Pencarian

Raja Silat 28

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 28


Dihati ia berpikir demikian sedang diluaran ujarnya.
"Tjayhe datang kemari menyambangi Cianpwee, tentu
Cianpwee merasa tercengang dan heran atas kedatangan
kami bukan?" padahal kami tidak ada urusan penting lainnya.
tjayhe bertiga kecuali ingin minta ijin kepada cianpwee untuk
berdiam beberapa hari disini, disamping itu tjayhe pun ingin
minta keterangan akan letak sebuah pulau kecil. entah
dapatkah cianpwee mengetahuinya!"
Mendengar ucapan tersebut Tjiau Toa pek Siorang tua itu
mendongak kembali tertawa tergelak,
"Tju-wi adalah tamu terhormat yang datang dari tempat
kejauhan, asalkan aku si orang tua tahu tentu akan kami
beritahu sejelas-jelasnya. sedangkan mengenai tempat tinggal
aku si orang tua merasa bangga karena kalian suka berdiam
disini, hanya gubuk kami kotor mungkin tidak menyenangkan
hati kalian. .!" "Mana. . mana. . mana, terlebih dahulu tjayhe ucapan
banyak terima kasih atas kemurahan hati cianpwee!" ujar Liem
Tou ambil tersenyum. "Pulau kecil yang ingin tjayhe cari
bernama Lie Hoa To, tahukah cianpwee akan letak pulau
tersebut?"", Mendengar disebutkannya nama pulau itu kontan Tjiau Toa
pek kerutkan keningnya. Belum sempat ia berkata si bocah cilik cucunya yang
berada di samping sudah berteriak terlebih dahulu.
"Ooouw. . pulau Lie Hoa To, ada. .. ada...."
Mendadak air muka Tjiau Toa pek berubah hebat.
"Tjioe djie, apa yang kau ketahui" cepat pergi siapkan
santapan, sekalian masak beberapa ekor ikan segar untuk
menghormati tetamu."
Kena ditegur Tjioe djie membungkam dan segera putar
badan berjalan masuk kedalam. Setelah sang bocah masuk
kedalam. Tjieu Toa pek baru berpaliag kearah Liem Tou.
"Tolong tanya siapakah nama besarmu?"
"Boanpwee Liem Tou." jawab sang pemuda berterus
terang. Secara samar-samar dari sepasang mata Tjiau Toa pek
memarcarkan cahaya berkilat tapi hanya sebentar saja sudah
lenyap kembali. Hal ini semakin menambah tebal rasa curiga Liem Tou
dalam hatinya, ia pertinggi kewaspadaannya.
Terdengar Tjiau Toa pek tertawa terbahak-bahak. "Haaa. .
. haa . . haa. . . aku si orang tua perrah mendengar berita
bahwa dari daerah Tionggoan telah muncul seorang pendekar
kerbau hijau yang bernama Liem Tou, apakah Koei-khek
adalah si Tjing Gouw Hiap khek?"
Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut dengan
pandangan yang tidak leluasa ia pelototi wajah sang pemuda
tajam-tajam. "Tidak berani, gelar itu hanya pemberian kawan-kawan
dunia kongouw kepada tjayhe belaka." kata Liem Tou tertawa,
"Padahal kepandaian tjayhe peroleh hanya ilmu silat kaki tiga
belaka, mana berani menerima gelar sebagai seorang Hiapkhek"
bila pandanganku tidak melamur justru locianpweelah
seorang Tjianpwee dari Bu-lim, tjayhe masih mengharapkan
banyak petunjuk dari diri tjianpwee !"
"Haa. . .haaa. . . haa. . seorang kakek tua yang hidup
tergantung dari menangkap ikan mana boleh disebut seorang
Bu-lim tjianpwee?" sekali lagi Tjiau Toa Pek tertawa tergelak.
Melihat si orang tua itu tidak suka menerangkan asal usul
sendiri Liem Tou merasa tidak enak untuk mendesak lebih
lanjut. Waktu itu ketika Giok djie mendengar apa yang diucapkan
kedua orang itu makin lama makin menjauh dan sama sekali
tidak menyinggung-nyinggung soal pulau Lie Hoa To lagi,
hatinya merasa sedikit tidak sabaran, diam-diam ia bangun
berdiri dan menyelinap masuk kedalam bilik.
Tampak olehnya Tjioe djie seorang diri sedang menanak
disana. Giok djie segera berjalan menghampiri.
"Heei. . .! aku lihat wajahmu ada sedikit kukenal" tegurnya.
Tjioe-djie memandang pula sekejap kearah gadis itu
kemudian mengagguk. "Akupun demikian, agaknya aku pernah berjumpa dengan
dirimu, benarkah kau bernama Giok djie?"
Pertanyaan yang sekali lagi diulang Tjioe djie ini membuat
Giok-djie jadi kaget dan tercengang.
"Mengapa kau selalu saja menanyakan namaku?" tegurnya.
"Karena aku merasa pernah mendengar nama ini!".
GioK-djie tertegun, ia berpikir keras tapi hasilnya tetap nihil
karena itu tanyanya kembali:
"Eeei, . pulau Lie Hoi To yang tadi kau katakan sebetulnya
terletak dimana?"".
"Ditengah lautan! dahulu Yaya sering membawa aku pergi
kesana, ditempat itu banyak terdapat burung-burung elang
tapi setelah aku menjadi besar. yaya tidak pernah mengajak
aku pergi kesana lagi'".
"Apakah yayamu tidak suka membawa kau pergi kesana?""
"Aku tidak tahu, yaya belum pernah mengungkap persoalan
tersebut sampai kesoal ini".
Giok-djie membungkam. sejurus kemudian mendadak ia
teringat akan satu persoalan. tiba-tiba tanyanya;
"Kau pernah berlatih ilmu silat?""
Lama sekali Tjioe-djie melototi dirinya, akhirnya ia
mengangguk. "Pernah!" jawabnya lirih.' Tapi yaya melarang aku beritahu
urusan ini kepada orang lain, kau jangan katakan kepada
orang lain lho!" "Aku tahu, dan sekarang kau harus harus beritahu
kepadaku dimana letak pulau Lie Hoa To tersebut !"
Kembali Tjioe-djie berpikir kemudian ujarnya lirih.
"Bukankah tadi kau mendengar sendiri apa bila yaya
sedang marah kepadaku" agaknya ia tidak perkenankan diriku
untuk beritahu letak pulau tersebut kepada kalian, apa
maksudmu mencari tahu letak pulau Lie Hoa To?"
Giok-djie yang makin melihat makin menaruh simpatik
terhadap bocah ini, sekarang sama sekali tidak mengelabuhi
dirinya, "Kami hendak pergi mencari seseorang, kepandaian silat
yang ia miliki luar biasa lihaynya dan dahulu aku mengikuti
dirinya." sahutnya setengah berbisik.
"Aaakh. sekarang aku teringat sudah, bukankah ramamu
Tjioe Leng Tju ?" Sepasang mata Tjioe-djie yang terbelalak semakin melebar
lagi. ia pelototi diri Giok-djie tak berkedip.
"Eeei. . benar! darimana kau bisa tahu?"" serunya terkejut
bercampur tercengang. "Ooouw. . tidak kusangka kau adalah Tjioe Leng Tju."
waktu itu Giok-djie sendiripun pun rasa kaget dan
melengak. "Aku adalah enci Giok mu. sewaktu berada diatas
pulau Lie Hoa To kita hanya pernah berjumpa dua kali, tapi
begitu kujumpai dirimu aku lantas suka padamu kau sangat
baik dan penurut! kejadian itu mungkin telah berlangsung lima
tahun berselang, bukankah waktu itu kau berdiam didalam
rumah putih yang ada diatas pulau, bagaimana sekarang bisa
berada disini?"".
Jilid-53 Liem Tou kepulau Lie Hoa To.
AKU SUDAH tidak lagi semua urusan ini. Oouw...enci Giok !
maukah kau beritahu kepadaku tentang hal itu?"".
Dengan adanya penemuan ini perasaan hati Giok djie
semakin tertekan lagi, ia menggeleng.
"Aku sendiripun tak dapat menceritakan persoalan itu.
cuma bila dugaanku tidak salah kau seharusnya adalah putra
Thian Pian Siauwtju coba lihat! potongan wajahmu sangat
mirip sekali dengan dirinya."
"Thian Pian Siauwtju?" siapa itu Thian Pian Siauwtju, aku
belum pernah mendengar nama orang ini !"
Sewaktu mereka sedang bercakap-cakap dengan asyik.
mendadak dari luar jendela dapur Tjioe djie menemukan
adanya bayangan putih yang berkelebat lewat, tak kuasa lagi
dengan seluruh tenaga yang ada dia berteriak:
"Yaya kau dimana! Coba kau lihat dari luar jendela agaknya
ada bayangan manusia sedang berkelebat lewat."
Teriakan tersebut seketika membuat hati Liem Tou tergetar
bayangan hijau berkelebat lewat tahu-tahu ia sudah melayang
keluar kamar dan sekali enjotkan badan berdiri diatas atap
rumah. dimana sinar matanya berkelebat mendadak dari
tempat kejauhan ia temukan adanya sesosok bayangan putih
sedang berlari menjauh. Bila ditinjau dari potongan badan mau pun caranya berlari
tak usah diragukan lagi Liem Tou dapat mengenali sebagai
potongan badan Boe Beng Tok-su. tidak kuasa lagi ia
menggerutu didalam hati: "Kurang ajar, sungguh orang itu bernyali berani mengikuti
aku sampai disini!" Dengan hati gemas Liem Tou segera meloncat turun
kebawah. "Benar-benar ada orang?"" buru-buru si gadis cantik
pengangon kambing menegur.
"Benar!" Liem Tou mengangguk, "Kembali simanusia yang
tidak tahu diri itu."
"Siapa ?"" tanya Tjiau Toa Pek secara tiba-tiba dengan
sinar mata berkilat. "Aku Tjiau Toa pek seharusnya merasa
bangga bisa mendapat kunjungan begitu banyak kawan."
"Tjianpwee kau jangan marah, Cayhe telah membawa
datang kerepotan buat diri Tjianpwee, bila dibicarakan
sebetulnya orang ini mempunyai nama besar yang sangat
terkenal, dia adalah Sin Beng kauwtju yang bernama Boe
Beng Tok-su. Tjianpwe! pernahkah kau mendengar nama
orang ini" " Seluruh tubuh Tjiau Toa Pek tergetar keras setelah
mendengar nama orang itu, wajahnya kelihatan begitu
ketakutan. "Sin Beng kauwtju" Siapa yang tidak tahu nama besarnya"
Aduuh celaka, jika ia betul-betul datang habislah sudah..."
Melihat sikap siorang tua yang berpura-pura Liem Tou
diam-diam tertawa dingin tiada hentinya.
"Kendati aku Liem Tou lebih tak becus pun masih dapat
melihat apabila kau pandai bersilat." pikirnya dihati, "Mungkin
kepandaianmu tidak berada di bawah ilmu silat Boe Beng Toksu
apa gunanya kau perlihatkan sikap yang berpura-pura
macam ini?" Hingga detik inilah Liem Tou tahu Tjiau Toa pek yang
berada di hadapannya saat ini kemungkinan besar mempunyai
hal-hal yang tidak cocok dan berdiri pada posisi berlawanan
dengan dirinya, teringat akan hal ini Liem Tou pun tidak
sungkan-sungkan lagi. "Kedatangan cayhe kali ini ke Timur terus terang saja
sebetulnva hendak pergi mencari pulau Lie Hoa To untuk
menjumpai Thian Pian Siauwtju, Ke Hong guna menghitung
piutang tempo dulu, hanya sayang tidak kami ketahui
dimanakah letak pulau Lie Hoa To tersebut, apabila
loocianpwee mengetahui letak pulau tersebut harapkan suka
memberi petunjuk. Tjayhe tentu merasa sangat berterima
kasih sekali." "Aku si orang tua sudah hidup puluhan tahun lamanya
ditempat ini, dan nama pulau Lie Hoa To pernan kami dengar
hanya saja arah yang sebetulnya kurang terang. Jikalau
thayhiap ada maksud pergi kesana, demikian saja.
bagaimanapun ini hari cuaca sudah menggelap, untuk
sementara kalian berdiamlah sehari disini besok pagi aku akan
bantu kalian pergi mencari tahu letak pulau Lie Hoa To
tersebut, tentu aku tak akan bikin thayhiap jadi kecewa."
Liem Tou yang merasa ucapan itu memang rada cengli
segera menyanggupi, hanya saja pada waktu itu pemuda kita
dapat menemukan air muka Tjiau Toa pek rada sedikit tidak
beres, timbullah rasa curiga dalam hatinya.
"Mungkinkah dibalik kesemuanya ini sedang menjalankan
suatu siasat licik" Aku harus waspada dan selalu bersiap
sedia." pikirnya didalam hati.
Ketika itu Giok djie telah berjalan keluar dari dalam dapur,
sekalipun ia berhasil mendapat tahu keadaan yang sebenarnya
dari Tjioe djie tapi ia gagal dalam mencari tahu letak dari
pulau Lie Hoa To tersebut.
Malam itu setelah habis bersantap malam Giok-jie mencari
satu kesempatan baik untuk memberitahukan urusan ini pada
diri Liem Tou! "Paman Liem. aku ingin memberitahukan satu urusan
kepadamu, bocah cilik itu pernah kujumpai sewaktu masih
berada diatas pulau Lie Hoa To. Kemungkinan besar dia
adalah putra dari Thian Pian Siauwtju!".
"Hakh, dikolong langit mana ada urusan seaneh ini?""
mendengar perkataan itu mendadak Liem Tou tertawa. "Ke
Hong tidak punya istri, darimana ia bisa punyak anak?"
"Benar, tentang urusan itu aku sendiri pun kurang jelas
cuma aku masih ingat bukankah pernah aku bercerita
kepalamu apa bila diatas pulau itu terdapat sebuah rumah
berwarna putih kecuali siauwtju seorang siapapun dilarang
memasuki tempat itu, menurut pemikiran kemungkinan besar
istrinya ia sembunyikan disana".
Liem Tou tetap menggeleng.
"Persoalan ini tidak mendekati kenyataan aku masih kurang
percaya.." katanya. GIOK jie langsung mencibirkan bibirnya dengan
mendongkol katanya: "Thian Pian siauwtju justru merupakan seorang manusia
yang tidak kenal aturan, apanya yang perlu diherankan?"" Ia
segera putar badan menemani sigadis cantik pengangon
kambing pergi istirahat. Liem Tou tetap beristirahat diruang tetamu.tapi mana ia
sanggup pejamkan mata" teringat akan kelihayan dari sikap
Tjiau Toa pek tak terasa ia bangun dan duduk bersemedi
sebentar. perlahan-lahan pikiran serta semmgatnya jadi segar
kembali Pendengarannva semakin tajam, ratusan tombak
disekeliling tempat itu dapat ia dengar dengan jelas bahkan
rontoknya setangkai daun keringpun tak bakal lolos dari
telinganya. Pada saat itulah telinganya dapat menangkap suara lari
seseorang yang ringan tapi cepat melayang turun dari ratusan


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tombak jauhnya di luar gubuk tersebut orang itu datang dari
tempat luaran. Liem Tou dapat mendengar suara berkibarnya ujung baju
tersampok angin, dalam beberapa kali loncatan saja orang itu
sudah berada disamping gubuk tersebut lalu disusul dengan
suara sentilan jari mengetuk jendela.
Suara itu berasal dari kamar Tjiau Toa Pek siempunya
rumah. "Oooow . kiranya ia mendatangkan pembantu." diam-diam
pikir Liem Tou dalam hati.
Tidak selang beberapa saat Liem Tou kembali dapat
menangkap suara dibukanya sang jendela disusul dengan
suara lirih dari sang bocah.
"Yaya kau pergi kemana !" Kau pergilah tidur?" sahut Tjiau
Toa pek lirih. "Disini tak ada urusanmu lagi, dan haruslah kau
ketahui persoalan ini sangat menegangkan, setelah kau
menginjak dewasa kau bakal tahu sendiri, jikalau besok pagi
orang-orang itu bertanya kemana aku pergi, kau harus
menjawab aku sedang pergi kedusun untuk mencari tahu letak
pulau Lie Hoa To. jangan sekali-kali kau ceritakan persoalan
malam ini." suasana kembali sunyi senyap. Liem Tou tahu Tjiau Toa
pek telah meloncat keluar dari jendela dan kini ia telah berada
diluar rumah. "Asalkan mereka belum keluar dari seratus tombak dari sini,
aku tak boleh mengejutkan mereka, aku harus dengar dulu
siapa yang barusan datang kemari." pikir Liem Tou didalam
hati. Sedikitpun tidak salah, kedua orang itu sama-sama berhenti
disuatu tempat lima puluh tombak dari ruangan gubuk.
Terdengar Tjiau Toa pek berkata: "Jikalau dugaanku tidak
salah, kau pastilah Sin Beng Kauwtju."
. "Ooow.. dia?" seru Liem Tou sangat terperanjat didalam
hatinya. "Jika kudengar dari nada ucapannya jelas mereka
saling mengenal." Boe Beng Tok-su tertawa ringan. "Bila dugaanku tidak
meleset, kau dapat mengelabuhi sepasang mata Liem Tou si
bangsat cilik itu tapi tak bakal bisa mengelabuhi diriku kau
tentu adalah mertua Thian Pian siauwtju yang disebut orang
sebagai Siauw Bian Thiat Tjiang atau si Telapak besi berwajah
riang Tjiau Thian Kie adanya."
Tjian Toa pek mendengus dingin.
"Tempo dulu kau kirim orang datang untuk mengundang
aku masuk perkumpulanmu sekarang apa maumu?" walaupun
tempo dulu aku dengan si hweesio tujuh jari Tjhiet Tjie Tauw
tuo mempunyai sedikit ikatan persahabatan, tapi akhirnya aku
menyesal telah bergaul dengan dirinya. apa maksud
kedatanganmu kemari jika kau tidak mau bicara ajoh cepat
pergi dari sini." . "Orang budiman tidak bicara kata-kata sembunyi." ujar Boe
Beng Tok-su kembali tertawa, "Tjiau Susiok aku lihat
bukankah kau hendak menyeberang kepulau Lie Hoa To untuk
mengirim kabar kepada diri Ke Hong?" aku lihat tak berguna
usahamu ini, Liem Tou sudah bulatkan tekad dengan taruhan
nyawa hendak menjumpai dirinya, cepat atau lambat ia bakal
terluka ditangan Liem Tou' apa gunanya kau pergi mengirim
kabar buat dirinya?"
"Siapa yang bilang aku mau pergi kepulau Lie Hoa To?""
Seru Tjiau Toa pek gusar, "Siapa yang mau mengurusi urusan
menantu jahanam tersebut?"
"Heee ..heeee. heeee . aku lihat kau sedang bicara lain
diluar lain dihati! Walau pun Ke Hong dengan paksa
mengawini putrimu bahkan dalam keadaan gusar ia telah
menyelesaikan istrinya ditangan sendiri. tapi menantumu
sampai akhirpun tetap merupakan menantumu apalagi kau
sekarang sudah mempunyai cucu luar!"'
Agaknya Tjiau Toa pek telah dibikin gusar oleh ucapan
tersebut. ia membentak gusar, "Kau siluman jahanam.
sebenarnya ada urusan apa datang kemari?""..."
"Sekarang ku masih belum boleh beritahu hal ini
kepadamu, tapi lambat laun kau akan jadi jelas dengan
sendirinya. Cuma kau boleh berlega hati, terhadap dirimu aku
tidak bermaksud untuk mencelakai, nah sekarang bila kau
mau pergi cepatlah pergi, maaf badanku masih menderita
sedikit luka yang parah sehingga tak dapat membantu diri Ke
hong. tetapi Liem Tou sibangsat cilik itu pada suatu hari pasti
akan menemui ajalnya ditanganku. aku bisa bicara pasti bisa
melakukannya," Terhadap apa yang diucapkannya Sun tji si, agaknya Tjiau
Toa pek masih merasa tidak berlega hati. desaknya lebih
lanjut: "Setelah kedatanganmu punya maksud tertentu kenapa
tidak cepat kau utarakan" seorang lelaki sejati bisa berbicara
bisa berbuat kenapa tidak kau sekalian terangkan?"
kemungkinan sekali aku sitelapak besi berwajah riang bisa
menyembuhkan dirimu !"
"Urusan yang lain mungkin kau masih bisa
menyempurnakan diriku. tapi urusan ini kau pasti tak dapat
melakukannya." Seru Boe Beng Tok-su dengan memperendah
suaranya. "Sekali lagi kuulangi perkataanku kepadamu
kedatanganku kemari adalah bermaksud baik. kita sama-sama
memperoleh manfaat yang tidak saling merugikan, dan malam
ini sekalipun kukatakan kepadamu kau juga tak akan percaya,
tapi sepuluh tahun kemudian kau pasti akan berterima kasih
sekali kepadaku." "Sepuluh tahun . .?" Saking kaget dan tertegunnya Tjiau
Toa pek berseru tertahan,
Liem Tou dapat mendengar kesemuanya itu dengan sangat
jelas. Kembali Boe Beng Tok-su tertawa diiringi dengan ujung
baju tersampok angin ia telah meloncat keluar dari lingkungan
seratus iombak dan tidak kedengaran lagi suaranya.
Hingga saat inilah Liem Tou sudah tahu kedudukan yang
sebenarnya dari Tjiau Toa-pek bahkan mengetahui pula bila
malam ini ia hendak berangkat menuju pulau Lie Hoa To,
kesempatan baik susah dipastikan ia segera bangun berdiri
dan mengintip dari celah-celah pintu.
Tampak olehnya Tjiau Toa-pek dengan berpangku tangan
sedang berjalan bolak-balik diluar pintu pagar.
Tidak usah diragukan lagi ia sedang memikirkan apa
maksud kedatangan Boe Beng Tok-su kemari, tujuan orang itu
membuat hatinya tidak tenang.
Beberapa saat kemudian ia mendongak, setelah diketahui
waktu telah menunjukkan kentongan ketiga hatinya semakm
cemas dan gelisah lagi, sepasang telapak tangannya mengepal
kencang dan merasa cemas.
Akhirnya ia hentakkan kakinya ketanah kemudian
berkelebat menuju kearah tepi lautan. Melihat orang itu telah
berlalu Liem Tou pun enjotkan badannya menerobos keluar
dari jendela dan menguntil dari belakang.
Setelah berlarian beberapa ketika, sepasang mata Liem Tou
yang bisa melihat sesuatu dengan jalan ditengah kegelapan
dapat menemukan munculnya sebuah teluk alam disisi lautan
dimana berpuluh-puluh sampan nelayan berlabuh disana.
Tjiau Toa pek langsung berkelebat menuju keteluk itu
dengan kecepatan laksana sambaran kilat, Liem Tou yang
melihat gerakan tubuhnya segera dapat menduga apa bila
tenaga sinkang yang dimiliki orang tua ini telah berhasil
mencapai kesempurnaan. Diam-diam hatinya kegirangan, ia berpikir:
"Asalkan malam ini kau bisa tiba dipulau Lie Hoa To sudah
tentu akupun bisa sampai juga."
Tapi iapun tahu jelas. asalkan membiarkan ia melepaskan
perahunya untuk berangkat ketengah lautan kemudian baru
melakukan pengejaran dari belakang maka tindakannya ini
pasti konangan. Daripada berbuat demikian ia ambil keputusan untuk
mendahului orang tua itu bersembunyi terlebih dahulu
dibawah perahunya, setelah ia berangkat bukankah ia bakal
ikut?" Ketika ia sudah berhasil mengambil keputusan. jarak
mereka dengan teluk dimana pada berlabuh tinggal seratus
tindak belaka. sedang Tjiau To pek hanya lima puluh tomdak
didepan. Liem Tou dengan kepandaian pemuda ini ia masih
sempat mengejar sebelum orang itu menjalankan perahunya.
Dengan cepat badannya berkelebat lewat sejauh tujuh
delapan tombak, dalam dua kali loncatan ia telah berada tiga
puluh tombak jauhnya lalu dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya ia berputar satu kalangqn besar dan
muncul kembali dari arah yang berlawanan dengan Tjiau Toa
pek. Setibanya ditengah teluk tersebut pemuda ini bersembunyi
dibalik perahu para nelayan lainnya, dengan demikian Tjiau
Toa pek sama sekali tidak menemukan jejaknya.
Pada waktu itu Liem Tou dapat melihat Tjiau Toa pek telah
berjalan naik keatas sebuah perahu sampan dengan layar
tunggal, diatas sampan tersebut hanya terdapat sebuah barak
kecil yang hanya muat untuk menampung seseorang dari
curahan hujan, Setelah melepaskan jangkar Tjiau Toa pek siap
menjalankan perahunya menuju ketengah lautan.
Melihat keadaan dari sampan tersebut, Liem Tou mulai
berpikir didalam hatinya, "Untuk bersembunyi diatas perahu
sampan sekecil ini tanpa konangan rasanya merupakan suatu
hal yang mustahil." Terpaksa secara diam-diam ia turun kedalam air untuk
bersembunyi di belakang barisan perahu sampan itu turun dan
membonceng dari sana. Pada dasarnya ilmu berenang dari Liem Tou sangat lihay,
setelah berada di dalam lautan ia tidak takut lagi kena
didorong oleh ombak lautan yang besar.
Tidak lama kemudian Tjiau Toa pek dengan menggunakan
sampan kecil itu telah meninggalkan teluk menuju kelautan
bebas. Suasana diempat penjuru sunyi senyap tak ada sedikit
suarapun. yang terlihat hanya rembulan yang tergantung di
tengah awang-awang dan bintang berkelip di tempat
kejauhan, angin laut berhembus tajam mendatangkan rasa
perih di badan. Setelah berada ditengah samudra bebas, Tjiau Toa pek
bekerja makin keras. sampan kecil tersebut bagaikan sebuah
daun kering saja laksana anak panah yang terlepas dari busur
meluncur kearah depan. Kurang lebih setengah jam kemudian sampan telah berada
ditengah samudra yang amat dalam, ombak segulung demi
segulung bergelora mendatang membuat perahu sebentar
naik sebentar turun. Sampan itu dimainkan ombak bagaikan sebentar berada
diatas puncak gunung sebentar kemudian terperosok kedasar
lembah yang dalam sungguh membuat hati merasa bergidik.
Tapi Tjiau Toa pek sebagai seorang nelayan yang kerjanya
setiap hari ada ditengah lautan, ombak sebesar itu sama sekali
tidak mempengaruhi dirinya.
Kembali setengah jam lewat dengan cepatnya, agaknya
Tjiau Toa-pek merasa jalannya perahu terlalu lambat terlihat
tangan kirinya mencekal dayung dan tangan kanan mulai
mengirim pukulan kosong menghantam permukaan air laut.
Dengan demikian gerakan sang perahu jadi lebih cepat berkali
kali lipat, terutama sekali pukulan Tjiau Toa pek yang berat
bagaikan hantaman benda ribuan kati ini semakin
mempercepat gerakan perahunya.
Liem Tou yang membonceng dibelakang, sembari secara
diam-diam memperhatikan arah yang mereka tuju pikirnya
dihati: "Kenapa aku tidak membantu dirinya sehingga bisa lebih
cepat tiba dipulau Lie Hoa To ?"?"
Berpikir secara demikian tanpa berpikir panjang lagi telapak
tangannya mengirim sebuah pukulan lunak keatas permukaan,
pukulan ini halus dan sama sekali tidak meninggalkan bekas
diatas permukaan laut walaupun kekuatannya sangat luar
biasa. Sang perahu kontan saja meluncur kedepan dengan
kecepatan bertambah puluhan kali lipat.
Bantuan yang diberikan Liem Tou secara diam-diam ini
segera mendatangkan rasa kaget dan tercengang bagi diri
Tjiauw Toa pek, terdengar ia bergumam seorang diri:
"Sungguh aneh sekali, perahuku kenapa bisa meluncur
dengan kecepatan beberapa kali lipat lebih hebat dari biasa?".
Mendengar ucapan itu Liem Tou mengerti dihati Tjiau Toa
pek telah timbul perasaan was-was, karena bersamaan
dengan berhentinya si orang tua itu mengirim pukulan kosong
keatas permukaan laut Liem Tou terpaksa berhenti pula
membantu. Dengan demikian setelah perahu itu menerjang puluhan
tombak jauhnya kedepan perlahan-lahan jadi lambat kembali.
Melihat hal tersebut tak terasa lagi Tjiau Toa pek tertawa
geli sendiri. "Aku sungguh bodoh, buat apa kukhawatirkan hal yang tak
berguna, kejadian apa lagi yang bisa menimbulkan keanehan
kecuali perbuatan sendiri."
Karena berpikir demikian iapun kembali mengirim pukulan
kosong keatas permukaan sehingga Liem Tou dapat
membantu pula mempercepat perjalanan yang sedang mereka
tempuh. Perahu bergerak dengan cepatnya dan kentongan keempat
pun telah tiba. Liem Tou yang bersembunyi dibelakang perahu
tidak berhasil mengetahui apakah mereka telah tiba dipulau
Lie Hoa To atau belum, hanya secara mendadak ia dapat
menangkap suara suitan Tjiau Toa pek yang nyaring dan
bergema memenuhi seluruh permukaan lautan yang luas.
Suitan panjangnya berkumandang jauh sampai puluhan lie,
dimana suara suitan lewat angin pukulanpun kembali
menyambar. "Aah, mungkin sudah hampir sampai pikirnya dalam hati,
"Jelas suara suitan itu ditujukan untuk mengirim kabar ke arah
pulau." Dengan tenaga murninya yang hebat Lim Tou menghantam
keatas permukaan air laut. Siapa sangka justru ketika itulah
perahu sedang bergerak dengan kecepatan penuh. tenaga


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tekanan dari Liem Tou ini kontan mengangkat sampan
tersebut meninggalkan permukaan air setinggi beberapa coen
dan menyusup puluhan tombak jauhnya.
Tjiau Toa pek yang ada diatas perahu segera merasakan
badannya gontai sehingga hampir hampir saja terlempar jatuh
ke dalam laut. Saat ini ia tak dapat menahan diri lagi segera
bentaknya: "Keadaan pada malam ini sangat mencurigakan, hei siapa
yang ada didasar perahu, ayoh cepat munculkan diri untuk
berjumpa dengan diriku."'
Teguran ini membuat Liem Tou berdesir, pikirnya:
"Pulau Lie Hao To belum kelihatan bayangannya, jikalau
jejakku benar ditemukan bukankah usahaku selama ini akan
menemui kegagalan?""
Ketika itulah Liem Tou secara mendadak merasakan kaki
Tjiau Toa pek bergeser ke arah belakang perahu dan agaknya
hendak melongok kebawah perahunya.
Liem Tou gelisah, diam-diam ia menyusupkan diri kedasar
lautan sedangkan tangannya mencekal bagian perahu yang
berada didasar air. dengan berbuat demikian maka jejaknya
akan terhindar dari pemeriksaan Tjiau Toa pek.
Sedikitpun tidak salah. Tjiau Toa pek benar-benar
bongkokkan badan untuk memeriksa dasar perahu tapi mana
mungkin ia temukan bayangan manusia disana" tak terasa lagi
siorang tua ini bergumam seorang diri:
"Sungguh ini hari kutemui setan, kenapa baik perahuku
bisa terbang sendiri?" apa mungKin ada ikan hiu raksasa yg
lewat dibawah lantas sekalian mengangkat badan perahuku"
tapi ...siapa yang mau percaya dengan hal tersebut?"
Sejurus kemudian Liem Tou munculkan dirinya kembali
keatas permukaan air laut tanpa menimbulkan sedikit
suarapun, ia kuatir benarkah mereka sudah tiba dipulau Lie
Hoa To atau belum! sembari mencekal pinggiran perahu
sedikit demi sedikit ia bergeser keujung perahu dan
memandang kedepan. "Aaah... bukankah itu adalah sebuah pulau kecil?"' serunya
dalam hati. Dihadapan matanya tampak terbentang sebuah palau
dengan bukit yang menjulang keangkasa sungguh indah dan
megah pemandangannya. Liem Tou kegirangan setengah mati melihat munculnya pulau
tersebut. meminjam tertutupnya pemandangan dari arah
belakang kedepan oleh sebuah bilik kecil Liem Tou menerobos
masuk kedalam perahu dan bersembunyi dibalik bilik tadi.
Pada dasarnya perahu itu sudah dibasahi oleh ombak maka
walaupun dengan badan basah kuyup ia naik keperahu sama
sekali tidak meninggalkan bekas apapun juga. diam-diam ia
menghembuskan napas panjang.
"Kenapa tidak sejak tadi aku datangi tempat ini?"" tahu
begini tak perlu repot-repot badanku terendam air laut selama
satu kentongan lebih. Dengan badan capai ia membaringkan diri didalam perahu
dan pejamkan mata atur pernapasan.
Sedangkan Tjiau Toa pek yang ada diluar satu pukulan
demi satu pukulan masih menggerakan perahunya. hanya saja
kali ini kendati ia sudah keluarkan seluruh tenaga perahunya
tidak juga berhasil bergerak secepat waktu tadi.
Tidak lama kemudian perahu sudah menepi dan Tjiau Toa
pek pun gerakkan perahunya mendekati pantai teriaknya
secara tiba-tiba: "Ke Hong! Ke Hong! jika kau berada di atas pulau cepatlah
datang kemari, aku Tjiau Thian Kie ada perkataan yang
hendak disampaikan kepada kamu,"
Walaupun ia sudah berteriak beberapa saat dari atas pulau
belum juga kedengaran suara sahutan seorang manusiapun.
Terpaksa ia menjalankan kembali perahunya mengikuti
sepanjang pantai dari tempat kejauhan akhirnya ia temukan
cahaya lampu' Buru-buru teriaknya kembali: "Adakah manusia diatas
pulau?" cepat datang menjumpai aku Tjiau Thian Kie!"
Suara teriakan ini amat lantang dan nyaring tidak mungkin
kalau orang yang ada diatas pulau tidak mendengar suaranya.
Siapa sangka begitu suara tadi meluncur keluar lampu yang
semula berkelip-kelip di atas pulau kini padam sama sekali.
Tjiau Thian Kie jadi gusar dan mencak-mencak dengan
langkah berat berjalan keujung perahu untuk melemparkan
jangkar kelaut sedang ia sendiri meloncat naik ke atas pantai.
Liem Tou yang berada didalam bilik segera ikut bangun
untuk menguntil dari belakang tapi belum sempat ia
melakukan sesuatu mendadak tampak sesosok bayangan
manusia berkelebat lewat diatas pantai dan menghadang jalan
pergi siorang tua itu. "Siapa kau?" berani benar kau berteriak-teriak diatas pulau
Lie Hoa To." tegur orang itu penuh kemarahan. "Malam ini
Siauwtju sedang merayakan hari perkawinannya berani benar
kau merusak kesenangannya, ayo cepat menggelinding pergi
dari sini !" Liem Tou yang mendengar Thian Pian Siauwtju sedang
kawin hatinya tergetar keras.
Kiranya orang yang barusan datang adalah Thiat Bok
Thaysu, agaknya ia sudah kebanyakan meloloh air kata-kata,
walaupun pikirannya belum sinting tapi wajahnya tidak
sedingin keadaan biasanya.
Tjiau Thian Kie yang mendengar Tjian Pian Siauwtju
sedang kawin. seketika itu meladaklah rasa gusar dihatinya,
tanpa banyak berbicara lagi telapak tangannya segera diayun
kedepan mengirim sebuah pukulan yang maha dahsyat,
Setelah itu barulah bentaknya: "Budak jahanam itu berani
kawin?"" kurang ajar ia berani kawin dengan siapa ayoh cepat
suruh ia menggelinding keluar menemui diriku!"
Walaupun ilmu pukulan tunggal beracun yang paling
diandalkan Thiat Bok Thaysu telah dihancurkan oleh Liem Tou.
tetapi kepandaian yang sebenarnya sama sekali belum hilang.
dengan gesit ia melejit dan mundur beberapa tombak
kebelakang. Dengan demikian ia berhasil menghindarkan diri dari
serangan dahsyat Tjiau Toa pek itu.
"Thiau Thian Kie! kau kira aku benar-benar tidak mengenali
dirimu lagi?" teriaknya penuh kegusaran. "waktu itu beruntung
kau lari terlalu cepat sehingga tidak sampai mati bersama
dengan Tjiat Tjie siiblis tua dipuncak Lau Hong selama
puluhan tahun kemudian kita berjumpa lagi disini. hal ini
sungguh merupakan suatu pertemuan yang amat
menggembirakan." Oleh teguran itu sebaliknya Tjiau Thian Kie yang dibikin
melengak, setelah memandang beberapa kejap wajah Thiat
Bok Thaysu dengan teliti mendadak ia mendongak tertawa
terbahak-bahak. "Haaa ...haaa. ,aku kira siapa tidak tahunya ialah Thiat
Bok-heng. bagaimana kabar Thiat Bok-heng selama
perpisahan kita?" "Tjiau Thian Kie, siapa yang mengaku saudara dengan
kau?" mau bergebrak ayoh cepat turun tangan." teriak Thiat
Bok Thaysu dengan muka masam.
Liem Tou yang menonton kejadian itu disisi kalangan,
dalam anggapannya Tjau Thian Kie pasti tak kuat menahan
diri dan diantara mereka tentu terjadi suatu pertarungan yang
amat sengit, Siapa sangka Thiau Toa pek malah mendongak tertawa
terbahak-bahak. "Thiat Bok-heng, kau jangan salah sangka, aku bukannya
takut dan jeri kepadamu justru karena kedatanganku kemari
ada persoalan penting yang tak boleh diulur lagi waktunya.
mau bergebrak waktu dikemudian hari masih panjang. cepat
kau suruh Kie Hong keluar menjumpai diriku, aku hanya akan
memberitahukan sesuatu kepadanya kemudian segera balik
kembali...." "Hmm, Siauwtju kau boleh menemuinya, tapi kau jangan
berpikir untuk pulang lagi dari sini." .
Sembari berkata tangannya diayun kedepan melemparkan
sebuah benda ke tengah udara. Benda tadi dengan
meninggalkan suitan nyaring dan meledak diudara.
Dalam pada itu Liem Tou telah menyelinap keluar dari bilik
perahu, diam-diam merangkap ketepi pantai dan bersembunyi
dibalik semak belukar. Terhadap apa yang terjadi antara Thiat
Bok thaysu dengan Tjiau Toa pek ia dapat melihatnya dengan
sangat jelas. Tak selang beberapa saat setelah tanda pengenal tadi
dilempar ketengah udara, di tengah kegelapan muncullah
seorang lelaki berjubah biru yang berjalan lambat-lambat dan
limbung dengan didampingi seorang perempuan berusia
empat atau lima belas tahunan.
Sekali memandang Liem Tou segera mengenali orang itu
sebagai Tian Pian siauwtju yang didampingi oleh Kiem djie.
Sebelum Thian Pian siauwtju tiba ditengah kalangan, ia
sudah berseru menegur. "Thiat Bok-heng, waktu perkawinan tiba, ada urusan apa
kau mengirim tanda memanggil aku datang kemari?""
"Siauwtju belum sadar dari maboknya mana mungkin bisa
kawin?" kata Thiat Bok Taysu sambil tertawa. "Apalagi malam
ini kita telah kedatangan tamu tak diundang. Aku lihat lebih
baik siauwtju kerahkan tenaga sinkang untuk paksa keluar
arak tersebut dari badan dan persegar dikit pikiranmu. Aku
lihat urusan tak akan segampang itu."
"Haah.,.haah.. haah. .siapa yang telah datang kemari," seru
Thian Pian siauwcu sambil tertawa tergelak. "Kebetulan
kedatangannya tepat sewaktu pulau kita sedang merayakan
hari perkawinanku.".
Beberapa patah kata ini membuat Tjiau Thian Kie naik
pitam, ia tak dapat mengendalikan hawa gusar yang bergelora
dalam dadanya lagi, sekali loncat ia telah berada disisi Thian
Pian siauwtju. "Ke Hong, aku Tjiau Thian Kie datang memberi ucapan
selamat kepadamu." teriaknya keras-keras. "Aku lihat
kematianmu sudah berada diambang pintu kau masih
mengigau!" Mendengar disebutkannya nama "Tjiau Thian Kie" Thian
pian siauwtju jadi terperanjat badannya buru-buru mundur
tiga langkah kebelakang sedang pengaruh arak pun hilang
separuh. Pada saat itu Thiat Bok taysu telah meloncat ke depan dan
menghadang dihadapan Tjiau Thian Kie.
Dengan gusar Si orang tua she Tjiau meraung keras.
sepasang telapak bersama-sama bergerak mengancam
seluruh bagian tubuh yang berbahaya diatas badan Thiat Bok
thaysu, bersamaan itu pula teriaknya keras.
"Ke Hong, aku bunuh mati dulu Thiat Bok sibajingan tua ini
kemudian akan mendatangi pulau ini untuk mencari balas. kau
disini masih mabok-mabokan sembari mengigau. siapa yang
suruh kau kawin lagi" siapakah perempuan itu" ayoh cepat
jawab pertanyaanku!"
Diiringi raungan keras, angin pukulan menderu-deru
memenuhi seluruh angkasa. berturut-turut ia mengirim
delapan buah serangan sekaligus.
Thiat Bok Thaysu menderita rugi karena kesepuluh jari
tangannya telah putus semua, mana ia bisa melancarkan
serangan balasan badannya terdesak hebat dan terpaksa
harus menggunakan ilmu meringankan tubuh berkelit kekiri
menyingkir kekanan, sama mempunyai kekuatan untuk balas
melancarkan serangan. Melihat kejadian itu Thian Pian Siauwtju segera berteriak
keras: "Mertua yang terhormat, kau salah paham, untuk
sementara bagaimana kalau mendengar dulu penjelasan
menantumu?"?" "Sreet! sreet! sreet!" kembali Tjiau Toa pek melancarkan
tiga buah serangan gencar kemudian baru menarik diri
kebelakang. "Cepat bicara ."teriaknya gusar, "Aku sudah tidak mengakui
kau sebagai menantuku lagi, bilamana bukan memandang
diatas wajah Tjioe Leng Tju saat ini sudah kucabut nyawamu."
Entah mengapa sikap Thian Pian Siauwtju terhadap Tjiau
Toa pek amat halus dan menurut, hal ini membuat Liem Tou
agak mendongkol dan mangkel.
Tampak Thian Pian Siauwtju dengan sangat hormat kepada
orang tua itu ujarnya: "Gak-hu Thaydjie jangan keburu marah, dengarlah dulu
ucapan menantumu, perempuan itu bukan lain adalah susiok
dari Liem Tou dan merupakan anak murid Auw Haa Siang
Hiap" Lok Yong tempo dulu. aku berbuat demikian justru ingin
menghukum dirinya sehingga selama hidup ia malu untuk
menjumpai orang lagi."
"Omong kosong. apa maksud ucapanmu itu?"" Bukannya
mereka hawa amarah Tjiau Toa-pek semakin berkobar. Mau
menghukum boleh dibunuh sampai mati, jikalau kau berani
menggunakan alasan ini untuk menipu orang . Hmm! jangan
salahkan kalau aku tak akan mengampuni dirimu lagi."
Sepasang telapak disilangkan didepan dada, agaknya ia
akan melancarkan serangan kearah Thian Pian Siauwtju.
Kiem djie yang berdiri disamping suhunya, melihat sikap
pihak lawan dengan sebat ia meloncat kedepan sembari
melototi diri orang tua itu dengan pandangan gusar.
Tjiau Toa-pek melihat Kiem djie berani mengacau ditengah
jalan, hawa gusar tak bisa dikendalikan lagi. sepasang lengan
ditekan kebawah dengan melancarkan sebuah pukulan yang
berat bagaikan gunung thay-san membabat tubuh bocah
tersebut. Kiem diie yang berusia sangat muda sama sekali tidak
menunjukan rasa jeri barang sedikitpun juga, ia mengempon
napas meloncat kedepan. agaknya dengan keras lawan keras
ia akan menerima datangnya angin pukulan tersebut.
Gerakan kedua belah pihak cepat laksana sambaran kilat,
sewaktu telapak masing-masing pihak hampir bertemu
mendadak terdengar Thian Pian Siauwtju menjerit ngeri.
"Gak-hu Thaydjien! jangan bunuh bocah itu!"
Braak .. .! sepasang telapak berbentrok satu sama lain,
sekalipun Kiem djie telah memperoleh seluruh warisan dari
Thian Pian siauwtju tapi tenaga sinkangnya masih tidak
memadahi. mana ia sanggup menerima datangnya serangan
pukulan seorang kenamaan?"" terutama sekali pukulan Thiau


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Kie sebagai sitelapak besi yang amat tersohor?""
Walaupun dari bentrokan ini angin pukulan Tjiau Thian Kie
sebagian telah tertahan oleh bentrokan tersebut, tapi air muka
Kiem djie berubah hebat, badannya mundur beberapa langkah
kebelakang dengan sempoyongan dan akhirnya jatuh di dalam
pelukan suhunya. "Kiem djie. kenapa kau?" teriak Thian Pian siauwtju penuh
rasa kuatir. Tampak badan Kiem djie gemetar sangat keras. kesepuluh
jarinya bengkok bagaikan pancingan. sepasang mata terpejam
rapat-rapat dan air mukanya dari pucat pasi telah berubah
hijau membiru. Liem Tou yang melihat peristiwa itu diam-diam Herseru
dihati: "Habis,.. habislah sudah! memang hebat sitelapak besi
berwajah riang ini !"
Dugaan Liem Tou tidak salah, setelah seluruh urat nadi dan
otot Kiem jie berkerut, ia menjerit ngeri lalu muntahkan darah
segar. Bersamaan itu pula pemuda cilik ini berteriak:
"Suhu Kiem djie berangkat dulu!"
. Akhirnya ia meronta untuk bangun berdiri sepasang matanya
melotot bulat-bulat mengawasi wajah Tjiau Thian Kie sedang
sepasang telapak tangannya pelahan-lahan diangkat keatas
dengan gaya hendak melancarkan serangan tetapi akhirnya ia
muntah darah kembali dan badannya roboh keatas tanah
binasa ! Dalam pada itu Thian Pian siauwtju sama sekali dibikin
tertegun di tempat itu. ia memandang bodoh wajah Tjiau
Thian Kie lalu memandang pula jenasah Kiem djie yang
menggeletak diatas tanah.
"Siauwtju, kau telah bikin persiapan?"" mendadak Thiat
Bok taysu menegur dingin.
Bagaikan kehilangan pikiran Thian Pian Siauwtju berdiri
tertegun ditempat itu, ia tidak bergerak maupun bicara.
"Ke Hong!" kembali Tjiau Thian Kie berteriak keras. "Aku
hendak beritahu kepadamu Liem Tou segera akan tiba di
pulau ini untuk menuntut balas. Perkataan ku telah selesai dan
sekarang aku mau pergi."
Sekali lagi Thiat Bok taysu mendengus dingin
Pada saat itulah kesadaran Thiat Pian siauwtju telah pulih
kembali. Ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
"Haah , haah..,baah .. Liem Tou mau datang" bagus, bagus
sekali. Justru aku ingin menjumpai dirinya! terima kasih atas
pemberitahuan Gak-hu untuk membalas budi ini harap kau
tunggu sebentar. aku akan pergi dan segera kembali lagi".
Habis berkata ia putar badan dan berlalu.
Melihat orang itu pergi, Liem Tou merasa agak kaget,
pikirnya: "Hong Susiok ada disimpannya. Apa maksud Ke Hong
pergi dari sini?" apakah ia hendak turun tangan jahat terlebih
dahulu terhadap diri Hong Susiok?""
Berpikir akan soal itu tentu tanpa banyak cakap lagi ia
meluncur keluar dari persembunyian dan bergerak ke depan.
Menanti Tjiau Thian Kie serta Thiat Bok Taysu menemukan
adanya manusia yang lewat dari samping mereka, Liem Tou
telah berada puluhan tombak jauhnya menguntil di belakang
Thian Hian siauwtju. Tampak Thian Pian sisuwtju dengan langkah lebar berjalan
maju kedepan. menanti tiba diluar sebuah rumah berbatu
disisi gunung ia agak merandek, agaknya ia bermaksud masuk
kedalam tapi akhirnya ia batalkan maksudnya dan berputar
menuju kekaki gunung, Liem Tou mengempos napas menguntil terus dari belakang.
tidak lama kemudian dibawah sorotan sinar rembulan
muncullah sebuah bangunan rumah berwarna putih.
Melihat bangunan tersebut tanpa terasa Liem Tou teringat
kembali akan ucapan Giok djie yang pernah mengatakan
bahwa rumah putih ini kecuali Thian Pian siauwtju seorang tak
seorang manusiapun diperkenankan masuk kedalam. Setelah
mantapkan hati Liem Tou berpikir, "Malam ini aku hendak
memasuki rumah berwarna putih ini untuk memeriksa rahasia
apakah yang ia sembunyikan disana!"
Pintu bangunan berwarna putih itu terkunci rapat-rapat.
dari dalam sakunya Thian Pian siauwtju mengambil keluar
sebuah kunci dan membuka pintu tersebut.
Liem Tou yang mengintip dari tempat kejauhan dapat
melihat keadaan di dalam ruangan
itu gelap dengan diterangi oleh sebuah lentera berbentuk
panjang, suasana amat menyeramkan sehingga membuat bulu
kuduk pada bangun berdiri.
Ketika itu Thian Pian siauwtju telah berjalan masuk
kedalam, buru-buru Liem Tou mengejar dari belakang dan
bersembunyi dibalik pintu kemudian menyelinap masuk
kedalam. Thian Pian siauwtju perlahan-lahan masuk kedalam
ruangan dan langsung mendekati sebuah tempat yang
tertutup oleh kelambu warna ungu, lampu lentera tergantung
tepat diatasnya Melihat benda yang ada dalam ruangan itu hanya terbatas
itu-itu saja, Liem Tou jadi keheranan.
Sebuah ruangan kosong macam begini bisa mengandung
rahasia apa" ada apa pula maksudnya dalam keadaan seperti
ini ia mendatangi tempat ini"
Tanpa disadari sinar mata Liem Tou dialihkan keatas
kelambu berwarna ungu itu ia merasa apibila Thian Pian
Siauwtju mempunyai rahasia yang tidak ingin diketahui orang
maka rahasia tersebut pasti berada dibalik kelambu tersebut.
Sedikitpun tidak salah. Thian Pian Siauwtju menerangkan
dulu lentera untuk menerangi seluruh ruangan, wajahnya
pada saat ini penuh diliputi kerisauan, suasana hening sunyi
dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama sekali Thian Pian siauwtju berdiri termenung dibawah
lampu lentera, agaknya ia sedang memikirkan suatu hal yang
memberatkan hatinya. Lama. . .lama sekali akhirnya ia berpaling memandang
keluar ruangan, buru-buru Liem Tou menyembunjikan diri.
Tapi sepintas lewat itulah ia temukan wajah Thian Pian
siauwtju penuh dibasahi dengan air mata. keadaan ini
sungguh diluar dugaan semua orang.
Beberapa saat kemudian Liem Tou dapat melihat Thian
Pian siauwtju telah berdiri di depan kain kelambu itu.
Tiba-tiba Liem Tou mencium bau harum yang amat aneh,
bau harum itu muncul dari balik ruangan dan terasa sangat
aneh, . . Akhirnya Thian Pian siauwtju menyingkap kain kelambu,
Liem Tou semakin keheranan lagi melihat pemandangan yang
berada dihadapannya. Ternyata di balik kelembu itu merupakan sebuah
pembaringan be warna merah yang berukiran naga serta
ourung hong kain sutra yang mewah dan mahal harganya,
menutupi hampir seluruh pembaringan.
Liem Tou membelalakan matanya bulat-bulat selagi ia
merasa keheranan mendadak terdengar Thian Phian siauwtju
menangis ter-isak2. "Tjioe Ling, aku merasa berdosa terhadap dirimu, malam ini
aku hendak antar kau pergi."
Dari atas pembaringan tak terdengar suara jaaban, juga tak
nampak seseoraog yang bangun berdiri.
Ketika itulah Liem Tou menemuKan adanya sebuah Hioloo
yang mengepulkan asap tebal. dapat diduga bau harum yang
sangat aneh tadi berasal dari asap dupa ini.
Kembali Thian Pian Siauwtju menangis tersedu-sedu.
"Semuanya ini adalah ayahmu yang paksa aku berbuat
demikian" serunya setengah merengak, "Sukmamu yang ada
diatas tentu tahu bukan tidak lama kemudian aku akan datang
menjumpai dirimu. Liem Tou telah datang, aku menyadari
dengan kekuatanku tak mungkin dapat menandingi
kepandaian silatnya, asal ia turun tangan aku punya maksud
tidak membalas. Tapi. , Tjioe Ling! ayahmu kembali
membinasakan satu-satunya ahli warisku, dalam keadaan
begini aku merasa tidak rela meninggalkan dunia yang penuh
dosa ini." Sembari bergumam ia menyingkap kelambu yang menutupi
pembaringan tersebut. Setelah mendengar serangkaian ucapannya Liem Tou dapat
memahami apa sebenarnya yang telah terjadi. Yang berada
diatas pembaringan tentu istrinya. yaitu putri Tjiau Kie yang ia
kawini dengan paksa, tapi sekarang perempuan itu telah
menjadi sesosok mayat dan Kematian perempuan itu justru
terhajar oleh angin pukulannya.
Bersamaan itu pula Liem Tou mempunyai suatu pandangan
yang lain terhadap Thian Pian Siauwtju, ia tidak menyangka
sijagoan dari Lautan Timur ini sebenarnya adalah seorang
manusia yang dibodohi oleh cinta.
Tanpa disadari lagi Liem Tou berkelebat mesuk kedalam.
geraK geriknya sama sekali tidak meninggalkan sedikit
suarapun, Tapi pada saat itu pula setelah Thian Pian Siauwtju
membopong tubuh Tjioe Ling dan secara mendadak
menemukan Liam Tou telah berdiri dibelakangnya, air muka
orang ini langsung berubah hebat.
Tapi Liem Tou sudah punya perhitungam didalam hatinya,
tampak ia tersenyum, "Ke-heng! kau tidak menyangka bukan bahwa aku bisa
muncul disini pada saat dan keadaan seperti ini, tapi kau boleh
berlega hati. detik ini aku masih tidak ingin mengganggu diri
Ke-heng barang seujung rambut pun, kau boleh pergi
menyelesaikan pekerjaanmu",
Sembari berkata sepasang mata Liem Tou mengerling
sekejap wajah sang perempuan yang berada dalam bopong
Thian Pian Siauwtju, tampak wajah perempuan itu masih tetap
utuh dan bagus seperti semasa hidupnya. tubuh mayat itu
tidak kaku dan keadaannya mirip seorang perempuan cantik
yang berada dalam impian. kecantikan wajahnya bila
dibandingkan dengan kecantikan wajah ke dua orarg istrinya
Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing maka
perempuan ini boleh dikata jauh lebih menarik beberapa kali
lipat. Pada saat itulah sekalipun Liem Tou tahu perempuan yang
berada didalam bopongan ke Hong hanya mayat belaka, tapi
sinar matanya terasa rada berat untuk dialihkan dari atas
wajahnya. Selama ini Thian Pian Siauwtju hanya berdiri memandang
diri Liem Tou dengan termangu-mangu, ia sama sekali tak
berkutik. Akhirnya Liem Tou tersentak kaget. buru-buru ia melengos.
"Ke-heng! besok siang aku akan menyelesaikan urusun kita
yang belum selesai. aku rasa seharusnya kau memahami apa
yang kuucapkan bukan setahun berselang ketika berada
digunung Tjing Shia kau telah mengingkari janji datang
mencari balas terhadap diriku, perbuatanmu itu sudah
melanggar peraturan Bu-lim yang terbesar."
. Thian Pian Siauwtju tetap membungkam dalam seribu bahasa,
sembari membopong tubuh Tjioe Ling selangkah demi
selangkah ia maju kedepan.
Terpaksa Liem Tou ikut mundur kebelakang sehingga
akhirnya hampir keluar dari ruangan tersebut.
Ketika itulah Thian Pian Siauwtju buka suara, ujarnya;
"Susiokmu berada didalam rumah berbatu didepan sana,
kau bawalah pergi! besok siang aku pasti menantikan
kedatanganmu". Liem Tou sendiripun tahu dalam keadaan begini Thian Pian
Siauwtju tidak ingin banyak berbicara. ia segera mengangguk.
Sedikit kakinya menutul permukaan tanah badannya
laksana petir menyambar telah berkelebat keluar dari pintu.
Pemuda ini tidak menggubris diri Tnian Pian Siauwtju lagi,
ia segera menerobos masuk ruangan berbatu itu, suasana
amat gelap susah melihat kelima jari tangan sendiri, pemuda
she Liem berhasil melatih sepasang matanya dapat melihat
ditengah kegelapan. Dalam rumah berbatu terdapat belasan kamar .satu demi
satu ia lakuKan pemeriksaan, akhirnya dikamar yang terakhir
ia temukan sebuah pembaringan dan diatas pembaringan
terlentang siperempuan Tunggal Touw Hong.
Saat ini ia hampir telanjang. hanya bagian-bagian terlarang
saja yang masih tertutup oleh selapis kain dalam yang tipis
dan tembus lihat, sedangkan perempuan itu sendiri berada
dalam keadaan tidak sadar.
Dengan cermat Liem Tou melakukan pemeriksaan disekitar
badannya, segera diketahui olehnya apabila jalan darah tidur
perempuan ini telah tertotok.
Dengan cepat ia totok bebas jalan darah tersebut kemudian
berkata dari luar ruagan,
"Susiok. maaf sutit Liem Tou datang terlambat sehingga
mengharuskan susiok lama sekali menjalankan penderitaan.
silahkan cepat berpakaian dan kita harus buru-buru
meninggalkan tempat itni.".
"Ehmm. . ." dari dalam ruangan terdengar suara sahutan
dari si perempuan tunggal Touw Hong, "Liem Tou, Liem Tou. .
kau benar-benar adalah Liem Tou" Siauwtju mengatakan
bahwa kau sudah mati pada setahun berselang bagaimana
kau bisa mengaku dirimu bernama Liem Tou ?"
"Ke Hong sama sekali tidak tahu apabila aku belum mati,
hanya hampir saja jiwaku melayang."
"Aaaakh ! kalau begitu kau benar-benar adalah Liem Tou?"
Mendengar ucapan dari si perempuan tunggal Touw Hong,
Liem Tou berpikir didalam hatinya.
"Susiok sudah setahun lamanya ditawan di atas pulau ini,
jikalau dikatakan menderita seharusnya sudah sangat tersiksa.
mengapa terhadap diri Ke Hong ia tak memperlihatkan rasa
benci atau menyalahkan " sungguh aneh urusan ini. Apakah
rela dirinya dikawini oleh orang itu?".
Karena menjumpai hal-hal yang tidak dipahami ia lantas
berkata. "Susiok, aku pikir selama setahun ini kau tentu amat
menderita sekali ?". . .
"Masih untung agak baikan. siauwtju tak bermaksud jahat
terhadap diriku, iapun belum pernah memperlihatkan
tindakan-tindakan yang menyeleweng dari kesopanan, selama


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini aku tidak pernah diganggu . .."
"A-akh. . .! begitu?", saat inilah Liem Tou baru tahu
peristiwa yang bakal terjadi nanti malam sama sekali tidak
diketahui oleh gadis ini, jikalau malam ini ia tidak keburu
datang kemari entah apa yang bakal terjadi besok pagi"
Liem Tou pun tidak membocorkan rahasia Thian Pian
siauwtju lagi, sambungnya.
"Susiok, cepat kau berpakaian, malam ini kita harus segera
meninggalkan tempat ini apalagi ditempat luaran masih ada
tontonan bagus yang dapat kita tonton."
Sewaktu ia menyelesaikan kata-katanya, si perempuan
tunggal Tauw Hong telah berjalan keluar.
Jilid 54 : Kematian Thian Pian Siauwcu
Bersamaan itu pula meraka pun merasa bahwa hidup
manusia sebenarnya hampa belaka bagaikan sesosok mayat
yangg tertelan di tengah deburan ombak. semua cinta kasih.
kekayaan, kecemerlangan tersapu bersih oleh gulungan
ombak yang sambung menyambung.
Perlahan lahan mayat itu tertelan ombak dan bergerak
lambat tenggelam ke dasar lautan, lelenyaplah sudah sudah
jenasah seorang perempuan yang memiliki wajah sangat
cantik. Liem Tou menghela napas panjang sepasang telapak
tangannya dengan kerahkan seluruh tenaga dalam yang
dimilikinya serta mendorong perahu itu untuk bergerak lebih
ke depan. Tidak selang beberapa saat kemudian perahu telah menepi
ketika mereka sudah berada di atas daratan, Ciau Thian Kie
yang mendarat paling akhir mendadak melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar hancur perahu sampan tersebut.
Sedang ia sendiripun muntahkan darah segar tapi orang
tua ini tidak menggubris keadaan dirinya. Dengan lari kencang
ia pulang ke rumah karena hatinya sangat menguatirkan akan
keselamatan dari Cioe Leng Cu setelah ditinggalnya sehari
semalam. Liem Tou serta si perempuan tunggal Touw Hong membuntuti
dari belakang ikut kembali ke rumah si orang tua itu.
Si gadis cantik pengangon kambing dan Giok jie yang telah
menanti kedatangan mereka di luar pagar rumah, sewaktu
melihat munculnya beberapa orang ini jadi kegirangan
setengah mati. "Engkoh Liem, kau telah pergi kemana"' teriak si gadis cantik
pengangon kambing keras keras.
Tapi setelah menjumpai si perempuan tunggal Touw Hong
mengikuti di sisi pemuda tersebat. ia jadi tersadar kembali.
Aaah! engkoh Liem! kau berhasil menemukan dirinya, kau
telah berhasil menolong Hong susiok lolos dari mara bahaya!"
Buru buru ia maju ke depan untuk memberi hormat kepada
si perempuan tunggal Touw Hong ini.
"Sudahlah jangan banyak adat'. kita bicara lagi seteiah
kembali ke gunung Cin Shia!" kata si perempuan tersebut
seraya membangunkan sang gadis.
Setelah itu ia berpaling ke arah Liem Tou. ujarnya lebih lanjut.
"Liem Tou! aku akan berangkat terlebih dahulu karena hendak
kembali dulu ke gunung Go bie kemudian baru pergi ke
gunung Cing Shia, kapan kau kembali?"
'Setelah urusan disini selesai kami segera berangkat pulang
ke gunung... jawab sang pemuda setelah berpikir sebentar,
"Tapi sewaktu sutit pulang ke gunung mungkin akan berputar
dulu untuk mampir sebentar di pantai Sah Kiem Than, paling
lambat sepuluh hari kemudian aku pasti sudah tiba di gunung
Cing Shia!" Si perempuan tunggal Touw Hong segera mengangguk
setelah mendengar ucapan tersebut.
Pada saat itulah terdengar Ciau Thian Kie berteriak keras "Cioe
Ling Cu! kau berada dimana, yaya, telah kembali !".
Ia lari masuk ke dalam ruangan kemudian keluar lagi ke depan
seraya berteriak teriak tiada hentinya, tapi belum juga
menemukan jejak bocah itu
Pada waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing
berjalan menghampiri Liem Tou dan berbisik lirih. "Kemarin
malam pada kentongan keempat Cioe Ling Cu si bocah
tersebut.,.." Belum habis ia berkata hati Liem Tou sudah terasa tergetar
keras. Ia segera sadar apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Kau tak usah lanjutkan ucapanmu, bukankah ia kena
diculik Boe Beng Tok su"' sambungnya.
Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk. Air muka
Liem Tou berubah membesi. Ia menghela napas panjang
panjang. "Aai.. ternyata Boe beng Toksu belum juga matikan niatnya!
aku takut di kemudian hari kembali akan terjadi suatu badai
yang menimbulkan banjir darah! aku sudah mulai bosan
dengan dendam mendendam balas membalas yang terjadi di
dalam dunia persilatan, entah sampai kapan keadaan seperti
ini akan berakhir?" .
Si perempuan tunggal Touw Hong pun ikut bersedih hati
"Bagaimanapun aku telah berjuang sepenuh tenaga demi
enciku" katanya sambil menghela napas panjang "Jikalau Sun
Ci Si tetap tidak sadarkan diri, biarlah ia berbuat sesuka
hatinya! Pada suatu hari ia pasti mati tanpa liang kubur.
Selamat tinggal ! aku hendak berangkat dahulu". Bayangan
hitam berkelebat lewat tahu tahu tubuhnya berada sepuluh
tombak lebih dari tempat semula.
Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing buru
buru memberi hormat. "Maaf kami tidak mengantar susiok
lebih jauh!". Si perempuan tunggal Touw Hong berpaling memandang
sekejap wajab Liem Tou akhirnya ia melengoskan buru buru
berlalu. Belum saja bayangan perempuan itu lewat, Ciau Thian Kie
telah menerjang datang, kepada si gadis cantik pengangon
kambing teriaknya keras, "Kau bawa kemana Cioe Ling cu ku " apakah kau perempuan
rendah yang mencelakai dirinya?"".
Ciau Thian Kie telah kehilangan kesadarannya, ia mulai
berteriak dan menerjang datang dengan kalap.
Si gadis cantik pengangon kambing yang kena dimaki
dalam hati merasa mendongkol bercampur kasihan. Ciao Toa
pek!' bentaknya. " Apa maksudmu berkata demikian?""
kenapa pentang mulut kau lantas menyakiti hati orang" Aku
sama sekali tidak mencelaki Cioe Ling Cumu, siapa yang tahu
ia telah pergi ke mana'"
Ciau Thian Kie meraung kalap. Badannya berputar
kemudian menerjang ke arah dusun kaum nelayan. Sembari
berlari teriaknya berulang kali:
"Cioe Ling Cu, yaya telah kembali. kau ada dimana?"
Tidak lama kemudian seluruh penduduk dusun nelayan itu
sudah tahu akan lenyap nya Cioe Ling Cu, berbondong
bondong mereka ikut mencari sehingga suasana jadi gaduh
dan gempar. Ketika itulah Liem Tou berkata kepada diri si gadis cantik
pengangon kambing: "Tahukah kau siapa Cioe Ling Cu itu"
"Sudah tentu cucu dari Ciau Toa pek!"
"Bukan!" sembari tertawa Liem Tou menggeleng, "Dia adalah
cucu luar Ciau Toa pek atau yang jelas bocah tersebut adalah
putra dari Thian Pian Siauwcu."
"Aaaah..! ada kejadian seperti ini!' teriaknya sang gadis
dengan mata terbelalak. Liem Tou mengangguk. " Ayoh kita segera berangkat!' serunya mengajak si gadis
cantik pengangon kambing berangkat. "Kita beritahu dulu
kepadanya kemudian segera berangkat menuju pulau Lie Hoa
To Thian Pian Siauw cu, Ke Hong sedang menantikan kita di
sana! " Demikianlah mereka bertiga segera berangkat menuju ke
dusun kaum nelayan itu, dari kejauhan mereka dapat melihat
banyak nelayan yang sedang berkerubung disekeliling Ciau
Thian Kie sembari bicara dan berpendapat dengan ramainya.
Ada yang mengatakan pagi itu masih menjumpai Cioe Ling Cu,
ada pula yang mengatakan dia seorang diri menuju ke tengah
lautan. Sedangkan Ciau Thian Kie tetep berteriak teriak keras. Liem
Tou segera mendesak maju dari antara kaum nelayan yang
sedang berdesak desakan dan menghampiri diri orang tua itu.
"Ciau Toa Pek, kau tak usah pergi mencari Cioe Ling Cu lagi,
mungkin sebelum sepuluh tahun ia tak akan kembali!"
"Apa?"' teriak Ciau Tnian Kie dengan sepasang mata melotot
bulat bulat. Liem Tou, apa kau kata?""
"Terus terang kuberitahu kepadamu! masih ingatkah kau
terhadap ucapan yang diutarakan Boe Beng Tok su kepadamu
kemarin malam?" kata Liem Tou sembari tertawa hambar.
"Ingat. kenapa aku bisa lupa" ia datang karena bermaksud
untuk berbuat sesuatu."
"Nah! itulah dia, jikalau kedatangannya karena hendak
berbuat sesuatu apakah kau sekarang tidak tahu kemana Cioe
Ling cu telah pergi?"".."
Seketika Ciau Thian Kie berdiri mematung tak berbicara
juga tak berkutik, sepasang matanya terbelalak lebar melototi
diri Liem Tou. Beberapa saat kemudian ia muntah darah segar
dan roboh ke atas tanah. Liem Tou buru buru berkelit dari semburan darah segar
yang meluncur ke badan nya sekali bergerak telapak
tangannya di tabokan ke atas punggung Ciau Thian Kie.
"Ciau Thian Khie baik baik kusampaikan berita kepadamu apa
sebabnya kau malah bersikap demikian terhadap diriku?"
bentaknya keras. Gerakan yang dilakukan Liem Tou cepat laksana sambaran
kilat, di dalam beberapa kali getaran ia telah menotok
beberapa buah jalan darah penting di seluruh tubuh si orang
tua itu. Setelah urat urat peredaran darah menjadi lancar kembali.
Ciau Thian Kie pun sadar dari kalapnya.
Terdengar ia tertawa sedih. ujarnya : "Tidak aku sangka
kedatangannya justru hendak melakukan pekerjaan ini, ia
berani benar membawa lari cucu kesayanganku! Tempo dulu
si hwesio tujuh jari Ciet Ci Tauw Tuo berbuat keji melebihi peri
kemanusiaan, aku si telapak besi berwajah riang merasa tak
senang dengan perbuatannya maka secara diam diam
menyelinap pergi tidak disangka ini hari Cioe Ling Cu telah
terjatuh ke tangan anak muridnya. apa yang harus kulakukan
saat ini''"'' Ia merandek beberapa saat mendadak teriaknya kembali:
"Liem Tou. soal Ke Heng aku tidak mau ikut campur lagi kau
boleh menghukum dirinya dengan cara apapun, tapi luka
parah yang sedang kuderita kini dapatkah kau sembuhkan?"
sekalipun harus menyeberangi lautan luas ataupun menuju ke
ujung langitpun aku harus mencari balik diri Cioe Ling Cu'.
dapatkah kau bantu diriku untuk kali ini"'
Dari sepasang mata Ciau Thian Kie memancar cahaya
kebulatan tekadnya, sikap ini muncul dari rasa sayang
terhadap cucunya yang tak terkendalikan dan menimbulkan
rasa hormat di hati Liem Tou,
Dari dalam sakunya ia mengambil ramuan obat berbentuk tali
yang tinggal sedikit itu lalu diserankan ke tangan Ciau Thian
Kie. "Telanlah obat ini!' katanya lirih. 'Biasanya seutas saja sudah
lebih dari cukup untuk menyembuhkan luka parahmu tidak
sam pai tiga hari, Ciau Thian Kie! aku Liem Tou merasa amat
kagum terhadap dirimu. jikalau bcrjodoh aku bisa menumpai
Cioe Ling Cu, aku Liem Tou pasti akan membantu sampai
berhasil Nah! selamat tinggal."
Dengan tangan gemetar Ciau Thian Kie menerima angsuran
tali obat itu air mata jatuh bercucuran membasahi kelopak
matanya. 'Cing Gouw Thayhiap! terima kasih" serunya.
Liem Tou ulapkan tangannya. bersama sama si gadis cantik
pengangon kambing serta Giok jie mereka menuju ke tepi
pantai. dari seorang nelayan mereka pinjam sebuah perahu
dan segera berangkat menuju ke lautan bebas.
Setelah perahu berada di tengah lautan Liem Tou serta si
gadis cantik pangangon kambing segera menggerakan
perahunyu dengan melancarkan pukulan pukulan kosong ke
atas permukaan air sehingga perahu dapat bergerak lebih
cepat lagi. 'Wan moay! sekarang aku baru merasa kasihan terhadap nasib
Thian Pian Siauwcu' kata sang pemuda lirih.
"Ooooow .. jadi kau simpatik terhadap dirinya" seru si gadis
cantik pengangon kambing sambil mengerling sekejap
kearahnya. "Aku sendiri juga tak tahu hatiku sebenarnya menaruh rasa
simpatik kepadanya atau tidak, henya aku merasa amat
kasihan atas nasibnya yang begitu buruk coba kau pikir salah
tidak caraku berpikir?"" "
'"Tidak. sama sekali tidak lucu dan perlu ditertawakan. Ayahku
mati di tangannya dan sekarang kau malah menaruh simpatik
terhadap dirinya, bukannya lucu aku malah merasa sedikit
takut!" Agaknya Liem Tou benar benar ada maksud untuk
menaklukan perasaan hati gadis ini. ia merasa sebenarnya
Thian Pian siauwcu adalah seorang yang romantis dan baik
hati. "Ia mengasingkan diri di sebuah pulau yang sunyi dan
terpencil di tengah lautan untuk hidup bersama istri dan
berkawan dengan burung burung elang sehingga akhirnya ia
pandai berbicara dengan binatang peliharaannya, Selama itu
belum pernah ia melakukan perbuatan jahat.
Tapi sejak ia kesalahan membunuh mati istrinya dan bentrok
dengan sang mertua Si telapak besi berwajah riang Ciau Thian
Kie wataknya jadi berubah hebat. Tindak tanduknya jadi
kukoay dan mengikuti perasaan sendiri, kendati begitu tidak
banyak kejahatan yang telah ia lakukan.
Menurut pendapat Liem Tou, Thian Pian Siauwcu bisa berbuat
demikian justru karena tekanan batinnya yang begitu
menghebat sehingga tanpa disadari telah mengubah watak
asalnya." Liem Tou yang melihat sikap si gadis cantik pengangon
kambing amat tegas tak terasa ia menghela napas panjang
"Wan moay, maafkan diriku. Aku tidak seharusnya punya
pikiran demikian' katanya dengan nada minta maaf"


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan ucapan ini bukankah urusan jadi lebih baik, sebaliknya
si gadis cantik pengangon kambing dibikin makin terperanjat.
Air mukanya berubah serius. "Engkoh Liem kau benar benar
bermasud menaruh simpatik terhadap dirinya?"' kenapa
secara mendadak kau bisa punya pikirkan demikian" jikalau
kau sudah punya pikiran demikian mengapa pada mulanya
kau mengusulkan diriku untuk datang mencari dia ?"
Liem Tou jatuhkan diri berbaring keatas perahu. Dia
memandang ke angkasa. Lama sekali ia berpikir kemudian
baru katanya. Wan moay tahukah kau bahwa kemarin malam
dengan mengikuti diri Ciau Toa pek aku telah mengunjungi
pulau Lie Hoa To, saat itulah aku baru memahami watak Tian
Pian siauwcu dahulu aku hanya memandang dari perbuatan
perbuatan jahatnya tapi kemarin aku dapat melihat pula hal
hal yang mulia dan bajik dari perbuatannya. Terutama cinta
kasih terhadap isterinya. aku rasa di kolong langit sukar untuk
mencari orang kedua macam dirinya".
Demikianlah, Liem Tou lantas menceritakan seluruh
kejadian yang telah dialami kemarin malam, akhirnya sewaktu
ia menceritakan secara bagaimana Thian Pian Siauwcu
melempar mayat istrinya ke tangan Ciau Thian Kie seraya
melancarkan serangan. si gadis cantik pengangon kambing tak
dapat menahan lelehnya air mata membasahi pipi.
Buru buru ia menggelengkan kepalanya berulang kali
"Aku berharap kau jangan melanjutkan kembali kata katamu.
kematian ayahku di tangannya adalah suatu peristiwa nyata.
Ia tidak menepati janji sendiri dan diam diam menyelinap ke
dalam gunung Cing Shia sehingga mengakibatkan hampir
hampir saja kau mati juga merupakan suatu peristiwa yang
nyata. Hong susiok dikurung selama setahun lamanya bahkan
terakhir kali ia masih punya maksud jelek terhadap dirinya
kejadian ini juga nyata. Terhadap manusia macam begini
dapatkah kau mengampuni jiwanya?"
Liem Tou dipaksa membungkam dalam seribu bahasa
setelab gelagapan beberapa waktu ia berkata lirih,
"Akupun merasa tidak seharusnya punya pikiran demikian
maka dari itu aku minta maaf terhadap diri Wan moay"
Selamanya si gidis cantik pengangon kambing belum pernah
marah, tapi kali ini ia agak sedikit naik pitam.
Sembari putar badan mengirim dua babatan kosong teriaknya
keras: "Terhadap urusan lain kau hendak bicara secara
bagaimanapun aku pasti akan menuruti dirimu, tapi dendam
berdarah sedalam lautan ini tak bisa mengubah jalan
pikiranku!" Liem Tou tahu si gadis cantik pengangon kambing benar
benar telah marah. terpaksa ia memobon dengan suara lirih:
"Wan moay kau jangan marah! baiklah! aku pasti akan
membiarkan kau membalas dendam dengan tanganmu
sendiri!' Setelah mendengar ucapan itu si gadis cantik
pengangon kambing baru tidak bersuara lagi, sepasang
telapak secara beriring mengirim pukulan kosong ke atas
permukaan air. Liem Tou pun duduk bantu melancarkan
pukulan kosong, dengan demikian perahu segera berlayar
dengan kecepatan penuh. Tidak selang beberapa saat kemudian dari atas permukaan
air laut di tempat kejauhan muncullah sesosok bayangan
hitam. Ketika kedua ekor burung elang yang ada di perahu
dapat melihat titik hitam itu mereka berkaok kaok dengan
kecepatan penuh burung burung elang itu melayang ke udara
dan meluncur terlebih dahulu ke depan.
Hal ini membuat Giok jie jadi kalang kabut teriaknya keras
keras: 'Aaaah . burung elangku terbang, .burung elangku
terbang .." Liem Tou menoleh dan memandang sekejap wajah
si gadis cantik pengangon kambing, tampak air mukanya
penuh keseriusan semakin perahu bergerak ke depan
wajahnya makin menegang sedang bayangan hitam itu makin
lama semakin besar dan akhirnya muncullah sebuah pulau
kecil dengan tebing yang tegak lurus tinggi menjulang ke
angkasa. Teringat akan kematian ayahnya si cangkul pualam Lie
Sang dalam keadaan mengerikan, sembari melancarkan
pukulan kosong ke atas permukaan air laut si gadis cantik
pengangon kambing menangis tersedu sedu.
Liem Tou segera membawa gadis itu duduk di atas geladak
sedang ia sendiri menggantikam kedudukan gadis cantik
pengangon kambing untuk menjalankan perahu sampan itu,
Selang beberapa waktu kemudian mereka telah tiba ditepi
pantai puiau Lie Hoa To. Setelah perahu merapat ke pantai,
Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing bersama
sama meloncat ke tepi pantai, sebaliknya Giok jie kelihatan
agak ragu ragu. Melihat gadis itu ketakutan. Liem Tou segera
berkata: "Giok jie. kau tidak seharusnya takut terhadap dirinya lagi, ada
aku disini kutanggung kau tak bakal menjumpai mara
bahaya." Giok jie mengangguk, namun segera meloncat naik ke tepian.
Tak jauh mereka berlalu. Diatas sebuah tanah berbukit di
tepi pantai beberapa orang itu menemukan seperangkat
tengkorak manusia yang penuh berpelepotan darah,
tengkorak itu berwarna hitam pekat dan memacarkan cahaya
berkilat. Melihat hal tersebut kepada si gadis cantik pengangon
kambing serta Giok jie, Liem Tou menerangkan :
"Bila dugaanku tak salah, tulang belulang ini tentu tengkorak
dari Thiat Bok Thaysu. Ilmu pukulan beracun yang dilatih
Thiat Bok Thaysu adalah suatu ilmu berbisa yang amat jahat
dan dapat mengubah tulang tengkorak seseorang jadi
berwarna hitam pekat. Setelah Thian Pian Siauwcu
membinasakan dirinya tentu mayat ini ia hidangkan buat
burung burung elangnya."
Mendengar tentang burung elang seluruh tubuh gadis
cantik pengangon kanbing bergidik.
"Kalau ini hari ia mengeluarkan burung elangnya untuk
bergebrak melawan kita. maka kita harus membuang banyak
tenaga serta pikiran lagi". bisiknya lirih.
"Hal itu merupakan suatu peristiwa yang di luar dugaan dan
kita harus menghadapi dengan hati tenang '. asalkan ia tidak
pergi dengan menunggang burung elangnya maka tak bakal
orang she Kie itu meloloskan diri dari serangan telapakku."
Mereka bertiga dengan mengikuti jalan kecil yang ada
memasuki sebuah hutan lebat tapi belum jauh mereka
melangkah mendekati di atas tanah ditemuinya mayat beratus
ratus ekor burung elang yang kebanyakan mati karena
keracunan. Tanpa berpikir lagi Liem Tou menjulurkan lidahnya sembari
berkata: "Burung burung elang ini mencari mati sendiri, sedang Thiat
Bok Thaysu pun luar biasa kejinya.
sampai matipun ia masih bisa membunuhi burung elang
sebanyak ini. Jikalau bukannya aku berhasil mematahkan
kesepuluh jari tangannya sewaktu bergebrak di gunung Cing
Shia tempo dulu selama beberapa tahun ini entah berapa
banyak jago kangow yang akan mati di tangannya. bicara
sesungguhnya jlkalau kesepuluh jari tangannya bukan kuputus
lebih dahulu dalam bergebrak belum tentu Thian Pian Siauw
cu bisa mengalahkan dirinya dengan begitu gampang "
Tapi dengan cepat pemuda ini telah berganti nada ucapannya:
"Tapi urusan ini ada sedikit aneh, terang terangan Thian Pian
siauw Cu tahu bila mana seluruh tubuh Thiat Bok thaysu
beracun, kenapa ia membiarkan burung burung elang
kesayangannya menyantapi daging tersebut" bukankah
dengan berbuat demikian sama artinya ia ada maksud
meracuni burung burung elang tersebut?"."
Karena berpikir demikian ia makin tegang rasanya. Tidak jauh
dari tempat itu Liem Tou menemukan rumah kediaman Thian
Pian Siauw cu telah hancar barantakan tinggal batu batu yang
berserakan, tempat itu sudah punah sama sekali.
"Aaakh! Thian Pian siauw cu telah menghancurkan rumah
kediaman sendiri, ia pasti telah melarikan diri teriak Liem Tou
penuh rasa terperanjat. "Bangsat! ternyata dia adalah seorang
manusia yang tidak pegang janji!
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya buru buru
pemuda ini lari ke rumah berwarna putih diiringi si gadis cantik
pengangon kambing serta Giok jie dari belakang.
Tapi setibanya di tempat itu rumah gedung warna putih itupun
sudah hancur berantakan tidak berwujud lagi.
Sekali lagi Liem Tou berseru tertahan lalu memaki kalang
kabut : "Anjing, anak jadah... "
Waktu sudah hampir siang hari berarti waktu yang telah
dijanjikan dengan Thian Pian Siauw cu kemarin malam hampir
tiba. si gadis cantik pengangon kambing jadi cemas.
"Bila ia sudah pergi, bukankah kedatangan kita kemari hanya
sia sia belaka?" hendak kemana kita pergi mencari dirinya?""
teriaknya dengan hati mendongkol.
"Selamanya aku selalu mempercayai orang lain, kalau tahu
begini kemarin malam tak akan kulepaskan dirinya."
Si gadis cantik pengangon kambing makin marah lagi,
gembornya : 'Ke Hong sudah satu kali mengingkari janji. kenapa kau masih
juga mempercayai dirinya?" '
Kena ditegur, Liem Tou tak bisa berbicara, ia bungkam
Mendadak terdengar Giok jie berteriak keras sambil menuding
ke arah puncak bukit yang tertinggi.
'Coba lihat! Bukankah itu adalah burung elang kita?"" Apa
yang sedang ia lakukan di atas sana?"?"
Liem Tou segera mendongak. dilihatnya kedua burung
elang tersebut sedang berputar putar tiada hentinya di atas
puncak. Hati sang pemuda jadi sedikit tergerak, seraya menarik tangan
si gadis cantik pengangon kambing katanya :
"Ayoh cepat pergi, kita tengok ke atas puncak tersebut!'
Dengan salurkan hawa murninya ia berlari menuju ke atas
puncak bukit tersebut. Gerakan mereka kali ini benar benar cepat laksana kilat. dalam
sekejap mata mereka, sudah tiba di kaki puncak, tapi
mungkinkah Giok jie dapat mengimbangi mereka?"
Saking cemasnya gadis ini berteriak teriak:
"Eeee...kalian jangan tinggalkan aku seorang diri!"
Terpaksa Liem Tou menanti kedatangan Giok jie kemudian
satu tangan mencekal Giok jie lain tangan mencekal Lie Wan
Giok dibawanya lari ke atas puncak.
Tebing ini hampir boleh dikata tegak lurus, masih beruntung
tenaga sinkang Liem Tou telah berhasil mencapai puncak
kesempurnaan, sekalipun di tangan kanan mencekal si gadis
cantik pengangon kambing sedang tangan kiri mencekal Giok
jie tapi larinya masih tetap cepat bagaikan terbang.sekali
loncat sepuluh tombak jauhnya telah dilewati.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie yang ditarik
hanya merasakan sepasang kaki mereka mengambang di
tengah udara. Kurang lebih seperminum teh kemudian sampailah mereka
di atas puncak sedang jidat sang pemuda penuh dibasahi
dengan air keringat. Puncak tebing itu hanya seluas tiga tombak persegi tapi mayat
burung elang berserakan dimana mana. Thian Pian siauwcu
dengan memakai seperangkat baju baru, duduk terpekur di
tengah bangkai bangkai burung elangnya.
Si gadis cantik pengangon kambing sama Giok jie yang
melihat kejadian ini diam diam menghembuskan napas dingin,
'pikir mereka di dalam hati:
Apa yang sebenarnya telab terjadi" Liem Tou tenangkan dulu
hatinya kemudian berkata:
Ke Hong, kali ini kau telah menepati janji,
. Mindengar suara dari Liem Tou. perlahan lahan Thian Pian
Siauw cu membuka matanya dan melirik sekejap wajah ketiga
orang itu, tapi sewaktu sinar matanya terbentur dengan Wan
Giok jie mendadak dari sepasang matanya memancar cahaya
kebuasan, tapi hanya dalam sekejap saja telah lenyap
kembali. Di ujung bibirnya tersungging suatu senyuman yang
memilukan hati. "Sekalipun kau tidak datang kemari aku pun telah bersiap
sedia untuk bunhn diri di atas puncak It Ci Hong ini!"
"Kenapa?" kenapa kau bendak berbuat demikian?" tanya Liem
Tou serta si gadis cantik pengangon kambing hampir
berbareng mereka sama sama dibikin tertegun.
Thian Pian Siawcu tertawa:
" Tidak karena apa apa aku sedang gembira berbuat demikian!
' Mendengar ucapan itu si gadis cantik pengangon kambing
segera naik pitam, teriaknya:.
"Ke Hong, kau jangan bicara terlalu sombong tahukah kau
bahwa ini hari kau tidak bakal lolos dari ganjaran atas
perbuatan jahatmu''" kedatanganku ini hari justru hendak
menuntut balas atas kematian ayahku."
Air muka Thian Plan Siauw cu sama sekali tidak berubah ia
tertawa bambar. "Justru aku sedang menantikan kedatangan kalian di sini,
bagaimanapun juga seorang manusia hanya memiliki selembar
nyawa kalau kalian mau mah, ambillah sendiri! aku mengerti
kepandaianku tak bakal menangkan kepandaian Liem Tou.
Tapi jikalau membicarakan soal melarikan diri, asalkan aku Ke
Hong benar benar berniat demikian mungkin saat ini aku
sudah berada di ujung langit sebelah Barat. Selama hidup
kalian jangan harap bisa menjumpai diriku lagi."
Perkataan ini aku bisa mempercayainya' Liem Tou perlahan
lahan mengangguk. "Kau punya kawanan burung elang yang
bisa digunakan sebagai kendaraan. kemanapun kau ingin
pergi bisa kau datangi, tapi ada satu urussn yang belum
kupahami, apa sebabnya kau begitu tega menghancurksn
seluruh burung elang yang tak berdosa ini?"?"."
Sekali lagi Thian Pian Siauwcu tertawa sedih.
'Setelah aku mati, siapa yang kesudian mengurusi mereka'"
apalagi mereka adalah kawan karibku selama banyak tahun,
asalkan aku mati merekapun tidak akan suka hidup lebib
lanjut, dari pada mereka tersia sia jauh lebih baik kubunuh
dulu mereka ini."

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooouww , di kolong langit tak akan ada kejadian
semacam ini' seru Liem Tou tidak percaya.
Thian Pian Siauwcu tidak membantah lagi, mendadak air
mukanya membesi, perlahan lahan ia bangun berdiri dan
bentaknya terhadap diri Giok jie:
"Giok jie, setiap orang yang pernab mengikuti diriku kecuali
putraku hanya kau seorang yang tetap hidup bahkan
melanggar pula peraturan perguruan sebetulnya aku ingin
membunuh mati dirimu. tapi sekarang aku tidak ingin
menyusahkan kau lagi, hanya ada satu tugas yang harus kau
laksanakan. kalau tidak Hmmm.Hmmm.! sekalipun jadi setan
aku tak akan mengampuni dirimu,"
Sembari berkata dari dalam sakunya ia mengambil keluar
sebuah bungkusan kecil kemudian dilemparkan ke depan.
Tanpa banyak bicara Giok jie menerima benda tersebut, ketika
itulah Thian Phian Siauwcu telah melanjutkan kembali kata
katanya. "Serahkan benda itu kepada putraku Ciu Ling Cu, tapi aku
larang kau membuka untuk dilihat"
Giok jie setelah menerima benda tersebut jadi kebingungan
sendiri. Sebentar ia memandang Liem Tou lalu memandang
pula wajah si gadis cantik pengangon kambing menantikan
pendapat mereka. Pada dasarnya si gadis cantik pengangon kambing memang
sangat suka dengan Giok jie, ia bermaksud hendak terima
gadis cilik ini sebagai muridnya. Ia tertawa dingin tiada
hentinya "Heeee . heee...Ke Hong, sebenarnya urusan ini patut bila kita
penuhi, tapi tahukah kau kemanakah Ciu Ling Cu pergi?"
Oleh ucapan tersebut mendadak sepasang mati Thian Pian
Siauwiju memancarkan cahaya tajam
"Bukankah ia ikut Ciau Thian Kie?"?" teriaknya keras.
"Tidak. ia dibawa pergi Boe Beng Tok-su" jawab si gadis
cantik pengangon kambing berterus terang.
"Aaaakh. .!" suara seruan tertahan bargetar memenuhi
angkasa, tapi sebentar kemudian dengan nada yang kukuh
Thian Pian Siauw cu telah berkata kembali:
"Soal ini aku tak mau tahu, perduli ia berada dimana Giok
jie harus menyelesaikan tugas ini".
Mendengar ucapan yang tidak pakai aturan si gadis cantik
pengangon kambing bermaksud mengobarkan hawa
amarahnya. tapi tindakan tersebut keburu dicegah oleh Liem
Tou. "Biarlah urusan ini serahkan ditanganku. aku pasti bisa
menyelesaikaa tugas ini. Nah! kau masih ada urusan lain?""'
kata pemuda itu menyela. "Tidak ada, kalian boleh mulai turun tangan."
Dengan perlahan lahan Ke Hong memejamkan matanya.
Tapi berada dalam keadaan tiada perlawanan, jangan
dikata Liem Tou sekalipun si gadis cantik pengangon kambing
yang mempunyai dendam sedalam lautanpun tidak dapat
turun tangan. ia merasa serba salah.
Seketika kedua orang itu berdiri tertegun dan tidak
sanggup mengucapkan sepatah katapun,
Beberapa saat berlalu dengan cepatnya, mendadak Thian
Pian siauwcu membuka mata kembali, dengan ragu ragu
tanyanya, "Kenapa" bukankah siang hari sudah tiba dan saat
perjanjian kita sudah lewat ?" apa yang kalian nantikan lagi"'.
"Ke Hong!' ujar sang pemuda dengan perasaan kikuk.
"Selama ini kami belum pernah melancarkan serangan
terhadap seseorang yang sama sekali tidak memberikan
perlawanan. lebih baik kau bangunlah dan bergebrak secara
sungguh sungguh melawan, bukankah tempo dulu kita belum
pernah berjumpa dalam keadaan macam begini "'
'Liem Tou, bukannya aku tidak berani bergebrak melawan
kalian justru karena pada seat ini semangat maupun napsuku
untuk bergebrak sudah punah, mati bidup buatku sangat
hambar, aku tidak ingin bergebrak melawan siapapun juga'
Ketika itulah si gadis cantik pengangon kambing melayang
ke depan memerseni sebuah tempelengan ke atas pipi Thian
Pian siauwcu bentaknya keras.
"Kau lelaki konyol, kau anggap dengan berbuat demikian
maka jiwamu bisa selamat ?" kau anggap darah ayahku
mengalir dengan sia sia belaka?"
Thian Pian siauwcu hanya memandang gadis itu sambil
tertawa hambar, ia sama sekali tidak menjawab sedang
matanya tak bergerak. Saking cemasnya si gadis cantik pengangon kambing
mengucurkan air mata. "Engkoh Liem ! aku tak akan perduli banyak urusan lagi. Ia
tak mau melawan, hal ini dikarenakan kerelaannya sendiri.
Kau tak bisa salahkan aku bertindak keji."
Sembari berkata ia maju dua langkah ke depan dan
mengirim satu pukulan dahsyat ke atas dada Thian Pian
Siawcu.. "Braaak . . !" serangan tadi dengan telak bersarang di
tubuh Ke Hong. Seluruh tubuhnya bergetar keras tapi tidak
roboh ke atas tanah. Dari ujung bibirnya perlahan lahan
mengucurkan darah segar. Ia buka matanya memandang wajab si gadis cantik
pengangon kambing, sinar matanya begitu halus dan
berperasaan, hal ini membuat Lie Wan Giok merasakan
badannya semakin bergidik.
'Ke Hong, kenapa kau tidak membalas ?" jika kau mau
membalas aku rela membiarkan diriku kena dipukul satu kali
kemudian sekali lagi kita bertempur dari depan!"
Thian Pian siauwcu tetap menggeleng tanda tidak mau.
Habis sudah kesabaran si gadis cantik pengangon kambing,
telapak tangannya diayunkan sekali lagi melancarkan satu
serangan dahsyat mengamcam dada lawan.
Tapi belum sempat serangannya dilancarkan tangan kanan
Liem Tou secepat kilat sudah menangkap pergelangan
tangannya. "Wan moay maukah kau dengar dulu sepatah kata
ucapanku?" asalkan Ke Hong suka berubah watak dan berbuat
kebajikan maka dia adalah seorang tayhiap yang susah
didapat di dalam dunia persilatan. Mungkin pada saat ini kau
dapat melihat sendiri bukan, betapa halus dan ramahnya sinar
mata orang ini?" Bagaimanapun juga kita harus memberikan
satu kesempatan bagi dirinya."
"Engkoh Liem. sudah tentu aku dapat melihat kesemuanya
itu, tapi dendam sakit hart ayahku apakah harus ditinggalkan
demikian saja?" seru sang gadis cantik pengangon kambing
sambil menangis. "Wan moay. Supek sebagai seorang pendekar sejati yang
membela keadilan akhirnya mati di tangan Ke Hong yang tidak
pegang janji, Seharusnya kita tidak boleh melepaskan dirinya.
tapi asalkan Ke Hong dapat melepaskan kejahatan kembali ke
jalan yang benar dan melakukan kebajikan buat semua orang,
aku rasa sukma supek yang ada di alam bakapun setelah tahu
ini, dia tidak akan menyalahkan Wan Moay, karena tidak
balaskan dendam bagi dirinya!
Wan moay! coba kau pikir benar bukan?""
Ia merandek sejenak kemudian sambil berbisik katanya
lagi: 'Wan moay! masih ada satu urusan lagi harus
kuberitahukan kepadamu, kita suami istri belum pernah
berkumpul karena banyaknya peristiwa dalam dunia kangouw
yang harus kita tangani. Jikalau kita biarkan dia terjunkan diri
ke dalam dunia persilatan untuk mewakili kita mengurusi
persoalan persoalan itu bukankah kita bisa bersenang
senang?" Inilah sedikit keinginanku yang terlalu serakah. Nah
Wan Moay ampunilah dirinya!.."
Merah padam selenbar wajah si gadis cantik pengangon
kambing sebab mendengar ucapan tersebut, tapi ia tidak
banyak bicara. Melihat si gadis cantik pengangon kambing sudah setuju.
Liem Tou segera mengambil kembali buntalan kecil tadi dari
tangan Giok jie dan dikembalikan ke tangan Thian Pian
Siauwcu. "Ke heng, keadaan kita ini haru jauh berbeda dengan
keadaan tempo dulu. mengingat kau ada maksud untuk
kembali ke jalan yang benar, Wan moay hendak melupakan
dendam sakit hati atas kematian si cangkul pualam Lie Sang
untuk sementara waktu dan tiga tahun kemudian kita baru
bereskan kembali. Asalkan Ke Hong sungguh sungguh ada
maksud menjadi orang baru, urusan ini akan kami sudahi
sampai disini saja. Nah! pikirkanlah urusan ini sebaik baiknya."
Tidak menanti jawaban dari Thian Pian Siawcu lagi, ia tarik
tangan si gadis cantik pengangon kambing serta Giok Jie
untuk diajak berlalu turun dari puncak.
Setelah Liem Tou membawa si gadis cantik pengangon
kambing serta Giok Jie turun dari puncak It Ci Hong mereka
tidak lagi berdiam lebih lama di atas pulau Lie Hoa To, dengan
menunggang perahu semula perlahan lahan berangkat ke
tengah lautan. Liem Tou menghela napas panjang, sinar matanya
dialihkan kembali ke atas it Ci Hong, mendadak ia berseru
tertahan. "Ahhh...! Wan Moay, coba kau lihat kenapa di atas puncak
ada bayangan putih yang sedang bergerak?"
"Sungguh aneh!, teriak si gadis cantik pengangon kambing
pula setelah melihat ke arah puncak.
"Menurut apa yang kamu ketahui di atas puncak Lie Hoa To
kecuali Ke Hong serta kedua ekor burung elang itu sudah tidak
ada kehidupan lagi, tapi darimana datangnya bayangan putih
itu". Makin dilihat Liem Tou makin keheranan, mendadak
hatinya sedikit tergerak, teriaknya keras keras.
"Cepat kembali! Cepat kembali!"
Dengan kerahkan tenaga dalam sepenuhnya ia mengirim
pukulan kosong ke atas permukaan air laut, perahu yang
ditumpangi sekali lagi berputar haluan dan menuju ke tepian,
menanti pukulan kedua dilancarkan. perahu tersebut telah
meluncur dengan cepatnya ke arah pantai.
Si gadis cantik pengangon kambing tidak mengerti apa
yang telah terjadi. dengan cemas tanyanya.
"Kau teringat apa" kenapa sikapmu bagitu gelisah?".
'Wan moay. untuk sementara kau jangan bertanya, cepat
bantu aku mendorong perahu balik ke pantai," teriak Liem Tou
sembari mnggerakkan tangannya berulang kali.
Padahal perahu itu sudah meluncur cepat hanya pemuda ini
merasa terlalu lambat. Melihat sikap orang pemuda yang gugup si gadis cantik
pengangon kambing ikut cemas.
'Engkoh Liem, sudah tentu akan kubantu dirimu. tapi
beritahu dulu kepadaku apa yang telah terjadi" teriaknya
keras. "Bayangan putih itu pasti Boe Beng Tok su adanya, jikalau
benar dirinya maka keadaan Ke Hong sangat berbahaya"
"Tapi bukankah Boa Beng Tok su dengan Thian Pian
siauwcu tidak terikat dendam sakit hati apapun " mengapa
kau mengatakan keadaannya dalam bahaya?".Agaknya gadis
ini masih tidak paham maka dari itu ia mendesak terus.
"Wan Moay! coba kau pikir apa maksudnya Boe Beng Tok
Su membawa pergi putra Thian Pian Siawcu?" Pertama,
karena bocah ini memiliki bakat yang bagus sehingga dapat
dididik menjadi seorang jago lihat. Kedua asalkan Thian Pian
Siawcu dapat dibinasakan ini hari maka dilain waktu ia bisa
menggunakan alasan ini untuk memerintahkan bocah tersebut
menuntut balas kepada kita. Boe Beng Tok Su telah
mengambil keputusan untuk mendidik bocah ini selama
sepuluh tahun. Ia akan pinjam kekuatan bocah tersebut
membalas dendam sakit hatinya tapi ini hari setelah ia naik ke
puncak Ie Cie Hong dan melihat Thian Pian Siawcu tidak mati
karena takut rencananya gagal. coba kau pikir, dapatkah ia
melepaskan diri Thian Pian Siawcu?"?"
Mendengar ucapan itu rada cengli, si gadis cantik
pengangon kambing mengirim pukulan kosong makin santer
lagi. Ketika itulah dari tempat kejauhan di tengah lautan
mendadak Giok Jie menemukan sebuah titik hitam sedang
bergerak mendatang. "ach. . ! di sanapun datang sebuah perahu" teriaknya tak
tertahan. Liem Tou adalah seorang pemuda yang cerdik, setelah
berpikir sebentar segera ujarnya.
"Perahu itu pasti dltumpangi Ciau Toa Pek. tentu ia berhasil
menemukan jejak Boe Beng Tok Su maka segera mengejar
kemari". Ketika perahu mereka tiba sepuluh tombak jauhiya dari tepi
pantai, mendadak Liem Tou bangun berdiri.
"Tak bisa ditunggu lagi, aku harus berangkat selangkah
terlebih dahulu.." Serunya.
Ia enjotkan badan kemudian dalam bebeerapa kali tutulan
di atas permukaan air laut tubuhnya sudah berada di tepi
pantai. lalu dengan kerahkan ilmu meringankan tubub
meluncur ke atas puncak It Cie Hong.
Sawaktu ia lari naik dengan cepatnya itulah tiba tiba
terdengar dua kali pekikan nyaring bergema di tengah
angkasa, tampak kedua ekor burung elang tersebut mendadak
meluncur ke bawah dengan gerakan sedang menyerang
musuh. Liem Tou makin mempercepat larinya, seluruh tenaga
sinkang yang dimiliki dikeluarkan semua.
Di bawah sorotan sinar sang surya tampaklah sesosok
bayangan manusia berkelabat naik ke atas puncak, saking
cepatnya sehingga susah dibedakan lagi lelaki atau
perempuan orang itu. ketika itulah dari atas puncak berkumandang keluar suara
gelak tertawa Boe beng Tok Su.
mendengar suara itu, Liem Tou merasakan hatinya bergidik,
pikirnya. "Suara gelak tertawanya ini menunjukkan rasa bangga
karena ia berhasil memenuhi maksud hatinya. atau mungkin ia
sedang melangsungkan suatu pertarungan sengit melawan
Thian Pian Siauwcu" Mereka berdua sama sama menderita
luka, hanya saja luka Thian Pian Siawcu baru sana diterima
sedangkan luka Boe Beng Tok su sudah agak lama dan hampir


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendekati kesembuhan..."
Sedikitpun ia tidak berani berhenti, dalam sekejap mata ia
sudah tiba di puncak gunung tersebut. Ketika itulah terdengar
suara tertawa dingin yang pendek dan rendah berkumandang
keluar, suara itu berasal dari Thian Pian Siawcu hal ini
menandakan apabila Thian Pian Siawcu belum menemui
ajalnya. Liem Tou segera bersuit panjang dan tertawa bergelak.
"Sun Ci Si, kau jangan pergi! tindakanmu sungguh
keterlaluan!" "Haa . . haaa. . haaa. , . Liem Tou; kedatanganmu
terlambat satu langkah" suara sautan dari Boe Beng Tok Su
bergema turun dari puncak.
Bagaikan selapis cahaya Liem Tou meluncur naik ke atas
puncak "Sun Ci Si, jika kau berani mencelakai Thian Pian Siauwcu,
maka kau tak bakal lolos dari tanganku lagi!"
Ketika Liem Tou tuba kurang lebih sepuluh tombak dari
puncak mendadak tampak bayangan putih berkelebat lewat.
"Aduh celaka..!" tak terasa lagi ia berseu tertahan.
Tubuhnya meluncur makin cepat lagi. Siapa sangka ketika
ia tiba di atas puncak tampaklah tubuh Thian Phian Siawcu
telah terlentang di atas tumpukan bangkai bangkai burung
elangnya, dada bagian depan basah oleh nada dorah.
Sepasang matanya melotot bulat sedang sinar matanya sudah
buyar. Jelas ia tak ada harapan untuk hidup lebih lama.
Menanti keadaan itu Liem Tou jadi sangat gusar, melihat
bayangan putih tadi sedang bergerak menuju bawah puncak.
Ia sengera mengejar dari belakang.
Tapi, waktu itulah Thian Pian Siawcu muntah darah dan
menegur lirih. "Liem Tou!" Buru buru Liem Tou menghampiri dirinya, "Ke heng.
bagaimana keadaan lukamu'" tanyanya serius." Biarlah aku
kejar dulu Boe Beng Tok su kemudian baru kembali
menjumpai dirimu!" Tapi Thian Pian siauwcu menggeleng. Ia meronta kemudian
meloncat bangun. "Liem Thayhiap, aku serahkan anakku kepadamu !'
teriaknya keras. Kembali ia muntah darah berulang kali, tubuhnya roboh ke
atas tanah dan si jagoan aneh dari Bu Lim ini pun
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
"Apa yang Ke Heng pesankan pasti akan siawte lakukan"
Kata Liem Tou dengan sedih.
Menanti ia berpaling kembali ke bawah puncak, bayangan
putih tadi sudah lenyap di tengah hutan.
Waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing serta Giok
Jie sama sama telah tiba di atas puncak, melihat Thian Pian
Siawcu sudah mati buru buru tanyanya.
"Benar ia mati di tangan Boe Beng Toksu?"
Liem Tou mengangguk. "Kali ini aku tidak akan
mengampuni dirinya lagi, aku akan segera mengejar kebawah
puncak, aku rasa ia belum jauh melarikan diri dari tempat ini."
Baru saja pemuda ini menyelesaikan kata katanya, dari
bawab puncak sudah terdengar suara teriakan seseorang.
'Sun Ci Si, cepat kembalikan Cioe dji-ku, kau tak bakal lolos
dari sini". Tampak si telapak besi berwajah riang Cau Thian Kie lari naik
ke atas puncak. Liem Tou yang ingin memperlihatkan diri kepada Ciau
Thian Kie apabila Thian Pian Siawcu mati di tangan Boe Beng
Tok Su, ia segera menyongsong kedatangan sembari berseru.
"Ciau Locianpwee. aku ada satu perkataan hendak
diutarakan kepadamu' dan kami berharap cianpwee mau
mempercayainya". Ketika Ciau Thian Kie menemukan diri Liem Tou ada di
sana, air mukanya berubah serius, seluruh tubuhnya tergetar
keras. 'Bukankah kau telah berhasil menuntat balas" buat apa kau
beritahukan urusan ini kepadaku?"
"Dendam sih telah kami balas. tapi Thian Pian Siauwcu
tidak kami bunuh, ia masih hidup" kata Liem Tou sambil
mengangguk. "Siapa sangka ketika kami datang kesini lagi, ia
telah dicelakai orang. Sebelum Ke heng menemui ajalnya, ia
memberi pesan terakhir untuk serahkan putranya Cioe Ling Cu
kepadaku, dan aku sudah menyanggupi untuk pikul tugas ini.
Inilah yang hendak kuberitahukan kepada Cianpwee, serahkan
saja soal Cioe Ling Cu ke tangan aku Liem Tou, aku pasti pergi
mencari diri Boe Beng Tok Su"
Agaknya Ciau Thian Kie merasa sedikit diluar dugaan
setelah mendengar ucapan itu, ia berdiri melengak.
"Jika sungguh sungguh demikian. Aku harus mengucapkan
terima kasih dahulu padamu...tapi Cioe Ling Cu tetap akan
kucari sendiri..ohh, aku ingin bertanya kepadamu..."
Mendadak air mukanya berubah jadi serius. sambungnya:
'Kau mengatakan bahwa Ke hong mati di tangan orang lain
apakah ia mati di tangan Boe Beng Tok Su" Antara Ke Hong
dengan Boe Beng Tok su tiada ikatan dendam sakit hati
apapun. mengapa ia akan turun tangan keji terhadap dirinya?"
"Inilah sebabnya ia hendak mercelakai dan memfitnah
diriku, sepuluh tahun kemudian setelah Cioe Ling Cu
menginjak dewasa. ia punya alasan untuk secara berterus
terang untuk menuntut balas kepada diriku"
"Hmm! Liem Tou! kau takut setelah Cioe Ling Cu menginjak
dewasa lantas datang menuntut balas terhadap dirimu" teriak
Ciau Tbian Kie sambil mendengus dingin.
Mendengar ucapan tersebut Liem Tou jadi sangat
terperanjat, "Ciau Thian Kie, apa maksud ucapanmu ini?"" aku
Liem Tou adalah seorang manusia yang suka berterus terang
dan belum pernah melakukan suatu pekerjaan yang tidak
boleh diketahui orarg lain, Siapa yang patut kutakuti?"" yang
kukatakan kesemuanya adalah benar. Kau aku anggap aku
bicara begini karena aku takut ada orang datang mencari
balas dengan diriku?" kau anggap Ke Hong mati ditanganku
dan kini menimpahkan kesalahan ini ke pundak orang lain?"."
"Liem Ton soal ini Kau tak perlu pungkiri lagi. aku bisa
pergi cari Boe Beng Tok su untuk bertanya sendiri kepadanya"
Teriak Ciau Thian Kie dengan nada berat.
Tanpa menanti jawaban dari pemuda itu lagi ia putar badan
lari turun dari puncak. Melihat orang tua itu berlalu Liem Tou tidak turun tangan
mancegah, ia pikir biarlah Ciau Thian Kie pergi dari sana untuk
mencari jejak Boe Beng Tok su.
Setelah orang itu berlalu Liem Tou balik lagi ke atas
puncak, sinar matanya dengan tajam menyapu sekejap
seluruh pandangan di pulau Lie Hoa To tersebut. menanti ia
gagal mendapatkan jejak Boe Beng Tok su. dalam hati lantas
berpikir; "Asalkan Boe Beng Tok su masih ada disini, apa yang perlu
kukatakan lagi.. mungkinkah ia berhasil lolos dari tangaku?"
Kepada si gadis cantik pengangon kambing segera ujarnya.
"Bagaimanapun juga sekarang kita harus pergi mencari diri
Boe Beng Tok su, tapi bilamana kita tidak menghancurkan
dahulu perahu yang ia tumpangi maka mungkin sekali
menggunakan keadaan gelap nanti malam ia bisa ngeloyor
pergi dari sini, ayo jalan! setelah menemukan perahunya, kita
tak perlu takut ia berhasil meloloskan diri lagi"
Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk.
Bila ditinjau dari atas bukut dapat dilihat sekeliling pantai
pulau itu banyak terdapat tempat tempat yang digunakan
untuk persembunyian. Kembali Liem Tou berkata.
"Kau tunggulah aku di atas puncak ini, paling banyak
setengah jam, aku akan kelilingi seluruh pantai pulau Li Hoa
To ini, setelah kuhancurkan perahu yang ditumpangi Boe Beng
Tok Su kita baru cari tempat persembunyiannya."
Setelah memperoleh ijin dari si gadis cantik pengangon
kambing, Liem Tou segera lari turun gunung dan melakukan
pemeriksaan di sepanjang pantai pulau kecil itu, akhirnya di
ujung sebelah barat laut pulau tersebut sang pemuda berhasil
temukan perahu yang digunakan Boe beng Tok Su. perahu
tersebut kosong tak berpenghuni.
Dari pinggir pantai Liem Tou segera mengirim satu pukulan
gencar menghantam perahu kecil itu, dengan kekuatan daya
pukulan pemuda itu, kontak perahu tadi hancur dan
tenggelam tersapu ombak. Setelah berhasil menenggelamkan perahu tersebut, ia
berpaling sembari bersuit panjang memberi tanda buat si
gadis cantik pengangon kambing sedang ia sendiri berkelebat
menuju ke atas puncak. Siapa nyana di atas puncak kosong tak tampak bayangan
gadis itu, hatinya menjadi kaget.
"Wan Moay, kau berada di mana?" Teriaknya dari atas
puncak Suaranya halus tapi memanjang sehingga seluruh pulau Lie
Hoa To dapat menangkap suaranya itu, setelah lama ditunggu
akhirnya dari arah sebelah barat terdengar suara sebutan dari
si gadis cantik pengangon kambing serta bentakan Ciau Thian
Kie. Tak usah diragukan lagi tentu mereka berhasil menemukan
diri Boe Beng Tok su dan kini mungkin telah bergebrak
dengan sengitnya. Buru buru ia salurkan hawa sinkang dengan ilmu
meringankan tubuh lari turun ke bawah puncak.
Seperminum teh kemudian dari tempat kejauhan Lien Tou
dapat menangkap suara hembusan angin pukulan serta suara
Boa Beng Tok su sedang berkata.
"Ciau Thian Kie, aku lihat lebih baik kita jangan bergebrak
kembali, kalau kau samapai berhasil membinasakan diriku.
maka hal ini berarti Cioe Ling Cu selama hidup tidak akan
berhasil kau temukan kembali".
"Sun Ci Si ! Kau dengan si bangsat tua Ciat Ci Tauwto boleh
dikata berasal dari satu cetakan, banyak akal dan keji". Teriak
Ciau Thian Kie sangat gusar! 'Hmm jikalau ini hari kulepaskan
dirimu. dikemnudian hari kau tentu akan mencelakai Cioe jie
sehingga mati tanpa mendapatkan tempat kubur."
'Pada malam itu aku pernah berkata kepadamu. aku
berbuat demikian kesemuanya adalah bermaksud baik. Jikalau
Cioe Ling Cu ikut diriku maka sepuluh tahun kemudian aku
tanggung dia tak bakal menjumpai tandingan di kolong langit.
Di samping itu iapun bisa balaskan dendam sakit hati
kematian ayahnya." 'Boe Beng Tok su ! kau bilang siapakah si pembunuh ayah
Cioe Ling Cu" . .' Bentak si gadis cantik pengangon kambing
gusar. 'Sudah tentu Liem Tou si bangsat cilik serta itu si gadis
cantik pengangon kambing, apa yang perlu kau tanyakan
lagi?" "Haaa .haaa . Sun Ci Si, tindakanmu ini hanya merupakan
suatu permainan lagu lama dari Thiat Ci Tauw to, mungkin
kau bisa mengelabui orang lain tapi jangan harap bisa
mengelabui diriku" teriak Ciau Thian Kie sambil tertawa
tergelak. 'Sun Ci Si, cepat katakan kau sembunyikan Cioe Ling
Cu dimana" aku mau mencari kembali dirinya guna balaskan
dendam sakii hati terbunuhnya Ke Hong. karena musuh
besarnya bukan lain adalah kau sendiri"
"Eeeiii. Ciau Thian Kie, kau jangan bicara begitu, aku
dengan Ke Heng tiada ikatan dendam maupun sakit hati
apalagi putranya sudah angkat diriku sebagai guru, apa
gunanya aku mencelakai dirinya?""
Ketika itu Liem Tou telah bersembunyi di belakang sebuah
pohon besar mencuri dengar pembicaraan mereka, di samping
itu ia pun menonton jalannya pertarungan antara Boe Beng
Tok Su melawan Ciau Thian Kie.
Pada dasarnya baik Sun Ci Sie maupun si telapak besi
berwajah riang sama sama telah terluka parah, sekalipun di
dalam pertarungan ini mereka sama sama menggunakan
tenaga penuh, kedahsyatannya tidak sehebat tadi lagi, angin
pukulannya tidak santer. Selama ini si gadis cantik pengangon kambing serta Giok
Jie berdiri disisi kalangan hanya menonton belaka, mereka
tidak ikut campur dalam pertarungan tesebut.
Agaknya Ciau Thian Kie sengaja mengulur waktu untuk
menanti kedatangan Liem Tou ke sana, sudah tentu saja
maksudnya ini dapat diketahu pula oleh Boe Beng Tok Su.
Beberapa kali ia ingin melarikan diri dari sana, tapi takut
kalau si gadis cantik pengangon kambing yang ada di sisi
kalangan setiap saat turun tangan mencegah, saking ragu
ragunya terakir ia harus melepaskan kesempatan bagus.
Setelah Liem Tou merasa waktunya telah tiba, iapun meloncat
keluar dari tempat persembunyiannya.
Melihat munculnya sang pemuda, Boe Beng Tok Su
menjerit kaget, dengan kalap ia mengirim dua babatan
dahsyat ke depan memaksa Ciau Thian Kie mundur dua
langkah ke belakang. "Sun Ci Si. kau jangan pikir untuk pergi lagi" seru Liem Tou
sembari tersenyum. "Kenapa kita tidak berjumpa dalam
keadaan bersahabat saja seperti waktu perjumpaan kita di
atas sampan tempo dulu?""
Setelah melihat munculnya Liem Tou di sana, Boe Beng Tok
Su pun mengerti tidak mungkin baginya lagi berhasil melarikan
diri, dalam keadaan seperti ini, karenanya ia berdiri tak
berkutik. "Liem Tou, apa yang kau kehendaki?" ucapanmu masih
mengus di telingaku, apakah sekarang kau ada maksud
berubah pikiran?" "Sun Ci Sie aku bisa saja mengampuni selembar jiwamu.
tapi aku takut ini hari ada orang lain yang tak bakal suka
melepaskan dirimu" jengek Liem Tou kembali sambil tertawa.
Mendengar di antara ucapan pemuda she Liem itu
mengandung maksud hendak membinasakan dirinya, dengan
gusar Boe Beng Tok Su membentak keras.
"Liem Tou! kau bangsat cilik, ucapanmu lebih bau daripada
kentut anjing." Liem Tou hanya tertawa saja mendengar makian tersebut,
sejak ia memperdalam ilmu semedi, napsu angkara murkanya
sudah banyak berkurang. Terhadap ucapan macam begitu
sudah tidak banyak mmpengaruhi dirinya lagi.
"Sun Ci Si!" ujarnya hambar. "Ada baiknya kau jangan


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memaki orang lain, terus terang kuberitahukan kepadamu. Ke
Heng telah menitipkan putranya Cioe Ling Cu kepadaku.
Sekarang aku hendak tuntut dirimu,bocah itu telah kau
sembunyikan dimana?""
'Heee.. heee. . heee, . kau jangan harap bisa menemukan
dirinya, apalagi tidak mungkin Thian Pian Siauwcu bisa titipkan
anaknya kepadamu! !'. seru Boe Bang Tok su sambil tertawa
dlngin tiada hentinya. Melihat kelakuan lawannya, timbul rasa gusar di dalam diri
Liem Tou. Air mukanya membesi dan menunjukkan sikap
wibawa yang membuat orang lain bergidik, katanya serius:
'Sun Ci Si! sewaktu kau berada di puncak It ci Hong aku
dengar kau berteriak: "Liem Tou, kedatanganmu terlambat
satu tindak!", ini membuktikan apabila Thian Pian Siawcu
menemui ajalnya ditanganmu, kenapa tidak kau akui saja
seluruh perbuatan terkutukmu di hadapan Ciao Loo Cianpwee
saat ini" Aku lihat ada baiknya cepat dikit kau beritahu dimana
kau sembunyikan Cioe Ling Cu berada, kalau tidak...hmm!
Selamanya Liem Tou tidak takut orang lain tak suka bicara
terus terang" Kembali Boo Beng Tok su tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku lihat belum tentu!"
Mendadak tampak bayangan putih berkelebat lewat,
sesosok tubuh meloncat tiga tombak ke angkasa.
Liem Tou tegap berdiri tak berkutik di tempat semula,
hanya sepasang matanya dengan cepat mengikuti semua
gerak geriknya. Mendadak dari tengah udara Sun Ci Si merogoh sakunya,
melihat hal tersebut hati Liem Tou rada tergerak.
"Wan Moay, Giok Jie cepat mundur ke belakang" Teriaknya
keras. Pada saat itulah Boe Beng Tok Su telah membentak keras.
"Liem Tou! Kau terlalu mendesak diriku, sekarang
rasakanlah kelihayanku..."
Sepasang tangan bersama sama diayunkan ke depan,
mendadak dari telapak tangannya menyambaar datang dua
gulung angin pukulan yang santar.
Di balik kesantaran angin pukulan tersebut dengan
ketajaman mata Liem Tou mendadak ia temukan adanya
segulung bubuk warna merah ikut menyambar datang.
Liem Tou makin terperanjat lagi, diam diam pikirnya:
"Jika akupun mengirim sebuah pukulan untuk memukul
buyar bubuk merah itu, si gadis cantik pengangon kambng
dan Giok jie serta Thian kie beberapa orang pasti akan jadi
korban. jikalau aku tidak mengirim pukulan maka dirikulah
yang akan terkurung di bawah ancaman serangan lawan.
Terhadap angin pukulannya sich tak perlu takuti. justru bubuk
merah inilah yang berbahaya, benda itu pasti semacam bubuk
beracun yang sangat ganas".
Setelah ingatan tersebut berkelebat lewat dalam benaknya,
mengetahui urusan amat bahaya buru buru teriaknya:
"Wan moay! Giok Jie! cepat kirim angin pukulan untuk
menahan datangnya bubuk bubuk beracun itu mengenai
badan", Bersamaan itu pula sepasang telapaknya bersama sama
didorong ke depan melancarkan sebuah pukulan bertenaga
singkang lunak yang maha hebat, tanpa suara tanpa gerakan
tahu tahu bagaikan selapis tembok baja yang sangat kuat
menahan datangnya serangan angin pukulan Boe Beng Tok
Su. Si gadis cantik pengangon kambing yang ada di samping
buru buru menarik Giok jie berdiri berdempet dengan dirinya,
lalu bersama sama mengirim angin pukulan dengan mengikuti
gerakan dari Toa loo Cin Keng.
Setelah melihat si gadis cantik pengangon kambing
selamat, Liem Tou siap mengirim sebuah pukulan dahsyat lagi
untuk merubuhkan diri Sun Ci Si, tapi ketika itulah mendadak
terdengar Ciau Thian Kie berkaok keras.
"Sun Ci Si, kau berani turun tangan keji terbadap diriku!"
Sepasang tangannya dengan kalap mencakar wajah sendiri
disusul badannya bergelindingan di atas tanah bagaikan orang
berpenyakit ayan. Melihat keadaan seperti ini diam diam Liem Tou
menghembuskan napas dingin, telapak tangannya segera
dibabat keluar sehebat hebatnya.
Boe Beng Tok su menjerit tertahan, badannya kena tersapu
mental sejauh lima tombak dan jatuh terbanting di atas tanah
keras keras. Liem Tou sama sekali tidak berhenti sampai disitu saja,
kembali bentaknya keras: 'Wan moay. Giok jie cepat mundur seratus tombak ke
belakang!" Si gadis cantik pengangon kambing serta Giok jie sama
sama menurut dan meloncat mundur beberapa tombak ke
belakang. Menanti kedua orang gadis tersebut telah mengundurkan
diri, Liem Tou muli menggerakkan sepasang telapaknya
mengirim pukulan maut yang menggidikkan hati, seketika itu
juga lima puluh tombak di sekeliling kalangan dipenuhi dengan
desiran angin pukulannya.
Jilid 55 : Ie Hee San-cung kembali ramai (Tamat)
BEBERAPA saat kemudian bubuk beracun telah tersapu
bersih dari tempat itu. Tapi pada saat itu pula bayangan tubuh Boe Beng Tok su
telah lenyap tak berbekas entah orang itu telah melarikan diri
kemana" Sekalipun begitu Liem Tou tahu Boe Beng Tok su telah
Kisah Si Rase Terbang 13 Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Pangeran Anggadipati 3
^