Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 33

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 33


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Boleh dibilang inilah kuda luar biasa dan kuat, kenapa dia mati di sini?" si anak muda berpikir. "Tentu sekali samsuhu sangat berduka ?""
Mengawasi lebih jauh, Kwee Ceng dapat
memperhatikan, kuda itu bukan mati rebah melonjor hanya keempat kakinya tertekuk meringkuk. Ia terkejut.
Ia lantas ingat kudanya Gochin Baki, yang terbinasa dihajar Oey Yok Su. Kuda putri itu mati melingkar, mirip dengan kuda ini. Maka dengan tangan kirinya ia mengangkat lehernya kuda itu dan dengan tangan kanannya meraba dua kaki depannya. Untuk kagetnya, ia mendapatkan tulang-tulangnya kuda itu remuk. Ia lantas meraba punggung kuda itu. Tulang punggung itu juga patah! Ketika ia mengangkat tangannya, ia melihat tangannya itu berlepotan darah - darah yang sudah berubah menjadi hitam tetapi bau amisnya masih ada. Mungkin sudah tiga empat hari matinya kuda itu.
Oleh karena penasaran, Kwee Ceng membalik
tubuh binatang itu, untuk memeriksa. Ia tidak mendapatkan luka di luar. Saking heran, ia duduk dengan menjatuhkan diri di tanah, hatinya bekerja:
"Mungkinkah ini darahnya samsuhu" Habis dimana adanya guruku itu?"
Sekian lama Oey Yong berdiam di samping
menyaksikan kelakuannya Kwee Ceng, ia pun heran, tetapi ia dapat menenangkan diri. Maka kemudian ia kata; "Kau jangan bergelisah. Mari kita memeriksanya dengan perlahan-lahan ?""
Nona ini maju, ia mementang kedua tangannya
membiak pohon-pohon bunga, sembari jalan ia
memperhatikan tanah. Kwee Ceng mengikuti, ia juga mengawasi ke tanah, maka terlihat olehnya titik-titik
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang disebabkan berceceran darah. Saking ketarik dan tegang hatinya, ia sampai melupai jalan yang sesat, ia mendahului si nona, dari jalan perlahan, ia menjadi membuka tindakan lebar. Tidak heran kalau beberapa kali ia kesasar.
Oey Yong berlaku teliti, ia berjalan hingga di gombolan rumput, di pinggir batu karang. Di situ tanda darah itu sebentar kedapatan sebentar lenyap. Ia memeriksa dan melihat tapak serta bulu kuda.
Tanpa mengenal capai, mereka berjalan terus
hingga beberapa lie, sampai di depan sekumpulan pohon bunga dan pepohonan lain di mana ada sebuah kuburan. Melihat itu Oey Yong lari menghampirkan.
Ketika dia pertama kali datang ke Tho Hoa To, Kwee Ceng pernah melihat kuburan itu, yang ia masih mengenalinya. Itulah kuburan dari ibunya si nona.
Hanya kali ini, kuburan itu tidak utuh seperti dulu hari itu. Batu nisannya telah roboh. Ia maju untuk mengangkat itu. Ia membaca tulisan batu peringatan itu. Ibunya Oey Yong ada orang she Phang. Terang tulisan itu ada tulisan Oey Yok Su - tulisannya bagus dan tegak.
Oey Yong melihat pintu pekuburan telah terpentang lebar-lebar. Ia merasa pasti bahwa di pulaunya ini sudah terjadi sesuatu. Tadi pun ketika dari atas pohon ia melihat melingkarnya kuda, hatinya sudah bercekat.
Ia tidak lantas bertindak masuk. Lebih dulu ia memasang mata ke sekitar kuburan. Di kiri kuburan, rumput hijaunya bekas diinjak-injak. Di muka pintu terlihat bekas-bekas senjata beradu. Ia memasang kuping. Ia tidak mendengar suara apa-apa. Maka dengan membungkuk, ia masuk di pintu.
Kwee Ceng berkhawatir, ia mengikuti masuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu berada di dalam, muda-mudi ini merasakan hati mereka tegang. Lebih-lebih si pemuda. Bukankah itu kuburan ibunya" Tembokan pada gugur atau
gugus, bekas terhajar senjata tajam akibat suatu pertempuran dahsyat.
Oey Yong memungut suatu barang ketika ia mulai bertindak masuk. Kwee Ceng mengenali itulah batang timbangan atau dacin, yang menjadi senjata gurunya keenam, Coan Kim boat. Timbangan itu terbuat dari besi, ukurannya sebesar lengan, tetapi toh orang dapat mematahkannya menjadi dua. Maka berdua mereka saling mengawasi, mulut mereka bungkam, mereka seperti tidak berani membuka mulut. Mereka tahu, cuma ada beberapa gelintir orang yang tenaganya kuat istimewa dan untuk di Tho Hoa To, orang itu melainkan Oey Yok Su ?"
Kwee Ceng menyambut dari tangan Oey Yong
potongan dacin itu, ia lantas mencari potongan yang lainnya, sembari mencari ia merasakan hatinya tertindih berat sckali. Ia bersangsi, ingin ia mencari dapat, ingin ia tidak dapat mencarinya ?"
Lebih jauh ke dalam, tempat kuburan itu menjadi terlebih suram. Kwee Ceng lantas membungkuk,
tangannya meraba-raba ke tanah. Mendadak
tangannya itu membentur sesuatu yang keras, yang lantas ternyata adalah batu timbangan, batu mana dapat dipakai Kim Hoat sebagai senjata rahasia untuk menimpuk. Hatinya berdebaran. Ia masuki gandulan itu ke sakunya, ia maju lehih jauh.
Untuk terkesiapnya hatinya, Kwee Ceng kena
meraba benda yang dingin tetapi lunak. Ia meraba-raba. Akhirnya ia kaget hingga ia berlompat bangun, ia kena pegang muka orang. Justru ia lompat, justru "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
duk ?"! Kepalanya membentur langit kuburan itu.
Tapi disaat seperti itu, ia melupakan nyeri. Maka ia lantas mengeluarkan bahan apinya dan menyalakan itu. Begitu dapat melihat, begitu ia menjerit, begitu ia roboh pingsan!
Api di tangannya pemuda itu tidak padam, dengan cahanya api, Oey Yong bisa melihat tegas.
Coan Kim Hoat rebah terlentang sebagai mayat, kedua matanya terbuka besar. Di dadanya nancap potongan yang lain dari dacinnya itu. Maka sekarang duduknya hal telah menjadi terang.
Oey Yong kaget tetapi ia mencoba menentramkan diri. Dari tangannya Kwee Ceng ia mengambil api, dengan itu ia mengasapi hidungnya si anak muda.
Itulah daya untuk menyadarkan orang pingsan.
Tidak lama, anak muda itu berbangkis dua kali, lantas ia mendusin. Ia membuka matanya mengawasi si pemudi. Kemudian ia bangun, untuk berdiri. Tanpa membilang suatu apa, ia masuk lebih jauh. Oey Yong mengikuti.
Di ruang dalam, yang merupakan liang kubur asli, segala apa kacau. Meja sembahyang pecah ujungnya.
Pikulan besi dari Lam Hie Jin nancap di lantai. Di pinggir kiri kamar itu, rebah melintang tubuh satu orang, ikat kepalanya robek, sepatunya copot. Dengan melihat dari punggung saja sudah dapat dikenali dialah Biauw Ciu Sie-seng Cu Cong si Mahasiswa Tangan Lihay.
Dengan tindakan perlahan, Kwee Ceng
menghampirkan. Ia membalik tubuhnya jiesuhu itu, gurunya yang nomor dua. Ia melihat bibir yang bersenyum, tapi yang sudah dingin, seperti dinginnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seluruh tubuhnya. Maka anehlah senyumannya
Kanglam Cit Koay yang kedua ini.
"Jiesuhu, teecu Kwee Ceng datang!" kata si anak muda perlahan. Setelah itu dengan berhati-hati, ia mengangkat tubuhnya guru itu, atau - tingtang! Ia mendengar suara barang jatuh saling susul. Itulah jatuhnya dari sakunya banyak barang permata, seperti batu kumala, yang berserakan di lantai.
Oey Yong menjumput beberapa potong barang
permata itu, untuk ditelitikan. Segera ia
melemparkannya pula, dengan dingin, ia berkata: "Ini permata mulia yang dikumpul ayahku yang disengaja dipakai untuk menemani ibuku!"
Kwee Ceng terkejut. Ia menoleh kepada kekasih itu.
Ia menjadi lebih kaget pula. Di samping suara dingin dan tak sedap dari nona itu, ia melihat sinar mata yang mencorong tajam dan bengis, dari mata yang merah bagaikan darah.
"Apakah kau maksudkan guruku datang ke mari mencuri permata ini?" ia menanya perlahan.
Mata si pemudi menatapsi pemuda akan tetapi dia ini tidak dapat mundur, dia bahkan mengawasi, hanya sekarang sinarnya berubah. Itulah sinar mata dari putus asa, dari kedukaan.
"Guruku yang kedua seorang laki-laki sejati," kata Kwee Ceng. "Mana mungkin dia mencuri harta ayahmu" Lebih-lebih tak mungkin dia mencuri barang permata di dalam kuburan ibumu ini!"
Oey Yong mendengar nada orang, dari gusar
menjadi berduka. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang juga pikiran Kwee Ceng berubah dengan
perlahan-lahan. Ia menyangka si nona menuduh
gurunya itu, seorang ksatria, ia menjadi tidak senang, ia menjadi gusar. Segera setelah itu, ia memikir kepada kenyataan. Bukankah gurunya itu terkenal sebagai si tangan lihay, yang sangat pandai
mencopet" Bukankah semua permata itu meluruk dari sakunya guru itu" Bukankah mereka justru berada di dalam liang kubur di mana harta itu disimpan" Tapi, benarkah gurunya datang ke situ untuk mencuri"
Bukankah guru itu laki-laki sejati" Ia menyangsikan gurunya berbuat demikian busuk dan hina. Maka ia menduga kepada sesuatu yang diluar dugaannya.
Dalam kesangsian itu, antara kegusaran dan kedukaan dan keragu-raguan ia mengepal keras tangannya hingga terdengar suara meretek.
Oey Yong masih mengawasi lalu ia berkata dengan perlahan. "Ketika itu hari aku melihat air mukanya gurumu yang nomor satu, aku merasa aneh sekali, aku lantas seperti dapat firasat bahwa di antara kita berdua sulit ada akhir yang baik, yang membahagiakan.
Jikalau kau hendak membunuh aku, sekarang kau boleh turun tangan. Ibuku ada di sini, maka kau tolong saja mengubur aku di sisinya. Setelah selesai kau mengubur aku, kau mesti lekas mengangkat kaki dari sini, supaya jangan sampai kau bertemu dengan ayahku ?""
Kwee Ceng tidak menyahuti, ia jalan mondar-
mandir, tindakannya lebar dan cepat, napasnya pun memburu.
Oey Yong berdiam. Ia mengawasi ke gambar
lukisan dari ibunya. Ia melihat sesuatu di situ, ia lantas menghampirkan. Nyata itulah dua senjata rahasia yang nancap. Ia menurunkan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melihat senjata itu, ia mengenali tokleng, atau lengkak rahasia, dari Kwa Tin Ok.
Oey Yong terus berdiam, tangannya menyingkap
toh-wie di belakang meja sembahyang. Di situ ada pernahnya peti mati dari ibunya. Ketika ia
menghampirkan, mendadak ia menghela napas
panjang. Di belakang peti mati ibunya itu rebah dua mayat dari kakak beradik, atau engko dan adik. Han Po Kie dan Han Siauw Eng. Siauw Eng itu terang telah membunuh diri, sebab tangannya masih memegang gagang pedang. Tubuh Po Kie sendiri menindih peti mati. Hanya yang hebat, batok kepalanya telah meninggalkan liang bekas lima jari.
Kwee Ceng telah melihat kedua mayat itu. Ia
sekarang bisa berlaku tenang. Ia memondong turun tubuh gurunya yang ketiga itu, seorang diri ia berkata:
"Aku melihat sendiri kematiannya Bwee Tiauw Hong.
Di kolong langit ini, orang yang pandai Kiu Im Pek-kut Jiauw, siapa lagi kecuali Oey Yok Su?" Ia mengambil pedangnya Siauw Eng, terus ia bertindak keluar, ketika ia melewati Oey Yong, ia tidak berpaling lagi pada nona itu.
Nona Oey merasa hatinya dingin secara tiba-tiba. ia terdiam. Justru itu, ruang itu menjadi gelap, sebab apinya padam. Ia kaget, hatinya berdebaran. Itulah kuburan yang ia kenal baik, tetapi di situ sekarang rebah empat mayat dalam caranya yang berlainan, yang mengerikan, maka ia lantas lari keluar. Satu kali ia terpeleset, hampir ia roboh. Setibanya di luar baru ia ingat bahwa ia kesandung tubuhnya Coan Kim Hoat.
Sekarang ia melihat batu nisan yang roboh. Ia hendak menutup pintu kuburan ketika ia ingat satu hal. Ia lantas kata pada dirinya sendiri: "Kalau ayah yang membunuh keempat anggota Kanglam Cit Koay ini, kenapa pintu ini tidak dikunci" Ayah sangat mencintai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ibu, biarnya ia sangat kesusu, tidak nanti ia membiarkan pintu tinggal terpentang?" Maka ia menjadi ragu-ragu. Ia menjadi ingat pula: "Cara bagaimana ayah dapat membiarkan mayat keempat orang ini menemani ibu" Tidak mungkin! Mungkinkah ayah sendiri yang nampak sesuatu yang tidak
dinyana?" Lantas Oey Yong membetulkan batu nisan itu, ia mengunci pintunya, ialah dengan mendorong batu nisan ke kanan tiga kali dan ke kiri tiga kali juga, habis itu ia lari ke arah rumahnya. Ia dapat menyusul Kwee Ceng meskipun si anak muda telah keluar lebih dulu beberapa puluh tindak. Anak muda itu berputaran karena kesasar. Kapan dia melihat si nona, dia lantas mengikuti. Mereka berjalan tanpa membuka suara, mereka melintasi pengempang, sampai di rumah
peranti bersemedi dari Oey Yok Su. Hanya sekarang rumah itu roboh tidak karuan, di bagian depan terlihat tiang-tiang dan penglari yang patah.
Oey Yong kaget sampai ia menjerit-jerit. "Ayah!
Ayah!" Dia lari ke dalam rumahnya. Di situ kursi meja pada terbalik dan segala perabot tulis, buku semua berserakan di lantai. Di situ tidak ada sekalipun bayangannya Oey Yok Su.
Nona ini berotak tajam, dia cerdas dan lekas
berpikir, tetapi kali ini pikirannya kacau. Ia memegang meja tulis ayahnya, tubuhnya bergoyang-goyang mau jatuh. Sampai sekian lama, baru ia bisa menetapkan hati. Ia lari ke samping, ke kamarnya budak-budaknya yang gagu, sia-sia belaka ia mencari, ia tidak dapat menemukan seorang budak juga. Di dapur sunyi
semua. Rupanya, meski orang tidak mati, semua telah pergi entah ke mana. Rupanya di pulau itu, kecuali mereka berdua, tidak ada orang lainnya lagi ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan tindakan perlahan Oey Yong menuju ke
kamar tulis, di sana Kwee Ceng berdiri menjublak, matanya mengawasi lempang ke depan.
"Engko Ceng, lekas kau menangis!" berkata si nona. "Kau menangis dulu, baru kita bicara!"
Kwee Ceng tidak menyahuti, hanya dengan mata
mendelik ia mengawasi nona itu. Ia sangat mencintai keenam gurunya, sekarang ia mendapat pukulan
begini hebat, kedukaannya sampai di puncaknya hingga tak dapat ia menangis.
Oey Yong kaget. "Engko Ceng!" katanya. Cuma sebegitu ia bisa bilang, lantas ia berdiam.
Keduanya berdiri saling mengawasi.
Akhirnya si anak muda ngoceh seorang diri "Tidak dapat aku membunuh Yong-jie, tidak dapat aku
membunuh Yong-jie!" Oey Yong lantas berkata: "Gurumu telah mati, kau menangislah!"
"Tidak, aku tidak menangis!" kata Kwee Ceng seorang diri.
Kembali keduanya berdiam. Sunyi kamar tulis itu.
Cuma di kejauhan terdengar samar-samar suara
berdeburnya gelombang. Oey Yong berpikir keras, ia mengingat segala apa, tetapi tetap ia berdiam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mesti mengubur dulu guru-guruku ?""
Kemudian terdengar Kwee Ceng mengoceh pula.
"Benar, semua guru mesti dikubur lebih dulu!"
menimpali Oey Yong. Bahkan ia mendahului berjalan kembali ke kuburan ibunya.
Tanpa bersuara, Kwee Ceng mengikuti, selagi si nona hendak mendorong batu nisan, mendadak ia lompat melewati, terus ia menendang batu nisan itu. Ia menggunai tenaga besar tetapi batu besar dan berat, ia tidak dapat menggempur roboh, sebaliknya, kakinya yang berdarah, hanya ia tidak merasakan itu. Bagaikan kalap, ia menyerang kalang kabutan dengan
pedangnya: menikam dan menebas, dan tangan
kirinya juga menghajar, hingga batu gugur dan gugusannya terbang berhamburan. Pedangnya tak tahan, pedang itu patah. Ia menjadi panas, maka ia terus menyerang dengan tangannya. Kali ini ia berhasil membikin batu patah, hingga terlihat sebatang besi. Ia pegang besi itu, ia menggoyang-goyang keras.
Dengan satu suara nyaring, besi itu membuatnya pintu kuburan terbuka sendirinya. Ia melengak, ia kata seorang diri; "Kecuali Oey Yok Su, siapa dapat membikin pintu rahasia ini dan siapa dapat memancing semua guruku masuk ke dalam kuburan hantu ini?"
Lalu dia berdongak dan berseru nyaring, terus ia melemparkan pedang buntungnya, untuk lari masuk ke dalam kuburan itu!
Oey Yong mengawasi pedang buntung dan batu
nisan yang patah, yang terkena darahnya si anak muda, ia bengong, hatinya bekerja. Ia melihat kebencian hebat dari Kwee Ceng itu. Ia pikir; "Jikalau dia melampiaskan hawa marahnya dengan merusak peti ibuku, lebih dulu aku akan membunuh diri dengan membenturkan kepalaku kepada peti ?"" Lantas ia hendak menyusul pemuda itu atau ia melihat Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng berjalan keluar dengan memondong tubuhnya Coan Kim Hoat, setelah meletaki tubuh itu, dia masuk pula, akan mengambil mayat Cu Cong. Perbuatan itu dilanjutkan kepada mayat Han Po Kie dan Han Siauw Eng.
Dengan mata mendelong, Oey Yong mengawasi si
anak muda pada air muka siapa kentara sekali
cintanya kepada guru-gurunya itu. Hatinya menjadi dingin. Ia kata di dalam hatinya itu: "Nyatalah dia mencintai gurunya melebihkan cintanya kepadaku. Ah, mesti aku cari ayahku, mesti aku cari ayahku ?""
Kwee Ceng membawa mayat keempat gurunya ke
dalam rimba, terpisah dari kuburan ibunya Oey Yong beberapa ratus tindak, di situ barulah ia menggali lobang. Ia menggali dengan patahan pedang, hebat ia menggunai tenaganya. Sekian lama ia bekerja,
mendadak pedangnya itu bersuara keras - pedang itu patah pula!
Justru itu ia merasakan dadanya sesak, hawa
panas naik, ketika ia mementang mulutnya, ia
memuntahkan darah hidup hingga dua kali, tetapi ia bekerja terus, dengan kedua tangannya ia
membongkar tanah, yang ia saban-saban
melemparkannya. Melihat demikian, Oey Yong lari mengambil dua buah sekop peranti bujang gagunya, yang satu ia kasihkan pada si anak muda, yang lain ia pakai sendiri, untuk membantui menyingkirkan tanah.
Kwee Ceng merampas sekop di tangan si nona, ia patahkan itu kemudian dengan sekop yang satunya bekerja sendiri, ia menggali terus lobangnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tahu artinya perbuatan pemuda itu,
merasakan hatinya sakit, tetapi ia tidak menangis, ia lantas duduk mengawasi saja.
Kwee Ceng bekerja luar biasa. Ia berhasil menggali dua buah liang satu besar dan satu kecil. Ke lubang yang kecil itu ia pondong tubuh Siauw Eng, untuk diletak dengan hati-hati. Ia lantas berlutut, ia paykui beberapa kali. Ia mengawasi muka guru wanita itu, guru yang ketujuh, sesudah itu baru ia menguruknya.
Setelah itu ia mengangkat tubuh Cu Cong dimasuki ke dalam liang kubur yang besar. Mendadak ia berpikir:
"Permata mulia kotor dari Oey Yok Su mendapat menemani jiesuhu?" Maka itu, ia merogoh saku gurunya, ia mengeluarkan sisa batu permatanya.
Paling akhir ia menarik keluar sehelai kertas putih, yang ada suratnya. Ia membeber itu dan membaca:
"Yang rendah dari Kanglam, Kwa Tin Ok, Cu Cong, Han Po Kie, Lam Hie Jin, Coan Kim Hoat dan Han Siauw Eng, dengan ini menghaturkan bertahu kepada cianpwe pemilik Tho Hoa To bahwa mereka telah mendengar kabar bahwa Coan Cin Cit Cu, dengan tidak menaksir tenaganya sendiri, hendak melakukan sesuatu terhadap Tho Hoa To. Mengenai itu, menyesal kami tidak dapat berbuat apa-apa untuk
mengakurkannya, hanya mengingat bahwa cianpwee adalah pantarannya Ong Tiong Yang Cinjin, kami memikir mana dapat cianpwee malayani anak-anak muda. Di jaman dulu Lin Siang Jie telah mengalah terhadap Liam Po, peristiwa itu menjadi buah tutur yang berupa pujian. Karena siapa gagah, dadanya lapang bagaikan lautan, dia tentu tidak menghiraukan segala perbuatan di antara ayam dan kutu. Kalau nanti kejadian Coan Cin Cit Cu datang ke depan Tho Hoa To, untuk nengakui kesalahannya sendiri, pastilah semua orang gagah di kolong langit ini akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengagumi kepribadian cianpwee. Tidakkah itu
bagus?" Habis membaca itu, Kwee Ceng berpikir; "Dulu hari Coan Cin Cit Cu bertempur sama OeyYok Su di Gu-kee-cun, lantas Auwyang Hong secara diam-diam menggunai akal jahatnya dan membinasakan Tiang Cun Cu Tam Cie Toan, kesalahan digeser kepada Oey Yok Su. Oey Yok Su berkepala besar, dia tidak menghiraukan urusan itu tidak mau membersihkan diri, maka kejadian Coan Cin Cit Cu jadi sangat membenci padanya. Rupanya sekarang guruku mendapat dengar Coan Cin Cit Cu datang untuk melakukan pembalasan, karena ia khawatir kedua pihak itu rusak bersama, guruku menulis suratnya ini nenganjurkan Oey Yok Su menyingkirkan diri untuk sementara waktu, supaya kemudian di dapat jalan guna membeber duduknya hal. Dengan begitu, guruku ini bermaksud baik, maka Oey Yok Su si tua, kenapa dia telah menurunkan tangan jahatnya kepada guruku semua?" Baru ia berpikir begitu, atau ia lantas berpikir pula: "Jiesuhu sudah menulis suratnya ini, kenapa dia tidak
menyampaikan kepada alamatnya hanya dibiarkan berada di dalam sakunya" Ah, mungkin waktu terlalu mendesak, Coan Cin Cit Cu telah keburu datang, dia jadi tidak mendapat tempo lagi untuk
menyerahkannya, maka mereka lantas datang sendiri, guna maju si sama tengah di antara kedua pihak yang bertempur itu. Oey Lao Shia, Oey Lao Shia, mungkin kau menyangka guruku adalah kawan-kawan
undangan dari Coan Cit Cin Cu, yang bakal membantu pihak sana, maka dengan sembrono kau telah
menurunkan tangan jahatmu itu ?""
Kembali pemuda ini berdiam. Surat itu ia lipat, hendak dimasuki ke dalam sakunya. Selagi ia melipat tiba-tiba di belakang itu ia melihat coretan beberap huruf, yang membikin ia kaget hingga hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdebaran. Tulisan itu, yang suratnya tidak karuan, berbunyi; "Segera bakal terjadi hal yang tidak diduga-duga, maka semua bersiaplah berjaga-jaga ?""
Masih ada tulisan lainnya, yang belum tertulis lengkap, mungkin disebabkan bencana sudah lantas tiba.
"Inilah terang huruf 'Tong' yang hendak ditulisnya.
Jiesuhu memperingati untuk bersiaga untuk 'Tong Shia' sayang sudah terlambat ?""
Maka ia kepal-kepal surat itu menjadi gulungan kecil dengan mengertak gigi, ia kata dengan sengit;
"Jiesuhu, jiesuhu, maksudmu yang baik telah dipandang sebagai maksud jahat oleh Oey Lao Shia
?"" Setelah itu, surat itu jatuh ke tanah, ia sendiri lantas mengangkat tubuh Cu Cong.
Oey Yong mengawasi terus pemuda itu, ia melihat air muka orang yang seperti berubah-ubah. Ia
menduga surat itu mesti penting sekali, maka
perlahan-lahan ia bertindak. Ia pungut surat itu untuk segera dibaca dua-duanya, yang di depan dan yang di belakang. Ia pikir "Keenam gurunya datang ke Tho Hoa To dengan maksud baik, maka sayang Biauw Ciu Sie-seng hatinya tidak lurus, sudah biasa dia menjadi pencopet melihat hartanya ibuku hatinya terpincuk, hingga dia melanggar pantangan besar dari ayahku
?"" Ketika itu Kwee Ceng telah meletaki tubuhnya Cu Cong, lalu dia membuka tangan kiri orang yang terkepal, mengambil dari situ serupa barang.
Oey Yong melihat itulah sebuah sepatu wanita, yang panjangnya satu dim lebih. Terang itu ada sepatu mainan sebab terbuat dari batu hijau tetapi buatannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
indah sekali. Itulah benda yang berharga mahal. Belum pernar ia ingat ibunya mempunyai barang mainan semacam itu maka entahlah dari mana Cu Cong
mendapatkannya. Kwee Ceng membulak-balik sepatu-sepatuan itu
bagian bawahnya ia melihat ukiran huruf "ciauw"
sedang di dasar sebelah dalam, ada ukiran huruf "pie".
Ia sengit ia banting sepatu batu itu, syukur tidak pecah.
Kemudian ia bergantian mengangkat tubuh Han Po Kie dan Coan Kim Hoat, dikasih masuk ke dalam lubang yang besar itu diletaki dengan rapi. Ketika ia hendak mulai menguruk ia melihat muka ketiga gurunya hatinya tak tega. Maka ia mengawasi ke batu permata.
Tiba-tiba timbul pula hawa amarahnya. Ia pungut semua itu dengan kedua tangannva, ia lari ke kuburan ibunya Oey Yong.
Si nona khawatir orang nanti merusak peti mati ibunya, ia pun lari. Ia lari, untuk mendahului. Ia bisa memotong jalan, maka ia tiba lebih dulu. Lantas ia menghadang di depan pintu kuburan, kedua
tangannya dipentang. "Kau mau apa?" ia tanya si pemuda.
Kwee Ceng tidak menjawab, dengan tangan kirinya ia menolak tubuh si nona, lalu kedua tangannya disempar ke depan, maka terdengarlah suara nyaring, dari meluruk jatuhnya barang-barang permata, di antaranya itu sepatu mainan dari batu hijau yang jatuh ke kaki si nona.
Oey Yong membungkuk, ia memungutnya.
"Ini bukannya barang ibuku," ia kata, dan ia membayarnya pulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menyambut, ia awasi itu, terus ia
masuki ke dalam sakunya. Setelah itu ia memutar tubuhnya. Kali ini ia mulai menguruk tanah, hingga menutup rapat mayat keempat gurunya.
Lama sang waktu lewat, hari mulai magrib.
Oey Yong menyaksikan, Kwee Ceng terus tidak
menangis, ia merasa sangat berduka. Maka ia pikir, kalau dibiarkan sendiri, mungkin hati pemuda itu lega.
Dari itu ia pergi pulang, untuk memasak nasi serta lauk-pauknya. Apabila semua itu sudah matang, ia pernahkan di dalam naya, ia membawanya keluar.
Kwee Ceng terlihat berdiri menjublak di depan kuburan gurunya. Dia berdiri tetap di tempat dia berdiri semula, tubuhnya juga tidak berkisar atau berubah. Ia berdiam setengah jam lebih selama si nona masak, hinggga dia mirip patung. Maka si nona kaget sekali.
"Engko Ceng, kau kenapa?" ia tanya.
Kwee Ceng tidak menyahuti, tubuhnya tetap tidak bergerak.
"Engko Ceng, mari dahar," kata pula si nona.
"Sudah satu harian kau belum dahar ?""
"Mesti aku mati kelaparan tidak nanti aku maka barang dari Tho Hoa To!" berkata si anak muda.
Mendengar itu, meskipun tidak sedap, hati Oey Yong lega sedikit. Ia mengerti adat orang, tentu Kwee Ceng pegang perkataannya itu. Dari itu ia meletaki naya, duduk di tanah.
Demikian, yang satu berdiri tegak, yang lain
berduduk, keduanya berdiam menghabiskan waktu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hingga rembulan mulai muncul di permukaan laut. Si Putri Malam naik terus, sampai dia berada di atasan kepalanya dua orang itu, sedang sayur di dalam naya telah menjadi dingin sendirinya. Hati mereka seperti sama dinginnya. Dengan kesunyian itu, suara
gelombang terdengar semakin nyata. Dari kejauhan pun terdengar beberapa kali suara seperti suara srigala dan harimau, suara minip dengan jeritan. Sang angin juga yang membikin suara itu lenyap sendirinya.
Oey Yong memasang kupingnya, ia menyangsikan
itu suara manusia atau suara binatang yang sedang menderita, karena perhatiannya tertarik, ia berbangkit, untuk lari menuju ke sana. Sebenarnya ia berniat mengajak si anak muda atau ia membatalkan
pikirannya itu setelah ia berpikir pula: "Kebanyakan inilah urusan tidak bagus, aku akan cuma-cuma menambah keruwetan pikirannya ?"" Ia sebenarnya sedikit jeri untuk suasana seperti itu, tetapi karena ia kenal baik pulaunya itu, ia maju terus.
Selagi si nona berlari-lari, dia merasakan angin menyambar di sampingnya. Segera ia mendapat
kenyataan, Kwee Ceng lagi mencoba mendahului dia.
Pemuda ini tidak kenal jalanan, maka itu ia maju dengan tangan dan kakinya saban-saban menghajar pohon-pohon yang menghadang di hadapannya.
Dilihat dari romannya, pemuda itu seperti telah kehilangan pikirannya yang sehat.
"Kau ikut aku!" kata si nona.
Kwee Ceng tidak menyahuti, hanya ia berteriak-teriak: "Soe-suhu! Soe-suhu!" Ia telah mengenali suara gurunya yang keempat, Lam Hie Jin.
Hati Oey Yong terkesiap. Ia tahu, kalau Kwee Ceng bertemu sama gurunya itu, entah bakal terjadi apa pula
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
atas dirinya. Tapi ia tidak takut, maka ia lari terus, akan menunjuki jalan. Ia lari ke timur, di mana ada banyak pepohonan. Tiba di situ, ia melihat seorang berada di bawah sebuah pohon, tubuhnya bergulingan, tubuh itu melingkar. Itulah Lam Hie Jin.
Kwee Ceng menjerit, ia berlompat menubruk
gurunya itu, untuk dipondong. Ia melihat mulut gurunya terbuka, tertawa, tetapi suaranya bukan tertawa wajar.
Ia kaget dan girang, hingga ia menangis.
"Soe-suhu! Soe-suhu!" ia memanggil-manggil.
Lam Hie Jin tidak menyahuti, hanya sebelah
tangannya melayang. Kwee Ceng tidak menyangka tetapi ia sempat
berkelit. Hanya habis menggaplok dan gagal, Hie Jin terus meninju dengan tangan kirinya. Kali ini si anak muda tidak berkelit, ia tidak menangkis. Ia menyangka guru itu menyesalkan atau mempersalahkan padanya.
Hebat serangan guru yang nomor empat ini, Kwee Ceng terpental jumpalitan. Ia tidak menduga gurunya bertenaga demkian besar. Dulu-dulu, di waktu berlatih dengannya, tenaga guru itu tidak sedemikian besar. Ia baru bangun atau Hie Jin, yang sudah maju,
menyerang pula denga kepalannya. Masih si murid tidak berkelit, ia mandah. Hajaran ini terlebih hebat pula, Kwee Ceng merasa matanya berkunang-kunang, hampir ia roboh pingsan.
Setelah itu, Hie Jin memungut batu besar, lagi-lagi dia menyerang. Kalau Kwee Ceng terhajar batu ini, mesti ia pecah batok kepalanya. Ia memang masih pusing kepalanya.
Melihat demikian, Oey Yong berlompat maju,
dengan tangan kirinya ia menolak lengan Kanglam Cit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koay yang nomor empat itu, atas mana, bersamasama batunya Hie Jin roboh ke tanah, mulutnya mengasih dengar suaranya tertawa seperti tadi, habis itu dia tidak merayap bangun lagi ?"
Adalah maksudnya si nona untuk menolongi Kwee Ceng, maka diluar sangkaannya, Hie Jin ada demikia tidak bertenaga, dia roboh hanya karena tolakan tanga yang enteng. Dengan lantas si nona mengulur
tangannya untuk mengasih bangun. Atau ia melihat muka orang yang tertawa, tertawa yang dipaksakan, hingga menjadi menyeringai, nampaknya sangat
menakuti. Ia menjerit, ia menarik pulang tangannya, untuk membikin tangan itu tidak mengenai tubuh orang. Sebaliknya tangan kiri Hie Jin menyambar pundak si nona. Atas itu dua-duanya, si nona dan si penyerang, mengasih dengar seruan bahna sakit dan kaget.
Oey Yong mengenakan baju lapisnya, meski begitu ia merasakan sakit sampai ia terhuyung beberapa tindak.
Hie Jin merasa sakit karena ia menghajar baju yang ada durinya, karena mana tangannya lantas
mengucurkan darah. "Soe-suhu!" Kwee Ceng berteriak saking kagetnya.
Hie Jin menoleh mengawasi si anak muda, suara siapa ia rupanya ia mengenalinya, hanya ketika ia hendak membuka mulutnya cuma bibirnya bergerak sedikit, suaranya tidak terdengar. Ia masih mengasih lihat senyuman hanya itulah senyum dari putus asa.
Sinar matanya pun guram. "Soe-suhu, baik kau beristirahat," kata Kwee Ceng:
"Sebentar lagi kita bicara."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hie Jin mencoba mengangkat kepalanya, ia seperti memaksa mau bicara, lagi ia gagal, mulutnya tidak dapat dibuka. Ia cuma dapat bertahan sebentar segera kepalanya teklok, terus tubuhnya roboh terjengkang, lalu berbalik.
"Soe-suhu!" Kwee Ceng berseru, ia berlompat maju, guna mengasih bangun.
"Jangan!" berkata si nona, "Gurumu lagi menulis surat ?""


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tajam matanya si nona. Kwee Ceng mengawasi. Benar, dengan tangan
kanannya, 'Hie Jin lagi mencoret ke tanah. Di antara sinar rembulan, segera terlihat ia menulis: "Yang ?"
membunuh ?" aku ?" ialah ?""
Oey Yong mengawasi, ia mendapatkan Hie Jin
menulis dengan susah sekali, ia lantas goncang hatinya. Ia lantas ingat; "Da berada di Tho Hoa To, sekalipun orang yang paling tolol tentulah tahu ayahku yang membunuh dia, maka kenapa dia begini susah menulis nama ayahku itu" Apakah si pembunuh lain orang sebenarnya ?"?"
Semakin lama dia menulis, tenaganya Hie Jin makin habis. Hati si nona tegang, hingga ia memuji; "Kalau kau mau menulis nama lain orang, lekaslah!"
Ketika Hie Jin menulis huruf yang kelima, yang mesti menjadi she atau nama orang yang membunuh dia, baru dia menulis dua coret, yang menjadi huruf
"sip" - "sepuluh", mendadak tangannya berhenti bergerak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng melihat tubuh orang bergerak, tanda dari pengerahan tenaga yang terakhir, habis itu berhentilah napasnya sang guru. Ia sendiri menahan napas, ketika ia melihat huruf "sip" itu, ia berteriak:
"Soe-suhu, aku tahu kau hendak menulis huruf oey -
huruf oey!" Terus ia menubruk tubuh gurunya, terus ia menangis keras, kedua tangannya menumbuki
dadanya. Dengan demikian meledaklah amarah dan kedukaannya yang sangat, yang sekian lama
terbenam di dalam dadanya. Ia menangis
menggerung-gerung tidak lama atau ia pingsan di atas tubuh gurunya itu.
Berapa lama anak muda ini tak sadarkan diri, ia tidak tahu, ketika kemudian ia mendusin, ia melihat sinar matahari, langit telah menjadi terang. Ia bangun, untuk melihat ke sekitarnya. Ia tidak melihat Oey Yong, entah ke mana perginya si nona. Ia mendapatkan tubuh Hie Jin, yang kedua matanya terbuka besar. Ia lantas ingat pembilangan, "mati tidak meram", maka ia lantas menangis pula, air matanya turun deras. Ia mengulurkan kedua tangannya, guna merapatkan
mata gurunya itu. Mengingat gurunya begitu sengsara hendak
melepaskan napasnya yang terakhir, Kwee Ceng
menjadi heran maka ia membukai baju gurunya itu, untuk memeriksa tubuhnya. Aneh, seluruh tubuh itu tidak kurang suatu apa, dari kepala sampai di kaki, tidak ada yang luka, kecuali luka di tangan bekas terkena duri baju lapisnya Oey Yong. Pula tidak ada luka di dalam, kulitnya tidak hitam atau hangus.
Sesudah memeriksa dengan sia-sia, Kwee Ceng
memondong mayat gurunya, niatnya untuk dikubur bersama dengan ketiga gurunya yang lainnya. Ketika ia sudah jalan beberapa puluh tindak ke tempat darimana tadi dia datang, ia kehilangan jalanannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Terpaksa ia menggali sebuah lubang lain di bawah pohon, guna mengubur di situ mayat gurunya itu.
Habis itu, ia menjadi bingung. Ia pun merasa sangat lapar. Sia-sia ia berjalan, untuk mencari jalanan keluar.
Ia duduk di bawah sebuah pohon, guna beristirahat, guna menentramkan pikirannya. Ketika ia berjalan pula, ia mengambil putusan tidak perduli apa juga, ia mengambil satu tujuan, ialah ke arah timur, terus menghadapi matahari. Dengan begini, ia masih
mengalami kesukaran, dan pepohonan yang sangat lebat. Sekarang di setiap pohon ia melihat adanya rotan panjang dan duri tajam. Umpama kata ia jalan di atas pohon, di situ tidak ada tempat untuk menaruh kaki ?"
"Tapi hari ini, cuma ada maju, tidak ada mundur!" ia pikir. Ia paksa berlompat naik ke atas pohon. Ia baru menindak atau "Bret!" maka celananya robek kesangkut duri, hingga kulitnya lecet dan darahnya mengalir. Rotan pun ada yang melilit kakinya. Maka dengan pisau belatinya, ia memotong putus pohon oyot itu.
Memandang jauh ke depan, Kwee Ceng melihat
hanya oyot belaka. "Biar habis daging betisku, aku mesti keluar dari pulau iblis ini!" katanya di dalam hati. Degan itu ia mengambil keputusannya. Ia mau bertindak pula, lalu mendadak ia mendengar suaranya OeyYong: "Kau turun! Nanti aku mengantarkanmu!" Ia lantas tunduk, maka ia melihat si nona, dengan pakaian putih seluruhnya, lagi berdiri di bawah pohon. Tanpa membilang apa-apa, ia lompat turun. Ia melihat muka Oey Yong pucat sekali, seperti tidak ada darahnya. Ia terkejut. Hendak ia menanya, tetapi segera ia dapat menguatkan hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong melihat orang hendak bicara tetapi gagal.
Ia menanti sekian lama, tetap ia tidak mendengar suara orang. Ia menghela napas.
"Jalanlah!" katanya.
Dengan berliku-liku, mereka menuju ke timur. Oey Yong lesu dan berduka. Ia baru sembuh, ia perlu beristirahat dan ketenangan hati, siapa tahu ia telah mesti membuat perjalanan jauh dan menghadap
peristiwa berat dan gelap ini. Ia pikir tidak dapat ia menyesalkan Kwee Ceng atau mempersalahkan
ayahnya, ia juga tidak bisa menyesalkan Kanglam Liok Koay, Ia hanya menyesalkan diri sendiri. Kenapa Thian berbuat begini macam terhadapnya" Apa Thian
membenci kepada orang yang hidup terlalu senang"
Tanpa berkata-kata nona ini menunjuk jalan kepada Kwee Ceng menuju ke tepi laut. Ia mau percaya, dengan kepergiannya ini, anak muda itu bakal tidak kembali. Maka itu setiap satu tindaknya, ia merasa hatinya pecah satu potong.
Ketika akhirnya mereka keluar dari rimba lebat dengan rotan dan duri itu, pesisir terlihat di depan mata.
Oey Yong merasa dirinya sangat letih, ia mencoba menguati hati tetapi tubuhnya terhuyung juga, lekas-lekas ia menggunai tongkatnya, untuk menekan tanah, guna menunjang, hanya sekarang ia merasakan
tangannva juga tidak bertenaga, tongkatnya itu miring, hingga tubuhnya turut terguling.
Kwee Ceng melihat itu, segera ia mengulur tangan kanannya, guna memegangi si nona, atau mendadak ia ingat sakit hati hebat dari guru-gurunya itu, segera
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan tangan kirinya ia menghajar tangan kanannya.
Itulah pukulan ajarannya Ciu Pek Thong, yang dapat memecah pikiran, hingga kedua tangannya dapat bergerak sendiri-sendiri. Karena dihajar, tangan kanannya itu segera membalas. Habis itu, ia berlompat mundur.
Dengan begitu, sendirinya robohlah Oey Yong.
Oleh karena jatuhnya ini tanpa pertolongan, hati si nona pepat sekali. Ia menyesal, ia penasaran, ia berduka.
Juga Kwee Ceng kaget, juga pemuda ini menyesal, penasaran dan berduka. Ia lompat maju, untuk
mengangkat tubuh si nona. Ia melihat kelilingan, untuk membawa nona itu ke tempat di mana dia bisa
beristirahat. Juga Oey Yong turut melihat ke sekitar mereka.
Di arah timur laut, di mana ada sebuah batu besar, terlihat sepotong kain hijau tertiup angin. Ketika melihat itu Oey Yong lantas berteriak; "Ayah!" Ia lantas saja mendapat tenaga, ia lari.
Kwee Ceng juga lari bersama, maka itu mereka
saling berpegang tangan. Tiba di batu itu, di situ pun kedapatan sepotong kulit muka orang.
Oey Yong kenal baik topeng kulit kepunyaan
ayahnya itu, dengan kebingungan ia membungkuk akan memungutnya begitu pun baju hijau itu di mana ada tapak tangan dari darah, tegas nampak bekas telunjuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat itu Kwee Ceng berpikir; "Pasti ini tapak Kiu Im Pek-kut Jiauw dari Oey Yok Su, habis dia
mencelakai samsuhu, dia menyusut tangannya di sini
?"" Ia tengah memegang tangan si nona ketika mendadak ia melepaskannya sambil menyempar terus ia merampas baju hijau itu dan merobeknya. Ketika itu ia melihat ujung baju itu pecah sedikit, maka ia ingat, juiran itu pastilah yang telah dibawa burung rajawali tempo si nona minta ikan emas istimewa.
Kwee Ceng berdiri diam kapan ia telah mengawasi tapak jari tangan itu, kemudian ia lekas menggulung itu dan mengasih masuk ke dalam sakunya, habis itu tanpa membilang apa-apa, ia lari ke pinggir laut sekali di mana ada sebuah perahu layar, yang tidak ada anak buahnya. Entah ke mana perginya semua budak gagu.
Ia tidak berpaling pula pada Oey Yong ketika ia memotong putus dadungnya perahu itu, ia
mengangkat jangkarnya, ia memasang layarnya, terus ia berlayar ?"
Oey Yong dengan bengong mengawasi perahu
menuju ke barat. Mulanya ia masih mengharap si anak muda berbalik pikir dan akan kembali, untuk mengajak ia pergi, maka ternyata, habislah pengharapannya.
Dengan lekas perahu layar itu seperti terbenam di dalam lautan. Sekarang merasalah ia yang ia berada sebatang kara di pulaunya itu. Engko Cengnya pergi, ayahnya entah bagaimana, entah masih hidup atau telah terbinasa ?"!
"Yong-jie, Yong-jie!" akhirnya ia kata pada dirinya sendiri. "Siang hari masih panjang! Kau tidak dapat berdiri diam saja di pesisir ini! Ingat Yong-jie, tidak dapat kau memikir pendek!"
Bab 70. KUMPUL SEMUA. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berlayar terus menuju ke barat sesudah melalui beberapa puluh lie, mendadak ia mendengar suara burung terang di atasannya. Ia mengenali sepasang burungnya, yang terbang menyusul
padanya. Dengan cepat kedua burung menclok di atas layar.
"Burung ini mengikuti aku, Yong-jie berada sendirian di pulau, ia bakal jadi bertambah kesepian,"
pikirnya. Maka timbullah rasa kasihannya.
Dihari ketiga, pemuda ini mendarat. Ia membenci segala benda dari Tho Hoa To, dari itu ia mengangkat jangkar, ia menghajar perahunya, maka
tenggelamlah kendaraan air itu. Ia sendiri berlompat ke darat sebelum air memenuhi perahu itu, maka ia melihat perahu Perlahan-lahan masuk ke
dalam air dan lenyap. Ia berjalan tanpa tujuan. Ia mampir di rumah seorang tani di mana ia membeli beras untuk masak nasi, guna menangsal
perut. Habis dahar, setelah menanya jalanan untuk Kee-hin, ia berangkat menuju ke kota itu.
Malam itu pemuda ini bermalam di tepi sungai Cian Tong Kang, ketika ia tengah mengawasi permukaan air, tiba-tiba ia melihat bayangan rembulan.
Ia terkejut, la memang telah lupa tanggal. Tentu sekali ia khawatir nanti melewati janji pertemuan di Yan Ie Lauw. Lantas ia menanya tuan
rumah. Lega sedikit hatinya ketika ia diberitahukan hari itu tanggal tigabelas. Karena ini malam ini juga, ia menyeberangi sungai, terus ia
menyewa keledai guna melanjuti perjalanannya, untuk lega hatinya, ia tiba di kota Kee-hin selebatnya tengah hari. Di sini segera ia menanya
orang di mana pernahnya Cui Sian Lauw, rumah
makan Dewa Mabuk. Itulah rumah makan yang Paling berkesan untuknya. Semenjak ia masih kecil,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
guru-gurunya telah menuturkan kepadanya tentang pertempuran mereka dengan Khu Cie Kie di rumah makan itu. Ia tidak diberitahukan sebab
musababnya tetapi ia ketarik sama caranya
Pertempuran, mengadu minum arak memakai
jambangan perunggu. Kemudian lagi ia ketahui
tentang asal usul dirinya, maka tahulah ia, rumah makan itu ada hubungannya sama kehidupannya. Ketika orang
menunjuki dia bahwa rumah makan itu berada di tepi telaga Lam Ouw, segera ia pergi ke sana.
Setibanya, ia mengangkat kepala, mengawasi rumah makan itu. Ia mendapatkan c0cok apa yang
dijelaskan Han Siauw Eng. Setelah sepuluh tahun lebih mengingat-ingat rumah makan itu, baru sekarang ia melihatnya dengan matanya sendiri.
Memang rumah makan itu indah dengan
lauwtengnya yang berukiran, sedang di tengah-tengah ada berdiri sepotong bokpay, atau papan, yang bertuliskan empat huruf besar: "Tay Pek Ie Hong", artinya, peninggalan kebiasaan dari Lie Thay pek si sastrawan yang dijuluki Dewa Mabuk,
sedang nama "Cui Sian Lauw", yang memakai leter emas, ada tulisannya Souw Tong Po. Bersih dan berkilap tiga huruf emas itu.
Dengan hati berdebar, Kwee Ceng naik dengan
tindakan cepat ke atas lauwteng. Segera ia dipapaki seorang palayan, yang memberitahukan bahwa
hari itu sudah ada yang memborong rumah
makannya. Ia heran, hendak ia minta keterangan, atau segera ia mendengar panggilan: "Anak Cengl Kau sudah datang?" Ia lantas mengangkat kepalanya. Ia terkejut akan mengenali orang yang memanggilnya itu, sebab ialah Khu Cie Kie, yang lagi
duduk bersila- Ia lari rnenghampirkan, ia lantas berlutut dengan cuma dapat memanggil: "Khu Totiang a Sa S!"
Khu Cie Kie mengasih orang bangun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah keenam gurumu juga sudah sampai?" ia tanya. "Aku telah memesan barang santapan untuk kita a Sa S" ia menunjuk ke kanan, di mana Kwee Ceng melihat telah disiapkan sembilan buah meja yang diperlengkapi sama sumpit dan cangkirnya. Ia berkata pula. "Ketika delapanbelas tahun yang lalu untuk pertama kali aku bertemu di sini dengan ketujuh gurumu, mereka mengatur meja begini rupa. Ini satu meja kepunyaan Ciauw Bok
Taysu, maka sayang ia dan gurumu yang nomor
lima sudah tidak dapat berkumpul pula di sini a Sa S"
Kelihatannya imam itu sangat berduka.
Kwee Ceng berpaling ke lain arah, tidak berani ia mengawasi langsung imam itu.
Khu Cie Kie tidak melihat sikap orang, ia berkata lagi: "Jambangan perunggu yang dulu hari itu kita pakai untuk minum arak, hari ini aku telah
mengambilnya dari kuil, maka kalau sebentar
semua gurumu datang, kita boleh minum arak pula."
Kwee Ceng melihat jambangan itu di samping
sekosol. Karena usianya sudah tua, warnanya
jambangan itu sudah hijau gelap, pula jambangan itu sudah dimuati arak hingga dari sana tersiar baunya minuman itu. Ia terus mengawasi dengan mata
mendelong. Kemudian ia mengawasi delapan meja yang masih kosong itu. Ia pikir, kecuali guruuya yang nomor satu, tidak ada orang lainnya yang dapat duduk di situ untuk minum arak. Ia
menjadi ngelamun: "Asal aku bisa memandang satu kali saja tujuh guruku duduk pula di sini dan minum arak dengan gembira, mati pun aku puas a
Sa S" Kembali terdengar suara Khu Cie Kie; "Tadinya telah dijanjikan untuk tahun ini bulan tiga tanggai duapuluh empat kau berdua Yo Kang mengadu
kepandaian di sini. Aku mengagumi gurumu semua yang hatinya mulia itu, mengharap-harap kaulah yang nanti menang, supaya dengan begitu nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kanglam Cit Koay menjadi bertambah kesohor. Aku sendiri senantiasa merantau, tidak dapat aku
mencurahkan perhatianku sepenuhnya kepada Yo
Kang, tidak dapat aku mengajari ia ilmu silat dengan baik. Sudah begitu, aku juga tidak berhasil mendidik sifatnya agar dia menjadi seorang
gagah. Berhubung dengan ini aku menyesal
terhadap pamanmu, Yo Tiat Sim. Benar Yo Kang
membilang dia sudah menyesal akan tetapi untuknya sangat
sukar untuk merubah sipatnya itu a Sa S"
Sebenarnya Kwee Ceng hendak memberitahukan
halnya Yo Kang telah mati tetapi ia tidak tahu bagaimana harus mulai bicara, dari itu si imam kembali melanjutkan kata-katanya: "Dalam hidupnya manusia, kepandaian ilmu surat dan ilmu silat untuknya ialah soal terakhir yang paling utama ialah Tiong Gie - kesetiaan dan kejujuran. Boleh dianggap Yo Kang lebih kosen seratus kali daripada kau akan tetapi dalam perilaku, gurumuiah
yang menang. Kau tahu aku kalah dengan puas."
Habis berkata, saking puasnya itu, Khu Cie Kie tertawa lebar. Sebaliknya Kwee Ceng, anak muda ini lantas mengucurkan air mata deras. "Eh,
kenapa kau berduka?" tanya si imam heran.
Anak muda itu maju lebih dekat, lantas ia
menjatuhkan dirinya, untuk berlutut. Ia menangis*
"Kelima guruku sudah meninggal dunia a Sa S"
katanya sukar. Khu Cie Kie terkejut- "Apa?" dia tanya keras.
"Kecuali guruku yang nomor satu, yang lainnya yang lima lagi, semua sudah meninggal
dunia," kata pula Kwee Ceng.
Khu Cie Kie melengak, ia bagaikan disambar
guntur, inilah ia tidak sangka, sedang ia mengharap sangat pertemuan ini. Sebagai seorang jujur; ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat menghargai Kangiam Cit Koay, yang ia
anggap sebagai sahabat-sahabat sejati, ia telah tak melupai mereka itu selama deiapanbelas tahun, meskipun benar mereka sangat jarang bertemu.
Maka ia pergi ke loneng matanya mengawasi ke
telaga, kemudian ia dongak dan mengeluarkan napas panjang. Segera berbayang romannya Cit Koay.
Kemudian ia menoleh, ia Pergi mengangkat
jambangan perunggu untuk berkata; "Sahabat-sahabatku
telah menutup mata, kau ini untuk apa?" dengan mengerahkan tenaganya, ia melemparkannya.
Hebat ketika jambangan itu tercebur ke telaga, suaranya nyaring, airnya muncrat tinggi. Kemudian ia dekati K^ee Ceng, untuk mencekal keras
sekali tangan anak muda itu-
"Bagaimana meninggalnya mereka itu?" ia tanya.
"Lekas tuturkan!"
Kwee Ceng mau memberikan keterangan, hanya
belum lagi ia membuka mulutnya, mendadak ia melihat tubuh seorang berkelebat, di antara mereka
lantas tertampak seorang lain, yang bajunya hijau, yang sikapnya tenang. Ia menjadi kaget ketika ia telah mengenalinya, ia mengawasi, ia tidak
salah mata. Orang itu Oey Yok Su, tocu, atau
pemilik dari Tho Hoa To. Juga Oey Yok Su melengak melihat anak muda ini. Selagi ia berdiam
mengawasi, dengan mendadak datang serangan
untuknya. Sebab Kwee Ceng, dengan melompati meja menerjang
dengan jurusnya Hang liong yoe hui", itulah serangan sangat hebat. Tapi ia tabah dan awas, dengan sebat ia berkelit, tangan kirinya dipakai menolak-Hebat serangannya si anak muda, hebat
perlawanan majikan dari Tho Hoa To itu, hebat juga kesudahannya. Anak muda itu terjerunuk ke depan, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menerjang papan lauwteng yang menjadi ruang di situ, terus tubuhnya jatuh ke bawah lauwteng, sedang di bawah ia menimpa para_para cangkir,
maka dengan suara sangat berisik hancurlah
perabotan itu -cangkir, piring, mangkok dan lainnya.
Pemilik rumah makan lantas saja mengeluh.
Ingatlah ia akan kejadian delapanbelas tahun yang lampau. Tadi juga, melihat Khu Cie Kie mengambil jambangan, hatinya sudah berkhawatir, sekarang kekhawatirannya itu berbukti.
Kwee Ceng takut ia terlukakan pecahan cangkir itu, dengan lantas ia berlompat naik pula ke lauwteng. Di lain pihak, Oey Yok Su dan Khu Cie Kie
telah berbareng berlompat turun, hanya mereka itu mengambil jalan dari jendela- Dengan terpaksa anak muda ini lompat dari jendela, untuk
menyusul, hanya kali ini ia menyiapkan senjatanya, karena ia pikir; "Si tua itu lihay, tidak dapat aku melawan ia dengan tangan kosong." Maka
ia mengeluarkan tiga rupa senjata: Dengan
mulutnya ia menggigit pedang pendek dari Khu Cie Kie, tangan kanannya mencekal kim-too, golok emas, pemberian jenghiz Khan, dan tangan kirinya
memegang tombak pendek warisan ayahnya- Ia pikir juga; "Biar bagaimana, mesti aku dapat menikam dia dua lubang a sa s"
Ketika itu lagi banyak orang, maka kagetlah mereka itu menampak si anak muda lompat turun dari jendela dengan menghunus senjata, sedang
tadinya mereka berkumpul untuk menonton karena mendengar suara ribut disusul dengan lompat
turunnya dua orang. Kwee Ceng, setibanya ia di bauiah tidak melihat Oey Yok Su dan Khu Cie Kie. Ia melepaskan pedang pendek, ia menanya seorang tua di dekatnya ke mana perginya itu dua orang yang barusan turun dari laUuiteng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang tua itu kaget dan ketakutan. Ia salah
menduga. "Ampun, hoohan," katanya- "Aku tidak tahu urusan mereka itu a Sa S"
"Sebenarnya mereka Pergi ke mana?" Kwee Ceng tanya pula.
Orang tua itu makin ketakutan, ia minta-minta ampun, sudah lama si anak muda tinggal di gurun pasir, sekarang pun hatinya lagi tegang, maka itu suaranya menjadi keras luar biasa. Saking sebal, si anak muda menolak si empeh, ia pergi mencari, tapi tanpa hasilnya, maka ia naik pula
ke lauwteng rumah makan. Dari sini ia memandang ke telaga, maka terlihatlah olehnya sebuah perahu kecil, yang memuat Cie Kie dan Yok Su, yang
tengah menuju ke Yan Ie Lauw. Khu Cie Kie duduk di buntut perahu di mana dia mengayuh.
"Tentu mereka berdua pergi ke Yan Ie iauui untuk bertempur mati dan hidup," pikir Kwee
Ceng." Meskipun Khu Totiang lihay, mana dia sanggup melawan itu bangsat tua?" Maka ia lantas mengambil putusan, ia lari turun dari lauwteng, lari ke tepi telaga, untuk menyambar sebuah perahu kecil, yang ia terus kayuh ke arah Yan Ie Lauw juga, menyusul dua orang itu.
Adalah maksudnya si anak muda untuk dapat
menyandak, di luar tahunya lantaran ia menggunakan tenaga terlalu besar, pengayuhnya patah
sendirinya. Terpaksa ia memakai selembar papan sebagai pengganti Pengayuh itu, maka sekarang Perahunya laju ayal sekali. Dengan lantas ia
ketinggalan jauh, lalu ia kehilangan mereka. Ia mengayuh terus. Ketika ia akhirnya tiba di darat, ia menyesal. Di saat seperti itu, ia dapat
mengendalikan diri- "Aku mesti sabar," demikian pikirnya- Ia bertindak ke arah iauwteng- Ketika ia sudah datang dekat, ia mendengar di belakang situ suara senjata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beradu, suara sambar menyambarnya angin serta bentakan berulang-ulang. Kalau orang bertempur, itu mestinya
bukan cuma Khu Cie Kie dan Oey Yok Su.
Sesudah melihat ke sekitarnya, dengan berindap-indap si anak muda bertindak masuk ke lauwteng. Di bagian bawah ia tidak melihat seorang juga,
maka ia lantas naik di tangga-Segera ia melihat seorang lagi menyender di jendela, mulutnya
menggayam hingga terdengar suara menggayamnya itu.
Ia menjadi heran. "Suhu!" ia memanggil seraya menghampirkan.
Orang itu benar Ang Cit Kong. Dia mengasih lihat roman sungguh-sungguh, tangannya menunjuk ke
bawah jendela- Dengan lain tangannya ia
mengangkat sepaha kambing untuk digerogoti.
Kwee Ceng lari ke tepi jendela, untuk melongok. Ia lantas melihat satu permandangan yang
mengherankan ia. Oey Yok Su lagi bertempur, dia dikurung oleh enam anggota dari Coan Gin Pay. Menyaksikan pemilik Tho Hoa To itu dikepung, pemuda ini merasa
lega juga. Ia hanya kaget ketika ia melihat di situ pun ada gurunya yang nomor satu, guru itu lagi menyerang dengan tongkatnya, di belakangnya
ada In Cie Peng. Dia ini berdiri membelakangi, tangannya memegang pedang, dia tidak turut
berkelahi. "Heran, kenapa toasuhu ada di sini?"
Kwee Ceng tidak usah menanti lama, lantas ia
mengetahui Coan Cin Liok Cu lagi berkelahi dengan mengatur barisannya yang istimewa, ialah Thian K0ng Pak Tauw Tin- Hanya karena Tam Cie Toan
telah meninggal dunia, dia digantikan Kwa Tin Ok, yang mengambil kedudukan thain-soan- Sebab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketua Kanglam Cit Koay ini cacat matanya, ia
ditunjang oleh In Cie Peng supaya ia tidak usah mengkhawatirkan serangan dari belakang.
Demikian Oey Yok Su dikurung. Ketika pertempuran di Gu-kee-cun, cuma dua orang Goan Gin Pay yang menggunai pedang, yang lainnya bertangan
kosong, tetapi sekarang mereka, bertujuh sama Kwa Tin Ok atau berdelapan sama In Cie Peng,
semuanya bersenjatakan pedang. Yok Su tetap
bertangan kosong, hebat ia diserang hingga
nampaknya ia tidak bisa melakukan penyerangan membalas, bahkan membela diri pun kewalahan-Melihat
demikian, Kwee Ceng kata dalam hatinya; "Biar kau sangat lihay, hari ini kau tidak bakal dapat lolos lagi!"
Disaat ia terdesak itu, mendadak terlihat Oey Yok Su menekuk kaki kiri dan kaki kanan menyambar, menyapu kaki lawannya semua. Rengkasan itu
sangat berbahaya. Dengan serentak, delapan lawan itu berlompat mundur tiga tindak-
"Bagusi" Kwee Ceng berseru dengan Pujiannya-Rengkasan itu dilakukan sambil berputar, maka itu semua musuh mesti menyingkir dengan hampir
berbareng. Habis menyerang, Oey Yok Su mengangkat kepala sambil mengulapkan tangan ke atas lauwteng kepada Ang Cit Kong berdua Kwee Ceng, tandanya ia
senang dengan pujian si anak muda.
Menyaksikan sikap orang itu, Kwee Ceng kagum.
Walaupun terdesak, tocu dari Tho Hoa To itu tetap tenang dan napasnya juga tidak memburu. Ia pun heran. Dari heran, ia menjadi bercuriga. Bukankah Oey Yok Su tengah berakal muslihat"
Selang sekian lama, datanglah ketika yang
mendebarkan hati- Mendadak tangannya ketua Tho Hoa To itu menyambar ke embun-embunannya Tiang Seng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cu Lauw Cie Hian. Kalau serangan itu mengenai sasarannya, pecahlah batok kepalanya si imam yang nomor tiga itu. Dengan itu pun teranglah Oey
Yok Su sudah memulai dengan serangan
membalasnya. Oey Yok su menyerang dengan dua tangannya
berbareng- Seharusnya LaUui Cie Hian tidak boleh menangkis, ia mestinya ditolongi oleh Khu Cie Kie di kedudukan Thian-koan dan Kuia Tin ok di
kedudukan thian-soan di pinggir. Apa mau, Hui Thian Pian-hok tidak dapat melihat, dia cuma
mengandali kupingnya, maka ketika ia menyerang dari kiri ia terlambat, ia kena didului Khu Cie Kie.
Dengan begitu, Oey Yok Su jadi tidak
terancam bahaya. Cie Hian melihat ancaman
datang, terpaksa ia menjatuhkan diri dengan
bergulingan. Ma Giok dan Ong Cie It melihat saudaranya itu terancam, mereka maju bersama, menyerang
lawannya itu.

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua gerakan berlaku sangat cepat- Lauw Cie
Hian lolos dari bahaya, tetapi dengan begitu, Pak Tauw menjadi kacau. Oey Yok su tertawa
terbahak, lantas ia menyerang kepada Ceng Ceng Sanjin Sun Put Jie, imam yang termuda, hanya begitu ia maju begitu lekas juga ia berlompat
mundur, guna berbalik menyerang Kong Leng Cu
Cek Tay Thong. Serangan itu luar biasa, Sun Put Jie heran, Cek Tay Thong melengak. Ketika Ceng Ceng
Sanjin menangkis, untuk terus menyerang, Oey Yok Su sudah keluar dari kepungan dan berdiri diam di tempat dua tombak jaraknya-
"Hebat Oey Yok Su!" Ang Cit Kong memuji-
"Biar aku Pergi!" berkata Kwee Ceng, yang terus memutar tubuh, untuk lari turun di tangga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sabar, sabar!" mencegah Cit Kong. "Semenjak tadi mertuamu itu tidak melakukan Perlawanan, aku
sebenarnya berkhaWatir untuk gurumu yang nomor satu, tetapi sekarang aku melihat dia tidak ada niatnya mencelakai orang."
Kwee Ceng kembali ke jendela-
"Kenapa begitu, suhu?" ia tanya.
"Kalau dia hendak mencelakai orang, barusan itu si imam kurus seperti kera tidak bakal ketolongan jiwanya, menyahut sang guru. "Semua imam itu bukannya tandingan dari Oey Lao Shia, bukan
tandingannya!" Ia menggigit daging kambingnya dan mengganyam, lalu menambahkan. "Ketika mertuamu dan Kim Coa Long-kun belum datang, aku melihat beberapa imam itu serta gurumu mengatur barisan, agaknya mereka masih menantikan satu orang
guna membantui gurumu itu, agar tiga orang
bersama menjaga garis thian-soan. Entah kenapa, sampai sekarang orang itu tetap tidak muncul-Sekarang garis tnian-soan dijaga hanya
dua orang, tak cukup itu guna bertahan dari
mertuamu itu a Sa S" Dia bukannya mertuaku I" kata Kwee Ceng sengit. Eh!" Cit Kong heran- "Kenapa bukan mertuamu"!" Dia! Dia! Hm!"
Bagaimana dengan Yong-jie" Apakah kamu berdua bercedera?"
inilah tidak ada hubungannya dia, dia telah
membikin mati kelima guruku! Aku bermusuh
dengannya, dalamnya bagaikan lautan!"
Cit Kong heran hingga ia berjingrak. "Benarkah?"
dia menegasi. Kwee Ceng tidak mendengar pertanyaan itu, ia lagi menumpieki perhatiannya kepada pertempuran di bauiah.
Oey Yok Su menggunai Pek Khong Ciang, ilmu silat Menyerang Udara Kosong, anginnya itu seperti
menderu-deru, ia membuatnya semua musuhnya tidak bisa dating dekat. Tapi Pak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tauui Tin telah diatur rapi pula. ia tidak bisa lantas membebaskan diri seanteronya. Hanya terpisahnya mereka sedikit jauh. Dengan begitu,
selagi pedang C0an Cin Cit Cu tidak sampai kepada lawan, sebaliknya pihak lawan, kalau dia
menghendakinya, dia dapat berlompat mendekati.
"Ah, kiranya begitu?" kata Cit Kong tiba-tiba-"Apa suhu?"
'oey Yok Su sengaja memancing Cit Cu menggunai barisannya itu, untuk ia memahami sifatnya,"
menyahut sang guru. "Itulah sebabnya kenapa ia berayal menurunkan tangan. Ia hendak
memperkecil garis." Cit Kong telah kehilangan ilmu silatnya tetapi tidak pikiran atau Pandangannya yang tajam. Benarlah, makin lama kalangannya Coan Cin Cit Cu
makin rapat, makin rapat, hingga ada
membahayakan mereka sendiri kalau mereka
menggeraki pedangnya masing-masing. Pernah Lauw Cie Hian, Khu
Cie Kie, Ong Cie It dan Cek Tay Th0ng menyerang berbareng, tempo Oey Yok Su berkelit, hampir mereka saling menikam sendiri.
Hatinya Kwee Ceng menjadi tegang pula, ia cemas.
Ia mengerti, begitu lekas Oey Yok Su turun tangan, gurunya yang nomor satu itu bisa menjadi
korban yang pertama. Ia berada jauh, mana bisa ia menolong"
"Biarlah teecu turun!" katanya seraya terus ia lari turun Pula- Hanya ketika ia mulai mendekati kalangan pertempuran itu, di antara mereka itu
terlihat pula perubahan. Oey Yok Su maju dengan tetap ke arah kiri dari Ma Giok, ia seperti memisahkan diri nampaknya hendak ia mengangkat kaki.
Menampak demikian, Kwee Ceng lantas bersiap
sedia, asal tocu dari Tho Hoa To itu berlompat menyingkir, hendak ia menyerang dengan Pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pendeknya- Tiba-tiba terdengar suitannya Ong Cie It, lalu bersama Cek Tay Thong dan SUn Put Jie, dia
bergerak dari kiri dengan begitu, mereka tetap mengurung lawannya yang tangguh dan lihay itu.
Oey Yok Su mencoba hingga tiga kali, tidak bisa dia mendekati Ma Giok- Ada saja, Khu Cie Kie atau Ong Cie It atau Cek Tay Thong berempat, yang
mengganggu padanya, yang melindungi Ma Giok?
ketua dari Coan Cin Pay itu-
Setelah percobaan Oey Yok Su yang keempat kali, Kwee Ceng pun sadar, hingga ia berseru di dalam hatinya: "Ah, benar! Dia hendak merampas kedudukan bintang utara Pak-kek-chee!"
Bintang Pak-kek-chee berada di utara di tengah sekali, sedang barisan Pak Tauw Tin itu
berpokok pada bintang utara itu (Pak Tayui).
Setelah Oey Yok Su menginsyafi sifatnya tin atau barisan lawan itu, ia memusatkan perhatiannya kepada garis tengah itu. Ia mengerti, asal ia bisa merangsak tengah, tin akan pecah, atau kalau tidak, ia akan bertahan di situ, hingga ia
tidak dapat dikalahkan. Juga Ma Giok semua dapat menerka maksud
lawan, mereka menjadi cemas hati. Coba Tam Cie Toan masih hidup, mereka tidak usah terlalu
berkhawatir, mereka tidak nanti membiarkan lawan merangsak ke utara itu, sekarang tidaklah demikian, di sebabkan lemahnya Kwa Tin Ok meskipun
Tin Ok dibantu in Cie Peng. Tin Ok bercacad dan Cie Peng lemah, sudah begitu, keduanya masih asing dengan tin itu.
juga kawanan Coan Cin Pay ini telah melihat Kwee Ceng. Mereka menduga setiap waktu Kwee Ceng
bakal membantui mertuanya itu. Maka itu, mereka bingung. Mereka menantikan saat orang, guna
mengambil tempatnya Tin Ok di garis thian-soan itu akan tetapi orang yang dinanti-nanti belum juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kunjung tiba. Mereka percaya, asal orang itu
datang, garis thian-soan bakal jadi kuat sekali-Sembari berkelahi oey Yok Su kata sambil tertawa:
"Sungguh aku tidak menyangka, murid-muridnya Ong Tiong Yang ada begini tidak tahu selatan!"
Kata-kata ini dibarengi rangsakan kepada Sun put Jie, yang diserang saling susul hingga tiga kali, hingga imam itu repot. Ma Giok bersama Cek
Tay Thong segera maju membantui, guna
menolongi. Oey Yok Su berkelit, setelah pedang kedua orang itu lolos, ia maju pula. Lagi tiga kali beruntun ia menyerang Sun put Jie. Hebat serangannya itu, sekalipun Ong Ti0ng Yang atau Cit Kong sembuh, sulit untuk melayani itu- Karena itu, Sun Put Jie terpaksa hanya membela diri. Atas itu, Oey Yok Su mengubah siasatnya, ialah lantas ia menyerang di bawah, kedua kakinva bekerja bergantian enam kali menyapu kaki lawannya itu. Jadi beruntun tocu Tho Hoa To itu sudah menggunai ilmu silatnya tangan kosong "Lok Eng Ciang" dan tendangan "Sauw Yap Twie".
Ma Giok beramai menjadi bingung. Serangan-
serangan itu membahayakan Sun Put Jie- Pula,
dengan Kwa Tin Ok tidak dapat melihat, mereka jadi bergerak lambat. Hebat akibatnya kalau Pak Tauw Tin kacau. Sebaliknya Oey Yok Su ia tidak mengambil mumat apa yang dipikir lawan, ia merangsak
www.kangzusi.com terus. Mendadak ia tertawa
panjang dan tubuhnya melesat, terus terdengar jeritan yang keras dari satu orang yang tubuhnya terlempar ke ujung Yan Ie Lauw.
Itulah in Cie Peng, yang punggungnya kena
disambar, hingga tanpa berdaya, tubuhnya kena dilemparkan Oey Yok Su. Setelah itu, tanpa menanti ketika, jago Tho Hoa To ini maju ke arah Ma Giok.
Ia Percaya ia bakal berhasil. Tidak tahunya, imam itu tidak berkisar dari kedudukannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
malah dengan pedangnya dia membalas menikam
ke alis. "Bagus!" berseru Yok Su dengan pujiannya sambil ia berkelit. "Tidak kecewa kau menjadi murid kepala dari coan Cin Pay!"
Meski juga ia memuji, Oey Yok Su tidak
menghentikan gerakannya. Mendadak ia menendang Cek Tay Thong hingga imam itu terguling, pedangnya terlepas, maka ia menubruk pedang itu, untuk
dipakai menikam lawannya yang roboh itu.
Layui Cie Hian kaget, ia lantas menangkis guna menolongi saudaranya itu.
Oey Yok Su melihat datangnya bantuan untuk Tay Thong, ia tertawa, sembari tertawa, pedangnya dipakai menangkis Cie Hian- Dengan begitu
bentroklah kedua senjata itu- Yang hebat ialah kedua-duanya pedang patah sambil mengasih dengan suara keras.
Bagaikan bayangan berkelebat gesit sekali tocu dari Tho Hoa To merangsak ke arah Pak-kek-chee.
Sejenak itu, kacaulah pak Tauw Tin. Coan Cin Cit Cu mengeluh saking berdukanya. Ma Giok menghela napas panjang, hendak ia melemparkan
pedangnya, guna menyerah kalah. justru itu satu bayangan berkelebat di antara mereka, lantas digaris utara itu tambah satu orang - itulah Kwee
Ceng! Khu Cie Kie menjadi girang sekali. Ia telah
menyaksikannya di Cui Sian Lauw di mana mertua dan menantunya itu bertempur mati-matian.
Ma Giok dan Ong Cie It juga lantas mengenali si anak muda, yang mereka tahu adalah seorang jujur, maka mereka percaya, anak muda itu tentunya
bakal membantui mertuanya itu- Habislah Cian Cin Cit Cu - atau Coan Cit Liok Cu - kalau mertua dan mantu bekerja sama. Tentang Kuia Tin Ok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak dikhawatirkan, sebab tidak nanti Kwee Ceng mencelakai gurunya itu. Tapi selagi mereka itu berkhawatir dan berputus asa, lantas mereka
menampak kenyataan yang luar biasa. Kwee Ceng bukannya membantui mertuanya, ia justru menempur mertuanya itu!
Oey Yok Su percaya ia bakal dapat mengacau Pak Tauw Tin dan memecahnya, supaya dengan begitu Coan Cin Pay menyerah dan minta-minta ampun,
maka heran ia atas datangnya bala bantuan kepada
musuhnya itu, tidak menanti sampai ia memutar tubuh, ia segera menyerang ke belakang, ke arah
dada, dengan pukulan Pek Khong Ciang. Serangan ini dihalau orang tanpa orang itu berkelit, cuma tangan kirinya dipakai menangkis. Ia terkejut-
"Cuma beberapa orang saja yang dapat menangkis seranganku semacam ini," pikirnya. "Siapakah dia?"
Maka ia segera menoleh, akan mengenali Kwee
Ceng, hingga ia menjadi mendongkol berbareng
menyesal. Dengan penasaran, ia menyerang pula, beruntun tiga kali. Ia tahu tanpa dapat
mengundurkan si anak muda, ia terancam bahaya terkepung, ia menyerang dengan tiap pukulannya bertambah hebat, tetapi tiga"tiga kalinya, serangannya itu dapat dihindarkan. Untuk keempat kalinya, ia menyerang pula, dengan siasat berPura-pura dan benar-benar. Siasat ini dapat
membingungkan lawan. Kwee Ceng tidak kena diakali, ia menjaga diri, ia tidak menyerang - Pedangnya menjaga dada, tangan kirinya melindungi perut.
Oey Yok Su menjadi heran.
"Terang bocah ini mengenal baik sifat Pak Tamu Tin," pikirnya. "Dia tahu bagaimana harus membelai atau memukul pecah a Sa S Lihatlah, dan
tidak berkisar dari Pak-kek-chee! Rupanya dia telah diminta bantuannya untuk menentang aku a Sa s"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dugaan pemilik Tho Hoa To ini benar separuh,
salah separuh. Benar ialah karena Kwee Ceng
memang mengerti baik barisan pak Tauui Tin itu, hanya
itu didapat bukan dari pengajarannya Coan Cin Cit Cu tetapi dari kitab Kiu Im Cin-keng. Dia salah menduga, sebab Kwee Ceng bukan diminta
bantuannya oleh Coan Cin Pay hanya dia bertindak atas kehendak sendiri. Tidak saja di situ ada Tin Ok, dia pun telah dianggap si anak muda
sebagai musunnya, karena dipercaya dialah yang membinasakan Cu Cong berlima. Hanya karena
mengetahui lawannya lihay, Kwee Ceng mengambil sikap
membela diri, sama sekali anak muda ini tidak mengambil mumat orang menyerang benar-benar atau menggertak saja.
Akhirnya Oey Yok Su mengeluh sendirinya:
"Anak ini tidak tahu maju atau mundur," pikirnya.
"Hm! Biarlah, biar aku disesalkan Yong-jie, mesti aku hajar dia, sebab kalau tidak, tidak
nanti aku daPat lolos dari tin
ini!" Ia pun lantas bergerak, tenaganya dikerahkan di kedua tangannya. Tepat di saat ia hendak
menyerang, ia berpikir; "Kalau dia tetap berdiri diam dan tidak menyingkir, dia bakal terluka parah, kalau dia sampai kenapa~napa, mana Yong-jie mau mengerti?"
Kwee Ceng telah melihat gerakan lawannya yang tangguh itu, akan tetapi ia tidak mau berkisar dari tempat jagaannya itu- Ia menggertak gigi. ia
menangkis dengan jurusan "Kian Liong Cay Thian", atau "Melihat naga di sawah". Dengan Hang Liong Sip-pat Ciang hendak ia bertahan, agar Pak
Tauw Tin dapat dilindungi.
Dengan mendadak, Oey Yok Su menunda
serangannya itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bocah tolol, lekas menyingkir?" ia membentak.
"Mengapa kau menentang aku?"
Kwee Ceng bersiap dengan pedangnya, ia
mengawasi dengan tajam. Ia takut jago itu menggunai akal. Ia tidak menyahuti.
Pihak Khu Cie Kie sudah lantas memperkokoh lagi barisannya. "Di mana Yong-jie?" 0ey Yok Su tanya.
Kwee Ceng berdiam, matanya merah bagaikan api, romannya bengis.
Yok Su he^an. Ia lantas mau menduga telah terjadi sesuatu kepada putrinya-
"Kau perbuat apa atas Yong-jie?" ia membentak, ia mulai berkhawatir. "Lekas bilang!" Masih si anak muda berdiam, hanya tangannya yang mencekal
pedang bergemetar. Oey Yok Su terus mengawasi dengan tajam, maka heranlah ia. Ia menjadi curiga.
"Kenapa tanganmu bergemetar?" ia tanya.
"Kenapa kau tidak mau bicara?"
Kwee Ceng tengah mengingat kebinasaan hebat
dari kelima gurunya di pulau Tho Hoa To, ia lagi menahan hawa amarahnya, getaran hatinya, maka ia bergemetar.
Oey Yok Su bercuriga berbareng berkhawatir sekali.
Hanya ia berkhawatir, mungkin sebab perebutan di antara putrinya itu dan putri Mongolia, si
anak muda telah membunuh Yong-jie, anaknya.
Dengan menjejak kedua kaki, ia lompat maju.
Khu Cie Kie melihat gerakan pemilik Tho Hoa To itu, ia segera menggeraki barisannya. Ong Cie It bersama Cek Tay Thong menyerang dari kiri dan kanan.
Kwee Ceng tidak menyingkir, ia cuma berkelit, pedangnya terus ditikamkan. Oey Yok Su pun tidak menyingkir, bahkan dengan satu tekukan tangan, ia menangkap tangan si anak muda,
guna merampas pedangnya. Tapi ia gagal- Kecuali pedangnya Ong Cie It mengancam punggungnya,
pedang Kwee Ceng pun bisa diegos, dipakai menikam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pula. Setelah segebrak itu, pertempuran terulang pula, jauh terlebih hebat daripada yang semula. Selagi Kwee Ceng panas hatinya, Khu Cie Kie semua
tidak kurang gusarnya. Mereka ini hendak menuntut balas untuk Ciu Pek Thong dan Tam Cie Toan.
Oey Yok Su merasa bahuia di sini telah terbit salah mengerti tetapi ia beradat keras dan jumawa, ia tidak suka mengalah, sedang juga, ia
berderajat lebih tua, lebih tinggi. Ia ingin menghajar mereka itu, supaya mereka menyerah kalah, sampai itu waktu babulah ia mau memberi
keterangan, untuk sekalian memberikan
tegurannya. Begitulah, dua-dua pihak sama kerasnya.
Oey Yok Su ingin mendesak Kwee Ceng, yang ia
berniat membekuknya, guna didengar keterangannya.
Kalau benar dugaannya, Oey Yong terbinasa di
tangan pemuda ini, hendak ia menghukum picis.
Tapi Kwee Ceng berjaga diri di garis utara, teguh kedudukannya.
Ketika itu In Cie Peng, yang dilemparkan ke atas lauwteng Yan Ie Lauw, masih belum dapat merayap bangun, tetapi tanpa dia, Kwee Ceng tidak
menjadi lemah. Oey Yok Su menghadapi kesulitan. Kalau ia
mendesak Kwee Ceng, Khu Cie Kie beramai
mendesak padanya- Ingin ia menggempur Khu Cie Kie semua,
tetapi malang dengan si anak
muda. Kapan pertempuran telah berlangsung lima puluh jurus, maka terlihatlah Oey Yok su kena terdesak-Kepungan nampak menjadi ciut-
"Tahan!" berseru Ma Giok disaat sangat tegang itu-Seruan itu ditaati, lima saudaranya lantas berhenti menyerang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oey Tocu!" berkata tertua dari Coan Cit Liok Cu.
"Kaulah seorang kenamaan dan juga dari golongan tua, maka itu kami orang-orang dari golongan
lebih muda tidak berani berlaku kurang ajar
terhadapmu, kalau toh sekarang kami mengurung padamu, itulah saking terpaksa. Sekarang aku hendak menanya kau, apa katamu berhubung dengan
hutang darah dari paman kami Ciu Pek Thong dan sutee kami Tam Cie Than?"
Orang yang ditanya tertawa dingin.
"Apa lagi yang hendak diperkatakan?" katanya.
"Lekas kau bunuh Oey Yok Su, untuk melindungi namanya Coan Cin Pay! Tidakkah itu bagus"
Lihatlah!" Tahu-tahu tangan kanannya majikan dari Tho Hoa To ini melayang ke muka Ma Giok!
inilah satu jursu dari Lok Eng Ciang, yang Oey Yok Su sudah melatihnya belasan tahun, gerak-geriknya sangat gesit, seperti juga tidak dapat
terlihat. Dalam kagetnya, Ma Giok berkelit ke kanan. Justru ia berkelit, justru itulah kehendaknya Oey Yok Su, yang serangannya mempunyai dua maksud
berbareng benar- benar dan berpura-pura. Maka itu ia bukannya kena ditinju hanya terjambak dadanya.
Asal Oey Yok Su mengerahkan tenaganya
gempurlah dadanya itu. Semua orang terkejut, semua maju untuk
menolongi, tetapi mereka terlambat.
Hanya disaat Ma Giok itu bakal menerima nasibnya, Oey Yok Su tertawa dan jambakannya dilepaskan. Ia pun berkata: "Jikalau dengan caraku ini
aku memukul pecah barisan kamu, tentulah kamu tidak puas! Oey Lao Shia boleh mati tetapi tidak nanti dia mau menyebabkan tertawanya semua
orang gagah di kolong langit ini! Kawanan imam yang baik, kamu majulah semua!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lauw Cie Hian mendongkol, tinjunya melayang,
disusul sama pedangnya Ong Cie It. Maka itu,
bergerak pula Thian Kong Pak Tauw Tin. Kali ini yang digeraki ialah rintasan yang ketujuhbelas. Setelah Ong Cie It, serangan mesti disusul Ma Giok. Hanya setelah Ong Cie It menikam dia lompat
mundur, Ma Giok bukannya menggantikan
menyerang, dia malah lompat mundur juga.
"Tahan! ' serunya. Lagi sekali semUa orang berhenti bergerak.
"Oey Tocu, aku menghaturkan terima kasih untuk kebaikanmu," berkata Ma Giok. "itulah kata-kata bagus dari kau," jawab yok su.
"Sebenarnya disaat ini jiwa aku yang rendah sudah tidak ada," kata Ma Giok, "Sedang barisan warisan guru kami ini telah terpecahkan olehmu,
dengan begitu sudah seharusnya saja kami
menyerah kalah, kami mesti menyerah terhadap
keputusan tocu. Tapi, sakit hati kami tidak dapat tidak dibalaskan! Oey Tocu, aku yang rendah, aku
bersedia akan menggorok leherku sendiri untuk menghaturkan terima kasih padamu a Sa S"
"Sudahlah!" berseru Oey Yok Su, wajahnya guram-
"Tidak usah kita banyak 0mong lagi! Kamu boleh turun tangan! Memang juga, perkara sakit hati
sukar sekali dijelaskannya a Sa S"
Kwee Ceng telah mendengar semua itu, ia menjadi berpikir; Ma Totiang membilang dia bertempur guna membalas sakit hati paman guru dan saudara
seperguruannya. Apakah artinya itu" Bukankah
Toako Ci Pek Thong masih hidup" Pula kematiannya Tam Cie Toan, bukankah itu tidak ada hubungannya Oey Tocu" Hanya kalau aku menjelaskan semua
ini, apabila Coan Cin Liok Cu mengundurkan diri, hingga tinggal aku berdua guruku, mana
sanggup aku melawan dia" Jangan kata soal sakit hati, buat melindungi jiwa sendiri pun sukar a sa s"
Baru ia berpikir demikian atau segera ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpikir lain: "jikalau aku menutup mulut, apakah aku bukannya menjadi si hina dina" Bukankah semua guruku sering mengajari, kepala boleh
kutung tetapi kejujuran tidak?" Karena ini segera ia mengasih dengar suaranya yang nyaring; "Ma totiang, paman guru kamu tidak mati! Tam
Totiang pun dibinasakan oleh AuWyang Hong!"
Belum lagi Oey Yok Su membilang apa-apa, Khu
Cie Kee telah mendahuluinya. "Apakah kau bilang?"
imam itu tanya. "Toako Ciu Pek Thong tidak mati dan Tam Totiang dibinasakan Auwyang Hong," Kwee Ceng menjawab seraya terus ia menjelaskan apa yang ia dengar selama ia sembunyi sembari merawat diri di kamar rahasia, bagaimana Khiu Cian Jin melepas cerita burung dan fitnahnya Auwyang Hong.
Cerita itu luar biasa. "Apakah kau omong sebenar-benarnya?" Khu Cie Kee menegaskan.
'Teecu sangat membenci dia, ingin teecu
menelannya, maka itu apa perlunya teecu membantui dia?" kata Kwee Ceng dengan sengit sambil ia menuding Oey Yok Su. "Kenyataan
ada demikian rupa maka itu teecu tidak dapat tidak bicara dari hal yang benar." Oey Yok Su menjadi heran- Sungguh ia tidak menyangka Kwee Ceng
mau membelai dia-"Kenapa kau membenci aku sampai begini?" ia tanya pemuda itu. "Mana Yong-jie?"
Tapi Kuia Tin Ok panas hatinya.
"Apakah kau tidak tahu perbuatanmu sendiri?" dia membentak. "Anak Ceng, biarnya kita kalah mari kita mengadu jiwa kita!" Ia terus menyerang.
Kwee Ceng lantas mengucurkan air mata. ia
mengerti, dengan Perkataannya itu, sikapnya Oey Yok Su sudah berubah sedikit. Tapi di situ ada
gurunya, yang bergusar tak kepalang itu-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Toasuhu, jiesuhu semua mati secara sangat menyedihkan a Sa s" katanya-Oey Yok Su menyambar tongkatnya Kwa Tin Ok yang dihajarkan kepadanya.
"Apa kau bilang?" ia tanya Kwee Ceng, suaranya keras. "Cu Cong berlima baik-baik berada di Pulauku menjadi tetamu, kenapa mereka pada mati?"
Kuia Tin Ok tidak menanti jawaban muridnya, ia membetot tongkatnya. Tetapi tongkat itu tidak bergeming.
"Kau kurang ajar sekali, di depanmu seperti tidak ada orang yang terlebih tua, kau juga ngoceh tidak karuan, bahkan kau menggepaki tangan dan
kakimu, adakah itu untuk Cu Cong semua?" Oey Yok Su tanya pula Kwee Ceng.
Matanya si anak muda seperti mau mencelos, mata itu merah.
"Dengan tanganmu sendiri kau membinasakan kelima guruku, kau masih hendak berpura-pura tidak tahu?" membentak dia. Dia mengangkat pedang pendeknya dan menikam-Oey Yok Su menangkis dengan tongkatnya Kwa Tin Ok, maka Pedang dan tongkat beradu nyaring, ujung tongkat somplak.
"Siapakah yang menyaksikan itu?" ia tanya.
"Kelima guruku itu aku yang menguburnya dengan tanganku sendiri, apakah dengan begini aku masih memfitnah padamu?" Kwee Ceng balik menanya.
Yok Su tertawa dingin. Kelakuan anak muda itu membangkitkan hawa amarahnya. Ia memang besar kepala, tidak Pernah ia suka mengalah.
"Fitnah atau bukan, masa bodoh!" kata pemilik Tho Hoa To. "Semur hidup Oey Lao Shia suka orang pandang keliru maka itu dengan hanya membunuh beberapa jiwa, mungkinkah aku menyangkal" Tidak salah, semua gurumu akulah yang membunuhnya!"
Tepat disaat habisnya ucapan Tong Shia, di situ terdengar suaranya seorang perempuan: "Bukan, ayah, bukannya kau yang membunuh mereka! Jangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kau sembarang bertanggung jawab!"
Semua orang terkejut, semua lantas berpaling.
Di sana muncul Oey Yong, yang orang tak ketahui datangnya sebab mereka terlalu repot bertarung dan mengadu mulut-Kwee Ceng melongo. Ia tidak tahu mesti bergirang atau berduka-Oey Yok Su kaget sebentaran, lantas dia sadarBukan main girangnya ia menyaksikan putri
tunggalnya tidak kurang suatu apa. Dengan begitu juga
lenyap semua kemendongkolannya kepada Kwee
Ceng. Ia tertawa berkakakkan.
"Anak yang baik, ke mari!" ia kata. "Ayah sangat menyayangi kau!"
Sudah banyak hari Oey Yong berduka, sekarang ia mendengar suara demikian manis, lantas
ia lari kepada ayahnya itu, untuk menubruk,
melepaskan diri dalam rangkulan orang tua itu. Ia menangis-
"Ayah a Sa S" katanya, "Anak tolol itu membikin kau penasaran, dia pun menghina aku a sa S"
Oey Yok Su merangkul putrinya itu, ia tidak gusar, malah ia tertawa-
"Oey Lao Shia pergi, dia Pergi ke mana dia suka, dia bikin apa dia mau!" katanya. "Untukku, selama beberapa puluh tahun, pengalamanku luar
biasa! Mereka yang tidak ketahui apa-apa, semua menimpahkan kesalahan di atas kepala ayahmu, maka kalau itu ditambah lagi sama beberapa
fitnah, apakah artinya itu" Lima anggota dari Kanglam Cit Koay itu musuh besar dari kakakmu seperguruan, memang aku yang telah membinasakan mereka!"
"Bukan, bukan!" berteriak Oey Yong cepat. "Aku tahu betul, bukannya ayah yang membunuh mereka itu!"
Oey Yok Su bersenyum. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Si tolol itu sangat besar nyalinya, dia berani menghina anakku yang baik!" ia berkata. "Kau lihat ayahmu membereskan dia!"
Benar seperti perkataannya, pemilik jho Hoa jo itu lantas bekerja, sebat seperti tadi ia mencekuk Ma Giok.
Kwee Ceng tengah memikirkan pembicaraannya
ayah dan anak itu tahu~tahu pipinya yang kiri kena ditampar, nyaring hingga ia merasakan pipinya itu panas. Ia mau mengangkat tangannya, guna
menangkis, atau orang telah menarik pulang
tangannya itu, untuk dipakai mengusap-usap rambut indah dari putrinya. Ia menjadi bingung, tidak tahu ia mesti menyerang terus atau bagaimana. Tamparan itu keras suaranya tetapi tidak terlalu
sakit. Kuia Tin Ok kaget- Ia tahu muridnya dihajar tetapi ia tidak melihat itu.
"Anak Ceng bagaimana?" ia lantas menanya-
"Tidak apa-apa," menyahut sang murid-
"Kau jangan dengari ocehannya siluman serta anak silumannya!" kata pula Tin Ok. "Aku telah mendengarnya sendiri keterangan soe-suhu kau
bahwa dia melihatnya sendiri bangsat tua itu membunuh jiesuhumu dan memaksakan kematiannya Cit a sa s"
Kwee Ceng tidak menanti habisnya perkataan
gurunya itu, ia menerjang kepada Oey Y0k su, sedang Tin Ok turut menyerang dengan tongkatnya.
Oey Yok Su melihat datangnya serangan, ia
melepaskan anaknya, sambil berkelit dari sepangan Kwee Ceng, ia maju untuk menanggapi tongkat si jago yang buta.
Kali ini Kuia Tin Ok sudah bersedia, tongkatnya itu tidak kena dirampas, maka itu berdua muridnya itu, ia menyerang terus, hingga mereka jadi
berkelahi bertiga. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng telah menemui banyak orang lihay,
yang memberikan ia pelajaran, akan tetapi untuk melayani Oey Yok Su, ia masih kalah jauh, meski ia dibantu Kuia Tin Ok, ia masih tidak bisa berbuat banyak. Baru tigapuluh jurus ia dan gurunya itu sudah terdesak. Khu Cie Kie semua berdiam
sejak tadi. Mereka dibikin bingung dengan
keterangannya Kwee Ceng itu- Belum mereka bisa berpikir, mereka melihat orang bertempur, maka yang pertama dipikir mereka ialah; "Tadi Coan Cin pay terancam bahaya, mereka guru dan murid membantui, maka sekarang sekali mereka terdesak apa
kami mesti berdiam saja" Biarlah urusan Ciu
Susiok, dia benar masih hidup atau sudah mati, baiklah Oey Yok Su ini dibikin tunduk dulu!" Maka ia mengangkat pedangnya dan berseru: "Kwa Tayhiap, kembalilah ke kedudukanmu!"
Baru itu waktu, In Cie peng merayap bangun untuk turun dapi lauwteng. ia kaget dan terbanting keras tetapi tidak teriuka Parah, cuma mukanya
bengap dan matang biru- Ia lantas kembali ke
belakang Tin Ok dengan pedang terhunus.
Lagi sekali Oey Yok Su terkurung, hingga ia
menjadi sangat gusar. "Tadinya cuma salah mengerti, masih ada alasan kenapa orang menyerang aku," pikirnya, "Sekarang setelah si bocah bicara, kawanan bulu campur
aduk ini masih mengepung aku! Apakah mereka
kira Oey Lao Shia takut membunuh orang?"
Maka ia lantas merangsak ke arah Kwa Tin Ok-
Oey Yong berkhawatir melihat air muka ayahnya. Ia tahu kalau ayah itu sudah gusar, dia benar-benar tidak mengenal kasihan-Ong Cie It bersama Ma Giok lantas menghadang di depan tertua Cit Koay itu.
Kwa Tin Ok mendongkol sekali, ia menyerang si nona sambil mendamprat: "Manusia hina jahat yang tidak berampun, siluman perempuan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menjadi sangat gusar-
"He, tua bangka, beranikah kau mencaci pula padaku?" ia berseru.
Untuk Kangiam Cit Koay, memaki bukan pekerjaan sukar, maka itu Tin Ok mengulangi dampratannya-Untuk Oey Yong, itulah hal langka- Ia tidak
bisa mencaci orang, maka sambil berludah, ia kata; "Cis! Tak malukah kau menjadi guru orang sedang mulutmu begini kotor?"
Tapi Kuia Tin Ok kata; "Aku bicara baik-baik sama orang baik, aku bicara kotor sama manusia hina dinai"
Oey Yong habis sabar, ia segera menyerang.
Tin Ok mengetahui datangnya serangan, ia
menangkis, tetapi ia belum kenal l_ek-tiok-thung yang luar biasa itu, begitu kedua tongkat beradu,
tongkatnya lantas seperti ditempel, tongkat itu kena diputar sekehendak n0na, ia seperti kehilangan kendali- Ia berdiam di garis thian-soan,
dengan ia kena dipengaruhi si nona, Pak Tauui Tin menjadi macet.
Khu Cie Kie lantas menyerang si nona, punggung siapa ia arah, dengan begitu ia hendak membebaskan Tin Ok. Si nona tidak menghiraukan serangan
itu. Ia mengandal pada baju lapisnya.
Ketika ujung Pedangnya hampir mengenai
sasarannya, imam dari Coan Cin Pay itu berpikir. Ia ingat kepada derajatnya yang tinggi, maka mana dapat ia melayani seorang bocah. Karena ini,
Pedangnya tidak diteruskan menikam. Justru ketika yang baik itu digunai Oey Yong, maka dengan
satu sontekan, ia membuatnya tongkat Tin Ok
terlepas dari cekalan, mental tinggi, nyemplung ke Lam Ouui, Telaga Selatan!
Khu Cie Kie khawatir si nona nanti menyerang terus kepada tertua Kanglam cit Koay it, ia lompat untuk menghalang. Sementara itu ia heran atas
lihaynya si nona, ilmu tongkat siapa ia tidak kenal-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng juga melihat gurunya terancam, ia ber seru: "Suhu, silahkan mengaso, aku nanti menggantikan kaul" Dan ia lompat ke garis thian-soan itu. Begitu ia bertindak, begitu tin menjadi hidup pula, bahkan ke dudukan thian-soan ini lantas menggantikan kedudukan thian-kie.
0ey Y0k Su kembali terdesak. Biar ia dibantu
gadisnya, ia tidak bisa berbuat banyak. Ia belum bisa menyelami arti atau sipatnya Thian Kong Pak
Tauw Tin itu. Syukur untuknya, di antara lawannya itu cuma Kwee Ceng yang paling hebat, hingga ia seperti harus melayani satu orang saja.
Hanya sulitnya untuknya, ia tidak berniat
mencelakai anak muda itu.
Oey Yong mendapat lihat Kwee Ceng berkelahi
hebat sekali dan air muka orang juga guram, Pemuda itu seperti dikurung sinar pembunuhan, ia
terkejut. Belum pernah ia menyaksikan perubahan air muka semacam itu. Karena ini, ia maju ke depan ayahnya, ia kata pada itu anak muda; "Kau bunuhlah aku lebih duluj"
"Minggir!" membentak si anak muda, bentakannya keras, romannya bengis.
Oey Yong heran hingga ia tercengang. Pikirnya;
"Kenapa kau bicara begini rupa terhadapku?"
Kwee Ceng maju terus, ia menolak tubuh si nona untuk dikepinggirkan, habis mana, ia terus merangsak Oey Yok Su.
Disaat tegang itu, di belakang mereka yang lagi bertarung itu terdengar suara tertawa terbahak disusul kata-kata nyaring; "Saudara Yok, jangan
berduka, mari saudaramu membantu Padamu'"
Suara itu tajam, untuk kuping tak sedap
terdengarnya. Orang semua heran, tetapi mereka tidak lantas menoleh, sesudah Oey Yok su terdorong. Cie Kie semua baru berpaling. Maka mereka melihat di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tepian telaga ada lima atau enam orang dengan satu diantaranya Panjang kaki dan tangannya, sebab dialah See Tok Auwyang Hong, si Bisa dari
Barat. Coan cin Cit Cu lantas bertindak, sedang Khu Cie Kie kata kepada Kwee Ceng; "Anak Ceng, mari kita membikin perhitungan pada See Tok dulu! 1 Ia
mengulapkan pedangnya, terus ia lompat, guna
mencoba mengurung Auwyang Hong.
Ketika itu Kwee Ceng tengah memperhatikan Oey Yok su, ia sampai mendengar suaranya Khu
Cie Kie, ia terus menerjang ayahnya Oey yong itu, bahkan sebentar saja, mereka sudah bertempur lima enam jurus, hebat pertempuran mereka.
Beberapa kali mereka sama-sama maju pula,
kembali mereka mundur lagi.
Khu Cie Kie berenam sudah mengatur barisannya, ketika ia melihat ke arah Kuia Tin Ok, orang buta itu lagi memasang kuping, guna mendengar
suara pertempurannya Kwee Ceng. Tin Ok bersedia akan berlompat menubruk Oey Y0k Su, guna memeluk keras-keras, agar muridnya bisa membinasakan
musuh ini, untuk itu ia bersedia mengorbankan dirinya.
Menampak demikian, Khu Cie Kie memerintahkan
In Cie Peng menggantikan Tin ok mengambil
kedudukan thian-soan. Ruuiyang Hong juga telah bersiap- Ia berjongkok dengan sikap ilmu kodoknya, tangan kanannya
memegang tongkatnya. Sebagaimana biasanya, ia berlaku tenang, tidak mau ia lancang bergerak. Ia pula memangnya rada jeri untuk barisan Pak Tauw Tin dari Coan Cin Pay itu. Adalah setelah
Khu Cie Kie bergerak, terpaksa ia melayani. Ia bermata jeli, segera ia merasa kelemahan tin itu ada di pihak In Cie Peng, maka ia memasang
mata ke garis thian-soan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong menaruh diri di antara Kuia Tin ok dan ayahnya serta Kwee Ceng yang lagi bertempur itu, ia masgul-
"Tahan dulu!" ia berseru. "Dengar perkataanku!"
Kwee Ceng tidak memperdulikan itu, ia menyerang terus, tetap hebat. Sikapnya ini membikin hilang sabarnya Oey Yok Su, dari bergerak dengan
setengah hati, ia mulai menggunai tenaganya.
Di pihak Auwyang Hong, si Bisa dari Barat itu lagi mencoba mendesak Coan Cin Cit Cu, saban-saban ia mengasih dengar suaranya berkerak kerok
mirip kodok- Itu artinya, bahaya tengah
mengancam. Si nona menjadi bingung- Kalau dua-dua ayahnya dan Auwyang Hong sudah turun tangan benar-benar, itulah akan hebat akibatnya. Ketika ia
berpaling ke Van Ie Lauw, di sana Ang Cit Kong masih duduk meioneng, menonton pertempuran itu.
"Suhu, suhu!" ia lantas memanggil- "Suhu, tolong kau bicara!"
Sebenarnya, Cit Kong pun berkhawatir. Kalau ia masih gagah, ia tentu sudah maju sama tengah. Maka ia menonton saja, sampai ia mendengar suara
si nona. Ia lantas berpikir; "Asal 0ey |_ao Shia masih suka memandang aku, inilah gampang."
Dengan menekan loneng, Pak Kay lantas
menurunkan diri. ia terus berseru; "Tuan-tuan, tahan!
Aku si pengemis tua hendak bicara!"
Kiu Cie Sin Kay kesohor sekali, melihat datangnya orang lantas berhenti berkelahi. Tapi yang berkhawatir sekali ialah Auwyang Hong, hingga
dia berkata di dalam hatinya: "Kenapa
kepandaiannya si pengemis tua dapat pulih kembali?"
See Tok tidak ketahui, dengan dapat bantuan Kiu Im Cin-keng menurut keterangannya Kwee Ceng, Ang Cit Kong memperoleh sedikit kefaedahannya,
jalan darahnya mulai lurus sendirinya, di dalam ilmu ringan tubuh, kepandaiannya itu sudah pulih lima atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
enam bagian. Cuma dalam ilmu silat, semua
kepandaiannya itu masih terhilang, ia mirip orang yang tidak mengerti silat sama sekali.
Bab 71. Si buta membuka jalan
Melihat orang bersikap memandang mata
kepadanya, cit Kong pikir bahwa ia harus sedikit beraksi, hanya ia belum dapat pikir, apa yang ia mesti katakan agar Auwyang Hong suka mengundurkan diri.
Karena lagi memikir, ia dongak, terus ia tertawa terbahak. Ia melihat rembulan mulai muncul, lantas ia mendapat pikiran, maka ia kata dengan nyaring, "Yang ada di depan mata ini, semuanya orang-orang pandai dari Rimba Persilatan, tidak disangka lagaknya mirip lagak buaya darat, kata-katanya seperti angin busuk"
Mendengar itu semua orang melengak. Memang
orang tahu, cit Kong suka bilang apa yang ia pikir. Ma Giok lantas memberi hormat. "Tolong Cianpwee memberikan pengajaran," katanya.
Ang cit Kong berpura gusar, ia kata dengan nyaring:
"Aku si pengemis tua telah mendengar dari siang-siang bahwa pada Pee-gwee Tiong ciu bakal ada orang bertarung di pinggir lauteng Yan Ie Lauw ini, maka itu hendak aku menyaksikannya. Tapi aku adalah seorang yang kupingnya paling tidak suka mendengar suara berisik, maka itu justru waktunya masih siang, hendak aku tidur pulas dan nyenyak di sini, siapa tahu pagi ini lantas saja aku mendengar suara berisik dari anjing mau mampus, orang rebut mengatur barisan
rombongan kuda atau tahang air kencing, juga ada suami memukul istri, ada menantu menyerang
mertuanya, ada yang memotong ayam dan
menyembelih anjing, ributnya bukan buatan, sampai aku si pengemis tua tidak dapat tidur tenang Coba kamu angkat kepala kamu dan lihat, hari ini tanggal berapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, orang lantas ingat bahwa hari itu ada Pee-gwee Capsie, ialah bulan delapan tanggal empat belas,jadi hari pibu, harian mengadu
kepandaian, adalah besok. Jadi tidaklah tepat akan bertempur mendahului hari yang dijanjikan.
"Locianpwee benar," kata Khu Cie Kie kemudian,
"Memang tidak selayaknya hari ini kami membuat berisik di sini."
Ia menoleh pada Auwyang Hong, untuk berkata "
orang she Auwyang, mari kita mencari tempat lain di mana kita bisa bertempur terus mati-matian"
"Bagus, bagus" Auwyang Hong tertawa. "Memang harus aku menemani kamu"
Mendengar itu Ang Cit Kong mengasih lihat roman bengis, ia kata keras-"satu kali ong Tiong Yang menutup mata, kawanan bulu campur aduk dari Coan Cin Kauw lantas main gila tidak karuan Aku bilang terus-terang kepada kamu, enam imam pria ditambah sama satu imam wanita, kamu semua masih bukan tandingannya si bisa bangkotan ong Tiong Yang tidak mewariskan apa-apa kepadaku, aku pun perlu
memikirkan kamu, hanya sekarang aku hendak tanya kamu, Kamu telah membuat janji, habis bagaimana kamu akan memenuhkan janji kamu itu" Apakah yang bakal memenuhkan janji ada imam-imam yang mati?"
Kata-kata itu berupa teguran atau dampratan tetapi di balik itu adalah pemberian ingat untuk menyadarkan kawanan imam itu bahwa dengan melawan Auwyang Hong, mereka adalah bagian mati, bukannya bagian hidup, Liok Cu menginsyafi itu tetapi mereka lagi menghadapi musuh besar, tidak dapat mereka memikir jauh
Selagi orang berdiam, cit Kong melirik kepada Kwee Ceng dan oey Yok Su. Si anak muda tetap mengawasi dengan kemurkaannya yang hebat. oey Yong mau
menangis, air matanya mengembang, tandanya dia sangat berduka. Ia lantas berpikir, setelah itu ia berkata pula dengan keras-"sekarang aku si pengemis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tua hendak pergi tidur siapa yang bertempur pula, itu artinya dia tidak memandang lagi padaku, maka kalau besok malam kamu mengamuk hingga langit ambruk dan bumi gempa, aku tidak akan membantu siapa juga Ma Giok. hayo kau ajak kawanan bulu campur aduk dari kamu naik ke lauwteng, di sana tinggallah kamu dengan tenang Anak Ceng, anak Yong, mari turut aku, kau tumbuki pahaku"
Auwyang Hong jeri. Ia tahu kalau Cit Kong
membantu Coan Cin Pay, sulit ia melawannya, maka ia pun berkata "Eh, pengemis tua, saudara Yok bersama aku bentrok sama Coan cin Kauw, kalau kata-katamu bukan angin busuk belaka, baiklah hari ini aku memberi muka padamu, tetapi ingat, besok tidak dapat kau membantu siapa juga"
Di dalam hatinya, Ang Cit Kong tertawa. Ternyata orang telah kena digertak. Pikirnya: " Kalau sekarang kau menolak aku dengan jari kelingkingmu, tentu aku roboh, siapa nyana kau takut"
Maka ia kata pula dengan nyaringo "Kalau aku sipengemis tua melepaskan angin busuk, bila itu dibandingkan sama kata-katamu, masih terlebih harum Aku telah bilang, aku tidak akan membantu, pasti aku tidak akan membantu Apakah kau merasa pasti bahwa kau bakal menang"
ia tertawa dan melengak, kepalanya sampai
mengenai tanah, tempat araknya dijadikan bantal. Ia berkata pula: "Anak-anak, mari kau memukuli pahaku"
Paha kambing Cit Kong tinggal tulangnya saja tetapi ia sayang untuk membuang itu, ia masih
menggerogotinya, baru kemudian, ia masuki tulang itu ke dalam sakunya. Ia mengawasi langit di mana awan putih melayang-layang. Katanya perlahan: "Jangan-jangan bakal terjadi perubahan udara "
Ia terus menoleh pada oey Yoksu, untuk berkata
"saudara Yok, dapatkah kau meminjamkan putrimu supaya dia menumbuki pahaku?" Ditanya begitu, Tong shia bersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oey Yong lantas menghampirkan, ia duduk di sisi orang, terus ia menggebuki perlahan paha pengemis tua itu.
"Ah," kata Cit Kong sambil menghela napas.
"Beberapa tulang tuaku ini belum pernah mendapat rejeki seperti kali ini " ia terus memandang Kwee Ceng, untuk mengatakan."Eh, anak tolol, apakah tanganmu tidak kena dibikin patah oleh oey Loshia?"
"Ya," menyahut si anak muda itu. Ia juga duduk di sisi si pengemis, untuk menumbuki pahanya.
Kwa Tin ok pergi menyenderkan tubuhnya di
sebuah pohon yang liu di tepi telaga, sepasang matanya yang tidak ada bijinya diarahkan kepada oey Yok su. Ia menggunai kupingnya sebagai matanya.
oey Yok su berjalan mondar-mandir di tepi telaga itu, ia pergi ke timur atau ke barat, matanya Tin ok terus mengikuti padanya. Ia ketahui itu, ia tidak mengambil mumat, ia cuma bersenyum mewah.
Khu Cie Kie berenam, bertujuh sama In cie Peng, duduk numprah di tanah dengan kedudukannya tetap seperti barisan rahasia itu. Kepala mereka tunduk. alis mereka turun. Mereka bersemedhi sambil berlatih secara diam-diam.
Budak-budaknya Auwyang Hong telah lantas
bekerja. Dari perahu mereka, mereka mengeluarkan meja dan kursi, mengatur itu di bawah Yan ie Lauw, mereka terus menyajikan barang hidangan serta araknya. seorang diri see Tok bersantap dan minum, matanya memandang ke telaga. Ia duduk dengan
membelakangi orang banyak.
Ang Cit Kong secara diam-diam memperhatikan
Kwee Ceng dan oey Yong. Keduanya saling
menghindarkan pandangan mata mereka. selama
hampir satu jam, Pak Kay belum pernah melihat mereka memandang ataupun melirik satu pada lain. ia heran. ia telah menanyakan sebabnya, senantiasa dua orang itu menjawab dengan mengalihkan pertanyaan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh, saudara Yok," akhirnya Cit Kong tanya Tong shia, "Apa nama lainnya dari telaga Lam ouw ini?"
"Dipanggiljuga Wan Yo ouw," oey Yok su menjawab. Itu berarti "Telaga burung wanyoh".
" Kalau begitu, kau lihatlah" kata si Pengemis dari Utara.
"Di telaga burung wanyoh ini anakmu dengan menantumu sudah main berdiam-diam, kenapa kau yang menjadi orang tua atau mertua, tidak hendak mengasih atau membujuki mereka?"
Mendengar itu, belum lagi oey Yok su menjawab, Kwee Ceng sudah mendahului. Ia berlompat bangun, ia menuding Tong shia seraya berkata dengan keras:
"Dia dia telah membinasakan kelima guruku, cara bagaimana dapat aku masih memanggil dia mertua?"
"Toh tidak aneh, bukan?" kata Tong shia tertawa dingin.
"Kang Lam Cit Koay belum mati habis, masih ketinggalan satu si buta Dan dia ini, aku akan membikin dia hidup tidak sampai besok"
Kwa Tin ok bertabiat keras, ia menjadi gusar sekali, maka ia berlompat akan menyerang si Bisa dari Timur.
Tetapi Kwee Ceng telah mendahului, sebab biarnya dia bergerak belakangan, murid ini gesit sekali, serangannya sampai terlebih dulu. oey Yok su
menangkis serangan itu, hingga si anak muda mundur setindak.
"Telah aku bilang jangan menggeraki tangan" Ang cit Kong berseru.
"Apakah kamu kira perkataanku si pengemis tua angin busuk belaka?"
Kwee Ceng tidak berani maju lebih jauh, cuma
dengan sorot bengis ia mengawasi oey Yok su.
"oey Lao shia," berkata Cit Kong.
" Kang Lam Cit Koay itu laki-laki semuanya, mengapa kau bolehnya membinasakan mereka itu"
Aku si pengemis tua melihatmu, aku merasa tidak puas"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"siapa aku suka, dapat aku membunuhnya" Yok su menyahuti. "Dapatkah kau menguasai aku?"
"Ayah" oey Yong menyelak. "Lima guru, dari dia ini bukannya kau yang membinasakannya Inilah aku tahu betul Ayah, bilanglah bahwa bukannya kau yang membunuh mereka"
oey Yok su mengawasi anaknya, yang mukanya
kucal, ia merasa kasihan sekali. Ia pun lantas mengawasi Kwee Ceng, atas mana hatinya yang
barusan lunak lantas menjadi keras pula.
"Memang aku yang membunuh mereka" kata ia keras. oey Yong lantas menangis.
"Ayah " katanya, "Ayah mengapa kau membunuh orang?"
"Di dalam dunia ini orang mengatakan ayahmu sesat, kau tahu tidak?" si ayah tanya.
" Kalau seorang jahat, dapatkah dia berbuat baik"
semua perbuatan jahat di kolong langit ini, semua itu perbuatan ayahmu Kang Lam Cit Koay menganggap diri mereka orang-orang gagah yang mulia tetapi aku, melihat lagak gagah perkasa dari mereka, tak senang hatiku"
Auwyang Hong mendengar pembicaraan itu, dia
tertawa terbahak. "saudara Yok. mari aku menghadiahkan suatu tanda padamu" katanya. Ia lantas melemparkan satu bungkusan.
Jarak di antara Auwyang Hong dan oey Yok su ada dua puluh tombak lebih akan tetapi hebat gerakan tangan dari siBisa dari Barat, cepat melesatnya bungkusan itu, segera sampai kepada si sesat dari Timur, yang menyambutinya dengan gampang.
Tong shia merasa memegang barang yang keras, ia menduga kepada kepala manusia. Ia lantas membuka itu, maka tepatlah dugaannya. Itulah satu kepala orang, yang baru dikutungi dari lehernya. Kepala itu memakai kopiah persegi, ada kumisnya, hanya
mukanya tidak dikenali. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selagi Tong shia memandang kepala orang itu, see Tok tertawa dan kata
"Pagi ini aku datang dari Barat, aku singgah di sebuah kamar buku, di sana aku mendengar dia ini lagi berceramah di hadapan sekumpulan pelajar, dia mengajar orang untuk menjadi menteri yang setia atau anak yang berbakti. Aku sebal mendengarnya, aku menghunus senjataku dan aku mengUtungi kepalanya.
Maka itu kamu Tong shia dan Aku see Tok. kita berdua cocok satu dengan lain" Lantas ia tertawa bergelak-gelak.
Mendengar itu, air muka si sesat dari Timur
berubah. Ia kata "Aku justru paling menghormati menteri setia dan anak berbakti" Maka ia membungkuk, ia menggali tanah, di situ ia kubur kepala orang itu, lantas ia menjura dengan dalam tiga kali.
see Tok kecele, hilang kegembiraannya barusan, tetapi ia tertawa lebar.
"Nama besar dari oey Lao shia kosong belaka^
katanya. "Kiranya kaujuga orang yang dikekang adat sopan santun"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Kesetiaan dan kebaktian itu adalah kesucian hati, kehormatan besar, itu bukannya adat istiadat" berkata oey Yok su, suaranya berpengaruh.
Baru Tong shia menutup mulutnya atau di udara terdengar guntur hebat, kapan orang banyak
berdongak. mereka melihat mega tebal seperti
menutupi langit, tandanya hujan besar bakal segera turun. Lalu itu disusul sama suara tetabuhan yang nyaring dan ramai, yang datangnya dari tujuh atau delapan buah perahu besar, yang mendatang ke
tepian. Di atas semua perahu itu ada lentera
merahnya. Itulah tanda dari perahunya orang
berpangkat. Begitu lekas perahu-perahu telah di kepinggirkan, dari sana lompat ke darat kira-kira tigapuluh orang, di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
antara siapa nampak Pheng Lian Houw dan kawan-kawannya. Yang paling belakang mendarat ialah dua orang, satu jangkung dan yang lain kate. Yang jangkung itu Chao Wang Wanyen Lieh, pangeran dari negeri Kim, dan yang kate Pangcu Khiu Cian Jin dari Tiat Ciang Pang, partai Tangan Besi.
Teranglah, karena mengandal pada Auwyang Hong dan Khiu Cian Jin, pangeran Kim ini berani datang sendiri ke selatan. Rupanya ia percaya betul, dalam pibu di Hoa san itu, pasti pihaknya yang bakal menang.
Begitu melihat Khiu Cian Jin, oey Yong menuding dia seraya berkata kepada ayahnya^ "Anak telah terkena tangan jahat dia, hingga hampir hilang jiwa anak"
oey Yok su heran. Di Kwie-in-chung ia melihat sendiri orang she Khiu itu mempertontonkan
keburukannya, maka itu kenapa anaknya dapat
dilukakan dia" Ketika itu Wanyen Lieh berkumpul bersama
Auwyang Hong, kelihatan mereka memasang omong dengan asyik, mereka kasak kusuk sambil tunduk.
setelah itu Auwyang Hong menghampirkan Ang cit Kong, untuk berkata
"saudara Cit kalau sebentar kita mulai pibu, kau tidak bakal membantu pihak yang mana juga,
bukankah itu kata-katamu sendiri?"
Cit Kong kata di dalam hatinya: "Aku cuma mempunyai niat tetapi tidak punya tenaga, ada niatku membantu"
Maka ia menjawab: "Aku tidak tahu sebentar atau bukan sebentar, aku hanya membilang Pee-gwee Capgouw"
"Benar begitu" berkata see Tok, yang terus berkata kepada oey Yok su^
"saudara Yok, orang-orang Coan cin Pay dan Kang Lam Cit Koay menghina padamu tetapi kaulah seorang tertua, jikalau kau melayani mereka, kau merendahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kehormatanmu, maka itu sebentar biarlah aku yang memberi hajaran kepada mereka itu, kau sendiri boleh menonton saja Akurkah kau?"
oey Yok su sudah lantas berpikir. Ia telah melihat keadaan dua-dua pihak. Kalau Ang Cit Kong tidak turun tangan, coan cin Pay pasti bakal kena dibikin mampus hingga sulit mencari tempat untuk mengubur mayat mereka. Dengan begitu maka akan musnahlah partai yang dulu hari itu dibangun ong Tiong Yang.
sebaliknya kalau Kwee Ceng tetap membantu dengan terus mengambil kedudukannya di garis utara, di kedudukan thian-soan itu, mungkin Auwyang Hong tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya ia mendapatkan bocah itu terus memusuhkan padanya. Maka itu, dapatkah ia berpeluk tangan saja" Maka ia pikir di akhirnya^ "Hidup atau mati, senang atau susah inilah saat keputusannya "
Istana Pulau Es 17 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pendekar Pedang Sakti 8
^