Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 7

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 7


kala Bagaimana menggambarkan kecepatan gerakannya".
Dalam pandangan semua orang yang ada di ruangan itu, Suo Yi Hu sama sekali tidak
bergerak Seakan pedang Song Bun Cun hanya numpang lewat di bagian kepalanya
saja. Song Bun Cun mempunyai perkiraan sendiri Long san itpei mengaku belum
pernah bergebrak dengan orang, tapi dia sanggup menghindarkan diri dari
tebasannya dengan kecepatan seperti angin. Hal ini membuktikan ilmu silatnya sangat tinggi.
"Bagus!" serunya lantang.
Pedang kembali digerakkan, tapi meskipun dia menyerang sebanyaklima kali,
hasitnya tetap sama. Ujung baju Suo Yi Hu tidak sempet tersenggol olehnya.
Setiap kali serangannya sudah pasti akan mengenai tubuh orang itu, namun apa yang terjadi
selalu di luar dugaan. Orang yang hadir di dalam ruangan itu adalah tokohtokoh kelas tinggi, tetapi
mereka tidak tahu bagaimana cara Suo Yi Hu melepaskan diri Hanya Yok Sau Cun seorang
yang dapat melihat dengan jelas. Dia memperhatikan sampai terpana. Terlihat juga
wajahnya perlahanlahan berubah. Dia membisiki Ciok Clu Lan.
"Ternyata dia merupakan komplotan mereka.".
Ciok Ciu Lan menolehkan wajahnya.
"Komplotan siapa yang kau maksudkan?" tanyanya.
"Cara menghmdarkan diri Suo Yi Hu ini, sama dengan keempat pel.ayan Tiong Hui
Ciong ...". Baru saja perkataannya selesai, terdengar seruan Suo Yi Hu "Sau cengcu, harap
berhenti!". Song Bun Cun menarik kembali pedangnya.
"Apa yang ingin kau katakan?".
"Tampaknya Sau cengcu memang bermat membunuh hengte Baru beberapajurustadi
saja sudah menunjukkan begitu banyak perubahan, kalau dilanfutkan, hengte tentu
akan terluka di bawah pedangmu," kata Suo Yi Hu.
Song Bun Cun tertawa dingin.
"Jadi, kau berniat merubah keputusanmu dan akan menggunakan pedang?" tanyanya.
"Hengte selamanya tidak pernah menggunakan pedang," sahut Suo Yi Hu sambil
tersenyum. "Jadi, apa yang kau inginkan?" tanya Song Bun Cun.
"Hengte bermaksud meminta bantuan seseorang," sahut Suo Yi Hu tenang.
"Aku pernah mengatakan, kalau kau memang masih memiliki kaki tangan, panggil
saja sekalian," kata Song Bun Cun.
Kening Suo Yi Hu berkerut Wajahnya lucu sekali Dibilang tertawa, bukan Dibilang
bukan tertawa, bibirnya mengembangkan senyuman.
"Hengte bermaksud meminta bantuan dari kelompok delapan partai besar sahut nya
Matanya segera mengerling ke arah Bu Cu taisu dan rekanrekannya Dia
memperhatikan mereka satu per satu.
Sebetulnya di ruangan itu ada lima orang tokoh delapan partai besar, tapi Su Po
Hin sedang bertarung dengan manusia berpakaian hijau Yang tertinggal adalah Bu Cu
taisu dan Siaulim si Kan Si Tong dari pat kwa bun, Wi Ting sin tiaw dan Liok hap
bun, Hui Hung i su dari Ciong lam pai.
"Manusia she Suo, apa yang kau ocehkan?" tanya Song Bun Cun garang.
"Apakah Sau cengcu tidak percaya?" Matanya segera terhenti pada diri Hui Hung i
su "Liok Hui Peng, kau saja'" serunya.
"Apakah kau hendak bergebrak dengan pinto'?" tanya Hui Hung i su "Hengte ingin
meminta bantuanmu," sahut Suo Yi Hu.
Song Bun Cun mendengar nada bicaranya begitu serius, mau tak mau timbul rasa
curiga dalam hatinya. "Apakah kau ingin meminta pinto melawan Sau cengcu?" t nya Hui Hung i su sambil
tersenyum,. Suo Yi Hu menganggukkan kepalanya.
"Memang itu maksud hengte!" sahutnya tegas.
Tawa Hui Hung i su semakin lebar.
"Manusia she Suo, apakah kau bukan sedang bermimpi?" tanyanya.
Suo Yi Hu tersenyum kecil Namun wajannya serius.
"Hengte baikbaik saja. Bagaimana dapat dikatakan sedang bermimpi?".
Hui Hung i su mengangkat bahunya.
"Kalau begitu, pastj pinto salah dengar" katanya.
"Pendengaran toheng sangat tajam. Lagj pula belum terlalu tua untuk dikatakan
pi.kun Mana mungkin bisa salah dengar?" sahut Suo Yi Hu.
"Baiklah. .. Apabila saudara Suo bukan sedang bermimpi, dan pinto juga tidak
salah dengar Harap Suo katakan sekali lagi agar pinto lebih jelas," Kata Hui Hung i
su. "Tadi hengte mengatakan bahwa ingin merrnnta bantuan toheng untuk menyambut
beberapa jurus dan Sau cengcu," sahut Suo Yi Hu.
"Perkataan saudara mi, entah terpikir dari mana?" tanya Hui Hung i su geli.
"Hengte tidak perlu berpikir Ini adalah sebuah perintah," sahut Suo Yi Hu tegas.
"Penr'tah?" Hampir sa]a Hui Hung i su mengira telinganya salah dengar kali mi
Dia menatap ke arah Suo Yi Hu dengan mata terbelalak. "Kau memben perintah kepada
pinto?" tanyanya sekali lagi. "Betult" Suo Yi Hu mengangukkan kepalanya dengan wajah serius 'Yang hengte
maksudkan memang engkau.". "Dengan latar belakang apa pinto harus menuruti perintahmu?" tanya Hui Hung i su
garang. "Tahukah toheng ini perintah dari siapa?".
Hui Hung i su melihat wajah orang sangat serius, hatinya semakin curiga.
"Perintah dari siapa?" tanyanya.
Bibir Suo Yi Hu tersenyum mengejek.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah lencana batu kumala dan balik saku bajunya.
Lencana itu dikelilingi emas. dia menimangnimangnya dalam genggaman Wajah Hui
Hung i su berubah seketika melihat lencana giok itu.
"Toheng pasti mengenali lencana ini?" sindir Suo Yi Hu ketus.
Tentu saja Hui Hung i su mengenalinya Lencana itu hanya bofeh dimiliki oleh
Ciang bunjin dan Ciong Lam pai Siapa yang melihat lencana itu bagaikan bertemu
ketuanya sendiri. Yok Sau Cun melihat Suo Yi Hu mengeluarkan sebuah lencana giok dan balik saku
bajunya Dia juga melihat perubahan wajah Hui Hung i su ketfka melihat lencana
tersebut Dengan penasaran dia bertanya kepada Ciok Ciu Lan.
"Enuh lencana apa yang ada di tangan manusia she Suo itu?".
"Te.ntunya sebuah lencana yang dapat memben perintah kepada Hui Hung i su,"
sahut gadis itu lirih. Hui Hung i su termangu-mangu sesaat.
"Bagaimana lencana Clang bunjin Ciong.
lam pai bisa berada di tanganmu?" tanyanya.
"Bukankah dengan lencana ini hengte dapat memberi perintah kepada toheng?" Suo
Yi Hu tertawa lebar. "Terlebih dahulu Pinto ingin mengetahui dari mana kau mendapatkan lencana
tersebut?" tanya Hui Hung i su.
Suo Yi Hu mendengus dingin Wajahnya tidak menunjukkan perasaan apa pun.
"Hengte mendengar bahwa Ciong lam pai mempunyai lencana sebagai tanda bagi
para ketuanya Siapa pun yang melihat lencana ini, seperti bertemu dengan Clang
bunjin nya sendiri Entah benar tidak berita ter sebut?".
Hui Hung i su tentu saja tidak dapat mungkir.
"Tidak salah'" sahutnya Suo Yi Hu tertawa sinis "Kalau memang demikian toheng
tidak perlu menanyakan lagi dari mana hengte mendapatkan lencana giok ini"
katanya. Hui Hung i su tidak dapat berkata apa-apa.
"Lencana Clang bunjm ada di sini Berarti toheng sedang berhadapan dengan ketuamu
sendiri. Hengle memenntahkan engkau bertarung dengan Sau cengcu Apakah kau
berani tidak menuruti perintah ini?" tanya Suo Yi Hu ketus.
Hui Hung i su menjadi serba salah.
Wajah Suo Yi Hu berubah kereng Lencana di tangannya diangkat tinggi-tinggi.
"Liok Hui Peng! Nyalimu sungguh besar Apakah kau sengaja meremehkan lencana
ketuamu sendiri?" Perlu diketahui bahwa dengan meremehkan lencana tersebut, sama saja
dengan menghina ketuanya sendiri.
Hui Hung i su bingung sekali. Dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Pinto. ". Tepat pada saat itu terdengar seruan Ctok Ciu Lan. "Uok totiang, kau jangan
tertipu!". Suo Yi Hu menolehkan kepalanya.
"Bocah busuk, kau berani banyak mulut?" bentaknya.
Ciok Ciu Lan mencibirkan bibirnya.
"Mengapa aku tidak boleh bicara" Hm, Bocah busuk Apakah ibumu tadmya bukan
seorang bocah busuk yang tumbuh besar menjadi perempuan busuk?".
Hawa pembunuhan tarlihat di mata Suo Yi Hu Namun sebentar saja dia sudah tenang
kembali. "Kalau kau berani melawan Lohu, jangan salahkan kalau kau tidak dapat keluar
dari tempat ini," katanya datar.
"Kau tidak usah sesumbar, kalau aku takut urusan, tentu tidak akan berkelana di
dunia kangouw," sahut Ciok Ciu Lan sinis.
"Bagus!" sahut Suo Yi Hu sambil menolehkan kepalanya kembali "Liok Hui Peng,
apakah kau sudah. mempertimbangkan baik-baik'?".
"Liok totiang, apakah kau mengira bahwa lencana yang ada di tangannya itu asli?"
teriak Ciok Ciu Lan tak mau kalah gertak.
Hawa amarah semakin terlihat di mata Suo Yi Hu.
"Ini adalah lencana Ciong lam pai, bagaimana bisa palsu?" katanya.
"Kau menyamar sebagai Song loya cu, kalau bukan aku yang membongkar kedokmu,
mereka sampai saat ini pasti mengira kau adalah orang tua itu Pihak kalian juga
memalsukan tulisan tangan Song loya cu, sampai Song Sau cengcu dan Ciek Cong
koan sendiri tidak dapat membedakannya. Komplotan pemalsu seperti kalian apa pun
sanggup dilakukan. Mungkinkah tencana Ciong lam pai itu asli?" sahut Ciok Ciu
Lan dengan berani. "Dengan ucapanmu itu saja, kau sudah pantas mati!" kata Suo Yi Hu.
Hui Hung i su tertawa terbahak-bahak.
"Manusia jahat, kau berani mempermainkan Liok toya" bentaknya Terdengar suara
gemerincing yang disusul sinar berkilauan. Pedang panjang telah terhunus dari
sarungnya. Begitu digerakkan, segera meluncur ke arah talapak tangan Suo Yi Hu
yang sedang menggenggam lencana itu.
Pergelangan tangan Suo Yi Hu ditarik ke belakang, lencana itu dimasukkan kembali
ke balik bajunya. "Liok Hui Peng, ingat. Menghina lencana ketua, hukumannya adalah mati dengan
lima tusukan pedangi" teriaknya.
"Bagus sekali! Liok toya akan menunjukkan lebih dahulu bagaimana kelima tusukan
pedang tersebut!" bentak Hui Hu i su.
Ciong lam kiam hoat sangat terkenal di dunia. Bulim. Sebagai tokoh tingkat
tinggi partai itu, tentunya ilmu Hui Hung i su sangat hebat Gerakan tubuhnya memutar di
udara, membuat mata berkunang-kunang. Rupanya ilmu yang istimewa inilah yang
membuat dirinya mendapat julukan Hui Hung i su. Suo Yi Hu mulai tampak
kebingungan Tapi seperti tadi juga dia tetap tidak berhasil menyentuh orang ini.
Hui Hung i su terpana. Terang-terangan pedangnya sudah sampai di depan dada Suo Yi
Hu. Entah bagaimana dia bisa melepaskan diri".
Tepat pada saat itu, terlihat tirai penghubung kembali tersingkap. Seseorang
dengan pakaian hitam dan bertubuh tinggi besar memasuki ruangan tersebut, Melihat dari
penampilannya ketika melangkah dengan dada membusung, dapat dipastikan yang
datang ini bukan bubeng siau cut!.
Begitu masuk ke dalam ruangan, matanya segera menyapu para tamu yang nadir
Kemudian beralih ke arena pertempuran.
"Berhenti!" Bentakannya ini bagaikan geledek yang menyambar Gemanya memenuhi
seluruh ruangan. Hui Hung i su tidak tahu siapa orang itu. Kelima serangannya baru saja
diselesaikan, pedangnya ditarik kembafi. Suo Yi Hu sendiri baru berhasil menyelinap dari balik
sinar pedang Hui Hung i su. Dia menarik napas panjang.
"Kedatangan Cao heng sungguh tepat Kalau saja tertambat beberapa saat, paling
tidak di tubuh hengte terdapatlima tusukan pedang," katanya.
Manusia berpakaian hitam yang baru masuk tadi adalah Hek houw sin Cao Kuang
Tu. Dia tectawa lebar. "Suo heng terlalu merendah," sahutnya.
Sementara Hu, manusia berpakalan hijau dan Su Po Hin yang sedang bertarung
sedang sampai pada puncaknya Tiba-tiba terlihat bayangan tubuh berketebat,
dengan cepat melesat lewat tirai penghubung dan pergi,.
Wi Ting Sin tiaw terpesona.
"Gerakan apa yang digunakannya?" gumamnya seorang diri.
Su Po Hin telah bertarung sebanyak tiga ratus jurus dengan manusia berpakaian
hijau itu Seluruh ilmu Butong pai yang dikuasainya telah dikeluarkan, Bukan saja dia tidak
mampu menyentuh orang itu, bahkan tubuhnya sendiri sudah penuh iuka bekas
sayatan pedang lawan Dia belum pernah dipermalukan seperti malam ini
Kamarahannya meluap dalam hati. Dia sampai tidak dapat mengucapkan sepatah kata
pun. Saat itu, dia melihat manusia berpakaian hijau Itu melepaskan dirinya dan
meninggalkan ternpat Itu. Setelah termangu-mangu sesaat, .
"Manusia jahat, kau hendak lari ke mana?" bentaknya. Tubuhnya segera melesat
dengan maksud mengejar. "Berhenti!" bentak Hek Houw sin, Telapak tangannya dihantemkan ke depan
Julukannya adalah Hek Houw sin, Serangannya Ini tidak kalah dari seekof harimau
Suara telapak tangannya membuat ruangan itu seperti bergetar Su Po Hin tidak
tehu siapa orang itu Untung saja dia tidak menganggap remeh. Tubuhnya berkelit
kelabakan dengan susah payah dia berhasil menghindarkan diri dari serangan
tersebut. Dia menenangkan hatinya sesaat Pedangnya ditudingkan ke depan Matanya menatap
Cao Kuang Tu dengan seksama.
"Siapa kau" Beraniberanian membokong aku," tanyanya.
Hek Houw Sin tertawa sinis.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa aku" Pulanglah ke Butong san dan tanyakan pada Giok Cin cu, dia tentu
akan tahu," sahutnya. "Aku meminta kau mengatakannya sendiri!" Pedang di tangannya digetarkan
Maksudnya ingin melindungi diri. "Su toheng adalah tokoh pentmg di Butong pai, mengapa begitu cepat marah"
Kedatangan cao heng bukan untuk bergebrak denganmu!" tukas Suo Yi Hu.
"Apa maksudnya datang ke tempat ini" tanya Su Po Hin ketus.
Hek Houw sin mendongakkan wajahnya dengan angkuh. Dia tidak melihat ke arah
Su Po Hm sekilas pun. "Kaum keroco tidak tahu apa apa Buat apa kau ladeni dia'?" katanya.
"Apakah kau kira pedang pusakaku kurang tajam?" bentak Su Po Hin marah.
Wi Ting sin tiaw segera menghampin dan membujuknya. "Su toheng harap
tenangkan hati Biar kita dengar dulu maksud kedatangannya.".
"Omitohud!" sambung Bu Cu taisu samhil merangkapkan kedua tangannya "Apa yang
dikatakan Beng heng memang benar Apabjla soal kecil tidak dapat dipadamkan, maka akan
terjadi urusan yang besar, Biar kita dengar dulu kata-kata Cao lao siou baru kita'
ambi[ keputusan," katanya.
Karena memandang wajah kedua rekannya, Su Po Hin menyarungkan kembali
pedangnya dengan tampang enggan. Ciek Ban Cing mengerling ke arah Hek Houw
sin sekilas. "Tadi Suo laoko mengatakan bahwa orang yang mengantarkansurat sebentar lagi akan
tiba, Orang yang mengantarkansurat ini, kemungkman besar adalah Cao laoko?".
Hek Houw sin membalikkan tubuh dan menjura dengan membungkukkan badannya.
"Sudah lama tidak bertemu dengan Ciok heng," katanya.
"Sudah lama tidak bertemu, Cao laoko, Nama Cao iaoko menggetarkan dunia
kangouw berkumandang sampai selatan dan utara Selamanya tidak tunduk di bawah
perintah siapa saja Bagaimana tiba-tiba bisa menemukan seorang majikan'?" tahya
Ciek Ban Cing sambil bales menjura.
"Ha., ha ha ,'' Hak Houw ain tartawa terbahak-bahak, "Tiga puluh tahun yang
lalu, Ciek taoko sudah mendapatjulukan KIm ka sin. Kebesaran nama Ciek laoko tidak di
bawah hengte Bukankah sekarang juga meniadi Congkoan dl TIan Hua sang ceng?"
sindirnya tajam. "Majikan yang hengte ikuti adalah bengcu yang disegani oleh para partai besar,
juga disebut Bulim toalo. Hengte dapat melayani majikan Tian Hua san ceng, merupakan
rszeki besar," sahut Ciek Ban Cing.
"Betul!" kata Hek Houw sin sambil membelai jenggotnya "Tanpa kayu yang bagus,
tidak akan terbangun rumah yang kokoh Majikan yang dnkuti hengte dan Ciek laoko,
tentunya tokoh besar yang menggetarkan dunia Bulim.".
Mali Wi Ting sin tiaw targetar.
"Mendengar nada suaranya, kemungkinan besar ada sekomplotan rahasia yang akan
mengacau dunia kangouw tidak lama lagi," pikirnya dalam hati Begitu ingatan itu melintas
di benaknya, dia tidak dapat menahan diri untuk mengajukan pertanyaan.
"Siapakah majikan Cao laoko" Bolehkan kami mengetahuinya?".
"Untuk sementara ini, majikan hengte belum mau membuka identitasnya Dengan
demikian, hengte juga tidak berani menjelaskan," sahut Hek Houw sin.
"Majikan Cao lao sicu memalsukan tulisan tangan bengcu dan mengundang pinceng ,
sekalian ke man, tentunya mengandung maksud tertentu Tadi Suo Lao sicu pernah
mengatakan bahwa orang yang mengantarkan surat akan segera tiba Seandainya Cao
lao sicu adalah pengantar surat itu, pinceng sekalian sedang menunggu kabar yang
dibawa," kata Bu Cu taisu.
Hek Houw sin tertawa lebar.
"Perkataan taisu memang tidak salah. Kedatangan hengte adalah mendapat perintah
dan majikan untuk mengantarkansurat ." D mengeluarkan beberapa surat undangan
bersampul merah dan dibagibagikannya kepada Bu Cu taisu dari siaulim si Hui Hung i su dari
dong lam pai Kan Si Tong dari Pat kwa bun, Wi Ting sin tiaw Beng Ta Jin dan Liok hap
bun, Yu Liong kiam kek Su Po Hin dari Butong pai, dan Song Bun Cun.
Bu Cu taisu menerimasurat tersebut dan menarik sebuah kertas undangan dan
datamnya. Di kertas itu tertulis.
Yang terhormat Bu Cu Tai su dari Siau lim si, harap pada bulan satu yang akan
datang (tanggal delapan) berkunjung ke Ce po tan goan di Oey san.
Di bagian bawahnya tidak tertulis nama penginm, hanya sebuah cap kecil berwarna
emas yang agak pudar. Tent.unya sudah lama tidak terpakai.
Bu Cu taisu mendongakkan wajahnya "Dalamsurat yang diantarkan oleh Cao laosicu
kepada pinceng, tertulis agar pada bulan satu tanggal delapan berkunjung ke Ce po tan
goan di Oey san. Entah pertemuan apa yang diselenggarakan?" Pertanyaan itu
memang ada di benak semua tamu yang lain.
"Harap taisu maafkan Hengte hanya bertindak sebagai pengantar Kalau dalamsurat
memang tidak dinyatakan apa-apa, hengte juga tidak dapat menjeiaskannya," sahut Hek
hauw sin Dia segera merangkapkan kedua belah kepalannya dan menjura.
"Suratsudah hengte antarkan, sekarang hengte mohon diri" Dia menoleh kepada Suo
Yi Hu "Suoheng tampaknya juga sudah harus pergi".
Long san itpei Suo Yi Hu segera menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Betul, betul Hengte juga ingin mohon diri " katanya.
"Tunggu sebentari" seru Song Bun Cun. Dia lalu menghampiri Suo Yi Hu. "Manusia
she Suo, di mana kalian menawan da hu?" tanyanya ketus.
Hek Houw sin menjura dalam-dalam.
"Sau cengcu tidak usah khawatir. Song loya cu sekarang berada di kediaman
maIikan kami sebagai tamu. Bulan satu di Ce po tan goan, leng cun akan hadir. Disana kalian
bisa bertemu," katanya. "Aku ingin kalian mengantarkan aku sekarang Juga'" sahut Song Bun Cun.
"Tanpa pesan dan majikan hengte tidak berani mengambil keputusan" kata Hek
Houw sin. "Kalau begitu, lebih baik kau tinggal saja di sini'" sahut Sau cengcu.
Hek Houw sin tertawa terbahak-bahak.
"Dengan mengandalkan kepandaian Sau cengcu, rasanya masih belum sanggup
menahan hengte," katanya.
"Lebih baik hengte jalan dulu " tukas Long san itpei Sambil mengangkat bahunya.
dia bermaksud melangkah keluar.
"Apakah kau bisa pergi begitu saja?" bentak Ciek Ban Cing Dia maju safu langkah
Kelima jannya dikembangkan dan meluncur mencengkeram bahu Suo Yi Hu.
Ciek Ban Cing adalah tokoh kelas tinggi dan Eng jiau bun Serangannya itu; tentu
menggunakan jurus andalan perguruan tersebut yang selama ini telah diakui
kehebatannya di dunia kangouw Gerakannya memiliki sembiian kali perubahan
Meski bagaimana kau menangkis atau menghindar, tetap sulit melepaskan diri dan
cakar mautnya itu. Siapa sangka ketika kelima jarinya hampir mencapal bahu Suo
Yi Hu, tiba-tiba nnulutnya mengeluarkan seruan terkejut. Tubuhnya yang tinggi besar
jatuh lunglai di atas tanah seketika.
Tempat di mana Su Po Hin berdirj tidak jauh dan pintu Dia tidak sempat menghunus
pedangnya Tangan kanannya berputar, telapak tangan dikembangkan menyerang ke
arah Suo Yi Hu. 'Mengapa Su toheng juga ingin menyulitkan hengte?" tanyanya sambil tertawa
getir. Tangannya diangkat dan menyambut telapak Su Po Hin Dia menolehkan kepalanya
dan berseru "Cao heng, kau boleh jaian lebih dahulu".
Hek Houw sin tertawa lebar.
'Baik, baik Kau tentunya takut kalau aku tidak dapat menahan diri dan menerjang
mereka " sahutnya Dia langsung melangkah mendekati pintu keluar.
Pedang Song Bun Cun menghadang jalannya.
"Sebelum memben penjelasan tentang cia hu, jangan harap pergi begitu saja!"
katanya ketus. "Sau cengcu, ada apa apa kita rundingkan baikbaik," sahut Suo Yi Hu panik Kedua
jari tangannya menJepit pedang Song Bun Cun secepat kilat.
Wi Ting sin tiaw berdiri dekat Su Po Hin. Dia melihat rekannya itu menghantamkan
telapak tangannya kepada Suo Yi Hu Setelah itu tidak bergerak sama sekali.
Hatinya merasa heran,. "Su toheng, apa yang terjadi'?" serunya.
Su Po Hin tetap berdiri terpaku dia bahkan tidak menyahut. Tiba-tiba Suo Yi Hu
tertawa terkekeh-kekeh. "Menjawab pertanyaan Beng taihia" Kemungkinan besar karena kurang hatihati
hengte telah menotok jaian darah Su taihiap," sahutnya sinis.
Wi Ting sin tiaw mendengus dingin Dia metancarkan telapak tangannya ke arah Su
Po Hin dengan maksud membebaskan to tokannya. Namun rskannya itu tetap tidak
bergeming sama sekali. Hanya matanya saja yang melirik ke arahnya Di wajahnya
terlihat penderitaan. Hatinya tercekat Dia menoleh lagi kepada Ciek Ban Cing yang terkulai di tanah
Congkoan itu juga sama saja Tidak bergerak sama sekali Saat itu Song Bun Cun
juga sedang berusaha membebaskan jalan darahnya yang tertotok Bu Cu Taisu
menghampin pemuda itu. Sau cengcu, harap jangan dicoba lagi. Tampaknya Ciek Lao sicu terkena totokan
khusus yang disebut Hok tao ciu hoat. Tidak dapat dibebaskan dengan cara biasa,"
katanya. "Apakah taisu bisa membebaskannya?" tanya Song Bun Cun.
Bu Cu taisu menggelengkan kepalanya. 'Pinceng juga hanya menduga saja. Hok tao
ciu hoat, adalah semacam ilmu totokan aneh dan aliran sesat. Tentu saja pinceng
tidak mengerti cara membebaskannya." Wi Ting sin tiaw menghampiri Suo Yi Hu.
"Manusia she Suo Ilmu apa yang kau gunakan untuk menotok mereka?" bentaknya
keras. Suo Yi Hu mundur satu langkah "Apa yang dikatakan taisu memang benar Ilmu yang
hengte gunakan adalah Hok tao ciu hoat" sahutnya.
Hui Hung i su mendengus dingin 'Apakah kau kira tidak ada yang dapat
membebaskan totokan Hok tao ciu hoatmu?".
"llmu itu memang tidak istimewa Tetapi setiap partai mempunyai ilmu khususnya
masingmasing Hengte rasa tidak begitu mudah membebaskannya dari totokan
tersebut, kalau tidak percaya silahkan mencoba," sahut Suo Yi Hu.
"Pinto ingin menotoklima jalan darah pentingmu, coba lihat apa yang ak n kau
lakukan?" kata Hui Hung i su ketus.
"Kalau begitu, terpaksa kita tukar satu nyawa hengte dengan nyawa mereka
berdua," sahut Suo Yi Hu tertawa getir.
"Maksud Suo lao sicu kalau membebaskan totokan mereka hams dengan syarat
tertentu'?" tanya Bu Cu taisu.
"Perkataan taisu terla'u diberatberatkan Apabita hengte ingin membebaskan
totokan mereka berdua, sama sekali tidak ada syarat apa-apa Hanya sepatah kata dari
taisu saja," sahut Suo Yi Hu tenang.
"Apa yang harus pinceng katakan kepada sicu?" tanya Bu Cu taisu.
"Suratundangan yang diantarkan oleh cao Kuang Tu sudah kalian tefima, kaia Suo
Yi Hu. "Tentu saja sudah kami terima." "Apakah kalian akan memenuhi perjanjian itu?"
tanya Suo Yi Hu. "Di dalamsurat undangan tertera stempel emas milik bengcu Entah palsu tidaknya.
delapan partai besar sudah menerima undangan tersebut Sampal saatnya tentu akan
hadir." sahut Bu Cu taisu.
Suo Yi Hu menarik nafas panjang 'Benar sekali Song loya cu adalah tamu undangan
majikan kami Dapat dipastikan sampai waktunya, Song loya cu juga akan hadir di
tempat itu dan bertemu dengan kalian Hengte menyamar sebagai orang tua itu
adalah karena menenma perintah dari majikan. Rasanya tidak perlu menahan hengte di sini
lagi". Wi Ting sin tiaw mendengus dingin 'Kau ingin Bu Cu taisu mengabulkan kau pergi
dan tempat ini?". "Betul. Bu Cu taisu adalah orang yang benbadat Dengan lafar belakang Siaulim si.
dia semakin dihormati perkataannya begaikan sebongkah emas Asalkan Bu Cu taisu
mengabulkan hengte akan membebaskan totokan kedua orang itu," sahut Suo Yi Hu.
Bu Cu taisu mengedarkan pandangannya kepada setiap orang.
"Bagaimana pendapat para toheng?" tanyanya,.
"Totokan yang terdapat pada tubuh Su taihiap dan Ciek Congkoan sangat berba
haya, bila dalam kurun waktu dua belas kentungan masih befum dibebaskan, kalau tidak
mati, past! akan cacat seumur hidup," tukas Suo Yi Hu.
Ciok du Lan mendekati Yok Sau Cun dan berbisik.
"Yok toako. kita tidak mempunyai undangan Ce po tan goan, bagaimana kalay kita
minta dua lembar darinya?".
"Undangan itu khusus disebarkan untuk delapan partai besar Kita toh bukan
termasuk golongan itu," sahut Yok Sau Cun.
"Tidakkah kau dengac apa yang dikatakan long san it pei tadi" Song loya cu juga
akan hadir dalam pertemuan itu. Kau tentu harus pergi, baru dapat bertennu
dengannya " Ber kata sampai di situ, dia tidak menunggu Yok Sau Cun menyahut Dia
ssegera bertenak lan tang.
"Hei, Suo Yi Hu Kami tidak mempunyai undangan Ce po tan goan. Bagaimana kalau
kau membenkan dua fembar kepada kami?".
"Undangan tersebut hanya disebarkan berdasarkan keputusan majikan kami Lagipula
kalian sudah melihat sendih bahwa yang mengantarkan undangan itu adaiah Cao
Kuang Tu. Hengte tentu tidak dapat berbuat apa-apa kalau nama Liong wi tidak
tercantum di dalamnya," sahut Suo Yi Hu.
"Kalau begitu, kami juga tidak setuju kau meninggalkan tempat ini'" kata Ciok
Ciu Lan. "Hengte mempunyai nyawa Su taihiap dan Ciek Congkoan sebagai jaminan Kalian
setuju atau tidak, sama sekali bukan persoalan," sahut Suo Yi Hu.
Ciok Ciu Lan mendengus sambil mengejek.
"Hm.... Kau anggap kami tidak sanggup, menngkusmu?" sindirnya ketus Dia
menolehkan kepaianya kepada Yok Sau Cun.
"Yok toako, dekati orang itu agar matanya terbuka Ringkus dia dengan satu jurus
Nanti setelah dia melepaskan totokan Su to tiang dan Ciek Congkoan Kita baru
menunggunya di depan pintu," katanya.
Yok Sau Cun masih tidak mengerti. Ciok Ciu Lan kesai melihatnya.
"Yok toako, cepat ke sana'' serunya sekali lagi.
Suo Yi Hu melirik Yok Sau Cun sekilas.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau Yok Sauhlap dapat meringkus hengte dalam satu jurus. Rasanya aku masih
kurang peccaya." Tentu saja dia ttdak percaya. Sedangkan tokoh kelas satu dari Eng jiau
bun seperti Ciek Ban Cing saja tidak dipandangnya sebelah mata, apa lagi
seorang bocah kemarin sore yang masih bau air susu ibunya".
"Kalau Yok toako sampai menggunakan dua jurus, anggaplah kami kalah Kami akan
segera meninggalkan tempat ini," kata Ciok Ciu Lan.
Suo Yi Hu tersenyum tipis.
"Seandainya Yok sauhlap dapat meringkus hengte dalam satu jurus Hengte akan
mencari akai untuk mengundang kalian ke Ce po tan goan." Sahutnya.
"Jangan sampai kau ingkar janji," kata Ciok Ciu Lan.
"Apa yang hengte katakan, selamanya tidak pernah ditarik kembali!".
"Yok toako, cepat ke sana!" tenak Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Cun akhirnya menuruti permintan Ciok Ciu Lan.
"Kalau cayhe dapat menngkusmu dalam satu jurus berarti sudah masuk hitungan?"
tanyanya. 'Tidak salah," sahut Suo Yi Hu.
"Apakah kau sudah siap?" tanya Yok Sau Cun kembali.
"Yok sauhlap boleh turun tangan sekarang," sahut Suo Yi Hu.
Tangan kanan Yok Sau Cun terjulur ke depan Sekali gerak, pergelangan tangan Suo
Yi Hu telah tercengkeram olehnya,.
"Bukankah cayhs sudah berhasil meringkusmu?" katanya.
Mimpi pun Suo Yi Hu tidak pernah mengira kalau tanpa disadan tagi, dirinya dapat
dicengkeram begitu mudah oleh Yok Sau Cun Hatmya tercekat Dia mengerahkan
tenaganya untuk memberontak Dia sama sekali tidak menyangka kalau di situlah
letak keistimewaan ilmu Yok Sau Cun Begitu tangannya menarik, Yok Sau Cun segera
memuntir dan membantingnya terpental sampai jauh.
Suo Yi Hu merasa tulang di tubuhnya ngilu semua Dengan susah payah, dia bangkit
berdiri Di wajahnya masih tersirat rasa kurang percaya.
"Yok sauhiap, jurus ini memang hebat sekali. Tapi hengte masih ingin mencoba
sekali lagi.". Kecuali Song Bun Cun yang memang sudah tahu, siapa pun yang ada di ruangan itu
adalah tokoh tingkat tinggi, tapi mereka tidak dapat melihat dengan jelas
bagaimana Yok Sau Cun melakukan gerakannya Tentu mereka pun kurang percaya, mereka
menduga hal itu adalah kebetulan karena perhatian Suo Yi Hu sedang terpecah,
maka dia baru berhasil meringkusnya dalam satu jurus.
"Apakah kau hendak mengingkan janji'?" tariak Ciok Ciu Lan.
"Apa yang hengte janjikan, tentu akan ditepati Tapi perasaan hengte masih belum
puas, sengaja meminta a|aran dan Yok sauhiap sekali lagi," sahut Suo Yi Hu dengan mata
mendelik. "Yok toako, kita toh mengharapkan dua lembar undangan darinya. Biarlatr dia
mencoba sekali lagi," kata Ciok Ciu Lan.
"Baik, bersiaplah!" seru Yok Sau Cun. Sekali ini Suo Yi Hu sudah mempersiapkan
diri dengan baik Dia menganggukkan kepalanya dua kali.
"Silahkan " Sahutnya.
Baru saja perkataannya selesai, dia merasa pergetangan tangannya meniadi kencang
Sekali lagi Yok Sau Cun berhasil menngkus pergelangan tangannya dan
membantingnya terpental sampai Jauh Suo Yi Hu tidak melihat apa yang diiakukan
oleh Yok Sau Cun, tahutahu tubuhnya sudah terpelanting Jatuh di atas tanah Dia
bergegas bangkit kembali Ditepuktepuknya debu yang menempel di baju Matanya
bersinar tajam. Mulutnya memperdengarkan suara tertawa terkekehkekeh "Gerakan
tangan yang bagus. Ternyata Yok sauhiap memiliki ilmu yang mengejutkan Tidak
perlu hengte mencari jalan, majikan kami pasti senang menyambut kedatangan
kalian". Dua kali Yok Sau Cun menggunakan gerakan ajaib dan membanting Long san it pei
Suo Yi Hu. Bu Cu taisu, Hui Hung i su dan yang lainnya memandang dengan wajah
terpesona Mereka mendengar pemuda itu.
mengakui bahwa Suhunya bernama Bubeng lojin. Di dunia Bulim sama sekali belum
pernah terdengar ada kociu bernama demikian!.
"Kapan kau akan mengirimkan undangan itu'?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Harap Liong wi datang saja pada waktunya. Hengte akan menyambut di luar Ce po
tan goan," sahut Suo Yi Hu sambil tertawa kering.
"Terjma kasih kalau begitu " kata Ciok Ciu Lan.
"Kouwnio tidak perlu sungkan " sahut Suo Yi Hu tersipu Dia menoleh kepada Bu Cu
taisu "Bagaimana hasil perundingan taisu sekalian?".
"Pinceng setuju," sahut Bu Cu taisu.
"Taisu menjamin hengte aman menmggalkan tempat ini," kata Suo Yi Hu.
"Sicu tidak usah khawatir Karena pinceng sudah menyetujUl, siapa pun tidak akan
menghalangi kepergian Sicu'" sahut Bu Cu taisu sambil merangkapkan kedua belah
tangannya. "Apa yang dikatakan taisu, tentu hengte percaya penuh," kata Suo Yi Hu tersenyum
datar. Dia segera mendekati Su Po Hin dan.
Ciek Ban Cing Dia menepuk mereka masmgmastng satu kali dengan periahan,
ternyata totokan mereka terbuka seketika.
Su Po Hin meraung keras Pedangnya segera dihunus.
"Su toheng harap jangan sembrono Pinceng sudah setuju Suo Lao sicu menmggalkan
tempat ini Biarlah dia pergi," kata Bu Cu taisu.
Suo Yi Hu menjura kepada setiap tamu yang hadir.
"Cuwi taihiap hengte mohon diri" Dia segera membalikkan tubuh dan meninggalkan
tempat ini dengan langkah lebar.
"Suo Yi Hu kali ini kami membiarkan hatimu senang Seandainya kau bertemu lagi
dengan Kongcu, jangan harap kau dapat meloloskan diri" tenak Song Bun Cun
lantang. Suo Yi Hu sudah sampai di pintu penghubung dia menolehkan kepalanya' "Urusan
nanti, kelak kita bicarakan lagi!" sahutnya Suaranya perlahanlahan menghilang seiring
orangnya. Song Bun Cun menggertakkan gerahamnya.
"Manusia. ". Orang ini sangat pandai menutup diri Menurut penglihatan pinceng, ilmunya lebih
tinggi dan yang ditunjukkannya tadi," tukas Bu Cu taisu.
"Apa yang dikatakan taisu memang benar Selama im Long san it pei merajalela di
daerah barat daya Jarang sekali menginjak tanah Tionggoan Ilmunya memang sangat
tinggi Menurut pinto, gerakan dan serangan yang dilancarkannya sangat aneh Kalau
kita melawannya satu per satu, mungkin tidak dapat menahan dirinya Kalau kita
menghadapinya beramairamai, dia hanya seorang anak buah majikan mereka
Tindakan taisu melepaskan dirinya memang tepat" kata Kan Si Tong.
"Majikannya menyembunyikan diri di belakang layar Entah siapa dia" Sedangkan ciahu.. .".
"Sau ceng cu tidak perlu cemas Kalau dilihat dari keadaan Cao Kuang Tu dan Long
san it pei yang bersedia bertekuk lutut di bawah kakinya majikan ini tentu mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dan mereka. Song loya cu memang ditawan oleh mereka, tapi kita
diundang agar menghadiri pertemuan pada bulan satu tanggal delapan
Meskipun ada maksud tertentu tapi mereka tidak akan berani memmbulkan
kemarahan kaum Bulim. Mereka hanya ingin menunjukkan kekuasan dengan
menawan bengcu Menurut pendapat pinto, tentu tidak akan terfadi apa apa pada
diri leng cun," kata Wi Ting sin tiaw.
"Apa yang dikatakan beng hang memang tidak salah Tadi Suo Yi Hu mengatakan
bahwa bengcu sekarang menjadi tamu agung majikan mereka dan pasti akan nadir
dalam pertemuan di Ce po toan goan Tentunya dia tidak berdusta Harap Sau cengcu
sabar sedikit Apabila waktu perjanjian sudah sampai, kita pasti akan bertemu
dengan bengcu. Nanti baru kita perhitungkan segalanya," sahut Hui Hung i su mendukung.
"Waktu antara pertemuan dengan sekarang masih ada satu bulan lebih, sedangkan
majikan mereka pandai menutupi diri Bukan saja kita tidak tahu apa-apa tentang
Orang ini, bengcu pun berada di tangan mereka Menurut pinto, mereka pasti
mempunyai rencana terselubung Kita dan delapan partai besar harus mempersiapkan
diri Jangan sampai terperangkap dalam siasat keji musuh," sambung Kan Si Tong.
"Pinceng mendapat perintah dari Ciang bunjin untuk datantg Ke Tian Hua san ceng
karena mendapatsurat dan Bengcu Ternyata bengcu malah ditawan oleh komplotan
penjahat. Mereka mengundang kita menghadiri pertemuan di Ce po tan goan bulan
satu tanggat delapan Urusan ini besar sekali. Pinceng harus segera kembali ke
Siaulim si dan melaporkan kejadian ini Cuwi toheng sekalian rasanya juga harus kembali
ke tempat masing masing dan mencentakan apa yang tecjadi pada Ciang bunjin kalian
Tapi apa yang dikatakan Kan To heng tadi bahwa kita harus mempersiapkan diri
benar sekati Oleh karena itu, Pinceng mempunyai sedikit pikiran Entah bagaimana
pendapat toheng sekalian?" kata Bu Cu taisu sambil merangkapkan sepasang
tangannya. "Silahkan taisu kemukakan," sahut Wi Ting sin tiaw.
"Menurut pendapat pinceng pertemuan di Ce po tan goan pasti menyangkut bengcu
dan delapan, partai esar Kita semua harus segera kembali dan meminta Ciang bunjin
masing masing. Kemudian kita harus menen.tukan suatu tempat sebelum bulan satu
tanggal delapan, di mana kita bisa rundingkan persoalan ini," kata Bu Cu taisu.
"Apakah taisu sudah mempunyai rencana tertentu?" tanya Wi Ting sin tiaw.
"Harap Cuwi toheng segera kembali ke tempat masing masing Perjalanan adayang
iauh juga ada yang dekat Bahk lagi tentu perlu waktu Menurut pinceng kitatetapkan jangka
waktu satu bulan, yaitu sekitar per tengahan bulan duabelas harus sudah
berkumpuf kembalt," sahut Bu Cu taisu.
"Di mana tempatnya'?" tanya Kan Si Tong.
"Sute pinceng, Tong Sit Cong tinggal di Lam ning. Jaraknya dengan Oey san
kirakira dua hari perjalanan Lagipula tempatnya juga tepat bagi toheng sekalian Apakah kalian
setuju?". Wi Ting sin tiaw tertawa lebar.
"Bagus sekali Tong sit Cong Tong laoko dengan kita semua adalah kenalan lama.
Membuat pertemuan di rumah keluarga Tong sesuai sekali Siapa pun tidak ada yang
dirugikan," sahutnya.
"Baiklah kita tetapkan demikian saja " kata Hui Hung i su.
Bu Cu taisu bangkit dari tempat duduknya.
"Kalau Cuwi sekalian sudah setuju, pinceng ingin mohon diri sekarang." UJarnya.
Hui Hung i su mengikuti tindakannya.
"Pinto juga ingin mohon diri" katanya.
"Totiang, taisu harap tunggu sebentar Hidangan telah disediakan. Karena kejadian
tadii kita semua jadi lupa Man kita mengisi perut dulu Setelah itu baru kembali ke
tempat masingmasing toh belum terlambat," cegah Ciek Ban Cing.
"pinceng rasa tidak perlu Bengcu menghilang Kompiotan penjahat membuat
perjanjian dengan kita Urusan ini besar sekali Pinceng ingin kembali ke Siaulim
si selekasnya, supaya dapat melaporkan kepada Ciang bunjin Tidak dapat menunda
lebih lama Iagi Sau cengcu harap jaga diri pinceng mohon diri " Dia merangkapkan
kedua tangannya dan menyebut nama Buddha, setelah itu meninggalkan tempat itu
dengan langkah lebar. Hui Hung i su, Kan Si long, Beng Ta Jin dan Su Po Hin juga ingin cepat cepat
kembali ke partai masingmasing Mereka menolak ajakan Ciek Ban Cing dengan halus
dan mohon diri. Song Bun Cun lalu bangkit dari kursinya dan menoleh kepada Yok Sau Cun dan
Ciok CILI Lan. "Yok heng dan Ciok kouwmo harap tunggu di sini sebentar Silahkan duduk sa|a
Hengte ada sedikit urusan, sebentar akan kembali iagi," katanya.
Yok Sau Cun mengiakan Song Bun Cun melangkah keluar untuk mengantarkan para
tamu itu sampai halaman depan Kemudian dia kembali lagi.
Di ruangan kecil, sebelah luar kamar Song loya cu sudah disiapkan berbagai
hidangan Di atas mejajuga dinyalakan filin merah yang besar Yok Sau Cun dan Ciok
Ciu Lan diajak Ciek Ban Cing duduk di ruang tamu tersebut. Song Bun Cun masuk
dengan tergesa gesa. "Yok heng Ciok kouwnio silahkan Hidangan tentunya hampir dmgin Di antara kita
tidak usah banyak peradatan, kalian juga tidak perlu sungkan Man man! Ciek
Congkoan, kau juga ikut duduk," katanya.
Mereka duduk berkeliling Di samping meja sudah ada seorang gadis pelayan
berpakaian hijau Tangannya memegang sebuah teko perak Dia menuangkan arak ke
dalam cawan empat orang tersebut Sesaat kemudian Ciek Ban Cing mengangkat
cawannya. "Yok Siangkong, Ciok kouwnio, silahkan minum," katanya.
"Aku tidak bisa minum arak Ciek Congkoan, kau minum saja dengan Yok Sau Cun,'
sahut Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing juga tidak memaksa Dia menyodorkan cawan sebagai penghormat an,
kemudian Yok Sau Cun fuga menyodor kan kepada Song Bun Cun Mereka
menikmati hidangan sambil berbincangbincang.
"Yok Siangkong Ciok kouwnio, apa pendapat kalian tentang kejadian tadi?" tanya
Ciek Ban Cing. "Cayhe baru pertama kali berkelana di dunia kangouw Hanya saja cayhe menduga
bahwa komplotan penjahat itu sudah mempunyai rencana yang keji Mereka
tampaknya ingin mengacaukan dunia Bulim Kemungkinan besar tidak lama lagi dunia
Bulirn akan mengalami perubahan yang hebat, tapi cayhe belum dapat memastikan
Mohon petunjuk dan Ciek Congkoan," sahut Yok Sau Cun.
"Yok Siangkong terlalu sungkan/' kata Ciek Ban Cing.
"Ucapan Yok taoko 'sudah mempunyai rencana keji' memang betul. Kalau ditinjau
dari kejadian malam ini, Hek Houw sin dan Long san it pei sa|a seharusnya sutit me
lotoskan diri Seandainya mereka tidak mempersiapkan matangmatang sebelumnya,
mungkinkah mereka dapat keluar dari Tian Hua san ceng dengan begitu mudah?"
tukas Ciok Ciu Lan. Song Bun Cun terpana. "Apakah ada sesuatu yang menJadi pikiran Ciok kouwnio?" tanyanya.
"Tentu sajasurat undangan Ce po tan goan Kalau tidak adasurat tersebut dan
menghilangnya Song loya eu, apakah Bu Cu taisu sekalian mau meiepaskan Suo Yi
Hu begitu saja" Justru dengan menghilangnya Song joya cu dan surat undangan Ce
po tan goan yang waktunya tidak lama lagi, mereka harus segera kembali ke partai
masing masing untuk melaporkan kejadian ini Tentunya butuh waktu yang tidak
sedikit untuk pulang pergi Mana sempat lagi mereka menghiraukan urusan kecil


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lain?" kata Ciok Ciu Lan.
Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya berkalikali mendengar keterangan gadis
itu. "Ciok kouwnio sungguh teliti. Apa yang dikatakan memang tidak salah.".
"Ciek Congkoan terlalu memandang tinggi diriku Apakah Ciek Congkoan punya ren
cana lain?" tanya Ciok Ciu Lan.
Ciek Ban Cing terpana. "Bagaimana Ciok kouwnio tahu kalau Lao siu sudah mempunyai rencana tertentu?".
Ciok Ciu Lan tersenyum manis.
"Song loya cu ditawan orang jahat Perasaan Sau Ceng cu dan Ciek Congkoan tentu
sedang gundah, mana mungkin bisa menikmati arak seperti sekarang" Tentunya sudah
mempunyai rencana tertentu atau menunggu kabar dad seseorang," sahutnya.
Ciek Ban Cing menarik nafas perlahan-lahan.
"Ciok kouwnio sangat cerdas, dapat menduga kejadian seperti dewi Lao siu memang
mempunyai sedikit rencana," katanya.
"Cia hu ditawan oleh komplotan penjahat Hati hengte kalut sekali. Setelah
bertemu dengan tokoh dari delapan partai besar, juga tidak menghasilkan apa apa. Setiap
persoalan harus memmta petunjuk orang lain Tapi rasanya sulit membuka mulut
untuk memohon bantuan Yok heng " lanjut Song Bun Cun.
Yok Sau Cun mengerti apa yang dimaksudkannya.
"Keadaan Song loya cu sekarang sangat mernbahayakan. Menolong orang seperti
memadamkan api. Kalau tenaga cayhe memang diperlukan, silahkan Song heng
katakan saja Meskipun gunung pisau lautan golok, cayhe tidak akan menolak ".
Song Bun Cun sangat terharu mendengar ucapan Yok Sau Cun.
"Maksud hati Yok heng mulia sekali. Tenmalah hormat hengte," katanya sambil
berdiri dan membungkuk dalam-dalam. Yok Sau Cun menggeser dengan tergopoh-gopoh.
"Song heng jangan begitu Entah bagaimana rencana Song heng, katakan saja agar
cayhe mengerti," sahutnya kelabakan.
"Sekarang masih terlalu pagi untuk dibicarakan Yok Siangkong, Ciok kouwnio,
silahkan dahar dulUi nanti baru kita bicarakan lagi," tukas Ciek Ban Cing.
Yok Sau Cun memandangya dengan heran Dia merasa perkataan Ciek Ban Cing " itu
seperti setengahsetengah. Hatinya menjadi penasaran, baru saja dia ingin bertanya, CtOk
Ciu Lan mencondongkan kepalanya ke dekat telinga pemuda itu dan berbisik:
"Ciek Congkoan takut kalau dinding ini bertelmga Kau tidak usah banyak tanya
lagi ". Yok Sau Cun mengedarkan pandangan nya Di dalarn ruangan itu hanya terdapat
gadis pelayan itu saja Diamdiam hatinya berpikir "Tampaknya Ciek Congkoan tidak
dapat mempercayai siapa pun dalam Tian Hua san ceng ini".
Ciek Ban Cing meneguk beberapa cawan arak Tiba tiba dia tertawa-tawa.
"Harap Yok Siangkong ketahui, Lao siu sudah tahu tempat pertemuan komplotan
penjahat itu. Tentunya Lao cengcu juga ada di tempat itu . " katanya menjelaskan.
"Oh. " Yok Sau Cun terpana.
"Sekarang waktu masih terlatu pagi, biar kita makan mmum sampai puas dulu,"
lanjut Ciek Ban Cing. "Kapan Ciek Congkoan bermaksud mulai bergerak'1" tanya Yok Sau Cun.
"Di sini tidak ada orang luar. Bolehlah
bergerak pada kentungan kedua Komptotan
kalau kita bikin mereka kocarkacir" Dia
kepada pelayan yang berdiri di samping.
Lao siu katakan Rencana Lao siu kita mulai
itu tentu tidak akan menduga Labih bagus lagi
meneguk kembali araknya Setelah itu menoteh
"Cun Bwe Tuangkan arak lagi!"
perintahnya. Pelayan baju hijau itu mengiakan Dengan teko perak di tangan, dia menuangkan
arak bagi Yok Sau Cun, kemudian ke cawan Ciek Ban Cing. Tidak ada sisa lagi untuk
Song Bun Cun. "Biar budak mengambilnya lagi di bagian dapur," katanya dengan tubuh
membungkuk. Ciek Ban Cing mengibaskan tangannya.
"Cepat ambil!" perintahnya.
Gadis pelayan mengiakan sekali lagi Dengan teko perak di tangan, dia
mengundurkan diri. Ciek Ban Cing menunggu sampal gadis itu pergi. Dia segera
berdiri dan mengikuti di belakangnya.
Tidak lama kemudian, terlihat laki-laki itu masuk kembali dengan iangkah lebar
Dia duduk di tempatnya semula Song Bun Cun menatap ke arahnya Ciek Ban Cing
menganggukkan kepalanya perlahan Dalam pandangan Yok Sau Cun, mereka seakan
sedang mengisyaratkan sesuatu. Diamdiam dia berpikir: "Tampaknya ada sesuatu y
ng disembunyikan oleh mereka berdua ".
Gadis pelayan itu masuk kembali dengan teko berisi arak di tangan. Dia mengisi
ketiga cawan Yok Sau Cun, Ciek Ban Cing dan Song Bun Cun sampai penuh
Kemudian berdiri laii di samping. "Tiba-tiba pandangan Ciek Ban Cing menatap
tajam kepadanya. "Cun Bwe, sudah berapa lama kau datang ke Tian Hua san ceng'?" tanya laki-laki
itu dengan nada menyelidik. "Budak sudah hampir dua tahun di sini," sahutnya lirih.
"Oh," Tangan Ciek Ban Cing mengeluselus jenggotnya. "Siapa yang mengajak kau ke
man?" tanyanya kembali. "Coa mo mo yang bekerja sebagai p nyala api di dapur," sahutnya.
"Apakah kau pernah belajar membaca atau menulis?" tanya Ciek Congkoan sekali
lagi. "Buat apa Congkoan menanyakan hal ini?" Gayanya dibuat seperti gadis yang
kemalumaluan. "Kalau kau pernah sekolah, Lao siu ada suatu urusan yang akan ditugaskan
kepadamu," kata Ciek Ban Ging.
Kepala Cun Bwe tetap tertunduk.
"Budak pernah sekolah beberapa tahun," sahutnya.
Dia mengaku pernah sekolah beberapa tahun Hal ini berarti dia bersedia melakukan
tugas yang akan diberikan oleh Ciek Cong koan.
"Bagus sekali!" kata Ciek Ban Cing Dia mengeluarkan selembar kertas dari balik
saku bajunya Kertas itu lusuh sekali Tampaknya pernah di remasremas Dia
menyodorkannya ke hadapan Cun Bwe.
"Coba kau lihat, apa yang tertulis di dalamnya?".
Cun Bwe tidak menyambutnya. Dia memang tidak perlu melakukan hal itu, karena
apa yang tertulis dalam kerlas itu, dia sudah tahu Apa sebabnya?" Sebab, ketfka
dia melewati lorong panjang Dengan tergesa-gesa, dia menulis beberapa huruf di atas
kertas itu dan secara diamdiam menyelipkannya ke tangan Song Hok Seng yang
bertugas sebagai penjaga pintu Dia yakin Song Hok Seng sudah berhasil dibeli
olehnya, dengan demikian tidak mungkin dia berkhianal Fasti tindakannya sendiri
yang menimbulkan kecurigaan Ciek Ban Cing.
Pada saat itu, terlihat wajah Cun Bwe perlahanlahan berubah. Dia mundur dua
langkah Ciek Ban Cing segera bangkit Dia tertawa terbahak-bahak.
"Budak kecil. Tadinya lao siu mengira kau hanya seorang pengirim berita, tidak
disangka kau memang diutus ke Tian Hua san ceng untuk menjadi pimpinan
penyetundup. Hampir saja lao siu salah lihat," katanya. Cun Bwe tertawa dingin.
"Bukankah sudah agak terlambat bahwa kau baru tahu sekarang?" sindirnya tajam
Matanya mendelik, dadanya dibusungkan Tidak ada kesan takut sama sekali pada
wajahnya. Song Bun Cun ikut berdiri. "Ciek Congkoan, apa yang tertulis dalam kertas itu?"
tanyanya. Ciek Ban Cing menyodorkan kertas tersebut kepada majikan mudanya.
"Lao siu sama sekali tidak menyangka kalau Song Hok Seng yang sudah belasan
tahun mengabdi di Tian Hua san ceng juga bisa dibeli oleh komplotan penjahat.
Kertas ini, Lao siu dapat dari orang itu/' sahutnya.
Song Bun Cun menerima kertas itu dan membacanya sekilas Di dalamnya terlihat
tulisan yang cukup rapi 'Jejak sudah ketahuan, mundurkan diri sebelum kentungan
kedua. Jelas sudah bahwa umpan Ciek Ban Cing sudah kena. Song Bun Cun marah sekali
Dia mendengus dingin Pedang panjangnya dihunus.
"Budak busuk' Katakan, di mana tempat persembunyian komplotan itu'?" bentaknya
garang. "Bukankah Ciek Congkoan sudah mengetahuinya?" sindir Cun Bwe.
Ciek Ban Cing tertawa terbahak bahak.
"Kalau Lao siu tidak mengaku demikian, mana mungkin kedokmu akan terbongkar?"
sahutnya. "Ciek Congkoan tampaknya cerdas se kali, tapi tempat persembunyian kami toh
tidak dapat diduga olehmu Urusan budak di sini juga sudah selesai Malam ini juga aku akan
pergi," kata Cun Bwe tajam. "Apakah kau bisa meninggaikan tempat ini sekarang," tanya Ciek Ban Cing ctengan
nada mengejek. Cun Bwe menatap Ciek Ban Cing sekilas Dia tersenyum dingin.
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya "Apakah kau ingin memaksa aku mengata kan
tempat ditawannya Song loya cu?" lan jutnya setelah Ciek Ban Cing tidak menyahut.
"Tampaknya kau juia tidak kalah cerdas," sindir Ciek Ban Cing.
"Apakah Ciek Congkoan yakin dapat mengalahkan aku'?" tanya Cun Bwe kembali.
"Kalau kau tidak percaya, mengapa tidak mencoba saja Lihat apakah lao siu
sanggup menngkusmu atau tidak''" sahut Ciek Ban Cing tenang.
"Ciek Congkoan, blar aku yang hadapi budak busuk ini" kata Song Bun Cun sambil
rnaju ke depan dua langkah. "Tidak perlu Kongcu turun tangan, lao s|u sendiri sudah cukup menngkusnya,"
sahut Ciek Ban Cing. "Baiklah, kalau kau memang ingin turun tangan Silahkan buka serangan!" tantang
Cun Bwe. Ciek Ban Cing mendengus satu kali Kakinya maju satu tangkah Tangan kanan
diangkat ke atas Lima jarinya setengah terkatup. Sasarannya pergelangan tangan
kanan Cun Bwe. Gadis itu dengan lemahgemulai melenggokkan tubuhnya Kakinya bergeser setengah
langkah Tangan kanannya ditarik ke belakang, kemudian dengan cepat men
cengkeram ke arah jantung Ciek Ban Cing Serangannya ini datangnya tiba-tiba Ciek
Ban Cing sampai kelabakan Cakarnya ditarik kembali. Cakar kiri menggantikan
kedudukannya. Serangannya ini penuh perubahan yang tidak terduga Juga merupakan
salah satu ilmu andalannya Tampaknya Cun Bwe tidak menemukan cara
mengimbangi nya. Dengan gerakan secepat kilat, dia melesat ke pintu penghubung.
"Kembali!" bentak Song Bun Cun Pedangnya diangkat ke atas, lalu ditudingkan ke
Cun Bwe dan menghadang jalannya Cun Bwe tertawa dingin. "Kau ingin main
keroyok'" Silahkan," sindirnya.
Mata Ciek Ban Cing mendelik Smarnya tajam Dia marah sekali.
"Budak busuk, mulutmu selalu mengoceh yang bukan-bukan!" bentaknya. Kedua
tangannya lalu direntangkan Tubuhnya yang tinggi besar mencelat ke atas Telapak
tangan kanan dikembangkan, tangan kiri ditekuk membentuk cakar, dia menerjang ke
arah Cun Bwe Bukan saja masing-masing tangan mengeluarkan jurus yang berlainan,
tenaganya juga luar biasa. Telapak tangannya menimbulkan suara menggelegar. Di
belakang telapak ini, cakar kin setahap demi setahap majU dengan membawa
berpuluh bayangan. Seakan ingin merobekrobek tybuh Cun Bwe.
"Mengapa harus meraungraung" Ada kepandaian apa, silahkan ketuarkan saja," kata
Cun Bwe. Setiap ucapannya selalu angkuh dan sombong Dapat dipastikan dia sengaja
memanaskan hati lawannya Sedangkan penampilannya sendiri tetap kaku dan dingin.
Dengan gerakan yang manis, sekali lagi dia berhasil melupufkan diri dari gerakan
Ciek Ban Cing. Dia tidak mau kalah, tangannya diputar seperti angin puyuh. Setiap serangan yang
dilakukannya selalu menggunakan jurus yang anehaneh Tampaknya dia menguasai
segala macam ilmu Baik telapak, tendangan ataupun tinju Cara menahan dirinya
juga sangat istimewa. Belasan jurus telah berlalu, kedudukan mereka masih seimbang.
Hati Ciek Ban Cing panas sekali. Meskipun lawannya terlihat agak kewalahan, tapi toh
setiap kali serangannya gagal terus.
Yok Sau Cun memperhatikan gerakan Cun Bwe dengan seksama Dia merasakan ilmu
silat Cun Bwe hampir mirip dengan ge rakan kesmpat pelayan Tiong Hui Ciong
Hatinya jadi tercekat. "Meskipun ilmu silat CIek Congkoan sangat tinggi, tenaga dalamnya jauh lebih
kuat, tapi jurus Cun Bwe aneh sekali Apabila per tarungan ini diteruskan kemungkinan
besar Ciek Ban Cing tetap tidak berhasil menngkus Cun Bwe," pikirnya dalam hati
Dia ms noleh kepada Ciok Ciu lan.
"Ilmu lalu yang digunakan budak itu sangat mirip dengan keempat pelayan Tiong
Hui Ciong. Lebih baik aku yang meringkus nya saja, agar tidak makan banyak waktu
Bagaimana pendapatmu?" tanyanya.
Hati Ciok Ciu lan terasa hangat mendengar pertanyaannya Untuk turun tangan saja,
dia selalu menanyakan pendapatnya lebih dahulu Dia tersenyum manis.
"Song Kongcu memang meminta bantu an. Sudah seharusnya kau turun tangan me
ringkus budak itu," sahutnya.
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya 'Apa yang kau katakan memang benar,"
katanya. Perlahanlahan dia bangkit dari tempat duduknya.
'Ciek Congkoan harap berhenti!" erunya.
Mendengar seruan Yok Sau Cun, Ciek Ban Cing segera menarik kembali
serangannya Dia membalikkan tubuh dan memandang ke arah pemuda itu.
"Yok Siangkong, apakah ada petunjuk untuk Lao slu'?" tanyanya.
Tepat pada saat itu Cun Bwe tidak menyianyiakan peluang yang terdapat di depan
mata Dia segera melesat dengan mak sud ngacir secara diamdiam Song Bun Cun
memang se|ak tadi memperhatikan gerakgerik Cun Bwe Namun karena tenakan Yok
Sau Cun, perhatiannyajadi terpencar. Begitu dia tersadar, Cun Bwe sudah sampai
di depan pintu Dia segera mengejarnya, tapi tidak sempat lagi Tepat pada saat itu.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tidak bisa kabur'" Terdengar sebuah suara yang merdu menyambut Cun Bwe.
Gadis itu tidak menyangka ada seseorang yang menghadangnya di depan pintu
Pikirannya terpusat untuk melarikan diri. Begitu sesosok bayangan berkelebat di
depan matanya, dia terdesak mundur beberapa langkah Orang yang menghadangnya,
ternyata Ciok Ciu Lan Dia berdiri di depan pintu dengan bibir tersenyum.
"Sejak semula aku sudah menduga Begitu Yok toako memanggil Ciek Congkoan,
perhatian mereka pasti akan terpencar dan kau tentu akan menggunakan kesempatan
ini untuk melarikan diri ".
Wajah Cun Bwe merah padam.
"Beranikah kau berduel denganku'"' tantangnya.
Ciok Ciu Lan tetap tersenyum tapi kali ini datar sekali.
"Kau tidak perlu cemas. Nanti ada orang yang akan berduel denganmu ".
"Siapa yang kau maksudkan?" tanya Cun Bwe garang.
"Cayhe!" tukas Yok Sau Cun.
Cun Bwe memandangnya sekilas.
"Apakah kau yang bernama Yok Sau Cun?"tanyanya.
"Tidak salah Rupanya nona juga tahu nama orang kecil seperti cayhe,".
Cun Bwe tertawa dingin. "Kalau semua orang tahu namamu, maka waktu itu kematianmu hampirtibal" katanya
ketus. Ciok Ciu Lan marah sekali Tangannya menuding di depan hidung Cun Bwe.
"Budak busuk! Kau berani menyumpah Yok toakoku'".
Serangkum angm menerpa, langsung menyambar ke arah mulut kecit gadis pelayan
itu Cun Bwe memalingkan ke alanya untuk mengelit Terdengar suara.
"Crep!" Sebuah senjata rahasia yang tepat menancap di dinding merah jambu be
lakang kepalanya. Senjata rahasia yang ditimpukkan oleh Ciok Ciu Lan ternyata
sebuah anak panah kecil sepanjang kirakira tiga cun.
Cun Bwe melirik panah kecil itu sekilas. Bibirnya tersenyum dingin.
"Apayang aku katakan adalah kenyataan. Kalau kau memang mengkhawatirkan
dirinya, sebaiknya kau membujuk dia untuk meninggalkan dunia kangouw sekarang
juga Tentu dirinya akan selamat," sahutnya.
Yok Sau Cun tertawa tefbahak bahak.
"Perkataan kouwnio ini mungkin karena takut cayhe mencan garaiara dengan pihak
kalian!" tenaknya lantang. "Tidak tahu malu! Sedangkan Bulim toalo Song loya cu dan delapan partai besar
saja, tidak dipandang sebelah mata oleh majikan kami Apalagi bocah ingusan seperti eng
kau Apa yang kukatakan adalah demi kebaikan dirimu sendiri Percaya atau tidak,
terserah," sahut Cun Bwe. "Aku selamanya tidak percaya takhyul" kata Yok Sau Cun sambil mendekatinya
"Tentang urusan malam ini apabila kouwnio tidak mau menyerah secara baikbaik,
cayhe akan turun tangan ".
"Kau ingin bergebrak dengan aku?" Se pasang matanya menatap Yok Sau Cun dengan
tajam "Bagus sekati!" serunya Tiba-tiba kedua tangannya dipentangkan Telapak tangan
kanannya menyambar ke depan Terlihat berpuluh puluh bayangan
menyebar dan telapaknya itu Kecepatannya luar biasa. Namun, begitu tangan Yok
Sau Cun terangkat Tanpa sempat disadarinya per gelangan tangannya telah berhasil
dicengkeram oleh pemuda itu Dia terkejut sekali.
"Lepaskan aku!" teriak Cun Bwe.
Yok Sau Cun tertawa dingin.
"Cayhe sudah pernah mengatakan bahwa akan meringkusmu," katanya Tepat pada saat
itu, terdengar sebuah suara serak berseru "Yok Sau Cun, lepaskan dia!".
Yok Sau Cun memalingkan kepalanya. Terlihat seorang nenek tua dengan wajah
penuh kenput dan rambut putih Dia sendiri dekat pintu dengan tangan menempe! d[
be[akang punggung Ciok Ciu Lan Bibirnya menyunggingkan senyuman licik
Matanya menatap tajam kepada Yok Sau Cun.
Rupanya Ciok Ciu Lan sejak tadi ttdak bergeser dan pintu penghubung Dia sama
sekali tidak menyangka kalau ada seseorang yang akan mengancamnya dari belakang.
Ciek Ban Cing mendongakkan kepalanya Dia mendengus dingin.
"Cu mo mo, rupanya kau!".
Cu mo mo tidak meladeni [akijaki itu. Ternyata dia adalah nenek yang bertugas
sebagai penyala api di dapur Tian hua san ceng.
"Manusia she Yok Kalau kau masih tidak mau melepaskan cengkeramanmu, asal
tanganku ini dihantam ke punggung Ciok couwnio, maka jantungnya akan putus
seketikal" ancamnya.
Ciok Ciu Lan tertawa lebar "Pokoknya aku tidak akan rugi Kalau kau menggetarkan
jantungku sampai putus, maka Yok toako juga akan membunuh budak itu," katanya
tenang. Cu mo mo mendengus dmgin Kedua jari tangannya memencet salah satu urat nadi di
bagian punggung. Ciok Ciu Lan menjerit kesakitan.
"Bocah cilik, aku terpaksa menyusahkan dirimu sebentar".
Ciek Ban Cing berdiri tidak jauh dan mereka Ketika Cu mo mo sedang bicara, dia
segera mengulurkan tangannya menyerang nenek tua itu.
"Ciek Congkoan, kita belum pernah mengadu kepandaian!" kata Cu mo mo. Sebentar
saja mereka sudah terlibat pertarungan yang seru YOk Sau Cun memandang sampai
terkesima. Tanpa disangkasangka, Cun Bwe menghentakkan diri melepaskan
cengkeramannya "Plak!" Pipi kanan Yok Sau Cun ditempelengnya satu kali.
Yok Sau Cun terkejut sekali. Lima jari tangan membekas nyata di pipinya.
"Budak cilik, kau barani memuku! orang?" bentaknya.
Cun Bwe mengibasngibaskan pergelangan tangannya yang sudah terlepas.
"Siapa suruh tenagamu begitu iemah'?" ejeknya.
Wajah Yok Sau Cun merah padam Dia marah sekali Wajahnya didongakkan.
"Song heng, terimalah'" Tangannya terulur dengan cepat Belum lagi Cun Bwe
menyadan apa yang teriadi, tubuhnya sudah terlempar jauh.
Song Bun Cun majU satu langkah Kedua tangannya direntangkan untuk menyambut
tubuh Cun Bwe. Sekaligus ditotoknya tiga jalan darahnya Sementara itu
pertarungan antara Ciek Ban Cing dengan Cu mo mo semakin seru saja Pertamatama nenek itu
masih mencoba menghindar terus, namun akhirnya dia menJadi marah karena Ciek
Ban Cing selalu mendesaknya.
"Ciek Ban Cing, apakah kau kira aku tidak berani menyambut seranganmu?"
bentaknya nyaring. Ketika telapak tangan Ciek Ban Cing sudah dekat sekali kepadanya, dia menyam
butnya dengan kekerasan. "Blam!!!" Keduanya tertolak ke belakang satu langkah. Ciek Ban Cing terkesiap.
"Kepandaian nenek jahat ini rupanya demikian tinggi Dia sudah tama sekali
bekerja di Tian Hua san ceng, selama ini aku tidak pernah mencurigainya Entah berasal dari
golongan mana komplotan mereka itu," pikirnya dalam hati.
Cu mo mo menegakkan tubuhnya yang terhuyung huyung tadi Dia mengeluarkan
sebuah rantai panjang dari balik bajunya.dan dengan kecepatan kitet melesat ke
samping Ciok Ciu Lan dan mengalungi lehernya de ngan rantai itu.
"Apakah kau mgin melihat nona ini mail lebih dahulu?" ancamnya Ciek Ban Cing
tidak berani gegabah Ciok Ciu Lan sudah banyak membantu mereka Dia tidak dapat
mengorbankan nyawa gadis itu begitu saja.
"Apa yang kau inginkan?".
Sepasang mata nenek itu bersinar tajam.
"Aku mgin kalian rnembebaskan Cun Bwe," katanya.
"Baik kami akan melepaskan Cun Bwe Tapi kau harus melepaskan Ciok kouwnio
fuga " sahut Ciek Ban Cing.
"Aku tidak mengingmkan nyawanya. Tapi tempat ini adalah Tian Hua san ceng Lao
pocu Ingin meminta dia mengantarkan kami keluar dari sini tanpa diganggu," kata Cu mo
mo sambi! tertawa dingin. Song Bun Cun marah sekali.
"Cu mo mo, kau jangan terlatu menghina!" priaknya.
"Kalian yang memaksa aku berbuat seperli ini Kalau tempat ini bukan Tian Hua san
peng, aku boleh segera melepaskannya Kita mengambil jalan sendiri sendiri Tapi di
datarn Tian Hua san ceng, aku terpaksa rnehyusahkan nona ini sebentar" kata Cu mo mo tenang.
'Kau tepaskan Ciok kouwnio, aku menarnin tidak akan ada yang berani
menganggurnu," sahut Song Bun Cun.
"Dunia kangouw banyak keticikan, Lao po u rnernpunyai jaminan di sini untuk apa
lendapat jarninan dari Sau cengcu lagi?" sahut Cu mo mo.
Song Bun Cun berang sekali.
"Kalau demikian, berarti kau tidak mempercayai Kongcumu?".
"Sama, sarna Kalian juga belum tentu mempercayai aku," sahut Cu mo mo tenang
sekali "Ciek Congkoan, bagaimana" Apakah kalian bersedia melepaskan Cun Bwe?".
"Ciek Congkoan, lepaskan saja Cun Bwe kouwnio!" kata Yok Sau Cun.
"Kafau Yok Siangkong sudah setuju maka kami pun akan melepaskan Cun Bwe, tapi
" Matanya mengerhng sekilas "Cu pocu, coba kau katakan lebih dahulu, sampal di
mana baru kau hendak melepaskan Ciok kouwnio," tanya Ciek Ban Cing.
Cu mo mo acuh tak acuh. "Begini saja, terpaksa menyusahkan nona ini sebentar Antarlah kami naik perahu "
sahutnya. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya bebarapa kali.
"Kita pastikan demikian saja," katanya.
"Bagus. Tapi kau harus melepaskan Cun Bwe lebih dahulu," sahut Cu mo mo
tersenyum lebar. "Kongcu, kita lepaskan Cun Bwe lebih dahulu," kata Ciek Ban Cing sambil menunjuk
kepada gadis itu. Terpaksa Song Bun Cun menganggukkan kepalanya Tangannya yang menggenggam
pedang diangkat Dia menggunakan ujung pedang untuk membebaskan jalan darah
Cun Bwe Begitu totokannya terlepas, dengan sekuat tenaga dia bangkit dan
berdiri. Tangannya dikibaskibaskan ke anak rambut yang acakacakan Matanya mendelik ke
arah Yok Sau Cun. "Yok Sau Cun, ingat. Urusan kita belum selesail" tenaknya.
"Kapan saja nona bersedia, cayhe akan melayani," sahut Yok Sau Cun.
Cun Bwe menolehkan kepalanya kepada Cu mo mo.
"Cu mo mo, mari kita pergi'" serunya.
"Kouwnio harap jalan lebih dutu, Lao po cu akan menyusul di belakang," sahut
nenek tua itu Cun Bwe tidak mengatakan apa-apa lag! Dia segera melangkah keluar.
Cu mo mo mendorong tubun Ciok Ciu Lan dan mengikuti di belakangnya Song Bun
Cun memandang kepergian mereka dengan wajah merah padam Dia jengkel sekali
Pedangnya digenggam erat erat Dia berjalan paling dulu menginngi mereka YokSau
Cun dan Ciek Ban Cing juga ikut keluarTapi karena Ciok Ciu Lan masih di bawah
genggaman Cu mo mo, mereka tidak berani terlalu dekat Jarak antara mereka
kirakira tujuh delapan depa. Di setiap pelosok Tian Hua san ceng masih tersebar para penjaga Mereka melihat
Cu mo mo berja|an dengan tangan kiri memegang sebuah rantai panjang, sedangkan
tangan kanannya mengginng seorang nona Dan Cun Bwe berjalan di depan mereka
dengan langkah tergesa-gesa.
Di bagian belakang, ada lagi Sau ceng su Ciek Congkoan, ada tamu yang bernama
Yok Sau Cun Langkah mereka juga tergopoh gopoh Untuk sesaat, mereka tidak habis
mengerti apa yang terjadi di dalam Tian Hua san ceng Tapi tidak ada seorang pun
yancfberani menghadang mereka.
Tidak lama kemudian, Cun Bwe dan Cu mo mo sudah hampir sampai di tepi telaga
Cun Bwe menepuk tangannya tiga kali Daiam kegelapan, terdengar suara sahutan.
tepukan juga sebanyak tiga kali Rupanya gadis itu telah menaruh .kaki tangannya
di sekifar tempat itu Tiga kali tepukan tangan tadi pasti merupakan isyarat yang
mengan dung arti bagi mereka. Benar saja! Di antara pepohonan yang nmbun yang terdapat di sekitar telaga,
meluncur keluar sebuah perahu kecil dengan kecepatan tinggt yang sedang melaju
ke arah mereka Cun Bwe yang meloncat duluan Cu mo mo meletakkan Ciol< Ciu lan di atas
tanah Sekah hentak tubuhnya melesat ke atas perahu dan mendarat tanpa suara sedikit
pun Dan sini saja sudah dapat di bayangkan sampai di mana ketinggalan
gmkang nenek tua itu Perahu itu segera meluncur pergi.
Ketika Ciek Ban Cing Yok Sau Cun dan Song Bun Cun sampai di tempat itu perahu
kecil itu sudah jauh sekali Di bawah kabut yang tebal. terlihat Cu mo mo berdiri
di atas perahu dengan tangan dilambaikan.
Yok Sau Cun segera menghampiri Ciok Ciu Lan dan membungkuk di sismya Dia
menepuk satu kali bagian belakang punggung gadis itu agar totokannya terlepas.
Ciok Ciu Lan segera berdiri tegak Matanya terbelalak Tangannya mengusap kening
rambutnya. "Yok toako, apakah mereka sudah jauh?" tanyanya.
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Komplotan penjahat itu rupanya sudah menyediakan perahu kecil supaya dapat
minggat setiap saat ". Song Bun Cun menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
"Sungguh menjengkelkan Dengan mata lebar kita menyaksikan mereka pergi begitu
saja Nama Tian Hua san cem tentu akan turun pamornya.
Ciek Ban Cing mendekatinya sambil tersenyum.
"Kongcu, mereka sudah pergi, kesal pun tidak ada gunanya Lebih baik kita kembali
dulu ke san ceng dan merundingkan pel soaian ini," kata Ciek Ban Cing dengan nada
membujuk. 'Apakah kita harus menyerah begitu saja'?" tanya Song Bun Cun.
"Tentu sa|a tidak Tapi di sini bukan tern pat yang sesuai untuk berbicara Lebih
baik. Kembali dulu ke rumah dan membuat rencana yang jitu," sahut Ciek Ban Cing
sambi! menarik lengan majikan mudanya.
"Song Kongcu, apa yang diKatakan Ciek Congkoan memang benar Komplotan
penjahat itu licik sekali Lagipula sudah sejak lama menyetusup ke dalam Tian Hua
san ceng Di manamana terdapat orangorang mereka. Untuk menghadapi mereka, kita
harus mempunyai persiapan yang matang. Setelah mengetahui sampai di mana
kekuatan [awan, kita baru memifiki kemungkinan untuk menang. Ciek Congkoan
telah mengikuti Song loya cu selama berpuluh tahun Pengetahuan dan pengalamannya
sangat banyak Tentunya dia sudah mempunyai seniata untuk menemukan musuh.
Sekarang kita kembali dulu ke rumah " Ciok Ciu Lan yang berdiri di samping ikut
membuiuk. Song Bun Cun tidak berkata apa apa. Mereka kembali Ke dalam san ceng. Para
pelayan sejak tadi sudah membersinkan meja Malah ada teko teh baru yang tersedia
di atasnya. "Apakah Ciek Congkoan sudah merenca nakan sesuatu?" tanya Song Bun Cun dengan
nada tak sabar. Ciek Ban Cing tersenyumsenyum.
"Sau cengcu jangan panik Lao siu memang mempunyai rencana Mungkin tidak lama
lagi, kita

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa mendapat kabar," katanya.
"Kejadian tadi, tampaknya sudah dalam dugaan Ciek Congkoan," sahut Yok Sau Cun.
"Biar lao siu katakan kepada Yok Siangkong. Penyamaran Suo Yi Hu atas diri Lao
cengcu sudah terbongkar oleh Ciok kouwnio Tapi perasaan lou siu selalu mengang
gap kalau Suo Yi Hu bukan permmpin yang [nenyelusupkan matatnata ke Tian Hua
san Ceng Kecurigaan Lao siu jatuh pada Cun Bwe yang selalu melayani Lao cengcu
Cuma sa|a belutn ada bukti yang menguat kan. Oleh karena itu, Lao siu sengaja
meng umpannya dengan harapan akan mengetahLii siapa ya'ng mendalangi semua ini
Tetapi Lao siu satna sekali tidak menyangka bahwa gadis itu sendiri yang
mendalangi kejadian di Tian Hua san Ceng, dengan ini dapat dibuktikan kalau kedudukannya
tinggi sekali dalam komplotan mereka Mungkin lebih tinggi dari Long san it pei
atau pun cao Kuang Tu Lebih-lebih lagi Lao siu tidak menyangka kalau Cu mo mo yang
sudah bekena begitu lama di Tian Hua san Ceng juga termasuk komplotan mereka.
Bukan itu saja, ilmunya bahkan tidak dibawah Lao siu. Maka dan itulah, kita
berhasil dikelabui olehnya" kata Ciek Ban Cing menjelaskan.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Yok Sau Cun.
Ciek Ban Cing merenung seJenak.
"Bukankah Ciek Congkoan tadi mengatakan bahwa sebentar lagi akan ada berita yang
datang Mengapa kau demikian tergesa-gesa?" tukas Ciok Ciu Lan.
Tadinya Song Bun Cun ingin menanyakan persoatan itu kepada Ciek Ban Cing
sampai jelas. Mendengar kata-kata Ciok Ciu Lan, dia mengurungkan niatnya Dia
mengangkat cawan teh yang ada di hadapannya dan minum seteguk.
Terlihat Ciek Ban Cing mengerutkan keningnya.
"Adasesuatu hal yang mengganggu pikiran Lao siu... " katanya.
"Urusan apa?" tanya Song Bun Cun.
"Ku loya, maksudku adalah Wi Yang taihiap, kemarin mengirimsurat dan meminta
agar Piau siocia segera kembali. Mungkinkahsurat itu palsu juga?".
Hati Yok Sau Cun tercekat. Song Bun Cun bertanya dengan cemas.
"Apakah ada yang dicurigai oleh Ciek Congkoan?".
"Ketika Piau siocia bergerak kemann, komplotan penjahat sudah menyusup ke dalam
Tian Hua san Ceng, kedok mereka belurn terbongkar, bisa jadi " Tiba-tiba dla
mengeluarkan seruan terkejut "Ssandainya surat itu tidak palsu, tapi Ku loya meminta piau
siocia untuk kembali Kui Hun san ceng (gedung keluarga Hui) Apakah ada
kemungkinan kalau di sana telah terjadi hal yang diluar dugaan?".
Baru saja perkataannya selesai, tampak seorang pengawal dengan baju menyelam
masuk dengan tergopoh-gopoh.
"Lapor Ciek Congkoan ".
Ciek Bang Cing tidak menunggu sampai ucapannya selesai Dia segera bangkit dan
menghampin orang itu Mereka keluar dan ruangan Tidak beberapa lama kemudian,
terlihat Ciek Ban Cing masuk kembali seorang diri Mata Song Bun Cun menatapnya
dengan pandangan menyelidik.
"Ciek Congkoan, pengawal tadi tampaknya tergesa gesa sekali Apa yang teriadi?"
tanyanya. Ciek Ban Cing duduk kembali di tempatnya semula Dia meneguk teh darl cawannya.
"Tadi Lao siu merninta mereka menyiapkan perahu Dia masuk untuk melaporkan
bahwa perahu itu sudah siap," sahutnya santai.
"Sekarang baru menyiapkan perahu" Bagaimana mungkin kita bisa mengejar Cun
Bwe dan Cu mo mo?" tanya Song Bun Cun Ciek Ban Cing mengelus elus jenggotnya
"Nenek jahat dan Cun Bwe sudah jauh sekali Tidak mungkin lagi mengejar mereka
tapi Lao siu yakin mereka tentu mempunyai tempat pemberhentian yang tidak terlalu jauh
Asal kita dapat menemukan mereka, kemungkinan untuk menolong Lao cengcu
pun semakin besar" sahutnya.
"Apakah Ciek Congkoan sudah mempunyai dugaan di mana terppat pemberhentian
mereka'?" tanya Song Bun Cun.
"Sekarang masih belum dapat dipastikan Tapi tidak tama lagi tentu kita akan
tahu" Nada suaranya seakan yakin sekali.
"Jadi, kapan kita mulai bergerak'?" tanya Song Bun Cun kembali.
Ciek Ban Cing meletakkan kembali cawannya di atas meja. Dia berdiri.
"Sekarang kita sudah harus mulai bergerak," sahutnya.
Ucapannya itu sungguh di luar dugaan Song Bun Cun dan Yok Sau Cun Merekaikut
berdiri. "Sekarang juga?" tanya Song Bun Cun heran.
Ciok Ciu Lan tertawa merdu.
"Sejak semula aku sudah menduga kalau Ciek Congkoan sudah mengatur segalanya
". "Lao siu akan menjadi penunjuk jalan" sahut Ciek Ban Cing sambil tertawa lebar.
Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun mengikuti di belakangnya Mereka ke
luar dari Tian Hua san Ceng Dengan cepat mereka sudah sampai di tepi telaga
Terlihat sebuah perahu kecil tertambat di tepi telaga tersebut. Dua orang
pengawal duduk dibagian depan dan belakang perahu itu.
Ciek Ban Cing menghentikan langkahnya.
"Kongcu, Yok Siangkong, Ciok kouwnio, silahkan naik ke atas perahu ".
"Ciek Congkoan, apakah kita tidak perlu membawa beberapa orang pengawal'?"
tanya Song Bun Cun. "Terlalu banyak orang akan memukul rumput mengejutkan ular. Kita berempat sudah
lebih dan cukup," kata Ciek Ban Cing dengan suara linh. Song Bun Cun mengangkat
tangannya. "Badan perahu sangat kecil Mudah sekali tergoncang Lebih baik Ciok kouwnio saja
yang naik lebih dahutu," katanya.
"Kalau begitu aku tidak sungkan lagi," sahut Ciok Ciu Lan sambil meloncat ke
dalam perahu. Ketiga orang yang lainnya juga mengikuti di belakangnya Perahu itu sangat kecil.
Bagian tengahnya juga tidak seberapa lebar, hanya cukup untuk tempat duduk
keempat orang itu. Kedua pengawal itu tidak menunggu perintah lagi, mereka
segera mendayung dengan cepat ke tengah telaga Tentu saja, Song Bun Cun dapat melihat
bahwa Ciek Congkoan sudah mengatur segalanya Cuma dia tidak menjelaskan saja.
"Ciek Congkoan, di dalam San ceng klta banyak matamata Setiap orang ada
kemungkman komplotan kaum penjahat itu. Kau menutup mulut se|ak tadi. Sekarang
kita sudah sampai di tengah telaga Seharusnya kau sudah boleh menjelaskan
rencanamu," kata Song Bun Cun.
"Sebentar lagi kita akan sampai Tanpa perlu Lao siu mengatakan, kongcu juga akan
tahu sentiiri," sahut Ciek Ban Cing sambil tertawa Rupanya dia masih tidak mau
mengatakan apaapa Justru semakin mulutnya tertutup, urusan ini semakin
membingungkan. Song Bun Cun ikut tertawa.
"Baiklah. Seandainya Ciek Congkoan , memang sudah mempunyai persiapan yang
matang, kami akan menurut saja," katanya.
Wajah Ciek Ban Cing tersipu-sipu.
"Harap Kongcu maafkan Karena urusan ini terlalu besar pengaruhnya, kita harus
menyembunyikan jeiak Gerakan kita malam ini mungkin akan menemui berbagai
hambatan," sahutnya.
Song Bun Cun tahu bahwa Ciek Ban Cing merasa tidak enak hati.
"Sejak semula aku sudah mengatakan bahwa segalanya terserah kepadamu. Aku
tidak akan menanyakan apaapa lagi," katanya maklum.
Ombak menghempas perahu kecil itu maju ke depan Langit dan laut tidak berbeda
Kabut berselimut Tampaknya perkiraan bahwa tujuan perahu itu adalah tepi te laga
Tai hu, salah besar. Perahu kecil itu hanya mengitan tepian Ma cik san Tentu saja,
meskipun disebut tepian, tapi jaraknya paling tidak satu li Dengan demikian, tidak akan
kepergok oleh orangorang yang ada di dermaga.
Sekarang mereka melintasi karangkarang yang besar LBJU perahu mulai melambat
Song Bun Cun kebingungan Peranan apa yang sedang dimainkan oleh Ciek
Congkoan" Bukankah ini Tai Hok Hong atau bagian sebelah barat Ma cik san
Sedangkan Tian Hua sang Ceng terletak di bagian tirnur gunung itu. Mengapa harus
memUtar demikian jauh hanya untuk mencapai Tai Hok Hong".
Perahu kecil itu perlahanlahan berhenti di depan sebuah goa batu Salah satu
pengawal itu turun dari perahu dan menambalkannya dj sebatang pohon yang agak
besar. "Mulai dari sekarang, tidak boleh ada yang membuka suara," kata Ciek Ban Cing
dengan suara lirih. Dia memben isyarat dengan tangan agar semua turun dan perahu
tersebut. Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Yok Sau Cun menuruti apa yang diperintahkan
oleh Ciek Ban Cing. Mereka menoleh ke betakang. Laki-laki itu sendiri belum
turun dan perahu Dia berjalan ke bagian buntan Di bukanya sebuah kotak kayu Tangannya
menggendong sesuatu yang berwarna hitam pekat Kakinya menutul dan mencelat ke
atas permukaan. Karena hari gelap sekali, dari atas der maga, siapa pun tidak dapat melihat
dengan jetas barang apa yang ada di gendongan CieK Ban Cing. Sampai iakilaki naik ke
atas, mereka baru tahu bahwa sesuatu yang hitam pekat itu ternyata seekor anjing
pelacak. Sekarang mereka baru mengerti Tentunya sebelum Cun Bwe dan Cu mo mo
meninggalkan Tian Hua san Ceng, Ciek Ban Cing sudah mempunyai rencana tertentu.
Dia rnemerintahkan salah satu pengawal Tian Hua san ceng untuk rnenyamar sebagal
nelayan dan menggunakan sebuah perahu kecil serta menanti di tempat yang tidak
terlalu jauh dari telaga tersebut dengan perahu. Cun Bwe dan Cu mo mo sudah
menyiapkan perahu untuk melarikan diri. Semua itu sudah dalam perhitungan Ciek
Ban Cing. Andaikan mereka hendak menyusupkan kaki tangan, Juga harus naik
perahu menuju perkampungan itu. Sebagian besar penduduk disana kebanyakan
rnencari nafkah sebagai nelayan, maka rnereka tidak akan menaruh curiga metihat
sebuah perahu kecjl hilir mudik df telaga itu Apalagi mereka tidak tahu kalau
tindak tanduk mereka telah diawasi oleh Ciek Ban Cing.
Berdasarkan penyelidikan anak buah Ciek Ban Cing, dapat djketahui bahwa tempat
pemberhentian komplotan penjahat itu adalah Tai Hok Hong Mereka tinggal melacak
daerah sekitar itu Untuk menghindarkan pengintaian musuh, Ciek Ban Cing senga|a
menyuruh kedua pengawal itu memutar sampai jauh sekali.
Karena tempat pemberhentian mereka su dah diketahui pekerjaan selanjutnya adalah
menemukan markas mereka. Oleh sebab itu,l Ciek Ban Cing sengaja membawa anjing
pe, lacak Indera penciuman anjing sangat tajam. Asal dia sudah terlatih dengan
baik, maka dia segera akan menelusuri jejak dari bau itu Dengan mengikutinya, tentu
markas dia segera akan menelusuri jejak dan bau itu Dengan mengikutmya, tentu
markas orang jahat itu akan berhasil ditemukan.
Tidak ada seorang pun yang membuka suara. Di dalam hati mereka tegang sekali
Seluruh pertanyaan akan terjawab sebentar lagi Apalagi Ciek Ban Cing sudah
member pesan bahwa sampai di tempat ini tidak ads yang boleh bicara.
Ciek Ban Cing menundukkan tubuhnya Belum sampai di tanah, anjing itu sudah me
loncat turun. Tanpa disuruh lagi, dia segeri berlari mengikuti bau itu.
Tampaknya an| inc itu memang sudah terlatih. Meskipun dia ber lari sambil mengendusendus, tapi
dia tidal menimbulkan suara sedikit pun Bahkan se telah berlan' beberapa fama dia
menghetikan langkahnya seakan menunggu kedatangan mereka. Ciek Ban Cing juga
tidak mengatakan apaapa Dta hanya memberi isyarat dengan tangan agar mereka
mengikutinya. Gmkang keempat orang itu sangat tinggi. Tentu saja tidak perlu anjing itu
menunggu, mereka selalu mengintil rapat Oteh sebab itu, lan anjing itu makin lama makin
cepat Perjalanan di pegunungan itu cukup sempit Batubatu berserakan di sepan|ang
jalan, belum lagi ilalang yang tumbuh tinggi Setelah berlan kirakira lima li, di kejauhan
teriihat sebuah tembok besar berwarna merah.
Siau hek anjing yang bernama Siau hek (anjtng itu) berlari sambil mengendus ke"
sanake mari Mereka melewati hutan kecil lalu menembus sampai di depan pintu kuil
Tembok merah yang terlihat tadi ternyata adalah sebuah kuil. Pada waktu itu, kirakira
sudah hampir kentungan ketiga Di tengah pegunungan pada tengah malam, tentu saja pintu
kuil itu tertutup rapat Siau hek berlari sampai di depan pmtu kuil dan
menggarukgaruk kayunya. Mulutnya mengeluarkan suara gonggongan seakan ingin
mendobrak pintu kayu itu.
Ciek Ban Cing takut dia mengejutkan orang di dalam Dengan tergopoh-gopoh dia
menepuk perlahan kepala anjing itu dua kali. Bibirnya seperti mengucapkan
sesuatu Siau hek seakan mengerti apa yang dimaksudkan oleh laki-laki itu Dia
mengibasngibaskan ekornya dan tidak menggaruk pintu kayu tersebut lagi Muiutnya juga tidak
mengeluarkan suara sedikit pun. Ciek Ban Cing menggendong Siau hek sambil memben isyarat kepada tiga rekan nya
yang lain agar meloncati tembok besar itu. Dia mulai dutu, sedangkan yang lain
mengikuti gerakannya. Setelah itu, dia rnenurunkan kembali Siau hek ke atas
tanah Anjing itu kembali mendengus dan berlari menuju beranda depan kuil tersebut Ciek
Ban Cing bernyali besar dan banyak pengalaman Dia bertindak sebagai pemimpin,
yang lainnya hanya menuruti apa yang dilakukannya.
Tepat pada saat itu, terdengar sebuah suara yang berat menyapa "Entah apa tujuan
empat sicu ini datang ke kuil kecil pada tengah malam begini?".
Ciek Ban Cingtidak menduga di atas batu butat pendopo itu bersembunyi seseorang
Hatinya tercekat Dengan cepat dia menolehkan kepalanya. Tampakdi samping se
belah kin batu besar, berdiri seorang hwesio linggi besar Kedua tangannya
dirangkapkan di depan dada. Sepasang matanya bersinar Datam kegelapan seperti
dua ekor kunangkunang sedang menarinari. Ciek Ban Cing segera menjura dalam-dalam.
"Lao siu adaiah Ciek Ban Cing Entah apa nama sebutan toa suhu ini?".
Jejaknya sudah ketahuan Dengan nama besar seperti Kim ka sin. dla tidak dapat
berbohong. Hwesio berpakaian abuabu itu lerpana sesaat.
"Rupanya sicu adalah Ciek Congkoan dari Tian Hua san ceng Pinceng Kong Beng Maaf
kalau tadi berlaku kurang sopan," sahutnya. Dia trdak menunggu sampai Ciek Ban Cing
bicara. Kedua tangannya dirangkapkannya sekali lagi.
"Entah ada keperluan apa Clek Congkoan datang ke kuil kecil ini?".
"Lao siu sedang mengejar dua orang jahat," kata Ciek Ban Cing.
"Entah siapa yang sedang dikejar oleh Ciek Congkoan?".
Ciek Ban Cing mengelus us jenggotnya. Wajahnya tampak serius,.
"Lao siu toh sudah msngejar sampai keman, rasanya tidak perlu sungkan lagi" Dia
berhenti sejenak untuk membasahi ke rongkongannya yang kering "Lao siu sedang
mengejar

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pelayan dan penyala api di dapur kami.".
Kong Beng mengerutkan keningnya.
"Mungkin Ciek Congkoan salah alamat Kuil ini adalah tempat suci. Mana mungkin
menyembunyikan budak yang melarikan diri?".
"Lao siu mengejar sepanjang perjalanan Tidak mungkin salah alamat Apakah kepala
kuil suhu ada di tempaP" tanya Ciek Ban Cing.
Wajah Kong Beng berubah kaku dan dingin.
"Di kuil ini hanya ada pinceng seorang!" sahutnya ketus.
Ciok Ciu Lan mendengarkan suara tawa yang merdu.
"Taisu tampaknya sudah mengetahui kedatangan kaml sehingga menanti di depan
kuil," katanya. Ucapan inl dikeluarkan untuk memperingati Clek Ban Cing bahwa hwesio ini tidak
dapat dlpercaya. Kong Beng bukan saja terpana. Untuk sesaat dia tidak tahu harus
menjawab apa. Dia menenangkan hatinya sejenak. ..
"Apa maksud perkataan li sicu ini" Apakah kalian ingin menggeledah kuil
pinceng?" tanyanya garang. Ciek Ban Cing menjura sambil tertawa lebar.
"Tidak salah. Lao siu memang bermaksud demikian," sahutnya.
Kong Beng mendengus dingin.
"Tian Hua san Ceng adalah tempat tinggal bengcu yang dipilih kawanan Bulim. Hal
im karena selamanya Song loya cu paling menghargai keadilan Ciek Congkoan
datang tengah malam ke kuil pinceng ini. Tanpa bukti apa pun hendak menggeledah
"Mengrnjak yang lemah dengan kekuasaan. Bagaimana kalau benta ini tersebar di
dunia tuar, apakah tidak akan menjadi buah bibir orang banyak?".
"Apabila tanpa bukti, Lao siu juga tidak berani gegabah," sahut Ciek Ban Cing
tenang. Sekilas terlihat hawa kemarahan di mata Kong Beng. Sejenak kemudian lenyap tak
berbekas Nyata sekali dia ssorang yang pandai mengendalikan perasaannya.
"Kuil ini kecil sekah Lagipula hanya ada pinceng seorang di sini. Tidak mungkin
da pat melawan Tian Hua san ceng yang besat dan ternama di kolong Jagad Tetapi di
mana pun hacus ada etiket Kalau Ciek Congkoan berkeras hendak menggeledah kuil
inii pinceng tentu tidak sanggup melarang Tempat ini kecil sekali. Siiahkan,
kalau Ciek Congkoan hendak menggetedahnya Tetapi kalau tidak menemukan apaapa,
bagaimana Ciek Congkoan akan memmta maaf kepada pin ceng?".
"Tentu saja Lao siu akan menjura dalam-dalam dan memohon pengampunan taisu,"
sahut Ciek Ban Cing tegas.
"Tai hu kun bio, meskipun tidak besar, namun merupakan tempat suci Ciek
Congkoan mencoreng arang di muka pinceng, walaupun terjun ke sungai Huang ho
juga tidak akan bersih untuk selamanya. Untuk apa menjura sambil memohon
pengampunan pinceng?".
'Tentunya taisu bukan sedang memperpanjang waktu bukan?" sindir Ciok Ciu Lan.
"Perkataan li sicu salah besar Ciek Congkoan menduga kuil pinceng
menyembunyjkan anak gadis Kalau urusan ini sampai tersebar di luaran. Dosa apa
pun tidak seberat yang satu ini. Seandainya Ciek Congkoan tidak membiarkan
urusan ini sampai terang, bagaimana pinceng dapat mengijinkan dia menggeledah kml ini'?"
sahut Kong Beng. 'Apa maksud taisu sebenarnya'?" tanya Ciek Ban Cing.
"Apabila Ciek Congkoan berhasil menemukan orang yang dicari Pinceng bersedia
dihukum apa saja Sebatiknya, apabila Ciek Congkoan tidak menemukan apaapa.
Persoalannya sederhana sekali ..".
Tampaknya dia sengaja menghentikan kata-katanya agar mereka penasaran.
"Ada kata-kata apa saja, silahkan taisu ketuarkan saja," kata Song Bun Cun.
Kong Beng melirik Song Bun Cun sekilas,.
"Siapa sicu ini?" tanyanya.
Sau cengcu dari Tian Hua san ceng," sahut Ciek Ban Cing.
"Bagus sekali Ada majikan muda dari Tian Hua san ceng di sini, maka urusan jadi
lebih mudah diselesaikan. Menurut penglihatan pinceng, kedatangan Kongcu ini pasti
atas ajakan Ciek Congkoan. Apabila orang yang buron itu tidak berhasil ditemukan,
pinceng minta sepasang mata Ciek Congkoan ditinggalkan di sini sebagai tanda
terima kasih Tai hu Kun. Tidak berlebihan bukan?" kata Kong Beng sambil
tersenyum lebar. Ciok Ciu Lan mendengus satu kali.
"Taisu adalah jut ke lang (Orang yang sudah menyucikan diri). Mengapa bicara
sekeji itu'?" sindirnya. "Omitohud!" Kong Beng merangkapkan sepasang tangannya.
"Menuduh kuil yang suci menyembunyikan kaum perempuan, apakah itu tidak lebih
keji'?". "Baiklah. Lao siu terima persyaratan taisu'" kata Ciek Ban Cing.
"Apakah Ciek Congkoan tidak akan menyesal'?" tanya Kong Beng dangan bibir
menyunggingkan senyuman licik.
"Siapa memang Ciek Ban Cing'" Kata-kata yang sudah Lao siu ucapkan, selamanya
tidak pernah disesali!" sahut Ciek Ban Cing tegas.
Kong Beng mundur selangkah. Tangannya dirangkapkan dj depan dada.
"Ucapan seorang laki-laki sejati, kuda tercepat pun tidak sanggup menyandaknya
Ciek Congkoan, silahkan.".
"Ciek Congkoan .." panggil Song Bun Cun dengan iflaksud mencegah.
"Kongcu tidak perlu mengatakan apaapa lagi Cari kedua orang itu lebih penting,"
sahut Ciek Ban Cing. Dia menggapaikan tangannya Siau hek segera berlan masuk ke
ruangan dalam Semestinya dia ingin meneriang sedari tadi, tapi karena Ciek Ban
Cing menghentikan langkah kakinya, jadi dia ikut berhenti juga. Sekarang dia melihat
Ciek Ban Cing menggapaikan tangannya Dengan ekor digoyanggoyangkan dia berlari ke
dalam. "Rupanya Ciek Congkoan membawa seekor binatang sebagai penunjukJalan'" kata Kong
Beng ketus. Ciek Ban Cing tidak memperdulikan dirinya. Langkahnya diperlebar dan mengikuti
kemana Siau hek pergi Song Bun Cun, Ciok Ciu Lan dan Song Bun Cun juga
mengikuti di belakangnya. Kong Beng berada di urutan terakhir.
Siau hek mendengus sambil mencaricari. Dia tidak pernah berhenti. Setelah
melewati pendopo belakang, mereka sampai di halaman besar yang terdapat sebuah sumur di
tengahtengahnya. Di sana ada sederetan rumah kecil yang biasa digunakan sebagai
gudang penyimpanan kayu bakar dan dapur.
Di bagian barat sumur ada sebuah pintu kayu Pintu itu digembok dengan sebuah
rantai besi. Tampaknya pintu itu sudah lama tidak pernah dibuka orang, karena
rantai dan gemboknya sudah karatan Siau hek berlari menuju pintu kayu tersebut dan
menggarukgaruk dengan kuku jarinya.
Ciek Ban Cing menghentikan langkah kakinya Dia menoleh ke belakang.
"Taisu, di luar pintu ini tempat apa?" tanyanya.
"Di situlah terletak pegunungan di belakang kuil," sahut Kong Beng.
"Mohon taisu mambukanya sebentar," kata Ciek Ban Cing.
"Bukankah Ciek Congkoan hendak menggeledah kuil pinceng" Lewat pintu ini
merupakan Tai Hok Hong. Batas kuil pinceng hanya sampai di sini," sahut Kong
Beng acuh tak acuh. "Tolong bukakan agar lao siu dapat melihatnya sendiri!" kata Ciek Congkoan
berkeras. Kong Beng tertawa seram. "Kemungkinan Ciek Congkoan tidak blsa melihatnya lagi'" sahutnya.
"Mengapa?" tanya Ciek Ban Cing.
"Bukankah pmceng tadi sudah mengataKannya dengan jelas" Belakang gunung
bukan batas kuil ini lagi. Ciek Congkoan tidak berhasil menemukan orang yang
dicari Bukankah sepasang matanya sudah seharusnya diserahkan kepada pinceng^" sahut
Kong Beng sinis. Ciek Ban Cing marah sekali.
"Apakah taisu tidak bersedia mernbuka pintu ini?".
"Bukankah Ciek Congkoan sendiri yang ingin menglngkar janJi'?" sahut Kong Beng
tak mau kalah gertak. "Benarkah gunung di belakang ini tidak termasuk witayah kuil taisu?" tanya Song
Bun Cun. "Bukanl" sahut Kong Beng.
"Bagaimana kalau buronan itu melarikan diri dari tempat ini'?" tanya Ciok Ciu
Lan,. "Gunung di belakang kuil ini tidak ada jalan tembus ke manamana," sahut Kong
Beng santai. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Kalau benar gunung di belakang im tidak ada jalan tembus. Untuk apa dibuat
sebuah pintu serta dirantai ketat seperti ini" Seandainya buntu, toh kuil kalian sudah
membuat pintu kayu ini, berarti masih termasuk witayah Taihu Kun bio. Taisu tidak
bersedia membuka pmtu, tentunya ada yang disembunyikan bukan?" sindirnya.
"Buat apa pinceng menyembunyikan sesuatu" Pintu ini sudah lama tidak pernah
dibuka, katau cuwi memaksa ingin melihat, putuskan saja rantai gembok itu," sahut Kong
Beng sambil mendengus. Ciek Ban Cing tidak berkata apa apa lagi. Tangannya diputar rantai gembok itu
putus seketika Di tangannya terdapat kotoran-kotoran karat dan rantai tersebut Dia
sama sekali tidak msmperdulikan Siau hek langsung berlari ke dalam.
Di luar pintu terdapat sebuah tanah yang luas. Rumput-rumput tinggi tumbuh
dengan liar Ternyata memang sudah di luar batas Tai hu Kun bio, kecuafi sebuah bukit tinggi
bertanah merah yang tampaknya licin sekali Meskipun orang mempunyai ginkang
tinggi pasti susah untuk mendakinya Di hadapan bukit itu, terdapat dua buah
tembok batu yang panjang dan rendah Kemungkinan besar digunakan sebagai tempat
benstirahat orangorang kuil.
Meskipun sekarang sudah larut malam, tap! pemandangan sekitar dapat terlihat
dengan jelas Memang tidak mungkm menyernbunyikan diri di tempat ini Namun
mengapa Siau hek justru bertan ke arah ini" Di hati Ciek Ban Cing timbul
perasaan curiga Dia menoleh dan mencari Siau hek Begitu pintu kayu itu terbuka, anpng itu
segera berlari ke dalam, dia mendengusdengus rumput yang tinggi itu dan langsung menuju
bawah bukit Dt sana kembali dia mencium ke sana k? man tapi sampai
setengah jatan dia berhenti Seakan di antara rumputan itu terdapat sesuatu.
Ciek Ban Cing menatapnya dengan heran Kakinya berjalan dengan langkah lebai
mendekati anjing itu. Begitu dekat dengannya, Ciek Ban Cing sadar bahwa Siau hek
telah dicelakai orang. Anjing itu sama sekali^ tidak bergerak dengan tubuh terkulai
Kemungkinan sudah mati Dia matU lagi satu langkah, terlihat olehnya keempat
anggota tubuhnya sudah kaku Matanya terballk ke atas. Memang benar sudah mati,
bahkan mati dengan cara yang mengenaskan.
"Kong Beng taisu, dengan racun apa kau membunuh Siau hek?" tanya Ciek Ban Cing
dengan rnata mendelik. Kong Beng berdiri mematung Wa|ahnya terlihat kaku dan dingin.
"Apa yang terjadi dengan Ciek Congkoan malam ini" Orang yang dican tidak ada,
takut kehilangan sepasang mata, lantas sembarang menyalahkan orang lain. Sekarang se
ngaja menuduh pinceng berbuat dosa membunuh" Cuwi semuanya ada di sini
Orang pertama yang mengikuti anjing itu adatah Ciek Congkoan sendiri. Pinceng
berjalan pada bagian paling buntut, kaki sama sekall tidak bergerak, bagaimana
bisa meracuni anjing itu?" sahutnya.
Dia memang mengikuti di belakang mereka. Sampai saat ini dia masih berdiri di
belakang Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing mendengus dingin. "Taisu
tidak usah bedagak lagi, Jut ke lang bagaimana bisa mengucapkan kata-kata tipuan
seperti orang kangouw Kau ingin Lao siu menyerahkan sepasang mata ini'" Mata Lao siu
sama sekali belum buta'" katanya garang.
Kong Beng tertawa tecbahakbahak. "Ucapan Ciek Congkoan itu salah besar.
Kedatangan kalian adalah untuk mengejar budak yang melarikan diri, bukan melacak
asal usul pinceng. Kalau pinceng mengucapkan kata-kata tipuan seperti anggapan
Ciek Congkoan, pinceng mengakui berpuluh tahun yang lalu memang pernah menjadi
orang kangouw. Tapi sekarang pintu Buddha telah terbuka. Pinceng sudah
melepaskan golok pembunuh, sekarang menjadi hwesio di kuil ini, hal ini juga
tidak ada sangkut pautnya dengan pelarian Tian Hua san ceng," sahutnya tenang.
"Tampaknya taisu sama sekali belum melepaskan golok pembunuh," kata Ciok Siu Lan
sambil mencibirkan bibirnya. "Li sicu, pepatah kuno mengatakan, menangkap maling padahal diri sendiri yang
menjadi maling Apakah kuil ini menyimpan Tian Hua san ceng paling tidak harus ada bukti
nyata" sahut Kong Beng dengan se nyuman licik.
Baglan Dua Puluh Delapan.
"Ciek Congkoan, Siau hek mengejar sampai di tempat ini, tiba-tiba diracuni
sampai mati. Di sini tidak ada jalan tembus Hal ini sangat mencungakan Mengapa kita tidak
memenksa sekali lagi dengan teliti" Siapa tahu ada sesuatu yang lolos dan pengamat an
kita," kata Ciok Ciu Lan. Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.
"Apa yang dikatakan Ciok kouwnio memang benar Siau hek tiba-tiba diracum
seseorang, kejadian ini memang aneh Biar kita periksa lagi baru lihat
perkembangannya nanti," sahutnya.
Kong Beng menggeser ke sudut.
"Pinceng sejak tadi sudah mengatakan Silahkan cu wi memenksanya dengan teliti,"
sahutnya dengan bibir mengejek.
Sebetutnya tempat ini hanya seluas sepuluh depa Di depan hanya ada tembok batu
yang rendah dengan bukit bertanah merah di belakangnya. Ditengahtengah terdapat
dataran rumput yang liar Sekali pandang, semuanya sudah terlihat jelas Tentu
saja tidak mungkin ada yang menyembunyikan diri dl tempat ini.
Ciek Ban Cing memperhatikan tembok rendah yang digunakan untuk benstirahat Itu


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan seksama Bagian atasnya rata sekali, bahkan sudah ditumbuhi lumut Se
dangkan bukit di belakangnya kirakira setinggi sepuluh depa Permukaannya sangat
licin Walaupun seseoran'g yang memiliki ginkang tinggi, juga sulit mendakinya
Sedangkan di baglan atasnya terdapat banyak bebatuan kecilkecil. Sama sekali
tidak ada celah Apabila ada orang yang bersembunyi disana , tentu akan terlihat nyata.
Tetapi, selain bukit itu, tidak ada tempat lain lagi yang mencurigakan Ciek Ban
Cing naik sebentar ke atas tembok batu yang rendah itu dan memperhatikan sekitarnya
sekali lagi Perlahan dia turun kembali. Diketukketuknya tembok itu dua kali.
Buatannya kokoh sekali Juga tidak ada yang dicurigai. Ciok Ciu Lan mendekatinya.
"Apakah Ciek Congkoan merasa curiga terhadap tembok batu ini?".
"Lao siu juga tidak dapat mengatakannya Tetapi tadi Siau hek mengelilingi tembok
batu ini beberapa kali sebelum mendekati bukit Dia juga ditemukan mati di tempat ini
Semestinya ada sesuatu yang menarik perhatiannya.".
"Tampaknya hwesio ini mencurigakanr" kata Ciok Ciu Lan.
Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya.
"Tapi tanpa bukti, kita...." Ucapannya belum selesai. Tiba-tiba mulutnya
mengeluarkan suara terkejut Perlahanlahan dia membalikkan tubuhnya Matanya
mengerling ke sana ke mari "Maling keparat! Beraniberaninya meracuni Lao siu!".
Ciok Ciu Lan cemas sekali.
"Ciek Congkoan, bagaimana keadaanmu"' tanyanya.
Tangan kanan Ciek Ban Cing gemetar.
"Tangan Lao siu ini " Dia berusaha mengangkat tangan kanannya itu, tapi matanya
terbelalak. Seluruh jari dan telapak tangan itu sudah menghitafri. Dapat
dipastikan bahwa dia terserang jenis racun yang jahat sekali. Song Bun Cun membatikkan
tubuh dengan berang. "Manusia jahat, ternyata engkau orangnya1" teriaknya lantang.
Kong Beng mundur dua langkah.
"Ciek Congkoan, kau yang mencari kesulitan untuk dirimu sendiri Apa hubungannya
dengan pinceng?". "Apakah kau bermaksud melarikan diri?" bentak Song Bun Cun.
Setetah mundur lagi beberapa langkah, Kong Beng berdiri terpaku.
"Mengapa pinceng harus melarikan diri".
Semestmya yang tidak dapat kabur lagi adalah kalian!" katanya.
Tepat pada saat itu, dari balik tembok yang rendah tampak beberapa sosok
bayangan melesat ke arah mereka Semuanya berjumlah lima orang Wajahnya dikerudungi
dengan kain hftam, tangan masinginasing menggenggam sebatang pedang baja yang
berwarna kehijauan Begitu meloncat turun, mereka segera mengelihngi rombongan
Ciek Ban Cing. Song Bun Cun marah sekali melihat keadaan itu Dia memaiingkan kepala.
'Yok heng, Ciok kouwnio, terangterangan hwesio ini mau mencan perkara dengan
kita'" Dia tertawa dingin "Hanya mengandal kalian beberapa kaum keroco ini, apa
bisa menahan Kongcu?" tenaknya pedangnya segera dihunus menyapu ke arah dua orang
manusia bertopeng hitam yang ada di depannya.
Manusia bertopeng hitam yang ada di sebelah kanan segera bergeser ke sebelah
kiri Sedangkan yang satunya lagi tidak berani ceroboh, pedang baja hijaunya diangkat
ke atas sempat memmbulkan secarik sinar ke hijauan. Dia menangkis pedang Song Bun
Cun Secepat kitat tangannya ditarik kembali dan merubah jurus yang lain Keduanya
segera terlibat pertarungan yang seru. Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan memapah Ciek Ban
Cing menepi ke sudut tembok. Mereka menyandarkannya dengan punggung
menopang di tembok tersebut Pada saat itu, wajah Ciek Ban Cing sudah pucat |pasi
Tenaganya melemah, tapi dia masih eanggup bergerak.
Kong Beng tertawa dingin.
"Ciek Congkoan sudah tidak memiliki oaya tahan lagi pada tubuhnya Sekarang
tinggal kalian bertiga Apakah masih ada ke/nungkinan untuk melarikan diri"
Dengarlah anjuran pmceng, lebih baik kalian menyerah saja," katanya.
Diam diam telapak tangan Ciok Clu Lan.
Eenggenggam beberapa buah senjata raasia. Bibirnya tersenyum mengejek "Maling
keparat! Apa yang dapat kau lakuan terhadap kami" Kajau kau tidak percaya,
hiengapa tidak mencoba saja?" sindirnya.
"Kau adalah putri Be hua popo, Ciok sam KU Di tanganmu tergenggam beberapa
senjata rahasia Mainan anak kecil seperti itu berani kau pamerkan dihadapan Hud
ya mu?" sahut Kong Beng sambil tersenyum slmpul,.
"Tidak salah Baguslah kalau kau tahu, Berani tidak kau mencobanya?" kata Cioh
Ciu Lan dengan gaya menantang. "Sedangkan Ciok sam ku saja belum bisi melindungi dirinya sendiri, apalagi
bocat' ingusan semacam engkau inil" sahut Kong Beng mengejek Tangannya dilambaikan
"Kalian ringkus dua bocah ini!".
Empat orang manusia bertopeng hitam iti tidak menyahut Dengan gerakan yang ce
pat, mereka menerjang ke depan Karena d depan Clok Ciu Lan ada Song Bun Cun
yans sedang bergebrak dengan seorang berto peng hitam tadi, maka dia tidak
berani sam barangan turun tangan. Yok Sau Cun bermaksud turun tangan.
"Cring!" pedang lenturnya dikeluarka Cahayanya menyilaukan mata Dia mengh dang
di depan tiga orang manusia bert peng itu Ciok Ciu Lan juga mengeluarkpedang
pendeknya. Suaranya berdentin' Dia menyerbu manusia bertopeng dan satunya lagl.
Terdengar suara dentangan senjata keempat laki-laki itu, Mereka berdiri
berjajar,. Pada saat itu, Song Bun Cun dan manusia bertopeng hitam yang pertama telah
bergebrak sebanyak belasan jurus. Dia menya'daci bahwa pihak lawan menang karena
jumlah banyak, Sedangkan pihaknya sendiri tinggal tiga orang Ciek Ban Cing sudah
terkena racun jahat, tentu tidak dapat diandalkan lagi Oleh karena itu, begitu turun tangan,
dia langsung mengeluarkan jurus mautnya Pedangnya laksana angin topan
Serangannya hebat sekali Setiap dia memainkan dua jurus manusia bertopsng itu
hanya dapat membalas satu kali.
Namun ilmu pedang manusia bertopeng itu sangat aneh Meskipun kecepatannya
tidak dapat menandingi Song Bun Cun, tapi setiap serangannya merupakan
jurusjurus perguruan tertentu yang belum pernah dilihat olehnya Walaupun pedang Song Bun
Cun seperti kilat yang menyambar, untuk sementara ia masih belum sanggup melukai
mereka. Mulut Song Bun Cun mengeluarkan teriakan nyanng Pergelangan tangannya diputar,
lima jurus dikeluarkannya sekaligus Lawannya terdesak mundur dua langkah
Tibatiba ada bayangan tubuh berkelebat, bukan maju tapi mundur, pedang panjang
berputaran, secarik smar pedang berkilau an, dengan kecepatan angin menerjang ke
arah manusia bertopeng hitam yang sedang bergebrak dengan Yok Sau Cun Serangan
ini aneh dan hebat. Manusia bertopeng hitam itu sama sekali tidak menduga kalau
akan ada orang yang menyerangnya dan belakang. Terdengar keluhan dan mulutnya
tubuhnya terkulai di tanah.
Dalam sekali gerak, serangannya berhasil. Pedang Song Bun Cun menyapu ke
sekeliling. Tubuhnya dengan cepat mencelat dan berdiri bahu membahu dengan Yok
Sau Cun Salah satu manusia bertopeng tadi mendesak mundur oleh Song Bun Cun,
bangkit kembali Dia bergabung dengan dua manusia bertopeng lainnya.
Dua batang pedang panjang Yok Sau Cun dan Song Bun Cun melawan tiga manusia
bertopeng. Untuk sementara kedudukan ma sih berimbang Sedangkan di pihak Ciok
Ciu Lan juga sedang seru Pedang pendeknya berkelebat ke sana ke mari. Sayang
senjata Ciok Ciu Lan lebih pendek dari lawannya. Sehingga kedudukannya lebih
rugi ketimbang manusia bertopeng itu Lama kelamaan dia mutai terdesak. Kakinya
mundur terus tanpa mempunyai kesempatan untuk membalas. Manusia bertopeng itu
tertawa dingin "audak cilik, tenmalahf'teriaknya Pedang panjangnya dikibaskan
sehingga pedang pendek di tangan Ciok Ciu Lan ter tekan ke bawah Tubuhnya
memutar. Telapaktangan kinnyamenerjangkearah bahu Ciok Ciu Lan.
Gadis itu tertawa terkekeh kekeh "Serangan yang bagus'" bentaknya Tangan kirinya
dikembangkan dua sinar putih melesat.
Jarak antara keduanya sangat dekat Tentu saja sulit untuk menghindarkan diri
Meskipun manusia berpakaian hitam itu mengenakan topeng, tapi kedua bola matanya
menyiratkan sinar terkejut Dua titik sinar putih tadi, dengan tepat mengenai
kening yang tertutup kain hitam.
Manusia bertopeng hitam itu mengeluar kan suara tenakan. Pedang panjangnya
terlempar ke tanah Kedua tangannya bergetar, sakitnya bukan alang kapalang
Tubuhnya terkulai lalu bergulinggullngan Tldak lama kemudian, dia jatuh tldak
sadarkan dlri karena rasa sakit yang tidak tertahankan.
Tiga orang manusia bertopeng lainnya mendengar suara jeritan rekannya Perhatian
mereka terpencar, Pedang Song Bun Cun secepat kitat menyapu roboh satu lagi Di
antara kelima orang manusia bertopeng sudah tiga yang roboh Sisanya tinggai dua
orang. Meskipun mereka mengadakan perlawanan dengan sengit namun semangat
mereka sudah menurun Serangan mereka tidak segencar tadi lagi.
Kong Beng sama sekali tidak menyangka kalau ilmu silat Song Bun Cun dan kedua
rekannya begitu tinggi. Hatinya diamdiam tergetar Karena ayahnya berada di
tangan komplotan penjahat, serangan Song Bun Cun tidak mengenal belas kasihan lagi.
pedang panjangnya bagaikan badai yang mengamuk. Semua serangan yang
dikerahkannya mengandung jurus-jurus mematikan.
Pedang panjangnya disabet ke kin dan kanan, gerakannya seperti angin menerjang
ke arah salah satu manusla bertopeng Tanpa ampun lagi, orang Itu terkulai dengan jentan
menyayat darl tenggocokannya Sisa satu lagi manusia bertopeng yang masih
mempertahankan diri melawan Yok Sau Cun. Melihat temannya rubuh, tanpa
memperdulikan pemuda itu lagi, dia melesat mundur untuk melarikan diri Tapi
ketika tubuhnya sedang melayang di udara, tiba-tiba dla jatuh terhempas dengan jeritan
ngeri Ternyata Ciok Ciu Lan sudah menimpuk manusia bertopeng Itu dengan beberapa
sanjata rahasia. Kong Beng dapat merasakan keadaan yang tidak menguntungkan Dia
mengendapendap dengan maksud meninggalkan tempat itu.
"Cepat halangi dia Jangan sampai hwesio Itu kabur!" tenak Ciok Ciu Lan
pinggangnya dilekukkan kakinya menutul, Baru saja dia hendak meloncat mengejar,
terdengar sebuah suara yang berat.
"Dia tidak mungkin kabur".
Terlihat dari arah pintu kayu .masuk se orang hwesio tua dengan wajah welas asih
dan pakalan abuabu Tangannya memegang sebuah ruyung panjang Dia sedang
menghadang di depan Kong Beng Wajah Ciok Ciu Lan cerah seketika melihat orang
itu. "Bu Cu taisu'" panggilnya.
Kong Beng mundur beberapa langkah Setelah melihat jefas siapa yang datang,
keningnya langsung mengerut Sepasang tangannya dirangkapkan di depan dada.
"Harap Bu Cu taisu jangan terlalu mendesak," katanya.
Bu Cu taisu juga merangkapkan kedua tangannya sambil mengucap nama Buddha.
"Omitohud! Kalian menawan Bengcu, bu kankah lebihlebih keterlaluannya?" sahut
hwesio tersebut. Wajah Kong Beng kelam sekali.
"Ciek Congkoan yang tidak tahu aturan Dia menuduh pinceng menyembunyikan
budak pelarian Tian Hua san ceng, sekarang taisu menuduh pinceng mBnawan
bengcu, bukankah hal ini malah memperbanyak dosa pinceng'" Entah apa kesalahan
pinceng kepada cuwi sekalian, sehingga memmpakan semua kesatahan ini kepada
pinceng," sahutnya geram.
"Tentang ini lebih baik tanya pada dirimu sendiri'" kata Bu Cu taisu.
Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Tadinya kita memang tidak berhasi! menemukan orang yang kami cari, hampir saja
kami percaya bahwa kau tidak ada hubungannya dengan semua ini, tapi tadi kau
menyuruh komplotanmu menngkus kami, maka ekor musangmu pun terlihat sudah ".
"Mereka adalah beberapa saudara pinceng, karena tidak tahan melihat pinceng
dihina terus oleh katian, maka keluar menyerbu " sahut Kong Beng.
"Lalu, bagaimana kau akan menerangkan penstiwa matinya Siau hek dan Ciek
Congkoan yang keracunan?" tanya Ciok Ciu Lan.
'Aih ." Kong Beng menghela nafas panjang 'Hal itu adalah fitnahan Kalau pinceng
mau menggunakan racun mengapa tidak meracuni kalian bertiga sekatigus saja,
bukankah mempermudah diri sendiri'?".
Apa yang dikatakannya beralasan juga, Ciok Ciu Lan tidak dapat membantahnya.
"Kalau bukan kau yang menyebarkan raciin, maka siapa orangnya'?" tanya Song un
Cun berwibawa. "Kalau Sau cengcu yang ilmunya demikian tinggi saja tidak melihat siapa yang
menyebarkan racun. apalagi pinceng Song Sau cengcu bertanya kepada pinceng, lalu
pinceng harus bertanya pada siapa?" sahut Kong Beng.
Saat itu terdengar sahutan dan arah pintu keluar.
"Kalau kalian tidak tahu mengapa tidak tanyakan saja padaku".
Suaranya belum hilang orangnya sudah muncul Dia adalah Long san it pei', pada
wajah Kong Beng terlihat secercah sinar ceria.
"Manusia she Suo, ternyata lagi lagi kau orangnya'" kata Ciok Ciu Lan.
Suo Yi Hu tersenyum simpul.
"Ini yang dinamakan gunung berkelok ja lanan tidak Ofeh sebab ilulah, kita bisa
bertemu kembali di tempat ini' sahutnya.
Song Bun Cun maju selangkah.
Manusia she Suo! Coba katakan, apakah kau yang menyebarkan racun?" tanyanya
garang. Suo Yi Hu tersenyum licik.
"Apakah Sau Cengcci melihat hengte me nyebarkan racun?".
"Kalau bukan kau, siapa lagi?" Kata Ciok Ciu Lan.
"Racunnya memang kepunyaan hengte, tapi bukan aku yang meracuni Ciok
Congkoan " sahutnya tenang.
"Kalau begitu siapa yang meracuninya?" tanya Song Bun Cun.
"Ciok Congkoan menghunus pedangnya.
"K'au masih tidak mau mengakui?" bentaknya.
Suo Yi Hu tertawa kering.
"Kedatanggn hengte adalah dengan mengikuti di betakang kalian Ketika kalian
berbicara di pendopo tadi hengte menaruh sedikit racun di atas rantai gembok pintLi
Bukankah Ciek Congkoan sendiri yang menyentuhnya?".
"Mana obat penawarnya'?" tanya Song Bun Cun.
Suo Yi Hu berdiri dengan lagak angkuh.
"Tentu saja obat itu ada dalam saku baju hengte " sahutnya.
"Siancai Siancai Baguslah kalau sicu mempunyai obat penawarnya," kata Bu Cu
taisu sambil merangkapnya sepasang tangannya.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah Taisu mengharapkan hengte mengeluarkan obat penawar ini'"' tanya Suo Yi
Hu pura pura bodoh. "Memang demikian maksud pinceng," sahut Bu Cu taisu.
Suo Yi Hu menggelengkan kepalanya dengan perlahan .
"Kedatangan hengte bukan untuk mengantarkan obat penawar".
Lambang Naga Panji Naga Sakti 1 Kehidupan Para Pendekar Karya Nein Arimasen Senopati Pamungkas I 15
^