Pencarian

Raja Silat 4

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 4


meloncat bangun. sambil mengangkat kepalanya keatas
bentaknya. "Siapa ?" kurang ajar. . binatang terkutuk kamu berani
membokong aku dari atas pohon?"
Sesudah membentak keras dia menengok ke atas pohon
dan makinya lagi dengan suara seperti geledek.
"Burung terkutuk; suatu hari tentu aku putuskan sayapsayapmu
itu dan pegal cakar cakarmu yang tajam."
Pada benaknya terbayang, kembali keganasan serta
kekejaman dari Thian Pian Siauwcu teringat pula pada
bayangan abu abu yang menerjang kerbaunya, siapa
sebetulnya orang itu?" bagaimana bisa sanggup untuk
bertempur melawan Thian Pian Siauwcu ?"" kini elang elang
raksasa terus menerus terbang keliling disekitar hutan
bilamana si Thian Pian Siauwcu itu sampai terpancing datang
lagi bukankah urusan akan semakin, tidak karuan?""
Semakin berpikir Liem Tou merasa semakin takut dengan
cepat dia memanjat kepuncak pohon, dengan menggunakam
dedaun yang lebat sebagai penutup tubuh dengan cepat dia
memandang keatas saat itu terlibat elang tersebut sedang
terbang tinggi diangkasa,hanya dengan beberapa kali kebasan
sayap dia sudah lenyapkan diri ditengah awan.
Tapi saat itu elang itu hanya tinggal seekor saja sedang
yang lainnya entah pergi kemana. Liem Tou yang melihat hal
ini menjadi bergerak hatinya, pikirnya dalam hati,
"Celaka yang seekor tentu sedang mengundang Thian Pian
Siauw cu kemari" Dia tak berdiam disitu lebih lama lagi sekalipun harus
menempuh serangan elang rakasasa yang ganas itupun dia
harus melanjutkan perjalanan juga, dengan tergesa gesa dia
merambat turun dari pohon dan jalan kesamping kerbau
ujarnya kemudian. "Kakak sapi yang baik kau seperti aku juga selalu menerima
penderitaan, kita harus menempuh bahaya untuk lari keluar
dari hutan ini" Sambil berkata dia merangkak keatas punggung kerbaunya,
waktu itulah mendadak dari belakang tubuhnya
berkumandang datang suara langkah kaki manusia dengan
cepat dia menoleh, terlihatlah seoraag kakek tua berbaju
warna abu-abu dengan celana pendek dan kaki yang telanjang
sedan berjaIan mendatangi, celana pendek yang dipakai itu
ternyata sangat aneh sekali, yang sebelah lebih tinggi dari
lainnya. Begitu dia melihat LiemTou menoleh segera
digapenya sambil terrtawa tanyanya.
"Hei . bocah cilik, kamu mau kemana?"
Saat ini Liem Tou sudah mirip dengan burung yang
dikejutkan oleh anak panah begitu melihat orang asing pada
air mukanya segera memperlihatkan perasaan terkejut, takut
serta ngerinya, dengan perasaan sangat takut dia memandang
kakek tua itu beberapa saat lamanya kemudian barulah
sahutnya. "Aka tak kenal kamu orang, buat apa kamu tanya tujuanku
?"" "Aku orang tua sedang melakukan perjalanan" ujar kakek
tua itu sambil berjalan mendekati samping tubuhnya.
"Siapa tahu sudah sampai ditempat ini ternyata tersesat,
hei bocah cilik tahu tidak tempat apakah ini ?""
Ketika Liem Tou mendengar dia berbicara begini dan
mellhat pula kakinya telanjang tak terasa perasaan curiga
didalam hatinya timbul semakin tebal, sambil gelengkan
kepala ujarnya singkat. "Aku tidak tahu."
Sehabis berbicara dengan cepat dia menarik tali les
kerbaunya dan putar tubuh melanjutkan perjalanan kedepan.
"Hey bocah cilik " seru kakek tua itu mendadak "Tunggu,
tunggu aku sebentar, bagaimana jika kita melakukan
perjalanan bersama sama"
Jilid 7 : Hilangnya kitab Toa Loo Cin Keng
Dalam hati Liem Tou merasa curiga kalau orang ini tidak
punya niat baik sudah tentu tidak menggubris omongannya
lagi, dengan cepat dia pukul pantat kerbaunya dan lari menuju
keluar hutan dengan sangat cepatnya.Si kakek tua yang
berada dibelakang segera berseru dengan semakin keras.
"Hey bocah cilik jangan lari, jika kamu pergi bukankah aku
semakin tersesat" Hey"tunggu"
Ketika Liem Tou menoleh dan melihat kakek itu lari
terpontang panting mengejar dirinya.
"Jika dilihat dari gerak geriknya mana mungkin dia berhasil
mengejar kerbauku yang lari dengan kecepatan penuh?"
Sambil berpikir dia mengapit perut kerbau semakin kencang
membuat larinya kerbaupun semakin kencang, didalam
beberapa saat dia sudah hampir keluar dari hutan itu, asalkan
sudah keluar dari hutan mau tak mau terpaksa Liem Tou
harus menjaga serangan dari elang raksasa itu lagi, membuat
hatinya saat ini semakin tegang.
Tanpa sadar dia menoleh kebelakang melihat si kakek tua
yang sedang mengejar kearahnya, siapa tahu bukan saja
kakek tua itu tidak ketinggalan bahkan jaraknya semakin
dekat dengan dirinya, ketika dia melihat Liem Tou menoleh
sambil tertawa hingga kelihatan gigi, ujarnya.
"Hey bocah cilik, jika kamu lebih cepat dari aku orang tua
tidak akan sanggup untuk mengejar"
Liem Tou melihat dua kali gagal meninggalkan kakek tua
itu tidak terasa dalam hati timbul perasaan gusarnya, dengan
cepat dia menarik tali kerbaunya sehingga berhenti, kemudian
makinya dengan gusar. "Kamu kakek tua sungguh menjengkelkan sekali, bicara
sesungguhnya aku sendiri juga orang yang tersesat, buat apa
kamu orang terus ikuti aku?"
"Perkataanmu bagaimana bisa membuat aku percaya?".
Ujar kakek tua itu sambil geleng kepalanya tidak percaya.
"Kalau memang kamu tersesat kenapa tidak boleh
membiarkan aku berjalan bersama sama kamu orang" Dua
orang jalan bersama sama bukankah semakin baik?"
Liem Tou yang mendengar perkataan ini hampi2 tidak ada
perkataan lain untuk diucapkan lagi, dengan sangat gusar
ujarnya dengan keras. "Aku tidak ingin jalan ber sama2 kamu orang semuanya
demi keselamatanmu sendiri, tahu tidak" Mukin kamu sudah
bosan hidup" Kakek tua itu menjulur lidahnya, sepasang matanya melotot
keluar dengan besarnya lama kemudian baru ujarnya.
"Kalau begitu kamu bukannya seorang pencuri tentu
seorang perampok" "Ha..ha..ha" ujar Liem Tou dengan gugup, sedang
sepasang matanya melotot keluar. "Hati hati kalau bicara,
siapa yang pencuri" Siapa yang jadi perampok?"
"Bukankah kamu orang bilang sendiri, kalau bukan kamu
orang jadi pencuri apa perampok bagaimana aku bisa
kehilangan nyawa hanya karena jalan bersama sama?"
Liem Tou dengar dia sudah salah tangkap pembicaraannya
tak terasa geli juga, sahutnya:
"Aku bukan pencuri juga bukan perampok, sekalipun jadi
pencuri aku juga tidak mau merampok seorang kakek tua
miskin seperti kamu hingga sebuah sepatupun tidak kau
punya" Sambil berkata dia tunding keatas langit dan sambungnya
"Sudah lihat jelas belum" Binatang terkutuk itu?"
Dengan cepat kakek itu angkat kepala melihat, mulutnya
dipentang lebar2 lama kemudian baru sahutnya sambil
gelengkan kepalanya. "Binatang apa yang dapat begitu ganasnya?" Liem Tou
semakin gusar, cemas, dan geli, sahutnya:
"Kkau lihat dengan keras, seekor burung elang raksasa
yang suka makan manusia, asalkan kamu keluar dari hutan ini
segera dia menubruk kebawah, sudah dengar jelas belum?"
Sehabis berkata dengan cepat dia meloncat dari punggung
kerbau untuk mematahkan setangkai kayu kemudian meloncat
naik kembali keatas punggung kerbaunya, serunya.
"Cepat lari" Kerbau itu dengan cepat menerjang keluar hutan dan lari
dengan cepatnya kedepan. "Koak..koak!!!" dugaan Liem Tou sedikitpun tidak meleset,
baru saja dia keluar dari dalam hutan burung elang raksasa itu
dengan mengeluarkan suara pekikan ngeri sudah menubruk
kebawah dengan dahsyatnya, saat itu Liem Tou sudah siap
sedia, baru saja dia akan mengelincir masuk kebawah perut
kerbau saat itulah terdengar jeritan kaget suara kakek tua itu.
"Aduh mak"sungguh ganas binatang terkutuk ini"tolong
dia mau makan tubuhku"
Liem Tou menjadi sangat terkejut dengan cepat dia
menoleh kearah kakek tua yang terus mengikuti kerbaunya
itu, saat ini elang raksasa ini sudah menubruk kedepannya
Liem Tou tak bisa pikirkan lainnya lagi dengan cepat dia
menerobos kebawah perut kerbaunya.
Kelihatan sekali cakar maut dari elang itu sudah berada
kurang lebih beberapa depa saja dari atas kepala kakek itu,
mendadak kakek itu menjerit kaget, sepasang tangannya
dengan kencang menutupi kepalanya, saat itulah terdengar
elang raksasa itu dengan mengeluarkan suara pekikan ngeri
yang sangat keras, sayapnya sekali lagi dipentangkan dan
terbang keatas awan dengan cepatnya, kiranya sebuah batu
besar bagaikan kilat cepatnya sudah menyambar keatas tubuh
elang itu dan menghajar perutnya dengan keras.
Baru saja elang raksasa itu terbang sampai di tengah
perjalanan mendadak tubuhnya meluncur dengan cepat
menuju kebawah dengan cepatnya dan bisa seketika itu juga,
kiranya batu tadi dengan cepat menghajar tubuhnya sekaligus
mencabut nyawanya. Melihat hal itu kakek tua tersebut menjadi sangat girang,
ujarnya: "Hey"bocah cilik, binatang yang maka orang itu sudah
jatuh kebawah, mari kita lihat"
Liem Tou segera menghentikan kerbaunya yang hendak lari
kedepan itu dalam hatinya ia merasa mengkel, mendadak
sambil memandang tajam kewajah kakek tua itu, tanyanya
dengan nada keras. "Siapa kamu sebenarnya?"
"Sudah tentu aku orang yang tersesat jalan" sahut kakek
tua itu sambil tersenyum heran. "Bocah cilik, agaknya kamu
orang pelupa, cepat kita pergi lihat elang itu"
Semakin lama Liem Tou semakin merasa kalau kakek tua
itu semakin mencurigakan, tanyanya lagi.
"Elang itu bagaimana bisa rubuh kebawah" Tahukah kamu
siapa yang memelihara elang tersebut?"
"Haa"...jika didengar perkataanmu agaknya elang itu
dipelihara orang?" tanya kakek tua itu sedikit tidak percaya.
"Benar, jika kamu orang mau pergi lihat pergilah lihat
sendiri, aku mau pergi"
"Kamu orang tidak jadi pergi?"ujar kakek tua itu dengan
gugup. "ayolah jalan tapi kamu jangan lari terlalu cepat,
usiaku sudah demikian tingginya, larikupun tidak secepat
dahulu lagi, orang lain panggil aku sebagai Hui Tui Jie"
Liem Tou tidak ambil komentar apa2, hanya dalam hati
pikirnya: "Sekalipun kakek tua itu sedikit aneh tetapi agaknya tidak
mengandung maksud jahat, kiranya untuk jalan bersamasama
dia juga tidak mengapa"
Berpikir sampai disitu segera ujarnya.
"Kalau begitu kita jalan pelan2 saja, tapi kamu orang mau
pergi kemana?" "Sebelumnya aku mau pergi kegunung Gobie tapi kini
sudah tersesat jalan terpaksa kemana pun jadi"
Liem Tou yang mendengar perkataan ini tidak tahan
tertawa geli, ujarnya: "kalau begitu baiklah, Hui Tui Jie, aku seperti juga kamu
orang kemanapun boleh juga tapi kamu punya uang tidak?"
"Ada sih ada" sahut si kakek sambil mengerut alis "kenapa"
Kamu niat turun tangan terhadap aku?"
Liem Tou dengar dia punya uang hatinya menjadi mantap
lagi segera dengan menarik tangan kakek tua itu mereka
melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Saat itu matahari sudah condong ke barat agaknya tak
lama kemudian malam akan tiba tapi Liem Tou sama sekali tak
gubris akan hal itu, yang penting baginya sekarang isi
perutnya yang sudah satu harian lamanya belum diisi.
Untung saja tak lama kemudian kelihatan atap rumah
mengepul, tidak sadar lagi Liem Tou mempercepat
langkahnya, ujarnya. "Hey, Hui Jie coba lihat didepan ada rumah orang,
bagaimana kalau malam ini kita nginap disana?"
"Kenapa tidak" Selain mencangkul sawah pekerjaan apaun
aku tak tahu, jika dibandingkan dengan kamu pengalamanku
jauh ketinggalan baiknya kamu saja ambil putusan"
"Hui jie" ujar Liem Tou
"Aku sendiri juga hanya tahu menggembala kerbau saja,
bagaimana pengalamanku bisa luas" Lebih baik kita berunding
saja, aku bicara terus terang saja sekarang setahil perak pun
aku tidak punya" "Kalau begitu aku akan beri pinjam kau terlebih dahulu"
ujar kakek tua itu dengan ramah.
"Lain kali kalau kamu sudah punya uang boleh kembalikan
kepadaku, tapi pokoknya kita makan dan tidur dulu"
Sesudah berjalan beberapa lama kemudian sampailah
mereka disebuah kota kecil, sesudah bertanya tanya barulah
mereka ketahui tempat itu sudah masuk daerah Oen Kiang
sendag kota itu disebut Toan Bok Ceng segera Liem Tou
dengan kakek tua itu mencari sebuah penginapan untuk
tinggal. Malam itu kedua orang tsb memangil semeja perjamuan
dan dahar didalam kamar, Liem Tou yang satu hari penuh
tidak makan sebutir nasihpun saat ini benar2 sudah lapar
dengan lahapnya, sebaliknya kakek tua itu dengan memegang
cawan arak sepasang matanya memandang Liem Tou dengan
terpesona, tak tahan Liem Tou dibuat heran juga, tanyanya:
"Hey Hui Jie kenaoa kamu orang pandang aku terus
menerus?" Dengan perlahan kakek tua itu meletakkan cawan araknya
keatas meja sambil memandang ke wajah Liem Tou ujarnya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan perlahan: "Aku sedang heran kenapa kamu tersesat jalan" Apalagi
jika dilihat keadaaan kamu orang juga bukan orang daerah
sini, hal ini membuat aku merasa bingung, hei bocah cilik
sebetulnya siapa namamu?"
Saat ini Liem Tou sudah merasa kenyang hingga
hatinyapun merasa sangat gembira, perasaan curiganya
terhadap kakek ini makin lama makin hilang kini mendengar
dia bertanya segera sahutnya tanpa ragu ragu.
"Aku bernama Liem Tou bertempat tinggal diatas gunung
Ha Mo San didaerah Cing Cen, sesudah ayahky meninggal
secara turun gunung bekerja sebagai pengangon sapi tidak
disangka dituduh orang sebagai pencuri sapi hngga mereka
tangkap aku kedalam penjara, ditempat itulah aku bertemu
dengan seorang yang bernama?"
Agaknya kakek tua itu sudah dibuat terpesona oleh cerita
Liem Tou ini, dengan cemas tanyanya:
"Kamu ketemu dengan siapa" Lalu bagaimana?"
Liem Tou tidak segera menjawab, dengan tertegun dia
pandang kakek tua itu mendadak tanyanya:
"Hui Tui Jie sebetulnya siapa namamu?"
Agaknya kekek tua iru menemukan sesuatu persoalan yang
rumit, sesudah berpikir beberapa waktu lamanya barulah
sahutnya: "Waktu kecil semua orang panggil aku sebagai Hui Tui Jie
mungkin juga aku orang memang she Lie"
Sehabis berkata dia segera mengubah pembicaraannya,
tanyanya lagi. "Siapa nama ayahmu?"
"Liem Han San" sahut Liem Tou cepat tanpa pikir panjang
lagi. Mendadak Liem Tou merasa bahwa pertanyaan yang
diajukan oleh kakek tua itu terlalu banyak, membuat
pertanyaan curiga didalam hatinya timbul kembali, dalam hati
segera dia memperingatkan diri sendiri, pikirnya.
"Orang ini kelihatanya sangat aneh, aku jangan sampai
terpancing" Sedang dia berpikir begitu mendadak kakek tua itu dengan
mencekal cawan araknya seorang diri berguman.
"Peng Liem Mo Mo Jan Lu Sie, Han San It Sang Sim Pek?"
Sehabis bicara mendadak dia angkat kepalanya, dari
sepasang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam tapi
hanya dalam sekejap saja sudah lenyap kembali sedang
matanya pun memandang terpesona kearah Liem Tou.
Liem Tou ketika mendengar dia mengucapkan syair dari
Sian Jien Lie Pek segera dalam harinya memastikan kalau dia
bukanlah seorang kakek tua yang sedang tersesat jalan,
bahkan namanya Hui Tui Jie pun tak bisa dipertanggung
jawabkan. Tapi pada saat ini dia sama sekali tidak mau bongkar
rahasia ini sebaliknya sambil tertawa ujarnya.
"Ooh"ooh..sungguh rak disangka Hui Tui Jie juga seorang
siucay yang senang dengan syair terkenal, sungguh
mengagumkan"sungguh mengagumkan"
"Ha..ha..aku orang tua mana bisa disebut seorang
siucay?"" ujar si kakek sambi tertawa pahit.
"Hanya secara tiba tiba teringat akan seorang yang sudah
meninggal dia sering membaca syair ini, sudah tentu dengan
sendirinya aku jadi ikut2an membaca syair itu juga, hey bocah
cilik kau juga pernah dengar syair ini?"
"Pada masa yang lalu ayahku paling suka syair ini"
Sesudah Liem Tou menjawab pertanyaan ini mendadak
hatinya tergerak terhadap kakek tua inipun seara tiba2 timbul
perasaan yang sangat aneh sekali, dia merasa walaupun kakek
tua ini sedikit ketolol tololan dan aneh tapi merupakan seorang
yang sangat ramah Tidak lama kemudian kedua orang itu selesai dahar,
sesudah pelayan membersihkan sisa2 makanan Liem Tou naik
keatas pembaringan untuk istirahat sedang kakek tua dengan
alasan mau nanya jalan menuju gunung Gobie berlalu dari
kamar. Liem Tou buka pakaiannya untuk istirahat, pada waktu
itulah dia mendadak merasa kitab Toa Loo Cin Keng "nya
sudah lenyap. Tidak terasa hatinya sangat terperanjat, dengan
cepat dia periksa lagi dengan telitinya disekeliling tempat itu
tapi tetap tidak nampak bahkan kapan hilangnyapun tidak
diketahui olehnya. Liem Tou yang kehilangan kitab pusaka menjadi sangat
bingung sekali, sesudah berdiri mematung beberapa saat
lamanya didalam kamar dengan perlahan lahan dia baru
merasa kalau urusan ini sangat mencurigakan sekali,
mendadak teringat akan gerak gerik yang aneh dari kakek tua
itu pikirnya diam diam. "Urusan ini mungkin ada hubungan yang erat dengan dia,
sekarang dia sedang keluar untuk mencari berita jalan menuju
kedaerah gunung Gobie.."
Teringat sampai disini mendadak hatinya semakin
terperanjat dia memakai baju dan lari keluar sedang pada
mulutnya gumamnya seorang diri.
"Tua bangka bangkotan, mana dai sedang tanya jalan"
Sudah berhasil mendapatkan kitab pusaka dengan sendirinya
meminjam kesepatan ini untuk melarikan diri"
Sesudah sampai dipintu depan penginapan itu terlihat
kakek tua itu sudah berada ratusan tindak dari pintu
penginapan kakinya masih tetap telanjang sedang tubuhnya
berjalan menuju kearah sebelah timur.
Melihat kakek itu belum kabur dalam hati Liem Tou merasa
sangat girang, teriaknya keras keras.
"Hey, Hui Tui Jie tunggu sebentar aku ada perkataan yang
hendak disampaikan" Tapi kakek itu sama sekali tidak mau gubris, dia tetap
melanjutkan perjalanan kearah timur.
Seru Liem Tou lagi "Hey, Hui Tui Jie tunggu aku sebentar"hey"tunggu
sebentar!!!!" Kakek itu tetap tak ambil peduli dirinya seolah olah dia tuli
Liem Tou menjadi cemas dengan cepat dia lari lagi
mengejar kearahnya tapi kejadian aneh terjadi didepan
matanya. Liem Tou yang lari dengan cepat kedepan walaupun
belum bisa dikatakan cepat bagaikan kilat tapi jauh lebih cepat
jika dibandingkan dengan orang biasa, kelihatan sekali kakek
itu berjalan dengan langkah yang sangat perlahan tapi tetap
saja dia tidak berhasil mengejarnya.
Makin lama kakek itu sudah semakin dekat dengan ujung
jalan tapi Liem Tou masih tetap berada ratusan tindak
dibelakangnya, saat ini Liem Tou baru tahu dan sadar bahwa
kakek tua iru sama sekali bukan orang yang sedang tersesat
jalan, sikapnya yang pura2 itu kesemuaanya hanya bertujuan
mencari kirab pusaka tersebut saja.
Dalam hatinya dia tahu kalau tujuan yang sebetulnya dari
kakek tua itu tentunya kitab pusaka To Kong Pit Liok, siapa
tau yang dicuri merupakan Toa Loo Cin Keng peninggalan
ayahnya, sungguh merupakan kejadian yang sangat sial.
Kini melihat kakek itu makin pergi makin jauh dan akhirnya
lenyap ditengah kegelapan, Liem Tou tahu sekalipun dia
mengejar juga tidak ada gunanya, teringat kembali situasi
sesaat ayahnya menyerahkan kitab pusaka Too Loo Cin Keng,
kepadanya tak terasa hatinya menjadi sangat sedih, air mata
bercucuran denga langkah yang sempoyongan dia kembali ke
penginapan. Dalam hati dia merasa sangat gemas dan benci kepada
kakek tua itu, makinya: "Tak tahu malu, bangsat tua, cucu kura2, anak haram
jadah"tunggu saja sesudah aku berhasil melatih ilmu silatky
sekalipun kau lari keujung langit aku tetap akan cari kau dan
merampas kembali kitab pusaka peninggalan ayahku itu"
Diam-diam Liem Tou memaki maki terus, lewat beberapa
saat kemudian tiba tiba teringat olehnya kalau isi dari kitab
Toa Loo Cin Keng itu walaupun belum berhasil dpahami tetapi
semua perkataannya sudah dia hafalkan, kini sekalipun kitab
tersebut hilang tetapi tidak sampai mengganggu latihannya
tidak tertahan dia merasa untung juga.
Liem Tou yang sembari jalan sembari memaki mendadak
dikejutkan oleh suara derapan kuda dibelakang tubuhnya yang
sangat ramai bersamaan pula terdengar suara tentakan keras
dari seseorang. Ditengah ramainya pasar malam mendadak terdapat orang
yang bertindak kasar dengan menerjang orang yang berada
ditengah jalan membuat Liem Toa seketika itu juga merasa
sangat terkejut, dengan cepat dia menoleh kebelakang, empat
lima ekor kuda jempolan dengan cepat sedang menerjang
datang. Dengan tergesa gesa Liem Tou menghindar kesamping
ketika dia memandang lebih teliti lagi kearah penunggang
kuda itu tidak tertahan saking terkejutnya dia dibuat tertegun
seketika itu juga, kiranya orang2 itu adalah Cungcu dari Ie
Hek Cung, si Ang In Sin Pian Pouw Sak San beserta keempat
jagonya Dengan cepat Liem Tou bersembunyi ditempat kegelapan,
menanti sesudah kelima orang itu lewat barulah dengan
tergesa gesa dia balik ke dalam penginapan.
Waktu dia sampai didapan pintu penginapan justru waktu
juga terdengar suara bentakan yang keras dari si Ang In Sin
Pian Pouw Sak San dari dalam rumah penginapan, jika dengan
begitu saja Liem Tou berjalan masuk bukankah dengan tepat
bertemu dengan mereka" Sudah tentu dia tidak berani masuk
dengan begitu saja dengan cepat tubuhnya menyelinap
kesamping tempat kegelapan.
Beberapa waktu kemudian akhirnya Liem Tou teringat juga
sesaat dia meninggalkan rumah penginapan itu dia sudah
memandang situasi dari tempat tersebut dengan teliti terpaksa
dengan merangkak dari jendela dia masuk kembali kedalam
kamarnya. Untung saja waktu itu tidak ada seorangpun yang melihat
perbuatannya itu, Liem Tou yang didalam satu hari penuh
mengalami berbagai kejadian yang menegangkan kemudian
kehilangan pula kitab pusaka Toa Loo Cin Kengnya tidak
tertahan membuat hatinya sangat kecewa, dengan lemasnya
dia menjatuhkan diri berbaring diatas pembaringan.
Mendadak matanya terbentur dengan sebuah sampul surat
beserta sekarat uang perak yang terletak diatas bantal, diatas
sampul itu tertulis beberapa kata dengan terangnya.
Pinjam kerbaumu satu malam, besok pagi pergilah
kesebelah utara disana kau bisa menerima kembali kerbau itu,
To Jen. Yu Heng, Hoo- Beng, Cian Cie, Tu tong Ti Pian, Pen
Hoa, Ting Su, kitab pusaka Toa Loo Cin Keng sekalian
dikembalikan. Dibawahnya hanya terlihat satu tulisan Lie saja.
Liam Tou yang membaca surat itu walaupun sudah melihat
setengah harian lamanya tetapi semakin melihat semakin
bingung kata kata Co Jen, Yu heng, Ho beng, Cian cin, Tu
Tong, Ti Pian, Pen hoa serta Ting Su itu sebetulnya punya arti
apa" Tetapi sedikit dikitnya dia tahu kalau surat ini ditulis oleh
kakek tua tersebut jika di lihat dari isi surat agaknya kitab
pusaka Toa Loo Cin Keng pun akan dikembalikan kepadanya,
hal ini ssuatu kcjadian yang jauh diluar dugaan dari Liem Tou.
Sedang kata kata pinjam kerbaumu satu malam panya
tujuan apa lagi" Sedang dia berpikir keras saat itulah terlihat
seorang pelayan dengan tergesa gesa datang menghampiri
kamarnya sambil mengetuk pintunya dengan gencar, dengan
perasaan penuh ketakutan ujarnya.
"Khek koan. kerbaumu itu entah sejak kapan sudah
menghilang." Liem Tou yang mendengar perkataan itu menjadi sedikit
tertegun dia tahu kalau perkataan dari diri kakek tua itu
sedikirpun tidak bohong, dia tidak ingin ribut, ulapkan tangan
ujarnya. "Pergi ...pergi, aku sudah tahu."
*** LIMA Air muka dari pelayan itu segera memperlihatkan perasaan
bingungnya, sambil membuka pintu berjalan keluar,
gumamnya seorang diri. "Apa yang terjadi dcngan urusan ini?"
Mendadak pada ingatan Liem Tou terbayang kembali si
cambuk sakti Pouw Sak San sekalian dengan cepat ujarnya
kepada pelayan ini. "Hey tunggu sebentar, aku mau tanya itu kelima
penunggang kuda yang baru saja datang apa menginap disini
juga?" "Benar" sahutnya sambil mengangguk.,
"Mereka tinggal dikamar sabelah mana?"
"Eh! Mungkin Khek koan kenal dengan mereka?" Tanya
pelayan itu sambil mengerdipkan matanya. "Mereka istirahat
dikamar yang berpisah, salah satu diantara mereka tinggal
dikamar sebelah ini, apa perlu harnba panggil?"
"Tidak perlu . tidak perlu" sahut Liem Tou cemas. "Kamu
boleh pergi." Sesudah pelayan itu pergi barulah Liem Tou berbaring
diatas pembaringan untuk beristirahat tetapi walaupun sudah
berbolak balik namun tetap tak bisa tertidur nyenyak,
pikirannya terus menerus bekerja teringat kembali akan
pencurian kitab pusaka Toa Loo Cin Keng oleh kakek tua itu
beserta kata kata yang ditinggalkannya, apa maksud yang:
sebenarnya dari dia orang" Kenapa secara mendadak si
cambuk sakti Pouw Sak San turun gunung bersama sama
dengan keempat jago jagonya" Bagaimana dengan keadaan
Siauw Ie cici saat ini?"
Pikirannya terus menerus diperas tidak terasa lagi
kentongan kedua sudah berlalu, saat itu baru saja siap
memejamkan matanya mendadak diluar rumah penginapan itu
berkumandang datang suara ringkikan kuda kemudian disusul
dengan suara seseoraug yang sangat dikenal olehnya sedang
berteriak dengan keras. "Hey pelayan buka pintu!"
Segera Liem Tou bisa membedakan kalau suara itu berasal
dari suara Pouw Siauw Ling putra dari Pouw Cungcu, tidak
terasa dalam hatinya muncul kembali perasaan benci, dendam
serta gemas, pikirnya dengan gusar.
"Hem dia lagi, yang memisahkan aku denga Ie cici juga


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia." Liem Tou yang teringat akan sakit hatinya ini membuat
niatnya untuk tidur segera lenyap tanpa bekas, dengan
perlahan lanan dia turun dari pembaringannya dan mendorong
jendela luar hingga terpentang, terlihatlah sinar rembulan
memancarkan sinarnya dengan remang2, suara gemerisiknya
binatang kecil memberikan suatu suasana yang sangat
mengharukan, buat perasaan sedih muncul meliputi seluruh
benaknya. Saat itulah pintu dari rumah penginapan itu terbuka
kemudian disusul dengan langkah kaki yang berhenti dikamar
sebelah, sambil mengetuk pintu ujarnya.
"Tia. kamu orang tua belum tidur" Ling jie datang".
Segera Liem Tou dapat mengetahui kalau orang yang
berdiam dikamar sebelah adalah Cungcu, tidak terasa lagi
dengan perlahan dia menutup jendelanya kembali dan
pusatkan perhatiannya untuk mendengarkau apa yang hendak
mereka bicarakan. Saat itu terdengar dibukanya pintu kamar disusul dengan
suara dari Pouw Cungcu yang sedang bertanya.
"Ling jie, kenapa sampai waktu ini baru datang" Sudah
kamu temui kawan kawan sealiran kita?"
"Orarg lain sudah menganggap anakmu sebagai seorang
tamu yang sangat terhormat tentang hal ini tidak bisa salah
lagi, hanya saja di tangah perjalanan kali ini aku sudah dengar
suatu berita yang sangat aneh, membuat anakmu merasa
bingung." "Urusan aneh apa?" Tanya Pouw Cungcu, "Cepat kamu
orang ceritakan." "Tia, tahukah kamu orarg tua siapa yang sudah
mendapatkan kitab pusaka To Kong Pit Liok yang sangat
menggetarkan sungai telaga itu"
"Ohhh.. aku kira urusan aneh apa tidak tahunva tentang
kitab pusaka itu, bukankah sejak dulu aku sudah bilang kitab
pusaka To Kong Pit Liok itu sudah berada ditangan Siok to
Siang Mo?" Apanya yang aneh?"
"Bilamana sungguh sungguh terjatuh ditangan Siang to
Siang Mo anakmu juga tidak akan merasa heran, yang paling
aneh barang itu adalah sudah berpindah tangan lagi bahkan
jika dikatakan sukar membuat orang percaya, katanya majikan
yang baru dari kitab pusaka itu adalah seorang bocah cilik
yang bernama Liem Tou"
"Siapa!" seru Pouw Cungcu dengan sangat terperanjat,
"Liem Tou" mana mungkin bisa terjadi peristiwa ini" tentu
kamu orang sudah salah dengar, saat ini mungkin mayat dari
Liem Tou tinggal tulang tulang putih saja"
Liem Tou yang sedang mencuri dengar pembicaraan
mereka saat ini tidak bisa menahan pergolakan didalam
hatinya lagi air mukanya bcrubah sangat keren sedang dalam
hati dengan gemas sumpahnya.
"Lihat saja, asalkan suatu hari Liem Tou masih bernapas
dendam ini tidak akan aku lupakan sedikitpun, tunggu saja
permainan yang kalian terima."
Saat itu terdergar Pouw Cungcu menghela napas panjang
ujarnya. "Heei..bila kita ungkap Liem Tou bocah bangsat itu sampai
ini hari juga aku masih merasa gemas dan benci. Hei Lie
Siauw Ie itu budak juga keterlaluan sekalian hanya kematian
dari bocah bangsat itu dia sudah berubah menjadi gila seperti
tni, kalau tidak boleh dikata kau dengan dia merupakan
sepesang jodoh yang sangat setimpal."
Liem Tou yang mendengar sampai disitu tidak tertahan
menjadi sangat terperanjat sekali. Ie cicinya sudah gila, Ie
cicinya sudah gila bagaimana mungkin"
Terdengar Pouw Siauw Ling saat itu sedang terkata.
"Tia, kgmu orang tua jangan mengungkap urusan ini lagi,
Siauw Ie memang seharusnya jadi gila, semakin gila semakin
baik dan lebih tepat lagi kalau saat ini dia binasa saja".
Beberapa perkataan ini sungguh sungguh seperti beribu
ribu batang anak panah yang menembus hati Liem Tou
membuat dia sangat menderita... sargat sedih, sekali lagi
gumamnya seorang diri. "Ie cici sudah jadi gila, Ie cici sudah jadi gila, tidak mungkin
bisa terjadi urusan ini, aku tidak percaya, aku tidak percaya,
dia sama sekali belum binasa"
Tetapi dengan sangat jelas sekali bahkan dengan mata
kepala sendiri dia mendengar perkataan dari si cambuk sakti
Pouw Sak San serta Pouw Siauw Ling yang mengatakan Lie
Siauw Ie sudah gila, walaupun dalam hati ia tak percaya tetapi
saat ini mau tak mau dia harus mempercayainya.
Didalam sekejap mata dia dibuat tertegun dan duduk
termangu mangu ditengah kamar yang gelap, perkataan
selanjutnya Pouw Sak San serta dari Pouw Siauw Ling tidak
ada yang masuk kedalam telinganya lagi didalam hatinya
setiap kali hanya sedang berkata.
"Aku tidak percaya . . aku tidak percaya . . aku tidak akan
percaya." Lama kelamaan, dia tidak bisa menahan perasaan sedihnya
lagi, air matanya setetes demi setetes jatuh membasahi
wajahnya menetes keluar dengan derasnya.
Dia membiarkan butiran air matanya menetes melalui
wajahnya, pada saat seperti ini dia sama sekali tidak bisa
memikirkan benda apa yang bisa kekal didalam dunia ini,
benda apa yang ada didalam dunia ini, bahkan
penderitaaanya, siksaan yang pernah diterima kesukaran,
kepedihan serta macam2 penderitaan lainnya.
"Aku tidak percaya, aku tidak percaya, aku tidak percaya,
aku tidak percaya" Aumannya kali ini merupakan suatu pekikan yang paling
keras paling nyaring selama hidupnya bahkan membuat
seluruh ruangan tergetar dengan sangat keras, membuat
seluruh tamu rumah penginapan itu terbangun dari tidurnya,
bahkan suara bentakan serta teriakan muncul dari seluruh
penjuru. "Siapa yang sedang gembar gembor?"
"Hey pelayan, sudah terjadi urusan apa?"
"Kurang ajar, bangsat mana yang tidak tahu diri, ditengah
malam seperti ini gembar gembor tidak karuan."
Apa lagi si cambuk sakti Pouw Sak San serta Pouw Siauw
Ling sejak semula sudah meloncat keluar dari kamarnya, "dok
.. dok . . suara ketokan yang semakin keras berbunyi terus di
atas pintu kamarnya bahkan ada yang bertanya.
"Hey siapa yang berdiam didalam" Sudah terjadi urusan
apa?" Liem Tou yang mendengar Pouw Cungcu serta Pouw Siauw
Ling sudah menggedor pintu kamarnya seperti bari saja sadar
dari suatu impian segera dia merasa sangat terkejut, dia sadar
kalau dirinya sudah telanjur berteriak sehingga mengejutkan
mereka sedang saat inipun dia tidak bisa buka pintu untuk
menemui mereka berdua bagaimana baiknya"
Untuk sesaat lamanya membuat Liem Tou menjadi kalang
kabut dan bingung, untuk melarikan diri dari jendela dia
merasa bukanlah suatu cara yang sempurna, bilamana mereka
berdua mendorong pintu masuk dan melibat orang didalam
kamar sudah melarikan diri tentu akan segera mengadakan
pengejaran, waktu ini ketukan dari Pouw Cungcu serta Pouw
Siauw Ling semakin gencar, mendadak dalam benak Liem Tou
berkelebat suatu akal dengan cepat dia menekuk lidahnva
keatas sengaja mempertinggi nada suaranya dan lanjut
berteriak. "Aku tidak percaya, aku tidak percaya tidak berhasil
tangkap kamu hey ikan bodoh kamu mau lari kemana lagi?"
Kemudian tambahnya lagi. "Cici cepat ambil jala, Ooh .. seekor ikan yang sangat besar
sekali" Sesudah dia bicara begini ternyata mendatangkan hasil
yang gemilang, terdengar Pouw Siauw Ling yang berada diluar
kamar sedang memaki. "Huuu, Setan, kiranya seorang manusia malas yang sedang
mengigau." Sehabis berkata dia berjalan kembali kedalam kamar
sebelah. Liem Tou yang berhasil meloloskan diri disaat yang sangat
kritis saat ini tidak berani banyak omong lagi, dengan perlahan
lahan dia kembali keatas pembaringannya dan merebahkan
diri. Tetapi sesudah mendapat berita kalau Siauw Ie menjadi
gila mana bisa memaksa dia memejamkan matanya" dengan
mata yang melotot besar dengan termangu mangu dia
memandang kearah sinar matahari yang mulai muncul dari
ufuk Timur, lama sekali barulah dengan perlahan dia bangkit
kembali dari atas pembaringan.
Tetapi dalam hati dia sadar asalkan dia keluar dari pintu
kamar tentu akan ditemui oleh Pouw Cung cu sekalian, karena
itulah dia tidak berani berjalan keluar, dengan diam diam dia
meletakkan sekeping uang perak itu keatas meja kemudian
dengan tidak menimbulkan suara sedikitpun ngeloyor pergi
melalui jendela, dengan mengikuti petunjuk perjalanannya
kearah Utara. Dalam perjalanan didalam hati Liem Tou hanya punya satu
pikiran saja yaitu memikirkan keselamatan Siauw Ie, sambil
berjalan pikirnya. "Aku pasti akan naik keatas gunung Ha Mo San untuk
bertemu dengan Ie cici, betulkah dia sudah gila" Mana aku
bisa percaya" Aku harus kesana untuk melihat sendiri"
Tidak lama kemudian dia sudah meninggalkan kota Toan
Bok Ceng tersebut, dikala itu cuaca baru saja terang tanah,
burung-burung yang terbang diatas pohon disamping jalan
berkicau dengan ramainya membuat semangat Liem Tou
bangkit kembali, tak terasa langkah kakinya pun bertambah
cepat. Dalam waktu yang sangat singkat dia sudah berjalan
kurang lebih sepuluh lie lebih, dari tempat kejauhan
mendadak terdengar suara dengusan kerbau, tidak terasa
hatinya menjadi tergerak, dengan cepat dia berhenti dan
menengok kesekeliling tempat itu, terlihatlah disebelah
depannya berdiri sebuah kuil yang sudah hampir rusak dengan
cepat dia berjalan mendekat.
Terlihatlah seekor kerbau sedang menundukkan kepalanya
makan rumput, melihat hal itu Liem Tou menjadi sangat
girang sekali dengan cepat dia berjalan kesamping kerbau
tersebut, sambil menepuk lehernya ujarnya dengan perlahan.
"Gouw koko, bagaimana kamu bisa lari sampai sini?"
Begitu dia menepak leher kerbaunya segera terasalah air
keringat membasahi tangannya itu tak terasa dia menjadi
sangat heran, tanyanya. "Hey . . kenapa kamu ?" mungkin satu malaman kamu lari
terus " " Kerbau itu begitu melihat munculnya Liem Tou secara
mendadak merasa sangat girang sambil mendengus perlahan,
dengan perlahan dia bergeser kesamping tubuh Liem Tou.
Mendadak . . . matanya tertumbuk dengan daun yang
tergantung diatas tanduk kerbau itu, dengan cepat diambil
benda itu terlihatlah diatasnya tcrtuliskan delapan huruf
dengan jelasnya"Jien, Heng, Cu, Beng, Tong, Pian, Hua, Su"
Dengan perlahan Liem Tou mengulangi perkataan itu
beberapa kali walaupun tidak tahu apa arti kata kata itu tetapi
teringat kembali olehnya pada surat kemarin malam kakek tua
itu pun pernah menuliskan delapan huruf yang
membingungkan itu, dalam hati dia tahu tentu kata kata itu
punya suatu arti yang sangat mendalam hanya saja saat ini
tak mungkin dapat di pahami olehnya.
Ketika itu Liem Tou juga tak mau terlalu banyak
menghamburkan waktu untuk memikirkan tulisan itu, dengan
langkah yang perlahan dia menarik kerbaunya meninggalkan
kuil itu untuk melanjutkan perjalanannya.
00000000 SEPERTANAK nasi kemudian sampailah mereka disamping
lereng gunung. waktu kelihat ada seorang penebang kayu
dengan perlahan sedang berjalan mendatang, dengan cepat
Liem Tou menyongsong kedepan sambil ujarnya.
"Toasiok tolong tanya jalan menuju ke Cing Cen harus
melalui mana ?" "Ooh kamu man ke Cing Cen?" ujar penebang itu dengan
penuh keheranan. "Tempat itu tidak dekat, dari tempat ini harus menuju ke
daerah Pi Sian dulu kemudian dengan mengikuti pinggiran
sungai menuju ke daerah Cian Sian. Baru dari sana menuju
kekaki gunung Cing Cen.Saudara kecil jalan ini merupakan
aatu satunya jalan brsar menuju ke daerah Pi Sian."
Sesudah mengucapkan terima kasih pada penebang itu
Liem Tou pergi mencari sebuah sungai kecil untuk
membersihkan kerbaunya sesudah itu barulah dia menaiki
punggung kerbaunya untuk melanjutkan perjalanan.
Kini didalam hati Liem Tou sudah mengambil keputusan
untuk kembali keatas gunung Ha Mo San untuk bertemu
dengan Ie-cicinya. Sesudah berjalan beberapa lama kemudian mendadak
teringat kembali akan parkataan kakek tua itu yang
menyatakan kitab pusaka Toa Loo Cin Keng akan
dikembalikan kepadanya. Kitab pusaka Toa Loo Cin Keng
merupakan kitab pusaka yang sama-sama berharganya
dengan kitab To Kong Pit Liok, kitab pusaka tersebut sudah
dicuri tetapi katanya akan dikembalikan lagi kepadanya
membuat hatinya tidak terasa berdebar dengan sangat keras,
sambil melanjutkan perjalanannya dengan nunggang kerbau
matanya menengok kekiri kanan untuk menanti munculnya
kakek tua itu. Tetapi walaupun sudah lewat beberapa jauh pun tetap
tidak tampak bayangan dari kakek tua tidak tertahan
gumamnya. "Terang-terangan . . ."
Tidak disangka baru saja dia bilang terang-terangan, atau
huruf 'Beng' dan belum selesai mengucapkan `menulis
demikian' kerbau tunggangannya mendadak berhenti
kemudian berjalan mundur kebelakang.
Liem Tou menjadi sangat heran dengau cepat dia meloncat
turun dari kerbaunya, tetapi kerbau itu masih tetap berjalan
mundur kebelakang. Semakin melihat Liam Tou semakin merasa heran,


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teriaknya keras. "Gouw koko . . . kenapa " sudah . . sudah cukup jangan
mundur 1agi, cepat berhenti jangan bergerak"
Siapa tahu baru saja dia mengucapkan bergerak atau
"tong` terlihatlah kerbau itu menundukkan kepalanya,
tandukuya secara mendadak disiapkan didepannya sedang
suaranyapun semakin keras, bahkan boleh dikata sifat liarnya
kembali lagi pada tubuhnya.
Liem Tou yang melihat hal ini menjadi semakin bingung,
jika dilihat dari perubahan wajahnya boleh dikata dalam hati
kian merasa sangat terperanjat, sambil berdiri disamping
dengan tak henti hentinya bergumam seorang diri.
"Didalam satu malaman saja bagaimana kerbau ini bisa
berubah. ." Perkataan "berubah' atau "Pian" baru saja keluar dari
mulutnya kerbaunya mendadak menghentikan dengusannya
kemudian menendangkan kakinya kebelakang dengan sangat
hebat membuat pasir dan tanah beterbangan memenuhi
angkasa. Sampai disini barulah dengan perlahan lahan Liem
Tou sadar kembali apa yang sudah terjadi, sedang pada air
mukanyapun dengan perlahan lahan mulai menampilkau
perasaan terkejut bercampur girangnya, dalam hati pikirnya.
"Apa sungguh begini?" Didunia ini apa betul ada orang
yang berkepandaian sedemikian tingginya."
Berpikir sampai disini mendadak serunya dengan keras.
"Su" Kerbau itu dengan cepat menghentikan seluruh
gerakannya dan berdiri mematung disana, seketika itu juga
membuat Liem Tou berdiri mematung ditempat dengan
melongo dia memandang kerbaunya itu, saking girangnya
tidak tertahan lagi dia lari kedepan untuk memeluk kencang
kerbau itu, ujarnya. "Ooo Gouw koko. Kamu sunguh hebat sekalih, tidak aneh
kalau tubuhmu penuh dengan keringat busuk, kiranya satu
malaman kamu terus menerus berlatih dengan giat"
Sambil berkata dia meloncat naik keatas punggung
kerbaunya kembali, bentaknya.
"Hoa" Kerbau itu dengan cepat mementangkan kakinya
kemudian lari dengan kencang kedepan.
Waktu ini Liem Tou betul betul merasa sangat girang,
dalam hati terus menerus dia mengingat ingat delapan kata
itu. "Jen, Heng, Ci, Bang, Tong, Pian, Hoa, Su"
Karena perasaan girang yang meluap luap itulah membuat
perasaan ingin tahu meliputi seluruh tubuhnya, waktu itu
kerbaunya sedang lari kencang, mendadak Liem Tou sudah
berseru. "Jen " Kerbau itu dengan cepat memutarkan seluruh
tubuhnya dan lari dengan kencangnya kesebalah kiri, sebelah
kirinya itu merupakan sebuah bukit kecil tetapi hanya dua tiga
lompatan saja kerbau itu sudah barhasil menerjang hingga
puncak bukit. Ketika itulah Llem Tou baru mengetahui kalau bukit iiu
merupakan sebuah tebing curam yang banyak batu bau
cadasnya bahkan tingginya beberapa kaki, didalam keadaan
yang sangat terkejut itulah dengan cemas teriaknya lagi.
"Beng" Dengan cepat kerbau itu menghentikan larinya dan
mundur beberapa langkah kebelakang, untung saja Liem Tou
berteriak dengan cepat kalau tidak dua langkah lagi mereka
akan terjatuh kedalam jurang.
Sesudah menghembuskan napas lega barulah Liem Tou
berseru lagi. "Su " Dengan cepat kerbau itu menghentikan larinya,
dengan hati yang masih berdebar keras Liem Tou meloncat
turun dari punggung kerbaunya dalam hati betul betul dia
merasa terperanjat bercampur ngeri, diam-diam pikirnya.
"Sungguh berbahaya."
Kini Liem Tou tahu jelas kalau kerbaunya sudah
mendapatkan latihan yang masak hanya didalam satu
malaman saja kerbaunya sudah berubah menjadi seekor
kerbau sakti bahkan disamakan dengan seekor kuda jempolan,
tanduknya bisa digunakan untuk mengadakan penyerang an
punggungnya bisa ditunggangi apalagi ketika kerbau itu lari
dengan kencangnya kecepatan luar biasa, ditambah lagi bisa
mundur secara mcndadak membuat orang lain sama sekali
tidak menduga. Liem Tou melihat kerbaunya sudah lelah segera merasa
sayang dengan perlahan dia menarik kerbaunya berjalan
kesebelah lapangan rumput untuk beristirahat.
Baru saja dia duduk melamun memandang ke arah awan
yang melayang jauh ditengah awan sekonyong konyong. . ,
dari tempat kejauhan kelihatan debu mengepul dengan
tebalnya dalam hati Liem Tou menjadi terasa terkejut sekali,
tidak terasa perasaan tubuhnya sudah berubah menjadi
tegang, pikirnya. "Mungkin Pouw Cung cu sudah sampai disini" Ditempat
yang terbuka seperti ini tentu mereka menemukan aku."
Berpikir sampai disini dengan cepat keinginan untuk
kaburkan diri meliputi seluruh benaknya, tetapi sesaat hendak
menaiki punggung kerbaunya dengan tanpa sadar kepalanya
sudah menoleh kearah dimana munculnya debu yang
mengepul itu, begitu memandang tidak tertahan dia tertawa
geli sendiri. Kiranya suara derapan serta debu yang mengepul jauh
keangkasa itu bukan berasal dari kuda tunggangan Pouw
Cung cu sakalian melainkan beratus ratus ekor domba yang
bersama sama lari mendatang.
Domba itu berwarna hitam gelap semua sehinga dari
tempat kejahuan kelihatan bertumpuk warna hitam yang
makin lama berlari mendatang, kedatangan domba2 yang
secara mendadak itu membuat Liem Tou merasa tertarik, tidak
terasa dia sudah duduk sendirian disamping kerbaunya sambil
memandang dengan terpesona kearah kawanan domba
tersebut. Lewat beberapa saat kemudian kawanan domba itu sudah
berada dibawah bukit, mendadak Liem Tou melihat seorang
gadis cantik berbaju putih dengan menunggang seekor
kambing yang besar mengikuti dari belakang kawanan
kambing itu. Tidak terasa Liem Tou menjadi tertegun di buatnya,
pikirnya dalam hati. "Seorang gadis yang sangat aneh sekali, aku menunggang
kerbau sebagai pengganti kuda sudah termasuk hal yang
aneh, tetapi dia menggunakan kambingnya sebagai pengganti
kuda hal ini sungguh merupakan suatu peristiwa yang sangat
mencengangkan hati orang."
Dengan tidak terasa lagi Liem Tou menoleh memandang
beberapa kejap lagi kearah gadis cantik berbaju putih yang
menunggang kambing itu. Terlihatlah ujung baju putihnya
menari-nari tertiup angin, gayanya mirip sekali dengan
bidadari yang baru saja turun dari kahyangan, cantiknya luar
biasa. Pada tangan kirinya dia mencekal sebuah seruling yang
terbuat dari batu pukulan yang digunakan sebagai pengganti
cambuk, dengan gaya yang sangat lembut dia sedang
mengiring kawanan dombanya menaiki bukit itu.
Gadis cantik berbaju putih itu benar2 membuat Liem Tou
terpesona tetapi hanya dalam beberapa waktu saja Liem Tou
sudah sadar kembali dari lamunannya, sambil menoleh kearah
lain dalam hati teriaknya.
"Oooh - Liem Thu, Liam Tou kamu tidak boleh lihat gadis
itu lagi, didalam dunia ini tidak akan ada gadis yang lebih
cantik dari Ie ci ci, kamu orang tidak boleh lihat dia tidak
boleh . . . tidak boleh . . . "
Dia berusaha untuk tiadk lihat kecantikan wajahnya,
keagungan sikapnya serta keanehan dari gerak geriknya
membuat Liem Tou terpesona bahkan benar benar di buat
terpesona. Mendadak suatu suara yang empuk halus serta lembut
sekali berkumandang masuk kedalam telinga Liem Tou
membuat dia tersadar kembali dari lamunannya.
"Hey.. Siauwko yang ada diatas bukit tolong tanya kamu
orang apa melibat ayahku?"
Liem Tou yang mendengar perkataan itu di dalam hati
merasa sangat geli, pikirnya.
"Siapa yang tahu ayahmu itu macam apa ?"
Tanpa sadar lagi dia menoleh dan memandang lagi kearah
gadis cantik berbaju putih itu, mendadak pandangannya
menjadi terang benderang, pada saat dia menoleh itulah gadis
cantik berbaju putih itu sudah berjalan naik keatas bukit
dengan langkah yang sangat perlahan sekali jaraknya saat ini
dengan dirinya berdiri sangat dekat sekali. Terlihatlah wajah si
gadis itu cantik dan sangat halus sepasang matanya yang
bening dan menggiurkan ditambah dengan bibirnya yang kecil
mungil berwarna merah membuat hati setiap orang merasa
benar-benar terpesona apalagi ketika dia tersenyum boleh
dikata kecantikannya melebihi bidadari manapun juga.
Tidak tertahan lagi hati Liem Tou berdebar dengan
kerasnya, dengan cepat dia memandang kearah lain sedang
pada mulutnya menyahut dengan keras.
"Aku tidak pernah melihat ayahmu, kamu orang jangan
berjalan terlalu dekat"
"Ayahku berjalan melalui jalan ini, kamu sudah pasti
melihatnya" ujar gadis itu dengan manjanya.
Ketika Liem Tou mendengar suaranya semakin dekat lagi
dalam hati semakin merasa cemas, teriaknya lagi.
"Aku beritahu padamu aku belum pernah lihat ayahmu,
kamu jangan maju lagi sekalipun maju lebih dekat aku juga
tak pernah melihat ayahmu"
"Tidak mungkin" ujar gadis cantik berbaju putih itu dengan
nada yang tak percaya, ?"Ayah sudah bilang dia mau
menunggu aku dijalan ini, kamu orang tentu sedang menipu
aku sudah melihat tapi tak mau beritahu."
Liem Tou tak berani menoleh lagi dalam hati dia pingin
marah tapi entah kenapa sekali pun kena marah juga tak
berhasil dilampiaskan terpaksa teriaknya lagi.
"Oooh. . kamu gadis datang dari mana. . kenapa tak mau
pakai aturan, cepat kamu orang turun dari bukit ini kalau tidak
aku akan berlaku tidak sungkan2 lagi."
"Oooh Ie cici kamu lihat dia orang tetap tak mau pergi, dia
sangat cantik sekali . memang sungguh2 cantik tapi aku tak
mau lihat dia, aku tak mau lihat.."
Saat itu gadis cantik berbaju putih tersebut sudah berjalan
hingga samping lapangan rumput itu, Liem Tou hanya
merasakan bayangan putih berkelebat didepannya dengan
cepat dia pejamkan matanya rapat rapat sambil ujarnya
dengan keras. "Kamu jangan kedepanku . sebetulnya kamu orang datang
dari mana?" Jangan. . . jangan kedepanku "
Padahal waktu ini didalam hati Liem Ton merasa sangat
canggung sekali, dia tak ingin melihat gadis cantik berbaju
putih itu karena kecantikannya boleh dikata hampir2 menutupi
seluruh kecantikan dari Ie cici idaman hatinya" tapi walaupun
begitu kenapa dia tak mau pergi dari sana dengan
menunggang kerbaunya " Sifat menyenangi yang indah, yang
cantik merupakan sifat manusia pada umumnya, kini seorang
gadis yang sangat cantik muncul dibadapan matanya
walaupun dia sama sekali tak punya niat jahat tapi dalam hati
juga merasa sayang untuk ditinggal pergi.
Sesudah ditunggu beberapa waktu lamanya Liem Tou tetap
tak mendengar suara jawaban dari gadis itu dalam hati dia
mengangpap gadis tersebut sudah pergi; tak terasa sambil
menghela napas panjang ujarnya.
"Oooh- - - tak kusangka didalam dunia bisa muncul seorang
gadis yang demikian cantiknya."
Dengan sendirinya dia membuka matanya kembali untuk
melihat keadaan sesungguhnya,
Siapa tahu baru saja dia membuka matanya terlihatlah
gadis cantik berbaju putih itu sedang duduk diatas batu cadas
didepan tubuhnya bahkan pada waktu itu sedang memandang
dirinya sambil tersenyum manis.
*** Liem Tou menjadi sangat terkejut tidak terasa lagi dia
menjerit kaget, dengan cepat mata nya dipejamkan kembali
dan menoleh kearah lain. Terdengar gadis cantik berbaju putih itu tertawa cekikikan
dengan merdunya kemudian ujarnya.
"Kamu orang sungguh naenyenangkan sekali, kenapa kalau
lihat aku tentu pejamkan mata" Ayahku sering panggil aku
sebagat budak jelek, mungkin aku sungguh sungguh orang
yang sangat jelek ?"
"Bukan . bukan, aku cuma tidak mau lihat kamu, cepat
pergi.cepat pergi dari sini."
"Kalau begitu kamu takut sama diriku " bapakku sering
juga takut sama aku."
Liem Tou menjadi jengkel, ujarnya dengan keras.
"Tadi sudah aku beritahu, aku takut sama kamu orang. Aku
cuma tidak mau lihat kamu . . tidak usah banyak tanya lagi
cepat pergi." "He hi hi hi kalau tak mau lihat jangan lihat, bukankab
sudah beres " " Buat apa kamu orang harus usir aku " 00oh . .
benar. kamu belum bilang dimana ayahku sekarang ?"
Kini Liem Tou betul betul dibuat gemas tak bisa
tertawapun, sesudah berdiam beberapa saat lamanya barulah
pikirnya. "Heei..aku harus berbuat bagaimana untuk menghadapi
gadis cantik ini?" Yang membuat dia semakin menemui kesulitan adalah
perkataan gadis itu yang masih amat polos bagaikan sekerat
batu giok yang belum digosok, jika dibandingkan dengan
kecerdikan dan kelincahan dari Ie cicinya boleh dikata kelainan
yang berbeda, terhadap seorang gadis dia juga tidak bisa
berbuat kasar apalagi mengusirnya dari sana.
Mendadak suatu akal bagus herkelebat dalam benaknya,
ujarnya kemudian. "Baiklah, aku tidak mengusir kau pergi tetapi aku tak
mengijinkan kamu orang berdiri dihadapanku, kalau kau mau
baru aku mau bicara, baiklah sekarang kamu boleh bilang
siapakah bapakmu" Agaknya gadis itu juga sedikit merasa jeugkel, dengan
menggerutu ujarnya. "Hmm, kalau bukannya sedang cari ayah, aku juga tak mau


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengalah padamu, baiklah lain kali jangaa harap kamu bisa
melihatku lagi" Liam Tou yang mendengar perkataan itu menjadi bingung,
apa arti dari perkataannya ini" dengan tidak terasa lagi dia
melirik sekejap kebelakang, terlihatlah gadis itu walaupun
masih tetap menggunakan pakaian putih tetapi kecantikan
wajahnya yang melebihi bidadari itu hanya didalam sekejap
mata saja sudah berubah menjadi seorang nenek barwajah
kuning yang penuh dengan keriputan.
Liem Tou yang melihat hal itu menjadi melongo dibuatnya,
sesudah memandang setengah harian lamanya barulah
diketahui olehnya kaau dia sedang memakai sebuah topeng
dari kulit kambing, hanya saja topeng itu dibuat demikian teliti
dan sempurnanya sehingga sukar untuk diketahui kalau
bukannya dipandang dengan teliti.
Ketika gadis berbaju putih itu melihat LiemTou dibuat
melongo olehnya tidak terasa tertawa geli, ujarnya.
"Bukankah begini bagus" Sekaraug kamu harus beritahu
ayahku berada dimana?"
Sebetulnya siapakah ayahmu itu" Kamu harus beritahu dulu
sehingga aku bisa pikir pernah bertemu atau tidak."
Gadis berbaju putih itu berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian barulah sahutnya.
"Ayahku bilang dia mau melalui jalan ini bahkan dia bilang
juga ada sebuah kitab yang sudah didapati oleh seorang yang
bernama Liem Tou dia bilang Liem Tou itu tidak seharusnya
mendapatkan kitab itu maka dia hendak pergi cari Liem Tou."
Berbicara sarnpai disini mendadak sambungnya lagi.
"Oooh ... siauw-ko, aku lihat kamu jadi orang sangat baik,
aku harus panggil kamu bagaimana?" Tentu kau mau bukan
menolong aku menceritakan ayahku?"
Ketika Liem Tou mendengar sesudah dia bicara setengah
harian lamanya kiranya ayahnya adalah salah seorang yang
ingin merebut kitab pusaka "To Kong Pit Liok"-nya dalam hati
benar benar merasa gemas bercampur jengkel, didalam
beberapa hari ini karena didesak oleh jago jago dari berbagai
partai yang menginginkan kitab pusaka To Kong Pit Liok" nya
mendesak dia hingga berkali kali menemui bahaya, sudah
tentu kini dia merasa benci terhadap setiap orang yang
menginginkan kitabnya itu.
Mendadak air mukanya berubah, ujarnya.
"Maaf nona aku tidak pernah melihat ayahmu" waktuku
sudah terbuang terlalu banyak, aku pergi dulu.'
Sambil berkata dia berjalan kesamping kerbaunya. Melihat
hal itu gadis berbaju putih menjadi cemas, serunya.
"Hey siauw ko, tunggu dulu aku masih ada perkataan lain!"
Terpaksa Liem Tou berjalan kembali, terlihatlah gadis itu
mengambil keluar selembar topeng dari dalam sakunya,
ujarnya sambil mengacungkan topeng tersebut.
"Siauw ko asalkan kau menyanggupi untuk menemani aku
mencari ayahku maka barang ini akan kuberikan kepadamu,
bagaimana?" Liem Tou yang melihat seorang gadis cantik hanya cukup
memakai selembar topeng saja maka wajahnya segera
berubah menjadi orang nenek yang penuh keriputan tidak
terasa hatinya menjadi tergerak pikirnya.
"Asalkan aku jaga punya benda itu maka di tengah
perjalanan tidak akan takut lagi dikejar dihadang oleh orang"
Berpikir sampai disini dengan berdiam diri ia melirik sekejap
kearah gadis berbaju putih itu tetapi dimulutnya tetap
membungkam. Sigadis berbaju putih tersebut ketika melihat perubahan
wajah Liem Tou ini menjadi amat girang serunya.
'Kau tentu sudah setuju bukan" Baiklah mari berangkat.-"
Tanpa perduli apapun gadis tersebut segera melemparkan
topeng itu ketangan Liem Tou, ditengah berkelebatnya
bayangan putih dia sudah berjalan kebawah bukit
meninggalkan Liem Tou yang memegang topeng itu sambil
berdiri tertegun beberapa saat Iamanya, gumamnya seorang
diri. "Gadis ini memang sangat cantik hingga melebihi batas
hanya saja membuat orang menjadi bingung "
Dia yang sudah menerima topeng pemberianaya sudah
tentu tak bisa menampik lagi, sambil menuntun kerbaunya
dengan perlahan berjalan menuruni bukit itu.
Saat ini gadis berbaju putih itu sudah menunggang diatas
punggung kambingnya menanti kedatangan Liem Tou, Liem
Tou yang menunggang kerbaunya itu dengan perlahan
berjalan kesamping tubuh gadis itu, ujarnya mendadak.
"Nona, terus terang saja aku beritahu padamu, setiap
waktu dan setiap saat selalu aku dibuntuti dengan maut
bahkan orang dari Bu-lim semuanya punya niat untuk
menahan aku, bilamana nona jalan bersama-sama dengan aku
mungkin saja akan ikut tertimpa bencana"
Jilid 8 : Gadis cantik pengangon kambing
Perkataannya Liem Tou ini sebetulnya keluar dari hati
sanubarinya siapa tahu gadis berbaju putih itu hanya tertawa
ringan ujar nya. "Siauwko, apa itu jago2 dari Bu Lim ?" Apa mereka lihay
semua, tapi aku takkan takut."
Liem Tou tak bisa bicara apa apa lagi sambil berjalan
disamping tubuhnya mereka melanjutkan perjalanannya
kedepan sedang gadis itu pun mulai menggerakkan seruling
pualam di tangannya memberi tanda pada kawanan domba
dibelakangnya, demikianlah mereka mulai melanjutkan
perjalanannya menuju keluar.
Terlihatlah jalan raya dipenuhi dengan kawanan donba
yang sangat banyak sehingga mengganggu perjalanan dari
orang orang lain seluruh jalan raya hanya terlihat
serombongan berwarna hitam yang berjalan dengan perlahanlahan.
Gadis berjubah putih itu sambil berjalan sambil tertawa, dia
sungguh sungguh menganggap Liem Tou sebagai saudaranya
sendirl sedang terhadap domba dombanya yang menutupi
jalan raya sama sekali tak mau ambil perduli.
Sebaliknya dalam hati Liem Tou terus menerus sedang
memikirkan hilangnya kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng serta
`gilanya' Ie Cicinya itu bahkan dalam hati sedang memikirkan
cara yang baik dan sempurna untuk kembali keatas gunung
Ha Mo San untuk bertemu dengan Ie cicinya, karena itulah
dengan berdiam diri dia melanjutkan perjalanan bersama
sama dengan gadis berbaju putih itu.
Lewat lagi beberapa waktu lamanya mendadak dari
belakang tubuh mereka berkumandang datang suara derapan
kaki kuda yang sangat ramai sekali, untung saja telinga dari
gadis berbaju putih itu sangat tajam, ujarnya dengan cepat
sambil tersenyum. "Siauwko dari belakang kita muncul enam penunggang
kuda. Mendengar perkataan itu Liem Toa menjadi sedikit heran,
pikirnya. "Bagaimana dia bisa mendengar kalau yang datang adalah
enam ekor kuda?" Tidak terasa matanya dipentangkan lebar lebar agaknya dia
tidak percaya terhadap perkataan ini. Mendadak gadis berbaju
putih itu seperti juga sedang teringat sesuatu ujarnya lagi.
"Koko, kamu orang apa mau menghilangkan kemangkalan
didalam hati?" Liem Tou semakin dibuat bingung oleh perkataannya ini,
dengan melongo dia memandangi wajah gadis yang terlapis
oleh topeng berwarna kuning itu, saat itu suara derapan kuda
semakin santar baru saja Liem Tou menoleh kebelakang
terlihatlah tidak lebih tidak kurang enam orang penunggang
kuda dari jauh berlari mendatang membuat debu mengepul
memenuhi angkasa. Melihat mereka itu tidak terasa hati Liem Tou menjadi
bergerak, pikirnya. "Apa mungkin mereka?"
Begitu terpikir akan hal ini tanpa sadar lagi air mukanya
sudah terjadi perubahan yang sangat hebat sedang
hatinyapun ikut berdebar dengan keras, gadis berbaju putih
yang berada disisinya ketika melihat perubahan itu dengan
gugup tanyanya. "Hey Siauw ko sudah terjadi urusan apa" Ooooh aku
teringat kembali, mungkin yang kau ceritakan itu sudah
datang?" Liem Tou yang sedang memusatkan seluruh perbatiannya
pada para penunggang yang makin lama makin mendekat itu
hanya menjawab seenaknya saja terhadap perkataan gadis
berbaju putih itu. "Mungkin benar, tapi sebelum melihat dengan jelas siapa
mereka mereka itu aku tidak mau ambil kesimpulan dengan
cepat." "Yang datang ada enam orang" ujar gadis itu dengan
cepat" yang pertama agaknva usianya paling muda kurang
lebih baru dua puluh tahunan sedang yang berada dibelakang
merupakan orang orang dari usia pertengahan, Oooh . .. . ada
orang yang sudah berusia lima puluh tahunan pada
pingganguya terikat seuntai kain merah."
Mendengar perkataan itu Liem Tou menjadi sangat
terkejut. tanyanya dengan penuh perasaan heran.
"Bagairnana?" apa kamu sungguh sungguh bisa melihat"
orang itu apa betul punya beutuk seperti apa kamu bicarakan
sekarang ini?""
"Aku tidak akan menipu kamu" ujar gadis berbaju putih itu
dengan manja. Semua ini memang sungguh2 jika dilihat sikapmu yang
sangat cemas agaknya kamu orang takut dengan mereka
yaaah?" jangan takut, Siauw ko kita harus melanjutkan
perjalanan seperti tidak ada urusan apapun, semua urusan
serahkan saja pada diriku."
"Orang orang itu semuanya memiliki kepandaian silat yang
sangat tinggi, kamu merupakan seorang gadis yang lemah
bagaimana bisa menahan serangan mereka, tidak mungkin ,
tidak mungkin, saat ini aku masih tidak ingin dikenal oleh
mereka." "Hi hi.. kiranya kamu adalah seorang gentong nasi" ujar
gadis itu sambil tertawa ringan. "Seorang lelaki sejati kenapa
harus takut pada manusia?" Liem Tou yang disindir demikian tidak tertahan saking
jengkelnya membuat seluruh tubuhnya gemetar keras, ujarnya
dengan suara seperti geledek. "Kamu orang tidak usah menyindir diriku, kalau nanti
mereka datang kamu orang tidak usah ikut campur biarpun ini
hari aku harus binasa ditangan mereka tetapi aku Liem Tou
tak akan jeri sedikitpun juga"
Liem Tou yang tanpa sadar sudah menyebutkau namanya
sendiri, membuat hatinya secara mendadak merasa sangat
terkejut, pikirnya. "Aduh . kenapa aku menyebutkan namaku sendiri?"
Siapa tahu gadis berbaju putih itu mendadak tertawa manis
ujarnya. "Perkataan Liem koko sendiripun tidak salah ayahku sendiri
pernah bilang bahwa seorang lelaki sejati memang harus
bersikap begini, biarlah aku beritahu padamu, aku bernama
Lie Wan Giok puteri dari ayahku, karena satiap harinya
pekerjaanku hanya mengangon domba, maka orang lain
menyebut aku sebagai Mu Jang Giok Li atau gadis cantik
pengangon kambing". "Apa maksud dia memberi tahu namanya?" "Pikir Liem Tou
dalam hati, belum sempat dia buka mulut untuk bicara, sigadis
cantik pangangon kambing itu sudah menampakkan lagi
sambil tertawa. "Liem koko, kau legakanlab hatimu ayahku pergi merebut
kitabmu itu tidak lain hanyalah omongan guyon saja, bahkan
ayahku mamerintahkan diriku untuk mengambilkan kitab
tersebut kepadamu." Sambil berkata dari dalam sakunya dia mengambil sejilid
kitab yang sangat tipis dan diserahkan Liem Tou, ujarnya.
"Liem koko coba kau lihat, bukankah ini?"
Dengan cepat Liem Tou rnenerima kitab tersebut dari
tangan gadis itu, ketika memandang terlihatlah kitab itu tidak
lain adalah kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng" yang dicuri kakek
tua kemarin malam membuat dia segera menjadi tertegun dan
memandang sigadis cantik pengangon kambing Lie Wan Giok
dengan melongo sedang dalam hatinya berpikir ubek ubekan
mencari maksud yang sebenarnya dari gadis tersebut.
Saat itu sigadis cantik berbaju putilt itu sudah bicara lagi.
"Liem koko bila ada pertanyaan lain kali saja bicarakan,
coba kamu dengar mereka sudah semakin dekat. Kalau kamu
tidak ingin dikenali oleh mereka cepat pergunakan topengmu
itu. sekalipun dalam hati kamu orang gemas dan benci kepada
mereka tapi kesempatan dikemudian hari masih sangat
banyak, biarlah kali ini Siauw moay yang menggoda mereka."
Dalam hati Liem Tou tahu benar benar kalau Pouw Cungcu
sekalian sudah menganggap kalau dirinya sungguh sungguh
sudah binasa tenggelam disungai bilamana sampai saat ini
ditemui mereka mungkin sekali akan mendapatkan cemoohan
dan ejekan yang menusuk hati, daripada harus menerima
penderitaan itu jauh lebih baiknya kini sembunyikan wajahnya
terlebih dahulu dikemudian hari bilamana kepandaian silatnya
sudah berhasil dilatih untuk membalas sakit hsti masih punya
banyak kesempatan. Sesudah berpikir sampai disini Liem Tou tidak kukuh lagi
dengan pendiriannya, dengaa cepat topengnya dipakai diatas
wajahnya membua air mukanya didalam sekejap saja sudah
berubah menjadi seorang lelaki berusia partengahan dengan
wajah berwarna kehijau hijauan bahkan kelihatan sekali
keseramannya. Sesaat dia selesai menggunakan topeng itu derapan kaki
kuda sudah semakin dekat lagi hanya didalam sekejap saja si
cambuk sakti sekalian akan tiba disana, mau tak mau hati
Liem Tou berdebar keras juga.
Ujar Lie Win Giok dengan perlahan.
"Kita harus jalan seperti biasa, jangan sekali kali melihat
mereka walau sekejap pun"
"Kamu orang akan menggunakan cara apa untuk
menghadapi mereka?" "Ini urusanku!'

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak suara ringkikan kuda yang panjang
berkumandang dari belakang tubuh mereka, ujar Lie Wan Giok
lagi dengan perlahan, "Liem koko, ilmu menunggang kuda dari mereka sungguh
sangat sempurna walaupun didalam keadaan yang sangat
cepat mereka masih bisa menahan kendali mereka"
Pembicaraannya ini seperti saja dia melihat dengan mata
kepala sendiri, membuat Liem Tou tidak tertahan menoleh
sekejap kebelakang, terlihatlah Pouw Siauw Ling sudah berada
dibelakang tubuh mereka berdua, begitu
melihat Liem Tou menoleh, mendadak bentaknya,
"Cepat minggir!"
"Hey Siauwko" seru sigadis cantik pengangon kambing itu
dengan nada sedikit mengomel "Sudah aku katakan jangan
menoleh, kenapa sengaja kamu menoleh juga?"
Pouw Siauw Ling yang tidak mendengar suara sahutan dari
mereka berdua segera teriaknya lagi dengan keras.
"Hee..kalian berdua cepat singkirkanlah kambing kambing
kalian kepinggir, dengan menghalangi jalanan begini kalian
suruh kami harus lewat dengan cara bagaimana ?"
Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing itu
dengan masing masing menunggang kerbau serta kambingnya
dengan langkah perlahan tetap melanjutkan perjalanannya
kedepan, mereka sama sekali tak mau ambil perduli terhadap
teriakan Pouw Siauw Ling itu.
Melihat mereka sama sekali tak mau gubris hawa amarah
dari Pouw Siauw Ling semakin memuncak, bentaknya dengan
gusar. "Hey dua anjing didepan cepat menyingkir, Toayamu
sekalipun _mau lewat kalau tidak jangan salahkan kami akan
menerjang kawanan kambing kalian hingga binasa semua."
Dua orang itu tetap tidak menggubris. Dengan mengerang
gusar teriak Pouw Siauw Ling lagi,
"Dua manusia laki perempuan yang tak tahu diri, kalian
jangan menyesa1" Mendadak terdengar suara pekikan kuda yang sangat
panjang disusul dengan suara bentakan Pouw Siauw Ling.
Liem Tou hanya merasakan sambaran segulung angin yang
keras berkelebat dibelakang tubuhnya, dia tahu begitu bicara
biasanya Pouw Siauw Ling tentu melaksanakan perkataannya
dan kini sungguh2 dia menerjang kearah kawanan kambing
tak terasa hatinya merasa sangaz terperanjat.
Ketika ia menoleh kearah sigadis cantik pengangon
kambing itu terlihat sikapnya masih tenang tenang saja tanpa
gugup sedikitpun, bahkan masih tetap melanjutkan
perjalanannya ke depan. Pada saat pikiran Liem Tou sedang berputar keras itulah
Pouw Siauw Ling sudah menerjarg hingga dibelakang tubuh
orang itu, Liem Tou hanya merasakan sambaran angin yang
sangat tajam kearah tubuhnys.
Mendadak si gadis cantik pengangon kambing itu tertawa
ujarnya. "Liem koko, coba kau libat."
Sambil berkata pinggangnya yang ramping sedikit ditarik
kebelakang sehingga pundaknya sekonyong konyong
menempel pada punggung kambing dan pada waktu yang
bersamaan pula Pouw Siauw Ling sudah menerjang datang
pada saat kritis itulah tangan dari gadis cantik pengangon
kambing itu diangkat, seruling pualam ditangannya dengan
tepat menotok kepala dari kuda tersebut.
Kuda tersebut yang secara mendadak mendapatkan
serangan dahsyat menjadi sangat terkejut sambil meringkik
panjang dua kaki depannya mendadak mengangkat keatas,
gadis cantik pengangon kambing itu tidak mau membuang
kesempatan ini, tangannya sedikit digetarkan seruling
pualamnya sudah menotok kearah perut kuda tersebut,
memaksa kuda ttu menjungkir dan rubuh keatas tanah
dengan empat kaki diatas.
Pouw Siauw Ling yang melihat kudanya rubuh dengan
gerakan tubuh yang sangat lincah mendadak melayang keatas
dengan cepatoya sehingga terhindar dari tindihan tujuh kuda
itu, air mukanya sudah berubah merah padam saking
gusarnya. Tetapi hanya sekejap saja air mukanya sudah pulih pada
senyuman riangnya, waktu itulah tepat Liem Tou sedang
menoleh kearahnya begitu melihat senyuman tersebut hatinya jadi panas dia ingat
betul betul akan senyumnya ini hanya didalam sekejap saja
bayangan ketika dia dianiaya oleh Pouw Siauw Ling memenuhi
seluruh benaknva, mendadak mulutnya dengan capat
mengucapkan kata "Beng" dari delapan kata rahasia itu.
Kerbau tunggangannya dengan cepat mundur kebelakang
hingga Liem Tou merasa sudah cukup mendadak bentaknya
dengan keras. "Beng" Kerbaunya dengan cepat memutar kebelakang dan
tepat menerjang dimana Pouw Siauw Ling berdiri, bentak Liem
Tou lagi. "Tong" Kerbaunya menundukkan kepalanya sehingga
tanduknya dipersiapkan kedepan, kemudian dengan ganasnya
menanduk tubuh Pouw-Siauw Ling, melihat keadaan yang
sangat barbahaya dengan seluruh kekuatan Pouw Siauw Ling
meloncat kesamping serunya dengan gusar.
"Kurang ajar . . , . kurang ajar ..."
Dari pinggangnya dengan cepat dia menurunkan cambuk
panjangnya tangannya sedikit digerakkan cambuknya siap
disapu kedepan, mendadak dari tempat kejauhan terdengar
suara teriakan seseorang.
"Ling Jie, tahan.."
Terlihat si cambuk sakti basarnya Liong Ciang Houw Jiauw,
Siang Hui Hok berlari mendatang tanyanya dengan cemas.
"Ling jie, sudah terjadi urusan apa?"
Saat ini saking gemasnya Pouw Siauw Ling tidak bisa
mengucapkan sepatah katapun lama lekali barulah sahutnya.
"Mereka - mereka terlalu menghina orang."
Pouw Peng, Pouw Liang dari Siang hui hok yang selamanya
jadi orang paling berangasan begitu mendengar perkataan ini
segera menjadi gusar, masing2 meloncat turun dari kudanya
dari berjalan menerjang kearah Liem Tou.
Baru saja Liem Tou akan memberi perintah pada kerbaunya
untuk melancarkan serangan mendadak si gadis cantik
pengangon kambing itu muncul dari belakang tubuhnya,
sambil menghalangi perjalanan dari Siang Hui Hok, ujarnya
sambil menuding kearah Pouw Siauw Ling.
"Kalian jangan mau dengar omongannya, dengan jelas
tanpa perduli mati hidup orang lain dia memerintahkan
kudanya menerjang kami kini masih bilang orang lain yang
menghina dia sungguh tidak tahu malu."
Sambil berkata ujarnya pada Liem Tou.
"Koko muka hijau tidak usah peduli mereka lagi mari kita
pergi." Sejak kecil Pouw Siauw Ling sudah terbiasa dengan sifat
ingin menang dan sombong, kini dihina secara begini mana
bisa meuerima, sambil membentak keras ujarnya .
"Hui Hok Jie siok harap tunggu sebentar, ini hari
keponakanmu harus membasmi kedua anjing laki perempuan
ini" sambil berkata cambuknya dengan menggunakan jurus Sin
Liong Pok Wi atau naga sakti menggoyangkan ekor menghajar
kearah leher Liem Tou yang masih berada diatas punggung
kerbau. Sebenarnya sigadis cantik pengangon kambing itu memang
berdiri ditengah antara Liem Tou serta Siang Hui Hok.. begitu
serangan cambuk dari Pouw Siauw Ling dilancarkan kearah
Liem Tou maka serangan itu harus melewati samping tubuh
Lie Wan Giok terlebih dulu terlihatlah secara meadadak dia
mengangkat serulirg pualamnya dan diketuk dengan perlahan
disamping cambuknya, ujarnya sambil tertawa.
"Koko muka hijau kamu orang turun tangan terlalu berat,
sedikit-sedikit saja sudah bunuh orang kali ini biarlah siauw
moay yang menerima."
Serangan dari Pouw Siauw Ling ini sebetulnya sudah
menggunakan tenaga penuh, dalam anggapannya dalam satu
kali serangan saja sudah cukup menjirat Liem Tou, hingga
jatuh dari punggung kerbaunya, tahu hanya cukup ketokan
perlahan dari seruling pualam Lie Wan Gok seperti juga secara
mendadak canmbuknya diputus dari tengah dengan dahsyat
sekali ujung cambuknya melibat kembali menyapu kesamping
tubuh Siang Hui Hok. Pouw Siauw Ling segera sadar sudah bertemu dengan
musub tangguh, didalam keadaan yang tergesa gesa itu
dengan cepat disentaknya kembali cambuk bajaya, teriaknya
dengan keras. "Tia, paman2 sekalian harap berhati hati, kepandaian dari
sepasang laki perempuan sangat dahsyat . mereka bukan
tandingan kita." Mendcngar perkataan itu si gadis cantik pangangon
kambing menjadi tersenyum ujarnya.
"Ling jie, jadi kamu baru tahu akan hal ini?" ooh - kasihan .
. kasihan . , mari coba lagi"
"Nenek muka kuning "kamu bilang saya apa ?" teriak
Pouw Siauw Ling aemakin gusar.
"Bukankah kamu bernama Ling-jie ?"
Saking gusarnya kontan saja air muka Pouw Siauw Ling
berubah menjadi kehijau hijauan, tanpa perduli musuhnya itu
lihay atau tidak tubuhnya dengan cepat berkelebat cambuk
baja di tangannya dengan sekuat tenaga diayun kedepan,
tenaga murninya dipusatkan pada cambuk sehingga cambuk
itu berubah menjadi sebuab tombak panjang berwarna
kehijau-hijauan, kemudian dengan menggunakan jurus Tok
Coa To Sim atau ular beracun mengulur lidah dengan sangat
dahsyat menusuk tenggorokan si gadis cantik pengangon
kambing itu. Dengan sangat cepat sekali cambuk baja itu mendekati
tubuhnya, tetapi sigadis cantik pengangon kambing itu tidak
ambil gubris, sambil tetap tertawa ujarnya lagi.
"Aaai . . tidak kusangka kepandaianmu lumayan juga."
Perkataan sigadis cantik pengangon kambing itu baru saja
selesai ujung cambuk tersebut sudah tiba, jika dia betul2
membiarkan cambuk itu menusuk tubuhnya walaupun
kepandaian gadis cantik pengangon kambing itu jauh
Lebih tinggi juga sukar untuk menahannya.
Pada saat ujung cambuk Pouw Siauw Ling hampir
mangenai tubuhnya itulah didalam keadaan yang sangat kritis
tangan gadis itu diulur kedepan, kecepatannya sangat luar
biasa sehingga orang2 yang hadir dikalangan tak ada yang
melihat dengan jelas. Pouw Siauw Ling hanya merasa ujung cambuknya sudah
terjepit oleh dua jari gadis tersebut.
Pouw Siauw Ling menjadi sangat terperanjat, dengan cepat
dia berusaha menarik kembali cambuk bajanya, siapa tahu
walau pun sudah mengerahkan tenaga dalam yang dia miliki
itu cambuk tetap tidak bergeming sedikitpun.
Sampai waktu itulah gadis cantik pengangon kambing itu
baru tersenyum ujarnya, "Eh eh .. Ling jie kenapa kau?" masih tidak kau lepas
tangan" dengan i1mu silat cakar ayammu itu masih terpaut
jauh jika ingin mengadu tenaga dalam dengan aku"
Waktu itu Pouw Siauw Ling benar2 serba salah untuk lepas
tangan sudah tentu tidak mungkin bisa dilakukan sebaliknya
untuk mencabut kembali cambuknya tidak sanggup, saking
cemas dan bingungnya tidak terasa !agi air mukanya berubah
merah padam. Mendadak dengan gusar bentaknya dengan
keras. "Nenek muka kuning..aku mau adu jiwa sama kamu
orang." Sehabis berkata dia menggigit kencang bibirnya dengan
memperlihatkan wajah mau mengadu jiwa dengan seluruh
kekuatan dia menarik cambuknya kebelakang, mendadak
tenaga dalamnya berubah dengan meminjam tenaga si gadis
cantik pengangon kambing yang sedang bertahan mendadak
tenaganya didorong kedepan.
Si gadis cantik pengangon kambing itu tidak disangka Pouw
Siauw Ling bisa menggunakan siasat busuk seperti itu,
tangannya sedikit tergetar hampir hampir saja tak sanggup
untuk bertahan dan kena siasat beracunnya.
"Hmm..kamu sendiri yang cari penyakit"
Mendadak"..tangan sebelahnya yang mencekal seruling
pualam dengan sangat dahsyat, memukul keatas cambuk
bajanya itu. Criing . . . , kemudian disusul dengen jeritan
mengaduh dari Pouw Siang Ling sepasang tangannya tergetar
oleh tenaga pantulan itu membuat telapak kontan pecah
mengucur keluar darah segar dengan derasnya.
Liem Tou yang berdiri disamping bisa melihat kajadian ini
dengan sangat jelas sekali, dia melihat Pouw S:auw Ling yang
selalu menyiksa dan menganiaya dirinya sejak kecil kini
memperoleh penderitaan dalam hati menjadi sangat girang
sekali, bersamaaan pula dia punya anggapan yang lain
terhadap gadis cantik pengangon kambing ini.
Tidak disangka olehnya seorang gadis cantik yang bagitu
lemah lembut bisa memiliki tenaga dalam yang begitu
sempurnanya, diam-diam dia merasa terkejut bercampur
heran bahkan ketika teringat kembali pada sikakek tua yang
tersesat "Hui Tui Jie" jika betul betul dia adalah ayahnya maka
kepandaiannya sudah tentu jauh lebih luar biasa lagi.
Sampai saat ini barulah dia teringat kembali perasaan
herannya sewaktu mendadak melihat elang raksasa yang
menguntit dirinya sejak dari lembah cupu cupu secara
mendadak bisa rubuh binasa dengan sendirinya, hal ini tentu
merupakan pekerjaan dari kakek aneh" Hui Tui Jie" itu secara
diam diam. Sewaktu Liem Tou berpikir dengan nikmatnya itu
mendadak terdengar si Ang in sin pian Pouw Sak San sudah
angkat bicara ujarnya. "Cayhe adalah Sak San Cung cu dari Ie Hee Cung diatas
Cing Jan, putraku tidak hormat harap nyonya memaafkan.
Tolong tanya juga siapa nama besar dari nyonya?"
Dengan cepat Liem Tou menoleh, tampaklala saat itu si
Ang in sin pian sedang merangkap tangannya memberi
hormat sedang sigadis cantik pengangon kambing itu sedang
merasa bingung, bagaimana seharusnya berbuat, hatinya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelihatan sangat tidak tenang juga tidak berbicara sepatah
katapun, mendadak dia putar tubuhnya bertanya kepada Liem
Tou. "Koko muka hijau, dia minta maaf kepadaku kamu orang
kira bagaimana enaknya?"
Teringat kembali oleh Liem Tou keadaan sewaktu dia diusir
dari atas gunung Ha Mo San, segera teriaknya dengan keras.
"Moay moay muka kuning, orang ini pura - pura gagah . .
pura pura berbudi kamu harus berhati hati terhadap
bokongannya." "Baiklah. " sigadis cantik pengangon kambing itu kemudien
."Kalau begitu biar aku coba coba kepandaiannya, aku mau
lihat dia bisa berbuat apa"
Sesudah mengucapkan kata kata itu barulah dia putar
tubuhnya kembali, kepada si Ang in sin pian sahutnya.
"Kamu tidak usah tanya aku lagi. sekalipun kamu orang
merengek rengek aku juga tidak akan menyebut namaku, jika
kamu ingin bergebrak, tentu aku melayani ."
"Aku bukan maksudkan begitu," ujar Ang sin pian dengan
suara halus. "Nyonya kepandaian silat yang sangat tinggi saat ini juga
sudah berada diatas angin. kenapa tidak mau meminggirkan
kambing kambing itu sedikit
kesamping agar cayhe bisa lewat" Buat apa karena urusan
yang sangat sepele sampai terjadi bentrokan satu sama
lainnya" " "Tidak mungkin, kalian semua merupakan manusia manusia
tidak berbudi manusia manusia kasar, kalian ingin merebut
jimat koko muka hijauku, aku harus hajar kalian semua."
Ketika Si Ang in sin pian Pouw Sak San melihat gadis cantik
pengangon kambing itu bicara tidak pakai aturan air mukanya
segera berubah sangat hebat, pada alisnya pun secara samar
samar mulai muncul hawa napsu untuk membunuh, sambil
memandang tajam gadis cantik pengangon kambing itu
ujarnya" "Kamu orang sungguh sungguh mau berhantam" siapa
betulnya kamu" diantara kita tidak ada ganjelan dan sakit hati
apa, buat apa kalian begitu ngotot mau memaksa orang?""
Sambil berkata dengan perlahan lahan dia melepaska
cambuk merahnya yang dilititkan pada pinggang, melihat hal
itu gadis cantik pengangon kambing itu menjerit tertahan,
diam diam pikirnya. "Ohh..kiranya ahli waris dari partai itu ."
Semangatnya menjadi berkobar kembali, pecut baja yang
dirampas dari Pouw Siauw Ling tadi dengan cepat disentakkan
keatas udara sehingga menimbulkan suara yang menderuderu,
kenada Ang in sin pian Pouw Sak San teriaknya.
"Ayahku pernah bilang pada dua puluh tahun yang lalu
pernah muncu1 sebuah cambuk merah didalam Bu Lim,
kepandaiannya sangat lihay sekali sehingga banyak jago2 dari
dunia kangouw yang dikalahkan ditangannya, kemudian
secara mendadak melenyapken diri dari keramaian Bu lim, kini
kamu juga menggunakan cambuk merah ini, apa mungkin
kamu orang punya hubungan dengan dia ?"
Mendengar perkataan itu Ang in sin pian Pouw Sak San
menjadi melengak, ujarnya.
"Jika didengar perkataanmu itu dia memang suhu cayhe,
siapa ayahmu?" "Ha ha ha . bicara selama setengah harian lamanya tak
tahu kiranya kamu marid dari bajingan besar perampok kaki
tunggal itu, kamu mau tanya siapa ayahku belum memadahi."
Beberapa patah perkataan ini seketika mernbuat Ang in sin
Pouw Sak San menjadi sangat gusar, seluruh rambutnya pada
berdiri matanya melotot keluar dengan besarnya sedang
mulutnya tak henti2nya mendesis.
Ujar gadis cantik pengangon kambing itu lagi.
"Entah kamu orang punya kepandaian silahkan keluarkaa
semua, ayahku bilang pada tiga puluh tahun yang lalu dia tak
sempat menemui perampok besar itu, ini hari aku bisa
bertemu dengan muridnya sudah seharusnya minta pelajaran
beberapa jurus cambuk merahnya, aku mau lihat apa betul dia
sangat lihay." Kemudian bentaknya nyaring.
"Cepat keluarkan jurus2mu."
Ang in sin pian Pouw Sak San tidak bisa menahan diri lagi,
tangannya diulapkan menyuruh Pouw Siauw Ling serta para
pembantunya mundur kebelakang, kemudian sambil tertawa
dingin ujarnya. "Nenek muka kuning kamu kira aku betul2 jeri sama kamu
orang ?"" kali ini kamu yang cari gara gara terhadap diriku
jangan salahkan aku Ang In Sin Pian Pouw Sak San berlaku
telengas dan kejam terhadap kamu."
Sehabis berkata bentaknya dengan keras, "Terimalah
seranganku." Cambuk merahnya diayun kedepan mendadak terpancar
sinar merah yang memenuhi angkasa. Gadis pengangon
kambing itu tidak berani berayal lagi cambuk bajanya digetar
keatas, dengan menimbulkan bayangan cambuk yang
bersusun2 menyambut datangnyaserangan itu semuanya.
"Jurus ini merupakan ilmu cambuk buntut harimau, tiada
keindahannya sama sekali."
Tubuh Ang in sin pian Pouw Sak San dengan cepat
berputar. ujung cambuknya diputar kemudian ditarik didalam
sekejap mata saja cambuk panjangnya dengan mengeluarkan
'selapis sinar merah" dengan lurus menusuk kedepan,
gerakkannya mirip seekor ular emas yang sedang mematuk
mangsanya, dengan tepat menerjang masuk tubuh gadis
cantik pengangon kambing itu.
Gadis cantik pengangon kambing itu hanya tersenyum saja,
tubuhnya berturut-turut mundur dua langkah kebelakang
mendadak bayangan putih berkelebat dengan satu gerakan
yang sangat indah tubuhnya melayang beberapa kali di tengah
angkasa. cambuk bajanya dengan meminjam gerakan ita
menekan keatas kepala Pouw Sak San ujarnya.
"Ilmu cambuk ular malas juga tidak aneh."
Perkataannya belum selesai angin serangan Ang in sin pian
Pouw Sak San menarik kembali cambuk merahnya, tenaga
dalamnya dengan cepat dikerahkan pada pargelangan tangan
cambuk panjang itu sekali lagi melilit keatas kepalanya, tatapi
baru saja melilit satu lingkaran cambuk panjang itu mendadak
melurus kedepan dengan jurus "Kie Hwee Sauw Thian' atau
menyulut api membakar langit cambuknya membumbung
tinggi keangkasa kemudian menekuk menotok tubuh gadis
cantik pengangon kambing itu.
Liem Tou yang berdiri disamping ketika melihat tubuh gadis
itu masih berada diangkasa sudah mendapatkan serangan
dahsyat tidak terasa merasa sangat kuatir sekali.
Siapa tahu kepandaian silat dari gadis cantik pengangon
kambing itu betul2 sangat lihay dan sudah mencapai pada
kesempurnaan, bayangaa cambuk Pouw Sak San baru saja
tiba seruling pualam ditangan kiri gadis dengan tidak
menimbulkan sedikit suarapun sudah sedikit menutul diatas
tubuh cambuk merah itu, dengan meminjam tenaga ini
tubuhnya melayang pergi bersamaan pula cambuk baja
ditangan kanannya mendadak melilit keatas pergelangan
Pouw cungcu, mulutnya tetap berteriak.
"Jurus Kiem Ling Pian Hoat ini masih belum sanggup untuk
menahan diriku." Saat itu berturut-turut Ang in sin pian Pouw Sak San
melancarkan tiga serangan sekaligus dengan menggunakan
tiga macam ilmu cambuk yang berbeda, bukan saja semua
jurus serangannya mencapai sasaran kosong bahkan setiap
ilmu cambuk yang dia gunakan bisa diketahui orang lain
dengan begitu jelasnya tidak tertahan hatinya merasa terkejut
juga, pikirnya. "Nenek muka kuning ini sungguh hebat sekali dengan
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang ini boleh dikata
merupakan seorang jago yang sangat terkenal didalam dunia
kangouw, bisa kuingat slapa yang bisa memadahi kepandaian
silatnya ini." Berpikir sampai disini mendadak ilmu cambuknya berubah
lagi, hanya didalam sekejap mata saja bayangan cambuk
bagaikan gunung, mendadak berubah kembali bagaikan
mega2 merah yang melayang rendah dipermnukaan tanah
dengan perlahan lahan mengurung tubuh sigadis cantik
pangangon kambing itu. Melihat serangan yang sangat dahsyat inilah gadis cantik
pengangon kambing ini baru memuji.
"Hmm cambuk yang hebat."
Dengan cepat cambuk bajanya melancarkan serangan
dahsyat pula dengan gerakan cepat menyambut gerakan
cepat menahan serangan musuh, didalam sekejap saja
beberapa kaki sekeliling tempat itu hanya terasa angin
cambuk yang menderu deru, diantara bayangan merah dan
kuning bayangan manusia bergebrak tidak terpisahkan,
sampai akhirnya samakin bertempur semakin cepat - - -
semakin cepat semakin seru sehingga bayangan dari Pouw
Sak San serta gadis cantik pengangon kambing itu tidak bisa
dibedakan lagi, pasir serta kerikil pada beterbangan. Debu
mengepul naik membumbung ke angkasa membuat
pandangan hadirin menjadi buram, untuk membedakan mana
hitam mana merah sudah sangat sukar sekali.
Liem Tou, Pouw Siauw Ling, Siang hui hok, Hauw jiauw
serta Liong ciang yang menonton jalannya pertempuran
disamping menjadi begitu terpesonanya, mareka mamandang ketengah termangu
mangu matanya melotot keluar dengan bulatnya, hatinya
berdebar debar keras sedang keringat dingin mengucur keluar
dengan derasnya. Beberapa ssat kemudian tiba tiba Ang in sin pian Pouw Sak
San mnjerit keras kedua orang yang sedang bertempur
dengan serunya itu secara mendadak berpisah. Gadis cantik
pengangon kambing itu dengan tertawa merdu berdiri
disamping dengan tenangnya sedang si Ang in sin pian Pouw
Sak San dengan air muka yang sudah berubah dingin kaku
bardiri tertegun disana, untuk sesaat tidak sepatah katapun
yang bisa diucapkan keluar, sepasang matanya itulah yang
sudah kehilangan sinar terang, yang melotot keluar dengan
besarnya. "Budi kebaikan nyonya tidak sampai turun tangan jahat
cayhe merasa sangat berterima kasih. Tapi aku Ang in sin pian
sejak berpisah dari suhuku sekalipun sangat jarang berkelana
didalam dunia kangouw tetapi mengingat kebesaran dari
nama suhuku pada masa yang silam aku parcaya didalam
dunia kangouw selain beberapa orang cianpwee yang bisa
mengeluarkau ilmnu cambuk Ang In Pian hoat sukar untuk
dicari yang lain, sebetulnya nyonya berasal dari partai mana
?"" apa boleh cayhe ketahui ?"
"Ayahku pernah bilang kalau kami tidak suka berebut
dengan orsng2 dunia kangouw, karenanya tidak punya
perguruan maupun partai. Kalau ada juga karena orang lain
yang paksa beri kepadakami tetapi orang lain panggil aku
sebagai gadis cantik pengangon kambing, kamu boleh ingat2
nama itu saja." Mendengar nama sebutan itu dengan mata yang melotot
keluar Ang in sin pian Pouw Sak San memandang beberapa
saat kearahnya baru saja mau buka mulut memberi jawaban
mendadak terdengar Pouw Siauw Lirg yang berada
disampingnya sudah berteriak.
"Ayah kamu orang tua jangan mau mendengar omongan
setannya, dengan wajahnya yang sudah keriputan dan
berwarna kuning bagaimana bisa disebut gadis cantik "
sungguh suatu omong kosong yang sangat besar sekali."
Ketika gadis cantik pengangon kambing mendengar
perkataan yang begitu menghina dari Pouw Siauw Ling tidak
menjadi marah, kepada Liem Tou ujarnya.
"Koko muka hijau, cepat kamu pejamkan matamu aka mau
perlihatkan kembali asalku."
"Jangan jangan . .." seru Liem Tou dengan cemas. "Kamu
jangan sembarangan . . ."
Tetapi seorang gadis muka yang cantik siapa yang tidak
suka dipuji, tangannya dengan cepat sudah mengusap
wajahnya mencopot topeng dari kulit kambing itu, kemudian
dengan perlahan lahan menoleh.
Ang in sin pian Pouw Sak San, Pouw Siauw Ling, Siang hui
hok, Liong ciang serta Hauw jiauw hanya merasakan
pandangannya mendadak menjadi terang, tidak terasa lagi
pada menjerit kaget. "Haaaa?"?"
"Aaah . . . sungguh cantik. "
"Heeey . tidak kusangka."
"Ooh Thian begitu cantik gadis ini."
Enam orang dengan dua belas mata memandang dengan
tajamnya memandang gadis cantik pengangon kambing itu
tanpa berkedip sedikit pun juga.
Terdengar gadis cantik itu tersenyum, ujarnya. "Eh eh . . .
kenapa kalian " ada apanya yang baik dari aku nenek muka
kuning ?"" "Tidak kusangka kamu masih seorang nona yang amat
muda." Sedang Pouw Siauw Ling tidak bisa mengucapkan kata kata
lagi, air mukanya sebentar berubah putih kehijau hijauan
sebentar berubah kembali jadi merah padam, dengau
tajamnya memandangi terus menerus wajah gadis cantik
pengangon kambing itu, lama sekali barulah dengan perlahan
muncul kembali senyuman ringannya. Dengau perlahan dia
berjalan maju kedepan dan membisikkan sesuatu kedalam
telinga Ang in sin pian Pouw Sak San.
Sesudah mendengar bisikan itu si Ang in sin pian, Pouw
Sak San termenung sebentar, kemudian barulah mangangguk
memberi hormat kepada gadis cantik pengangon kambing itu
ujarnya. "Gadis cantik pengangon kambing wajahmu sangat cantik
sekali kepandaian silatnyapun sangat tinggi aku Ang in sin
pian orang she Pouw dapat berkenalan kamu orang sungguh merupakan suatu
keuntungan, kali ini aku membawa putra serta pembantu2 ku
turun gunung sebetulnya bertujuan menyambangi setiap
enghiong hoohan yang terkenal didalam dunia kang ouw
beserta para Poo Touwcu dari daratan maupun lautan untuk


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyetujui usaba cayhe yang baru, yaitu pembukaan
ekspedisi "Ang in Piauw Kiok" pada bulan sepuluh yang akan
datang cayhe mengundang enghiong hoohan untuk
menghadiri perjamuan yang diadakan didesa Ie Hee Cung
diatas gunung Ha Mo San, cayhe sampai waktunya sangat
mengharapkan saudari gadis cantik pengangon kambing serta
Hengtay ini mau menghadiri kampung kami; bagaimana
pendapat kalian ?" Sambil berkata dia mengambil keluar dua pucuk surat
undangan besar berwarna merah, dan menanti jawaban dari
gadis cantik pengangon kambing itu.
Dengan cepat gadis itu menyambut surat undangan itu
kemudian menoleh memandang sekejap kearah Liem Tou,
saat itu sepasang mata Liem Tou yang berada dibalik topeng
dari kulit kambing itu sedang dipejamkan rapat rapat sedang
tubuhnya pun gemetar dengan sangat keras sekali, agaknya
dalam hati dia merasa sangat tegang.
Gadis cantik pengangon kambing itu sesudah menerima
surat undangan dan melihat keadaan Liem Tou begitu
tegangnya tidak terasa tanyanya.
"Koko muka hijau, bagaimana" Kita pergi tidak ?"
Liem Tou yang mendengar si Ang in sin pian Pouw Sak San
punya maksud mendirikan usaha ekspedisi "Ang In Piauwkok "
bahkan mau dibuka diatas kampung Ie Hee Cung dalam hati
betul betul merasa sangat terperanjat. hingga mengenai
diundangnya mereka untuk menghadiri pertemuan itu sama
sekali tidak dipikirkan kini begitu ditanyai gadis cantik
pengangon kambing itu membuat dia menjadi bingung.
Dalam hati diam diam pikirnva.
"Jaraknya dari sekarang hingga bulan sepuluh sangat
dekat, saat itu jika kepandaianku belum cukup tidak mungkin
bisa melewati tiga rintangan mereka dengan selamat, buat
apa aku sanggupi mereka terlebih dulu" Jika waktu itu
kepandaiannya sudah berhasil dilatih sekalipun mereka tidak
mengundang aku juga mau pergi lihat."
Berpikir sampai disini segera sahutnya. "Pergi atau tidak
sampai waktunya baru kita bicarakan lagi."
"Betul "ujar gadis cantik pengangon kambing itu sambil
tersenyum. "Perkataan dari koko muka hijau sedikit pun tidak
salah, pergi atau tidak sampai waktunya baru dibicarakan lagi.
Sehabis berbicara seruling pualamnya ditempelkan pada
bibirnya dan mulai ditiup, segera terdengariah suara seruling
yang lembut dan halus berkumandang diseluruh penjuru,
terlihatlah kawanan kambing kambing itu dengan perlahan
lahan menyahut dan menyingkir kesamping jalan.
Setelah itu barulah dia melemparkan cambuk bajanya
kepada Pouw Siuw Ling, ujarnya. "Ini aku kembalikan senjata
rongsokkanmu, cepat ".cepat pergi, lain kali berani kurang
ajar lagi hemmm hemmm tidak semudah hari ini."
Dengan perasaan sangat malu dan air muka yang sudah
berubah merah padam Pouw Siauw. Ling menerima kembali
cambuk bajanya, dengan cepat Ang in sin pian maju kedepan
memberi hormat, ujarnya. "Terima kasih atas kemurahan nona, cayhe sekalian
dengan ini mohon diri terlebih dulu, kampung Ie Hee Cung
diatas gunung Ha Mo San di Cing Jan kami dengan hormat
menanti kunjungan saudara saudara sekalian"
Sehabis berkata dia memberi hormat lagi berulang kali,
sesudah itu barulah mengulap tangannya memberi tanda
kepada yang lain untuk, segera berangkat.
ooOoo TERLIHATLAH debu membumbung tinggi keangkasa, suara
derapan kuda yang amat ramai dengan perlahan semakin
menjauh dan akhirnya lenyap dari pendengaran.
Sesudah bayangan Pouw Sak San sekalian lenyap dari
pandangan barulah Liem Tou melepaskan topeng kulit
kambingnya itu, dengan memandang bayangan Pouw Sak San
sekalian dengan termanngu mangu gumamnya seorang diri.
"Ehmmm akhirnya pergi juga"
Mendengar suara gumaman itu gadis cantik pengangon
kambing tersebut mennjadi bingung, tanyanya.
"Liem koko kamu kenal dengan mereka itu?" Jika kamu
tidak pakai topeng bagaimana mereka bisa tahu kamu adalah
Liem Tou" Liem Tou yang sedang melamun ketika mendengar
perkataan gadis cantik pengangon kambing itu segera
meno!eh. Terlihatlah sepasang biji matanya yang bening
sedang memandangi dirinya menanti jawaban. Hatinya
dengan cepat berputar teringat kembali kalau kepandaian
gadis ini sangat tingggi sekali sehinggs Pouw Sak San pun
bukan tandingannya, kedatangannya yang sangat mendadak
ditambah lagi dengan alasan yang berbeda beda, pertama dia
bilang mau cari ayahnya kemudian bilang sedang
mengembalikan kitab pusaka " Toa Loo- Cin Keng kepadanya,
hal ini jelas sekali sedang berpura pura dan punya maksud
tertentu. Berpikir sampai disini perasaan curiga didalam hatinya
segera timbul kembali mendadak teriaknya dengan keras.
"Kalau betul nona datang kemari bertujuan mengembalikan
kitab pusaka Toa Loo Cin Keng yang diambil ayahmu, aku
Liem Tou merasa sangat berterima kasih sekali, kini didepan
masih ada urusan yang harus aku selesaikan secepat
mungkin, terpaksa aku mohon diri terlebih dulu."
"Liem Koko," seru gadis itu dengan cemas. 'Kamu mau
pergi kemana" Ayahku perintahkan aku sesudah kembaiikan
kitab pusaka Toa Loo Cin Keng itu harus mengikuti dirimu,
kamu tidak bisa tinggalkan aku seorang diri."
Liem Tou yang mendengar perkataan dari gadis cantik
pengangon kambing itu sangat polos jujur segera berpikir
kembali. "Kakek Hui Tui Jie itu suruh dia mengikuti aku terus sudah
tentu sedang mengincar kitab pusaka To Kong Pit Liok-ku itu,
kalau tidak masih ada urusan apa?"
Berpikir sampai disini dengan cepat dia menepuk kepala
kerbaunya, serunya. "Hoa" Kerbaunya serera menyahut dan lari dengan sangat
cepatnya kedepan, bersamaan pula Liem Tou menoleh
kebelakang sambil sahutnya.
"Kita bukan sanak bukan saudara buat apa berjalan
bersama-sama" lebih baik kamu cari bapakmu saja"
Sehabis berkata dengan tidak menoleh 1agi dia
melanjutkan perjalanannya, siapa tahu begitu si gadis cantik
pengangon kambing itu melihat Liem Tou lari pergi dengan
cepat seruling pualamnya ditiup, kawanan kambingnya pun
dengan cepat mengikuti dibelakang tubuhnya.
Liem Tou yang menunggang kerbau dalam hati merasa
sangat geli atas kelakuan gadis cantik pengangon kambing
yang mau bertanding lagi dengan kerbaunya, hal ini boleh
dikata sedang mimpi, siapa tahu pikiran itu baru berkelebat
didalam batinya kemudian terdergarlah suara derapan kaki
yang sangat ramai sekali menggetarkan seluruh permukaan
tanah. Dengan cepat dia menoleh kawanan kambing yang
berjumlah ratusan ekor itu dengan kencangnya lari kedepan
membuat debu mengepul memenuhi angkasa bahkan kali ini
gadis cantik pangangon kambing itu berada dipaling depan
memimpin kawanan kambing peliharaannya.
Melihat kedahsyatannya dari gerakan gadis itu perasaan
ingin menang dalam hati Liem Tou segera timbul, sambil
mengapit kencang perut kerbaunya dia terus menerus
berteriak dengan keras. "Hoa, hoa, hoa, . "
Sebetulnya kerbau itu memang sedang lari dengan
kencangnya kini mendapatkan perintah yang sangat gencar
membuat larinya semakin cepat lagi, seperti anak panah yang
lepas dari busurnya dengan sangat cepat dia lari kedepan.
Gadis cantik pengangon kambing yarg berada dibelakang
ketika melihat kerbaunya Liem Tou lari semakin cepat,
seruling pualam yang ditiuppun semakin nyaring lagi. Dalam
sekejap mata kawanan kambing itu bagaikan meletusnya
gunung berapi seperti juga mengamuknya samudra tertiup
angin topan dengan suara memekikkan telinga menguruk
kedepan semakin cepat lagi.
Demikianlah kedua orang itu saling kejar mengejar dan lari
kedepan dengan kecepatan bagaikan kilat, apalagi gerakan
kawanan kambing yang jumlahnya mendekati ratusan itu
semakin mengejutkan setiap orang.
Gerakan ini bukan saja mengejutkan rakyat yang tinggal
disekitar sana bahkan orang orang yang sedang melakukan
perjalananpun merasa sangat terperanjat sehingga air muka
mereka pada berubah menjadi pucat pasi, rumah pada ditutup
dengan rapatnya sedangkan orang orang pada lari serabutan
mencari perlindungan. Didalam anggapan mereka ada berlaksa laksa tentara
sedang menyerbu tempat itu, suasana begitu kacaunya tidak
kalah seperti keadaan zaman peperangan.
**o** 6 Sesudah barlari lagi beberapa waktu lamanya didalam
anggapan Liem Tou kali ini berhasil meloloskan diri dari
kejaran gadis cantik pengangon kambing itu, siapa tahu suara
derapan kaki kambing-kambing gadis cantik pengangon
kambing itu semakin lama makin mendekat. Saat itulah dia
baru tahu kecepatan dari kawanan kambing itu sehingga kini
dia sudah kalah satu gerakan darinya, dalam hati benar2
merasa jengkel dan mangkel, mendadak dia menarik kembali
tali kerbaunya sambil serunya.
Kerbaunya segera berbenti berlari, terdengar kawanan
kambing serta gadis yang berada dibelakangnya dengan cepat
sudah menyusul datang. Sesampainya disamping tubuh Liem Tou seruling pualam
itu sekali lagi ditiup gadis cantik pengangon kambing itu untuk
menghentikan kambing kambingnya, ujarnya kemudian sambil
tertawa. "Liem koko, sungguh menarik sekali permainan ini.
Bagaimana" Kenapa berhenti?"
"Hey!" ujar Liem Tou yang hatinya semakin jengkel. "Siapa
yang mau guyon dengan kamu orang" Aku beritahu padamu
sekarang aku tidak punya waktu lagi, kenapa kamu terus
menerus saja mengikuti diriku?"
'Liem koko, buat apa kamu marah marah?" ujar gadis itu
dengan tersenyum, "Ayahku betul betul suruh aku ikuti dirimu,
kalau tidak dengan melihat wajahmu itu aku tidak akan mau
bermain dengan kamu"
Liem Tou yang dikatai begitu hatinya semakin mangkel,
serunya. "Ayahmu suruh kamu ikuti aku tidak lebih seperti juga
maksud orang yang lain ingin menipu kitab pusaka "To Kong
Pit Liok" ku, aku beri tahu padamu, kamu orang jangan harap
bisa mendapatkan barang itu"
"Tapi.." bantah gadis itu dengan cepat.
"Ayahku belum pernah suruh aku menipu kitab pusaka 'To
Kong Pit Liok" mu itu. Oooh..Liem koko, aku bermain bersama
sama kamu tidak akan mandatangkan kerugian terhadap
dirimu. Semakin bicara Liem Tou semakin gusar mendadak
bentaknya. "Omonganmu semuanya menipu, aku tidak mau
dengar. aku tidak mau deugar lagi, ayahmu mencuri kitab
pusaka "Toa Loo Cin Keng" ku tentu dia mengira kitab itu
adalab kitab pusaka " To Kong pit Liok" siapa tahu kitab itu
bukan, makanya kini suruh kamu datang kesini menipu aku,
kamu kira aku bisa ditipu mentah mentah cepat cepat pergi
dari sini aku tidak mau bertemu lagi dengan manusia2 tidak
jujur hatinya separti kalian."
Perkataaan yang tajam ini, memaksa gadis cantik
pengangon kambing itu hampir hampir menangis dibuatnya
tetapi perkataan dari Liem Tou itu memang beralasan dan
merupakan urusan yang betul betul sudah terjadi sehingga
gadis cantik pengangon kambing betul betul tidak bisa
membantah barang sepatah katapun.
Liem Tou yang melihat gadis cantik pengangon kambing itu
tetap bungkam ejeknya. "Cantiknya memang cantik seperti bidadari yang turun dari
kahyangan, hanya saja hatinya licik sukar diduga."
Sehabis bicara dia angkat kepalanya memandang keatas
udara kemudian siap menjalankan kerbaunya lagi, mendadak
ditengah udara yang berwarna biru itu dari tempat jauh
muncul suatu titik hitam yang bagaikan kilat cepatnya
meluncur datang kemari. Melihat hal itu Liem Tou menjadi
tertegun, pikirnya. "Apa mungkin elang jahanam itu datang lagi?"
Pada saat pikirannya sedang berputar itulah titik hitam itu
semakin lama semakin besar, menanti Liem Tou berhasil
melihat jelas benda itu hatinya menjadi berdesir serunya
dalam hati lagi. "Celaka baru saja dia mau merintahkan kerbaunva lari
kencang ketika dia menoleh terlihatlah gadis cantik pengangon
kambing itu sedang mengucurkan air mata dengan derasnya
dan duduk tidak bergerak diatas kambingrya sambil
memandang kearahnya membuat Liem Tou merasa kasihan.
Sesudah disemprot dengan kata kata yang tajam tadi hatinya
betul betul merasa sangat sedih, untuk membawa kambingnya
meninggalkan tempat itu sudah tentu tidak mungkin bisa,
tetapi untuk tetap mengikuti, Liem Tou juga serba salah.
Bagaimana juga Liem Tou masih tetap sangat welas kasih,
melihat keadaan gadis cantik pengangon kambing yang sangat
kasihan itu tak tertahan ujarnya dengan cemas.
"Nona aku tahu kamu tidak punya maksud jahat terhadap
diriku, tetapi aku selalu menemui bahaya dimanapun banyak
jejak musuh yang sedang mengintai jika kamu tetap ikut aku
maka bahaya selalu akan mengancam tubuhmu, hal ini buat
apa" Coba kamu lihat saja binatang jahanam itu datang lagi"
Gadis itu ketika mendengar nada suara Liem Tou sudah
berubah menjadi sangat halus, hatinya menjadi sangat girang,
ujarnya. "Liem koko kalau begitu kamu sudah setuju kita jalan
bersama sama bukan" Apa itu?"
"Jangan banyak bicara lagi, cepat pergi."
Pada saat dia sedang bicara dengan gadis cantik
peugangon_kambing itulah mendadak dihadapannya menjadi


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gelap, tak terasa dia menjadi sangat terkejut, teriaknya.,
"Hati hai..." Tidak salah lagi elang raksasa yang sangat menyeramkan
itu dengan sangat dahsyat sudah menyambar diatas kepala
kedua orang itu tetapi dengan cepat sudah melayang kembali
ketengah udara dan melenyapkan diri dibalik awan yang tebal.
Dengan tergesa gesa Liem Tou menepuk-nepukkan
kerbaunya untuk melanjutkan perjalanan. Gadis cantik
pengangon kambing yang berjalan disampingnya tidak tahan
tanyanya. "Liem koko, apakah binatang2 juga memusuhi kamu ?"
"Kamu pernah dengar manusia yang bernama Thian Pian
siauwcu " aku dengan mata kepala sendiri pernah melihat dia
mengalahkan para jago dari dunia kangouw hanya dengan
satu pukulan saja bahkan sekalipun Tionggoan Ngo Koay
sudah bekerja sama masih belum sanggup menahan
serangannya, elang itu adalah binatang peliharaannya,
keganasannya luar biasa. Kini aku sudah diketahui jejaknya
oleh binatang terkutuk itu mungkin sekali sebentar lagi
Siauwcu itu sudah akan tiba disini."
"Haaaa ?" seru gadis itu dengan sangat terkejut. "Kiranya
dia . tidak aneh kalau ayahku benar serius."
Sehabis bicara dia bungkam diri tidak bicara lagi.
Sebetulnya Liem Touw merasa sangat curiga terhadapnya
tetapi dikarenakan ditengah perjalanan dia hanya memikirkan
gilanya Ie Cici maka hatinya sedang merasa gemas tidak bisa
dengan cepat tiba dibawah kaki gunung Ha Mo San kemudian
dengan mengikuti jalan rahasia menaiki gunung itu untuk
mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga dengan
demikian perasaan kuatir terhadap gadis itu tidak dipikirkan
lagi. Sesudah melakukan perjalanan beberapa waktu lamanya
elang itu tetap saja belum munculkan dirinya kembali, hal ini
membuat hatinya jauh lebih lega. Tidak lama kemudian
sampailah mereka disuatu sungai yang sangat lebar, ombak
bergulung dengan santarnya sedang angin sepoi-sepoi, hati
Liem Tou betul2 merasa sangat girang pikirnya.
"Kali ini sekalipun elang itu jauh lebih besar dan lebih ganas
beberapa kali-lipatpun aku tidak akan merasa takut !agi."
Hatinya betul2 merasa sangat gembira, dengan cepat dia
meloncat turun dari punggung kerbaunya dan lari menuju
ketepi sungai, tanpa membuka pakaian lagi dia ceburkan diri
kedalam sungai. Menanti gadis cantik pangangon kambing itu
tiba ditepi sunngai, bayangan dari Liem Tou sudah lenyap
tanpa bekas lagi. Lewat beberapa menit kemudian gadis cantik pengangon
kambing itu baru melihat Liem Tou munculkan diri ditengah
sungai tetapi didalam sekejap saja sudah lenyap lagi ditengah
sungai. Terpaksa gadis itupun turun data tunggangannya dan
menanti ditepi sungai, saat itu siang hari sudah lewat, satu
hari penuh tidak dahar membuat perutnya terasa sangat lapar
sekali. Siapa tahu walaupun sudah ditunggu sangat lama tetap
tidak tampak Liem Tou munculkan dirinya keatas permukaan
dalam hatinya betul2 merasa sangat kesal baru saja dia
mendengar deburan yang sangat keras Liem Tou sudah
munculkan dirinya lagi diatas permukaan bahkan tangannya
mencekal seekor ikan yang sangat besar.
Melihat hal itu gadis cantik pengangon kambing itu menjadi
sangat girang, ujarnya. "Liem koko, tidak kusangka kamu punya kepandaian
menyelam yang sangat hebat sekali, ikan itu cukup buat kita
menangsal perut Hey..Liem koko .aku benar2 lapar."
"Kalau tidak lapar buat apa aku tangkap dia" kamu apa
bawa api" "Oh ada.. ada, biar kuambilkan untukmu"
Tempat penyimpanan barang barangnya juga merupakan
tempat tempat yang cukup aneh,dari atas tanduk seeaor
kambingnya dia mengambil keluar korek apinya yang
kemudian diangsurkan kepadanya. Melihat hal itu diam diam
Liem Tou memuji, pikirnya.
"Cara ini sangat bagus sekali, entah kerbauku apa bisa
digunakan juga seperti milik dia" jika dapat digunakan uutuk
menyembunyikan kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng" hal itu
sungguh bagus sekali, dengan begitu bisa juga digunakan
untuk menghindari pencuri pencuri yang punya maksud
tertentu" Sambil berpikir dia menerima korek api setelah memungut
ranting ranting kering menyulut api membakar ikan, maka
mulailah dahar. Walaupun ikan itu tanpa diberi bumbu apapun
dikarenakan perut yang sangat lapar membuat
mereka menghabiskan seluruh ikan itu dengan nikmatnya.
Selesai dahar Liem Tou naik kembali keatas kerbaunya
melanjutkan perjalanan mengikuti aliran sungai itu, gadis
cantik pengangon kambing yang melihat Liem Tou tidak gubris
dirinya lagi sekalipun hatinya merasa tidak gembira terpaksa
mengikuti mereka dari belakang.
Berjalan beberapa waktu lagi sampailah mereka disebuah
jalan raya yang lebar, tetapi Liem Tou tidak mengambil jalan
itu hanya dengan mengikuti tepian sungai melanjutkan
perjalanannya, melihat hal yang sangat aneh ini tidak terasa
tanya gadis itu. "Liem koko, sebetulnya kamu mau pergi ke mana?"
"Aku mau pergi Cing Jan"
"Kenapa tidak menggunakan jalan raya?"
"Tidak!" ujar Liem Tou sambil gelengkan kepalanya. "Aku
tidak akan meninggalkan pinggiran sungai lagi, aku tahu
Walet Emas Perak 7 Kampung Setan Karya Khulung Kisah Pedang Di Sungai Es 16
^