Pedang Dewa Naga Sastra 4
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana Bagian 4
"ya"dan saya juga dengar bahwa empat pangcu kaipang
bawahan dari coa-tung-mo-kai sudah tewas ditangan pendekar
muda itu." 207 "benar, saya dengar juga begitu, saat pulang dari tempatmu."
"tentunya itu akan membuat enam datuk terkejut, dan akan
membuat mereka murka."
"benar apa katamu pak-sian, eh sebenarnya kamu kebarat
untuk apa ?" "saya sedang ke Lhasa bertemu dengan pimpinan dalai lama
jubah merah" "oh..lalu bagaimana kabar yang-gun-lama?"
"dia sehat dan baik-baik saja, kami banyak bercerita tentang
perjuangan Liu-xuan, dan bahkan menyarankan pada saya
untuk ikut andil dalam perjuangan menggulingkan rezim
sekarang yang korup dan aniaya."
"lalu bagaimana tanggapanmu pak-sian ?"
"aku katakan padanya urusan kebangsawanan ini tidak sekedar
pertempuran dua gajah, dan yang naas adalah pelanduk."
"sekilas memang pendapatmu dapat diterima pak-sian, terlebih
jika dilihat banyak pendukung liu-xuan para ahli silat dari
golongan hitam, dan mereka tergabung dalam "ang-bi-tin"
(barisan alis merah) dan saya dengar juga pak-koai-lo
merupakan senior dalam barisan itu."
"nah lalu kenapa hanya sekilas benarnya lam-sian ?"
"karena urusan menggulingkan rezim yang korup ini dibutuhkan
kekuatan dari berbagai sumber, karena hal yang utama adalah
fisik bukan sprit, jadi kita tidak bisa nafikan bahwa golongan
hitam punya kekuatan dan itu sangat dibutuhkan untuk
menggulingkan rezim yang menyengsarakan rakyat ini."
"hehehe".lam-sian apakah kamu akan ikut masuk ang-bi-tin ?"
"tentu tidak pak-sian, benar bahwa ang-bi-tin salah satu basis
terbesar dan terkuat dipihak liu-xuan, namun basis kekuatan
bukan hanya ang-bi-tin, saya dengar ada salah satu basis
208 kekuatan pangeran yang terdiri dari kumpulan para hohan dan
pendekar, dan ini saya yakin murni hanya kemaslahatan rakyat
tanpa embel-embel lain."
"lalu apakah kamu tertarik lam-sian ?"
"benar pak-sian, setidaknya dipenghujung usia yang lanjut ini,
saya dapat melakukan bakti pada rakyat jelata, janggal rasanya
dalam urusan rakyat yang sebesar ini kita tidak ikut andil
walaupun seujung kuku, kita sama-sama tahulah bagaimana
karakter rezim yang sekarang, yang memang benar-benar tidak
dapat ditolerir lagi, dan saat ini kiblat yang menjadi harapan
rakyat dalam memperbaiki keadaan adalah pangeran Liu-xuan
sebagai penerus dinasti han yang dikudeta oleh wang-mang,
bagaimana menurutmu pak-sian ?"
"saya belum merasa ngeh dengan urusan politik dan
pemerintahan ini lam-sian, namun untuk melihat organisasi
hohan yang kamu katakan tadi pantas untuk dijajaki."
"benar, dan hal itu jugalah yang saya ingin lakukan saat ini, dan
kalau pak-sian setuju marilah kita sekarang ketempat tersebut."
"memang tempatnya dimana ?"
"katanya ada di kota kaifeng."
"kalau begitu marilah kita berangkat !" sahut Pak-sian, lalu
kedua kakek kosen itu meninggalkan hutan menuju kota
kaifeng. Kota kaifeng merupakan salah satu basis kekuatan pasukan
pendukung Liu-xuan, disebuah bangunan di pinggir kota
sebelah barat merupakan tempat berkumpulnya para pendekar
yang direkrut oleh jendral Li, para pendekar dikumpulkan
disebuah bangunan yang diberi nama dengan "hohan-jianzhu"
(gedung orang gagah), gedung itu di dipimpin oleh khu-
209 ciangkun seorang ahli militer yang handal, dan perekrutan para
pendekar ini merupakan ide dari khu-ciangkun pada jenderal Li.
Lam-sian dan pak-sian memasuki bangunan tersebut,
kedatangan dua dewa ini disambut dua penjaga luar
"maaf lo-heng apakah yang dapat kami bantu ?"
"apakah khu-ciangkun ada ?" tanya Lam-sian
"beliau ada lo-heng, boleh kami tahu kedua lo-heng siapa "
supaya kami dapat melaporkan pada ciangkun."
"sampaikan saja pada khu-ciangkun orangtua dari nanjing
hendak bertamu." sahut lam-sian
"baiklah kalau begitu lo-heng, tunggulah sebentar kami akan
laporkan pada ciangkun." ujar penjaga itu dan seorang dari
mereka segera malapor kedalam, dan tidak lama kemudian
penjaga itu keluar "pada jiwi-loheng akan diterima ciangkun, marilah saya antar
kedalam." ujar penjaga, lalu kedua kakek itu di ajak masuk
kedalam dan menunggu diruangan tengah, lalu seorang lelaki
kekar dengan wajah lumayan tampan, berumur lima puluh
tahun keluar "selamat bertemu kembali cianpwe, sungguh kunjungan lamsian-cianpwe ini sangat menyenangkan dan merupakan satu
kehormatan bagi tecu."
"hehehe..selamat bertemu kembali ciangkun." sahut lam-sian
"hmh"kalau lam-sian cianpwe pernah bertemu dengan saya di
kota Nanjing, lalu cianpwe ini semoga tidak salah duga tentuan
pak-sian bukan ?" "hahaha..hahaha"ciangkun sungguh berpandangan jeli, benar
saya adalah pak-sian, tapi bagaimana ciangkun dapat
menduga setepat itu ?"
"pak-sian-cianpwe, jika lam-sian yang datang dan bersama
210 beliau ada seorang kakek seumuran dengan beliau, dan yang
didatangi adalah tempat seperti ini, siapa lagi kalau bukan paksian cianpwe."
"hehehe..tapi ciangkun lam-sian punya banyak teman yang
seumuran dengan beliau, lagian mungkin saya adalah
saudaranya seayah lain ibu."
"hahaha..hahaha" pak-sian-cianpwe bisa saja, namun
cianpwe selatan bandingnya hanya utara, hanya dua itu saja
yang ada di bui-lim."
"hehehe"ciangkun memang memiliki wawasan yang luas." puji
pak-sian "pak-sian terlalu memuji saya, oh ya apa yang bisa saya bantu
jiwi-cianpwe ?" "kami dengar khu-ciangkun melakukan usaha pengumpulan
tenaga untuk membantu perjuangan."
"benar lam-sian-cianpwe, kita butuh semua tenaga yang ada,
maka saya sarankan kepada Li-goanswe untuk mengizinkan
saya melakukan perekrutan ini, karena ada satu hal yang ingin
saya perjuangkan dalam usaha ini."
"apakah itu khu-ciangkun ?" sela pak-sian
"benar bahwa perjuangan ini butuh semua tenaga tanpa
pandang pilih bulu, saya tidak bisa menafikan itu, namun dalam
perjuagan ini mesti ada pengawal perjuangan."
"apa maksudnya pengawal perjuangan ciangkun ?"
"barisan pendukung pangeran liu-xuan sangat kuat, dan saya
yakin bahwa untuk menggulingkan rezim dianghuan kita akan
berhasil, tapi saat keberhasilan itu sudah diraih sering terjadi
kecendrungan melupakan dari tujuan perjuangan, oleh sebab
itulah saya membentuk "hohan-jiangzhu" individu yang saya
rekrut harus berlandaskan niat ikhlas semata-mata untuk
211 kemaslahatan rakyat jelata."
"apakah ciangkun punya dugaan bahwa tujuan perjuangan ini
akan melenceng ?" "saya juga tidak menduga kuat lam-sian-cianpwe, namun
sediakan payung sebelum hujan sangat tepat dalam urusan ini,
dan saya tidak menutup mata bahwa kemungkinan melenceng
itu akan ada, karena basis terkuat pendukung gerakan ini
adalah "ang-bi-tin" sementara formasi "ang-bi-tin" terdiri dari
beberapa jenderal dan bangsawan yang tersingkir dari dinasti
xin, dan kemudian ang-bi-tin" juga di huni banyak kalangan builim dari golongan sesat, nah latar keikut sertaan dua formasi ini
harus kita waspadai, yang tentunya tidak sunyi dari
kepentingan pribadi, materi dan kekuasaan."
"lalu bagaimana dengan keberadaan hohan-jianzhu sendiri ?"
tanya Pak-sian "nah..keberadaan hohan-jianzhu disamping ikut dalam perang
fisik melawan rezim, juga berfungsi untuk mengawal tujuan dari
perjuangan tersebut, dan makanya formasi disini harus benarbenar saya seleksi, saya tidak akan merekomendasikan apaapa pada relawan yang masuk, prinsipnya seperti ini jiwicianpwe, kita hanya berjuang, jika berhasil baik maka kita
pulang kekampung dengan rasa puas yang kita rasakan,
namun jika hasil melenceng kita juga bertanggung jawab untuk
ikut andil menyelamatkan rakyat dari akibat yang kita
perjuangkan." "benar istilah pepatah kuno dua gajah berantam pelanduk kena
sasaran" sela Pak-sian
"untuk menyelamatkan pelanduklah pak-sian-ciampwe fungsi
kedua dari "hohan-jianzhu" sahut Khu-ciangkun, kedua kakek
itu manggut-manggut 212 "usaha ini ciangkun amatlah baik, tentunya kami orang tua ini
sedikit banyaknya akan mendukung usaha ciangkun." ujar paksian
"terimakasih jiwi-cianpwe, saya sangat merasa bahagia
mendengarnya, bagi saya dengan bergabungnya jiwi-cianpwe,
maka akan memberikan warna yang jelas pada tujuan
dibentuknya hohan-jianzhu."
"bagaimana cianpwe jika kita bergabung kedalam, terlebih
sebentar lagi kita akan makan malam."
"jika memang demikian ciankun, marilah kita kesana." sahut
Lam-sian, lalu ketiganyapun menuju bangunan induk dimana
ratusan pendekar berkumpul, saat ketiganya muncul, tentu para
pendekar merasa gembira, dua kakek ini adalah datuk dunia
persilatan, hampir dari ratusan pendekar itu menjura
menyambut kedatangan dua datuk tersebut, diantaranya
adalah "Lu-piauw" "tung-kim-pang" dan "pak-sin-lun" kemudian
ada lagi utusan dari bu-tong-pai terdiri dari lima pendekar yang
dipimpin oleh sim-cu-hung yang berjulukan "butong-pek-peng"
(garuda putih dari butong), kemudian tujuh pendekar utusan
dari hoasan-pai yang di pimpin oleh liu-kun yang berjulukan
"hoasan-taihap" (pendekar hoasan), lalu tiga orang utusan dari
kunlun-pai yang dipimpin oleh bu-hong dengan julukan "swatkiam-taihap" (pendekar pedang salju) dan seorang biksu dari
siawlim-pai yang bernama kwaa-ceng-hewsio dengan julukan
"seng-twi-sin-kun" (pukulan sakti tendangan malaikat), dan dua
orang dalai lama jubah merah, yakni can-beng-lama dengan
julukan "swat-kok-tiauw" (rajawali lembah salju) dan Lo-kenglama dengan julukan "hwi-ciang" (sitelapak api)
"selamat datang jiwi-cianpwe !" sapa can-beng-lama
"hehehe..hehehe..selamat berjumpa swat-kok-tiauw." ternyata
213 anda sudah disini walhal saya baru datang dari Tibet bertemu
suhu kalian." "ooh begitukah cianpwe " lalu bagaimana kabar suhu ?" sela
lo-keng-lama "suhumu baik-baik saja "hwi-ciang" jawab pak-sian
"selamat berjumpa pada semua para taihap yang penuh
semangat." seru lam-sian
"selamat datang jiwi-cianpwe." Sahut mereka serempak.
"baiklah para taihap yang terhormat, khususnya saya pribadi
sangat senang dan bahagia menyampaikan pada seluruh
taihap bahwa jiwi-cianpwe lam-sian dan pak-sian akan ada
bersama kita dalam perjuangan ini." ujar Khu-ciangkun,
penyampaian ini disambut hangat para pendekar.
"dan tentunya para pendekar akan banyak bertemu ramah
dengan jiwi-cianpwe, namun sebelum itu, karena makan malam
kita sudah dihidangkan marilah kita bersantap malam !" ujar
khu-ciangku dengan senyum cerah dan bahagia, lalu
merekapun menuju ruangan belakang yang berupa ruangan
makan. Para pelayan yang terdiri dari sepuluh lelaki dan lima
perempuan sibuk berlalu lalang melayani ratusan pendekar
yang sedang bersantap malam, dan seorang yang kita kenal
sebagai pimpinan pelayan itu mengatur menu yang
dihidangkan, dia adalah Liu-gan, Liu-gan sudah delapan bulan
bersama putrinya liu-sian di hohan-jianzhu, sejak mereka
berpisah dengan bun-liong-taihap mereka langsung menuju
kaifeng dan bergabung dengan khu-ciangkun yang baru empat
bulan membentuk hohan-jianzhu, karena disamping ahli silat
liu-gan juga ahli masak. 214 Tiga hari mereka bergabung, saat ayah dan anak itu memasak
makanan untuk makan pagi, Liu-sian tiba-tiba merasa mual, dia
berlari keluar dan muntah-muntah, Liu-gan cepat mengambil
teh hangat untuk putrinya
"kamu kenapa sian-ji ?" tanya ayahnya lembut
"mungkin aku masuk angin ayah." jawab Liu-sian
"betul " apa kamu tidak demam ?" tanya Liu-sian sambil
meraba kening putrinya, dan memang bukan demam
"kamu istirahat saja dulu, biar ayah dan a-seng serta a-kiu yang
menyiapkan makan pagi." ujar Liu-gan
"baiklah ayah." sahut Liu-sian lalu meninggalkan dapur masuk
kamarnya, seorang wanita separuh baya yang sedang melipat
kain sprei memandangnya heran
"kamu kenapa sian-moi " wajahmu kok pucat ?"
"mungkin aku masuk angin kwee-cici."
"semalam saya perhatikan kamu susah tidurnya sehingga kamu
keluar ke vapiliun, tentunya karena itu kamu masuk angina."
"mungkin karena itu kwee-cici
"apa kamu sudah minum obat ?" tanya Kwee-gin
"aku tidak apa-apa, istirahat sebentar aku akan pulih." sahut
Liu-sian "Liu-sian naik keranjang dan berusaha tidur, saat siang ia
bangun dan badannya terasa lebih nyaman, lalu ia pergi cuci
muka dan menjumpai ayahnya
"bagaimana keadaanmu sian-ji ?"
"aku sudah baikan ayah." sahut Liu-sian
"kalau begitu pergilah makan, kwee-gin sudah menyiapkan dari
tadi." Ujar ayahnya, lalu liu-sian pergi kedapur dan makan.
215 Dua hari kemudian mual perutnya terasa lagi, dan sejak itu liusian bahkan tidak mau makan, karena melihat nasi saja ia
sudah mual, liu-gan sangat cemas, dan ia pun memanggil tabib
untuk memeriksa putrinya "bagaimana keadaan putri saya kwaa-shinse ?"
"hehehe".dia tidak apa-apa liu-sicu, putrimu hanya hamil dan
tidak lama lagi kamu akan menimang cucu." perkataan tabib itu
membuat kepala liu-gan terkejut
"jangan terkejut hal yang dialami putrimu biasa bagi wanita
yang sedang ngidam, sudah aku pamit dulu dan resep ini untuk
membantu daya tahan tubuhnya " ujar kwaa-sinse.
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"bai..terimakasih kwaa-sinse." sahut Liu-gan, setelah kwaasinse pergi, liu-gan masuk kekamar putrinya, kwee-gin yang
melihat ayah liu-sian masuk, ia pun keluar
"sian-ji apa yang telah engkau lakukan nak !?"
"hiks..hiks..maafkan aku ayah, anakmu ini telah melakukan
dosa dan membuat malu keluarga uuu..uu"." sahut liu-sian
menangis sesugukan "siapakah ayah anak ini sian-ji ?" tanya liu-gan dengan hati
hancur mendengar suara tangis anaknya
"hiks..hiks"fei-koko ayah..ah"aku yang salah".aku yang
tidak bisa menahan diri, uuu..uuu..uuu..apa yang harus saya
lakukan uuu..uuu"uuu.."
"sudahlah sian-ji kamu jangan menagis lagi tidak baik untuk
kesehatanmu, ayah akan minta pada lu-taihap untuk mencari
bun-liong-taihap." "ja"jangan ayah, fei-koko tidak akan siap untuk ini."
"kenapa " apa maksudmu sian-ji ?" tanya liu-gan
"ayah"sekali lagi tolong aku dimaafkan, kejadian ini aku yang
bersalah, hanya karena rasa cinta aku lupa diri, sementara fei-
216 koko sangat tidak mengerti dengan peristiwa yang kami
lakukan." "walaupun demikian sian-ji, kenyataan ini harus diketahui oleh
bun-liong-taihap." "tidak ayah, aku tidak rela mengambil keuntungan diatas
keluguan fei-koko, biarlah aku tanggung semua ini, dan
sungguh aku telah menyakiti ayah, ayah"maafkanlah anakmu
yang lemah terhadap godaan ini, uu..uuu..uuuu?"
"hmh..baiklah sian-ji, tenangkanlah hatimu nak, ayah akan
selalu memafkanmu, dan dalam kepedihanmu itu, aku ayahmu
nak akan selalu menghibur dan membantumu."
"ayah"ayah"uuu..uuu?" jerit liu-sian bangkit dan memeluk
ayahnya, isaknya semakin pedih dan pilu, liu-gan juga
berlinang air mata memeluk putri semata wayangnya ini.
"sudahlah nak, ayah akan bicara pada khu-ciangkun, dan kita
akan mendengar apa keputusannya." ujar Liu-gan sambil
menghapus air matanya. "lauw-cianbu apakah ciangkun ada ?" tanya liu-gan pada staf
khu-ciangkun "ada liu-sicu, apakah sicu hendak bertemu ?"
"benar lauw-cianbu." sahut liu-gan
"baik kalau begitu, tunggu sebentar !" ujar lauw-ciancu lalu
masuk kedalam ruangan khu-ciangkun, kemudian ia keluar
"silahkan masuk liu-sicu !" ujar lauw-ciankun, liu-gan masuk dan
bertemu dengan khu-ciangkun
"ada apa liu-sicu ?" tanya khu-ciangkun ramah
"aku ingin menyampaikan sesuatu pada ciangkun."
"hal apakah itu liu-sicu, katakanlah !"
"hal ini tentang putri saya, dan maaf ciangkun, karena hal yang
217 membuat malu." "hmh".lanjutkan liu-sicu."
"begini ciankun, putri saya sedang hamil, sementara dia belum
punya suami, jadi saya minta maaf pada ciangkun telah
mencoreng nama baik "hohan-jianzhu" dan rasanya kami tidak
layak lagi disini." "tunggu dulu liu-sicu, langkah yang diambil liu-sicu terlalu jauh,
hohan-jianzhu sangat membutuhkan liu-sicu disini, memang
apa yang menimpa putrimu memalukan tapi imbasnya tidak
akan sebesar jika liu-sicu meninggalkan hohan-jianzhu, malu
bisa ditutupi tapi perjuangan ini harus tetap kita wujudkan,
benar masih banyak juru masak yang handal diluar sana liusicu, namun kepercayaan yang membedakan sicu dengan
mereka, mungkin dapat yang seperti sicu namun akan
memakan waktu yang lama, dan akan mempengaruhi
perkembangan hohan-jianzhu."
"jadi bagaimana baikya ciangkun ?"
"liu-sicu tidak perlu meninggalkan hohan-jianzhu, dan perkara
putri sicu, kita bisa maklumkan pada para taihap, bahwa
putrimu adalah janda yang ditinggal mati oleh suami, dan kalau
untuk para pelayan, tentunya liu-sicu dapat menjelaskannya
pada mereka." "baiklah kalau begitu ciangkun, terimakasih atas saran
pendapatnya, sekarang saya permisi dulu."
"baik liu-sicu, jagalah baik-baik kesehatan putrimu " sahut Khuciangkun, liu-gan kembali kekamar putrinya
"sian-ji kita akan tetap disini, begitu keputusan ciangkun, dan
keadannmu dapat dimaklumi oleh ciangkun."
"lalu bagaimana nanti tanggapan para penghuni disini ?"
"hal itu akan diatasi oleh ciangkun, dan diantara pelayan siapa
yang tahu bahwa kamu belum bersuami ?"
218 "lima pelayan wanita tahu saya belum punya suami, karena
kami satu kamar." "baiklah kalau begitu, saya akan bicara dengan mereka." ujar
lui-gan, lalu ia pun memanggil kwee-gin dan empat wanita
lainnya, lima pelayan wanita itu sangat memakluminya dan
bahkan ikut serta menghibur liu-sian selama masa hamilnya,
keadaanpun aman-aman saja sampai saat makan malam
bersama ji-sian. Hamil Liu-sian sudah tinggal menunggu hari, kwee-gin malam
itu menemaninya sementara yang lain melayani para pendekar
yang sedang makan malam, setelah selesai makan malam para
taihap kembali keruangan pertemuan, mereka berkelompok
asik mengobrol kesana kemari, terlebih kehadiran ji-sian
membuat semarak ruang pertemuan itu, mereka mengobrol
sampai larut malam. Di kamar pelayan wanita liu-sian mengerang kesakitan, kweegin dan empat pelayan yang sudah tidur langsung bangun,
kwee-gin segera menemui liu-gan, liu-gan langsung keluar dan
menemui dukun beranak tiga blok dari hohan-jianzhu, dengan
langkah buru-buru ling-pekbo memasuki kamar, dan
mentyiapkan persalinan, liu-sian dengan keringat dingin yang
membanjir berusaha mengeluarkan bayinya, mukanya
menunjukkan rasa sakit yang sangat pada peristiwa yang
mengharukan itu, bayi liu-sian lahir saat dinihari
"oaaa"oaaa"..oaaaa"." suara tangis bayi laki-laki demikian
nyaring melengking menyambut pagi yang dingin, lam-sian dan
pak-sian terkejut dan bangun
"ada bayi lahir lam-sian !" seru pak-sian
"hehehe..hehehe" kita tengok yah ." sahut lam-sian, lalu
219 keduanya menuju ruang makan, dan melihat liu-gan sedang
duduk diluar "sicu"apa cucumu yang lahir ?" tanya pak-sian
"benar pak-sian-cianpwe." Sahut liu-gan tersenyum melihat dua
datuk ini menyambanginya "hahaha"hahaha" kionghi..kionghi.. sicu."
"terimakasih jiwi-cianpwe, maaf telah mengganggu tidur jiwicianpwe."
"hahaha..hahaha" suara tangis itu tidak akan pernah
mengganggu, mendengarnya saja laksana tipuan serunai dari
surga, membangkitkan rasa hidup sekaligus pesan yang
menghangatkan kalbu" sahut pak-sian
"hehehe..hehe benar pak-sian, eh sicu, bisakah kita tengok
cucumu kedalam ?" "oh..tentu jiwi-cianpwe, sebentar aku lihat dulu kedalam." sahut
liu-gan senang dan gembira
"apakah kami boleh masuk ling-pekbo ?" tanya Liu-gan
"sudah liu-sicu, silhkanlah masuk !" sahut lin-pekbo, lalu tiga
lelaki itu masuk, lima pelayan wanita senyam-senyum melihat
dua kakek itu demikian senangnya untuk melihat bayi itu
"heheh..hehehe nak siapa namamu ?" tanya lam-sian
"liu-sian kakek." Jawab liu-sian
"hehehe..sian-ji anakmu tampan dan mungil boleh saya
gendong ?" "hihi..hi" boleh kakek," sahut liu-sian
"liu-sian"ji-cianpwe ini adalah lam-sian dan pak-sian." sela liugan pada putrinya
"ohh..maafkan aku jiwi-cianpwe." ujar Liu-sian
"hehehe"tidak ada yang perlu dimaafkan
"aku lagi lam-sian"jangan kamu saja." sela pak-sian
220 "nih..hati-hati.. tulang keroposmu menyakiti bayi mungil ini."
sahut lam-sian menyerahkan bayi liu-sian pada pada pak-sian,
sambil haha..hihi.. pak-sian menggendong bayi itu
"liu-sicu siapakah nama cucumu ini ?" tanya pak-sian sambil
menciumi bayi itu, liu-gan tidak menduga akan pertanyaan itu,
sehingga dia terdiam "namanya fei-lun cianpwe." sahut liu-sian
"hahaha..haha" fei-lun"nama yang bagus." sahut pak-sian
"aku lagi lah pak-sian." sela lam-sian, pak-sian kembali
menyerahkan fei-lun pada lam-sian
"eh..dia she apa sian-ji ?" tanya lam-sian
"fei-lun she-han cianpwe."
"hahaha..hahaha gagah betul han-fei-lun, luar biasa, eh nama
bun-liong-taihap siapa lam-sian ?" ujar pak-sian, liu-gan dan liusian terkejut dan ayah anak itu saling pandang
"ooh..namanya han-hung-fei." Jawab lam-sian
"pak-sian setelah kamu ingatkan aku tentang han-hung-fei ad
aide dalam pikiranku."
"apa idemu itu lam-sian, pikiranmu jangan macam-macam yah."
sahut pak-sian "jika anak ini besar nanti aku ingin ia mewarisi ilmu-ilmu ku."
"pikiran bagus lam-sian namun apakah kamu akan hidup
beberapa tahun lagi ?"
"hmh"mungkin aku tidak akan sempat mengajarinya namun
aku akan tinggalkan kitabku padanya."
"hahahaa..hahaha"demikian juga bagus lam-sian, aku juga
tidak mau ketinggalan, han-fei-lun adalah murid kita berdua."
"terimakasih jiwi-cianpwe aku mewakili cucuku memberi hormat
pada jiwi-cianpwe." sela liu-gan sambil berlutut.
221 "hahaha..hahaha..bangkitlah liu-sicu, jangan sungkan begitu."
sahut pak-sian "eh lam-sian mana kitabmu !?" tanya pak-sian, lam-sian
mengeluarkan dua buah kitab dan menyerahkan pada pak-sian,
lalu pak-sian mengelurkan dua buah kitabnya dari dalam
bajunya, dan membungkus empat kitab itu dengan kain
"hehehe..hehehe" letakkanlah han-fei-lun lam-sian dekat
ibunya." ujar pak-sian, lam-sian meletakkan han-fei-lun dekat
liu-sian "Han-fei-lun kami dua suhumu senang menyambut
kelahiranmu, kami hanya dapat memberikan empat buah kitab
ini padamu, jadilah anak yang baik berbakti pada ibumu dan
bermamfaatlah kamu bagi orang lain." ujar pak-sian sambil
meletakkan bungkusan itu dekat kepala han-fei-lun, liu-sian
terisak melihat kelakuan dua kakek itu pada anaknya.
"hehehe..hehehe..kenapa kamu menangis sian-ji,
"jiwi-cianpwe demikian besar perhatian pada anakku sehingga
aku menjadi haru." "hahaaha..hahahaa" tugasmu masih banyak sian-ji, kami titip
murid kami ini, ajari ia dengan baik, susila dan norma kamu
tanamkan, siapkan ia untuk mampu menjalani pernak-pernik
kehidupan, tuntun ia untuk meraih hakikat kemanusiaan." ujar
pak-sian "pesan cianpwe akan aku ingat dan kujunjung
tinggi"uuu..uuu?" sahut liu-sian dan tangisnya pun pecah.
"sudah jangan menangis lagi, matahari sudah terbit, kami
keluar dulu, ayok lam-sian." ujar pak-sian, lalu kedua datuk itu
keluar bersama liu-gan, setelah melepas kedua datuk, liu-gan
langsung kedapur untuk mempersiapkan makan pagi, dan
beberapa pelayan juga sudah sibuk didapur, dengan cekatan
liu-gan mengatur anak buahnya untuk mempersiapkan
222 masakan, hari itu liu-gan sangat gembira dengan kelahiran
cucunya yang demikian antusias disambut oleh dua cianpwe
dunia persilatan, terbetik kebanggan betapa cucunya itu akan
mewarisi ilmu-ilmu dua datuk kosen itu.
Rumah di bagian timur kota Huangsan begitu kelihatan
mencolok dibandingkan dengan rumah-rumah lain
disampingnya, karena rumah itu besar dan megah sekali,
rumah itu dihuni oleh seorang datuk ternama dan juga keras,
sehingga para penduduk sangat takut padanya, datuk itu
adalah pek-mou-hek-kwi, hari itu sedang menerima dua orang
tamu, keduanya adalah utusan dari pak-koai-lo yakni "engkiam" dan "pak-hong-kwi"
"hal apa yang hendak kalian sampaikan pak-koai-lo ?"
"cianpwe pak-koai-lo mengundang enam datuk untuk bertemu
di lanzhou pada hari dua puluh bulan kelima
"hmh..kalau begitu sampaikan pada pak-koai-lo, aku akan
datang." "baiklah cianpwe sekerang kami permisi, karena kami
ditugaskan juga untuk menemui cianpwe liang-lo-mo diteluk
mata ikan." "baiklah, silahkan dan selamat jalan." sahut pek-mou-hek-kwi,
kedua utusan itupun pergi.
Sementara dikamar bagian belakang Yan-hui sedang baring
bermalas-malasan, dan Yan-hui ternyata sedang hamil delapan
bulan, apa yang dilakukannya dengan Han-hung-fei telah
membuat gadis jelita itu hamil, sebagaimana kita ketahui bahwa
Yan-hui terpaksa melarikan diri karena tidak dapat membunuh
bun-liong-taihap yang kosen walaupun ia sudah dibantu tiga
pangcu dari kaipang. 223 Dengan dada sesak ia berjalan gontai menelusuri lembah
sebelah utara kota hopei, karena merasa tempat itu aman,
maka yan-hui duduk bersila untuk memulai pengeobatan
lukanya dengan mengerahkan sin-kang, dia hanya berhenti
ketika merasa lapar dan haus, dua minggu kemudian Yan-hui
berhasil memulihkan diri "sialan si hung-fei bodoh, tidak disangka ia sehebat itu."
gerutunya dalam hati, kemudian saat matahari terbit yan-hui
melanjutkan perjalanan, ia berniat hendak kembali ke
huangsan, ia harus melapor pada suhunya.
Seminggu kemudian Yan-hui memasuki kota hopei, selama dua
hari ia menginap dikota itu, dan saat ia keluar dari likoan,
seorang wanita cantik memasuki likoan, gadis itu adalah Yanglian
"eh lao-ngo kamu darimana ?" sapa yan-hui
"hi"hi" kamu lao-liok, aku dari teluk mata ikan, eh apakah
kamu hendak meninggalkan kota atau hendak jalan-jalan."
sahut Yang-lian "aku hendak meninggalkan kota, aku sudah dua hari disini."
"sebaiknya kamu pergi setelah kita mengobrol, aku hanya
makan saja, dan setelah itu akan melanjutkan perjalanan."
"kamu mau kemana lao-ngo ?"
"aku hendak ke kota taiyuan menemui "saicu-bin-kui, marilah
kita masuk dan kamu temani aku makan sambil ngobrol"
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"baiklah kalau begitu." sahut Yan-hui dan kembali masuk ke
likoan, Yang-hui memesan makanan dan seguci arak
"kamu darimana lao-liok ?" tanya yang-lian sambil menyuap
makanannya "aku bosan dirumah karena suheng sedang melaksanakan
tugasnya, jadi aku meninggalkan huangsan."
224 "apa kamu mendengar tentang pendekar muda yang baru
muncul di dunia persilatan ?"
"maksudmu bun-liong-taihap ?"
"benar, apa kamu pernah bertemu dengan pendekar itu ?"
tanya yang-lian, Yan-hui terdiam sejenak karena
membayangkan pertemuannya yang luar biasa dengan Hanhung-fei
"hmh".kenapa kamu tanyakan tentang pendekar itu ?"
"aku ingin meringkusnya karena telah membunuh "hai-kwikiam" dan anak buahnya."
"jadi benar rupanya cerita itu." sela yan-hui
"benar, karena anak buahnya yang selamat telah
melaporkannya pada suhu."
"hal itu saya dengar dari tiga pangcu kaipang."
"lalu apakah kamu pernah bertemu dengannya ?"
"pernah dan dia memang sakti luar biasa lao-ngo."
"apa kamu bertempur dengannya ?"
"ya, bahkan aku dibantu oleh tiga pancu kaipang untuk
membunuhnya." "lalu bagaimana " apa yang terjadi ?"
"kami tidak mampu mengalahkannya, bahkan tiga pangcu
tewas ditangannya sementara aku terluka dalam."
"hah"kapan hal itu terjadi ?"
"sekitar tiga minggu yang lalu, saat itu ia mau ke lokyang."
jawan Yan-hui "kalau begitu saya harus bergerak cepat, mungkin aku masih
dapat menyusulnya." "kamu harus hati-hati lao-ngo, dia itu bukan lawan yang
mudah." ujar yan-hui
"orangnya bagaimana lao-liok ?"
"orangnya masih muda dan tampan, tapi sedikit bodoh."
225 "eh..apa maksudnya dengan bodoh ?"
"sebenarnya bukan bodoh tapi lugu dan polos."
"bagaimana kamu bisa tahu ?"
"hi..hi". karena aku bahkan membodoh-bodohinya."
"bagaimana kamu bisa membodoh-bodohinya ?"
"ah..itu rahasiaku lao-ngo, hi"hi?"
"eh".kok rahasia, ceritakan dong, mungkin aku akan dapat
memperdayanya kalau tahu kelemahannya."
"hi..hi"dia itu pemuja cinta sejati, dan lucunya ia tidak tahu
bahwa ia telah melakukan hubungan badan."
"maksudmu kamu telah malakukan hubungan badan
dengannya ?" "hi..hi..benar tapi dia tidak mau kuajak menikah, karena katanya
dia tidak mencintaiku."
"lalu apa yang kamu lakukan ?"
"aku bujuk dia supaya dia mau karena telah berhubungan
badan dengan aku, dank arena polosnya dia terpaksa mau."
"terpaksa mau, bagaimana maksudnya ?"
"yah"aku minta dia harus bettanggung jawab, jadi karena itu
dia mau walaupun ia tidak mencintaiku."
"oo, begitu, lalu bagaimana selanjutnya ?"
"aku bawa dia ke kaifeng, dan ditengah jalan kami bertemu
dengan tiga pangcu kaipang yang sedang memburunya untuk
membalaskan kematian tok-gan-kai, lalu terjadilah pertempuran
antara mereka, dan aku sebagai lao-liok harus memihak ketiga
rekan kita, tapi yah itu tadi kami kalah." sahut Yan-hui
"hmh".kalau begitu benar katamu harus dengan taktik dan
perhitungan yang matang jika berhadapan dengannya." ujar
Yang-lian samnbil minum araknya dan menyelesaikan
makannya. 226 "benar, sebab kalau tidak bisa-bisa kita tewas ditangannya."
sahut yan-hui "baiklah lao-liok, aku akan melanjutkan perjalanan dan kamu
hendak pulang ke huangsan, jadi kita berpisah disini." ujar
Yang-lian, dan keduanya keluar likoan, lalu merekapun
berpisah. Yan-hui dalam perjalanan pulangnya tidak terburu-buru, bahkan
sering singgah di tempat-tempat yang indah, dan pada suatu
hari yan-hui sedang menuruni sebuah bukit setelah semalaman
ia berada dipuncak, tiba-tiba ia merasa mual dan muntah, Yanhui terpaksa duduk untuk menenangkan diri, namun kepalanya
teras pening, dan perutnya mual lagi sehingga ia muntahmuntah lagi, wajah Yan-hui pucat dan cemas, lalu ia bangkit
dan berlari cepat, dan setelah keluar dari hutan ia merasa
nyaman dan rasa pusingnya hilang, tanpa berpikir apa-apa yanhui menancap gas larinya,
Dua minggu kemudian ia sampai ke rumah dimana suhunya
sedang berlatih silat pagi hari itu, wajah yan-hui sangat pucat,
karena dua hari yang lalu ia kembali merasa mual dan pusing,
bahkan ia tidak selera untuk makan.
"hahaha..hahah"hui-ji kamu baru datang, eh kamu kenapa "
mukamu pucat hui-ji ?" ujar suhunya
"aku tidak tahu suhu, saya mengalami hal seperti ini dua
minggu yang lalu." jawab Yan-hui, suhunya memegang
pergelangan tangan dan meraba keningnya
"kamu istirahatlah biar suhu suruh si A-gui untuk memanggil
tabib." Ujar pek-mou-hek-kwi, Yan-hui segera masuk kamarnya
dan baring, dua orang pelayan menyambutnya dan
menghidangkan makanan, namun melihat makanan itu ia
kembali mual 227 "hoak".cepat pergi..bawa makanan itu dari sini !" teriak Yanhui sambil membaringkan badannya.
Beberapa saat kemudian seorang tabib pun datang untuk
memeriksanya didampingi oleh suhunya, setelah diperiksa tabib
berkerinyit "ada apa dengan aku sinse ?" tanya Yan-hui, si tabib menoleh
pada pek-mou-hek-kwi "ya ada apa dengan muridku sinse ?" tanya pek-mou-hek-kwi
heran melihat sinar mata si tabib
"siocia sedang hamil loya." sahutl sitabib
"apa"!" hamil !?" teriak pek-mou-hek-kwi terkejut, sitabib
tersentak karena teriakan pek-mou-hek-kwi
"be..benar loya ." jawab sitabib gagap.
"hmh"sudah kalau begitu, antar tabib keluar !" perintahnya
pada dua pelayan. "bagaimana bisa kamu hamil yan-hui !" dengan siapa kamu
berhubungan ?" "aku tidak menduga kalau akan hamil suhu." sahut Yan-hui
"iya..tapi sekarang kamu sudah hamil, siapa yang
menghamilimu ?" "si hung-fei sialan itu suhu,"
"hung-fei " siapa hung-fei itu ?"
"pendekar muda yang baru muncul itu suhu."
"maksudmu bun-liong-taihap ?" ujar Pek-mou-hek-kwi, Yan-hui
mengangguk "eh"apa kamu diperkosanya ?"
"tidak suhu, hanya kami sama-sama suka melakukannya."
"hahaha..hahaha" ternyata bangor juga pemuda itu." sahut
Pek-mou-hek-kwi "apa kalian bersahabat hui-ji ?"
228 "ide untuk menarik dia jadi sahabat tidak jadi suhu."
"kenapa bisa tidak jadi ?"
"saya sudah dapat menaklukkannya dengan menuntut
pertanggung jawaban, dan dia sudah mau, tapi ketika kami
bertemu dengan tiga pangcu kaipang, akhirnya ide itu gagal
karena kami harus membunuhnya."
"lalu bagaimana selanjutnya ?"
"kami kalah suhu, saya terluka dalam dan tiga pangcu kaipang
tewas ditangannya." "wah".kalau begitu dia luar biasa saktinya."
"benar suhu, lalu bagaimana dengan keadaanku suhu, apa
yang harus aku lakukan ?"
"eh..memangnya kamu mau melakukan apa ?"
"tidak tahu suhu maka tecu tanya pada suhu."
:"ah..kamu ini, kalau sudah hamil yah jalani saja hingga kamu
melahirkan anak itu." sahut suhunya sambil meninggalkan Yanhui.
Sejak perutnya mulai membesar Yan-hui jarang keluar rumah,
ia lebih nyaman mengurung diri dikamarnya, bulan berganti
bulan akhirnya saat kelahiran anaknyapun tiba, seorang dukun
beranakpun sudah sibuk menyiapkan persalinan, demikian juga
dua orang pelayan Yan-hui, Yan-hui menjerit menahan sakit
tiada tara, keringat dinginnya bercucuran, dan akhirnya
ditengah kelengangan malam anaknyapun lahir, lengking suara
tangisnyapun memecahkan kesunyian malam, suara tangis
bayi bergema digedung kediaman pek-mou-hek-kwi, dukun
beranak dengan cekatan membersihkan bayi laki-laki yang
sehat dan mungil. Dukun beranak meletakkan bayi itu disamping Yan-hui, hati
Yan-hui demikian gembira melihat wajah anaknya, dan kontan
229 ia membayangkan wajah bun-liong-taihap, bibirnya tersenyum,
dia tidak mengerti kenapa ia merasa bahagia, saat ia
memperhatikan darah dagingnya tersebut perasaan matang
seorang ibu sangat kuat menyergap jiwanya, lalu dengan halus
ia menciumi anaknya, namun saat matahari terbit kembali ia
sadar bahwa anak ini adalah anak musuh mereka, Yan-hui
lama merenung. Saat matahari terbit Pek-mou-hek-kwi bangun, setelah mandi
dan berganti baju ia duduk diruang tengah sambil minum arak
yang sudah disediakan, dia tidak mau disibukkan oelh kelahiran
bayi muridnya, dan sampai matahari naik agak tinggi ia belum
pernah melihat keadaan muridnya, tiba-tiba Tan-hang muncul
dan berlutut didepannya "hehehe..hehehe bagus hang-ji kamu sudah datang,
bagaimana dengan tugasmu ?"
"tugas telah tecu laksanakan dengan baik, dan tecu dapat
memberi hajaran pada ciangbujin butong-pai."
"hahaha..hahaha"Lu-peng-jin kalah atau tewas ?"
"tidak tewas suhu tapi kakinya buntung saya tebas."
"hahaha".hohoho".bagus hang-ji, dengan demikian bu-tongpai akan merasakan tamparan keras."
"dimanakah hui-sumoi suhu ?"
"ah"sumoimu itu memang goblok, main-main tapi terbakar
sendiri." "eh..apa maksudnya suhu ?" tanya Tan-hang heran
"dia bosan dirumah lalu pergi beberapa bulan, dan tiba pulang
kesini eehh"dia hamil." sahut suhunya
"hamil".teledor betul anak itu." sela tan-hang sedikit jengkel
dan kecewa "benar anak itu memang teledor dan yang anehnya ayah anak
230 ini bakal musuh kita semua."
"siapakah ayah anak itu suhu ?"
"ayah anak itu bun-liong-taihap."
"ah"namanya sangat santer saya dengar sepanjang
perjalanan pulang suhu."
"ya dan dia terkenal karena telah membunuhi rekan-rekan kita,
seperti hai-kwi-kiam, dan empat tetua kaipang."
"sumoi bagaimana sih sehingga terlanjur begitu ?" ujar Yanhang makin kecewa
"mulanya sumoimu dapat mememfaatkan keadaan itu untuk
mengambil keuntungan dipihak kita, namun saat bertemu
dengan tiga pangcu kaipang yang hendak membalas, akhirnya
ide itu mentah." "mentah kenapa suhu ?"
"mentah, karena bun-liong-kiam sangat sakti, sehingga
sumoimu buka kartu untuk membantu tiga pangcu kaipang."
"lalu sekarang sumoi dimana suhu ?"
"dikamarnya, dan semalam ia baru melahirkan." sahut suhunya
"baik aku akan melihat keadaannya." ujar Tan-hang lalu bangkit
dan meninggalkan suhunya.
Tan-hang masuk kekamar Yan-hui
"suheng kamu sudah pulang ?"
"sudah, tapi sungguh kamu mengecewakan sekali sumoi,
melahirkan anak musuh." sahut Tan-hang dengan nada
kecewa. "hi..hi" sudahlah kamu jangan kecewa begitu, anak ini nanti
akan berguna untuk menyengsarakan atau bahkan membunuh
ayahnya sendiri." sahut Yan-hui, Tan-hang terdiam, rencana
panjang itu merupakan hal yang luar biasa
"siapa nama anakmu ini hui-moi ?"
231 "saya akan menamainya Han-kwi-ong."
"dia she-han ?" sela Tan-hang
"benar karena ayahnya Han-hung-fei." sahut Yan-hui
"lain kali kalau pingin beranak, anakku saja kamu lahirkan
sumoi." ujar Tan-hang
"itu mudah diatur suheng, datang saja kesini kalau kamu
kepengen, hi..hi?" "hahaha..hahaha"kamu memang menggemaskan, tapi sayang
aku keduluan musuh." sahut Tan-hang sambil mencolek paha
yan-hui. Yan-hui menjerit nakal sambil meringis dengan
menejebik bibirnya kearah tan-hang.
Tan-hang meninggalkan Yan-hui kembali kepada gurunya
"apa kamu sudah menegok sumoimu " bagaimana keadaannya
?" tanya suhunya "apa suhu belum menengok sumoi ?"
"belum, aku malas melihatnya, karena ia bukan anakmu."
"memang disayangkan sekali, tapi saya dengar rencana sumoi
sangat luar biasa, suhu."
"hmh"sumoimu punya rencana apa ?"
"sumoi berencana bahwa satu saat anaknya akan menjadi
malapetaka bahi bun-liong-taihap."
"hehehe..hehehe" pikiran jitu dan rencana yang bagus, ayah
dan anak akan bertarung dan salah satunya akan tewas, ketiak
sudah terlanjur maka rahasia akan diungkap,
hehehe"hehehe". akhir yang amat menyengsarakan jika
bun-liong-taihap hidup dan mati dalam keadaan tidak tenang
jika bun-liong-taihap yang tewas."
"sudah kamu istirahatlah, karena tiga hari lagi kita akan
berangkat ke lanzhou untuk bertemu dengan Pak-koai-lo." ujar
pek-mou-hek-kwi, tan-hang mengangguk dan meninggalkan
suhunya. 232 "hong-kok" (lembah angin) sebelah timur Kota Taiyuan, hongkok dihuni oleh bajingan dan rampok "pak-tai-hong" malam itu
mereka sedang mengadakan pesta meriah untuk menyambut
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang-lian atau lao-ngo, Yang-lian setelah bertemu dengan Yanhui, segera berangkat menuju lokyang, namun sesampai
dilokyang ia tidak mendengar keberadaan bun-liong-taihap,
setelah tiga hari di Lokyang, Yang-lian akhirnya melanjutkan
perjalanannya kekota Taiyuan, selama perjalanan dimana desa
dan kota ia singgah cerita bun-liong-taihap menjadi buah bibir.
Dua bulan kemudian ia sampai kekota Taiyuan, dia langsung
menuju gerbang timur dan memasuki hong-kok, sepuluh orang
rampok memergokinya, namun untungnya yang memimpin
mereka kenal pada Yang-lian
"hehehe"dikirain mangsa ternyata lao-ngo yang datang
berkunjung." ujar laki-laaki kurus bermata juling
"baguslah kalau kalian kenal denganku."
"kunjungan lao-ngo ketempat kami sebuah kehormatan, marilah
kita kemarkas lao-ngo." sahut si mata juling
"baik, "sai-cu-bin-kui" tidak sedang keluar bukan ?"
"pang-ong ada ditempat lao-ngo." Jawab simata juling, lalu
Yang-lian pun dibawa kemarkas
Kedatangan Yang-lian disambut hangat oleh para perampok
yang berjumlah ratusan, dan malam itu pesta babi panggang
pun digelar arak terbaik dikeluarkan
"bagaimana keadaan liang-lo-mo-cianpwe lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"suhu baik dan sehat saicu-bin-kui." jawab Yang-lian
"apa yang bisa kami bantu lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"kedatangan saya atas perintah suhu untuk mengajakmu
mencari bun-liong-taihap yang telah membunuh hai-kwi-kiam,
233 terlebih setelah saya mendengar empat pangcu kaipang telah
tewas ditangannya." "hal itu kami dengar juga lao-ngo, lalu bagaimana rencananya
lao-ngo ?" "saya akan berada disini selama tiga bulan, sementara kamu
kerahkan anak buah untuk mencari keberadaannya diwilayah
utara ini." "baiklah kalau begitu lao-ngo, seluruh anggota akan disebar
untuk mencari informasi tentang keberadaannya." sahut saicubin-kui, lalu pesta pun dilanjutkan hingga menjelang pagi.
Yang-lian selama tinggal di markas "pak-tai-hong" dilayani dan
dihormati, ia laksana ratu hutan ditengah-tengah gerombolan
perampok, dan tiga bulan sudah berlalu, dua kelompok yang
ditugaskan mencari datang melapor
"bagaimana hasil penyelidikan kalian ?" tanya saicu-bin-kui
"kami telah mengetahu keberadaannya pak-ong." jawab anak
buahnya "katakan dimana ia sekarang berada ?" sela Yang-lian
"bun-liong tidak memasuki wilayah utara, dan ketika kami ke
chang-an, kami dapat informasi bahwa pendekar itu mengambil
jalan pintas ke chengdu wilayah barat."
"hmh..kalau begitu saicu-bin-kui, kita berdua harus kewilayah
barat, dan hal ini bagus karena kita akan semakin kuat dengan
adanya kui-san-ok disana."
"benar lao-ngo, lalu kapan kita akan berangkat ?"
"kita berangkat besok, kita hanya disertai dua pembantu
utama." "baiklah kalau begitu lao-ngo, malam ini semua bekal akan
dikemas." sahut saicu-bin-kui.
234 Keesokan harinya Yang-lian dan tiga rekannya meninggalkan
markas, mereka melakukan perjalanan cepat, dan tiga bulan
kemudian mereka sampai kekota chengdu, dua hari mereka
mencari keberadaan bun-liong-taihap dikota itu namun tidak
ada "kita sebaiknya melanjutkan kekota chongqing, dan kalian
berdua coa-kang dan bu-kwi ambil jalan pintas ke kota
yinchang dan katakana lao-ngo berada dichongqing untuk
meringkus bun-liong-taihap."
"baik pak-ong." sahut keduanya, kemudian mereka berpisah.
Bun-liong-taihap memang sedang berada di kota chongqing,
kota ini merupakan kota kenagan baginya setelah desa Gui,
setelah Yan-hui melarikan diri dari pertarungan, Han-hung-fei
menuju kota lokyang, hatinya semakin perih dan bingung
memutusak tindakan yang akan dilakukannya, dua gadis telah
bersanggama dengannya, yang sekarang ia tahu bahwa efek
dari perbuatan itu akan menyengsarakan dua wanita itu, Yanhui seorang yang jahat dan palsu, mengenang yan-hui hatinya
jadi hambar tapi ketika mengenang Liu-sian, hatinya perih, lalu
bingung kenapa ia tidak mencintai liu-sian, siapakah yang ia
cintai " apakah orangnya sudah ada atau memang belum
berjumpa dengannya ?" pertanyaan itu mengisi ruang kalbunya,
dan pertanyaan itu berulang-ulang mendera banaknya ia
teringat kota chongqing, wajah paman wan-keng dan istrinya,
lalu gadis kecil temannya bermain masa kanak-kanak, wan-lin,
dimanakah wan-lin " apakah ia masih hidup " pikirnya haru dan
bahkan timbul kerinduan pada gadis kecil yang entah
bagaimana bentuknya setelah besar.
Karena kerinduan pada wan-lin kecil dan harapan akan
bertemu dengannya di kota chongqing, maka dari lokyang ia
235 tidak jadi menelusuri jalan utama menuju taiyuan, tapi ia
menyimpang menuju chang-an dan dari chang-an ia melintas
ke chengdu, dan Han-hung-fei yang sudah berumur hampir dua
puluh tiga tahun itu sampai dikota chongqing dengan tubuh
yang kurus dimakan kerinduan pada gadis masa kecilnya, kota
itu sudah banyak berubah, karena peperangan mulai pecah
antara pasukan liu-xuan dengan rezim yang berkuasa, kota itu
sepi dan banyak terdapat reruntuhan.
Kota chongqing tidak nyaris di tinggalkan penduduk, karena
masih ada penduduk yang berdiam di sebelah timur dan utara
kota, Han-hung-fei mencari tempat untuk menginap, untungnya
sebuah penginapan kecil masih menerima tamu, han-hung-fei
setiap hari keluar untuk menelusuri seluruh bagian kota, mana
tahu ia dapat berjumpa atau mendapat informasi tentang wanlin, dia banyak bertanya pada penduduk sekitar rumah mereka
dulu dan sekitar rumah gao-hujin, namun hampir tiga minggu,
informasi tentang keluarga wan-keng tidak diperolehnya.
Han-hung-fei sore itu kembali lagi kepenginapan, dan beberapa
tamu yang sedang makan tidak ia perhatikan, han-hung-fei
langsung menaiki tangga untuk istirahat dikamarnya, sementara
itu dua orang tamu memperhatikannya saat menaiki tangga,
keduanya adalah Yang-lian dan saicu-bin-kui yang baru
beberapa saat yang lalu memasuki penginapan
"lao-si perhatikanlah pemuda yang sedang menaiki tangga itu."
ujar saicu-bin-kui, Yang-liang menoleh kearah tangga, dan
hatinya terkesima sesaat melihat pemuda tampan dan gagah
yang menaiki tangga, tapi badanya kelihatan kurus.
"apakah menurutmu, itu orang yang kita cari saicu-bin-kui ?"
"kalau melihat dari ciri-cirinya tidak salah lagi lao-ngo, coba
236 tengok gagang pedang dipunggungnya." ujar saicu-bin-kui,
sekali lagi yang-lian memperhatikan Han-hung-fei, luar biasa
tampan pendekar ini, pantas kalau lao-liok menjeratnya dalam
birahi, piker Yang-liang "kenapa lao-ngo diam ?" tanya saicu-bin-kui
"tidak apa-apa sambil kembali menoleh punggung han-hung-fei
yang menghilang dibalik ruangan atas
"apa selanjutnya yang akan kita lakukan lao-ngo ?"
"sepertinya dia menginap disini, dan sambil menunggu kui-sanok, kita akan terus mengintai dan memperhatikannya, jika
saatnya tiba kita akan meringkusnya."
"kenapa demikian lao-ngo, apakah kita tidak mampu sekarang
meringkusnya ?" tanya saicu-bin-kui penasaran
"saicu-bin-kui bun-liong-taihap memeliki kesaktian yang hebat,
kita harus memiliki rencana yang matang untuk meringkusnya."
"apa lao-ngo pernah berhadapan denga bun-liong-taihap ?"
"aku belum pernah berhadapan dengannya tapi lao-liok sudah
pernah berhadapan dengannya bahkan mengeroyoknya
bersama tiga pancu kaipang, dan hasilnya lao-lio terluka dan
tiga pangcu kaipang tewas."
"ohh"kalau begitu benar jika kita harus merencanakannya
dengan matang." ujar saicu-bin-kui manggung-manggu
mengerti. "sudah, pergilah tanyakan pada pemilik penginapan ini dan
sewa dua kamar untuk kita." perintah Yang-liang, saicu-bin-kui
bangkit dari duduknya dan menuju kasir dimana pemilik likoan
itu duduk dengan kesibukannya sendiri, setelah memesan
kamar, lalu keduanya dibawa seorang pelayan untuk memasuki
kamar masing-masing, dan berketepatan kamar Yang-lian
237 bersebelahan dengan kamar han-hung-fei sementara kamar
saicu-bin-kui berada didepan kamar Yang-lian.
Yang-lian berbaring sambil mengerahkan pendengarannya
akan gerakan yang berada disebelah kamarnya, namun
keheningan yang ia dapatkan, karena tidak mendapatkan apaapa Yang-lian tertidur dengan pulas, saat ia bangun hari sudah
malam, segera ia mencuci muka dan keluar kamar lalu
mengetuk kamar saicu-bin-kui
"ada apa lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"aku ketiduran, bagaimana dengan bun-liong-taihap ?"
"dia sedang berada dibawah sedang makan."
"ooh begitu, kamu sudah makan ?" tanya Lao-ngo
"sudah, tapi kalau lao-ngo mau ditemani, saya akan temani."
"tidak usah, saya akan kebawah untuk makan."
"oh-ya lao-ngo saya ada ide yang mungkin lao-ngo setujui."
"apa idemu itu saicu-bin-kui ?"
"untuk menundukkan pendekar itu kita gunakan saja racun, dan
saya memiliki racun ganas." ujar saicu-bin-kui, sesaat Yang-lian
berpikir "ide itu sangat baik, lalu bagaimana cara memasukkan racun itu
padanya ?" "lao-ngo harus mendekatinya sebagai teman, setelah dia
percaya saat itu masukkanlah racun pada makanannya."
"hmh".kalau begitu pantas kita coba, baiklah saya akan
kebawah untuk makan." sahut Yang-lian.
Yang-lian menuruni tangga, dan matanya menatap Han-hungfei sedang duduk disudut ruangan, dan sebuah meja kosong
ada disampingnya, ini kesempatan untuk menjalankan rencana,
pikirnya, Yang-lian melangkah kesudut ruangan, Han-hung-fei
menoleh kepadanya 238 "maaf taihap apakah meja ini kosong ?" tanya Yang-lian
dengan senyum manis dan ramah
"sepertinya kosong lihap, lihap duduk saja." sahut Han-hung-fei
dengan ramah "terimakasih taihap, sungguh aku lelah sekali sehingga
ketiduran dan baru bangun, sekarang laparnya minta ampun."
ujar Yang-lian dengan nada akrab
"hehehe"apakah lihap telah memesan makanan ?"
"hi..hi"belum, pelayaan..!" sahut Yang-lian sambil memanggil
pelayan, pelayan segera mendekati meja Yang-lian
"siocia mau pesan apa ?"
"saya pesan nasi dengan lauk ikan goreng dan sayur capcai,
dan sepoci tee hangat."
"baik siocia dan segera akan saya siapkan." sahut pelayan
sambil membalik badan "tunggu dulu paman ! ada satu lagi seguci arak untuk taihap."
"eh"aku sudah makan dan minum lihap." sela Han-hung-fei
mencoba mencegah Yang-lian
"tidak mengapa taihap, hanya untuk tanda perkenalan, jadi
harap taihap terima." sahut Yang-lian, Han-hung-fei tidak bisa
menolak saat mata Yang-hui yang bulat bening penuh sinar
permohonan padanya. Yang-lian menyuap makanannya dengan tenang, dia
merasakan betapa kakunya pendekar ini, hampir habis
makanannya Han-hung-fei hanya diam sambil meminum arak
yang dipesannya "taihap"! aku Yang-lian dan siapakah nama taihap ?"
"eh..namaku Han-hung-fei lihap
"hi..hi..hi" namaku Yang-lian Han-koko, bolehkan aku
memanggil koko, karena nampaknya kamu lebih tua dari saya."
239 "boleh..boleh saja Lian-moi." sahut Han-hung-fei sambil senyum
"Han-ko apakah kamu sedang sakit ?"
"eh"kenapa kamu mengira aku sakit lian-moi ?"
"wajah han-ko kelihatan pucat dan nampak kurus."
"a..aku tidak sakit lian-moi, aku baik-baik saja."
"kalau tidak sakit mungkin kurang tidur atau tidak selera
makan." "hehehe"termyata lian-moi sangat jeli melihat keadaan orang,
dan duganmu lian-moi benar bahwa sudah tiga bulan saya
tidak selera makan, dan juga susah tidur."
"hi..hi"hi" kebetulan saja tepat han-ko, tentu sangat banyak
yang han-ko pikirkan bukan ?"
"hmh..tidak juga lian-moi, tapi cukup menyita hampir seluruh
pikiran." "hi"hi" tentu masalahnya amat luar bias kalau begitu, tapi
menurut saya, kalau Han-ko terus larut akan mempengaruhi
semangat hidup, oh-ya saya baru tadi siang sampai han-ko,
dan han-ko sudah berapa lama dikota ini ?"
"sudah tiga minggu saya berada disini lian-moi."
"wah waktu yang cukup lama untuk seorang pendekar yang
sedang berkelana, boleh aku tahu sebabnya han-ko ?"
"ah"sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya karena kota
ini tempat masa kecilku."
"ooh begitu rupanya, apakah Han-ko lahir di kota ini ?"
"tidak Lian-moi , aku lahir didesa Gui yang tempatnya tidak jauh
dari kota ini." "kalau begitu han-ko tahu dong tempat-tempat menyenangkan
di kota ini." "hanya satu tempat yang saya tahu, memangnya kenapa lianmoi ?"
240 "menikmati pemandangan salah satu cara untuk menenangkan
pemikiran, melegakan pemikiran yang ruwet, bagaimana kalau
han-ko dan saya pergi ketempat itu, saya sangat suka tempattempat yang indah Han-ko." ujar Yang-lian dengan gembira dan
bernada manja, sikap Yang-lian ini membuat Han-hung-fei
hangat, Yang-lian pandai bicara, sangat luwes dan cerdik,
sikapnya sangat periang, sehingga Han-hung-fei sedikit
banyaknya terpengaruh. "apakah menurutmu pergi ketempat itu ide bagus lian-moi ?"
"tentu saja Han-ko, bisakan besok kita ketempat yang han-ko
maksud ?" "hmh"baiklah ." sahut Han-hung-fei, kemudian Han-hung-fei
kembali kekamarnya, malam itu Han-hung=fei dapat tidur,
pikirannya terpengeruh akan keluwesan dan keceriaan Yanglian, sedikit banyaknya membuat hatinya terhibur dari rasa rindu
pada Wan-lin yang bercampur penyesalan pada Liu-sian serta
kebingungan akan sikap Yan-hui.
Keesokan harinya Han-hung-fei dan Yang-lian berangkat ke
luar gerbang sebelah timur, dimana ada sebuah tempat yang
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernama "Hui-po-kok" (lembah air terjun), sesampai ditempat
tersebut memang pemandangannya indah, air terjun yang
tinggi laksana ekor ular putih mengantam kubangan air yang
jernih, tumpukan batu-batu besar disekitarnya hitam mengkilat,
dan suasananya luar biasa nyaman karena didalam rerimbunan
hutan yang hijau, "aduhh..sungguh memang tempat ini sangat nyaman dan
melegakan han-ko." ujar Yang-lian penuh antusias, Han-hungfei hanya tersenyum menanggapi perkataan Yang-lian.
"han-ko, kita keatas batu besar itu yah." ujar Yang-lian
menunjuk sebuah batu besar yang terletak agak kebukit,
241 tempat itu amat terangdiatas
"baiklah, mari kita kesana." sahut Han-hung-fei
Keduanya bergerak gesit dan melompat keatas batu, keduanya
berdiri diatas batu yang besar, angin ditempat itu agak kuat
dibanding dekat kubangan air terjun, sinom rambut Yang-lian
yang ikal riap-riapan dihembus angin, dari tempat itu dinding air
terjun kelihatan kokoh dan disebelah kanan lembah landai
penuh semak rumput panjang laksana ombak hijau
dipermainkan hembusan angin yang datang dari arah tebing
menuju lembah, Yang-lain berseru riang dan gembira karena
takjub akan indahnya pemandangan didepannya, Han-hung-fei
ikut merasa gembira melihat kegembiraan yang dilepaskan oleh
Yang-lian "bagaimana menurutmu lian-moi ?"
"sungguh luar biasa Han-ko, kita duduk Han-ko." sahut Yanglian sambil menarik lengan Han-hung-fei untuk duduk,
keduanya begitu dekat, Yang-lian memuji-muji tempat yang
ditunjuknya sambil berseru dengan senyumnya yang lepas
"han-ko bagaimana sekarang perasaanmu ?"
"memang benar-benar melegakan, terasa lepas luas
sebagaimana luas dan leganya pemandangan ini, tapi yang
paling membuatku senang, karena terpengaruh akan keceriaan
dirimu lian-moi." sahut han-hung-fei polos, Yang-lian menatap
mata yang saat itu juga memandangnya, dua bola mata itu
bertaut, Yang-lian merasakan hatinya berdegup, lalu ia
menundukkan kepala "benarkah karena keceriannku Han-ko merasa lega dari
kekalutan pikiran yang selama ini ?"
"benar, kamu sangat lepas dan gembira Lian-moi, rasanya
242 kamu sangat sulit untuk diterpa kesedihan."
"hi..hi"hi"kenapa harus sedih kalau bisa bergembira."
"tentunya kamu mempunyai kehidupan yang lumayan baik,
kamu dapat dengan mudah memenuhi keinginamu." puji Hanhung-fei
"hi..hi..hi", mungkin bisa dikatakan demikian Han-ko, dan
terlebih sejak kecil aku hidup ditepi pantai, jadi hamparan laut
dan serunya ombak merupakan pemandanganku setiap hari."
"pantaslah kamu begitu ceria laksana semaraknya ombak laut
yang berkejaran menuju pantai, atau laksana cecowetan camar
laut yang bermain dengan ombak."
"hi..hi"ternyata Han-ko pandai juga berkata-kata, ungkapan
yang bagus Han-ko." puji Yang-lian.
Permukaan batu tempat mereka duduk sangat lebar, sehingga
keduanya bisa baring menatap langis biru yang cerah, rasa
hangat dalam kalbu Yang-lian makin bergelora karena
kedekatannya dengan Han-hung-fei yang tampan.
"han-ko mari kita baring menatap langit !" ujar Yang-lian dengan
senyum sambil meluruskan kakinya dan merebahkan
badannya, Han-hung-fei tetap duduk, sesekali ia menatap
wajah dibawahnya yang berbantal buntalan, senyumnya yang
cerah selalu tersungging dibibirnya yang basah dan ranum, dan
kadang mata itu terpejam sambil menghirup udara dalamdalam, kemudia ia mengalihkan pandangan kearah tebing
dimana air terjun meluncur atau lembah di sebelah kanannya.
Susana hening, Yang-lian yang ceria sedang menikmati birunya
langit dihiasi gumpalan awan yang putih laksana tumpukan
kapas yang lembut, matanya melirik pemuda yang duduk
disebelahnya, hatinya makin hangat, jantungnya makin
berguncang, rasa romantisme membalut batinnya.
243 "han-ko ! cobalah berbaring disampingku. !" pinta Yang-lian
dengan nada lembut penuh ajakan sambil menyentuh pinggang
han-hung-fei, nada suara dan sentuhan pada pinggangnya,
membuat aliran darah han-hung-fei mengalir cepat, sehingga
membuat jantungnya berdegup kencang, dia berusaha menarik
nafas dalam untuk menenangkan diri
"aku duduk sajalah Lian-moi." sahutnya dengan nada sedikit
bergetar, namun getaran itu jelas bagi Yang-lian yang memang
sudah merasakan kehangatan oleh degup rasa romantisme
yang bertalu-talu di relung sukmanya.
"permukaan batu ini sedikit risih Han-ko." ujarnya dengan nada
sedikit mengeluh dan sedikit mengangkat punggungnya dan
membersihkan permukaan batu, punggung yang memutar dan
tangan yang mencoba membersihkan permukaan batu
membuat han-hung-fei merasa kasihan.
"seharusnya kita persiapkan tikar dari penginapan." Ujar Hanhung-fei lirih, Yang-lian menoleh dengan senyum yang lembut
"tidak perlu tikar sebenarnya han-ko."
"kalau tidak ada tikar bagaimana bisa kamu merasa nyaman
Lian-moi ?" "bersandar dipangkuanmu han-ko akan membuatku nyaman
menikmati luasnya langit biru."
"benarkah Lian-moi ?" tanya Han-hung-fei, Yang-lian tersenyum
sambil mengangguk lembut "kalau begitu bersandarlah dipangkuanku." ujar Han-hung-fei,
tanpa menunda Yang-lian menggeser tubuhnya dan kepalanya
bersandar lembut didada Han-hung-fei, Yang-lian makin
bergetar saat merasakan kehangatan tubuh Han-hung-fei,
sebaliknya detakan jantung Han-hung-fei makin bertalu-talu
merasakan aroma rambut yang-lian. Lunak dan hangatnya
tubuh Yang-lian yang bersandar dipangkkuannya,
244 Perang batinpun berlansung seiring degupan jantungya yang
bertalu-talu dan desakan nafas yang memburu, getaran jantung
Han-hung-fei membuat birahi Yang-lian meletup, dan sontak ia
duduk dan mendekatkan wajahnya kewajah Han-hung-fei,
helaan nafas Yang-lian yang menerpa wajah Han-hung-fei
membuat pertahanan Han-hung-fei jebol, dan bibirnya lansung
mengecup hidung Yang-lian, dan api gairahpun berkobar
seiring deru nafas yang memburu, lumatan Han-hung-fei makin
ganas, desakan yang tidak ia mengerti membuat ia laksana
kuda semberani, tak pelak lagi Yang-lian membuka baju dan
melucuti baju han-hung-fei, gerakan erotis itu membuat hanhung-fei lebih ganas melucuti pakaian Yang-lian, kedua muda
mudi itu makin hanyut oleh hangatnya gesekan tubuh mereka
yang telanjang, Deru birahi dalam pendakian sahut menyahut seiring nafas
mereka yang meburu, erangan dan gelinjangan membuat
mereka tidak mau sudah sebelum sampai kepuncak desakan
birahi, akhirnya desakan yang dirasakan Han-hung-hung-fei
melambung, letusan lahar birahi membuat kedua tubuh
telanjang itu mengejang dan berpilin kuat, sukma keduanya
mengambang diangkasa kenimatan dan jatuh kelembah lelah
yang memuaskan. "han-ko kita mari kita mandi d bawah air terjun !" ajak Yang-lian
sambil bangkit dan hanya dengan menutup bagian dengan
bajunya yang panjang, menuruni batu dan terus turun
kekubangan air yang demikian jernih, Han-hung-fei tidak
sempat berpikir lain karena melihat senyum dan kegembiraan
Yang-lian, sambil berkejaran keduanya menju kubangan air,
dan yang-lian sambil berseru dengan tawa yang lepas terjun ke
kubangan yang air terjun yang cukup dalam, tawa lepas dan
245 kegembiraan itu membuat Han-hung-fei ikut dalam
kegembiraan, keduanya saling berkejaran didalam air,
"ayok"han-ko kejar aku..! hi..hi..hi?" tantang yang-lian dengan
tawanya yang lepas, wajahnya begitu ceria, dan bagaimanapun
usaha Han-hung-fei mengejar Yang-lian tidak berhasil, Yanglian yang gesit dan cekatan dalam air membuat Han-hung-fei
kewalahan, bahkan Yang-lian menyelam dan bersembunyi di
bawah buih air terjun yang tebal.
Han-hung-fei kadang merasa cemas karena lamanya Yang-lian
menyelam, dan ketiak muncul wajah cantik itu senyum dan
tertwa mengejeknya "hahaha..hahaha"sudah aku tidak mampu mengejarmu lianmoi." ujar Han-hung-fei kelelahan, han-hung-fei berbalik hendak
ketepi, namun tiba-tiba dari dalam air tepat didepannya muncul
Yang-lian yang dengan hangat memeluknya, dan kemudian
menciuminya, Han-hung-fei membalas ciuman-ciuman itu dan
percikan birahipun kembali menyala, untuk kedua kalinya dua
muda-mudi itu mendaki kenikmatan dipinggir telaga, dan
selesai saat matahari sudah sangat condong kebarat, dan
kedalaman hutan itu kelam.
Keduanya segera berkemas dan meninggalkan hutan saat
malam sudah menyelimuti alam, yang-lian dan Han-hung-fei
berjalan santai menikmati bulan sabit, obrolan mereka terus
berlanjut dari bentuk bulan sabit sampai hal-hal yang mereka
lewati ditengah kegelapan, suara tawa dan celotehan yang-lian
membuat Han-hung-fei tidak sempat memikirkan apa yang
telah mereka lakukan, sehingga tidak terbit dalam benaknya
untuk membicarakan hal itu, karena tawar dengan obrolan dan
keceriaan Yang-lian. 246 Sesampai mereka dipenginapan, keduanya berpisah dibalik
pintu kamar yang-lian "tidur yang nyenyak han-ko !" bisik Yang-lian, han-hung-fei
mengangguk dengan senyum lembut dan masuk kedalam
kamarnya, dan disaat kesendirian ini barulah Han-hung-fei
didera penyesalan kenapa ia harus melakukannya lagi,
desakan apa sebenarnya yang membuat ia sangat ingin
melakukannya " kenapa ia tidak mampu bertahan " apa yang
harus dilakuakn supaya dapat menahan gejolak yang tiba-tiba
muncul saat wanita menyentuhnya. ?" pertenyaan itu memnuhi
benaknya namun hanya beberapa lama, karena ia
membayangkan sikap Yang-lian yang tidak punya beban,
walhal bukankah perempuan itu akan menagalami mal dan
sengsara, terlebih perbuatan mereka itu mengakibatkan hamil,
pikirannya tercenung dengan sikap Yang-lian yang seakan
yang mereka lakukan diatas batu bukanlah hal serius, bahkan
terkesan bahwa diantara mereka tidak terjadi apa-apa,
mendapatkan sikap Yang-lian itu muncullah sebuah
pemahaman bahwa dia tidak bersalah melakukan hal itu,
sepanjang ia lakukan tanpa memaksakan desakan itu pada
wanita, kalau wanita itu juga suka kenapa tidak, setelah
mendapatkan pemikiran itu pikirannya lega dan ia pun tertidur
dengan pulas. Yang-lian dikamarnya sedang mengganti bajunya dengan yang
bersih, kemudian menata rambutnya sambil tersenyum manis,
dia merasa puas dengan apa yang ia dapatkan, bercinta
dengan pemuda tampan sehingga birahinya tuntas tak
terperikan, dan rencana besok pasti berhasil, setelah selesai
menata rambutnya, Yang-lian keluar kamar dan mengetuk pintu
kamar saicu-bin-kui dan keluar turun kebawah, saicu-bin-kui
yang mendengar pintu kamarnya diketuk namun hanya sekali
247 meyakini itu isyarat dari lao-ngo, maka ia pun dengan gerakan
halus dan ringan keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai
bawah, dia tidak melihat Yang-lian diantara beberapa tamu
yang sedang makan, lalu ia kelur likoan, di depan sebuah toko
Yang-lian menunggunya, saicu-bin-kui segera medekati Yanglian
"ada apa lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui nyaris berbisik
"rencana akan kita jalankan, serahkan racun ganas yang kamu
punya itu !" sahut Yang-lian, saicu-bin-kui merogoh sebuah
botol kecil "bubuhkan bubuk ini kedalam minuman atau kelauk
makanannya, dan dalam hitungan menit dia akan merasa
pusing, dan saat ia menarik nafas ia akan muntah darah hitam
dan langsung mati." ujar saicu-bin-kui.
"seganas itu saicu-bin-kui " bahan racun ini apa ?"
"ini racun ular lima warna yang dan dicampur racun katak
merah yang hidup dibawah tumpukan es tebal didaerah
bersalju, dua racun ini sama-sama berhawa "Im" sahut saicubin-kui.
"baik sekarang pergilah kembali kedalam !" perintah Yang-lian,
saicu-bin-kui lansung meninggalkan Yang-lian, sesaat Yanglian berjalan ditengah kerumunan sambil melihat-lihat keadaan,
kemudian ia memutar dan kembali kelikoan, dari meja disudut
ruangan "pelayan ! tolong dua porsi makanan !" seru Yang-lian
"baik siocia, segera akan kami hidangkan." sahut pelayan,
setelah menunggu beberapa lama dua pesanan pun datang,
setelah dihidangkan diatas meja
"pelayan ! saya lupa supaya hidangan ini diatas du nampan,
karena saya mau makan dengan teman saya dikamar."
248 "ooh begitu, tunggulah akan aku ambilkan dua nampan." sahut
pelayan, ketika pelayan pergi, Yang-lian memasukkan racun
pada mangkok sayur capcai dan mangkok sup kaki ayam, tidak
lama kemudian pelayan datang membawa dua nampan, Yanglian menata makanan untuknya dan han-hung-fei, makanan
untuk Han-hung-fei ia bawa sendiri sementara makanan
untuknya ia suruh pelayan membawanya, lalu Yang-lian dan
pelayan naik ketingkat atas.
Yang-lian mengetuk pintu, Han-hung-fei tersentak dan bangun
dari tidurnya "siapa". ?" tanya Han-hung-fei
"saya Han-ko !" sahut Yang-lian, Han-hung-fei segera
membuka pintu kamar, Yang-lian dengan senyum menyapa
"han-ko tertidur yah ?"
"benar lian-moi, ada apa ?" tanya Han-hung-fei sambil menatap
pelayan yang datang bersama Yang-lian
"han-ko kamu belum makan, jadi saya pesankan dua porsi
makanan untuk kita." ujar Yang-lian sambil melangkah masuk
kedalam kamar Han-hung-fei, dan diikuti pelayan, Yang-lian
sambil menarik Han-hung-fei dan mendudukkannya dikursi
"ini makanan untuk han-ko." ujar Yang-lian meletakkan nampan
yang dibawanya didepan Han-hung-fei
"kamu bijak sekali lian-moi, memang aku sangat lapar sekali,
terlebih setelah bangun."
"hi..hi"paman pelayan makananku !" seru yang-lian pada
pelayan, pelayan itu mendekat dan mengansurkan nampan
yang dibawanya "terimakasih paman dan boleh meninggalkan kami." ujar Yanglian, pelayan itu segera keluar dan menutup pintu
249 "aku juga lapar Han-ko, jadi setelah berganti pakaian aku turun
kebawah untuk makan, namun aku teringat han-ko juga belum
makan, jadi saya pesan dua untuk kita, marilah kita makan
Han-ko !" ujar Yang-lian.
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"sebentar aku cuci muka dulu." ujar Han-hung-fei, Han-hung-fei
berdiri dan mengambil poci air yang disediakan penginapan
untuk cuci tangan dan muka para tamu, setelah melap muka
Ha-hung-fei kembali kekursi dan melihat Yang-lian telah
menyuap makanannya, makin terbit selera Han-hung-fei
disamping rasa laparnya yang sangat
"hum".sup kaki ayam ini luar biasa..!" seru Yang-lian dengan
mata terpejam dengan lidah mengecap lama dan dalam setelah
mereguk sesendok sup kaki ayam miliknya,
"coba han-ko cicipi !" pinta Yang-lian dengan senyum manis,
Han-hung-fei dengan tidak sabar langsung menyendok sup
ayam dan menyuapnya, dan memang enak, lalu tiga empat
sendok masuk keperut Han-hung-fei, lalu han-hung-fei
meletakkan sup kaki ayam, dan mengambil mankok yang berisi
nasi, sayur capcai dicomot, ayam goreng dicomot, lalu dengan
lahap Han-hung-fei makan nikmat, Yang-lian memandang
sambil senyum mengunyah makanannya dengan lahap.
Yang-lian heran dalam hati sambil satu-satu menyumpit
nasinya menatap Han-hung-fei, sampai sudah selama itu tidak
muncul reaksi yang dikatakan saicu-bin-kui, bahkan sampai dua
kali han-hung-fei mereguk araknya dipenghujung makannya
"hmh..nikmat dan enak sekali, sekarang perutku kenyang
sekali." ujar Han-hung-fei dengan senyum kekenyangan, yanglian tidak habis pikir kenapa racun itu tidak bereaksi, walhal
kata saicu-bin-kui racun yang dibubuhkan adalah racun ganas
yang lansung menewaskan yang memakannya.
250 Lian-moi, besok kamu punya rencana apa ?" tanya Han-hungfei
"hmh"besok saya tidak ada rencana han-ko, apa han-ko
punya rencana ?" "besok mungkin saya akan melanjutkan perjalanan." sahut hanhung-fei
"besok terlalu mendadak han-ko, disinilah semalam lagi, hanko." pinta Yang-lian dengan pandangan manja
"baiklah kalau begitu Lain-moi, saya akan satu malam lagi
disini." "hi..hi"terimaksih Han-ko, kamu memang baik dan pengertian."
puji Yang-lian. "makin heran yang-lian melihat Han-hung-fei yang tidak
merasakan apa-apa, malam itu sampai jauh malam mereka
mengobrol, Yang-lian yang merasa lelah sudah menguap
"han-ko aku mau kembali kekamarku, aku sudah ngantuk." ujar
Yang-lian sambil menutup mulutnya yang menguap.
"baiklah lian-moi, terimakasih atas makan malamnya."
"hi..hi" tidak mengapa han-ko." sahut yang-lian lalu keluar dari
kamar Han-hung-fei dan masuk kakamar sebelah.
Yang-lian naik keranjang dan sebentar saja ia sudah pulas
dalam pelukan tidurnya, keesokan harinya yang-lian bangun
dan mencoba mendekati dinding mengerahkan
pendengarannya yang tajam aka keadaan Han-hung-fei, Hanhung-fei sudah bangun dan suara jatuhnya air kedalam ember
terdengar, yang-lian kembali duduk diatas ranjangnya dengan
penuh heran dan tidak percaya, tidak mungkin saicu-bin-kui
membohonginya, lalu kenapa han-hung-fei tidak terpengaruh ?"
pikir Yang-lian bingung, Yang-lian pantas heran, karena ia tidak
tahu bahwa Han-hung-fei kebal racun, karena selama sepuluh
251 tahun Han-hung-fei makan jamur didalam ruangan bawah
tanah, racun seganas apapun tidak akan memberikan
pengaruh apa-apa pada dirinya.
"lian-moi..!?" terdengar pangilan han-hung-fei di depan pintunya
"iya han-ko..!" sahut Yang-lian
"marilah kebawah kita sarapan pagi." ujar Han-hung-fei dan
melihat wajah Yang-lian dari balik pintu yang sudah dibuka
"hi..hi" aku baru bangun han-ko, tentunya wajahku kusut Hanko."
"hehehe"kamu cantik lian-moi."
"cih"konyol mana mungkin cantik baru bangun tidur." sahut
Yang-lian menundukkan kepala
"han-ko kamu duluan, sebentar aku mandi dan berganti baju,
aku akan segera menyusul kebawah, dan jangan lupa pesan
untukk bubur ayam yah." ujar Yang-lian dengan senyum
"baiklah Lian-moi, aku tunggu dibawah." sahut han-hung-fei dan
melangkah meninggalkan Yang-lian yang berdiri dibalik pintu,
setelah han-hung-fei hilang dibalik lorong menuju tangga turun,
Yang-lian segera mengetuk kamar saicu-bin-kui, saicu-bin-kui
dari yang-lian pergi bersama han-hung-fei dia selalu mengintai,
bahkan semalam saat Yang-lian makan bersama dikamar hanhung-fei, hatinya merasa gembira, dan memuji kecerdikan laongo, tapi ketika mendengar Yang-lian masih berbicara dengan
Lao-ngo yang minta kembali kekamarnya, saicu didera rasa
heran yang berkepanjangan, sebagaimana yang-lian.
Saicu-bin-kui membuka pintu kamarnya
"racun mu itu tidak ada pengaruh baginya saicu-bin-kui
"aku semalaman ini juga merasa heran lao-si." sahut saicu-binkui
"apakah bun-liong-taihap mungkin kebal racun ?"
252 "hal itu mungkin saja lao-ngo, hmh"lalu apa yang kita lakukan
sekarang !?" ujar saicu-bin-kui bingung
"sudah, nanti saja kita pikirkan, aku mau mandi dan sarapan
dengannya dibawah." sahut yang-lian, dan segera masuk
kembali kekamarnya untuk mandi dan berganti baju.
"ketika Yang-lian hendak turun dia terkejut ketika melihat dua
orang yang duduk dimeja tepat dihadapan tangga, dua orang
itu adalah Wan-lin dan ang-bin-kui yang beberapa saat lalu
memasuki likoan, Yang-lian segera kembali kembali dan
mengetuk pintu kamar saicu-bin-kui, saicu-bin-kui membuka
daun pintu "cepat kamu kebawah disana ada lao-si dan ang-bin-kui,
ceritakan rencana kita dan kalian tunggu kami di gerbang pintu
sebelah utara, hari ini kita akan berhasil menewaskan bunliong-taihap." ujar Yang-lian, mendengar itu saicu-bin-kui
merasa gembira, dan langsung menuju tingkat bawah,
sementara Yang-lian menunggu sesaat dilorong kamar, sampai
saicu-bin-kui bergabung dengan Wan-lin
"selamat bertemu lao-si, ang-bin-kwi..!" seru saicu-bin-kui
sambil berlari menuruni tangga, Wan-lin dan ang-bin-kwi
menoleh "hehehe..hehehe ternyata saicu-bin-kui." sahut ang-bin-kwi
dengan gembira, saicu-bin-kwi langsung duduk beragbung
dengan kedua rekannya "ssstt..kalian diam saja jika melihat lao-ngo turun tangga !"
bisiknya, mendengar itu wan-lin dan ang-bin-kwi menatap
kearah tangga, dan tepat yang-lian muncul dan turun tanpa
melihat pada mereka, Yang-lian melangkah mendekati meja
Han-hung-fei yang berada disudut ruangan
253 "ada apa saicu-bin-kui ?" tanya ang-bin-kwi
"kami sudah tiga hari di sini, lao-si dan ang-bin-kwi harus
ketahui bahwa pemuda yang bersama lao-ngo adalah musuh
yang harus kita tewaskan." sahut
saicu-bin-kui, sekilas ang-bin-kwi melihat pemuda yang
bersama lao-ngo "eh..apakah pemuda itu pendekar yang baru muncul dan
berjulukan bun-liong-taihap ?" tanya ang-bin-kwi setelah
melihat gagang pedang yang tersampir dipunggung han-hungfei
"benar sekali ang-bin-kwi, empat tetua pengemis telah mati
ditangannya, hai-kwi-kiam juga mati ditangannya." sahut saicubin-kui
"kami juga banyak mendengar tentang pendekar ini semenjak
perjalanan pulang dari kunlun." sela Wan-lin
"bagaimana dengan tugas yang lao-si emban ?" tanya saicubin-kui
"berhasil baik saicu-bin-kui, hmh"kembali pada pemuda itu,
apa yang telah kalian lakukan ?" ujar Wan-lin.
"sejak kemarin lao-ngo telah berhasil mendekati pendekar itu,
hal itu kami lakukan untuk meracuninya dan semalam ia sudah
minum racun ular lima warna dan racun katak merah."
"eh..itu racun ganas saicu-bin-kui." sela ang-bin-kwi dengan
suara nyaris berbisik "benar ang-bin-kwi, namun kenyataannya bun-liong-taihap
kebal dan tidak terpengaruh."
"luar biasa kalau begitu pemuda ini." puji ang-bin-kwi
"tapi kenapa pakai racun, kenapa tidak kalian ringkus dan
bunuh saja langsung ?"
"karena pendekar ini luar biasa sakti lao-si, dan kenyataannya
memang demikian karena ia pernah dikeroyok oleh lao-liok dan
254 tiga pangcu pengemis, dan akhirnya lao-liok terluka dan tiga
pangcu tewas, jadi karena itu lao-ngo mengambil jalan halus
untuk memperdaya pendekar itu.
"hmh"kalau begitu ide lao-ngo sangat cerdik dan jitu." sela
ang-bin-kwi "namun walaupun berhasil memasukkan racun padanya, dia
masih segar bugar, dan lao-ngo telah melihat duluan
keberadaan lao-si dan ang-bin-kwi, dan menyuruh saya
bergabung kesini." "apakah untuk menutupi rahasinya dari pemuda itu ?"
"tentu saja lao-si, dan sebenarnya kami menunggu kui-san-ok
dari yinchang yang akan datang kesini, namun karena lao-si
dan ang-bin-kwi lao-ngo sudah berada disini maka rencana
membunuh bun-liong-taihap akan dilakukan hari ini."
"hmh"bagaimana rencana lao-ngo saicu-bin-kui ?"
"begini lao-si, lao-ngo minta kepada kita untuk menunggu di
gerbang utara." "berarti lao-ngo akan mengajak pendekar itu kesana."
"benar sekali ang-bin-kwi." sahut saicu-bin-kui, sementara tiga
orang itu kasak-kusuk, Yang-lian dan han-hung-fei makan
bubur ayam sambil senyum dan salin tatap
"han-ko kita jadi ke desa gui kan ?"
"tentu lian-moi, kita bisa berangkat saja sekarang, entah desa
itu masih ada tidak saya juga tidak tahu." sahut han-hung-fei
"marilah kalau begitu han-ko," ajak Yang-lian, lalu keduanya
bangkit dan membayar sarapan, lalu keluar likoan, saat
melintasi meja wan-lin, sekilas han-hung-fei bersilang pandang
dengan Wan-lin, Wan-lin langsung menunduk dan menuang
arak. 255 Sebaiknya kita juga segera mendahului mereka ke gerbang
utara." bisik Wan-lin, kedua rekannya mengangguk, saicu-binkui bangkit dan membayar makanan, lalu ketiganya keluar
likoan menuju gerbang utara, ditengah kerumunan orang yang
lalu lalang Yang-lian melihat ketiga rekannya sudah mendahului
mereka. "kita tidak akan sampai setengah hari akan sampai ke desa
kelahiranmu kan han-ko ?"
"kalau kita berlari cepat setidaknya tiga jam kita akan sampai"
"kalau begitu kita tidak usah terburu-buru, keramaian penduduk
yang sibuk membuat perasaan sanagat hidup han-ko."
"benar yang kau katakana lian-moi." sahut han-hung-fei, Yanglian yang luwes sambil bicara berjalan disisi han-hung-fei,
perjalanan ke desa Gui sudah mereka bicarakan setelah makan
malam dikamar Han-hung-fei, sehingga yang-lian dengan
pandainya mengajak Han-hung-fei kesana untuk mengisi
kegiatan hari itu, dan ternyata rencana itu amat sempurna
dengan kemunculan lao-si dan ang-bin-kwi, dua kekuatan yang
sudah lebih dari cukup menurut yang-lian untuk menewaskan
bun-liong-taihap. Setelah matahari naik tinggi, han-hung-fei dan yang-lian keluar
dari gerbang utara, lalu han-hung-fei mengajak yang-lian berlari
cepat, keduanya bergerak dengan mengerahkan gin-kang,
namu ketika keduanya melintasi jalan tikungan, dari pinggir
hutan tiga orang menghadang jalan mereka, han-hung-fei dan
yang-lian berhenti "ada apa sam-wi-sicu menghadang jalan kami ?"
"phuah..hari ini tammatlah riwayatmu bun-liong-taihap !" bentak
sai-cu-bin-kui sambil menyerang Han-hung-fei dan disusul
dengan serangan ang-bin-kwi, han-hung-fei nemgelak gesit
sambil meraih tangan Yang-hui, namun
256 "buk"des"." Yang-lian mengirimkan pukulan telak dan
tendangan keras kebahu dan punggung han-hung-fei, Hanhung-fei terkejut tidak menduga akan perbuatan yang-lian, Hanhung-fei terlempar disambut pukulan sai-cu-bin-kui, namun
pukulan ini berhasil ditangkis, tapi cakar ang-bin-kwi telah
merobek lambungnya, Han-hung-fei terhempas ketanah,
mulutnya memuntahkan darah segar, nafasnya sesak.
"ke"kenapa kamu memukul saya lian-moi !?" tanya Han-hungfei sambil menenangkan nafasnya yang sesak, namun
pertanyaan itu hanya dibalas senyuman sinis dari yang-lian,
sementara empat rekanan itu sudah kembali menerjang,
dengan mata merah dan amarah yang meluap, han-hung-fei
mengeluarkan jurus kedelapan ilmu tangan kosongnya
"mingling-xie-bun-sian" gerakannya yang luar biasa cepat, serta
kerumitan dan perubahan yang tidak terduga, gerakan
serangan dan bertahan yang laksana menulis kalimat itu
membuat saicu-bin-kui kelabakan, dalam sepuluh gebrakan,
ang-bin-kwi terpapar berusaha menghindar, Yang-lian dan
Wan-lin berhasil menagkis serangan han-hung-fei, tapi malang
bagi saicu-bin-kui, serangan luar biasa itu sudah
menyudutkannya, sehingga kedua telunjuk han-hung-fei yang
mengarah dada dan lambung kirinya tidak bisa dielakkan,
"crok".crokkk.." bagian tubuh yang ditancap telunjuk itu
tembus, saicu-bin-kui menjerit setinggi langit merasakan hawa
yang membakar organ dalamnya, dia mennegelpar laksana
ayam disembelih dan kemudian diam mati.
Kematian sai-cu-bin-kui dalam sepuluh gebrakan, mebuat tiga
rekanan terkejut dan spontan bergerak menjauh, ketiganya
tidak menduga akan sedemikian saktinya pendekar ini, walhal
han-hung-fei sudah muntah darah akibat dua pukulan dan satu
257 cakaran, dan mereka juga sedang mengeroyok pemuda kosen
ini, dan kenyataannya sepuluh gebrakan saicu-bin-kui tewas.
"yang-lian katakan padaku siapa kalian sebenarnya !?" teriak
Han-hung-fei dengan sorot mata tajam, hatinya sakit mendapat
perlakuan dari yang-lian, dia tidak menduga dibalik keramahan
dan keluwesan Yang-lian tersimpan niat culas dan jahat
terhadap dirinya, yang-lian berteriak
"lao-si mari kita serang lagi !" teriak yang-lian dengan serangan
mencabut pedangnya, Wan-lin dan ang-bin-kwi juga mencabut
senjata, Wan-lin dan yang-lian mengerahkan ilmu pedang
mereka yang luar biasa, han-hung-fei masih mengerahkan jurus
tangan kosongnya menghadapi bayangan dan sambaran tiga
senjata lawannya, pertempuran berlansung seru dan sengit.
Sampai seratus jurus han-hung-fei masih dapat mengimbangi
ketiga lawannya, namun lima jurus kemudian
"srat".sing?" pedang Wan-lin melukai lengan han-hung-fei,
sementara sabetan pedang Yang-lian luput menebas kaki hanhung-fei yang mengelak dengan bersalto diudara, dan saat
menukik sinar hijau berkeredapan, bun-liong-sian-kiam keluar
dari sarungnya "cring..trang"trang.." pedang itu mebabat ketiga pedang
lawan, pedang ang-bin-kwi langsung patah, namun lao-si dan
lao-ngo dapat menahan serangan pedang han-hung-fei, namun
tangan keduanya meresa pegal dan kesemutan saking kuatnya
benturan senjata, dan mereka terpana melihat han-hung-fei
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sikap kuda-kuda yang demikian berkharisma, kaiki
kanan menjadi tumpuan badan, sementara kaki kiri lurus sejejar
dengan punggung, dan pedang yang bersinar hijau itu
digenggam dengan dua tangan, dari balik badan pedang yang
258 tegak condong, dua bola mata Han-hung-fei menatap tajam
ketiga lawannya. Ketiganya masih terkesima, namun ketika han-hung-fei
bergerak dengan serangan kilat yang tiba-tiba, meraka
menyambut dengan segala kemampuan, pertarungan senjata
yang amat menegangkan dan luar biasa, kilatan pedang hanhung-fei dalam rangkaian jurus bun-liong-sian-kiam menekan
serangan ketiga lawannya, lao-si dan lao-ngo mengerahkan
jurus pedang andalan mereka, dan diantara tiga rekanan itu
ang-bin-kwi yang terlemah, dan untungnya kedua pedang Laosi dan lao-ngo masih dapat menahan hebatnya tekanan
serangan Han-hung-fei, namun ketika memasuki jurus ketujuh
puluh, tiga pedang beradu, dan membuat lao-si dan lao-ngo
berjumpalitan untuk menghindar dari sabetan dan tusukan
oedang han-hun-fei, dan sinar hijau itu mengarah ang-bin-kwi,
ang-bin-kwi kalang kabut menggerakkan pedangnya yang
buntung untuk menagkis, namun dalam tiga gebrakan dalam
keterdesakannya "crak..adouww"srat"crak..srat.." satu bacokan menebas paha
sehingga buntung, dan membuat ang-bin-kwi menjerit
melolong, satu sabetan merobek perut, satu bacokan menebas
bahu hingga tangan ang-bin-kwi putus sebatas bisep, dan satu
sabetan mengenai wajah, ang-bin-kwi ambruk menggelepar,
han-hung-fei dengan kuda-kudanya cepat berbalik, pormasi
dimana tangan kanan yang memegang pedang melingkar
diatas kepala, tangan kiri lurus kedepan dengan jemari
membentuk cakar naga, kaki depan ditekuk dan kaki belakang
tegak miting sejajar punggung yang sedikit membungkuk, lalu
kaki belakang itu bergerak melingakar kedepan dan disusul
lingkaran kaki depan sehingga serangan itu dipormasi oleh
259 gerakan kaki yang meliuk laksana liukan naga, laksana anak
panah melesat kedepan menyerang lao-sin dan lao-ngo.
Keduanya tidak sempat memikirkan keadaan ang-bin-kwi,
karena mereka sudah sangat sibuk menghadapai pedang bunliong-taihap, keroyokan dua wanita luar biasa itu membuat
perlawanan berlangsung imbang, kehebatan ilmu pedang Hanhung-fei benar-benar mendapat lawan lumayan, karena paduan
ilmu pedang dua datuk luar biasa yang dimainkan dua murid
terkasih mereka, dua ratus jurus berlalu, keadaan masih
seimbang, untung bagi kedua wanita sakti itu bahwa Han-hungfei hanya menggunakan dua pertiga dari tenaganya, hal ini
karena disebabkan luka dalam yang ia derita karena keculasan
Yang-lian, namun walaupun sudah terluka, amatlah sulit bagi
kedua wanita sakti itu untuk mendesak han-hung-fei apalagi
merobohkannya. Pertarungan masih beralansung hingga sore hari, dan
kenyataan bahwa han-hung-fei tidak dapat ditaklukkan, dan
kalau diteruskan bisa jadi mereka juga akan celaka, maka
Yang-lian dan Wan-lin melompat menjauhi Han-hung-fei,
keduanya saling berpandangan
"wan-lin..! kita berpencar !" seru Yang-lian, sambil
mengerahkan sin-kang melarikan diri kearah barat, dan Wan-lin
juga melakukan hal yang sama melarikan diri ke arah timur,
han-hung-fei yang mendengar seruan itu terperangah, hatinya
ingin mengejar yang-lian karena rasa gemas dan marah,
namun seruan Yang-lian pada Wan-lin membuat Han-hung-fei
terkejut, sehingga ia tidak jadi mengejar Yang-lian dan
tercenung untuk beberapa lama, lalu dengan spontan ia
mengejar Wan-lin sambil berteriak
"lin-moi ".tunggu"!"
260 Wan-lin yang merasa dikejar langsung tancap gas
mengerahkan gin-kangnya yang luar biasa, seharusnya hanhung-fei dapat mengejar Wan-lin, namun karena lukanya ia
harus hati-hati, Wan-lin tidak dapat menjauhkan jarak dan Hanhung-fei tidak bisa mendekatkan jarak, adu lari itu berlangsung
semalaman, Wan-lin untung karena kegelapan malam, dengan,
ketika ia masuk dalam sebuah lembah dan terus menuju
sebuah lekukan bukit, Wan-lin segera bersembunyi dibalik
sebuah batu besar yang, tidak berapa bayangan han-hung-fei
melintas dan terus melesat kedepan,
"Lin moi".! Lin-moi?" teriak Han-hung-fei, Wan-lin terkesima
mendengar namanya dipanggil dengan begitu akrab oleh
musuhnya. Wan-lin keluar dari persembunyian dan terus lari kembali
kearah gerbang utara kota, dan dari areal pertempuran ia terus
bergerak kea rah larinya Yang-lian, dalam hatinya ia bertanyatanya kenapa bun-liong-taihap memanggilnya dengan begitu
akrab, Wan-lin terus berlari cepat hingga terbit matahari,
kemudian ia istirahat sebentar lalu berlari lagi, dan menjelang
siang ia melihat bayangan yang-lian disebuah lembah, lalu ia
mempercepat larinya "Yang-lian tunggu !" teriaknya, Yang-lian menoleh kearah suara
"apakah itu kamu Wan-lin ?" sahut Yang-lian, dan tidak berapa
lama Wan-lin pun muncul, Yang-lian duduk dengan nafas lega."
"sepertinya kamu yang dikejar oleh bun-liong-taihap." Ujar
Yang-lian "benar, dan untung aku dapat mengecohnya."
"sungguh saya tidak menduga bahwa kita akan lari terbirit-birit
seperti ini." "pendekar itu sungguh sakti dan kosen, walaupun kita keroyok,
261 kita masih belum mampu mengalahkannya, bahkan dua dari
kita tewas." ujar Wan-lin
"benar, walhal dia itu sudah terluka." sahut Yang-lian
"hmh".tapi ada satu yang membuat saya heran Lao-ngo."
"apa itu lao-si ?" tanya yang-lian
"saya kira dia akan mengejarmu, karena amarahnya lebih
tertumpu padamu, karena engkau telah menipunya."
"hmh".saya kira juga demikian, lao-si." sahut Yang-lian
"menurutmu kenapa ia mengejar aku ?"
"saya tidak tahu, kenapa lao-ngo." Jawab Yang-lin
"menurutku karena engkau menyerukan namaku saat itu!"
"eh".kenapa kau katakan demikian "
"tahu apa yang diserukannya ketika mengejarku ?" tanya Wanlin
"memang apa yang diserukannya !?"
"dia menyerukan namaku dengan panggilan "Lin-moi"
"oh"begitukah ?" sela Yang-lian tercenung menatap rekannya
"benar lao-ngo, jadi karena sudah tiga hari kalian berdekatan,
setidaknya kamu akan tahu identitasnya, siapakah Bun-liongtaihap itu Lao-ngo ?"
"hmh..namanya adalah Han-hung-fei."
"siapa ".!?" sela Wan-lin berteriak karena terkejut, sehingga
Yang-lian menatapnya heran
"kamu kenapa lao-si ?" tanya Yang-lian
"apa kamu tadi mengatakan Han-hung-fei ?" tanya Wan-lin
memastikan "benar, aku mengatakan han-hung-fei karena itulah nama Bunlion-taihap." sahut Yang-lian, mendengar itu lemaslah rasa
tubuh Wan-lin "ternyata dia ?" ujarnya lirih
262 "apa kau kenal dengannya ?" tanya Yang-lin penasaran
"hmh"dia adalah temanku masa kecil, boleh dikatakan dia
menjaga saya dan adik saya."
"kenapa dia yang menjaga kalian " apakah kalian saudara jauh
?" "tidak, tapi dia ditampung ayah saya ketika masih kecil."
"hmh".setelah engkau mengetahuinya lalu bagaimana
sekarang lao-si, bagaimana sikapmu padanya ?"
"entahlah, aku tidak tahu, karena kenyataan ini demikian
mengejutkan bagiku."
"dia memang pemuda yang lugu dan polos, benar apa yang
dikatakan lao-liok saat itu."
"apakah lao-liok pernah mendekatinya ?"
"hi..hi"lao-liok bahkan bercinta dengannya." sahut Yang-lian
"lalu kamu sendiri bagaimana ?" tanya Wan-lin dengan wajah
merah "hi..hi"pemuda setampan dia menurutmu aku bisa tidak
terngiur ?" "cih..kalian ini memang.." sela Wan-lin membuang muka karena
marah dan malu "kamu kenapa lao-si, hi..hi" sudahlah mari kita lanjutkan
perjalanan." ujar Yang-lian sambil bangkit dari duduknya, Wanlin juga bangkit dan keduanya melanjutkan perjalanan dengan
berlomba lari cepat, dua bulan kemudian mereka sampai di
kota chang-an, keduanya menginap disebuah likoan
"kamu kenapa tidak makan lao-ngo ?" tanya Wan-lin sambil
melahap makanannya "aku tidak selera makan lao-si, kepalaku sudah dua hari ini
pusing terus." "loh"kenapa demikian ?" tanya Wan-lin heran
"aku juga tidak tahu, sudahlah kamu lanjutkan makanmu dan
263 aku mau istirahat dikamar." ujar Yang-lian, lalu bangkit dari
mejanya tanpa menyentuh makanannya.
Sesampai dikamar tiba-tiba yang-lian mual dan muntah, setelah
sedikit merasa lega, ia baring dan berusaha tidur, namun
kepalanya yang pusing sangat membuat dirinya tidak nyaman,
lalu Wan-lin muncul "bagaimana keadaanmu lao-ngo ?"
"masih pusing lao-si, aduh aku kenapa yah ?" keluhnya lirih
"kalau begitu tunggulah sebentar aku akan panggilkan tabib
untuk memeriksamu." ujar Wan-lin, lalu kembali keluar,
beberapa jam kemudian Wan-lin dan seorang tabib datang,
tabib itu langsung memeriksa Yang-lian, setelah beberapa saat
si tabib mendehem "kamu sudah bersuami siocia ?" tanya tabib, mendengar
pertanyaan itu Yang-lian pucat
"a..aku kenapa sinse ?" tanya Yang-lian cemas
"hehehe..kamu ini sedang hamil siocia." sahut sinse, Yang-lian
termenung, Wan-lin terkesima.
"jaga diri baik-baik dan ini resep untuk mengurangi rasa pening
dan mual." ujar si tabib, lalu meninggalkan kamar
"lao-ngo apakah itu anak han-hung-fei ?" tanya Wan-lin
"benar"ini anak han-hung-fei." sahut Yang-lian dengan wajah
bingung "lalu apa yang hendak kamu lakukan ?"
"menurutmu apa yang harus kulakukan lao-si."
"aku juga tidak tahu, tapi sudahlah besok saja dipikirkan." ujar
Wan-lin dan naik keranjang disebelah Yang-lian
"lao-si " setelah kamu mengetahui bun-liong-taihap adalah hanhung-fei apakah kamu akan menemuinya ?"
264 "aku tidak siap menemuinya, karena bagaimanapun dia
berseberangan dengan kita."
"bagaimana kalau aku minta dia menikahiku sehingga ia bisa
tergolong aliran kita."
"apa menurutmu ia akan mau menikahimu setelah apa yang
kamu perbuat padanya ?"
"hmh"benar juga yah.." sela Yang-lian, keduanya diam
dengan pikiran masing-masing.
"lao-si kamu besok berangkatlah duluan, aku akan menetap
disini sampai anak ini lahir."
"baiklah kalau begitu, dimana kamu akan tinggal disini ?"
"hal itu bisalah aku pikirkan nanti, kamu tidak usah cemaskan
aku." jawab Yang-lian. Wan-lin pun terdiam dan mencoba untuk
tidur, bayangan han-hung-fei jelas tergambar dalam benaknya,
keesokan harinya Wan-lin dan Yang-lian berpisah.
Kota Lanzhou tepatnya disebuah bangunan megah milik Pakkoai-lo, enam datuk sudah berkumpul, dan diantara mereka
ada lao-it , lao-ji, lao-sam, lao-si, lao chit dan lao-pat, diantara
lao yang tidak hadir dalah lao-ngo Yang-lian dan Lao-liok Yanhui, kemudian ada juga "hai-ma-kui", "kiu-bwee-kui-bo" dan
"tee-tok-siang", lalu ada dua laki-laki gagah dengan kumis tebal
tanpa jenggot dan yang satunya berkumis dan berjenggot, dari
alis mereka yang berwarna merah, diketahui mereka adalah
"ang-bin-tin" yang merupakan barisan kuat pendukung liu-xuan
dalam rangka usaha menggulingkan rezim dihuang yang
berkuasa, lelaki berkumis tanpa jenggot dijuluki "kim-liong"
(naga emas) dan yang berjenggot dikenal dengan julukan "kimtiuaw" (rajawali emas), yang lainnya adalah pimpinan wilayah
yang telah dibentuk Pak-koai-lo, seperti Zhou-san, zhou-yan,
zhou-jin, zhou-ceng, dan juga pimpinan barisan pendam yang
dipimpin liang-zheng, lalu ada kordinator dana yang dipegang
265 Ma-hua-meng dan Coa-shuang, kemudian empat pembantu
utama Pak-koai-lo yaitu "eng-kiam", "pak-hong-kwi", "coa-hui"
dan "pek-hek-wan-siang"
"sepertinya kita sudah hadir semua, jadi saya akan membuka
pertemuan kita ini" ujar Pak-koai-lo.
"benar mulailah pak-koai-lo !" sela see-hui-kui.
"begini rekan-rekan semua, khusunya kepada rekan sejawad
saya liok-cianpwe beserta lao, mungkin bertanya kenapa saya
mengundang kalian." "benar pak-koai-lo, melihat yang hadir semua jajaranmu,
sepertinya ada hal besar yang kamu rencanakan." sela liang-lomo
"dugaanmu benar liang-lo-mo, dan tentunya kalian tahu sejak
kita masih muda, bahwa saya adalah bangsawan Zhou, dan
misi hidup saya selama ini adalah mengembalikan kejayaan
dinasti Zhou." "lalu apa hubungan dengan kami pak-koai-lo ?" sela Lam-sinpek
"kalian adalah rekan-rekanku, dukungan kalian sangat aku
harapkan untuk mewujudkan misi hidup saya."
"lalu apa yang bisa kami perbuat untukmu pak-koai-lo ?" tanya
pek-mou-hek-kwi "kalian dengarlah peluang untuk mewujudkan misi saya saat ini
sangat besar, karena pertama rezim dihuang sama sekali tidak
mendapat dukungan penuh, kemudian yang kedua Liu-xuan
telah juga membentuk barisan yang didukung oleh "ang-bi-tin"
untuk menggulingkan rezim yang berkuasa, dan dalam hal ini
tentunya Liu-xuan akan mengembalikan kejayaan dinasti Han."
"lalu apa rencanamu untuk mewujudkan misi hidupmu pak-koailo ?" sela Coa-tung-mo-kai
266 "saya dan liu-xuan mempunyai misi yang berbeda namun sama
dalam rencana yakni menggulingkan rezim yang berkuasa, dan
saya akan memamfaatkan kesamaan rencana ini untuk
membonceng dan bersatu padu dengannya untuk
menggulingkan rezim dihuang, dan jika kelak berhasil aku akan
mengkudeta hasil perjuangan ini untuk mewujudkan misi hidup
saya." "hmh"idemu itu sungguh berbahaya pak-koai-lo." sela Seehui-kui
"benar see-hui-kui, maka saya menyiapkan segala strategi yang
mampun saya perbuat, kantong kekuatan saya cukup kuat,
saya punya pasukan diempat wilayah, punya pasukan pendam,
dan juga dana untuk perjuangan saya ini sudah saya
kumpulkan semaksimal yang dapat, disamping itu juga saya
punya jalinan yang baik dengan beberapa petinggi ang-bi-tin
yang siap mendulang kemakmuran bersama saya, seperti dua
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rekan kita ini kim-liong dan kim-tiauw."
"sepertinya kamu sudah demikian matang mempersiapkannya
pak-koai-lo." sela Lam-sin-pek.
"benar lam-sin-pek, dan hari ini sebagai rekan sejawat aku
sampaikan aku butuh dukungan kalian dalam mewujudkan misi
saya, bagaimana menurut kalian ?" ujar Pak-koai-lo, lima datuk
saling pandang dan suasanapun hening
"bagaimana menurutmu see-hui-kui ?" tanya Liang-lo-mo
"karena ini permintaan teman, dan teman tentunya tidak akan
mengabaikan teman, maka saya akan ikut membantu Pak-koailo."
"hmh"kalau kamu pek-mou-hek-kwi ?" tanya liang-lo-mo
"aku akan membantu pak-koai-lo." sela Lam-sin-pek
"aku juga akan membantu pak-koai-lo, dan tentunya juga pakkoai-lo sudah mempunyai rencana baik untuk kita, saat
267 mendulang keberhasilan." Sela coa-tung-mo-kai
"tentu coa-tung-mo-kai, kalian akan bersama saya dalam istana
jika kita berhasil."
"hehehe..heheh"sepertinya kamu saja liang-lo-mo yang tidak
setuju, karena saya juga setuju."
"phuah".sudah kalau semua setuju, tentu aku juga setuju."
sahut Liang-lo-mo, tawa pun berderai memenuhi ruangan itu.
"baiklah, saat ini sudah ada kontak fisik antara ang-bi-tin
dengan pasukan pemerintah, jadi saya minta kepada kim-liong
atau kim-tiauw untuk menjelaskan keadaan saat ini." ujar Pakkoai-lo
"baik, saya akan coba jelaskan pada liok-cianpwe keadaan saat
ini." sahut kim-liong, semua peserta pertemuan memasang
telinga baik-baik untuk mendengarkan kim-liong
"saat ini sedang terjadi kontak fisik antara ang-bi-tin dengan
pasukan pemerintah, dan terjadi di empat kota, ini merupakan
strategi perang yang dibuat ang-bi-tin, kota yang pertama
adalah kota xining diwilayah utara, kota Lijiang diwilayah barat,
kota Guangzhou diwilayah selatan dan kota qingdao diwilayah
timur, pasukan ini akan bergerak terus menguasai kota-kota
hingga sampai ke chang-an dan mengambil alih istana."
"jika hal itu sudah dilakukan apa yang akan perbuat pak-koai-lo
?" tanya see-hui-kui
"kita akan masuk pada pertempuran saat pasukan kita bertemu
di chang-an, dan masa yang kritis itu kita akan mengambil
peran." jawab Pak-koai-lo
"dan sebelum saat itu tiba, apa yang kami lakukan ?" tanya pekmou-hek-kwi
"saya minta kepada lao dan para rekan yang lain untuk
berangkat secepatnya ke empat kota dimana barisan pendam
268 yang telah saya bentuk."
"dimanakah itu cianpwe ?" tanya Cao-teng
"empat kota itu adalah taiyuan , Hopei, chendu dan khangshi,
sementara rekan liok-cianpwe akan berbagi dikota jhengzhou,
lokyang dan kaifeng." jawab Pak-koai-lo
"hmh".kalau begitu jelas sudah, dan kita akan segera bekerja."
sela Liang-lo-mo. "benar, dank arena sudah selesai, saya minta kita juga
mengadakan pertemuan setelah ini." sela coa-tung-mo-kai."
"baiklah kalau begitu, marilah kita makan siang dulu, setelah itu
baru kita bertemu lagi." sahut pak-koai-lo, lalu merekapun bubar
dari ruangan itu dan pergi keruangan lain dimana hidangan
penuh aneka macam dan rasa telah menanti, merekapun
makan dengan lahap. Setelah selesai makan enam datuk, enam lao beserta hai-makui", "kiu-bwee-kui-bo" dan "tee-tok-siang" berkumpul
"hal yang ingin saya bahas dengan kalian adalah tentang hasil
tugas dari lao." ujar see-hui-kui
"dan juga masalah bun-liong-taihap." sela liang-lo-mo dan coatung-mo-kai bersamaan.
"baik kalau begitu, kepada lao, sampaikan hasil dari tugas
kalian !" ujar see-hui-kui
"saya telah berhasil menaklukkan dan mengalahkan butongpai." sahut Tan-hang
"saya juga telah berhasil menaklukkan hoasan-pai." sela Kampeng
"saya juga telah berhasil menaklukkan kunlun-pai." sela Wan-lin
"baik tiga dari perguruan besar telah kita taklukkan dan hanya
satu siwulim-pai tidak bisa ditaklukkan oleh lao-it dan bahkan
jai-hwa-hengcia tewas disana." ujar see-hui-kui.
269 "kalau begitu salah satu dari kita harus ke siawlim-pai." sahut
Liang-lo-mo "benar dan menurut saya hal itu akan kita lakukan setelah misi
pak-koai-lo selesai." sela lam-sin-pek, semuanya mengangguk
setuju "lalu bagaimana pak-koai-lo, apakah kamu sudah menjumpai
Pak-sian ?" tanya Coa-tung-mo-kai
"saya sudah pergi kewilayah utara untuk mencarinya tapi saya
tidak bertemu." sahut pak-koai-lo
"dan kamu lam-sin-pek bagaimana ?" tanya Liang-lo-mo
"saya bertemu dengan lam-sian, namun aku akui gagal karena
munculnya bun-liong-taihap." sahut Lam-sin-pek, semua
terdiam, Wan-lin terkejut dalam hati, bahwa suhunya kalah oleh
han-hung-fei, sejak ia berpisah dengan Yang-lian, pikirannya
selalu dipenuhi hal-hal tentang han-hung-fei, dia memang
merasa rindu dengan han-hung-fei teman masa kecilnya,
namun dia bingung mengambil langkah karena kenyataannya
mereka berhadapan sebagai musuh, dan terlebih ia kecewa
dan marah karena han-hung-fei telah menghamili Yang-lian dan
bahkan bercinta dengan Yan-hui
"apa yang kita perebutkan dulu, ternyata didapatkan oleh
pemuda itu, dan nyatanya ia memang luar biasa dan sakti." ujar
Lam-sin-pek "bun-liong-sian-kiam memang luar biasa, tapi apakah jika kita
dua dari kita menghadapinya kita akan tetap kalah ?" sela pekmou-hek-kwi
"dari pengalaman berhadapan dengan dia, dua dari kita akan
seimbang dengannya."
"eh..benarkah analisamu itu lam-sin-pek !?" tanya see-hui-kui
penasaran 270 "menurut saya begitu, dan saya yakin dua dari kita baru
seimbang. "apakah menurut kalian bun-liong-taihap akan mencari kita ?"
tanya pak-koai-lo "menurut saya tidak, karena sudah hampir tiga tahun
keberadaanya dia hanya bertemu dengan lam-sin-pek." sahut
coa-tung-mo-kai "tapi cianpwe menurut saya dia akan mencari kita." sela Wan-lin
"kenapa menurutmu demikian Lin-ji ?" tanya lam-sin-pek
"karena pertemuan yang beruntun antara pihak kita
dengannya." "maksudmu bagimana lao-si ?" tanya Liang-lo-mo
"karena saya, lao-ngo, saicu-bin-kui, ang-bin-kwi telah
mengeroyoknya, namun kami kalah dan kedua teman kami
tewas. "sialan saicu-bin-kui sudah pula tewas ditangannya." gerutu
Liang-lo-mo "artinya kita telah banyak kehilangan oleh sebab bun-liongtaihap."
"benar empat bawahan coa-tung-kaipang dan dua bawahan
Liang-lo-mo." sela Lam-sin-pek.
"hal ini tidak boleh kita biarkan !" teriak Coa-tung-mo-kai marah
"tunggu dulu coa-tung-mo-kai, lanjutkan kesimpulanmu lao-si !"
sela See-hui-kui "sebelum saya bertemu dengan lao-ngo, lao-ngo telah
memperdaya bun-liong-taihap dengan memberinya racun ular
lima warna dan racun katak merah."
"eh..racun ganas dan mematikan." sela enam datuk bersamaan
"benar cianpwe, namun bun-liong-taihap ternyata kebal racun,
lau ketika kami datang, Lao-ngo buka kartu dengan
271 membokong bun-liong-taihap, amarah bun-liong-kiam sangat
jelas saat itu, setelah kami merasa tidak mampu kami
menyingkir." "jadi dari sisi mana dari ceritamu dia akan mencari kami lao-it ?"
tanya Liang-lo-mo "dari amarah yang ia tunjukkan, karena saya yakin ia akan
mengejar lao-ngo, dan juga dia akan mengejar saya."
"kalau karena amarah diperdaya saya belum yakin dia akan
mengejar lao-ngo, karena Bun-liong-taihap juga pernah
diperdaya oleh Lao-liok, dan nyatanya dia tidak mengejar Laoliok." sela Tan-hang
"karena itu makanya saya yakin dia akan mengejar kita, dia
sudah dua kali diperdaya. Istilah lao yang kita serukan saat
bertempur melawannya akan difahaminya bahwa dua
perempuan yang memperdayainya adalah satu kesatuan.
"perhitunganmu mungkin jadi benar, tapi belum cukup kuat."
sela lpek-mou-hek-kwi "mungkin juga cianpwe, namun bun-liong-taihap juga sudah
mengenal saya, dan itu lebih memicunya mencari lao dan
tentunya berakhir pada liok-cianpwe."
"kenapa dengan mengenalmu dia akan lebih terpicu ?" tanya
pak-koai-lo "karena dia adalah temanku masa kecil, suhu kami dulu
bersama ditempat suhu mendapatkan saya."
"kalian bersama di rumah she-gao ?" tanya Lam-sin-pek, Wanlin mengangguk.
"hmh"melihat kondisi ini saya malah puny ide." sela see-huikui
"ide apa itu see-hui-kui ?" tanya Lam-sin-pek
"jika lao-si adalah teman masa kecilnya, bukankah sungguh
272 baik jika lao-si dapat menguasai hatinya, dan dengan demikian
aliran kita akan semakin kuat dengan adanya bun-liong-taihap
?" "hmh..idemu sungguh tepat see-hui-kui, karena tentunya lamsian juga banyak berharap padanya ketika nyawanya
diselamatkan pendekar itu, ini trik jitu jika kamu lian-ji dapat
menaklukkan hatinya." ujar Lam-sin-pek
"aku tidak bisa suhu, karena han-hung-fei telah menghamili laongo
"hahaha..hahaha".binal juga si bun-liong ini." pek-mou-hek-kwi
tertawa terbahak-bahak. "kenapa cianpwe berkata demikian ?" tanya Kam-peng
"hehehe..hehehe"lao-liok bahkan sudah melahirkan anak si
binal ini." sahut Pak-mou-hek-kwi.
"oh".begitukah cianpwe ?" tanya Wan-lin meragu
"benar, dan jika si binal ini tidak ikut dengan barisan kita maka
dia akan menderita, karena saya akan menjadikan anaknya
menjadi mesin pembunuhnya sendiri." sahut Pek-mou-hek-kwi
"demikian juga aku, jika memang lao-ngo memiliki anak
darinya." sela liang-lo-mo.
Menurut saya lao-si, kamu harus usahakan menariknya masuk
aliran kita, karena itu akan menjadi pukulan besar bagi lam-sian
dan pak-sian, dan supaya kalian yang dulunya bersama di
rumah she-gao dapat berkumpul kembali."
"apa maksud cianpwe ?" tanya Wan-lin
"kalau kamu bilang kalian bersama dirumah she-gao, aku yakin
kalian ada bertiga selain gao-hujin."
"benar cianpwe, satu lagi adik saya wan-peng."
"tahukah kamu dimana adikmu itu sekarang ?" tanya pak-koailo
273 "tidak ccianpwe, entah dimana adikku itu, apakah ia hidup atau
sudah mati." "hehehe..hehehe"adikmu itu tidak mati, bahkan sangat sehat
dan tampan." "cianpwe benarkah " diamankah adikku itu ?"
"Lao-pat berdirilah kamu !" perintah pak-koai-lo, Zhou-peng
berdiri "lao-pat itu adalah adikmu lao-si, karena aku yang
mengambilnya saat itu dan pek-mou-hek-kwi yang memukulmu
saat itu." mendengar itu lao-si dan lao-pat saling pandang,
Wan-lin terisak "wan-peng adikku, kamu adalah adikku." Jerit Wan-lin, lalu
mengejar lao-pat dan memeluknya.
"benarkah suhu !?" tanya Lao-pat sambil membiarkan dirinya
dipeluk wan-lin "benar lao-pat, kamu tentunya tidak ingat karena kamu masih
kecil saat itu." lao-pat dengan erat memeluk kakaknya.
"sudahlah kecengengan ini lao-si ! kamu lihat adikmu itu
mengambil she yang kuberikan, tentu artinya kamu tahukan,
jika dinasti zhou berhasil keistana, kalau kamu mengerti
keberadaan bun-liong dipihak kita amatlah berarti." ujar Pakkoai-lo, Wan-lin tentu sangat mengerti perkataan pak-koai-lo,
adinya ini calon kaisar masa depan jika dinasti zhou berkuasa,
dan benar jika Han-hung-fei dapat diajaknya maka kekuatan
mereka makin besar, dan juga tidak ada ruginya jika ia dapat
menjadikan han-hung-fei jadi suami.
"baiklah, aku akan usahakan han-hung-fei ada dibarisan kita."
"hahaha..hahaha"bagus lao-si." sahut Pak-koai-lo.
"baik urusan bun-liong-taihap kita serahkan pada lao-si, saya
yakin masa kecil keduanya akan memudahkan bagi kita
274 menguasai bun-liong-taihap." ujar See-hui-kui, setelah itu
merekapun bubar, dan keesokan harinya, merekapun
berpencar menuju tempat tugas masing-masing, zhou-peng
meminta kakaknya untuk tetap tinggal selama seminggu, dan
wan-lin sangat menyetujuinya. Zhou-peng banyak menanyakan
ihwal keluarganya pada Wan-lin, wan-lin bercerita dengan
linangan air mata, dan bahkan bercerita tentang Han-hung-fei.
Setelah kehilangan Wan-lin, Han-hung-fei terduduk didalam
hutan, dadanya terasa sesak akibat luka dalam, Han-hung-fei
bersila dan mengerahkan sin-kang untuk mengobati lukanya,
selama selama setengah hari Han-hung-fei mengobati dirinya,
dan setelah itu hentakan nafasnya sudah normal dan pulih
kembali, lalu ia mencari binatang buruan untuk pengganjal
perutnya yang lapar, seekor kelinci gemuk menjadi
santapannya siang itu, sambil makan dia kembali
membayangkan wajah yang bernama Wan-lin, wajah yang
cantik itu semakin menebalkan rasa rindu dan penasaran
dalam hatinya. Han-hung-fei kembali ke penginapan, didalam kamarnya Hanhung-fei membayangkan empat wanita yang di jumpainya
selama tiga tahun ini, Liu-sian seorang wanita cantik yang
menerbitkan rasa iba, Yan-hui wanita yang menimbulkan gairah
dalam hatinya, Yang-lian wanita luwes yang menimbulkan rasa
ceria, Wan-lin wanita yang dari awal dirindukan dan sekarang
membuat penasaran, lalu ia membayangkan pertemuan
dengan Yan-hui yang dipanggil lao-liok, Yang-lian dipanggil
temannya lao-ngo, dan wan-lin sekilas ia dengar dipanggil laosi
"hmh".artinya Yan-hui, Yang-lian dan Wan-lin sepertinya
275 memiliki hubungan, saya harus menyelidiki golongan apa yang
menggunakan istilah lao." pikirnya dalam hati.
Keesokan harinya setelah membayar sewa kamar selama
sebulan, Han-hung-fei meninggalkan kota chongqing, sekarang
ia punya tujuan, yakni mencari golongan yang menggunakan
istilah lao, untuk menemukan Wan-lin, seminggu kemudian
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Han-hung-fei melintasi sebuah hutan, dia melihat enam orang
sedang membakar daging buruan, hal yang membuat ia tertarik
dengan rombongan itu adalah pembicaraan yang sedang
mereka lakukan "Coa-kang ! apakah menurutmu Lao-ngo masih berada di
chongqing ?" tanya Kui-san-ok
"menurut saya Lao-si dan pang-ong saicu-bin-kui akan
menunggu kita, jikapun tidak pasti mereka meninggalkan pesan
pada kita disana." jawab Coa-kang pembantu utama dari saicubin-kui.
"ayah apakah kita akan berhasil meringkus Bun-liong-taihap ?"
"jika kita berdelapan sangat bisa jadi kita akan dapat
meringkusya "benar, jika melihat tiga pangcu bersama lao-liok masih kalah,
masa kita bertujuh beserta lao-ngo masih kalah." sela bu-kwi.
"saya dengar kalian hendak meringkus dan membunuhku,
sekarang saya suda disini !" sela suara yang kemudian Hanhung-fei muncul, enam orang itu terkejut, terlebih setelah
melihat gagang pedang dibalik punggung yang pemuda
didepan mereka. "a..apakah kamu bun-liong-taihap ?"
"benar, ayok".lakukanlah apa yang kalian ingin lakukan !"
"serang"!" teriak kui-san-ok, enam orang itu langsung
menyerang Han-hung-fei, han-hung-fei dengan gesit
276 menyambut terjangan enam pengeroyoknya dengan jurus "inhun-bun-sian" (dewa sastra menyibak awan) jurus ketiga dari
bun-sian-pat-hoat. Terjangan dan serangan Han-hung-fei yang demikian gesit
membuat barisan pengeroyok kebingungan, dalam sepuluh
jurus Bu-kwi sudah mendapat tamparan pada mukanya,
tamparan ini membuat bu-kwi pusing tujuh keliling sehingga ia
sempoyongan dan ambruk, kui-san-ok mengerahkan segenap
kemampuan untuk mengimbangi jurus Han-hung-fei yang gesit
dan dahsyat, berkat kerjasama yang baik antara kui-san-ok dan
anaknya "siu-kui" mereka dapat menahan tekanan jurus Hanhung-fei, namun karena tiga orang rekannya kurang sin-kang
sehingga tidak dapat merobohkan han-hung-fei, pertarungan
sudah lebih tujuh puluh jurus.
Han-hung-fei merobah jurusnya dari jurus ketiga ke jurus yang
Si Rase Kumala 7 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Bende Mataram 28
"ya"dan saya juga dengar bahwa empat pangcu kaipang
bawahan dari coa-tung-mo-kai sudah tewas ditangan pendekar
muda itu." 207 "benar, saya dengar juga begitu, saat pulang dari tempatmu."
"tentunya itu akan membuat enam datuk terkejut, dan akan
membuat mereka murka."
"benar apa katamu pak-sian, eh sebenarnya kamu kebarat
untuk apa ?" "saya sedang ke Lhasa bertemu dengan pimpinan dalai lama
jubah merah" "oh..lalu bagaimana kabar yang-gun-lama?"
"dia sehat dan baik-baik saja, kami banyak bercerita tentang
perjuangan Liu-xuan, dan bahkan menyarankan pada saya
untuk ikut andil dalam perjuangan menggulingkan rezim
sekarang yang korup dan aniaya."
"lalu bagaimana tanggapanmu pak-sian ?"
"aku katakan padanya urusan kebangsawanan ini tidak sekedar
pertempuran dua gajah, dan yang naas adalah pelanduk."
"sekilas memang pendapatmu dapat diterima pak-sian, terlebih
jika dilihat banyak pendukung liu-xuan para ahli silat dari
golongan hitam, dan mereka tergabung dalam "ang-bi-tin"
(barisan alis merah) dan saya dengar juga pak-koai-lo
merupakan senior dalam barisan itu."
"nah lalu kenapa hanya sekilas benarnya lam-sian ?"
"karena urusan menggulingkan rezim yang korup ini dibutuhkan
kekuatan dari berbagai sumber, karena hal yang utama adalah
fisik bukan sprit, jadi kita tidak bisa nafikan bahwa golongan
hitam punya kekuatan dan itu sangat dibutuhkan untuk
menggulingkan rezim yang menyengsarakan rakyat ini."
"hehehe".lam-sian apakah kamu akan ikut masuk ang-bi-tin ?"
"tentu tidak pak-sian, benar bahwa ang-bi-tin salah satu basis
terbesar dan terkuat dipihak liu-xuan, namun basis kekuatan
bukan hanya ang-bi-tin, saya dengar ada salah satu basis
208 kekuatan pangeran yang terdiri dari kumpulan para hohan dan
pendekar, dan ini saya yakin murni hanya kemaslahatan rakyat
tanpa embel-embel lain."
"lalu apakah kamu tertarik lam-sian ?"
"benar pak-sian, setidaknya dipenghujung usia yang lanjut ini,
saya dapat melakukan bakti pada rakyat jelata, janggal rasanya
dalam urusan rakyat yang sebesar ini kita tidak ikut andil
walaupun seujung kuku, kita sama-sama tahulah bagaimana
karakter rezim yang sekarang, yang memang benar-benar tidak
dapat ditolerir lagi, dan saat ini kiblat yang menjadi harapan
rakyat dalam memperbaiki keadaan adalah pangeran Liu-xuan
sebagai penerus dinasti han yang dikudeta oleh wang-mang,
bagaimana menurutmu pak-sian ?"
"saya belum merasa ngeh dengan urusan politik dan
pemerintahan ini lam-sian, namun untuk melihat organisasi
hohan yang kamu katakan tadi pantas untuk dijajaki."
"benar, dan hal itu jugalah yang saya ingin lakukan saat ini, dan
kalau pak-sian setuju marilah kita sekarang ketempat tersebut."
"memang tempatnya dimana ?"
"katanya ada di kota kaifeng."
"kalau begitu marilah kita berangkat !" sahut Pak-sian, lalu
kedua kakek kosen itu meninggalkan hutan menuju kota
kaifeng. Kota kaifeng merupakan salah satu basis kekuatan pasukan
pendukung Liu-xuan, disebuah bangunan di pinggir kota
sebelah barat merupakan tempat berkumpulnya para pendekar
yang direkrut oleh jendral Li, para pendekar dikumpulkan
disebuah bangunan yang diberi nama dengan "hohan-jianzhu"
(gedung orang gagah), gedung itu di dipimpin oleh khu-
209 ciangkun seorang ahli militer yang handal, dan perekrutan para
pendekar ini merupakan ide dari khu-ciangkun pada jenderal Li.
Lam-sian dan pak-sian memasuki bangunan tersebut,
kedatangan dua dewa ini disambut dua penjaga luar
"maaf lo-heng apakah yang dapat kami bantu ?"
"apakah khu-ciangkun ada ?" tanya Lam-sian
"beliau ada lo-heng, boleh kami tahu kedua lo-heng siapa "
supaya kami dapat melaporkan pada ciangkun."
"sampaikan saja pada khu-ciangkun orangtua dari nanjing
hendak bertamu." sahut lam-sian
"baiklah kalau begitu lo-heng, tunggulah sebentar kami akan
laporkan pada ciangkun." ujar penjaga itu dan seorang dari
mereka segera malapor kedalam, dan tidak lama kemudian
penjaga itu keluar "pada jiwi-loheng akan diterima ciangkun, marilah saya antar
kedalam." ujar penjaga, lalu kedua kakek itu di ajak masuk
kedalam dan menunggu diruangan tengah, lalu seorang lelaki
kekar dengan wajah lumayan tampan, berumur lima puluh
tahun keluar "selamat bertemu kembali cianpwe, sungguh kunjungan lamsian-cianpwe ini sangat menyenangkan dan merupakan satu
kehormatan bagi tecu."
"hehehe..selamat bertemu kembali ciangkun." sahut lam-sian
"hmh"kalau lam-sian cianpwe pernah bertemu dengan saya di
kota Nanjing, lalu cianpwe ini semoga tidak salah duga tentuan
pak-sian bukan ?" "hahaha..hahaha"ciangkun sungguh berpandangan jeli, benar
saya adalah pak-sian, tapi bagaimana ciangkun dapat
menduga setepat itu ?"
"pak-sian-cianpwe, jika lam-sian yang datang dan bersama
210 beliau ada seorang kakek seumuran dengan beliau, dan yang
didatangi adalah tempat seperti ini, siapa lagi kalau bukan paksian cianpwe."
"hehehe..tapi ciangkun lam-sian punya banyak teman yang
seumuran dengan beliau, lagian mungkin saya adalah
saudaranya seayah lain ibu."
"hahaha..hahaha" pak-sian-cianpwe bisa saja, namun
cianpwe selatan bandingnya hanya utara, hanya dua itu saja
yang ada di bui-lim."
"hehehe"ciangkun memang memiliki wawasan yang luas." puji
pak-sian "pak-sian terlalu memuji saya, oh ya apa yang bisa saya bantu
jiwi-cianpwe ?" "kami dengar khu-ciangkun melakukan usaha pengumpulan
tenaga untuk membantu perjuangan."
"benar lam-sian-cianpwe, kita butuh semua tenaga yang ada,
maka saya sarankan kepada Li-goanswe untuk mengizinkan
saya melakukan perekrutan ini, karena ada satu hal yang ingin
saya perjuangkan dalam usaha ini."
"apakah itu khu-ciangkun ?" sela pak-sian
"benar bahwa perjuangan ini butuh semua tenaga tanpa
pandang pilih bulu, saya tidak bisa menafikan itu, namun dalam
perjuagan ini mesti ada pengawal perjuangan."
"apa maksudnya pengawal perjuangan ciangkun ?"
"barisan pendukung pangeran liu-xuan sangat kuat, dan saya
yakin bahwa untuk menggulingkan rezim dianghuan kita akan
berhasil, tapi saat keberhasilan itu sudah diraih sering terjadi
kecendrungan melupakan dari tujuan perjuangan, oleh sebab
itulah saya membentuk "hohan-jiangzhu" individu yang saya
rekrut harus berlandaskan niat ikhlas semata-mata untuk
211 kemaslahatan rakyat jelata."
"apakah ciangkun punya dugaan bahwa tujuan perjuangan ini
akan melenceng ?" "saya juga tidak menduga kuat lam-sian-cianpwe, namun
sediakan payung sebelum hujan sangat tepat dalam urusan ini,
dan saya tidak menutup mata bahwa kemungkinan melenceng
itu akan ada, karena basis terkuat pendukung gerakan ini
adalah "ang-bi-tin" sementara formasi "ang-bi-tin" terdiri dari
beberapa jenderal dan bangsawan yang tersingkir dari dinasti
xin, dan kemudian ang-bi-tin" juga di huni banyak kalangan builim dari golongan sesat, nah latar keikut sertaan dua formasi ini
harus kita waspadai, yang tentunya tidak sunyi dari
kepentingan pribadi, materi dan kekuasaan."
"lalu bagaimana dengan keberadaan hohan-jianzhu sendiri ?"
tanya Pak-sian "nah..keberadaan hohan-jianzhu disamping ikut dalam perang
fisik melawan rezim, juga berfungsi untuk mengawal tujuan dari
perjuangan tersebut, dan makanya formasi disini harus benarbenar saya seleksi, saya tidak akan merekomendasikan apaapa pada relawan yang masuk, prinsipnya seperti ini jiwicianpwe, kita hanya berjuang, jika berhasil baik maka kita
pulang kekampung dengan rasa puas yang kita rasakan,
namun jika hasil melenceng kita juga bertanggung jawab untuk
ikut andil menyelamatkan rakyat dari akibat yang kita
perjuangkan." "benar istilah pepatah kuno dua gajah berantam pelanduk kena
sasaran" sela Pak-sian
"untuk menyelamatkan pelanduklah pak-sian-ciampwe fungsi
kedua dari "hohan-jianzhu" sahut Khu-ciangkun, kedua kakek
itu manggut-manggut 212 "usaha ini ciangkun amatlah baik, tentunya kami orang tua ini
sedikit banyaknya akan mendukung usaha ciangkun." ujar paksian
"terimakasih jiwi-cianpwe, saya sangat merasa bahagia
mendengarnya, bagi saya dengan bergabungnya jiwi-cianpwe,
maka akan memberikan warna yang jelas pada tujuan
dibentuknya hohan-jianzhu."
"bagaimana cianpwe jika kita bergabung kedalam, terlebih
sebentar lagi kita akan makan malam."
"jika memang demikian ciankun, marilah kita kesana." sahut
Lam-sian, lalu ketiganyapun menuju bangunan induk dimana
ratusan pendekar berkumpul, saat ketiganya muncul, tentu para
pendekar merasa gembira, dua kakek ini adalah datuk dunia
persilatan, hampir dari ratusan pendekar itu menjura
menyambut kedatangan dua datuk tersebut, diantaranya
adalah "Lu-piauw" "tung-kim-pang" dan "pak-sin-lun" kemudian
ada lagi utusan dari bu-tong-pai terdiri dari lima pendekar yang
dipimpin oleh sim-cu-hung yang berjulukan "butong-pek-peng"
(garuda putih dari butong), kemudian tujuh pendekar utusan
dari hoasan-pai yang di pimpin oleh liu-kun yang berjulukan
"hoasan-taihap" (pendekar hoasan), lalu tiga orang utusan dari
kunlun-pai yang dipimpin oleh bu-hong dengan julukan "swatkiam-taihap" (pendekar pedang salju) dan seorang biksu dari
siawlim-pai yang bernama kwaa-ceng-hewsio dengan julukan
"seng-twi-sin-kun" (pukulan sakti tendangan malaikat), dan dua
orang dalai lama jubah merah, yakni can-beng-lama dengan
julukan "swat-kok-tiauw" (rajawali lembah salju) dan Lo-kenglama dengan julukan "hwi-ciang" (sitelapak api)
"selamat datang jiwi-cianpwe !" sapa can-beng-lama
"hehehe..hehehe..selamat berjumpa swat-kok-tiauw." ternyata
213 anda sudah disini walhal saya baru datang dari Tibet bertemu
suhu kalian." "ooh begitukah cianpwe " lalu bagaimana kabar suhu ?" sela
lo-keng-lama "suhumu baik-baik saja "hwi-ciang" jawab pak-sian
"selamat berjumpa pada semua para taihap yang penuh
semangat." seru lam-sian
"selamat datang jiwi-cianpwe." Sahut mereka serempak.
"baiklah para taihap yang terhormat, khususnya saya pribadi
sangat senang dan bahagia menyampaikan pada seluruh
taihap bahwa jiwi-cianpwe lam-sian dan pak-sian akan ada
bersama kita dalam perjuangan ini." ujar Khu-ciangkun,
penyampaian ini disambut hangat para pendekar.
"dan tentunya para pendekar akan banyak bertemu ramah
dengan jiwi-cianpwe, namun sebelum itu, karena makan malam
kita sudah dihidangkan marilah kita bersantap malam !" ujar
khu-ciangku dengan senyum cerah dan bahagia, lalu
merekapun menuju ruangan belakang yang berupa ruangan
makan. Para pelayan yang terdiri dari sepuluh lelaki dan lima
perempuan sibuk berlalu lalang melayani ratusan pendekar
yang sedang bersantap malam, dan seorang yang kita kenal
sebagai pimpinan pelayan itu mengatur menu yang
dihidangkan, dia adalah Liu-gan, Liu-gan sudah delapan bulan
bersama putrinya liu-sian di hohan-jianzhu, sejak mereka
berpisah dengan bun-liong-taihap mereka langsung menuju
kaifeng dan bergabung dengan khu-ciangkun yang baru empat
bulan membentuk hohan-jianzhu, karena disamping ahli silat
liu-gan juga ahli masak. 214 Tiga hari mereka bergabung, saat ayah dan anak itu memasak
makanan untuk makan pagi, Liu-sian tiba-tiba merasa mual, dia
berlari keluar dan muntah-muntah, Liu-gan cepat mengambil
teh hangat untuk putrinya
"kamu kenapa sian-ji ?" tanya ayahnya lembut
"mungkin aku masuk angin ayah." jawab Liu-sian
"betul " apa kamu tidak demam ?" tanya Liu-sian sambil
meraba kening putrinya, dan memang bukan demam
"kamu istirahat saja dulu, biar ayah dan a-seng serta a-kiu yang
menyiapkan makan pagi." ujar Liu-gan
"baiklah ayah." sahut Liu-sian lalu meninggalkan dapur masuk
kamarnya, seorang wanita separuh baya yang sedang melipat
kain sprei memandangnya heran
"kamu kenapa sian-moi " wajahmu kok pucat ?"
"mungkin aku masuk angin kwee-cici."
"semalam saya perhatikan kamu susah tidurnya sehingga kamu
keluar ke vapiliun, tentunya karena itu kamu masuk angina."
"mungkin karena itu kwee-cici
"apa kamu sudah minum obat ?" tanya Kwee-gin
"aku tidak apa-apa, istirahat sebentar aku akan pulih." sahut
Liu-sian "Liu-sian naik keranjang dan berusaha tidur, saat siang ia
bangun dan badannya terasa lebih nyaman, lalu ia pergi cuci
muka dan menjumpai ayahnya
"bagaimana keadaanmu sian-ji ?"
"aku sudah baikan ayah." sahut Liu-sian
"kalau begitu pergilah makan, kwee-gin sudah menyiapkan dari
tadi." Ujar ayahnya, lalu liu-sian pergi kedapur dan makan.
215 Dua hari kemudian mual perutnya terasa lagi, dan sejak itu liusian bahkan tidak mau makan, karena melihat nasi saja ia
sudah mual, liu-gan sangat cemas, dan ia pun memanggil tabib
untuk memeriksa putrinya "bagaimana keadaan putri saya kwaa-shinse ?"
"hehehe".dia tidak apa-apa liu-sicu, putrimu hanya hamil dan
tidak lama lagi kamu akan menimang cucu." perkataan tabib itu
membuat kepala liu-gan terkejut
"jangan terkejut hal yang dialami putrimu biasa bagi wanita
yang sedang ngidam, sudah aku pamit dulu dan resep ini untuk
membantu daya tahan tubuhnya " ujar kwaa-sinse.
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"bai..terimakasih kwaa-sinse." sahut Liu-gan, setelah kwaasinse pergi, liu-gan masuk kekamar putrinya, kwee-gin yang
melihat ayah liu-sian masuk, ia pun keluar
"sian-ji apa yang telah engkau lakukan nak !?"
"hiks..hiks..maafkan aku ayah, anakmu ini telah melakukan
dosa dan membuat malu keluarga uuu..uu"." sahut liu-sian
menangis sesugukan "siapakah ayah anak ini sian-ji ?" tanya liu-gan dengan hati
hancur mendengar suara tangis anaknya
"hiks..hiks"fei-koko ayah..ah"aku yang salah".aku yang
tidak bisa menahan diri, uuu..uuu..uuu..apa yang harus saya
lakukan uuu..uuu"uuu.."
"sudahlah sian-ji kamu jangan menagis lagi tidak baik untuk
kesehatanmu, ayah akan minta pada lu-taihap untuk mencari
bun-liong-taihap." "ja"jangan ayah, fei-koko tidak akan siap untuk ini."
"kenapa " apa maksudmu sian-ji ?" tanya liu-gan
"ayah"sekali lagi tolong aku dimaafkan, kejadian ini aku yang
bersalah, hanya karena rasa cinta aku lupa diri, sementara fei-
216 koko sangat tidak mengerti dengan peristiwa yang kami
lakukan." "walaupun demikian sian-ji, kenyataan ini harus diketahui oleh
bun-liong-taihap." "tidak ayah, aku tidak rela mengambil keuntungan diatas
keluguan fei-koko, biarlah aku tanggung semua ini, dan
sungguh aku telah menyakiti ayah, ayah"maafkanlah anakmu
yang lemah terhadap godaan ini, uu..uuu..uuuu?"
"hmh..baiklah sian-ji, tenangkanlah hatimu nak, ayah akan
selalu memafkanmu, dan dalam kepedihanmu itu, aku ayahmu
nak akan selalu menghibur dan membantumu."
"ayah"ayah"uuu..uuu?" jerit liu-sian bangkit dan memeluk
ayahnya, isaknya semakin pedih dan pilu, liu-gan juga
berlinang air mata memeluk putri semata wayangnya ini.
"sudahlah nak, ayah akan bicara pada khu-ciangkun, dan kita
akan mendengar apa keputusannya." ujar Liu-gan sambil
menghapus air matanya. "lauw-cianbu apakah ciangkun ada ?" tanya liu-gan pada staf
khu-ciangkun "ada liu-sicu, apakah sicu hendak bertemu ?"
"benar lauw-cianbu." sahut liu-gan
"baik kalau begitu, tunggu sebentar !" ujar lauw-ciancu lalu
masuk kedalam ruangan khu-ciangkun, kemudian ia keluar
"silahkan masuk liu-sicu !" ujar lauw-ciankun, liu-gan masuk dan
bertemu dengan khu-ciangkun
"ada apa liu-sicu ?" tanya khu-ciangkun ramah
"aku ingin menyampaikan sesuatu pada ciangkun."
"hal apakah itu liu-sicu, katakanlah !"
"hal ini tentang putri saya, dan maaf ciangkun, karena hal yang
217 membuat malu." "hmh".lanjutkan liu-sicu."
"begini ciankun, putri saya sedang hamil, sementara dia belum
punya suami, jadi saya minta maaf pada ciangkun telah
mencoreng nama baik "hohan-jianzhu" dan rasanya kami tidak
layak lagi disini." "tunggu dulu liu-sicu, langkah yang diambil liu-sicu terlalu jauh,
hohan-jianzhu sangat membutuhkan liu-sicu disini, memang
apa yang menimpa putrimu memalukan tapi imbasnya tidak
akan sebesar jika liu-sicu meninggalkan hohan-jianzhu, malu
bisa ditutupi tapi perjuangan ini harus tetap kita wujudkan,
benar masih banyak juru masak yang handal diluar sana liusicu, namun kepercayaan yang membedakan sicu dengan
mereka, mungkin dapat yang seperti sicu namun akan
memakan waktu yang lama, dan akan mempengaruhi
perkembangan hohan-jianzhu."
"jadi bagaimana baikya ciangkun ?"
"liu-sicu tidak perlu meninggalkan hohan-jianzhu, dan perkara
putri sicu, kita bisa maklumkan pada para taihap, bahwa
putrimu adalah janda yang ditinggal mati oleh suami, dan kalau
untuk para pelayan, tentunya liu-sicu dapat menjelaskannya
pada mereka." "baiklah kalau begitu ciangkun, terimakasih atas saran
pendapatnya, sekarang saya permisi dulu."
"baik liu-sicu, jagalah baik-baik kesehatan putrimu " sahut Khuciangkun, liu-gan kembali kekamar putrinya
"sian-ji kita akan tetap disini, begitu keputusan ciangkun, dan
keadannmu dapat dimaklumi oleh ciangkun."
"lalu bagaimana nanti tanggapan para penghuni disini ?"
"hal itu akan diatasi oleh ciangkun, dan diantara pelayan siapa
yang tahu bahwa kamu belum bersuami ?"
218 "lima pelayan wanita tahu saya belum punya suami, karena
kami satu kamar." "baiklah kalau begitu, saya akan bicara dengan mereka." ujar
lui-gan, lalu ia pun memanggil kwee-gin dan empat wanita
lainnya, lima pelayan wanita itu sangat memakluminya dan
bahkan ikut serta menghibur liu-sian selama masa hamilnya,
keadaanpun aman-aman saja sampai saat makan malam
bersama ji-sian. Hamil Liu-sian sudah tinggal menunggu hari, kwee-gin malam
itu menemaninya sementara yang lain melayani para pendekar
yang sedang makan malam, setelah selesai makan malam para
taihap kembali keruangan pertemuan, mereka berkelompok
asik mengobrol kesana kemari, terlebih kehadiran ji-sian
membuat semarak ruang pertemuan itu, mereka mengobrol
sampai larut malam. Di kamar pelayan wanita liu-sian mengerang kesakitan, kweegin dan empat pelayan yang sudah tidur langsung bangun,
kwee-gin segera menemui liu-gan, liu-gan langsung keluar dan
menemui dukun beranak tiga blok dari hohan-jianzhu, dengan
langkah buru-buru ling-pekbo memasuki kamar, dan
mentyiapkan persalinan, liu-sian dengan keringat dingin yang
membanjir berusaha mengeluarkan bayinya, mukanya
menunjukkan rasa sakit yang sangat pada peristiwa yang
mengharukan itu, bayi liu-sian lahir saat dinihari
"oaaa"oaaa"..oaaaa"." suara tangis bayi laki-laki demikian
nyaring melengking menyambut pagi yang dingin, lam-sian dan
pak-sian terkejut dan bangun
"ada bayi lahir lam-sian !" seru pak-sian
"hehehe..hehehe" kita tengok yah ." sahut lam-sian, lalu
219 keduanya menuju ruang makan, dan melihat liu-gan sedang
duduk diluar "sicu"apa cucumu yang lahir ?" tanya pak-sian
"benar pak-sian-cianpwe." Sahut liu-gan tersenyum melihat dua
datuk ini menyambanginya "hahaha"hahaha" kionghi..kionghi.. sicu."
"terimakasih jiwi-cianpwe, maaf telah mengganggu tidur jiwicianpwe."
"hahaha..hahaha" suara tangis itu tidak akan pernah
mengganggu, mendengarnya saja laksana tipuan serunai dari
surga, membangkitkan rasa hidup sekaligus pesan yang
menghangatkan kalbu" sahut pak-sian
"hehehe..hehe benar pak-sian, eh sicu, bisakah kita tengok
cucumu kedalam ?" "oh..tentu jiwi-cianpwe, sebentar aku lihat dulu kedalam." sahut
liu-gan senang dan gembira
"apakah kami boleh masuk ling-pekbo ?" tanya Liu-gan
"sudah liu-sicu, silhkanlah masuk !" sahut lin-pekbo, lalu tiga
lelaki itu masuk, lima pelayan wanita senyam-senyum melihat
dua kakek itu demikian senangnya untuk melihat bayi itu
"heheh..hehehe nak siapa namamu ?" tanya lam-sian
"liu-sian kakek." Jawab liu-sian
"hehehe..sian-ji anakmu tampan dan mungil boleh saya
gendong ?" "hihi..hi" boleh kakek," sahut liu-sian
"liu-sian"ji-cianpwe ini adalah lam-sian dan pak-sian." sela liugan pada putrinya
"ohh..maafkan aku jiwi-cianpwe." ujar Liu-sian
"hehehe"tidak ada yang perlu dimaafkan
"aku lagi lam-sian"jangan kamu saja." sela pak-sian
220 "nih..hati-hati.. tulang keroposmu menyakiti bayi mungil ini."
sahut lam-sian menyerahkan bayi liu-sian pada pada pak-sian,
sambil haha..hihi.. pak-sian menggendong bayi itu
"liu-sicu siapakah nama cucumu ini ?" tanya pak-sian sambil
menciumi bayi itu, liu-gan tidak menduga akan pertanyaan itu,
sehingga dia terdiam "namanya fei-lun cianpwe." sahut liu-sian
"hahaha..haha" fei-lun"nama yang bagus." sahut pak-sian
"aku lagi lah pak-sian." sela lam-sian, pak-sian kembali
menyerahkan fei-lun pada lam-sian
"eh..dia she apa sian-ji ?" tanya lam-sian
"fei-lun she-han cianpwe."
"hahaha..hahaha gagah betul han-fei-lun, luar biasa, eh nama
bun-liong-taihap siapa lam-sian ?" ujar pak-sian, liu-gan dan liusian terkejut dan ayah anak itu saling pandang
"ooh..namanya han-hung-fei." Jawab lam-sian
"pak-sian setelah kamu ingatkan aku tentang han-hung-fei ad
aide dalam pikiranku."
"apa idemu itu lam-sian, pikiranmu jangan macam-macam yah."
sahut pak-sian "jika anak ini besar nanti aku ingin ia mewarisi ilmu-ilmu ku."
"pikiran bagus lam-sian namun apakah kamu akan hidup
beberapa tahun lagi ?"
"hmh"mungkin aku tidak akan sempat mengajarinya namun
aku akan tinggalkan kitabku padanya."
"hahahaa..hahaha"demikian juga bagus lam-sian, aku juga
tidak mau ketinggalan, han-fei-lun adalah murid kita berdua."
"terimakasih jiwi-cianpwe aku mewakili cucuku memberi hormat
pada jiwi-cianpwe." sela liu-gan sambil berlutut.
221 "hahaha..hahaha..bangkitlah liu-sicu, jangan sungkan begitu."
sahut pak-sian "eh lam-sian mana kitabmu !?" tanya pak-sian, lam-sian
mengeluarkan dua buah kitab dan menyerahkan pada pak-sian,
lalu pak-sian mengelurkan dua buah kitabnya dari dalam
bajunya, dan membungkus empat kitab itu dengan kain
"hehehe..hehehe" letakkanlah han-fei-lun lam-sian dekat
ibunya." ujar pak-sian, lam-sian meletakkan han-fei-lun dekat
liu-sian "Han-fei-lun kami dua suhumu senang menyambut
kelahiranmu, kami hanya dapat memberikan empat buah kitab
ini padamu, jadilah anak yang baik berbakti pada ibumu dan
bermamfaatlah kamu bagi orang lain." ujar pak-sian sambil
meletakkan bungkusan itu dekat kepala han-fei-lun, liu-sian
terisak melihat kelakuan dua kakek itu pada anaknya.
"hehehe..hehehe..kenapa kamu menangis sian-ji,
"jiwi-cianpwe demikian besar perhatian pada anakku sehingga
aku menjadi haru." "hahaaha..hahahaa" tugasmu masih banyak sian-ji, kami titip
murid kami ini, ajari ia dengan baik, susila dan norma kamu
tanamkan, siapkan ia untuk mampu menjalani pernak-pernik
kehidupan, tuntun ia untuk meraih hakikat kemanusiaan." ujar
pak-sian "pesan cianpwe akan aku ingat dan kujunjung
tinggi"uuu..uuu?" sahut liu-sian dan tangisnya pun pecah.
"sudah jangan menangis lagi, matahari sudah terbit, kami
keluar dulu, ayok lam-sian." ujar pak-sian, lalu kedua datuk itu
keluar bersama liu-gan, setelah melepas kedua datuk, liu-gan
langsung kedapur untuk mempersiapkan makan pagi, dan
beberapa pelayan juga sudah sibuk didapur, dengan cekatan
liu-gan mengatur anak buahnya untuk mempersiapkan
222 masakan, hari itu liu-gan sangat gembira dengan kelahiran
cucunya yang demikian antusias disambut oleh dua cianpwe
dunia persilatan, terbetik kebanggan betapa cucunya itu akan
mewarisi ilmu-ilmu dua datuk kosen itu.
Rumah di bagian timur kota Huangsan begitu kelihatan
mencolok dibandingkan dengan rumah-rumah lain
disampingnya, karena rumah itu besar dan megah sekali,
rumah itu dihuni oleh seorang datuk ternama dan juga keras,
sehingga para penduduk sangat takut padanya, datuk itu
adalah pek-mou-hek-kwi, hari itu sedang menerima dua orang
tamu, keduanya adalah utusan dari pak-koai-lo yakni "engkiam" dan "pak-hong-kwi"
"hal apa yang hendak kalian sampaikan pak-koai-lo ?"
"cianpwe pak-koai-lo mengundang enam datuk untuk bertemu
di lanzhou pada hari dua puluh bulan kelima
"hmh..kalau begitu sampaikan pada pak-koai-lo, aku akan
datang." "baiklah cianpwe sekerang kami permisi, karena kami
ditugaskan juga untuk menemui cianpwe liang-lo-mo diteluk
mata ikan." "baiklah, silahkan dan selamat jalan." sahut pek-mou-hek-kwi,
kedua utusan itupun pergi.
Sementara dikamar bagian belakang Yan-hui sedang baring
bermalas-malasan, dan Yan-hui ternyata sedang hamil delapan
bulan, apa yang dilakukannya dengan Han-hung-fei telah
membuat gadis jelita itu hamil, sebagaimana kita ketahui bahwa
Yan-hui terpaksa melarikan diri karena tidak dapat membunuh
bun-liong-taihap yang kosen walaupun ia sudah dibantu tiga
pangcu dari kaipang. 223 Dengan dada sesak ia berjalan gontai menelusuri lembah
sebelah utara kota hopei, karena merasa tempat itu aman,
maka yan-hui duduk bersila untuk memulai pengeobatan
lukanya dengan mengerahkan sin-kang, dia hanya berhenti
ketika merasa lapar dan haus, dua minggu kemudian Yan-hui
berhasil memulihkan diri "sialan si hung-fei bodoh, tidak disangka ia sehebat itu."
gerutunya dalam hati, kemudian saat matahari terbit yan-hui
melanjutkan perjalanan, ia berniat hendak kembali ke
huangsan, ia harus melapor pada suhunya.
Seminggu kemudian Yan-hui memasuki kota hopei, selama dua
hari ia menginap dikota itu, dan saat ia keluar dari likoan,
seorang wanita cantik memasuki likoan, gadis itu adalah Yanglian
"eh lao-ngo kamu darimana ?" sapa yan-hui
"hi"hi" kamu lao-liok, aku dari teluk mata ikan, eh apakah
kamu hendak meninggalkan kota atau hendak jalan-jalan."
sahut Yang-lian "aku hendak meninggalkan kota, aku sudah dua hari disini."
"sebaiknya kamu pergi setelah kita mengobrol, aku hanya
makan saja, dan setelah itu akan melanjutkan perjalanan."
"kamu mau kemana lao-ngo ?"
"aku hendak ke kota taiyuan menemui "saicu-bin-kui, marilah
kita masuk dan kamu temani aku makan sambil ngobrol"
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"baiklah kalau begitu." sahut Yan-hui dan kembali masuk ke
likoan, Yang-hui memesan makanan dan seguci arak
"kamu darimana lao-liok ?" tanya yang-lian sambil menyuap
makanannya "aku bosan dirumah karena suheng sedang melaksanakan
tugasnya, jadi aku meninggalkan huangsan."
224 "apa kamu mendengar tentang pendekar muda yang baru
muncul di dunia persilatan ?"
"maksudmu bun-liong-taihap ?"
"benar, apa kamu pernah bertemu dengan pendekar itu ?"
tanya yang-lian, Yan-hui terdiam sejenak karena
membayangkan pertemuannya yang luar biasa dengan Hanhung-fei
"hmh".kenapa kamu tanyakan tentang pendekar itu ?"
"aku ingin meringkusnya karena telah membunuh "hai-kwikiam" dan anak buahnya."
"jadi benar rupanya cerita itu." sela yan-hui
"benar, karena anak buahnya yang selamat telah
melaporkannya pada suhu."
"hal itu saya dengar dari tiga pangcu kaipang."
"lalu apakah kamu pernah bertemu dengannya ?"
"pernah dan dia memang sakti luar biasa lao-ngo."
"apa kamu bertempur dengannya ?"
"ya, bahkan aku dibantu oleh tiga pancu kaipang untuk
membunuhnya." "lalu bagaimana " apa yang terjadi ?"
"kami tidak mampu mengalahkannya, bahkan tiga pangcu
tewas ditangannya sementara aku terluka dalam."
"hah"kapan hal itu terjadi ?"
"sekitar tiga minggu yang lalu, saat itu ia mau ke lokyang."
jawan Yan-hui "kalau begitu saya harus bergerak cepat, mungkin aku masih
dapat menyusulnya." "kamu harus hati-hati lao-ngo, dia itu bukan lawan yang
mudah." ujar yan-hui
"orangnya bagaimana lao-liok ?"
"orangnya masih muda dan tampan, tapi sedikit bodoh."
225 "eh..apa maksudnya dengan bodoh ?"
"sebenarnya bukan bodoh tapi lugu dan polos."
"bagaimana kamu bisa tahu ?"
"hi..hi". karena aku bahkan membodoh-bodohinya."
"bagaimana kamu bisa membodoh-bodohinya ?"
"ah..itu rahasiaku lao-ngo, hi"hi?"
"eh".kok rahasia, ceritakan dong, mungkin aku akan dapat
memperdayanya kalau tahu kelemahannya."
"hi..hi"dia itu pemuja cinta sejati, dan lucunya ia tidak tahu
bahwa ia telah melakukan hubungan badan."
"maksudmu kamu telah malakukan hubungan badan
dengannya ?" "hi..hi..benar tapi dia tidak mau kuajak menikah, karena katanya
dia tidak mencintaiku."
"lalu apa yang kamu lakukan ?"
"aku bujuk dia supaya dia mau karena telah berhubungan
badan dengan aku, dank arena polosnya dia terpaksa mau."
"terpaksa mau, bagaimana maksudnya ?"
"yah"aku minta dia harus bettanggung jawab, jadi karena itu
dia mau walaupun ia tidak mencintaiku."
"oo, begitu, lalu bagaimana selanjutnya ?"
"aku bawa dia ke kaifeng, dan ditengah jalan kami bertemu
dengan tiga pangcu kaipang yang sedang memburunya untuk
membalaskan kematian tok-gan-kai, lalu terjadilah pertempuran
antara mereka, dan aku sebagai lao-liok harus memihak ketiga
rekan kita, tapi yah itu tadi kami kalah." sahut Yan-hui
"hmh".kalau begitu benar katamu harus dengan taktik dan
perhitungan yang matang jika berhadapan dengannya." ujar
Yang-lian samnbil minum araknya dan menyelesaikan
makannya. 226 "benar, sebab kalau tidak bisa-bisa kita tewas ditangannya."
sahut yan-hui "baiklah lao-liok, aku akan melanjutkan perjalanan dan kamu
hendak pulang ke huangsan, jadi kita berpisah disini." ujar
Yang-lian, dan keduanya keluar likoan, lalu merekapun
berpisah. Yan-hui dalam perjalanan pulangnya tidak terburu-buru, bahkan
sering singgah di tempat-tempat yang indah, dan pada suatu
hari yan-hui sedang menuruni sebuah bukit setelah semalaman
ia berada dipuncak, tiba-tiba ia merasa mual dan muntah, Yanhui terpaksa duduk untuk menenangkan diri, namun kepalanya
teras pening, dan perutnya mual lagi sehingga ia muntahmuntah lagi, wajah Yan-hui pucat dan cemas, lalu ia bangkit
dan berlari cepat, dan setelah keluar dari hutan ia merasa
nyaman dan rasa pusingnya hilang, tanpa berpikir apa-apa yanhui menancap gas larinya,
Dua minggu kemudian ia sampai ke rumah dimana suhunya
sedang berlatih silat pagi hari itu, wajah yan-hui sangat pucat,
karena dua hari yang lalu ia kembali merasa mual dan pusing,
bahkan ia tidak selera untuk makan.
"hahaha..hahah"hui-ji kamu baru datang, eh kamu kenapa "
mukamu pucat hui-ji ?" ujar suhunya
"aku tidak tahu suhu, saya mengalami hal seperti ini dua
minggu yang lalu." jawab Yan-hui, suhunya memegang
pergelangan tangan dan meraba keningnya
"kamu istirahatlah biar suhu suruh si A-gui untuk memanggil
tabib." Ujar pek-mou-hek-kwi, Yan-hui segera masuk kamarnya
dan baring, dua orang pelayan menyambutnya dan
menghidangkan makanan, namun melihat makanan itu ia
kembali mual 227 "hoak".cepat pergi..bawa makanan itu dari sini !" teriak Yanhui sambil membaringkan badannya.
Beberapa saat kemudian seorang tabib pun datang untuk
memeriksanya didampingi oleh suhunya, setelah diperiksa tabib
berkerinyit "ada apa dengan aku sinse ?" tanya Yan-hui, si tabib menoleh
pada pek-mou-hek-kwi "ya ada apa dengan muridku sinse ?" tanya pek-mou-hek-kwi
heran melihat sinar mata si tabib
"siocia sedang hamil loya." sahutl sitabib
"apa"!" hamil !?" teriak pek-mou-hek-kwi terkejut, sitabib
tersentak karena teriakan pek-mou-hek-kwi
"be..benar loya ." jawab sitabib gagap.
"hmh"sudah kalau begitu, antar tabib keluar !" perintahnya
pada dua pelayan. "bagaimana bisa kamu hamil yan-hui !" dengan siapa kamu
berhubungan ?" "aku tidak menduga kalau akan hamil suhu." sahut Yan-hui
"iya..tapi sekarang kamu sudah hamil, siapa yang
menghamilimu ?" "si hung-fei sialan itu suhu,"
"hung-fei " siapa hung-fei itu ?"
"pendekar muda yang baru muncul itu suhu."
"maksudmu bun-liong-taihap ?" ujar Pek-mou-hek-kwi, Yan-hui
mengangguk "eh"apa kamu diperkosanya ?"
"tidak suhu, hanya kami sama-sama suka melakukannya."
"hahaha..hahaha" ternyata bangor juga pemuda itu." sahut
Pek-mou-hek-kwi "apa kalian bersahabat hui-ji ?"
228 "ide untuk menarik dia jadi sahabat tidak jadi suhu."
"kenapa bisa tidak jadi ?"
"saya sudah dapat menaklukkannya dengan menuntut
pertanggung jawaban, dan dia sudah mau, tapi ketika kami
bertemu dengan tiga pangcu kaipang, akhirnya ide itu gagal
karena kami harus membunuhnya."
"lalu bagaimana selanjutnya ?"
"kami kalah suhu, saya terluka dalam dan tiga pangcu kaipang
tewas ditangannya." "wah".kalau begitu dia luar biasa saktinya."
"benar suhu, lalu bagaimana dengan keadaanku suhu, apa
yang harus aku lakukan ?"
"eh..memangnya kamu mau melakukan apa ?"
"tidak tahu suhu maka tecu tanya pada suhu."
:"ah..kamu ini, kalau sudah hamil yah jalani saja hingga kamu
melahirkan anak itu." sahut suhunya sambil meninggalkan Yanhui.
Sejak perutnya mulai membesar Yan-hui jarang keluar rumah,
ia lebih nyaman mengurung diri dikamarnya, bulan berganti
bulan akhirnya saat kelahiran anaknyapun tiba, seorang dukun
beranakpun sudah sibuk menyiapkan persalinan, demikian juga
dua orang pelayan Yan-hui, Yan-hui menjerit menahan sakit
tiada tara, keringat dinginnya bercucuran, dan akhirnya
ditengah kelengangan malam anaknyapun lahir, lengking suara
tangisnyapun memecahkan kesunyian malam, suara tangis
bayi bergema digedung kediaman pek-mou-hek-kwi, dukun
beranak dengan cekatan membersihkan bayi laki-laki yang
sehat dan mungil. Dukun beranak meletakkan bayi itu disamping Yan-hui, hati
Yan-hui demikian gembira melihat wajah anaknya, dan kontan
229 ia membayangkan wajah bun-liong-taihap, bibirnya tersenyum,
dia tidak mengerti kenapa ia merasa bahagia, saat ia
memperhatikan darah dagingnya tersebut perasaan matang
seorang ibu sangat kuat menyergap jiwanya, lalu dengan halus
ia menciumi anaknya, namun saat matahari terbit kembali ia
sadar bahwa anak ini adalah anak musuh mereka, Yan-hui
lama merenung. Saat matahari terbit Pek-mou-hek-kwi bangun, setelah mandi
dan berganti baju ia duduk diruang tengah sambil minum arak
yang sudah disediakan, dia tidak mau disibukkan oelh kelahiran
bayi muridnya, dan sampai matahari naik agak tinggi ia belum
pernah melihat keadaan muridnya, tiba-tiba Tan-hang muncul
dan berlutut didepannya "hehehe..hehehe bagus hang-ji kamu sudah datang,
bagaimana dengan tugasmu ?"
"tugas telah tecu laksanakan dengan baik, dan tecu dapat
memberi hajaran pada ciangbujin butong-pai."
"hahaha..hahaha"Lu-peng-jin kalah atau tewas ?"
"tidak tewas suhu tapi kakinya buntung saya tebas."
"hahaha".hohoho".bagus hang-ji, dengan demikian bu-tongpai akan merasakan tamparan keras."
"dimanakah hui-sumoi suhu ?"
"ah"sumoimu itu memang goblok, main-main tapi terbakar
sendiri." "eh..apa maksudnya suhu ?" tanya Tan-hang heran
"dia bosan dirumah lalu pergi beberapa bulan, dan tiba pulang
kesini eehh"dia hamil." sahut suhunya
"hamil".teledor betul anak itu." sela tan-hang sedikit jengkel
dan kecewa "benar anak itu memang teledor dan yang anehnya ayah anak
230 ini bakal musuh kita semua."
"siapakah ayah anak itu suhu ?"
"ayah anak itu bun-liong-taihap."
"ah"namanya sangat santer saya dengar sepanjang
perjalanan pulang suhu."
"ya dan dia terkenal karena telah membunuhi rekan-rekan kita,
seperti hai-kwi-kiam, dan empat tetua kaipang."
"sumoi bagaimana sih sehingga terlanjur begitu ?" ujar Yanhang makin kecewa
"mulanya sumoimu dapat mememfaatkan keadaan itu untuk
mengambil keuntungan dipihak kita, namun saat bertemu
dengan tiga pangcu kaipang yang hendak membalas, akhirnya
ide itu mentah." "mentah kenapa suhu ?"
"mentah, karena bun-liong-kiam sangat sakti, sehingga
sumoimu buka kartu untuk membantu tiga pangcu kaipang."
"lalu sekarang sumoi dimana suhu ?"
"dikamarnya, dan semalam ia baru melahirkan." sahut suhunya
"baik aku akan melihat keadaannya." ujar Tan-hang lalu bangkit
dan meninggalkan suhunya.
Tan-hang masuk kekamar Yan-hui
"suheng kamu sudah pulang ?"
"sudah, tapi sungguh kamu mengecewakan sekali sumoi,
melahirkan anak musuh." sahut Tan-hang dengan nada
kecewa. "hi..hi" sudahlah kamu jangan kecewa begitu, anak ini nanti
akan berguna untuk menyengsarakan atau bahkan membunuh
ayahnya sendiri." sahut Yan-hui, Tan-hang terdiam, rencana
panjang itu merupakan hal yang luar biasa
"siapa nama anakmu ini hui-moi ?"
231 "saya akan menamainya Han-kwi-ong."
"dia she-han ?" sela Tan-hang
"benar karena ayahnya Han-hung-fei." sahut Yan-hui
"lain kali kalau pingin beranak, anakku saja kamu lahirkan
sumoi." ujar Tan-hang
"itu mudah diatur suheng, datang saja kesini kalau kamu
kepengen, hi..hi?" "hahaha..hahaha"kamu memang menggemaskan, tapi sayang
aku keduluan musuh." sahut Tan-hang sambil mencolek paha
yan-hui. Yan-hui menjerit nakal sambil meringis dengan
menejebik bibirnya kearah tan-hang.
Tan-hang meninggalkan Yan-hui kembali kepada gurunya
"apa kamu sudah menegok sumoimu " bagaimana keadaannya
?" tanya suhunya "apa suhu belum menengok sumoi ?"
"belum, aku malas melihatnya, karena ia bukan anakmu."
"memang disayangkan sekali, tapi saya dengar rencana sumoi
sangat luar biasa, suhu."
"hmh"sumoimu punya rencana apa ?"
"sumoi berencana bahwa satu saat anaknya akan menjadi
malapetaka bahi bun-liong-taihap."
"hehehe..hehehe" pikiran jitu dan rencana yang bagus, ayah
dan anak akan bertarung dan salah satunya akan tewas, ketiak
sudah terlanjur maka rahasia akan diungkap,
hehehe"hehehe". akhir yang amat menyengsarakan jika
bun-liong-taihap hidup dan mati dalam keadaan tidak tenang
jika bun-liong-taihap yang tewas."
"sudah kamu istirahatlah, karena tiga hari lagi kita akan
berangkat ke lanzhou untuk bertemu dengan Pak-koai-lo." ujar
pek-mou-hek-kwi, tan-hang mengangguk dan meninggalkan
suhunya. 232 "hong-kok" (lembah angin) sebelah timur Kota Taiyuan, hongkok dihuni oleh bajingan dan rampok "pak-tai-hong" malam itu
mereka sedang mengadakan pesta meriah untuk menyambut
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang-lian atau lao-ngo, Yang-lian setelah bertemu dengan Yanhui, segera berangkat menuju lokyang, namun sesampai
dilokyang ia tidak mendengar keberadaan bun-liong-taihap,
setelah tiga hari di Lokyang, Yang-lian akhirnya melanjutkan
perjalanannya kekota Taiyuan, selama perjalanan dimana desa
dan kota ia singgah cerita bun-liong-taihap menjadi buah bibir.
Dua bulan kemudian ia sampai kekota Taiyuan, dia langsung
menuju gerbang timur dan memasuki hong-kok, sepuluh orang
rampok memergokinya, namun untungnya yang memimpin
mereka kenal pada Yang-lian
"hehehe"dikirain mangsa ternyata lao-ngo yang datang
berkunjung." ujar laki-laaki kurus bermata juling
"baguslah kalau kalian kenal denganku."
"kunjungan lao-ngo ketempat kami sebuah kehormatan, marilah
kita kemarkas lao-ngo." sahut si mata juling
"baik, "sai-cu-bin-kui" tidak sedang keluar bukan ?"
"pang-ong ada ditempat lao-ngo." Jawab simata juling, lalu
Yang-lian pun dibawa kemarkas
Kedatangan Yang-lian disambut hangat oleh para perampok
yang berjumlah ratusan, dan malam itu pesta babi panggang
pun digelar arak terbaik dikeluarkan
"bagaimana keadaan liang-lo-mo-cianpwe lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"suhu baik dan sehat saicu-bin-kui." jawab Yang-lian
"apa yang bisa kami bantu lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"kedatangan saya atas perintah suhu untuk mengajakmu
mencari bun-liong-taihap yang telah membunuh hai-kwi-kiam,
233 terlebih setelah saya mendengar empat pangcu kaipang telah
tewas ditangannya." "hal itu kami dengar juga lao-ngo, lalu bagaimana rencananya
lao-ngo ?" "saya akan berada disini selama tiga bulan, sementara kamu
kerahkan anak buah untuk mencari keberadaannya diwilayah
utara ini." "baiklah kalau begitu lao-ngo, seluruh anggota akan disebar
untuk mencari informasi tentang keberadaannya." sahut saicubin-kui, lalu pesta pun dilanjutkan hingga menjelang pagi.
Yang-lian selama tinggal di markas "pak-tai-hong" dilayani dan
dihormati, ia laksana ratu hutan ditengah-tengah gerombolan
perampok, dan tiga bulan sudah berlalu, dua kelompok yang
ditugaskan mencari datang melapor
"bagaimana hasil penyelidikan kalian ?" tanya saicu-bin-kui
"kami telah mengetahu keberadaannya pak-ong." jawab anak
buahnya "katakan dimana ia sekarang berada ?" sela Yang-lian
"bun-liong tidak memasuki wilayah utara, dan ketika kami ke
chang-an, kami dapat informasi bahwa pendekar itu mengambil
jalan pintas ke chengdu wilayah barat."
"hmh..kalau begitu saicu-bin-kui, kita berdua harus kewilayah
barat, dan hal ini bagus karena kita akan semakin kuat dengan
adanya kui-san-ok disana."
"benar lao-ngo, lalu kapan kita akan berangkat ?"
"kita berangkat besok, kita hanya disertai dua pembantu
utama." "baiklah kalau begitu lao-ngo, malam ini semua bekal akan
dikemas." sahut saicu-bin-kui.
234 Keesokan harinya Yang-lian dan tiga rekannya meninggalkan
markas, mereka melakukan perjalanan cepat, dan tiga bulan
kemudian mereka sampai kekota chengdu, dua hari mereka
mencari keberadaan bun-liong-taihap dikota itu namun tidak
ada "kita sebaiknya melanjutkan kekota chongqing, dan kalian
berdua coa-kang dan bu-kwi ambil jalan pintas ke kota
yinchang dan katakana lao-ngo berada dichongqing untuk
meringkus bun-liong-taihap."
"baik pak-ong." sahut keduanya, kemudian mereka berpisah.
Bun-liong-taihap memang sedang berada di kota chongqing,
kota ini merupakan kota kenagan baginya setelah desa Gui,
setelah Yan-hui melarikan diri dari pertarungan, Han-hung-fei
menuju kota lokyang, hatinya semakin perih dan bingung
memutusak tindakan yang akan dilakukannya, dua gadis telah
bersanggama dengannya, yang sekarang ia tahu bahwa efek
dari perbuatan itu akan menyengsarakan dua wanita itu, Yanhui seorang yang jahat dan palsu, mengenang yan-hui hatinya
jadi hambar tapi ketika mengenang Liu-sian, hatinya perih, lalu
bingung kenapa ia tidak mencintai liu-sian, siapakah yang ia
cintai " apakah orangnya sudah ada atau memang belum
berjumpa dengannya ?" pertanyaan itu mengisi ruang kalbunya,
dan pertanyaan itu berulang-ulang mendera banaknya ia
teringat kota chongqing, wajah paman wan-keng dan istrinya,
lalu gadis kecil temannya bermain masa kanak-kanak, wan-lin,
dimanakah wan-lin " apakah ia masih hidup " pikirnya haru dan
bahkan timbul kerinduan pada gadis kecil yang entah
bagaimana bentuknya setelah besar.
Karena kerinduan pada wan-lin kecil dan harapan akan
bertemu dengannya di kota chongqing, maka dari lokyang ia
235 tidak jadi menelusuri jalan utama menuju taiyuan, tapi ia
menyimpang menuju chang-an dan dari chang-an ia melintas
ke chengdu, dan Han-hung-fei yang sudah berumur hampir dua
puluh tiga tahun itu sampai dikota chongqing dengan tubuh
yang kurus dimakan kerinduan pada gadis masa kecilnya, kota
itu sudah banyak berubah, karena peperangan mulai pecah
antara pasukan liu-xuan dengan rezim yang berkuasa, kota itu
sepi dan banyak terdapat reruntuhan.
Kota chongqing tidak nyaris di tinggalkan penduduk, karena
masih ada penduduk yang berdiam di sebelah timur dan utara
kota, Han-hung-fei mencari tempat untuk menginap, untungnya
sebuah penginapan kecil masih menerima tamu, han-hung-fei
setiap hari keluar untuk menelusuri seluruh bagian kota, mana
tahu ia dapat berjumpa atau mendapat informasi tentang wanlin, dia banyak bertanya pada penduduk sekitar rumah mereka
dulu dan sekitar rumah gao-hujin, namun hampir tiga minggu,
informasi tentang keluarga wan-keng tidak diperolehnya.
Han-hung-fei sore itu kembali lagi kepenginapan, dan beberapa
tamu yang sedang makan tidak ia perhatikan, han-hung-fei
langsung menaiki tangga untuk istirahat dikamarnya, sementara
itu dua orang tamu memperhatikannya saat menaiki tangga,
keduanya adalah Yang-lian dan saicu-bin-kui yang baru
beberapa saat yang lalu memasuki penginapan
"lao-si perhatikanlah pemuda yang sedang menaiki tangga itu."
ujar saicu-bin-kui, Yang-liang menoleh kearah tangga, dan
hatinya terkesima sesaat melihat pemuda tampan dan gagah
yang menaiki tangga, tapi badanya kelihatan kurus.
"apakah menurutmu, itu orang yang kita cari saicu-bin-kui ?"
"kalau melihat dari ciri-cirinya tidak salah lagi lao-ngo, coba
236 tengok gagang pedang dipunggungnya." ujar saicu-bin-kui,
sekali lagi yang-lian memperhatikan Han-hung-fei, luar biasa
tampan pendekar ini, pantas kalau lao-liok menjeratnya dalam
birahi, piker Yang-liang "kenapa lao-ngo diam ?" tanya saicu-bin-kui
"tidak apa-apa sambil kembali menoleh punggung han-hung-fei
yang menghilang dibalik ruangan atas
"apa selanjutnya yang akan kita lakukan lao-ngo ?"
"sepertinya dia menginap disini, dan sambil menunggu kui-sanok, kita akan terus mengintai dan memperhatikannya, jika
saatnya tiba kita akan meringkusnya."
"kenapa demikian lao-ngo, apakah kita tidak mampu sekarang
meringkusnya ?" tanya saicu-bin-kui penasaran
"saicu-bin-kui bun-liong-taihap memeliki kesaktian yang hebat,
kita harus memiliki rencana yang matang untuk meringkusnya."
"apa lao-ngo pernah berhadapan denga bun-liong-taihap ?"
"aku belum pernah berhadapan dengannya tapi lao-liok sudah
pernah berhadapan dengannya bahkan mengeroyoknya
bersama tiga pancu kaipang, dan hasilnya lao-lio terluka dan
tiga pangcu kaipang tewas."
"ohh"kalau begitu benar jika kita harus merencanakannya
dengan matang." ujar saicu-bin-kui manggung-manggu
mengerti. "sudah, pergilah tanyakan pada pemilik penginapan ini dan
sewa dua kamar untuk kita." perintah Yang-liang, saicu-bin-kui
bangkit dari duduknya dan menuju kasir dimana pemilik likoan
itu duduk dengan kesibukannya sendiri, setelah memesan
kamar, lalu keduanya dibawa seorang pelayan untuk memasuki
kamar masing-masing, dan berketepatan kamar Yang-lian
237 bersebelahan dengan kamar han-hung-fei sementara kamar
saicu-bin-kui berada didepan kamar Yang-lian.
Yang-lian berbaring sambil mengerahkan pendengarannya
akan gerakan yang berada disebelah kamarnya, namun
keheningan yang ia dapatkan, karena tidak mendapatkan apaapa Yang-lian tertidur dengan pulas, saat ia bangun hari sudah
malam, segera ia mencuci muka dan keluar kamar lalu
mengetuk kamar saicu-bin-kui
"ada apa lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui
"aku ketiduran, bagaimana dengan bun-liong-taihap ?"
"dia sedang berada dibawah sedang makan."
"ooh begitu, kamu sudah makan ?" tanya Lao-ngo
"sudah, tapi kalau lao-ngo mau ditemani, saya akan temani."
"tidak usah, saya akan kebawah untuk makan."
"oh-ya lao-ngo saya ada ide yang mungkin lao-ngo setujui."
"apa idemu itu saicu-bin-kui ?"
"untuk menundukkan pendekar itu kita gunakan saja racun, dan
saya memiliki racun ganas." ujar saicu-bin-kui, sesaat Yang-lian
berpikir "ide itu sangat baik, lalu bagaimana cara memasukkan racun itu
padanya ?" "lao-ngo harus mendekatinya sebagai teman, setelah dia
percaya saat itu masukkanlah racun pada makanannya."
"hmh".kalau begitu pantas kita coba, baiklah saya akan
kebawah untuk makan." sahut Yang-lian.
Yang-lian menuruni tangga, dan matanya menatap Han-hungfei sedang duduk disudut ruangan, dan sebuah meja kosong
ada disampingnya, ini kesempatan untuk menjalankan rencana,
pikirnya, Yang-lian melangkah kesudut ruangan, Han-hung-fei
menoleh kepadanya 238 "maaf taihap apakah meja ini kosong ?" tanya Yang-lian
dengan senyum manis dan ramah
"sepertinya kosong lihap, lihap duduk saja." sahut Han-hung-fei
dengan ramah "terimakasih taihap, sungguh aku lelah sekali sehingga
ketiduran dan baru bangun, sekarang laparnya minta ampun."
ujar Yang-lian dengan nada akrab
"hehehe"apakah lihap telah memesan makanan ?"
"hi..hi"belum, pelayaan..!" sahut Yang-lian sambil memanggil
pelayan, pelayan segera mendekati meja Yang-lian
"siocia mau pesan apa ?"
"saya pesan nasi dengan lauk ikan goreng dan sayur capcai,
dan sepoci tee hangat."
"baik siocia dan segera akan saya siapkan." sahut pelayan
sambil membalik badan "tunggu dulu paman ! ada satu lagi seguci arak untuk taihap."
"eh"aku sudah makan dan minum lihap." sela Han-hung-fei
mencoba mencegah Yang-lian
"tidak mengapa taihap, hanya untuk tanda perkenalan, jadi
harap taihap terima." sahut Yang-lian, Han-hung-fei tidak bisa
menolak saat mata Yang-hui yang bulat bening penuh sinar
permohonan padanya. Yang-lian menyuap makanannya dengan tenang, dia
merasakan betapa kakunya pendekar ini, hampir habis
makanannya Han-hung-fei hanya diam sambil meminum arak
yang dipesannya "taihap"! aku Yang-lian dan siapakah nama taihap ?"
"eh..namaku Han-hung-fei lihap
"hi..hi..hi" namaku Yang-lian Han-koko, bolehkan aku
memanggil koko, karena nampaknya kamu lebih tua dari saya."
239 "boleh..boleh saja Lian-moi." sahut Han-hung-fei sambil senyum
"Han-ko apakah kamu sedang sakit ?"
"eh"kenapa kamu mengira aku sakit lian-moi ?"
"wajah han-ko kelihatan pucat dan nampak kurus."
"a..aku tidak sakit lian-moi, aku baik-baik saja."
"kalau tidak sakit mungkin kurang tidur atau tidak selera
makan." "hehehe"termyata lian-moi sangat jeli melihat keadaan orang,
dan duganmu lian-moi benar bahwa sudah tiga bulan saya
tidak selera makan, dan juga susah tidur."
"hi..hi"hi" kebetulan saja tepat han-ko, tentu sangat banyak
yang han-ko pikirkan bukan ?"
"hmh..tidak juga lian-moi, tapi cukup menyita hampir seluruh
pikiran." "hi"hi" tentu masalahnya amat luar bias kalau begitu, tapi
menurut saya, kalau Han-ko terus larut akan mempengaruhi
semangat hidup, oh-ya saya baru tadi siang sampai han-ko,
dan han-ko sudah berapa lama dikota ini ?"
"sudah tiga minggu saya berada disini lian-moi."
"wah waktu yang cukup lama untuk seorang pendekar yang
sedang berkelana, boleh aku tahu sebabnya han-ko ?"
"ah"sebenarnya tidak ada yang istimewa, hanya karena kota
ini tempat masa kecilku."
"ooh begitu rupanya, apakah Han-ko lahir di kota ini ?"
"tidak Lian-moi , aku lahir didesa Gui yang tempatnya tidak jauh
dari kota ini." "kalau begitu han-ko tahu dong tempat-tempat menyenangkan
di kota ini." "hanya satu tempat yang saya tahu, memangnya kenapa lianmoi ?"
240 "menikmati pemandangan salah satu cara untuk menenangkan
pemikiran, melegakan pemikiran yang ruwet, bagaimana kalau
han-ko dan saya pergi ketempat itu, saya sangat suka tempattempat yang indah Han-ko." ujar Yang-lian dengan gembira dan
bernada manja, sikap Yang-lian ini membuat Han-hung-fei
hangat, Yang-lian pandai bicara, sangat luwes dan cerdik,
sikapnya sangat periang, sehingga Han-hung-fei sedikit
banyaknya terpengaruh. "apakah menurutmu pergi ketempat itu ide bagus lian-moi ?"
"tentu saja Han-ko, bisakan besok kita ketempat yang han-ko
maksud ?" "hmh"baiklah ." sahut Han-hung-fei, kemudian Han-hung-fei
kembali kekamarnya, malam itu Han-hung=fei dapat tidur,
pikirannya terpengeruh akan keluwesan dan keceriaan Yanglian, sedikit banyaknya membuat hatinya terhibur dari rasa rindu
pada Wan-lin yang bercampur penyesalan pada Liu-sian serta
kebingungan akan sikap Yan-hui.
Keesokan harinya Han-hung-fei dan Yang-lian berangkat ke
luar gerbang sebelah timur, dimana ada sebuah tempat yang
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernama "Hui-po-kok" (lembah air terjun), sesampai ditempat
tersebut memang pemandangannya indah, air terjun yang
tinggi laksana ekor ular putih mengantam kubangan air yang
jernih, tumpukan batu-batu besar disekitarnya hitam mengkilat,
dan suasananya luar biasa nyaman karena didalam rerimbunan
hutan yang hijau, "aduhh..sungguh memang tempat ini sangat nyaman dan
melegakan han-ko." ujar Yang-lian penuh antusias, Han-hungfei hanya tersenyum menanggapi perkataan Yang-lian.
"han-ko, kita keatas batu besar itu yah." ujar Yang-lian
menunjuk sebuah batu besar yang terletak agak kebukit,
241 tempat itu amat terangdiatas
"baiklah, mari kita kesana." sahut Han-hung-fei
Keduanya bergerak gesit dan melompat keatas batu, keduanya
berdiri diatas batu yang besar, angin ditempat itu agak kuat
dibanding dekat kubangan air terjun, sinom rambut Yang-lian
yang ikal riap-riapan dihembus angin, dari tempat itu dinding air
terjun kelihatan kokoh dan disebelah kanan lembah landai
penuh semak rumput panjang laksana ombak hijau
dipermainkan hembusan angin yang datang dari arah tebing
menuju lembah, Yang-lain berseru riang dan gembira karena
takjub akan indahnya pemandangan didepannya, Han-hung-fei
ikut merasa gembira melihat kegembiraan yang dilepaskan oleh
Yang-lian "bagaimana menurutmu lian-moi ?"
"sungguh luar biasa Han-ko, kita duduk Han-ko." sahut Yanglian sambil menarik lengan Han-hung-fei untuk duduk,
keduanya begitu dekat, Yang-lian memuji-muji tempat yang
ditunjuknya sambil berseru dengan senyumnya yang lepas
"han-ko bagaimana sekarang perasaanmu ?"
"memang benar-benar melegakan, terasa lepas luas
sebagaimana luas dan leganya pemandangan ini, tapi yang
paling membuatku senang, karena terpengaruh akan keceriaan
dirimu lian-moi." sahut han-hung-fei polos, Yang-lian menatap
mata yang saat itu juga memandangnya, dua bola mata itu
bertaut, Yang-lian merasakan hatinya berdegup, lalu ia
menundukkan kepala "benarkah karena keceriannku Han-ko merasa lega dari
kekalutan pikiran yang selama ini ?"
"benar, kamu sangat lepas dan gembira Lian-moi, rasanya
242 kamu sangat sulit untuk diterpa kesedihan."
"hi..hi"hi"kenapa harus sedih kalau bisa bergembira."
"tentunya kamu mempunyai kehidupan yang lumayan baik,
kamu dapat dengan mudah memenuhi keinginamu." puji Hanhung-fei
"hi..hi..hi", mungkin bisa dikatakan demikian Han-ko, dan
terlebih sejak kecil aku hidup ditepi pantai, jadi hamparan laut
dan serunya ombak merupakan pemandanganku setiap hari."
"pantaslah kamu begitu ceria laksana semaraknya ombak laut
yang berkejaran menuju pantai, atau laksana cecowetan camar
laut yang bermain dengan ombak."
"hi..hi"ternyata Han-ko pandai juga berkata-kata, ungkapan
yang bagus Han-ko." puji Yang-lian.
Permukaan batu tempat mereka duduk sangat lebar, sehingga
keduanya bisa baring menatap langis biru yang cerah, rasa
hangat dalam kalbu Yang-lian makin bergelora karena
kedekatannya dengan Han-hung-fei yang tampan.
"han-ko mari kita baring menatap langit !" ujar Yang-lian dengan
senyum sambil meluruskan kakinya dan merebahkan
badannya, Han-hung-fei tetap duduk, sesekali ia menatap
wajah dibawahnya yang berbantal buntalan, senyumnya yang
cerah selalu tersungging dibibirnya yang basah dan ranum, dan
kadang mata itu terpejam sambil menghirup udara dalamdalam, kemudia ia mengalihkan pandangan kearah tebing
dimana air terjun meluncur atau lembah di sebelah kanannya.
Susana hening, Yang-lian yang ceria sedang menikmati birunya
langit dihiasi gumpalan awan yang putih laksana tumpukan
kapas yang lembut, matanya melirik pemuda yang duduk
disebelahnya, hatinya makin hangat, jantungnya makin
berguncang, rasa romantisme membalut batinnya.
243 "han-ko ! cobalah berbaring disampingku. !" pinta Yang-lian
dengan nada lembut penuh ajakan sambil menyentuh pinggang
han-hung-fei, nada suara dan sentuhan pada pinggangnya,
membuat aliran darah han-hung-fei mengalir cepat, sehingga
membuat jantungnya berdegup kencang, dia berusaha menarik
nafas dalam untuk menenangkan diri
"aku duduk sajalah Lian-moi." sahutnya dengan nada sedikit
bergetar, namun getaran itu jelas bagi Yang-lian yang memang
sudah merasakan kehangatan oleh degup rasa romantisme
yang bertalu-talu di relung sukmanya.
"permukaan batu ini sedikit risih Han-ko." ujarnya dengan nada
sedikit mengeluh dan sedikit mengangkat punggungnya dan
membersihkan permukaan batu, punggung yang memutar dan
tangan yang mencoba membersihkan permukaan batu
membuat han-hung-fei merasa kasihan.
"seharusnya kita persiapkan tikar dari penginapan." Ujar Hanhung-fei lirih, Yang-lian menoleh dengan senyum yang lembut
"tidak perlu tikar sebenarnya han-ko."
"kalau tidak ada tikar bagaimana bisa kamu merasa nyaman
Lian-moi ?" "bersandar dipangkuanmu han-ko akan membuatku nyaman
menikmati luasnya langit biru."
"benarkah Lian-moi ?" tanya Han-hung-fei, Yang-lian tersenyum
sambil mengangguk lembut "kalau begitu bersandarlah dipangkuanku." ujar Han-hung-fei,
tanpa menunda Yang-lian menggeser tubuhnya dan kepalanya
bersandar lembut didada Han-hung-fei, Yang-lian makin
bergetar saat merasakan kehangatan tubuh Han-hung-fei,
sebaliknya detakan jantung Han-hung-fei makin bertalu-talu
merasakan aroma rambut yang-lian. Lunak dan hangatnya
tubuh Yang-lian yang bersandar dipangkkuannya,
244 Perang batinpun berlansung seiring degupan jantungya yang
bertalu-talu dan desakan nafas yang memburu, getaran jantung
Han-hung-fei membuat birahi Yang-lian meletup, dan sontak ia
duduk dan mendekatkan wajahnya kewajah Han-hung-fei,
helaan nafas Yang-lian yang menerpa wajah Han-hung-fei
membuat pertahanan Han-hung-fei jebol, dan bibirnya lansung
mengecup hidung Yang-lian, dan api gairahpun berkobar
seiring deru nafas yang memburu, lumatan Han-hung-fei makin
ganas, desakan yang tidak ia mengerti membuat ia laksana
kuda semberani, tak pelak lagi Yang-lian membuka baju dan
melucuti baju han-hung-fei, gerakan erotis itu membuat hanhung-fei lebih ganas melucuti pakaian Yang-lian, kedua muda
mudi itu makin hanyut oleh hangatnya gesekan tubuh mereka
yang telanjang, Deru birahi dalam pendakian sahut menyahut seiring nafas
mereka yang meburu, erangan dan gelinjangan membuat
mereka tidak mau sudah sebelum sampai kepuncak desakan
birahi, akhirnya desakan yang dirasakan Han-hung-hung-fei
melambung, letusan lahar birahi membuat kedua tubuh
telanjang itu mengejang dan berpilin kuat, sukma keduanya
mengambang diangkasa kenimatan dan jatuh kelembah lelah
yang memuaskan. "han-ko kita mari kita mandi d bawah air terjun !" ajak Yang-lian
sambil bangkit dan hanya dengan menutup bagian dengan
bajunya yang panjang, menuruni batu dan terus turun
kekubangan air yang demikian jernih, Han-hung-fei tidak
sempat berpikir lain karena melihat senyum dan kegembiraan
Yang-lian, sambil berkejaran keduanya menju kubangan air,
dan yang-lian sambil berseru dengan tawa yang lepas terjun ke
kubangan yang air terjun yang cukup dalam, tawa lepas dan
245 kegembiraan itu membuat Han-hung-fei ikut dalam
kegembiraan, keduanya saling berkejaran didalam air,
"ayok"han-ko kejar aku..! hi..hi..hi?" tantang yang-lian dengan
tawanya yang lepas, wajahnya begitu ceria, dan bagaimanapun
usaha Han-hung-fei mengejar Yang-lian tidak berhasil, Yanglian yang gesit dan cekatan dalam air membuat Han-hung-fei
kewalahan, bahkan Yang-lian menyelam dan bersembunyi di
bawah buih air terjun yang tebal.
Han-hung-fei kadang merasa cemas karena lamanya Yang-lian
menyelam, dan ketiak muncul wajah cantik itu senyum dan
tertwa mengejeknya "hahaha..hahaha"sudah aku tidak mampu mengejarmu lianmoi." ujar Han-hung-fei kelelahan, han-hung-fei berbalik hendak
ketepi, namun tiba-tiba dari dalam air tepat didepannya muncul
Yang-lian yang dengan hangat memeluknya, dan kemudian
menciuminya, Han-hung-fei membalas ciuman-ciuman itu dan
percikan birahipun kembali menyala, untuk kedua kalinya dua
muda-mudi itu mendaki kenikmatan dipinggir telaga, dan
selesai saat matahari sudah sangat condong kebarat, dan
kedalaman hutan itu kelam.
Keduanya segera berkemas dan meninggalkan hutan saat
malam sudah menyelimuti alam, yang-lian dan Han-hung-fei
berjalan santai menikmati bulan sabit, obrolan mereka terus
berlanjut dari bentuk bulan sabit sampai hal-hal yang mereka
lewati ditengah kegelapan, suara tawa dan celotehan yang-lian
membuat Han-hung-fei tidak sempat memikirkan apa yang
telah mereka lakukan, sehingga tidak terbit dalam benaknya
untuk membicarakan hal itu, karena tawar dengan obrolan dan
keceriaan Yang-lian. 246 Sesampai mereka dipenginapan, keduanya berpisah dibalik
pintu kamar yang-lian "tidur yang nyenyak han-ko !" bisik Yang-lian, han-hung-fei
mengangguk dengan senyum lembut dan masuk kedalam
kamarnya, dan disaat kesendirian ini barulah Han-hung-fei
didera penyesalan kenapa ia harus melakukannya lagi,
desakan apa sebenarnya yang membuat ia sangat ingin
melakukannya " kenapa ia tidak mampu bertahan " apa yang
harus dilakuakn supaya dapat menahan gejolak yang tiba-tiba
muncul saat wanita menyentuhnya. ?" pertenyaan itu memnuhi
benaknya namun hanya beberapa lama, karena ia
membayangkan sikap Yang-lian yang tidak punya beban,
walhal bukankah perempuan itu akan menagalami mal dan
sengsara, terlebih perbuatan mereka itu mengakibatkan hamil,
pikirannya tercenung dengan sikap Yang-lian yang seakan
yang mereka lakukan diatas batu bukanlah hal serius, bahkan
terkesan bahwa diantara mereka tidak terjadi apa-apa,
mendapatkan sikap Yang-lian itu muncullah sebuah
pemahaman bahwa dia tidak bersalah melakukan hal itu,
sepanjang ia lakukan tanpa memaksakan desakan itu pada
wanita, kalau wanita itu juga suka kenapa tidak, setelah
mendapatkan pemikiran itu pikirannya lega dan ia pun tertidur
dengan pulas. Yang-lian dikamarnya sedang mengganti bajunya dengan yang
bersih, kemudian menata rambutnya sambil tersenyum manis,
dia merasa puas dengan apa yang ia dapatkan, bercinta
dengan pemuda tampan sehingga birahinya tuntas tak
terperikan, dan rencana besok pasti berhasil, setelah selesai
menata rambutnya, Yang-lian keluar kamar dan mengetuk pintu
kamar saicu-bin-kui dan keluar turun kebawah, saicu-bin-kui
yang mendengar pintu kamarnya diketuk namun hanya sekali
247 meyakini itu isyarat dari lao-ngo, maka ia pun dengan gerakan
halus dan ringan keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai
bawah, dia tidak melihat Yang-lian diantara beberapa tamu
yang sedang makan, lalu ia kelur likoan, di depan sebuah toko
Yang-lian menunggunya, saicu-bin-kui segera medekati Yanglian
"ada apa lao-ngo ?" tanya saicu-bin-kui nyaris berbisik
"rencana akan kita jalankan, serahkan racun ganas yang kamu
punya itu !" sahut Yang-lian, saicu-bin-kui merogoh sebuah
botol kecil "bubuhkan bubuk ini kedalam minuman atau kelauk
makanannya, dan dalam hitungan menit dia akan merasa
pusing, dan saat ia menarik nafas ia akan muntah darah hitam
dan langsung mati." ujar saicu-bin-kui.
"seganas itu saicu-bin-kui " bahan racun ini apa ?"
"ini racun ular lima warna yang dan dicampur racun katak
merah yang hidup dibawah tumpukan es tebal didaerah
bersalju, dua racun ini sama-sama berhawa "Im" sahut saicubin-kui.
"baik sekarang pergilah kembali kedalam !" perintah Yang-lian,
saicu-bin-kui lansung meninggalkan Yang-lian, sesaat Yanglian berjalan ditengah kerumunan sambil melihat-lihat keadaan,
kemudian ia memutar dan kembali kelikoan, dari meja disudut
ruangan "pelayan ! tolong dua porsi makanan !" seru Yang-lian
"baik siocia, segera akan kami hidangkan." sahut pelayan,
setelah menunggu beberapa lama dua pesanan pun datang,
setelah dihidangkan diatas meja
"pelayan ! saya lupa supaya hidangan ini diatas du nampan,
karena saya mau makan dengan teman saya dikamar."
248 "ooh begitu, tunggulah akan aku ambilkan dua nampan." sahut
pelayan, ketika pelayan pergi, Yang-lian memasukkan racun
pada mangkok sayur capcai dan mangkok sup kaki ayam, tidak
lama kemudian pelayan datang membawa dua nampan, Yanglian menata makanan untuknya dan han-hung-fei, makanan
untuk Han-hung-fei ia bawa sendiri sementara makanan
untuknya ia suruh pelayan membawanya, lalu Yang-lian dan
pelayan naik ketingkat atas.
Yang-lian mengetuk pintu, Han-hung-fei tersentak dan bangun
dari tidurnya "siapa". ?" tanya Han-hung-fei
"saya Han-ko !" sahut Yang-lian, Han-hung-fei segera
membuka pintu kamar, Yang-lian dengan senyum menyapa
"han-ko tertidur yah ?"
"benar lian-moi, ada apa ?" tanya Han-hung-fei sambil menatap
pelayan yang datang bersama Yang-lian
"han-ko kamu belum makan, jadi saya pesankan dua porsi
makanan untuk kita." ujar Yang-lian sambil melangkah masuk
kedalam kamar Han-hung-fei, dan diikuti pelayan, Yang-lian
sambil menarik Han-hung-fei dan mendudukkannya dikursi
"ini makanan untuk han-ko." ujar Yang-lian meletakkan nampan
yang dibawanya didepan Han-hung-fei
"kamu bijak sekali lian-moi, memang aku sangat lapar sekali,
terlebih setelah bangun."
"hi..hi"paman pelayan makananku !" seru yang-lian pada
pelayan, pelayan itu mendekat dan mengansurkan nampan
yang dibawanya "terimakasih paman dan boleh meninggalkan kami." ujar Yanglian, pelayan itu segera keluar dan menutup pintu
249 "aku juga lapar Han-ko, jadi setelah berganti pakaian aku turun
kebawah untuk makan, namun aku teringat han-ko juga belum
makan, jadi saya pesan dua untuk kita, marilah kita makan
Han-ko !" ujar Yang-lian.
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"sebentar aku cuci muka dulu." ujar Han-hung-fei, Han-hung-fei
berdiri dan mengambil poci air yang disediakan penginapan
untuk cuci tangan dan muka para tamu, setelah melap muka
Ha-hung-fei kembali kekursi dan melihat Yang-lian telah
menyuap makanannya, makin terbit selera Han-hung-fei
disamping rasa laparnya yang sangat
"hum".sup kaki ayam ini luar biasa..!" seru Yang-lian dengan
mata terpejam dengan lidah mengecap lama dan dalam setelah
mereguk sesendok sup kaki ayam miliknya,
"coba han-ko cicipi !" pinta Yang-lian dengan senyum manis,
Han-hung-fei dengan tidak sabar langsung menyendok sup
ayam dan menyuapnya, dan memang enak, lalu tiga empat
sendok masuk keperut Han-hung-fei, lalu han-hung-fei
meletakkan sup kaki ayam, dan mengambil mankok yang berisi
nasi, sayur capcai dicomot, ayam goreng dicomot, lalu dengan
lahap Han-hung-fei makan nikmat, Yang-lian memandang
sambil senyum mengunyah makanannya dengan lahap.
Yang-lian heran dalam hati sambil satu-satu menyumpit
nasinya menatap Han-hung-fei, sampai sudah selama itu tidak
muncul reaksi yang dikatakan saicu-bin-kui, bahkan sampai dua
kali han-hung-fei mereguk araknya dipenghujung makannya
"hmh..nikmat dan enak sekali, sekarang perutku kenyang
sekali." ujar Han-hung-fei dengan senyum kekenyangan, yanglian tidak habis pikir kenapa racun itu tidak bereaksi, walhal
kata saicu-bin-kui racun yang dibubuhkan adalah racun ganas
yang lansung menewaskan yang memakannya.
250 Lian-moi, besok kamu punya rencana apa ?" tanya Han-hungfei
"hmh"besok saya tidak ada rencana han-ko, apa han-ko
punya rencana ?" "besok mungkin saya akan melanjutkan perjalanan." sahut hanhung-fei
"besok terlalu mendadak han-ko, disinilah semalam lagi, hanko." pinta Yang-lian dengan pandangan manja
"baiklah kalau begitu Lain-moi, saya akan satu malam lagi
disini." "hi..hi"terimaksih Han-ko, kamu memang baik dan pengertian."
puji Yang-lian. "makin heran yang-lian melihat Han-hung-fei yang tidak
merasakan apa-apa, malam itu sampai jauh malam mereka
mengobrol, Yang-lian yang merasa lelah sudah menguap
"han-ko aku mau kembali kekamarku, aku sudah ngantuk." ujar
Yang-lian sambil menutup mulutnya yang menguap.
"baiklah lian-moi, terimakasih atas makan malamnya."
"hi..hi" tidak mengapa han-ko." sahut yang-lian lalu keluar dari
kamar Han-hung-fei dan masuk kakamar sebelah.
Yang-lian naik keranjang dan sebentar saja ia sudah pulas
dalam pelukan tidurnya, keesokan harinya yang-lian bangun
dan mencoba mendekati dinding mengerahkan
pendengarannya yang tajam aka keadaan Han-hung-fei, Hanhung-fei sudah bangun dan suara jatuhnya air kedalam ember
terdengar, yang-lian kembali duduk diatas ranjangnya dengan
penuh heran dan tidak percaya, tidak mungkin saicu-bin-kui
membohonginya, lalu kenapa han-hung-fei tidak terpengaruh ?"
pikir Yang-lian bingung, Yang-lian pantas heran, karena ia tidak
tahu bahwa Han-hung-fei kebal racun, karena selama sepuluh
251 tahun Han-hung-fei makan jamur didalam ruangan bawah
tanah, racun seganas apapun tidak akan memberikan
pengaruh apa-apa pada dirinya.
"lian-moi..!?" terdengar pangilan han-hung-fei di depan pintunya
"iya han-ko..!" sahut Yang-lian
"marilah kebawah kita sarapan pagi." ujar Han-hung-fei dan
melihat wajah Yang-lian dari balik pintu yang sudah dibuka
"hi..hi" aku baru bangun han-ko, tentunya wajahku kusut Hanko."
"hehehe"kamu cantik lian-moi."
"cih"konyol mana mungkin cantik baru bangun tidur." sahut
Yang-lian menundukkan kepala
"han-ko kamu duluan, sebentar aku mandi dan berganti baju,
aku akan segera menyusul kebawah, dan jangan lupa pesan
untukk bubur ayam yah." ujar Yang-lian dengan senyum
"baiklah Lian-moi, aku tunggu dibawah." sahut han-hung-fei dan
melangkah meninggalkan Yang-lian yang berdiri dibalik pintu,
setelah han-hung-fei hilang dibalik lorong menuju tangga turun,
Yang-lian segera mengetuk kamar saicu-bin-kui, saicu-bin-kui
dari yang-lian pergi bersama han-hung-fei dia selalu mengintai,
bahkan semalam saat Yang-lian makan bersama dikamar hanhung-fei, hatinya merasa gembira, dan memuji kecerdikan laongo, tapi ketika mendengar Yang-lian masih berbicara dengan
Lao-ngo yang minta kembali kekamarnya, saicu didera rasa
heran yang berkepanjangan, sebagaimana yang-lian.
Saicu-bin-kui membuka pintu kamarnya
"racun mu itu tidak ada pengaruh baginya saicu-bin-kui
"aku semalaman ini juga merasa heran lao-si." sahut saicu-binkui
"apakah bun-liong-taihap mungkin kebal racun ?"
252 "hal itu mungkin saja lao-ngo, hmh"lalu apa yang kita lakukan
sekarang !?" ujar saicu-bin-kui bingung
"sudah, nanti saja kita pikirkan, aku mau mandi dan sarapan
dengannya dibawah." sahut yang-lian, dan segera masuk
kembali kekamarnya untuk mandi dan berganti baju.
"ketika Yang-lian hendak turun dia terkejut ketika melihat dua
orang yang duduk dimeja tepat dihadapan tangga, dua orang
itu adalah Wan-lin dan ang-bin-kui yang beberapa saat lalu
memasuki likoan, Yang-lian segera kembali kembali dan
mengetuk pintu kamar saicu-bin-kui, saicu-bin-kui membuka
daun pintu "cepat kamu kebawah disana ada lao-si dan ang-bin-kui,
ceritakan rencana kita dan kalian tunggu kami di gerbang pintu
sebelah utara, hari ini kita akan berhasil menewaskan bunliong-taihap." ujar Yang-lian, mendengar itu saicu-bin-kui
merasa gembira, dan langsung menuju tingkat bawah,
sementara Yang-lian menunggu sesaat dilorong kamar, sampai
saicu-bin-kui bergabung dengan Wan-lin
"selamat bertemu lao-si, ang-bin-kwi..!" seru saicu-bin-kui
sambil berlari menuruni tangga, Wan-lin dan ang-bin-kwi
menoleh "hehehe..hehehe ternyata saicu-bin-kui." sahut ang-bin-kwi
dengan gembira, saicu-bin-kwi langsung duduk beragbung
dengan kedua rekannya "ssstt..kalian diam saja jika melihat lao-ngo turun tangga !"
bisiknya, mendengar itu wan-lin dan ang-bin-kwi menatap
kearah tangga, dan tepat yang-lian muncul dan turun tanpa
melihat pada mereka, Yang-lian melangkah mendekati meja
Han-hung-fei yang berada disudut ruangan
253 "ada apa saicu-bin-kui ?" tanya ang-bin-kwi
"kami sudah tiga hari di sini, lao-si dan ang-bin-kwi harus
ketahui bahwa pemuda yang bersama lao-ngo adalah musuh
yang harus kita tewaskan." sahut
saicu-bin-kui, sekilas ang-bin-kwi melihat pemuda yang
bersama lao-ngo "eh..apakah pemuda itu pendekar yang baru muncul dan
berjulukan bun-liong-taihap ?" tanya ang-bin-kwi setelah
melihat gagang pedang yang tersampir dipunggung han-hungfei
"benar sekali ang-bin-kwi, empat tetua pengemis telah mati
ditangannya, hai-kwi-kiam juga mati ditangannya." sahut saicubin-kui
"kami juga banyak mendengar tentang pendekar ini semenjak
perjalanan pulang dari kunlun." sela Wan-lin
"bagaimana dengan tugas yang lao-si emban ?" tanya saicubin-kui
"berhasil baik saicu-bin-kui, hmh"kembali pada pemuda itu,
apa yang telah kalian lakukan ?" ujar Wan-lin.
"sejak kemarin lao-ngo telah berhasil mendekati pendekar itu,
hal itu kami lakukan untuk meracuninya dan semalam ia sudah
minum racun ular lima warna dan racun katak merah."
"eh..itu racun ganas saicu-bin-kui." sela ang-bin-kwi dengan
suara nyaris berbisik "benar ang-bin-kwi, namun kenyataannya bun-liong-taihap
kebal dan tidak terpengaruh."
"luar biasa kalau begitu pemuda ini." puji ang-bin-kwi
"tapi kenapa pakai racun, kenapa tidak kalian ringkus dan
bunuh saja langsung ?"
"karena pendekar ini luar biasa sakti lao-si, dan kenyataannya
memang demikian karena ia pernah dikeroyok oleh lao-liok dan
254 tiga pangcu pengemis, dan akhirnya lao-liok terluka dan tiga
pangcu tewas, jadi karena itu lao-ngo mengambil jalan halus
untuk memperdaya pendekar itu.
"hmh"kalau begitu ide lao-ngo sangat cerdik dan jitu." sela
ang-bin-kwi "namun walaupun berhasil memasukkan racun padanya, dia
masih segar bugar, dan lao-ngo telah melihat duluan
keberadaan lao-si dan ang-bin-kwi, dan menyuruh saya
bergabung kesini." "apakah untuk menutupi rahasinya dari pemuda itu ?"
"tentu saja lao-si, dan sebenarnya kami menunggu kui-san-ok
dari yinchang yang akan datang kesini, namun karena lao-si
dan ang-bin-kwi lao-ngo sudah berada disini maka rencana
membunuh bun-liong-taihap akan dilakukan hari ini."
"hmh"bagaimana rencana lao-ngo saicu-bin-kui ?"
"begini lao-si, lao-ngo minta kepada kita untuk menunggu di
gerbang utara." "berarti lao-ngo akan mengajak pendekar itu kesana."
"benar sekali ang-bin-kwi." sahut saicu-bin-kui, sementara tiga
orang itu kasak-kusuk, Yang-lian dan han-hung-fei makan
bubur ayam sambil senyum dan salin tatap
"han-ko kita jadi ke desa gui kan ?"
"tentu lian-moi, kita bisa berangkat saja sekarang, entah desa
itu masih ada tidak saya juga tidak tahu." sahut han-hung-fei
"marilah kalau begitu han-ko," ajak Yang-lian, lalu keduanya
bangkit dan membayar sarapan, lalu keluar likoan, saat
melintasi meja wan-lin, sekilas han-hung-fei bersilang pandang
dengan Wan-lin, Wan-lin langsung menunduk dan menuang
arak. 255 Sebaiknya kita juga segera mendahului mereka ke gerbang
utara." bisik Wan-lin, kedua rekannya mengangguk, saicu-binkui bangkit dan membayar makanan, lalu ketiganya keluar
likoan menuju gerbang utara, ditengah kerumunan orang yang
lalu lalang Yang-lian melihat ketiga rekannya sudah mendahului
mereka. "kita tidak akan sampai setengah hari akan sampai ke desa
kelahiranmu kan han-ko ?"
"kalau kita berlari cepat setidaknya tiga jam kita akan sampai"
"kalau begitu kita tidak usah terburu-buru, keramaian penduduk
yang sibuk membuat perasaan sanagat hidup han-ko."
"benar yang kau katakana lian-moi." sahut han-hung-fei, Yanglian yang luwes sambil bicara berjalan disisi han-hung-fei,
perjalanan ke desa Gui sudah mereka bicarakan setelah makan
malam dikamar Han-hung-fei, sehingga yang-lian dengan
pandainya mengajak Han-hung-fei kesana untuk mengisi
kegiatan hari itu, dan ternyata rencana itu amat sempurna
dengan kemunculan lao-si dan ang-bin-kwi, dua kekuatan yang
sudah lebih dari cukup menurut yang-lian untuk menewaskan
bun-liong-taihap. Setelah matahari naik tinggi, han-hung-fei dan yang-lian keluar
dari gerbang utara, lalu han-hung-fei mengajak yang-lian berlari
cepat, keduanya bergerak dengan mengerahkan gin-kang,
namu ketika keduanya melintasi jalan tikungan, dari pinggir
hutan tiga orang menghadang jalan mereka, han-hung-fei dan
yang-lian berhenti "ada apa sam-wi-sicu menghadang jalan kami ?"
"phuah..hari ini tammatlah riwayatmu bun-liong-taihap !" bentak
sai-cu-bin-kui sambil menyerang Han-hung-fei dan disusul
dengan serangan ang-bin-kwi, han-hung-fei nemgelak gesit
sambil meraih tangan Yang-hui, namun
256 "buk"des"." Yang-lian mengirimkan pukulan telak dan
tendangan keras kebahu dan punggung han-hung-fei, Hanhung-fei terkejut tidak menduga akan perbuatan yang-lian, Hanhung-fei terlempar disambut pukulan sai-cu-bin-kui, namun
pukulan ini berhasil ditangkis, tapi cakar ang-bin-kwi telah
merobek lambungnya, Han-hung-fei terhempas ketanah,
mulutnya memuntahkan darah segar, nafasnya sesak.
"ke"kenapa kamu memukul saya lian-moi !?" tanya Han-hungfei sambil menenangkan nafasnya yang sesak, namun
pertanyaan itu hanya dibalas senyuman sinis dari yang-lian,
sementara empat rekanan itu sudah kembali menerjang,
dengan mata merah dan amarah yang meluap, han-hung-fei
mengeluarkan jurus kedelapan ilmu tangan kosongnya
"mingling-xie-bun-sian" gerakannya yang luar biasa cepat, serta
kerumitan dan perubahan yang tidak terduga, gerakan
serangan dan bertahan yang laksana menulis kalimat itu
membuat saicu-bin-kui kelabakan, dalam sepuluh gebrakan,
ang-bin-kwi terpapar berusaha menghindar, Yang-lian dan
Wan-lin berhasil menagkis serangan han-hung-fei, tapi malang
bagi saicu-bin-kui, serangan luar biasa itu sudah
menyudutkannya, sehingga kedua telunjuk han-hung-fei yang
mengarah dada dan lambung kirinya tidak bisa dielakkan,
"crok".crokkk.." bagian tubuh yang ditancap telunjuk itu
tembus, saicu-bin-kui menjerit setinggi langit merasakan hawa
yang membakar organ dalamnya, dia mennegelpar laksana
ayam disembelih dan kemudian diam mati.
Kematian sai-cu-bin-kui dalam sepuluh gebrakan, mebuat tiga
rekanan terkejut dan spontan bergerak menjauh, ketiganya
tidak menduga akan sedemikian saktinya pendekar ini, walhal
han-hung-fei sudah muntah darah akibat dua pukulan dan satu
257 cakaran, dan mereka juga sedang mengeroyok pemuda kosen
ini, dan kenyataannya sepuluh gebrakan saicu-bin-kui tewas.
"yang-lian katakan padaku siapa kalian sebenarnya !?" teriak
Han-hung-fei dengan sorot mata tajam, hatinya sakit mendapat
perlakuan dari yang-lian, dia tidak menduga dibalik keramahan
dan keluwesan Yang-lian tersimpan niat culas dan jahat
terhadap dirinya, yang-lian berteriak
"lao-si mari kita serang lagi !" teriak yang-lian dengan serangan
mencabut pedangnya, Wan-lin dan ang-bin-kwi juga mencabut
senjata, Wan-lin dan yang-lian mengerahkan ilmu pedang
mereka yang luar biasa, han-hung-fei masih mengerahkan jurus
tangan kosongnya menghadapi bayangan dan sambaran tiga
senjata lawannya, pertempuran berlansung seru dan sengit.
Sampai seratus jurus han-hung-fei masih dapat mengimbangi
ketiga lawannya, namun lima jurus kemudian
"srat".sing?" pedang Wan-lin melukai lengan han-hung-fei,
sementara sabetan pedang Yang-lian luput menebas kaki hanhung-fei yang mengelak dengan bersalto diudara, dan saat
menukik sinar hijau berkeredapan, bun-liong-sian-kiam keluar
dari sarungnya "cring..trang"trang.." pedang itu mebabat ketiga pedang
lawan, pedang ang-bin-kwi langsung patah, namun lao-si dan
lao-ngo dapat menahan serangan pedang han-hung-fei, namun
tangan keduanya meresa pegal dan kesemutan saking kuatnya
benturan senjata, dan mereka terpana melihat han-hung-fei
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan sikap kuda-kuda yang demikian berkharisma, kaiki
kanan menjadi tumpuan badan, sementara kaki kiri lurus sejejar
dengan punggung, dan pedang yang bersinar hijau itu
digenggam dengan dua tangan, dari balik badan pedang yang
258 tegak condong, dua bola mata Han-hung-fei menatap tajam
ketiga lawannya. Ketiganya masih terkesima, namun ketika han-hung-fei
bergerak dengan serangan kilat yang tiba-tiba, meraka
menyambut dengan segala kemampuan, pertarungan senjata
yang amat menegangkan dan luar biasa, kilatan pedang hanhung-fei dalam rangkaian jurus bun-liong-sian-kiam menekan
serangan ketiga lawannya, lao-si dan lao-ngo mengerahkan
jurus pedang andalan mereka, dan diantara tiga rekanan itu
ang-bin-kwi yang terlemah, dan untungnya kedua pedang Laosi dan lao-ngo masih dapat menahan hebatnya tekanan
serangan Han-hung-fei, namun ketika memasuki jurus ketujuh
puluh, tiga pedang beradu, dan membuat lao-si dan lao-ngo
berjumpalitan untuk menghindar dari sabetan dan tusukan
oedang han-hun-fei, dan sinar hijau itu mengarah ang-bin-kwi,
ang-bin-kwi kalang kabut menggerakkan pedangnya yang
buntung untuk menagkis, namun dalam tiga gebrakan dalam
keterdesakannya "crak..adouww"srat"crak..srat.." satu bacokan menebas paha
sehingga buntung, dan membuat ang-bin-kwi menjerit
melolong, satu sabetan merobek perut, satu bacokan menebas
bahu hingga tangan ang-bin-kwi putus sebatas bisep, dan satu
sabetan mengenai wajah, ang-bin-kwi ambruk menggelepar,
han-hung-fei dengan kuda-kudanya cepat berbalik, pormasi
dimana tangan kanan yang memegang pedang melingkar
diatas kepala, tangan kiri lurus kedepan dengan jemari
membentuk cakar naga, kaki depan ditekuk dan kaki belakang
tegak miting sejajar punggung yang sedikit membungkuk, lalu
kaki belakang itu bergerak melingakar kedepan dan disusul
lingkaran kaki depan sehingga serangan itu dipormasi oleh
259 gerakan kaki yang meliuk laksana liukan naga, laksana anak
panah melesat kedepan menyerang lao-sin dan lao-ngo.
Keduanya tidak sempat memikirkan keadaan ang-bin-kwi,
karena mereka sudah sangat sibuk menghadapai pedang bunliong-taihap, keroyokan dua wanita luar biasa itu membuat
perlawanan berlangsung imbang, kehebatan ilmu pedang Hanhung-fei benar-benar mendapat lawan lumayan, karena paduan
ilmu pedang dua datuk luar biasa yang dimainkan dua murid
terkasih mereka, dua ratus jurus berlalu, keadaan masih
seimbang, untung bagi kedua wanita sakti itu bahwa Han-hungfei hanya menggunakan dua pertiga dari tenaganya, hal ini
karena disebabkan luka dalam yang ia derita karena keculasan
Yang-lian, namun walaupun sudah terluka, amatlah sulit bagi
kedua wanita sakti itu untuk mendesak han-hung-fei apalagi
merobohkannya. Pertarungan masih beralansung hingga sore hari, dan
kenyataan bahwa han-hung-fei tidak dapat ditaklukkan, dan
kalau diteruskan bisa jadi mereka juga akan celaka, maka
Yang-lian dan Wan-lin melompat menjauhi Han-hung-fei,
keduanya saling berpandangan
"wan-lin..! kita berpencar !" seru Yang-lian, sambil
mengerahkan sin-kang melarikan diri kearah barat, dan Wan-lin
juga melakukan hal yang sama melarikan diri ke arah timur,
han-hung-fei yang mendengar seruan itu terperangah, hatinya
ingin mengejar yang-lian karena rasa gemas dan marah,
namun seruan Yang-lian pada Wan-lin membuat Han-hung-fei
terkejut, sehingga ia tidak jadi mengejar Yang-lian dan
tercenung untuk beberapa lama, lalu dengan spontan ia
mengejar Wan-lin sambil berteriak
"lin-moi ".tunggu"!"
260 Wan-lin yang merasa dikejar langsung tancap gas
mengerahkan gin-kangnya yang luar biasa, seharusnya hanhung-fei dapat mengejar Wan-lin, namun karena lukanya ia
harus hati-hati, Wan-lin tidak dapat menjauhkan jarak dan Hanhung-fei tidak bisa mendekatkan jarak, adu lari itu berlangsung
semalaman, Wan-lin untung karena kegelapan malam, dengan,
ketika ia masuk dalam sebuah lembah dan terus menuju
sebuah lekukan bukit, Wan-lin segera bersembunyi dibalik
sebuah batu besar yang, tidak berapa bayangan han-hung-fei
melintas dan terus melesat kedepan,
"Lin moi".! Lin-moi?" teriak Han-hung-fei, Wan-lin terkesima
mendengar namanya dipanggil dengan begitu akrab oleh
musuhnya. Wan-lin keluar dari persembunyian dan terus lari kembali
kearah gerbang utara kota, dan dari areal pertempuran ia terus
bergerak kea rah larinya Yang-lian, dalam hatinya ia bertanyatanya kenapa bun-liong-taihap memanggilnya dengan begitu
akrab, Wan-lin terus berlari cepat hingga terbit matahari,
kemudian ia istirahat sebentar lalu berlari lagi, dan menjelang
siang ia melihat bayangan yang-lian disebuah lembah, lalu ia
mempercepat larinya "Yang-lian tunggu !" teriaknya, Yang-lian menoleh kearah suara
"apakah itu kamu Wan-lin ?" sahut Yang-lian, dan tidak berapa
lama Wan-lin pun muncul, Yang-lian duduk dengan nafas lega."
"sepertinya kamu yang dikejar oleh bun-liong-taihap." Ujar
Yang-lian "benar, dan untung aku dapat mengecohnya."
"sungguh saya tidak menduga bahwa kita akan lari terbirit-birit
seperti ini." "pendekar itu sungguh sakti dan kosen, walaupun kita keroyok,
261 kita masih belum mampu mengalahkannya, bahkan dua dari
kita tewas." ujar Wan-lin
"benar, walhal dia itu sudah terluka." sahut Yang-lian
"hmh".tapi ada satu yang membuat saya heran Lao-ngo."
"apa itu lao-si ?" tanya yang-lian
"saya kira dia akan mengejarmu, karena amarahnya lebih
tertumpu padamu, karena engkau telah menipunya."
"hmh".saya kira juga demikian, lao-si." sahut Yang-lian
"menurutmu kenapa ia mengejar aku ?"
"saya tidak tahu, kenapa lao-ngo." Jawab Yang-lin
"menurutku karena engkau menyerukan namaku saat itu!"
"eh".kenapa kau katakan demikian "
"tahu apa yang diserukannya ketika mengejarku ?" tanya Wanlin
"memang apa yang diserukannya !?"
"dia menyerukan namaku dengan panggilan "Lin-moi"
"oh"begitukah ?" sela Yang-lian tercenung menatap rekannya
"benar lao-ngo, jadi karena sudah tiga hari kalian berdekatan,
setidaknya kamu akan tahu identitasnya, siapakah Bun-liongtaihap itu Lao-ngo ?"
"hmh..namanya adalah Han-hung-fei."
"siapa ".!?" sela Wan-lin berteriak karena terkejut, sehingga
Yang-lian menatapnya heran
"kamu kenapa lao-si ?" tanya Yang-lian
"apa kamu tadi mengatakan Han-hung-fei ?" tanya Wan-lin
memastikan "benar, aku mengatakan han-hung-fei karena itulah nama Bunlion-taihap." sahut Yang-lian, mendengar itu lemaslah rasa
tubuh Wan-lin "ternyata dia ?" ujarnya lirih
262 "apa kau kenal dengannya ?" tanya Yang-lin penasaran
"hmh"dia adalah temanku masa kecil, boleh dikatakan dia
menjaga saya dan adik saya."
"kenapa dia yang menjaga kalian " apakah kalian saudara jauh
?" "tidak, tapi dia ditampung ayah saya ketika masih kecil."
"hmh".setelah engkau mengetahuinya lalu bagaimana
sekarang lao-si, bagaimana sikapmu padanya ?"
"entahlah, aku tidak tahu, karena kenyataan ini demikian
mengejutkan bagiku."
"dia memang pemuda yang lugu dan polos, benar apa yang
dikatakan lao-liok saat itu."
"apakah lao-liok pernah mendekatinya ?"
"hi..hi"lao-liok bahkan bercinta dengannya." sahut Yang-lian
"lalu kamu sendiri bagaimana ?" tanya Wan-lin dengan wajah
merah "hi..hi"pemuda setampan dia menurutmu aku bisa tidak
terngiur ?" "cih..kalian ini memang.." sela Wan-lin membuang muka karena
marah dan malu "kamu kenapa lao-si, hi..hi" sudahlah mari kita lanjutkan
perjalanan." ujar Yang-lian sambil bangkit dari duduknya, Wanlin juga bangkit dan keduanya melanjutkan perjalanan dengan
berlomba lari cepat, dua bulan kemudian mereka sampai di
kota chang-an, keduanya menginap disebuah likoan
"kamu kenapa tidak makan lao-ngo ?" tanya Wan-lin sambil
melahap makanannya "aku tidak selera makan lao-si, kepalaku sudah dua hari ini
pusing terus." "loh"kenapa demikian ?" tanya Wan-lin heran
"aku juga tidak tahu, sudahlah kamu lanjutkan makanmu dan
263 aku mau istirahat dikamar." ujar Yang-lian, lalu bangkit dari
mejanya tanpa menyentuh makanannya.
Sesampai dikamar tiba-tiba yang-lian mual dan muntah, setelah
sedikit merasa lega, ia baring dan berusaha tidur, namun
kepalanya yang pusing sangat membuat dirinya tidak nyaman,
lalu Wan-lin muncul "bagaimana keadaanmu lao-ngo ?"
"masih pusing lao-si, aduh aku kenapa yah ?" keluhnya lirih
"kalau begitu tunggulah sebentar aku akan panggilkan tabib
untuk memeriksamu." ujar Wan-lin, lalu kembali keluar,
beberapa jam kemudian Wan-lin dan seorang tabib datang,
tabib itu langsung memeriksa Yang-lian, setelah beberapa saat
si tabib mendehem "kamu sudah bersuami siocia ?" tanya tabib, mendengar
pertanyaan itu Yang-lian pucat
"a..aku kenapa sinse ?" tanya Yang-lian cemas
"hehehe..kamu ini sedang hamil siocia." sahut sinse, Yang-lian
termenung, Wan-lin terkesima.
"jaga diri baik-baik dan ini resep untuk mengurangi rasa pening
dan mual." ujar si tabib, lalu meninggalkan kamar
"lao-ngo apakah itu anak han-hung-fei ?" tanya Wan-lin
"benar"ini anak han-hung-fei." sahut Yang-lian dengan wajah
bingung "lalu apa yang hendak kamu lakukan ?"
"menurutmu apa yang harus kulakukan lao-si."
"aku juga tidak tahu, tapi sudahlah besok saja dipikirkan." ujar
Wan-lin dan naik keranjang disebelah Yang-lian
"lao-si " setelah kamu mengetahui bun-liong-taihap adalah hanhung-fei apakah kamu akan menemuinya ?"
264 "aku tidak siap menemuinya, karena bagaimanapun dia
berseberangan dengan kita."
"bagaimana kalau aku minta dia menikahiku sehingga ia bisa
tergolong aliran kita."
"apa menurutmu ia akan mau menikahimu setelah apa yang
kamu perbuat padanya ?"
"hmh"benar juga yah.." sela Yang-lian, keduanya diam
dengan pikiran masing-masing.
"lao-si kamu besok berangkatlah duluan, aku akan menetap
disini sampai anak ini lahir."
"baiklah kalau begitu, dimana kamu akan tinggal disini ?"
"hal itu bisalah aku pikirkan nanti, kamu tidak usah cemaskan
aku." jawab Yang-lian. Wan-lin pun terdiam dan mencoba untuk
tidur, bayangan han-hung-fei jelas tergambar dalam benaknya,
keesokan harinya Wan-lin dan Yang-lian berpisah.
Kota Lanzhou tepatnya disebuah bangunan megah milik Pakkoai-lo, enam datuk sudah berkumpul, dan diantara mereka
ada lao-it , lao-ji, lao-sam, lao-si, lao chit dan lao-pat, diantara
lao yang tidak hadir dalah lao-ngo Yang-lian dan Lao-liok Yanhui, kemudian ada juga "hai-ma-kui", "kiu-bwee-kui-bo" dan
"tee-tok-siang", lalu ada dua laki-laki gagah dengan kumis tebal
tanpa jenggot dan yang satunya berkumis dan berjenggot, dari
alis mereka yang berwarna merah, diketahui mereka adalah
"ang-bin-tin" yang merupakan barisan kuat pendukung liu-xuan
dalam rangka usaha menggulingkan rezim dihuang yang
berkuasa, lelaki berkumis tanpa jenggot dijuluki "kim-liong"
(naga emas) dan yang berjenggot dikenal dengan julukan "kimtiuaw" (rajawali emas), yang lainnya adalah pimpinan wilayah
yang telah dibentuk Pak-koai-lo, seperti Zhou-san, zhou-yan,
zhou-jin, zhou-ceng, dan juga pimpinan barisan pendam yang
dipimpin liang-zheng, lalu ada kordinator dana yang dipegang
265 Ma-hua-meng dan Coa-shuang, kemudian empat pembantu
utama Pak-koai-lo yaitu "eng-kiam", "pak-hong-kwi", "coa-hui"
dan "pek-hek-wan-siang"
"sepertinya kita sudah hadir semua, jadi saya akan membuka
pertemuan kita ini" ujar Pak-koai-lo.
"benar mulailah pak-koai-lo !" sela see-hui-kui.
"begini rekan-rekan semua, khusunya kepada rekan sejawad
saya liok-cianpwe beserta lao, mungkin bertanya kenapa saya
mengundang kalian." "benar pak-koai-lo, melihat yang hadir semua jajaranmu,
sepertinya ada hal besar yang kamu rencanakan." sela liang-lomo
"dugaanmu benar liang-lo-mo, dan tentunya kalian tahu sejak
kita masih muda, bahwa saya adalah bangsawan Zhou, dan
misi hidup saya selama ini adalah mengembalikan kejayaan
dinasti Zhou." "lalu apa hubungan dengan kami pak-koai-lo ?" sela Lam-sinpek
"kalian adalah rekan-rekanku, dukungan kalian sangat aku
harapkan untuk mewujudkan misi hidup saya."
"lalu apa yang bisa kami perbuat untukmu pak-koai-lo ?" tanya
pek-mou-hek-kwi "kalian dengarlah peluang untuk mewujudkan misi saya saat ini
sangat besar, karena pertama rezim dihuang sama sekali tidak
mendapat dukungan penuh, kemudian yang kedua Liu-xuan
telah juga membentuk barisan yang didukung oleh "ang-bi-tin"
untuk menggulingkan rezim yang berkuasa, dan dalam hal ini
tentunya Liu-xuan akan mengembalikan kejayaan dinasti Han."
"lalu apa rencanamu untuk mewujudkan misi hidupmu pak-koailo ?" sela Coa-tung-mo-kai
266 "saya dan liu-xuan mempunyai misi yang berbeda namun sama
dalam rencana yakni menggulingkan rezim yang berkuasa, dan
saya akan memamfaatkan kesamaan rencana ini untuk
membonceng dan bersatu padu dengannya untuk
menggulingkan rezim dihuang, dan jika kelak berhasil aku akan
mengkudeta hasil perjuangan ini untuk mewujudkan misi hidup
saya." "hmh"idemu itu sungguh berbahaya pak-koai-lo." sela Seehui-kui
"benar see-hui-kui, maka saya menyiapkan segala strategi yang
mampun saya perbuat, kantong kekuatan saya cukup kuat,
saya punya pasukan diempat wilayah, punya pasukan pendam,
dan juga dana untuk perjuangan saya ini sudah saya
kumpulkan semaksimal yang dapat, disamping itu juga saya
punya jalinan yang baik dengan beberapa petinggi ang-bi-tin
yang siap mendulang kemakmuran bersama saya, seperti dua
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rekan kita ini kim-liong dan kim-tiauw."
"sepertinya kamu sudah demikian matang mempersiapkannya
pak-koai-lo." sela Lam-sin-pek.
"benar lam-sin-pek, dan hari ini sebagai rekan sejawat aku
sampaikan aku butuh dukungan kalian dalam mewujudkan misi
saya, bagaimana menurut kalian ?" ujar Pak-koai-lo, lima datuk
saling pandang dan suasanapun hening
"bagaimana menurutmu see-hui-kui ?" tanya Liang-lo-mo
"karena ini permintaan teman, dan teman tentunya tidak akan
mengabaikan teman, maka saya akan ikut membantu Pak-koailo."
"hmh"kalau kamu pek-mou-hek-kwi ?" tanya liang-lo-mo
"aku akan membantu pak-koai-lo." sela Lam-sin-pek
"aku juga akan membantu pak-koai-lo, dan tentunya juga pakkoai-lo sudah mempunyai rencana baik untuk kita, saat
267 mendulang keberhasilan." Sela coa-tung-mo-kai
"tentu coa-tung-mo-kai, kalian akan bersama saya dalam istana
jika kita berhasil."
"hehehe..heheh"sepertinya kamu saja liang-lo-mo yang tidak
setuju, karena saya juga setuju."
"phuah".sudah kalau semua setuju, tentu aku juga setuju."
sahut Liang-lo-mo, tawa pun berderai memenuhi ruangan itu.
"baiklah, saat ini sudah ada kontak fisik antara ang-bi-tin
dengan pasukan pemerintah, jadi saya minta kepada kim-liong
atau kim-tiauw untuk menjelaskan keadaan saat ini." ujar Pakkoai-lo
"baik, saya akan coba jelaskan pada liok-cianpwe keadaan saat
ini." sahut kim-liong, semua peserta pertemuan memasang
telinga baik-baik untuk mendengarkan kim-liong
"saat ini sedang terjadi kontak fisik antara ang-bi-tin dengan
pasukan pemerintah, dan terjadi di empat kota, ini merupakan
strategi perang yang dibuat ang-bi-tin, kota yang pertama
adalah kota xining diwilayah utara, kota Lijiang diwilayah barat,
kota Guangzhou diwilayah selatan dan kota qingdao diwilayah
timur, pasukan ini akan bergerak terus menguasai kota-kota
hingga sampai ke chang-an dan mengambil alih istana."
"jika hal itu sudah dilakukan apa yang akan perbuat pak-koai-lo
?" tanya see-hui-kui
"kita akan masuk pada pertempuran saat pasukan kita bertemu
di chang-an, dan masa yang kritis itu kita akan mengambil
peran." jawab Pak-koai-lo
"dan sebelum saat itu tiba, apa yang kami lakukan ?" tanya pekmou-hek-kwi
"saya minta kepada lao dan para rekan yang lain untuk
berangkat secepatnya ke empat kota dimana barisan pendam
268 yang telah saya bentuk."
"dimanakah itu cianpwe ?" tanya Cao-teng
"empat kota itu adalah taiyuan , Hopei, chendu dan khangshi,
sementara rekan liok-cianpwe akan berbagi dikota jhengzhou,
lokyang dan kaifeng." jawab Pak-koai-lo
"hmh".kalau begitu jelas sudah, dan kita akan segera bekerja."
sela Liang-lo-mo. "benar, dank arena sudah selesai, saya minta kita juga
mengadakan pertemuan setelah ini." sela coa-tung-mo-kai."
"baiklah kalau begitu, marilah kita makan siang dulu, setelah itu
baru kita bertemu lagi." sahut pak-koai-lo, lalu merekapun bubar
dari ruangan itu dan pergi keruangan lain dimana hidangan
penuh aneka macam dan rasa telah menanti, merekapun
makan dengan lahap. Setelah selesai makan enam datuk, enam lao beserta hai-makui", "kiu-bwee-kui-bo" dan "tee-tok-siang" berkumpul
"hal yang ingin saya bahas dengan kalian adalah tentang hasil
tugas dari lao." ujar see-hui-kui
"dan juga masalah bun-liong-taihap." sela liang-lo-mo dan coatung-mo-kai bersamaan.
"baik kalau begitu, kepada lao, sampaikan hasil dari tugas
kalian !" ujar see-hui-kui
"saya telah berhasil menaklukkan dan mengalahkan butongpai." sahut Tan-hang
"saya juga telah berhasil menaklukkan hoasan-pai." sela Kampeng
"saya juga telah berhasil menaklukkan kunlun-pai." sela Wan-lin
"baik tiga dari perguruan besar telah kita taklukkan dan hanya
satu siwulim-pai tidak bisa ditaklukkan oleh lao-it dan bahkan
jai-hwa-hengcia tewas disana." ujar see-hui-kui.
269 "kalau begitu salah satu dari kita harus ke siawlim-pai." sahut
Liang-lo-mo "benar dan menurut saya hal itu akan kita lakukan setelah misi
pak-koai-lo selesai." sela lam-sin-pek, semuanya mengangguk
setuju "lalu bagaimana pak-koai-lo, apakah kamu sudah menjumpai
Pak-sian ?" tanya Coa-tung-mo-kai
"saya sudah pergi kewilayah utara untuk mencarinya tapi saya
tidak bertemu." sahut pak-koai-lo
"dan kamu lam-sin-pek bagaimana ?" tanya Liang-lo-mo
"saya bertemu dengan lam-sian, namun aku akui gagal karena
munculnya bun-liong-taihap." sahut Lam-sin-pek, semua
terdiam, Wan-lin terkejut dalam hati, bahwa suhunya kalah oleh
han-hung-fei, sejak ia berpisah dengan Yang-lian, pikirannya
selalu dipenuhi hal-hal tentang han-hung-fei, dia memang
merasa rindu dengan han-hung-fei teman masa kecilnya,
namun dia bingung mengambil langkah karena kenyataannya
mereka berhadapan sebagai musuh, dan terlebih ia kecewa
dan marah karena han-hung-fei telah menghamili Yang-lian dan
bahkan bercinta dengan Yan-hui
"apa yang kita perebutkan dulu, ternyata didapatkan oleh
pemuda itu, dan nyatanya ia memang luar biasa dan sakti." ujar
Lam-sin-pek "bun-liong-sian-kiam memang luar biasa, tapi apakah jika kita
dua dari kita menghadapinya kita akan tetap kalah ?" sela pekmou-hek-kwi
"dari pengalaman berhadapan dengan dia, dua dari kita akan
seimbang dengannya."
"eh..benarkah analisamu itu lam-sin-pek !?" tanya see-hui-kui
penasaran 270 "menurut saya begitu, dan saya yakin dua dari kita baru
seimbang. "apakah menurut kalian bun-liong-taihap akan mencari kita ?"
tanya pak-koai-lo "menurut saya tidak, karena sudah hampir tiga tahun
keberadaanya dia hanya bertemu dengan lam-sin-pek." sahut
coa-tung-mo-kai "tapi cianpwe menurut saya dia akan mencari kita." sela Wan-lin
"kenapa menurutmu demikian Lin-ji ?" tanya lam-sin-pek
"karena pertemuan yang beruntun antara pihak kita
dengannya." "maksudmu bagimana lao-si ?" tanya Liang-lo-mo
"karena saya, lao-ngo, saicu-bin-kui, ang-bin-kwi telah
mengeroyoknya, namun kami kalah dan kedua teman kami
tewas. "sialan saicu-bin-kui sudah pula tewas ditangannya." gerutu
Liang-lo-mo "artinya kita telah banyak kehilangan oleh sebab bun-liongtaihap."
"benar empat bawahan coa-tung-kaipang dan dua bawahan
Liang-lo-mo." sela Lam-sin-pek.
"hal ini tidak boleh kita biarkan !" teriak Coa-tung-mo-kai marah
"tunggu dulu coa-tung-mo-kai, lanjutkan kesimpulanmu lao-si !"
sela See-hui-kui "sebelum saya bertemu dengan lao-ngo, lao-ngo telah
memperdaya bun-liong-taihap dengan memberinya racun ular
lima warna dan racun katak merah."
"eh..racun ganas dan mematikan." sela enam datuk bersamaan
"benar cianpwe, namun bun-liong-taihap ternyata kebal racun,
lau ketika kami datang, Lao-ngo buka kartu dengan
271 membokong bun-liong-taihap, amarah bun-liong-kiam sangat
jelas saat itu, setelah kami merasa tidak mampu kami
menyingkir." "jadi dari sisi mana dari ceritamu dia akan mencari kami lao-it ?"
tanya Liang-lo-mo "dari amarah yang ia tunjukkan, karena saya yakin ia akan
mengejar lao-ngo, dan juga dia akan mengejar saya."
"kalau karena amarah diperdaya saya belum yakin dia akan
mengejar lao-ngo, karena Bun-liong-taihap juga pernah
diperdaya oleh Lao-liok, dan nyatanya dia tidak mengejar Laoliok." sela Tan-hang
"karena itu makanya saya yakin dia akan mengejar kita, dia
sudah dua kali diperdaya. Istilah lao yang kita serukan saat
bertempur melawannya akan difahaminya bahwa dua
perempuan yang memperdayainya adalah satu kesatuan.
"perhitunganmu mungkin jadi benar, tapi belum cukup kuat."
sela lpek-mou-hek-kwi "mungkin juga cianpwe, namun bun-liong-taihap juga sudah
mengenal saya, dan itu lebih memicunya mencari lao dan
tentunya berakhir pada liok-cianpwe."
"kenapa dengan mengenalmu dia akan lebih terpicu ?" tanya
pak-koai-lo "karena dia adalah temanku masa kecil, suhu kami dulu
bersama ditempat suhu mendapatkan saya."
"kalian bersama di rumah she-gao ?" tanya Lam-sin-pek, Wanlin mengangguk.
"hmh"melihat kondisi ini saya malah puny ide." sela see-huikui
"ide apa itu see-hui-kui ?" tanya Lam-sin-pek
"jika lao-si adalah teman masa kecilnya, bukankah sungguh
272 baik jika lao-si dapat menguasai hatinya, dan dengan demikian
aliran kita akan semakin kuat dengan adanya bun-liong-taihap
?" "hmh..idemu sungguh tepat see-hui-kui, karena tentunya lamsian juga banyak berharap padanya ketika nyawanya
diselamatkan pendekar itu, ini trik jitu jika kamu lian-ji dapat
menaklukkan hatinya." ujar Lam-sin-pek
"aku tidak bisa suhu, karena han-hung-fei telah menghamili laongo
"hahaha..hahaha".binal juga si bun-liong ini." pek-mou-hek-kwi
tertawa terbahak-bahak. "kenapa cianpwe berkata demikian ?" tanya Kam-peng
"hehehe..hehehe"lao-liok bahkan sudah melahirkan anak si
binal ini." sahut Pak-mou-hek-kwi.
"oh".begitukah cianpwe ?" tanya Wan-lin meragu
"benar, dan jika si binal ini tidak ikut dengan barisan kita maka
dia akan menderita, karena saya akan menjadikan anaknya
menjadi mesin pembunuhnya sendiri." sahut Pek-mou-hek-kwi
"demikian juga aku, jika memang lao-ngo memiliki anak
darinya." sela liang-lo-mo.
Menurut saya lao-si, kamu harus usahakan menariknya masuk
aliran kita, karena itu akan menjadi pukulan besar bagi lam-sian
dan pak-sian, dan supaya kalian yang dulunya bersama di
rumah she-gao dapat berkumpul kembali."
"apa maksud cianpwe ?" tanya Wan-lin
"kalau kamu bilang kalian bersama dirumah she-gao, aku yakin
kalian ada bertiga selain gao-hujin."
"benar cianpwe, satu lagi adik saya wan-peng."
"tahukah kamu dimana adikmu itu sekarang ?" tanya pak-koailo
273 "tidak ccianpwe, entah dimana adikku itu, apakah ia hidup atau
sudah mati." "hehehe..hehehe"adikmu itu tidak mati, bahkan sangat sehat
dan tampan." "cianpwe benarkah " diamankah adikku itu ?"
"Lao-pat berdirilah kamu !" perintah pak-koai-lo, Zhou-peng
berdiri "lao-pat itu adalah adikmu lao-si, karena aku yang
mengambilnya saat itu dan pek-mou-hek-kwi yang memukulmu
saat itu." mendengar itu lao-si dan lao-pat saling pandang,
Wan-lin terisak "wan-peng adikku, kamu adalah adikku." Jerit Wan-lin, lalu
mengejar lao-pat dan memeluknya.
"benarkah suhu !?" tanya Lao-pat sambil membiarkan dirinya
dipeluk wan-lin "benar lao-pat, kamu tentunya tidak ingat karena kamu masih
kecil saat itu." lao-pat dengan erat memeluk kakaknya.
"sudahlah kecengengan ini lao-si ! kamu lihat adikmu itu
mengambil she yang kuberikan, tentu artinya kamu tahukan,
jika dinasti zhou berhasil keistana, kalau kamu mengerti
keberadaan bun-liong dipihak kita amatlah berarti." ujar Pakkoai-lo, Wan-lin tentu sangat mengerti perkataan pak-koai-lo,
adinya ini calon kaisar masa depan jika dinasti zhou berkuasa,
dan benar jika Han-hung-fei dapat diajaknya maka kekuatan
mereka makin besar, dan juga tidak ada ruginya jika ia dapat
menjadikan han-hung-fei jadi suami.
"baiklah, aku akan usahakan han-hung-fei ada dibarisan kita."
"hahaha..hahaha"bagus lao-si." sahut Pak-koai-lo.
"baik urusan bun-liong-taihap kita serahkan pada lao-si, saya
yakin masa kecil keduanya akan memudahkan bagi kita
274 menguasai bun-liong-taihap." ujar See-hui-kui, setelah itu
merekapun bubar, dan keesokan harinya, merekapun
berpencar menuju tempat tugas masing-masing, zhou-peng
meminta kakaknya untuk tetap tinggal selama seminggu, dan
wan-lin sangat menyetujuinya. Zhou-peng banyak menanyakan
ihwal keluarganya pada Wan-lin, wan-lin bercerita dengan
linangan air mata, dan bahkan bercerita tentang Han-hung-fei.
Setelah kehilangan Wan-lin, Han-hung-fei terduduk didalam
hutan, dadanya terasa sesak akibat luka dalam, Han-hung-fei
bersila dan mengerahkan sin-kang untuk mengobati lukanya,
selama selama setengah hari Han-hung-fei mengobati dirinya,
dan setelah itu hentakan nafasnya sudah normal dan pulih
kembali, lalu ia mencari binatang buruan untuk pengganjal
perutnya yang lapar, seekor kelinci gemuk menjadi
santapannya siang itu, sambil makan dia kembali
membayangkan wajah yang bernama Wan-lin, wajah yang
cantik itu semakin menebalkan rasa rindu dan penasaran
dalam hatinya. Han-hung-fei kembali ke penginapan, didalam kamarnya Hanhung-fei membayangkan empat wanita yang di jumpainya
selama tiga tahun ini, Liu-sian seorang wanita cantik yang
menerbitkan rasa iba, Yan-hui wanita yang menimbulkan gairah
dalam hatinya, Yang-lian wanita luwes yang menimbulkan rasa
ceria, Wan-lin wanita yang dari awal dirindukan dan sekarang
membuat penasaran, lalu ia membayangkan pertemuan
dengan Yan-hui yang dipanggil lao-liok, Yang-lian dipanggil
temannya lao-ngo, dan wan-lin sekilas ia dengar dipanggil laosi
"hmh".artinya Yan-hui, Yang-lian dan Wan-lin sepertinya
275 memiliki hubungan, saya harus menyelidiki golongan apa yang
menggunakan istilah lao." pikirnya dalam hati.
Keesokan harinya setelah membayar sewa kamar selama
sebulan, Han-hung-fei meninggalkan kota chongqing, sekarang
ia punya tujuan, yakni mencari golongan yang menggunakan
istilah lao, untuk menemukan Wan-lin, seminggu kemudian
Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Han-hung-fei melintasi sebuah hutan, dia melihat enam orang
sedang membakar daging buruan, hal yang membuat ia tertarik
dengan rombongan itu adalah pembicaraan yang sedang
mereka lakukan "Coa-kang ! apakah menurutmu Lao-ngo masih berada di
chongqing ?" tanya Kui-san-ok
"menurut saya Lao-si dan pang-ong saicu-bin-kui akan
menunggu kita, jikapun tidak pasti mereka meninggalkan pesan
pada kita disana." jawab Coa-kang pembantu utama dari saicubin-kui.
"ayah apakah kita akan berhasil meringkus Bun-liong-taihap ?"
"jika kita berdelapan sangat bisa jadi kita akan dapat
meringkusya "benar, jika melihat tiga pangcu bersama lao-liok masih kalah,
masa kita bertujuh beserta lao-ngo masih kalah." sela bu-kwi.
"saya dengar kalian hendak meringkus dan membunuhku,
sekarang saya suda disini !" sela suara yang kemudian Hanhung-fei muncul, enam orang itu terkejut, terlebih setelah
melihat gagang pedang dibalik punggung yang pemuda
didepan mereka. "a..apakah kamu bun-liong-taihap ?"
"benar, ayok".lakukanlah apa yang kalian ingin lakukan !"
"serang"!" teriak kui-san-ok, enam orang itu langsung
menyerang Han-hung-fei, han-hung-fei dengan gesit
276 menyambut terjangan enam pengeroyoknya dengan jurus "inhun-bun-sian" (dewa sastra menyibak awan) jurus ketiga dari
bun-sian-pat-hoat. Terjangan dan serangan Han-hung-fei yang demikian gesit
membuat barisan pengeroyok kebingungan, dalam sepuluh
jurus Bu-kwi sudah mendapat tamparan pada mukanya,
tamparan ini membuat bu-kwi pusing tujuh keliling sehingga ia
sempoyongan dan ambruk, kui-san-ok mengerahkan segenap
kemampuan untuk mengimbangi jurus Han-hung-fei yang gesit
dan dahsyat, berkat kerjasama yang baik antara kui-san-ok dan
anaknya "siu-kui" mereka dapat menahan tekanan jurus Hanhung-fei, namun karena tiga orang rekannya kurang sin-kang
sehingga tidak dapat merobohkan han-hung-fei, pertarungan
sudah lebih tujuh puluh jurus.
Han-hung-fei merobah jurusnya dari jurus ketiga ke jurus yang
Si Rase Kumala 7 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Bende Mataram 28