Pendekar Seribu Diri 3
Pendekar Seribu Diri Karya Aone Bagian 3
demikian. Ia mempertimbangkan haruskah ia memberitahukan.
Ditengah ia berpikir dirinya ditambah keheranan lagi, sebab
Angkara berkata lagi "Aku tahu kau sedang berpikir haruskah
engkau memberitahukan ku atau tidak, perlu kau camkan baik
baik, sahabat selalu ada disaat engkau membutuhkan, teman
bisa saja silih berganti tapi sahabat tetap sejati."
"Huffzz" Ryusuke menghela nafas percuma saja ia bertindak
rahasia, orang yang ada disampingnya benar lain dari yang lain,
tindakannya benar benar tak bisa diduga orang "baiklah,
percuma saja aku menyembunyikannya. Kau memang lain dari
yang lain, sebaiknya aku ceritakan dari awal. Kau suka
mendengarkan?" Angkara mengangguk
"Aku datang dari Desa Kouraningun negri matahari terbit
(Jepang), Di Negri kami ada lima aliran Ninja terbesar yang
paling disegani. yaitu Nara, emerarudo, Iga, Okazaki, dan
Fuurai, Aku termasuk Aliran Ninja Nara, disana Aku memiliki
seorang sahabat, namanya Kyoshiro, ia berencana
meninggalkan kouraningun ia ingin melepas statusnya sebagai
seorang Ninja, tidaklah mudah bagi seorang ninja untuk
meninggalkan kelompoknya menurut peraturan kami, Ninja yang
ingin melepas statusnya, akan dikejar sampai kemanapun
hingga ia mati.. tapi,.... aku tidak rela kehilangan dia, karena
Kyoshiro adalah sahabatku yang paling berharga.... diam diam
aku membawa adikku serta untuk membantuku menyelamatkan
Kyoshiro, beberapa purnama silam ada kabar bahwa ia pergi
ketanah ini. Maka kamipun bergegas kemari. " Ryusuke
mengambil nafas sebentar lalu melanjutkan.
147 "tapi tanah ini sungguh luas, meskipun aku seorang mata mata
yang cukup handal, tapi kemanakah aku harus mencari". Maka
dari itu aku memerlukan tenaga bantuan, tujuh hari yang lalu aku
bertemu dengan seorang wanita, ia mengaku bahwa ia seorang
pemimpin telik sandi., akupun meminta bantuan darinya tapi, ia
mengajukan syarat dimuka......ia meminta uang seratus keping
perak sebagai imbalan. Maka dari itu....... "
"kau...mengumpulkan uang. sementara adikmu kau suruh untuk
mengawasi pergerakan orang yang diberi tugas untuk
membunuh temanmu itu...... ketika kau dipasar tadi, melihatku
menghambur hamburkan uang kepada pedagang kau berniat
merampoku.... kau lebih suka merampoku meski resikonya lebih
tinggi daripada merampok pedagang karena kau tak ingin
menyusahkan orang lemah....benar bukan" " Angkara menebak
lanjutan dari penuturan Ryusuke.
Rysuke tersenyum kini ia telah terbiasa dengan watak orang
yang berada disampingnya. "hemmmzz.......kau memang lain
dari yang lain, kau sudah mendapatkan gelar"...." Angkara
menggeleng......"belum" jawabnya.
"boleh aku memberikan gelar padamu".... Pendekar Kijang
berbaju coklat..... bagaimana menurutmu?" Ryusuke
mengajukan usul..... Angkara merenung ia tersenyum dan
menjawab "Boleh, .. . . . Burung...elang...!" Angkara menatap
langit... Koak.... Koaakkkk,,,.... benarlah apayang
dikatannya.....terlihatlah seekor burung elang berputaran diudara
dan menukik menuju ketempat mereka berjalan...Teppp Ia
hinggap dipundak Ryusuke....burung elang itu lumayan besar,
ada kain berwarna merah yang melingkar dilehernya membentuk
segitiga. Dikakinya terlihatlah sebuah tabung bambu sebesar ibu
jari. "Gawat....Yoninshu sudah bergerak, kita harus
148 bergegas...."teriak Ryusuke dengan tegang
Angkara tetap tenang ia bertanya "Surat dari kawanmu","
"benar..........!, sebaiknya kita lari.." dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh Ryusuke melesat kemuka kemudian diikuti oleh
Angkara. mereka melesat bagaikan sebuah bayangan.....
sampai akhirnya mereka sampai diluar sebuah desa, dan
berjalan seperti orang normal. "Ryusuke sebaiknya pakaianmu
kau ganti, dengan pakaian seperti itu kau terlalu
mencolok."Angkara mengusulkan. Ryusuke sungguh
mendongkol ia balas menjawab "memangnya penampilanmu itu
tak mencolok"....." "hahaha......tapi lebih baik darimu bukan, kau
membawa pakaian orang normal....."Angkara tambah
mengolok..."gerr....emang kau pikir aku orang gila...., pakaian
gantiku ku jual, kau punya lebih" Ryusuke uring uringan "nih,,,,....
" Didepan sebuah kedai yang cukup ramai terlihatlah dua pemuda
sebaya dengan penampilan sama. Yang membedakan mereka
cuman wajah dan matanya orang pertama berwajah tampan
berkulit kuning matanya bersinar terang, dan yang kedua
berwajah tampan berkulit putih matanya sipit, mereka adalah
Angkara dan Ryusuke yang baru saja tiba disana.
Dikedai itu tidaklah terjadi hal hal yang menarik, tetapi ketika
mereka keluar dari kedai Angkara tiba tiba melesat kemuka,
membuat Ryusuke keheranan...tapi, tak lama kemudian ia ikut
melesat mengejar. Disebuah hutan yang lebat dan rimbun itu terjadilah suatu kejar
kejaran. Kelihatan lah pemuda berjubah coklat ditengah yang tak
lain adalah Angkara mengejar lima oran sosok hitam
dimuka......., Tapi tiba tiba lima sosok berbaju hitam itu berhenti.
Yang tentu saja membuat ia kaget. Cepat ia meloncat ke sebuah
149 dahan dipohon dan nangkring disana. Terdengar sebuah
bentakan keras menggelegar "Kau pikir bisa kabur dari kami
Kyoshiro...matilah kau." salah seorang yang memegang
Kusarigama (Arit berantai) setelah memutar dua kali cepat ia
membeset kebawah..... "Tunggu........" Tiba tiba terdengar suara menggelegar dari
belakang. Tahu tahu dibelakang lima sosok ninja tersebut muncul seorang
pemuda berjubah coklat lainnya yang tak lain adalah Ryusuke.
"Heh, Apa kau juga mau ikut berkhiatan Ryusuke" Cepat
minggir,..." bentak seorang ninja yang memegang Katana
dengan kedua tangannya. "sudahlah,, Ryusuke engkau pergilah...aku tahu niat baikmu itu,
tapi ini tetap peraturan..... meski aku bukan seorang ninja lagi .
aku percaya, sampai sekarangpun tanganmu tetap seakrab dulu,
seperti bunga teratai dan bunga sawi" Kyoshiro tersenyum.
Pedih hati hanji,... " Duaaarrrrr......tiba tiba sebuah bom peledak
meledak" debu mengepul....ternyata salah seorang dari Ninja
yang berpakaian hitam melemparkan sebuah bom peledak.
Itulah yang disebut dengan Kajutsu. (Tekhnik tentang bahan
peledak dan senjata api) Setelah debu menghilang kelihatanlah hanya sebuah pedang
katana tergeletak ditanah... ternyata Kyoshiro telah jatuh ke
jurang... "Kyoshirroooooooo............"teriak Ryusuke menyayat... kalian
Yoninshu jahanam hiaaattttt.....Ryusuke mencabut ktana di
punggungnya dengan kedua tangannya, lalu bergerak menyabet
bret trang Ninja Yoninshu menangkis,,.. dengan kalap kembali ia
menyerang, hiaaaatttt trang trang..., "Manusia tak tahu diri,
hiaaattttt" Ninja yang lain menyerang, sebentar saja terjadi
150 pertarungan yang tidak seimbang, lima lawan satu.
"Jika dibiarkan saja, Ryusuke pasti mati., ..." hemmmm ..
Angkara bergumam... "huh...Keroyokan... Ryusuke serahkan dua orang pengecut yang
memegang arit berantai, dan orang yang memakai pedang
pandak disebelahnya" Angkara melengking dan menerjang.....
Ryusuke tak menjawab, ia terus mencecar ninja yang
menyerangnya. "Huh...dasar pengetahuan dangkal.... jaga katana ini"teriak ninja
yang memegang katana yang dianggap pedang pandak oleh
Angkara. Ia anggap remeh Angkara. Karena bagainapun
Angkara masih belia. "Aku terima berikut rentenya, srett tep...
sungguh luar biasa katana yang sedang disabetkan bisa
ditangkap oleh jari, dengan menjepit katana dengan telunjuk
dadan ibu jarinya, angkara mengerahkan Aji halilintar Perobek
baja, srrttttt.....bagai terkena setrum saja, Ninja itu gemetar ia
kaget benar pedang yang ia pegang bagai listrik ribuan volt yang
menyerang dirinya. Sebagai ninja yang sudah berpengalaman dalam membunuh,
apalagi kelompok yoninshu merupakan murid murid utama dari
aliran Nara desa Kouraningun. Mendapat serangan seperti itu
tidak membuatnya gelagapan cepat ia lepaskan katananya dan
bersalto belakang duakali.
Melihat kejadian itu, Ninja yang memegang kusarigama
menganggap hanya sebuah kebetulan saja,... dengan sebat ia
memutar kusarigamanya sebanayk empat putaran dan
menyabetkan kemuka kearah leher.
"Putus lehermu, Putus nyawamu"teriak Ninja itu.
"Leher kawanmu, putus nyawanya" balas Angkara sambil
merunduk dan mengait rantai kusarigama itu, Crassss
151 brett.....Glutuk...Sebuah kepala jatuh menggelinding, darah
mengguyur bumi, Tanpa jeritan tanpa keluhan, benar benar
sadis...... Ninja yang memegang Kusarigama terkejut melihat
kawannya terpenggal kepalanya. Ia tak menyangka kawannya
akan ikut kearena pertarungan. Rupanya Ninja yang memegang
katana masih penasaran ia dapat dipecundangi dengan mudah...
dengan sebat ia menyerang Angkara., ia juga tahu temannya
menyerang Angkara, tapi tak pernah terlintas dari bayangannya
bahwa Angkara akan menggunakan Senjata temannya untuk
membunuh dirinya. Ketika ia sadar, ia sudah terlambat
kepalanya sudah lepas dari lehernya....
"haha....sekarag giliranmu," Angkara tertawa dan mendesak
lawannya. Sementara Ryusuke..terus terdesak... melihat Angkara dapat
membunuh salah satu lawannya semangatnya terbakar...segera
ia melipatkan serangannya
"PENGECUT PENGECUT tukang keroyokan.. Kak, serahkan
dua Orang kepada kami..."tiba tiba terdengar teriakan
melengking halus dan merdu, munculah dua sosok bayangan
perempuan cantik, dan langsung terjun kearena.
"Yumi, Hai...Ambilah, Peminpinnya aku yang pegang." Teriak
Ryusuke dengan girang. Sosok gadis yang langsing dibalut dengan kain hitam tanpa
tutup kepala langsung menyerang seorang yang memegang
kendo. Di jepun Seorang sinobi atau ninja perempuan biasa
dipanggil dengan kunoichi.
Bret.....sebuah senjata rahasia berbentuk bintang dilemparkan
Yumi., atau lebih dikenal dengan shuriken Trang trang.... orang
yang memegang kendo menangkis, kemudian mereka terlibat
152 pertempuran. Sementara itu...perempuan yang datang bersama yumi langsung
melemparkan pedangnya seraya berteriak "Pedang pemburu
nyawa" melihat serangan Ninja yang diserang cepat membalas
dengan sebuah ilmu tangan kosong yang disebut dengan
taijutsu. "Harimau menerkam sembunyi" teriaknya lantang
brett.....duarrrr..... nyata sekali kepandaian wanita yang baru
datang itu memiliki ilmu yang hebat.terbukti dengan sekali
sentakan pedang yang dilemparnya berbelok dan menyabet
leher.. untunglah Ninja itu masih dapat berkelit dengan
memukulkan tangannya pada batu dan bersalto diudara.
Daripada itu Angkara yang melihat kedatangan dua orang gadis
cantik tak mau menyiakan waktu lagi dengan sebat ia
meningkatkan kecepatan tubuhnya dan menyerang secepat
bayangan. Tahu tahu Angkara telah berada di belakangnya, dan
Jrushhhhhhhh katana milik Ninja yang telah mati menghujam di
jantungnya. Tak ada suara keluhan, tak ada suara jeritan yang
ada hanya suara bedebum jatuh tubuh dan klontrangan
Kusarigama. Hakikatnya ia tak diberi kesempatan untuk
mengelak bahkan menjeritpun tak sempat.
Lalu, ia duduk dibatu memperhatikan dua orang gadis sedang
bertarung.....ia berpaling kearah lain dilihatnya ryusuke sedang
menuju akhir pertarungan, nyata sekali kepandaian Ryusuke
lebih tinggi dari ninja lawannya. Dengan lantang ryusuke
berteriak. "Matilah kau...., " Srinngggg...craasss Aaaaaaaakkhhhhh jeritan
menyayat hati berkumandang dipinggir jurang sebuah hutan.
Bagian dalam tubuh Ninja itu berhamburan keluar, darah
berpancur laksana sebuah air terjun, usus ususny membredel
keluar, benar benar kematian yang mengerikan.
153 Ryusuke menghela nafas ia berpaling melihat pertarungan
adiknya, lalu orang yang bersama adiknya ketika ia mencari
pertarungan Angkara ia terkejut melihat dua mayat
bergelimpangan. Sementara Angkara entah kemana. Ia benar
benar kaget, bahkan ia tak tahu kapan pemuda itu membunuh
lawannya. Diliarkannya pandangan keseliling tempat itu, tak jauh dari
dirinya ia melihat angkara sedang memperhatikan pertarungan
adiknya.... Wajah angkara kadang merah, kadang tegang, lalu
tersenyum begitulah berganti ganti. Ryusuke tersenyum melihat
tingkah sahabat barunya itu, karena adiknya ada yang
memperhatikan, Ryusuke memutuskan untuk melihat
perempuan yang membantu dirinya. "Hebat sekali gadis itu...."
Ryusuke menggumam. Diarena pertarungan gadis itu tiba tiba melompat keudara dan
menari, tariannya begitu gemulai dan indah. Ninja Yoninshu dan
ryusuke Terlonggong longgong kagum, melihat indahnya tarian
diudara itu, apalagi celana gadis itu berbentuk seperti payung
(Rok) sehinggga pahanya yang putih mulus terlihat menggoda
iman setiap lelaki. Tiba tiba dari atas langit meluncur sebuah titik
kperakan "Hujan pedang Tunggal"teriak gadis itu merdu.
Jrubbbbbb Bruk Ninja Nara itu tersate sebuah pedang. Ryusuke
terbeliak matanya melihat Ninja Yoninshu itu tersate dari wajah
sampai anusnya. Ia bergidik ngeri. Dilihatnya adiknya juga sudah
mengakhiri pertarungan. Tapppp.....Ringan sekali gadis itu menginjakan kakinya di tanah
lalu menghampiri korbannya dan mencabut pedangnya
kemudian tersenyum pada ryusuke.
Dilain tempat diwaktu yang sama dengan gadis tadi menari.
Pertarungan Yumi dengan ninja Yoninshu bersenjata kendo juga
154 sedang mencapai puncaknya. Tampaklah yumi sedang terdesak
hebat, dikala yumi mundur ninja itu melemparkan sebuah paku
yang biasa digunakan dalam teknik Saimonjutsu (teknik
menghipnotis). "Jurus rahasia Mengikat bayangan jerat sukma."
Teriak Ninja Yoninshu itu. (Jurus itu adalah sebuah jurus untuk
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengikat bayangan seseorang dengan cara melemparkan paku
atau sejenisnya ke bayangan lawan. Teknik itu sama halnya
dengan teknik mentotok supaya tidak bisa bergerak. Yaitu
membuat lawan tidak bisa menggerakan tubuhnya melalui
proses sugesti pada mental lawan) sekilas terlihat Yumi akan
Kalah pada saat itu. Angkara tegang, tapi, tiba tiba dari tangan
yumi melesat empat buah Shuriken dan
trang.....jrub...jrubbb....jrubb.... Tak kepalang kejutnya bahwa
lawan akan melakukan itu. Yumi tersenyum melihat lawannya
mati dengan kematian tiga buah shuriken di tiga tempat yaitu,
dahi, leher dan dada. "Kau hebat nona....!" Angkara Antusias.
"terimakasih"jawab Yumi tersipu.
"siapakah namamu nona jelita" Angkara Merayu.
"Yumi, dan kau?"
"Angkara....." Angkara melihat Ryusuke dan gadis itu mendekat kearahnya.
"Kau juga hebat nona, Tarianmu begitu menyesatkan sukma....?"
tanpa basa basi Angkara memuji.
"hihihi....Kau terlalu memuji...lihatlah hasilmu sendiri...kau yang
paling banyak membunuh"Gadis itu menjawab. Angkara
memperhatikan gadis itu. Gadis itu berwajah cantik, usianya juga paling banter delapan
belas tahunan. Ia mengenakan baju berbentuk jubah dengan
warna kuning gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya
155 yang berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah
kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki.
Rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas
terurai ke depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada
kanan, la mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan
dari tali sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit
panjang sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati
pundak kanannya.. "Apa ada masalah dengan wajahku kisanak?" Gadis itu
bertanya. Ryusuke terdiam akhirnya ia menjawab. "kau gadis
dari tanah Antah berantah ya?" gadis itu tersentak kaget.
"benar, namaku Jelita Indria." Ia memperkenalkan diri. "Angkara"
tanpa ditanya Angkara menyebutkan namanya,
Tiba tiba Ryusuke menyela "Kau hebat Angkara....Kau
membunuh dua orang tanpa suara, sampai samopai aku tak
tahu kapan kau menyelesaikan pertarungan."
"hahaha....kau salah Ryu. Aku tak membunuh
mereka....merekalah yang saling membunuh sendiri...lihatlah...
Ninja yang itu mati dibawah tikaman pedang yang bernama
katana milik ninja yang kepalanya buntung. Sedangkan ninja
yang kepalanya buntung mati dipenggal arit berantai milik ninja
itu." Angkara menunjuk.... memang benarlah kenyataannya
seperti itu, tapi mereka tahu tanpa Dia (Angkara) melakukan
"sesuatu" mana mungkin mereka saling bunuh sendiri.
"krruukkkk...kruuukkkk"terdengar suara panggilan perut dari
Yumi. Ryusuke, Angkara dan Jelita Indria berpandangan....lalu
tertawa terbahak bahak...sementara Yumi tersipu malu seperti
kepiting direbus. 156 Disebuah Desa di dekat sungai cikaso, Desa sampar angin
Namanya. terdengar orang orang berbisik bisik dengan heboh,
bahkan kehebohan itu merambat kedesa desa sebelahnya,
orang orang persilatan dengan penasaran berbondong bondong
datang ke desa itu, mengapakah demikian?""
Di tengah tengah desa itu, orang orang Awam, maupun orang
persilatan dengan tercengang cengang melihat seorang pemuda
belia dengan pakaian dalam hitam dengan jubah coklat ketat,
jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada
seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan
dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian
depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang
berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di
dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya
terbuat dari kulit Serigala terlihat dari bulunya, sampai lutut diikat
dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari
kulit Serigala seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut.
Siapakah dia kalau bukan Jali atau Huru Hara sng ksatria
serigala, Pemuda itu sedang asyik masyuk menjajakan
jualannya, layaknya seoran pedagang. Lalu mengapakah bisa
membuat orang orang gempar?"
Terlihatlah, ternyata barang yang ia jajakan itu ternyata segala
macam barang dengan lambang Panji telapak perak. Bahkan
panji telapak perak yang biasa digunakan dalam mengambil
nyawa orangpun berserakan disana, Orang orang bertanya
tanya siapakah gerangan pemuda ini yang berani bertindak
seperti itu, Padahal didunia persilatan ini siapakah yang berani
berurusan dengan mereka. "Kisanak, Nisanak silahkan jangan dilihat saja, silahkan dibeli
barag barang rongsokan ini." Pemuda itu berkaok kaok. Sudah
157 dua hari ia berdagang disana namun tak ada satupun yang
membeli, hanya sebuah kegemparan yang ada.
"Ekh kakak pengemis yang ada dijalan sana, mari mari sini....."
Huru Hara berteriak kepada salah seorang pengemis, pengemis
itu memakai baju penuh tambalan, wajahnya lugu, mendekati
kebodohan....dengan terheran heran ia mendekati Huru hara.
"Ada apa Kisanak?" ucapnya setrelah dekat dengan Huru hara.
"Buka baju dan celanamu, Aku akan menambal yang bolong
itu"huru hara menunjuk bolongan di dekat dada dan pantat
sipengemis. "Tapi,....." "Soal biaya, kau tak usah pikirkan..aku kasih gratis untukmu"
betapa girangnya Pengemis lugu itu, memang ia tak mempunyai
uang sepeserpun untuk menambal pakaiannya.
"kau memang baik kisanak...hehe....baiklah, tapi....."
"nih kau pakai dulu."huru hara memberikan sebuah selimut
seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Pengemis itu.......
Beberapa saat kemudian....."iNi sudah...." Huru hara
menyerahkan pakaian pada pengemis lugu. Dengan tergesa
gesa Pengemis itu mmakai pakaianya.
Karena kesal tak ada yang membeli Huru hara mencOba
bercakap cakap dengan pengemis itu.
"Ekh, Siapakah namamu?"
"Luyu Manggala dan kau?" Pengemis itu balik bertanya.
"huru Hara" balas Huru hara pendek.
"Hahahah.......Pantas pantas sekali nama dengan kelakuanmu
itu?" "Maksudmu"huru hara bingung.
"Kau tahu" Kau sangat terkenal dipenjuru dunia persilatan
dengan tingkahmu yang bisa dibilang gak normal ini" luyu
158 Manggala berkata. "Apa maksudmu?"huru hara tersinggung.
"Apa kau tahu semua orang persilatan segan dan takut pada
gambar bendera bendera yang kau jual"
"bwahahaaaaa....Apakah kau juga takut dengan gambar
rongsokan, dan panji panji kecil tak berguna ini, yang lebih
pantas aku pasang dipantat kau" dengan terbahak bahak Huru
hara tertawa. Dengan panasaran Luyu manggala berdiri dan menatap
pantatnya. "hahaha.....kau memang penambal ulung sobat,
memang benar gambar panji ini lebih berguna dan pantas
menempel di pantatku ini. Dengan begini gambar ini pasti akan
dihibur farfum paling alami" lelu keduanya tertawa bersamaan,
tapi mata mereka melihat ada beberapa orang memandang
dengan api kemarahan diwajah mereka. Orang orang persilatan
semakin gaduh mendengar percakapan itu.
Huru hara tersenyum penuh arti. Melihat itu mata Luyu
manggala berkilat tajam. Sepertinya ia paham dengan apa yang
ingin dilakukan oleh pedagang belia yang satu ini. Huru hara
bukanlah orang bodoh, tentu saja ia paham maksud kilatan mata
itu., Dalam hatinya huru hara berpikir.
"Hem...meski terlihat bodoh, ternyata orang ini cerdik juga.....tak
ada salahnya jika aku menjadikannya partnerku."
"Huru hara, bagaimana kalau kita berteman?" Ajak Luyu
manggala. "Bukankah kita sekarang sudah berteman?" Huru hara menatap
wajah Luyu Manggala. Luyu Manggala meski terlihat bodoh
ternyata ia sangat cerdik, beberapa patah kata dari Huru hara
membuatnya kagum. Tak nyana seorang pedagang belia
memiliki bobot ucapan seorang pelajar. Luyu manggala tentu
159 saja paham maksud dari ucapan itu ia tersenyum dengan penuh
kekaguman. Ia paham Huru hara bukan hanya menjadikannya
seorang teman tapi juga seorang sahabat. Orang awam mungkin
berpikir, apasih bedanya teman dengan sahabat" Bukannya itu
hanya sama saja" Tapi orang orang ahli tentu saa dapat
membedakan teman dan sahabat. Teman bisa saja berganti
bergiliran seiring dengan waktu. Tapi sahabat" Ia selalu menjadi
nomor satu. Kapanpun dan dimanapun. Sahabat lebih berharga
dari seorang kekasih.....sebab bisa saja kekasih membuat kita
sakit....karena sebuah kata "CINTA" bahkan yang lebih ironisnya
kekasih bisa menjadi musuh. Lain halnya dengan Sahabat.....
"Kau pernah mendengar kabar berita akhir akhir ini Sobat" Luyu
Manggala bertanya. Sobat.....sebuah panggilan sederhana
namun memiliki begitu banyak arti.
"Berita Apa"...."
"Berita tentang Kekejaman Panji telapak perak yang saat ini
engkau perjual belikan ini?"
Orang sekitar itu cepat tajamkan pendengaran, jika anda adalah
seorang persilatan mungkin anda juga akan sama halnya
dengan mereka.... bagi kalangan rimba hijau hal apakah yang
membuat mereka begitu bersemangat" Dikalangan rimba hijau
ada sebuah pepatah tentang 6 buah malapetaka yang
menyenangkan. Pepatah itu mengatakan "Harta, Benda Mestika, Wanita, Tuak
dan Berita terbaru adalah sumber kehidupan sehari hari, burung
mati mencari makanan manusia mati karena hatrta. Orang
gagah binasa karena wanita. Rimba hijau banjir darah karena
benda mustika, Karena tuak orang gila dan karena berita baru
mereka celaka." "Hahaha.....Untuk apa takut pada kaum keroco seperti mereka,
160 Kau tahu tentang sepuluh Perguruan Merdeka?" Huru hara
menjawab. Dengan mengerutkan kening Luyu manggala menjawab "Tidak,
Baru mendenagarpun aku baru saja darimu.
"Dengarlah Sobat, Seorang Penjaga gerbangnya saja memiliki
ilmu silat beraneka ragam, kau tahu Jurus teratai membuka,
milik perguruan teratai putih, jurus rajawali sayap emas, milik
perguruan rajawali emas, jurus bintang kemukus menimpa bumi
dari perguruan bintang kemukus, 9 Jurus pedang bumi dari
perguruan pedang bumi dan Jurus golok pembunuh harimau dari
perguruan golok harimau. Nah, untuk ukuran pembantunya
memiliki dasar ilmu beladiri seperti itu, bisa kau bayangkan
seperti apa murid utama dan pemimpinnya?"
Bola mata Luyu Manggala melotot seperti gundu..... bahkan
beberapa orang yang berlalu lalang dan yang memasang
telinga, mendengarkan mendesah tak percaya.
"Kau sadar dengan ucapanmu huru hara?" luyu manggala
tergagap bahkan ia merubah panggilannya tanpa sadar.
"hahaha...tentu saja aku sadar, .....kau tahu si Ular bermata
seribu" Dari dialah aku tahu...."dengan acuh tak acuh Huru hara
menjawab.....didunia rimba hijau ini siapakah yang tak tahu si
Ular bermata seribu" Seorang tokoh muda yang meggemparkan
dengan sepak terjangnya, perguruan manapun dibuat pusing
olehnya, bahkan istanapun ia obrak abrik, tapi anehnya, semua
korbannya tak ada yang berani mendendamnya, yang lebih
hebatnya lagi seorang Adipati Rajalela juga yang merupakan
seorang raja, juga tak berani mengusiknya.
hampir semua orang mengenalnya, bahkan bila kau bertanya
kepada seorang anak kecil ia pasti menjawab "oh Ular bermata
161 seribu yang berani tidur dikamar adipati, dan seenaknya
mengubrak abrik istana itu ya!".
Bila kau bertanya kepada seorang gadis maka mereka akan
menjawab "Oh, lelaki tampan dengan jubah coklat itu ya" Aku
adalah sahabatnya" benarkah gadis gadis itu sahabatnya"
Jawabannya tidak.....! bahkan mereka tak pernah berjumpa
dengan dia. Hanya segelintir orang saja yang tahu....lalu
mengapa mereka berkata bahwa dia adalah sahabatnya"
Jawabannya satu....Mereka terkena Racun yang bernama
"GOSIP". Perempuan mana didunia ini yang tak senang
bergosip" Jika kau bertanya padaku maka ku jawab "tidak tahu".
Kau tahu wanita suka dengan "sesuatu" yang bernama "CANTIK"
"...... Mungkin seperti itulah tingkah mereka untuk
menggambarkan kesukaan wanita dalam bergosip. Orang
tertentu mengatakan "Wanita memiliki Bibir dua" ternyata
memang tidak begitu jauh dengan keadaan itu.
Tiba tiba........ "Ekh, bocah kau ngoceh sembarangan rupanya.... sepuluh
perguruan tai kucing...jangankan sepuluh perguruan seratuspun
jangan harap dapat mengalahkan kami..aku Parisada yang akan
pertama kali membunuh pemimpin mereka, katakan dimana
sarang mereka" Seorang lelaki brewokan yang Ternyata
bernama Parisada membentak.
"kami......." Akh...Jangan jangan kau Anggota Panji telapak
perak...?" Setengah berteriak Huru hara menuding Parisada.
Orang orang yang lalu lalang seketika berhenti dan langsung
menatap Parisada. Parisada kena batunya dengan tergagap ia
menjawab "Ak.....Apa Maksudmu bocah?"
"benar juga katamu Huru hara, aku juga tadi melihat ia
memandang dengan kemarahan ditahan kepadamu waktu
162 mengatakan panji ini cuman barang rongsokan." Luyu Manggala
menimpali. Semakin berkobar wajah orang orang dipasar itu. Lalu mereka
bergerak mengepung Parisada.
"Benarkah demikian Parisada?" teriak seorang yang memakai
baju loreng dengan sebuah cakar baja di tangannya.
"Pende....pendekar Cakar baja...Apa kau juga percaya dengan
bualannya...." dengan gugup Parisada menjawab, wajahnya
celingukan mencari jalan kabur. Melihat kesempatan baik Huru
hara berteriak.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"kalau jika memang kau bukan Anggota Panji telapak perak,
mengapa kau segugup itu, apalagi mencari jalan kabur....!"
ucapan itu bagaikan gugur disiang bolong ditelinga prasada,
sedangkan bagi Orang orang yang mengepung semakin
mantap. Diam diam Parisada berfikir..."Ternyata bocah ini licin
luar biasa, aku kena jebakannya.....melawan orang sebanyak ini
jelas aku takan mampu, sebaiknya aku kabur saja, selama
gunung masih hijau tak bakalaan aku kehabisan kayu bakar"
dicarinya celah untuk melarikan diri, tapi, ia tercekat...di sebelah
utara seorang wanita jelita berusia sekitar 30 tahun, berpakaian
serba kuning, jubahnya tanpa lengan warna Kuning, kain
penutup bagian dada dan pinggulnya juga warna Kuning,
bahkan pedangnya dari sarung pedang sampai gagang dililit
kain warna Kuning. Ia berdiri tegak dengan tangan siap
mencabut pedang. Di dunia persilatan ia dikenal sebagai dewi
kuning. Disebelah barat dengan angkernya seorang kakek berdiri
dengan geram kakek itu memakai baju hijau dengan caping
lebar menutupinya ia dikenal sebagi dewa hijau bercaping,
disebelah lainnya ada si pedang kilat, rajawali biru, harimau
163 tanpa taring, sikakek tua daun ilalang. Juga beberapa pendekar
lainnya,. Serempak semua merangsek mendekati Parisada tetapi, .......
"Berhenti........" dari arah langit terdengar bentakan melengking
halus dan merdu. Serentak semua orang menatap langit,
seketika wajah mereka terpengarah terlebih pendekar Rajawali
darah biru dan pendekar teratai salju. Dilangit terlihatlah sesosok
gadis berbaju merah cabai menari dilangit yang perlahan turun
kebumi. Pendekar Rajawali darah biru tentu saja mengenali ilmu
peringan tubuh yang digunakan sosok itu, ilmu peringan tubuh
itu bernama Bayangan Rajawali langit emas. Sedangkan
Pendekar teratai salju mengenali tarian yang luar biasa indah itu,
karena tak lain adalah jurus teratai langit mekar, mereka terkejut
bagaimana gadis itu mampu menggunakan sesempurna itu,
yang bahkan guru besar mereka juga belum tentu mampu
melakukannya. Ternyata gadis itu memakai cadar berwarna merah, namun tetap
tak bisa menutup wajahnya yang ayu. Dara itu berbadan
langsing namun sekal mengenakan jubah merah tanpa lengan.
Jubahnya itu tidak dikancingkan, tapi ia mengenakan penutup
dada semacam kutang namun terbuat dari kain tipis warna
hitam. Tipisnya kain membuat gumpalan montok di dadanya itu tampak
membayang dari luar. Kelihatan kencang dan menantang.
Sedangkan pakaian bawahnya berupa kain tipis warna hitam
berbelahan depan dari bawah sampai ke atas. Jika kakinya
menendang, belahan kain itu menyingkap dan tampaklah
sesuatu yang ada di balik kain itu, dipinggangnya melilit sebuah
164 selendang berwarna merah..
"Hahah....nona Anjardani Kita jumpa lagi, kau semakin cantik
saja" Huru hara berteriak......
Anjardani diam saja, tapi huru hara yakin bahwa gadis itu
tersipu, ia yakin setiap wanita pasti akan senang bila ia dipanggil
cantik. "Siapa kau nona......?" Parisada mencoba bersikap tenang.
"kau ingin tahu?"
"ya....." "Aku adalah calon pengiringmu keneraka...!"
"haha kau jangan membual Nona manis....katakanlah siapa
dirimu...." Tanpa babibu lagi Anjardani menyerang Parisada dengan
selendang yang berada dipinggulnya. "hiaaaattttt
Bukkk.....dengan telak selendang itu menghajar pundak
parisada. . . . parisada yang tak menyangka akan diserang
terkejut cepat ia mengelak, namun naas serangan itu terlalu
dahsyat untuk dielak...dengan meringis ringis ia memegangi
pundaknya. "baik, supaya arwahmu tentram di Alam sana aku beritahukan
padamu, namaku Anjardani Penjaga Gerbang salah satu
perguruan yang kau katakan tahi kucing tadi....., Aku tak punya
banyak waktu...jadi...."
"Wussstttt....Prak.....Bruukkk" tanpa ampun lagi kepala Parisada
hancur berkeping keping....dengan dingin Anjardani melanjutkan
perkataannya. "mengasolah dialam baka..."
Semua pendekar terpengarah, mereka tahu sewaktu gadis itu
melancarkan serangannya. Tapi, baru mereka akan mencegah
nyawa Parisada telah meninggalkan raganya. Kini mereka sadar
dan semakin yakin bahwa kemampuan dari sepuluh perguruan
165 golongan merdeka benar benar tak dapat diremehkan.
Tak lebih hanya dua jurus Parisada yang terkenal hanya
menggeletak tak bernyawa. Siapakah yang akan percaya jika tak
melihatnya sendiri....tapi itu benar benar terjadi...siapakah yang
akan menyangkal akan kekejaman sidara" keindahan sidara"
Kesaktian sidara" Mereka benar benar seperti baru bangun dari
tidur, bahwa mereka yang merasa jago hanya seorang yang tak
berguna" Siapakah yang salah" Ilmunya gurunya atau dia
sendiri" "Huru hara berhentilah mengoceh tak keruan, aku ambil kain dan
panji panji ini."Settt empat keping uang menempel dimeja
pemajang. "Untuk Apakah Dani?" Dengan lembut Huru hara bertanya,
"Untuk Kucing peliharaan Ketua, kain ini untuk tidurnya,.
Anjardani mengacungkan Kain itu.
"Dan Panji itu?" Anjardani berfikir sebentar.
"Untuk latihan berburu babi Oleh tuan muda" Akhirnya ia
menjawab habis itu, ia berkelebat lenyap meninggalkan bau
harum bunga yang khas. Para Pendekar mengerti ucapan itu jelas untuk menghina Panji
Telapak Perak. Sekejap itu berita tentang kegemparan yang
dilakukan Huru Hara ditiap desa manapun dia berada ia selalu
menarik minat setiap orang persilatan. Apalagi sekarang makin
santer kabar yang menyatakan bahwa Huru Hara memiliki
seorang sahabat Dungu melebihi kerbau, yang selalu memporak
porandakan orang persilatan yang berani mengganggu mereka.
Apa yang anda pikirkan dan lakukan jika anda melihat seorang
gadis cantik"... jika anda normal pasti anda akan berusaha
mencari perhatiannya bukan", begitu pula yang terjadi disebuah
166 warung makan di dekat pantai Ujung Genting ini. Semua
lelakinya pada ribut, ada yang memamerkan hartanya, ada juga
yang pasang tampang kegagahannya,
Sudah jamak bila Dimata seorang lelaki ingin menikmati seorang
wanita, Apalagi jika seorang lelaki melihat gadis semacam ini
yang mungil menggemaskan, dengan Pakaian dalamnya yang
berwarna merah muda sangat memancing perhatian, karena
pada hakikatnya baju itu terlalu tipis untuk ukuran baju dalam,
sehingga dada yang sekal itu pun terpmpang jelas, apalagi
puncaknya yang kecoklatan seakan ingin menerobos kain itu
dan sepertinya dada itu menantang orang untuk memilikinya,
rambutnya tergerai lurus sepunggung menambah
kecantikannya., Tapi anehnya gadis itu memakai jubah yang aneh yakni jubah
berwarna coklat jubah coklat ketat, memperlihatkan lelukan
tubuh gadis itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan
belahan dibelakang sampai paha, sehingga kalau berjalan atau
sedikit mengangkat kakinya paha yang indah itu akan mengintip
malu malu memancing gairah lelaki, apalagi gadis itu hanya
memakai celana dalam saja. bagian depannya terbuka
memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna merah muda,
jubah itu diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada
mengganjal disisi dua gundukan bukit didada mempertegas
besar bukit itu, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang,
sepatunya terbuat dari kulit Domba hitam sampai lutut diikat
dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari
kulit Domba Hitam seperti halnya dengan sepatunya, sampai
sikut. Lelaki lelaki disana pada menelan ludah seakan ingin menelan
gadis itu bulat bulat, semua mata tertuju pada gadis yang
167 sedang asyik masyuk tersenyum dengan sekali kali mengangkat
gelas air minumnya itu...meski ada yang berlagak sok acuh tapi
diam diam matanya suka melirik lirik. Tiba tiba .....
Gubrakkk.....Seorang Pemuda jatuh terlentang dari kursinya, tapi
tak ada seorang pun yang memperhatikan apalagi
menertawakan karena semua mata tertuju pada paha gadis itu,
ternyata tuak kekuning kuningan yang berada digelas gadis itu
tumpah dan membasahi paha mulusnya. Mungkin karena tak
tahan menahan gejolak birahinya, pemuda itu sampai terjungkal
dari kursinya.... mengapakah orang orang disana tak langsung
mempermainkan gadis itu disana" Padahal di warung itu hanya
ada seorang gadis" Lagipula mereka adalah kaum persilatan
apalagi gadis itu terlihat begitu lemah"
Ternyata disamping gadis itu berdiri dua orang yang bertolak
belakang sifatnya...... Orang pertama berwajah begitu lemah
lembut, tenang, malah terlalu tenang....sampai diwajahnya tak
ada satupun orang yang bisa menebak perasaannya. Ibarat
Kerikil tercebur kedalam lautan. Penampilannya serba putih..,
sikapnya santai, saking santainya ia duduk berselonjor kaki
diudara, seolah udara itu adalah kursinya. sedangkan orang
yang kedua, wajahnya terlihat begitu serius, saking seriusnya
sampai tak ada senyumpun dibibirnya. Ia berdiri disana, tak ada
setitik gerakpun ia bergerak. Ia berdiri tak bergeming. Padahal
mereka disana sudah hampir tiga kentungan.
"Ia datang" Dengan senyuman yang begitu memabukan lelaki.
gadis itu berkata. Suaranya bak burung nuri yang sedang
berkicau...tiba tiba ia berkata dengan lantang sembari menatap
pintu masuk. . "Selamat datang saudariku, . . . . "
"Hihi......Terimakasih saudari.....atas sambutannya.." Terdengar
168 suara lembut merdu mendayu dayu..... Jika seorang gadis dapat
meributkan satu warung, apalagi berdua"....
Dari pintu masuk munculah seorang gadis cantik berpakaian
dalam Hitam berjubah sama dengan gadis yang duduk dikursi,
hanya saja, gadis yang satu ini memakainya dengan gaya
seorang pria, yakni memakai celana panjang yang selazimnya
dipakai oleh seorang laki-laki, dan pelengkap pakaiannya dari
kulit domba putih. Meski ia bergaya seperti pria, tapi tetap tak
dapat menutupi kecantikannya yang ayu.
Ia berjalan dengan lemah gemulai menghipnotis setiap mata laki
laki yang memandangnya tak berkedip. lalu duduk dihadapan
gadis yang duduk dikursi.
"Kasturika, Bagaimana kabar kalung yang diambil gagak?"
Tanya gadis yang menunggu dikedai tadi.
"hihi...Kalung yang diambil gagak telah dibagikan kepada
anaknya...! lalu bagaimana kabar lebah yang berebut madu
dengan kupu kupu, adik Cempaka"...Ternyata gadis yang dari
tadi menunggu diwarung bernama Cempaka lalu gadis yang
baru datang adalah Kasturika si Dewi Damai Buana.
Maksud dari Kalung adalah harta milik hartawan yang dicuri,
sedangkan gagak adalah dirinya (Kasturika) lalu dibagikan
kepada anaknya jelas sekali bahwa harta yang dicurinya telah
dibagikan kepada rakyat. Mengenai Lebah yang berebut madu dengan kupu kupu adalah,
informasi yang didapatkan dari pelanggan (Lebah) sedangkan
kupu kupu melambangkan gadis yang bernama cempaka,
karena memang profesinya sebagai wanita malam.
"Telapak tangan ku telah pegal dan memang sudah bergerak,
memang telapak tangan tak bisa digerakan hanya dengan
tangan saja, melainkan dengan kerjasama anggota tubuh" ucap
169 Cempaka. Kasturika termenung. Lalu berkata
"Biarlah kutemui "KE"dai "TUA" untuk berbicara beberapa patah
kata" "hihi....Kau nakal Kak Kasturi, oh ya nampaknya pada saat pesta
nanti bakal ada sandiwara menjebak Undangan saat penjamuan.
Yang kurang hati hati bakal dikasih kue lo, kau mau datang"
Selain itu Sandiwaranya juga menggunakan macam macam alat
untuk menunjangnya dijamin seru"
Kasturika tertegun "darimana kau dapat bocoran itu ayi
cempaka.... Bukannya itu rahasia?"
"hihi.....Aku tahu dari mempelai, jadi gak bakalan salah"
"kau tahu skenario sandiwaranya"
"Tentu, ini lihatlah" Cempaka menyerahkan gulungan lontar.
Mimpipun tidak jika kaum persilatan disana mengetahui jikalau
pembicaraan dua gadis itu menyangkut dunia persilatan. Setahu
mereka dua gadis itu sedang asyik masyuk membicarakan
perkawinan sahabatnya. "Nona berdua ingin memesan apakah?" Sapa salah seorang
pelayan sambil melap sebuah baki dengan sebuah ikat pinggang
berwarna merah. "Nasi putih sebakul dan ayam panggang kecap minumannya
tuak saja., oh ya paman, bisakah paman menyampaikan kepada
pemilik "Ke"dai Tua bahwa kami mengundang ke pesta
pernikahan teman kami, dan ini surat undangannya." Kasturika
menyerahkan daun lontar kepada pelayan itu.,
"baik, nona" "tunggu...! Ambilah ini" Cempaka menyerahkan sekeping uang
perak. "Terimakasih nona, pelayan itu meninggalkan kedua nona jelita
170 itu. Yang sedang asyik brcengkrama diiringi tatapan mata para
lelaki.......... "Tuan, Tuan berilah sedikit rejeki tuan kepada kami,...." seorang
pengemis mengiba dipintu warung.... pengemis itu
menengadahkan mangkuk, mangkuk itu berwarna merah
darah.... "Ambilah, dan segera enyah dari sini, kau menghalangi setiap
pengunjung lihatlah gara gara dirimu banyak yang diam diluar, "
Seorang pelayan warung membentak dan melemparkan
sekeping uang dengan selembar daun lontar, dan sebuah kain
lap. Tanpa diperintah dua kali pengemis itu segera menyingkir,
menjauhi kedai, setelah sampai disuatu kota tiba tiba wussttt
tepp...dengan congkaknya seorang anak muda dengan
penampilan mentereng merebut mangkuk sipengemis dan
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil uangnya. "Enyah kau dari hadapanku" bentaknya sambil menudingkan jari
dijidat pengemis itu. Tangannya yang berlengan panjang
membuka sedikit memperlihatan sebuah gelang indah berwarna
merah darah, Orang orang yang melihat itu, menghela nafas panjang. Didesa
itu siapakah yang tak mengenal Tuan muda Jumantara.
"Biadab kau, mentang mentang kau orang kaya, beraninya
memeras seorang yang lemah" bentak seorang gadis yang
datang dengan dua orang pria dan seorang gadis berbaju
merah muda dengan jubah warna hitam. Gadis muda itu
menyandang pedang di punggung. Sedangkan yang membentak
itu seorang gadis baju berbentuk jubah dengan warna kuning
gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya yang
171 berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah
kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki. Rambutnya
yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas terurai ke
depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada kanan, la
mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan dari tali
sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit panjang
sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati pundak
kanannya.. "Gadis Cantik siapakah kau?" Tuan muda Jumantara. Terkejut
melihat seorang gadis membentaknya. Paras mukanya sedikit
berubah melihat seorang lelaki memakai jubah coklat dengan
perlengkapa kulit kijang, tersenyum geli melihatnya.
Tanpa mempedulikan si Gadis Tuan muda Jumantara berbalik
dan melangkah menuju rumah bordil. Sigadis tersinggung
"Keparat"Teriaknya sambil memasang kuda kuda hendak
menyerang tapi, ia membatalkan serangannya Karena Ia ditahan
seorang lelaki dengan wajah kekuningan.
"mengapa engkau menahanku kakang Angkara?" dengan
keheranan gadis itu bertanya. Pemuda itu yang ternyata angkara
tersenyum, "Kau akan mengerti nanti... Jelita!"
Dengan terburu buru Tuan muda Jumantara memasuki rumah
bordil sesampainya disana Nyi Mala datang menghampirinya,
"Selamat datang Tuan Muda?" sapanya. "aku ingin
bercengkrama dengan sikupu kupu malam" dengan angkuhnya
Tuan Muda Jumantara berkata seraya menyodorkan beberapa
uang kertas. "Kebetulan Sikupu kupu malam sedang tidak memetik bunga,
mari ikuti saya tuan.... lalu keduanya melangkah menuju kamar.
"Silahkan bersenang senang Tuan Muda." Nyi mala melanjutkan
172 langkahnya kebelakang dan menyusuri kebun bunga, bunga itu
ditanam dengan indahnya malah seakan diatur sedemikian rupa.
Nyi Mala maju kedepan dua langkah, kekiri dua langkah maju
sepuluh langkah, dengan gesit melompat kekanan sejauh dua
kaki setelah itu berjalan menyusuri bunga mawar hingga ia
sampai dipondok sederhana.
Dilihatnya seorang pemuda cakap dengan codet melintang dari
alis kiri sampai kanan dialah Sipengabar langit. "Kupu kupu
terbang membawa kabar burung" sapanya.
"Burung hinggap di pondok mungil" Sipengabar langit menjawab.
Nyi mala menyerahkan uang kertas dan kembali keruangan
kerjanya. ....................................................
"Angkara, Aku masih tak mengerti dengan kejadian tadi" seorang
pemuda memakai jubah coklat disebelahnya bertanya dan
disetujui oleh kedua temannya yang lain.
"Sudahlah, Nanti kalian mengerti, kita hampir sampai ikuti
langkahku jangan sampai salah langkah." Angkara berjalan
dengan diiringi ketiga yang lainnya. Mereka melewati kebun
bunga, hutan bambu, gundukan batu, dan beberapa kolam.
Hingga sampai disuatu pondok yang cukup besar. "Kita sudah
sampai" Angkara memecah kebisuan.
Dengan berkerut kening Angkara melihat Jelita sedang
termangu mangu melihat jalan yang barusan dilewtinya. "Ada
Apa Jelita?" Yumi bertanya. Mengejutkan Jelita
"Barisan Bunga penyesat arwah, barisan Selaksa dewa bambu
menjebak iblis, barisan cermin air gaib, dan barisan Padang
gurun tak bertepi."Desisnya. "Siapakah yang membuat barisan
kuno ini Kakang?" Jelita bertanya kepada angkara.
"Sahabatku" jawabnya singkat. Dan melanjutkan perjalanan,.
173 Mau tak mau ketiga lainnya mengikuti. sesampainya didepan
sebuah pondok mungil tiba-tiba....
"Kau sudah datang Angkara, malah membawa dua gadis dan
satu laki laki gagah kau hebat Angkara, hahaha....silahkan
masuk, silahkan masuk.." dari dalam terdengar orang berkata.
Mau tak mau ketiga sahabat angkara berubah wajahnya, kecuali
Angkara yang memang mengenal suara itu. Bagaimanapun
orang yang mengetahui kedatangan orang seperti mereka, jelas
merupakan seorang jago kosen. Angkara membuka pintu
dilihatnya seorang anak muda yang sangat tampan sedang
berhadapan dengan dua Orang tamunya yang memang
sepertinya bukan orang tanah jawa. Mereka tak lain adalah
Thian Hong li dan Thian Liong
"Sepertinya kau sedang ada tamu, ketua...!"Tanpa sungkan
Angkara duduk disebuah tempat duduk yang terbuat dari kulit
kijang. Teman Angkara bertiga terkejut tak disangkanya ketua
yang dikatakan hebat oleh seorang Angkara hanyalah seorang
pemuda sebaya mereka. "benar, kenalkan inilah Thian Hong li dan Thian Liong dari
negriTionggoan" Thian Hong li dan Thian Liong bangkit dan
memberi Hormat. "Thian Hong li dan Thian liong memberikan
hormat kepada Siwi...!" .
Ryusuke dan Yumi juga bangkit dan menjura 90o. Begitulah
mereka berbasa basi dan bercakap cakap untuk saling
mengenal diri masing masing.
Bagaimana cara Thian Hong li dan Thian Liong bisa ada disana"
Kita mundur dua hari kebelakang.
Matahari bersinar terik menyengat kulit membakar jagat raya....
awan berarak menari di angkasa raya menyelimuti seorang
174 pemuda berbaju biru dengan kuncir kuda di belakang kepalanya.
Seorang Pemuda berbaju Biru itu sepertinya baru sampai di
Desa Padanghaur itu terheran-heran menyaksikan keramaian
pada hari itu yang tidak seperti biasanya. Kemudian ia
memasuki sebuah kedai yang sangat ramai. Tidak ada tempat
kosong sehingga terpaksa dia berdiri sambil menengok ke sana
ke mari. Ia melihat dua orang lelaki yang sedang bersantap sambil
mengobrol tak henti-hentinya. Karena di situ masih ada tempat
kosong, maka Pemuda itu mendekati mereka.
"Maaf" ucapnya sambil menghormat pada kedua orang itu.
"Bolehkah aku duduk di sini?"
"silakan" sahut salah seorang sambil memandangnya.
"Terima kasih" Pemuda itu tersenyum dan duduk- segera
seorang pelayan menghampirinya.
"Tuan mau makan apa?"
"semangkok nasi dan sop sapi," jawab Pemuda itu.
Tak lama kemudian, pelayan sudah menyediakan pesanannya.
Ketika ia mulai bersantap, kedua orang di dekatnya terdengar
mengobrol lagi. "Kau sudah mendengar berita baru"."
"Berita Apa"..."
"huhhhh....." orang yang berbadan gemuk meng-gelenggelengkan kepala.
"Sepertinya dunia persilatan bakal banjir darah lagi"
"Mungkin kau benar, aku juga pernah mendegar berita yang
menggemparkan didunia Persilatan"." Temannya manggutmanggut.
"Aaakh" orang berbadan gemuk menghela nafas panjang.
"Sepertinya generasi sekarang ini bakal mengalami masa masa
175 suram." "yaah" Temannya menggeleng-geleng kepala,
"menurutmu tokoh muda yang baru baru muncul, apakah
membantu memerangi kesuraman apakah malah membantu?"
"Entahlah, " dengan murung keduanya terus ngobrol.
Pemuda itu menyelesaikan makan dan berpamitan kepada
keduanya, dengan tenang ia berjalan santai dan menepuk
pundak seorang pemuda tampan berbaju pelayan. Sepertinya ia
hendak pulang kerumahnya. Pemuda itu terperanjat, dari gerak
geriknya yang gesit dan cekatan sepertinya pemuda berpakaian
pelayan itu mengerti ilmu silat. Dengan cepat ia berpaling dan
melongo.... "Hahaha.....Kita jumpa lagi Thian Liong, Pemuda itu memeluk
Thian Liong. Dengan gelagapan thian Liong menjawab.
"Setan Cilik, kau.....Adiku, sampai murung kangen padamu.."
"Haha...bagaimana denganmu" Kangen tidak padaku"
"tidak.." "Bohong.." "Hahaha....." brukk.... Thian Liong balas memeluk Pemuda yang
ternyata Aram Widiawan itu.
"yuk, kita pulang sekarang.." ajak Thian Liong
"Bagaimana kabar Hong Moay"
"Hong Moay?" "Ah..Aaanu Maksudku Adik Thian Hong li"
"Haha,....Kau lihat saja nanti..."
Bibir ini tak bisa bicara
kala cinta sedang berkata
walau sejuta coba menyapa
ku hanya bisa tertawa Mungkin rasa itu akan pudar
176 di suatu saat yang terbakar
tapi hati ini akan trus gembira
tak pedulikan suasana terkira
Cinta yang bisa membuat manusia
menari di tengah-tengah udara
tertawa dilangit dunia tanpa ada batasannya (internet) Setangguh atau secerdik apapun seorang lelaki, jika ia
dihadapkan dengan kata "CINTA" hilanglah sudah kekagahan
dan kecerdikannya. Ia akan seperti anak yang baru lahir. Perlu
diketahui cinta merupakan senjata yang paling ampuh didunia ini
bahkan melebihi sebuah pedang, cinta juga merupakan senjata
yang paling jitu untuk membunuh.
"Kau kejam....., oh ya, aku tadi kepenginapan yang dulu, tapi
kata pemilik penginapan kau telah pindah..!"
"ya, bagaimanpun kalau nginap terus uangku bakal tekor,
makanya aku membeli sebuah rumah baru meski mungil"
Begitulah mereka terus bercakap cakap hingga mereka tiba
didepan sebuah rumah mungil yang sederhana namun asri.
Bunga bunga mekar dengan indahnya. Menghiasi seorang gadis
cantik yang sedang asyik memetik bunga....
Aram terpelongo takjub, "Bidadari bunga.." serunya tanpa sadar.
Gadis itu terkejut seketika ia berpaling dan melongo, bibirnya
yang ranum terbuka menantang. Aram terlena melihat bibir yang
indah itu. "Jangan melongo kaya kesurupan begitu, ayo masuk.." Thian
Liong geli melihat Aram seperti kehilangan sukma. Aram
gelagapan, wajahnya merah menahan malu, kepergok
perasaannya. Dengan cepat ia mengikuti Thian Liong yang
177 sudah duluan masuk kehalaman.
"Engkoh Aram...." Seorang gadis memeluk Aram. Aram
gelagapan karena dengan tersenyum penuh arti Thian Liong
menatapnya seraya masuk kerumah.
"Hong moay...kau terlihat sedikit kurus..." Aku kangen kamu..."
bisiknya ditelinga Thian Hong li.
"ak...aku juga kangen kamu Engkoh Aram."
Cup....sebuah ciuman lmbut mendarat dipipi Thian Hong li. Hati
Thian Hong li bagaikan bunga yang berada di taman nirwana,
mekar indah lembut menyentuh relung relung jiwa. Mereka
bertatapan dengan mesranya.
"mau sampai kapan kalian bermesraan seperti itu?" sebuah
suara yang lembut terdengar menyentak keduanya. Dengan
tersipu sipu keduanya melepas pelukan dan masuk keruangan.
Mereka tak sadar bahwa ada sepasang mata yang memandang
penuh kebencian dipinggir jalan.
Malam yang dingin begitu dingin membekukan tulang.
Menyaksikan dua insan yang sedang melepaskan rindu,, Mereka
duduk berdua sebab Thian Liong pergilagi ke warung tempatnya
bekerja. "Dingin ya Hong Moay?" Aram memecah keheningan.
"hihi....." Thian Hong li cekikikan.
"Mengapa engkau malah tertawa dinda" Aram mencoba
merubah bahasanya. "Dingin dingin gini enaknya ngpain ya?"
"Emmmcchh....minum kopi atau....."
"Atau apa...?" "Atau gini..." Aram memeluk Thian Hong li dan menciumnya.
"akkkhhh...kau nakal kanda.." jerit Thian Hong li manja. Mulut
bicara begini tapi tubuhnya berkata lain, Thian Hong li dengan
178 mesra memagut bibir Aram dan membelai rambutnya.
"Aku cinta kamu Thian Hong li" bisik Aram ketika mereka
mengambil napas. Tapi dibalas ciuman oleh Thian Hong li
"emmmchhhh" gumamnya.
"Aku sayang kamu Thian Hong li" Aram kembali berbisik. Yang
dibalas dengan ciuman mesra lagi.
"Emcchhh" "Bolehkah aku melakukan hal yang dulu kita lakukan sayang..."
"Lakukan apa yang kau ingin lakukan kandaku...akupun
merindukan itu...." balas Thian Hong li.
"Kapan Kakakmu pulang?"
"Besok pagi.." dengan tatapan penuh pengharapan Thian Hong li
menatap mata Aram. Wajahnya kemerah merahan menahan
sesuatu. Matanya sayu...bibirnya merah menggoda setengah
membuka seakan mengharapkan sesuatu.
"kita pergi kekamarmu saja ayuuuk....! Segera Aram
membopong Thian Hong li dan membaringkannya diranjang...
mereka berciuman dengan bernafsu, saling membelit,
menerjang menyedot, menggigit dan melepaskannya jika
mereka sudah kehabisan nafas lalu kembali bertempur. Tangan
Aram tanpa permisi menyusup kebalik pakaian Thian Hong li
dan melepaskan kaitannya. Lalu meremas gundukan yang
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada disana. Thian Hong li memegang tangan Aram dan melepaskannya.
"Kenapa?" Aram Kecewa. Thian Hong li tak menjawab ia turun
dari pembaringan. Dan kejadian selanjutnya membuat Aram tak
bisa berkata kata selain memandang dengan berdebar debar
dan kagum. Mengapakah demikian"
179 Seraut wajah yang cantik bak bidadari berdiri dengan keadaan
tanpa selembar benangpun melekat ditubuhnya, kulit yang putih
mulus tanpa cacat terpampang begitu saja didepan mata Aram
Widiawan sipemuda berusia 17 tahun.
"Sayang, ..... Aku berikan semuanya untukmu jangan menolak..!"
cuppp....emmmchhh Thian Hong li kembali mencium Aram.
Mereka kembali bertempur seru Dengan mesra Aram membelai
meremas sekehendak hatinya gunung milik Thian Hong li yang
begitu sekal. Kini Aram bebas bergerak karena tak ada lagi
penghalang tangan kirinya turun kebawah dan membelai sungai
didalam rimba dengan lembut... Thian Hong li mendesah desah
keenakan tangannya bergerak memegang dada Aram. Karena
kasihan sambil bercumbu Aram melepas pakaiannya. Malam
begitu dingin tapi mereka malah berbugil ria, bergulat saling
menjatuhkan, darah membasahi sprei suara erangan semakin
santar, suara dua buah senjata yang bertempur juga semakin
santer terdengar hingga pada suatu kesempatan mereka
mencapai puncaknya, suara jeritan melengking terdengar cairan
bening bercampur darah dari sungai didalam rimba mengalir....
membawa sejuta kenangan. Begitulah malam itu mereka kembali bertempur berulang ulang
sampai keduanya lemas dan tertidur bertindihan.
-ooooo(jumpfunk boys adventure)oooooo"Tuaknya kang....." Suara merdu yang penuh kebahagiaan
terdengar dipagi yang temaram ini membuai seorang pemuda
tampan yang baru selesai bersemadi. Pemuda itu mengambil
tuak dan menyimpannya disamping tubuhnya.
"mengapa tak diminum kang?" pemuda itu tak menjawab ia
malah bersenandung. Puisi Merah Jambu 180 Bila kau tanyakan aku Apa artinya cinta Sungguh aku pun tak tahu Ku hanya merasakannya Tapi bila kau tanyakan Cinta kah aku padamu?"
Dengan tulus kuakui Bersyukur memilikimu Jalan hidup ini temukan aku denganmu
Waktu jadi saksi, aku disini untukmu
Terkadang kau kusakiti Kau tahu itu bukan maksudku
Terkadang engkau tak peduli
Aku memikirkanmu Kita hadapi, kita bernyanyi"
Kita jalani" bersama hidup ini
"Akh kau bisa saja kakang, Aku kedapur dulu ya, mau
masak...."...gadis yang ternyata adalah Thian Hong li berkata.
"baiklah,...Hati hati, jangan sampai tersulut api" Pemuda yang
ternyata adalah Aram widiawan berkata mesra.
Didunia ini tak ada satupun kehidupan yang selamanya bahagia,
meski pikiran kita ingin berbahagia selamanya, namun bila takdir
berkehendak lain apalah daya kita....
Dengan lesu seorang pemuda tampan berpakaian pelayan
berjalan menuju sebuah rumah mungil dipinggir jalan, seorang
pemuda lain yang tadi asyik minum tuak dipintu datang
menyambutnya. "Ada apa kakang...wajahmu begitu kusut?" Aram menyapa.
"kita bicara didalam saja Aram...."Pemuda berpakaian pelayan
181 yang tak lain adalah Thian Liong menjawab. Dengan beriringan
keduanya kembali kerumah. Dan kebetulan sekali sepertinya
makanan sudah siap. "Adik, Kebetulan kakak belum makan..." Dengan wajah
tersenyum getir thian Liong berkata. Thian Hong li menatap
kakaknya dengan heran, tak biasanya kakaknya itu berwajah
demikian. Tanpa banyak bicara mereka bertiga segera mulai bersantap.
"Aku dipecat tanpa diberikan suatu alasan apapun, membuat
hati ini tak puas penasaran."Thian Liong berkata dengan berapiapi. "Apa?" Thian Hong li terkejut sementara Aram diam saja.
"Sepertinya ada yang tidak beres" Ujar Aram dengan gayanya
yang khas ketika ia berpikir.
"Menurutmu bagaimana?" Thian Liong heran
"Sepertinya ada Sangkut pautnya dengan aura negatif kemarin.."
"Aku masih belum mengerti.."
"Ketika aku datang kemari, dan melepas rindu dengan hong
Moay aku merasa seakan punggungku ditatap dengan aura
kebencian." "Bagaimana kau bisa merasakannya?"
"Aku memiliki sebuah ilmu yang bernama Aura kematian,
dengan ilmu itu, tubuhku peka terhadap Aura aura negatif. Jadi,
itu alasan ku mengetahui"
"Jadi menurut engkoh siapa?" Thian Hong li menyela.
"Entahlah....hemmmcchhh sepertinya ia berpengaruh.."
"akh, bagaimana ini" Jikalau memang ia berpengaruh, aku yakin
disemua tempat ini tak bakalan menerimaku. Sepertinya kita
harus meninggalkan desa ini.. dan menyelidiki mereka ditempat
baru..., tapi dimana?"
"Aku tahu tempat itu. Kau ikutlah denganku kalian tak keberatan
182 kan?" "Akh jadi merepotkanmu Aram."
"Bukankah kita ini bersahabat?"
"Sahabat sejati" suatu kata yang sederhana namun begitu
memiliki arti. Banyak yang mengartikan persahabatan sejati
Memiliki makna berbeda di tiap daerah Tetapi tetap satu utama
intinya Saling adil dalam memberi Tanpa ada kaitan ini lemah
tak berdaya, atau kaya miskin.
Aram merenung, dahinya berkerut. Melihat itu Thian Hong li
seakan mengerti bahwa kekasihnya sedang berpikir makanya ia
tak mengganggu. "Ada apa, sepertinya kau mendapatkan sesuatu yang buruk?"
Thian Liong bertanya, "Sepertinya hari ini ada sedikit keonaran. Sebaiknya kakang
segera menjual rumah ini. Biarkan aku yang akan menawarkan
kepada tetangga, sementara kalian lekaslah berkemas "
wussstttt setitik bayangan biru melesat kejendela meninggalkan
dua insan berbeda yang merasa sedih, kagum, bercampur aduk,
tapi tak lama kemudian mereka segera melakukan tugasnya
"Bruukkk....." suatu buntalan jatuk berdebum dihadapan Thian
Liong dan Thian Hong, sebagai orang yang melatih silat dan
memiliki indra yang peka. Mereka tahu jika tadi ada benda yang
jatuh dari udara makanya siang siang mereka sudah menghindar
dan memasang kuda kuda. Ketika mereka mendongak kelangit
tampaklah suatu bayangan biru sedang menari diudara.
Bayangan itu meliuk liuk menggapai langit,
wunggg....tep..setelah beberapa saat bayangan itu mendarat
dibumi. "Engkoh Aram kau mengagetkan kami..." pekik Thian Hong li,
183 disusul dengan Thian Liong "Sudah?" . Aram tertawa dan
menjawab. "hahaha.....beres..itu uangnya" Aram menunjuk buntalan yang
jatuh tadi. Mata Thian Hong li terbelalak melihat uang sebanyak
itu, padahal waktu mereka membeli rumah itu. Tak ada
setengahnyapun tidak. "Kau...dijjual kepada siapa?" Dengan tergagap Thian Hong li
berkata. Yang dijawab dengan senyuman indah.
"Hmm....Kita kedatangan tamu" Thian Liong berkata sambil
memandang kesebuah jalan, benarlah disana tampak tiga orang
berjalan beriringan menuju mereka,. Orang pertama seorang
pemuda berwajah cakap dengan kumis tipis diatas bibirnya,
bajunya hijau dengan sebuah kipas di pingganggnya. Orang
kedua adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh tujuh
tahunan memakai baju biru namun terlihat seperti pemuda
berusia duapuluh tahunan, seorangnya lagi adalah wanita
berusia dua puluh lima tahunan yang memiliki wajah seorang
gadis belia. "Selamat datang samwi di kediaman kami, tapi mohon maaf
tempat ini sudah bukan menjadi milik kami, sehingga tidak dapat
mempersilahkan kalian bertiga."
Wajah salah satu orang yang tampaknya adalah pimpinan
mereka kaget karena itu diluar dugaan mereka.
"Hemmm...Tampaknya kalian tidak bodoh" ucapnya sinis,.
Aram tak mempedulikan mereka dengan lagaknya yang khas ia
berkata kepada Thian Hong li "Sepertinya ada anjing yang tak
kebagian Tulang, makanya ia mengamuk membabi buta."
"Hihi.....dan sekarang anjing itu menggonggong tak keruan"
Thian Hong li cekikikan. "Anjing kurap....berani kau menghinaku hah..!" Pemuda
184 berpakaian hijau itu membentak.
"Kita sama sekali tak menghinamu atau apa, kau sendiri yang
mengaku.... mungkin benar kata pepatah, anjing selalu berkata
anjing,,!!" dengan diiringi senyuman aneh Aram berkata. Betapa
geramnya ketiga Orang itu, jelas mereka bukanlah orang bodoh,
tanpa diberitahu juga mereka mengerti itulah SENYUMAN
MENGEJEK... "Dikasih jalan surga malah memilih jalan neraka, kau memilih
jalan kematianmu bocah..." bentak Pemuda itu sengit. bukannya
marah Aram malah tertawa terbahak bahak, jangankan ketiga
lawan yang heran, Thian Hong li dan Thian Hong juga
terpengarah. "mengapa kau tertawa hah...!"
"Aku merasa geli dengan tingkahmu.."
"Ger...." rasakan ini hiaaaattt................ Pemuda berbaju hijau
menekuk kaki kanan, kedua tangannya ditarik kebelakang
dengan sekali sentakan meluncurlah sinar berwarna biru, tapi
Aram dengan santainya meliuk tanpa menggeser kakinya,
serangan itu melesat dan menabrak pohon duaaarrrr,...seketika
pohon itu berguguran daunnya lalu menjadi kuning ketika
menyentuh tanah. Berubah paras Thian Hong li dan Thian Liong.
Ketika mereka memperhatikan pohon itu, ternyata pohon itu
telah meluruk jadi debu. Sungguh mengerikan jika mengenai
manusia. "hm....Pukulan Rajawali emas meluruk gunung....., masih belum
sempurna" dengan santainya Aram mengomentari. Wajah
pemuda berpakaian hijau itu memerah malu. Baru kali ini ada
yang berani menghinanya. "tahukah kau sedang berhadapan dengan siapa, anjing kurap
hah"..dengan menahan kemarahan yang meledak ledak
185 pemuda berpakaian hijau itu garang.
"Persetan dengan dirimu, perlu ku ingatkan, kita itu seperti air
sumur dengan air sungai, satu sama lain tak saling
mengganggu.. kenapa kau seenaknya memecat sahabatku..?"
"Hahaha...itulah pelajaran bagi seorang kakak yang berani
mengijinkan adiknya yang manis untuk kau peluk,"
"hemm....apakah kau mencintai kekasihku"
"mencintai sih tidak, tapi aku menyukai wajahnya yang cantik
dan body yang aduhai"
"Anjing cabul...berani kau menghinaku..." Thian Hong merah
padam karena marah. "Haha...Adik yang manis kau semakin cantik, kalau
marah...ikutlah denganku, Aku adalah Virahin putra Panglima
Caturangga dari keraton barat. Aku yakin jika kau ikut denganku
kau akan hidup bergelimang harta juga kenikmatan surgawi
haha"... "Namamu saja aku jijik, apalagi kelakuanmu huh tak sudi aku
ikut denganmu" Bentak Thian Hong.
"kalau dengan jalan baik baik tidak bisa dengan kekerasan pun
boleh, Kalian berdua bantu aku..."
Set....Dua orang itu maju kedepan hingga tiga orang melawan
tiga orang. Aram berhadapan dengan Lelaki berbaju biru, Thian Hong li
dengan Virahin dan Thian Liong dengan Wanita cantik berumur
duapuluh lima tahunan, "daripada bertempur seperti ini, benar benar menguras tenaga,
salah salah nyawa melayang. lebih baik kita bertarung diranjang
saja Adik manis" rayu Virahin kepada Thian Hong li.
merah wajah Thian Hong li dengan gusar segera ia membuka
serangan, Thian Hong li memasang kuda-kuda, ia memajukan
186 langkah dalam posisi menyamping disertai dengan pukulan
punggung tangan dengan suatu gerak cepat kaki kiri maju
kedalam, dalam suatu loncatan disertai dengan menarik mundur
pada kaki kiri dan penutupan perlahan dengan menungkupkan
dua tangan didekat dada wussss....Blarrrr bila diceritakan
sungguh panjang tapi dalam kenyataannya itu terjadi dalam
beberapa sekian detik. Dengan kening berkerut cepat virahin membuat kuda-kuda
posisi rendah dengan kedua tangan terkepal setengah tertekuk
didepan tubuh, lalu menyambuti serangan Thian Hong li dengan
menangkis pada tangan kanan dan sambutan pukulan dengan
kepalan kiri...Des....terjadilah adu tangan dengan dialiri tenaga
dalam. Diarena lain keadaan Thian Liong pun tak begitu jauh, mereka
saling rangsek, saling libas jurus demi jurus telah mereka
keluarkan, Thian Liong segera menjinjit kaki kanannya untuk
ditarik mendekat pada kaki lainnya sambil memutarkan tubuh
berjurusan kekiri sambil diiringi pula dengan pengangkatan kaki
kiri. Tangan kiri memutar dan tangan kanan dipersiapkan dalam
suatu pemuulan dengan terkepal.
Mendapat angin, cepat cepat wanita cantik itu menyerang,
dengan tersenyum Thian Liong mengayunkan langkah kaki kiri
kedepan laju dengan kaki kanan yang mengikuti geseran gerak
kaki kiri dengan kepalan tangan kiri yang melakukan suatu
pukulan kuat dan tangan lainnya terayun keatas,....begg ulu hati
wanita itu terkena telak, cepat ia mundur tiga langkah dan
mengatur kuda-kudanya. "Ternyata kau hebat juga bocah tampan" Wanita itu berkata.
Ternyata wanita itu terlalu menganggap remeh Thian Liong,
yang akhirnya harus dibayar dengan mahal, ulu hatinya terasa
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
187 sakit bukan main. Thian Liong tersenyum, "Siapakah namamu Nona"..."
"Untuk apa aku harus memberitahumu" jawab wanita itu genit.
Thian Liong tergugu "akh..anu..emch"
"Hihihi.....kau lucu sekali tampan, baiklah namaku Cintamani
orang persilatan memanggilku Iblis pemuas berahi,". Thian Hong
melongo... tapi gara gara kelengahannya itu, harus dibayar
dengan pundaknya. sebab dengan memanfaatkan
kelengahannya itu Cintamani menerjang dengan menggunakan
sebuah jurus langit mendua bumi bersedih degg..seharusnya
yang terkena adalah dada Thian Liong, tapi bukan Thian Liong
bila harus menerima kekalahan begitu saja, ia berkelit meski
pundaknya tak bisa diselamatkan.
Sementara dipihak lain Aram melawan lelaki berbaju biru diawali
dengan adu kekerasan, keduanya sama sama tak meraih
keuntungan, tapi nampaknya Aram menang setingkat dibanding
dengan Lawannya. terbukti dengan wajahnya yang tetap tak
berubah. "Laknat, sebutkan namamu, aku tak ingin membunuh orang
dengan tak memiliki nama." garang ucapan Lelaki berbaju biru
itu. "Aram Widiawan" jawab Aram pendek. lelaki baju biru itu diam
merenung. "Pernah Apakah kau dengan Si pengecut Gunawan Widiawan
dan perempuan binal Widia seta?"
"Mengapa kau memanggil beliau dengan panggilan tak genah
seperti itu"., cecongormu itu tak sedikitpun pantas menanyakan
itu" Dengan sewot Aram menjawab.
"ciss...apa hebatnya mereka.. Hanya dengan beberapa jurus aku
bertiga dapat membunuh keduanya dengan mudah. Aku
188 Gandapura murid si Iblis Langit tak pernah sudi memandang
tinggi mereka" ejek Gandapura atau silelaki berbaju biru dengan
angkuh. Membesi wajah Aram, wajahnya memerah matang.. matanya
yang merah berkilat kilat tajam. sementara tubuhnya menggigil
menahan marah. Melihat lawannya gemetaran, Gandapura semakin sombong,
"haha.......Aku Gandapura Si Tangan Telengas takan
membunuhmu, asal kau merangkak pergi dari sini, haha"
"Keparat, mati kau....!" Teriak Aram melengking, suaranya
menggelegar bagaikan suara guntur disiang bolong. keempat
orang yang sedang sengit sengitnya bertarung terkejut
mendengar suara yang begitu kencang. bahkan pemuda berbaju
hijau memegang telinganya tak kuat menahan tenaga dalam
yang tersalur didalamnya.
Thian Liong dan Thian Hong li cepat mudur kebelakang, begitu
pula dengan Virahin dan cintamani, kini mereka menonton kedua
naga yang sedang bertarung.
Diarena pertarungan Aram memutar kedua tangan diatas
kepalanya. dan keajaiban pun terjadi, awan tiba tiba mendung,
angin bertiup dingin merasuk tulang, jika hanya itu, maka bukan
ajaib namanya, petir menyalak nyalak meraung raung
memekikan telinga cahayanya menyambar nyambar. Itulah yang
dinamakan dengan jurus Raungan Petir murka langit , salah satu
jurus pamungkas dari ilmu Halilintar perobek bumi.
Gandapura mengerti, lawan mengerahkan ilmu simpanannya,
iapun mengerahkan segenap kemampuannya.
"Hiaaaaaaaaaaaa" Teriakan melengking dari keduanya
menggelegar, dua sosok bayangan mencelat dan bersatu
189 dipertengahan jarak, "Breetttt werrr jlegarrrrr Duaaarrrrrrrrr"
beriringan dengan menyambarnya petir dua buah tenaga sakti
bertemu diudara,. Empat buah bayangan sosok manusia mencelat terhempas
tenaga sakti, pohon pohon mencelat tercabut dari akarnya,
bagaikan topan prahara melanda tempat itu, semua yang berada
dalam jarak duapuluh tombak semuanya berantakan, debu
mengepul tinggi,.... Penduduk sekeliling tempat itu siang siang sudah mengunci
rumah mereka, mereka benar benar ketakutan. sementara kaum
rimba hijau berdatangan ketempat itu, mengintip dari jauh.
Dibalik kepulan debu dua sosok bayangan biru saling menerjang
juga saling melibas. tampaknya keduanya tak ada yang mau
mengalah, entah berapa jurus mereka saling bentrokan tenaga,
dari saling adu bentrokan tenaga, kini mereka merubah siasat
bertarung dengan kecepatan,..... yang tampak kini hanya dua
bayangan biru saling bertemu dan saling terpisah, keduanya tak
bisa dibedakan mana Aram dan mana Gandapura., memasuki
ratusan jurus tiba tiba keduanya meloncat mundur.
Tak jelas siapakah yang akan memenangkan pertarungan hidup
mati ini, Baju bagian dada Gandapura sobek, mulutnya
berdarah, nampaknya ia sudah terluka dalam yang cukup parah.
dilain pihak Aram juga tak beda jauh dengan Gandapura, meski
mulutnya tak mengeluarkan darah, namun sepertinya ia juga
terluka tidak ringan, hidungnya mengucurkan cairan merah.
Dengan memasang kuda-kuda kembali Aram segera menaikan
kaki kanan sambil melakukan gerak putaran dengan tangan
kanan yang berjurusan dari bawah keatas dari arah luar dengan
tangan kirinya ditarik didepan dada sambil menghimpun tenaga
dalamnya. 190 Dilain pihak Gandapurapun tak kalah sigapnya meski sambil
menahan sakit dadanya yang sesak, ia segera memasang kuda
kuda tenaga dalam selaksa racun langitnya dikerahkan sampai
sepuluh bagian, dengan menurunkan kaki kiri kearah samping
kiri, tangan kanan segera digerakan menyilang didada
sementara tangan kirinya diturunkan sejajar dengan ikat
pinggang, Dari cepat, kini mereka berubah dengan tenang, saking
tenangnya, gerakan demi gerakan bahkan anak kecilpun
sanggup melihat gerakan seperti itu, tapi, jangan salah...semakin
tenang, tenaga dalam yang dikeluarkan justru semakin dahsyat,
kerikil kerikil berterbangan diudara seakan tak ada gravitasi
bumi. Dari penjuru barat Aram mendorongkan tangan kanannya
dengan gerakan secepat siput berjalan, begitu tenang jangankan
suara, anginpun seakan tak sudi menyingkir dari dorongan itu.
setelah tangan kanan sampai didepan tangan kiri melakukan
tangkisan serangan dari Gandapura yang memukul dengan
tangan kiri yang menyilang kebawah dengan punggung
tangannya. Setelah dua tangan beradu, mendadak langit yang mendung
dengan sekali kali salakan petir menurunkan hujan rintik-rintik
"Blaaaarrrrrr" Jlegar....jlegarrr.... petir juga tiba tiba menyalak
menyemarakan suasana, dari kubangan arena munculah
sebuah angin Prahara. Sesosok bayangan biru mencelat kepenjuru selatan. semakin
bertarung semakin heran dan geramlah Gandapura segera ia
menekuk pinggang memasang kuda-kuda terus melontarkan
pukulan Racun langitbertebaran , kali ini bukan saja dia
mengerahkan seluruh kekuatannya, sebaliknya Aram hanya
191 menggunakan sepuluh bagian tenaganya, adalah jamak kalau
Aram yang dirugikan. mungkin gara-gara ia kalap dibutakan
dendam, ia harus membayar dengan mahal meski selembar
jiwanya tak melayang. segera Aram menenangkan hatinya,
sambil menggerung dia gerakkan kedua tangan seraya menarik
napas, "Lihat serangan-" Ditengah bentakan, tubuhnya terapung keatas,
ditengah udara dia kebas sepasang lengan baju kebelakang
hingga tubuhnya meluncur seperti anak panah yang dilepaskan
dari busurnya, tubuhnya melengkung kedua tangan bergerak.
Suara "plak-plok" dan ledakan tenaga sakti juga ajian ajian
terdengan nyaring berkumandang di angkasa, damparan angin
pukulan sedahsyat gunung gede menindih menerpa kearah
Gandapura Gandapura sudah lama berkelana di Rimba Hijau
pengalamannya luas, kalau tidak ribuan, juga ratusan kali
bertempur menghadapi lawan tangguh, namun belum pernah
dia menghadapi lawan muda setangguh ini, serangan lawan
menuntut dirinya untuk memboyong seluruh kemampuannya dan
telah memeras seluruh tenaganya, kini lawan menyerang
sedahsyat gunung, bila dia angkat kepala, bayangan telapak
tangan sebanyak itu mengaburkan pandangannya. itulah yang
dinamakan dengan jurus telapak kilat membelah gunung.
Pengalaman berkata dan sudah menjadi kenyataan bahwa olah
kanuragan lawannya meski masih muda namun memang lihay
maka dia tidak berani melawan secara kekerasan lagi, dia undur
dua langkah sembari memutar badan.
Sebelah tangan menepuk balik sementara tangan yang lain
didorong miring keatas balas menggempur kearah Aram. namun
dengan mengandalkan kegesitannya dengan mudah Aram
192 menghindar dan balas menyerang Gandapura kembali diserbu
oleh bayangan telapak tangan"Blang" dengan telak batok kepalanya kena tamparan keras,
seketika kepala pusing mata berkunang-kunang.
Memanfaatkan itu Aram segera susuli serangan dengan sebuah
jurus yang luar biasa dahsyat, jurus itu adalah sebuah jurus yang
kali pertamanya ia bertarung dengan gandapura yakni Raungan
Petir murka langit. Pendekar Golongan putih yang bersembunyi mencaci, mereka
beranggapan menyerang orang yang sudah tak berdaya
bukanlah perbuatan ksatria, lalu mengintip orang yang bertarung
apakah juga merupakan sikap ksatria"
Seandainya yang bertarung dengan Gandapura adalah
pendekar golongan putih, mungkin ia ada harapan hidup, tapi
sayang, sungguh disayangkan ....Aram Widiawan bukanlah
seorang dari golongan putih, saat tersadar dari pusingnya
Gandapura terkejut ketika sebuah pukulan berada sejari
didadanya, menjeritpun tak lagi sempat, apalagi harus
menghindar. "DUAAARRRRRR........." "JELEGAARRRRRR.........."
WUUUSSSSTTT...BLAAARRRR...............!!!
Bumi dan langit kini disibukan lagi dengan sebuah ledakan ajian
dan tenaga sakti yang bergabung.....
Debu bagaikan selimut bumi...
Pohon-Pohon bagaikan anai-anai yang bertebaran..
Burung kini enggan berkicau..
Langit masih juga kelabu...
berlomba dengan jeritan jeritan petir...
Ketika semua kembali normal, debu-debu telah jatuh kebumi,
petir berhenti meraung raung dan kegelapan mulai menghilang,
193 diatas kubangan selebar lima tombak berdiri seorang pemuda
tampan berbaju biru dengan rambut kuncir kuda mematung
memandang angkasa. didepannya seonggok tulang tengkorak
berserakan. Dua tiga cairan bening jatuh kepipinya, " Ayah, Ibu ananda telah
menghabisi satu pembunuh kalian" dengan tersendat ia
menggumam "Kakaaaaaang" Seorang wanita berteriak melengking.
Dengan terseok-seok wanita itu melangkah mendekat kedalam
kubangan dan segera meratapi kakak seperguruannya yang
telah menjadi seonggok tulang karena hempasan jurus Raungan
Petir murka langit. "Kau harus membayarnya dengan nyawamu" Hiaaaaatttt dengan
kalap wanita itu menerjang meski tubuhnya masih sempoyongan
sebab masih terluka parah karena hempasan angin akibat
hempasan dua tenaga sakti.
Dingin-dingin saja Aram menyambuti terjangan Cintamani, ia
hanya menepiskan ujung lengan bajunya "Wusss" Seberkas
sinar keperakan melesat kearah dada Cintamani.
Cintamani terkejut, ia ingin menghindar tapi apa dayanya,
serangan itu datang begitu cepat, tak sempat ia memejamkan
matanya serangan itu sudah menimpa dadanya
"Dukkk...Aaaaakkkhhh" jerit lengking terdengar dari Cintamani,
ia terpental menumbuk dinding tanah yang telah berkubang.
"Saat ini, Aku tak akan membunuhmu tapi, aku akan
menyampaikan tantangan kepada gurumu. ingatlah jurus yang
aku gunakan bernama Ajian Birahi kematian."
Pucat wajah Cintamani, sebagai golongan hitam ia tahu apa itu
Ajian Birahi kematian, ilmu itu adalah sebuah ilmu dari golongan
194 hitam yang beberapa tahun telah menghilang dari peredaran
dunia persilatan. Barang siapa yang terkena ilmu itu, maka birahinya akan
memuncak sepuluh kali lipat tapi, jika ia melampiaskan birahinya
itu maka ia akan mati dengan keluar darah dari tiga belas
lubang. (mata, hidung, telinga, puting susu, mulut, pusar,
kemaluan, anus dan pori-pori).
Cintamani heran bagaimana orang dari golongan putih,
menguasai ilmu itu, tak tahan ia bertanya.
"Bukankah engkau adalah dari Golongan Putih, bagaimana
engkau menguasai ilmu itu?"
"Salah, Aku bukanlah dari golongan putih"
"Hah...! Jadi engkau dari Golongan Hitam?"
"Juga bukan..!"
"Ap....Apa kau ketua dari salah satu perguruan golongan
merdeka." "Bukan, mereka hanya temanku.. pergilah sebelum aku berubah
pikiran dan menguliti tubuhmu."
"Tap...Tapi..."
"Aku Paham, saat pertemuan di Lembah kematian aku akan
menyembuhkanmu. Gembira Cintamani mendengar itu, dengan
menahan sakit ia berdiri dan dengan terbirit birit Cintamani
melarikan diri kearah selatan.
Aram menghela nafas panjang, "Jika kau masih hidup" ujarnya
pelan setelah Cintamani tak lagi terlihat. lalu dengan sekali enjot
ia sudah berada disamping Thian Liong dan Thian Hong li,
"Mari kita pergi, nampaknya disini sudah kedatangan tamu
tamu." Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh mereka menyambar
buntalan yang mereka siapkan, dan menghilang diantara rumah
195 rumah penduduk. Didepan sebuah penginapan dua pemuda dan satu pemudi
melangkah masuk dengan santai.
"Ada yang bisa saya bantu tuan tuan" Sapa seorang pelayan.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adakah kamar yang mirip sebuah pondok mungil?"
"Ada...Ada, Apakah yang ada tamannya atau tidak?"
"Saya memesan keduanya paman"
"Mari,, mari saya antarkan"
Ketiganya memasuki penginapan itu, dan melangkah ketaman,
lalu melewati sebuah rumpun bunga, bambu, gundukan batu dan
beberapa kolam, tanpa sadar Thian Liong dan Thian Hong li
mengikuti langkah langkah Aram, hingga mereka sampai
disebuah pondok mungil. Dengan tenang Aram masuk kedalam dan mengajak kedua
temannya kedalam. mereka bercakap cakap asyik hingga
mereka mendengar langkah kaki.
"Satu....Dua..tiga...Empat..." Thian Hong li menghitung.
"Dua Gadis muda, dan Dua pemuda" Ralat Aram.
^^^^^(one)^^^^^ "Cucuku..., Melati" sebuah suara serak terdengar bergetar.
Seolah merasa berat dengan apa yang diutarakannya itu.
"Hari ini, genap sudah empat tahun kau tinggal bersama kami.
Dan semua kepandaian kami telah diturunkan kepadamu,
hingga tidak ada lagi yang dapat kami turunkan padamu!
Rasanya sudah waktunya eng-kau turun ke dunia ramai untuk
membasmi kejahatan yang akhir-akhir ini merajalela! dan
mencari musuh-musuh Orang Tuamu"
'Tapi, Kakek.... Ini..., ini," gadis yang dipanggil melati tak mampu
menerus-kan ucapannya. la terharu sekali dengan kebaikan dan
kasih sayang yang dilimpahkan Kakek dan nenek angkatnya
196 sekaligus gurunya selama ini.
"Sudahlah, Cucuku! Esok sebelum matahari terbit, kau sudah
harus berangkat!" Ujar Ki Dewa pedang tegas.
Melati membisu Rasanya memang berat untuk mening-galkan
orang tua itu sendirian di sini. Tapi mengingat bahwa kejahatan
telah merajalela, bahkan mungkin juga ada anak yang senasib
dengan dirinya akibat pembantaian dengan intrik yang sama
halnya dengan yang terjadi pada dirinya. maka gadis itu harus
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya itu.
"Nah! Sekarang, Kakek dan Nenek akan bersemadi dan tidak
ingin diganggu lagi!" Ujar Nyi Sateja sambil melangkah
meninggalkan Melati yang duduk termangu itu.
Beberapa saat kemudian, Melati tersadar dan segera berlari.
Dikejar guru-gurunya itu, dan langsung bersimpuh di hadapan
kakek dan Nenek itu. "Kek...,Nek..." ucapnya serak, sambil memeluk kedua kaki Nyi
Sateja. Setelah mengusap-usap kepala Melati, Nyi Sateja dan Ki Dewa
pedang ber-gegas meninggalkan tempat mondok yang biasa
mereka gunakan saat menggodok melati. Mereka tidak ingin
menunjukkan kesedihannya yang malah akan memberat-kan
langkah muridnya nanti. Mentari pagi bersinar malu malu dibalik himpitan dua bukit,
burung"burung berlomba mencari makanan, siulan merdu dari
mulut mereka bersahut sahutan mengiringi seorang gadis
dengan pakaian kelabu dan caping lebar dikepalanya.
Ia berjalan dengan tenang menyusuri jalan setapak yang entah
menuju kearah mana. tapi, gadis itu tetap langkahkan kakinya
sambil menenteng pedangnya, Dari gerak-gerik si gadis, orang
197 berpengalaman dapat menduga kalau gadis itu bukan seorang
wanita sembarangan. Gadis itu berjalan tidaklah sendirian, didepan dan dibelakangnya
mengekor puluhan orang-orang yang mungkin juga berasal dari
Rimba hijau menilik dari penampilan mereka.
"Eyang, boleh Saya bertanya?" sapa si gadis pada seorang
kakek-kakek yang juga berjalan dengan santai. lelaki paruh baya
itu mengenakan pakaian serba putih dengan hiasan bulu burung
jalak di ikat kepalanya, tak salah lagi dialah salah seorang datuk
silat dari golongan putih yakni kyai jalak atau biasa dipanggil
Pendekar Burung Jalak Kakek -kakek itu menoleh dan memperhatikan gadis yang
menanya, dengan seksama. "Silahkan.." "Rombongan apa ini" apakah ada sesuatu yang luar biasa
sehingga paman dan orang-orang ini mengadakan perjalanan
bersama.?" Kakek itu tersenyum sesaat, tapi wajahnya kembali agak
mendung. "Kalau melihat dari gerak-gerikmu, aku yakin kau ini termasuk
orang persilatan." "Memang benar!"
"Jadi, mengapa kau tidak tahu apa artinya rombongan besarbesaran ini" apalagi dirimu ikut dalam iring-iringan bersama
kami!" "Saya memang tidak tahu Eyang.. saya hanya menurutkan
langkah kaki ini saja, apalagi saya sama sekali tidak mengenal
daerah ini, saya pikir bahwa inilah satu satu jalan menuju desa
terdekat " sahut gadis itu Jujur.
"Sebenarnya apa yang terjadi Eyang?" tambahnya
198 Kakek itu menghela nafas panjang. diperhatikannya wajah gadis
bercaping tadi, Gadis itu mengerti, segera ia lepas capingnya dan munculah
seraut wajah yang cantik khas Desa Parahyangan.
Setelah melihat bahwa gadis itu berkata jujur kakek itu berkata.
"Hm.. baiklah, tak ada salahnya kuceritakan padamu.
menurutmu perkumpulan manakah saat ini yang paling
berpengaruh?" Sikakek balik bertanya.
"Apakah Panji Telapak Perak?" dengan hati hati gadis itu
berkata. "Benar....Engkau benar sekali.. Anak manis.."
"Apakah kalian mencari kematian?" terbelalak mata gadis itu...
"Tak ada pilihan bagi kami anak manis, jika kami menolak hadir
nyawa keluarga kami, bakal melayang."
"Intinya, semua orang takut...?"
"Jika hanya aku, nyawa yang hanya selembar ini melayang toh
tidak jadi masalah... ketahuilah sebenarnya rombongan kami ini,
bukan dari satu perguruan atau perkumpu?lan yang sama.
Hanya saja, karena kami datang dengan tujuan yang sama,
maka dalam perjalanan kami bergabung."
"Bergabung untuk apa?"
"Berjuang menyelamatkan keluarga yang ditawan." menjawab
kakek itu... Gadis itu mengangguk angguk mengerti,...
"Manusia memang berbeda beda sipat, ada yang memandang
kematian seolah pergi kerumah, ada juga yang menganggap
kematian seolah pergi ke neraka."
"Maksud eyang, apakah ada diantara iring iringan yang hendak
bergabung dengan mereka?"
"Kau memang pintar anak manis,...bolehkah aku bertanya,
199 kemanakah sebenarnya tujuanmu anak manis?"
"Saya tak memiliki tujuan tertentu eyang, seperti yang tadi saya
katakan...saya pergi kemanapun mengikuti langkah kaki ini,
mengenai rencana mungkin ada,"
"Kalau begitu, apakah rencanamu?"?"
"Saya, ingin bertemu dengan sahabat saya eyang"
"kalau begitu, ikutlah denganku barangkali disana engkau
menemukannya, bagaimanapun juga semua orang persilatan
telah diundang kesana."
"Baiklah...Siapakah Namamu Eyang?"
"Aku biasa dipanggil Kyai jalak oleh teman-teman persilatan,
haha....aku lupa menanyakan siapakah namamu anak manis?""
"Melati..." ***** Lembah Kematian, sebuah lembah mati yang dikelilingi tebingtebing tinggi nan terjal.....
Tempat itu terletak disebuah hutan rimba yang jarang dimasuki
manusia., ditempat itu, tidaklah ada pohon lain kecuali, sebuah
pohon mati sebesar tiga pelukan orang dewasa. sekelilingnya
hanya rumput setinggi mata kaki.
Tempat yang jarang terinjak manusia itu kini bagaikan sebuah
lapangan tempat berkumpulnya manusia, sekitar satu setengah
jutaan manusia bertebaran disekeliling sebuah panggung besar
disamping sebuah gua, sekeliling itu dijaga oleh beberapa ratus
jiwa yang sepertinya prajurit dari Panji Telapak perak.
Dengan angkernya, mereka berdiri menenteng berbagai macam
senjata. wajah mereka tertutup dengan sebuah topeng berwarna
perak. dengan pakaian yang sama yakni. HITAM.
"Kita sampai" suara seorang kakek-kakek kepada orang yang
berada disampingnya. 200 "Hemm.....nampaknya bakal ada pembantaian besar-besaran
Eyang," jawab seorang gadis. wajah gadis itu tak nampak sebab
ditutupi sebuah caping lebar. namun dilihat dari lekukan
tubuhnya yang menggoda setiap insan lelaki, sepertinya gadis
itu berwajah jelita. "haha..... kau memang seorang gadis pintar, diberi tahu satu,
kau tahu tiga.........."
"Akh, Eyang...."Tersipu Gadis itu....
"Mari, kita kesana..."
Dengan beriringan keduanya melangkah ketengah lapangan dan
menuju kebarak disebelah selatan., kedatangan mereka ternyata
menjadi sebuah pusat perhatian,
"Selamat datang Kyai Jalak " sapa seorang pendekar
bercambang lebat. "Bagaimana kabarmu Cambang beringin" Jawab seorang kakek
yang ternyata adalah Pendekar burung Jalak.
"Siapakah Pendekar wanita yang bersamamu Kyai" Seorang
pemuda tampan dengan jubah kelabu bertanya. didunia
persilatan ia terkenal sebagai Pendekar Pedang Surya
sedangkan nama aslinya adalah Waranggana.
"Namanya Melati, julukannya aku tak tahu...." Kyai jalak
menjawab. Tak lama berselang Kyai Jalak terlibat obrolan ringan dengan
berbagai orang pendekar. karena memang selain terkenal akan
ilmu silatnya, ki Jalak juga terkenal akan keramahannya.,
sebenarnya Ki Jalak bukanlah orang asli tanah jawadwipa,
melainkan dari sebuah pulau lain yang bernama pulau
DEWATA. Tak lama setelah rombongan Kijalak datang, munculah
201 beberapa rombongan lain yang nampaknya akan menghadiri
acara itu..... Dilain tempat, disebuah istana didalam gua dilembah kematian
tampaklah suatu pemandangan yang begitu mendebarkan dada
juga membakar birahi dan membuat orang mengkirik karena
ngeri. Mengapakah demikian" Disebuah Ranjang yang mewah duduk
bersandarlah seorang Lelaki paruh baya yang bertelanjang
bulat, ia bersandar didada seorang gadis berusia kira kira
sembilan belas tahun yang juga tanpa selembar benangpun.
Disamping kanan dan kirinya duduk beberapa gadis yang
telanjang bulat, usia mereka sebaya. Mereka sibuk melayani
lelaki paruh baya itu sambil tertawa jalang. Ada yang memainkan
puting dada, Ada juga yang asyik menggosok gosok bukit
kembarnya di paha atau betis ada yang menari sambil duduk
diatas pangkal paha, ada yang sibuk menyuapi makan, juga ada
perempuan yang sibuk menggosok gosok dadanya ditelapak
kaki lelaki paruh baya itu.
Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan
tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih.
Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih
yang menjuntai sampai punggungnya. diperutnya terdapat garis
yang melingkar kemudian ke dada kanan dan kirinya lalu kearah
tangannya yang memutih keperakan.
Disudut lain terdengar jeritan jeritan ngeri, jeritan kesakitan, ada
juga jeritan ketakutan. Mengapakah" Ternyata disana sedang
ada penyiksaan terhadap beberapa manusia. Dari yang paling
ringan sampai yang paling berat atau kematian. Yang paling
ringan ternyata adalah dirajam dengan cambuk besi yang
202 membara. Beberapa manusia sedang digantung diudara dalam keadaan
polos, beberapa manusia yang merintih rintih bahkan menjerit
ketika beberapa anggota tubuhnya dicacah ataupun dicincang
hidup-hidup. Kaisar Iblis memang orang yang kejam... menikmati jeritanjeritan kematian adalah salah satu kesukaannya.... lalu,
bagaimana dengan gadis gadis itu".... Pada awalnya merekapun
sama halnya ketakutan bahkan mungkin akan terkencingkencing dicelana melihat kejadian itu, apalagi bila ia melihat
kaum sejenisnya yang disiksa dengan memasukan pedang/gada
ke kemaluannya. Seperti kata pepatah, Bisa karena Biasa, begitulah yang terjadi
mereka, karena terlalu sering disuguhi kejadian seperti itu,
lambat laun hatinya terbina, maka dari itu, akhirnya mereka
menganggap kekejian yang tak berperikemanusiaan itu adalah
suatu pertunjukan yang monoton.
Entah salah apakah mereka, hingga mereka mengalami hal
yang mengerikan seperti itu. Sedang asyik-asyiknya bersenangsenang dengan para dayangnya, lelaki setengah baya itu
dikejutkan dengan kemunculan seorang kepercayaannya.
"Hamba menjumpai Yang Mulia Kaisar Iblis.." Seorang Pemuda
yang memakai pakaian serba putih keperakan mensoja.
"Ada apakah Adiraja sehingga engkau sendiri yang harus
menghadap." Lelaki paruh baya yang dipanggil kaisar iblis
menjawab. "Datuk delapan penjuru telah hadir...."
Kaisar Iblis mengerutkan kening, "Bukankah itu salah satu siasat
kita....".... "Memang,.....Tapi," Adiraja ragu-ragu.
203 "Teruskan....!"
"Saat ini si sinting dari Timur Ki Asmaradanu tak nampak batang
hidungnya, bahkan Pasukan Telik Sandi tak dapat menemukan
dia, ketika Sisinting dari Timur bertemu dengan seorang pemuda
berjubah coklat dengan Perhiasan Kulit Rubah mereka
kehilangan jejak disebuah bangunan kuno, tampaknya telah
muncul seorang tokoh baru selain, yang aku ketahui."
"Hemm......, Pemudah berbaju coklat....." Desis Kaisar Iblis.
"Braaaakkkkk....." Sebuah meja hancur berkeping keping dilanda
kemarahannya. perempuan-perempuan yang tadi bersenangsenang kini ketakutan, dengan sigap mereka membereskan
patahan meja dan pergi keluar ruangan.
"Bagaimana dengan Ketua Perguruan Golongan Merdeka yang
telah berani terang-terangan memusuhi kita. hemmm... tadi kau
bilang, beberapa pendekar muda dengan jubah coklat, siapakah
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka" " "Entahlah, yang pertama bernama Angkara, ciri cirinya ia
memakai peralatan dari Kulit Kijang, ia selalu bersama temannya
dari negri asing, yang kedua seorang yang bernama Huru hara
ciri-cirinya ia memakai peralatan dari kulit srigala dengan
temannya yang bernama Kerbau manggala, juga berpenampilan
sama, hanya peralatannya terbuat dari kulit kerbau. yang ketiga
dua orang perempuan memakai ciri-ciri dari kulit domba, lalu
yang keempat bernama Amuk Samudra,ciri-cirinya ia memakai
peralatan dari kulit kulit buaya, selama ini dia mengacaukan
lautan, bajak laut diporak porandakan, mungkin hanya ia yang
bekerja dilautan. yang kelima ia bernama Murka semesta, ia
memakai peralatan dari kulit Ular, bahkan kabarnya, Sipengabar
Langit juga berpakaian sama, namun ia memakai peralatan dari
kulit harimau, lalu sekarang muncul lagi orang yang memakai
204 peralata dari kulit Rase..... Mengenai Sepuluh Peruruan itu,
hamba telah membuat suatu kejutan bagi mereka....."
"Hemmm,,,,, ceritakan rencanamu...."
"Hamba menjadikan pihak mereka sebagai kambing hitam
dengan pihak kerajaan, hamba yakin.........."
Begitulah, mereka berbincang-bincang mengenai siasat yang
dijalankan orang kepercayaan dari Kaisar Iblis....
Suara teriakan, bisikan, dan lainnya terdengar memekikan
telinga siapapun yang mendengarnya, bila anda melihat dan
mendengar satu juta jiwa berteriak apakah yang terjadi".......
Kejadian Hari ini, adalah kejadian paling menggemparkan dalam
dunia persilatan, bukan hanya dari tanah jawadwipa saja yang
menghadiri kejadian ini, bahkan dari negri lainnya seperti
Swarnadwipa, Malaya (Malaysia dan Singapura), Gujarat, Mesir,
Tionggoan, Jepun dan beberapa negri lainnya.
Mereka berkumpul dan bergumul menjadi satu berdasarkan
golongannya, Dibarak Selatan adalah tempat golongan Putih,
Dibarak Utara adalah tempat para Golongan Hitam. dan
ditengah tengah itu berkelompok dari Golongan Merdeka.
Diantara semua Golongan, Barak kaum golongan merdeka
adalah yang paling sedikit... lalu golongan hitam dan yang paling
besar adalah kaum dari Golongan Putih. memang pada masa itu
adalah masa kejayaan dari golongan Putih, jika seandainya tidak
ada kehebohan yang ditimbulkan Panji Telapak Perak,
barangkali Golongan hitam tak ada yang berani memunculkan
wajahnya. "Selamat Siang saudara-saudaraku.........., terimakasih telah
menghadiri acara peresmian perkumpulan kami, kami Ucapkan
Selamat Datang di Lembah kematian Tempat berdirinya
205 perguruan Paling besar dijagat raya....."
Gemuruh para hadirin sekalian mendengar ucapan yang begitu
Jumawa dan Takabur....tiba-tiba...
"Ting...Tang...Teng.....Tong............"
"..Jrek...Jeng...Dung...Dung........"
Suara Tabuhan Musik melantun tinggi dan merdu dari dalam
bilik gua. Sontak saja semua orang terdiam, suasana yang tadi
bising kini berubah menjadi kuburan...hanya Suara musik yang
semakin santer terdengar, iring iringan itu begitu indah, dengan
diawali dengan kedatangan sekelompok gadis-gadis yang polos
tanpa selembar benangpun yang menari... Orang dari Golongan
Hitam dan Merdeka terbelalak kegirangan, bagaimanapun
mereka adalah orang yang sama sekali tidak mengindahkan
peraturan. sementara orang golongan putih segera memalingkan
wajah karena malu... hanya beberapa orang dari golongan muda
saja yang asyik Setelah Gadis-gadis itu, muncul kemudian disusuli dengan
kedatangan berbagai macam lelaki dengan baju hitam dan
sarung tangan perak. diikuti dengan sebuah Tandu yang terbuat
dari Emas, sementara dibelakang tandu itu Dayang dan Prajurit
pilih tanding dari perkumpulan Panji Telapak perak berjalan
mengiringi tandu yang terbuat dari emas itu.....
Iring iringan itu berhenti, Salah seorang Gadis cantik keluar dari
tandu tanpa sehelai benangpun, ia kemudian memasukan
tangannya kedalam tandu dan menuntun seorang lelaki paruh
baya. Semua Orang yang hadir menahan nafas, ingin menyaksikan
seperti apakah gerangan sosok yang telah menggemparkan
seluruh dunia persilatan bahkan negara negara didunia lainpun
ikut terkena dampaknya,....
206 Kekejaman dan kesadisan mereka sangatlah luar biasa, mereka
menghasut beberapa anggota perguruan-perguruan didunia
untuk menghancurkan perguruannya.
Mereka yang datang dari negri lain adalah mereka yang datang
untuk membawa murid murtad dari perguruan masing-masing,
dan datang untuk menyatakan bergabung.
Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan
tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih.
Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih
yang menjuntai sampai punggungnya. Pakaiannya serba perak
dengan jubah perak. Ia berjalan gagah menuju singgasananya, setelah duduk, musik
berhenti, semua pengawalnya segera membuat barisan
pelindung. Setelah dihitung Anggota Murid Perkumpulan Panji Perak
ternyata telah mencapai sekitar lima atau tujuh ribuan, entah
darimana saja pasukannya itu.
Semua Hadirin terkesiap tak menyangka jika anggota
Perkumpulan Panji Telapak Perak begitu besar jumlah
anggotanya sampai-sampai melampaui jumlah anggota tiga atau
empat perguruan besar ditanah Jawadwipa,
Adalah Pantas jika Perkumpulan Panji Telapak Perak Mengaku
partai paling besar didunia. jika memang dilihat dari
kwantitasnya. entahlah apabila itu dilihat dari kwalitasnya,
hadirin sekalian belum melihat.
Tiba-tiba hadirin bergemuruh seruan kaget, tercengang atau pun
desahan terdengar bersahut-sahutan.
Melihat itu Anggota Panji Telapak Perak segera berpaling
kearah pusat perhatian, mereka pun mendesah terkejut
mengapakah demikian"
207 Dari Arah Timur melayanglah diudara beberapa sosok bayangan
berwarna warni membentuk formasi sisik ikan.
Tepz....Semuanya mendarat ringan dibumi, tampaknya mereka
adalah Tamu terakhir dalam pertemuan itu.
Yang menjadi kepala barisan ternyata adalah Seorang Pemuda
belia dengan jubah coklat yang sudah menggemparkan dunia
persilatan. hanya saja, hadirin sekalian banyak diantaranya
belum pernah melihat orang yang memakai peralatan Kulit
Rubah.... Hanya orang "tertentu"saja yang mengetahuinya termasuk Melati
dengan ketajaman matanya ia bisa melihat "kawan lamanya
yang telah mengisi hatinya itu" ia bahagia sekaligus kecewa,
mengapa sosok yang ia rindu-rindukan itu harus berjalan menuju
barak kaum golongan merdeka.
Ki Jalak termasuk orang yang sudah berpengalaman dalam
mengecap asam dan garam mengerti apa yang dirasakan
melati. "Itukah kawanmu itu?" tanyanya lirih, namun tak cukup lirih
karena ada orang lain yang mendengar. diam-diam dia merasa
cemburu.... siapakah itu" tentu anda sekalian masih ingat
dengan sosok pemuda tampan dengan jubah kelabu. perkenalan
singkatnya dengan melati telah menumbuhkan rasa nyaman dan
bahagia, dialah orang yang bernama Waranggana. Waranggana
bukan orang bodoh ia paham bahwa dirinya telah mencintai
gadis cantik yang satu itu.
"Benar Eyang..."
"Engkau masih harus bersyukur anakku, setidaknya ia masih
dapat membedakan yang salah dan benar. mungkin suatu saat
ia akan masuk kedalam golongan putih., bagaimanapun harus
disyukuri ia tidak masuk kedalam golongan hitam" bijak ucapan
208 ki Jalak. Dilain pihak yang membuat orang-orang bertanya adalah
bagaimana mungkin si sinting dari Timur Ki Asmaradanu ikut
dalam barisan itu. Padahal mereka Tahu, Ki Asmaradanu
bukanlah tipe orang yang suka bergaul dengan oranglain,
adapun orang yang bergaul dengannya keesokan harinya pasti
akan menjadi gila. mengenai kemampuannya, tak usah
diragukan lagi. jika ia menjadi seorang dedengkot silat delapan
penjuru mustahil ia hanya kaum keroco.
Dengan santai tanpa menghiraukan Tuan Rumah mereka
berjalan menuju barak yang berada ditengah.... tak menunggu
waktu lama mereka sudah tiba dibarak... luar biasa, .... mereka
semua berjalan dengan santai.. tapi jarak dua kilo lebih bisa
dengan mudah mereka capai.
Sesampainya disana, mereka menyebar lalu menyiapkan
sebuah kursi untuk Pemuda berjubah coklat dengan peralatan
dari kulit rubah. Tentu saja, ulah mereka itu mendapat perhatian penuh dari
jutaan pasang mata. Bagaimana seorang remaja diperlakukan
begitu terhormat. Mereka tahu kemampuan-kemampuan dari masing-masing
orang itu. sembilan dari sepuluh mereka merasa jerih bila
berhadapan bagi mereka. tapi saat ini, mereka melayani seorang
remaja yang begitu masih belia, bukankah itu menjadi sebuah
pertanyaan. "Melati, tampaknya temanmu itu telah menjadi orang yang
besar.." Ki Jalak berkata memecah keheranan hadirin.
"Maksud eyang" "Kau tahu siapa orang yang melayani temanmu itu?"
Melati menggeleng...bagaimanapun ia baru saja keluar
209 perguruan, masalah dunia persilatan ia masih buta sama sekali.
"Emch, Kau kenal pemuda itu rupanya Anak manis..." Suara
merdu yang mendayu-dayu menghentikan obrolan Ki Jalak dan
Melati. Keduanya berpaling dilihatnya dua sosok perempuan cantik
yang pertama berambut terurai sepanjang punggung. Matanya
memandang tajam, usianya sudah paruh baya namun masih
memiliki keindahan yang menarik, Perempuan itu mengenakan
jubah tanpa lengan warna merah. Dadanya ditutup dengan
selembar kain warna hijau muda. Namun masih tampak kencang
dan menantang. dilihat dari ciri cirinya jelaslah ia salah satu
datuk ilmu silat yang dikenal dengan julukan "Dewi Pemanah
Asmara" yang bernama asli Nyi Permata Dewi.
Sedangkan perempuan yang kedua memiliki seraut wajah yang
agung. usianya lebih tua dari Nyi Permata dewi kira kira sudah
mencapai enam-puluh tahunan. perempuan itu mengenakan
baju warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat
pinggangnya dibalut kain beludru warna Hijau pula. Nampaknya
warna hijau adalah warna kesukaan perempuan itu.
Di pinggang Perempuan itu terselip sebilah pedang bersarung
hitam dengan gagang ukiran bentuk kepala Naga. dilihat dari
ciri-cirinya dialah sosok yang bernama Nyai Dewi Renjani atau
biasa dipanggil Bidadari Penakluk Naga.
"Haha... Kalian berdua perempuan-perempuan cantik dari
kalangan tua, sepertinya juga tertarik dengan Pemuda itu"
Kijalak jenaka menggoda Nyi Renjani dan Nyi Permata Dewi.
"Tua bangka awet muda, sepertinya maut masih
menyayangimu..!" Nyi Permata Dewi berseloroh...
"Apa Dia Kekasihmu Anak manis?" Nyi Renjani menggoda
210 Melati. Melati memerah, ia tertunduk malu. Pada waktu itu memanglah
ada hukum mengartikan bahwa diam itu berarti mengakui atau
setuju. Dibelakang mereka juga terdegar beberapa percakapan,
percakapan mereka ternyata mengenai orang-orang yang
menjadi tamu terakhir itu. bahasa mereka sangatlah beragam
karena memang Kaum rimba hijau yang berkumpul saat itu,
gabungan dari beberapa negri.
"Siapakah Pemuda Aneh itu kakang?" Seorang kakek-kakek
berbaju putih dengan selendang hijau tersampir dipundaknya.
dialah Kyai Ahmed Sofyan bin malik , seorang penduduk tanah
jawa keturunan bangsa Arab.
"Entahlah Adi, tampaknya ia adalah pimpinan dari pemudapemudi berjubah coklat yang aneh itu." seorang kakek-kakek
berselendang putih dipundaknya menjawab pertanyaan
adiknya...... sementara Kakek ini biasa dipanggil dengan Kyai
Abdul Sofyan Bin Malik, kakak dari Kyai Ahmed Sofyan.
"Apakah mungkin bila pemuda berusia tak lebih dari delapan
belas tahun mampu mengendalikan sekawanan pemuda-pemudi
yang begitu luar biasa. ?"
Seorang pendekar lain menyela. Pendekar itu memakai celana
pangsi sebatas mata-kaki, sementara bagian atasnya polos,
alias telanjang dada. dipinggangnya sebuah trisula pendek
menggantung gagah. dialah si Trisula Bugil. seorang pendekar
golongan putih dari negri Malaya.
"Aku juga tak mengerti, tapi tak ada yang mustahil didunia ini,..."
Jawab Kyai Abdul Sofyan Bin Malik tenang...
"akh, kalau tak salah dia adalah Pendekar seribu diri....." Ucap
salah satu dari Pendekar didalam kerumunan.
211 "Akh, Jangan ngaco kamu, bukankah Pendekar Seribu Diri
Identik dengan baju Biru dan Kuncir kudanya?"
"Mungkin ia bosan dengan tampilan lama..."
"Wa....wes....wosh......."
Mereka bercakap-cakap dengan sekali-kali di timpali beberapa
pendekar disekelilinginya, sehingga dibarak kaum golongan
putih ribut degan desas-desus tak kunjung juntrungannya bak
Suara tawon yang sedang pindah rumah. meski mereka bisikbisik dengan lirih tapi bila dilakukan oleh beberapa ribu orang
jelaslah itu merupakan suatu hal yang mustahil bila
dibandingkan dengan keadaan seperti dikuburan.
Hal serupa terjadi dibarak golongan Hitam. mereka berbisik-bisik
riuh rendah bersahut-sahutan,
Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan
tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak
dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak
sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi
yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang
membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal
sebagai Iblis Pembunuh Raga. menurut kabar yang beredar dia
adalah seorang tahanan kerajaan kresnapaksa,
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun waktu berada didalam penjara ia bertemu dengan
seorang sakti, sehingga ia dapat keluar dari penjara dengan
membantai seluruh Pasukan keamanan Tahanan dalam
Penjara. dia hanya menyisakan onggokan-onggokan daging
Petualang Asmara 17 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 12
demikian. Ia mempertimbangkan haruskah ia memberitahukan.
Ditengah ia berpikir dirinya ditambah keheranan lagi, sebab
Angkara berkata lagi "Aku tahu kau sedang berpikir haruskah
engkau memberitahukan ku atau tidak, perlu kau camkan baik
baik, sahabat selalu ada disaat engkau membutuhkan, teman
bisa saja silih berganti tapi sahabat tetap sejati."
"Huffzz" Ryusuke menghela nafas percuma saja ia bertindak
rahasia, orang yang ada disampingnya benar lain dari yang lain,
tindakannya benar benar tak bisa diduga orang "baiklah,
percuma saja aku menyembunyikannya. Kau memang lain dari
yang lain, sebaiknya aku ceritakan dari awal. Kau suka
mendengarkan?" Angkara mengangguk
"Aku datang dari Desa Kouraningun negri matahari terbit
(Jepang), Di Negri kami ada lima aliran Ninja terbesar yang
paling disegani. yaitu Nara, emerarudo, Iga, Okazaki, dan
Fuurai, Aku termasuk Aliran Ninja Nara, disana Aku memiliki
seorang sahabat, namanya Kyoshiro, ia berencana
meninggalkan kouraningun ia ingin melepas statusnya sebagai
seorang Ninja, tidaklah mudah bagi seorang ninja untuk
meninggalkan kelompoknya menurut peraturan kami, Ninja yang
ingin melepas statusnya, akan dikejar sampai kemanapun
hingga ia mati.. tapi,.... aku tidak rela kehilangan dia, karena
Kyoshiro adalah sahabatku yang paling berharga.... diam diam
aku membawa adikku serta untuk membantuku menyelamatkan
Kyoshiro, beberapa purnama silam ada kabar bahwa ia pergi
ketanah ini. Maka kamipun bergegas kemari. " Ryusuke
mengambil nafas sebentar lalu melanjutkan.
147 "tapi tanah ini sungguh luas, meskipun aku seorang mata mata
yang cukup handal, tapi kemanakah aku harus mencari". Maka
dari itu aku memerlukan tenaga bantuan, tujuh hari yang lalu aku
bertemu dengan seorang wanita, ia mengaku bahwa ia seorang
pemimpin telik sandi., akupun meminta bantuan darinya tapi, ia
mengajukan syarat dimuka......ia meminta uang seratus keping
perak sebagai imbalan. Maka dari itu....... "
"kau...mengumpulkan uang. sementara adikmu kau suruh untuk
mengawasi pergerakan orang yang diberi tugas untuk
membunuh temanmu itu...... ketika kau dipasar tadi, melihatku
menghambur hamburkan uang kepada pedagang kau berniat
merampoku.... kau lebih suka merampoku meski resikonya lebih
tinggi daripada merampok pedagang karena kau tak ingin
menyusahkan orang lemah....benar bukan" " Angkara menebak
lanjutan dari penuturan Ryusuke.
Rysuke tersenyum kini ia telah terbiasa dengan watak orang
yang berada disampingnya. "hemmmzz.......kau memang lain
dari yang lain, kau sudah mendapatkan gelar"...." Angkara
menggeleng......"belum" jawabnya.
"boleh aku memberikan gelar padamu".... Pendekar Kijang
berbaju coklat..... bagaimana menurutmu?" Ryusuke
mengajukan usul..... Angkara merenung ia tersenyum dan
menjawab "Boleh, .. . . . Burung...elang...!" Angkara menatap
langit... Koak.... Koaakkkk,,,.... benarlah apayang
dikatannya.....terlihatlah seekor burung elang berputaran diudara
dan menukik menuju ketempat mereka berjalan...Teppp Ia
hinggap dipundak Ryusuke....burung elang itu lumayan besar,
ada kain berwarna merah yang melingkar dilehernya membentuk
segitiga. Dikakinya terlihatlah sebuah tabung bambu sebesar ibu
jari. "Gawat....Yoninshu sudah bergerak, kita harus
148 bergegas...."teriak Ryusuke dengan tegang
Angkara tetap tenang ia bertanya "Surat dari kawanmu","
"benar..........!, sebaiknya kita lari.." dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh Ryusuke melesat kemuka kemudian diikuti oleh
Angkara. mereka melesat bagaikan sebuah bayangan.....
sampai akhirnya mereka sampai diluar sebuah desa, dan
berjalan seperti orang normal. "Ryusuke sebaiknya pakaianmu
kau ganti, dengan pakaian seperti itu kau terlalu
mencolok."Angkara mengusulkan. Ryusuke sungguh
mendongkol ia balas menjawab "memangnya penampilanmu itu
tak mencolok"....." "hahaha......tapi lebih baik darimu bukan, kau
membawa pakaian orang normal....."Angkara tambah
mengolok..."gerr....emang kau pikir aku orang gila...., pakaian
gantiku ku jual, kau punya lebih" Ryusuke uring uringan "nih,,,,....
" Didepan sebuah kedai yang cukup ramai terlihatlah dua pemuda
sebaya dengan penampilan sama. Yang membedakan mereka
cuman wajah dan matanya orang pertama berwajah tampan
berkulit kuning matanya bersinar terang, dan yang kedua
berwajah tampan berkulit putih matanya sipit, mereka adalah
Angkara dan Ryusuke yang baru saja tiba disana.
Dikedai itu tidaklah terjadi hal hal yang menarik, tetapi ketika
mereka keluar dari kedai Angkara tiba tiba melesat kemuka,
membuat Ryusuke keheranan...tapi, tak lama kemudian ia ikut
melesat mengejar. Disebuah hutan yang lebat dan rimbun itu terjadilah suatu kejar
kejaran. Kelihatan lah pemuda berjubah coklat ditengah yang tak
lain adalah Angkara mengejar lima oran sosok hitam
dimuka......., Tapi tiba tiba lima sosok berbaju hitam itu berhenti.
Yang tentu saja membuat ia kaget. Cepat ia meloncat ke sebuah
149 dahan dipohon dan nangkring disana. Terdengar sebuah
bentakan keras menggelegar "Kau pikir bisa kabur dari kami
Kyoshiro...matilah kau." salah seorang yang memegang
Kusarigama (Arit berantai) setelah memutar dua kali cepat ia
membeset kebawah..... "Tunggu........" Tiba tiba terdengar suara menggelegar dari
belakang. Tahu tahu dibelakang lima sosok ninja tersebut muncul seorang
pemuda berjubah coklat lainnya yang tak lain adalah Ryusuke.
"Heh, Apa kau juga mau ikut berkhiatan Ryusuke" Cepat
minggir,..." bentak seorang ninja yang memegang Katana
dengan kedua tangannya. "sudahlah,, Ryusuke engkau pergilah...aku tahu niat baikmu itu,
tapi ini tetap peraturan..... meski aku bukan seorang ninja lagi .
aku percaya, sampai sekarangpun tanganmu tetap seakrab dulu,
seperti bunga teratai dan bunga sawi" Kyoshiro tersenyum.
Pedih hati hanji,... " Duaaarrrrr......tiba tiba sebuah bom peledak
meledak" debu mengepul....ternyata salah seorang dari Ninja
yang berpakaian hitam melemparkan sebuah bom peledak.
Itulah yang disebut dengan Kajutsu. (Tekhnik tentang bahan
peledak dan senjata api) Setelah debu menghilang kelihatanlah hanya sebuah pedang
katana tergeletak ditanah... ternyata Kyoshiro telah jatuh ke
jurang... "Kyoshirroooooooo............"teriak Ryusuke menyayat... kalian
Yoninshu jahanam hiaaattttt.....Ryusuke mencabut ktana di
punggungnya dengan kedua tangannya, lalu bergerak menyabet
bret trang Ninja Yoninshu menangkis,,.. dengan kalap kembali ia
menyerang, hiaaaatttt trang trang..., "Manusia tak tahu diri,
hiaaattttt" Ninja yang lain menyerang, sebentar saja terjadi
150 pertarungan yang tidak seimbang, lima lawan satu.
"Jika dibiarkan saja, Ryusuke pasti mati., ..." hemmmm ..
Angkara bergumam... "huh...Keroyokan... Ryusuke serahkan dua orang pengecut yang
memegang arit berantai, dan orang yang memakai pedang
pandak disebelahnya" Angkara melengking dan menerjang.....
Ryusuke tak menjawab, ia terus mencecar ninja yang
menyerangnya. "Huh...dasar pengetahuan dangkal.... jaga katana ini"teriak ninja
yang memegang katana yang dianggap pedang pandak oleh
Angkara. Ia anggap remeh Angkara. Karena bagainapun
Angkara masih belia. "Aku terima berikut rentenya, srett tep...
sungguh luar biasa katana yang sedang disabetkan bisa
ditangkap oleh jari, dengan menjepit katana dengan telunjuk
dadan ibu jarinya, angkara mengerahkan Aji halilintar Perobek
baja, srrttttt.....bagai terkena setrum saja, Ninja itu gemetar ia
kaget benar pedang yang ia pegang bagai listrik ribuan volt yang
menyerang dirinya. Sebagai ninja yang sudah berpengalaman dalam membunuh,
apalagi kelompok yoninshu merupakan murid murid utama dari
aliran Nara desa Kouraningun. Mendapat serangan seperti itu
tidak membuatnya gelagapan cepat ia lepaskan katananya dan
bersalto belakang duakali.
Melihat kejadian itu, Ninja yang memegang kusarigama
menganggap hanya sebuah kebetulan saja,... dengan sebat ia
memutar kusarigamanya sebanayk empat putaran dan
menyabetkan kemuka kearah leher.
"Putus lehermu, Putus nyawamu"teriak Ninja itu.
"Leher kawanmu, putus nyawanya" balas Angkara sambil
merunduk dan mengait rantai kusarigama itu, Crassss
151 brett.....Glutuk...Sebuah kepala jatuh menggelinding, darah
mengguyur bumi, Tanpa jeritan tanpa keluhan, benar benar
sadis...... Ninja yang memegang Kusarigama terkejut melihat
kawannya terpenggal kepalanya. Ia tak menyangka kawannya
akan ikut kearena pertarungan. Rupanya Ninja yang memegang
katana masih penasaran ia dapat dipecundangi dengan mudah...
dengan sebat ia menyerang Angkara., ia juga tahu temannya
menyerang Angkara, tapi tak pernah terlintas dari bayangannya
bahwa Angkara akan menggunakan Senjata temannya untuk
membunuh dirinya. Ketika ia sadar, ia sudah terlambat
kepalanya sudah lepas dari lehernya....
"haha....sekarag giliranmu," Angkara tertawa dan mendesak
lawannya. Sementara Ryusuke..terus terdesak... melihat Angkara dapat
membunuh salah satu lawannya semangatnya terbakar...segera
ia melipatkan serangannya
"PENGECUT PENGECUT tukang keroyokan.. Kak, serahkan
dua Orang kepada kami..."tiba tiba terdengar teriakan
melengking halus dan merdu, munculah dua sosok bayangan
perempuan cantik, dan langsung terjun kearena.
"Yumi, Hai...Ambilah, Peminpinnya aku yang pegang." Teriak
Ryusuke dengan girang. Sosok gadis yang langsing dibalut dengan kain hitam tanpa
tutup kepala langsung menyerang seorang yang memegang
kendo. Di jepun Seorang sinobi atau ninja perempuan biasa
dipanggil dengan kunoichi.
Bret.....sebuah senjata rahasia berbentuk bintang dilemparkan
Yumi., atau lebih dikenal dengan shuriken Trang trang.... orang
yang memegang kendo menangkis, kemudian mereka terlibat
152 pertempuran. Sementara itu...perempuan yang datang bersama yumi langsung
melemparkan pedangnya seraya berteriak "Pedang pemburu
nyawa" melihat serangan Ninja yang diserang cepat membalas
dengan sebuah ilmu tangan kosong yang disebut dengan
taijutsu. "Harimau menerkam sembunyi" teriaknya lantang
brett.....duarrrr..... nyata sekali kepandaian wanita yang baru
datang itu memiliki ilmu yang hebat.terbukti dengan sekali
sentakan pedang yang dilemparnya berbelok dan menyabet
leher.. untunglah Ninja itu masih dapat berkelit dengan
memukulkan tangannya pada batu dan bersalto diudara.
Daripada itu Angkara yang melihat kedatangan dua orang gadis
cantik tak mau menyiakan waktu lagi dengan sebat ia
meningkatkan kecepatan tubuhnya dan menyerang secepat
bayangan. Tahu tahu Angkara telah berada di belakangnya, dan
Jrushhhhhhhh katana milik Ninja yang telah mati menghujam di
jantungnya. Tak ada suara keluhan, tak ada suara jeritan yang
ada hanya suara bedebum jatuh tubuh dan klontrangan
Kusarigama. Hakikatnya ia tak diberi kesempatan untuk
mengelak bahkan menjeritpun tak sempat.
Lalu, ia duduk dibatu memperhatikan dua orang gadis sedang
bertarung.....ia berpaling kearah lain dilihatnya ryusuke sedang
menuju akhir pertarungan, nyata sekali kepandaian Ryusuke
lebih tinggi dari ninja lawannya. Dengan lantang ryusuke
berteriak. "Matilah kau...., " Srinngggg...craasss Aaaaaaaakkhhhhh jeritan
menyayat hati berkumandang dipinggir jurang sebuah hutan.
Bagian dalam tubuh Ninja itu berhamburan keluar, darah
berpancur laksana sebuah air terjun, usus ususny membredel
keluar, benar benar kematian yang mengerikan.
153 Ryusuke menghela nafas ia berpaling melihat pertarungan
adiknya, lalu orang yang bersama adiknya ketika ia mencari
pertarungan Angkara ia terkejut melihat dua mayat
bergelimpangan. Sementara Angkara entah kemana. Ia benar
benar kaget, bahkan ia tak tahu kapan pemuda itu membunuh
lawannya. Diliarkannya pandangan keseliling tempat itu, tak jauh dari
dirinya ia melihat angkara sedang memperhatikan pertarungan
adiknya.... Wajah angkara kadang merah, kadang tegang, lalu
tersenyum begitulah berganti ganti. Ryusuke tersenyum melihat
tingkah sahabat barunya itu, karena adiknya ada yang
memperhatikan, Ryusuke memutuskan untuk melihat
perempuan yang membantu dirinya. "Hebat sekali gadis itu...."
Ryusuke menggumam. Diarena pertarungan gadis itu tiba tiba melompat keudara dan
menari, tariannya begitu gemulai dan indah. Ninja Yoninshu dan
ryusuke Terlonggong longgong kagum, melihat indahnya tarian
diudara itu, apalagi celana gadis itu berbentuk seperti payung
(Rok) sehinggga pahanya yang putih mulus terlihat menggoda
iman setiap lelaki. Tiba tiba dari atas langit meluncur sebuah titik
kperakan "Hujan pedang Tunggal"teriak gadis itu merdu.
Jrubbbbbb Bruk Ninja Nara itu tersate sebuah pedang. Ryusuke
terbeliak matanya melihat Ninja Yoninshu itu tersate dari wajah
sampai anusnya. Ia bergidik ngeri. Dilihatnya adiknya juga sudah
mengakhiri pertarungan. Tapppp.....Ringan sekali gadis itu menginjakan kakinya di tanah
lalu menghampiri korbannya dan mencabut pedangnya
kemudian tersenyum pada ryusuke.
Dilain tempat diwaktu yang sama dengan gadis tadi menari.
Pertarungan Yumi dengan ninja Yoninshu bersenjata kendo juga
154 sedang mencapai puncaknya. Tampaklah yumi sedang terdesak
hebat, dikala yumi mundur ninja itu melemparkan sebuah paku
yang biasa digunakan dalam teknik Saimonjutsu (teknik
menghipnotis). "Jurus rahasia Mengikat bayangan jerat sukma."
Teriak Ninja Yoninshu itu. (Jurus itu adalah sebuah jurus untuk
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengikat bayangan seseorang dengan cara melemparkan paku
atau sejenisnya ke bayangan lawan. Teknik itu sama halnya
dengan teknik mentotok supaya tidak bisa bergerak. Yaitu
membuat lawan tidak bisa menggerakan tubuhnya melalui
proses sugesti pada mental lawan) sekilas terlihat Yumi akan
Kalah pada saat itu. Angkara tegang, tapi, tiba tiba dari tangan
yumi melesat empat buah Shuriken dan
trang.....jrub...jrubbb....jrubb.... Tak kepalang kejutnya bahwa
lawan akan melakukan itu. Yumi tersenyum melihat lawannya
mati dengan kematian tiga buah shuriken di tiga tempat yaitu,
dahi, leher dan dada. "Kau hebat nona....!" Angkara Antusias.
"terimakasih"jawab Yumi tersipu.
"siapakah namamu nona jelita" Angkara Merayu.
"Yumi, dan kau?"
"Angkara....." Angkara melihat Ryusuke dan gadis itu mendekat kearahnya.
"Kau juga hebat nona, Tarianmu begitu menyesatkan sukma....?"
tanpa basa basi Angkara memuji.
"hihihi....Kau terlalu memuji...lihatlah hasilmu sendiri...kau yang
paling banyak membunuh"Gadis itu menjawab. Angkara
memperhatikan gadis itu. Gadis itu berwajah cantik, usianya juga paling banter delapan
belas tahunan. Ia mengenakan baju berbentuk jubah dengan
warna kuning gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya
155 yang berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah
kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki.
Rambutnya yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas
terurai ke depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada
kanan, la mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan
dari tali sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit
panjang sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati
pundak kanannya.. "Apa ada masalah dengan wajahku kisanak?" Gadis itu
bertanya. Ryusuke terdiam akhirnya ia menjawab. "kau gadis
dari tanah Antah berantah ya?" gadis itu tersentak kaget.
"benar, namaku Jelita Indria." Ia memperkenalkan diri. "Angkara"
tanpa ditanya Angkara menyebutkan namanya,
Tiba tiba Ryusuke menyela "Kau hebat Angkara....Kau
membunuh dua orang tanpa suara, sampai samopai aku tak
tahu kapan kau menyelesaikan pertarungan."
"hahaha....kau salah Ryu. Aku tak membunuh
mereka....merekalah yang saling membunuh sendiri...lihatlah...
Ninja yang itu mati dibawah tikaman pedang yang bernama
katana milik ninja yang kepalanya buntung. Sedangkan ninja
yang kepalanya buntung mati dipenggal arit berantai milik ninja
itu." Angkara menunjuk.... memang benarlah kenyataannya
seperti itu, tapi mereka tahu tanpa Dia (Angkara) melakukan
"sesuatu" mana mungkin mereka saling bunuh sendiri.
"krruukkkk...kruuukkkk"terdengar suara panggilan perut dari
Yumi. Ryusuke, Angkara dan Jelita Indria berpandangan....lalu
tertawa terbahak bahak...sementara Yumi tersipu malu seperti
kepiting direbus. 156 Disebuah Desa di dekat sungai cikaso, Desa sampar angin
Namanya. terdengar orang orang berbisik bisik dengan heboh,
bahkan kehebohan itu merambat kedesa desa sebelahnya,
orang orang persilatan dengan penasaran berbondong bondong
datang ke desa itu, mengapakah demikian?""
Di tengah tengah desa itu, orang orang Awam, maupun orang
persilatan dengan tercengang cengang melihat seorang pemuda
belia dengan pakaian dalam hitam dengan jubah coklat ketat,
jubahnya aneh karena jubah pribumi tanah jawadwipa tidak ada
seperti itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan belahan
dibelakang sampai lutut dipenuhi dengan kantong baju, bagian
depannya terbuka memperlihatkan baju dalamnya yang
berwarna hitam, diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di
dada, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang, sepatunya
terbuat dari kulit Serigala terlihat dari bulunya, sampai lutut diikat
dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari
kulit Serigala seperti halnya dengan sepatunya, sampai sikut.
Siapakah dia kalau bukan Jali atau Huru Hara sng ksatria
serigala, Pemuda itu sedang asyik masyuk menjajakan
jualannya, layaknya seoran pedagang. Lalu mengapakah bisa
membuat orang orang gempar?"
Terlihatlah, ternyata barang yang ia jajakan itu ternyata segala
macam barang dengan lambang Panji telapak perak. Bahkan
panji telapak perak yang biasa digunakan dalam mengambil
nyawa orangpun berserakan disana, Orang orang bertanya
tanya siapakah gerangan pemuda ini yang berani bertindak
seperti itu, Padahal didunia persilatan ini siapakah yang berani
berurusan dengan mereka. "Kisanak, Nisanak silahkan jangan dilihat saja, silahkan dibeli
barag barang rongsokan ini." Pemuda itu berkaok kaok. Sudah
157 dua hari ia berdagang disana namun tak ada satupun yang
membeli, hanya sebuah kegemparan yang ada.
"Ekh kakak pengemis yang ada dijalan sana, mari mari sini....."
Huru Hara berteriak kepada salah seorang pengemis, pengemis
itu memakai baju penuh tambalan, wajahnya lugu, mendekati
kebodohan....dengan terheran heran ia mendekati Huru hara.
"Ada apa Kisanak?" ucapnya setrelah dekat dengan Huru hara.
"Buka baju dan celanamu, Aku akan menambal yang bolong
itu"huru hara menunjuk bolongan di dekat dada dan pantat
sipengemis. "Tapi,....." "Soal biaya, kau tak usah pikirkan..aku kasih gratis untukmu"
betapa girangnya Pengemis lugu itu, memang ia tak mempunyai
uang sepeserpun untuk menambal pakaiannya.
"kau memang baik kisanak...hehe....baiklah, tapi....."
"nih kau pakai dulu."huru hara memberikan sebuah selimut
seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Pengemis itu.......
Beberapa saat kemudian....."iNi sudah...." Huru hara
menyerahkan pakaian pada pengemis lugu. Dengan tergesa
gesa Pengemis itu mmakai pakaianya.
Karena kesal tak ada yang membeli Huru hara mencOba
bercakap cakap dengan pengemis itu.
"Ekh, Siapakah namamu?"
"Luyu Manggala dan kau?" Pengemis itu balik bertanya.
"huru Hara" balas Huru hara pendek.
"Hahahah.......Pantas pantas sekali nama dengan kelakuanmu
itu?" "Maksudmu"huru hara bingung.
"Kau tahu" Kau sangat terkenal dipenjuru dunia persilatan
dengan tingkahmu yang bisa dibilang gak normal ini" luyu
158 Manggala berkata. "Apa maksudmu?"huru hara tersinggung.
"Apa kau tahu semua orang persilatan segan dan takut pada
gambar bendera bendera yang kau jual"
"bwahahaaaaa....Apakah kau juga takut dengan gambar
rongsokan, dan panji panji kecil tak berguna ini, yang lebih
pantas aku pasang dipantat kau" dengan terbahak bahak Huru
hara tertawa. Dengan panasaran Luyu manggala berdiri dan menatap
pantatnya. "hahaha.....kau memang penambal ulung sobat,
memang benar gambar panji ini lebih berguna dan pantas
menempel di pantatku ini. Dengan begini gambar ini pasti akan
dihibur farfum paling alami" lelu keduanya tertawa bersamaan,
tapi mata mereka melihat ada beberapa orang memandang
dengan api kemarahan diwajah mereka. Orang orang persilatan
semakin gaduh mendengar percakapan itu.
Huru hara tersenyum penuh arti. Melihat itu mata Luyu
manggala berkilat tajam. Sepertinya ia paham dengan apa yang
ingin dilakukan oleh pedagang belia yang satu ini. Huru hara
bukanlah orang bodoh, tentu saja ia paham maksud kilatan mata
itu., Dalam hatinya huru hara berpikir.
"Hem...meski terlihat bodoh, ternyata orang ini cerdik juga.....tak
ada salahnya jika aku menjadikannya partnerku."
"Huru hara, bagaimana kalau kita berteman?" Ajak Luyu
manggala. "Bukankah kita sekarang sudah berteman?" Huru hara menatap
wajah Luyu Manggala. Luyu Manggala meski terlihat bodoh
ternyata ia sangat cerdik, beberapa patah kata dari Huru hara
membuatnya kagum. Tak nyana seorang pedagang belia
memiliki bobot ucapan seorang pelajar. Luyu manggala tentu
159 saja paham maksud dari ucapan itu ia tersenyum dengan penuh
kekaguman. Ia paham Huru hara bukan hanya menjadikannya
seorang teman tapi juga seorang sahabat. Orang awam mungkin
berpikir, apasih bedanya teman dengan sahabat" Bukannya itu
hanya sama saja" Tapi orang orang ahli tentu saa dapat
membedakan teman dan sahabat. Teman bisa saja berganti
bergiliran seiring dengan waktu. Tapi sahabat" Ia selalu menjadi
nomor satu. Kapanpun dan dimanapun. Sahabat lebih berharga
dari seorang kekasih.....sebab bisa saja kekasih membuat kita
sakit....karena sebuah kata "CINTA" bahkan yang lebih ironisnya
kekasih bisa menjadi musuh. Lain halnya dengan Sahabat.....
"Kau pernah mendengar kabar berita akhir akhir ini Sobat" Luyu
Manggala bertanya. Sobat.....sebuah panggilan sederhana
namun memiliki begitu banyak arti.
"Berita Apa"...."
"Berita tentang Kekejaman Panji telapak perak yang saat ini
engkau perjual belikan ini?"
Orang sekitar itu cepat tajamkan pendengaran, jika anda adalah
seorang persilatan mungkin anda juga akan sama halnya
dengan mereka.... bagi kalangan rimba hijau hal apakah yang
membuat mereka begitu bersemangat" Dikalangan rimba hijau
ada sebuah pepatah tentang 6 buah malapetaka yang
menyenangkan. Pepatah itu mengatakan "Harta, Benda Mestika, Wanita, Tuak
dan Berita terbaru adalah sumber kehidupan sehari hari, burung
mati mencari makanan manusia mati karena hatrta. Orang
gagah binasa karena wanita. Rimba hijau banjir darah karena
benda mustika, Karena tuak orang gila dan karena berita baru
mereka celaka." "Hahaha.....Untuk apa takut pada kaum keroco seperti mereka,
160 Kau tahu tentang sepuluh Perguruan Merdeka?" Huru hara
menjawab. Dengan mengerutkan kening Luyu manggala menjawab "Tidak,
Baru mendenagarpun aku baru saja darimu.
"Dengarlah Sobat, Seorang Penjaga gerbangnya saja memiliki
ilmu silat beraneka ragam, kau tahu Jurus teratai membuka,
milik perguruan teratai putih, jurus rajawali sayap emas, milik
perguruan rajawali emas, jurus bintang kemukus menimpa bumi
dari perguruan bintang kemukus, 9 Jurus pedang bumi dari
perguruan pedang bumi dan Jurus golok pembunuh harimau dari
perguruan golok harimau. Nah, untuk ukuran pembantunya
memiliki dasar ilmu beladiri seperti itu, bisa kau bayangkan
seperti apa murid utama dan pemimpinnya?"
Bola mata Luyu Manggala melotot seperti gundu..... bahkan
beberapa orang yang berlalu lalang dan yang memasang
telinga, mendengarkan mendesah tak percaya.
"Kau sadar dengan ucapanmu huru hara?" luyu manggala
tergagap bahkan ia merubah panggilannya tanpa sadar.
"hahaha...tentu saja aku sadar, .....kau tahu si Ular bermata
seribu" Dari dialah aku tahu...."dengan acuh tak acuh Huru hara
menjawab.....didunia rimba hijau ini siapakah yang tak tahu si
Ular bermata seribu" Seorang tokoh muda yang meggemparkan
dengan sepak terjangnya, perguruan manapun dibuat pusing
olehnya, bahkan istanapun ia obrak abrik, tapi anehnya, semua
korbannya tak ada yang berani mendendamnya, yang lebih
hebatnya lagi seorang Adipati Rajalela juga yang merupakan
seorang raja, juga tak berani mengusiknya.
hampir semua orang mengenalnya, bahkan bila kau bertanya
kepada seorang anak kecil ia pasti menjawab "oh Ular bermata
161 seribu yang berani tidur dikamar adipati, dan seenaknya
mengubrak abrik istana itu ya!".
Bila kau bertanya kepada seorang gadis maka mereka akan
menjawab "Oh, lelaki tampan dengan jubah coklat itu ya" Aku
adalah sahabatnya" benarkah gadis gadis itu sahabatnya"
Jawabannya tidak.....! bahkan mereka tak pernah berjumpa
dengan dia. Hanya segelintir orang saja yang tahu....lalu
mengapa mereka berkata bahwa dia adalah sahabatnya"
Jawabannya satu....Mereka terkena Racun yang bernama
"GOSIP". Perempuan mana didunia ini yang tak senang
bergosip" Jika kau bertanya padaku maka ku jawab "tidak tahu".
Kau tahu wanita suka dengan "sesuatu" yang bernama "CANTIK"
"...... Mungkin seperti itulah tingkah mereka untuk
menggambarkan kesukaan wanita dalam bergosip. Orang
tertentu mengatakan "Wanita memiliki Bibir dua" ternyata
memang tidak begitu jauh dengan keadaan itu.
Tiba tiba........ "Ekh, bocah kau ngoceh sembarangan rupanya.... sepuluh
perguruan tai kucing...jangankan sepuluh perguruan seratuspun
jangan harap dapat mengalahkan kami..aku Parisada yang akan
pertama kali membunuh pemimpin mereka, katakan dimana
sarang mereka" Seorang lelaki brewokan yang Ternyata
bernama Parisada membentak.
"kami......." Akh...Jangan jangan kau Anggota Panji telapak
perak...?" Setengah berteriak Huru hara menuding Parisada.
Orang orang yang lalu lalang seketika berhenti dan langsung
menatap Parisada. Parisada kena batunya dengan tergagap ia
menjawab "Ak.....Apa Maksudmu bocah?"
"benar juga katamu Huru hara, aku juga tadi melihat ia
memandang dengan kemarahan ditahan kepadamu waktu
162 mengatakan panji ini cuman barang rongsokan." Luyu Manggala
menimpali. Semakin berkobar wajah orang orang dipasar itu. Lalu mereka
bergerak mengepung Parisada.
"Benarkah demikian Parisada?" teriak seorang yang memakai
baju loreng dengan sebuah cakar baja di tangannya.
"Pende....pendekar Cakar baja...Apa kau juga percaya dengan
bualannya...." dengan gugup Parisada menjawab, wajahnya
celingukan mencari jalan kabur. Melihat kesempatan baik Huru
hara berteriak.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"kalau jika memang kau bukan Anggota Panji telapak perak,
mengapa kau segugup itu, apalagi mencari jalan kabur....!"
ucapan itu bagaikan gugur disiang bolong ditelinga prasada,
sedangkan bagi Orang orang yang mengepung semakin
mantap. Diam diam Parisada berfikir..."Ternyata bocah ini licin
luar biasa, aku kena jebakannya.....melawan orang sebanyak ini
jelas aku takan mampu, sebaiknya aku kabur saja, selama
gunung masih hijau tak bakalaan aku kehabisan kayu bakar"
dicarinya celah untuk melarikan diri, tapi, ia tercekat...di sebelah
utara seorang wanita jelita berusia sekitar 30 tahun, berpakaian
serba kuning, jubahnya tanpa lengan warna Kuning, kain
penutup bagian dada dan pinggulnya juga warna Kuning,
bahkan pedangnya dari sarung pedang sampai gagang dililit
kain warna Kuning. Ia berdiri tegak dengan tangan siap
mencabut pedang. Di dunia persilatan ia dikenal sebagai dewi
kuning. Disebelah barat dengan angkernya seorang kakek berdiri
dengan geram kakek itu memakai baju hijau dengan caping
lebar menutupinya ia dikenal sebagi dewa hijau bercaping,
disebelah lainnya ada si pedang kilat, rajawali biru, harimau
163 tanpa taring, sikakek tua daun ilalang. Juga beberapa pendekar
lainnya,. Serempak semua merangsek mendekati Parisada tetapi, .......
"Berhenti........" dari arah langit terdengar bentakan melengking
halus dan merdu. Serentak semua orang menatap langit,
seketika wajah mereka terpengarah terlebih pendekar Rajawali
darah biru dan pendekar teratai salju. Dilangit terlihatlah sesosok
gadis berbaju merah cabai menari dilangit yang perlahan turun
kebumi. Pendekar Rajawali darah biru tentu saja mengenali ilmu
peringan tubuh yang digunakan sosok itu, ilmu peringan tubuh
itu bernama Bayangan Rajawali langit emas. Sedangkan
Pendekar teratai salju mengenali tarian yang luar biasa indah itu,
karena tak lain adalah jurus teratai langit mekar, mereka terkejut
bagaimana gadis itu mampu menggunakan sesempurna itu,
yang bahkan guru besar mereka juga belum tentu mampu
melakukannya. Ternyata gadis itu memakai cadar berwarna merah, namun tetap
tak bisa menutup wajahnya yang ayu. Dara itu berbadan
langsing namun sekal mengenakan jubah merah tanpa lengan.
Jubahnya itu tidak dikancingkan, tapi ia mengenakan penutup
dada semacam kutang namun terbuat dari kain tipis warna
hitam. Tipisnya kain membuat gumpalan montok di dadanya itu tampak
membayang dari luar. Kelihatan kencang dan menantang.
Sedangkan pakaian bawahnya berupa kain tipis warna hitam
berbelahan depan dari bawah sampai ke atas. Jika kakinya
menendang, belahan kain itu menyingkap dan tampaklah
sesuatu yang ada di balik kain itu, dipinggangnya melilit sebuah
164 selendang berwarna merah..
"Hahah....nona Anjardani Kita jumpa lagi, kau semakin cantik
saja" Huru hara berteriak......
Anjardani diam saja, tapi huru hara yakin bahwa gadis itu
tersipu, ia yakin setiap wanita pasti akan senang bila ia dipanggil
cantik. "Siapa kau nona......?" Parisada mencoba bersikap tenang.
"kau ingin tahu?"
"ya....." "Aku adalah calon pengiringmu keneraka...!"
"haha kau jangan membual Nona manis....katakanlah siapa
dirimu...." Tanpa babibu lagi Anjardani menyerang Parisada dengan
selendang yang berada dipinggulnya. "hiaaaattttt
Bukkk.....dengan telak selendang itu menghajar pundak
parisada. . . . parisada yang tak menyangka akan diserang
terkejut cepat ia mengelak, namun naas serangan itu terlalu
dahsyat untuk dielak...dengan meringis ringis ia memegangi
pundaknya. "baik, supaya arwahmu tentram di Alam sana aku beritahukan
padamu, namaku Anjardani Penjaga Gerbang salah satu
perguruan yang kau katakan tahi kucing tadi....., Aku tak punya
banyak waktu...jadi...."
"Wussstttt....Prak.....Bruukkk" tanpa ampun lagi kepala Parisada
hancur berkeping keping....dengan dingin Anjardani melanjutkan
perkataannya. "mengasolah dialam baka..."
Semua pendekar terpengarah, mereka tahu sewaktu gadis itu
melancarkan serangannya. Tapi, baru mereka akan mencegah
nyawa Parisada telah meninggalkan raganya. Kini mereka sadar
dan semakin yakin bahwa kemampuan dari sepuluh perguruan
165 golongan merdeka benar benar tak dapat diremehkan.
Tak lebih hanya dua jurus Parisada yang terkenal hanya
menggeletak tak bernyawa. Siapakah yang akan percaya jika tak
melihatnya sendiri....tapi itu benar benar terjadi...siapakah yang
akan menyangkal akan kekejaman sidara" keindahan sidara"
Kesaktian sidara" Mereka benar benar seperti baru bangun dari
tidur, bahwa mereka yang merasa jago hanya seorang yang tak
berguna" Siapakah yang salah" Ilmunya gurunya atau dia
sendiri" "Huru hara berhentilah mengoceh tak keruan, aku ambil kain dan
panji panji ini."Settt empat keping uang menempel dimeja
pemajang. "Untuk Apakah Dani?" Dengan lembut Huru hara bertanya,
"Untuk Kucing peliharaan Ketua, kain ini untuk tidurnya,.
Anjardani mengacungkan Kain itu.
"Dan Panji itu?" Anjardani berfikir sebentar.
"Untuk latihan berburu babi Oleh tuan muda" Akhirnya ia
menjawab habis itu, ia berkelebat lenyap meninggalkan bau
harum bunga yang khas. Para Pendekar mengerti ucapan itu jelas untuk menghina Panji
Telapak Perak. Sekejap itu berita tentang kegemparan yang
dilakukan Huru Hara ditiap desa manapun dia berada ia selalu
menarik minat setiap orang persilatan. Apalagi sekarang makin
santer kabar yang menyatakan bahwa Huru Hara memiliki
seorang sahabat Dungu melebihi kerbau, yang selalu memporak
porandakan orang persilatan yang berani mengganggu mereka.
Apa yang anda pikirkan dan lakukan jika anda melihat seorang
gadis cantik"... jika anda normal pasti anda akan berusaha
mencari perhatiannya bukan", begitu pula yang terjadi disebuah
166 warung makan di dekat pantai Ujung Genting ini. Semua
lelakinya pada ribut, ada yang memamerkan hartanya, ada juga
yang pasang tampang kegagahannya,
Sudah jamak bila Dimata seorang lelaki ingin menikmati seorang
wanita, Apalagi jika seorang lelaki melihat gadis semacam ini
yang mungil menggemaskan, dengan Pakaian dalamnya yang
berwarna merah muda sangat memancing perhatian, karena
pada hakikatnya baju itu terlalu tipis untuk ukuran baju dalam,
sehingga dada yang sekal itu pun terpmpang jelas, apalagi
puncaknya yang kecoklatan seakan ingin menerobos kain itu
dan sepertinya dada itu menantang orang untuk memilikinya,
rambutnya tergerai lurus sepunggung menambah
kecantikannya., Tapi anehnya gadis itu memakai jubah yang aneh yakni jubah
berwarna coklat jubah coklat ketat, memperlihatkan lelukan
tubuh gadis itu, jubahnya panjang sampai mata kaki dengan
belahan dibelakang sampai paha, sehingga kalau berjalan atau
sedikit mengangkat kakinya paha yang indah itu akan mengintip
malu malu memancing gairah lelaki, apalagi gadis itu hanya
memakai celana dalam saja. bagian depannya terbuka
memperlihatkan baju dalamnya yang berwarna merah muda,
jubah itu diikat tali selebar tigajari sebanyak tiga tali di dada
mengganjal disisi dua gundukan bukit didada mempertegas
besar bukit itu, satu tali dileher, dan satu tali di pinggang,
sepatunya terbuat dari kulit Domba hitam sampai lutut diikat
dengan tali dari rotan, kedua tangannya memakai sarung dari
kulit Domba Hitam seperti halnya dengan sepatunya, sampai
sikut. Lelaki lelaki disana pada menelan ludah seakan ingin menelan
gadis itu bulat bulat, semua mata tertuju pada gadis yang
167 sedang asyik masyuk tersenyum dengan sekali kali mengangkat
gelas air minumnya itu...meski ada yang berlagak sok acuh tapi
diam diam matanya suka melirik lirik. Tiba tiba .....
Gubrakkk.....Seorang Pemuda jatuh terlentang dari kursinya, tapi
tak ada seorang pun yang memperhatikan apalagi
menertawakan karena semua mata tertuju pada paha gadis itu,
ternyata tuak kekuning kuningan yang berada digelas gadis itu
tumpah dan membasahi paha mulusnya. Mungkin karena tak
tahan menahan gejolak birahinya, pemuda itu sampai terjungkal
dari kursinya.... mengapakah orang orang disana tak langsung
mempermainkan gadis itu disana" Padahal di warung itu hanya
ada seorang gadis" Lagipula mereka adalah kaum persilatan
apalagi gadis itu terlihat begitu lemah"
Ternyata disamping gadis itu berdiri dua orang yang bertolak
belakang sifatnya...... Orang pertama berwajah begitu lemah
lembut, tenang, malah terlalu tenang....sampai diwajahnya tak
ada satupun orang yang bisa menebak perasaannya. Ibarat
Kerikil tercebur kedalam lautan. Penampilannya serba putih..,
sikapnya santai, saking santainya ia duduk berselonjor kaki
diudara, seolah udara itu adalah kursinya. sedangkan orang
yang kedua, wajahnya terlihat begitu serius, saking seriusnya
sampai tak ada senyumpun dibibirnya. Ia berdiri disana, tak ada
setitik gerakpun ia bergerak. Ia berdiri tak bergeming. Padahal
mereka disana sudah hampir tiga kentungan.
"Ia datang" Dengan senyuman yang begitu memabukan lelaki.
gadis itu berkata. Suaranya bak burung nuri yang sedang
berkicau...tiba tiba ia berkata dengan lantang sembari menatap
pintu masuk. . "Selamat datang saudariku, . . . . "
"Hihi......Terimakasih saudari.....atas sambutannya.." Terdengar
168 suara lembut merdu mendayu dayu..... Jika seorang gadis dapat
meributkan satu warung, apalagi berdua"....
Dari pintu masuk munculah seorang gadis cantik berpakaian
dalam Hitam berjubah sama dengan gadis yang duduk dikursi,
hanya saja, gadis yang satu ini memakainya dengan gaya
seorang pria, yakni memakai celana panjang yang selazimnya
dipakai oleh seorang laki-laki, dan pelengkap pakaiannya dari
kulit domba putih. Meski ia bergaya seperti pria, tapi tetap tak
dapat menutupi kecantikannya yang ayu.
Ia berjalan dengan lemah gemulai menghipnotis setiap mata laki
laki yang memandangnya tak berkedip. lalu duduk dihadapan
gadis yang duduk dikursi.
"Kasturika, Bagaimana kabar kalung yang diambil gagak?"
Tanya gadis yang menunggu dikedai tadi.
"hihi...Kalung yang diambil gagak telah dibagikan kepada
anaknya...! lalu bagaimana kabar lebah yang berebut madu
dengan kupu kupu, adik Cempaka"...Ternyata gadis yang dari
tadi menunggu diwarung bernama Cempaka lalu gadis yang
baru datang adalah Kasturika si Dewi Damai Buana.
Maksud dari Kalung adalah harta milik hartawan yang dicuri,
sedangkan gagak adalah dirinya (Kasturika) lalu dibagikan
kepada anaknya jelas sekali bahwa harta yang dicurinya telah
dibagikan kepada rakyat. Mengenai Lebah yang berebut madu dengan kupu kupu adalah,
informasi yang didapatkan dari pelanggan (Lebah) sedangkan
kupu kupu melambangkan gadis yang bernama cempaka,
karena memang profesinya sebagai wanita malam.
"Telapak tangan ku telah pegal dan memang sudah bergerak,
memang telapak tangan tak bisa digerakan hanya dengan
tangan saja, melainkan dengan kerjasama anggota tubuh" ucap
169 Cempaka. Kasturika termenung. Lalu berkata
"Biarlah kutemui "KE"dai "TUA" untuk berbicara beberapa patah
kata" "hihi....Kau nakal Kak Kasturi, oh ya nampaknya pada saat pesta
nanti bakal ada sandiwara menjebak Undangan saat penjamuan.
Yang kurang hati hati bakal dikasih kue lo, kau mau datang"
Selain itu Sandiwaranya juga menggunakan macam macam alat
untuk menunjangnya dijamin seru"
Kasturika tertegun "darimana kau dapat bocoran itu ayi
cempaka.... Bukannya itu rahasia?"
"hihi.....Aku tahu dari mempelai, jadi gak bakalan salah"
"kau tahu skenario sandiwaranya"
"Tentu, ini lihatlah" Cempaka menyerahkan gulungan lontar.
Mimpipun tidak jika kaum persilatan disana mengetahui jikalau
pembicaraan dua gadis itu menyangkut dunia persilatan. Setahu
mereka dua gadis itu sedang asyik masyuk membicarakan
perkawinan sahabatnya. "Nona berdua ingin memesan apakah?" Sapa salah seorang
pelayan sambil melap sebuah baki dengan sebuah ikat pinggang
berwarna merah. "Nasi putih sebakul dan ayam panggang kecap minumannya
tuak saja., oh ya paman, bisakah paman menyampaikan kepada
pemilik "Ke"dai Tua bahwa kami mengundang ke pesta
pernikahan teman kami, dan ini surat undangannya." Kasturika
menyerahkan daun lontar kepada pelayan itu.,
"baik, nona" "tunggu...! Ambilah ini" Cempaka menyerahkan sekeping uang
perak. "Terimakasih nona, pelayan itu meninggalkan kedua nona jelita
170 itu. Yang sedang asyik brcengkrama diiringi tatapan mata para
lelaki.......... "Tuan, Tuan berilah sedikit rejeki tuan kepada kami,...." seorang
pengemis mengiba dipintu warung.... pengemis itu
menengadahkan mangkuk, mangkuk itu berwarna merah
darah.... "Ambilah, dan segera enyah dari sini, kau menghalangi setiap
pengunjung lihatlah gara gara dirimu banyak yang diam diluar, "
Seorang pelayan warung membentak dan melemparkan
sekeping uang dengan selembar daun lontar, dan sebuah kain
lap. Tanpa diperintah dua kali pengemis itu segera menyingkir,
menjauhi kedai, setelah sampai disuatu kota tiba tiba wussttt
tepp...dengan congkaknya seorang anak muda dengan
penampilan mentereng merebut mangkuk sipengemis dan
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil uangnya. "Enyah kau dari hadapanku" bentaknya sambil menudingkan jari
dijidat pengemis itu. Tangannya yang berlengan panjang
membuka sedikit memperlihatan sebuah gelang indah berwarna
merah darah, Orang orang yang melihat itu, menghela nafas panjang. Didesa
itu siapakah yang tak mengenal Tuan muda Jumantara.
"Biadab kau, mentang mentang kau orang kaya, beraninya
memeras seorang yang lemah" bentak seorang gadis yang
datang dengan dua orang pria dan seorang gadis berbaju
merah muda dengan jubah warna hitam. Gadis muda itu
menyandang pedang di punggung. Sedangkan yang membentak
itu seorang gadis baju berbentuk jubah dengan warna kuning
gading. Kain itu tipis, sehingga pakaian dalamnya yang
171 berwarna biru tua itu terlihat membayang di balik jubah
kuningnya. Celananya berbentuk payung, sebatas mata kaki. Rambutnya
yang panjang sebatas pinggang dibiarkan lepas terurai ke
depan, sebagian di dada kiri sebagian lagi di dada kanan, la
mengenakan ikat kepala bukan dari kain, melainkan dari tali
sutera yang berwarna merah, Tali sutera itu sedikit panjang
sehingga sisa ikatannya jatuh berjuntai melewati pundak
kanannya.. "Gadis Cantik siapakah kau?" Tuan muda Jumantara. Terkejut
melihat seorang gadis membentaknya. Paras mukanya sedikit
berubah melihat seorang lelaki memakai jubah coklat dengan
perlengkapa kulit kijang, tersenyum geli melihatnya.
Tanpa mempedulikan si Gadis Tuan muda Jumantara berbalik
dan melangkah menuju rumah bordil. Sigadis tersinggung
"Keparat"Teriaknya sambil memasang kuda kuda hendak
menyerang tapi, ia membatalkan serangannya Karena Ia ditahan
seorang lelaki dengan wajah kekuningan.
"mengapa engkau menahanku kakang Angkara?" dengan
keheranan gadis itu bertanya. Pemuda itu yang ternyata angkara
tersenyum, "Kau akan mengerti nanti... Jelita!"
Dengan terburu buru Tuan muda Jumantara memasuki rumah
bordil sesampainya disana Nyi Mala datang menghampirinya,
"Selamat datang Tuan Muda?" sapanya. "aku ingin
bercengkrama dengan sikupu kupu malam" dengan angkuhnya
Tuan Muda Jumantara berkata seraya menyodorkan beberapa
uang kertas. "Kebetulan Sikupu kupu malam sedang tidak memetik bunga,
mari ikuti saya tuan.... lalu keduanya melangkah menuju kamar.
"Silahkan bersenang senang Tuan Muda." Nyi mala melanjutkan
172 langkahnya kebelakang dan menyusuri kebun bunga, bunga itu
ditanam dengan indahnya malah seakan diatur sedemikian rupa.
Nyi Mala maju kedepan dua langkah, kekiri dua langkah maju
sepuluh langkah, dengan gesit melompat kekanan sejauh dua
kaki setelah itu berjalan menyusuri bunga mawar hingga ia
sampai dipondok sederhana.
Dilihatnya seorang pemuda cakap dengan codet melintang dari
alis kiri sampai kanan dialah Sipengabar langit. "Kupu kupu
terbang membawa kabar burung" sapanya.
"Burung hinggap di pondok mungil" Sipengabar langit menjawab.
Nyi mala menyerahkan uang kertas dan kembali keruangan
kerjanya. ....................................................
"Angkara, Aku masih tak mengerti dengan kejadian tadi" seorang
pemuda memakai jubah coklat disebelahnya bertanya dan
disetujui oleh kedua temannya yang lain.
"Sudahlah, Nanti kalian mengerti, kita hampir sampai ikuti
langkahku jangan sampai salah langkah." Angkara berjalan
dengan diiringi ketiga yang lainnya. Mereka melewati kebun
bunga, hutan bambu, gundukan batu, dan beberapa kolam.
Hingga sampai disuatu pondok yang cukup besar. "Kita sudah
sampai" Angkara memecah kebisuan.
Dengan berkerut kening Angkara melihat Jelita sedang
termangu mangu melihat jalan yang barusan dilewtinya. "Ada
Apa Jelita?" Yumi bertanya. Mengejutkan Jelita
"Barisan Bunga penyesat arwah, barisan Selaksa dewa bambu
menjebak iblis, barisan cermin air gaib, dan barisan Padang
gurun tak bertepi."Desisnya. "Siapakah yang membuat barisan
kuno ini Kakang?" Jelita bertanya kepada angkara.
"Sahabatku" jawabnya singkat. Dan melanjutkan perjalanan,.
173 Mau tak mau ketiga lainnya mengikuti. sesampainya didepan
sebuah pondok mungil tiba-tiba....
"Kau sudah datang Angkara, malah membawa dua gadis dan
satu laki laki gagah kau hebat Angkara, hahaha....silahkan
masuk, silahkan masuk.." dari dalam terdengar orang berkata.
Mau tak mau ketiga sahabat angkara berubah wajahnya, kecuali
Angkara yang memang mengenal suara itu. Bagaimanapun
orang yang mengetahui kedatangan orang seperti mereka, jelas
merupakan seorang jago kosen. Angkara membuka pintu
dilihatnya seorang anak muda yang sangat tampan sedang
berhadapan dengan dua Orang tamunya yang memang
sepertinya bukan orang tanah jawa. Mereka tak lain adalah
Thian Hong li dan Thian Liong
"Sepertinya kau sedang ada tamu, ketua...!"Tanpa sungkan
Angkara duduk disebuah tempat duduk yang terbuat dari kulit
kijang. Teman Angkara bertiga terkejut tak disangkanya ketua
yang dikatakan hebat oleh seorang Angkara hanyalah seorang
pemuda sebaya mereka. "benar, kenalkan inilah Thian Hong li dan Thian Liong dari
negriTionggoan" Thian Hong li dan Thian Liong bangkit dan
memberi Hormat. "Thian Hong li dan Thian liong memberikan
hormat kepada Siwi...!" .
Ryusuke dan Yumi juga bangkit dan menjura 90o. Begitulah
mereka berbasa basi dan bercakap cakap untuk saling
mengenal diri masing masing.
Bagaimana cara Thian Hong li dan Thian Liong bisa ada disana"
Kita mundur dua hari kebelakang.
Matahari bersinar terik menyengat kulit membakar jagat raya....
awan berarak menari di angkasa raya menyelimuti seorang
174 pemuda berbaju biru dengan kuncir kuda di belakang kepalanya.
Seorang Pemuda berbaju Biru itu sepertinya baru sampai di
Desa Padanghaur itu terheran-heran menyaksikan keramaian
pada hari itu yang tidak seperti biasanya. Kemudian ia
memasuki sebuah kedai yang sangat ramai. Tidak ada tempat
kosong sehingga terpaksa dia berdiri sambil menengok ke sana
ke mari. Ia melihat dua orang lelaki yang sedang bersantap sambil
mengobrol tak henti-hentinya. Karena di situ masih ada tempat
kosong, maka Pemuda itu mendekati mereka.
"Maaf" ucapnya sambil menghormat pada kedua orang itu.
"Bolehkah aku duduk di sini?"
"silakan" sahut salah seorang sambil memandangnya.
"Terima kasih" Pemuda itu tersenyum dan duduk- segera
seorang pelayan menghampirinya.
"Tuan mau makan apa?"
"semangkok nasi dan sop sapi," jawab Pemuda itu.
Tak lama kemudian, pelayan sudah menyediakan pesanannya.
Ketika ia mulai bersantap, kedua orang di dekatnya terdengar
mengobrol lagi. "Kau sudah mendengar berita baru"."
"Berita Apa"..."
"huhhhh....." orang yang berbadan gemuk meng-gelenggelengkan kepala.
"Sepertinya dunia persilatan bakal banjir darah lagi"
"Mungkin kau benar, aku juga pernah mendegar berita yang
menggemparkan didunia Persilatan"." Temannya manggutmanggut.
"Aaakh" orang berbadan gemuk menghela nafas panjang.
"Sepertinya generasi sekarang ini bakal mengalami masa masa
175 suram." "yaah" Temannya menggeleng-geleng kepala,
"menurutmu tokoh muda yang baru baru muncul, apakah
membantu memerangi kesuraman apakah malah membantu?"
"Entahlah, " dengan murung keduanya terus ngobrol.
Pemuda itu menyelesaikan makan dan berpamitan kepada
keduanya, dengan tenang ia berjalan santai dan menepuk
pundak seorang pemuda tampan berbaju pelayan. Sepertinya ia
hendak pulang kerumahnya. Pemuda itu terperanjat, dari gerak
geriknya yang gesit dan cekatan sepertinya pemuda berpakaian
pelayan itu mengerti ilmu silat. Dengan cepat ia berpaling dan
melongo.... "Hahaha.....Kita jumpa lagi Thian Liong, Pemuda itu memeluk
Thian Liong. Dengan gelagapan thian Liong menjawab.
"Setan Cilik, kau.....Adiku, sampai murung kangen padamu.."
"Haha...bagaimana denganmu" Kangen tidak padaku"
"tidak.." "Bohong.." "Hahaha....." brukk.... Thian Liong balas memeluk Pemuda yang
ternyata Aram Widiawan itu.
"yuk, kita pulang sekarang.." ajak Thian Liong
"Bagaimana kabar Hong Moay"
"Hong Moay?" "Ah..Aaanu Maksudku Adik Thian Hong li"
"Haha,....Kau lihat saja nanti..."
Bibir ini tak bisa bicara
kala cinta sedang berkata
walau sejuta coba menyapa
ku hanya bisa tertawa Mungkin rasa itu akan pudar
176 di suatu saat yang terbakar
tapi hati ini akan trus gembira
tak pedulikan suasana terkira
Cinta yang bisa membuat manusia
menari di tengah-tengah udara
tertawa dilangit dunia tanpa ada batasannya (internet) Setangguh atau secerdik apapun seorang lelaki, jika ia
dihadapkan dengan kata "CINTA" hilanglah sudah kekagahan
dan kecerdikannya. Ia akan seperti anak yang baru lahir. Perlu
diketahui cinta merupakan senjata yang paling ampuh didunia ini
bahkan melebihi sebuah pedang, cinta juga merupakan senjata
yang paling jitu untuk membunuh.
"Kau kejam....., oh ya, aku tadi kepenginapan yang dulu, tapi
kata pemilik penginapan kau telah pindah..!"
"ya, bagaimanpun kalau nginap terus uangku bakal tekor,
makanya aku membeli sebuah rumah baru meski mungil"
Begitulah mereka terus bercakap cakap hingga mereka tiba
didepan sebuah rumah mungil yang sederhana namun asri.
Bunga bunga mekar dengan indahnya. Menghiasi seorang gadis
cantik yang sedang asyik memetik bunga....
Aram terpelongo takjub, "Bidadari bunga.." serunya tanpa sadar.
Gadis itu terkejut seketika ia berpaling dan melongo, bibirnya
yang ranum terbuka menantang. Aram terlena melihat bibir yang
indah itu. "Jangan melongo kaya kesurupan begitu, ayo masuk.." Thian
Liong geli melihat Aram seperti kehilangan sukma. Aram
gelagapan, wajahnya merah menahan malu, kepergok
perasaannya. Dengan cepat ia mengikuti Thian Liong yang
177 sudah duluan masuk kehalaman.
"Engkoh Aram...." Seorang gadis memeluk Aram. Aram
gelagapan karena dengan tersenyum penuh arti Thian Liong
menatapnya seraya masuk kerumah.
"Hong moay...kau terlihat sedikit kurus..." Aku kangen kamu..."
bisiknya ditelinga Thian Hong li.
"ak...aku juga kangen kamu Engkoh Aram."
Cup....sebuah ciuman lmbut mendarat dipipi Thian Hong li. Hati
Thian Hong li bagaikan bunga yang berada di taman nirwana,
mekar indah lembut menyentuh relung relung jiwa. Mereka
bertatapan dengan mesranya.
"mau sampai kapan kalian bermesraan seperti itu?" sebuah
suara yang lembut terdengar menyentak keduanya. Dengan
tersipu sipu keduanya melepas pelukan dan masuk keruangan.
Mereka tak sadar bahwa ada sepasang mata yang memandang
penuh kebencian dipinggir jalan.
Malam yang dingin begitu dingin membekukan tulang.
Menyaksikan dua insan yang sedang melepaskan rindu,, Mereka
duduk berdua sebab Thian Liong pergilagi ke warung tempatnya
bekerja. "Dingin ya Hong Moay?" Aram memecah keheningan.
"hihi....." Thian Hong li cekikikan.
"Mengapa engkau malah tertawa dinda" Aram mencoba
merubah bahasanya. "Dingin dingin gini enaknya ngpain ya?"
"Emmmcchh....minum kopi atau....."
"Atau apa...?" "Atau gini..." Aram memeluk Thian Hong li dan menciumnya.
"akkkhhh...kau nakal kanda.." jerit Thian Hong li manja. Mulut
bicara begini tapi tubuhnya berkata lain, Thian Hong li dengan
178 mesra memagut bibir Aram dan membelai rambutnya.
"Aku cinta kamu Thian Hong li" bisik Aram ketika mereka
mengambil napas. Tapi dibalas ciuman oleh Thian Hong li
"emmmchhhh" gumamnya.
"Aku sayang kamu Thian Hong li" Aram kembali berbisik. Yang
dibalas dengan ciuman mesra lagi.
"Emcchhh" "Bolehkah aku melakukan hal yang dulu kita lakukan sayang..."
"Lakukan apa yang kau ingin lakukan kandaku...akupun
merindukan itu...." balas Thian Hong li.
"Kapan Kakakmu pulang?"
"Besok pagi.." dengan tatapan penuh pengharapan Thian Hong li
menatap mata Aram. Wajahnya kemerah merahan menahan
sesuatu. Matanya sayu...bibirnya merah menggoda setengah
membuka seakan mengharapkan sesuatu.
"kita pergi kekamarmu saja ayuuuk....! Segera Aram
membopong Thian Hong li dan membaringkannya diranjang...
mereka berciuman dengan bernafsu, saling membelit,
menerjang menyedot, menggigit dan melepaskannya jika
mereka sudah kehabisan nafas lalu kembali bertempur. Tangan
Aram tanpa permisi menyusup kebalik pakaian Thian Hong li
dan melepaskan kaitannya. Lalu meremas gundukan yang
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada disana. Thian Hong li memegang tangan Aram dan melepaskannya.
"Kenapa?" Aram Kecewa. Thian Hong li tak menjawab ia turun
dari pembaringan. Dan kejadian selanjutnya membuat Aram tak
bisa berkata kata selain memandang dengan berdebar debar
dan kagum. Mengapakah demikian"
179 Seraut wajah yang cantik bak bidadari berdiri dengan keadaan
tanpa selembar benangpun melekat ditubuhnya, kulit yang putih
mulus tanpa cacat terpampang begitu saja didepan mata Aram
Widiawan sipemuda berusia 17 tahun.
"Sayang, ..... Aku berikan semuanya untukmu jangan menolak..!"
cuppp....emmmchhh Thian Hong li kembali mencium Aram.
Mereka kembali bertempur seru Dengan mesra Aram membelai
meremas sekehendak hatinya gunung milik Thian Hong li yang
begitu sekal. Kini Aram bebas bergerak karena tak ada lagi
penghalang tangan kirinya turun kebawah dan membelai sungai
didalam rimba dengan lembut... Thian Hong li mendesah desah
keenakan tangannya bergerak memegang dada Aram. Karena
kasihan sambil bercumbu Aram melepas pakaiannya. Malam
begitu dingin tapi mereka malah berbugil ria, bergulat saling
menjatuhkan, darah membasahi sprei suara erangan semakin
santar, suara dua buah senjata yang bertempur juga semakin
santer terdengar hingga pada suatu kesempatan mereka
mencapai puncaknya, suara jeritan melengking terdengar cairan
bening bercampur darah dari sungai didalam rimba mengalir....
membawa sejuta kenangan. Begitulah malam itu mereka kembali bertempur berulang ulang
sampai keduanya lemas dan tertidur bertindihan.
-ooooo(jumpfunk boys adventure)oooooo"Tuaknya kang....." Suara merdu yang penuh kebahagiaan
terdengar dipagi yang temaram ini membuai seorang pemuda
tampan yang baru selesai bersemadi. Pemuda itu mengambil
tuak dan menyimpannya disamping tubuhnya.
"mengapa tak diminum kang?" pemuda itu tak menjawab ia
malah bersenandung. Puisi Merah Jambu 180 Bila kau tanyakan aku Apa artinya cinta Sungguh aku pun tak tahu Ku hanya merasakannya Tapi bila kau tanyakan Cinta kah aku padamu?"
Dengan tulus kuakui Bersyukur memilikimu Jalan hidup ini temukan aku denganmu
Waktu jadi saksi, aku disini untukmu
Terkadang kau kusakiti Kau tahu itu bukan maksudku
Terkadang engkau tak peduli
Aku memikirkanmu Kita hadapi, kita bernyanyi"
Kita jalani" bersama hidup ini
"Akh kau bisa saja kakang, Aku kedapur dulu ya, mau
masak...."...gadis yang ternyata adalah Thian Hong li berkata.
"baiklah,...Hati hati, jangan sampai tersulut api" Pemuda yang
ternyata adalah Aram widiawan berkata mesra.
Didunia ini tak ada satupun kehidupan yang selamanya bahagia,
meski pikiran kita ingin berbahagia selamanya, namun bila takdir
berkehendak lain apalah daya kita....
Dengan lesu seorang pemuda tampan berpakaian pelayan
berjalan menuju sebuah rumah mungil dipinggir jalan, seorang
pemuda lain yang tadi asyik minum tuak dipintu datang
menyambutnya. "Ada apa kakang...wajahmu begitu kusut?" Aram menyapa.
"kita bicara didalam saja Aram...."Pemuda berpakaian pelayan
181 yang tak lain adalah Thian Liong menjawab. Dengan beriringan
keduanya kembali kerumah. Dan kebetulan sekali sepertinya
makanan sudah siap. "Adik, Kebetulan kakak belum makan..." Dengan wajah
tersenyum getir thian Liong berkata. Thian Hong li menatap
kakaknya dengan heran, tak biasanya kakaknya itu berwajah
demikian. Tanpa banyak bicara mereka bertiga segera mulai bersantap.
"Aku dipecat tanpa diberikan suatu alasan apapun, membuat
hati ini tak puas penasaran."Thian Liong berkata dengan berapiapi. "Apa?" Thian Hong li terkejut sementara Aram diam saja.
"Sepertinya ada yang tidak beres" Ujar Aram dengan gayanya
yang khas ketika ia berpikir.
"Menurutmu bagaimana?" Thian Liong heran
"Sepertinya ada Sangkut pautnya dengan aura negatif kemarin.."
"Aku masih belum mengerti.."
"Ketika aku datang kemari, dan melepas rindu dengan hong
Moay aku merasa seakan punggungku ditatap dengan aura
kebencian." "Bagaimana kau bisa merasakannya?"
"Aku memiliki sebuah ilmu yang bernama Aura kematian,
dengan ilmu itu, tubuhku peka terhadap Aura aura negatif. Jadi,
itu alasan ku mengetahui"
"Jadi menurut engkoh siapa?" Thian Hong li menyela.
"Entahlah....hemmmcchhh sepertinya ia berpengaruh.."
"akh, bagaimana ini" Jikalau memang ia berpengaruh, aku yakin
disemua tempat ini tak bakalan menerimaku. Sepertinya kita
harus meninggalkan desa ini.. dan menyelidiki mereka ditempat
baru..., tapi dimana?"
"Aku tahu tempat itu. Kau ikutlah denganku kalian tak keberatan
182 kan?" "Akh jadi merepotkanmu Aram."
"Bukankah kita ini bersahabat?"
"Sahabat sejati" suatu kata yang sederhana namun begitu
memiliki arti. Banyak yang mengartikan persahabatan sejati
Memiliki makna berbeda di tiap daerah Tetapi tetap satu utama
intinya Saling adil dalam memberi Tanpa ada kaitan ini lemah
tak berdaya, atau kaya miskin.
Aram merenung, dahinya berkerut. Melihat itu Thian Hong li
seakan mengerti bahwa kekasihnya sedang berpikir makanya ia
tak mengganggu. "Ada apa, sepertinya kau mendapatkan sesuatu yang buruk?"
Thian Liong bertanya, "Sepertinya hari ini ada sedikit keonaran. Sebaiknya kakang
segera menjual rumah ini. Biarkan aku yang akan menawarkan
kepada tetangga, sementara kalian lekaslah berkemas "
wussstttt setitik bayangan biru melesat kejendela meninggalkan
dua insan berbeda yang merasa sedih, kagum, bercampur aduk,
tapi tak lama kemudian mereka segera melakukan tugasnya
"Bruukkk....." suatu buntalan jatuk berdebum dihadapan Thian
Liong dan Thian Hong, sebagai orang yang melatih silat dan
memiliki indra yang peka. Mereka tahu jika tadi ada benda yang
jatuh dari udara makanya siang siang mereka sudah menghindar
dan memasang kuda kuda. Ketika mereka mendongak kelangit
tampaklah suatu bayangan biru sedang menari diudara.
Bayangan itu meliuk liuk menggapai langit,
wunggg....tep..setelah beberapa saat bayangan itu mendarat
dibumi. "Engkoh Aram kau mengagetkan kami..." pekik Thian Hong li,
183 disusul dengan Thian Liong "Sudah?" . Aram tertawa dan
menjawab. "hahaha.....beres..itu uangnya" Aram menunjuk buntalan yang
jatuh tadi. Mata Thian Hong li terbelalak melihat uang sebanyak
itu, padahal waktu mereka membeli rumah itu. Tak ada
setengahnyapun tidak. "Kau...dijjual kepada siapa?" Dengan tergagap Thian Hong li
berkata. Yang dijawab dengan senyuman indah.
"Hmm....Kita kedatangan tamu" Thian Liong berkata sambil
memandang kesebuah jalan, benarlah disana tampak tiga orang
berjalan beriringan menuju mereka,. Orang pertama seorang
pemuda berwajah cakap dengan kumis tipis diatas bibirnya,
bajunya hijau dengan sebuah kipas di pingganggnya. Orang
kedua adalah seorang pemuda berusia sekitar duapuluh tujuh
tahunan memakai baju biru namun terlihat seperti pemuda
berusia duapuluh tahunan, seorangnya lagi adalah wanita
berusia dua puluh lima tahunan yang memiliki wajah seorang
gadis belia. "Selamat datang samwi di kediaman kami, tapi mohon maaf
tempat ini sudah bukan menjadi milik kami, sehingga tidak dapat
mempersilahkan kalian bertiga."
Wajah salah satu orang yang tampaknya adalah pimpinan
mereka kaget karena itu diluar dugaan mereka.
"Hemmm...Tampaknya kalian tidak bodoh" ucapnya sinis,.
Aram tak mempedulikan mereka dengan lagaknya yang khas ia
berkata kepada Thian Hong li "Sepertinya ada anjing yang tak
kebagian Tulang, makanya ia mengamuk membabi buta."
"Hihi.....dan sekarang anjing itu menggonggong tak keruan"
Thian Hong li cekikikan. "Anjing kurap....berani kau menghinaku hah..!" Pemuda
184 berpakaian hijau itu membentak.
"Kita sama sekali tak menghinamu atau apa, kau sendiri yang
mengaku.... mungkin benar kata pepatah, anjing selalu berkata
anjing,,!!" dengan diiringi senyuman aneh Aram berkata. Betapa
geramnya ketiga Orang itu, jelas mereka bukanlah orang bodoh,
tanpa diberitahu juga mereka mengerti itulah SENYUMAN
MENGEJEK... "Dikasih jalan surga malah memilih jalan neraka, kau memilih
jalan kematianmu bocah..." bentak Pemuda itu sengit. bukannya
marah Aram malah tertawa terbahak bahak, jangankan ketiga
lawan yang heran, Thian Hong li dan Thian Hong juga
terpengarah. "mengapa kau tertawa hah...!"
"Aku merasa geli dengan tingkahmu.."
"Ger...." rasakan ini hiaaaattt................ Pemuda berbaju hijau
menekuk kaki kanan, kedua tangannya ditarik kebelakang
dengan sekali sentakan meluncurlah sinar berwarna biru, tapi
Aram dengan santainya meliuk tanpa menggeser kakinya,
serangan itu melesat dan menabrak pohon duaaarrrr,...seketika
pohon itu berguguran daunnya lalu menjadi kuning ketika
menyentuh tanah. Berubah paras Thian Hong li dan Thian Liong.
Ketika mereka memperhatikan pohon itu, ternyata pohon itu
telah meluruk jadi debu. Sungguh mengerikan jika mengenai
manusia. "hm....Pukulan Rajawali emas meluruk gunung....., masih belum
sempurna" dengan santainya Aram mengomentari. Wajah
pemuda berpakaian hijau itu memerah malu. Baru kali ini ada
yang berani menghinanya. "tahukah kau sedang berhadapan dengan siapa, anjing kurap
hah"..dengan menahan kemarahan yang meledak ledak
185 pemuda berpakaian hijau itu garang.
"Persetan dengan dirimu, perlu ku ingatkan, kita itu seperti air
sumur dengan air sungai, satu sama lain tak saling
mengganggu.. kenapa kau seenaknya memecat sahabatku..?"
"Hahaha...itulah pelajaran bagi seorang kakak yang berani
mengijinkan adiknya yang manis untuk kau peluk,"
"hemm....apakah kau mencintai kekasihku"
"mencintai sih tidak, tapi aku menyukai wajahnya yang cantik
dan body yang aduhai"
"Anjing cabul...berani kau menghinaku..." Thian Hong merah
padam karena marah. "Haha...Adik yang manis kau semakin cantik, kalau
marah...ikutlah denganku, Aku adalah Virahin putra Panglima
Caturangga dari keraton barat. Aku yakin jika kau ikut denganku
kau akan hidup bergelimang harta juga kenikmatan surgawi
haha"... "Namamu saja aku jijik, apalagi kelakuanmu huh tak sudi aku
ikut denganmu" Bentak Thian Hong.
"kalau dengan jalan baik baik tidak bisa dengan kekerasan pun
boleh, Kalian berdua bantu aku..."
Set....Dua orang itu maju kedepan hingga tiga orang melawan
tiga orang. Aram berhadapan dengan Lelaki berbaju biru, Thian Hong li
dengan Virahin dan Thian Liong dengan Wanita cantik berumur
duapuluh lima tahunan, "daripada bertempur seperti ini, benar benar menguras tenaga,
salah salah nyawa melayang. lebih baik kita bertarung diranjang
saja Adik manis" rayu Virahin kepada Thian Hong li.
merah wajah Thian Hong li dengan gusar segera ia membuka
serangan, Thian Hong li memasang kuda-kuda, ia memajukan
186 langkah dalam posisi menyamping disertai dengan pukulan
punggung tangan dengan suatu gerak cepat kaki kiri maju
kedalam, dalam suatu loncatan disertai dengan menarik mundur
pada kaki kiri dan penutupan perlahan dengan menungkupkan
dua tangan didekat dada wussss....Blarrrr bila diceritakan
sungguh panjang tapi dalam kenyataannya itu terjadi dalam
beberapa sekian detik. Dengan kening berkerut cepat virahin membuat kuda-kuda
posisi rendah dengan kedua tangan terkepal setengah tertekuk
didepan tubuh, lalu menyambuti serangan Thian Hong li dengan
menangkis pada tangan kanan dan sambutan pukulan dengan
kepalan kiri...Des....terjadilah adu tangan dengan dialiri tenaga
dalam. Diarena lain keadaan Thian Liong pun tak begitu jauh, mereka
saling rangsek, saling libas jurus demi jurus telah mereka
keluarkan, Thian Liong segera menjinjit kaki kanannya untuk
ditarik mendekat pada kaki lainnya sambil memutarkan tubuh
berjurusan kekiri sambil diiringi pula dengan pengangkatan kaki
kiri. Tangan kiri memutar dan tangan kanan dipersiapkan dalam
suatu pemuulan dengan terkepal.
Mendapat angin, cepat cepat wanita cantik itu menyerang,
dengan tersenyum Thian Liong mengayunkan langkah kaki kiri
kedepan laju dengan kaki kanan yang mengikuti geseran gerak
kaki kiri dengan kepalan tangan kiri yang melakukan suatu
pukulan kuat dan tangan lainnya terayun keatas,....begg ulu hati
wanita itu terkena telak, cepat ia mundur tiga langkah dan
mengatur kuda-kudanya. "Ternyata kau hebat juga bocah tampan" Wanita itu berkata.
Ternyata wanita itu terlalu menganggap remeh Thian Liong,
yang akhirnya harus dibayar dengan mahal, ulu hatinya terasa
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
187 sakit bukan main. Thian Liong tersenyum, "Siapakah namamu Nona"..."
"Untuk apa aku harus memberitahumu" jawab wanita itu genit.
Thian Liong tergugu "akh..anu..emch"
"Hihihi.....kau lucu sekali tampan, baiklah namaku Cintamani
orang persilatan memanggilku Iblis pemuas berahi,". Thian Hong
melongo... tapi gara gara kelengahannya itu, harus dibayar
dengan pundaknya. sebab dengan memanfaatkan
kelengahannya itu Cintamani menerjang dengan menggunakan
sebuah jurus langit mendua bumi bersedih degg..seharusnya
yang terkena adalah dada Thian Liong, tapi bukan Thian Liong
bila harus menerima kekalahan begitu saja, ia berkelit meski
pundaknya tak bisa diselamatkan.
Sementara dipihak lain Aram melawan lelaki berbaju biru diawali
dengan adu kekerasan, keduanya sama sama tak meraih
keuntungan, tapi nampaknya Aram menang setingkat dibanding
dengan Lawannya. terbukti dengan wajahnya yang tetap tak
berubah. "Laknat, sebutkan namamu, aku tak ingin membunuh orang
dengan tak memiliki nama." garang ucapan Lelaki berbaju biru
itu. "Aram Widiawan" jawab Aram pendek. lelaki baju biru itu diam
merenung. "Pernah Apakah kau dengan Si pengecut Gunawan Widiawan
dan perempuan binal Widia seta?"
"Mengapa kau memanggil beliau dengan panggilan tak genah
seperti itu"., cecongormu itu tak sedikitpun pantas menanyakan
itu" Dengan sewot Aram menjawab.
"ciss...apa hebatnya mereka.. Hanya dengan beberapa jurus aku
bertiga dapat membunuh keduanya dengan mudah. Aku
188 Gandapura murid si Iblis Langit tak pernah sudi memandang
tinggi mereka" ejek Gandapura atau silelaki berbaju biru dengan
angkuh. Membesi wajah Aram, wajahnya memerah matang.. matanya
yang merah berkilat kilat tajam. sementara tubuhnya menggigil
menahan marah. Melihat lawannya gemetaran, Gandapura semakin sombong,
"haha.......Aku Gandapura Si Tangan Telengas takan
membunuhmu, asal kau merangkak pergi dari sini, haha"
"Keparat, mati kau....!" Teriak Aram melengking, suaranya
menggelegar bagaikan suara guntur disiang bolong. keempat
orang yang sedang sengit sengitnya bertarung terkejut
mendengar suara yang begitu kencang. bahkan pemuda berbaju
hijau memegang telinganya tak kuat menahan tenaga dalam
yang tersalur didalamnya.
Thian Liong dan Thian Hong li cepat mudur kebelakang, begitu
pula dengan Virahin dan cintamani, kini mereka menonton kedua
naga yang sedang bertarung.
Diarena pertarungan Aram memutar kedua tangan diatas
kepalanya. dan keajaiban pun terjadi, awan tiba tiba mendung,
angin bertiup dingin merasuk tulang, jika hanya itu, maka bukan
ajaib namanya, petir menyalak nyalak meraung raung
memekikan telinga cahayanya menyambar nyambar. Itulah yang
dinamakan dengan jurus Raungan Petir murka langit , salah satu
jurus pamungkas dari ilmu Halilintar perobek bumi.
Gandapura mengerti, lawan mengerahkan ilmu simpanannya,
iapun mengerahkan segenap kemampuannya.
"Hiaaaaaaaaaaaa" Teriakan melengking dari keduanya
menggelegar, dua sosok bayangan mencelat dan bersatu
189 dipertengahan jarak, "Breetttt werrr jlegarrrrr Duaaarrrrrrrrr"
beriringan dengan menyambarnya petir dua buah tenaga sakti
bertemu diudara,. Empat buah bayangan sosok manusia mencelat terhempas
tenaga sakti, pohon pohon mencelat tercabut dari akarnya,
bagaikan topan prahara melanda tempat itu, semua yang berada
dalam jarak duapuluh tombak semuanya berantakan, debu
mengepul tinggi,.... Penduduk sekeliling tempat itu siang siang sudah mengunci
rumah mereka, mereka benar benar ketakutan. sementara kaum
rimba hijau berdatangan ketempat itu, mengintip dari jauh.
Dibalik kepulan debu dua sosok bayangan biru saling menerjang
juga saling melibas. tampaknya keduanya tak ada yang mau
mengalah, entah berapa jurus mereka saling bentrokan tenaga,
dari saling adu bentrokan tenaga, kini mereka merubah siasat
bertarung dengan kecepatan,..... yang tampak kini hanya dua
bayangan biru saling bertemu dan saling terpisah, keduanya tak
bisa dibedakan mana Aram dan mana Gandapura., memasuki
ratusan jurus tiba tiba keduanya meloncat mundur.
Tak jelas siapakah yang akan memenangkan pertarungan hidup
mati ini, Baju bagian dada Gandapura sobek, mulutnya
berdarah, nampaknya ia sudah terluka dalam yang cukup parah.
dilain pihak Aram juga tak beda jauh dengan Gandapura, meski
mulutnya tak mengeluarkan darah, namun sepertinya ia juga
terluka tidak ringan, hidungnya mengucurkan cairan merah.
Dengan memasang kuda-kuda kembali Aram segera menaikan
kaki kanan sambil melakukan gerak putaran dengan tangan
kanan yang berjurusan dari bawah keatas dari arah luar dengan
tangan kirinya ditarik didepan dada sambil menghimpun tenaga
dalamnya. 190 Dilain pihak Gandapurapun tak kalah sigapnya meski sambil
menahan sakit dadanya yang sesak, ia segera memasang kuda
kuda tenaga dalam selaksa racun langitnya dikerahkan sampai
sepuluh bagian, dengan menurunkan kaki kiri kearah samping
kiri, tangan kanan segera digerakan menyilang didada
sementara tangan kirinya diturunkan sejajar dengan ikat
pinggang, Dari cepat, kini mereka berubah dengan tenang, saking
tenangnya, gerakan demi gerakan bahkan anak kecilpun
sanggup melihat gerakan seperti itu, tapi, jangan salah...semakin
tenang, tenaga dalam yang dikeluarkan justru semakin dahsyat,
kerikil kerikil berterbangan diudara seakan tak ada gravitasi
bumi. Dari penjuru barat Aram mendorongkan tangan kanannya
dengan gerakan secepat siput berjalan, begitu tenang jangankan
suara, anginpun seakan tak sudi menyingkir dari dorongan itu.
setelah tangan kanan sampai didepan tangan kiri melakukan
tangkisan serangan dari Gandapura yang memukul dengan
tangan kiri yang menyilang kebawah dengan punggung
tangannya. Setelah dua tangan beradu, mendadak langit yang mendung
dengan sekali kali salakan petir menurunkan hujan rintik-rintik
"Blaaaarrrrrr" Jlegar....jlegarrr.... petir juga tiba tiba menyalak
menyemarakan suasana, dari kubangan arena munculah
sebuah angin Prahara. Sesosok bayangan biru mencelat kepenjuru selatan. semakin
bertarung semakin heran dan geramlah Gandapura segera ia
menekuk pinggang memasang kuda-kuda terus melontarkan
pukulan Racun langitbertebaran , kali ini bukan saja dia
mengerahkan seluruh kekuatannya, sebaliknya Aram hanya
191 menggunakan sepuluh bagian tenaganya, adalah jamak kalau
Aram yang dirugikan. mungkin gara-gara ia kalap dibutakan
dendam, ia harus membayar dengan mahal meski selembar
jiwanya tak melayang. segera Aram menenangkan hatinya,
sambil menggerung dia gerakkan kedua tangan seraya menarik
napas, "Lihat serangan-" Ditengah bentakan, tubuhnya terapung keatas,
ditengah udara dia kebas sepasang lengan baju kebelakang
hingga tubuhnya meluncur seperti anak panah yang dilepaskan
dari busurnya, tubuhnya melengkung kedua tangan bergerak.
Suara "plak-plok" dan ledakan tenaga sakti juga ajian ajian
terdengan nyaring berkumandang di angkasa, damparan angin
pukulan sedahsyat gunung gede menindih menerpa kearah
Gandapura Gandapura sudah lama berkelana di Rimba Hijau
pengalamannya luas, kalau tidak ribuan, juga ratusan kali
bertempur menghadapi lawan tangguh, namun belum pernah
dia menghadapi lawan muda setangguh ini, serangan lawan
menuntut dirinya untuk memboyong seluruh kemampuannya dan
telah memeras seluruh tenaganya, kini lawan menyerang
sedahsyat gunung, bila dia angkat kepala, bayangan telapak
tangan sebanyak itu mengaburkan pandangannya. itulah yang
dinamakan dengan jurus telapak kilat membelah gunung.
Pengalaman berkata dan sudah menjadi kenyataan bahwa olah
kanuragan lawannya meski masih muda namun memang lihay
maka dia tidak berani melawan secara kekerasan lagi, dia undur
dua langkah sembari memutar badan.
Sebelah tangan menepuk balik sementara tangan yang lain
didorong miring keatas balas menggempur kearah Aram. namun
dengan mengandalkan kegesitannya dengan mudah Aram
192 menghindar dan balas menyerang Gandapura kembali diserbu
oleh bayangan telapak tangan"Blang" dengan telak batok kepalanya kena tamparan keras,
seketika kepala pusing mata berkunang-kunang.
Memanfaatkan itu Aram segera susuli serangan dengan sebuah
jurus yang luar biasa dahsyat, jurus itu adalah sebuah jurus yang
kali pertamanya ia bertarung dengan gandapura yakni Raungan
Petir murka langit. Pendekar Golongan putih yang bersembunyi mencaci, mereka
beranggapan menyerang orang yang sudah tak berdaya
bukanlah perbuatan ksatria, lalu mengintip orang yang bertarung
apakah juga merupakan sikap ksatria"
Seandainya yang bertarung dengan Gandapura adalah
pendekar golongan putih, mungkin ia ada harapan hidup, tapi
sayang, sungguh disayangkan ....Aram Widiawan bukanlah
seorang dari golongan putih, saat tersadar dari pusingnya
Gandapura terkejut ketika sebuah pukulan berada sejari
didadanya, menjeritpun tak lagi sempat, apalagi harus
menghindar. "DUAAARRRRRR........." "JELEGAARRRRRR.........."
WUUUSSSSTTT...BLAAARRRR...............!!!
Bumi dan langit kini disibukan lagi dengan sebuah ledakan ajian
dan tenaga sakti yang bergabung.....
Debu bagaikan selimut bumi...
Pohon-Pohon bagaikan anai-anai yang bertebaran..
Burung kini enggan berkicau..
Langit masih juga kelabu...
berlomba dengan jeritan jeritan petir...
Ketika semua kembali normal, debu-debu telah jatuh kebumi,
petir berhenti meraung raung dan kegelapan mulai menghilang,
193 diatas kubangan selebar lima tombak berdiri seorang pemuda
tampan berbaju biru dengan rambut kuncir kuda mematung
memandang angkasa. didepannya seonggok tulang tengkorak
berserakan. Dua tiga cairan bening jatuh kepipinya, " Ayah, Ibu ananda telah
menghabisi satu pembunuh kalian" dengan tersendat ia
menggumam "Kakaaaaaang" Seorang wanita berteriak melengking.
Dengan terseok-seok wanita itu melangkah mendekat kedalam
kubangan dan segera meratapi kakak seperguruannya yang
telah menjadi seonggok tulang karena hempasan jurus Raungan
Petir murka langit. "Kau harus membayarnya dengan nyawamu" Hiaaaaatttt dengan
kalap wanita itu menerjang meski tubuhnya masih sempoyongan
sebab masih terluka parah karena hempasan angin akibat
hempasan dua tenaga sakti.
Dingin-dingin saja Aram menyambuti terjangan Cintamani, ia
hanya menepiskan ujung lengan bajunya "Wusss" Seberkas
sinar keperakan melesat kearah dada Cintamani.
Cintamani terkejut, ia ingin menghindar tapi apa dayanya,
serangan itu datang begitu cepat, tak sempat ia memejamkan
matanya serangan itu sudah menimpa dadanya
"Dukkk...Aaaaakkkhhh" jerit lengking terdengar dari Cintamani,
ia terpental menumbuk dinding tanah yang telah berkubang.
"Saat ini, Aku tak akan membunuhmu tapi, aku akan
menyampaikan tantangan kepada gurumu. ingatlah jurus yang
aku gunakan bernama Ajian Birahi kematian."
Pucat wajah Cintamani, sebagai golongan hitam ia tahu apa itu
Ajian Birahi kematian, ilmu itu adalah sebuah ilmu dari golongan
194 hitam yang beberapa tahun telah menghilang dari peredaran
dunia persilatan. Barang siapa yang terkena ilmu itu, maka birahinya akan
memuncak sepuluh kali lipat tapi, jika ia melampiaskan birahinya
itu maka ia akan mati dengan keluar darah dari tiga belas
lubang. (mata, hidung, telinga, puting susu, mulut, pusar,
kemaluan, anus dan pori-pori).
Cintamani heran bagaimana orang dari golongan putih,
menguasai ilmu itu, tak tahan ia bertanya.
"Bukankah engkau adalah dari Golongan Putih, bagaimana
engkau menguasai ilmu itu?"
"Salah, Aku bukanlah dari golongan putih"
"Hah...! Jadi engkau dari Golongan Hitam?"
"Juga bukan..!"
"Ap....Apa kau ketua dari salah satu perguruan golongan
merdeka." "Bukan, mereka hanya temanku.. pergilah sebelum aku berubah
pikiran dan menguliti tubuhmu."
"Tap...Tapi..."
"Aku Paham, saat pertemuan di Lembah kematian aku akan
menyembuhkanmu. Gembira Cintamani mendengar itu, dengan
menahan sakit ia berdiri dan dengan terbirit birit Cintamani
melarikan diri kearah selatan.
Aram menghela nafas panjang, "Jika kau masih hidup" ujarnya
pelan setelah Cintamani tak lagi terlihat. lalu dengan sekali enjot
ia sudah berada disamping Thian Liong dan Thian Hong li,
"Mari kita pergi, nampaknya disini sudah kedatangan tamu
tamu." Dengan menggunakan ilmu peringan tubuh mereka menyambar
buntalan yang mereka siapkan, dan menghilang diantara rumah
195 rumah penduduk. Didepan sebuah penginapan dua pemuda dan satu pemudi
melangkah masuk dengan santai.
"Ada yang bisa saya bantu tuan tuan" Sapa seorang pelayan.
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adakah kamar yang mirip sebuah pondok mungil?"
"Ada...Ada, Apakah yang ada tamannya atau tidak?"
"Saya memesan keduanya paman"
"Mari,, mari saya antarkan"
Ketiganya memasuki penginapan itu, dan melangkah ketaman,
lalu melewati sebuah rumpun bunga, bambu, gundukan batu dan
beberapa kolam, tanpa sadar Thian Liong dan Thian Hong li
mengikuti langkah langkah Aram, hingga mereka sampai
disebuah pondok mungil. Dengan tenang Aram masuk kedalam dan mengajak kedua
temannya kedalam. mereka bercakap cakap asyik hingga
mereka mendengar langkah kaki.
"Satu....Dua..tiga...Empat..." Thian Hong li menghitung.
"Dua Gadis muda, dan Dua pemuda" Ralat Aram.
^^^^^(one)^^^^^ "Cucuku..., Melati" sebuah suara serak terdengar bergetar.
Seolah merasa berat dengan apa yang diutarakannya itu.
"Hari ini, genap sudah empat tahun kau tinggal bersama kami.
Dan semua kepandaian kami telah diturunkan kepadamu,
hingga tidak ada lagi yang dapat kami turunkan padamu!
Rasanya sudah waktunya eng-kau turun ke dunia ramai untuk
membasmi kejahatan yang akhir-akhir ini merajalela! dan
mencari musuh-musuh Orang Tuamu"
'Tapi, Kakek.... Ini..., ini," gadis yang dipanggil melati tak mampu
menerus-kan ucapannya. la terharu sekali dengan kebaikan dan
kasih sayang yang dilimpahkan Kakek dan nenek angkatnya
196 sekaligus gurunya selama ini.
"Sudahlah, Cucuku! Esok sebelum matahari terbit, kau sudah
harus berangkat!" Ujar Ki Dewa pedang tegas.
Melati membisu Rasanya memang berat untuk mening-galkan
orang tua itu sendirian di sini. Tapi mengingat bahwa kejahatan
telah merajalela, bahkan mungkin juga ada anak yang senasib
dengan dirinya akibat pembantaian dengan intrik yang sama
halnya dengan yang terjadi pada dirinya. maka gadis itu harus
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya itu.
"Nah! Sekarang, Kakek dan Nenek akan bersemadi dan tidak
ingin diganggu lagi!" Ujar Nyi Sateja sambil melangkah
meninggalkan Melati yang duduk termangu itu.
Beberapa saat kemudian, Melati tersadar dan segera berlari.
Dikejar guru-gurunya itu, dan langsung bersimpuh di hadapan
kakek dan Nenek itu. "Kek...,Nek..." ucapnya serak, sambil memeluk kedua kaki Nyi
Sateja. Setelah mengusap-usap kepala Melati, Nyi Sateja dan Ki Dewa
pedang ber-gegas meninggalkan tempat mondok yang biasa
mereka gunakan saat menggodok melati. Mereka tidak ingin
menunjukkan kesedihannya yang malah akan memberat-kan
langkah muridnya nanti. Mentari pagi bersinar malu malu dibalik himpitan dua bukit,
burung"burung berlomba mencari makanan, siulan merdu dari
mulut mereka bersahut sahutan mengiringi seorang gadis
dengan pakaian kelabu dan caping lebar dikepalanya.
Ia berjalan dengan tenang menyusuri jalan setapak yang entah
menuju kearah mana. tapi, gadis itu tetap langkahkan kakinya
sambil menenteng pedangnya, Dari gerak-gerik si gadis, orang
197 berpengalaman dapat menduga kalau gadis itu bukan seorang
wanita sembarangan. Gadis itu berjalan tidaklah sendirian, didepan dan dibelakangnya
mengekor puluhan orang-orang yang mungkin juga berasal dari
Rimba hijau menilik dari penampilan mereka.
"Eyang, boleh Saya bertanya?" sapa si gadis pada seorang
kakek-kakek yang juga berjalan dengan santai. lelaki paruh baya
itu mengenakan pakaian serba putih dengan hiasan bulu burung
jalak di ikat kepalanya, tak salah lagi dialah salah seorang datuk
silat dari golongan putih yakni kyai jalak atau biasa dipanggil
Pendekar Burung Jalak Kakek -kakek itu menoleh dan memperhatikan gadis yang
menanya, dengan seksama. "Silahkan.." "Rombongan apa ini" apakah ada sesuatu yang luar biasa
sehingga paman dan orang-orang ini mengadakan perjalanan
bersama.?" Kakek itu tersenyum sesaat, tapi wajahnya kembali agak
mendung. "Kalau melihat dari gerak-gerikmu, aku yakin kau ini termasuk
orang persilatan." "Memang benar!"
"Jadi, mengapa kau tidak tahu apa artinya rombongan besarbesaran ini" apalagi dirimu ikut dalam iring-iringan bersama
kami!" "Saya memang tidak tahu Eyang.. saya hanya menurutkan
langkah kaki ini saja, apalagi saya sama sekali tidak mengenal
daerah ini, saya pikir bahwa inilah satu satu jalan menuju desa
terdekat " sahut gadis itu Jujur.
"Sebenarnya apa yang terjadi Eyang?" tambahnya
198 Kakek itu menghela nafas panjang. diperhatikannya wajah gadis
bercaping tadi, Gadis itu mengerti, segera ia lepas capingnya dan munculah
seraut wajah yang cantik khas Desa Parahyangan.
Setelah melihat bahwa gadis itu berkata jujur kakek itu berkata.
"Hm.. baiklah, tak ada salahnya kuceritakan padamu.
menurutmu perkumpulan manakah saat ini yang paling
berpengaruh?" Sikakek balik bertanya.
"Apakah Panji Telapak Perak?" dengan hati hati gadis itu
berkata. "Benar....Engkau benar sekali.. Anak manis.."
"Apakah kalian mencari kematian?" terbelalak mata gadis itu...
"Tak ada pilihan bagi kami anak manis, jika kami menolak hadir
nyawa keluarga kami, bakal melayang."
"Intinya, semua orang takut...?"
"Jika hanya aku, nyawa yang hanya selembar ini melayang toh
tidak jadi masalah... ketahuilah sebenarnya rombongan kami ini,
bukan dari satu perguruan atau perkumpu?lan yang sama.
Hanya saja, karena kami datang dengan tujuan yang sama,
maka dalam perjalanan kami bergabung."
"Bergabung untuk apa?"
"Berjuang menyelamatkan keluarga yang ditawan." menjawab
kakek itu... Gadis itu mengangguk angguk mengerti,...
"Manusia memang berbeda beda sipat, ada yang memandang
kematian seolah pergi kerumah, ada juga yang menganggap
kematian seolah pergi ke neraka."
"Maksud eyang, apakah ada diantara iring iringan yang hendak
bergabung dengan mereka?"
"Kau memang pintar anak manis,...bolehkah aku bertanya,
199 kemanakah sebenarnya tujuanmu anak manis?"
"Saya tak memiliki tujuan tertentu eyang, seperti yang tadi saya
katakan...saya pergi kemanapun mengikuti langkah kaki ini,
mengenai rencana mungkin ada,"
"Kalau begitu, apakah rencanamu?"?"
"Saya, ingin bertemu dengan sahabat saya eyang"
"kalau begitu, ikutlah denganku barangkali disana engkau
menemukannya, bagaimanapun juga semua orang persilatan
telah diundang kesana."
"Baiklah...Siapakah Namamu Eyang?"
"Aku biasa dipanggil Kyai jalak oleh teman-teman persilatan,
haha....aku lupa menanyakan siapakah namamu anak manis?""
"Melati..." ***** Lembah Kematian, sebuah lembah mati yang dikelilingi tebingtebing tinggi nan terjal.....
Tempat itu terletak disebuah hutan rimba yang jarang dimasuki
manusia., ditempat itu, tidaklah ada pohon lain kecuali, sebuah
pohon mati sebesar tiga pelukan orang dewasa. sekelilingnya
hanya rumput setinggi mata kaki.
Tempat yang jarang terinjak manusia itu kini bagaikan sebuah
lapangan tempat berkumpulnya manusia, sekitar satu setengah
jutaan manusia bertebaran disekeliling sebuah panggung besar
disamping sebuah gua, sekeliling itu dijaga oleh beberapa ratus
jiwa yang sepertinya prajurit dari Panji Telapak perak.
Dengan angkernya, mereka berdiri menenteng berbagai macam
senjata. wajah mereka tertutup dengan sebuah topeng berwarna
perak. dengan pakaian yang sama yakni. HITAM.
"Kita sampai" suara seorang kakek-kakek kepada orang yang
berada disampingnya. 200 "Hemm.....nampaknya bakal ada pembantaian besar-besaran
Eyang," jawab seorang gadis. wajah gadis itu tak nampak sebab
ditutupi sebuah caping lebar. namun dilihat dari lekukan
tubuhnya yang menggoda setiap insan lelaki, sepertinya gadis
itu berwajah jelita. "haha..... kau memang seorang gadis pintar, diberi tahu satu,
kau tahu tiga.........."
"Akh, Eyang...."Tersipu Gadis itu....
"Mari, kita kesana..."
Dengan beriringan keduanya melangkah ketengah lapangan dan
menuju kebarak disebelah selatan., kedatangan mereka ternyata
menjadi sebuah pusat perhatian,
"Selamat datang Kyai Jalak " sapa seorang pendekar
bercambang lebat. "Bagaimana kabarmu Cambang beringin" Jawab seorang kakek
yang ternyata adalah Pendekar burung Jalak.
"Siapakah Pendekar wanita yang bersamamu Kyai" Seorang
pemuda tampan dengan jubah kelabu bertanya. didunia
persilatan ia terkenal sebagai Pendekar Pedang Surya
sedangkan nama aslinya adalah Waranggana.
"Namanya Melati, julukannya aku tak tahu...." Kyai jalak
menjawab. Tak lama berselang Kyai Jalak terlibat obrolan ringan dengan
berbagai orang pendekar. karena memang selain terkenal akan
ilmu silatnya, ki Jalak juga terkenal akan keramahannya.,
sebenarnya Ki Jalak bukanlah orang asli tanah jawadwipa,
melainkan dari sebuah pulau lain yang bernama pulau
DEWATA. Tak lama setelah rombongan Kijalak datang, munculah
201 beberapa rombongan lain yang nampaknya akan menghadiri
acara itu..... Dilain tempat, disebuah istana didalam gua dilembah kematian
tampaklah suatu pemandangan yang begitu mendebarkan dada
juga membakar birahi dan membuat orang mengkirik karena
ngeri. Mengapakah demikian" Disebuah Ranjang yang mewah duduk
bersandarlah seorang Lelaki paruh baya yang bertelanjang
bulat, ia bersandar didada seorang gadis berusia kira kira
sembilan belas tahun yang juga tanpa selembar benangpun.
Disamping kanan dan kirinya duduk beberapa gadis yang
telanjang bulat, usia mereka sebaya. Mereka sibuk melayani
lelaki paruh baya itu sambil tertawa jalang. Ada yang memainkan
puting dada, Ada juga yang asyik menggosok gosok bukit
kembarnya di paha atau betis ada yang menari sambil duduk
diatas pangkal paha, ada yang sibuk menyuapi makan, juga ada
perempuan yang sibuk menggosok gosok dadanya ditelapak
kaki lelaki paruh baya itu.
Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan
tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih.
Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih
yang menjuntai sampai punggungnya. diperutnya terdapat garis
yang melingkar kemudian ke dada kanan dan kirinya lalu kearah
tangannya yang memutih keperakan.
Disudut lain terdengar jeritan jeritan ngeri, jeritan kesakitan, ada
juga jeritan ketakutan. Mengapakah" Ternyata disana sedang
ada penyiksaan terhadap beberapa manusia. Dari yang paling
ringan sampai yang paling berat atau kematian. Yang paling
ringan ternyata adalah dirajam dengan cambuk besi yang
202 membara. Beberapa manusia sedang digantung diudara dalam keadaan
polos, beberapa manusia yang merintih rintih bahkan menjerit
ketika beberapa anggota tubuhnya dicacah ataupun dicincang
hidup-hidup. Kaisar Iblis memang orang yang kejam... menikmati jeritanjeritan kematian adalah salah satu kesukaannya.... lalu,
bagaimana dengan gadis gadis itu".... Pada awalnya merekapun
sama halnya ketakutan bahkan mungkin akan terkencingkencing dicelana melihat kejadian itu, apalagi bila ia melihat
kaum sejenisnya yang disiksa dengan memasukan pedang/gada
ke kemaluannya. Seperti kata pepatah, Bisa karena Biasa, begitulah yang terjadi
mereka, karena terlalu sering disuguhi kejadian seperti itu,
lambat laun hatinya terbina, maka dari itu, akhirnya mereka
menganggap kekejian yang tak berperikemanusiaan itu adalah
suatu pertunjukan yang monoton.
Entah salah apakah mereka, hingga mereka mengalami hal
yang mengerikan seperti itu. Sedang asyik-asyiknya bersenangsenang dengan para dayangnya, lelaki setengah baya itu
dikejutkan dengan kemunculan seorang kepercayaannya.
"Hamba menjumpai Yang Mulia Kaisar Iblis.." Seorang Pemuda
yang memakai pakaian serba putih keperakan mensoja.
"Ada apakah Adiraja sehingga engkau sendiri yang harus
menghadap." Lelaki paruh baya yang dipanggil kaisar iblis
menjawab. "Datuk delapan penjuru telah hadir...."
Kaisar Iblis mengerutkan kening, "Bukankah itu salah satu siasat
kita....".... "Memang,.....Tapi," Adiraja ragu-ragu.
203 "Teruskan....!"
"Saat ini si sinting dari Timur Ki Asmaradanu tak nampak batang
hidungnya, bahkan Pasukan Telik Sandi tak dapat menemukan
dia, ketika Sisinting dari Timur bertemu dengan seorang pemuda
berjubah coklat dengan Perhiasan Kulit Rubah mereka
kehilangan jejak disebuah bangunan kuno, tampaknya telah
muncul seorang tokoh baru selain, yang aku ketahui."
"Hemm......, Pemudah berbaju coklat....." Desis Kaisar Iblis.
"Braaaakkkkk....." Sebuah meja hancur berkeping keping dilanda
kemarahannya. perempuan-perempuan yang tadi bersenangsenang kini ketakutan, dengan sigap mereka membereskan
patahan meja dan pergi keluar ruangan.
"Bagaimana dengan Ketua Perguruan Golongan Merdeka yang
telah berani terang-terangan memusuhi kita. hemmm... tadi kau
bilang, beberapa pendekar muda dengan jubah coklat, siapakah
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka" " "Entahlah, yang pertama bernama Angkara, ciri cirinya ia
memakai peralatan dari Kulit Kijang, ia selalu bersama temannya
dari negri asing, yang kedua seorang yang bernama Huru hara
ciri-cirinya ia memakai peralatan dari kulit srigala dengan
temannya yang bernama Kerbau manggala, juga berpenampilan
sama, hanya peralatannya terbuat dari kulit kerbau. yang ketiga
dua orang perempuan memakai ciri-ciri dari kulit domba, lalu
yang keempat bernama Amuk Samudra,ciri-cirinya ia memakai
peralatan dari kulit kulit buaya, selama ini dia mengacaukan
lautan, bajak laut diporak porandakan, mungkin hanya ia yang
bekerja dilautan. yang kelima ia bernama Murka semesta, ia
memakai peralatan dari kulit Ular, bahkan kabarnya, Sipengabar
Langit juga berpakaian sama, namun ia memakai peralatan dari
kulit harimau, lalu sekarang muncul lagi orang yang memakai
204 peralata dari kulit Rase..... Mengenai Sepuluh Peruruan itu,
hamba telah membuat suatu kejutan bagi mereka....."
"Hemmm,,,,, ceritakan rencanamu...."
"Hamba menjadikan pihak mereka sebagai kambing hitam
dengan pihak kerajaan, hamba yakin.........."
Begitulah, mereka berbincang-bincang mengenai siasat yang
dijalankan orang kepercayaan dari Kaisar Iblis....
Suara teriakan, bisikan, dan lainnya terdengar memekikan
telinga siapapun yang mendengarnya, bila anda melihat dan
mendengar satu juta jiwa berteriak apakah yang terjadi".......
Kejadian Hari ini, adalah kejadian paling menggemparkan dalam
dunia persilatan, bukan hanya dari tanah jawadwipa saja yang
menghadiri kejadian ini, bahkan dari negri lainnya seperti
Swarnadwipa, Malaya (Malaysia dan Singapura), Gujarat, Mesir,
Tionggoan, Jepun dan beberapa negri lainnya.
Mereka berkumpul dan bergumul menjadi satu berdasarkan
golongannya, Dibarak Selatan adalah tempat golongan Putih,
Dibarak Utara adalah tempat para Golongan Hitam. dan
ditengah tengah itu berkelompok dari Golongan Merdeka.
Diantara semua Golongan, Barak kaum golongan merdeka
adalah yang paling sedikit... lalu golongan hitam dan yang paling
besar adalah kaum dari Golongan Putih. memang pada masa itu
adalah masa kejayaan dari golongan Putih, jika seandainya tidak
ada kehebohan yang ditimbulkan Panji Telapak Perak,
barangkali Golongan hitam tak ada yang berani memunculkan
wajahnya. "Selamat Siang saudara-saudaraku.........., terimakasih telah
menghadiri acara peresmian perkumpulan kami, kami Ucapkan
Selamat Datang di Lembah kematian Tempat berdirinya
205 perguruan Paling besar dijagat raya....."
Gemuruh para hadirin sekalian mendengar ucapan yang begitu
Jumawa dan Takabur....tiba-tiba...
"Ting...Tang...Teng.....Tong............"
"..Jrek...Jeng...Dung...Dung........"
Suara Tabuhan Musik melantun tinggi dan merdu dari dalam
bilik gua. Sontak saja semua orang terdiam, suasana yang tadi
bising kini berubah menjadi kuburan...hanya Suara musik yang
semakin santer terdengar, iring iringan itu begitu indah, dengan
diawali dengan kedatangan sekelompok gadis-gadis yang polos
tanpa selembar benangpun yang menari... Orang dari Golongan
Hitam dan Merdeka terbelalak kegirangan, bagaimanapun
mereka adalah orang yang sama sekali tidak mengindahkan
peraturan. sementara orang golongan putih segera memalingkan
wajah karena malu... hanya beberapa orang dari golongan muda
saja yang asyik Setelah Gadis-gadis itu, muncul kemudian disusuli dengan
kedatangan berbagai macam lelaki dengan baju hitam dan
sarung tangan perak. diikuti dengan sebuah Tandu yang terbuat
dari Emas, sementara dibelakang tandu itu Dayang dan Prajurit
pilih tanding dari perkumpulan Panji Telapak perak berjalan
mengiringi tandu yang terbuat dari emas itu.....
Iring iringan itu berhenti, Salah seorang Gadis cantik keluar dari
tandu tanpa sehelai benangpun, ia kemudian memasukan
tangannya kedalam tandu dan menuntun seorang lelaki paruh
baya. Semua Orang yang hadir menahan nafas, ingin menyaksikan
seperti apakah gerangan sosok yang telah menggemparkan
seluruh dunia persilatan bahkan negara negara didunia lainpun
ikut terkena dampaknya,....
206 Kekejaman dan kesadisan mereka sangatlah luar biasa, mereka
menghasut beberapa anggota perguruan-perguruan didunia
untuk menghancurkan perguruannya.
Mereka yang datang dari negri lain adalah mereka yang datang
untuk membawa murid murtad dari perguruan masing-masing,
dan datang untuk menyatakan bergabung.
Lelaki setengah baya itu berwajah cakap tanpa guratan guratan
tua, hanya jenggotnya saja beberapa ada yang sudah memutih.
Rambutnya berwarna Putih Keperakan diikat dengan kain putih
yang menjuntai sampai punggungnya. Pakaiannya serba perak
dengan jubah perak. Ia berjalan gagah menuju singgasananya, setelah duduk, musik
berhenti, semua pengawalnya segera membuat barisan
pelindung. Setelah dihitung Anggota Murid Perkumpulan Panji Perak
ternyata telah mencapai sekitar lima atau tujuh ribuan, entah
darimana saja pasukannya itu.
Semua Hadirin terkesiap tak menyangka jika anggota
Perkumpulan Panji Telapak Perak begitu besar jumlah
anggotanya sampai-sampai melampaui jumlah anggota tiga atau
empat perguruan besar ditanah Jawadwipa,
Adalah Pantas jika Perkumpulan Panji Telapak Perak Mengaku
partai paling besar didunia. jika memang dilihat dari
kwantitasnya. entahlah apabila itu dilihat dari kwalitasnya,
hadirin sekalian belum melihat.
Tiba-tiba hadirin bergemuruh seruan kaget, tercengang atau pun
desahan terdengar bersahut-sahutan.
Melihat itu Anggota Panji Telapak Perak segera berpaling
kearah pusat perhatian, mereka pun mendesah terkejut
mengapakah demikian"
207 Dari Arah Timur melayanglah diudara beberapa sosok bayangan
berwarna warni membentuk formasi sisik ikan.
Tepz....Semuanya mendarat ringan dibumi, tampaknya mereka
adalah Tamu terakhir dalam pertemuan itu.
Yang menjadi kepala barisan ternyata adalah Seorang Pemuda
belia dengan jubah coklat yang sudah menggemparkan dunia
persilatan. hanya saja, hadirin sekalian banyak diantaranya
belum pernah melihat orang yang memakai peralatan Kulit
Rubah.... Hanya orang "tertentu"saja yang mengetahuinya termasuk Melati
dengan ketajaman matanya ia bisa melihat "kawan lamanya
yang telah mengisi hatinya itu" ia bahagia sekaligus kecewa,
mengapa sosok yang ia rindu-rindukan itu harus berjalan menuju
barak kaum golongan merdeka.
Ki Jalak termasuk orang yang sudah berpengalaman dalam
mengecap asam dan garam mengerti apa yang dirasakan
melati. "Itukah kawanmu itu?" tanyanya lirih, namun tak cukup lirih
karena ada orang lain yang mendengar. diam-diam dia merasa
cemburu.... siapakah itu" tentu anda sekalian masih ingat
dengan sosok pemuda tampan dengan jubah kelabu. perkenalan
singkatnya dengan melati telah menumbuhkan rasa nyaman dan
bahagia, dialah orang yang bernama Waranggana. Waranggana
bukan orang bodoh ia paham bahwa dirinya telah mencintai
gadis cantik yang satu itu.
"Benar Eyang..."
"Engkau masih harus bersyukur anakku, setidaknya ia masih
dapat membedakan yang salah dan benar. mungkin suatu saat
ia akan masuk kedalam golongan putih., bagaimanapun harus
disyukuri ia tidak masuk kedalam golongan hitam" bijak ucapan
208 ki Jalak. Dilain pihak yang membuat orang-orang bertanya adalah
bagaimana mungkin si sinting dari Timur Ki Asmaradanu ikut
dalam barisan itu. Padahal mereka Tahu, Ki Asmaradanu
bukanlah tipe orang yang suka bergaul dengan oranglain,
adapun orang yang bergaul dengannya keesokan harinya pasti
akan menjadi gila. mengenai kemampuannya, tak usah
diragukan lagi. jika ia menjadi seorang dedengkot silat delapan
penjuru mustahil ia hanya kaum keroco.
Dengan santai tanpa menghiraukan Tuan Rumah mereka
berjalan menuju barak yang berada ditengah.... tak menunggu
waktu lama mereka sudah tiba dibarak... luar biasa, .... mereka
semua berjalan dengan santai.. tapi jarak dua kilo lebih bisa
dengan mudah mereka capai.
Sesampainya disana, mereka menyebar lalu menyiapkan
sebuah kursi untuk Pemuda berjubah coklat dengan peralatan
dari kulit rubah. Tentu saja, ulah mereka itu mendapat perhatian penuh dari
jutaan pasang mata. Bagaimana seorang remaja diperlakukan
begitu terhormat. Mereka tahu kemampuan-kemampuan dari masing-masing
orang itu. sembilan dari sepuluh mereka merasa jerih bila
berhadapan bagi mereka. tapi saat ini, mereka melayani seorang
remaja yang begitu masih belia, bukankah itu menjadi sebuah
pertanyaan. "Melati, tampaknya temanmu itu telah menjadi orang yang
besar.." Ki Jalak berkata memecah keheranan hadirin.
"Maksud eyang" "Kau tahu siapa orang yang melayani temanmu itu?"
Melati menggeleng...bagaimanapun ia baru saja keluar
209 perguruan, masalah dunia persilatan ia masih buta sama sekali.
"Emch, Kau kenal pemuda itu rupanya Anak manis..." Suara
merdu yang mendayu-dayu menghentikan obrolan Ki Jalak dan
Melati. Keduanya berpaling dilihatnya dua sosok perempuan cantik
yang pertama berambut terurai sepanjang punggung. Matanya
memandang tajam, usianya sudah paruh baya namun masih
memiliki keindahan yang menarik, Perempuan itu mengenakan
jubah tanpa lengan warna merah. Dadanya ditutup dengan
selembar kain warna hijau muda. Namun masih tampak kencang
dan menantang. dilihat dari ciri cirinya jelaslah ia salah satu
datuk ilmu silat yang dikenal dengan julukan "Dewi Pemanah
Asmara" yang bernama asli Nyi Permata Dewi.
Sedangkan perempuan yang kedua memiliki seraut wajah yang
agung. usianya lebih tua dari Nyi Permata dewi kira kira sudah
mencapai enam-puluh tahunan. perempuan itu mengenakan
baju warna hijau dan celananya juga warna hijau. Ikat
pinggangnya dibalut kain beludru warna Hijau pula. Nampaknya
warna hijau adalah warna kesukaan perempuan itu.
Di pinggang Perempuan itu terselip sebilah pedang bersarung
hitam dengan gagang ukiran bentuk kepala Naga. dilihat dari
ciri-cirinya dialah sosok yang bernama Nyai Dewi Renjani atau
biasa dipanggil Bidadari Penakluk Naga.
"Haha... Kalian berdua perempuan-perempuan cantik dari
kalangan tua, sepertinya juga tertarik dengan Pemuda itu"
Kijalak jenaka menggoda Nyi Renjani dan Nyi Permata Dewi.
"Tua bangka awet muda, sepertinya maut masih
menyayangimu..!" Nyi Permata Dewi berseloroh...
"Apa Dia Kekasihmu Anak manis?" Nyi Renjani menggoda
210 Melati. Melati memerah, ia tertunduk malu. Pada waktu itu memanglah
ada hukum mengartikan bahwa diam itu berarti mengakui atau
setuju. Dibelakang mereka juga terdegar beberapa percakapan,
percakapan mereka ternyata mengenai orang-orang yang
menjadi tamu terakhir itu. bahasa mereka sangatlah beragam
karena memang Kaum rimba hijau yang berkumpul saat itu,
gabungan dari beberapa negri.
"Siapakah Pemuda Aneh itu kakang?" Seorang kakek-kakek
berbaju putih dengan selendang hijau tersampir dipundaknya.
dialah Kyai Ahmed Sofyan bin malik , seorang penduduk tanah
jawa keturunan bangsa Arab.
"Entahlah Adi, tampaknya ia adalah pimpinan dari pemudapemudi berjubah coklat yang aneh itu." seorang kakek-kakek
berselendang putih dipundaknya menjawab pertanyaan
adiknya...... sementara Kakek ini biasa dipanggil dengan Kyai
Abdul Sofyan Bin Malik, kakak dari Kyai Ahmed Sofyan.
"Apakah mungkin bila pemuda berusia tak lebih dari delapan
belas tahun mampu mengendalikan sekawanan pemuda-pemudi
yang begitu luar biasa. ?"
Seorang pendekar lain menyela. Pendekar itu memakai celana
pangsi sebatas mata-kaki, sementara bagian atasnya polos,
alias telanjang dada. dipinggangnya sebuah trisula pendek
menggantung gagah. dialah si Trisula Bugil. seorang pendekar
golongan putih dari negri Malaya.
"Aku juga tak mengerti, tapi tak ada yang mustahil didunia ini,..."
Jawab Kyai Abdul Sofyan Bin Malik tenang...
"akh, kalau tak salah dia adalah Pendekar seribu diri....." Ucap
salah satu dari Pendekar didalam kerumunan.
211 "Akh, Jangan ngaco kamu, bukankah Pendekar Seribu Diri
Identik dengan baju Biru dan Kuncir kudanya?"
"Mungkin ia bosan dengan tampilan lama..."
"Wa....wes....wosh......."
Mereka bercakap-cakap dengan sekali-kali di timpali beberapa
pendekar disekelilinginya, sehingga dibarak kaum golongan
putih ribut degan desas-desus tak kunjung juntrungannya bak
Suara tawon yang sedang pindah rumah. meski mereka bisikbisik dengan lirih tapi bila dilakukan oleh beberapa ribu orang
jelaslah itu merupakan suatu hal yang mustahil bila
dibandingkan dengan keadaan seperti dikuburan.
Hal serupa terjadi dibarak golongan Hitam. mereka berbisik-bisik
riuh rendah bersahut-sahutan,
Seorang kakek-kakek bermata cekung, dengan tulang pipi dan
tulang rahang saling bertonjolan. Jubah Ungunya tak
dikancingkan. dilehernya menggantung kepala tengkorak
sebesar kepala bayi menambahkan keseramannya. juga besi
yang melintang dilehernya lengkap dengan seutas rantai yang
membelit kesebagian tubuhnya. Dialah Ki Sapta yang dikenal
sebagai Iblis Pembunuh Raga. menurut kabar yang beredar dia
adalah seorang tahanan kerajaan kresnapaksa,
Pendekar Seribu Diri Karya Aone di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun waktu berada didalam penjara ia bertemu dengan
seorang sakti, sehingga ia dapat keluar dari penjara dengan
membantai seluruh Pasukan keamanan Tahanan dalam
Penjara. dia hanya menyisakan onggokan-onggokan daging
Petualang Asmara 17 Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 12