Pencarian

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 6

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung Bagian 6


hidung itu terlepas dan jatuh ke tanah, Seng mia lo menjerit seakan terkejut.
"Celaka' Hidungku copot'" serunya.
Tadinya Yok Sau Cun tidak memperhatikan apa yang dimaksudkan. Keadaan dalam
kuil itu memang sangat gelap Setelah melihat dengan seksama, dta baru menyadari
bahwa hidung pesek Seng mia lo itu palsu. Dia sempat menoleh kepada tukang ramal
itu. Sekilas sempat dilihatnya sebuah hidung vang mancung, tapi dengan cepat Seng mia
lo memungut kembali hidung palsunya dan memasangkan ketempatnya semula.
"Rupanya Lao cang sedang menyamar, tetapi. .".
"Ssssttt!!'" Seng mia lo meletakkan Jari telunjuk di ujung bibirnya Dia berkata
dengan nada barbisik "Di luar masih ada seseorang. Biar aku mengusirnya dulu baru kita
berbicara lagi" Tanpa memberi kesempatan kepada Yok Sau Cun untuk bertanya, dia
segera melangkah keluar dari kuil tersebut.
"Si mulut emas ini sungguh aneh Entah siapa dia sebenarnya?" kata Yok Sau Cun
dalam hati. Tidak lama kemudian, terlihat Seng mia |o telah masuk kembali.
"Tadi aku meminta Hun Bu Pao menjaga di luar Sekarang aku sudah menyuruh dia
pergi," katanya. "Lao cang...". "Lao cang lagi panggil aku Lao koko sudah cukup," tukas Seng mia lo.
"Kalau memang demtkian kemauanmu, baiklah cayhe akan panggil kau Lao koko
saja," sahut Yok Sau Cun.
Seng mia lo tertawa lebar.
"Begitu kedengarannya lebih enak,'.
"Lao koko tadi mengatakan bahwa mendapat perintah dan Suhu Apakah maksud nya
untuk menolong adik cayhe'?" tanya Yok Sau Cun.
"Menolong nona itu, sebetulnya hanya kebetulan saja. Suhu menyuruh aku mencan
mu," sahut Seng mia lo. "Mencarl aku?" tanya Yok Sau Cun kebingungan "Ada keperluan apa prang tua itu
mencan aku'?". "Siau hengte, apakah kita dulu pernah saling kenal?".
"Rasanya tidak'" sahut Yok Sau Cun.
"Apakah aku mengenal engkau?".
"Tentu saja kau juga tidak kenal cayhe," sahut Yok Sau Cun.
"Nah, kau tidak mengenal aku, aku |uga tidak pernah mengenal engkau Apakah kau
masih belum mengerti?" tanya Seng mia lo.
"Kalau demikian, Suhu Lao koko can cayhe tentu ada keperluan penting," sahut Yok
Sau Cun. "Kau memang cerdas. Betul aku mendapat perintah dan Suhu untuk mencarimu. Dia
mengutus aku untuk mengajarkan sejurus ilmu silat kepadamu' kata Seng mia lo
tersenyum. Kata-kata itu sungguh di luar dugaan Yok Sau Cun Suhu Lao koko im mengutusnya
untuk mengajarkan sejurus ilmu silat. Mengapa dia harus mengafarkan ilmu
silatnya kepadaku" Yok Sau Cun benar-benar heran. Dia ingin menanyakan hal tersebut
kepada Seng mia lo. Tapi betum sempat dia membuka mulut, tukang ramal itu sudah
memberi isyarat agar jangan memotong perkataannya.
"Bukankah siau hengte ingin menyempurnakan sebuah keinginan Suhumu?".
Yok Sau Cun terpana. "Bagaimana Lao koko bisa tahu?" tanya Yok Sau Cun.
"Tentu saja Suhu Lao koko yang membentahukan," sahut Seng mia lo.
Tiba-tiba saja Yok Sau Cun teringat ketika dia berpisah dengan suhunya, di
tengah jalan dia bertemu dengan orang tua yang rambutnya sudah memutih semua. Dia
sendiri datang ke Tian Hua san ceng juga atas petunjuk orang tua tersebut.
Hatinya segera tergerak. "Suhu Lao koko itu, apakah orang tua yang berusia sekitar tujuh puluhan"
Rambutnya sudah memutih, wajahnya seperti anak-anak, di dagunya terdapat jenggot
hatus dan tangannya memegang sebuah tongkat rotan?" tanyanya.
"Betul, betul. Tepat sekali," sahut Seng mia lo "Aku sudah mengatakan bahwa kau
past! akan mengenallnya Bukankah sekarang kau sudah teringat kembali?".
"Cayhe dan orang tua itu hanya pernah bertemu satu kali. Sama sekali belum
mengenal dengan baik," kata Yok Sau Cun.
"Kau dan aku juga tadinya tidak saling mengenal Ini yang dinamakan It hue seng,
liong hue suk, pertama masih asing, pertemuan kedua tambah akrab.".
"Mengapa Suhumu ingin mengajarkan seJurus ilmu silat kepada cayhe?".
"Aih ..." Seng mia lo menarik nafas panjang "Untuk memenuhl keinginan Suhumu,
hanya dapat dikabulkan oleh Song Ceng San, sedangkan syaratnya adatah kau harus
sanggup menenma satu jurus ilmu pedangnya Betul tidak'".
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Bukankah hal ini sudah jelas" Suhu Lao kokomu ini sengaja mengutus aku
mengajarkan sejurus ilmu silat kepadamu Asa! kau sudah berhasil mempelajannya,
diJamin kau akan sanggup menerima serangannya itu," kata tukang ramal itu sambil
tersenyum lebar. Yok Sau Cun menggelengkan kepalanya dengan sedih.
"Tidak ada gunanya Song loya cu sekarang sedang sakit Dia terserang racun
jahat," sahutnya. "Soal kecil. Lao koko punya obat pemunah racun," kata Seng mia lo.
Sekali lagi Yok Sau Cun menggelengkan kepalanya.
"Obat biasa percuma juga. Song loya cu terserang racun pembuyar tenaga"
sahutnya. 'Obat milik Lao koko justru untuk memunahkan racun pembuyar tenaga.".
Wajah Yok Sau Cun cerah seketika mendengar keterangan itu.
"Benarkah obat Lao koko adalah untuk memunahkan racun pembuyar tenaga" Kau
tidak bohong?" tanyanya beruntun.
"Dalam separuh hidupku, memang aku lebih banyak berkelana di duma kangouw.
Pekerjaan meramal adalah permainan menipu. Tapi kau adalah Lao koko punya siau
hengte. Coba kau pikir, mana boleh kakak mem bohongi adiknya?".
Seng mia !o segera merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah botol kecil Dia
menyodorkan kehadapan Yok Sau Cun.
"Lihat.. . Bukankah ini obat pemunah racun pembuyar tenaga'?".
"Lao koko ternyata tidak berbohong," sahut Yok Sau Cun riang.
Seng mia lo tertawa sumbang.
"Sebetulnya bukan kepunyaan Lao koko. Dia berhenti sejenak. "Biarlah Lao koko
mengaku terus terang Lao koko merogohnya dari saku orang lain.".
"Merogoh dari saku oran' lain'?" tanya Yok Sau Cun bingung.
"Sebetulnya obat ini kepunyaan Tiong kouwnio. Tadi secara diamdiam aku
mengambil dari saku bajunya " sahut Seng mia lo sambil tertawa cekikikan,.
"Begini baru jelas. Cayhe sedang berpikir, Lao koko tidak pernah menggunakan
racun, bagaimana bisa mempunyai obat pemunah?".
Seng mia lo menyerahkan obat itu kepada Yok Sau Cun.
"Siau hengte, sebaiknya kau serahkan obat pemunah racun ini supaya dapat diminum
oleh Song loya cu, kemudian kau memmta bertandmg sekali lagi. Asa! kau dapat
menenma satu jurus ilmu pedangnya. Bukankah permintaan Suhumu akan terkabul?".
Yok Sau Cun menerima botol obat itu dan menyimpannya baik-baik Terima kasih,
Lao koko," katanya. 'Mari! Sekarang Lao koko akan mengajarkan kau satu jurus ilmu silat." Dia segera
berdiri Tangannya memegang pedang kayu. Dia menggapai kepada Yok Seu Cun agar
mendekatinya. "Lihat baikbaik Lao koko akan memberi contoh kepadamu".
Pedang kayu di tangannya terulur lurus ke depan Sinar pedang membuat
bayanganbayangan Pergelangan tangannya diputar setengah melingkar. Dengan cepat
ditarik kembali. "Hanya begitu saja'?" tanya Yok Sau Cun termangu-mangu.
Mata Seng mia lo yang sipit melotot.
"Begitu saja" Coba kau mainkan agar aku lihat" Dia segera menyodorkan pedang
kayunya kepada Yok Sau Cun Pemuda itu kurang percaya, tapi dia menerima juga
pedang yang disodorkan tukang ramal tersebut Dia mengikuti gerakan yang
dilakukan Seng mia lo tadi. "Begini bukan?" tanyanya.
Seng mia lo mengerutkan keningnya sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Hm . . Masih beda jauh masih beda jauh".
"Entah bagian mana yang salah?" tanyai Yok Sau Cun.
"Persis seperti orang menirukan gambar Misalnya sama-sama gambar pemandangan
laut, yang kau gambar hanya mirip laut saja.
Sedangkan gambar yang dibuat orang lain begitu hidup. Kita seperti melihat laut
Sungguhan dengan kapal berlayar di tengahnya. Mengertikah kau" Apa yang kau
gambarkan memang mirip, tapi tidak cukup hidup," sahut Seng mia lo.
Yok Sau Cun terpana. Dia segera menJura dalam-dalam.
"Apa yang Lao koko katakan memang benar. Cayhe belum paham betul, harap Lao koko
bersedia menjelaskan lebih terperinci," katanya.
Seng mia lo tersenyum lebar. Dia menganggukkan kepalanya.
"Tentu aku akan menjelaskannya. Tadi kau sudah lihat cara gerakan yang aku
lakuhan, bahkan kau sudah menirunya hampir benar. Sekarang kita duduk dan
berbincang-bincang," katanya sembari menarik tangan Yok Sau Cun duduk di tanah.
Dengan suara berbisik, dia menjelaskan sekali lagi secara lengkap. Dia
mengulangi beberapa kali dan kadang-kadang menanyakan pemuda itu kalau ada bagian yang
belum dipahaminya Juga mengenai perubahanperubahan ilmu tersebut. Yok Sau Cun
pernah diajari Suhunya berbagai macam ilmu dari segala partai besar di dunia
Bulim Dengan cepat dia dapat mencernakan semua itmuitmu itu. Tentu dapat diperkirakan
sampai di mana kecerdasan otaknya Tetapi, setelah mendengar keterangan dan Seng
mia lo tentang ilmu yang diajarkannya ini, dia baru sadar bahwa sejurus ilmu
yang kelihatannya begitu sederhana, ternyata dapat mengalami begitu banyak perubahan.
Dan sekian banyaknya ilmu silat berbagai perguruan yang dipelajari oleh Yok Sau
Cun, dia merasa tidak ada satu pun yang lebih ajaib dari yang satu ini.
Yok Sau Cun bertekad mengingatnya dengan seksama Dalam waktu dekat la sudah
harus menguasainya Dengan niat yang besar, dia segera mencurahkan perhatian
sepenuhnya terhadap apa yang dikatakan oleh Seng mia lo.
Tukang ramal itu telah selesai mengurai kan semua pelajaran tentang jurus itu.
Dia memandang ke arah Yok Sau Cun dengan tatapan menyelidik.
"Siau hengte, apakah kau sudah mengingat semuanya''".
"Cayhe sudah hapal luar kepala," sahut Yok Sau Cun.
"Apakah kau sudah dapat memainkannya dengan balk'?" tanya Seng mia lo.
"Cayhe belum berani mengatakan dapat. Hanya apa yang telah Lao koko ajarkan,
akan cayhe pelajari dengan tekun," sahutnya.
"Bagus sekali!" Seng mia lo menguap lebar. "Kafau siau hengte memang sudah
mengingatnya baik baik, maka pelajarilah sendiri. Lao koko sudah mulai mengantuk, ingin
istirahat sejenak." Dia meletakkan pedang kayunya di atas tanah. Tanpa memperdulikan Yok
Sau Cun lagi, dia segera membalikkan tubuh dan berjalan ke
balik patung pemujaan. Yok Sau Cun pun ikut berdiri Dia memungut pedang kayu yang diletakkan oleh Seng
mia lo tadi Dia berjalan keluar dari kuil tersebut dan berlatih seorang diri di
samping sumur Dia memamkan itmu itu sambil mengingat-ingat apa yang dikatakan oteh
tukang ramal tersebut. Dengan giat dia berlatih Semakin lama dia semakin merasakan kesulitan dalam
mempelajari ilmu itu. Satiap gerak tangan atau kakinya berganti haluan, ia
selalu merasakan ada sesuatu yang menghalangmya, sehingga ia tidak sanggup meneruskan
dan harus mengulang dari muta. Namun Yok Sau Cun tidak putus asa Dia tetap
melanJutkan latihannya Entah berapa sudah berlalu, permainan makin matang. Satu
demi satu penghalang dapat dilewatinya. Dia mulai paham apa yang harus dilakukan
Rupanya ilmu yang diajarkan Seng mia lo itu memang memerlukan konsentrasi
penuh. Asai pikiran terpusat pada ilmu itu saja, rnaka yang mempelajarinya akan
dapat memainkan dengan baik Perubahan ilmu itu sendiri seperti tidak ada
habishabisnya. Dia semakin kagum terhadap orang tua berwajah anak-anak yang
menJadi suhu Seng mia lo Tepat pada saat itu, terdengar suara tertawa tukang
ramal itu. "Siau hengte, sudah cukup Sudah cukup Waktu sudah larut sekali, lebih baik kau
istirahat saja," katanya.
Yok Sau Cun menyimpan kembali pedang kayu yang dipakainya.
"Terima kasih atas petunjuk yang diberikan Lao koko. Cayhe sangat bodoh. Belajar
selama satu kentungan lebih, juga belum terlihat hasil yang memuaskan," sahutnya sambil
menjura. Seng mia lo tersenyum sembari memeluk tangan.
"Siau hengte, Lao koko harus mengakui mata Suhu orang tua memang tidak salah.
Ilmu silat ini, ternyata dapat kau pahami dalam waktu yang singkat. Teringat Lao
koko sendiri waktu diajarkan oteh Suhu, sampai tiga hari tiga malam, baru mulai
mengerti sedikitsedikit Suhu sampai mencak-mencak karena marah. Hampir saja
Suhu menyuruh Lao koko berhenti berlatih. Sedangkan kau hanya memerlukan satu
kentungan lebih, sudah hampir matang keseluruhannya".
"Kalau bukan petunjuk yang berharga dari Lao koko, belum tentu cayhe mengerti
meskipun dalam sepuluh han," sahut Yok Sau Cun merendahkan diri.
"Man, kau juga butuh istirahat," kata Seng mia lo.
Malam berlalu dengan cepat. Fajar telah menyingsing. Telinga Yok Sau Cun
menangkap sebuah suara yang merdu.
"Eh.... Bagaimana aku bias tidur ditempat ini?".
Yok Sau Cun membuka kedua matanya. Hari sudah terang. Ciok Ciu Lan berdiri di
sampingnya. Wajahnya yang hitam manis menyiratkan sedikit rona merah. Ada dua
buah lekukan berupa lesung pipit di kedua pipinya Matanya bersmar bening Ada
kesan kebingungan tersirat dari sepasang bola mata itu.
"Yok Siangkong, tempat apakah ini?" tanyanya.
Yok Sau Cun bangkit dan menegakkan tubuhnya.
"Ciok kouwnio, apakah lukamu sudah sembuh?".
Dia tidak menjawab pertanyaan Ciok Ciu Lan, malah dia balik bertanya Gadis itu
me mandangnya dengan heran. "Luka" Aku baik-baik saja," sahutnya.
"Syukurlah kalau sudah baik," kata Yo Sau Cun. Dia menolehkan wajahnya dan
celingukan kesana kemari "Eh, dimana Lao koko" Kemana dia?" Dia segera melangkah '"keluar
dengan maksud mencari Seng mia lo. Ciok Ciu Lan melepaskan Jubah luar yang 'dipakai Yok
Sau Cun untuk menyelimutinya tadi malam
Disodorkannya jubah itu kepada si pemuda.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pakailah. Cuaca pagi sangat dingin, nanti kau masuk angin.".
Yok Sau Cun menyambut jubah itu. Dia cepatcepat mengenakannya dan benalan
^keluar dengan langkah lebar Dia memperhatikan keadaan sekitar situ. Tidak
tampak bayangan Seng mia lo. "Rupanya dia sudah pergi," gumamnya seorang diri.
Ciok Ciu Lan yang mengikuti di belakangnya tambah bingung.
"Siapa Yok Siangkong mahsudkan?" tanyanya.
"Ingatkah kau tukang ramal yang kita temui kemarin siang yang julukannya si
mulut emas?". "Tentu saja ingat Untuk apa kau menyebutnyebut namanya?".
"Untung saja kemarin malam ada dia disinii. Laki-laki itu ternyata mempunyai
ilmu yang tinggi. Dia berhasil melumpuhkan Tiong kouwnio dan memaksanya mengobati,
dirimu. Kalau tidak, celakalah," kata Yok Sau Cun.
"Eh...!" seru Ciok Ciu Lan. "Aku teringat sekarang. Tadi malam aku bertarung
dengan Yu Kim Piau Dia berhasil melukai aku dengan Ce sat ciang. Kemudian ..
kemudjan aku tidak ingat apa-apa lagi.".
"Pada saat itu kau sudah tidak sadarkan diri. Kadua matamu terpejam rapat
Wajahmu barwarna hijau menakutkan Aku menggendongmu meninggalkan tempat itu Aku
sendjri tidak tahu harus berbuat apa. .".
Ciok Ciu Lan yang mendengar Yok Sau Cun mengatakan 'aku menggendongmu'
tanpa sadar wajahnya jadi merah padam Dja menundukkan kepalanya.
"Kamudian aku teringat kata-kata tukang ramal itu. Apabila kau menemui kesulitan
maka kau harus mengambil arah barat. Wak tu itu aku benar-benar kebingungan.
Secara serampangan aku menuruti kata-katanya ".
Ciok Ciu Lan tertawa geli.
"Lalu?" tanyanya.
Yok Sau Cun menceritahan kembali apa yang terjadi tadi malam Namun ada
bebeTapa bagian yang ditutupinya Misalnya, Seng mia to meminta dia menotok tujuh
jalan darah bagian peka Tiong kouwnio Dia hanya mengatakan bahwa Seng mia lo
memaksa gadis itu menyembuhkannya. Tentu saja Ciok Ciu Lan percaya penuh. Dia
tidak curiga apa-apa. "Kalau begitu, ilmu kepandaian Seng mia !o memang sangat tinggi Dia sengaja
menyamar sebagai tukang ramai pinggir jalan. Sayang sekali dia pergi secara
diamdiam. Aku belum sempat ber rima kasih kepadanya.".
"Sebetulnya dia ditugaskan Suhunya untuk mencari aku.".
"Siapakah Suhunya" Untuk apa mencarimu?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Tidak tahu." Sekali lagi Yok Sau Cun menceritakan kejadian ketika la berpisah
dengan suhunya, di mana dia bertemu dengan orang tua yang memberi petunjuk
supaya dia datang ke Tian Hua san ceng dan mencari Song loya cu Seng mia lo
adalah murid orang tua itu. Dia mengatakan bahwa dirinya ditugaskan mengajarkan sejurus
ilmu silat kepadanya Kejadian ini semua dicentakan olehnya tanpa menutupi sedikit
pun. Wajah Ciok Ciu Lan menunjukkan keriangan hatinya.
"Apakah kau sudah berhasil mempelajari ilmu itu?" tanyanya.
Yok Sau Cun menganggukkan kepalanya.
"Hanya dapat dikatakan baru bisa Belum mendalami sepenuhnya".
"Apakah kau tahu nama orang tua itu" tanya Ciok Ciu Lan.
"TIdak tahu " sahut Yok Sau Cun.
"Kalau begitu, bagaimana dengan Seng mia lo si Mulut Emas" Apakah kau me
nanyakan siapa nama aslinya?".
Yok Sau Cun terpana mendengar perta nyaan itu.
"Cayhe tidak menanyakannya".
Ciok Ciu Lan mengerlingnya sekilas Mulutnya cemberut.
"Bagaimana kau ini'" panggil orang Lao koko segala, sedangkan namanya pun tida
ditanyakan" Apakah tidak terlalu ceroboh gerutunya.
Yok Sau Cun menundukkan kepatany dengan tersipusipu.
"Aih, cayhe benar-benar ceroboh Aku selalu menganggap Mulut emas sebagai
namanya Sungguh keterlaluan " sahutnya.
"Cepat basuh mukamu Kita harus segera berangkat, toh kau sudah mendapatkan obat
pemunah racun pembuyar tenaga, lebih baik kita antarkan sekarang juga," kata Ciok Ciu
Lan. "Tetapt ilmu jurus yang diajarkan oleh Seng mia lo, cayhe belum melatihnya
sampai matang,' sahut Yok Sau Cun.
"Kirakira berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk melatihnya sampai cukup
?empurna?" tanya Ciok Ciu Lan.
"Sulit dipastikan Mungkin satu, dua atau bisa juga tiga hari ".
"Bagaimana kalau setengah hari saja" Nah, lekas kau berlatih Aku akan keluar
untuk melihat lihat desa sekitar sini Fasti ada rumah petani Mudah-mudahan ada daging
atau sayuran yang dapat kubeli".
"Kau.. ". "Tidak apa-apa. Aku hanya pergi sebenar Nanti juga kembali," sahut Ciok Ciu Lan
mengerti kecemasan pemuda itu.
Harap hati-hati" kata Yok Sau Cun mengingatkan.
Ciok Ciu Lan geli melihat sikap pemuda itu.
"Aku sudah ikut Jbu berkelana di dunia kangouw sejak kecil Mana mungkin bisa
hilang begitu saja?" sahutnya.
Yok Sau Cun terpaksa menganggukkan kepalanya Ciok Ciu Lan segera membalikkan
tubuh dan meninggalkan kuil tersebut Pemuda itu memandanginya sampai meng
hilang di tikungan jalan. Dia menuju surnui yang terdapat di halaman depan.
Dibasuhnya muka sampai bersih. Kemudian dia mengeluarRan pedang lentur
pemberian Ciok Ciu Lan dan mulai berlatih.
Pada dasarnya o+ak Yok Sau Cun me mang cerdik. Tadi malam dia sudah mutat
paham ilmu itu, sekarang dia tinggal meng ulanginya kembali. Namun hetika dia
meng ulang beberapa kali, dia menyadari bahwa ada beberapa perubahan baru lagi
yang di temukannya. Sekali lagi dia mengulangi ju rus itu, kembali ada beberapa
perubahai baru yang didapatkannya Pokoknya ilm silat yang diajarkan oleh Seng
mia lo i sangat ajaib Perubahan demi perubahan terjadi tanpa habishabisnya. Yang penting
pikiran tidak boleh bercabang dan harus konsentrasi penuh. Seakan ilmu itu msmbuat
perasaannya tidak pernah dapat menamatkan pelajaran jtu karena setiap saat ilmu
tersebut akan membuat ia merasa seperti memasuki dunia baru. Yok Sau Cun terlena
dalam latihannya. Dia sampai lupa waktu Tahutahu keringat telah membasahi seluruh
tubuhnya. Dan dia menghentikan latihan tersebut. Tangannya mengusap keringat
yang masih menetes Pedang lenturnya digulung kembali Dia baru sadar bahwa entah
sejak kapan Ciok Ciu Lan duduk dj batu dan memandanginya Di sampingnya terdapat
sebuah keranjang. Tanpa sadar dia ter tawa.
"Ciok kouwmo, cepat banar kau kembaii," katanya.
Gadis itu ikut tersenyum dengan iembut. Dikeluarkannya sebuah sapu tangan dari
saku bajunya dan disodorkan ke hadapan pemuda itu.
"Cepat keringkan keringatmu Sudah waktunya untuk istirahat".
Yok Sau Cun menghapus keringatnya dengan sapu tangan yang diberikan oleh Ciok
Ciu Lan. Hidungnya mencium serangkum hawa yang harum Dia menjadi tidak enak
hati. "Tubuh cayhe penuh kenngat Tentu sapu tangan Ciok kouwnio menjadi bau asam
Sungguh tidak enak. Biar cayhe cuci dulu sampai bersih," katanya.
Ciok Ciu Lan segera merampas sapu tangan tersebut dari tangan Yok Sau Cun dan
memasukkannya kembali ke dalam saku.
"Siapa yang suruh kau cuci" Hari sudah siang. Nasi dan sayuran tentunya sudah
dingin Man kita makan dulu " a|ak gadis itu.
"Sudah siang'?" Dengan bingung Yok Sau Cun menatap ke atas langit. Siapa yang
bilang bukan, sekarang pasti sudah lewat dan tengah han, karena matahari sudah lewat
dari batas kepala "Ternyata sudah siang hari, aku mengira masih pagi saja " Ciok Ciu
Lan mencibirkan bibirnya. "Aku sudah berjalan sejauh tiga li, baru berhasil
menemukan rumah seorang petani. Kubeli seekor ayam lalu memmjam panel mereka
untuk memasak nasi. Setelah itu merebus ayam kembaii ke sini, sudah tengah han
Kulihat kau berlatih dengan sepenuh hati Aku tidak berani mengganggunw. Aku
duduk di tangga batu ini kira kira setengah jam. Coba kau hitung, kirakira sudah
pukul berapa saat ini?" tanyanya.
"Mengapa kau tidak memanggi! cayhe?" "Meskipun ilmu pedangku masih cetek sekali
Namun aku bisa melihat bahwa kau tadi sedang memusatkan perhatian penuh
pada latihanmu Aku takut mengacaukan pikiranmu Lagipula, obat pemunah itu sudah
kau dapatkan. Lebih baik selekasnya kita serahkan pada Song loya cu Setelah
sampai di Tian Hua san ceng kau tidak mungkin berlatih lagi Oleh karena itu, waktumu tidak
banyak Paling baik kalau bisa berhasil secepatnya," kata Giok Ciu Lan.
Dia membuka keranjang yang terletak disampingnya. Dikeluarkannya dua buah
mangkok dan dua pasang sumpit. Seekor ayam rebus yang gemuk. Betasan butir telur
dan semangkok sayuran. Disendoknya nasi ke dalam sebuah mangkok dan
disodorkannya kepada Yok Sau Cun.
"Terima kasih, Ciok kouwnio,'' kata pemuda itu.
Ciok Ciu Lan juga menyendokkan semangkok nasi untuk dirinya sendiri.
"Bukankah aku juga perlu makan" Untuk apa berterinna kasih?".
Perut Yok Sau Cun memang sudah lapar sekali Keduanya makan dengan cepat
Setelah selesai, Ciok Ciu Lan merapikan kembali sumpit dan mangkok bekas pakai
itu. Dimasukkannya kembali ke dalam keranjang.
"Apakah kau masih harus mengembalikan semua ini?" tanya Yok Sau Cun.
"Tidak pertu Aku memberi mereka lima tail uang perak Semuanya sudah dihitung.
Kalau latihanmu masih belum cukup matang, sisanya masih cukup untuk makan kita
ma lam nanti," sahut Ciok Ciu Lan.
"Ciok kouwnio sungguh sigap. Semua sudah diperkirakan dengan matang ilmu ini
mungkin perlu setengah hari latihannya sudah cukup.".
Tidak perlu tergesa-gesa Ilmu pedang Song loya cu sudah diakui kehebatannya
'oleh delapan partai besar. Untuk menerima 'satu jurus ilmu pedangnya, tidak semutfah
[yang diperkirakan Persoalan ini menyangxut keinginan hati Suhumu selama
berpuluh Tflhun. Kau tidak boleh menganggap remeh. Seandainya ilmu itu sudah kau kuasai
Tidak ada salahnya berlatih lagi sampai sempurna Oengan demikian berarti kau
tidak menyia-nyiakan harapan Suhumu. Menurut pendapatku, lebih baik kita tinggal
semalam lagi di tempat ini. Besok kita berangkat juga masih keburu," sahut Ciok
Ciu Lan. Yok Sau Cun menjura dalam dalam.
"Apa yang Ciok kouwnio katakan memang tepat. Kau sungguh memahami diriku,"
katanya. Wajah Ciok Ciu Lan merah padam. Dia memandang Yok Sau Cun dengan lembut
dan bertanya dengan suara lirih.
"Benarkah aku begitu memahami dirimu".
"Mengapa kau masih selalu memanggil aku dengan panggilan Ciok kouwnio'?".
Yok Sau Cun termangu-mangu mendengar pertanyaan itu.
"Lalu aku harus memanggil apa?".
"Seng mia lo baru mengenalmu selama satu han, Kau sudah memanggilnya Lao koko
bukan?" tanya Ciok Ciu Lan. "Betul. Seng mia lo tidak mengijinkan aku memanggilnya Lao cang, dia
mengharuskan aku memanggilnya Lao koko," sahut Yok Sau Cun.
Ciok Ciu Lan mengerlingnya sekilas Bibir nya cemberut.
"Kita berkelana di dunia kangouw ber samasama Kau sedikitsedikit memanggil aku
Ciok kouwnio Menyebut dirimu sendiri cayhe Di dengar orang hal ini akan terasa
aneh," gerutunya. "Tadi malam cayhe mengatakan pada Seng mia lo bahwa kau adalah adikku.
sebetulnya aku harus memanggil kau cici" kata Yok Sau Cun.
Wajah Ciok Ciu Lan semakin merah.
"Tidak. Kau lebih besar dari aku," sahut nya dengan suara rendah.
Yok Sau Cun memperhatikan Ciok Ciu Lan Hatinya diamdiam berpikir.
"Tampaknya kau sudah berusia duapuiuh tiga atau empat tahun. Usiaku sekarang
baru duapuiuh Berarti kau lebih besar empat tahunan. Bagaimana bisa lebih kecil
dariku?". Dia merasa heran sekaligus curiga.
"Kau lebih kecil darl aku'?" tanyanya kurang percaya.
Ciok ciu Lan menajamkan ujung bibirnya.
"Biar kuberitahukan kepadamu. Wajahku sekarang sedang menyamar Ibuku yang
menyuruh Katanya, kalau seorang gadis muda berkelana di dunia kangouw akan
cenderung menarik perhatian orang banyak Oleh karena itu, sengaja dibuat supaya
tampak lebih tua Usiaku sekarang sembilan beas tahun Sedangkan kau dua puluh Bu
kankan aku lebih kecil setahun?".
"flupanya yang sekarang ini bukan wajah aslimu Jadi, bagaimana rupamu sebenar
nya?" tanya Yok Sau Cun. "Siapa bilang ini bukan wajah asliku Aku 'nenggunakan semacam obat, seperti kaum
'wrempuan biasa menghias dirinya. Beda nya obat ini membuat muka lebih gelap
sehingga terlihat lebih tua Aku toh tidak menggunakan topeng, bagaimana bisa
merubah wajah asli'?" sahut Ciok Ciu Lan.
Yok Sau Gun sangat tertank dengan keterangan itu.
"Lalu, apa yang terjadi kalau obat itu dihapus nanti'?" tanyanya.
"Dbat penyamaran ini terbuat dari bahan obatobatan khusus. Kalau mencuci rpuka
dengan cara biasa, penyamaran ini tidak akan terhapus Ada obat khususnya untuk
menghapus penyamaran ini Warnanya macammacann, ada warna yang dapat
membuat orangnya menjadi terlihat muda Ada yang dapat terlihat tua Jenis
terakhirlah yang kupakai.".
Yok Sau Gun meneliti wajah Ciok Ciu Lan semakin lama.
"Mengapa aku tidak tahu kalau ka sedang menyamar?" tanyanya.
"Sudahfah Apa yang kau lihat" Aku me mang buruk rupa sejak dulu!" sahut Ciok Ciu
Lan dengan mata mendelik "Sekarang aku .sudah mengatakan secaraterusterang Ter
serah, apakah kau menghendaki aku seba gai adikmu atau mungkin aku tidak pantas"'.
"Cayhe memang tidak mempunyai saudara satu pun. Ada gadis cantik seperti Ciok
kouwnio yang bersedia menjadi adik cayhe, mimpi pun cayhe tidak berani Mana
mungkin cayhe menolak?" kata Yok Sau Cun.
Mata Ciok Ciu Lan bersinar terang.
"Kalau begitu, mulai sekarang aku akan memanggilmu Toako, dan kau boleh
memanggilku Ciu Lan saja," sahutnya.
Yok Sau Cun segera menggenggam tangan gadis itu.
"Bagaimana kalau aku memanggilmu Lan moay saja?" tanyanya.


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ciok Ciu Lan membiarkan tangannya di genggam oleh pemuda itu Dua rona merah
terlihat di sepasang pipinya yang berlesung pipit.
"Terserah toako," sahutnya lirih Untuk sesaat, keduanya terdiam Masinginasing
sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri. Akhirnya Ciok Ciu Lan menarik tangannya
kembali. "Kau harus mulai berlatih lagi," katanya.
Sore han, Yok Sau Cun sudah merasa lelah karena berlatih iagi selama setengah
hari. llmu yang diajarkan oleh Seng mia lo telah dipahaminya secara menyeluruh.
Keduanya makan malam sekedar mengisi perut saja. Karena merasa pelajarannya
hampir sempurna, Yok Sau Cun berlatih kembali Ciok Ciu Lan tetap duduk di tangga
batu dan memperhatikannya tanpa berge rak. Hatinya terasa hangat, seakan tidak me
rasa lelah sama sekali. Sampal hampir kentungan kedua, Yok Sau Cun tambah dalam memahami ilmu itu
Dia berhenti dan menyimpan kembali pedang lenturnya Ruangan dalam kuil, sudah
dibersihkan Ciok Ciu Lan sejak sore hari Mereka masinginasmg memilih tempat di
sudut yang berlaioan dan duduk bersemedi.
Hari kedua, mereka meninggalkan kuil itu dan menuju Tai hu Sampal di Tian Hua
san ceng. hari sudah hampir malam.
Keadaan di Tian Hua san ceng hari ini berlainan dengan biasanya Kedua belah
pintu besi terpentang lebar Bahkan ada dua orang pelayan yang menjaga di luar seperti
sedang bersiapsiap menyambut tamu agung.
Tian Hua san ceng adalah tempat tinggal Song Ceng San yang pernah menjabat
sebagai Bulim bengcu Biasanya jarang ada tamu yang berkunjung, karena semua
orang tahu, bahwa setelah berusia lanjut, Song loya cu ingin hidup dalam
kedamaian Dia tidak mencampuri lagi urusan duniawi Orang tua itu juga tidak menerima tamu
dari luar Dengan demikian, tamu yang datang }uga hanya terhitung keluarga
sendiri. Keadaan seperti hari ini, di mana ada dua penjaga yang menunggu di luar pintu
gerbang sangat mengherankan Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan melangkah ke depan
pintu tersebut. Saiah satu dan dua penjaga segera menyambutnya.
"Mohon tanya liong wi dari perguruan mana Biar Siau jin melaporkan ke dalam,"
katanya. Yok Sau Cun terpana mendengar pertanyaan itu.
"Kami bukan dari perguruan apa pun. Kedatangan kami adalah untuk menyambangi
Song loya cu. Harap koan ke bersedia me laporkan," sahutnya.
Penjaga itu mengerling mereka sekilas.
"Kalau liong wi memang bukan murid dari delapan pertai besar. harap maafkan, Lao
ceng cu tidak menerima," katanya.
Yok Sau Cun tertawa-tawa.
"Cayhe tahu Harap koan ke laporkan saja kepada Sau ceng cu atau Ciek Congkoan,
bahwa Yok Sau Cun mohon bertemu Mereka tentu sudah mengerti".
Mendengar nada bicara Yok Sau Cun, penjaga itu tidak berani ayal lagi Tampaknya
pemuda ini kenal baik dengan Sau ceng cu dan Ciek Congkoan. Dia segera menjura
dalamdalam. "Kalau memang demikian, liong wi harap tunggu sebentar. Siau jin akan masuk ke
dalam dan melaporkan,' sahutnya.
Dia segera membalikkan tubuh dan berlari ke dalam Tidak lama kemudian, dia
kembali lagi dengan diiringi Ciek Ban Cing Dari jauh lakilaki itu sudah menjura
penuh hormat. "Siangkong menunggu terlalu lama. Lao siu tidak segera menyambut, harap
maafkan," katanya. Yok Sau Cun cepat-cepat membalas penghormatannya.
. "Ciek Congkoan terlalu sungkan, Kata-kata 'tidak segera menyambut, tidak berani
cayhe terima''. Ciek Ban Cing mengibaskan tangannya dan mempersilahkan mereka masuk ke
dalam. "Yok Siangkong menyempatkan diri datang ke Tian Hua san ceng, tentunya ada
keperluan penting.".
"Beberapa han yang lalu, cayhe pernah mengatakan di hadapan Song loya cu, bahwa
cayhe bersumpah untuk mencarikan obat penawar baginya. Cayhe ingin membuktikan
kebersihan diri sendiri Hari ini cayhe sengaja datang untuk mengantarkan obat
penawar racun tersebut" kata Yok Sau Cun.
Wajah Ciek Ban Cing berseri sen mendengar keterangan pemuda itu.
"Apakah Yok Siangkong berhasil mendapatkan obat penawar racun pembuyar
tenaga?" tanyanya. "Tidak salah Akhirnya cayhe berhasil mendapatkan obat penawar racun tersebut,"
sahutYok Sau Cun. Ciek Ban Cing dengan gembira memandang keluar.
"Bagus sekali Terima kasih kepada Thian, Penyakit Lao ceng cu dua han terakhir
ini sering kambuh Hampir saja tidak dapal bangk't dari tempattidurnya Tenaganya se|
makin melemah Untung saja Yok Siangkong segera datang mengantarkan obat itu,"
katanya. "Cayhe juga merasa senang," sahut Yok Sau Gun.
"Dan mana Yok Siangkong memperoleh obat tersebut?" tanyanya.
"Cayhe mendapatkannya dart Tiong kouwnio" Mereka telah sampai pada pintu kedua.
Ciek Ban Cing mengajak mereka me nyusuri lorong panjang Mereka berjalan
te rus menuju bagian belakang.
Tempat ini adalah ruangan khusus untuk menerima tamu Tata ruangannya sangat
indah Meskipun han belum terlalu gelap, namun di sekitar ruangan itu telah
dinyalakan empat buah lilin besar pada setiap sudutnya Di dalam ruang tamu sudah
duduk tiga orang tamu. Melihat kedatangan Ciek Ban Cing yang mengiringi Yok Sau
Gun dan Ciok Ciu Lan, mereka segera berdiri menyambut.
Yok Sau Cun segera membalas penghormatan mereka dengan menjura dalamdailam
Terlihat seorang lakilaki berusia limaIpuluh tahun ke atas dengan pakaian tojin.
Wajahnya bersin dan runcing Janggutnya berwarna hitam Pakaiannya berwarna
abuabu Di punggungnya terselip sebatang pedang panjang.
Yang kedua, berusia dibawah limapuluh tahun Bentuk tubuhnya sedangsedang saja
Keningnya lebar. Wajahnya persegi. Kalau tertawa, wajannya penuh keriput Di
pinggangnya juga terselip sebatang pedang panjang Sedangkan yang ketiga,
lakifaki berusia empatpuluh tahunan. Wajahnya bersih tanpa kumis ataupun jenggot Dia
memakai jubah panjang berwarna biru Juga punggungnya menyampir sebatang
pedang panjang. Diamdiam Yok Sau Cun berpikir dalam hati.
"Tampaknya ketiga orang ini mempunyai kepandaian yang tinggi Entah dari
golongan mana saja?".
Ciek Ban Cing juga menjura sambil tertawa "Yok Siangkong dan kouwnio ini
silahkan duduk dulu. Sebentar lagi Kongcu kami akan keluar Sekarang Lao siu
mohon diri," katanya.
"Ciek Congkoan, silahkan!" sahut Yok Sau Cun segera.
Ciek Ban Cing mengundurkan diri. Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan duduk di sudut
ketiga orang tadi. Seorang pelayan masuk dan mengantarkan sebuah teko dan dua
buah cawan Tamu kedua yang berwajah persegi menoieh ke arah mereka.
"Kiong wi pasti murid dari salah satu delapan partai besar. Mohon tanya siapa
nama besar Liong wi?" tanyanya.
"Cayhe Yok Sau Cun, dan ini adik angkat cayhe, Ciok Ciu Lan. Kami bukan murid
dan delapan partai besar Mohon tanya Lao cang adalah....".
Laki laki setengah baya berwajah persegi itu tampaknya terpana mengetahui mereka
bukan berasal dari delapan partai besar. Dia tertawa lebar.
"Biar Lao siu perkenalkan " Dia menunjuk ke arah tojm berpakaian abuabu dan
lakilaki berwajah bersih tadi "Yang ini adalah saudara Kan Si Tong dari Patkwa pai
Sedangkan yang ini adalah Su Po Hin dari Butong pai Lao siu sendiri bernama Beng Ta Jin
dan Liok Hap Bun,". Yok Sau Cun yang mendengar ketiga, orang itu berasal dan delapan partai besar.
segera timbul rasa hormatnya. Dia segera menjura sambil berkata: "Cayhe sudah
lama mendengar nama besar ketiga Siansing," katanya.
Dia belum pernah berkelana di dalam dunia kangouw. tentu sa]a dia tidak tahu
siapa ketiga orang itu. Hanya mendengar bahwa mereka berasal dari golongan delapan
partai besar saja, maka timbul rasa hormatnya. Berbeda dengan Ciok Ciu Lan.
Gadis itu sempat terperanjat karena dia tahu bahwa ketiga tamu itu adalah tokoh penting
dalam partai masinginasing. Yang disebut Kan Si Tong tadi adalah sute dari Cang bun
jin Patkwa bun. llmunya yang terkenal adalah Patkwa kiam hoat. Sekali dilancarkan
dapat merobohkan delapan orang sekaligus Perubahannya mengejutkan. pernah tersiar
berita bahwa dengan sebatang pedangnya, dia pernah mengalahkan Gi San Pat Kwai
(Delapan orang aneh dan Gi San). Namanya sudah cukup lama menggetarkan dunia
Bulim. Apabila kawanan golongan hitam bertemu dengannya, meskipun
mengandalkan banyak anak buah, tetap tidak berani mencari gara-gara.
Beng Ta Jin, yang julukannya Wi Ting sm tiaw (Rajawali sakti dari Wi Ting)
merupakan sute dari Ciang bunjin Liok Hap Bun Cuang Cun Ceng Orang tua itu
sudah lama menutup diri dan tidak mencampuri lagi urusan dunia Walaupun namanya
tetap disebut sebagai Ciang bun jia Liok Hap Bun, tapi sebenarnya semua
kepentingan partai itu ditangani oleh Beng Ta Jin Yang terakhir adalah Su Po
Hin. Dia adatah sute dan wakil ketua Butong pai. Meskipun usianya masih relate muda,
tapi kedudukannya di Butong pai sangat dihormati. Ketika dia masuk perguruan
itu, tidak lama kemudian, Ciang bunjm Butong pai menuiup diri. llmu silatnya adalah
hasil ajaran Suheng tertua. Giok Cin Cu. Begitu terjun ke dunia kangouw,
langsung mendapat gelar Yu Liong kiam kek (Pendekar Pedang Naga Berkeliling).
Ketiga orang itu dapat nadir di Tian Hua san ceng secara bersamaan, rasanya
bukan kebetulan belaka Tepat pada saat itu, terlihattirai disibakkan Tangan Ciek
Congkoan member! isyarat nnempersilahkan.
"Taisu silahkan masuk," katanya.
Terlihat seorang biksu tua bertubuh tinggi besar, beralis panjang, matanya
menyiratkan sinar welas asih Tangannya menggeng gam sebuah ruyung panjang yang
terbuat dari besi. Kan Si Tong Wi Ting sin tiauw Beng Ta jin, Yu Long kiam kek
Su Po hin bertiga segera berdiri Yok Sau Cun dan Ciok Ciu Lan mengikuti tindakan
mereka. Ruyung taisu itu dikempitkan di ketiak Kedua kepalan tangannya didekapkan di
depan dada Tubuhnya membungkuk.
"Omitohud! Toheng sekalian sudah sampai lebih dulu. Silahkan duduk," katanya
dengan suara lembut Sinar matanya mengerling ke arah Yok Sau Cun dan Ciok Ciu
Lan. "Liong wi sicu adalah. .".
Sebelum Yok Sau Cun sempat menjawab, Wi Ting sin tiaw sudah tertawa lebar dan
memperkenalkan "Kedua saudara ini adalah Yong Siangkong dan Ciok kouwnio,"
Dia menolehkan kepalanya "Yok Siangkong mungkin belum kenal, ini adalah kepala
Lo Han long dan Siaulim sj, Bu Cu taisu.".
Mendengar bahwa orang tua itu adalah kepala Lo Han long dari siau lim si, Yok
Sau Cun segera menjura dalam-dalam.
"Cayhe sudah lama mendengar nama be sar Lao Suhu Hari ini bisa bertemu di Tian
Hua san ceng, benar-benar merupakan re jeki cayhe," katanya Sebetulnya dia memang sudah
sering mendengar nama besar Siaulim pai Sedangkan nama Bu Cu taisu sendiri baru hari
ini didengarnya. Bu Cu taisu segera membungkukkan tubuhnya.
"Yok sicu terlalu memuji Pinceng tidak berani menerima. Silahkan duduk,"
sahutnya. Wi Ting sin tiaw mengalah. Dia memben tempat duduknya kepada Bu Cu taisu Dia
sendiri pindah ke bagian seberang Seorang pelayan kembali masuk dan membawakan
teko berisi teh,. "Sudah puluhan tahun tidak bertemu dengan taisu, bukan saja wajahnya tidak
berubah, bahkan semakin cerah bercahaya Dapat dipastikan bahwa taisu sudah
mencapai kedamaian hidup dan tidak ada ha! Yang dipusingkan lagi," kata Kan Si
Tong. "Toheng juga demikian. Penampilanmu semakin berwibawa. Sedangkan Pinceng
sejak kecil sudah menjadi hwesio Setiap hari memukul tambur. Setelah sekian
lama, sekarang sudah menjadi hwesio tua Tapi pekerjaan memukul tambur masih dilakukan
setiap hari. Bagaimana dapat dibandingkan dengan toheng?" sahutnya sambil
tersenyum. Diamdiam Yok Sau Cun berpikir dalam hati "Ternyata hwesio tua ini gemar bergurau
". Tiba-tiba terlihat Song Bun Cun masuk dengan tergesa-gesa Dia member; hormat
dengan menjura kepada Kan Si Tong, Wi ting sin tiaw, Su Po Hin dan Bu Cu taisu.
"Boanpwe tidak tahu taisu, dan totiang sekalian berkunjung Sedangkan Cia hu
sedang kurang sehat, sehingga tidak dapat menyambut sendiri. Seandainya ada yang kurang
memuaskan, harap tatsu dan totiang sekalian maafkan," katanya sambil
membungkukkan tubuh. Bu Cu taisu dan para tamu yang lain segera membalas penghormatan itu.
"Sau Cengcu terlalu sungkan," sahut mereka serentak.
"Bengcu sedang kurang sehat, apakah tidak mengkhawatirkan keadaannya?" tanya Bu
Cu taisu. Song loya cu pernah menjabat sebagai Bulim bengcu Meskipun sekarang tidak lagi.
tapi kawankawan di bulim masih menyebutnya dengan panggiian tersebut.
"Terima kasih atas perhatian taisu Cia hu hanya masuk angin saja," sahut Song Bu
Cun. Sebelumnya, Yok Sau Cun mendengar dan Ciek Congkoan, bahwa penyakit
keracunan Song loya cu sering kambuh akhirakhir ini Bahkan hampir tidak dapat
bangkit dari tempat tidur Sebetulnya dia ingin mengatakan bahwa dirinya teiah
berhasil mendapatkan obat penawar Tetapi Song Bun Cun mengatakan pada para
tamu itu bahwa penyakit ayahnya hanya masuk angin. Dia merasa tidak enak untuk
membuka suara. "Apakah Sau Cengcu tahu, apa maksud Bengcu memangil kami sekalian?" tanya Kan Si
Tong. "Rupanya kedatangan mereka atas undangan Song !oya cu," kata Yok Sau Cun dalam
hati, Tetapi, tampaknya Song Bun Cu terpana mendengar pertanyaan itu.
"Maksud Kan totiang... kedatangan totiang sekalian adalah atas undangan Cia
hu?".

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul," tukas Wi Ting sin tiaw "Di dalam surat itu, Bengcu bahkan menegaskan
bahwa kedatangan kami tidak boleh lewat sore hari ini Hengte menduga tentunya ada
urusan yang sangat penting, maka bergegas datang ke sini.".
"Aneh sekali," kata Song Bun Cun.
Bu Cu taisu dan ketiga tamu yang lain adalah orangorang yang sudah banyak
pengaiaman daiam dunia kangouw. Mendengar kata-kata 'aneh sekaii' dari Song Bun
Cun, perasaan was was mereka langsung terbangkit 'Aneh sekali' yang diucapkan
oleh Song Bun Cun bukankah menandakan bahwa dia tidak mengetahui kejadian ini".
"Entah kapan Bengcu ingin menernui kami," tanya Su Po Hin.
Seandainya Sau Cengcu tidak tahu tentang surat undangan yang mereka terima,
kemungkinan besar karena usianya muda sehmgga ja dianggap belum dapat
diandalkan sepenuhnya Hanya dengan bertemu langsung Bengcu sendiri,
persoalannya baru bisa dijelaskan. Song Bun Cun merenung sejenak. Dia
mendongakkan wajahnya. "Apakah surat yang dikinmkan oleh Cia hu, ada dibawa oleh para totiang tidak?"
tanyanya. Bu Cu taisu juga dapat merasakan nada bicara Song Bun Cun yang aneh.
"Surat undangan Bengcu disampaikan oleh orang Tian Hua san ceng sendiri. Yang
menenmanya suheng Pinceng. Di dalamnya dikatakan bahwa Pinceng harus segera
datang Surat ini ada Pinceng bawa Harap Sau Cengcu memeriksanya " Dia
mengambil surat tersebut dan lengan bajunya yang longgar Diserahkannya kepada
Song Bun Cun Pemuda itu menenmanya dan membacanya dengan seksama. Di
luarnya tertufis' Ditujukan kepada Bu Wi taisu pribadi. Dengan huruf yang
tertulis sangat rapi. Dan dia dapat mengenali bahwa tulisan itu memang tulisan ayahnya.
Di bawahnya terdapat beberapa tulisan berupa nama sang pengirim Tian Hua san ceng
Sampul surat itu juga seperti yang biasa dipakal ayahnya Hatinya semakin curiga.
Dikeluarkannya surat itu dari sarnpulnya.
"Surat ini ditujukan kepada Bu Wi taisu. Sudah lama tidak ber|umpa. Karena ada
sesuatu yang mendesak dan perlu dirundingkan, maka cayhe sengaia mengutus orang
untuk memanggil taisu sekalian datang ke Tian Hua san ceng pada tanggal delapan
belas bulan ini. Lebih baik sebelum matahari terbenam. Harap dipenuhi. Tertanda
Song Ceng Sang ! Tulisan tangan seorang ayah, tentunya Song Bun Cun sebagai anak
akan menge; nali Surat itu ternyata memang asli tulisan ayahnya Tapi kapan ayahnya
mengirim su rat ke Siaulim si" Juga Butong pai Liok hap pai, dan Patkwa pai'"
Beberapa orang ini pasfi undangan ayahnya juga Mengapa dirinya sendiri sama
sekali tidak mengetahui persoalan ini'".
Di wa]ah Song Bun Cun yang tampan, terlihat kesan kebingungan.
"Ternyata memang tulisan Cia hu," katanya.
Surat itu masih tergenggam di tangannya, dia menoleh ke arah luar.
"Song heng, cepat panggil Ciek Congkoan!".
Terdengar sahutan mengiakan dari luar Tidak lama kemudian, tampak Ciek Ban Cing
memasuki ruangan tersebut.
"Apakah Kongcu memanggil Lao siu?" tanyanya.
"Ciek Congkoan, apakah Cia hu akhirakhir ini ada mengutus orang mengantarkan
surat untuk beberapa partai besar di Bulim?".
"Tidak ada. Loya cu sudah lama tidak berhubungan dengan para partai besar dunia
Bulim," sahut Ciek Ban Cing. "Juga tidak ada surat untuk ketua Siaulim si?" tanya Song Bun Gun.
Ciek Ban Cing tertawa lebar.
"Loya cu sudah beberapa tahun tidak pernah mencampuri urusan dunia luar
Seandamya ada surat yang harus diantarkan, biasanya Kongcu yang diberi tugas
tersebut. Kalau sampai Kongcu tidak tahu, berarti tidak ada surat yang keluar."
sahutnya. Song Bun Cun menyodorkan surat yang diperolehnya dari Bu Cu taisu dan
diserahkan kepada Ciek Ban Cing.
"Coba kau lihat surat ini. Apakah orang dari Tian Hua san ceng yang
mengantarkannya?". Ciek Ban Cing menerima surat itu dan diliriknya sekilas Wajahnya berubah
seketika. Dia mendongakkan kepalanya.
"Tampaknya surat ini memang ditulis oleh Loya cu sendiri," katanya.
"Betul," sahut Song Bun Cun.
"Tapi, menurut Lao siu, surat ini bukan ditulis oleh Loya cu Dan pasti juga
bukan orang Tian Hua san ceng yang mengantarkannya," kata Ciek Ban Cing dengan alis
berkerut. "Maksud Ciek Congkoan, ada yang memalsukan tulisan Cia hu?" tanya Song Bun Cun
terpana. "Loa siu menjabat sebagai Congkoan di Tian Hua san ceng ini sudah duapuluh tahun
lebih Selama ini, Lao siu tidak pernah melihat Loya cu menggerakkan pitnya.
Lagipula para pekerja di san ceng ini tidak banyak. Urusan besar kecil, semua
harus metewati Lao siu Beiakangan ini semua penghuni Tian Hua san ceng tidak ada yang
keluar pintu Satu pun tidak ada Surat ini, pasti bukan diantar oleh orang kami.
Kalau memang tidak ada yang mengantarkan surat ini, pastt juga bukan Loya cu yang
menulisnya. Bukankah hal ini sudah jelas?" sahut Ciek Ban Cing.
Wajah Song Bun Cun berubah hebat.
"Jadi, siapa yang memalsukan surat ini?" tanyanya.
Kan Si Tong, Wi Ting sin tiaw dan Su Po Hin juga mendengar surat yang mereka
tenma palsu. Dengan waktu yang bersamaan, mereka mengeluarkan surat dari balik
saku masing-masing. "Kaiau begitu, setiap surat yang ditenma oleh kami juga palsu semuanya," kata Wi
Ting sin tiaw. "OmitohucP Orang ini sengaja memalsukan surat Bengcu dan mengundang Pinceng
sekalian datang ke Tian Hua san ceng, entah mengandung maksud apa?" tanya Bu Cu taisu
sambil merangkapkan tangannya. "Menurut pendapat Lao siu, urusan ini terlalu janggal dan tiba-tiba Kongcu
seharus nya mengajak para tamu ini masuk ke dalam dan menanyakan pendapat Lao ceng cu
sen diri," kata Ciek Ban Cing.
Song Bun Cun meliriknya sekilas.
"Tapi, Cia hu. ..".
"Delapan partai besar dengan Tian Hua san ceng sudah seperti keluarga sendiri
Peristiwa Loya cu yang keracunan, juga tidak perlu ditutupi lagi," tukas Ciek Ban Cing.
Tubuh Bu Cu taisu bergetar karena terperanjat mendengar keterangan itu.
"Ciek Lao sicu, apa yang kau katakan" Bengcu keracunan?".
Wi Ting sin tiaw, Su Po Hin dan Kan St Tong juga terkejut Mereka menoieh ke arah
Ciek Ban Cing. "Apa yang dikatakan oleh Ciek Congkoan memang benar Ceritakanlah" kata Song Bun
Cun sambil menganggukkan kepalanya.
Ciek Ban Cing mengiakan Dia memulai ceritanya dan peristiwa lakilaki setengah
baya yang terluka dan memtipkansurat lewat Yok Sau Cun. Bagaimana Song loya cu
bisa keracunan sampai kejadian mereka bersamasama menyeiidiki gedung besar di Wi
Su Kan Dan yang menitipkansurat ternyata adalah Ce sat ciu Yu Kim Piau.
Majikannya adalah Tiong kouwnio yang misterius Semua diceritakannya secara
lengkap. Bu Cu taysu merangkapkan kedua tangannya.
"Omitohud! Badai bencana muiai menerpa Buddha weias asih! Semoga kita semua
diben jalan untuk menghindarkan bencana besar dan dunia Bulim dapat tenang
kemba!i," katanya. Kan Si Tong merasa ucapan Bu Cu taysu mengandung maksud tertentu.
"Apakah taisu sudah mengetahui sebelumnya?".
"Orang tua memang iebih peka. Kaiau toheng sudah menduga Pinceng Iebih enak
mengatakannya Di dalam biara Siaulim ada sebuah pandopo yang dinamakan Cian
Hok Tong (Pendopo seribu Buddha). Di dalamnya terdapatlima ratus Lohan. Tempat
itu juga disebut Lo Han long Biasanya murid murid kuil kami berlatih silat di
ruangan tersebut dengan bimbingan Pinceng atau para sute Sebagaimana biasanya, bsudah Ie lah beriatih, masinginasing kembali ke kamar untuk beristirahat Sebelum tidur,
Pinceng pasti memeriksanya sekali lagi Saat itu adalah musim Tiong ciu tahun ini.
Pinceng baru melangkahkan kaki ke dalam Cian Hok si. Pinceng mendengar suara
seseorang yang sedang bergumam sendirian Dia mengatakan 'Lo nan, ya Lo han
Kalian sedang menghadapi bencana yang sulit dihindari! Pinceng terpana mendengar
ucapannya. Setelah agak dekat, Pinceng melihat seorang tua yang rambut dan
jenggotnya sudah putih semua Kalian tentunya tahu, pada harihari tertentu, Cian
Hok si memang digunakan unluk orangorang yang hendak bersembahyang Tapi malam
larul seperti saat itu, bagaimana bisa ada orang yang datang" Pinceng tidak
dapat menahan diri Pinceng menyapa orang tua itu Dan mana datangnya Lao sicu ini"
Mengapa bisa ada di tempat ini?" Orang tua itu tersenyum Lohu sedang
melihatlihat Kebetulan masuk ke Cian Hok si ini Kalau taisu memang keberatan atas
kunjunganku, biarlah Lohu mohon diri sekarang," katanya Setelah itu, dia
langsung membalikkan tubuh dengan maksud hendak barlalu Pinceng cepatcepat mencegahnya
"Lao sicu, harap tunggu sebentar. Orang tua itu menolehkan kepalanya dan berkata
"Taisu, harap sampaikan kepada ketua Siaulim si. Ingat, ketika seluruh permukaan
gunung tertutup salju, maka berarti bencana akan menyelimuti dunia kangouw
Bertindaklah bijaksana dan waspadai" Saat Pin ceng mengejar sampai halaman depan
tidak terlihat seorang pun Pinceng segera me laporkan kejadian ini kepada Toa suheng
Setelah mendengar cerita Pinceng, Toa suheng menduga bahwa orang tua itu adalah
salah satu tokoh sakli di Bulim Dia sengaja datang untuk mempenngatkan
Mungkinkah ada sesuatu hal yang genting akan terjadi di Siaulim si" Belum sampai
satu bulan kejadian itu berlalu, kami sudah menenma surat dan Bengcu," kata Bu Cu
taysu. "Dan Bengcu terserang racun jahat pula,' sambung Su po Hin.
"Ciek Congkoan, dalamsurat Yu Kirn Piau ada diungkit soal Wi Yang taihiap Entah
bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Beng Ta Jin.
"Ku toya baikbalk saja Kemarin datang sepucuksurat yang ismya mengatakan bahwa
Piau siocia sudah dijemput pulang," sa hutCiek Ban Cing.
"Rupanya Hui kouwnio dan Siau cui sudah kembali ke Yang ciu," kata Yok Sau Cun
dalam hati. "Dalam perjalanan menuju ke tempat ini, pinto juga merasakan adanya firasat tak
enak tentang duma kangouw Meskipun pinto tidak dapat mengemukakan alasannya,
namun tetap merasa ada sesustu yang tidak beres Mendengar keterangan katian
sekarang, tampaknya memang akan terjadt hal yang mengejutkan," lanjut Kan Si
Tong. "Ketika permukaan seluruh guhung ditutupi salju, maka berarti bencana akan
menyelimuti dunia kangouw Enlah apa yang dimaksudkan pada baris pertama itu'?"
gumam Su Po Hin. Tiba-tiba Yok Sau Cun tenngat kembali peristiwa bertemunya dengan orang tua yang
menjadi suhu Seng mia lo ketika baru berpisah dengan gurunya sendiri. Dia
menanyakan keinginan gurunya yang pertama yaitu menemukan putranya yang
menghi!ang enambelas tahun yang lalu, di mana anak itu mempunyai tanda tahi
lalat merah di atas alisnya, orang tua itu ada menyebut beberapa bait syair Kalau sekarang
dibandingkan dengan kata kata 'ketika seluruh permukaan gunung dilutupi saiju,
berarti bencana akan menyelimuti dunia kangouw', tampaknya kedua syair itu ada
hubungannya. Terdengar seruan terkejut dari mulut Kan Si Tong.
"Ah Jangantangan yang dimainkan oleh perempuan itu adalah Cen Tian kim (Harpa
penggetar langit)'?". Wi ting sin tiaw juga mengeluh "Seandainya kata-kata 'ketika seluruh permukaan
gunung ditutupi saljU' adalah dia, maka dunia kangouw benar-benar sedang
menghadapi bencana besar".
"Omitohudi' Bu cu taisu merangkapkan kedua tangannya dan menyebut nama
Buddha "Tokoh sakti dan Suat san (Gunung salju) sudah menyucikan diri Rasanya
sudah belasan tahun, dia tidak mencampuri urusan dunia ramai Dia sedang berusaha
mencapai kesempurnaan dan sudah tawar terhadap segala macam keributan dunia
Tidak mungkin dia kembali lagi dan membuat kekacauan.".
Yok Sau Cun lidak tahu siapa yang dimaksudkan oleh mereka Dia juga tidak enak
hati untuk bertanya. "Apakah yang taisu maksudkan adalah Suat san suan leng sou (orang tua
gentayangan dan Soat san)?" tanya Su Po Hin.
Bu Cu taisu merapatkan kedua tangannya dan menyebut nama Buddha Dia lidak ber
kata apa-apa Yok Sau Cun melihat mimik wajah tamutamu itu menjadi kelam Seakan
mereka enggan menyebutkan nama Suan leng sou, hatinya menjadi heran Tanpa dapat
menahan diri dia bertanya "Entah orang macam apa yang bernama Suat san suan leng
sou itu?". Ciek Ban Cing mendekati Song Bun Cun dan berbisik 'Kongcu, Yok Siangkong da
tang keman khusus mengantarkan obat pemunah racun Apakah lebih baik mengun
dangnya masuk ke dalam dan mehhat ke adaan Lao cengcu'?" tanyanya.
Song Bun Cun senang sekali mendengar keterangan itu Dia segera menghampin
pemuda itu dan menjura dalam-dalam.
"Yok heng ternyata sangat memegang janji. Baru beberapa han, sudah mengantarkan
obat bagi Cia hu. Sebelumnya hengte mengucapkan terima kasih tebih dahulu En tah Yok
heng dapat dan mana obat itu?".
"Ceritanya cukup panjang Yok Sau Cun menuturkan kembali peristiwa terlukanya
Cfok Ciu Lan o!eh Ce sat ciang Dia menggendong gadis itu menuiu sebuah kuil
kosong, di mana dmengatakan bahwa gadis itu dipaksa oleh Seng mia Io menyembuhkan Ciok Ciu Lan
dan mengeluarkan obat pemunah racun pembuyar tenaga, setelah itu baru
melepaskannya. "Kim heng ciang adalah ilmu simpanan Ciong lam pai Bagaimana gadis itu bisa
mempelajarinya?" tanya Kan Si Tong.
"Mudah sekali kapankapan kalau kita bertemu dengan liok To yu, kita bisa
menanyakannya," sahut Wi ting sin tiaw.
Song Bun Cun memberi isyarat dengan tangan sebagai tanda mempersilahkan ke
pada para tamu itu. "Cuwi danpwe bukan orang luar. Lebih baik kita bersamasama menemui Cia hu agar
urusan

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini jangan tertunda lagi," katanya.
Mereka membiarkan Bu Cu taisu berjalan di depan sebagai kepala Dengan diiringi
oleh Song Bun Cun mereka masuk ke ruangan dalam Setelah melewati sebuah koridor
panjang. Mereka sampai di satu ruangan yang jendelanya tertutup rapat.
penerangannya remangremang Di tengahtengah ada sebuah tempat tidur besar Song
Ceng San rebah di atasnya Tubuhnya ditutupi oleh sehelai selimut tipis Ketika
mereka masuk ke dalam ruangan itu masih terdengar suara keluhan dari mulut orang tua
itu Tampaknya dia sangat menderita.
Tokoh yang biasa dihormati dan pernah menjabat sebagai Bulim bengcu, ternyata
tidak berbeda dengan orang biasa saat ini. Bibirnya terus merintih Tidak salah
apa yang dikatakan orang banyak bahwa 'seorang pahlawan hanya takut penyakit
melandanya'. Song Bun Cun meringankan langkah kakinya Dia mendekati pembaringan.
"Tia apakah kau belum tidur?" sapanya.
"Bun ji, ada urusan apa?" tanya orang tua itu lirih.
"Lapor kepada Tia, Bu Cu taisu dan Siaulim, si, Kan To tiang dari Patkwa bun,
Beng Cianpwe dan Liok hap bun, dan Su taihiap Su Po Hin dan Butong pai datang
menjenguk kau orang tua," sahut Song Bun Cun.
Meskipun racun di tubuhnya sedang kambuh, tapi pikiran Song Ceng San masih
jelas. Setelah mengeluh satu kali, dia menggapaikan tangannya dengan susah
payah. "Cepat antar ke dalam," katanya.
"Tia, beberapa Cianpwe ini sudah ada di dajam kamar," sahut Song Bun Cun
perlahan. "Bun ji, cepat papah ayah bangun supaya bisa duduk bersandar. Dengan berbanng
seperti ini, mana mungkin aku bisa menernui tamu?" kata Song Ceng San tergesagesa.
"Bengcu sedang tidak sehat Jangan banyak bergerak. Lebih baik rebahan saja"
sahut Bu Cu Taisu. "Apa yang dikatakan Bu Cu taisu memang benar Deiapan partai besar, semuanya
sudah seperti kefuarga Bengcu jangan sungkan," sambung Kan Si Tong.
"Pikiran Lao siu masih terang Bun ji, lekas papah aku agar bisa duduk tegak.
Beberapa toheng ini sudah bertahuntahun tidak per nah berjumpa Mana boleh
berbincang sambil berbanng?" kata Song Ceng San.
Song Bun Cun mengiakan. Terpaksa dia memapah ayahnya agar duduk Sebelah
tangannya meraih sebuah bantal yang lalu diletakkan di belakang punggung Song
Ceng San sebagai tumpuan "Suara lakilaki itu agak serak Bola matanya menatap
tamutamu itu satu per satu. "Cuwi silahkan duduk Karena kurang hatihati, Lao siu terkena siasat licik orang
jahat. Sungguh merapotkan toheng sekahan sampai datang menengok sejauh ini," kata Song
Ceng San Rupanya dia tidak tahu mengapa tamutamu itu dapat berkumpul di
rumahnya Song Bun Cun segera mendekati ayahnya.
"Tia, Bu Cu taisu sekaiian datang kemari karena ada orang yang memalsukansurat
ayah " bisiknya. Song Ceng San terpana. "Siapa yang memalsukansurat ayah" Apa tujuannya?".
"Anak juga baru saja mengetahuinya. Sampai sekarang anak belum dapat menduga
maksud orang tersebut" Dia menolehkan kepalanya dan menggapai Ciek Ban Cing
"Ciek Congkoan, kemarikansurat itu agar ayah dapat melihatnya ".
Ciek Ban Cing mengiakan Baru saja tangannya merogoh surat pemberian Bu Cu
Taisu dari balik saku bajunya.
"Tidak usah dilihat lagi Bun JI, cepat ajak taisu sekalian duduk Beberapa toheng
ini sangat jarang datang ke Tian Hua san ceng Ban Cirrg, pesankan pada bagian dapur
agar menyediakan beberapa macam hidangan yang sesual Dengan araknya sekalian,
kemudian antarkan ke kamar ini," tukas Song loyacu.
Sekali lagi Ciek Ban Cing mengiakan Dia meletakkansurat tadi di alas meja dan
keluar dari kamar tersebut.
"Tia, Yok heng sudah mendapatkan obat penawar racun Dia khusus dstang untuk
mengantarkan obat Bagaimana kalau Tia minum sekarang saja'?" kata Sau ceng cu.
Song Ceng San agak terpana.
"Oh ..". "Song loya cu, untung saja boan seng dapat menepati janji Akhirnya obat penawar
racun ini berhasil didapatkan juga," kata Yok Sau Cun.
Mata Song Ceng San mengerling Dia melihat botol obat di tangan pemuda itu Orang
tua itu termangumangu sejenak.
"Bagaimana kau mendapatkan obat penawar itu?"tanyanya.
Song Bun Cun menyambut botol obat tersebut.
"Tia, Yok heng mendapatkannya dari Tiong kouwnio. Lebih baik Tia segera
meminumnya agar racun dalam tubuh dapat punah selekasnya," tukasnya.
Song Ceng San menerima botol obat itu dar, tangan anaknya, dia memperhatikan
beberapa lama Kepalanya manggut-manggut.
"Budi Yok sauhiap akan Lao siu ingat selamanya".
"Ucapan Song ioya cu terlalu berat. Boan seng diperalat oleh orang jahat
mengantarkan surat beracun. Song loya cu sama sekali tidak menyalahkan boan
seng, padahal persoalan ini memang terjadi karena diri boan seng. Sebetulnya hati ini
sangat malu. Upaya mencari obat penawar racun hanya sekedar memperlihatkan
ketulusan hati boan seng," sahut Yok Sau Cun sopan.
Kembali Song Ceng San menganggukanggukkan kepalanya.
"Yok sauhiap ternyata seorang yang dapat membedakan budi dan dendam Benarbenar
jarang ditemui orang seperti Yok sauhiap," katanya.
Song Bun Cun menuangkan secawan air hangat dan disodorkannya kepada orang tua
itu, Song Ceng San segera membuka botol obat itu dan dituangkannya ke dalam
telapak tangan. Dia meneguknya sekaligus kemudian menerima cawan air dari tangan
Song Bun Cun lalu diminumnya. Botol obat yang sudah kosong itu disimpannya di
balik bantal. Perlahanlahan matanya dipe|amkan Tepat pada saat itu, terlihat
tirai penghubung disingkapkan Ciek Ban Cing masuk dengan tergesa-gesa.
"Kongcu, Liok totiang dari Ciong lam pai datang berkunjung," katanya. Dia
menolehkan kepalanya. "Liok totiang, silahkan masuk.".
Betum sempat Song Bun Cun menyambut di depan ruangan Terlihat seorang totiang
dengan pakaian hijau dan rambut hitam pekat melangkah masuk. Tamu yang datang
memang Ciong lam Hui hung i su (Pendekar pelangi terbang) Liok Hui Peng Song
Bun Cun segera menyambutnya dan menjura penuh hormat.
"Cayhe terlambat menyambut kedatangan Liok totiang, harap maafkan.".
Hui Hung I su segera membalas penghormatan itu. Dia tertawa santai.
"Sau ceng cu tidak perlu sungkan. Pinto mendengar Bu Cu taisu,Kan toheng, Beng
toheng, Su taihiap semua sudah sampai lebih dahulu dan sekarang berada di dalam
kamar Bengcu. Tanpa memperdulikan peradatan lagj, Pinto meminta Ciek Congkoan
menunJuk jalan " Dia menjura kepada setiap orang yang ada di kamar itu, kemudian
menoleh kepada Song Ceng San yang terbanng di atas tempat tidur "Dia lalu
bertanya kepada Song Bun Cun. "Apa yang terjadi dengan Bengcu?".
"Cia hu terserang racun jahat. Barusan sudah meminum obat penawarnya," sahut
Song Bun Cun. "Sau cengcu, Bengcu baru saja minum obat Tentu butuh istirahat Lebik baik kita
berbincang di luar saja," kata Bu Cu taisu menganjurkan.
"Taisu harap duduk saja Lao cengcu sudah menelan obat penawar Pada umumnya,
setelah menelan obat penawar, sebentar lagi akan pulih seperti biasa Tadi Lao cengcu
memesan kepada Lao siu agar meminta bagian dapur menyiapkan hidangan dan
dibawa ke kamar ini. Mungkin lebih santai kalau berbincangbincang di tempat ini
Maksud Lao siu, cuwi tidak perlu sungkan lagi" Baru saJa perkataannya selesai,
terlihat seorang dayang perempuan masuk mengantarkan berbagai macam masakan
dan arak. Wi Ting sin tiaw duduk berdekatan dengan Hui Hung i su Dia bergeser sedikit agar
dapat berbisikan dengannya. "Kebetulan Ciok heng datang kemari.Ada satu persoalan yang ingin hengte tanyakan
". "Entah apa yang ingin diketahui oleh Beng heng'?" tanya rekannya.
"Hengte ingin mengajukan suatu pertanyaan Mohon penJelasan dari Uok heng Di
dalam partai Ciong lam pai, bukankah ada suatu ilmu istimewa yang dinamakan Kirn heng
ciang?". Semua tamu yang ada di ruangan itu berkepandaian tinggi Meskipun tanya jawab
kedua orang itu dilakukan dengan suara rendah, tapi mereka dapat menangkapnya
Begitu juga Yok sau Cun, mendengar kata-kata 'Kirn heng ciang', dia segera
memusatkan perhatian. "Tidak salah Kirn heng ciang memang ilmu simpanan partai kami Entah bagaimana
Beng heng...". Wi Ting sin tiaw tidak memben kesempatan kepada Hui Hung i su untuk melanjut
kan kata-katanya. "Apakah toheng pernah berlatih ilmu itu'"' tukasnya.
"Pinto belum pernah berlatih ilmu itu," sahut Ciok Hui Peng.
"Bagaimana dengan Tai ka totiang?" tanya Wi Ting sin tiaw kembali Tai ka totiang
adalah ciang bunjin dari Ciong lam pal. (Tai ka berarti ketua satu dan ketua dua atau
wakilnya). "Kedua suheng juga belum pernah mempelajari itmu itu." sahut Hui Hong i su
yakin. "Aneh sekali," gumam Wi Ting sin tiaw. "llmu Kirn Heng dang adalah itmu simpanan
partai mereka, tapi muridnya sendiri tidak ada yang mempelajan. Bukankah aneh".
"Hal itu karena Kim Heng ciang ddalah suatu ilmu tingkat tinggl. Juga sangat
sulit dipelafari Ketika sedang berlatih, konsentrasi harus penuh dan caranya harus
tepat. Apabila terjadi sedikit kesalahan saja, maka orang yang berlatih ilmu tersebut
akan mati seketika Setelah berhasil, lain lagi hasifnya. Apabila diserang kepada
orang yang Iwe kangnya tidak tinggi sekali, juga akan menyebabkan kematian Oleh karena itu,
sucouw kami melarang generasi selanjutnya mempelaJan ilmu tersebut," sahut Hui Hung i
su. "Apakah toheng tahu bahwa ada orang yang telah berhasil mempelajari ilmu ini,"
tanya Wi Ting sin tiaw. "Ada orang yang berhasil mempelajarinya'?" Tubuh Hui Hung i su tergetar Dia
menganggukkan kepalanya beberapa kali "Kalau begitu, tampaknya memang sudah ada
yang berhasil mempelaJari ilmu tersebut ".
Wi Ting sin tiaw merasa nada bicaranya rada aneh.
"Jadi toheng sudah tahu?" tanyanya.
"Pinto sama sekali tidak tahu. Tapi rasanya memang ada kemungkinan," sahut Hui
Hung i su sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa maksud toheng sebenarnya?" tanya Wi Ting sin tiaw.
"Para tamu yang hadir di sini, semua orang sendiri. Pinto juga tidak ingin
menutupi lagi. Kitab ilmu Kim Heng ciang dari partai kami, sudah hilang sejak lama,"
sahut Hui Hung i su sambil menarik nafas panJang.
Kan Si Tong terkejut mendengar keterangan itu. Meskipun Ciong Lam pai terletak
jauh di daerah barat, tapi selama ratusan tahun, muridmund yang menonjol banyak
menggetarkan dunia kangouw. Dalam urutan delapan partai besar sendiri, hanya
Ciong lam pai yang tidak pernah susut namanya setelah Siaulim si dan Butong pai
Bagaimana kitab pusaka mereka bisa hilang'" Apakah ada kemungkinan telah
digondol orang". Wi Ting sin tiaw Juga seorang yang sudah banyak pengalaman di dunia kangouw.
Apa yang terpikir olehnya persis dengan kan Si Tong. Namun dia tidak enak
menanyakannya Tangannya mengelus elus janggutnya dan mengeluarkan suara
terkejut. Hui Hung i su tidak menanti sampai Wi Ting sin Haw menanyakannya Dia segera
menjelaskan apa yang terjadi.
"Karena sucouw kami tefah melarang generasi selanjutnya mempelajari ilmu Kirn
heng dang, maka kitab tersebut disimpan dalam sebuah kotak besi dan diletakkan
dalam goa sucouw kami Dua puluh tahun yang lalu, suatu han, salah seorang murid
perguruan kami melihat kedua belah pintu gerbang goa sucouw yang sekaligus
merupakan tempat penyimpanan abu para leluhur, kami terpentang lebar Dia segera
masuk dan melaporkan keiadian itu Ji suheng dan pinto serta beberapa murid
lainnya bergegas memeriksa. Tapi, yang hilang hanya kitab Kirn heng dang tersebut Tanpa
perlu dikatakan, tentunya kitab itu telah dicun oleh seseorang." Suaranya
terdengar gegetun. "Kim heng ciang adalah sebuah ilmu yang sulit dipelajari. Kalau tidak salah,
memerlukan dua atau tigapuluh tahun untuk melatihnya agar matang Jika dihitung
sampai sekarang, Ciong lam pai kehilangan kitab tersebut juga ada duapuluh tahun
Maka dari itu, seandainya Beng toheng mengatakan ada yang mempelajannya,
memang kemungkinannya ada," lanjutnya kepada Beng Ta Jin. Tepat pada saat itu,
terdengar hembusan nafas dan Song Ceng San.
"Sungguh-sungguh obat yang manJur," katanya.
Semua orang menoleh kepadanya Tampak Song loya cu sudah bangun dan membuka
kedua matanya. Mendengar nada bicaranya, mereka segera mengetahui bahwa racun
yang terdapat dalam tubuh orang tua itu sudah punah Wajah Song bun Gun cerah
seketika. "Tia. apakah tubuhmu sudah sehat?" tanyanya.
Song Ceng San menganggukkan kepalanya sambil tertawa lebar.
"Hm, kita harus bertenma kasih kepada Yok Sauhtap Obat mi sungguh manjur Bun fi,
cepat papah aku turun," katanya.
Melihat rona wajahnya, tampak penyakitnya memang sudah puhh. Hanya suaranya
yang agak serak Apabila suaranya hendak pulih seperti biasai maka perlu waktu
yang cukup tama Song Bun Cun membantu ayahnya turun dan pembaringan.
"Omitohud! Buddha welas asih Racun yang terdapat dalam tubuh Bengcu dapat
dipulihkan, sungguh suatu hal yang menggembirakan," kata Bu Cu taisu sambil
merangkapkan kedua tangannya.
Hui Hung i su, Kan Si Tong, Beng Ta Jin, Su Po Hin sekalian seg.era bangkit dan
memberi selamat dengan menjura Song Ceng San mengucapkan terima kasih kepada
me reka. Dia menoleh kepada Yok Sau Cun.
"Budi Yok Sauhlap tidak akan Lao siu lupakan selamanya," katanya.
Pemuda itu juga ikut berdiri.
"Ucapan terima kasih Song loya cu, tidak berani boan seng menenma. Boan seng
melakukannya juga demi permintaan Cia su Harap Song loya cu akan menepati janji,


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

boan seng sudah merasa cukup senang,' sahutnya.
Song Ceng San tampak terpana.
"Siapa suhumu?" tanyanya.
Yok Sau Cun berdiri keheranan mendengar pertanyaan itu.
"Cia su adalah Bubeng lojin Hari itu boan seng sudah menceritakan semuanya
kepada Song loya cu Tampaknya kalian adalah sahabat lama".
"Oh.." Song Ceng San mengeluselus jenggotnya. Kepalanya teranggukangguk. "Lao
siu berhubungan dengan suhumu selama berpuluh tahun. Tentunya mengenal baik.
Apa yang Lao sui harus katakan tentang suhumu?".
Yok Sau Cun makin bingung. Diamdiam dia berpikir dalam hati "Terangterangan kau
sendiri yang menyatakan tahu tentang suhu Mengapa baru baik dari racun pembuyar
tenaga, segalanya malah menjadi lupa?" Tapi, dia menjura sekali lagi kepada Song
loya cu. "Cia su tidak mau mengatakannya. Boan seng dengan sendirinyafuga tidak tahu apa
kemgman suhu Ada orang tua yang memberi petunjuk kepada boan seng agar
menemui Song loya cu. Dia mengatakan bahwa keinginan suhu, hanya perlu sepatah
kata dari engkau orang tua Waktu itu Song loya cu sudah menyetujuinya .".
"Oh..." Tampaknya Song Ceng San sudah teringat kembali "Lao siu memang pernah
menyetujuinya Baiklah, kau boleh kembali ke tempat suhumu dan melaporkan
kepadanya. Pokoknya Lao siu sudah mengabulkan permintaanmu ".
Sekali lagi Yok Sau Gun terpana. Dia memandang tajam kepada Song Ceng San.
"Terima kasih kepada Song foya cu. Tapi untuk memenuhi permintaan Cia su, boan
seng harus dapat menenm satu jurus ilmu pedang Song loya cu ".
"Apakah suhumu yang mengatakan hal ini?" tanya Song Ceng San.
Yok Sau Cun termanggu manggu.
"Kau orang tua sendiri yang mengatakannya. Untuk memenuhi permintaan Cia su,
maka boan seng harus sanggup menerima satu jurus ilmu pedangmu. Kata-kata ini
pernah Song loya cu ucapkan enambelas tahun yang lalu kepada suhu. Selamanya
syarat itu tidak dapat diubah Karena kedatangan boan seng mewakili suhu, maka
boan seng yang harus menerinia sejurus ilmu pedang itu".
Sinar mata Song Ceng San memperhatikan anak muda itu. Sebelah tanganny
mengeluselus jenggot, sedangkan kepalanya manggut-manggut.
"Tidak salah, Lao siu memang pernah mengatakan hal itu.".
"Boan seng memberanikan diri. Harap Song loya cu bersedia memberi kesempatan
sekali lagi," kata Yok Sau Cun.
"Yok Sauhiap mewakili guru memohon bantuan Lao siu Tapi kau harus tahu, sulit
sekali menghindarkan diri dari sejurus ilmu pedang Lao siu," sahut Song Ceng San
tenang. "Untuk memenuhi permintaan Cia su, mati pun boan seng rela," kata Yok Sau Cun
tegas. Song Ceng San tertawa terkekeh-kekeh.
"Yok Sauhiap sengaja mengantarkan obat penawar untuk Lao siu Mungkinkah aku
orang tua tega melukaimu?". "Kalau begitu, harap Song loya cu mutai sekarang juga.".
"Apakah kau ingin bertanding di sini'?" tanya Song Ceng San.
"Pertama kali kita bertarung juga di dalam rumah ini," sahut Yok Sau Gun.
"Baik," kata Song Ceng San Dia menolehkan kepalanya dan memanggil Ciek Ban Cing,
"Ban Cing, ambil pedang lao siu ".
Song Bun Gun yang berdiri di sampingya terkejut.
"Tia, pertarungan antara kau orang tua dengan Yok heng hanya semacam ujian saja.
Mengapa harus menggunakan pedang?" tanyanya.
Song Ceng San mengulapkan tangannya. Bibirnya tersenyum.
"Anak, apakah kau meminta ayahmu jangan menggunakan pedang?".
Yok Sau Cun makin tidak mengerti melihat sikap orang tua itu.
"Tia, han itu kau hanya menggunakan se batang sumpit untuk bertarung dengan Yok
heng Bahkan kau berhasil mematahkan ujung pedangnya," kata Song Bun Cun ikut bingung.
"Tidak salah, tidak salah Hari itu ayah memang hanya menggunakan sebatang sumpit
dan berhasil mematahkan ujung pedang Yok Sauhiap. Tapi, sekarang tenaga ayah
masih belum pulih betul Mungkin...".
Ciok Ciu Lan yang duduk di samping Yok Sau Cun sedari tadi diam saja Tiba-tiba
dia membuka suara. "Apa yang dikatakan oleh Song loya cu memang tidak salah
Jangan kata tenaganya memang belum pulih. Seandainya menggunakan sebatang
pedang pun, kekuatannya akan seperti dua orang yang berlainan," tukasnya.
Yok Sau Cun melirik ke arahnya. Entah apa maksud ucapannya itu" Sinar mata Song
Bun Cun menatap gadis itu dingin.
"Apa maksud perkataan kouwnio ini?" tanyanya ketus. , Ciok Ciu Lan tertawa
lebar. "Sau cengcu, Ciek Congkoan, serta para . Cianpyve yang hadir di sini Aku
memberanikan diri untuk menanyakan satu hal Apabila seseorang terkena racun
pembuyar tenaga. dan sudah pulih kembali, apakah ia akan kehilangan ingatannya
sehingga semua tidak tenngat kembali'"'.
Pengalaman Song Bun Cun dalam dunia kangouw masih cetek Dia tidak tahu arah
pertanyaan Ciok Ciu Lan Dia hanya merasa pertanyaan itu rada aneh. Berbeda
dengan Ciek Ban Cing Dia mengikuti Song Ceng San sudah berpuluh tahun. Pengalamannya
juga jauh lebih banyak. Hatinya tergerak.
"Lao siutidak mengerti penggunaan racun. Tapi kalau ditinjau dari biasanya
Selain racun penghilang ingatan, rasanya racun yang lain tidak mempunyai pengaruh seperti
itu. Mungkin kalau racun itu sedang kambuh, orangnya akan jatuh tidak sadarkan diri.
Namun setalah meminum obat penawar. Keadaannya akan kembali seperti biasa,"
sahutnya. "Terima kasih, Ciek Congkoan Apa yang kau katakan sudah cukup jelas. Kalau
menurut pendapat Ciek Congkoan, apakah racun dalam tubuh Song loya cu sudah
hilang semuanya?" tanya Ciok Ciu Lan kembali.
"Tadi Lao cengcu sudah menyatakan tiahwa kesehatannya sudah pulih Tentu saja
racun itu sudah hilang semua," sahut Ciek Ban Cing.
"Kalau begitu, mengapa Song loya cu tidak ingat lagi pembicaraannya dengan Yok
Toako hari itu" Seakan semuanya sudah terlupakan, mengapa kelakuannya bisa
seperti dua orang yang berlaman?" Dua kali dia mengatakan 'dua orang yang
berlainan', bahkan nada suaranya sengaja ditekankan pada bait tersebut seakan
sengaja menarik perhatian orang-orang yang hadir.
Wajah Ciek Ban Cing agak berubah. Tapi bagaimana pun, dia adalah orang yang
sudah berpengalaman Sebentar saja dia sudah kembali seperti biasa. Sedangkan di
mata Song Ceng San terlihat sekelebatan sinar yang garang.
"Kapan Lao siu melupakan kejadian hari itu?" tanyanya sinis.
Ciok Ciu Lan tertawa-tawa.
"Loya cu selalu menunggu orang yang mengemukakan lebih dahulu, baru teringat
kembali, betul kan" Misalnya, pertama kau menanyakan siapa suhu Yok Toako"
Kedua kali, kau menanyakan apa permintaan suhu Yok Toako" Ketiga kali,
terangterangan kau sendiri yang membuat penentuan bahwa Yok Toako harus
sanggup menerima satu jurus Hmu pedangmu dahulu, baru dapat mengabufkan
permintaan Suhunya Kau malah menganggap penentuan itu dikatakan oleh suhu Yok
Toako Keempat kali, hari itu kau menggunakan sebatang sumpit Lrntuk bertanding
dengan Yok Toako, kau malah berhasil mematahkan Ujung pedangnya Sekarang kau
menanyakan kepada putramu, apakah kau tidak perlu menggunakan pedang"
Berdasarkan empat kesalahan itu, bukan saja kau orang tua seperti tidak tahu apa
yang telah terjadi. Bahkan bagaikan dua orang yang berlainan," katanya.
"Tentang persoalan ini, mungkin saja Lao siu ada yang terlupa. Kouwnio
sepertinya menghitungnya satu per satu," sahut Song Ceng San sambil menampilkan senyuman
lebar. Ciok Ciu Lan ikut tersenyum.
"Kalau loya cu berkata demikian, anggap saja aku, gadis cilik ini sudah lancang
mulut Sebetulnya aku hanya mengingatkan para tamu yang hadir Aku ingat ketika
kecil, ibu sering menuturkan sebuah centa Ada seekor sngala tua Dia memakai
kulit harimau dan berkeliling di hutanhutan Banyak bi natang buas yang mengira bahwa
itu benar-benar seekor harimau ".
"Tutup mulut'" bentak Song Bun Cun marah "Apa maksud perkataan kouwnio ini'?"
tanyanya. "Aku hanya menyatakan sebuah kiasan saja. Kalau kau memang tidak suka
mendengarnya, baiklah . aku akan tutup mulut," sahut Ciok Ciu Lan.
"Ciok kouwnio, kau sungguh keterlaluan!" kata Song Bun Cun.
Ciok Ciu Lan tersenyum tipis.
"Percaya atau tidak adalah hakmu sendiri. Apakah Sau cengcu tidak terpikir, ada
seseorang yang memalsukan tulisan Song loya cu Sekarang ada .. Lebih aku tidak
mengatakannya." Dia menoleh kepada Yok Sau Cun. "Yok Toako, mari kita pergi".
"Kau juga terlalu keras kepala. Kedatangan kita ke Tian Hua san ceng adalah
untuk. mengantarkan obat penawar, dan ingin memohon bantuan Song loya cu agar
permintaan suhuku dapat terpenuhi," gerutu Yok Sau Cun.
Yok Sau Cun mendengus, kemudian dia tertawa geli.
"Yok Toako, sayang sekali. Kau telah salah alamat. Meskipun Song loya cu ini
mengucapkan berapa ratus kata, permintaan suhumu Juga tidak akan terpenuhi!"
serunya lantang. Belum sempat Yok Sau Gun menyahut, Ciek Ban Cing telah menghadang di
depannya dengan wajah berubah.
"Ciok kouwnio, nyalimu sungguh besar. Di depan Loa cengcu berani memandang
rendah Tian Hua san ceng. Apabila kau tidak menjelaskan kata-katamu tadi, Jangan
harap dapat meninggalkan tempat ini!" bentaknya keras Ketika itu dia sedang
membelakangi Song Ceng San, Song Bun Cun dan para tamu yang lamnya Meskipun
mulutnya mengeluarkan suara bentakan, tapi matanya berkedip kepada Ciok Ciu Lan.
Tentu saja Ciok Ciu Lan merrgerti Dia tertawa lebar Baru saja dia hendak
mengucapkan sesuatu. Terlihat Song Ceng San mengibaskan tangannya.
"Bang Cing, kalian tidak boleh menyusahkan Ciok kouwnio. Kalau dia memang
hendak pergi. Biarkan saja,' katanya.
'"Loa cengcu, Ciok kouwnio mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan di hadapan
para tamu dari berbagai partai besar Bagaimana kita boleh membiarkan dia pergi
tanpa penjelasan?" sahut Ciek Ban Cing.
"Sudahlah, sudahlahl" Sekali lagi Song Ceng San melambaikan tangannya "Biarkan
dia pergi.". "Song loya cu sungguh berjiwa besar. Tapi kalau aku tidak menerangkan maksud
perkataanku, bukankah aku akan dianggap sembarangan mengoceh saja'?" kata Ciok
Ciu Lan. "Ciok kouwnio, Cia hu sudah tidak perdebatkan lagi masalah ini. Apa sebetulnya
yang engkau inginkan'?" tanya Song Bun Cun garang.
Yok Sau Cun juga merasa Ciok Ciu Lan tidak benar Dia segera membuiuknya.
"Ciu lan, kau jangan berkata apaapa lagi," katanya.
Ciok Ciu Lan tidak memperdulikannya Suaranya semakin lantang.
"Sau cengcu, aku memang orang yang tidak mengenal sopan santun. Tapi kalau aku
pergi tanpa mengatakan sesuatu, takutnya Tian Hua san ceng akan mengalami
keruntuhan di depan mata ".
Song Bun Cun benar-benar panas mendengar perkataannya.
"Dengan mengandalkan kepandaian kau, Ciok Ciu Lan dapat meruntuhkan kejayaan
Tian Hua san ceng?" bentaknya sinis.
Yok Sau Cun tidak menyangka Ciok Ciu Lan begitu kurang ajar, dia tergesa-gesa
berdiri dan menjura dalam-dalam.
"Loya cu, Song heng, harap memang cayhe....".
"Rupanya Sau cengcu salah paham. Yang akan meruntuhkan keiayaan Tian Hua san
ceng bukan aku, tetapi kemungkinan besar Song loya cu mi sendiri," tukas Ciok Ciu Lan Kali
ini Song Ceng San tidak dapat menahan diri lagi.
"Bang Cing, Bun ji, mengapa kalian masih tidak mengusirnya dari sini?" bentaknya
keras sambil memalingkan muka. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Pasti ada maling yang tersinggung karena ucapanku, maka ingin diriku segera
diusir dari sini". "Cring!" Pedang Song Bun Cun telah terhunus dari sarungnya. Matanya mendeiik ke
arah Ciok Ciu Lan. "Ciok Ciu Lan, kalau kau masih mengoceh terus, Kongcumu akan membuat kau
mandi darah di tempat ini!" katanya sinis.
Bu cu taisu segera mendekati kedua orang itu dan merangkapkan sepasang telapak
tangannya. "Omitohud! Biar Pinceng menjadi orang tengah Kesalahan ada di pihak Li sicu ini.
Bengcu menganggap kau masih muda dan belum mengerti .".
Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Tampaknya Lao suhu yang sudah tua masih belum mengerti apaapa'" tukas gadis itu
dengan berani. "Bocah perempuan tidak tahu dirii Kau mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan
terhadap Bengcu, sekarang kau masih menghina Bu Cu taisu Tampaknya kau
memang tidak memandang sebelah mata kepada kami1" bentak Hul Hung isu lantang.
Pedang di tangan Song Bun Cun diulurkan ke depan Ciek Bun Cing segera
menghalanginya. "Sau cengcu tidak boleh menggerakkan pedang. Maksud Lao siu dia sengaja
memfitnah Lao ceng cu di hadapan orang banyak Menurut peraturan dunia kangouw,
maka dia harus menjelaskan semuanya agar terang Kalau dia tidak dapat
mengemukakan alasan yang tepat, kita baru boleh turun tangan terhadapnya," kata
Ciek Ban Cing sambil men|awil ujung lengan baju Song Bun Cun secara diamdiam,
Hati pemuda itu terpana. "Ciok Ciu Lan, kau anggap Tian Hua san ceng tempat apa sehingga kau boleh
sembarangan mengoceh" Kalau kafi tidak menjelaskan semuanya di hadapan para
tamu ini, tampaknya Yok Sauhiap juga tidak sanggup melindungi dirimu lagi," kata
Ciek Ban Cing lantang. "Apakah Ciek Congkoan benar-benar mgin aku mengatakannya?" tanya Ciok Ciu Lan
santai. "Ban cing, mengapa kau masih tidak menggiringnya keluar" Apakah harus lohu
sendiri yang turun tangan'?" bentak Song Ceng San marah.
Ciok Ciu Lan meliriknya dengan ujung mata Bibirnyatersenyum mengejek.
"Mengapa" Kau mulai ketakutan?" tanyanya.
Wajah Song Bun Cun merah padam ka rena marah Dadanya hampir meledak Tapi
sekali lagi dia terpaksa menahan diri karena kedipan mata Ciek Ban Cing Song Bun
Cun

Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu congkoannya itu banyak pengalaman. Otaknya juga sangat cerdas Sekali
lagi dia mengedipkan matanya sebagai isyarat, tentu mengandung maksud tertentu
Karena itu, Song Bun Cun menggertakkan giginya dan menyabarkan diri.
Hui Hung i su bangkit dengan mata mendelik.
"Budak cilik, kau. .!".
Wi Ting sin tiaw cepatcepat menarik Hui Hung i su agar duduk kembali.
"Harap toheng jangan marah Urusah ini biar diselesaikan oleh Ciek Congkoan,"
katanya. r Ciok Ciu Lan tertawa sumbang.
"Song toya cu, kau pernah menjabat sebagai Bulim bencu. Namamu menggetarkan
dunia kangouw Di Bulim kau selatu dihormati dan disanjung. Kau disebut jago nomor
satu. Sekarang kau menetap di Tin Hua san ceng dan menutup diri Selama mi kau
jarang menenmatamu luar, bukan?" tanyanya.
Tiba-tiba nada suaranya berubah, sopan dan sangat menghormat Song Ceng San
mengelus jenggotnya Mulutnya berdehem datar Ciok Ciu Lan tetap tersenyum lebar
"Kalau memang Song loya cu ingin menenangkan diri dan dunia rarnai, apa lagi kau
menetap di Tian Hua san ceng, mengapa kau harus mengenakan topeng kulit
manusia'?" tanyanya.
Mendengar kata-kata Ciok Ciu Lan, wajah setiap orang yang ada di ruangan itu
berubah seketika Bulim toa lo Song toya cu mengenakan topeng kulit manusia" Di
an tara orangorang yang ada di ruangan itu, hanya Song Bun Cun dan Yok Sau Cun yang
pengalamannya masih cetek. Sedangkan yang lainnya merupakan tokohtokoh yang
sudah banyak makan asam garam Mereka segera mengerti apa yang dimaksud oleh
Ciok Ciu Lan Seandainya Song Ceng San yang ada di hadapan mereka sekarang
benar-benar mengenakan topeng kutit manusia, tentunya dapat dipastikan dia
adalah Song loya cu patsu. Tangan Song Ceng San kembali mengelus jenggotnya Matanya menatap tajam ke
arah gadis itu. "Budak cilik coba katakan, bagaimana kau bisa melihat kalau Lao Si mengenakan
topeng kulit manusia?" tanyanya dengan suara berat.
Mendengar nada bicaranya, dia seakan sudah mengakui bahwa dia memang
mengenakan topeng kulit manusia.
"Para tamu yang hadir adalah tokohtokoh dan sebagian delapan partai besar Dengan
kedudukan seperti Song loya cu, tentu tidak ada yang menaruh curiga Berbeda
dengan diriku Aku sudah mengikuti ibu berkelana di dunia kangouw sejak kecil, berbagai
macam manusia sudah pernah ku ternui Tadi kau menuang obat penawar ke dalam
telapak tanganmu, tindakanmu itu hanya purapura saja Obat itu sama sekali tidak
kau minum Hatiku sudah langsung curiga Tepat pada saat itu, aku melihat kau
mengangkat ta nganmu dan berbuat seakan kau sudah meminum obat itu Warna pada
lehermu dan wajahmu sangat berbeda Hanya orang yang mengenakan topeng kulit
manusia baru terlihat perbedaan warna kulit seperti itu..." Dia menarik nafas
panjang baru kemudian melanjutkan kembali "Kemudian, berkalikali Kau lupa apa yang
pernah kau ucapkan dengan Yok Toako. Kau bagai dua orang yang berlainan. Waktu
itu aku segera mengetahui bahwa kau bukan Song loya cu yang sesungguhnya, tapi
wajahmu mengenakan sehetai topeng kulit manusia yang dibuat serupa dengan Song
Loya cu.". Ciek Ban Cing menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Kalau soal ketelitian, memang kaum perempuan lebih cermat Sedangkan aku sen
diri, meskipun merasa Lao cengcu agak aneh, tapi tidak terpikir sampai sejauh itu,"
katanya lirih. Mendengar kata-kata itu, Song Ceng San segera tertawa terkekeh-kekeh Kepalanya
manggut-manggut. "Bocah cilik, pandangan matamu memang tajam. Lao siu memang mengenakan
topeng kulit manusia." Tangannya perlahanlahan diangkat. Dan bagian lehernya,
dia menarik ke atas. Terlihat sehelai topeng kulit manusia terkelupas secara utuh
Begitu topengnya terbuka, semua orang dapat melihat bahwa yang duduk di hadapan mereka
me mang bukan Song loya cu. Alisnya pendek, matanya berbentuk segitiga Wajahnya
kecil dan panjang Tampaknya berusia sekitarlima puluhan Bibirpya mengembang
secarik senyuman dingin. Tidak ada seorang pun yang pernah mengenalinya Bengcu berubah menjadi orang
lain Tentu saja Bu Cu taisu dan semua yang hadir terpana Saking terkejutnya,
mereka bangkit dari kursi serentak.
Mata Song Bun Cun mendelik besar. Pedang di tangannya diangkat Kakinya maju
satu langkah. "Kau... siapa engkau?" bentaknya.
Ciek Bang Cing segsra memegang tangan pemuda itu dan membujuknya.
"Sau cengcu tenangkan hatimu" katanya.
Muka yang tipis dan panjang itu datar sekali. Senyumannya juga sangat dingin
menggidikkan siapa pun yang memandangnya.
"Lohu adalah Suo Yi Hu Baru pertama kali mi berjumpa dengan kalian," ujarnya
sambil menjura. Ciok Ciu Lan tertawa dingin.
"Long san it pei (Sejenis binatang yang langka dengan kaki depan pendek dan
biasanya selalu menumpu di belakang srigala sebagai penuntun jalan) adalah julukan yang
diberikan orang padamu," katanya.
"Pandangan kouwnio ternyata amat luas. Sampai julukan Lohu pun, engkau tahu,"
sahut Suo Yi Hu. Tampaknya selain Ciok Ciu Lan, tidak ada lagi yang tahu asal usul laki-laki yang
menyamar Song Ceng San itu.
"Di mana ayahku?" tanya Song Bun Cun.
Suo Yi Hu mengeluselus jenggotnya de ngan tenang Bibirnya tersenyum senyum.
"Harap sau cengcu jangan khawatir Song loya cu baikbaik saja ".
"Di mana Cia hu sekarang?" bentak Song Bun Cun sekali lagi.
"Song loya cu berada di kediaman majikan lohu Dia dianggap sebagai tamu agung,"
sahut Suo Yi Hu. Sinar mata Ciek Ban Cing seperti anak panah yang siap meluncur.
"Manusia she Suo. Sebetulnya rencana busuk apa yang akan kalian jalankan'" Lebih
baik katakan saja terus terang." katanya lantang.
Suo Yi Hu tertawa sinis. "Majikan lohu sangat mengagumi Song loya cu. Maka dan ttu sengaja mengajaknya
menetap di tempat kami Tidak ada rencana busuk seperti yang kau duga " sahutnya.
"Baik Kalau begitu, tolong felaskan siapa majikanmu dan di mana tempat
tinggalnya?" tanya Ciek Bun Cing sekali lagi.
"Tentang ini harap maafkan Ketika hengte datang kemari, majikan tidak memben
pesan apaapa Hengte tidak berani mengatakannya," sahut Suo Yi Hu.
"Apakah saudara tahu tempat apakah ini?" tanya Ciek Ban Cing.
Suo Yi Hu tertawa kering.
"Hengte datang ke sini bukan baru sehari dua han, bagaimana tidak tahu tempat
apa ini?" sahutnya. "Kalau tahu bagus. Matah ini seandainya kau tidak menjelaskan segalanya. jangan
harap keluar dan tempat ini'" kata Ciek Ban Cing tajam.
Suo Yi Hu mengenakan kembali topeng kulit manusianya. Dia tertawa.
"Hengte sama sekali tidak berniat meninggalkan tempat ini," sahutnya. Dengan
tenang dia merapikan topeng di wajahnya "Hengte.
menerima perintah dari majikan datang ke Tian Hua San ceng sebagai sandera. Satu
hari Song loya cu tidak kembaii, hengte juga tidak akan pergi dari sini.".
Tampaknya dia sengaja mengenakan kembali topeng kulit manusia itu karena ingin
melanjutkan peranannya sebagai Song Ceng san Song Bun Cun marahsekali Uraturat
wajahnya bertonjolan Pedangnya ditudingkan ke depan.
"Manusia she Suo! Lekas buka kembali topengmu!" bentaknya.
Suo Yi Hu meliriknya sekilas.
"Sau cengcu, hengte mendapat tugas menyamar sebagai Song loya cu Bukan karena
kemauanku sendiri.". "Manusia busuk! Seandainya kau masih belum mau melepaskan kedok wajahmu itu,
jangan salahkan kongcumu segera turun tangan!" kata Song Bun Cun.
"Sebelum Song loya cu diantarkan kembali, kedudukan hengte pasti aman dan kuat.
Tidak mungkin Sau Cengcu akan menusuk hengte untuk menyelesaikan persoalan
bukan?" sahutnya sambil tersenyum simpul.
Song loya cu berada di bawah kekuasaan mereka, Meskipun sebesar apa kemarahan
orangorang itu mereka tetap tidak berani membunuh Suo Yi Ku.
"Kongcu, harap sabarkan hati," kata Ciek Ban Cing,.
"Suruh orang itu melepaskan kedoknya lebih dahulu Nanti baru kita bicarakan lagi
haj lainnya!" Tentu dia marah sekali melihat seseorang menyamar sebagai Song loya cu
di hadapannya. "Kadatangan hengte kali ini adalah untuk menjaga agar derajad Song loya cu agar
tidak jatuh di mata orang luar Dengan adanya hengte yang menyamar sebagai dia, ten tu
tidak akan ada yang menduga kalau Song loya cu sudah ditawan pihak musuh
Seandainya Sau cengcu berkeras menyuruh hengte melepaskan kedok ini, aku past!
akan menuruti perkataanmu," sahut Suo Yi Hu Dia segera melepaskan topeng kulit
manusianya Wajahnyayang asli pun terlihat.
"Saudara Suo menyamar sebagai Beng cu untuk mengelabui kami Dengan demikian,
surat undangan yang ditenma kelima partai kami juga buatan saudara Suo." kata Wi Ting
sin tiaw. "Hengte tidak mempunyai bakat seperti itu. Rasanya belum sanggup menirukan
tulisan tangan Song loya cu, tapi hengte memang tahu urusan ini.".
"Omitohudi" seru Bu Cu taisu sambil merangkapkan tangannya. "Apakah majikan sicu
yang memalsukansurat tersebut?" tanyanya.
"Baguslah kalau cuwi sudah tahu," sahut Suo Yi Hu dengan nada berat.
"Majikan sicu mengundang kami sekalian dengan memalsukan nama Song loya cu.
Sebetulnya mengandung maksud apa?" tanya Kan Si Tong.
Suo Yi Hu cenger cengir. "Tentang itu, hengte hanya mendengar sedikit," sahutnya.
"Coba kau utarakan kepada kami," kata Su Po Hin.
"Majikan hengte mengundang kalian keman karena in gin mengumumkan suatu
hal.." sahut Suo Yi Hu.
"Mengemukakan tentang apa?" tanya Su Po Hin.
"Hengte juga kurang jelas. Lebih baik cuwi tunggu sejenak Mungkin pengantarsurat
sebentar lagi akan tiba di sini," sahut Suo Yi Hu.
"Bagus sekali' Manusia she Suo' Kau ingin lohu turun tangan atau menyerah secara
baikbaik?" tanya Ciek Ban Cing.
Suo Yi Hu tersenyum tipis.
"Hengte pernah mengatakan, selama Song loya cu masih di tangan majikan kami,
maka keselamatan hengte juga akan terjamin," katanya.
Ciek Ban Cing mendengus dingin.
"Kau kira dengan adanya Lao cengcu kami di tangan majikanmu, maka kami tidak
berani turun tangan" Kau sendiri yang mengatakan bahwa Song loya cu diperlakukan
sebagai tamu agung di kediaman majikanmu. Sedangkan kau hanya seorang pesuruh
yang diutus menyamar sebagai Lao cengcu kami Seandainya kami membunuh
engkau, rasanya tidak mungkin majikanmu akan mence|akai tamu agungnya demi
seorang keroco macam engkau," sahutnya tenang.
Suo Yi Hu terpana. Dia menganggukkan kepalanya.
"Hengte memang tidak berpikir sejauh itu," katanya.
Ciek Ban Cing tertawa sinis.
"Bukankah lebih baik kau menyerah saja?".
Suo Yi Hu mengerling sekilas kepada Ciek Ban Cing.
"Apakah Ciek Congkoan bermaksud ber gebrak dengan hengte?" tanyanya.
"Lao siu akan meringkus dirimu " sahut Ciek Ban Cing datar.
"Apakah kau tahu siapa julukan hengte?".
"Long san it pei".
"Tidaksalah " Keduajaritangannya meng garukgaruk bawah bibirnya yang berjenggot
tipis "Tentunya kau tahu bahwa binatang pei selamanya tidak berjalan sendiri".
Ciek Ban Cing tertawa dingin.
"Maksudmu, akan ada orang yang me wakili dirimu turun tangan?".
Suo Yi Hu mengangkat bahunva dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Orang she Ciek ini akan meringkus diri mu terlebih dahulu, nanti kita lihat
siapa yang akan mewakili dirimu turun tangan," kata Ciek Ban Cing sambil berjalan dengan
langkah lebar menghampin orang itu Baru saja perkataannya selesai lima jari
tangannya segera terulur dengan kecepatan yang mengagumkan mencengkeram bahu
Suo Yi Hu. Cakarnya itu memang merupakan senjata andalannya Apalagi dia melakukan dengan
kecepatan tinggi, namun, terlihat bayangan tubuh memutar Dengan mudah Suo Yi Hu
melepaskan diri. Tepat pada saat itu, tampak tirai penghubung disingkapkan Seorang pemuda
berpakaian hijau menyerbu masuk. Dia menghadang di depan Ciek Ban Cing Kalau
menilik dari pakaiannya, tentu dia adalah salah satu pelayan di Tian Hua san
ceng Mata Ciek Ban Cing memperhatikannya sekilas Terlihat seorang pemuda berusia dua
puluh delapan tahunan dengan wajah hitam dan bibirnya menyunggingkan senyuman
tipis Matanya seperti burung elang Berhidung betet Raut mukanya kurus, membuat
perasaan orang yang memandangnya menjadi tidak enak.
Mata Ciek Ban Cing menatap sekilas lagi orang itu dan atas sampai bawah. Semua
pelayan atau tukang kebun di Tian Hua sang ceng dihapalnya betul Hanya yang satu
ini belum pemah dilihatnya. "Siapa kau?" bentaknya , "Apakah Ciek Congkoan tidak mengenal hamba?".
"Kau bukan orang Tian Hua sang ceng'" kata Ciek Ban Cing tegas.
"lya," sahut orang berpakaian hij'au Ucapan 'iya' yang disebutkannya
membingungkan setiap orang Apakah berarti bahwa dia adalah orang Tia Hua san
ceng" Atau mengiakan bahwa dia memang bukan penghuni perkampungan itu".
"Kau adalah komplotan manusia she Suo itu Kapan kau menyelinap ke dalam Tian Hua
san ceng?" tanya Ciek Ban Cing.
"Dia memakai pakaian yang sama dengan semua pelayan atau pekerja di sini Hal ini
membuktikan bahwa dia orang Tian Hua san ceng. Sedangkan semua orang Tian Hua
san ceng, hanya dipilih oleh Ciek Cangkoan," sahut Suo Yi Hu.
Hati Ciek Ban Cing panas sekali.
"Bagus sekalii" bentaknya Tiba-tiba tangannya dikembangkan dan dihantamkan ke
dada orang tadi. Perlu diketahui bahwa Ciek Ban Cing adalah seorang tokoh kelas satu dari Eng
Jiau bun Serangannya ini memang sengaja untuk mendesak lawan. Tenaga yang
digunakannya sebanyak tujuh bagian. Sekali tangannya dikaluarkan, ssgera terasa
angin menderu Meluncur dengan cepat ke depan. Karena jarak mereka sangat dekat,
begitu serangan itu dikeluarkan, tiada orang yang akan menyangka, tapi mereka


Pedang Pusaka Dewi Kahyangan Sian Ku Po Kiam Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua tahu sampai di mana kehebatan ilmu telapak tangan Ciek Ban Cing.
Manusia berpakaian hijau itu tidak mengatakan apaapa Dia juga tidak berusaha
untuk menghindarkan diri Dengan gerakan yang sama, telapak tangannya dikembangkan
dan menyambut serangan Ciek Ban Cing dengan kekerasan.
Dalam bentrokan ini, yang satu melancarkan serangan. sedang yang lain menyambut,
tentu saja dengan cepat kedua telapak tangan itu beradu.
"Blam!!!" Tampaknya kedudukan mereka seimbang karena keduanya terdesak mundur
satu langkah Ciek Ban ing sempat termangumangu.
"Orang ini usianya masih sangat muda, namun kekuatan tenaga dalamnya tidak kalah
dengan aku Dengan kepandaiannya sekarang, tampaknya dia bukan seorang bubeng
cut (prajurit tanpa nama). Mengapa aku tidak pernah mendengar tentang orang ini
di dunia kangouw?" pikirnya dalam hati. Dia segera mengembangkan telapak tangannya
sekali lagi. "Terimalah serangan lao siu ini!" teriaknya.
Kedua belah bahunya ditegakkan Bentuk tubuhnya yang memang tinggi bssar
semakin mengembang Dia menggunakan sebuah jurus andalannya Tenaga dalamnya
dikumpulkan sebanyak sepuluh bagian Tujuan serangannya adalah muka orang
berpakaian hijau itu. Karena jarak mereka sekali ini agak berjauhan, dia sengaja
memamerkan kekuatan telapak tangannya.
Laki-laki berpakaian hijau itu tetap tidak menyahut sepatah pun Lengan sebelah
kirinya diulurkan dia menggerakkannya ke arah atas dan menyambut telapak tangan
Ciek Ban Cing seperti semula Ciek Ban Cing jadi marah sekali.
"Sungguh seorang manusia yang tidak tahu arti kematian!" katanya Telapak
kanannya masih menuju ke depan, kaki kirinya menendang mengarah ke bagian perut
lawan. Manusia berpakaian hijau itu tidak tampak panik, Lengan kinnya masih diarahkan
ke atas. Melihat kedatangan tendangan kaki Ciek Ban Cing, tangan kanannya segera
dikibaskan ke bawah Kecepatan mereka sama. Dalam waktu singkat, seluruh anggota
tubuh mereka saling membentur.
"Blam! Blam'" Terdengar suara keras dua kali berturut-turut.
Kekuatan telapak tangan kiri manusia berpakaian hijau itu masih kalah sedikit
dari Ciek Ban Cing, tubuhnya terpelanting ke tanah, tapi sebelumnya lengan kanannya
sempat menangkis tendangan kaki lawan. llmu 'yang digunakannya adalah "Sua teng
kio han" (Memantulkan suara di atas gunung). Semakin kuat serangan lawan, 4paka daya
tangkisnya pun semakin Kuat. Apalagi tangkisan lengannya tadi tepat di bagian
dalam paha Ciek Ban Cing. Tanpa dapat dicegah, tubuh Ciek Ban Cing terpental jauh.
Dia hanya merasakan bagian dalam pahanya nyeri sekali Hampir saja dia tidak
sanggup bangkit Song Bun Cun segera menghampiri dan memapahnya.
"Bagaimana keadaan Ciek Congkoan?" tanyanya.
Ciek Ban Cing menggertak gigi.
"Tidak apaapa Lao siu hanya mengalami luka iuar yang tidak berarti".
Manusia berpakaian hijau itu juga sedang berusaha berdiri. Tubuhnya yang
mendeprok di tanah ditumpu dengan kedua telapak tangannya Tenaganya disaiurkan
dan sekali hentak, tubuhnya melesat ke arah luar Kebetulan dia lewat di samping
Su Po Hin Pedang di tangannya segera bergerak, menuding ke arah leher laki-laki itu.
"Apakah kau bermaksud kabur?" bentaknya.
Tepat pada saat itu, tirai penghubung bsrgoyang, sesosok bayangan hijau kembali
menyerbu ke dalam ruangan. Yok Sau Cun dan Ciok Cm Lan sudah menepi ke bagian
sudut Mereka berdiri bahu membahu.
"Tampaknya orang ini juga komplotan penjahat itu," kata Yok Sau Cun dengan nada
lirih. "Kemungkinan besar Tian Hua san ceng sudah dimasuki komplotan mereka," sahut
Ciok Ciu Lan. Wajah Suo Yi Hu mengembangkan senyuman licik Tangannya menjentik perlahan
Tampak manusia berpakaian hijau yang datang belakangan berkelebat Pedangnya
diputar Smarnya menyilaukan mata Dengan pesat menangkis pedang Su Po Hin yang
terarah di ieher manusia berpakaian hijau yang pertama Seakan orang tersebut
sudah menjadi tanggungannya. Su Po Hin yang melihat kedatangan manusia berpakaian hijau yang kedua itu dengan
sekali gerak sudah berhasil membebaskan kaki tangannya, menjadi marah seketika
Pedangnya ditarik kembali.
"Apakah kau kira aku tidak berani membunuhmu?" bentaknya keras.
Tangan kin laki-laki itu masih menggantungkan pedangnya di udara Dia menatap Su
Po Hin dengan pandangan dingin Mulut nya tidak berkata apa-apa.
Pedang di tangan Su Po Hin digetarkan.
"Su Po Hin tidak membunuh Bu Beng siau cut Laporkan namamu " katanya.
Manusia berpakaian hijau itu tertawa dingin.
"Dengan mengandalkan Butong kiam hoat, kau masih betum sanggup membunuh
aku. Buat apa melaporkan nama?" sahutnya ketus.
Sifat Su Po Hin memang rada angkuh Mendengar ucapan itu, hatinya panas sekali.
Dia tertawa terbahak-bahak.
"Kalau begitu, cobalah Butong kiam noatku ini." Tenaknya.
Pedangnya yang lurus terulur kirakira tiga empat cun di hadapan manusia ber
pakaian hijau. Pergelangan tangan digoncangkan, getarannya menimbulkan suara
menggelegar dan menimbulkan segulungan sinar pedang.
Manusia berpakaian hijau itu menatap de ngan tenang.
"Bertarung dengan mengadu nyawa, buat apa harus memakai jurus anak kecil seperti
itu?" sindirnya tajam. Tiba-tiba tangannya bergerak, kelebatan pedangnya menerjang ke
daiam gulungan sinar pedang Su Po Hin Jurus ini, ternyata sangat hebat.
Su Po Hin terkejut mendengar nada bicaranya yang seakan memandang remeh
Butong kiam hoat. Dia semakin marah Tetapi pedang lawan sedang menuju lurus ke
arahnya, dia tidak berani menganggap enteng lawannya itu Kakinya mundur setengah
langkah, pedang panjang dihunjamkan ke depan dan membuat sebuah lingkaran.
llmu yang dimainkan manusia berpakaian hijau itu sangat istimewa. Dia tidak
menghindar, tapi malah memasukkan pedangnya ke dalam lingkaran pedang Su Po
Hin Gerakannya seakan sengaja diciptakan untuk mengimbangi Butong Kiam hoat
Hampirnampir Su Po Hin tidak mempunyai kesempatan untuk membalas. Lawannya
menyerang tiga kali, dia juga terdesak mundur tiga langkah.
Namun tardesaknya dia malah membawa keberuntungan Dia sempat berpikir dalam
keadaan tenepit Cepatcepat dia mengatur nafasnya dan menenangkan hatinya
Pergelangan tangannya diangkat LambaMam bat dia merubah gerakannya.
Su Po Hin adalah sute dari Butong Ji cu totiang. llmunya cukup lihai Meskipun
dia senng berkelana di dunia kangouw, tap! kebanyakan menerima tugas dan suhengnya
atau menolong orang yang kesusahan. Karena dia adalah sute dari Ciang bunjin
Butong pai, maka para kawanan Bulim juga memandangnya dari sudut yang lain Dia
selalu dihormati dan jarang bertarung dengan orang. Oleh sebab itu,
pengalamannya dalam bertarung memang kurang banyak.
Dia sudah berusaha sekuat tenaga Pertamatama dia mulai dapat mengimbangi
manusia berpakaian hijau itu, tetapi karena kurangnya pengalaman itulah
berkalikali dia terkecoh. Setiap gerakan atau serangan yang dikeluarkan oleh manusia berpakaian
hijau selalu diduga salah olehnya Beberapa kali dia mengira orang itu akan
menusukkan pedangnya, tetapi setelah dekat tiba-tiba berubah menjadi tendangan.
Su Po Hin merasa dipermainkan, dia berang sekali Apalagi ketika dia melihat baju
bagian dadanya terkoyak sedikit oleh sabetan pedang manusia berpakaian hijau
itu. "Manusia [ahat, jangan kira aku manusia she Su takut kepadamu'" tenaknya sambil
bersikap menerjang kembaii.
Manusia berpakaian hijau itu menarik kembaii pedangnya Dia mundur dua langkah,
tatapan matanya memandang Su Po Hin dengan tajam.
"Yang tadi itu, hanya merupakan setitik pelajaran bagimu. Kalau aku memang
bersungguhsungguh, yakin hari ini kau tidak bisa kembaii lagi ke Butong san
untuk selamanya," sahutnya sinis Pedangnya sekali lagi berkelebat Sinarnya membuat
mata menjadi silau. Su Po Hin kelabakan, Dia terdesak mundur dua langkah Tepat pada
saat itu, kepala Song Bun Cun menoleh ke arah Suo Yi Hu Pandangannya dingin
menusuk. "Berapa banyak kaki tanganmu yang menyusup ke dalam Tian Hua sang ceng kami?"
tanyanya sinis. Suo Yi Hu tertawa lebar. "Hengte menyehnap ke dalam kediaman Sau ceng cu memang harus menyediakan
beberapa anak buah agar semua yang tidak diinginkan dapat terhindar Hai ini juga
tidak merupakan kesalahan hengte bukan?" sahutnya.
Hawa pembunuhan perlahanlahan naik ke atas kepala Song Bun Cun.
"Berapa jumtah keseluruhannya'" Suruh mereka keluar sekaligus!".
Suo Yi Hu mundur satu langkah ketika melihat pemuda itu mendekatinya.
"Apa yang hendak Sau cengcu lakukan?" tanyanya.
Wajah Song Bun Cun kaku sekali. Kemarahannya telah sampai di puncak.
"Tadi Ciek Congkoan sudah mengingatkan diriku, bahwa membunuh dirimu sama
sekali tidak membahayakan keselamatan cia hu Kalau kau memang masih mempunyai
sisa kaki tangan di sini. Sekalian suruh mereka keluar Malam ini, pertama tama
aku ingin membasmi penyelusup Tian Hua san ceng, termasuk dirimu Setelah itu... aku
akan mencari majikan kalian. .!" katanya.
Kata-katanya diucapkan sepatah demi sepatah. Menimbulkan kekerasan hatinya. Suo
Yi Hu berusaha menenangkan hatinya.
"Dengan membunuh hengte, sama sekali tidak menguntungkan Tian Hua san ceng,"
sahutnya. "Meskipun membunuhmu tidak membawa keuntungan bagi Tian Hua san ceng, tapi
setidaknya aku dapat mengunjukkan pada dunia Bulim, bahwa Tian Hua san ceng
sama sekali tidak boleh dihina Siapa yang memasuki Tian Hua san ceng dengan cara
menyelusup seperti ini, akan menerima kematian," sahutnya tegas.
"Kau terlalu gegabah, jangan lupa bahwa Song loya cu masih berada di tangan
pihak kami," kata Suo Yi Hu.
"Majikanmu menawan Cia hu, kemungkinan besar karena ingin menguasai dunia
persilatan. Nama Cia hu di dunia kangouw memang sudah tekenal. Majikanmu hanya
ingin mengunjukkan kekuasaannya dengan menawan Cia hu. Tapi dia pasti akan
memperlakukannya dengan baik. Sebagai manusia yang sedang mengembangkan
sayapnya, dia tentu tidak berani menimbutkan kemarahan orang banyak. Beful
tidak?" sahut Song Bun Cun. Suo Yi Hu mengeiuselus jenggotnya yang tipis. Kepalanya manggut-manggut.
"Tampaknya Sau cengcu telah memutuskan untuk membunuh hengte ".
"Tidak salah Aku membenkan kesempatan kepadamu " Dia menoleh kepada Ciek Ban
Cing "Ciek Congkoan, pinjamkan pedangmu," katanya. Dia melihat Suo Yi Hu tidak membawa
pedang Ciek Ban Cing segera mengiakan Dia mencabut pedangnya
dan disodorkan kepada laki-laki itu.
Suo Yi Hu menggelenggelengkan tangannya.
"Hengte tidak pernah menggunakan pedang, juga belum pernah bergebrak dengan
siapa pun juga.". "Kau tidak menggunakan pedang, aku memakai pedang Biarpun kau mengatakan
belum pernah bergebrak dengan siapa Juga, aku tetap akan turun tangan," kata
Song Bun Cun tegas. Suo Yi Hu mengangkat bahunya, dia tertawa kering.
"Kalau Sau cengcu tetap ingin turun tangan, pedang ton ada di tanganmu. Apa yang
bisa hengte katakan lagi?" sahutnya santai Dia masih tenang-tenang saja. Tarn paknya
dia mengira Song Bun un tidak berani membunuhnya.
Tangan Song Bun Cun telah menggenggam pedang panjang. Hawa pembunuhan
telah tersirat nyata. "Bagus! Ini permmtaanmu sendiri'" bentaknya Dia segera menggerakkan pedangnya.
Serangannya ini sudah diperhitungkan Dia menyerang bagian kening Suo Yi Hu.
Permainan pedang Sau cengcu dari Tian Hua san ceng tentu dapat diperkirakan
sampai di mana kehebatannya Meskipun di ruangan yang tidak berapa besar itu
masih ada sepasang manusia yang sedang bertarung, tapi perhatian semua orang lebih tertuju
pada Song Bun Cun dan Suo Yi Hu Karena merekalan pemeran utama malam Ini.
Apa yang dikatakan oleh Suo Yi Hu memang tidak salah. Dia tidak pernah bergebrak
dengan siapa pun Dia tidak menangkis ataupun membalas serangan Song Bun Cun.
Juga tidak menghindar Seakan sedang menunggu kematian di tangan pemuda itu.
Batok kepalanya bukan terbuat dari besi Seandainya dari besi pun dengan kekuatan
dan kepandaian Song Bun Cun, meskipun tidak tarputus, tetap akan somplak sebagian
besar. Sinar pedang berkilauan. Jarak antara pedang itu dengan batok kepala laki-laki
itu tinggal iima cun, tapi Suo Yi Hu masih tidak bergerak. Setiap mata yang ada di
ruangan itu tertumpu padanya. Apakah Long san itpei datang ke Tian Hua san ceng
memang untuk mengantarkan nyawanya".
Limacun adalah jarak yang sangat dekat, tapi ketika jarak pedang itu tinggal
satu cun, wajah Long san itpei Suo Yi Hu dipalingkan ke kin Tebasan pedang lewat persis di
samping telinganya. Dengan demikian, pedang Song Bun Cun telah luput dari sasarannya Menunggu
sampai pedangnya ditarik kembali, kepala Suo Yi Hu sudah tegak seperti sedia
Mutiara Hitam 11 Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Bayangan Dewa 3
^