Pencarian

Pedang Naga Hitam 2

Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


pembunuhan itu terjadi dalam pertempuran dan tidak ada
yang melihatnya . Akan tetapi ada satu hal yang akan
membawamu kepada pembunuh ayahmu. Han Sin , yaitu
Pedang Naga Hitam milik ayahmu . Pedang itu telah lenyap ketika ayahmu terbunuh.
Maka pencuri pedang itu tentu
pembunuh ayahmu . Jadi yang kau cari bukan bukan
pembunuhnya melainkan pedangnya . Kalau pedang itu dapat kau temukan , tentu
pembunuh ayahmu dapat kau temukan
pula . Pedang Naga Hitam tidak ada keduanya di dunia ini , tentu akan dapat kau kenal !
Ibu itu lalu menceritakan dengan jelas ciri-ciri pedang pusaka milik mendiang
suaminya itu . " Kalau begitu aku akan segera pergi menyelidikinya dan mencari pedang itu , ibu
" " Tidak , sebelum engkau mempelajari ilmu silat yang
diwariskan ayahmu kepadamu , Han Sin ", Ji Goat
mengeluarkan kitab tulisan Kaisar Yang Chien yang
menuliskannya dan menggambarkan ilmu silat Bu tek cin keng
. " Ilmu ini di sebut Bu tek cin keng . Ilmu ini, ditemukan ayahmu dan Kaisar Yang
Chien . Karena Kaisar Yang Chien berpendapat bahwa ayahmu yang lebih berhak ,
maka beliau menuliskan ilmu itu dalam kitab ini agar dapat diwariskan kepadamu .
Kaisar tidak mengajarkan ilmu ini kepada orang lain , bahkan kepada para putera
puterinya juga tidak . Karena itu , sebelum engkau pergi mencari pedang dan
pembunuh ayahmu , engkau harus mempelajari dulu ilmu ini sampai dapat kau kuasai
dengan sempurna . Han Sin adalah seorang anak yang patuh kepada orang
tuanya. Apalagi ayahnya telah tiada, hanya tinggal ibunya .
Maka dia selalu berusaha untuk membikin senang hati ibunya .
Di samping itu , dia memang suka sekali mempelajari ilmu silat , maka ketika
menerima kitab Bu tek cin keng itu dia segera mempelajarinya dengan tekun .
Ketika dia mendapat kenyataan bahwa kitab itu amat sulit dipelajari , hal ini
bahkan menambah semangatnya untuk mempelajarinya . Kesulitan itu merupakan
tantangan baginya . Ternyata kemudian bahwa semakin dia mendalami
pelajaran ilmu Bu tek cin keng, semakin sukar . Han Sin harus berlatih dengan
pencurahan perhatian sepenuhnya. Kaisar Yang Chien memang telah berusaha dengan
sungguh-sungguh agar ilmu itu dapat diwariskan kepada putera Cian Kauw cu , maka
dia menggambarkan ilmu itu dengan jelas. Juga cara melatih diri menghimpun
tenaga sakti dalam ilmu itu ditulisnya dengan jelas dan teratur. Sedikit demi
sedikit Han Sin mulai dapat menguasai ilmu itu. Dia tidak mengenal lelah, siang malam mempelajari ilmu
itu dan dipraktekkannya dalam
latihan. Ibunya senang sekali melihat ketekunan puteranya dan selalu memberi
dorongan . Setelah tiga tahun lamanya Han Sin mempelajari ilmu Bu
tek cin keng dengan penuh semangat, barulah dia berhasil menguasai ilmu yang
sukar itu. Dengan dikuasai ilmu yang hebat itu , Han Sin memperoleh kemajuan
pesat sekali, terutama dalam hal kecepatan gerakan dan tenaga sakti. Dan kini telah menjadi
seorang pemuda berusia dua puluh tahunan yang amat lihai .
Pada suatu hari, Ji Goat menonton puteranya latihan.
Melihat pemuda itu bersilat dengan tangan kosong dengan gerakan yang amat ringan
dan tenaga kedua tangannya itu men-datangkan angin yang membuat rambutnya
tertiup angin dan pakaiannya berkibar , nyonya ini merasa gembira bukan main .
Kini tingkat kepandaian puteranya sudah lebih tinggi dari tingkat kepandaian
mendiang ayah pemuda itu. Kemudian ia minta kepada puteranya untuk bersilat
dengan menggunakan senjata pedang dan ia semakin kagum. Pedang biasa yang dimainkan Han
Sin itu berubah menjadi sinar
bergulung-gulung yang menyilaukan mata , mengeluarkan
suara berdesing-desing . Selagi ibu itu mengagumi ilmu silat puteranya, tiba-tiba seorang pembantu rumah
tangga pria berlari-lari menghampiri mereka . ' Nyonya ... Nyonya ........ ada
berita buruk ... ! "
katanya dengan gugup . Han Sin menghentikan permainan pedangnya dan bersama
ibunya dia memandang kepada pelayan it . Ji Goat juga
merasa tidak senang dengan adanya gangguan ini "A-seng"
tegurnya " Ada apakah engkau berlari-lari dan nampak
bingung seperti itu ?" .
" Berita buruk Nyonya ! Sri baginada Kaisar ........... telah meninggal
dunia ... ! Mendengar berita ini tentu saja Ji Goat dan Han Sin
menjadi terkejut sekali. Mereka memang telah mendengar
bahwa Sr ibaginda Kaisar Yang Chien menderita sakit. Akan tetapi tidak mereka
sangka akan meninggal secepat itu .
" Ahhhh .... ! " Nyonya itu menjatuhkan diri duduk di atas bangku dalam ruangan
berlatih silat itu . Ia ingat akan semua pengalamannya diwaktu muda, ketika
Kaisar Yang Chien belum menjadi Kaisar , melainkan menjadi sahabat baik dari suaminya . Tak terasa
lagi air matanya mengalir ke atas kedua pipinya .
" aihhhh , Ssepasang Naga Lembah Iblis kini telah tiada ....
! " katanya kemudian .
" Ibu , Sri baginda Kaisar adalah seorang kaisar yang
bijaksana dan dicintai rakyat jelata , dan lalu meninggal dunia dengan wajar ,
karena sakit . Kurasa tidak ada yang perlu di buat duka dan sesal . "
" Engkau benar , Sri baginda kaisar meninggal dunia
dengan wajar walaupun usianya belum tua benar . Berbeda dengan ayahmu yang
meninggal dunia dengan penasaran , "
Kata Ji Goat . Ibu dan anak ini segera berganti pakaian berkabung dan
siap untuk pergi melayat ke istana , sebagai istri panglima tinggi dan sahabat
kaisar , memang selayaknya kalau nyonya ini pergi melayat .
Kaisar Yang Chien , Kaisar yang dahulunya merupakan
seorang jagoan , pemimpin rakyat yang berhasil
menumbangkan kekuasaan Kerajaan Toba dan pendiri
Kerajaan Sui , telah meninggal dunia dalam usia yang belum tua benar , baru
sekitar enampuluh dua tahun . Menurut berita desas desus , Kaisar Yang Chien
sakit-sakitan karena merasa kecewa dan berduka melihat bahwa diantara putera-
puteranya tidak ada yang menuruni semangat dan kebijaksanaanya .
Pangerang Yang Ti , puteranya yang diangkat menjadi putera mahkota , memang
cukup bersemangat , akan tetapi kurang meiliki kebijaksanaan dan bahkan
menunjukkan gejala suka menggunakan kekerasan dan suka pula kemewahan .
Sebelum dia meninggal, dia sempat berpesan kepada
Pangeran Yang Ti agar memperhati-kan nasib rakyat dan
berusaha keras mensejahterakan kehidupan rakyat seperti yang telah dilakukan nya
. Sambil menangis , pangeran
mahkota yang usianya sudah tigapuluh delapan tahun itu
menyanggupi untuk melaksanakan pesan ayahnya .
Setelah Kaisar Yang Chien wafat , maka Pangerang Yang Ti diangkat menjadi
penggantinya . Setelah YangTi menjadi
Kaisar , nampaklah dia bahwa meneruskan usaha yang dirintis ayahnya . Terusan -
terusan yang menghubungkan Huang-ho dan Yang-ce diperluas , sampai ke Hang-couw.
Nampaknya dia bekerja keras untuk melanjutkan cita-cita ayahnya
sehingga rakyat jelata merasa senang .
Pada permulaan pemerintahannya , tidak ada tanda-tanda
bahwa Kaisar Yang Ti kelak akan menjadi seorang yang gila perang dan memboroskan
uang negara untuk membangun
istana-istana yang megah. Juga dia mengangkat banyak
panglima dan pejabat tinggi , memilh diantara orang-orang yang sudah berhubungan
akrab dengannya ketika dia masih menjadi seorang pangeran .
Pejabat-pejabat tua yang setia kepada ayahnya dihentikan dan dipensiun .
Perubahan ini menimpa diri Ji Goat. Kalau dulu diwaktu kaisar Yang Chien masih
hidup , Kaisar itu itu membiarkan janda sahabatnya ini mendiami gedung yang
ditempati Panglima besar itu . Setelah Kaisar Yang Ti yang berkuasa, gedung itu
diminta kembali untuk ditempati
panglima yang baru diangkat dan terpaksa janda bersama
puteranya untuk pindah. Sejak kecilnya Ji Goat yang
dahulunya puteri Perdana Menteri Kerajaan Toba tinggal
dalam istana indah. Kini ia harus meninggalkan gedung yang ditempatinya semenjak
suaminya menjadi panglima besar .
Ji Goat sudah tidak betah lagi tinggal di kota raja, dimana terdapat banyak
kenangan tentang suaminya, hal yang sering kali membuat ia termenung dan
tenggelam dalam kesedihan .
Maka ia lalu mengajak puteranya meninggalkan kota raja.
Semua barang milik mereka pribadi mereka jual , semua
pembantu rumah tangga mereka suruh pulang dan akhirnya
mereka mencari tempat tinggal di sebuah dusun diluar kota raja , dekat kuil
siauw lim si. Ji Goat kembali membeli sebidang tanah, mendirikan
sebuah rumah sederhana dan bekerja di kebun yang ditanami dengan sayur-sayuran
dan buah-buahan. Ia merasa lebih
tenang dan tentram tinggal ditempat sunyi ini .
Dan sebulan setelah mereka pindah ke dusun itu, Ji Goat lalu minta kepada
puteranya untuk mulai dengan tugasnya, yaitu mencari Pedang Naga Hitam untuk
mengetahui siapa pembunuh suaminya . " Akan tetapi ibu tinggal di sini seorang diri ! " kata Han Sin yang merasa
kasihan kepada ibunya . " Mengapa ibu tidakk memakai tenaga bantuan orang lain
sebagai pelayan dan juga teman " Siapa yang akan menjaga ibu kalau aku harus pergi sekarang " "
" Han Sin , jangan bersikap cengeng ! " kata ibunya dengan tegas .
" Ibu mu bukanlah seorang wanita lemah. Aku dapat
menjaga dan melindungi diriku sendiri . Aku masih kuat ! Dan tentang pembantu,
kalau aku memerlukan kelak, tentu bisa kudapatkan tenaga dari penduduk dusin
ini. Berangkatlah dan jangan mengkhawatirkan keadaan ibumu ! '
" Akan tetapi , karena aku akan mencari pencuri pedang
yang tidak ada jejaknya , mungkin tugas ini akan memakan waktu lama sekali
sebelum aku menemukannya , ibu " .
" Jangan gentar menghadapi kesukaran , anakku . Engkau
sudah dewasa dan baru saja selesai mempelajari banyak ilmu silat . Bekal untuk
menjaga dirimu sudah cukup kuat daripada ibu atau ayahmu sendiri diwaktu muda.
Engkau perlu meluaskan pengalaman hidupmu. Hanya pesanku, berhati-
hatilah menjaga dirimu sendiri, bukan hanya terhadap
gangguan dari luar, melainkan terutama sekali menghadapi gangguan dari dalam.
Jangan membiarkan dirimu dikuasai
nafsu-nafsu sendiri yang akan menyeretmu ke dalam tindakan yang menyimpang dari
kebenaran. Ibu yakin semua ini sudah kau pelajari dari Tiong Gi hwesio selama
engkau berada dikuil siauw-lim-si " .
Jilid 3 Han Sin menangguk " Semua pesan ibu akan ku taati .
Jangan khawatir , ibu . Aku dapat menjaga diri baik - baik .
Paling lama tiga tahun , berhasil ataukah tidak mencari Pedang Naga Hitam , aku
pasti akan pulang , ibu "
Demikianlah , setelah menerima banyak nasehat dengan
membawa bekal emas secukupnya yang diberikan Ji Goat ,
Han Sin berangkat meninggalkan dusun itu .
**** Sudah lajim bahwa orang yang ditinggalkan seseorang yang
dikasihinya akan merasa kesepian dan kehilangan .
Demikian pula Ji Goat , nyonya janda itu , begitu Han Sin pergi , ia tidak dapat
menahan dirinya lagi dan menangis seorang diri di dalam rumahnya . Ia merasa
semangatnya terbang pergi mengikuti puteranya . Akan tetapi , nyonya yang gagah ini akhirnya
dapat menekan kesedihan hatinya dan
melawannya dengan harapan bahwa puteranya akan berhasil menemukan pedang
suaminya dan berhasil pula membalasa
dendam kematian suaminya .
Harapan ini dapat menghibur hatinya . Duka memang
datang atau lahir dari pikiran yang merasa iba kepada diri sendiri , karena di
tinggalkan. Pikiran ini menguyah-nguyah keadaan dirinya itu , seperti meremas -
remas perasaan hatinya sendiri penuh iba diri dan timbulah duka . Kemudian pikiran yang itu
juga menciptakan harapan-harapan yang
menjadi pegangannya dan harapan ini menjadi penolongnya sehingga ia dapat
melupakan kedukaannya . Ia tidak tahu bahwa justru harapan ini yang kelak akan
mendatangkan kekecewaan dan duka baru kalau tidak terlaksana seperti yang diharapkannya .
Manusia selalu di ombang - ambingkan dan dipermainkan oleh pikirannya sendiri .
Berbeda dengan orang yang di tinggalkan , orang yang
meninggalkan tidak terlalu di cekam rasa kesepian atau
kehilangan . Hal ini adalah karena yang meninggalkan
menghadapi hal-hal baru , pengalaman - pengalaman baru
sehingga perhatiannya selalu tertuju ke depan .
Han Sin juga tidak mengalami rasa duka seperti ibunya
yang di tinggalkannya , bahkan dia merasa gembira , merasa bebas lepas seperti
seekor burung di udara . Dia boleh pergi kemana saja dia suka , boleh berbuat apa saja yang
dikehendakinya . Boleh memutuskan segala hal
menurut kehendaknya sendiri . Dia baru sekali ini merasakan sebagai seorang
manusia yang utuh , majikan dari dirinya sendiri , tanpa kekangan .
Ibunya benar , pikirnya . Dia harus meluaskan pengalaman dalam hidup ini agar
tidak menjadi seperti seekor katak dalam tempurung .
Pemuda itu tersenyum seorang diri . Seorang pemuda
berusia duapuluh tahun yang tubuhnya tinggi tegap dan
rambutnya yang hitam lebat itu diikatkan dengan kain sutera kuning . Dahinya
lebar , sepasang alis hitam tebal berbentuk golok . Hidungnya mancung dan
mulutnya selalu tersenyum manis . Sepasang matanya bersinar lembut , selalu
berseri karena dia memang pada dasarnya seorang pemuda yang
berwatak riang gembira . Dagunya yang berlekuk itu
membayangkan kejantanan walaupun pandang mata yang
lembut , mulut yang tersenyum dan sikap yang sederhana itu membayangkan
kerendahan dan kelembutan hati . Memang
Han Sin bersikap sederhana , sama sekali tidak ada bekas-bekasnya sebagai putera
seorang panglima besar ! Dia lebih mirip seorang pemuda dusun yang terpelajar ,
seorang pemuda sastrawan misikin dari dusun . Pakainnya juga
sederhana dan ringkas . Buntalan di punggungnya dari sutera kuning juga tidak
terlalu besar karena dia hanya menyimpan beberapa stel pakaian dalam bungkusan
itu . Sama sekali dia tidak membawa senjata . Bagi Han Sin yang sudah memiliki
ilmu silat yang tinggi , kaki tangannya sudah merupakan senjata yang ampuh dan
segala macam benda dapat saja dia
pergunakan sebagai senjata tambahan , maka dia tidak
memerlukan senjata sebagai bekal . Hal ini pun di nasehatkan oleh ibunya . Kalau
dia tidak membawa senjata , maka tidak ada yang akan tahu bahwa dia seorang ahli
silat yang tangguh dan hal ini menjauhkan gangguan . Sudah lajim di dunia kang
ouw bahwa orang yang membawa-bawa senjata akan mudah
bertemu lawan yang ingin mengujinya . Beberapa potong
emas yang dia terima dari ibunya , di taruh di dalam buntalan
. Han Sin ingin tertawa kalau teringat akan nasihat ibunya .
Ibunya berpesan kepadanya bahwa kalau sampai dia
kehabisan bekal di dalam perjalanan , dia boleh saja
mengambil uang itu dari rumah seorang hartawan atau


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangsawan ! . " Akan tetapi ingat , engkau mencuri uang bukan untuk
bersenang-senang , melainkan hanya untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari . Dan janganlah sekali-kali membikin susah orang yang
uangnya kau curi . Seorang hartawan besar tidak akan merasa kehilangan kalau kau
ambil uangnya sedikit . Jangan ganggu orang yang hanya memiliki sedikit harta atau engkau boleh
merampas harta para perampok . "
Ibunya mengajarkan dia untuk mencuri ! Dia tidak akan
melakukan itu , kalau tidak amat sangat terpaksa . Dia sendiri sedang mencari
seorang pencuri pedang . Bagaimana
sekarang dapat menjadi pencuri uang " Akan tetapi dia
maklum apa yang dipesankan oleh ibunya itu .
Han Sin melakukan perjalanan kejurusan timur dan dia
sudah mendengar bahwa kalau dia terus ke timur , sampai di sungai kuning dia
akan tiba di kota Lok-yang . Dia bermaksud pergi ke Lok-yang dan dari sana dia
baru akan mebelok ke utara dan barat menyusuri Sungai Kuning . Tujuannya adalah
ke Shansi . Karena di daerah Shansi itulah ayahnya tewas ketika pasukan yang
dipimpin ayahnya bertempur melawan
pasukan musuh dari utara .
Ketika malam tiba , Han Sin bermalam di sebuah dusun .
Seorang petani menawarkan rumahnya untuk dia tinggal
semalam itu , Pertemuan itu terjadi di ladang pada sore hari itu ketika Han Sin
menuruni bukit dan menghampiri dusun yang tadi nampak dari atas bukit . Dia
melihat seorang petani masih mencangkul ladangnya pada senja yang telah mulai
gelap itu . Timbul perasaan iba dihatinya . Petani itu rajin sekali , pikirnya
dan tentu seorang petani miskin yang
terpaksa bekerja keras untuk mencukupi penghasilannya .
" Selamat sore , Paman . Wah , paman rajin sekali , hari sudah hampir gelap
masih bekerja diladang ! " tegur Han Sin ramah sambil duduk di tepi ladang itu
di atas akar-akar pohon yang menonjol .
" Selamat sore , kongcu ( tuan muda ) . Ah , rajin sih tidak , melainkan
terpaksa karena saya hanyalah buruh tani . Ladang ini bukan milik saya sendiri ,
melainkan milik tuan tanah dan kalau saya tidak bekerja keras , upah saya tentu
tidak cukup untuk biaya hidup " .
Han Sin menghela napas panjang , lagu lama yang di
dengarnya ini . Sayang ladang yang luas dimiliki oleh para tuan tanah dan petani
seperti orang ini hanya hidup sebagai buruh tani dengan upah yang sedikit . Tak
sepadan dengan keringat mereka yang menetes - netes ketika bekerja keras .
" Ah , tidak . Saya hidup sebatangkara , tidak berani
berkeluarga karena penghasilanku kecil . Untuk diri saya sendiri saja hampir
tidak cukup , hanya untuk sekedar makan dan pakaian yang sederhana " . Petani
itu sudah merasa lelah dan mendengar ada orang begitu menaruh perhatian kepada
dirinya , dia lalu duduk di atas pematang swah di dekat Han Sin .
" Sungguh sayang sekali tuan-tuan tanah itu tidak dapat menghargai jasamu yang
besar , paman " . " Ah , kongcu . Saya hanya pekerja tani , mencangkul dan menanam lalu menuai ,
yang memiliki tanah adalah mereka , mana dapat dikatakan jasaku besar " '.
" Paman , kalau tidak ada orang-orang tani seperti paman ini , bagaimana orang-
orang seperti saya dan semua orang yang tinggal di kota dapat makan ". Setiap
tetes keringat paman yang membasahi tanah dan menjadi pupuk bagi
tanaman , amatlah berharga . Pekerjaan paman adalah
pekerjaan yang paling mulia , namun sayangnya semua orang melupakannya bahkan
memandang rendah kaum petani .
Bahkan para tuan tanah memeras tenaga kalian . Sungguh
menyedihkan ! " " Akan tetapi kami sudah biasa hidup begini , kongcu . "
" Bahagiakah hidupmu , paman " "
Petani itu memandang dengan mata penuh mengandung
pertanyaan, kemudian dia bertanya,
" Kongcu , kebahagiaan itu apakah yang dinamakan
bahagia itu bagaimanakah " "
Di tanya begini , Han Sin tertegun . Apa sih kebahagiaan itu
" Apakah dia sendiri juga bahagia " Pernahkah dia merasa bagagia " Dia sendiri
tidak tahu maka diapun menjawab asal saja , keluar dari pendapat pikirannya . "
Bahagia itu .... kalau paman merasa senang dan puas dengan keadaan hidup
paman , tidak pernah merasa susah "
" Ah , begitukah " Kalau begitu aku tidak butuh bahagia itu
. Asalkan aku menerima upah , dapat membeli makanan dan pakaian , sudah
senanglah hatiku. Aku tidak menginginkan apa-apa juga tidak membutuhkan
kebahagiaan itu " . Han Sin kembali tertegun . Tidak butuh bahagia " Dan
bagaimana mencari kebahagiaan itu " Kemana mencarinya
dan bagaimana akan dapat mengenalnya kalau dia belum
pernah merasakan " Teringatlah dia akan wejangan Tiong Gi hwesio tentang
kebahagiaan . Kebahagiaan adalah keadaan jiwa yang tidak terganggu
oleh nafsu-nafsu melalui hati akal pikiran . Jiwa yang tenang , tentram dan diam
. Kebahagiaan adalah keadaan tidak apa-apa , seprti keadaan air telaga yang diam
tanpa keriput sedikitpun juga karena terganggu angin . Kalau begitu ,
kebahagiaan itu sudah ada pada setiap manusia , bilamana hatinya dalam keadaan
hening tenang , seperti orang sedang tidur nyenyak tanpa gangguan mimpi . Kalau
nafsu akal pikiran datang mengusik maka orang akan merasa tidak
bahagia . Akan tetapi bila pengganggunya itu menghilang , kebahagiaan akan
selalu ada . Maka , tidak mungkin bahagia itu dicari karena memang selalu sudah
ada ! Hanya tertutup oleh ulah nafsu akal pikiran , akan makin nampaklah
kebahagiaan itu . Petani itu tidak butuh bahagia karena dia sudah berbahagia !
Dengan upah kecil dan keadaan miskin sekalipun , bahagia tidak pernah
meninggalkan bathin manusia selama manusia dapat menerimanya tanpa
menimbulkan gelombang yang akan mengganggu
kebahagiaannya . Dengan sepotong tembaga orang dapat saja berbahagia .
Sebaliknya dengan memiliki segunung emas
belum tentu orang itu berbahagia ! .
Han Sin bangkit dan wajahnya berseri . " Kalau begitu
engkau seorang yang berbahagia , paman ! Kau berbahagia ! "
. Petani itu memandang heran kepada pemuda yang
bergembira itu dan agaknya dia menyangsikan apakah
pemuda didepannya itu waras ataukah tidak .
" Aku " Berbahagia " Entahlah , aku tidak butuh bahagia .
Akan tetapi kongcu ini orang dari manakah " Dan apa yang kongcu cari di sini "
'. " Aku seorang perantau yang kebetulan lewat disini dan
kemalaman , paman . Aku mencari rumah penginapan untuk
dapat melewatkan malam ini " .
" Wah , di dusun kami tidak ada rumah penginapan ,
kongcu ! " " Kalau begitu aku akan mencari kuil atau rumah kosong
untuk melewatkan malam ini " .
" Kuil juga tidak ada , apa pula rumah kosong . Akan tetapi kalau kongcu mau ,
boleh kongcu menginap di rumah saya
yang buruk . Saya hanya tinggal seorang diri di rumah itu " .
Han Sin tersenyum girang . " Ah , engkau baik sekali paman
. Tentu saja aku suka tinggal dirumah paman ! " .
" Kalau begitu , mari kita pulang " . Petani itu mencuci kaki tangannya dengan
air saluran yang terdapat didekat
ladangnya , kemudian memanggul cangkulnya dan mengajak
Han Sin pulang ke rumahnya yang berada di tepi dusun itu .
Rumah itu memang sederhana sekali , akan tetapi lumayan lah untuk melewatkan
malam , dari pada berada di tempat terbuka . Ada pula sebuah meja dan dua buah
kursinya terbuat dari kayu secara kasar . Tidak mempunyai perabot lain
, akan tetapi ada sebuah tempat tidur yang kecil dan isinya hanya sebuah dipan
kayu sederhana . " Silahkan duduk , kongcu . Beginilah tempat tinggalku , akan tetapi bagiku amat
menyenangkan " Petani itu lalu
menyalakan penerangan . Han Sin menghela napas . Betapa pun misikinnya keadaan
seseorang , kalau orang itu tidak mengeluh dan dapat
menerima dengan hati jauh dari pada iri , keadaan itu tetap akan mendatangkan
perasaan senang ! Jadi jelaslah dia akan satu hal , yaitu bahwa kebahagiaan
bukan terdapat di dalam kekayaan harta benda ! Dan diapun mengerti mengapa
ibunya sama sekali tidak berduka , bahkan nampak gembira setelah pindah ke rumah
sederhana di susun , padahal tadinya mereka tinggal disebuah gedung besar
menyerupai sebuah istana kecil di kota raja . Dia mengerti kini akan makna
wejangan gurunya bahwa setiap orang manusia haruslah dapat bebas dari ikatan
apapun juga di dunia ini karena ikatan itulah yang
mendatangkan duka . Kalau ibunya terikat oleh keadaan yang megah dan mewah di
kota raja , tentu ibunya akan berduka kehilangan semua itu . Diam-diam dia
merasa bangga akan sikap ibunya .
" Paman , perutku terasa lapar dan aku yakin paman juga tentu lapar sekali
setelah bekerja berat . Karena itu , harap paman suka membelikan masakan dan
nasi di dusun ini . Dan juga arak untuk kita makan dan minum berdua . "
Han Sin membuka buntalannya dan mengeluarkan kantung
uangnya . Dia mengambil beberapa keping uang dan
menyerahkan kepada petani itu . Petani itu nampak tertegun melihat banyak
potongan emas dalam kantung itu dan dengan tangan gemetar dia menerima uang
itu . " Di sini tidak ada yang menjual makanan , kong cu . Akan tetapi saya dapat
menyuruh tetangga sebelah untuk membeli ayam dan bahan makanan untuk dimasak .
Harap kong-cu menunggu sebentar " .
Tak lama kemudian petani itu sudah kembali membawa dua
ekor ayam , beras dan beberapa macam sayuran berikut
bumbu-bumbunya dan segera dia sibuk di bagian belakang rumahnya . Dia memasak
ayam dan sayur itu dibantu oleh
seorang wanita setengah tua yang pandai memasak dan
ramailah mereka bekerja sambil bercakap-cakap .
Han Sin tersenyum . Mungkin bagi petani itu , peristiwa menyembelih ayam dan
memasaknya dengan bermacam
sayuran ini merupakan sebuah peristiwa yang istimewa .
Terharu rasa hatinya membayangkan bahwa mungkin petani
itu tidak pernah mampu membeli ayam , mungkin belum tentu sebulan atau dua bulan
sekali merasakan daging .
Menyembelih bagi mereka tentu merupakan sebuah pesta
besar . Setelah masakan itu selesai dan dihidangkan di atas meja , Han Sin lalu mengajak
petani itu makan bersama-sama . Mula-mula petani itu dengan sungkan menolak,
akan tetapi Han Sin memaksanya dan akhirnya petani itu mau juga makan
bersama . Mereka makan dan minum sampai kenyang .
Setelah selesai , makanan itu masih bersisa banyak dan
oleh si petani lalu diberikan kepada tetangga yang tadi membantunya masak .
Kemudian dia duduk bercakap-cakap
dengan Han Sin . " Paman , apakah sejak muda paman
bekerja sebagai petani ! " tanya Han Sin .
Dia melihat tadi gerak- gerik petani itu cukup gesit dan mengandung tenaga ,
bukan seperti orang biasa . Juga
perawakannya tegap dan menyembunyikan kegagahan .
Petani itu mengangguk " sejak muda saya memang petani , kong-cu , tinggal disini
sejak bertahun-tahun " , jawab petani itu dengan pendek .
Karena merasa lelah melakukan perjalanan jauh sehari itu .
Han Sin lalu mengatakan bahwa dia hendak mengaso .
" Kongcu tidurlah dikamar itu " , kata sang petani .
" Akan tetapi tempat tidur itu hanya kecil , hanya cukup untuk seorang saja .
Dan paman akan tidur dimana " " .
" Ah , saya akan dapat mencari tempat tidur , itu urusan mudah , kong-cu . Saya
bisa tidur dilantai bertilamkan tikar , atau dapat mengungsi ke rumah tetangga .
Tidurlah kongcu " . Han Sin tidak sungkan lagi , lalu memasuki kamar itu dan merebahkan diri nya di
atas dipan . Dia membawa buntalannya dan meletakkan buntalan itu di dekat kepalanya di atas dipan .
Malam itu sunyi sekali . Dalam kamar itu tidak terdapat penerangan , akan tetapi
karena rumah itu terbuat dari pada bilik bambu , maka penerangan dari lampu di
luar masuk dan mendatangkan penerangan yang remang-remang . Saking
lelahnya , sebentar saja Han Sin sudah tidur pulas .
Menjelang tengah malam , biarpun sedang tidur nyenyak , Han Sin terbangun juga
oleh suara berkerietnya daun pintu kamar itu dibuka orang . Begitu terbangun ,
seluruh urat syarafnya ditubuhnya telah siap dan dia menjadi waspada .
Memang seluruh tubuhnya telah terlatih sehingga dia dapat siap dalam keadaan
bagaimanapun juga . Dia tidak bergerak dan pura-pura masih pulas , akan tetapi
matanya terbuka dan dia melihat bayangan orang di depan pintu kamarnya !
Kemudian pintu itu terbuka dari luar dan nampaklah bayangan
petani tuan rumah itu melangkah maju setapak demi setapak dengan kedua tangannya
mengangkat cangkul tinggi-tinggi diatas kepalanya ! Bermacam perasaan mengaduk
hati Han Sin . Heran , kecewa , penasaran dan juga geli . Petani yang siang tadi
nampak demikian akrab dan manis budi , jujur dan lugu , bahkan yang dianggapnya
seorang yang berbahagia hidupnya kini tiba-tiba saja berubah menjadi iblis yang siap membunuhnya ! .
Membunuh seorang yang sedang tidur
dengan darah dingin . Dia diam saja dan ketika orang itu sudah dekat dan
mengayunkan cangkulnya ke arah kepalanya
, secepat kilat Han Sin menggulingkan tubuhnya dari atas dipan .
" Croookkkk .... !!! "
Dipan yang dihantam cangkul itu patah menjadi dua potong menunjukkan betapa
kuatnya ayunan cangkul tadi . Dan
petani itu mengeluarkan seruan kaget melihat cangkulnya mengenai diapn dan orang
yang diserangnya sudah tidak
berada disitu lagi . Bahkan buntalannya pun sudah lenyap !
Petani itu cepat meloncat keluar dari dalam kamar dan
matanya terbelalak melihat Han Sin sudah duduk diatas kursi menghadapi meja dan
buntalannya sudah berada pula di atas meja . Pemuda itu nampaknya tenang saja .
Seolah tidak pernah terjadi sesuatu . Sejenak petani itu berdiri seperti patung , pandang matanya bingung dan ragu
seolah dia tidak tahu apa yang harus
dilakukan . Akan tetapi melihat pemuda itu duduk
membelakanginya , tiba-tiba dia menerjang maju sambil
mengayun cangkulnya ke arah kepala Han Sin dengan
pengerahan tenaga sekuatnya .
" Wuuuutttt ....... Plakkk ! " Han Sin menjulurkan tangannya ke belakang dan
dapat menangkap gagang cangkul itu sambil
memutar tubuhnya . Dia menarik cangkul itu lalu tangan yang sebelah lagi
mendorong dengan telapak tangannya kearah
dada petani itu . " Buuukkkk .... ! " Tubuh petani itu terjengkang dan
terlempar sampai menabrak dinding sedangkan cangkulnya
terampas oleh Han Sin . Pemuda itu meletakkan cangkul di atas tanah dan
memandang kepada petani dengan mata
mencorong . Petani itu merasakan dadanya sesak dan kini maklumlah dia bahwa dia berhadapan
dengan seorang pemuda yang lihai.
Barulah dia teringat akan keadaan dirinya , kesalahan yang dilakukannya dan
setelah bangkit berdiri dia menundukkan mukanya , tidak tahan menentang
pandangan mata yang siang tadi begitu lembut akan tetapi kini nampak mencorong itu dan berkata lirih
. " Saya ... saya .... telah bersalah , boleh kong-cu


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuh saya ... " Han Sin tersenyum " Paman , duduklah ' .
Orang itu menurut dan duduk di depan Han Sin terhalang
meja , seperti sore tadi ketika mereka makan minum berdua .
" Sekarang ceritakan mengapa paman melakukan perbuatan
tadi dan siapa sebenarnya paman ini " .
Orang itu menghela napas panjang beberapa kali , menelan ludah seperti
mengumpulkan keberaniannya , kemudian dia berkata " Kong-cu saya pernah menjadi
seorang perampok di waktu muda , mengumpulkan harta benda dengan cara
merampok . Akan tetapi lima belas tahun yang lalu ,
gerombolan perampok yang saya pimpin dibasmi habis oleh pasukan pemerintah .
Istri dan anak-anak saya ikut tewas dalam pembasmian itu , harta benda saya
habis . Saya menjadi orang buruan pemerintah . Setelah tertimpa bencana itu , yang merampas
habis harta benda saya bahkan
membasmi keluarga saya , saya menjadi sadar bahwa saya
telah memetik buah daripada pohon tanaman saya sendiri .
Maka saya mencuci tangan , mengubah jalan hidup saya .
Saya menjadi petani , bahkan saya menyembunyikan keadaan saya dengan menyamar
sebagai petani lemah yang hidup
sebatang kara. Akan tetapi sore tadi muncul kong-cu .
Sungguh mati , saya menyambut kong-cu dengan hati
setulusnya dan saya merasa girang dapat menyambut kong-cu
. Akan tetapi .... ah , mengapa kong-cu membuka buntalan memperlihatkan emas
yang demikian banyaknya " Saya tidak tahan melihatnya . Nafsu iblis telah
mencengkram diri saya dan saya tidak menentangnya , maka saya mengambil
keputusan untuk membunuh kong-cu dan merampas emas itu
" . Orang itu kembali menghela napas dan kini bahkan kedua
matanya basah . Han Sin mengangguk-angguk kembali dia teringat akan
wejangan gurunya " Godaan datang dari dalam hati akal
pikiran sendiri melalui panca indera . Dan diantara semua penggoda , yang paling
berbahaya adalah godaan harta benda
. Harta benda dapat menutupi pertimbangan dan
kebijaksanaan . Kita kehilangan kewaspadaan dan mau
melakukan perbuatan apa saja demi harta benda ."
Demikianlah wejangan dan sekarang dia melihat buktinya .
Seorang yang sudah mengubah jalan hidupnya, begitu melihat emas di depan mata ,
menjadi lupa segalanya dan siap untuk membunuh dengan cara pengecut untuk
menguasai emas itu . Melihat emas merupakan kesempatan baginya . Andaikata dia
tidak melihat emas itu , tidak mungkin akan timbul keinginan untuk menguasai dan
membunuh pemiliknya . " Sudahlah , paman , aku memaafkanmu . Dahulu , engkau
sudah mendapat pelajaran bahwa perbuatan merampok itu
mendatangkan akibat buruk kepadamu ,keluarga mu terbasmi habis, harta bendamu
juga musnah . Dan kembali malam ini engkau melihat bahwa perbuatan merampok itu
sesungguhnya mencelakakan dirimu sendiri . Sudahlah , lupakan urusan tadi .
Aku masih mengantuk dan mau tidur lagi " .
Han Sin lalu meninggalkan meja , meninggalkan
buntalannya dan memasuki kamar , lalu merebahkan dirinya diatas dipan yang kini
terpaksa diletakkan diatas lantai tanpa kaki karena sudah patah dua .
Petani itu tertegun . Sampai lama dia duduk di atas kursi itu
, memandang buntalan diatas meja . Pemuda lihai itu bukan saja memaafkannya ,
bahkan meninggalkan buntalan diatas meja ! Akan tetapi , kini sudah tidak ada
lagi gairah di hatinya untuk merampok emas itu . Dia sudah yakin benar bahwa
akibatnya tentu akan buruk bagi dirinya kalau dia
menggunakan kesempatan itu untuk melarikan buntalan itu .
Dia pun merebahkan diri lagi di atas lantai akan tetapi sekali ini dia tidak
dapat tidur lagi . Bukan gelisah karena ada dorongan untuk mencuri emas ,
melainkan takut kalau-kalau ada orang luar datang dan
mencuri buntalan itu . Maka , dia tidak tidur untuk menjaga buntalan itu agar
tidak diambil orang ! . Pada keesokan harinya , pagi-pagi sekali Han Sin terbangun dan ketika dia keluar
dari kamar itu , dia melihat petani itu sudah duduk di atas kursi menghadapi
buntalan yang masih terletak diatas meja . Dia tersenyum kepada diri sendiri .
" Selamat pagi , paman . Engkau sudah bangun " "
tegurnya ramah . Petani itu cepat bangkit berdiri , merasa malu bukan main melihat pemuda yang
hampir dibunuhnya itu masih bersikap ramah dan lembut kepadanya .
" Selamat pagi , kong-cu dan ........... maafkan perbuatanku semalam ..... "
" Ah , aku sudah melupakan hal itu , paman " , kata Han Sin
. Dan dia membuka buntalannya, mengambil sepotong emas
dari dalam kantung dan menyerahkannya kepada petani itu .
" Ambillah ini , paman dan terima kasih atas kebaikanmu " .
Petani itu terbelalak dan melompat kebelakang seperti
hendak diserang . Dia menggeleng-gelengkan kepalanya
memandang sepotong emas itu , seperti melihat benda yang menakutkan .
" Tidak ........... tidak kong-cu ...... saya tidak menghendaki emas
lagi .............."
" Terimalah , paman . Ini lain lagi . Ini adalah pemberianku yang rela . Dengan
emas ini kiranya engkau dapat menggarap ladangmu sendiri . Terimalah , aku akan
tersingung kalau engkau tidak mau menerimanya " .
Karena kalimat terakhir inilah sang petani tidak berani menolak lagi dan di
terimanya sepotong emas itu dengan
kedua tangannya dan dia hanya berkata lirih " Terima kasih , kong-cu ..... " dan
kedua matanya menjadi basah .
Han Sin sudah mengikatkan lagi buntalan dibelakang
punggungnya dan dia berkata " nah , selamat tinggal , paman
. Mudah-mudahan kalau aku kebetulan lewat disini lagi , aku dapat singgah di
rumahmu " . " Selamat jalan kongcu dan terima kasih ..... " Dia
mengantar tamunya sampai meninggalkan rumah itu dan
setelah pemuda itu pergi jauh , masih saja dia berdiri disitu sambil memandangi
emas di telapak tangannya .
" Ahhh ........... ,aku lupa menanyakan namanya .... ! "
Katanya sambil berlari mengejar . Akan tetapi pemuda itu sudah tidak tampak
bayangannya lagi . Petani itu hanya dapat menggeleng-geleng kepalanya
saking heran dan kagum , kemudian dia berjalan pulang
dengan hati merasa gembira sekali telah bertemu dengan
seorang pemuda pendekar , karena dia tentu seorang
pendekar perkasa , yang bijaksana dan budiman .
**** Han Sin berjalan menuruni bukit . Dari atas tadi dia sudah melihat sebuah telaga
kecil dan ingin sekali dia dapat mandi di sana . Sejak pagi dia meninggalkan
dusun itu menuju ke timur dan dia belum membersihkan badan sejak pagi-pagi
sekali tadi . Perutnya belum lapar karena semalam dia sudah makan
sampai kenyang di rumah petani itu .
Hatinya terasa ringan dan senang . Dia tidak tahu mengapa hatinya terasa
demikian ringan dan senang . Tidak tahu bahwa hal ini adalah akibat perbuatannya
terhadap petani yang bekas perampok itu . Setiap perbuatan yang baik selalu
mendatangkan perasaan ringan dan senang bagi pelakuknya , asalkan perbuatan itu
dilakukan tanpa pamrih dan dengan rela hati.
Han Sin menuruni bukit dengan cepat sekali karena dia
menggunakan ilmu berlari cepat . Gin Kang ( ilmu
meringankan tubuh ) pemuda ini memang mencapai tingkat
tinggi setelah dia menguasai ilmu Bu-tek-cin-keng dan dia
dapat berlari seperti terbang cepatnya . Tak lama kemudian dia telah tiba di
tepi danau dan ternyata di situ terdapat sumber air yang keluar dari pecahan
batu besar . Air itu terjun dan membentuk danau yang kecil terus mengalir
menjadi sebuah anak sungai yang mungkin saja mengalir terus
memasuki Sungai Kuning di timur .
Danau dari sumber itu dikelilingi sebuah hutan lebat dan keadaan di situ sunyi
dan indah bukanmain . Matahari pagi bermain-main di danau dengan bayangannya
yang membentuk garis kemerahan dari bayangnya , dikelilingi
warna hijau pantulan pohon-pohon ditepi danau ,
Sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah-celah
daun pohon membentuk berkas-berkas cahaya keputihan yang amat indah , membuat
tempat itu seperti surga dalam
dongeng . Seekor kelinci putih berlari keluar dari semak-semak
, dikejar kelinci lain yang berbulu kelabu . Han Sin
memandang ambil tersenyum geli melihat tingkah dua ekor kelinci itu yang segera
lenyap lagi dibalik semak-semak .
Bunga-bunga liar mekar bebas , digoyang-goyang perlahan oleh hinggapnya kupu-
kupu yang mencari madu . Burung-burung berlompatan dari ranting ke ranting
sambil berkicau . Semua ini menjadi selingan suara air kecil terjun ke danau yang mengeluarkan
dendang yang tak kunjung henti . Titik -
titik air embun berjatuhan di kala burung-burung hinggap di sebuah ranting .
Han Sin berdiri bengong di tepi telaga seperti dalam mimpi .
Tak disangkanya bahwa danau yang terlihat dari atas bukit tadi merupakan tempat
yang demikian indahnya . Melihat
disitu sunyi tidak ada seorangpun manusia kecuali dirinya , tanpa ragu lagi lalu
Han Sin menanggalkan seluruh pakaiannya menumpuk pakaian itu diatas buntalannya
yang diletakkan di atas batu . Kemudian diapun terjun memasuki air danau itu .
Sejuk dan menyegarkan sekali . Airnya jernih , dasarnya dari batu dan pasir
dalam dalamnya sebatas dada . Sejuk nyaman bukan main mandi di pagi hari itu .
Han Sin beberapa kali menyelam dan berenang dengan hati gembira .
Tiba-tiba dia mendengar suara yang emncurigakan ,
datangnya dari tepi telaga . Cepat dia menengok dan masih melihat berkelebatnya
bayangan orang . Cepat bukan main gerakan itu, hanya bayangan nya saja dapat
ditangkap pandang matanya . Akan tetapi yang lebih mengejutkan hati Han Sin adalah ketika
dia melihat ke atas batu dimana
buntalannya dan pakaian nya tadi dia tinggalkan . Buntalan berikut pakaiannya
tadi telah lenyap ! " Celaka .......... ! " Dia mengeluh . Andai kata kantung emasnya yang hilang ,
dia tidak akan segelisah ini , akan tetapi , semuanya telah lenyap dan kini dia
dalam keadaan telanjang bulat ! Bagaimana dia dapat keluar dari dalam air
menemui orang dalam keadaan seperti itu" .
" Hei ........ ! Kembalikan pakaianku ..... ! " Dia berteriak sambil melangkah
ke tepi , akan tetapi tubuhnya masih
terendam dalam air . Suaranya dikeluarkan dengan nyaring sehingga
menimbulkan gema . Akan tetapi , tidak ada jawaban .
Suasana sunyi dan burung-burung terbang ketakutan ,
terkejut oleh teriakannya yang nyaring tadi . Han Sin menjadi gelisah . Jangan-
jangan pencuri itu telah melarikan diri dan tidak akan kembali lagi ! Bagaimana
dia dapat melakukan dan melajutkan perjalanan tanpa sehelaipun pakaian untuk
menutupi ketelanjangannya " Apakah petani itu telah kumat kembali dan dia yang
mencurinya " Tidak mungkin , gerakan
petani itu tidaklah secepat orang yang tadi dilihat
bayangannya . Han Sin merasa gelisah sekali dan tidak berdaya . Dia
seorang yang memiliki ilmu silat tinggi, yang tidak gentar menghadapi lawan
bagaimana pun juga , kini menjadi gelisah menghadapi ketelanjangannya dan dia
merasa tidak berdaya sama sekali .
" Haaiiiiii ....... ! saudara yang mengambil buntalanku !
Engkau boleh memiliki buntalan dan semua isinya , akan tetapi kembalikan
pakaianku ! Tolong kembalikan pakaianku ! "
Dalam suaranya terkandung permohonan yang sungguh-
sungguh . Sialan , pikirnya . Dia yang kecurian malah dia yang memohon dan minta
tolong . Tiba-tiba dia melihat sebuah kepala keluar dari balik semak-semak . Bukan kepala
binatang , melainkan kepala manusia , dan melihat rambutnya yang hitam panjang
itu tentulah kepala seorang wanita muda . Wajah itu cantik pula , dengan hidung yang mancung
dan mulut tersenyum menggairahkan .
Kepala itu nongol sebentar , sepasang mata berkedip-kedip memandangnya , lalu
menyusup lagi dibelakang semak-semak
. " Haiiii ...... nona atau nyonya ......... keluarlah dan kembalikan pakaian
ku ... ! " katanya , dan pandangan
matanya mencoba untuk menembus semak belukar itu .
Hening sejenak , kemudian kepala itu nongol lagi . Kini muka yang cantik itu
tertawa . " Hi-hi-hi-hik , lucunya ..... ! " kini muka itu lebih jelas kelihatan dan
ternyata wajah seorang gadis yang cantik , akan tetapi suara tawanya aneh , dan
matanya yang indah itu berkedip-kedipaneh . Han Sin menggapai , " Nona ..... harap mengasihani aku .
Tolong kembalikan pakaianku ....! "
Dia memohon . Kini nona itu keluar dari balik semak-semak
. Tubuhnya ramping , rambutnya hitam panjang hanya diikat dengan sutera kuning .
Kulitnya putih dan wajah itu cantik dengan mata yang berbinar-binar , hidungnya
yang mancung dan mulut yang selalu tersenyum lebar , memperlihatkan
kilatan gigi yang putih berderet rapi . Akan tetapi pakaiannya sungguh aneh .
Berkembang-kembang dan potongannya
longgar kedodoran . Kakinya memakai sepatu hitam dari kulit kayu . Gadis itu
berdiri dan memandang kepada Han Sin
seperti orang yang terheran-heran , akan tetapi Han Sin melihat bahwa gadis itu
tidak membawa apa-apa . Dan diapun bersangsi apakah gadis itu yang mencuri
buntalannya , karena tidak mungkin gadis itu dapat bergerak secepat bayangan
tadi . " Nona , kesinilah .... ! " Dia menggapai karena biarpun gadis itu bukan
pencurinya , dia dapat minta tolong kepadanya untuk mencarikan pakaian sebagai
penutup ketelanjangannya . Gadis itu mendekat , dengan langkah yang aneh , berlari-lari kecil seperti
tingkah seorang kanak-kanak . Kini dia berdiri di tepi telaga memadang Han Sinm
dengan terbelalak dan penuh perhatian . " Hik-hi-hi-hi , lucunya .... ! " kembali ia berkata dan sikapnya itu membuat
Han Sin merasa bulu tengkuknya
meremang . Ada sesuatu yang tidak wajar dalam sikap gadis cantik itu .
Masa seorang gadis dewasa seperti itu bersikap kekanak-
kanakkan dan tertawa lucu melihat dia berendam dalam air .
" Nona apa engkau melihat orang yang mengambil pakaian
dan buntalanku " " tanya Han Sin akan tetapi yang ditanya hanya terkekeh seperti orang yang merasa melihat hal
yang lucu Han Sin merasa jengkel juga . Pertanyaannya hanya di jawab dengan kekeh yang
aneh . " Nona , " Katanya , " Tolonglah aku , carikan pakaian agar aku tidak telanjang
" . Kembali nona itu terkekeh , kemudian terdengar suaranya , suaranya sebetulnya
merdu seperti suara seorang gadis , akan tetapi nadanya aneh seperti orang yang
asing . " Kau .... kau ini binatang apakah " " .
Sialan , pikir Han Sin . Akan tetapi karena diapun pada dasarnya berwatak lincah
dan gembira . Dia tidak menjadi marah , bahkan tertawa " Ha-ha-ha-ha , engkau
lucu sekali , nona ! ' .

Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Hik-hi-hi-hik , engkau juga lucu ! " gadis itu kini tertawa-tawa sambil
bertepuk-tepuk tangan dan meloncat-loncat
seperti seorang anak kecil kegirangan . Tentu saja Han Sin memandang dengan mata
terbelalak dan mulut ternganga .
Tidak salah lagi , Gadis cantik itu berotak miring ! .
" Hik-hi-hik , apakah engkau ini sebangsa monyet " Monyet putih tidak berbulu "
" tanya gadis itu sambil mendekat dan tubuhnya mendoyong kedepan sehingga Han
Sin khawatir merasa kalau-kalau gadis itu akan terjatuh ke dalam danau .
" Hussshhh ! " katanya gemas " aku bukan monyet , aku
juga manusia seperti engkau ! " .
" Ahhh , manusia " Dan engkau laki-laki ya " Engkau
tampan loh ! " Gadis itu memuji dan mengancungkan jempol .
Tanpa disadarinya , muka Han in menjadi merah .
" Nona , aku ingin minta tolong kepadamu . Ketahuilah , semua barangku termasuk
pakaian ku di curi orang . Aku kini telanjang sama sekali . Karena itu ,
tolonglah aku , carikan pakaian untukku , sedikitnya sebuah celana ... '
" Hik-hi-hik , minta tolong boleh akan tetapi katakan dulu siapa namamu " .
Wahh gadis ini gila tapi pintar menggoda orang , pikirnya .
Mau menolong akan tetapi menjual mahal .Pakai syarat segala macam . Akan tetapi
mau tidak mau dia harus menjawab
karena dia butuh pakaian .
" Namaku Cian Han Sin " .
" Cian Han Sin , nama mu aneh , Han Sin . Dan aku
bernama Kui Ji " . " Namamu indah , nona " .
" Heiii , sudah tahu namaku mengapa menyebut aku nona .
Sebut saja adik Kui Ji yang baik ".
" Oya , adik Kui Ji yang baik , tolonglah carikan pakaian untuk aku agar aku
dapat naik ke darat " .
" Kalau mau ke darat , naik saja sekarang ! "
" Tidak mungkin , adik Kui ji yang baik , aku bertelanjang bulat ! " .
" Oh ya , ibu bilang hanya binatang yang telanjang bulat .
Kalau manusia harus berpakaian . Kau memerlukan celanaku !
" Dan gadis itu pun lalu melepaskan tali kain ikat
pingganganya dan hendak menurunkan celananya . Tentu saja Han Sin terkejut
sekali dan dia memejamkan matanya .
" Tidak , jangan lakukan itu ! Jangan berikan celanamu
kepadaku , nanti engkau telanjang ! " .
" Hik-hi-hik , sudah kubilang engkau lucu dan juga bodoh .
Siapa yang mau telanjang " " katanya dan tetap saja gadis itu menurunkan
celananya yang berkembang-kembang . Han Sin
nekat membuka matanya dan sudah bersiap-siap untuk
menutupnya kembali kalau gadis itu bertelanjang . Akan tetapi ternyata dia
memakai celana rangkap berapa , entah rangkap berapa karena pakaiannya kedodoran
seperti itu . " Nih , pakai celana ini ! " kata gadis itu sambil menggulung celana itu dan
melemparkannya kepada Han Sin .
Han Sin menerima celana itu , akan tetapi bagaimana dia dapat memakainya kalau
nona itu berada di situ " Untuk
mengenakan celana itu dia harus lebih dulu keluar dari dalam air .
" Nona , pergilah dulu .... "
" Siapa nona !" "
" Oh ya , adik Kui ji yang baik , harap pergi dulu agar aku dapat naik dan
mengenakan celana ini " .
" Aku tidak akan pergi dan aku mau menonton engkau
memakai celana . Tentu lucu sekali " Gadis itu terkekeh-kekeh dan kembali wajah
Han Sin menjadi merah . Gadis ini benar-benar gila tidak ketulungan lagi , sudah
lupa akan rasa malu dan sopan santun . Dia lalu mengerahkan tenaganya dari
dalam air itu dia meloncat jauh ke depan , kearah sebuah batu besar . Tubuhnya
melayang seperti burung terbang dan cepat dia berdiri di balik batu besar agar
gadis itu tidak melihatnya .
Tergesa-gesa dia mengenakan celana itu . Celaka , celana itu ujungnya kecil
sekali sehingga ketika dia memaksa dan
menariknya ke atas , terdengarlah suara kain robek . Terpaksa dia memotong
bagian bawahnya dan kini dia memakai sebauh celana sebatas lutut yang
berkembang-kembang ! . Biarpun pakaian itu minim sekali , akan tetapi setidaknya membuat dia berani
menghadapi orang , tidak bertelanjang bulat . Sementara itu gadis yang
pakaiannya berkembang-kembang itu terbelalak melihat Han Sin meloncat dari dalam
air ke atas batu , agak jauh darinya . Ia masih tertegun memandang Han Sin yang
muncul dari balik batu dengan
mengenakan celana kembang sebatas lutut , kemudian , sekali ia mengayun tubuhnya
, tubuh itu berkelebat dan telah berada di depan Han Sin , membuat pemuda itu
terkejut sekali. Kiranya gadis gila ini pandai ilmu silat dan dapat meloncat dengan gerakan
demikian cepatnya . Kembali timbul
kecurigaannya bahwa yang mencuri buntalannya tentulah
gadis ini pula . " Aih , kiranya engkau memiliki ilmu kepandaian pula , Han Sin " Bagus , mari
kita bermain-main sebentar ! " katanya sambil tertawa terkekeh dan tahu-tahu
tangan kanannya telah menyerang Han Sin dengan gerakan melengkung aneh . Akan
tetapi tangan yang semula tidak kelihatan seperti hendak memukulnya itu , tahu-
tahu telah membelok dan menampak
ke arah mukanya dengan gerakan demikian cepatnya . Juga amat kuat karena
tamparan itu di dahului angin pukulan yang terasa panas oleh pipi Han Sin .
Han Sin cepat mengelak dengan menarik ke belakang tubuh atasnya , akan tetapi
Kui Ji menyerang lagi dengan tamparan susulan . Ia pun menyerang bertubi-tubi
dengan tamparan dan totokan dan gerakannya makin lama makin aneh namun
lihai bukan main . Han Sin terus mengelak , setelah mengelak
atau menangkis selama belasan jurus , ketika tangan gadis itu mencengkram ke
arah lehernya , dia sengaja mengerahkan
tenaganya dan menangkis keras
" Duukkk .... !! " kedua lengan bertemu dengan kuatnya
dan gadis itu terdorong mundur . Lalu memegangi lengan
yang tertangkis itu dan menangis ! .
" Hu-hu-hu-hu-hu ... kau nakal .......... hu- hu -hu ... kau menyakiti
lenganku .... ! " akan tetapi sambil menangis ia menyerang terus dan kini ia
sudah memungut sebatang tongkat berbentuk ular yang tadi ditinggalkan diatas batu .
Hebat sekali serangan dengan tongkat ini , dan gerakannya tetap aneh sekali ,
berbeda dengan ilmu-ilmu silat biasa .
Kalau ujungtongkat itu menggetar menyerang dengan tusukan ke arah dada ,
ternyata penyerangan yang sesungguhnya
adalah pukulan ke arah kepala . Kalau nampaknya pada
permulaan menyerang ke kanan , ternyata menyerang ke kiri .
Seperti serangan orang yang kebingungan dan nampaknya
ilmu silat gadis itu kacau balau seperti kacau balaunya jalan pikirannya . Akan
tetapi justru kekacauan itu lah yang
membuat ilmu silat itu lihai dan berbahaya sekali , tidak dapat diduga
perkembangannya . Han Sin yang hanya bertahan saja , terpaksa beberapa kali menjadi korban
tamparan dan totokan , akan tetapi karena dia sudah melindungi tubuhnya dengan
sin-kang yang kuat , maka dia tidak sampai robih . Akhirnya dia tahu bahwa kalau
dia tidak membalas , mungkin saja dia dapat terluka oleh tongkat yang gerakannya
terkadang seperti seekor ular itu . Maka, mulailah dia mengerahkan tenaga dan
memainkan Bu-tek -cin-keng .
Ketika tongkat meluncur menusuk matanya , han Sin
menangkis sehingga tongkat terpental dan dengan tangan
kirinya diapun mendorong dengan telapak tangannya kedepan sambil mengerahkan
tenaga yang dia kendalikan agar jangan sampai dia melukai gadis itu .
" Wuuutttt .... aighhh ... ! " Kui ji terdorong kebelakang dan ia menjerit ,
kemudian jatuh terduduk . Napasnya agak
terengah . Dorongan itu ternyata mengeluarkan hawa pukulan yang menghimpit
dadanya dan menyesakkan napasnya . Gadis itu memandang bengong sesaat , kemudian
dia meloncat dan menundingkan telunjuk kirinya ke arah muka Han Sin .
" Han Sin , engkau menggunakan ilmu iblis apakah " " Ia lalu memutar tongkatnya
ke atas kepala dan melanjutkan "
Akan tetapi , aku tidak takut , hayo kita lanjutkan ! " Dan diapun sudah
menyerang lagi kalang kabut dan agaknya gadis itu merasa penasaran dan
mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya. Dan kini ia menyerang sambil
mengeluarkan suara melengking tinggi dan panjang . Han Sin kembali
terkejut . Teriakan melengking itu bukan sembarangan
teriakan melainkan teriakan yang mengandung khikang dan bagi lawan yang kurang
kuat sin-kangnya tentu akan
terguncang hatinya dan mengacaukan pikirannya sehingga
mudah dirobohkan dan serangannya itupun hebat bukan main
. Sekali tongkat bergerak , ujung tongkat tergetar dan
menotok secara bertubi-tubi ke arah jalan darah di tubuhnya bagian depan .
" Hemmm .... ! " Han Sin mengelak dan ketika ia mendapat kesempatan , tangannya
meraih , menangkap tongkat itu dan tangan yang sebelah lagi menotok lengan yang
memegang tongkat dekat siku sehingga lengan itu menjadi lumpuh
seketika dan dengan mudah dia telah merampas tongkat itu ! .
Gadis itu terkejut dan melompat kebelakang , matanya
yang indah itu memandang kepada Han Sin dengan terbelalak
. Han Sin merasa tidak enak hati . Gadis itu telah
menolongnya memberi celana dan kini dia mengalahkannya .
" Maafkan aku dan terimalah kembali tongkatmu " , katanya sambil menyerahkan
tongkat yang bentuknya seperti ular itu .
Kui Ji menerima tongkatnya dan sungguh aneh sekali . Kini ia tersenyum dan
menunjukkan mukanya yang menjadi
kemerahan dan sikapnya menjadi seperti seorang gadis yang malu-malu ! .
" Kau telah mengalahkan aku ... Kau telah mengalahkan
aku .... " demikian katanya berulang-ulang seolah tidak percaya bahwa ada orang
yang dapat mengalahkannya .
" Maaf , adik Kui Ji yang baik , kepandaian mu hebat sekali dan aku merasa kagum
" , kata Han Sin dengan sungguh hati karena memang dia kagum melihat ilmu silat
gadis itu yang aneh dan lihai sehingga dia sendiri beberapa kali terkena
tamparan dan totokan gadis itu .
" Hik-hi-hi-hik ! Akhirnya engkau datang juga , koko !
Engkaulah pemuda yang mampu mengalahkan aku . Jadi
engkau yang pantas menjadi suamiku ! Dan Aku senang
menjadi istrimu , koko Han Sin " Gadis itu lalu menghampiri Han Sin dan kedua
tangannya siap untuk memeluk . Han Sin terkejut sekali dan dia melangkah
mundur . " Ah , tidak , Kui Ji ... adik yang baik , jangan begitu . Aku tidak mempunyai
pikiran sama sekali untuk berjodoh , ku bukan jodohmu ! " .
Kui Ji seperti terheran dan terkejut mendengar ini dan
kedua tangan yang sudah terangkat untuk memeluk itu , jatuh kembali . " Apa "
Kau ......... kau menolak menjadi
suamiku ............. " " .
" Aku belum mempunyai niat untuk menjadi suami siapa
saja " , jawab Han Sin singkat . Dia mau mengalah terhadap seorang yang otaknya
tidak waras , akan tetapi kalau harus mengawininya , tentu saja dia tidak mau .
Tiba-tiba gadis itu menangis dan teriakannya melengking nyaring . Han Sin
menjadi serba salah . Tadinya dia hendak mencari buntalannya , akan tetapi dalam
keadaan seperti itu tentu Kui Ji tidak mau bicara tentang buntalan itu . Kalu
gadis itu di tinggalkan , lalu bagaimana dengan buntalannya yang terisi pakaian
dan uang bekal " Kalau tidak ditinggalkan dan dihadapi terus , bagaimana dia
harus bersikap melihat kegilaan ini . Selagi dia hendak pergi saja meninggalkan gadis itu , tiba-tiba
nampak bayangan berkelebat dan terdengar suara yang tinggi melengking .
" Heiiiii .... siapa berani mengganggu anakku sampai ia menangis sedih "
Siapa .......... " "
Dan tiba-tiba didepan Han Sin berdiri seorang wanita .
Sekali pandang saja tahulah Han Sin bahwa wanita ini pun keadaanya sama dengan
Kui Ji . Usianya sekitar empat puluh delapan tahun . Wajahnya masih membayangkan
bekas kecantikan , tubuhnya juga masih ramping padat . Rambutnya terurai panjang
seperti rambut Kui Ji . Akan tetapi kalau rambut Kui Ji diikat sutera kuning ,
rambut wanita ini riap-riapan , sebagian ada yang menutupi wajahnya sehingga
kelihatan menyeramkan . Rambut itu panjang sampai ke
pinggul dan masih hitam lebat . Pakaian wanita ini pun
berkembang-kembang dan tangan kanannya memegang
sebatang pecut seperti yang biasa dipergunakan para
penggembala kerbau dan lembu mereka .
' Ibu ....... oh , ibu ......... ! " Kui Ji makin meledak-ledak tangisnya . "
Dia ....dia ini menolak untuk menjadi suamiku , padahal aku telah menjatuhkan
pilihan ku kepadanya , ibu
....... hajarlah dia agar dia mau menjadi suamiku " .
Wajah yang masih cantik itu nampak menyeramkan ,
sepasang matanya seperti bersinar-sinar penuh kemarahan , mulutnya cemberut '
Apa .... " Berani cacing pita ini menolak anakku " Anakku cukup pantas menjadi
isteri seorang pangeran , apalagi hanya cacing macam ini ! Orang muda , siapa engkau " " .
" Ibu , namanya Cian Han Sin dan ilmu silatnya cukup tinggi
, dia telah mengalahkan aku ! " kata Kui Ji dan mendengar ini
, wanita itu kelihatan semakin penasaran .
" Cian Han Sin , anakku telah memilih engkau menjadi
suami ! Hayo katankan , apakah engkau tetap tidak mau ! "
tanya wanita itu dengan suaranya yang galak .
Han Sin merasa serba salah . Dia tidak marah melihat sikap mereka yang hendak
memaksanya menjadi suami Jui Ji karena dia maklum bahwa ibu dan anak ini tidak
waras pikirannya . Dia pun tidak ingin bermusuhan dengan mereka , akan tetapi bagaimana mungkin dia
dapat menjadi suami Kui Ji " selain gadis itu seorang yang miring otaknya , juga
dia sama sekali belum berniat untuk menjadi suami orang .
" Maafkan saya , bibi yang baik . Akan tetapi saya belum mempunyai keinginan
untuk menikah , karena itu terpaksa saya menolak keinginan adik Kui Ji yang baik
" . "Hik-hi-hik , kau sudah menyebut Kui Ji sebagai adik yang baik , tentu engkau
suka kepadanya . Engkau harus menjadi suaminya , harus dan tidak boleh menolak
lagi . Engkau mantuku yang baik , tidak usah malu-malu kucing , katakanlah engkau mau ! " .
" Ibu , koko Han Sin bahkan sudah memberi emas kawin
berupa beberapa stel pakaiannya dan sekantung emas " , kata Kui Ji .
" Nah , apalagi sudah memberi emas kawin . Dan Itu ..... "
Wanita itu menunjuk ke arah celana yang dipakai Han Sin "
Bukankah itu celana mu , Kui Ji ?" .
" Benar , ibu . Celanaku itu sengaja kuberikan kepadanya untuk kenang-kenangan '
. "Wah , sudah begitu jauh hubungan kalian ya " Hayo , Han Sin kau ikut kami untuk
merayakan pernikahan kalian ! " .
" Tidak bibi aku tidak mau ! " kata Han Sin yang merasa terdesak dan menjadi
mendongkol juga . Agaknya biarpun gila
, gadis itu cukup licik untuk menyudutkannya .
" Kau harus mau , harus mau ! " Wanita itu melengking-
lengking , akan tetapi Han Sin tetap menggeleng kepala . Kini mulai timbul
kemarahannya setelah mendengar ucapan Kui Ji bahwa buntalannya benar dicuri oleh
gadis itu dan dikatakan sebagai emas kawin .
" Kalau begitu , aku akan memaksamu ! " Kata wanita itu dan ketika ia
menggerakkan cambuknya di udara , terdengar suara meledak-ledak nyaring . Akan
tetapi Han Sin yang sudah marah tidak merasa takut . Dia malah ingin menundukkan
wanita ini dan puterinya agar dapat dipaksanya
mengembalikan buntalannya .
" Wuuuutttt .... tarrrr ! " cambuk itu menyambar ke arah kepala Han Sin dan
meledak ketika Han Sin cepat mengelak .
Wah , ilmu kepandaian wanita ini lebih lihai daripada puterinya
, pikirnya dan diapun cepat menggunakan ilmu Bu-tek-cinkeng untuk


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadapinya . Memang hebat ilmu cambuk wanita itu . Cambuk itu
menyambar-nyambar dan meledak-ledak seolah-olah cambuk itu menjadi banyak ,
menyerang keseluruh pusat jalan darah di tubuh Han Sin . Pemuda itu mengelak dan
kadang menangkis , kulitnya telah dilindungi sinkang sehingga kebal terhadap lecutan
cambuk dan diapun balas menyerang untuk merobohkan wanita itu . Terjadilah
pertandingan yang seru sekali . Gerakan cambuk itu aneh dan sukar di duga ,
seperti juga gerakan tongkat di tangan Kui Ji tadi sehingga beberapa kali usaha
Han Sin untuk menangkap ujung cambuk selalu
gagal . Setiap kali tangannya meraih ujung cambuk itu tiba-tiba melejit dan
menghindar . Suatu ketika , dengan tangan kiri nya Han Sin berhasil
menangkap ujung cambuk , akan tetapi tiba-tiba saja wanita itu menggerakkan
kepalanya dan rambutnya yang hitam
panjang itu menyambar dan ujung gumpalan rambut itu
menotok pergelangan tangan Han Sin yang menangkap ujung cambuknya .
Han Sin merasa betapa lengannya tergetar hampir lumpuh
dan cambuk itu sudah ditarik lepas dari tangannya . Dia terkejut sekali , tidak
menyangka bahwa selain lihai dengan cambuknya wanita itupun lihai memainkan
rambut kepalanya sebagai cambuk . Dia menjadi penasaran dan tidak mau
mengalah lagi . Dengan cepat kaki tangannya membalas serangan wanita
itu dengan pukulan dan tendangan yang amat kuat . Wanita itu mengeluarkan
teriakan aneh karena terkejut dan iapun terdesak mundur . Akan tetapi pada saat
itu terdengar teriakan Kui Ji dan gadis ini sudah memasuki pertandingan itu dan mengeroyok Han
Sin dengan tongkat ularnya .
Han Sin tersenyum " Bagus ! Majulah kalian berdua , aku memang ingin menundukkan
kalian berdua ibu dan anak yang sintng ! " katanya dan dia pun melayani
pengeroyokan itu . Akan tetapi mudah saja berkata demikian , namun pada
kenyataannya amatlahsukar mengalahkan ibu dan anak itu
setelah mereka maju berdua . Ternyata ibu dan anak yang sama-sama gilanya ini
dapat bekerjasama dengan baik sekali .
Tiga macam senjata yaitu cambuk , rambut dan tongkat yang kacau balau gerakannya
dan tak dapat dui duga perkembangannya itu mengeroyok Han Sin . Pemuda ini
mengerahkan tenaga dan kelincahannya untuk berkelebat
menhindar , kadang menangkis dan membalas dengan
serangan pukulan dan tendangannya . Biarpun di keroyok dua oleh ibu dan anak
yang lihai itu , perlahan-lahan Han Sin dapat mempelajari gereka mereka setelah
dia mengetahui cara perkembangan serangan lawan yang serba terbalik itu .
Dia yakin bahwa akhirnya dia akan mampu mengalahkan
mereka . Akan tetapi mendadak terdengar suara parau membentak "
Orang gila dari mana berani mengganggu istri dan anakku " "
Dan ada hembusan angin pukulan yang kuat sekali
menghantam kepala Han Sin mengelak , sebatang tongkat
menyambar dengan dahsyat ! Dia membalik dan melihat
seseorang laki-laki berusia limapuluh tahun . Bertubuh sedang
, pakaian berkembang-kembang , rambutnya juga riap-riapan dan mulutnya
menyerengai seperti orang tertawa , Tentu saja Han Sin terkejut sekali dari
sambaran tongkatnya tadi saja dia dapat menilai bahwa tingkat kepandaian laki-
laki ini lebih tinggi dari pada tingkat wanita itu dan Kui Ji , akan tetapi dia
tetapi sempat banyak berpikir karena mereka bertiga , ayah ,
ibu dan anak itu , sudah mengeroyoknya seperti tiga ekor serigala kelaparan .
" Ayah , ayah ! Jangan bunuh dia . Dia adalah suamiku ! "
sambil memainkan tongkatnya Kui Ji berteriak kepada ayahnya
. " Heh " Suamimu " Kenapa kalian keroyok " " Tanya si ayah sambil terus mendesak
Han Sin dengan tongkatnya .
" Dia menolak menjadi suami anak kita ! " jawab si isterinya
. " Hah " Dia menolak menjadi suami Kui Ji " Ha-ha-ha-ha , tentu dia gila , gila
sekali ! " si ayah lalu tertawa bergelak akan tetapi tongkatnya terus mendesak .
Sekali ini Han Sin benar-benar terdesak . Biarpun dia
mendapat kenyataan bahwa tiga orang itu tidak pernah
melakukan serangan untuk membunuhnya , akan tetapi
mereka itu menggunakan senjata mereka untuk menotok jalan darahnya dan ternyata
totokan mereka itu lihai sekali dan tidak mungkin untuk melindungi semua jalan
darah ditubuhnya dengan sin-kangnya . Dia menjadi bingung . Kalau dia mau menggunakan
pukulan-pukulan yang hebat dari Bu-tek-cin-keng , mungkin saja dia akan mampu
merobohkan mereka . Akan tetapi kalau hal itu dia lakukan , boleh jadi dia akan memukul mati kepada
mereka dan hal ini sama sekali tidak dia kehendaki. Tiga orang itu adalah orang-
orang sinting , bukan orang jahat . Dan agaknya biarpun gila , tiga orang itu
cerdik sekali . Mereka membentuk kepungan segitiga yang menutup semua jalan
keluar , sehingga diapun tidak dapat meloloskan diri dari kepungan itu .
Biarlah , pikirnya kemudian , biarkan mereka menawanku .
Kalau ada kesempatan , dia masih dapat melarikan diri .
Hanya itu jalan satu-satunya karena dia tidak tega
menurunkan tangan maut membunuh mereka . Khirnya
serangan hebat dari tiga orang itu secara berbarengan , membuat dia roboh
tertotok dalam keadaan lemas .
Melihat dia roboh , tiga orang itu tertawa-tawa sambil
menari-nari mengelilinginya . Han Sin merasa ngeri .
" Horeee , suamiku tertangkap ! Dia akan menjadi suamiku
, tidak dapat menolak lagi ! " Kui Ji menarik-nari kegirangan .
" Biar dia kubawa pulang ! " Gadis itu sudah membungkuk hendak memondong tubuh
Han Sin yang tak berdaya itu .
Kui Ji , jangan bodoh ! " seru ayahnya . " Mantu ini lihai sekali dan kalau dia
sudah mampu bergerak , engkau bukan tandingannya . Karena itu dia harus diikat
dulu agar tidak dapat memberontak kalau sudah mampu bergerak !" .
" Hik-hi-hi-hik , susah-susah amat sih ! " , Cela istrinya . "
Beri saja racunku kepadanya dan dia akan menjadi penurut seperti seekor domba ,
hi-hi-hik ! " . Ayah dan anak itu memandang girang , " Haiiii , kenapa aku begini pelupa ?"
teriak ayah itu . " Cepat keluarkan racun itu dan berikan kepadanya , Liu Si
! " . Wanita yang dipanggil Liu Si itu segera mengeluarkan
sebuah bungkusan dari saku bajunya yang berkembang . Ia memang seorang ahli
tentang racun dan ia memiliki racun yang disebut " Racun pelemas otot " . Ia
mengambil sebatang jarum , mengoleskan racun bubuk hitam itu kepada batang jarum
, kemudian ia menusukkan jarum itu pada pangkal
lengan Han Sin . Han Sin tidak mampu bergerak dan terpaksa dia hanya memandang
ketika pangkal lengan kirinya ditusuk jarum .
Jilid 4 " Jangan bergerak , suamiku . Tahankan saja . Hanya sakit sedikit !" Kui Ji
menghibur sambil mengusap-ngusap dagu Han Sin seperti seorang ibu membujuk
anaknya . Begitu jarum di tusukkan , Han Sin merasa sesuatu yang amat dingin
memasuki tubuhnya melalui pangkal lengan itu .
Dia menggigil dan rasa dingin itu menyusup tulang . Kui Ji masih terus
membelainya . Jarum di cabut kembali dan wanita itu terkekeh .
" Hik-hik-hik-hik , ia akan kehilangan tenaganya dan ia akan menjadi penurut ,
tidak akan dapat memberontak lagi " ,
" Engkau sudah yakin benar , Liu Si ?" suaminya bertanya .
Wanita itu tiba-tiba melotot " Kau , tidak percaya akan kemampuan racunku " "
apakah engkau ingin merasakannya
sendiri" " Ia mengancam dengan jarumnya .
"Ah, tidak, jangan " Aku hanya khawatir pemuda ini
memberontak dan sukar bagi kita untuk menundukkannya
kembali ! ". " Hemmm , sekarang juga dapat dibuktikan ! " Liu Si
menepuk punggung Han Sin dua kali dan pemuda ini merasa betapa darahnya mengalir
normal dan dia dapat bergerak
kembali . Akan tetapi ketika dia hendak mengerahkan
tenaganya , dia terkejut . Otot-otot ditubuhnya tidak dapat terisi tenaga sin-
kang dan dia hanya dapat bergerak dengan tenaga biasa saja ! Otot-otot itu
seperti dalam keadaan lesu dan tidak dapat menerima hawa sin-kang yang
disalurkannya . " Hik-hik-hik , percuma saja . Engkau mencoba untuk
menyalurkan sin-kangmu , Han Sin " .
" Ha-ha-ha-ha , engkau sudah berjodoh dengan puteri kami
, orang muda" . " Ayah , namanya Cian Han Sin , kelak anak kami akan
bermarga Cian , " kata Kui Ji tanpa malu-malu lagi .
" Ha-ha-ha-ha , tentu saja ! Sudah menjadi peraturan
nenek moyang kita yang tidak boleh di langgar bahwa
seseorang anak menggunakan marga ayahnya .
"Han Sin , Karena engkau sudah menjadi mantu ku , maka
menurut peraturan sejak jaman dahulu , engkau harus
memberi hormat kepada aku dan istriku dengan berlutut. Hayo lakukan , engkau
tidak akan menyesal menjadi mantu Kui Mo , ha-ha-ha-ha ! "
Han Sin merasa tertarik sekali . Dua kali sudah orang gila ini menekankan soal
peraturan nenek moyang yang harus di taati
! Agaknya ini merupakan titik kelemahannya , pikirnya maka hal itu akan di
cobanya . " Benar sekali ,paman akan tetapi menurut peraturan nenek moyang kita sejak
jaman dahulu yang tidak boleh dilanggar , pemberian hormat itu hanya dilakukan
di waktu sepasang pengantin dipertemukan , jadi bukan sekarang . Kalau
sekarang dilakukan , ini berarti melanggar peraturan nenek moyang " .
Kui Mo tertegun , melongo , lalu tertawa " Ha-ha-ha-ha , engkau benar ! Aku
sampai lupa , ha-ha-ha ! Baik , dilakukan nanti setelah kedua pengantin
dipertemukan ." Han Sin merasa girang , ternyata akalnya berhasil baik , maka dia lalu berkata
lagi " Menurut adat istiadat , sungguh
tidak pantas kalau seorang mantu dibiarkan setengah
telanjang seperti ini . Hal itu akan mencemarkan nama baik mertuanya . Maka saya
harap agar buntalan pakaianku yang disimpan calon istriku diberikan kepadaku
agar saya dapat memakai pakaian yang pantas " .
Kui Mo memandang kepada puterinya . " Kui Ji , apakah
pakaian suami mu kau simpan ?" .
" Buntalan itu adalah emas kawinnya , ayah " .
" Emas kawinku hanya sekantung emas itu , dan pakaian itu adalah pakaian untukku
sendiri , adik Kui Ji yang baik ! " Kata Han Sin dengan suara merayu . Senang
hati Kui Ji di sebut adik yang baik , maka ia lalu tertawa dan berloncatan pergi
. Tak lama kemudian ia sudah kembali membawa buntalan itu dan membukanya didepan
semua orang . Ketika mengambil kantung emas , Kui Ji bersorak ' Horeeee
, ini emas kawinku . Banyak yach , ibu ?"
" Hemmmm , dahulu emas kawin yang diberikan ayahmu
kepadaku , tidak sebanyak itu " .
Sementara itu Han Sin mengambil pakaiannya dan
mengenakan pakaiannya sendiri . Agar tidak bertelanjang lagi
, dia memakai pakaiannya di luar celana berkembang itu .
"Bagus , kau gagah memakai pakaian itu . Pantas menjadi mantuku ! " Kata Kui
Mo . "Dan sekarang , mari kita semua pulang . Pesta pernikahan harus dirayakan dengan
meriah " Biarpun hatinya mendongkol dan juga khawatir , Han Sin
terpaksa ikut rombongan keluarga gila itu mendaki sebuah bukit yang penuh
hutan . Melihat keadaan dirinya , untuk sementara ini terpaksa dia harus menurut
segala kemauan mereka , akan tetapi dia masih memiliki " senjata " yang ampuh , yaitu kepatuhan
Kui Mo akan adat istiadat nenek moyang .
Dan senjata itu akan dapat dipakainya untuk
mengendalikan mereka , setidaknya untuk sementara waktu .
Dia tidak tahu berapa lamanya racun dingin itu akan
mempengaruhi tubuhnya . **** Rumah itu besar akan tetapi sederhana sekali , Terbuat
daripada bambu dan kayu . Ketika Han Sin diajak oleh
keluarga gila itu memasuki rumah , dia sudah menyusun
rencana siasatnya . Didalam rumah terdapat pula meja kursi yang kasar ,
agaknya buatan mereka sendiri . Akan tetapi pada dinding bambu itu tergantung
lukisan-lukisan indah dan sajak-sajak pasangan yang di tulis oleh penyair-
penyair terkenal . Han Sin merasa heran sekali . Dilihat dari sajak dan lukisan
itu , pantasnya keluarga itu adalah keluarga bangsawan yang
berdiam disebuah gedung . Sajak dan lukisan seperti itu memang sepatutnya
tergantung di dinding rumah gedung .
" Nah , Inilah rumah kami , juga kini menjadi rumahmu , mantuku! " kata Kui Mo
sambil tertawa-tawa senang . " Kita akan segera melangsungkan pernikahan mu
dengan Kui Ji " . Han Sin bangkit berdiri dari duduknya dan memberi hormat
, sikapnya seperti seorang sastrawan yang patuh terhadap adat istiadat . " Calon
mertuaku , harap diketahui bahwa baru beberapa bulan saya kematian ayah kandung
saya , menurut adat istiadat nenek moyang kita , seorang anak yang kematian
ayahnya , tidak boleh melangsungkan pernikahan sebelem
berkabung sedikitnya satu tahun . Apakah paman calon
mertua berani melanggar pantangan adat istiadat itu " " .
Mendengar ini, Kui Mo terbelalak . " Ah, tentu saja tidak boleh ! Berapa lama
lagi perkabungan selesai ?" tanyanya sambil memandang pakaian Han Sin yang serba
putih . Han Sin memang sengaja memilih pakaian putih ketika berpakaian tadi ,
karena siasat ini sudah mulai disusunnya .
" Kurang tiga bulan lagi . Dan pula menurut adat istiadat nenek moyang kita ,
sebuah pesta pernikahan merupakan
ukuran dari derajat dan martabat orang tua pengantin . Kalau pernikahan di
langsungkan ditempat sunyi ini , tanpa ada tamunya , tanpa ada keramaian yang
mewah , apakah hal itu tidak akan merendahkan martabat paman calon mertua " Saya
kira sambil menunggu tiga bulan lewat , paman dapat mencari tempat yang lebih
sesuai untuk mengangkat derajat paman calon mertua " .
Kembali Kui Mo terbelalak dan bengong . Akhirnya dia
mengangguk-angguk bodoh. " Kita akan cari tempat itu , kita akan cari ..........
" katanya , agak bingung .
" Kenapa bingung , suamiku " Tak jauh dari sini , lereng hwa-san, bukankah
terdapat tempat yang indah dan cukup
mewah " Partai Bunga Hwa-ki-san memiliki gedung yang besar dan megah . Kita
datangi Hwa-li-san , kita duduki gedungnya untuk perayaan pernikahan dan kita
suruh mereka mengundang tokoh-tokoh dunia persilatan untuk hadir
merayakan pesta pernikahan . Tentu akan meriah dan
mengangkat martabat kita !" .
" Bagus , bagus , ha-ha-ha-ha ! " Kui Mo melompat ,
merangkul istrinya dan menciuminya . " Mantuku , bukankah ibu mertuamu ini
pintar sekali ?" katanya .
Han Sin tersenyum melihat prilaku yang tidak mengenal
rasa malu itu " Memang pendapat yang baik sekali , " katanya
. " Kalau gitu , kita bersiap-siap , besok kita pergi ke Hwa-san dan menguasai
Hwa-li-san ,ha-ha-ha ! " Kui Mo tertawa-tawa seperti anak kecil yang merasa
gembira sekali . Malam itu , Kui Ji hendak menggandeng Han Sin


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekamarnya , akan tetapi pemuda itu berkata " Calon isteriku yang baik , jangan
kita melanggar pantangan nenek moyang kita " .
" Suamiku , kita akan menjadi suami istri , apa salahnya kalau engkau tidur di
kamarku bersamaku ?" .
" Aihhh , adik Kui Ji yang baik , apakah engkau tidak tahu "
Tanyakan saja pada ayahmu ini . Nenek moyang kita
mengatakan bahwa sebelum dipertemukan sebagai pengantin
, calon pengantin tidak boleh saling berdekatan , apalagi tidur sekamar . Aku
tidak berani melanggar pantangan itu , takut kalau kena kutuk ! " .
Mendengar ucapan itu , Kui Mo mengangguk-angguk . " Dia benar , Kui Ji . Biar
dia tidur sekamar denganku dan engkau tidur sekamar dengan ibumu ! " .
" Akan tetapi , ayah ..... "
" Tidak ada tapi ! Kita adalah orang-orang terpelajar dan mantuku adalah orang
yang mengenal adat , kita harus
menaati adat istiadat kalau tidak mau terkutuk " .
" Aku takut kalau-kalau dia melarikan diri , ayah " , kata Kui Ji .
" Ha-ha-ha , dia tidur bersamaku sekamar , bagaimana dia bisa melarikan diri " "
Kui Mo tertawa bergelak .
" Hik-hik-hik , dia sudah terkena racunku , mana mungkin dapat meloloskan
diri ?" kata pula Liu Si , ibu Kui Ji .
Demikianlah , malam itu Han Sin tidak tidur sedipan dengan Kui Mo , setelah
mereka makan malam . Dan ternyata biarpun gila , Kui Ji dan ibunya pandai
memasak . Makanan yang dihidangkan cukup lezat sehingga Han in merasa heran sendiri
. Dalam banyak hal keluarga ini seperti bukan orang-orang gila
, bahkan ada kalanya mereka bersikap wajar dan waras . Akan tetapi segera sikap
itu tertutup oleh kelakuan yang gila-gilaan
. Begitu tubuhnya menyentuh tempat tidur , Kui Mo segera
mendengkur . Han Sin sebaliknya tidak dapat tidur . Bukan hanya karena di
sebelahnya ada orang mendengkur ,
melainkan karena dia memang sedang berusaha untuk
melarikan diri . Sebetulnya kalau saja tenaga sin-kangnya dapat disalurkan
, mudah saja baginya untuk menotok Kui Mo yang rebah
miring membelakanginya itu . Akan tetapi tenaga sin-kangnya dari tan-tian (bawah
pusar) itu tidak dapat menggerakkan otot-ototnya . Menotok dengan tenaga biasa
saja amat berbahaya . Kui Mo biarpun gila memiliki ilmu kepandaian tinggi , mana bisa
dilumpuhkan dengan totokan tenaga biasa .
Dengan hati-hati dia bangkit duduk . Untung dia tidur di tepi dipan sehingga dia
dapat turun dari dipan tanpa
melangkahi tubuh Kui Mo . Dia bergerak perlahan sekali sambil memperhatikan
dengkur orang gila yang lihai itu .
Dengkurnya masih tetap , bahkan terdengar semakin keras
. Kini dia berindap-indap ke pintu dan keluar dari pintu . Agar tidak melewati
kamar kedua orang wanita yang berada di
bagian depan , dia pergi ke belakang , membuka pintu
belakang yang menembus ke kebun . Jantungnya berdebar
tegang dan juga girang . Tidak ada perubahan dalam kamar itu dan dengkur Kui Mo
itu bahkan terdengar dari belakang rumah . Juga tidak ada suara keluar dari
kamar Kui Ji yang tidur bersama ibunya . Dia dapat bebas ! .
Malam itu terang bulan , menguntungkan bagi Han Sin . Dia dapat melarikan diri
dibawah sinar bulan . Akan tetapi baru belasan langkah dia memasuki kebun ,
tiba-tiba nampak tiga bayangan berkelebat dan keluarga itu , lengkap ayah isteri
dan anak , telah berada disitu mengepungnya ! Mereka tertawa-tawa dan Kui Mo
menegur " Ha-ha-ha , mantuku , engkau
hendak pergi kemana ?" .
Han Sin merasa hatinya mendongkol bukan main , namun
diam-diam dia juga kaget . Keluarga gila ini memang benar-benar lihai sekali .
Dia bersungut-sungut . " Kalian ini sungguh merupakan orang-orang yang tidak
tahu aturan dan kepantasan . Orang ingin kencing , kenapa diikuti ?" berkata
demikian , dia lalu menghampiri sebatang pohon , membuka celananya dan kencing
di situ ! . " Ha-ha-ha , kami memang salah ! Aku juga ingin kencing !
" kata Kui Mo dan diapun kencing di bawah pohon yang sama
. Ibu dan anak itu terkekeh-kekeh dan pergi dari situ ,
kembali kedalam rumah . Terpaksa Han Sin juga kembali
kedalam rumah bersama Kui Mo dan karena dia maklum
bahwa melarikan diri tidak mungkin sama sekali , diapun dapat menerima keadaan
dan tidur pulas . Besok pagi kalau mereka menyerang Hwa-li-pang seperti yang
mereka rencanakan , dia dapat mencari kesempatan untuk melarikan diri .
'**** Hwa-li-pang adalah sebuah perkumpulan persilatan yang
dipimpin oleh seorang pendeta To wanita . Murid-muridnya atau para anggota Hwa-
li-pang semua wanita . Jumlah para murid Hwa-li-pang ada kurang lebih limapuluh
orang , dari gadis-gadis berusia delapan belas sampai duapuluh lima tahun
. Hwa-li-pang baru berdiri duapuluh tiga tahun yang lalu , yaitu sejak Kerajaan
Sui berdiri . Perkumpulan ini merupakan pecahan dari perkumpulan Thian-li-pang
yang terkenal didunia persilatan . Pada duapuluh tiga tahun yang lalu , ketua
Thian li pang yang bernama Im-Yang To-Kouw sudah berusia lanjut , sudah kurang
lebih sembilan puluh tahun .
Karena merasa sudah terlalu tua untuk memimpin Thian-lipang , merasa tubuhnya
sudah lemah dan ia ingin tekun
bersemedhi , menjauhi urusan duniawi , ia lalu mengambil keputusan untuk
menyerahkan pimpinan Thian-li-pang kepada muridnya . Akan tetapi ternyata ia
mengalami kesulitan dalam menentukkan siapa yang akan dipilihnya menjadi ketua
baru menggantikannya . Murid utama yang paling di sayangnya
adalah Kwee Sun Nio akan tetapi murid ini telah meninggal dunia limabelas tahun
yang lalu . Dan diantara murid-muridnya yang lain terdapat dua orang gadis yang
dianggapnya paling pandai dan pantas menjadi ketua Thian-li-pang . Ia menjadi
ragu dan bimbang siapa diantara kedua murid ini yang akan diberi warisan
kedudukan ketua . Dalam peraturan Thian-li-pang , seorang ketua tidak boleh menikah selama ia
menjadi ketua , Akan tetapi seorang murid boleh saja menikah karena murid ini
masih wanita biasa , belum menjadi to-kouw . Murid pertama yang dianggapnya
cocok menjadi ketua Thian Li Pang bernama Yap Ci Hwa ,
berusia duapuluh tujuh tahun dan murid kedua bernama Ciang Hwi , berusia
duapuluh dua tahun . Kalau di nilai dari ilmu kepandaian silat , murid kedua itu lebih pandai dan
berbakat . Akan tetapi ia tahu bahwa Ciang Hwi seorang gadis cantik yang
mempunyai hubungan akrab dengan seorang pemuda murid Kun Lun Pai bernama Ang Cun Sek . Murid pertama
itu , Yap Ci Hwa , memiliki wajah yang tak dapat disebut cantik . Melihat
kenyataan ini , agaknya Ci Hwa yang dapat menjadi ketua Thian li pang dan tidak
menikah selamanya . Pada suatu pagi , Im-yang To-kouw memanggil kedua
orang muridnya ini ke dalam ruangan tertutup dan mengajak mereka berdua untuk
bercakap-cakap . " Aku memanggil kalian berdua untuk memberi tahu bahwa
aku sudah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri
sebagai ketua . Dan sebagai penggantinya , kupandang hanya kalian berdua yang
pantas menjadi ketua baru . Kalau diukur dari ilmu kepandaian , Ciang Hwi memang
lebih unggul dan lebih pantas menjadi ketua " .
" Subo , kalau begitu berikan saja kedudukan ketua kepada Ciang-sumoi " .Kata Ci
Hwa dengan suara rela . Sikapnya ini saja sudah mendatangkan rasa suka di hati
Im-yang To-kouw . Im-yang To-kouw mengangguk-angguk dan melambaikan
sebuah kebutan putih di depannya . " Akan tetapi ada
pantangan yang amat keras untuk menjadi ketua , yaitu
seorang ketua tidak diperbolehkan menikah selama hidupnya .
Aku ragu apakah Ciang hwi dapat mempertahankan
pantangan ini " . Ciang Hwi mengerutkan alisnya . Ia adalah seorang gadis yang berwatak jujur dan
keras hati . " Subo , maafkan
pertanyaan teecu , akan tetapi , semua murid Thian-li-pang
diperbolehkan menikah , mengapa ketuanya tidak " Bukankah itu tidak adil namanya
?" . Im-yang To-kouw tersenyum " ini sudah menjadi peraturan Thian-li-pang yang
digariskan oleh pendirinya dan kita harus menaatinya . Menurut pendapatku ,
pantangan ini diadakan agar para ketua Thian-li-pang tidak terikat oleh keluarga
dan dapat mencurahkan perhatian , khusus untuk kepentingan
Thian-li-pang dan perkembangan agama To " .
" Akan tetapi , peraturan itu diadakan oleh seorang ketua , apakah tidak dapat
peraturan itu diubah oleh ketua yang lain "
Jaman telah berubah , subo seorang wanita tidak akan
menjadi seorang manusia yang lengkap dan sempurna
hidupnya kalau ia tidak diperbolehkan menikah dan
mempunyai keluarga " .
" Ciang Hwi ! Tidak boleh kau mengucapkan kata-kata
seperti itu . Peraturan adalah untuk ditaati, bukan untuk diperbantahkan. Karena
itulah , biar kepandaian mu lebih tinggi daripada Yap Ci Hwa , akan tetapi
terpaksa aku tidak dapat memilihmu menjadi ketua baru menggantikan aku . Aku
akan mengangkat Ci Hwa untuk menjadi ketua baru ! " ucapan Im-yang To-kouw ini
bernada marah . " Subo , harap subo memaafkan sumoi yang masih muda .
Teecu rela mengalah kalau subo memberikan kedudukan
ketua kepada Ciang-sumoi " , kata pula Ci Hwa dengan suara merendah .
" Hemmm , keputusanku tidak dapat di ubah lagi , Ciang
Hwi , engkau sepatutnya mencontoh sucimu ini yang pandai membawa diri dan taat
kepada peraturan ! " .
Ciang Hwi yang di tegur gurunya hanya menundukkan
kepalanya , akan tetapi didalam hatinya ia membantah .
Pandai membawa diri " Ia mengenal benar siapa sucinya itu .
Seorang yang keras hati dan licik . Pernah dulu sucinya ini berkata kepadanya
bahwa kalau sucinya menjadi ketua ,
sucinya akan mengharuskan agar semua murid tidak menikah
! Hal ini dikatakannya sucinya karena iri hati kepadanya yang menjalin hubungan
akrab dengan Gan Seng, murid Kun-lun-pai itu .
Pada keesokan harinya , Im-yang To-kouw mengumpulkan
semua muridnya dan memngumumkan pengangkatan Yap Ci
Hwa sebagai ketua baru . Upacara sembahyang untuk
mengesahkan pengangkatan ketua itu diadakan dan setelah itu , Im-yang To-Kouw
yang sudah tua lalu mengundurkan diri ke dalam sebuah guha di puncak gunung
untuk bertapa , tidak lagi berurusan dengan dunia luar .
Selama Im-yang To-kouw masih hidup , Yap Ci Hwa
bersikap biasa dan melanjutkan yang telah diambil oleh
subonya . Akan tetapi , setahun kemudian Im-yang To-Kouw meninggal dunia karena
usia tua . Setelah penguburan jenazah To-Kouw itu selesai , Yap Ci Hwa segera mengumumkan
perintahnya yang pertama yaitu ia mengubah peraturan Thain-li-pang dan semua
murid Thian-li-pang tidak diperbolehkan menikah . Siapa yang tidak mau menaati
peraturan ini dikeluarkan dari perkumpulan ! .
Ciang Hwi mendahului murid-murid lain , dan ia
menyatakan keluar dari Thian-li-pang . Tindakannya ini
mendorong keberanian para murid lain yang segera mengikuti langkahnya , ramai-
ramai keluar dari Thian-li-pang . Tidak kurang dari tigapuluh orang murid
menyatakan keluar sehingga yang tinggal hanya kurang lebih tujuhpuluh orang
murid lagi . Yap Ci Hwa marah sekali akan tetapi ia tidak melarang mereka
pergi . Ia lalu mengumumkan nama julukannya sebagai nama
yang baru , yaitu Kang Sim To-Kouw ( Pendeta Wanita
Berhati baja ) . Sementara itu , Ciang Hwi yang sudah keluar dari Thian-li-pang , segera
melangsungkan pernikahannya dengan Ang Cun Sek , pemuda murid Kun-lun-pai yang
tinggal di dusun tidak jauh dari Thian-li-pang dan dengan siapa sudah lama ia
menjalin hubungan . Dalam pesta pernikahan ini ia
mengundang semua saudara seperguruan yang telah keluar
dari Thian-li-pang sehingga pesta pernikahan itu merupakan pertemuan yang
menggembirakan . Dan dalam pertemuan itu
, disepakati oleh semua murid yang keluar dari Yhian-li-pang agar Ciang Hwi suka
memimpin mereka dalam sebuah wadah
baru , yaitu perkumpulan baru .
Ciang Hwi yang masih merasa penasaran kepada gurunya
dan sucinya , menyetujui dan demikianlah , mereka
mendirikan Hwa-li-pang yang berpusat di pegunungan Hwa-
san , dengan Ciang-hwi menjadi ketuanya . Setahun setelah para murid Thian-li-
pang itu keluar dari perkumpulan itu , mereka kini mendirikan Jwa-li-pang .
Baru setelah empat tahun menikah , Ciang Hwi
mengandung . Berbeda dengan keadaan Thian-li-pang , ketua yang mengandung itu
menerima ucapan selamat dari para
murid dan pembantunya yang merasa gembira sekali , Ang un Sek , suami Ciang
Hwi , tidak mau menganggur saja . Dia pun enggan membantu istrinya memimpin
kurang lebih limapuluh orang anggota Hwa-li-pang karena semua anggota Hwa-li-
pang adalah wanita . Ang Cun Sek bekerja sebagai seorang piauw-su ( pengawal barang kiriman ) dan
karena kegagahannya, dia memperoleh banyak langganan yang mempercayakan barang
mereka dikawal oleh Ang Cun Sek . Untuk perusahaan pengawalan
barang ini , Ang Cun Sek mempunyai sepuluh orang pembantu
. Pada suatu hari , ketika Ciang Hwi yang hamil tua itu
sedang duduk bercakap-cakap dengan para pembantunya
tentang pekerjaan mereka , yaitu menjual sayur , buah dan rempah-rempah hasil
ladang mereka , datanglah dua orang pembantu Ang Cun Sek berlari-lari dalam
keadaan luka-luka . Ciang Hwi bangkit dari duduknya , memandang kepada
mereka dengan khawatir dan bertanya " Apa yang terjadi ?" .
" Celaka , pangcu , celaka besar .... !" .
" Ada apakah " Hayo lapor yang baik ! " Bentak Ciang Hwi .
" Barang kiriman yang kami kawal diserbu gerombolan
perampok bertopeng yang lihai sekali . Delapan orang rekan kami tewas semua dan
kami beruntung dapat meloloskan diri dengan pura-pura mati ...........".
" Dan pimpinanmu " Bagaimana dengan Ang-piau-su ?" .
" Ang-piauw-su ..... dia .... dia .. juga menjadi korban , roboh dan tewas " .
Dengan muka pucat Ciang Hwi melompat bangkit dari
kursinya , matanya terbelalak , wajahnya pucat dan bibirnya gemetar , tubuhnya
menjadi lemas dan iapun terjatuh kembali diatas kursinya .
Para pembantunya segera menghampirinya . " Pangcu , kita harus cepat pergi ke
sana , mencari dan membasmi
gerombolan perampok itu untuk membalaskan kematian suami pang-cu !" .
Ucapan ini seperti membakar semangat Ciang Hwi . Ia
bangkit lagi mengepal kedua tangannya dan berkata ' Benar , mari bersiap-siap
mengikuti aku membalas dendam . Hei , kalian berdua , cepat obati luka-lukamu
dan tunjukkan kepada kami dimana tempat terjadinya perampokan itu ! " .
Tak lama kemudian Ciang Hwi sudah berlari turun dari bukit Hwa-san , bersama dua
orang piauw-su yang menjadi
penunjuk jalan dan diikuti oleh limapuluh orang anak buahnya
. Ketika mereka tiba di tengah hutan , mereka mendapatkan para korban masih
malang melintang disitu. Termasuk jenazah suami Ciang-hwi . Yang aneh lagi ,
kereta berisi barang kiriman masih ada disitu , tidak diganggu perampok , tidak
ada yang hilang ! Ciang Hwi berlutut memeriksa suaminya , akan tetapi Ang Cun Sek sudah tewas dan
ada luka tusukan pedang yang


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menembus dadanya ! . Ciang Hwi menangis tanpa suara . Dengan kedua mata
basah mengeluarkan air mata yang menetes-netes turun
keatas pipinya . Ia bangkit lagi dan memimpin anak buahnya untuk mencari para
perampok itu . Akan tetapi para penyerbu itu sudah tidak nampak bayangannya dan
tidak meninggalkan jejak . Setelah mengejar ke sana ke sini tanpa hasil dan
tidak menemukan jejak gerombolan itu , dengan penuh duka dan
penasaran mereka kembali ke tempat tadi dan kini Ciang Hwi tidak dapat lagi
menahan tangisnya . Ditangisinya jenazah suaminya itu , penuh penyesalan karena
ia tidak mampu menemukan gerombolan yang telah membunuh suaminya.
Akhirnya setelah di bujuk-bujuk oleh para pembantunya , Ciang Hwi berhenti
menangis dan mengatur pengangkutan
para jenazah itu ke Hwa-san . Dua orang piau-su dibantu belasan orang murid Hwa-
li-pang melanjutkan pengiriman
barang itu . Demikianlah , dalam usia duapuluh enam tahun , dalam
keaadan mengandung , Ciang Hwi telah menjadi janda . Yang membuat ia penasaran
adalah karena ia tidak tahu siapa yang telah membunuh suaminya .
Dua orang piauw-su yang masih hidup itu tidak dapat
mengenal belasan orang menyerbu yang semua mengenakan
muka dari kain , akan tetapi rata-rata mereka memiliki ilmu kepandaian yang
tinggi . Ciang Hwi yakin bahwa mereka itu bukan gerombolan perampok karena
barang berharga di kereta itu tidak mereka usik .
Karena itu , jelas bahwa gerombolan itu memang sengaja
muncul untuk membunuh suaminya . Berarti gerombolan itu adalah musuh yang
mendendam kepada suaminya .
Akan tetapi siapakah musuh itu " Memang tentu saja
suaminya mempunyai banyak musuh . Sebelum menikah
dengannya , sebagai seorang pendekar Kun-lun-pai , tentu suaminya dimusuhi
banyak orang karena dia selalu menentang kejahatan . Setelah menjadi piauw-su ,
lebih lagi . Ketika mengawal barang dia sering bentrok dengan gerombolan
perampok yang mencoba untuk merampok barang kawalannya
. Akan tetapi siapakah mereka dan bagaimana ia dapat
mengusut agar menemukan orang-orang yang membunuh
suaminya " . Kandungannya semakin tua dan perutnya semakin
membesar sehingga terpaksa Ciang Hwi berdiam di rumah
dengan hati ditekan rasa penasaran dan sakit hati .
Setelah genap bulan dan harinya , Ciang Hwi melahirkan
seorang anak perempuan yang mungil dan sehat . Ia memberi nama Ang Swi Lan
kepada anak itu . Agaknya nasib janda muda ini memang sedang gelap .
Kesusahan karena malapetaka menimpanya susul menyusul .
Setelah kehilangan suaminya yang dibunuh orang dan ia
belum mengetahui siapa pembunuh suaminya , ia memang
terhibur dengan kelahiran Ang Swi Lan . Akan tetapi baru saja Swi Lan berusia
dua tahun , pada suatu hari orang
mendapatkan wanita pengasuh anak itu tewas di taman
belakang sedangkan Swi Lan telah lenyap tanpa meninggalkan bekas .
Tentu saja Ciang Hwi menjadi terkejut dan sedih sekali . Ia hendak mencari
anaknya , akan tetapi kemana " Ia tidak tahu siapa yang menculik anaknya ,
bahkan satu-satunya saksi , yaitu si pangasuh telah tewas tertusuk pedang .
Ia dan semua anak buah Hwa-li-pang mencoba untuk
mencari jejak , namun sia-sia belaka , semua usaha mereka tidak berhasil , Swi
Lan lenyap dengan penuh rahasia , seperti kematian suaminya yang juga belum
diketahui sebab dan siapa pembunuhnya . Akhirnya Ciang Hwi menerima nasib . Ia menjadi seorang
pemurung dan kelihatan lebih tua dari usia sebenarnya . Akan tetapi , ia
mencurahkan segenap tenaga dan perhatiannya untuk mengatur Hwa-li-pang sehingga
memperoleh kemajuan . Para anak buah Hwa-li-pang tidak hanya bertani dan mencari rempah-rempah ,
akan tetapi juga ia meneruskan perusahaan suaminya , yaitu membuka perusahaan
pengawalan barang kiriman dengan demikian , selain Hwa-li-pang mendapat
banyak penghasilan , juga dalam mengawal barang ke segala jurusanini anak
buahnya dapat membuka mata dan telinga
untuk mencari keterangan tentang hilangnya Swi Lan .
Dengan bekerja tekun , Hwa-li-pang memperoleh penghasilan lumayan dan Ciang Hwi
dapat membangun rumah yang besar
, bahkan ia juga membangun sebuah kuil di depan untuk
menerima rakyat yang datang bersembahyang . Mulailah ia menekuni agama dan
mengikuti jejak gurunya , menjadi
seorang To-kouw dengan julukan Pek Mau To-Kouw ( Pendeta Wanita Rambut Putih )
karena sejak kehilangan puterinya , dalam usianya yang baru duapuluh sembilan ,
rambutnya sudah mulai memutih . Selain berusaha keras untuk
membangun Hwa-li-pang sehingga perkumpulan itu terkenal didunia Kang-ouw .
Pek Mau To-Kouw ini menghabiskan waktu untuk
mempelajari kitab-kitab agama dan bersamadhi dalam
kamarnya . Ia berubah menjadi seorang wanita yang pendiam
, bijaksana dalam mengatur anak buahnya , mengajarkan silat dengan penuh
kesabaran . Perkumpulan ini menjadi terkenal dan makin banyak anak-anak
perempuan dan gadis-gadis
remaja masuk menjadi anggota perkumpulan . Namun watak dasarnya masih belum
meninggalkannya , yaitu keras hati dan berkemauan teguh .
Apakah yang telah terjadi dengan Ang Swi Lan " Peristiwa itu terjadi cepat
sekali sehingga tidak sempat dilihat orang lain
. Ketika pengasuh Swi Lan sedang mengajak anak itu bermain-main di taman bunga ,
tiba-tiba sesosok bayangan hitam
berkelebat dan sekali tangannya mengayuh pedang ,
pengasuh itu roboh dan tewas tanpa dapat menjerit lagi . Swi Lan sedang duduk di
bawah pohon bermain-main dengan
bunga-bunga yang dipetikkan pengasuhnya . Setelah
pengasuh itu roboh , sibayangan hitam itu cepat sekali
menyambar anak itu , menotoknya sehingga tidak mampu
berteriak dan membawanya melompat pergi dari situ . Tidak ada seorangpun
menyaksikan peristiwa itu .
Bayangan hitam itu berlari cepat menuruni Hwa-san sambil memondong anak kecil
itu . Ia mengambil jalan melalui hutan-hutan sehingga tidak pernah bertemu orang
. Ketika ia tiba didalam sebuah hutan besar di kaki Hwa-san , tiba-tiba ia
mendengar suara orang sedang berkata-kata seorang diri .
Suaranya lembut namun lantang . Bayangan itu cepat
menyelinap ke balik semak belukar dan mengintai . Ia melihat seorang kakek
berusia sekitar limapuluh tahun, membawa
sebatang tongkat yang dipakai memikul sebuah keranjang
berisi daun-daun dan akar-akaran dan kini orang berkepala gundul itu sedang
meneliti daun-daun tak jauh dari situ . Jelas bahwa orang itu adalah seorang
hwesio yang pakaiannya longgar . " Apakah , sahabat sahabatku , yang dinamakan jahat itu "
Membunuh adalah jahat , mencuri adalah jahat ,
menghambakan diri kepada nafsu birahi adalah jahat ,
berbohong adalah jahat , fitnah adalah jahat , mencela
mencaci adalah jahat , membenci adalah jahat , memeluk
pelajaran palsu adalah jahat , namun itulah , sahabat
sahabatku , adalah jahat. Dan Apakah sahabat sahabatku , akar dari kejahatan "
Nafsu keinginan adalah , akar kejahatan
, kebencian adalah akar kejahatan , khayalan adalah akar kejahatan , semua ini
adalah akar kejahatan " .
Bayangan hitam itu terkejut dan menjadi gelisah , apalagi ketika ia mengintai
dari balik semak-semak , ternyata hwesio itu telah lenyap dari tempat dimana
tadi dia berdiri . Karena mengira bahwa hwesio itu telah pergi jauh , ia lalu
melemparkan Swi Lan ke atas tanah . Dan tiba-tiba anak itu menangis , agak nya
lemparan itu membuat sebagian
tubuhnya menimpa batu dan inilah yang membebaskannya
dari totokan , atau memang sudah waktunya pengaruh
totokan itu habis . Si bayangan hitam itu lalu menyingkap penutup mukanya ,
memandang kepada anak itu penuh
kebencian dan berkata lirih , suaranya mendesis , "
Kutinggalkan engkau disini biar dimakan binatang buas ! "
setelah berkata demikian , orang itu lalu berkelebat pergi dari tempat itu .
Tanpa diketahuinya , perbuatannya itu ada yang
menyaksikannya ! Hwesio yang mengucapkan pelajaran Sang Budha itu ternyata tidak
pergi jauh . Dia dapat menangkap gerakan orang dibalik semak belukar , maka
diapun menyelinap ke balik pohon dan mengitarinya sehingga dia dapat melihat si
bayangan hitam itu ketika membuang Swi Lan
, membuka penutup kepalanya lalu mengucapkan kata-kata
yang kejam itu . Biarpun melihat wajah si bayangan hitam itu hanya sebentar saja
, akan tetapi wajah itu takkan pernah dilupakan oleh hwesio itu . Dia lalu
menghampiri Swi Lan yang sudah bangkit duduk sambil menangis itu . Dipondongnnya
anak itu . Melihat dirinya dipondong oleh seorang yang tidak dikenalnya , tangis
Swi Lan semakin menjadi-jadi karena takut
. " Ssssttttt , anak manis , anak baik , jangan menangis . Pinceng tidak akan
menggangumu , pin-ceng hendak
menolongmu , anak manis ! " kata-kata yang bernada ramah penuh kelembutan itu
akhirnya membuat Swi Lan diam .
Agaknya anak kecil ini yang belum dapat berpikir dengan baik
, namun dapat merasakan bahwa yang memondongnya bukan
orang yang hendak menyusahkannya .
Hwe-sio itu bertubuh gendut dan mukanya selalu
tersenyum ramah , pandang matanya lembut dan suaranya
halus . " Anak manis , siapakah namamu " ' .
Swi Lan yang baru dapat bicara sepatah dua patah kata itu agaknya mengerti
pertanyaan itu dan ia menjawab " Lan Lan
...... ! " Ketika hwe-sio itu bertanya lagi minta jawaban yang tepat siapa nama lengkap
dari anak itu , Swi Lan yang belum
mengerti hanya menjawab " Lan Lan " .
Hwe-sio itu menanyakan lagi orang tuanya dan tinggal
dimana rumahnya , akan tetapi kepandaian bicara Swi Lan belum dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu .
Hwe-sio itu tertawa "Omitohud .... ! Agaknya sudah
ditakdirkan bahwa pin-ceng harus merawat anak ini" .
Dia mengambil sebutir buah jeruk dari keranjang yang
dipikulnya , mengupas jeruk itu dan memberikannya kepada Lan Lan . Anak itupun
mau menerimanya dan memakannya .
" Lan Lan , anak baik . Karena pin-ceng tidak tahu dimana rumah orang tuamu dan
siapa nama mereka , maka mulai hari ini jadilah engkau murid pin-ceng . Ha-ha-ha
, Thian Ho Hwesio , jalan hidupmu sungguh ganjil . Selamanya belum pernah
menerima murid dan sekali menerima murid , terpaksa menerima seorang bocah yang
masih kecil Ha-ha-ha " .
Dia tertawa-tawa memindahkan semua daun dan akar obat
ke sebuah keranjang yang lain lalu memikul dua keranjang itu
. Lan Lan kelihatan girang sekali dan ia mulai tertawa-tawa .
Hwe-sio itupun semakin lebar senyumnya dan dia berjalan keluar dari hutan itu
dengan langkah cepat . **** Demikianlah keadaan Hwa-li-pang yang merupakan
pecahan kecil dari Thian li pang . Sejak kematian suaminya lalu kehilangan
puterinya . Ciang Hwi yang kini berjuluk Pek
Mau To-kouw menyibukkan dirinya dengan mengurus Hwa-li-
pang menjadi sebuah perkumpulan yang cukup besar di Hwasan .
Sang waktu berjalan dengan amat cepatnya dan enambelas
tahun telah lewat sejak Ang Swi Lan lenyap di culik orang .
Pek Mau To-kouw sudah tidak mengharapkan lagi puterinya akan dapat ia temukan .
Mungkin puterinya telah tewas , dan andaikata masih hidup juga kalau bertemu
dengan nya pasti tidak saling mengenal . Memang puterinya itu mempunyai
sebuah tanda yang mungkin tidak akan lenyap sampai ia
dewasa , yaitu semacam bercak hitam di tengah telapak kaki kanannya . Akan
tetapi bagian tubuh itu selalu tertutup sehingga tidaklah mungkin baginya untuk
minta kepada setiap orang gadis yang disangka puterinya untuk membuka sepatu
kanannya . Pek Mau To-kouw sudah melepaskan harapannya
untuk bertemu dengan puterinya . Dan di dalam hatinya sudah terdapat ketenangan
kembali . Ia sudah merasa berbahagia dalam kedudukannya sebagai pimpinan Hwa-li-
pang . Juga mereka melayani orang-orang dusun yang datang hendak
bersembahyang ke kuil hwa-li-pang .
Pagi itu merupakan pagi yang amat indah . Matahari yang baru muncul di ufuk
timur begitu cerahnya sehingga seluruh permukaan bukit hwa-san bermandikan
cahaya yang putih keemasan itu . Awan-awan putih tipis bergerakk diangkasa , dapat di
tembus cahaya matahari seperti tirai sutera tipis , angkasa jauh di atas nampak
biru muda bagaikan samudera yang
tenang tanpa gelombang . Angin pagi bersilir sejuk dan kicau burung dan kokok
ayam jantan menambah semaraknya
suasana dipagi yang indah itu . Sebernarnya , setiap saat dan detik terdapat
keindahan dari suasana yang wajar ini . Hanya karena kita terlalu di ombang
ambingkan pikiran kita sendiri
yang mengadakan banyak persoalan maka keindahan yang
ada itu tidak nampak lagi . Pikiran kita selalu sibuk dengan berbagai macam
persoalan kehidupan sehari-hari, dari urusan pekerjaan , mencari uang ,
persoalan rumah tangga , konflik-konflik dalam keluarga atau antar teman ,
pengangguran , kejahatan , dan bahkan perang . Pikiran kita sudah menjadi gudang
dari segala macam permasalahan yang memusingkan
sehingga kita sudah lupa betapa indahnya alam di sekeliling kita , betapa Maha
Murahnya Tuhan terhadap kita semua .
Segala keperluan hidup manusia telah terbentang luas di depan kita , Kita
tinggal mengolah dan memetik saja . Akan tetapi semua keindahan itu tidak akan
terasa lagi kalau kita menjadi hamba nafsu yang menyeret kita ke dalam konflikk
dan pertentangan , saling membenci , saling bermusuhan dan bahkan saling
membunuh ! . Alangkah akan bahagianya hidup ini apabila kita manusia tidak saling
bermusuhan , melainkan bersatu padu untuk
membangun dengan sarana yang tersedia lengkap .
Membangun demi kesejahteraan kita bersama . Hidup
tenteram penuh kedamaian , saling tolong dan salin bantu dalam mengahdapi
kesukaran yang bagaimanapun macamnya
dan dari manapun datangnya . Kesukaran yang dibagi akan menjadi ringan dan bukan
merupakan kesukaran lagi .
Sedangkan kelebihan dan kesenangan yang dibagi tidak akan menjadi berkurang .
Hdiup dalam suasana seperti itu akan melenyapkan segala macam kesusahan dan yang
terdengar dari mulut kita hanyalah Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Maha Pencipta
, tidak lagi terdengar keluh kesah
seperti yang kita dengar setiap saat pada masa kini .
Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit , Pek Mau To-Kouw sudah bangun dari
tidurnya , bermeditasi dan berdoa . Lalu ia membersihkan tubuhnya dengan air
sejuk , kemudian berjalan
keluar untuk memeriksa pekerjaan para murid atau anggota hwa-li-pang . Para
Pendekar Mata Keranjang 26 Sumpah Palapa Karya S D Djatilaksana Kisah Pedang Di Sungai Es 6
^