Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 38

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 38


"Ayahmu dan Suhu Ang sama-sama kesatria, jika kita membantu diam-diam, tentu mereka tak senang," kata Kwee Ceng.
"Apa" Diam-diam" Apa sangkamu aku orang jahat?"
Lantas si nona memperlihatkan roman tidak senang.
Kwee Ceng heran. "Ah, aku salah omong...," katanya.
Si nona mengawasi, tiba-tiba ia tertawa lagi.
"Sudahlah!" katanya. "Sebenarnya, asal kau tak menyia-nyiakanku, kita masih bisa cukup lama berkumpul...."
Bukan main girangnya Kwee Ceng, ia mencekal
keras tangan si nona. "Mana bisa aku menyia-nyiakanmu!" katanya.
"Ya, sebab si tuan putri tak menghendakimu lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baru kau menghendaki aku si budak hina...."
Kwee Ceng diam. Disebutnya nama Gochin
mem?buat ia teringat kepada ibunya yang mati secara menyedihkan di gurun pasir.
Cahaya rembulan menyinari muka anak muda
ini. Oey Yong melihat muka itu pucat dan lesu, ia terkejut. Ia menyangka telah salah omong.
"Kakak Ceng," katanya lekas-lekas, "lebih baik kita jangan membicarakan lagi urusan yang sudah-sudah. Kita sekarang telah berkumpul, kita senang.
Aku sebenarnya senang sekali. Bagaimana jika kubiarkan pipiku kaucium?"
Muka Kwee Ceng memerah. Ia tidak berani
mencium. Oey Yong tertawa, ia melengos. Ia likat sendiri.
"Coba bilang, siapa yang bakal menang besok?"
ia menyimpangkan pembicaraan.
"Itu sukar dibilang. Entah It Teng Taysu datang atau tidak...."
"Dia sudah menjadi orang suci, dia takkan berebut nama kosong lagi."
"Aku pun menduga demikian. Ayahmu, Suhu Ang, Kakak Ciu, Kiu Cian Jin, dan Auwyang Hong mempunyai kepandaian masing-masing. Mengenai Suhu Ang, aku tak tahu dia sudah sembuh atau belum dan entah bagaimana kepandaiannya...."
Waktu mengucapkan begitu, Kwee Ceng sedih.
"Menurut keadaan. Bocah Tua Nakal yang paling lihai," kata si nona. "Tapi kalau tidak menggunakan Kiu Jm Cin Keng, dia kalah dari empat orang yang lain...."
Kwee Ceng membenarkan dugaan itu.
Mereka masih bicara sampai rasa kantuk si
nona datang, maka tidak lama kemudian, ia pulas di dada si pemuda, yang membiarkannya. Tidak
lama setelah itu. Kwee Ceng pun ingin tidur, namun ketika baru layap-layap tidurnya, mendadak ia mendengar langkah yang disusul dengan ber-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelebatnya dua bayangan yang lari ke belakang jurang. Ia terkejut, samar-samar ia mengenali Pek Thong dan Cian Jin. Ia heran melihat Bocah Tua Nakal dikejar Cian Jin. Ia tidak tahu ketua Tiat Ciang Pang itu menggunakan ular berbisa.
Bukankah tadinya Cian Jin yang dikejar-kejar Pek Thong" Pelan-pelan ia membangunkan si nona
dan berkata, "Lihat!"
Oey Yong bangun, mengangkat kepalanya. Ia
lantas melihat Pek Thong yang lari berputar-putar di dekat mereka. "Kemudian didengarnya Bocah Tua Nakal berkata, "Bangsat tua Kiu, di sini bersembunyi kawanku tukang menangkap ular berbisa! Apa kau masih tak mau lekas-lekas kabur?"
Lalu Kiu Cian Jin menjawab sambil tertawa,
"Apa kausangka aku bocah umur tiga tahun?"
Ciu Pek Thong berteriak-teriak, "Saudara Kwee!
Nona Oey! Lekas bantu aku!"
Kwee Ceng hendak membantu. Ketika ia mau
melompat bangun, Oey Yong menariknya dan tetap merebahkan diri di dada si pemuda.
"Jangan bergerak!" kata si nona lirih.
Pek Thong terus lari berputar-putar, ia tidak juga melihat kemunculan kedua orang yang di-teriakinya itu. Setelah mengulangi tapi tetap tidak ada yang memedulikannya, ia berteriak, "Bocah busuk! Budak iblis! Kalau kau tetap tak mau keluar, nanti kucaci maki delapan belas leluhurmu!"
Oey Yong lantas muncul. Ia tertawa.
"Aku tak mau keluar!" katanya. "Kalau kau bisa, makilah!"
Pek Thong tidak berani memaki.
"Nona, bantulah aku," katanya. "Bagaimana kalau aku mencaci delapan belas leluhurku?"
Melihat munculnya sepasang muda-mudi itu, hati Kiu Cian Jin ciut. Ia lantas berniat kabur, sebab celakalah kalau ia dikepung mereka bertiga. Kalau besok, bertempur satu lawan satu. ia tidak jeri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas ia mengangkat ularnya, menyampokkannya ke muka Pek Thong.
Bocah Tua Nakal kaget, ia berkelit. Mendadak ia merasakan sesuatu yang dingin di lehernya, ia kaget sekali. Ia menyangka itu ular berbisa.
"Mati aku! Mati aku!" teriaknya berulang-ulang.
Binatang itu meronta-ronta di punggungnya. Ia pun tidak berani merogoh. Mendadak ia lemas, lantas tubuhnya roboh.
Oey Yong dan Kwee Ceng kaget, keduanya
melompat menubruk untuk menolong.
Kiu Cian Jin heran melihat robohnya Pek Thong, tapi karena ini kesempatannya yang baik, ia hendak lari pergi. Belum lagi ia mengangkat kaki, dari gerumbulan pohon muncul sesosok bayangan, yang lalu berkata dengan dingin, "Bangsat tua Kiu, hari ini kau tak dapat lolos lagi!"
"Siapa kau?" bentak Cian Jin. Orang itu berdiri membelakanginya, hingga Cian Jin tidak dapat melihat mukanya. Ia hanya bisa khawatir.
Pek Thong rebah di tanah, mengira dirinya sudah ada di alam baka. Tapi kupingnya mendengar, "Tuan Ciu, jangan takut, itu bukan ular!" Ia pun ditolong bangun. Ia lantas melompat berdiri. Kembali ia merasakan sesuatu yang dingin di punggungnya, benda itu bergerak-gerak. Kembali ia kaget, hingga menjerit, "Dia menggigitku! Ular! Ular!"
"Bukan ular. hanya ikan emas!" kata orang itu lagi.
Sekarang Oey Yong berdua Kwee Ceng telah
melihat orang yang bicara itu, malahan mereka mengenalinya, yaitu si tukang pancing, murid kepala It Teng Taysu. Orang itu pun lantas mengambil ikan dari punggung Bocah Tua Nakal.
Si tukang pancing datang ke Gunung Hoa San,
ia melihat sepasang ikan emas Kim-wawa, maka ia lantas menangkapnya. Entah bagaimana ia membuat yang seekor terlepas, bahkan tepat sekali jatuh ke dalam baju Ciu Pek Thong. Tak heran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong kaget dan takut bukan main, sebab ia menyangka itu ular Kiu Cian Jin.
Begitu Pek Thong membuka mata dan meng-
awasi orang itu, ia bengong. Ia seperti mengenali orang itu, tetapi lupa siapa. Kemudian ia berpaling kepada Kiu Cian Jin, ketua Tiat Ciang Pang itu sedang mundur selangkah demi selangkah, sedangkan si bayangan maju selangkah demi selangkah juga. Ia mengawasi bayangan itu. Akhirnya ia kaget tak terkira, semangatnya seolah terbang tinggi. Bayangan itu ternyata Eng Kouw atau Lauw Kui-hui dari istana Negara Tali!
Kiu Cian Jin juga kaget bukan main. Ia datang ke Hoa San dengan harapan besar, sebab meski gagah Ciu Pek Thong bisa dipengaruhi dengan
ular. Ia sama sekali tidak menyangka sekarang Lauw Kui-hui muncul tiba-tiba. Selama di Chee-liong-toa, ia telah menyaksikan selir itu mengamuk, maka sekarang hatinya jadi ciut. Justru itu terdengar si nyonya berkata, "Kembalikan jiwa anakku...!"
Sebenarnya Cian Jin heran bagaimana nyonya
ini mengenalinya, karena dulu ketika menyatroni istana Toan Hongya, ia menyamar. Dulu ia juga tidak berniat membinasakan anak itu. sebab
maksudnya ialah supaya Toan Hongya mengobati
anaknya dan menjadi lelah karenanya.
"Eh, perempuan edan, buat apa kau mengganggu-ku?" tanyanya sambil memaksakan diri tertawa.
"Pulangkan jiwa anakku!" jawab Eng Kouw.
"Buat apa kau menyebut-nyebut anakmu?" tanya Cian Jin. "Anakmu sudah mati, apa hubungannya denganku?"
"Sebab kaulah pembunuhnya! Malam itu aku tak melihat mukamu, tapi aku mendengar tawamu!
Nah, coba kau tertawa lagi! Tertawa! Cepat!"
Kiu Cian Jin mundur lagi. Ia melihat wanita itu akan menerkamnya. Ketika nyonya itu benar-benar maju, ia menggeser sedikit ke samping, tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kirinya menepuk tangan kanannya, lalu tangan kanannya itu meluncur ke perut si nyonya. Itulah jurus Imyang Kwi It, Bersatunya Im dan Yang, salah satu di antara ketiga belas jurus dari Tiat Ciang Kiat, silat Tangan Besi-nya yang lihai. Tenaga tangan kanannya dibantu dengan tangan kirinya.
Eng Kouw tahu hebatnya serangan itu. la hendak membebaskan diri dengan Ni Ciu Kang, ilmu Lindung-nya, tetapi di luar dugaannya, gerakan Cian Jin sangat sebat. Ia menjadi nekat. Maka bukannya menangkis atau berkelit, ia justru menubruk untuk memeluk musuh, supaya mereka sama-sama jatuh
ke jurang. Belum lagi kedua pihak mempertaruhkan jiwa mereka, Kiu Cian Jin merasakan sambaran angin di sampingnya, sedangkan matanya melihat bayangan berkelebat. Terpaksa ia menarik pulang serangannya untuk dipakai menangkis. Ia lantas melihat siapa yang telah merintanginya, ia gusar sekali.
"Ah, Bocah Tua Nakal, kau lagi!" serunya.
Memang Pek Thong-lah yang menolong Eng
Kouw dari bahaya. Tiba-tiba saja datang rasa cinta si orang tua, bahkan ia menyerang dengan jurus dari Kiu Im Cin Keng. Meski menolong, Pek Thong
tidak berani memandang langsung kekasihnya.
Sembari membelakangi ia berkata, "Eng Kouw, kau bukan tandingan tua bangka ini, lekas pergi! Aku pun mau pergi dari sini!"
Bocah Tua Nakal benar-benar mau angkat kaki.
tetapi Eng Kouw bertanya, "Ciu Pek Thong, kau hendak menuntut balas untuk anakmu atau tidak?"
"Apa" Anakku?" tanya Bocah Tua Nakal. Ia heran hingga melengak.
"Benar! Pembunuh anakmu adalah Kiu Cian Jin!" sahut Eng Kouw.
Pek Thong bingung, la tidak tahu bahwa hubungannya beberapa hari dengan Lauw Kui-hui telah menghasilkan anak. Selagi ia diam, telah datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beberapa orang lain, maka tempo mengangkat kepala ia melihat It Teng Taysu serta keempat muridnya.
Kiu Cian Jin mendapati dirinya berada kurang tiga kaki dari jurang, artinya ia sudah terkurung dan terancam bahaya, sedangkan semua musuhnya lihai. Dalam keadaan seperti itu, ia menjadi nekat.
Ia menepukkan kedua tangannya dan berkata
angkuh, "Aku mendaki Gunung Hoa San ini untuk memperebutkan gelar orang kosen nomor satu di kolong langit, tapi kalian berkumpul sekarang!
Hm! Apakah kalian mengepungku hendak me-
nyingkirkan satu lawan lebih dulu" Dapatkah kalian melakukan perbuatan sehina ini?"
Menurut Ciu Pek Thong perkataan orang itu
beralasan. "Biarlah besok, sehabis pertemuan adu silat, baru aku mengambil jiwamu yang busuk!"
"Baiklah!" kata Kiu Cian Jin.
"Tidak bisa!" teriak Eng Kouw. "Mana bisa aku menanti sampai besok!"
"Bocah Tua Nakal!" Oey Yong turut bicara.
"Dengan orang terhormat kita bicara tentang kehormatan, dengan manusia licik kita bicara secara licik."
Muka Kiu Cian Jin memucat, la mengerti sedang menghadapi bahaya. Tapi ia licik, ia mendapat akal.
"Kenapa kau hendak membunuhku?" tegurnya.
"Kau jahat sekali, setiap orang berhak membunuhmu!" jawab si pelajar.
Cian Jin tertawa terbahak sambil melengak.
"Kalian lebih banyak, aku bukan tandingan kalian!" ejeknya. "Tapi apa kalian kira aku takut"
Barusan kalian bicara tentang kehormatan dan kejahatan, baiklah! Sekarang aku bersedia melayani kalian! Nah, majulah siapa di aniara kalian yang seumur hidup belum pernah membunuh manusia serta belum pernah berbuat jahat! Kalian boleh turun tangan, aku nanti manda menyerahkan leher-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ku untuk dipenggal! Jika aku mengerutkan alis, aku bukan laki-laki!"
It Teng Taysu menghela napas. Ia lantas men-
dului mengundurkan diri untuk duduk bersila.
Kata-kata Cian Jin berpengaruh sekali. Sekalipun si tukang pancing, tukang kayu, petani, dan pelajar pernah memangku pangkat, mereka semua pernah
membunuh orang. Ciu Pek Thong dan Eng Kouw saling memandang,
keduanya teringat segala hal yang mereka alami bersama dulu.
Kwee Ceng dan Oey Yong turut diam.
Kiu Cian Jin menggunakan kesempatan, la me-
langkah ke arah Kwee Ceng. Si pemuda minggir.
Cian Jin mengerahkan tenaganya untuk lompat melewatinya, namun mendadak dari balik batu besar menyambar sebatang tongkat bambu ke mukanya. Ia terkejut tapi bisa menangkis untuk menangkap tongkat itu, berniat merampasnya. Di luar dugaannya, ia gagal, bahkan tiga kali beruntun tongkat itu menyerang. Ia kaget, ternyata setiap serangan adalah totokan ke jalan darah. Ia kewalahan, sedangkan di situ tidak ada jalan mundur. Terpaksa ia mundur ke tempatnya tadi, mendekati jurang.
Segera setelah ia mundur, sesosok bayangan melompat ke depannya.
"Suhu!" teriak Oey Yong. Si nona mengenali sosok itu, yaitu Kiu Ci Sin Kay Ang Cit Kong!
"Hai, pengemis bau!" Kiu Cian Jin mencaci.
"Kenapa kau usil" Sekarang masih belum tiba waktunya pertemuan untuk beradu ilmu pedang!"
"Aku datang untuk menyingkirkan kejahatan!"
jawab Ang Cit Kong. "Siapa mau rapat beradu pedang denganmu!"
"Bagus, orang gagah, pendekar!" teriak Kiu Cian Jin. "Ya, aku si orang jahat, kau sendiri si manusia baik yang belum pernah melakukan perbuatan busuk!"
"Memang!" jawab Cit Kong lagi. "Aku si penge-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mis tua telah membinasakan 531 orang yang semuanya jahat, pembesar rakus, hartawan, jago jahat, atau manusia tak berbudi! Benar, aku si pengemis tua sangat kemaruk hidangan lezat; tapi seumur hidupku belum pernah aku membunuh orang baik-baik! Kiu Cian Jin, kaulah orang ke-532 yang akan kubunuh!"
Mendengar itu Cian Jin tersentak.
"Kiu Cian Jin," Ang Cit Kong berkata lagi,
"Ketua Siangkoan Kiam Lam dari Tiat Ciang Pang adalah orang gagah perkasa, seumur hidup dia setia pada negara, tak pernah berubah pikiran. Tapi kau, yang sama-sama menjadi ketua, bersekongkol dengan bangsa Kim, berkhianat, menjual negara! Kalau nanti kau mati, apakah kau punya muka untuk bertemu dengan Ketua Siangkoan" Sekarang kau mendaki Gunung Hoa San ini, kau bemiat gila mengharapkan kehormatan sebagai orang kosen nomor satu di kolong langit! Jangan kata ilmu silatmu tak mampu menandingi orang-orang gagah lain, umpama kata kau benar tiada tandingan, di kolong langit ini, orang gagah mana yang sudi takluk pada pengkhianat penjual negara!"
Kiu Cian Jin berdiri menjublek. Hebat kata-kata itu. Teringatlah ia akan kejadian-kejadian beberapa puluh tahun lampau ketika ia pertama kali menerima kedudukan sebagai ketua Tiat Ciang Pang.
Waktu itu Siangkoan Kiam Lam, ketua yang lama, sambil rebah sakit di pembaringan, telah meninggalkan pesan, menjelaskan pada Kiu Cian Jin tentang aturan suci Tiat Ciang Pang, berpesan supaya mencintai negara dan menyayangi rakyat. Kiu Cian Jin ingat, semakin menanjak usianya, semakin tinggi kepandaiannya, sepak terjangnya semakin bertentangan dengan cita-cita partainya. Semua anggotanya yang jujur dan setia mengundurkan diri; sedangkan yang buruk tetap berkumpul bersamanya, hingga kemudian Tiat Ciang Pang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suci murni itu telah berubah menjadi kotor, menjadi sarang penjahat. Ia mengangkat kepalanya, melihat rembulan bersinar terang. Sepasang mata Ang Cit Kong bersinar tajam mengawasinya. Mendadak ia menginsafi semua perbuatannya dulu bertentangan dengan Thian. Tanpa sadar peluh membasahi seluruh tubuhnya.
"Ketua Ang, kau benar!" katanya akhirnya. Ia memutar tubuh untuk melompat ke jurang.
Cit Kong kaget. Ia memegang tongkatnya untuk
menjaga diri. Ia khawatir, karena gusarnya, Kiu Cian Jin akan menerjangnya. Ia tahu ketua Tiat Ciang Pang itu lihai. Maka ia tidak menyangka orang itu menjadi nekat hendak bunuh diri. Ia tercengang. Selagi ia tidak berdaya, orang lain telah mencelat maju ke lepi jurang. Orang itu adalah It Teng Tay.su yang sejak tadi duduk bersila saja. Pendeta ini melompat tidak dengan kakinya, namun dengan tubuh melayang. Ia masih dalam
posisi bersila. Tangan kirinya terulur, ia menyambar kaki Kiu Cian Jin dan menariknya keras-keras, sambil memuji, "Siancay! Siancay! Laut kesengsaraan tidak ada batas pinggirnya. Siapa yang menoleh, melihat tepian! Kau telah insaf, kau telah menyesal, maka bagimu masih belum kasip untuk kembali menjadi manusia benar! Pergilah kau mengurus dirimu baik-baik!"
Kiu Cian Jin menangis menggerung-gerung, berlutut di depan si pendeta, pikirannya pepat. tidak dapat ia mengatakan sesuatu.
Eng Kouw melihat orang itu berlutut membe-
lakanginya. Melihat kesempatan itu, ia menghunus belatinya, menikam punggung musuhnya itu.
"Tahan!" seru Ciu Pek Thong seraya menahan tangan si nyonya.
"Kau mau apa?" bentak Eng Kouw gusar.
Bocah Tua Nakal memang tidak mau berurusan
dengan si nyonya, maka dibentak begitu ia ber-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
teriak, lantas memutar tubuhnya untuk lari kabur.
"Ke mana kau mau pergi?" bentak Eng Kouw lalu mengejar.
"Perutku sakit, aku hendak buang kotoran!" sahut Pek Thong sambil lari terus.
Sejenak Eng Kouw tergugu, lantas ia mengejar lagi. Ia tidak memedulikan kata-kata orang itu.
Pek Thong berteriak-teriak lagi, "Celaka! Celaka!
Celanaku penuh kotoran bau sekali, jangan dekat-dekat aku!"
Eng Kouw tidak memedulikannya, ia terus me-
ngejar. Sudah dua puluh tahun ia mencari, kalau sekarang ia membiarkan orang itu lolos lagi, lain kali sukar mencarinya hingga ketemu. Ia lari kencang.
Bocah Tua Nakal mendengar langkah kakinya,
ia kaget. Sekarang ia benar-benar terkejut. Kalau tadi ia mengatakan hendak buang air besar hanya untuk menggertak Eng Kouw. sekarang ia benar-benar hendak melakukannya....
Kwee Ceng dan Oey Yong tersenyum melihat
lagak Pek Thong itu, yang bersama Eng Kouw lenyap dengan cepat. Kemudian mereka menoleh, memandang lt Teng Taysu.
Pendeta itu bicara berbisik kepada Kiu Cian Jin, dan ketua Tiat Ciang Pang itu mengangguk-angguk. Kemudian Toan Hongya yang sudah "mati"
itu bangkit. "Mari berangkat!" katanya.
Sampai di situ Kwee Ceng dan si nona menghampiri untuk memberi hormat. Mereka pun mem-
beri hormat pada si tukang pancing berempat.
It Teng mengusap-usap kepala sepasang muda-
mudi itu. Ia tersenyum, kelihatan nyata pada romannya bahwa ia mengasihi mereka. Ia menoleh kepada Ang Cit Kong dan berkata. "Saudara Cit, kau sehat walafial, lebih gagah daripada dulu! Kau pun telah menerima dua murid yang baik sekali, selamat padamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong menjura. "Hongya juga baik!" katanya.
It Teng tertawa. "Sekarang aku bukan hongya lagi!" katanya. Ia menolak sebutan hongya atau raja. "Saudara Cit, gunung itu tinggi, air itu panjang. Sampai bertemu lagi!" la merangkapkan kedua tangannya untuk memberi hormat, lantas membalikkan tubuh akan beranjak pergi.
"Eh, eh," kata Cit Kong, "besok pertemuan berlangsung. Kenapa Toan Hongya pergi sekarang?"
Karena telah jadi kebiasaan, ia tidak dapat mengubah panggilan Toan Hongya itu.
It Teng berbalik. la tertawa.
"Aku dari kalangan lain, tak berani aku berebutan dengan orang-orang gagah di kolong langit," sahutnya. "Kedatanganku hari ini hanya untuk menyelesaikan keruwetan dari dua puluh tahun lampau. Maka aku bersyukur maksudku telah tercapai. Saudara Cit, sekarang siapa lagi orang gagah itu kalau bukannya kau. Janganlah merendahkan diri!"
Lagi-lagi pendeta ini memberi hormat, lantas "
pergi dengan menggandeng Kiu Cian Jin.
Si tukang pancing herempat menghormat pada
Ang Cit Kong, kemudian mengikuti guru mereka.
Si pelajar lewat di dekat Oey Yong, melihat muka si nona bercahaya, ia tertawa dan menggoda dengan bersenandung, "Di lanah rendah ada pohon yang toh, cabangnya halus dan lemas."
Oey Yong membalas sindiran itu, "Sang ayam menclok di para-paranya, hari sudah jadi malam...."
Si pelajar tertawa lebar, ia menjura dan melanjutkan perjalanan.
Kwee Ceng heran, ia tidak mengerti. Ia menduga mereka main teka-teki.
"Yongji, apakah itu kata-kata Sanskerta?" tanyanya.
Si nona tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan. Itu syair dari Kitab Syair"
Kedua syair si pelajar dan Oey Yong itu masih ada sambungannyaj tetapi mereka sengaja menyebut permulaannya saja. Si pelajar mengatakan si nona belum menikah tapi sudah kegirangan, sedangkan Oey Yong mengumpamakan si pelajar sebagai binatang.
Sementara itu Kwee Ceng, yang telah mendengar teguran Ang Cit Kong kepada Kiu Cian Jin, turut tersadar. Ia seperti mendapat petunjuk untuk mengatasi keruwetannya selama ini. Gurunya itu telah membunuh banyak orang, tapi semuanya orang jahat. Tindakan gurunya itu tidak dapat dikatakan tidak pantas. Guru itu bukannya jahat, bahkan
, sebaliknya, gurunya orang baik. sebab ia menindas kejahatan. Karena itu semestinya ia tidak melupakan atau membuang ilmu silatnya.
Lantai muda-mudi ini menghampiri guru mereka
untuk memberi hormat, kemudian mereka pasang
omong tentang segala hal yang terjadi sejak perpisahan mereka yang terakhir.
Ang Cit Kong ikut Oey Yok Su ke Pulau
Persik Di sana ia dapat menyembuhkan diri dengan memahami Kiu i m Ciri Keng. dengan melatih ilmu tenaga dalamnya untuk memperlancar jalan pernapasan dan jalan darahnya. Dalam tempo setengah tahun ia sembuh, lalu dalam tempo setengah lahun berikutnya ia berhasil memulihkan kepandaian silatnya, la sudah sembuh, tetapi ia meninggalkan Pulau Persik sesudah Oey Yok Su, yang pergi lebih dulu untuk mencari anak daranya yang selalu dipikirkan dan dirindukannya. Oey Yok Su bertolak ke utara. Cit Kong bertemu dengan Lou Yu Kiak, maka ia tahu tentang kedua muridnya itu, kecuali hal-hal yang terjadi setelah rombongan Yu Kiak meninggalkan Mongolia.
"Suhu, sekarang silakan Suhu beristirahat," Kwee Ceng mempersilakan. "Sang fajar bakal lekas tiba,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebentar lagi tiba waktunya beradu kepandaian.
Suhu mesti menggunakan banyak tenaga."
Cit Kong tertawa dan berkata, "Usiaku telah lanjut, tapi kegemaranku akan menang pun bertambah. Tapi mengingat yang bakal kuhadapi Sesat Timur dan Racun Barat, hatiku kurang tenteram.
Selama ini, Yongji, kepandaian ayahmu maju pesat sekali. Coba tebak, siapa yang akan lebih kuat atau lebih lemah di antara ayahmu dan gurumu?"
"Sebenarnya kepandaian Suhu dan kepandaian Ayah berimbang," sahut Oey Yong. "Tapi sekarang Suhu telah mewarisi // Yang Ci dari lt Teng Taysu dan Suhu sendiri telah meyakinkan Kiu Im Cm Keng, maka tentulah ayahku bukan tandingan Suhu lagi. Aku akan omong dengan ayahku, supaya Ayah tak usah melawan Suhu lagi, lebih baik lekas-lekas pulang ke Pulau Persik."
Ang Cit Kong memikirkan perkataan si murid
yang nada suaranya berbeda, ia lantas menduga isi hati gadis itu. Ia tertawa lebar dan berkata, "Tak usah kau bicara berputar-putar. // Yang Ci kepunyaan Toan Hongya dan Kiu Im Cin Keng kepunyaan
kalian berdua, maka tak usah kalian sebut lagi. Aku si pengemis tua tidak bakal menebalkan muka menggunakannya. Kalau nanti tiba saatnya pibu, aku akan menggunakan kepandaian asalku."*
Memang itulah maksud Oey Yong, maka ia
tertawa. "Suhu," katanya, "jika kalah dari ayahku, kau akan kumasakkan seratus macam masakan untuk
berpesta pora. Bagaimana, akur?"
Air liur Cit Kong langsung terbit.
"Eh, bocah cilik, hatimu tak bagus!" kalanya.
"Sudah membakar hatiku, kau menyogok juga!
Kau sangat licik, berharap supaya ayahmulah yang menang!"
Oey Yong tertawa. Belum lagi ia menyahut,
mendadak Cit Kong bangun berdiri dan sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjuk ke belakangnya berkata, "Bisa Bangkotan, kau datang begini pagi!"
Kwee Ceng dan si nona melompat bangun,
lantas menoleh, berdiri di samping guru mereka.
Mereka segera melihat Auwyang Hong yang tinggi besar sedang berdiri. Racun Barat datang secara diam-diam, hingga muda-mudi itu tidak tahu. Mereka heran dan terkejut.
"Datang lebih pagi. pibu lebih pagi!" sahut Auwyang Hong. "Datang siang, pibu siang. Eh.
pengemis tua, hari ini kita bakal bertempur. Katakan, kita bakal bertempur untuk mencari kemenangan yang memutuskan atau untuk mengadu jiwa?"
"Karena kita bertaruh untuk kalah dan menang, itu berarti hidup dan mati," jawab Ang Cit Kong.
"Maka kalau kau menurunkan tangan, tak usah kau main kasihan-kasihan lagi!"
"Baik!" kata Auwyang Hong. Ia lantas menggerakkan tangan kirinya, yang tadi ditaruhnya di belakang. Ternyata ia telah menyiapkan tongkatnya.
Ia menotok batu seraya berkata lagi, "Di sini saja atau di tempat lain yang lebih lebar?"
Cit Kong belum menyahut, tapi sudah didului Oey Yong.
"Tidak bagus Gunung Hoa San ini dipakai sebagai tempat pibul" kata si nona. "Lebih baik kita pergi ke perahu!"
Pengemis Utara melengak. "Apa kau bilang?" ia bertanya menegaskan.
"Dengan bertempur di perahu, kita dapat memberikan kesempatan sekali lagi pada Paman Auwyang untuk membalas kebaikan dengan kejahatan!" si nona menjelaskan. "Biarlah dia mendapat kesempatan untuk membokong lagi!"
Ang Cit Kong tertawa terbahak.
"Dulu kita teperdaya satu kali, maka satu kali juga kita belajar pintar!" katanya. "Jangan harap si pengemis bangkotan nanti memberi ampun lagi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Racun Barat merasakan sindiran si nona, air mukanya tidak berubah sama sekali, namun tanpa bilang apa-apa ia lantas menekuk kedua dengkulnya, menongkrong, sedangkan tongkatnya berpindah ke tangan kiri. Tangan kirinya itu lantas dipakai untuk mengerahkan ilmu silat istimewanya, Kap-mo-kang.
Melihat demikian. Oey Yong segera menyerahkan tongkat Tah-kauw-pang kepada gurunya.
"Suhu!" katanya. "Lawan bangsat licik ini dengan Tah-kauw-pang dan // Yang O'! Terhadap dia kau jangan pakai lagi segala aturan atau kemurahan hati!"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cit Kong lantas berpikir, "Dengan kepandaianku sendiri, belum tentu aku dapat mengalahkan dia, sedangkan sebentar lagi aku mesti melayani Oey Yok Su. Kalau aku sudah letih, mana bisa aku melayani Sesat Timur."
Ia menyambut tongkat keramat partainya itu.
lalu bergerak dalam sikap Mengeprak Rumput Membikin Ular Kaget dan Membiak Rumput Mencari Ular. tongkatnya bergerak ke kiri dan ke kanan.
. Sudah beberapa kali Auwyang Hong bertempur melawan Pengemis Utara, namun belum pernah ia melihat orang itu menggunakan tongkatnya, yang pernah disaksikannya adalah ilmu tongkat Oey Yong, yang kurang diperhatikannya. Sekarang untuk pertama kalinya ia melihat, ia kagum. Gerakan Cit Kong pulang-pergi, mengembuskan angin keras.
karena itu tanpa ayal lagi ia maju menyerang ke liong-kiong"tengah. Tempo hari ketika Cit Kong dibokong Auwyang Hong, jiwanya nyaris melayang, sehingga ia mesti berobat dan merawat diri hampir dua tahun, setelah itu barulah kesehatannya pulih dan kepandaiannya kembali, maka hari ini ia tidak mau berkelahi secara sembarangan. Kekalahannya dulu adalah kekalahan besar yang belum pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dialaminya seumur hidup, juga bahaya yang belum pernah dihadapinya. Sekarang, berhubung merupakan saat penentuan kehormatan dan kehinaan, atau hidup dan mati, ia tidak main sungkan lagi.
Bab 80. PIBU DI GUNUNG HOA SAN
AUWYANG HONG bertubuh tinggi dan besar,
meskipun telah sedikit menekuk kedua kakinya untuk menjalankan ilmu Kodok-nya, ia masih lebih tinggi daripada Ang Cit Kong. Ia sekarang menggunakan tongkat yang ketiga, yang baru dibikinnya, sebab dua tongkat ularnya yang pertama telah lenyap.
Tongkatnya ini, di bagian ujungnya berukiran kepala manusia, tetapi aneh dan mengerikan. Di situ dililit-kan dua ekor ular berbisa, tapi kedua ular ini baru, kurang lincah dibandingkan dua ularnya yang dulu.
Di samping itu, ia sekarang bertempur melawan Pengemis Utara untuk keempat kalinya, maka caranya berbeda. Pertama kali ia melawan Cit Kong di Gunung Hoa San ini, dan itu juga untuk memperebutkan kehormatan dan Kiu Im Cin Keng. Yang kedua terjadi di Pulau Persik, yaitu untuk membela Auwyang Kongcu yang berebut jodoh dengan Kwee Ceng. Yang ketiga ialah pertempuran di laut.
Usia kedua pihak semakin lanjut, tetapi berbareng dengan itu, ilmu silat mereka juga semakin maju, maka pertarungan menjadi hebat. Inilah pibu untuk nama baik, menyangkut hidup atau mati.
Siapa yang alpa atau kurang gesit, ia harus menerima nasibnya. Dalam sekejap seratus jurus lebih telah dilewatkan.
Mendadak sang putri malam menghilang. Lang-
sung suasana menjadi gelap. Perubahan seketika itu terjadi karena pergantian waktu, sang malam telah lewat dan akan digantikan oleh sang fajar.
Suasana akan menjadi terang. Namun sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua pihak sukar melihat satu sama lain dengan jelas. Mereka saling menyerang dengan lebih banyak menutup diri.
Kwee Ceng dan Oey Yong menonton dengan
perhatian tertumpah- sepenuhnya. Bagaimanapun, mereka mengkhawatirkan guru mereka. Mereka maju beberapa langkah, supaya kalau perlu mereka bisa menolong guru mereka.
Mata Kwee Ceng mengawasi tajam tapi hatinya
berpikir, "Mereka inilah jago-jago nomor satu di zaman ini, hanya bedanya yang satu orang gagah dengan hati mulia; yang lain berhati buruk, mengganas karena mengandalkan kekosenannya. Jadi, ilmu silat tidak mengenal baik dan jahat, hanya terbawa oleh orang yang bersangkutan. Siapa baik, ilmu silatnya menambah kebaikan; siapa jahat, ilmu silatnya menambah kejahatan." la cemas ketika mendengar Racun Barat dan gurunya bergantian berseru, tanda hebatnya pertarungan mereka.
"Suhu telah terluka parah, itu artinya dia telah menyia-nyiakan waktu hampir dua tahun," anak muda ini berpikir lagi, hatinya berdebar-debar.
"Memang ilmu silat mereka seimbang, tapi kalau Suhu terhalang begitu, mungkin Racun Barat mempunyai kepandaian lebih. Pertarungan ini berarti hanya dengan satu langkah maju dan satu langkah mundur. Kalau Suhu kalah" Ah, sayang aku telah memberi ampun hingga tiga kali pada jago dari Barai ini...."
Kwee Ceng kembali ingat ajaran Khu Ci Kee
bahwa kepercayaan dan kebajikan besar haruslah dibedakan dari kepercayaan dan kebajikan kecil; kalau karena kepercayaan dan kebajikan kecil orang roboh, itu bukan lagi kepercayaan dan kebajikan.
Singkatnya, itu bukanlah kehormatan.
"Racun Barat mengatakan untuk berkelahi satu lawan satu, dengan cara terhormat," anak muda ini berpikir lebih jauh. "Habis bagaimana kalau dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap bertindak curang" Bagaimana kalau dia lantas mengganas dengan lebih hebat lagi" Berapa banyak korban jatuh karenanya" Dulu-dulu aku tak dapat membedakan arti kepercayaan dan kebajikan ini, jadi aku telah melakukan banyak ketololan...."
Karena berpikir begini, Kwee Ceng lantas ber-ketetapan membantu gurunya. Tapi belum lagi ia maju, didengarnya suara Oey Yong.
"Auwyang Hong, dengar!" demikian si nona.
"Kakak Ceng telah berjanji padamu, hendak memberi ampun jiwamu tiga kali. Siapa tahu ternyata kau mengandalkan kekosenanmu, tetap menghinaku.
Untuk menjadi orang kecil tak ternama dari Rimba Persilatan, kau tak surup, bagaimana mungkin kau hendak memperebutkan gelar jago nomor satu di kolong langit ini?"
Racun Barat telah melakukan kejahatan yang tidak terhitung banyaknya, namun ia orang yang selalu menepati janji, belum pernah menyangkal kata-kata atau janjinya. Ia juga sangat jumawa. Ia memaksa Oey Yong karena sangat terpaksa, sebab ia ingin sekali si nona menjelaskan isi kitab itu padanya. Sekarang selagi hebatnya ia bertarung melawan Ang Cit Kong, nona itu mengungkit-ungkit kesalahannya. Kupingnya panas, karena itu gerakan tangannya terlambat, ia hampir kena sodok tongkat si pengemis.
"Kau dinamakan Racun Barat," kata Oey Yong lagi, "maka tak bisa dikatakan apa-apa mengenai segala perbuatan busukmu, tapi kau diberi ampun sampai tiga kali oleh orang muda. sungguh kau telah kehilangan muka! Bagaimana dapat kau menelan kata-katamu sendiri terhadap orang muda"
Sungguh kau menyebabkan orang-orang gagah
kaum kangouw tertawa hingga mulut mereka men-
cong! Auwyang Hong, Auwyang Hong! Ada satu
hal pada dirimu yang tak dapat dikalahkan siapa pun di kolong langit ini, kau orang nomor satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tak tahu malu!"
Racun Barat gusar bukan kepalang, tetapi ia tahu maksud si nona yang hendak membangkitkan amarahnya, supaya perhatiannya terpecah, supaya ia tidak dapat mengutamakan pertempurannya dengan Ang Cit Kong"tegasnya, supaya ia kalah.
Karena itu, sebagai orang licik, ia tidak mau dirinya kena bakar. Ia tidak menghiraukan ocehan itu. Tapi Oey Yong sangat cerdik, ia tidak mau berhenti mengoceh, bahkan menyebutkan kebusukan yang sebenarnya belum pernah dilakukan Auwyang Hong. Ia sengaja supaya Racun Barat dipandang sebagai manusia terjahat di dunia ini. Mulanya Racun Barat dapat bersabar, namun akhirnya terbakar juga, ia lantas membela diri, menyangkal tuduhan si nona. Inilah yang diharapkan Oey Yong, ia lantas mengoceh lebih jauh. Maka Racun Barat berkelahi di dua kalangan. Melawan Pengemis Utara, ia bersilat dengan kaki dan tangannya; melayani Oey Yong, ia bersilat dengan lidahnya.
Sedangkan dalam hal bersilat lidah. Oey Yong lebih pandai daripada Cit Kong.
Lewat sekian lama, Auwyang Hong merasa ter-
desak. Saat itu ia teringat, "Pengemis tua ini tentunya tak mengerti Kiu Im Ciu Keng, maka, untuk merebut kemenangan, aku mesti menggunakan ilmu itu." Ia lantas menggunakan ilmunya itu. Tidak peduli yang didapatnya ajaran sesat, ia lihai dan berbakat baik sekali, hingga ia memperoleh kemajuan juga. Dengan begitu berubahlah gerakan tongkatnya.
Ang Cit Kong terkejut. Ia mesti melayani dengan memasang mata tajam luar biasa, dengan kegesitan yang bertambah.
Oey Yong dapat melihat perubahan di kedua
pihak, ia kini as berkata nyaring, "' Goansu-engji, pasi-palok-pou, soaliok-bunpeng!"
Auwyang Hong mendengar itu dan terperanjat.
"Apa arti kata-kata Sanskerta itu?" pikirnya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak tahu si nona cuma asal mengoceh, kata-kata itu tidak ada artinya. Oey Yong tidak berhenti bicara, ia menambahkan kata-kata yang lain lagi.
la juga berseru-seru dan menghela napas bergantian, beberapa kali nadanya seperti bertanya.
"Apa yang kaukatakan?" akhirnya Racun Barat bertanya.
Oey Yong menyahut dengan kata-kata Sanskerta
ngawur, hingga jago dari See Hek itu makin bingung. Mendadak Ang Cit Kong berseru, "Kena!"
Pengemis Utara tahu perhatian Racun Barat telah dikacaukan, ia menggunakan kesempatan itu untuk menyerang, tongkatnya menghajar ke batok kepala lawannya yang tangguh itu.
Auwyang Hong kaget melihat datangnya serang-
an itu, ia menjerit sambil berkelit, terus menyeret tongkatnya dan berlari pergi.
"Ke mana kau hendak pergi?" bentak Kwee Ceng sambil meloncat untuk mengejar, tetapi ia tidak dapat mencandak. Auwyang Hong lari dan melompat berjumpalitan tiga kali, lalu bergulingan dan lenyap di balik jurang.
Ang Cit Kong bengong, demikian juga Oey
Yong. Hanya sebentar, lantas keduanya saling memandang dan tertawa. Kwee Ceng ikut tertawa.
"Yongji," kata si pengemis sesaat kemudian, "kali ini aku berhasil mengalahkan si Bisa Bangkotan, semua ini karena jasamu...." Ia menghera napas.
Oey Yong tersenyum. "Tapi, Suhu," kata si nona. "Bukankah itu kepandaian ajaranmu sendiri?"
"Sebenarnya itu bakatmu sendiri!" Cit Kong tertawa. "Dengan adanya tua bangka yang licin sebagai ayahmu, muncullah anak perempuan yang licin seperti kau!"
"Bagus ya!" tiba-tiba terdengar seruan di belakang mereka. "Di belakang kau omong jelek tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang lain! Pengemis Bangkotan, kau malu atau tidak?"
"Ayah!" Oey Yong berteriak seraya melompat maju, lalu berlari-lari ke arah dari mana suara itu datang.
Sekarang sang matahari sudah menyingsing.
maka terlihat kemunculan seorang dengan jubah hijau yang melangkah dengan tenang. Orang itu tidak lain adalah pemilik Pulau Persik. Oey Yok Su.
Oey Yong menubruk ayahnya, merangkulnya.
Sang ayah balas merangkulnya.
Ayah itu mengawasi putrinya. Ia melihat anaknya telah berubah, sifat kekanak-kanakannya berkurang, sekarang romannya mirip dengan mendiang istrinya.
Oey Yok Su bahagia sekaligus sedih.
"Sesat Tua." kata Ang Cit Kong, "kau ingat tidak apa yang kubilang padamu di Pulau Persik, bahwa anakmu sangat cerdik dan banyak akalnya, orang lain dapat dikelabuinya tapi ia sendiri tak bakal dapat teperdaya, bahwa kau tak usah meng-khawatirkannya" Nah, sekarang katakan, benar atau tidak perkataan si Pengemis Tual"
Oey Yok Su tersenyum, sembari menarik tangan
anaknya ia mendekati Pengemis Utara.
"Aku memberi selamat padamu yang telah membikin si Tua Bangka Berbisa kabur!" katanya.
"Dengan kekalahannya itu, legalah hatimu dan hatiku.v
Ang Cit Kong tersenyum. "Jago di kolong langit ini adalah kau dan aku si Pengemis Tua," katanya. "Tapi melihat anakmu ini, cacing dalam perutku langsung mengamuk tak keruan, liurku pun meleleh. Mari kita lekas-lekas bertempur! Bagiku sama bagusnya baik kau maupun aku yang jadi jago, aku hanya menunggu menyikat habis hidangan yang lezat-lezat!"
."Ingat!" seru Oey Yong. "Kalau kau kalah, baru aku akan masak untukmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Fui. tak tahu malu!" Cit Kong membentak.
"Jadi kau hendak menggencetku, ya?"
Oey Yok Su beradat tinggi, katanya, "Pengemis Tua,'setelah lerluka kau menyia-nyiakan waktumu selama dua tahun, maka sekarang aku khawatir kau bukan tandinganku! Yongji, aku tak peduli siapa menang siapa kalah, kau mesti memasak dan mengundang gurumu bersantap!"
"Benar begitu!" puji Cit Kong. "Itu baru kata-kata guru besar! Pemilik Pulau Persik mana boleh berpandangan cupet seperti anak gadisnya! Sekarang mari kita mulai, tak usah menanti sampai tepat tengah hari!"
Sehabis, berkata. Cit Kong mengangkat tongkatnya lalu maju menyerang.
Oey Yok Su menggelengkan kepalanya.
"Baru saja kau bertempur lama melawan Racun Barat," katanya. "Meski benar kau tak letih, tapi kau toh telah mengeluarkan banyak tenaga. Mana dapat aku Oey Yok Su mau menang tempo! Baiklah kita tunggu sampai tengah hari tepat, supaya kau sekalian bisa menghimpun tenagamu kembali!"
Cit Kong tahu itu benar dan pantas sekali, tetapi ia tidak dapat menahan sabar,- maka ia mendesak untuk mulai bertempur saja.
Oey Yok Su sebaliknya, ia duduk di batu tidak memedulikan si Pengemis Tua.
Melihat kedua orang tua itu berkutat, Oey Yong menengahi.
"Ayah, Suhu, aku punya cara." katanya. "Dengan caraku ini kalian bisa langsung bertempur tanpa ada yang menang tempo."
"Bagus!" kata Cit Kong dan Yok Su berbarengan.
"Bagaimana caranya?"
"Ayah dan Suhu adalah sahabat kekal, siapa menang siapa kalah akhirnya toh persahabatan di antara kedua belah pihak akan terganggu juga,"
jawab Oey Yong. "Pibu hari ini adalah pibu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghendaki menang atau kalah, bukan?"
Cit Kong dan Yok Su telah berpikir serupa,
maka mereka mengiyakan. Lantas keduanya ber-
tanya bagaimana cara si anak atau si murid.
"Caraku begini," kata Oey Yong. "Mula-mula Ayah bertempur melawan Kakak Ceng. Coba lihat, dalam berapa jurus Ayah dapat mengalahkannya.
Setelah itu Suhu bertempur melawan Kakak Ceng.
Umpama dalam 99 jurus Ayah dapat mengalahkan
Kakak Ceng sedangkan Suhu mesti menggunakan
seratus jurus, maka Ayahlah yang menang. Sebaliknya kalau Suhu menang dalam 98 jurus, Ayahlah yang kalah."
"Bagus, bagus!" Cit Kong memuji.
"Kakak Ceng bertempur lebih dulu melawan Ayah." Oey Yong berkala lagi. "Kedua pihak masih segar dan bertenaga cukup. Kalau nanti Kakak Ceng melawan Suhu, mereka sama-sama bekas
bertempur, jadi seimbang. Tidakkah itu adil?"
Oey Yok Su mengangguk. "Cara ini bajk." katanya. "Anak Ceng, mari maju. Kau pakai senjata atau tidak?"
"Terserah!" jawab Kwee Ceng. Ia setuju dengan cara sama (engah itu. Ia lantas akan melangkah maju.
"Perlahan dulu!" Oey Yong mencegah. "Masih ada yang harus dijelaskan. Bagaimana umpama dalam tiga ratus jurus Ayah dan Suhu masih belum sanggup mengalahkan Kakak Ceng?"
Ang Cit Kong tertawa tergelak.
"Sesat Tua," katanya, "mulanya aku sangat mengagumi putrimu yang pandai sekali membela ayahnya, ha, siapa tahu dia toh tetap wanita, dia akhirnya membela pihak luar juga! Tapi ini wajar!
Sebenarnya dia ingin sekali supaya si tolol ini yang memperoleh gelar orang gagah nomor satu
di kolong langit." Sesat Timur bertabiat sangat aneh. Setelah men-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengar ucapan putrinya dan si Pengemis Utara, ia memutuskan, "Biarlah kubikin tercapai keinginan anakku ini." Ia lantas berkata. "Apa yang dikatakan Yongji benar adanya. Kita dua tua bangka, kalau kita tak dapat mengalahkan Anak Ceng dalam tiga ratus jurus, mana kita punya muka untuk terhitung sebagai orang-orang nomor satu?" Namun, setelah berkata begitu, -ia berbalik pikir lagi, "Aku bisa saja mengalah, membiarkan dia sanggup melayani-ku sampai tiga ratus jurus; tapi jika si Pengemis Tua tak sudi mengalah, tentu dia bakal dapat mengalahkan Anak Ceng dalam tiga ratus jurus itu! Dengan demikian, aku jadi bukan mengalah pada Anak Ceng, melainkan pada si Pengemis Tua...," Ia jadi ragu-ragu.
Ang Cit Kong langsung menolak tubuh muridnya.
"Lekas mulai!" katanya. "Mau tunggu apa lagi?"
Kwee Ceng terhuyung ke depan Oey Yok Su,
yang terpaksa mengambil keputusan segera. Ia berkata dalam hati, "Baiklah, sekarang aku mencoba dulu tenaga dalamnya, sebentar akan kupikirkan lagi." Tangan kirinya bergerak ke arah pundak si anak muda. "Jurus pertama!" serunya.
Kalau Oey Yok Su berpendirian tidak tetap, demikian juga Kwee Ceng. Pemuda ini berpikir.
"Sudah pasti aku tak dapat menjadi orang kosen nomor satu di dunia ini, tapi manakah yang akan kubiarkan menang, ayah Yongji atau Suhu?" Tengah ia ragu-ragu, tangan Oey Yok Su menyambar padanya. Tangan kanannya terangkat untuk menangkis. Karena ia belum sempat memperbaiki diri, dengan bentroknya (angan mereka, ia terpental hingga hampir jatuh. Lantas ia mendapat pikiran baru, "Aku gila! Kenapa mesti kupikirkan soal mengalah atau tidak" Biarpun kukeluarkan semua kepandaianku, mana bisa aku melawan sampai tiga ratus jurus?" Maka ketika serangan kedua Oey Yok Su tiba. ia berniat melawan. Ia akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membiarkan mereka berdua menggunakan kepandai-an mereka untuk mengalahkannya, terserah siapa lebih dulu dan siapa ketinggalan, ia sendiri tidak mau berat sebelah.
Selelah jurusnya yang kedua dapat dihindari, Oey Yok Su melanjutkan serangannya lebih jauh.
Baru beberapa jurus ia sudah heran sekali hingga bertanya dalam hati, "Baru setahun lebih berlalu, kenapa anak tolol ini sudah maju begini rupa"
Kalau aku mengalah, kecuali tiga ratus jurus yang disebutkan itu, mungkin aku terkalahkan olehnya...."
Dalam beberapa jurus itu, lantaran ia mengalah dan cuma memakai tujuh bagian tenaganya, Oey Yok Su berada di bawah angin, (tulah sebabnya ia heran. Maka selanjutnya ia bersilat dengan ilmu Lok Eng Ciang.
Kwee Ceng sekarang benar-benar bukan Kwee
Ceng yang dulu. Yok Su telah mencoba belasan jurus, namun pemuda itu belum bisa diunggulinya.
Ia menukar dengan belasan macam jurus lagi, tetapi masih belum berhasil juga. Demikianlah puluhan jurus telah dilewatkan.
Setelah seratus jurus lebih, Kwee Ceng yang jujur bertindak alpa, ia nyaris kena tendang- kaki kiri lawan. Syukurlah ia keburu melompat mundur, tapi karena itu kedudukan kedua pihak jadi seimbang.
Oey Yok Su menarik napas lega. "Hebat," pikirnya. Baru setelah menggunakan tipu ia bisa mengubah keadaan, tapi untuk menang di atas angin ia mesti bekerja lebih keras lagi. Setelah pengalaman pertamanya itu Kwee Ceng memasang kedudukan
kokoh teguh, biar diserang bagaimana juga, ia tetap membela diri. la telah mengambil sikap, walaupun tidak menang asal jangan sampai kalah.
"Dua ratus tiga!" Oey Yong menghitung. "Dua ratus empat!"
Oey Yok Su menjadi bingung juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tangan sf Pengemis Tua lihai, bagaimana kalau dia dapat merobohkan muridnya dalam tempo seratus jurus?" pikirnya. "Di mana aku mesti menaruh mukaku"'
Maka kembali ia bekerja keras untuk menyerang hebat.
Baru sekarang Kwee Ceng terdesak, malahan ia hampir sukar bernapas. Ia merasa seperti tertindih gunung, matanya mulai kabur.
Oey Yok Su menyerang hebat sekali, cepat serangannya itu, tetapi sang wasit, putrinya sendiri, juga cepat sekali hitungannya. Saat Kwee Ceng merasa bibir dan lidahnya kering, kaki dan tangannya lemas, hingga ia akan berseru menyerah kalah.
mendadak terdengar suara nyaring si nona, "Tiga ratus!"
Segera muka Oey Yok Su memucat, ia melompat
mundur. Kwee Ceng menderita hebat sekali. Matanya
kabur, kepalanya pusing, kaki dan tangannya kehilangan tenaga. Pertempuran telah berhenti, tapi ia belum berhenti bergerak, ia berputar-putar dan terhuyung-huyung, hampir ia roboh ketika sadar bahaya yang mengancam dirinya. Mendadak ia menancapkan kaki kirinya dengan tipu Cian Kin Twi, Berat Seribu Kati. Baru sekarang ia dapat berdiri tegak. Untuk memulihkan kesegarannya, tangan kanannya bergerak; dengan ilmu silat Hang Liong Sip-pat Ciang ia menyerang sepuluh kali.
Otaknya lantas menjadi jernih. Ia diam sejenak, terus berkata, "Tuan Oey, beberapa jurus lagi pastilah aku roboh...!"
Sesat Timur malu dan sedih, ia sedikit men-
dongkol, tetapi menyaksikan ketangguhan anak muda itu ia berbalik menjadi girang. Luar biasa pemuda itu dapat bertahan dari serangannya dengan tipu silat Ki-bun Ngo-coan, yang telah dipahaminya selama belasan tahun. Dengan ilmu itu ia biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin letih lawannya. "Pengemis Tua," katanya pada Ang Cit Kong,
"aku tak berguna, kaulah yang mendapatkan gelar orang gagah nomor satu di kolong langit ini!" Ia memberi hormat, terus memutar tubuh untuk berlalu.
"Tunggu dulu, tunggu dulu!" kata Cit Kong.
"Segala di dunia bagaikan catur, perubahannya tak dapat diterka...." Ia lantas mengliampiri Kwee Ceng, melemparkan tongkatnya, lalu dari pinggangnya ia menghunus sebilah pedang yang diserahkannya pada Kwee Ceng. Ia berkata, "Kau menggunakan senjata, aku akan melawanmu dengan tang'an kosong!"
Kwee Ceng melengak. "Suhu...." katanya, "mana..."
"Ilmu silat tangan kosongmu aku yang mengajarkannya. Kalau kau menggunakan kepalanmu, apa itu namanya pihuT kata si orang tua. "Majulah!"
Kata-kata ini disusul dengan sambaran tangan kiri untuk merampas pedang Kwee Ceng.
Kwee Ceng tidak dapat menerka maksud gurunya itu, ia melepaskan pedangnya, tidak melawan.
"Anak tolol!" damprat Cit Kong. "Kita sedang pibu, tahu!"
Ia menyerahkan kembali pedang itu dengan tangan kirinya, tapi tangan kanannya merampas lagi.
Kali ini Kwee Ceng menghindarkan pedang itu
hingga tidak terampas. "Satu!" Oey Yong lantas menghitung.
Ang Cit Kong langsung menggunakan Hang Liong Sip-pat Ciang. Tentu saja ia hebat luar biasa.
Sambaran-sambaran anginnya sedemikian rupa, hingga meskipun bersenjatakan pedang Kwee Ceng tidak dapat mendekati lawannya ini. Sebenarnya si anak muda tidak biasa menggunakan senjata, tapi setelah didesak Auwyang Hong di rumah batu, ia jadi pandai menggunakannya. Tapi berbeda dari orang-orang lain, ia menggunakan kepandaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
senjatanya delapan bagian untuk pembelaan diri, dua bagian untuk penyerangan. Dari Kanglam Cit Koay ia memperoleh apa yang dinamakan "kepandaian kasar". Setelah mendapatkan Kiu Im Cin Keng baru ia memperoleh kemajuan yang berarti, sekarang ditambah dengan kepandaiannya dalam menggunakan senjata. Menghadapi Auwyang Hong, ia membela diri dari serangan tombak kayu, sekarang ia membela diri dari serangan tangan kosong.
Ang Cit Kong girang mendapati muridnya dapat
bertahan demikian bagus. "Anak ini dapat maju, tak kecewa aku men-didiknya." pikirnya. "Tapi kalau aku merobohkannya dalam dua ratus jurus, itu jelek untuk si Sesat'
Tua. Lebih baik aku menanti sampai dua ratus jurus lebih, baru aku menggunakan tangan berat...."
Lalu Pengemis Utara menggunakan ilmu silat tiang Liong Sip-pat Ciang, Delapan Belas Jurus Menaklukkan Naga. Ia mengurung muridnya, angin serangannya mendesir-desir.
Dalam sikapnya ini Ang Cit Kong telah membuat kekeliruan. Kalau ia terus mendesak, mungkin Kwee Ceng kewalahan dan perlawanannya patah. Tapi ia mengulur tempo, mau menanti hingga dua ratus jurus. Ia lupa Kwee Ceng orang muda, tenaganya sedang penuh. Apalagi setelah mempelajari Kiu Im Toan Kut Pian, pemuda itu telah maju jauh sekali.
Sebaliknya Cit Kong sendiri orang tua, jadi tidak dapat beradu ulet. Demikianlah, ketika ia sudah menyerang hingga sembilan putaran, atau artinya 162 jurus, serangannya tidak dahsyat lagi seperti semula. Bahkan sesudah sampai jurus kedua ratus, di samping tangan kanannya memegang pedang, tangan kiri Kwee Ceng jadi semakin hebat.
"Ini hebat," pikir si Pengemis Utara yang merasa tidak tenang. Tapi ia orang yang berpengalaman, ia tahu ia tidak bisa beradu tenaga, maka terpaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggunakan akalnya dan mementang terbuka
kedua lengannya. Kwee Ceng dapat melihat perubahan itu, ia heran.
"Ini jurus yang belum pernah Suhu ajarkan padaku...," pikirnya. Kalau menghadapi orang lain, tentu ia lelah merangsek ke nong-kiong^ tengah,
.untuk menyerang dada. Namun menghadapi gurunya, ia tidak bisa bertindak telengas. Karena itu ia mesti berpikir dulu untuk menyerang.
"Tolol!" tegur si guru. "Kau teperdaya!"
Mendadak kaki kiri sang guru melayang naik, menendang pedang muridnya hingga terlepas, sedangkan tangan kanannya menyambar ke pundak.
la lianya menggunakan delapan bagian tenaganya, karena tidak berniat melukai si murid. Ia yakin muridnya akan roboh dan ia sendiri akan menang.
Tapi ia keliru. Walaupun muda, Kwee Ceng telah banyak
pengalaman, tubuhnya sering menderita, hal itu bagaikan semacam latihan untuknya. Hajaran itu hanya membikin ia terhuyung beberapa langkah dan membuat pundaknya terasa sakit, tidak sampai membikin ia roboh. Maka kagetlah si guru yang lantas berseru, "Lekas kibaskan tanganmu tiga kali, lalu sedot napas, nanti kau terluka dalam!"
Kwee Ceng menurut. Benar saja, ia langsung
merasa lega. "Saya menyerah," katanya.
"Tidak!" kata guru itu. "Kalau kau menyerah,si Sesat Tua mana puas! Sambutlah!" Tangannya lantas menyambar.
Sekarang Kwee Ceng tidak mempunyai senjata,
ia mesti melawan dengan tangan kosong. Ia menghindar dengan jurus Kong-beng-kun ajaran Ciu Pek Thong, semacam ilmu silat lunak yang paling lunak yang diciptakan Bocah Tua Nakal setelah ia membaca kitab Too Tek Keng bagian "Serdadu kuat bisa musnah, kayu kuat bisa patah, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras kuat jatuh di bawah, yang lunak lemas jatuh di atas." Air adalah benda terlunak di kolong langit ini, tidak ada yang melebihinya, tetapi kuat serangannya tidak ada yang dapat menahan. Hang Liong Sip-pat Ciang adalah ilmu silat yang terkeras, maka mesti dilawan dengan ilmu yang terlunak. Tapi Kwee Ceng tidak melawan hanya dengan yang lunak, melainkan juga dengan yang keras, sebab di samping pandai Kong-beng-kun, Pukulan Memisah Diri, ia pun paham Hang Liong Sip-pat Ciang dari gurunya ini. Jadi kedua tangannya bergerak masing-masing, keras dan lunak.
Dengan begitu, gurunya kewalahan.
Oey Yong menonton sambil menghitung. Melihat
tidak ada tanda-tanda Kwee Ceng bakal kalah, ia girang. Ia menghitung terus sampai 299.
Ang Cit Kong mendengar hitungan itu. Men-
dadak muncul tabiatnya yang suka menang sendiri, ia menyerang dengan jurus Kang Liong Yu Hui yang hebat sekali, bagaikan gunung roboh dan laut terbalik. Setelah itu ia menyesal, karena khawatir Kwee Ceng tidak dapat mempertahankan diri dan akan terluka parah, la berteriak, "Hati-hati!"
Kwee Ceng mendengar peringatan itu saat tangan gurunya sudah di depan mukanya, la kenal baik serangan itu, sebab waktu mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang, itulah jurus pertamanya. Ia mengerti bahwa tidak ada jurus Kong-beng-kun yang dapat menghindari serangan itu, maka ia menggunakan jalan keras lawan keras, ia menyambut dengan Kang Liong Yu Hui juga.
Tidak ampun lagi kedua tangan beradu keras,
hingga terdengar bunyi nyaring. Sebagai akibatnya, tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar.
Oey Yok Su dan putrinya terkejut, hingga mereka berseru, keduanya melangkah menghampiri.
Guru dan murid itu seperti berpegangan, tangan mereka bagaikan menempel satu sama lain. Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng mempertahankan diri. ia lantas tahu, kalau mengalah ia akan terluka parah. Ia tahu baik bahwa gurunya lihai. Maka ia hendak menanti sampai tangan gurunya sudah tidak begitu membahayakan, baru ia mau menyerah kalah.
Ang Cit Kong kaget berbareng girang mendapati muridnya bisa bertahan, segera timbul rasa sayangnya, hingga berkuranglah tabiat suka menang sendirinya. Ia lantas memikirkan cara untuk mengalah supaya muridnya mendapat nama. Maka pelan-pelan ia memperlunak tenaganya.
Tepat selagi guru dan murid itu tidak menang dan tidak kalah, dari balik jurang terdengar tiga kali seruan nyaring, dibarengi munculnya seorang yang berjungkir balik hingga tiga kali. la adalah Racun Barat Auwyang Hong, yang muncul lagi
tiba-tiba. Kwee Ceng dan Ang Cit Kong mengendurkan
tenaga mereka berbareng serta melompat mundur.
dengan begitu mereka bisa mengawasi si Racun Barat yang bajunya robek rubat-rabit dan mukanya berlepotan darah. Kembali orang itu berteriak,
"Raja Langit telah tiba! Giok Hong Taytee turun ke bumi!" Lantas dengan tongkat ularnya ia merabu keempat orang yang berada di situ.
Ang Cit Kong menjumput tongkatnya, lalu me-
nangkis, hingga mereka jadi bertempur. Setelah beberapa jurus, ia heran. Oey Yok Su, Kwee Ceng, dan Oey Yong juga tidak kurang herannya.
Aneh sekali kelakuan Racun Barat ini. la berkelahi tetapi adakalanya mencakar muka sendiri, menyentil, mendepak kempolannya sendiri, atau tengah menyerang, mendadak ia menarik pulang serangannya untuk diubah dengan jurus yang lain.
Menyaksikan demikian, Ang Cit Kong mengambil sikap membela diri.
Lewat beberapa jurus kembali Auwyang Hong
memperlihatkan keanehannya. Beruntun tiga kali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggaplok mukanya sendiri, hingga terdengar suara nyaring diikuti jeritannya yang keras. Setelah itu mendadak ia melonjorkan kedua tangannya untuk merayap di depan Cit Kong.
Pengemis Utara girang. Ia berpikir, "Menyerang anjing adalah keistimewaan tongkatku ini. sekarang kau bersikap seperti anjing, bukankah kau mengantarkan dirimu sendiri masuk ke jaring?" Ia menusuk pinggang lawannya itu.
Sekonyong-konyong Auwyang Hong membalik-
kan tubuh, dengan begitu ia menindih ujung tongkat, terus menggelindingkan tubuhnya mendaki tongkat. Cit Kong terkejut hingga tongkatnya terlepas. Menyusul itu, tubuh Racun Barat mencelat tinggi, kedua kakinya berbareng menendang ke arah kedua mata lawannya,
Cit Kong terkejut, ia melompat mundur.
Oey Yok Su maju seraya mencabut pedangnya,
lalu menusukkannya pada si Racun Barat.
"Toan Hongya, aku tak takut It Yang O'-mu!"
kata Auwyang Hong yang menangkis, tapi terus
merangsek untuk menubruk.
Oey Yok Su mengerti jago dari See Hek ini sedang kacau pikirannya, namun heran, serangannya justru lebih hebat daripada waktu ia sadar, la tentu tidak tahu, karena Auwyang Hong belajar Kiu bn CIH Keng palsu yang sangat menyita pikiran dan tenaganya, ia menjadi tersesat, tetapi karena bakatnya baik dan ilmu silatnya sudah tinggi, sesat atau tidak, ia telah memperoleh kemajuan yang luar biasa, hingga dua orang kosen ini menjadi kewalahan.
Selang beberapa puluh jurus, Oey Yok Su keteter hingga mesti mundur. Tempatnya segera diambil alih Kwee Ceng yang maju dengan pedangnya.
Tiba-tiba Racun Barat menangis dan berkata,
"Oh, anakku, kau mati sangat mengenaskan...."
Tiba-tiba ia melemparkan tongkat ularnya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melompat dan merangkul anak muda di
www.kangzusi.com depannya.
Kwee Ceng tahu tentunya ia disangka Auwyang
Kongcu. Karena mendengar jeritan dan keluhan orang itu, ia menjadi tidak tega menurunkan tangan jahat. Di lain pihak, ia juga takut. Maka ia mengulurkan tangannya untuk menolak.
Auwyang Hong lihai sekali. Walaupun ia berkelakuan aneh, gerakannya sangat gesit, tangan kirinya lantas memegang lengan Kwee Ceng dan
tangan kanannya memeluk. Si anak muda meronta, tapi kalah tenaga, ia tidak berhasil meloloskan diri.
Ang Cit Kong dan Oey Yok Su terkejut, keduanya melompat maju untuk menolong. Dengan It Yang Ci Cit Kong menotok jalan darah hongbwee-hiat di punggung Racun Barat agar Kwee Ceng dilepaskan.
Arah aliran darah Auwyang Hong telah ber-
tentangan, sehingga ia tidak dapat ditotok. Totokan itu tidak terasa olehnya, ia tidak menghiraukannya.
Oey Yong memungut batu untuk menyerang
kepala Auwyang Hong, tetapi tangan kanan si Racun Barat meninju batu itu sampai terpental masuk ke jurang. Karena itu, Kwee Ceng dapat
memberontak sambil terus melompat mundur.
Oey Yok Su juga sudah menyerang si edan itu.
Auwyang Hong tidak lagi memakai ilmu silat biasa, tetapi hebat bukan main, sering ia memiringkan tubuh, atau berdiri tegak, atau menjatuhkan diri tengkurap dengan sebelah tangannya menekan tanah, hingga tangannya yang lain dapat digunakan untuk berkelahi terus. Tentu saja cara berkelahi itu sulit dilayani Sesat Timur.
Oey Yong khawatir ayahnya akan salah tangan
maka ia berteriak, "Suhu, menghadapi orang edan ini jangan kita pakai aturan lagi, mari kita keroyok dia!"
"Di waktu biasa, kita bisa berbuat begitu untuk membekuknya," kata Ang Cit Kong. "Tapi sekarang adalah hari pibu di Hoa San ini. Dunia tahu kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mesti bertempur satu lawan satu, kalau sekarang kita mengepungnya, kita bakal ditertawakan orang kangouw"
Selagi Pengemis Utara bicara, serangan aneh Auwyang Hong bertambah dahsyat, bahkan orang itu meludahi Oey Yok Su hingga majikan Pulau Persik itu gelagapan dan melangkah mundur.
Sehabis itu Auwyang Hong menyerang sambil
membungkuk, berarti ia tidak melihat ke atas. Oey Yok Su girang melihatnya, dalam hati ia berkata,
"Dasar dia edan, dia kacau!" Langsung ia menotok jalan darah genghiang-hiat.
Totokan itu baru mengenai kulit muka, tapi mendadak Auwyang Hong menyambar dengan mulutnya, menggigil jari telunjuk penyerangnya. Dalam kagetnya Oey Yok Su segera menyerang dengan
tangan kirinya ke jalarr darah tayyong-hiat. Tapi Auwyang Hong juga sebat sekali, ia menangkis dengan tangan kanannya dan memperkeras gigitannya.
Kwee Ceng maju berbareng bersama Oey Yong,
masing-masing dengan pedang kayu dan tongkat bambu. Baru sekarang Auwyang Hong melepaskan
gigitannya, tapi sebagai gantinya, ia mencakar ke muka si nona, untuk itu ia memakai kedua tangannya atau kesepuluh jarinya. Selagi berbuat begitu ia memperlihatkan roman bengis sekali, sedangkan mukanya berlepotan darah.
Oey Yong kaget hingga menjerit, ia melompat ke samping. Tapi ia disusul.
Kwee Ceng menggempur punggung jago dari See Hek itu, ia menangkis. Dengan begitu barulah Oey Yong lolos dari ancaman bahaya.
Baru belasan jurus si anak muda melayani orang edan itu, pundak dan pahanya beberapa kali kena hajar, syukur tidak berbahaya.
"Anak Ceng, mundur!" kata Cit Kong. "Biar aku yang mencoba melayaninya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pengemis Utara melompat maju, hingga ia bertempur lagi melawan Racun Barat. Kali ini mereka bertempur lebih hebat daripada tadi. Setelah menyaksikan serangan orang itu terhadap Oey Yok Su dan Kwee Ceng, Cit Kong melihat masih ada jalan untuk menghadapi ilmu silat kacau Auwyang Hong itu, maka sekarang ia melawan dengan perhatian. Kap-mo-kang digunakan si Racun Barat secara bertentangan, yang mestinya ke kanan menjadi ke kiri, yang mestinya ke atas menjadi ke bawah, demikian
seterusnya. Umumnya, tujuh dalam sepuluh, gerakan itu tidak meleset. Maka, meski keteter Cit Kong bisa juga balas menyerang, satu kali melawan tiga kali.
Oey Yok Su juga memperhatikan ilmu silat
Racun Barat itu. Selagi anaknya mengurus lukanya, ia meneliti lebih jauh. Dalam hal ini, ia lebih cerdas daripada Ang Cit Kong, maka ia pun lantas menemukan cara menghadapi ilmu itu. Segera ia mengajari Cit Kong berulang-ulang, "Cit Kong, tendang dia! Hajar dia pada jalan darah ki-koat.
Serang jalan darah thian-cui" Semua petunjuk ini diberikan selagi semua jalan darah itu terbuka.
Sebagai penonton, Oey Yok Su dapat melihat jelas sekali.
Ang Cit Kong menuruti petunjuk itu, maka tidak lama kemudian kedudukannya seimbang dengan lawannya. Meski begitu Cit Kong dan Yok Su jengah sendiri, sebab mereka berdua mesti mengepung Racun Barat.
Suatu ketika Cit Kong mendapat kesempatan
untuk bisa menghajar Racun Barat dengan tepat, namun tiba-tiba Auwyang Hong kembali meludah, hingga Cit Kong batal menyerang dan mesti berkelit. Lalu ia dirabu dan diludahi lagi hingga gelagapan. Biarpun cuma ludah, tapi bisa merusak mata bila mengenainya. Si pengemis tidak sudi mandah begitu saja. Tidak ada jalan lain, ia menangkap ludah itu dengan tangannya, lantas terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang. Baru beberapa jurus kembali Auwyang Hon meludah.
Rupanya inilah siasatnya untuk mengacaukan lawan.
Cit Kong mendongkol sekali. Ia merasa dirinya seperti dihina. Ia juga jijik dengan ludah Racun Barat yang masih melekat di tangan kanannya, karena sangat repot, ia tidak sempal mengusapkan tangannya ke bajunya.
"Kena!" serunya mendadak setelah lewat beberapa jurus. Tangan kanannya menepuk muka Auwyang
Hong. Tampaknya ia hendak memulas muka orang
itu dengan ludahnya sendiri, tidak tahunya diam-diam ia hendak menotok dengan It Yang Ci, totokan istimewa untuk menaklukkan Kap-mo-kang.
Meski seperti gila, Auwyang Hong sebenarnya
sangat gesit dan dapat berpikir, la menanti tibanya tepukan tangan lawan. Ketika jari-jari tangan Cit Kong dikeluarkan untuk menotoknya, ia hendak menyambut dengan gigitannya seperti sebelumnya ia menggigit tangan Oey Yok Su.
Oey Yok Su, Kwee Ceng, dan Oey Yong yang
pasang mata jadi terkejut. Mereka melihat berkelebatnya gigi putih Racun Barat. Ketiganya langsung berteriak, "Awas!"
Mereka lupa bahwa Ang Cit Kong, yang ber-
julukan Kiu Ci Sin Kay si Pengemis Aneh Berjari Sembilan, sudah tidak mempunyai telunjuk kanan, yang telah dikutungtnya sendiri untuk mengurangi keserakahannya gegares. Ketika Auwyang Hong
menggigit sasaran kosong, seluruh gigi atas dan gigi bawahnya bercatrukan keras sekali.
Inilah kesempatan yang paling baik, Ang Cit Kong tidak mau menyia-nyiakannya. Selagi mulut Racun Barat terkatup rapat, Cit Kong mengeluarkan jari tengahnya untuk menotok jalan darah tee-chong-hiat di pinggir mulut lawannya.
Ong Tiong Yang dan Toan Hongya biasa meng-
gunakan telunjuk, tetapi Cit Kong tidak mem-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
punyainya, maka ia menggunakan jari tengah sebagai pengganti. Auwyang Hong tidak menyangka, maka ia menggigit seperti biasa untuk menyambut totokan, tidak tahunya ia kehilangan sasaran.
Melihat Cit Kong berhasil, Oey Yok Su bertiga akan berseru girang, namun sebelum itu tiba-tiba mereka tersentak. Mendadak Pengemis Utara berjumpalitan roboh ke tanah, sedangkan Racun Barat terhuyung mundur beberapa langkah, gerakannya mirip orang mabuk. Setelah dapat berdiri tegak, ia tertawa terbahak sambil melengak.
Sudah diketahui bahwa jalan darah Auwyang
Hong telah bertentangan semuanya, maka totokan Ang Cit Kong bukan mengenai tee-chong-hiatt tapi justru jalan darah besar ciok-yang-beng wi-keng. Tapi waktu ditotok tubuh Racun Barat cuma mati sedetik, sehabis itu ia pulih seperti biasa.
Maka ia sebat luar biasa balas menghajar pundak lawannya.
Cit Kong melihat serangan itu. ia tidak sempat menangkis, ia lantas berkelit. Benar ia kena hajar, tapi karena sembari berkelit, ia bisa membuang diri dengan berjumpalitan. Tentu saja ia tidak menyerah begitu saja. sambil berkelit tadi ia berbareng menyerang dengan jurus Kian Liong Cay Tians tapi karena kenanya tidak telak, Racun Barat cuma terhuyung.
Cit Kong tidak terluka parah. Sejenak tubuhnya terasa kaku, ia tidak dapat lantas bergerak leluasa, tidak dapat segera maju lagi. Karena orang ternama, ia malu dengan kekalahannya, maka setelah bangun lagi ia memberi hormat pada Racun Barat seraya berkata, "Saudara Auwyang, aku si pengemis tua takluk padamu, kaulah orang kosen nomor satu di kolong langit ini!"
Auwyang Hong mendongak, ia tertawa lama.
Kemudian ia mengulap-ulapkan kedua tangannya
ke udara. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toan Hongya." katanya pada Oey Yok Su,
"kau takluk atau tidak padaku?"
Sesat Timur mendongkol sekali, dalam hati ia
berkata. "Bagaimana bisa gelar orang gagah nomor satu di kolong langit ini dirampas orang edan"
Bagaimana kami bisa menemui orang banyak?"
Meski begitu ia menginsafi kenyataan, la tidak bisa melawan jago dari Barat ini. Maka akhirnya ia mengangguk. Ia pun tidak peduli dipanggil Toan Hongya oleh si edan itu.
Auwyang Hong lantas berpaling pada Kwee
Ceng. "Nak," katanya, "ilmu silat ayahmu sangat lihai, di kolong langit ini tak ada tandingannya lagi, kau girang atau tidak?"
Orang-orang merasa aneh mendengar Racun
Barat memanggil anak pada keponakannya. Itu tidak mengherankan, karena tidak seorang pun mengetahui rahasianya. Sebenarnya Auwyang Kongcu dilahirkan oleh kakak ipar Auwyang Hong setelah berbuat serong dengannya, maka walaupun bagi orang luar mereka itu anak dan keponakan, sebenarnya mereka adalah ayah dan anak. Ia belum sadar, ia masih menganggap Kwee Ceng sebagai
anaknya, seperti ia mengira Oey Yok Su adalah Toan Hongya. Setelah puluhan tahun, ia seolah membuka rahasianya sendiri dengan menyebut-nyebut anaknya itu.
Kwee Ceng jujur, tanpa menghiraukan panggilan orang itu ia berkata, "Kami semua tak sanggup mengalahkanmu."
Auwyang Hong tertawa geli sekali.
"Nona mantuku yang baik, kau girang atau tidak?" ia bertanya pada Oey Yong sambil memandangnya.
Oey Yong tengah masygul, karena terpaksa menyaksikan ayahnya, Ang Cit Kong, dan Kwee Ceng dipecundangi Racun Barat, hingga ia me-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mikirkan upaya untuk menghadapi orang kosen yang edan ini. Begitu sekarang ditegur si edan. ia langsung menyahut, "Siapa bilang kau orang kosen nomor satu di kolong langit ini" Ada satu orang yang mesti kauhadapi, kau pasti tak sanggup mengalahkannya!"
Mendengar perkataan itu Auwyang Hong gusar
hingga-menepuk dadanya. "Siapa" Siapa dia?" tanyanya keras. "Suruh dia datang melawanku!"
Oey Yong menatap mata orang itu. Ia memusat-
kan tenaganya untuk Uap Sim Tay-hoat ilmu mempengaruhi hati dari Kiu im Cin Keng yang semacam ilmu sihir. Selama rapat di Gunung Kun San, Telaga Tong Teng, ia telah mempergunakan ilmu itu terhadap Pheng Tianglo hingga pengemis itu tertawa tidak mau berhenti. Kalau diterapkan terhadap orang yang tenaga dalamnya cetek, ilmu itu gampang mempan; namun tidak demikian halnya terhadap orang lihai. Dalam kitab itu tercantum pesan bahwa ilmu itu tidak dapat sembarang digunakan, sebab bisa mencelakai diri sendiri. Tapi Oey Yong menggunakannya juga karena tidak menemukan cara lain, sedangkan Auwyang Hong tampaknya kacau pikirannya.
Dalam keadaan biasa, memang Auwyang Hong
tidak dapat dipengaruhi Oey Yong, yang tenaga dalamnya kalah jauh, kalau dibalik ia bisa celaka.
Tapi sekarang ia sedang kacau, ia tidak dapat melawan. Sambil mengawasi ia masih bertanya,
"Siapa" Siapa dia" Suruh dia datang melawanku!"
"Dia lihai luar biasa, kau pasti tak dapat melawannya!" kata Oey Yong, matanya tetap mengawasi tajam.
"Siapa" Siapa dia" Suruh dia datang melawanku!"
"Dia bernama Auwyang Hong!"
"Auwyang Hong?"
Racun Barat menggaruk-garuk kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar, Auwyang Hong! Kau boleh lihai, tapi kau tak bakal dapat melawan Auwyang Hong!"
Kacau pikiran Racun Barat. Ia merasa mengenal baik nama Auwyang Hong itu, tetapi tidak dapat mengingatnya. Ia cuma merasa Auwyang Hong itu sangat berdekatan dengannya, hanya entah siapa....
"Sebenarnya siapa aku ini?" tanyanya kemudian.
"Kau adalah kau!" jawab Oey Yong tertawa dingin, matanya terus menatap. "Kau sendiri tak tahu, mengapa kau menanyaiku?"
Auwyang Hong bingung. Ia seperti berpikir keras untuk mengetahui siapa dirinya sendiri. "Aku ini siapa" Sebelum dilahirkan, aku ini apa" Setelah mati, aku ini apa"' Lalu ia bertanya lagi, "Sebenarnya aku siapa" Aku berada di mana" Aku kenapa?"
"Auwyang Hong mau mencarimu untuk mengadu kepandaian!" kata si nona. "Dia hendak merampas kitabmu, kitab Kiu Itn Cin Keng\"
"Mana dia sekarang" Dia ada di mana?"
"Itu dia, di belakangmu!" jawab Oey Yong sambil menurfjuk ke belakang Racun Barat.
Auwyang Hong memutar tubuhnya cepat luar
biasa, lantas melihat bayangannya sendiri yang berdiri di belakangnya. Ia melengak.
"Lihat, dia hendak menghajarmu!" kata Oey Yong cepat.
Auwyang Hong mendak, segera menyerang- Ka-
rena ia bergerak, bayangannya turut bergerak. Ia terkejut. Segera ia menyerang lagi, tangan kiri dan kanannya bergantian. Ia bergerak sangat cepat, bayangannya bergerak- sama cepatnya. Satu kali ia melompat berkelit, tubuhnya diputar hingga ia menghadap matahari. Sudah tentu ia kehilangan bayangannya.
"Hai. kau lari ke mana?" teriaknya. Ia melesat ke kiri.
Di sebelah kirinya ada lereng, di situ terlihat bayangannya. Tidak ayal lagi Auwyang Hong meninju. Tentu saja ia menghajar batu gunung. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa sakit bukan main dan berteriak, "Kau sangat lihai!" la lantas menendang. Tentu saja ia berjengit sendiri, sebab ia menendang gunung dan kakinya terasa sakit sekali seperti kepalannya barusan. Sekarang ia jadi jeri sendiri. Mendadak ia memutar tubuhnya dan lari.
Karena berlari ke arah matahari, ia tidak melihat bayangannya lagi. Setelah lari beberapa tombak, ia menoleh. Ia kaget melihat bayangannya berada di belakangnya dan berteriak, "Biar kau saja yang menjadi orang kosen nomor satu di kolong langit ini! Aku menyerah kalah!"
Karena ia berhenti lari dan tidak bergerak, bayangannya pun diam. Ia tidak berkata apa-apa lagi, ia memutar tubuh lagi untuk berlalu. Namun ia masih menoleh, hingga melihat bayangannya itu mengikutinya. Ia menjadi kaget dan takut, lantas berlari sekeras-kerasnya sembari menjerit-jerit. Ia menuruni gunung, sampai sekian lama masih terdengar jeritannya, "Jangan kejar aku! Jangan kejar aku!"
Oey Yong dan Ang Cit Kong saling mengawasi,
sama-sama menghela napas. Mereka tidak menyangka, demikian rupa nasib jago yang lihai sekali.
Oey Yong duduk bersila. Sehabis mengerahkan
tenaga dan pikirannya demikian keras, ia letih.
Setelah sekian lama bersemadi, ia baru bangkit.
Suara Auwyang Hong kadang-kadang masih ter-
dengar, tetapi ia sudah terpisah dari mereka beberapa //'. Yang terdengar adalah kumandangnya.
"Dia tak bakal hidup lebih lama lagi," kata Cit Kong.
"Aku... aku siapa ya?" mendadak Kwee Ceng bertanya seorang diri.
Oey Yong terkejut. Ia mengira pemuda tolol ini tentunya telah dibikin bingung oleh Racun Barat.
"Kau Kwee Ceng! Kau Kakak Ceng!" kata Oey Yong lekas-lekas. "Jangan pikirkan dirimu, pikirkan diri orang lain!"
Anak muda itu melengak. lalu sadar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar!" katanya. "Suhu, Tuan, mari kita turun gunung!"
"Anak tolol!" bentak Cit Kong. "Kau masih memanggilnya Tuan! Nanti kau kugaplok!"
Kwee Ceng melengak, ia menatap Oey Yong
yang tersenyum. "Ayah Mertua!" panggilnya kemudian dengan*
jengah. Oey Yok Su tertawa, rupanya ia senang dipanggil Ayah Mertua. Ia menarik tangan anak gadisnya, lalu menarik tangan menantunya itu. dan berkata pada Pengemis Utara, "Saudara Cit, hari ini barulah kita berdua mengerti, ilmu silat itu tak ada batas habisnya, jadi di kolong langit ini juga tak ada orang kosen nomor satu!"
"Tapi aku berani bilang ilmu masak Anak Yong paling hebat!" kata Pengemis Utara tanpa ditanya.
Oey Yong tersenyum. "Jangan puji-puji aku!" katanya. "Mari kita lekas-lekas turun gunung! Kalian akan kumasakkan beberapa macam hidangan!"
PENUTUP OEY YONG berempat tiba di kaki gunung, lalu mereka mencari penginapan. Si nona benar-benar menepati janjinya, ia memasak berbagai hidangan lezat terutama untuk gurunya. Malamnya mereka beristirahat di dalam dua kamar, Oey Yok Su bersama putrinya, dan Ang Cit Kong bersama
Kwee Ceng. Keesokan paginya ketika mendusin.
Kwee Ceng tidak melihat gurunya. Di atas meja ia melihat tiga huruf yang terukir dalam: "Aku telah pergi" Jelas tulisan itu diukir dengan jari. la heran, lekas-lekas ia pergi ke kamar mertuanya untuk memberitahukan kepergian gurunya itu.
Oey Yok Su menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biarlah!" katanya. "Memang demikian sepak terjang Saudara Cit, seperti naga sakti yang kepalanya tampak tapi ekornya tidak...!" Kemudian ia melirik si pemuda dan anak gadisnya, lantas meneruskan berkata, "Anak Ceng, ibumu telah me?nutup mata, maka sekarang orang yang paling dekat denganmu tinggallah gurumu, Kwa Tin Ok, Maka sebaiknya kau turut aku pulang ke Pulau Persik, di sana kau mohon gurumu itu menjadi wali agar merampungkan pernikahanmu dengan Yongji."
Kwee Ceng sedih berbareng girang sampai tidak bisa bilang apa-apa, melainkan mengangguk berulang-ulang.
Oey Yong hendak mengatai kekasihnya itu tolol, tapi batal karena ada ayahnya. Ia diam saja sambil melirik ayahnya.
Tiga orang ini memulai perjalanan pulang ke Pulau Persik. Sepanjang jalan mereka menggunakan kesempatan untuk menikmati keindahan alam. Mereka menuju tenggara. Suatu hari tibalah mereka di selatan jalan perbatasan antara timur dan barat Provinsi Ciatkang. Itu berarti Pulau Persik sudah tidak jauh lagi. Begitu sampai di situ mereka mendengar suara burung rajawali di udara, lantas terlihatlah sepasang burung itu terbang mendekat dari utara.
Kwee Ceng girang sekali, lantas memanggil.
Kedua burung itu menghampirinya lalu menclok
di pundaknya. Ketika meninggalkan Mongolia, anak muda ini
tidak sempat membawa burung-burung itu, maka bisa dimengerti kegirangannya. Ia mengusap-usap kedua rajawali itu. Tiba-tiba ia melihat ada sesuatu di kaki burung yang jantan. Ternyata itu sehelai kulit yang digulung kecil sekali, la membuka simpul tali pengikatnya, lalu membeberkannya, hingga terlihat ukiran huruf-huruf berikut:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Angkatan perang kami berangkai berperang ke Selatan dan akan menyerang kota Siangyang.
Berhubung dengan itu, karena aku tahu kau sangat setia pada negara, dengan menempuh bahaya aku menyampaikan kabar ini padamu. Aku telah menyebabkan kematian ibumu yang sangat menyedihkan, aku malu bertemu lagi denganmu, maka sekarang aku berangkat ke Barat, di daerah yang terasing, untuk tinggal bersama kakak sulungku.
Seumur hidup aku tidak akan kembali ke negeriku.
Kuharap kau menjaga diri baik-baik, semoga kau panjang umur!
Surat itu tanpa alamat dan tanpa tanda tangan, tetapi Kwee Ceng tahu itu surat Putri Gochin Baki.
la menyalin surat itu untuk memberitahu Oey Yok Su dan Oey Yong, kemudian ia bertanya pada mertuanya, tindakan apa yang harus mereka ambil.
"Kita sekarang berada dekat dengan kota Liman," kata Oey Yok Su. "Tapi jika kita menyampaikan berita pada pemerintah, artinya kita terlambat.
Pemerintah pasti bertindak sangat pelan dan kota Siangyang terancam bahaya. Kuda merahmu kencang larinya, berangkatlah langsung ke Siangyang untuk menemui kepala perang di sana. Umpama dia mau mendengar nasihat, bantulah dia membela kota itu bersama. Sebaliknya, kalau dia menentang, hajar mampus dia, lantas gantikan dia. Kau bekerja sama dengan semua pasukan dan rakyat kota itu, melawan angkatan perang Mongolia. Aku akan pulang bersama Yongji, di Pujau Persik aku me-nantimu."
Kwee Ceng menerima baik perkataan mertuanya.
Oey Yong diam tetapi tampak tidak senang.
Oey Yok Su melihat roman muka anak gadisnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia tertawa. "Baiklah, Yongji, kau boleh pergi bersamanya!"
ia berkata. "Begitu urusan beres, kau mesti lekas pulang. Jangan pedulikan seandainya pemerintah memberi ganjaran padamu."
Gadis itu girang sekali. "Itu pasti!" sahutnya.
Lantas sepasang muda-mudi ini berangkat ke barat, mereka melarikan kuda mereka. Kwee Ceng tidak mau ayal-ayalan, ia khawatir musuh akan keburu sampai. Jika kota Siangyang pecah, celakalah penduduk kota itu. Ia menginsafi kekejaman tentara Mongolia.
Suatu malam mereka singgah di dekat perbatasan selatan Liang-ciat dan barat Kanglam. Si pemuda duduk diam, pikirannya kusut. Ia teringat bunyi surat Putri Gochin, maka ia teringat juga saat ia dan putri itu masih sama-sama kecil, mereka hidup rukun hingga besar. Si nona membiarkan pemuda itu berpikir, ia sendiri duduk menjahit bajunya.
"Yongji," tiba-tiba si anak muda bertanya, "dia menulis bahwa ibuku mati mengenaskan dan dia tak punya muka menemuiku lagi. Kau tahu apa artinya itu"'
"Ayahnya memaksakan kematian ibumu, sudah tentu dia tak tega dan sedih karenanya," sahut si nona. "Tentu dia sangat menyesal."
Kwee Ceng diam, membayangkan kematian ibu-
nya itu. Mendadak ia melompat bangun, tangannya menepuk meja keras sekali.
"Aku tahu sekarang!" serunya. "Kiranya demikian!"
Oey Yong terkejut, jarum yang dipegangnya
menusuk jarinya hingga berdarah.
"Eh, kau kenapa?" ia bertanya sambil tertawa.
"Sekarang aku mengerti duduk persoalannya,"
sahut si pemuda. "Ketika aku dan ibuku membuka surat rahasia dari Jenghis Khan hingga kami memutuskan untuk pulang ke Selatan, di sana tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada orang lain, tapi Jenghis Khan bisa tahu rencana itu, lantas memergoki dan menawan kami. Karena sudah putus asa, Ibu bunuh diri. Bagaimana rencana kami bisa bocor" Sekian lama aku memikirkannya, baru sekarang aku tahu. Jadi rupanya dialah yang membocorkan rencana kami pada ayahnya."
Oey Yong menggelengkan kepalanya.
"'Putri Gochin sangat mencintaimu, dia tak mungkin membocorkan rahasia itu hingga mencelakai-mu," katanya.
"Tapi dia bukan hendak bikin celaka, dia cuma hendak mencegah keberangkatanku. Dia berada di luar tenda, mendengar pembicaraan kami berdua, terus melaporkannya pada ayahnya. Dia yakin ayahnya akan tidak mengizinkan kami berangkat, siapa tahu akibatnya adalah bencana hebat...."
Ia menghela napas. "Karena dia berbuat tanpa sengaja, kau harus pergi ke Barat mencarinya!" kata Oey Yong.
Kwee Ceng menggeleng. "Aku dan dia seperti kakak dan adik saja,"
katanya. "Sekarang dia tinggal di wilayah Barat itu bersama kakaknya. Hidupnya mulia, buat apa aku pergi mencarinya?"
Oey Yong tertawa, hatinya girang.
Besoknya perjalanan dilanjutkan terus sampai suatu hari mereka tiba di Kecamatan Bu-leng di Kawedanan Liong-hin. Mereka melintasi Ok-lim dan Tiang Nia, mereka melihat pemandangan alam seperti semasa mereka bertemu dengan Cin Lam
Khim di tempat mereka menangkap burung hiat-niauw.
"Kakak Ceng," kata Oey Yong tertawa. "Di mana saja berada kau main asmara, dan sekarang kau kembali akan bertemu dengan sahabat lamamu...."
"Jangan ngaco. apa itu sahabat lama dan bukan sahabat lama!" kata si pemuda yang polos.
Oey Yong tetap tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau umpama kembali turun hujan besar, dia pasti akan mengambil payung untuk memayungimu, bukannya aku!" ia menggoda.
Baru saja si nona menutup mulut, tiba-tiba terdengar suara kedua burung mereka yang mengikuti sembari terbang. Kedua rajawali itu terdengar gusar, lalu menukik ke dalam rimba dan lenyap.
"Mari kita lihat!" ajak Kwee Ceng. Ia menduga sesuatu.
Si nona juga menduga demikian.
Mereka melarikan kuda memutari rimba. Lantas
mereka menampak kedua rajawali itu terus beterbangan, sedang bertarung dengan seseorang.
Anehnya, hiat-niauw. si burung api. juga ada di situ dan turut membantu bertarung.
"Bagus!" seru Oey Yong. Ia girang bertemu dengan burung yang sangat disayanginya itu.
Sekarang mereka melihat tegas, orang itu adalah Pheng Tianglo dari Kay Pang. Ia membela diri dengan memutar goloknya, maka ketiga burung tidak bisa mendekatinya. Tapi kemudian rajawali betina dapat menyambar ikat kepalanya dan mematuk kepala pengemis itu. Pheng Tianglo membacok, ia berhasil membabat bulu binatang itu hingga berhamburan.
Karena ikat kepala orang itu terlepas. Oey Yong dapat melihat sebagian kulit kepalanya yang tanpa rambut. Segera ia teringat, "Dulu burung ini terpanah dadanya dengan anak panah pendek, kiranya pengemis busuk inilah yang memanahnya. Ketika bertarung di Chee-liong-thoa, kedua burung ini membawa kulit kepala orang, jadi itu milik pengemis ini!
Oey Yong lantas memungut beberapa butir batu, berniat membantu burung-burungnya, tetapi belum sampai ia turun tangan ia sudah melihat burung api menyambar dan bacotnya yang panjang mematuk biji mata si pengemis. Orang itu sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melindungi kepalanya, tidak tahu burung kecil ini menyambar dari bawah. Ia kesakitan bukan main hingga menjerit, ia melemparkan goloknya, terus berlari masuk ke gerombolan duri. Untuk menyelamatkan jiwanya ia tidak memedulikan duri menusuk sana-sini.
Ketiga burung tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Hiat-niauw melihat si nona dan terbang menghampiri. Kedua rajawali masih terbang berputaran di atas gerombolan duri itu.
"Sebelah matanya sudah buta, beri dia ampun!"
kata Kwee Ceng pada kedua rajawalinya.
Setelah itu Kwee Ceng mendengar suara anak
kecil beberapa kali. Ia heran hingga berseru tertahan. Suara itu datangnya dari sampingnya, tempat tumbuh rumput tinggi dan tebal. Langsung ia melompat turun dari kuda, berlari ke rerumputan itu dan menyibakkannya. la menemukan seorang anak kecil sedang duduk sendirian, kedua tangannya memegangi seekor ular berbisa yang meronta-ronta tapi tidak dapat meloloskan diri. Kwee Ceng kaget dan tercengang. Keheranannya semakin bertambah ketika ia melihat di samping anak itu terjulur sepasang kaki wanita. Maka ia menyibakkan rerumputan di sana hingga mendapati seorang wanita berbaju hijau sedang tergeletak pingsan. Ia segera mengenali wanita itu sebagai Nona Lam Khim.
Karena khawatir ular itu akan mencelakai si anak, Kwee Ceng mengulurkan tangannya untuk menarik, namun anak itu sudah melemparkan ular berbisa itu. Binatang itu bergerak-gerak sebentar, lantas terdiam mati, sebab ternyata telah dipencet anak itu.
Pemuda ini semakin heran. Ia menduga anak itu belum berumur dua tahun. Ia membungkuk memeriksa Nona Lam Khim, lalu menekan hidungnya.
Selang tidak lama, Lam Khim mendusin. Waktu
membuka mata dan melihat Kwee Ceng, ia me-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lengak, merasa seakan tengah bermimpi.
"Kau... kau kan Kakak Ceng...," katanya dengan suara bergetar.
"Ya, aku Kwee Ceng!" sahut si anak muda mendahului. "Nona Cin, apakah kau terluka?"
Nona itu bergerak akan bangun, namun roboh
kembali. Ternyata tangan dan kakinya terikat. Oey Yong segera menghampiri dan memotong belenggu itu.
"Terima kasih." kata Lam Khim yang terus menggendong anaknya. Ia duduk diam.
"Sebenarnya, Nona, apa yang telah terjadi atas dirimu?" tanya Kwee Ceng.
Lama nona itu diam, akhirnya dengan likat ia menuturkan juga hal ihwal dirinya. Di puncak Tiat Ciang Hong, kehormatannya telah dicemarkan oleh Yo Kang, lantas ia hamil, la melahirkan anaknya di kampung halamannya. Karena tidak
punya apa-apa lagi, ia tetap hidup sebagai penangkap ular. Ia terhibur dengan adanya anaknya yang cerdik sekali itu, anak itu seakan tahu kesengsaraan sang ibu.
Hari itu Lam Khim membawa anaknya mencari
kayu bakar. Kebetulan ia bertemu dengan Pheng Tianglo yang sedang lewat di sitn. Nafsu binatang pengemis itu timbul melihat kecantikan Lam Khim.
Si pengemis akan main gila. Lam Khim telah mempelajari ilmu yang diajarkan Kwee Ceng, tubuhnya menjadi sehat dan kuat. Sayang ia bertemu dengan Pheng Tianglo, salah satu di antara keempat pemimpin Kay Pang, ia dikalahkan dan diringkus.
Bersama Lam Khim ada hicu-niauw, si burung
api. Sejak berpisah dari Kwee Ceng dan Oey Yong di Chee-liong-thoa, burung itu pulang ke kampungnya, tinggal bersama Nona Cin. Burung ini tahu si nona sedang dalam bahaya, maka ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang Pheng Tianglo hingga keduanya jadi bertarung. Tidak lama kemudian datang bantuan kedua rajawali. Lantaran ini, pengemis itu tidak sempat melampiaskan nafsu binatangnya. Lam
Khim sendiri lantas jatuh pingsan, karena melihat beberapa ular berbisa datang ke situ. Ia mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Ia tidak menyangka ketika mendusin ia mendapati sepasang muda-mudi itu dan anaknya ternyata tidak kurang suatu apa.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam itu Kwee Ceng dan Oey Yong singgah
di rumah Nona Cin. Si pemuda senang melihat roman muka si anak
kecil, yang mengingatkannya pada Yo Kang yang tersesat itu. Ia menghela napas.
" "Kakak Kwee," kata Lam Kim kemudian, "coba tolong beri nama anak ini."
"Dengan ayahnya aku bersaudara angkat," kata Kwee Ceng. "Sayang ayahnya tersesat hingga hubungan kami berdua memburuk. Sebenarnya aku menyesal tak bisa melakukan kewajibanku sebagai sahabat. Kuharap setelah anak ini dewasa, sifatnya berbeda dari sifat ayahnya. Menurutku sebaiknya dia diberi nama Ko alias Kay Ci. Apakah kau setuju?"
"Ko" berarti salah atau kesalahan, dan "Kay"
berarti mengubah itu atau mengubah kesalahan.
Setelah besar, anak itu diharapkan dapat mengubah kesalahan ayahnya dan menjadi orang bijaksana.
"Terserah padamu, Kakak," sahut Lam Khim sambil meneteskan air mata. "Semoga dia menjadi orang baik-baik."
Harapan mereka ini di kemudian hari terkabul.
(Sebagaimana kisahnya dapat dibaca dalam Sin Tiauw Hiap Lu"Rajawali Sahi dan Pasangan
Pendekar, sambungan kisah ini.)
Kwee Ceng dan Oey Yong tidak bisa tinggal di rumah Lam Khim. Mereka mempunyai urusan yang
sangat penting. Ketika mereka akan berangkat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng memberikan uang emas seratus taU, sedangkan Oey Yong menghadiahkan serenceng
mutiara. Oey Yong tidak mengajak hiat-niauw meskipun sangat menyukainya, karena burung itu lebih dibutuhkan untuk menemani Nona Cin.
Lam Khim merasa berat berpisah, teiapi tidak dapat menahan muda-mudi itu. Ia terharu dan menyesal, lalu mendoakan supaya mereka berhasil.
Kwee Ceng berdua menuju ke barat, lalu tiba di selatan Lian Ouw yang terletak di antara dua provinsi, yaitu Ouwlam dan Ouwpak. Mereka membelok ke utara. Suatu hari tibalah mereka di tempat tujuan mereka, kota Siangyang. Lega hati mereka, lernyata musuh belum sampai. Penduduk tenang, kota ramai, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda bahaya perang.
Kota Siangyang memegang peranan penting di
Utara. Di zaman Lam Song, atau Song Selatan, di situ ditempatkan pembesar tinggi An-bu-su, komi-saris keamanan, dengan pasukan tentaranya yang kuat untuk menjaga keselamatan kota, atau lebih tepatnya tapal batas.
Karena pentingnya urusan, tanpa menanti mencari penginapan lagi Kwee Ceng mengajak Oey Yong segera pergi ke kantor An-bu-su untuk menemui pembesar militer itu. Tentu saja tidak gampang menemui pembesar itu. An-bu-su itu pangkal tinggi. Meskipun di Mongolia Kwee Ceng menjadi panglima perang, di sini Kwee Ceng adalah rakyat jelata yang tidak dikenal. Tapi Oey Yong tidak kurang akal. Ia menyerahkan uang emas satu tail kepada penjaga pintu, yang langsung bersikap manis, tapi masih berkeberatan untuk segera melaporkan. Katanya, menurut kebiasaan, untuk bertemu dengan pembesar itu orang mesti menanti paling cepat setengah bulan. Apalagi biasanya yang diterima menghadap adalah pembesar, bukan orang semacam si pemuda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya Kwee Ceng mendongkol.
"Ini adalah urusan tentara yang sangat penting, mana bisa aku menanti lama-lama!" katanya bengis.
Sebaliknya Oey Yong berpikir lain. Ia mengedipkan mata pada kekasihnya, menarik tangannya untuk mengajaknya minggir, dan berbisik, "Nanti malam kita menyelundup masuk untuk menemuinya dengan paksa."
Kwee Ceng setuju, maka mereka mengundurkan
diri untuk mencari tempat menginap lebih dulu.
Begitu pukul dua dini hari tiba, mereka lantas menyatroni gedung pembesar itu.
An-bu-su itu seorang bermarga Lu. Ketika Kwee Ceng dan Oey Yong masuk ke gedung, ia sedang bersenang-senang makan-minum sambil memeluk
gundiknya. "Hamba hendak melaporkan urusan militer penting!" kata Kwee Ceng sambil menjura.
Lu An-bu-su kaget sekali.
"Ada pembunuh!" jeritnya sambil mendorong gundiknya. Ia sendiri menyelusup masuk ke kolong meja.
Kwee Ceng melangkah dan mencekal tubuh
orang itu, lalu mengangkatnya.
"An-bu, jangan takut!" katanya. "Hamba tidak berniat membikin celaka."
Ia mendorong tubuh si pembesar hingga terduduk lagi di tempatnya.
Pembesar itu masih ketakutan, mukanya pucat, tubuhnya gemetaran.
Segera muncul beberapa puluh serdadu pengiring yang hendak menolong atasan mereka, tetapi Oey Yong mengancam dada si pembesar dengan belatinya untuk menahan mereka maju. Para serdadu itu cuma bisa berteriak-teriak.
"Suruh mereka jangan bikin berisik!" perintah Oey Yong pada An-bu-su. "Mari kita bicara!"
Dengan bingung An-bu-su memerintahkan orang-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orangnya supaya diam. Maka sunyilah ruangan itu.
Kwee Ceng mengeluh dalam hati menyaksikan
pembesar yang berpangkat tinggi dan memikul tanggung jawab besar ini ternyata cuma kantong nasi, tapi tidak mudah mengubah sikap orang itu.
Ia lantas menyampaikan laporan tentang angkatan perang Mongolia yang bakal datang menyerang kota itu secara mendadak. Ia meminta pembesar ini segera mengambil tindakan memperkuat penjagaan untuk menyambut musuh.
Lu An-bu-su tidak mempercayai laporan itu, tetapi menyahut, "Ya, ya!"
"Kau dengar tidak?" tanya Oey Yong yang melihat orang itu gemetar saja.
"Dengar, dengar...."
"Kau dengar apa?"
"Aku dengar bangsa Kim bakal menyerbu dan kami mesti bersiap sedia...."
"Bangsa Mongol, bukan bangsa Kim!" Oey Yong membetulkan.
Pembesar itu heran. "Bangsa Mongol" Tak mungkin!" katanya.
"Bangsa Mongol telah berserikat dengan perdana menteri kita untuk bersama menyerang bangsa Kim!
Mereka takkan bermaksud lain...."
Oey Yong sebal, matanya mendelik.
"Aku bilang bangsa Mongol!" bentaknya. "Bangsa Mongol!"
Pembesar itu ketakutan. "Ya, bangsa Mongol, bangsa Mongol...," katanya seraya mengangguk-angguk.
Kwee Ceng lantas berkata dengan sabar tapi bersungguh-sungguh, "Kota ini dan penduduknya di bawah perlindungan Tuan, kota Siangyang ini juga merupakan tirai kerajaan Selatan kita, maka kuminta Tuan memperhatikannya baik-baik."
"Benar, yang Saudara bilang itu benar," kata pembesar itu. "Sekarang silakan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng dan Oey Yong menghela napas,
tanpa banyak omong lagi, mereka menyingkir dari gedung itu. Tapi mereka mendengar teriakan-teriakan di belakang mereka. "Tangkap orang jahat!
Tangkap orang jahat!" Suara itu berisik dan kacau.
Mereka kembali ke tempat penginapan sambil
menanti sepak terjang An-bu-su, tetapi dua hari lamanya penantian mereka sia-sia. Kota tetap tenang, tidak ada tindakan apa-apa dari pihak pembesar.
"Pembesar itu busuk!" kata Kwee Ceng. "Lebih baik kita bertindak seperti yang diajarkan ayahmu!
Kita binasakan dia. lantas kita mengambil tindakan."
"Pembesar anjing itu memang pantas dibinasakan, tak patut diselamatkan," kata Oey Yong. "Tapi musuh bakal sampai dalam beberapa hari ini, tentara dan rakyat tentulah kacau karena tak ada yang memimpin. Bagaimana musuh bisa dilawan?"
Kwee Ceng mengerutkan alisnya.
"Benar, sulit...," katanya. "Bagaimana sekarang?"
Oey Yong berpikir, kemudian berkata, "Dalam kitab Co Toan ada dongeng yang mungkin dapat
kita tiru, yaitu dongeng Hian Kho memberi hadiah pada tentaranya."
Kwee Ceng girang. "Yongji, manfaat membaca kitab memang tak ada habisnya," ia berkata. "Dongeng itu bagaimana"
Coba kauceritakan padaku. Mungkin kita dapat mencontohnya."
"Mencontoh tentu bisa. cuma itu tergantung padamu...."
Si pemuda heran. "Apa?" ia menegaskan.
Si nona tidak lantas menjawab, hanya tertawa.
Kwee Ceng mengawasi, menanti cerita itu.
Oey Yong berhenti tertawa, kemudian baru memulai, "Baiklah, akan kututurkan. Di zaman Cun Ciu. di Negeri The ada seorang saudagar bernama Hian Kho. Dia berdagang dengan merantau. Suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kali, di tengah jalan dia bertemu dengan angkatan perang Negeri Cin. Angkatan perang itu akan menyerbu Negeri The. Negeri The tidak bersiap sedia. Kalau musuh tiba mendadak, pasti negeri itu bakal musnah. Walaupun saudagar, Hian Kho sangat mencintai negaranya, dia hendak menolong menyelamatkan negaranya. Apa akalnya" Dia lantas membawa dua belas ekor kerbau pada pasukan
Negeri Cin itu, dia menemui kepala perangnya.
Dia bilang dia diperintahkan Raja The untuk menghaturkan hadiah pada pasukan Cin itu. Di lain pihak, diam-diam dia mengirim kabar kilat kepada Raja The, memberitahukan kedatangan pasukan musuh. Panglima Negeri Cin mengira Negeri The sudah bersiap sedia, maka dia tak berani melanjutkan gerakannya untuk menyerbu Negeri The, bahkan menarik pulang pasukannya."
"Siasat itu bagus sekali," kata Kwee Ceng girang.
"Tapi kenapa kau bilang siasat itu tergantung padaku?"
"Ya, aku hendak pinjam tubuhmu."
"Bagaimana caranya?"
"Bukankah tadi kukatakan ada dua belas ekor kerbau?" kata si nona tertawa. "Bukankah shio-mu Gu?"
Kwee Ceng melonjak. "Bagus, dengan jalan memutar kau mencaciku!"
katanya. Pemuda ini ber-shio Gu, kelahiran tahun Gu, dan Gu itu berarti kerbau. Maka ia mengulurkan tangannya untuk menggelitiki si nona. Si nona lantas berkelit sambil tertawa. Kwee Ceng pun turut tertawa.
"Sekarang begini rencanaku," kata si nona, setelah mereka berhenti bergurau. "Malam ini kita menyelundup masuk ke kantor An-bu-su, kita curi uang emas dan permatanya. Besok aku akan menyamar sebagai pria, aku akan dandan sebagai pegawai negeri, lantas aku akan memapak angkatan perang Mongolia dan menghadiahkan barang-barang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu pada mereka. Kau sendiri mesti bekerja di dalam kota. mencoba menjalin kerja sama dengan tentara dan rakyat untuk mengatur penjagaan."
Kwee Ceng setuju, dengan girang ia bertepuk tangan. Malam itu mereka mulai bekerja.
Lu An-bu-su punya banyak simpanan uang dan
permata. Sampai terang tanah, tidak ada yang mengetahui pencurian yang mereka lakukan. Pagi hari Oey Yong melanjutkan rencananya, menyamar sebagai pegawai negeri pria. Dengan naik kuda merah dan membawa kantong besar, ia pergi ke luar kota utara, menyambut angkatan perang Mongolia.
Tengah hari kedua, Kwee Ceng menuju pintu
kota utara untuk memandang jauh ke luar. Ia menanti kekasihnya. Segera ia melihat kuda merah menghampirinya, ia menyambutnya. Oey Yong menahan kuda itu, roman mukanya tampak gelisah.
Ketika berbicara, suaranya bergetar, "Jumlah tentara Mongolia itu mungkin belasan laksa. Mana dapat kita melawan mereka?"
Kwee Ceng pun kaget. "Begitu banyak?" ia menegaskan.
"Kelihatannya Jenghis Khan ingin sekali memusnahkan Kerajaan Song," kata si nona. "Aku menemui punggawa terdepannya dan menyerahkan hadiah itu. Dia tak tahu kita sudah mendengar kabar mengenai kedatangan mereka. Dia mengatakan membawa pasukan perang itu untuk menyerang Negeri Kim, bukan Negeri Song. Waktu kubeberkan rahasianya, dia kaget, lantas menahan pasukan perangnya. Mungkin dia mau melapor dulu pada kepala perangnya."
"Kalau mereka terus pulang, itu bagus," kata Kwee Ceng. "Kalau mereka maju terus, aku khawatir...."
Oey Yong mengerutkan alis.
"Aku telah berpikir sehari semalam, tapi belum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga mendapat akal," ia berkata. "Kakak Ceng, kalau kita bertempur satu lawan satu, cuma ada dua-tiga orang yang dapat melayani kita, tapi sekarang kita mesti menghadapi belasan laksa orang, Bagaimana caranya?"
Kwee Ceng menghela napas.
"Sebenarnya rakyat Song jauh lebih banyak daripada rakyat Mongolia," katanya kemudian. "Di antara para tentara dan rakyat itu, masih ada yang setia pada negara. Kalau mereka bisa bersatu, kita tak usah takut menghadapi tentara Mongolia itu.
Sayang banyak pembesar negeri ini yang tolol dan bernyali kecil, cuma bisa memeras dan menyiksa rakyat, tanpa sadar mereka mencelakakan negara."
"Kalau terpaksa, biarlah kita coba melabrak pasukan Mongolia itu," kata Oey Yong. "Kita bisa mengandalkan kuda merah kita...."
"Yongji, sikapmu keliru," kata Kwee Ceng sungguh-sungguh. "Kita telah mempelajari kitab perang Gak Bu Bok, kenapa kita tak mau meniru kegagahannya dalam membela negara dengan ber-bekalkan kesetiaan kita" Kalau kita berkorban untuk negara, kita takkan mengecewakan orangtua yang telah merawat kita dan guru yang telah mendidik kita!"
Si nona menghela napas. "Aku memang telah menduga pasti hal seperti ini akan terjadi," katanya. "Baiklah, mati atau hidup kita tetap bersama!"
Setelah berpikir demikian, mereka menjadi sedikit lega. Lantas mereka kembali ke penginapan mereka. Kali ini hubungan mereka semakin erat.
Mereka minum arak sampai pukul dua. Saat akan berangkat tidur, mereka dikagetkan bunyi riuh dari luar kota.
"Mereka tiba!" kata si nona.
"Ya!" sahut si pemuda.
Keduanya berlari keluar, terus menuju tembok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kota. Mereka menyaksikan rakyat negeri, tua-muda, pria-wanita, berduyun-duyun dan berkumpul di balik tembok kota hendak masuk kota, namun mereka dihalangi. Pintu kota dikunci rapat. Kemudian datang pasukan yang dikirim Lu An-bu-su yang siap dengan panah. Mereka memerintahkan
rakyat menyingkir menjauh.
"Tentara Mongolia datang menyerang! Lekas buka pintu, biarkan kami masuk!" rakyat berteriak-teriak.
Pintu kota tetap tertutup.
Saking takutnya, rakyat berteriak-teriak makin hebat, banyak pula yang menangis.
Kwee Ceng berdua memandang ke tempat jauh,
mereka melihat cahaya api berlugat-legot bagaikan naga api sedang mendekat. Itulah pasukan depan angkatan perang Mongolia. Jelas mereka tidak kembali ke negara mereka, melainkan maju terus, berarti rakyat dan tentara pembela kota bakal bertempur.
Dalam keadaan seperti itu, mendadak pemuda ini mengambil keputusan. Tiba-tiba ia berseru-seru,
"Kalau kota Siangyang pecah, tak seorang pun bakal hidup! Siapa yang merasa laki-laki sejati, man turut aku menerjang musuh!"
Punggawa di pintu kota itu orang kepercayaan Lu An-bu-su, ia gusar sekali melihat perbuatan Kwee Ceng. Ia berteriak menitahkan, "Tangkap orang itu! Dia mengacaukan rakyat!"
Tapi Kwee Ceng sudah bertindak. Ia melompat turun, menyambar dada punggawa itu, mengangkat tubuhnya, maka sekejap kemudian ia menggantikan duduk di punggung kuda si punggawa.
Di antara para tentara itu. banyak yang gagah dan mencintai negara. Mereka tidak tega menyaksikan rakyat di balik tembok berteriak-teriak dan menangis minta dibukakan pintu kota. Mereka menyambut sepak terjang Kwee Ceng, tidak meng-
ambil mumet titah punggawa mereka.
Kwee Ceng senang melihat sikap pasukan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lekas perintahkan membuka pintu kota!" perintahnya.
Si punggawa masih menyayangi jiwanya, ter-
paksa ia menurut. Begitu pintu kota dibuka, bagaikan banjir yang meluap rakyat berlomba masuk.
Kwee Ceng menyuruh Oey Yong menjaga si
punggawa, sedangkan ia sendiri menuju ke luar kota dengan menunggang kuda dan membawa tombak.
"Baik." sahut si nona. Ia menyuruh si punggawa melepaskan baju perangnya untuk dipakai Kwee Ceng. Setelah itu ia berbisik pada kekasihnya,
"Dengan memakai perintah palsu, pergilah kau membawa tentara ke luar kota."
Kwee Ceng girang. Siasat itu baik sekali. Maka ia maju dan segera berseru, "Atas perintah Sri Baginda Raja, An-bu-su kota Siangyang, yang tolol dan memandang enteng musuh, dipecat dari jabat-annya! Para tentara semua, ayo ikuti aku menghadang musuh!"
Dengan bantuan tenaga dalamnya, Kwee Ceng
bersuara keras hingga terdengar sampai jauh, walaupun di balik tembok suasana sangat berisik.
Semua serdadu mendengarnya dengan nyata. Banyak serdadu yang menyangsikan titah yang datangnya mendadak itu. tetapi banyak juga yang tahu bahwa an-bu-su mereka memang tolol dan mereka mengerti pentingnya melawan musuh itu, maka segera terdengar seruan sambutan yang riuh.
Sebentar saja Kwee Ceng sudah berada di luar tembok kota bersama sekitar tiga ribu serdadu, la menyesal melihat tentara itu tidak tertib. Mana bisa mereka diajak berperang melawan musuh yang berjumlah besar" Ia ingin menerapkan siasat Gak Hui, saat terjepit, lebih baik menggunakan akal muslihat, la memerintahkan seribu serdadu pergi ke balik gunung sebelah timur untuk bersembunyi.
Mereka dipesan, kalau mendengar tanda letusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meriam, mereka mesti bersorak-sorai sambil melambai-lambaikan bendera tapi jangan keluar berperang. Seribu serdadu lebih lainnya diperintahkannya sembunyi di balik gunung barat dengan tugas
"serupa. Sampai fajar tiba, barulah semua rakyat berhasil masuk kota dengan selamat. Sebagai ganti mereka, segera terlihat kedatangan para musuh. Bunyi tetabuhan perang serta langkah kaki pasukan musuh itu berisik sekali. Debu mengepul tinggi.
Selagi musuh berdatangan, Oey Yong menotok
punggawa yang diserahkan padanya. Ia melemparkan orang itu ke luar pintu kota, lantas meminta kuda dan tombak dari salah satu serdadu untuk menyusul Kwee Ceng.
"Pentang keempat pintu kota.'*" Kwee Ceng memberikan perintahnya lagi. "Semua rakyat harus sembunyi di dalam rumah.' Siapa yang lancang keluar akan dihukum penggal!"
Perintah itu ditaati terutama oleh rakyat, tanpa titah itu pun mereka tidak akan berani muncul di luar rumah.
Di dalam gedungnya, An-bu-su bersembunyi di
bawah kasur dengan tubuh gemetaran.
Pasukan Mongolia telah sampai dengan cepat.
Mereka melihat pintu-pintu kota terpentang dan kota dalam keadaan sepi. Di muka jembatan gantung bersiaga sepasang pria dan wanita yang menunggang kuda dan bersenjatakan tombak. Punggawa yang memimpin pasukan depan itu seorang cianhu-tio. Ia heran, maka ia lantas melapor pada kepalanya, seorang banhu~rio. Orang ini pun tidak kurang herannya. Ia langsung maju untuk menyaksikan sendiri,
Banhu-tw ini terkejut ketika mengenali Kwee Ceng. Selama berperang ke Barat, Kim Too Huma itulah yang paling berakal dan gagah, sehingga tentara berpayungnya berhasil merampas kota
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Samarkand. Ia curiga melihat pintu kota dipentang dan kota kosong. Cepat-cepat ia menghampiri Kwee Ceng, lalu turun dari kudanya dan memberi hormat.
Ia memanggil, "Kim Too Huma yang mulia!"
Kwee Ceng membalas hormat, tanpa bilang apa-apa.
Segera banhu-tio itu mengundurkan diri sembari mengundurkan pasukannya. Segera ia mengirim kabar kepada kepala perangnya.
Sejam kemudian muncul pasukan dengan bendera
Pendekar Satu Jurus 10 Kesatria Baju Putih Pek In Sin Hiap Karya Chin Yung Pedang Ular Merah 7
^