Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 8

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 8


"Ongya pandai bergaul, siapa saja tak dapat ia undang?" kata pula si rambut ubanan itu. "Umpama kau sendiri, Haouw Laotee. Kau biasa menjagoi di dua propinsi Shoatang dan Shoasay, kenapa kau juga berada di istana ongya?"
Si kate kecil itu mengangguk.
Si ubanan sudah lantas mengawasi kedua anak
muda yang lagi bertempur itu. Ia dapatkan Kwee Ceng berubah silatnya, ialah gerakannya jadi ayal tapi tubuhnya terjaga rapat, sia-sia saja beberapa kali siauw-ongya menyerang padanya.
"Haouw Laotee, coba lihat, dari partai mana asalnya ilmu silat si bocah itu?" ia tanya.
"Kelihatannya kepandaiannya itu kacau, dia tentu bukan satu gurunya," sahut si kate kecil itu kemudian.
"Pheng Ceecu benar," berkata seorang di pinggiran,
"Bocah ini adalah muridnya Kanglam Cit Koay."
Bok Ek pandang ornag itu, yang mukanya kurus
dan sinarnya biru, di jidatnya ada tiga tahi lalatnya. Ia kata di dalam hatinya: "Dia memanggil Pheng Ceecu, mungkinkah si kate kecil ini adalah kepala berandal"
Nama Kanglam Cit Koay sudah lama tidak terdengar, apa benar mereka masih hidup?"
Selagi Bok Ek berpikir, si muka biru dan kurus itu sudah berlompat maju ke tengah kalangan seraya ia berseru: "Hai bocah, kau ke sini!" Dia pun menarik keluar sebatang kongce atau cagak dari dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sakunya. Orang banyak terkejut, ada yang berteriak. Bok Ek pun tidak kurang kagetnya, tapi ia segera bersiap, untuk membantu Kwee Ceng. Tentu saja ia tidak kenal si orang ini, ialah Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay, paman gurunya Hong Ho Su Koay.
Hauw Thong Hay bukan menyerang Kwee Ceng,
dia hanya maju ke antara orang banyak, di antara siapa ada satu anak muda yang tubuhnya kurus
lemah, yang pakaiannya compang-camping, kapan anak itu dapat lihat dia, dia menjerit "Ayo!" seraya terus memutar tubuh, untuk angkat langkah panjang. Thong Hay mengejar terus, ia diikuti empat orang lainnya yang bukan lain daripada Hong Ho Su Koay.
Kwee Ceng sedang bertempur, ia heran atas itu suara bentakan, kapan ia lihat siapa yang dikejar Thong Hay, ai terkejut. Pemuda dengan pakaian tidak karuan itu adalah Oey Yong, sahabat barunya. Karena ini, ia sudah lantas kena ditendang si kongcu.
"Tahan dulu!" ia berseru seraya lompat keluar kalangan. "Aku hendak pergi sebentar, segera aku kembali!"
"Lebih baik kau mengaku kalah!" mengejek si
kongcu. Kwee Ceng tidak berniat berkelahi terus, pikirannya lagi kusut, ia khawatirkan keselamatannya Oey Yong, tetapi justru ia hendak melompat lari, tiba-tiba ia tampak sahabatnya itu lari mendatangi, sepatu kulitnya diseret hingga berisik kedengarannya. Dia pun terus tertawa. Di belakangnya tampak Thong Hay tengah mengajar tengah mengejar, mulutnya mencaci kalang kabutan, setelah datang dekat, berulang-ulang ia tikam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bebokong orang yang ia kejar itu!
Oey Yong sangat lincah, selalu dapat ia kelit tubuhnya.
Kongce itu ada cagak tiga, semuanya tajam, di bawah cahaya matahari, sinarnya berkilauan, sinar itu ditimpali tiga gelangnya yang bergerak dan berbunyi nyaring setiap kali digeraki. tapi senjata itu tidak dihiraukan Oey Yong. Ia nyelusup sana dan nyelusup sini di antara orang banyak.
Segera juga orang banyak tertawa riuh. Mukanya Hauw Thong Hay, pada pipinya yang kiri dan kanan, tambah tanda tapak lima jari tangan, tanda arang hitam. Terang sudah dia telah kena ditampar oleh lawannya yang licin itu.
"Mari! Mari!" Oey Yong menantang, setiap kali ia dapat pisahkan diri jauh-jauh dari lawannya, yang ia tinggalkan lalu ia berdiri diam, menoleh dan mengejek, tangannya menggapai berulang-ulang.
"Jikalau aku tidak berhasil menggeset kulitmu dan mematahkan tulang-tulangmu, aku Sam-tauw-kauw tidak sudi menjadi manusia!" Thong Hay sesumbar. Ia berteriakan, ia mengejar.
Oey Yong menanti sampai orang sudah datang
dekat, kembali ia lari. Kelakuannya ini, ditimpali sama kalapnya Thong Hay, membuatnya orang banyak
saban-saban tertawa riuh.
Dalam saat itu, terlihatlah datang memburunya tiga orang yang napasnya tersengal-sengal. Merekalah tiga Siluman dari Hong Ho. Song-bun-hu Cian Ceng Kian, Siluman yang keempat, tidak tampak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Itu waktu barulah Kwee Ceng menginsyafi bahwa sebenarnya Oey Yong itu lihay ilmu silatnya, bahwa ialah yang selama di hutan cemara Hek-siong-lim di Kalgan sudah menggantung Hong Ho Su Koay di atas pohon dan memancing kepada Hauw Thong Hay.
"Bagus perbuatannya," ia pikir.
Kelakuan Hauw Thong Hay itu, yang dipermainkan Oey Yong, menyebabkan rombongannya Leng Tie
Siangjin memperbincangkannya.
Leng Tie itu adalah paderi dari Tibet, dari partai Cong Gee, keistimewaannya ialah ilmu Tay-ciu-in, Tapak Tangan yang lihay, kawannya yang ubanan tapi mukanya tampak segar bagai muka anak kecil, adalah Nio Cu Ong, ketua dari partai Tiang Pek Pay dari Gunung Tiang Pek San. Ia tetap awet muda sebab sejak masih kecil ia doyan makan jinsom serta lainnya pohon obat, hingga ia dijuluki Som Sian Lao Koay, Dewa Jinsom-Siluman Tua. Julukan ini harus dipecah dua: Siapa yang menghormati dia, memanggilnya Som Sian, Dewa Jinsom, dan siapa bukan orang-orang partainya, dibelakangnya, menyebut ia Lao Koay, si Siluman Tua. Dan orang ynag matanya tajam bagaikan kilat itu adalah orang ynag sangat terkenal di Tionggoan, namanya Pheng Lian Houw, julukannya Cian-ciu Jin Touw, Pembunuh Sribu Tangan. Di
selatan www.kangzusi.com dan utara Sungai Besar, sekalipun wanita umumnya kenal namanya itu, dan anak-anak yang lagi nangis, kalu ditakut-takuti; "Peng Lian Houw datang!" tentulah berhenti tangisnya.
Berkatalah Som Sian Lao Koay Nio Cu Ong:
"Selama aku di Kwan-gwa, telah aku dengar nama besar dari Kwie Bun Liong Ong, bahwa ia lihay sekali, kenapa adik seperguruannya ini begini tidak punya guna, sampai satu bocah pun dia tidak sanggup
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
layani?" Pheng Lian Houw mengkerutkan keningnya, dia
bungkam. Dia bersahabat erat dengan Kwie-bun Liong Ong See Thong Thian si Raja Naga Pintu Iblis, sering mereka "bekerja tanpa modal", dan ia tahu baik Houw Thong Hay lihay, maka kenapa hari ini orang she Hauw itu jadi demikian tidak berdaya"
Selagi Oey Yong permainkan Hauw Thong Hay,
pertempuran di antara Kwee Ceng dan si siauw-ongya, pangeran muda, telah berhenti. Siauw-ongya telah robohkan Kwee Ceng lima-enam kali, dia sangat letih, tangan dan kakinya dirasakan ngilu, dia pun
berdahaga dan lapar, dengan sapu tangannya, ia susuti peluhnya.
Dipihak lain, Bok Ek telah kasih turun bendera Pie-bu Ciauw-cin, ia hampirkan Kwee Ceng untuk
dihiburkan, untuk diajak pulang ke penginapannya, untuk beristirahat. Tapi, belum kebeuru mereka berangkat, mereka sudah dengar ramainya tindakan kaki serta berisiknya gelang konce, lalu terlihat Oey Yong berlari-lari kembali dengan tetap dikejar oleh Hauw Thong Hay. Tangannya Oey Yong sambil
mengibar-ibarkan dua potong kain. Hauw Thong Hay sebaliknya, pakiaannya menjadi tidak karuan macam: Baju di dadanya robek putus, hingga kelihatan baju dalamnya yang putih. Jauh di belakang mereka terlihat Gouw Ceng Liat serta Ma Ceng Hiong, yang satu bersenjatakan tombak, yang lainnya ruyung, lari mendatangi dengan napas memburu. Ketika mereka ini datang dekat, Oey Yong dan Hauw Thong Hay saudh lenyap pula.
Semua orang banyak, yang menjadi penonton,
heran berberang merasa lucu, mereka menjadi tertarik untuk menonton terus. Justru itu, mereka lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengar bentakan-bentakan riuh yang datang dari arah barat, lalu mereka tampak belasan orang polisi serta pengiring, dengan cambuk di tangan, lagi menyerang kalang-kabutan ke kira dan ke kanan, kepada orang banyak, yang mereka usir pergi. Maka itu, orang banyak itu lantas saja mundur ke kedua pinggir jalan.
Menyausul rombongan hamba-hamba galak itu,
terlihatlah enam orang menggotong sebuah joli besar yang indah.
"Ong-hui datang! Ong-hui datang!" pengikut-
pengikutnya si siauw-ongya berseru berulang-ulang setelag mereka melihat joli itu.
Siauw-ongya lantas mengerutkan keningnya.
"Rewel!" ia menggerutu. "Siapakah telah pergi membawa berita kepada ong-hui!?"
Tidak ada berani ynag menjawab. Segara juga joli telah sampai di lapangan pibu, semua pengikut maju untuk memberi hormat.
Dari dalam joli, yang tertutup rapat, lantas terdengar suaranya seorang wanita, suara yang halus: "Kenapa berkelahi" Baju luar pun tidak dipakai! Nanti masuk angin!"
Bok Ek dapat mendengar tegas sekali suara itu, hatinya tercekat. Suara itu seperti mengaung di kupingnya, ia menjadi diam sambil berpikir keras.
"Kenapa suara ini sama suaranya orangku ini?"
katanya di dalam hatinya. Tiba-tiba ia tertawa sendirinya. Ia berpikir pula: "Orang ini adalah onghui dari negeri Kim, aku memikir kepada istriku, apakah aku sudah pikun" Sungguh gila untuk memikir yang tidak-tidak?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak dapat ia lantas melenyapkan pikirannya itu, maka ia bertindak, untuk mendekati joli indah itu.
Kebetulan itu waktu, dari dalam joli diulur keluar sebelah tangan yang putih dan halus, yang memegang sapu tangan putih, dengan apa mukanya si siauw-ongya disusuti, untuk singkirkan peluh dan debunya, sembari berbuat begitu, si wanita masih mengucapkan beberapa kata-kata, yang halus dan perlahan, hingga si penjual silat ini tak dapat mendengarnya dengan tegas. Mungkin si saiuw-ongya ditegur dan dihiburi oleh onghui ini, onghui ialah selir seorang pangeran atau raja.
"Ibu, aku senang bermain-main," terdengar
suaranya pangeran muda itu. "Tidak apa-apa?"
"Lekas pakai bajumu, mari kita pulang bersama!"
kata si onghui kembali. Kembali si Bok Ek terperanjat. "Benarkah di kolong langit ini ada dua orang yang suaranya sangat mirip satu dengan lainnya?" ia menanya dalam hatinya, yang terus berdebaran.
Satu pengiring menjumput jubah sulam dari siauw-ongya, sembari berbuat begitu, ia pandang Kwee Ceng dengan bengis dan memdamprat: "Binatang cilik! Lihat, kau telah bikin kotor jubah ini!"
Satu pengiring lain, yang tangannya mencekal
cambuk, terus saja menghajar ke arah kepala si anak muda, atas mana, Kwee Ceng berkelit, sebelah
tangannya diangkat, untuk menangkap lengan orang, berbareng dengan mana, satu kakinya menyapu. Tidak ampun lagi, pengiring itu roboh terguling. Tapi Kwee Ceng tidak berhenti sampai disitu, ia rampas cambuk orang itu, guna dipakai menyabet hingga tiga kali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa suruh kau menganiaya rakyat jelata!" ia menegur.
Orang senang melihat kejadian itu. Belasan
serdadu maju, untuk menolongi kawannya itu, tetapi tempo mereka mulai menyerang Kwee Ceng, satu
demi satu, mereka ditangkap si anak muda, lalu dilemparkan saling susul.
Siauw-ongya menjadi gusar. "Kau masih berani
main gila"!" tegurnya. Ia terus lompat, untuk tolongi dua serdadu yang dilemparkan paling belakang, habis mana, ia tendang itu anka muda.
Kwee Ceng berkelit, lalu ia menyerang. Dengan begitu, keduanya jadi bertempur lagi.
"Jangan! Jangan berkelahi!" onghui berseru
mencegah. Terhadap ibunya, siauw-ongya itu agaknya tidak takut, malah ia seperti termanjakan. Ia berkelahi terus, sembari berkelahi, ia menyahuti: "Tidak, ibu , tidak dapat tidak, ini hari aku mesti labrak dia ini!"
Setelah belasan jurus, siauw-ongya itu berkelahi dengan hebat sekali, rupanya ia hendak banggakan kegagahannya di depan ibunya. Kwee Ceng lantas terdesak lagi, dua kali ia kena dibikin memegang tanah.
Selama itu, Bok Ek tidak pedulikan segala apa disekitarnya, sepasang matanya terus diarahkan kepada joli indah itu. Maka tempo tenda tersingkap, ia dapat melihat satu wajah dengan sepasang mata jeli dan rambut yang bagus, sinar mata itu ayu sekali, mengawasi kedua anak muda yang lagi bertarung itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mengawasi mata orang itu, Bok Ek berdiri menjublak bagaikan patung.
Kwee Ceng dirobohkan dua kali, dia bukan
menyerah kalah, ia menjadi lebih kosen, maka kali ini, ia tidak dapat dirobohkan pula. Ia bertubuh kuat, ia dapat melayani pukulan berulang-ulang kepada
tubuhnya itu. Ia pun menang "kang-lat" atau tenaga latihan, ia menjadi ulet sekali.
Itu waktu, Oey Yong dan Thong Hay telah berlari-lari balik, sekarang di rambutnya Sam-tauw-kauw, Ular Naga Kepala Tiga itu, ada ditancapkan cauw-piauw atau tanda barang hendak dijual, dengan begitu berarti, Thong Hay hendak menjual kepalanya itu! Ia hanya tidak tahu bahwa ia telah dipermainkan oleh Oey Yong, lawannya yang lincah dan licik itu. Di belakang mereka tidak tertampak dua Siluman,
mungkin mereka telah kena dirobohkan pemuda itu.
Nio Cu Ong bertiga menjadi heran, hingga mereka menduga-duga, Oey Yong itu sebenarnya orang
macam apa. Selagi bertempur, lengan Kwee Ceng kena dihajar satu kali, lalu ia membalas memukul paha siauw-ongya. Mereka jadi semakin sengit berkelahinya. Kwee Ceng berkelahi dengan ilmu silat Hun-kin Co-ku-hoat, untuk merabu otot dan tulang musuh, siauw-ongya sebaliknya dengan Kim-na-ciu, ilmu menangkap yang terdiri ari tujuh puluh dua jurus. Maka itu, kedua-duanya saling terancam hilang jiwa atau terluka parah.
Karena ini Leng Tie Siangjin dan Nio Cu Ong lantas menyiapkan senjata rahasia mereka, untuk menolong apabila siauw-ongya benar-benar terancam jiwanya.
Mereka adalah orang-orang tua yang kosen, sungkan mereka mengepung Kwee Ceng, sebaliknya mereka merasa, kapan perlu, bisa mereka mencegah Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng menurunkan tangan jahat terhadap si pangeran muda.
Makin lama Kwee Ceng makin gagah. Inilah tidak heran sebab ia hidup di tanah gurun. Sebaliknya siauw-ongya biasa hidup di istana, ia termanja, ia kalah ulet, maka ia lantas terdesak.
Satu kali Kwee Ceng menyambar ke muka siauw-
ongya itu. Siauw-ongya berkelit, terus ia membalas meninju. Atas itu, Kwee Ceng mendahulukan, dengan tangan kanannya, ia membentur sikut kanan si
pemuda agung, berbareng dengan itu, ia maju, tangan kirinya membangkol tangan lawan itu, lalu tangan kanannya diteruskan untuk memegang leher lawan.
Siauw-ongya terkejut, ia membalas membangkol dan memegang leher lawannya itu. Maka keduanya
menjadi berkutat, yang satu hendak mematahkan tangan, yang lain hendak mencekik.
Semua orang kaget, onghui sampai berparas pucat, separuh mukanya keluar dari tenda. Putrinya Bok Ek, ynag tadinya numprah di tanah, berlompat bangun, parasnya pun pucat.
Disaat itu terdengar suara menggelepok. Nyata muka Kwee Ceng kena digaplok, sebab siauw-ongya merubah siasat. Keras pukulan itu, Kwee Ceng
merasakan matanya berkunang-kunang dan kepalanya pusing. Tapi ia masih sadar, sambil berseru, ia sambar bajunya siuaw-ongya, terus ia kerahkan tenaganya, ia angkat tubuh siauw-ongya, untuk dilemparkan. Ia nyata telah menggunai ilmu silat bangsa Mongolia, yang ia peroleh dari Jebe.
Siauw-ongya dilemparkannya, tapi sebelum
tubuhnya dilepas, ia sudah berdaya, dengan cepat ia ayun tubuhnya itu, Kedua tangannya menyambar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tanah, dengan begitu, ia tidak terbanting. Habis itu sama sebatnya, ia menyambar kedua kaki lawannya itu, ia menarik keras, maka Kwee Ceng kena ditarik roboh hingga saling tindih, hanya siauw-ongya berada disebelah atas. Dia ini sebat, dia lompat, tangannya menyambar tombak di tangan seorang serdadu yang berada dekat dengannya, dengan tombak itu, segera ia menikam Kwee Ceng.
Dengan menggulingkan tubuh, Kwee Ceng
menghindarkan diri, tapi ia didesak, ia dikam terus, lagi dua kali, terpaksa ia kembali bergulingan, hingga sukar untuk ia melompat bangun, terpaksa sambil
bergulingan, ia layani tombak musuhnya itu. Karena didesak tak hentinya, ia berguling hingga ke dekat tiang bendera Pibu Tiauw-cin. Di sini ia gunai kesempatannya, ia sambar tiang itu, terus ia pakai menangkis, sesudah mana ia berlompat bangun, untuk melakukan penyerangan membalas. Maka sekarang mereka bertempur dengan bersenjata, meskipun Kwee Ceng hanya bergenggaman tiang bendera.
Tiang bendera itu terlalu panjang, kurang tepat untuk Kwee Ceng, ynag bersilat denagn tipu Hang Mo Thung-hoat, pengajaran dari gurunya yang pertama, Hek Pian-hok Kwa Tin Ok si Kelelawar Hitam, akan tetapi, ia dapat mainkan itu dengan baik. Siauw-ongya tidak kenal permainan silat lawannya itu, ia lantas saja kena didesak hingga ia mesti selalu membela diri.
Bok Ek tetap perhatikan ilmu silat tombak dari siauw-ongya, makin lama ia menjadi makin heran.
Itulah terang Yo Kee Ciang-hoat, yaitu ilmu tombak Keluarga Yo, ilmu mana diturunkan hanya kepada anak laki-laki, tidak kepada anak perempuan. Yang menegrti ilmu itu, untuk bagian Selatan Tionggoan saja sudah jarang, maka heran kenapa di negara Kim ada yang dapat memainkannya itu" Ia terus mengawasi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampai akhirnya ia merasa sedih sendirinya, tidak dapat ia mencegah mengucurnya air matanya.
Nona Bok pun memperhatikan jalannya
pertempuran, ia juga agaknya berpikir keras.
Diakhirnya terdengar teriakannya onghui: "Berhenti!
Berhenti! Jangan berkelahi lagi!" Karena nyonya agung itu mendapatkan putranya telah bermandikan keringat.
Mendengar suaranya onghui, Peng Lian Houw
bertindak ke dalam kalangan. ia segera geraki tangan kirinya, untuk menyampok tiang bendera. Atas itu, Kwee Ceng merasakan telapak tangannya sakit, tiang bendera lantas terlepas dari cekalannya, mental ke udara, hingga benderanya berkibar-kibar bagus.
Anak muda itu terkejut. Seumurnya kecuali Bwee Tiauw Hong, belum pernah ia menemui tandingan selihay ini. Belum sempat ia memandang orang, atau satu pukulan telah menjurus ke mukanya. Ia berkelit dengan cepat, tetapi tidak urung, lengannya kena terhajar. Tidak ampun lagi, ia terguling roboh.
Setelah merobohkan bocah itu, Pheng Lian Houw berpaling kepada si pangeran muda dan berkata sambil tertawa: "Siauw-ongya, akan aku bereskan dia ini, supaya dia jangan mengganggu terlebih jauh?"
Sembari berkata, ia maju ke Kwee Ceng, ia ulur tangan kanannya ke arah kepala orang, justru si anak muda lagi merayap bangun.
Kwee Ceng kaget, lebih-lebih ia tahu, kedua
tangannya sakit. Untuk tolongi dirinya, ia memaksa menangkis juga.
Disaat anak muda ini terancam bahaya maut,
sekonyong-konyong datang teriakan dari antara orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak: "Perlahan!" Lalu terlihat melesetnya satu bayangan abu-abu perak disusul serangan semacam senjata, yang terus saja melibat tangannya si orang she Pheng itu, hingga serangan itu batal. Tetapi Lian Houw tidak diam saja, ia segera menarik pulang tanagnnya, begitu keras, hingga senjata yang
melibatnya ia terputus. Orang yang baru datang itu agaknya terperanjat, hingga ia tercengang, tetapi lekas juga ia sambar Kwee Ceng, yang pinggangnya ia peluk, setelah mana, ia lompat mundur.
Sekarang orang bisa lihat, dia adalah satu tojin atau imam usia pertengahan, jubahnya warna abu-abu, tangannya mencekal sebatang hudtim atau kebutan, hanya kebutan itu tinggal sepotong, sepotong yang lain masih melibat ditangannya Lian Houw. Ia terus mengawasi pada Lian Houw, yang kemudian berkata:
"Tuan, adakah kau Pheng Cecu yang namanya sangat tersohor" Hari ini aku dapat bertemu denganmu, sungguh aku merasa sangat girang!"
"Tidak berani aku menerima yang namaku yang
rendah dijunjung sedemikian tinggi olehmu," sahut Lian Houw. "Aku mohon ketahui gelaran suci dari totiang."
Semua orang lantas mengawasi kepada imam itu, yang romannya toapan, yang kumis dan janggutnya terbelah tiga. Kaos kakinya yang putih serta sepatunya yang abu-abu bersih sekali. Ia tidak menjawab, hanya Ia ulur kakinya, untuk dimajukan satu tindak, lalu ia menarik pulang, tetapi karena injakan atau
tindakannya itu, di tanah lalu tertapak dalam. Sedang di tanah utara ini, tanah kering dan keras.
Melihat tapak sepatu itu, Peng Lian Houw
terperanjat. "Jadinya totiang adalah Thie Kak Sian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Yang Cu Ong Cinjin?" ia menanya.
Imam itu menjura. "Teecu terlalu memuji kepadaku,"
ia menyahut. "Memang benar, pinto adalah Ong Cie It.
Tidak berani pinto menerima itu sebutan cinjin."
Peng Lian Houw, begitu juga Som Sian Lao Koay, Nio Cu Ong dan Leng Tie Siangjin mengawasi imam itu, yang mereka tahu namanya tidak kalah daripada Tiang Cun Cu Khu Cie Kee. Sudah lama mereka
ketahui hal imam ini, baru sekarang mereka menemui sendiri orangnya. Mereka dapatkan orang sungguh alim dan agung. Coba tadi mereka tidak telah
menyaksikan gerakan yang gesit dan melihat itu tapak kaki, tidak nanti mereka mau percaya dia adalah Thie Kak Sian Giok Yang Cu si Dewa Kaki Besi yang
pernah menakluki jago-jago di Utara.
Ong Cie It tersenyum, terus ia menunjuk pada Kwee Ceng dan berkata: "Pinto tidak kenal anak ini, hanya karena kemuliaan hatinya dan kegagahannya berusan, hatiku menjadi sangat tertarik, maka itu dengan besarkan nyali, pinto mohon Pheng Ceecu memberi ampun kepada jiwanya."
Melihat sikap orang yang demikian hormat, sedang orang pun dari Coan Cin Kauw, Peng Lian Houw suka berbuat baik, maka itu sambil membalas hormat, ia memberikan persetujuannya.
Ong Cie It menjura pula seraya menghanturkan
terima kasih, ketika ia memutar tubuh, ia menghadapi si siauw-ongya dengan wajahnya keren sekali.
"Siapakah namamu?" ia menanya bengis,
"Siapakah gurumu"!"
Siauw-ongya itu telah merasa kurang enak hati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebenarnya ia sudah memikir untuk berlalu, tetapi ia terlambat. Ia berdiri diam dan menyahuti: "Namaku Wanyen Kang. Nama guruku tidak dapat aku
beritahukan padamu."
"Bukankah gurumu ada tanda tahi lalat merah pada pipinya yang kiri" Ong Cit It tanya pula.
Wanyen Kang tertawa hihi-hihi, hendak ia
menjawab secara jenaka, atau mendadak matanya si imam bersinar tajam bagaikan kilat, maka hatinya terkesiap, batal ia untuk main gila. Ia lantas mengangguk.
"Memang telah aku duga, kau adalah muridnya Khu Suhengku itu," berkata Ong Cinjin. "Hm, bagus benar perbuatanmu ya" Pada mula kali gurumu hendak
mengajarkan silat padamu, apakah ia telah bilang padamu" Apakah pesannya?"
Wanyen Kang perlihatkan roman cemas. Ia dapat lihat suasana buruk.
"Anak, lekas pulang!" demikain terdengar suara ibunya dari dalam joli.
Anak ini dapat dengar panggilan itu, justru
berbareng dengan itu, ia mendapat satu pikiran. Ia insyaf, kalau gurunya ketahui perbuatannya, inilah hebat. Maka itu, lekas ia ubah sikapnya. Dengan sabar, ia berkata: "Totiang kenal guruku itu, terang totiang adalah satu cianpwee, oleh karena itu boanpwe mohon sukalah totiang datang ke rumahku, untuk boanpwe anti mendengar segala pengajaranmu."
Dengan lantas siauw-ongya ini membahasakan diri
"boanpwe", orang dari tingkat lebih rendah, karena ia tahu ia lagi berhadapan dengan satu cianpwee, orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tingkat derajatnya terlebih tua.
"Hm!" Ong Cie It perdengarkan suaranya.
Wanyen Kang benar-benar cerdik, tanpa tunggu
orang buka mulut lagi, ia sudah lantas menjura kepada Kwee Ceng, sembari tersenyum, ia berkata: "Saudara Kwee, kalau kita tidak bertempur, pasti kita tidak kenal satu sama lain. Ilmu silat kau saudara, aku sangat mengaguminya. Maka itu, aku pun minta suka kau bersama totiang berkunjung ke rumahku. Sukalah kau kalau kita mengikat persahabatan?"
Kwee Ceng tidak menjawab, ia hanya menunjuk
kepada Bok Ek dan gadisnya serta bertanya:
"Bagaimana urusan jodohmu dengan nona itu?"
Wanyen Kang menjadi likat. "Hal itu kita perlahan-lahan saja kita bicarakan pula," katanya.
Mendengar itu, Bok Ek tarik tangannya Kwee Ceng.
"Engko Kwee kecil, mari kita pulang!" berkata ia. "Buat apa kau layani pula manusia hina dina ini?"
Wanyen Kang dengar suara orang menghina itu, ia tidak menjadi gusar, ia hanya menjura pula kepada Ong Cie It seraya berkata: "Totiang, bownpwe
menantikan segala kehormatan atas kedatangan
totiang ke rumahku. Totiang tanyakan saja istananya Chao Wang."
Habis berkata begitu, ia sambar les dari seekor kuda pilihan yang satu pengiringnya bawa kepadanya, terus ia lompat naik ke atas kuda itu, yang pun ia kasih lari ke antara orang banyak, hingga mereka itu berlari-lari untuk menyingkir dari bahaya kena diterjang kuda.
Ong Cie It mendongkol untuk sikap keagung-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
agungan itu. Tapinya ia berkata kepada Kwee ceng,
"Engko kecil, kau turut aku,"
"Aku hendak menantikan dulu sahabatku?" Kwee
ceng menjawab. Belum berhenti suaranya bocah ini, Oey Yong
muncul dari antara orang banyak, lantas saja ia berkata sambil tertawa: "Aku tidak kenapa-kenapa!
Sebentar aku pergi mencari padamu"!" Baru ia
mengucap, kemudian ia menyelinap di antara orang banyak itu. Ia memang bertubuh kecil dan lincah.
Di lain pihak, lantas terlihat Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay lari mendatangi.
Melihat si Ular Naga Kepala Tiga ini, Kwee Ceng tertawa di dalam hati. Tapi ia pun cerdik, ia lantas menjatuhkan diri di depan Ong Cinjin. "Totiang, banyak-banyak terima kasih," ia berkata.
Ong Cie It tidak bilang suatu apa, ia cekal tangan si bocah, untuk diajak pergi, hingga dilain saat mereka sudah tinggalkan orang banyak itu dan tengah menuju keluar kota.
Cepat tindakannya si imam, sebentar saja mereka sudah berada diluar kota. Selang lagi beberapa lie, tibalah mereka di belakang sebuah puncak buklit. Di sini si imam berjalan semakin cepat. Memang ia hendak menguji enteng tubuhnya si bocah.
Sampai sebegitu jauh, Kwee Ceng dapat mengikuti denagn baik kepada si imam itu. Ia sudah belajar lari keras, tubuhnya enteng, dan dibawah pimpinan Tan Yang Cu Ma Giok, ia dapat manjat puncak, maka itu, ia bisa berlari-lari tanpa napasnya memburu atau hatinya berdenyutan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ong Cie It cekala tangan orang, ia lari terus-terusan, tiba-tiba ia melepaskannya. Ia terperanjat dan mengawasi bocah itu.
"Dasarmu tidak jelek!" ia berkata dalam herannya itu. "Kenapa kau tidak dapat mengalahkan dia itu?"
Kwee Ceng tidak tahu bagaimana harus menjawab, ia cuma tertawa saja.
"Siapakah gurumu?" Ong Cinjin menanya lagi.
Kwee Cneg tahu di antara adik seperguruan dari ma Giok ada yang bernama Ong Cie It, ialah ini imam, dari itu, tidak mau ia mendusta. Ia menyebutkan Kanglam Cit Koay dan Ma Giok.
Mendengar itu Ong Cie It menjadi girang sekali.
"Toasuko telah ajarkan kau ilmu silat, bagus!" katanya.
"Sekarang aku tidak usah mengkhawatirkan apa-apa lagi!"
Kwee Ceng heran, ia mengawasi imam itu.
"Orang dengan siapa tadi kau bertempur, yang
dipanggil setahu apa siauw-ongya Wanyen Kang itu adalah muridnya suhengku Tiang Cun Cu, kau tahu atau tidak" bertanya si imam.
Bocah itu tercengang. "Apa?" dia menanya. "Aku tidak tahu?"
Ma Giok mengajarkan Kwee Ceng tanpa
penjelasan, bocah ini menjadi tidak tahu tentang ilmu silat kaum Coan Cin Kauw, sekarang setelah
mendengar pertanyaannya Ong Cie It, ia menjadi ingat kepada pertempurannya sama In Cie Peng hingga ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ingat juga, ilmu silat Wanyen Kang sama dengan ilmu silatnya In Cie Peng itu. Ia lantas menunduki kepala.
"Teecu tidak tahu siauw-ongya itu adalah muridnya Khu Totiang, teecu telah berlaku kurang ajar, teecu mohon totiang suka memberi maaf," ia memohon.
Ong Cie It tertawa bergelak.
"Hatimu mulia, aku suka sekali! Mustahil aku nanti persalahkan kau!" ia berkata. Kemudian ia
meneruskan dengan sikapnya sungguh-sungguh :
"Kami kaum Coan Cin Kauw ada punya aturan yang keras, kalau ada murid yang bersalah, dia dapat dihukum berat, tetapi tidak nanti dilindungi atau dieloni.
Siauw-ongya itu sombong dan ceriwis, nanti aku suka minta toasuko menghukum padanya!"
"Asal ia suka menikah dengan nona Bok, baiklah totiang memberi ampun padanya," berkata Kwee
Ceng, yang tidak mendendam, hatinya masih ingin merekoki jodohnya nona Bok.
Ong Cie It menggeleng kepala, ia tidak bilang suatu apa, di dalam hatinya tapinya ia suka bocah ini yang jujur dan hatinya pemurah. kemudian setelah berpikir, ia berkata-kata seorang diri: "Toasuko biasanya benci kejahatan sebagai musuh besarnya, dia lebih-lebih membenci bangsa Kim, maka itu kenapa dia bolehnya mengajari silat kepada satu pangeran Kim" Sungguh membikin pusing kepala?" Terus ia mengawasi Kwee Ceng dan berkata pula: "Khu Toasuko telah
menjanjikan aku bertemu di Yan-khia, dalam beberapa hari ini tentulah ia bakal tiba, maka setelah bertemu dengannya, aku akan menanya jelas segala apa.
Toasuka telah menerima satu murid she Yo, dia kata hendak ajak muridnya itu pergi ke Kee-hin untuk dicoba pibu denganmu. Entah bagaimana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepandaiannya murdi she Yo itu, nanti kau jangan khawatir. Di sini ada aku, tidak nanti aku bikin kau memdapat susah"."
Kwee Ceng telah terima titah gurunya untuk
sebelum tanggal duapuluh empat bulan tiga sampai di Kee-hin, Ciat-kang untuk apa ia dimestikan pergi ke Kee.hin itu, gurunya tidak memberikan keterangan apa-apa, maka itu ia heran atas kata-katanya imam ini.
"Totiang, pibu apakah itu?" ia bertanya.
Ong Cie It dapat menduga, ia menghela napas.
"Gurumu belum membilang suatu apa kepadamu, tak baik aku mewakilkan mereka memberi keterangan," ia menjawab.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ong Cie It ketahui maksudnya Kanglam Cit Koay.
Dia telah mendengar lelakonnya kedua keluarga Yo dan Kwee itu, bahwa dalam pibu, Kanglam Cit Koay pasti menghendaki kemenangan, maka itu tidak heran Tujuh Manusia Aneh dari Kanglam itu tidak mau menjelaskan sesuatu kepada Kwee Ceng, maksudnya pasti untuk mencegah Kwee Ceng menjadi bersusah hati hingga pernyakinan ilmu silatnya menjadi terganggu. Atau mungkin disebabkan musuh adalah turunan sahabat ayahnya, Kwee Ceng itu nanti
berkelahi tidak dengan sungguh-sungguh dan
karenanya menjadi tidak memperoleh kemenangan.
Kwee Ceng juga tidak berani menanya apa-apa
lagi, dia cuma manggut-manggut.
"Sekarang masri kita lihat itu orang she Bok dan gadisnya," berkata Ong Cie It kemudian. "Nonan itu bertabiat keras, aku khawatir dia nanti menerbitkan bencana jiwa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng terkejut. ia menjadi ingat kepada nona itu. Maka keduanya lantas berjalan dengan cepat ke kota barat, terus ke rumah penginapan Kho Seng di jalan besar utama. Baharu mereka sampai di depan pintu, dari dalam hotel sudah muncul beberapa pengiring dengan pakaian seragam bersulamnya, semua lantas memberi hormat kepada Ong Cinjin seraya berkata: "Kami diperintahkan siauw-ongya mengundang totiang serta Tuan Kwee menghadiri pesat di gedung kami." Mereka lantas menyerahkan sehelai kartu nama di atas mana ada tertera: "Hormat dari teecu Wanyen Kang."
"Sebentar kita datang," berkata Ong Cie It.
"Dan ini kue-kue dan bebuahan, siauw-ongya minta totiang dan Tuan Kwee sudi menerimanya," berkata pula si pengiring. "Dimana totiang dan Tuan Kwee tinggal" Nanti kami pergi mengantarkan ke sana."
Beberapa pengiring lainnya lantas maju untuk
mengsih lihat barang antaran mereka, yang terdiri dari duabelas, isinya semua adalah makanan dan
bebuahan yang istimewa. "Oey Yong suka dahar makanan semacam ini, baik aku tinggalkan untuk dia," Kwee Ceng berpikir. Ia polos, ia bersedia menerima antaran itu.
Ong Cie It tak berkesan baik terhadap Wanyen
Kang, hendak ia menampik, akan tetapi kapan ia melihat sikap Kwee Ceng, ia lantas terima itu. Ia tersenyum, di dalam hatinya ia berkata: "Dasar bocah!
Dia tidak harus dipersalahkan."
Bab 18. Mengadu Kepandaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis menerima antaran itu, Ong Cie It
menanyakan keterangan kamarnya Bok Ek, lalu ia terus masuk ke dalam kamar orang, hingga ia
dapatkan orang she Bok itu sedang rebah dengan muka pucat dan di tepi pembaringan, gadisnya duduk smabil menangis. Kapan mereka lihat tetamu, si nona berbangkit berdiri, Bok Ek sendiri berbangkit untuk berduduk di atas pembaringan.
Ong Cinjin periksa lukanya Bok Ek, yang setiap belakang telapakan tangannya bertanda lima lobang jari tangan, hingga nampak tulang-tulangnya dan kedua lengannya bengkak besar. Luka itu telah ditorehkan obat, tetapi mungkin dikhawatir menjadi nowa, sudah tidak dibalut.
"Aneh," pikir Ong Cie It. "Ilmu silat Wanyen Kang terang adalah ajarannya toasuko, maka darimana dia dapatkan ilmu pukulan jahat ini" Pada ini mesti ada rahasianya?"" Lantas ia pandang si nona dan
menanya: "Nona, siapakah namamu?"
Nona itu menunduki kepalanya. "Namaku Bok Liam Cu," ia menyahut perlahan.
"Luka ayahmu ini tak enteng, dia perlu dirawat baik-baik," kata Cie It, yang terus merogoh sakunya, untuk mengeluarkan uang perak dua potong, yang mana ia letaki di atas meja, seraya menambahkan: "Besok aku akan datang untuk menjenguk pula padamu." Lalu menanti jawaban si nona, ia tarik tangan Kwee Ceng buat meninggalkan hotel itu.
Di luar hotel, mereka dipapaki empat pengiring, setelah mereka itu memberi hormat, yang satunya memberitahukan bahwa siauw-ongya mereka lagi
menentikan di gedung dan imam serta bocah itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diundang ke sana. Ong Cie It mengangguk. "Totiang, kau tunggu sebentar," berkata Kwee
Ceng, yang terus lari masuk pula ke dalam hotel, ke dalam kamar di mana ada bingkisan kue dan buah dari Wanyen Kang. Ia pilih empat rupa kue, ia bungkus itu dengan sapu tangan, sesudah masuki itu ke dalam sakunya, ia lari pula ke luar, untuk bersama si imam pergi mengikuti keempat pengiring itu pergi ke onghu, gedungnya Wanyen Kang.
Tiba di muka gedung, atau lebih tepat istana, Kwee Ceng paling dulu lihat dua lembar bendera berkibar di tiang yang tinggi, di kiri dan di kanan pintu ada nongkrong masing-masing seekor cio-say, atau singa batu, yang rimannya bengis. Undakan tangga dari batu putih semua, batu mana dipasang terus sampai di thia depan. Di pintu besar ada dituliskan tiga huruf besar air emas, bunyinya: "Chao Wang Hu" atau istana pangeran Chao Wang.
Kwee Ceng tahu, Chao Wang itu adalah Wanyen
Lieh, putra keenam dari raja Kim. Maka itu tanpa merasa, hatinya tercekat.
"Mungkinkah si pangeran muda itu adalah putranya Wanyen Lieh?" ia kata di dalam hatinya. "Wanyen Lieh mengenali aku, kalau di sini aku bertemu dengannya, inilah cade"."
Selagi si bocah terbenam dalam keragu-raguan, lantas ia dengar ramainya suara tetabuhan, yang rupanya diperdengarkan untuk menyambut ia dan Ong Cie It, menyusul mana ia tampak si siauw-ongya keluar menyambut, pakaiannya jubah merah dengan gioktay atau ikat pinggang kumala, sedang kepalanya ditutupi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kopiah emas. Melihat dandanan pangeran itu, Ong Cie It
mengkerutkan keningnya. ia diam saja, ia turut dipimpin ke dalam thia, dimana ia lantas dipersilakan duduk di kursi atas.
"Totiang bersama saudara Kwee sudi datang
kemari, sungguh aku merasa sangat beruntung!"
berkata tuan rumah yang muda ini.
Ong Cie It tidak puas, bahkan ia mendongkol.
Pangeran itu tidak berlutut didepannya dan tidak juga memanggil susiok atau paman guru kepadanya.
"Sudah berapa lama kau ikuti gurumu belajar silat?"
ia tanya. "Mana boanpwe mengerti ilmu silat?" sahut Wanyen Kang sambil tertawa. "Aku ikuti suhu buat dua tahun lamanya, selama itu aku main-main kucing kaki tiga hingga aku membikinnya totiang dan saudara Kwee menertawai aku."
"Hm!" Ong Cie It kasih dengar suaranya. "Walaupun ilmu silat Coan Cin kauw tidak tinggi tetapi ilmu itu bukannya ilmu kucing kaki tiga! Gurumu bakal tiba di sini, kau tahu tidak?"
"Guruku ada di sini, apakah totiang ingin bertemu dengannya?" Wanyen Kang balas menanya.
Ong Cie It menjadi heran sekali. "Ada di mana ia sekarang?" ia tanya.
Wanyen Kang menepuk tangan dua kali. "Siapakan meja santapan!" ia memberi perintah kepada
pengiringnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pengiring itu berlalu untuk menyampaikan titah lebih jauh.
Wanyen Kang sudah lantas ajak kedua tetamunya pergi ke hoa-thia, untuk mana mereka melintasi sebuah lorong, mengitari lauwteng yang indah, hingga mereka mesti jalan sekian lama. Selama itu, Kwee Ceng dapak menyaksikan keindahannya istana,
sampai ia merasakan matanya berkunang-kunang.
Hatinya pun tidak tentram, tidak tahu ia mesti bersikap bagaimana andaikata ia bertemu dengan Wanyen
Lieh. Setibanya di hoa-thia, di sana sudah menantikan enam-tujuh orang, yang tubuhnya jangkung dan kate tidak rata, di antara siapa yang kepalanya benjut tiga, yaitu Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay. Dia itu
mengawasi anak muda kita ini dengan sorot mata bengis! Biar bagaimana, Kwee Ceng terkejut juga hingga ia pernahkan dirinya dekat sekali dengan si imam.
Wanyen Kang bergirang ketika ia kata pada Ong Cie It. "Totiang, beberapa tuan ini sudah lama mengagumi kau dan semuanya merasa sangat ingin bertemu denganmu!" Ia lantas menunjuk Peng Lian Houw dan kata: "Inilah Pheng Cecu, kedua pihak sudah saling mengenal."
Kedua orang itu saling memberi hormat.
"Dan ini adalah Som Sian Lao Koay Nio Cu Ong, locianpwe dari Tiang Pek San," Wanyen Kang
memperkenalkan pula orang yang rambutnya putih tapi mukanya segar sebagai muka seorang bocah.
Ong Cie It heran hingga ia berpikir: "Kenapa
Siluman Tua ada disini juga?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
io Cu Ong sudah lantas memberi hormat dan
berkata: "Di sini lohu dapat bertemu sama Thie Kak Sian Ong Cinjin, maka tidaklah kecewa yang lohu sudah datang ke Tionggoan ini." Dan lantas ia perkenalkan paderi di sampingnya, katanya: "Ini adalah Leng Tie Siangjin, ahli Tay-ciu-in dari partai Bit Cong dari Tibet. Kami berdua, satu dari timur utara, satu lagi dari barat selatan, dari empat ribu lie, maka pertemuan ini benar-benar satu jodoh!"
Ong Cie It memberi hormat kepada paderi dari Tibet itu dengan menjura dan si paderi membalasnya seraya menakopi kedua tangannya.
Justru itu seorang yang suaranya serak terdengar berkata nyaring: "Kiranya Kanglam Cit Koay didukung dari belakang oleh Coan Cin Pay, maka juga mereka menjadi begini malang melintang."
Ong Cie It awasi orang yang pentang bacot itu, kepala siapa lanang, tidak ada selembar rambutnya, matanya merah, biji matanya menonjol keluar. Dengan melihat roman orang saja, ia sudah lantas
mengenalinya. "Bukankah tuan adalah Kwie-bun Liong Ong See
Locianpwee?" ia bertanya.
"Benar!" sahut orang itu, suaranya menandakan kemarahannya, "Kiranya kau masih kenal aku!"
Cie It heran, hingga kata dalam hati kecilnya: "Kita ada bagaikan air kali dan air sungai yang tidak saling menerjang, kapan dan di dalam hal apa aku pernah berbuat salah terhadapnya?" Ia menunjuki sikap sabar, ia kata: "Nama besar dari See Locianpwee memang telah lama aku pangeni."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang she See ini tidak ambil mumat sikap orang yang halus itu, ia tengah diliputi kemarahan besar.
Memangnya dia bertabiat keras. Dia bernama Thong Thian dan gelarannya, Kwie-bun Liong Ong ialah Raja Naga dari Pintu Iblis. Dia banyak lebih lihay daripada Hauw Thong Hay, adik seperguruannya. Sebab
tabiatnya itu, di waktu mengajari silat, ia tetap berangasan dan galak. Inilah sebabnya kenapa murid-muridnya tidak dapat wariskan tiga bagian saja dari sepuluh ilmu kepandaiannya, tidak heran kalau Hong Ho Su Koay gagal mengepung Kwee Ceng. Thong
Thian gusar bukan main waktu ia dengar kekalahan empat muridnya itu, ia hajar mereka, dia mendamprat habis-habisan. Sesudah itu ia kirim Hauw Thong Hay untuk menuntu balas, supaya Kwee Ceng dibekuk.
Celakanya Thong Hay telah kena dipermainkan oleh Oey Yong, hingga adik seperguruan ini juga gagal.
Karena ini, tak terkira gusarnya Thong Thian, maka juga, sekalipun di depan orang banyak, tak dapat ia mengatasi diri, tak peduli ia bahwa perbuatannya melanggar adat sopan santun. Demikian ia ulur sebelah tangannya, akan jambak Kwee Ceng.
Bocah itu mundur, sedang Ong Cie It segera maju, untuk menghalang di depannya.
"Bagus! benar-benar kau melindungi binatang cilik ini!" ia berseru, tangannya terus menyambar si imam.
Melihat orang demikian galak, Ong Cie It tidak dapat mundur, maka ia pun angkat tangannya, untuk menangkis.
Disaat kedua tangan hampir bentrok, dari samping mereka tiba-tiba muncul satu orang, tangan kirinya menyambar lengan See Thong Thian, tangan
kanannya menyambar lengan Ong Cinjin, terus ia mengibas keluar, maka dengan berbareng, dua orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu dapat dipisahkan, diundurkan satu dari yang lain.
Dua-dua See Thong Thian dan Ong Cie It
terperanjat. Mereka bukan sembarang orang, maka mereka heran ada seorang yang dapat pisahkan
mereka secara demikian gampang. Tanpa merasa
keduanya lantas mengawasi si pemisah itu, ialah seoarng dengan jubah putih, sikapnya tenang sekali, umurnya ditaksir tigapuluh lima atau tipuluh enam tahun, alisnya panjang hingga ujungnya mengenai rambut di pelipisnya, romannya tampan, hingga ia mirip dengan satu sastrawan, siucay. Dandanannya, seumumnya, seperti dandanan seorang bangsawan.
Segera juga Wanyen Kang menghampirkan,
sembari tertawa ia berkata: "Tuan ini adalah Auwyang Kongcu, sancu dari Pek To San dari pegunungan Kun Lun San di Tibet. Dia belum pernah datang ke
Tionggoan, maka itu ini adalah pertama kalinya ia bertemu sama tuan-tuan!"
Bukan melainkan Ong Cie It dan Kwee Ceng yang belum pernah melihat sancu- pemilik bukit " dari Pek To San itu, juga Nio Cu Ong dan Peng Lian Houw serta lainnya hadiran di situ. Dan semua mereka kagum akan caranya sancu ini datang menengah.
Mereka belum pernah mendengar nama Pek To San "
Bukit Unta Putih itu. Auwyang Kongcu ini sudah lantas rankap kedua
tangannya, terus ia berkata: "Sebenarnya aku telah mesti siang-siang tiba di kota Yankhia ini, sayang di tengah jalan aku mendapatkan satu urusan penting dan karenanya menjadi terlambat beberapa hari. Untuk itu aku mohon tuan-tuan suka memaafkannya."
Kwee Ceng tidak kenal sancu ini, tetapi mendengar nama bukit Pek To San itu, ia lantas ingat kepada si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nonan-nona serba putih yang di tengah jalan sudah mencoba merampas kudanya. Ia menjadi menduga-duga: "Mungkinkah enam guruku sudah bertempur dengan dia ini?"
Ong Cie It pandai berpikir, ia tidak hunjuk
kemurkaan. Ia mengerti, semua hadirin di situ itu ada bangsa lihay, percuma kalau ia melayani mereka itu.
Maka ia lantas pandang tuan rumah.
"Mana gurumu?" ia tanya. "Kenapa tidak kau minta ia keluar?"
"Ya," sahut Wanyen Kang denagn sederhana.
Lantas ia berpaling kepada pengiringnya dan
memrintah dengan singkat: "Undang suhu!"
Pengiring itu sudah lantas mengundurkan diri.
Cie It merasakan hatinya lega. Ia telah berpikir:
"Dengan adanya Khu Suheng disini, musuh boleh tambah lagi, masih dapat kami membela diri?"
Tidak lama lantas terdengar tindakan sepatu, lalu di depan pintu thia terlihat seseorang bertubuh gemuk yang mengenakan seragam baju sulam, suatu tanda ia adalah seorang opsir. Dia berjanggut lebat, usianya empat puluh lebih, romannya sangat keren.
"Suhu!" Wanyen Kang lantas memanggil. "Totiang ini hendak bertemu sama suhu, malah ia sudah
menanyakan beberapa kali?"
Melihat orang itu dan mendengar perkataan si
pangeran, hatinya Ong Cie It menjadi panas sekali. Ia telah berpikir: "Bocah binatang ini, kau permainkan aku..!" Tapi ia mencoba untuk mengendalikan diri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Untuk urusan apakah kau hendak bertemu sama
aku, imam?" si opsir menanya, sikapnya jumawa.
"Adalah sudah biasa bagi aku, aku paling tidak senang terhadap segala paderi, imam atau paderi perempuan!"
Dengan paksakan diri, Ong Cinjin tertawa. "Tayjin hendak memohon derma," ia berkata. "Ingin aku minta buat banyaknya seribu tail perak!"
Heran opsir itu atas permintaan derma tersebut. Ia bernama Thung Couw Tek, kepala barisan pengiring dari Wanyen Lieh di masa Wanyen Kang masih muda sekali, pernah ia ajarkan ilmu silat kepada pangeran itu, karenanya ia dipanggil guru. Yang lain-lain pun turut memanggil guru padanya.
"Itulah selayaknya," berkata Wanyen Kang, yang mendahului gurunya itu. Ia lantas kata pada
pengiringnya: "Lekas kau siapkan uang itu, sebentar kau antarkan ke hotelnya totiang."
Thung Couw Tek celangap, ia mengawasi imam itu, dari kepala ke kaki, dari kaki ke kepala. Tidak dapat ia menduga, imam ini orang macam apa.
"Tuan-tuan, silakan duduk!" Wanyen Kang
mengundang. "Totiang baharu pertama ini tiba disini, silakan duduk di kursi kepala."
Ong Cie It merendahkan diri tetapi ia didesak terus, akhirnya ia duduk juga di kursi pertama itu. Setelah tiga edaran arak, ia berkata: "Sekarang ini telah hadir banyak cianpwee kaum Rimba Persilatan, maka
bolehlah kita bicara dari hal keadilan. Tentang si orang she Bok yah dan anak itu, bagaimana urusannya itu harus diatur?"
Mendengar pertanyaan itu, semua mata diarahkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Wanyen Kang. Pangeran itu mengisikan sebuah cangkir, ia
berbangkit untuk bawa itu kepada Ong Cie It seraya terus berkata: "Silahkan totiang keringkan dahulu cawan ini. Tentang itu, bagaimana juga hendak diaturnya, boanpwe selalu bersedia untuk menuruti."
Cie It heran hingga ia tercengang. ia tidak sangka pangeran ini dapat bersikap demikian. Ia lantas hirup arak itu. Ia berkata kemudian: "Bagus! Sekarang baik si orang she Bok itu diundang kemari, untuk kita membicarakan urusannya."
"Bagus begitu," menyahut Wanyen Kang. "Aku
minta saudara Kwee saja yang pergi mengundang tuan Bok itu."
Ong Cie It menagngguk dan Kwee Ceng segera
berbangkit, untuk pergi ke hotel dimana Bok Ek dan gadisnya menumpang. Tiba di sana, ia menjadi heran.
Ayah dan anak dara itu tidak ada di kamarnya, barang-barangnya pun telah dibawa pergi. Ketika jongos ditanya, jawabannya adalah Bok Ek dan gadisnya itu ada yang undang sudah pergi entah ke mana, uang sewa kamar pun sudah dibayar lunas.
Kwee Ceng heran. Ia tanya jongos, siapa itu yang mengundang. Jongos itu tidak dapat memberikan keterangan. Maka terpaksa pemuda ini pulang ke onghu dengan tangan hampa.
Sambil tertawa, Wanyen Kang sambut tetamunya.
"Banyak cape, tuan Kwee!" katanya. "Mana tuan Bok itu?"
"Ia telah pergi, entah kemana," sahut Kwee Ceng, yang treus tuturkan kepergiannya Bok Ek serta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
anaknya itu. "Oh, aku menyesal?" berkata Wanyen Kang cepat.
Terus ia menoleh pada pengiringnya, untuk
memerintah: "Kau lekas ajak orang pergi mencari tuan Bok dan putrinya itu, dia mesti dapat diundang datang kemari!"
Pengiring itu menyahuti, terus ia undurkan diri.
Ong Cie It menjadi membungkam, tetapi ia
bercuriga. Akhirnya, ia berkata: "Tidak peduli orang bermain sandiwara apa, urusan toh akan ketahuan akhirnya!"
"Totiang benar," berkata Wanyen Kang sembari
tertawa. Sementara itu Thung Couw Tek heran dan
mendongkol. Tidak karu-karuan cukongnya kehilangan uang seribu tail perak. ia penasaran sekali, selagi si pangeran berlaku manis, si imam bersikap seperti tidak tahu aturan. Akhirnya ia menegur: "Eh, tosu, kau asal kuil mana" Kenapa kau datang kemari untuk main gila"!"
Ong Cie It tidak menyahuti, ia hanya balik bertanya:
"Jenderal, kau ada asal negara mana" Kau mengandal apa maka kau datang kemari dan menjadi pembesar negeri?"
Couw Tek gusar sekali. Bukankha ia orang Han
yang bekerja pada bangsa Kim" Kenapa ia mesti ditanya lagi kalau bukan orang hendak menghina padanya" Ia justru paling tidak senang orang
menyebut-nyebut kebangsaannya. Ia memang tidak puas dengan kedudukannya. Ia anggap dirinya gagah, ia sudah bekerja mati-matian untuk negara Kim, tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pemerintah Kim tidak pernah mengijinkan ia memimpin pasukan tentara sendiri. Sudah duapuluh tahun ia bekerja, pangkatnya bukan kecil tetapi ia tetap ditempatkan di onghu. Maka juga perkataannya Ong Cie It membikin ia merasa tersinggung. Lantas ia lompat bangun, walaupun di depannya ada Nio Cu Ong dan Auwyang Kongcu, ia ulur tangannya meninju mukanya Ong Cinjin!
Cie It tertawa. "Kau tidak hendak memberitahu pun tidak apa, ciangkun," ia berkata, "Maka perlu apa kau bergusar dan menggunakan kekerasan?" Ia angkat sumpitnya untuk menjempit kepalan orang.
Kepalan Couw Tek kena tertahan, tak dapat ia
meneruskan meninju. "Imam siluman, kau menggunai ilmumu!" ia
membentak, kaget dan gusar menjadi satu. Dia terus menarik pulang tangannya itu, tetapi dia tidak berhasil.
Maka mukanya menjadi merah, dia jengah sekali.
"Jangan gusar, ciangkun," berkata Nio Cu Ong, yang berada di sampingnya. "Baiklah ciangkun duduk dan keringkan arakmu!" Ia ulur tangannya, akan tekan pundak si jenderal.
Thie Kak Sian Giok Yang Cu tahu, sumpitnya dapat mempengaruhi Couw Tek tetapi tidak si orang she Nio ini, maka selagi orang menekan pundak si jenderal itu, cepat luar biasa, ia melepaskan jepitannya, sumpitnya itu terus ia pakai menyambar sepotong paha ayam, yang segera dibawa masuk ke dalam mulutnya orang she Thung itu, untuk disuapi dengan paksa!
Couw Tel menjadi gelagapan, selagi mulutnya
tersumpel, tubuhnya jatuh terduduk di kursinya akibat tekanannya Nio Cu Ong. Ia malu bukan main, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat mendongkol, maka ketika ia berbangkit pula, terus ia lari ke dalam.
Menyaksikan kejadian itu, semua hadirin tertawa.
"Coan Cin Pay berpengaruh di Selatan dan Utara, sungguh namanya bukan kosong belaka!" berkata See Thong Thian. "Aku hendak memohon sesuatu kepada totiang, sudikah totiang meluluskannya?"
"Tidak berani aku menerima pujianmu, See
Locianpwe," berkata Giok Yang Cu. "Silakan locianpwe mengatakannya."
"Pihak kami tidak ada sangkutannya sama Coan
Cin Pay," berkata Kwie-bun Liong Ong, "Maka itu aku mohon keterangan, kenapa pihakmu berdiri
sepenuhnya dibelakang Kanglam Cit Koay dan dengan begitu menyusahkan pihakku" Walaupun Coan Cin Pay banyak anggotanya dan sangat berpengaruh, aku yang bodoh tidak merasa takut."
"See Locianpwe, pada ini terang ada salah
mengerti," berkata Giok Yang Cu. "Pinto tahu tentang Kanglam Cit Koay, tetapi dengan mereka itu, tidak satu pun yang pinto kenal, hanya salah satu suhengku ada punya sangkutan dengan mereka. Maka itu sama
sekali tidak ada soal pihakku membantu Kanglam Cit Koay menghadapi Hong Ho Su Koay."
"Bagus, kalau begitu!" berseru See Thong Thian.
"Sekarang kau serahkan ini bocah kepadaku!" ia lantas berbangkit, akan ulur sebelah tangannya, guna menjambak batang lehernya Kwee Ceng.
Ong Cie It mengerti, bocah itu tidak bakal lolos dari jambakan itu, sedikitnya ia tentu terluka enteng, maka itu, ia lekas berbangkit, untuk menghalang, lengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kirinya berbareng dipakai membentur bocah itu, hingga tubuhnya Kwee Ceng tertolak mental. Menyusul itu jambakannya si orang she See itu mengenai kursi yang diduduki Kwee Ceng, hingga kursi itu
tercengkeram rusak seraya menerbitkan suara keras.
Jambakan itu adalah jambakan dari Gwa-kang, ilmu Bahagian Luar, hebatnya tak sama dengan Kiu-im Pek-ku Jiauw dari Hek Hong Siang Sat akan tetapi toh tidak kalah.
"Hau, kau lindungi bocah ini?" menegur Thong
Thian karena kegagalannya itu.
"Sabar, locianpwe," berkata Cie It tenang. "Anak ini pinto yang bawa datang ke istana ini, maka itu sudah selayaknya kalau nanti pinto membawanya keluar secara baik-baik. Kalau benar saudara tidak sudi melepaskan padanya, tidak dapatkah kau mencari ia dilain hari?"
Auwyang Kongcu lantas campur bicara.
"Bagaimana caranya bocah ini mendapat salah dari saudara See?" dia tanya. "Coba jelaskan duduknya hal, supaya kita dapat menimbangnya."
Sebelum menjawab, See Thong Thian telah
berpikir: "Imam ini lihay tak ada di bawahanku, kalau ia mengotot, bocah ini pasti tidak bisa dibiarkan tinggal tetap di sini. Untuk melayani dia, aku mesti dapat satu pembantu yang lihay?" Maka itu, ia lantas duduk pula, cawannya ia hirup kering. Kemudian ia berkata:
"Sebenarnya aku tidak bermusuh langsung dengan anak she Kwee ini. Aku ada punya empat murid tolol, mereka turut Yang Mulia Chao Wang pergi ke
Mongolia untuk suatu urusan, selagi mereka berkerja dan nampaknya bakal berhasil, tiba-tiba mereka diganggu oleh bocah ini. Yang Mulia Chao Wang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi sangat gusar karenanya. Coba tuan-tuan pikir, kalau satu bocah begini tidak dapat dibereskan, cara bagaimana kami bisa lakukan usaha yang besar?"
Kata-kata itu berpengaruh untuk para hadirin itu.
Kecuali Cie It dan Kwee Ceng, mereka dalah orang-orang undangan Wanyen Lieh, yang diundang dengan kehormatan dan bingkisan berarti. Dengan lantas mereka itu memikir untuk menahan si bocah, guna diserahkan pada Chao Wang.
Diam-diam Cie It bingung juga mendapatkan semua mata diarahkan kepada Kwee Ceng. Ia lantas
memikirkan daya untuk meloloskan diri bocah itu. Ia bingung sebab musuh tangguh semuanya. Sejak turun gunung, ia pernah menghadapi pelbagai pertempuran tetapi tidak seperti ini kali, bahkan ia berbareng mesti melindungi satu bocah. Ia lihat, jalan yang terbuka ialah memperlambat tempo sambil mencoba mencari tahu sikap sebenarnya dari para hadirin masing-masing.
"Nama besar dari tuan-tuan telah lama pinto buat pangenan," ia berkata, "Hari ini pinto berjodoh bertemu sama tuan-tuan, itulah hal yang sangat
menggembirakan pinto. Tentang bocah ini," ia
menambahkan, seraya menunjuk Kwee Ceng, "Ia
muda dan tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ia mendapat salah dari Yang Mulia Chao Wang, pinto tidak dapat bilang suatu apa. Tuan-tuan berniat menahan dia, ini juga pinto tidak dapat menentangi.
Cuma lebih dulu daripada itu, dengan membesarkan nyali, pinto minta tuan-tuan mempertunjuki dulu ilmu kepandaian kamu, supaya bocah ini dapat melihatnya, supaya nanti ia jangan mengatakan pinto todak sudi melindungi padanya, sedang sebenarnya pinto tidak sanggup berbuat demikian"."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hauw Thong Hay sudah menahan sabar sekian
lama, mendengar perkatannya Giok Yang Cu, ia
mendahului berbangkit, untuk singsatkan bajunya.
"Biarlah aku yang belajar kenal lebih dulu
denganmu," ia berkata, menentang si imam.
"Kebiasaanku tidak berarti, mana berani pinto mengadu kepandaian dengan tuan-tuan," Ong Cie It berkata pula.
"Maka itu saudara Hauw, aku minta sukalah kau mempertunjuki sesuatu agar pinto dapat pentang mataku, sekalian untuk memberi pengajaran kepada bocah ini, supaya ia insyaf bahwa di luar langit ada langit lainnya, di atas orang pandai ada pula yang terlebih pandai lagi, supaya selanjutnya dibelakang hari, dia jangan berani pula banyak tingkah!"
Hauw Thong Hay mendongkol sekali. Ia tahu orang mengejek padanya tetapi tidak tahu ia bagaimana harus memberikan jawaban. Perkataan orang diatur dengan halus.
See Thong Thian juga berpikir: "Imam-imam dari Coan Cin Pay tidak dapat dibuat permainan, memang lebih baik tidak usah bertempur dengannya." Maka ia lantas awasi Thong Hay dan berkata kepadanya:
"Sutee, coba kau perlihatkan Soat-lie May Jin, untuk minta Ong Cinjin memberi pengajaran padamu!"
"Itulah aku tidak berani," Cie It membilang keras.
Ketika itu hujan salju masih belum berhenti, Hauw Thong Hay sudah lantas pergi ke lataran dimana dengan kedua tangannya ia menumpuk salju sampai tingginya tiga kaki, untuk membikin padat, ia menginjak-injak, habis itu, ia mundur tiga tindak, lalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendadak ia lompat maju, kepala di bawah kaki di atas, kepala itu nuncap melesak ke dalam tumpukan salju itu, sampai sebatas dada.
Kwee Ceng heran. ia tidak tahu ilmu silat apa itu, meski ia tahu namanya seperti telah disebutkan See Thong Thian, yaitu "Soat-lie May Jin" atau "Mengubur orang di dalam salju"
See Thong Thian lantas berkata pada pengiring-pengiringnya Wanyen Kang: "Tolong tuan-tuan
membikin padat dan keras salju disekitarnya Tuan Huaw!"
Kawanan pengiring itu girang sekali, dengan
bergembira mereka luluskan permintaan itu.
Sebenarnya See Thong Thian bersama-sama Hauw
Thong Hay telah menjagoi di sungai Hong Ho, mereka pandai berenang dan tahan selulup lama, karena ini Thong Hay dapat nyelusup ke dalam salju, untuk mana ia mesti menahan napas.
Orang semua heran dan akgum, tetapi mereka
terus minum arak mereka. Selang sekian lama. barulah dua tangan Thong Hay bergerak, tubuhnya ikut, lalu sejenak saja, ia sudah keluar dari salju dan berdiri tegak.
Saking kagum, Kwee Ceng yang polos memuji
sambil bertepuk tangan. Thong Hay melirik pada bocah itu, lalu ia kembali ke kursinya.
"Kasar kepandaiannya suteeku ini, ia hanya


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendatangkan tertawaan?" berkata See Thong Thian,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang sembari bicara mengulurkan tangannya ke piring kwaci, untuk menjumput, setelah mana jari tangannya yang tengah disentilkan tak hentinya, maka biji kwaci itu meluncur ke tembok putih di hoa-thia itu, nancap di tembok merupakan satu huruf "Yauw". Jarak ke
tembok ada kira-kira tiga tembok, biji kwaci enteng, tetapi biji kwaci itu dapat disentilkan demikian rupa, itulah bukti dari tenaga dalam yang terlatih sempurna.
Kata Ong Cie It dalam hatinya: "Tidak heran Kwie-bun Liong Ong menjagoi sungai Hong Ho, dia memang lihya sekali."
Di tembok sekarang terlihat lagi dua huruf, "Bu" dan
"Yang", maka itu dapat diduga See Thong Thian hendak menuliskan empat huruf "yauw bu yang wie"
yang artinya menentang pengaruh atau menjagoi.
Menyaksikan itu Peng Lian Houw manjadi
bertangan gatal. Ia berkata, "See toako, kepandaianmu ini membuatnya aku takluk sekali! Kita biasa
berkerjasama, maka setelah totiang ini hendak menguji kepandaian kita, aku pun dengan meminjam
pengaruhmu, ingin mempertunjuki sesuatu?" Ia lantas saja lompat ke tengah ruangan itu.
Ketika itu See Thong Thian benar-benar telah
membuat huruf "Wie" yang terakhir, akan tetapi baru huruf selesai separuhnya, Peng Lian Houw sudah memegat meluncurnya biji-biji kwaci itu, mulanya ia merintangi , lalu semua biji beruntun dikasih masuk ke dalam mulutnya, atas mana, mulutnya itu sudah lantas kermak-kermik, seperti burung menyisit, kwaci itu ia makan isinya dan kulitnya dilepehkan!
"Bagus!" orang banyak berseru memuji.
"Ah, aku tidak sanggup memakan lebih jauh!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berseru Peng Lian Houw, yang terus aja lompat balik ke kursinya.
Setelah itu barulah See Thong Thian rampungkan huruf "Wie" itu.
Gangguannya Peng Lian Houw itu tidak membuat
Thong Thian kecil hati, dia malah tersenyum.
Persahabatan mereka adalah dari persahabatan dua tigapuluh tahun, mereka telah mengenal baik satu dengan lain. kemudian Thong Thian menoleh kepada Auwyang Kongcu, untuk mengatakan: "Auwyang
Kongcu hendak mempertunjukan apa untuk kami
dapat membuka mata kami?"
Kongcu itu dengar suara orang ada mengandung
nada menyindir, dia berdiam saja. Ia tunggu sampai pelayan membawa datang tambahan barang makanan dan semua sumpit bekas ditukar dengan yang baru, sumpit bekas itu ia ambil dari tangannya si pelayan.
Segera setalah memegang, ia ayun tangannya, lantas semua sumpit " dua puluh pasang " terlempar ke salju dan nancap. Apa yang luar biasa, semua sumpit nancap rapi merupakan empat tangkai bunga bwee!
Kwee ceng dan Wanyen Kang kurang mengerti ilmu kepandaian itu, tidak demikian dengan Ong Cie It, See Thong Thian dan lainnya yang lihay, maka mereka ini diam-diam terkejut sendirinya. Malah Ong Cie It segera berpikir: "Kenapa orang-orang lihay ini dapat berkumpul di sini" Biasanya, untuk menemui satu saja sudah sukar! Apakah tak boleh jadi bahwa mereka ada mengandung sesuatu maksud?"
Selagi si imam berpikir, Som Sian Lao Koay Nio Cu Ong berbangkit sambil tertawa, haha-hihi, ia pergi ke samping tambur batu di depan hoa-thia itu, untuk ulur tangannya yang kanan ke pinggangnya batu, begitu ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kerahkan tenaganya, batu itu kena terangkat, sedang beratnya batu ada tujuh atau delapan puluh kati. Batu itu segera diapungkan, terlepas dari tangan dan mencelat naik dua tombak tingginya. Sebelum batu itu turun, lagi dua batu diangkat dan diapungi seperti yang pertama itu. Dan ketika batu yang pertama turun, ia tanggapi dengan dahi, maka batu itu lantas diam di dahinya itu. Lalu menyusul batu yang kedua dan yang ketiga, ketiganya menjadi saling susul. Dengan rangkapi kedua tangannya, memberi hormat kepada orang banyak, Cu Ong jalan perlahan-lahan ke tengah latar. Dengan satu lompatan, ia tiba diatasnya pelatok-pelatok sumpit Auwyang Kongcu tadi, berdiri di atas itu ia lantas bersilat, memainkan ilmu silat "Yan Ceng Kun." Ia menjunjung tiga buah batu yang beratnya rua ratus kati lebih, tapi barang berat itu tidak mengurangi kegesitannya, dan setiap tindakan kakinya tidak pernah meleset dari ujung sumpit. Baru setelah habis semua jurus itu, ia lompat turun dari pelatok sumpit, dan setelah turunkan ketiga batu itu, ia kembali ke kursinya. Ia mengasih lihat senyuman, tidak ada tanda bahwa ia merasa letih.
Adalah biasa untuk tukang-tukang dangsu
mempertunjukan permainan batu seperti Nio Cu Ong ini, hanya yang istimewa, ini dimainkan di atas pelatok sumpit dan sumpitnya tidak ada yang patah atau miring karena ketindihan tubuh dan batu yang berat itu.
Kwee Ceng kagum bukan main, ia memuji tak henti-hentinya. Kelihatannya pesta bakal ditutup sampai disitu. Pelayan-pelayan telah datang dengan baskom yang terisi air hangat, untuk semua tetamu
membersihkan tangan mereka.
"Cuma Leng Siangjin yang belum mengasih lihat kepandaiannya," Cie It berpikir. "Mungkin sehabis dia, mereka ini bakal turun tangan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Maka itu si imam segera melirik paderi dari Tibetb itu.
Leng Tie Siangjin mencuci tangan seperti yang lain-lain, sikapnya wajar saja, hanya selagi yang lain-lain sudah selesai, ia masih merendam kedua tangannya di dalam baskom. Hal ini dapat dilihat semua orang, mereka menjadi heran. Mereka justru menantikan tanda dari paderi itu untuk bergerak.
Selang lagi sesaat, Ong Cie It dan Auwyang
Kongcu adalah yang paling dulu menampak
perubahan. Baskomnya si paderi lantas saja
menghembuskan hawa napas sebagai uap. Yang lain-lain baru dapat melihat setelah uap itu nampak semakin nyata, mirip asap, akan kemudian terdengar suara perlahan dari air bergolak.
Selagi semua orang heran dan kagum, Ong Cie It terperanjat. "Hebat tenaga dalamnya paderi ini,"
katanya dalam hati. "Aku tidak boleh berlambat lagi, aku mesti mendahului turun tangan terhadap dia?"
Tengah semua mata diarahkan kepada Leng Tie
Siangjin, Ong Cie It cenderungkan tubuhnya, melewati dua orang, tangannya menyambar kepada Wanyen
Kang, yang duduk berselang daripadanya, ia
menangkap nadinya siauw-ongya itu, tubuh siapa ia terus angkat, untuk digeser ke depannya.
Orang lantas melihat kejadian ini, mereka heran.
Kemudian, untuk kagetnya mereka, mereka lihat pangeran itu ditotok hingga ia menjadi tak berdaya lagi. Kemudian lagi si imam taruh tangan kirinya di punggung pangeran itu.
See Thong Thian semua kaget berbareng gusar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi mereka tak segera dapat berdaya.
Dengan tangan kanannya, Ong Cinjin angkat poci arak, terus ia berkata: "Barusan aku saksikan kepandaian mengagumkan dari tuan-tuan, maka
dengan ini aku hendak menghormati kamu dengan secawan arak." Ia tidak berbangkit tapi ia dapat menuangi arak ke dalam cawannya semua orang. Asal tangannya digeraki, arak meluncur keluar dari mulut poci, turun ke dalam cawan, mengisi hingga penuh, tidak ada arak yang berceceran.
Leng Tie Siangjin beramai menginsyafi tenaga
dalam yang terlatih baik dari imam ini, maka itu, asal tangan kirinya digeraki, celakalah Wanyen Kang.
Mereka insyaf juga, Ong Cinjin berbuat begini tentulah disebabkan dia bersendirian saja.
Paling akhir Ong Cie It isikan cawannya Kwee Ceng serta cawannya sendiri, kemudian ia letaki poci arak, untuk angkat cawannya yang ia hirup kering. Habis itu ia berbicara,
"Pinto tidak berselisih, tidak bermusuhan dengan tuan-tuan," katanya, "Pinto juga tidak bersanak tidak bersahabat dengan anak ini, cuma pinto merasa suka kepadanya karena dia berhati polos dan pemurah, ia bersemangat. Maka itu denagn memandang kepada mukaku, pinto minta sukalah tuan-tuan melepaskan dia hari ini."
Semua orang berdiam. Mereka berdiam sejak
Wanyen Kang dicekuk. "Jikalau tuan-tuan memberi ampun kepada anak
ini," berkata pula Ong Cie It, yang menanti jawaban,
"Maka pinto juga akan bebaskan ini siauw-ongya.
Siauw-ongya adalah seumpama cabang emas daun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kumala, ini anak sebaliknya adalah satu anak rakyat jelata, dari itu jikalau mereka ditukar guling, tidakkah siauw-ongya rugi" Bagaimana?"
"Ong Totiang, kau baik sekali!" berkata Nio Cu Ong tertawa. "Baiklah, beginilah kita mengambil
keputusan." Tanpa bersangsi sedikit juga, dengan sikutnya Ong Cie It bentur pinggangnya Wanyen Kang, maka
pangeran itu bebas dari totokan, terus ia dikembalikan ke kursinya. Ia percaya semua jago itu, tidak peduli mereka licin atau licik. Habis itu ia mengangguk kepada semua orang, lalu ia tarik tangannya Kwee Ceng untuk diajak pergi. Masih ia mengucapkannya:
"Ijinkanlah kami mengundurkan diri. Sampai bertemu pula!"
Semua orang mengawasi denagn air muka guram.
Bukankah ikan telah masuk ke dalam jala tetapi dapat lolos pula" Tidakkah itu sayang"
Wanyen Kang telah lantas dapat menenangkan
hatinya. Sambil tersenyum, ia kata kepada Ong Cinjin:
"Totiang, apabila ada tempo yang luang, silakan sembarang waktu datang untuk pasang omong di sini, supaya aku yang lebih muda dapat banyak
pengajaran." Ia lantas berbangkit, dengan sikapnya yang menghormat, ia mengantarkan keluar.
"Hm!" bersuara si imam, yang terus bilang: "Urusan kita telah selesai, maka itu mesti ada harinya yang kita nanti bertemu pula!"
Setibanya mereka di pintu hoa-thia, tiba-tiba Leng Tie Siangjin berbicara. "Totiang sangat lihay, yang kau membuatnya orang sangat kagum!" demikian katanya.
Ia merangkapkan kedua tangannya, untuk memberi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hormat, akan tetapi ketika ia buka kedua tangannya itu, siuran angin hebat menyambar ke arah si imam!
"Celaka!" Ong Cie It berseru di dalam hatinya dengan ia lekas-lekas angkat kedua tangannya untuk membalas hormat. Ia kerahkan tenaga latihannya dari beberapa puluh tahun untuk memcahkan serangan hebat itu.
Sebat luar biasa, Leng Tie Siangjin mengubah
tenaga dalamnya menjadi tenaga luar, tangan
kanannya diulur, untuk menyambar lengannya Ong Cie It. tetapi si imam pun tidak diam saja, ia menyambuti dengan sama kerasnya, karena ia telah lantas dapat melihat sambaran itu, ia pun berbalik menyambar lengan lawan.
Cuma hanya sekali bentrok, kedua tangan sama-
sama ditarik pulang. "Sungguh aku takluk, aku takluk!" berkata Leng Tie Siangjin yang air mukanya berubah, seraya melompat mundur.
Ong Cie It tersenyum, ia bertanya: "Nama Taysu bersemarak dalam dunia kangouw, mengapa kata-katanya tidak masuk hitungan?"
Leng Tie menjadi gusar. "Aku bukan hendak
menahan ini bocah she Kwee, aku hanya hendak
menahan kau?" katanya, tapi belum dapat ia
meneruskan, lantas saja ia muntah darah. Sebab bentrokan itu membuat ia terluka. Coba ia berlaku tenang dan mainkan napasnya, darahnya itu tidak nanti menyemprot keluar, tetapi ia diejek si imam, ia tidak dapat mengendalikan diri.
Ong Cie It segera tarik tangan Kwee Ceng, buat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diajak berlalu dengan cepat-cepat dari istana itu.
See Thong Thian beramai tidak berani mencegah, bukan saja memang mereka seudah berjanji, contoh dalam dirinya Leng Tie Siangjin juga membikin hati mereka gentar. Imam ini benar-benar tidak dapat dibuat permainan, tidak berani mereka merintangi.
Sesudah belasan tombak keluar dari pintu istana, setelah melintasi sebuah tikungan dan melihat di belakangnya tidak ada orang yang menyusul mereka, dengan perlahan Giok Yang Cu berkata kepada bocah yang ia tuntun itu: "Kau gendong aku sampai di rumah penginapan?"
Kwee Ceng kaget sekali. Ia dengar suara orang sangat lemah, seperti ynag kehabisan napas. Ia juga lantas dapat melihat roman pucat dari si imam.
"Adakah totiang terluka?" ia tanya heran.
Ong Cie It mengangguk, lalu tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung.
Kwee Ceng mengerti, maka lantas saja ia
membungkuk di depan si imam itu, untuk
menggendong dia, untuk dibawa pergi denagn cepat.
Ia mau mampir di sebuah hotel yang pertama
diketemukan, tetapi Cie It bilang dengan perlahan:
"Cari"cari tempat yang sepi dan hotel kecil?"
Kwee Ceng menurut, ia maju terus, sambil berlari-lari. Ia tahu imam ini khawatir nanti disusul musuh, yang ia terluka dan ia sendiri tidak punya guna, mereka bisa terancam bahaya. Ia tidak tahu jalanan, ia pilih yang sepi saja. Sementara itu ia merasai napasnya si imam semakin mendesak. Syukur ia
lantas dapat cari sebuah hotel yang kecil dan jorok,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetapi tanpa pedulikan itu, ia memasukinya. Setibanya di dalam, ia segera turunkan imam itu di atas pembaringan.
"Lekas"lekas cari sebuah jambangan besar?"
berkata Ong Cie It. "Kau isikan penuh air bersih?"
"Untuk apakah itu, totiang?" Kwee Ceng tanya.
Cie It tidak menyahuti, ia hanya memberi tanda dengan tangannya, supaya bocah itu lekas pergi.
Kwee Ceng menurut. Ia cari orang hotel, ia letaki sepotong perak di atas meja seraya minta lekas disediakan jambangan. Ia juga memberi persen
kepada si jongos. Maka itu jongos kegirangan, cepat-cepat ia sediakan barang yang diminta itu, yang diletaki di cimche, terus diisikan air dingin.
Kwee Ceng lari ke dalam kamar untuk memberi
kabar. "Bagus, anak yang baik!" berkata Ong Cie It.
"Sekarang pondong aku, kau letaki aku di dalam jambangan itu. Kau larang orang lain datang dekat padaku?"
Kwee Ceng tidak mengerti tetapi ia pondong si imam itu, ia masuki tubuh orang ke dalam jambangan hingga sebatas leher, sedang jongos ia pesan untuk melarang siapa saja masuk ke cimche itu.
Ong Cie It merendam di dalam jambangan seraya memeramkan kedua matanya, dengan tenang ia
mainkan napasnya. Kira semakanan nasi lamanya, air jambangan yang bersih bening itu berubah menjadi hitam. Di pihak lain,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kulit muka si imam dari pucat pasi berubah menjadi bersemu dadu.
"Coba bantui aku bangun, air ini tukar dengan yang bersih," ia minta kepada Kwee Ceng.
Permintaan itu diturut, maka sebentar kemudian, Cie It sudah berendam pula di dalam air yang baru.
Sekarang barulah Kwee Ceng ketahui orang tengah mengerahkan tenaga dalamnya, untuk menyembuhkan diri dari luka di dalam akibat pertempuran dahsyat dengan Leng Tie Siangjin. Imam ini umpama kata cuma menang seurat.
Kwee Ceng melayani terus sampai ia tukar air tujuh kali, baru air itu tak lagi berubah hitam, atas mana Giok Yang Cu lantas saja tertawa dan berkata: "Sudah tidak ada bahaya lagi!"
Dengan pegangi pinggiran jambangan, ia dapat
merayap keluar. Tapi ia menghela napas ketika ia berkata pula: "Paderi dari Tibet itu sangat berbahaya!"
Kwee Ceng berlega hati, ia girang sekali. "Apakah tangannya paderi Tibet itu ada racunnya?" ia tanya.
"Benar," sahut Cie It. "Itulah racun dari Cu-see-ciang. Ilmu semacam itu, Tangn Pasir Merah sering aku menemukan tetapi tidak ada yang lihay seperti ini.
Hari ini hampir aku kehilangan jiwa?"
"Totiang ingin dahar apa" Nanti aku pergi belikan,"
Kwee Ceng tanya kemudian.
Cie It pinjam perabot tulis pada tuan rumah, ia menulis sehelai surat obat. "Aku telah bebas dari bahaya jiwa," berkata si imam itu. "Tetapi hawa racun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di dalam tubuh belum bersih betul, jikalau dalam duabelas jam itu tak disingkirkan, akibatnya akan menyebabkan cacad seumur hidup. Sekarang kau
tolongi aku lekas membeli obat."
Kwee Ceng mengerti, ia pergi sambil terus berlari.
Di jalan perapatan ia lihat rumah obat yang pertama, ia segera mampir dan serahkan resepnya itu.
"Sayang tuan," kata pelayan setelah ia membaca surat obat itu, "Kebetulan saja obat hiat-kat, gu-cit, bek-yo dan hitam baru habis."
Tanpa minta penjelasan, Kwee Ceng samber
resepnya, untuk lari ke rumah obat yang lain. Di sini ia diberi tahu, empat rupa obat itu tidak ada. Makanya ia mesti pergi ke lain toko obat lagi. Untuk herannya, tujuh atau delapan rumah obat semua kehabisan empat rupa bahan obat itu. Ia menjadi bingung dan mendongkol. Malah didua tiga rumah obat yang
terbesar, obat-obatan itu masih tidak kedapatan, katanya baru saja ada orang yang borong.
"Akun mengerti sekarang," kata bocah ini kemudian.
"Tentulah orang dari istana Chao Wang yang
memborong semua obat itu, sebab mereka ketahui Ong Cinjin pasti membutuhkannya. Sungguh jahat!"
Dengan masgul, bocah ini lari pulang ke hotel, kepada Ong Cie It ia tuturkan kegagalannya.
Imam itu menghela napas, wajahnya menjadi
guram. Kwee Ceng sangat jujur dan hatinya lemah, ia
lantas taruh kepalanya di atas meja dan menangis megerung-gerung. Ia putus asa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ong Cie It tertawa. "Jiwa manusia sudah
ditakdirkan," ia berkata, "Kematian pun tidak harus disayangkan. Laginya belum tentu aku bakal mati, maka itu kenapa kau menangis?" Lalu dengan suara halus ia bernyanyi.
Kwee Ceng heran, ia mengawasi.
Cit It tertawa pula, terus ia duduk bersemadhi di atas pembaringan.
Bocah ini tidak berani mengganggu, diam-diam ia keluar dari kamar. "Kenapa aku tidak mau pergi ke tempat yang berdekatan," pikirnya kemudian. "Di sana belum tentu obat itu telah orang beli juga?"
Ingat begini, hatinya lega. Maka ia mau tanya jongos, di dekat-dekat dimana ada toko obat. Justru ia mau cari jongos, jongos datang dengan cepat,
menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Surat itu dialamatkan kepadanya.
Surat itu bagus tulisannya dan kertanya berbau harum. Ia heran. "Siapa yang mengirim surat ini?" ia menanya dalam hatinya. Ia terus robek sambpul surat, untuk dibaca isinya. Surat itu berbunyi singkat saja:
"Aku menunggu kau di telaga di luar kota barat, jauhnya kira-kira sepuluh lie. Ada urusan penting yang hendak aku damaikan. Lekas datang!"
Surat itu tidak memakai tanda-tanda hanya lukisan gambar dari satu pengemis bocah. Untuk
kegirangannya Kwee Ceng kenali romannya Oey
Yong, yang tersenyum berseri-seri.
"Siapa bawa surat ini?" ia tanya jongos. Ia girang berbareng heran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Seorang gelandangan di jalan besar," sahut jongos itu.
Kwee Ceng masuk ke dalam kamar Cie It, ia lihat imam itu lagi melatih kaki dan tangannya. Ia lantas kasih tahu bahwa ia mau pergi beli obat ditempat lain.
"Kita dapat pikir ini, kenapa mereka tidak?" berkata si imam. "Tidak usahlah kau pergi."
Kwee Ceng tidak menjadi putus asa, ia ingin
mencoba. Ia ingat Oey Yong cerdik sekali, mungkin ia dapat berunding dengan temannya itu. Maka itu ia beritahu bahwa ia ingin menemui sahabatnya itu. Ia pun beri lihat suratnya Oey Yong itu.
Ong Cie It berpikir. "Cara bagaimana kau kenal anak itu?" ia tanya.
Kwee ceng tuturkan pertemuannya sama Oey
Yong, hingga mereka menjadi sahabat.
"Aku telah saksikan caranya ia mempermainkan
Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay," berkata Ong
Cinjin. "Dia luar biasa gerak tubuhnya. Kau harus berhati-hati," ia pesan. "Di dalam ilmu kepandaian, dia jauh terlebih lihay daripada kau. Aku lihat padanya seperti ada terselip sifat-sifat kesesatan, hanya aku tidak tahu pasti apa itu?"
"Kita bersahabat sangat erat, sehidup semati, tidak nanti ia celakai kau," menyatakan Kwee Ceng, yang percaya betul sahabatnya itu.
Ong Cinjin menghela napas. "Baru berapa lama
kamu bersahabat?" katanya. "Mana itu dapat disebut persahataban sehidup semati" Jangan kau pandang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
enteng dia sebagai bocah! Kau tahu, jikalau ia hendak mencelakai padamu, kau tentu tidak dapat layani dia"."
Di dalam hatinya, Kwee Ceng berpikir: "Totiang membeilang begini sebab ia belum tahu sifatnya Oey Hiantee?" Ia menyebutnya "Oey Hiantee" = "adik she Oey", tanda ia sangat percaya pada Oey Yong. Lantas ia tuturkan perihal kebaikannya sahabatnya itu.
Ong Cinjin tertawa. "Baik, kau pergilah lekas!"
katanya. "Semua anak muda berkelakuan seperti kamu. Tanpa mengalami sesuatu, tidak tambah
kecerdikan kamu?" Imam ini tetap percaya Oey Yong bukan orang dari golongan yang sadar.
Bab 19. Ada Kuping Di Balik Tembok
Kwee Ceng tiada bilang apa-apa lagi, ia masuki resep ke dalam sakunya, lanats ia berlalu dari hotel. Ia lari keluar kota barat tanpa menghiraukan salju berterbangan menyampok mukanya. Disekitarnya
yang luas, ia tampak segala apa putih meletak, disana tidak ada tapak-tapak manusia. Sesudah hampir sepuluh lie, ia lihat sinar terang dari air telaga. Karena hawa udara tidak sangat dingin, telaga itu tidak membeku, salju jatuh ke air, lantas lumer. Adalah di tepian, di pepohonan, salju melulu yang tampak.
Memandang ke sekitarnya, bocah ini menjadi heran.
Tidak ada bayangan orang sekalipun.
"Apa mungkin dia sia-sia menanti aku dan dia lantas pergi duluan?" ia berpikir. Tapi ia buka mulutnya, akan perdengarkan suara nyaring: "Oey Hiantee! Oey
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hiantee!" Tidak ada jawaban, cuma dua ekor burung air yang terbang gelapakan di telaga.
"Oey Hiantee! Oey Hiantee!" ia memanggil pula, dengan hatinya masgul. Tapi ia masih dapat berpikir;
"Mungkin ia belum datang, maka baiklah aku
menunggu ia disini?"
Maka ia lantas menantikan sambil ia pandangi
keindahan telaga di musim salju itu.
Belum terlalu lama atau dari tengah telaga
terdengar suara tertawa halus, kapan Kwee Ceng menoleh, ia lihat sebuah perahu muncul dari bagian telaga yang lebat dengan pepohonan. Itulah sebuah perahu kecil dengan penumpangnya, yang duduk di belakang perahu, ada satu nona, yang rambutnya panjang meroyot melewati pundak, bajunya putih mulus, rambutnya di bagian atas ada pitanya dari emas, hingga emas itu bercahaya di antara sinar putih dari salju.
Kwee Ceng mengawasi dengan menjublak. Ia
dapatkan si nona bagaikan bidadari. Orang berumur belum lima atau enambelas tahun, kulitnya putih halus, romannya cantik sekali dan manis, mukanya dadu segar. Ia lantas berpaling ke lain jurusan, tidak berani ia mengawasi terus-terusan. Ia pun bertindak dari tepian.
Si nona mengayuh perahunya sampai ke pinggir
telaga. "Kwee Koko, mari naik ke perahu!" tiba-tiba dia memanggil. Dia menyebutnya "Kwee Koko" = "Engko Kwee".
Kwee Ceng terkejut. Ia dipanggil selagi ia menoleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke lain jurusan. Begitu ia menoleh, begitu ia tampak satu wajah yang manis sekali, sedang tangan baju orang memain di antara sampokan angin. Ia berdiri menjublak bagaikan orang yang tengah bermimpi, kemudian ia kucak-kucak matanya dengan kedua
tangannya. "Bagaimana, eh, engko Kwee," berkata pula si
nona. "Apakah kau tidak kenal aku?"
Kwee Ceng perhatikan suara orang. Itulah suaranya Oey Yong, sahabat eratnya, sahabat sehidup
semiati?".. ! Tapi sahabatnya itu adalah satu pemuda dengan muka kotor dan pakaian compang-camping". Kenapa sekarang tercipta menjadi satu bidadari"
Dalam kesangsiannya, bocah ini mengawasi
dengan mendelong. Nona itu tertawa. "Aku adalah Oey Hianteemu!" ia berkata. "Benarkah kau telah tidak kenali aku?"
Oleh karena ia menatap, Kwee Ceng kenali roman mukanya Oey Yong yang alisnya lentik dan mulutnya mungil, cuma dandannya lain. "Kau"kau"." katanya perlahan.
Oey Yong tertawa pula. "Sebenarnya aku adalah seorang wanita," ia berkata pula. "Siapa suruh kau panggil aku Oey Hiantee dan Oey Hiantee tak
sudahnya" Ayolah lekas naik ke perahu ini!"
Kwee Ceng sadar, lalu ia enjoti tubuhnya, lompat ke perahu itu. "Oey Hiantee"!" katanya.
Oey Yong tidak menyahuti, ia hanya kayuh
perahunya ke telaga. Ia lantas sajikan bekalannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
barang makanan dan arak. "Kita duduk disini, dahar dan minum arak sambil memandangi sang salju, bagus bukan?" katanya
merdu. Kwee Ceng mencoba akan menenangi diri.
"Ah"aku tolol sekali!" katanya kemudian. "Sampai sebegitu jauh, aku sangka kau adalah seorang pria!
Selanjutnya tidak dapat aku panggil lagi kau Oey Hiantee"."
Oey Yong tertawa. "Kau juga jangan panggil aku Oey Hian-moay," ia berkata. "Aku dipanggil Yong-jie.
Ayahpun selalu memanggil aku begitu."
Dengan sendirinya nona ini tidak menghendaki di panggil "Oey Hian-moay" = "adik Oey" dan
menghendaki di sebut namanya saja. "Yong-jie" berarti
"anak Yong". Tiba-tiba Kwee Ceng ingat sesuatu. "Aku
membekali kau tiamsim!" katanya seraya terus kasih keluar tiamsim yang ia bawa dari istananya Wanyen Kang. Cuma sekarang tiamsim itu sudah pusak-pesok tiada karuan.
Oey Yong mengawasi macamnya tiamsim yang
tidak karuan itu, ia tertawa.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merah mukanya Kwee Ceng, ia jengah. "Tiamsim ini tak dapat dimakan?" katanya. Ia ambil itu, untuk dilemparkan ke air.
Oey Yong sambar tiamsim itu. "Aku bisa makan!"
katanya. "Aku doyan!"
Selagi si bocah tercengang, Oey Yong sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggayem tiamsim itu. Kwee Ceng mengawasi, sampai ia mendadak
menjadi heran sekali. Oey Yong dahar tiamsim itu, lantas perlahan-lahan matanya menjadi merah, lalu air matanya perlahan-lahan mengalir turun"
"Begitu aku dilahirkan, aku sudah tidak punya ibu,"
berkata Oey Yong yang dapat membade pikirannya sahabatnya. "Seumurku, belum pernah ada orang yang ingat aku seperti kau ini?"
Air matanya mengalir deras, ia keluarkan sapu tangannya ang putih bersih.
Kwee Ceng menyangka orang hendak menyusuti
air matanya, tak tahunya dengan cara hati-hati nona itu bungkus sisa tiamsim yang kemudian ia masuki ke dalam sakunya. "Aku akan dahar ini perlahan-lahan?"
katanya, dan kali ini ia tertawa.
Benar-benar aneh kelakuan bocah wanita ini, Kwee Ceng asing betul dengan tingkah lakunya ini "Oey Hiantee".
"Bilangnya ada urusan penting yang kau hendak bicarakan dengan aku, urusan apakah itu?" kemudian ia tanya. Ia sudah lantas ingat surat si nona dan untuk apa ia datang ke telaga ini.
Oey Yong tertawa ketika ia menyahuti: "Aku panggil kau datang kemari untuk memberitahukan padamu bahwa aku bukannya Oey Hianteemu, hanya Yong-jie.
Apa ini bukannya urusan penting?"
Kwee Ceng tersenyum. Orang benar-benar jenaka.
"Kau begitu manis untuk dipandang, kenapa mulanya kau menyamar sebagai penemis?" ia tanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong melengos ke samping. "Kau bilang aku manis dipandang?" ia tanya.
"Manis sekali!" sahut si anak muda. "Kau mirip dengan bidadari dari puncak gunung salju!" Ia menghela napas.
Oey Yong tertawa pula. "Pernahkah kau melihat bidadari?" tanyanya.
"Aku belum pernah lihat. Kalau aku dapat menemui, mana aku masih hidup lagi?""
Oey Yong heran. "Eh, kenapa begitu?" ia
menegaskan. "Sebab pernah aku dengar pembilangannya orang-orang tua, siapa dapat melihat bidadari, dia tidak bakal kembali ke tanah datar, untuk selamanya ia akan duduk bengong saja di gunung salju, lalu lewat beberapa hari, dia akan mati beku"."
Oey Yong tertawa pula. "Sekarang kau melihat aku, kau bakal bengong saja atau tidak?" tanyanya
kemudian. Mukanya Kwee Ceng menjadi merah. "Kita toh
sahabat-sahabat kekal, kita lain?"
Oey Yong menganggguk. Lalu ia berkata dengan
sungguh-sungguh: "Aku tahu kau baik hati dengan sesungguhnya, terhadap aku, tidak peduli aku pria ataupun wanita, biarpun aku bagus atau jelek." Ia berhenti sebentar. "Dengan dandananku ini, kalau orang bersikap baik terhadap aku, apakah anehnya"
Diwaktu aku menjadi pengemis, kau baik sekali dengan aku, nah itu barulah sahabat sejati." Ia rupanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sangat girang, semabri tertawa ia kata pula: "Aku ingin bernyanyi untukmu, sukakah kau mendengarnya?"
"Apakah tidak boleh besok saja kau bernyanyi?"
Kwee Ceng minta. "Sekarang ini aku mesti pergi beli obat untuk Ong Totiang."
Kwee Ceng lantas tuturkan tentang adu kepandaian di istana Chao Wang, sampai Ong Cie It, yang
melindungi ia, mendapat luka parah, bahwa sia-sia belaka ia mencari obat.
Oey Yong mengawasi, ia tertawa. "Aku pun heran sekali menyaksikan kau lari mondar-mandir di jalan besar dan memasuki rumah obat dari yang satu
kepada yang lain, entah kau bikin apa, tidak tahunya kau hendak membeli obat," katanya.
Kwee Ceng menduga, selagi ia lari mondar-mandir, Oey Yong tentu telah mengintai padanya tetapi ia tidak tahu, kalau tidak, niscaya nona itu tidak ketahui ia tinggal di hotel mana.
"Oey Hiantee," katanya kemudian, "Apakah boleh pinjam kuda merahmu yang kecil untuk aku pergi membeli obat?"
Oey Yong menatap. "Ketahuilah!" katanya. "Kesatu, aku bukannya si Oey Hiantee! Kedua, kuda merah yang kecil itu adalah kepunyaanmu! Apakah kau sangka benar-benar aku menghendaki kudamu itu"
Aku melainkan lagi menguji hatimu. Ketiga, di tempat sekitar ini, belum tentu kau dapat mencari obat itu"!"
Kwee Ceng berdiam, hatinya pepat. Ia bingung
sekali. Dugaan si nona nyata cocok betul dengan dugaannya Ong Cie It.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tertawa. "Sekarang aku nyanyai, kau
dengari!" dia kata. Lalu kedua bibirnya yang merah tergerak terbuka, segera lidahnya bergerak,
memperdengarkan nyanyiannya yang halus dan
merdu. Kwee Ceng mendengari dengan hati kesengsem
walaupun tidak mengerti jelas artinya nyanyian itu, hatinya menjadi goncang. Seumurnya belum pernah ia peroleh pengalaman ini.
"Inilah nyanyian Sui Ho Sian dari Sin Tayjin," kata Oey Yong perlahan habis ia nyanyi. "Bagaimana kau bilang, bagus atau tidak?"
"Aku kurang mengerti tetapi didengarnya menarik hati," Kwee Ceng menjawab. "Siapa itu Sin Tayjin?"
"Dialah Sin Kee Cie," sahut Oey Yong. "Menurut ayahku dialah satu pembesar jempolan yang menyinta negara dan rakyat. Ketika dulu hari utara Tionggoan terjatuh ke dalam tangan bangsa Kim dan Gak Bu Bok terbinasa di tangan dorna, tinggal Sin Tayjin sendiri yang masih berdaya untuk merampas pulang daerah-daerah yang terhilang itu."
Kwee Ceng tahu kekejaman bangsa Kim dari
penuturan ibunya, karena ia hidup di Mongolia, ia kurang tahu. Ia kata: "Belum pernah aku pergi ke Tionggoan, maka hal ini baik nanti saja perlahan-lahan kau tuturkan padaku. Sekarang kita mesti pikirkan daya menacri obat untuk Ong Totiang."
"Kau dengar aku," berakta Oey Yong. "Kita pesiar dulu disini, tak usah kau cemas tidak karuan."
"Ong Totiang bilang, kalau dalam tempo dua belas jam ia tidak dapat obat, ia bisa celaka," Kwee Ceng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jelaskan. "Aku tanggung, kau akan dapatkan obat itu," si nona bilang.
Mendengar si nona bicara dengan sungguh-
sungguh dan juga percaya orang memang ada terlebih pandai dan cerdik daripadanya, Kwee Ceng dapat juga melegakan hatinya.
"Mungkin ia tidak akan membikin gagal," pikirnya.
Maka ia lantas layani si cantik itu minum arak dan dahar makanan sambil mereka pasang omong.
Dengan gembira, dan secara menarik hati, Oey
Yong tuturkan bagaimana caranya ia menggangtung Hong Ho Su Koay, bagaimana ia ganggu Hauw Thong Hay sampai si Ular Naga Kepala Tiga itu mendongkol bukan main.
"Bagus!" seru Kwee Ceng saking gembira.
"Memang bagus!" kata si nona. Dan keduanya
bertepuk tangan. Tanpa merasa sang tempo telah berlalu, Oey Yong lihat bagaimana secara perlaha-lahan sang mega atau kabut mulai menutupi air telaga yang putih. Dengan perlahan sekali ia ulur tangannya, terus ia genggam tangannya si Kwee Ceng, sembari berbuat begitu ia kata dengan perlahan: "Sekarang aku tidak takut apa juga"!"
"Kenapa?" menanya si anak muda dengan heran.
"Taruh kata ayah tidak menginginkan aku, kau
tentunya sudi aku ikuti kau, bukankah?" si nona tanya tanpa ia menyahuti pertanyaan orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pasti!" jawab Kwee Ceng sungguh-sungguh. "Aku sendiri, belum pernah aku bergembira seperti
sekarang ini!" Oey Yong membawa tubuhnya mendekati dada si
pemuda dan menempelkannya, maka Kwee Ceng
lantas saja merasakan ia bagai terkurung bau harum, bau yang meliputi juga antero telaga, seluruh langit dan bumi?"
Tanpa mengucap sepatah kata, keduanya saling
berpegang tangan".. Lagi sekian lama, tiba-tiba Oey Yong menghela napas. "Tempat ini sungguh indah, sayang kita bakal meninggalkannya?" katanya.
"Kenapa begitu?" Kwee Ceng tanya. Ia heran.
"Bukankah kita harus mencari obat untuk menolongi Ong Totiang?" sahut si nona.
Kwee Ceng sadar, ia menjadi girang sekali. "Ah, ke mana kita mencarinya?"
"Ke manakah perginya itu beberapa rupa obat yang dibutuhkan, yang tidak berada di rumah-rumah obat?"
Oey Yong menanya. "Tentulah semua itu dibeli oleh orangnya Chao Wang," menyahut Kwee Ceng.
"Benar!" berkata si nona.
"Tetapi tidak dapat kita pergi ke sana!" Kwee Ceng bilang. "Pergi ke sana artinya kita mengantari jiwa kita?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Habis apakah kau tega membiarkan Ong Totiang menjadi bercacad seumur hidupnya?" Oey Yong tanya.
"Jangan-jangan, karena lukanya itu berubah menjadi berbahaya, ia pun bisa hilang jiwanya"."
Darahnya Kwee Ceng bergolak. "Baik, aku akna
pergi!" ia bilang. "Tapi kau jangan turut?"
"Jangan turut" Kenapakah?" tanya si nona.
Kwee Ceng berdiam. Ia tidak punyakan alasan
untuk kata-katanya itu. Oey Yong mengawasi. "Engko yang baik," katanya perlahan. "Kau kasihanilah aku. Umpama kata kau menemui bencana, apakah kau sangka aku dapat
hidup seorang diri saja?"
Kwee Ceng menjadi sangat bersyukur dan
bergirang. "Baiklah!" katanya kemudian. "Mari kita pergi bersama!"
Keduanya lantas mengayuh, membuatnya perahu
mereka ke pinggir, setelah mendarat, mereka menuju langsung ke istana Chao Wang, ke arah belakang.
Mereka memasuki pekarangan dengan melompati
tembok. "Engko Ceng, sempurna sekali ilmu ringan
tubuhmu!" Oey Yong memuji selagi si anak muda mendekam di kaki tembok untuk memasang kuping dan mata.
Mendengar pujian itu, Kwee Ceng gembira bukan main. Merdu sekali suara si nona.
Tak lama, mereka mendapat dengar tindakan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibarengi sama suara bicara sambil tertawa. Mereka menutup mulut.
"Siauw-ongya mengurung si nona di sini, kau tahu untuk apa?" terdengar seorang menanya. "Siauw-ongya" itu ialah pangeran muda.
"Buat apa lagi!" tertawa orang yang kedua. "Si nona ada demikian cantik! Sejak kau dilahirkan, pernahkah kau melihat nona secantik itu?"
"Kau hati-hati, sahabat!" kata yang pertama,
"Melihat macammu ini, hati-hatilah, nanti siauw-ongya kutungi batang lehermu?"
Kwee Ceng lantas berpikir: "Kiranya Wanyen Kang sudah punya pacar maka juga ia tidak sudi nikahi nona Bok. Dalam hal ini, dia tidak dapat disesalkan. Cuma mengapa ia mengurung nona itu" Mustahilkah si nona menolak dan ia hendak gunai kekerasan untuk
memaksa?" Dua orang itu sudah lantas datang dekat sekali, yang satu membawa tengloleng, yang lainnya
menenteng barang makanan.
Yang membawa makanan itu berkata pula sambil
tertawa: "Siauw-ongya aneh! Dia mengurung orang, dia juga khawatir orang kelaparan! Lihat, sudah malam begini dia masih suruh mengantarkan barang
makanan"." "Jikalau tidak berlaku manis budi, mana dia dapat merampas hati si nona?" berkata yang membawa
lentera. Lantas mereka lewat, suara tertawa mereka masih terdengar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita lihat!" berbisik Oey Yong, yang hatinya menjadi tertarik. "Sebenarnya bagaimana sih cantiknya orang itu?"
"Lebih perlu kita mencari obat," Kwee Ceng bilang.
"Aku ingin lihat dulu si cantik!" kata Oey Yong, yang tertawa.
Kwee Ceng heran sekali. "Apa sih bagusnya orang perempuan untuk di lihat?" katanya dalam hati. Ia tidak menginsyafi sifat wanita. Kalau satu nona mendengar ada nona cantik lainnya, sebelum melihatnya, hatinya tidak nanti puas, kalau dia sendiri cantik, lebih keras lagi keinginannya melihatnya itu. "Ah, dasar anak kecil".!"
Luas pekarangan dalam dari gedung Chao wang
itu. Mereka berdua berjalan berliku-liku menguntit dua hamba tadi. Mereka tiba di depan sebuah gedung besar yang gelap, tapi ada yang jaga. Mereka lantas umpatkan diri, untuk mendenagri kedua kacung itu bicara sama penjaga rumah itu, yang ialah seoarng serdadu. Dia ini lantas membuka pintu, untuk
mengijinkan orang masuk. Oey Yong cerdik. Ia menjumput sebutir batu,
dengan itu ia menimpuk lentera orang, hingga apinya lentera itu padam seketika, membarengi mana ia tarik tangan si anak muda, untuk diajak berlompat masuk ke pintu.
Kedua kacung dan serdadu itu tidak menduga jelek, mereka cuma menyangka batu jatuh dari atas.
Sembari mengutuk, mereka nyalakan pula lenteranya.
Setelah membuka sebuah pintu dalam, yang kecil, berdua mereka masuk lebih jauh.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong dan Kwee Ceng menempatkan diri di
sebelah belakang, dengan hati-hati mereka menguntit pula, sampai mereka berada di depan sebuah ruang seperti kerangkeng binatang liar, jerujinya semua besi kasar. Di dalam situ ada dua orang, terlihat samar-samar seperti pria dan wanita.
Satu bujang lantas memasang lilin, yang mana ia masuki ke dalam kerengkeng. Maka sekarang terlihat tegaslah dua orang yang terkurung itu. Mengenali mereka, Kwee Ceng terkejut. Mereka adalah Bok Ek serta gadisnya, yang tadi siang mengadakan pibu mencari jodoh. Bok Ek nampaknya tengah bergusar.
Liam Cu duduk di samping ayahnya dengan kepala tunduk.
"Bagaimana dengan Wanyen Kang" Sebenarnya
dia sukai nona ini atau tidak?" Kwee Ceng beragu-ragu.
Kedua bujang itu memasuki barang makanan
berikut araknya. Bok Ek sembat sebuah mangkok, terus ia lemparkan. Ia berseru: "Aku telah terjatuh ke dalam tipumu yang busuk, kalau kau hendak
membinasakan, binasakanlah! Buat apa kamu
berpura-pura menaruh belas kasihan"!"
Belum sampai si bujang membilang apa-apa, di
sebelah luar terdengar suaranya serdadu penjaga pintu yang tadi: "Siauw-ongya baik?"
Mendengar itu, Kwee Ceng dan Oey Yong
berpaling, lalu lekas-lekas mereka mencari tempat sembunyi.
Segera juga terdengar suara membentak sari
Wanyen kang, yang datang dengan tindakan lebar:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa yang membikin Bok Loenghiong gusar" Awas, sebentar aku hajar patah kaki anjingmu!"
Kedua hamba itu lantas bertekuk lutut. "Hambamu tidak berani?" berakat mereka.
"Lekas berlalu!" membentak pula si pangeran.
"Ya, ya?" menyahuti kedua hamba itu, yang berlalu dengan cepat. Hanya setibanya mereka di pintu luar, mereka saling mengawasi dengan mengulurkan
lidahnya masing-masing"..
Wanyen Kang tunggu sampai orang telah
merapatkan daun pintu, ia hampiri Bok Ek dan
gadisnya. "Jiwi silahkan kemari!" ia berkata, suaranya sabar sekali. "Aku hendak membilangi sesuatu kepada kamu, harap kamu jangan salah mengerti."
"Kau telah kurung kami sebagai pesakitan, apakah artinya undanganmu ini"!" Bok Ek menegur. Ia gusar sekali.
"Maafkan aku, menyesal sekali," berkata Wanyen kang. "Untuk sementara aku minta jiwi harap bersabar.
Aku pun merasa tak enak hati."
"Kau boleh akali bocah umur tiga tahun!" Bok Ek membentak pula. "Aku tahu baik sifatnya kamu orang besar! Hm!"
Wanyen Kang hendak bicara pula, saban-saban ia terhalang oleh bentakan orang tua itu, tetapi ia sabar luar biasa, sebaliknya dari bergusar, ia tertawa.
"Ayah, coba dengar dulu apa ia hendak bilang,"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akhirnya Liam Cu berkata dengan perlahan.
"Hm!" orang tua itu perdengarkan suara di
hidungnya. "Nona seperti putrimu, mustahil aku tidak sukai dia"
berkata Wanyen Kang. Mendengar itu, wajahnya Liam Cu menjadi merah, ia tunduk lebih rendah.
"Hanyalah aku adalah satu pangeran dan aturan rumah tanggaku keras sekali," Wanyen Kang berkata pula. "Umpama kata orang mendapat tahu aku
mempunyai mertua seorang kangouw, bukan cuma
ayahku bisa memarahinya, malah ada kemungkinan sri baginda juga nanti menegur ayahku itu?"
"Habis kau mau apa?" menanya Bok Ek. Ia anggap orang bicara beralasan juga.
"Sekarang ini aku mau minta jiwi berdiam dulu beberapa hari di sini, untuk sekalian merawat lukamu,"
sahut pangeran itu. "Setelah itu barulah kamu pulang ke kampung halamanmu. Nanti, selang satu atau setengah tahun, setelah suasana sudah reda, akan aku nikahi putrimu ini, baik dengan jalan aku pergi menjemput ke rumahmu atau dengan minta
locianpwee datang ke mari. Tidakkah itu lebih bagus?"
kata pangeran ini lebih lanjut.
Bok Ek berdiam. Ia tengah memikir satu hal lain.
"Peristiwa ini bisa merembet ayahku," Wanyen
Kang berkata pula, sambil tertawa. "Oleh karena kenakalanku, beberapa kali ayah pernah ditegur sri baginda raja, maka kalau urusan ini sampai didengar oleh sri baginda, pastilah pernikahan ini gagal. Maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu aku minta sukalah locianpwee menyimpan rahasia."
Bok Ek gusar. "Menurut caramu ini!" katanya sengit,
"Kalau nanti anakku menikah sama kamu, untuk
seumur hidupnya ia mesti main sembunyi-sembunyi!
Dia jadinya bukan satu istri yang terang di muka umum!"
"Dalam hal ini pastilah aku akan mengatur lainnya,"
Wanyen Kang memberi keterangan. "Sekarang pun aku sudah pikir nanti minta perantaraannya beberapa menteri sebagai orang pertengahan, supaya kita nanti menikah secara terhormat"."
Wajahnya Bok Ek berubah. "Kalau begitu, pergi kau panggil ibumu datang ke mari," katanya. "Aku ingin kita omong depan berdepan dan secara terus terang!"
Wanyen Kang tersenyum. "Mana dapat ibuku
menemui locianpwee?" katanya.
"Jikalau aku tidak dapat bicara dengan ibumu, biar bagaimana, tidak sudi aku melayani kamu!" kata Bok Ek kaku, tangannya menyambar sepoci arak, yang dia timpukkan di antara jeruji besi.
Bok Liam Cu kaget dan berduka menyaksikan sikap ayahnya ini. Sebenarnya, semenjak memulai
bertanding sama pangeran itu, ia telah menaruh hati, maka juga ia senang mendengar pembicaraannya si anak muda yang ia anggap beralasan. Ia tidak sangka, ayahnya telah ambil sikapnya yang tegas itu.
Wanynn Kang geraki tangannya menyambar poci
arak itu, terus ia letaki itu ditempatnya, di atas meja.
"Menyesal tidak dapat aku menemani lebih lama,"
katanya. Ia tertawa dan memutar tubuhnya untuk berlalu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng anggap omongannya Wanyen Kang
beralasan. Bukankah si pangeran ada kesulitannya sendiri" Maka itu, menyaksikan kemurkaannya Bok Ek, ia lantas berpikir; "Baiklah aku bujuki ia?" Ia lantas geraki tubuhnya, untuk keluar dari tempat
persembunyiannya. Tapi ia tidak dapat wujudkan apa yang ia pikirkan itu. Oey Yong telah tarik tangan bajunya, untuk ajak ia keluar.
"Apakah sudah diambil?" mereka lantas dengar
suaranya Wanyen Kang, yang bicara sama satu
hambanya. "Sudah," sahut si hamba, yang terus angkat sebelah tangannya. Nyata ia mencekal seekor kelinci. Wanyen Kang menyambuti dengan kedua tangannya, tiba-tiba saja ia patahkan kedua kakinya kelinci itu, yang ia terus masuki ke dalam sakunya, setelah mana ia bertindak dengan cepat.
Binatang itu berpekik satu kali, lalu kelengar.
Dua-duanya Oey Yong dan Kwee Ceng heran
sekali. Merak lantas kuntiti pangeran itu, yang jalan memutari sebuah pagar bambu, setelah mana
terlihatlah sebuah rumah tembik putih yang kecil. Itulah rumah bermodel rumah rakyat di Kanglam. Maka
heran di dalam pekarangan istana mentereng itu ada sebuah rumah yang begini sederhana. Maka mereka jadi bertambah heran.
Wanyen Kang menolak pintu rumah itu dan masuk ke dalamnya.
Dengan lekas Kwee Ceng berdua lari ke jendela untuk memasang kuping sambil mengintai di sela-sela jendela itu. Mereka percaya mesti ada perbuatan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aneh dari si pangeran itu.
"Ma!" mereka lantas dengar suara si pangeran.
"Ya..!" demikian suara penyahutan perlahan,
suaranya seorang wanita. Wanyen Kang lantas masuk ke dalam kamar.
Untuk bisa melihat, Kwee Ceng berdua
menghampirkan sebuah jendela lain. Maka mereka lantas tampak satu nyonya tengah berduduk di
pinggiran meja, sebelah tangannya menunjang dagu, matanya mendelong. Dia belum berumur empatpuluh tahun dan mukanya cantik sekali. Di rambut dekat kupingnya dia memakai setangkai bunga putih.
Pakaiannya semua terdiri dari kain kasar.
"Mama, apakah hari ini kau kurang sehat?" tanya Wanyen Kang seraya pegangi tangan si nyonya.
Nyonya itu menghela napas. "Bukankah aku tak
berlega hati untukmu?" sahutnya.
Wanyen Kang sanderkan diri di tubuh nyonya itu, yang ia panggil ibu, agaknya ia manja sekali.
"Ma, bukankah anakmu berada di sini?" katanya, aleman. "Toh aku tidak kekurangan walaupun sebelah kakiku?""
"Kau mengacau, kalau ayahmu dengar itu, masih tidak apa," berkata si ibu itu, "Tetapi gurumu"
Bagaimana kalau ia mendengar kabar" Tidakkah
hebat?" "Ma," berkata si pangeran, tertawa, "Tahukah kau siapa imam itu yang datang menyela untuk menolongi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang?"

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapakah imam itu?"
"Dialah adik seperguruan dari guruku?"
"Celaka!" berseru si nyonya kaget. "Pernah aku melihatnya gurumu disaat ia tengah murka! Dia dapat membunuh orang! Sungguh menakutkan"!"
Wanyen Kang agaknya heran. "Pernah mama
melihat suhu membunuh orang?" dia tanya. "Di
manakah itu" Kenapa suhu membunuh orang?"
Nyonya itu angkat kepalanya, memandang lilin. Ia agaknya tengah memikir jauh. "Itulah sudah lama, sudah lama," katanya kemudian dengan perlahan. "Ah, kejadian daulu hari itu hampir aku lupa"."
Wanyen Kang tidak menanyakan lebih jauh,
sebaliknya dengan gembira, ia kata; "Ong Susiok itu telah mendesak aku, menanyakan bagaimana urusan pibu hendak diselsaikan. Aku telah menjanjikan untuk menerima baik. Asal si orang she Bok itu datang, apa yang diatur, aku terima baik."
"Apakah kau sudah bicara dengan ayahmu?" tanya si nyonya itu. "Bersediakah dia akan memberikan perkenanannya?"
Wanyen Kang tertawa. "Ma, kau memang baik
sekali!" katanya. "Dari siang-siang telah aku perdayakan orang she Bok itu dan gadisnya datang ke mari, sekarang mereka ditahan di kerangkeng di belakang sini. Mana Ong Susiok dapat mencari
mereka?" Selagi si pangeran ini demikian gembira, Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng sebaliknya bertambah kemendongkolannya dan kemurkaannya. Kata pemuda ini dalam hatinya; "Aku menyangka dia bermaksud baik, siapa tahu ia
sebenarnya sangat licik!"
Si wanita pun tidak setujui putranya itu. "Kau telah permainkan anak dara orang," katanya kurang senang,
Pendekar Super Sakti 7 Petualang Asmara Karya Kho Ping Hoo Petualangan Manusia Harimau 5
^