Pencarian

Anak Rajawali 24

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 24


sepasang matanya terpejamkan rapat-rapat.
Dikala itu terlihat bahwa tabib itu telah berkata dengan suara
perlahan, dia juga telah membuka kotak obatnya, mengeluarkan
beberapa macam obat. Dia memaksa memasukkan ke dalam mulut si pemuda.
2356 Ang Lotoa dan beberapa orang penduduk kampung itu coba
membantunya, tapi tabib itu membentak: "Jangan mencampuri"..!" Dan semuanya jadi melompat mundur.
Tabib ini dengan tangannya yang sebat telah berulang kali
memasukkan obat ke mulut Ko Tie. Dan barulah dia duduk
beristirahat, sambil mengipas-ngipas.
"Jiwa pemuda ini jika tidak memperoleh pengobatan yang baik,
niscaya akan mati.....! Jika saja terlambat satu hari, besok kalian
meminta aku mengobati, walaupun aku memiliki obat dewa, tentu
aku tak akan dapat mengobatinya, berarti aku akan rugi?"!"
Setelah berkata begitu, tabib tersebut menghela napas berulang
kali. "Mengapa sin-se mengatakan Sin-se akan rugi jika memang besok
kami meminta pertolongan Sin-se"!" tanya Ang Lotoa yang heran
dan tidak mengerti maksud perkataan Sin-se itu.
"Karena aku akan gagal mengobatinya dan berarti aku akan
mengganti uang kalian tiga kali lipat. Bukankah itu suatu kerugian
yang sangat besar sekali"!" menyahuti tabib buta itu.
2357 Ang Lotoa jadi heran dan takjub, diapun berdebar-debar, tanyanya:
"Kalau begitu...... maksud Sin-se..... pemuda itu akan dapat
diselamatkan jiwanya"!"
Tabib itu mengangguk. "Itu sudah anggukkan pasti.....!" kepalanya, dia menyahuti "Jika tidak, sambil mengangguk- mengapa aku harus dengan hanya mengatakan dapat mengobatinya.
"Jika memang tidak dapat mengobatinya, memegang tubuhnya saja aku sudah dapat mengetahui apakah
dia akan dapat diobati atau tidak..... Aku tentu akan memberitahukan kepada kalian jika memang aku tidak memiliki
kesanggupan buat mengobatinya lagi?"!"
Bukan main girangnya Ang Lotoa dan yang lainnya, segera timbul
harapan mereka. "Terima kasih Sin-se, jika memang benar Sin-se dapat mengobatinya, biarpun kami harus mengeluarkan uang sejumlah
banyak itu, kami tidak akan menyesal. Kami puas sekali, karena
telah berhasil menyelamatkan jiwa seseorang...... seorang
manusia..... berarti kami telah sempat melakukan suatu kebaikan!"
2358 Tabib itu mengangguk-angguk.
"Seharusnya aku meminta duaratus tail mengingat bahwa lukanya
demikian berat dan hebat!" kata tabib itu. "Tapi memang aku sudah
terlanjur dengan permintaanku, sudahlah, aku juga tidak akan
meminta tambah lagi!"
Sambil berkata begitu, segera dia mulai menguruti lagi tubuh Ko
Tie, dan juga telah menotok beberapa jalan darah di tubuh pemuda
itu. Telah terjadi suatu perobahan yang menggembirakan hati semua
orang. Wajah Ko Tie yang semula pucat pias itu perlahan-lahan telah
berobah menjadi memerah. Tentu saja hal ini membuat mereka sangat bersyukur dan harapan
mereka jadi besar bahwa tabib ini memang akan berhasil
menolongi Ko Tie dan menyelamatkan jiwanya.
Mereka juga melihatnya, betapa napas Ko Tie berjalan teratur dan
tidak lemah seperti tadi.
2359 Di waktu itu si tabib terus juga bekerja, sama sekali dia tidak
berhenti, walaupun tampaknya dia sangat letih dan sekujur
tubuhnya telah mengucur keringat yang deras.
Setelah menguruti lagi sekian lama tubuh Ko Tie, barulah dia
berhenti. Dia menghela napas.
"Krisisnya telah dilewatkan, sekarang tinggal menyadarkannya dari
keadaannya ini?" membuat dia siuman!" bilang tabib itu
perlahan. Tapi dia tidak melakukan sesuatu, karena dia telah duduk
mengasoh dulu, dia beristirahat.
Ang Lotoa mengawasi Ko Tie yang telah berubah pipinya
memerah, menandakan pemuda itu memang telah mengalami
kemajuan dalam kesehatannya. Dan dengan adanya kemajuan
seperti itu menunjukkan bahwa pemuda ini memang akan berhasil
di tolong. Sedangkan tabib buta itu telah duduk mengasoh beberapa saat,
barulah kemudian dia mulai menotoki lagi sekujur tubuh Ko Tie.
Setiap totokannya ternyata memiliki sin-kang yang dahsyat sekali.
2360 Hanya saja semua orang kampung itu tak mengerti ilmu silat,
mereka cuma kagum terhadap kesebatan jari tangan tabib itu yang
menotok ke sana ke mari. Tapi kemudian, terlihat betapa Ko Tie telah mengeliat, dan
mengeluarkan suara keluhan.
Disusul lagi, setelah ditotok beberapa kali, pelupuk matanya
terbuka! Ko Tie telah siuman! Bukan main girangnya semua penduduk kampung itu, mereka
telah mengucapkan syukur atas kebesaran Thian, karena lewat
tabib buta ini Ko Tie telah dapat diselamatkan.
Di waktu itu terlihat si tabib telah menghela napas.
"Akh, akhirnya engkau telah terssdar juga?"!" halus suaranya.
Ko Tie memandang kepada tabib itu.
"Kau..... locianpwe....."!" katanya kemudian ketika melihat tabib itu.
"Jika memang engkau ingin sembuh, engkau tidak boleh bicara
dulu!" kata tabib buta itu. "Engkau harus menuruti nasehatku!"
2361 Ko Tie mematuhi pesan tabib itu, dia tidak berkata-kata lebih jauh
lagi. Sedangkan pada waktu itu, tabib itu terus juga menotoki
sekujur tubuh Ko Tie. Setelah menotoki beberapa puluh kali,
barulah dia berhenti. Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi memuji betapa hebatnya
tabib ini. Sedangkan di waktu itu terlihat betapa Ko Tie telah bisa tersenyum,
pipinya memerah dan matanya mulai bersinar.
"Jika memang nanti engkau telah kukirimi lweekang, yang pada
puncaknya engkau akan memuntahkan darah segar..... Kau
jangan terkejut, karena jika memang berhasil kau memuntahkan
darah itu, berarti selanjutnya engkau tidak mengalami ancaman
maut lagi, engkau dapat tertolong.....!"
Ko Tie hanya mengangguk saja.
Penduduk kampung itu memandang girang bukan main, malah
Ang Lotoa telah menghampiri tepi pembaringan. Dia bermaksud
akan menyeka keringat di kening Ko Tie.
Tapi tabib buta itu telah membentak: "Jangan mencampuri dulu.....
atau aku tidak akan mau mengobatinya.....!"
2362 Ang Lotoa terkejut, dia cepat-cepat segera mundur beberapa
langkah. Dia pun segera meminta maaf.
Tabib itu tanpa berkata apa-apa lagi, telah membuka kopiahnya
yang berwarna hijau, sehingga terlibat rambutnya yang berwarna
putih semuanya. Dia duduk di tepi pembaringan, kemudian dia
meletakkan telapak tangannya di dada Ko Tie.
Seketika Ko Tie merasakan betapa dari telapak tangan tabib itu
telah mengalir keluar hawa yang hangat sekali, yang menyelusup
masuk sampai ke dalam dadanya.
Hawa hangat itu dalam bentuk seperti bola dan berputar-putar, dan
terus juga menuju ke perutnya, ke Tan-tiannya.
Ko Tie memejamkan matanya.
Dengan adanya hawa hangat itu, Ko Tie merasakan betapa
tubuhnya jadi jauh lebih segar.
Sedangkan waktu itu si tabib juga telah memejamkan matanya, dia
mengempos semangatnya, mengerahkan tenaga dalamnya yang
disalurkan lewat telapak tangannya.
2363 Ternyata tabib ini memiliki sin-kang yang luar biasa mahirnya. Jika
seseorang yang sin-kangnya belum mahir, tentu tidak akan dapat
mengirimkan hawa murni dengan cara seperti itu.
Sedangkan waktu itu Ko Tie semakin lama semakin segar. Namun
bersamaan dengan dirasakannya rasa segar itu, dia pun
merasakan dadanya sakit sekali.
Dia membuka matanya, hendak menanyakan sesuatu pada tabib
itu, akan tetapi segera juga dia teringat kapada pesan tabib itu yang
melarang dia bicara. Maka Ko Tie segera memejamkan matanya lagi, dia telah
menahan sakit itu, karena dia tahu bahwa tabib ini memang
bermaksud hendak menyembuhkannya.
Perasaan sakit itu semakin lama semakin sakit, malah dia
merasakan napasnya seperti tersumbat, karena dadanya jadi
sesak sekali. Dan karena tidak kuat menahan rasa sakit itu, Ko Tie hendak
menanyakan sesuatu dia membuka mulutnya, buat menyatakan
kepada tabib itu bahwa dia menderita kesakitan yang hebat.
Namun begitu dia membuka mulutnya, seketika dia telah
memuntahkan darah yang kehitam-hitaman banyak sekali.
2364 Si Tabib telah tersenyum.
"Berhasil.....!" katanya kemudian.
Sedangkan Ko Tie telah pingsan lagi tidak sadarkan diri, dia rebah
dengan mata yang terpejamkan.
Sedangkan Ang Lotoa dan kawan-kawannya ketika melihat
keadaan Ko Tie seperti itu, jadi kaget tidak terkira.
"Sin-se.....!" kata mereka serentak dengan hati yang berkuatir
sekali. "Tidak apa-apa..... kalian jangan gugup.....!" katanya kemudian.
Di waktu itu terlihat betapa Ko Tie rebah dengan napasnya yang
perlahan sekali, dadanya bergerak lemah, juga mulutnya dilumuri
oleh darah yang menghitam itu.
Si tabib dengan gesit telah membuka kotak obatnya.
Memang dia tampaknya buta, akan tetapi segalanya dilakukannya
dengan cepat sekali. Dia telah mengambil beberapa macam obat,
lalu memberikannya kepada Ko Tie, dipaksa masuk ke dalam
mulutnya. 2365 Dikala itu, Ko Tie telah dipijit rahangnya, sehingga mulutnya
terbuka dan obat itu tertelan.
Setelah meminumkan obat tersebut, tabib ini kemudian berkata
kepada Ang Lotoa dan penduduk kampung lainnya.
"Kalian semua keluar dulu, berikan kesempatan kepadanya buat
bernapas dan memperoleh udara yang segar, karena dia pengap
sekali dengan kalian memenuhi kamar ini.....!"
Ang Lotoa mengiyakan, bersama dengan kawan-kawannya
mereka keluar. Tampak si tabib menotoki lagi beberapa jalan darah di tubuh Ko
Tie. Lewat beberapa saat, napas Ko Tie lancar kembali dan juga
mukanya telah memerah kembali.
Tabib itu berhenti sejenak, dia menghela napas.
"Bakat yang sangat memuaskan, tulang yang benar-benar sangat
baik!" menggumam tabib itu dengan suara yang perlahan.
Kemudian dia duduk mengasoh, menyenderkan tubuhnya di
dinding seakan tengah tertidur.
2366 Hening sekali keadaan di dalam kamar itu.
Ang Lotoa dan kawan-kawannya jadi tegang sendirinya, telah lama
mereka mendengarkan, dan hening terus. Mereka kuatir kalaukalau tabib itu gagal menolongi Ko Tie.
Tapi, ketika Ang Lotoa beranikan diri buat mengintip ke dalam, dia
melihat tabib itu tengah duduk menyenderkan tubuhnya di dinding,
seakan tengah tidur. Sedangkan Ko Tie tampak rebah dengan pipi
yang telah memerah sehat. Tampaknya juga seperti tengah tertidur
nyenyak. "Dia..... dia sudah tidak pingsan..... dia telah disembuhkan?"!"
kata Ang Lotoa memberitahukan kepada kawan-kawannya dengan
kegembiraan yang meluap. Sedangkan kawan-kawannya juga girang. Bergantian mereka
telah silih berganti mengintip ke dalam kamar.
Dan di waktu itu juga terlihat betapa mereka bermaksud untuk
masuk ke dalam kamar.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Ang Lotoa telah mencegah.
2367 "Ingat Sin-se itu belum lagi memanggil kita?"!" kata Ang Lotoa.
"Kita tidak boleh terlalu ceroboh, karena Sin-se itu tampaknya juga
seorang tabib yang aneh, karenanya kita tidak bisa sembarangan
masuk ke dalam kamar?"!"
Yang lainnya telah mengangguk.
Di waktu itu terlihat Ko Tie perlahan-lahan telah menggerakkan
pelupuk matanya, tampaknya dia telah sadar. Dan juga, dia
mengeluarkan suara keluhan, begitu matanya terbuka.
Dia telah memanggil: "Locianpwe.....!"
Tajam sekali pendengaran tabib itu, karena segera juga dia telah
bangun berada di sisi pembaringan.
"Telah sehat"!" tanyanya.
Ko Tie mengangguk. "Tadi aku telah mencoba menyalurkan tenaga dalamku dan sinkangku itu dapat disalurkan dengan lancar.....!" kata Ko Tie sambil
tersenyum. 2368 "Bagus..... karenanya, di lain waktu, engkau tidak perlu membawa
sikap kepala besar.....!" kata tabib itu. "Jika tidak, tentu siang-siang
aku telah mengobati kau sembuh dari lukamu itu.....!"
Muka Ko Tie bertambah memerah, dia tersenyum, tidak marah
atau menjadi tidak senang oleh kata-kata tabib itu.
"Ya locianpwe, memang apa yang dikatakan locianpwe benar.....
maafkanlah kelakuan boanpwe.... karena boanpwe kurang
pengalaman dan pengetahuan.....!" kata Ko Tie.
Tabib itu mengangguk. "Ya, urusan yang telah lalu sudahlah....... bukankah sekarang aku
berhasil mengobatimu"!"
Ko Tie mengangguk. "Apakah sekarang aku sudah boleh bangun, Locianpwe"!" tanya
Ko Tie. "Tunggu beberapa saat lagi engkau masih perlu rebah dulu di situ.
Nanti aku beritahukan jika memang engkau telah boleh duduk buat
menyalurkan tenaga dalammu.....!"
"Locianpwe.....!"
2369 "Ya"!" "Apakah boanpwe boleh bertanya"!"
"Apa yang ingin kau tanyakan"!"
"Jika memang boanpwe telah disembuhkan, apakah kepandaian
boanpwe tidak akan punah atau menjadi cacad"!" tanya Ko Tie lagi
sambil mengawasi tabib itu.
Tabib itu menggeleng. "Sudah tentu tidak..... kau telah sembuh keseluruhannya.....!" kata
si Tabib. Setelah berdiam sejenak, dia berkata lagi: "Ada sesuatu yang
hendak kuberitahukan kepadamu.....!"
"Apa itu locianpwe"!"
"Kau memiliki bakat dan tulang yang sangat bagus..... karena itu,
jika memang engkau berhasil melatih diri dengan sebaik-baiknya,
tentu engkau akan berhasil menguasai ilmu silatmu dengan
sempurna?"!" 2370 "Terima kasih locianpwe dan boanpwe mengharapkan sekali
petunjuk dari locianpwe!"
"Itu urusan nanti, jika engkau telah sembuh barulah kita
membicarakan lagi.....!" kata tabib tersebut.
Ko Tie mengangguk. Dia memejamkan matanya lagi, sedangkan tabib itu duduk di tepi
pembaringan, dia menotok beberapa jalan darah terpenting di
tubuh Ko Tie dengan totokan yang diperhitungkan kekuatan tenaga
dalamnya, setiap totokan memiliki kekuatan lweekang tersendiri.
Sedangkan Ko Tie sendiri, setiap kali ditotok dia merasakan betapa
darahnya beredar lebih baik lagi, napasnya lebih lurus dan lancar,
membuat dia girang, karena pemuda ini menyadarinya bahwa dia
tengah diberikan bantuan tenaga dalam.
Jika kelak telah sembuh, dia tentu bisa melatih lweekangnya lebih
mudah, karena memang dia telah memperoleh kekuatan lweekang
yang diberikan oleh tabib itu dengan cara terselubung oleh
totokannya. Sedangkan tabib itu terus juga menotok sekujur tubuh Ko Tie, pada
beberapa bagian jalan darahnya.
2371 Siapakah tabib buta itu"
Tidak lain adalah Oey Yok Su.
"Y" Pada hari itu dia lewat di kampung ini. Dia melihat rajawali yang
besar itu. Tiauw-jie. Seketika dia teringat kepada Ko Tie, karena dia memang pernah
mendengar bahwa Ko Tie memiliki hubungan yang intim dengan
Giok Hoa. Dengan demikian dia menduga Ko Tie niscaya dalam
keadaan terluka parah. Dia segera dengan mudah mengintai. Benar saja, Ko Tie dalam
keadaan sekarat. Kemudian dia menulis pelakatnya dan pura-pura menjadi seorang
tabib buta. Dia ingin mengetahui apakah penduduk kampung itu
menolongi Ko Tie dengan kesungguhan hati.
Dan ternyata memang semua penduduk kampung itu bermaksud
menolong Ko Tie dengan kesungguhan hati, membuat Oey Yok Su
jadi terharu sekali. Hatinya tergerak.
2372 Sedangkan beberapa waktu yang lalu, walaupun dia bermaksud
menolongi Ko Tie, tapi dia pun sama seperti hendak mempermainkan Ko Tie, yang akhirnya telah ditinggalkannya.
Maka sekarang, setelah melihat kebaikan penduduk kampung
yang begitu bersungguh-sungguh dan rela untuk mengeluarkan
uang mereka dalam jumlah yang tidak kecil, buat pembayaran
biaya pengobatan itu, hati Oey Yok Su tergerak dan diapun jadi
bersikap lembut kepada Ko Tie. Lenyap juga sifat ku-koaynya.
Di waktu itu tampak dia pun telah berusaha menyalurkan sinkangnya, untuk membantu Ko Tie agar kelak dapat mengerahkan
sin-kangnya dengan mudah.
Oey Yok Su pun telah berusaha membuka beberapa bagian jalan
darah terpenting di tubuh Ko Tie. Dan dia bermaksud untuk
menggembleng pemuda ini, karenanya bahwa pemuda ini selain
memiliki bakat yang sangat baik juga tulang yang bagus.
Sikapnya kali inipun terhadap Ko Tie sangat benar, dia sama sekali
tidak membawa sikap ku-koaynya.
Semua ini berlangsung dengan cepat dan dia telah selesai
menotok sebanyak seratusdelapan jalan darah di tubuh si pemuda,
dan juga dia telah mengurutinya beberapa kali.
2373 Barulah kemudian Oey Yok Su mengasoh lagi. Dia beristirahat
beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia telah menghela
napas. Ia teringat kepada Oey Yong, puterinya, kepada mendiang
isterinya, teringat juga kepada cucunya. Namun di saat-saat hari
tuanya seperti ini, dia bagaikan sebatang kara, karena dia hidup
sendiri, tidak memiliki isteri dan jauh dari anak.
Dengan begitu dia berkelana ke mana ke dua kakinya
membawanya, dia pergi ke tempat-tempat yang disenanginya.
Karena itu, walaupun usianya telah lanjut benar, namun Oey Yok
Su memang memiliki pengalaman yang luas sekali. Dia telah
mendatangi tempat-tempat yang terpencil sekalipun. Dia melewati
hari tuanya dengan berkelana ke sana ke mari.
Di waktu itu, Ko Tie sesungguhnya beruntung sekali bertemu
dengan Oey Yok Su. Sebab selain kebetulan luka yang dideritanya
bisa disembuhkan, diapun telah diberikan hawa murni dari Oey Yok
Su, dibantu juga dengan dibukanya beberapa jalan darah
terpenting di tubuhnya yang membantu banyak kepadanya buat
melatih sin-kangnya kelak mencapai kesempurnaan.
"Y" 2374 Sekarang kita kembali dulu kepada Kam Lian Cu yang telah kita
tinggalkan cukup lama. Gadis itu rebah di dalam keadaan lemah di dalam goa. Dia telah
membuka matanya perlahan-lahan. Yang dirasakannya pada
waktu itu adalah tubuhnya yang sangat lemah sekali.
Dia mengeluh. Tapi kemudian Kam Lian Cu tercekat hatinya, dia teringat apa yang
telah terjadi. Dia menjerit keras ketika dia menundukkan kepalanya, melihat
tubuhnya dalam keadaan telanjang tanpa ada penutupnya, tak
sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
Bagaikan sinting, dia telah menjerit-jerit, menjambaki rambutnya
dan menangis sejadi-jadinya. Apa yang telah dilihatnya merupakan
kenyataan yang benar-benar sangat pahit, karena segalanya telah
terjadi. Dengan mata jelalatan liar dia memandang sekeliling goa itu. Dia
tidak melihat Kim Go. Juga dia tidak melihat Bun Siang Cuan.
2375 Hanya dilihatnya, di atas tanah dalam goa itu, pakaiannya yang
berserakan di sana-sini. Dengan tangis terisak-isak dia mengambili
pakaiannya dan mengenakan kembali.
Sebetulnya, setelah mengetahui segala apa telah terjadi dengan
kera bulu kuning itu, Kam Lian Cu bermaksud membunuh diri,
menghabisi jiwanya. Dengan sekali menabaskan pedangnya, yang menggeletak di luar
goa itu, tentu dia bisa menghabisi jiwanya sendiri. Namun ketika
dia mengambil pedang itu dan menghunusnya, tiba-tiba terpikir
sesuatu olehnya. Jika memang dia membunuh diri, niscaya sakit hatinya yang
sedalam lautan ini tidak akan dapat dibalas.
Juga dia tidak mungkin akan dapat membunuh kera bulu kuning
itu, yang telah menjerumuskan dirinya, demikian juga Bun Siang
Cuan. Karenanya pedang yang telah terhunus itu akhirnya dimasukkan
kembali ke dalam sarungnya.
2376 Gadis ini menangis terisak-isak menyedihkan sekali. Hatinya
hancur sekali. Betapa dia membahayakan dirinya telah melakukan
hubungan bathin dengan seekor kera!
Dan urusan ini jika tersiar di dalam rimba persilatan, akan ditaruh
dimana mukanya" Tangis Kam Lian Cu terus juga tidak berhenti sampai lama sekali.
Dia kaget ketika tiba-tiba ada sesosok bayangan di mulut goa
diiringi tertawa yang dikenalnya dan dibencinya sekali.
"Mengapa harus menangis" Apakah engkau menyesal menjadi
mantuku"!" suara Bun Siang Cuan dingin sekali, seperti juga
mengejek si gadis. Kam Lian Cu menoleh dengan mata yang liar. Tiba-tiba dengan
diiringi suara bentakan bengis dan mengandung kekecewaan serta
kebencian yang sangat, Kam Lian Cu telah menghunus
pedangnya, yang dipergunakan buat menikam kepada perut Bun
Siang Cuan. Kepandaian Kam Lian Cu memang masih beberapa tingkat di
bawah kepandaian Bun Siang Cuan. Karena itu, mana mungkin dia
bisa berhasil dengan serangannya itu, walaupun telah melakukannya dengan sekuat tenaga dan secepat kilat.
2377 Pedangnya itu meluncur dengan cepat sekali, tapi menikam tempat
kosong, karena Bun Siang Cuan telah berkelit ke belakang
beberapa tombak jauhnya. "Bangsat keparat, akan kubunuh kau!" teriak Kam Lian Cu dengan
suara yang mengandung kebencian yang meluap-luap.
Dia menyerbu keluar goa itu.
Bun Siang Cuan tertawa dingin.
"Kau ingin membunuhku" Bisakah?" tanyanya dengan mengejek
dan dia mengelak. Begitu gesit gerakan dari Bun Siang Cuan, sehingga tahu-tahu dia
seperti telah lenyap dari hadapan Kam Lian Cu.
Kam Lian Cu menangis terisak-isak dan mengawasi sekelilingnya
mencari kakek tua yang telah menjerumuskannya itu.
"Sebagai seorang mantu tidak boleh berlaku dan bersikap kurang
ajar kepada mertuanya!" terdengar lagi suara dari Bun Siang Cuan
yang dingin dari belakangnya.
Kam Lian Cu memutar tubuhnya dibarengi dengan tikaman
pedangnya, karena dia menduga kakek tua itu berada di situ.
2378 Tapi dia menikam tempat kosong, kakek tua itu berdiri cukup jauh.
"Hentikan segala kelakuanmu itu, jika memang engkau tidak mau
kubuat tidak berdaya!" bentak Bun Siang Cuan mengancam.
Sambil berkata begitu, tangan kiri dari Bun Siang Cuan
menggenggam gagang pedang itu, sedangkan dua jari tangannya
yang lain telah menjepit pedang itu, sehingga seketika dia
mengerahkan tenaga dalamnya, maka pedang itu telah menjadi
patah. Di waktu itu terlihat kakek itu telah membuang patahan pedang
tersebut. Dan dia pun telah berkata lagi dengan suara yang dingin:
"Hemmm, dengan adanya peristiwa ini, engkau baru mengetahui
siapa adanya Bun Siang Cuan?"!"
Kam Lian Cu menangis terisak-isak dengan hati yang hancur
bukan main, dia juga telah mengawasi kakek tua itu dengan sorot
mata penuh kebencian. "Kam Lian Cu?"! Jika memang engkau tidak bisa membunuh
kakek keparat itu dan kera keparat itu, engkau tidak boleh mati
dulu!" 2379 Begitulah bisik hatinya. "Ingatlah baik-baik"! Namanya adalah Bun
Siang Cuan! Bun Siang Cuan! Bun Siang Cuan.....!"
Setelah berdiam sesaat, kakek tua itu bersiul dengan suara yang
nyaring sekali. Dari kejauhan tampak berlari-lari sesosok bayangan kuning. Dan
setelah mendekat, Kam Lian Cu bisa melihat dengan jelas, itulah
si kera bulu kuning Kim Go!
Dengan penuh kebencian, dan mata yang memancarkan sinar


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan mata pedang ataupun berapi, dia mengawasi Kim Go.
Kim Go telah berdiri di samping kakek tua she Bun itu, dengan
mengeluarkan suara pekik perlahan.
Dengan mengeluarkan suara jeritan mengandung kebencian dan
dendam yang mendalam, bercampur baur dengan sakit hati dan
kehancuran hatinya, ke dua tangannya meluncur mencekik leher
Kim Go. Kera itu kelejatan kaget, karena tahu-tahu napasnya tersumbat. Ke
dua tangannya bergerak-gerak, dia mencakar ke sana kemari dan
mengeluarkan suara pekikan.
2380 Kam Lian Cu tidak memperdulikan tubuhnya sebagian telah kena
dicakar oleh kuku-kuku jari tangan Kera itu. Malah mukanya juga
kena tercakar sampai mukanya itu terluka dan mengalirkan darah
merah yang sangat deras sekali.
Dia mencekik terus dengan sekuat tenaganya, malah dia
bermaksud untuk mencekik terus kera itu sampai mati.
Dan kelak setelah dia berhasil membunuh kakek tua Bun Siang
Cuan juga, barulah dia akan membunuh diri. Karena dia tidak
sanggup dengan aib dan malu yang telah dideritanya, berhubungan dengan seekor kera.....
Ketika menyaksikan apa yang dilakukan oleh si gadis, si kakek jadi
marah bukan main. "Perempuan hina dina?"!" makinya, dan dia mengulurkan
tangannya untuk menjambak baju di punggung si gadis. Dia telah
menghentaknya dan melontarkan tubuh si gadis dengan kuat
sekali. Tubuh Kam Lian Cu terbanting bergulingan di atas tanah.
Sedangkan Kim Go mengerang-erang kesakitan sambil memegangi lehernya. 2381 Si kakek Bun Siang Cuan segera berjongkok buat menguruti leher
kera itu. "Tidak apa-apa..... memang seorang isteri terkadang galak dan
ganas..... Nanti dia juga akan tunduk dan patuh kepadamu?"!"
kata Bun Siang Cuan. Kera itu mengeluarkan suatu yang aneh sekali, seperti sikap
seorang anak yang manja terhadap ayahnya.
Waktu itu Kam Lian Cu telah bangun berdiri, seperti orang yang
berobah pikiran dan menjadi sinting, sambil menangis keras dan
kalap dia berlari-lari ke sana ke mari.
Sedangkan waktu itu si kakek telah mengejarnya.
"Berhenti!" bentaknya.
Tapi Kam Lian Cu tidak juga mau berhenti.
Dia mengejarnya dan ketika dapat mengejar telah dekat, dia
menggunakan tenaga jari telunjuknya untuk menotok.
Si gadis terjungkel. 2382 Walaupun tubuhnya tidak dapat digerakkan, tapi dia jadi menangis
sedih sekali. Di waktu itu, si kera bulu kuning pun telah mengejar tiba, dia
mengeluarkan suara "ngukkk, ngukkk" berulang kali sambil
menunjuk-nunjuk kepada si gadis.
Bun Siang Cuan telah bilang: "Kau jangan kuatir, aku tidak akan
mencelakai isterimu! Tapi sayang sekali, mukanya telah rusak
sebagian karena engkau cakar?"!" Sambil berkata begitu, si
kakek telah berjongkok. Dilihatnya muka Kam Lian Cu penuh oleh bekas cakaran, luka
yang agak dalam dan juga mengeluarkan darah segar yang merah
membasahi wajahnya. "Hemmm, penyakit yang dicari sendiri!" menggumam si kakek tua
she Bun itu. Kemudian dia mengajak kera itu buat meninggalkan tempat
tersebut. Namun kera itu mengeluarkan suara "ngukk, ngukk" beberapa kali,
kemudian menunjuk-nunjuk kepada Kam Lian Cu, seakan juga dia
2383 hendak memberitahukan kepada Bun Siang Cuan, bahwa dia tidak
mau meninggalkan "isteri" nya.
Bun Siang Cuan tersenyum.
"Jangan kuatir, aku ingin pergi mengambil obat-obatan buat
mengobati mukanya itu.....!" kata Bun Siang Cuan. "Dia dalam
keadaan tertotok, tidak mungkin dia bisa melarikan diri!"
Kera itu baru mau ikut dengannya.
Kam Lian Cu rebah sendiri di atas tanah dengan isak tangisnya
yang kalap. "Ohhhhhh Thian....... mengapa nasibku demikian buruk "!"
sesambatan si gadis. Dia terus juga sesambatan, di antara tangisnya.
Tidak lama kemudian dia mendengar suara berkerisik rumput tidak
jauh dari tempatnya berada.
Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, dia hanya menoleh ke arah
datangnya suara itu. Karena dia menduga bahwa yang datang
tentunya si kakek tua itu bersama keranya yang katanya diangkat
menjadi anaknya. 2384 Tapi kemudian dia jadi kaget sendirinya.
Orang yang tengah mendatangi adalah seorang laki-laki berusia
limapuluh tahun, berpakaian seorang pendeta yang alim dan
wajahnya welas asih. Pendeta itu kaget tidak terkira ketika melihat seorang wanita yang
mukanya berlumuran darah rebah di tanah. Dia menduga itulah
semacam Yauw-koay, yaitu siluman, yang hendak menggodanya.
"Omitohud.....!" Segera juga pendeta itu memuji akan kebesaran
sang Buddha. Tapi ketika ia melihat wanita itu dalam keadaan tertotok dan dalam
keadaan tidak bisa bergerak, menangis terisak-isak dia jadi
memandang lagi beberapa saat. Kemudian hatinya tergerak.
Dia berpikir: "Apakah wanita ini bukan korban dari begal yang telah
menganiaya dan meninggalkannya dalam keadaan tertotok?"
Setelah berpikir begitu, pendeta itu menghampiri Kam Lian Cu
lebih dekat. Dia segera bertanya: "Omitohud! Siancai! Siancai!
Apakah kau bukan Yauw-koay?"
Kam Lian Cu menangis terisak-isak. Dia kaget dan malu.
2385 Kaget karena telah ada orang asing di tempat itu, yang jika
mengetahui urusannya tentu sangat memalukan sekali, di mana
dia telah "dikerjakan" oleh seekor kera. Hanya saja dia bersyukur
bahwa orang itu adalah seorang pendeta.
"Taysu..... tolonglah aku..... tolonglah aku..... aku benar-benar
manusia yang paling sengsara dan menderita menerima beban
percobaan yang berat sekali di dunia ini?"!"
"Siapa kau sebenarnya?" tanya si pendeta itu sambil mengawasi
Kam Lian Cu dalam-dalam. "Nanti akan kuceritakan, sekarang kau tolonglah aku, karena jika
terlambat, penjahat itu akan kembali, celakalah aku dan kau juga
Taysu, akan celaka"!"
"Ohhhhh, kau telah dianiaya oleh penjahat?" tanya pendeta itu lagi.
"Ya?" tolonglah aku, Taysu?"!"
"Mari...... mari bangun!" kata pendeta itu sambil mengulurkan
tangannya. "Aku dalam keadaan tertotok?"!" berkata Kam Lian Cu dengan
isak tangisnya. 2386 Hanya satu-satunya harapannya, yaitu si pendeta. Karena jika si
pendeta mau membawanya kabur meninggalkan tempat itu dan
jejak mereka tidak dapat dicari oleh si kakek Bun Siang Cuan,
maka si gadis akan terhindar dari perbuatan mesum terkutuk kera
bulu kuning itu. "Gotonglah Taysu...... gotonglah aku?" aku dalam keadaan
tertotok!" berseru ia kepada pendeta itu.
"Omitohud! Betapa jahatnya penjahat itu mukamu pun telah rusak!"
kata pendeta itu. Dia memang seorang ahli silat juga, seorang pendeta pengelana
yang berilmu tinggi. Setelah memuji lagi akan kebesaran sang
Buddha, dia membuka totokan pada tubuh Kam Lian Cu.
Pendeta itu mengikuti sambil bertanya-tanya kepadanya, apa
sesungguhnya telah terjadi.
Tapi Kam Lian Cu tidak mau menceritakannya, dia hanya bilang:
"Nanti jika telah tiba di tempat aman, aku akan menceritakannya,
sekarang yang terpenting kita mencari tempat yang aman buat
menyingkirkan diri dari kejaran si penjahat.....!"
2387 "Kau beritahukan kepada Lolap, siapakah sebenarnya penjahat itu.
Biarlah Lolap nanti pergi membasminya!" kata pendeta itu gusar.
"Jangan Taysu, Taysu bukan tandingannya, dia sangat lihay
sekali.....!" kata Kam Lian Cu masih terus berlari sekuat tenaganya.
Si pendeta tampak jadi penasaran.
"Tapi lolap rela mengorbankan jiwa untuk menumpas kebathilan
dan kejahatan!" katanya kepada si gadis.
Kam Lian Cu tidak melayani, dia berlari terus. Setelah berlari
belasan lie, dilihatnya sebuah mulut lembah. Tanpa pikir panjang
lagi Kam Lian Cu berlari-lari masuk ke dalam lembah itu.
Si pendeta juga telah ikut masuk ke dalam lembah. Masih Kam
Lian Cu berlari terus, karena dia masih ingin mencari tempat yang
benar-benar terlindung dengan aman, tidak meninggalkan jejak,
sehingga Bun Siang Cuan tidak dapat mencarinya.
Jika dia terjatuh ke dalam tangan Bun Siang Cuan lagi, tentunya
Kam Lian Cu menjadi permainan dari si kera bulu kuning itu.
Dengan begitu pula akan membuatnya jadi bulan-bulanan
permainan hina dina!"
2388 Jika menuruti hati kecilnya, sesungguhnya Kam Lian Cu sudah
tidak mau hidup. Penderitaan malu yang diperolehnya dari apa yang dilakukan oleh
si kakek Bun Siang Cuan berdua dengan kera bulu kuning itu,
benar-benar membuat jiwa si gadis hancur.
Namun justeru dendamnya yang membara kepada Bun Siang
Cuan, kakek tua keparat yang dianggapnya sebagai sumber dari
bencana itu, dan biang keladinya juga, membuat dia tidak mau mati
dulu. Dia bermaksud dan bertekad, walaupun bagaimana hendak
menuntut balas dan membunuh kakek tua itu dengan tangannya
sendiri. Juga dia ingin membunuh kera bulu kuning itu, Kim Go.
Karena itu, walaupun bagaimana si gadis masih mau hidup, dia
masih mau hidup, dia masih akan mempertahankan jiwanya.
Ketika sampai di sebuah lekukan tebing yang dalam sekali,
merupakan tempat yang sangat baik buat menyembunyikan diri,
Kam Lian Cu akhirnya berhenti berlari dan merebahkan dirinya di
situ. 2389 Napas Kam Lian Cu tampak memburu keras, ia letih bukan main,
karena tadi dia telah berlari sekuat tenaganya.
Pendeta itu pun telah duduk di dekatnya, tapi napasnya sama
sekali tidak memburu. Sikapnya tetap tenang, dan dia hanya
tersenyum mengawasi si gadis.
Di kala itu Kam Lian Cu kebetulan menoleh kepadanya, dia melihat
keadaan si pendeta, jadi terkejut dan bercampur dengan perasaan
kagum. Dengan keadaannya seperti itu menunjukkan bahwa pendeta ini
memang memiliki kepandaian yang tinggi.
Kam Lian Cu tadi telah berlari begitu cepat dan juga telah berusaha
untuk menggunakan seluruh tenaganya, sampai ia begitu letih dan
napasnya memburu keras. Tapi kenyataannya pendeta itu sama sekali tidak memburu
sedikitpun juga napasnya. Dia malah tampak tenang-tenang saja.
Dengan demikian seperti itu, segera juga Kam Lian Cu dapat
menarik kesimpulan bahwa pendeta ini tentunya seorang yang
memiliki kepandaian yang tidak ringan dan tidak mau menonjolkan
diri. 2390 Sebagai seorang rimba persilatan, si gadis yang juga mengerti,
tentunya pendeta ini bukan orang sembarangan. Cepat-cepat Kam
Lian Cu bangun berdiri, dia menjatuhkan dirinya dihadapan si
pendeta. Sambil menangis menggerung-gerung dan katanya:
"Locianpwe, terima kasih atas pertolongan locianpwe?"!"
Pendeta itu memintanya agar dia bangun dan tidak melakukan
peradatan. Pendeta itu kemudian bilang:
"Sekarang maukah kau nona menceritakan apa yang sesungguhnya telah terjadi"!"
Pipi Kam Lian Cu berobah merah. Dia malu bukan main mengingat
lagi akan peristiwa yang membawa aib luar biasa buat dirinya.
Namun di antara isak tangisnya, dengan suara yang tersendatsendat, dia menceritakan apa yang telah terjadi dan menimpah
dirinya. Mendengar cerita Kam Lian Cu seperti itu, maka pendeta tersebut
jadi merah padam, dia tampaknya murka bukan main. Malah
tangan kanannya telah menepuk batu di sampingnya.
2391 "Plakkk!" batu itu kena dihantamnya sampai sempal dan sebagian
hancur menjadi bubuk. Malah dengan suara mengandung
kemurkaan dia bilang: "Sungguh biadab sekali manusia she Bun itu"..! Bun Siang Cuan.
Itulah nama baru buat rimba persilatan. Tapi perbuatannya ini,
suatu perbuatan yang biadab yang selama ini belum pernah Lolap
dengar.......!" Waktu berkata begitu, tubuh si pendeta tampak menggigil keras
karena menahan kemarahan yang sangat hebat.
Sedangkan Kam Lian Cu jadi menangis tambah sedih terisak-isak.
"Sebetulnya Locianpwe....... boanpwe tadinya bermaksud hendak
membunuh diri. Tapi akhirnya boanpwe bertekad buat hidup terus.
Karena boanpwe bermaksud membalas sakit hati yang sedalam
lautan ini.....!" kata Kam Lian Cu kemudian.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendeta itu menghela napas lagi.
"Kau jangan berputus asa dalam usia semuda ini, karena masih
banyak yang perlu engkau lakukan untuk dapat melakukan
perbuatan besar.....!" dan si pendeta telah mengawasi si gadis,
akhirnya dia menghela napas lagi.
2392 "Nasibmu memang malang benar.....!"
Tiba-tiba Kam Lian Cu telah berlutut di hadapan si pendeta sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Dia menangis
sesambatan. Kemudian katanya di antara isak tangisnya:
"Locianpwe, tolong boanpwe! Terimalah boanpwe sebagai murid,
karena boanpwe kelak hendak membalas sakit hati dengan
membunuh Bun Siang Cuan dengan tangan boanpwe sendiri,
begitu juga si..... si..... si kera..... kera bulu kuning itu.....!"
Pendeta itu tampak tertegun sejenak. Sulit baginya buat menerima
seorang murid wanita. Dia adalah seorang pendeta, dengan
demikian tidak pantas dilihat umum kalau saja memang dia
menerima seorang murid wanita.
Akhirnya pendeta itu menghela napas.
"Baiklah.....!" katanya kemudian dengan suara yang terharu. "Aku
bersedia menerima engkau, tapi bukan sebagai murid, hanya
sebagai sesama manusia yang tengah dalam kesulitan dan
ditimpah bencana, di mana Lolap akan mewarisi seluruh
2393 kepandaian dan ilmu Lolap..... Namun tidak bisa di antara kita
diadakan sebutan Suhu atau murid. Mengertikah kau"!"
Bukan kepalang girangnya Kam Lian Cu, ia berlutut sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali.
"Terima kasih Locianpwe".. terima kasih locianpwe..... boanpwe
sangat bersyukur sekali!" kata Kam Lian Cu, karena kini muncul
setitik harapan di dalam hatinya.
Walaupun kepandaian Bun Siang Cuan sangat tinggi sekali, tapi
dengan mempelajari ilmu silat si pendeta yang tampaknya juga
tidak rendah, dan juga mengharapkan dengan latihan yang tekun,
Kam Lian Cu bisa memperoleh kepandaian yang tinggi. Dan
dengan bertambah tuanya usia dari kakek Bun Siang Cuan tentu
tenaganya agak berkurang, maka ada harapan bahwa ia kelak
akan berhasil membalas sakit hatinya itu.
Si pendeta telah memimpin Kam Lian Cu buat bangun berdiri. Dia
pun telah bilang: "Lolap harap kau belajar dengan tekun dan giat. Karena dengan
mempelajari seluruh kepandaian lolap, tapi tanpa berlatih dengan
sebaik mungkin, tidak mungkin kau akan dapat menguasai seluruh
ilmu silat itu dengan baik. Mengertikah kau"!"
2394 Kam Lian Cu mengangguk beberapa kali mengiyakan.
Begitulah, mereka berdua telah memasuki lembah itu lebih dalam
lagi. Mereka mencari tempat yang sekiranya cocok buat menjadi
tempat tinggal mereka. Di dalam lembah itu memang terdapat banyak sekali goa-goa, dan
juga banyak tebing-tebing yang bertonjolan. Dengan demikian
tidak sedikit tempat yang bisa dipergunakan sebagai tempat tinggal
atau berteduh. Tapi Kam Lian Cu dan si pendeta mencari tempat yang benarbenar tersembunyi yang sekiranya sulit ditemukan orang yang
kebetulan lewat di tempat itu.
Akhirnya mereka memilih sebuah goa yang tidak jauh dari lekukan
batu tebing. Dengan demikian goa ini berada di belakang lekukan
batu tebing. Jika memang orang tidak memperhatikan dengan teliti
dan baik-baik, tentu tidak mengetahui di belakang tebing itu ada
goa yang tersembunyi.......
Demikianlah, Kam Lian Cu mulai melatih diri di bawah bimbingan
pendeta itu. 2395 Ia memang telah memiliki kepandaian yang tinggi. Sekarang
memperoleh petunjuk dari guru tak resminya itu, kepandaian dari
tingkat atas, membuat Kam Lian Cu memperoleh kemajuan yang
pesat. Yang membuat pendeta itu jadi girang, justeru setiap jurus yang
diturunkannya, dapat dicernakan oleh Kam Lian Cu dengan mudah
dan cepat. Di samping tekadnya yang kuat, Kam Lian Cu memang memiliki
bakat dan tulang yang bagus. Karenanya, semakin lama si pendeta
semakin tertarik pada Kam Lian Cu. Hanya disayangkan olehnya
bahwa Kam Lian Cu adalah seorang wanita, dengan demikian,
tentu saja sulit buat dia menerimanya dengan resmi sebagai
muridnya. Tapi si pendeta bersungguh-sungguh sekali dalam mewarisi
kepandaiannya. Dia telah menurunkan ilmu silat yang hebat dan
cara melatih lweekang yang benar-benar ampuh sekali dari tingkat
tinggi. Kam Lian Cu giat sekali berlatih diri. Dia tidak mengenal lelah dan
berlatih terus dengan rajin, sehingga dia memperoleh kemajuan
yang sangat pesat. 2396 Namun jika dia tengah duduk termenung seorang diri, air matanya
sering menitik berlinang, karena dia berduka bukan main
mengingat akan nasibnya yang sangat buruk itu.
Dia masih berusia muda sekali. Cantik jelita. Juga memiliki bentuk
tubuh yang menarik. Dia pun telah mencintai Ko Tie, dan
tampaknya Ko Tie pun mencintainya.
Tapi sekarang, justeru dia telah berpisah dengan Ko Tie dan
akhirnya mengalami peristiwa yang biadab dan menyedihkan
sekali itu. Benar-benar membuat hati si gadis jadi hancur.
Terlebih lagi sekarang wajahnya pun terdapat cacad bekas
cakaran kuku dari kera bulu kuning itu, sehingga wajahnya,
walaupun memang masih tampak sisa-sisa kecantikannya, tokh
mukanya itu tampak jadi menyeramkan.
Dan setiap kali teringat akan semua itu, Kam Lian Cu jadi berduka.
Hatinya hancur dan air matanya telah menitik turun.
Tanpa disadarinya, dia telah belajar ilmu silat kepada si pendeta
selama empat bulan.......
2397 Di waktu itu, tubuhnya pun mengalami perobahan, karena perutnya
dari pertama, bulan ke dua dan ke tiga, lalu memasuki bulan ke
empat, berobah menjadi besar.
Semula Kam Lian Cu menduga bahwa ia bertambah gemuk. Akan
tetapi seketika ia memberitahukan keadaannya kepada si pendeta.
Dan juga memang belakangan ini si pendeta sering memperhatikan perobahan perut Kam Lian Cu, jadi memeriksa
dengan memegang nadi dipergelangan tangan Kam Lian Cu.
Wajah si pendeta berobah.
"Oohh, inilah urusan yang benar-benar ajaib sekali!" mengeluh si
pendeta yang mukanya segera memperlihatkan perasaan tegang
sekali. "Siancai! Siancai! Kau dalam keadaan mengandung.....!"
Bukan kepalang kagetnya Kam Lian Cu. Dia mengandung"
Apakah hubungan dengan kera kuning itu bisa membuahi
rahimnya" Benar-benar tidak masuk akal!
Si gadis jadi menangis menggerung-gerung. Dia tidak bisa
membayangkannya, entah bagaimana kelak jika anaknya ini telah
2398 dilahirkan. Dan dia tidak berani membayangkan juga, entah
bagaimana bentuk dari anaknya itu kelak.
Bukankah ia yang mengetahui dengan pasti, bahwa ia "diperkosa"
oleh kera berbulu kuning. Apakah hubungan tersebut justeru dapat
membuahi seorang anak"
Apakah antara kera dengan manusia bisa terjadi sesuatu
kehamilan" Betul-betul membuat hati Kam Lian Cu tambah
berduka saja. Ia menangis menggerung-gerung dan hampir jatuh pingsan tidak
sadarkan diri. Si pendeta telah menghiburnya.
Begitulah tiga hari tiga malam Kam Lian Cu menangis tidak
hentinya menyesali akan nasibnya. Bahkan dia pun telah
bermaksud untuk membunuh diri saja.
Betapa memalukan sekali! Bagaimana kelak jika ia telah melahirkan dan yang dilahirkannya
itu adalah seorang bayi, yang keadaannya mirip dengan seekor
kera" Atau memang benar-benar dia melahirkan bayi seekor kera"
2399 Dan Kam Lian Cu tidak bisa membayangkan apa yang harus
dilakukannya di waktu itu. Membunuh bayi itu" Atau pun
memeliharanya" Apakah bayinya itu akan bisa bicara"
Sebetulnya, Kam Lian Cu sudah tidak kuat menanggung semua
penderitaan ini. Terlebih lagi setelah dia mengetahui bahwa dirinya
dalam keadaan mengandung.
Hanya saja disebabkan dendamnya yang besar terhadap Bun
Siang Cuan, telah membuat dia menguatkan hatinya untuk hidup
terus. Dan juga memang si pendeta selalu menghiburnya, meminta
agar Kam Lian Cu menguatkan hatinya.
Karena dari itu, akhirnya dia bisa menguatkan hatinya dan dia pun
telah berhasil untuk dapat menetapkan pendiriannya, bahwa dia
siap menantikan kelahiran bayinya itu.
Walau bagaimana bentuk bayi itu, tokh tetap saja anaknya. Hanya
saja kedatangan anak itu di permukaan bumi ini, akan
mendatangkan linangan air mata calon sang ibu tersebut.
Si pendeta semakin sayang dan berkasihan terhadap nasib si
gadis. Dia bisa membayangkan betapa hebatnya penderitaan
bathin dari Kam Lian Cu, karena memang di waktu itu bisa
dibayangkan, bagaimana perasaan dari Kam Lian Cu yang
2400 menantikan kelahiran bayinya, akibat dari benih yang disebarkan
oleh seekor kera di dalam rahimnya"
Dan urusan ini memang merupakan peristiwa yang jarang sekali
terjadi. Peristiwa yang benar-benar sangat hebat sekali, peristiwa
yang mungkin akan mencengangkan setiap orang yang mendengarnya. Dan Kam Lian Cu sebagai orang yang bersangkutan, tentu saja
menerima percobaan hidupnya ini dengan hati yang terluka dan
hancur sekali diliputi oleh kesedihan yang tidak terkira?"
Di waktu itu si pendeta telah menasehati si gadis, karena sekarang
telah diketahui bahwa Kam Lian Cu tengah hamil, maka dia tidak
boleh melatih ilmu silat yang berat-berat. Juga tidak boleh melatih
ilmu sin-kang yang terlalu tinggi.
Jika setiap hari dia melatih sin-kangnya, karena ilmu tenaga
dalamnya merupakan hawa murni yang mengelilingi perutnya,
tentu akan membuat gangguan yang tidak kecil buat kandungannya itu. Kam Lian Cu mematuhi akan nasehat si pendeta. Dia pun terus
banyak beristirahat. 2401 Dan yang luar biasa tabahnya gadis ini, ia pun bersedia dengan
penuh tekad dan kesabaran menantikan kelahiran bayinya.
Walaupun bagaimana, yang berada dalam kandungannya adalah
bayinya. Cuma saja yang dikuatirkannya, begitu ia melahirkan, yang
dilahirkannya adalah bayi dalam bentuk seratus prosen seekor
kera..... Dan dia pun tidak bisa membayangkan, entah dengan cara
bagaimana kelak dia melatih anaknya itu, kalau memang bayi itu
dalam bentuk kera. Tentunya pun tidak akan secerdik manusia..... tapi jelek, bagus
atau pun juga bodoh atau pintarnya bayi itu, tetap saja bayi
tersebut anaknya. Dan ia memang akan mencintainya, cinta
seorang ibu....... "Y" Giok Hoa telah kita tinggalkan cukup lama, marilah sekarang kita
melihat keadaannya. Giok Hoa telah berkelana dari kota yang satu ke kota lainnya.
Diapun berusaha menyelidiki di mana jejak Ko Tie, karena iapun
sangat menguatirkan sekali kalau-kalau terjadi sesuatu pada diri
pemuda itu. 2402 Ia mengakui, memang ia sangat mencintai Ko Tie. Jika
sebelumnya dia tidak merasakan terlalu keras perasaannya itu,
dan ia pun kurang begitu yakin dia mencintai Ko Tie.
Tapi setelah ia berpisah dengan Ko Tie dan kehilangan jejak
pemuda itu, barulah dia merasakan betapa pun juga ia sangat
membutuhkan sekali pemuda itu. Ia sangat merindukannya.
Seringkali jika malam hari dia tengah berada di kamar rumah
penginapan yang disinggahinya, si gadis jadi duduk termenung
dengan hati yang sangat rindu sekali kepada Ko Tie.
Dan dia mengharapkan dapat bertemu dengan Ko Tie secepat
mungkin. Tapi usahanya itu, yang berusaha menyelidiki jejak Ko Tie tetap
saja tidak berhasil. Karena dia tidak pernah mendengar perihal si
pemuda. Keadaan seperti ini telah membuat Giok Hoa jadi berduka bukan
main. Tubuhnya juga agak kurus, karena selalu memikirkan
pemuda pujaan hatinya itu.
Demikianlah, dia menyesali juga tindakannya, yang telah
meninggalkan rumah penginapan dan dari Ko Tie begitu saja. Dia
2403 telah membawakan adatnya begitu dan memisahkan diri dengan
Ko Tie. Dia telah meninggalkan surat buat Ko Tie, di mana dia menjelaskan
bahwa dia telah pergi hendak berkelana seorang diri.
Namun setelah dia mengetahui bahwa dirinya sangat merindukan
Ko Tie, segalanya telah terlambat. Dia telah demikian rindunya
walaupun dia berpisah dengan Ko Tie belum lagi begitu lama.
Juga diapun segera berobah haluan, dia mencari Ko Tie lagi.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Justeru sekarang tidak mudah baginya buat mencari Ko Tie,
karena Ko Tie seperti juga telah lenyap begitu saja dari tempatnya,
dan tidak meninggalkan jejak.
Giok Hoa mencarinya ke sana ke mari, dengan perasaan rindu
yang semakin mencekam dirinya. Sayangnya Giok Hoa tetap saja
tidak berhasil dengan usahanya tersebut.
Akhirnya Giok Hoa berusaha mengendalikan perasaan rindunya
itu. Dia mengalihkan perhatiannya dengan berusaha turun tangan
membantu orang-orang yang tengah dalam kesulitan dan juga
terancam bahaya oleh perbuatan si jahat tapi kuat.
2404 Karena itu, sedikitnya, Giok Hoa bisa mengalihkan perhatiannya
dan setiap hari tidak memikirkan Ko Tie selalu.
Memang terkadang sulit sekali menduga hati wanita. Jika
sebelumnya Giok Hoa yang meninggalkan Ko Tie. Dia hanya
meninggalkan sepucuk surat yang menyatakan bahwa dia telah
berangkat lebih dulu dan melanjutkannya seorang diri.
Namun setelah berpisah, justru timbul rindunya dan Giok Hoa
menyadarinya bahwa dia sangat membutuhkan dan mencintai Ko
Tie. Tapi justeru belakangan dia sulit sekali buat mencari jejak Ko
Tie. Dengan begitu, akhirnya si gadis hanya mengharap kelak dia bisa
bertemu lagi dengan Ko Tie. Dia telah tiba di kota yang cukup ramai
dalam bilangan propinsi Hu-nan.
Kota itu dikenal sebagai kota yang berpenduduk rapat sekali,
karena merupakan simpang lintas dari kampung-kampung yang
ada di sekitarnya dan tempat ditumpahkannya barang-barang
kebutuhan dari penduduk kampung di sekitarnya. Kota itu bernama
Yun-cie-kwan. Dan memang Yun-cie-kwan merupakan sebuah kota yang luas
sekali. Semakin lama kota itu semakin melebar juga. Jika
2405 sebelumnya kota itu hanya memiliki empat pintu kota, maka
sekarang jadi delapan pintu kota.
Sebuah kota dengan pintu kota sejumlah delapan buah itu,
menunjukkan bahwa kota tersebut memang merupakan kota yang
terhitung besar. Terlebih lagi penduduknya juga sangat padat dan
ramai sekali. Giok Hoa tiba di kota tersebut di waktu mendekati sore hari. Dia
segera memasuki sebuah rumah makan yang cukup besar dan
bertingkat dua. Dia telah pergi ke tingkat dua, pelayan melayaninya dengan ramah
sekali. Dan Giok Hoa itu berpakaian sebagai seorang pria dengan
demikian membuat orang-orang di dalam rumah makan itu sama
sekali tidak memperhatikannya.
Giok Hoa bersantap dengan cepat. Kemudian ia membayar harga
makanan, dan menanyakan kepada pelayan, di mana dia bisa
memperoleh rumah penginapan yang cukup baik dan bersih.
Pelayan itu mengawasi Giok Hoa beberapa saat. Dilihatnya si
"pemuda" adalah seorang yang putih dan tampan sekali, sehingga
tentunya dia adalah pemuda dari keluarga kaya. Dia tentu juga
menginginkan sebuah rumah penginapan yang besar dan bersih.
2406 "Mungkin di Tian-men terdapat kamar kosong, coba saja Kongcu
lihat ke sana..... Tapi menurut kabar yang kami dengar, di Tianmen justeru tengah diadakan pesta buat para pembesar setempat,
yang menerima kunjungan para pembesar ibu kota.....
"Karena itu, mungkin tidak ada kamar kosong. Rumah penginapan
itu satu-satunya merupakan rumah penginapan yang termewah
dan terbesar." Giok Hoa mengangguk. Setelah mendengar keterangan di mana
letak rumah penginapan tersebut, diapun segera meninggalkan
rumah makan itu. Ketika dia tiba di depan rumah penginapan Tian-men, benar saja,
rumah penginapan itu ramai bukan main. Juga tampaknya banyak
sekali pembesar kerajaan.
Mereka rupanya tengah berpesta dan seluruh kamar telah dipakai
oleh para pembesar kerajaan, karena waktu Giok Hoa, hendak
memasuki rumah penginapan itu, dia telah dihadang oleh seorang
pelayan, yang memberitahukan kepadanya, orang luar tidak boleh
masuk, karena rumah penginapan Tian-men hari ini tidak melayani
tamu umum, telah diborong oleh pembesar kerajaan.
2407 Giok Hoa akhirnya meninggalkan rumah penginapan itu. Dia
berjalan mengelilingi kota karena dia bermaksud hendak mencari
sebuah rumah penginapan lainnya.
Tapi, ia melihat sebuah rumah penginapan yang tidak begitu besar
dan agak kotor. Si gadis tidak menyukai tempat seperti itu.
Terlebih kemudian dia melihat di dalam rumah penginapan itu
seperti juga berkumpul cukup banyak buaya-buaya darat. Maka dia
telah batal memasuki rumah penginapan tersebut dan mencari
rumah penginapan lainnya.
Setelah menilai dan mempertimbangkan di antara empat rumah
penginapan, akhirnya Giok Hoa memilih rumah penginapan yang
memasang merek Kuo-men, di jalan Cing-lu, di mana rumah
penginapan itu memang cukup bersih dan besar. Tapi yang
mengherankan rumah penginapan ini sepi sekali, hanya tampak
satu-dua orang tamu belaka.
Para pelayan di rumah penginapan ini tampak menganggur karena
tidak ada kesibukan buat mereka.
Giok Hoa disambut oleh dua orang pelayan dengan ramah dan
sopan, menghormat sekali. Mereka telah menanyakan apakah
tamu ini membutuhkan kamar.
2408 Giok Hoa meminta sebuah kamar yang bersih, kemudian dia
dibawa oleh pelayan itu ke tingkat dua, di sebuah kamar yang
bersih dan teratur baik. Dia bisa beristirahat dengan tenang.
Ketika Giok Hoa merebahkan dirinya di pembaringannya,
pikirannya jadi melayang-layang. Dia teringat Ko Tie lagi.
Betapa tidak, perasaan rindunya demikian kuat sekali mendesak
Ko Tie. Justeru sekarang di saat dia berpisah dengan Ko Tie, dia baru
menyadarinya, betapapun dia sesungguhnya memang sangat
membutuhkan Ko Tie, sangat mencintainya. Dengan adanya Ko
Tie, dia tidak pernah merasa kesepian seperti itu.
Giok Hoa pun teringat kepada gurunya! Kepada Swat Tocu, entah
apa yang mereka lakukan. Dan juga gurunya tentu bergaul dengan
baik bersama Swat Tocu, tokoh sakti itu. Dan tentunya gurunya
tidak akan kesepian. Tapi, menurut pengamatan Giok Hoa selama menjadi murid
gurunya, dia memperoleh kenyataan gurunya itu lebih senang buat
mengurung diri mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi. Entah Swat
Tocu mau meluluskan permintaan gurunya yang bermaksud untuk
2409 minta agar Swat Tocu mengajarkan kepadanya ilmu sin-kangnya
yang istimewa, yaitu ilmu Inti Esnya.
Sebelum Giok Hoa berangkat bersama Ko Tie, memang guru Giok
Hoa pernah memberitahukan kepadanya, bahwa gurunya itu
bermaksud meminta kepada Swat Tocu untuk mengajarkan
kepadanya ilmu Pukulan Inti Es nya. Tapi Giok Hoa sendiri tidak
yakin bahwa Swat Tocu bersedia mengajarkan ilmu andalannya
itu. Tengah rebah di pembaringan seperti itu pikiran Giok Hoa jadi
menerawang ke sana ke mari. Dan akhirnya dia memutuskan untuk
keliling kota melihat-lihat keramaian di kota itu, karena ia belum lagi
bisa tidur. Karenanya Giok Hoa turun dari pembaringan dan dia
mengenakan baju luarnya. Tapi ketika dia mengenakan baju luarnya tiba-tiba dia merandek.
Karena dia merasakan ada sesuatu yang dicurigakannya, dia
merasakan, seperti juga ada seseorang yang tengah mengintai
dirinya. Dengan segera Giok Hoa memperhatikan keadaan di kamarnya
itu, dan dia yakin ada orang mengintai dari lobang kunci di pintu
kamarnya. 2410 Tahu-tahu dengan gerakan yang sebat sekali seperti terbang, ia
melesat ke pintu. Pintu itu dibukanya dengan mendadak sekali,
digentaknya. Dan di hadapannya berdiri si pelayan dengan wajah
yang sangat pucat pias. "Apa kerjamu mengintai di situ?" bentak Giok Hoa marah.
Pelayan itu yang ketangkap basah atas perbuatannya itu, jadi
meringis salah tingkah. "Aku?" aku".. aku ingin menanyakan kepada kau, Kongcu. Apa
yang ingin kongcu pesan, apakah air teh atau makanan kecil?"
Giok Hoa menjambak baju di dada pelayan itu, katanya dengan
suara yang bengis: "Katakan terus terang, apa maksudmu
mengintai di situ?" Pelayan itu kesakitan. "Lepaskan?" oooohhhhh, lepaskan?"!" katanya ketakutan
sekali. Mukanya juga pucat pias seperti mayat!
"Jika memang engkau tidak mau mengatakan yang sebenarnya,
hemmmm akan kuhajar kau!" kata Giok Hoa dengan sikap
mengancam dan matanya memandang tajam.
2411 Pelayan itu jadi ketakutan, terlebih lagi dia merasakan cengkeraman tangan Giok Hoa semakin kuat dan keras,
menyebabkan dia menderita kesakitan.
"Aku..... aku mohon maaf..... memang aku?" aku sengaja
mengintai..... karena?"!" Dan pelayan itu tidak meneruskan
perkataannya. "Katakan terus, karena apa?" bentak Giok Hoa dengan suara yang
bengis. "Karena?" karena aku melihat?" Kongcu mirip?" mirip
seorang wanita, dan aku ingin mengetahui apakah Kongcu
memang sesungguhnya seorang wanita yang tengah menyamar!"
mengaku si pelayan. Seketika juga Giok Hoa menyadari bahwa pelayan itu seorang
yang ceriwis. Rupanya penyamarannya sebagai seorang pria tidak
sempurna, sehingga pelayan ini dapat menduga dia adalah
seorang wanita yang tengah menyamar.
Dan memang pada dasarnya pelayan itu yang ceriwis, yang
mungkin memiliki kegemaran mengintip, maka dengan segera
tangan Giok Hoa digerakkan. Dia melemparkan tubuh si pelayan,
2412 sehingga pelayan itu terbanting di lantai lebih beberapa tombak
dan menggelinding bergulingan sambil menjerit-jerit.
Pelayan-pelayan lain yang mendengar suara ribut-ribut itu, segera
juga berlari menghampiri.
Mereka berdiri tertegun menyaksikan apa yang terjadi, dan muka
mereka pun berobah. Tampaknya mereka jadi tidak senang ketika
memandang kepada Giok Hoa.
Giok Hoa tidak memperdulikan sikap para pelayan itu, dengan
suara yang bengis dia bilang: "Jika dilain kali aku mengamproki kau
masih mengintip juga, maka di waktu itu tidak ada tawar menawar,
tentu aku akan membunuhmu?"!"
Setelah berada di dalam kamarnya, Giok Hoa memasang
pendengarannya. Dia tidak mendengar sesuatu yang mencurigakan. Dibukanya pakaian baju luarnya, kemudian dia pun telah membuka
juga bajunya untuk salin dengan baju tidurnya.
Tanpa setahu Giok Hoa, sesungguhnya beberapa orang pelayan
yang tadi di luar rumah penginapan itu, sebetulnya telah bersiapsiap hendak mengintainya lagi.
2413 Ketika Giok Hoa telah masuk ke dalam kamarnya, lima orang
pelayan itu berindap-indap menuju ke belakang rumah penginapan, bagian taman bunga. Ternyata tembok kamar Giok
Hoa memang menghadapi taman bunga itu.
Dengan hati-hati sekali ke lima pelayan tersebut telah menghampiri
jendela. Merekapun telah mengintai dari lobang-lobang yang
sebelumnya telah mereka bikin.
Seketika ke lima pelayan itu jadi terbelalak matanya. Karena
mereka segera juga melihat bahwa Giok Hoa memang bukan
seorang pemuda, melainkan seorang gadis.
Karena waktu itu Giok Hoa telah membuka baju luarnya kemudian
baju dalamnya, tampak dadanya yang kulitnya begitu putih seperti
salju. Jantung ke lima pelayan itu berdebar keras. Karena mereka jadi
mengawasi dengan perasaan yang bergolak di dalam hatinya
masing-masing melihat seorang gadis cantik jelita yang tengah
salin pakaian. Dan waktu itu Giok Hoapun telah membuka kopiahnya, sehingga
rambutnya yang panjang dan hitam lemas itu tergerai di bahunya,
menambah kecantikannya. 2414 Benar-benar para pelayan itu tidak menyangka bahwa "pemuda"
tersebut adalah seorang gadis yang demikian jelita.
Mereka jadi mengintip terus, dan mereka melihat Giok Hoa telah
merebahkan dirinya di pembaringan. Tangan kanannya dikebaskan, api lilin segera padam.
Menyaksikan hebatnya tenaga dalam gadis itu, ke lima pelayan
tersebut jadi meleletkan lidahnya dan mereka saling pandang
beberapa saat, mereka kagum dan juga jeri,
Kemudian dengan berindap-indap hati-hati sekali merekapun
meninggalkan tempat mengintai mereka, karena kamar itu sudah
gelap dan mereka tidak bisa melihat sesuatu apapun juga.
Salah seorang di antara mereka, ketika telah berada di ruang
depan rumah penginapan itu, segera berkata: "Kita harus segera
melapor kepada Lo-ya.....!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, tentu Lo-ya akan girang bukan main, kita akan diberi hadiah!"
menyahuti yang lain. Segera juga tiga orang dari ke lima pelayan itu pergi ke ruang
tengah penginapan tersebut! Tiba di depan sebuah kamar, salah
seorang di antara mereka telah mengetuk pintu.
2415 "Mau apa?" terdengar orang di dalam kamar itu menegur, rupanya
dia telah dapat menduga siapa yang mengetuk kamar tersebut!
"Ada berita bagus, Lo-ya.....!" menyahuti ke tiga pelayan itu
serentak, namun dengan suara yang perlahan.
"Berita bagus" Masuk!" perintah orang di dalam kamar itu.
Pelayan-pelayan itu segera mendorong daun pintu yang ternyata
tidak terkunci. Di atas pembaringan tampak rebah seorang laki-laki berusia
empatpuluh tahun. wajahnya keren, di mana dia memiliki sepasang
alis yang tebal. Bibir yang tebal dan hidung yang tebal. Gagah
sekali tampaknya. Dia mengawasi ke tiga orang pelayan yang baru
masuk itu! "Kabar bagus apa yang kalian bawa?" tanya orang itu, yang
dipanggil Lo-ya. Kedua pelayan itu masing-masing memperlihatkan sikap girang,
sambil mengacungkan ibu jari mereka.
"Kabar yang benar-benar menggembirakan! Ada ikan kakap yang
masuk jaring.....!" kata mereka hampir berbareng.
2416 "Gadis yang cantik luar biasa Lo-ya.....!" kata yang lainnya
kemudian. "Cantik luar biasa.....!" nimbrung yang lainnya lagi, untuk
meyakinkan si Lo-ya itu. Lo-ya itu duduk dan mengawasi ke tiga pelayan itu.
"Kalian apakah bukan tengah mempermainkan aku?" tanya Lo-ya
itu tersenyum, "Mana berani! Mana berani!" menyahuti ke tiga pelayan itu yang
tersenyum juga. "Memang gadis itu cantik bukan main. Mungkin
selama ini, baru kali ini rumah penginapan kita menerima
kunjungan tamu seorang gadis secantik dia........!"
"Di kamar berapa?" tanya si Lo-ya.
"Kamar duapuluh empat......!"
"Seorang diri?"
"Ya, dia seorang diri?"!"
"Sudah tidur?" 2417 "Kami baru saja mengintainya?" Api penerangan kamarnya telah
dipadamkan setelah dia naik ke pembaringan. Diapun telah salin
pakaian. Kami telah melihatnya semua, Lo-ya, ohhhh, betapa
putihnya kulitnya?""
Mata Lo-ya itu mencilak memain sejenak, wajahnya tampak
berseri-seri. "Hemmmm, jika memang berita kalian ini bukan kabar bohong, aku
akan menghadiahkan kepada kalian sejumlah besar uang?"!"
janjinya. "Terima kasih Lo-ya?" memang itu yang kami harapkan?"!"
kata ke tiga pelayan itu.
"Tapi Lo-ya.....!" Dan berkata sampai di situ, salah seorang dari ke
tiga pelayan itu telah berhenti sejenak, tampaknya dia ragu-ragu.
"Kenapa"!"
"Tampaknya gadis itu memiliki ilmu silat yang tidak ringan!"
menyahuti si pelayan. 2418 Dia menceritakan juga, waktu sore tadi justeru salah seorang
kawan mereka telah mengintai dari pintu dan diketahui si gadis
yang telah menghantamnya. Untung saja dia diampuni.
Lo-ya itu tersenyum. "Jadi dia gadis dari kalangan Kang-ouw?" tanyanya dengan suara
yang tawar. Pelayan-pelayan itu mengangguk serentak.
"Tampaknya memang demikian.....!" kata mereka serentak juga.
Lo-ya itu tersenyum. "Jangan kuatir. Bagaimana tingginya kepandaian gadis itu, aku
akan dapat menghadapinya.....!" katanya kemudian sambil tertawa
tawar, seperti juga dia tidak memandang sebelah mata terhadap
cerita para pelayan itu. Kemudian Lo-ya itu telah turun dari pembaringan, dia mengenakan
baju luarnya. "Kalian boleh pergi, nanti jika sudah berhasil, aku akan
memberikan hadiahnya.......!" kata Lo-ya itu.
2419 Ke tiga pelayan itu nyengir.
"Jika bisa sekarang saja diberikan sebagian, Lo-ya. Kami ingin
minum arak?"!" kata salah seorang di antara mereka.
"Tapi jika kalian mendustai aku"!" tanya si Lo-ya itu sambil senyum
dan mengawasi dengan pandangan menyelidik kepada ke tiga
pelayan tersebut. "Mana berani kami memperdaya Lo-ya....., kami telah memberitahukan apa yang sebenarnya!"
"Hemmm, baiklah!" kata Lo-ya itu, dia merogoh sakunya,
memberikan duapuluh tail.
Pelayan-pelayan itu kegirangan, mereka mengucapkan terima
kasihnya berulang kali. Setelah pelayan itu pergi, si Lo-ya kemudian pergi ke belakang
rumah penginapan itu, ke taman bunga.
Dia mengetahui, jendela mana yang merupakan jendela kamar dari
nomor duapuluh empat itu.
Dia pun menghampiri dengan langkah kaki yang ringan, tidak
memperdengarkan suara. 2420 Ketika sampai di samping jendela, dia merogoh sakunya,
mengeluarkan semacam obat bubuk, yang kemudian dibakarnya.
Asap yang keluar dari obat bubuk yang dibakarnya itu, telah
melambung tinggi. Dia meniupnya perlahan-lahan, sehingga asap
itu menyelusup masuk ke dalam kamar.
Rupanya si Lo-ya tengah membakar semacam obat bius, untuk
membuat Giok Hoa di dalam kamar itu tidak sadarkan diri, dan dia
akan mudah melakukan apa yang diinginkannya.
Asap itu memang menyelusup masuk ke dalam kamar tersebut
melewati kisi-kisi jendela.
Setelah menantikan sekian lamanya, akhirnya si Lo-ya beranggapan telah cukup dia menghembuskan asap obat
pulasnya itu. Dengan gembira dia mengulurkan tangannya, berani
sekali dia mencongkel jendela, daun jendela itu terbuka. Keadaan
di dalam kamar gelap sekali, tapi dia melompat masuk.
"Bukkk! Aduhhh!" Tiba-tiba dalam kegelapan itu terdengar suara
yang nyaring di susul jeritan si Lo-ya.
Malah tidak lama kemudian tampak si Lo-ya telah melompat keluar
lewat jendela itu. Mukanya meringis menahan sakit.
2421 Menyusul dengan melompatnya si Lo-ya, juga menyusul sesosok
bayangan yang melompat keluar jendela.
Dialah Giok Hoa, yang mukanya merah padam karena murka
bukan main. "Hemmm?"!" dia mendengus dengan suara yang dingin sekali.
"Kau Cay-hoa-cat yang tidak tahu mampus!" Setelah berkata
begitu, pedang di tangannya menikam berulang kali.
Tapi Lo-ya itu telah mengelak ke sana ke mari, dia ripuh sekali.
Rupanya usahanya kali ini telah gagal, malah dia kena terpancing
oleh Giok Hoa. Mengapa Giok Hoa tidak terpengaruh oleh obat bius tersebut"
Rupanya Giok Hoa memang menaruh kecurigaan bahwa di rumah
penginapan ini memiliki pelayan-pelayan yang tidak baik.
Walaupun sesungguhnya dia mengantuk, namun dia tidak segera
tertidur. Pendengarannya yang tajam segera mendengar suara langkah
kaki mendekati jendela kamarnya. Waktu itu keadaan malam
hening sekali, sehingga dia bisa mendengar jelas suara langkah
kaki itu. 2422 Jika memang orang biasa, tentu tidak akan dapat mendengar
suara langkah kaki yang perlahan sekali. Tapi bagi Giok Hoa yang
memang memiliki pendengaran yang tajam, segera mengetahui
ada seseorang yang tengah mendekati jendela kamarnya.
Malah menyusul kemudian didengarnya suara dinyalakannya bibit
api. Diapun segera mencium bau harum. Seketika Giok Hoa menyadari
tentunya ada seorang Cay-hoa-cat yang hendak mengganggunya
dengan mempergunakan obat bius.
Dia segera mengeluarkan tempat simpanan obatnya. Dia pun telah
menelan sebutir obat sehingga dia tidak terpengaruh oleh obat bius
tersebut. Kemudian Giok Hoa pun bersiap-siap di sudut ruangan itu dekat
jendela. Dia menantikan sampai si maling pemetik bunga itu
hendak bekerja dan masuk ke dalam kamarnya.
Benar saja, setelah asap itu berkurang, daun jendela dicongkel
oleh seseorang, dari luar. Giok Hoa tetap menantikan dengan
sabar. Keadaan di dalam kamarnya memang gelap gulita,
karenanya Giok Hoa tidak perlu kuatir.
2423 Dia memiliki mata yang tajam, yang bisa melihat dalam kegelapan.
Karena dari itu, seketika juga dia telah melihat Lo-ya itu melompat
masuk ke kamarnya lewat jendela.
Secepat kilat pedangnya bekerja menikam. Namun si Lo-ya bisa
mengelakkan dari tikaman pedang itu. Cuma saja hantaman
tangan kiri Giok Hoa telah mengenai dada si Lo-ya.
Suara "Bukkk!" itulah yang terdengar akibat terpukulnya si Lo-ya,
di susul dengan jerit kesakitan dari si Lo-ya itu sendiri.
Tapi memang Lo-ya itupun tampaknya memiliki kepandaian tidak
rendah. Dia telah dapat melompat keluar dari kamar itu lewat
jendela yang tadi dibukanya.
Giok Hoa mengejarnya. Sekarang mereka telah berhadapan dan Giok Hoa pun mulai
menyerang dengan pedangnya. Si Lo-ya mengelak ke sana ke
mari dengan lincah sekali.
Giok Hoa tambah penasaran.
"Hemmm, tidak tahunya di daerah ini berkeliaran seorang pemetik
bunga! Jika aku tidak dapat membunuhmu hari ini, tentu di
2424 belakang hari engkau akan menyebabkan jatuhnya korban yang
cukup banyak! Karena itu engkau harus dimampusi!"
Sambil berseru begitu, tampak dia telah menikam berulang kali
mempergunakan pedangnya. Si Lo-ya tampaknya jadi ripuh sekali, karena si gadis telah
menikamnya dengan mempergunakan jurus-jurus ilmu pedang
Giok-lie-kiam-hoat, yang hebat itu.
Si Lo-ya berusaha mati-matian mengelakan diri dari setiap tikaman
si gadis, sampai akhirnya dia baru memiliki kesempatan buat
mencabut senjatanya, sebatang golok berukuran kecil.
Dia mempergunakan golok kecilnya itu buat menangkis salah satu
tikaman yang dilakukan Giok Hoa.
"Tranggggg......!" terdengar pedang dan golok itu telah saling
bentur. Benturan yang terjadi begitu keras dan kuat, sehingga golok dan
pedang sama-sama tergetar. Rupanya memang si Lo-ya ini telah
mengerahkan tenaga lweekangnya waktu menangkis.
2425 Giok Hoa tercekat juga hatinya, diam-diam dia berpikir: "Hemmm,
tidak kusangka dia memiliki kepandaian yang lumayan?" Jika
demikian dialah bukan seorang pemetik bunga sembarangan?"!"
Karena berpikir begitu, Giok Hoa bersikap jauh lebih hati-hati. Dia
selalu memperhitungkan setiap serangannya.
Pedangnya itu berkelebat-kelebat semakin cepat. Tubuh Giok Hoa
juga mencelat ke sana ke mari seperti sesosok bayangan belaka
sulit diikuti oleh mata si Lo-ya, membuat dia mulai bingung.
Permainan ilmu goloknya juga mulai kacau, karena dia tidak jarang
jadi terdesak hebat sekali dan hampir saja tidak bisa memunahkan
serangan Giok Hoa. Melihat lawannya telah terdesak seperti itu, semangat Giok Hoa
terbangun..... Pedangnya berkelebat-kelebat seperti mengelilingi si
Lo-ya itu. Semakin lama si Lo-ya semakin kebingungan. Dia juga mengeluh,
karena tidak menyangka bahwa lawannya ini demikian tinggi ilmu
pedangnya. 2426 Tampak Giok Hoa berhasil menikam dan melukai beberapa bagian
anggota tubuh dari lawannya, membuat si Lo-ya benar-benar jadi
panik karena berulang kali dia harus menyelamatkan diri.
Si Lo-ya telah mengeluarkan seluruh kepandaiannya, akan tetapi
tetap saja dia tidak bisa mengelakkan diri dari desakan Giok Hoa.
Malah semakin lama tampak jelas sekali dia semakin terdesak
hebat. Dua kali dia telah kena dilukai lagi, dan mengeluarkan suara jeritan
kesakitan. Menyusul dengan itu, juga terlihat bahwa memang pada saat itu
Giok Hoa tengah mendesak dia semakin hebat, dan ketika
goloknya kena disampok oleh tabasan pedang si gadis, tidak
ampun lagi golok pendek itu telah terbang terlepas dari
cekalannya. Muka si Lo-ya berobah pucat, dia berdiri kaku, dengan ujung
pedang Giok Hoa telah menempel di lehernya.
"Jangan..... jangan membunuhku.....!" Dia sesambatan dengan
tubuh menggigil ketakutan.
2427 Giok Hoa tertawa dingin. Dia segera juga menjejakkan kakinya,
tubuhnya melayang ke tengah udara, pedangnya bergerak sebat
sekali. "Sreeettttt!" muka si Lo-ya telah kena digores oleh mata
pedangnya, melintang panjang sekali, juga di waktu itu muka si Loya telah dilumuri oleh darah merah yang kental?"
Lo-ya itu menutupi mukanya sambil menjerit, lemaslah sepasang
lututnya. Dia pun segera berlutut sambil sesambatan?"
Giok Hoa yang telah turun pula hinggap di tanah, tertawa dingin.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hemmm, penjahat pemetik bunga seperti engkau harus dimampusi, untuk menghilangkan bencana buat umum?"!" kata
Giok Hoa dengan suara yang dingin sekali.
Di kala itu tampak si Lo-ya telah menggigil ketakutan dan
menangis: "Ampunilah aku?" aku tidak akan melakukannya
lagi?"!" Dan tanpa memperdulikan rasa malu lagi dia pun berlutut sambil
mengangguk-anggukan kepalanya.
Giok Hoa tertawa dingin, pedangnya bergerak.
2428 "Sreeettt?"!" punggung si Lo-ya kena digores lagi dengan mata
pedangnya. Lo-ya itu menjerit kesakitan, tubuhnya terjengkit karena goresan
mata pedang itu. "Ampuuuuun?"!!" dia menjerit.
Giok Hoa berdiri dengan gagah.
"Hemmm, rupanya engkau yang menjadi penjahat pemetik bunga,
jika memang aku tidak salah, bukankah engkau ini si pemilik rumah
penginapan ini"!"
Si Lo-ya ketakutan, dia tidak berani berdusta.
"Benar..... benar".. ampunilah aku....... Aku akan merobah
kelakuanku...... dan kuberikan kau menginap gratis sesuka
hatimu?"!" Muka Giok Hoa berobah merah padam karena murka.
"Atau kau kira aku ini sebagai wanita rendah yang silau oleh
sejumlah uang"!" tanyanya dengan suara bengis. "Hemmmm,
akupun memiliki uang yang jumlahnya tidak sedikit.....!"
2429 Muka si Lo-ya berobah pucat, dia mengerti bahwa dia kembali telah
salah bicara lagi. Maka cepat-cepat dia segera berkata: "Ampunilah aku..... Aku
bersungguh-sungguh tidak akan melakukan perbuatan buruk itu
lagi?" "Aku tidak bisa mempercayai janjimu.....!" kata Giok Hoa. "Penjahat
busuk seperti engkau ini adalah kematian merupakan bagianmu!"
Menggigil tubuh si Lo-ya. Dia segera juga mengangguk-anggukan
kepalanya. "Ampunilah aku Lihiap?", aku benar-benar tidak akan melakukan
sesuatu yang buruk lagi.......!" Dan dengan tidak tahu malu, malah
si Lo-ya ini telah menangis terisak-isak.
Giok Hoa mendongkol bukan main melihat sikap pengecut dari
penjahat pemetik bunga ini. Dialah merupakan penjahat yang
berbahaya sekali, yang tentunya akan merusak kehormatan anak
dan isteri orang. Karena itu, Giok Hoa telah memutuskan, bahwa
dia akan membinasakan si Lo-ya itu.
"Baiklah, karena engkau merupakan penjahat yang paling rendah,
yang tidak kenal malu dan paling busuk, yang tentunya telah
2430 banyak mengganggu isteri dan anak gadis orang, maka engkau
harus di kirim ke neraka, agar kelak di kemudian hari tidak ada
yang mempersulit penduduk setempat......!"
Bukan main ketakutan si Lo-ya, dia sampai menggigil keras sekali.
Karena saking ketakutan dan mengetahui Giok Hoa tidak akan
mengampuni jiwanya, dia jadi nekad.
Tiba-tiba saja si Lo-ya telah melompat bangun untuk membarengi
melarikan diri. Cuma saja, baru dua langkah dia berdiri, pedang Giok Hoa telah
bekerja. Mata pedang itu tepat sekali menghujam punggung si Loya tersebut dalam sekali.
Waktu Giok Hoa menarik pedangnya, seketika darah memancur
deras dari luka di punggung si Lo-ya.
Dia pun tidak bisa menjerit lagi, cuma matanya mendelik, mulutnya
terbuka, dan dia tampaknya menderita kesakitan yang hebat.
Kemudian rubuh terguling rebah tidak bergerak lagi. karena
jiwanya telah melayang ke neraka.....!
Giok Hoa menyusut pedangnya yang berlumuran darah di baju si
Lo-ya, kemudian memasukkan ke dalam sarungnya.
2431 Dengan mendengus dingin, dan memandang jijik kepada mayat si
Lo-ya. Giok Hoa telah melompat masuk kembali ke dalam
kamarnya. Dia telah mengunci jendela kamarnya. Lalu merebahkan dirinya di
pembaringan untuk tidur?"
Besok paginya, pintu kamar Giok Hoa digedor keras sekali dari
luar, terdengar juga suara yang ramai-ramai, sehinggga membuat
Giok Hoa terbangun dengan terkejut.
"Buka! Ayo buka pintu, penjahat!" teriak orang-orang di luar
kamarnya. Muka Giok Hoa berobah, seketika dia menduga bahwa yang telah
menggedor pintu kamarnya tentunya adalah polisi setempat.
Tapi dengan tenang kemudian Giok Hoa turun dari pembaringan.
"Tunggu!" bentaknya dengan suara yang nyaring. Kemudian dia
mengenakan pakaiannya, merapihkan juga buntalannya, lalu
pauw-hoknya itu telah disandangkan di pundaknya.
2432 Sedangkan di luar masih ramai juga orang yang menggedor pintu.
Ketika Giok Hoa membuka pintu kamarnya, semua orang jadi
berdiri tertegun. Di hadapan mereka berdiri gagah sekali seorang wanita, dengan
pedang tergenggam di tangannya. Wajahnya cantik luar biasa.
Beberapa orang polisi yang berada di situ jadi saling pandang,
mereka heran rupanya. "Ada apa"!" tanya Giok Hoa kemudian dengan suara yang tawar
kepada mereka. Para pelayan yang berdiri di belakang para polisi itu telah
menunjuk sambil berseru- seru.
"Dialah pembunuhnya! Dialah pembunuhnya!"
Rupanya para pelayan itu telah melihat majikannya mereka
terbunuh mati. Seketika mereka menyadari apa yang terjadi. Rupanya gadis yang
hendak dijadikan calon korban dari si Lo-ya itu memang memiliki
kepandaian yang tinggi, sehingga dia bisa membunuh si Lo-ya.
2433 Pagi-pagi sekali para pelayan itu segera melaporkan peristiwa
pembunuhan tersebut kepada para pembesar yang berwenang di
kota itu. Terlebih lagi memang si Lo-ya memiliki hubungan dengan
beberapa orang pembesar tinggi.
Kemudian, Tie-kwan juga telah perintahkan beberapa orang polisi
buat menangkap si pembunuh.
Hanya saja mereka tidak menyangka, bahwa yang disebut sebagai
pembunuh si Lo-ya tidak lain seorang wanita cantik.
Padahal mereka mengetahui bahwa si Lo-ya sesungguhnya
memiliki ilmu golok yang cukup lihay.
Polisi-polisi itu memandang Giok Hoa seakan juga tidak
mempercayai bahwa gadis inilah sebagai pembunuhnya.
Sedangkan para pelayan itu masih terus berseru-seru: "Dialah
pembunuhnya! Siluman wanita itulah pembunuhnya!"
Muka Giok Hoa berobah merah karena mendongkol.
"Benar, memang aku yang membunuh majikan kalian! Dan kalian
semuanya pun perlu dihajar, karena kalian pun bukan sebangsa
manusia baik-baik! 2434 "Aku baru mengerti mengapa rumah penginapan ini sangat sepi.
Karena tampaknya orang-orang telah mengetahui pemiliknya
adalah manusia tidak tahu malu.....!!"
Sambil berkata begitu, Giok Hoa menghunus pedangnya dan
melangkah akan keluar dari kamarnya.
Para pelayan itu jadi ketakutan, mereka berhamburan melarikan
diri. Tapi para polisi itu segera menghadang di depan Giok Hoa.
"Serahkan pedangmu, atau engkau hendak membangkang kepada
kami!!" kata salah seorang di antara polisi itu. "Dan kau sebagai
pembunuh, dengan ini kami tahan untuk diperiksa!"
Giok Hoa tertawa dingin. Mana mau dia membiarkan dirinya
ditangkap oleh polisi-polisi itu.
Segera juga dia menggerakkan pedangnya, polisi itu yang tidak
menyangka dirinya akan ditikam seperti itu, seketika menjerit,
sebab pundaknya tertikam.
2435 Dia terhuyung mundur. Mempergunakan kesempatan itu Giok Hoa
menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara. Dia pun
memutar pedangnya. Para polisi yang lainnya segera mencabut golok mereka, ramairamai mereka menyerang.
Akan tetapi Giok Hoa bisa menangkis semua serangan itu, dia
memutar pedangnya melindungi dirinya.
Dengan mengandalkan gin-kangnya, Giok Hoa bisa meninggalkan
rumah penginapan itu, melepaskan diri dari kepungan para polisi
tersebut. Dia berlari pesat sekali keluar kota.
Para polisi itu mengejar sambil berteriak- teriak: "Tangkap
pembunuh! Tangkap pembunuh?"!"
Tapi mereka mana bisa mengejar Giok Hoa, yang memiliki ginkang yang tinggi dan dalam waktu yang singkat saja telah lenyap
dari pandangan mereka. Giok Hoa sendiri memang sudah mengetahui bahwa dia tentu akan
menghadapi kesulitan, karenanya tadi dia telah mengenakan
pakaian baju luarnya, dia pun telah membawa pauw-hoknya, maka
dia bisa berlari dengan pesat sekali meninggalkan kota tersebut.....
2436 sedangkan para pengejarnya tertinggal jauh sekali, mereka tidak
berhasil mengejarnya. Setelah berada di luar kota, Giok Hoa masih berlari terus dengan
cepat sekali..... karena dia masih kuatir kalau-kalau tentara
kerajaaan dikerahkan buat menangkap dirinya, sehingga biarpun
dia memiliki kepandaian tinggi, jika memang dikeroyok dalam
jumlah yang besar, niscaya dia akan menghadapi kesulitan yang
tidak kecil. Karena itu Giok Hoa terus juga berlari. Semakin lama semakin jauh
meninggalkan kota tersebut. Dia mengambil arah ke Barat, karena
memang dia tidak mengetahui, ke arah mana dia harus pergi.....
"Y" Kita kembali kepada Ko Tie, dimana keadaannya berangsur
memang mulai membaik. Karena Oey Yok Su telah berhasil untuk menyalurkan sin-kangnya,
membuat Ko Tie dapat mempergunakan bantuan itu buat
menyalurkan lweekangnya sendiri.
Diapun telah berhasil untuk menyalurkan sin-kangnya pada
beberapa jalan darah besarnya, karena jalan darah terpenting di
2437 tubuhnya telah dibuka oleh Oey Yok Su. Dengan demikian, pesat
sekali Ko Tie pulih kesehatannya.
Karena itu, Ko Tie dapat segera duduk pada hari ke duanya. Dia
pun sudah dapat bercakap-cakap dengan Oey Yok Su maupun
penduduk kampung itu. Pada sorenya, Ko Tie telah menanyakan burung rajawalinya itu,
Tiauw-jie, bagaimana keadaannya.
"Aku telah mengobati luka pada sayapnya. Dia mengalami patah
tulang pada sayap kanannya!" menjelaskan Oey Yok Su.
Dan kemudian Oey Yok Su keluar buat memeriksa keadaan
rajawali itu. Tidak lama kemudian dia kembali.
"Dia telah sembuh, dan bisa terbang kembali dengan leluasa!" kata
Oey Yok Su kemudian menjelaskan kepada Ko Tie, membuat
pemuda itu girang bukan main.
Setelah beberapa saat, Oey Yok Su memandangi si pemuda, dia
pun bilang: "Ada yang hendak kutanyakan, apakah engkau
bersedia menjawabnya?"
Ko Tie terkejut. 2438 "Silahkan locianpwe, mengapa harus sungkan begitu" Setiap
pertanyaan locianpwe, pertanyaan apa saja. Jika memang aku
mengetahuinya tentu saja boanpwe harus menjelaskannya.....!"
kata Ko Tie kemudian dengan sikap hormat sekali!
Oey Yok Su menghela napas panjang!
"Melihat burung rajawalimu itu, maka aku jadi teringat kepada Sintiauw, rajawali-rajawali yang dipelihara puteriku itu, dan yang
hendak kutanyakan, dari mana engkau memperoleh burung
rajawali itu"!"
Sambil bertanya begitu Oey Yok Su mengawasi Ko Tie dalamdalam. Dia memperoleh kenyataan pemuda itu memang tidak
bimbang lagi telah menyahuti, menjelaskan bahwa burung itu
sebetulnya burung peliharaan Giok Hoa.
"Oh, murid dari puterinya Yo Ko"!" tanya Oey Yok Su setelah
mendengar habis cerita Ko Tie.
Ko Tie mengangguk. "Benar Locianpwe?"!"
"Sekarang dia berada di mana"!"
2439 "Entahlah, dia telah meninggalkan boanpwe, sehingga boanpwe
tidak mengetahui di mana sekarang dia berada!" menyahuti Ko Tie
sejujurnya. Oey Yok Su menghela napas.
"Hai! Hai! Memang begitulah adat-adat orang muda!" kata Oey Yok
Su kemudian. "Mungkin juga kawan wanitamu itu membawa
adatnya!" Ko Tie jadi jengah, dia likat sekali, sampai dia tersenyum saja
dengan pipi yang berobah memerah.
Di waktu itu Oey Yok Su telah bilang lagi dengan suara yang
perlahan: "Mengapa engkau tidak berusaha mencarinya"!"
Ko Tie terkejut ditegur seperti itu.
"Boanpwe telah berusaha mencari dirinya akan tetapi boanpwe
tidak berhasil menemukan jejaknya.....!" menjelaskan Ko Tie
dengan memperlihatkan sikap menyesal.
Betapapun juga memang Ko Tie pun menyesali dirinya, mengapa
dia tidak berusaha mencari si gadis. Bukankah apa yang dikatakan
oleh Oey Yok Su memang benar, yaitu bahwa si gadis mungkin
2440 membawa adatnya dan mungkin juga di mata si gadis, Ko Tie telah
melakukan suatu yang kurang menyenangkan hatinya.
Karena itu, Ko Tie teringat kepada Kam Lian Cu.
Mungkin pula, di saat dia tengah bercakap-cakap dengan Kam Lian
Cu, justeru Giok Hoa telah melihatnya, sehingga membuat gadis
itu akhirnya angkat kaki meninggalkannya dan jika memang
demikian, seharusaya Ko Tie mesti mencarinya.
Karena berpikir begitu, akhirnya Ko Tie memutuskan, begitu dia
telah sembuh dari lukanya ini, dia akan segera berusaha mencari
jejak si gadis. Sedangkan di waktu itu Oey Yok Su telah berkata lagi: "Dalam
waktu empat hari lagi, lukamu telah sembuh keseluruhannya, dan
engkau boleh melakukan perjalanan dan kita berpisah, karena aku
tidak mungkin buat menemani engkau terus menerus..... Akupun
ingin pergi melanjutkan perjalanan!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko Tie mengiakan. Pada waktu itu penduduk kampung juga telah mengetahui bahwa
Oey Yok Su sesungguhnya bukanlah seorang tabib, dan juga tidak
buta matanya. Malah uang mereka telah dikembalikan oleh Oey
2441 Yok Su, dan tokoh sakti rimba persilatan ini telah memuji semua
penduduk kampung itu sebagai orang-orang yang berbudi tinggi,
dan mereka telah berusaha menolongi Ko Tie dengan bersungguhsungguh hati.
Oey Yok Su pun telah memberitahukan kepada penduduk
kampung itu. Jika memang di antara penduduk kampung itu ada
yang menderita penyakit aneh, dia boleh berobat kepadanya, tentu
Oey Yok Su bersedia menolonginya.
Tentu saja penduduk kampung itu jadi girang. Memang beberapa
orang di antara mereka ada yang menderita sakit yang aneh dan
selama bertahun-tahun tidak pernah juga sembuh, walaupun telah
berobat terus kepada Yang Sin-se.
Setelah memeriksa mereka, Oey Yok Su memberikan mereka
semacam obat. Ketika mereka menelan obat itu, dirasakan obat itu
harum semerbak dan menyegarkan.
Lalu Oey Yok Su membagikan setiap orangnya tiga butir dengan
pesan setiap harinya harus menelan satu butir. Dan penyakit
mereka dalam waktu tiga hari akan sembuh keseluruhannya.
Bukan main gembiranya penduduk kampung tersebut. Terlebih lagi
Oey Yok Su pun telah mengajarkannya mereka untuk berlatih
2442 beberapa jurus gerakan ilmu silat yang dapat membuat tubuh
mereka jadi sehat. Rajin sekali para pemuda dan laki-laki yang berusia agak lanjut
penduduk kampung itu berlatih diri dengan ajaran yang diberikan
Oey Yok Su. Ko Tie pun berangsur-angsur telah sembuh dan ia sudah dapat
turun dari pembaringan setelah lewat beberapa hari lagi di bawah
pengobatan yang diberikan oleh Oey Yok Su.
Sebagai seorang yang memang semula memiliki sin-kang dan
kepandaian yang tinggi tentu saja Ko Tie pun dapat mempergunakan sin-kangnya untuk lebih mempersehat tubuhnya.
Terlebih lagi memang setiap harinya dua kali menerima kiriman
sin-kang dari Oey Yok Su lewat dari pundak dan perutnya.
Setelah lewat beberapa hari lagi, benar-benar Ko Tie telah sembuh
keseluruhannya. Malah sin-kangnya pun bertambah kuat.
Juga telah memperoleh beberapa jurus ilmu silat yang telah
diwariskan oleh Oey Yok Su. Sebuah ilmu silat itu adalah ilmu silat
hasil ciptaan tocu dari To-hoa-to, yang merupakan ilmu silat yang
diciptakannya belum lagi begitu lama.
2443 Justeru setelah puluhan tahun tidak memperoleh tandingan
dengan sepak terjangnya yang aneh, akhirnya ketika semua orang
gagah mengasingkan diri, dan Oey Yok Su sendiri telah mengambil
tempat di pulaunya, untuk melewati hari tuanya, dia merenungkan
seluruh ilmu silatnya. Kemudian dia menciptakan ilmu baru, yang merupakan inti dari
seluruh ilmu silat yang dimilikinya. Tentu saja setiap ilmu silatnya,
dari bermacam ragam itu, telah diperkecil dan juga dipersedikit
gerakannya, melainkan diambil intinya saja.
Dengan begitu, dia telah berhasil untuk menciptakan ilmu silat yang
hebat luar biasa, ilmu silatnya dari gabungan seluruh ilmu silatnya.
yang dapat dipersusut hanya menjadi enam jurus.
Setiap jurus dari ilmu silat yang baru diciptakannya tersebut, dia
telah bisa membuat gerakan yang banyak sekali, sekehendak hati.
Dan yang lebih menakjubkan, setiap gerakannya itu memiliki
tenaga sin-kang yang jauh lebih sempurna pengerahannya, karena
dengan ilmu ciptaannya yang baru, Oey Yok Su telah mengatur
segala-galanya lebih cermat dan teliti.
2444 Di samping juga memperhatikan faktor-faktor manfaat dari setiap
pengerahan tenaga sin-kangnya, walaupun pengerahan yang
paling sedikit ataupun yang terkecil sekalipun.
Di waktu itu, Oey Yok Su memberikan nama pada ilmu silat
ciptaannya yang baru itu dengan "Cap-lak-kun", enam belas
macam ilmu pukulan. Nama yang sangat sederhana sekali buat ilmu pukulan tersebut,
akan tetapi ilmu pukulan itu mungkin yang terhebat di dalam rimba
persilatan. Sekarang ini justeru Ko Tie tampaknya sangat beruntung sekali. Ia
berhasil menerima ilmu silat pukulan "Cap-lak-kun" tersebut yang
diwarisi oleh Oey Yok Su.
Karenanya pemuda ini telah melatihnya dengan giat sekali. Karena
ia mengetahui, jika memang dia telah berhasil menguasai benarbenar keseluruhan ilmu silat pukulannya tersebut, niscaya akan
menyebabkan ia dapat menghadapi jago-jago silat yang bagaimana tangguh sekalipun. Dia akan dapat menghadapi Bun
Siang Cuan ataupun jago-jago lihay lainnya.
2445 Sesungguhnya, Ko Tie memiliki kepandaian yang sudah tinggi.
Dan di kalangan pendekar-pendekar golongan muda, mungkin
juga sulit dicari duanya.
Tapi yang sering membuatnya dia jadi mengalami kesulitan,
justeru jika dia tengah menghadapi lawan yang tangguh terdiri dari
tokoh yang memiliki kepandaian tinggi dan merupakan tokoh sakti
di dalam rimba persilatan.
Walaupun Swat Tocu telah mendidik dan mewarisi seluruh
kepandaiannya, tapi Ko Tie setiap kali menghadapi tokoh tua yang
sakti, ia selalu kalah pengalaman.
Maka dari itu, sekarang Ko Tie menerima warisan ilmu pukulun
"Cap-lak-kun" dari Oey Yok Su, ia berharap justeru dapat untuk
menutupi kekurangannya itu. Karena dengan "Cap-lak-kun", dia
akan dapat menghadapi segala macam ilmu silat dari berbagai
golongan. Waktu menciptakan ilmu pukulannya tersebut, memang Oey Yok
Su telah memikirkan dan juga mengingat-ingat seluruh ilmu silat
dari berbagai pintu perguruan di seluruh daratan Tiong-goan.
Karenanya, dia juga telah mencari seluruh kelemahan yang
terdapat dari berbagai ilmu silat berbagai pintu perguruan itu.
2446 Dan juga sekarang ini, memang Ko Tie pun pada dasarnya telah
memiliki kepandaian yang tinggi, dasar yang kuat, sehingga ia
mudah sekali mempelajari ilmu silat yang diwarisi oleh Oey Yok Su.
Hanya saja Oey Yok Su waktu pertama kali hendak menurunkan
dan mengajarkan "Cap-lak-kun"nya itu, telah memesannya, agar
Ko Tie sekali-kali tidak boleh mempergunakan Cap-lak-kun
tersebut, jika memang ia tidak tengah terancam bahaya.
Dengan begitu, Ko Tie harus memperhatikan benar-benar apakah
memang dia tengah terancam dan terdesak oleh sesuatu bahaya.
Jika memang tidak, jelas ia tidak boleh sembarangan mempergunakan ilmunya tersebut.
Ko Tie juga telah memberikan janjinya kepada Oey Yok Su, bahkan
ia bersumpah bahwa ia tidak akan sembarangan mempergunakan
Cap-lak-kun tersebut. Begitulah, selama setengah bulan Oey Yok Su telah mengajarkan
Ko Tie ilmu Cap-lak-kunnya tersebut.
Di bagian depan telah diceritakan betapa Oey Yok Su bertempur
dengan Bun Siang Cuan. Namun Oey Yok Su sama sekali tidak
mempergunakan satu juruspun ilmu barunya itu.
2447 Hal ini disebabkan Oey Yok Su berpikir, bahwa ia memang tidak
bermusuhan dengan Bun Siang Cuan.
Dan juga, Bun Siang Cuan, walaupun memang lihay, tapi ia
seorang yang angin-anginan. Dengan demikian telah membuat
Oey Yok Su membatasi diri dalam mempergunakan sin-kang
maupun ilmunya. Jika Oey Yok Su mempergunakan Cap-lak-kun nya, niscaya dalam
beberapa jurus dia sudah dapat mendesak Bun Siang Cuan.
Memang Bun Siang Cuan menurut penilaian Oey Yok Su memiliki
ilmu yang sudah mencapai puncaknya dan tidak bisa memiliki
kepandaian yang lebih tinggi lagi.
Karena setelah memperhatikan dengan seksama, maka diketahui
oleh Oey Yok Su, bahwa Bun Siang Cuan memang merupakan
seorang yang melatih ilmunya secara mahir, sehingga setiap dia
melatih dan meyakinkan serupa ilmu, dia tentu akan melatihnya
sampai matang. Namun ilmu tersebut tidak dapat dirobahnya. Tidak dapat dikurangi
atau pun juga ditambahkan.
Dengan demikian dia hanya melatih terus, yang membuatnya
semakin lama semakin mahir dengan ilmu dan jurus 2448 kepandaiannya. Sin-kangnya yang terlatih semakin tinggi dan
sempurna. Tapi ia tidak mungkin bisa menambahkan tenaga
dalamnya dengan latihan yang baru, yang sekiranya bisa membuat
dia semakin lihay dan tangguh.
Dengan begitu, Oey Yok Su pun merasa sayang, jika dia harus
merubuhkan Bun Siang Cuan, harus meruntuhkannya. Karena
kepandaian yang dimiliki Oey Yok Su telah mencapai tingkat yang
tinggi. Dia bisa membayangkan juga, betapa Bun Siang Cuan
sesungguhnya bersusah payah. Dan tentunya telah memakan
waktu yang lama buat mempelajari ilmu silatnya itu sampai pada
tingkat setinggi itu. Karenanya Oey Yok Su merasa sayang jika harus mengalahkannya. Dan karena Bun Siang Cuan mengakui bahwa
Oey Yok Su memiliki kepandaian yang lebih tinggi darinya, maka
puaslah hati Oey Yok Su. Pernyataan itu saja sudah lebih dari cukup baginya untuk
menunjukkan bahwa Bun Siang Cuan memang berada di bawah
tingkatnya. 2449 Memang adat Oey Yok Su aneh sekali, dan sepak terjangnya sulit
diduga. Walaupun memang dalam usia yang kian lanjut itu, Oey
Yok Su jauh lebih sabar namun sayangnya justeru adat ku-koaynya
masih tetap juga tidak berkurang.
Karena dari itu, telah membuat Oey Yok Su semakin dikenal
sebagai manusia aneh. Sebagai bukti dari anehnya tabiat Oey Yok Su, ia telah
membatalkan keinginannya buat mengobati Ko Tie. Malah dia jadi
marah semakin mendengar akan perkataan-perkataan Ko Tie.
Namun akhirnya justeru dia telah mengobati Ko Tie juga,
membantu mengerahkan sin-kangnya, dan malah telah mewarisi
ilmu ciptaannya yang baru.
Dengan begitu, telah membuat Oey Yok Su memperlihatkan,
bahwa ia seorang sungguh-sungguh aneh dan Ko Tie sendiri
sampai saat itu masih juga tidak mengerti, bahwa orang tua ini
masih saja memiliki adat yang begitu ku-koay.
Ko Tie mempelajari ilmu Cap-lak-kun, dengan tekun dan rajin
sekali. 2450 Latihannya akan ilmu Cap-lak-kun tersebut, telah membuatnya
benar-benar jadi seorang yang pesat sekali memperoleh kemajuan
buat kepandaiannya maupun tenaga dalamnya.
Di samping itu, juga latihan-latihan yang dilakukannya telah
memperkuat tubuhnya, sehingga ia sembuh cepat dan bertambah
segar dan juga dalam waktu yang sangat singkat.
Oey Yok Su yang melihat kemajuan yang dicapai oleh Ko Tie, jadi
tambah gembira, karena memang iapun telah melihat Ko Tie
memiliki tulang yang baik dan juga bakat yang luar biasa untuk ilmu
silat. Maka akhirnya Oey Yok Su menambahkan pula dengan
mengajarkan Ko Tie beberapa macam ilmu dan kepandaian, yang
telah diterima oleh Ko Tie dengan gembira. Karena Ko Tie tidak
menyangka bahwa ia memiliki nasib demikian baik, sehingga ia
bisa diwarisi ilmu dan kepandaian yang tinggi dari Oey Yok Su,
seorang tokoh sakti yang boleh dibilang tidak ada duanya di dalam
rimba persilatan. Mungkin sekarang kalau Swat Tocu, guru Ko Tie, bertempur
dengan Oey Yok Su, niscaya diapun tidak akan dapat
menandinginya. 2451 Terlebih lagi sekarang Oey Yok Su telah memiliki ilmu andalannya,
yaitu ilmu Cap-lak-kun. Ko Tie seperti menerima hadiah yang sangat berharga sekali. Ia
begitu menghargai dan menghormati Oey Yok Su.
Jika sebelumnya ia pernah bersakit hati pada Oey Yok Su. Justeru
sekarang kesannya telah terbalik jadi lain, karena ia jadi begitu
menghormati dan mulai mengenal akan tabiat dan perangai Oey
Yok Su. Ko Tie merasakan, bahwa berapa belas jurus ilmu Cap-lak-kun
merupakan ilmu yang benar-benar sangat menakjubkan dan sulit
sekali buat dihadapi oleh siapapun juga.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal ini diduga oleh Ko Tie seperti itu, karena setiap kali ia berhasil
mempelajari satu jurus dari Cap-lak-kun, maka dengan mengkhayalkan belaka, dia sudah dapat memastikan jika ia sendiri
yang harus bertempur menghadapi ilmu itu, jelas ia tidak akan
berdaya buat memunahkan ataupun juga menghadapinya dengan
sebaik-baiknya. Karena setiap jurus ilmu itu memiliki kehebatan
yang tersendiri. Dan yang membuat Ko Tie benar-benar jadi kagum dan menaruh
hormat yang besar kepada Oey Yok Su justeru Oey Yok Su telah
2452 berhasil memperoleh hasil ciptaannya yang begitu sempurna, yang
telah digarapnya dengan sangat baik.
Sabagai seorang yang telah memiliki kepandaian silat yang tinggi,
tentu saja Ko Tie pun menyukai setiap ilmu silat yang tinggi, tentu
dia akan tertarik, akan menyamakannya seperti juga dia melihat
batu permata yang mahal harganya.
Begitulah Ko Tie telah berlatih diri dengan giat di bawah bimbingan
Oey Yok Su. "Y" Selama berlatih ilmu silat yang diajarkan Oey Yok Su, juga Ko Tie
selalu teringat kepada nasib Kam Lian Cu, karena memang ia tidak
mengetahuinya, entah bagaimana nasib dari gadis tersebut.
Dan juga hal itu pernah diungkapkannya kepada Oey Yok Su,
dimana dia telah menceritakan apa yang telah dialaminya dan juga
tentang keragu-raguan maupun kekuatirannya buat keselamatan
Kam Lian Cu. Waktu wendengar cerita perihal Kam Lian Cu, wajah Oey Yok Su
muram dan bilang, "Hemmm, aku tidak menyangka bahwa gadis
2453 itu akan menerima pengalaman pahit seperti itu! Tentunya dia
berada dalam ancaman......
"Ku lihat Bun Siang Cuan bukan sebangsa manusia baik-baik. Jika
memang sampai gadis itu jatuh ke dalam tangannya, niscaya akan
membuat keselamatan gadis itu terancam sekali.......!"
Ko Tie mengangguk. "Benar.....!" katanya. "Menurut yang didengar Boanpwe, justeru
orang she Bun itu bermaksud hendak mengambil si gadis menjadi
mantunya, buat dinikahkannya dengan puteranya."
Oey Yok Su mengerutkan keningnya, dia tampaknya tengah
berpikir, sampai akhirnya dia bilang:
"Jika memang aku mengetahui akan terjadinya urusan seperti itu,
tentunya aku tidak akan pergi meninggalkan tempat tersebut.....!"
Dan setelah berkata begitu Oey Yok Su menghela napas berulang
kali. Dalam keadaan seperti itu, Ko Tie juga berdiam diri saja. Cuma
saja hatinya semakin berkuatir buat keselamatan Kam Lian Cu. Dia
tidak mengetahui apakah Kam Lian Cu berhasil meloloskan diri
2454 atau memang terjatuh ke dalam tangan si kakek tua Bun Siang
Cuan. Setelah berdiam sesaat lamanya, Oey Yok Su kemudian bilang:
"Jika saja kita mengetahui ke mana perginya gadis itu, kita bisa
mencarinya.......!" Ko Tie jadi girang. "Maukah Locianpwe membantunya.......?"
Oey Yok Su mengangguk, "Jika memang benar gadis itu gagal melarikan diri dan terjatuh ke
dalam tangan Bun Siang Cuan, tentu saja aku bersedia untuk
menolonginya......!" menjawab Oey Yok Su.
Dan dia teringat, betapapun juga Kam Lian Cu memiliki banyak
persamaan dengan Oey Yong puteri tunggalnya. Dan Oey Yok Su
jadi tambah berkuatir terhadap keselamatan gadis itu.
"Tapi ke mana kita harus mencarinya?" begitulah gumamnya.
Ko Tie juga tampak jadi bingung sekali.
2455 "Mudah-mudahan saja memang dia bisa meloloskan diri.....!" kata
Ko Tie kemudian. Oey Yok Su mengangguk. "Ya, mudah-mudahan saja memang dia bisa meloloskan diri!"
katanya kemudian. "Atau memang kita perlu pergi melihatnya ke
tempat di mana dulu kita pernah bertemu dengan Bun Siang Cuan.
Tentu dia tidak akan pergi jauh-jauh?"
Ko Tie girang, dia mengangguk cepat.
"Ya..... jika memang kita pergi ke sana, kita tentu akan dapat
menemukan Bun Siang Cuan. Kita bisa menanyakan kepadanya
di mana Kam Lian Cu berada?"!"
Oey Yok Su mengangguk. "Jika memang orang she Bun itu tak mau bicara, biarlah nanti aku
yang akan memaksanya agar dia mau membuka mulut.......!" kata
Oey Yok Su dengan suara yang ramah dan tersenyum kepada Ko
Tie, sehingga senanglah hati Ko Tie.
"Kapan kita pergi ke sana, locianpwe"!" tanya Ko Tie kemudian.
2456 "Nanti.......!" kata Oey Yok Su. "Kalau memang latihanmu pada
Cap-lak-kun telah selesai."
Ko Tie jadi bimbang. "Jika kita tidak pergi sekarang, justeru boanpwe kuatir kalau-kalau
mereka sudah tidak berada di sana. Sedangkan boanpwe saja
sudah beberapa hari berada di sini!"
Oey Yok Su terdiam sejenak.
"Bagaimana Locianpwe"!" tanya Ko Tie kemudian
Akhirnya Oey Yok Su mengangguk.
"Baiklah!" jawab Tocu dari pulau Tho-hoa-to tersebut. "Mari kita
pergi sekarang!" Bukan main girangnya Ko Tie. Kepada penduduk kampung mereka
mengucapkan terima kasih. Bahkan Oey Yok Su memberikan
nasehat kepada mereka agar berlatih diri terus dengan rajin dan
tekun ilmu silat yang telah diajarkannya.
Penduduk kampung itu berusaha menahan mereka, agar selama
beberapa hari lagi berdiam di situ.
2457 Tapi Ko Tie dan Oey Yok Su menyatakan mereka memiliki
kepentingan yang perlu sekali harus diselesaikannya, karena itu
mereka tidak bisa berdiam lebih lama lagi.
Begitulah Oey Yok Su berdua dengan Ko Tie telah berangkat
meninggalkan tempat itu. "Y" Kam Lian Cu merasakan perutnya semakin membesar juga. Dan
diapun merasakan betapa sering terjadi sesuatu yang bergerak di
dalam perutnya seakan juga di dalam perutnya itu terdapat benda
hidup yang sebentar bergerak ke kiri atau ke kanan, atau terkadang
tidak jarang pula berputar, bagaikan di dalam perutnya terdapat
bola saja! Si pendeta telah merawatnya dengan baik hati. Dia tampaknya
memang merasa berkasihan terhadap nasib si gadis.
Karena itu dia telah mencarikan buah-buahan buat si gadis, juga
dia yang telah menyediakan setiap keperluan si gadis. Malah
pendeta itu juga yang telah pergi ke kampung-kampung buat
mencarikan baju-baju baru Kam Lian Cu.
2458 Hari demi hari telah lewat, dan demikian juga dengan keadaan
perut Kam Lian Cu yang semakin hari semakin membesar.
Tidak jarang jika tengah berada seorang diri Kam Lian Cu jadi
menangis menyesali nasibnya.
Dia tidak menyangka bahwa dia akan menjadi korban dari Bun
Siang Cuan yang telah membuat dia jadi korban keganasan dari
kera bulu kuning itu, di mana dia telah diperkosa!
Dengan begitu benar-benar telah membuat Kam Lian Cu sering
merasa berduka dan berputus asa. Tidak jarang terpikir olehnya
bahwa dia ingin sekali membunuh diri.
Hanya saja teringat betapa janin bayi di dalam perutnya itu, dia
terpaksa harus membatalkan keinginannya yang tidak-tidak. Dia
tidak jadi meneruskan keinginannya buat menghabisi jiwanya
sendiri. Dia ingin melahirkan anaknya dan ingin melimpahkan kasih
sayang kepada anaknya. Tapi yang sering dia membuat ragu justeru dia diperkosa oleh
seekor kera bulu kuning itu.
"Apakah hubungan antara kera dengan seorang manusia bisa
menimbulkan kehamilan dan menyebabkan kelahiran seorang
2459 bayi. Jika memang terlahir seorang bayi, lalu bagaimana keadaan
dan rupa dari janin bayi itu?"
Benar-benar Kam Lian Cu sering diliputi perasaan ragu dan dia pun
tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Hanya saja hiburan-hiburan yang diberikan oleh si pendeta itu juga
yang akhirnya telah membesarkan hatinya, membuat dia tidak
terlalu nekad dan juga tidak melakukan sesuatu yang bukanbukan.
Kam Lian Cu pun telah bersiap-siap untuk menerima dan
menghadapi kelahiran anak di dalam perutnya itu, untuk
melihatnya bagaimana bentuk dan rupa anaknya itu. Apapun
bentuk dan rupa anaknya itu, tentu dia akan mengasihinya dan
juga mencintainya. Walaupun bagaimana memang dia adalah
ibunya dan anak itu adalah anaknya, yang perlu disayanginya.
Namun berkat hiburan dari si pendeta, Kam Lian Cu lebih tabah
menghadapi kepahitan hidupnya itu.
Hari demi hari telah lewat cepat sekali, dan juga Kam Lian Cu telah
melihatnya, bahwa perutnya semakin membesar juga.
2460 Perasaan sakitnya seringkali dirasakan, walaupun dia baru hamil
selama empat bulan. Pendeta itu bahkan telah sengaja mengundang seorang bidan dari
tempat yang terdekat dengan tempat itu, yaitu dari sebuah
perkampungan yang terpisah tidak terlalu jauh dari mulut lembah
itu. Bidan itu segera memeriksa keadaan Kam Lian Cu, dia
memperoleh kenyataan tidak terdapat kelainan pada kandungan
Kam Lian Cu, semuanya normal.
"Masih lima bulan lagi, bayi ini baru akan lahir!" kata bidan itu
kemudian. Pendeta itu memberikan hadiah yang cukup banyak buat bidan
tersebut. Diapun berpesan agar bidan itu tidak menceritakan
kepada siapapun juga perihal mereka berdua berada di lembah ini.
Bidan itu berjanji tidak akan membocor.kan rahasia tersebut.
Karena memang dia telah diberikan hadiah yang besar. Di dalam
hati bidan itu cuma menduga bahwa dia memang tengah
menghadapi urusan yang tidak benar.
2461 Pasti pendeta itu telah menyeleweng dan memiliki hubungan
dengan Kam Lian Cu, gadis itu, sehingga terjadi kehamilan. Dan
pendeta itu memesan agar ia merahasiakan semua itu, hanya
disebabkan si pendeta merasa malu!
Begitulah, jika memang telah tiba waktunya, kembali si pendeta
mengundang bidan tersebut, dia telah memintanya agar memeriksa lagi keadaan Kam Lian Cu.
Di bawah pengamatan dan pengawasan bidan itu, Kam Lian Cu
jadi jauh lebih tenang. Pendeta itu menjanjikan, jika memang bidan ini telah berhasil
menolong dan menyelamatkan Kam Lian Cu, ibu dan anak dari
kelahiran kelak, maka ia akan dihadiahkan sepuluh tail emas.
Tentu saja bidan itu jadi benar-benar menutup mulut, karena
memang dia mengharapkan sekali hadiah yang begitu besar.
Walaupun bagaimana dia tidak pernah menerima hadiah sebesar
itu, dan juga tidak pernah memiliki uang lebih dari satu tail emas.
Sekarang dia akan dihadiahkan 10 tail emas jika kelak dia berhasil
menolongi Kam Lian Cu melahirkan. Begitulah, bidan ini bahkan
tanpa dijemput oleh si pendeta sering juga datang ke lembah itu,
2462 untuk mengadakan pemeriksaan terhadap kandungan Kam Lian
Cu. Semua itu dilakukan demi kelancaran Kam Lian Cu melahirkan
kelak. Berarti juga merupakan hadiah yang sepuluh tail emas itu
akan jatuh dalam tangannya.
Dikala itu tampak si pendeta juga sibuk sekali telah membeli dari
kampung terdekat, pakaian-pakaian untuk Kam Lian Cu dan calon
bayinya. Bukan main rasa terima kasih Kam Lian Cu terhadap pendeta yang
memang telah menolonginya dengan setulus hati.
Ia melihat pendeta itu memang welas asih dan juga sangat
menyayanginya. Di samping itu si pendeta berusaha untuk dapat
merawatnya dengan sebaik-baiknya.
Kam Lian Cu pun telah berusaha untuk menuruti semua petuah
dan nasehat yang diberikan pendeta tersebut. Hanya saja selama
mengandung ini, Kam Lian Cu tidak boleh melatih sin-kang
maupun ilmu silatnya. Pendeta itu berjanji, jika memang kelak sudah melahirkan bayi
tersebut, maka ia akan diajarkan ilmu silat oleh pendeta ini, yang
2463 akan mewarisi sebagian dari ilmunya. Itulah yang menjadi harapan
Kam Lian Cu. Karena jika memang dia berhasil mempelajari ilmu silat yang
diwariskan kelak oleh si pendeta, berarti itu merupakan pegangan
yang sangat kuat buat dia, karena dia tentunya akan dapat
mempergunakannya buat membalas dendam dan sakit hatinya
kepada Bun Siang Cuan, maupun Kera berbulu kuning itu.
Disamping itu, memang diapun bermasud untuk dapat melatih diri
dengan sebaik-baiknya, karena ia ingin memiliki kepandaian yang
sempurna dan tinggi sekali.
Dalam keadaan seperti itu, Kam Lian Cu hanya dapat berdoa, demi
untuk keselamatan dirinya dan bayinya. Juga agar ia dipayungi
Thian, dan dia bisa mempelajari ilmu silat yang diwarisi pendeta itu
agar ia pun kelak bisa membalas dendamnya terhadap Bun Siang
Cuan maupun kera bulu kuning itu, yang telah menyebabkan ia
menerima aib begitu besar bagi dirinya.
Karenanya Kam Lian Cu pun setiap hari hanyalah mempelajari ilmu
yang diajarkan oleh si pendeta, baik cara bersembayang maupun
yang tentang baca liam-keng.
2464 Kam Lian Cu merasakan tubuhnya kian berat dan juga perutnya


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kian besar. Semakin besar perutnya itu, semakin takut juga Kam Lian Cu, yang
diliputi kekuatiran, karena ia kuatir untuk menghadapi kelahiran
anaknya, untuk melihat kenyataan. Dia tidak tahu juga, entah
bagaimana rupa dan keadaan dari anaknya tersebut.....
Walaupun dia berusaha untuk tabah menghadapi kenyataan yang
ada, tokh tidak urung Kam Lian Cu sering kali menetes air mata,
menangis menyesali akan nasibnya. Dan sering juga memikirkan
keadaan Ko Tie, entah bagaimana keadaan pemuda itu.
Walaupun hubungannya dengan Ko Tie belum lama, tapi sebelum
terjadinya peristiwa tersebut, ia memang telah mencintai Ko Tie.
Dan ia mengetahui bahwa Ko Tie pun mencintainya.
Hanya saja telah terjadi aib seperti itu, maka habislah semua
impiannya. Dan juga dia pun harus menghadapi hari-hari
mendatang penuh ketabahan, buat menyambut kelahiran anaknya
itu?" Dan jika terpikir seperti itu, Kam Lian Cu sering berduka bukan
main. Dia pun telah terpikir, jika memang kelak ia harus melahirkan
dari anaknya itu ternyata memiliki rupa seperti seekor monyet dan
2465 juga keadaannya buruk sekali, maka ia akan membawa anaknya
ke sebuah tempat yang sepi, untuk hidup mengasingkan diri dan
merawat anaknya baik-baik.
Diapun terpikir, mungkin juga memang semua ini terjadi atas
tulisan nasibnya sendiri.
"Y" Giok Hoa yang tengah melakukan perjalanan ke Kotaraja, dengan
cepat sekali telah melewati dua buah perkampungan, tapi hanya
singgah sebentar saja. Karena Giok Hoa tidak tertarik untuk
bermalam di rumah penginapan di kampung itu, yang dilihatnya
begitu kotor. Iapun melanjutkan perjalanannya di malam hari, karena memang
Giok Hoa pun tidak gentar melakukan perjalanan seorang diri di
malam hari. Dia yakin bahwa kepandaiannya telah cukup tinggi.
Telah beberapa hari dia melakukan perjalanan, selama itu si gadis
juga seringkali dilanda oleh kesepian yang sangat.
Tidak jarang dia pun teringat akan Ko Tie dan benar-benar
membutuhkannya. 2466 Karena itu, timbul juga selalu penyesalannya, mengapa ia harus
meninggalkan Ko Tie beberapa waktu yang lalu dengan sengaja
membawa adatnya belaka" Bukankah jika memang dia tidak
melakukan hal itu, dan melakukan perjalanan bersama-sama
dengan pemuda itu, dia akan gembira sekali"
Sekarang berada seorang diri dalam perjalanan. Giok Hoa baru
merasakannya, betapapun juga memang kenyataan yang ada dia
harus mengakuinya, ia sangat mencintai Ko Tie!
Juga ia mengetahui bahwa Ko Te sangat mencintainya, maka
dengan adanya perpisahan seperti itu, jelas hanya merugikan
dirinya dan telah membuat Giok Hoa sering menyesali akan
tindakan yang telah dilakukannya.
Sekarang, walaupun dia bermaksud mencari Ko Tie pula, selalu
dia gagal. Pemuda itu sudah tidak berada di tempat semula dan juga entah
telah pergi ke mana. Untuk menghibur kedukaan dan penyesalan hatinya itu, memang
Giok Hoa selalu menikmati pemandangan alam yang indah dan
permai. Namun tetap saja ia tidak bisa melupakan Ko Tie, tidak
2467 juga dia bisa mengurangi kerinduan hatinya, di mana ia
mengharapkan sekali dapat bertemu dengan Ko Tie.
Malam itu, udara tidak begitu cerah, tapi juga tidak turun hujan.
Pedang Langit Dan Golok Naga 28 Panji Sakti Karya Khu Lung Keris Pusaka Dan Kuda Iblis 1
^