Pendekar Pemanah Rajawali 12
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 12
Oey Yong sangat cerdas, lantas ia mengetahui, tentulah itu dimaksudkan jurus Naga Hijau Menyedot Air. Jurus itu lihay di depan, kosong di belakang.
Karenanya dengan lincah ia berlompat nyamping, terus ke belakang lawannya.
Nio Cu Ong benar-benar menyerang dengan
pukulan Naga Hijau Menyedot Air itu. Tentu saja ia gagal, karena si nona sudah mendahului menghalau diri. Malah ia jadi terluang punggungnya. Syukur ia lihay, dapat ia berkelit dari serangan si nona. Segera ia memandang ke arah jendela rumah penginapan.
"Orang pandai siapa di situ" Mengapa kau tidak mau memperlihatkan diri?" dia berseru dengan
pertanyaannya. Ang Cit Kong dengar suara menantang itu, ia
membungkam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong ada tulang punggungnya, ia jadi berani sekali. Ia menerjang. Dalam murkanya Nio Cu Ong melawan dengan bengis, ia menggunai pukulan-pukulan yang membinasakan. Tentu sekali, si nona segera terdesak pula.
"Jangan takut!" terdengar pula teriakannya Cit Kong. "Dia bakal menggunai Pukulan si Kunyuk
Kempolan Biru Manjat Pohon!"
Oey Yong tertawa cekikikkan, ia lantas mendahului menyerang dengan tinjunya.
Nio Cu Ong benar-benar hendak menyerang
dengan jurusnya yang disebut Cit Kong itu, hanya si pengemis aneh itu sengaja tukar namanya jurus itu, yang sebenarnya Kera Sakti Manjat Pohon. Melihat ia diserang, terpaksa ia membatalkan niatnya untuk membela diri, guna menukar jurus. Karena ia tahu, percuma ia melanjuti serangannya dengan tipu silat itu.
Dasar ia lebih lihay, tidak sukar untuk ia menolong dirinya. Hanya ia jadi semakin heran. Ia tanya dirinya,
"Kenapa orang itu ketahui aku bakal menyerang dengan jurusku itu?"
Oey Yong menyerang terus. Nio Cu Ong membela
diri, habis mana, dia berlompat pula keluar kalangan.
Ia berteriak ke arah pondokan: "Saudara yang baik, jikalau kau tetap tidak hendak memperlihatkan diri, jangan menyesal apabila aku tidak berlaku murah hati lagi!"
Di mulutnya Som Sian Lao Koay mengatakan
demikian, tangannya berkerja. Ia maju menyerang Oey Yong, hebat serangannya itu, maka dalam beberapa jurus saja, si nona terdesak pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong tidak bersuara pula, ia pun tidak muncul.
Kwee Ceng melihat kekasihnya terdesak dan
kelabakan hingga ia mesti main berkelit saja, ia lantas maju untuk membantui. Segera ia menyerang denagn pukulannya Naga Menyesal itu!
Nio Cu Ong mengetahui hebatnya jurus itu, ia
lompat mencelat. "Hajar padanya, engko Ceng!" Oey Yong
menganjurkan. "Serang terus-terusan hingga tiga kali beruntun!"
Habis menganjurkan, nona itu memutar tubuhnya, lari ke dalam pondokan. Kwee Ceng menuruti anjuran pacarnya, ia memasang kuda-kudanya. Ia mau
menunggu io Cu Ong merangsak, hendak ia
menyambutnya. Som Sian Loa Koay menjadi gusar berbareng
mendelu, pun ia merasa lucu juga. Dalam hatinya ia berkata: "Setahu darimana bocah ini dapat pelajari kurusnya ini"Toh ia cuma mempunyai satu jurus"."
Walaupun begitu, ia tidak berani keras lawan keras, bahkan tidak berani ia datang mendekati.
Karena terpisah cukup jauh, Kwee Ceng tidak bisa menyerang. Dengan begitu, pertempuran jadi mandek, mereka berdiri berhadapan saja.
"Anak tolol, awas!" io Cu Ong berteriak kemudian, terus ia berlompat, untuk menyerang.
Kwee Ceng menanti, lantas ia menyambuti dengan serangannnya.
Tapi orang she Nio itu menggunai akal. Dia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang terus. Belum lagi tubuhnya datang dekat, tangannya sudah terayun, lalu tiga batang jarum Touw-kut-ciam menyerang si anak muda di tiga jurusan, atas, tengah dan bawah!
Kwee Ceng melihat bahaya, terpaksa ia batalkan serangannya, ia terus berkelit.
Ketika ini digunai Nio Cu Ong berlompat maju, tangannya menyambar ke batang leher orang,
menjambak leber baju. Kwee Ceng terdesak, ia menyundul dengan
kepalanya. Tapi Nio Cu Ong benar-benar lihay, si anak muda merasakan ia seperti membentur kapas. Nio Cu Ong puas sekali, hendak ia menghajar anak muda itu.
Kali ini Oey Yong muncul dengan tiba-tiba. "Siluman tua, lihat apa ini"!" dia berteriak.
Nio Cu Ong kenal orang licin, lebih dulu ia pencet jalan darah Kin-ceng-hiat dari Kwee Ceng, baru ia menoleh kepada si nona nakal. Dia lantas
mendapatkan Oey Yong menghampirkan dengan
tindakan perlahan-lahan, tangannya mencekal sebuah tongkat bambu warna hijau seperti kumala huicui.
Untuk kagetnya, dia mengenali tongkat itu hingga ia berseru tertahan: "Ang"Ang Pangcu!"
Oey Yong tidak meladeni, hanya dia membentak:
"Masih kau tidak hendak melepaskan tanganmu"!"
Jinak agaknya si jago ini, ia segera melepaskan cekalannya kepada Kwee Ceng. Sejak tadi ia sudah heran, kenapa Oey Yong ada yang mengajari cara bagaimana harus melawan dia dan niat
penyerangannya dibeber. Ia mau menduga kepada Ang Cit Kong, ia ragu-ragu, sebab ia tahu, sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belasan tahun Ang Cit Kong tidak pernah terlihat di dalam dunia kangouw. Sekarang ia lihat tongkat si kepala pengemis, kagetnya bukan main.
Oey Yong mendekati, ia terus memegangi tongkat dengan kedua tangannya. Ia berkata pula dengan membentak: "Cit Kong bilang bahwa ia sudah
perdengarkan suaranya tetapi kau bernyali besar, kau tetap berani main gila disini! Maka Cit Kong tanya, kenapa kau berani berlaku kurang ajar begini"!"
Nio Cu Ong sudah lantas menekuk lututnya.
"Dengan sesungguhnya aku yang rendah tidak
mendapat tahu Pangcu ada disini," katanya dengan hormat, "Kalau aku yang rendah mengetahui, tidak nanti aku berani berbuat salah terhadap Pangcu."
Oey Yong heran. "Dia sangat lihya, kenapa dia takuti Cit Kong begini rupa" Kenapa dia pun
memanggil Ang Pangcu?" Tapi, pada parasnya, ia tetap berlaku keren. "Taukah kau apa dosamu?"
"Nona tolong sampaikan kepada Pangcu, bahwa
Nio Cu Ong sudah menginsyafi kesalahannya dan minta Ang Pangcu sukalah mengasih ampun," berkata Som Sian Lao Koay.
"Ingat olehmu!" berkata si nona, "Mulai hari ini sampai seterusnya, untuk selamanya tidak boleh kau mengganggu kami berdua!"
"Aku yang rendah tadinya tidak tahu apa-apa,"
menyahut Nio Cu Ong. "Aku tidak mengandung
maksud sengaja, maka itu aku minta sukalah jiwi memaafkannya."
Dengan "jiwi" " "tuan berdua" dimaksudkan Kwee Ceng dan si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat puas, ia tersenyum,
lantas ia tarik tangannya Kwee Ceng, buat diajak ngeloyor pergi, masuk ke dalam rumah penginapan. Di dalam pondok itu Ang Cit Kong tengah berduduk menghadapi empat mangkok besar terisi barang
hidangan, tangan kirinya mengangkat cawan arak, tangan kanannya mencekal sumpit, mulutnya
menggayem dan mencegluk air kata-kata.
"Cit Kong!" kata si nona tertawa. "Dia berlutut, sama sekali dia tidak berani berkutik!" Ia pun sampaikan permohonannya Nio Cu Ong.
Cit Kong menoleh kepada Kwee Ceng, "Pergi kau hampirkan dia, kau hajar serintasan, tidak nanti dia berani melawan!" katanya.
Kwee Ceng melongok di jendela. Ia lihat Nio Cu Ong terus berlutut di antara panasnya matahari, dua muridnya pun berlutut di belakangnya, roman mereka itu runtuh sekali. Ia menjadi tidak tega. "Cit Kong, kasihlah dia ampun," katanya.
"Hai, makhluk tidak tahu diri!" membentak si
pengemis. "Orang hajar padamu, kau tidak mampu melawan, aku si tua bangka menolongi padamu,
sekarang kau memintakan ampun untuknya! Apakah artinya ini"!"
Ditegur begitu, Kwee Ceng berdiri diam. Ia tidak sangka si pengemis, yang biasanya jenaka dan manis budi, sekarang menjadi galak begini.
Oey Yong tertawa, dia datang sama tengah. "Cit Kong, nanti aku yang hajar dia!" katanya.
Dan lantas ia bertindak keluar dengan masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membawa tongkat istimewa itu. Ia hampirkan Nio Cu Ong, yang berlutut tanpa bergeming, wajahnya wajah ketakutan. Oey Yong lantas menegur: "Cit Kong bilang kau jahat, hari ini sebenarnya kau mesti disembelih, tetapi syukur ada aku punya engko Ceng yang hatinya murah, dia telah memintakan ampun untumu, ia
memohon lama juga barulah Cit Kong meluluskannya."
Kata-kata itu ditutup dengan diangkatnya tongkat, dihajarkan ke kempolan orang.
"Nah, kaupergilah!" akhirnya si nona mengusir.
Nio Cu Ong tidak segera mengangkat kaki, ia hanya memandang ke arah jendela. "Ang Pangcu, aku ingin bertemu padamu, untuk menghanturkan terima kasih yang kau telah tidak membunuh aku," katanya.
Dari dalam pondokan tidak ada terdengar suara apa-apa.
Nio Cu Ong terus bertekuk lutut.
Sampai sekian lama, barulah Kwee Ceng muncul.
Ia menggoyang-goyang tangan, ia berkata dengan perlahan: "Cit Kong lagi tidur, kau jangan bikin berisik disini!"
Baru sekarang Nio Cu Ong berbangkit, ia mendelik kepada itu muda-mudi, lalu ia ngeloyor pergi dengan mengajak ketiga muridnya.
Oey Yong dan Kwee Ceng membiarkan orang
melotot mata, bersama-sama mereka balik ke dalam pondokan. Benar-benar Cit Kong terlihat lagi
menggeros dengan kepalanya diletaki di atas meja. Si nona pegang pundak orang, ia menggoyang-goyang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cit Kong, Cit Kong," katanya. "Tongkat bambu mustikamu ini sangat besar pengaruhnya, jikalau kau tidak pakai, kau berikan saja padaku! Bolehkah!"
Cit Kong mengangkat kepalanya, ia menguap, ia pun mengulet. "Enak saja kau membuka suaramu!"
katanya tertawa. "Bendaku ini adalah alat peranti mencari makan dari kakekmu. Seorang pengemis
tanpa tongkat pemukul anjing mana bisa jadi
pengemis?" Oey Yong bermanja. "Ilmu silatmu sudah sangat lihay, orang jeri padamu, habis untuk apa kau menghendaki tongkat ini?" dia mendesak.
"Hai, budak tolol!" tertawa si pengemis. "Sekarang lekas kau masaki aku beberapa rupa barang hidangan yang lezat, sebentar aku menutur perlahan-lahan padamu."
Oey Yong menurut, ia lantas pergi ke dapur. Ia menyiapkan tiga rupa masakan. Apabila sudah selesai, ia bawa itu keluar.
Cit Kong memegang cawan araknya dengan tangan kanan, tangan kirinya memegang sepotong ham, yang ia gerogoti. Ia mengunyah perlahan-lahan. "Makhluk di dalam dunia ini tidak ada yang tidak berkumpul dengan seterunya," ia berkata kemudian. "Hartawan yang kemaruk uang satu rombongan, orang Rimba Hijau tukang membegal atau merampok satu rombongan
juga. Demikian kami si tukang minta-minta, kami pun berkumpul dalam satu golongan"."
"Aku tahu sudah, aku tahu sudah!" Oey Yong
memotong seraya ia menepuk-nepuk tangan. "Tadi Nio Cu Ong memanggil kau Pangcu, kau jadinya adalah pemimpin dari tukang minta-minta!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cerdik nona ini, ia lantas dapat menerka.
"Benar!" Cit Kong mengaku. "Kami bangsa
pengemis biasa orang hinakan, bisa digigit anjing, apabila kami tidak bersatu, mana dapat kami hidup"
Maka juga ini sebatang tongkat serta ini sebuah cupu-cupu, semenjak jaman Cian Tong Ngo tay sampai hari ini, sudah beberapa ratus tahun, selamanya dipegang oleh orang yang menjadi Pangcu, ialah pemimpin kepala, jadi inilah mirip dengan capnya seorang kaisar atau capnya satu pembesar negeri."
Mendengar itu, Oey Yong meleletkan lidahnya.
"Syukur kau tidak mengasihkan padaku!" katanya.
"Kenapa?" Cit Kong tertawa.
"Jikalau semua pengemis di kolong langit ini pada mencari aku, untuk aku mengurus mereka, apakah itu tidak cade?" sahutnya.
Cit Kong tertawa pula. Ia gerogoti pula sepotong ceker. Ia berkata pula: "Rakyat negeri di Utara diurus oleh negeri Kim, rakyat negeri di Selatan diurus oleh kerajaan Song, tetapi pengemis di kolong langit ini..?"
"Tidak peduli mereka yang dari Selatan atau Utara, semua mereka diurus oleh kau , lojinkee!" Oey Yong mendahului.
Ang Cit Kong tertawa terbahak, ia mengangguk.
"Pantaslah itu siluman bangkotan she Nio sangat jeri padamu!" si nona menyambungi. "Kalau semua pengemis di kolong langit ini mencari dia, untuk mengganggu, nah, bukan main sulitnya dia! Umpama satu pengemis menangkap seekor tuma itu ditaruh di lehernya, tidakkah ia bakal mampus kegatalan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tertawa. Ang Cit Kong tidak gusar, ia malah turut tertawa.
"Tetapi," menjelaskan si raja pengemis kemudian,
"Dia takuti aku bukannya karena itu?"
"Habis karena apa?" tanya Oey Yong.
"Itulah kejadian pada kira-kira duapuluh tahun yang lampau. Itu hari aku bertemu dengannya di Kwan-gwa, kebetulan ia tengah melakukan satu pekerjaan buruk dan aku pergoki dia?"
"Pekerjaan buruk apakah itu?" tanya si nona.
Cit Kong agaknya bersangsi tetapi ia menerangkan juga: "Siluman tua itu percaya kepada omongan sesat tentang memetik bunga untuk menambah tenaga atau panjang umur, dia lantas cari banyak nona-nona untuk dirusaki kesucian dirinya?"
"Apakah itu yang dinamakan merusak kesucian
nona-nona?" tanya si nona kembali.
Oey Yong polos, ia belum mengetahui tentang hal kesucian yang dirusak itu. Ketika ia dilahirkan, ibunya lantas menutup mata disebabkan sukar melahirkan, dari itu semenjak bayi ia dirawat oleh ayahnya, kemudian terjadi Oey Yok Su murka besar disebabkan Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong, kedua
muridnya itu, yang memainkan lelakon asmara dan minggat, saking kalapnya, dia putuskan urat-urat semua muridnya yang lainnya, yang ia pun usir pergi dari pulau Tho Hoa To, maka di pulau itu ketinggalan saja beberapa bujang tua, hingga si nona belum pernah dengar soal-soalnya pemuda dan pemudi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dewasa. begitulah sampai usianya limabelas tahun, ia tetap gelap mengenai hal itu. Kalau toh ia suka sama Kwee Ceng, itulah karena perasaannya yang wajar, perasaan yang ia rasakan manis, apabila mereka berpisahan, segera ia merasa sunyi seorang diri. Tapi ia tahu, kalau orang menjadi suami-istri, orang tidak bakal berpisahan pula seumur hidupnya, maka itu ia anggap Kwee Ceng sudah menjadi sebagai suaminya; lain daripada itu, ia gelap.
Untuk sejenak itu, Cit Kong pun dipersulit
pertanyaan si nona, hingga ia tidak lantas memberikan jawabannya.
"Setelah satu nona dirusak kesuciannya, apakah dia lantas dibunuh?" Oey Yong tanya pula.
"Bukannya begitu," Cit Kong tertawa. "Wanita yang diperhina secara demikian, hebatnya melebihkan daripada dibunuh. Maka juga ada pembilangan, "Hilang kesucian urusan besar, mata kelaparan urusan kecil?"
"Habis, apakah dia dihajar kempolannya?" si nona tanya pula.
"Cis!" berludah Cit Kong tetapi dia tertawa.
"Bukannya begitu, budak! Baiklah kau pulang untuk menanyakan keterangan ibumu!"
"Ibu sudah lama tutup mata." sahut si nona.
"Oh"." si pengemis melengak. "Nanti saja, kapan tibanya kamu berdua merayakan pernikahanmu, kau bakal mengerti sendiri."
Mukanya si nona menjadi merah, ia memonyongi
mulutnya. "Sudahlah jikalau kau tidak sudi
menerangkan!" katanya. Samar-samar ia mulai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengerti duduknya hal. Ia menanya pula: "Habis bagaimana sesudah kau pergoki si siluman bangkotan itu berbuat buruk?"
Lega si pengemis mendengar orang bicara dari lain soal.
"Pasti sekali aku urus dia!" ia menyahuti, "Orang she Nio itu telah kena aku bekuk, aku hajar dia, aku paksa ia mengantari pulang semua nona-nona itu kerumahnya masing-masing. Lain dari itu aku paksa ia mengankat sumpah bahwa dilain waktu dia tidak lagi berbuat sejahat itu, dan aku ancam, apabila aku mempergokinya pula, ia bakal mati tidak, hidup pun tidak!"
"Oh, kiranya demikian!"
Kemudian, habis bersantap, Oey Yong berkata, "Cit Kong, kalau sekarang kau kasihkan tongkatmu
kepadaku, aku juga tidak sudi menerimanya, hanya masih ada satu saol. Bukankah kita tidak bakal berdiam bersama-sama untuk selama-lamanya"
Bagaimana kalau dilain waktu kami berdua bertemu pula sama siluman she Nio itu dan dia membilangnya padaku, "He, budak yang baik, dulu hari kau
mengandalkan Ang Pangcu, kau menghanjar aku
dengan tongkatnya, sekarang aku hendak membalas sakit hati!" Kalau sampai terjadi begitu, bagaimana kami harus berbuat?"
Ang Cit Kong tertawa. "Ha! Kau sebenarnya
menghendaki aku mengajari pula lain ilmu silat kepada kau berdua! Kau kira aku tidak tahu" sekarang pergilah kau masak syaur lagi, bikinlah banyakan, kau boleh percaya Cit Kong tidak nanti membikin kau kecele!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat girang, ia sambar
tangannya si pengemis, untuk dibawa ke rimba tadi.
Ang Cit Kong mengajarkan pula jurus yang baru kepada Kwee ceng, yaitu jurus kedua dari Hang Liong Sip-pat Ciang, namanya "Hoei Liong Thay Thian" atau
"Naga Terbang ke Langit". Jurus ini mewajibkan Kwee Ceng lompat tinggi sekali, lalu dari atas ia menyerang turun, hingga tenaganya menjadi luar biasa besar.
Untuk ini, Kwee Ceng memerlukan tempo tiga hari, baru ia dapat melatih dengan baik. Selama tiga hari itu, Oey Yong sendiri sudah mendapatkan pelajaran lain, ialah untuk dengan tempuling ngo-bje-cie
memecahkan sebatang golok. Semenatar itu Ang Cit Kong sendiri telah menikmati belasan macam
makanan lezat dari si nona.
Demikianlah hari-hari lewat. Tidak sampai satu bulan, Cit Kong sudah wariskan limabelas jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, dari "Naga Menyesal"
sampai pada "Liong Thian Ie Ya" atau "Naga
bertempur di tanah datar".
Ilmu silat Cit Kong ciptakan sendiri setelah ia memehami kitab "Ya Keng", jurusnya terbatas sekali tetapi kegunaannya besar, sebab setiap jurusnya hebat. Hanya ketika dulu di puncak Hoa San ia mengadu silat sama Oey Yok Su beramai, ilmu ini belum ia pelajarkan habis, meski begitu, Ong Tiong Yang toh memuji ilmunya itu. Cit Kong menyesal yang ia belum sempat menyelesaikan itu, kalau tidak, mungkin ialah yang menjadi pemenang nomor satu.
Mulanya dia hendak mengajari Kwee Ceng dua tiga jurus saja, untuk si anak muda pakai menjaga diri, tetapi masakan Oey Yong hebat sekali, setiap hari ditukar denagn hari lewat hari, kejadian ia mewariskan limabelas jurus itu. Maka dalam tempo satu bulan itu, Kwee Ceng telah seperti salin rupa. Oey Yong sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah memperoleh beberapa jurus yang luar biasa, yang campur aduk!
Pada suatu pagi sehabis sarapan, Cit Kong berkata kepada kedua bocah itu; "Eh, anak-anak, kita sudah berkumpul sebulan lamanya, sudah tiba waktunya kita berpisahan."
"Oh, tidak!" Oey Yong mencegah. "Aku masih
mempunyai beberapa macam masakan yang hendak
aku bikin untuk aku suguhkan kepada kau, lojinkee!"
"Ingat, anak, di kolong langit ini tidak ada pesta yang tidak bubar. Kau tahu biasanya aku si tua bangka belum pernah mengajari orang lebih daripada tiga hari, tetapi terhadap kamu, aku telah memakai tempo satu bulan, kalau mesti tambah hari lagi, oh itulah hebat sekali!" kata si pengemis.
"Kenapa begitu, Cit Kong?" tanya si nona heran.
"Dengan begitu, habislah semua kepandaianku
diturunkan kepada kamu!" sahut si raja pengemis.
Oey Yong tersenyum tetapi ia kata: "Cit Kong, orang baik mesti sekali berbuat baik seterusnya berbuat baik hingga diakhirnya. Jikalau kau ajarkan semua
delapanbelas jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang kepadanya, bukankah itu baik sekali?"
"Fui!" si pengemis berseru. "Ya, buat kamu baik, tetapi aku si pengemis tidak!"
Oey Yong menjadi bingung. Ia lantas memikirkan daya apa untuk menahan orang tua itu, akan tetpai belum ia dapat pikiran, Cit Kong telah menggendol cupu-cupunya dan mengangkat tongkatnya ngeloyor pergi, jalannya sambil menyeret sepatunya"..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menjadi bingung juga, ia lari menyusul.
Hebta Cit Kong sebentar saja ia telah lenyap di dalam rimba.
"Cit Kong! Cit Kong!" Kwee Ceng menyusul dan
berteriak-teriak. Tidak ada jawaban.
Oey Yong juga menyusul, ia pun memanggil-
manggil. Tapi ia pun tidak peroleh penyahutan.
Tapi belum lama, terlihatlah suatu bayangan dan Cit Kong muncul dengan tiba-tiba.
"Ha, kamu berdua budak busuk, mau apa kamu
melibat aku?" ia menanya, agaknya ia mendongkol.
"Apakah kau masih minta aku mengajari silat" Oh, itulah sukar di atas sukar!"
"Lojinkee sudah mengajarkan banyak, teecu telah puas," berkata Kwee Ceng, yang menyebut dirinya teecu atau murid. "Tidak nanti teecu berlaku temaha, cuma teecu belum dapat membalas budimu yang
besar sekali." Ia lantas jatuhkan dirinya, berlutut, untuk paykui kepada itu guru sembatan.
"Ha, tahan!" mendadak si pengemis berseru. "Aku mengajarkan kau silat sebab aku gegaras sayur masakan dia itu, untuk itu, pengajaranku itulah bayaranku! Di antara kita tidak ada soal guru dengan murid!" Mendadak ia pun berlutut, membalas
hormatnya si anak muda. Kwee Ceng kaget sekali, hendak ia paykui pula, untuk membalas, tetapi ia tidak dapat berbuat begitu, tiba-tiba saja si pengemis mengulurkan tangannya dan ia kena ditotok jalan darah dirusuknya hingga ia berdiri dengann kedua kaki ditekuk, tak dapat ia menggeraki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya! Cit Kong mengangguk sampai empat kali, guna
membalas penghormatan orang, baru ia menotok pula membebaskan jalan darah orang. Ia kata: "Ingat, sekarang jangan kau mengatakannya sudah memberi hormat padaku, bahwa kaulah muridku!"
Kwee Ceng berdiam, tidak berani ia membuka
mulut lagi. Sekarang ia menginsyafi benar-benar tabiat kukoay bin aneh dari si raja pengemis yang berjeriji sembilan itu.
Cit Kong lantas memutar tubuhnya, untuk
mengangkat kaki, atau mendadak ia bersuara "Ih!"
lantas ia membungkuk, tangannya diulurkan ke tanah, di antara rumput, dua jarinya menjepit seekor ular hijau panjangnya dua kaki.
"Ular!" Oey Yong menjerit kapan si pengemis
angkat tangannya. Cuma sebegitu ia berseru, atau pundaknya telah ditolak Ang Cit Kong hingga ia terpental jauhnya setombak lebih!
Bab 26. Memikiri Senantiasa
Menyusul itu terdengar pula beberapa suara rumput bergerak-gerak, lalu terlihatlah beberapa ekor ular lainnya. Dengan menggeraki tongkatnya, Ang Cit Kong singkirkan binatang berbisa itu, untuk setiap kemplangannya, tongkatnya mengenai tepat di kepala ular, yang terus mati.
Kalau tadinya ia kaget, sekarang Oey Yong
kegirangan hingga ia berseru memuji.
Tengah ia tertawa, di belakangnya muncul dua ekor
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ular yang lain, yang menyambarsambil membuka
bacotnya, untuk menggigit.
"Lari!" Ang Cit Kong berseru. Tapi sudah terlambat, si nona telah kena disambar dan digigit. Ular itu kecil tubuhnya tetapi hebat bisanya, cuma tergigit satu kali, celakalah orang, apapula sekarang menyambar sekali dua.
Ang Cit Kong pun kaget. Kupingnya segera
mendengar suara lain, yang terlebih berisik, kapan ia mengawasi, ia tampak nyelosornya sekumpulan ular di tempat kira-kira sepuluh tombak dari mereka. Tidak ayal lagi, ia sambar pinggang Kwee Ceng, ia cekuk pundak Oey Yong, terus ia berlompat, lari keluar dari rimba itu. Dia lari terus kembali ke tempat penginapan.
Setibanya di muka pondokan, pengemis itu awasi muka si nona, lantas hatinya menjadi lega. Nona itu tak kurang suatu apa, dia ada seperti biasa.
"Bagaimana kau merasakan?" ia menanya, hatinya girang.
Oey Yong tertawa. "Tidak apa-apa!" sahutnya wajar.
Tapi Kwee Ceng melihat ular tadi masih menyantel di badan kekasihnya, dia kaget, dia ulur tangannya, untuk menangkap ular itu, untuk disingkirkan.
"Jangan!" Cit Kong berseru pula saking kagetnya.
Tapi tangan Kwee Ceng telah kena menjambret ular itu, yang kepalanya mengeluarkan darah. Binatang itu tidak bergerak lagi, dia sudah mati! Mulanya Ang Cit Kong tercengang, tetapi dengan lekas ia sadar sendirinya. "Tidak salah lagi!" katanya. "Tentulah joan-wie-kah ayahmu telah diwariskan kepadamu!"
Memang ulat itu menggigit joan-wie-kah, kepalanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pecah, lalu terbinasa. Selagi Kwee Ceng menyambar seekor ular, banyak yang lainnya lagi keluar dari rimba. Cit Kong sendiri segera mengeluarkan obat hitam dari sakunya, ia masuki itu ke dalam mulutnya untuk dikunyah. dari dalam rimba masih saja terlihat ular yang keluar, hitung ratus, hitung ribu.
Maka Kwee Ceng berseru; "Cit Kong, mari lekas pergi!"
Cit Kong tidak menjawab, ia menurunkan cupu-cupu dari punggungnya, dia membuka sumpalnya, untuk menuang isinya ke dalam mulutnya, dicampur sama obat tadi, sesudah mana ia menyembur ke arah ular-ular itu, ke kiri dan kanan, hingga mereka bertiga terintang semburan arak. Sejumlah ular, yang
mencium bau arak campur obat itu lantas rebah tak bergerak, ynag lainnya tak berani maju lebih jauh, tapi kerana yang dibelakang amsih banyak dan maju terus, mereka jadi kacau sendirinya. Oey Yong gembira menyaksikan ular-ular itu bergumulan, ia menepuk-nepuk tangan.
Selagi si nona ini kegirangan, dari dalam rimba terdengar suara berisik, lalu terlihat tiga orang pria yang pakaiannya putih semua, dengan tangan
mencekal masing-masing sepotong pentungan dua tombak lebih panjangnya, lagi berseru-seru mengusir semua ular itu, pentungannya dipakai mengancam, mirip lagaknya dengan bocah angon lagi
menggembala kerbau atau kambingnya.
Mual rasanya akan menyaksikan ujal-ujalan semua ular itu.
Ang Cit Kong menangkap seekor ular, yang ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sontek dengan tongkatnya. Dengan dua jari kiri ia jepit leher ualr itu, dengan kelingking kanan ia menggurat perutnya ular hingga pecah berlobang, untuk mengasih keluar nyalinya.
"Lekas telan ini! Jangan kena kegigit, sangat pahit!"
ia berkata kepada si nona.
Oey Yong menurut, ia lantas telan nyali ular itu.
Menyusul itu, ia merasa enak dan segar sekali.
"Eh, engko Ceng, kau juga hendak makan nyali
ular?" dia menanya. Kwee Ceng menggelengkan kepalanya. Ia sudah
mengghirup darah ular, ia tidak mempan racun ular itu, malah tidak ada ular yang berani menggigit padanya, cuma Ang Cit Kong dan si nona yang tadinya diarah.
"Cit Kong, ular ini mesti ada yang piara," berkata Oey Yong.
Pak Kay mengangguk. Dengan wajah murka, ia
mengawasi ketiga orang serba putih itu, yang
sebaliknya pun murka melihat orang bunuh ularnya dan dimakan nyalinya, malah habis membereskan ular-ularnya, mereka maju menghampirkan.
"He, kamu tiga ekor iblis, apakah kamu sudah tidak menghendaki lagi jiwamu"!" yang satu menegur
dengan bengisnya. "Tepat!" berseru Oey Yong dengan jawabannya.
"Kamu tiga ekor iblis, apakah kamu sudah tidak menghendaki jiwa kamu"!"
"Bagus!" berseru Cit Kong seraya menepuk pundak si nona. Ia memuji pembalasannya si nona, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mulutnya lihay itu. Tiga orang itu menjadi bertambah gusar, satu yang kulit mukanya putih dan usia pertengahan sudah lantas berlompat, menyodok si nona dengan pentungannya.
Melihat sambaran anginnya, dia bukannya
sembarangan kepandaiannya.
Cit Kong berlaku sebat, ia melonjorkan tongkatnya, menyambut serangan itu. Dengan begitu Oey Yong jadi luput dari bahaya.
Penyerang itu lantas menjadi kaget, tidak saja pentungannya mandek, pula tak dapat ia menarik pulang. Pentungan itu menempel seperti terpantek pada tongkat si pengemis. Maka ia lantas mengempos semangatnya.
"Kau pergilah!" berseru Ang Cit Kong selagi orang menarik keras, tangannya digentak.
Maka terjengkanglah orang itu, terlempar ke dalam barisan ularnya, pentungannya hancur menjadi
puluhan potong pendek. Dia rupanya telah memakan obat pemunah, ular tak berani gigit padanya.
Dua orang yang lain terkejut, mereka mundur
dengan seketika. "Bagaimana, toako?" mereka menanya pada
kawannya yang roboh itu. Orang itu berlompat bangun dengan gerakannya "Ikan gabus melentik". Akan tetapi dia terbanting keras, belum sampai bangun berdiri, dia sudah jatuh pula, kembali menimpa ularnya, hingga seperti tadi, ada belasan ular yang mampus
ketindihan. Maka kawannya, yang mukanya putih, menyodorkan pentungannya, membantui dia bangun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang mereka bertiga itu tidak berani
menyerang pula, bahkan mereka lantas masuk ke dalam kalangan ular mereka.
"Siapa kamu!" kemudian tanya orang yang barusan terjungkal itu. "Kalau kau laki-laki, sebutkan nama kamu!"
Ang Cit Kong tertawa terbahak-bahak, ia tidak menyahuti.
"Kamu orang-orang macam apa"!" Oey Yong
sebaliknya menanya. "Kenapa kau menggiring begini banyak ular berbisa untuk mencelakai orang"!"
Tiga orang itu saling mengawasi, selagi satu
diantaranya hendak menyahuti, dari dalam rimba tertampak munculnya seorang yang berdandan
sebagai mahasiswa yang putih mulus bajunya. Dia berjalan perlaha-lahan, tangannya mengerjakan kipasnya. Ia berjalan di antara banyak ular itu, yang pada menyingkir sendirinya.
Kwee Ceng dan Oey Yong sudah lantas mengenali orang itu ialah Auwyang Kongcu, sancu atau pemilik gunung Pek To San. Herannya ular-ular itu menyingkir daripadanya.
Tiga pengiring itu menghampiri si anak muda, untuk berbicara, lantas tangannya menunjuk ke ular-ular yang tak berkutik itu, rupanya mereka mengadu.
Pemuda itu agaknya terperanjat, tapi lekas ia menjadi tenang pula. Dia maju menghampir Ang Cit Kong bertiga, dia memberi hormat sambil
mengangguk, kemudian dia tertawa dan berkata:
"Beberapa sahabatku ini telah berlaku kurang ajar kepada locinpwee, untuk itu aku menghanturkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maaf." Terus ia memandang Oey Yong, untuk
meneruskan: "Kiranya nona ada di sini. Sungguh bersengsara aku mencari padamu?"
Oey Yong tidak mengambil mumat pemuda itu, ia hanya menoleh kepada si pengemis. "Cit Kong, orang inilah telur busuk yang paling besar!" ia memberitahu.
"Kau baiklah mengajar adat padanya!"
Ang Cit Kong mengangguk, terus ia memandang si anak muda, romannya bengis. "Untuk mengangon ular ada tempatnya, ada batasnya, ada waktunya, ada aturannya juga!" katanya. "Kau andalkan pengaruh siapa maka kau jadi begini gila-gilaan"!"
"Semua ular ini datang dari tempat yang jauh sekali, semuanya sangat lapar, mereka jadi tidak dapat memakai aturan lagi," menyahut si pemuda.
"Berapa banyak orang telah kamu bikin celaka?" Cit Kong menegur pula.
"Kami menggembala di tanah belukar, belum
pernah kami mencelakai orang," menyahut si anak muda.
"Hm!" Cit Kong mengejek. "Belum pernah
mencelakai orang! Kau toh si orang she Auwyang?"
"Benar!" dia menjawab itu. "Kiranya nona ini telah memberitahukannya padamu. Kau siapa, lojinkee?" dia balik menanya.
Oey Yong mendahului si pengemis. "Namamu yang busuk! Siapa yang sudi menyebutnya!" kata dia.
"Namanya locinpwee ini tidak usah diberitahukan kepadamu, cuma-cuma bakal membikin kau kaget!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu itu tidak gusar, dia melirik si nona sambil tersenyaum.
"Kau anaknya Auwyang Hong, bukankah?" Ang Cit Kong tanya.
Belum si anak muda menyahuti, tiga kawannya
sudah gusar duluan. "Pengemis bangkotan tidak karuan, bagaimana besar nyalimu berani menyebut namanya sancu kami"!" mereka menegur.
Ang Cit Kong tertawa lebar.
"Lain orang boleh tidak menyebutnya tetapi aku boleh!" katanya. mendadak orang tua itu mencelat ke arah tiga orang itu dan tahu-tahu "Plak-plok!" muka mereka kena ditampar datang-pergi, setelah mana dengan menekan tongkatnya, ia berlompat balik ke tempatnya berdiri tadi.
"Kepandainmu ini, Cit Kong, kau belum ajari aku!"
berkata Oey Yong, seperti ia tidak menggubris peristiwa.
Cit Kong bukan saja menggaplok, ia juga
membuatnya terlepas sambungan baham orang.
Auwyang Kongcu terperanjat, lekas-lekas ia
menolongi tiga orang itu. "Apakah cinpwee mengenal pamanku?" ia tanya Cit Kong, sekarang sikapnya hormat.
"Oh, kau jadinya keponakannya Auwyang Hong!"
berkata Cit Kong. "Sudah berselang duapuluh tahun yang aku tidak pernah bertemu pula sama si racun tua bangkamu itu! Apakah dia belum mampus?"
Panas hatinya si anak muda, tetapi melihat orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lihay dan orangpun seperti mengenal baik pamannya, ia mau percaya, pengemis ini ada orang tingkat atasan yang lihay. Maka berkatalah ia: "Pamanku sering membilang, sebelum sahabat-sahabatnya pada habis mati terlebih dulu, dia masih belum ingin pulang ke langit?"
Ang Cit Kong tertawa berlengak. "Anak yang baik, pandai kau mencaci orang dengan jalan mutar-balik!"
katanya. "Aku hendak tanya kau, perlu apa kau membawa-bawa sekalian mustikamu ini?" Ia
maksudkan semua ular itu.
"Biasanya aku yang muda tinggal di barat,"
Auwyang Kongcu menyahut, "Tapi kali ini aku
berangkat ke Tionggoan untuk belajar berkenalan, lantaran iseng " kesepian di tengah jalan, sekalian aku membawa mereka ini untuk main-main saja."
"Terang-terang kau mendusta!" Oey Yong
menyemprot. "Ada demikian banyak wanita yang
menemani kau, kau masih bilang iseng kesepian!"
Pemuda itu menggoyangi kipasnya hingga dua kali, matanya menatap si nona, lalu ia tersenyum, lantas ia bersenandung: "Duka hatiku, maka kenapa tidak ada lain orang" Karena kau, aku jadi bersenandung hingga jini!" Ia mengambil syair dari Sie Keng, Kitab Syair, yang ia campur aduk.
Oey Yong tidak gusar, ia sebaliknya tertawa. "Aku tidak membutuhkan kau mengambil-ambil hatiku!" ia menganggapi. "Lebih baik tak perlulah kau memikirkan aku!"
Pikiran si anak muda bagaikan melayang, tak tahu ia harus membilang apa".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong lantas menegur; "Kau paman dan
keponakan, kamu malang melintang di Barat, di sana tidak ada orang yang mengendalikan kamu, jikalau di Tionggoan kau masih hendak berbuat seperti di sana, kau janganlah mimpi di musim rontok! Dengan
memandang pamanmu itu, aku tidak ingin
berpandangan cupat seperti kau, maka lekaslah kau pergi!"
Auwyang Kongcu mendongkol bukan main, tetapi
untuk melawan ia tidak ungkulan, cuma untuk berlalu begitu saja, ia tidak puas. Maka akhirnya ia berkata;
"Di sini aku yang muda meminta diri. Umpama kata dalam beberapa tahun ini cianpwee tidak dapat sesuatu sakit keras dan juga tidak menemui bahaya apa-apa, aku undang cianpwee suka berkunjung ke Pek To San untuk berdiam beberapa hari di sana."
Ang Cit Kong tertawa. "Nyata kau telah menantang aku!" katanya. "Tapi aku si pengemis bangkotan tidak biasanya main janji-janji! Pamanmu tidak takut padaku, aku juga tidak takuti pamanmu itu! Pada duapuluh tahun yang sudah, kita sudah mengadu kepandaian, kita adalah setengah kati sama dengan delapan tail, jadi tidak usahlah kita bertempur pula!" Tiba-tiba ia menambahkan, dengan membentak bengis; "Masih kau tidak hendak
menyingkir jauh-jauh!"
Auwyang Kongcu terperanjat, hatinya pun berpikir;
"Kepandaiannya pamanku belum separuhnya aku
wariskan, orang tua ini rupanya tidak mendusta, aku mana sanggup menjadi tandingannya"." karenanya segera ia menjura, setelah melirik mendelik kepada Oey Yong, lantas ia mengundurkan diri masuk ke dalam rimba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketiga pengangon ular itu sudah lantas mengasih dengar suaranya, bersiul secara aneh. Dengan itu mereka mengusir ular mereka. Maka juga semua
binatang berbisa itu membalik tubuhnya, mengesor kembali ke dalam hutan. Sebentar saja, bersilah tempat itu dari semua binatang berbisa itu, tinggal tanahnya yang penuh lendirnya yang licin mengkilap.
"Cit Kong belum pernah aku melihat ular demikan banyak," berkata Oey Yong. "Benarkah ular itu dipiara mereka?"
Cit kong tidak lantas menyahuti, dia hanya
membuka mulut cupu-cupunya untuk menenggak
araknya beberapa gelogokan, kemudian dengan
tangan bajunya dia menyusuti peluh di dahinya. Ia pun menghela napas panjang. Baru setelah itu ia
mengatakannya berulang-ulang: "Sungguh berbahaya!
Sungguh berbahaya"!"
"Eh, Cit Kong, kenapakah?" tanya kedua pemuda-pemudi itu heran.
"Untuk sejenak aku dapat mengusir ular itu,"
menyahut si pengemis kemudian: "Umpama kata tadi benar-benar semuanya menerjang, cara bagaimana ribuan binatang itu dapat ditangkis" Syukur beberapa bocah itu belum tahu apa-apa, mereka tidak
mengetahui asal-usulku, mereka jadi kena kugertak.
Coba si racun tua bangkotan itu ada di sini, oh, anak-anak, kamu bisa celaka"."
"Jikalau kami tidak sanggup melawan, kami kabur!"
berkata si Oey Yong. Cit Kong tertawa. "Aku si pengemis tua, aku tidak takuti dia!" katanya. "Tetapi kamu berdua, meski kamu ingin menyingkir, kamu tidak bakal lolos dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya si racun bangkotan itu"."
"Siapakah pamannya orang itu" Benarkah dia
demikian lihay?" tanya Oey Yong.
"Kau sangka ia tidak lihay" Apakah aku belum
pernah dengar disebut-sebutnya Tong Shia See Tok, Lam Tee pak Kay dan Tiong Sin Thong?"
Tentang nama-nama itu Oey Yong pernah
mendengarnya dari omongannya Khu Cie Kee denagn Ong Cie It, sekarang mendengar perkataan pengemis, hatinya girang.
"Aku tahu, aku tahu!" sahutnya. "Kau sendiri, lojinkee, adalah Pak Kay, dan kauwcu dari Coan Cin Kauw ialah Tiong Sin Thong."
"Benar! Adakah ini ayahmu yang membilangi"
Ayahmu itu ialah Tong Shia dan Auwyang Hong itulah See Tok! Orang yang nomor satu paling pandai di kolong langit ini yaitu Ong Cinjin itu sudah meninggal dunia, maka sekarang tinggal kita berempat yang kepandaiannya rata-rata setengah kati sama dengan delapan tail, hingga kita jadi saling memalui! Ayahmu lihay tidak" Aku sendiri si pengemis lihay tidak?"
Oey Yong mengasih dengar suara perlahan,
agaknya ia berpikir. "Ayahku orang baik-baik, mengapa dia dipanggil Tong Shia?" ia tanya kemudian.
Ang Cit Kong tertawa. "Dia seorang yang kukuh dan licin, dia dari kaum kiri, mustahilkah dia bukannya si sesat?" dia menyahuti. "Bicara dari hal ilmu silat, Coan Cin Kuaw adalah yang sejati, terhadapnya aku si pengemis tua takluk benar-benar dari mulut ke hati." Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menoleh kepada Kwee Ceng, untuk menegaskan;
"Kau telah belajar ilmu dari Coan Cin Kauw,
bukankah?" "Totiang Ma Goik telah mengajarkan teecu selama dua tahun," sahut si anak muda hormat.
"Nah, itu dianya, kalau tidak, tidak nanti dalam tempo pendek satu bulan kau dapat mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang dari aku."
"Habis, siapakah itu Lam Tee?" tanya Oey Yong.
"Dialah satu hongya, seorang kaisar," sahut Cit Kong.
Kwee Ceng dan Oey Yong heran. "Eh, seorang
kaisar demikian lihay ilmu silatnya?" mereka menegasi.
"Memang ia seorang kaisar, tetapi dalam hal
kepandaiannya, ayahmu dan aku jeri tiga bagian terhadapnya," sahut si pengemis mengaku. "Api dari Selatan mengalahkan Emas dari Barat, maka dialah si penakluk dari si bisa bangkotan Auwyang Hong itu."
Dua-dua muda-mudi ini kurang mengerti, tetapi mereka diam saja, sebab mereka lantas mendapatkan si pengemis dia menjublak, hingga mereka tidak berani menanya lebih jauh.
Cit Kong masih memandangi mega, agaknya ia
berpikir keras, alisnya sampai dikerutkan. Nampaknya ia tengah menghadapi satu soal besar yang ia tak mendapatkan pemecahannya. Tanpa mengucapkan
sepatah kata, ia berjalan pulang ke pondok. Mendadak saja terdengar suara memberebet, ternyata bajunya kena langgar paku di pintu dan sobek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih!" seru Oey Yong, yang mengikuti, tetapi si pengemis sendiri seperti tidak mengetahui hal itu.
Maka si nona berkata, "Nanti aku tambalkan!" Lantas dia cari nyonya pemilik pondok, untuk pinjam benang dan jarum, terus ia jahiti baju sobek itu.
Cit Kong masih menjublak ketika ia lihat jarum di tangannya si nona, tiba-tiba saja dia rampas jarum itu, lantas dia membawa lari ke luar. Oey Yong dan Kwee Ceng heran, mereka lari mengikuti.
Sesampainya si luar, Cit kong mengebas tangannya yang memegang jarum itu, lalu terlihat satu sinar berkeredep. Nyata jarum itu telah dipakai menimpuk!
Oey Yong mengawasi jarum meluncur, lalu jatuh, nancap di tanah. Dan nancapnya dengan menikam seekor walang. Saking kagum, dia bersorak. Cit Kong mengeluarkan napas lega.
"Berhasil! Berhasil!" katanya. "Ya, beginilah"."
Oey Yong dan Kwee Ceng tercengang mengawasi
pengemis itu. Ang Cit Kong berkata; "Auwyang Hong si tua
bangka beracun itu paling gemar memelihara ular dan ulat berbisa, semua binatang jahat itu dapat
mendengarkan segala titahnya. Itulah usaha yang bukan gampang." Ia berhenti sebenatr, lalu ia menambahkan: "Aku rasa juga ini bocah she Auwyang bukannya makhluk yang baik, jikalau nanti ia bertemu pamannya, mungkin ia menghasut yang bukan-bukan, maka itu berbahayalah kalau kita bertemu pada pamannya itu, jadi aku si pengemis tua tidak dapat tidak mesti aku mempunyai suatu senjata untuk melawannya mengalahkan segala binatang berbisa itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong bertepuk tangan. "Jadi kau hendak
menggunai jarum untuk menikam nancap setiap ular berbisa itu di tanah!" katanya.
Ang Cit kong membuka lebar matanya terhadap si nona. "Ah, kau iblis cilik yang licin!" ujarnya. "Orang baru menyebutnya bagian atas, kau sudah lantas dapat mengetahui bagian bawahnya!"
"Bukankah kau telah mempunyakan obat yang
lihay?" Oey Yong tanya, "Bukankah kapan obat itu dicampuri arak, asal kau menyemburnya, ular berbisa itu tidak berani datang dekati padamu?"
"Daya itu cuma dapat dipakai dalam sewaktu," Ang Cit Kong memberi keterangan. "Sudah, kau jangan ngoceh saja, jangan mengganggu aku, hendak aku melatih diri dalam ilmu "Boan-thian hoa ie". Aku hendak mendapatkan kepastian bagaimana kesudahannya
ilmu itu kalau memakai jarum"."
"Kalau begitu, nanti aku menolongi kau membeli jarum," berkata si nona, yang terus lari keluar.
Ang Cit Kong menghela napas. Katanya seorang
diri; "Sudah ada si tua bangkanya yang cerdik licin bagaikan iblis, sekarang ada gadisnya yang serupa cerdik licinnya!"
"Tidak lama, Oey Yong telah kembali dari pasar, dari keranjang sayurannya ia mengasih keluar dua bungkus besar jarum menjahit.
"Semua jarum di kota ini telah kau beli hingga habis!" kata dia sambil tertawa. "Maka besok semua orang laki-laki di sini bakal digeremberengi hingga mati oleh istrinya!" katanya kemudian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana begitu?" Kwee Ceng tanya.
"Sebab mereka bakal dicaci tidak punya guna!
Sebab kalau mereka pergi ke pasar, mereka tidak mampu membeli jarum!" sahut si nona. "Sebatang pun tidak ada!" kata si nona sambil tertawa.
Ang Cit Kong tertawa tergelak. "Dasar aku si
pengemis tua yang cerdik!" katanya. "Aku tidak menghendaki istri, supaya aku tak usah disiksa pihak perempuan! Nah, mari kita berlatih! Dua bocah, bukankah kau ingin aku si pengemis tua mengajarkan kau menggunai senjata rahasia" Apakah kamu
sanggup?" Oey Yong tertawa, dia mengikuti di belakang
pengemis itu. "Cit Kong, aku tidak mau belajar!" kata Kwee Ceng sebaliknya.
Ang Cit Kong heran. "Kenapa, eh?" dia tanya.
"Lojinkee sudah mengajari aku banyak ilmu, dalam sesaat ini aku tidak sanggup mempelajarinya semua,"
Kwee Ceng mengaku. Ang Cit Kong melengak, tetapi sebentar saja, ia sudah mengerti. Ia tahu orang jujur dan tidak serakah banyak macam pelajaran, alasan saja dia membilang tidak sanggup belajar lebih jauh.
"Ah, anak ini baik hatinya," ia memuji di dalam hati.
Ia lantas tarik tangannya Oey Yong, "Mari kita saja yang berlatih."
Kwee Ceng tidak mengikuti, ia hanya pergi ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belakang bukit, di mana seorang diri dia menyakinkan terus lima belas jurusnya, ilmu silat Hang Liong Sip-pat Ciang itu. Ia merasakan ia dapat kemajuan, hatinya girang bukan main.
Berselang sepuluh hari, selesai sudah Oey Yong mempelajari "Boan-thian Hoa Ie Teng Kim-ciam", ialah ilmu menimpuk dengan jarum, dengan sekali
mengayun tangan, ia dapat melepaskan belasan
batang jarum, cuma ia belum dapat memisahkan
semua itu ke setiap jalan darah yang ia arah.
Pada suatu hari habis berlatih, Cit Kong tidur menggeros di bawah sebuah pohon cemara. Oey
Yong membiarkannya. Tahu, yang mereka segera
bakal perpisahan, ia lari ke pasar membeli beberapa rupa barang serta bumbunya. Ia ingin memasak
beberapa rupa barang hidangan yang lezat untuk si pengemis. Di tengah jalan pulang, sambil
menentengnya dengan tangan kiri, tangan kanannya saban-saban diayun, berlatih kosong dengan
timpukannya. Ketika hampir sampai di tempat
penginapan, kupingnya mendengar kelenengan kuda yang nyaring. Ia lantas menoleh. Ia tampak seekor kuda dikasih lari mendatangi, malah penunggangnya ia lantas kenali, ialah Bok Liam Cu, anak gadisnya Yo Tiat Sim. Ia berdiri diam, mengawasi dengan bengong, hatinya pepat. Ia tahu nona itu ada punya hubungan jodoh dengan Kwee Ceng. Ia memikir juga, "Apa baiknya wanita ini maka enam guru engko Ceng dan imam-imam dari Coan Cin Pay hendak memaksa
engko Ceng menikah dengannya?" Memikir begini, dasar masih kekanak-kanakkan, ia menuruti hati panasanya. "Baik aku hajar ia untuk melampiaskan hatiku!" pikirnya pula.
Lantas ia bertindak memasuki penginapannya. Ia lihat Bok Liam Cu duduk seorang diri di sebuah meja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
romannya berduka sekali, seoarng pelayan sedang menanya dia hendak mendahar apa. Dia memesan
semangkok mie dan enam kati daging.
"Apa enaknya daging matang?" kata Oey Yong.
Liam Cu menoleh, ia tercengang. Ia kenali nona yang bersama Kwee Ceng naik seekor kuda di Pakhia.
Ia lantas berbangkit. "Oh, adik pun ada di sini?" katanya. "Silahkan duduk!"
"Mana itu semua imam?" tanya Oey Yong. "Mana si kate terokmok, si mahasiswa jorok" Kemana perginya mereka semua?"
"Aku sendiri saja," menyahuti si Liam Cu. "Aku tidak bersama Khu Totiang beramai."
Oey Yong jeri terhadap Khu Cie Kee beramai itu, maka mendengar jaaban si nona itu, hatinya girang, sembari tertawa ia mengawasi nona itu. Ia
mendapatkan orang mengenakan pakaian berkabung, pada rambut di ujung kupingnya ada sekuntum bunga putih dari wol. Dia nampak lebih kurus, ia
mengharukan, tetapi justru itu, wajahnya lebih menarik hati. Di pinggang si nona itu pun ada sebatang belati.
Ia ingat: "Itulah pisau yang menjadi tanda
perjodohannya dengan engko Ceng, pemberian ayah mereka masing-masing?" Maka ia berkata; "Enci, bolehkah aku pinjam melihat pisau belatimu itu?"
Itulah pisau yang Pauw Sek Yok keluarkan disaat dia hendak melepaskan napasnya yang terakhir, dengan dia dan suaminya telah meninggal dunia, pantaslah pisau itu telah jatuh di tangannya Bok Liam Cu. Mulanya Bok Liam Cu tidak berniat mengasihkan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebab ia dapatkan air muka Oey Yong luar biasa, tetapi karena Oey Yong mendekati perlahan-lahan seraya mengulurkan tangannya, ia tidak dapat
menolak. Ia mengasigkan sekalian bersama
sarungnya. Oey Yong lihat ada ukiran nama Kwee Ceng pada pisau itu. Lantas ia berpikir, "Inilah barangnya engko Ceng, mana dapat diberikan padanya?" Ia mencabut pisau itu, sinarnya berkilat, hawanya dingin. "Sungguh pisau yang bagus!" pujinya. Ia masuki pisau itu ke dalam sarungnya, terus ia masuki ke dalam sakunya sendiri. "Akan aku kembalikan ini pada engko Ceng,"
katanya. "Apa"!" tanya Liam Cu tercengang.
"Disini terukir nama engko Ceng, pasti ini adalah pisaunya," berkata Oey Yong. "Sebentar bertemu dengannya, hendak aku memulanginya."
Liam Cu gusar. "Inilah warisan satu-satunya dari ayah ibuku, mana dapat aku berikan padamu"!"
katanya keras. "Lekas pulangkan padaku!" Ia pun segera berbangkit.
"Kalau kau bisa, ambilah!" sahut Oey Yong, yang terus lari keluar. Ia tahu Cit Kong sedang tidur dan Kwee Ceng lagi di belakang bukit berlatih sendiri.
Liam Cu mengubar, hatinya cemas. Ia tahu, sekali dia menunggang kuda merahnya, nona itu bakal lolos.
Oey Yong lari berliku-liku, sampai di bawahnya sebuah pohon yang besar, ia berdiri diam. Ia lihat di sekitar situ tidak ada lain orang. Sembari tertawa, ia berkata: "Jikalau kau dapat mengalahkan aku, segera aku pulangi pisau ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik, jangan main-main," kata Liam Cu sabar
setelah ia menyandak. "Melihat pisau itu, aku seperti melihat ayah ibuku, kenapa kau hendak
mengambilnya?" "Siapa adikmu"!" bentak si nona Oey, terus ia menyerang.
Liam Cu kaget, ia berkelit, tetapi Oey Yong lihay,
"Buk! Buk!" dua kali dia kena dihajar iganya. Dia menjadi gusar sekali, lantas ia membalas menyerang, hebat.
"Oey Yong tertawa, "Ilmu silat Po-giok-kun, apa anehnya!" katanya, mengejek.
Liam Cu heran, "Inilah tipu silat ajaran Ang Cit Kong, kenapa dia dapat tahu?" pikirnya. Ia menjadi lebih heran ketika nona itu menyerang pula, ia justru menggunai ilmu silat yang sama. "Tahan!" ia berseru seraya lompat mundur. "Siapa yang ajari kau ilmu silatmu ini?"
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku yang menciptkan sendiri!" sahut Oey Yong, tertawa. "Inilah ilmu yang kasar, tidak ada
keanehannya!" Perkataannya itu disusul sama dua serangannya, kembali jurus-jurus dari Po-giok-kun itu "
Kepalan Memecahkan Kumala.
Liam Cu semakin heran. "Apakah kau mengenal
Ang Cit Kong?" ia menanya, sambil menangkis.
"Dia sahabat kekalku, tentu saja aku kenal!" Oey Yong tertawa. "Kau gunai ilmu silat pengajarannya, aku menggunakan ciptaanku sendiri, coba lihat, bisa tidak aku mengalahkan kau!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona ini tertawa tetapi serangannya terus
bertambah dahsyat. Tentu saja Liam Cu tidak sanggup menandingi. Sudah kepandaian warisan ayahnya
sendiri, dia juga dapat didikan Ang Cit Kong. Sebentar saja nona Bok kena terhajar pundaknya, tempo ia terpukul juga pinggang kanannya, ia roboh seketika.
Sudah begitu, Oey Yong menghunus pisau belatinya, ia bulang-balingkan itu di muka orang, saban-saban hampir mengenakan kulit wajahnya. Liam Cu menutup matanya, ia tidak merasakan luka, cuma angin dingin meniup kulit mukanya itu. Satu kali ia membuka matanya, ia lihat pisau berkelebat, cuma berkelebat saja. Ia menjadi mendongkol. "Mau bunuh, bunuhlah, buat apa kau menggertak pula!" ia membentak.
"Kita tidak bermusuhan, buat apa aku membunuh kau?" kata Oey Yong tertawa. "Kau dengar aku, kau mengangkat sumpah, lantas aku akan
memerdekakanmu!" Liam Cu beradat keras, ia tidak sudi menyerah.
"Kalau kau berani, kau bunuhlah!" ia menantang.
"Untuk kau minta sesuatu dari aku, bermimpi pun jangan kau harap!"
Oey Yong menghela napas, tetapi ia berkata
dengan nyaring, "Nona begini elok, mati muda, sungguh kecewa."
Liam Cu meramkan mata dan menulikan kupingnya, dia berdiam saja.
Hening sejenak, lalu ia mendengar nona itu berkata:
"Engko Ceng baik denganku, biar dia menikah
denganmu, tidak nanti ia mencintainya?"
Ia menjadi heran, segera ia membuka matanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa kau bilang?" ia menanya.
"Kau tidak mau mengangkat sumpah, tidak apa,"
kata Oey Yong, tanpa menjawab. "Biar bagaimana, dia tidak bakal menikah padamu, inilah aku tahu pasti!"
"Sebenarnya siapa yang baik padamu?" tanya Liam Cu semakin heran. "Kau bilang aku hendak menikah dengan siapa?"
"Dengan engko Ceng " Kwee Ceng!" Oey Yong
jelaskan. "Oh, dia!" kata Liam Cu. "Bilanglah, kau
menghendaki aku bersumpah apa?"
"Aku ingin kau bersumpah dengan berat, biar
bagaimana, kau tidak bakal menikah dengan engko Ceng itu!" sahut Oey Yong.
Akhirnya Liam Cu tertawa. "Biarpun kau ancam aku dengan golokmu di leherku, tidak nanti aku menikah dengan dia!" katanya.
Oey Yong girang mendadak. "Benar?" tanyanya.
"Kenapa begitu?"
"Benar ayah angkatku telah memberikan pesannya yang terakhir, aku telah dijodohkan denagnnya, sebenarnya," sahut Liam Cu, yang lalu meneruskan dengan perlahan sekali; "Sebenarnya ayah angkatku itu telah sudah berlaku karena pelupaan, dia lupa yang aku telah dijodohkan kepada lain orang?"
Oey Yong menjadi girang sekali. "Oh,
maaf!"katanya. "Aku telah menyangka keliru
terhadapmu"." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia lantas menotok nona itu, akan membebaskan
dari totokannya tadi, terus ia menguruti tangan dan kakinya. Sembari berbuat begitu, ia menegasi: "Enci, kau telah berjodoh dengan siapa?"
Mukanya Liam Cu menjadi merah. "Orang itu
pernah kau melihatnya," sahutnya.
Oey Yong berpikir. "Orang mana yang pernah aku lihat?" ia tanya. "Mana ada lain pemuda yang
sembabat untuk dipasangi denganmu, enci?"
Mau tidak mau, nona Bok itu tertawa. "Apakah di kolong langit ini cuma ada satu engko Cengmu yang paling baik?" dia membalas menaya.
Oey Yong tertawa. "Enci," katanya, "Kau tidak sudi menikah dengannya, apakah karena kau menganggap dia terlalu tolol?"
"Siapa yang bilang engko Kwee itu tolol?" Liam Cu membaiki. "Yang benar dia ada sangat polos dan wajar, bahkan hatinya yang mulia aku sangat
mengaguminya." Oey Yong heran. "Habis kenapa kau tidak sudi
menikah dengannya walaupun kau diancam denagn golok di lehermu?" tanyanya pula.
Melihat orang pun polos, Liam Cu mencekal
tangannya erat-erat. "Adikku," katanya, "Di dalam hatimu sudah ada engko Kwee itu, umpama kata dilain waktu kau bertemu lain orang yang berlaksa kali lipat menangkan dia, kau tidak akan mencintai lain orang, bukankah?"
Oey Yong mengangguk, "Sudah pasti," sahutnya.
"Cuma tidak nanti ada orang yang melebihkan dia!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu tertawa. "Kalau engko Kwee itu mendengar pujianmu ini, entah berapa besar kegirangannya,"
katanya. "Kau tahu, di itu hari yang ayah angkatku mengajak aku ke Pakhia, di mana kita pibu, di sana telah ada orang yang mengalahkan aku?"
Oey Yong lantas saja sadar. "Oh, aku tahu
sekarang!" serunya. "Orang yang kau buat pikirkan itu adalah si pangeran muda Wanyen Kang!"
"Dia boleh menjadi pangeran, dia boleh menjadi pengemis, di hatiku cuma ada dia seorang," Liam Cu mengaku. "Dia boleh menjadi orang baik, dia boleh menjadi orang jahat, di dalam hatiku tetap ada dia seorang!" Perlahan suara nona Bok, tetapi tetap nadanya.
Oey Yong mengangguk, ia membalas mencekal
erat tangan orang. Mereka berdua berendeng di bawah pohon itu, hati mereka bersatu padu.
Cuma sebentar Oey Yong berpikir, ia pulangi piasu orang. "Ini aku kembalikan," katanya.
Liam Cu sebaliknya menolak. Katanya, "Ini
kepunyaan engko Cengmu itu, ini harus menjadi kepunyaanmu."
Bukan kepalang girangnya Oey Yong. Ia simpan
pula piasu itu. "Enci, kau baik sekali!" katanya, bersyukur. Ia lantas berniat memberikan sesuatu apa tetapi ia tidak ingat ia punya barang yang berharga untuk tanda mata. Maka ia menanya: "Enci, kau datang ke Selatan ini seorang diri untuk urusan apakah" Maukah kau menerima bantuan adikmu ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mukanya Liam Cu bersemu merah. "Tidak ada
urusan yang penting," sahutnya.
"Kalau begitu, mari aku mengajak kau menemui
Ang Cit Kong," kata Oey Yong.
Liam Cu menjadi sangat girang. "Cit Kong ada
disini?" tanyanya cepat.
Oey Yong mengangguk, lantas ia berlompat bangun seraya menarik tangan orang.
Justru itu di atas pohon terdengar suara berkeresek, lalu terjatuh selemar kulit kayu, disusul mana berkelebat satu bayangan seorang, ynag berlompatan di atas pohon-pohon di dekat situ, lantas lenyap.
Dengan heran Oey Yong jumput babakan pohon itu, di situ ia lihat sebaris huruf bertuliskan jarum, bunyinya,
"Dua nona yang baik sekali! Yong-jie, apabila kau main gila pula, Cit Kong ingin menggaplokmu beberapa kali!" Di bawah itu tidak ada tanda tangannya, cuma gambaran sebuah cupu-cupu. Tahulah ia, itu ada perbuatannya Ang Cit Kong, maka tahu juga ia, segala sepak terjangnya sudah ketahuan si kepala pengemis itu. ia jengah sendirinya. Tapi ia ajak Liam Cu ke rima, di sana ia tak tampak Cit Kong. terpaksa mereka balik ke pondokan.
Kwee Ceng sudah kembali dari belakang bukit,
heran ia melihat Oey Yong bergandengan tangan bersama Liam Cu.
"Enci Bok, apakah kau dapat melihat guruku
beramai?" ia tanya. "Aku telah berpisahan dari gurumu itu," menjawab Liam Cu. "Mereka telah berjanji untuk bertemu pula di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yan Ie Lauw di Kee-hin pada Pee Gwee Tiong Ciu."
"Baik-baikkah mereka semua?" tanyannya.
"Jangan kuatir, Kwee Sieheng," sahut Liam Cu
tersenyum. "Mereka semua tidak mendongkol karena perbuatanmu itu."
Tidak lega hatinya Kwee Ceng, yang menyangka
gurunya semua pasti gusar sekali. Karena ini ia menjadi tidak bernapsu dahar dan minum, ia duduk berdiam saja.
Liam Cu sebaliknya menanya Oey Yong cara
bagaimana mereka bertemu dengan Ang Cit Kong.
Oey Yong memberikan keterangan dengan jelas.
"Kau sangat beruntung, adikku," kata Liam Cu, seraya menghela napas. "Kau dapat berkumpul begitu lama bersama dia, sedanf aku sendiri, bertemu pun susah."
"Tapi diam-diam ia melindungimu, Enci," Oey Yong menghibur. "Kalau tadi aku benar-benar mencelakai kau, dia tentu bakal turun tangan menolongi padamu."
Liam Cu mengangguk, ia membenarkan.
Kwee Ceng mendengar pembicaraan orang, ia
heran. "Yong-jie, bagaimana?" tanya. "Kenapa kau hendak mencelakai enci Bok?"
Oey Yong menoleh sambil tersenyum. "Tidak dapat aku menerangkan kepadamu," sahutnya.
"Dia takut"dia takut"." kata Liam Cu tertawa. Ia pun likat, ia tidak berani bicara terus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong mengitik, "Kau berani menceritakan atau tidak?" katanya.
Liam Cu mengulurkan lidahnya. "Mana aku berani?"
sahutnya. "Maukah aku bersumpah?"
"Cis!" Oey Yong berludah. Tapi mukanya kembali menjadi merah. Ia malu sendirinya kapan ia ingat tadi sudah memaksa nona itu bersumpah untuk dinikahi Kwee Ceng.
Kwee Ceng tidak tahu hati orang tapi ia senang melihat mereka rukun sekali.
Habis bersantap bertiga mereka pergi ke rimba berjalan-jalan. Di sini Oey Yong tanya bagaimana caranya Liam Cu bertemu dengan Ang Cit Kong
hingga ia diajarkan silat.
"Itu waktu aku masih kecil," menyahut Liam Cu bercerita. "Pada suatu hari ayah ajak aku pergi ke Pian-liang, di sana kita ambil tempat di penginapan. Itu hari aku keluar untuk main-main di depan pintu, aku lihat dua orang pengemis rebah di tanah, tubuh mereka berlumuran darah bekas bacokan, tidak ada orang yang memperdulikan, rupanya mereka jijik atau jeri"."
"Aku mengerti," memotong Oey Yong, "Kau tentu baik hati, kau rawat mereka."
"Aku tidak bisa mengobati mereka tetapi karena kasihan, aku pepayang mereka ke kamar ayah, aku cuci lukanya dan membalutnya," Liam Cu melanjutkan.
"Ktika ayah pulang dan aku tuturkan apa yang aku lakukan, ayah menghela napas dan memuji aku. Ia pun kata, dulu juga istrinya murah hati seperti aku.
Kemudian ayah memberikan beberapa tail perak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada kedua pengemis itu, untuk mereka membeli obat. Mereka menerima seraya mengucap terima kasih dan lantas pergi. Selang beberapa bulan, kami tiba di Sin-yang. Kebetulan sekali, aku bertemu kedua pengemis itu, waktu itu luka mereka sudah sembuh.
Mereka mengajak aku ke sebuah kuil rusak, di sana aku bertemu sama Ang Cit Kong. Dia memuji aku, lantas ia mengajari ilmu silat Po-giok-kun itu. Baru tiga hari, aku sudah dapat memahamkan. Dihari keempat, aku pergi kek kuil tua itu, ternyata lojinkee sudah pergi, dan selanjutnya aku tidak pernah bertemu pula dengannya."
Oey Yong ketarik hatinya. "Cit Kong telah
mengajarkan banyak padaku, Enci," ia berkata. "Kalau kau suka, aku nanti turunkan beberapa di antaranya padamu. Mari kita berdiam di sini untuk belasan hari.
Umpama kata Cit Kong ketahui perbuatanku, tidak nanti ia gusar."
"Terima kasih adik," kata Liam Cu. "Sekarang ini aku ada punya urusan sangat penting, tidak ada tempo luangku. Nanti saja, biarnya kau tidak mengajari, aku sendiri yang akan minta padamu."
Sabar dan lembut kelihatannya Liam Cu dari luar, tetapi sekali ia berkata, ia membuatnya orang bungkam. Begitulah Oey Yong, tadinya ia ingin menanya keterangan, lalu ia batal sendirinya.
Pagi itu Liam Cu pergi seorang diri, ia pulang di waktu sore, romannya gembira. Oey Yong lihat itu, ia pura-pura pilon.
Malam itu berdua mereka tidur dalam satu kamar.
Oey Yong naik lebih dulu ke atas pembaringannya.
Diam-diam mencuri lihat orang duduk menghadapai lampu seraya menunjang dagu, seperti lagi berpikir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras. Ia menutup matanya rapat-rapat, untuk berpura-pura pulas.
Berselang beberapa saat, Liam Cu mengeluarkan serupa barang dari buntalannya, dengan lembut barang itu di ciumi berulang-ulang, dibuatnya main di tangannya, dipandangi lama. Samar-samar Oey Yong melihat seperti sepotong sapu tangan sulam.
Tiba-tiba Liam berbalik, tangannya mengebaskan barang di tangannya itu.
Oey Yong kaget, lekas-lekas ia meram. Ketika ia mendengar siuran angin perlahan-lahan, ia membuka matanya sedikit, akan mengintai. Ia dapatkan Liam Cu jalan mundar-mandir di depan pembaringan,
lengannya dilibatkan barang yang tadinya dia buat main itu. Nyatalah itu adalah juwiran jubahnya Wanyen Kang, yang didapat pada harian mereka pibu. Nona Bok tersenyum, rupanya dia membayangi kejadian di harian itu dan hatinya berbunga, begitulah satu kali ia menendang, lain kali kepalanya melayang, alisnya bergerak-gerak.
Oey Yong terus berpura pulas tapi setiap waktu ia mengintai. Ia lihat orang datang dekat sekali padanya dan menatap mukanya. Ia mendengar orang menghela napas dan berkata dengan perlahan: "Kau cantik sekali"." Mendadak nona itu membalik tubuh, ia pergi ke pintu dan membukanya, atau dilain saat ia sudah berada di luar, melompati tembok pekarangan dan pergi".."
Oey Yong heran bukan main. Ia lompat turun, lantas ia keluar, untuk menyusul. Ia lihat orang lari ke arah Barat. Ia menguntit. Tentu saja ia berhasil, karena ia dapat berlari-lari dengan cepat. Ia hanya menjaga agar ia tidak diketahui nona she Bok itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu pergi ke pasar, menaiki sebuah rumah, sesudah melihat keempat penjuru, dia pergi ke Selatan dimana ada sebuah lauwteng paling tinggi. Setiap hari Oey Yong pergi berbelanja ke pasar, ia tahu itulah rumah keluarga Chio, hartawan terbesar di tempat itu.
Ia menjadi heran dan menduga-duga apa mungkin Liam Cu membutuhkan uang.
Sebentar saja keduanya sudah sampai di samping rumah keluarga Chio itu. Dari situ terlihat di depan rumah ada sinar terang dari dua buah lentera besar, yang bertuliskan huruf-huruf air emas: "Utusan Negara Kim". Di bawah itu, di muka pintu, ada berjaga-jaga empat serdadu Kim dengan tangannya mencekal
golok. Liam Cu pergi ke belakang dimana keadaan sunyi, tapi ia masih mencoba menimpuk dengan batu, untuk mencari tahu di situ ada orang yang jaga atau tidak.
Setelah itu ia lompati tembok masuk ke pekarangan dalam. Ia jalan di antara pohon-pohon bunga, di gunung palsu.
Oey Yong terus menguntit.
Liam Cu pergi ke jendela sebuah kamar timur, di situ di kertas jendela terlihat bayangan seorang lelaki, yang tengah berjalan mondar-mandir. Si nona
menjublak mengawasi bayangan orang itu.
Oey Yong menduga, ia tapinya tidak sabaran.
"Baik aku masuk dari lain sebelah, aku totok roboh orang itu, supaya ia kaget," pikirnya. Ia anggap nona Bok terlalu ragu-ragu. Disaat ia hendak membuka jendela, untuk berlompat masuk, ia dengar pintu dibuka, lalu seorang bertindak masuk. Orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberi kabar bahwa menurut warta, utusan raja yang bakal menyambut yaitu Toan Ciangkun yang berpangkat komandan tentera, akan tiba lusa.
Orang di dalam itu menyahuti, lalu si pembawa kabar mengundurkan diri pula.
"Terang ini adalah utusan negara Kim, kalau beitu enci Bok ada punya maksud lain," Oey Yong berpikir,
"Aku tidak boleh semberono." Ia lantas membasahkan kertas jendela, buat membikin sebuah lobang kecil, untuk mengintai ke dalam. Ia heran berbareng
gembira. Orang di dalam kamar itu adalah si pangeran muda Wanyen Kang, tangannya memegang serupa
benda hitam yang tengah dibuat main sembari ia jalan mundar-mandir, matanya mengawasi wuwungan,
entah apa yang dipikirkannya. Tempo pangeran itu datang dekat ke api, Oey Yong melihat tegas barang itu adalah kepala tembok yang sudah karatan, masih ada sisa sedikit gagangnya.
Nona Oey ini tidak tahu tombak itu adalah tombak warisannya Yo Tiat Sim, ayahnya si pangeran, ia hanya menduga, Liam Cu tentu ada hubungannya
dengan itu. Ia tertawa di dalam hatinya dan berpikir:
"Kamu lucu! Yang satu membuat main juwiran jubah, ynag lain membuat main ujung tombak! Kamu berada begini dekat satu sama lain, kenapa kamu bagaikan terpisah antara ujung dunia?". Tanpa merasa, ia tertawa.
Wanyen Kang dapat dengar suara itu, ia
terperanjat. "Siapa"!" ia menanya seraya mengebas mati api lilin.
Oey Yong tidak menyahuti, hanya ia melompat
kepada Liam Cu, sebelum nona Bok mendusin, ia sudah ditotok hingga tidak dapat bergerak lagi. Baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah itu sembari tertawa ia berkata: "Enci, jangan khawatir, jangan sibuk! Nanti aku antarkan kau kepada kekasihmu itu!"
Wanyen Kang telah membuka pintu untuk keluar
ketika ia mendengar suara tertawa satu nona sambil terus berkata: "Inilah kekasihmu datang, lekas menyambut dia!" Ia terkejut, tapi ia mesati menantang kedua tangannya, karena ada tubuh yang ditolak kepadanya, hingga ia mesti memeluk orang itu juga.
Itulah tubuh yang lemas. Si nona tadi lompat ke tembok, sembari tertawa, dia berkata pula: "Enci, bagaimana nanti kau membalas budiku?" Sesaat
kemudian, suara itu lenyap, lenyap bersama orangnya.
Disaat itu juga, tubuh yang lemah itu bergerak, jatuh ke lantai.
Wanyen Kang heran, ia kaget hingga ia mundur. Ia berkhawatir sudah melukai orang.
"Apakah kau masih ingat aku?" ia dapat jawaban, yang perlahan sekali.
Ia kenali suara itu, ia terperanjat. "Kau?" katanya.
"Oh!" "Memang aku," sahutnya Liam Cu.
"Apakah ada orang lain bersamamu?" tanya sang pangeran lagi.
"Yang tadi itu adalah sahbatku yang nakal dan jahil, dia menguntit aku di luar tahuku." jawab sang nona.
Wanyen Kang masuk ke dalam, ia menyalakan api.
"Nona mari masuk!" ia mengundang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu bertindak masuk sambil bertunduk, terus ia duduk di sebuah kursi. Ia tunduk terus dan
membungkam, cuma hatinya berdebaran.
Wanyen Kang mengawasi orang yang agaknya
kaget dan girang, mukanya sebentar pias sebentar merah. Itulah kelikatannya seorang nona. tentu saja hatinya pun memukul.
"Ada apa malam-malam kau datang mencari aku?"
ia menanya akhirnya. Liam Cu tidak menyahuti.
Wanyen Kang ingat kematian hebat dari ayah dan ibunya, tanpa merasa ia menjadi mengasihani nona ini.
"Adik," katanya kemudian, "Karena ayahmu telah menutup mata, selanjutnya kau baik tinggal bersama-sama aku. Aku nanti anggap kau sebagai adik
kandungku." "Aku adalah anka angkat ayah, bukan anak
kandung?" kata Liam Cu. Wanyen Kang sadar. "Dia bicara terhadap aku," pikirnya. "Diantara kita jadinya tidak ada hubungan darah"." Ia ulur tangannya, mencekal tangan kanan si nona. Ia tersenyum.
Liam Cu merah pula mukanya, ia berontak perlahan tetapi tangannya tak terlepaskan. Ia tunduk , ia membiarkan tangannya itu terus dipegangi. Hati Wanyen Kang berdebaran. Ia ulur tangan kirinya, dan merangkul leher si nona.
"Inilah untuk ketiga kalinya aku memeluk kau," ia berbisik di kuping orang. "Yang pertama di gelanggang pibu, yang kedua kali di luar kamar. Adalah kali ini kita ada bersama tanpa orang ketiga"."
Liam Cu mengasih dengar suara perlahan, hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdebar bukan main. "Kenapa kau mencari aku?" ia mendengar pula si pangeran bertanya.
"Semenjak dari kota raja aku mengikuti kau,"
menyahut si nona. "Setaip malam aku mengawasi tubuhmu dari antara jendela, aku tidak berani?" "Aku tidak mempunyai ayah dan ibu lagi, jangan kau siasiakan aku?" kata pula Liam Cu kemudian, suaranya sangat perlahan.
Pangeran itu mengusap-usap rambut orang yang
bagus. "Kau jangan khawatir," katanya. "Untuk selama-lamanya aku adalah kepunyaanmu dan kau pun untuk selama-lamanya kepunyaanku. Tidakkah itu bagus?"
Liam Cu puas sekali, ia mendongak menatap wajah pemuda itu. Ia mengangguk.
"Pasti aku akan nikah dengan kau," katanya. "Kalau di belakang hari aku mensia-siakan kau, biar aku terbinasa di antara bacokan-bacokan golok, biar aku mati tidak utuh!" bersumpah sang pemuda.
Liam Cu menangsi saking terharu. "Meski aku
adalah seorang nona kangouw, aku bukannya satu manusia rendah," ia berkata. "Jikalau kau benar mencintai aku, kau juga mesti menghargainya.
Seumurku, aku tidak berpikiran lain, meskipun leherku ditandalkan golok, apsti aku akan mengikuti kau."
Perlahan suara si nona tetapi tetap.
Mau tidak mau, Wanyen Kang jadi menaruh hormat.
"Adikku, kau baik sekali," ia berkata.
Terbuka hati Liam Cu, ia tertawa. Ia kata: Aku akan menantikan kau di rumah ayah angkatku di Gu-kee-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cun di Liam-an, sembarang waktu kau boleh kirim orang perantaraanmu melamar diriku"." Ia berhenti sebentar, baru ia meneruskan: "Selama kau tidak datang, seumurku aku akan menantikan kau!"
"Jangan bersangsi, adikku," kata Wanyen Kang.
"Setelah selesai tugasku, aku nanti menyambutmu untuk kita menikah."
Liam Cu tertawa, ia memutar tubuhnya, bertindak keluar.
"Jangan lantas pergi, adikku!" Wanyen Kang
memanggil. "Mari kita beromong-omong dulu"."
Nona itu berpaling tetapi tindakannya tak
dihentikannya. Wanyen Kang mengantar dengan matanya sampai
orang melompati tembok, ia berdiri menjublak, kemudian barulah ia balik ke kamarnya. Ia lihat tombaknya dimana masih ada air mata si nona. Ia merasakan dirinya sedang bermimpi.
Bab 27. Orang Tapakdaksa Dari Danau Thay
Ouw Oey Yong pulang ke pondokannya untuk terus tidur.
Ia puas karena ia merasa sudah melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Begitulah, ia tidur dengan nyenyak. Ketika besok paginya ia mendusin, ia tuturkan pada Kwee Ceng apa yang ia lakukan itu. Si anak muda pun senang. Keduanya lantas sarapan, terus mereka memasang omong. Tunggu punya
tunggu, sampai bersantap tengah hari, Liam Cu masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum kembali. "Baiklah kita tidak usah menantikan dia, kita berangkat sekarang!" Oey Yong mengajak akhirnya.
Kwee Ceng setuju. Mereka pergi ke pasar, untuk membeli seekor
kedelai, di waktu mereka mulai berangkat, sengaja mereka memutar ke rumah keluarga Chio, di sana sudah tidak ada lagi lentera tanda dari peruntusan negara Kim. Rupanya Wanyen Kang sudah berangkat.
Hal ini melegakan hatinya kedua anak muda itu.
Dalam perjalanan ini, Oey Yong menyamar sebagai seorang pemuda, senang ia berpesiar. Mengikuti saluran sunagi Oen Ho, mereka menuju ke Selatan.
Kuda mereka kuat jalannya, keledai yang mereka beli pun cukup tangguh, dengan begitu, walaupun tidak terburu-buru, mereka juga dapat berjalan lekas.
Pada suatu hari mereka tiba di Gie-hin, suatu tempat pembuatan barang tembikar yang kesohor, di situ mereka menyaksikan aneka warna barang-barang itu. Inilah pemandangan yang lain dengan
pemandangan di lain-lain tempat.
Jalan lebih jauh ke Timur, tak lama tibalah mereka di telaga Thay Ouw, pusat tumpahnya air dari tiga kota Timur dan Selatan. Luasnya telaga sekitar lima ratus lie, maka itu juga dinamakan Ngo Ouw atau Danau Lima.
Hatinya Kwee Ceng tertarik. Belum pernah ia
melihat air seluas itu. Ia berdiri berendeng bersama Oey Yong di tepian, tangan mereka berpegangan satu pada lain. Tanpa merasa ia berseru kegirangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita main-main di air," Oey Yong mengajak.
Pemuda itu setuju, dari itu mereka hampirkan
perkampungan nelayan, di sebuah rumah mereka
menitipkan kuda dan keledai mereka, lalu mereka meminjam sebuah perahu kecil, hingga di lain saat mereka sudah mengagayuh di permukaan air,
meluncurkan perahu itu, meninggalkan tepian. Dari perahu, mereka sekarang dapat melihat sekitarnya, yang agaknya jadi terlbeih luas lagi.
Rambut dan baju Oey Yong dipermainkan angin
keras. Ia gembira sekali, sambil tertawa ia berkata:
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dulu hari Hoan Tayhu telah menaiki perahu bersama-sama See Sie pesiar di Danau Lima ini, dia sungguh cerdik sekali. Mati tua disini bukankah ada lebih menang daripada seumur tahun repot sebagai
pembesar negeri?" Kwee Ceng tidak tahu riwayatnya Hoan Tayhu itu.
"Yong-jie, coba kau tuturkan tentang Hoan Tayhu dan See Sie itu," ia minta.
Oey Yong suka memberikan keterangan. Maka ia
menutur tentang Hoan Tayhu atau Menteri Hoan itu yang bernama Lee, yang pandai, hingga ia berhasil membantu Raja Wat menuntut balas membangun
negara, tetapi sesuadh berhasil, ia kenal batas, dia mengundurkan diri bersama-sama See Sie, akan hidup dalam kesunyian dan ketenangan di telaga Thay Ouw ini. Pandai ia menutur hingga pemudanya menjadi kesemsem saking tertarik harinya.
"Benar-benar Hoan Lee itu cerdik," kata si pemuda kemudian, "Tidaklah demikian dengan Ngouw Cu Sih dan Bun Ciong, sampai hari ajalnya mereka masih bekerja setia untuk negera. Sukar dicari orang-orang seperti mereka itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang!" berkata si nona. "Ini dia yang disebut,
"Negara adil, tak berubah, itulah kegagahan, negera buruk, sampai mati tak berubah, itulah kegagahan.?"
Kwee Ceng tidak mengerti, "Apakah artinya itu?" ia menanya.
"Itu artinya, di dalam negeri bejaksana, kau menjadi pembesar negeri, kau tetap tidak berubah kejujuranmu semenjak bermula, di dalam negara buruk, kau
berkorban jiwa raga, kau tetap tidak merusak
kehormatan dirimu, itu pun satu laki-laki sejati."
Kwee Ceng mengangguk. "Yong-jie, cara
bagaimana maka kau dapat memikir demikian?" ia bertanya pula.
"Aha!" Oey Yong tertawa. "Kalau aku yang dapat memikir begitu, bukankah aku telah berubah menjadi nabi" Itulah ujar-ujarnya Nabi Khong Hu-cu, diwaktu aku amsih kecil, ayah paksa aku membacanya."
"Sungguh banyak aku tidak mengerti," Kwee Ceng menghela napas. "Coba aku bersekolah, pastilah aku ketahui itu semua."
"Sebaliknya aku menyesal telah belajar surat,"
berkata Oey Yong. "Coba ayah tidak memaksa aku bersekolah, melukis, menabuh khim, hanya aku
dibiarkan menyakinkan ilmu silat, pasti kita tak usah takuti Bwee Tiauw Hong dan si siluman bangkotan she Nio itu!"
Asyik mereka pasang omong tanpa merasa perahu mereka sudah meninggalkan tepian belasan lie. Di dekat mereka, mereka melihat sebuah perahu kecil dimana seoarng nelayan bercokol di kepala perahunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedang mengail ikan sambil kepalanya ditunduki, hingga dia nampak seperti lukisan gambar saja.
Mereka bicara terus, ketika mereka berpaling kepada si nelayan, dia tetap duduk tak bergerak.
"Sungguh dia sabar dan ulet sekali!" kata Oey Yong tertawa. Kemudian di antara desiran angin dia bernyanyi, dari gembira menjadi sedih. Sebab ia menyanyikan "Syair Naga Air". Ia bernyanyi baru separuh, tiba-tiba terdengar sambutan yangs erupa, yang kemudian ternyata adalah suara si tukang pancing ikan itu.
Oey Yong terbengong. "Eh, kau kenapakah?" tanya Kwee Ceng heran.
"Itulah nyanyian yang sering dinyanyikan ayahku,"
menyahut si nona. "Aku heran seorang tukang pancing di sini pun dapat menyanyikan itu dan suaranya pun bersemangat tetapi pun bernada duka. Mari kita lihat."
Mereka mengayuh, akan menghampirkan tukang
pancing itu, siapa justru telah berhenti memancing dan menyimpan pancingnya serta ia mengayuh perahunya pergi.
Ketika kenderaan air mereka berpisah beberapa tombak lagi, tukang pancing itu terdengar berkata: "Di tengah telaga bertemu sama sepasang tetamu mulia, aku girang sekali! Sudikah kalau aku mengundang kalian bersama meminum arak?"
"Cuma kami khawatir mengganggu lotiang," Oey
Yong menyahuti. Ia heran untuk kata-kata rapi dari si tukang pancing itu.
"Tidak sama sekali, malah aku bergirang. Silahkan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia itu mengundang pula. Dengan beberapa kali mengayuh pula, Oey Yong
merapatkan perahunya kepada perahu si nelayan itu, bersama Kwee Ceng ia pindah perahu, habis
menambat perahunya sendiri kepada perahu orang, mereka memberi hormat. Nelayan itu membalasi
sambil berduduk terus. "Maaf, jiwi, kakiku sakit, tidak dapat aku bangun berdiri." katanya.
"Jangan merendah, lotiang," berkata muda-mudi itu.
Mereka mendapatkan orang berusia empatpuluh
lebih, mukanya kurus, mirip orang yang lagi menderita sakit berat, tubuhnya jangkung, meski berduduk, ia jauh lebih tinggi dari Kwee Ceng. Ia tidak bersendirian.
Di buntut perahu ada satu kacung lagi mengipasi perapian, dimana ia tengah memanasi arak.
Oey Yong perkenalkan she mereka, bahwa saking gembira mereka bermain perahu. Ia memohon maaf yang mereka sudah mengganggu ketentraman si
nelayan. "Kau merendah," kata si nelayan tertawa. "Aku she Liok. Apa jiwi berdua baru pertama kali ini pesiar di telaga ini?"
"Benar," sahut Kwee Ceng.
Kedua pemuda ini " sebab Oey Yong menyamar "
lantas diundang minum dan dahar sayur mayur yang terdiri dari empat rupa. Mereka mengucap teriam kasih, mereka minum dan dahar bersama. Nyata
araknya wangi dan sayurnya pun lezat, mesti itu masakan orang hartawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siauwko, kau muda sekali, tapi pandai kau
menyanyikan syair Naga Air itu," si orang she Liok itu memuji.
"Lotiang pun sama juga," Oey Yong membalasi.
Keduanya lantas bicara hal syair itu, dua-duanya gembira. Kwee Ceng tidak mengerti hal syair, ia membungkam, ia cuma kagum.
Ketika itu terlihat mega berkumpul. Si orang she Liok itu mengundang kedua tetamunya berkunjung ke rumahnya, untuk berdiam beberapa hari. Ia kata rumahnya itu di tepi telaga.
"Bagaimana, engko Ceng?" Oey Yong tanya
kawannya. Belum lagi Kwee Ceng menyahuti, si orang she Liok itu sudah berkata pula bahwa rumahnya dekat dan di sana ada puncak yang indah. "Jiwi tengah pesiar, maka itu, jangan kau menampik," ia mendesak.
"Kalau begitu, Yong-jie, mari kita membikin berabe tuan Liok!" akhirnya Kwee Ceng menjawab
kekasihnya. Ia pun mengucapkan terima kasih.
Si orang she Liok itu girang, ia terus menyuruh kacungnya mengayuh. Sampai di tepian, langit mulai gelap, Kwee Ceng kata ia hendak membayar pulang dulu perahunya, sedang di rumah si tukang perahu ada kuda dan keledainya, hendak binatang itu
dititipkan terus. "Tidak usah," kata si orang she Liok mencegah.
"Disini semua kenal aku, hal itu biar dia saja yang mengurusinya." Dia menunjuk kacungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kudaku nakal," kata Kwee Ceng.
"Kalau begitu baiklah, nanti aku menanti di
gubukku," kata si orang she Liok itu. Dia tertawa, lantas dia mengayuh perahunya, lenyap di antara pohon-pohon yangliu. Tapi kacungnya ikut Kwee Ceng dan Oey Yong memulangi perahu dan mengambil
kuda serta keledai mereka. Kemudian mereka mesti berjalan berliku-liku akan sampai di rumah si orang she Liok, yang merupakan suatu rumah besar dengan pekarangan yang lebar luas. Untuk tiba di muka pekarangan, mereka mesti melintasi dulu sebuah jembatan tunggu. Muda mudi itu saling mengawasi, kagum karena rumah orang itu.
Di muka pintu, kedua tetamu ini disambut seorang muda umur duapuluh lebih yang membawa empat
budak. Ia kata ia diutus ayahnya untuk menyambut.
Kwee Ceng membalas hormat, ia mengucap terima kasih. Ia melihat pemuda itu mengenakan jubah panjang, wajahnya mirip ayahnya, cuma tubuhnya besar dan kekar. Ia lantas minta belajar kenal.
Pemuda itu menyebutkan namanya, Koan Eng.
Sembari berbicara mereka bertindak masuk,
memasuki hingga tiga ruangan. Kedua tetamu ini menjadi terlebih kagum. Rumah itu indah tiang-tiangnya terukir.
"Lekas silahkan tetamu masuk!" lantas terdengar suaranya si orang she Liok, yang berada di ruang belakang.
"Ayahku terganggu kakinya, sekarang ia
menantikan di kamar tulis Timur," Koan Eng
memberitahu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka melintasi pintu angin, lantas mereka lihat pintu kamar tulis yang dipentang. Di dalam situ si nelayan duduk di atas pembaringannya. Sekarang ia tidak dandan lagi sebagai tukang pancing, hanya mengenakan pakaian mahasiswa atau sastrawan,
tangannya mencekal kipas. Ia menyambut dengan gembira, sambil tersenyum, ia pun lantas mengundang duduk. Koan Eng tidak berani duduk bersama, ia berdiri di samping.
Dua tetamu itu mengagumi kamar tulis itu, yang banyak kitabnya serta juga rupa-rupa barang kuno, tetapi Oey Yong terbengong ketika ia melihat
sepasang lian di tembok, bunyinya "Dalam tumpukan pakaian menyimpan pedang mustika" dan "Dalam
suara seruling dan tambur ada tetamu tua". Ia heran untuk kata-katanya. Itulah kata-kata yang suka disenandungkan ayahnya. Di bawah lian itu tertulis nama penulisnya berikut keterangannya: "Coretan Ngo Ouw Hoat-jin selama dalam sakitnya". Kata-kata "Ngo Ouw Hoat-jin" itu berarti "Orang tapakdaksa dari Thay Ouw". Ia menduga, si orang tapakdaksa itu tentulah tuan rumah she Liok ini. Bukankah ia lagi menderita sakit kaki"
Tuan rumah heran. "Bagaimana pandanganmu
tentang lian itu, laotee?" ia menanya.
"Kalau aku mengaco, harap chung-cu tidak buat kecil hati," sahut Oey Yong. Ia sekarang memanggil
"chung-cu" = tuan rumah. Ia kata lian itu mengandung kemurkaan dan penasaran, sedang tulisannya bagus dan keren. Ia anggap orang telah menyimpan
pedangnya untuk hidup menyendiri di tempat sepi.
Mendengar itu, tuan rumah menghela napas, ia
berdiam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku masih muda dan tidak tahu apa-apa, aku telah sembarangan omong, harap chung-cu suka
memaafkan," berkata Oey Yong.
"Jangan mengucap demikian, Oey Laotee," berkata Liok Chung-cu. "Apa yang tersimpan di dalam hatiku berulah hari ini dapat dilihat orang seorang sebagai kau, maka bisalah dibilang, kaulah orang yang paling mengenal aku selama hidupku ini." Lalu ia menoleh kepada putranya, menyuruh lekas menyiapkan barang hidangan.
Oey Yong dan Kwee Ceng meminta tuan rumah
jangan membikin berabe tetapi tuan rumah yang muda sudah lantas mengundurkan diri.
"Laotee, pandanganmu tajam, kau mestinya dari keluarga terpelajar, mungkin ayahmu ada seorang sastrawan besar," berekat tuan rumah. "Entah siapa ayahmu itu, bolehkah aku mengetahui nama besarnya yang mulia?"
"Aku tidak mengerti apa-apa, chung-cu terlalu memuji," menyahut Oey Yong. "Ayahku cuma
membuka rumah perguruan di kampung halaman."
Tuan rumah itu menghela napas. "Orang terpelajar tak menemui nasibnya yang baik, sejak dahulu hingga sekarang sama saja," katanya. "Oey Laotee, kita ada bagaikan sahabat lama, maka itu aku ingin minta kau melukis sesuatu untukku, sebagai tanda peringatan.
Sudikah kau meluluskannya?"
Oey Yong tersenyum. "Oh, chung-cu!" katanya.
"Coretan buruk, cuma-cuma akan membikin kotor mata chung-chu saja!"
Mengetahui orang suka meluluskan, tuan rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sangat girang, ia suruh kacungnya lekas menyediakan perabot tulis. Si kacung sendiri yang menggosokan baknya.
Oey Yong tidak menampik lagi, cuma berpikir
sebentar, lantas ia melukiskan gambarnya seorang mahasiswa usia pertengahan lagi berdiri di latar tengah sedang berdongak sambil menghela napas memandangi si putri malam yang cahayanya terang permai, mahasiswa itu agaknya kesepian, tetapi tangannya dia memegangi gagang pedang, romannya keren. Di samping lukisan itu dituliskan syair: "Siauw Tiong San" dari Gak Hui. Sebagai tanda tangan ia menyebutkan dirinya si anak muda she Oey.
Liok Chung-chu girang sekali, ia memuji dan
mengucapkan terima kasih. Ia senang dengan gmabar itu.
Habis bersantap, mereka kembali ke kamar tulis, akan pasang omong pula. Tuan rumah menyebutkan halnya kedua gua Thio Kong dan Sian Koan. Ia minta kedua tetamunya tinggal beberapa hari lagi untuk menjenguk kedua gua itu.
"Sekarang silahkan jiwi beristirahat," katanya tuan rumah akhirnya.
Kwee Ceng dan Oey Yong mengucap terima kasih, mereka berbangkit, untuk mengikuti kedua bujang yang membawa lentera, yang hendak mengantar ke kamar yang telah disediakan untuk mereka. Selagi lewat di ambang pintu, Oey Yong mendongak, maka terkejutlah ia menampak di atas pintu ada delapan lemabr besi merupakan patkwa. Tapi ia tidak bilang suatu apa, ia mengikuti terus pengantarnya itu. Kamar yang disediakan diperaboti lengkap, pembaringannya dua. Kedua bujang menyediakan the, ketika hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundurkan diri mereka memberitahu apabila perlu apa-apa, kedua tetamunya boleh membunyikan
kelenengan, yang diikat di pinggiran pembaringan.
Kemudian mereka memesan agar diwaktu malam
jangan kedua tetamunya itu pergi keluar.
"Engko Ceng, lihat, tempat apa ini," berbisik Oey Yong setelah kedua bujang menutup pintu kamar dan berlalu. "Kenapa kita dilarang keluar di waktu malam?"
"Rumah ini luas sekali pekarangannya, berliku-liku juga, mungkin dikhawatirkan kita kesasar," sahut Kwee Ceng.
"Bagaimana engko lihat tuan rumah kita?" si nona menanya pula.
"Dia mirip perwira yang telah mengundurkan diri!"
jawab si anak muda. "Tidak salah! Dia tentu mengerti ilmu silat, bahkan lihay. Kau lihat tidak tadi itu patkwa besi di atas pintu kamar tulis?"
"Patkwa besi" Apakah itu?" tanya si pemuda.
"Itulah senjata yang menjadi alat untuk
menyakinkan ilmu Pek-khong-ciang, latihan memukul udara kosong. Ayah pernah ajarkan aku ilmu itu, aku bosan, selang beberapa bulan, aku mengapalkannya siapa tahu, di sini aku melihat alat itu?"
"Kelihatannya Liok Chung-cu tidak bermaksud jahat, maka itu apabila dia tidak membilang sesuatu apa, kita baik perpura-pura pilon."
Oey Yong tersenyum, lalu tangannya mengebas ke lilin, memadamkan api.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tanganmu sungguh lihay!" Kwee Ceng memuji
perlahan. "Yong-jie, adakah ini Pek-khong-ciang?"
"Cuma sebegini pelajaranku," Oey Yong tertawa.
"Ini ada untuk main-main, buat dipakai menyerang orang, tidak dapat."
Sampai di sini, keduanya tidur.
Mereka belum puas ketika kuping mereka dapat
menangkap suara bagaikan orang meniup terompet kulit keong, terdengarnya samar-samar, tandanya jauh suara itu, kemudian datang suara yang
menyambutnya, tanda terompet itu dibunyikan bukan oleh satu orang. Suara menyambut itu pun samar-samar.
"Engko Ceng, mari kita lihat," Oey Yong mengajak, suaranya perlahan. Ia heran sebab terompet itu terang saling sahutan.
"Lebih baik kita jangan keluar, khawatir terbit gara-gara." sahut si pemuda.
"Siapa bilang untuk menerbitkan gara-gara" Aku mengatakan untuk melihat." jawab si nona bersikeras.
Kwee Ceng terpaksa menurut, maka dengan
berhati-hati keduanya membuka jendela, untuk
melongok dulu keluar. Di paseban terlihat beberapa orang dengan lentera, beberapa lagi pergi datang, agaknya repot. Di atas genteng pun ada tiga empat orang lagi mendekam. Di antara terangnya lentera, terlihat nyata orang pada membekal senjata tajam.
Tidak lama, semua orang itu pergi keluar.
Oey Yong heran, ingin ia mencari tahu, dari itu ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tarik tangan Kwee Ceng pergi ke jendela sebelah barat. Di luar situ tidak ada orang, keduanya lompat keluar. Kerena kegesitannya, mereka tak terlihat orang-orang di atas genting itu.
Dengan memberi tanda dengan tangannya, si nona mengajak kawannya jalan mutar ke belakang. Jalanan di situ dari timur belok ke barat, berliku-liku. Heran adalah setiap paseban di tikungan, modelnya sama.
Maka dalam beberapa belokan saja, tak dapat
dibedakan lagi mana timur mana barat, mana selatan mana utara. Tapi si nona lihay, ia maju terus dengan cepat, tidak pernah ia bersangsi. Pernah nampaknya di depan tidak ada jalanan tetapi ia menobloskan gunung-gunungan.
Heran Kwee Ceng setibanya mereka di sebuah
lorong yang agaknya buntu tetapi si belakangnya pintu angin nyata ada sebuah tempat tenang dan indah, hingga ia kata pada kawannya: "Yong-jie, rumah ini aneh, cara bagaimana kau kenal jalanannya semua?"
Oey Yong tidak menjawab, dengan tangannya ia
memberi tanda supaya si pemuda tutup mulut. Mereka melalui beberapa tikungan, baru mereka tiba di tembok belakang. Di situ si nona menekuk-nekuk tangannya, ia maju beberapa tindak, kemudian Kwee Ceng dengar ia menyebutnya perlahan: "Cit satu"tun tiga"ie lima"hiu tujuh"kun"." yang ia tak mengerti, akan akhirnya si nona kata sembari tersenyum: "Cuma di sini ada jalan keluar, yang lainnya penuh dengan alat rahasia." Habis berkata, ia lompat naik ke tembok.
Kwee Ceng lantas mengikuti.
"Pekarangan ini diatur menurut patkwa," Oey Yong memberi keterangan. "Inilah keahlian ayahku. Liok Chung-cu bisa menyulitkan orang lain, tidak aku!" Dan ia agaknya puas sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keduanya naik di tanjakan bukit kecil di belakang, memandang ke arah timur, mereka mereka melihat sebarisan lentera obor yang menuju ke tepi telaga.
Oey Yong memberi tanda, ia lari ke arah timur itu, kawannya mengikuti terus. Lantas mereka sembunyi si belakang satu batu besar, mengintai ke tepian. Di situ berbaris perahu-perahu nelayan, orang semua menaiki itu. Sejenak saja, semua api dipadamkan.
Oey Yong berdua menunggu naiknya rombongan
paling belakang, di dalam gelap gulita mereka keluar dari tempat persembunyiannya, lari ke sebuah perahu yang paling besar, untuk lompat naik ke gubuk perahu.
Gesit dan enteng tubuh mereka, perbuatannya itu tidak ada yang ketahui. Mereka lantas mengintai di sela-sela gubuk. Segera ternyata, duduk di dalam perahu ada si chung-cu muda, Liok Koan Eng.
Semua perahu itu berlayar baru satu lie kira-kira, dari tengah telaga terdengar suara terompet. Dari perahu besar itu terlihat keluar seseorang, dia terus meniup terompet sebagai balasan. Masih perahu berlayar terus.
Selang beberapa lie lagi, terlihat di sebelah depan berbaris-baris perahu kecil berjalan bagaikan kawanan semut, atau titik-titik di atas kertas putih, entah berapa jumlahnya.
Tukang terompet di perahu besar meniup pula
terompetnya, tiga kali, lantas perahu kecil segera datang menghampirkan dari perlbagai penjuru.
Oey Yong dan Kwee Ceng heran betul. Agaknya
bakal ada pertempuran, tetapi Koan Eng tetap tenang sikapnya, tak seperti ia lagi mengahadapi musuh besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lekas sekali semua perahu sudah datang dekat, dari setiap perahu berlompat pindah satu orang, dua orang, tiga empat orang, tak tentu, di dalam, mereka memberi hormat kepada Koan Eng, terus mereka
duduk, sikapnya tetap menghormat, duduknya rapi.
Tempat duduknya seperti sudah diatur, sebab ada yang datang duluan duduknya di belakang atau di tengah, ada yang datang belakangan justru duduk di kursi kepala. Sebentar saja, semua sudah berduduk.
Mereka kelihatan keren, bukan seperti nelayan.
"Thio Toako, apa kabarmu?" tanya Liok Koan Eng seraya ia mengangkat tangannya. Ia memecahkan kesunyian setelah semua orang sudah duduk rapi itu.
Seorang yang kurus tubuhnya berbangkit. Ia
menyahuti: "Peruntusan negara Kim itu sudah
mengatur sebentar pagi-pagi akan melewati telaga dan Toan Cie-hui akan tiba lagi dua jam. Dengan alasan menyambut peruntusan itu, di sepanjang jalan Cie-hui itu sudah memeras harta benda. Ini pun sebabnya dia datang terlambat."
"Berapa banyak hasilnya itu?"
"Setiap kota ada bingkisannya. Serdadu-
serdadunya pun merampas di perkampungan. Aku
lihat, waktu turun ke perahu, pengikutnya menurunkan duapuluh peti lebih yang semua nampaknya sangat berat."
"Berapa banyak tentaranya itu?" Koan Eng
menanya pula. "Dua ribu serdadu berkuda. Yang naik perahu
semuanya adalah serdadu berjalan kaki. Karena perahu tidak banyak, yang ketinggalan ada sekitar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seribu jiwa." "Saudara semua, bagaimana pikiran kamu?" Koan Eng tanya para hadiran.
"Kami menanti titah siauw chung-cu!" ia mendapat jawaban serempak.
Koan Eng lantas bersidakep tangan, lalu ia berkata:
"Semua itu keringat darah rakyat, semuanya harta tak halal. Karena mereka lewat di sini, kalau kita tak ambil, kita menentang wet Tuhan! Mari kita ambil semunya, nati separuhnya kita amalkan kepada rakyat jelata, yang separuhnya kita bagi rata antara semua markas!"
"Bagus!" semua hadirin setuju.
Baru sekarang Oey Yong berdua ketahui, semua
orang itu adalah kepala-kepala perampok dan Koan Eng rupanya adalah pemimpin umumnya!
"Kita tidak dapat berayal lagi, mari segera kita turun tangan!" berkata Koan Eng lagi. "Thio Toako, tolong bawa lima buah perahu untuk membikin penyelidikan di depan!"
Si orang kurus menerima titah itu, ia berlalu paling dulu.
Setelah itu Koan Eng mengatur barisannya, siapa yang jadi pelopor, siapa penyambut atau pembantu, siapa mesti jadi "siluman air", akan selulup di dalam air untuk memahat perahu-perahu musuh, dan siapa
mesti jadi tukang angkut harta. Bahkan ditetapkan siapa mesti membekuk si kepala pasukan musuh. Dia kelihatan lemah tetatpi rapi pengaturannya itu. Maka itu, Kwee Ceng berdua bertambah kagum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Disaat orang hendak mulai berangkat, seorang
hadirin berbangkit dan berkata dengan suara dingin:
"Kita yang bekerja tanpa modal ini, sudah cukup kalau kita makan dari kaum pedagang kaya raya, tetapi dengan menempur pembesar dan tentara negeri, apa selanjutnya kita masih bisa berdiam di telaga ini?"
Kwee Ceng dan Oey Yong mengawasi orang itu,
ynag suaranya mereka rasa mengenalinya. Tidak usah mereka memandang lama, lantas mereka kenali orang ini ialah Toat-pek-pian Ma Ceng Hiong, salah satu dari keempat Hong Ho Su Koay, Empat Iblis dari sungai Hong Ho, yang adalah muridnya See Thong Thian.
Maka heran mereka, kenapa iblis itu nelusup di antara kawanan dari Thay Ouw itu.
Wajahnya Liok Koan Eng menjadi merah padam.
Belum lagi ia membuka suara, sudah ada dua tiga orang yang menegur Ceng Hiong itu.
"Ma Toako baru datang, tidak heran kau tidak
ketahui aturan kami di sini," kata Koan Eng mencoba bersikap sabar. "Bagi kami, satu kali semua orang sudah mengambil keputusan, kami mesti bekerja, biarnya kami semua ludas, kami tidak menyesal!"
"Baiklah!" kata Ceng Hiong. "Kamu lakuan
usahamu, aku tidak dapat mencampuri air keruh kamu!" Ia terus memutar tubuhnya, berniat berlalu.
Dua orang, yang tubuhnya besar, melintang di
mulut perahu. "Ma Toako!" kata mereka keras. "Kau sudah bersumpah memotong kepala ayam! Sumpah
kita adalah, rejeki sama dicicipi, bencana sama diderita!"
Ma Ceng Hiong tidak menggubris cegahan itu.
"Minggir!" ia membentak, kedua tangannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dikebaskan. Sebagai kesudahannya, dua orang tinggi besar itu roboh terpelanting.
Disaat iblis ini hendak bertindak, ia merasakan sambaran angin pada punggungnya. Segera ia berkelit ke samping, tangan kirinya mencabut semcama pusut dengan apa ia membalas menyerang dengan tikaman.
Penyerang yang gesit itu adalah Liok Koan Eng. Dia menangkis, kakinya dimajukan, tangan kanannya menyerang terus. Maka "Duk!" punggung Ceng Hiong kena terhajar hingga dia menjerit keras, memuntahkan darah, tubuhnya terus roboh binasa seketika.
"Bagus!" berseru semua hadirin, diantara siapa ada yang sambar tubuh Ceng Hiong itu, untuk digayor ke tengah telaga!
"Semua saudara, berebutlah maju!" Koan Eng
menyerukan tanpa menghiraukan lagi apa yang ia barusan lakukan.
Semua orang menyahuti, lantas semua kembali ke perahu masing-masing.
Sebentar kemudian, semua kenderaan air itu sudah menuju ke timur. Perahu besar Koan Eng mengiringi dari belakang. Tidak lama terlihatlah jauh di sebelah depan beberapa puluh buah perahu besar, yang
apinya terang-terang, tengah menuju ke barat.
Di antara perahu kecil lantas terdengar suara terompet keong.
Kwee Ceng dan Oey Yong memasang mata.
Mereka tidak usah menanti lama atau kedua pihak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perahu sudah datang dekat satu pada lain, lanats terdengar suara bentakan-bentakan disusul mana beradunya senjata atau tubuh yang kecemplung ke muka air.
Selang tidak lama, di pihak perahu tentara terlihat api berkobar, hingga seluruh telaga menjadi merah marong.
"Tentu mereka sudah berhasil," pikir Kwee Ceng berdua.
Tidak seberapa lama, beberapa perahu datang
mendekati perahu besar, dari dalam situ terdengar laporan: "Semua musuh sudah musnah, kepala
perangnya sudah tertawan!"
Koan Eng girang sekali, dai pergi ke kepala perahu.
Dia berseru: "Saudara-saudara, bercapai lelahlah sedikit lagi! Silahkan kamu membekuk utusan negera Kim!"
Pembawa kabar itu bersorak, mereka lantas berlalu pula, untuk menyampaikan titah itu. Habis itu, terdengar suara terompet dari pelbagai perahu kecil, semua perahu memasang layar, menuju ke barat, bertiup keras angin timur.
Perahu besar Koan Eng, yang tadinya berada di belakang, sekarang maju mendahului ynag lain-lain, pesat sekali lajunya.
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwee Ceng dan Oey Yong berdiam terus, mata
mereka mengawasi ke depan. Tidak peduli angin keras mendampar-dampar punggung mereka, mereka
gembira sekali. Coba tidak lagi sembunyi, tentulah si nona sudah bernyanyi. Pula menarik akan melihat perahu-perahu kecil mencoba melombai perahu besar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Berlayar kira-kira satu jam, di depan mulai
tertampak cahaya terang. Maka dua buah perahu kecil terlihat melesat mendatangi, lalu seorang dikepala salah satu perahu, dengan tangan memegang bendera merah berteriak nyaring: "Kita sudah menemui perahu-perahu peruntusan negera Kim itu! Hoo Cecu sudah mulai menyerang!"
"Bagus!" Koan Eng menyahuti.
Lekas sekali ada datang sebuah perahu lain,
seorang memberi laporan: "Kaki tangan negera Kim itu lihay, Hoo Cecu telah terluka! Kedua cecu Pheng dan Tang tengah mengepung mereka!"
Kapan perahu itu sudah datang dekat, dua orang memanggul Hoo Cecu ynag terluka itu naik di perahu besar. Selagi Koan Eng hendak mengeobati cecu itu, sudah lantas datang beberapa perahu lagi, yang membawa kedua cecu Pheng dan Tang yang tadi
disebutkan, ynag pun telah terluka. Pula dilaporkan yang, "Kwee Tauwnia dari puncak Piauw Biauw Hong telah kena ditombak mati utusan negara Kim,
mayatnya kecemplung ke telaga."
Mendengar itu Liok Koan Eng jadi gusar sekali.
"Anjing Kim itu demikian galak, nanti aku sendiri pergi membinasakan dia!" ia berseru.
Kwee Ceng dan Oey Yong sesalkan kegalakan
Wanyen Kang itu, yang membunuh bangsanya, dilain pihak, mereka khawatirkan kebinasaan pangeran itu, yang tentu tidak snaggup melayani kawanan perampok yang besar jumlahnya itu, hingga kalau dia mati, bagaimana jadinya dengan Bok Liam Cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita tolongi dia atau jangan?" Oey Yong berbisik.
"Kita tolongi dia tetapi dia mesti dibikin insyaf dan menyesal," sahut anak muda ini.
Oey Yong mengangguk. Itu waktu Koan Eng sudah membawa sebuah golok yang tajam di dua mukanya, dai berlompat ke sebuah perahu kecil. "Lekas!" dia berseru.
"Mari kita rampas itu perahu kecil di sampingnya!"
Oey Yong mengajak kawannya.
Disaat kedua hendak berlompat, tiba-tiba tempik sorak riuh kawanan perampok, kemudian tertampak perahu-perahu rombongan perutusan Kim itu pada karam. Rupanya perahu mereka itu telah dipahat bolong dasarnya. Kemudian, dengan bendera
merahnya dikibar-kibarkan, dau perahu datang
melapor: "Anjing Kim itu kecemplung di air. Dia sudah dapat dibekuk!"
Koan Eng girang, dia berlompat kembali ke perahu besar.
Tidak lama, di antara berisiknya terompet, sejumlah perahu kecil datang membawa orang-orang tawanan mereka ialah si utusan Kim, sekalian pahlawan dan pengiringnya, semua sudah lantas digusur naik ke perahu besar.
Kwee Ceng dan Oey Yong mendapatkan Wanyen
Kang dibelebat kaki tangannya, matanya meram saja, rupanya ia telah kena tenggak banyak air telaga.
Kebetulan itu sang fajar telah tiba, seluruh telaga mulai terang tertojohkan matahari dari timur, air telaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersinaran, memain seperti berlugat-legotnya ular-ular emas.
Liok Koan Eng telah memberikan pengumumannya;
"Semua cecu berkumpul di Kwie-in-chung untuk
berjamu! Semua tauwnia pulang ke markas, untuk menanti hadiah!"
Kaum perampok bersorak-sorai, lantas tertampak mereka berpencaran, lenyap di kejauhan. Dimuka telaga terlihat burung-burung melayang-layang, pula terlihat layar-layar putih. Segala apa tenang sekali, hingga orang tidak nanti menyangka bahwa baru saja dilakukan pertempuran mati hidup".
Kwee Ceng berdua menantikan orang sudah pada
ke darat, baru dengan diam-diam mereka pun pulang, untuk berpura-pura tidur.
Beberapa kali dua bujang pelayannya datang ke pintu kamar, mereka ini menyangka tetamunya sedang tidur nyenyak bekas letih pesiar kemarin, mereka tidak berani mengasih bangun.
Lewat lagi sesaat barulah Kwee Ceng berdua
membuka pintu. Lantas mereka diberi selamat pagi oleh kedua pelayannya, yang pun cepat menyediakan sarapan pagi seraya memberitahukan bahwa chung-cu menantikan di kamar tulis.
Keduanya menangsal perut sekedarnya, kemudian mereka pergi ke kamar tulis, di mana Liok Chung-cu sambil berduduk di pembaringan, menyambut sambil tertawa; "Angin besar di telaga, semalam gelombang mendampar-dampar gili-gili mengganggu orang tidur!
Apakah semalam jiwi dapat tidur nyenyak?"
Kwee Ceng jujur, pertanyaan itu membuat ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bungkam, tetapi Oey Yong menyahuti: "Tadi malam aku mendengar suara terompet kulit keong, rupanya paderi atau imam tengah membaca doa."
Tuan rumah tertawa. Lantas ia mengatakan ingin ia memperlihatkan kumpulan gambar lukisannya kepada kedua tetamunya.
"Tentu suka sekali kami melihat," berkata Oey Yong. "Pasti itu ada lukisan-lukisan yang sangat indah."
Liok Chung-cu menyuruh kacungnya mengambil
gambarnya itu, maka sebentar kemudian Oey Yong sudah memandang menikmatinya.
Selagi hatinya sangat ketarik, mendadak Oey Yong mendengar bentakan-bentakan disusul berlari-larinya beberapa orang, seperti seorang lari dikejar beberapa orang. Satu kali terdengar nyata bentakan: "Kalau sudah masuk ke dalam Kwie-in-chung, untuk kabur dari sini lebih sukar daripada mendaki langit!"
Diam-diam Oey Yong melirik tuan rumah, ia
mendapat kenyataan orang tenang seperti biasa, bagaikan dia tidak mendengar apa-apa, bahkan ia menanya, dari empat sastrawan besar di jamannya itu, tulisan siapa yang tetamunya paling digemari.
Selagi Oey Yong hendak memberikan jawabannya, tiba-tiba pintu kamar ada yang tabrak, seorang nerobos masuk, pakaian orang itu basah kuyup. Ia lantas mengenali Wanyen Kang, maka ia tarik Kwee Ceng seraya membisiki: "Lihat gambar, jangan
pedulikan dia?" Keduanya segera tunduk, terus mengawasi
gambar-gambar lukisan serta perlbagai tulisan. Tuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah mengawasi orang yang nerobos masuk itu.
Orang itu memang Wanyen Kang adanya. Dia
tertawan karena ia kecemplung dan kena meminum banyak air. Tempo dia mendusin, dia mendapatkan kaki tangannya terbelenggu, dan Liok Koan Eng hendak memeriksa dia. Segera dia mengerahkan
tenaganya, sekali berontak, dia membuatnya
belenggunya pada putus. Orang semua kaget, lantas mereka bergerak untuk menangkap. Dia membuka
kedua tangannya, dua orang yang terdekat
terpelanting roboh. Dia terus nerobos, untuk lari. Tapi Kwie-in-chung diatur menurut kedudukan patkwa, siapa tidak ketahui itu, jangan harap ia dapat lolos.
Pusaka Negeri Tayli 3 Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 7
Oey Yong sangat cerdas, lantas ia mengetahui, tentulah itu dimaksudkan jurus Naga Hijau Menyedot Air. Jurus itu lihay di depan, kosong di belakang.
Karenanya dengan lincah ia berlompat nyamping, terus ke belakang lawannya.
Nio Cu Ong benar-benar menyerang dengan
pukulan Naga Hijau Menyedot Air itu. Tentu saja ia gagal, karena si nona sudah mendahului menghalau diri. Malah ia jadi terluang punggungnya. Syukur ia lihay, dapat ia berkelit dari serangan si nona. Segera ia memandang ke arah jendela rumah penginapan.
"Orang pandai siapa di situ" Mengapa kau tidak mau memperlihatkan diri?" dia berseru dengan
pertanyaannya. Ang Cit Kong dengar suara menantang itu, ia
membungkam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong ada tulang punggungnya, ia jadi berani sekali. Ia menerjang. Dalam murkanya Nio Cu Ong melawan dengan bengis, ia menggunai pukulan-pukulan yang membinasakan. Tentu sekali, si nona segera terdesak pula.
"Jangan takut!" terdengar pula teriakannya Cit Kong. "Dia bakal menggunai Pukulan si Kunyuk
Kempolan Biru Manjat Pohon!"
Oey Yong tertawa cekikikkan, ia lantas mendahului menyerang dengan tinjunya.
Nio Cu Ong benar-benar hendak menyerang
dengan jurusnya yang disebut Cit Kong itu, hanya si pengemis aneh itu sengaja tukar namanya jurus itu, yang sebenarnya Kera Sakti Manjat Pohon. Melihat ia diserang, terpaksa ia membatalkan niatnya untuk membela diri, guna menukar jurus. Karena ia tahu, percuma ia melanjuti serangannya dengan tipu silat itu.
Dasar ia lebih lihay, tidak sukar untuk ia menolong dirinya. Hanya ia jadi semakin heran. Ia tanya dirinya,
"Kenapa orang itu ketahui aku bakal menyerang dengan jurusku itu?"
Oey Yong menyerang terus. Nio Cu Ong membela
diri, habis mana, dia berlompat pula keluar kalangan.
Ia berteriak ke arah pondokan: "Saudara yang baik, jikalau kau tetap tidak hendak memperlihatkan diri, jangan menyesal apabila aku tidak berlaku murah hati lagi!"
Di mulutnya Som Sian Lao Koay mengatakan
demikian, tangannya berkerja. Ia maju menyerang Oey Yong, hebat serangannya itu, maka dalam beberapa jurus saja, si nona terdesak pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong tidak bersuara pula, ia pun tidak muncul.
Kwee Ceng melihat kekasihnya terdesak dan
kelabakan hingga ia mesti main berkelit saja, ia lantas maju untuk membantui. Segera ia menyerang denagn pukulannya Naga Menyesal itu!
Nio Cu Ong mengetahui hebatnya jurus itu, ia
lompat mencelat. "Hajar padanya, engko Ceng!" Oey Yong
menganjurkan. "Serang terus-terusan hingga tiga kali beruntun!"
Habis menganjurkan, nona itu memutar tubuhnya, lari ke dalam pondokan. Kwee Ceng menuruti anjuran pacarnya, ia memasang kuda-kudanya. Ia mau
menunggu io Cu Ong merangsak, hendak ia
menyambutnya. Som Sian Loa Koay menjadi gusar berbareng
mendelu, pun ia merasa lucu juga. Dalam hatinya ia berkata: "Setahu darimana bocah ini dapat pelajari kurusnya ini"Toh ia cuma mempunyai satu jurus"."
Walaupun begitu, ia tidak berani keras lawan keras, bahkan tidak berani ia datang mendekati.
Karena terpisah cukup jauh, Kwee Ceng tidak bisa menyerang. Dengan begitu, pertempuran jadi mandek, mereka berdiri berhadapan saja.
"Anak tolol, awas!" io Cu Ong berteriak kemudian, terus ia berlompat, untuk menyerang.
Kwee Ceng menanti, lantas ia menyambuti dengan serangannnya.
Tapi orang she Nio itu menggunai akal. Dia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang terus. Belum lagi tubuhnya datang dekat, tangannya sudah terayun, lalu tiga batang jarum Touw-kut-ciam menyerang si anak muda di tiga jurusan, atas, tengah dan bawah!
Kwee Ceng melihat bahaya, terpaksa ia batalkan serangannya, ia terus berkelit.
Ketika ini digunai Nio Cu Ong berlompat maju, tangannya menyambar ke batang leher orang,
menjambak leber baju. Kwee Ceng terdesak, ia menyundul dengan
kepalanya. Tapi Nio Cu Ong benar-benar lihay, si anak muda merasakan ia seperti membentur kapas. Nio Cu Ong puas sekali, hendak ia menghajar anak muda itu.
Kali ini Oey Yong muncul dengan tiba-tiba. "Siluman tua, lihat apa ini"!" dia berteriak.
Nio Cu Ong kenal orang licin, lebih dulu ia pencet jalan darah Kin-ceng-hiat dari Kwee Ceng, baru ia menoleh kepada si nona nakal. Dia lantas
mendapatkan Oey Yong menghampirkan dengan
tindakan perlahan-lahan, tangannya mencekal sebuah tongkat bambu warna hijau seperti kumala huicui.
Untuk kagetnya, dia mengenali tongkat itu hingga ia berseru tertahan: "Ang"Ang Pangcu!"
Oey Yong tidak meladeni, hanya dia membentak:
"Masih kau tidak hendak melepaskan tanganmu"!"
Jinak agaknya si jago ini, ia segera melepaskan cekalannya kepada Kwee Ceng. Sejak tadi ia sudah heran, kenapa Oey Yong ada yang mengajari cara bagaimana harus melawan dia dan niat
penyerangannya dibeber. Ia mau menduga kepada Ang Cit Kong, ia ragu-ragu, sebab ia tahu, sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belasan tahun Ang Cit Kong tidak pernah terlihat di dalam dunia kangouw. Sekarang ia lihat tongkat si kepala pengemis, kagetnya bukan main.
Oey Yong mendekati, ia terus memegangi tongkat dengan kedua tangannya. Ia berkata pula dengan membentak: "Cit Kong bilang bahwa ia sudah
perdengarkan suaranya tetapi kau bernyali besar, kau tetap berani main gila disini! Maka Cit Kong tanya, kenapa kau berani berlaku kurang ajar begini"!"
Nio Cu Ong sudah lantas menekuk lututnya.
"Dengan sesungguhnya aku yang rendah tidak
mendapat tahu Pangcu ada disini," katanya dengan hormat, "Kalau aku yang rendah mengetahui, tidak nanti aku berani berbuat salah terhadap Pangcu."
Oey Yong heran. "Dia sangat lihya, kenapa dia takuti Cit Kong begini rupa" Kenapa dia pun
memanggil Ang Pangcu?" Tapi, pada parasnya, ia tetap berlaku keren. "Taukah kau apa dosamu?"
"Nona tolong sampaikan kepada Pangcu, bahwa
Nio Cu Ong sudah menginsyafi kesalahannya dan minta Ang Pangcu sukalah mengasih ampun," berkata Som Sian Lao Koay.
"Ingat olehmu!" berkata si nona, "Mulai hari ini sampai seterusnya, untuk selamanya tidak boleh kau mengganggu kami berdua!"
"Aku yang rendah tadinya tidak tahu apa-apa,"
menyahut Nio Cu Ong. "Aku tidak mengandung
maksud sengaja, maka itu aku minta sukalah jiwi memaafkannya."
Dengan "jiwi" " "tuan berdua" dimaksudkan Kwee Ceng dan si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat puas, ia tersenyum,
lantas ia tarik tangannya Kwee Ceng, buat diajak ngeloyor pergi, masuk ke dalam rumah penginapan. Di dalam pondok itu Ang Cit Kong tengah berduduk menghadapi empat mangkok besar terisi barang
hidangan, tangan kirinya mengangkat cawan arak, tangan kanannya mencekal sumpit, mulutnya
menggayem dan mencegluk air kata-kata.
"Cit Kong!" kata si nona tertawa. "Dia berlutut, sama sekali dia tidak berani berkutik!" Ia pun sampaikan permohonannya Nio Cu Ong.
Cit Kong menoleh kepada Kwee Ceng, "Pergi kau hampirkan dia, kau hajar serintasan, tidak nanti dia berani melawan!" katanya.
Kwee Ceng melongok di jendela. Ia lihat Nio Cu Ong terus berlutut di antara panasnya matahari, dua muridnya pun berlutut di belakangnya, roman mereka itu runtuh sekali. Ia menjadi tidak tega. "Cit Kong, kasihlah dia ampun," katanya.
"Hai, makhluk tidak tahu diri!" membentak si
pengemis. "Orang hajar padamu, kau tidak mampu melawan, aku si tua bangka menolongi padamu,
sekarang kau memintakan ampun untuknya! Apakah artinya ini"!"
Ditegur begitu, Kwee Ceng berdiri diam. Ia tidak sangka si pengemis, yang biasanya jenaka dan manis budi, sekarang menjadi galak begini.
Oey Yong tertawa, dia datang sama tengah. "Cit Kong, nanti aku yang hajar dia!" katanya.
Dan lantas ia bertindak keluar dengan masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membawa tongkat istimewa itu. Ia hampirkan Nio Cu Ong, yang berlutut tanpa bergeming, wajahnya wajah ketakutan. Oey Yong lantas menegur: "Cit Kong bilang kau jahat, hari ini sebenarnya kau mesti disembelih, tetapi syukur ada aku punya engko Ceng yang hatinya murah, dia telah memintakan ampun untumu, ia
memohon lama juga barulah Cit Kong meluluskannya."
Kata-kata itu ditutup dengan diangkatnya tongkat, dihajarkan ke kempolan orang.
"Nah, kaupergilah!" akhirnya si nona mengusir.
Nio Cu Ong tidak segera mengangkat kaki, ia hanya memandang ke arah jendela. "Ang Pangcu, aku ingin bertemu padamu, untuk menghanturkan terima kasih yang kau telah tidak membunuh aku," katanya.
Dari dalam pondokan tidak ada terdengar suara apa-apa.
Nio Cu Ong terus bertekuk lutut.
Sampai sekian lama, barulah Kwee Ceng muncul.
Ia menggoyang-goyang tangan, ia berkata dengan perlahan: "Cit Kong lagi tidur, kau jangan bikin berisik disini!"
Baru sekarang Nio Cu Ong berbangkit, ia mendelik kepada itu muda-mudi, lalu ia ngeloyor pergi dengan mengajak ketiga muridnya.
Oey Yong dan Kwee Ceng membiarkan orang
melotot mata, bersama-sama mereka balik ke dalam pondokan. Benar-benar Cit Kong terlihat lagi
menggeros dengan kepalanya diletaki di atas meja. Si nona pegang pundak orang, ia menggoyang-goyang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Cit Kong, Cit Kong," katanya. "Tongkat bambu mustikamu ini sangat besar pengaruhnya, jikalau kau tidak pakai, kau berikan saja padaku! Bolehkah!"
Cit Kong mengangkat kepalanya, ia menguap, ia pun mengulet. "Enak saja kau membuka suaramu!"
katanya tertawa. "Bendaku ini adalah alat peranti mencari makan dari kakekmu. Seorang pengemis
tanpa tongkat pemukul anjing mana bisa jadi
pengemis?" Oey Yong bermanja. "Ilmu silatmu sudah sangat lihay, orang jeri padamu, habis untuk apa kau menghendaki tongkat ini?" dia mendesak.
"Hai, budak tolol!" tertawa si pengemis. "Sekarang lekas kau masaki aku beberapa rupa barang hidangan yang lezat, sebentar aku menutur perlahan-lahan padamu."
Oey Yong menurut, ia lantas pergi ke dapur. Ia menyiapkan tiga rupa masakan. Apabila sudah selesai, ia bawa itu keluar.
Cit Kong memegang cawan araknya dengan tangan kanan, tangan kirinya memegang sepotong ham, yang ia gerogoti. Ia mengunyah perlahan-lahan. "Makhluk di dalam dunia ini tidak ada yang tidak berkumpul dengan seterunya," ia berkata kemudian. "Hartawan yang kemaruk uang satu rombongan, orang Rimba Hijau tukang membegal atau merampok satu rombongan
juga. Demikian kami si tukang minta-minta, kami pun berkumpul dalam satu golongan"."
"Aku tahu sudah, aku tahu sudah!" Oey Yong
memotong seraya ia menepuk-nepuk tangan. "Tadi Nio Cu Ong memanggil kau Pangcu, kau jadinya adalah pemimpin dari tukang minta-minta!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cerdik nona ini, ia lantas dapat menerka.
"Benar!" Cit Kong mengaku. "Kami bangsa
pengemis biasa orang hinakan, bisa digigit anjing, apabila kami tidak bersatu, mana dapat kami hidup"
Maka juga ini sebatang tongkat serta ini sebuah cupu-cupu, semenjak jaman Cian Tong Ngo tay sampai hari ini, sudah beberapa ratus tahun, selamanya dipegang oleh orang yang menjadi Pangcu, ialah pemimpin kepala, jadi inilah mirip dengan capnya seorang kaisar atau capnya satu pembesar negeri."
Mendengar itu, Oey Yong meleletkan lidahnya.
"Syukur kau tidak mengasihkan padaku!" katanya.
"Kenapa?" Cit Kong tertawa.
"Jikalau semua pengemis di kolong langit ini pada mencari aku, untuk aku mengurus mereka, apakah itu tidak cade?" sahutnya.
Cit Kong tertawa pula. Ia gerogoti pula sepotong ceker. Ia berkata pula: "Rakyat negeri di Utara diurus oleh negeri Kim, rakyat negeri di Selatan diurus oleh kerajaan Song, tetapi pengemis di kolong langit ini..?"
"Tidak peduli mereka yang dari Selatan atau Utara, semua mereka diurus oleh kau , lojinkee!" Oey Yong mendahului.
Ang Cit Kong tertawa terbahak, ia mengangguk.
"Pantaslah itu siluman bangkotan she Nio sangat jeri padamu!" si nona menyambungi. "Kalau semua pengemis di kolong langit ini mencari dia, untuk mengganggu, nah, bukan main sulitnya dia! Umpama satu pengemis menangkap seekor tuma itu ditaruh di lehernya, tidakkah ia bakal mampus kegatalan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tertawa. Ang Cit Kong tidak gusar, ia malah turut tertawa.
"Tetapi," menjelaskan si raja pengemis kemudian,
"Dia takuti aku bukannya karena itu?"
"Habis karena apa?" tanya Oey Yong.
"Itulah kejadian pada kira-kira duapuluh tahun yang lampau. Itu hari aku bertemu dengannya di Kwan-gwa, kebetulan ia tengah melakukan satu pekerjaan buruk dan aku pergoki dia?"
"Pekerjaan buruk apakah itu?" tanya si nona.
Cit Kong agaknya bersangsi tetapi ia menerangkan juga: "Siluman tua itu percaya kepada omongan sesat tentang memetik bunga untuk menambah tenaga atau panjang umur, dia lantas cari banyak nona-nona untuk dirusaki kesucian dirinya?"
"Apakah itu yang dinamakan merusak kesucian
nona-nona?" tanya si nona kembali.
Oey Yong polos, ia belum mengetahui tentang hal kesucian yang dirusak itu. Ketika ia dilahirkan, ibunya lantas menutup mata disebabkan sukar melahirkan, dari itu semenjak bayi ia dirawat oleh ayahnya, kemudian terjadi Oey Yok Su murka besar disebabkan Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong, kedua
muridnya itu, yang memainkan lelakon asmara dan minggat, saking kalapnya, dia putuskan urat-urat semua muridnya yang lainnya, yang ia pun usir pergi dari pulau Tho Hoa To, maka di pulau itu ketinggalan saja beberapa bujang tua, hingga si nona belum pernah dengar soal-soalnya pemuda dan pemudi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dewasa. begitulah sampai usianya limabelas tahun, ia tetap gelap mengenai hal itu. Kalau toh ia suka sama Kwee Ceng, itulah karena perasaannya yang wajar, perasaan yang ia rasakan manis, apabila mereka berpisahan, segera ia merasa sunyi seorang diri. Tapi ia tahu, kalau orang menjadi suami-istri, orang tidak bakal berpisahan pula seumur hidupnya, maka itu ia anggap Kwee Ceng sudah menjadi sebagai suaminya; lain daripada itu, ia gelap.
Untuk sejenak itu, Cit Kong pun dipersulit
pertanyaan si nona, hingga ia tidak lantas memberikan jawabannya.
"Setelah satu nona dirusak kesuciannya, apakah dia lantas dibunuh?" Oey Yong tanya pula.
"Bukannya begitu," Cit Kong tertawa. "Wanita yang diperhina secara demikian, hebatnya melebihkan daripada dibunuh. Maka juga ada pembilangan, "Hilang kesucian urusan besar, mata kelaparan urusan kecil?"
"Habis, apakah dia dihajar kempolannya?" si nona tanya pula.
"Cis!" berludah Cit Kong tetapi dia tertawa.
"Bukannya begitu, budak! Baiklah kau pulang untuk menanyakan keterangan ibumu!"
"Ibu sudah lama tutup mata." sahut si nona.
"Oh"." si pengemis melengak. "Nanti saja, kapan tibanya kamu berdua merayakan pernikahanmu, kau bakal mengerti sendiri."
Mukanya si nona menjadi merah, ia memonyongi
mulutnya. "Sudahlah jikalau kau tidak sudi
menerangkan!" katanya. Samar-samar ia mulai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengerti duduknya hal. Ia menanya pula: "Habis bagaimana sesudah kau pergoki si siluman bangkotan itu berbuat buruk?"
Lega si pengemis mendengar orang bicara dari lain soal.
"Pasti sekali aku urus dia!" ia menyahuti, "Orang she Nio itu telah kena aku bekuk, aku hajar dia, aku paksa ia mengantari pulang semua nona-nona itu kerumahnya masing-masing. Lain dari itu aku paksa ia mengankat sumpah bahwa dilain waktu dia tidak lagi berbuat sejahat itu, dan aku ancam, apabila aku mempergokinya pula, ia bakal mati tidak, hidup pun tidak!"
"Oh, kiranya demikian!"
Kemudian, habis bersantap, Oey Yong berkata, "Cit Kong, kalau sekarang kau kasihkan tongkatmu
kepadaku, aku juga tidak sudi menerimanya, hanya masih ada satu saol. Bukankah kita tidak bakal berdiam bersama-sama untuk selama-lamanya"
Bagaimana kalau dilain waktu kami berdua bertemu pula sama siluman she Nio itu dan dia membilangnya padaku, "He, budak yang baik, dulu hari kau
mengandalkan Ang Pangcu, kau menghanjar aku
dengan tongkatnya, sekarang aku hendak membalas sakit hati!" Kalau sampai terjadi begitu, bagaimana kami harus berbuat?"
Ang Cit Kong tertawa. "Ha! Kau sebenarnya
menghendaki aku mengajari pula lain ilmu silat kepada kau berdua! Kau kira aku tidak tahu" sekarang pergilah kau masak syaur lagi, bikinlah banyakan, kau boleh percaya Cit Kong tidak nanti membikin kau kecele!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat girang, ia sambar
tangannya si pengemis, untuk dibawa ke rimba tadi.
Ang Cit Kong mengajarkan pula jurus yang baru kepada Kwee ceng, yaitu jurus kedua dari Hang Liong Sip-pat Ciang, namanya "Hoei Liong Thay Thian" atau
"Naga Terbang ke Langit". Jurus ini mewajibkan Kwee Ceng lompat tinggi sekali, lalu dari atas ia menyerang turun, hingga tenaganya menjadi luar biasa besar.
Untuk ini, Kwee Ceng memerlukan tempo tiga hari, baru ia dapat melatih dengan baik. Selama tiga hari itu, Oey Yong sendiri sudah mendapatkan pelajaran lain, ialah untuk dengan tempuling ngo-bje-cie
memecahkan sebatang golok. Semenatar itu Ang Cit Kong sendiri telah menikmati belasan macam
makanan lezat dari si nona.
Demikianlah hari-hari lewat. Tidak sampai satu bulan, Cit Kong sudah wariskan limabelas jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, dari "Naga Menyesal"
sampai pada "Liong Thian Ie Ya" atau "Naga
bertempur di tanah datar".
Ilmu silat Cit Kong ciptakan sendiri setelah ia memehami kitab "Ya Keng", jurusnya terbatas sekali tetapi kegunaannya besar, sebab setiap jurusnya hebat. Hanya ketika dulu di puncak Hoa San ia mengadu silat sama Oey Yok Su beramai, ilmu ini belum ia pelajarkan habis, meski begitu, Ong Tiong Yang toh memuji ilmunya itu. Cit Kong menyesal yang ia belum sempat menyelesaikan itu, kalau tidak, mungkin ialah yang menjadi pemenang nomor satu.
Mulanya dia hendak mengajari Kwee Ceng dua tiga jurus saja, untuk si anak muda pakai menjaga diri, tetapi masakan Oey Yong hebat sekali, setiap hari ditukar denagn hari lewat hari, kejadian ia mewariskan limabelas jurus itu. Maka dalam tempo satu bulan itu, Kwee Ceng telah seperti salin rupa. Oey Yong sendiri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah memperoleh beberapa jurus yang luar biasa, yang campur aduk!
Pada suatu pagi sehabis sarapan, Cit Kong berkata kepada kedua bocah itu; "Eh, anak-anak, kita sudah berkumpul sebulan lamanya, sudah tiba waktunya kita berpisahan."
"Oh, tidak!" Oey Yong mencegah. "Aku masih
mempunyai beberapa macam masakan yang hendak
aku bikin untuk aku suguhkan kepada kau, lojinkee!"
"Ingat, anak, di kolong langit ini tidak ada pesta yang tidak bubar. Kau tahu biasanya aku si tua bangka belum pernah mengajari orang lebih daripada tiga hari, tetapi terhadap kamu, aku telah memakai tempo satu bulan, kalau mesti tambah hari lagi, oh itulah hebat sekali!" kata si pengemis.
"Kenapa begitu, Cit Kong?" tanya si nona heran.
"Dengan begitu, habislah semua kepandaianku
diturunkan kepada kamu!" sahut si raja pengemis.
Oey Yong tersenyum tetapi ia kata: "Cit Kong, orang baik mesti sekali berbuat baik seterusnya berbuat baik hingga diakhirnya. Jikalau kau ajarkan semua
delapanbelas jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang kepadanya, bukankah itu baik sekali?"
"Fui!" si pengemis berseru. "Ya, buat kamu baik, tetapi aku si pengemis tidak!"
Oey Yong menjadi bingung. Ia lantas memikirkan daya apa untuk menahan orang tua itu, akan tetpai belum ia dapat pikiran, Cit Kong telah menggendol cupu-cupunya dan mengangkat tongkatnya ngeloyor pergi, jalannya sambil menyeret sepatunya"..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menjadi bingung juga, ia lari menyusul.
Hebta Cit Kong sebentar saja ia telah lenyap di dalam rimba.
"Cit Kong! Cit Kong!" Kwee Ceng menyusul dan
berteriak-teriak. Tidak ada jawaban.
Oey Yong juga menyusul, ia pun memanggil-
manggil. Tapi ia pun tidak peroleh penyahutan.
Tapi belum lama, terlihatlah suatu bayangan dan Cit Kong muncul dengan tiba-tiba.
"Ha, kamu berdua budak busuk, mau apa kamu
melibat aku?" ia menanya, agaknya ia mendongkol.
"Apakah kau masih minta aku mengajari silat" Oh, itulah sukar di atas sukar!"
"Lojinkee sudah mengajarkan banyak, teecu telah puas," berkata Kwee Ceng, yang menyebut dirinya teecu atau murid. "Tidak nanti teecu berlaku temaha, cuma teecu belum dapat membalas budimu yang
besar sekali." Ia lantas jatuhkan dirinya, berlutut, untuk paykui kepada itu guru sembatan.
"Ha, tahan!" mendadak si pengemis berseru. "Aku mengajarkan kau silat sebab aku gegaras sayur masakan dia itu, untuk itu, pengajaranku itulah bayaranku! Di antara kita tidak ada soal guru dengan murid!" Mendadak ia pun berlutut, membalas
hormatnya si anak muda. Kwee Ceng kaget sekali, hendak ia paykui pula, untuk membalas, tetapi ia tidak dapat berbuat begitu, tiba-tiba saja si pengemis mengulurkan tangannya dan ia kena ditotok jalan darah dirusuknya hingga ia berdiri dengann kedua kaki ditekuk, tak dapat ia menggeraki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya! Cit Kong mengangguk sampai empat kali, guna
membalas penghormatan orang, baru ia menotok pula membebaskan jalan darah orang. Ia kata: "Ingat, sekarang jangan kau mengatakannya sudah memberi hormat padaku, bahwa kaulah muridku!"
Kwee Ceng berdiam, tidak berani ia membuka
mulut lagi. Sekarang ia menginsyafi benar-benar tabiat kukoay bin aneh dari si raja pengemis yang berjeriji sembilan itu.
Cit Kong lantas memutar tubuhnya, untuk
mengangkat kaki, atau mendadak ia bersuara "Ih!"
lantas ia membungkuk, tangannya diulurkan ke tanah, di antara rumput, dua jarinya menjepit seekor ular hijau panjangnya dua kaki.
"Ular!" Oey Yong menjerit kapan si pengemis
angkat tangannya. Cuma sebegitu ia berseru, atau pundaknya telah ditolak Ang Cit Kong hingga ia terpental jauhnya setombak lebih!
Bab 26. Memikiri Senantiasa
Menyusul itu terdengar pula beberapa suara rumput bergerak-gerak, lalu terlihatlah beberapa ekor ular lainnya. Dengan menggeraki tongkatnya, Ang Cit Kong singkirkan binatang berbisa itu, untuk setiap kemplangannya, tongkatnya mengenai tepat di kepala ular, yang terus mati.
Kalau tadinya ia kaget, sekarang Oey Yong
kegirangan hingga ia berseru memuji.
Tengah ia tertawa, di belakangnya muncul dua ekor
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ular yang lain, yang menyambarsambil membuka
bacotnya, untuk menggigit.
"Lari!" Ang Cit Kong berseru. Tapi sudah terlambat, si nona telah kena disambar dan digigit. Ular itu kecil tubuhnya tetapi hebat bisanya, cuma tergigit satu kali, celakalah orang, apapula sekarang menyambar sekali dua.
Ang Cit Kong pun kaget. Kupingnya segera
mendengar suara lain, yang terlebih berisik, kapan ia mengawasi, ia tampak nyelosornya sekumpulan ular di tempat kira-kira sepuluh tombak dari mereka. Tidak ayal lagi, ia sambar pinggang Kwee Ceng, ia cekuk pundak Oey Yong, terus ia berlompat, lari keluar dari rimba itu. Dia lari terus kembali ke tempat penginapan.
Setibanya di muka pondokan, pengemis itu awasi muka si nona, lantas hatinya menjadi lega. Nona itu tak kurang suatu apa, dia ada seperti biasa.
"Bagaimana kau merasakan?" ia menanya, hatinya girang.
Oey Yong tertawa. "Tidak apa-apa!" sahutnya wajar.
Tapi Kwee Ceng melihat ular tadi masih menyantel di badan kekasihnya, dia kaget, dia ulur tangannya, untuk menangkap ular itu, untuk disingkirkan.
"Jangan!" Cit Kong berseru pula saking kagetnya.
Tapi tangan Kwee Ceng telah kena menjambret ular itu, yang kepalanya mengeluarkan darah. Binatang itu tidak bergerak lagi, dia sudah mati! Mulanya Ang Cit Kong tercengang, tetapi dengan lekas ia sadar sendirinya. "Tidak salah lagi!" katanya. "Tentulah joan-wie-kah ayahmu telah diwariskan kepadamu!"
Memang ulat itu menggigit joan-wie-kah, kepalanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pecah, lalu terbinasa. Selagi Kwee Ceng menyambar seekor ular, banyak yang lainnya lagi keluar dari rimba. Cit Kong sendiri segera mengeluarkan obat hitam dari sakunya, ia masuki itu ke dalam mulutnya untuk dikunyah. dari dalam rimba masih saja terlihat ular yang keluar, hitung ratus, hitung ribu.
Maka Kwee Ceng berseru; "Cit Kong, mari lekas pergi!"
Cit Kong tidak menjawab, ia menurunkan cupu-cupu dari punggungnya, dia membuka sumpalnya, untuk menuang isinya ke dalam mulutnya, dicampur sama obat tadi, sesudah mana ia menyembur ke arah ular-ular itu, ke kiri dan kanan, hingga mereka bertiga terintang semburan arak. Sejumlah ular, yang
mencium bau arak campur obat itu lantas rebah tak bergerak, ynag lainnya tak berani maju lebih jauh, tapi kerana yang dibelakang amsih banyak dan maju terus, mereka jadi kacau sendirinya. Oey Yong gembira menyaksikan ular-ular itu bergumulan, ia menepuk-nepuk tangan.
Selagi si nona ini kegirangan, dari dalam rimba terdengar suara berisik, lalu terlihat tiga orang pria yang pakaiannya putih semua, dengan tangan
mencekal masing-masing sepotong pentungan dua tombak lebih panjangnya, lagi berseru-seru mengusir semua ular itu, pentungannya dipakai mengancam, mirip lagaknya dengan bocah angon lagi
menggembala kerbau atau kambingnya.
Mual rasanya akan menyaksikan ujal-ujalan semua ular itu.
Ang Cit Kong menangkap seekor ular, yang ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sontek dengan tongkatnya. Dengan dua jari kiri ia jepit leher ualr itu, dengan kelingking kanan ia menggurat perutnya ular hingga pecah berlobang, untuk mengasih keluar nyalinya.
"Lekas telan ini! Jangan kena kegigit, sangat pahit!"
ia berkata kepada si nona.
Oey Yong menurut, ia lantas telan nyali ular itu.
Menyusul itu, ia merasa enak dan segar sekali.
"Eh, engko Ceng, kau juga hendak makan nyali
ular?" dia menanya. Kwee Ceng menggelengkan kepalanya. Ia sudah
mengghirup darah ular, ia tidak mempan racun ular itu, malah tidak ada ular yang berani menggigit padanya, cuma Ang Cit Kong dan si nona yang tadinya diarah.
"Cit Kong, ular ini mesti ada yang piara," berkata Oey Yong.
Pak Kay mengangguk. Dengan wajah murka, ia
mengawasi ketiga orang serba putih itu, yang
sebaliknya pun murka melihat orang bunuh ularnya dan dimakan nyalinya, malah habis membereskan ular-ularnya, mereka maju menghampirkan.
"He, kamu tiga ekor iblis, apakah kamu sudah tidak menghendaki lagi jiwamu"!" yang satu menegur
dengan bengisnya. "Tepat!" berseru Oey Yong dengan jawabannya.
"Kamu tiga ekor iblis, apakah kamu sudah tidak menghendaki jiwa kamu"!"
"Bagus!" berseru Cit Kong seraya menepuk pundak si nona. Ia memuji pembalasannya si nona, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mulutnya lihay itu. Tiga orang itu menjadi bertambah gusar, satu yang kulit mukanya putih dan usia pertengahan sudah lantas berlompat, menyodok si nona dengan pentungannya.
Melihat sambaran anginnya, dia bukannya
sembarangan kepandaiannya.
Cit Kong berlaku sebat, ia melonjorkan tongkatnya, menyambut serangan itu. Dengan begitu Oey Yong jadi luput dari bahaya.
Penyerang itu lantas menjadi kaget, tidak saja pentungannya mandek, pula tak dapat ia menarik pulang. Pentungan itu menempel seperti terpantek pada tongkat si pengemis. Maka ia lantas mengempos semangatnya.
"Kau pergilah!" berseru Ang Cit Kong selagi orang menarik keras, tangannya digentak.
Maka terjengkanglah orang itu, terlempar ke dalam barisan ularnya, pentungannya hancur menjadi
puluhan potong pendek. Dia rupanya telah memakan obat pemunah, ular tak berani gigit padanya.
Dua orang yang lain terkejut, mereka mundur
dengan seketika. "Bagaimana, toako?" mereka menanya pada
kawannya yang roboh itu. Orang itu berlompat bangun dengan gerakannya "Ikan gabus melentik". Akan tetapi dia terbanting keras, belum sampai bangun berdiri, dia sudah jatuh pula, kembali menimpa ularnya, hingga seperti tadi, ada belasan ular yang mampus
ketindihan. Maka kawannya, yang mukanya putih, menyodorkan pentungannya, membantui dia bangun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang mereka bertiga itu tidak berani
menyerang pula, bahkan mereka lantas masuk ke dalam kalangan ular mereka.
"Siapa kamu!" kemudian tanya orang yang barusan terjungkal itu. "Kalau kau laki-laki, sebutkan nama kamu!"
Ang Cit Kong tertawa terbahak-bahak, ia tidak menyahuti.
"Kamu orang-orang macam apa"!" Oey Yong
sebaliknya menanya. "Kenapa kau menggiring begini banyak ular berbisa untuk mencelakai orang"!"
Tiga orang itu saling mengawasi, selagi satu
diantaranya hendak menyahuti, dari dalam rimba tertampak munculnya seorang yang berdandan
sebagai mahasiswa yang putih mulus bajunya. Dia berjalan perlaha-lahan, tangannya mengerjakan kipasnya. Ia berjalan di antara banyak ular itu, yang pada menyingkir sendirinya.
Kwee Ceng dan Oey Yong sudah lantas mengenali orang itu ialah Auwyang Kongcu, sancu atau pemilik gunung Pek To San. Herannya ular-ular itu menyingkir daripadanya.
Tiga pengiring itu menghampiri si anak muda, untuk berbicara, lantas tangannya menunjuk ke ular-ular yang tak berkutik itu, rupanya mereka mengadu.
Pemuda itu agaknya terperanjat, tapi lekas ia menjadi tenang pula. Dia maju menghampir Ang Cit Kong bertiga, dia memberi hormat sambil
mengangguk, kemudian dia tertawa dan berkata:
"Beberapa sahabatku ini telah berlaku kurang ajar kepada locinpwee, untuk itu aku menghanturkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maaf." Terus ia memandang Oey Yong, untuk
meneruskan: "Kiranya nona ada di sini. Sungguh bersengsara aku mencari padamu?"
Oey Yong tidak mengambil mumat pemuda itu, ia hanya menoleh kepada si pengemis. "Cit Kong, orang inilah telur busuk yang paling besar!" ia memberitahu.
"Kau baiklah mengajar adat padanya!"
Ang Cit Kong mengangguk, terus ia memandang si anak muda, romannya bengis. "Untuk mengangon ular ada tempatnya, ada batasnya, ada waktunya, ada aturannya juga!" katanya. "Kau andalkan pengaruh siapa maka kau jadi begini gila-gilaan"!"
"Semua ular ini datang dari tempat yang jauh sekali, semuanya sangat lapar, mereka jadi tidak dapat memakai aturan lagi," menyahut si pemuda.
"Berapa banyak orang telah kamu bikin celaka?" Cit Kong menegur pula.
"Kami menggembala di tanah belukar, belum
pernah kami mencelakai orang," menyahut si anak muda.
"Hm!" Cit Kong mengejek. "Belum pernah
mencelakai orang! Kau toh si orang she Auwyang?"
"Benar!" dia menjawab itu. "Kiranya nona ini telah memberitahukannya padamu. Kau siapa, lojinkee?" dia balik menanya.
Oey Yong mendahului si pengemis. "Namamu yang busuk! Siapa yang sudi menyebutnya!" kata dia.
"Namanya locinpwee ini tidak usah diberitahukan kepadamu, cuma-cuma bakal membikin kau kaget!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu itu tidak gusar, dia melirik si nona sambil tersenyaum.
"Kau anaknya Auwyang Hong, bukankah?" Ang Cit Kong tanya.
Belum si anak muda menyahuti, tiga kawannya
sudah gusar duluan. "Pengemis bangkotan tidak karuan, bagaimana besar nyalimu berani menyebut namanya sancu kami"!" mereka menegur.
Ang Cit Kong tertawa lebar.
"Lain orang boleh tidak menyebutnya tetapi aku boleh!" katanya. mendadak orang tua itu mencelat ke arah tiga orang itu dan tahu-tahu "Plak-plok!" muka mereka kena ditampar datang-pergi, setelah mana dengan menekan tongkatnya, ia berlompat balik ke tempatnya berdiri tadi.
"Kepandainmu ini, Cit Kong, kau belum ajari aku!"
berkata Oey Yong, seperti ia tidak menggubris peristiwa.
Cit Kong bukan saja menggaplok, ia juga
membuatnya terlepas sambungan baham orang.
Auwyang Kongcu terperanjat, lekas-lekas ia
menolongi tiga orang itu. "Apakah cinpwee mengenal pamanku?" ia tanya Cit Kong, sekarang sikapnya hormat.
"Oh, kau jadinya keponakannya Auwyang Hong!"
berkata Cit Kong. "Sudah berselang duapuluh tahun yang aku tidak pernah bertemu pula sama si racun tua bangkamu itu! Apakah dia belum mampus?"
Panas hatinya si anak muda, tetapi melihat orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lihay dan orangpun seperti mengenal baik pamannya, ia mau percaya, pengemis ini ada orang tingkat atasan yang lihay. Maka berkatalah ia: "Pamanku sering membilang, sebelum sahabat-sahabatnya pada habis mati terlebih dulu, dia masih belum ingin pulang ke langit?"
Ang Cit Kong tertawa berlengak. "Anak yang baik, pandai kau mencaci orang dengan jalan mutar-balik!"
katanya. "Aku hendak tanya kau, perlu apa kau membawa-bawa sekalian mustikamu ini?" Ia
maksudkan semua ular itu.
"Biasanya aku yang muda tinggal di barat,"
Auwyang Kongcu menyahut, "Tapi kali ini aku
berangkat ke Tionggoan untuk belajar berkenalan, lantaran iseng " kesepian di tengah jalan, sekalian aku membawa mereka ini untuk main-main saja."
"Terang-terang kau mendusta!" Oey Yong
menyemprot. "Ada demikian banyak wanita yang
menemani kau, kau masih bilang iseng kesepian!"
Pemuda itu menggoyangi kipasnya hingga dua kali, matanya menatap si nona, lalu ia tersenyum, lantas ia bersenandung: "Duka hatiku, maka kenapa tidak ada lain orang" Karena kau, aku jadi bersenandung hingga jini!" Ia mengambil syair dari Sie Keng, Kitab Syair, yang ia campur aduk.
Oey Yong tidak gusar, ia sebaliknya tertawa. "Aku tidak membutuhkan kau mengambil-ambil hatiku!" ia menganggapi. "Lebih baik tak perlulah kau memikirkan aku!"
Pikiran si anak muda bagaikan melayang, tak tahu ia harus membilang apa".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong lantas menegur; "Kau paman dan
keponakan, kamu malang melintang di Barat, di sana tidak ada orang yang mengendalikan kamu, jikalau di Tionggoan kau masih hendak berbuat seperti di sana, kau janganlah mimpi di musim rontok! Dengan
memandang pamanmu itu, aku tidak ingin
berpandangan cupat seperti kau, maka lekaslah kau pergi!"
Auwyang Kongcu mendongkol bukan main, tetapi
untuk melawan ia tidak ungkulan, cuma untuk berlalu begitu saja, ia tidak puas. Maka akhirnya ia berkata;
"Di sini aku yang muda meminta diri. Umpama kata dalam beberapa tahun ini cianpwee tidak dapat sesuatu sakit keras dan juga tidak menemui bahaya apa-apa, aku undang cianpwee suka berkunjung ke Pek To San untuk berdiam beberapa hari di sana."
Ang Cit Kong tertawa. "Nyata kau telah menantang aku!" katanya. "Tapi aku si pengemis bangkotan tidak biasanya main janji-janji! Pamanmu tidak takut padaku, aku juga tidak takuti pamanmu itu! Pada duapuluh tahun yang sudah, kita sudah mengadu kepandaian, kita adalah setengah kati sama dengan delapan tail, jadi tidak usahlah kita bertempur pula!" Tiba-tiba ia menambahkan, dengan membentak bengis; "Masih kau tidak hendak
menyingkir jauh-jauh!"
Auwyang Kongcu terperanjat, hatinya pun berpikir;
"Kepandaiannya pamanku belum separuhnya aku
wariskan, orang tua ini rupanya tidak mendusta, aku mana sanggup menjadi tandingannya"." karenanya segera ia menjura, setelah melirik mendelik kepada Oey Yong, lantas ia mengundurkan diri masuk ke dalam rimba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketiga pengangon ular itu sudah lantas mengasih dengar suaranya, bersiul secara aneh. Dengan itu mereka mengusir ular mereka. Maka juga semua
binatang berbisa itu membalik tubuhnya, mengesor kembali ke dalam hutan. Sebentar saja, bersilah tempat itu dari semua binatang berbisa itu, tinggal tanahnya yang penuh lendirnya yang licin mengkilap.
"Cit Kong belum pernah aku melihat ular demikan banyak," berkata Oey Yong. "Benarkah ular itu dipiara mereka?"
Cit kong tidak lantas menyahuti, dia hanya
membuka mulut cupu-cupunya untuk menenggak
araknya beberapa gelogokan, kemudian dengan
tangan bajunya dia menyusuti peluh di dahinya. Ia pun menghela napas panjang. Baru setelah itu ia
mengatakannya berulang-ulang: "Sungguh berbahaya!
Sungguh berbahaya"!"
"Eh, Cit Kong, kenapakah?" tanya kedua pemuda-pemudi itu heran.
"Untuk sejenak aku dapat mengusir ular itu,"
menyahut si pengemis kemudian: "Umpama kata tadi benar-benar semuanya menerjang, cara bagaimana ribuan binatang itu dapat ditangkis" Syukur beberapa bocah itu belum tahu apa-apa, mereka tidak
mengetahui asal-usulku, mereka jadi kena kugertak.
Coba si racun tua bangkotan itu ada di sini, oh, anak-anak, kamu bisa celaka"."
"Jikalau kami tidak sanggup melawan, kami kabur!"
berkata si Oey Yong. Cit Kong tertawa. "Aku si pengemis tua, aku tidak takuti dia!" katanya. "Tetapi kamu berdua, meski kamu ingin menyingkir, kamu tidak bakal lolos dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya si racun bangkotan itu"."
"Siapakah pamannya orang itu" Benarkah dia
demikian lihay?" tanya Oey Yong.
"Kau sangka ia tidak lihay" Apakah aku belum
pernah dengar disebut-sebutnya Tong Shia See Tok, Lam Tee pak Kay dan Tiong Sin Thong?"
Tentang nama-nama itu Oey Yong pernah
mendengarnya dari omongannya Khu Cie Kee denagn Ong Cie It, sekarang mendengar perkataan pengemis, hatinya girang.
"Aku tahu, aku tahu!" sahutnya. "Kau sendiri, lojinkee, adalah Pak Kay, dan kauwcu dari Coan Cin Kauw ialah Tiong Sin Thong."
"Benar! Adakah ini ayahmu yang membilangi"
Ayahmu itu ialah Tong Shia dan Auwyang Hong itulah See Tok! Orang yang nomor satu paling pandai di kolong langit ini yaitu Ong Cinjin itu sudah meninggal dunia, maka sekarang tinggal kita berempat yang kepandaiannya rata-rata setengah kati sama dengan delapan tail, hingga kita jadi saling memalui! Ayahmu lihay tidak" Aku sendiri si pengemis lihay tidak?"
Oey Yong mengasih dengar suara perlahan,
agaknya ia berpikir. "Ayahku orang baik-baik, mengapa dia dipanggil Tong Shia?" ia tanya kemudian.
Ang Cit Kong tertawa. "Dia seorang yang kukuh dan licin, dia dari kaum kiri, mustahilkah dia bukannya si sesat?" dia menyahuti. "Bicara dari hal ilmu silat, Coan Cin Kuaw adalah yang sejati, terhadapnya aku si pengemis tua takluk benar-benar dari mulut ke hati." Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menoleh kepada Kwee Ceng, untuk menegaskan;
"Kau telah belajar ilmu dari Coan Cin Kauw,
bukankah?" "Totiang Ma Goik telah mengajarkan teecu selama dua tahun," sahut si anak muda hormat.
"Nah, itu dianya, kalau tidak, tidak nanti dalam tempo pendek satu bulan kau dapat mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang dari aku."
"Habis, siapakah itu Lam Tee?" tanya Oey Yong.
"Dialah satu hongya, seorang kaisar," sahut Cit Kong.
Kwee Ceng dan Oey Yong heran. "Eh, seorang
kaisar demikian lihay ilmu silatnya?" mereka menegasi.
"Memang ia seorang kaisar, tetapi dalam hal
kepandaiannya, ayahmu dan aku jeri tiga bagian terhadapnya," sahut si pengemis mengaku. "Api dari Selatan mengalahkan Emas dari Barat, maka dialah si penakluk dari si bisa bangkotan Auwyang Hong itu."
Dua-dua muda-mudi ini kurang mengerti, tetapi mereka diam saja, sebab mereka lantas mendapatkan si pengemis dia menjublak, hingga mereka tidak berani menanya lebih jauh.
Cit Kong masih memandangi mega, agaknya ia
berpikir keras, alisnya sampai dikerutkan. Nampaknya ia tengah menghadapi satu soal besar yang ia tak mendapatkan pemecahannya. Tanpa mengucapkan
sepatah kata, ia berjalan pulang ke pondok. Mendadak saja terdengar suara memberebet, ternyata bajunya kena langgar paku di pintu dan sobek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih!" seru Oey Yong, yang mengikuti, tetapi si pengemis sendiri seperti tidak mengetahui hal itu.
Maka si nona berkata, "Nanti aku tambalkan!" Lantas dia cari nyonya pemilik pondok, untuk pinjam benang dan jarum, terus ia jahiti baju sobek itu.
Cit Kong masih menjublak ketika ia lihat jarum di tangannya si nona, tiba-tiba saja dia rampas jarum itu, lantas dia membawa lari ke luar. Oey Yong dan Kwee Ceng heran, mereka lari mengikuti.
Sesampainya si luar, Cit kong mengebas tangannya yang memegang jarum itu, lalu terlihat satu sinar berkeredep. Nyata jarum itu telah dipakai menimpuk!
Oey Yong mengawasi jarum meluncur, lalu jatuh, nancap di tanah. Dan nancapnya dengan menikam seekor walang. Saking kagum, dia bersorak. Cit Kong mengeluarkan napas lega.
"Berhasil! Berhasil!" katanya. "Ya, beginilah"."
Oey Yong dan Kwee Ceng tercengang mengawasi
pengemis itu. Ang Cit Kong berkata; "Auwyang Hong si tua
bangka beracun itu paling gemar memelihara ular dan ulat berbisa, semua binatang jahat itu dapat
mendengarkan segala titahnya. Itulah usaha yang bukan gampang." Ia berhenti sebenatr, lalu ia menambahkan: "Aku rasa juga ini bocah she Auwyang bukannya makhluk yang baik, jikalau nanti ia bertemu pamannya, mungkin ia menghasut yang bukan-bukan, maka itu berbahayalah kalau kita bertemu pada pamannya itu, jadi aku si pengemis tua tidak dapat tidak mesti aku mempunyai suatu senjata untuk melawannya mengalahkan segala binatang berbisa itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong bertepuk tangan. "Jadi kau hendak
menggunai jarum untuk menikam nancap setiap ular berbisa itu di tanah!" katanya.
Ang Cit kong membuka lebar matanya terhadap si nona. "Ah, kau iblis cilik yang licin!" ujarnya. "Orang baru menyebutnya bagian atas, kau sudah lantas dapat mengetahui bagian bawahnya!"
"Bukankah kau telah mempunyakan obat yang
lihay?" Oey Yong tanya, "Bukankah kapan obat itu dicampuri arak, asal kau menyemburnya, ular berbisa itu tidak berani datang dekati padamu?"
"Daya itu cuma dapat dipakai dalam sewaktu," Ang Cit Kong memberi keterangan. "Sudah, kau jangan ngoceh saja, jangan mengganggu aku, hendak aku melatih diri dalam ilmu "Boan-thian hoa ie". Aku hendak mendapatkan kepastian bagaimana kesudahannya
ilmu itu kalau memakai jarum"."
"Kalau begitu, nanti aku menolongi kau membeli jarum," berkata si nona, yang terus lari keluar.
Ang Cit Kong menghela napas. Katanya seorang
diri; "Sudah ada si tua bangkanya yang cerdik licin bagaikan iblis, sekarang ada gadisnya yang serupa cerdik licinnya!"
"Tidak lama, Oey Yong telah kembali dari pasar, dari keranjang sayurannya ia mengasih keluar dua bungkus besar jarum menjahit.
"Semua jarum di kota ini telah kau beli hingga habis!" kata dia sambil tertawa. "Maka besok semua orang laki-laki di sini bakal digeremberengi hingga mati oleh istrinya!" katanya kemudian.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagaimana begitu?" Kwee Ceng tanya.
"Sebab mereka bakal dicaci tidak punya guna!
Sebab kalau mereka pergi ke pasar, mereka tidak mampu membeli jarum!" sahut si nona. "Sebatang pun tidak ada!" kata si nona sambil tertawa.
Ang Cit Kong tertawa tergelak. "Dasar aku si
pengemis tua yang cerdik!" katanya. "Aku tidak menghendaki istri, supaya aku tak usah disiksa pihak perempuan! Nah, mari kita berlatih! Dua bocah, bukankah kau ingin aku si pengemis tua mengajarkan kau menggunai senjata rahasia" Apakah kamu
sanggup?" Oey Yong tertawa, dia mengikuti di belakang
pengemis itu. "Cit Kong, aku tidak mau belajar!" kata Kwee Ceng sebaliknya.
Ang Cit Kong heran. "Kenapa, eh?" dia tanya.
"Lojinkee sudah mengajari aku banyak ilmu, dalam sesaat ini aku tidak sanggup mempelajarinya semua,"
Kwee Ceng mengaku. Ang Cit Kong melengak, tetapi sebentar saja, ia sudah mengerti. Ia tahu orang jujur dan tidak serakah banyak macam pelajaran, alasan saja dia membilang tidak sanggup belajar lebih jauh.
"Ah, anak ini baik hatinya," ia memuji di dalam hati.
Ia lantas tarik tangannya Oey Yong, "Mari kita saja yang berlatih."
Kwee Ceng tidak mengikuti, ia hanya pergi ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belakang bukit, di mana seorang diri dia menyakinkan terus lima belas jurusnya, ilmu silat Hang Liong Sip-pat Ciang itu. Ia merasakan ia dapat kemajuan, hatinya girang bukan main.
Berselang sepuluh hari, selesai sudah Oey Yong mempelajari "Boan-thian Hoa Ie Teng Kim-ciam", ialah ilmu menimpuk dengan jarum, dengan sekali
mengayun tangan, ia dapat melepaskan belasan
batang jarum, cuma ia belum dapat memisahkan
semua itu ke setiap jalan darah yang ia arah.
Pada suatu hari habis berlatih, Cit Kong tidur menggeros di bawah sebuah pohon cemara. Oey
Yong membiarkannya. Tahu, yang mereka segera
bakal perpisahan, ia lari ke pasar membeli beberapa rupa barang serta bumbunya. Ia ingin memasak
beberapa rupa barang hidangan yang lezat untuk si pengemis. Di tengah jalan pulang, sambil
menentengnya dengan tangan kiri, tangan kanannya saban-saban diayun, berlatih kosong dengan
timpukannya. Ketika hampir sampai di tempat
penginapan, kupingnya mendengar kelenengan kuda yang nyaring. Ia lantas menoleh. Ia tampak seekor kuda dikasih lari mendatangi, malah penunggangnya ia lantas kenali, ialah Bok Liam Cu, anak gadisnya Yo Tiat Sim. Ia berdiri diam, mengawasi dengan bengong, hatinya pepat. Ia tahu nona itu ada punya hubungan jodoh dengan Kwee Ceng. Ia memikir juga, "Apa baiknya wanita ini maka enam guru engko Ceng dan imam-imam dari Coan Cin Pay hendak memaksa
engko Ceng menikah dengannya?" Memikir begini, dasar masih kekanak-kanakkan, ia menuruti hati panasanya. "Baik aku hajar ia untuk melampiaskan hatiku!" pikirnya pula.
Lantas ia bertindak memasuki penginapannya. Ia lihat Bok Liam Cu duduk seorang diri di sebuah meja,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
romannya berduka sekali, seoarng pelayan sedang menanya dia hendak mendahar apa. Dia memesan
semangkok mie dan enam kati daging.
"Apa enaknya daging matang?" kata Oey Yong.
Liam Cu menoleh, ia tercengang. Ia kenali nona yang bersama Kwee Ceng naik seekor kuda di Pakhia.
Ia lantas berbangkit. "Oh, adik pun ada di sini?" katanya. "Silahkan duduk!"
"Mana itu semua imam?" tanya Oey Yong. "Mana si kate terokmok, si mahasiswa jorok" Kemana perginya mereka semua?"
"Aku sendiri saja," menyahuti si Liam Cu. "Aku tidak bersama Khu Totiang beramai."
Oey Yong jeri terhadap Khu Cie Kee beramai itu, maka mendengar jaaban si nona itu, hatinya girang, sembari tertawa ia mengawasi nona itu. Ia
mendapatkan orang mengenakan pakaian berkabung, pada rambut di ujung kupingnya ada sekuntum bunga putih dari wol. Dia nampak lebih kurus, ia
mengharukan, tetapi justru itu, wajahnya lebih menarik hati. Di pinggang si nona itu pun ada sebatang belati.
Ia ingat: "Itulah pisau yang menjadi tanda
perjodohannya dengan engko Ceng, pemberian ayah mereka masing-masing?" Maka ia berkata; "Enci, bolehkah aku pinjam melihat pisau belatimu itu?"
Itulah pisau yang Pauw Sek Yok keluarkan disaat dia hendak melepaskan napasnya yang terakhir, dengan dia dan suaminya telah meninggal dunia, pantaslah pisau itu telah jatuh di tangannya Bok Liam Cu. Mulanya Bok Liam Cu tidak berniat mengasihkan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebab ia dapatkan air muka Oey Yong luar biasa, tetapi karena Oey Yong mendekati perlahan-lahan seraya mengulurkan tangannya, ia tidak dapat
menolak. Ia mengasigkan sekalian bersama
sarungnya. Oey Yong lihat ada ukiran nama Kwee Ceng pada pisau itu. Lantas ia berpikir, "Inilah barangnya engko Ceng, mana dapat diberikan padanya?" Ia mencabut pisau itu, sinarnya berkilat, hawanya dingin. "Sungguh pisau yang bagus!" pujinya. Ia masuki pisau itu ke dalam sarungnya, terus ia masuki ke dalam sakunya sendiri. "Akan aku kembalikan ini pada engko Ceng,"
katanya. "Apa"!" tanya Liam Cu tercengang.
"Disini terukir nama engko Ceng, pasti ini adalah pisaunya," berkata Oey Yong. "Sebentar bertemu dengannya, hendak aku memulanginya."
Liam Cu gusar. "Inilah warisan satu-satunya dari ayah ibuku, mana dapat aku berikan padamu"!"
katanya keras. "Lekas pulangkan padaku!" Ia pun segera berbangkit.
"Kalau kau bisa, ambilah!" sahut Oey Yong, yang terus lari keluar. Ia tahu Cit Kong sedang tidur dan Kwee Ceng lagi di belakang bukit berlatih sendiri.
Liam Cu mengubar, hatinya cemas. Ia tahu, sekali dia menunggang kuda merahnya, nona itu bakal lolos.
Oey Yong lari berliku-liku, sampai di bawahnya sebuah pohon yang besar, ia berdiri diam. Ia lihat di sekitar situ tidak ada lain orang. Sembari tertawa, ia berkata: "Jikalau kau dapat mengalahkan aku, segera aku pulangi pisau ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik, jangan main-main," kata Liam Cu sabar
setelah ia menyandak. "Melihat pisau itu, aku seperti melihat ayah ibuku, kenapa kau hendak
mengambilnya?" "Siapa adikmu"!" bentak si nona Oey, terus ia menyerang.
Liam Cu kaget, ia berkelit, tetapi Oey Yong lihay,
"Buk! Buk!" dua kali dia kena dihajar iganya. Dia menjadi gusar sekali, lantas ia membalas menyerang, hebat.
"Oey Yong tertawa, "Ilmu silat Po-giok-kun, apa anehnya!" katanya, mengejek.
Liam Cu heran, "Inilah tipu silat ajaran Ang Cit Kong, kenapa dia dapat tahu?" pikirnya. Ia menjadi lebih heran ketika nona itu menyerang pula, ia justru menggunai ilmu silat yang sama. "Tahan!" ia berseru seraya lompat mundur. "Siapa yang ajari kau ilmu silatmu ini?"
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku yang menciptkan sendiri!" sahut Oey Yong, tertawa. "Inilah ilmu yang kasar, tidak ada
keanehannya!" Perkataannya itu disusul sama dua serangannya, kembali jurus-jurus dari Po-giok-kun itu "
Kepalan Memecahkan Kumala.
Liam Cu semakin heran. "Apakah kau mengenal
Ang Cit Kong?" ia menanya, sambil menangkis.
"Dia sahabat kekalku, tentu saja aku kenal!" Oey Yong tertawa. "Kau gunai ilmu silat pengajarannya, aku menggunakan ciptaanku sendiri, coba lihat, bisa tidak aku mengalahkan kau!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona ini tertawa tetapi serangannya terus
bertambah dahsyat. Tentu saja Liam Cu tidak sanggup menandingi. Sudah kepandaian warisan ayahnya
sendiri, dia juga dapat didikan Ang Cit Kong. Sebentar saja nona Bok kena terhajar pundaknya, tempo ia terpukul juga pinggang kanannya, ia roboh seketika.
Sudah begitu, Oey Yong menghunus pisau belatinya, ia bulang-balingkan itu di muka orang, saban-saban hampir mengenakan kulit wajahnya. Liam Cu menutup matanya, ia tidak merasakan luka, cuma angin dingin meniup kulit mukanya itu. Satu kali ia membuka matanya, ia lihat pisau berkelebat, cuma berkelebat saja. Ia menjadi mendongkol. "Mau bunuh, bunuhlah, buat apa kau menggertak pula!" ia membentak.
"Kita tidak bermusuhan, buat apa aku membunuh kau?" kata Oey Yong tertawa. "Kau dengar aku, kau mengangkat sumpah, lantas aku akan
memerdekakanmu!" Liam Cu beradat keras, ia tidak sudi menyerah.
"Kalau kau berani, kau bunuhlah!" ia menantang.
"Untuk kau minta sesuatu dari aku, bermimpi pun jangan kau harap!"
Oey Yong menghela napas, tetapi ia berkata
dengan nyaring, "Nona begini elok, mati muda, sungguh kecewa."
Liam Cu meramkan mata dan menulikan kupingnya, dia berdiam saja.
Hening sejenak, lalu ia mendengar nona itu berkata:
"Engko Ceng baik denganku, biar dia menikah
denganmu, tidak nanti ia mencintainya?"
Ia menjadi heran, segera ia membuka matanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa kau bilang?" ia menanya.
"Kau tidak mau mengangkat sumpah, tidak apa,"
kata Oey Yong, tanpa menjawab. "Biar bagaimana, dia tidak bakal menikah padamu, inilah aku tahu pasti!"
"Sebenarnya siapa yang baik padamu?" tanya Liam Cu semakin heran. "Kau bilang aku hendak menikah dengan siapa?"
"Dengan engko Ceng " Kwee Ceng!" Oey Yong
jelaskan. "Oh, dia!" kata Liam Cu. "Bilanglah, kau
menghendaki aku bersumpah apa?"
"Aku ingin kau bersumpah dengan berat, biar
bagaimana, kau tidak bakal menikah dengan engko Ceng itu!" sahut Oey Yong.
Akhirnya Liam Cu tertawa. "Biarpun kau ancam aku dengan golokmu di leherku, tidak nanti aku menikah dengan dia!" katanya.
Oey Yong girang mendadak. "Benar?" tanyanya.
"Kenapa begitu?"
"Benar ayah angkatku telah memberikan pesannya yang terakhir, aku telah dijodohkan denagnnya, sebenarnya," sahut Liam Cu, yang lalu meneruskan dengan perlahan sekali; "Sebenarnya ayah angkatku itu telah sudah berlaku karena pelupaan, dia lupa yang aku telah dijodohkan kepada lain orang?"
Oey Yong menjadi girang sekali. "Oh,
maaf!"katanya. "Aku telah menyangka keliru
terhadapmu"." TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia lantas menotok nona itu, akan membebaskan
dari totokannya tadi, terus ia menguruti tangan dan kakinya. Sembari berbuat begitu, ia menegasi: "Enci, kau telah berjodoh dengan siapa?"
Mukanya Liam Cu menjadi merah. "Orang itu
pernah kau melihatnya," sahutnya.
Oey Yong berpikir. "Orang mana yang pernah aku lihat?" ia tanya. "Mana ada lain pemuda yang
sembabat untuk dipasangi denganmu, enci?"
Mau tidak mau, nona Bok itu tertawa. "Apakah di kolong langit ini cuma ada satu engko Cengmu yang paling baik?" dia membalas menaya.
Oey Yong tertawa. "Enci," katanya, "Kau tidak sudi menikah dengannya, apakah karena kau menganggap dia terlalu tolol?"
"Siapa yang bilang engko Kwee itu tolol?" Liam Cu membaiki. "Yang benar dia ada sangat polos dan wajar, bahkan hatinya yang mulia aku sangat
mengaguminya." Oey Yong heran. "Habis kenapa kau tidak sudi
menikah dengannya walaupun kau diancam denagn golok di lehermu?" tanyanya pula.
Melihat orang pun polos, Liam Cu mencekal
tangannya erat-erat. "Adikku," katanya, "Di dalam hatimu sudah ada engko Kwee itu, umpama kata dilain waktu kau bertemu lain orang yang berlaksa kali lipat menangkan dia, kau tidak akan mencintai lain orang, bukankah?"
Oey Yong mengangguk, "Sudah pasti," sahutnya.
"Cuma tidak nanti ada orang yang melebihkan dia!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu tertawa. "Kalau engko Kwee itu mendengar pujianmu ini, entah berapa besar kegirangannya,"
katanya. "Kau tahu, di itu hari yang ayah angkatku mengajak aku ke Pakhia, di mana kita pibu, di sana telah ada orang yang mengalahkan aku?"
Oey Yong lantas saja sadar. "Oh, aku tahu
sekarang!" serunya. "Orang yang kau buat pikirkan itu adalah si pangeran muda Wanyen Kang!"
"Dia boleh menjadi pangeran, dia boleh menjadi pengemis, di hatiku cuma ada dia seorang," Liam Cu mengaku. "Dia boleh menjadi orang baik, dia boleh menjadi orang jahat, di dalam hatiku tetap ada dia seorang!" Perlahan suara nona Bok, tetapi tetap nadanya.
Oey Yong mengangguk, ia membalas mencekal
erat tangan orang. Mereka berdua berendeng di bawah pohon itu, hati mereka bersatu padu.
Cuma sebentar Oey Yong berpikir, ia pulangi piasu orang. "Ini aku kembalikan," katanya.
Liam Cu sebaliknya menolak. Katanya, "Ini
kepunyaan engko Cengmu itu, ini harus menjadi kepunyaanmu."
Bukan kepalang girangnya Oey Yong. Ia simpan
pula piasu itu. "Enci, kau baik sekali!" katanya, bersyukur. Ia lantas berniat memberikan sesuatu apa tetapi ia tidak ingat ia punya barang yang berharga untuk tanda mata. Maka ia menanya: "Enci, kau datang ke Selatan ini seorang diri untuk urusan apakah" Maukah kau menerima bantuan adikmu ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mukanya Liam Cu bersemu merah. "Tidak ada
urusan yang penting," sahutnya.
"Kalau begitu, mari aku mengajak kau menemui
Ang Cit Kong," kata Oey Yong.
Liam Cu menjadi sangat girang. "Cit Kong ada
disini?" tanyanya cepat.
Oey Yong mengangguk, lantas ia berlompat bangun seraya menarik tangan orang.
Justru itu di atas pohon terdengar suara berkeresek, lalu terjatuh selemar kulit kayu, disusul mana berkelebat satu bayangan seorang, ynag berlompatan di atas pohon-pohon di dekat situ, lantas lenyap.
Dengan heran Oey Yong jumput babakan pohon itu, di situ ia lihat sebaris huruf bertuliskan jarum, bunyinya,
"Dua nona yang baik sekali! Yong-jie, apabila kau main gila pula, Cit Kong ingin menggaplokmu beberapa kali!" Di bawah itu tidak ada tanda tangannya, cuma gambaran sebuah cupu-cupu. Tahulah ia, itu ada perbuatannya Ang Cit Kong, maka tahu juga ia, segala sepak terjangnya sudah ketahuan si kepala pengemis itu. ia jengah sendirinya. Tapi ia ajak Liam Cu ke rima, di sana ia tak tampak Cit Kong. terpaksa mereka balik ke pondokan.
Kwee Ceng sudah kembali dari belakang bukit,
heran ia melihat Oey Yong bergandengan tangan bersama Liam Cu.
"Enci Bok, apakah kau dapat melihat guruku
beramai?" ia tanya. "Aku telah berpisahan dari gurumu itu," menjawab Liam Cu. "Mereka telah berjanji untuk bertemu pula di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yan Ie Lauw di Kee-hin pada Pee Gwee Tiong Ciu."
"Baik-baikkah mereka semua?" tanyannya.
"Jangan kuatir, Kwee Sieheng," sahut Liam Cu
tersenyum. "Mereka semua tidak mendongkol karena perbuatanmu itu."
Tidak lega hatinya Kwee Ceng, yang menyangka
gurunya semua pasti gusar sekali. Karena ini ia menjadi tidak bernapsu dahar dan minum, ia duduk berdiam saja.
Liam Cu sebaliknya menanya Oey Yong cara
bagaimana mereka bertemu dengan Ang Cit Kong.
Oey Yong memberikan keterangan dengan jelas.
"Kau sangat beruntung, adikku," kata Liam Cu, seraya menghela napas. "Kau dapat berkumpul begitu lama bersama dia, sedanf aku sendiri, bertemu pun susah."
"Tapi diam-diam ia melindungimu, Enci," Oey Yong menghibur. "Kalau tadi aku benar-benar mencelakai kau, dia tentu bakal turun tangan menolongi padamu."
Liam Cu mengangguk, ia membenarkan.
Kwee Ceng mendengar pembicaraan orang, ia
heran. "Yong-jie, bagaimana?" tanya. "Kenapa kau hendak mencelakai enci Bok?"
Oey Yong menoleh sambil tersenyum. "Tidak dapat aku menerangkan kepadamu," sahutnya.
"Dia takut"dia takut"." kata Liam Cu tertawa. Ia pun likat, ia tidak berani bicara terus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong mengitik, "Kau berani menceritakan atau tidak?" katanya.
Liam Cu mengulurkan lidahnya. "Mana aku berani?"
sahutnya. "Maukah aku bersumpah?"
"Cis!" Oey Yong berludah. Tapi mukanya kembali menjadi merah. Ia malu sendirinya kapan ia ingat tadi sudah memaksa nona itu bersumpah untuk dinikahi Kwee Ceng.
Kwee Ceng tidak tahu hati orang tapi ia senang melihat mereka rukun sekali.
Habis bersantap bertiga mereka pergi ke rimba berjalan-jalan. Di sini Oey Yong tanya bagaimana caranya Liam Cu bertemu dengan Ang Cit Kong
hingga ia diajarkan silat.
"Itu waktu aku masih kecil," menyahut Liam Cu bercerita. "Pada suatu hari ayah ajak aku pergi ke Pian-liang, di sana kita ambil tempat di penginapan. Itu hari aku keluar untuk main-main di depan pintu, aku lihat dua orang pengemis rebah di tanah, tubuh mereka berlumuran darah bekas bacokan, tidak ada orang yang memperdulikan, rupanya mereka jijik atau jeri"."
"Aku mengerti," memotong Oey Yong, "Kau tentu baik hati, kau rawat mereka."
"Aku tidak bisa mengobati mereka tetapi karena kasihan, aku pepayang mereka ke kamar ayah, aku cuci lukanya dan membalutnya," Liam Cu melanjutkan.
"Ktika ayah pulang dan aku tuturkan apa yang aku lakukan, ayah menghela napas dan memuji aku. Ia pun kata, dulu juga istrinya murah hati seperti aku.
Kemudian ayah memberikan beberapa tail perak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada kedua pengemis itu, untuk mereka membeli obat. Mereka menerima seraya mengucap terima kasih dan lantas pergi. Selang beberapa bulan, kami tiba di Sin-yang. Kebetulan sekali, aku bertemu kedua pengemis itu, waktu itu luka mereka sudah sembuh.
Mereka mengajak aku ke sebuah kuil rusak, di sana aku bertemu sama Ang Cit Kong. Dia memuji aku, lantas ia mengajari ilmu silat Po-giok-kun itu. Baru tiga hari, aku sudah dapat memahamkan. Dihari keempat, aku pergi kek kuil tua itu, ternyata lojinkee sudah pergi, dan selanjutnya aku tidak pernah bertemu pula dengannya."
Oey Yong ketarik hatinya. "Cit Kong telah
mengajarkan banyak padaku, Enci," ia berkata. "Kalau kau suka, aku nanti turunkan beberapa di antaranya padamu. Mari kita berdiam di sini untuk belasan hari.
Umpama kata Cit Kong ketahui perbuatanku, tidak nanti ia gusar."
"Terima kasih adik," kata Liam Cu. "Sekarang ini aku ada punya urusan sangat penting, tidak ada tempo luangku. Nanti saja, biarnya kau tidak mengajari, aku sendiri yang akan minta padamu."
Sabar dan lembut kelihatannya Liam Cu dari luar, tetapi sekali ia berkata, ia membuatnya orang bungkam. Begitulah Oey Yong, tadinya ia ingin menanya keterangan, lalu ia batal sendirinya.
Pagi itu Liam Cu pergi seorang diri, ia pulang di waktu sore, romannya gembira. Oey Yong lihat itu, ia pura-pura pilon.
Malam itu berdua mereka tidur dalam satu kamar.
Oey Yong naik lebih dulu ke atas pembaringannya.
Diam-diam mencuri lihat orang duduk menghadapai lampu seraya menunjang dagu, seperti lagi berpikir
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras. Ia menutup matanya rapat-rapat, untuk berpura-pura pulas.
Berselang beberapa saat, Liam Cu mengeluarkan serupa barang dari buntalannya, dengan lembut barang itu di ciumi berulang-ulang, dibuatnya main di tangannya, dipandangi lama. Samar-samar Oey Yong melihat seperti sepotong sapu tangan sulam.
Tiba-tiba Liam berbalik, tangannya mengebaskan barang di tangannya itu.
Oey Yong kaget, lekas-lekas ia meram. Ketika ia mendengar siuran angin perlahan-lahan, ia membuka matanya sedikit, akan mengintai. Ia dapatkan Liam Cu jalan mundar-mandir di depan pembaringan,
lengannya dilibatkan barang yang tadinya dia buat main itu. Nyatalah itu adalah juwiran jubahnya Wanyen Kang, yang didapat pada harian mereka pibu. Nona Bok tersenyum, rupanya dia membayangi kejadian di harian itu dan hatinya berbunga, begitulah satu kali ia menendang, lain kali kepalanya melayang, alisnya bergerak-gerak.
Oey Yong terus berpura pulas tapi setiap waktu ia mengintai. Ia lihat orang datang dekat sekali padanya dan menatap mukanya. Ia mendengar orang menghela napas dan berkata dengan perlahan: "Kau cantik sekali"." Mendadak nona itu membalik tubuh, ia pergi ke pintu dan membukanya, atau dilain saat ia sudah berada di luar, melompati tembok pekarangan dan pergi".."
Oey Yong heran bukan main. Ia lompat turun, lantas ia keluar, untuk menyusul. Ia lihat orang lari ke arah Barat. Ia menguntit. Tentu saja ia berhasil, karena ia dapat berlari-lari dengan cepat. Ia hanya menjaga agar ia tidak diketahui nona she Bok itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu pergi ke pasar, menaiki sebuah rumah, sesudah melihat keempat penjuru, dia pergi ke Selatan dimana ada sebuah lauwteng paling tinggi. Setiap hari Oey Yong pergi berbelanja ke pasar, ia tahu itulah rumah keluarga Chio, hartawan terbesar di tempat itu.
Ia menjadi heran dan menduga-duga apa mungkin Liam Cu membutuhkan uang.
Sebentar saja keduanya sudah sampai di samping rumah keluarga Chio itu. Dari situ terlihat di depan rumah ada sinar terang dari dua buah lentera besar, yang bertuliskan huruf-huruf air emas: "Utusan Negara Kim". Di bawah itu, di muka pintu, ada berjaga-jaga empat serdadu Kim dengan tangannya mencekal
golok. Liam Cu pergi ke belakang dimana keadaan sunyi, tapi ia masih mencoba menimpuk dengan batu, untuk mencari tahu di situ ada orang yang jaga atau tidak.
Setelah itu ia lompati tembok masuk ke pekarangan dalam. Ia jalan di antara pohon-pohon bunga, di gunung palsu.
Oey Yong terus menguntit.
Liam Cu pergi ke jendela sebuah kamar timur, di situ di kertas jendela terlihat bayangan seorang lelaki, yang tengah berjalan mondar-mandir. Si nona
menjublak mengawasi bayangan orang itu.
Oey Yong menduga, ia tapinya tidak sabaran.
"Baik aku masuk dari lain sebelah, aku totok roboh orang itu, supaya ia kaget," pikirnya. Ia anggap nona Bok terlalu ragu-ragu. Disaat ia hendak membuka jendela, untuk berlompat masuk, ia dengar pintu dibuka, lalu seorang bertindak masuk. Orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberi kabar bahwa menurut warta, utusan raja yang bakal menyambut yaitu Toan Ciangkun yang berpangkat komandan tentera, akan tiba lusa.
Orang di dalam itu menyahuti, lalu si pembawa kabar mengundurkan diri pula.
"Terang ini adalah utusan negara Kim, kalau beitu enci Bok ada punya maksud lain," Oey Yong berpikir,
"Aku tidak boleh semberono." Ia lantas membasahkan kertas jendela, buat membikin sebuah lobang kecil, untuk mengintai ke dalam. Ia heran berbareng
gembira. Orang di dalam kamar itu adalah si pangeran muda Wanyen Kang, tangannya memegang serupa
benda hitam yang tengah dibuat main sembari ia jalan mundar-mandir, matanya mengawasi wuwungan,
entah apa yang dipikirkannya. Tempo pangeran itu datang dekat ke api, Oey Yong melihat tegas barang itu adalah kepala tembok yang sudah karatan, masih ada sisa sedikit gagangnya.
Nona Oey ini tidak tahu tombak itu adalah tombak warisannya Yo Tiat Sim, ayahnya si pangeran, ia hanya menduga, Liam Cu tentu ada hubungannya
dengan itu. Ia tertawa di dalam hatinya dan berpikir:
"Kamu lucu! Yang satu membuat main juwiran jubah, ynag lain membuat main ujung tombak! Kamu berada begini dekat satu sama lain, kenapa kamu bagaikan terpisah antara ujung dunia?". Tanpa merasa, ia tertawa.
Wanyen Kang dapat dengar suara itu, ia
terperanjat. "Siapa"!" ia menanya seraya mengebas mati api lilin.
Oey Yong tidak menyahuti, hanya ia melompat
kepada Liam Cu, sebelum nona Bok mendusin, ia sudah ditotok hingga tidak dapat bergerak lagi. Baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
setelah itu sembari tertawa ia berkata: "Enci, jangan khawatir, jangan sibuk! Nanti aku antarkan kau kepada kekasihmu itu!"
Wanyen Kang telah membuka pintu untuk keluar
ketika ia mendengar suara tertawa satu nona sambil terus berkata: "Inilah kekasihmu datang, lekas menyambut dia!" Ia terkejut, tapi ia mesati menantang kedua tangannya, karena ada tubuh yang ditolak kepadanya, hingga ia mesti memeluk orang itu juga.
Itulah tubuh yang lemas. Si nona tadi lompat ke tembok, sembari tertawa, dia berkata pula: "Enci, bagaimana nanti kau membalas budiku?" Sesaat
kemudian, suara itu lenyap, lenyap bersama orangnya.
Disaat itu juga, tubuh yang lemah itu bergerak, jatuh ke lantai.
Wanyen Kang heran, ia kaget hingga ia mundur. Ia berkhawatir sudah melukai orang.
"Apakah kau masih ingat aku?" ia dapat jawaban, yang perlahan sekali.
Ia kenali suara itu, ia terperanjat. "Kau?" katanya.
"Oh!" "Memang aku," sahutnya Liam Cu.
"Apakah ada orang lain bersamamu?" tanya sang pangeran lagi.
"Yang tadi itu adalah sahbatku yang nakal dan jahil, dia menguntit aku di luar tahuku." jawab sang nona.
Wanyen Kang masuk ke dalam, ia menyalakan api.
"Nona mari masuk!" ia mengundang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu bertindak masuk sambil bertunduk, terus ia duduk di sebuah kursi. Ia tunduk terus dan
membungkam, cuma hatinya berdebaran.
Wanyen Kang mengawasi orang yang agaknya
kaget dan girang, mukanya sebentar pias sebentar merah. Itulah kelikatannya seorang nona. tentu saja hatinya pun memukul.
"Ada apa malam-malam kau datang mencari aku?"
ia menanya akhirnya. Liam Cu tidak menyahuti.
Wanyen Kang ingat kematian hebat dari ayah dan ibunya, tanpa merasa ia menjadi mengasihani nona ini.
"Adik," katanya kemudian, "Karena ayahmu telah menutup mata, selanjutnya kau baik tinggal bersama-sama aku. Aku nanti anggap kau sebagai adik
kandungku." "Aku adalah anka angkat ayah, bukan anak
kandung?" kata Liam Cu. Wanyen Kang sadar. "Dia bicara terhadap aku," pikirnya. "Diantara kita jadinya tidak ada hubungan darah"." Ia ulur tangannya, mencekal tangan kanan si nona. Ia tersenyum.
Liam Cu merah pula mukanya, ia berontak perlahan tetapi tangannya tak terlepaskan. Ia tunduk , ia membiarkan tangannya itu terus dipegangi. Hati Wanyen Kang berdebaran. Ia ulur tangan kirinya, dan merangkul leher si nona.
"Inilah untuk ketiga kalinya aku memeluk kau," ia berbisik di kuping orang. "Yang pertama di gelanggang pibu, yang kedua kali di luar kamar. Adalah kali ini kita ada bersama tanpa orang ketiga"."
Liam Cu mengasih dengar suara perlahan, hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdebar bukan main. "Kenapa kau mencari aku?" ia mendengar pula si pangeran bertanya.
"Semenjak dari kota raja aku mengikuti kau,"
menyahut si nona. "Setaip malam aku mengawasi tubuhmu dari antara jendela, aku tidak berani?" "Aku tidak mempunyai ayah dan ibu lagi, jangan kau siasiakan aku?" kata pula Liam Cu kemudian, suaranya sangat perlahan.
Pangeran itu mengusap-usap rambut orang yang
bagus. "Kau jangan khawatir," katanya. "Untuk selama-lamanya aku adalah kepunyaanmu dan kau pun untuk selama-lamanya kepunyaanku. Tidakkah itu bagus?"
Liam Cu puas sekali, ia mendongak menatap wajah pemuda itu. Ia mengangguk.
"Pasti aku akan nikah dengan kau," katanya. "Kalau di belakang hari aku mensia-siakan kau, biar aku terbinasa di antara bacokan-bacokan golok, biar aku mati tidak utuh!" bersumpah sang pemuda.
Liam Cu menangsi saking terharu. "Meski aku
adalah seorang nona kangouw, aku bukannya satu manusia rendah," ia berkata. "Jikalau kau benar mencintai aku, kau juga mesti menghargainya.
Seumurku, aku tidak berpikiran lain, meskipun leherku ditandalkan golok, apsti aku akan mengikuti kau."
Perlahan suara si nona tetapi tetap.
Mau tidak mau, Wanyen Kang jadi menaruh hormat.
"Adikku, kau baik sekali," ia berkata.
Terbuka hati Liam Cu, ia tertawa. Ia kata: Aku akan menantikan kau di rumah ayah angkatku di Gu-kee-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cun di Liam-an, sembarang waktu kau boleh kirim orang perantaraanmu melamar diriku"." Ia berhenti sebentar, baru ia meneruskan: "Selama kau tidak datang, seumurku aku akan menantikan kau!"
"Jangan bersangsi, adikku," kata Wanyen Kang.
"Setelah selesai tugasku, aku nanti menyambutmu untuk kita menikah."
Liam Cu tertawa, ia memutar tubuhnya, bertindak keluar.
"Jangan lantas pergi, adikku!" Wanyen Kang
memanggil. "Mari kita beromong-omong dulu"."
Nona itu berpaling tetapi tindakannya tak
dihentikannya. Wanyen Kang mengantar dengan matanya sampai
orang melompati tembok, ia berdiri menjublak, kemudian barulah ia balik ke kamarnya. Ia lihat tombaknya dimana masih ada air mata si nona. Ia merasakan dirinya sedang bermimpi.
Bab 27. Orang Tapakdaksa Dari Danau Thay
Ouw Oey Yong pulang ke pondokannya untuk terus tidur.
Ia puas karena ia merasa sudah melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Begitulah, ia tidur dengan nyenyak. Ketika besok paginya ia mendusin, ia tuturkan pada Kwee Ceng apa yang ia lakukan itu. Si anak muda pun senang. Keduanya lantas sarapan, terus mereka memasang omong. Tunggu punya
tunggu, sampai bersantap tengah hari, Liam Cu masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum kembali. "Baiklah kita tidak usah menantikan dia, kita berangkat sekarang!" Oey Yong mengajak akhirnya.
Kwee Ceng setuju. Mereka pergi ke pasar, untuk membeli seekor
kedelai, di waktu mereka mulai berangkat, sengaja mereka memutar ke rumah keluarga Chio, di sana sudah tidak ada lagi lentera tanda dari peruntusan negara Kim. Rupanya Wanyen Kang sudah berangkat.
Hal ini melegakan hatinya kedua anak muda itu.
Dalam perjalanan ini, Oey Yong menyamar sebagai seorang pemuda, senang ia berpesiar. Mengikuti saluran sunagi Oen Ho, mereka menuju ke Selatan.
Kuda mereka kuat jalannya, keledai yang mereka beli pun cukup tangguh, dengan begitu, walaupun tidak terburu-buru, mereka juga dapat berjalan lekas.
Pada suatu hari mereka tiba di Gie-hin, suatu tempat pembuatan barang tembikar yang kesohor, di situ mereka menyaksikan aneka warna barang-barang itu. Inilah pemandangan yang lain dengan
pemandangan di lain-lain tempat.
Jalan lebih jauh ke Timur, tak lama tibalah mereka di telaga Thay Ouw, pusat tumpahnya air dari tiga kota Timur dan Selatan. Luasnya telaga sekitar lima ratus lie, maka itu juga dinamakan Ngo Ouw atau Danau Lima.
Hatinya Kwee Ceng tertarik. Belum pernah ia
melihat air seluas itu. Ia berdiri berendeng bersama Oey Yong di tepian, tangan mereka berpegangan satu pada lain. Tanpa merasa ia berseru kegirangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita main-main di air," Oey Yong mengajak.
Pemuda itu setuju, dari itu mereka hampirkan
perkampungan nelayan, di sebuah rumah mereka
menitipkan kuda dan keledai mereka, lalu mereka meminjam sebuah perahu kecil, hingga di lain saat mereka sudah mengagayuh di permukaan air,
meluncurkan perahu itu, meninggalkan tepian. Dari perahu, mereka sekarang dapat melihat sekitarnya, yang agaknya jadi terlbeih luas lagi.
Rambut dan baju Oey Yong dipermainkan angin
keras. Ia gembira sekali, sambil tertawa ia berkata:
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dulu hari Hoan Tayhu telah menaiki perahu bersama-sama See Sie pesiar di Danau Lima ini, dia sungguh cerdik sekali. Mati tua disini bukankah ada lebih menang daripada seumur tahun repot sebagai
pembesar negeri?" Kwee Ceng tidak tahu riwayatnya Hoan Tayhu itu.
"Yong-jie, coba kau tuturkan tentang Hoan Tayhu dan See Sie itu," ia minta.
Oey Yong suka memberikan keterangan. Maka ia
menutur tentang Hoan Tayhu atau Menteri Hoan itu yang bernama Lee, yang pandai, hingga ia berhasil membantu Raja Wat menuntut balas membangun
negara, tetapi sesuadh berhasil, ia kenal batas, dia mengundurkan diri bersama-sama See Sie, akan hidup dalam kesunyian dan ketenangan di telaga Thay Ouw ini. Pandai ia menutur hingga pemudanya menjadi kesemsem saking tertarik harinya.
"Benar-benar Hoan Lee itu cerdik," kata si pemuda kemudian, "Tidaklah demikian dengan Ngouw Cu Sih dan Bun Ciong, sampai hari ajalnya mereka masih bekerja setia untuk negera. Sukar dicari orang-orang seperti mereka itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang!" berkata si nona. "Ini dia yang disebut,
"Negara adil, tak berubah, itulah kegagahan, negera buruk, sampai mati tak berubah, itulah kegagahan.?"
Kwee Ceng tidak mengerti, "Apakah artinya itu?" ia menanya.
"Itu artinya, di dalam negeri bejaksana, kau menjadi pembesar negeri, kau tetap tidak berubah kejujuranmu semenjak bermula, di dalam negara buruk, kau
berkorban jiwa raga, kau tetap tidak merusak
kehormatan dirimu, itu pun satu laki-laki sejati."
Kwee Ceng mengangguk. "Yong-jie, cara
bagaimana maka kau dapat memikir demikian?" ia bertanya pula.
"Aha!" Oey Yong tertawa. "Kalau aku yang dapat memikir begitu, bukankah aku telah berubah menjadi nabi" Itulah ujar-ujarnya Nabi Khong Hu-cu, diwaktu aku amsih kecil, ayah paksa aku membacanya."
"Sungguh banyak aku tidak mengerti," Kwee Ceng menghela napas. "Coba aku bersekolah, pastilah aku ketahui itu semua."
"Sebaliknya aku menyesal telah belajar surat,"
berkata Oey Yong. "Coba ayah tidak memaksa aku bersekolah, melukis, menabuh khim, hanya aku
dibiarkan menyakinkan ilmu silat, pasti kita tak usah takuti Bwee Tiauw Hong dan si siluman bangkotan she Nio itu!"
Asyik mereka pasang omong tanpa merasa perahu mereka sudah meninggalkan tepian belasan lie. Di dekat mereka, mereka melihat sebuah perahu kecil dimana seoarng nelayan bercokol di kepala perahunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedang mengail ikan sambil kepalanya ditunduki, hingga dia nampak seperti lukisan gambar saja.
Mereka bicara terus, ketika mereka berpaling kepada si nelayan, dia tetap duduk tak bergerak.
"Sungguh dia sabar dan ulet sekali!" kata Oey Yong tertawa. Kemudian di antara desiran angin dia bernyanyi, dari gembira menjadi sedih. Sebab ia menyanyikan "Syair Naga Air". Ia bernyanyi baru separuh, tiba-tiba terdengar sambutan yangs erupa, yang kemudian ternyata adalah suara si tukang pancing ikan itu.
Oey Yong terbengong. "Eh, kau kenapakah?" tanya Kwee Ceng heran.
"Itulah nyanyian yang sering dinyanyikan ayahku,"
menyahut si nona. "Aku heran seorang tukang pancing di sini pun dapat menyanyikan itu dan suaranya pun bersemangat tetapi pun bernada duka. Mari kita lihat."
Mereka mengayuh, akan menghampirkan tukang
pancing itu, siapa justru telah berhenti memancing dan menyimpan pancingnya serta ia mengayuh perahunya pergi.
Ketika kenderaan air mereka berpisah beberapa tombak lagi, tukang pancing itu terdengar berkata: "Di tengah telaga bertemu sama sepasang tetamu mulia, aku girang sekali! Sudikah kalau aku mengundang kalian bersama meminum arak?"
"Cuma kami khawatir mengganggu lotiang," Oey
Yong menyahuti. Ia heran untuk kata-kata rapi dari si tukang pancing itu.
"Tidak sama sekali, malah aku bergirang. Silahkan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia itu mengundang pula. Dengan beberapa kali mengayuh pula, Oey Yong
merapatkan perahunya kepada perahu si nelayan itu, bersama Kwee Ceng ia pindah perahu, habis
menambat perahunya sendiri kepada perahu orang, mereka memberi hormat. Nelayan itu membalasi
sambil berduduk terus. "Maaf, jiwi, kakiku sakit, tidak dapat aku bangun berdiri." katanya.
"Jangan merendah, lotiang," berkata muda-mudi itu.
Mereka mendapatkan orang berusia empatpuluh
lebih, mukanya kurus, mirip orang yang lagi menderita sakit berat, tubuhnya jangkung, meski berduduk, ia jauh lebih tinggi dari Kwee Ceng. Ia tidak bersendirian.
Di buntut perahu ada satu kacung lagi mengipasi perapian, dimana ia tengah memanasi arak.
Oey Yong perkenalkan she mereka, bahwa saking gembira mereka bermain perahu. Ia memohon maaf yang mereka sudah mengganggu ketentraman si
nelayan. "Kau merendah," kata si nelayan tertawa. "Aku she Liok. Apa jiwi berdua baru pertama kali ini pesiar di telaga ini?"
"Benar," sahut Kwee Ceng.
Kedua pemuda ini " sebab Oey Yong menyamar "
lantas diundang minum dan dahar sayur mayur yang terdiri dari empat rupa. Mereka mengucap teriam kasih, mereka minum dan dahar bersama. Nyata
araknya wangi dan sayurnya pun lezat, mesti itu masakan orang hartawan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siauwko, kau muda sekali, tapi pandai kau
menyanyikan syair Naga Air itu," si orang she Liok itu memuji.
"Lotiang pun sama juga," Oey Yong membalasi.
Keduanya lantas bicara hal syair itu, dua-duanya gembira. Kwee Ceng tidak mengerti hal syair, ia membungkam, ia cuma kagum.
Ketika itu terlihat mega berkumpul. Si orang she Liok itu mengundang kedua tetamunya berkunjung ke rumahnya, untuk berdiam beberapa hari. Ia kata rumahnya itu di tepi telaga.
"Bagaimana, engko Ceng?" Oey Yong tanya
kawannya. Belum lagi Kwee Ceng menyahuti, si orang she Liok itu sudah berkata pula bahwa rumahnya dekat dan di sana ada puncak yang indah. "Jiwi tengah pesiar, maka itu, jangan kau menampik," ia mendesak.
"Kalau begitu, Yong-jie, mari kita membikin berabe tuan Liok!" akhirnya Kwee Ceng menjawab
kekasihnya. Ia pun mengucapkan terima kasih.
Si orang she Liok itu girang, ia terus menyuruh kacungnya mengayuh. Sampai di tepian, langit mulai gelap, Kwee Ceng kata ia hendak membayar pulang dulu perahunya, sedang di rumah si tukang perahu ada kuda dan keledainya, hendak binatang itu
dititipkan terus. "Tidak usah," kata si orang she Liok mencegah.
"Disini semua kenal aku, hal itu biar dia saja yang mengurusinya." Dia menunjuk kacungnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kudaku nakal," kata Kwee Ceng.
"Kalau begitu baiklah, nanti aku menanti di
gubukku," kata si orang she Liok itu. Dia tertawa, lantas dia mengayuh perahunya, lenyap di antara pohon-pohon yangliu. Tapi kacungnya ikut Kwee Ceng dan Oey Yong memulangi perahu dan mengambil
kuda serta keledai mereka. Kemudian mereka mesti berjalan berliku-liku akan sampai di rumah si orang she Liok, yang merupakan suatu rumah besar dengan pekarangan yang lebar luas. Untuk tiba di muka pekarangan, mereka mesti melintasi dulu sebuah jembatan tunggu. Muda mudi itu saling mengawasi, kagum karena rumah orang itu.
Di muka pintu, kedua tetamu ini disambut seorang muda umur duapuluh lebih yang membawa empat
budak. Ia kata ia diutus ayahnya untuk menyambut.
Kwee Ceng membalas hormat, ia mengucap terima kasih. Ia melihat pemuda itu mengenakan jubah panjang, wajahnya mirip ayahnya, cuma tubuhnya besar dan kekar. Ia lantas minta belajar kenal.
Pemuda itu menyebutkan namanya, Koan Eng.
Sembari berbicara mereka bertindak masuk,
memasuki hingga tiga ruangan. Kedua tetamu ini menjadi terlebih kagum. Rumah itu indah tiang-tiangnya terukir.
"Lekas silahkan tetamu masuk!" lantas terdengar suaranya si orang she Liok, yang berada di ruang belakang.
"Ayahku terganggu kakinya, sekarang ia
menantikan di kamar tulis Timur," Koan Eng
memberitahu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka melintasi pintu angin, lantas mereka lihat pintu kamar tulis yang dipentang. Di dalam situ si nelayan duduk di atas pembaringannya. Sekarang ia tidak dandan lagi sebagai tukang pancing, hanya mengenakan pakaian mahasiswa atau sastrawan,
tangannya mencekal kipas. Ia menyambut dengan gembira, sambil tersenyum, ia pun lantas mengundang duduk. Koan Eng tidak berani duduk bersama, ia berdiri di samping.
Dua tetamu itu mengagumi kamar tulis itu, yang banyak kitabnya serta juga rupa-rupa barang kuno, tetapi Oey Yong terbengong ketika ia melihat
sepasang lian di tembok, bunyinya "Dalam tumpukan pakaian menyimpan pedang mustika" dan "Dalam
suara seruling dan tambur ada tetamu tua". Ia heran untuk kata-katanya. Itulah kata-kata yang suka disenandungkan ayahnya. Di bawah lian itu tertulis nama penulisnya berikut keterangannya: "Coretan Ngo Ouw Hoat-jin selama dalam sakitnya". Kata-kata "Ngo Ouw Hoat-jin" itu berarti "Orang tapakdaksa dari Thay Ouw". Ia menduga, si orang tapakdaksa itu tentulah tuan rumah she Liok ini. Bukankah ia lagi menderita sakit kaki"
Tuan rumah heran. "Bagaimana pandanganmu
tentang lian itu, laotee?" ia menanya.
"Kalau aku mengaco, harap chung-cu tidak buat kecil hati," sahut Oey Yong. Ia sekarang memanggil
"chung-cu" = tuan rumah. Ia kata lian itu mengandung kemurkaan dan penasaran, sedang tulisannya bagus dan keren. Ia anggap orang telah menyimpan
pedangnya untuk hidup menyendiri di tempat sepi.
Mendengar itu, tuan rumah menghela napas, ia
berdiam. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku masih muda dan tidak tahu apa-apa, aku telah sembarangan omong, harap chung-cu suka
memaafkan," berkata Oey Yong.
"Jangan mengucap demikian, Oey Laotee," berkata Liok Chung-cu. "Apa yang tersimpan di dalam hatiku berulah hari ini dapat dilihat orang seorang sebagai kau, maka bisalah dibilang, kaulah orang yang paling mengenal aku selama hidupku ini." Lalu ia menoleh kepada putranya, menyuruh lekas menyiapkan barang hidangan.
Oey Yong dan Kwee Ceng meminta tuan rumah
jangan membikin berabe tetapi tuan rumah yang muda sudah lantas mengundurkan diri.
"Laotee, pandanganmu tajam, kau mestinya dari keluarga terpelajar, mungkin ayahmu ada seorang sastrawan besar," berekat tuan rumah. "Entah siapa ayahmu itu, bolehkah aku mengetahui nama besarnya yang mulia?"
"Aku tidak mengerti apa-apa, chung-cu terlalu memuji," menyahut Oey Yong. "Ayahku cuma
membuka rumah perguruan di kampung halaman."
Tuan rumah itu menghela napas. "Orang terpelajar tak menemui nasibnya yang baik, sejak dahulu hingga sekarang sama saja," katanya. "Oey Laotee, kita ada bagaikan sahabat lama, maka itu aku ingin minta kau melukis sesuatu untukku, sebagai tanda peringatan.
Sudikah kau meluluskannya?"
Oey Yong tersenyum. "Oh, chung-cu!" katanya.
"Coretan buruk, cuma-cuma akan membikin kotor mata chung-chu saja!"
Mengetahui orang suka meluluskan, tuan rumah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sangat girang, ia suruh kacungnya lekas menyediakan perabot tulis. Si kacung sendiri yang menggosokan baknya.
Oey Yong tidak menampik lagi, cuma berpikir
sebentar, lantas ia melukiskan gambarnya seorang mahasiswa usia pertengahan lagi berdiri di latar tengah sedang berdongak sambil menghela napas memandangi si putri malam yang cahayanya terang permai, mahasiswa itu agaknya kesepian, tetapi tangannya dia memegangi gagang pedang, romannya keren. Di samping lukisan itu dituliskan syair: "Siauw Tiong San" dari Gak Hui. Sebagai tanda tangan ia menyebutkan dirinya si anak muda she Oey.
Liok Chung-chu girang sekali, ia memuji dan
mengucapkan terima kasih. Ia senang dengan gmabar itu.
Habis bersantap, mereka kembali ke kamar tulis, akan pasang omong pula. Tuan rumah menyebutkan halnya kedua gua Thio Kong dan Sian Koan. Ia minta kedua tetamunya tinggal beberapa hari lagi untuk menjenguk kedua gua itu.
"Sekarang silahkan jiwi beristirahat," katanya tuan rumah akhirnya.
Kwee Ceng dan Oey Yong mengucap terima kasih, mereka berbangkit, untuk mengikuti kedua bujang yang membawa lentera, yang hendak mengantar ke kamar yang telah disediakan untuk mereka. Selagi lewat di ambang pintu, Oey Yong mendongak, maka terkejutlah ia menampak di atas pintu ada delapan lemabr besi merupakan patkwa. Tapi ia tidak bilang suatu apa, ia mengikuti terus pengantarnya itu. Kamar yang disediakan diperaboti lengkap, pembaringannya dua. Kedua bujang menyediakan the, ketika hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundurkan diri mereka memberitahu apabila perlu apa-apa, kedua tetamunya boleh membunyikan
kelenengan, yang diikat di pinggiran pembaringan.
Kemudian mereka memesan agar diwaktu malam
jangan kedua tetamunya itu pergi keluar.
"Engko Ceng, lihat, tempat apa ini," berbisik Oey Yong setelah kedua bujang menutup pintu kamar dan berlalu. "Kenapa kita dilarang keluar di waktu malam?"
"Rumah ini luas sekali pekarangannya, berliku-liku juga, mungkin dikhawatirkan kita kesasar," sahut Kwee Ceng.
"Bagaimana engko lihat tuan rumah kita?" si nona menanya pula.
"Dia mirip perwira yang telah mengundurkan diri!"
jawab si anak muda. "Tidak salah! Dia tentu mengerti ilmu silat, bahkan lihay. Kau lihat tidak tadi itu patkwa besi di atas pintu kamar tulis?"
"Patkwa besi" Apakah itu?" tanya si pemuda.
"Itulah senjata yang menjadi alat untuk
menyakinkan ilmu Pek-khong-ciang, latihan memukul udara kosong. Ayah pernah ajarkan aku ilmu itu, aku bosan, selang beberapa bulan, aku mengapalkannya siapa tahu, di sini aku melihat alat itu?"
"Kelihatannya Liok Chung-cu tidak bermaksud jahat, maka itu apabila dia tidak membilang sesuatu apa, kita baik perpura-pura pilon."
Oey Yong tersenyum, lalu tangannya mengebas ke lilin, memadamkan api.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tanganmu sungguh lihay!" Kwee Ceng memuji
perlahan. "Yong-jie, adakah ini Pek-khong-ciang?"
"Cuma sebegini pelajaranku," Oey Yong tertawa.
"Ini ada untuk main-main, buat dipakai menyerang orang, tidak dapat."
Sampai di sini, keduanya tidur.
Mereka belum puas ketika kuping mereka dapat
menangkap suara bagaikan orang meniup terompet kulit keong, terdengarnya samar-samar, tandanya jauh suara itu, kemudian datang suara yang
menyambutnya, tanda terompet itu dibunyikan bukan oleh satu orang. Suara menyambut itu pun samar-samar.
"Engko Ceng, mari kita lihat," Oey Yong mengajak, suaranya perlahan. Ia heran sebab terompet itu terang saling sahutan.
"Lebih baik kita jangan keluar, khawatir terbit gara-gara." sahut si pemuda.
"Siapa bilang untuk menerbitkan gara-gara" Aku mengatakan untuk melihat." jawab si nona bersikeras.
Kwee Ceng terpaksa menurut, maka dengan
berhati-hati keduanya membuka jendela, untuk
melongok dulu keluar. Di paseban terlihat beberapa orang dengan lentera, beberapa lagi pergi datang, agaknya repot. Di atas genteng pun ada tiga empat orang lagi mendekam. Di antara terangnya lentera, terlihat nyata orang pada membekal senjata tajam.
Tidak lama, semua orang itu pergi keluar.
Oey Yong heran, ingin ia mencari tahu, dari itu ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tarik tangan Kwee Ceng pergi ke jendela sebelah barat. Di luar situ tidak ada orang, keduanya lompat keluar. Kerena kegesitannya, mereka tak terlihat orang-orang di atas genting itu.
Dengan memberi tanda dengan tangannya, si nona mengajak kawannya jalan mutar ke belakang. Jalanan di situ dari timur belok ke barat, berliku-liku. Heran adalah setiap paseban di tikungan, modelnya sama.
Maka dalam beberapa belokan saja, tak dapat
dibedakan lagi mana timur mana barat, mana selatan mana utara. Tapi si nona lihay, ia maju terus dengan cepat, tidak pernah ia bersangsi. Pernah nampaknya di depan tidak ada jalanan tetapi ia menobloskan gunung-gunungan.
Heran Kwee Ceng setibanya mereka di sebuah
lorong yang agaknya buntu tetapi si belakangnya pintu angin nyata ada sebuah tempat tenang dan indah, hingga ia kata pada kawannya: "Yong-jie, rumah ini aneh, cara bagaimana kau kenal jalanannya semua?"
Oey Yong tidak menjawab, dengan tangannya ia
memberi tanda supaya si pemuda tutup mulut. Mereka melalui beberapa tikungan, baru mereka tiba di tembok belakang. Di situ si nona menekuk-nekuk tangannya, ia maju beberapa tindak, kemudian Kwee Ceng dengar ia menyebutnya perlahan: "Cit satu"tun tiga"ie lima"hiu tujuh"kun"." yang ia tak mengerti, akan akhirnya si nona kata sembari tersenyum: "Cuma di sini ada jalan keluar, yang lainnya penuh dengan alat rahasia." Habis berkata, ia lompat naik ke tembok.
Kwee Ceng lantas mengikuti.
"Pekarangan ini diatur menurut patkwa," Oey Yong memberi keterangan. "Inilah keahlian ayahku. Liok Chung-cu bisa menyulitkan orang lain, tidak aku!" Dan ia agaknya puas sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Keduanya naik di tanjakan bukit kecil di belakang, memandang ke arah timur, mereka mereka melihat sebarisan lentera obor yang menuju ke tepi telaga.
Oey Yong memberi tanda, ia lari ke arah timur itu, kawannya mengikuti terus. Lantas mereka sembunyi si belakang satu batu besar, mengintai ke tepian. Di situ berbaris perahu-perahu nelayan, orang semua menaiki itu. Sejenak saja, semua api dipadamkan.
Oey Yong berdua menunggu naiknya rombongan
paling belakang, di dalam gelap gulita mereka keluar dari tempat persembunyiannya, lari ke sebuah perahu yang paling besar, untuk lompat naik ke gubuk perahu.
Gesit dan enteng tubuh mereka, perbuatannya itu tidak ada yang ketahui. Mereka lantas mengintai di sela-sela gubuk. Segera ternyata, duduk di dalam perahu ada si chung-cu muda, Liok Koan Eng.
Semua perahu itu berlayar baru satu lie kira-kira, dari tengah telaga terdengar suara terompet. Dari perahu besar itu terlihat keluar seseorang, dia terus meniup terompet sebagai balasan. Masih perahu berlayar terus.
Selang beberapa lie lagi, terlihat di sebelah depan berbaris-baris perahu kecil berjalan bagaikan kawanan semut, atau titik-titik di atas kertas putih, entah berapa jumlahnya.
Tukang terompet di perahu besar meniup pula
terompetnya, tiga kali, lantas perahu kecil segera datang menghampirkan dari perlbagai penjuru.
Oey Yong dan Kwee Ceng heran betul. Agaknya
bakal ada pertempuran, tetapi Koan Eng tetap tenang sikapnya, tak seperti ia lagi mengahadapi musuh besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lekas sekali semua perahu sudah datang dekat, dari setiap perahu berlompat pindah satu orang, dua orang, tiga empat orang, tak tentu, di dalam, mereka memberi hormat kepada Koan Eng, terus mereka
duduk, sikapnya tetap menghormat, duduknya rapi.
Tempat duduknya seperti sudah diatur, sebab ada yang datang duluan duduknya di belakang atau di tengah, ada yang datang belakangan justru duduk di kursi kepala. Sebentar saja, semua sudah berduduk.
Mereka kelihatan keren, bukan seperti nelayan.
"Thio Toako, apa kabarmu?" tanya Liok Koan Eng seraya ia mengangkat tangannya. Ia memecahkan kesunyian setelah semua orang sudah duduk rapi itu.
Seorang yang kurus tubuhnya berbangkit. Ia
menyahuti: "Peruntusan negara Kim itu sudah
mengatur sebentar pagi-pagi akan melewati telaga dan Toan Cie-hui akan tiba lagi dua jam. Dengan alasan menyambut peruntusan itu, di sepanjang jalan Cie-hui itu sudah memeras harta benda. Ini pun sebabnya dia datang terlambat."
"Berapa banyak hasilnya itu?"
"Setiap kota ada bingkisannya. Serdadu-
serdadunya pun merampas di perkampungan. Aku
lihat, waktu turun ke perahu, pengikutnya menurunkan duapuluh peti lebih yang semua nampaknya sangat berat."
"Berapa banyak tentaranya itu?" Koan Eng
menanya pula. "Dua ribu serdadu berkuda. Yang naik perahu
semuanya adalah serdadu berjalan kaki. Karena perahu tidak banyak, yang ketinggalan ada sekitar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seribu jiwa." "Saudara semua, bagaimana pikiran kamu?" Koan Eng tanya para hadiran.
"Kami menanti titah siauw chung-cu!" ia mendapat jawaban serempak.
Koan Eng lantas bersidakep tangan, lalu ia berkata:
"Semua itu keringat darah rakyat, semuanya harta tak halal. Karena mereka lewat di sini, kalau kita tak ambil, kita menentang wet Tuhan! Mari kita ambil semunya, nati separuhnya kita amalkan kepada rakyat jelata, yang separuhnya kita bagi rata antara semua markas!"
"Bagus!" semua hadirin setuju.
Baru sekarang Oey Yong berdua ketahui, semua
orang itu adalah kepala-kepala perampok dan Koan Eng rupanya adalah pemimpin umumnya!
"Kita tidak dapat berayal lagi, mari segera kita turun tangan!" berkata Koan Eng lagi. "Thio Toako, tolong bawa lima buah perahu untuk membikin penyelidikan di depan!"
Si orang kurus menerima titah itu, ia berlalu paling dulu.
Setelah itu Koan Eng mengatur barisannya, siapa yang jadi pelopor, siapa penyambut atau pembantu, siapa mesti jadi "siluman air", akan selulup di dalam air untuk memahat perahu-perahu musuh, dan siapa
mesti jadi tukang angkut harta. Bahkan ditetapkan siapa mesti membekuk si kepala pasukan musuh. Dia kelihatan lemah tetatpi rapi pengaturannya itu. Maka itu, Kwee Ceng berdua bertambah kagum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Disaat orang hendak mulai berangkat, seorang
hadirin berbangkit dan berkata dengan suara dingin:
"Kita yang bekerja tanpa modal ini, sudah cukup kalau kita makan dari kaum pedagang kaya raya, tetapi dengan menempur pembesar dan tentara negeri, apa selanjutnya kita masih bisa berdiam di telaga ini?"
Kwee Ceng dan Oey Yong mengawasi orang itu,
ynag suaranya mereka rasa mengenalinya. Tidak usah mereka memandang lama, lantas mereka kenali orang ini ialah Toat-pek-pian Ma Ceng Hiong, salah satu dari keempat Hong Ho Su Koay, Empat Iblis dari sungai Hong Ho, yang adalah muridnya See Thong Thian.
Maka heran mereka, kenapa iblis itu nelusup di antara kawanan dari Thay Ouw itu.
Wajahnya Liok Koan Eng menjadi merah padam.
Belum lagi ia membuka suara, sudah ada dua tiga orang yang menegur Ceng Hiong itu.
"Ma Toako baru datang, tidak heran kau tidak
ketahui aturan kami di sini," kata Koan Eng mencoba bersikap sabar. "Bagi kami, satu kali semua orang sudah mengambil keputusan, kami mesti bekerja, biarnya kami semua ludas, kami tidak menyesal!"
"Baiklah!" kata Ceng Hiong. "Kamu lakuan
usahamu, aku tidak dapat mencampuri air keruh kamu!" Ia terus memutar tubuhnya, berniat berlalu.
Dua orang, yang tubuhnya besar, melintang di
mulut perahu. "Ma Toako!" kata mereka keras. "Kau sudah bersumpah memotong kepala ayam! Sumpah
kita adalah, rejeki sama dicicipi, bencana sama diderita!"
Ma Ceng Hiong tidak menggubris cegahan itu.
"Minggir!" ia membentak, kedua tangannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dikebaskan. Sebagai kesudahannya, dua orang tinggi besar itu roboh terpelanting.
Disaat iblis ini hendak bertindak, ia merasakan sambaran angin pada punggungnya. Segera ia berkelit ke samping, tangan kirinya mencabut semcama pusut dengan apa ia membalas menyerang dengan tikaman.
Penyerang yang gesit itu adalah Liok Koan Eng. Dia menangkis, kakinya dimajukan, tangan kanannya menyerang terus. Maka "Duk!" punggung Ceng Hiong kena terhajar hingga dia menjerit keras, memuntahkan darah, tubuhnya terus roboh binasa seketika.
"Bagus!" berseru semua hadirin, diantara siapa ada yang sambar tubuh Ceng Hiong itu, untuk digayor ke tengah telaga!
"Semua saudara, berebutlah maju!" Koan Eng
menyerukan tanpa menghiraukan lagi apa yang ia barusan lakukan.
Semua orang menyahuti, lantas semua kembali ke perahu masing-masing.
Sebentar kemudian, semua kenderaan air itu sudah menuju ke timur. Perahu besar Koan Eng mengiringi dari belakang. Tidak lama terlihatlah jauh di sebelah depan beberapa puluh buah perahu besar, yang
apinya terang-terang, tengah menuju ke barat.
Di antara perahu kecil lantas terdengar suara terompet keong.
Kwee Ceng dan Oey Yong memasang mata.
Mereka tidak usah menanti lama atau kedua pihak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perahu sudah datang dekat satu pada lain, lanats terdengar suara bentakan-bentakan disusul mana beradunya senjata atau tubuh yang kecemplung ke muka air.
Selang tidak lama, di pihak perahu tentara terlihat api berkobar, hingga seluruh telaga menjadi merah marong.
"Tentu mereka sudah berhasil," pikir Kwee Ceng berdua.
Tidak seberapa lama, beberapa perahu datang
mendekati perahu besar, dari dalam situ terdengar laporan: "Semua musuh sudah musnah, kepala
perangnya sudah tertawan!"
Koan Eng girang sekali, dai pergi ke kepala perahu.
Dia berseru: "Saudara-saudara, bercapai lelahlah sedikit lagi! Silahkan kamu membekuk utusan negera Kim!"
Pembawa kabar itu bersorak, mereka lantas berlalu pula, untuk menyampaikan titah itu. Habis itu, terdengar suara terompet dari pelbagai perahu kecil, semua perahu memasang layar, menuju ke barat, bertiup keras angin timur.
Perahu besar Koan Eng, yang tadinya berada di belakang, sekarang maju mendahului ynag lain-lain, pesat sekali lajunya.
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kwee Ceng dan Oey Yong berdiam terus, mata
mereka mengawasi ke depan. Tidak peduli angin keras mendampar-dampar punggung mereka, mereka
gembira sekali. Coba tidak lagi sembunyi, tentulah si nona sudah bernyanyi. Pula menarik akan melihat perahu-perahu kecil mencoba melombai perahu besar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Berlayar kira-kira satu jam, di depan mulai
tertampak cahaya terang. Maka dua buah perahu kecil terlihat melesat mendatangi, lalu seorang dikepala salah satu perahu, dengan tangan memegang bendera merah berteriak nyaring: "Kita sudah menemui perahu-perahu peruntusan negera Kim itu! Hoo Cecu sudah mulai menyerang!"
"Bagus!" Koan Eng menyahuti.
Lekas sekali ada datang sebuah perahu lain,
seorang memberi laporan: "Kaki tangan negera Kim itu lihay, Hoo Cecu telah terluka! Kedua cecu Pheng dan Tang tengah mengepung mereka!"
Kapan perahu itu sudah datang dekat, dua orang memanggul Hoo Cecu ynag terluka itu naik di perahu besar. Selagi Koan Eng hendak mengeobati cecu itu, sudah lantas datang beberapa perahu lagi, yang membawa kedua cecu Pheng dan Tang yang tadi
disebutkan, ynag pun telah terluka. Pula dilaporkan yang, "Kwee Tauwnia dari puncak Piauw Biauw Hong telah kena ditombak mati utusan negara Kim,
mayatnya kecemplung ke telaga."
Mendengar itu Liok Koan Eng jadi gusar sekali.
"Anjing Kim itu demikian galak, nanti aku sendiri pergi membinasakan dia!" ia berseru.
Kwee Ceng dan Oey Yong sesalkan kegalakan
Wanyen Kang itu, yang membunuh bangsanya, dilain pihak, mereka khawatirkan kebinasaan pangeran itu, yang tentu tidak snaggup melayani kawanan perampok yang besar jumlahnya itu, hingga kalau dia mati, bagaimana jadinya dengan Bok Liam Cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kita tolongi dia atau jangan?" Oey Yong berbisik.
"Kita tolongi dia tetapi dia mesti dibikin insyaf dan menyesal," sahut anak muda ini.
Oey Yong mengangguk. Itu waktu Koan Eng sudah membawa sebuah golok yang tajam di dua mukanya, dai berlompat ke sebuah perahu kecil. "Lekas!" dia berseru.
"Mari kita rampas itu perahu kecil di sampingnya!"
Oey Yong mengajak kawannya.
Disaat kedua hendak berlompat, tiba-tiba tempik sorak riuh kawanan perampok, kemudian tertampak perahu-perahu rombongan perutusan Kim itu pada karam. Rupanya perahu mereka itu telah dipahat bolong dasarnya. Kemudian, dengan bendera
merahnya dikibar-kibarkan, dau perahu datang
melapor: "Anjing Kim itu kecemplung di air. Dia sudah dapat dibekuk!"
Koan Eng girang, dia berlompat kembali ke perahu besar.
Tidak lama, di antara berisiknya terompet, sejumlah perahu kecil datang membawa orang-orang tawanan mereka ialah si utusan Kim, sekalian pahlawan dan pengiringnya, semua sudah lantas digusur naik ke perahu besar.
Kwee Ceng dan Oey Yong mendapatkan Wanyen
Kang dibelebat kaki tangannya, matanya meram saja, rupanya ia telah kena tenggak banyak air telaga.
Kebetulan itu sang fajar telah tiba, seluruh telaga mulai terang tertojohkan matahari dari timur, air telaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersinaran, memain seperti berlugat-legotnya ular-ular emas.
Liok Koan Eng telah memberikan pengumumannya;
"Semua cecu berkumpul di Kwie-in-chung untuk
berjamu! Semua tauwnia pulang ke markas, untuk menanti hadiah!"
Kaum perampok bersorak-sorai, lantas tertampak mereka berpencaran, lenyap di kejauhan. Dimuka telaga terlihat burung-burung melayang-layang, pula terlihat layar-layar putih. Segala apa tenang sekali, hingga orang tidak nanti menyangka bahwa baru saja dilakukan pertempuran mati hidup".
Kwee Ceng berdua menantikan orang sudah pada
ke darat, baru dengan diam-diam mereka pun pulang, untuk berpura-pura tidur.
Beberapa kali dua bujang pelayannya datang ke pintu kamar, mereka ini menyangka tetamunya sedang tidur nyenyak bekas letih pesiar kemarin, mereka tidak berani mengasih bangun.
Lewat lagi sesaat barulah Kwee Ceng berdua
membuka pintu. Lantas mereka diberi selamat pagi oleh kedua pelayannya, yang pun cepat menyediakan sarapan pagi seraya memberitahukan bahwa chung-cu menantikan di kamar tulis.
Keduanya menangsal perut sekedarnya, kemudian mereka pergi ke kamar tulis, di mana Liok Chung-cu sambil berduduk di pembaringan, menyambut sambil tertawa; "Angin besar di telaga, semalam gelombang mendampar-dampar gili-gili mengganggu orang tidur!
Apakah semalam jiwi dapat tidur nyenyak?"
Kwee Ceng jujur, pertanyaan itu membuat ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bungkam, tetapi Oey Yong menyahuti: "Tadi malam aku mendengar suara terompet kulit keong, rupanya paderi atau imam tengah membaca doa."
Tuan rumah tertawa. Lantas ia mengatakan ingin ia memperlihatkan kumpulan gambar lukisannya kepada kedua tetamunya.
"Tentu suka sekali kami melihat," berkata Oey Yong. "Pasti itu ada lukisan-lukisan yang sangat indah."
Liok Chung-cu menyuruh kacungnya mengambil
gambarnya itu, maka sebentar kemudian Oey Yong sudah memandang menikmatinya.
Selagi hatinya sangat ketarik, mendadak Oey Yong mendengar bentakan-bentakan disusul berlari-larinya beberapa orang, seperti seorang lari dikejar beberapa orang. Satu kali terdengar nyata bentakan: "Kalau sudah masuk ke dalam Kwie-in-chung, untuk kabur dari sini lebih sukar daripada mendaki langit!"
Diam-diam Oey Yong melirik tuan rumah, ia
mendapat kenyataan orang tenang seperti biasa, bagaikan dia tidak mendengar apa-apa, bahkan ia menanya, dari empat sastrawan besar di jamannya itu, tulisan siapa yang tetamunya paling digemari.
Selagi Oey Yong hendak memberikan jawabannya, tiba-tiba pintu kamar ada yang tabrak, seorang nerobos masuk, pakaian orang itu basah kuyup. Ia lantas mengenali Wanyen Kang, maka ia tarik Kwee Ceng seraya membisiki: "Lihat gambar, jangan
pedulikan dia?" Keduanya segera tunduk, terus mengawasi
gambar-gambar lukisan serta perlbagai tulisan. Tuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rumah mengawasi orang yang nerobos masuk itu.
Orang itu memang Wanyen Kang adanya. Dia
tertawan karena ia kecemplung dan kena meminum banyak air. Tempo dia mendusin, dia mendapatkan kaki tangannya terbelenggu, dan Liok Koan Eng hendak memeriksa dia. Segera dia mengerahkan
tenaganya, sekali berontak, dia membuatnya
belenggunya pada putus. Orang semua kaget, lantas mereka bergerak untuk menangkap. Dia membuka
kedua tangannya, dua orang yang terdekat
terpelanting roboh. Dia terus nerobos, untuk lari. Tapi Kwie-in-chung diatur menurut kedudukan patkwa, siapa tidak ketahui itu, jangan harap ia dapat lolos.
Pusaka Negeri Tayli 3 Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 7