Pencarian

Raja Silat 3

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 3


percaya penuh atas perkataannya itu, tanyanya lagi : "Tetapi
bagaimana kerbau itu bisa bersama-sama kau?"
Terpaksa dengan hati yang mangkel bin mendongkol Liem
Tou sekali lagi menceritakan pengalamannya pada hari itu,
bahkan maki2 ketololan orang-orang desa itu. Kakek itu
setelah mendengar kisahnya segera termenung berpikir
sejenak, barulah kemudian sambil mengangguk sahutnya. "
Oh.. kiranya demikian adanya memang hal ini bisa saja terjadi
begini, kalau begitu memang diantara kita telah menjadi
kesalahan. Liem Tou yang mendengar nada ucapannya segera tau
kalau dia masih setengah percaya itu saking gemasnya hampihampir
saja perutnya pecah dengan cepat dia putar tubuhnya
siap meninggalkan tempat itu, baru saja berjalan beberapa
langkah tiba2 terdengar kakek yang berada dibelakang
tubuhnya berseru dengan keras.
"Hei..balik, kau mau kemana?"
Liem Tou yang sedang gusar dan mangkel, dengan ketus
segera sahutnya: " Aku sudah kalian pukul sehingga seluruh
tubuhku sampai kini masih belum sembuh apa kau mau
mengumpulkan kawan2mu untuk mengeroyokku lagi?"
"Hei" Kau yang tidak tau, pada masa dekat ini disekitar
tempat ini sering kehilangan kerbau sehingga bisa timbul
kesalah pahaman seperti itu, tempat meneduhpun kau tidak
milik daripada malam ini kau menginap didalam hutan lebih
baik tinggal dirumahku saja, bagaimana?"
Liem Tou mendengar ucapannya yang ramah itu segera
membuat perasaan mengkel didalam hatinya lenyap separuh.
Pikirnya dalam hati "Hmm"kini aku tak ada tujuan yang tetap,
tempat tidurpun tak punya lebih baik ikut saja"Pikirnya.
Sesudah berpikir sejenak barulah dai menyanggupi. Kakek
itu segera membereskan dengan memimpin Liem Tou berjalan
kea rah kesebuah dusun yang berpenghuni kurang lebuh
puluhan keluarga saja. Orang2 dusun yang tempo hari ikut menangkap Liem Tou
sebagai pencuri kerbau ketika melihat Liem Tou yang saat ini
diajak kakek itu masuk dusun segera menjadi gempar, tidak
lama berselang berpuluh-puluh orang membanjiri rumah
kakek itu sehingga suasana menjadi ramai, tetapi setelah
diberi penjelasan dengan kakek itu urusan menjadi tenang
dengan sendirinya. Dengan keramah tamahan kakek itu yang terus menerus
menyuruh Liem Tou tinggal di rumahnya memaksa dia
terpaksa berdiam disana tiga hari lamannya, dalam tiga hari
ini Liem Tou dengan mengikuti petunjuk dari Hei Loo Jie
melatih ilmu pernafasannya sedang oada siang harinya
membantu kakek itu mengangonkan sapinya.
Hari keempat pagi2 dengan paksakan diri Liem Tou minta
diri pada kakek tua itu, siapa tahu dengan perasaaan iba hari
dan hati yang jujur ujar petani tersebut " Kau tidak punya
rumah, tidak punya tujuan, sekarang mau kemana" Lebih baik
tinggal saja dirumahku bilamana kau merasa tidak enak
biarlah bekerja sebagai pengagon sapi disini saja"
Agaknya kakek itu telah tahu maksud dair Liem Tou yang
sebernarnya, sebenarnya dia memang tidak mau meninggal
tempat itu kini sesudah mendengar perkataan itu Liem Tou
pun tidak menapik lagi. Tidak disangka pada hari kelima didalam dusun itu secara
mendadak berturut-turut muncul pengemis-pengemis serta
hweesio yang dandanannya sangat aneh sebang dimalam
harinyapun sering dengan jelas Liem Tou mendengar suara
dari orang2 sedang berjalan malam.
Dengan demikian Liem Tou yang tinggal didalam dusun itu
menjadi tidak tenang, jantungnya terus menerus berdebar
dengan keras, tetapi untuk sesaat diapun tidak dapat minta
ijin dari kakek itu untuk meninggalkan dusun tersebut.
Suatu hari Liem Tou dengan membawa kerbau menuju
kebelakang gunung makan rumput, dia sendiri duduk
disamping sebuah batu besar meng ingat2 kembali jurus2 dari
ilmu pukulan dari kitab rahasia Toa Loo Gin Keng, mendadak
dari samping muncul seorang tousu berusia pertengahan yang
dengan perlahan berjalan mendekati dirinya, terlihatlah toosu
itu memberi hormat padanya sambil Tanya.
" Hei bocah cilik, didalam beberapa hari ini didalam
kampungmu apa melihat munculnya seorang asing?"
Liem Tou mendengar pertanyaan itu hatinya menjadi
bergerak, dengan tidak berubah wajah balas tanyanya.
" Orang asing macam apa?"
" Oh.. orang itu aku sih belum menemuinya, hanya aku
tahu dia bernama Liem Tou"
Liem Tou yang tau namanya disebut hampir saja air
mukanya berubah menjadi hijau sangking terkejutnya, tubuh
meloncat mundur beberapa tindak. Sahutnya sedikit gugup "
aku juga belum pernah mendengar nama orang ini, hanya hal
ini sangat aneh bilamana tooya tidak kenal dengannya
mengapa mencarinya?"
Toosu itu memandang sekejap kearah Liem Tou kemudian
bentaknya "Buat apa kau tanya ini, sudah tentu aku punya
urusan cari dia" "lalu siapa sebutan dari tooya" Bilamana pada kemudian
hari aku bertemu dengan orang bernama Liem Tou akan
kusampaikan kalau seorang tooya sedang mencari dia"
"hmm" tentang hal ini tidak perlu"
Sesudah itu dia lalu putar tubuh dan berlalu dari tempat itu,
tetapi baru saja dia berjalan beberapa langkah dari tempat
semula dari bawah bukit telah berkumandang suara tertawa
ter galak2 dari seorang sambil ujarnya " ha..ha..ha..Ciangbujin
dari Butongpay Leng Ceng Cu juga dating.. wakakakak..
selamat bertemu.. tentu kaupun sendang mencari berita dari
Liem Tou, bukan?" Liem Tou yang mendengar suara tertawa itu sangat dikenal
olehnya segera angkat kepala memandang, terlihatlah Thiat
Sie Sian Seng dengan langkah lebar sedang jalan mendekat,
hatinya menjadi sangat teperanjat saat ini dia baru tau kalau
toosu tadi tidak lain ciangbujin dari Butongpay.
Ling Ceng Cu yang melihat munculnya Thiat Sie Sian Seng
secara mendadak ditempat itu semula dibuat tertegun untuk
beberapa saat lamanya, kemudian diapun tertawa tergelak
sahutnya " Haha..ha.. aku kira siapa kiranya Tiat sie heng
yang telah dating selamat bertemu.. selamat bertemu. Kitab
silat To Kong Pit Liok merupakan sebuah kitab silat yang
berisikan ilmu silat yang sakti dan dahsyat, siapapun dari
dunia kang ouw tentu mengunginkan kitab ini tidak terkecuali
aku Leng Ceng Cu, Thiat sie heng kau kira bukankah begitu?"
"Bagus..bagus"memang tepat memang tepat"
Bersamaan pula kedua orang itu tertawa terbahak bahak
nampak mereka berdua sangat girang sekali.
Liem Tou sejak melihat munculnya Thias sie Sianseng
ditempat itu hatinya sudah amat kuatir kini melihat mereka
berdua tertawa terbahak bahak dengan diam2 mengambil
kesempatan ini melepaskan tali kerbau dan siap melarikan diri
dari tempat itu. Pada saat itu terdengar olehnya Leng Ceng cu
berkata " pada kemudian hari bila ada kesempatan harap
Thiat Sie heng segera naik keatas Butong untuk
berkunjung,haha..ha selamat tinggal"
Liem Tou tahu Leng Ceng cu telah meninggalkan tempat itu
diapun meminjam kesempatan itu lari dari tempat tersebut,
siapa tahu pada saat itu juga terdengar suara bentakan keras
dari Thiat Sie Sianseng. "Liem Tou kembali.."
Ketika Liem Tou memalingkan wajah memandang, wajah
dari Thiat Sie Sianseng pada waktu mana seperti Thiat Sie
Sianseng tempo hari yang wajahnya selalu tersungging
senyuman manis. Terlihat air mukanya berubah sangat keren
sepasang matanya yang tajam bagaikan pisau dengan tak
berkedip memandang dirinya.
Tak tertahan lagi Liem Tou merasa mengkirik, pikirnya "
agaknya diapun akan memaksa aku memberitahukan tempat
penyimpanan kitab To Kong Pit Liok itu, bilamana dia
mendesak sunguh2 bagaimana harus kuperbuat?" Hai..lebih
baik kuberitahukan saja padanya, bagaimanapun juga dua
merupakan jago yang berbudi luhur dan berhati baik"
Berpikir sampai disini hatinya menjadi terasa tentram,
dengan langkag mantap dia berjalan sampai dihadapan Thiat
Sie Sianseng, dengan hornat ujarnya " Cianpwee ada pesan
apa. Siaweu Liem Tou pasti akan melaksanakannya" siapa
tahu dengan gusar bentak Thiat Sie Sianseng.
"Liem Tou kau dengan tidak sengaja mendapatkan kitab
silat kenapa masih tidak melarikan diri jauh2 untuk
bersembunyi dari becana" Kau tetap berada didaerah Cong
Ling ini apa sedang menanti saat kematianmu?"
Semula kitaka Liem Tou melihat wajah Thiat Sie Sianseng
yang penuh dengan hawa amarah hatinya merasa amat takut,
tetapi kini setelah mendengat perkataannya yang demikian
memperhatikan dirinya tak terasa lagi timbul perasaan terima
kasihnya yang mendalam, dia tahu saat para jago baik dari
kalangan Hek to maupun dari kalangan Pek To sedang
mencari jejaknya, dirinya sendiri sedang berada dalam
keadaan yang sangat kritis dan bahaya bahkan kemungkinan
sekali setiap saat diculik oleh orang, makin lama makin
ketakutan sedang keringat dingin mengucur bertambah deras.
Tak tahan lagi dia menjatuhkan diri berlutut dihadapan
Thiat Sie Sianseng, ujarnya "Boanpwee berita kita ini tentu
bersumber dari pengemis laknat itu, harap cianpwee mau
menolongku" Thiat Sie Sianseng hanya berdiam diri saja,
dengan pandangan tajam dia memperhatikan seluruh tubuh
Liem Tou. Tiba2 didalam pikiran Liem Tou terbayang kembali tujuan
dirinya sekarang yaitu mecari guru pandai untuk belajar ilmu,
kemudian sekali lagi dia naik kepuncak Hi Mo Ling untuk
bertemu dengan Ie Cicinya, kini kesempatan baik sudah
berada didepanya kenapa juga dia memohon Thiat Sie
Sianseng mengangkat dia sebagai muridnya?"
Berpikir sampai disini tanpa berpikir panjang lagi segera dia
menggangguk anggukkan kepalanya sembilan kali sebagai
upacara pengakatan guru. Semula agaknya Thiat Sie Sianseng
masih tak merasakan akan hal ini tetapi anggukan Liem Tou
belum habis sembilan kali Thiat Sie sudah merasakannya,
dengan cepat dia melayang kesamping dan mencekal tangan
Liem Tou untuk ditarik bangun, bentaknya dengan gusar
" Kau ingin berbuat apa?"
"Cianpwee merupakan orang aneh yang berilmu tinggi,
harap mau menerima aku Liem Tou sebagai murid, selama
hidup melayani kebutuhan cianpwee" Sepasang mata Thiat Sie
Sianseng melotot keluar, dengan gusar bentaknya lagi.
" Hei bocah cilik kau masih tak terima dengan kepandaian
yang bakal kau terima" Hmm" sungguh kurang ajar, bilamana
aku ingin gurumu sejak dulu aku sudah pergi mencari kau
buat apa kau mencari aku" Hmm..lain kali jangan coba2 untuk
berbuat demikian lagi"
Liem Tou dimaki secara begini menjadi sangat murung,
terpaksa ujarnya lagi. " Sekarang cianpwee mau datang
memberi peringatan Liem Tou merasa berterima kasi sekali.
Kini situasi dari hamba sangat berbahaya, sekeliling tempat ini
penuh dengan jebakan2 yang setiap saat dapat mencabut
nyawa hamba, bilamana cianpwee memangnya tak punya niat
menerima harap mau kasih keterangan untuk meloloskan diri
dari bahaya kepungan ini"
Ketika Thiat Sie Sianseng melihat nada suara berubah
barulah mengangguk, bagaikan keadaan semula dai
mengambil Siepoanya dan dipukul pulang pergi beberapa kali
sedang seluruh perhatiannyapun dipusatkan kesana. Liem Tou
dengan tenang menati hasilnya disamping, terlihatlah jari2
tangan Thiat Sie Sianseng dengan cepat dan lembut menari
diantara biji2 siepoanya, sedang air muka sebentar murung
sebentar girang akhirnya tangannya pada pojokan dan
berhenti sambil tertawa terbahak2 dia memandang wajah
Liem Tou, dengan tajam membuat yang dipandang itu
menjadi tertegun tak menentu.
Siapa tahu tiba2 suara tertawa dari Thiat Sie sianseng
berhenti agaknya dia telah teringat akan sesuatu, jari tengah
serta jari telunjuk sekali lagi dimainkan dari baris ketiga
Sinpoanya lama sekali dia berpikir tanpa mengucapkan
sepatahkatapun. Beberapa saat kemudian terlihat keningnya sudah penuh
dibasahi oleh keringat yang mengucur bagaikan hujan
sendang mulut tetap membaca dengan perlahan. "Tiga kali
tiga sama dengan sembilan, tiga kali tiga sama dengan
sembilan, naik sembilan binasa, mata buta satu masih dapat
melihat ditengah matahari melihat bintang, sapi berputar
manusia budiman berjalan tiga hari tidak makan"
Thiat sie sianseng yang membaca terus dengan perlaha itu
menjadi berhenti ari mukanya berubah hebat, serunya dengan
keras. " Hai bocah cepat lari"
Liem Tou yang melihat sikapnya yang sangat tegang itu
menjadi ributkan cemas dengan sendirinya dengan gugup
tanyanya. "aku harus pergi kemana?"
"Cepat naik kerbaumu lari kearah timur laut. Cepat"cepat
terlambat sedikit kau tidak punya nyawa lagi"
Mendengar teriakan ini tak tertahan lagi Liem Tou menjerit
keras. Dengan cepat dia meloncat naik keatas punggung
kerbaunya dan melepaskan tali pengikat dengan kecepatan
yang luar biasa dia melarikan kerbaunya kearah timur laut
tetapi baru saja lari kurang lebih ratusan tindak terdengarlah
suara bentakan orang banyak yang semakin lama makin
mendekat, terdengar salah seorang berteriak.
"Hai Liem Tou kamu mau lari kemana?"
"hai bocah cilik, sekalipun kau terbang keangkasa atau
masuk kedalam tanah kami juga tetap akan mengejar, kitap
To Kong Pit Liok jangan harap kau bisa miliki seorang diri"
Bahkan saat itu terdengar pula suara teriakan dari Thiat Sie
Sianseng yang sedang memeperingatkan dirinya. "hai bocah
cilik cepat lari, terlambat satu tindak berarti binasa"
Liem Tou semakin merasa ketakutan sambil menggigit
kencang bibirnya sepasang kakinya dengan sekuat-kuatnya
mengapit perut kerbau sedang ujung kakinya dengan seluruh
kekuatannya menedang peru kerbau tersebut, serunya dengan
keras. "Gouw ko, cepat lari"oh..kakak kerbau yang baik lari


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepatttttttttttttttttttt"
Kerbau itu sesudah ditendang dengan keras Liem Tou
saking kesakitan sambil cawat ekor bagaikan sambaran kilat
cepatnya dengan tidak perduli apa2 lagi melarikan diri
80KM/jam dengan sangat cepatnya. Didalam sekejap saja
Liem Tou sudah merasa sambaran angin men deru2
disamping telinganya, sedang pemandangan kedua belah
sampingnyapun sangat cepat berkelebat menghilang
kebelakang. Tidak lama mereka sampailah disebuah tanah lapang
rumput luas dihadapan dari lapangan rumput itu menjulang
tinggi puncak2 gunung uang tersebar disekelililingnya,
sehingga bentuknya seperti melingkar dengan perlahan2 Liem
Tou menoleh memandang kebelakang dilihatnya orang2 yang
mengejat sudah tidak Nampak sama sekali hatinya menjadi
sedikit lega, sedangkan kerbau itupun sudah melihat rumput
yang segar tidak mau lari lagi dengan menunduk kepalanya
mulai mendahar dengan enaknya.
Liem Tou yang dibawa lari kerbau itu selama beberapa saat
lamanya dengan lari yang demikian kencangnya semula masih
tidak mengapa tetapi sesudah berhenti mulailah terasa seluruh
tulangnya pada linu dan kaku, tak tertahan lagi dia
menjatuhkan diri rebah diatas tanah rumput itu.
Baru saja duduk tidak lama tiba2 dari sekitar tanah lapang
itu berkumandang datang suara bentakan yang sangat ramai
kemudian disusul pula dengan suara tertawa yang terbahak2
memekikkan telinga, terdengar suara teriakan seseorang.
"Liem Tou, Liem Tou"dimana mana ada jalan kau tidak
mau lewat sebaliknya sengaja memasuki lembah cupu2 ini,
kali ini aku mau lihat kay bisa lari kemana lagi?" mendengar
perkataan ini saking terkejutnya Liem Tou menjadi meloncat
bangun kembali dan memandang kearah berasalnya suara itu
tidak terasa lagi dia menjadi berdesir.
Kiranya kitab silat To Kong Pit Liok ini merupakan kitab
rahasia yang turun temurun dari Sucouw keluarga Thio,
sucouw sendiri sebenarnya bernama Ling Hu Han berasal dari
kerajaan Bu Kong Hong, menurut berita turun termurun
katanya dia merupakan turunan dari Thio Liang yang termasur
itu, oleh orang2 selanjutnya yang mengikuti ajaran tersebut
disebutnya sebagai Thio Too Leng.
Thio Too Leng sejak kecil sudah pandai mengusai seluruh
kepandaian yang ada pada masa itu, ketika pada masa
mendekati tua dia secara tidak sengaja telah bertemu dengan
orang aneh yang memberikannya kepandaian silat kepadanya
dan menetap diatas gunung Ho Uh Sar.
Sampai jaman kerajaan Song dimana perkumpulan Ceng Ie
Kauw ini sedang jaya2nya didalam dunia kang ow,
perkumpulan Ceng Ie Kauw ini merupakan yang didirikan
pengikut2 Thio Too Leng dan mendapat hak untuk melindungi
kitab rahasia, To Kong Pit Liok, padahal yang sebenarnya
perkumpulan Ceng Ie Kauw itu sama sekali tidak memiliki
kitab silat To Kong Pit Liok itu, meraka hanya sengaja
membual untuk meluaskan pengaruhnya didalam dunia kang
ouw. Akhirnya perkumpulan itu berakhir dengan dimusnahkan
oleh orang2 dari golongan lurus.
Tidak disangka saat ini kitab silat, To Kong Pit Liok sekali
lagi munculkan diri bahkan jatuh ketangan Hel Loo Toa dari
Siok To Siang Mo yang mengakibatkan seluruh dunia kangouw
menjadi gempar para jago bail dair kalangan pek to maupun
dari kalangan hek to pada keluar dari sarangnya, hanya
sayang kedatangan mereka telah terlambat satu tindak,
tempat penyimpanan kitab silat To Kong Pit Liok sudah
didapat oleh Liem Tou ketika mereka mendengar berita ini
mana mau berdiam diri masing2 berusaha untuk mendapakan
jejak selanjutnya dari Liem Tou, tetapi baru saja ditempat itu
mereka hendak turun tangan diketahui oleh Thiat Sie Sianseng
terlebih dahulu dan memperingatkan Liem Tou untuk
melarikan diri. Kini mereka semua sesudah mengejar setengah harian
lamanya dan melihat Liem Tou dengan sendirinya memasuki
lembah cupu-cupu yang buntu sudah tentu mereka sangat
girang sekali. Liem Tou dapat melihat orang2 yang datang hari itu sangat
banyak sekali selain yang dia kenal yaitu Tiong goan Ngo
Koay, Ciangbujin Butong Pay Leng Cen Cu, Hek Looji serta
pengemis cilik lainnya masih sangat banyak sekali yang belum
dia kenal maupun ditemuinya.
Pada saat ini setiap orang dengan wajah yang iri dan pingin
ber sma2 berjalan mendekati dirinya, sedang Liem Tou yang
melihat orang2 yang datang semakin lama semakin banyak
saking takutnya membuat air mukanya berubah menjadi pucat
pasi sedang tubuhnya berdiri mematung disana entah harus
berbuat bagaimana baiknya, dalam hati diam2 merasa sedih
pikirnya. "Aku harus berbuat bagaimana" Aku harus berbuat
bagaimana?" Rombongan orang2 sesudah berjalan kurang lebih dua kaki
dari dirinya barulah berhenti. Diantara orang2 itu yang belum
melihat wajah Liem Tou tentunya mengira dia merupakan jagi
yang memiliki kepandaian tinggi, siapa tahu begitu melihat
bentuk serta sikapnya yang ke tolol2an sedang dandanannya
pun merupakan seorang anak dusun pengembala kerbau tak
terasa lagi dalam hatinya merasa sedikit ragu2, dengan sinar
mata yang kurang percaya mereka memandang wajah Liem
Tou tak berkedip. Perasaan diluar dugaan ini terasa dalam hati Ciangbujin
Botongpay Leng Ceng Cu ini sebenarnya dia sebanrnya sudah
meninggalkal Liem Tou untuk pergi tapi ketika mendengar
suara bentakan serta teriakan yang ramai itu segera
membalikkan tubuh mengejar datang kembali. Kini ketika
melihat Liem Tou ternyata adalah bocah pengembala kerbau
yang ditanyainya tadi tak terasa menjadi tertegun, Tanya
dengan cepat. "Ooh"kaukah yang dimanakan Liem Tou"
Dua orang toosu yang berdiri disamping Leng Ceng Cu
segera bertanya dengan nada yang heran. " Leng Ceng Cu
toosu apa mungkin pada sebelumnya sudah kenal dengan
orang ini" Tahukah kau berasal dari partai mana?"
"Hei"heng San Jie Ya, jika dibicarakan sungguh
menggelikan sekali, ketika tadi aku mencari berita mengenai
jejak dari Liem Tou siapa tahu ternyata telah bertanya pada
orangnya sendiri masih tidak merasa, bukankah hal ini sangat
mengelikan sekali?" Saat ini diatara orang2 itu mendadak mucul dua orang
lelaki dan perempuan yang kepalanya seperti burung elang
serta kepala kera, dandannanya sangat aneh sedang
wajahnya jelek sekali, mereka sambil menunding kea rah Liem
Tou bentaknya. "Kamu bocah cilik busuk dari mana, apa kitab silat To Kong
Pit Liok berhak kau dapatkan" Cepat serahkan padaku"
Liem Tou tidak mengucapkan sepatah katapun diam2 dia
berpikir tentunya kedua orang ini adalah Lo San Kioe Long
serta Wan Kauw, baru saja berpikir demikian terdengar
pembesar buta angkat bicara.
"Siapa yang sedang bicara itu" Menurut kata2mu kita silat
To Kong Pit Liok itu harus kau yang dapatkan?"
Kioe Long segera menoleh memandang, terlihat pembesar
buta dari Tionggoan Ngo Koay berdiri sejajar dengan Hwesio
manyat hiduo, ketika sinar matanya beralih menyapu kearah
orang2 lain terlihat sinar maata orang dengan penuh perasaan
gusar sedang memandang dirinya, tidak terasa hatinya
menjadi berdesir dia tahu dirinya sekalipun mempunyai
kepandaian yang lebih tinggipun juga suka untuk memusuhi
jago2 dunia kangouw yang puluhan banyaknya ini, berpikir
sampai disini bagaikan kepalanya secara mendadak diguyur
dengan air dingin, niatnya pun mejadi dingin separuh.
Bersamaan waktunya pula menjadi sadar akan situasi dirinya
segera menarik lengan Wan Kauw mundur kebelakang dan
ujarnya terhadap pembesar buta itu dengan sangat dingin.
"Kitab silat To Kong Pit Liok sekarang sudah jadi banda
tanpa pamilik, kita harus mengunakan kepandaian dan
kecerdikan kita sendiri untuk meadapatkannya."
Sehabis berbicara dia menari Wan Kauw kesamping dan
secara diam2 merundingkan siasat untuk mendapatkan kitab
silat tersebut. Liem Tou sendiri sesudah mendengar
perkataannya dalam hatinya merasa semakin terkejut, pikirnya
" hei"hanya cukuo salah seorang dari mereka saja aku tidak
sanggup untuk melawannya, apalagi sekarang berjumlah
puluhan orang banyaknya. Bilamana sunguh2 mereka
menggunakan kepandaian maju merubut bukankah badanku
segera akan menjadi hancur lulu oleh keroyokan mereka ini?"
Baru saja Liem Tou berpikir sampai disini terlihat orang2 itu
dengan perlahan-lahan mulai menyebar secara tidak langsung
pula mengepung Liem Tou ditengah kalangan membuat Liem
Tou sekalipun punya maksud untuk melarikan diri juga tidak
berani untuk melakukannya.
Liem Tou yang melihat situasi sekelilinya telah berubah
menjadi begini segera dia tahu kalau harapannya untuk
melarikan diri tidak mungkin bisa tercapai lagi, satu2nya
harapan baginya adalah mengharapkan petunjuk dari Thiat Sie
Sianseng untuk sementara melindungi dirinya, oleh karena
itulah sinar matanya dengan per lahan2 beralih ke arah Thiat
Sie Sian Seng yang berdiri disebelah kirinya, pikirnya lagi.
"Thian Sie Sianseng merupakan satu rombongan dengan si
sincay bunting serta pengemis pemabok, tetapi sekarang
kenapa mereka tidak jadi satu?" Ketika dia memandang lagi
terlihatlah si sincay bunting berada disebelah kanannya
sedangkan pengemis pemabok berada dibelakangnya, mereka
bertiga telah berdiri dengan bentuk segitiga.
Liem Tou melihat hal ini hatinya menjadi sadar, bersamaan
pula ketika matanya melirik terlihatlah sipengemis cili itu
berdiri sejajar dengan seorang pemuda tanpan yang memakai
pakaian singset, saat ini perasaan bencinya terhadap
pengemis cilik sudah meresap ketulang sumsuny, pikirnya
dalam hati. " Bencana ini semuanya tentu disebabkan oleh
pengemis busuk yang banyak mulut"
Mendadak pada otaknya berkelebat sesuatu akan, teringat
kembali ketika masih berada didalam penjara Hek Lo Toa
pernah membuat gusar pengemis cilik itu dan menyuruhnya
dia menghadapi Kiow Long Wan terlebih dahulu sebelum
menginginkan kitab silat itu. Kini tak terasa lagi berkelebat
memenuhi pikirannya, mendadak sambil menunding kearah
pengemis cilik itu teriaknya.
"Kitab silat To Kong Pit Liok hanya sebuah, mana mungkin
bisa dibagi rata pada saudara sekalian yang demikian banyak
jumlahnya, kini aku Liem Tou sudah ambil keputusan untuk
menyerahkan kitab silat itu kepada kalian. Asalkan siapa saja
yang sanggup menangkap pengemis cilik itu dan serahkan
kepadaku untuk diberi hukuman, maka kitab silat itu akan
segera kuserahkan kepadanya."
Begitu perkataan ini diucapkan segera memancing
perundingan diantara orang2 di sekeliling tempat itu, ketika
Liem Tou memandang kearah sipengemis cilik terlihat dengan
mata melotot gusar dia sedang memandang kearahnya,
sedang air mukanya kelihatan sangat jelek sekali menahan
perasaan marah dan gusar dalam hati, tapi diikuti pula
menengok kekanan kiri agaknya takut ada orang yang turun
tangan terhadap dia sehingga sikapnyapun semakin
bertambah tegang. Saat itulah dari belakang tubuh Liem Tou
terdengar seorang berteriak dengan keras.
"Perkataanmu itu sunggu sungguh?""
"Perkataan seorang laki-laki sejati sebesar gunung thaysan,
sekali diucapkan tidak ditarik kembali"
Bersamaan pula Liem Tou menoleh kearah dimana berasal
suara itu, terlihatlah tidak jauh dari sipengemis pemabok
berdiri lima orang berwajah menyeramkan dengan memakai
pakaian serta celana dari kain blaco, orang yang baru saja
angkat bicara adalah salah satu dari lima orang tersebut.
Orang itu melihat Liem Tou menoleh kearahnya segera
memperlihatkan sebaris giginya yang putih runcing serta
menyeramkan, itu membuat tubuh Liem Tou segera
merasakan bergindik sedang perasaan berdesir muncul dari
dasar lubuk hatinya. Bersamaan waktunya pula salah seorang diantara mereka
tanya kepada empat orang yang lainnya kemudian ber sama2
mendekati sipengemis cilik itu. Mendadak seorang pemuda
tanpan yang selama ini berdiri disisi pengemis cilik itu
memperdengarkan suara yang sangat menyeramkan kepada
kelima orang lelaki jelek berbaju blaco itu, bentaknya dengan
amat gusar. "Cian Pia Ngo Koei agaknya kalian sudah makan nyali
macan..hmm"hmm"siapa saja yang berani mengganggu
seujung rambutnya jangan salahkan aku Tok Ci Kiam Tan
(sijari beracun jarum emas) Song Beng Lan berlaku terlalu
ganas" Cian Pian Ngo Koei (silima setan dari daerah Cian Pian)
sama sekali tidak memperdulikan omongannya, langkahnya
masih tetap melajutkan menuju pengemis cilik itu, sahutnya.
"Sijari beracun jarum emas Song Beng Lan tidak lebih hanya
seorang Jay Hoa Cat (penjahat pemetik bunga) yang gemar
dupa pemabok, kita orang mau lihat kau mau berbuat apa?"
Air muka pemuda itu segera berubah menjadi ke hijau2an
menahan perasaan gusar yang memuncak, bentaknua dengan
keras. "Kowncu harap berhati hati, Siauw Jin akan turun tangan"
Sehabis berkata terlihat tubuhnya berkelebat dengan
cepatnya menyambut datangnya tubuh Cian Pian Ngo Koei,
bersamaan pula jarinya di keraskan, kemudian dengan
kekuatan dahsyat jarinya menyerang dada dari salah satu dari
lima orang tersebut. Orang yang diserang itu bukan lain
adalah yang disebut sebagai Bo Beng Koei atau setan tanpa
nama Loo Toa, terlihat dengan ter gesa2 dia mundur satu
langkah kebelakang kemudian bentaknya.
"Song Beng Lan, kamu sendiri yang datang cari mati,
jangan salahkan aku turun tangan kejam. Saudara2 sekalian
bereskan dia dulu baru bicara lagi" sambil berkata tubuh dari
Bo Beng Koei itu miring kesamping, tangan kirinya mendadak
dibalik menotok jalan darah pada pundak Song Beng Lan
sedang tangan kanannya bagaikan sambaran angina dahsyat
menghantam iganya.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Song Beng Lan berani dengan seorang diri menyambut
datangnya serangan lima setan sudah tentu bukanlah orang
yang lemah, tubuhnya maju kedepan kemudian sedikit
berputar dengan tangan dia menangkis datangnya pukulan
dari Bo Beng Koei, jari kanannya tetap dengan jurus semula
menotok kedadanya. Tapi Bo Beng Koei sama sekali tidak menghindar maupun
berkelit dari serangan ini bahkan melancarkan serangan
balasanpun tidak, hanya dengan wajah yang dingin kaku
memandang kearah Song Beng Lan.
Song Bengk Lan menjadi tertegun dibuatnya, saat itulah
mendadak dari balik punggungnya terasa tiga gulungan
angina pukulan yang sangat dahsyat menyerang datang, tidak
terasa teriaknya. "Celaka" Ujung kakinya dengan seluruh kekuatan menutul tanah
sehingga tubuhnya mumbul keatas setinggi tujuh delapan
depa tingginya dan dengan berhasil menghindarkan diri dari
serangan gabungan dari Ngo Koei itu, tangannya dengan
cepat meraut segenggam jarum emas siap disabit kedepan,
saat itulah mendadak dari sebelah utara terdengan seseorang
berteriak dengan keras. "Pengemis cilik mau kabur, cepat cegah dia, tangkap dia"
Didalam keadaan yang sangat terkejut Song Beng Lan
jarun emasnya tidak jadi disebarkan kedepan, tubuhnya
dengan cepat melayang sejauh puluhan kaki kemudian
melayang turun kebawah, ketika memandang kesana
terlihatlah si pengemis cilik itu sudah terdesak oleh serangan
lima orang sekaligus, dengan cemas dia meninggalkan Ngo
Koei untuk lari menolong si pengemis cilik meloloskan diri dari
acaman bahaya. Didalam sekejap mata seluruh perhatian orang2 yang hadir
disana tertuju pada pengemis cilik serta Song Beng Lan
didalam menghadapi serangan para jago, terlihatlah tubuh si
pengemis cilik itu bagaikan melentiknya ikan dengan sangat
lincahnya berkelebat dan meloncat diantara sambaran
bayangan serta diselingi sambaran angina pukulan yang
dahsyat membuat beberapa saat lamanya para jago nomor
wahid dari Bulim ini sulit untuk berbuat sesuatu terhadap
dirinya. Liem Tou yang melihat hal ini diam2 dalam hatinya merasa
girang, karena siasat licin yang diatur ternyata termakan juga
hingga sebagian besar orang2 yang mengepung dirinya
berhasil terpancing pergi, kini tinggal dia memancing pergi si
hweesio manyat hidup serta sipembesar buta dari Tionggoan
Ngo Kay, Ciangbujin dari Butongpay, Heng San Jie Yu, serta
seorang hweesio, maka segera dia akan berhasil lolos dari
kepungan melarikan diri dari situ.
Sesudah berpikir bolak balik akhirnya dia tertawa ter mehek
mehek sangat keras, dengan nada menyindir ujarnya.
"hei..simata picek, kamu orang juga mau merebut kitab
pusaka To Kong Pit Liok> kamu sungguh tak tahu kekuatan
sendiri, sekalipun aku beri itu kitab pusaka kepadamu, kamu
juga tak bisa lihat isinyam lalu apa gunanya?"
Sipembesar buta mendengar ejekan itu segera mengaum
gusar, kakinya bagaikan kilat cepatnya tahu2 sudah berkelebat
mendekati tubuh Liem Tou, tingkat besi ditangannya dengan
cepatnya ditusuk kedepan menotok tubuh Liem Tou.
Bersamaan pula teriaknya dengan gusar.
"Bocah busuk tutup bacotmu, kitab pusaka To Kong Pit Liok
tidak mungkin bisa didapatkan orang lain"
Liem Tou sama sekali tidak mengira kalau gerak gerik
sipembesar buta itu bisa secepat sambaran kilat,
gerakannyapun sangat lincah sejak tadi saking terkejutnya dia
sudah dibuat menjadi melongo, kini tongkat besinya sudah
tiba didepan dadanya, untuk menghindarkan diripun tidak
mungkin lagi didalam saat yang sangat kritis inilah terdengar
suara gulungan angin yang sangat keras, sincay buntung tepat
pada waktunya tiba disampingnya, kipas ditangannya dengan
cepat menangkis serangan tongkat besi itu sambil ujarnya.
"Pembesar rakus yang buta, aku kira belum tentu"
Serangan pembesar buta yang ditinggalkan oleh kipas
sincay buntung menjadi sangat gusar, dengan keras2 dia
menancapkan tongkat besinya keatas tanah, sehingga
terbenam beberapa depa didalam tanah, ujarnya dengan
gusar bercampur keki. "Buntung bangkotan!..ini hari tidak mati kita akan buyar"
Sambil berkata tongkat besinya sekali lagi diangkat dengan
mengunakan juru Thaysan Jah Ting (gunung Thaysan
ambruk) menghajar wajah dari sincay buntung itu, si sincay
buntung tidak melihat datangnya serangan itu hanya tertawa
ringan saja, kakinya yang tinggal sebelah sedikit menutul
ketanah tubuhnya dengan sangat ringan berhasil meloncat
sejauh beberapa depa terhindar dari serangan itu, lengannya
yang tinggal sebelah segera menggerakkan kipasnya, dengan
kekuatan yang luar biasa dia menghajar ujung tongkat besi
bersamaan pula tangannya menggelincir dengan mengikuti
gerakan dari tongkat besi tersebut melancarkan jurus Hoa
Liam Tiam Cing (mengambar naga menutul mata) dari
gerakan menjaga jadi gerakan menyerang dan menotok jalan
darah Khie Ban Hiat didada sebelah kiri dari pembesar buta
itu. Sipembesar buta segera berteriak membentak keras
"Bagus sekali!?"Buntung bangkotan ini hari apa kau tidak
akan ada aku" Tongka besinya tidak ditari kembali bahwa diteruskan
membacok kedepan, bacokan ini bilamana mengenai
sasarannya mungkin pundak serta lengan dari sincay buntung
yang tinggal sebelah itu akan terpotong menjadi dua bagian
pula. Si sincay buntung yang gagah didalam keadaan yang
sangat kritis ini tidaknya mundur atau menghindar sebaliknya
berteriak dengan keras. "Loo Kiem buta, bagus sekali seranganmu ini"
Kelihatannya tongkat besi itu akan mencapai pada
sasarannya tapi entah dengan mengunakan ilmu apa tanpak
tubuhnya sedikit mendak kebawah kakinya tidak meloncat
hanya dengan sedikit berputar dia sudah berhasil berdiri
dibelakang tubuh pembesar buta itu.
Pembesar buta merasa pukulannya meleset segera
merasakan jalan darah Giok Liang Hiat dipunggungnya
terancam bahaya kali ini mau tidak mau terpaksa dia harus
maju satu langkah kedepan dengan kekuatan yang luar biasa
tongkat besinya menyambar lagi kebelakang dengan
menggunakan jurus Tag To Kiem Cong (memukul rubuh
lonceng emas) berebut menyerbu ketubuh pihak musuh.
Liem Tou yang berhasil dibebaskan sincay buntung dari
bahaya sambaran tongkat pembesar buta kini melihat dua
orang iru saling serang menyerang tanpa loncat kesamping
kerbaunya, disamping memperhatikan seluruh gerak gerik dari
jalan pertempuran yang sangat seru itu diam2 dia memikirkan
siasat untuk melarikan diri secara diam2.
Pada waktu itu pula mendadak didalam ingatannya
berkelebat ilmu silat yang tercantum dan tertera diatas kitab
pusaka Toa Lo Kin Keng ketika memandang lagi kearah jurus
serangan maupun jurus bertahan si sincay buntung serta
pembesar buta ternyata ada beberapa bagian yang rasanya
pernah diketahui olehnya, tidak tertahan lagi dia semakin
menaruh perhatian terhadap jalannya pertempuran itu,
akhirnya dia menyadari juga tidak tidak tertahan lagi perasaan
girang meliputi seluruh wajahnya sendang ingatan untuk
melarikan diripun segera tersapu bersih dari dalam benaknya.
Tidak disangka pada saat dia sedang memusatkan
perhatiannya itulah mendadak lehernya terasa menjadi dingin
dengan cepat dia menoleh memandang kebelakang, tak
tertaha teriaknya dengan keras.
"Ooh".tolong!!!" saking takutnya seluruh tubuhnya
menjadi lemah tanpa tenaga. Kiranya hweesio berbentuk
manyat hidup itu entah sehak kapan secara diam2 tanpa
mengeluarkan suara sudah berada dibelakang tubuh Liem Tou
kemudian mengulurkan cakar mencengkeram tubuhnya.
Saat itulah hweesio manyat hidup itu tertawa terkekeh
kekeh dengan anehnya, suara itu membuat semua orang yang
mendengar tidak terasa menjadi pada bergindik. Sesudah
tertawa beberapa saat lamanya barulah ujarnya terhadap Liem
Tou dengan nada yang sangat dingin.
"Liem Tou kau ingin hidup atau modar?"
Saat ini Liem Tou merasa tubuhnya bergindik sedang bulu
romanya pada berdiri semua, keringat dingin yang mengucur
dengan derasnya membuat keningnya serta perutnya basah
kuyup dia sangat terkejut bercampur takut apalagi dari
hweesio manyat hidup yang mencengkeram tengkuknya
dengan sangan kencang terasa sangat dingin dan keras, saat
ini sepatah katapun tidak sanggup untuk diucapkan keluar.
Tetapi sepasang matanya menjadi bisa memandang
keadaan disekeliling tempat itu, hanya didalam waktu yang
sangat singkat itulah seluruh jago yang ada ditempat itu tanpa
terasa sudah pada berhenti dari pertempuran, dengan
perasaan tertegun mereka semua pada memandang kemari
sedang air muka setiap orang dengan jelas memperlihatkan
perasaaan kecewa bercampur gusar yang tak terhingga.
Sekonyong konyong dalam benaknya teringan akan si Thiat
Sie Poa (Thiat Sie Sianseng) dengan cepat dia menoleh kearah
sebelah kiri saat itu kelihatan sekali air mukanya berubah
sangat serius dan keren dengan kencang tangannya
merangkul siepoanya yang sedang dipukul bolak balik,
agaknya dia sedang berusaha mencari suatu jalan hidup bagi
Liem Tou. Saat itu dengan setengah berbisik ujar hweesuo manyat
hidup itu dengan perlahan. "Liem Tou jika kau kepingin modar
cukup dua jariku ini aku tekan maka batok kepalamu segera
pidan kerumah hingga kau akan menjadi satu setan tanpa
kepala. Tapi jika kau pingin hidup terus cepat beritahukan
tempat penyimpanan kitab pusaka To Kong Pit Liok itu
kepadaku, maka aku beri satu jalan hidup kepadamu"
Sambil berkata hweesio manyat hidup itu dengan tidak
henti hentinya meniup hawa murninya kedepan membuat
leher Liem Tou merasa dingin dan seperti suatu hawa dingin
menyusup masuk kedalam tulang sumsum, Liem Tou hanya
merasa tubuhnya sangat tidak enak dengan paksakan diri
sahutnya kemudian. "Tanganmu sangat dingin seperti es aku merasa sangat
susa cepat lepaskan tanganmu, nanti aku akan beritahukan
kepadamu" Tetapi manyat hidup itu hanya tertawa terkekeh kekeh
dengan anehnya.pada waktu itulah puluhan jago jago sudah
mengepung kalangan itu seperti semula, hweesio manya
hidup itu segera berteriak dengan nadanya yang serak dan
aneh. "he"he"he kamu semua boleh maju lagi, tapi jangan
salahkan aku akan pencet bocah cilik ini sampai mati sehingga
kitab pusaka To Kong Pit Liok akan ikut terkubur bersama dia"
Semua orang begitu mendengar ancamannya yang
kelihatannya bersunguh sungguh itu tidak berani
membangkang, terpaksa mereka berdiri dua kaki jauhnya dari
tempat dimana hweesio manyat hidup itu berdiri.
Terdengar hweewi manyat hidup bertanya sekali lagi. "Liem
Tou sebenarnya kau sudah ambil kepurusan belum" Kalau
tidak jangan salahkan tooyamu akan pencet batok kepalamu
ini" Sambil berkata tenaganya benar2 ditambahi dengan
beberapa bagian tenaga murni, Liem Tou merasakan
kesakitan yg luar biasa sehingga menusuk kedalam tulang
sumsumnya, sedang air yang berada dimukanyapun makin
lama mulai kelihatan semakin berubah menjadi pucat pasi.
Tapi dengan sekuat tenaga dia tetap mempertahankan dirinya,
untung sejak lama kemudian si hweesio manyat hidup itu
sudah mengendor kembali pencetannya, saat itulah Liem Tou
baru bisa menghembus nafas lega.
Tiba2 pojokan matanya terbentur dengan air muak Thait
sie sianseng yang penuh dihiasi oleh senyuman manis dan
sedang berjalan mendekat, tak terasa hatinya berpikir.
"mungkin aku ada harapan tertolong, kalau tidak kenapa dia
begitu girang" siapa sangka Thiat Sie Sianseng sama sekali tak
memandang kearahnya sampai melirik sekejappun tidak,
hanya dengan tenangnya dia berjalan menuju kebelakang
tubuh salah satu dari Heng San Jie Yu, mendadak bentaknya
dengan keras. "Heng San jie Yu. Hutang piutang diatara kita harus
diperhitungkan sekarang juga" sambil berkata tangannya
dengan kecepatan luar biasa melancarkan serangan menotok
kearah jalan darah Thian Cu Hian di leher bagia belakang
orang itu. Agaknya orang itu sama sekali tak menduga akan adanya
serangan ini, dalam keaadan yang sangat terkejut terpaksa dia
merendahkan tubuhnya kebawah, tubuhnya tanpa berputar,
kepalanya tanpa menoleh segera melancarkan ilmu Hwee in
Su (membalik tangan mencekal mega) sedang tangan
kanannya dari ketiak sebelah kiri menerobos kebelakang
dengan menggunakan jurus Hwee Kuang Huan Cao (Sinat
terakhir bercahaya) memukul kedepan secara bersamaan.
Thiat Sie Sianseng segera tertawa besar serunya.
"Ilmu Hwee In Su yang sangat lihay"
Liem Tou yang mendengar hal itu tak terasa hatinya
menjadi tergerak, segera teringat kembali kalau dalam kitab
silat Toa Loo Cin Keng memang termuat ilmu telapak macam
itu dengan cepat dia mengingat kembalu gerakan yang
dilakukan orang itu kedalam benaknya sedang dalam
hatinyapun dengan cepat menjadi paham lagi.
ketika memandang kembali kearah Thiat Sie Sianseng
ternyata telah melenyapkan diri entah kemana. Saat ini Thiat
Sie Sianseng merupakan satu satunya orang yang paling
diandalkan oleh Liem Tou, kini begitu kehilangan dia tidak
terasa hatinya menjadi sangat cemas, pikirnya "habis sudah
nyawaku hari ini" bertepatan dengan waktu itu tiba2 terdengar suara Thiat
Sie Sianseng sudah mucul dibelakang tubuhnya, terdengar dia
dengan suara keras sedang berteriak. "hweesio manyat
hidup"kamu orang tidak mau lepas tangan, aku segera akan
memperlihatkan kamu akan kelihayanku, lihat senjata rahasia"


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liem Tou yang mendengar perkataan itu segera tahu Thiat
Sie Sianseng sedang bantu dia untuk meloloskan diri, terpikir
olehnya dengan perbuatannya yang sama sekali tidak terduga
ini si hweesio manyat hidup itu tentu terpecah juga
perhatiannya, pada saat dia kurang perhatian dirinya itulah
segera gigit bibirnya dengan seluruh kekuatan yang ada dia
paksakan tubuhnya menekan kebawah, sekalipun lehernya
terasa sangat sakil tetapi akhirnya dia lolos juga dari jepitan
keras hweesio manyat hidup itu.
Diikuti pula segera denga melancarkan ilmu Hwee In Su
(membalik tangan mencekal mega) dari Heng Su dari Heng
San pay yaitu tangan kirinya menggunakan jurus Huan Su
Liauw In sedangkan tangan kanannya melancarkan Hwee
Koang Huan Cao (Sinat terakhir bercahaya) yang secara
bersamaan dilancarkan kedepan. Si hweesio manyat hidup
segera mengaum keras, mau tidak mau harus meloncat
mundur dua langkah kebelakang.
Liem Tou yang sudah merasakan kesakitan dari tangannya
segera mengeraskan niatnya, mendadak dia melancarkan
serangan kembali dengan menggunakan jurus serangan Ooh
Koei Ciat Hun (Setan lapar menubruk sukma) dari ilmu Sam In
Ghiat Ciang yang diajarkan Hek Loo Toa kepadanya, baru saja
hweesio manyat hidup itu mundur kebelakang tiba2 Liem Tou
menjerit kesakitan kemudian rubuh kebelakang. Rubuhnya dia
tanpa sebab musabab ini membuat semua jago yang ada
disitu dibuat menjadi terkejut bercampur tercengang.
Siapa tahu belum sampai tubuh Liem Tou yang rubuh
keatas tanah itu mencapai permukaan tanah hingga
mendadak bagaikan seekor ular beracun yang besar mengeliat
keatas tanah dan memutar tubuhnya, bersamaan pula
waktunya bagaikan kilat cepatnya meluncur kea rah hweesio
manyat hidup itu. Jarak dari hweesio manyat hidup itu dengannya tidak lebih
hanya dua tiga kaki saja sedang diapun pada saat itu berada
dalam keadaan tanpa bersiap siaga, terdengar suara gebukan
yang sangat keras tanpa ampun lagi dada hweesio manyat
hidup yang kekar itu terhajar oleh kepalan Liem Tou dengan
kerasnya, tak terasa lagi"berturut turut dia melompat mundur
tujuh delapan kaki baru bisa berdiri tegak. Waktu itulah Liem
Tou baru bisa menghembuskan nafas panjang, makinya:
"melihat kamu orang manusia tidak mirip manusia, setan
tidak mirip setan. Hmm"berani juga membohongi toaya-mu.
Lain kali terjatuh ketanganku lagi jangan harap aku dapat
lepaskan kamu orang yang dengan mudahnya"
Hweesio manyat hidup ini sejak mencukur gundul
rambutnya diatas gunung Ngo Thaysan kemudian
mendapatkan warisan dari ilmu silat Liauw In Hweesio
bersama sama mengangkat namanya dengan sincay buntung,
pembesar buta, pengemis mabok dan Thiat Sie Sian Seng
sehingga namanya disebut sebagai Tionggoan Ngo Koay,
didalam ilmu silat yang paling diandalkan adalah ilmu Han
Tiauw Kang-nya (ilmu cakar maut), jago jago Bulim yang
terbasmi dibawah cakar mautnya entah berapa banyak
jumlahnya, siapa tahu ternyata ini hari dapat dihajar bocah
ingusan seperti Liem Tou ini sehingga terpukul
semponyongan, tak tertahan lagi hawa amarahnya memucak
dari mulutnya segera memperdengarkan suara jeritan aneh
seperti pekikan setan dimalam hari.
Didalam waktu yang singkat dari antara kepungan Liem
Tou bertiga itu muncul ber puluh2 hweesio yang bersama
sama melaruk datang, tanpa ditanya sudahlah sangat jelas
kalau hweesio2 itu merupakan murid2 serta cucu2 murid
hweesio manyat hidup. Hweesio2 itu begitu sampai dihadapan
hweesio manyat hidup segera bersama sama memberi hormat
kemudian berdiri berjajar disampingnya.
Mendadak "hweesio manyat hidup itu menunding kearah
Liem Tou sambil teriaknya sengah menjerit. "cepat tangkap
bocah setan itu" Ber-puluh2 hweesio itu segera menyahut dengan serentak
kemudian bersama sama berjalan mendekat kearah Liem Tou.
Liem Tou yang melihat datangnya berpuluh puluh hweesio
sekaligus menjadi sangat terperanjat, baru saja dia mau cari
akal untuk loloskan diri waktu itulah terdengar Thiat Sie Sian
Seng tertawa nyaring kembali ujarnya.
"Hey pengemis bau, aku bilang urusan kali ini haru
kuserahkan padamu bila dia sampai menderita rugi seujung
rambutpun aku tak cari kamu untuk minta ganti rugi"
Liem Tou mendengar perkataan itu diam diam menjadi
sangat girang, terlihat pengemis pemabok itu dengan
mementangkan mulutnya yang besar seperti baskom tertawa
termehek mehek sedang pentung Tah Kauw Pangnya yang
besar kasar serta panjang disabetkan ketengah udara, ujarnya
kalem. "Hey pedangang licik, bocah cilik itu aneh sekali!...
he..he..he kamu orang tahu ilmu apa yang digunakan dia
untuk menghadiahkan satu bogem mentah kepada hweesio
manyat hidup tua bangkotan itu" He he aku mau lihat dia
punya ilmu apa lagi yang akan digunakan"nanti turun tangan
juga belum terlambat. "Eh ehe, tidak mungkin" sahut Thiat Sie Sian Seng dengan
cepat. "jurus serangan dari bocah cilik aku juga tidak tahu ilmu
apa tapi menurut serangan waktu terdesak"he he tidak
mungkin bisa digunakan lagi, cepat kau suruh kesayanganmu
turun kegelanggang" Pengemis mabok itu tertawa besar lagi, ujarnya:
"Pedagang licik kau cemas apakah" Coba kau lihat bocah
cilik itu memang punya simpanan"
Kiranya saat itulah seorang hweesio mendadak
melancarkan serangan kearah Liem Tou untuk mencengkeram
dadanya. Sebenarnya Liem Tou sedang menantikan bantuan dari
sipengemis mabok sehingga perhatiannya tidak ditujukan pada
hweesio2 itu, siapa tahu pada saat dia lengah itulah hweesio
tersebut berhasil mencekeram baju dibagian dadanya bahkan
jarinya yang seperti papaya dengan sangat tepat sekali
menotok jalan darah Sim Kan Hiat.
Jalan darah Sim Kan Hiat ini merupakan salah satu jalan
darah penting lainnya, bilamana salah satu saja dari jalan
darah itu tertotok maka nyawanya segera melayang.
Didalam keadaan yang sangat terkejut dengan cepat Liem
Tou menarik kembali dadanya kedalam, tangan kirinya
mendadak menyambar kedepan, agaknya hweesio itu
mempunyai dugaan Liem Tou akan mencekal urat nadinya
baru saja berganti jurus siap menahan serangannya itu, siapa
tahu gerakan tangan kiri dari Liem Tou jauh lebih cepat
darinya, sejal semula sudah ditarik kembali ketempat semula.
Tidak terasa lagi hweesio itu menjadi tertegun, pikirnya:
"jurus serangan apa ini" Menurut keadaan yang sebenarnya
gerakannya ini dengan jelas akan memaksa cengkeramanku
ini ditarik kembali tetapi kenapa sebelum aku menarik kembali
jurus serangannya sebaliknya dia mendahului menarik kembali
serangannya?" Pada saat dia dibuat tertegun itul telapak tangan kana dari
Liem Tou dengan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun sudah
menyerang datang dari bawah keatas bagaikan kilat cepatnya
menghajar dada orang itu, jurus ini tidak lain merupakan jurus
Un Hun Put San (sukma halus tidak buyar) dari Ilmu silat Hek
Lootoa yang diturunkan kepadanya sesaat menjelang
kematiannya. Hweesio itu sama sekali tidak pernah menyangka didalam
keadaan yang sangat menguntungkan baginya itu dia bisa
kena hajar oleh kepalan pihak lawan, tidak tertahan lagi dia
mundur semponyongan sejauh lima enam tindak kebelakang,
dadanya terasa sakit dan mual hampir2 tidak tertahan akan
muntah2 disana, tetapi akhirnya tak tertahankan lagi tubuhnya
rubuh terjengkang kebelakang.
Peristiwa yang sangat diluar dugaan ini sekalipun Liem Tou
sendiri juga merasa bingung sama sekali dia tidak percaya
kalau disaat seperti ini dia bisa melancarkan serangan dahsyat
membuat orang lain terpukul hingga terluka parah.
Pukulan itu sendiri masih tidak mengapa tetapi dengan
demikian memancing hawa amarahnya dari hweesio lainnya
segera mereka bersama sama berteriak marah dan
mengerubut maju secara bersamaan, bagaikan air bah
ditengah samudera mereka melaruk maju terus tanpa pikirkan
keselamatan sendiri. Liem Tou yang melihat sipengemis pemabok itu tetap saja
tidak turun tangan menolong dia, didalam keadaan yang apa
boleh buat terpaksa dia memperkeras niatnya, sedangkan
kakinya dengan menggunakan ilmu Sah Cap Lak Thian Kang
Hwee Sian Poh (ilmu langkah tiga puluh enam langkah badai)
memutar menerjang ketengah larukan hweesio itu, sebentar
dia meloncat sebentar lagi maju kemudian mundur tetapi
sedikitpun tidak kelihatan terhalang, bahkan tangan kanan dan
tangan kiri serta kakinya tidak mau ambil diam, membuat para
hweesio yang melaruk maju itu terpukul hingga kocar kacir.
Begitu Liem Tou memperlihatkan ilmu gerakan ini,
sipengemis pemabok yang berada disamping hampir hampir
tidak mempercayai pandangannya sendiri, teriaknya dengan
keras" "HEI..PEDAGANG LICIK!!! Coba lihat, gerakan langkah
kakinya sangat aneh sekali aduh sepertinya mirip sekali
dengan permainanmu itu?"
Si Thiat Sie Sian Seng yang melihat gerakan kaki Liem Tou
itu segera tahu kalau ilmu itu merupakan ilmu Thian Kong Poh
yang pernah dia ajarkan padanya lewat corat coret ditanah
tanpa memberi petunjuk padanya, bahkan sekarang ini
dilakukan tanpa sedikitpun salah. Didalam hatinya tidak terasa
menjadi terkejut bercampur heran, diam diam dia memuji tak
henti hentinya. Saat ini Liem Tou yang berkelebat dengan sangat aneh
membuat perasaan girang muncul didalam hatinya tanpa
memikirkan akibatnya lagi segera dia mengubar seluruh hawa
amarah serta kemengkelannya keatas tubuh hweesio2 itu,
tangan serta kakinya yang melancarkan serangan semakin
keras lagi, sedikitpun tidak menaruh belas kasihan.
Mendadak"Pengemis Pemabok yang berada disamping
berteriak lagi dengan keras.
"Hei pedangan licik, kau sudah lihat dengan jelas belum"
Kedua jurus yang dilancarkan itu dengan jelas merupakan ilmu
telapak Lian Hian Ciang dari kunlunpay, coba lihat ini jurus
Peng Jut Tiauw Ciauw (ombak menggulung tubuh ular), coba
lihat lagi jurus Hong Hut Po Haua (perempuan menangkap
macan). Perkataan ini baru selesai diucapkan dia menjerit kaget lagi
"Aduh mak"pedangang licik bagaimana sebenarnya urasan
ini" Ilmu kepalan dari bocah itu berubah lagi. Neneknya, Ilmu
telapak Hauw Pauw Tauw dari Siauwlim Liok Lo Heng Ciang,
hey pedagang licik coba lihat lagi Ilmu telapak, Su Leng dari
Butong Tiang Ciang, haaa?" Ilmu telapak Hong Hwei Thian
Hui dari Gak Jie Sam Su, Ilmu kepalan Jie Cu Tong Kwei dari
Kang Lam Cu Uh Cian, Haah"Haaah?" Coba lihat lagi. Tung
Mo Ciang dari Tay Ie Ciang, Cau Siang Ciang,
Neneknya"pedangang licik sebenarnya dia anak murid dari
partai mana?"" Saat itu agaknya Thiat Sie Sian Seng juga merasa
terperanjat, sahutnya dengan cepat.
"Pengemis busuk kau jangan sembarangan berteriak teriak
seperti setan kelaparan, aku sendiri juga tidak tahu, bocah
cilik ini memang sedikit aneh, jurus ini merupakan jurus Yeh
Be Hun Lieh dari Thay Khek Ciang, coba lihat lagi jurus ini
merupakan jurus Jie Lang Tan San dari Ngo Heng Ciang, kau
lihat"tentu dia punya hubungan yang rapat dengan Lie Loo
Jie dari partai Tun Si Pay, kalau tidak siapa lagi yang bisa
menurunkan ilmu sebanyak ini kepadanya?"
"Ehmm..ehm"benar benar" sahut pengemis mabok sambil
mengangguk "aku lihat memang beberapa bagian mirip, bilamana benar
asal usul bocah cilik ini tidak kecil ini tidak kecil juga"
Saat itu kawanan hweesio tersebut sudah dipukul Liem Tou
hingga kocar kacir, setiap orang pada bengkak mukanya dan
berubah kehijau hijauan saking kerasnya kepala yang
bersarang dimukanya. JILID 6 : Majikan elang raksasa
PADAHAL yang benar Liem Tou banya tahu kalau ilmu
langkah Sah cap Lak Thian Kang Poh hoat yang dilakukan itu
tidak mungkin bisa terkalahkan, sedang mengenai turun
tangan memukul para hwesio itu menurut penglihatannya
sendiri bukanlah merupakan suatu jurus serangan yang
sesungguhnya, kesemuanya ini tidak lain hanya merupakan
suatu pukulan serabutan yang tidak menurut peraturan.
Tetapi siapa sangka dia pernah membaca dan
mempeladjari bagian dari kitab silat Toa Koe Cin Keng pada
halaman ilmu pukulan sehingga tanpa sadar olehnya didalam
melancarkan serangannya itu secara tidak langsung sudah
mengandung jurus jurus serangan, hanya saja jurus jurus
serangan itu dilakukan sangat kacau sekali, sebentar lempeng
sebentar berbelok, bahkan Im serta Yang nya tidak dibedakan
sebaliknya hal ini didalam pandangan orang lain hanya
didalam waktu sepertanak nasi saja dia bisa mengeluarkan
ilmu ilmu pukulan dari berbagai partai serta perguruan yang
ada didalam Bu lim sudah tentu membuat para jago yang
hadir ditempat ini menjadi sangat terkejut, heran bercampur
kagum. Sebenarnya si hwesio mayat hidup itu sudah melihat
situasinya sangat tidak menguntungkan bagi pihaknya, tetapi
sekalipun dia meiihat perubahan jurus jurus serangan dari
Liem Tou sangat banyak dan lihay ketika terpukul ditubuh
anak muridnya tidak terlatu berat sekali, selain tempat tempat
yang berbahaya paling banyak juga terpukul hingga
sampoyongan saja atau terjungkir balik roboh ketanah,
sehingga sampai saat itu dia hanya berdiam diri saja
memandang setiap jurus serangan yang digunakan oleh Liem
Tou itu, agaknya dia ingin mengetahui asal usul dari
permainan silatnya. Tetapi akhirnya hasil yang dia inginkan tetap tidak
berkunjung datang sebaliknya itu murid2 serta cucu2 muridrya
dipukul dan dihajar oleh Liem Tou hingga berkaok kaok
kesakitan.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat ini dia benar benar tidak dapat menahan kemarahan
serta pergolakan didalam hatinya, mendadak bagaikan
segulung angin keras bertiup datang dengan sangat cepat dia
sudah berdiri dihadapan Liem Tou, teriaknya dengan keras.
"Liem Tou, serahkan nyawamu."
Perkataannya belum sampai tubuhnya sudah menerjang
kedepan, tangannya dengan kekuatan tenaga murni yang
sangat dahsyat mencengkeram kedepan wajah Liem Tou,
dengan cepat Liem Tou nguab tubuhnya kebelakang, kakinya
merasa tergelincir dengan sangat manisnya dia berhasil
menghindarkan diri dari serangan ini.
Thiat Sie sianseng yang saat ini melihat hweesio mayat
hidup itu sudah dibuat kalap saking gusarnya segera berteriak
dengan sangat cemas. "Hey pengemis busuk, celaka, celaka cepat turun tangan .
cepat turun tangan kali ini bocah cilik itu tentu akan
merasakan kerugian yang besar dibawah serangan mayat
hidup tua itu," Hweesio mayat hidup itu melihat cengkeramannya yang
pertama menemui sasaran kosong dengan cepat
cengkeramannya yang kedua, gerakannya ini dilakukan
dengan sangat cepat sekali sehingga hanya kelihatan
bayangan buram yang berkelebat tahu-tahu cengkeramannya
ini sudah menempel dihadapan dadanya:
Dengan perasaan cemas kaki Liem Tou sekali lagi berputar,
sekalipun kali ini dia berhasil juga menghindarkan diri tetapi
wajah serta kulit dadanya terasa angin dingin yang sangat
menyesakkan dadanya memancar keluar dari cengkeramannya
yang seperti kuku garuda itu, hampir-hampir membuat dia
saking terkejutnya sepasang kakinya menjadi lemas tidak
bertenaga jurus serangan apapun kini tidak sanggup
digunakan kembali didalam pikirannya hanya mengharapkan
bantuan dari pengemis pemabok itu menolong dirinya
meloloskan diri dari ancaman bahaya maut ini.
Siapa tahu justru saat itu si pengemis pemabok sedang
menyahut: "Hey pedagang licik kau cemas apa" Dengan kelihayan dari
ilmu yang dimiliki bocah cilik itu untuk beberapa saat lamanya
mayat bangkotan tidak mungkin bisa berbuat apa2
terhadapnya, coba kita lihat lagi."
Liem Tou yang melihat sipengemis pemabok itu beberapa
kali menolak untuk menolong dirinya didalam hati benar2
merasa gemas, makinya, "Ingat kau pengemis bau, pada satu hari tentu aku akan
suruh kau orang rasakan siksaan seperti ini, aku melihat
bagaimana kau melewati siksaan seperti ini"
Pada saat itu mendadak tubuh dari hweesio mayat hidup
itu mumbul ketengah udara kemudian berjumpalitan beberapa
kali, kepalanya kini berganti dibawah dengan kaki sebelah atas
sedang sepuluh jarinya yang runcing bagaikan kuku garuda
dengan kecepatan yang luar biasa menubruk kebawah,
sehingga dalam waktu yang sangat singkat beberapa kaki
disekeliling tubuh Liem Tou sudah berada dibawah lingkaran
bayangan cengkeram mautnya.
Liem Tou yang melihat hal itu segera menjerit kaget.
"Celaka, aduh mak tolong . . . "
Seluruh tubuhnya segera dijatuhkan keatas tanah,
mendadak hawa murninya disedot dalam2 sehingga terkumpul
didalam perutnya, didalam sekejap mata perutnya membesar
sebesar gentong, dengan mengerahkan seluruh kekuatan
tenaga murni yang berhasil dilatihnya begitu menanti tubuh
hweecio mayat hidup itu tepat menubruk diatas tubuhnya,
mendadak... "Phuuu .." hawa murni yang dipusatkan dipusarnya segera
disemburkan keatas dengan dahsyatnya.
"Oooh...aduh, neneknya . " Dangan disertai suara jeritan
yang sangat mengerikan tubuh hweesio mayat hidup itu
segera terpental keatas kemudian rubuh kembali keatas
permukaan tanah dengan menimbulkan suara yang sangat
keras sepasang tangannya dengan kencang2 ditutupkan
keatas wajahnya sedang tubuhnya dengan terlentang rubuh
diatas tanah untuk beberapa waktu lamanya tidak sanggup
untuk merangkak bangun. Pada hal tubuh hweesio mayat hidup yang rubuh keatas
tanah dan tidak bisa bangun kembali itu bukannya kerena dia
terluka parah oleh semprotan hawa murni itu, hal yang
sebenarnya adalah karena tubuhnya yang kaku seperti balok
kayu itu dengan sangat tepat rubuh terlentang sehingga
sedikitpun tidak punya tenaga untuk merangkak bangun.
Keadaannya yang sangat lucu itu membuat perasaan anti
dari para jago dunia Kangouw yang kumpul ditempat itu tidak
bisa ditahan lagi, mereka bersama-sama tertawa terbahakbahak
sambil memegang kencang perutnya, apa lagi sisiucay
buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng dari
Tionggoan Ngo Koay, mereka tertawa sangat keras sekali
sehingga hampir-hampir melelehkan air matanya.
Sipembesar buta itu selamanya mempunyai sifat kasar,
serta berangasan apalagi dia merupakan satu kornplotan
dengan si hweesio mayat hidup itu kini lihat semua orang
tertawa ia bukannya ikut tertawa sebaliknya mengerutkan
alisnya, air mukanya berubah membesi dengan sangat gusar
bercampur gemas berdiri disamping sedang dari hidungnya
tak henti hentinya mendengus dengan sangat dingin.
Suara tertawa keras dari puluhan jago Bu lim secara
berbareng ini membuat seluruh lembah cupu cupu yang
terkurung diantara gunung gunung yang berdiri menjulang
tinggi keangkasa itu bergema tak henti hentinya.
Tak lama kemudian suara tertawa dari para jago itu dengan
perlahan mulai berhenti kembali, tapi suara tertawa keras
yang bergema di lembah cupu cupu itu tetap saja
berkumandang tak henti2nya bahkan semakin lama semakin
meninggi. Lama kemudian barulah suara tersebut merendah dan
akhirnya lenyap. tapi pada saat suara sebut hampir lenyap
itulah sekali lagi suara tertawa tersebut makin lama makin
meninggi dan akhirnya tinggi melengking memekikkan telinga
semua hadirin yang mendengar suara itu tak terasa pada
termangu mangu dan berdiri mematung ditempatnya masingmasing.
Dengan perlahan suara tertawa itu makin meninggi
bersamaan pula nadanya semakin nyaring dan akhirnya tinggi
melengking memekikkan telinga, membuat Liem Tou segera
dibuat menjadi bingung, ketika menoleh memandang orang
orang lain tak tertahan lagi dia menjadi tertegun dibuatnya.
Kiranya saat ini setiap air muka para jago yang ada
dilembah itu sudah berubah menjadi pucat pasi bagaikan
mayat, wajah yang pucat dengan mengikuti suara tertawa itu
perlahan lahan berubah kembali menjadi kehijau-hijauan,
bahkan ada pula yang Iangkah kakinya dengan perlahan mulai
bergeser mendekati lembah cupu cupu.
Suatu keistimewaan yang paling menyolok di antara
peristiwa itu adalah siapapun tiada yang berani mengeluarkan
suara sekecappun, masing masing berkumpul dengan kawankawannya
atau kelompoknya sendiri kemudian mengundurkan
diri dari lembah itu dengan tergesa gesa, tapi siapapun tak
berani berlalu sangat cepat dibawah telapak kaki mereka
seperti sedang dirembeti oleh seekor ular beracun, takut sekali
mengejutkan dia sehingga terpagut.
Liem Tou yang melihat kejadian sangat aneh ini merasa
sangat heran sekali, dengan tergesa gesa dia menoleh
memandang kearah Tionggoan Ngo Koay, tampak merekapun
sama halnya dengan yang lain air mukanya telah berubah
menjadi sangat serius dan heran bahkan suatu hal yang
membuat Liem Tou merasa terkejut dan heran adalah diantara
Tionggoan Ngo Koay itu sebenarnya Sisiucay buntung,
pambesar buta, hweesio mayat hidup serta pengemis
pemabok musuh2 yang tak pernah bisa hidup rukun dan
damai tapi entah karena apa begitu suara tertawa yang sangat
aneh itu muncul maka mereka berlima segera bersatu padu
dan berdiri berjajar menjadi satu.
Sepasang mata dari sisiucay buntung, pengemis pemabok
serta hweesio rnayat hidup dengan tajamnya memandang
kearah sekeliling gunung yang menjulang tinggi serta pintu
rembah cupu cupu itu sebaliknya sipembesar buta dengan
mengandalkan sepasang telinganya yang sangat tajam
melebihi mata itupun dengan memusatkan seluruh
perhatiannya mendengarkan gerak-gerik pihak musuh.
Hanya si Thiat sianseng saja yang tetap menundukkan
kepalanya memukul pulang pergi biji biji sie poanya, air
mukanya yang murung dan dikerutkan kencang2 itu seperti
sedang menggambarkan suatu bencana besar yang bakal
menimpa dan merupakan suatu kejadian yg sangat
mengenaskan selama hidupnya .
Dengan sikap dari setiap jago dilembah itu membuat Liem
Tou yang tak tahu urusan apa yang terjadi itu merasa tegang
juga tidak tertahan keringat dingin mengucur keluar dengan
derasnya. Lewat beberapa saat kemudian suara tertawa itu mendadak
berhenti sama sekali kemudian di ikuti dengan suara pekikan
ngeri dari burung elang. Dari atas kepala para jago segera munculkan dua ekor
burung elang yang sangat besar sekali dengan tak henti2nya
menyambar diatas kepala para jago itu.
Sayap dari kedua elang itu kelihatan begitu besarnya
sehingga hanya cukup bergoyang beberapa kali saja didalam
sekejap mata mengitari lembah cupu2 itu sebanyak empat
kali, hal ini bisa dibayangkan betapa cepatnya gerakan dari
binatang itu. Saat ini setiap orang memusatkan seluruh perhatiannya
keatas, sedang sinar matanya pun dengan tajamnya mengikuti
setiap putaran serta setiap gerak gerik dari kedua ekor burung
elang tersebut, orang2 yang semula mulai menggeserkan
kakinya mendekati pintu lembahpun saat ini menghentikan
gerakan tubuhnya dan berdiri mematung dan tak berani
bergerak sedikitpun. Jelas sekali kelihatan air muka dari Tionggoan Ngo Koay
makin berubah tegang lagi bahkan keringat sebesar kacang
kedelai sudah tampak mulai menetes keluar membasahi
keningnya. Pada saat yang sangat tegang itulah mendadak diantara
para jago itu terdengar suara yang sangat aneh sekali. " Sreet
" suara yang sangat nyaring memecahkan kesunyian ini
membuat Liem Tou hampir loncat saking terkejutnya, dia
menoleh kebelakang terlihatlah seorang lelaki berusia
pertengahan secara mendadak mencabut keluar pedang yang
tersoren dipunggungnya, suara yang sangat nyaring serta
aneh itu kiranya berasal dari suara sesaat dia mencabut keluar
pedangnya itu. Siapa tahu begitu pedang panjangnya keluar dari sarung
sesorot sinar matahari tepat menyoroti tubuh pedang itu
sehingga memantulkan suatu sinar pedang yang sangat
menyilaukan mata, suara tertawa keras yang tadi sudah
berhenti sekali lagi bergema ditengah lembah cupu cupu serta
sekeliling gunung yang tinggi itu bahkan secara samar samar
diikuti dengan suara suitan yang keras.
"Kuak ... kuak .. " dengan beberapa kali pekikan
mengerikan kedua ekor burung elang itu secara mendadak
muncuI dari antara awan kemudian menukik kebawah dengan
kecepatan yang luar biasa menubruk kearah orang itu.
Semua jago yang melihat hal itu tidak bisa menahan
pergolakan didalam hatinya lagi tak tertahan mereka pada
menjerit kaget, tetapi di antara suara jeritan yang sangat
mengerikan memecahkan jeritan kaget lainnya, kedua ekor
burung elang itu dengan diikuti segulung angin sambaran
yang sangat kuat sudah melayang kembali keangkasa
menghilang dibalik awan. Ketika keadaan menjadi jelas kembali para jago hanya
melihat orang itu sudah binasa diatas tanah dengan badan
yang hancur serta darah segar yang berceceran diatas tanah,
kiranya tulang tulang batok kepalanya sudah hancur sedang
tubuhnyapun koyak koyak oleh kuku elang yang sangat tajam
itu. Keadaan yang sangat mengerikan dan menggoncangkan
hati setiap orang ini membuat para jago tidak tertahan lagi
pada bergidik sedang bulu roma pada berdiri semua.
Liem Tou yang melihat hal itu dalam hatinya sudah merasa
ngeri, pikirnya. "Siapa orang itu ?" wow . . . sungguh galak dan ganas
benar". Tanpa sadar lagi dia mulai berdiri bersandar pada
punggung kerbaunya itu, sedang dalam hati diam diam
doanya. "Moga moga aku bisa menaiki punggung kerbau ini dan
menerjang keluar dari lembah terkutuk ini, . . . Oooh Thian
tolonglah aku" Tetapi didalam hatinya mendadak berkelebat kembali
keadaan yang mengerikan dari lelaki yang terkoyak oleh dua
ekor elang raksasa itu, dalam hatinya sekali lagi timbul
perasaan yang mencegah niatnya ini, ujarnya lagi.
"Tidak mungkin .tidak mungkin Liem Tou, Liem Tou, kau
tidak mungkin bisa lolos dari lembah ini, sebelum kau orang
mencapai depan lembah mungkin kedua binatang itu sudah
menghancurkan dan mengoyak-oyak tubuhmu..... tidak
mungkin . ..tidak mungkin, Oooh . siapa dia" Kenapa sampai
Tionggoan Ngo Koay juga takut seperti itu " siapa orang itu?"
Dengan kejadian yang sangat mengerikan itu membuat
hawa disekeliling lernbah itu berubah menjadi semakin berat
dan semakin menyesakkan napas setiap orang, hanya cukup
sekejap saja ternyata mirip dengan satu hari lamanya.. . .
yang paling menggemaskan kedua ekor elang raksasa itu
dengan tidak henti hentinya terus menerus berputar dan
berkeliling di sekitar lembah itu .
Tidak lama kemudian Liem Tou benar benar tidak sanggup
untuk bersabar menanti dengan keadaan seperti itu,
perasaanaya sekarang ini jauh lebih gemas dari pada
tubuhnya dihajar atau dipukuli setengah mati.
Tangan kanannya dengan perlahan lahan mulai diletakkan
diatas punggung kerbaunya sedang tubuhnya siap siap
meloncat keatas punggung kerbau untuk kemudian dengan
cepat cepat menerjang keluar dari lembah itu.
Mendadak ... pada saat yang bersamaan pula si pembesar


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

buta mendadak bersuit nyaring dengan tingginya membuat
seluruh lembah tergetar dengan kerasnya, bersamaan pula
bentaknya dengan keras. "Kamu iblis terkutuk..iblis elang yang terkutuk aku kira
sejak dulu sudah modar tidak kusangka sama sekali ini baru
bisa berada ditempat ini he he ... kalau sudah datang kenapa
tidak muncul muncul" buat apa main sembunyi sernbunyi
seperti anak kura kura?" cepat gelinding keluar biar semua
orang bisa lihat batang hidungmu."
Si pembesar buta sesudah berteriak demikian, ujarnya pula
dengan nada yang perlahan dengan kawan kawannya.
"Hey buntung bangkotan, mayat hidup pengemis busuk
serta Sie poa butut dengarkan dulu. . iblis anjing ini sekali lagi
munculkan diri didalam bu lim terpaksa dendam kesumat
diantara kita ditunda dahulu untuk bersama sama mengusir
iblis busuk itu, pada masa yang lalu kita Tionggoan Ngo Koay
bisa menahan serangan iblis itu kiranya ini haripun masih
sanggup ..,hem. hemmm heran buat apa kita takut dia juga?"
"Ehmm. perkataan kamu sibuta sekalipun tidak salah" sahut
si Thiat Sie sianseng, "tetapi masa yang silam tetap
merupakan masa yang silam, masa yang silam sibuntung
bukanlah buntung, sipicik bukarlah buta simayat hidup tidak
kaku tetapi ini hari diantara Tionggoan Ngo Koay ada yang
sudah bunturg, buta ditambah lagi sudah kaku seperti mayat
hidup he- he he tidak disamakan lagi."
Sipembesar buta yang mendengar perkataan itu menjadi
sangat gusar, ujarnya. "Haaa - - - perkataan apa ini hey pedagang terkutuk" Kamu
kira aku semua harus korbankan nyawa untuk dia orang?"
Sekalipun pada masa yang lalu kita tidak buntung, tidak kaku
tidak buta tetapi kepandaian yang kita miliki sekarang jauh
lebih lihay dari pada kita semasa belum buntung, belum buta,
belum kaku." "Tidak salah - - tidak salah" sahut Thiat-Sie sianseng
tenang, tetapi sekarang aku mau tanya pada waktu yang lalu
kamu masih bisa menahan serangan dari kedua binatang
terkutuk itu, lalu ini hari kamu masih sanggup tidak?"
Beberapa perkataan ini membuat sipembesar buta
bungkam seribu bahasa tanpa bisa mengucapkan sepatah
katapun, tetapi dengan cepat Thiat Sie sianseng mengubah
pokok pembicaraannya, ujarnya lagi.
"Tetapi kalian tidak usah kuatir tadi aku sudah menghitung
dengan teliti, asalkan kita orang bisa menghadapi dia cukup
seperempat jam saja maka kita akan dapat tertolong"
Sehabis berbicara dengan perlahan dia melirik sekejap
kearan Liem Tou, tanyanya mendadak.
"Hey, Liem Tou! Sebenarnya kamu punya hubungan apa
dengan Siok Li Sin Ken atau sicangkul pualam Lie Sang Loo jie
dari partai Tun Si Pay" cepat beritahukan kepadaku"
Liem Tou yang ditanya seperti itu menjadi tertegun
dibuatnya, sambil gelengkan kepalanya, sahutnya.
"Aku tidak tahu."
Si Thiat Sie sianseng yang mendengar jawabannya itu
menjadi gemas, sambil melototkan sepasang mata ujarnya
lagi. "Kamu bohong, aku sudah hitung pasti punya hubungan
dengan dia orang" "Cianpwee.. cianpwee harus percaya omonganku" ujar
Liem Tou sambil gelengkan kepalanya dengan keras.
Selamanya Liem Tou belum pernah omong kosong, aku
benar2 tidak kenal dengan si Lie-Sang dari Tun Si Pay itu ."
Thiat Sie sianseng yang melihat Liem Ton menjawab begini
tidak terasa gumamnya seorang diri.
"Haaaa " kalau begini aneh sekali memang aneh sekali ."
Sekonyong konyong teriaknya dengan keras. "Binatang itu
menyerang lagi"semua waspada."
Saat itu juga dari tengah awan kelihatan sekali kedua ekor
elang raksasa dengan ganasnya menukik turun kemudian
menubruk kearah para jago itu. Si siucay buntung, pembesar
buta. pengemis mabok hweesio mayat hidup serta Thiat Sie
sianseng lima orang segera bersama sama membentak keras,
sambaran kipas- tusukan toya besi, sambitan tasbeh, kebasan
toya serta kemplangan Sie poa bersama sarna menutup
kedepan menahan serangan dari elang pertama yang malah
mementangkan cakar mautnya untuk mencari mangsa.
Saat itulah serangan maut dari elang raksasa yang kedua
mendesak datang, dengan diikuti oleh segulung angin
sambaran yang kuat elang tersebut menyambar tidak lebih
dua kaki dari atas kepala semua orang kemudian melayang
naik kembali. Seluruh perhatian dan tenaga dari Tionggoan Ngo Koay
mau tak mau terpaksa harus dipusatkan pada gerak gerik
serta serangan dari elang2 raksasa itu kendor sedikit berarti
maut menjelang datang karena itulah makin lama pada kening
masing2 mulai di basahi oleh keringat yang mengucur keluar
dengan derasnya. Saat ini Liem Tou juga sedang memusatkan seluruh
perhatiannya melihat seluruh gerak gerik dari elang raksasa
itu, pada saat yang sangat tegang dan sangat kritis itulah
mendadak muncul seseorang yang berseru dengan keras.
"Tionggoan Ngo Thay hiap, Jangan terlalu tidak tahu diri."
Liem Tou yang mendengar perkataan itu tidak tertahan lagi
segera bergidik, dengan cepat dia mengalihkan pandangannya
kearah dimana berasalnya suara itu kiranya dua kali dari
Tionggoan Ngo Koay berdiri muncullah seorang lelaki berbaju
hijau yang berdiri dengan angkernya air mukanya sangat
tampan sedang tubuhnyapun tegap.
Tetapi dari Tionggoan Ngo Koay begitu mendengar
suaranya orang itu seperti manusia yang bertemu dengan
setan tidak tertahan pada menjerit kaget.
"Haaah - ?" "Aduh . . . " Karena perasaan terkejut itulah membuat perhatian mereka
menjadi sedikit bercabang, agaknya kesempatan yang sangat
baik itu tidak mau disia-siakan dengan begitu saja oleh elang
raksasa tersebut, dengan mementangkaa sepasang cakarnya
yang sangat tajam bagaikan pisau dengan kecepatan yang
luar biasa menubruk kebawah, agaknya serangan itu akan
membuat tubuh Tionggoan Ngo Koay terpukul hancur atau
terkoyak koyak oleh serangan dahsyat ini membuat Liem Tou
yang melihat hal ini merasa sangat terkejut sehingga tidak
tertahan menjerit kaget. Saat itulah sipendekar aneh berbaju hijau itu sudah
mengebutkan ujung bajunya, sambil bentaknya.
"Kiem jie tunggu dulu."
Serangan yang dilakukan oleh elang raksasa itu dilakukan
dengan sangat cepat sekali tetapi perginyapun sangat cepat
bagaikan kilat, baru saja suara bentakan dari pendekar aneh
berbaju hijau itu keluar dari mulut, sayapnya sudah di
pentangkan kembali kemudian meluncur ke tengah awan
dengan cepatnya. hanya didalam sekecap mata dia sudah
mengejar kearah elang lainnya untuk kemudian melanjutkan
terbang kelilingnya mengitari lembah tersebut.
Liem Tou sesudah melihat elang raksasa itu terbang pergi
burulah dalam hatinya merasa lega, teriaknya dalam hati.
"Huuh . - - sungguh berbahaya . .. sungguh berbahaya - -"
Terdengar sipendekar aneh berbaju hijau sudah membuka
mulut ujarnya kepada Tionggoan Ngo Koay dengan wegahwegahan.
"Sehabis perpisahan kita diatas Tiong Lam san hanya
didalam sekejap mata beberapa tahun sudah lewat, kiranya
kalian Tionggoan Ngo Koay hiap masih belum melupakan
Thian Pian Siauwcu aku orang Kie bukan?"
Sipembesar buta sesudah mendengar perkataannya segera
membalikkan bola matanya yang tinggal putihnya saja itu,
tongkat besi ditangannya dengan keras diketukkan diatas
tanah baru akan buka bicara, Thiat Sie sianseng dengan cepat
sudah berebut omong sahutnya.
"Nama besar dari Thian Pian Siauw cu atau rnajikan elang
sakti dari daerah Thian Pian, Ke Hong sudah terkenal didalam
Bu lim, bagaimana kita bisa melupakannya. Ke Siauwcu
beberapa tahun tidak ketemu kelihatan sekali makin lama kau
semakin keren dan semakin serius, entah kali ini datang
kemari punya petunjuk apa?"
"He He He.." sahut Thian Pian Siauw cu sambil tertawa
tawar. "Kitab pusaka To Kong Pit Liok merupakan sebuah kitab
pusaka yang sangat sakti, aku kira orang orang Bu lim tidak
ada seorangpun yang tidak ingin untuk mendapatkan kitab itu
dengan cepat, apalagi kini kedatanganku tepat wakunya buat
apa kau bertanya lagi?"
Sambil berkata dia putar tubuhnya sambil menggendong
sepasang tangannya dia berjalan kedepan dengan perlahan,
air mukanya masih tetap tersungging suatu senyuman yang
sangat dingin, sikapnya sangat sombong dan tidak
memandang sebelah matapun terhadap orang lain sesudah
berjalan ketengah antara para jago itu ujarnya sambil
menuding satu persatu. "Ciangbunjin dari Bu tong pay, Ciangbunjin dari Siauw lim
Pay. Hang san Jie Yu. In San Siang koay, Cian Phu Ngo Koei,
Siok To Siang Mo.." Berbicara sarnpai disini mendadak tanyanya kepada Hek
Loo Jie. "Mana Hek Loo toa?"
Saat itu air rnuka dari Loo Jie sudah menjadi pucat pasi
seperti rnayat, sesudah membuka mulut setengah harian
lamanya barulah sahutnya dengan gemetar.
"Loo toako kemana selamanya aku Loo jie tidak tahu,
bilamana Siauw cu ingin rnemanggil dia datang, biarlah
sekarana juga aku pergi cari "
Sambil berkata ia balikkan tubuhnya siap meminjam
kesempatan yang bagus ini untuk melarikan diri dari lembah
itu, siapa tahu baru berjalan satu langkah, terdengar Thian
Pian Siauw cu sambil tertawa dingin sudah mernbentak.
"Aku tidak pernah suruh kamu orang pergi cari Hek Loo
toa, buat apa kamu cemas begitu" cepat kembali"
Pada saat dia mengucapkan "Cepat kembali" dua kata,
tangannya yang sebelah dengan sangat mudahnya sedikit
menjawil kearah Hek Loojie, ternyata sangat aneh sekali tubuh
Hek Loo jie yang sebenarnya sedang lari kedepan saat ini
ternyata dengan sempoyongan beberapa langkah kebelakang,
akhirnya dia tidak sanggup untuk berdiri tegak lagi, tidak
ampun tubuhnya terjengkang keatas tanah dengan kerasnya.
Keadaan dari Hek Loo jie saat ini sudah mengenaskan
sekali, keganasan serta kekejamannya tempo hari saat ini
sudah hilang lenyap seperti tertiup angin kencang, sesudah
berhasil merangkak bangun dia menjatuhkan diri berlutut
dihadapan tubuh Thian Piauw Siauw cu itu ujarnya sambil
meringis ringis menahan sakit.
"Bila aku telah membuat kesalahan terhadap Siauw cu,
harap kamu orang mau memaafkan dosa dosa ku itu."
Thian Plan Siauw cu sama sekali tidak mau ambil perduli
atas ratapannya itu setindak demi setindak dia mulai berjalan
kedepan tubuhnya. Air muka Hek Loo jie segera berubah sangat hebat,
kelihatan jelas sekali gigi serta bibir-nya gemetar sehingga
saling terbentur satu sama lainnya bahkan tubuhnya seperti
kena penyakit demam dengan kerasnya gemetar, sambil
berjalan kaki merangkak mundur kebelakang teriaknya sambil
meratap ratap. "Siauw cu jangan ? . Siauw cu jangan"
Jubah hijau dari Thian Pian Siauw cu yang longgar itu
kelihatan berkibar tertiup angin tetapi langkahnya masih tetap
dilanjutkan kedepan, sedang air muka tetap dingin kaku dan sombong sedikitpun
tidak kelihatan perobahan apa pun, gerak geriknya seperti
tidak pernah terjadi suatu urusan.
Hek Loo jie yang mundur terus menerus ke belakang
akhirnya tidak tertahan juga, teriaknya:
"Hey orang she Ke aku dengar kamu orang tidak pernah
mengikat tali dendam maupun sakit hati"
Parkataannya belum selesai diucapkan mendadak tubuhnya
meloncat bangun, telapak telapak tangannya dengan
menggunakan jurus Tui Juang Jung Gwat atau mendorong
jendela memandang bulan dengan kekuatan yang besar
menghajar tubuh Thian Pian Siauw cu.
Sekali lagi si Thian Pian Siauw cu tertawa dingin, sambil
rnengebutkan jubahnya yang ber warna hIjau ujarnya.
"Hek Loo jie sebetulnya aku tidak punya niat rnenyusahkan
kamu orang kamu mau cari mati sendiri yaaah?""
Kebutannya memang kelihatan sangat enteng dan ringan
sekali tetapi hal yang sebenarnya segulungan tenaga murni
yang sangat dahsyat dengan mengikuti kebutan itu
menyerang kedepan terdengar Hek Loo jie mendengus berat
tubuhnya sudah terlempar sejauh satu kaki kedepan demikian
menggeletak diatas tanah tidak bisa berkutik kembali.
Sejak semula hingga saat terakhir Liem Tou terus menerus
melihat setiap kejadian yang mendebarkan dan mengejutkan
hati itu, saat ini tidak terasa pikirnya,
"Mungkinkah Hek Loo jie terbinasa hanya degan satu
kebutan pendekar aneh berbaju hijau itu" kalau begitu pesan
terakhir dari Hek Loo toa yang minta aku bunuhkan itu
manusia terkutuk Hek Loo jie men jadi tidak bisa terlaksana"
Baru saja pikirannya terpikir demikian terdengar Thian Pian
Siauw cu sudah bicara lagi,ujarnya.
"Hek Loo jie dengan kekurang ajaranmu ini harusnya kau
dihukum mati tetapi bilamana kau mau beritahu itu kitab
pusaka To Kong Pit Liok sekarang berada ditangan siapa,
maka aku Thian Pian Siauw cu segera akan buka satu jalan
kehidupan bagi dirimu."
LiemTou yang mendengar perkataan itu segera tahulah dia
kalau Hek Loo Jie belum binasa, kiranya dia hanya terluka
dalam saja, sejenak kemudian terlihatlah sambil merintih
kesakitan dengan paksakan diri Hek Loo jie merangkak
bangun, sedang mulutnya dengan nada yang rendah
mengucapkan sasuatu hanya karena jarak yang jauh sehingga
Liem Tou tidak bisa dengar dengan jelas.
Ujar Thian Pian Siauw cu lagi dengan keras.
' Hek Loo jie kamu orang tidak usah ucapkan terima kasih
kepadaku, cepat katakan kitab pusaka To Kong Pit Liok
sebetulnya berada ditangan siapa?"
Dengan perlahan sinar mata dari Hek Loo jie beralih keatas


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh Liem Tou yang dipandang seperti itu tidak tertahan
dalam hati merasa berdesir pikirnya.
"Aduh mak ...Tolong..Thian. .. kelihatannya kali ini aku
sukar untuk loloskan diri."
Mendadak sisiucay buntang yang berada di samping
membuka mulut, ujarnya: "Dari tempat kejauhan Ke Siauw cu datang kemari agaknya
sudah punya pegangan yang tebal untuk mendapatkan kitab
pusaka itu tetapi menurut penglihatanku sekalipun Siauw cu
tahu kitab pusaka itu berada ditangan siapa belum tentu
dengan mudah mendapatkannya."
"Kenapa?" 'ujar Thian Pian Siauw cu dengan sangat
dinginnya sedang kepalanya dengan per ahan ditolehkan
kebelakang. "Apakah mungkin orang yang mendapatkan kitab
pusaka itu mempunyai asal usul yang besar yang tidak bisa
diganggu dengan seenaknya.?"
Dengan perlahan sisiucay buntung itu menudingkan tangan
tunggalnya kearah Liem Tou, kemudian barulah sahutnya.
"Tentang itu masih belum memadahi, coba kamu lihat kitab
pusaka itu berada ditangan orang ini, tetapi pernahkah kau
terpikirkan bahwa orang yang kecil justru sukar dihadapi?"
Semula ketika Thian Pian Siauw cu melihat sisiucay
buntung itu menuding Liem Tou dan melihat keadaan Liem
Tou yang demikian, tidak terasa menjadi tertegun, kemudian
setelah mendengar sisiucay buntung itu menyebutkan kalau
orang yang kecil justru sukar dihadapi mendadak angkat
kepalanya tertawa terbabak bahak, kemudian dengan
perlahan dia menoleh kearah ciangbunjin dari Bu tong pay,
ciangbunjin dari Siauw lim Pay, Heng San Jie Yu, In San-Siang
Koei serta Tian Pian Ngo Koei sekalian dengan perlahan
tanyanya. "Kitab pusaka To Kong Pit Liok sudah men jadi milik aku
orang she Ke, kalian siapa saja yang tidak puas"
Sambil berkata sepasang tangannya bertolak pinggang
menantikan jawaban dari orang orang itu, tapi suasana masih
tetap sunyi senyap para jago yang diajak bicara tetap
membungkatn seribu bahasa.
Sesudab menanti sepertanak nasi lamanya, Thian Pian
Siauw cu tetap tidak dengar sahutan mendadak bentaknya
lagi: "Kalian semua gentong nasi, cepat menggelinding dari sini."
Samba berkata ujung bajunya dikebutkan dan disambarkan
kedepan segulung angin serangan yang sangat dahysat segera
menggulung kedepan dengan kerasnya, tidak seorangpun
yang tidak sempoyongan terkena sambaran angin ini. Meiihat
kejadian ini para jago mana berani melawan dia lagi " Dengan
suatu gerakan yang sangat cepat mereka bersama semua
pada bubaran keluar dari lembah cupu cupu itu.
Ditengah lembah kini hanya tinggal ciangbunjien dari Butong
Pay. Ciangbunjin dari Siauw lim pay, Heng San Jie Yu
sekalian karena kedudukannya sebagai seorang cianpwee dari
satu partai yang besar sudah tentu rnereka mera sa malu
untuk ikut bubaran dengan lainnya tetapi meskipun demikian
mereka hanya herdir ditempat kejauhan tanpa berani ikut
mengangkat bicara lagi. Thian Pian Siauw cu yang malihat hal
itu juga tidak ambil perduli lagi.
Menanti setelah para jago pada lari terbirit birit
meninggalkan lembah itu Thian Plan Siauw cu barulah dengan
perlahan membalikkan tubuhnya dan melirik sekejap kearah
Liem Tou, ujarnya lagi terhadap Tionggoan Ngo Koay.
"Aku sudah mengambil kepastian untuk nahan orang ini,
dari pihak Ngo Hiap masih punya petunjuk apa ?"
Si siucay buntung yang sudah kadung bicara saat ini untuk
menarik kembali perkataannya sudah tentu tidak mungkin
laga, terpaksa sahutnya dengan perlahan.
"Aku kira tidak begitu mudahnya, sekalipun pada
pertemuan besar diatas gunung Tiong Lam san tempo hari Ke
Siauwcu bisa mengalabkan para jago dengan mengandalkan
sepasang telapal tangan, mengalahkan raja Auh Hay
ClangCau, melukai Kiem Ko It Tiauw atau sipancing emas sakti
Liem Tiong babkan dengan si- Giok Li Sin Koen Lie Loojie
bertempur tiga hari dan tiga malam tanpa ada yang menang
sehingga nama besarnya menggetarkan seluruh dunia
kangouw dan terkenal hingga seluruh pelosok dunia, tetapi
keganasan serta kekejamanmu jauh lebih manggetarkan
seluruh jago-jago jago berkepandaian tinggi yang binasa
ditanganmu semasa pertemuan besar diatas gunung Tiong
Lam san entah barpuluh puluh orang banyaknya, bilamana kini
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu jatuh ketanganmu pula he he
be . . . kiranya diseluruh dunia kangouw maupun disekitarnya
akin menemui bencana yang sangat besar. Dari pada saat itu
kami lima orang menemui bencana ditanganmu jauh lebih balk
sekarang juga adu jiwa dengan kamu orang. Hey orang she
Ke. Untuk medapat kitab To Kong Pit Liok itu tidak sukar tapi
harus singkirkan kami berlima dulu."
Thian Pian Siauw cu begitu mendengar perkataan itu air
mukanya masih tetap tenang tenang saja tanpa terjadi
perubahan sedikitpun, hanya saja jubah hijau yang dipakai itu
secara mendadak bergoyang terus menerus. Tiong-goan Ngo
Koay begitu melihat hal itu secara diam-diam mengadakan
persiapan juga, mereka tahu tenaga dalam yang dilatih Thian
Pian Siauw cu ini sudah mencapai pada tarap kesempurnaan,
apalagi tawa khikang yang tarpa berwujud sekalipun Giok Li
Sin Kun, itu Lie loojie sendiri juga tidak mau berhadapan
langsung karena kelihayaianya tdak usah diceritakan sudah
sangat jelas sekali, Thian Pian Siauwcu sesudah selesai
memusatkan hawa murninya, u jarnya kemudian dengan
sangat dingin. "Hemmn ... hem. jika dengar pembicaraanmu mungkin
kalian akan memaksa aku turun tangan juga?" aku lihat Tiong
goan Ngo Thay hiap untuk angkat nama bukanlah urusan
yang gampang lebih baik kalian pikirkan lagi dengan masak
masak". Sipembesar buta yang mempunyai sifat paling berangasan
menjadi sangat gusar sesudah dengar perkataan itu
bentaknya. "Perkataan dari buntung tua itusedikitpan tidak salah, turun
tangan jauh turun tangan buat apa kamu orang banyak bicara
?" Mendadak Thian Pian Siauw cu tertawa terbahak bahak
kembali, air mukanya berubah menjadi membesi sedang
mulutnya dengan cepat bersuit panjang dengan nyaringnya,
ujarnya kemudian dangan keras.
"Bagus, aku akan hadapi kalian berlima seorang diri, jangan
kalian kira lima orang bersatu padu bisa merajai seluruh
daratan tiong goan lalu aku tidak bisa kalahkan kamu orang,
ini hari dengan bekerja sama kalian berlima boleh terima tiga
jurus seranganku, bila aku gagal sejak ini hari juga didalam
dunia kang ouw tidak akan dengar nama Thian Pian Siauw cu
lagi". Sambil berkata seluruh tubuhnya digetarkan sehingga
secara mendadak tubuhnya membesar satu kali lipat dari
keadaan biasanya, Liem Tou yang melihat keadaan ini dalam
hati diam-diam merasa terkejut bercampur kuatir atas
keselamatannya Tiong goan Ngo Koay, tidak terasa keringat
dingin mulai mengucur keluar.
Saat ini Tionggoan Ngo Koay mulai bersiap sedia, mereka
semua tidak berani berlaku terlalu gegabah lagi didalam
menghadapi musuh yang sangat tangguh ini. Terlihatlah
sipengemis pemabok berdiri ditengah tengah sedang sisiucay
buntung serta Thiat Sie sianseng berdiri disamping kirinya
kemudian si hweesio mayat hidup serta si pembesar buta
berdiri disamping kanannya mereka bersama sama berdempet
dempetan satu sama lainnya. Bersamaan pula kelima orang itu
mendadak sedikit merendahkah tubuhnya, sedang kuda
kudanya diperkuat, selain sipembesar buta yang memejamkan
mata lainnya empat orang bersama sama memusatkan
perhatiannya dan pandangannya kedepan .
Thian Pian Siauwcu mendadak mendengus dengan
dinginnya, sepasang telapak tangannya dengan perlahan
lahan diangkat sejarak dengan dada, pada jarak kurang lebih
beberapa kali dari kelima orang itu berdiri mendadak sepasang
telapak bersama sama didorong kedepan.
Segulung angin serangan yang sangat dahsyat bagaikan
menggulungnya ombak ditengah amukan topan ditengah
samudra babas dengan tidak hentinya mengalir kedepan
menekan dari atas kepala kelima orang itu.
Segera terdengarlah Tionggoan Ngo Koay berlima sama
membentak keras, lima orang sembilan tangan bersama sama
melancarkan serangan balasan.
Pada saat telapak tangan masing masing terbentur satu
sama lainnya itulah mendadak tubuh Thian Pian Siauwcu
berjumpalitan ditengah udara kemudian tertawa terbahak
bahak dengan kerasnya. Saat itu air muka dari Tionggoan Ngo Koay sudah berubah
menjadi pucat pasi bagaikan mayat sedang dari wajahnya
secara samar2 memperlihatkan perasaan kesakitannya yang
luar biasa, sedang kesembilan buah tanganpun dengan tidak
henti-hentinya gemetar dengan sangat hebat.
Liem Tou yang melihat keadaan mereka men jadi seperti
tidak terasa dari dalam hatinya timbul perasaan simpatik,
sekalipun sihwesio mayat hidup serta pembesar buta itu
mempunyai niat untuk mencelakai dia dan merebut kitab
pusakanya tetapi didalam keadaan yang sangat kritis dan
menentukan mati hidupnya seorang ini ternyata Tionggoan
Ngo Koay bisa berhasil menyatukan kekuatan tenaga murni
mereka untuk bersama-sama menghadapi musuh tangguh hal
lni sudah sangat jelas memperlihatkan kalau diantara
Tionggoan Ngo Koay sebenarnya merupakan pasangan teman
yang sangat akrab sekali hanya entah akhirnya karena apa
mereka menjadi bentrok sendiri dan menganggap kawan
sebagai musuh bebuyutan, kini didalam menghadapi musuh
tangguh bisa juga bersatu padu menghadapi musuh,
keluhuran hatinya boleh dipuji, Liem Tou yang punya pikiran
demi kianpun tidak terasa lagi perasaan benci serta perasaan
bermusuhan didalam hatinya menjadi hilang dengan
sendirinya. Didalam sekejap mata saja pukulan yang kedua sudah
dilancarkan oleh Thian Pian Siauw cu itu, didalam hati
sekalipun Liem Tou merasa sangat cemas tetapi dia sama
sekali tidak punya cara untuk memberi pertolongan terpaksa
dengan melongo dia memandang jalannya pertempuran.
Tampak sepasang telapak tangan dari Thian Pian Siauw cu
sesudah didorong kedepan kali ini keadaannya jauh berbeda
dengan keadaan pertama, pukulannya sesudah dilancarkan
sedikit pun tidak membawa sambaran angin maupun kebulan
debu tertiup angin keadaannya sangat tenang dan sunyi
hanya saja keadaan dari Tionggoan Ngo Koay jauh lebih
menegangkan lagi, seperti juga semula mereka berlima
bersama-sama dengan sembilan buah telapak bersama2
menyambut datangnya serangan musuh ini.
Liem Tou yang sedang merasa heran mendadak melihat
seluruh bulu roma dari Tionggoan Ngo Koay pada berdiri
semua sepasang matanya melotot keluar, sedang keringat
sebesar biji kedelai dengan derasnya mengucur keluar dari
keningnya, apalagi kesembilan buah tangan yang sedang
diulur kedepan itu ternyata tidak sanggup untuk ditarik
kembali. telapaknya menghadap keluar sedang jari jarinya
membuka dengan kakunya Didalam sekejap saja membuat Liem Tau yang melihat
pertempuran itu menjadi sangat terperanjat sedang hatinya
camas seperti ditusuki beribu ribu jarum kecil, dia tahu kedua
belah pihak sedang menggunakaa seluruh tenaga yang
dimilikinya untuk mengadu jiwa, bahkan masing masing pihak
sediktpun tidak mau mengalah terhadap pihak lainnya.
Ketika memandang lagi kearah Thian PianSiauw cu
kelinatan dengan jelas pada bibirnya tersungging suatu
senyuman yang sangat dingin, sepasang telapaknya dengan
sejajar didada dengan tenangnya mengnadap kedepan
kelihatannya dia sama sekali tidak terialu ngotot.
Dalam hati Liem Tou semakin merasa sedih lagi, dia tahu
saat ini Thian Pian Siauwcu sama sekali tidak menggunakan
tenaga penuh tetapi Tionggoan Ngo Koay sudah kelihatan
demikian ngotot dan beratnya, bilamana dia sampai
menggerakkan seluruh tenaga murninya lalu bagaimana
keadaan dari Tionggoan Ngo Koay saat itu" dan mana
mungkin mereka sanggup menahan serangan itu?""
Berpikir sampai disini tak tertahan lagi semangat
kependekarannya rnuncul dari dasar lubuk hatinya dengan
tidak perduli kelihayan pihak musuh rnendadak bentaknya.
"Hey orang she Ke lihat serangan."
Thian Pian Siauwcu begitu mendengar bentakan ini tidak
terasa tubuhnya sedikit tergetar, pada saat itulah Tionggoan
Ngo Koay bersama sama membentak nyaring dengan
paksakan di ri mereka berhasil rnendesak kembali serangan
Khie kang tanpa berwujud yang dilancarkan oleh Siauw cu itu.
"Gelegar . " Thian Pian Siauw cu tidak sempat untuk
menarik kembali serangannya,suatu tenaga Khie kang yang
sangat dahsyat tanpa bisa dicegah lagi menghantan tanah
disisi tubuh Tionggoan Ngo Koay, terlihatlab abu dari pasir
pada berterbangan, permukaan tanah yang ditumbuhi dengan
suburnya oleh rerumput, didalam sekejap saja berubah
menjadi liang yang dalam oleh pukulan dahsyat tenaga Khie
kang itu. Thian Plan Siauw cu melihat serangannya yang hampir
mengenai sasaran ternyata telah dikacau oleh bentakan Liem
Tou bahkan dengan demikian Tionggoan Ngo Koay berhasil
meloloskan diri dari kurungan hawa pukulannya, tidak terasa
menjadi sangat gusar sekali, dengan wajah yang merah
padam dia menoleh kearah Liem Tou, makinya.
"Bangsat cilik, saat kamatianmu tidak jauh lagi"
Tetapi dia tidak melancarkan serangannya ke arab Liem
Tou, hanya kepada Tionggoan Ngo Koay ujarnya dengan
keras. "Terima kembali satu jurus yang terakhir?.
Dengan menggunakan hawa Khie kangnya yang tak
terwujut sekali lagi Thian Pian Siauwcu melancarkan serangan
dahsyatnya, didalam sekejap saja dua gulung tenaga pukuien
yang sangat kuat manempel satu sama lainya.
Dengan memandang dari perubahan wajah masing masing


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liem Tou segera tahu bahwa walaupun Tiongoan Ngo Koay
masih sanggup untuk menahan serangan dari Thian Pian
Siauw cu itu tetapi lama kelamaan tidak akan sanggup
bertahan dan akhirnya akan terluka dibawah serangan dahsyat
dari Thian Pian Siauw cu.
Untuk menolong nyawa dari kelima orang ttu mendadak
dalam pikirnya berkelebat suatu ingatan, dengan cepat dia
meloncat naik ke atas punggung kerbaunya, sambil serunya
dengan keras. Orang she Ke, kitab pusaka To Kong Pit Liok kamu orang,
jangan harap bisa mendapatkan kembali."
Sambil berkata sepasang kakinya menjepit kencang
kencang perut kerbau itu sedang tangannya dengan cepat
memukul pantatnya, bentaknya.
"Gouw Koko cepat..!"
Kerbau itu seperti tahu apa yang sedang di rerintahkan
kepadanya, kakinya dengan cepat hergcrak kemudian dengan
cepat lari keluar da ri le mbah cupu cupu itu.
Dengan perbuatannya ini segera mendatangkan hasil,
Thian Plan Siauw cu rnemangnya datang dikarenakan kitab To
Kong Pit Liok itu. kini Liem Tou pergi sudah tentu dia tidak
punya minat untuk rnelukai nyawa dari Tionggoan Ngo Koay
Iagi, sambil menarik kembali telapak tangannya dia tertawa
panjang, bentaknya. "Bangsat cilik kamu orang tidak akan bisa lolos"
Jubah hijaunya dikebutkannya dengan cepat dia mengejar
dari belakang. Gerakan tubuhnya itu sangat ringan bagaikan bertiupnya
segulung angin, hanya didalam seke jap mata saja tubuhnya
sudah berada beberapa kaki dari tempat semula, saat itulah
Tionggoan Ngo Koey baru merasa tidak beres,teriaknya
berbareng. "Celaka!" Bersamaan pula sembilan buah kaki dengan cepat
dipentangkan dan lari dengan cepatnya mengejar dari
belakang. Liem Tou yang merasa tubuh Thian Pian Siauw cu mulai
mengejar dan mendekati belakang tubuh kerbaunya tidak
dapat lari dengan cepat, dia merasa gemas kepada kerbaunya
tidak punya sayap sehingga bisa terbang dari situ.
Setelah berlari beberapa waktu lamanya akhirnya Liem Tou
berhasil juga keluar dari lembah itu, mendadak terdengar
Thian Pian Siauw cu dengan suara, yang tinggi rnelengking
sedang bersuit panjang, kemudian teriaknya.
"Hay bangsat cilik. Cepat berhenti dan serahkan itu kitab
pusaka To Kong Pit Liok kepadaku, kalau tidak . . . Hemmm
hemmm .. . coba bayangkan saja seekor kerbau bodoh mana
mungkin bisa memadahi kecepatan dart Kiem Giok jieku itu?"
Saat itu aku akan perintah mereka untuk mengoyak oyak
tubuhmu sehingga hancur .. -hemm hemm saat itu walaupun
kamu orang menyesal juga tidak berguna."
Liem Tou yang mendengar suara dari Thian Pian Siauw cu
itu sangat dekat dengan dirinya segera menoleh kebelakang
terlihatlah dua kaki dibelakang tubuhnya sesosok bayangan
hijau dengan cepatnya lari mendatang tidak terasa hatinya
menjadi sangat cemas, bentaknya.
-Ooh . . kakak sapi yang baik cepat sedikit larinya."
Pada saat hatinya sedang cemas dan bingung itulah
mendadak terdengar suara pekikan ngeri dari dua ekor burung
elang yang sedang terbang, ketika diangkat kepalanya
memandang, terlihatlah kedua ekor elang itu entah sejak
kapan sudah terbang mengelilingi disekitar kepalanya.
Waktu itu Liem Tou sudah berhasil lari hingga diluar
lembah, sebelah kirinya merupakan jalan kecil sewaktu dia
datang kemari, sedang sebelah kanannya merupakan jalan
dekat dengan bukit, pepohonan tumbuh dengan rapatnya
sehingga kelihatan sangat rimbun, Liam Tou dengan cepat
menarik tali kerbaunya dan menariknya kesebelah kanan.
Sesaat kerbaunya berhenti sebentar itulah suara tertawa
dingin dibelakang tubuhnya semakin dekat. dengan cepat
Liem Tou menoleh kebelakang begitu kepalanya menoleh
tidak tertahan lagi dia menjerit keget.
"Aduh mak .. . tolong . . tolong .. ."
Kiranya saat ini tubuh Thian Pian Siauw cu tidak labih
hanya tinggal dua tiga langkah darinya sedang tangannya
disambarkan kedepan berusaha rnencengkeram ekor dari
kerbau tersebut, keadaan yang demikian bahaya dan
mengerikan ini mana tidak membuat Liem Tou menjerit kaget
saking ketakutan dan terkejut?"
Dengan sekuat tenaga Liem Tou paksa kerbaunya lari lebih
cepat lagi, sepasang kakinya yang rnengapit perut kerbau
semakin diperkencang sehingga kerbau itu merasa kesakitan,
mendadak kecepatan larinya semakin bertambah hingga
samping telinganya hanya terasa angin menyambar dengan
kerasnya. Ketika sekali lagi menoleh kebelakang tubuh Thian Pian
Siauw cu yang tadinya tinggal dua tiga langkah sekali lagi
ditinggal sejauh dua kaki dibelakang .
Tetapi baru menoleh kepalanya mendadak sesosok
bayangan abu abu dengan kecepatan bagaikan menyarnbar
sebuah anak panah dengan cepatnya, saat itu gerakan dari
bayangan tersebut begitu cepatnya sehingga bagi Liem Tou
sarna sekali tidak sanggup membedakan apakah bayangan itu
manusia apa seekor binatang.
Liem Tou yang melihat bayangan abu-abu itu dengan
kecepatan yang Iuar biasa terus menerjang kearahnya segera
menjadi bingung, apa tujuannya" Sesaat dia men jadi tertegun
itulah bayangan abu abu itu sudah menubruk kearah kepala
kerbaunya yang tidak tertahan lagi dia menjerit kaget sedang
dalam hati pikirnya. Tidak perduli karnu manusia atau binatang sesudah
menubruk kepala kerbau ini tentu akan runyam.
Siapa tahu gerak gerik dari bayangan abu-abu itu sangat
Iincah sekali ketika kelihatan hampir saja tubuhnya menubruk
kepala kerbau itu pada saat yang sangat kritis itulah
mendadak tubuh dari bayangan itu sedikit mengerut dengan
tepat sekali berhasil menerobos melalui bawah perut kerbau
tersebut. Setelah itu dibelakang tubuhnya terdengar suara benturan
yang sangat keras sekali diikuti dengan suara bentakan gusar
dari Thian Pian Siauw cu. Ketika Liem Tou menoleh
kebelakang tampaklah dua sosok bayangan berwarna hijau
dan abu-abu sudah bergumul menjadi satu walau pun Liem
Tou sudah pentangkan seluruh kekuatan matanya tetap tidak
berhasil melihat dengan jelas wajah bayangan itu.
Terlihat kedua orang itu makin bertempur semakin cepat
dan akhirnya sampai bayangan manusia pun sukar untuk
dibedakan. Saat itulah dari tengah awan terkumandang datang suara
pekikan ngeri yang sernakin lama semakin mendekat,
mendengar suara itu Liem Tou mana berani melihat jalannya
pertempuran lebih lanjut dengan cepat kakinya mengapit
kencang perut kerbaunya sekali lagi lari dengan cepatnya
kedepan seperti diuber setan.
Beberapa menit kemudian mendadak terasa olehnya
pandangan matanya telah menjadi gelap sedang angin dingin
yang menyambar diatas kepalanya pun semakin santar tidak
perlu ditanya sudah sangat jelas katau elang raksasa itu sudah
berada diatas kepalanya. Waktu itu Liem Tou tidak punya keberanian untuk angkat
kepalanya memandang lagi didalam keadaan yang sangat
kritis itu dalam benaknya segera barkelebat suatu akal,
tubuhnya dengan cepat ditekuk kedepan kemudian
menggelintir menyusup kebawah perut kerbaunya, dengan
memegang kencang kaki bagian belakang dari kerbau itu dia
melanjutkan melarikan diri dengan cepatnya kemuka, sesaat
dia berhasil menyusupkan tubuhnya kebawah itulah kuku
elang raksasa seperti capitan besi itu sudah menyambar
datang tepat diatas punggung kerbau.
Kerbau ini hidup bersama sama dengan Liem Tou tidak
lebih baru beberapa hari malamnya bukannya dia punya
kepandaian khusus didalam mengangon kerbau sebaliknya
karena kepandaian dari Liem Tou yang sudah terbiasa
berguling dan bergurau diatas punggung kerbau sehingga
membuat kepandaiannya menyusup kebawah perut kerbau
sangat mahir sekali. Saat ini secara mendadak Liem Tou memegang kencang
sebelah kaki bagian belakangnya membuat kerbau itu saking
terkejutnya menjadi meloncat kedepan sedang tanduknya
yang diangkat keatas tepat sekali menyambut datangnya
sambaran dari elang raksasa itu.
Dengan demikian asalkan cakaran dari elang raksasa itu
mencapai pada punggung kerbau itu sudah tentu ujung
tanduk dari kerbau tersebut akan dengan tepat menghajar
perut dari elang itu. Elang raksasa itu ketika siap menerkam punggung kerbau
tersebut begItu melihat tanduk yang runcing siap menerima
perutnya segera berpekik nyaring dan melayang kembali
ketengah angkasa. Liem Tou sesudah melihat elang itu terbang keangkasa
sekali lagi merangkak bangun keatas punggung kerbaunya,
tali lesnya ditarik dengan cepatnya mereka rnenerjang
ketengah hutan yang sangat lebat.
Tetapi elang raksasa itu tidak mau melepaskan mangsanya
dengan begitu saja beberapa kali memperoleh kesempatan
baik segera menerjang kembali kebawah membuat Liem Tou
beberapa kali hampir2 terluka oleh kuku elang yang sangat
runcing dan tajam itu. Untung saja Liem Tou sudah lama
bergaul dengan sapi sehingga kepandaian dan kemahirannya
menunggang kerbau sudah mencapi taraf kesempurnaan,
setiap kali menghadapi bahaya yang kritis berhasil
menghindarkan diri sendiri.
Dengan keadaan seperti inilah Liem Tou terus menerus
melarikan dirinya dari kejaran ke dua ekor elang raksasa itu
sebaliknya kedua ekor elang itu pun tak mau melepaskan
mangsanya dengan mudah. Saat itu sudah amat siang perut
Liem Tou pun mulai keruyukan minta di isi tak terasa dalam
hati pikirannya. "Hei . binatang terkutuk itu kenapa tidak pergi " " perutku
sudah mulai lapar sedang per jalanan harus ditempuh
beberapa jauhnya " ?" Nanti aku akan sampai dimana "
Bilamana kedua ekor elang raksasa itu tidak enyah dari
sana cepat atau lambat Thian Pian Siauwcu tentu akan
mengejar sampai disitu juga, saat itu dia harus berbuat
bagaimana untuk menghadapi 'Thian Pian Siauwcu " untuk
bertempur dengannya ?" tidak mungkin " Hal itu sama saja
dengan telur di adu mencari jalan kematian diri sendiri.
Berpikir sampai disini pikirannya segera bekerja untuk
menghindarkan diri dari kuntitan kedua ekor elang raksasa itu,
terpikir olehnya kalau tempat itu dekat sungai tentu
keadaannya jauh lebih bagus, asalkan dia menceburkan diri
kedalam sungai tentu kedua ekor elang raksasa itu tak akan
dapat berbuat apa-apa terhadap dirinya, tetapi justru
sekarang sekitarnya merupakan tanah pegunungan yang
tinggi dan terjal membuat pikirannya sekali pun sudah di peras
tetap tak sanggup mencari suatu jalan baik.
Sambil berpikir dia tetap melanjutkan perjalanannya
melarikan diri, setibanya pada sebuah hutan yang lebat
mendadak suatu bayangan berkelebat dalam hatinya, tak
terasa dia menjadi sangat girang pikirnya.
"Haaa"sudah ada" kenapa aku tidak mau
menyembunyikan diri untuk sementara didalam hutan rimba
yang lebat ini " Menanti sesudah elang terkutuk itu pergi
bukankah aku masih punya kesempatan untuk melarikan diri
lagi ?" Dengan cepat dia menepuk pantat kerbaunya sehingga
larinya makin cepat, akhirnya tercapai juga tepi hutan rimba
yang lebat itu. Terlihattah pepohonan sebesar beberapa kaki Iebarnya
tumbuh dengan suburnya di sekeliling tempat itu dedaunan
yang lebat menutupi masuknya sorotan sinar matahari
sehingga keadaan sangat lembab tapi dengan begitu terhindar
juga dari serangan elang dari atas angkasa.
Liem Tou yang melihat keadaan disana tidak terasa
menghembuskan napas lega, dengan perlahan dia meloncat
turun dari punggung kerbaunya kemudian beristirahat
disamping sebuah pohon yang sangat besar, telinganya masih
tetap mendengar dengan jelas suara pekikan ngeri kedua ekor
elang raksasa yarg tetap terbang disekeliling tempat itu.
Dengan perlahan kepalanya disandarkan pada dahan pohon
sedang ingatannya melayang pada peristiwa yang
mengerikan, mendebar serta mengejutkan yang baru saja
terjadi dilembah cupu-cupu, saat yang menegangkan itu
membuat tubuhnya terasa sangat letih, kini dapat sedikit
beristirahat tidak terasa perasaan mengantuk yang sukar
ditahan menjalar keseluruh tubuhnya, seluruh anggota tubuh
merasa lemas, sedang matanyapun mulai terkatup sukar
dipentangkan kembali. Tak lama kemudian Liem Tou tak bisa nahan lagi perasaan
ingin tidurnya dengan perlahan tubuhnya mulai rubuh keatas
tanah. Sesaat mencapai pada kepulasannya itulah tiba tiba. . .
batang kayu serta daun pada berguguran keatas tanah diikuti
dengan rubuhnya batang kayu yang besar dengan
menimbulkan suara yang sangat keras, suara itu begitu keras
dan begitu dekatnya dengan sisi tubuh Liem Tou membuat dia
yang baru saja hendak pulas saking terkejutnya hingga
Pahlawan Dan Kaisar 11 Ikat Pinggang Kemala Sabuk Kencana Karya Khu Lung Kidung Senja Di Mataram 1
^