Pencarian

Matahari Esok Pagi 4

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 4


"Ia orang yang kasar dan bengis. Kau kira ia dapat berbuat sebaik itu kepadamu?"
berkata Ki Jagabaya. "Sebenarnya Ki Jagabaya"
"Itu pasti hanya sekedar suatu jebakan. Ia akan berbuat lebih jauh dan kasar.
Mungkin ia memang berusaha
menggagalkan kerja kelima orang itu, agar ia mendapat kesempatan menangkap kau.
Bukan orang lain, dan upah itu akan jatuh ke tangannya"
Bahkan dengan berterus terang, seorang anak muda yang bertubuh kecil berkata
"Mereka telah mendapat upah dari Manguri untuk menangkap Pamot"
Pamot mengerutkan keningnya. Kemungkinan itu memang
dapat terjadi. Tetapi jika demikian, maka Lamat justru sudah mendapat kesempatan
lebih dahulu dari kelima orang itu.
Meskipun demikian Pamot tidak membantah. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya meskipun ia berpendapat lain.
"Tetapi bagaimanapun juga kalian sudah terlibat dalam perkelahian itu. Dan itu
sudah mengganggu ketenteraman"
Anak-anak muda itu mengangguk-anggukkan kepala
mereka. "Sudah tentu aku tidak akan dapat mempercayai kalian begitu saja. Aku
akan mengusut persoalannya. Aku akan memanggil Manguri dan ayahnya. Tetapi
apabila kalian berkata sebenarnya, Manguri memang harus ditindak. Ia menjadi
sumber persoalan yang semakin berlarut-larut ini"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Terima kasih Ki Jagabaya" berkata Pamot "tetapi
bagaimanapun juga, aku minta, agar Ki Jagabaya tetap
melindungi nama Lamat apabila Manguri dan orang tuanya akan dipanggil kemari"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Kemudian jawabnya
"Sepanjang aku tidak memerlukan sekali, aku tidak akan menyebut namanya"
"Terima kasih" Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Besok pagi aku akan mengurusnya" berkata Ki Jagabaya kemudian, lalu "sekarang
kalian boleh pulang. Aku akan tidur lagi"
Anak-anak muda Gemulung itu saling berpandangan
sejenak. Namun merekapun kemudian minta diri untuk
meninggalkan rumah Ki Jagabaya.
"Kalian tidak boleh meninggalkan padukuhan kalian"
berkata Ki Jagabaya itu kemudian "setiap saat aku
memerlukan kalian. Terutama Pamot"
Pamot mengangguk sambil menjawab "Baik Ki Jagabaya"
"Besok aku akan memanggil Manguri, kalau perlu orang
tuanya" Maka sejenak kemudian anak-anak muda Gemulung itupun
meninggalkan rumah Ki Jagabaya. Kini mereka mengerti, bahwa persoalan mereka
tidak terhenti sampai sekian.
Persoalan mereka masih akan berkepanjangan.
"Aku minta maaf" berkata Pamot kepada kawan-kawannya.
"Kenapa?" bertanya Punta.
"Ternyata aku telah menyeret kalian ke dalam persoalan yang
panjang" Punta tertawa pendek "Itu sudah merupakan kewajiban kami"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Mudah-mudahan Ki Jagabaya dapat segera menyelesaikan masalah ini"
"Ia harus dapat menyelesaikan. Itu adalah tugasnya"
"Tetapi ayah Manguri adalah seorang yang kaya dan
berpengaruh tidak saja di Gemulung"
"Aku parcaya kepada Ki Jagabaya" berkata Punta.
Pamot terdiam. Sedang kawan-kawannyapun terdiam pula.
Kini mereka berjalan semakin cepat. Mereka merasa, bahwa mereka
telah menempuh jalan yang sebaik-baiknya. Menyampaikan masalahnya kepada Ki Jagabaya.
Ketika mereka melihat bayangan fajar di langit, maka
merekapun mempercepat langkah mereka kembali ke padukuhan Gemulung. Mereka mengharap bahwa padukuhan
mereka masih sepi agar mereka tidak dikerumuni oleh
pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan.
"Masih sepi" desis salah seorang dari mereka.
"Mudah-mudahan" sahut Pamot.
Tetapi mereka terkejut ketika mereka menjadi semakin
dekat. Di sudut desa tampak samar-samar berjejal-jejal orang-orang Gemulung
berkerumun di sekitar gardu. Agaknya
mereka memang menanti kedatangan anak-anak muda yang
pergi ke rumah Ki Jagabaya.
"Sst, mereka menunggu kita agaknya" desis Punta.
"Ya" "Menjemukan sekali. Pertanyaan mereka tidak akan
berkeputusan. Marilah kita mengambil jalan lain.
Semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian
merekapun menusup diantara batang-batang jagung, menyusur pematang yang menyilang jalan menuju kesudut desa.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kita meloncat pagar batu" desis anak yang tinggi itu.
Tidak ada jawaban, tetapi merekapun menuju ke lambung pedukuhan dan meloncati
pagar batu. Dengan diam-diam
mereka berjalan tergesa-gesa ke rumah masing-masing.
Orang-orang yang menunggu di pojok desa masih juga
menunggu. Mereka menyangka bahwa anak anak itu akan
segera kembali dan melewati jalan itu. Mereka ingin
mendengar langsung keterangan dari mulut-mulut mereka dan tanggapan dari Ki
Jagabaya atas paristiwa itu.
Tetapi anak-anak itu tidak juga segera lawat. Dengan
demikian maka orang-orang yang menunggu itu menjadi
cemas. Salah seorang dari mereka berdesis "Apakah Ki
Jagabaya menjadi marah dan menahan mereka di rumahnya?"
"Ah tentu tidak. Anak-anak kita tidak bersalah"
"Tetapi mungkin mereka harus menunggu panyelesaian.
Mungkin Ki Jagabaya memanggil orang-orang yang berkepentingan" "Apakah Ki Jagabaya akan memanggil gerombolan Sura
Sapi ?" "Tentu tidak mungkin. Tetapi ia dapat memanggil Manguri dan Lamat"
Orang-orang yang lain mengangguk-anggukkan kepalanya.
Bahkan ayah Pamot yang ikut berkerumun di sudut desa
itupun mengangguk-angguk pula. Tetapi ia menjadi semakin lama semakin cemas,
sehingga ia berkata "Aku akan berganti pakaian. Lebih baik aku menyusul mereka
daripada berdiri termangu-mangu disini"
Tetangga-tetangganya yang berada di pojok desa itu
mengerutkan kening mereka. Sejenak mereka tidak menyahut.
Tetapi sejenak kemudian salah seorang dari mereka berkata
"Kau akan disangkutkan pula pada masalah ini"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Itu sudah sewajarnya. Aku adalah ayah Pamot. Mau tidak mau aku pasti akan
tersangkut" Orang itu tidak menjawab lagi.
Tidak seorangpun yang mencegahnya lagi ketika ayah
Pamot itu kemudian meninggalkan tetangga-tetangganya yang berkerumun di depan
gardu di pojok desa. Dengan tergesa-gesa ia pulang untuk mengganti pakaiannya,
karena ia ingin datang sendiri ke rumah Ki Jagabaya menanyakan anaknya.
Tetapi ia terkejut ketika ia memasuki pintu rumahnya.
Dilihatnya Pamot sudah ada di dalam. Anak itu duduk sambil minum air hangat dan
gula kelapa. Di sisinya duduk ibunya dan di hadapannya kakeknya.
"Kau sudah pulang Pamot?" bertanya ayahnya dengan
serta-merta. "Belum lama ayah"
"Aku menunggumu di pojok desa. Apakah kau tidak
mengambil jalan itu?"
Pamot menggeleng "Memang tidak ayah. Kami bersepakat
untuk mengambil jalan lain ketika kami ketahui, banyak sekali orang yang
berkerumun di pojok desa"
"He, kenapa kami tidak melihat kalian?"
"Kami berjalan beriringan. Tetapi agaknya orang-orang Gemulung
sedang sibuk berbantah tentang peristiwa
semalam, sehingga mereka sama sekali tidak menghiraukan apapun lagi"
Ayah Pamot mengangguk-anggukkan kepalanya. Desisnya
"Orang-orang itu pasti akan kecewa. Aku akan memberitahukan kepada mereka, bahwa yang mereka tunggu telah pulang"
"Jangan ayah. Aku lelah sekali. Mereka pasti akan
bertanya-tanya menurut kehendak mereka sendiri tanpa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menghiraukan orang yang mereka tanya. Sedang aku benar-benar lelah dan kantuk"
Ayahnya menarik nafas dalam-dalam. Sambil duduk di
amben itu pula ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia
dapat mengerti keberatan Pamot itu. Tetapi apakah ia akan membiarkan orang-orang
itu menunggu". Isterinyapun kemudian memberinya semangkuk air panas
pula. Sambil meneguk ia berdesah. Lalu katanya "Tetapi orang-orang yang ada di
pojok desa itu harus tahu, bahwa yang mereka tunggu sudah lewat" ia berhenti
sebentar "kalau begitu, sebaiknya kau masuk saja ke dalam bilik. Aku akan
mengatakan kepada mereka, bahwa anak-anak itu sudah
pulang, tetapi mereka baru tidur. Mereka lelah sekali setelah semalam-malaman
tidak tidur dan apalagi berkelahi melawan gerombolan orang-orang yang liar itu"
Pamot mengerutkan keningnya. Kemudian katanya "Terserahlah kepada ayah"
Ayah Pamotpun kemudian berdiri sambil berkata "Akan
pergi sekarang. Mereka sudah terlampau lama menunggu"
Sepeninggal ayahnya, maka Pamotpun kemudian masuk ke
dalam biliknya. Ia mengharap bahwa ia benar-benar tidak akan
diganggu oleh partanyaan-pertanyaan yang membingungkan dan melingkar-lingkar tidak habis-habisnya.
Badannya yang latih dan matanya yang sangat kantuk,
membuatnya malas untuk bertemu dengan siapapun juga.
Tetapi meskipun kemudian ia berbaring, dan rasa-rasanya ia akan segera tertidur
dengan nyenyaknya, namun ternyata matanya sama sekali tidak mau terpejam.
Terbayang semua masalah dan peristiwa yang baru saja terjadi. Pertengkaran,
perkelahian demi perkelahian, sehingga akhirnya ia telah menyeret kawan-kawannya
ke dalam persoalan ini. Dalam pada itu, maka Pamotpun sampai pada sumber
persoalannya, Sindang Sari.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dadanya menjadi berdebar-debar mengenangkan gadis itu.
Gadis itu pasti akan segera mendengar pula apa yang sudah terjadi. "Kasian anak
itu" Pamot terkejut ketika ibunya membuka pintu biliknya.
Kemudian memasukinya sambil membawa tempurung berisi
air yang berwarna ke kuning-kuningan.
"Apa itu ibu?" bertanya Pamot.
"O, jadi kau belum tidur?"
Pamot menggeleng sambil bangkit duduk di pinggir
ambennya "Aku tidak dapat tidur, betapa letihnya"
"Aku membawa cairan param untukmu Pamot. Aku tahu,
kau pasti terlampau letih"
Pamot menarik nafas dalam-dalam.
"Berbaringlah" Pamot tidak membantah. lapun kemudian berbaring lagi.
Ibunya menggosok kakinya, tangannya, punggungnya dan
seluruh tubuhnya dengan param yang hangat.
"Mudah-mudahan segala perasaan sakit dan letih akan
berkurang" berkata ibunya.
"Terima kasih ibu"
"Nah, cobalah untuk tidur"
Ibunyapun kemudian meninggalkan Pamot di dalam
biliknya. Terasa sekujur tubuhnya menjadi hangat. Perasaan letih dan sakit
memang berangsur berkurang. Tulang-tulangnya tidak lagi serasa saling terlepas.
Tetapi Pamot tetap tidak dapat memejamkan matanya.
Setiap ia berusaha untuk tidur dan melepaskan segala ingatan tentang apapun,
maka bayangan Sindangsari justru menjadi semakin jelas mengawang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Pamot menarik nafas dalam-dalam. Dan tiba-tiba ia
berdesah "Semuanya sudah terlanjut terjadi. Kawan-kawanku yang semula tidak tahu
menahu, kini telah terseret ke dalam parsoalanku. Karena itu, apa-boleh buat.
Aku tidak akan surut"
Dalam pada itu, Ki Jagabaya yang terlambat bangun,
segera berkemas sambil bersungut-sungut "Anak-anak Gemulung itu sudah mulai gila. Mereka membuat persoalan saja. Kademangan ini
sebenarnya sudah mulai baik dan
perlahan-lahan meningkatkan diri. Tetapi tiba-tiba saja, anak-anak muda itu
terlibat dalam perbuatan-perbuatan yang memuakkan"
Sambil menyuapi mulutnya dengan makan pagi Ki Jagabaya berkata kepada isterinya
"Aku akan pergi ke rumah Ki
Demang" "Aku mendengar persoalan semalam" berkata isterinya.
"Manguri memang perlu mendapat perhatian"
Isterinya mengangguk-anggukkan

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya. Tetapi kemudian ia berkata "Ki Demang sedang gelap hati"
Ki Jagabaya mengerutkah keningnya "Kenapa?"
"Bukankah ia baru saja bercerai?"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Desisnya
"Itulah kegilaannya. Sudah berapa kali ia bercerai dan kawin lagi?"
"Seingatku lima kali. Seorang meninggal karena sakit-
sakitan. Yang lain bercerai setelah beberapa tahun kawin.
Isterinya yang ketiga hanya betah tinggal di rumah Ki Demang selama setengah
tahun" Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian ia berkata "Tetapi
masalahnya harus dibedakan. Aku akan membicarakan
masalah Kademangan Kepandak dan padukuhan. Ki Demang harus menyediakan waktu. Ia harus
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memisahkan masalah tanggung jawabnya sebagai seorang
Demang, dan masalah-masalah pribadinya"
Isterinya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mengerti apa yang dikatakan
suaminya, tetapi ia mengerti juga bahwa kadang Ki Demang kehilangan keseimbangan
antara tugas-tugas jabatannya dan masalah-masalahnya sendiri.
Setelah makan pagi, maka Ki Jagabayapun kemudian
dengan tergesa-gesa pergi ke rumah Ki Demang di Kepandak untuk menyampaikan
masalah yang terjadi semalam.
Selain masalah anak-anak muda Gemulung, ternyata
bahwa gerombolan Sura Sapi telah mulai menyentuh
kademangan ini pula, meskipun agaknya diundang oleh orang-orang Gemulung
sendiri. "Dengan demikian Manguri telah melakukan kesalahan dua kali lipat" desis Ki
Jagabaya di sepanjang jalan.
Dengan demikian langkah Ki Jagabaya menjadi semakin
cepat. Tetapi sekali-sekali ia menguap, karena semalam tidurnya agak terganggu
oleh kehadiran anak-anak Gemulung itu.
Beberapa puluh langkah dari regol Kademangan, Ki
Jagabaya mengerutkan keningnya. Ia melihat seekor kuda tertambat di halaman
Kademangan. "Sepagi ini sudah ada tamu?" ia bertanya kepada diri
sendiri. Keinginannya untuk mengetahui, siapakah tamu yang
datang dipagi-pagi benar itu telah mendorongnya untuk berjalan lebih cepat lagi.
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Tidak seorangpun
duduk di pendapa. Ki Demang tidak dan apalagi tamunya.
Tetapi ketika ia melihat pintu pringgitan terbuka, maka iapun segera mengerti,
bahwa tamunya kali ini diterima di dalam pringgitan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Jagabayapun kemudian perlahan-lahan naik ke pendapa agar kedatangannya tidak
mengejutkan. Kemudian iapun
mengetuk pintu yang memang sudah terbuka itu.
"Siapa" bertanya Ki Demang.
"Aku Ki Demang, Supa"
"Supa Jagabaya?"
"Ya" "O" terasa ada keragu-raguan sedikit pada nada suara Ki Demang. Namun kemudian
"masuklah" Ki Jagabaya itu mengerutkan keningnya sejenaK. Tetapi iapun
kemudian mendorong pintu pringgitan dan menyembulkan kepalanya. Tetapi Ki Jagabaya tidak segera melangkah masuk. Ia
terperanjat melihat tamu yang sudah duduk di dalam
pringgitan, di atas sehelai tikar pandan yang putih dan bahkan di hadapannya
sudah tersedia beberapa macam hidangan.
Orang itu adalah pedagang ternak yang kaya raya dari
Gemulung. Ayah Manguri. "Masuklah" desis Ki Demang kemudian.
Kini Ki Jagabayalah yang menjadi termangu-mangu sejenak Dipandanginya saja wajah
Ki Demang dan wajah pedagang ternak yang kaya raya itu.
"Masuklah" berkata Ki Demang kemudian.
Ki Jabagaya mengerutkan keningnya. Hatinya menjadi
berdebar-debar ketika ia masih saja melihat pedagang yang kaya itu seakan-akan
acuh tidak acuh saja atas kehadirannya.
Namun akhirnya Ki Jagabaya masuk juga ke dalam
pringgitan dan duduk di atas tikar pandan itu pula.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kau datang terlampau pagi hari ini Ki Jagabaya?" berkata Ki Demang
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Kemudian ia bertanya pula "Apakah bebahu yang
lain masih belum datang?"
Ki Demang tersenyum "Belum"
"Aku merasa kesiangan" berkata Ki Jagabaya "sehingga aku menjadi terlampau
tergesa-gesa" Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Disambarnya wajah tamunya yang pertama, kemudian wajah Ki Jagabaya. Keduanya
sudah saling mengenal, tetapi
keduanya masih belum saling menyapa.
Meskipun Ki Jagabaya merasa duduknya kurang tenang,
namun ia sengaja tidak mau menyapa pedagang kaya itu lebih dahulu. Ia tidak
senang melihat sikapnya yang angkuh "Kalau orang itu menyapa, baru aku akan
menjawab" katanya di dalam hati.
Tetapi pedagang kaya itupun masih saja acuh tidak acuh.
Bahkan kemudian ia menundukkan kepalanya tanpa menghiraukan lagi kepada Ki Jagabaya. Tetapi di dalam hatinyapun ia berkata "Aku
adalah tamu Ki Demang. Jagabaya ini memang sombong benar. Apakah disangkanya
jabatan Jagabaya itu merupakan jabatan tertinggi di seluruh dunia"
Aku adalah seorang yang kaya raya, yang sudah menjelajahi hampir seluruh daerah
Selatan" Ki Demang yang menjadi tuan rumah merasa aneh, bahwa
keduanya tidak saling menyapa. Tetapi Ki Demang belum tahu, apakah sebenarnya
yang telah membuat sikap mereka menjadi kaku.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya di dalam sudut hati Ki Jagabaya telah tersimpan
perasaan tidak senang kepada Manguri, anak pedagang kaya itu, yang telah
mengundang gerombolan Sura Sapi memasuki daerah Kademangan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kepandak. Hal itu pasti akan mengganggu kedamaian dan ketenteraman Kademangan
ini. Dan ini adalah tugas yang akan dibebankan kepadanya.
Dalam pada itu, pedagang kaya itupun merasa bahwa pasti tersimpan suatu
prasangka di dalam hati Ki Jagabaya. Ia yakin bahwa anak-anak muda Gemulung yang
berpihak pada Pamot pasti sudah menghadap Ki Jagabaya. Apalagi anak-anak yang
termasuk dalam keanggautaan pengawal khusus Kademangan Kepandak.
Namun Ki Demang tidak membiarkan tamu-tamunya untuk
duduk membeku, sehingga dengan kaku pula ia berkata "He, bukankah kalian akan
saling memerlukan dalam masalah yang sedang kita hadapi?"
Keduanya berpaling memandang wajah Ki Demang. Dan
sementara itu Ki Demang melanjutkan "Kami bertiga memang harus berunding. Adalah
kebetulan sekali Ki Jagabaya datang pagi-pagi, sehingga masalahnya akan menjadi
semakin cepat kita selesaikan"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Tanpa sesadarnya ia memandang wajah pedagang
kaya itu, selagi pedagang itu memandangi wajahnya pula.
Dengan demikian, maka keduanyapun kemudian menganggukkan kepala mereka
dengan kaku. Sejenak kemudian seorang pelayan Ki Demang telah
membawakan semangkuk air panas untuk Ki Jabaya. Sambil mengerutkan keningnya Ki
Jagabaya menerima mangkuk itu.
Namun di dalam hati ia berkata "Tamu Ki Demang kali ini pasti seorang tamu yang
luar biasa. Suguhannyapun luar biasa pula. Tidak pernah seorang tamu di
Kademangan ini mendapat suguhan makanan sampai lima macam. Apalagi
sepagi ini. Darimana saja Ki Demang mendapatkannya?"
"Minumlah Ki Jagabaya" berkata Ki Demang.
"Terimakasih" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun belum lagi Ki Supa Jagabaya meneguk mangkuknya, Ki Demang sudah berkata "Ki Jagabaya.
Kedatangan Ki Sukerta dari Gemulung ini ada sangkut pautnya dengan pergaulan
puteranya" Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia memang sudah menduga. "Ternyata anak-anak Gemulung sekarang sudah menjadi
liar. Mereka sama sekali sudah tidak mengenal sopan santun"
Dada Ki Jagabaya berdesir. Tetapi kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sadar bahwa ceritera ini adalah ceritera ayah
Manguri. Sehingga apabila ada perbedaan warna dan nada, adalah wajar sekali.
Sejenak kemudian Ki Demang melanjutkan "Sejak beberapa saat yang lalu telah
terjadi beberapa kali perkelahian. Namun masalahnya masih belum terlampau parah.
Orang-orang tua padukuhan
Gemulung sendiri berusaha untuk menyelesaikannya. Namun ternyata anak-anak muda Gemulung yang tidak mempunyai kesibukan tertentu itu
hampir-hampir tidak dapat dikendalikan lagi"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan terus. Ia ingin
mendengarkan pengaduan ayah Manguri itu sampai habis.
Dan Ki Demangpun berkata "Ki Sukerta, pedagang ternak ini datang kepadaku untuk
mengadukan masalah itu. Sudah tentu Ki Sukerta mencemaskan nasib puteranya "
Ki Jagabaya masih belum menjawab. Sekilas ditatapnya
wajah pedagang ternak itu. Ketika ia melihat wajah itu tersenyum-senyum, maka
iapun mengumpat di dalam hati.
"Nah, itulah yang perlu kau ketahui Ki Jagabaya"
"Hanya itu" tiba-tiba Ki Jagabaya menyahut sambil
mencoba melihat tanggapan pada wajah Ki Sukerta, pedagang yang kaya dari
Gemulung itu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tanggapan itu memang seperti yang disangkanya.
Pedagang itu mengerutkan keningnya. Tiba-tiba wajahnya menjadi tegang. Sambil
memandang wajah Ki Jagabaya ia bertanya dengan serta-merta "Kenapa hanya itu?"
Ki Jagabayalah yang kini tersenyum. Jawabnya "Tidak ada pengaduan lain" Misalnya
anak-anak muda Gemulung sudah berhubungan dengan orang-orang dari lain padukuhan
untuk membentuk suatu gerombolan atau bahkan dari lain
Kademangan?" Ki Demangpun kemudian mengerutkan keningnya.
Di tatapnya wajah Ki Jagabaya yang tersenyum-senyum itu, kemudian wajah Ki
Sukerta yang tegang. "Apa maksudmu Ki Jagabaya?" bertanya pedagang itu.
"Aku tidak bermaksud apa-apa" jawab Ki Jagabaya "tetapi aku bertanya.
Kemungkinan yang demikian itu sekarang dapat saja terjadi, dimana anak-anak muda
Gemulung itu tidak mempunyai kesibukan apapun"
"Pasti ada latar belakang dari pertanyaanmu itu" desis pedagang kaya itu
"setidak-tidaknya kau menganggap
laporanku itu sebagai dongeng ngaya-wara,
sehingga tanggapanmu itu terlampau menyakitkan hati"
"Kau mudah menjadi sakit hati Ki Sukerta" berkata Ki
Jagabaya "sebaiknya kau agak bersabar sedikit. Biasanya seorang pedagang tidak
lekas kehilangan kesabaran"
Wajah pedagang itu menjadi merah padam. Tetapi ia masih mencoba untuk menahan
diri. "Baiklah, baiklah aku memberi penjelasan" berkata Ki
Demang "peristiwanya terjadi semalam. Tetapi semalam itu adalah akibat dari
peristiwa beberapa hari sebelumnya "
Ki Jagabaya terdiam. Ia memang ingin mendengarkan
laporan ayah Manguri itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Anak-anak Gemulung telah mengganggu Manguri" berkata Ki Demang seterusnya
"tetapi sudah tentu sebagai seorang anak muda. maka Manguripun mempertahankan
harga dirinya. Masalah ini semula adalah masalahnya Manguri dengan seorang anak muda
yang bernama Pamot. Tetapi
agaknya Pamot membentuk suatu kelompok anak-anak muda untuk melawan Manguri.
Adalah kebetulan sekali bahwa
kawan dan pembantu Manguri yang bernama Lamat mampu
melindunginya "Ki Demang berhenti sejenak, lalu "tetapi kelompok anak-anak muda
itu menjadi semakin banyak,
sehingga akhirnya Manguri, terpaksa minta bantuan teman-temannya pula. Karena
anak-anak muda Gemulung sebagian terbesar sudah dipengaruhi oleh Pamot. maka
lebih aman bagi Manguri untuk minta perlindungan orang-orang yang bekerja pada
ayahnya. Orang-orang yang setiap hari memelihara ternak yang belum terjual.
Orang-orang yang kerjanya
mencari dedaunan dan rerumputan. Namun sudah tentu
bahwa mereka tidak akan dapat memadai, karena diantara kawan-kawan Pamot dan
Pamot sendiri adalah anggauta-anggauta pengawal khusus Kademangan Kepandak"
"Pengawal Kademangan Kepandak, beserta pengawal
khususnya adalah orang-orang yang ada di dalam tanggung jawabku" berkata Ki


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jagabaya. "Ya. Itulah sebabnya, maka kita akan mencari penyelesaian yang sebaik-baiknya
tanpa menyakiti hati kedua belah pihak"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya "Baik.
Memang baik sekali" "Nah, marilah sekarang kita berbicara dengan baik, agar kita dapat menemukan
cara yang kita kehendaki itu.
Ki Jagabaya mengangguk anggukkan kepalanya. Tetapi ia tidak segera menyahut.
"Ki Demang" Ki Sukertalah yang kemudian berbicara
"sebaiknya aku minta diri. Terserahlah kepada Ki Demang,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penyelesaian yang manakah yang baik harus dilakukan. Aku hanya ingin anakku
tidak selalu dibayangi oleh kecemasan tentang dirinya sendiri, karena anak-anak
Gemulung yang selalu mengancamnya. Anakku kini sudah tentu tidak akan berani
keluar rumah. Dan karenanya aku minta perlindungan kepada Ki Demang"
"Tunggu" potong Ki Jagabaya "aku kira akan lebih baik kalau kita mendengar
laporan dari kedua belah pihak. Aku condong untuk memanggil Manguri dan Pamot
bersama-sama" "Buat apa?" bertanya pedagang ternak itu.
"Aku ingin mempertemukan. Aku ingin keduanya berbicara.
Kemudian aku akan menyarankan agar mereka berjanji untuk tidak bermusuhan lagi
apapun sebabnya" Pedagang ternak itu menjadi semakin tegang. Dan tiba-tiba saja ia menggeram "Kau
tidak dapat memanggil anakku, aku atau keluargaku yang lain. Aku datang hari ini
atas kehendakku sendiri" "Kenapa " Aku adalah petugas yang mengurusi masalah-
masalah yang dapat mengguncang ketenteraman. Aku dapat memanggil setiap orang
yang aku perlukan" "Kau dapat memanggil Pamot, memanggil petani-petani
kecil atau anak anak gembala. Tetapi tidak anakku. Anak seorang pedagang yang
bukan saja bergerak di padukuhan Gemulung, tetapi aku sudah menjelajahi seluruh
Mataram, bahkan sampai ke Madiun"
"Lalu kenapa" Kalau kau sudah sampai ke ujung bumi, lalu kau bebas untuk berbuat
sekehendakmu di kampung halamanmu sendiri?" "Sudahlah" Ki Demang menengahinya "jangan ribut. Biarlah Ki Sukerta pulang. Kita
akan berbicara untuk mencari
penyelesaian itu" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Jagabaya tidak menjawab. Ditatapnya Ki Demang dan
pedagang ternak itu berganti-ganti.
"Terima kasih Ki Demang" berkata Ki Sukerta, kemudian katanya "ingat aku tidak
mau diganggu oleh urusan anak-anak"
Ki Jagabaya sama sekali sudah tidak mengacuhkannya lagi.
Ketika Ki Sukerta kemudian berdiri, Ki Jagabaya masih tetap saja duduk di
tempatnya. "Ki Jagabaya" berkata Ki Demang "Ki Sukerta akan
meninggalkan kita. Apakah kau masih mempunyai pertanyaan" Ki Jagabaya menggeleng "Tidak. Aku akan memanggil yang berkepentingan. Kalau ia
tidak datang, aku dapat memakai kekerasan"
"Persetan" desis pedagang ternak itu.
"Aku akan menentukan segala-galanya" tiba-tiba Ki
Demang memotong, sehingga Ki Jagabaya terkejut karenanya.
Tetapi kemudian ia menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat membantah lagi,
apabila hal itu memang sudah dikehendaki oleh pemimpin tertinggi Kademangan
Kepandak. Ki Sukertapun kemudian meninggalkan Kademangan itu. Ki Jagabaya yang akhirnya
berdiri juga hanya mengantarkannya sampai ke pintu pringgitan. Ia berdiri sambil
bersilang tangan di dada, bersandar uger-uger pintu, ketika Ki Demang
mengikuti tamunya sampai ke kudanya.
"Ki Demang" Ki Sukerta berbisik "aku akan memenuhi
semua yang sudah aku katakan. Ki Demang kelak dapat
melihat sendiri, yang manakah yang Ki Demang kehendaki.
Aku kira Ki Demang memang harus segera kawin lagi. Sebagai seorang Demang, tidak
sepantasnya hidup sendiri hanya dilayani oleh pembantu-pembantu yang barangkali
tidak cukup cakap" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang tersenyum "Kecuali itu, keperluan Ki Demang yang lain dapat pula aku penuhi"
"Ya, ya. Aku percaya bahwa kau mampu melakukannya.
Tetapi aku tidak memerlukan yang lain"
"Baiklah. Sekarang aku minta diri"
Ki Sukerta itupun kemudian meloncat keatas punggung
kudanya. Kemudian tanpa berpaling lagi, kudanya berderap meninggalkan halaman
Kademangan itu. Ki Demang yang masih berdiri di bawah tangga pendapa
mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian iapun melangkah naik untuk menemui Ki Jagabaya yang masih
berdiri di tempatnya. Tetapi langkahnya tertegun ketika ia melihat beberapa orang bebahu telah mulai
berdatangan. "Duduklah" berkata Ki Demang "aku masih mempunyai
keperluan dengan Ki Jagabaya"
Bebahu Kademangan itupun menyahut "Silahkan"
Ki Demangpun kemudian masuk kembali ke pringgitan,
di kuti oleh Ki Jagabaya. Setelah mereka duduk kembali di tempat semula maka Ki
Jagabayapun bergumam "Pedagang
dari Gemulung itu terlampau sombong. Ia merasa orang yang kaya raya, yang dapat
mempergunakan uangnya untuk segala macam kepentingan"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya, Karena
itu kita memang harus berhati-hati menghadapinya. Kalau ia marah, ia memang
dapat berbuat terlampau banyak. Setidak-tidaknya ia dapat mengganggu ketenangan
pekerjaan kita sehari-hari"
"Tetapi kita dapat bertindak tegas terhadapnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tidak semudah itu Ki Jagabaya. Aku sudah mendengar
banyak tentang pedagang kaya itu. Ia mempunyai banyak sekali pelindung yang
dapat digerakkan setiap saat. Beberapa kepeng uang telah membuat seseorang
kehilangan akal dan mengorbankan dirinya untuk kepentingan pedagang itu"
"Tetapi kita mempunyai pasukan Ki Demang. Pasukan
pengawal. Dan adalah kebetulan sekali bahwa Mataram telah memilih beberapa orang
pengawal untuk mendapat latihan khusus, apabila setiap saat, Mataram akan
mengirim pasukan lagi ke Betawi"
"Tetapi aku tetap menganggap bahwa apabila mungkin
setiap masalah tidak diselesaikan dengan kekerasan. Apakah kau mengerti
maksudku?" Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Juga masalah anak-anak muda itu"
Sekali lagi Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tetapi ia berdesah "Kalau kita selalu memanjakannya, maka ia tidak akan dapat
mengerti, bahwa ia adalah salah seorang dari warga Kademangan ini yang terikat
oleh berbagai macam hubungan timbal balik. Ia tidak dapat berdiri sendiri disini
dengan dalih apapun. Berbuat apapun. Aku kira lebih baik ia membawa orang-
orangnya dan membuka hutan di lereng
Gunung Sewu Ia akan dapat membuat tata pergaulan
menurut seleranya. Kitapun kemudian tidak akan mengusik dan mengganggu gugat apa
yang dilakukannya, karena
mereka tidak merugikan kita, mengganggu kita dan melanggar tata pergaulan yang
sudah kita sepakati bersama"
"Aku tahu Ki Jagabaya. Memang kita harus berbuat sesuatu Yang kita pikirkan
sekarang adalah, bagaimana cara yang sebaik-baiknya"
"Ki Demang" berkata Ki Jagabaya "apakah Ki Demang ingin mendengarkan laporan
dari pihak lain" Bukan dari pihak Manguri tetapi dari pihak Pamot?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang mengerutkan keningnya.
"Mungkin laporan itupun tidak benar seluruhnya. Tetapi setidak-tidaknya akan
dapat menjadi pertimbangan Ki Demang sebelum mengambil keputusan. Sebenarnya aku
ingin mengatakan hal ini di hadapan pedagang yang sombong itu.
Tetapi aku tidak mendapat kesempatan"
Mau tidak mau Ki Demang harus menganggukkan
kepalanya "Baiklah. Katakanlah"
"Ki Demang" berkata Ki Jagabaya "yang terpenting adalah, bahwa Manguri telah
mengundang gerombolan Sura Sapi
untuk ikut campur di dalam persoalannya"
"He?" ternyata Ki Demang terkejut pula mendengarnya.
"Gerombolan Sura Sapi itulah yang semalam berkelahi
melawan anak-anak" Ki Demang termenung sejenak. Tetapi tanggapannya
benar-benar di luar dugaan Ki Jagabaya "Nah, bukankah kau akhirnya harus percaya
bahwa ia dapat berbuat terlampau banyak" Jauh lebih banyak dari dugaanku. Kini
ia baru memanggil Sura Sapi, lain kali ia memanggil yang lain, yang lain lagi.
Dengan demikian maka Kademangan ini akan
menjadi semakin kacau balau"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Memang bukan kegemaranku untuk
berkelahi. Aku tahu bahwa Ki
Demangpun mempunyai kemampuan yang hampir tidak ada
bandingnya. Jangankan gerombolan Sura Sapi, gerombolan-gerombolan yang mempunyai
agul-agul yang betapapun tangguhnya, aku kira tidak akan dapat mengatasi Ki Demang dari Kepandak. Namun
Ki Demang masih selalu berpegangan, bahwa berkelahi adalah cara yang sama sekali
tidak dikehendaki. Tetapi meskipun demikian Ki Demang, seperti terhadap anak-anak kita
yang nakal kita kadang-kadang harus menyelentiknya di kuping atau mencubitnya di
paha" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi terhadap pedagang itu lain lagi Ki Jagabaya. Kalau kita nyelentik di
kuping, ia akan memukul kening kita, sedang kalau kita mencubit di paha, ia akan
mematahkan tukang belakang kita"
"Kalau begitu kita cekik saja orang itu"
"Nah, kekakuanmu sudah tumbuh lagi"
"Bukan begitu Ki Demang. Maksudku memang pertaman-
tama kita mencari jalan yang baik. Kita panggil kedua-duanya supaya mereka
saling berjanji untuk tidak mengulangi
masalahnya. Sedang gadis sumber persoalannya, sebaiknya harus segera menentukan
sikap, supaya tidak menumbuhkan salah paham di pihak-pihak yang lain. Apabila
kelak salah satu pihak melanggar persetujuan itu, kita akan bertindak lebih
tegas lagi" Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Aku dapat mengerti. Tetapi biarlah aku melihat persoalan itu dari dekat. Akulah
yang nanti akan datang ke Gemulung.
Tentu bersama kau Ki Jagabaya"
Ki Jagabaya terperanjat "Kenapa kita yang harus pergi kesana" Jalan yang paling
mudah, kita panggil anak-anak itu.
Kita adalah orang-orang tua yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab"
"Jangan terlampau kaku. Apakah salahnya kita melihat
masalah ini langsung. Kita dapat melihat tempat-tempat kejadian dan kita dapat
mendengar keterangan dari beberapa orang yang berdiri di luar masalah ini,
sehingga lengkaplah keterangan-keterangan kita sebelum kita menentukan sikap"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya. Sebenarnya ia tidak sependapat dengan Ki
Demang, bahwa pimpinan Kademangan harus terlampau mengalah dan merendahkan diri
terhadap pedagang ternak yang walaupun kaya raya itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi Ki Jagabayapun tidak dapat membantah keputusan yang diambil oleh Ki
Demang. Merekalah yang akan
mengunjungi Gemulung, melihat sendiri dari dekat, apa yang telah terjadi.
"Aku sependapat sekali untuk melihat keadaan itu
langsung, Ki Demang. Tetapi kalau hal ini didorong oleh keseganan kita memanggil
Manguri, aku akan berpikir lagi"
desis Ki Jagabaya. "Tidak. Sebenarnya kita sama sekali tidak boleh ragu-ragu untuk bertindak.
Tetapi kali ini aku memang ingin melihat sendiri, apa yang sudah terjadi di
Gemulung. Masalahnya bukan sekedar masalah yang dapat diselesaikan dengan
sepintas lalu. Yang tersangkut kali ini adalah anak pedagang yang kaya raya itu,
yang dapat banyak berbuat baik maupun buruk, beberapa orang pengawal, bahkan
pengawal khusus dan menurut keteranganmu, Sura Sapi telah ikut pula di dalam
perkelahian itu" "Bukan sekedar turut serta, memang gerombolan itulah
yang berkelahi melawan para pengawal" Ki Jagabaya berhenti sejenak, lalu "tetapi
aku dapat berbangga. Ternyata pengawal itu mampu menandingi gerombolan Sura
Sapi. Itu saja baru anak-anak Gemulung. Belum anak muda dari padukuhan-padukuhan
lain. Bukankah dengan demikian kita dapat menilai kekuatan yang tersimpan di
padukuhan-padukuhan di seluruh Kademangan"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya. Akupun
berbangga. Tetapi itu bukan berarti bahwa kita harus selalu mempergunakan
kekerasan" "Tidak Ki Demang. Aku sudah menegaskan. Bukan itu"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Kemudian katanya
"Baiklah nanti kita pergi ke Gemulung"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Minumlah" Ki Demang kemudian mempersilahkan.
"Terima kasih" berkata Ki Jagabaya "tetapi baiklah aku melengkapi ceriteraku"
"Tentang?" "Manguri dan Pamot"
Dengan segannya menunggu jawabannya, Ki Jagabaya
langsung menceriterakan apa yang didengarnya dari Pamot dan kawan-kawannya.
Ki Demang mengangguk-angguk "Memang ada beberapa
perbedaan" katanya "tetapi banyak persamaan. Masalahnya berkisar dari
Sindangsari. Keduanya mengaku, Sindangsari berada dipihaknya. Aku harus
mendengar sendiri, bagaimana sikap gadis itu"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya pula. Sesuatu tersirat disorot matanya.
Sesuatu yang tidak terkatakan. Apalagi Ki Jagabaya mengerti, bahwa Ki Demang
baru saja bercerai dari isterinya yang kelima. Isterinya yang masih terlalu
muda. Meskipun Ki Demang masih belum tua, dan belum beranak pula, tetapi Ki Demang
sudah terlalu sering berganti isteri, sehingga agaknya ia bukan seorang suami
yang baik. Sejenak kemudian, maka keduanyapun keluar dari
pringgitan dan menemui beberapa orang bebahu yang lain, yang duduk-duduk di
pendapa. Mereka setiap hari datang menjenguk Kademangan meskipun hanya sebentar,
apabila ada sesuatu yang harus mereka kerjakan.
"Hari ini kita tidak mempunyai persoalan apa-apa" berkata Ki Demang.
Bebahu Kademangan yang berada di pendapa itu
mengangguk-anggukkan kepala mereka. Namun tiba-tiba
salah seorang dari mereka bertanya "Apakah Ki Demang dan Ki Jagabaya sudah
mendapat laporan tentang anak-anak
Gemulung yang saling berkelahi?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O" Ki Demang tersenyum "sudah. Aku sudah mendengar
laporan. Tetapi itu sekedar persoalan anak-anak Aku dan Ki Jagabaya akan segera
menyelesaikannya" Orang itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun
kemudian ia berkata "Sokurlah. Tetapi menurut pendengaranku, perkelahian itu bukan sekedar masalah anak-anak"
"Apa yang kau dengar?" bertanya Ki Jagabaya.
"Ternyata gerombolan Sura Sapi telah ikut campur"
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Ditatapnya wajah Ki Demang sejenak.
Katanya kemudian "Ya. Begitulah menurut pendengaranku"
"Bukankah dengan demikian masalahnya bukan sekedar
masalah anak-anak?" "Ya, begitulah menurut pendapatku"
"Ah" Ki Demang memotong "kita masih harus membuktikan lebih dahulu. Sampai
seberapa jauh akibat yang timbul.
Kadang-kadang kita membayangkan sesuatu persoalan jauh lebih dahsyat dari apa
yang sebenarnya terjadi. Karena itu, yang paling baik adalah melihat sendiri
perkembangan dan peristiwa yang terjadi itu"
Orang-orang yang berada di pendapat itu mengangguk-
anggukkan kepalanya. Diantara mereka memang sependapat dengan keterangan Ki
Demang. "Apapun yang terjadi,
sebaiknya langsung dapat dilihat dari dekat, supaya tidak salah mengambil
kesimpulan dan usaha penyelesaian"
Tetapi mereka sama sekali tidak menyimpan kerisauan
seperti Ki Jagabaya. Usaha Ki Demang untuk melihat
persoalannya itu seakan-akan hanya karena ia tidak dapat memanggil anak-anak
yang terlibat di dalam masalah itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun demikian masih ada juga yang berkata "Tetapi Ki Demang, betapapun juga
kecil masalahnya, tetapi keterlibatan Sura Sapi sebenarnya sudah memberikan
kecemasan yang tidak dapat diabaikan"
"Kenapa kalian masih saja dihantui oleh nama gerombolan itu" Kalian harus
melihat kenyataan" jawab Ki Demang
"gerombolan Sura Sapi sama sekali tidak berdaya menghadapi anak-anak Gemulung.
Sebab sebagian dari mereka adalah pengawal-pengawal khusus Kademangan Kepandak.
Bukankah itu justru memberikan kebangggaan kepada kita".
"Ya, aku mendengar Ki Demang. Tetapi apakah kira-kira masalahnya akan berhenti
sampai sekian" Apakah gerombolan Sura Sapi yang liar itu dengan senang hati
menerima kekalahannya" Kalau semua Sura Sapi hanya sekedar
menerima upah untuk melakukan sesuatu, maka dilain kali ia akan menuntut balas
atas kekalahannya itu tanpa diundang oleh siapapun. Lebih ngeri lagi apabila
Sura Sapi datang bersama kawan-kawan mereka yang merasa tersinggung pula atas
kekalahan itu" "Kau menakut-nakuti dirimu sendiri" jawab Ki Demang
"sudah aku katakan, bahwa aku akan mengambil kesimpulan setelah aku melihat
sendiri apa yang terjadi di Gemulung.
Nanti aku akan pergi kepa-dukuhan itu bersama Ki Jagabaya.
Seandainya Sura Sapi benar-benar mendendam padukuhan
Gemulung atau katakanlah Kademangan Kepandak, apakah
yang kita takutkan" Kita mempunyai sepasukan pengawal. Kita mempunyai Ki
Jagabaya, Ki reksatani, adikku yang kalian mengetahui, dapat juga diketengahkan
sebagai seorang yang dapat dihadapkan pada gerombolan-gerombolan seperti Sura
Sapi atau bahkan gerombolan yang manapun, dan sudah
tentu aku akan mempertanggung jawabkan semuanya itu" Ki Demang berhenti sejenak,
lalu "Nah, apakah yang kalian cemaskan lagi?"
Tidak seorangpun yang menjawab.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi aku kira kita tidak akan terperosok demikian jauh.
Kita-memang sering berangan-angan"
Orang-orang yang berada di pendapa itu mengangguk-
anggukkan kepala mereka. "Nah, sekarang, terserah kepada kalian. Yang masih ingin berada di tempat ini
aku persilahkan. Yang mempunyai tugas-tugas lain di luar halaman inipun aku
persilahkan pula" Demikianlah maka beberapa orang diantara merekapun
segera meninggalkan Kademangan, termasuk Ki Jagabaya.
Kepada Ki Demang, Ki Jagabaya berkata "Aku akan segera kembali. Lebih baik kita
segera pergi ke Gemulung.
"Aku akan mengambil kudaku, supaya perjalanan kita agak lebih cepat"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya, bagus
sekali. Kita akan pergi berkuda"
Namun di sepanjang jalan, beberapa orang bebahu yang
tidak puas mendengarkan pembicaraan di pendapa Kademangan, masih saja bertanya kepada Ki Jagabaya.
Sedang Ki Jagabayapun sama sekali tidak merahasiakan
sesuatu. Apa yang diketahuinya disampaikannya kepada
bebahu yang lain, meskipun ia berpesan "Jangan kalian sebar luaskan. Kalau
masalah ini sudah menjadi pembicaraan setiap orang, maka usaha penyelesaian
justru akan tertanggu karenanya. Kalian harus mencoba menyimpan serapat
mungkin masalah-masalah yang terjadi. Apalagi antara dua ceritera yang berbeda
itu. Apakah kalian dapat mengerti?"
Orang-orang yang mendengarkan ceritera itupun mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi bagaimanapun
juga mereka tidak dapat menganggap masalah itu sebagai masalah yang dapat
diabaikan. Seandainya masalahnya itu terbatas antara Manguri dan Pamot beserta
kawan masing-masing, maka usaha penyelesaian akan jauh lebih mudah dari yang
dihadapi sekarang. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi mereka hanya dapat menunggu untuk sementara.
Menunggu dengan cemas. Kadang-kadang timbul juga
ketenangan di hati mereka "Memang kita kadang-kadang
terlampau mempertajam persoalan. Ki Demang dan Ki
Jagabaya akan dapat segera menyelesaikan persoalannya.
Kenapa kita menjadi cemas?"
Demikianlah ketika matahari telah menjadi semakin tinggi, Ki Jagabaya telah
berada kembali di Kademangan dengan menunggang seekor kuda. Mereka siap untuk
pergi ke Gemulung, melihat sendiri apa yang telah terjadi.
Ki Jagabaya hanya berada sebentar di halaman Kademangan, karena Ki Demangpun telah siap pula untuk berangkat.
"Kau tinggal disini sebentar" berkata Ki Demang kepada seorang yang bertubuh
tegap dan kekar, agak lebih tinggi dari Ki Demang sendiri. Berkumis rata
meskipun tidak begitu tebal, dan membiarkan bajunya terbuka, sehingga bulu-bulu
di dadanya tampak kehitam-hitaman.
"Apakah kakang tidak lama" orang itu bertanya. Ki Demang menggeleng.
"Apakah kau tidak ikut bersama kami, Ki Reksatani?"
bertanya Ki Jagabaya. Ki Reksatani, adik Ki Demang menggeleng sambil
tersenyum "Aku menunggui rumah ini. Sebenarnya aku hanya akan singgah ke rumah
ini sebentar. Tetapi terpaksa aku jadi penjaga"
"Bukankah ada pengawal di regol depan?"
"Pengawal cukup lengkap" jawab adik Ki Demang "tetapi kakang Demang minta aku
tetap disini" "Sudahlah" potong Ki Demang "kalau kau mau makan,
makanlah. Di geledeg ada nasi seceting dan sepotong ayam goreng"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Adiknya tertawa. Ki Jagabayapun tertawa pula.
Keduanya kemudian meninggalkan halaman Kademangan
di atas punggung kuda. Langkah kaki kuda-kuda mereka tidak terlampau cepat.
Sambil melihat-lihat daerah Kademangan Kepandak mereka berjalan ke Barat
Menyusur jalan yang berbatu-batu di tengah daerah persawahan.
Setiap kali mereka berdua harus menganggukkan kepala
mereka apabila mereka berpapasan dengan orang-orang yang sedang pergi atau
pulang dari sawah, dari pasar dan dari manapun juga. Setiap kali keduanya harus
menjawab sapa yang ramah dari orang-orang Kademangan Kepandak.
Sebelum mereka sampai disebuah tikungan, Ki Demang
berkata "Kita ambil jalan memintas. Kita lewat jalan kecil ini"
Ki Jagabaya mengerutkan keningnya "Kita tidak lewat
Gunung Sepikul?" "Tidak" sahut Ki Demang,
Ki Jagabaya tidak menyahut lagi. Kini mereka berbelok mengikuti sebuah jalan
kecil. Kuda-kuda merekapun berjalan semakin cepat, karena mataharipun menjadi
semakin tinggi, sehingga panasnya mulai terasa menyengat kulit.
Perjalanan ke Gemulung sama sekali bukan perjalanan
yang panjang. Karena itu, maka di tengah hari mereka berdua telah ada diambang
padukuhan. Kedatangan Ki Demang dan Ki Jagabaya hanya berdua
agaknya telah mengejutkan orang-orang Gemulung. Namun mereka langsung dapat
menebak, apakah keperluan kedua bebahu Kademangan itu, justru Ki Demang sendiri.
Mereka langsung menghubungkan kedatangan Ki Demang
itu dengan peristiwa anak-anak muda Gemulung baru-baru ini.
Perkelahian yang memang telah menggoncangkan ketenteraman hidup rakyat Gemulung. Di mulut lorong yang memasuki padukuhan Gemulung, Ki
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demang berhenti sejenak. Ia melihat beberapa orang yang lewat mendekatinya.
Salah seorang dari mereka menyapanya
"Selamat siang Ki Demang dan Ki Jagabaya"
"Ya, ya terima kasih" jawab Ki Demang.
"Kami sudah menduga, apakah keperluan Ki Demang dan
Ki Jagabaya. Sudah tentu bukan soal parit yang rusak di sebelah padukuhan ini.
Kalau masalahnya masalah parit itu, maka Ki ulu-ulunya yang akan datang hari
ini" Ki Demang tersenyum. Katanya "Baiklah. Kalau kalian
sudah tahu kepentingan kedatanganku, maka coba, sebaiknya aku harus datang
kepada siapa?" Orang itu termenung sejenak. Jawabnya kemudian tidak
disangka-sangka sama sekali oleh Ki Demang "Kalau aku Ki Demang, sebaiknya Ki
Demang datang saja ke rumah
pedagang kaya itu. Ki Demang dapat minta agar anaknya diajar supaya tidak selalu
mengganggu orang di padukuhan ini"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Ketika ia memandang
wajah Ki Jagabaya dengan sudut matanya, dilihatnya Ki Jagabaya itu tersenyum
sambil mengangguk-angguk.
"Kalau tidak ke rumah pedagang itu, kemana aku sebaiknya pergi untuk mendapat
keterangan lebih banyak"
Orang itu mengerutkan keningnya. Kemudian Jawabnya
"Tentu saja ke rumah Pamot"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Ketika ia memandang
wajah Ki Jagabaya dengan sudut matanya, dilihatnya Ki Jagabaya itu tersenyum
sambil mengangguk-angguk.
Ki Demang mengangguk-angguk. Desisnya "Aku akan pergi ke rumahnya sebelum ke
rumah pedagang kaya itu. Aku ingin mendengar banyak keterangan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Jagabaya tidak membantah. Dibiarkannya Ki Demang
memilih arah. "Terima kasih, terima kasih" berkata Ki Demang kemudian kepada orang-orang yang
menyongsongnya "aku akan pergi ke rumah Pamot"
Ki Demang dan Ki Jagabayapun kemudian memasuki lorong yang membelah padukuhan
Gemulung, langsung menuju ke
rumah Pamot. Kedatangan Ki Demang benar-benar mengejutkan keluarga itu. Ayah Pamot sendiri
tidak ada di rumah, sehingga karena itu, maka dengan tergesa-gesa disuruhnya
seorang anak tetangga untuk menjemputnya di sawah.
Pamot dan kakeknyalah yang menemui kedua tamunya
sebelum ayahnya pulang dari sawah. Dengan dada berdebar-debar mereka duduk di
amben panjang sambil menundukkan kepala mereka.
"Ayahmu pergi?" bertanya Ki Demang.
"Sebentar lagi ia datang Ki Demang" jawab kakek Pamot
"seseorang sudah menyusulnya "
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku sudah mendengar ceritera tentang kau dari Ki
Jagabaya" berkata Ki Demang "tetapi agaknya lebih puas mendengarnya dari kau
sendiri" Pamot menarik nafas dalam-dalam.
"Ceriterakan yang penting"
Pamot mengerutkan keningnya "Kenapa aku harus
menceriterakannya kembali ?" ia bertanya kepada dirinya sendiri.
Tetapi akhirnya ia menyadari, bahwa apa yang akan
diceriterakan harus tepat sama seperti yang dikatakannya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kepada Ki Jagabaya. Kalau ada perbedaan sedikit saja, maka seluruh ceriteranya
pasti tidak akan dipercaya lagi. Bahkan mungkin ia akan dianggap telah
memberikan keterangan dan pengaduan paslu.
Karena itu, maka dengan hati-hati Pamot mulai berceritera.
Tetapi karena apa yang diceriterakan adalah keadaan yang sebenarnya, maka sama
sekali tidak ada kesalahan apapun yang telah diucapkannya.
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya, dan Ki
Jagabaya menarik nafas dalam-dalam.
"Jadi permusuhanmu sudah mulai beberapa lama sebelum
perkelahian itu terjadi?" bertanya Ki Demang.
"Sebenarnya aku tidak merasa permusuhan itu Ki Demang, tetapi sikap Manguri agak
kurang menyenangkan"
"Pamot" bertanya Ki Demang "cobalah berkata berterus
terang. Apakah Sindangsari, gadis yang kau sebut-sebut itu benar-benar telah
memilih kau sebagai bakal suaminya?"
Wajah Pamot menjadi kemerah-merahan. Sejenak ia
menunduk. Namun kemudian ia menjawab "Aku belum dapat mengatakannya Ki Demang.
Tetapi kami memang telah

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlibat dalam suatu hubungan yang agak lain dari sifat hubungan kawan biasa"
"Aku ingin mendengar, apakah bukan kau yang terlalu
perasa" aku belum yakin kalau Sindangsari menaruh hati juga kepadamu. Menurut
penilaian lahiriah, seorang gadis pasti akan memilih Manguri daripada kau.
Seandainya kau lebih tampan sedikit dari Manguri, sedang menurut penilaianku
Manguri juga cukup tampan, maka seorang gadis pasti akan memilihnya, karena
banyak sekali masalah yang tidak ada padamu, tetapi ada padanya"
Pamot mengerutkan keningnya. Tetapi sebelum ia menjawab Ki Jagabaya telah mendahului "Pertanyaan itu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kurang mengenai sasarannya Ki Demang. Meskipun Pamot
pantas juga diminta untuk memberikan keterangan tetapi pertanyaan ini lebih
tepat diberikan kepada Sindangsari"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia
berkata "Maksudku apakah kita tidak keliru menangkap
ceritera Pamot?" Ki Jagabaya tidak segera menangkap kata-kata Ki Demang itu.
Sementara itu, maka ayah Pamotpun dengan tergesa-gesa memasuki rumahnya.
Keringatnya yang membasahi seluruh tubuhnya menitik satu-satu dilantai ketika ia
berdiri sambil membungkukkan kepalanya.
"Maaf Ki Demang dan Ki Jagabaya, aku tidak tahu, bahwa aku akan menerima tamu
hari ini" Pamot dan kakeknyalah yang menemui kedua tamunya
sebelum ayahnya pulang dari sawah. Dengan dada berdebar-debar mereka duduk amben
panjang sambil menunduk kepala mereka.
"Akupun tidak mimpi untuk datang ke Gemulung kalau
anakmu tidak berkelahi" jawab Ki Demang.
Ayah Pamot menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya
wajah Ki Demang dan Ki Jagabaya berganti-ganti, kemudian wajah anaknya, ayahnya
dan yang terakhir ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Aku sedang bertanya tentang beberapa hal kepada
anakmu" berkata Ki Demang.
"O, silahkan Ki Demang"
"Duduklah disini" berkata Ki Demang selanjutnya "pertanyaanku masih banyak"
Ayah Pamotpun kemudian duduk pula di samping anaknya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Menurut anakmu, ia telah berkelahi dengan gerombolan Sura Sapi"
"Ya Ki Demang, akupun melihat sendiri gerombolan itu"
"He, apakah kau juga turut berkelahi?"
"Tidak Ki Demang. Kebetulan seseorang melihat anak-anak itu berkelahi di sawah.
Kami yang berada di gardupun berlari-larian ke sawah pula. Kami masih sempat
melihat perkelahian itu, tetapi kami tidak sempat ikut membantu, karena
gerombolan Sura Sapi segera melarikan diri"
Ki Demang mengerutkan keningnya, sedang Ki Jagabayapun mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tetapi aku masih belum puas dengan keterangan anakmu"
berkata Ki Demang selanjutnya "ketika ia melihat Manguri berusaha mengganggu
Sindangsari, ia mencoba untuk
melindungi gadis itu. Aku menyangka kalau Pamot salah mengatakannya"
Pamot, ayahnya, kakeknya dan bahkan Ki Jagabaya sendiri tidak segera mengerti
maksud Ki Demang. "Menurut penilaianku, agaknya Pamotlah yang terlalu
perasa. Ia melihat Manguri berjalan bersama Sindangsari.
Kemudian karena ia merasa cemburu, maka ia telah berbuat sesuatu
yang mengejutkan keduanya. Sudah tentu Sindangsari menjadi malu sekali, dan segera berlari meninggalkan Manguri, Nah, ceritera inilah yang sengaja atau tidak sengaja telah
kau ceriterakan setelah kau sesuaikan dengan seleramu"
"Ah" tiba-tiba Pamot berdesah "tidak Ki Demang. Memang sebaiknya Ki Demang
bertanya kepada Sindangsari. Mungkin itu akan lebih baik, seperti kata Ki
Jagabaya. Dengan demikian Ki Demang tidak akan tertipu olehku, atau barangkali
oleh Manguri" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Dan Ki
Jagabayapun menyahut "Hanya Sindangsarilah yang mengetahui perasaannya sendiri, lebih baik dari siapapun"
"Ya, ya" berkata Ki Demang "tetapi sudah tentu bahwa aku belum dapat
mempercayaimu Pamot. Kami masih memerlukan banyak sekali keterangan"
Pamot tidak menjawab, tetapi kepalanya menunduk dalam-dalam.
Kepada ayah Pamot Ki Demang berkata "Jagalah anakmu
baik-baik. Jangan kau ajari anakmu berbohong atau jangan kau dorong ia untuk
setiap kali berkelahi"
"Tentu tidak Ki Demang. Aku selalu mencoba mengawasinya agar ia dapat berbuat sebaik-baiknya.
"Kau terlampau banyak mempergunakan waktumu untuk
mencari uang, mencukupi kebutuhan hidupmu sehari-hari, sehingga kau tidak
mempunyai waktu lagi untuk mengawasi anakmu"
"Aku sudah mencoba Ki Demang" jawab ayah Pamot "aku
membagi waktuku sebaik-baiknya sehingga anakkupun selalu dapat aku awasi"
"Baik" jawab Ki Demang "tetapi kalau akhirnya ternyata masalahnya tidak seperti
yang kau katakan, maka aku akan mengambil tindakan"
"Silahkan Ki Demang. Agaknya anakku tidak berbohong"
Ki Jagabaya yang mendengarkan percakapan itupun tiba-
tiba menyahut "Kau jangan mencoba menghindari tanggung jawab atas perbuatan
anakmu. Kalau ia bersalah, kau harus melepaskannya
untuk menerima hukumannya. Jangan mencoba melindungi kesalahan anakmu dengan cara apapun juga"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu, tentu Ki Jagabaya. Kalau ternyata Pamot bersalah, aku serahkan anak itu
dengan kedua tanganku, apapun yang akan terjadi atasnya"
"Bagus" sahut Ki Jagabaya "sejak sekarang awasilah
anakmu baik-baik. Bukankah kau tidak terlampau sering pergi keluar Kademangan?"
"Tentu tidak Ki Jagabaya. Bahkan keluar padukuhanpun
jarang sekali" "Bukankah kau tidak selalu keluar rumah, mengurusi
apapun kemana-mana " Ke Madiun dan kemanapun sehingga kau tidak sempat mengurusi
anakmu?" Ayah Pamot mendengar pertanyaan Ki Jagabaya itu dengan mulut ternganga. Ia sama
sekali tidak mengerti pertanyaan itu. Dipandanginya wajah Ki Jagabaya dan Ki
Demang berganti-ganti. Tetapi Ki Demanglah yang menarik nafas dalam-dalam. Ia mengerti maksud
pembantunya itu. Sejak semula agaknya Ki Jagabaya tidak sependapat dengan cara
yang ditempuh oleh Ki Demang. Ki Demang tahu benar, bahwa yang dimaksud
oleh Ki Jagabaya adalah justru ayah Manguri. Tetapi Ki Demang tidak kehilangan
kesabaran. Bahkan ia berkata
"Bagus, kalau begitu baiklah. Aku kira kau tidak berbohong.
Mudah-mudahan anakmupun tidak berbohong"
Ki Jagabaya menarik nafas pula. Tetapi ia tidak berkata apapun lagi.
Keduanyapun kemudian segera
minta diri. Mereka bersepakat untuk menemui Sindangsari di rumahnya.
Kepadanyalah sebagian dari penyelesaian masalah ini dapat dicari.
Di sepanjang jalan Ki Jagabaya tidak terlampau banyak lagi berbicara. Kini ia
menjadi semakin men-yakini pendapatnya bahwa Ki Demang agak tidak kurang wajar
menanggapi Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
masalah ini. Sikapnya terhadap kedua orang tua dari anak-anak yang bermusuhan
itu tampak jauh berbeda. Ayah
Manguri terlampau mendapat penghormatan daripadanya,
sedang ayah Pamot justru diancam dan ditakut-takuti.
"Apakah yang sebenarnya telah terjadi?" pertanyaan itu selalu mengganggu Ki
Jagabaya "apakah memang harus ada perbedaan, karena ayah Manguri seorang yang
kaya raya, sedang ayah Pamot hanyalah seorang petani biasa" Apakah dengan
demikian kebenaranpun terpengaruh pula oleh
keadaan itu?" Tetapi Ki Jagabaya berjanji di dalam hatinya "Aku: akan mencoba melihat
kebenaran itu ditegakkan. Aku tidak peduli siapakah ayah Manguri dan siapakah
ayah Pamot. Bahkan apapun yang dapat terjadi atasku seandainya ayah Manguri itu
mengancam" Namun nada suara hati itu menurun "Tetapi
kalau Ki Demang mengambil sikap lain, aku tidak akan banyak berdaya"
Meskipun demikian sejauh mungkin Ki Jagabaya akan
berusaha untuk berdiri tegak sebagai seorang petugas dan bebahu Kademangan
Kepandak. Semakin lama merekapun menjadi semakin dekat rumah
Sindangsari. Beberapa orang yang melihatnya, segera dapat menebak pula bahwa
keduanya pasti akan pergi ke rumah Sindangsari.
Bahkan beberapa orang anak-anak telah berlari-lari lebih dahulu dan berkata
kepada Sindangsari "Ki Demang pasti akan kemari"
"Ki Demang?" Sindangsari terkejut.
"Ya. Bersama Ki Jagabaya. Mereka berkuda ke arah ini"
Sindangsaripun menjadi bingung. Ketika ia menyampaikannya pula kepada ibunya, ibunyapun menjadi bingung pula.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan bingung" kakeknya yang kebetulan ada di rumah mencoba
menenangkan mereka "apa yang mesti di
bingungkan" Ki Demang dan Ki Jagabaya pasti hanya sekedar mencari keterangan
tentang keributan yang baru saja terjadi.
Bukankah kau tidak bersalah?" kakeknya berhenti sebentar, lalu "tetapi kau harus
menjawab semua pertanyaannya sesuai dengan yang terjadi sebenarnya. Ingat, apa
adanya. Itu adalah perbuatan yang sebaik-baiknya kau lakukan saat ini.
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sejenak kemudian, sebenarnyalah Ki Demang dan Ki
Jagabaya telah memasuki halaman rumah kakek Sindangsari.
Dengan tergopoh-gopoh orang tua itu menyongsong mereka, dan mempersilahkan
mereka memasuki rumah mereka yang
tidak terlampau besar. Setelah mengikat kuda-kuda mereka, maka keduanyapun
kemudian mengikuti kakek Sindangsari, masuk keruang
tengah dan duduk di atas balai-balai bambu yang besar.
"Aku hanya sebentar" berkata Ki Demang "panggilan
anakmu yang bernama Sindangsari"
"Maksud Ki Demang, cucuku?"
"He, cucumu" Ya, cucumu"
Maka dipanggilnyalah Sindangsari bersama ibunya untuk menghadap Ki Demang dan Ki
Jagabaya. Sejenak Ki Demang memandangi kedua ibu dan anaknya
itu berganti-ganti. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ia bergumam "Jadi
Sindangsari ini adalah anakmu?"
"Ya Ki Demang" "Baik, baik" desis Ki Demang "duduklah disini. Marilah kita berbicara "
Keduanyapun duduk pula sambil menundukkan kepalanya
di amben itu juga. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku akan berbicara dengan Sindangsari" berkata Ki
Demang. "Silahkan, silahkan" jawab kakeknya.
"Majulah" Dengan kepala yang semakin menunduk Sindangsaripun
beringsut sedikit. "Apakah kau sudah mendengar, apa yang telah terjadi
antara Pamot dan Manguri?" bertanya Ki Demang.
Dada Sindangsari berdesir. Tetapi ia selalu teringat akan pesan kakeknya, bahwa
ia harus berkata sebenarnya.
Sambil mengangguk ragu ia menjawab "Sudah Ki Demang"
"Coba katakan, apakah yang sudah terjadi?"
"Beberapa anak muda telah berkelahi melawan gerombolan Sura Sapi yang diundang
oleh Manguri" "Ah" potong Ki Demang "begitulah berita itu"
Sindangsari mengangguk. "Dari siapa kau mendengar?"
Sindangsari ragu-ragu sejenak. Tetapi sekali lagi ia teringat pesan kakeknya.
Maka jawabnya "Dari kakek, Ki Demang"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya pula.
Kemudian kepada kakek Sindangsari ia bertanya "Apakah benar demikian?"
"Menurut pendengaranku Ki Demang"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi kini ia memandang Sindangsari
hampir tanpa berkedip lagi.
"Sindangsari" ia berkata "kau akan menjadi sumber
penyelesaian dari masalah ini. Coba katakan, apakah kau dapat memilih dengan
tegas salah seorang dari kedunyanya?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ternyata pertanyaan itu telah menggetarkan dada
Sindangsari. Sebagai seorang gadis, maka pertanyaan itu membuatnya tersipu-sipu.
Pipinya menjadi merah, dan
kepalanya justru menunduk dalam-dalam.
Ki Jagabaya menarik nafas dalam-dalam. Pertanyaan Ki
Demang itu dirasakannya terlampau langsung. Dengan
demikian, maka Sindangsari pasti akan menemui kesulitan untuk menjawabnya.
Karena itu maka Ki Jagabayapun kemudian mencoba untuk menolongnya "Sindangsari"


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya "maksud Ki Demang
adalah, agar Manguri dan Pamot tidak selalu bertengkar karena mungkin mereka
salah paham. Sudah tentu semuanya itu bukan salahmu. Mungkin kau sama sekali
tidak menghendaki pertengkaran diantara kawan-kawan se padukuhan. Tetapi salah paham itu memang mungkin saja terjadi. Bahkan terlampau
biasa terjadi. Nah, supaya hal itu hidak berlarut-larut, maka kau harus
menegaskan sikapmu" Ki Jagabaya berhenti sejenak, lalu "Sindangsari, siapakah
menurut anggapanmu yang bersalah dari keduanya" Apakah Manguri ataukah Pamot?"
Sindangsari masih menundukkan kepalanya. Tetapi pertanyaan Ki Jagabaya masih lebih mudah dijawab olehnya daripada pertanyaan Ki
Demang. "Tentu salah seorang dari keduanya keliru" sambung Ki Demang "yang keliru
sebaiknya mendapat peringatan. Supaya kami tidak salah memberikan peringatan
itu, nah, kaulah yang dapat menunjuk, siapakah yang wajib mendapat teguran itu"
Sejenak Sindangsari terbungkam. Sambil mempermainkan
ujung bajunya ia menggigit bibirnya.
"Jawablah Sari" bisik ibunya "semuanya ini untuk
kebaikanmu dan kebaikan padukuhan Gemulung. Apabila
terjadi sesuatu, bukan kaulah yang akan dipersalahkan lagi"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sindangsari bergeser sedikit. Perlahan-lahan sekali terdengar suaranya "Yang salah adalah Manguri ibu"
Ibunya menarik nafas dalam-dalam. Kemudian ia berkata
"Begitulah Ki Demang. Menurut Sindangsari, Mangurilah yang bersalah"
Ki Demang mengerutkan keningnya, sedang Ki Jagabaya
berkata "Nah, Ki Demang, kita tinggal mengambil kesimpulannya. Kalau Manguri yang bersalah, tentu Pamotlah yang benar. Begitu?"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Keterangan ini langsung kita dengar dari Sindangsari sendiri" berkata Ki
Jagabaya "sehingga keragu-raguan kita, apakah Pamot yang mencegat Manguri yang
sedang berjalan bersama Sindangsari, ataukah ceriteranya lain lagi, atau
ceritera-ceritera lain yang setiap orang dapat mengarangnya, kini sudah mendapat
penjelasan langsung dari yang
berkepentingan" Ki Demang mengangguk-angguk dan mengangguk-angguk.
Tetapi tampaklah sesuatu yang tersimpan di dalam hatinya.
Namun demikian ia tidak dapat membantah lagi kata-kata Ki Jagabaya itu, karena
sebenarnyalah bahwa Sindangsari
memang sudah menyebut sendiri, Mangurilah yang bersalah.
Akhirnya terdengar suara Ki Demang dalam nada yang
datar "Baik, baik. Kita sudah mendengar keterangan
Sindangsari" ia berhenti sejenak, lalu "aku kira keperluan kita sudah cukup hari
ini" "Begitu tergesa-gesa Ki Demang ?" bertanya kakek
Sindangsari. "Aku hanya memerlukan penjelasan itu" jawab Ki Demang
"Bukankah begitu Ki Jagabaya?"
Ki Jagabaya mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya Ki
Demang. Aku kira keperluan kita memang sudah selesai"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Maka keduanyapun kemudian minta diri. Sambil mengerutkan keningnya Ki Demang meninggalkan halaman
rumah Sindangsari. Sekali-sekali ia berpaling, namun kemudian kepalanya tertunduk dalam-dalam.
"Apakah kita akan pergi ke rumah pedagang itu?" bertanya Ki Jagabaya.
Ki Demang menggelengkan kepalanya. Jawabnya "Tidak.
Aku tidak memerlukan keterangannya lagi"
"Jadi, apakah kita sudah dapat mengambil kesimpulan,
kemudian melakukan tindakan-tindakan yang penting untuk mencegah terulangnya
perstiwa ini?" Ki Demang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja,
tetapi ia tidak menjawab.
Ki Jagabaya menjadi heran. Apalagi yang dipikir oleh Ki Demang ini".
Ki Demang hampir-hampir tidak menghiraukan lagi, bahwa ia berkuda bersama-sama
dengan Ki Jagabaya. Sesuatu yang bara, yang sama sekali tidak terbayang di
kepalanya sebelum ia berangkat, kini tiba-tiba saja telah tumbuh. Namun dengan
demikian, maka di padukuhan Gemulung dan di Kademangan Kepandak telah timbul
pula suatu persoalan yang baru sama sekali.
Ki Jagabaya hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Ki Demang kemudian
berkata "Kita kembali ke
Kademangan" Dan ternyata Ki Demang sama sekali tidak memerlukan
pertimbangan lagi. Tiba-tiba saja kudanya dilarikannya semakin cepat. Sedang Ki
Jagabaya mengikutinya saja di belakang. Hanya kadang-kadang ia mengkibas-
kibaskan lengan bajunya karena debu yang diterbangkan oleh kaki-kaki kuda Ki Demang
melekat dibajunya itu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sementara itu, Manguri yang merasa telah gagal untuk
sekian kalinya, menjadi semakin marah bukan buatan. Apalagi ketika ia sadar,
bahwa seluruh padukuhan kini mengetahuinya apa yang telah dilakukannya. Sambil
menggeretakkan giginya ia berjalan hilir mudik di dalam biliknya. Ia tidak tahu
apa yang akan dilakukannya. Ia merasa seluruh padukuhan
Gemulung kini mengarahkan pandangan mata mereka
kepadanya. "Gila" ia menggeram "ternyata nama Sura Sapi itu sama sekali tidak berarti
"namun kemudian "tetapi kenapa Pamot dapat mengetahui bahwa gerombolan Sura Sapi
itu akan mengeroyoknya, sehingga ia sempat mempersiapkan dirinya bersama beberapa orang
kawan?" Tetapi pertanyaan itu tidak dapat dijawabnya. Karena itu ia hanya dapat
menghentakkan kakinya saja dilantai, atau memukul tiang dengan telapak
tangannya. Manguri terkejut ketika ia mendengar suara ayahnya
memanggilnya. Dengan tergesa-gesa ia mendatanginya.
"Duduklah" berkata ayahnya.
Manguripun kemudian duduk di hadapan ayahnya.
"Kau sudah membuat aku pening" gumam ayahnya.
Manguri tidak menyahut. "Tetapi agaknya aku dapat mengatasinya. Aku sudah
bertemu dengan Ki Demang. Karena Ki Demang baru saja
kehilangan isterinya, maka persoalannyapun berkisar kepada seorang calon isteri
baru" Manguri tidak menjawab. "Tetapi Jagabaya yang bernama Supa itu agaknya memang besar kepala"
Manguri mengerutkan keningnya. Kemudian ia bertanya
"Apa katanya?" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi sudah tentu ia berada di bawah pengaruh Ki
Demang" Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Untuk sementara kau harus tetap berada di rumah. Kalau kau keluar, mungkin
akibatnya kurang baik sekarang, sebelum Ki
Demang mengambil langkah-langkah yang dapat menguntungkan kita. Aku sudah menemui Ki Demang sendiri pagi tadi, kemudian aku
pergi ke tempat perempuran yang dapat aku jadikan calon isteri Ki Demang itu.
aku sudah menjanjikannya"
"Siapakah perempuan itu?"
"Kenapa kau bertanya" Sudah tentu bukan Sindangsari"
"ibunya?" "Hus" bentak ayahnya "apakah kau sangka Ki Demang itu sudah terlampau tua?"
"Perempuan itupun belum terlampau tua"
"Aku mempunyai beberapa orang gadis yang pantas
untuknya" sahut ayahnya.
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya kemudian "Mudah-mudahan Ki Demang segera bertindak"
Manguri berhenti sejenak "tetapi bagaimana aku dapat
mendapatkan anak itu ?"
"Jangan tergesa-gesa. Kalau kau mempergunakan caramu
yang bodoh itu, kau akan terjerumus lagi ke dalam kesulitan.
Dan aku lagi yang harus mengurusnya. Dengan demikian aku akan kehilangan banyak
waktu untuk mengurusi pekerjaanku"
"Seharusnya ayah memang menyediakan waktu untuk
mengurusi masalahku. Selama ini ayah hanya mengurusi
lembu, kerbau dan ibu-ibu muda saja"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apa tahumu tentang hal itu" ayahnya membelalakkan
matanya "aku dan ibumu menyediakan uang dan semua
kebutuhanmu secukupnya. Seumurmu itu, kau harus sudah dapat mengurus dirimu
sendiri. Meskipun dalam masalah-masalah seperti kali ini aku masih harus ikut
menjadi sibuk. Kalau Jagabaya yang gila itu berkeras kepala, pekerjaanku akan menjadi semakin
panjang karenanya" Manguri tidak menjawab. Kepalanya terangguk-angguk
kecil. "Selain urusanku dengan Ki Demang, jangan kau sangka
bahwa orang dari gerombolan Sura Sapi itu akan berdiam diri.
Kau juga yang bodoh, kenapa kau hubungi cucurut-cucurut itu. Akhirnya mereka
tidak dapat menyelesaikan tugasnya, bahkan kemudian rahasiamu diketahui oleh
orang se padukuhan, bahkan se Kademangan"
"Itulah yang aneh ayah" berkata Manguri kemudian
"darimana Pamot tahu, bahwa Sura Sapi telah mengancamnya" "Mungkin Sura Sapi sendiri. Mereka terlampau membanggakan diri. Tetapi akhirnya mereka hanya dapat melarikan dirinya saja"
"Tidak mungkin ayah. Apakah mereka terlampau bodoh
untuk berbuat demikian?"
"Jika tidak demikian, mereka pasti akan mendendammu.
Mereka merasa kau menjerumuskan mereka ke dalam suatu kesulitan"
Manguri mengerutkan keningnya. Hal itu memang mungkin sekali terjadi.
"Nah, sekarang kau lihat. Seharusnya besok aku pergi ke tlatah Menoreh
mengantarkan beberapa ekor sapi. Tetapi aku harus menunda keberangkatanku karena
masalahmu" Manguri tidak menjawab. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau kau juga mengingini gadis itu, maka masalah ini memang akan
berkepanpangan. Dan aku akan menjadi
semakin cepat tua" "Sedang ibu-ibu muda masih banyak menunggu"
"Tutup mulutmu" ayahnya menggeram "Kalau kau masih
ribut saja, aku tidak akan menyelesaikan urusanmu. Baik dengan Ki Demang, dengan
anak-anak Gemulung, dengan
gerombolan Sura Sapi, maupun dengan Sindangsari"
Manguri tidak menjawab lagi. Kalau ayahnya menjadi
marah, maka ia akan benar-benar meninggalkannya pergi dan tidak mau lagi
mengurus persoalannya itu.
Dalam pada itu, seperti yang diperhitungkan oleh ayah Manguri, maka gerombolan
Sura Sapi yang merasa terhina oleh kekalahan mereka dari anak-anak Gemulung,
tidak juga dapat melupakannya. Bagi mereka, kesalahan pertama
dilemparkannya kepada Manguri. Manguri pasti tidak menyimpan rahasia penyergapan itu baik-baik, sehingga Pamot mengetahuinya, dan
sempat mempersiapkan beberapa orang kawannya.
"Aku akan menuntut kerugian daripadanya" desis Sura Sapi sendiri kepada kawan-
kawannya. Kawan-kawannya mendengarkannya dengan penuh keragu-raguan. Apakah Manguri akan memenuhinya" Bahkan menurut mereka, Manguri
justru merasa telah dirugikan.
"Manguri justru menyesali kegagalan kita" berkata salah seorang dari mereka.
"Itu adalah karena salahnya" jawab Sura Sapi.
"Gerombolan Sura Sapi tidak pernah gagal sebelumnya.
Kami selalu bekerja dengan teliti. Tidak mungkin kedatangan kami telah mereka
tunggu kalau berita tentang usaha kami ini tidak dibocorkan oleh Manguri
sendiri" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kawan-kawannya hanya mengangguk-anggukkan

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepalanya. "Kami akan mendatangi rumahnya. Kami akan menuntut
upah yang sudah dijanjikan"
"Kalau ia berkeberatan?"
"Kami pergunakan kekerasan"
Kawan-kawannya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kita tidak pernah terkalahkan.
Bahwa kita gagal menangkap Pamot, adalah bagaikan arang yang tercoreng di kening kita "Nilai
harga diri kita jauh lebih tinggi dari upah itu"
Kawan-kawannya mengangguk-anggukkan kepalanya pula.
Tetapi mereka masih juga ragu-ragu. Di rumah Manguri ada beberapa orang pekerja
yang tinggal di rumah itu siang dan malam.
Sura Sapi seakan-akan dapat membaca perasaan beberapa orang kawannya sehingga ia
berdesis "Apakah kalian berpikir bahwa para pekerja itu mampu menahan kita"
Mereka tidak lebih dari tukang-tukang rumput, tukang-tukang sapu dan gamel"
Kawan-kawannya masih juga mengangguk-anggukkan
kepalanya. "Tetapi kalau kalian masih juga ragu-ragu" berkata Sura Sapi "kita akan mengajak
seorang kawan lagi dan dapat dipercaya"
Kawan-kawannya mengerutkan keningnya. Hal serupa ini
tidak pernah mereka lakukan sebelumnya. Mereka tidak
pernah membawa orang lain di dalam gerombolan mereka.
Tetapi kali ini pimpinan mereka menganggap perlu untuk membawa orang lain
bersama mereka. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan cemas. Orang itu sebenarnya bukan orang asing bagi kita. Ia adalah kakak
kandungku sendiri yang kebetulan pulang dari perantauan"
"Pulang kemana?" tiba-tiba salah seorang ang-gutanya
bertanya. "Ke rumah. Rumah yang sudah sekian tahun aku
tinggalkan. Tetapi di rumah itu ada paman dan bibi. Sekali-sekali aku lewat juga
di rumah itu. Dan aku melihat kakang Temon ada di rumah"
"Kau percaya kepada kakak kandungmu?"
Sura Sapi tertawa, jawabnya "Aku sudah ketemu dengan
kakang Temon. Ia akan ikut bersama kami. Ia memerlukan bekal untuk kembali ke
tempatnya " "Dimana ia tinggal?" '
"Di ujung Gunung Kendeng"
"Kalau kau sudah mempercayainya, kami tidak akan
berkeberatan" desis kawan-kawannya kemudian.
Maka merekapun kemudian sepakat untuk pergi ke rumah
Manguri. Anak itu harus membayar upah yang sudah
dijanjikannya, karena kegagalan usaha mereka menangkap Pamot dipengaruhi oleh
keadaan di luar perhitungan, yang menurut Sura Sapi, kesalahannya terletak
justru pada Manguri. "Nanti malam kita datangi rumahnya"
"Tetapi anak-anak muda Gemulung pasti masih berjaga-
jaga karena peristiwa itu" berkata salah seorang dari mereka.
"Bodoh kau" bentak Sura Sapi "apakah kita tidak dapat menemukan lubang sama
sekali pada dinding padukuhan
seluas itu" Mereka pasti hanya akan berkumpul di gardu-gardu atau sekali dua
kali berbondong-bondong mengelilingi
padukuhan lewat jalan diseputar padukuhan itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya, ya" desis beberapa orang yang lain.
"Nah, sekarang kalian tidak mempunyai pekerjaan apapun.
Kalau kalian mau tidur tidurlah. Aku akan menemui kakang Temon"
Demikianlah maka Sura Sapi kemudian meninggalkan
sarangnya. Wajahnya yang keras dan kasar, pakaiannya yang justru terlampau bagus
dan mahal, membuatnya tidak mudah dikenal oleh orang-orang disekitar rumahnya.
Sura Sapi rasa-rasanya sudah berganti wajah. Karena itu tidak seorangpun yang
menaruh curiga ketika ia memasuki sebuah halaman rumah
di pinggir desa. Rumah yang sudah lama ditinggalkannya. Kakak kandungnya, Temon, ternyata telah melakukan
pekerjaan serupa dengan adiknya, meskipun di tempat yang agak jauh. Karena itu
tawaran Sura Sapi sama sekali tidak ditolaknya.
"Nanti malam kita pergi ke rumah pedagang kaya itu"
berkata Sura Sapi. "Apakah di rumah itu aku dapat menemukan sesuatu?"
"Maksudku, aku akan menuntut upah yang sudah dijanjikan untuk pekerjaan yang
sudah aku katakan tadi. Meskipun tugas itu gagal"
Temon mengangguk-anggukkan kepalanya "Apakah pedagang itu akan membayar tuntutan kalian?"
"Kami akan memaksa. Aku kira ia tidak akan berani
melawan. Setidak-tidaknya ia akan segan bertengkar dengan kami,
meskipun dalam keadaan terpaksa ia akan melakukannya. Karena itu, tuntutan kitapun tidak akan terlampau berlebih-lebihan
supaya kita tidak memaksa ia melakukan perlawanan"
Temon mengangguk-anggukkan kepalanya "Baik. Aku ikut
bersama kalian" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demikianlah maka gerombolan Sura Sapi mendapat
tambahan seorang lagi untuk sementara. Bagaimanapun juga Sura
Sapi masih mempertimbangkan kemungkinan- kemungkinan pahit yang dapat terjadi di halaman rumah pedagang kaya itu.
Ketika malam mulai menyentuh padukuhan Gemulung dan
sekitarnya, di ujung hutan rindang, Sura Sapi dan kawan-kawannya sudah siap
untuk pergi ke Gemulung dengan
tuntutan yang melonjak-lonjak di dalam dada mereka. Kalau mereka tidak mau
memberikan upah seperti yang dijanjikan, maka harga diri mereka akan mereka
tebus dengan kekerasan atas keluarga Manguri.
Pada saat yang bersamaan Ki Demang Kepandak duduk di
pendapa rumahnya seorang diri menghadapi sebuah dlupak minyak kelapa, semangkuk
air panas dan beberapa macam makanan. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya di
lihatnya sebuah lentera yang menyala di emper gardu di regol halaman. Beberapa
orang peronda sudah ada di dalamnya sambil berbicara berkepanjangan.
Biasanya Ki Demang sering turun juga kehalaman dan
berbicara dengan mereka. Tetapi kali ini Ki Demang lebih senang duduk seorang
diri sambil merenungi nyala api
dlupaknya yang bergerak-gerak, dibelai angin yang lembut.
Sekali-sekali Ki Demang menarik nafas dalam-dalam.
Namun kemudian giginya gemeretak sambil menghentakkan tangannya ditelapak
kakinya sendiri. "O, kenapa aku datang sendiri di Gemulung" desisnya.
Tetapi ia tidak dapat berbuat apapun. Hal itu sudai.
terlanjur dilakukan. Dan ia sudah terlanjur melihat sendiri gadis yang bernama
Sindangsari itu. "Aku bukan seorang suami yang baik" katanya kepada diri sendiri "lima kali aku
kawin, dan lima kali pula perkawinan itu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pecah. Apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk
kawin lagi?" Dada Ki Demang serasa menjadi sesak. Teringat olehnya janji pedagang ternak yang
kaya dari Gemulung, bahwa ia akan mencarikan seorang isteri buat Ki Demang.
"Aku memang masih ingin kawin" katanya kepada diri
sendiri "tetapi tidak bersungguh-sungguh. Kawin sekedar sebagai kelajiman saja"
Ki Demang kemudian berdesah "tetapi Sindangsari sangat menarik bagiku. Ia
seorang gadis yang cantik dan luruh. Agaknya ia' jujur pula. Pantaslah bahwa
Sindangsari dapat menimbulkan masalah di antara anak-anak muda Gemulung"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan-
lahan. Namun kemudian ia mengerutkan keningnya sambil menggeram "0, aku harus
mencegah benturan-benturan
berikutnya. Kalau gadis itu ada disini, maka tidak seorangpun yang akan
mendendam. Baik Pamot maupun Manguri, tidak akan berani mempersoalkannya lagi"
Dan tiba-tiba saja Ki Demang itu bangkit. Dengari tergesa-gesa ia masuk ke
pringgitan. Namun kemudian ia keluar lagi.
Sesaat kemudian terdengar suaranya menggeletar memanggil seorang peronda yang
ada di dalam gerdu di regol
halamannya. Dengan tergesa-gesa pula peronda itu mendekatinya
sambil bertanya "Apakah Ki Demang memanggil aku?"
"Ya, ya" sahut Ki Demang "kemarilah"
Peronda itu semakin mendekat.
"Panggil Ki Reksatani. Cepat" teriak Ki Demang.
"Bukankah siang tadi Ki Reksatani baru saja datang kemari Ki Demang?"
"Aku tahu, aku tahu. Tetapi panggil sekarang"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Peronda itu mengerutkan keningnya. Kemudian jawabnya
"Baiklah. Aku akan memanggilnya"
Maka peronda itupun kemudian dengan tergesa-gesa
meninggalkan halaman Kademangan setelah mengatakan
keperluannya kepada kawan-kawannya.
"Buat apa Ki Reksatani dipanggil sekarang?"
"Hus" desis peronda itu "lehermu dapat dipuntirnya sampai patah"
Kawannya tidak menyahut. Tetapi ia tersenyum kecut.
Dengan langkah yang panjang peronda itupun kemudian
pergi ke rumah Ki Reksatani.
"He, apa keperluanmu?" bertanya Ki Reksatani ketika
peronda itu sudah sampai ke rumahnya.
"Ki Reksatani dipanggil oleh Ki Demang"
"Aku?" "Ya" "He, bukankah aku baru saja bertemu dengan kakang
Demang" Kakang Demang tidak mengatakan apa-apa"
"Tetapi mungkin berkembang suatu persoalan baru
sehingga Ki Demang memerlukan kawan berbincang"
Ki Reksatani mengerutkan keningnya. Namun kemudian ia mengangguk-anggukkan
kepalanya sambil berkata "Baiklah.
Aku akan pergi ke Kademangan. Pergilah dahulu. Sebentar lagi aku akan menyusul"
"Baiklah. Aku akan mendahului, dan mengatakan kepada Ki Demang bahwa sebentar
lagi Ki Reksatani akan menyusul"
"Ya" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Peronda itupun kemudian meninggalkan rumah Ki Rekstani, sementara Ki Reksatani
merenung sejenak memandang
kekegelapan. "Apa lagi keperluan kakang Demang kali ini" desisnya.
Reksatani itupun menarik nafas dalam-dalam. Kemudian ia minta diri kepada
isterinya setelah membenahi pakaiannya.
"Aku dipanggil kakang Demang" katanya.
Isterinya yang mendengar peronda dari Kademangan yang menyampaikan pesan Ki
Demang kepada Ki Reksatani itupun berkata "Tentu ada keperluan yang tiba-tiba.
Bukankah kakang baru saja pergi ke Kademangan?"
"Ya, malahan aku disuruhnya menunggui rumah itu.
Disediakannya di dalam geledeg seceting nasi dan sepotong ayam goreng, meskipun
tinggal sebelah sayapnya "
Isterinya tersenyum "Tentu ada kepentingan"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Aku akan pergi sekarang"
Tetapi sebelum suaminya melangkam tlundak pintu, Nyi
Reksatani berkata lambat "Kakang, bukankah kakang Demang baru saja kehilangan
isterinya" Ki Reksatani mengerutkan keningnya.
"Apakah Kakang Demang baru saja berkeliling wilayah?"
"Siang ini kakang Demang pergi ke Gemulung"
Isterinya menarik nafas dalam-dalam.
"Kenapa?" "Apakah agaknya kakang Demang melihat perempuan
cantik di sepanjang jalan?"
Ki Reksatani tidak segera menjawab. Ditatapnya wajah
isterinya sejenak. Lalu terdengar ia berdesah Itulah yang tidak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
aku sukai pada kakang Demang.
Mungkin ia akan membicarakan soal itu pula. Sebenarnya aku sudah jemu.
Isterinya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Mudah-mudahan aku dapat memberikan pendapatku
kepadanya. Sudahlah, aku akan pergi. Apakah anak-anak sudah tidur semuanya?"
"Sudah kakang" Ki Reksatanipun kemudian turun dari tangga rumahnya dan melintasi halaman yang
gelap. Di regol sebuah lentera yang redup, terguncang-guncang oleh angin yang
lemah. Ki Reksatani masih sempat menarik sumbu lenteranya,
sehingga nyalanya menjadi agak terang. Kemudian membuka pintu regol dan hilang
di balik dinding. Ki Demang yang menunggu kedatangannya dengan dada
yang berdebar-debar, hampir tidak sabar lagi. Dengan gelisah ia duduk
dipringgitan. Sekali-sekali ia berdiri dan berjalan mondar-mandir. Namun
kemudian ia duduk lagi menghirup air panas
dimangkuk yang masih setengah isi. Setiap kali ia mendengar langkah seseorang, disangkanya Ki Reksatani sudah
datang. Ketika ia mendengar pintu pringgitan diketuk orang dengan tergesa-gesa ia
meloncat berdiri. Ketika pintu dibukanya ia melihat peronda yang disuruhnya
memanggil adiknya. "Dimana Reksatani ?" Ki Demang bertanya dengan serta-
merta. "Sebentar lagi ia akan menyusul Ki Demang"
"He, apakah kau tidak mengatakan bahwa aku memerlukannya sekarang?"


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya Demang" "Kenapa ia tidak datang bersamamu?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku disuruhnya dahulu, kemudian ia akan menyusul"
"Setan elek" Ki Demang mengumpat "kenapa tidak
sekarang he" Peronda itu tidak menjawab.
"Kenapa kau berdiri saja disitu?"
Peronda itu terkejut. Tetapi ia tidak segera dapat
menjawab. "Kembali ke gardumu"
Peronda itu menganggukkan kepalanya sambil menjawab
"Baik Ki Demang"
Namun ketika ia baru saja beranjak, Ki Demang
memanggilnya "He, kau"
Orang itu menjadi semakin bingung.
"Eh, maaf. Seharusnya aku mengucapkan terima kasih
kepadamu "Ki Demang mengangguk-angguk "sebenarnya aku sangat berterimakasih.
Mungkin kepalaku sedang pening, sehingga kadang-kadang aku kehilangan pengamatan
diri" Peronda itu menarik nafas dalam-dalam. Seolah-olah udara seisi pendapa itu mau
dihirupnya. "Nah, kembalilah ke gardumu. Tetapi apakah kau haus?"
"Di gardu sudah disediakan minum Ki Demang"
"Lapar barangkali?"
Peronda itu menggeleng "Terima kasih Ki Demang, aku
sudah makan di rumah"
"Baik, baik. Terima kasih"
Peronda itupun kemudian kembali ke gardunya. Ketika ia menuruni tangga pendapa
Kademangan, ia menarik nafas
sekali lagi sambil berdesah "Hem, Ki Demang sudah mulai lagi.
Apabila ia ditinggalkan isterinya, entah mati entah cerai, maka
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ia menjadi seperti orang yang kebingungan. Baru berapa pekan ia bercerai kali
ini. Ia sudah mulai lagi dijangkiti penyakitnya"
Namun gumamnya itu terputus. Sekali ia berpaling. Tetapi ketika ia tidak melihat
Ki Demang di pendapa, ia tersenyum sendiri.
Baru sejenak kemudian seseorang memasuki regol halaman Kademangan. Orang itu
adalah Ki Reksatani. Adik Ki Demang.
Peronda yang tadi menjemputnya menyongsongnya sambil
berkata "Ki Demang sudah menunggu demikian lama. Hampir-hampir ia tidak sabar
lagi, dan aku dibentak-bentaknya, meskipun kemudian ditawarkan kepadaku makan"
Mau tidak mau Ki Reksatani tersenyum. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ia menjawab "Sekarang
kau sudah kenyang ya?"
"Aku tidak mau, karena baru saja aku makan di rumah"
Adik Ki Demang itu tertawa "Biarlah aku nanti yang makan"
"Sekarang silahkan. Ki Demang sudah terlampau gelisah"
Ki Reksatani itupun kemudian dengan tergesa-gesa pergi ke pringgitan. Desir
langkahnya di pendapa telah didengar oleh Ki Demang sehingga sebelum ia
mengetuk, pintu pringgitan sudah terbuka.
"Anak demit kau" umpat Ki Demang "kenapa kau tidak
datang bersama anak itu?"
Ki Reksatani tersenyum. Katanya "Bukankah aku harus
melihat apakah semua palang-palang pintu di rumah sudah baik" Mungkin juga
membenahi barang-barang. Tetapi
bukankah aku sudah pesan kepada peronda itu?"
"Uh, ada saja alasanmu. Mari duduk disini. Apakah kau sudah makan?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani tertawa. Jawabnya "Sudah kakang. Aku sudah makan"
"Baik. Baik" desis Ki Demang "sekarang, dengarkan. Aku mempunyai kepentingan
yang tidak dapat aku tunda-tunda lagi"
Adiknya menganggukkan kepalanya. Jawabnya "Kepentingan Kademangan Kepandak?"
"Ya, ya. Kepentingan Kademangan Kepandak"
Ki Reksatani mengangguk-angguk pula "apakah kepentingan itu kakang?"
"Reksatani. Kau tahu, bahwa tidak ada keluarga lain
daripadaku, selain kau. Sepeninggal ayah dan ibu, maka kau adalah satu-satunya
keluargaku, sehingga kaulah yang
pertama kali akan aku ajak berbicara tentang masalahku kali ini.
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Sekilas terkenang olehnya, tidak lebih
dari setahun yang lalu, kakaknya pernah berkata begitu pula kepadanya. Kata-kata
itu rasa-rasanya masih terngiang sampai saat ini. Dan kini kakaknya telah
mengucapkannya lagi. Sudah tentu untuk kepentingan yang serupa.
"Reksatani, kau tentu sudah tahu pula, bahwa isteriku yang mengguk itu baru saja
pergi dari rumah ini"
Ki Reksatani mengangguk-angrukkan kepalanya.
"Aku sekarang hidup sendiri. Tidak ada seorangpun yang dapat aku ajak berbicara
dalam segala masalah. Sedang di Kademangan Kepandak semakin hari semakin banyak
persoalan yang harus diselesaikan.
Nah, kau dapat membayangkan. Aku selalu kelelahan hampir setiap hari.
Tetapi tidak ada orang yang dapat memijitku, atau
mengusapkan parem beras kencur di kakiku"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani bergeser sejengkal maju. Sambil menarik
nafas dalam-dalam ia berkata "Bukankah maksud kakang, kakang ingin aku
memberikan pertimbangan terhadap
seseorang yang baru saja kakang lihat hari ini, mungkin diperjalanan ke
Gemulung, atau mungkin dimanapun juga?"
"Hus" Ki Demang berdesis "darimana kau tahu"
"Hal ini sudah kakang lakukan berulang kali. Aku sudah menjadi terbiasa
karenanya" "Baiklah. Aku tidak ingkar. Aku memang ingin mendapat pertimbanganmu. Bagaimana
kalau aku kawin saja lagi?"
"Kakang" jawab Ki Reksatani kemudian "sebenarnya aku
menjadi sangat sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Aku tahu, bahwa kakang ingin
aku mengiakannya. Menyetujui dan bahkan mendukungnya"
"Tentu, tentu" "Tetapi sebenarnya aku berpendirian lain kakang" Ki
Reksatani berhenti sejenak "siapakah orang yang kakang lihat itu?"
Ki Demang tidak segera menjawab. Dipandanginya wajah
adiknya dengan kening yang berkerut-kerut.
"Tetapi" berkata Ki Reksatani "siapakah perempuan itu "
Janda atau gadis atau siapa?"
"Katakanlah, apakah kau setuju?" sahut Ki Demang "dan apakah yang kau maksud
dengan pendirianmu yang lain itu ?"
"Seharusnya kakang mengatakannya lebih dahulu, siapakah perempuan itu"
Ki Demang menjadi ragu-ragu sejenak. Dan adiknya
berkata seterusnya "Kenapa kakang ragu-ragu. Biasanya kakang tidak pernah ragu-
ragu mengatakan. Apakah sekali ini kakang mempunyai pertimbangan yang agak
berbeda?" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya. Aku memang mempunyai pertimbangan yang agak
berbeda kali ini" jawab Ki Demang.
"Sebaiknya kakang mengatakan kepadaku. Baru kakang
bertanya, bagaimana pertimbanganku itu"
Ki Demang mengangguk-anggukkan kepalanya. Meskipun
ragu-ragu namun ia berkata "Baiklah Reksatani. Sebenarnya terlampau berat bagiku
untuk menyebutnya. Tetapi apaboleh buat. Aku memang perlu pertimbanganmu"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kali ini aku tidak semata-mata mementingkan diriku
sendiri" berkata Ki Demang, sedang Ki Reksatani mendengarkannya dengan saksama "Seperti kau ketahui,
anak-anak Gemulung baru saja terlibat dalam perkelahian.
Adiknya mengangguk, tetapi ia bertanya "Apakah ada
hubungannya dengan rencana kakang untuk kawin?"
"Dengar dulu, baru bertanya"
"0, ya" "Persoalannya berkisar pada seorang gadis" Ki Demang
berhenti pula menarik nafas "Kau dengar?"
"Ya, ya" "Tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan saja. Jika demikian masalahnya pasti
akan menjadi berlarut-larut. Keduanya pasti akan saling mendendam dan berusaha
untuk merebut sumber persoalan
itu" Ki Reksatani mengerutkan keningnya.
Ki Reksatani mengerutkan keningnya. Namun kemudian ia mengangguk-anggukkan
kepalanya sambil berkata "Baiklah, aku akan pergi ke Kademangan. Pergilah
dahulu. Sebentar lagi aku akan menyusul"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Karena itu, maka sumber persoalannya itulah yang harus diselesaikan
dengan sebaik-baiknya. Keduanya harus mendapatkan atau kedua-duanya tidak. Tetapi bahwa kedua-duanya harus mendapatkan
adalah tidak mungkin sama
sekali" "O" tiba-tiba Ki Reksatani memotong sambil mengangguk-angguk. Katanya "Sekarang
aku tahu. Daripada hal itu akan tetap menjadi masalah, maka sebaiknya keduanya
sama sekali tidak mendapatkannya. Tegas-tegas begitu. Dan jalan yang akan kakang
tempuh, mengambil saja sumber persoalannya, dan dibawa ke rumah ini menjadi
seorang isteri. Begitu?"
Ki Demang menegang sejenak. Namun kemudian ia
mengangguk "Ya, begitulah"
"Jadi tegasnya, orang yang kakang inginkan itu seorang gadis yang bernama
Sindangsari?" "Bukan yang aku inginkan. Tetapi, sekedar untuk
mencegah masalahnya menjadi berlarut-larut"
"Hem" Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam "suatu
pengorbanan yang luar biasa. Itu adalah suatu tanggung jawab yang tidak kepalang
tanggung" "Hus, jangan menyindir"
"Aku tidak menyindir kakang. Tetapi bagaimana seandainya gadis yang bernama
Sindangsari itu sama sekali tidak pantas untuk dijadikan isteri seorang Demang"
Mungkin wajahnya terlampau jelek, atau katakan terlampau bodoh"
"Ah, tentu tidak"
"Apakah kakang sudah melihat?"
"Bukankah aku dari Gemulung?"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya sambil
tersenyum. Tetapi tampaklah bahwa senyumnya adalah
senyum yang hambar. Dengan nada yang rendah ia bertanya
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jadi kakang Demang sudah melihat sendiri gadis yang
bernama Sindangsari itu?"
Ki Demang mengangguk-angguk "Cantik?"
Ki Demang ragu-ragu sejenak, lalu menggeleng sambil
menjawab "Tidak cantik. Tetapi itu tidak penting bagiku"
"Tentu cantik. Kalau tidak, ia tidak akan menimbulkan persoalan antara anak-anak
muda" Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Katanya kemudian
"Tetapi katakanlah, apakah kau setuju atau tidak" Aku sudah memenuhi
permintaanmu. Aku sudah menyebut namanya,
dan kau sudah mendapat gambaran latar belakang dari
tindakanku kali ini"
"Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejengkal ia bergeser maju.
"Kakang" katanya ragu-ragu "apakah aku boleh mengatakan perasaanku yang sebenarnya, bukan sekedar
untuk menyenangkan hati kakang seperti biasanya?"
Ki Demang mengerutkan keningnya. Tetapi ia tidak segera menjawab. Ditatapnya
saja wajah adiknya tajam-tajam.
"Apa maksudmu?" desisnya kemudian.
"Kakang, sebenarnya aku segan untuk menjawab pertanyaan kakang itu"
"Jangan segan. Jawablah"
Ki Reksatani mengangguk-angguk. Meskipun demikian ia
berkata "Tetapi aku minta maaf sebelumnya kakang. Kali ini aku terpaksa
mengatakan isi hatiku yang sebenarnya"
Reksatani berhenti sejenak, lalu "sebenarnya aku berkeberatan atas rencana kakang Demang itu. Sepengetahuanku Sindangsari itu pasti masih sangat muda.
Lebih muda dari Pamot yang sudah pernah aku kenal"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani berhenti sejenak, lalu "Kakang, aku harap kakang berusaha mencari


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cara lain untuk mengatasi persoalan itu. Meskipun seandainya dengan demikian,
persoalan itu dapat selesai, karena kedua belah pihak tidak dapat lagi berbuat
apa-apa. namun kakang telah mengambil korban
yang terlampau besar"
"Apakah kau menyindir aku lagi?"
"Bukan. Bukan begitu. Maksduku, apakah Sindangsari akan dapat menerima cara
penyelesaian yang akan kakang
tempuh" Sindangsari adalah seorang gadis yang masih
remaja. Ia masih menginginkan menikmati hari depan yang baik dan panjang.
Ki Demang menjadi tegang mendengar kata-kata adiknya
itu, dan Ki Reksatani berkata seterusnya "Maaf kakang.
Apakah aku dapat melanjutkannya?"
Wajah Ki Demang menjadi merah. Tetapi ia menjawab
dengan kasar "katakan. Katakan isi hatimu seluruhnya"
"Kakang" berkata Reksatani "aku kira aku memang lebih baik berkata sebenarnya
menurut pertimbanganku, dari pada aku masih juga berpura-pura"
"Ya katakan. Katakan bahwa kau tidak setuju. Katakan
bahwa aku sudah tidak pantas lagi kawin dengan gadis kecil itu. Aku memang sudah
tidak remaja lagi meskipun belum tua.
Dan aku memang sudah pernah kawin entah berapa kali.
Bukankah begitu ?" Ki Reksatani menundukkan kepalanya.
"Kenapa kau diam saja he?"
"Aku takut, kakang akan menjadi semakin marah"
Ki Demang membelalakkan matanya. Tetapi kemudian ia
menarik nafas dalam-dalam "katakan. Aku tidak akan marah.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kita sudah cukup tua untuk membuat pertimbangan-
pertimbangan" "Apakah benar kakang tidak akan marah?"
"Ya" Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian katanya "Begitulah kira-
kira kakang. Tetapi sekali lagi, kita berbicara sebagai seorang yang sudah mampu
mengendalikan diri, sehingga tidak sepantasnya kita saling bertegang urat untuk
mempertahankan pendirian masing-masing. Kalau
pendirian kita berbeda, kakang, maka demikianlah agaknya.
Memang pendirian kita berbeda. Tetapi bukankah aku tidak dapat mengikat kakang
dalam suatu keharusan untuk
mentaatinya" Tetapi aku mengharap dengan sangat, agar setidak-tidaknya
kakang sempat mempertimbangkan pendapatku" Ki Demang tidak menyahut.
"Kakang, seperti yang sudah kakang katakan sendiri.
Kakang sudah beberapa kali kawin. Kalau aku tidak salah menghitung, kakang sudah
kawin lima kali. Apakah pantas kalau kakang kini mengambil seorang gadis remaja
untuk menjadi isteri kakang" Dan apakah kakang tidak menaruh belas kasihan
kepadanya, kepada gadis itu?"
"Bodoh kau. Kalau orang tuanya mengijinkan, persoalan gadis itu sudah selesai"
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam. Sejenak ia tidak menyahut. Diangguk-
anggukannya kepalanya perlahan-lahan, namun tampak benar bahwa ia sama sekali
tidak dapat mengerti jalan pikiran kakaknya, Ki Demang di Kepandak.
Ki Demangpun tidak segera menyambung kata-katanya,
sehingga ruangan itu menjadi hening sejenak. Di luar, di gardu, masih terdengar
para peronda bercakap-cakap.
Kadang-kadang terdengar gelak memecah sepinya malam.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Namun sejenak kemudian, seperti ada sesosok hantu yang lewat, gardu itu menjadi
sepi. Tetapi tiba-tiba pembicaraan diantara mereka telah meledak lagi untuk
mencegah kantuk yang mulai beraba-raba mata mereka.
"Jadi bagaimana?" bertanya Ki Demang.
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam "Aku sudah
mengatakan pendapatku kakang"
"Jadi kau tetap tidak setuju?"
Ki Reksatani tidak menjawab
"Kau benar-benar tidak berperi-kemanusiaan"
Ki Reksatani terkejut. Dengan serta-merta ia bertanya
"Kenapa aku justru tidak berperi-kemanusiaan?"
"Reksatani" berkata Ki Demang "kau tahu, bahwa sampai saat ini aku sama sekali
tidak mempunyai anak" Bukankah wajar sekali kalau aku menginginkan seorang anak
atau lebih?" Wajah Ki Reksatani tiba-tiba menegang. Tetapi hanya
sekejap, sehingga sama sekali tidak berkesan pada kakaknya.
Jawabnya kemudian "Tentu kakang. Adalah wajar sekali kalau kakang menginginkan
seorang anak. Tetapi, cobalah kakang ingat, kakang sudah kawin berkali-kali. Dan
kakang sama sekali belum mempunyai seorang anakpun"
"Tentu, tentu. Perempuan-perempuan mandul itu sama
sekali tidak berarti apa-apa bagiku. Kalau aku masih juga harus kawin dengan
janda, dengan gadis sakit-sakitan atau dengan perawan tua yang liar dan tidak
terkendali sama sekali, sudah tentu aku akan tetap tidak mempunyai seorang
anakpun. Tetapi kalau suatu ketika aku kawin dengan seorang gadis, gadis yang
baik dan sehat, mungkin aku akan
mempunyai seorang anak. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani mengerutkan dahinya. Katanya Kalau kakang baru satu dua kali kawin,
maka kakang dapat menyalahkan perempuan-perempuan itu. Tetapi untuk yang
kesekian kalinya kakang tetap tidak mempunyai seorang anakpun"
"Jadi kau akan mengatakan, bahwa akulah yang tidak
mampu berbuat sebagai seorang laki-laki, begitu he" wajah Ki Demang menjadi
merah padam. "Tidak kakang. Tidak" Reksatani menundukkan kepalanya
"sudah aku katakan, kalau kakang hanya akan marah saja, tidak ada gunanya aku
memberi pertimbangan Akibatnya akan tidak baik. Kakang adalah saudara tuaku.
Ganti orang tua. Sudah tentu aku tidak akan berani menyanggah niat kakang, apabila kakang memang
berkeras, apaboleh buat. Sudah aku katakan,
bahwa aku hanya sekedar memberikan pertimbangan-pertimbangan"
Ki Demangpun kemudian terdiam sejenak. Terdengar
nafasnya yang memburu, seolah-olah baru saja ia melakukan pekerjaan yang memeras
segenap tenaganya. "Reksatani"
berkata Ki Demang itu kemudian "sayang. Aku sudah
berketetapan hati untuk melamar gadis itu. Tentu saja tidak tergesa-gesa. Aku
harus menyiapkan diri sebelum aku
mengadakan peralatan perkawinan itu"
Reksatani tidak menyahut.
"Gadis itu memang tidak terlampau cantik. Tetapi aku ingin mengambilnya sebagai
seorang isteri yang baik. Gadis itu tidak boleh jatuh ketangan anak muda cengeng
yang hanya mampu berkelahi. Manguri, meskipun anak seorang kaya, tetapi
kelakuannya agaknya memang tidak terpuji. Lebih buruk lagi, agaknya ayahnya
melindunginya. Dan aku sama sekali tidak gentar, apapun yang akan dilakukannya.
Aku percaya kepada Ki Jagabaya, kepadamu dan kepada bebahu yang lain, kepada
para pengawal dan apalagi para pengawal khusus yang mendapat latihan
keprajuritan dari prajurit-prajurit Mataram"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani hanya dapat menarik nafas dalam-dalam.
"Seandainya Sindangsari itu kemudian mendapat suami
yang meskipun dicintainya, Pamot, ia akan tetap berada dalam bahaya. Manguri
akan dapat berbuat terlampau banyak untuk mengganggu ketenteraman keluarganya.
Bahkan mungkin ia akan mengambil gadis itu dengan kekerasan, sekedar untuk
melepaskan nafsu dan sakit hatinya, meskipun kemudian gadis itu akan
dilepaskannya kembali. Tetapi apakah keluarga yang demikian akan dapat bahagia?"
Ki Demang berhenti sejenak
"Tidak Reksatani. Untuk kebaikan semuanya, Sindangsari akan aku ambil saja"
Ki Reksatani masih tetap tidak menyahut. Kepalanya
menjadi semakin tunduk. "Bagaimana pendapatmu ?"
Seperti biasa Ki Reksatani kini di sudutkan pada suatu keharusan untuk
menyetujuinya, seperti setiap kali mereka berbincang tentang perempuan-perempuan
yang akan diambil oleh Ki Demang untuk menjadi isterinya.
"Bagaimana?" desak Ki Demang "kenapa kau diam saja?"
Ki Reksatani mengangkat wajahnya. Sekali ia berdesah, kemudian jawabnya "Sudah
aku katakan kakang, kalau kakang memang berkeras hati untuk mengambil gadis itu
apaboleh buat" "Kau setuju apa tidak?"
Ki Reksatani menjadi semakin bingung. Tetapi akhirnya ia menganggukkan kepalanya
"Ya, aku setuju kakang"
"Nah, kau memang adikku yang baik. Kau selalu dapat
mengerti perasaanku. Memang kadang-kadang kita berbeda pendirian, tetapi
akhirnya kau dapat mengerti juga"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkana kepalanya. Tetapi ia menggerutu di dalam
hatinya. Bagaimanapun juga ia tidak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dapat dengan ikhlas menyetujui pendapat kakaknya. Tetapi ia memang tidak dapat
berbuat lain, kecuali menganggukkan kepalanya sambil menyetujuinya.
"Reksatani" berkata Ki Demang kemudian "aku tidak
mempunyai kepercayaan lain, kecuali kau. Kaulah yang pada saatnya harus datang
kepada keluarga Sindangsari untuk melamar gadis itu"
"Tetapi ..." Ki Reksatani akan menjawab, namun Ki Demang memotongnya "Jangan
mengelak. Kau adalah satu-satunya keluargaku. Kau adalah adikku. Tidak ada orang
lain yang dapat mengerti perasaanku sedalam-dalamnya selain dari pada kau.
Kaulah yang akhirnya dapat menyetujui niatku ini.
Orang lain mungkin tidak. Meskipun mereka mengangguk-
anggukkan kepala mereka, tetapi belum tentu, bahwa hal itu akan meresap sampai
ke hatinya" "Bukan main" desah Ki Reksatani di dalam hati. Tetapi iapun
mengerti benar, bahwa kakaknya mencoba menyudutkannya agar ia tidak dapat berbuat lain sama sekali.
"Lusa kau datang kepada keluarganya. Melamar gadis itu.
Kemudian akan kita tentukan hari-hari perkawinan. Tidak usah tergesa-gesa.
Tetapi dengan demikian, baik Manguri maupun Pamot tidak akan mempertentangkannya
lagi" Ki Reksatani tidak mendapat kesempatan apapun lagi.
Karena itu iapun hanya dapat menundukkan kepalanya saja sambil bersungut-sungut
di dalam hati. "Nah, pembicaraan kita sudah selesai" berkata Ki Demang
"apakah kau sudah makan?"
"Sudah kakang" "O, ya. Aku sudah menanyakannya"
"Baiklah kakang. Kalau pembicaraan memang sudah
selesai, aku minta diri. Aku akan mengatur diri dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
membenahi hati yang agak gelisah ini, karena tugas yang berat itu"
"Bukankah kau juga yang melamar isteri-isteriku yang
terdahulu?" "Ya, tetapi kali ini agak lain kakang" dan di dalam hati Reksatani menggeram
"aku selalu gelisah begini setiap kali"
"Baiklah. Aku akan menentukan hari itu, kapan kau pergi kepada keluarga gadis
itu. Kau harus membawa tukon sama sekali. Setangkep pisang raja, kain, kemben
dan sebagainya" "Tetapi itu bukan suatu kebiasaan kakang.
Kalau pembicaraan telah selesai, barulah kakang memberikan
peningset itu" "Sekaligus. Bukankah dengan demikian pekerjaan akan
segera selesai" Ki Reksatani menggigit bibirnya.Kemudian ia mengangguk-angguk kecil "Terserahlah
kepada kakang. Tetapi sebaiknya kakang berbicara dengan orang tua-tua di
kademangan ini" "Aku hanya akan memberitahukan saja kepada mereka.
Tidak minta pertimbangan lagi"
Ki Reksatani tidak menjawab lagi. Ia menyadari, bahwa ia tidak akan dapat
merubah lagi pendirian kakaknya. Ki Demang benar-benar ingin kawin lagi dengan
seorang gadis, yang bernama Sindangsari itu. Iapun menyadari, bahwa tidak akan
ada seorangpun yang akan dapat mencegahnya lagi. Orang tua-tua, para bebahu
pembantunya dan siapapun juga.
Karena itu, maka sejenak kemudian Iapun berkata "Baiklah kakang, semuanya
terserah kepada kakang. Aku minta diri"
"Tetapi bukankah kau menyetujui rencana ini?"
"Ya, ya. Aku menyetujui"
"Bagus. Kau memang adikku yang baik"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatanipun kemudian berdiri. Sekali lagi ia minta diri, kemudian
meninggalkan halaman Kademangan itu dengan
hati yang bergelora. Sekali-sekali ia menghentakkan kakinya sambil menggeram
"Gila kakang Demang. Sungguh-sungguh gila"
Tetapi ia berjalan terus. Kadang-kadang giginya gemeretak oleh luapan perasaan
dan dingin malam yang menembus
sampai ke tulang sungsum.
Bersamaan waktunya, sekelompok orang sambil mengendap-endap berjalan mendekati padukuhan Gemulung.
Mereka sama sekali tidak menghiraukan lagi malam yang dingin dan silirnya angin
Sepasang Naga Lembah Iblis 3 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Pedang Darah Bunga Iblis 17
^