Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 37

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 37


bentakan di atas genting: "Jahanam, kau hendak lari ke mana?" Itulah suaranya Ciu Pek Thong.
Dua-dua Kwee Ceng dan Auwyang Hong
terbengong. sama-sama mereka memikiri "Kenapa dia datang begitu-jauh kc Barat ini?" Mereka baru mau membuka mulut atau mereka mendengar tindakan
kaki, dari dua orang, yang satu di depan, yang lain di belakang, datang mendekati ke rumah batu ini. Inilah mungkin disebabkan- selagi lain-lain rumah kosong, di sini nampak cahaya api.
Dengan sebat see Tok mengebut dan apinya
padam.Justru itu daun pintu tertolak hingga bersuara dan seorang lari masuk.
Didengar dari tindakan kakinya yang enteng, orang yang dikejar Pek Thong itu tak usah kalah ilmunya enteng tubuh dari Loo Boan Tong. Maka heranlah see Tok hingga ia berkata di dalam hatinya: "Dia dapat lari puluhan ribu lie tanpa terbekuk Loo Boan Tong, dia lihay. orang dengan kepandaian seperti dia, sekarang ini tinggal oey Yok su dan Ang cit Kong. Inilah hebat untukku si bisa bangkotan"
Di dalam gelap itu terdengar suara orang berlompat naik ke atas penglari di mana dia terus berduduk. terus terdengar tertawanya ciu Pek Thong, yang berkata:
"Kau main petak dengan LooBoan Tong, aku senang sekali sekarang jangan kau molos pula"
setelah itu terdengar si tua tukang guyon itu menutup pintu dan mengangkat sebuah batu besar guna dipakai menunjang belakang pintu, sesudah mana, dia berkata: "Eh, bangsat bau, kau berada di mana?" Dia pun bertindak dengan tangannya meraba-raba, seperti lagi mencari sesuatu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng, yang telah lama berdiam di tempat
gelap. dapat melihat samar-samar lagaknya kakak angkat itu, hendak ia menunjuki bahwa orang ada di atas penglari, akan tetapi sebelum ia keburu membuka mulutnya, mendadak Ciu Pek Thong berlompat sambil tertawa, dia menyambar kepada orang yang lagi sembunyi itu. Rupanya dia telah ketahui di mana orang berdiam dan berlagak mencari, untuk bersiap
berlompat naik, orang yang dipanggil jahanam itu benar lihay. Tidak menanti sampai ia kena dicekuk. ia mendahului menyingkir dengan lompat jumpalitan turun, hingga sesaat kemudian ia sudah berjongkok di pojok rumah.
Pek Thong agaknya jeri juga terhadap sijahanam itu, ia berlaku sangat berhati-hati. sebelum mencari, ia memasang dulu kuping dan matanya. Maka itu
sebagai orang lihay, ia lantas mendapat ketahui, kecuali ia sendiri, di situ ada suara bernapas dari tiga orang. Ia heran kenapa orang berdiam saja. Mungkin orang kaget dan takut" Ketika tadi ia mendatangi rumah batu ini, ia juga menduga mesti ada
penghuninya dan itu dibuktikan sama padamnya api serta sekarang sama suara bernapas. Akhirnya ia berkata: "Tuan rumah, jangan takut Aku datang ke mari untuk membekuk satu maling cilik, setelah dia terbekuk, akan aku lantas berlalu dari sini."
Habis berkata, LooBoan Tong memasang
kupingnya. Ia lantas mendengar suara bernapas yang semakin perlahan. ia mendapat tahu, suara bernapas itu datangnya dari tiga penjuru, timur, barat dan selatan- ia terkejut tetapi ia segera berseru: "Hm, jahanam, kiranya di sini kau menyembunyikan
kawanmu" Ia tidak mendengar jawaban.
Kwee Ceng juga berdiam saja. ia tahu, dengan ciu Pek Thong menghadapi lawan tangguh, Pek Thong tentulah tidak bisa membantu padanya. Ia pikir baiklah ia menanti ketikanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis mementang mulut, Pek Thong bertindak
perlahan ke pintu, dari mulutnya keluar ocehan^
Jangan-jangan LooBoan Tong tidak bakal berhasil membekuk orang dan sebaliknya ialah yang nanti kena dicekuk." la bertindak terus.
Itu waktu dari kejauhan terdengar suara seruan ramai dibarengi sama tindakan kaki kuda yang riuh, rupanya itu dari satu pasukan tentara yang besar.
suara itu mendatangi ke arah rumah batu ini.
Mendadak terdengar suaranya Ciu Pek Thong:
"Bantuanmu makin lama makin banyak, nah, sudahlah, LooBoanTong minta maaf saja, tidak dapat dia
menemani kau lebih lama pula" Dia lantas memegang batu besar penunjang pintu itu, agaknya dia hendak menyingkirkannya guna membuka pintu, guna
mengangkat kaki. Akan tetapi, setelah batu itu terangkat kedua tangannya, mendadak dia
melemparkannya ke arah tempat sembunyinya orang yang dia kejar-kejar itu. Pintu itu menghadap ke selatan dan orang itu jadinya berada di utara.
Auwyang Hong dapat mendengar segala apa. Ia
berpikir. "Dia menyerang, dengan begitu bagian kanannya menjadi tidak terlindung, baiklah aku hajar padanya, kalau dia sudah mampus, maka
berkuranglah bencana untukku di belakang hari, dan kalau nanti terjadi rapat yang kedua di Hoa san, musuhku juga lenyap satu" Begitu berpikir, begitu ia menongkrong, sebelah tangannya diajukan- ia
menyerang dengan Kap Moa Kang, ilmu Kedoknya.
Dia berada di barat, dari barat dia menyerang ke timur.
Kwee Ceng sementara itu tidak berdiam saja. Ia memasang matanya ke segala penjuru, terutama
terhadap see Tok. seperti siBisa dari Barat, ia juga sudah biasa dengan tempat gelap itu. Demikian ia melihat sepak terjangnya Auwyang Hong. Bokongan itu berbahaya untuk Pek Thong. Tidak ayal lagi, dengan jurus "Hang Liong yu hui", ia menyerang ke arah manusia licik itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di pihak orang yang dikejar-kejar Pek Thong itu, dia pun tidak berpeluk tangan, ketika dia mendapat tahu datangnya serangan, dia memasang kuda-kudanya, terus kedua tangannya dipakai menyambut sambil menolak pergi batu besar itu. Karena ini dengan berbareng empat orang sama-sama mengeluarkan
tenaganya. Dengan suara nyaring, batu besar jatuh ke tengah-tengah ruangan. Di situ ada sebuah meja, maka ringsaklah meja itu, suaranya berisik menulikan telinga.
Mendengar itu, Kwee Ceng girang, dia tertawa.
sebenarnya dia tertawa nyaring sekali tetapi suaranya lenyap di antara seruan riuh pasukan tentara yang mendatangi itu, yang sudah mulai memasuki dusun.
sekarang ini Kwee Ceng dapat mendengar lebih
nyata. Itulah dua buah pasukan yang lagi bertempur.
Rupanya tadi orang main berkejar-kejaran. Itu pula pasukan Khoresmia, yang kalah perang, yang kabur sambil dikejar tentara Mongolia. Mungkin tentara shah Muhammad itu hendak mempertahankan diri di dusun ini atau mereka telah kecandak. Demikian, suara anak panah pun terdengar swang-swing tak hentinya, disusul sama bentrokan pelbagai senjata lainnya.
Mendadak Pek Thong mendapatkan ada orang
menerobos masuk. Ia menyambar, ia mencekuk orang itu, terus ia melemparkannya keluar. Habis itu ia mengangkat batu, guna dipakai mengganjal pula pintu itu, yang ia telah lantas menutup rapat kembali.
sampai itu waktu Auwyang Hong, yang gagal
dengan bokongannya karena dirintangi Kwee Ceng, mengasih dengar suaranya. Rupanya menyangka
yang ia telah terpergoki. Ia tanya:
"LooBean Tong, tahukah kau aku siapa?"
Pek Thong tidak segera mengenali suara orang, sebaliknya, dengan sebelah tangan menjaga diri, dengan tangan yang lain, ia menyerang ke arah darimana suara datang. ia lantas mendapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlawanan. Mulanya tangannya ditangkis untuk ditangkap. terus ia diserang. Ia kaget sekali ketika ia menangkis.
"Ha, bisa bangkotan, kau di sini?" tanyanya heran.
Untuk memperbaiki diri, ia menggeser tubuh ke kiri Justru itu, orang yang bersembunyi di utara itu, mendadak menghajar ke punggungnya. Ia lihay,
sambil tangan kanannya menyerang see Tok. dengan tangan kirinya ia menangkis ke belakang. Ia
menganggap inilah ketika nya yang baik akan
mencoba ilmu silat yang ia ciptakan di Tho Hoa To, ialah ilmu kedua tangannya berkelahi masing-masing, yang tadinya ia belum peroleh kesempatannya akan mengujinya. Akan tetapi tangkisannya ke belakang ini telah ditalangi Kwee Ceng. si anak muda berlompat maju, tangan kanannya menangkis tangan kakak
angkat itu, tangan kirinya menangkis serangan si lawan belum dikenal.
Berbareng sama bentrokan tangan ketiga orang itu, dua seruan terdengar berbareng. "saudara Kwee"
demikian suaranya LooBoan Tong, si tua tukang berguyon-"Kiu Cian jin" berteriak Kwee Ceng.
sudah tentu suara itu membuat Auwyang Hong
heran, karena di sini ia dapat bertemu sama LaoBoan Tong serta ketua Tiat Ciang Pang itu.
Ketika terjadi pertandingan di Yan ie Lauw itu, lantaran takut ular berbisa, Pek Thong telah
menyembunyikan dirinya di wuwungan lauteng,
dengan begitu, ia bebas dari panah tentara negeri dan selamat juga dari pagutan ular. Ia berdiam terus di situ sampai kabut buyar dan orang semua bubaran- Habis itu, ia berkeliaran saja. Lewat beberapa bulan, ia bertemu dengan seorang anggota Kay Pang, yang memberikan sepucuk surat kepadanya. Itulah suratnya oey Yong, yang menagih janji padanya. Ia pernah menjanjikan si nona, apa saja yang dia minta, ia tidak bakal tolak. Sekarang oey Yong minta ia pergi membinasakan Kiu Cian Jin. Si nona menulis juga,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalau "tugas" ini rampung, maka Lauw Kui-hui atau Eng Kouw, tidak bakal mencari pula padanya. Ia menerima baik permintaan si nona. Ia pikir, Kiu Cian Jin toh jahat sudah bersekongkol sama bangsa Kim, sebagai pengkhianat, pantas dia dibinasakan- Maka seorang diri ia pergi ke Tiat Ciang Hong. Mulanya, mereka berimbang, sesudah Pek Thong menggunai kedua tangannya menuruti caranya masing-masing, Kiu Cian Jin keteter, dia kabur, dia lantas dikejar terus-terusan-sebetulnya Cian Jin heran kenapa Pek Thong memusuhkannya, pernah ia minta keterangan, tapi Pek Thong tidak dapat memberikannya. Begitu mereka berkejar-kejaran, sebentar kecandak dan bertempur, sebentar Cian Jin lari pula. Sampai akhirnya tibalah mereka di rumah batu itu di mana justru berada Auwyang Hong dan Kwee Ceng. Kiu Cian Jin lari ke Barat ini dengan pengharapan LooBoan Tong tidak kuat menahan hawa dingin, sedang Pek Thong norek, ia cuma tahu mengejar tak hentinya.
Sampai di situ, Kwee Ceng dan Ciu Pek Thong
masing-masing mengetahui baik, siapa itu dua orang yang berada bersama mereka di dalam rumah batu itu.
Auwyang Hong juga mengetahui mereka itu bertiga dan bahwa Kiu Cian Jin musuhnya Pek Thong.
Sebaliknya Kiu Cian Jin itu cuma mengenali Pek Thong dan Auwyang Hong, ia masih ragu-ragu untuk Kwee ceng.
Kiu Cian Jin, ciu Pek Thong dan Auwyang Hong
adalah orang-orang lihay, yang sebanding
kepandaiannya, tetapi juga Kwee Ceng, setelah melayani see Tok sekian lama, pesat kemajuannya, hingga ia jadi berimbang sama mereka itu. Hanya sekarang mereka itu merasakan rintangan dari ruang yang gelap dan suara sangat berisik di luar.
Kwee Ceng bebal tetapi sekarang ia dapat berpikiri
"Baik aku merintangi see Tok biar Ciu Toako membinasakan Kiu Cian Jin, kemudian berdua kita mengepung si Bisa dari Barat ini." ia lantas mengambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putusannya. Ia juga bisa berkelahi dengan dua tangannya seperti Pek Thong, maka sekarang ia menggunai ilmu silat yang istimewa itu. Dengan tangan kanan ia menyerang ke dada, dengan tangan kiri menyambut satu serangan. Tapi ketika tangannya bentrok. la terkejut. Ia mengenali ia bentrok sama tangannya Pek Thong Ia lantas lompat, ingin ia menarik tangannya toako itu. Mendadak Pek Thong bergerak mendahului ia, tangan kirinya ditarik pulang tangan kanannya menyerang. Inilah ia tidak sangka, maka tahu-tahu ia terhajar pundaknya. ia merasa sakit dan kaget sekali.
"Ah, saudara yang baik, kau hendak menguji aku?"
kata Pek Thong. "Hati-hatilah" Dan dia menyerang pula dengan tangan kirinya. sekarang ini Kwee Ceng telah bersedia^ ia berhasil menangkis.
selagi Pek Thong dan Kwee Ceng bertempur,
Auwyang Hong juga bergebrak sama Kiu Cian jinCian Jin lantas berpikir: "Kita tidak bermusuh satu dengan lain tetapi di Hoa san nanti, kita bakal bentrok, maka kalau sekarang aku dapat menghajar dia, pasti itulah baik," Maka itu ia menyerang dengan hebat.
Hanya, baru beberapa jurus, dua-dua ia dan seeTok mendapat pikiran yang serupa. Itulah disebabkan mereka mendapat kenyataan Pek Thong bertempur sama Kwee Ceng. Mereka berpikir. "Pek Thong ini tidak karuan lagaknya, kenapa sekarang aku tidak mau memberi rasa padanya?" Maka itu, keduanya lantas menanti ketika yang baik,
setelah belasan jurus, Pek Thong mendapat tahu kemajuan Kwee Ceng. Ia girang sekali, ia heran juga.
Ia tanya: "Eh, saudara yang baik, darimana kau peroleh kepandaianmu?" suara di luar berisik sekali, Kwee Ceng tidak mendengar, ia tidak menjawab. Pek Thong menjadi gusar. Ia tidak ingat suara berisik itu.
"Baik" katanya. "Kau tidak mau memberitahukan aku Kau main gila, ya"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Justru itu datang serangan berbareng dari Kiu Cian Jin dan Auwyang Hong, ia lantas lompat berkelit, terus ia kata kepada si anak muda. "Baiklah, aku membiarkan kau sendiri melawan mereka" Benar-benar, ia tidak melawan kedua penyerangnya. Ia digantikan Kwee Ceng, yang hendak membelai
padanya. Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, yang mendapat
tahu Ciu Pek Thong mundur, lantas menyerang Kwee Ceng.
Anak muda ini menjadi bingung. Tadi ia heran atas serangannya Pek Thong. sekarang ia menghadapi dua musuh tangguh. Satu Auwyang Hong saja sudah
hebat. Tapi ia terpaksa mesti berkelahi. Maka ia berkelahi dengan sungguh-sungguh.
sesudah bertempur sekian lama, Auwyang Hong
dan Kiu Cian Jin menjadi heran. Menurut mereka, siapa saja di antara mereka berdua, pasti akan dapat mengalahkan Kwee Ceng, siapa tahu sekarang,
mereka menampak kesulitan. Ke mana mereka
menyerang, si anak muda selalu dapat melayani.
Akhir-akhirnya, mereka menjadi kewalahan.
Ciu Pek Thong beristirahat di atas penglari. Ia tahu berapa lama sudah Kwee Ceng telah menempur dua musuh yang tangguh itu. Ia pikir, ia perlu lekas turun, untuk membantu, kalau tidak adik angkatnya itu bisa susah. Lantas ia turun dengan diam-diam, ia bertindak berindap-indap ke belakang Auwyang Hong. Di dalam gelap itu, ia sengaja menutup kedua matanya. Hanya tangannya yang diajukan ke depan, guna menjambret.
Kebetulan ia melanggar punggungnya Auwyang Hong, yang lagi nongkrong guna menyerang Kwee Ceng
dengan ilmu Kedoknya. see Tok terkejut, ia segera menyerang ke belakang.
Kwee Ceng mendapatkan tidak ada serangan, ia
menendang Kiu Cian Jin, habis mana ia berlompat mundur ke pojok. Kebetulan untuknya, Pek Thong datang pada waktunya yang tepat, kalau tidak ia bisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
celaka di tangannya si Bisa dari Barat. Ia sudah bernapas memburu. Tapi ia tidak bisa beristirahat lama, segera ia mesti menghadapi pula ketua dari Tiat Ciang Pay, sedang ciu Pek Thong menyambut
Auwyang Hong. Atau mereka mesti saling ganti lawan.
Yang lucu adalah kalau Pek Thong bertempur pula sama adik angkatnya itu seperti tadi. Di dalam gelap.
sukar untuk mereka lekas saling mengenali.
Pek Thong gembira sekali dengan ini pertempuran kacau. satu kali, selagi melayani Kwee Ceng, ia kata kepada anak muda itu. "Tangan kita masing-masing seperti melayani dua musuh, sekarang aku hendak mencoba, kau melayani empat tangan- Kau anggap mereka berdua hanya satu orang"
Kwee Ceng tidak mendengar apa yang orang bilang hanya ia lantas merasa ia seperti dikepung tiga orang.
Tentu sekali, itulah berbahaya. Maka ia lebih sering berkelit.
"Jangan takut, jangan takut," kata Pek Thong, yang ketahui orang lebih banyak menolong diri daripada membalas menyerang. Jangan takut, kalau ada
bahaya, aku nanti bantu kau"
LooBoan Tong boleh mengatakan demikian, tetapi mereka berada di tempat gelap dia bisa terlambat, maka itu, Kwee Ceng menjadi letih pula, sedang begitu ia merasakan tangan kedua lawannya semakin berat.
Ia telah memikir untuk lompat naik ke penglari, untuk beristirahat siapa tahu, Pek Thong mendesak
kepadanya. Ia kaget dan mendongkol, akhirnya ia kata nyaring: "Ciu Toako, manusia tolol, perlu apa kau mengganggu aku?"
Percuma anak muda ini mengasih dengar suaranya, suara itu tak terdengar Pek Thong. Di luar, suara pertempuran ada sangat berisik. Ia lantas mundur.
Tiba-tiba kakinya terpeleset, hampir ia roboh. Di saat itu datanglah serangannya Kiu Cian Jin- Sambil terhuyung, ia memungut batu yang ia injak itu, ia angkat tinggi kedadanya, guna dipakai melindungi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya. Maka itu, serangannya Cian Jin mengenai batu itu.
Menyusul itu datang serangannya Auwyang Hong, yang menuju ke kirinya. Ia menggunai terus batunya.
Kali ini sambil menangkis, ia melemparkan batu keras sekali ke tinggi. Kesudahannya, batu itu membikin wuwungan bolong, hingga di sana nampak sedikit cahaya terang dan bintang-bintang di langit.
Pek Thong gusar melihat cahaya terang itu. Ia membentak "Sekarang segala apa tampak nyata Mana menggembirakan?"
Kwee Ceng merasa sangat letih la tidak
memperdulikan teguran itu, bahkan ia lompat tinggi sekali, noblos di wuwungan yang bolong itu. Auwyang Hong berlompat naik, untuk menyusul.
"Jangan pergi Jangan pergi" Pek Thong berseru-seru. Mari menemani aku bermain-main" Dan ia berlompat juga, guna menyambar kakinya see Tok.
Auwyang Hong kaget, ia menendang. Kakinya itu bebas, tetapi karena itu, ia tidak dapat naik terus, ia mesti turun pula.
Kiu Cian Jin melihat keadaan orang, tanpa menanti si Bisa dari Barat menginjak lantai, dia berlompat menendang ke dada, karena mana, Auwyang Hong
mesti membikin mengkerat dadanya itu, sambil
menolong diri, ia juga menotok ke kaki si penyerang.
Karena ini, keduanya jadi bertarung pula.
sekarang dengan adanya cahaya terang, orang
bertempur dengan satu sama lain bisa saling melihat.
Hanya ketika itu, di luar, suara berisik telah jadi semakin berkurang.
Ciu Pek Thong menjadi lenyap kegembiraannya, ia menjadi mendongkol, karena uring-uringan, ia
menyerang Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, ia
menyerang dengan hebat sekali.
Kwee Ceng dilain pihak lari terus hingga ke luar dusun. ia telah menyaksikan sisa kedua pihak tentara yang terluka dan terbinasa, ia pun mendengar rintihan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
datang dari sana sini. ia tidak memperdulikan mereka, ia hanya mencari satu tempat sunyi di mana ia segera merebahkan diri, untuk beristirahat. Ia sangat letih, ia merasakan otot-ototnya dan buku-buku tulangnya ngilu dan nyeri. Tanpa merasa ia tidur kepulasan.
Lama anak muda ini tidur, ketika besoknya pagi ia mendusin, ia mendusin dengan kaget hingga ia
berlompat bangun. Itulah disebabkan ia merasa mukanya terusap-usap sesuatu.
Ketika ia berlompat, ia berbareng mendengar
meringkiknya kuda, untuk girangnya ia melihat kuda merahnya, yang datang padanya dan menjilati
mukanya. Ia menjadi girang sekali ia merangkul leher binatang itu.
Ketika si anak muda dikurung Auwyang Hong, kuda itu diumbar saja, dia dapat hidup sendiri Tempo terjadi pertempuran tentara Kim dan tentara Mongolia, dia menyingkir jauh, setelah kedua pihak tentara pergi, dia mencari majikannya itu.
Dengan menuntun kudanya, Kwee Ceng berjalan
perlahan-lahan kembali ke dalam dusun. sekarang ia melihat tegas sisa pertempuran, mayat serdadu dan bangkai kuda, berserakan di sisi pelbagai senjata.
Masih ada serdadu yang terluka, yang merintih. Ia terharu sekali. Terpaksa ia tidak menghiraukan segala itu, ia langsung kembali ke rumah batu. sebelumnya masuk. lamemasang kuping dulu, lalu ia mengintai dari sela pintu, setelah tidak mendengar apa-apa dan tidak melihat sesuatu, dengan perlahan ia menolak daun pintu, untuk bertindak masuk. Tidak ada orang di situ, entah ke mana perginya ciu Pek Thong, Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin bertiga. Untuk sejenak. la berdiri menjublak. Kemudian ia keluar dari dalam rumah, untuk naik kudanya, guna berangkat ke arah timur. Ia melarikan binatang tunggangannya itu. Tidak lama ia berhasil menyandak pasukan perangnya
jenghiz Khan- TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Itu waktu Khoresmia telah terpukul hebat, pelbagai kotanya pecah atau diserbu rusak. angkatan
perangnya hancur luluh, bahkan rajanya, shah
Muhammad ed-Din, kabur entah ke mana. Tapi shah itu, atas titahnya Jenghiz Khan, dicari terus oleh subotai dan Jebe, yang menyusul ke arah
Barat.Jenghiz Khan sendiri berangkat pulang dengan kemenangannya itu. subotai berdua telah mengejar sampai di sebelah barat Moskwa, di dekat kota Kiev, di tepi sungai Dnieper, di mana mereka telah melabrak beberapa puluh ribu jiwa serdadu Russia dan Kimchak.
dimana pun mereka menghukum hertog dari Kiev serta sebelas pangeran dengan jalan melindas mereka dengan kereta. Ini dia yang dinamakan "Perang Kalka". Demikian padang rumput Russia mengeluh di bawah injakan kaki kuda Mongolia.
Jenghiz Khan masgul dan cemas karena hilangnya Kwee Ceng di samarkand, sekarang ia melihat si anak muda kembali, hatinya girang. Pula tak dapat
dikatakan girangnya putri GochinBaki.
Khu Cie Kie tetap turut di dalam angkatan perang yang pulang ke timur ini, saban-saban ia membujuk pendekar Mongolia itu untuk dia mencintai rakyat dan mencoba mengurangi pembunuhan kepada musuh
Jenghiz Khan sangat tidak menyetujui sikap imam ini tetapi karena ia tahu orang ada orang berilmu, ia tidak mau terlalu menentang nasihat itu. Dengan begitu, kata-katanya imam dari Coan cin Kauw ini telah menolong banyak sekali jiwa orang. Di dalam kitab Yuan shih,-j asanya Khu Cie Kie ada tercatat jelas.
Untuk pemerintah " dunia", Cie Kie menasihati janganlah orang gemar membunuh. Ditanya tentang cara memerintah, ia menganjurkan untuk menghormati Thian dan mencintai rakyat.
Mengenai pertanyaan ilmu umur panjang, ia
menasihati untuk membersihkan hati dan mengurangi seggla nafsu keinginan. Karena ini, ia disebut sin-sian atau dewa dan Jenghiz Khan menganjurkan putra-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
putranya mencontoh imam ini. Ketika kemudian
Mongolia menyerang negara Kim, kembali Khu Cie Kie berhasil menolong banyak jiwa manusia.
Untuk pulang dari Khoresmia ke negerinya Jenghiz Khan memerlukan banyak waktu.
Ketika akhirnya ia tiba di negaranya, ia membuat pesta besar. Terus ia memelihara tentaranya. Lewat lagi beberapa bulan, timbullah keinginan pendekar ini maju pula ke selatan, guna menyerang bangsa Kim.
Untuk itu ia segera mengadakan rapat.
Di dalam rapat ini, Kwee Ceng menutup mulut.
semenjak pulang, ia senantiasa berduka, sering seorang diri ia pesiar di tanah datar atau dipadang rumput, dengan menunggang kuda merahnya sambil membawa kedua burungnya. Ada kalanya selama
bicara, ia berdiam terbengong saja. semua ini disebabkan ia terlalu keras memikirkan oey Yong yang lenyap itu. Putri Gochin membujukinya, ia tidak mengambil perduli, ia seperti tidak mendengarnya.
orang tahu ia bersusah hati, sampai tidak ada yang menyebut-nyebut urusan jodohnya. Demikian di harian rapat itu, selagi lain orang bicara banyak ia berdiam saja.
Habis rapat,Jenghiz Khan menitahkan semua
panglimanya mengundurkan diri. seorang diri ia berdiam di atas bukit, otaknya bekerja. Besoknya pagi ia mengasih titah untuk angkatan perangnya maju di tiga jurusan, untuk menyerang negeri Kim.
Tatkala itu Juji bersama subotai masih ada di Barat lagi mengurus negara-negara taklukannya, maka itu sekarang pasukan kesatu dikepalai oleh ogotai, putra nomor tiga pasukan kedua diserahkan di bawah
pimpinan Tuli, putra nomor empat. Kwee Ceng dapat tugas pula, untuk memimpin pasukan ketiga.
Jenghiz Khan memanggil berkumpul ketiga kepala perangnya itu, ketika ia mau bicara sama mereka itu, ia menitahkan semua pengiringnya mengundurkan diri Lantas ia berkata^ "Pasukan perang Kim dipusatkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diTongkwan- Kota itu sukar dipukul pecah karena keletakannya di selatan nempel sama pegunungan dan di utara berbatas dengan sungai besar. pikiran dari pelbagai perwira pun tidak ada yang akur satu dengan lain- Kalau kita maju dari depan, gerakan kita tentu bakal meminta tempo yang lama. Maka itu aku pikir, jalan yang paling sempurna ialah kalau kita bangsa Mongolia berserikat sama kerajaan song. Aku pikir baiklah kita meminjam jalan dari negara song itu, ialah kita maju dari Tong- ciu dan Teng- ciu untuk menuju langsung ke ibukota Kim, Tay- liang."
Mendengar itu, ogotai, Tuli dan Kwee Ceng
berlompat untuk saling rangkul, buat bersama-sama berteriak: "Bagus"
Jenghiz Khan memandang Kwee Ceng sambil
bersenyum. " Kau pandai mengatur tentara, aku senang denganmu," kata pendekar ini. "sekarang aku hendak tanya kau, setelah Tay- liang kena dipukul pecah, bagaimana?" Kwee Ceng menggeleng kepala. "Tidak menyerang Tay- liang," sahutnya.
ogotai dan Tuli menjadi heran- Terang barusan ayah mereka menyebutnya menyerang ibukota Kim itu.
Kenapa sekarang Kwee Ceng membilang demikian"
Maka keduanya mengawasi dengan melongo.
Jenghiz Khan sebaliknya tetap bersenyum.
"Kalau tidak menyerang Tay- liang, bagaimana?"
dia tanya pula. Kwee Ceng menjawab, tenang: "sudah tidak menyerang, bukannya juga tidak menyerang -
menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang" Kedua pangeran itu menjadi heran bukan main.
Jenghiz Khan tertawa, ia berkata pada si anak muda "Menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang. Bagus kata-kata itu Nah, kau menjelaskanlah kepada semua kakakmu ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng mengangguk. la berkata: "Aku dapat menerka siasat perang dari Khan yang agung. Kita berpura-pura menyerang ibukota Kim, untuk
membasmi musuh di kaki tembok kota. Tay- liang ialah kota tempat kediaman raja Kim, tetapi di sana tentara yang tempatkan tidak banyak. jikalau kita pergi ke sana, pasti sekali raja Kim bakal segera mengirim pasukan dari Tong- kwan untuk menolongnya. Tongkwan terpisah jauh dari Tay- liang kalau tentara dikirim cepat, tentara itu akan keburu lelah di tengah jalan, umpama kata tentara itu dapat tiba tepat, mereka tentulah tidak kuat berperang, dari itu tentara kiTayang besar tinggal melabrak saja kepadanya. Kita pasti menang Kalau bala bantuan musuh itu dapat dipukul hancur, kota Tay- liang bakal jatuh tanpa diserang lagi.
sebaliknya kalau langsung kita menyerang Tay- liang, itulah sulit, kita pun bisa digencet musuh dari depan dan belakang."
Jenghiz Khan bertepuk tangan sambil tertawa lebar.
"Bagus Bagus" pujinya.
Lantas raja ini mengeluarkan sehelai peta bumi, ia membeber itu di atas meja, untuk ketiga panglima perangnya itu melihatnya. Menampak itu, semua ketiga panglima itu heran bukan main.
Peta itu ialah peta bumi sekitar kota Tay- liang, di situ terlukis garis untuk dua pasukan tentara - pasukan Mongolia dan musuh. Di situ pun tercatat jelas siasat guna menyerang musuh, buat menghajar bala bantuan dari Tong-kwan selagi bala bantuan itu baru tiba dan masih letih Jadi cocoklah itu dengan pikiran Kwee Ceng barusan. Kota Tay-liang mau diserang, toh tidak diserang - kota itu tidak diserang, toh bakal dirampas.
ogotai dan Tuli sating memandang, mereka
memandang ayah mereka, lalu mereka memandang
Kwee Ceng. Pada wajah mereka terlukis nyata
keheranan dan kekaguman mereka.
Jenghiz Khan berkata pula: "Dengan penyerangan kita ke selatan kali ini, sudah pasti negara Kim bakal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kena dipukul pecah. Di sini ada tiga buah surat tertutup, kamu bawalah seorang satu. Kalau nanti kota Tay- liang sudah dipukul pecah, kamu berkumpul di istana Kim-loan-thian raja Kim, di sana kamu
membukanya dengan berbareng, lalu kamu bertindak menuruti apa yang tertera di situ."
sembari berkata, khan agung itu merogoh sakunya mengeluarkan surat tertutup itu atau kim-long atau "
kantong sulam", ia menyerahkannya seorang satu.
Kwee Ceng melihat surat itu tertutup dan tersegel, laknya dicap dengan cap khan sendiri
"Sebelum kamu memasuki kota Tay-liang,jungan kamu lancang membuka surat tertutup ini, "Jenghiz Khan memesan. "Maka itu, sebelumnya kamu membuka, mesti kamu mengasih lihat satu pada lain, untuk diperiksa dulu ada atau tidak tanda rusaknya."
Ketiga panglima itu menjura seraya berjanji akan mentaati pesan itu
"Kau biasanya lambat, kenapa sekarang kau cerdas dan sebat?" kemudian khan menanya Kwee ceng.
Pemuda ini tidak mau mendusta, ia mengaku
bahwa. ia telah membaca kitab Gak Hui.
Jenghiz Khan lantas menanyakan hal ikhwalnya
Gak Hui dan sianak muda menuturkannya Gak Hui itu telah melabrak bangsa Kim di Cu-sian-tin, hingga Gak Hui dipangil "Gak Yaya" alias " Kakek Gak", sampai timbul sebutan, "Menggoncang gunung gampang, menggoncangkan tentaranya Gak Hui sukar."
Mendengar itu, khan ini membungkam, ia jalan
mondar-mandir di kemahnya sambil menggendong
tangan, kemudian ia menghela napas dan
mengatakannya: "Menyesal aku tidak terlahir pada seratus tahun dulu supaya aku bisa bersahabat sama pendekar itu. Sekarang ini di dalam dunia ini siapakah dapat menjadi tandinganku?"
Untuk sejenak itu, hati raja jago ini menjadi tawar sendirinya karena menyesalnya Kwee Ceng sendiri, sekeluarnya dari kemah, sudah lantas menuju
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
langsung ke kemah ibunya. saking repot sama
tugasnya, sudah beberapa hari ia tidak dapat ketika menjenguk orang tuanya itu. Besok ia mau berangkat perang ke selatan, guna membalas sakit hati negara, jadi hari itu perlulah ia menemani ibunya. Ketika ia sampai di kemah, ia mendapat sebuah kemah kosong, segalanya sudah dibawa pergi. Cuma seorang
serdadu tua menjaga di situ. Atas pertanyaan, serdadu itu memberitahukan bahwa atas perintah khan agung, ibunya sudah pindah ke lain kemah. Setelah menanya jelas, ia pergi terus ke kemah yang disebutkan itu. Ia lantas mendapatkan sebuah kemah besar, yang
beberapa lipat lebih besar dari kemah yang lama tadi.
Dan begitu ia menyingkap pintu, ia terbengong. Di situ terlihat banyak barang berharga yang bergemerlapan, yang tentara Mongolia dapat merampas dari musuh.
Putri Gochin juga berada di situ tengah menemani ibunya, yang lagi menutur hal ikhwal ia sendiri di waktu masih kecil. Menampak si anak muda, putri itu berbangkit menyambut sambil bersenyum.
"ibu" Kwee Ceng memanggil. "Dari mana semua ini?"
"Khan agung membilang selama berperang di Barat, kau berjasa besar, maka semua ini ialah hadiah untukmu," sahut sang ibu. "sebenarnya kita sudah terlalu biasa dengan penghidupan kecil, semua ini tidak ada perlunya untuk kita"
Di kemah itu ada tambah delapan budak. untuk
merawati Lie Peng. semua mereka ada budak-budak asal rampasan, maka itu bisa dimengerti kalau mereka ada dari kalangan bangsawan.
Ketiganya lantas duduk memasang omong. Tidak
lama, putri Gochin mengundurkan diri Ia tahu, anak itu tentu mau bicara banyak sama ibunya, ia tidak mau mengganggu mereka. Hanya, lama ia menantikan di luar, ia tidak melihat si anak muda keluar.
"Anak Ceng," berkata Lie Peng. "Putri menantikan kau di luar, pergi kau bicara sama dia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menyahut "ya", tetapi ia tidak bergerak dari tempatnya duduk.
Lie Peng menghela napas, ia berkata "Sudah dua puluh tahun kita tinggal di Utara ini, meski benar khan agung sangat memperhatikan kita, akutapinya ingin sangat pulang, maka itu semoga kau berhasil


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memusnahkan negara Kim, supaya kita berdua bisa lekas kembali ke kampung halaman kita. Kita tinggal tetap di Gu-kee-cun, di tempat kediaman lama dari ayahmu. Kau bukannya seorang yang kemaruk harta dunia dan keagungan, jadi tak usahlah kau datang pula ke sini. Hanya urusan putri sulit"
Bab 78. NASIB "TENTANG perjodohanku " kata Kwee Ceng, "aku pernah membicarakannya dengan Putri. Kalau Yongji mati, aku takkan menikah untuk selamanya."
Li Peng menghela napas lagi.
"Mungkin Putri sendiri mau mengerti, tapi bagaimana dengan Khan Agung" Aku khawatir sekali..."
"Kenapa Khan Agung?"
"Beberapa hari ini Khan luar biasa baik padaku.
Lihatlah hadiah ini, emas, perak, dan permata.
Memang benar katanya hadiah ini untuk jasamu berperang di Barat, tapi aku sudah dua puluh tahun tinggal di sini, kurasa aku telah mengenal baik sifatnya. Aku yakin ada alasan lain!"
"Ibu, menurut Ibu apa alasan itu?"
"Aku wanita, pendapatku tidak luhur," sahut sang ibu. "Tapi setelah aku melihat dan memikirkan semua ini, mungkin Khan hendak memaksa kita melakukan sesuatu...."
"Tentu dia menghendaki aku menikah dengan
putrinya," kata Kwee Ceng.
"Menikah itu urusan baik," kata sang ibu lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Khan tidak tahu kau tak setuju dengan pernikahan itu, dia tak bisa memaksakannya. Tapi, menurut
penglihatanku, kau mengepalai sepasukan tentara besar, kau pun berperang ke Selatan, maka aku khawatir Khan mencurigai kau akan mendapat pikiran untuk berontak..."
Kwee Ceng menggeleng. "Aku tidak mempunyai minat untuk kekayaan dan keagungan, Khan tahu hal ini dengan baik," katanya.
"Buat apa aku memberontak?"
"Kalau begitu, aku ingat suatu cara." kata Li Peng.
"Mungkin ini dapat dipakai untuk mengetahui apa yang dipikir Khan. Pergilah kau melaporkan pada Khan, bilang aku kangen pada kampung halamanku, aku ingin pulang bersamamu. Coba dengar apa katanya."
Kwee Ceng girang mendengar pikiran ibunya itu.
"Oh, Ibu, mengapa Ibu tidak mengatakannya dari siang-siang?" katanya. "Kita pulang bersama, betapa senangnya! Pasti Khan Agung akan
memperkenankannya." Pemuda ini lantas keluar dari kemah. Ia tidak melihat Gochin. Mungkin karena menanti terlalu lama, putri itu habis sabar dan berlalu dengan kecewa. Ia lantas menuju markas besar. Ia pergi sekian lama, ketika kembali pada ibunya, ia menunduk lesu.
"Khan tidak memperkenankannya, bukan?" Li Peng bertanya,
"Anakmu tidak mengerti. Ibu " sahut Kwee Ceng.
"Apa perlunya Khan menghendaki Ibu tetap berdiam di sini?"
Sang ibu diam. "Khan bilang," Kwee Ceng menjelaskan, "sesudah Negara Kim dihancurkan, barulah kita bisa berangkat pulang. Katanya waktu itu kita akan pulang dengan kehormatan besar. Aku bilang Ibu sangat kangen dan ingin lekas pulang, lantas Khan tampaknya gusar. Dia menggeleng dan tetap menolak."
"Apa lagi kata Khan padamu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng memberitahu bahwa dalam rapat
tentara, ia diberi tugas serta dibekali dengan kim-long.
"Ah." desah sang ibu masygul, "kalau suhu keduamu dan Yongji berada di sini, mereka pasti dapat menerka maksud Khan ini. Aku merasa tidak enak memikirkan ini, tapi entah apa sebabnya, aku tak tahu...."
Kwee Ceng mengeluarkan kim-long-nya,
mempermainkannya dengan tangannya.
"Ketika Khan menyerahkan ini, kulihat air mukanya beda sekali," katanya. "Maka aku khawatir jangan-jangan sikapnya berhubungan dengan surat rahasia ini.?"
Li Peng mengambil kim-long itu, mengawasinya
dengan teliti, kemudian menyuruh para pelayannya menyingkir.
"Kita buka dan lihat saja," katanya kemudian.
Kwee Ceng terkejut. "Tidak bisa!" katanya. "Surat ini dicap. Kalau membukanya berarti akan mendapat hukuman
mati...." Li Peng tertawa. "Kau tahu kepandaian menyulam dari kota Lim-an sangat tersohor di seluruh negara?" katanya.
"Ibumu ini orang Lim-an. sedari kecil aku telah mempelajari kepandaian itu. Tanpa merusak, aku dapat membuka kantong bersulam ini, dan aku dapat menjahitnya kembali seperti semula."
Kwee Ceng percaya pada ibunya, ia jadi girang sekali.
Li Peng lantas mengambil jarum halus, dengan itu ia mulai membuka sulaman kantong wasiat itu.
Pekerjaannya rapi. Surat itu lantas dibeber untuk dibaca bersama. Segera keduanya tersentak, tubuh mereka langsung terasa dingin tidak keruan.
Surat itu berisi titah rahasia Jenghis Khan untuk Ogotai, Tuli, dan Kwee Ceng. Begitu mereka dapat mengalahkan bangsa Kim, mereka harus maju ke
Selatan untuk secepat kilat menyerang kota Lim-an
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan memusnahkan Kerajaan Song, supaya Mongolia dapat mempersatukan dunia. Dalam perintah rahasia itu ada tambahan: Kalau Kwee Ceng berhasil berjasa besar, ia mesti diangkat jadi raja muda dan dihadiahi besar-besaran; tapi kalau hatinya berubah, Ogotai dan Tuli diperintahkan untuk segera menjatuhkan hukuman mati padanya, ibunyapun harus ikut dihukum picis.
"Ibu," kata Kwee Ceng setelah diam sekian lama, "jika Ibu tadi tidak membuka kim-long ini, jiwa kita berdua tentulah celaka. Kita adalah orang Song, mana bisa kita menjual negara kita sendiri?"
"Sekarang bagaimana?" Li Peng bertanya.
"Ah, Ibu, biarlah kita tanggung penderitaan ini," kata sang anak masygul. "Sekarang juga kita lari pulang ke Selatan."
"Baik!" sahut ibunya. "Pergilah kau bersiap-siap.
Jagalah supaya rahasia ini jangan terbongkar."
Kwee Ceng mengangguk. Ia kembali ke kemahnya
untuk berbenah seperlunya. Selain kuda merahnya, ia akan membawa tiga ekor kuda lain. Bagaimanapun, setelah berdiam belasan tahun di gurun pasir ini, ia merasa sedikit berat untuk meninggalkannya.
Sebagai kepala perang, Kwee Ceng dapat bergerak dengan leluasa. Juga ketika itu, rombongan Lou Yu Kiak sudah tidak ada bersamanya, mereka sudah pulang lebih dulu ke Selatan. Semua hadiah dari Khan ia tinggalkan. Paling akhir ia membuka seragamnya, dengan pakaian biasa, ia kembali ke kemah ibunya.
Begitu menyingkap tenda, ia terkesiap. Ibunya tidak ada, yang ada hanya dua bungkusan yang
menggeletak di tanah. "Ibu!" panggilnya.
Tidak ada jawaban, la khawatir dan curiga. Ketika ia hendak keluar, tenda tersingkap dari luar, lantas cahaya api terlihat terang benderang. Chilaun dengan seribu serdadu sudah mengurung tenda itu.
"Khan Agung memanggil-menghadap!" demikian ia mendengar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng kaget dan bingung. Ia mesti segera
mengambil putusan. Kalau ia mau menggunakan kekerasan, Chilaun tidak bakal dapat merintanginya.
Tapi ibunya telah ditawan, mana bisa ia kabur seorang diri" Akhirnya ia menyerah, membiarkan Chilaun menggiringnya ke markas besar.
Di kemah Khan, telah berkumpul barisan pengiring Khan yang terdiri atas dua ribu jiwa. Mereka orang-orang Mongolia pilihan, semua bersenjatakan tombak panjang dan menjaga rapat.
Kwee Ceng berjalan masuk dengan langkah lebar.
Jenghis Khan terlihat bengis sekali. Ia menggebrak meja.
"Kuperlakukan kau dengan baik sekali, dari kecil kau kurawat hingga besar, putriku juga kuserahkan padamu!" bentaknya. "Eh, bangsat kecil, kenapa kau berani memberontak terhadapku?"
Kwee Ceng melihat kim-long yang dibuka ibunya ada di atas meja, maka tahulah ia bahwa jiwanya sudah sukar ditolong lagi. Ia menjadi berani. Ia
mendongakkan kepalanya. "Aku rakyat Kerajaan Song, mana bisa aku tunduk pada titahmu?" katanya gagah. "Mana bisa aku menyerang negaraku sendiri?"
Jenghis Khan bertambah gusar melihat sikap
melawan pemuda itu. "Seret dia keluar! Hukum mati dia!" titahnya.
Kwee Ceng tidak dapat melawan. Ia telah
dibelenggu kuat sekali dan delapan algojo mendampinginya. Tapi ia tetap tidak takut. Ia berkata nyaring, "Kau telah berserikat dengan Kerajaan Song untuk memukul bangsa Kim, di tengah jalan kau mengingkari janjimu. Apakah itu perbuatan
pendekar"*' Jenghis Khan makin gusar. Ia mendepak meja.
"Sesudah Negara Kim hancur, selesai sudah perjanjianku dengan pihak Song!" katanya "Kalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemudian aku menyerang Selatan, mana bisa dibilang melanggar janji" Lekas hukum mati dia!"
Banyak panglima mengenal baik Kwee Ceng, tetapi saat itu tidak ada yang berani buka suara. Khan sedang marah besar.
Kwee Ceng tidak bilang apa-apa lagi, dengan
langkah lebar ia berjalan keluar.
Segera terlihat Tuli berlari mendatanginya dari padang rumput.
"Tahan! Tahan!'' teriaknya berulang-ulang. Ia bertelanjang dada dan cuma mengenakan celana kulit. Jelas ia baru terbangun dari tidurnya. Ia langsung memasuki kemah ayahnya dan berseru, "Ayah, Anda Kwee Ceng besar jasanya, dia juga pernah menolong jiwaku, biarpun berdosa, jangan hukum mati dia!"
Jenghis Khan terpengaruh kata-kata putranya itu.
"Bawa dia kembali!" ia memberikan perintah.
Kwee Ceng lantas dibawa kembali.
"Kau memberatkan Kerajaan Song, apa ada untungnya?" Khan bertanya. "Kau pernah bicara tentang Gak Hui. Dia begitu setia dan berjasa, tapi akhirnya dia dihukum mati juga! Lebih baik kau membantuku merobohkan Kerajaan Song, aku
berjanji padamu, setelah berhasil aku akan
mengangkatmu menjadi raja Song!"
"Aku bukannya berontak terhadapmu!" Kwee Ceng menyahut. "Tapi kalau kau menghendaki aku menjual negara untuk kehidupan mewah dan agung, biar
tubuhku dicincang, tak dapat aku menerima baik permintaanmu ini!"
"Bawa ibunya kemari!" perintah Jenghis Khan.
Lantas dua serdadu menggiring Li Peng keluar dari kemah belakang.
"Ibu!" Kwee Ceng memanggil, la mendekati ibunya, tapi dihalangi dua serdadu. Ia lantas bertanya dalam hati, "Urusanku ini cuma Ibu dan aku yang tahu. Siapa yang membocorkannya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jenghis Khan tidak memberinya kesempatan untuk berpikir, katanya, "Jika kau menerima baik kata-kataku, kalian berdua ibu dan anak akan hidup agung dan berbahagia. Jika tidak, lebih dulu aku akan membunuh ibumu! Itu artinya kau yang membunuh ibumu, dan kau menjadi anak put-hauw"
Kaget Kwee Ceng mendengar perkataan Khan,
terutama kata put-hauw tidak berbakti. Ia menunduk.
"Anda," kata Tuli, "dari kecil kau tinggal di Mongolia, kau tak ada bedanya dari bangsa Mongolia.
Sebaliknya pembesar-pembesar Kerajaan Song
temaha sekali, mereka bersekongkol juga dengan bangsa Kim, bahkan mereka telah membunuh ayahmu dan membikin ibumu tak punya tempat untuk pulang.
Kalau tidak ada ayahku, dapatkah kau hidup seperti sekarang ini" Kita sudah seperti saudara, tak dapat aku membiarkanmu menjadi anak tak berbakti. Maka kuminta sukalah kau memikirkannya lagi baik-baik."
Kwee Ceng menoleh pada ibunya. Sebenarnya ia ingin menerima baik nasihat Tuli itu, tetapi ia segera ingat akan ajaran ibunya. Ia juga ingat dan tahu betul nasib negara-negara di Barat yang ditaklukkan Mongolia, akhirnya rakyat mereka hidup sengsara.
Maka ia diam terus. Dengan matanya yang tajam, Jenghis Khan
mengawasi anak muda itu. Ia menantikan jawaban.
Seluruh kemah menjadi sangat sunyi,
"Aku..." kata Kwee Ceng. Ia telah maju selangkah, lantas berhenti lagi, tidak melanjutkan kata-katanya.
"Khan yang Agung," mendadak Li Peng berkata, "aku khawatir anak ini kurang mengerti. Bagaimana kalau kucoba membujuk dan menasihatinya?"
Jenghis Khan girang sekali.
"Bagus!" katanya. "Nasihati dia!"
Li Peng mendekati anaknya, menarik lengan
pemuda itu. lalu membawanya ke salah satu sudut kemah. Di sana mereka berdua duduk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena sikap rajanya sudah mulai sabar, algojo tidak menghalangi Kwee Ceng.
Li Peng memeluk putranya.
"Dua puluh tahun lalu di Gu-kee-cun. Lim-an, aku telah mengandungmu, Nak," katanya pelan. "Suatu hari ketika turun hujan salju lebat, Khu Ci Kee, Khu Tootiang, berkenalan dengan ayahmu. Dia
memberikan dua bilah belati, yang satu untuk ayahmu, yang lain untuk Paman Yo...."
Sembari bicara, sang ibu mengeluarkan belati itu dari saku anaknya. Ia menunjuk ukiran dua huruf yang berbunyi "Kwee Ceng" pada belati itu, lalu melanjutkan, "Khu Tootiang telah memberi nama Ceng padamu dan Kang pada anak Paman Yo.
Tahukah kau apa artinya?"
"Khu Tootiang menghendaki aku tidak melupakan peristiwa Ceng Kong yang memalukan," sahut sang anak.
"Benar, Anak Paman Yo itu mengakui musuh sebagai ayah, maka runtuhlah nama dan tubuhnya. Tentang anak itu, tak usahlah disebut-sebut lagi. Tapi kasihan Paman Yo yang gagah itu, kehormatannya dirusak anaknya sendiri...." la menghela napas, tapi lalu melanjutkan, "Dulu aku menahan malu dan menderita, tapi aku tetap terus merawat dan membesarkanmu. Tahukah kau, untuk apa
perbuatanku jtu" Mustahil aku hendak memelihara pengkhianat penjual negara hingga ayahmu di alam baka menjadi malu dan menderita!"
"Ibu!" kata Kwee Ceng, lantas ia menangis.
Li Peng bicara dalam bahasa Tionghoa, Jenghis Khan semua tidak mengerti, tetapi mereka melihat air mata si anak muda, maka mereka menduga si
nyonya takut mati dan telah berhasil membujuk anaknya. Diam-diam mereka girang.
"Ada orang berkata, 'Hidup manusia hanya seratus tahun, tempo itu lewat dalam sekejap,'" Li Peng berkata lagi. Ia memang wanita, tetapi ia wanita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sejati. "Maka. apalah artinya hidup atau mati" Selama hidup manusia, yang diharap adalah jangan
melakukan sesuatu yang membuatnya terhina! Kalau orang lain menyia-nyiakan kita, biarlah, tak usah kita ingat kejahatannya. Ingatlah perkataanku ini!" la menatap wajah anaknya, air mukanya sabar sekali.
Kemudian ia menambahkan, "Nak, jagalah dirimu baik-baik...!" Perkataan ini disusul dengan bekerjanya belati itu memutuskan dadung belenggu putranya. Setelah itu ia memutar tubuhnya untuk menikam dadanya sendiri.
Kwee Ceng menyingkirkan dadung belenggunya,
menyambar ibunya, tetapi sudah kasip. Belati itu sudah menancap di dada ibunya, terbenam sebatas gagangnya.
Jenghis Khan melihat itu, ia kaget tidak terkira.
"Tangkap!" ia menitahkan.
Kedelapan algojo itu tidak berani melukai huma mereka. Setelah melemparkan senjata masing-masing, barulah mereka berlompatan menubruk Kwee Ceng.
Kwee Ceng sangat bersedih. Dengan hati terluka ia memeluk tubuh ibunya. Begitu melihat orang-orang itu menyerbunya, sambil memondong ibunya, ia
menyambut dengan sapuan kaki. Dua algojo tersepak.
kaki mereka patah. Salah satu algojo disodoknya dengan sikut kirinya, tepat mengenai dada, hingga algojo itu roboh dengan tulang iga patah juga.
Menampak begitu, beberapa perwira terkejut, lantas maju.
Kwee Ceng melompat ke belakang ke tenda, tangan kirinya membetot, maka separo kemah emas Jenghis Khan roboh menutupi semua perwira. Dalam
kekacauan itu, ia berlari dengan membawa kabur ibunya.
Segera terdengar bunyi trompet riuh, para perwira berlarian ke kuda masing-masing, menaikinya, lantas mengejar pemuda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ibu!" panggil Kwee Ceng sambil menangis. Ia tidak mendapat jawaban. Ketika ia memeriksa hidung ibunya, ia tidak lagi merasakan embusan napas.
Ibunya sudah berpulang ke alam lain menyusul arwah ayahnya. Bukan main mencelosnya hati Kwee Ceng.
Namun ia sedang terancam bahaya.
Dalam kegelapan, ia berlari terus untuk menyingkir dari bahaya. Kupingnya mendengar orang bergerak di empat penjuru, matanya melihat obor menyala. Ia kabur tanpa memilih jalan lagi. Ia bingung, dengan memondong ibunya, mana bisa ia melawan demikian banyak orang" Kalau menunggang kuda merahnya, ia mempunyai harapan. Tetapi sekarang ia Cuma
berjalan kaki. Pemuda ini berhenti menangis. Tanpa bersuara ia berlari terus. Ia ingin lekas-lekas tiba di gunung, di sana ia bisa menggunakan ilmu enteng tubuhnya untuk mendaki lereng. Asalkan ia dapat merayap naik, bebaslah ia. Di atas gunung, ia dapat diam sementara waktu. Sekonyong-konyong di depannya muncul
sepasukan serdadu yang dipimpin panglima bermuka merah dan berkumis putih. Di bawah sinar api.
panglima itu tampak sangat berwibawa. Kwee Ceng mengenali salah satu panglima andalan Jenghis Khan, Chilaun. Panglima itu memegat dan membacok si pemuda. Kwee Ceng berkelit untuk membebaskan diri.
Setelah itu, bukannya berlari kembali, ia justru melompat menerjang pasukan Mongolia itu. Semua serdadu kaget hingga berseru.
Kwee Ceng menyambar seorang serdadu berpangkat siphu-tio yang menghalang di depannya. Selagi membetot kaki orang itu, kaki kanan Kwee Ceng menjejak tanah untuk melompat, maka tubuhnya
mencelat naik ke punggung kuda serdadu itu.
Begitu meletakkan tubuh ibunya, Kwee Ceng menolak, serdadu itu terguling jatuh. Sebelumnya Kwee Ceng sempat merampas tombaknya. Sekarang ia bergerak dengan cepat dan hebat. Ia membuka jalan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merobohkan setiap serdadu di depan atau di
sampingnya. Ia berhasil kabur, maka Chilaun dan barisannya mengejar pemuda itu.
Dengan cara ini, Kwee Ceng tidak jadi menuju
gunung, melainkan ke arah bertentangan, semakin menjauh dari gunung. Namun ia masih berpikir akan langsung menuju Selatan atau mampir ke gunung.
Sementara itu Borchu pun menyusul dengan
barisannya. Jenghis Khan gusar luar biasa, tetapi ia masih ingat untuk menitahkan menangkap hidup-hidup Kwee
Ceng. Para serdadunya menyusul untuk mengurung pemuda itu. Bahkan ada pasukan berkuda yang
mendahului ke Selatan untuk mencegat.
Kwee Ceng bertindak nekat, la berhasil menerobos pasukan Borchu. Sekarang pakaian dan kudanya telah berlepotan darah. Ia meraba tubuh ibunya, terasa dingin. Ia sedih bukan main, tetapi ia menguatkan hati. Dilarikannya kudanya ke Selatan.
Ia berhasil meninggalkan semua pengejarnya jauh di belakang, namun sementara itu hari sudah mulai terang, sang fajar telah menyingsing. Ia masih berada di daerah musuh, bahkan di pusatnya...
Masih ada ribuan li untuk sampai di Tionggoan.
Bisakah ia seorang diri, dengan membawa-bawa
jenazah ibunya, meloloskan diri"
Tengah berlari. Kwee Ceng melihat debu mengepul di depannya. Itu pasti pasukan berkuda. Ia memutar kudanya untuk kabur ke timur.
Mendadak kaki depan kuda itu tertekuk, binatang itu tidak dapat bangun lagi.
Dalam keadaan seperti itu, pemuda ini tidak mau menyerah. Ia memondong tubuh ibunya, sambil
mencekal keras tombaknya, la maju untuk menyerbu pasukan itu. Tiba-tiba ia terkejut. Sebatang anak panah menyambar, tepat mengenai ujung tombaknya.
Ia merasakan getaran akibat bentrokan itu. Celaka untuknya, ujung tombak itu patah. Menyusul itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebatang anak panah lain menyambar ke dadanya. Ia melemparkan tombaknya, menangkap anak panah itu.
Ketika mengamati anak panah itu, ia melengak.
Ujung anak panah yang tajam itu tidak ada. Ia tidak bisa diam saja. Ia mendongak memandang ke depan.
Terlihat olehnya perwira yang mengepalai pasukan berkuda di depan itu menahan barisannya. Sang perwira maju menghampiri seorang diri. Kwee Ceng mengenali Jebe, jago panah yang menjadi gurunya dalam ilmu memanah.
."Guru, apakah Guru hendak menangkapku?" tanya Kwee Ceng.
"Ya," sahut Jebe.
Kwee Ceng berpikir cepat, "Kelihatannya aku tak bakalan bisa lolos. Daripada ditangkap orang lain, biarlah aku menyerahkan diri pada guruku ini." Maka ia lantas berkata, "Baiklah! Tapi aku mau menguburkan ibuku dulu!" Ia melihat ke sekitarnya.
Di kirinya ada bukit kecil. Ia membawa jenazah ibunya ke sana. Dengan tombak buntungnya ia menggali tanah. Setelah berhasil membuat liang, ia meletakkan tubuh ibunya di situ, la tidak tega mencabut belati di dada ibunya. Ia lantas berlutut untuk paykui, kemudian menguruk liang itu. Ia sedih bukan main mengingat budi serta kesengsaraan ibunya, sampai-sampai tidak sanggup menangis lagi.
.Jebe melompat turun dari kudanya. Ia paykui empat kali di depan kuburan Li Peng, kemudian
menyerahkan kantong anak panah, busur, dan
tombaknya kepada si pemuda. Terakhir ia
menyerahkan kudanya sendiri, tali lesnya dijejalkan ke tangan si murid. Ia berkata, "Pergilah! Mungkin kita tak bakal bertemu lagi...."
Kwee Ceng tercengang. "Guru!" katanya.
"Dulu kau bersedia berkorban menolongku " kata Jebe. "Apakah kausangka aku bukan laki-laki hingga aku pun tak bisa berkorban menolongmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, Guru, kau melanggar titah Khan, kau bisa terancam bahaya...."
"Aku telah berperang ke timur dan ke barat. jasaku bukannya sedikit," kata Jebe. "Maka kalau Khan mempersalahkanku, paling juga aku dirangket,
kepalaku tak bakal dipenggal. Maka lekaslah kau pergi!"
Kwee Ceng masih ragu-ragu.
"Aku khawatir pasukanku tidak menaati perintahku, maka yang kubawa ini bekas pasukanmu yang
berperang di Barat." Jebe menambahkan. "Tanyailah mereka, apakah mereka temaha akan jasa dan akan menawanmu...."
Kwee Ceng menuntun kuda menghampiri pasukan
itu. Serentak semua serdadu turun dari kuda mereka, lantas berlutut di tanah. Mereka berkata, "Kami mengantar Ciangkun pulang ke Selatan!"
Kwee Ceng mengawasi. Mereka memang bekas
pasukannya yang pernah menantang bahaya
bersamanya, maka ia menjadi sangat terharu, la berkata, "Aku bersalah pada Khan yang Agung. Berat hukumanku. Sekarang kalian melepaskan aku, jika Khan Agung tahu hal ini, besar risiko yang harus kalian pikul..."
"Ciangkun baik sekali pada kami, budi itu sebesar gunung, kami tak berani melupakannya." sahut semua serdadu itu.
Pemuda itu menghela napas, lantas menjura
kepada mereka. Sesudah itu dengan memegang
tombak ia melompat naik ke kudanya. Tepat saat akan melarikan kudanya, ia melihat debu mengepul di depannya. Kembali sepasukan serdadu berkuda
mendatanginya, la terkejut, demikian juga Jebe.
"Aku telah bersalah melepaskan Kwee Ceng, kalau aku melawan pasukan ini, terang aku memberontak,"
pikir Jebe. Tapi ia tidak mengubah putusannya, ia berkata pada si anak muda, "Anak Ceng, lekas lari!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hampir berbareng dengan itu, terdengar teriakan para serdadu yang baru datang, "Jangan ganggu Huma! Jangan ganggu Huma!"
Sekarang terlihat jelas ternyata pasukan itu
membawa bendera Pangeran Keempat, malahan
seorang penunggang kuda segera bergegas
menghampiri dari antara pasukan itu. Orang itu adalah Tuli yang sedang menunggang kuda merah Kwee Ceng, tidak heran kalau ia datang cepat sekali.
Begitu tiba di depan Kwee Ceng, pangeran itu
melompat turun dari kudanya.
"Anda, apakah kau tak terluka?" demikian pertanyaannya yang pertama.
"Tidak," jawab Kwee Ceng. "Guru Jebe hendak menawan dan membawaku menghadap Kha Khan!"
Sengaja Kwee Ceng bicara begitu untuk mencegah gurunya itu dicurigai.
Tuli melirik Jebe. lalu berkata pada Kwee Ceng,
"Anda, naiklah ke kuda merahmu ini dan lekaslah pergi!" Ia meletakkan bungkusan di atas kuda merah itu dan menambahkan, "Ini uang emas seribu taill Di belakang hari kita akan bertemu lagi!"
Kwee Ceng mengerti, ia lantas melompat naik ke kuda merahnya. Ia berkata kepada saudara angkatnya itu, "Tolong sampaikan pada Adik Gochin agar dia merawat diri baik-baik! Biarlah dia menikah dengan orang lain, jangan memikirkan diriku lagi...."
Tuli menghela napas. "Selamanya Adik Gochin tak mau menikah dengan orang lain," ia berkata. "Kurasa dia bakal pergi ke Selatan untuk mencarimu. Kalau itu sampai terjadi, aku nanti mengatur orang untuk mengantarkannya."
"Jangan, jangan mencariku," kata Kwee Ceng.
"Jangan kata di dalam negara yang luas sulit mencariku, umpama kita akhirnya dapat bertemu, cuma akan menambah keruwetan!"
Tuli diam, Kwee Ceng diam juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jalanlah, akan kuantar kau serintasan!" kata si pangeran kemudian.
Kwee Ceng menurut, ia menyuruh kudanya berjalan.
Tuli naik kuda yang lain, mereka berjalan berendeng.
"Anda," kata Kwee Ceng setelah mereka berjalan sekitar tiga puluh li. "silakan kau kembali. Ada yang bilang, meski mengantar sampai seribu li, akhirnya mesti berpisah juga."
"Aku akan mengantarmu serintasan lagi," kata Tuli.
Maka berjalanlah mereka sampai sepuluh li lebih. Di sini keduanya turun dari kuda masing-masing untuk saling menjura, kemudian dengan sama-sama
mengucurkan air mata, mereka berpisahan. Tuli mengawasi Kwee Ceng hingga tampak kecil sekali lalu lenyap, barulah ia memutar kudanya untuk kembali. Ia masygul bukan main.
Kwee Ceng melarikan kudanya selama beberap hari, akhirnya ia keluar dari daerah yang berbahaya.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang ia langsung menuju Selatan. Di sepanjang jalan, ia menyaksikan bekas-bekas peperangan, terutama rumah-rumah rusak dan tulang-tulang
berserakan. Pemandangan yang menggiriskan. Ia sedih sekali.
Akhirnya sampai juga Kwee Ceng di Tionggoan. Ia merasa dirinya seperti orang asing, sebab tidak tahu mesti pergi ke mana. la tidak mempunyai rumah dan sanak saudara. Dalam setahun, ia kehilangan ibunya.
Oey Yong, dan guru-gurunya, la ingat Auwyang Hong dan timbul niatnya untuk membalaskan dendam Oey Yong, tetapi begitu ingat keadaan yang menyedihkan sekali di Khoresm, hatinya menjadi tawar, la berhasil membalaskan sakit hati ayahnya, namun demikian banyak jiwa manusia yang melayang dalam keadaan memilukan. la jadi sangsi, jangan-jangan balas dendam itu bukan cara yang tepat untuknya.
"Seumur hidup aku belajar ilmu silat, sekarang beginilah kepandaianku," ia berpikir. "Tapi aku tak bisa membela kekasihku dan ibuku, maka apa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gunanya aku belajar silat" Tujuan hidupku adalah jadi orang baik-baik, bagaimana sekarang" Siapa yang memperoleh kesenangan karenanya" Ibu dan Yongji binasa gara-gara aku.... Karena aku, seumur hidup Adik Gochin takkan senang... Ya, banyak orang yang telah kubikin celaka...."
Ia berhenti berpikir sebentar, terus melamun lagi.
"Wanyen Lieh dan Raja Khoresm memang orang-orang busuk, tapi bagaimana dengan Jenghis Khan"
Dia membunuh Wanyen Lieh, dia orang baik. Dia telah memelihara ibuku dan aku selama dua puluh tahun, tapi dia menitahkanku untuk menyerang Pemerintah Song, dan sekarang dia memaksakan kematian ibuku. Dengan Yo Kang aku saling
mengangkat saudara, tapi hatinya tidak lurus. Adik Liam Cu orang baik, mengapa dia mencintai Yo Kang mati-matian" Anda Tuli baik sekali padaku, kalau nanti dia menyerang ke Selatan, haruskah aku
menghadapinya di medan perang untuk bertempur hidup-mati" Tidak, tidak! Setiap orang punya ibu yang telah mengandungnya selama sembilan bulan dan susah payah merawatnya hingga besar, maka mana bisa aku membunuh anak orang hingga ibunya bakal jadi susah?"
Ia diam, berpikir lagi. "Belajar silat adalah untuk menghajar orang, membunuh orang...," ia melamun lebih jauh.
"Kelihatannya hidupku selama dua puluh tahun salah semuanya. Dengan rajin dan susah payah aku belajar silat, akhirnya cuma untuk mencelakai orang.... Kalau tahu begini, lebih baik aku tak mengerti silat sama sekali! Tapi kalau tak belajar silat, aku mesti mengerjakan apa" Sebenarnya untuk apa aku hidup di dunia" Setelah beberapa puluh tahun nanti, bagaimana lagi" Bukankah lebih baik mati siang-siang" Kalau aku hidup terus, bukankah akan lebih banyak keruwetan" Tapi kalau aku mati siang-siang,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk apa ibuku melahirkan aku" Kenapa Ibu mesti bercapek lelah merawatku hingga besar?"
Semakin lama pikirannya menjadi semakin ruwet.
Selama beberapa hari Kwee Ceng merasa tidak
keruan, makan tidak bernafsu, tidur pun kurang. la mondar-mandir di tegalan, memikirkan semua
pertanyaannya itu. "Ibuku dan semua guruku mengajariku supaya memegang kepercayaan," kemudian ia berpikir lagi.
"Sekarang timbul urusan Yongji. Aku sangat mencintainya. Tapi di sana ada putri Jenghis Khan.
Dapatkah aku menolak putri itu" Kesudahannya perjodohanku itu menyebabkan kematian ibuku dan Yongji, dan karenanya Khan yang Agung, Tuli, dan Adik Gochin jadi bersusah hati.... Ketujuh guruku dari Kanglam dan Suhu Ang adalah orang-orang gagah dan mulia hatinya, tapi tak ada satu pun yang selamat.
Sebaliknya Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin jahat, kenapa mereka hidup merdeka dan senang"
Sebenarnya di dunia ini ada hukum Thian atau tidak...?"
Suatu hari tibalah anak muda ini di sebuah dusun di kota Cee-Iam, Shoatang. la singgah di rumah makan, la duduk seorang diri menenggak arak,
pikirannya pepat. Ketika ia baru minum tiga cawan, mendadak seorang laki-laki menghampirinya, sambil menuding dan mendamprat. "Hai, Tartar bangsat, kau telah memusnahkan rumahku dan membinasakan
keluargaku, sekarang aku hendak mengadu jiwa denganmu!" Kata-kata itu disusul dengan tinjunya.
Kwee Ceng terkejut, heran. Langsung ia menangkis sambil menangkap, ketika ia menarik pelan saja, orang itu jatuh ngusruk. Jelas orang itu tidak mengerti ilmu silat. Kepalanya mengenai lantai dan darahnya mengucur.
"Saudara, apakah kau salah lihat orang?" tanyanya seraya menolong orang itu bangun, la merasa tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
enak hati tanpa sengaja melukai. Orang itu gusar sekali.
"Tartar bangsat! Tartar bangsat!" cacinya berulang-ulang.
Dari luar rumah makan lantas menerobos masuk belasan orang. Tanpa banyak omong mereka
menyerbu Kwee Ceng. Tentu saja anak muda ini menjadi repot. Ia main berkelit, karena tidak mau melukai orang lain. Tapi ia repot, sebab serangan makin seru, sedangkan ruangan sempit.
Tiba-tiba dari balik pintu terdengar suara nyaring,
"Anak Ceng, kau bikin apa di sini?"
Kwee Ceng lantas menoleh, untuk melihat orang yang menegurnya, la mendapati imam dengan kumis putih panjang, romannya suci dan berwibawa. Ia mengenali Khu Ci Kee, maka ia girang bukan main.
"Tootiang!" jawabnya. "Tak keruan orang-orang ini mengepungku!"
Khu Ci Kee lantas masuk, mendorong setiap orang, kemudian menarik tangan si anak muda,
mengajaknya berlalu. Mereka disusul oleh banyak orang yang gusar, tapi setibanya di luar, setelah Kwee Ceng memanggil kuda merahnya, dengan cepat
mereka menghilang. Setelah mereka tinggal berdua, Kwee Ceng
mengulangi keterangan bahwa ia dikeroyok tanpa sebab.
Khu Ci Kee tertawa. "Kau berdandan sebagai orang Mongolia, maka mereka salah menyangkamu,"
katanya. Di wilayah Provinsi Shoatang ini, orang Mongolia telah bertempur hebat dengan orang Kim. Penduduk Shoatang telah sangat menderita karena bangsa Kim, maka mereka membantu bangsa Mongol. Siapa tahu, ternyata bangsa Mongol itu sama kejamnya dengan bangsa Kim. Setelah bangsa Kim dikalahkan, mereka pun menindas rakyat. Maka rakyat sangat gusar dan benci. Sudah biasa terjadi, apabila ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pasukan tentara Mongolia lewat dan salah satu serdadu atau opsirnya tertinggal orang itu lantas dibunuh rakyat.
"'Kenapa kau membiarkan dirimu ditinju dan ditendangi?" tanya Ci Kee kemudian. "Lihat, kau jadi tak keruan, tubuhmu bengkak dan bengep...."
Kwee Ceng menghela napas.
"Aku tak berniat melayani mereka," sahutnya sedih.
Ia lantas menceritakan tentang ibunya yang seperti dipaksa bunuh diri oleh Jenghis Khan.dan bahwa selama ini pikirannya kacau.
Khu Ci Kee terkejut. "Kalau Jenghis Khan bemiat menyerang Kerajaan Song, mari kita lekas berangkat ke Selatan," katanya.
"Pemerintah mesti diberi kisikan supaya siap sedia menyambut musuh!"
"Apa gunanya?" tanya si pemuda sambil menggelengkan kepala. "Kesudahannya kedua pihak bakal berperang hingga mayat-mayat bakal
bertumpuk setinggi gunung, rumah rakyat akan musnah, dan nyawa rakyat akan lenyap...."
"Kalau Kerajaan Song dimusnahkan bangsa Mongol, rakyat bakal lebih menderita," Tiang Cun Cu. memberi pengertian. "Penderitaan itu tiada taranya."
"Tootiang," kata si anak muda, "ada banyak soal yang tak kumengerti, tolong Tootiang jelaskan."
Khu Ci Kee menggandeng anak muda itu,
mengajaknya ke bawah pohon, lalu mereka duduk bersama.
"Bicaralah!" katanya.
Kwee Ceng mengutarakan keruwetan dalam hatinya.
kemudian menghela napas dan menambahkan,
"Sekarang aku memuruskan tak berniat bentrok dengan siapa pun. Aku menyesal tak dapat melupakan ilmu silatku. Tadi pun tanpa sengaja aku melukai orang itu hingga berdarah...."
"Anak Ceng, pandanganmu salah," kata Tiang Cun Cu sambil menggeleng. "Beberapa puluh tahun lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika muncul kitab mestika Kiu Im Cin Keng, orang-orang gagah kacau, memperebutkannya dengan
saling bunuh, sampai kemudian ada keputusan dalam rapat di Gunung Hoa San, tempat orang melakukan pertempuran terakhir. Di sana guruku, Ong Tiong Yang, telah keluar sebagai pemenang, berhasil mendapatkan kitab itu. Mulanya guruku juga berpikir akan memusnahkan kitab itu, tapi kemudian
mengubah niatnya. Dia ingat bahwa air dapat
membuat perahu berlayar, tapi juga dapat
mengaramkannya. Keberuntungan dan bencana
tergantung pada masing-masing orang. Maka ia
mempertahankan dan menyimpan kitab itu.
Kepandaian manusia, sipil maupun militer, tentara kuat, serta senjata tajam, semuanya bisa membuat manusia beruntung, tapi juga bisa membikin manusia celaka. Kau tahu, asal orang berniat baik, makin gagah dia makin baik. Karena itu, mengapa kau ingin melupakan ilmu silatmu?"
Kwee Ceng berpikir. Ia berkata, "Tootiang benar, tapi... sekarang kaum kangouw rata-rata menyebut Sesat Timur, Racun Barat, Raja Selatan, dan Pengemis Utara sebagai orang-orang yang paling gagah. Untuk menyamai kepandaian mereka, sukar bukan buatan. Tapi lihatlah, apa gunanya
kepandaian mereka itu" Kulihat tak ada faedahnya bagi manusia."
Ditanya begitu, Khu Ci Kee melengak. Selang sejenak, ia berkata, "Oey Yok Su aneh, pasti ada sebabnya yang tak dapat dilampiaskannya. Dia sekarang berbuat sesuka hatinya, tak pernah memikirkan orang lain, maka aku tak mau mengambil perbuatannya sebagai teladan. Auwyang Hong jahat, dia tak usah dibicarakan lagi. Toan Hongya baik hati, kalau tetap menjadi raja, dia bisa berbuat banyak untuk rakyat. Sayang karena satu urusan kecil, hatinya jadi tawar hingga sekarang dia bersembunyi. Lain halnya dengan Ang Cit Kong. Dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap bekerja untuk orang banyak, padanya aku kagum dan takluk sekali. Akan segera tiba saatnya pertemuan di Hoa San. Meski ada orang yang dapat melebihi kegagahannya. aku percaya orang banyak bakal mengangkat dia jadi orang nomor satu di Rimba Persilatan."
Mendengar disebutnya pertemuan orang gagah di Gunung Hoa San, Kwee Ceng lantas ingat gurunya.
"Apakah luka guruku sudah sembuh?" tanyanya.
"Benarkah guruku bakal turut ambil bagian dalam pertemuan di Hoa San itu?"
"Sejak aku kembali dari Barat, belum pernah aku bertemu dengan Ketua Ang," sahut Ci Kee.
"Tapi aku percaya, bagaimanapun dia tentu bakal pergi ke Hoa San. Sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Hoa San, bagaimana kalau kau turut aku pergi ke sana untuk melihat-lihat?"
Kwee Ceng menggeleng. Hatinya telah tawar
dan kepalanya pusing kalau ingat soal pergulatan itu. Ia menjawab, "Maaf, Tootiang, aku tak bisa turut Tootiang pergi ke sana."
"Habis kau hendak pergi ke mana?"
"Aku tidak tahu. Aku pergi ke mana saja kakiku melangkah...."
Imam itu sedih. Menurut penglihatannya, pemuda itu seperti baru sembuh dari sakit berat. Ia mencoba membujuknya, tetapi anak muda itu tetap menggoyangkan kepala. Ia berpikir, Kwee Ceng biasanya menuruti kata-kata Ang Cit Kong, ada baiknya kalau pemuda ini mau pergi ke Hoa San untuk bertemu dengan gurunya itu. Bagaimana ia mesti membujuknya"
"Anak Ceng," katanya kemudian. "Kau ingin melupakan ilmu silatmu, untuk itu ada jalannya,"
katanya kemudian. "Benarkah itu, Tootiang?"
Mendadak pemuda ini tertarik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya," sahut Ci Kee. "Ada seseorang yang di luar tahunya telah meyakini ilmu yang mahir dari Kiu lm Cm Keng, kemudian dia merasa pelajaran itu
menyalahi janjinya, dia menyia-nyiakan pesan
seseorang, maka dia ingin melupakan ilmu itu.
Dia lalu mencoba sebisa-bisanya. Kalau kau hendak mencontohnya, kau mesti mencari dia untuk minta diajari."
Kwee Ceng melompat bangun.
"Benar!" katanya. "Orang itu Kakak Ciu Pek Thong!"
Mendadak muka pemuda ini memerah, la likat
sendiri, ingat bahwa Ciu Pek Thong adalah paman guru Ci Kee dan ia memanggilnya "Kakak" saja.
Khu Ci Kee dapat menerka penyebab jengahnya
pemuda itu. la tersenyum dan berkata. "Paman Guru Ciu memang biasanya tidak membedakan derajat, maka kau dapat memanggilnya sesukamu."
"Sekarang dia ada di mana?"
"Dia bakal menghadiri pertemuan di Hoa San. Dia tentu akan pergi ke sana."
"Baiklah, aku akan ikut Tootiang" kata Kwee Ceng akhirnya.
Ci Kee puas, ia lantas mengajak anak muda itu berangkat. Mereka berjalan bersama. Di dusun pertama, Kwee Ceng membelikan si imam seekor kuda, untuk mempercepat perjalanan mereka. Tujuan mereka adalah Barat. Suatu hari, tibalah mereka di kaki Gunung Hoa San di sebelah selatan. Mereka lantas singgah di perhentian San-sun-teng. Di samping tempat itu tumbuh dua belas batang pohon
rotan yang dinamakan "rotan naga", karena batangnya panjang dan berbentuk mirip naga.
"Hoa San merupakan gunung suci bagi kami kaum Too Kauw," kata Khu Ci Kee. "Menurut cerita, dua belas batang pohon rotan ini dulunya ditanam oleh Hi I Sianseng Tan Pok Loocouw."
"Tan Pok Loocouw" Bukankah dia dewa yang tidur selama genap setahun tanpa bangun sama sekali?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tan Pok Loocouw lahir di akhir zaman Tong.
Sepanjang lima pemerintahan, setiap kali mendengar penguasa kerajaan berganti, selalu dia tidak puas, maka dia mengunci pintu rumahnya, terus tidur. Orang bilang dia tidur setahun suntuk tanpa mendusin. Yang benar ialah, karena jengkel mengingat nasib rakyat, dia tak suka memunculkan diri.
Yang terakhir, ketika mendengar Song Thay-couw naik takhta, dia baru dapat tertawa lebar dan mengatakan bahwa mulai saat itu negara bakal aman sentosa."
"Kalau Tan Pok Loocouw lahir di zaman sekarang, dia pasti bakal tidur lagi berbulan-bulan dan bertahun-tahun!" kata Kwee Ceng.
Khu Ci Kee menghela napas.
"Bangsa Mongol menjagoi wilayah Utara, mereka hendak menerjang ke Selatan. Sebaliknya Raja Song dan menteri-menterinya bangsa dogol semua, maka negara bakal kacau," katanya. "Kita adalah bangsa laki-laki, meski tahu kita tak bakal bisa apa-apa, kita perlu bangun untuk melawannya.
Sebab aku pun tak setuju dengan sikap Tan Pok Loocouw yang main mengunci pintu dan tidur saja."
Sampai di situ mereka menghentikan pembicara-
an, menitipkan kuda di kaki gunung, lantas mereka mendaki. Mereka melintasi Toh-hoa-peng, Hi I Ap, dan See-bong-peng. Makin tinggi jalanan makin sukar. Setibanya di See-hian-bun, mereka naik dengan berpegangan pada rantai besi. Bagi mereka, perjalanan memanjat itu tidak sulit. Kira-kira tujuh li kemudian, tibalah mereka di Ceng-peng, Tanah Datar Hijau. Lalu mereka menemukan batu-batu yang berdiri tajam, di sebelah utaranya ada sebuah batu yang memegat jalan.
"Inilah batu yang diberi nama Hwee-sim-cio,"
kata Ci Kee. Pelancong yang tiba di sini dapat balik kembali.
Hwee-sim-cio berarti Hati Berbalik Pulang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maju lebih jauh adalah tempat-tempat yang bernama Cian-cio-kiap dan Pek-cio-kiap, celah yang lebarnya tidak ada setengah kaki, hingga orang mesti berjalan miring.
Kwee Ceng langsung ingat, "Kalau ada musuh memegat dan menyerang di sini, orang yang sangat lihai pun sukar melawan...." Baru saja ia berpikir begitu, dari depan mereka terdengar bentakan, "Khu Ci Kee, di Yan I Lauw kami telah mengampuni jiwamu, apa perlunya kau sekarang mendaki
Gunung Hoa San ini?"
Khu Ci Kee mendengar suara itu, dengan segera ia mempercepat langkahnya, hingga sampai di samping gua. Ia mengangkat kepala melihat ke depan.
Di sana, yang merupakan ujung jalan terakhir, terlihat lima orang, yaitu See Thong Thian, Pheng Lian Houw, Lama Leng Ti, Nio Cu Ong, dan
Hauw Thong Hay, yang memegat jalan. Melihat mereka itu, ia heran. Ia menyangka akan menemui Auwyang Hong, Kiu Cian Jin, Ciu Pek Thong, dan Ang Cit Kong, tidak tahunya, di sini ada rombongan pengkhianat itu. Tentu saja ia mengerti bahaya yang mengancamnya, sebab ia dan Kwee
Ceng di tempat yang letaknya buruk. Begitu terdesak, mereka berdua bakalan terjerumus ke dalam jurang. Karena itu. ia menghunus pedangnya, lantas mendului melompat maju. Ia menyerang Hauw
Thong Hay, bukan saja karena orang itu yang terlemah, tapi karena ia yang jaraknya paling dekat.
Thong Hay menangkis serangan, la lantas dibantu Pheng Lian Houw dan Lama Leng Ti yang
menggencet musuh dengan senjata masing-masing, poankoan-pit dan cecer, bermaksud mendesak Khu Ci Kee sampai terjatuh ke jurang.
Khu Ci Kee tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Setelah menikam Thong Hay, ia menjejak dengan kedua kakinya untuk melompat tinggi melewati kepala Hauw Thong Hay. Selain bebas dari gencet-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
an, ia pun tiba di tempat yang lega.
Senjata Leng Ti dan Lian Houw mengenai batu, hingga lelatu bepercikan.
Selama di Tiat Ciang Bio, See Thong Thian
telah kehilangan sebelah tangannya, namun ia tetap gagah. Menampak adik seperguruannya gagal memegat Khu Ci Kee. ia melompat maju guna membantu. Tapi, karena lihainya Tiang Cun Cu, yang merampas kedudukan, ia juga bisa dilewati.
Ia lantas mengejar, disusul oleh Lian Houw.
Ci Kee tidak lari terus, ia melawan dua musuhnya itu, yang segera dibantu Lama Leng Ti, hingga ia jadi dikepung tiga orang.
Selama pertempuran itu berjalan, Kwee Ceng
tidak membantu Khu Ci Kee, padahal sepantasnya ia turun tangan di pihak imam itu. Hatinya tawar, ia jemu dengan pertarungan. Bukan saja ia tidak sudi membantu, melihat pun tidak. Untuk naik terus, ia mengambil jalan lain, ialah dengan berpegangan pada oyot rotan. Toh ia terganggu satu pertanyaan yang berkutat dalam hatinya, "Bantu atau jangan" Bantu atau jangan..."'1
"Bagaimana kalau Khu Tootiang mereka binasakan" Bukankah itu salahku" Kalau aku membantu dan mereka mati, perbuatanku itu benar atau salah?" Pikirannya terus-menerus terganggu, sedangkan ia tidak menunda jalannya, hingga kupingnya tidak mendengar lagi bunyi senjata beradu. Sekarang ia berhenti untuk menyender pada batu. Ia bengong.
Tiba-tiba ada bunyi di sampingnya, di belakang pohon cemara. Ia segera menoleh. Ia melihat seorang bermuka merah dan berambut putih, yaitu Nio Cu Ong. Orang ini tahu Kwee Ceng lihai, ia takut, maka ia bersembunyi. Namun Kwee Ceng tidak peduli, ia terus merenung, mulutnya kemak-kemik.
Nio Cu Ong heran. Ia menduga si pemuda
tidak melihatnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aneh kelakuan bocah ini," pikirnya. "Baiklah kucoba-coba." Ia tidak berani mendekat, ia memungut batu, lalu menimpukkannya ke punggung si pemuda.
Mendengar bunyi sambaran angin, Kwee Ceng
berkelit, tapi ia masih diam saja.
Som Siam Lao Koay merasa lega. Ia meng-
hampiri beberapa langkah.
"Menghajar orang adalah perbuatan yang sangat busuk, itu tidak pantas." katanya.
"Oh. kau pun berpikir demikian?" tanya si anak muda "Sungguh aku ingin dapat melupakan ilmu silatku...."
Mata Nio Cu Ong bersinar tajam. Kebenciannya jadi bertambah begitu ia ingat pemuda ini telah mengisap darah ularnya. Ia mendekati Kwee Ceng dari belakang, tapi berkata pelan, "Aku juga sedang berpikir untuk melupakan ilmu silatku. Bagaimana kalau aku membantumu?"
Kwee Ceng jujur, pikirannya sedang bimbang,
ia lupa akan kelicikan orang itu.
"Baik," jawabnya. "Bagaimana caranya?"
"Aku tahu caranya," jawab Cu Ong, lalu mendadak mencekuk dua jalan darah thian-cu di leher belakang dan sin-tong di punggung Kwee Ceng.
Kwee Ceng terkejut, tubuhnya langsung terasa kaku, ia tidak dapat bergerak.
Cu Ong memegang kuat-kuat, kemudian meng-
gigit leher pemuda itu untuk mengisap darahnya.
la mau ganti menyedot darah pemuda itu. Bukan?kah ular yang sudah dipeliharanya susah-susah
menjadi korban si pemuda"
Kwee Ceng sangat kesakitan, sampai kedua matanya kabur la berontak, tapi dua jalan darahnya telah ditekan, tenaganya habis, la melihat roman Cu Ong yang sangat bengis dan menakutkan, la merasa semakin sakit, sebab gigitan orang itu keras. Bukankah ia akan binasa kalau tenggorokannya putus" Dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kagetnya, mendadak ia berontak lagi. Kali ini ia menggunakan tipu yang didapatnya dari / Kin Toan Kut Piant dan tenaganya juga terkerah pada kedua jalan darah yang ditekan itu.
Nio Cu Ong sedang menekan ketika ia merasa
ada tenaga menolak yang keras, lantas " telapak tangannya sakit, tekanannya pun terus meleset, seperti berada di tempat licin.
Kwee Ceng menunduk, lalu tenaganya di ping-
gang bekerja. Begitu anak muda ini membungkuk, tubuh Cu
Ong terangkat, lalu terlempar dari punggung si anak muda. Ia menjerit ngeri, karena tubuhnya terlempar ke arah jurang. Menyusul itu dari dalam jurang terdengar jeritan yang lebih hebat lagi, menyayat hati, berkumandang ke segala penjuru lembah, membuat bulu roma berdiri.
Kwee Ceng menjublek karena kejadian itu. Ia
mengusap-usap lehernya yang luka tergigit, lalu sadar bahwa dengan ilmu silatnya ia kembali telah membunuh. Pikirnya, "Kalau aku tak membunuhnya, dia akan membunuhku. Kalau dengan membunuhnya aku berbuat tak pantas, lalu bagaimana dengan dia yang hendak membunuhku, perbuatannya pantas atau tidak?" Ia melongok ke jurang yang sangat dalam. Ia tidak melihat apa pun, maka tak tahulah ia, di bagian mana Nio Cu Ong terjatuh....
Sambil duduk di batu, Kwee Ceng membalut lukanya.
Selang sekian lama, mendadak terdengar bunyi seperti langkah kaki, namun kadang-kadang terputus. Segera terlihat seorang aneh muncul dari tikungan Ia terkejut tapi mengawasi. Orang itu berkelakuan aneh, berjalan dengan kaki di atas dan kepala di bawah, kedua tangannya diulurkan lem-peng ke samping tubuhnya. Karena jalannya berlompatan, terdengar bunyi luar biasa dari batok kepala yang membentur bebatuan gunung. Kemudi-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
an ia lebih heran lagi. Setelah mengawasi, ia mendapati orang itu adalah si Racun Barat Auwyang Hong.
Kwee Ceng baru saja diperdaya orang. Ia men-
duga Racun Barat pun sedang pasang siasat, maka ia lantas mundur dua langkah. Ia pasang mata sambil siaga.
Auwyang Hong aneh. Ia melompat naik ke
batu, tidak ambil mumet pada si anak muda. Dia berdiri tegar dengan kepalanya seperti mayat hidup.
"Paman Auwyang, kau sedang apa?" akhirnya Kwee Ceng bertanya.
Si Racun Barat tetap tidak memedulikannya, ia seperti tidak mendengar pertanyaan pemuda itu.
Kwee Ceng mundur lagi beberapa langkah su?paya berdiri agak jauh. Ia memasang tangan kiri
di dadanya, sebab khawatir jago dari Barat itu menyerangnya mendadak.
Tetapi Auwyang Hong tetap berdiri dengan cara aneh itu, dan Kwee Ceng terus memperhatikan.
Selang sesaat, karena penasaran dan ingin tahu, Kwee Ceng mengawasi muka orang tua itu sambil membungkuk dan menempelkan kepalanya ke
tanah. Ia melihat lewat selangkangannya dengan mementangkan kedua kakinya. Baru sekarang ia melihat dengan tegas.
Kepala Auwyang Hong bermandikan peluh,
mukanya meringis. Kwee Ceng menduga orang itu tentu sedang
melatih suatu ilmu. Ia pun lantas melihat Racun Barat mementang kedua tangannya, tubuhnya ditekuk sedikit hingga mirip keong besar. Tangannya digerakkan, makin lama makin cepat
Ilmu itu aneh, pantas Auwyang Hong berlatih
di tempat sepi. Kalau keliru cara mempelajarinya, barangkali ilmu ini bakal membuat orang itu sesat dan membahayakan keselamatan dirinya sendiri.
Namun aneh, kenapa yang dipilihnya justru Gunung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hoa San ini, tempat pertemuan itu" Bukankah di sini bakal segera berkumpul banyak orang" Kenapa ia seperti tidak menjaga diri" Tidakkah dalam keadaan seperti ini Racun Barat gampang dibokong" Mungkin orang yang tidak mengerti ilmu silat pun dapat dengan gampang merobohkannya....
Tiba-tiba pemuda ini ingat sakit hatinya. Mengapa ia tidak mau menuntut balas" Bukankah ini kesempatan baiknya" Namun karena baru saja membinasakan Nio Cu Ong, ia jadi sangsi. Ia tidak lantas turun tangan.
Auwyang Hong tetap tidak memedulikan si anak muda. Setelah berlatih sekian lama, kembali terdengar bunyi nyaring kepalanya. Ia kembali ke tempat dari mana tadi ia muncul.
Bukan main herannya Kwee Ceng. Ia menjadi
ingin tahu, maka diam-diam ia melangkah mengikuti.
Auwyang Hong berjalan dengan kepala tetapi
tidak kalah cepat dari orang yang berjalan biasa dengan kaki. Yang lebih heran lagi. ia juga dapat mendaki gunung, makin lama makin tinggi.
Kwee Ceng mengikuti terus sampai di depan gua.
Di situ ia berhenti, bersembunyi di balik batu besar.
Tepat di depan gua itu Auwyang Hong berhenti.
Mendadak ia berkata bengis, "Haphouvvbun-poat-eng sengji-kit-kin, si-kouw-ji! Tidak, tak tepat penjelasanmu ini! Tak sempurna aku melatihnya."
Kwee Ceng terkejut. Itu bunyi kitab Kht Im Cin Keng palsu yang ditulisnya selama di atas perahu di tengah laut ketika ia dipaksa si Racun Barat.
Dengan siapa si Bisa Bangkotan sedang bicara"
Lantas dari dalam gua terdengar jawaban seorang wanita.
"Latihanmu belum sempurna, pasti kau tak memperoleh hasil," demikian suara nona itu. "Kapan aku salah membacakannya?"
Kwee Ceng terkejut berbareng girang, ia hampir berteriak. Itu suara Oey Yong, yang dipikirkannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siang-malam! Jadi. mungkinkah nona itu tak binasa di gurun pasir" Apakah ia tengah bermimpi" Atau, apakah ia salah mendengar atau salah mengenali"
"Aku berlatih menurut penjelasanmu, tak mungkin salah!" kata Auwyang Hong. "Sekarang aku merasakan otot jim-wi dan yang-wi-ku tak tersalur dengan betul."
"Aku sudah bilang, latihannya masih kurang,"
si nona pun berkeras. "Kalau kaupaksakan. percuma saja."
Sekarang Kwee Ceng mendengar jelas sekali.
Tidak salah, itulah Oey Yong, Yongji-nya. Saking girangnya, tubuhnya terhuyung, hampir ia pingsan.
Ia menguatkan hati, maka luka di lehernya pecah hingga berdarah, merembesi balutannya. Tapi ia seperti tidak merasakannya.
Auwyang Hong terdengar berkata lagi, suaranya menyatakan ia gusar sekali.
"Besok tengah hari tepat adalah saat pertemuan itu berlangsung, mana dapat aku berlatih ayal-ayalan!" katanya bengis. "Lekas terjemahkan seluruh isi kitab itu, jangan coba-coba main gila!"
Sekarang Kwee Ceng mengerti betul bahwa orang itu sedang mempelajari Kiu Im Ciri Keng. Ia akan memakai ilmu itu untuk mengadu kepandaian dalam pertemuan, supaya menjadi orang kosen nomor satu.
Pantas Racun Barat gelisah.
Dari dalam terdengar tawa Oey Yong.
"Kau telah berjanji pada Kakak Ceng-ku, dia sudah mengampuni jiwamu sampai tiga kali," kata si nona. "Karena itu, kau tak dapat memaksaku, kau mesti menyerah, menanti sampai hatiku senang untuk mengajarimu...."
Kwee Ceng senang mendengar gadis itu me-
nyebutnya Kakak Ceng-ku. Ia nyaris tidak dapat mengendalikan diri lagi, hampir ia melompat sambil berseru dan berlari menghampiri si nona manis.
Auwyang Hong tertawa dingin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Temponya sudah mendesak, meskipun ada, janji itu sekarang mesti ditangguhkan!" katanya sengit.
Lantas ia menggerakkan tubuhnya, dalam sekejap ia telah berdiri dengan kakinya. Terus ia melangkah lebar-lebar ke gua itu.
"Tak tahu malu!" seru Oey Yong. "Tidak, aku tak mau mengajarimu!"
Auwyang Hong kembali memperdengarkan tawa
dinginnya lagi hingga beberapa kali.
"Aku mau lihat, kau mengajariku atau tidak!"
katanya, kali ini perlahan.
79. INSAF MENDADAK terdengar jeritan Oey Yong, disusul bunyi robeknya baju.
Di saat seperti itu, Kwee Ceng lupa akan keruwetan persoalannya sendiri, yaitu pantas atau tidak ia menggunakan ilmu silatnya untuk melawan.
Ia berteriak, "Yongji, aku akan membantumu!" Ia lantas melompat, berlari ke dalam gua. Tepat saat itu ia melihat Auwyang Hong memegang tongkat si nona dengan tangan kirinya, tangan kanannya akan dipakainya untuk mencekuk lengan kiri nona itu. Untuk mengatasi itu Oey Yong menggunakan jurus Menyontek Anjing Buduk. Dengan menolak dan terus menarik, ia dapat meloloskan tongkatnya, hingga berbareng dengan itu tangan kirinya pun terbebas.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus!" Auwyang Hong memuji. Ia hendak menyerang lagi ketika mendengar suara Kwee
Ceng dari luar gua. Mendadak mukanya memerah.
Bukankah ia telah memberikan janjinya" Mana dapat ia menyangkal janji itu" Ia berbuat begini pun karena terpaksa. Ia malu pada dirinya sendiri. Maka langsung ia mengundurkan diri. dengan berkelit ia melompat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluar gua, menutupi mukanya dengan lengan bajunya. Dalam sekelebatan saja, ia telah menyingkir ke luar gua dan lenyap.
Kwee Ceng tidak peduli orang itu kabur. Ia lari menghampiri Oey Yong, langsung mencekal keras kedua tangan si nona.
"Yongji!" serunya. "Kaubikin aku hampir mati memikirkanmu!"
Begitu kencang debar hatinya, hingga tubuhnya bergetar.
Oey Yong melepaskan tangannya.
"Kau siapa?" tanyanya dingin. "Mau apa kau me-megangiku ?"
Pemuda itu tercengang. "Aku Kwee Ceng," sahutnya. "Kau baik-baik saja?"
"Aku tak kenal kau!" kata si nona seraya terus melangkah keluar.
Kwee Ceng menyusul mendului, lalu berulang-
ulang menjura. "Yongji!" panggilnya. "Yongji, dengarkan aku...!"
"Hm! Apa kau kira kau dapat menyebut nama Yongji?" kata si nona. "Kau siapa?"
Kwee Ceng celangap, tidak dapat mengeluarkan
suara. Nona itu mengawasi, maka sekarang ia melihat
muka si pemuda yang pucat dan kucel, tubuhnya pun agak kurus. Sesaat timbul rasa kasihannya, rasa tidak tega. Tapi begitu ingat berulang kali ia telah disia-siakan, hatinya jadi panas lagi.
"Fui!" Ia meludah, lalu melangkah cepat.
Kwee Ceng cemas, ia menyambar ujung baju si
nona dan menariknya. "Dengarkan dulu perkataanku...!" katanya.
"Bicaralah!" "Di embal pasir aku menemukan gelang rambut dan bajumu, kusangka kau...."
"Kau ingin aku mendengarkan perkataanmu, se-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karang aku sudah mendengarkannya!" potong si nona. Ia menarik lepas bajunya, terus berjalan.
Kembali Kwee Ceng bengong, pikirannya bi-
ngung. Ia tidak pandai bicara, maka tidak tahu mesti mengatakan apa. Ia khawatir si nona nanti lenyap lagi, maka ia lantas mengikuti.
Oey Yong berjalan terus dengan pikiran kusut.
Ia pulang dari Barat dengan hati tawar. Di Tionggoan, ia sebatang kara. Ia ingin pulang ke Pulau Persik untuk mencari ayahnya. Apa lacur, tiba di Shoatang ia menderita sakit berat. Celakanya, tidak ada orang yang merawatnya. Selagi rebah di pembaringan, ia sakit hati teringat sikap Kwee Ceng yang ia anggap tipis budi pekertinya.
Kalau ingat nasibnya yang buruk, ia menyesal telah dilahirkan di dunia. Syukurlah, ia dapat sembuh dari sakit, tapi belum bebas dari penderitaan.
Di Shoatang Selatan ia bersampokan dengan Auwyang Hong yang memaksanya turut pergi ke Hoa San. Ia dipaksa untuk menjelaskan isi kitab Kiu Im Cin Keng. Kalau tidak ada si pemuda, entah apa yang akan diperbuat Auwyang Hong
pada dirinya. Dengan sedih ia berjalan terus.
Kwee Ceng terus mengintil. Kalau si nona ber-
jalan cepat, ia pun mempercepat langkahnya. Kalau si nona pelan, ia ikut pelan.
Sesudah berjalan sekian lama, mendadak si nona menoleh ke belakang.
"Mau apa kau mengikutiku ?" tegurnya sinis.
"Aku akan mengikutimu selamanya...," sahut si pemuda. "Seumur hidup aku tak mau berpisah darimu...."
Oey Yong tertawa dingin. "Kau menantu Jenghis Khan! Buat apa kau mengikuti budak melarat?"
"Jenghis Khan telah menyebabkan kematian ibuku, mana dapat aku menjadi menantunya?" Kwee Ceng menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Muka si nona memerah. "Bagus!" serunya. "Kukira kau masih ingat sedikit padaku, rupanya kau telah didepak Jenghis Khan! Setelah tak dapat menjadi huma, kau sekarang mencariku si budak melarat! Apa kau sangka aku manusia hina-dina yang dapat kau hina sesukamu ?"
Si nona lantas menangis, air matanya bercucuran.
Kwee Ceng terharu, tetapi ia bingung. Apa yang mesti diperbuatnya" Apa yang mesti dikatakannya..."
"Yongji...," katanya kemudian, selagi nona itu sesenggukan. "Aku ada di sini, jika kau hendak membunuhku, silakan, terserah padamu...."
"Buat apa aku membunuhmu?" tanya si nona, suaranya pilu. "Anggap saja perkenalan kita siasia belaka.... Kumohon, janganlah kau mengikutiku...."
Muka Kwee Ceng bertambah pucat.
"Apa yang harus kulakukan supaya kau percaya padaku?" tanyanya.
"Sekarang kau baik denganku," kata si nona.
"Kalau besok kau bertemu dengan Adik Gochinmu, kembali kau akan melupakanku, kau bakal menyia-nyiakanku.... Sekarang ini. asal kau mati di depanku, baru aku percaya padamu..-"
Darah Kwee Ceng meluap, ia mengangguk. Ke-
mudian ia memutar tubuhnya dan melangkah ke jurang. Kebetulan saat itu ia berada di tepi Sia Sin Gay, Jurang Mengorbankan Diri. Kalau ia terjun di situ, pastilah tubuhnya hancur lebur.
Oey Yong tahu hati pemuda itu keras, ia me-
lompat menyusul, tangannya terulur untuk menyambar punggung si pemuda. Ia menarik keras, tubuhnya meucelat, maka sekejap kemudian justru dialah yang berada di tepi jurang. Ia mencucurkan air mata. hatinya tegang.
"Bagus ya, sedikit pun kau tak kasihan padaku!"
katanya. "Aku baru mengeluarkan sepatah kata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena panas hatiku, kau langsung tak mau me-lewatkannya! Aku bilang padamu, jangan marahi aku, cukup asal kau jangan bertemu lagi denganku..."
Muka Oey Yong pucat, tubuhnya gemetar.
"Yongji, kemarilah," kata Kwee Ceng. Tadi ia mau bunuh diri, sekarang ia khawatir si nona yang akan terjun.
Oey Yong mendengar suara pemuda itu bergetar.
Ia tahu si pemuda masih mencintainya, ia sangat sedih. Sembari menangis, ia berkata, "Aku tahu kau pura-pura saja berkata begini. Ketika aku sakit di Shoatang, tak seorang pun memedulikanku.... Apakah waktu itu kau datang menjengukku" Aku dikekang Auwyang Hong, aku tak dapat meloloskan' diri, apakah kau datang menolongku" Ibuku tak menyayangiku, dia pergi mati sendiri saja." Ayah pun tak menghendakiku, dia tak mencariku.... Apalagi kau, lebih-lebih tak menginginkanku! Di dunia ini, tak seorang pun menyayangiku, mengasihaniku...."
Ia menangis terus, sambil membanting-banting kaki.
Kwee Ceng diam. Ia masih tidak tahu mesti
bilang apa. [a bisa merasakan panasnya hati si nona. Ia cuma bisa mengawasi.
Sunyi di antara mereka,-cuma terdengar embusan sang angin.
Rupanya si nona merasa kedinginan, tubuhnya
menggigil. Kwee Ceng membuka baju luarnya, berniat me-
ngerobongi tubuh nona itu. Selagi ia akan melakukannya, mendadak ada bentakan dari ujung jurang, "Siapa yang nyalinya begitu besar berani menghina Nona Oey-ku?"
Kwee Ceng girang sekali. Ia langsung men-
dongak, melihat seorang tua dengan rambut pendek dan kumis putih, dialah Ciu Pek Thong si Bocah Tua Nakal.
"Kakak Ciu!" panggil Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong pun memperdengarkan suaranya de-
ngan agak mendongkol. "Eh. Bocah Tua Nakal!
Aku menitahkanmu untuk membunuh Kiu Cian
Jin! Mana kepalanya?"
Ciu Pek Thong- menghampiri mereka, ia tidak
menjawab, hanya tertawa haha-hihi.
"Nona Oey, siapa yang mengganggumu?" ia bertanya. "Nanti Bocah Tua Nakal membikinmu puas!"
"Siapa lagi kalau bukan dia!" sahut si nona seraya menunjuk Kwee Ceng.
Untuk menyenangkan si nona, si Bocah Tua
Nakal bertindak sejadinya saja. Tahu-tahu Kwee Ceng telah digaploknya dua kali hingga kelabakan.
Kwee Ceng sama sekali tidak menyangkanya. Ka-
rena itu, bengaplah pipi kiri dan kanannya. Ketika baru dihajar, matanya juga berkunang-kunang.
"Nona Oey, cukupkah?" tanya Bocah Tua Nakal.
"Jika belum cukup, nanti kuhajar lagi dia."
Menampak muka si pemuda merah dan bengap,
di pipinya tampak bekas tapak tangan dengan lima jari, kedongkolan Oey Yong mereda, lantas timbul rasa kasihannya. Ia berbalik jadi mendongkol kepada si tua tukang guyon itu.
"Aku marah sendiri, tak ada hubungannya denganmu!" ia tegur orang tua itu. "Kenapa kau lancang memukulnya" Kuperintahkan kau membunuh Kiu Cian Jin, mengapa kau tak dengar perintahku"'
Pek Thong menjulurkan lidahnya panjang-pan-
jang. Ia tidak dapat menjawab.
Ketika itu, jauh di belakang jurang, terdengar bunyi beradunya senjata. Pek Thong mendengarnya, ia segera mendapat akal.
"Pastilah si tua bangka Kiu sudah datang, aku akan mendatanginya!" katanya seraya terus memutar tubuh untuk lari ke belakang jurang itu.
Tentu saja Bocah Tua Nakal bukan mau mencari
Kiu Cian Jin, bahkan sebaliknya ia jeri dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketua Tiat Ciang Pang itu. Di antara kedua jago ini, keadaan seperti jungkir balik.
Di rumah batu, tempat Kwee Ceng dan Auwyang
Hong berlalu saling susul, Pek Thong dan Cian Jin bertempur tidak lama. Cian Jin bisa lolos dan kabur, ia dikejar Pek Thong, ke mana pun lari ia disusul, hingga akhirnya ia mendongkol berbareng putus asa. Ia berpikir, ia toh jago dan ketua partai, mengapa sekarang ia begini sial menghadapi Ciu Pek Thong yang lihai itu" la merasa sangat terhina.
Karena putus asa, ia menjadi nekat. Daripada kena bekuk, lebih baik ia bunuh diri. Kebetulan ia melihat seekor ular berbisa di sela batu, ia menangkap ular itu. la berniat memagutkan ular itu ke dirinya sendiri. Dengan memegangi ular itu, ia berkala pada Ciu Pek Thong, "Eh, Pek Thong, bangsat, lihat ini!"
Sebenarnya Cian Jin hendak menempelkan mulut
ular itu ke lengannya, tapi mendadak Ciu Pek Thong menjerit, lalu memutar tubuhnya dan lari kabur. Cian Jin menjadi heran. Namun sejenak kemudian ia lantas dapat menduga, tentulah Bocah Tua Nakal takut ular. Maka ia sekarang berbesar hati, ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri, lantas mengejar si tua bangka berandalan itu. Lebih dari itu ia menangkap seekor ular lain, hingga tangan kiri dan kanannya masing-masing mencekal binatang berbisa itu. Sembari mengejar, ia berteriak-teriak mengancam musuhnya.
Pek Thong ketakutan, ia lari ngacir.
Kiu Cian Jin mempunyai julukan Sui-siang-
piauw, yang berarti larinya sangat pesat. Seandainya tidak jeri, ia tentu sudah dapat menangkap Pek Thong. Maka mereka cuma main kejar-kejaran.
Dari siang mereka berlari-lari sampai hari gelap, setelah itu barulah Pek Thong bisa lolos. Dalam hati Cian Jin tertawa. Ia mengejar hanya untuk menggertak. Sekarang ia pun bebas dari ancaman
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si tua berandalan itu. Oey Yong melihat orang tua itu pergi, ia melirik Kwee Ceng. Ia menghela napas lantas menunduk.
"Yongji!" panggil Kwee Ceng.
Nona itu menyahut lirih. Kwee Ceng hendak berbicara tetapi tidak tahu mesti mengatakan apa, ia berdiri diam. Karena si nona pun terus membungkam, keduanya berdiri
bagaikan patung, tubuh mereka disampoki angin.
Tidak lama kemudian Oey Yong bangkis akibat terlalu banyak kena angin.
Kwee Ceng ingat bajunya, ia lantas menghampiri untuk menutupi tubuh si nona dengan bajunya itu.
Tadi ia diganggu oleh Ciu Pek Thong, sekarang tidak ada rintangan lagi.
Oey Yong diam saja, menunduk terus.
Dalam kesunyian itu. kuping mereka mendengar
tawa nyaring Ciu Pek Thong yang ierus berseru memuji, "Bagus! Bagus"'
Mendadak si nona mengulurkan tangannya, men-
cekal tangan Kwee Ceng seraya berkata pelan.
"Kakak Ceng, ayo kita lihat!"
Kwee Ceng mengikuti. Ia tidak bisa menyahut.
Kali ini saking girangnya ia mencucurkan air mata.
Dengan ujung bajunya Oey Yong mengusap air
mata si pemuda. "Di mukamu ada air mata dan bekas tapak tangan. Kalau orang tak tahu, dia bisa menyangka akulah yang menamparmu...."
Dengan tertawanya si nona, berarti mereka berdua sudah akur lagi.
Dengan bergandengan mereka lari melintasi ju-
rang, pergi ke tempat asal datangnya tawa Ciu Pek Thong. Di sana mereka melihat banyak orang dengan sikap yang aneh-aneh.
Pek Thong terlihat girang bukan main. Ia memegangi perutnya sambil terbungkuk-bungkuk. Ia tertawa puas sekali. Di dekatnya tampak Khu Ci
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kee berdiri diam dengan pedang di tangan. Di antara mereka masih ada empat orang lagi, ialah See Thong Thian, Pheng Lian Houw, Lama Leng
Ti, dan Hauw Thong Hay. Sikap keempat orang
itu luar biasa. Mereka memegang senjata masing-masing, ada yang sedang menyerang, ada yang
sedang berkelit atau mundur. Sikap tubuh mereka tetap begitu, sebab mereka tidak dapat bergerak bagaikan patung. Sebab mereka korban totokan si Bocah Tua Nakal yang kekanak-kanakan.
"Tempo hari itu aku membuat obat pulung dari lumpur tubuhku," kata Ciu Pek Thong kepada See Thong Thian berempat. "Aku menitahkan kalian untuk menelannya. Kemudian kalian kawanan bangsat cerdik juga, kalian tahu itu bukan obat penawar racun, lantas kalian tak mau dengar kata-kata kakekmu ini. Hm! Bagaimana sekarang T*
Pek Thong mengatakan demikian sebab meski
berhasil membekuk mereka, ia tidak tahu bagaimana harus menghukum mereka. Tapi begitu melihat Oey Yong dan Kwee Ceng, ia lantas mendapat pikiran.
Katanya, "Nona, empat bangsat bau ini kuserahkan padamu!"
"Apa gunanya mereka buatku?" tanya si nona.
"Kau main gila, ya" Kau tak mau membunuh tapi juga tak mau melepaskan mereka! Kau telah" menangkap mereka tapi tak berdaya mengurus! Lekas kaupanggil aku kakak yang baik tiga kali, nanti kau kuajari..-!"
Pek Thong tidak mau banyak pikir, ia juga tidak peduli dengan segalanya, maka tanpa sangsi sedikit pun ia memanggil "Kakak yang baik!" tiga kali.
Bahkan ditambah dengan menjura dalam-dalam.
Oey Yong tersenyum. "Geledah dia!" kata si nona seraya menunjuk Pheng Lian Houw.
Pek Thong menurut. Dari tubuh Lian Houw ia
mendapatkan cincin dengan jarum beracun dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua peles kay-yok, obat pemunah racun.
Kata si nona, "Dia pernah menusuk Ma Giok, kemenakan seperguruanmu, dengan jarumnya ini.
Sekarang tusuklah dia .beberapa kali, juga ketiga kawannya!"
Lian Houw semua mendengar perkataan si nona,
mereka kaget dan takut bukan main, tetapi mereka masih tertotok, tidak dapat lari ataupun meronta.
Maka mereka mesti merasakan sakitnya ditusuk Pek Thong beberapa kali.
"Obatnya ada di tanganmu," kata si nona lagi kepada Bocah Tua Nakal. "Sekarang kau dapat menitahkan mereka untuk melakukan apa pun yang kaukehendaki. Coba lihat mereka berani membangkang atau tidak!"
Pek Thong girang. Ia lantas mengasah otak. Ia tidak usah membuang tempo untuk mendapatkan
akal. Ia membuat obat lagi dari kotoran, namun kali ini kotoran itu dicampur dengan kay-yok, dipulung menjadi butiran-butiran kecil, kemudian diserahkannya kepada Khu Ci Kee sambil berkata, "Sekarang kaugiring kawanan bangsat bau ini ke Kuil Tiong Yang Kiong di Ciong Lam San. Penjarakan mereka selama dua puluh tahun. Jika selama dalam perjalanan mereka menurut kata-katamu, beri mereka masing-masing sebutir pil mustajabku ini. Tapi kalau sebaliknya, biarkan saja, biar mereka tahu rasa!
Mereka berbuat, mereka mesti bertanggung jawab, jangan sekali-kali kasihan pada mereka!"
Khu Ci Kee menerima obat itu sambil menjura.
Ia menghaturkan terima kasih seraya memberikan janjinya.
Oey Yong tertawa dan berkata pada Pek Thong,
"Bocah Tua Nakal, kata-katamu ini tepat sekali, sangat pantas! Tak kusangka, baru setahun kita tak bertemu kau telah maju begini pesat!"
Pek Thong puas sekali, ia tertawa senang. Sesudah itu ia membebaskan totokan keempat orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Katanya pada mereka, "Sekarang kalian mesti pergi ke Tiong Yang Kiong, tinggallah di sana baik-baik selama dua puluh tahun. Jika kalian benar-benar hendak bertobat, di belakang hari kalian masih dapat menjadi orang baik. Tapi jika kalian masih tetap jahat... hm! Hm! Perlu kalian ketahui, kami para imam dari Coan Cin Kauw bukan orang yang dapat dibuat permainan, kami ahli membetot otot tanpa mengerutkan alis! Maka, empat bangsat bau. berhati-hatilah kalian!"
Lian Houw berempat tidak berani banyak omong, mereka cuma mengangguk.
Khu Ci Kee menahan tawa melihat sikap paman
gurunya yang lucu itu. la kembali menjura, lantas menggiring pergi keempat tawanannya turun gunung, untuk pulang ke gunungnya sendiri.
"Eh, Bocah Tua Nakal," kata Oey Yong tertawa.
"Sejak kapan kau belajar mendidik orang" Kata-katamu yang bagian depan masuk akal, tapi yang belakangan lantas jadi tak keruan...."
Pek Thong tidak menjawab, ia hanya tertawa sambil melengak. Saat itu ia melihat sinar putih berkelebat di puncak kiri, lalu lenyap, la yakin itu sinar senjata tajam.
"Eh, apa itu?" tanyanya heran.
Oey Yong dan Kwee Ceng mengangkat kepala,
tapi sinar itu sudah lenyap.
Pek Thong takut Oey Yong akan menanyakan
Kiu Cian Jin lagi, maka ia lantas menggunakan alasan.
"Biar kulihat!" katanya. Terus ia lari pergi.
Oey Yong berdua Kwee Ceng membiarkan orang
tua itu pergi, sebab banyak yang hendak mereka bicarakan. Mereka mencari tempat untuk duduk, lalu saling menuturkan pengalaman masing-masing dan saling mengutarakan isi hati. Sampai matahari sudah turun ke barat, mereka masih belum berhenti pasang omong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berbekal ransum kering. Ia menge-
luarkannya untuk mereka santap bersama-sama.
Sembari makan, Oey Yong berkata, "Bangsat tua Auwyang Hong memaksaku menjelaskan isi Kiu lm Citi Keng. Bukankah kitab tulisanmu yang kauberikan padanya kacau-balau" Nah, aku pun tak keruan menjelaskannya! Tapi dia percaya, maka dia bersengsara selama beberapa bulan ini untuk mempelajari ilmu itu. Kubilang dia mesti berlatih terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas, dia menurut. Dia sungguh hebat, dapat membuat jalan darahnya tersalur secara bertentangan, yaitu jalan darah im-wu yang-wi. im-kiauw. dan yang-kiauw.
Entah bagaimana andai kata dia membalik semua jalan darahnya."
Kwee Ceng tertawa. "Pantas aku melihat dia jalan meloncat-loncat dengan kepala di bawah dan kaki di atas, kiranya dia sedang kaupermainkan!" katanya. Memang sulit untuk berlatih dengan cara demikian.
Oey Yong tersenyum. "Kau datang kemari, apa kau juga hendak turut berebut gelar orang gagah nomor satu di kolong langit itu?" tanyanya.
"Ah, Yongji, kau menggodaku," sahut si pemuda.
"Aku datang ke gunung ini buat mencari Kakak Ciu supaya diajari ilmu untuk melenyapkan ilmu silatku...."
Kwee Ceng lantas menjelaskan alasan mengapa
ia sampai mendapat pikiran demikian.
Oey Yong memiringkan kepalanya, berpikir.
"Ya, melupakan itu pun baik juga," katanya kemudian. "Memang, semakin kita pandai, pikiran kita semakin tak tenang. Lebih baik seperti waktu masih kecil, kita tak bisa segala-galanya, tak ada yang kita pikirkan, tak ada yang menyusahkan kita...."
Waktu mengatakan itu, si nona tidak berpikir
bahwa sudah wajar dengan bertambahnya usia manu-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sia berarti bertambah juga keruwetan hidupnya, bahwa kehidupan ini tidak ada hubungannya dengan pandai silat atau tidak. Kemudian ia berkata, "Besok tiba saatnya pertemuan di Hoa San ini, untuk mengadu pedang. Ayah pasti akan ambil bagian.
Karena kau tak berniat turut memperebutkan gelar jago itu, menurutmu bagaimana cara kita untuk membantu ayahku?"
"Yongji," kata si pemuda, "bukannya aku tak mau mendengar perkataanmu, tapi dalam hal ayahmu, sebagai manusia, dia kalah dari Ang Insu...."
Ang Insu berarti Guru Ang yang berbudi, yaitu Ang Cit Kong.
Oey Yong sedang duduk bersender. Begitu ia mendengar Kwee Ceng mengatakan ayahnya kalah
dari Cit Kong, artinya ayahnya bukan manusia baik-baik, mendadak ia menjadi gusar. Ia mendorong Kwee Ceng. Tentu saja Kwee Ceng melengak.
Hanya sedetik, si nona lantas tertawa.
"Memang, memang Suhu Ang baik pada kita,"
katanya. "Sekarang begini saja. Kita tidak membantu pihak mana pun! Bagaimana menurutmu?"
Pendekar Asmara Tangan Iblis 4 Tugas Rahasia Karya Gan K H Terbang Harum Pedang Hujan 9
^