Pencarian

Pedang Dewa Naga Sastra 3

Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana Bagian 3


disebuah bangunan roboh, lalu disebuah dinding yang masih
utuh pada bagian rumah itu, dan ada lingkaran besar ditengah
dinding laksana ukiran dinding, seorang pengemis menarik
sebuah tuas, tiba-tiba ukiran berbentuk lingkaran itu bergerak
kesamping, para pengemis memasuki pintu berbentuk bulatan.
Han-hung-fei dengan gerakan laksana kelelawar menerobos
pintu masuk "heh..egh.." seorang pengemis yang hendak menutup pintu
rahasia itu terkejut, namun mulutnya langsung diam karena
han-hung-fei sudah menotoknya dengan kecepatan kilat, lalu
Han-hung-fei menuruni tangga tanah dan memasuki lorong
yang panjang, didepannya para pengemis tidak menyadari
keberadaannya, kemudian para pengemis sampai pada sebuah
ruangan bawah tanah yang megah dan luas
"ada apa dengan mereka sute !?" tanya pengemis yang
merupakan tangan kanan pimpinan
"kami tidak tahu ji-twako, kami menemukan mereka sudah
tertotok, dan kami tidak bisa memunahkan totokan mereka, jadi
kami bawa kesini." jawab seorang pengemis, lalu pengemis
yang dipanggil ji-twako mendekati empat orang anak buahnya
yang kaku dan bisu, tekan sana, pukul ini, tetap saja empat
anak buahnya tidak lepas dari totokan
"aneh"totokan apa ini ?" keluh ji-twako, kemudian ia masuk
kedalam sebuah ruangan dimana seorang lelaki bermata satu
sedang dilayani empat wanita cantik, pangcu ini adalah tokgan-kai
"maaf pangcu ! ada hal penting yang ingin saya sampaikan."
"hmh"mengganggu saja, ada apa !?"
139 "empat anak buah kita tertotok, dan kami tidak bisa
memunahkannya." "urusan sekecil itu kalian tidak becus, tunggu aku diluar !"
bentak tok-gan-kai, ji-twako segera meninggalkan ruangan dan
tok-gan-kai memmakai kembali bajunya
"hehehe..tunggu sebentar sayang".aku akan segera kembali."
ujar tok-gan-kai dengan senyumnya yang tidak menarik, empat
wanita itu senyum malu-malu.
Tok-gan-kai mencoba memunahkan totokan, namun sampai ia
keringatan totokan tidak punah
"hmh"sepertinya totokan ini akan punah sendiri." ujarnya
sambil mengelus jenggotnya yang jarang
"dimana kalian temukan mereka ?"
"di tengah pasar di gang ke lima." Jawab pengemis yang tadi
melapor pada ji-twako "it dan sam kemana ?" tanya tok-gan-kai
"keduanya sedang beroperasi sebelah timur kota." Jawab jitwako
"sudah".angkat mereka ini !" perintah tok-gan-kai, saat empat
orang pengemis itu diangkat it-twako dan sam-twako muncul
"ada apa pangcu ?" tanya it-twako
"empat anak buah kita ditotok dengan totokan yang aneh, apa
kalian tidak melihat orang baru yang mencurigakan ?"
"tidak pangcu, yang kami lihat tadi siang hanya lam-sian ?"
jawab it-twako "apakah lam-sian yang menotok empat anak buah kita ?"
"tidak mungkin pangcu." sela sam-twako
"kenapa kamu demikian yakin ?"
"karena disamping kemunculan lam-sian, cianpwe lam-sin-pek
juga muncul dan bertemu dengan lam-sian."
140 "hmh"bisa jadi ia menotok empat anak buah kita sebelum
bertemu dengan cianpwe lam-sin-pek." sela ji-twako
"tidak, karena cianpwe dan lam-sin-pek sama-sama
meninggalkan kota siang itu juga, dan saya yakin lam-sian
sudah tewas ditangan cianpwe sesuai amanat pertemuan kita
kemarin, sementara empat anak buah kita, masih kami jumpai
saat berangkat ketimur kota." sahut it-twako.
"hehe..hahaha".ternyata pengemis ini hanya kedok, pantas
anak buahnya suka berlaku sewenang-wenang." sela suara,
dan Han-hung-fei muncul, semua pengemis membentuk
barisan siaga "sialan..siapa kamu anak muda !?" tanya tok-gan-kai dengan
nada terkejut, karena tidak menyangka bahwa ada orang lain
diruangan rahasia mereka tanpa diketahui
"aku adalah han-hung-fei." sahut Han-hung-fei tenang
"apa maksudmu masuk kemari !?"
"aku ingin mengetahui wajah asli kalian, ternyata pengemis
dengan segudang kekayaan, muka memelas didepan orang,
muka garang dibalik belakang."
"tutup mulutmu anak muda, apa kamu mau cari mampus !"
ancam tok-gan-kai "hahaha..hahaha" siapa yang akan mampus mari kita lihat."
tantang Han-hung-fei "serang?" teriak Tok-gan-kai, lalu sepuluh orang pengemis
dipimpin sam-twako menerjang Hung-fei, Han-hung-fei
bergerak cepat dengan jurus pertama dari ilmu "bun-sian-pathoat" yang bernama jurus "ci-lou-bun-sian" (dewa sastra
menunjuk jalan, dalam sepuluh gebrakan empat orang
terjungkal dengan muka dan leher memar menghijau bekas
tusukan telunjuk han-hung-fei yang luar biasa.
141 "gunakan "hek-kin-tin" (barisan sabuk hitam) empat belas orang
lalu maju sambil melepas sabuk yang terikat dipinggang
mereka, lalu menyerang dengan formasi barisan yang kuat,
"ctar..ctar..ctar?" suara kibasan sabuk terdengar susul
menyusul, kemudian saling bergantian barisan itu menyerang
han-hung-fei yang ada dalam lingkaran, han-hung-fei bergerak
gesit menghindari kebutan sabuk, setelah membaca keadaan
han-hung-fei keluarkan jurus kelima dari ilmu tangan kosongnya
yang bernama "in-touw-so-bun-sian" (dewa sastra menenun
mega), Han-hung-fei bergerak laksana ketitiran menagkap dua
sabuk pengemis dan menghentaknya lembut, namun luar
biasanya sabuk ditangan pengemis lepas, dan dengan unik
ujung sabuk seperti ukar hidup mengikat tangan pengemis
tanpa terduga, dan dua ujung sabuk ditangannya diikatkan satu
sama lain, semua berlaku dengan kecepatan luar biasa,
sehingga dalam sepuluh gebrakan, barisan itu sudah tumbang,
empat belas pengemis jatuh terikat tidak berdaya menjadi tiga
tumpukan laksana tiga tandan kelapa.
To-gan-kai dan tiga orang tangan kanannya maju berbareng
mengeroyok han-hung-fei, han-hung-fei dengan tenang
menghadapi empat orang pentolan pengemis itu, kali ini ia
mengeluarkan jurus ke enam yang bernama "bun-sian-sin-lie"
(tarian sakti dewa sastra) gerakan yang gemulai, tapi setiap
gerakan yang dimainkan membuat empat orang pentolan itu
merasakan hawa getaran luar biasa, sehingga sebelum
pukulan mereka mengenai tubuh han-hung-fei tangan atau kaki
mereka kesemutan, untungnya han-hung-fei masih ingin mainmain dengan mereka hingga tiga puluh jurus.
Pada jurus berikutnya Han-hung-fei melompat keudara dan
berputar dua kali, llau kemudian kakinya yang menekuk
142 laksana pesenam lantai tiba-tiba mengejar dan
"buk"buk"dug"dug" " dua pukulan beruntun mengenai jitwako dan dua tendangan beruntun mengenai sam-twako,
keduanya terpental melambrak dinding batu, dan jatuh terduduk
kebawah dengan mulut dan hidung berdarah, bagi tok-gan-kai
dan it-twako tidak sempat terkejut dua serangan susulan sudah
mengintai mereka, tok-gan-kai melempar diri dengan berguling,
namun jumpalitan han-hung-fei tepat menginjak punggungnya
"krek"heghh"hughhh.." punggung tok-gan-kai patah,
kemudian tubuh tok-gan-kai dijadikan landasan untuk
berjumpalitan kebelakang menyerang kepala it-twako, it-twako
tidak sempat mengelak karena luar biasa cepatnya ujung
sepatu han-hung-fei menghantam ubun-ubunya
"duk".aghh".buk?" kepala it-twako remuk, dan
menewaskannya seketika, dan kemudian tubuhnya terlempar
kedepan karena tendangan kaki kedua han-hung-fei yang
menghantam punggungnya. Empat pentolan itu tewas mengenaskan, semua pengemis
langsung berlutut minta ampun
"ampun taihap".jangan bunuh kami." Ujar mereka memelas.
"aku tidak akan membunuh kalian, dan aku ingin lihat apakah
yang kalian lakukan tanpa pimpinan, selamat tinggal." sahut
Han-hung-fei dan kemudian ia meninggalkan dan keluar dan
meninggalkan tempat rahasia pengemis.
Enam puluh pengemis mendekati empat pimpinan mereka,
dengan wajah pucat sebagian besar dari mereka berhamburan
meninggalkan markas, mereka merasa ngeri membayangkan
kehebatan pemuda yang telah menewaskan pangcu sekaligus
tiga tangan kanannya, dan juga merinding dengan akhir
perkataan Han-hung-fei bahwa pendekar itu ingin melihat apa
143 yang mereka lakukan tanpa pemimpin, artinya pendekar itu
masih memberikan kesempatan pada mereka karena
kesalahan masih ditimpakan pada pimpinan.
Hek-kin-kaipang terpecah dua, sebagian besar melarikan diri
dan kemungkinan besar akan keluar dari partai, namun masih
ada dua puluh orang yang tersisa yang masih menyimpan
dendam pada Han-hung-fei, dua puluh orang itu meninggalkan
kota khangshi setelah menguburkan empat pimpinan mereka
dan menggabungkan diri dengan partai pengemis rekan
sealiran mereka. Mo-sha-tung-kai selaku pimpinan lo-i-kaipang yang
berkedudukan di Hopei tepatnya disebelah selatan kota, sore
itu mo-sha-tung-kai sedang duduk dikursi kebesarannya
mendengar laporan dari empat pimpinan operasi, setelah
mendengar laporan seorang anak buahnya datang melapor
"maaf pangcu, dua puluh dari anggota Hek-kin-kaipang datang
hendak menemui pangcu."
"ada apa kenapa mereka datang kesini ?"
"kurang tahu pangcu, sepertinya telah terjadi sesuatu yang
hebat." "baiklah, mari kita temui mereka." ujar Mo-sha-tung-kai
"ada apa kalian datang menghadap kami ?"
"pangcu ! hek-kin-kaipang telah tamat."
"heh..apa maksudmu !?"
"pangcu tok-gan-kai sudah tewas bersama sam-wi twako,
kesatuan kami jadi pecah, sebagian besar keluar dari partai."
"apa yang telah terjadi ?"
"markas kami didatangi seorang pemuda yang tidak kami kenal,
ilmunya sangat luar biasa, pangcu bersama tiga twako tewas
144 ditangannya." "hmh".kalau begitu harus segera di usut dan kita balaskan
kematian tok-gan-kai."
"apa yang harus kita lakukan pangcu ?" tanya "Lam-sia"
(tembok selatan) "hari ini juga Lam-sia menemui Lo-kui di barat dan Tung-sia
menemui ang-bin-pak-kai di utara, sampaikan hal mengenai
tok-gan-kai, dan katakan saya menunggu mereka di lokyang."
ujar mo-sha-tung-kai, lalu dua pembantu utamanya segera
berangkat. Disebuah rumah panggung dipinggir kota lokyang tiga pangcu
kaipang dan enam anggota utama bertemu
"kematian tok-gan-kai merupakan pukulan terhadap partai kita,
banyaknya anggota hek-kin-kaipang yang keluar merupakan
hal yang tidak bisa dipandang spele." ujar mo-sha-tung-kai
"menurutmu siapa yang melakukan ini " tanya ang-bin-pak-kai
"saya yakin bahwa yang melakukan ini adalah orang yang
sama dengan yang menewaskan hai-kwi-kiam." sahut lo-kui
"apa " hai-kwi-kiam tewas ?" sela kedua pangcu
"benar, hai-kwi-kiam tewas enam bulan yang lalu, dan dari
cerita anak buahnya bahwa yang membunuh hai-kwi-kiam
adalah seorang muda, dan yang mendatangi markas tok-gankai juga seorang pemuda." jawab lo-kui
"lalu siapakah orang muda ini ?" tanya mo-sha-tung-kai
"sudah pasti pendekar yang baru muncul." sahut lo-kui
"apa maksudmu bun-liong-taihap (pendekar naga sastra) ?"
"benar, julukan ini sangat hangat dibicarakan di selatan, bahkan
katanya sudah ketemu dengan cianpwe lam-sin-pek, tapi benar
tidaknya belum dapat dipastikan, kecuali kalau kita mendengar
dari cianpwe sendiri. 145 "kalau begitu secepatnya kita mencari pendekar ini untuk
membalas kematian dua rekan kita." ujar ang-bin-pak-kai
"sekarang dimana kita dapat bun-liong-taihap ?"
"sebaiknya kita kembali ke hopei, karena saya yakin pendekar
muda ini ada diwilayah timur ini."
"baik"jika bertemu kita bertiga akan menghabisi nyawanya."
sela mo-sha-tung-kai, lalu pertemuan itu bubar, ketiga pangcu
meninggalkan kota lokyang menuju kemarkas mo-sha-tung-kai
di hopei Han-hung-fei memasuki kota Wuhan, disebuah likoan ia
istirahat dan makan, para tamu datang dan pergi, para pelayan
hilir mudik melayani tamu, dua orang lelaki setengah tua
memasuki likoan dan memesan makanan,
"Lu-piauw, ceritamu di jalan tadi sungguh membuat aku
penasaran, memang julukan bun-liong-taihap pertama saya
dengar di kota Guiyang, namun saya takjub dengan ceritamu
bahwa Lam-sian diselamatkan olehnya dari lam-sin-pek."
"aku juga pertama mendengarnya ragu, betapa pemuda
pendekar itu mengalahkan Lam-sin-pek yang begitu kosen,
namun aku harus percaya, karena aku bertemu langsung
dengan Lam-sian, dan menanyakan kebenaran peristiwa itu,
dan jawaban lam-sian memang benar ia selamat berkat
kemuculan pendekar muda yang sakti itu, bahkan lam-siancianpwe berkata bahwa tidak lama lagi dunia persilatan akan
geger dengan kemunculan pendekar sakti itu.
"apa lam-sian cianpwe menggambarkan ciri pendekar muda itu
" tanya tung-kim-pang
"ya, katanya orang muda berumur dua puluhan lebih, dan
dipunggungnya tersampir pedang dengan gagang naga dari
emas." 146 "pemuda yang bergelar bun-liong-taihap itu pastilah telah
mendapatkan rahasia bun-liong-sian-kiam."
"sudah barang tentu demikianlah tung-kim-pang, malah kalau
saya menduga pemuda itu dulunya adalah anak kecil yang
berada dirumah Gao-tong enam belas tahun yang lalu, saat kita
mengincar tempat itu."
"sangat boleh jadi lu-piuaw, hmh"kalau sudah jodoh
demikianlah memang adanya, yang sengaja mencari tidak
mendapatkan sementara yang tidak mencari malah
mendapatkan." ujar tung-kim-pang
"eh"coba lihat pemuda yang duduk dua meja disamping kita."


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisik Lu-piauw, tung-kim-pang melirik Han-hung-fei yang
sedang menikmati makannya
"saya yakin itulah orangnya." bisik tung-kim-pang
"bukankah sebaiknya kita sapa dan berkenalan lebih dalam ?"
ujar Lu-piauw ?"hmh"saya rasa itu ide yang bagus, marilah !" sahut Tungkim-pang, keduanya bangkit dan melangkah mendekati Hanhung-fei
"maaf taihap, anda tentunya adalah bun-liong-taihap ?" sapa
Lu-piauw "hehehe"jiwi-cianpwe saya baru mendengar julukan itu akhirakhir ini, dan saya tidak tahu siapakah maksudnya." sahut Hanhung-fei
"melihat gagang pedangmu yang berbentuk naga, pastinya
engkau yang dimaksud dengan julukan itu anak muda."
"bagaimana cianpwe demikian yakin ?"
"karena cianpwe lam-sian menyampaikan ciri yang tepat pada
diri taihap "ah".Lam-sian cianpwe terlalu memuji dan membesar147
besarkannya." "hahaha..hahaha..kenalkan taihap, saya adalah Lu-piauw."
"dan saya adalah tung-kim-pang."
"mari silahkanlah duduk jiwi-cianpwe, nama saya adalah Hanhung-fei."
"terimakasih han-taihap, dan apa yang kami dengar sebulan
terakhir ini membuat kami sedikit bergairah." ujar tung-kim-pang
"apa maksud tung-kim-pang cianpwe ?"
"tentang tewasnya tok-gan-kai di markasnya di kota khangshi,
dan tentunya taihaplah yang telah membungkam pangcu sesat
itu bukan ?" "ah"berita memang sungguh cepat tersebarnya." sahut Hanhung-fei
"saya bertemu dengan anak-anak buahnya yang melarikan diri
dan menyebarkan berita tersebut, walaupun katanya mereka
tidak mengenal taihap, namun gagang pedang taihap sudah
menunjukkan identitas taihap.
"tung-kim-pang terlalu memuji dan membesar-besarkan."
"hahaha".sungguh pertemuan ini sangat membuat saya
bahagia, untuk itu taihap saya ingin bersulang dengan taihap."
ujar Tung-kim-pang, lalu dengan mereguk secangkir arak
mereka bersulang "oh-ya taihap, hanya untuk menuntaskan rasa penasaran,
tentunya kita dulu pernah bertemu." sela Lu-piauw
"maksud Lu-cianpwe "
"ya "tentunya kita pernah bertemu di rumah Gao-tong, saat itu
kami memperebutkan patung naga dan taihap masih anakanak."
"ah..itu apakah jiwi cianpwe dua diantaranya ?"
"hahaha"benar taihap, kami dua diantaranya." sahut Lu-piauw
148 "tujuan taihap mau kemanakah ?" tanya Tung-kim-pang
"aku tidak punya tujuan jiwi cianpwe ."
"taihap, kalau taihap berada dikota nanjing, singgahlah
ditempatku." ujar tung-kim-pang
"baiklah tung-kim-pang cianpwe, jika seandainya aku lewat
Nanjing, akan aku usahakan singgah ditempat cianpwe."
"dan kalau juga lewat kota Kaifeng, besar harapanku taihap
juga singgah ditempatku." sela Lu-piauw."
"baiklah cianpwe, akan saya usahakan."
"baiklah bun-liong-taihap, kami permisi dulu, semoga lain kali
kita bersua lagi." ujar tung-kim-pang, han-hung-fei mengangguk
sambil tersenyum, keduanyapun keluar setelah membayar
makanan dikasir. Han-hung-fei juga hendak meninggalkan likoan
"makanan taihap telah dibayar oleh kedua teman taihap tadi."
"ooh..begitu, terimakasih lopek." sahut Han-hung-fei dan segera
meninggalkan likoan untuk melanjutkan perjalanan menuju kota
hopei, dan seminggu kemudian Han-hung-fei melihat
serombongan piauwsu sedang bertempur melawan gerombolan
perampok, "hentikan pertempuran !" teriak Han-hung-fe, sontak
perkelahian itu berhenti, kedua pihak melihat han-hung-fei, dan
ketika mata mereka melihat gagang pedang yang berkilau, para
perampok undur dengan wajah pucat
"sial ternyata bun-liong-taihap, lari".!" gerutu pimpinan rampok
dan berteriak untuk menyuruh anak buahnya melarikan diri.
"terimakasih bun-liong-taihap, berkat kemunculan taihap, kami
dapat selamat." ujar pimpinan piuawkiok
"kalian ini piuwakiok darimana ?" tanya Han-hung-fei
"saya adalah Jiang-hui, kami piuawkiok "see-ang-tiauw"
(rajawali merah dari barat)
149 "ooh.., bagaimana dengan rekan-rekanmu jiang-twako ?"
"memang banyak yang terluka taihap, namun sesampai di
Wuhan kami akan istirahat dan mengobati yang luka."
"baiklah kalau begitu jiang-twako, saya permisi dulu."
"baik taihap, dan sekali lagi terimaksih."
"ah-twako jangan terlalu sungkan." sahut Han-hung-fei,
kemudian han-hung-fei meninggalkan rombongan piuawkiok.
Han-hung-fei memasuki Kota hopei, beberapa pengemis
berbaju butut yang melihat kehadiranya terkejut, dan merasa
takut ketika melihat gagang pedang berbentuk naga tersembul
berkilau dibalik punggung han-hung-fei, mereka segera
menyingkir dan sembunyi, pesan berantai antara sesama
pengemis menyebar, sehingga sampai kepada see-sia dan
tung-sia yang memegang komando, karena pimpinan mereka
mo-sha-tung-kai dan dua rekan mereka pergi ke lokyang untuk
bertemu dengan pimpinan partai pengemis lain.
"kita ikuti dan intai apa yang mau diperbuat bun-liong-taihap dikota ini." ujar pak-sia
"dan juga kalian harus hati-hati, jangan sampai bentrok
dengannya." sela tung-sia, para pengemis menganguk dan
kembali ketengah kota, Han-hung-fei mendekati kerumuanan
orang yang sedang menonton atraksi pesilat jalanan, suara
tambur kecil dipukul bertalu-talu
"mari"saudara-saudara semua, saksikan atraksi silat dari
kami." seru lelaki setengah baya sambil memukul tambur, lalu
seorang gadis cantik bertari silat ditengah lingkaran orangorang yang menonton, gerakan perempuan itu begitu luwes,
setelah selesai bertari silat para penonton pun bertepuk tangan,
dan beberapa orang memberikan sumbangan, kemudian gadis
cantik itupun bertukar tempat dengan lelaki separuh baya
150 "sekarang atraksi kami yang kedua, adalah atraksi memukul
batu, lihat batu itu adalah batu gunung yang atos, dan ayah
saya akan memukulnya hingga hancur." Seru sigadis yang
ternyata mereka adalah ayah dan anak, lalu si ayah memasang
kuda-kuda, tangannya yang kekar bersiap memukul batu bulat
sebesar kepala orang dewasa, nafasnya diatur sedemikian
rupa "haiiit"prok"." si ayah berteriak sambil memukul dan nyata
batu itu hancur terbelah tiga, suara tepuk tangan pun terdengar
seiring mulut penonton yang memuji, sumbangan pun kembali
keluar Tiba-tiba para penonton bubar dan melarikan diri ternyata
serombongan polisi sedang berpatroli, ayah dan anak itu
segera mengemasi barang dan menyingkir, namun terlambat
rombongan polisi itu sudah berada di hadapan mereka
"tangkap pemberontak !" teriak kapten polisi
"kami bukan pemberontak, kami hanya orang biasa yang
mencari sesuap nasi." sahut si ayah
"jangan membangkang kalua tidak mau mati ditempat !" ancam
kapten polisi, dua orang polisi hendak menangkap namun ayah
dan anak itu melawan, kedua polisi terjengkang ketanah karena
dipukul ayah dan anak tersebut
"sialan".bunuh keduanya !" teriak kapten polisi, lalu para polisi
itu pun menyerang dan mengeroyok ayah dan anak, ayah dan
anak itu berusaha melawan.
Beberapa orang polisi sempat juga mencium tanah akibat
perlawanan ayah dan anak itu, hal itu membuat kapten marah,
dan langsung turun tangan meringkus keduanya, sang kapten
ternyata kuat dan gesit, perlawanan ayah dan anak itu hanya
sampai dua puluh jurus, siayah sudah mendapat dua kali
151 pukulan yang menyebabkan mulutnya berdarah, sementara
sigadis juga telah terlempar akibat sebuah tendangan, dan
untungnya gadis itu terlempar kearah Han-hung-fei yang berdiri
di depan sebuah likoan, sigadis berusaha mendarat dengan
kedua kakinya, namun walaupun berhasil tubuhnya masih
terpapar kebelakang dan punggungnya ditahan oleh Han-hungfei, sesaat keduanya saling menatap.
Han-hung-fei mengibaskan tangannya, dan serangkum debu
melesak kearah kapten polisi yang sedang mendesak ayah
sigadis "agh?" serangkum debu itu menghantam belakang kepala
kapten polisi dan langsung si kapten berhenti dari serangannya
dan memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa nyeri, debu
yang mengenainya laksana bunga api yang membakar syaraf
dikepalanya, dia meraung-raung sambil memegangi kepalanya,
anak buahnya bingung karena tidak tahu apa yang terjadi pada
sang kapten "Ma-ciangbu !...Ma-ciangbu"!" panggil anak buahnya, namun
ma-ciangbu tidak menjawab karena rasa sakit yang dideritanya,
ayah sigadis menyingkir dan mendekati anak gadisnya yang
berdiri disamping seorang pemuda
"siapa yang telah membokong saya !?" teriak Ma-ciangbu
dengan muka merah karena marah kepada orang-orang yang
berada disekitar tempat itu, Ma-ciangbu melihat ayah dan anak
itu berdiri disamping pemuda pendekar melangkah lebar kearah
mereka "Han-hung-fei pura-pura menggosok telapak tangannya, dan
sisa debu ditangannya menjadi tanah lengket, dan merotar
tanpa diketahui karena cepatnya
152 "adouwhhh..auuuh"." teriak ma-ciangbu sambil mengangkat
sebelah kakinya, kaki itu serasa disengat bunga api yang
panas, ma-ciang-bu melompat-lompat sambil mengelus-elus
tungkai kakinya, dua kali kejadian memalukan itu membuat Maciangbu ciut nyalinya, lalu tanpa bicara, dan menggerutu
panjang pendek dia meninggalkan tempat itu dan diikuti oleh
anak buahnya. Kejadian ganjil itu membuat orang-orang heboh
"kapten polisi itu kenapa ayah ?" tanya sigadis heran
"ada yang telah menolong kita sian-ji." Jawab ayahnya
"aneh sekali ma-ciangbu itu, teriak kesakitan sendiri." sela Hanhung-fei, siayah memperhatikan Han-hung-fei
"taihap"kamu yang telah membatu kami bukan ?"
"ah ..paman bercanda, saya tidak berbuat apa-apa." sahut Hanhung-fei sambil masuk kelikoan untuk makan, si ayah terdiam
bingung dan matanya mencari-cari siapa gerangan yang telah
menolong mereka. Malamnya ayah dan anak itu menginap disebuah wisma kecil
dan murah "ayah yakin pemuda itu yang telah membantu kita." ujarnya
kepada anaknya "saya tadi hanya ditahannya ketika hendak jatuh ayah."
"ah"aku ingat"aih"pasti pemuda itu adalah bun-liong-taihap,
gagang pedangnya tadi ayah lihat." seru si ayah
"siapa maksud ayah ?" tanya putrinya heran
"pemuda tadi, adalah Bun-liong-taihap, dia adalah pendekar
yang baru muncul tapi telah membuat gempar wilayah selatan
dan timur." 153 "brak?" pintu kamar hancur ditendang dari luar, empat orang
polisi masuk dengan paksa
"bunuh pemberontak !" teriak mereka sambil mengayun tombak
dan pedang, ayah dan anak itu terkejut dan segera berkelit,
namun kamar yang sempit itu terus dimasuki oleh polisi, si ayah
langsung memeluk anaknya dan membiarkan tubuhnya dibacok
"crak"trang..trang"trang"brak?" sebuah kilatan cahaya
hijau membersit, tujuh orang polisi yang hendak membantai
ayah dan anak itu terlempar melabrak dinding dalam keadaan
bersimbah darah yang muncrat dari urat leher mereka yang
putus, si ayah dan anak yang hampir tewas itu merasa tubuh
mereka di pondong dan melayang keatas, namun siayah sudah
pingsan sebelum tahu siapa yang menolongnya.
Gadis hanya diam setelah menatap wajah penolongnya, tidak
lama kemudian mereka sampai di atas atap sebuah likoan,
Han-hung-fei meletakkan si ayah diranjang, dan sigadis dengan
wajah pucat dan air mata berderai menggugah ayahnya
"ayah"ayah?" teriaknya
"ayahmu hanya pingsan siocia, tunggulah disini, aku akan
menanya pelayan untuk mencari tabib." ujar Han-hung-fei
"terimakasih in-kong.." sahut sigadis disela-sela tangisnya, Hanhung-fei tanpa menyahut keluar dari kamar untuk minta tolong
pelayan mendatangkan tabib.
Berselang dua jam seorang tabib di antar pelayan kekamarnya
"siapa yang sakit ?" tanya si tabib
"terimaksih shinse telah sudi datang malam-malam begini,
silhkan masuk sinse !" ujar Han-hung-fei, lalu tabib masuk dan
langsung memeriksa ayah sigadis yang luka, dengan cekatan si
tabib membubuhi obat luar pada luka dan membalutnya, lalu
memsukkan sebuah pel kemulut pasien, dan mendorongnya
154 sengan air "sudah"ayah nona hanya luka luar, dan sebentar lagi akan
siuman." ujar si tabib menghibur sigadis
"ini resep, besok pagi belilah ke toko obat." sahut sigadis, lalu
tabib itu pun keluar kamar
"In-kong..terimakasih telah membantu dan menyelamatkan
kami ayah dan anak."
"sudahlah siocia, sekarang kamu juga istirahatlah." sahut Hanhung-fei, lalu ia duduk disebuah kursi sambil bersandar, sigadis
pun duduk di hadapannya "in-kong saya adalah Liu-sian dan ayah saya Liu-gan, siapakah
nama in-kong ?" "saya Han-hung-fei, kenapa kalian disebut pemerintah sebagai
pemberontak ?" "saya juga tidak tahu in-kong, kami tidak pernah berbuat salah
pada pemerintah." jawab liu-sian
"sudah jangan dipikirkan lagi, sebaiknya kita istirahat." ujar Hanhung-fei, lalu menyandarkan kembali punggungnya disandaran
kursi, keadaan pun sunyi dan hening, keduanya tertidur sambil
duduk. Keesokan harinya Liu-gan bangun, gerakan liu-gan membuat
bun-liong-taihap terbangun
"kamu sudah bangun paman !" sapa Han-hung-fei, mendengara
suara itu Liu-sian terbangun dan segera berdiri
"ayah..bagimana keadaanmu ?" tanya Liu-sian
"terimaksih pada taihap yang telah menolong kami." ujar Liugan
"sama-sama paman, dan paman jangan terlalu sungkan." sahut
Han-hung-fei "oh-ya saya tinggal sebentar keluar untuk menemui pelayan,
155 dan siocia kalau mau mandi pelayan bisa mempersiapkannya."
"terimakasih in-kong dan saya akan cuci muka saja." sahut Liusian.


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han-hung-fei meminta pelayan untuk menyiapkan air untuk
mandi dan menyuruh pelayan mengantar makanan untuk tiga
orang kekamarnya, setelah Han-hung-fei mandi dan mengganti
baju, ia kembali masuk kekamarnya, didalam kamar, liu-sian
yang telah mencuciu muka merasa nyaman dan wajahnya yang
cantik cerah kembali, makanan juga sudah terhidang di atas
meja "kenapa liu-siocia dan paman belum mnakan ?"
"kami menunggu in-kong." sahut Liu-sian
"liu-siocia jangan panggil aku in-kong, panggil saja namaku
han-hung-fei." ujar Han-hung-fei, liu-sian mengangguk
"sekarang marilah kita makan." ujar Han-hung-fei, lalu liu-sian
mengambilna nasi dan lauk untuk ayahnya, dan kemudian
merekapaun makan bersama.
"apa rencana paman selanjutnya ?" tanya Hung-fei setelah
selesai makan "sepertinya kami harus secepatnya meninggalkan kota ini,
karena sangat bisa jadi para polisi akan terus mengincar kami"
sahut Liu-gan "hmh..kenapa mereka menuduh paman pemberontak ?"
"saya juga tidak tahu taihap, hanya saya dengar bahwa ada
gerakan untuk menggulingkan rezim yang sekarang, dan
gerakan itu dipimpin oleh Liu-xuan, keluarga kaisar dinasti Han
yang dikudeta oleh Wang-mang tiga belas tahun yang silam."
"apakah karena paman she-liu sehingga mereka sangat ingin
membunuh paman ?" "hmh"boleh jadi karena hal itu taihap." desah Liu-gan
156 "bagaimana kita akan keluar dari kota ini ayah sementara ayah
belum pulih." sela Liu-sian dengan nada sedih
"saya kira paman dan liu-siocia tinggal saja di likoan ini sampai
paman sembuh. "tapi taihap mereka akan mengetahui kami disini dan akan
datang menciduk dan membunuh kami." sahut Liu-gan
"paman tenang saja, biar urusan polisi ini aku yang tangani,
dan saya akan tetap disini sampai paman sembuh dan saya
akan melanjutkan perjalanan setelah paman dan liu-sicia keluar
dari kota ini." "kami tentunya sudah sangat merepotkan taihap." ujar Liu-gan
"tidak apa-apa paman, sekali lagi paman tidak usah sungkan."
"terimaksih taihap." sela Liu-sian
"baiklah, sekarang mana resep yang diberikan sinse, aku akan
keluar untuk membelinya." ujar Han-hung-fei, Liu-sian
memberikan resep yang ditulis sinse semalam, Han-hung-fei
keluar untuk membeli obat.
tidak lama kemudian Han-hung-fei datang kembali dan
memberikan obat yang dibelinya
"paman dan liu-siocia tetap dikamar ini, dan saya sudah sewa
satu kamar lagi disebelah, ujar han-hung-fei sambil mengemasi
buntalannya, dia mencari-cari baju yang dipakainya semalam
"baju fei-koko yang kotor itu sudah saya cuci, biarlah nanti
setelah kering dan dilipat saya antar kekamar sebelah." ujar
Liu-sian "ohh, baiklah, aku kekamar sebelah paman !" ujar Han-hung-fei
dan keluar kamar. "pendekar itu amat baik dan sopan ayah." ujar Liu-sian
"benar sekali Sian-ji, entah bagaimana kita akan
157 membalasnya." sahut Liu-gan sambil merenung, Liu-sian juga
terdiam dan merenungkan Han-hung-fei, hatinya dari sejak
beradu pandang dengan han-hung-fei sudah tertarik, dan main
suka dan sayang setelah peristiwa yang mereka alami, semua
tata bicara dan perlakuan han-hung-fei pada mereka membuat
Liu-sian takluk dan salut sekaligus cinta, karena hatinya merasa
aman disamping han-hung-fei, hatinya bergetar setiap hanhung-fei menatapnya, sehingga ketika ia mencuci pakaian hanhung-fei timbul bayangan yang indah yang membuat mukanya
bersemu merah. Pada malam ketiga Liu-gan dalam perawatan, dan keadaannya
sudah hampir pulih, Liu-sian membawa pakaian Han-hung-fei
dan mengetuk kamar Han-hung-fei
"siapa ?" tanya han-hung-fei dari dalam
"saya fei-ko.." sahut Liu-sian, Hung-fei mmebuka kamar
"ada apa liu-siocia." tanya Han-hung-fei kikuk
"fei-ko, bolehkah aku masuk ?"
"oh..ya..silahkan Liu-siocia." hawab Hung-fei dengan sikap
makin kikuk karena malu, Liu-sian tersenyum sambil masuk
kedalam kamar "duduklah liu-siocia." ujar Han-hung-fei
"fei-koko membuat saya risih dan sungkan."
"eh..kenapa demikian liu-siocia ?"
"cobalah bayangkan in-kong, saya sudah memanggilnya feikoko, tapi dia tetap saja memanggilku liu-siocia, bagaimana
menurut in-kong ?" "ah..ini..aduh" hmh".ya?" Han-hung-fei merasa tersudut.
"in-kong".kami telah banyak mendapatkan pertolongan dari inkong, dan saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya sekalian mengantarkan baju in-kong."
158 "Liu-siocia janganlah berkata begitu, sehingga membuat aku
malu." "maaf in-kong kalau aku membuat in-kong merasa begitu."
"ah.aduh bukan begitu maksudnya." sahut han-hung-fei dengan
keringat dingin yang tiba-tiba muncul, han-hung-fei merasa
kewalahan, ternyata menghadapi wanita dia masih kalah telak
dan tidak berdaya, kearifannya selama dua hari ini karena
adanya liu-gan disamping liu-sian, namun malam ini ia
berhadapan langsung dengan wajah cantik Liu-sian dan dalam
kondisi berduaan, Han-hung-fei yang masih hijau menghadapi
wanita ini bingung seratus porsen.
Liu-sian yang melihat betapa pendekar itu demikian kikuk dan
salah tingkahnya menjadi kasihan
"baiklah in-kong aku akan pergi !" ujar Liu-san tiba-tiba
"eh..kenapa ?" spontan Han-hung-fei bertanya namun mukanya
kembali merah, hatinya berdegup dengan kedatangan Liu-sian,
terbit sedikit rasa senang melihat liu-sian berduaan dengannya,
namun ia tidak mengerti rasa malu yang mendera hatinya,
sehingga ia bersikap kukuk yang luar biasa nyatanya.
"apakah in-kong ingin aku tetap disini ?" tanya Liu-sian, makin
bingung Han-hung-fei. Tidak tahu harus menjawab apa, Liusian tersenyum melihat Han-hung-fei yang kebingungan, dan
senyuman itu mmebuat hati han-hung-fei melonjak, darahnya
tersirap kekepala sehingga membuat kepalanya pening dan
aliran darahnya yang serba cepat membuat badanya lemas dan
berkeringat. Han-hung-fei bertelekan disandaran kursi, wajahnya pucat
"in-kong..apakah kamu sakit ?" tanya Liu-sian sembari
mendekati Hung-fei, aroma kewanitaan Liu-sian merebak
159 menghantam penciuman Han-hung-fei, sehingga membuat
degupan jantungnya makin mmebuat kepalanya pening dan
keringat dikeningnya makin nyata, melihat keringat itu, liu-sian
melap dengan ujung lengan bajunya, tangannya ditangkap
Hung-fei dan tubuhnya menggigil.
"aduh kamu kenapa in-kong ?" tanya Liu-sian cemas sambil
mendekap bahu Hung-fei untuk memapahnya keranjang, dan
tak pelak lagi aroma liu-sian semakin membuat sesak nafas
han-hung-fei, terlebih sentuhan itu laksana setrum yang
membeotot urat syarafnya, ketika keduanya terbaring,
hembusan nafas liu-sian menerpa wajah han-hung-fei,
nikmatnya amat luar biasa dirasakan Han-hung-fei, posisi itu
agak lama karena kedua mata itu saling bertaut, tubuh liu-san
memberikan respon atas tatapan yang membuatnya bergetar,
sehingga nafasnya sesak dan mengendus wajah tampan
dibawah wajahnya, Han-hun-fei yang sedang terlena dengan
rasa nikmat semakin terangsang karena endusan nafas itu
semakin menebar aroma kewanitaan Liu-sian,
Liu-sian merasa tubuhnya melemah sehingga wajahnya
semakin menunduk dan Hidung Liu-sian yang indah menyentuh
pipi han-hung-fei, Han-hung-fei merasa tubuh lembut itu
hangat, dan sebuah ciuman dari Liu-sian memulai membakar
hasrat keduanya, han-hung-fei yang tidak mengerti terlelap
dalam ciuman-ciuman yang membuatnya ketagihan, aroma Liusian semakin membuat dia tidak terkendali, mereka terjebak
pada pilinan birahi, desahan nafas menandakan keinginan
lebih, sehingga Han-hung-fei terus menuruti hasrat yang
bergolak, saat han-hung-fei merasakan ketelanjangan Liu-sian
birahi itu makin membakar, gejolak itu makin membadai, Liusian yang menyadari apa yang terjadi mandah saja dan bahkan
160 menuntun penuntasan yang diharapkannya, terlebih Han-hungfei, Liu-sian karena cintanya buta, Han-hung-fei karena ketidak
tahuannya buta, sanggama itu pun berlangsung sampai pagi.
Ketika bangun dari kelelahan yang melelapkan, Han-hung-fei
bingung tap sekaligus bahagia, terlebih ketika melihat wajah
cantik Liu-sian yang masih tidur dengan seulas senyum, dan
dia terkejut ketika merasa dirinya telanjang dibawah selimut
"liu-siocia ?" jeritnya ketakutan, Liu-sian bangun
"ada apa fei-ko ?" tanyanya lembut dengan senyumnya yang
menawan "hmh"liu-sian apakah yang telah berlaku antara kita ?" tanya
han-hung-fei meragu dan bingung
"kita telah melakukan apa yang dilakukan suami istri fei-ko."
"tapi kita bukan suami istri." sahut Han-hung-fei merasa
bersalah "benar"tapi aku sudah menganggap kita telah menjadi suami
istri, nanti akan kukatakan kepada ayah supaya hubungan kita
diresmikan, kita akan menikah fei-ko
"aduh"liu-sian aku belum siap untuk itu, perjalananku masih
panjang." sahut han-hung-fei bingung dan merasa menyesal.
"fei-koko, aku bisa menyertaimu dalam setiap perjalananmu,
sebagai istri yang mencintaimu aku akan mendampingimu." ujar
Liu-sian "apa " kamu mencintaiku liu-sian ?" tanya Han-hung-fei
bingung "benar fei-ko, aku mencibtaimu sejak pandangan pertama saat
engkau menahan punggungku supaya jangan jatuh."
"cinta ".... aku tidak mengerti apa itu cinta."
"hi..hi" fei-ko cinta itu rasa kertarikan pada lawan jenis
sehingga menerbitkan rasa suka, sayang, dan rasa nyaman
didekat orang yang dicintai." sahut Liu-sian, han-hung-fei
161 menjenguk hatinya, "apakah ia tertarik pada liu-sian, benar ia
tertarik, apakah menimbulkan rasa suka " benar ia suka,
apakah menerbitkan rasa sayang " eh tidak tapi kasihan
karena apa yang dialami oleh gadis ini, rasa nyaman "
tidak"malah rasa bersalah dan sesal." pikirnya.
Han-hung-fei terdiam lama sekali, dia tidak tahu apa yang mesti
dilakukan, Liu-sian yang melihat han-hung-fei diam dan raut
wajah yang penuh sesal itu nyata sebagaimana nyatanya rasa
kikuk yang pertama sekali ditunjukkan, liu-sian menghela nafas
dan tersenyum "berpakainlah fei-ko !" ujarnya sambil turun dari ranjang,
ketelanjangannya yang dipertontonkan semakin membuat hati
hung-fei merasa bersalah, raut wajah itu tidak lepas dari lirikan
liu-sian, Liu-sian memakai bajunya, demikian juga Han-hungfei, tapi wajah itu tetap dalam menunjukkan kebingungan.
"Fei-ko, ini hanya rahasia kita, biarlah hanya kita saja yang
tahu, Fei-ko tidak usah cemas, dan lanjutkanlah perjalanan
setelah kami sampai diluar kota,"
"apakah demikian yang harus kita lakukan ?" tanya han-hungfei
:"benar in-kong, dan setelah ini kita akan berpisah , entah
apakah masih ada jodoh kita bertemu, jadi in"kong bolehkah
saya meminta sesuatu ?"
"apakah yang hendak kau minta Liu-sian " "
"in-kong berikanlah sesuatu benda pada saya, apa saja pun
itu." "untuk apa benda itu ?" tanya Hung-fei penasaran
"in-kong peristiwa semalam rahasia kita berdua, dan benda
yang kuminta itu rahasia saya saja, maukah in-kong
memberikan sesuatu pada saya ?"
162 "baiklah aku akan memberikan kalung ini padamu." ujar Hungfei menariki kalung dari lehernya, rantainya terbuat dari besi
putih, dan bandulannya berbentuk bulat serta ditengahnya
bertuliskan "Han"
"kalung ini dulu diberikan ibuku dulu, dan hanya ini yang aku
punya sejak kecil." "ini sudah lebih dari cukup in-kong, terimakasih semuanya inkong." sahut Liu-sian, kemudian ia kembali kekamarnya
"kamu darimana Sian-ji ?" tanya ayahnya heran
"ayah"bukankah kita akan berangkat pagi ini ?"
"benar apakah kamu sudah menemui bun-liong-taihap ?"
"sudah ayah, dan mungkin sebentar lagi in-kong akan keluar
dari kamarnya." jawab Liu-sian, dan tidak lama Han-hung-fei
muncul, sengan buntalannya
"taihap kami hendak meninggalkan kota, dan terimakasih
semua yang telah taihap lakukan pada kami."
"baiklah paman, marilah kita turun." sahut Han-hung-fei, lalu
Han-hung-fei, lalu ketiganya turun dari lantai dua, Han-hung-fei
membayar sewa kamar, dia bicara lama dengan pemilik likoan,
pemilik likoan manggut-manggut sambil tersenyum, lalu
seorang pelayan dipanggil dan disuruh, pelayan itu segera
keluar, lalu Hung-fei meninggalkan pemilik likoan
Di halaman likoan dua ekor kuda disiapkan oleh pelayan yang
keluar tadi "paman, kuda ini baru saya beli, untuk perjalanan paman."
"aduh taihap sungguh kami malu menerima semua kebaikan
ini." "tidak paman, tolong jangan ditolak, karena kuda ini sangat
dibutuhkan oleh paman dan Liu-sian untuk segera keluar dari
kota ini." ujar Hung-fei, lalu dengan rasa terimaksih Liu-gan dan
Liu-sian menaiki kuda, dan memacunya menuju gerbang kota
163 sebelah timur, dilepas pandangan han-hung-fei, saat mereka
diluar gerbang, tiba-tiba
"jaga diri paman, juga kamu Liu-sian, semoga lain hari kita
dapat bertemu lagi." ujar han-hung-fei dari atas gapura
gerbang, Liu-sian melambai dan tiba-tiba ia sesugukan
menangis, perpisahan ini sangat membuat hatinya teriris, dia
maklum cintanya bertepuk sebelah tangan, kejadian yang
menghangatkan hatinya akan menjadikan kenangan tidak
terlupakan, kepolosan Han-hung-fei membuat dia maklum dan
menyiapkan mental dalam menghadapi hidupnya kedepan.
biarlah cintanya tidak ia miliki, kepolosan pemuda yang
dicintainya membuat ia berlapang dada menerima kenyataan.
Han-hung-fei meninggalkan kota hopei menuju kota Lokyang,
selama perjalanan ini Han-hung-fei mencoba merenung
kejadian antara dirinya dengan Liu-sian, kembali rasa
bersalahnya muncul, dia bingung kenapa desakan dan getaran
hatinya membuat dia lupa keadaan, dan kenapa kenikmatan
yang ia rasakan namun setelah selesai hatinya merasa


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyesal dan bersalah, kenapa dia tidak seperi Liu-sian yang
demikian kelihatan bahagia setelah melakukannya, apa yang
menyebabkan hatinya merasa menyesal dan bersalah, semua
pertanyaan itu berkutat dalam benaknya.
Han-hung-fei berhenti disebuah sungai dalam sebuah hutan,
panas terik hari itu membuat dia merasa gerah, sungai yang
mengalir jernih menawarkan kesejukan yang tidak akan ditolak,
Han-hung-fei membuka baju dan dia mandi sepuas-puasnya,
kesejukan air sungai membuat rasa lelahnya hilang, tiba-tiba ia
mendengar suara langkah, Han-hung-fei segera berenang ke
balik sebuah batu, seorang wanita cantik cantik muncul dari
belukar hutan, dari perawakannya wanita itu adalah ahli silat,
164 karena pedang yang tersampir dipinggangnya, han-hung-fei
terkejut ketika melihat wanita itu membuka seluruh bajunya,
dengan telanjang ia masuk kedalam sungai yang jernih, Hanhung-fei merasakan degupan jantungnya yang kencang, aliran
darahnya berubah cepat. Han-hung-fei menutup matanya, dan getaran itu sedikit turun,
namun matanya yang terpejam itu jelas membayangkan lekuk
tubuh wanita telanjang didepannya, kembali nafasnya memburu
karena getaran hatinya yang kembali mengguncang, akhirnya
han-hung-fei membuka kembali matanya dan melihat batu
didepannya dan buih air yang putih didepannya, sesaat getaran
hatinya hilang, namun ada keinginan kuat untuk melihat wanita
telanjang itu, perang batin pun terjadi, sepertinya daya menolak
keinginan itu menang, sehingga Han-hung-fei mematung
ditempat, dia dapat mengalihkan suara keinginan itu dengan
mendengarkan suara air yang mengalir dan buih air yang putih
disekitarnya menjadi fokus pandangannya.
"heh..kamu siapa !" kurangajar kamu mengintai akau yang
sedang mandi ya "!" teriak wanita itu sambil menutup bagian
dada dan bagian bawahnya yang telanjang dalam air, hanhung-fei terkejut dan kelabakan, karena tidak menduga wanita
itu akan berenang kearah dia sembunyi, Han-hung-fei langsung
membelakangi wanita itu "ma..maaf"..aku yang duluan mandi disini, karena ada orang
maka aku sembunyi disini." sahut Han-hung-fei
"sialan".berarti kamu telah lama melihat aku yah !?" bentak
gadis itu marah dan malu "ti..tidak, aku tidak melihatmu." bantah Hung-fei
"bohong, pasti engkau telah memandangiku !"
"sungguh nona, aku tidak memandangimu." bantah Hung-fei,
165 wanita yang melihat hung-fei dari sejak kepergok sudah reflek
membelakanginya, dan dari jawabannya yang terbata-bata dan
panik, menunjukkan bahwa pemuda ini bukan lelaki hidung
belang atau mata keranjang yang perayu.
Gadis itu merasa geli sendiri melihat han-hung-fei yang nampak
terpojok dan takut, gadis itu tersenyum karena ide dibenaknya
semakin nakal, sekilas tadi ia melihat pemuda didepannya
sangat tampan, ototnya demikian kekar dibalut kulit yang putih,
lekuk punggung han-hung-fei ditatapnya, dan dia mendekat,
gerakan waniat yang mendekat itu membuat Hung-fei bingung
setengah mati, hatinya berguncang, dan mukanya terasa
panas, tubuhnya merasa merinding, ketika merasa riak air
menggoyang tubuhnya menandakan gadis itu memang benarbenar mendekatinya.
"hihi..hihi"kamu kenapa terus membelakangi saya ?"
"nona keluarlah dari air dan berpakaianlah, setelah itu pergilah
karena aku juga mau berpakaian." ujar Han-hung-fei
"balikkanlah badanmu dan coba pandang aku !" ujar gadis itu,
darah han-hung-fei kembali tersirap, ajakan itu membuat
perang batin yang tadi dimenangkan akal sehatnya,
"kenapa kamu masih membelakangi saya, apa kemu tidak ingin
melihatku ?" goda gadis itu , Han-hung-fei makin menggigil,
perang batin yang terjadi semakin sengit, dan Han-hung-fei
tetap mematung membelakangi gadis yang demikian dekat di
belakangnya. Han-hung-fei terkejut laksana disengat listrik, ketika tiba-tiba
tangan gadis itu menyentuh pinggulnya, pertahanannya ambrol,
darahnya tersirap dan nafasnya memburu, dan habislah hanhung-fei dalam ketidak berdayaannya saat wajah gadis itu
166 mulur di atas bahunya, sehingga wajah cantik itu menempel
dipipinya, punggungnya merasakan kelunakan yang membuat
birahinya meledak, dengan nafas yang semakin memburu,
serentetan dengan birahinya yang meletus yang memuncratkan
lahar hasrat panas dan membakar, gadis itu tersenyum
merasakan panasnya ciuman-ciuman yang mendarat
diwajahnya, gadis itu dengan erotis mengimbangi keganasan
Han-hung-fei yang sudak terbakar dan tidak terkendali, bagai
api dan minyak kedua tubuh telanjang dalam air bergerak
berpilin, sesaat sanggama itu berkutat dalam air, Han-hung-fei
mengangkat tubuh indah gadis itu dan menyandarkan dibatu,
Han-hung-fei menekan tubuh hangat itu sambil berdiri.
Gadis itu juga makin binal dengan jeritannya yang
menggemaskan, penuntasan itu terasa kurang nyaman, lalu
gadis itu menarik hung-fei ketepi sungai dan dengan sikap
manja dan senyum menggoda mengangkat kedua kakinya,
bahasa tubuhnya demikian kuat memerintah han-hung-fei untuk
menuntaskan segala desakan, Han-hung-fei menindih dengan
segenap birahinya, berpacu mendaki menikmati setiap gesekan
dan pilinan tubuh yang kian menegang, dan akhirnya puncak
ketuntasan itu sampai, seluruh urat syaraf Han-hung-fei
menegang dan kemudian kendur seiring hempasan nafasnya
yang bertalu-talu, tubuhnya lemas terbaring diatas tubuh
hangat gadis itu. Gadis itu dengan senyum mencium wajah han-hung-fei dengan
rasa puas, seiring nafas Han-hung-fei mulai normal, rasa sesal
dan rasa salah menyergap hatinya, Han-hung-fei segera berdiri
dan berlari keseberang dan memakai pakaiannya, hatinya
marah pada dirinya, sesal tidak terperikan membuat ia merasa
hina, dan tiba-tiba 167 "Lam-sian-cianpwe" ! aku terpedaya
plak..plak"pla"plak"plak"plak"." Han-hung-fei menyeru
Lam-sian karena teringat nasihatnya, dan tangannya
menampar mukanya bertubi-tubi
Gadis itu sudah berpakaian dan sedang mengeringkan
rambutnya yang basah terkejut mendengar suara tamparan itu,
dan main heran ketika melihat sikap pemuda itu
"apa yang kamu lakukan !?" tanya wanita itu dan bingung
melihat muka han-hung-fei yang memar matang dan darah
mengucur dari mulut dan hidungnya, Han-hung-fei tidak
memperdulikan wanita itu tetap menampar mukanya bertubitubi hingga mukanya bersimbah darah
"sudah"gila "kamu kenapa !" kenapa kamu memukul
mukamu sendiri !?" "pergi kamu dan tinggalkan aku sendiri !" sahut Han-hung-fei
"hihi..hihi"pemuda tolol, tidak semudah itu, kamu adalah milik
saya, dan kamu harus ikut saya."
"apa maksudmu nona ?"
"kita telah mengadakan hubungan suami istri, maka kamu
harus menikah denganku."
"aku tidak siap untuk itu." sahut Han-hung-fei
"heh"kenapa , apa kamu tidak mencintaiku, kurang apa diriku
?" "aku tidak mencintaimu, dan kamu memang cantik tiada cacat."
"kenapa kamu tidak mencintaiku " apa kamu sudah punya
gadis lain ?" "aku tidak tahu kenapa aku tidak mencintaimu, dan aku tidak
punya gadis lain." "hihi..hihi" tidak masalah, cinta bisa saja datang setelah
168 menikah, jadi marilah ikut saya, hik..hik" hendak menikah tapi
calon suamiku beluk aku tahu, siapakah namamu koko ?" sahut
gadis itu, han-hung-pei terdiam ketika mendengar perkataan
gadis itu bahwa cibta bisa datang setelah menikah
"benarkah demikian bahwa cinta bisa datang setelah menikah
?" "benar sayang, lalu siapakah namamu koko ?"
"namaku Han-hung-fei."
"hik..hik"hik" Fei-ko namaku Yan-hui." ujar gadis itu yang
ternyata Yan-hui murid kedua dari pek-mou-hek-kwi salah
seorang datuk dunia persilatan.
"cepat kamu cuci mukamu yang berlepotan darah itu !" perintah
Yan-hui, Han-hung-fei mencuci mukanya, mulutnya meringis
karena mukanya yang memar matang sangat nyeri saat
disentuh air, Yan-hui memperhatikan gerak-gerik han-hung-fei
dengan heran karena sikap bodoh yang ditunjukkan han-hungfei, dan saat Han-hung-fei mengambil buntalannya, dan
kelihatanlah pedang dibawahnya, Yan-hui terkejut melihat
gagang pedang berbentuk naga, dengan kilauan emas, ciri
pemuda didepannya ini sesuai dengan musuh mereka yang
baru muncul, "apakah pemuda ini adalah Bun-liong-taihap?" pikirnya, sesaat
dia berdiam dan berpikir, kemudian dia tersenyum sendiri.
Yan-siocia, apakah sudah pasti bahwa setelah kita menikah
aku akan dapat mencintaimu ?"
"pasti karena aku akan melayani dan mencintaimu sepenuh
hati, kita akan seia sekata dan akan menjadi pasangan serasi
nan sakti yang akan menguasai jagad persilatan" sahut Yan-hui
"apa maksudmu menguasai jagad persilatan !?"
"kamu tentunya Bun-liong-taihap bukan ?"
169 "benar, lalu apa hubungan cinta dengan penguasaan jagad
persilatan ?" "hik..hik" karena kamu seorang ahli silat dan aku juga ahli
silat, karena aku adalah murid datuk persilatan pek-mou-hekkwi, jadi kalau kita berpasangan kita akan menjadi pasangan
yang tidak terkalahkan."
"aku tidak melihat hubungan antara cinta dengan penguasaan
jagad persilatan." "tolol, kalau kita sudah jadi pasangan maka jalan menggapai
ketenaran akan mudah, dan kamu akan tenar karena
keberadaanku, sehingga kamu akan mencintaiku."
"aku tidak ingin ketenaran, lalu bagaimana aku dapat
mencintaimu kalau aku tidak ingin tenar ?"
"sudahlah kamu gablek banget sih !" sahut Yan-hui jengkel
"aku tidak akan menikahimu sebelum aku yakin bahwa aku
dapat mencintaimu setelah menikah."
"hmh"eh..hung-fei kamu sebenarnya mencintaiku, karena
kamu begitu bergairah menyetubuhiku." ujar yan-hui
"tidak, itu bukan cinta, karena aku menyesal dan merasa
bersalah setelah melakukannya, bukankah cinta seharusnya
aku merasa nyaman dan bahagia setelah melakukannya ?"
sahut Han-hung-fei membayangkan senyuman Liu-sian yang
begitu jelas menggambarkan kebahagiaannya setelah
melakukannya. "cih"kamu ini cerewet amat, han-hung-fei bagiamanapun
kamu harus bertanggung jawab karena telah menyetubuhiku."
"kenapa " kenapa aku harus bertanggung jawab ?"
"goblok, karena engkau menyetubuhiku aku bisa jadi hamil,
kalau kamu tidak menikahiku itu artinya kau telah membuat aku
malu melahirkan tanpa ayah, lelaki macam apa kamu ini !?"
170 sahut Yan-hui, mendengar jawaban itu Han-hung-fei terdiam,
dan lalu menyadari dan mendapat jawaban dari
kebingungannya selama sebulan ini, sekarang Han-hung-fei
tahu kenapa ia menyesal dan merasa bersalah melakukannya,
jawabannya ternyata, karena ia melakukan tidak berdasar cinta,
dan rasa bersalah muncul karena perbuatannya itu memang
salah karena telah membuat malu dan derita pada wanita yang
sama-sama melakukan dengannya.
"han-hung-fei kenapa kamu diam saja, apa kamu tidak ingin
bertanggung jawab !?"
"memang aku bodoh sekali."
"eh..kenapa kamu berkata demikian ?"
"aku terpaksa menikahimu sementara aku tahu bahwa aku tidak
siap untuk itu, itu artinya aku tidak akan pernah bahagia dan
aku akan menderita selamanya, karena aku tidak cinta
padamu" "itu resikomu, kenapa kamu menyetubuhiku kalau kamu tidak
mencintaiku." "tidak, aku menyetubuhimu karena ada sebuah desakan yang
membuat darahku tersirap dan nafasku sesak, aku tidak tahu
apa namanya itu." "hik..hik"nanti kalau kita sudah menikah kamu boleh berkalikali menyalurkan desakan itu padaku." sahut Yan-hui
"tapi aku tidak akan melakukannya lagi."
"eh..kenapa ?" tanya Yan-hui heran dan muka merah
"karena sekarang aku benci melakukannya denganmu."
"hah"sialan, kamu tidak boleh berbuat itu padaku."
"kenapa tidak boleh, aku akan merasa bersalah jika melakukan
hal yang kubenci." "kamu tetap harus melakukannya denganku, karena aku adalah
171 istrimu yang wajib kau nafkahi hasrat batinnya."
"ooh..Thian" malangnya diri yang tidak tahu diri ini, binasalah
sudah diriku, hidupku tidak hanya tidak bahagia, bahkan akan
terus dihantui rasa bersalah." keluh Han-hung-fei dengan raut
wajah sedih dan sesal Sesaat Yan-hui yang menghadapi kepolosan Han-hung-fei
merasa buntu, namun kemudian hatinya yang hitam pekat
penuh tipu daya itu merasa anteng, karena tujuannya adalah
untuk menguasai musuh ini dalam pelukan birahinya.
"sudalah..mari kita pergi sekarang !" ujar Yan-hui
"kita mau kemana ?"
"kita akan ke lokyang untuk menikah."
"hmh..baiklah, mari kita berangkat." sahut Han-hung-fei.
Dua hari kemudian mereka melewati sebuah lembah dan
serombongan kuda yang dipacu kencang datang dari arah
depan mereka, setelah dekat rombongan itu mendadak
berhenti ketika melihat Yan-hui dan gagang pedang dibalik
punggung Han-hung-fei, mereka adalah tiga pangcu kaipang
yang berunding di lokyang
"lao-chit"! sungguh tidak diduga kita bertemu disini." ujar Mosha-tung-kai
"ah"ternyata sam-wi kaipang-pangcu, kalian dari mana "
"kami dari lokyang, dan bukankah pemuda ini adalah orang
yang kami duga ?" "kami memutuskan untuk membunuh bun-liong-taihap untuk
membalaskan kematian hai-kwi-kiam dan tok-gan-kai." sahut
Mo-sha-tung-kai, lalu ketiga pancu itu turun
"karena lo-chit sudah mengalahkannya dan menawannya, jadi
sebaiknya kita bunuh saja dia untuk balaskan dendam kita."
172 sela Ang-bin-pak-kai, mereka salah sangka mengira muka


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memar dimuka Han-hung-fei adalah hasil perbuatan dari yanhui yang mereka tahu kesaktiannya, Yan-hui hendak
membantah namun didahului Han-hung-fei
"majulah kalian, jika ingin balas dendam !" tantang Han-hungfei, ketiga pangcu hendak menyerang
"tunggu dulu, kalian jangan membunuhnya, karena ia adalah
calon suamiku." "eh..apa maksud lao-chit ?" tanya Lo-kui
"kalian tidak usah sungkan, akan kuhadapi kalian jika sebagai
pertanggung jawaban karena membunuh pengemis jahat." sela
Han-hung-fei menantang, ketiga pangcu itu meragu
"bagaimana ini lao-chit. kita tidak bisa membiarkannya hidup,
karena ia adalah duri dalam aliran kita." ujar Mo-sha-tung-kai
"aku sudah siap majulah !"
"kamu diam han-hung-fei !" bentak yan-hui karena kesal melihat
han-hung-fei yang hendak cari mati, sementara ia mau
menjelaskan idenya kepada tiga pangcu.
"perempuan jahat, belum lagi aku jadi suamimu, kamu sudah
menjadikan aku jadi budakmu." bentak Han-hung-fei marah,
Yan-hui terkejut melihat sinar amarah di mata Han-hung-fei.
"bodoh"! aku hendak menyelamatkanmu dari kematian,
karena kamu tidak akan mampu melawan tiga pangcu, sam-wi
pangcu bunuhlah dia sebal aku jadinya." ujar"Yan-hui
"hahaha..hahaha". yan-hui rasanya engkau telah menipuku,
untunglah belum terlambat."
"Bun-liong-taihap mampuslah kamu !" bentak Yan-hui dan
menyerang dengan pukulan saktinya, lalu disusul dengan
serangan tiga pangcu, Han-hung-fei bergerak gesit menghindar
dengan bersalto keudara, setelah mendarat kuda-kuda jurus
173 Pai-hud-bun-sian di formasikan dengan begitu indah dan lalu
mennyerang dengan sebuah luncuran kilat, gerakan ujung dua
jemari lengan yang merapat laksana patokan naga, dan
putaran kedua siku yang membentuk segi tiga laksana
hentakan sayap naga, belumlagi tendangan dan sapuan kaki
laksana kibasa ekor naga, empat lawannya dengan gigih
menghadapi jurus ke tujuh dari bun-sian-pat-hoat yang luar
biasa, mereaka mampu menghindar dari serangan-serangan
hun-fei, hingga puluhan jurus, sambil terus melakukan
serangan-serangan gencar.
Han-hung-fei meningkat daya serangan dari jurusnya, tubuhnya
berputar cepat sehingga membentuk putaran angin putting
beliung, kali ini tiga pangcu kalang kabut.
"buk..buk"agh?" lo-kui mendapat jotosan siku sekali dan
tendangan pada perut, dengan wajah merah karena menahan
rasa nyeri pada bibirnya yang berdarah dan rasa mual pada
perutnya, lo-kui bangkit dan menyerang kembali, Yan-hui tidak
menduga akan sehebat ini pemuda polos yang dikacanginya
selama dua hari ini, lalu Yan-hui dengan jurus pamungkasnya
memukul kisuran puting beliung
"dhuar?" dua kekuatan bertemu, gerakan putaran han-hung-fei
berhenti sementara yan-hui terlempar tiga tombak sambil
memuntahkan darah, dan kesempatan itu digunakan tiga
pangcu mengayun senjata "srat?" sebuah sabetan dari ang-bin-pak-kai mengenai paha
han-hung-fei, dan dua senjata lain dapat dihindarkan.
Yan-hui kembali menyerang dengan kegesitan luar biasa
karena termotivasi akan keberhasilan rekannya melukai Hanhung-fei
"plak..plak" tuk..tuk"bugh"tuk"hegh..hoak?" dua siku han174
hung-fei menagkis dua pukulan yan-hui, yana-hui merasakan
tangannya sangat nyeri karena kesemutan, dua senjata dari
pangcu dijotos ujung jari Han-hung-fei, namun sebuah
tendangan dari Mo-sha-tung-kai menghantam punggungnya,
Han-hung-fei melsat kedepan dan kedua telapak tangannya
yang menyatu menyodok telak dada lo-kui, Lo-kui tersedak dan
muntah darah. Han-hung-fei dengan indah menutup jurusnya dengan indah
mengesankan walaupun nafasnya sedikit memburu akibat
tendangan dipunggungnya, Han-hung-fei membuka jurus
barunya, jurus kedelapan dari bun-sian-pat-hoat yang bernama
"mingling-xie-bun-sian" (dewa sastra menulis titah) jurus ini
sangat luar biasa, gerakannya gesit dan rumit, telunjuk jari
seperti mouwpit yang menulis diudara, posisi kuda-kuda
membentuk pat-kwa (delapan segi), perubahan gerakan sangat
cekatan mengikuti kata-kata yang ditulis, jika gerakan
menyerang bagian atas lawan, maka kata yang tertulis adalah
"thian" (langit) dan berbagai nama benda angkasa lainnya,
seperti "jit" (matahari) "goat" (bulan) "hong" (angin) dan lain-lain,
dan jika menyerang bagian bawah maka kata yang tertulis
adalah "tee" (bumi) dan aneka kata benda lainnya, jika
menyerang samping kanan maka kata yang tertulis adah
"hauw" (bakti) dan kata-kata yang berkaitan dengannya, dan
jika menyerang samping kiri maka kata yang tertulis adalah
"wei" (rasa) dan kata-kata yang berkaitan dengannya.
Karena jurus ini sangat cepat dengan perubahannya, dan luar
biasa akurat, empat lawannya bingung dan kelabakan, bahkan
dalam dua puluh jurus empat lawannya jatuh bangun tanpa
diduga dihantam totolan telunjuk, rasa ditusuk paku panas
rasanya bekas totolan itu karena hawa sakti dikeluarkan,
175 apakah sampai demikian saja daya serang jurus tersebut"
mungkin, jika kata yang ditulis sesuatu yang lembut, namun sial
bagi mo-sha-tung-kai dan Lo-kui, ketika tubuh mo-sha-tung-kai
kena totolan telunjuk Han-hung-fei, Han-hung-fei menulis kata
"pek" (petir) "crok..crokk..auhggg"..crok..crok"aghhh"." kening dan
bawah mata mo-sha-tung-kai tembus berlobang, darah
memancur bersama otaknya, Lo-kui yang berada disamping
kanan han-hung-fei mendapat totolan "Kok" (Negara), leher dan
bahu Lo-kui tembus, darah bersimbah dari leher yang
berlobang, kedua pangcu itu mati seketika.
Yan-hui dan ang-bin-pak-kai terheyak dengan nyali ciut,
serangan Han-hung-fei dengan cepat menyerang keduanya,
pada jurus kesepuluh keduanya menghindar dengan
bergulingan, namun serangan kali ini luar biasa kuat dan gesit,
membuat ang-bin-pak-kai tersudut,
"buk"prok..agh"adouwhh?" perut dan pangkal pahanya
tembus, serangan yang mengenainya adalah "san" (gunung),
ang-bin-pak-kai menjerit setinggi langit merasakan sakitnya
hawa panas yang membakar dan mengguncang isi perutnya
yang bocor, demikian juga hawa panas yang mengelir pada
kakinya, tidak lama setelah menggelepar, ang-bin-pak-kai
tewas, kini yang tersisa hanya Yan-hui beserta enam anak
buah tiga pangcu, "cepat Bantu aku !" teriak Yan-hui, dengan meragu dan nyali
ciut mereka menerjang Han-hung-fei, Han-hung-fei dengan
kuda-kudanya yang luas dan kaya langkah, mengurung
mendesak enam pengemis dalam lima gebrakan
"crok"crokk"tuk..tuk?" empat pengemis ambruk tewas
dengan luka tembus pada kening mereka, dua pengemis
segera melompat dan ambil langkah seribu menyelamatkan diri,
176 dan seraangan berikutnya mengarah pada Yan-hui, Yan-hui
yang tepat berada disamping kanan Han-hung-fei mendapat
serangan dari kata "bo" (ibu), dan kelembutan itu memberi
peluang pada yan-hui untuk mematahkan serangan dan
melompat menjauh, dan kemudian melarikan diri.
Yan-hui dengan tubuh lemah melarikan diri dari hadapan Bunliong-taihap, lukanya memang hanya karena benturan sin-kang
dengan han-hung-fei, tapi tetap saja tergolong parah karena dia
sempat muntah darah, Han-hung-fei tidak mengejar Yan-hui
yang lari kearah berlawanan kota lokyang, setelah istirahat
sejenak Han-hung-fei melanjutkan perjalananya sambil
memikirkan perbedaan typical Liu-sian dan Yan-hui, semakin
terasalah hatinya bersalah pada Liu-sian.
"bagaimanakah Liu-sian menjalani hidupnya, terlebih jika ia
hamil ?" pikir Han-hung-fei, pikirannya semakin kalut
membayangkan kesalahnnya pada Liu-sian.
Perguruan Kunlun-pai berdiri megah di lereng pegunungan
kunlunsan, para murid dengan tekun berlatih dibawah tiga
orang suhu mereka, Kunlun-pai diketuai "Khu-gin-tao yang
sudah berumur enam puluh tahun dan dibantu tiga sutenya
bao-yang berumur lima puluh tujuh tahun dan dikenal dengan
julukan "kunlun-kiam" (pedang kunlun), can-po berumur lima
puluh dua tahun dengan julukan "kunlun-taihap" (pendekar
kunlun) dan Cu-sian berumur lima puluh tahun yang berjulukan
"sin-kun" (si kepalan sakti), ketiganya demikian telaten melatih
murid-mirid yang berjumlah lebih seratus orang.
Sementara dikaki pegunungan kun-lun dua orang dengan
gerakan gesit menaiki gunung menuju kunlun-pai, dua orang itu
adalah Wan-lin dengan gelar lao-si beserta ang-bin-kui,
177 sebegaimana mandat pertemuan mereka dikota chang-an,
Wan-lin dan Ang-bin-kui diserahkan tugas untuk menyatroni
kunlun-pai, enam bulan setelah kembali ke pek-kok dari
pertemuan Chang-an "lin-ji, karena kita masing-masing mempunyai tugas, maka
berangkatlah kamu ke kunlunsan, buat suhumu bangga karena
kamu adalah Lao-si."
"baik suhu, tecu akan berangkat besok."
"dan ingat sebelum ke kunlun-san pergilah ke "ang-san" (bukit
merah) dikota kunming untuk menemui ang-bin-kui." ujar Lamsin-pek, Wan-lin mengangguk.
Keesokan harinya Wan-lin berangkat, dia menuruni pek-kok
dengan hati gembira, karena baru kali ini ia berkelana
sendirian, sebagai lao-si ia merasa sudah mandiri dan akan
mengembil keputusan sendiri, terlebih urusan yang akan
ditanganinya sepenuhnya ada pada kendalinya walaupun
nantinya ia akan bersama Ang-bin-kui, seorang senior dari
aliran mereka, Wan-lin dengan berlari cepat menuruni pek-kok,
luar biasa gin-kang yang dimiliki Wan-lin, terlebih ia kerahkan
dengan hati gembira. Dua bulan kemudian Wan-lin sampai dikota Chongqing, kota
dimana ia lahir, kota itu membuat ia teringat masa kecilnya,
teringat ayah ibunya yang tewas karena ulah rezim yang zalim,
teringat adiknya yang entah bagaimana nasibnya, dan juga
membayang dalam benaknya anak laki-laki yang selalu
menjaga mereka, Han-hung-fei bagaimana dan dimanakah ia
sekarang " bayangan itu membuat haru biru hatinya, Wan-lin
hanya tiga hari berada dikota kelahirannya, dan ia pun
melanjutkan perjalanan. 178 Disebuah sumber air didalam hutan Wan-lin beristirahat sambil
makan daging bakar, wajahnya yang cantik dengan kulit putih
demikian segar dikeremangan hutan, matanya mendelik ketika
mendengar langkah yang banyak mengarah ketempatnya,
ternyata dua puluh gerombolan lelaki kasar
"hehehe..hehehe ternyata diwilayah kita muncul bidadari cantik,
hai bidadari cantik dihutan sendirian apa tidak takut ?" ujar
seorang dari mereka yang bermuka burik dan hidung pesek,
lidahnya menjulur membasahi bibirnya
"sim-twako"untungmu memang besar, disamping dapat
jarahan besar bertemu pula dengan gadis cantik,
hahaha..hahaha.." "kalian diam, jangan membuat takut bidadariku yang cantik !"
bentaknya sambil melangkah mendekati Wan-lin dengan
senyum nyengir kuda "kamu mau apa ?" tanya Wan-lin dengan sorot mata tajam
"hehehe..hehehe"kakanda datang untuk membelai dan
membuatmu nyaman sayang ?"
"kalian ini gerombolan rampok, sebutkan apa nama gerombolan
kalian !" "hahaha..hahaha kamu luar biasa sekali cantik ! demikian
tenang, kamu sangat cocok jika menjadi istriku."
"plak"adouh"." sihidung pesek menjerit karena tidak
menduga mendapat tamparan
"sekali lagi aku tanya kalian, apa nama gerombolan kalian,
kalau tidak kamu jawab. aku tidak lagi segan-segan membunuh
kalian " ancam Wan-lin dengan sorot mata tajam.
Gerombolan itu terkejut melihat twako mereka meringis sambil
mengelus pipi yang sudah merah dan bibir tebalnya pecah
berdarah 179 "kenapa kami harus memberitahumu apa nama gerombolan
kami ?" sela lelaki besar dan kekar, matanya putih sebelah
"sialan"mampuslah kalian ! duk"buk..des"des"plak?"
sekali lompat lima kali kibasan tangan Wan-lin telah membuat
ambruk lima perampok dengan nyawa melayang, karena bekas
pukulan itu meninggalkan tanda merah kehitaman laksana
terbakar, para perampok undur dengan wajah pucat
"ampun..ampunnn sianli, kami menyerah?" ujar mereka sambil
berlutut "cih..kalian ini membuat saya jengkel, cepat katakan siapa
kalian !?" bentak Wan-lin
"kami adalah rampok "kui-houw" jawab mereka
"kui-houw.. apa ini hutan harimau ?"
"benar sianli, ampunilah kami." sahut mereka dengan wajah
memelas "sudah kalau begitu, kalian cepat pergi dari hadapanku, dan
katakana pada ketua kalian "kui-san-ok" lima rekanmu mati
karena tidak mengenal menjawab pertanyaan Lao-si."
"baik lao-si, kami akan pergi." sahut mereka lalu pergi sambil
membawa lima jasad rekan mereka.
Didalam hutan sebelah timur markas dari kui-houw adalah
sebuah goa yang sangat besar dan luas, goa itu memiliki
kamar-kamar dari dinding batu, gerombolan perampok dengan
lima jenazah sampai dmulut goa, mereka segera masuk, rekanrekan mereka yang berlalu lalang datang mengerumuni mereka
"ada apa " apa yang terjadi dengan mereka A-pok ?"
"kami naas hari ini bertemu dengan seorang wanita sakti."
"apa wanita itu yang membunuh mereka berlima ?"
"benar toan-twako."
"ada apa ini, kenapa kalian ribut ?" tanya seorang pemuda
tampan yang keluar dari kamarnya dengan pakaian setengah
180 telanjang, pemuda itu sedang bermesraan dengan tiga wanita
dikamarnya, karena merasa terganggu, ia pun keluar
"lima rekan kita tewas oleh seorang wanita kongcu ?"
"eh"kenapa dan dimana kejadiannya ?"
"dihutan sebelah barat dekat sumber air." Jawab a-pok
"sudah kalian kubur dan dua orang dari kalian ikut saya
menemui ayah." ujar pemuda itu, lalu dua orang ikut dengannya
sementara yang lain menguburkan lima rekan mereka.
"ayah"wilayah kita dimasuki seorang wanita, dan telah
membunuh lima anggota kita." jar pemuda itu pada Kui-san-ok


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"badebah"ceritakan detailnya bagaimana kejadiannya !"
perintah kui-san-ok sambil memukul pegangan kurisnya yang
indah dan megah "pangcu, lewat hutan sebelah barat setelah merampok sebuah
piauwkiok yang lewat, dan kami bertemu dengan seorang
wanita cantik, lalu sim-twako mencoba mendekati dan
merayunya." "lalu apa yang terjadi ?"
"lalu dia marah dan membunuh lima orang kita hanya sekali
gebrakan." "hmh".bangsat mau macam-macam dengan kui-san-ok."
sumpah kui-san-ok makin marah
"tapi pangcu, sepertinya wanita itu kenal dengan pangcu."
"heh"kenal " apa dia sebut namanya ?"
"tidak pangcu, tapi saat dia menyuruh kami pergi dia menyuruh
kami menyampaikan pesannya pada pangcu."
"apa pesan itu ?" tanya kui-san-ok penasaran
"wanita itu berpesan pada pangcu bahwa lima rekan kita mati
karena tidak menjawab pertanyaan Lao-si."
"hah"apa memangnya pertanyaannya ?" tanya Kui-san-ok
terkejut 181 "wanita memang bertanya pada kami tentang nama
gerombolan kita." "lalu apa jawab kalian !?" bentak kui-san-ok, membuat a-pok
dan putranya terkejut, a-pok jadi ketakutan melihat wajah
pimpinannya, sehingga ia lama terdiam
"cepat jawab goblok"apa jawaban kalian pada lao-si
"ka..kami tidak menjawabnya, lalu dia tanya sekali lagi dan kami
juga tidak menjawab sehingga ia marah dan membunuh lima
rekan kita "mampuslah kalian"prak..prak?" a-pok dan seorang
temannya ambruk tewas dengan kepala pecah dihantam
pukulan kui-san-ok yang marah.
"ayah"kenapa ayah membunuh anak buah kita. ?" tanya
anaknya penasaran "mereka pantas mati telah mengabaikan Lao-si."
"siapa lao-si itu ayah ?"
"sudah sekarang kamu pergi kehutan sebelah barat, dan
sampaikan pada lao-si untuk mampir ditempat kita, sekalian
panggil a-jun dan a-kao untuk menghadapku, malam ini kita
akan menjamu lao-si." ujar Kui-san-ok
:baiklah ayah, saya akan ganti pakaian dan segera kesana."
jawab anaknya Kui-san-ok sudah berumur lima puluh tahun, dan dia hanya
memiliki seorang putra dari seorang gadis cantik yang ia
perkosa, dan mengambil anaknya setelah lahir, anak itu diberi
nama kao-tung, kao-tung dipelihara dan diasuh dan diajari ilmu
silat, sehingga menjadi orang kedua setelahnya dalam
gerombolan itu, kao-tung yang berumur dua puluh dua memiliki
wajah yang sangat tampan, dan ketampanan itu membuat ia
sebagai lelaki perayu wanita, banyak wanita yang terpesona
182 dan termakan rayuannya, ia dikenal dengan julukan "siu-kui"
(siluman tampan) diwilayah sepanjang kota yichang sampai
lijiang. "siu-kui" memasuki kamarnya dan disambut ketiga wanita
penghiburnya "hik..hik"kongcu sudah datang." sambut tiga wanita
penghiburnya dengan manja
"aku lagi ada urusan sayang, kalian tunggu saja disini !"
"aih"kongcu tadi tanggung kali, ayoklah kita lanjutkan lagi."
rayu ketiganya manja sambil memeluk tubuh kao-tung
"sudah. nanti saja ya, hehehe"kalian memang
menggemaskan." sahut kao-tung sambil mencolek pipi
ketiganya, ketiganya tersenyum nakal menggoda
"baiklah kongcu, kami akan tunggu dengan tidak sabar,
hik..hik?" sahut mereka sambil melangkah keranjang, Kaotung meninggalkan kamar dan keluar dari goa menuju hutan
sebelah barat. "siapa kamu ?" pertanyaan itu tiba-tiba membuat kao-tung
terkejut saat menuruni jalan menuju sungai, matanya terkesima
melihat wanita cantik yang mengejutkannya, Wan-lin yang
menangkap gerakan kao-tung langsung bergerak dan
memergokinya, merasa risih dipandangi demikian lama lelaki
yang tampan ini "cepat jawab ! kamu siapa ?" tanyanya lagi untuk
menghilangkan rasa risihnya
"apakah nona adalah lao-si ?" tanya Kao-tung
"hmh"benar, lalu kenapa ?"
"oh..maaf saya datang untuk menemui lao-si."
"kamu siapa ?" "saya adalah kao-tung "siu-kui" anak dari kui-san-ok."
183 "untuk apa kamu datang menemuiku ?"
:hehehe..hehehe"lao-si wajahmu sungguh sangat cantik." ujar
kao-tung memuji, dan pujian itu membuat wan-lin terkesiap dan
wajah seketika merah, hatinya bergetar mendengar pujian dari
lelaki tampan didepannya "cih"kamu putra kui-san-ok ternyata perayu, sudah jawab saja
pertanyaanku." sahut Wan-lin dengan sorot mata tajam
"oh..iya maafkan aku lao-si, aku tidak dapat mengendalikan diri
untuk memuji dirimu yang luar biasa."
"sudah jangan lagi bertele-tele." sahutkWan-lin sedikit sumbang
karena bagaimanapun pujian lelaki tampan ini pada dirinya
membuat hatinya senang "ayah menyuruh saya untuk menjemput lao-si mampir dimarkas
kami, ayah hendak menjamu lao-si"
"oh..baiklah kalau begitu, mari kita berangkat" sahut Wan-lin,
kemudian merekapun berkelabat dari tempat itu
"selamat datang lao-si, sungguh satu kehormatan bagi kami
dengan kedatangan lao-si ketempat kami.
"terimakasih atas penyambutannya kui-san-ok, bagaimana
keadaan kalian ?" "kami baik-baik saja lao-si, silahkan kita makan dan minum,
kami sudah menyiapkan hidangan untuk menjamu lao-si
"jangan repot-repot kui-san-ok."
"tidak merepotkan lao-si, marilah !" ujar Kui-san-ok, merekapun
memasuki sebuaha ruangan dimana meja besar dan panjang
diatasnya sudah dihidang makanan lezat. Jamuan itu cukup
istimewa, semua pimpinan kelompok yang terdiri dari sepuluh
orang disamping kui-san-ok dan putranya makan minum
bersama Wan-lin 184 "hendak kemanakah tujuan lao-si ?" tanya kao-tung dengan
senyum lembut "aku hendak ke kun-ming."
"apakah laosi hendak menemui ang-bin-kui ?" sela kui-san-ok
"benar kui-san-ok, tentunya kamu tahu tentang tugasku."
"hahaha"hehehe..benar tentunya urusan kunlun-pai bukan ?"
sahut kui-san-ok, wan-lin mengangguk sambil minum secangkir
arak "ada apa dengan kunlusan ayah ?" tanya Kao-tung
"hehehe..lao-si dan ang-bin-kui ditugaskan liok-cianpwe untuk
mendatangi kunlun-pai."
"ooh begitu, tentunya lao-si luar biasa sakti sehingga mendapat
tugas seperti itu." "hahaha..hahaha" kau ini tung-ji tidak ada apa-apanya
disbanding lao-si, beliau ini adalah murid terkasih dari lam-sinpek cianpwe."
"ah"begitu rupanya, kalau begitu aku ingin bersulang sekali
lagi dengan lao-si." sahut Kao-tung makin salut dengan wanita
cantik dihadapannya. "sudahlah siu-kui terlalu membesar-besarkannya." sahut Wanlin sambil mereguk cangkir araknya.
"bermalam disini lao-si, dan besok baru melanjutkan
perjalanan." ujar Kui-san-ok
"baiklah kui-san-ok, dan terimakasih atas sambutan yang baik
ini." "hahaha..lao-si jangan terlalu sungkan, kita ini orang
segolongan." sahut kui-san-ok, makan dan minum dan pesta
berlangsung sampai larut malam, Wan-lin lalu diantar kao-tung
kekamarnya "istirahatlah yang nyaman lao-si." bisik kao-tung dengan mesra,
selama pesta berjalan keduanya sudah nampak akrab terlebih
185 kao-tung yang pandai memuji dan banyak cerita
"hi..hi"siu-kui, kamu memang perayu."
"hehehe..perayu yang tampan bukan ?" sahut kao-tung
"sudahlah kamu keluarlah siu-kui !"
"apakah tidak ada lagi yang bisa saya lakukan disini ?" tanya
kao-tung "hmh"kamu mau apa lagi ?" tanya wan-lin yang setengah
mabuk "setidaknya aku ingin menjagamu lao-si, wajahmu yang cantik
membuat aku tidak jemu melihatmu."
"benarkah engkau tidak bosan melihatku ?"
"benar lao-si, bahkan sejak pandangan pertama didalam hutan
aku langsung jatuh cinta padamu." bisik kao-tung, wan-lin
terdiam, hatinya bergetar diiringi desakan birahinya, wan-lin
bukan wanita yang mengikatkan diri pada aturan dan norma,
dan memang demikinlah ia diajari suhunya sejak kecil, tidak
ada istilah mesum dalam golongannya, yang ada jika anda
suka raihlah, dan jika tidak buanglah.
Wan-lin yang yang rapuh dalam keadaan setengah mabuk,
disampingnya lelaki perayu yang tampan juga sedang mabuk
minuman dan mabuk kecantikannya, belaian pada jemarinya
membuat desakan birahi wan-lin yang baru pertama sekali
berkobar "kao-tung..!"bisik wan-lin dengan nafas memburu, bisikian tidak
direspon dengan jawaban tapi ciuman panas dari Kao-tung,
tubuh wan-lin begetar dan menggigil, sitampan kao-tung makin
menggelinjang gemas menindih tubuh wan-lin yang lunak dan
ranum, lumatan dan gigitan kecilnya merambah seluruh muka
dan leher Wan-lin, wan-lin makin terbakar, Wan-lin yang baru
pertama sekali merasa terbang kea wan, sentuhan dan
remasan kao-tung yang nakal pada tubuhnya membuat
186 letupan-letupan birahinya makin bergolak, Kao-tung sudah
melepaskan pakaiannya, dan ketelanjangan si kao-tung yang
tampan membuat wan-lin makin terangsang, terlebih saat
pakaiannya di preteli seiring hentakan birahi kao-tung yang
memburu, mulut kao-tung melumat dadanya yang putih cerah
laksana pualam, lembut selembut sutra, merekah laksana
merekahnya bunga dimusim semi, tangan jail sitampan menarik
celananya dan meremas semua bagian dibawah sana, wan-lin
makin menggelinjang, mengerang kenikmatan
"cepat"siapkan anggota, kita akan menghadapinya, dimana
a"jun dan a-kao." Terdengar suara kui-san-ok memerintah
anak buahnya, kedua pasangan yang dimabuk birahi itu
tersentak "ada apa kao-tung ?" tanya Wan-lin segera duduk, suara hiruk
pikuk pertempuran pun terdengar, Wan-lin dan kao-tung segera
bergegas memakai kembali pakaian mereka, dan kemudian
keluar, dan dimulut goa pertempuran sengit terjadi antara
pasukan tentara dengan anak buah kui-san-ok, kui-san-ok juga
sudah ada ditengah-tengah pertempuran, Wan-lin dan kao-tung
segera menerjang kedalam pertempuran.
Wan-lin dengan pedang ditangan dalam hitungan menit telah
membabat tujuh pasukan pemerintah, dua tenaga bantuan ini
membuat pasukan pemerintah agak undur
"serang terus"jangan mundur !" teriak gui-ciangkun selaku
pimpinan pasukan, kedatangan pasukan pemerintah ini
kesarang kuisan-ok dipicu oleh perampokan yang dilakukan sim
dengan anak buahnya sebelum bertemu dengan wan-lin,
barang rampokan itu adalah milik pemerintah yang dibawa
pejabat wan yang dikawal sebuah piauwkiok.
187 Pasukan pemerintah demikian tanggap atas perampokan itu,
karena disamping barang berharga milik pejabat wan, pejabat
wan juga membawa sebuah daftar dan peta kekuatan pasukan
pemberontak yang akan dibawa kekota raja, namun peta itu
hilang bersama tewasnya pejawab wan oleh ulah perampok
kui-houw, dengan sigap gui-ciankun membawa pasukan
kehutan harimau, dan tengah malam itu mereka menyerang
saat kui-san-ok dan anak buahnya sedang tidur, karena
pimpinan kelompok tidur dalam keadaan mabuk, sehingga sulit
untuk dibangunkan, dan pasukan pemerintah sudah
mengganyang puluhan anak buah yang menjaga diluar.
Saat Kui-san dan anak buahnya keluar pasukan gui-ciangkun
sudah berada dimulut goa, dan pertempuranpun segera terjadi,
Kui-san dan anak buahnya sudah terjepit, dan anak buahnya
sudah banyak yang tewas, namun berkat kemunculan Wan-lin
dan kao-tung tekanan dari serangan gui-ciangkun pecah,
keganasan dan kekosenan wan-lin sebagai lao-si sangat
membantu keadaan yang terdesak menjadi yang mendesak.
Wan-lin bergerak lincah membabat habis penghalangnya
menuju gui-ciangkun, dan ketika sudah dekaat, gui-ciangku
berhadapan dengan Wan-lin, gui-ciangkun adalah panglima
yang handal dan berilmu tinggi, dua orang itupun berduel
dengan seru dan sengit, wan-lin dengan ilmu-ilmu simpanannya
menyerang dengan dahsyat, gui-ciangkun juga tidak mau kalah
ayunan dua golok ditangannya bergerak cepat menangkis dan
mencari celah untuk merubuhkan wan-lin, sampai seratus jurus
keadaan masih seimbang, Wan-lin mengerahkan "san-sweepek-ciang" gui-ciangkun terdesak hebat sehingga empat puluh
jurus kemudian gui-ciangkun tidak bisa menghindari pukulan
luar biasa itu setelah selamat dari sabetan pedang wan-lin
188 "duk"heghh"." pukulan berhawa yang itu menghantam telak
dada Gui-ciangkun, Gui-ciangkun terlempar sambil muntah
darah dan saat ia terhempas ketanah nyawanya sudah
melayang. Melihat pimpinan mereka tewas, keadaanpun berbalik, pasukan
pemerintah mundur dan melarikan diri, dan dikejar sisa anak
buah kui-san-ok, pertempuran selesai setelah matahari terbit,
mereka kembali kedalam goa,
"baru kali ini kita diserang pasukan pemerintah." ujar Kui-san-ok
heran "mungkin ada sesuatu yang penting sehingga mereka
melakukannya." Sahut Wan-lin
"hmh"mungkin juga, tapi apa yang mereka inginkan ?"
"untuk apa dipikirkan, yang penting kalian harus perketat
penjagaan dan selalu waspada." sahut Wan-lin.


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"baiklah kui-san-ok saya akan pergi mandi dan berkemas untuk
melanjutkan perjalanan."
"baiklah lao-si.." sahut Kui-san-ok dan kemudian
mengumpulkan semua anak buahnya yang tersisa
Wan-lin segera kekamar setelah membersihkan diri, didalam
kamar ia berganti baju "apakah kamu akan berangkat pagi ini juga lin-moi ?" tanya
Kao-tung tiba-tiba muncul di depan kamar
"benar, memang kenapa ?"
"apakah tidak sebaiknya dua tiga hari lagi baru kamu pergi."
"tidak bisa kao-tung, tugasku amat penting untuk pamor
golongan kita." "tapi"semalam sungguh tidak nyaman karena tidak tuntas."
"his"jaga bicaramu kao-tung !" bentak wan-lin, kao-tung
merasa kecut, tidak dinyana perempuan kosen dihadapannya
189 ini laksana macan jinak "lin-moi aku sungguh jatuh cinta padamu." bujuk kao-tung
"urusan itu nanti saja kita bicarakan setelah urusan
dukunlunsan selesai."
"benarkah lin-moi.." sahut kao-tung dengan senyum, Wan-lin
mengangguk lembut. Wan-lin meninggalkan hutan harimau, walaupun wajah
sitampan kao-tung memenuhi benaknya dan kata cinta yang
diungkapkannya, namun karena tugasnya lebih penting dia
mencoba mengesampingkan hatinya, untuk cinta wan-lin masih
harus berpikir, karena ia maklum bahwa dikalangan mereka
urusan itu rada menggelikan, ia tahu bahwa kao-tung memiliki
tiga wanita cantik, dan apakah kao-tung akan melepaskan
peliharaannya demi cinta, harus diuji dulu, tapi kalau hanya
cinta sesaat kao-tung memang sangat mempesona, dan hal itu
hampir ia nikmati kalau tidak ada keonaran yang muncul tibatiba.
Wan-lin mendaki ang-san, baru sampai dilereng ia berpapasan
dengan ang-bin-kui "lao-si murid cianpwe lam-sin-pek !?" sapa ang-bin-kui
"benar ang-bin-kui." sahut Wan-lin pada lelaki separuh tua
dengan muka kemerah-merahan itu, dalam pandangan
golongan mereka, tata kerama tidaklah penting, yang menjaadi
ukuran adalah kesaktian, wan-lin tidak sungkan pada orang
yang lebih tua darinya, karena dalam hirarki wan-lin dan lao-lao
yang lain adalah orang kedua dipuncak pimpinan, sementara
ang-bin-kui adalah orang satu tingkat dibawahnya terlebih kuisan-ok yang berada dua tingkat dibawahnya, apatah lagi kaotung, atasannya hanya suhunya dan lima datuk lainnya,
suhunya lam-sin-pek sangat menekankan hirarki itu karena
190 selama enam datuk memulai rekanan tiga puluh tahun yang
lalu, hirarki ini sangat kuat, dan hasilnya memang enam datuk
berhasil menyatukan aliran mereka dengan kuat, dan oleh
karena hirarki berlandaskan kesaktian, maka enam datuk
menjadi manusia-manusia pongah dan kenyataannya makin
sombong maka makin dihormati oleh bawahan mereka, karena
kesombongan adalah kebanggaan dalam pandangan golongan
mereka, dan kesombongan itu diwariskan pada lao sebagai
murid-murid mereka, tidak terkecuali wan-lin sendiri.
"apakah kita akan berangkat hari ini lao-si ?"
"tidak ang-bin-kwi, besok saja kita berangkat, hari ini saya mau
istirahat di gubukmu !"
"baiklah kalau begitu lao-si, marilah kita naik kepuncak." sahut
ang-bin-kwi dengan hormat, keduanya bergerak gesit mendaki
puncak, tempat ang-bin-kwi tidak bisa dikatakan pondok,
karena bangunan diatas puncak itu sangat mentereng dan
megah, ang-bin-kwi hidup bersama tujuh orang wanita cantik
yang menjadi selirnya dan lima orang pelayan wanita dan tiga
orang pelayan laki-laki, ketujuh selirnya menyambut heran
"cao-koko kenapa kembali apakah ada yang tinggal ?"
"tidak bian-moi, tapi kita kedatangan tamu agung, kenalkan laosi ini adalah tujuh selir saya yang selalu menyambut saya
sepulang perjalanan." ujar ang-bin-kwi dengan senyum
"hi..hi" ternyata kamu hiudup lumayan nyaman juga ang-binkwi." puji Wan-lin
"hehehe"kalau tidak mencari kesenangan dan kenyamanan
untuk apa kita hidup."
"hi..hi"kamu memang benar ang-bin-kwi, tempatmu ini luar
biasa." "hehehe..marilah kita masuk lao-si." ujar ang-bin-kwi.
191 Hari itu Wan-lin dijamu oleh ang-bin-kwi beserta ketujuh
selirnya, wan-lin sangat menikmati istirahatnya di puncak yang
indah itu, terlebih dikala sore hari saat safak merah menghias
langit berpadu dengan warna dedaunan pohon berwarna merah
yang memang banyak tumbuh disekitar lembah, membuat
suasana tempat itu jadi temaram menerbitkan suasana
romantis dalam hati yang menikmatinya, wan-lin juga
merasakan hal itu sehingga ia teringat lagi pada sitampan kaotung.
Keesokan harinya Wan-lin dan ang-bin-kwi meninggalkan angsan, mereka singgah sebentar di kota kunming untuk membeli
dua ekor kuda, lalu dengan memacu kuda keduanya
meninggalkan kota kunming menuju kota Dali, Lijiang dan
memasuki wilayah barat yang bersalju dan masuk propinsi
qianghai dimana pegunungan kunlun yang terbentang dari
propinsi tersebut melewati perbatasan xinjiang hingga sampai
ke pamir di Tajikistan. Wan-lin dan ang-bin-kui disambut dua orang tosu berumur tiga
puluh tahun "maaf jiwi ini siapa dan ada apa hingga berkunjung ketempat
kami ?" "kami datang hendak menekankan seuatu pada kalian sebagai
lima perguruan besar, jadi kami hendak menjumpai para
pimpinan kalian." sahut Ang-bin-kui
"lalu siapakah kalian, yang sepertinya berniat tidak baik ini ?"
"hahaha..hahaha" katakana pada pimpinan mu supaya keluar
menghadap ang-bin-kwi bersama lao-si dua utusan dari liokcianpwe." sahut ang-bun-kwi
kalian ternyata dari aliran hek-to yang hendak mengacau disini,
heaat?" dua orang tosu itu bergerak menerjang ang-bin-kwi
192 dan wan-lin "buk..plak?" wan-lin menagkis dan memberi pukulan serta
tamparan telak pada seorang tosu, tosu itu terlempar dua
tombak dalam keadaan tewas karena kepalanya pecah, sedang
tosu yang satu sampai dua puluh gebrakan baru dapat
tumbang oleh cakaran ang-bin-kwi.
Suara pertempuran itu telah membuat tiga sute dari ciangbujin
muncu "siapakah kalian yang begitu ganas hingga membunuh tanpa
alasan pada dua orang murid kami:" tegur kunlun-kiam
"apakah yang dihadapan kami ini tiga sute dari ciangbujin !"
kunlun-kiam, kunlun-taihap dan sin-kun."
"kalau tidak salah duga apakah kamu ini ang-bin-kwi ?" sahut
sin-kun "hahaha..hahaha". dugaanmu tepat sin-kun, tentunya
kedatanganku juga dapat kamu duga bukan ?"
"apa masalahmu sehingga datang-datang lalu membunuh ?"
sahut sin-kun "hahaha..hahaha" dari dulu pihakmu dan pihakku ada
masalah." "kami tidak pernah berurusan denganmu, lalu kenapa kamu
kesini "dengarlah samwi totiang, aku wan-lin tidak mau bertele-tele,
kami datang hendak menantang kalian sebagai pihak hek-to."
sela Wan-lin "gadis muda apakah muridku itu bekas tanganmu ?" tanya
kunlun-taihap sambil menujuk muridnya yang tewas dengan
kepala pecah "benar, jika engakau tidak terima kenapa masih berdiri, majulah
!" tantang Wan-lin, kunlun-taihap kalap dan lalu menyerang
193 dengan lompatan gesit dengan jurus kunlun-pai yang luar
biasa, wan-lin berkelit, dan pada serangan kedua wan-lin
menyambut dengan kedua tangannya,
"plak..duk?" kedua lengan bertemu saling tekuk dengan cepat,
pertempuran jarak dekat terjadi dengan cepat dan seru,
"plak,,,dhuar?" dua telapak tangan beradu, dua sing-kang
beradu menimbulkan ledakan dahsyat, kunlun-taihap terlempar
dua tombak sementara wan-lin hanya undur satu tindak, ketiga
sesepuh kunlun-pai terkejut melihat betapa sin-kang gadis
muda itu jauh diatas kunlun-taihap.
Wan-lin tidak menunda, setelah undur satu langkah ia memekik
sambil melompat keudara laksana anak panah melsat menukik
kearah kunlun-taihap yang sedang pusing dan sesak
"plak..wutt..duk..hoakk.." lengan kecduanya bertemu sambaran
kaki wan-lin dapat dielakkan dengan melompat, namun karena
tangan keduanya melekat, membuat kunlun-taihap terkejut
sehingga pukulan susulan yang mengarah ulu hatinya,
tubuhnya lemas dan berlutut dihadapan wan-lin, saat pukulan
terakhir akan menghancurkan kepala kunlun taihap
"des"dhuar"." pukulan wan-lin ditangkis sebuah bayangan
gesit, dua sin-kang yang beradu berdentum, sehingga
membuat wan-lin berjumpalitan kebelakang dan mendarat
mulus diatas tanah "luar biasa, siapakah kamu anak gadis muda ?" tanya khu-gintao yang tiba-tiba muncul dan menyelamatkan sutenya
"aku wan-lin , apakah kamu ciangbujin kunlun-pai ?" tanya wanlin
"benar siocia, apa hubunganmu dengan lam-sin-pek ?"
"beliau adalah suhuku, bersiaplah totiang."
"tunggu dulu, kami tidak pernah berurusan dengan lam-sin-pek,
194 kenapa kita harus bertarung ?"
"dengan suhuku mungkin tidak tapi aliran hek-to dan aliran mu
tidak akan pernah selaras."
"benar dan dari dulu memang begitu."
"nah..oleh karena itu kami datang menakankan pada aliranmu
bahwa kami hek-to yang menguasai jagad bui-lim."
"kesewenang-wenangan tidak akan pernah kalah dari keadilan
siocia." "totiang aku kesini bukan hendak mendengar pendapatmu, aku
kesini hendak menantangmu."
"baiklah wan-siocia aku sudah siap menghadapimu." tantang
khu-gin-tao "bagus heaaat?" Wan-lin memulai serangan dengan jurus sanswee-pek-ciang" pertempuran sengit dan seru berlangsung
dengan menegangkan, keduanya bergerak lincah dan gesit,
getaran hawa sakti membuat halaman perguruan itu bergetar,
para murid kunlun-pai yang berbaris dibelakang dengan serius
memperhatikan duel tingkat atas itu, ang-bin-kui dengan
senyum jumawa menonton sambil tetap waspada pada ketiga
sute khu-gin-tao. Pertempuran memasuki jurus kedua ratus, namun wan-lin
belum dapat mendesak ciangbujin, lalu wan-lin mencabut
pedangnya dan dihadapi oleh khu-gin-tao dengan pedang
pusaka kunlun yang dilempar seorang murid yang melayani
khu-gin-tao, ilmu pedang kunlunpai berhadapan dengan ilmu
"beng-toat-pek-lek-kiam" yang dimainkan wan-lin. sinar pedang
berkeredapan sangat menyilaukan mata, pertarungan senjata
yang luar biasa ini sangat mendebarkan, dua kilatan pedang
sambar menyambar diantara gerakan kedua petarung.
195 Setengah haripun berlalu pertarungan masih alot dan seru,
namun menjelang sore hari ketika wan-lin terus mengajak
ciangbujin beradu sin-kang, dan dalam hal ini ciangbujin dan
wan-lin sama-sama kuat, namun setiap kali adu sin-kang nafas
menjadi hal yang terpenting, dan itu dimamfaatkan wan-lin
sebaik-baiknya dengan mengerahkan cecaran pedangnya
mengambil peluang saat nafas orang tua itu sesak, ciang-bujin
terpaksa mundur dari kejaran ujung pedang wan-lin, sehingga
pada satu kesempatan saat ledakan sin-kang untuk kesekian
kalianya berdentum, wan-lin yang terpapar dua tindak bersalto
memainkan pedangnya dengan lincah
"srat..crak?" mata pedang wan-lin menyabet bahu dan
membaacok tangan ciangbujin hingga putus sebatas siku darah
mamancur deras, cian-bujin tidak bisa mengelak serangan
cepat itu karena nafasnya yang sesak membuat dia lambat.
Khu-gin-tao menotok bahunya untuk menghentikan aliran
darah, ketiga sutenya mendekati dengan wajah cemas
"aku sudah kalah siocia, lalu apa maumu " apakah kamu akan
sekalian mencabut nyawa kami ?" tanya Khu-gin-tao
"tidak ..pengakuanmu itu sudah cukup, dan kunlunpai harus
tahu diri dan jangan berani macam-macam dengan golongan
kami, setiap bajak, rampok dan organisasi dibawah hek-to
jangan sekali-kali kalian sentuh."
"hehehe..hehehe luar biasa semangatmu siocia dalam
menegakkan benang basah aliran kalian, baiklah hari ini kami
telah melihat kekuatan kalian, tapi ada saatnya kalian akan
centang perenang." "hal itu tidak akan terjadi totiang, tidak akan ada dari kalian
yang akan melahirkan generasi yang melebihi ketangguhan
kami, dan ketahuilah aku ditugaskan untuk kalian, sementara
196 delapan rekan kami juga sedang melakukan hal yang sama di
empat perguruan besar lainnya."
"hehehe"kata-kata jumawa yang luar biasa, empat perguruan
besar adalah secuil dari kekuatan kebaikan siocia, dan kamu
harus sadari itu, masih banyak para petarung pembela
kebenaran yang tidak searogan kalian dalam ketenaran."
Hi..hi..aku tidak mau berdebat denganmu totiang, jika yang
kamu maksud pak-sian dan lam-sian, keduanya pasti sudah
mengalami hal yang sama dengan kalian, sudah ingat saja
perkataanku, selama organisasi itu adalah hek-to maka
kunlunpai dan siapapun muruid yang bersangkutan dengan
kalian jangan coba-coba berulah." ujar Wan-lin dan kemudian ia
berkelabat dari tempat itu disusul ang-bin-kwi.
"suheng".kenapa kita menjadi selemah itu di ingusi gadis
muda tersebut." ujar kunlun-kiam
"sute"kamu jangan lupa, kunlun-pai adalah aset pek-to dalam
membentuk kekuatan yang menjunjung kebenaran, kalah
ditangan aliran hek-to tidak seharusnya membunuh cikal bakal
kekuatan dimasa depan."
"bukankah dalam membela kebenaran nyawapun siap
dipertaruhkan, suheng ?" sela sin-kun.
"benar sute, sekali lagi saya katakan dengan tewasnya kita
akan lebih merugikan, karena salah satu aset pek-to ini ada
dibahu kita, kita harus bijak melihat situasi, tujuan dari kedua
utusan hek-to itu hanya untuk pamor aliran mereka, jadi untuk
apa kita tewas hanya untuk membela pamor antara mereka
dengan kita, biarkan mereka mabuk pamor, karena pamor
mereka tidak akan bertahan lama, kita jangan ikut-ikutan, kita
sebaiknya focus pada tugas dan tanggung jawab kita yang


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih besar" jawab Khu-gin-tao
197 "lalu bagaimana dengan ancamannya ?"
"ancaman itu tidak akan menggugah prinsip kita, dimana
kezaliman terjadi, tetap saja kita lakukan tugas kita sebagai
pendekar." Jawab Khu-gin-tao
"baiklah kalau begitu suheng, mari kita obati luka suheng." ujar
kunlun-kiam, lalu merekapun masuk kembali kedalam.
Wan-lin dan ang-bin-kwi baru saja meninggalkan kaki kunlunsan, tiba-tiba hujan turun dengan deras, keduanya langsung
mencari tempat berteduh "lao-si ! apa yang telah kamu lakukan sungguh luar biasa,
ancamanmu pada mereka akan membuat aliran kita semakin
jaya dan cemerlang." puji ang-bin-kwi."
"benar dengan takluknnya empat partai besar akan
memberikan dampak besar pada aliran kita." sahut Wan-lin
sambil terus berlari cepat menembus hujan yang diikuti ang-binkwi.
Sementara itu lao-it atau cao-teng dengan jai-hwahengcia,mendatangi siaulim-pai, jai-hwa-hengcia
perawakannya besar dan agak gemuk, umurnya lima puluh
tahun dan kepalanya botak plotos seperti seorang biksu,
dulunya jai-hwa-hengcia adalah seorang lama dari Tibet,
namun dia menjadi buronan di Tibet karena prilakunya yang
bejat dan membuat malu barisan lama, karena terus diburu, jaihwa-heng-cia melarikan diri ke timur, dan diwilayah ini dia
menjadi momok menakutkan bagi gadis-gadis maupun wanita
paruh baya. Lao-it dan jai-heng-cia melakukan tugas yang diperintahkan
setelah empat bulan, keduanya sepakat bertemu dilanzhou
untuk berangkat bersama-sama ke shaolin-pai di kota Yuguan,
198 ketika keduanya sampai di biara shaolin, keduanya disambut
seorang biksu muda "ada keperluan apakah hingga jiwi-sicu datang kemari ?"
"cepat panggil pimpinan kalian, kami ingin bertemu !" sahut
Lao-it "pimpinan kami sedang bersiulian dan tidak bisa diganggu."
"mungkin dia akan keluar kalau kamu meregang nyawa
sekarang, heaat?" ujar jai-hwa-hengcia sambil mengibaskan
tangan dan serangkum hawa sakti menghantam biksu muda,
biksu muda itu terlempar dan menghantam pintu gerbang,
tanpa bersambat biksu muda itu tewas, dalam sekejap para
biksu muncul dan menyerang kedua pembuat onar tersebut.
Lao-it dan jai-hwa-hengcia bergerak tangkas dengan kedua
tangan menampar dan memukul keroyokan para biksu, dan
dalam dua puluh gebrakan keduanya telah menewaskan empat
biksu dan melukai tiga biksu, para biksu terus menyerang
dengan gigih "mundur semua ! " terdengar suara lembut berwibawa, lima
orang sesepuh siauwlim-pai muncul
"amitaba"! sipakah jiwi-sicu yang demikian tega membunuhi
orang." tanya lauw-ceng-hewsio, lauw-ceng-hewsio adalah
pimpinan siawlim-pai dibantu empat sutenya Cu-beng-hewsio
pimpinan disipliner, zhang-lun-hewsio pimpinan ruang, Ma-zenhewsio dan phang-yuan-hewsio kepala pelatih
"siapa kami tidak perlu kalian tahu, cukuplah kalian mengenal
kami dari golongan hek-to." Jawab lao-it
"hmh". Lalu apakah maksud dari perbuatan kalian yang tidak
berpribudi ini ?" "maksudnya adalah bahwa siaulim-pai akan mendapat
pelajaran keras dari hek-to."
199 "siaulim-pai tidak pernah berurusan dengan hek-to, hal apa
sehingga kami harus menerima pelajaran dari kalian ?"
"heheheh..hehehe". sudahlah lao-it, bicara panjang lebar akan
membuang waktu kita, mari kita langsung hajar !" sela jai-hwahengcia
"benar". eh"losuhu siapa diantara kalian yang menjadi
pinpinan ?" "pinto adalah pimpinan disini." sahut lauw-ceng-hewsio
"bagus losuhu, apakah kamu berani duel dengan saya ?"
tantang lao-it "untuk apa berlaku sia-sia dan tidak bermamfaat anak muda."
"hahaha..hahaha" benarlah kata orang, kalian ini banyak
bicara, katakana saja kamu takut pada saya losuhu."
"terserah apa katamulah, sekarang pergilah kalian !"
"hahaha..hahaha"empat nyawa muridmu kamu anggap angina
lalu, betul kalian ini pengecut !"
"kami tidak mau mengikat karma yang akan terus mengejar
kehidupan kami." "cih"kalau kami tidak mau pergi, losuhu mau bilang apa !?"
"bawa saudara kalian dan kita masuk !" ujar Lauw-ceng-hewsio
pada murid-muridnya sambil membalik hendak masuk kedalam
"sialan"heaatt"." Jai-hwa-hengcia bergerak menyerang lauwceng-hewsio
"plak..dhuar.." jai-hwa-hengcia bergetar sementara phang-yuan
bergeser dua tindak, jai-hwa-hencia dengan ganas menyerang
phang-yuan hewsio, pertempuran sengit pun berlangsung, jaihwa-hengcia dengan senjata hauwcenya menyerang bertubitubi, karena terdesak hebat phang-yuan menerima toya dari
seorang muridnya, pertarungan senjata berlangsung seru dan
menegangkan. 200 Delapan puluh jurus sudah berlangsung, phang-yuan-hewsio
sudah mulai terdesak, asap hauwce yang demikian
mengganggu membuat phang-yuan-hewsio tida konsentrasi,
dan dua puluh jurus kemudian
"tuk"des"." Hauwce jai-hwa-hengcia mengetuk belakang
telinga phang-yuan, dan disusul tendangan menghantam
punggungnya, phang-yuan terjerembab dan bergeser satu
tombak dalam keadaan tewas.
Ma-zen-hewsio hendak menyerang
"jangan bertindak ma-sute !" teriak lauw-ceng-hewsio, sambil
melangkah mendekati lao-it
"aku sudah siap, apa yang hendak kamu lakukan."
"bagus losuhu, terima seranganku ! heaat..!" sahut lao-it sambil
menerjang dengan kuat dan gesit, lauw-ceng-hewsio
menyambut serangan lao-it keras lawan keras
"plak..dhuar"." lao-it erpapar tiga tindak, sementara ciangbujin
bergeser kebelakang satu tindak, lalu lao-it kembali menyerang,
setelah ciangbujin mengukur sin-kang lalu serangan kedua ini
di elakkan untuk mengukur gin-kang, ternyata gin-kang
keduanya seimbang, ciang-bujin dengan luwes bertarung jarak
dekat dengan lao-it, pertarungan yang indah dan kokoh, karena
masing-masing mengerahkan trik kuncian yang luar biasa.
Dalam hal jurus dan sin-kang lauw-ceng-hewsio masih diatas
lao-it, hanya dalam gin-kang keduanya seimbang, maka untuk
merobohkan lao-it, lauw-ceng-hewsio dalam setiap jurusnya
menggunakan sin-kang, sehingga tiap pertemuan lengan, lao-it
merasa tergetar dan nafasnya sesak, setelah lebih seratus
jurus, lao-it akhirnya tidak dapat mengelak ketika sebuah
pukulan menghantam dadanya, lao-it terlempar satu tombak
sambil memuntahkan darah, lauw-ceng-hewsio menghentikan
201 serangan. Jai-hwa-hengcia merasa cemas, karena ternyata laoit belum mampu mengatasi siawlim-pai.
Lao-it dengan susah payah bangkit dan dengan mengatur
nafas, dia kembali menyerang dengan pedangnya dalam
rangkaian jurus "in-jip-hui-kui", Lauw-ceng-hewsio dengan
rosarionya mengimbangi serangan lao-it, pertarungan dengan
senjatapun berlangsung sengit, hanya empat puluh jurus lao-it
kembali terdesak, luka dalam yang dideritanya jelas
mempengaruhi kegesitannya, melihat hal itu jai-hwa-hengcia
tiba menerjang ciangbujin dengan hauwcenya, namun
serangan ini terpaksa dibatalkan karena serangkum hawa sakti
menerpa dari samping, cu-beng-hewsio telah mengagalkan niat
jai-hwa-hengcia, jai-hwa-hengcia tak dapat tidak harus
menghadapi cu-beng-hewsio.
Lao-it pada jurus kelima puluh akhirnya harus mengakui
ciangbujin yang kosen ini, dua kali rosario menghantam
tengkuk dan lambung lao-it, hingga lao-it menggeloso tidak
berdaya, tulang lehernya remuk dan lambungnya merasakan
nyeri yang sangat, sementara jai-hwa-ceng hanya dalam
jangka tujuh puluh jurus ia sudah terdesak hebat, terlebih
karena melihat lao-it sudah tergeletak tidak berdaya, jai-hwa-cia
berusaha melepaskan diri, namuan gerakan cu-beng-hewsio
mengatasi dan mengurung ruang geraknya, dua tamparan dan
satu tendangan telah bersarang pada tubuhnya, sehingga
nafasnya sontak kembang kempis.
Jai-hwa-hengcia dengan serangan terakhir mengerahkan ginkang pada kepalanya yang botak menyeruduk, cu-beng-hewsio
dengan cepat memasang kuda-kuda dan menerima kepala itu
dengan perutnya, 202 "pak.." gerakan ini adalah gerakan menyabung nyawa,
untungnya tenaga yang mengalir diperut cu-beng-hewsio
mengatasi sin-kang dikepala jai-hwa-hengcia, sehingga kepala
jai-hwa-hengcia langsung remuk saat dimasuki hawa sin-kang
cu-beng-hewsio, setelah menggelepar sesaat jai-hwa-hengcia
pun dilepas cu-beng-hewsio dalam keadaan tewas.
Lao-it masih tidak sadarkan diri, Lauw-ceng hewsio menyuruh
menguburkan murid-muridnya dan jai-hwa-hengcia yang tewas,
dan mengobati lao-it, menjelang sore lao-it siuman, dia melihat
dirinya ada dalam sebuah kamar. Ia hendak berdiri namun dia
tidak sanggup karena perutnya terasa kaku, dan lehernya
sangat sakit, dia mengingat kejadian-kejadian sebelum ia
pingsan, saat malam tiba, seorang biksu muda masuk kedalam
"kenapa kalian tidak membunuhku ?" tanya lao-it dengan nada
marah, biksu muda itu diam saja dan memberikan semangkok
obat "minumlah obatmu supaya perutmu tidak kaku lagi, dan besok
semoga kamu sudah bisa berdiri." ujar biksu muda itu dan
langsung keluar dari kamar
"biksu..! bagaimana saya bisa minum untuk duduk saja saya
tidak bisa." ujar lao-it, biksu itu kembali kedalam, lalu tanpa
bicara ia meminumkan obat pada lao-it, setelah itu biksu itu
keluar, lao-it dengan lemah terbaring didipan yang keras,
panjang pendek lao-it menggerutu didalam hati.
Keesokan harinya, lao-it bangun dan mencoba berdiri, rasa
kaku diperutnya masih terasa, namun ketika dia paksakan, dia
berhasil duduk, tidak lama kemudian senampan nasi dan sayur
beserta cangkir obat di hidangkan
"silahkan makan dan minum obatnya tuan !" ujar biksu itu dan
203 kemudian biksu itu keluar, lao-it makan dan minum secangkir
obat, dan kemudian lao-it baring kembali.
Saat siang lao-it bangun dan rasa kaku diperutnya sudah hilang
dan dia mencoba duduk, dan ternyata ia mampu tanpa merasa
sakit, ia coba turun dari dipan dan berdiri, dan hal itu pun dapat
dilakukannya tanpa ada sakit diperutnya, namun lehernya tetap
terasa nyeri dan kepalanya belum bisa tegak karena sangat
nyeri jika ditegakkan, sehingga dengan kepala mereng lao-it
mencoba melangkah, seorang biksu masuk membawa
senampan nasi dan sayur "biksu " kawan saya dimana ?" tanya lao-it
"kawan tuan sudah tewas dan dikuburkan dikaki bukit, tuan
makanlah " " Jawab biksu
sambil mengemas nampan tadi pagi dan keluar.
Setelah selesai makan, tiba-tiba cu-beng-hewsio masuk
"bagaimana keadaanmu anak muda ?"
"kenapa kalian tidak sekalian saja membunuhku !?"
"urusan nyawa bukan urusan kami, dan nampaknya anda
sudah mendingan, sebaiknya hari juga anda meninggalkan
tempat ini." "losuhu, jangan dikira karena kalian telah bermurah hati padaku
aku akan segan untuk kembali berusaha membunuh kalian."
"itu urusanmu anak muda, sekarang pergilah !" sahut cu-benghewsio, lao-it dengan kepala mereng mengemasi buntalannya
dan keluar dari kamar diantar keluar oleh cu-beng-hewsio.
Lao-it menuruni bukit, ketika sampai dikaki bukit ia melihat
sebuah kuburan baru, lao-it duduk bersimpuh dengana kepala
miring "jai-hwa-hengcia tenaglah engkau di alam sana, aku akan
204 membalaaskan kematianmu." bisik lao-it, kemudian lao-it berdiri
dan melanjutkan perjalanan, lao-it tidak bisa berlari cepat
karena merasa janggal dengan kepalanya yang miring,
menjelang sore lao-it memasuki sebuah desa, karena sudah
sore penduduk kampung sudah sepi dan tidak ada yang diluar
rumah, lao-it melihat seekor kuda beban, lalu lao-it mencuri
kuda itu dan memacunya keluar desa.
Perjalanan lao-it sungguh menderita, kepalanya yang mereng
membuat ia tidak nyaman, namun berkat obat oles yang ia beli
disebuah kota kecil, dua minggu kemudian kepalanya sudah
bisa ditegakkan tapi belum normal, tapi cukup nyaman untuk
dibawa berlari cepat, dua bulan kemudian lao-it memasuki kota
xining, dan kepalanya sudah normal, hanya bekas hitam bekas
hantaman rosario pada lehernya tidak bisa hilang, sehingga
lehernya seperti memiliki tiga titik tahi lalat sebesar jempol
orang dewasa. Disebuah hutan sebelah selatan kota kaifeng seorang kekek
tua sedang bersandar pada sebuah pohon, hari yang terik itu
membuat kerimbunan hutan menjadi tempat yang nyaman
untuk istirahat, karena nyamannya hembusan angin yang
berhembus membuat kakek itu mengantuk, tidak lama
kemudian ia pulas, dan setengah jam kemudian ia tersentak
karena gerakan halus "hehehe..hehehe selamat bertemu pak-sian." sapa kakek tua
yang muncul dari rerimbunan
"hayaa"ternyata kamu lam-sian mengganggu saja." sahut
kakek yang ternyata pak-sian
"Lam-sian kamu mau kemana "
"aku sebenarnya sedang mencarimu, bahkan aku sudah
205 sampai ditempatmu di hehat, namun pondokmu kosong, kamu
darimana saja pak-sian ?"
"eh"sepertinya penting sehingga kamu ketempatku."
"aku hanya ingin melihat keadaanmu pak-sian."
"hehehe"sejak kapan engakau demikian perhatian padaku
lam-sian, utangku rasanya tidak ada padamu."
"hehehehe"kamu bisa saja pak-sian, eh apa kamu pernah
jumpa dengan salah satu enam datuk hitam ?"
"tidak, aku tidak ada jumpa dengan mereka, ada apa " kenapa
kamu bertanya hal itu ?"
"masalahnya mereka punya program untuk mempensiunkan
kita dari dunia ini, sehingga mereka mencari kita"
"hahahaha?"kenapa dengan orang-orang itu, sepertinya lagi
kumat ya ?" "sepertinya demikian pak-sian."
"lalu apa kamu di temui mereka ?"
"benar, yang bertugas menemuiku adalah lam-sin-pek, dan


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin yang akan menemui adalah pak-koai-lo."
"pak-koai-lo tidak sempat menemui saya, karena urusannya
lebih penting dari nyawa saya."
"hehehe..hehehe". apa maksudmu urusan
kebangsawanannya pak-sian ?"
"benar, dan lalu bagaimana hasil pertemuanmu dengan lamsin-pek ?"
"aku nyaris tewas pak-sian, namun Thian belum menghendaki
aku meninggalkan dunia ini."
"hmh"memang lam-sin-pek seorang kawakan yang luarbiasa,
bagaimana ceritanya sehingga kamu lepas dari maksud
jahatnya ?" "saat saya terdesak hebat, tiba-tiba datang seorang anak muda
menolong saya." 206 "anak muda " wah"siapa anak muda yang dapat mengatasi
lam-sin-pek ?" "kamu tentunya sudah mendengar nama baru yang muncul
didunia persilatan, bukan ?"
"hmh"apa maksudmu bun-liong-taihap ?"
"benar, dialah yang telah menolong aku saat itu, seorang
pemuda gunung yang baru turun gunung."
"namanya sangat santer ketika saya kembali dari barat dan
memasuki selatan, bagaimana menurutmu karakter pemuda itu
?" "dia masih sangat muda, kita akan banyak mengharap padanya
untuk mencegah keinginan-keinginan liar dari para datuk,
namun kita juga cemas akan kemudaannya yang tentunya
rentan akan godaan."
"jika dia diasuh oleh seseorang mungkin tidak perlu
dicemaskan, karena sedikit banyaknya ia sudah mempunya
dasar memahami hidup."
"benar apa yang kamu katakana pak-sian, tapi sepertinya han-ji
memang hanya dibesarkan oleh kitab." ujar Lam-sian
"apakah dia she-han ?"
"benar namanya adalah Han-hung-fei, memang sempat kami
bicara dan memberi dia sedikit wejangan."
"seharusnya kalau kamu sudah tahu keadaannya, alangkah
baiknya kamu ajak dia mondok sebentar denganmu."
"hal itu tidak terpikirkan saat itu, nanun selama setahun ini saya
mendengar namanya masih berpegang pada nilai-bilai
kemaslahatan." Kaki Tiga Menjangan 13 Kasih Diantara Remaja Karya Kho Ping Hoo Pendekar Penyebar Maut 3
^