti mengatasi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dirinya. Ketika itu Bwee Tiauw Hong pun bertindak
perlahan, setindak demi setindak.
Hatinya Auwyang Kongcu gentar. "Baiklah aku turun tangan lebih dulu!" pikirnya. Maka tangan kirinya dikibaskan sebagai tanda. Menyusul itu tiga
penggembala ular lantas membunyikan suitan. Maka semua ular mulai bergerak-gerak.
Semua wanita berbaju putih itu duduk tidak
bergeming. Mungkin mereka semua membekal obat pemunah racun, semua ular berlegot melewati mereka, tidak ada yang melanggarnya.
Bwee Tiauw Hong mendengar suara bergeraknya
ular-ular itu. Ia berlompat mundur beberapa tombak.
Dengan petunjuk si penggembala, semua ular itu memisahkan diri memenuhi tegalan belukar. Siapa kena tergigit, celakalah dia. Semua binatang itu berbisa.
Liam Cu mengawasi dengan hati kebat-kebit. Ia lihat Bwee Tiauw Hong beroman jeri, maka ia cemas hatinya untuk gurunya Wanyen Kang ini. Hanya
sedetik, Bwee Tiauw Hong telah lantas mengeluarkan cambuknya yang panjang, yang ia terus putar di sekitarnya. Dilain pihak, semua ular sudah datang mendekat, sikapnya mengurung. Beberapa ekor,
menuruti titahnya siutan, berlompat menyerang, tetapi segera mereka terpental terbalik terkena angin cambuknya Tiauw Hong itu.
"Siluman wanita she Bwee!" berseru Auwyang
Kongcu sesudah sekian lama ia membungkam saja.
"Ketahui olehmu, aku tidak menghendaki nyawamu!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kau keluarkan kitab Kiu Im Cin-keng, kongcumu akan segera membebaskanmu!"
Tiauw Hong tinggal mengambil mumat, ia terus
putar cambuknya. "Jikalau kau sanggup, kau putarlah cambukmu
selama satu jam!" Auwyang Kongcu berkata pula. "Aku nanti menunggu kau sampai besok pagi. Aku mau lihat kau serahkan kitabmu itu atau tidak!"
Tiauw Hong tidak menyahuti, tetapi ia bergelisah, Ia memikir daya untuk meloloskan diri. Ia pasang kupingnya. Ia ketahui, disekitarnya ular belaka. Ia tidak berani bertindak, ia khawatir nanti kena menginjak ular.
Hebat kalau ia kena dipagut walaupun cuma satu kali saja"..
Dari berdiri, Auwyang Kongcu lantas berduduk. Ia berdiam lagi sekian lama, lalu dengan suara puas, ia mengasih dengar suaranya: "Orang she Bwee,
kitabmu itupun kau dapati dari mencuri, dan selama duapuluh tahun, kau pasti sudah menyakinkannya dengan seksama, maka itu, perlu apa kau peluki saja kitab itu hingga mampusmu" Kau pinjamkan itu
kepadaku, untuk aku lihat, dengan begitu dari musuh kita menjadi sahabat, aku akan melupakan segala apa yang sudah lewat! Tidakkah itu bagus sekali?"
"Kalau begitu, bubarkan barisan ularmu ini!"
menyahut Bwee Tiauw Hong.
Auwyang Kongcu tertawa, "Kau serahkan dulu
kitabmu!" katanya. Kita "Kiu Im Cin-keng" di tangan Bwee Tiauw Hong hanya separuh tetapi ia pandang itu bagaikan
nyawanya, dari itu tidak sudi ia menyerahkannya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah mengambil keputusan: "Kalau aku mati, aku akan merobek-robek ini!"
Liam Cu tegang hatinya, ia habis sabar.
"Lekas panjat pohon! Lekas panjat pohon!" ia
berteriak menganjurkan. Tapi mulutnya disumbat, tak dapat ia mengasih dengar teriakannya itu.
Tiauw Hong buta, tidak tahu ia di dekatnya ada sebuah pohon pohon kayu besar. Ia pun percaya betul kepandaiannya, tidak suka ia mengangkat kaki.
Sebelah tangannya ia masuki ke dalam sakunya.
"Baiklah, hari ini nyonya besarmu menyerah!"
katanya kemudian. "Kau ambillah ini!"
"Kau lemparkan!" kata Auwyang Kongcu yang licik.
"Kau sambutlah!" seru Bwee Tiauw Hong, yang
tangannya terayun. Menyusul itu Auwyang Kongcu roboh.
Liam Cu mendengar suara sar ser, lantas dua orang wanita disampingnya turut roboh juga. Hanya Auwyang Kongcu tetap bergulingan, di waktu mana ia dapat dengar robohnya lagi dua wanitanya. Ia berlompat bangun dengan hatinya gentar, tubuhnya mandi
keringat dingin. Hebat senjata rahasia musuh, yang juga membikin ia menjadi sangat gusar.
"Perempuan siluman!" dia berteriak seraya mundur,
"Hendak aku membikin kau hidup tidak, mati pun tidak!"
Bwee Tiauw Hong itu menyerang dengan "bue-
heng-teng", yaitu paku rahasia yang seperti tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tampak wujudnya. Ia kagum akan mendapatkan
musuh dapat menolong diri. Tentu saja, hatinya pun cemas.
Auwyang Kongcu mengawasi tajam kedua tangan
orang, ia mau menunggu asal cambuk wanita itu kendor, ia akan menitahkan ularnya menyerbu. Di sampingnya sudah ada bangkainya beberpaa puluh ularnya itu. Tapi ia mempunyai ribuan, laksaan, mana orang bisa keluar dari kurungan" Cuma, karena jeri pada cambuk perak lawannya, si pemuda juga tidak berani datang dekat.
Satu jam orang seperti saling berdiam, rembulan mulai doyong ke barat.
Inilah hebat untuk Tiauw Hong. Mana ia mesti putar cambuknya, mana ia mesti memasang kuping. Dengan terpaksa, kalangan cambuknya itu menjadi menciut.
Senang Auwyang Kongcu menyaksikan itu. Ia
perintahkan ularnya merangsak maju. Ia hanya
khawatir orang menjadi nekat dan merusak kitabnya.
Ia lantas bersiap sedia, asal Tiauw Hong mulai merobek, ia hendak merampasnya.
Tiauw Hong meraba ke dalam sakunya, kepada
kitabnya, wajahnya berubah pucat.
Auwyang Kongcu tidak tahu bahwa musuhnya ini
telah berkata di dalam hatinya: "Sungguh aku tidak sangka, selagi sakit hatiku belum terbalas, aku mesti terbinasa di sini"."
Tepat tengah wanita ini berpikir keras, kupingnya mendengar suara seperti bunyinya burung hong di tengah udara, atau suara seperti ditabuhnya batu kumala. Menyusul beberapa suara itu, terdengarlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suara seruling yang halus dan merdu.
Kedua pihak, yang "tengah" bertempur, menjadi terkejut. Auwyang Kongcu yang mengangkat
kepalanya untuk melihat, mendapatkan orang yang tadi, yang mengenakan baju hijau, lagi bercokol di atas pohon. Dialah yang lagi meniup seruling itu.
Bukan main herannya pemuda ini. Ia ketahui baik lihaynya matanya tetapi toh kali ini ia gagal. Tak tahi ia kapannya si baju hijau itu berada di atasnya pohon itu.
Pula aneh, orang itu duduk dengan tenang sekali selagi pohon itu bergoyang-goyang. Ia lihay ilmunya ringan tubuh tetapi tidak nanti ia dapat menyamai orang itu. Ia sampai mau menerka hantu"..
Seruling masih berbunyi terus. Hatinya Auwyang Kongcu goncang, tetapi wajahnya tersenyum. Ia lantas merasakan tubuhnya panas, dengan sendirinya ia seperti hendak menari-nari. Baru tangan dan kakinya bergerak, atau ia kaget sendirinya, lekas-lekas ia menetapkan hatinya. Ia sekarang mendapatkan ular-ularnya pada mendekati bawah pohon itu, kepalanya diangkat tinggi-tinggi, bergerak-gerak mengikuti irama seruling itu.
Hampir di itu waktu, si penggembala ular, tiga pria itu, bersama-sama belasan wanita serba putih itu, sudah berada di bawah pohon, dimana mereka itu menari-nari. Hebat caranya mereka menari, sebab selanjutnya mereka bukan cuma menari, mereka
merobek-robek pakaian mereka dan mencakari kuka mereka, toh mereka pada tertawa. Mereka menari bagaikan kalap, tak lagi mereka merasakan sakit.
Auwyang Kongcu kaget bukan main. Tahulah ia
bahwa ia telah bertemu musuh yang tangguh. Ia lantas mengeluarkan enam biji senjata rahasianya, torak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perak yang beracun, dengan sekuat tenaganya ia menyerang orang itu di tiga juruan: kepala, dada dan perut. Dalam hal senjata rahasia, ia adalah satu ahli, belum pernah ia gagal. Tapi aneh kali ini, toraknya itu disampok ujung seruling dan jatuh, serulingnya tak pernah terpisah dari mulutnya orang itu.
Atau dilain pihak saat pemuda ini membeber
kipasnya, ia pun menari-nari. Dia kaget bukan main, ia mencoba untuk menguasai dirinya. Dia menahan
gerakan tangan dan kakinya. Katanya itu dalam hati:
"Lekas robek baju, sumpal kupingmu, jangan dengari lagi serulingnya!"
Hanya luar biasa suara seruling itu, telinga telah disumbat tapi suaranya masih terdengar. Maka
pemuda itu kaget dan berkhawatir sekali. Baru sekarang ia tahu takut. Ia bermandikan keringat dingin.
Bwee Tiauw Hong sendiri duduk bercokol di tanah, kepalanya dikasih tunduk. Terang ia tenagh
bersemadhi, untuk menguasi dirinya.
Beberapa perempuan dari Auwyang Kongcu itu
telah roboh di tanah, tubuhnya bergulingan. Mereka itu telah merobek pakaian mereka. Liam Cu tengah
tertotok jalan darahnya, tidak bisa ia menggeraki kaki tangannya, tetapi mendengari suara seruling itu, hatinya goncang. Ia sekarang rebah di tanah, hatinya tidak karuan rasa.
Auwyang Kongcu menderita hebat. Kedua belah
pipinya menjadi merah, kepalanya dirasakan panas sekali, lidah dan tenggorokannya kering. Tapi ia masih ingat untuk membela diri. Maka ia gigit lidahnya, diwaktu ia merasakan sakit, gangguan seruling itu menjadi berkurang sendirinya. Lekas-lekas ia
bergerak, ia lompat ke Liam Cu, tubuh siapa ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pondong, untuk dibawa lari. Sebentar saja ia sudah berada jauh beberapa lie, di mana suara seruling tadi tidak terdengar pula. Di sini ia merasa hatinya lega tetapi tenaganya habis, tubuhnya basah kuyup dengan keringatnya, ia seperti sakit berat. Tapi ia menguati hati, ia mencoba lari terus. Supaya tak usah berhenti di tengah jalan, ia bebaskan totokan pada tubuh Liam Cu, untuk menyuruh si nona turut lari masuk ke dalam kota Souwciu.
* * * Oey Yong sendiri bersama Kwee Ceng, sehabisnya
menunjukkan jalan pada Liam Cu, sudah lantas pulang ke kamarnya untuk terus tidur. Mereka tidak memikir untuk mencari tahu apa yang nona Bok itu perbuat.
Besoknya siangnya, mereka jalan-jalan di tepi telaga Thay Ouw. Malamnya, mereka berkumpul dengan tuan rumah, melihat gambar-gambar dan berbicara tentang ilmu surat.
Biar bagaimana, hatinya Kwee Ceng tidak tenang.
Dengan kepergiannya Liam Cu, berarti Bwee Tiauw Hong bakal datang. Ia tahu Tiauw Hong kejam, maka ada kemungkinan Kwie-in-chung nanti menampak
bahaya. Siapa di rumah ini yang sanggup melawan si Mayat Besi" Karenanya, diwaktu ia berada berduaan dengan Oey Yong, ia utarakan kekhawatirannya itu.
"Apakah tidak lebih baik kita memberitahukan tuan rumah perihal Bwee Tiauw Hong, supaya Wanyen
Kang dibebaskan, agar rumah ini lolos dari bahaya?"
katanya kepada si nona. "Jangan," Oey Yong menggoyangi tangan.
"Mulanya aku percaya Wanyen Kang itu baik hatinya, setelah mendengar suaranya enci Bok, biarlah ia mengalami lebih banyak penderitaan. Kalau tetap dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak mengubah kelakuannya, kita bunuh saja
padanya!" "Bagaimana kalau Bwee Tiauw Hong sampai
datang?" tanya si pemuda lagi.
"Kita justru boleh mencoba kepandaian ajaran Ang Cit Kong terhadap dirinya!" sahut si nona, yang tertawa.
Oey Yok Su terkenal sebagai Tong Shia, si Sesat dari Timur, maka gadisnya ini, tak banyak tapi sedikit menerima warisan sifatnya yang kukuh dan keras itu dan luar biasa. Kwee Ceng ketahui baik sifat ini, ia tidak mau membantah, bahkan ia tertawa. Cuma di dalam hatinya ia sudah mengambil ketetapan,
mengingat kebaikannya tuan rumah, layak saja apabila ia membantu melindungi tuan rumahnya itu.
Berselang dua hari, kedua tetamunya ini tidak mengutarakan bahwa mereka hendak pergi melanjuti perjalanan mereka. Tuan rumah tetap melayani
mereka dengan manis, bahkan tuan rumah ini
mengharap-harap mereka berdiam lebih lama.
Dihari ketiga, pagi, selagi tuan rumah duduk pasang omong bersama Oey Yong dan Kwee Ceng di kamar tulis, Koan Eng muncul dengan air mukanya tak biasa, bersamanya ada satu chungteng yang membawa
sebuah penampan, di atasnya itu ada serupa barang yang ditutupi kain hijau. Anak itu memberitahukan baru saja ada yang mengantar barang itu, setelah mana ia menyingkap kain hijaunya, maka di situ terlihatlah sebuha tengkorak dengan lubang lima jari tangan.
Terang sudah, itulah tanda mata dari Bwee Tiauw Hong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong dan Kwee Ceng telah menduga bakal
terjadi hal begini, paras mereka tidak berubah, sebaliknya tuan rumah, mukanya pucat dan suaranya tak lancar ketika ia menanya: "Siapa"siapakah yang membawa ini kemari?" Ia pun memcoba berbangkit dengan bantuan tangannya.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bab 29. Orang yang Berjalan di Atas Kali Sambil Menjunjung Jambangan Air...
Koan Eng dapat menduga tengkorak itu aneh tetapi percaya ada ketangguhannya sendiri, ia tidak begitu berkhawatir, maka itu heran ia mendapatkan
perubahan sikap dari ayahnya itu.
"Barusan orang mengantarkan ini termuat dalam sebuah kotak," ia menerangkan. "Chunteng kita mengira pada bingkisan biasa saja, ia menerima dan memberi upah, tanpa meminta keterangan lagi, setelah dibawa ke dalam, baru ketahuan barang itu inilah adanya. Pembawa barang itu dicari tetapi ia sudah pergi entah kemana. Adapakah mengenai barang ini, ayah?"
Chungcu tidak menjawab, sebaliknya ia memasuki lima jari tangannya ke dalam lima lubang di tengkorak itu. Cocok lubang dan jari tangan itu.
Koan Eng mengawasi, ia heran bukan kepalang.
"Adakah lubang ini dibikin dari tusukan jari tangan?"
tanyanya. Sang ayah mengangguk, ia mengasih dengar suara tak tegas. Sesaat kemudian barulah ia bilang: "Kau suruh orang menyiapkan semua barang berharga, lantas kau antarkan ibumu ke tempat sepi di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telaga, untuk menyembunyikan diri. Kau pun
memerintahkan semua cecu supaya dalam tempo tiga hari janganlah mereka meninggalkan tempat mereka masing-masing walaupun satu tindak. Pesan mereka itu bahwa walaupun ada gerakan apapun di Kwie-in-chung ini, ada api atau kitar berkurang, jangan mereka datang menolongi".!"
"Ayah, apakah artinya ini?" Koan Eng tanya, kaget.
Liok Chungcu tertawa menyeringai. Bukan ia
menjawab anaknya itu, hanya ia berpaling kepada kedua tetamunya untuk berkata: "Kita baru bertemu tetapi kita cocok sekali satu dengan lain, sebenarnya adalah maksudku akan meminta jiwi berdiam lagi beberapa hari di sini, sayang itu tak dapat dilakukan.
Dengan sebenarnya aku ada mempunyai dua musuh besar yang lihay sekali, mereka itu sekarang hendak datang mencari balas, karena itu, bukan aku tidak ingin ketumpangan jiwi tetapi sesungguhnya Kwie-in-chung terancam bahaya hebat. Kalau nanti aku lolos dari bahaya maut, di belakang hari pastilah kita akan bertemu pula"."
Terus ia menoleh kepada kacungnya dan kata:
"Pergi kau ambil uang emas empatpuluh tail."
Kacung itu sudah lantas mengundurkan diri, sedang Koan Eng tidak berani tanya-tanya lagi, ia pun mundur untuk melakukan titah ayahnya.
Sebentar kemudian kacung tadi muncul pula
dengan uang emas di tangannya, Liok Chungcu
menyambuti itu, untuk terus dihanturkan kepada Kwee Ceng. Ia kata: "Nona ini cantik luar biasa, dengan saudara Kwee ia berjodoh sekali, maka itu haraplah saudara sudi menerima bingkisan ini yang tidak berarti untuk saudara nanti gunai di hari pernikahanmu. Harap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saja saudara tidak menertawainya."
Mendengar itu muka, Oey Yong merah sendirinya.
"Tajam sekali mata orang ini," pikirnya. "Kiranya ia telah mengetaui penyamaranku. Anehnya kenapa ia pun ketahui aku belum menikah sama engko Ceng?"
Kwee Ceng tiadk bisa berpura-pura, ia menerima bingkisan itu seraya menghanturkan terima kasih.
Di meja sampingnya ada sebuah gendul, dari situ Liok Chungcu menuang beberapa butir obat pulung warna merah, terus ia bungkus itu, kemudian ia kata pula: "Aku tidak mempunyai kebisaan apa-apa, kecuali dulu pernah guruku mengajarkan ilmu obat-obatan.
Inilah obat yang aku berhasil membuatnya. Khasiat obat ini ialah, setelah memakannya, orang akan dapat bertambah umur. Kita telah dapat berkenalan, inilah sedikit hormatku."
Obat itu menyiarkan bau harum, maka taulah Oey Yong bahwa itu ada obat yang dinamakan pil "Kiu-hoa Giok-louw-wan". Semasa kecil pernah ia mambantui ayahnya mengumpuli sembilan rupa bunga yang
tangkainya masih ada embunnya, untuk dibuat obat.
Memang tiadk gampang untuk membikin obat itu.
Maka itu ia kata: "Tidak gampang untuk membikin obat Kiu-hoa Giok-louw-wan ini," ia berkata, "Dari itu sudah cukup jikalau kami menerima dua butir saja."
Herang chungcu ini, hingga keheranan itu
terkentara pada wajahnya. "Kenapa nona ketahui namanya obat ini?" tanyanya.
"Dimasa kecil tubuhku lemah sekali," Oey Yong mendusta, "Kebetulan pandai kita bertemu dengan seorang pandai yang menghadiahkan tiga butir. Begitu makan obat itu, kesehatanku pulih."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tuan rumah tertawa menyeringai pula. "Jangan menampik, jiwi," ia berkata. "Sebenarnya sia-sia belaka untuk aku menyimpannya."
Oey Yong tahu orang sudah bersedia untuk binasa, percuma ia menampik lebih jauh, maka ia terima pemberian obat itu. Kembali ia menghanturkan terima kasih.
"Perahu telah disiapkan, maka itu silakan jiwi lekas berangkat meinggalkan telaga ini," berkata lagi tuan rumah. "Di tengah jalan, jikalau ada terjadi sesuatu, harap jiwi jangan mengambil peduli. Aku minta jiwi perhatikan pesanku ini."
Sebenarnya Kwee Ceng hendak memberitahukan
bahwa mereka berdua hendak berdiam di telaga itu untuk memberikan bantuannya tetapi Oey Yong
mengedipi mata padanya, terpaksa ia mengangguk.
"Aku lancang, ingin aku menanyakan suatu hal,"
kata Oey Yong. "Apakah itu, nona?" tanya si tuan rumah.
"Chungcu sudah ketahui musuh lihay dan tidak dapat dilawan, kenapa chungcu tidak hendak
menyingkir daripadanya" Menyingkir untuk sementara waktu. Peribahasa membilang, seorang budiman tak akan menerima malu di depan mata"."
Chungcu itu menghela napas.
"Tapi dua orang itu telah membuatnya aku menderita," katanya, masgul. "Cacad tubuhku ini pun adalah pemberian mereka itu. Selama duapuluh tahun, karena aku tidak dapat berjalan, tidak dapat aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencari mereka untuk membuat perhitungan,
sekarang mereka itu datang sendiri, inilah ketika yang baik yang dihadiahkan Thian!"
Oey heran mendengar orang menyebut dua orang.
"Ah, ia tentunya masih menduga si Mayat Perunggu Tan Hian Hong masih hidup. Sebenarnya, apakah permusuhan mereka itu" Sayang aku tidak dapat menanyakannya"." Tapi ia tertawa. Ia lantas menanya: "Chungcu, kau mengenali penyamaranku, inilah tidak aneh. Kenapa kau pun ketahui kami belum menikah" Kita toh tinggal dalam sebuah kamar?"
Ditanya begitu tuan rumah melengak. "Kau toh satu gadis putih bersih, mana aku tidak dapat melihatnya"
Cuma, sulit untuk aku menjelaskannya?" pikirnya.
Selagi ia bersangsi, Koan Eng datang, berbisik di kupingnya, "Pesan ayah sudah disampaikan tetapi empat cecu Thio, Kouw, Ong dan Tam, tidak hendak pulang. Mereka kata biarnya mereka dipotong
kepalanya disini, mereka tidak hendak meninggalkan Kwie-in-chung!"
Liok Chungcu menghela napas. "Sungguh mereka baik sekali," katanya. "Nah, kau antarlah kedua tetamuku kita yang terhormat ini keluar dari telaga ini."
Oey Yong bersama Kwee Ceng lantas memberi
hormat. Di luar mereka dapatkan kuda dan keledai mereka.
"Naik perahu atau tidak?" Kwee Ceng berbisik.
"Kita pergi untuk kembali!" sahut Oey Yong, berbisik juga.
Koan Eng tengah bingung, ia cuma tahu harus
lekas-lekas mengantar kedua tetamunya itu pergi, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak memperhatikan sikapnya kedua tetamunya itu.
Disaat Oey Yong berua hendak naik di perahu yang sudah disediakan, mendadak saja ia menampak suatu pemandangan yang luar biasa, ialah dari satu orang yang berjalan cepat sekali di tepi telaga, di kepala itu ada dijunjung satu jambangan yang besar. Kwee Ceng dan Koan Eng pun lantas dapat melihatnya maka mereka turut mengawasi seperti si nona.
Sebentas kemudian orang telah datang dekat.
Sekarang terlihat nyata, ia adalah seorang tua dengan kumis ubanan, bajunya kuning, tangan kanannya memegnag sebuah kipas yang besar. Masih ia
bertindak tetap dan cepat. Jambangannya pun
rupanya terbuat dari besi, beratnya mungkin beberapa ratus kati. Ia lewat di samping Koan Eng semua tetapi ia seperti tidak melihatnya. Beberapa tindak kemudian, ia terhuyung, lalu dari jambangan itu itu air mengeplok.
Air itu sendiri mungkin seratus kati atau lebih beratnya.
Seorang tua dapat membawa jambangan seberat itu benar-benar hebat.
"Apakah bisa menjadi dialah musuh ayah?" Koan Eng menduga-duga. Ia lanatas saja menyusul.
Oey Yong dan Kwee Ceng segera mengikuti.
Cepat jalannya si orang tua, sebentar saja sudah lewat beberapa lie.
Koan Eng dapat berjalan cepat, bisa ia menyusul.
Hanya ia heran untuk si orang tua.
Juga Oey Yong dan Kwee Ceng turut heran. Kwee Ceng malah menyangsikan mungkin dia ini melebihkan lihaynya Khu Cie Kee. Ia ingat cerita gurunya tentang pertandingan mereka dengan Tian Cun Cu, yang kuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempermainkan jambangan besar tetapi jambangan ini jauh lebih besar.
Si orang tua berjalan ke tempat belukar, berliku-liku.
Koan Eng tinggal di tempat yang sunyi tetapi ia toh tidak kenal tempat ini. Ia jadi bersangsi. Ia pikir: "Ini orang tua saja aku tidak dapat melayaninya,
bagaimana kalau di sana ia menyembunyikan kawan-kawannya" Baiklah aku balik?" Tapi di depannya ada kali, ia heran. Pikirnya pula: "Di depan tidak ada jembatan, hendak aku lihat bagaimana dia
melewatinya". Atau dia jalan di tepian timur atau di tepian barat?"
Selagi ia menduga-duga. Koan Eng lantas berdiri melengak.
Si orang tua itu jalan terus di kali itu, kakinya terpendam di air sebatas betisnya. Dia jalan terus hingga di seberang. Setibanya dia meletaki jambangan di rumput, dia sendiri kembali ke kali ke mana ia terjun, setelah mana, dia berjalan setindak demi setindak kembali ke darat.
Kwee Ceng dan Oey Yong, yang dapat menyusul,
mengawasi dengan kekaguman.
Tiba-tiba si orang tua mengusut-usut kumisnya sambil tertawa lebar. "Tuan, adakah kau chungcu muda yang menjadi pemimpin jago-jago dari Thay Ouw?" dia bertanya.
"Maaf," kata Koan Eng merendahkan diri, lalu ia balik menanyakan she dan nama orang.
"Ah, masih ada dua engko kecil di sana!" kata si orang tua itu menunjuk Kwee Ceng dan Oey Yong.
"Marilah kamu sama-sama datang ke mari!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koan Eng menoleh. Baru sekarang ia ketahui
bahwa Kwee Ceng berdua telah mengikuti dia. Dia menjadi heran. Tidak dia sangka, orang dapat ebrlari keras seperti dia tanpa tindakannya bersuara.
Kwee Ceng dan Oey Yong memberi hormat sambil
berjura. Mereka menyebutkan dirinya orang-orang dari tingkat muda dan memanggil orang dengan sebutan -
thay-kong - orang tua yang dihormati.
Orang tua itu tertawa pula; "Sudah, Sudah!" ia mencegah orang menghormat. Kemudian ia
mengawasi Koan Eng dan berkata: " Di sini bukan tempat yang tepat untuk memasang omong, mari kita mencari tempatnya untuk berduduk-duduk."
Koan Eng tetap bersangsi orang ini musuh ayahnya atau bukan. "Apakah thaykong kenal ayahku?" ia menanya.
"Kau maksudkan chungcu yang tua" Belum pernah aku bertemu dengannya." sahut si orang tua.
Agaknya orang tidak berdusta, maka Koan Eng
berkata pula: "Hari ini ayah menerima serupa bingkisan luar biasa, adakah thaykong ketahui itu?"
"Bingkisan apakah itu yang aneh?" si orang tua balik menanya.
"Itulah sebuah tengkorak dengan lima lubang bekas jari tangan"." sahut Koan Eng.
"Benar-benar aneh! Apakah ada orang yang bergurau dengan ayahmu itu?" tanya si orang tua lagi.
Mendengar itu, Koan Eng mendapat kesan lain.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka ia pikir, baik ia undang orang ini ke rumahnya, dia tentu gagah, mungkin dia dapat membantu
ayahnya. Karena ini, ia lantas menunjuk wajah gembira.
"Jikalau thaykong tidak menampik, aku minta thaykong datang ke rumahku untuk minum the," ia mengundang.
"begitupun baik," shaut orang tua itu setelah berpikir sejenak.
Buakn main girangnya Koan Eng. Ia lantas minta si orang tua jalan di muka.
"Apakah kedua engko kecil itu pun dari rumahmu?"
tanya si orang tua seraya ia menunjuk Kwee Ceng dan Oey Yong.
"Kedua tuan ini adalah sahabat-sahabatnya ayahku," menyahut Koan Eng.
Lantas orang tua itu tidak memperdulikan lagi, dia jalan cepat.
Kwee Ceng dan Oey Yong mengikuti di belakang
Koan Yeng. Lekas juga mereka tiba di Kwie-in-chung.
Tuan rumah yang muda minta tetamunya menanti di ruang tamu, ia sendiri lari ke dalam untuk mewartakan kepada ayahnya.
Tidak lama, tuan rumah telah muncul dengan
digotong dua orangnya. Ia numprah di atas
pembaringan bambu, yang merupakan bale-bale. Ia memberi hormat sambil menjura kepada tetamunya yang tua itu. Ia kata: "Maaf, tak tahu aku akan kedatangan tuan hingga tidak bisa aku menyambut dengan selayaknya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang tua itu membalas hormat hanya dengan
membungkuk sedikit. Suaranya pun tawar ketika ia berkata: "Tak usah menggunai banyak adat peradatan, Liok Chungcu."
Tuan rumah tidak memperdulikan sikap orang, ia menanyakan she dan nama tetamunya itu.
"Aku she Kiu, namaku Cian Jin," sahutnya.
Tuan rumah terkejut. "Jadinya locianpwee adalah Tiat-ciang Sui-siang-piauw!" katanya. Ia ketahui baik nama orang berikut gelarannya itu, yang berarti si Tangan Besi
Mengambang di Air. "Bagus sekali ingatanmu, Liok Chungcu, kau masih ingat julukanku itu! Sudah duapuluh tahun semenjak aku tidak muncul pula dalam dunia kangouw, aku menyangka orang telah melupai aku."
Memang pada duapuluh tahun yang lampau itu,
nama Tiat-ciang Siu-siang-piauw kesohor sekali, kemudian ia tinggal menyendiri, hingga orang seperti melupai dia. Liok Chungcu ingat nama orang, tidak heran kalau ia jadi terperanjat.
"Untuk apakah locianpwee datang ke sini?" ia menanya. "Bila aku sanggup, suka sekali aku berbuat sesuatu untukmu."
"Tidak ada urusan yang penting," sahut si orang tua tertawa. "Atau mungkin aku bakal ditertawakan sahabat-sahabat kalangan Rimba Persilatan.
Sebenarnya aku ingat meminjam suatu tempat yang sunyi untuk aku melatih diri. Tentang ini baiklah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebentar malam saja kita bicarakan dengan perlahan-lahan."
Liok Chungcu tidak melihat niat orang yang tidak baik pada wajah orang tua ini akan tetapi ia tetap kurang tenang hatinya.
"Apakah locinpwee pernah bertemu sama Hek Hong Siang Sat?" ia menanya.
"Hek Hong Siang Sat" Apakah kedua iblis itu belum mampus?" si orang tua balik menanya.
Lega juga hatinya Liok Chungcu mendapat jawaban itu.
"Anak Eng, pergi kau minta locinpwee beristirahat di kamar tulis," katanya kemudian.
Kiu Cian Jin mengangguk, terus ia mengikuti Koan Eng.
Liok Chungcu belum tahu kepandaiannya Kiu Cian Jin itu, hanya ia ketahu ketika dulu hari Tong Shia bersama See Tok, Lam Kay, Pak Tee dan Tiong Sin Thong berlima mengadu kepandaian di atas gunung Hoa San, dia telah diundang ikut hadir, hanya karena ada urusan, ia tak dapat datang. Dia telah diundang, itu tandanya dia bukan sembarang orang. Sekarang ia berada di sini, kalau Hek Hong Siang Sat datang, bolehlah tak usah ia terlalu berkhawatir.
"Jiwi belum berangkat, inilah bagus," katanya kemudian kepada Kwee Ceng dan Oey Yong. "Kiu locianpwee lihay sekali, sekarang kebetulan dia datang kemari, selanjutnya aku tidak mengkhawatirkan lagi kedua musuh besarku itu. Sebentar silkana jiwi beristirahat di dalam kamarmu, jangan jiwi keluar,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selewatnya malam ini bahaya sudah tak ada lagi!"
Oey Yong tertawa. "Aku ingin menonton keramaian, bolehkah?" ia bertanya lucu.
Tuan rumah berpikir. "Aku cuma khawatir musuh datang dalam jumlah banyak, aku jadi tidak bakal dapat melayani jiwi," berkata dia. "Tapi baiklah, asal jiwi berdiam saja disampingku, jangan kamu berkisar, dengan adanya Kiu locianpwee di sini, segala tikus tentulah tidak ada artinya!"
Oey Yong bertepuk tangan saking girangnya.
"Aku memang paling gemar menonton orang
berkelahi!" katanya. "Ketika kemarin ini kau menghajar pangeran cilik, sungguh senang untuk
menyaksikannya!" "Tapi yang bakal datang malam ini adalah gurunya pangeran cilik itu," Liok Chungcu memberitahu. "Dia lihay sekali, karenanya aku berkhawatir."
"Ah, chungcu, mengapa kau bisa ketahui itu?" Oey Yong tanya, ia heran.
"Nona tentang lihaynya ilmu silat kau belum mengerti," berkata tuan rumah. "Ketika si pangeran cilik melukai anakku dengan totokan jari tangannya, kepandaiannya itu sama denagn kepandaian totokan lima jari tangan pada tengkorak itu."
"Aku mengerti sekarang!" kata Oey Yong. "Memang juga tulisan Souw Tong Po beda dengan tulisannya Oey San Kok, sama seperri bedanya lukisan Too Koen Hong dari lukisannya Cie Hie! Cuma ahli yang segera dapat menbedakannya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sungguh kau cerdas, nona!" tertawa tuan rumah.
Oey Yong tarik tangan Kwee Ceng. "Mari kita lihat itu orang tua yang kumisnya ubanan!" katanya.
"Sebenarnya ia tengah menyakinkan ilmu apa?"
"Eh, jangan nona!" mencegah tuan rumah, terkejut.
"Jangan kau membuatnya gusar!"
"Oh, tidak ada!" kata Oey Yong, tertawa. Ia berbangkit, untuk berlalu.
Liok Chungcu bercokol saja, tak dapat ia bergerak dengan leluasa, ia menjadi bergelisah sendirinya.
"Nona ini sangat nakal!" katanya. "Mana orang dapat diintai?" Terpaksa ia suruh orangnya menggotongnya ke kamar tulis, untuk bisa mencegah Oey Yong itu. Dari masih jauh ia sudah lihat Oey Yong dan Kwee Ceng lagi mengintai di jendela.
Oey Yong mendengar orang datang, ia menoleh,
tangannya digoyang-goyangi, untuk mencegah orang menerbitkan suara berisik, dilain pihak ia menggapai kepada tuan rumah supaya tuan rumah itu datang padanya.
Liok Chungcu bersangsi, tetapi ia toh datang
mendekati juga. Ia berkhawatir, kalau ia menampik, nona itu nanti rewel. Dibantu kedua chungtengnya, ia turut mengintai. Oey Yong membikinkan ia sebuah lubang kecil di kertas jendela. Ia lantas menjdai heran sekali.
Kiu Cian Jin duduk bersila dengan kedua matanya ditutup rapat. Dari mulutnya menghembus keluar tak habisnya serupa hawa mirip asap atau kabut. Ia luas pengetahuannya tetapi ia tidak mengerti ilmu apa itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka ia tarik ujung bajunya Kwee Ceng, untuk
menyuruh orang jangan mengintai terlalu lama.
Kwee Ceng seorang terhormat, ia mengindahi tuan rumah, ia pun insyaf tak pantas ia mencuri melihat lain orang, dari itu ia terus tariknya Oey Yong. Bersama-sama tuan rumah mereka masuk ke perdalaman.
"Bagus sekali permainannya tua bangka itu!" kata Oey Yong tertawa. "Di dalam perutnya bisa api menyala!"
"Kau tidak tahu, nona," kata tuan rumah. "Itulah semacam ilmu yang lihay sekali!"
"Mustahilkah mulutnya nanti dapat menyemburkan api membuat orang terbakar mampus?" tanya Oey Yong. Ia menanya dengan sesungguhnya, sebab
sebenarnya ia heran atas asap yang keluar dari mulutnya tetamu tua itu.
"Kalau itu benar api, itulah tidak mungkin," berkata tuan rumah. "Aku percaya, itulah semacam latihan tenaga dalam. Bukankah bunga dan daun pun dapat digunakan sebagai senjata rahasia untuk melukai orang?"
"Ya, dengan hancuran bunga menghajar orang!"
seru Oey Yong. "Benar-benar nona cerdas!" tuan rumah memuji pula. Kemudian ia mengasih perintah kepada Koan Eng untuk meronda dengan hati-hati di sekitar rumahnya itu dengan pesan, kalau ada orang atau orang-orang yang sikapnya luar biasa, mereka itu mesti disambut dengan hormat dan diundang masuk untuk bertemu dengannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah mulai sore, Liok Chungcu memerintahkan menyulut beberapa puluh lilin besar untuk membikin ruang besar menjadi terang sekali, di tengah itu disiapkan meja perjamuan. Kiu Cian Jin lantas diundang dan dipersilahkan duduk di kursi kepala.
Kwee Ceng dan Oey Yong yang menemani. Tuan
rumah dan putranya duduk di paling bawah.
Liok Chungcu memberi hormat pada tetamunya
dengan secawan arak, ia tidak berani menanyakan maksud kedatangan orang, ia hanya membicarakan lain urusan, yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
"Liok Laotee," kata Kiu Cian Jin kemudian. "Kau menjadi pemimpin di Kwie-in-chung ini, ilmu silatpun bukan sembarang, apakah kau sudi memperlihatkan barang satu atau dua jurus kepadaku" Dengan begini mataku jadi dapat dibuka."
"Kepandaianku tidak berarti, tidak berani aku mempertunjuki itu dihadapan locianpwee," kata tuan rumah menghormat. "Laginya sudah lama aku bercacad, sedikit pelajaran yang aku dapatkan dari guruku sudah lama aku mengalpakannya."
"Siapakah itu gurumu, laotee?" tanya tetamu itu.
"Kalau kau menyebutkannya, mungkin aku si orang tua mengenalnya."
Liok Chungcu menghela napas panjang, lalu
mukanya menjadi pias. "Kelakuanku tidak selayaknya, tak dapat aku diterima guruku, karena itu malu untuk aku menyebutnya," katanya selang sejenak.
Mendengar itu, Koan Eng berduka. Baru sekarang ia ketahui ayahnya itu telah diusir gurunya. Dengan sebenarnya ia tidak tahu yang ayahnya lihay ilmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
silatnya. Ia percaya ayahnya itu ada punya lelakon yang menyedihkan.
"Liok Chungcu," berkata si orang tua, "Kau menjadi pemimpin di sini, kenapa kau tidak hendak menggunai ketika ini untuk membangun diri, untuk melampiaskan tak kepuasanmu itu" Dengan jalan ini kau nantinya membikin tetua dari partaimu menjadi insyaf dan menyesal karenanya."
"Aku bercacad, aku bodoh, meskipun kata-kata cianpwee ada nasehat berharga sekali, menyesal aku tidak dapat menerimanya," sahut Liok Chungcu. Ia selamanya bicara dengan merendah.
"Chungcu terlalu merendah. Di depan mataku ada satu jalan, hanya entahlah, chungcu memang tidak melihatnya atau memang tidak memikirkannya"."
"Tolong locianpwee memberi petunjuk"
Kiu Cian Jin tersenyum, ia santap lauk pauknya, ia tidak menyahuti.
Tuan rumah menduga pasti ada sebabnya kenapa
orang tua ini muncul setelah ia mengundurkan diri duapuluh tahun lamanya, ia hanya tidak dapat
menerka maksud orang itu. Orang pun ada dari
kalangan terlebih atas, tidak dapat ia menanyakannya, maka itu ia membiarkan saja sampai orang suka bicara sendiri.
"Tidak apalah Chunngcu tidak sudi memberitahukan guru atau rumah perguruanmu," kata Kiu Cian Jin kemudian. "Kwie-in-chung begini kesohor, yang mengurusnya mesti murid dari guru yang
kenamaan"." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Segala apa disini diurus oleh Koan Eng, anakku,"
menerangkan tuan rumah. "Ia adalah muridnya Kouw Bok Taysu dari kuil Kong Hauw Sie di kota Lim-an."
"Ah, Kouw Bok Taysu itu adalah ahli waris yang menjadi ketua dari cabang Selatan dari partai Hoat Hoa," berkata Kiu Cian Jin. "Dialah ahli luar. Maukah siauw-chungcu mempertunjuki sesuatu untuk aku meluaskan pandangan mataku?"
"Locianpwee sudi memberi petunjuk, inilah untungnya anakku," kata Liok Chungcu.
Koan Eng memang ingin sekali diberi petunjuk, maka itu ia sudah lantas pergi ke tengah ruang.
"Tolong thay-kong mengajari aku," katanya. Lalu ia mulai bersilat dengan tipu silatnya yang ia paling gemari, yaitu Loo-han Hok-houw-kun, kuntauw Arhat Menakluki Harimau. Setiap kepalannya
memperdengarkan suara angin santar, tindakannya pun gesit dan tetap. Dekat penutupnya ia berseru keras, bagaikan harimau menderum, hingga api lilin pada bergoyang dan orang merasakan tersampar
angin dingin. Itulah artinya arhat bertempur sama raja hantu. Diakhirnya ia menghajar batu sampai batu batanya hancur, lalu ia berdiri tegar, tangan kirinya diangkat tinggi menunjang langit, kaki kanannya ditendangkan ke depan. Dengan begitu ia
memperlihatkan sikap dari arhat atau loohan.
"Bagus! Bagus!" Kwee Ceng dan Oey Yong berseru memuji.
Habis itu Koan Eng memberi hormat kepada Kiu
Cian Jin. Ketika ia kembali ke kursinya, air mukanya tidak berubah, napasnya tidak memburu, ia duduk dengan tenang seperti bukan habis bersilat hebat sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kiu Cian Jin tidak membilang suatu apa, ia
melainkan tersenyum. "Apakah kebisaannya anakku ini masih dapat dilihat?" Liok Chungcu tanya.
"Begitulah," sahut si orang tua.
"Tolong locianpwee beri petunjuk di mana yang perlu," tuan rumah minta.
"Ilmu silat putramu ini, kalau dipakai untuk memperkuat tubuh, sunggu tak ada yang
melebihkannya," menyahut tetamu itu, "Hanya kalau ia hendak dipakai untuk merebut kemenangan, dapat dikatakan itu tidak ada gunanya."
Selagi tuan rumah belum membilang suatu apa,
Kwee Ceng merasa heran. Ia pikir: " Memang tidak terlalu lihay ilmu silatnya tuan rumah yang muda ini, akan tetapi tidaklah tepat untuk mengatakan tidak ada gunanya"."
Tuan rumah lantas berkata: "Tolong locianpwee memberikan petunjuk untuk sekalian membuka
pandangan kami yang cupat."
Kiu Cian Jin berbangkit, ia bertindak keluar
ruangan. Ketika ia kembali, di kedua tangannya masing-masing ada tercekal sepotong batu bata.
Orang tidak lihat ia mengerahkan tenaga, tahu-tahu ada terdengar suara meretek, lalu tertampak dua potong batu bata itu sudah remuk, akan kemudian hancur menjadi seperti tepung.
Semua orang terkejut. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Duduk pula di kursinya, semberai tertawa ia
berkata: "Chungcu muda dapat menhajar batu hancur itu pun bukan sembarang pelajaran, tidak gampang untuk mendapatkan itu, tetapi haruslah diingat, musuh bukan sepotong batu, musuh tidak mungkin mandah saja diserang. Maka dalam ilmu silat, yang penting ialah menggunai ketika terlebih dulu untuk
menaklukkan musuh. Ini dia yang orang dahulu kala menyebutnya, diam bagaikan anak dara, gesit
bagaikan kelinci." Koan Eng terdiam, menginsyafi kata-kata itu.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiu Cian Jin menghela napas. Ia berkata pula:
"Sekarang ini banyak orang yang menyakinkan ilmu silat tetapin kepandaiannya berarti tidak ada seberapa"."
"Siapakah beberapa orang itu, lojinkee?" Oey Yong tanya.
"Kaum Rimba Persilatan menyebutnya Tong Shia, See Tok, Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong berlima," menyahut si orang tua. "Semua mereka itu pernah aku ketemukan sendiri, aku lihat diantaranya yang terlihay ialah Tiong Sin Thong, yang lainnya, ada keistimewaannya tetapi pun ada kekurangannya
masing-masing. Harus diketahui, ada panjang mesti ada pendek, asal kita ketahui cacad orang, tak susah untuk merobohkannya."
Liok Chungchu bersama Kwee Ceng dan Oey Yong
terperanjat. Koan Eng sendiri tidak, sebab ia tidak tahu siapa itu lima orang lihay yang disebutkan. Tapi Oey Yong terkejut berbareng mendongkol. Suara orang itu bernada menghina ayahnya. ia tidak memperdulikan lagi bahwa orang dapat berjalan di air sambil menjunjung jambangan, napasnya mengeluarkan asap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan remasan tangannya kuat sekali.
"Apakah tidak bagus jikalau locianpwee menghajar roboh kelima orang itu supaya namamu jadi sangat kesohor di kolong langit ini?" ia menanya seraya tertawa.
Kiu Cian Jin tidak menjawab, dia hanya melanjuti kata-katanya: "Sekarang ini Ong Tiong Yang itu telah menutup mata. Ketika terjadi perundingan ilmu silat pedang di gunung Hoa San itu, lantaran kebetulan ada urusan, aku tidak dapat turut hadir, dengan begitu gelaran jago silat nomor satu di kolong laing ini telah didapatkan imam tua yang telah meninggal dunia itu.
Tatkala itu mereka berlima memperebuti kitan Kiu Im Cin Keng, katanya siapa yang paling tangguh, dialah yang mendapatkan kitab itu. Tujuh hari dan tujuh malam sudah mereka bertempur, Tong Shia, See Tok, Lam Tee dan Pak Kay menyerahlah mereka semua.
Kemudian, sesudah Ong Tiong Yang meninggal,
timbul lagi gelombang. Katanya ketika si imam tua hendak menutup mata, kitabnya itu dia wariskan kepada Ciu Pek Thong, adik seperguruannya. Tong Shia Oey Yok Su sudah lantas pergi mencari Ciu Pek Thong itu, Ciu Pek Thong bukan tandingannya,
kitabnya terampas sebagian. entahlah kemudian bagaimana urusan kitab itu."
Oey Yong dan Kwee Ceng mengangguk dengan
diam-diam. Baru sekarang mereka ketahui lelakonnya kitab Kiu Im Cin Keng itu, yang sebagiannya lagi kena dicuri Hek Hong Siang Sat.
"Oleh karena lojinkee ialah orang yang nomor satu ilmu silatnya, sudah selayaknya kitab itu menjadi kepunyaanmu," berkata Oey Yong.
"Aku malas untuk berebutan sama orang," sahut Kiu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cian Jin. "Tong Shia, See Tok, Lam Tee dan Pak Kay, mereka adalah setengah kati delapan tail. Selama beberapa puluh tahun ini keras mereka berlatih, ingin mereka menjadi jago nomor satu. Maka itu kalau terjadi pertemuan yang kedua di Hoa San, pastilah ramainya bukan buatan."
"Oh, bakal terjadi pertempuran yang kedua di Hoa San?" si nona menegaskan.
"Duapuluh lima tahun ialah satu generasi!" berakta Kiu Cian Jin. "Mereka ynag tua bakal mati, yang muda bakal muncul, maka itu, lagi satu tahun akan tibalah saat perundingan yang kedua di Hoa San itu. Aku lihat, yang bakal bertarung itu kembali kami si orang-orang tua. Sayang sekarang tidak ada lagi anak-anak muda yang berarti, ilmu silat menjadi lemah satu generasi demi satu generasi".!"
"Apakah lain tahun lojinkee hendak mendaki gunung Hoa San itu?" Oey Yong menanya terus-menerus. "Kalau benar lojinkee hendak pergi, maukah kau mangajak aku untuk turut menyaksikan keramain itu" Akulah orang yang paling gemar menonton orang berkelahi!"
"Ah, mana dapat itu dikatakan pertempuran"
Sebenarnya aku tidak mengandung niat pergi.
Bukankah kita si tua bakal masuk ke dalam tanah"
ntuk apa segala nama kosong" Hanya di hadapan kita sekarang ada satu urusan sangat besar, yang
mengenai keselamatan seluruh umat manusi. Jikalau aku termahai hidup senang sendiri dan aku tidak manjat tinggi, celakalah semua umat dan makhluk!"
Inilah hebat, maka Liok Chungcu berempat lantas menanyakan bencana apa itu yang demikian hebat ancamannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Inilah rahasia sangat besar. Kedua engko kecil Kwee dan Oey, kamu bukan orang kangouw, kamu
lebih baik jangan ketahui urusan ini!"
Oey Yong tidak menjadi kurang senang, sebaliknya ia tertawa. "Liok Chungcu ini sahabatku yang baik sekali, asal kau menjelaskan kepadanya, tidak nanti ia menyembunyikan itu kepadaku!" katanya.
"Ah, anak nakal!" kata Liok Chungcu di dalam hatinya. Tapi ia berdiam.
"Kalau begitu, baiklah aku menjelaskan kepada kamu semua!" kata Kiu Cian Jin. "Cuma aku minta kemudian janganlah kau membocorkannya."
"Kamu bukan sanak bukan kandung, urusan
rahasia ini baiklah kami tidak mendengarnya," pikir Kwee Ceng, yang terus berbnagkit dan berkata:
"Maafkanlah aku serta saudara Oey ini, ingin aku mengundurkan diri."
"Jiwi adalah sahabat-sahabat kekal dari Liok Chungcu, kamu bukan orang luar, silakan duduk!" Kiu Cian Jin minta. Sembari berkata ia menekan
pundaknya si anak muda. Kwee Ceng tidak merasakan tekanan keras, akan tetapi karena ia mengaku tidak mengerti ilmub silat, ia tidak melawan, ia berduduk pula. Karena itu, Oey Yong pun batal mengundurkan diri.
Kiu Cian Jin berbangkit, ia mengangkat araknya untuk mengajak orang minum bersama.
"Tidak sampai setengah tahun, kerajaan Song bakal menghadapi bencana besar," katanya kemudian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah tuan-tuan ketahui itu?"
Mendengar ini, semua orang terkejut. Bahkan Koan Eng lantas menitahkan orang-orangnya mundur
sampai ke pintu dan semua pelayan dilarang datang dekat.
"Aku telah mendapat keterangan pasti," Kiu Cian Jin melanjuti. "Dalam tempo enam bulan pastilah angkatan perang bangsa Kim bakal menyerbu ke Selatan. Kali ini angkatan perangnya itu besar dan kuat, maka juga kerajaan Song pastilah tidak dibelakan pula. Ya, inilah takdir, tidak dapat kita berbuat apa-apa"."
Kwee Ceng terkejut hingga ia lantas berkata: "Kalau begitu haruslah locianpwee lekas memberitahukan ancaman itu kepada pemerintah supaya pemerintah segera siap sedia untuk menyambut musuh!"
Orang tua itu mendelik kepada anak muda itu.
"Kau tau apa"!" tegurnya. "Satu kali angkatan perang Song bersiap sedia, bahayanya bakal terjadi terlebih hebat lagi!"
Kwee Ceng terdiam. Tidak mengerti ia maksud
orang. Oey Yong pun bungkam.
"Lama aku telah memikirkan itu," Kiu Cian Jin melanjuti omongannya. "Aku lihat cuma ada satu jalan untuk membikin rakyat hiudp damai dan senang, supaya negera yang indah ini tidak sampai menjadi habis terbakar. Inilah tujuanku kenapa aku telah melakoni perjalanan ribuan lie jauhnya datang ke Kanglam ini. Kabarnya chungcu telah menawan
pangeran muda negara Kim serta komandan tentara Toan Tayjin, tolongkan undang mereka hadir di sini untuk kita memasang omong. Maukah kau meluluskan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
chungcu?" Liok Chungcu terpengaruh kata-kata orang. Ia pun heran kenapa orang ini mendapat tahu hal
tertawannya dua orang itu. Ia lantas meluluskan, ia membawa menghadap orang tawanannya itu, bahkan mereka dibebaskan dari belengguan dan disuruh duduk disebelah bawah.
Kwee Ceng dan Oey Yong mendapatkan, baru
ditahan beberapa hari, roman Wanyen Kang sudah kucel dan perok, sedang Toan Tayjin itu, yang berumur limapuluh lebih dan berewokan ketakuan.
"Siauw-ongya, kaget"!" kata kiu Cian Jin pada Wanyen Kang.
Pangeran itu mengangguk, tetapi hatinya berkata:
"Si Kwee dan si Oey ini berada di sini, entah mau apa mereka" Dan adik Liam Cu itu, entah dia bawa ikat pinggangku kepada guruku atau tidak"."
"Chungcu," berkata Kiu Cian Jin pada tuan rumah.
"Di hadapanmu ada terbayang harta besar dan kemuliaan, aku melihat itu tetapi tidak hendak mengambilnya, kenapakah?"
Tuan rumah heran. "Kemuliaan apakah itu, locianpwee?" tanyanya.
"Kalau nanti angkatan erang Kim itu menyerbu ke Selatan ini dan peperangan itu terjadi, mesti banyak sekali orang yang terluka," berkata Kiu Cian Jin, "Oleh karena itu bukankah bagus jikalau chungcu
menggabungi semua orang gagah untuk melenyapkan ancaman perang itu?"
"Memang itu urusan yang besar dan baik sekali,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pikir Liok Chungcu. Maka ia menjawab: "Jikalau dapat aku mengeluarkan tenaga untuk negera dan juga dapat menolong rakyat dari marabahaya - yang mana adalah tugas kita sebagai rakyat jelata - tentu sekali sudi aku melakukannya. Sebenarnya aku setia kepada pemerintah, tetapi sayang pemerintah sendiri yang tidak mengerti itu, sekarang ini kawanan
pengkhianatlah yang memegang tampuk pemimpin, maka itu sia-sialah belaka maksud hatiku. Locianpwee, tolong kau menunjuk aku satu jalan yang terang, untuk itu aku akan sangat bersyukur kepadamu."
Kiu Cian Jin mengusap kumisnya, ia tertawa lebar.
ia baru hendak berkata pula atau ia terhalang oleh datangnya satu chungteng yang memberi kabar: "Thio Cecu yang kebetulan berada di tengah telaga sudah menyambutnya enam tetamu luar biasa, yang
sekarang sudah berada di depan."
Kaget tuan rumah itu. "Lekas mengundang!"
titahnya. Koan Eng sudah lantas berlari keluar untuk
menyambut. Diantara terangnya api terlihat enam tetamu yang tubuhnya tinggi dan kate tidak rata, antaranya ada seorang wanita. Ketika mereka itu bertindak masuk, Kwee Ceng berbareng girang, segera ia lari memapaki untuk berlutut di hadapan mereka itu.
"Suhu!" katanya. "Apakah suhu semua baik?"
Keenam tetamu itu memang Kanglam Liok Koay
adanya. Mereka itu datang dari Utara, setibanya mereka di telaga Thay Ouw, lantas ada beberapa orang yang menyambutnya dengan manis. Sudah
lama mereka meninggalkan Kanglam, mereka masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rada asing. Maka itu Cu Cong yang melayani beberapa itu bicara. Kemudian ternyata, pihak penyambut adalah Thio Cecu dari Kwie-in-chung. Sebenarnya tidak tahu cecu itu siapa enam orang ini, ia doyong menduga kepada musuhnya chungcu tua, maka itu selama
menyambut, ia terbenam dalam kesangsian. Ia
ditugaskan Koan Eng berjaga-jaga, sekalian
menyambut orang pandai, maka itu ia bertindak secara hati-hati.
Liok Koay pun heran melihat muridnya itu ada di sini.
"Eh, bocah, mana silumanmu"!" Han Po Kie menanya. Ia menegur.
Han Siauw Eng bermata tajam, segera ia melihat Oey Yong hadir bersama, maka itu ia tarik ujung baju kakaknya seraya berbisik: "Sabar, urusan ini kita boleh bicarakan perlahan-lahan kemudian."
Nona lihay ini dapat mengenali walaupun Oey Yong dandan sebagai seoarng pemuda.
Tuan rumah tak kenal siapa enam orang itu tetapi karena Kwee Ceng memanggil guru kepada mereka, ia lantas memberi hormat. Ia minta dimaafkan yang ia tidak dapat berjalan. Ia pun segera memerintahkan menyiapkan sebuah meja untuk ini tetamu baru.
Kwee Ceng tidak berayal lagi menjelaskan perihal gurunya.
Liok Chungcu menjadi girang sekali.
"Sudah lama aku mendengar nama besar dari tuan-tuan, hari ini aku dapat meneminya, sungguh aku beruntung!" katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bebeda dari tuan rumah, Kiu Cian Jin duduk tetap di kursinya. Ia cuma tersenyum, terus ia dahar dan minum seoarng diri.
"Siapa tuan ini?" menanya Han Po Kie. Ia sebal atas sikap orang acuh tak acuh itu, bahkan temberang.
"Baiklah Liok-hiap ketahui," tuan rumah berkata,
"Tuan ini adalah gunung Tay San dan Bintang Pak Tauw dari Kaum Rimba Persilatan di ini jaman, yang kepandaian ilmu silatnya tidak ada orang di kolong langit ini yang dapat menandinginya"."
Mau tidak mau Liok Koay heran.
"Apakah dia Oey Yok Su dari Tho Hoa To?" tanya Han Siauw Eng.
"Apakah dia Kiu Cie Sin Kay?" tanya Han Po Kie.
"Meskipun tuan dari pulau Tho Hoa To serta Kiu Cie Sin Kay sangat lihay, tidak nanti mereka dapat menandingi Tiat-ciang Sui-siang-piauw Kiu
Locianpwee!" Liok Koan Eng lantas memperkenalkan.
Kwa Tin Ok heran. "Oh, Locianpwee Kiu Cian Jin!"
katanya. Kiu Cian Jin tertawa keras, sampai rumahnya
bagaikan tergetar. Ketika itu beberapa chungteng telah selesai
menyiapkan meja serta barang hidangan dan keenam tetamu itu sudah lantas mengambil tempat duduk mereka. Kwee Ceng pindah duduk di sebelah bawah gurunya itu. Ia telah menarik tangannya Oey Yong untuk diajak duduk bersama, si nona tapinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggoyang kepala sambil tertawa, ia menampik untuk pindah duduk.
Liok Chungcu tertawa, ia kata: "Aku menyangka saudara Kwee tidak mengerti ilmu silat, kiranya kau adalah muridnya enam orang pandai. Benar-benar mataku lamur, tidak dapat aku melihat mustika yang disembunyikan"."
Kwee Ceng berbangkit, ia memberi hormat.
"Kepandaianku tidak seberapa," ia berkata,
"Dengan menerima pengajaran guruku, tidak berani aku banyak bertingkah. Harap chungcu sudi
memaafkannya." Senang Tin Ok mendengar pembicaraan itu. Terang sudah Kwee Ceng pandai membawa diri.
"Tuan-tuan adalah orang-orang kenamaan kaum Rimba Persilatan di Kanglam ini," berkata Kiu Cian Jin.
"Kebetulan sekali aku si orang tua ada punya urusan yang penting, jikalau di dalam hal itu aku bisa memperoleh bantuan kamu, sungguh bagus sekali!"
"Ketika tuan-tuan datang, baru saja Kiu Locianpwee hendak memberi penjelasan," berkata tuan rumah.
"Sekarang silakan locianpwee memberi petunjuk kepadaku."
Kiu Cian Jin menurut, ia lantas berkata: "Kita yang memernahkan diri dalam dunia Rimba Persilatan, pokok penting dari tujuan kita adalah perbuatan-perbuatan mulia, menolong rakyat dari kesengsaraan.
Sekarang ini tinggal ditunggu harinya saja yang angkatan perang negara Kim meluruk ke Selatan ini, jikalau kerajaan Song tidak dapat melihat selatan dan dia tidak sudi menyerah, asal saja peperangan terjadi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
celakalah rakyat, entah berapa banyak jiwa yang bakal terbinasa! Bukankah ada kata-kata, siapa menurut Thian dia makmur, siapa menentang Thian dia
musnah" Maka juga aku datang ke Selatan ini untuk menggabungi semua orang gagah di Kanglam, untuk bersama menyambut angkatan perang Kim itu, supaya Kerajaan Song digencet dari luar dan dalam, hingga habislah tenaganya, tidak dapat ia melawan perang dan karenanya menyerah. Kalau usaha ini berhasil, disebelahnya pangkat mulia dan kedudukan yang senang buat kita, rakyat pasti sangat bersyukur.
Dengan begitupun tidaklah sia-sia kita telah
mempunyai kepandaian silat yang lihay."
Mendengar itu, air muka Kanglam Liok Koay
berubah, bahkan dua saudara Han saudh lantas
hendak membuka suaranya, syukur Coan Kim Hoat dapat lantas menarik ujung baju mereka seraya matanya melirik kepada tuan rumah, menunjuki untuk melihat atau mendengar sikapnya tuan rumah itu.
Sebegitu jauh Liok Chungcu menghormati
tetamunya yang tua itu, tetapi sekarang, mendengar suara orang ia heran bukan main. Ia mencoba tertawa ketika ia berkata: "Meskipun aku bodoh tetapi dengan menempatkan diri di dalam kalangan kaum kangouw, masih mengerti juga aku tentang tiong dan gie, kesetian dan kebajikan dan tidak dapat aku
melupakannya. Angkatan perang Kim itu hendak
menyerbu ke Selatan ini, itu artinya mereka bakal mencelakai rakyat negeri, kalau itu sampai terjadi, aku akan turut semua tindakannya orang gagah di
Kanglam ini untuk menentangnya hingga aku
terbinasa! Untuk ini aku akan mengangkat sumpah!
Locianpwee, kata-katamu ini rupanya hendak
memancing aku, bukan?"
"Laotee, mengapa pandangan matamu begini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pendek?" tanya tetamu itu. "Apakah kebaikannya membantu kerajaan Song melawan bangsa Kim"
Paling banyak kau bakal mengalami nasib sebagai Gak Bu Bok yang terbinasa secara menyadihkan di paseban Hong Po Teng?"
Mendengar ini, tuan rumah kaget berbareng gusar.
Ia mulanya mengharap mandapat bantuan melawan Hek Hong Siang Sat, siapa tahu ia justru dibujuk untuk mengkhianati negera sendiri! Maka sia-sia belaka orang tua ini pandai ilmu silatnya kalau jiwanya demikian rendah, dia demikian tidak tahu malu. Ia lantas mengebaskan tangan bajunya. Ia berkata:
"Malam ini aku lagi menghadapi datangnya musuh, sebenarnya aku berniat memohon batuan locianpwee, tetapi karena kita tidak sepaham, walaupun leherku bakal memuncratkan darah, tidak berani aku melayani locianpwee terlalu lama pula! Silahkan!" Ia memberi hormat pula, tandanya ia mengusir tetamunya itu.
Kanglam Liok Koay berikut Kwee ceng dan Oey
Yong girang dalam hatinya.
Kiu Cian in tidak tertawa, ia pun tidak menyahuti, dengan tangan kiri mencekal cawan arak, tangan kanannya dibawa ke mulut cawan itu, terus diputar-putar, mendadak tangan kanannya itu dikebaskan, disambarkan terbalik. Maka untuk herannya semua orang, cawan arak itu terpapas separuhnya!
Liok Chungcu berdiam dengan hatinya bekerja
keras memikirkan daya untuk melayani orang tua ini, yang sudah mengancam dengan kepandaiannya itu yang luar biasa.
Tapi Ma Ong Sin Han Po Kie tidak dapat bersabar lagi, dia lompat bangun dari kursinya menghadapi orang tua itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Manusia tak tahu malu, mari kita mengadu kepandaian!" ia menantang.
Kiu Cian Jin tidak menjadi gentar.
"Sudah lama aku mendengar nama Kanglam Cit Koay, baiklah hari ini diuji tulen palsunya!" katanya,
"Tuan-tuan, baiklah kau maju semua berbareng!"
Tuan rumah mau menduga Han Po Kie bukan
tandingan orang, mendengar tantangan itu, ia girang sekali. Ia lantas berkata: "Memang biasanya Kanglam Liok Koay meju berbareng mundur berbareng, musuh seorang mereka berenam, musuh sepasukan tentara besar mereka berenam juga, tidak pernah ada salah satu di antaranya yang sudi ketinggalan!"
Inilah kata-kata yang disengaja. Mendengar ini Cu Cong ketahui maksud orang.
"Baiklah!" dia berkata, "Biak kita bersama-sama melayani ini jago Rimba Persilatan yang kenamaan!"
Lalu dengan mengebaskan tangannya, lima
saudaranya segera berbangkit bangun bersiap-sedia.
Kiu Cian Jin berdiri, ia angkat kursinya, lalu ia bertindak ke tengah ruangan, yang mau dijadikan gelanggang pertarungan itu. Di situ ia letaki kursi itu, terus ia berduduk pula, kaki kanannya disusun diatas kaki kirinya. Dengan duduk tenang, ia berkata: "Sambil berduduk begini aku si orang tua akan menemani tuan-tuan bermain-main!"
Tin Ok terkesiap hatinya. Jikalau orang bukan lihay luar biasa, tidak nanti ia membawa sikap demikian rupa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selagi guru-gurunya belum bergerak, Kwee Ceng majukan diri ke depan. Ia pun mau percaya semua gurunya bukan lawannya jago tua ini, yang
kepandaianny telah ia saksikan sendiri. Tentu saja ia bersedia binasa untuk membantu gurunya itu, maka ia menjadi nekat.
"Locianpwee, aku yang muda memohon pengajaran dari kau," ia berkata seraya menjura.
Kiu Cian Jin melengak, akhirnya ia tertawa.
"Tidak mudah ayah dan ibumu memelihara kau, kenapa jiwa kecilmu hendak cuma-cuma diantarkan di sini?" katanya.
"Anak Ceng, mundur!" berseru Tin Ok, yang kagum dengan keberanian muridnya itu tetapi ia
menyayanginya. Tapi Kwee Ceng sudah bulat tekadnya. Ia khawatir nanti gurunya mencegah terus, maka tanpa berkata lagi, ia tekuk kakinya yang kiri, tangan kanannya digeraki melingkar, lalu dengan keras tangannya itu ditolakkan maju!
Bab 30. Si baju hijau yang aneh.....
Inilah jurus "Hang Liong Yu Hui" dari Hang Liong Sip-pat Ciang, yang anak muda she Kwee ini telah menyakinkan sekira selama satu bulan, hingga bisalah dimengerti beda jauh dengan waktu permulaannya Ang Cit Kong mengajarinya.
Kiu Cian Jin memandang enteng kepada murid
orang ini, sebab ia melihat dari gerak-gerik, mestinya Han Po Kie tidak seberapa lihay, maka kaget ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat serangan itu. Ia mencelatkan tubuhnya, melompat tinggi-tinggi, karena mana, hancurlah kursinya itu. Ia menjadi gusar sekali.
"Anak kurang ajar!" bentaknya setelah turun kembali di lantai.
"Locianpwee, tolong berikan pengajaran padaku!"
kata Kwee Ceng dengan hormat. Ia berlaku harti-hati, tak mau ia segera menyerang pula.
Tetapi Oey Yong hendak mengacaukan pikirannya orang tua itu. "Engko Ceng, menghadapi tua bangka ini jangan kau sungkan-sungkan!"
Orang tua itu murka bukan kepalang. Dia kenamaan sekali, siapa pernah mencaci padanya, apapula di hadapannya sendiri" Sekarang ada ini bocah! Hampir ia melompat dengan tangannya diayun, untuk
menghajar bocah itu, atau mendadak ia masih ingat akan kehormatannya dirinya sendiri. Dia tertawa dingin. Dia mengeluarkan tangannya yang kanan, tangan kirinya dibawa ke keningnya, kemudian ia menyerang, justru disaat itu Kwee Ceng lagi
menyampingkan diri. Sebat sekali gerakannya ini.
Tapi Oey Yong sudah lantas berteriak.
"Itulah pukulan yang tidak ada keanehannya! Itulah jurus ke delapan yang dinamakan 'Burung belibis tunggal keluar dari rombongannya' dari tipu silat Thong-pek Liok-hap-ciang!"
Kiu Cian Jin heran orang mengenali pukulannya itu.
Memang itu adalah tipu silat Thong-pek Ngo-heng-ciang. Jurus itu tidak aneh, tetapi ia telah melatihnya selama beberapa puluh tahun, maka di tanganya, pukulan itu lihay sekali, kedua tangannya dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergerak dengan sebat dan hebat.
Kwee Ceng tidak berani menangkis serangan itu, kesatu ia gentar juga untuk nama orang, kedua ia melihat gerak-gerik orang yang luar biasa. Ia main mundur.
Kiu Cian Jin menduga-duga terhadap si anak muda, ia mengambil kesimpulan; "Dia dapat menghajar kursi, itulah sebab tenaganya yang besar. Ilmu silatnya hanya biasa saja"." Karena itu ia lantas mendesak.
Oey Yong bingung melihat kawannya terdesak
demikian rupa, ia mengkhawatirkan kekalahannya.
Maka ia lantas bersiap untuk membantu.
Kwee Ceng kebetulan menoleh kepada si nona,
kapan ia melihat roman berkhawatir dari nona itu, tanpa merasa hatinya terkesiap. Justru itu, tinjunya Kiu Ciab Jin mampir di dadanya. Serangan itu
membuatnya Oey Yong dan Kanglam Liok Koay kaget sekali, mereka mau menyangka akan habis sudah anak muda itu. Bukankah musuh itu sangat tangguh"
Kalau tidak mati, Kwee Ceng akan terluka parah.
Kwee Ceng pun kaget bukan main, ia lantas
mengerahkan tenaganya. Kedua tangannya dipentang dengan kaget. Habis itu, ia menjadi heran sendirinya.
Ia terhajar dadanya tetapi ia tidak merasakan terlalu sakit, hingga ia jadi tercengang.
Oey Yong dapat melihat orang berdiam, ia
menyangka pemuda itu mau pingsan, ia lantas lompat untuk mempepayang.
"Bagaimanam, engko Ceng?" tanyanya. Tanpa merasa, air matanya meleleh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi jawaban si pemuda luar biasa sekali. "Tidak apa-apa, akan aku mencoba pula!" demikian jawaban itu. Ia terus mengangkat dadanya dan bertindak menghampiri lawannya yang berdiri mengawasi
padanya. "Kaulah si jago tua Tangan Besi, marilah kau pukul pula aku satu kali lagi!" ia menantang.
Jago tua itu menjadi sangat gusar, ia sudah lantas meninju. Sebagai akibat serangan itu terdengar suara
"Duk!" keras sekali.
Bukannya ia jatuh atau kesakitan, Kwee Ceng justru tertawa berkakakan.
"Suhu, Liok Chungcu, Yong-jie!" dia berteriak. "Tua bangka ini berkepandaian biasa saja! Dia tidak menghajar aku tidak apa, setelah ia menghajar, terbukalah rahasianya!"
Kata-kata ini disusul dengan gerakan tangan kiri mengebas akan mendesak orang itu sambil si anak muda berseru: "Kau pun rasakan tanganku!"
Melihat gerakan orang itu, Kiu Cian Jin memandang enteng. Ia lantas menggeraki kedua tangannya, guna membentur tangan kiri si pemuda. Ia tidak tahu Kwee Ceng justru menggunai jurus "enam naga naik ke langit" dari Hang Liong Sip-pat Ciang, ialah salah satu pukulan yang paling luar biasa. Maka tidak ampun lagi ia kena trerhajar pundak kanannya yang menyambung sama dadanya, tubuhnya terus terlempar ke luar pintu bagaikan layangan putus!
Semua orang menjadi kaget hingga mereka
memperdengarkan seruan. Jutsru itu, kejadian aneh lainnya menyusul itu. Dari luar terlihat masuknya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang wanita yang mencekal Kiu Cian Jin pada leher bajunya, tindakan wanita itu lebar, sesampainya di dalam ruangan, ia meletakkan orang yang dibawanya itu seprauh ditenteng. Dia berdiri tegar, pada wajahnya tak tampak senyuman, sebaliknya romannya sangat dingin. Dia panjang rambutnya riap-riapan ke
pundaknya, kepalanya pun didongakkan. Sebab dialah tat Sie Bwee Tiauw Hong, salah satu dari Hek Hong Siang Sat.
Semua orang terperanjat. Di belakang si Mayat Besi ini ada mengikuti seorang lain, tubuhnya jangkung kurus, bajunya hijau, wajahnya luar biasa sekali. Siapa mengawasi wajah itu, sendirinya ia akan menggigil. Siapa pernah melihat satu kali, lantas tak sudi dia melihatnya buat kedua kalinya".
Liok Chungcu heran bukan main, Kiu Cian Jin yang demikian kesohor itu, yang mulutnya terpentang sangat lebar, tidak sanggup mempertahankan diri untuk satu hajaran dari Kwee Ceng. Ia pun merasa lucu. Akan tetapi, menampak munculnya Bwee Tiauw Hong, ia melongo.
Wanyen Kang melihat gurunya, ia girang bukan
main. "Suhu!" ia memanggil seraya ia menghampirkan untuk memberi hormat. Berbareng dengan itu dia menjadi ingat Liam Cu, yang dia heran tidak datang bersama, entah di mana adanya si nona.
Liok Chungcu tidak berdiam lama, atau segera ia memberi hormat pada si Mayat Besi.
"Bwee Suci!" katanya, "Duapuluh tahun sudah kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpisah, hari ini kita dapat bertemu pula, aku girang sekali. Tentunya Tan koko baik, bukan?"
Liok Koay saling mengawasu dengan Koan Eng.
Kenapa tuan rumah memanggil Suci, kakak
seperguruan kepada Bwee Tiauw Hong itu" Mereka heran berbareng gentar juga. Tin Ok pun berpikir, "Hari ini kita berada dalam kurungan. Sudah Bwee Tiauw Hong sendiri sukar dilawan, sekarang ada adik seperguruannya ini."
Oey Yong sebaliknya berpikir: "Liok Chungcu ini, ilmu silatnya, ilmu suratnya, kata-katanya, gerak-geriknya, semua mirip dengan ayah, aku sudah
menyangka dia ada hubungannya sama ayah, siapa sangka dia justru murid ayah"!"
Segera terdengar suara dingin dari Bwee Tiauw Hong. "Yang bicara ini apakah sutee Liok Seng Hong?"
"Benar suteemu, suci," sahut Liok Chungcu. "Sejak perpisahan kita, apakah suci banyak baik?"
Atas itu, Bwee Tiauw Hong menjawab, "Kedua mataku telah menjadi buta dan kau punya kakak Hiang Hong telah orang bunuh mati pada duapuluh tahun yang lalu! Tidakkah itu memuaskan hatimu"!"
Mendengar itu, tuan rumah girang berbareng kaget.
Kaget sebab Hek Hong Siang Sat yang begitu lihay, yang malang melintang di dunia ini, telah ada yang binasakan. Girang sebab itu berarti ia kekurangan seorang lawan tangguh dan ini musuh sisanya sudah bercacad matanya. Hanya ia berduka kapan ia ingat persaudaraan mereka selama di pulau Tho Hoa To.
"Siapakah musuh dari Tan koko itu?" ia tanya.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahkah suci menuntut balas?"
"Aku justru hendak mencari mereka itu!" sahut Tiauw Hong.
"Nanti aku akan membantu kau menuntut balas itu suci," berkata Liok Chungcu. "Selesai pembalasan itu, barulah kita membereskan perhitungan kita!"
Kehidupan Para Pendekar 4 Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Pedang Dan Kitab Suci 1
^