Pencarian

Pedang Naga Hitam 1

Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


( Lanjutan dari Sepasang Naga Lembah Iblis )
Karya : Asmaraman S Kho Ping hoo
Converter & Editor By Muk San
Ebook by Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://ebook-dewikz.com/
Jilid 1 Pulau Naga adalah sebuah pulau di Lautan Timur , sebuah pulau kecil yang
memanjang sehingga di lihat dari jauh
bentuknya seperti seekor Naga , yaitu bentuk bukit-bukit kecil dan lembahnya .
Sejak puluhan tahun yang lalu , pulau itu menjadi semacam pulau keramat yang di
takuti orang . Para Nelayan tidak ada yang berani mendekat ke pulau ini karena
pulau itu terkenal sebagai tempat tinggal seorang datuk besar bernama Poa Yok Su
yang berjuluk Hek Liong Ong ( Raja
Naga Hitam ) . Hek Liong Ong Poa Yok Su ini mempunyai sebuah rumah
besar dipulau itu dan mempunyai sedikitnya tigapuluh orang anak buah yang juga
tinggal dipulau itu . Akan tetapi pada pagi hari itu , pulau itu berkabung .
Sebuah peti mati besar berada di ruangan depan bangunan besar itu dan tiga puluh
orang anak buah itu berkabung dan nampak lesu berduka. Hek Liong Ong Poa Yok Su
yang sudah berusia lanjut , kurang lebih sembilan puluh tahun itu telah
meninggal dunia . Di ruangan berkabung itu nampak menyeramkan , seperti
biasa terdapat di ruangan dimana terdapat peti mati dan sembahyangan . Asap dupa
dan hio memenuhi ruangan ,
baunya menyengat hidung . Para anak buah siap untuk
menerima tamu yang datang melayat . Mereka telah
menyebarkan berita di daratan akan kematian majikan
mereka. Akan tertapi sejak pagi tidak ada seorangpun datang melayati. Siapa yang
akan datang melayat seorang datuk yang terkenal sebagai tokoh sesat itu ." .
Murid tunggal Hek Liong Ong yang bernama Cia Bi Kiok ,
yang kini tentu sudah berusia limapuluhan tahun . Sejak tigapuluh tahun lebih
yang lalu , telah meninggalkan gurunya karena Hek Liong Ong hendak memaksa murid
yang cantik itu menjadi istrinya , pengganti istrinya yang meninggal dunia .
Sejak itu Cia Bi Kiok itu melarikan diri dari Pulau Naga ,
kemudian membentuk anak buah sendiri dan tinggal di pulau Hiu sebagai bajak laut
. Sekarang ia tidak lagi tinggal di pulau hiu dan orang tidak tahu lagi kemana
perginya . Setelah ditinggal pergi murid tunggalnya , Hek Liong Ong hidup tanpa sanak
keluarga . Istrinya meninggal tanpa
meninggalkan anak dan dia hanya hidup bersama anak
buahnya yang hidupnya juga dari hasil pembajakan di laut .
Setelah matahari naik tinggi , mendadak muncul seorang
pria tinggi besar yang bermuka hitam dan pria yang usianya lebih lima puluh
tahun ini membawa sebatang golok besar yang berkilauan saking tajamnya .
Si tinggi besar muka hitam ini memandang dengan
sepasang matanya yang lebar dan membaca tulisan dimeja
sembahyang depan peti mati .
" Hek Liong Ong Poa Yok Su , engkau telah benar-benar
mampus " Hidup atau pun mati , aku harus memenggal
batang lehermu ! Ini sudah menjadi sumpah Toat Beng Kwi To ( Golok Setan
Pencabut Nyawa ) dan aku harus memenuhi sumpahku ini ! "
Setelah berkata demikian , dengan goloknya dia
menghampiri peti mati dan siap mencokel tutup peti mati .
Akan tetapi , sepuluh anak buah Hek Liong Ong segera
berlompatan maju dengan pedang ditangan menghalangi
orang bermuka hitam itu .
" Siapa-pun tidak boleh mengganggu peti jenazah majikan kami ! " bentak seorang
di antara mereka dan sepuluh orang itu sudah siap melawan dengan pedang mereka .
Si Muka hitam itu tertegun , lalu berdongak dan tertawa bergelak " Ha -ha-ha-
ha , Hek Liong Ong , agaknya anak buah
mu ini setia juga kepadamu dan biarlah merekan mengikutimu ke neraka jahanam ! "
Setelah berkata demikian goloknya berkelebat . Cepat dan kuat bukan main golok
besar itu menyambar-nyambar .
Sepuluh orang anak buah Hek Liong Ong bukanlah orang-
orang lemah . Mereka adalah para bajak laut yang biasa
berkelahi dan menggunakan kekerasan . Mereka menggerakan perang melawan , akan
tetapi sia-sia saja. Biarpun mereka sudah menangkis , tetap saja mereka itu
roboh satu demi satu dengan bermandikan darah sendiri , tewas seketika terbabat
golok ditangan simuka hitam yang mengaku berjuluk Toat
Beng Kwi To itu ! . Dua puluh lebih anak buah Hek Liong Ong yang lain ,
melihat betapa sepuluh orang rekan mereka roboh dengan
leher hampir putus dan tewas seketika , menjadi gentar dan mereka mundur menjauh
dari peti mati . Mereka tidak berani menghalangi lagi ketika Toat Beng Kwi To
maju dan hendak mencokel tutup peti mati agar terbuka karena dia ingin
memenggal leher jenazah Hek Liong Ong ! .
Akan tetapi pada saat itu , tiba-tiba saja terdengar suara keras dan tutup peti
itu terbuka . " Braaak .. ! " dan dari dalam peti mati itu berkelebat sosok bayangan ke atas !
Ternyata itu adalah "mayat" Hek Liong Ong yang setelah tiba diatas , berjungkir
balik dan dengan gerengan mengerikan menukik dan kedua tangannya
membentuk cakar mencengkram ke arah kepala Toat beng kwi to .
Toat Beng kwi to adalah seorang datuk yang lihai dan
berani . Akan tetapi saat itu mukanya berubah pucat sekali karena dia tidak
mengira akan terjadi hal seperti itu .
Benerkan Hek Liong Ong yang sudah mati hidup kembali dan
kini mayat hidup itu menyerangnya " . Dengan hati
berguncang dia menggerakkan goloknya memapaki sosok
tubuh mengerikan itu . Dia membacok ke atas sambil
memandang dengan mata terbelalak ngeri .
Karena terkejut dan ngeri , maka Toat Beng kwi to
kehilangan kewaspadaan nya . Bacokan goloknya ditangkis begitu saja oleh tangan
kiri " mayat hidup" itu dan tangan kanannya masih terus mencengkram ke arah
kepala . Toat Beng kwi to menangkis dengan tangan kirinya , akan tetapi tangkisannya
kalah kuat , tangan kirinya terpental dan tahu-tahu jari-jari tangan itu telah
menancap dan mencengkram kepalanya . Toat Beng kwi to mengeluarkan
teriakan mengerikan dan darah keluar dari kepalanya yang ditembusi jari-jari
tangah mayat hidup itu . Dia masih
berusaha untuk meronta , akan tetapi kedua kakinya seperti kehilangan tenaga dan
terkulai roboh dengan kepala
berlubang-lubang dan berdarah . Hanya sejenak dia
berkelonjotan lalu tewas ! .
Kini " Mayat hidup " itu duduk diatas sebuah kursi .
Ternyata dia bukanlah mayat , melainkan Hek Liong Ong Poa Yok su dengan pakaian
lengkap . Dia memandang kepada
sepuluh orang anak buahnya yang tewas , lalu memandang
kepada mayak Toat Beng kwi to , lalu meludah kearah mayat itu .
"Heran benar , sampai sesudah matipun orang masih
mencariku untuk membalas dendam " . Dia lalu menggapai
duapuluh lebih anak buahnya yang tadiketakutan dan mundur
. Mereka datang menghadap dan Hek Liong Ong Poa Yok Su
berkata kepada mereka " Siasatku berpura-pura mati untuk menghindari balas
dendam pada usiaku yang sudah tua ini
harus dilanjutkan , Akan tetapi aku tidak lagi bersembunyi didalam peti mati .
Terlalu berbahaya ! Aku akan mengganti tubuhku dalam peti dengan bata . Kemudian
, sediakan sebelas peti mati untuk para anak buahku dan untuk Golok Setan ini , bariskan
semua peti mati berjajar dengan peti matiku . Kalian jaga baik-baik dan setelah
semua peti mati dikubur , kalian boleh meninggalkan pulau ini dan membagi semua
barang yang berada disini di antara kalian . Aku mau pergi sekarang juga .
Awas , jangan ada yang melanggar
pesanku ini ! " . Hek Liong Ong Poa Yok Su yang dalam usia nya yang sudah lanjut itu masih nampak
gagah dan tinggi besar itu lalu pergi dengan langkah lebar . Dua puluh tiga
orang anak buah Hek Liong Ong lalu sibuk melaksanakan pesan majikan mereka .
Mereka lalu mengeluarkan peti-peti mati yang memang
banyak tersedia dipulau itu , memasukan semua jenazah lalu mengatur pet-peti
mati itu sejajr dengan peti mati majikan mereka yang mereka isi dengan bata dan
mereka tutup kembali . Di Depan setiap peti mati si Golok Setan mereka juga menuliskan nama
julukan itu . Kemudian mereka membakar lagi dupa dan sudah bersiap-
siap untuk mengubur semua peti mati . Mereka cepat
menggali dua belas lubang kuburan dan kini beramai-ramai mengangkuti peti-peti
mati itu ke kuburan yang berada di tenga-tengah pulau . Baru saja mereka
menurunkan peti-peti mati itu dari pikulan dan meletakkan diatas tanah dekat
lubang-lubang yang mereka gali , tiba-tiba terdengar seruan halus , " haiiii ,
berhenti dulu , jangan di kubur ! "
Semua orang memandang ke sekeliling akan tetapi tidak
nampak ada orang di situ . Dan mereka melihat seseorang tubuh datang berlari-
lari dari pantai . Sungguh mengherankan kalau orang itu yang bicara tadi .
Orangnya masih begitu jauh
akan tetapi suaranya seperti dia berada di dekat mereka ! Dan larinya demikian
cepat seperti terbang saja dan tak lama kemudian , seorang berpakaian tosu telah
berdiri di situ . Tosu ini berusia kurang lebih enampuluh tahun , tinggi kurus dan mukanya
demikian kurus sehingga tinggal tulang
terbungkus kulit seperti tengkorak hidup . Matanya yang sipit kecil itu
mencorong bagaikan dua titik bunga api . Tangan kirinya memegang sebuah hud
tim , semacam kebutan yang
biasa dipegang para pendeta dan tangan kanannya
memegang sebatang tongkat putih .
" Peti-peti jenazah siapa saja ini " " dia bertanya kepada mereka yang memandang
kepadanya penuh kecurigaan .
Seorang yang menjadi pimpinan anak buah Pulau Naga itu lalu menjawab " Yang ini
adalah peti jenazah majikan kami Hek Liong Ong Poa Yok Su , yang itu adalah peti
jenazah Toat Beng kwi to dang yang sepuluh ini peti jenazah rekan-rekan kami . "
" Hek Liong Ong mati " Mana mungkin " Dan Toat Beng kwi to mati pula di sini "
Aneh sekali , apa yang telah terjadi " " .
Anak buah Pulau Naga yang mewakili teman-temannya itu
menceritakan dengan singkat , " Toat Beng kwi to datang membikin kacau , sepuluh
orang anak buah pulau naga
dibunuhnya . Majikan kami yang sudah tua dan sakit terpaksa maju melawannya .
Dan keduanya tewas oleh perkelahian itu
" . Cerita yang masuk di akal, akan tetapi tosu tinggi kurus itu menggunakan
gagang kebutannya untuk menggaruk-garuk
belakang kepalanya dengan penuh kebimbangan.
" Toat Beng kwi to dapat membuhuh sepuluh orang anak
buah pulau naga , hal itu tidak aneh. Akan tetapi dia dapat menandingi Hek Liong
Ong sampai mati bareng " Ah , mana mungkin ini" Ingin aku memberi hormat kepada
sahabatku Hek Liong Ong ! " . Dia menghampiri peti jenazah Hek Liong Ong dan para anak
buah pulau naga tidak curiga karena tosu itu menyebut majikan mereka sebagai
sahabat . Dan tosu itupun menepuk-nepuk peti jenazah itu dari ujung ke ujung dengan
perlahan sambil berkata , suaranya lirih akan tetapi terdengar mengerikan .
" Hek liong ong , kenapa engkau mati menginggalkan pinto
" Ini tidak adil , dan tidak jujur ! Hemm , benarkah engkau yang berada didalam
peti mati ini ?" . Dan sekali tangan nya bergerak terdengar suara keras dan peti
mati itu bergoyang , tutupnya terbuka .
Semua anak buah pulau naga menjadi terkejut sekali ,
apalagi melihat betapa semua tumpukan bata didalam peti mati telah remuk ! Tentu
ketika menepuk-nepuk peti mati itu tosu tadi mengerahkan tenaga saktinya ,
menyerang ke arah " mayat" di dalam peti sehingga bata itu remuk semua . Kini mereka dengan pedang
di tangan sudah mengepung dan
menyerang tosu itu karena kebohongan mereka sudah
diketahui . Lebih baik mendahului turun tangan membunuh tosu itu daripada
membiarkan mereka diserang .
Akan tetapi , ternyata kepandaian tosu itu jauh lebih tinggi dibandingkan
tingkat kepandaian Toat Beng kwi to yang
dahsyat tadi . Tongkat dan kebutan itu menyambar-nyambar dan duapuluh tiga orang
itupun roboh satu demi satu dan tewas seketika . Tidak ada yang sempat melarikan
diri sama sekali saking cepatnya gerakan tosu itu yang seperti
melayang-layang diantara mereka . Setelah semua orang
roboh dan tewas , tosu itu menghampiri peti jenazah yang terisi bata itu dan
menggeleng-geleng kepalanya lalu
menghela napas panjang . " tsk -tsk-tsk ... Hek Liong Ong , engkau sungguh cerdik dan licik ! " Mata yang
kecil itu memandang acuh kepada kepada duabelas buah peti mati dan duapuluh tiga
buah mayat yang berserakan itu , lalu menghela napas lage , lalu berlari seperti
terbang menuju ke rumah besar bekas tempat tinggal Hek Liong Ong . Setelah
memeriksa dan tidak menemukan seorangpun di sana , tosu itu lalu membakar
rumah itu . " Hem , Hek Liong Ong ", gumannya sambil memandang
api yang berkobar melalap bangunan itu . " biarpun pinto belum berhasil
membunuhmu , setidaknya pinto telah
membasmi sarangmu dan semua anak buahmu ! ' . Setelah
berkata demikian , diapun cepat lari ke pantai , melepas tali perahunya dan tak
lama kemudian diapun sudah melayarkan perahunya menuju daratan .
**** Hek Liong Ong Poa Yok Su telah berhasil meninggalkan
pulau naga tanpa ada yang mengetahui kemana dia pergi .
Begitu tiba di daratan dia langsung memotong rambutnya
sampai gundul dan dengan pakaian compang camping
seperti seorang pengemis dia melanjutkan perjalanan .
Mengapa seseorang yang sedemikian lihainya seperti Hek
Liong Ong Poa Yok Su , majikan pulau naga yang mempunyai banyak anak buah
menjadi ketakutan dan berpura-pura mati untuk menyembunyikan dirinya " Siapa
yang di takutinya " Sebetulnya , dia tidak takut kepada siapa pun . Tidak ada orang didunia ini yang
ditakutinya . Dia adalah datuk besar di timur yang terkenal dan sukar dicari
tandingannya . Akan tetapi setelah usianya semakin tua , setelah dia menyadari
benar-benar bahwa kematian pasti akan tiba , dia menjadi ketakutan ! Hek Liong
Ong Poa Yok Su takut akan kematian !
Dia merasa tidak berdaya menghadapi maut , tidak kuasa
melawan maut ! Oleh karena itu dia membayangkan bahwa
musuh-musuhnya tentu akan datang membalas dendam dan
akhirnya dia akan mati . Dia takut , dia ngeri menghadapi kematiannya sendiri ,
walaupun sudah tidak terhitung
banyaknya die menghadapi kematian kematian orang lain
melalui tangan atau senjatanya . Kalau dia menbayangkan apa yang akan terjadi
dengan dirinya setelah mati , bagaimana dengan tubuhnya yang akan membusuk dan
hancur , apa yang akan dijadapinya . Lebih-lebih teringat akan cerita bahwa dosa-dosa yang
bertumpuk banyak nya tentu akan mengalami hukuman sesudah mati , dia merasa
takut bukan main ! Perjalanannya membawa dia ke dekat kota raja . Tadinya
dia bermaksud hendak ke kota raja menghadap Kaisar Yang Chien yang pernah
dibantunya ketika kaisar itu masih muda dan masih berjuang menumbangkan
kekuasaan Raja Toba sehingga akhirnya berhasil menggulingkan pemerintah asing dan mendirikan
Kerajaan Sui ( baca kisah Sepasang Naga


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lembah Iblis ) . Akan tetapi setelah tiba di luar kota raja dia meragu . Dia
tahu bahwa di kota raja terdapat banyak
pendekar yang kini menduduki jabatan penting dan die
mempunyai permusuhan dengan banyak pendekar . Di kota
raja juga terdapat banyak musuhnya . Lebih mengerikan lagi karena para pendekar
itu tentu tidak akan melupakan dia sebagai musuh dan diantara pendekar itu
terdapat banyak orang sakti . Hal ini membuat dia takut memasuki kota raja dan
membalikkan tubuhnya lagi untuk meninggalkannya .
Tiba-tiba dia melihat sebuah bangunan kuil dibukit , tak jauh diluar kota raja .
Kuil ! Hidup dikuil sebagai seorang hwesio itulah jalan terbaik . Selain dia
dapat bersembunyi dari musuhn-musuhnya , diapun dapat menebus dosa-dosanya
dengan tekun beribadat . Untuk dapat mengusir perasaan
takutnya . Dengan langkah lebar dan hati mantap dia menuju ke kuil itu , mendaki
bukit . Kuil itu merupakan sebuah kuil besar di huni oleh duapuluh orang hwesio . Kepala
kuil itu bernama Tiong Gi Hwesio , seorang tokoh dari kuil siauw lim si . Karena
itu , kuil itupun merupakan cabang siauw lim si dan di situ terdapat pula
belasan orang pemuda remaja yang belajar ilmu silat dari Tiong Gi Hwesio .
Ketika Hek Liong Ong tiba di kuil itu , dia diterima oleh seorang hwesio yang
bertugas jaga . " Paman tua , apakah keperluanmu datang berkunjung ke
kuil ini kalau tidak ingin bersembahyang " " , tanya hwesio penjaga .
" Tolong , pertemukan saya dengan ketua kuil , saya
mempunyai permohonan kepadanya ," kata hek liong ong
merendah . Kebetulan sekali Tiong Gi Hwesio keluar dari kuil itu dan melihat seorang kakek
ingin bertemu dengannya , diapun
segera menghampiri ," Sobat , pinceng adalah Tiong Gi
Hwesio , kepala kuil ini . Ada keperluan apakah , engjau hendak bertemu dengan
pinceng " " , tanya nya dengan nada ramah sekali .
Kakek itu memandang kepada Tiong Gi Hwesio dan dia
segera menjatuhkan diri berlutut di depan kaki hwesio itu .
" Losuhu , tolonglah saya , saya ingin menebus dosa
dengan masuk menjadi hwesio dan mempelajari Kitab-Kitab agama , hidup
beribadat . Tolonglah saya , saya mau bekerja sebagai apa saja di dalam kuil ini
" , dalam suara Hek Liong Ong terkandung kesungguhan hatinya dan suaranya
seperti orang yang ketakutan dan hampir menangis .
"Omitohud ... ! Biarpun engkau sudah tua , engkau masih belum terlambat untuk
bertaubat dan mengubah jalan hidup mu . Sang Budha akan memberkati-mu !" Tiong
Gi Hwesio merasa iba kepada Hek Liong Ong " Siapakah namau , sobat
?" . " Saya bermarga Liong , nama saya Beng " , kata Hek Liong ong berbohong .
Karena kalau dia berterus terang siapa dirinya , tentu
hwesio itu tidak akan mau menerimanya. Nama Hek liong ong Poa Yok Su sudah
terlalu tersohor dan pasti akan membikin takut para hwesio ini .
" Baiklah , pinceng suka menerima-mu menjadi murid di kuil ini dan tentang
pekerjaan nanti saja kita lihat apa yang dapat kau bantu untuk kami ".
Hek liong ong merasa gembira sekali . Dia mencium ujung kaki Tiong Gi Hwesio dan
mengeluarkan sepuluh potong emas yang selama ini dia simpan dikantungnya . "
banyak terima kasih atas kemurahan hati lo suhu , dan ini seluruh milik yang ada
pada saya , saya serahkan untuk keperluan kuil " .
Tiong Gi Hwesio terbelalak , sepuluh potong emas itu besar sekali harganya ,
akan tetapi karena orang tua itu
menyerahkannya dengan rela , maka harta itu diterimanya untuk kepentingan kuil .
Mulai hari itu jadilah jek liong ong seorang hwesio dan dia diberi julukan Ho
Beng Hwesio . Setelah beberapa hari berada di kuil itu dan tiong gi hwesio
mendapat kenyataan bahwa hwesio itu pandai memasak , maka ho beng hwesio diberi
tugas sebagai tukang masak .
Hek liong ong yang sudah menjadi ho beng hwesio merasa
senang sekali tinggal di kuil itu . Dia mendapatkan dua
keuntungan . Pertama , setelah menjadi hwesio tidak akan ada lagi musuhnya yang
dapat mengenalnya sehingga dia dapat bersembunyi dikuil itu dengan hati tenang
dan tentram dan kedua , dia dapat menentramkan hatinya dengan mempelajari agama
sehingga dia dapat mengusir rasa takutnya
menghadapi kematian . Diapun dapat menyembunyikan kepandaiannya . Biarpun
disitu terdapat banyak murid yang mempelajari ilmu silat , namun dia tidak
pernah memperdulikan dan acuh saja seolah dia seorang tua yang lemah dan sama
sekali tidak mengerti tentang ilmu silat .
Sudah lajim bagi kita untuk beranggapan bahwa memupuk
kebajikan dan penebusan dosa hanya dilakukan orang - orang tua yang menghadapi
kematiannya . Anggapan seperti ini
sebenarnya sama sekali salah . Kematian bukan hanya datang kepada orang-orang
yang telah lanjut usianya , akan tetapi dapat menghampiri siapa saja , baik yang
tua maupun yang muda. Oleh karena itu , hidup bersih dari dosa dan usaha
penebusan dosa dengan amal yang baik merupakan kewajiban setiap orang manusia ,
tua maupun muda mendekatkan diri setiap saat Kepada Tuhan Yang Maha Pencipta ,
sehingga kita selalu siap menghadapi maut yang datang menjemput .
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pengasih akan
membuat kita selalu waspada dan sadar sehingga nafsu daya rendah tidak akan
mudah menguasai hati akal pikiran kita dan menyeret kita kedalam perbuatan yang
rendah dan jahat . Sayang bagi Hek liong ong , dia masuk menjadi hwesio
bukan terdorong oleh rasa bersalah , bukan karena
penyesalan bahwa dia selama ini hidup bergelimang dosa , melainkan terdorong
oleh rasa takutnya akan kematian dan dia masuk menjadi hwesio untuk
menghindarkan diri dari rasa takut itu .
Bagaimana pun juga , setelah lewat beberapa bulan , hek liong ong merasakan
kedamian dalam hatinya dan dia sudah merasa benar-benar aman dari ancaman musuh-
musuhnya . **** Cerita ini dimulai pada tahun 594 , baru tiga belas tahun
kerajaan Sui berdiri . Setelah perjuangan selama belasan tahun dengan gigih ,
Pendekar Yang Chien , akhirnya dalam tahun 581 dapat mengalahkan pemerintah
penjajah Toba dan mendirikan Kerajaan Sui . Dalam Kisah Sepasang naga lembah
iblis diceritakan tentang perjuangan Yang Chien . Kaisar Yang Chien berhasil
mempersatukan kembali semua daerah
sehingga Kerajaan Sui menjadi besar dan Jaya . Kaisar Yang Chien pandai
memerintah dan Kerajaan Sui menjadi terkenal , keamanan dapat dikembalikan dan
keadaan dalam negeri diperkuat . Pemerintah diselenggarakan dengan bijaksana , pajak-pajak diperingan , hukum-
hukum negara ditegakkan dan
dilaksanakan dengan baik . Bahkan untuk kepentingan
pertanian dan perdagangan , Kaisar Yang Chien
memerintahkan penggalian terusan-terusan yang
menghubungkan kedua Sungai Huang Ho dan Yang Ce . Untuk melaksanakan pekerjaan
besar ini dibutuhkan tenaga ratusan ribu orang dan Kaisar Yang Chien tidak mau
mempergunakan kekerasan system kerja paksa seperti kaisar-kaisar yang
terdahulu , akan tetapi dia mengharuskan para petugas untuk memberi upah kepada
para pekerja sehingga pekerjaan dapat berjalan lancar tanpa protes dari pihak
rakyat jelata . Sikapnya untuk urusan keluar daerah juga tegas . Daerah-daerah yang tidak mau
tunduk di serbu dan ditaklukan
kembali . Daerah Tong Kin dan Annam ditundukkan dan
dimasukkan ke dalam wilayah Kerajaan Sui .
Kaisar yang bijaksana dan adil selalu mendapat dukungan rakyat jelata dan
menarik hati para cendikiawan untuk
berdatangan dan membantu . Dan Kaisar Yang Chien
menerima para cerdik pandai dengan tangan terbuka , setelah menguji mereka
memberi kedudukan yang sepadan dengan
kepandaian mereka sehingga roda pemerintahan dapat
berputar sedemikian lancar . Para pejabat tinggi yang dekat dengan kaisar
memperlihatkan kesetiaan mereka . Kalau
pohonnya sehat maka cabang-cabang , ranting-ranting dan daun-daunnya pun sehat
dan pohon yang sehat ini tentu
menghasilkan buah yang baik . Demikian pula kalau kaisar sebagai orang tertinggi
kedudukannya bijaksana dan adil , maka para pembantu atau bawahannya tentu juga
bijaksana dan atasan yang adil bijaksana dapat menegur bawahan yang tidak benar
sehingga kebijaksanaan ini dapat terus mengalir sampai kepada pejabat yang
tingkatnya paling rendah .
Kebijaksanan harus dimulai dari tingkat paling atas sebagai tauladan pertama .
Bagaimana mungkin mencegah anak buah bertindak jahat kalau pemimpin mereka
sendiri juga jahat " .
Diantara para pejabat tinggi yang paling dekat dengan
kaisar Yang Chien adalah seorang Panglima besar bernama Cian Kauw Cu . Sejak
mudanya Cian Kauw Cu menjadi sahabat
, bahkan seperti saudara sendiri dari Kaisar Yang Chien .
Mereka berdua berjuang bersama , bahkan mereka berdualah yang di kenal sebagai
Sepasang Naga Lembah Iblis . Mereka berdua menemukan sepasang pedang yang
kemudian menjadi milik mereka berdua , , yang putih disebut Pek Liong Kiam (
Pedang Naga Putih ) menjadi milik Kaisar Yang Chien dan yang hitam di sebut Hek
Liong Kiam ( Pedang Naga Hitam ) menjadi milik Cian Kauw Cu .
Selain mendapatkan sepasang pedang itu , mereka berdua
juga menemukan kitab pelajaran ilmu silat Bu Tek Cin Keng di
dalam sebuah gua . Hanya bedanya , kalau Yang Chien
mempelajari ilmu dari kitab itu yang kemudian membuat dia menjadi seorang
pendekar yang memiliki ilmu kepandaian
tinggi , maka Cian Kauw Cu hanya mempelajarinya dari
gambar-gambar di dinding sehingga mutu ilmu yang dikuasai Cian Kauw Cu masih
kalah dibandingkan yang dikuasai Yang Chien . Hal ini disebabkan cian kauw cu
memiliki latar belakang pendidikan yang rendah sekali . Sejak kecilnya dia hidup liar seperti
binatang dan dipelihara oleh seekor kera betina ! Semua itu diceritakan dengan
lengkap dalam kisah sepasang naga lembah iblis .
Sekarang Cian Kauw Cu atau Cian Ciangkun telah berusia
lima puluh tahun .Selama belasan tahun dia ikut pula berjuang di samping Yang
Chien . Setelah mereka berhasil , Yang Chien menjadi kaisar dan Cian Kauw Cu di
angkat menjadi panglima besar . Dia menikah dengan seorang wanita pilihannya
yang bernama Ji Goat , puteri mendiang perdana menteri Kerajaan Toba . Ji Goat
juga bukan wanita biasa . Wanita yang sudah berusia empatpuluh tujuh tahun ini
adalah seorang pendekar wanita yang memiliki ilmu kepandaian tinggi pula .
Mereka memiliki seorang anak tunggal , seorang putera berusia sepuluh tahun yang
diberi nama Cian Han Sin .
Demikian lah sedikit riwayat sepasang pendekar yang
dikenal sebagai sepasang naga lembah iblis dan yang kini telah menjadi kaisar
dan panglima besarnya . Pada hari itu , Kaisar Yang Chien sengaja memanggil
Panglima Cian untuk menghadap dan kedua orang sahabat
yang kini telah menjadi orang-orang besar dengan usia yang mulai tua itu , duduk
berhadapan disebuah ruangan dalam istana . Mereka tidak kelihatan seperti
seorang kaisar dengan panglimanya , nampak seperti dua orang sahabat saja .
Demikianlah kalau kaisar sedang bercakap-cakap berdua saja
dengan Cian-Ciangkun . Keakraban yang dahulu masih
nampak dalam sikap mereka walau pun Cian-Ciangkun lebih bersikap hormat .
" Cian-Ciangkun , " kata Kaisar setelah dia mempersilahkan Panglimanya minum
arak dari cawan yang disuguhkan . "
Bagaimana pendapatmu tentang gerakan bangsa-bangsa
biadab di Utara itu " Bangsa Toba tiada hentinya berusaha untuk menegakkan
kembali kekuasaan mereka dan mereka
selalu menggangu daerah perbatasan utara yang demikian
luasnya . Dan agaknya mereka itu hendak mengajak Bangsa Turki dan Mongol untuk
bersekutu , Kalau mereka sampai
bersekutu , mereka akan merupakan kekuatan yang tidak
boleh dipandang ringan " .
" Apa yang paduka katakan itu benar sekali , Yang Mulia ,"
Kata Cian Ciangkun yang walaupun mereka namapak duduk
berhadapan dengan akrabnya , tetap saja menunjukkan sikap seorang bawahan kepada
atasannya . " dan satu-satunya jalan untuk menghilangkan ancaman dari Utara itu
hanyalah dengan mengirim pasukan dan menundukkan mereka . Setelah kini
kekacauan di selatan sudah dapat ditundukkan dan semua
balatentara berada dalam keadaan menganggur , maka sudah tiba saatnya untuk
mengerahkan pasukan ke utara . "
" Tepat , kamipun berpendapat demikian , Cian Ciangkun , akan tetapi karena
usaha pembersihan di utara ini merupakan pekerjaan besar yang penting sekali ,
sama sekali tidak boleh gagal , maka kami bermaksud untuk memimpin sendiri
pasukan besar menyerbu ke utara . Bagaimana pendapatmu , Cian Ciangkun " " .
" Yang Mulia , hamba kira hal itu tidak perlu dilakukan .
Untuk membunuh anjing tidak perlu mempergunakan pedang
pusaka I untuk menundukkan para perusuh di utara itu hamba
kira tidak perlu sampai paduka sendiri turun tangan .
Keberadaan paduka di istana masih sangat diperlukan untuk memperlancar jalannya
pemerintahan yang berwibawa , Kalau paduka pergi sendiri sampai waktu yang
lama , hamba khawatir , akan terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan di kota raja " .
" Hemm , habis bagaimana Ciangkun " Pekerjaan ini amat
berat dan penting , juga berbahaya. Kami tidak ingin melihat operasi pembersihan
ini gagal . " . " Yang Mulia , apa gunanya hamba berada disini kalau
untuk urusan begitu saja paduka harus turun tangan sendiri "
Yang mulia , biarlah hamba yang akan mewakili paduka ,
memimpin pasukan dan menundukkan bangsa - bangsa yang
mengancam di perbatasan utara itu " .
Kaisar Yang Chien memandang sahabatnya itu dan
mengangguk-angguk senang . Diapun percaya , kalau Cian
Kauw Cu yang mewakilinya dan memimpin pasukan , tentu
operasi pembersihan itu akan berhasil baik .
" Bagus , kalau engkau sendiri yang memimpin pasukan itu
, kami yakin pembersihan itu akan berhasil baik . Pergilah umumkan keputusan
ku . Cian Ciangkun . Persiapkan pasukan sebanyak yang kau kehendaki dan
berangkatlah dalam minggu ini juga . "
" Baik , hamba siap melaksanakan perintah Yang Mulia , "
Kata Cian Ciangkun yang segera memberi hormat dan
mengundurkan diri . Cian ciangkun lalu mengumumkan kepada semua menteri
dan pejabat tinggi tentang perintah kaisar dan dia sendiri lalu menghubungi para
panglima mempersiapkan pasukan yang
akan dibawanya ke utara untuk menundukkan Bangsa Nomad
di uatara itu . Karena perjalanan ke utara melalui daerah pegunungan dan gurun
yang serba keras dan sukar , maka
Cian Ciangkun memberi waktu sekitar satu minggu kepada
pasukan untuk mempersiapkan perbengkalan .
Dirumah grdungnya , Cian Kauw Cu bercerita kepada
istrinya tentang tugasnya mewakili Kaisar untuk melakukan pembersihan ke utara .
Istrinya maklum akan tugas suaminya sebagai panglima besar . Bukan baru kali ini
suaminya pergi meninggalkannya untuk memim\npin pasukan berperang ,
sudah berulang kali . Karena itu , iapun tidak merasa khawatir
. Ia percaya akan kemampuan suaminya . Apalagi sekarang yang akan dibersihkan
hanyalah pengacau-pengacau
perbatasan . " Berapa lamanya gerakan pembersihan itu , suamiku ?"
tanyanya . Ciang Ciangkun menggeleng kepalanya " Belum dapat
kuperkirakan sekarang . Biarpun mereka itu hanya pengacau-pengacau yang kukira
tidak berapa besar kekuatannya ,
namun medannya amat sukar . Dan mereka adalah
penunggang kuda yang mahir , mudah melarikan diri di
daerah yang liar itu . Mereka itu berkelompok dan berpindah-pindah . Itulah


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sukarnya . Kalau mereka bersarang , mudah saja membasmi sarang mereka . Akan
tetapi , dengan serbuan-serbuan pasukan kita , ku kira mereka akan cerai berai dan tidak dapat
bersatu lagi dan mudah - mudahan saja tidak terlalu lama aku akan dapat pulang .
" Pada saat itu , seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun berlari-lari masuk
ke ruangan itu . Dia adalah Cian Han Sin .
Anak ini memiliki tubuh seperti ayahnya , tinggi besar dan tegap . Akan tetapi
kulitnya tidak hitam seperti ayahnya , melainkan putih bersih seperti ibunya .
Juga wajah anak ini seperti ibunya , maka dia kelihatan tampan . Tampan dan gagah karena tubuh nya
tegap . " Han Sin , kenapa engkau berlari-lari " " tegur ibunya .
Akan tetapi anak itu berlari menghampiri ayahnya .
" Ayah , aku melihat pasukan bersiap-siap dan katanya ayah hendak memimpin
pasukan menuju ke utara , ke mongol .
Benarkan , ayah " " .
Cian Ciangkun tersenyum dan mengelus kepala puteranya .
" Memang benar , Han Sin . Kaisar memerintahkan ayahmu
untuk memimpin pasukan dan mengadakan pembersihan
kepada para pengacau diperbatasan . "
" aihh , aku ingin sekali ikut , ayah ! Aku ingin melihat daerah utara !
Kabarnya banyak pegunungan liar dan daerah gurun pasir . Ingin aku melihatnya !"
. Ayahnya tertawa , mengangkat anak itu dan dipangkunya .
Sebagai anak tunggal , tentu saja Han Sin agak dimanja oleh ayahnya .
" Han Sin , kau kira ayahmu pergi pesiar maka engkau
hendak ikut " Ayahmu pergi memerangi orang-orang yang
mengacau diperbatasan , bangsa biadab yang liar dan kejam.
" " Jadi aku tidak boleh ikut , ayah " " Han Sin merajuk dan turun dari pangkuan
ayahnya . " Tentu saja tidak boleh , bagaimana kalau aku bertempur , apakah engkau akan
bertempur pula " " .
" Aku selama ini sudah berlatih silat bertahun-tahun berlatih silat , aku tidak
takut bertempur!" " Cian Ciangkun tertawa " ha-ha-ha , sudahlah kau tinggal dirumah saja menemani
ibumu ." Di dalam hatinya dia merasa bangga melihat keberanian puteranya .
" Han Sin , jangan ganggu ayahmu ! Ayah melaksanakan
tugas penting yang berat , bukan main-main . Engkau tidak boleh ikut . Rngkau
harus tinggal dirumah bersama ibu , melatih silat dan menghafal pelajaran mu
membaca dan menulis . Engkau harus rajin belajar agar kalau ayahmu
pulang engkau sudah memperoleh banyak kemajuan , " kata Ji Goat .
" Benar kata-kata ibumu , Han Sin . "
" Kalau begitu , aku minta oleh-oleh ! Kalau ayah pulang , agar aku dibawakan
pedang mongol yang bentuknya
melengkung itu " , kata Han Sin .
" Baiklah , akan kubawakan untukmu , " kata ayahnya .
Barulah Han Sin tidak rewel lagi dan dia segera keluar untuk bermain-main .
***** Seminggu kemudian , berangkatlah Cian Kauw Cu ,
memimpin pasukan yang cukup besar jumlahnya . Tidak
kurang dari selaksa orang prajurit dalam pasukannya , dengan belasan orang
perwira tinggi menjadi pembantunya . Kelak diperbatasan , jumlah ini akan
ditambah pula dengan pasukan yang berjaga diperbatasan .
Pagi itu Cian Kauw Cu meninggalkan gedung nya di antar
oleh istrinya dan puteranya sampai di pintu pekarangan .
Panglima berusia setengah abad lebih ini masih nampak gagah perkasa dalam
pakaian panglima yang mentereng .
Dipinggangnya tergantung pedang pusakanya yaitu Hek
Liong Kian ( Pedang Naga Hitam ) yang dahulu dikenal di dunia kang ouw sebagai
pusaka yang ampuh . Setelah
berpamit sekali lagi kepada istri dan puteranya , dia lalu menunggang kudanya
yang berbulu hitam menuju ke benteng dimana pasukannya telah siap .
Pasukan besar itu meninggalkan kota raja menuju ke utara
. Berhari-hari pasukan itu menempuh perjalanan yang
melelahkan , naik turun gunung sampai akhirnya mereka tiba di perbatasan dan
berhenti di benteng pasukan penjaga dalam tembok besar . Disini Cian Ciangkun
berunding dengan para perwira pembantunya dan panglima yang memimpin pasukan
perbatasan , membicarakan keadaan didaerah perbatasan itu .
Dia mendapat laporan bahwa memang orang-orang Toba ,
Turki dan Mongol seringkali menggangu daerah itu bahkan beberapa kali menyerang
perbentengan untuk menyerbu ke
dalam tembok besar . Adakalanya penyerangan mereka
demikian kuatnya sehingga beberapa kali hampir saja pasukan penjaga itu
kebobolan . Setelah memperoleh petunjuk darimana gerombolah
pengacau itu muncul , mulailah Cian Ciangkun memimpin
pasukannya untuk melakukan gerakan pembersihan . Dia
memecah pasukannya menjadi beberapa bagian , menyerang
dari barat , timur dan selatan untuk menggiring para
gerombolan musuh ke tengah untuk dihancurkan .
Terjadilah pertempuran-pertempuran kecil karena
gerombolan pengacau yang terdiri dari bermacam suku
bangsa telah digempur dan hanya melakukan perlawanan
kecil-kecilan saja . Akan tetapi diwaktu malam , selagi pasukan kerajaan
berkemah dan beristirahat , gerombolan pengacau itu melakukan serangan dengan
panah api , menunggang kuda mengitari perkemahan pasukan itu dan menyerang
sambil melarikan kuda . Pasukan dibawah pimpinan Cian
Ciangkun segera melakukan perlawanan dan gerombolan
pengacau itu melarikan diri . Akan tetapi telah mendatangkan korban yang tidak
sedikit pada pasukan Kerajaan Sui .
Dihadapi perang gerilya seperti ini , Cian Ciangkun menjadi marah sekali dan
akhirnya dia membawa pasukannya ke
daerah Shansi karena pusat gerombolan pengacau itu berada di Shansi utara ,
dipimpin Bangsa Toba yang bersekutu
dengan Bangsa Turki dan Mongol .
Gubernur atau kepala daerah Shansi pada waktu itu adalah sorang bernama Li Goan
yang berusia kurang lebih empat
puluh tahun . Li Goan diangkat menjadi kepala daerah Shansi oleh Kaisar Yang
Chien karena ketika Yang Chien berjuang membangun Kerajaan Sui , Li Goan juga
berjasa dalam perjuangan . Terutama dalam menundukkan daerah di utara .
Li Goan berjasa besar sekali . Dalam tugas ini pula Li Goan mempersunting puteri
seorang kepala daerah berketurunan Turki menjdai istrinya sampai saat itu .
Ketika mendengar bahwa pasukan kerajaan yang sedang
melakukan pembersihan di utara itu datang ke Shansi , Li Goan cepat menyambut
dan mempersilahkan Cian Kauw Cu
dan para perwira tinggi memasuki gedungnya . Didalam
gedung itu mereka mengadakan perundingan dan Li Goan
menceritakan keadaan para suku -suku bangsa yang berada di utara .
" Bangsa Turki hanya terbawa saja oleh Bangsa Toba dan
Mongol . " Kata li Goan .
" Sebetulnya , mudah membujuk bangsa Turki agar jangan
mengganggu perbatasan dan menjadi tetangga yang baik .
Akan tetapi Bangsa Toba masih penasaran dan ingin
membangun kembali kerajaan mereka yang telah hancur .
Mereka bersekutu dengan Bangsa Mongol dan kedua suku
bangsa itu kalau dapat ditundukkan dengan sendirinya bangsa Turki tentu juga
akan mundur . " Dimana pusat dari orang-orang Toba itu " " , tanya Cian Ciangkun .
" Menurut penyelidikan para mata-mata kami , mereka itu berpusat disekitar
lembah Huang Ho , di sebelah utara
perbatasan Shansi . Mereka membuat sebuah benteng yang
kokoh kuat di sana dan seluruh kekuatan sisa pasukan Toba yang terusir dari
selatan kini berhimpun di sana .
" Hmmm , kalau begitu kami akan menyerang benteng
mereka itu ! " kata Cian Ciangkun .
"Harap Ciangkun berhati-hati . Jumlah mereka cukup besar
, tidak kurang dari selaksa orang banyaknya dan daerah itu cukup sulit untuk di
serang . Selain itu juga banyak orang mongol membantu bangsa toba .
' Harap tai-jin jangan khawatir , aku pasti akan dapat
menghancurkan mereka . Harap Tai-jin suka memerintahkan panglima disini untuk
berjaga-jaga sajan dengan pasukannnya
, tidak perlu ikut menyerbu . Dengan pasukan kami itu rasanya sudah cukup untuk
membasmi sisa pasukan Toba . "
Demikianlah , setelah beristirahat sehari semalam di situ , pada keesokkaan
harinya , pagi-pagi sekali pasukan yang dipimpin Cain Ciangkun berangkat menuju
ke Lembah Huang Ho . Mereka menemukan benteng itu yang dibangun di tepi sungai ,
sebuah benteng yang besar dan kokoh kuat . Karena hari sudah senja , Cian
Ciangkun memerintahkan pasukannya mendirikan perkemahan dan melakukan penjagaan
ketat agar jangan sampai disergap musuh pada malam hari . Akan tetapi malam hari
itu gelap sekali . Udara penuh dengan awan hitam
sehingga pihak musuh juga tidak berani melakukan serangan diwaktu gelap gulita .
Untung bagi pasukan Cian Ciangkun bahwa tidak turun hujan dimalam hari itu .
Pada keesokan harinya Cian Ciangkun sudah mengatur
pasukkannya untuk mengepung perbentengan itu dan mulai
menyerang dengan anak panah . Pihak musuh membuka pintu gerbang untuk
mengeluarkan sepasukan besar prajurit mereka dan terjadilah perang hebat didepan
benteng . Cian Ciangkun memimpin sendiri pasukannya , dengan Pedang Naga Hitam
dia mengamuk dan entah berapa banyaknya prajurit musuh
yang roboh oelh pedangnya .
Dari barisan musuh muncul seorang perwira yang tinggi
besar seperti raksasa , bersenjatakan tombak , seperti juga Cian Ciangkun ,
perwira toba dengan tombaknya itu
mengamuk dan telah merobohkan banyak prajurit Sui .
Akhirnya perwira itu berhadapan dengan Cian Kauw Cu. Tanpa banyak cakap lagi ,
kedua orang panglima itu segera saling serang dengan dahsyatnya . Para prajurit
di sekeliling mereka bertempur sendiri , tidak ada yang berani mencampuri
pertandingan antara dua orang perwira tinggi yang dahsyat itu
. Berdentang-denting bunyi pedang dan tombak ketika
bertemu dan ternyata tombak perwira Toba itu juga terbuat dari baja yang baik
sehingga tidak mudah patah bertemu
Pedang Naga Hitam . Cian Kauw Cu menjadi penasaran bahwa sampai lebih dari
tigapuluh jurus dia belum juga mampu merobohkan perwira itu . Dia lalu
mengeluarkan teriakan seperti seekor binatang buas , tubuhnya meloncat tinggi ke
atas dan tubuh itu menukik dan dengan dahsyat nya dia menyerang dari udara .
Bukan main hebatnya serangan ini . Perwira Toba itu terkejut dan berusaha
menangkis dengan tombaknya .
" Traaangggg ... ! " Sekali ini tombaknya tidak kuat
bertahan terhadap serangan pedang yang berubah menjadi
sinar hitam yang ganas itu . Ujung tombak yang runcing itu patah dan sebelum
perwira itu mengelak , Pedang Naga Hitam telah menembus lehernya ! Perwira
tinggi besar itu terjengkang ketika kaki Cian Ciangkun menendangnya sambil mencabut pedangnya ,
lalu meloncat turun . Akan tetapi ketika tubuhnya masih di udara , sebatang anak
panah melesat cepat sekali dari belakang dan tanpa dapat dihindari lagi , anak
panah itu menancap dan menembus punggung Cian Kauw Cu
sampai tembus di dadanya ! .
Cian Kauw Cu mengeluarkan gerangan aneh . Tubuhnya
cepat turun ke atas tanah lalu dia memutar tubuh membalik untuk melihat siapa
yang menyerangnya dari belakang . Dia melihat seorang perwira pembantunya
membuang busurnya dan perwira itu menghampirinya . Cian Kauw Cu
menundingkan telunjuknya dan tubuhnya terhuyung .
" kau ... Kau ... ! " dan diapun terpelanting roboh . Perwira itu berlutut dan
memeriksa dan ternyata Cian Kauw Cu telah tewas . Anak panah itu menembus
jantungnya . Perwira itu lalu mengambil Pedang Naga Hitamdari genggaman tangan
jenazah Cian Ciangkun lalu menyembunyikan pedang itu
dibalik bajunya . Kemudian dia memondong jenazah itu
dibawa ke bagian belakang pasukan yang sedang bertempur .
Walaupun Cian Ciangkun telah gugur , namun para perwira pembantu terus memimpin
pasukan sampai musuh dapat
dipukul mundur dan benteng itu dapat diduduki . Baru setelah benteng dapat
diduduki dan musuh dapat di usir , semua
prajurit mendengar berita mengejutkan bahwa Cian Ciangkun telah gugur dalam
pertempuran itu , terkena anak panah yang menembus punggungnya .
Biarpun pulang membawa kemenangan , namun pasukan
itu diliputi kedukaan karena kehilangan pemimpin mereka .
Karena untuk membawa jenazah Cian Ciangkun ke kota raja jaraknya terlalu jauh ,
maka terpaksa jenazah itu dibawa ke Shansi dan dengan upacara kebesaran yang
diatur oleh kepala daerah Shansi , Li Goan , jenazah itu di makamkan di tanah
kuburan terhormat ditempat itu . Setelah itu , pasukan
bergerak pulang ke kota raja dan para perwira segera
memberi laporan kepada Kaisar .
Kaisar Yang Chien merasa terkejut sekali mendengar berita gugurnya Cian Ciangkun
. Dia benar-benar merasa terpukul dan tidak mengira bahwa sahabatnya itu akan
tewas dalam pertempuran itu . Kaisar lalu memanggil Ji Goat dan Han Sin ke
Istana . Istri iang Ciangkun itu cepat menghadap kaisar , disertai putranya dan ketika
mendengar akan gugurnya suaminya
tercinta , Ji Goat menjadi pucat wajahnya . Akan tetapi tidak ada setetes pun
air mata tumpah . Wanita itu menyadari benar bahwa suaminya adalah seorang
panglima perang yang sewaktu-waktu dapat saja jatuh dan gugur . Betapa pun juga , suaminya gugur
sebagai seorang pahlawan dan ia merasa
bangga . " Suami hamba gugur sebagai seorang pahlawan . Di atas
kesedihan karena kehilangan suami dan ayah kami ibu dan anak merasa bangga
sekali , ' kata Ji Goat yang berlutut bersama putera nya . Sian Han Sin juga
tidak menangis walaupun matanya agak kemerahan . Hatinya seperti diperas-peras rasanya kalau
dia membayangkan ayahnya ketika
hendak berangkat dan berjanji akan membawakan sebatang
pedang bengkok untuknya . Tidak , ia tidak boleh menangis , begitu pesan ibunya
tadi . Di depan Kaisar mereka patut menjadi keluarga seorang Pahlawan Besar .
Kaisar Yang Chien yang mengenal istri Cian Kauw Cu ini
semenjak ia masih gadis , lalu berkata lembut , hatinya diliputi keharuan . " Ji
Goat , bangkit dan duduklah di kursi itu .
Demikian pula anakmu , eh siapa namanya " Kami lupa lagi ...
" " Hamba Cian Han Sin , Yang Mulia , " Kata anak itu dengan sikap gagah dan
hormat . " Oya , kaupun duduklah , Han Sin . Kami ingin bercakap-cakap dengan kalian .
Ada urusan penting yang akan kami sampaikan . "
" Terima kasih Yang Mulia , " kata Ji Goat dan ia pun bangkit berdiri lalu duduk
di atas kursi . Han Sin juga duduk di sebelah ibunya . Keduanya menundukkan
kepala , menanti ucapan sang kaisar . " Ketahuilah , Ji Goat , bahwa suami mu telah berjasa besar sekali kepada
Kerajaan . Bukan hanya berjasa dengan
kedudukannya sebagai seorang panglima , bahkan jauh
sebelum itu dia telah membantu perjuangan dan menjadi
tokoh penting dalam mendirikan Kerajaan Sui . Lebih lagi dari itu , dia yang
menunjukkan kepada kami adanya sebuah


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rahasia yang kemudian kami miliki berdua . Akan tetapi , kami merasa kecewa
sekali mendengar laporan tentang
kematiannya . Kematiannya memang wajar sebagai seorang
panglima perang , akan tetapi caranya dia gugur sungguh mengandung rahasia yang
aneh . " " Bagaimanakah rahasia itu , Yang Mulia ?" tanya Ji Goat sambil mengangkat muka
memandang wajah Kaisar itu .
" Suamimu tewas karena terkena anak panah yang
menembus punggungnya . Menembus punggung , masuk dari
punggung , bukan dari dada . Ini berarti bahwa anak panah itu datangnya dari
belakang . Hal ini sungguh aneh dan
mencurigakan . Selain itu , juga Pedang Naga Hitam tidak dapat ditemukan ,
padahal semua prajurit tahu bahwa dia menggunakan pedang itu untuk bertempur .
Kematiannya yang aneh , diserang dari belakang dan leyapnya Pedang
Naga Hitam sungguh merupakan rahasia yang merisaukan
hati. Akan tertapi bagaimana hal ini dapat diseleidiki kalau terjadi dalam
sebuah pertempuran besar seperti itu " Setiap orang sibuk dalam pertempuran ,
tentu setiap perhatian ditujukan untuk bertempur dan menjaga diri , tidak sempat ada yang memperhatikan
keadaan suamimu . Perwira yang
menemukan jenazah suamimu juga tidakmelihat apa-apa ,
hanya melihat suamimu sudah menggeletak dan tewas , maka lalu diangkat nya
jenazah itu . " Ji Goat mengerutkan alisnya " hamba akan memikirkan hal itu , Yang Mulia .
Mudah-mudahan hamba akan menemukan
jalan untuk menyelidikinya . "
" Kamipun akan memerintahkan para panglima melakukan
penyelidikan , Ji Goat . Dan masih ada satu hal lagi ingin kusampaikan
kepadamu . " Suamimu dan kami ketika muda
dahulu telah menemukan sepasang pedang dan sebuah kitab ilmu silat . Pedang itu
kami bagi dua , Pedang Naga Putih menjadi milik kami dan Pedang Naga Hitam
menjadi milik suami mu . Akan tetapi kalau kami mempelajari ilmu itu dari kitab , suamimu
tidak sabar dan mempelajarinya dari gambar-gambar didinding . Kami merasa bahwa
diapun berhak menguasai ilmu itu , akan tetapi dia tidak pernah mau belajar
seperti petunjuk dalam kitab . Karena itu , kami telah
menuliskan semua ilmu itu dalam sebuah kitab dan sekarang kami hendak
menyerahkan kitab itu kepadamu , agar
puteramu kelak dapat mempelajari Bu Tek Cin Keng sebagai warisan ayahnya . Kami
sendiri tidak mengajarkan kepada keturunan kami karena dengan kedudukan kami
sebagai kaisar , maka tidak perlu mempelajari ilmu silat sampai mendalam .
Berbeda dengan puteramu yang kelak tentu membutuhkannya
." Kaisar Yang Chien mengeluarkan sebuah kitab yang
ditulisnya sendiri , terisi pelajaran tigapuluh enam jurus ilmu bu tek cin
keng , lalu menyerahkannya kepada Ji Goat .
Karena Kaisar mengatakan bahwa ilmu dalam kitab itu
sebagai warisan suaminya kepada putera mereka , Ji Goat menerimanya dan
menghaturkan terima kasih . Selain itu , Kaisar juga memberikan gedung beserta
semua isinya kepada janda itu . Bahkan Ji Goat masih berhak menerima tunjangan
setiap bulan dari kerajaan .
Baru setelah pulang kerumah Ji Goat merasa hidupnya
kosong dan sepi , dan ia memasuki kamarnya lalu menangis diatas tempat tidur ,
memeluk bantal yang biasa dipakai tidur suaminya ! . Semua kebanggan dan
kekerasan hatinya hancur luluh dilanda duka karena kehilangan orang yang
dicintainya . Duka akan melanda hati setiap orang yang membiarkan
batinnya terikat erat kepada sesuatu atau seseorang . Kalau sesuatu atau
seseorang yang telah melekat erat dihatinya itu pada suatu saat hilang , hati
itu akan terluka dan menimbulkan duka . Menutupi duka dengan kekerasan atau
segala macam hiburan tidak akan ada gunanya , karena duka itu akan tetap ada ,
mungkin mengendap didalam hati akan tetapi setiap saat akan muncul kembali .
Satu-satunya kenyataan yang dapat meleyapkan duka adalah kekuasaan
Tuhan yang memperkuat batin kita . Kalau kita sadar bahwa
segala sesuatu mutlak berada dalam kekuasaan Tuhan , sadar dan yakin
sepenuhnya , maka kita serahkan segala kepada Nya .
Kalau sudah begitu kekuasaan Tuhan akan memperkuat
hati kita , akan membuka mata kita bahwa segala sesuatu itu terjadi dengan wajar
, sesuai dengan kehendak Nya .
Kita akan yakin bahwa kematian seseorang yang kita cintai adalah kehendak
Tuhan , karena itu tidak perlu ditangisi , tidak perlu menimbulkan duka karena
kita sendiri sewaktu-waktu juga akan mati sesuai dengan kehendakNya . Biarpun
nafsu yang kehilangan apa yang dimilikinya mendatangkan duka , akan tetapi
tidaklah sampai berlarut-larut .
" Ibu , ibu menangis ?"
Ji Goat terkejut . Bangkit dan melihat Han Sin sudah berada didalam kamarnya dan
memandang kepadanya dengan
pandang mata dan sikap khawatir dan penuh iba . Ji Goat tidak dapat menahan
kesedihannya . Dirangkulnya Han Sin dan ia pun menangis tersedu-sedu.
" han Sin ayahmu ..... " janda itu sesenggukan di dada
puteranya sehingga baju di bagian dada itu menjadi basah air mata .
Han Sin merangkul leher ibunya . " Ibu , bukankan ibu
sendiri yang mengatakan bahwa ayah tewas sebagai seorang pahlawan besar dan
kematiannya tidak perlu disedihkan akan tetapi malah membanggakan " Ibu , Ibu
tadi begitu tabah didepan Kaisar , kenapa sekarang " " .
Ji Goat menyusut air matanya dan sekuat tenaga menahan
tangisnya . ' Benar , Han Sin ... akan tetapi .... aku ... aku merasa kehilangan
sekali .... bayangan ayahmu akan selalu nampak .... dan aku merasa kehilangan
sekali ........ " " Ibu , disini masih ada aku yang menemani ibu , ' kata anak itu dan melihat
anak itu berdiri tegak didepannya dengan gagahnya . Ji Goat merasa terhibur dan
merangkul lagi , mencium kedua pipi puteranya .
***** Sejak dia berusia lima tahun , Han Sin telah digembleng
ilmu silat oleh ayah dan ibunya dan kini dalam usia sepuluh tahun , dia telah
menjadi seorang anak yang bertubuh kokoh kuat dan sudah memiliki ilmu silat yang
lumayan . Kalau hanya orang dewasa biasa saja jangan harap akan mampu
mengalahkan Han Sin . Cerita Kaisar tentang kematian suaminya membuat hati Ji Goat merasa penasaran
sekali . Telah berhari-hari ia
memikirkan dan membayangkan tentang kematian itu . Di
panah dari belakang ! Tidak mungkin panah itu datangnya dari pihak musuh . Kalau
dari pihak musuh tentu panah itu
mengenai dada , bukan punggung . Dan Pedang Hek Liong
Kiam juga di curi dari tangan suami nya . Agaknya ada suatu rahasia besar
dibalik kematian suaminya . Ada pengkhianat "
Akan tetapi siapa " Akhirnya ia berpendapat bahwa untuk menemukan pembunuh
suaminya , haruslah ditemukan dulu
pedang pusaka itu . Pemilik pedang pusaka itu agaknya
pembunuh gelap suaminya atau setidaknya pencuri pedang
pusaka itu nebgetahui siapa sebenarnya yang mebunuh
suaminya . Kalau suaminya tewas dalam pertempuran
melawan musuh , hal itu adalah wajar dan urusan habis
sampai di situ saja . Akan tetapi kalau pembunuhnya
pengkhianat yang membokong dari belakang , hal ini lain lagi dan menimbulkan
penasaran , menimbulkan dendam .
Akan tetapi kemana harus mencari pedang itu " Ia tidak
mungkin dapat meninggalkan puteranya untuk mencari
pencuri pedang . Tidak , ia tidak akan mencarinya dan biarlah ini menjadi tugas
pertama Han Sin kelak . Ia harus
menggembleng Han Sin menjadi seorang yang pandai dan
tangguh sekali agar dia kelak dapat mencari pencuri pedang dan pembunuh
ayahnya . Akan tetapi Han Sin masih terlalu kecil untuk disuruh
mempelajari kitab bu tek cin keng . Kaisar berpesan
kepadanya bahwa ilmu itu baru boleh dipelajari kalau Han Sin sudah remaja . Biar
dia mempelajari ilmu-ilmu silat sebagai dasarnya dan tiba-tiba Ji Goat teringat
kepada Tiong Gi Hwesio , Ketua kuil diluar kota raja itu . Tiong Gi Hwesio
adalah seorang tosu Siuwlimpai , ilmu silatnya tinggi . Biarlah Han Sin belajar
di sana , mempelajari ilmu silat dan juga sastra dan agama agar kelak Han Sin
menjadi seorang pendekar yang berwatak budiman . Suaminya pernah
menyatakan pendapatnya untuk mengirim Han Sin belajar di kuil itu , dan sekarang
ia yang akan melaksanakan pendapat suaminya itu .
Ketika Ji Goat membicarakan niat hatinya itu kepada Han Sin , anak yang patuh
kepada ibunya ini tidak membantah . "
Engkau belajarlah dengan tekun di kuil itu , Han Sin . Setelah engkau remaja dan
memperoleh dasar ilmu yang mendalam , baru engkau akan kuberi kitab ilmu
peninggalan ayahmu untuk kau latih . Engkau harus menjadi seorang yang tangguh untuk kelak mencari
pembunuh ayahmu . " Han Sin memandang wajah ibunya penuh selidik . " Ibu ,
kalau ibu menghendaki aku belajar di kuil , akan ku lakukan .
Akan tetapi , mengapa ibu menyebut tentang pembunuh ayah
" Bukan kah ayah tewas dalam peperangan dan menurut ayah yang sudah sering
berkata kepadaku , tewas dalam perang adalah kematian yang terhormat bagi
seseorang perajurit dan kematian dalam pertempuran tidak ada hubungannya dengan permusuhan pribadi " .
" Memang benar kalau kematian itu terjadi secara wajar , yaitu tewas karena
berperang dengan musuh . Akan tetapi kematian ayahmu penuh rahasia dan
mencurigakan . Ayahmu tewas karena terkena anak panah yang datangnya bukan dari
musuh , bukan dari depan melainkan dari belakang . Ini hanya berarti bahwa ayah
mu tewas karena dibokong oleh seseorang pengkhianat , dan juga Pedang Naga Hitam
, pusaka ayahmu lenyap dari tangan ayahmu . Nah , sudah menjadi tugasmu kelak
untuk mencari pedang yang lenyap itu , han Sin. Dan pemilik pedang itu tentu
pencuri pedang . Dia mungkin
pembunuh gelap itu , atau setidaknya dia tentu mengetahui tentang pembunuhan
curang itu . Dan untuk dapat menyelidiki dan mengungkap rahasia itu, engkau
harus memiliki ilmu kepandaian yang tinggi . maka belajarlah baik-baik dari Tiong Gi Hwesio , anakku
." Han Sin mengerutkan alisnya dan mengepal tinju tangannya
. " Ah , kalau begitu ayah tewas secara tidak wajar ! Baik , Ibu aku akan
belajar dengan tekun dan kelak akan ku cari
pembunuh ayah ! " Han Sin yang biasanya lincah jenaka itu kini nampak
bersungguh-sungguh karena dia penasaran dan marah mendengar akan kematian
ayahnya . Demikianlah , beberapa hari kemudian , Han Sin membawa
sebuah buntalan pakaian besar , diatar oleh ibunya naik kereta menuju ke kuil
Siauw lim si di luar kota yang diketuai oleh Tiong Gi Hwesio itu . Sebelumnya ,
janda panglima ini sudah mengirim surat kepada Tiong Gi Hwesio tentang maksudnya
mengirim puteranya untuk belajar silat , sastra dan agama .
Karena keluarga Panglima Cian merupakan penyumbang besar dari kuil itu dan
dikenal baikoleh Tiong Gi Hwesio , maka permintaan janda itu diterima dengan
senang hati . Kedatangan Ji Goat dan puteranya disambut sendiri oleh
Tiong Gi Hwesio di ruangan tamu . " nah , lo-suhu , inilah puteraku Cian Han Sin
seperti yang sudah kuberitahukan
dalam surat itu, ' kata janda itu dengan sikap ramah . "
" Seorang anak yang baik , Toa-nio , pinceng merasa
terhormat sekali " dan dengan adanya Cian-Kongcu menjadi murid disini " .
" Losuhu , karena aku akan menjadi muridmu , maka
janganlah kalau losuhu menyebutku kong-cu ( tuan muda ) .
Namaku Cian Han Sin dan sebut saja namaku tanpa embel-
embel tuan muda ," kata Han Sin sambil tersenyum .
" Omitohud ... ! masih begini muda sudah pandai bersikap rendah hati .
Baguss ... bagus ! ' puji Hwesio itu sambil mengangguk-angguk .
" Apa yang dikatakan Han Sin benar , losuhu , hubungan
antara guru dan murid akan menjadi janggal kalau losuhu menyebutnya kong-cu .
Sebut saja namanya dan bersikaplah kepadanya seperti kepada seorang murid
biasa , " kata Ji Goat
. " Omitohud , baiklah Toa-nio " .
" nah , Han Sin , engkau harus memberi hormat kepada
suhumu , " kata janda itu . Han Sin yang sudah mempelajari tentang tata cari itu
, segera menjatuhkan dirinya berlutut di depan hwesio itu .
" Suhu , terimalah hormat teecu ( murid ) ! " katanya
sambil memberi hormat delapan kali .
" Omitohud .... engkau anak dan murid yang baik sekali , Han Sin , ' kata hwesio
itu sambil mengangkat bangun Han Sin
. Ibunya memandang dengan gembira .
Jilid 2 " Nah , Han Sin , mulai hari ini engkau tinggal disini dan belajarlah dengan
tekun . Engkau tidak boleh meninggalkan kuil dan kalau engkau rindu kepada ibu ,
aku yang akan datang menjengukmu ke sini . Tidak perlu engkau pulang . "
Han Sin sudah maklum bahwa dia harus belajar dengan
tekun , maka dia mengangguk .
" Baiklah , ibu harap jangan khawatir . Aku akan belajar dengan tekun sesuai
dengan pesanmu . " Setelah akhirnya ibunya naik kembali ke dalam kereta dan meninggalkan kuil , mau
tidak mau Han Sin merasa seolah semangatnya ikut pergi bersama ibunya . Kini ,
ayahnya telah meninggal dunia dan ketika ibunya meninggalkannya , ia
merasa kehilangan dan kesepian sekali . Akan tetapi dia mengeraskan hatinya ,
bahkan segera memutar tubuhnya
menghadapi Tiong Gi Hwesio .
" Suhu , harap perintahkan apa yang sekarang harus teccu lakukan . "
Hwesio itu tersenyum . Dia kagus melihat sikap anak ini .
Akan tetapi , diapun maklum bahwa anak ini sebagai putera seorang panglima yang
kabarnya berilmu tinggi , tentu sudah mendapat gemblengan dari ayah ibunya .
Hwesio ini pun pernah mendengar bahwa ibu anak ini pun seorang yang
pandai ilmu silat . Karena itu , dia sudah mengambil
keputusan untuk tidak tergesa-gesa mengajarkan ilmu silat kepada anak ini ,
melainkan menggemblengnya agar dia
memiliki dasar tenaga yang kuat dan terutama sekali melatih kesabaran dan
menanamkan pelajaran agama kedalam
batinnya sehingga kelak akan menjadi seorang yang budiman
, tidak hanya mengandalkan kekerasan ilmu silat .
"Hari ini pinceng antarkan ke kamar mu lebih dulu , setelah itu baru pinceng
akan memberitahukan apa tugasmu setiap hari didalam kuil ini ."
Han Sin mendapatkan sebuah kamar tersendiri di dalam kuil itu , tidak seperti
belasan murid lain yang tinggal didalam kamar bertiga atau berempat .
Bagaimanapun juga , Tiong Gi Hwesio masih merasa sungkan kepada ibu anak itu ,
seorang penyumbang besar dan janda seorang panglima besar pula .
Setelah mendapatkan kamar , Han Sin lalu di beri tugas
oleh Tiong Gi Hwesio . Tugas pekerjaan yang berat . Setiap hari dia harus
mengisi bak-bak air , mencari kayu bakar , membelah kayu-kayu besar itu menjadi
kayu bakar . Di waktu malamnya , dia diharuskan membaca kitab-kitab agama dan
menghafalnya . Han Sin tidak menyangka sama sekali bahwa dia harus
bekerja berat dikuil itu . Dan pekerjaan itu pun dilakukan dengan cara-cara yang
seolah menyiksanya . Dia diharuskan memikul air dengan kedua kaki mengenakan
bakiak ( alsa kaki dari kayu ) yang amat berat . Baru memakai bakiak itu saja
dia sudah hampir tidak dapat berjalan dengan baik . Apalagi harus memikul air
yang berat dan bergoyang-goyang ! Dan pikulannya pun terbuat dari lidi bambu


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang banyak diikat menjadi satu .
Setelah dia mampu berjalan dengan bakiak memikul dua
tong air yang penuh dengan baik , dengan langkah ringan dan cepat yang baru
dapat dilakukan setelah dia bekerja lebih dari tiga bulan , batang-batang lidi
itu dikurangi satu demi satu .
Sudah setahun lamanya Han Sin berada di kuil dan belum
juga dia dilatih ilmu silat oleh Tiong Gi Hwesio ! Bahkan pekerjaannya pun
semakin berat saja . Pada pikulannya di ikat dua potong besi yang beratnya tidak
kurang dari sepuluh kilo dan dia diharuskan memikul air dengan tong air yang bocor !
Setiap kali dia sampai di bak air , pikulannya sudah kosong karena airnya habis
membocor dalam perjalanan dari sumber air ke bak air dibelakang kuil !
Dia tidak boleh mengganti tong air . Terpaksa dia harus berjalan atau bahkan
berlari secepat mungkin agar setibanya di bak air , tong itu belum habis sama
sekali . Dalam waktu setahun , seringkali dia menjadi bahan
tertawaan murid-murid yang lain yang tidak diharuskan
bekerja berat seperti halnya Han Sin . Namun , biar mendapat perlakuan seperti
itu , Han Sin tidak pernah mengeluh .
Bahkan kepada ibunya yang hampir setiap bulan sekali datang menjenguknya , tidak
ada sepatahpun kata keluhan atau
aduan kepada ibunya . Han Sin sudah dapat mengendalikan perasaanya dan belajar
untuk bersabar diri . Di waktu malam , seringkali Tiong Gi Hwesio datang
kemarnya dan hwesio ini memberi petuah-petuah mengenai
soal-soal kebatinan kepada anak itu . Ditekankan oleh hwesio itu agar Han Sin
dapat menerima kenyataan , menerima
keadaan dengan penuh kewaspadaan , menerima keadaan
bukan berarti putus asa atau mengalah , melainkan penuh kepasrahan kepada
kekuasaan Tuhan . " Setiap saat engkau waspadalah terhadap segala
perbuatanmu , gerak gerik semua anggota tubuhmu kalau
sedang melakukan sesuatu . Juga jangan lengah untuk
mengamati apa yang terjadi dengan hati dan pikiranmu .
Kewaspadaan ini akan membuat engkau mengenal benar
siapa dirimu dan mengikuti semua ulah nafsu yang menguasai dirimu lahir batin .
Hanya kewaspadaan yang menyeluruh ini yang akan membawamu ke dalam jalan
kehidupan yang benar , Han Sin " . Setiap kali menerima wejangan hwesio itu , tentu saja Han Sin merasa agak pusing
. Ucapan hwesio itu terlalu dalam untuk pikiran seorang anak berusia sepuluh
tahun . Akan tetapi setelah hwesio itu pergi meninggalkan kamarnya , Han Sin
suka merenungkan semua itu sampai dia samar-samar
dapat menangkap intinya . Makin dia mengerti , makin
sabarlah dia dan kehidupan dikuil itu makin terasa ringan .
Kejenakaannya yang menjadi watak dasarnya timbul kembali sehingga dia dapat
bersenda gurau dengan murid-murid yang lain di dalam kuil itu .
Karena pekerjaannya , Han Sin jadi dekat dengan Ho Beng Hwesio , tukang masak
dikuil itu . Dalam pekerjaan membelah kayu bakar , mula-mula dia diberi sebuah
kapak . Akan tetapi dia dilarang keras mengasah kapak itu .Tentu saja dalam
setahun , kapak itu menjadi tumpul , tidak terasa oleh Han Sin dan dia tetap
dapat sekali pukul membelah kayu yang besar .
Ternyata ini pun merupakan latihan yang amat besar
manfaatnya untuk menghimpun tenaga
Ho Beng hwesio seringkali melihat anak itu bekerja dan
diluar tahunya Han Sin , seringkali dia mengangguk dan
tersenyum . Kakek tua renta ini sudah tahu bahwa Han Sin adalah putera mendiang
panglima Cian Kauw Cu . Terbayanglah dia akan masa lalunya , tiga puluh tahun yang lalu , ketika dia
masih berjuluk Hek Liong Ong , dia menjadi guru Cian Kauw Cu (baca Sepasang Naga
Lembah Iblis) !. Dan Cian Kauw Cu merupakan seorang murid yang baik sekali .
Sama sekali tidak terpengaruh oleh wataknya yang ketika itu masih menjadi
seorang datuk sesat yang kejam ! Kemudian bahkan muridnya yang membujuknya
membantu para pejuang , membantu Yang Chien menaklukkan Kerajaan Toba sehingga membangun Kerajaan Sui
yang sekarang . Diapun mendengar
bahwa muridnya itu telah gugur dalam perang , dan kini
putera muridnya itu menjadi murid dalam kuil itu ! .
Sudah dua tahun Han Sin berada di kuil itu . Pekerjaan
berat yang sebetulnya merupakan latihan menghimpun tenaga itu membuat tubuhnya
nampak semakin tegap . Dalam
usianya yang dua belas tahun , Han Sin telah memiliki tenaga yang melebihi orang
dewasa . Pada suatu hari ibunya datang menjenguknya . Seperti biasa , ibunya
datang membawakan makanan yang enak-enak untuk puteranya . Setelah mereka
bercakap-cakap melepaskan rindu , ibunya lalu bertanya " Han Sin , sampai dimana
pelajaran ilmu silatmu " " .
" Ditanya begini , Han Sin menjadi bingng bagaimana untuk menjawab , " Ah ,
biasa-biasa saja ibu " .
" Hari ini ibu ingin melihatnya . Berlatihlah dengan ilmu silat yang kaupelajari
dari Tiong Gi Hwesio ".
Sekarang Han Sin tidak dapat menjawab lagi . Dia tidak
tahu mau berbohong kepada ibunya , walaupun dia tidak ingin mengadu dan mengeluh
. " Hayo , Han Sin , kenapa diam saja " Engkau tidak malu kepada ibumu sendiri
bukan " Ibu ingin melihat hasil latihan mu disini ! " .
Han Sin menghampiri ibunya dan memegang tangan ibunya
. Dia amat sayang kepada ibunya dan tidak ingin
mengecewakan hati ibunya .
" Ibu , sebetulnya aku belum pernah berlatih silat disini , akan tetapi aku
tidak kecewa , banyak mendapat pelajaran memperdalam sastra danpengetahuan agama
, juga banyak mendapat petuah dari suhu . Dan pekerjaan disini juga
menyenangkan . " Akan tetapi Ji Goat sudah marah sekali . Ia bangkit berdiri , memanggil seorang
hwesio lalu berkata dengan suara dingin .
" Tolong undang Tiong Gi Hwesio agar datang ke sini ! "
Hwesio itu melihat sikap seorang yang tidak senang makan cepat ia pergi kedalam
dan tak lama kemudian Tiong Gi
Hwesio masuk ke dalam ruangan tamu itu .
" Ah , Cian-toanio ! Selamat pagi , toa-nio , " kata Tiong Gi Hwesio dengan
ramah dan hormat " Losuhu , apa yang terjadi disini " Aku minta kepada
anakku untuk berlatih ilmu silat yang dia pelajari disini dan dia mengatakan
bahwa dia belum pernah berlatih silat . Apa
artinya ini , losuhu ?" .
" Omitohud ..... Han Sin tidak pernah mengeluh ...... "
" Suhu , teecu sama sekali bukan bermaksud mengeluh
atau mengadu kepada ibu . Akan tetapi karena ibu minta
teecu berlatih ilmu silat yang teecu pelajari disini , terpaksa teecu mengatakan
terus terang . " " Omitohud .... ! pinceng tidak menyalahkanmu , Han Sin , juga sama sekali tidak
menyalahkan toa-nio " . Dia lalu menghadapi nyonya itu dan mengangkat kedua
tangan didepan dadanya . " Toa-nio , lupakan toanio ketika pertama kali membawa
Han Sin ke sini , minta kepada pinceng untuk mengajarkan dasar-dasar ilmu silat
yang dalam " Han Sin adalah putera mendiang Cian Ciangkun dan Cian-toanio yang
pinceng tahu memiliki ilmu silat yang tinggi . Oleh karena itu , pinceng
tekankan kepada latihan gerakan dasar yang membuat kaki tangannya ringan dan
membangkitkan tenaga tubuh yang
benar-benar kuat . Silahkan Toanio mengajaknya berlatih ilmu
silat yang pernah dia pelajari dirumah dan toanio akan
mengetahui kemajuannya " .
Jo Goat memandang kepada puteranya penuh perhatian .
Ia masih belum melihat kemajuan itu , hanya harus mengakui bahwa tubuh puteranya
menjadi semakin tegap . " Han Sin , mari kita berlatih Lo-hai-kun ( Silat Pengacau Lautan ) yang pernah
kuajarkan kepadamu sebentar , "
katanya dengan nada memerintah .
" Baik , ibu , " kata Han Sin yang melihat bahwa ibunya marah dan dia menaati
untuk menghibur hati ibunya .
Ibu dan anak itu memasang kuda-kuda , lalu ibunya berseru
, " jaga seranganku ! " dan iapun menyerang dengan ilmu silat itu . Han Sin
bergerak dan keduanya , ibu dan anak itu terkejut . Ji goat melihat gerakan
puteranya demikian ringan dan cepat . Juga Han Sin kaget sendiri melihat
gerakannya dan sadarlah dia bahwa ini berkat latihan memikul air dengan tong
bocor sehingga dia terpaksa berlari cepat .
Ibunya mulai gembira dan menyerang dengan cepat . Han
Sin menangkis " Dukkk ..... ! " kembali keduanya terkejut .
Tenaga tangkisan itu membuat Ji Goat merasa lengannya
terguncang hebat , dan Han Sin juga merasakan betapa
tenaganya mampu menolak tenaga ibunya yang biasanya
dirasakan amat berat . Mereka berlatih semakin cepat dan ternyata Han Sin dapat
mengimbangi permainan silat ibunya !
Ji Goat lalu melompat ke belakang .
" Cukup , Han Sin " katanya dan nyonya itu lalu memberi hormat kepada Tiong Gi
Hwesio " Lo-suhu , maafkan saya . Baru sekarang saya mengerti
apa yang lo-suhu maksudkan dan banyak terima kasih atas semua bantuan lo-suhu .
Saya serahkan sepenuhnya kepada
lo-suhu " Ji Goat memang merasa gembira bukan main ,
anaknya yang baru berusia dua belas tahun itu telah
memperoleh kemajuan yang demikian pesatnya sehingga
hampir dapat mengimbanginya dalam hal tenaga dan
kecepatan ! . Nyonya janda itu pulang dengan hati gembira dan puas .
Sebaliknya Han Sin juga menyadari bahwa semua pekerjaan berat yang diberikan
Tiong Gi hwesio kepadanya , yang
nampaknya seperti menyiksanya , sebenarnya merupakan
latihan yang amat bermanfaat . Dia teringat betapa murid dikuil itu sering kali
menertawakannya . Dan kini dia yang menertawakan mereka . Mereka itu hanya
memperoleh ilmu sebagai kulitnya saja , tanpa mendapatkan inti dan isinya .
Akan tetapi kalau begini terus , kapan dia akan memperoleh latihan ilmu silat "
Malam itu terang bulan , setelah menghafalkan isi kitab agama , Han Sin duduk
dalam kamarnya . Jendela kamarnya dia buka sehingga dia dapat menikmati
keindahan malam terang bulan . Malam itu sunyi . Di luar nampak hijau
kekuningan dan angin malam yang lembut bersilir ,
menggerakkan daun-daun pohon yang tumbuh diluar kamar
jendelanya . Memandangi keindahan malam itu , Han Sin melamun .
Nampak awan putih berarak diangkasa dan dibalik awan itu sinar bulan menciptakan
keindahan di angkasa seolah angkasa menjadi sorga yang diceritakan dalam dongeng
, Han Sin teringat kepada ayahnya . Apakah ayahnya berada dibalik awan-awan itu " Dia
terkenang kepada ayahnya dan makin
dalam tenggelam ke dalam lamunannya . Dia selalu
membayangkan ayahnya sebagai orang yang paling gagah
didunia . Dan diapun ingin kelak menjadi seperti ayahnya !
Orang gagah yang menentang kejahatan , dan yang selalu
ditakut musuh-musuhnya . Tiba-tiba dia melihat daun-daun pohon itu bergoyang
agakkeras , padahal angin tetap lembut seperti tadi . Dia seperti melihat
bayangan dipohon. Han Sin bangkit berdiri dan menghampiri jendela agar dapat
melihat lebih jelas . Setelah tiba ditepi jendela dia memandang dan benar saja ,
bayangan dipohon itu adalah seorang manusia yang tahu-tahu telah duduk di atas
cabang pohon itu dan dia segera mengenal
orang itu . Ho Beng Hwesio , tukang masak yang tua renta itu duduk di sana
sambil tersenyum kepadanya ! Hampir dia tidak dapat percaya . Bagaimana tahu-
tahu hwesio tua itu telah berada di atas pohon " .
" Ho Beng suhu .... ! "
" Ssssttttt ....... ! mari kau ikut denganku , nanti kita bicara
. Maukah kau " " tanya hwesio tua itu dengan suara lirih .
" Keluarlah dari jendela dan tutupkan daun jendela dari luar
" . Seperti dalam mimpi , Han Sin memenuhi permintaan
hwesio tua itu meloncat keluar dari jendela dan menutupkan daun jendela . Hwesio
tua itu meloncat turun dari atas cabang pohon , gerakannya demikian ringan
seperti sehelai daun kering , kemudian memberi isyarat dengan gapaian tangan
kepadanya untuk mengikuti .
Han Sin meloncat kedepan , akan tetapi kakek itu juga
bergerak cepat ke depan . Han Sin menjadi penasaran dan dia berlari secepatnya
untuk mengejar . Namun dia tidak pernah dapat menyusul kakek itu . Jarak antara
mereka masih tetap . Padahal kakek itu nampaknya seperti berjalan seenaknya saja
. Ho Beng hwesio terus membawanya menuju ke sumber air
dilereng bukit di belakang kuil . Han Sin tetap membanyangi dan akhirnya kakek
itu berhenti diatas sumber air dimana ada lapangan rumput . Tempat itu terang
karena agak jauh dari pohon-pohon besar . Han Sin segera menghampirinya dengan
perasaan kagum dan heran .
" Ho Beng suhu , apa maksudmu mengajak aku ke sini " "
tanya Han Sin Dia sudah mengenal baik hwesio tukang masak ini karena
beberapa hari sekali dia mendapat tugas membelah kayu
bakar di dapur . " Han Sin , maukah engkau belajar silat dariku " Aku pernah mempelajari beberapa
macam ilmu silat . Kini aku sudah tua dan sebelum mati aku ingin meninggalkan
semua ilmuku kepadamu " " Kenapa kepadaku , Ho Beng suhu ?"
" Karena engkau seorang anak yang tekun , rajin dan tahan uji . Aku sudah
melihat engkau bekerja giat dan sabar selama dua tahun ini . Akan tetapi ada
satu syaratnya kalau engkau hendak belajar silat dariku "
" Apa syaratnya , Ho Beng suhu " "
" Syaratnya engkau tidak boleh mengatakan kepada
siapapun juga bahwa engkau belajar silat dariku sehingga aku akan mengajarmu
seperti sekarang ini , secara sembunyi di waktu malam . Sanggupkah engkau
memenuhi syarat itu " "
" Aku sanggup . Akan tetapi kalau engkau akan
mengajarkan ilmu silat kepadaku , aku juga mempunyai syarat
, yaitu , engkau harus lebih dulu membuktikan bahwa engkau lihai dan dapat
mengalahkan aku . Bagaimana Ho Beng suhu "
" " Bagus , memang engkau tidak boleh percaya apapun
sebelum membuktikan sendiri . Nah , sekarang seranglah aku dengan segala
kepandaian dan kerahkan semua tenagamu " .
Dalam hatinya , Han Sin merasa tidak tega menyerang
hwesio yang sudah tua renta ini . Bagaimana kalau
pukulannya mengenai tubuh yang sudah nampak rapuh itu .
Membuat tubuh itu terluka . Maka , tentu saja dia tidak ingin menyerang dengan
sepenuh tenaganya . " Ho Beng suhu , jaga seranganku " katanya dan diapun
menyerang mempergunakan sebagian saja dari tenaganya
namun gerakannya cepat bukan main .
Kakek itu melangkah dan memutar tubuh ke kira sehingga
pukulan itu luput dan dari kiri tangan nya mendorong tubuh Han Sin , dan dia
tidak dapat mempertahankan diri lagi dan roboh terpelanting ! .
" Omitohud , kenapa engkau membatasi tenagamu " Hayo
serang lagi , kerahkan semua tenagamu dan pergunakan jurus silatmu yang paling


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hebat ! " . tantang hwesio itu .
Han Sin bangkit dan diam-diam terkejut dan penasaran .
Begitu mudahnya dia dirobohkan . Kini dia menyerang lagi , menggunakan jurus Lo-
hai-kun dan mengerahkan tenaga
sepenuhnya. Hebat serangannya ini , akan tetapi sebelum tangannya
yang memukul itu mengenai sasaran , kakek itu
mengelebatkan tangannya dan seketika tangan Han Sin , yang memukul menjadi
lumpuh . Dia menyusulkan tamparan
dengan tangan kiri , akan tetapi dengan mudahnya kakek itu mengelak dan begitu
tangan kiri Han Sin lewat , dia memutar tubuh mendorong pundak anak itu dan
untuk kedua kalinya Han Sin terpelanting roboh ! .
Kini yakinlah Han Sin bahwa kakek itu memang memiliki
ilmu silat yang lihai sekali maka tanpa ragu lagi diapun menjatuhkan diri
berlutut didepan tukang masak itu !
" Teecu siap menerima petunjuk suhu ! "
" Husshhh , lupakah engkau akan syaratku tadi " Engkau
sama sekali tidak boleh bersikap begini kepadaku , tentu orang lain akan
mengetahui . Bersikaplah biasa saja , jangan seperti seorang murid terhadap
gurunya , mengerti ?" .
" Han Sin bangkit lalu mengangguk . " Aku ...... aku
mengerti , Ho Beng suhu " katanya dengan sikap dan nada suara biasa .
" Bagus , nah , mari kita mulai . Perhatikan baik-baik dan tirulah gerakan
jurusku ini ! " . Mulailah Ho Beng hwesio atau Hek Liong Ong Poa Yok Su
mengajarkan ilmu silat tinggi kepada anak itu . Dia
mengajarkan dengan sungguh-sungguh hati dan Han Sin yang maklum bahwa dia telah
menemukan seorang guru yang
pandai sekali juga belajar dengan tekun .
Mulai malam itu , boleh dibilang setiap malam karena
jarang sekali berhenti , Han Sin dilatih ilmu-ilmu silat oleh kakek itu .
Mereka selalu bertemu dimalam hari , di atas sumber air itu
. Di waktu siangnya , Ho Beng hwesio bekerja di dapur seperti biasa , dan kadang
Han Sin membelah kayu bakar di dapur dan sikap kedua orang itu sama lain nampak
biasa saja . Selain ilmu silat , juga Ho Beng hwesio mengajarkan cara bersemadi menghimpun
tenaga sakti . Dan pada siang harinya , Tiong Gi Hwesio yang pernah di tegur Ji Goat juga mulai
mengajarkan dasar-dasar ilmu silat
siuw-lim-pai yang amat tangguh itu . Han Sin juga
mempelajarinya dengan tekun karena dia telah diberitahu ibunya bahwa ilmu silat
siauw-lim-pai adalah ilmu silat yang hebat , yang menjadi sumber dari aliran
lain , karena ilmu silat siau-lim -pai mengandung pokok-pokok dasar gerakan ilmu
silat pada umumnya . **** Sang waktu terbang dengan cepatnya . Kalau tidak
diperhatikan , tahun-tahun lewat bagaikan berhari-hari saja .
Sebaliknya , kalau kita memperhatikan waktu , sehari rasanya setahun . Tanpa
disadari , sejak Han Sin di latih ilmu silat oleh Ho Beng hwesio lima tahun
telah lewat ! Selama tujuh tahun Han Sin berada di kuil itu dan kini dia telah
menjadi seorang pemuda berusia tujuh belas tahun . Tubuhnya tinggi tegap ,
wajahnya tampan dan gagah . Wajahnya selalu cerah dengan senyum tak pernah
meninggalkan bibirnya . Matanya bersinar lembut , akan tetapi seperti mata
Naga . Sikapnya tenang akan tetapi dia lincah jenaka , suka bergurau dan
memandang dunia ini dari segi yang indah dan menggembirakan .
Pelajaran agama dan sastra sudah ditekuni selama tujuh tahun dan pemuda ini
memiliki pandangan yang luas akan kehidupan
. Dia pun seorang yang patuh memegang janjinya . Dia
merahasiakan tentang keadaan Ho Beng hwesio , bahkan
kepada ibunya sendiri rahasia itu tidak pernah diceritakan .
Juga Tiong Gi hwesio sama sekali tidak pernah menduga
bahwa muridnya yang paling pandai itu di samping ilmu-ilmu silat siaw-lim-pai
yang di ajarkannya , juga mempelajari ilmu silat lain yang luar biasa dari
seorang datuk persilatan yang namanya pernah tersohor di dunia kang - ouw .
Setelah dia menjadi dewasa , barulah dia yakin benar akan manfaat pekerjaan
kasar dan berat yang ditugaskan oleh
Tiong Gi Hwesio kepadanya ketika dia masih kecil . Hasilnya terpetik plehnya
setelah dia menjadi dewasa dan untuk itu dia merasa bersukur dan berterima kasih
kepada ketua kuil itu . Pada suatu hari , pagi-pagi sekali , kuil siauw-lim-pai itu didatangi seorang
tosu tinggi kurus berusia enam puluh tujuh tahun . Matanya sipit mencorong ,
tangan kiri memegang sebatang hud-tim dan tangan kanannya memegang sebatang
tongkat putih . Sikapnya tenang sekali dan karena pada
hwesio penjaga dia menyatakan ingin bertemu dengan Tiong Gi hwesio , maka hwesio
penjaga melapor ke dalam dan tak lama kemudian Tiong Gi Hwesio keluar menjumpai
tosu itu . Mereka saling memberi hormat .
" Siancai ! Kalau pinto tidak salah duga , tentu losuhu ini yang bernama Tiong
Gi hwesio dan menjadi ketua kuil siauw-lim-pai ini , bukan " " kata tosu itu
dengan suaranya yang terdengar dingin namun sikapnya lembut .
" Omitohud , dugaan to-yu memang tepat. Pinceng adalah
Tiong Gi Hwesio yang bertugas memimpin dikuil ini . Tidak tahu siapakah to-tiang
dan apakah keperluan to-tiang
memberi kehormatan berkunjung ke kuil kami " " .
" Pinto disebut orang Ngo Heng Thian Cu . Kalau tidak salah
, di kuil ini terdapat seorang hwesio yang baru menjadi hwesio sekitar tujuh
tahun lebih , mukanya hitam seperti arang .
Benarkah ada hwesio itu , Tiong Gi hwesio ?" Sepasang mata sipit itu memandang
tajam penuh selidik . " Omitohud , mungkin to-yu maksudkan adalah Ho Beng
hwesio yang menjadi tukang masak kami . Benarkah dia yang to-yu maksudkan ?" .
" Pinto tidak tahu nama barunya sebagai hwesio , akan
tetapi pinto mengenalnya dengan baik sebelum dia menjadi hwesio . Bolehkah pinto
bertemu dengan dia untuk melihat apakah dia orang yang pinto cari " " .
Kebetulan Han Sin berada pula di depan dan melihat
pemuda itu , Tiong Gi hwesio lalu berkata kepadanya
" Han Sin , coba panggil Ho Beng hwesio untuk keluar
sebentar . Katakan bahwa pinceng yang memanggilnya ke sini
" . " Baik , suhu " Han Sin segera masuk kedalam kuil ,
langsung menuju ke dapur . Di situ dia melihat Ho Beng
hwesio sedang menyalakan api dapur , agaknya hendak mulai dengan tugasnya
sehari-hari , yaitu memasak .
" Ho Beng suhu ...... ! "
" Eh Han Sin , ada keperluan apakah engkau sepagi ini
masuk ke dapur " " tegur Ho Beng hwesio sambil tersenyum .
Semua ilmu pilihannya telah di ajarkan kepada murid ini dan dia merasa puas
karena Han Sin membuktikan bahwa dia
seorang murid yang berbakat sekali . Semua ilmu itu telah dapat dikuasai dengan
baik . " Suhu , ada seorang tamu yang ingin bertemu dengan
suhu dan Tiong Gi suhu sekarang memanggil suhu untuk
keluar menemuinya . "
Tiba-tiba sikap Ho Beng hwesio berubah . Matanya yang
sudah lebar itu terbelalak makin lebar . Mukanya yang hitam menjadi agak pucat
dan dia nampak terkejut dan gelisah .
" Tamu itu ........... dia seperti apakah " Bagaimana
macamnya dan berapa usianya " tanyanya kepada Han Sin
yang menjadi heran sekali melihat hwesio tua yang sakti itu nampak seperti orang
yang ketakutan ! " Dia seorang tosu , usianya tentu sudah hampir tujuh
puluh tahun . Orangnya tinggi kurus , matanya sipit
mencorong ,,,,,,, " " Apakah dia memegang sebatang hud-tim dan sebatang
tongkat putih ?" " Benar sekali , suhu . Dan dia mengaku bernama Ngo heng thian cu ."
" Aduh celaka ! Aku ... aku tidak mau membunuh dan di
bunuh . Han Sin tolonglah aku. Katakan pada Tiong Gi hwesio bahwa aku sedang
pergi berbelanja . Sudah , aku mau pergi dan jangan katakan kepada siapapun juga
" kakek tua renta itu bergegas keluar dari dapur .
Han Sin tertegun . Tidak mau membunuh dan dibunuh "
Ada apakah di antara gurunya ini dan tosu itu " Dan mengapa orang sesakti Ho
Beng Hwesio dapat bersikap ketakutan
seperti itu " Dia mengejar keluar ke dapur , akan tetapi hwesio tua renta itu
sudah lenyap dari situ , agaknya sudah melarikan diri entah kemana !
Dengan perasaan heran sekali terpaksa Han Sin kembali ke ruangan depan dimana
Tiong Gi hwesio sedang bercakap-cakap dengan tosu yang menjadi tamu . Mereka
berdua memandang ketika Han Sin kembali ke ruangan itu , dan tosu itu mengerutkan
alisnya melihat Han Sin datang seorang diri saja .
" Han Sin , mana Ho Beng hwesio " Kenapa tidak ikut
denganmu " " tanya Tiong i hwesio .
" Ho Beng suhu sedang pergi berbelanja , suhu , dia tidak berada di dapur , "
Han Sin terpaksa berbohong untuk
memenuhi permintaan Ho Beng hwesio .
" Pergi berbelanja " Aneh sekali , biasanya bukan dia yang pergi berbelanja ,"
Kata Tiong Gi hwesio . Mendengar ini , tosu yang berjuluk Ngo heng thian cu itu nampak marah sekali . "
Keparat , Hek Liong Ong ! Kembali engkau dapat meloloskan diri dari tangan pinto
! " setelah berkata demikian , sekali meloncat tosu itu sudah pergi dari situ .
Tiong Gi hwesio tertegun dan terbelalak " Hek liong ong ....
" apa maksudnya ........" '
" Suhu , siapakah Hek liong ong itu " Han Sin bertanya
,akan tetapi di dalam hatinya dia sudah dapat menduga .
Tukang masak yang bernama Ho Beng hwesio itu memiliki
ilmu kepandaian yang tinggi sekali , dan mungkin saja dia seorang tokoh
persilatan yang menyamar dan
menyembunyikan diri di dalam kuil sebagai tukang masak .
" Hek liong ong adalah nama julukan seorang datuk sesat yang terkenal sekali
puluhan tahun yang lalu dan yang
kemudian lenyap dari dunia kang-ouw . Mungkinkah dia ...... "
" Suhu , kalau begitu biarlah teecu menyusul Ho Beng suhu ke pasar kita , tentu
dia berbelanja di sana . Akan teecu kabarkan kepadanya bahwa dia di cari oleh
tosu tadi . " " Sebaiknya begitu dan suruh dia cepat pulang , Han Sin "
Kata Tiong Gi hwesio dengan khawatir .
Han Sin segera pergi meninggalkan kuil . Akan tetapi dia tidak pergi ke kota
raja , karena tidak mungkin Ho Beng hwesio pergi ke sana . Kalau suhunya itu
pergi untuk menyembunyikan diri , kiranya hanya satu tempat yang akan di datangi suhunya itu
dan dia dapat menduga mana tempat itu . Tentu tempat itu tak jauh dari sumber
air dimana mereka berdua biasanya berlatih silat di waktu malam . Maka dia lalu
mengambil jalan memutar menuju ke bukit di belakang kuil .
Dugaan Han Sin memang tidak keliru . Ketika mendengar
bahwa ada seorang tosu berusia hampir tujuh puluh tahun , kurus tinggi dan
memegang sebuah hud-tim dan sebatang
tongkat putih , Ho Beng hwesio segera pergi dengan segera .
Kambuh pula rasa takutnya akan kematian karena dia maklum betapa lihai musuh
yang kini mencarinya itu . Dia atau tosu itu yang akan mati kalau mereka bertemu
dan perkelahian takkan dapat dielakkan lagi .
Karena tidak ada tempat yang baik baginya untuk
bersembunyi , maka dia lalu berlari menuju bukit di mana terdapat sumber air dan
dimana biasanya dia melatih ilmu silat kepada Han Sin .
Tempat ini cukup sunyi dan tersembunyi . Untuk sementara dia dapat bersembunyi
di situ sampai keadaan aman dan dia dapat pergi mencari tempat lain yang jauh
dari situ . Setelah ada musuh yang tahu bahwa dia bersembunyi di kuil itu
sebagai seorang hwesio , tidak ada gunanya lagi menlanjutkan persembunyiannya di
situ . Setelah tiba di lapangan rumput yang dikelilingi hutan kecil itu , dia
duduk termenung . Ngo heng thian cu " Dia ingat betul orang ini . Kurang lebih tiga puluh tahun
yang lalu , sebagai seorang di antara para datuk besar , dia bermusuhan dengan
Thian Te iu Kwi (Setan Arak Langit Bumi) yang terkenal sebagai seorang datuk
dari timur . Dia juga disebut sebagai Dewa Mabok , namun ilmu silatnya lihai
sekali dan setingkat dengan kepandaian Hek liong Ong . Beberapa kali terjadi
bentrokan antara dia dan thian te
ciu kwi , terutama sekali ketika dia membantu perjuangan Yang Chien , sedangkan
Ciu kwi membantu Raja Julan Khan , Raja bangsa Toba yang berkuasa di Tiang-an .
Dalam pertempurannya terakhir dengan thian te ciu kwi mereka
berkelahi lagi dan dia berhasil melukai ciu kwi yang menjadi semakin benci dan
dendam kepadanya . Dan Ngo heng thian cu adalah murid yang paling lihai dari
thain te ciu kwi ! Bahkan kabarnya tingkat kepandaian Ngo heng thian cu
lebih tinggi dari tingkat kepandaian gurunya itu . Maka , kalau Ngo heng thian
cu kini mencarinya , tentu akan membalas kekalahan gurunya dan mengingat akan
kelihaian orang itu , dia harus melawan mati-matian . Padahal kini dia telah tua
dantenaganya sudah berkurang banyak sekali . Sebetulnya dia tidak takut
menghadapi siapa pun juga , akan tetapi membayangkan kematian membuat dia
kembali merasa ngeri. Sia-sia saja usahanya selama bertahun-tahun ini untuk
menghilangkan rasa takut . Bukan lenyap , melainkan hanya mengendap saja . Dan
sekarang begitu maut mengancamnya , kembali rasa takut itu timbul dan mencekam
hatinya . Perasaan takut akan maut itu hanya dapat lenyap jika kita menyerahkan diri
kepada Tuhan dengan penuh kepasrahan , penuh kepercayaan bahwa kematian hanya
merupakan panggilan Tuhan pada umatNya . Bagaimana kelanjutan dari pada hidup kita sesudah
mati , kita serahkan saja dengan penuh ketaatan kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih , Yang Maha Bijaksana . Memang sudah menjadi kewajiban kita untuk menjada tubuh ini
agar tidak cidera , agar tidak sakit dan selamat etrbebas dari gangguan . Akan
tetapi kita tidak mungkin mencegah datangnya maut , kalau Tuhan sudah
menghendaki nya . Didalam semua ikhtiar kita , didasari kepasrahan kita .
Pasrahlah kehendak Tuhan terjadi
" Hek Liong ong ...... ! tiba-tiba terdengar seruan yang mengejutkan hati Hek
liong ong . Dia meloncat bangun dan memutar tubuhnya , menghadapi tosu itu
dengan muka berubah pucat, akan tetapi segera dia tertawa dan
keberaniannya timbul kembali karena dia memang tidak
pernah takut menghadapi musuh .
" Ha.. ha .. ha .. , Ngo heng thian cu ! Mau apa engkau mencariku ?"
" Hemmmm , Hek liong ong , tujuh tahun yang lalu ,
engkau mampu meloloskan diri dari Pulau Naga . Sekarang jangan harap akan dapat
meloloskan diri lagi dari tangan pinto
. Demi suhu thian te ciu kwi ! Engkau harus mati di tangan pinto "
" Thian te ciu kwi pengecut ! Suruh dia datang sendiri
menghadapi aku . Kenapa menyuruh engkau mewakilinya " "
" Suhu sudah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu dan pesannya kepada pinto
yang terakhir adalah mencari dan
membunuhmu , hek liong ong . Sarangmu di Pulau Naga
sudah ku bakar , Semua anak buahmu sudah kubunuh .
Sekarang tinggal engkau yang harus mati di tangan pinto .
"Haaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt ,...... !" tiba-tiba tosu tinggi kurus itu sudah
menerjang dengan dahsyatnya . Tongkatnya berubah
menjadi sinar putih yang menyambar-nyambar .
Hek liong ong meloncat kebelakang dan tangan nya
menyusup ke balik jubahnya dan dilain saat dia sudah


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memegang sebatang pedang terhunus , kiranya kakek ini
ketika melarikan diri tadi sudah membawa pedang yang
disembunyikan dibalik jubahnya .
" Ngo heng thian cu , akan kuantar engkau menyusul arwah gurumu ! " bentaknya
dan diapun maju menyambut serangan tosu itu dengan gerakan dahsyat pula .
Terjadi perkelahian yang hebat dan seru . Biarpun dia
sudah tua renta namun Hek liong Ong masih mampu
memainkan pedangnya dengan dahsyat . Kakek raksasa
bermuka hitam ini memang tangguh sekali . Dan dalam usia mendekati seratus tahun
itu tenaga nya masih kuat sehingga pedang yang dimainkan ditangannya itu berubah
menjadi sinar bergulung-gulung . Akan tetapi lawannya juga tidak kalah hebatnya , biarpun dia murid Thian te ciu
kwi , namun tingkat kepandaiannya sudah melampaui tingkat gurunya sendiri . Hal
ini dapat terjadi karena diapun mempelajari ilmu-ilmu silat dari aliran lain .
Dan menghadapi Hek Liong Ong yang tangguh , Ngo heng thian cu ini mengeluarkan
seluruh kepandaian nya dan mengerahkan seluruh tenaganya . Ketika Han Sin tiba
di tempat itu , kedua orang sakti itu telah bertanding . Han Sin terkejut
melihat tosu yang tadi mengunjungi kuil itu menemukan gurunya dan
mereka telah berkelahi dengan serunya . Dia tidak berani mencampuri dan hanya
menonton sambil mengintai dari balik batang pohon . Dia melihat bahwa gurunya
tidak kalah tangguh dan kedua orang itu saling serang dengan hebatnya .
Suara berdentingan ketika pedang bertemu tongkat ,
diseling bentakan-bentakan mereka membuat suasana
menjadi menegangkan sekali. Han Sin mengenal jurus-jurus maut dan sekali saja
seorang diantara mereka kurang cepat mengelak dan menangkis , tentu akan roboh
dan tewas . Hudtim ditangan tosu itu lihai sekali , kadang dapat digunakan sebagai cambuk
melecut , kadang menjadi kaku dan dapat
dipergunakan untuk menotok jalan darah , dipadu dengan
tongkat itu menjadi sepasang senjata yang ampuh sekali .
Akan tetapi , dia melihat gurunya juga menggerakkan pedang dengan cepatnya dan
seringkali pedang itu merupakan
ancaman maut bagi si tosu .
Bagaimanapun juga , dalam adu kekuatan badan , usia juga ikut memegang peran
penting sekali . Setelah lewat seratus jurus , nampaklah bahwa usianya merupakan
kelemahan bagi Hek liong ong. Kekuatannya memang masih ada , akan tetapi daya
tahannya yang merosot , napasnya mulai memburu dan keringatnya membasahi seluruh
tubuhnya, dengan sendirinya, setelah napasnya terengah-engah , tenaganya pun
berkurang banyak dan dia hanya main mundur sambil menangkis saja .
Hek liong ong adalah seorang yang keras hati dan tidak
pernah mau mengaku kalah . Melihat keadaannya yang sudah payah , dia menggunakan
tenaga terakhir untuk menyerang .
Dia mengayun pedangnya ke atas danmembacok kearah
kepala tosu itu. Ngo heng thian cu yang melihat bahwa
lawannya sudah mulai kehabisan napas, menggerakkan
kebutannya dan bulu kebutan yang panjang itu menahan
datangnya pedang . Melihat pedang itu sehingga tidak dapat digerakkan lagi . Hek
Liong ong terkejut dan penasaran . Dia menggunakan tangan kirinya membantu
tangan kanan untuk merengut pedangnya dan membikin putus bulu kebutan yang melibat pedangnya.
Dengan pengerahan tenaga , dia berhasil
. Bulu kebutan itu putus , akan tetapi pada saat itu , tongkat putih di tangan
kanan Ngo heng thian cu bergerak meluncur menusuk ke arah dada Hek liong ong !
Hek liong Ong sedang mengerahkan tenaganya kepada
kedua tangannya untuk merengut lepas pedangnya , maka dia tidak dapat lagi
melindungi dadanya , tetap saja dia tidak akan mampu menahan tusukan cepat dan
amat kuat itu . " Craaapp .... ! " tongkat putih yang terbuat dari pada baja yang amat kuat itu
telah menembus dadanya . Mata Hek liong ong terbelalak dan pada saat itu , Ngo
heng thian cu menendang perutnya sehingga dia terjengkang roboh dan
darah mengucur keluar dari luka di dadanya .
" Kau .... tosu yang jahat dan kejam ! " terdengar bentakan nyaring dan Han Sin
sudah menerjang tosu itu dengan
serangannya . Karena pemuda ini tidak membawa senjata , maka dia menyerang
dengan tangan kosong . Tosu itu
mengelak dengan loncatan ke samping .
Han Sin menghadapinya dan menundingkan telunjuknya ke
arah muka tosu itu . " Engkau tosu jahat ! Engkau telah membunuh Ho Beng
hwesio yang tidak berdosa ! " .
" Ha-ha-ha " Ngo heng thian cu tertawa ketika dia melihat bahwa yang
menyerangnya adalah pemuda murid Tiong Gi
hwesio tadi . " Dia Ho beng hwesio yang tidak berdosa " Ha-ha-ha!
Orang muda , agaknya engkaupun kena ditipu olehnya .
Ketahuilah , dia adalah Hek liong ong , seorang datuk sesat yang amat keji dan
kejam . Entah sudah berapa ratus orang tewas ditangannya . Sudah bertahun-tahun
pinto mencarinya dan dia dapat selalu menghindar . Tidak tahunya dia
menyembunyikan diri dikuil dan menjadi hwesio .
" Akan tetapi selama bertahun-tahun dia menjadi seorang hwesio yang tekun dan
tak pernah berbuat dosa ! Sekarang engkau membunuhnya . Engkau harus
mempertanggung jawabkan perbuatanmu ini ! " kembali Han Sin menerjang
dengan pukulan-pukulannya .
Menghadapi rangkaian serangan Han Sin , tosu itu dengan mudahnya mengelak ke
sana sini, lalu melompat jauh
kebelakang sambil berseru " pinto tidak mau bermusuhan
dengan siauw-lim-pai ! Pinto tidak dapat melayani mu lagi ! "
dan diapun segera melarikan diri dengan amat cepatnya .
Han Sin maklum bahwa tosu itu memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi sekali . Gurunya saja kalah dan tewas oleh tosu itu
, apalagi dia . Kalau tosu itu tidak mau melayani , bukan karena takut kepadanya
, melainkan takut menanam bibit
permusuhan dengan siauw lim pai karena bagaimanapun dia murid Tiong Gi hwesio
seorang tokoh Siauw lim pai .
Dia lalu menghampiri jenazah Ho Beng hwesio dan berlutut didekat jenazah . Ho
beng hwesio memang sudah tewas ,
dadanya berlubang oleh tusukan tongkat putih . Kini Ho Beng hwesio tidak perlu
takut lagi menghadapi maut .
Perasaan takut timbul karena permainan pikiran
membayangkan hal-hal yang belum diketahuinya . Kalau hal yang tadinya ditakuti
itu sudah tiba , maka rasa takutnya akan hal itupun lenyap , dan rasa takut itu
muncul dalam membayangkan hal-hal lain lagi yang belum diketahuinya .
Orang yang melekatkan bathinnya kepada kehidupan di
dunia ini tentu timbul rasa takut membayangi kematian , terutama sekali karena
dia akan kehilangan segala yang telah melekat dengan dirinya , segala yang telah
mendatangkan kesenangan dan kenikmatan hidup , kehilangan orang-orang yang
dikasihi , kehilangan harta benda yang disenangi , kehilangan kedudukan yang
dibanggakan . Kalau orang
menyadari bahwa segala sesuatu ini adalah milik Tuhan , segala yang dimiliki itu
hanyalah orang atau barang titipan belaka , bahwa sebetulnya dia tidak meiliki
apa-apa , bahkan dirinya pun tidak , maka orang itu tentu akan bebas dari pada
lekatan dan karenanya tidak akan merasa gentar menghadapi kematiannya yang pasti
akan datang menjemput itu .
Han Sin memondong jenazah itu, menuruni bukit dan
kembali ke kuil. Tiong Gi hwesio dan para hwesio lain
menyambutnya dengan kaget sekali melihat jenazah Ho beng hwesio, tukang masak
yang sudah tujuh tahun berada di kuil itu dianggap sebagai seorang hwesio yang
baik , tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak baik , bahkan taat sekali
kepada ketua kuil. Ketika Han Sin menceritakan apa yang dikatakan Ngo heng thian
cu kepadanya tentang Ho beng hwesio, Tiong Gi hwesio menghela napas panjang dan
menggeleng kepala . " Omitohud ..... siapa mengira bahwa dia adalah hek liong ong yang tersohor
itu " Bagaimanapun juga , pada masa
tuanya , dia sudah berusaha untuk bertaubat . Akan tetapi , biarpun demikian ,
masih saja dia dicari musuh-musuhnya .
Demikianlah kehidupan di dunia kang ouw , adanya hanya
dendam mendendam , balas membalas , bunuh membunuh .
Setiap orang manusia tidak akan lolos dari jaring karmanya sendiri . Akan tetapi
, disini dia telah membuktikan dirinya seorang yang baik dan tidak pernah
melanggar , maka sudah sepatutnya kalau jenazahnya mendapat perawatan
sebagaimana mestinya . Semua hwesio merasa setuju sekali, karena tidak ada
seorangpun di antara mereka yang tidak menganggap Ho
beng hwesio seorang yang baik hati. Akan tetapi hanya Han Sin seoranglah yang
merasa amat berduka karena tanpa
diketahui orang. Ho beng hwesio adalah gurunya selama lima tahun mengajarkan
banyak ilmu silat yang tinggi kepadanya .
Diapun tidak mempunyai gairah lagi untuk melanjutkan tinggal dikuil itu dan
ketika ibunya datang menjenguknya , dia
mengatakan hendak keluar dari kuil itu. Juga sekali ini, setelah Ho beng hwesio
meninggal , kepada ibunya dengan terus
terang dia membuka rahasia tentang dia belajar ilmu kepada Ho beng hwesio .
" Ho bwng hwesio itu siapakah " " tanya ibunya yang belum pernah bertemu dengan
hwesio tukang masak itu .
" Dia hwesio tukang masak disini , ibu , dan ternyata dia memiliki ilmu silat
yang tinggi dan telah mengajarkan ilmu-ilmunya kepadaku dengan diam-diam karena
dia tidak ingin diketahui orang lain bahwa dia memiliki kepandaian " .
" Aneh sekali orang itu . Aku ingin bertemu dan melihat orang yang telah
mengajarkan ilmu silat kepadamu "
" Tidak mungkin , ibu . Dia telah tewas belum lama ini "
" Tewas " Mengapa " "
" Tewas terbunuh oleh musuhnya yang amat lihai " .
Nyonya itu terbelalak " Ah , bagaimana terjadinya " Siapa dia sebenarnya dan apa
yang telah terjadi di kuil itu , Han Sin
?" . " Ibu , selama lima tahun aku di ajar ilmu silat olehnya , akan tetapi selama
itu aku tidak tahu sebenarnya siapa hwesio itu . Baru setalah kedatangan
musuhnya itulah aku tahu bahwa suhu Ho beng hwesio itu sebetulnya dahulu berjuluk Hek Liong Ong ...... "
" Hek liong ong .... " " kini Ji Goat bangkit dari duduknya dan memandang kepada
puteranya dengan mata terbelalak .
" Hek liong ong Poa Yok Su menjadi Ho beng hwesio di kuil Siauw lim si ?"
" Ibu mengenalnya " "
" Mengenal Hek liong ong " Tentu saja aku mengenalnya
karena dia dahulu juga membantu perjuangan dan membantu berdirinya Kerajaan
Sui . Bahkan lebih dari itu , dia adalah seorang diantara guru-guru dari
mendiang ayahmu ! " .
Kini Han Sin tertegun " Ah , kiranya guru mendiang ayah "
Pantas dia mengajarkan ilmu kepadaku , walaupun secara
sembunyi-sembunyi dan tidak mengajarkannya kepada orang lain ! " .
" Akan tetapi bagaimana dia sampai tewas ditangan
musuhnya " Siapakah musuhnya itu dan bagaimana terjadinya
?" Han Sin lalu menceritakan tentang kedatangan tosu tinggi kurus yang bernama Ngo
heng thian cu itu dan betapa Ho
beng hwesio segera melarikan diri ketika mendengar bahwa dia dicari tosu itu .
" aku menduga bahwa suhu tentu sembunyi di tempat
dimana biasanya dia mengajarkan silat kepadaku dan ternyata dia memang berada di
sana, akan tetapi Ngo heng thian cu juga menemukan tempat persembunyiannya itu .
Aku melihat mereka berkelahi dengan hebatnya dan akhirnya suhu roboh setelah
pertandingan yang amat lama dan seru .
Aku mencoba untuk menyerang tosu itu akan tetapi dia
menghindar dan mengatakan bahwa dia tidak mau
bermusuhan dengan siauw lim pai . Tentu saja dia tidak tahu bahwa aku adalah
murid Ho beng hwesio dan menganggap
aku murid siauw lim pai . Ibu , apakah ibu juga mengenal Ngo heng thian cu " "
Ji Goat menghela napas panjang , mengenang semua
kejadian masa lalu , ketika dia bersama mendiang suaminya ,
Cian Kuaw Cu , membantu Yang Chien berjuang
menumbangkan kekuasaan Kerajaan Toba .
" Ngo heng thian cu " Hemmm , kalau aku tidak salah ingat
, dia itu adalah murid Thain te ciu kwi . Dahulu Thian te ciu kwi membantu
Kerajaan Toba sehingga tentu saja
bermusuhan dengan Hek Liong ong yang membantu
perjuangan rakyat yang memberontak terhadap Kerajaan
Toba . Akan tetapi aku tidak mengira bahwa Thian te ciu kwi menyuruh muridnya
untuk menyerang dan membunuh Hek
liong ong " . " Ibu , apakah Hek liong ong itu dahulunya seorang datuk sesat yang banyak
melakukan kejahatan " "
" Semua datuk dan tokoh sesat di dunia kang ouw tidak
segan melakukan kejahatan, anakku. Mereka tidak mengenal apa yang dinamakan
kejahatan. Bagi mereka itu, mereka
hanya melakukan segala kehendak hati mereka kalau perlu melalui kekerasan untuk
memaksakan kehendak mereka.
Karena itu , tentu saja Hek liong ong sudah banyak melakukan perbuatan yang
menyimpang dari kebenaran"
Han Sin menghela napas panjang " Hemmmm benar saja
dia seorang jahat yang kemudian hendak bertaubat menebus dosa dengan menjadi
seorang hwesio " . " Atau boleh jadi dia menjadi hwesio untuk
menyembunyikan dirinya agar lolos dari ancaman musuh-
musuhnya. Setelah menjadi tua dan merasa lemah, mungkin Hek liong ong lalu
menjadi ketakutan. Dia dahulu memang seorang yang berhati keras dan kejam, dan
karena itulah maka mendiang ayahmu tidak lama menjadi muridnya " .
' Ibu , apakah sebagai murid suhu Ho beng hwesio aku
tidak berkewajiban untuk menuntut balas atas kematiannya "
" " Han Sin , Hek liong ong itu tidak mati penasaran.
Permusuhannya dengan Ngo heng thian cu adalah
permusuhan antara orang-orang kang ouw dan kedua pihak
memang terkenal sebagai golongan sesat . Engkau tidak perlu melibatkan dirimu.
Yang terpenting bagimu adalah
membalaskan kematian ayahmu . Ayahmu tewas secara
penasaran , bukan gugur dalam perang akan tetapi terbunuh oleh pembunuh gelap
secara curang dari belakang . "
" Akan tetapi kita tidak tahu siapa yang membunuhnya ,
bagaimana aku dapat mencarinya , ibu " .
" Memang tidak mungkin mencari pembunuhnya karena
Kisah Si Rase Terbang 1 Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Hoa San Lun Kiam Karya Chin Yung Pedang Sinar Emas 16
^