Pencarian

Raja Silat 29

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 29


menderita luka, ia tak bakal berhasil melarikan diri terlalu
jauh. Tanpa berpikir panjang lagi badannya segera menyusup
masuk kedalam sebuah hutan Lie Hoa Liem disisi kalangan.
Ketika itulah ia temukan sesosok bayangan putih dengan
gerakan yang cepat sedang menerobos masuk kedalam hutan.
"Sun Ci Si.kau hendak melarikan diri kemana?" Bentak Liem
Tou keras keras. Bagaikan sebatang anak panah ia meluncur masuk kedalam
hutan Lie Hoa Liem dimana Boe Beng Tok su sedang
melarikan diri terbirit birit.
Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya. diam diam ia
kumpulkan tenaga sinkang nya keatas kedua jari tangan serta
telunjuknya, lalu dengan gusar bentaknya. "Sun Ci Si!
berhenti." Bersamaan dengan suara bentakan tersebut jari taagannya
berkelebat lewat mengirim sebuah sentilan tajam kedepan,
segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana angin
taupan menghajar punggung Boe Beng Tok su.
Bagaimanapun juga Boe Beng Tok su adalah seorang jago
Bu lim yang memiliki pengalaman sangat luas mendengar
adanya angin serangan mengancam punggungnya dengan
sebat ia berkelit kesamping.
Liem Tou tidak menjadi bingung. hawa murninya disalurkan
lebih menghebat sekejap mata ia melancarkan tujuh, delapan
buah totokan sekaligus. Setiap desiran jari tangan meluncur tanpa menimbulkan suara
yang keras tapi bagi Boe Beng Tok su cukup mengejutkan
batinya ia tahu kali ini dirinya akan musnah.
Sembari putar badan tanpa menghindar atau berkelit
bentaknya kalap" "Liem Tou, seluruh kolong langit sejak ini menjadi milikmu,
kenapa kau begitu mendesak aku orang?"
Sembari membentak ia kumpulkan seluruh kekuatan yang
dimilikinya mengirim segulung angin pukulan yang maha
dahsyat. Tetapi bagaimana pun juga Boe Beng Tok su yang masih
menderita luka tidak memadahi untuk melawan serangan jari
tangan Liem Tou. Terdengar ia mendengus berat tahu-tahu badannya sudah
tertotok kaku dan roboh keatas tanah. kendati begitu dengan
gusar ia melototi diri Liem Tou tajam2.
Saat itulah lambat lambat Liem Tou berjalan menghampiri
diri Boe Beng Tok su, meroooh sakunya dan mengambil keluar
sebungkus bubuk warna merah,
'Heee.. . hee Sun Ci Si ! sekarang akan kulihat kau dapat
berbuat jahat lagi tidak" ayoh terangkan dimana kau
sembunyikan diri Cioe Ling Cu?"*
Sekalipun seluruh tubuh Sun Ci tak dapat berkutik, dengan
paksakan diri ia menggeleng juga.
Liem Tou tertawa dingin mendadak ia cengkeram lehernya
lalu dengan menggunakan ilmu melepaskan otot dan tulang
ditekannya keras-keras. Seketika itu juga Boe Beng Tok Su merasakan seluruh
badannya sakit hingga merasuk ke tulang sumsum.
"Liem Tou!" makinya kalang kabut. "Aku benci kau
sehingga pingin kutelan dagingku mentah- mentah, jangan
harap kau bisa mendapatkan jawaban dari mulutku,'
Liem Tou menambahi lagi tenagaaya dengan dua bagian,
kontan Boe Beng Tok-su merasa kesakitan. keringat dingin
sebesar kacang kedelai bagaikan curahan hujan mengucur
keluar tiada hentinya, bedan pun gemetar keras.
Tetapi sambil gertak gigi ia tetap mempertahankan diri.
Melihat keketusan serta kekerasan kepala orang ini, Liem
Tou tertawa dingin tiada hentinya.
"Oooouw, ..jadi kau ingin mencari siksaan buat dirimu?"
baik! Satu detik kau tidak mau bicara satu detik pula tak akan
kulepaskan cengkeramanku!'
Kelima jarinya yang mencengkeram tengkuk Sun Ci Si
makin diperkencang lagi bahkan makin lama makin kuat dan
makin kencang. Lama kelamaan Boe Beng Tok-su tak dapat menahan rasa
sakitnya lagi, ia mulai menjerit-jerit bagaikan babi disembelih,
air mukanya pucat pasi melebihi mayat, ia tidak kuat menahan
diri lagi. "Ayoh cepat bicara, asal kau suka bicara akan kulepaskan
dirimu?" Jeritan Boe Beng Tok-su yang keras ini segera memancing
datangnya sigadis cantik pengangon kambing serta Giok-jie.
terdengar gadis itu berbisik kepada diri Liem-Tou dengan
suara yang lirih: "Ciau Thian Kie sudah mati, sepasang matanya berubah
jadi dua buah lubang darah"
Bila tidak mendengar berita ini masih tidak mengapa,
setelah mendengar berita kematian si orang tua itu Liem Tou
jadi gusar, cengkeramannya makin diperkencang.
Kali ini Boe Beng Tok-su benar-benar tidak kuat menahan
diri, teriaknya keras; "Cepat lepas tangan. aku bicara, aku bicara!"
Liem Tou segera lepas tangan.
"Kau bebaskan dulu jalan darahku yang tertotok, aku
hantar kalian kesana!" kata Boe Beng Tok-su sambil
menghembuskan napas panjang.
Liem Tou memandang sekejap kearahnya kemudian
tertawa dingin. "Heee.. .heee.,,. aku takut kau bisa melarikan diri dari
hadapanku " Sekali tabok punggungnya sepasang lutut Boe Beng Tok-su
melemas dan jatuh berlutut diatas tanah,
Tapi sebentar kemudian ia sudah meloncat bangun dan
berjalan menuju ketepi pantai.
"Eeei...kau hendak kemana?""'' tegur Liem Tou cepat,
"Menumpang perahu kembali ke daratan"
'Haaa... haaaa perahumu sudah hancur, lebih baik ikut
bersama-sama kami saja!"
Mendengar perkataan itu Boe Beng Tok-su tertawa dingin
tiada hentinya. "Perahumu pun sudah kuhancurksn sejak tadi"
Kali ini Liem Tou yang tertegun. tapi sebentar kemudian ia
sudah teringat akan perahu yang ditumpangi Ciau Kie, segera
pemuda ini tertawa dingin.
"Kalau begitu kita gunakan perahu dari Ciau Thian Kie saja"
Untuk ketiga kalinya Boe Beng Tok su tertegun, akhirnya ia
menunduk dan bungkam dalam seribu bahasa. Liem Tou
memimpin beberapa orang itu menuju keperahu Ciau Thian
Kie, dengan si gadis cantik pengangon kambing yang pegang
kemudi Liem Ton serta Boe Beng Tok su duduk di ujung
perahu. Waktu itu sang surya telah condong ke-barat, cahaya
keemasan memancarkan sinarnya keempat penjuru membuat
permukaan air laut berwarna kemerah merahan,
pemandangan waktu itu amat indah sekali.
Liem Tou serta Boe beng Tok su, si jagoan dari kalangan
putih serta dari kalangan hitam itu duduk diujung perahu
dengan pikiran yang berbeda beda.
Dengan waiah penuh senyuman mendadak Liem Tou
berbisik lirih: "Cahaya sang surya waktu sore amat indah sekali, hanya
sayang senja telah menjelang datang"
Beberapa ucapan ini sekalipun tiada bermaksud apa-apa
tetapi dalam pendengaran Boe Beng Tok-su bagaikan sebilah
pisau yang dihunjamkan kedalam perutnya, kontan wajahnya
berubah hebat, dengan sinar mata mendongkol ia melirik
sekejap wajah Liem Tou. Tapi pemuda kita tidak ambil perduli"Sun Ci Si!" ujarnya
kembaii "Aku ingin bertanya satu hal kepadamu, Ah-ie mu
begitu menaruh perhatian kepadamu bahkan berharap kau
bisa lepaskan kejahatan kemball ke jalan yang benar. Kenapa
kau selalu tidak menggubris dirinva?"" (Ah-ie adalah panggilan
untuk adik ibu.) Boe beng Tok su mendengus dingin. "Liem Tou! Aku tidak
ada perkataan yang bisa diutarakan kepadamu kau jangan
ngaco belo lagi" "Tidak! Aku tetap merasa apabila kau dapat melepaskan
jalan yang sesat, kembaii ke jalan yang benar tanpa
kehilangaa kejantananmu serta juga kegagahan seorang jago
Bu lim sejati" kata Liem Tou seraya menggeleng. 'Karena
itulah beberapa kali aku memberi kesempatan bagimu untuk
memilih jalan yang benar, Siapa nyana kau tidak mau tahu
maksud baikku, bukannya berbuat kebaikan sebaliknya malah
berbuat kejahatan. "aaaai ! kali ini kau tak dapat salahkan
diriku lagi, karena Ah-ie mu sendiripun tak suka menggubris
dirimu lagi " "Hmm! siapa yang minta ia mengurusi diriku?"" aku tidak
punya Ah ie macam dia " tapi secara mendadak ia
mengucurkan air mata. Mengambil kesempatan itulah Liem Tou segera membentak
keras : "Sun Ci Si, asal kau suka kembali ke jalan yang benar aku
Liem Tou pasti akan memberikan satu jalan hidup buat dirimu"
Siapa nyana Boe Beng Tok su tetap menggeleng, suara
tangisannya makin terisak.
'Lebih baik kalian bunuh saja diriku kapan pun juga aku tak
bisa kembali kejalan yang benar, aku benci diriku sendiri! aku
benci diri kalian pula !"
Liem Tou jadi melengak, pikirnya.
"Bila kutinjau dari kucuran air matanya, jelas ia muiai
menyesali semua perbuatannya, tapi kenapa ia perlihatkan
sikap begitu lagi ?" jikalau demikian adanya ia pasti punya
kesulitan yang tak dapat diutarakan keluar"
Ia termenung, otaknya mulai berputar memikirkan
persoalan ini. Akhirnya Liem Tou berhasil juga mendapatkan
suatu gambaran ujarnya kembali:
"Sun Ci Si ! kau dapat memiliki sikap tidak takut terhadap
suatu kematian, aku Liem Tou merasa sangat kagum ! tapi
aku pikir dalam hati kecilmu pasti ada suatu rahasia suatu
kesulitan yang susah diutarakan kepada orang lain, kenapa
tidak kau beritahukan kepadaku ?" aku Liem Tou bukan
seorang yang berhati keji, mungkin sekali kesulitanmu bisa
kubantu" Boe Beng Tok-su tidak menggubris sekali pun Liem Tou
mengulangi pertanyaan itu berulang kalli ia tetap
membungkam. Tapi lama kelamaan Boe beng Tok-su dibikin terharu juga
dengan suara yang hampir tidak terdengar katanya :
"Bagaimanapun juga aku tidak ingin hidup lagi, akupun tak
takut beritahukan urusan ini kepadamu, tahukah kau seorang
manusia yang normal mempunyai berapa macam napsu yang
paling dibutuhkan?" Liem Tou melengak, ia tidak mengerti apa maksud Sun Ci
Si mengungkap persoalan ini, tapi jawabnya juga :
"Menurut apa yang kuketahui, manusia mempunyai dua
macam napsu dasar yang harus dipenuhi. Pertama adalah
napsu untuk tetap hidup dan kedua adalah napsu sex, napsu
mengadakan hubungan senggama dengan lawan jenisnya."
Boe beng Tok su mengangguk, tetapi ia tak bicara lagi
Melihat orang itu membungkam, Liem Tou jadi tercengang.
"Apa maksudnya bicara demikian" ' diam diam pikir sang
pemuda dalam hati mendadak hatinya bergerak.
"Apakah kehidipanmu mendapat tekanan dari sesuatu "
benda atau orang?" Aku rasa dahulu tak mungkin demikian"
Boe beng Tok su tetap menggeleng dan tidak menjawab
Tapi perlahan lahan Liem Tou dapat meraba kejadian yang
sebenarnya. "Ia bukan tertekan hidupnya, hal ini tentu di sebabkan alat
kelaminnya ada suatu masalah yang tak dapat di berltahukan
kepada orang lain" pikirnya dalam hati.
Karena berpikir sampai kesitu, iapun teringat kembaii akan
sikap Boe Beng Toksu yang sama sekali tidak mendekati
perempuan walaupun semua tindakannya adalah pekerjaan
busuk. Hatinya langsung terbuka, segera tanyanya lirih :
"Sun heng! Apakah anumu telah dikebiri oleh seseorang?""
"Liem Tou, kau jangan bertanya lagi, mau bunuh ayoh
cepat bunuh!' bentak Boe beng Tok su keras keras dari
sepasang matanya memancarkan cahaya tajam.
Detik ini juga Liem Tou dapat memabami persoalan
tersebut, ia merasa kejanggalan ini tak mungkin ditolong
siapapun iapun tahu justru karena persoalan inilah membuat
pikirannya mempeoleh pukulan yang berat sehingga tanpa
terasa ia berbuat jahat. Timbulah rasa simpatik di hati liem
Tou. Perlahan lahan Boe Beng Tok su bangun berdiri, sinar
matanya memandang ketengah samudra dengan terpesona
kemudian duduk kembali. "Liem Tou, terus terang kuberi tahu kepadamu, Cioe Ling
Cu berada disebuah hutan kurang lebih dua puluh li disebelah
dusun kaum nelayan, kau pergi carilah sendiri ! "
Mendengar ucapan itu Liem Tou merasa berterima kasih.
"Asalkan Sun heng suka berubah pikiran hal ini merupakan
rejeki bagi kalangan Bu-lim kita"
Boe Beng Tok su tersenyum, mendadak air mukanya
berubah hebat, telapak tangannya laksana kilat menyapu
keluar. "Liem Tou, kolong langjt ini menjadi milikmu" bentaknya
keras. Dalam keadaan tidak bersiap sedia pundak Liem Tou
terpukul telak badannya dengan sempoyongan mundur
kebelakang hampir hampir saja terjatuh kedalam lautan.
"Eeeei ,, buat apa kau berbuat demikian?" teriak Liem Tou
kaget. Dengan cepat iapun ikut meloncat keda1am air lalu
menyelam cepat cepat untuk menolong diri Boe Beng Tok su.
Segulung ombak besar menghajar datang membuat Liem
Tou terpelanting beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula, menanti ia menyelam kembali kedalam air jejak Boe
Beng Tok su lenyap tak berbekas,
Liem Tou segera muncul kembali keatas permukaan air,
segulung ombak datang menghajar badannya.,


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekuat tenaga ia berusaha menenangkan hatinya, melihat
jarak dengan perahu sudah terpaut sejauh lima puluh tombak,
ia tidak berani berbuat gegabah, dengan cepat pemuda ini
berenang kembaii ke perahu.
"Wan moay! Berhenti, berhenti, Sun Ci Si sudah mati
tenggelam dalam laut"
Si gadis cantik pengangon kambing mengirim dua buah
pukulan menghentikan gerakan perahu, Liem Tou segera
meloncat naik. "Bagaimana?" ia berhasil melarikan diri?" tanya sang gadis
cemas. Liem Tou menggeleng tanpa banyak bicara lagi ia mengirim
sebuah pukulan mengundurkan perahunya ke belakang
sehingga sang perahu berturut-turut mundur sejauh puluhan
tombak lebih. Maksud Liem Tou ia ingin mengitari samudra itu sekalian
menolong Boe Beng Tok su, tapi sejak Sun Ci Si meloncat
kedalam laut jejaknya lenyap tak berbekas sekali pun dapat
dicari beberapa waktu tidak berhasil juga menemukan dirinya,
Akhirnya Liem Tou menghela napas panjang, ia mengerti
Boe Beng Tok su tentu sudah tertelan oleh ombak samudra
yang sangat deras ini, ujarnya.
"Aaaaai .... tidak kusangka sebetulnya dia seorang cacad.
tidak aneh kalau sifatnya demikian kasar, berangasan dan
keji" "Bukankah baik baik saja kenapa kau bilang cacad ?"
"Ia memang cacad, hanya dibagian manakah ia cacad aku
merasa kurang leluasa untuk beritahu kepadamu " kata Liem
Tou sambil melirik sekejap kearahnya. Liem Tou mengatakan
kurang leluasa, pada hal kenyataan telah beritahukan hal ini
kepadanya, kontan merah padam selembar wajah gadis itu
sehingga buru buru melengos.
Liem Tou tersenyum sepasang telapaknya bergerak
berulang kali, tidak selang beberapa saat mereka telah tiba
kembali di tepian. Ucapan Boe Beng Tok su sedikitpun tak salah, disebuah
hutan kurang lebih dua puluh li disebelah utara dusun nelayan
mereka berhasil menemukan Cioe Ling Cu tapi bocah itu telah
diikat diatas pohon selama sehari semalam.
Terpaksa Liem Tou menceritakan kejadian naas yang
dialami yayanya Ciau Ihian Kie serta ayahnya Thian Pian
Siauwcu, walaupun bocah itu menangis sedih iapun tak bisa
berbuat apa apa. Sejak itu hari Cioe Ling Cu mengikuti diri Liem Tou, karena
melihat bakatnya yang bagus pemuda kita jadi kegirangan
karena ia bisa menerima murid sebaik ini.
Malam itu Liem Tou dengan membawa si gadis cantik
pengangon kambing, Giok-jie serta Cioe Ling Cu beristirahat di
sebuah rumah makan dalam sebuah kota kecil tapi yang aneh
kali ini Liem Tou bersikap istimewa memesan dua buah kamar,
Tindakan dari sang pemuda ini tentu saja mendatangkan
rasa heran dihati si gadis cantik pengangon kambing.
"Eeeei biasanya kita hanya menggunakan sebuah kamar
saja. kenapa ini hari kau minta dua kamar?"
Liem Tou hanya tertawa tidak menyahut kembali ia suruh
sang pelayan menyediakan sayur serta arak.
Setelah itu barulah ujarnya; "Wan moay, apakah ini hari
kau merasa tidak senang?"
"Hm! ini hari ada tiga orang yang mati, kenapa aku harus
gembira?" "Kenapa tidak gembira" pertama, dendammu sudah
terbalaskan, kedua. permusuhanku dengan para jago Bu lim
pun telah beres dan sejak ini aku dapat hidup tenang. ketiga
dua orang iblis pentolan yang sering mengacau dunia
kangouw sudah lenyap, ke empat malam ini kita boleh
menikah secara resmi, kenapa kau tidak gembira ?"
Bicara tentang hal yang terakbir Si gadis cantik pengangon
kambing jadi malu dengan gemas ia menowel pipi Lien Tou,
"Hmm aku tidak mau menggubris dirimu,'
Liem Tou tidak mengurusi perbuatan gadis ini ia meneguk
secawan arak lalu ujarnya lagi:
"Wan moay, aku tidak boleh tidak harus berbuat demikian"
Ia merendek sejenak, lalu dengan suara yang lirih bisiknya
disisi telinga gadis itu:
"Karena kau sudah menjadi hujien-ku !"
Saking malunya si gadis cantik pengangon kambing tak
berani mendongakan kepalanya, dengan suara lirih ia hanya
berkata: 'Lain kali enci Ie bisa menyalahkan diriku."
Liem Tou mendongak dan tertawa terbahak-bahak ia
segera memerintahkan Giok-jie serta Cioe Ling Cu tidur
dikamar yang lain. Perjamuan telah selesai. Lampu dimatikan. Kehidupan manusia pun dimulai di atas ranjang.
XXXX Diatas jalan raya Cian Tiam tampak seekor kerbau dengan
di tunggangi seorang pemuda berusia tujuh, delapan belas
tahunan perlahan lahan berjalan melakukan perjalanan.
Wajah pemuda perlente itu penuh dihiasi senyuman,
sembari menyanyi tiap kali ia menyapa orang orang yang
sedang melakukan perjalanan disepanjang jalan raya. Ia
begitu bangga dan gembira menunjukkan ada sesuatu hal
yang telah terpenuhi olehnya
Orang itu bukan lain adalah Liem Tou, baru saja ia
mengambil kerbaunya dipantai Sat Kiem Than dilautan Auh
Hay, Auh Hay Ong dengan kumpulkan semua anggotanya
menghantar perjalanan pemuda ini dengan penuh kemeriahan
hal ini membuat pemuda she Liem jadi gembira dan bangga.
Kini ia sedang melakukan perjalanan ke rumah kegunung
Go bie setelah melakukan perjalanan sehari semalam melewati
daerah keresidensn Tsuan Tiam.
Setelah berlari keras, kini Liem Tou menjalankan kerbaunya
lambat lambat disamping ia hendak beristirabat sebentar.
'Engkoh Cing Houw-ko! "ujar Liem Tou sambil tertawa "
Selama beberapa tahun ini kau telah banyak menbantu diriku.
entah bagaimana seharusnya kuucapkan terima kasih
padamu?" beruntung sejak kini kita tak akan berpisah
kembali, kita akan selalu bersama sama!"
Kerbau itu mendengus psnjang tanda mengerti.
Mendadak dalam hati Liem Tou timbul suatu pikiran aneh,
sembari tertawa keras ujarnya.
"Engkoh kerbau! orang mengatakan kuda larinya paling
cepat. sekarang aku hendak pergi ke gunung Go bie, dapatkah
kau membawa aku kesana dengan cepat?"
Sekali lagi kerbau itu mendengus berat.
'Bagus sekali engkoh kerbau. ayoh cepat kita berangkat
kegurung Go bie!" seraya berteriak ia menjepit kakinya keatas
perut kerbau itu. Kerbau milik Liem Tou ini sangat pintar mendengar
perintah tersebut ia mulai berlari cepat, larinya kerbau itu
boleh dikata laksana petir yang menyambar di tengah udara.
Dengan mata serta telinga biasa, orang hanya mendengar
suara derapan kaki yang santar tapi dalam sekejap mata
hanya terasa angin tajam menyambar lewat kemudian suara
derapan kaki tersebut lenyap tak berbekas.
Selama perjalanan kerbau ini entah sudah mengejutkan
berapa banyak orang, bahkan ada kalanva ketika Liem Tou
sedang gembira sewaktu kerbaunya berkelebat lewat disisi
orang orang itu pemuda Liem Tou sekalian menoleh wajah
orang orang itu. Tidak aneh kalau orang tersebut ketakutan setengah mati
sehingga berteriak kalang kabut.
Ada siluman! Ada siluman!' Demikianlah, didalam beberapa
hari saja mereka telah tiba dikaki gunung Go bie.
Demi menghormati gurunya jauh-jauh Liem telah turun dari
binatang tunggangannya dan melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki. Tidak selang beberapa saat telah tiba di tebing Leng Ay pintu
gua tampak tertutup rapat-rapat, suasana sunyi senyap tak
kedengaran suara sedikitpun.
Dengan sangat hormat Liem Tou berlutut di depan pintu,
setelah memberi hormat katanya lirih:
"Tecu Lien Tou datang menghunjuk hormat kepada
sucouw, suhu dan susiok sekalian."
Lama sekali ia menunggu di depan pintu, tapi di balik
ruangan sama sekali tak terdengar suara sahutan.
Akhirnya pemuda ini bangun berdiri siap berlalu dari sana.
Mendadak, suara ledakan keras bergema memenuhi
angkasa, pintu batu tersebut tahu-tahu hancur berantakan
jadi berkeping-keping. Liem Tou terperanjat, dengan cepat ia berpaling. Tampak
olehnya didalam ruang tersebut duduk empat orang dalam
kedudukan setengah busur.
Orang yang duduk ditengah adalah Lok Yong Sucouw,
salah seorang Auw Hay Siang Hiap, disebelah kanan adalah
suhunya Thiat Sie poa, sedang disebelah kiri si siucay buntung
serta si pengemis pemabok.
Liem Tou jadi keheranan, gumamnya.
"Pintu batu baik-baik menutupi ruangan tersebut, kenapa
secara mendadak bisa hancur sendiri?" jelas hal ini dikarenaka
suatu pukulan yang maha dahsyat "
Bila ditinjau dari besarnya pintu tersebut, paling sedikit
beratnya ada ribuan kati, mana mungkin bisa dihancurkan
dalam satu kali hantaman saja?" Kecuali seorang telah
berhasil melatih tenaga sinkangnya mencapai puncak
kesempurnaan kalau tidak siapa yang bisa berbuat demikian"
Lalu siapakah yang diantara keempat orang itu yang
berbuat?" Ia tak berani berlaku ayal lagi, dengan cepat badannya
menjatuhkan diri berlutut walaupun ia tahu saat ini mereka
berempat sedang bersemedi dan tak bakal tahu akan
kedatangannya, tapi sebagai adat istiadat ia tak mau
melanggarnya. Ketika itulah mendadak sepasang mata Thiat Sie poa
terpentang, melibat sorotan cahaya matanya Liem tou merasa
terperanjat karena cahaya itu tajamnya luar biasa dan belum
pernah ia temui selama ini diam diam ia merasa girang buat
kesuksesan gurunya. Thiet Sie poa pun memandang sekejap ke arahnya
kemudian mengangguk setelah melirik sekejap kearah sisiucay
buntung serta sipengemis pemabok kembali ia pejamkan
mata. Liem Tou tidak mengerti apa maksudnya si Thiat Siepoa
berbuat demikian, iapun berpaling memandang sekejap wajah
si siucay buntung serta si pengemis pemabok. Bila tidak
melihat masih tidak mengapa justru kerena itulah keringat
dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.
Terlihat olehnya air muka siucay buntung maupun si
pengemis pemabok telah berubah menguning dan hijau
membiru, seluruh tubuh mereka gemetar keras sedang
keringat mengucur membasahi seluruh jidatnya. Jelas mereka
telah salah jalan menuju ke neraka.
Keadaan semacam ini sangat membahayakan jiwa
seseorang sekalipun tidak sampai binasa paling sedikit akan
membuat seseorang jadi cacad selama hidupnya.
Liem Tou segera mengerti maksud dari lirikan Thiat Sie poa
kearahnya tadi. Ia tak berani buang banyak waktu lagi. buru buru berjalan
menghampiri sisiucay buntung serta si pengemis pemabok lalu
duduk di belakang mereka, sepasang telapak bersama sama
ditempelkan keatas punggung kedua orang itu.
Dengan mengerahkan tenaga menurut ajaran So Kong Sim
hoat ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh
mereka berdua dan menembusi bagian urat yang membeku di
badan mereka sewaktu berlatih tadi.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian si siucay buntung
serta si pengemis pemabok sama sama batuk dan muntahkan
riak kental. dengan demikian napas pun jadi lancar kembali.
Tapi Liem Tou tidak melepaskan mereka dengan demikian
saja, bisiknya lirih : 'Susiok berdua harap pejamkan mata mengatur pemapasan
menanti seluruh badan sudah merasa leluasa barulah
bangun." Kedua orang itu benar benar mengikuti ucapan pemuda
tersebut, mereka pejamkan mata kembali untuk mengatur
pernapasan pula. Si siucay buntung serta pengemis pemabok bersama sama
bangun berdiri. mereka mengerti barusan saja jiwa mereka
ditolong Liem Tou. Diam diam kedua orang itu merasa sedih tak disangka
olehnya karena ingin mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi
hampir hampir saja jiwa sendiri ikut melaysng.
"Eeeei . . pengemis busuk bagaimama kita sekararang ?"
tanya sisiucay buntung kemudian.
Si pengemis pemabok tertawa terbahak-bahak.
"Bagaimana lagi" aku si pengemis bisa bermabok-mabokan
sepanjang hari sekali mabok semua kemurungan lenyap
dengan sendirinya. justru kau si kutu bukulah yang harus
menanggung sengsara !"
Mendengar ucapan itu si siucay tertawa tergelak :
"Justru didalam kitab terdapat emas segudang, kitab dapat
membuat aku lupa makan lupa tidur. apa yang perlu kutakuti
?" "Bagus, bagus , . , bagus kau membaca buku aku minum
arak, kita sama sama kehilangan semangat seorang enghiong
hoohan, ,ayo jalan, temani aku si pengemis minum arak dulu,
selama beberapa bulan ini sepasaug kakiku sudah terlalu linu
untuk duduk terus" "Eeei apa yang perlu kau cemaskan, Bocah cilik itu sudah
menolong selembar jiwa kita, bagaimanapun juga kita harus
menantikan dirinya."
Tapi baru saja ucapannya selesai sambil tersenyum Liem
Tou telah berjalan keluar dari dalam gua.
"Susiok berdua! Kalian tak boleh pergi dengan begitu saja
pada saat ini!" serunya cepat.
"Kenapa tidak boleh?" Apakah kau berani menanggung
kelinuan sepasang kakiku?" teriak sipengemis pemabok sambil
mendelik. "Bukannya begitu.' kata Liem Tou sambil menggeleng,


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Pintu gua sudah hancur berantakan, kita harus berusaha
untuk membetulkan. apakah kalian hendak membiarkan
sucouw serta suhu yang ada didalam gua mandah tertiup
angin?" "Aaakh!! Aku tidak pernah berpikir sampai disini. Baik. kita
cepat turun tangan" sambung si siucay buntung cepat.
Demikianlah mereka bsrtiga dengan bekerja sama mencari
sebuah batu besar seberat ribuan kati untuk menutup kemtali
gua tersebut. Sewaktu Liem Tou menceritakan secara bagaimaoa
suhunya Thiat Sie poa pukul hancur gua tadi, mereda berdua
sama-sama mengagumi disamping mereka pun mulai memaki
: 'Dengan andalkan sebuah sie poa bututnya dimana pun ia
tak pernah menderita kerugian, justru kita berdua yang jujur
malah jadi kujur .... kurang ajar,.. kurang ajar !"
Liem Tou melihat urusan telah selesai, segera ujarnya
kepada sisiucay buntung serta sipengemis pemabok;
"Daripada susiok bsrdua berjaga disini dengan percuma,
jauh lebih baik ikut aku saja pergi keperkampungan Ih hee
sancung di gunung Cing Sbia, disana sutit bisa baik menjamu
susiok berdua dengan arak serta sayur bagus".
Mendengar ada arak bagus, sipengemis pemabok nomor
satu berteriak terlebih dahulu.
"Bagus sekali, kita segera berangkat" Liem Tou segera
menggape kerbaunya, seraya menepuk pantat binatang itu
katanya lagi. "Engkoh kerbau, dapatkah kau mengangkut kami bertiga?".
Kerbau itu segera goyang-goyangkan ekornya.
'Bagus sekali" Liem Tou kegirangan ' Silahkan susiok
berdua naik didepan".
Si siucay buntung saling bertukar pandangan sekejap
dengan sipengemis pemabok lalu sambil tertawa terbahakbahak
meloncat naik ke atas punggung kerbau dan tinggalkan
sedikit tempat dipantat kerbau itu untuk Liem Tou.
Setelah meloncat naik Liem Tou pun membentak.
'Engkoh kerbau, ayoh berangkat!"
Kerbau itu mendengus berat, dengan cepat ia meloncat
turuni tebing Leng Ay menuju ke bawah puncak gunung Go
bie, larinya gesit dan mantap sedikit pun tidak terlihat
keberatan, Demikianlah mereka bertiga pun dengan menunggang
seekor kerbau berangkat menenuju kegunung Cing Shia.
Malam hari telah tiba, mereka bertiga tetap melanjutkan
perjalanan, kurang lebih kentongan keempat sampai juga
mereka dibawah gurung Ha Mo san ditepi sungai yang besar.
Suasana amat sunyi dan gelap, susah melihat jari-jari
tangan sendiri. Liem Tou saat ini amat gembira. tidak lagi ikut
mengganggu ketenangan rakyat dalam perkampungan,
bisiknya kepada diri si-siucay buntung serta sipengemis
pemabok: "Kurang ajar, mereka lagi enak enakan tidur kita pulang
mana boleh tidak disambut oleh mereka?""
Pemuda ini segera mengepos napas bersuit nyaring,
dengan tidak sungkan sungkan ia berteriak.
"Eeeei. . adakah manusia diatas gunung?"" Cung-cu telah
kembali! . . " "Hey Liem Tou, kau sudah gila" bukankah perkampungan
Ih Hee San cung sudah musnah?""
Tegur si siucay buntung serta si pengemis pemabok hampir
berbareng dengan nada curiga.
Liem Tou tidak menjawab, ia tersenyum.
Saar itulah dari atas gedung tampak berkelebatcya cahava
lampu disusul dengan munculnya lampu diseluruh penjuru,
dalam sekejap mata puncak gunung Ha Mo san seperti
meledak, seluruh penjuru bermandikan cahaya suara riuh pun
meledak gegap gempita. Dibawah sorotan cahaya yang amat terang benderang
itulah sisiucay buntung, sipengemis pemabok serta Liem Tou
dapat melihat beratus-ratus manusia berkerumun di samping
jembatan Pancabut nyawa seraya menggape gape kearah
mereka. Melihat suasana itu mereka bertiga jadi melengak.
Keadaan dari perkampungan Ie Hee San cung telah
berubah sama sekali, rumah rumah gedung berdiri berjajar
dengan megahnya, pepohonan, gardu semuanya lengkap.
Si siucay buntung serta si pengemis pemabok yang melihat
kejadian itu merasa agak tercengang, merasakan pula
keadaan diri sendiri yang kusut tidak karuan mereka merasa
malu pada diri sendiri. Mendadak Liem Tou membentak keras;
"Engkoh kerbau, ayoh jalan !'
Kerbau tersebut mendengus, badannya segera menyusup
kedepan menyeberangi sungai dengan aliran yang deras itu.
Karena takut kerbaunva tidak kuat, Liem Touw segera
salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan kemudian
disalurkan kedalam tubuh kerbau tadi, dengan demikian
kerbau itu dapat bergerak diatas permukaan air dengan
cepatnya. 'Ooo .. . sungguh lihay" teriak si siucay buntung serta
sipengemis pemabok hampir berbareng seraya menjulurkan
lidahnya. "Kita berdua jadi ketinggalan bila dibandingkan
dengan berbau ini" Liem Tou tersenyum. 'Susiok berdua !' katanya. "Sekalipun kalian jalan api
menuju ke neraka dan gagal mempalajari ilmu sakti, tapi
tenaga sinkang kalian telah bertambah beberapa kali lipat jika
di bandingkan dengan keadaan dahulu, kalau tidak percaya,
nah cobalah sendiri."
Pertama-tama si pengemis pemabok yang tidak tahan, ia
segera meloncat turun dari atas punggung kerbau dan
menutul di atas permukaan air untuk bergerak ke depan.
Sekalipun tidak salah, ia merasakan badan sendiri ringan
bagaikan burung walet, tak kuasa lagi pengemis ini
mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
Melihat kejadian itu, si siucay buntung segera berteriak.
"Bagus, akupun ikut !"
Badannya segera menutul dari ujung air dan iapun
bergerak dengan ringannya diatas permukaan sungai dengan
kaki tunggalnya. Melihat tontonan itu orang yang ada di atas gunung segera
bertepuk tangan memuji, suasaca makin gempar.
Si pengemis pemabok jadi girang, teriaknya.
"Eei, buntung tua. begaimana kalau kita coba bertanding
ilmu silat kita berdua ?""
Tidak menanti jawaban dari si siucay buntung lagi
badannya segera menubruk kedepan, angin pukulan dengan
membawa suara desiran tajam di hantam ke dada lawan.
Si siucay buntung pun tidak ingin perlihatkan
kelemahannya, ia berteriak keras.
"Bagus !" Ujung kaki menutup permukaan air, badannya berkelebat
menyingkir dari datangnya serangan tersebut kemudian
telapaknya menyambar mengirim sebuah serangan balasan.
Seketika itu juga terjadilah suatu pertarungan yang amat
ramai diantara mereka berdua, air sungai muncrat keempat
penjuru mengiringi berkelebatnya bayangan manusia kesana
kemari, suasana amat ramai.
Melihat tontonan gratis itu, orang-orang yaug ada diatas
gunung bersorak sorai memberi semangat mereka berdua.
Siapa sangka mereka bergebrak semakin lama mereka
berdua makin gembira. siapa pun tak mau berhenti terlebih
dahulu. Bila demikian terus mungkin bergebrak sepanjang tiga hari
tiga malam pun tiada habis nya.
Melihat keadaan mereka Liem Tou tertawa,
"Susiok berdua harap berhenti ssbentar,, kalau bergebrak
demikian terus menerus tak akan selesai, lebih baik lain kali
kalian cari musuh tangguh dalam dunia kangouw saja."
Si siucay buntung serta sipengemis pemabok bersamasama
menarik kembali serangannya dan tertawa terbahak
bahak. Mendadak terdengar si pengemis pemabok berkata;
"Eei...buntung tua. Karena barusan aku kepingin minum
arak maka badanku agak lemah, kalau sudah minum arak...ha
haa haa... siapa yang sudi kalah ditanganmu?""
"Baik" teriak si siucay buntung tidak terima. "Besok kita
bergebrak lagi, sebelum berhasil temukan siapa menang siapa
kalah jangan berhenti..."
Mendadak si siucay buntung teringat akan sesuatu hal,
tanyanya kepada diri Liem Tou.
"Bocah buyung, menurut pendapatmu bagaimana kalau
suhu si sie poa butut-mu dibandingkan dengan kami?"
Liem Tou tertawa. "Menurut pendapatku, sie poa suhuku telah banyak
membantu kita, dengan kelihayannya meramal Kioe Keng Pat
Kwa ia mencampurkan diri dengan hasil latinan yang
diterimanya saat ini, menurut pandanganku kalau tidak salah
maka tenaga sinkang yang ia miliki sudah berada diatas
sucouw, tenaga lweekangnya sudah berhasil mencapai puncak
kesempurnaan" Mendengar ucapan itu semangat si siucay buntung serta
pengemis pemabok jadi mendingin.
"Aaaakh! aku tak percaya* teriaknya.
"Mau percaya atau tidak itu urusan susiok sendiri".
Siapa sangka baru saja ia menyelesaikan kata katanya,
mendadak sesosok bayangan kuning menggulung datang.
Sebelum Liem Tou dapat melihat jelas wajah orang itu,
tahu tahu angin pukulan tela h menyambar datang.
Merasakan kadahsyatan serangan itu Liem Tou berteriak
keras. "Bagus! susiok, cepat terima datangnya serangan !"
Si siucay buntung serta si pengemis pemabok bersamasama
membentak keras, kedua orang itu segera meloncat
kedepan menghadang datangnya orang itu sedangkan telapak
dibabat keluar dengan mengirim sebuah pukulan yang maha
dahsyat. Tapi gerakan dari bayangan kuning itu sangat cepat,
dengan gesit dan lincah ia berhasil menerobos masuk
kemudian melayang keluar di antara menyambarnya angin
pukulan gencar itu. Melihat kelihayan pihak lawan Liem Tou menjulurkan
lidahnya. "Entah manusia darimana memiliki kepandaian silat
sedahsyat ini?"' pikirnya di hati.
Biarpun dia mengamati, sampai saat ini belum berhasil juga
mengingat siapakah orang ini.
Pada saat itulah bayangan kuning yang sedang beegebrak
melawan si siucay buntung serta si pengemis pemabok
tertawa terbahak-bahak. "Bocah cilik, kau sungguh gembira sekali, setelah dikelilingi
istri yang cantik ternyata melupakan aku si bangkotan tua
yang hampir mati, aku tak akan membiarkan dirimu enakenakkan
terus, 1ihat serangan !"
Dari antara berkelebatnya bayangan tubuh si siucay
buntung serta si pengemis pemabok segulung angin pukulan
yang keras menyambar kearah Liem Tou.
Sebelum mengetahui asal usul yang sebetulnya dari orang
itu, Liem Tou tidak ingin turun tangan secara gegabah,
badannya buru buru mundur lima depa kebelakang
Siapa sangka ternyata angin pukulan itu menyambar
datang dari arah belakang.
"Braak !" dengan telak pukulan tersebut bersarang di
pungggungnya membuat Liem Tou hampir saja tak dapat
berdiri tegak. Tapi dengan adanya serangan ini pemuda she Liem pun
jadi tersadar kembali, dengan rasa girang teriaknya:
"Aaah ..' Oei Yap Loocianpwee telah datang, bagus ! bagus
sekali, sudah jangan bergebrak lagi, aku benar-benar benar
konyol, bukankah tahun ini adalah tahun bangkitnya kembali
diri Oei Yap loocianpwee?" maaf ..maaf."
Bayangan kuning itu tertawa terbahak-bahak, badannya
segera berhenti bergerak dan muncullah seorang kakek tua
berambut putih. "Bagaimana muridku lebih bisa dipercaya," katanya sambil
tertawa ringan. "Aku tidak membiarkan dia hidup dari
pengawal barang lagi, setelah aku si orang tua melihat Cingjie
menikah, segera akan kubawa Oei Poh pergi, karena Heng
san pay membutuhkan tenaganya"
Mendengar kabar itu sudah tentu Liem Tou sangat
gembira, mendadak ia berseru tertahan.
"Eei.., Loocianpwee, nona Cing akan kawin dengan siapa?""
"Kau jangan bertanya dulu, sampai waktunya kau bakal
tahu sendiri!" teriak Oei Yap Loojien seraya tarik tangan Liem
Tou untuk diajak naik keatas gunung.
Si siucay buntung serta si pengemis pemabok yang ada
dibelakangnya kontan tertawa terbahak-bahak.
"Haa haa baa., kalau sungguh sungguh begitu, kita bakal
ikut minum arak kegirangan."
Kedua orang itu dengan membawa serta kerbau segera
berlari naik kegunung, setelah melewati sungai Kematian,
menaiki Tebing Maut dan menyeberangi Jembatan pencabut
nyawa sampailah mereka di Ie Hee San cung.
Ketika itu keadaan dalam perkampungan Ie Hee San cung
aman sekali berbeda dengan keadaan dahulu, pohon bungabungaan
tumbuh disana sini pagoda loteng maupun bangunan
terbesar dimana mana membuat si siucay buntung serta
sipengemis pemabok terbelalak keheranan.
Tiba didepan perkampungan pertama-tama Lie Siauw Ie, si
gadis cantik pegangon kambing, Giok-jie serta Cioe Ling Bu
yang menyambut kedatangan mereka untuk diantar masuk
kedalam ruangan sebuah bangunan bercahaya emas,
Pada saat itulah mendadak muncul Pouw Siauw Ling,
menjumpai orang ini Liem Tou segera maju mencekal tangan
pemuda itu erat-erat. "Siauw Ling heng, apakah lukamu telah semhuh " dahulu
siaute telah banyak berbuat kesalahan terhadap dirimu, harap
kau suka memaafkan !"
Pouw Siuw Ling yang sekarang lain dengan Pouw Siauw


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ling dulu, saat ini ia sudah berubah bagaikan manusia lain.
'Urusan yang telah terjadi tempo dulu tak usah kita ungkap
kembali, setelah menghadiri perkawinan adikku, aku segera
akan mengasingkan diri digunung Soat san, sejak ini tak
kembali lagi." "Aaakh!" Liem Tou berseru tertahan. ia tidak mengerti dan
menaruh rasa keheranan Pouw Jien Coi, enci dari Pouw Siauw
Ling ini tak diketahui olehnya gadis ini hendak kawin dengan
siapa, "Ooouw. . kalau begitu Kionghie dulu! entah enci Jien Coei
akan kawin dengan siapa?" serunya cepat.
Pouw Siauw Ling termenung sebentar, lalu ujarnya:
"Aku titipkan seluruh keselamatan, serta kebahagiaan
adikku kepadamu!" "Benar! "sambung Oei Yap Loojien sambil tertawa. "Kau
pun harus baik-baik menjaga Cing djie!".
Selama hidup Liem Tou belum pernah memikirkan
persoalan tersebut sampai disitu, mendengar ucapan kedua
orang ini ia merasa otaknya mendengung dengan mata
terbelalak dan mulut melongo dlpandangnya wajah Lie Siauw
Ie serta si gadis cantik pengangon kambing.
Melihat tingkah pola pemuda tersebut. kedua orang gadis
itu bersama-sama tersenyum, Bibir Liem Tou bergerak ingin
mengucapkan sesuatu. Lie Siauw Ie yang pintar segera putar
biji matanya, mendadak ia maju menutup bibirnya sembari
berkata lirih. "Adik Liem, pakailah sedikit otakmu, kau jangan menusuk
perasaan enci Jien Coei serta enci Cing, mereka berdua sangat
baik terhadap dirimu, kau jangan menyia-nyiakan rasa cinta
yang mereka utarakan kepadamu, aku serta Wan moay ikut
gembira atas perkawinanmu ini. Nah! meja upacara telah di
siapkan, Pengantin perempuan telah berdandan. cepat pergi!".
Saking tertegunnya Liem Tou tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun, kebetulan waktu itu Oei Poh serta Oei Yap
Loojien berada di belakangnya. sepasang mata mereka
dengan tajam melototi dirinya tak beekedip.
Liem Tou bergidik, teringat kembaii olehnya akan ucapan
yang pernah diutarakan sewaktu berada di gunung Ciong Lay
san, kini ia baru sadar dan akhirnya menganghguk.
"Asalkan enci Ie serta adik Wan bersikap demikian
kepadaku, aku Liem Tou sudah tentu akan menerima dengan
tangan terbuka." Wajah Oei Yap Loojien, Oei Poh serta Pouw Siauw Ling pun
mulai dihiasi dengan senyuman, mereka bersama-sama
mengerumuni Liem Tou dan diajak masuk ke dalam ruangan.
Suara ledakan mercon serta tabuhan gembrengan dengan
cepat berbunyi gegap gempita membuat seluruh bukit serasa
goncang dibuatnya. Ditengah sorak sorai para pendudak perkampungan Ie Hee
San cung itulah Liem Tou berjalan masuk kedalam ruang
upacara diiringi Pouw Jien Coei serta Siauw Giok Cing
dibelakangya yang dibimbing oleh Lie Siauw Ie serta si gadis
cantik pengangon kambing.
Upacara perkawinan inipun berlangsung dalam suasana penuh
kegembiraan. Ketika mereka selesai menjalankan upacara, meadadak
terdengar si siucay buntung serta si pengemis pemabok
berteriak keras; "Aakhh. ! suhu serta suheng pun ikut badir."
Liem Tou sekalian segera putar badan dan menjatuhkan
diri berlutut. "Tecu Liem Tou menghunjuk hormat kepada sucouw serta
suhu!" katanya penuh rasa hormat.
Perlahan-lahan Lok Yong Li hiap serta Thiat Sie poa
berjalan masuk ke dalam ruangan, sembari mengelus kepala
Liem Tou pendekar wanita ini tersenyum dan mengucapkan
selamat kepada cucu muridnya.
Bersamaan itu pula Thiat Sie poa memberi wejangan,
katanya. "Asal manusia berhati lurus, semua persoalan akan berjalan
dengan lancar tanpa rintangan.
Muridku! baiklah kau berjaga diri, aku serta Sucouw mu
harus buru-buru kembali karena pelajaran belum kami
selesaikan. Nah! selamat tinggal!"
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu kedua
orang itu sudah lenyap. Liem Tou sekalian dengan berlutut menghantar kepergian
mereka. Diikuti Oei Yap Loojien, Oei Poh serta Pouw Sauw Ling
berpamitan, mereka pun mengucapkan kata kata perpisahan
dengan Pouw Jien Coei dan Siauw Giok Cing.
Dalam suasana gembira beberapa orang itu meninggalkan
perkampungan Ie Hee San cung dibawah hantaran Liem Tou
sekalian. Mulai hari itu Liem Tou dengan dikelilingi oleh istri-istrinya
yang cantik, Lie Siauw Ie, si gadis cantik pengangon kambing,
Pouw Jien Coei serta Siauw Giok Cing menetap di
perkampungan Ie Hee San cung untuk melewatkan sisa
hidupnya dengan gembira dan aman dibawah layanan Giokjie
dan Cioe Ling Cu yang telah angkat Liem Tou sebagai guru.
Dengan demikian cerita "Lahirnya dedengkot silat" pun
kami akhiri sampai disini...-
-TAMAT Pendekar Setia 6 Pedang 3 Dimensi Lanjutan Pendekar Rambut Emas Karya Batara Penelitian Rahasia 7
^