Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 32

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 32


"Apakah itu?" Kwee Ceng menanya.
"Kita menyerahkan buku ini kepada Wanyen Lieh,"
menerangkan si nona. "Dengan begitu, dia pasti akan mengirim orang ke Tiat Ciang San untuk mencari buku warisan Gak Bu Bok itu. Bukankah Tiong Cie Hong tempat keramat Tiat Ciang Pang" Mana Khiu Cian Jin suka membiarkan tempat sucinya diganggu" Maka itu pasti sekali mereka bakal saling bunuh di antara kawan sendiri! Tidakkah ini bagus?"
"Ya, itu benar bagus!" Kwee Ceng kata sambil bertepuk tangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak sangka sekali Suko Kiok Leng Hong telah mendirikan jasa besar sekali!" kata Oey Yong yang pun girang.
Kwee Ceng tidak mengerti. "Bagaimana?" ia tanya.
"Kitab Gak Bu Bok disimpan di dalam gua di tepi Cui Han Tong di dalam istana," berkata si nona. "Karena Siangkoan Kiam Lam telah mencurinya dari sana, tentulah gambarnya ia telah taruh di tempat buku itu.
Benar bukan?" "Benar." "Kiok Suko telah diusir dari Tho Hoa To tetapi ia tidak melupakan budi gurunya. Ia tahu ayah gemar akan tulisan, gambar dan barang lainnya asal barang kuno, ia rupanya ketahui semua itu ada terdapat banyak di dalam istana, maka tanpa menghiraukan bahaya, ia nyelundup ke istana dan berhasil mencuri banyak gambar, tulisan dan lainnya ?""
"Benar, benar!" Kwee Ceng bilang. "Sukomu itu telah mencuri semua itu berikut gambar peta rahasia itu, lalu semuanya dia simpan di kamar rahasia di Gu-kee-cun, untuk dia nanti menghadiahkan kepada ayahmu, maka apa lacur, dia kena disusul rombongan siewi dan kena dibinasakan. Maka itu ketika Wanyen Lieh pergi ke istana, ia kebogehan, sudah buku Gak Hui tidak ada, petanya juga hilang. Ah, kalau tahu begitu, selama di gua itu tidak usah kita mati-matian merintangi mereka, hingga aku tidak nanti sampai dilukai si bisa bangkotan dan kau tidak usah bersusah hati tujuh hari tujuh malam ?""
"Soalnya tidak dapat dipandang dari sudutmu itu,"
membantah si nona. "Jikalau kau tidak beristirahat di kamar rahasia itu, mana kita bisa dapatkan gambar peta itu" Juga mana ?"" Ia berdiam. Ia menjadi ingat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pertemuannya sama putri Gochin Baki. Maka ia jadi masgul. Selang sesaat, ia kata pula: "Entah bagaimana dengan ayahku sekarang ?"?"
Ia memandang rembulan sisir.
"Segera bakal tiba Pee-gwee Tiong Ciu," katanya.
"Setelah pertandingan di Yan Ie Lauw di Kee-hin, apakah kau bakal kembali ke gurun pasir di Mongolia?"
"Tidak. Lebih dulu aku membunuh Wanyen Lieh, guna membalaskan sakit hatinya ayahku dan paman Yo."
"Setelah itu?" tanya si nona, matanya tetap mengawasi si Putri Malam.
"Masih banyak urusan lainnya! Suhu mesti diobati dulu hingga sembuh. Pula Ciu Toako mesti dicari, untuk menyuruh dia pergi ke rawa lumpur hitam kepada Eng Kouw ?""
"Setelah semua itu beres, kau toh akhirnya kembali ke Mongolia?"
Kwee Ceng tidak bisa menyahut, tak tahu ia mesti membilang apa.
"Ah, aku tolol!" kata si nona tiba-tiba. "Perlu apa aku memikirkan semua itu" Justru ada ini ketika baik, satu hari lebih lama kita berkumpul, satu hari terlebih baik!
Mari kita kembali ke perahu, kita permainkan si gagu palsu itu ?""
Kwee Ceng menurut. Keduanya berjalan pulang.
Tiba di perahu, tukang perahu dan dua pembantunya sudah tidur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pergi kau tidur, aku nanti berjaga-jaga," Kwee Ceng membisiki si nona.
Oey Yong merasakan kesehatannya belum pulih
semua, maka itu ia letaki kepalanya di paha si anak muda. Dengan perlahan ia pulas.
Kwee Ceng tidak mau membikin tukang perahu
nanti curiga, meskipun ia tidak menginginkan, ia terpaksa merebahkan diri, hanya diam-diam ia
menghapal ajaran It Teng Taysu bagian dari Kiu Im Cin-keng yang memakai bahasa Sansekerta. Ia
menghapali terus sekitar satu jam, akhirnya ia menjadi gembira. Tidak saja ia tidak merasa kantuk, ia bahkan menjadi segar. Hanya tengah ia bergirang itu, ia mendengar Oey Yong mengigau perlahan: "Engko Ceng, jangan kau menikah sama putri Mongolia itu, aku sendiri yang hendak menikah denganmu." Ia melengak. Kembali ia mendengar suara si nona:
"Bukan bukan, aku salah omong. Aku tidak meminta apa-apa dari kau, aku tahu kau suka aku, itu saja sudah cukup."
"Yong-jie, Yong-jie," kata si anak muda terdengar.
Oey Yong tidak menyahuti, hanya napasnya
perlahan. Pemuda itu bingung. Ia mencintai si nona, ia
merasa kasihan. Ia mengawasi wajah orang yang tidur nyenyak di pahanya itu. Paras si nona itu putih tersinarkan cahaya rembulan, karena kesehatannya belum pulih, kulit mukanya belum kembali bersemu dadu. Ia mengawasi dengan menjublak.
"Dia tentulah bermimpi dan dalam mimpinya ia mengingat peruntungan kita berdua," pikir anak muda ini. "Aku tidak boleh melihat dia dari sikapnya sehari-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hari saja, yang bergembira, seperti orang tidak pernah berduka, sebenarnya di dalam hatinya, ia masgul. Ah, akulah yang membikin dia mengalami kesulitan ini.
Coba itu hari kita tidak bertemu di Thio-kee-kauw, bukankah itu baik untuknya?"
Selagi yang satu bermimpi atau mengigau itu dan yang lain mengawsinya dengan pikiran bimbang, tiba-tiba di permukaan air itu terdengar suara pengayuh bekerja, lalu terlihat sebuah perahu mendatangi dari sebelah hulu.
Kwee Ceng menjadi heran. "Air sungai ini sangat deras dan berbahaya, siapa begitu bernyali besar berani menjalankan perahu malam-malam?" pikirnya. Karena ini, ingin ia melihat.
Ketika ia hendak mengangkat kepala, mendadak ia mengurungkan itu. Tiba-tiba ia mendengar tiga kali tepukan tangan perlahan dari perahunya. Diwaktu sunyi seperti itu, suara tepukan tangan itu nyata terdengarnya.
Setelah itu terdengar suara layar dibenahkan.
Tidak usah lama Kwee Ceng menanti akan
mendapatkan perahu itu di pinggirkan dan dikasih nempel sama perahunya, maka dengan perlahan ia menepuk-nepuk tubuhnya Oey Yong untuk mengasih bangun kawannya itu.
Hampir di itu waktu, tubuh perahu bergoyang
sedikit. Pemuda itu segera mengintai. Ia masih sempat
melihat satu orang, dalam rupa bayangan, berlompat ke perahu yang baru sampai itu. Orang itu ialah si tukang perahu yang berlagak gagu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau tunggu di sini, aku mau pergi melihat," Kwee Ceng berbisik pada kawannya.
Oey Yong yang telah lantas bangun, mengangguk.
Dengan cepat Kwee Ceng pergi ke kepala perahu.
Ia melihat perahu tetangga itu masih bergoyang, ia lantas lompat ke situ. Dengan membarengi
bergoyangnya perahu ia membikin penghuni perahu itu tidak curiga. Dengan lantas ia mengintai. Maka terlihat olehnya tiga orang dengan pakaian hitam semua, seragamnya kaum Tiat Ciang Pang. Pula ia mengenali satu di antaranya, yang tubuhnya tinggi besar, ialah Kiauw Thay yang pernah dipecundangi Oey Yong.
Pemuda ini sangat gesit, maka itu, ia seperti mendahului si tukang perahu. Sesudah ia mengintai, baru tukang perahu itu tiba di dalam gubuk. Segera dia ditanya Kiauw Thay: "Apa kedua binatang cilik itu ada di sini?"
"Ya," menyahut si tukang perahu yang sekarang bisa bicara.
"Apakah mereka bercuriga?" Kiauw Thay menanya pula.
"Nampaknya tidak. Cuma mereka tidak sudi dahar dari itu aku tidak dapat bekerja."
"Hm! Biarlah mereka mengantari jiwa di Chee-liong-tha! Lusa tengah hari perahu kamu tiba di Chee-liong-tha, terpisah satu lie dari muara itu, ada dusun Chee-liong-cip. Di sana kau singgah kami nanti menantikan kamu untuk membantu."
"Ya," si tukang perahu menyahuti pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dua binatang cilik itu lihay, kau mesti berhati-bati,"
Kiauw Thay memesan. "Kalau kau berhasil, pangcu bakal menghadiahkan kepadamu. Sekarang pergi kau balik ke perahumu dengan ambil jalan dari dalam air, supaya perahumu itu tidak bergoyang, agar mereka tidak curiga."
"Apakah Kiauw Cee-cu tidak ada titah lainnya?"
"Tidak!" menyahut Kiauw Thay seraya mengibaskan tangannya.
Tukang perahu itu lantas keluar dari gubuk perahu.
Ia pergi ke belakang, di sana ia turun ke dalam air, untuk berenang ke perahunya sendiri.
Kwee Ceng berlaku sebat, ia mendahului kembali ke perahunya. Ia membikin Oey Yong apa ia lihat dan dengar.
"Hm!" kata si nona perlahan. "Di tempat It Teng Taysu, air jauh terlebih deras, kita tidak takut, apalagi segala Chee-liong-tha" Mari tidur!"
Karena mengetahui rencananya orang jahat, muda-mudi ini jadi lega hatinya.
Di hari ketiga pagi, ketika tukang perahu hendak mengangkat jangkar, untuk mulai berangkat pula, Oey Yong kata padanya: "Tunggu sebentar! Lebih dulu kau mendaratkan kuda kami jangan kalau nanti perahu karam di Chee-liong-tha, dia nanti mengantarkan jiwanya!"
Tukang perahu itu berlagak pilon.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak memperdulikannya, bersama Kwee Ceng ia menuntun kudanya mendarat.
"Yong-jie, baik kita jangan bergurau sama mereka,"
kata Kwee Ceng perlahan. "Baik dari sini kita melanjuti perjalanan kita dengan menunggang kuda."
"Kenapa begitu?" menanya si nona.
"Tiat Ciang Pang bangsa manusia rendah, buat apa melayani mereka" Kita diam-diam saja."
"Apa dengan diam-diam saja kita aman?" tanya si nona.
Pemuda itu berdiam. Oey Yong mengendorkan les kuda, tangannya
menunjuk ke jalanan di sebelah utara.
Kuda itu mengerti. Sudah sering dia berpisah dari majikannya, senantiasa mereka dapat bertemu pula.
Maka dia lari ke arah utara itu di mana sebentar kemudian dia lenyap.
"Mari kita kembali ke perahu," kata si nona, menepuk tangan.
"Kesehatanmu belum pulih, perlu apa kau
menempuh bahaya?" Kwee Ceng kata pula.
"Kita terpaksa," sahut nona itu. Ia berjalan balik, ia turun ke perahunya.
Kwee Ceng mengiringi kawannya itu.
Putrinya Oey Yok Su tertawa, dia kata gembira;
"Engko tolol, kita ada bersama, biar kita mengalami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak yang aneh-aneh, kalau kemudian kita
berpisah, bukankah jadi banyak yang dapat
direnungkan" Bukankah itu bagus?"
Perahu berlayar sampai nampak sungai makin
berbahaya. Di kiri dan kanan hamya nampak gunung atau tebing.
Kwee Ceng dan Oey Yong pergi ke kepala perahu, mereka melihat segala apa, maka insyaAah mereka akan bahayanya perjalanan ini. Untuk dapat maju melawan air, perahu mesti ditarik orang. Di situ ada beberapa perahu lainnya. Perahu besar membutuhkan beberapa kuli, sedang perahu kecil, perlu delapan atau sembilan orang. Kuli-kuli penarik itu telanjang dadanya dan kepalanya dilibat sabuk putih, sambil menarik mereka mengasih dengar suara bareng dan sama.
Perahu yang berlayar milir hanyut pesat sekali.
Sepasang muda-mudi ini menduga mereka bakal
segera mendekati Chee-liong-tha. Hari pun makin lama makin siang.
"Yong-jie," kata Kwee Ceng perlahan, "Aku tidak menyangka sungai Goan Kang mempunyai bagian
yang airnya begini deras dan berbahaya. Mungkin bagian deras ini panjang sekali. Kalau perahu terbalik sedang kau masih belum segar, tidakkah itu
berbahaya?" "Habis bagaimana?"
"Kita bunuh saja tukang perahu itu lantas kita ke pinggir dan mendarat."
Si nona menggeleng kepala.
"Itulah tidak menarik hati!" katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memangnya sekarang waktunya main-main?"
"Aku justru menggemari itu!" si nona tertawa.
Pemuda itu berdiam, ia mengawasi ke depan dan ke kiri dan kanan. Ia lantas berpikir.
Berjalan lagi sekian lama, waktu sudah mendekati tengah hari. Setelah melintasi sebuah pengkolan, Kwee Ceng melihat di depan di pinggiran sungai, ada beberapa puluh rumah, yang tinggi dan rendah
bergantung sama letaknya tanah pegunungan. Di situ, air jadi semakin deras. Ketika sebentar kemudian perahu tiba di dekat kumpulan rumah-rumah itu, di tepi sungai terlihat beberapa puluh orang yang seperti lagi menantikan.
Si tukang perahu lantas melemparkan dua lembar dadung ke darat, dadung mana disambuti beberapa puluh orang itu dan lantas dililit ke sebuah pelatok besar. Dengan ditarik, perahu itu sampai di tempat yang cetek.
Tidak lama tiba lagi sebuah perahu yang ditarik kira tigapuluh kuli, perahu itu dikasih berlabuh di situ, sedang di sebelah depan telah berlabuh kira-kira duapuluh perahu lainnya. Lantas ada seorang di daratan yang berkata nyaring: "Tadi malam keluar ular naga, air di gunung banjir, air sungai ini jadi sangat deras, maka sambil menanti air surut, mari semua beristirahat di sini!"
"Numpang tanya, toako, tempat ini apa namanya?"
tanya Oey Yong pada seorang di sampingnya.
"Chee-liong-cip," orang yang ditanya menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona itu mengangguk, diam-diam ia
memperhatikan tukang perahunya. Dia itu berbicara dengan gerakan tangan sama seorang di darat, orang mana bertubuh besar dan kekar. Dia menyerahkan satu bungkusan pada orang itu. Kemudian, mendadak orang itu mengeluarkan kapak dengan apa dia
membabat putus dadung penambat perahu, terus dia mengangkat jangkar, terus dia mendorong perahu itu.
Maka sekejap saja, dengan tubuh miring perahu itu hanyut terbawa air.
Si tukang perahu yang memegang kemudi,
mengawasi ke muka air. Dua pembantunya yang
masing-masing memegang galah kejen, romannya
bersiap-siap akan melindungi si tukang perahu.
Mungkin mereka khawatir kedua pemumpangnya
menyerang tukang kemudi itu.
Kwee Ceng terkejut, ia mengawasi air yang deras.
Setiap waktu perahu itu dapat membentur wadas. Itu artinya terbalik dan karam.
"Yong-jie, rampas kemudi!" ia berteriak. Ia pun hendak lari ke buntut perahu.
Dua orangyang memegang galah itu mendengar
suara si anak muda, mereka bersiap. Ketika mereka mengangkat galahnya, kejennya bergemerlap di
cahaya matahari. Itulah tandanya kejen itu tajam sekali.
"Perlahan!" tiba-tiba Oey Yong berseru.
"Bagaimana?" si pemuda tanya.
"Kau melupakan burung kita ?"" si nona berbisik.
"Kalau sebentar perahu karam, kita naiki mereka untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terbang pergi. Aku mau lihat apa mereka bisa bikin
?"" Kwee Ceng sadar. "Pantas Yong-jie tidak takut, kiranya ia telah siap sedia tipu dayanya," pikirnya. Ia lantas menggapai kepada dua ekor burungnya, untuk disuruh berdiam di samping mereka.
Si tukang perahu tidak tahu kenapa anak muda itu batal bergerak, diam-diam ia bergirang. Ia mau percaya mereka kena dibikin jeri oleh arus yang sangat deras itu.
Segera juga terdengar suara dari serombongan kuli penarik perahu, lalu terlihat orang-orangnya, yang lagi menarik sebuah perahu dengan gubuk hitam, yang mengibarkan bendera hitam juga. Ketika si tukang perabu melihat perahu itu, dia lantas mengangkat kapaknya dengan apa dia mengapak putus
kemudinya, kemudian dia pergi ke pinggir kiri. Terang dia bersiap akan lompat ke perahu yang lagi
mendatangi itu. Kwee Ceng melihat aksinya tukang perahu itu.
"Naik!" ia kata seraya menekan punggungnya si rajawali betina.
"Jangan kesusu!" berkata Oey Yong. "Engko Ceng, kau hajar perahu itu dengan jangkar!"
Kwee Ceng mengerti maksudnya nona itu, ia
bersiap. Tanpa kemudi, perahu hanyut makin pesat,
sebentar saja, kedua perahu datang semakin dekat.
Perahu yang ditarik mudik itu digeser, supaya tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampai diterjang perahu yang hanyut. Tukang-tukang menarik perahu agaknya kaget, mereka pada
berteriak. Kwee Ceng menanti saatnya, segera ia
melemparkan jangkarnya keras sekali. Ia mengarah pelatok yang dipakai mengikat dadung penarik. Karena perahu pun ditarik keras, maka lemparan jangkar jadi semakin hebat. Begitu terkena, pelatok itu patah, dadungnya terlepas. Selagi tukang-tukang menariknya jatuh ngusruk, perahunya sendiri lantas terbawa air, hanyut keras sekali. Orang banyak pada berteriak kaget.
Si tukang perahu kaget sekali.
"Tolong! Tolong!" dia berteriak-teriak saking takut.
"Hai, orang gagu bisa bicara!" kata Oey Yong tertawa.
"Inilah keanehan di kolong langit!"
Kwee Ceng sendiri mengawasi ke perahu yang
hanyut itu, tangannya masih memegangi jangkar yang satunya. Tukang kemudi dari perahu itu lihay, di air deras dia masih mencoba memutar kepala perahu, agar jangan buntutnya yang laju di muka seperti semula. Tepat pada saatnya, si anak muda
melemparkan jangkar ke kepala perahu.
Si tukang perahu gagu tetiron kaget bukan main.
Di saat yang sangat berbahaya itu, dari dalam perahu mendadak lompat keluar satu orang, yang bersenjatakan galah kejen dengan apa dia
menyambuti, menyontek jangkarnya Kwee Ceng. Dia bertenaga besar tetapi galahnya ini tidak cukup kuat, galah itu patah, karena itu, tujuan jangkar jadi berkisar.
Begitulah jangkar dan patahan galah jatuh ke air.
Orang kuat itu berdiri tegar di perahunya, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengenakan baju pendek warna kuning, dia berambut putih romannya gagah. Dialah Khiu Cian Jin ketua Tiat Ciang Pang.
Dua-dua Kwee Ceng dan Oey Yong menjadi kagum
sekali hingga mereka tercengang.
Justru itu, tanpa ketahuan, tubuh perahu telah membentur wadas. Keras goncangan benturan itu muda-mudi itu kena terdampar ke pintu gubuk. Mereka kaget, terutama sebab air segera merendam mata kaki mereka.
Tidak ada ketika lagi untuk naik ke punggung
burung. "Mari!" Kwee Ceng berseru seraya dia berlompat ke arah Khiu Cian Jin. Dia sengaja hendak menubruk ketua Tiat Ciang Pang itu, sebab kalau dia lompat ke lain bagian dari perahu itu, sebelum tiba, dia bisa dipapaki serangan. Itulah berbahaya.
Khiu Cian Jin melihat orang berlompat ke arahnya, rupanya dia dapat menerka maksud orang, karena ia tengah memegang galahnya, dengan itu ia lantas memapak.
Kwee Ceng melihat penyambutan itu, dia kaget.
Khiu Cian Jin melontarkan galahnya, yang menjurus ke dada si anak muda. Ia rupanya menganggap, lebih baik menyerang sambil menimpuk daripada menanti orang tiba di perahunya.
Dalam saat sangat berbahaya untuk si anak muda, tiba-tiba terlihat sinar hijau menyambar galah kejen.
Karena mana, lenyaplah ancaman bahaya itu.
Itulah Oey Yong, yang berlompat menyusul
kawannya, yang dengan tongkatnya menangkis galah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah itu, begitu menginjak perahu, si nona segera menyerang pangcu dari Tiat Ciang San, hingga dia menjadi gelagapan, hampir dia kena ditotok.
Khiu Cian Jin mengenal baik lihaynya tongkat si nona, maka itu, selagi Kwee Ceng baru menaruh kaki, ia mundur kepada anak muda itu, yang ia sapu.
Dengan begitu ia berkelit sambil menyerang. Selagi Kwee Ceng berkelit, ia menyusuli dengan dua
serangan saling susul dengan kedua tangannya.
Lihay serangannya jago dari Tiat Ciang San ini.
Itulah pukulan dari Tiat Ciang Kang-hu, atau ilmu silat Tangan Besi, yang kaum Tiat Ciang Pang andalkan selama mereka menjagoi, bahkan di tangan orang she Khiu ini, jurusnya telah diubah dan ditambah hingga menjadi semakin lihay. Dibanding sama Hang Liong Sip-pat Ciang, ilmu itu kalah keras tetapi menang halus.
Begitu dua orang itu bergerak di atas perahu.
Perahu sewaannya Kwee Ceng telah patah
pinggang dan karam, si gagu dan dua kawannya
kecebur ke air dan terbawa arus, sia-sia mereka berenang, mereka terbenam di dalam air menggolak bagaikan pusar air.
Perahunya Khiu Cian Jin sendiri, meskipun hanyut keras, masih dapat dipertahankan, karena ada orang Tiat Ciang Pang yang lantas mengendalikannya.
Di atasan perahu, terbang mengikuti, adalah kedua burung rajawali serta hiat-niauw, ketika burung itu saban-saban mengasih dengar suaranya.
Sampai itu waktu, Oey Yong pun turut berkelahi.
Lebih dulu ia mengundurkan beberapa orang Tiat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ciang Pang, yang merintangi padanya, setelah itu ia dekati Kwee Ceng, guna mengepung Khiu Cian Jin.
Karena sama-sama lihay, kedua pihak berkelahi dengan rasa risih.
Selagi bertempur itu, Oey Yong melihat golok
berkelebat di dalam gubuk perahu. Itulah seorang yang tengah membacok. Ia tidak tahu apa yang dibacok itu tetapi ia curiga, maka ia lantas menimpuk dengan jarumnya. Pembacok itu kena lengannya, bacokannya tak dapat diteruskan, goloknya justru mengenai pahanya sendiri sampai dia menjerit. Si nona
menyusul seraya berlompat masuk ke dalam gubuk. Ia menendang terjungkal orang itu, yang sudah tidak berdaya, lalu dia melihat seorang rebah tidak berkutik di lantai perahu sebab kaki tangannya dibelenggu. Ia tidak usah mengawasi lama akan mengenali Sin-soan-cu Eng Kouw, hingga ia menjadi heran. Tidak sekali disangka, di sini mereka dapat menemui nyonya itu, bahkan dalam keadaan tidak berdaya itu. Tanpa ayal lagi, ia memungut goloknya orang tadi dengan apa ia memutuskan tambang yang mengikat tangan si
nyonya. Begitu lekas tangannya bebas, dengan tangan
kirinya Eng Kouw merampas golok di tangannya si nona, selagi Oey Yong heran, dia sudah lantas membacok mampus orang Tiat Ciang Pang itu, yang tadi hendak membinasakan padanya. Habis itu baru ia memutuskan tali belengguan kakinya, sedang
musuhnya roboh celentang, hingga Oey Yong
mengenali, dialah Kiauw Thay. Maka ia kata di dalam hatinya, "Kau sangat jahat, pantas kau mampus!"
"Meski kau telah menolongi aku, jangan kau harap aku akan membalas budi!" kata Eng Kouw pada si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa mengharap pembalasan budimu?" kata si nona tertawa. "Kau telah menolong aku, maka ini satu kali, aku menolongi kau. Dengan begini, kita menjadi tidak saling berhutang!"
Sembari berkata begitu, Oey Yong pergi pula ke luar, untuk membantu lagi kepada Kwee Ceng.
Khiu Cian Jin benar-benar lihat, dia dapat bertahan, hanya segera ia menjadi kaget ketika kupingnya mendengar beberapa teriakan beruntun serta suara tubuh tercebur ke air. Sebab Eng Kouw, dalam
gusarnya, sudah menghajar semua orang Tiat Ciang Pang yang berada di dalam kendaraan air itu,
membikin mereka kecemplung ke air deras. Hingga tidak perduli yang pandai berenang, orang-orang jahat itu jangan harap nanti lolos dari bahaya mampus kelelap!
Khiu Cian Jin digelarkan "Tiat Ciang Sui-sing-piauw", atau si Tangan besi yang mengambang di muka air itu bukan berarti dia dapat berjalan di muka air seperti mengambang, itu diartikan lihaynya ilmunya enteng tubuh, jangan kata di air deras demikian, sekalipun di air tenang di telaga, tidak dapat dia jalan ngambang. Maka itu sekarang, hatinya tidak tenang. Ia berkelahi sambil mundur. Kewalahan ia melayani Kwee Ceng yang dibantu Oey Yong. Untuk mencegah si nona menyerang ia dari belakang, ia berdiri membelakangi air. Secara begini ia mencoba
bertahan. Oey Yong berkelahi sambil memperhatikan
lawannya yang tangguh ini. Sering ia melihat jago itu melirik ke kiri dan kanan. Ia menduga tentulah orang mengharap-harap datangnya lain perahu, ialah
bantuan untuk pihaknya. Maka ia juga turut memasang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata. Ia pikir, "Biarnya dia jago, dia bakal dikepung bertiga. Kalau kita gagal, sebenarnya kita ialah kantung-kantung nasi ?""
Eng Kouw di lain pihak telah berhasil menyapu semua orang Tiat Ciang Pang. Ia membiarkan hanya satu orang, ialah si tukang pengemudi. Ia melihat bagaimana dua muda-mudi itu belum bisa berbuat apa-apa terhadap Khiu Cian Jin, maka akhirnya ia menghampirkan mereka.
"Nona kecil, kau minggirlah!" ia kata kepada Oey Yong - ia tertawa dingin. "Mari, kasihkan aku yang maju!"
Oey Yong tidak puas sekali. Terang orang
memandang enteng padanya. Tapi ia cerdik, ia lantas berpikir. Terus ia mendesak ketua Tiat Ciang Pang itu.
Khiu Cian Jin bisa menduga si nona tentulah mau mundur mentaati kata-kata si nyonya, meski ia mengerti, ia toh tidak bisa berbuat apa-apa kecuali membela diri, karena si nona mendesak, Kwee Ceng tetap menyerang padanya. Oey Yong bukan mundur sendirinya, ketika ia mundur, ia menarik tangan baju kawannya seraya berkata; "Biarkan dia maju sendiri!"
Kwee Ceng heran tetapi ia mundur seraya membela diri.
Eng Kouw tidak memperdulikan sikap si nona, ia hanya menghadap Khiu Cian Jin, dengan tertawa dingin, dia berkata; "Khiu Pangcu, di dalam dunia kangouw, namamu terdengar cukup nyaring, maka aku heran untuk perbuatanmu yang hina dina! Selagi aku tidur di rumah penginapan, tengah aku tidak tahu apa-apa, mengapa kau menggunai hio pulas dan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
caramu itu kau membekuk aku" Bagus perbuatanmu itu ya?"
"Kau telah dibekuk oleh orang sebawahanku, buat apa kau masih banyak bacot?" Khiu Cian Jin membalasi. "Jikalau aku yang turun tangan sendiri, hanya dengan sepasang tangan kosongku, sepuluh Sin Soan Cu pun dapat aku membekuknya!"
Eng Kouw tetap bersikap dingin.
"Di dalam hal apa aku bersalah dari kamu kaum Tiat Ciang Pang?" ia tanya.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua binatang cilik ini lancang memasuki Tiat Ciang Hong, tempat kami yang suci," kata Khiu Cian Jin,
"Kenapa kau menerimanya mereka di rawa lumpur hitam" Dengan baik-baik aku minta mereka diserahkan padaku, kenapa kau melindungi mereka dengan kau mendustai aku" Apakah kau sangka Khiu Cian Jin boleh dibuat permainan?"
"Oh, kiranya itulah gara-gara dua binatang cilik ini!"
katanya. "Kalau kau mempunyai kepandaian, pergi punya banyak tempo akan campur tahu segala urusan tetek bengek begini!"
Lauw Kui-hui lantas mengundurkan diri, ia duduk bersila di lantai perahu, sikapnya sangat tenang. Ia maju jadi si penonton harimau bertarung, akan menyaksikan orang roboh dua-duanya!
Sikapnya nyonya ini mengherankan dua-dua Kwee Ceng dan Oey Yong dan Khiu Cian Jin. Itulah mereka tidak sangka.
Eng Kouw turun gunung dengan pikiran kacau. Ia mendongkol dan berduka, tidak dapat ia gampang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gampang melampiaskan itu. Ia mendongkol sebab gagal ia membunuh It Teng Taysu. Tidak tega ia melihat sikap tenang dari pendeta itu. Ia bersedih kalau ia membayangi kematian anaknya yang malang itu. Begitu ketika ia mondok di rumah penginapan, ia berlaku alpa, ia kena diasapi orang Tiat Ciang Pang dan kena ditangkap karenanya. Di dalam keadaan biasa, tidak nanti ia kena dibekuk secara demikian. Ia juga tidak menyangka, di dalam bahaya, ia ditolongi Oey Yong. Ia tetap mendongkol, maka itu, ia ingin biarlah muda-mudi itu dan Khiu Cian Jim mampus bersama ?"
Oey Yong berpikir cepat: "Baik, kami akan melayani dulu Khiu Cian Jin, habis itu baru kami nanti mengasih lihat sesuatu padamu!" Ia lantas mengedipi mata kepada Kwee Ceng, terus ia menerjang pula pada Khiu Cian Jin. Aksinya ini segera ditiru si anak muda.
Begitulah bertiga mereka bergebrak pula.
Eng Kouw menonton, dengan asyik. Ia melihat,
meski ketua Tiat Ciang Pang itu lihay, dia sukar bisa cepat-cepat merebut kemenangan. Ia bahkan melihat ketua itu mundur. Ia mau percaya, jago dari Tiat Ciang San ini akhirnya bakal mampus atau terluka ?"
Kwee Ceng pun melihat sikap lawannya itu, ia
menduga orang lagi mencari akal. Dilain pihak ia berkhawatir untuk Oey Yong, yang baru sembuh dan tidak selayaknya mengeluarkan banyak tenaga. Maka akhirnya ia kata; "Yong-jie, baik kau beristirahat, sebentar kau maju pula!"
Nona itu menurut. "Baik," sahutnya seraya ia mundur. Ia tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Eng Kouw mengiri menyaksikan eratnya
perhubungan si pemuda dengan si pemudi, terutama perhatiannya si pemuda itu, hingga ia berpikir: "Dalam hidupku, kapannya pernah ada orang berbuat begini macam terhadapku?" tiba-tiba dari mengiri, ia menjadi cemburu dari cemburu, hatinya menjadi panas.
Mendadak ia berlompat bangun dan berkata dengan nyaring: "Dua lawan satu, apa itu namanya" Mari, mari kita berempat menjadi dua rombongan, satu!" Ia lantas mengeluarkan dua batang bambu, tanpa menanti
jawaban orang, Ia berlompat menyerang nona Oey.
Oey Yong menjadi mendongkol sekali.
"Perempuan gila yang lenyap hatinya!" ia mendamprat. "Tidak heran Loo Boan Tong tidak mencintaimu!"
Tapi ini cuma menambah kemurkaannya Eng Kouw, yang menyerang makin hebat.
Oey Yong menjadi repot. Ia boleh lihay ilmunya Tah Kauw Pang-hoat tetapi ia kalah tenaga dalam, ia juga belum pulih kesehatannya, maka terpaksa ia menutup diri. Lebih sulit lagi, perahu itu bergerak keras tak hentinya disebabkan derasnya arus.
Kwee Ceng sendiri tetap melayani Khiu Cian Jin, ia tidak bisa merebut kemenangan tetapi ia pun tidak kalah.
Ketua Tiat Ciang Pang menjadi heran tidak karu-karuan Eng Kouw membantu padanya. Tentu sekali, perubahan sikap si nyonya membuatnya ia girang.
Dengan begitu dia jadi seperti tambah semangat, terus ia menyerang hebat. Ketika Kwee Ceng menyerang ia dengan jurus "Melihat naga di sawah," ia berkelit,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
habis berkelit, segera ia membalas menyerang, dengan dua tangannya berbareng: Tangan kanan
dengan kejennya tangan kiri tangan kosong.
Kwee Ceng tidak takut, ia menangkis dengan dua dua tangan juga. Maka tangan mereka bentrok. Lantas mereka sama-sama menyerukan. "Hm!" dan tubuh mereka mundur masing-masing tiga tindak. Khiu Cian Jin menahan diri dengan memegang tiang kemudi, dan kaki kiri Kwee Ceng terserimpat dadung, hampir dia terguling. Guna menjaga diri agar tidak diserbu, ia meneruskan lompat jumpalitan.
Khiu Cian Jin menganggap inilah ketikanya yang baik, dia tertawa nyaring dan lama, lantas dia maju, guna menyerang.
Eng Kouw tengah mendesak Oey Yong sampai si
nona bernapas sengal-sengal dan peluhnya mengucur tatkala dia mendengar tertawanya ketua Tiat Ciang Pang, dia kaget hingga mukanya beruhah, hingga lupa dia menarik pulang senjatanya yang kiri. Oey Yong melihat lowongan, lantas ia menyerang ke dada, menotok jalan darah sin-kie. Eng Kouw tidak
menghiraukan itu, dengan tubuh terhuyung, dia menubruk ke arah Khiu Cian Jin sambil mulutnya berseru: "Kiranya kau!"
Ketua Tiat Ciang Pang terkejut, apapula ia melihat muka bengis dari nyonya itu yang mulutnya dipentang, kedua tangannya dibuka. Si nyonya seperti mau menubruk buat menggigit atau menggerogoti orang.
"Kau mau apa?" berseru Cian Jin dalam herannya.
Ia juga lompat ke samping.
Eng Kouw gagal sama tubrukannya yang pertama
itu, dengan mulut bungkam, ia menubruk pula. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti kalap. Kali ini ia mengajukan kepalanya, untuk menyeruduk.
Cian Jin berkhawatir. Ia merasa, celaka kalau ia kena dipeluk perempuan yang telah seperti kalap itu.
Ia juga berkhawatir melihat Kwee Ceng merangsak.
Maka untuk menolong diri, kembali ia berlompat minggir.
Oey Yong segera menarik tangannya Kwee Ceng,
buat diajak berdiam di satu pinggiran. Dari situ mereka mengawasi Eng Kouw. Mereka pun heran dan
berkhawatir. Nyonya itu kalap seperti orang gila. Terus dia main tubruk, mulutnya senantiasa berseru, giginya dipertontonkan. Terang dia ingin memeluk Cian Jin untuk digerogoti ?"
Jago Tiat Ciang Pang itu menjadi kewalahan, ia selalu main berkelit. Beberapa kali tangannya kena terjambret tercakar, hingga tangannya itu berdarah-darah. Dalam khawatirnya, beberapa kali ia berseru;
"Pembalasan, pembalasan! Apakah aku mesti terbinasa di tangan perempuan gila ini"!"
Eng Kouw mengulangi tubrukannya, sampai Khiu
Cian Jin berada di dekat si tukang kemudi. Sekarang si nyonya matanya menjadi merah. Rupanya ia tahu, lawannya sangat lihay, sukar ia berhasil menubruk.
Mendadak ia menyerang si tukang kemudi, hingga orang menjerit dan terjungkal ke air, menyusul mana, ia menendang tiang kemudi sampai tiang itu patah!
Segera karena tak terkendalikan, perahu itu
goncang keras, hanyutnya kacau.
Oey Yong kaget hingga ia mengeluh. Kalapnya Eng Kouw bisa membikin mereka nanti kecebur ke air, mungkin bakal mati ?" Ia tidak tahu kenapa nyonya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu menjadi kalap mendadak. Karena itu ia mainkan mulutnya, guna memanggil burungnya.
Justru itu perahu melintang, segera membentur wadas, nyaring suaranya. Sebagai akibatnya, kepala peranu bocor.
Khiu Cian Jin kaget, ia menginsyafi bahaya, maka ia pun menjadi nekat, tetapi ia bukan menempur si nyonya kalap, ia hanya mengenjot tubuhnya, untuk berlompat ke darat. Ia tidak sampai di tepian, ia kecebur, tenggelam ke dalam air. Tapi ia sadar, ia mencoba memegangi batu wadas, dengan
berpegangan terus, ia melapai ke pinggiran. Ia telah kena menenggak air, toh ia tiba juga di pinggiran di mana ia merayap naik ke darat, lalu dengan pakaian kuyup ia duduk beristirahat, matanya mengawasi ke perahu yang hanyut jauh, hingga nampak seperti satu titik hitam. Ia bergidik kalau ia ingat kalapnya Eng Kouw.
"Binatang ke mana kau hendak lari?" demikian si nyonya mendamprat melihat musuhnya berlompat ke air. Ia juga ingin berlompat atau sang air lekas sekali membikin perahu lantas terpisah jauh dari ketua Tiat Ciang Pang itu.
Kwee Ceng menaruh belas kasihan, ia menjambak punggung si nyonya, untuk mencegah dia terjun, tetapi nyonya itu menyampok ke belakang. Maka "Plok!"
muka si anak muda kena dihajar, sampai ia merasakan pipinya panas dan sakit, hingga ia berdiri menjublak.
Oey Yong pun heran, tetapi burungnya sudah
datang. maka ia memanggil: "Engko Ceng, mari!
Jangan layani perempuan gila itu! Mari kita pergi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menoleh kepada si nona, kemudian ia berpaling pula kepada Eng Kouw. Ketika itu air sudah merendam kaki mereka. Mendadak nyonya itu
menekap mukanya dan menangis menggerung-
gerung. "Anak. anak!" dia sesambatan.
"Lekas, lekas!" Oey Yong memanggil engko Cengnya.
Tapi Kwee Ceng bersangsi. Pemuda ini ingat pesan It Teng Taysu untuk menjaga dan melindungi Eng Kouw. Maka ia teriaki kawannya itu: "Yong-jie lekas kau naik burung dan mendarat! Sebentar kau suruh dia terbang pula ke mari menyambut aku!"
"Sudah tidak keburu!" Oey Yong kata, hatinya cemas.
"Lekas kau pergi!" Kwee Ceng mendesak. "Kita tidak dapat menyia-nyiakan pesan It Teng Taysu!"
Mendengar penyahutan si anak muda, Oey Yong
turut bersangsi. Ia pun ingat pesan si pendeta dan ingat pertolongan orang kepadanya., Tengah ia berdiam, mendadak tubuhnya bergoyang keras dan kupingnya mendengar suara nyaring. Nyata perahu mereka telah membentur satu batu besar, hingga air segera menerobos masuk ke dalam perahu itu, badan perahu juga melesak ke dalam air.
"Lekas lompat ke wadas!" Oey Yong berteriak.
Kwee Ceng pun mengerti bahaya, ia mengangguk.
Ia segera menghampirkan Eng Kouw untuk memegang padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kali ini si nyonya berdiam bagaikan orang linglung, dipegangi Kwee Ceng, dia tidak meronta, cuma
matanya bengong mengawasi permukaan air.
"Mari!" berseru Kwee Ceng, yang dengan tangan kanannya mengempit tubuh si nyonya dan berlompat.
Oey Yong turut berlompat.
Mereka berhasil menginjak batu wadas itu, yang besar, hanya pakaian mereka telah basah kecipratan air. Ketika mereka menoleh, mereka mendapatkan perahu mereka sudah karam di pinggir wadas itu.
Oey Yong berdiri diam, melihat air, ia seperti kabur matanya. Itulah pengalaman sangat hebat untuknya, meskipun ia sebenarnya pandai berenang.
Burung rajawali terbang berputaran di atasan
mereka, burung itu tidak mau turun menghampirkan meski berulang-ulang Kwee Ceng memanggil. Terang binatang itu takut air.
Kemudian Oey Yong memandang juga kelilingan. Ia melihat sebuah pohon yangliu di tepian sebelah kiri, terpisahnya dari mereka kira sepuluh tombak. Ia lantas dapat akal.
"Engko Ceng, kau pegang tanganku," ia kata.
Kwee Ceng tidak tahu orang hendak berbuat apa, ia pegang tangan kiri si nona.
Mendadak Oey Yong terjun ke air, terus dia selulup.
Pemuda itu kaget, ia lekas-lekas membungkuk
dengan tangannya diulur panjang-panjang, sedang kedua kakinya dicantel di batu wadas. Dengan tangan kanan ia terus memegangi tangan si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong selulup untuk mengambil dadung layar, yang ia bawa kembali ke wadas. Ia menarik dadung hingga panjang duapuluh tombak lebih, ia mengutungi itu, kemudian ia memanggil burungnya, disuruh menclok di pundaknya kiri dan kanan.
Kwee Ceng membantui memegangi burung itu,
yang sudah besar dan berat tubuhnya, ia khawatir si nona tak kuat memundaki kedua binatang piaraannya itu.
Oey Yong mengikat dadung ke kaki burung yang
jantan, ia menunjuk ke pohon yangliu, untuk
menitahkan burungnya terbang ke pohon itu.
Burung itu mengerti, dia terbang ke pohon, setelah terbang memutari, ia terbang balik.
"Eh, aku menyuruh kau melibat dadung ini pada pohon!" kata Oey Yong.
Burung itu tidak dapat dikasih mengerti, maka nona ini masgul.
"Hayo coba!" kata Oey Yong kemudian. Ia memberi contoh.
Burung rajawali itu terbang pula, ia mesti terbang hingga delapan kali, baru dadung dapat dilibat di pohon. Baru sekarang si nona girang.
Kwee Ceng pun girang, sebab ia mengerti maunya kawannya itu.
Ujung yang lain dari dadung itu lantas diikat di wadas. "Nah, Yong-jie, kau mendarat lebih dulu!" kata si pemuda selesai mengikat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak," menyahut nona itu. "Aku akan menanti kau.
Biar dia naik lebih dulu."
Eng Kouw mengawasi muda-mudi itu, ia terus
menutup mulutnya. Tapi sekarang ia sudah tenang, ia mengerti maksud orang, maka tanpa bilang apa, ia berpegangan pada dadung, untuk melapai naik, hingga di lain saat ia telah tiba di darat.
"Di masa aku kecil, inilah permainanku yang menarik hati," kata Oey Yong. "Kwee Toaya, aku hendak memberikan pertunjukan, harap kau mengasih hadiah biar banyak!"
Setelah berkata begitu, si nona menyambar
dadung, untuk berdiri di atas dadung itu, habis mana, dia berlari-lari menyeberang melintasi air deras itu, tiba di pohon, untuk turun ke tanah!
Kwee Ceng belum pernah meyakinkan ilmu jalan di atas tambang, ia tidak berani mencoba-coba, khawatir terpeleset dan jatuh ke air, dari itu ia mencontoh Eng Kouw, ia berpegangan pada dadung itu dan melapai.
Sambil bergelantungan, ia mengawasi ke darat. Lagi beberapa tombak ia akan tiba di pohon, mendadak ia mendengar seruannya Oey Yong: "Eh, kau hendak pergi ke mana?" Ia terkejut. Itulah seruan kaget.
Seruan itu disebabkan Eng Kouw berjalan seorang diri, untuk meninggalkan mereka berdua. Kwee Ceng khawatir nyonya itu belum sadar betul, itulah berbahaya. Maka ia lekas-lekas melapai, belum sampai di cabang pohon, ia sudah lompat turun.
"Lihat, dia pergi seorang diri!" kata Oey Yong, tangannya menunjuk.
Kwee Ceng mengawasi, hingga ia menampak Eng
Kouw berlari-lari di tanah pegunungan, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jalanannya banyak batunya dan sukar. Orang sudah pergi jauh, sulit untuk menyandaknya.
"Dia pergi seorang diri, pikiran dia was-was, inilah berbahaya," kata Kwee Ceng. "Mari kita susul." Ia berkhawatir, begitu juga Oey Yong.
"Mari!" menyahut si nona setuju. Hanya ketika ia mengangkat kaki, untuk berlompat, mendadak ia roboh sendirinya, jatuhnya duduk, kepalanya digoyang beberapa kali.
Kwee Ceng mengerti nona itu lemas sebab barusan dia memakai terlalu banyak tenaga.
"Kau duduk di sini," ia kata. "Nanti aku yang menyusul sendiri. Aku akan segera kembali."
Pemuda itu lari keras, tapi kapan ia tiba di tikungan tiga, ia bingung. Di situ Eng Kouw tak terlihat, setahu dia mengambil jalanan yang mana. Tempat itu sunyi, rumputnya tinggi, hari pun sudah mendekati magrib.
Oleh karena mengkhawatirkan Oey Yong terpaksa ia lari balik.
Kesudahannya, satu malam mereka berdiam di tepi kali itu dengan menahan lapar. Pagi-pagi mereka sudah berjalan mengikuti tepian di mana ada sebuah jalanan kecil. Mereka mau mencari kuda dan burung api mereka, guna bersama-sama mencari jalan besar.
Sesudah jalan setengah harian, mereka dapat mencari sebuah rumah makan. Lantas mereka singgah.
Mereka membeli tiga ekor ayam, yang seekor
dimatangi, untuk dimakan berdua, yang dua ekor untuk sepasang rajawali.
Dua ekor burung itu makan sambil menclok di atas pohon kayu besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Burung yang jantan baru makan separuh ayam itu ketika dia bersuara nyaring dan panjang, lantas makanannya dilemparkan, terus dia terbang ke utara.
Yang betina pun terbang tinggi, setelah dia juga mengasih dengar suaranya, dia menyusul ke utara itu.
"Kelihatannya burung kita bergusar," kata Kwee Ceng. "Mereka melihat apakah?"
"Marilah kita lihat!" kata Oey Yong, yang terus melemparkan sepotong perak.
Dengan lantas, mereka lari ke jalan besar, di sana mereka melihat burung mereka terbang berputaran, lalu menukik ke bawah, lalu naik pula, akan seterusnya terbang berputaran lagi.
"Mereka bertemu musuh!" kata Kwee Ceng. "Mari!"
Pemuda itu lantas lari, si nona mengikuti. Kira tiga lie, mereka menampak di depan mereka sekumpulan rumah seperti dusun yang ramai, di atas itu kedua burung mereka masih terbang berputaran, agaknya mereka kehilangan sasaran yang mereka cari.
Bab 68. BERADU DIAM. Sampai di luar dusun, Oey Yong memanggil turun kedua burungnya, akan tetapi burung itu tetap berputaran, masih saja mereka mencari apa-apa.
"Entah dengan siapa mereka bermusuhan hebat
?"" kata Kwee Ceng heran.
Lewat lagi sekian lama barulah kedua burung itu turun. Lantas ternyata kaki kiri yang jantan berdarah, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
situ ada bekas bacokan golok, syukur kakinya tidak tertebas kutung. Pantas dia agaknya mendongkol.
Muda-mudi itu kaget. Sebelah kaki burung yang jantan mencengkeram
suatu barang hitam, setelah diperiksa, itulah kulit kepala orang, yang masih ada rambutnya, yang masih ada darahnya.
Sembari memeriksa kulit kepala orang itu, Kwee Ceng berpikir.
"Burung ini dipelihara semenjak kecil, dia baik sekali," kata ia. "Aku tahu mereka belum pernah melukai orang tanpa sebab. Kenapa sekarang mereka berkelahi sama orang?"
"Mesti ada yang aneh," kata Oey Yong. "Mari kita cari orang yang kepalanya kehilangan kulitnya itu ?""
Maka mereka mampir di dusun itu, untuk bermalam.
Tapi dusun besar, banyak rumah dan penduduknya.
Mereka membuat penyelidikan sampai sore tanpa ada hasilnya.
Besoknya pagi, mereka mendapatkan kedua burung mereka membawa pulang kuda mereka. Hiat-niauw tidak ada beserta.
"Mari kita cari," kata Oey Yong, yang mengajaki kembali. Ia sangat sayang burungnya itu.
Tapi Kwee Ceng berkhawatir untuk Ang Cit Kong, yang terluka dan entah ada di mana, sedang harian Pee-gwee Tiong Ciu bakal lekas datang, mereka mesti menghadirkan pibu di Yan Ie Lauw di Kee-hin. Ia kata, perlu mereka lekas pergi ke timur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong dapat dikasih mengerti, ia suka turut.
Demikian dengan naik kuda merah, mereka berangkat.
Mereka melarikan kuda mereka keras dan burung mereka mengiringi dari udara. Oey Yong senang sekali, di sepanjang jalan ia banyak omong dan tertawa, gemar ia bergurau. Ia jauh lebih gembira daripada yang sudah-sudah. Bahkan di waktu singgah, sampai jauh malam, ia masih tidak mau tidur, sedang kawannya, yang khawatir ia terlalu letih, menganjurkan ia beristirahat. Ada kalanya, sampai jauh malam, sambil bersila di atas pembaringan, ada saja yang ia omongi sama si anak muda.
Pada suatu hari tibalah mereka di tempat
perbatasan sebelah selatan antara dua propinsi Ciatkang dan Kang-souw, di sini mereka mengasih kuda mereka lari satu harian hingga singgah di sebuah penginapan. Oey Yong pinjam sebuah rantang rotan dari pelayan, hendak ia berbelanja di pasar.
"Kau sudah letih, kita dahar sembarangan saja di sini," Kwee Ceng mencegah.
"Aku hendak masak untukmu," berkata si nona.
"Apakah kau tidak sudi makan masakanku?"
"Tentu aku suka hanya aku menghendaki kau lebih banyak beristirahat," kata si anak muda. "Nanti, kalau kau sudah sehat betul, itu waktu masih ada tempo untuk kau masak untukku."
"Sampai aku sudah sehat betul ?"" mengulangi si nona. "Itu waktu ?""
Ia telah bertindak di ambang pintu, baru sebelah kakinya, atau ia berhenti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tidak tahu apa orang bilang, tetapi ia menurunkan naya dari lengan si nona. Ia kata; "Ya, sampai kita sudah dapat mencari suhu, baru kau masak, nanti kita dahar bersama-sama ?""
Oey Yong berdiam sekian lama, lalu ia kembali ke dalam, untuk merebahkan diri di atas pembaringan. Ia terus berdiam, rupanya ia kepulasan ?"
Kemudian, datang saatnya bersantap. Pelayan
telah menyajikan barang makanan mereka. Si pemuda membanguni si pemudi, untuk diajak berdahar.
Nona itu bangun seraya berlompat turun. Ia tertawa.
"Engko Ceng, kita tidak dahar ini," ia kata. "Mai turut aku!"
Pemuda itu menurut, ia mengikuti. Mereka pergi ke pasar. Oey Yong pergi ke sebuah rumah besar yang temboknya putih dan pintunya hitam. Dia mutar ke belakang. Di sini dia lompat naik ke tembok, untuk ke pekarangan dalam. Si pemuda tidak mengerti tetapi ia mengikuti terus.
Oey Yong berjalan hingga ke ruang depan di mana ada api terang-terang, sebab tuan rumah tengah membikin pesta.
"Semua minggir!" berkata si nona sembari tertawa.
Ia maju ke depan. Semua orang di medan pesta itu heran. Sama
sekali ada tigapuluh orang lebih yang terbagi atas tiga meja. Mereka itu saling mengawasi. Mereka heran mendapat orang adalah satu nona muda dan cantik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menghampirkan satu tetamu yang
gemuk, ia menjambak dan mengangkat tubuh orang, kakinya menggaet, maka robohlah si terokmok itu.
"Apa kamu masih tidak mau menyingkir?" ia tanya, sambil tertawa.
Orang menjadi heran berbareng takut, mereka itu lantas jadi kacau.
"Mana orang" Mana orang?" tuan rumah berteriak teriak. Dia heran, kaget dan berkhawatir dan
mendongkol juga. Segera terdengar suara berisik, di situ muncul dua guru silat beserta belasan pengikutnya. Mereka itu membawa golok dan toya.
Oey Yong tidak takut, bahkan dia tertawa terus.
Ketika ia menyambut kedua guru silat itu, sebentar saja ia dapat merobohkan mereka, terus ia menyerbu, merampas senjatanya belasan pengikut itu, hingga ruang pesta jadi sangat kacau.
Tuan rumah jadi takut, dia hendak lari, tetapi dia dicekuk si nona, jenggotnya ditarik, lehernya diancam dengan golok. Dalam takutnya dia menekuk lutut, dengan suara gemetaran dan tidak lancar dia kata:
"Lie-tay-ong ?" oh, nona ?" kau ingin uang, nanti aku sediakan, asal kau ampuni jiwaku ?""
"Siapa menghendaki uangmu?" kata Oey Yong tertawa. "Mari temani aku minum!"
Tuan rumah itu ditarik jenggotnya, ia ketakutan, ia diam saja.
"Mari duduk," kata si nona, yang pun menarik tangan Kwee Ceng. Ia mengajaknya duduk di meja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tuan rumah bersama tuan rumah itu. "Kamu juga duduk!" ia kata pada orang banyak, yang berkumpul di pojokan, bingung dan khawatir. "Eh, kenapa kamu tidak mau duduk?" Ia lantas menancap golok di meja, golok itu berkilauan.
Semua tetamu itu ketakutan, dengan saling desak, mereka berebut maju, hingga kursi pada terlanggar terbalik.
"Kamu toh bukan bocah-bocah umur tiga tahun!" si nona menegur. "Apa kamu tidak dapat duduk dengan rapi?"
Semua tetamu itu takut, mereka lantas berlaku tenang.
Oey Yong minum araknya dengan gembira.
"Perlu apa kau membikin pesta?" ia tanya tuan rumah. "Apakah kau kematian anggota keluargamu?"
"Sebenarnya aku tambah anak," kata tuan rumah.
Sekarang is tak terlalu takut lagi. Hari ini adalah hari ulang tahun satu bulan anakku itu dan aku
mengundang sahabat dan tetangga-tetanggaku ?""
"Bagus!" kata si nona tertawa. "Coba kau bawa keluar anakmu itu!"
Tuan rumah kaget, mukanya pucat. Ia takut
anaknya dibunuh. Dengan membelalak, ia mengawasi pisau yang masih nancap di meja. Tapi karena takut, ia terpaksa menyuruh orang membawa keluar anaknya itu.
Oey Yong menggendong itu bayi, ia mengawasi
muka orang. Ia pun memandang muka tuan rumah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak mirip-miripnya," katanya. "Jangan-jangan ini bukan anakmu sendiri."
Tuan rumah itu likat berbareng berkhawatir, kedua tangannya bergemetaran.
Semua tetamu merasa lucu tetapi tidak ada yang berani tertawa.
Oey Yong mengeluarkan sepotong uang emas
berat kira lima tail, ia serahkan itu kepada si babu pengasuh berikut bayinya seraya berkata: "Ini tidak berarti, hitung saja sebagai tanda mata dari nenek luarnya."
Semua orang merasa heran dan lucu. Dia orang
luar dan menyebut dirinya nenek luar sedang dialah satu nona remaja. Tuan rumah nampaknya girang.
"Mari! Aku beri kau selamat satu mangkok!" kata Oey Yong. Dan ia mengambil satu mangkok besar, ia isikan arak, ia tolak itu ke depan tuan rumahnya.
"Aku tidak kuat minum, maaf," kata tuan rumah itu.
Mendadak si nona mengasih lihat roman bengis, tangannya pun menyambar jenggot.
"Kau minum atau tidak?" dia tanya keras.
Tuan rumah ketakutan, terpaksa ia menenggak arak itu.
"Nah, ini baru bagus!" kata si nona. "Mari, sekarang kita main teka-teki!"
Semua orang takut, maka apa yang si nona
inginkan, lantas kejadian. Tapi mereka bangsa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saudagar atau hartawan, tidak ada yang pandai main teka-teki, si nona jadi sebal. "Sudahlah!" katanya.
Sementara itu tuan rumah roboh menggabruk. Dia tidak kuat minum tetapi mesti minum banyak arak ?"
Si nona tertawa, ia dahar, Kwee Ceng menemani padanya.
Akhirnya terdengar tanda jam satu malam, si nona mengajak kawannya pulang, tuan rumah dan
tetamunya dibiarkan dalam bingung ?"
"Bagus tidak, engko Ceng?" Oey Yong tanya setibanya di pondokan.
"Ah, tidak karu-karuan kau membikin orang ketakutan," kata si anak muda.
"Sekarang ini aku mencari kesenangan untukku, aku tidak perduli orang lain ketakutan," kata si nona.
Pemuda itu heran. Kata-kata itu mesti mengandung arti tetapi ia tidak sanggup menangkapnya.
"Aku hendak pergi jalan-jalan, kau turut tidak?"
kemudian Oey Yong tanya. "Di waktu begini mau pergi ke mana lagi?" tanya si pemuda heran.
"Aku ketarik sama bayi tadi. Ingin aku memain dengannya, sesudah beberapa hari, baru aku akan membayarnya pulang ?""


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh, mana dapat ?"" kata Kwee Ceng heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi si nona tertawa, dia pergi keluar, dia melompat tembok pekarangan.
Kwee Ceng menyusul, ia menarik tangan orang.
"Yong-jie, kau sudah main-main lama, apakah itu masih belum cukup?" tanyanya.
"Belum cukup," si nona menyahuti. "Mari kau temani aku, kita main-main sampai puas benar. Lewat lagi beberapa hari bukankah kau bakal meninggalkan aku, kau akan pergi mengawini putri Gochin Baki" Tentu dia bakal tidak mengijinkan kau bertemu pula sama aku ?" Kau tahu, waktunya aku berada bersama
kau, lewat satu hari berarti kurang satu hari, maka itu satu hari tempo itu ingin aku bikin menjadi seperti dua hari, seperti tiga hari, ya seperti empat hari! Engko Ceng, hari kita sudah tidak banyak lagi, maka malam juga aku tidak mau tidur, aku mau terus pasang omong dengan kau! Mengertikah kau sekarang" Bukankah kau tidak bakal mencegah aku pula atau menasihati aku untuk beristirahat?"
Kwee Ceng terbengong. Baru sekarang ia mengerti perubahan sikap nona ini - sikap yang luar biasa itu. Si nona jadi tak ingin berpisah darinya. Tempo yang pendek hendak dibikin panjang dengan pertemuan lama, tak siang tak malam ?" Ia memegang erat tangan nona itu, ia merasa kasihan, ia mencinta.
"Yong-jie, otakku memang tumpul," katanya.
"Sebegitu jauh aku tidak mengerti maksudmu. Aku
?" aku ?"" Ia berdiam tak dapat ia berkata terus. Ia tidak tahu mesti mengatakan apa.
Oey Yong bersenyum. "Dulu hari ayah mengajarkan aku membaca banyak syair, yang mengenai kedukaan dan penasaran,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya. "Aku kira itu disebabkan ayah berduka karena mengingat ibuku yang telah meninggal dunia itu, baru sekarang aku ketahui, hidup di dalam dunia ini, orang benar banyak lelakonnya, sebentar girang, sebentar bersusah hati ?""
Malam itu bulan sisir, udara terang, hawa pun adem. Angin meniup halus.
Kwee Ceng jadi berpikir. Ia tidak menyangka si nona mencintai ia demikian rupa. Sekarang ia mengerti akan kelakuan luar biasa nona itu selama beberapa hari yang paling belakangan ini.
"Bagaimana kalau kita berpisah nanti?" pikirnya.
"Yong-jie cuma ditemani ayahnya, apa tidak kesepian ia berdiam seorang diri di Tho Hoa To" Dan
bagaimana lagi nantinya, kalau ayahnya telah menutup mata" Tidakkah ia akan ditemani hanya hamba-hamba gagu" Mana dia bisa merasa senang-senang?"
Mengingat begitu, hati pemuda ini menjadi kecil. Ia pegangi keras tangan si nona, ia menatap mukanya.
"Yong-jie," katanya, "Biar langit ambruk, akan aku menemani kau di Tho Hoa To!"
Tubuh si nona bergemetar, ia mengangkat
kepalanya. "Apa katamu?" ia tanya.
"Aku tidak memperdulikan lagi Jenghiz Khan atau Gochin Baki," menyahut si anak muda. "Seumur hidupku, akan aku menemani kau saja!"
"Ah ?"" kata si nona dan ia nyelundup ke dadanya si anak muda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng merangkul. Sekarang ia merasa hatinya lega.
"Bagaimana dengan ibumu?" si nona tanya selang sesaat.
"Aku akan pergi menyambutnya untuk diajak ke Tho hoa To," sahut si anak muda.
"Apakah kau tidak takut pada Jebe, gurumu dan Tuli serta sekalian saudaranya, semua pangeran itu?"
"Mereka semua baik terhadapku tetapi aku tidak dapat memecah dua hatiku ?""
"Bagaimana dengan keenam gurumu dari Kanglam serta Ma Totiang, Khu Totiang dan lainnya lagi?"
"Pasti mereka bakal gusar tetapi perlahan-lahan saja aku akan minta maaf mereka. Yong-jie, kau tidak mau berpisah dari aku, aku juga tidak mau berpisah dari kau."
"Aku ada punya akal," berkata si nona tiba-tiba.
"Kita bersembunyi di Tho Hoa To, untuk selamanya kita jangan berlalu dari situ. Ayah pandai mengatur hingga pulau itu tertutup untuk orang lain, taruh kata mereka dapat mendatangi tetapi tidak nanti mereka dapat mencari kau ?""
Kwee Ceng menganggap akal itu tidak sempurna, ia hendak mengutarakan pikirannya itu atau mendadak ia memasang kupingnya. Ia mendengar tindakan kaki di tempat belasan tombak, tindakan dari dua orang yang biasa berjalan malam, datangnya dari selatan, tujuannya utara. Ia pun dapat mendengar perkataan satu di antaranya: "Loo Boan Tong telah kena terjebak Pheng Toako, kita jangan takuti dia lagi! Mari lekas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Juga Oey Yong mendengar sama seperti si anak
muda. Kedua mereka tidak berniat memikir apa juga, ingin mereka menyenangi hati, tetapi disebutnya nama Loo Boan Tong membuatnya mereka itu berdua
berjingkrak berbareng, dengan serentak mereka lari untuk menyusul dua orang itu.
Orang-orang yang belum dikenal itu berlari-lari tanpa mengetahui yang mereka lagi dikuntit. Mereka lari terus hingga lima enam lie di belakang dusun itu.
Tempo mereka membelok ke sebuah tikungan, dari sebelah depan lantas terdengar suara yang berisik sekali serta cacian.
Dengan mempercepat larinya, Kwee Ceng dan Oey Yong lantas sampai di tempat tujuan. Dengan lantas mereka menjadi terkejut dan heran. Mereka telah melihat Ciu Pek Thong lagi duduk bersila di tanah, tubuhnya tak bergerak, entah dia masih hidup atau sudah mati. Dan di depannya, duduk bercokol juga, ada seorang pertapaan sebagaimana dia kenali dari jubahnya. Dialah Leng Tie Siangjin si pendeta bangsa Tibet.
Disamping Ciu Pek Thong ada sebuah gua gunung yang mulutnya kecil, yang tiba muat tubuh satu orang dengan orang itu mesti masuk sambil membungkuk. Di luar gua ada enam orang, ialah mereka yang suaranya berisik itu, mereka berani membuka mulut tetapi takut masuk ke dalam gua, seperti juga di dalam situ ada suatu makhluk yang dapat mencelakai orang.
Kwee Ceng khawatir Ciu Pek Thong telah menjadi korbannya si Pheng Toako, sebagaimana tadi ia mendengar perkataannya orang, karena itu hendak ia lantas maju mendekati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong melihat sikap kawannya, ia mencegah
sambil menarik tubuh orang.
"Sabar," kata si nona. "Mari kita memeriksa dulu dengan teliti."
Kwee Ceng dapat dicegah maka berdua mereka
mengumpatkan diri. Dengan begitu mereka jadi bisa melihat tegas rombongan orang itu, yang kebanyakan ada kenalan-kenalan lama, ialah Som Sian Lao Koay Nio Cu Ong, Kwie-bu Liong Ong See Thong Thian, Cian-ciu Jin-touw Pheng Lian Houw dan Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay. Dua lagi ialah si orang tukang jalan malam yang tadi, mereka ini tidak dikenal.
Oey Yong merasa semua orang itu bukan
tandingannya dia serta Kwee Ceng. Dua orang baru itu juga tidak usah dikhawatirkan. Tapi ia masih melihat ke sekitarnya. Di situ tidak ada orang lain. Maka ia kisiki kawannya; "Dengan kepandaiannya Loo Boan Tong, beberapa orang ini pastilah tidak bisa berbuat sesuatu atas dirinya, maka itu, menurut sangkaanku, mesti di sini ada See Tok Auwyang Hong. Entah dia
bersembunyi di mana ?""
Si nona lantas hendak mencari tahu atau ia
mendengar suara tak sedap dari Pheng Lian Houw.
"Binatang, jikalau kau tetap tidak keluar, aku nanti ukup kau dengan asap!"
Dari dalam gua, ke dalam mana ancaman Lian
Houw diberikan, terdengar jawaban yang berat dan angker: "Kau mempunyai kepandaian bau apa, kau keluarkan saja!"
Kwee Ceng terkejut. Ia mengenali suara gurunya yang nomor satu, yaitu Hui Thian Pian-hok Kwa Tin Ok si Kelelawar Terbangkan Langit. Sekarang ia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingat lagi kepada Auwyang Hong, lantas ia berseru:
"Suhu, muridmu datang!" Suaranya itu disusul sama lompatannya yang pesat, hingga ia muncul sambil berbareng mencekuk punggungnya Hauw Thong Hay, tubuh siapa lantas dilemparkan!
Munculnya si anak muda membuatnya pihak Thong Hay menjadi kaget. Pheng Lian Houw berdua See Thong Thian lantas maju menerjang, sedang Nio Cu Ong pergi ke belakang orang, untuk membokong.
Kwa Tin Ok di dalam gua pun turut bekerja. Ia rupanya melihat perbuatan si orang she Nio, ia lantas menyerang dengan sebatang tokleng atau lengkak beracun.
Cu Ong terkejut, dia berkelit sambil tunduk, tidak urung kondenya kena tersambar hingga beberapa juir rambutnya putus. Ia kaget bukan main. Ia tahu senjatanya Tin Ok itu beracun, sebagaimana dulu hari hampir saja Pheng Lian Houw terbinasa karenanya.
Maka ia berlompat ke samping seraya meraba
kepalanya. Ia berlega hati ketika ia mendapat kenyataan kulitnya tidak terluka. Ia lantas
mengeluarkan senjata rahasianya, paku Touw-kut-jiam, terus ia jalan mutar ke kiri gua, maksudnya untuk menyerang ke dalam gua secara diam-diam, guna membokong musuh yang ada di dalam itu. Ia baru menggeraki tangannya atau ia merasakan lengannya kaku, pakunya lantas saja jatuh dengan menerbitkan suara nyaring. Tengah ia bingung, ia mendengar suara tertawanya seorang nona yang terus berkata: "Lekas berlutut! Kau akan merasai tongkat lagi!"
Nio Cu Ong berpaling. Ia melihat Oey Yong dengan tongkat di tangan, berdiri sambil tertawa haha-hihi. Ia kaget berbareng girang. Pikirnya: "Kiranya tongkat Ang Cit Kong jatuh di tangannya dia ini?" Dengan segera ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengerjakan dua tangannya berbareng: Tangan kiri melayang ke pundak si nona, tangan kanan
menyambar ke tongkat, yang ia hendak rampas.
Dengan lincah, Oey Yong berkelit dari sambaran tangan kiri itu. Ia tidak menarik tongkatnya, ia sengaja memberinya ketika hingga ujung tongkat itu kena dipegang perampasnya. Cu Ong girang bukan main. Di lantas menarik dengan keras, di dalam hatinya dia kata; "Jikalau dia tidak melepaskan maka tubuhnya bakal ketarik bersama."
Benar saja tongkat itu kena ketarik, tetapi cuma sedetik, cekalannya lolos sendirinya. Sebab selagi ia menarik dan si nona mengikuti, mendadak nona itu mendorong dengan kaget, hingga terlepaslah
cekalannya. Tengah ia terkejut, tahu-tahu tongkat itu sudah berbalik, melayang ke kepalanya. Ia kaget melihat tongkat itu berkelebat. Dasar ia lihay, ia lantas menjatuhkan diri, berguling jauh satu tombak. Ketika ia sudah berdiri pula, ia menampak si nona berdiri diam mengawasi ia dengan bersenyum.
"Kau tahu apa namanya jurus ini?" si nona tanya, tertawa. "Kau telah kena aku kemplang satu kali, kau tahu kau telah berubah menjadi apa?"
Dulu hari pernah Nio Cu Ong merasa lihaynya
tongkat itu, dia dibuatnya Ang Cit Kong "mati dan hidup pula", maka juga meski sang tempo telah lama lewat, dia masih ingat itu dan merasa jeri, sekarang dia merasakannya pula, meski tidak hebat, toh hatinya terkesiap, dia menjadi jeri. Justru itu dia melihat See Thong Thian dan Pheng Lian Houw tengah terdesak hebat, mereka itu cuma dapat membela diri, dia lantas berseru dan memutar tubuh, untuk mengangkat kaki.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Thong Thian kena disikut Kwee Ceng, dia
terhuyung tiga tindak. Meneruskan serangannya, tangan kiri si anak muda melayang kepada Pheng Lian Houw. Dia ini tidak berani menangkis, dia berkelit. Tapi dia kalah gesit, tangan kanan anak muda itu kena menyambar lengannya, yang terus dicekal keras. Dia bertubuh kate dan kecil, dengan gampang tubuhnya itu kena diangkat, hingga kedua kakinya seperti
bergelantungan di udara ?"
Sambil mengangkat tubuh orang Kwee Ceng
mengepal tangan kirinya, siap sedia meninju dada orang tawanannya itu. Lian Houw melihat itu, dalam takutnya dia berseru menanya: "Hari ini bulan kedelapan tanggal berapa?"
"Apa kau bilang?" tanya si anak muda tercengang.
"Kau memegang kepercayaan atau tidak?" Lian Houw tanya. "Apakah kata-katanya satu laki-laki tak masuk hitungan?"
"Apa kau bilang?" Sambil menegasi, Kwee Ceng masih mengangkat tubuh orang.
"Bukankah janji kami ialah Pee-gwee Cap-gouw,"
kata Lian Houw. "Bukankah janji pertandingan kita di Yan Ie Lauw di Kee-hin pada tanggal limabelas bulan delapan itu" Dan tempat ini bukannya kota Kee-hin dan sekarang bukannya harian Tiong Ciu! Bagaimana dapat kau mencelakai aku?"
Kwee Ceng pikir perkataan orang itu benar juga, ia hendak melepaskan atau mendadak ia ingat suatu apa.
"Kamu bikin apa atas dirinya Toako Ciu Pek Thong?" ia tanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia sekarang lagi bertaruh sama Leng Tie Siangjin," menyahut Lian Houw. "Mereka bertaruh, siapa bergerak paling dulu, dialah yang kalah! Urusan dia tidak ada hubungannya sama aku!"
Kwee Ceng mengawasi dua orang yang duduk di
tanah itu, pikirnya, "Kiranya begitu?" Lantas ia menanya keras; "Toasuhu, adakah kau baik?"
Itulah pertanyaan untuk Kwa Tin Ok, gurunya yang nomor satu.
"Hm!" jawab Hui Thian Pian-hok dari dalam gua.
Sampai di situ, pemuda ini lantas melepaskan
cekalannya sambil ia terus menolak dada orang.
"Pergilah!" ia mengusir.
Pheng Lian Houw tidak roboh, karena ia terus
berlompat. Ketika kedua kakinya telah menginjak tanah, ia berpaling ke arah kedua kawannya, See Thong Thian dan Nio Cu Ong, maka ia mendapatkan mereka itu sudah pergi jauh. "Celaka, manusia tidak ingat persahabatan!" ia mencaci di dalam hatinya.
Lantas ia memberi hormat kepada Kwee Ceng seraya membilang: "Nanti tujuh hari kemudian, kita mengadu kepandaian pula di Yan Ie Lauw untuk memastikan kalah menang!" Setelah beraksi begitu ia memutar tubuhnya, dengan menggunai ilmu enteng tubuhnya. Ia lantas mengangkat kaki!
Itu waktu Oey Yong telah menghampirkan Ciu Pek Thong dan Leng Tie Siangjin. Dua orang itu saling mengawasi dengan matanya masing-masing terbuka lebar, tidak ada yang mengedip atau menoleh. Ia lantas ingat perkataannya dua orang yang berjalan malam itu bahwa Pek Thong telah kena ditipu Lian Houw, sekarang ia membuktikan itu. Pasti, karena jeri
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Pek Thong, jago tua itu telah dipancing kemurkaannya dia diadu dengan Leng Tie Siangjin, dengan cara adunya mereka main diam-diam. Dengan cara begitu juga, Pek Thong jadi dibikin tidak dapat berkutik, hingga mereka itu leluasa mengepung Kwa Tin Ok. Pek Thong gemar bergurau, ia pun polos, gampang saja dia kena diperdayakan, maka juga meski di sampingnya orang bertempur hebat dan mengacau, dia tidak mengambil mumat, dia terus mengadu diam dengan Leng Tie, si pendeta dari Tibet.
Dia berduduk tegar, maksudnya yang utama ialah mengalahkan Leng Tie.
"Loo Boan Tong, aku datang!" kata Oey Yong.
Pek Thong mendengar itu, tetapi dia takut kalah, dia berdiam saja.
"Dengan bertaruh begini kamu menyia-nyiakan waktu," kata si nona. "Lagi satu jam juga, belum tentu kamu ada yang menang atau kalah! Mana itu menarik hati" Begini saja! Aku yang menjadi wasitnya! Aku akan mengitik kamu, mengitiknya sama, lantas aku mau lihat, siapa yang tertawa paling dulu. Siapa yang tertawa, dialah yang kalah!"
Sebenarnya Pek Thong sudah habis sabar, bahwa ia toh tetap berdiam saja, ia penasaran kalau ia sampai kalah, sekarang mendengar usulnya si nona, ia akur. Tapi ia tidak mau mengasih tanda akan
kesetujuannya, sebab kalau ia menepi atau bergerak ia kalah.
Oey Yong tidak menanti jawaban, ia mendekati
mereka, ia memernahkan diri dari di antara merek itu, lalu ia mementang kedua tangannya, dengan
berbareng ia menotok ke jalan darah siauw-yauw-hiat mereka itu, ialah urat tertawa. Ia tahu Pek Thong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menang unggul dari Leng Tie, ia tidak berlaku curang.
Kesudahannya totokannya itu membuatnya heran. Pek Thong memang tetap bercokol, tetapi anehnya, Leng Tie pun berdiam saja, pendeta itu seperti tidak merasakan apa-apa dia seperti tidak menggubrisnya godaan itu.
"Heran pendeta ini," pikir si nona. "Nyata dia lihay ilmunya menutup jalan darahnya. Jikalau aku, tentulah aku sudah tertawa terpingkal-pingkal ?"" Ia penasaran, maka ia menotok pula, kali ini dengan terlebih keras.
Ciu Pek Thong mengumpul tenaga dalamnya, ia
menentang totokannya Oey Yong. Segera ia menjadi heran. Ia mendapat kenyataan tenaganya si nona menjadi besar sekali. Ia melawan terus, ia bertahan, tetapi ia kewalahan. Diakhirnya, ia melepaskan perlawanannya, sambil berlompat bangun, ia tertawa berkakakkan. Kemudian ia kata; "Eh, eh pendeta, kau hebat! Baiklah, Loo Boan Tong menyerah kalah!!"
Oey Yong menjadi menyesal. Ia tidak menyangka Pek Thong begitu gampang saja mengaku kalah.
Pikirnya, "Kalau tahu begini, aku tidak mengganggu dia, aku hanya mengeraskan totokanku kepada si pendeta." Maka ia lantas menghadapi Leng Tie dan berkata; "Kau sudah menang, nonamu tidak menginginkan jiwamu! Lekas mabur!"
Leng Tie tidak menyahuti, dia duduk tetap.
"He, siapa kesudian menontoni macam tololmu ini?"
membentak si nona seraya tangannya menolak. "Kau berpura-pura mampus?"
Oey Yong menolak dengan perlahan, tetapi tubuh si pendeta yang besar dan gemuk itu roboh terguling
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tiba-tiba, robohnya dengan tangan dan kakinya tidak bergerak, seperti tadi dia bersila.
Si nona terkejut, juga Kwee Ceng dan Pek Thong.
"Apakah ini disebabkan ilmunya menutup jalan darah?" tanya Oey Yong. "Apa ilmunya itu belum sempurna, maka ia gagal bertahan dan menjadi kaku terus-terusan dan mati sendirinya. Ia lantas menaruh tangannya di depan hidung pendeta itu, ia merasakan hawa tarikan napas yang biasa, ia menjadi heran mendongkol dan lucu.
"Loo Boan Tong, kau terpedayakan, kau tidak tahu!"
ia kata sambil tertawa pada Pek Thong. "Sungguh manusia tolol!"
"Apa kau bilang?" tanya si orang tua, matanya dipentang lebar.
Si nona tertawa. "Kau bebaskan dulu dia dari totokan jalan darah, baru kita bicara pula!" sahutnya.
Si tua jenaka itu melengak, tetapi ia membungkuk kepada Leng Tie Siangjin tubuh siapa ia lantas raba-raba, usap sana dan usap sini, ia juga menepuk-nepuk, dengan begitu ia menjadi mendapat kenyataan, si pendeta telah ditotok seluruh jalan darahnya. Ia lantas berjingkrak dan berseru-seru; "Tidak, tidak, inilah tidak masuk hitungan!"
"Tidak masuk hitungan apa?" Oey Yong menegasi.
"Dia ini dipermainkan konconya," kata Loo Boan Tong. "Sesudah dia duduk tadi, konconya totok dia hingga dia jadi duduk tegak tanpa bisa berkutik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu, meski kita bertaruh sampai lagi tiga hari dan tiga malam, dia pasti tidak bakal kalah!" Ia berbalik pula pada si pendeta, yang rebah melengkung di tanah, ia kata; "Mari, mari! Mari kita mulai mengadu pula!"
Sementara itu, hati Kwee Ceng menjadi lega. Ia melihat orang tidak kurang suatu apa, bahkan sehat sekali. Maka ia tidak sudi mendengari ocehan orang lebih lama. Ia ingat kepada gurunya. Dari itu ia lantas lari ke dalam gua.
Pek Thong sendiri lantas menolongi Leng Tie
Siangjin, yang ditotok bebas, sembari menolongi, masih ia mengoceh tak hentinya. "Mari, mari kita bertaruh pula!"
"Mana guruku?" Oey Yong tanya dingin kepada orang tua berandalan itu. "Kau buang ke mana guruku itu?"
Ditanya begitu, Pek Thong terkejut hingga dia berteriak, lantas dia lari ngiprit ke arah gua, hingga hampir saja dia saling tabrak sama Kwee Ceng, yang keluar dari dalam gua itu sambil mempepayang
gurunya. Tiba di luar anak muda ini berdiri menjublak. Ia melihat Kwa Tin Ok, gurunya yang paling tua itu, melibat kepala dengan sabuk putih, bajunya baju putih juga.
"Suhu, apakah kau sedang berkabung?" akhirnya ia menanya heran. "Jie-suhu dan yang lainnya mana?"
Tin Ok tidak menyahuti, hanya ia mengangkat
kepalanya memandang langit. Dengan lantas ia
mengucurkan air mata. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng heran dan kaget, sampai ia tidak berani lantas mengulangi pertanyaannya.
Ketika itu Pek Thong sudah muncul pula dari dalam gua, ia mempepayang satu orang yang tangannya yang kiri mencekal cupu-cupu arak, tangannya yang kanan memegang daging ayam sebelah potong,
sedang mulutnya menggigit satu paha ayam juga.
Dialah Kiu Cie Sin Kay Ang Cit Kong.
Oey Yong dan Kwee Ceng menjadi girang sekali.
"Suhu!" mereka memanggil.
Justru itu Kwa Tin Ok, dengan romannya yang
bengis, menghajar nona Oey dengan tongkat besinya.
Oey Yong sedang bergirang sekali, ia tidak
menyangka yang ia bakal diserang. Itulah satu jurus dari Hok Mo Thung-hoat yaitu ilmu tongkat Menakluki Iblis, yang Tin Ok sengaja menciptakannya di gurun pasir, untuk melawan Bwee Tiauw Hong. Sebaliknya Kwee Ceng melihat itu. Bukan main kagetnya murid ini. Tidak ada tempo lagi untuk mencegah dengan mulut, terpaksa si anak muda mengulur tangan kirinya, guna menyampok tongkat itu, sedang dengan tangan kanannya, ia menyambar ujungnya, guna membikin tongkat itu tidak jatuh. Dalam kesusu, ia menggunai tenaga besar. Inilah hebat untuk Kwa Tin Ok. Dia tersampok dan tertarik, dia tidak dapat
mempertahankan dirinya, tongkatnya terlepas,
tubuhnya terpelanting jatuh!
Kembali Kwee Ceng menjadi kaget.
"Suhu!" ia berseru seraya menubruk, guna mengasih bangun gurunya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mulutnya Kwa Tin Ok mengeluarkan darah, sebab dua buah giginya copot, sedang mukanya bengkak akibat jatuhnya itu.
"Untuk kau!" katanya ketika ia mengambil kedua buah giginya itu dan menyerahkannya kepada
muridnya. Tangannya berlepotan darah.
Kwee Ceng menjatuhkan diri di depan gurunya itu.
"Teecu salah, suhu," ia kata. "Silahkan suhu menghukumnya ?""
"Untukmu!" kata pula si guru, tangannya tetap dilonjorkan.
"Suhu ?"" murid itu kata pula sambil menangis.
Ciu Pek Thong menyaksikan kejadian itu, yang ia anggap lucu, maka ia tertawa dan kata; "Semenjak dulu adalah guru yang menghajar murid tetapi hari ini murid menghajar guru! Bagus-bagus!" Ia tidak memperdulikan lagi bahwa ia justru membikin hati Tin Ok menjadi makin panas. Karena sang murid tidak mau menerima giginya itu, Tin Ok lantas menelan itu!
"Bagus, bagus!" kembali Pek Thong berseru-seru dan bertepuk tangan.
Oey Yong bingung. Ia tidak tahu kenapa Tin Ok hendak membinasakan padanya. Ia mendekati Cit Kong tangan siapa ia cekal.
"Biar bagaimana juga teecu tidak berani melawan suhu," kata Kwee Ceng mengangguk-angguk.
"Barusan teecu kesalahan tangan, maka itu harap suhu menghukum padaku ?""
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu! Suhu!" membentak sang guru. "Siapa gurumu" Kau mempunyai pemilik dari Tho Hoa To sebagai mertuamu, perlu apa lagi kau dengan
gurumu" Kanglam Cit Koay cetek kepandaiannya, mana tepat dia menjadi gurunya Kwee Toaya?"
Kwee Ceng semakin menyesal, ia mengangguk-
angguk pula. Hebat sekali kemurkaan guru itu hingga Oey Yok Su disebut-sebut sebagai mertuanya dan ia pun disindir "toaya" atau "tuan besar".
Ang Cit Kong tidak dapat mengawasi saja.
"Kwa Tayhiap," ia berkata, "Di antara guru dan murid, keterlepasan tangan adalah hal yang umum, oleh karena itu, aku harap kau maafkan muridmu ini.
Barusan anak Ceng menggunai jurus dari ilmu silat ajaranku si pengemis tua, akulah yang bersalah, di sini aku hatur maaf kepadamu."
Pengemis itu benar-benar menjura kepada jago
Kanglam itu. Mendengar Cit Kong berkata demikian, Pek Thong pikir ia pun baik berbicara. Maka ia kata kepada Hoe Thian Pian-hok: "Kwa Tayhiap di antara guru dan murid keterlepasan tangan adalah yang umum sekali, karena sambaran saudara Kwee barusan kepada
tongkatmu adalah sambaran ajaranku, di sini aku si Loo Boan Tong matur maaf padamu."
Dan ia pun menjura dalam.
Dalam murkanya itu, Tin Ok menganggap orang
mengejek ia, ia bukan saja mendongkol pada si tua yang doyan bergurau ini, ia juga menganggapnya Ang Cit Kong mau main gila terhadapnya, maka itu dengan sengit ia kata; "Kamu Tong Shia dan See Tok, Lam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tee dan Pak Kay, kamu semua sangat mengandalkan kepandaian kamu, kamu menganggap kamu dapat
malang melintang di kolong langit ini, akan tetapi di mataku, perbuatan kamu semua banyak yang tak
pantas, maka akhirnya nanti mesti buruk adanya!"
Pek Thong heran. "Eh, apakah salahnya Lam Tee hingga kau
membawa-bawa dia?" ia tanya.
Oey Yong melihat suasana buruk sekali, kalau ia diam saja, si tua bangka berandalan ini bisa mengacau hebat, karena dalam murkanya itu, Tin Ok mesti dibikin sabar dan bukannya dikocok, maka itu ia lantas menyelak. Ia kata; "Loo Boan Tong, burung wanyoh mau terbang berpasangan datang mencari kau,
apakah kau tidak mau lekas-lekas pergi melihat dia?"
Pek Thong kaget hingga ia lompat berjingkrak.
"Apa?" ia menanya.
"Dia ingin bersama kau di musim dingin di dalam tempat yang tersembunyi mandi baju merah ?"" kata pula si nona.
Pek Thong menjadi terlebih kaget lagi.
"Di mana" Di mana?" ia tanya berulang-ulang.
"Di sana!" sahut Oey Yong, tangannya menunjuk ke arah selatan. "Di sana! Lekas kau pergi cari dia!"
"Untuk selama-lamanya aku tidak akan menemui dia pula!" berseru Pek Thong. "Nona yang baik, apa juga kau boleh menitahkannya kepadaku asal kau jangan membilangi dia bahwa aku berada di sini ?"!"
Belum berhenti suaranya, dia sudah lari ke utara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau ingat perkataanmu ini ialah janjimu!" kata Oey Yong.
"Kalau Loo Boan Tong sudah mengatakan, dia tidak nanti menyesal!" kata Pek Thong dari jauh, lalu dia lenyap dari pandangan matanya si nona.
Maksudnya Oey Yong ialah memperdayakan si tua jenaka itu pergi mencari Eng Kouw, siapa tahu, Pek Thong takut bertemu sama nyonya itu, dia bahkan kabur. Tapi biar bagaimana, orang toh telah
menyingkir, maka lega juga hatinya nona ini.
Kwee Ceng masih berlutut di depan gurunya, ia masih minta diberi hukuman. Sambil menangis ia berkata pula: "Buat guna teecu, suhu bertujuh telah pergi jauh ke gurun di utara, tempat yang bersengsara, maka itu biarpun tubuh teecu hancur lebur, sukar untuk teecu membalas budi suhu semua. Tanganku ini
bersalah, baiklah teecu tidak menginginkannya pula!"
Dengan tangan kanannya, si anak muda mencabut pedangnya, dengan itu ia menebas tangannya yang kiri, tetapi Kwa Tin Ok menangkis dengan tongkatnya, hingga kedua senjata bentrok keras, lelatu apinya muncrat, tangan si guru dirasakan sakit. Itulah bukti yang muridnya itu benar-benar mau mengutungi
tangannya itu. Maka lantas ia berkata: "Baiklah!
Sekarang aku ingin kau melakukan sesuatu!"
"Titahkan saja, suhu, tidak nanti teecu membantah,"
Kwee Ceng bilang. "Jika kau menampik, lain kali jangan kau bertemu pula padaku!" kata si guru. "Biarlah perhubungan kita putus bagaikan ditebas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Teecu akan melakukan itu dengan sungguh-sungguh," kata Kwee Ceng, "Kalau tidak sampai mati baru teecu berhenti."
Tin Ok membanting tongkatnya ke tanah.
"Kau kutungi kepalanya Oey Lao Shia serta kepala gadisnya!" ia bilang keras.
Bukan main kagetnya Kwee Ceng. Itulah titah
sangat hebat, yang ia tidak sangka.
"Suhu!" serunya. "Suhu ?"!"
"Bagaimana?" tanya si suhu bengis.
"Entah kenapa Oey Lao Shia bersalah kepada suhu?"
"Hm! Hm!" mengejek si guru. "Aku mengharap Thian memberikan ketika sejenak saja untuk aku bisa melihat, asal aku bisa melihat mukamu binatang cilik yang bong in pwee gie!" Dia mengangkat pula tongkatnya, niat menyerang.
Bukan main sedihnya Kwee Ceng, yang dikatakan bong it pwee gie - tidak mengenal budi. Ia melihat tongkat mengancam. Ia tidak berkisar, tidak berkelit.
Oey Yong terkejut, apa pula ketika ia mendapatkan si pemuda berdiam saja.
"Menolong dulu, itulah perlu!" pikirnya. Maka ia menggeraki tongkatnya, dengan jurusnya "Anjing jahat menghadang jalanan".
Tongkatnya Tin Ok tidak mengenai sasarannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main mendongkolnya ketua Kanglam Cit
Koay ini. Tangkisan si nona membuatnya terhuyung, meski ia tidak jatuh. Dua kali is menumbuk dadanya sendiri, lantas dia lari ke arah utara.
"Suhu! Suhu!" Kwee Ceng berteriak-teriak memanggil.
"Apakah Kwee Toaya menghendaki jiwa tuaku?"
guru itu tanya. Kwee Ceng tercengang. Ia tidak berani mencegah pula. Ia menunduki kepala. Maka itu ia cuma bisa mendengar suara tongkat besi mengenai tanah atau batu, makin lama makin jauh, makin jauh, makin samar, lalu lenyap. Ia ingat budinya guru itu ia menjatuhkan diri di tanah dan menangis menggerung-gerung.
Sambil menuntun tangan Oey Yong, Cit Kong
menghampirkan muridnya itu.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua-dua Kwa Tayhiap dan Oey Lao Shia
mempunyai tabiatnya sendiri-sendiri yang sangat luar biasa." ia berkata, "Entah ada terjadi perselisihan hebat apa di antara mereka itu. Sekarang kau jangan bersusah hati, kau serahkan urusan padaku, nanti aku si pengemis tua yang membereskan, supaya mereka menjadi akur pula."
Kwee Ceng berhenti menangis, ia bangun.
"Suhu, tahukah suhu apa sebabnya itu?" ia tanya.
Cit Kong menggeleng kepala, tetapi ia berkata; "Loo Boan Tong telah kena orang perdayakan. Dia bertaruh mengadu diam maka kejadianlah dia diam tak berkutik.
Memangnya kawan manusia jahat itu hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin celaka padaku, kebetulan gurumu itu
sampai, dia melindungi aku, dia mengajaknya aku bersembunyi ke dalam gua itu. Dengan mengandal pada lengkak beracun gurumu itu, orang jahat tidak berani memasuki gua. Maka kita dapat bertahan sekian lama. Gurumu itu seorang mulia hati,
melindungi aku dengan memberbahayakan dirinya sendiri."
Pengemis itu berhenti bicara, dia mencegluk
araknya dua kali, akan menggerogoti paha ayamnya, yang ia terus telan, setelah mana, ia menyeka mulutnya. Habis itu, baru ia berkata pula:
"Pertempuran barusan hebat sekali. Celaka untukku, karena kepandaianku telah ludas, aku tidak dapat turun tangan untuk membantu. Aku bertemu sama gurumu itu tetapi tidak sempat aku bicara dengannya.
Aku percaya kegusarannya barusan pasti bukan
karena kau keterlepasan tangan. Dia seorang berbudi dan jauh pandangannya, tidak nanti dia berlaku dengan cupat pikiran. Lagi beberapa hari akan tiba waktu perjanjian Pee-gwee Cap-gouw, maka
sesudahnya pertandingan di Yan Ie Law nanti aku menjadi orang pertengahan akan mengakuri mereka itu."
Kwee Ceng mengucap terima kasih.
"Kepandaian kamu berdua maju sangat pesat anak-anak," Cit Kong berkata pula tertawa. "Kwa Tayhiap ada seorang Rimba Persilatan yang kenamaan tetapi setelah kamu turun tangan, dia jatuh pamornya.
Sebenarnya bagaimanakah halnya dengan kamu?"
Kwee Ceng berduka dan malu, ia tidak dapat
bicara, maka Oey Yong yang menutur hal perjalanan mereka berdua semenjak mereka berpisah di istana kaisar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Kong memuji dengan seruannya mendengar Yo Kang membinasakan Auwyang Kongcu. Ketika ia
mendengan halnya Yo Kang menipu Lou Tiangloo
sekalian, ia mencaci anak muda itu sebagai anak jadah. Kemudian ia melongo mendengar halnya It Teng Taysu menolongi nona Oey sampai pada
lelakonya Sin Soan Cu Eng Kouw yang penasaran dan mendendam hebat. Diakhirnya ia bcrseru kaget
mengetahui Eng Kouw muncul di Chee-liong-tha di mana nyonya itu menjadi seperti hilang ingatan.
"Suhu, apakah suhu kenal Eng Kouw?" Oey Yong tanya.
"Tidak, aku tidak kenal dia," menyahut guru itu,
"Hanya di waktu Toan Hongya masuk menjadi pendeta, aku berada di sisinya. Dia telah mengirim surat padaku di Utara, dia mengundang aku datang ke Selatan. Aku lantas datang karena aku percaya tanpa urusan penting tidak nanti dia mengundang aku. Aku datang karena sekalian aku ingin mencoba pula makanan Inlam yang lezat, bahkan aku berangkat dengan cepat. Tempo aku bertemu sama Toan
Hongya, dia lesu sekali, dia sangat beda sama waktunya pertemuan di Hoa San di mana dia gagah bagaikan naga dan harimau. Aku heran sekali.
Besoknya dia mengajaki aku berunding tentang ilmu silat maksudnya untuk mewariskan padaku dua
macam kepandaiannya. Sian Thian Kan dan It Yang Cie. Kembali aku menjadi heran. Sian Thian Kang dari Toan Hongya bersama Hang liong Sip-pat Ciang dari aku, Kap Moa Kang dari Auwyang Hong dan Pek
Khong Ciang dari Oey Lao Shia, sama tersohornya, sama tangguhnya, maka itu setelah dia pun
memperoleh It Yang Cie dari Ong Tiong Yang, pasti sudah dia bakal jadi jago nomor satu di kolong langit ini dalam pertempuran yang kedua di Hoa San. Tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karu-karuan sekarang dia mau mewariskan dua rupa kepandaiannya itu padaku, untuk itu ia memakai alasan merundingkan ilmu silat. Kenapa dia tidak mau mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang dari aku" Mesti ada sebabnya. Hal itu aku telah memikirkannya.
Kemudian setelah diam-diam aku berbicara dengan empat muridnya, baru aku ketahui sebab aneh itu.
Kiranya, habis mewariskan kepandaiannya padaku, dia hendak membunuh diri ?""
"Suhu," berkata Oey Yong, "Toan Hongya itu khawatir, setelah dia mati, It Yang Cie tidak ada yang mewariskan dan itu artinya tidak ada orang yang dapat menguasai lagi Auwyang Hong."
"Benar, aku pun telah melihat hal itu. Karena itu juga, aku bilang aku tidak suka mempelajari dua rupa kepandaiannya itu. Setelah aku menampik, dia baru menutur maksud hatinya. Dia kata keempat muridnya, biarnya mereka jujur dan setia, tetapi sebab perhatian mereka itu ditumpleki pada urusan pemerintah, tidak nanti mereka memperoleh kemajuan. Dia kata pula, tidak apa aku tidak menyukai Sian Thian Kang tetapi It Yang Cie sangat perlu. Dia bilang, apabila It Yang Cie terbawa ke kubur olehnya tanpa ada yang
mewariskan, dia malu bertemu Ong Tiong Yang Cinjin di dunia baka. Aku masih membandel tidak mau
menerima warisannya itu. Aku pikir, dengan
membandel artinya jiwanya dapat ditolong."
"Kejadian itu sungguh aneh," kata Oey Yong.
"Semenjak dulu adalah umum, seorang mau belajar dan minta diajari dan orang menolak mengajari, akan tetapi kali ini, orang tidak mau belajar tapi ia justru dibujuki, dipaksa!"
"Oleh karena aku tetap menolak," Cit Kong bercerita lebih jauh, "Toan Hongya habis daya, lantas dia masuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi pendeta, di harian dia dicukuri rambutnya, aku hadir dan mendampingi dia. Itulah kejadian belasan tahun yang lalu. Ah, bagus, bagus sekarang urusan bisa diselesaikan secara begini."
"Suhu," kemudian Oey Yong berkata pula. "Urusan kami sudah beres, sekarang tetang hal suhu sendiri."
"Urusanku sendiri!" kata si orang tua. "Di istana aku telah makan segala macam masakan lezat ?"" dan tak hentinya ia menyebut namanya pelbagai sayur sambil dengan lidahnya menjilati bibirnya.
"Kenapa Loo Boan Tong tidak berhasil mencari suhu?"
"Sebabnya ialah karena koki raja sering kehilangan banyak sayurnya, dapur istana jadi kacau! Semua orang bilang di dapur istana itu muncul dewa rase, lantas mereka memasang hio memuja aku. Kemudian urusan terdengar oleh pimpinan siewi, dia mengirim delapan siewi untuk menjagai dapur, untuk menangkap dewa rase itu. Aku jadi sulit, sedang Loo Boan Tong tidak datang-datang. Terpaksa aku pergi bersembunyi di tempat yang sepi. Tempat itu dipanggil ruang Gok Lek Hoa-tong. Di sana ada ditanam banyak pohon bwee. Itulah tempat raja menggadangi bunga bwee di musim dingin, maka itu di musim panas, di situ tidak ada satu setan jua kecuali beberapa orang kebiri tua tukang nyapu. Senang aku tinggal di situ. Di mana saja di dalam istana, orang bisa makan, seratus pengemis tinggal juga mereka tidak bakal kelaparan. Baru belasan hari aku hidup senang lalu datang gegobrak, mulanya Loo Boan Tong yang main menangis seperti setan mengulun atau anjing membaung atau kucing mengeong, hingga istana jadi kacau, lalu beberapa orang berteriak-teriak: 'Ang Cit Kong Looya-cu! Ang Cit Kong Looyacu!' Aku mengingat, aku mengenali mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ialah rombongannya Pheng Lian Houw, See Thong Thian dan Nio Cu Ong ?""
"Mau apa mereka itu mencari suhu?" tanya Oey Yong heran.
"Aku pun heran. Hendak aku menyingkir dari mereka, tetapi Loo Boan Tong berhasil mempergoki aku. Dia sangat girang, dia peluk aku, dia memuji-muji kepada Thian. Kemudian dia menitahkan Nio Cu Ong semua berjalan di belakang ?""
Kembali Oey Yong heran. "Kenapa Nio Cu Ong semua dapat diperintah Loo Boan Tong?"
"Ketika itu aku pun sangat heran. Aku melihat mereka sangat takut kepada Loo Boan Tong, apa yang diperintahkan, mereka lantas kerjakan, tidak berani mereka membantah. Demikian mereka diberi tugas mengiringi, Loo Boan Tong menggendong aku sampai di Gu-kee-cun, untuk mencari kamu berdua. Di tengah jalan dia menjelaskan padaku bahwa dia bingung tidak dapat mencari aku, sedangnya begitu dia bertemu Nio Cu Ong semua. Dia hajar mereka itu, dia suruh mereka membantui mencari di segala tempat. Mereka mengatakan sia-sia belaka mereka mencari di istana sedang istana sangat luas dan lebar."
Oey Yong tertawa. "Loo Boan Tong lihay sekali, dia dapat membikin Nio Cu Ong semua tunduk. Kenapa kawanan iblis itu tidak melarikan diri saja?"
Cit Kong pun tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Loo Boan Tong ada mempunyai akalnya sendiri.
Dia kata dia telah membuat obat pel yang dicampuri kotorannya, dia suruh mereka makan satu orang tiga butir, setelah itu dia membilangi, obatnya itu ada racunnya dan akan bekerja selewatnya empatpuluh sembilan hari, bahwa obat pemunahnya cuma ia
sendiri yang dapat membikinnya. Mereka itu jadi ketakutan, mungkin mereka sangsi, tetapi mereka menjadi mendengar kata. Begitu mereka jadi dapat diperintah segala macam.
Kwee Ceng lagi berduka tetapi mendengar
ceritanya sang guru, ia tertawa juga.
"Sampai di Gu-kee-cun, kamu tidak dapat dicari,"
Ang Cit Kong meneruskan keterangannya, "Loo Boan Tong memaksa mereka itu mencari pula. Kemarin malam mereka pulang dengan lesu, mereka gagal, dari itu Loo Boan Tong mencaci mereka, yang terus
diancam, apabila besok mereka gagal pula, mereka akan dikasih makan lagi obat kotorannya itu. Ia menyebut-nyebut air kencing. Mendengar itu, timbul kecurigaan mereka. Mereka percaya bahwa mereka lagi dipermainkan, bahwa sebenarnya mereka bukan dikasih makan racun. Lantas mereka memancing.
Dalam gusarnya, Loo Boan Tong membuka
rahasianya sendiri tanpa merasa. Aku menjadi
berkhawatir. Mereka itu bangsa licik, aku pikir lebih baik mereka disingkirkan saja, supaya mereka tidak menjadi bahaya di belakang hari. Mereka itu benar lihay mereka merasa bahaya mengancam mereka,
mereka mendahului turun tangan. Begitulah Pheng Lian Houw menggunai kecerdikannya, dia mau adu Loo Boan Tong dengan Leng Tie Siangjin. Tidak dapat aku mencegah lagi. Untuk menolong diri, aku pergi menyingkir. Kebetulan sekali di luar dusun aku bertemu Kwa Tayhiap. Dia melindungi aku menyingkir kemari, kemudian dia pergi kepada Loo Boan Tong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka Loo Boan Tong pun datang ke mari, hanya di sini, setelah dikocok Lian Houw, dia mengadu
kepandaian duduk diam sama si pendeta."
Oey Yong mendongkol berbareng merasa lucu.
"Jikalau tidak terjadi perkara kebetulan, suhu, jiwamu bisa hilang di tangan Loo Boan Tong," kata Ia.
"Baiknya kebetulan sekali engko Ceng dan aku mendengar lewatnya dua kawan mereka itu."
"Jiwaku memang sudah tidak berharga, jiwa itu diantarkan di tangan siapa pun sama saja." kata sang guru.
"Suhu, ketika itu hari kita pulang dari pulau Beng Hee To ?"" kata si nona.
"Bukan Beng Hee To hanya pulau menggencet setan!" kata sang guru pula.
"Baiklah, pulau menggencet setan," kata sang murid. "Sekarang ini benar-benar Auwyang Kongcu telah menjadi setan! Ketika itu hari di atas getek kita menolongi Auwyang Hong paman dan keponakan, aku mendengar si bisa bangkotan mengatakan bahwa di kolong langit ini cuma ada satu orang yang dapat menyembuhkan suhu, hanya dia sangat gagah dan lihay, dia tidak bisa dipaksa menolongi sedang suhu tidak sudi menolong diri dengan merugikan lain orang, suhu tidak mau minta pertolongan orang itu. Suhu juga tidak mau membilang nama orang. Sekarang kami tahu siapa orang itu, sebab dialah bukan lain daripada Toan Hongya dulu hari dan It Teng Taysu sekarang ini."
Ang Cit Kong menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jikalau dia menggunai It Yang Cie menyalurkan jalan darahku, memang dia dapat menyemhuhkan
aku," ia berkata, "Hanya karena dia menolong aku, dia bakal menggunai tenaga dalamnya cara berlebihan, setelah itu banyaknya tujuh tahun atau sedikitnya lima tahun, tidak dapat dia memulihkan tenaga dalamnya itu. Mungkin hatinya tawar dan dia tidak menghiraukan lagi urusan pertemuan yang kedua di gunung Hoa San, tetapi dengan usianya sudah enam atau
tujuhpuluh tahun, berapa lama lagi dia bisa hidup"
Maka itu, mana aku si pengemis tua dapat membuka mulut untuk mohon pertolongannya itu?"
Mendengar itu, Kwee Ceng berjingkrak.
"Suhu, mari aku yang mengobati kau!" ia berkata.
"Aku telah mempelajari It Yang Cie! Apakah tidak baik sekarang juga digua ini aku menyalurkan semua jalan darahmu itu?"
Ang Cit Kong menggeleng kepala.
"Tahukah kau kenapa It Teng Taysu mengajari It Yang Cie padamu?" ia tanya.
Inilah Kwee Ceng tidak pernah pikir, maka itu mendengar pertanyaan gurunya ini, ia lantas mengerti, tanpa merasa ia mengeluarkan peluh dingin.
"Ah, It Teng Taysu hendak mencari kematiannya!"
ia berseru. "Kalau begitu akulah yang membikin ia celaka!"
"Ketika dia mengobati Yong-jie, jikalau dia tidak melihat kau diam-diam mempelajari ilmunya itu, tempo Eng Kouw mencari dia, mustahil dia berani pasang tubuhnya untuk dibunuh nyonya itu?" kata pula guru ini. "Untuk menolongi aku, untuk mengobati aku, tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi soal, tetapi bagaimana kalau dalam tempo lima atau tujuh tahun si bisa bangkotan datang untuk membikin celaka padamu" Bagaimana kau nanti
melayani dia" Bolehkah kau menyia-nyiakan
pengorbanan It Teng Taysu?"
"Jikalau suhu sudah sembuh, suhu dapat melayani si bisa bangkotan itu," berkata sang murid.
Cit Kong lagi-lagi menggeleng kepala.
"Sukar untuk lukaku ini dapat disembuhkan dalam tempo yang cepat," ia berkata. "Sebaliknya hari pertandingan di Yan Ie Lauw di Kee-hin sudah sampai bulu alis. Maka itu tentang sakitku ini dan
pengobatannya, baik kita bicarakan lain kali saja."
Oey Yong tertawa mendengar orang berebut
omong, yang satu memaksa mau mengobati, yang lain menolak. Ia berkata; "Sudahlah, jangan kamu berebut mulut! Untuk menyalurkan jalan darah dan meluruskan nadi, aku mengerti!"
"Apa katamu!" Cit Kong menanya heran.
Si nona bersenyum, ia menyahuti: "Bahasa yang aneh yang engko Ceng ingat di dalam hatinya telah disalin jelaskan kepada kami, sekarang aku pikir-pikir, ilmu itu dapat dipakai menolong suhu." Untuk menguatkan keterangannya, ia menjelaskan
penjelasan penjelasan dari It Teng Taysu itu.
"Bagus, bagus!" kata Cit Kong girang. "Aku lihat kau memang dapat menolong, cuma untuk itu dibutuhkan tempo sedikitnya setengah sampai satu tahun."
Bab 69. HEBAT. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu," kata Oey Yong kemudian. "Di dalam pertemuan di Yan Ie Lauw itu, pihak sana pasti bakal mengundang Auwyang Hong, benar Loo Boan Tong
tidak bakal kalah tetapi dia berandalan, dia suka mengacau, aku khawatir nanti timbul keonaran, maka itu aku pikir perlu kita pergi ke Tho Hoa To untuk mengundang ayahku. Dengan begitu barulah kita akan merasa pasti akan kemenangan kita!"
"Kau benar," berkata Cit Kong. "Biar aku yang pergi dulu ke Kee-hin dan kamu berdua pergi ke Tho Hoa To."
"Baiklah kita pergi bersama dulu ke Kee-bin," kata Kwee Ceng. Ia berkhawatir untuk gurunya itu.
"Tidak usah, biar aku pergi sendiri," kata guru itu.
"Aku akan menunggang kudamu. Umpama kata ada orang jahat, aku dapat mengaburkannya. Siapa dapat menyusul aku?" Ia lantas lompat naik ke punggung kuda, di mana ia menenggak araknya. Ketika ia menjepit kedua kakinya, kuda itu berpekik menghadapi Kwee Ceng, terus dia kabur ke arah utara.
Pemuda itu mengawasi gurunya sampai guru itu
lenyap dari pandangan matanya, lantas dia mengingat sikap Kwa Tin Ok, gurunya yang ke satu itu dari pihak Kanglam Cit Koay, ia menjadi sangat berduka.
Oey Yong tahu orang bersusah hati, ia tidak
membujuki, hanya ia terus menyewa perahu, untuk mengajak orang menaikinya, guna berangkat ke Tho Hoa To. Di dalam perjalanan ini, mereka tidak mengalami sesuatu, maka mereka tiba dengan tidak kurang suatu apa di pulau yang dituju. Setelah mendarat dan membayar sewaan perahu, hingga si tukang perahu lantas pergi, baru ia kata kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawannya; "Engko Ceng aku hendak memohon sesuatu kepadamu, kau suka meluluskan atau tidak?"
"Kau sebutkan dulu, aku mendengarnya," menyahut si anak muda, "Jangan nanti soal yang aku tidak dapat melakukannya."
Oey Yong tertawa. "Aku bukannya minta kau memotong kepalanya ke enam gurumu itu!" katanya.
Pemuda itu tidak puas. "Perlu apa kau menimbulkan urusan itu, Yong-jie!"
ia tanya. "Kenapa aku tidak menimbulkannya?" si nona balik menanya. "Mungkin kau dapat melupakan itu, aku tidak! Biarnya aku baik dengan kau tetapi aku tidak suka kepalaku dipotong olehmu ?""
Anak muda itu menarik napas panjang.
"Sungguh aku tidak mengerti kenapa toasuhu demikian gusar ?"" katanya.
"Toasuhu ketahui baik sekali kaulah orang yang aku cintai. Biar aku mesti mati seribu atau selaksa kali, tidak nanti aku sudi melukai kau biar bagaimana kecil juga."
Oey Yong bersyukur. Ia menarik tangan si anak muda, ia menyenderkan tubuhnya ke tubuhnya.
"Engko Ceng, apakah kau anggap Tho Hoa To ini bagus?" ia tanya. Ia menunjuk ke barisan pohon yangliu di tepi air. Perlahan suaranya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mirip tempat dewa-dewi," Kwee Ceng menyabut.
Si nona menarik napas. "Ingin aku tinggal hidup di sini, tidak sudi aku di bunuh kau ?"" bilangnya.
Kwee Ceng mengusap-usap rambut nona itu.
"Anak tolol! Mana dapat aku membunuh kau ?""
"Bagaimana kalau kau didesak enam gurumu, ibumu dan sekalian sahabatmu" Kau turun tangan juga atau tidak?"
"Biar semua orang di seluruh jagat memusuhkan kau, aku tetap akan melindungimu!" berkata si anak muda.
Oey Yong memegang keras tangan orang.
"Untukku, kau suka mengorbankan segala apa bukan?" ia tanya.
Kwee Ceng berdiam, agaknya ia bersangsi.
Oey Yong mengangkat kepalanya, ia mengawasi
mata orang. Sinar mata itu menunjuki roman kedukaan atau ragu.
"Yong-jie," kata si anak muda kemudian. "Aku telah bilang padamu aku suka berdiam di Tho Hoa To untuk menemani kau seumur hidupku, ketika aku
mengatakan itu, aku telah mengambil keputusanku."
"Bagus!" si nona berseru. "Mulai hari ini, kau tidak akan meninggalkan pulau ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng heran. "Mulai hari ini?" dia tanya.
"Ya, mulai hari ini!" berkata si nona. "Aku akan minta ayah pergi ke Yan Ie Lauw untuk membantu pihakmu, aku bersama ayah nanti pergi membunuh Wanyen Lieh guna membalaskan sakit hatimu, habis itu aku bersama ayahku nanti pergi ke Mongolia menyambut ibumu! Bahkan, akan aku minta ayah
menemui keenam gurumu guna memohon maaf
untukmu. Aku hendak membikin supaya hatimu lega dan tidak ada apa-apa lagi yang harus dipikirkan!"
Kwee Ceng heran. Aneh sekali sikapnya nona ini.
"Yong-jie, apa yang aku bilang, semua itu kata-kataku," ia bilang. "Kau baiklah bertetap hati."
Si nona menghela napas. "Urusan di dalam dunia ini banyak yang sukar dibilang pasti," ia berkata. "Ketika dulu hari kau menerima baik perjodohan putri Mongolia itu, mana kau pernah ingat bahwa hari ini kau bakal menyangkal dia. Juga aku sendiri, aku pikir aku dapat melakukan segala apa sesukaku. Sekarang baru aku tahu ?"
Ah, apa yang kita pikir baik, Thian justru pikir sebaliknya."
Kedua matanya si nona menjadi merah, lekas-lekas ia tunduk.
Kwee Ceng pun berdiam, pikirnya bekerja. Ingin ia menemani Oey Yong seumur hidup di pulau Tho Ho To ini, tetapi berat untuk meninggalkan semua urusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di dalam dunia, itulah tidak sempurna. Hanya kenapa ia tidak dapat menyebutnya.
"Aku bukannya tidak percaya kau dan hendak memaksa kau berdiam di sini," si nona berkata pula sesaat kemudian, perlahan, "Hanya ?" hanya ?"
Di dalam hatiku, aku sangat takut ?"" Ia lantas mendekam di pundak anak muda itu, ia menangis.
Kwee Ceng bengong. Inilah ia tidak sangka. Ia juga heran.
"Kau takut apa, Yong-jie?" ia tanya.
Si nona tidak menjawab, ia hanya menangis terus.
Kwee Ceng menjadi semakin heran. Semenjak
mengenal si nona, biar bagaimana hehat pengalaman mereka, belum pernah nona itu menangis, dia lebih banyak tertawa, tetapi sekarang, sepulangnya ke pulaunya ini" Inilah kampung halamannya. Apakah yang dia buat takut" Bukankah dia justru bakal segera bertemu sama ayahnya"
"Apakah kau mengkhawatirkan keselamatan
ayahmu?" ia tanya akhirnya.
Oey Yong menggoyangi kepala.
"Apakah kau takut, kalau aku meninggalkan Tho Hoa To, lantas aku tidak kembali?"
Oey Yong menggeleng kepala pula. Dan ini
dilakukan terus meski si anak muda menanya pula ia hingga empat atau lima kali.
Maka berdiamlah mereka sekian lama.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng," kata si nona kemudian seraya mengangkat kepalanya mengawasi si anak muda.
"Aku takut tetapi tidak dapat aku mengatakan apa sebabnya ?" Kalau aku ingat sikap dan romannya gurumu tempo ia hendak membinasakan aku, aku jadi bingung sekali. Aku menjadi khawatir, akan ada satu harinya yang kau nanti mendengar perintah gurumu itu hingga kau membunuh aku ?" Maka itu aku minta kau jangan meninggalkan lagi pulau ini. Kau
berjanjilah!" Kwee Ceng tertawa. "Aku kira urusan besar bagaimana, tak tahunya urusan begini!" katanya. "Ingatkah kau kejadian dulu hari di Pakhia ketika keenam guruku mengatai kau sebagai siluman" Ketika itu aku ikut kau pergi, lalu akhirnya tidak terjadi apa-apa. Memang roman
keenam guruku itu bengis tetapi hati mereka baik, maka kalau nanti kau sudah mengenal baik mereka, mereka tentulah akan menyukaimu ?" Jiesuhu lihay ilmunya merabai saku orang, nanti kau bola belajar padanya. Tentang Citsuhu, ia sangat halus dan sabar
?"" Tapi si nona memotong: "Dengan begitu, artinya kau mau meninggalkan pulau ini?"
"Kita meninggalkannya bersama-sama," berkata si anak muda. "Kita sama-sama pergi ke Mongolia untuk menyambut ibuku. Kita bersama-sama membunuh
Wanyen Lieh. Lalu bersama-sama juga kita pulang!
Bukankah itu bagus?"
Si nona melongo. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, tidak dapat untuk selamanya kita pulang bersama dan tidak dapat juga untuk selamanya berada bersama," katanya selang sesaat.
Kwee Ceng menjadi heran. "Kenapa begitu?" ia tanya.
"Aku tidak tahu," si nona menggeleng kepala.
"Jikalau aku melihat romannya toasuhumu, aku dapat menerka sesuatu. Untuk dia, tidak cukup dia
mengutungi saja kepalaku! Dia membenci aku sampai di dalam tulang-tulangnya!"
Kwee Ceng melihat orang bicara secara sungguh-sungguh, nona itu jadi sangat berduka. Ia jadi memikir.
Tanpa merasa, ia pun berkhawatir. Ia ingat pula sikap gurunya yang kesatu yang sangat bengis itu.
"Dia biasa pandai berpikir," katanya di dalam hati,
"Kalau sekarang aku tidak turuti dia dan kemudian kekhawatirannya berbukti bagaimana nanti jadinya?" Ia jadi sangat berduka. Tapi ia pun dapat mengambil putusannya. Maka ia kata: "Baiklah, aku tidak akan berlalu dari sini!"
Mendengar itu, Oey Yong bengong mengawasi
pemuda itu, air matanya meleleh dari kedua belah pipinya.
"Yong-jie, kau menghendaki apa lagi?" tanya si pemuda perlahan.
"Aku menghendaki apa lagi?" menyahut si nona.
"Apa juga aku tidak menghendaki pula." Lantas sepasang alisnya yang bagus bergerak, lantas dia tertawa. Ia kata pula: "Kalau aku menghendaki apa-apa lagi, Thian juga tidak bakal meluluskannya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Saking gembiranya, lantas di situ dia menari-nari, tangan bajunya yang panjang berseliweran, gelang emasnya berkilauan. Kadang-kadang ia menyambar-nyambar pohon bunga dengan bunganya berwarna
merah, putih kuning dan ungu, hingga dia mirip seekor kupu-kupu Tiba-tiba ia berlompat naik ke atas pohon, ke pohon yang lain, kembali lagi. Dalam
kegembiraannya itu ia bersilat dengan Yan Siang Hui dan Lok Eng Ciang.
Menyaksikan si nona, Kwee Ceng seperti
ngelamun: "Dulu ibu mendongeng kepadaku bahwa di laut Tang Hay ada sebuah gunung dewa, bahwa di atas gunung itu ada sejumlah dewinya. Mustahilkah di dunia ada gunung dewi yang terlebih indah daripada pulau Tho Hoa To ini" Mungkinlah benar ada dewi yang melebihkan cantiknya Yong-jie?" Ia sadar ketika mendadak Oey Yong berseru seraya terus lompat turun, tangannya menggapai padanya seraya dia terns lari ke depan, nerobos di antara rimba.
Kwee Ceng menyusul. Ia pun khawatir nanti
kesasar. Oey Yong lari berliku-liku sampai ia berbenti dengan mendadak.
"Apakah itu?" tanyanya seraya tangannya menunjuk ke depan di mana ada benda bertumpuk.
Kwee Ceng mendahului maju. Itulah seekor kuda yang lagi rebah. Bahkan ia lantas mengenali itulah kudanya Han Po Kie, samsuhu atau gurunya yang nomor tiga. Ia mengulur tangannya memegang perut kuda itu. Dingin rasanya. Terang sudah kuda itu telah mati lama. Berbareng heran, Kwee Ceng berduka.
Kuda ini pernah turut pergi ke gurun pasir dan dengannya Kwee Ceng kenal sejak ia masih kecil.
Duel 2 Jago Pedang 3 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Pusaka Negeri Tayli 11
^