Pencarian

Pedang Pusaka Naga Putih 4

Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


"Tentu saja! Bahkan sudah seharusnya, Dengarlah, anak bodoh,
gurumu Seng Bouw Nikouw juga berada di sana."
"Betulkah ini.?" Hong Ing berseru girang.
"Siapa yang membohong?" bentak Biauw Niang-niang. Kini
keragu-raguan di hati Hong Ing lenyap. Hatinya diliputi perasaan
ingin tahu sehingga ia ikut Biauw Niang-niang g tanpa membantah
lagi. Ketika mereka keluar dari kota, beberapa belas li dari situ,
mereka bertemu dengan serombongan pahlawan kaisar yang
menyusul mereka. Biauw Niang-niang yang ternyata mempunyai
pengaruh besar, tanpa keterangan apa-apa segera memerintahkan semua pahlawan itu kembali bersama mereka.
Kepala rombongan memberi kuda-kuda terbaik untuk mereka,
sehingga perjalanan dapat dilanjutkan dengan cepat menuju ke
kota raja. Hong Ing yang selama hidupnya belum pernah melihat ibu kota
yang besar dan indah itu, menjadi sangat kagum. Setelah
memasuki kota, rombongan itu memisahkan diri dan Biauw Niangniang mengajak kawan-kawannya menuju ke sebuah gedung
besar. Memang tepat sekali gedung itu diberi nama Istana Putih,
216 karena dicat serba putih dan tampak bersih indah. Di dalamnya
berhiaskan batu-batu marmer yang licin mengkilat. Hati Hong Ing
berdebar ketika memasuki istana itu. Istana putih ini memang
mewah dan indah. Dulu kaisar sengaja membangun istana ini
untuk seorang selirnya yang cantik dan manja bernama Yauw
Liang Kwei. Setelah merasa bosan dengan selir cantik itu, ia
membuangnya sebagai barang hadiah kepada seorang
hambanya, Kaisar lalu menganugerahkan istana putih itu kepada para kaki
tangannya yang berjasa untuk dijadikan tempat berkumpul,
bermusyawarah, dan beristhahat. Kedatangan Biauw Niang-niang
dan kawan-kawannya disambut dengan penuh penghormatan,
ternyata oleh Hong Ing bahwa tiga Iblis Wanita itu mempunyai
kedudukan sebagai pemimpin dan orang-orang gagah yang
berkumpul di istana patuh itu dan menamakan dirinya sendiri
"pembela-pembela negara pembasmi pengacau." Gedung besar
itu dibagi menjadi dua bagian. Bagian kanan diperuntukkan tamutamu lelaki dan tamu-tamu wanita menempati bagian kiri. Ketika
Biauw Niang-niang mengajak mereka menuju ke gedung kiri, Hong
Ing tiba-tiba merasa girang sekali ketika melihat bahwa benarbenar Seng Bouw Nikouwpun berada di situ, berkumpul dengan
beberapa orang wanita gagah lainnya!
"Subo!" Hong Ing memeluk garunya. Seng Bouw Nikouw balas
memeluk dan berkata, "Hong Ing, bagus sekail kau dapat ikut samwi suci ini untuk datang ke sini. Memang semenjak mendengar
tentang kematian orang tuamu itu, dan aku merasa khawatir sekali,
217 karena dengan tak sadar kau bergaul dengan segala pemberontak
dan perampok." "Tapi, subo, tecu belum pernah berkenalan dengan pemberontak
dan perampok!" bantah Hong Ing gemas. Biauw Niang-niang
tertawa gelak-gelak. "Belum pernah" Ah, anak bodoh. Kau anggap siapakah orangorang yang bertempur melawan kami itu" Mereka adalah
pemberontak-pemberontak, penjahat-penjahat dan perampok
yang hendak mengacau negara, hendak memberontak untuk
menjatuhkan Raja. Mereka itu hendak membasmi semua alat
pemerintah, semua pegawai negeri seperti ayahmu dulu."
Mendengar ucapan ini, Hong Ing mengerutkan keningnya.
Memang ia tak pernah memperhatikan tentang ketata-negaraan
dan politik, sehingga ia buta sama sekali tentang kegiatan-kegiatan
kaisar maupun para patriot. Mata sekarang ia merasa bingung
sekali. Han Liong dan kawan-kawannya itu anggauta
pemberontak" Ah, tak mungkin Han Liong orang jahat, apa lagi
perampok, hal ini sampai matipun ia takkan bisa percaya. Entah
kalau orang-orang tua yang mengaku menjadi guru-guru Han
Liong itu, kelihatannya juga berwatak keras dan galak! Melihat
muridnya hanya tunduk dan agaknya bingung, Seng Bouw Nikouw
menghibur. 218 "Sudahlah, Hong Ing, jangan kaupusingkan semua ini. Kau masih
terlalu muda untuk dapat mengerti. Kau tinggal saja dengan aku
disini dan. belajar ilmu silat lebih lanjut. Aku akan minta sam-wi cici
untuk membimbingmu, karena kepandaian mu masih terlampau
rendah, sedangkan dewasa ini banyak sekali orang-orang jahat
yang lihai berkeliaran."
Demikianlah, di bawah pengawasan Seng Bouw Nikouw dan di
bawah bimbingan Biauw Niang-niang yang lihai, Lie Hong Ing
belajar silat dengan rajin. Iblis wanita itu mengajarnya kiamhwat
dari cabang Ngo-lian-pai yang gerakan-gerakannya cepat, ganas
dan sigap itu. Dasar Hong Ing berotak terang, maka beberapa
bulan saja ia sudah dapat mewarisi banyak ilmu pedang yang
istimewa. Ia cerdik dan tahu bahwa gurunya dan semua orang di
Istana Putih adalah musuh Han Liong, maka tak pernah ia
menceritakan kepada mereka bahwa ia pernah mendapat ilmu silat
dari pemuda itu. Di sebelah kanan Istana Putih itu ada sebuah
rumah gedung bercat merah yang mewah dan tampak agung.
Pekarangan depannya lebar dan sekeliling rumah berdiri pagar
tembok yang tebal dan tinggi. Gedung ini adalah.tempat tinggal
seorang Cianbu (kapten) she Tan. Tan Cianbu adalah kapten dari
barisan pengawal kaisar yang berkepandaian tinggi dan
mempunyai tenaga besar. Ia juga seorang Han yang memang telah
berketurunan dari nenek-moyangnya dulu selalu menjadi orang
peperangan. Tan Cianbu terkenal bukan hanya karena ilmu
silatnya yang tinggi, tapi juga terkenal akan tabiatnya yang kasar,
terus terang dan jujur. Ia tidak suka akan hal-hal yang dirahasiakan
219 atau dilakukan secara diam-diam, maka biarpun ia tahu juga
bahwa istana putih di sebelah rumahnya adalah tempat berkumpul
para orang kalangan kang-ouw yang diam-diam membantu kaisar
dengan jalan menerima hadiah-hadiah berharga, namun ia tidak
perduli akan mereka ini dan tidak mau tahu lama sekali.
Memang kaisar mempunyai tentara pengawal sendiri, tapi di
samping itu, Co thaikam, pembesar kebiri yang rangat
berpengaruh pada masa itu, dengan diam-diam berhubungan
dengan orang-orang gagah itu dan ia menggunakan bujukan dan
harta untuk membuat mereka ini mau bekerja di bawah
perintahnya. Kaisar yang mengetahui hal ini tak lain hanya
menyatakan persetujuannya, karena Co thaikam menyatakan
bahwa orang-orang gagah itu perlu didekati dan dipergunakan
kepandaiannya untuk membasmi para pemberontak. Demikianlah,
maka terdapatlah dua rombongan pembela kaisar dan
pemerintahnya, yakni para pengawal kaisar merupakan tentara
dinas dan para orang-orang gagah dari kalangan kang-ouw yang
merupakan kelompok pembantu rahasia.
Tan Cianbu mempunyai seorang putera bernama Tan Un Kiong.
Un Kiong baru berusia tujuh belas tahun, wajahnya tampan dan
tubuhnya tegap. Tetapi sayang sekali, pemuda ini kelihatan ketololtololan dan dari kata-katanya menunjukkan bahwa ia bodoh sekali.
Ayahnya merata sengat sedih dan kecewa kalau melihat putera
tunggalnya ini. Ia sebenarnya sangat sayang dan cinta kepada
anak satu-satunya dan semenjak kecil dimanjakannya. Ketika
masih kecil, Un Kiong adalah seorang anak yang cerdik dan pintar.
220 Tetapi entah mengapa, setelah ia berusia tujuh tahun, mulailah
tampak perobahan pada dirinya, dan gejala-gejala penyakit tolol
mulai terlihat. Tan-Cianbu sengaja mengundang seorang guru
untuk mengajarnya ilmu surat menyurat,
Tetapi ternyata setelah berusia tujuh tahun, Un Kiong rupanya
malas sekali belajar. Apalagi kalau disuruh belajar silat, ia
menyatakan ketidaksenangannya. Pernah ayahnya sendiri
mencoba dan mengajarnya dasar-dasar ilmu silat, tetapi ia meniru
gerakan ayahnya dengan ngawur tidak keruan dan membuat
ayahnya gemas dan putus asa. Tetapi karena besarnya rasa
sayang pada anaknya, ia tidak bisa marah dan dibiarkannya saja
anaknya menurut kemauannya sendiri. Hal lain yang
mengherankan, semenjak kecil Un Kiong tidak mau tidur dengan
orang lain, biarpun dengan ibunya sendiri. Semenjak usia tujuh
tahun, ia menghendaki kamar sendiri dan tak boleh seorangpun
masuk ke kamarnya.! Berbeda dangan ayahnya yang sama sekali
tidak mau perduli dan tidak mau kenal dengan penghuni Istana
Putih, Un Kiong sering datang main-main kesitu.
Penjaga istana yang kenal baik padanya selalu menerimanya
dengan hormat, sedangkan para tamu yang terdiri dari orangorang gagah itu, walaupun sebal melihat pemuda tolol itu, namun
di depannya mereka tersenyum dan menghormat juga, karena
mereka tahu pula bahwa pemuda tolol itu adalah putera TanCianbu yang terkenal dan disegani. Pada suatu pagi, ketika Hong
Ing sedang belajar silat di bawah bimbingan Biauw Niang-niang,
tiba-tiba mereka berdua mendengus suara di tembok yang
221 memisahkan halaman Istana Putih dengan gedung Tan-Cianbu.
Mereka menengok segera dan melihat kepala seorang muncul dari
balik tembok. Ketika orang itu naik ke tembok, ternyata ia adalah
Tan Un Kiong yang naik dengan menggunakan tangga bambu.
Pemuda ini berdiri di atas tembok dengan sikap ketakutan, tapi
ketika melihat Biauw Niang-niang dan Hong Ing, ia tertawa sambil
memaksa dirinya berlaku tenang.
"Biauw suthai tolonglah aku," katanya sambil mendekam di atas
tembok, karena ia tidak berani berdiri lebih lama lagi di atas tembok
yang tinggi itu! "Eh, Tan-kongcu, kau hendak ke mana" Kau minta ditolong dalam
hal apakah?" jawab Biauw Niang-niang dengan sabar. Kalau lain
orang berani secara diam-diam masuk ke situ, pasti sedikitnya ia
akan kena damprat. "Biauw Suthai jangan marah... aku... aku mendengar suaramu
semua dari balik tembok dan mendengar suara angin pedang cici
ini bersuitan. Hatiku tertarik dan ingin melihat. Tidak tahu akan
tembok ini begini tinggi, aku..., aku tidak bisa turun lagi. Tolonglah
carikan tangga dan pasang di sini, agar aku bisa turun dan
menonton cici ini belajar ilmu silat."
Hong Ing hampir tak dapat menahan geli hatinya dan menahan
tertawa. Ah, alangkah tololnya orang itu. Baru dua kali ia bertemu
222 dengan Un Kiong ketika pemuda itu mengunjungi istana putih.
Biarpun bodoh dan tolol, pemuda itu tidak pemalu. Begitu bertemu,
ia berani mengajak bicara kepada Hong Ing dengan sikap yang
tulus dan jujur, hingga Hong Ing juga tidak malu menjawabnya.
Agaknya pemuda itu terlampau tolol untuk dapat bersikap kurang
ajar terhadap wanita! Tapi di dalam hatinya, Hong Ing memandang
rendah sekali kepada pemuda itu. Alangkah jauh perbedaan antara
Un Kiong dengan Han Liong! Mungkin hanya kecakapan wajah dan
keindahan pakaian sejalah yang ada pada Un Kiong dan tak usah
mengaku kalah, tapi jika dibicarakan tentang kepandaian, baik silat
maupun surat menyurat, Han Liong boleh diumpamakan emas dan
Un Kiong besi tua yaug berkarat!
"Tan-kongcu bukankah sudah pernah belajar silat" Bukankah
ayahmu seorang ahli silat ternama" Masakan tembok yang
sebegini tingginya saja kau tak mampu melompatinya?" Hong Ing
mengejek, sedangkan Biauw Niang-niang hanya berdiri
menertawakan. Un Kiong memandang Hong Ing dengan mata
terbelalak. Biarpun bodoh, tapi ia masih mempunyai rasa
kebanggaan. Mendengar kata-kata gadis itu ia tidak merasa bahwa
ia diejek, malahan merasa dipuji! Maka sambil tertawa haha-hihi ia
berkata, "Memang aku pernah belajar silat. Bahkan ayah telah
mendatangkan banyak sekali guru silat yang pandai. Aku pernah
diajar oleh ayah untuk melompat ke atas, tetapi melompat ke
bawah... ah sesungguhnya, belum pernah kupelajari. Entah
mengapa, untuk melompat ke bawah, baru melihat ke bawah saja,
223 hatiku sudah tidak karuan rasanya." Kini Hong Ing dan Biauw
Niang-niang tak dapat lagi menahan gelaknya. Un Kiong merasa
bahwa ia ditertawakan, maka ia berkata sambil mengangkat kepala
memandang, "Coba cici tolong memberi contoh, melompatlah ke atas tembok ini,
kemudian aku hendak memperhatikan caramu melompat turun
untuk kutiru" Biauw Niang-niang yang jarang melihat peristiwa lucu
seperti ini timbul kegirangannya dan ia menyuruh Hong Ing
meluluskan permintaan pemuda tolol itu. Dengan gerakan Huiniauw-coan-in atau Burung Terbang Menerjang Mega, ia melompat
ke atas tembok dan berdiri di dekat Un Kiong dan berkata,
"Bagus, bagus!" Pemuda itu lalu berdiri dengan hati-hati, tubuhnya
gemetar karena ia takut jatuh.
"Nah, lihatlah, aku hendak melompat turun!" kata Hong Ing yang
sengaja menggunakan tipu lompat Koai-liong-hoan-sin atau
Siluman Naga Jumpalitan. Ia jungkir balik dengan poksai yang
indah sampai tiga kali sehingga kakinya kelihatan sangat ringan
menginjak tanah. "Wah, gerakan cici sukar sekaki untuk ditiru. Mana aku bisa jungkir
balik macam itu. Biarlah aku melompat tanpa jungkir balik." Ia lalu
membuat gerakan meniru-niru sikap Hong Ing tadi, lain tubuhnya
melompat turun bagaikan batu jatuh!
224 Terdengar suara bedebuk kerae dan debu mengepul ketika pinggul
Un Kiong menimpa tanah dan pemuda itu mengaduh-aduh
beberapa kali. Untung baginya tidak ada tulangnya yang patah
atau kulitnya yang luka. Hong Ing dan Biauw Niang-niang tertawa
makin keras dan iblis wanita tua itu segera maju menolong Un
Kiong berdiri. Kemudian Hong Ing melanjutkan latihannya bermain
pedang dan ditonton oleh Un Kiong yang duduk di atas sebuah
batu penghias taman istana putih itu. Berkali-kali ia memuji-muji
keindahan gerak dan kelincahan Hong Ing. Lalu dengan
menggunakan setangkai kayu iapun bersilat meniru-niru gerakan
gadis itu, tapi gerakannya tak karuan sedangkan kuda-kuda
kakinyapun sering terbalik hingga kelihatannya sangat lucu! Pada
saat itu Kui Lan datang dengan wajah pucat,
"Celaka, subo!" katanya kepada Biauw Niang-niang setelah ia
berada di depan gurunya. "Kui Lan tenanglah. Ada apakah maka engkau demikian
ketakutan?" tegur Biauw Niang-niang.
"Subo, celaka. Semua kamar telah diperiksa orang malam tadi!"
"Apa maksudmu?" Kui Lan hendak menjawab, tapi tiba-tiba ia
tahan kata-katanya ketika melihat Un Kiong berdiri di dekat situ.
225 Wajahnya yang tadinya suram dan gelap diliputi kekhawatiran,
tiba-tiba menjadi terang ketika melihat pemuda itu.
"Eh, Tan siangkong, kaupun berada di sini?" tanyanya sambil
tersenyum genit hingga wajahnya yang hitam menjadi makin
buruk. Memang Kui Lan semenjak melihat pemuda tampan itu,
telah lama ia merasa tertarik dan hati padanya. Un Kiong mendapat
teguran manis ini tertawa-tawa dan dengan muka bodoh ia
menjawab,

Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Enci Lan yang hitam manis. Aku sudah lama disini menonton
latihan silat ini. Kau belum jawab pertanyaan Biauw Suthai." Kui
Lan baru ingat akan hal ini. maka buru-buru ia menghadap gurunya
lagi. "Subo, semua kawan memberi keterangan bahwa kamar mereka
tadi malam kedatangan orang jahat yang memeriksa seluruh
buntalan pakaian, seakan-akan mencari rahasia semua arang
disini. Bahkan kamar teccu juga tak terkecuali."
"Kamarku juga ada yang menggeledah," kata Hong Ing. Biauw
Niang-niang mengerutkan keningnya.
"Biarpun maling itu tidak berani memasuki kamarku, tetapi dengan
berhasilnya memasuki dan memeriksa semua kamar tanpa
226 diketahui, ia boleh dibilang licin juga. Kui Lan, coba panggil semua
orang berkumpul di ruangan tengah untuk mengadakan
perundingan." Kui Lan mengundurkan diri setelah melayangkan
sebuah kerlingan memikat kearah Un Kiong yang dibalas oleh
pemuda tolol itu dengan suara tertawa dan tarikan muka bodoh.
"Biauw Suthai, akupun pernah melihat maling masuk ke kamarku,
tetapi ia hanya mencuri sebuah celana usang," katanya kepada
iblis wanita itu. Biauw Niang-niang merasa kesal dan
membelalakkan matanya, tetapi melihat pemuda itu berdiri
tersenyum sehingga wajahnya yang muda itu tampak jadi semakin
tampan, lenyaplah hawa marahnya. Ia harus mengakui bahwa
pemuda itu sangat menarik dengan wajahnya yang berkulit putih
bersih, sepasang matanya yang tajam bersinar gembira, bibirnya
yang merah seperti bibir wanita, tetapi dagunya yang keras tajam
serta alis matanya yang berbentuk golok membuat ia tampak
gagah. Sayang pemuda seperti ini demikian dungu.
"Kalian hendak mengadakan pembicaraan tentang maling, baiklah
aku pulang saja, sekarang sudah waktunya makan pagi dan ayah
akan marah kalau aku tidak ada di rumah. Cici kalau mau latihan
pedang lagi, beritahulah aku, agar kita bisa latihan bersama-sama,
jadi lebih cepat maju!" Setelah menjura untuk memberi hormat,
pemuda bodoh itu berjalan pergi melalui pintu luar.
"Subo sabar sekali menghadapi pemuda bodoh itu," kata Hong Ing.
227 "Biarpun bodoh, ia putera tunggal dari Tan Cianbu yang telah
berjasa kepada kaisar. Dan tidakkah anak muda itu tampan
menurut pendapatmu?" Mendengar pernyataan ini, Hon Ing
merasa heran dan juga jengah serta jemu terhadap gurunya.
Karena Hong Ing dianggapnya sebagai murid yang masih baru,
maka ia tidak diajak berunding. Gadis ini merasa girang, tapi
betapapun juga, ia tidak senang bergaul dengan orang-orang
penghuni istana putih itu. Kalau gurunya, Seng Bouw Nikouw tidak
berada di situ dan kalau ia tidak ingin untuk menambah kepandaian
ilmu silatnya, pasti sudah lama ia melarikan diri untuk mencari Han
Liong. Kadang-kadang ia merasa sangat rindu kepada kakaknya
itu dan ia merasa sangat kesepian. Biauw Niang-niang dengan
tercengang mendengar laporan semua kawannya yang tinggal di
gedung itu, betapa kamar mereka tadi malam telah didatangi orang
dan semua barang mereka diobrak-abrik. Tapi setelah diperiksa,
tak sepotongpun barang mereka lenyap. Diantara semua orang itu,
hanya seorang kauwsu atau guru silat dari Kanglam yang bernama
Thio Poan menuturkan pengalamannya semalam.
"Ketika itu aku sudah tidur, tapi tiba-tiba aku dibangunkan oleh
suara keras. Aku segera melompat bangun melibat bahwa cawan
arak yang tadinya berada di atas meja telah jatuh menggelinding
ke bawah. Kusangka ada kucing masuk kamar, sesudah itu aku
bermaksud hendak tidur kembali. Tapi tiba-tiba aku melihat
buntalan pakaianku terbuka,! Aku melompat lagi dan pada saat itu
228 juga kelihatan bayangan putih berkelebat keatas tiang penglari.
Bayangan itu gerakannya cepat sekali hingga aku tak dapat
melihat dengan tegas apakah itu bayangan orang atau setan!
Sebelum aku dapat memeriksa lebih lanjut, tiba-tiba dari atas
datang angin bertiup keras dan api lilin padam seketika itu juga.
Terus terang saja kuakui bahwa bulu tengkukku terasa berdiri.
Ketika aku mencari api untuk menyalakan lilin, aku merasa sesuatu
bergerak di belakangku dan angin meniup ke arah pintu. Setelah
lilin kupasang, maka di kamar sudah tiada terlihat sesuatu lagi.
Karena aku menyangka ada setan, maka aku tidak berani
menceritakan pada orang lain, takut ditertawakan. Tapi ternyata
kalian semuapun mendapat kunjungan setan itu!"
Biauw Niang-niang mengerutkan alisnya. Ia tahu sampai di mana
kepandaian orang she Thio itu dan agaknya bukan sembarang
orang dapat mempermainkan guru silat ini. Tapi toh tadi malam ia
telah dipermainkan seorang yang mempunyai gin-kang dan lweekang yang tinggi! Kalau maling itu berani masuk ke dalam
kamarnya, pasti ia akan dapat melayaninya. Tapi agaknya maling
itu tahu akan kelihaian Biauw Niang-niang hingga kamar iblis
wanita ini saja yang dilewati tanpa digeledah.
"Memang sukar untuk mengetahui siapakah orang yang berlaku
kurang ajar ini" kata Leng Niang-niang yang kamarnya juga
menjadi sasaran penggeledahan,
229 "Tapi kiranya tak perlu dipusingkan hal itu karena ternyata ia tidak
berlaku jahat. Hanya, satu bal yang harus kita selidiki, yaitu apakah
yang dicari penjahat itu" Sudah terang bahwa ia tadi malam
mencari sesuatu." Biauw Niang-niang mengangguk-angguk.
"Tak lain tak bukan tentulah ia seorang dari golongan lawan kita
yang hendak mencari rahasia kita. Dan setahuku, dari golongan
mereka, orang yang mungkin dapat melakukan hal itu hanya satu
orang saja." Dan ia memberi isyarat mata kepada sumoinya. Leng
Niang-niang dan Hai Niang-niang diam-diam mengangguk.
"Coba panggil muridmu kesini," kata Biauw Niang-niang kepada
Seng Bouw Nikouw yang segera memanggil Hong Ing. Gadis ini
merasa heran dan diam-diam hatinya berdebar-debar ketika ia
datang ke ruangan yang penuh dengan orang-orang gagah yang
berwajah perkasa dan galak itu. Tapi ia tetapkan hatinya dan duduk
dekat gurunya. "Hong Ing," kata Biauw Niang-niang dengan suara halus, "kau
bukanlah orang luar, maka perlu kiranya kau ketahui juga.
Semalam istana putih ini telah kemasukan orang jahat! Orang itu
datang mencari-cari sesuatu. Dan tahukah kau siapa orang itu" Ia
tak lain ialah orang yang membunuh ayahmu tapi yang kauanggap
kakakmu sendiri itu!"
230 "Koko Han Liong" Dia yang datang malam tadi?" Hong Ing
bertanya heran, hatinya berdetak-detak, karena kini ia pun merasa
betapa besarnya kemungkinan ini. Banyak alasan Han Liong untuk
datang menyelidik ke situ, dan siapakah orangnya yang
berkepandaian begitu tinggi dan berhati begitu berani dan tabah
selain Han Liong" "Agaknya kau juga percaya akan kemungkinan ini," kata Biauw
Niang-niang yang pandai membaca suara hati orang. "Sepakterjang anak muda itu sungguh berani dan berbahaya sekali. Maka
coba kauceritakan kepada kami tentang keadaannya. Pertamatama, siapakah namanya dan ia murid golongan mana?" Hong Ing
tahan-tahan hatinya agar suaranya tak kedengaran bangga hingga
jangan sampai membongkar rahasia perasaannya, lalu berkata
dingin, "Ia adalah Si Han Liong. Gurunya banyak sekali. Kalau aku tak
salah ingat, guru pertama adalah Liok-tee Sin-mo Hong In, guru
kedua Beng San Tojin Pauw Kim Kong, guru ketiga Kim-to Bie
Kong Hosiang, guru keempat Siauw-lo-ong Hee Ban Kiat. Dan ia
masih mempunyai seorang guru lagi, yakni Kam Hong Siansu."
Semua orang terkejut mendengar ini, dan ketiga iblis wanita itu
diam-diam mengagumi juga.
"Kam Hong Siansu" Ah, tidak dinyana manusia dewa itu masih
hidup dan menerima murid seperti Han Liong itu. Pantas saja ia
231 demikian lihai!" Biauw Niang-niang berkata seperti kepada dirinya
sendiri. Hong Ing dengan rasa bangga menambahkan,
"Dan ia adalah putera tunggal dari Si Enghiong yang terkenal!"
Biauw Niang-niang dan Seng Biauw Nikouw loncat berdiri.
"Apa?" kata Biauw Niang-niang. "Sayang aku tidak mengetahui hal
ini dari dulu. Hong Ing tahukah kau siapa orang yang kau sebut Si
Enghiong itu" Ia adalah Si Cin Hai, seorang kepala pemberontak
besar yang telah kami basmi. Semua ini kesalahan ayahmu sendiri
yang kena terpikat oleh isterinya, sehingga isteri dan anak kepala
pemberontak itu tak dapat dilenyapkan dari muka bumi ini.
Membasmi pohon jahat harus dengan akar-akarnya, kaya
pribahasa, tapi ayahmu menyalahi hukum ini dan ia bahkan
mengambil isteri musuh menjadi isterinya dann dengan demikian
ia menyelamatkan anak musuhnya. Tentu saja hal ini sama dengan
memelihara anak serigala dalam rumah. Dan betul saja, anak itu
setelah dewasa kini merepotkan kita semua."
Biauw Niang-niang menghela napas, tak perdulikan wajah Hong
Ing yang tampak tidak senang itu mendengar ayah ibunya menjadi
buah tutur orang dan menerima berbegai celaan. Pada saat itu dari
luar datang seorang saikong yang bertubuh tinggi besar dan
memelihara cambang bauk yang tebal dan kaku ceperti kawat.
Pertapa itu berjubah kuning dan sepatunya memakai sol dari ujung
besi. Ia memegang sebuah tongkat pendek berwarna hitam yang
berukiran kepala ular di bagian pegangannya. Di punggungnya
232 tergantung kantong hui-to yakni semacam golok kecil yang
memakainya dengan pelemparan hingga disebut golok terbang!
Ketiga iblis wanita melihat saikong itu lalu berseru girang.
"Susiok datang!" Dan ketiga-tiganya lalu memburu dan memberi
hormat. Hong Ing terkejut melihat air muka dan tubuh yang
menakutkan itu, dan ia merasa heran sekali mengapa ketiga iblis
wanita itu tidak berlutut kepada seorang paman gurunya bahkan
menyambutnya dengan mesra bagaikan menyambut seorang
kawan baik, bahkan Hei Niang-niang dan Leng Niang-niang
memegang lengan saikong itu di kiri kanannya sambil tersenyum
dan memainkan mata. Sikap mereka kekanak-kenakan dan
mereka rupanya sungguh sangat manja. Tentu saja Hong Ing tak
mengerti sama sekali akan sikap aneh ini. Semua orang yang
berkumpul di situ memberi hormat dan Hong Ing terpaksa juga
menjura terhadap saikong tua itu. Melihat semua orang memberi
hormat padanya, saikong itu tertawa terbahak-bahak.
"Siancai, siancai, terima kasih atas penghormatan ini, cuwi silakan
duduk, pinto ada berita penting untuk disampaikan padamu."
Suaranya nyaring dan kecil, tak sesuai dengan tubuhnya yang
sebesar raksasa itu. Semua orang duduk kemhali. Biauw Niangniang dengan suara manja dibuat-buat menceritakan kepada
paman gurunya tentang gangguan lawan yang menggagalkan
serangannya terhadap Siok Houw, sehingga muridnya tewas dan
kedua sumoynya terluka. Juga ia menceritakan tentang datangnya
seorang penjahat yang menggeledah kamar mereka tadi malam.
233 "Hm, jangan sedih, sakit hatimu pasti terbalas. Suci telah
memerintahkan aku turun gunung membantu kamu sekalian. Kalau
mereka berhadapan dengan pinto, anjing-anjing pemberontak itu
pasti kupukul dengan tongkat ini seorang sekali." Sambil berkata
begini ia mengayunkan tongkatnya perlahan menghantam lantai.
Lantai batu yang keras yang kena terpukut tongkat itu menerbitkan
bunga api dan semua orang kagum melihat di tempat bekas
pukulan itu tampak berlobang setengah kaki lebih!. Kemplangan
demikian perlahan dapat melobangi lantai batu, apa lagi kalau yang
dikemplang itu tubuh manusia dan dilakukan dengan sepenuh
tenaga pula! Hong Ing juga merasa ngeri dan takut juga.
"Tentang, datangnya maling kecil malam tadi, pinto juga dapat
menduga maksudnya. Tentu ia datang mencari ini." Ia merogoh
saku jubahnya yang besar dan mengeluarkan segulung kertas.
"Lihat, ini adalah firman atau surat perintah dari kaisar untuk
menangkap Siok Houw dan surat-surat perintah rahasia dari Co
Thaikam sendiri. Agaknya para pemberontak telah mendengar
tentang surat-surat ini, sehingga orang yang membawanya dari
kota raja mendapat gangguan di sepanjang jalan. Tapi surat-surat
ini sekarang diserahkan padaku, coba lihat siapa berani
mengganggu!" Melihat kejumawaan dan keangkuhan paman
gurunya ini, Biauw Niang-niang mengerutkan kening.
"Susiok, musuh sangat lihai, kenapa kau bicarakan hal rahasia ini
secara terbuka?" 234 "Ha, ha, Biauw Niang, kau sudah menjadi penakut" Kemudian ian
melanjutkan dengan berbisik:. "Hal ini kusengaja agar pihak musuh
mendengar dan mencoba datang. Aku akan siap-sedia setiap saat
menyumbat kedatangannya" Diam-diam Hong Ing melirik ke sana
ke sini. Benarkah ada Han Liong atau kawan-kawannya yang
datang mendengar" "Susiok," kata Biauw Niang-niang selanjutnya, "Dipihak mereka kini
ada seorang muda yang cukup tangguh. Ia adalah murid Kam
Hong Siansu dan kukira dialah orangnya yang datang tadi malam."
Mendengar nama Kam Hong Siansu, saikong itu terkejut, tapi ia
lalu berkata, "Bohong! Orang tua itu mana mau menerima murid" Kedua
tangannya sudah putih bersih, mana ia mau mengotorinya pula
dengan segala urusan tetek bengek di dunia fana ini" Mungkin
pemuda itu hanya monggunakan nama Kam Hong Siantu untuk
menggertak saja." Siapakah gerangan saikong ini" Ia bukan lain
adalah Kek Kong Tojin yang dijuluki orang Coa-thouw-koai-tung si
Tongkat Setan Kepala Ular, karena memang permainan
tongkatnya luar biasa lihainya dan belum pernah dikalahkan lawan!
Sebenarnya ia adalah pendiri termuda dari cabang persilatan Ngolian-pai,
235 Disamping sucinya Ang Gwat Niang-niang yang terkenal dengan
nama Ngo-lian-posat atau Dewi dari Ngo-lian, dan twa-suhengnya
Lo Thong Sianjin. Mereka bertiga merupakan pendiri Ngo-lian-pai
yang disegani kalangan kang-ouw. Diantara mereka bertiga, Aug
Gwat Niang-niang yang terpandai, maka dialah yaag berdiam di
bukit Ngo-lian-san dan karenanya dinamakan orang Dewi daru
Ngo-lian. Sayangnya, hanya Lo Thong Sianjin seorang saja yang
berwatak suci, hanya cacatnya, ia ini terlampau jujur dan tidak mau
mengaku kalah! Sedangkan sumoinya, Ang Gwat Niang-niang,
wataknya terlampau membela ketiga muridnya hingga
pertimbangan dan keadilannya menjadi berat sebelah. Kek Kong
Tojin yang termuda bukanlah orang baik-baik. Telah lama ia
mempunyai hubungan kotor dengan ketiga murid Ang Gwat Niangniang, yakni Biauw Niang, Reng Niang, dan Hai Niang.
Dengan demikian, boleh dibilang bahwa kedatangan ketiga wanita
yang menjadi anak murid Ngo-lian-pai itu, telah mengotorkan nama
Ngo-lian-pai dan merusak kebersihan hati Kek Kong Tojin dan Ang
Gwat Niang-niang. Kalau bicara soal kepandaian, Lo Thong Sianjin
dan Ang Gwat Niang-niang sama lihainya, karena dalam hal ilmu
pedang Ngo-lian-posat lebih unggul, tapi Lo Thong Sianjin
sebaliknya lebih tinggi ilmu ginkang dan lweekangnya. Kek Kong
Tojin masih kalah setingkat dari kedua kakak seperguruannya itu.
Dengan sengaja, pada malam hari itu, Kek Kong Tojin menaruh
gulungan surat-surat penting itu di atas meja dalam kamarnya dan
ia sendiri berada di ruang tamu minum arak dan makan daging,
ditemani oleh ketiga murid keponakannya! Sembari makan minum,


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka berempat mengobrol gembira.
236 "Eh, Biauw Niang, siapakah gadis yang duduk di dekatmu siang
tadi?" "Ia adalah muridku, puteri dari almarhum Lie Ban Ciangkun."
Saikong itu mengangguk-angguk gembira.
"Hm, muridmu itu sungguh cantik jelita, sayang aku tak. pernah
punya murid semuda dan secantik itu." Memang, diantara ketiga
pendiri Ngo-lian-pai, hanya Ang Gwat Niang-niang sendiri yang
mempunyai murid, yakni ketiga Liok-san Sam-moli, sedangkan
Kek Kong Tojin dan Lo Thong Sianjin tak pernah menerima murid
lain. Pada saat Biauw Niang-niang hendak menegur paman
gurunya dan mengatakannya mata keranjang, tiba-tiba saikong itu
mengayunkan sumpitnya ke atas. Sumpit itu meluncur seperti anak
panah dan menembus genteng dengan suara nyaring! Ketiga iblis
wanita pun melompat sambil mencabut pedang.
"Biar kami yang menangkap mata-mata itu, susiok duduk sajalah
minum arak!" kata Biauw Niang-niang yang segera meloncat
keluar, diikuti kedua sumoinya.
"Bangsat maling jangan lari!" teriak Hai Niang-niang dengan suara
nyaring. Teriakan ini membuat semua orang dalam Istana Putih itu
bangun terkejut dan melompat keluar mengejar dengan senjata di
237 tangan. Hong Ing merasa berdebar-debar karena timbul dugaan
dalam hatinya kalau-kalau yang datang itu adalah Han Liong dan
kawan-kawannya. Maka tanpa berkata sesuatu iapun ikut
melompat ke atas genteng. Ketika tiba di atas, Hong In melihat
seorang laki-laki tinggi kurus sedang bertempur melawan ketiga
iblis wanita. Tamu malam itu belum tua benar, lebih kurang empat puluh lima
tahun, tapi rambutnya telah putih semua. Ia bersenjatakan joanpian atau ruyung cambuk dan bersilat dengan gerakan yang luar
biasa cepat dan lincahnya. Tadinya Biauw Niang-niang seorang
diri melawan tamu malam itu, tapi ternyata iblis wanita tertua itu
bukan tandingan si rambut putih! Maka, dengan berseru marah,
Leng Niang-niang dan Hai Niang-niang ikut menyerbu hingga tamu
malam yang lihai itu dikeroyok tiga! Orang-orang lain tak berani ikut
mengeroyok karena keempat orang yang sedang bertempur itu
berkepandaian tinggi sehingga merupakan bayangan empat tubuh
yang sukar dikenal lagi mana kawan mana lawan! Pada saat
orang-orang sedang menyaksikan pertempuran hebat itn dengan
kagum, tiba-tiba dari bawah terdengar teriakan nyaring dari Kek
Kong Tojin. "Bangsat rendah kau datang ingin mencari kematian?" Semua
orang di atas genteng, kecuali yang sedang bertempur, merasa
terkejut. Tiba-tiba dari bawah meloncat seorang dengan gerakan
lincah dan ringan laksana seekor burung. Hong Ing hampir
berteriak karena orang itu potongan tubuhnya hampir sama
dengan Han Liong, hanya lebih kecil sedikit.
238 Orang yang baru datang ini memakai kedok kain sutera hitam dan
tangannya memegang sebuah pedang yang berkilauan. Tangan
kirinya memegang gulungan kertas yang berisi perintah dan
rencana rahasia yang dibawa oleh Kek Kong Tojin siang tadi!
Ternyata ia menggunakan kesempatan ini selagi orang-orang ribut
mengepung si rambut putih di atas genteng, si kedok hitam ini turun
dengan diam-diam dan mencuri dokumen itu di kamar Kek Kong
Tojin! Tapi Kek Kong Tojin yang masih duduk minum arak di ruang
tamu dapat melihat bayangan hitam berkelebat keluar dari
kamarnya. Kebetulan pada saat itu tangannya sedang memegang
tulang paha ayam dan memakan dagingnya, maka ia
melemparkan tulang ini ke arah bayangan itu. Biarpun hanya kecil,
tapi karena dilempar oleh Kek Kong Tojin yang mempunyai tenaga
dalam sempurna, maka tulang itu merupakan senjata yang sangat
berbahaya! Si kedok hitam mendengar sambaran angin, cepat menempiskan
tangannya dan tenaga tempisan ini mengeluarkan angin dan dapat
memukul jatuh tulang itu ke lantai! Tanpa ayal lagi, setelah berhasil
menyambar gulungan kertas pening dari atas meja, si kedok hitam
menghilang pergi, dan dikejar oleh Kek Kong Tojin sambil memakimaki!. Si rambut putih biarpun dikeroyok oleh tiga iblis wanita yang
lihai, namun dapat melayani mereka dengan baik dan tidak sampai
terdesak, bahkan ia masih sempat mengerling ke arah si kedok
hitam. Melihat ti kedok hitam itu memegang gulungan kertas, ia
berseru keras dan joan-piannya berputar menyambar bagaikan
kilat hingga ketiga iblis wanita terpaksa mengelak sambil mundur.
239 Kesempatan ini digunakan oleh si rambut putih yang berkelebat
dan meloncat menabrak si kedok hitam sambil berseru,
"Sobat, berikan barang itu padaku!" Tapi gerakan si kedok hitam
tak kalah hebatnya. "Jangan mau enaknya saja, kawan!" ia mengejek sambil betkelit.
Pada saat itu Kek Kong Tojin sudah tiba di situ dan saikong ini
melayangkan kepalannya memukul si kedok hitam. Tapi dengan
mudah lawannya menghindarkan pukulan ini dan balas memukul
dengan lebih bebat lagi! Kek Kong Tojin menangkis dan dua lengan
tangan beradu keras. Saikong ini heran sekail ketika lengannya
terbentur sebuah lengan yang keras dan mengandung tenaga
yang tak boleh dianggap enteng! Diam-diam ia mengeluh. Untuk,
menghadapi si rambut putih yang dapat melayani ketiga murid
keponakannya itu saja ia harus mengerahkan tenaga, sekarang
ditambah lagi dengan si kedok hitam yang tidak kalah tangkasnya
itu! SI rambut putih rupanya tidak begitu mendesak si kedok hitam
lagi, bahkan kini ia menyerang Kek Kong sambil berseru,
"Ah, pantas saja penjilat-penjilat ini makin banyak dan makin
kurang ajar, rupanya disini ada anjing tuanya yang menjagoi!"
Bukan main marahnya Kek Kong Tojin mendengar cacian ini. Ia
melompat ke arah si rambut putih dan menuding.
240 "Bangsat rendah! Berani banar kau berlancang mulut. Beritahukan
namamu sebelum kuantarkan kau kepada Giam-lo-ong!" Si rambut
putih tertawa. "Aku selalu datang tak mengubah she, pergi tak mengganti nama.
Aku adalah Lie Bun Tek dari Heng-san!" Kek Kong Tojin terkejut.
"Kau Heng-san Koai-hiap?" Si rambut putih mengangguk, dan Kek
Kong Tojin segera meneriaki semua orangnya.
"Kepung orang berkedok itu. Jangan sampai dia lari!" Maka ketiga
ib|is wanita dan semua orang yang kini merasa gatal tangan itu
hendak menonjolkan jasanya, dengan cepat mengepung si kedok
hitam. Kemudian Kek Kong Tojin mencabut tongkatnya, tapi si
rambut putih tertawa mengejek.
"Ha, ha! Inikah macamnya Coa-thouw-koai-tung yang ditakuti
orang" Agaknya tak seberapa menakutkan!" Kek Kong Tojin tidak
menjawab, tapi sambil berseru keras tongkatnya melayang kearah
kepala lawan. Si rambut putih pun berseru,
"Bagus!" dan ia menggerakan joan-piannya menangkis, tapi
tongkat itu segera berobah gerakan, langsung menotos iga!
241 Inilah sebuah tipu gerakkan ilmu sitlat Ngo-lian-pai yang berbahaya
sekali, maka si rambut putih tak berani berlaku sembrono lagi. Ia
berkelit dan balas menyerang. Sebentar saja kedua orang ini
bertempur seru sekali dan tubuh mereka lenyap dalam dua
gulungan sinar senjata yang mengeluarkan angin dingin!.
Sementara itu, si kedok hitam menyiapkan pedangnya menanti
mereka yang mengepung dan hendak menyergapnya. Tiba-tiba
seorang tinggi besar meloncat maju dan berkata. "Cuwi sekalian
tahan dulu! Untuk memukul anjing kecil ini tak perlu menggunakan
tongkat besar, biar siauwto saja menangkap dia!" Ia ini adalah Kok
Beng si Kerbau Hitam, seorang kepala rampok yang kenamaan di
Secuan dan selain pandai silat, iapun bertenaga besar. Kemudian,
sambil mengungkat dada, ia memutar-mutar toyanya dan
mendekati si kedok hitam.
"Sobat, jangan kau mencari mati. Tinggalkan kertas itu dan kau
berlututlah meminta ampun, tentu tuan besarmu akan memberi
maaf padamu!" Tapi hanya terdengar suara ejeken sambil tertawa
dari balik kedok sutera hitam itu sehingga Kok Beng menjadi marah
sekali dan segera menyerang dengan toyanya. Tapi di luar
dugaannya, kaki kiri si kedok hitam itu terangkat dan dipakai
mendepak ujung toyanya, lalu pedangnya berputar-putar menebas
lengan yang memegang toya! Gerakan istimewa ini sungguh tak
terduga, juga sangat berbahaya, sehingga Kok Beng menjadi
terkejut. Terpaksa ia melepaskan toyanya dan meloncat mundur.
"Hebat betul..." teriaknya dan mukanya menjadi pucat lalu berobah
merah. Baru satu gebrakan saja ia terpaksa harus melepaskan
242 senjatanya dan mundur! Biauw Niang-niang terkejut gerakan, si
kedok hitam. Yang tadi itu adalah gerakan tendangan Siauw-cutwie yang dilakukan dengan mahir sekali. Ia teringat akan seorang
pendekar gagah perkasa yang menjadi ahli tendangan itu, maka
tanpa disengaja ia bertanya,
"Apa hubunganmu dengan Sin-chiu Tai-hiap Khouw Sin Ek?"
Sepasang mata di balik kedok itu memandangnya dengan sinar
mata berkilat, tetapi yang terdengar hanya suara tertawa
mengejek. "Baiklah, biar kau ada hubungan dengan Khouw Locianpwe atau
dengan dewa sekalipun, kalau kau tidak mau mengembalikan
gulungan kertas itu, jangan harap kau bisa keluar dari sini!"
Sehabis berkata begini, Biauw Niang-niang segara menggerakkan
pedang dan hudtimnya menyerang dan sebentar saja si kedok
hitam telah dikeroyok. Tetapi ternyata ia dapat bergerak dengan cepat sekali sehingga tak
mudah bagi mereka untuk menangkapnya. Hong Ing yang berdiri
diam saja sambil melihat pertempuran itu dengan hati kagum, kini
tahu bahwa dua orang tamu malam itu bukanlah kawan-kawan Han
Liong yang pernah dilihatnya. Ia lebih lebih kagum ketika melihat
gerakan si kedok hitam yang ternyata ditilik dari potongan tubuh
dan rambutnya, masih muda benar. Tetapi kemidian diam-diam ia
khawatir melihat si kedok hitam itu terdesak juga oleh tiga kebutan
dan pedang dari si Tiga Iblis Wanita, ditambah dengan kepungan
243 orang-orang lain. Ketika ia menengok ke arah Kek Kong Tojin, ia
melihat saikong itu masih bertempur seru melawan Pendekar Aneh
dari Heng-san itu dengan kekuatan berimbang.
Tiba-tiba terdengar Biauw Niang-niang menjerit ketika pundaknya
tergores sedikit oleh pedang musuh sehingga mengeluarkan
darah. Dengan marah Tiga Iblis Wanita itu mengeluarkan Bweehwa-ciamnya, jarum beracun yang kejam itu. Melihat senjata
berbahaya itu dihamburkan ke arahnya, si kedok hitam melompat
tinggi sampai dua tombak dan dari atas ia meluncur turun dari
genteng dengan gerakan Naga Air Terjun ke Laut yang indah dan
cekatan sekali. Sambil berteriak-teriak semua pengejarnya ikut
melompat turun. Hong Ing merasa heran mengapa si kedok hitam
itu bukannya lari keluar tapi malah kembali masuk ke Istana Putih!
Ia juga ikut melompat turun. Tapi biarpun semua orang mencari di
mana-mana, si kedok hitam tak tampak bayangannya lagi.
Semua orang mencari berkeliling sambil memaki-maki tak keruan!
Setelah mencari beberapa lama tanpa hasil, Tiga Iblis Wanita
dengan diikuti semua orang, ramai-ramai naik lagi ke atas genteng
di mana Kek Kong Tojin masih bertarung seru melawan Heng-san
Koai-hiap. Biauw Niang-niang bertiga melihat susioknya tak dapat
mengalahkan lawanya, segera maju sekalian mengeroyok. Kek
Kong Tojin diam saja melihat ketiga murid keponakannya maju
mengeroyok, bahkan diam-diam ia merasa girang, biarpun ia tahu
bahwa hal itu tak pantas dilakukan oleh seorang tokoh persilatan
besar seperti dia. Kini Heng-san Koai-hiap repot juga, karena
ketiga iblis wanita itu walaupun ilmu silatnya masih kalah setingkat,
244 namun dengan maju bersama, mereka merupakan tenagga
bantuan yang hebat juga. Perlahan-lahan ia terdesak. Pada saat
itu, tiba-tiba terdengar suasa mencela.
"Kek Kong! Sungguh sikapmu tak pantas dengan keroyokan ini
membuat orang-orang gagah merasa malu!" Dan pada saat itu juga
tiga buah benda hitam melayang cepat dan tepat sekali memukul
ketiga pedang dari Tiga Iblis Wanita itu, hingga ketiga pedang itu
melenting dan hampir saja terlepas dari pegangan! Heng-san Koaihiap melompat ke belakang dan berkata kepada Kek Kong,
"Barang yang kukehendaki sudah terampas oleh orang lain. Aku
tiada waktu melayani kau lebih lama. Kalau ada untung lain kali kita
berjumpa pula!" Tubuhnya lalu berpusing-pusing di udara dan
menghilang. Sementara itu, Tiga Iblis Wanita merasa heran dan
kaget sekali melihat bahwa senjata rahasia yang membentur
pedang mereka dan membuat pedang itu hampir terlepas ternyata
hanya tiga potong pecahan genteng! Dapat dibayangkan betapa
dahsyatnya tenaga pelemparnya! Diam-diam mereka merata ngeri
juga. Setelah semua orang turun dan berkumpul di ruang tengah,
Kek Kong menghela nafas dan berkata,
"Biauw Niang berkata benar, musuh banyak juga yang lebih tinggi
kapandaiannya dari kita. Sekarang surat-surat itu sudah jatuh ke
tangan musuh, kita harus berusaha merebutnya kembali. Dan kita
harus mencari bala bantuan!"
245 "Tetapi susiok, menurut pendapatku, pencuri yang berkedok tadi
bukan sekomplotan dengan Heng-san Koai-hiap. Mereka bergerak
sendiri-sendiri dan terpisah," berkata Hai Niang-niang. Tiba-tiba
Biauw Niang-niang melihat kesana kemari, seakan-akan ada yang
dicarinya, kemudian ia bertanya heran,
"Eh, mana Seng Bouw Nikouw" Kenapa aku tidak melihatnya
semenjak tadi?" Hong Ing terkejut mendengar ini dan iapun heran,
karena memang ia tidak melibat gurunya itu ikut bertempur tadi.
Semua orang mencari, tetapi tidak dapat menemukan nikouw itu.
Hong Ing merata khawatir sekali dan meloncat naik ke atas
genteng. Setelah ia mencari beberapa lama, ia berteriak kaget
sehingga semua orang meloncat naik mengejarnya. Ternyata
pendeta perempuan itu rebah di atas genteng belakang dan ketika
diperiksa ternyata ia dibuat tak berdaya dengan sebuah totokan
yang lihai sekali, Kek Kong Tojin segera menepuk bahu dan
menotok punggung Seng Bouw Nikouw hingga pendeta itu dapat
bergerak kembali. Berulang kali ia menghela napas.
"Omitohud, sungguh lihai... sungguh lihai!" Kek Kong Tojin dan
ketiga iblis wanita heran sekali melihat pendeta wanita itu sampai
dibuat tak berdaya sedemikian rupa oleh lawan, padahal Seng
Bouw Nikouw bukanlah seorang lemah dan dalam hal ilmu silat ia
hanya sedikit dibawah kepandaian tiga iblis wanita itu! Seng Bouw
Nikouw lalu bercerita, 246 "Ketika kalian bertempur tadi, aku hendak membantu, tetapi tibatiba aku melibat sebuah bayangan berputar-putar di atas genteng
belakang. Aku mengejar dan kemudian menjadi sangat terkejut,
karena ternyata yang berdiri disitu bukan lain ialah Sin-chiu Taihiap
Khouw Sin Ek! Tentu saja aku tak berani melawan orang tua itu
dan diam-diam aku tersembunyi di balik wuwungan genteng. Aku
melhat juga betapa orang tua yang lihai itu menggunakan pecahan
genteng memukul padang suci bertiga! Melihat ia menggunakan
senjata rahasia istimewa itu, aku teringat bahwa biarpun aku
takkan dapat melawannya, tetapi sedikitnya dari tempat gelap itu
aku dapat melepaskan senjata rahasia jarum, karena itu aku


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

justeru sembunyi di belakangnya. Tanpa pikir lagi aku mengirimkan
segenggam jarum, tapi tak kusangka ia sedemikian lihainya. Tanpa
menengok ia mengayunkan lengan baju dan telah meniup pergi
semua jarumku.! Sebelum aku sempat lari, ia telah meloncat dan
tanpa kusadari aku telah tertotok dan rebah tak berdaya!" Kek
Kong Tojin menghela napas.
"Celaka, terlampau banyak lawan lihai yang datang malam ini. Kita
harus berhati-hati dan mulai malam ini kita harus mengatur
penjagaan yang kuat." Setelah berkata demikian. Kek Kong Tojin
memimpin sendiri dan mengatur penjagaan di semua sudut
sehingga Istana Putih itu terkurung kuat.
Kemudian orang-orang yang tidak bertugas menjaga kembali di
kamar masing-masing. Hong Ing dengan hati lega karena si rambut
putih dan si kedok hitam terlepas dari bahaya, kembali ke
kamarnya pula. Ia memasuki kamar, lalu menutup pintunya dan
247 memasang lilin. Hampir saja ia berteriak, karena melihat di atas
kursi di kamarnya duduk seorang yang berkedok sutera hitam.
Baiknya si kedok hitam segera memberi tanda agar ia jangan
berteriak. Hong Ing menggerakkan bibirnya hendak bertanya
dengan marah kepada tamu malam yang keterlaluan dan kurang
ajar itu, tapi si kedok hitam lalu mengeluarkan sehelai surat yang
agaknya telah ia sediakan sebelumnya. Hong Ing menerima surat
itu dan membacanya sambil duduk di atas pembaringan dan selalu
mengerling kearah si kedok hitam. Surat itu tidak panjang dan
berbunyi seperti berikut:
Nona Lie Hong Ing, Kau bukanlah seorang penjahat dan mungkin kau tidak tahu bahwa
orang-orang di gedung ini semua adalah kaki tangan pembesar
durna yang bermaksud memberontak! Kalau kau terus berada
dengan mereka, maka kau akan menghadapi dua macam bahaya.
Bahaya pertama: kau akan dimusuhi oleh orang-orang gagah di
kalangan kang-ouw, dan bahaya kedua: kau akan dicap anggauta
pemberontak dan mendapat hukuman! Kau ingin belajar silat"
Kalau kau percaya, aku dapat menolongmu mencari seorang guru
yang jauh lebih pandai daripada Iblis-iblis itu. Kau takut melarikan
diri" Aku dapat membantumu. Kalau setuju, sekarang juga, ikutlah
aku keluar dari neraka ini.
Membaca surat ini, Hong Ing terkejut, Benarkah gurunya dan
semua erang itu pemberontak" Mengapa mereka memaki Han
Liong dan kawan-kawannya sebagai pemberintak" Tentang
248 kejahatan mereka, hal ini ia dapatlah percaya, memang ia sendiri
tidak suka melihat sikap dan sepak terjang mereka itu, tapi apakah
si kedok hitam ini dapat dipercaya" Biarlah, ia akan ikut lari dan
mencari Han Liong. Kalau sudah bertemu dengan kakaknya itu, ia
tidak takut akan setan yang manapun juga! Maka ia lalu
mengangguk dan si kedok hitam tersenyum girang. Sepasang
mata di balik sutera hitam itu memancarkan sinar berseri-seri tanda
kegirangan. Hong Ing menyiapkan buntalan pakaiannya dan si
kedok hitam lalu memberi tanda agar gadis itu masuk di bawah
tempat tidur! Hong Ing terheran-heran dia memandang marah karena pada
sangkanya si kedok hitam itu mempermainkannya. Tapi tanpa
banyak cakap lagi si kodok hitam merayap di kolong pembaringan
dan Hong Ing karena ingin tahu sekali, mengintipnya. Beberapa
kali si kedok hitam meraba-raba dinding dan tiba-tiba terdengar
bunyi berderik dan di atas lantai di bawah pembaringan itu terbuka
lubang selebar hampir dua kaki! Kini mengertilah Hong Ing bahwa
itu adalah sebuah jalan rahasia! Ia serasa malu akan
kesangsiannya tadi dan tanpa ragu ia merangkak di kolong
pembaringan. Si kedok hitam lalu memasuki lobang itu, diikuti oleh
Hong Ing, ternyata di bawah tanah terdapat sebuah lorong kecil
yang pas untuk seseorang merayap maju. Beberapa lama mereka
merayap maju dalam gelap dan akhirnya mereka sampai keluar
dan berada dalam sebuah taman bunga!
"Eh, taman bunga siapakah ini?" Hong Ing bertanya heran.
249 "Stt!" Si kedok hitam mencegahnya, tapi terlambat. Dari balik pintu
belakang sebuah gedung, terdengar suara bertanya.
"Siapa di taman?" Sebelum gema suara itu lenyap, penanyanya
sudah sampai di hadapan mereka dengan sebuat golok besar di
tangan! Hong Ing terkejut melihat orang itu yang ternyata bukan
lain adalah Tan-Cianbu. Ia pernah melihat kapten itu beberapa kali
maka ia dapat mengenalnya, namun Tan Cianbu tidak kenal
kepadanya. "Bangsat darimana berani memasuki taman tanpa izin". Ayoh buka
kedokmu dan berlutut, kalau tidak kalian akan kusuruh tangkap dan
masukkan penjara!" Melihat kegagahan Tan Cianbu itu, Hong Ing
meloloskan siang-kiamnya, dan ia merasa pundaknya ditowel oleh
si kedok hitam. Tapi ia tidak tahu maksudnya, bahkan maju
menyerang dengan berkata,
"Lepaskan dan jangan ganggu kami!" Tan Cianbu gelak tertawa.
"Hm, gadis kecil ini sombong amat! Kau juga berani main-main
dengan pedang!" Kemudian ia menggerakkan goloknya dan
menangkis. Pedang di tangan kanan Hong Ing terpukul dan gadis
itu merasa telapak tangannya perih dan panas. Ia terkejut sekali
karena pedang itu hampir saja terlepas!
250 "Ha ha, ha!" Tan Cianbu tertawa tapi matanya memandang kagum.
"Kau boleh juga, nona kecil! Kau dapat menahan tangkisanku, hm,
majulah, hendak kulihat sampai di mana kepandaianmu." Tapi
Hong Ing bersanksi, karena ia merasa bukan tandingannya kapten
yaag bertenaga besar itu!
"He, kamu yang berkedok hitam, pengecutkah kau" Bukankah kau
laki-laki" Mengapa kau biarkan saja wanita ini maju seorang diri"
Ayoh majulah!" Si kedok hitam tampak bingong dan ketakutan!
Hong Ing (Lanjut ke Jilid 07) Pedang Pusaka Naga Putih (Seri 04 - Serial Jago Pedang Tak
Bernama) Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 07 merasa heran sekali. Apakah Tan Cianbu ini lebih tinggi ilmu
silatnya dari si kedok hitam ini sehingga si kedok hitam yang tadi
telah ia saksikan sendiri kepandaiannya juga merasa takut
menghadapinya" Tapi Tan Cianbu melihat keragu-raguan dan
kebingungan si kedok hitam, timbul marahnya.
251 "Pengecut! Gadis ini berani maju menyerangku, tapi kau tidak
berani! Kalau begitu, lebih dulu kau akan kubunuh. Mungkin
perempuan ini akan kubebaskan karena ia gagah dan berani tidak
semacam kau!" Goloknya berkelebat membacok leher pemuda itu!
Si kedok hitam berkelit mundur, tapi golok Tan Cianbu terus
mengejar dan melakukan serangan bertubi-tubi. Kini heranlah Tan
Cianbu, karena berkali-kali ia menyerang, selalu tanpa hasil.
Gerakan si kedok hitam itu sangat lincah dan selalu berkelit cepat
membuat ia tidak berdaya! Si kedok hitam berkelit sambil mundur
hingga mereka tiba di dekat sebuah lampu taman. Tiba-tiba si
kedok hitam merogoh saku dan melempar sesuatu kearah
lawannya. Tan Cianbu terkejut dan hendak berkelit, tapi lemparan
si kedok hitam cepat sekali hingga tahu-tahu benda itu mengenai
mukanya! tapi Tao Cianbu tidak merasa sakit karena ternyata
benda itu hanya sehelai saputangan sutera saja, dan disitu
terdapat tulisan besar-besar. Tan cian-bu tertarik akan sapu
tangan sutera itu dan di bawah sinar lampu, ia membaca beberapa
huruf besar itu. Seketika itu juga kedua matanya terbelalak dan
mulutnya berseru, "Apa?"" Mana bisa jadi?" tetapi ketika ia menengok, si kedok hitam
telah menyambar tangan Hong Ing dan menarik gadis itu
melompati tembok yang tinggi itu, dan terus lari dengan cepat
sekali. Hong Ing yang terpegang pergelangan tangannya ikut lari
cepat pula, jauh lebih cepat dari pada ilmu larinya, karena ia
seakan-akan ditarik oleh tenaga raksasa sehingga kedua kakinya
seakan-akan tak menginjak bumi! Gadis ini menjadi makin kagum
252 dan diam-diam ia membandingkan kepandaian orang ini dengan
Han Liong, Tetapi setelah lari beberapa belas li jauhnya dan
mereka memasuki sebuah hutan, Hong Ing merasa lelah juga,
karena kedua kakinya sangat dipaksa.
"Aduh, aku lelah, mari beristirahat dulu!" keluhnya.
"Maaf, aku tidak ingat bahwa kau belum pandai lari cepat," kata si
kelok hitam sambil melepaskan pegangannya. Hong Ing
melepaskan lelah dan duduk di atas rumput. Ia memandang si
kedok hitam yang masih berdiri dan memandang jauh ke depan.
"Kita hendak ke mana?" tanya Hong Ing.
"Ke kota raja," jawabnya singkat.
"Ke kota raja" Hendak mengapa ke sana?" Si kedok hitam
memandang sehingga sinar matanya terbentur sinar mata Hong
Ing. Kemudian ia tampak bingung dan tidak tahu bagaimana harus
menjawab. Ia lalu menghela nafas dan berkata perlahan,
"Kau..., kau kini sudah bebas, terserah kepadamu hendak pergi ke
mana, Aku... aku tidak memaksamu ikut, yakni... kalau kau tidak
suka..." Hong Ing merasa dadanya berdebar-debar. Jadi orang ini
253 benar-benar hendak menolong belaka dan tidak bermaksud jahat"
Ah, alangkah baik hatinya. Dan lenyaplah kecurigaannya, karena
sebenarnya tadi ia masih merasa curiga memikirkan bahwa
mungkin orang ini sengaja datang ke kamarnya hendak
menculiknya. Tctapi setelah di kamarnya terdapat jalan rahasia itu,
tahulah ia mengapa orang itu berada di kamarnya. Dan kini, orang
ini melepaskannya!. "Kalau begitu, terima kasih atas kebaikanmu."
"Ah, itu semua tak berarti apa-apa. Hanya ingat, kau harus berhatihati, karena orang-orang Istana putih banyak dan jahat, mungkin
kau akan bertemu dengan seorang di antara mereka di jalan."
Hong Ing tidak merasa takut karena ia tak begitu memperhatikan
kata-kata si kedok hitam. Ia sedang terheran-heran dan
mengingat-ingat karena ia seperti sudah pernah mendengar dan
mengenal suara orang itu entah kapan dan dimana?"
"Eh, apa katamu tadi" O ya, kau takut aku berjumpa dengan
mereka" Aku hendak mencari kakakku, kalau sudah bertemu, aku
tidak perlu takut kepada segala orang itu."
"Kalau begitu agaknya gagah benar koko-mu itu." Kembali Hong
Ing memikir-mikir dan mengingat-ingat suara siapakah ini!
254 "Kau telah menolongku dan kini kita hendak berpisah. Maukah kau
melakukan sebuah permintaanku?" tiba-tiba Hong Ing bertanya.
"Apakah itu?" "Yaitu... aku ingin tahu dan melihat wajahmu, agar aku tak lupa
lagi... maukah kau membuka kedokmu itu sebentar saja?" Si kedok
hitam mundur dua tindak dan dengan cepat tangan kirinya
memegang kedok sutera di mukanya, seakan-akan ia takut kedok
itu akan terlepas. "Tak mungkin!" katanya.
"Mengapa tak mungkin" Apa... apa mukamu bercacat dan jelek
sekali?" Si kedok hitam itu cepat menggeleng-geleng kepala, tapi
lalu mengangguk-angguk berkali-kali, hingga mau tak mau Hong
Ing tersenyum geli. "Tidak apalah!" Akhirnya Hong Ing berkata sambil menghela nafas.
"Jika kau tidak mau dikenal, akupun takkan memaksa! Tapi
betapapun juga, aku akan selalu menganggap kau seorang yang
gagah dan baik hati." Ketika mereka hendak berpisah, tiba-tiba dari
belakang ada dua bayangan orang berlari cepat ke arah mereka.
255 Kepandaian dua orang itu ternyata tinggi juga karena sebentar saja
mereka sudah tiba dihadapan si kedok hitam dan Hong Ing. Hong
Ing terkejut sekali karena yang datang itu adalah seorang laki-laki
dan seorang gadis muda yang cantik jelita dan berpakaian serba
hitam hingga tampak kulit tangan dan pergelangan lengannya yang
putih. Dan laki-laki itu bukan lain dari Heng-san Koai-hiap Lie Bun
Tek sendiri, orang lihai berambut putih yang mengacau di istana
putih. "Ha, ha, ha! Kalau memang berjodoh, biar tak disengaja dan tak
disangka-sangka, akhirnya bertemu juga!" Heng-san Koai-hiap
tertawa terkekeh-kekeh. Lalu ia mengangkat kedua tangannya
memberi hormat kepada si kedok hitam yang dibalasnya dengan
hormat pula. "Sobat berkedok yang gagah berani. Aku kagum melihat tepak
terjangmu tadi. Agaknya kau pun mengikuti jalan lurus dari para
patriot. Ketahuilah, aku adalah Heng-san Koai-jin Lie Bun Tek dan
ini adalah sumoiku bernama Pauw Lian. Kau tentu sudah pernah
mendengar nama kami dan tahu bahwa kami bukanlah orangorang jahat. Terus terang kukatakan bahwa kamipun pengikut jejak
para patriot! Dokumen yang kau rampas dari istana putih itu sangat
kami butuhkan. Maka kuminta dengan hormat, berikanlah itu
padaku, sobat." "Maaf, saudara, aku sendiripun perlu juga akan surat-surat penting
itu. Soalmu dengan penghuni Istana putih tiada sangkut-pautnya
256 dengan aku. Aku bertugas dan sebagai seorang laki-laki aku harus
menunaikan tugaaku itu dengan sempurna. Kalau tugasku telah
selesai mungkin sekali aku dapat membantu menghancurkan kaki
tangan durna yang rendah itu!"
"Hm, jawabanmu sangat licin bagai belut yang tak tentu ujung
pangkalnya! Pendeknya, aku ingin tahu, kau ini pembela rakyat
atau pembela kaisar?" Gadis cantik berpakaian hitam yang disebut
Pauw Lian itu berkata, suaranya merdu tetapi tajam. Mendengar
kata-kata setengah sesalan dan penuh kecurigaan ini, si kedok
hitam memandang dengan tajam dan menjawab,
"Pembela kedua-duanya!" Lie Bun Tek tertawa dan Pauw Lian
memperdengarkan suara ejekan.
"Hm, jawaban apa ini" Kalau kau pembela rakyat dan kaisar, habis,
siapa yang kauanggap musuhmu?"
"Musuhku adalah segala perampok yang mengacau rakyat dan
segala macam durna yang mengacau negara!" Lie Bun Tek dan
Pauw Lian saling pandang dengan heran.
"Eh, sobat, kau sungguh aneh. Coba buka kedokmu dan
perlihatkan mukamu kepada kami agar kami dapat melihat apakah
kau ini lawan atau kawan." berkata Lie Bun Tek.
257 "Kubuka juga kau takkan kenal," jawab si kedok hitam.
"Kalau begitu engkau ini tentu bukan orang baik-baik. Orang yang
bermaksud baik takkan menyembunyikan muka di belakang
kedok," kata Lie Bun Tek.
"Suheng, bangsat ini tentu mempuyai maksud rahasia," berkata
Pauw Lian kepada Lie Bun Tek.
"Memang aku mempunyai tugas dan maksud rahasia," jawab si
kedok hitam sehingga Lie Bun Tek menjadi heran dan marah
mendengar orang berterus terang secara menantang itu. Dengan
berseru keras ia loloskan joan-piannya dari pinggang dan berkata,
"Agaknya kau mau mencoba kami, orang muda yang aneh!" Si


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedok hitam memperdengarkan suara mengejek sambil mencabut
pedangnya. "Tahan senjatamu, ia bukanlah orang jahat!" Hong Ing berteriak
karena ia khawatir si kedok hitam takkan dapat melawan si rambut
putih yang tinggi ilmunya itu.
"Kaupun bukan orang baik-baik,!" kata Pauw Lian yang maju
menghalangi. 258 "Kau kira aku takut padamu?" Hong Ing membentak marah dan
mencabut siang-kiamnya! Tapi Pauw Lian hanya momandangnya
dengan terseyum manis bagaikan seorang dewasa tengah
mempermainkan seorang kanak-kanak. Sementara itu, si kedok
hitam sudah mulai bertempur melawan Heng-san Koai-hiap Lie
Bun Tek. Sekali senjata mereka beradu dan kedua-duanya mundur
karena merasakan getaran hebat di telapak tangan masingmasing. Sambil melompat mundur mereka memeriksa senjata
masing-masing, tapi ternyata kedua senjata itu tidak rusak.
Dengan perasaan kesal Lie Bun Tek meloncat maju lagi melakukan
serangan hebat. Si kedok hitam berkelit lincah dan balas
menyerang. Ternyata tenaga dan kepandaian mereka seimbang. Lie Bin Tek
memainkan pukulan-pukulan Ilmu permainan joan-pian dari
cabang Heng-san-pai yang tinggi itu, tapi pedang si kedok hitam
pun dapat bergerak dengan lincah dan cepat karena ia memainkan
tipu silat Pedang Delapan Dewa Bermain-main. Hong Ing yang
merasa gemas melihat lagak Pauw Lian yang seakan.akan
memandang rendah kepadanya, dengan teriakan keras maju
menyerang dengan siang-kiamnya! Ia memainkan jurus-jurus dari
Ngo-lian-pai yang belum lama ini ia pelajari dari Biauw Niangniang. Tapi alangkah terkejutnya ketika ia melihat lawannya
berputar berbelit-belit cepat dan serta merta telah berada di
belakangnya! Ia terus menyerang dan jurus-jurus yang ganas dan
tipu-tipu mematikan dari Ngo-lian-pai ia keluarkan.
259 "Hemm, sayang kau yang muda dan cantik telah mempelajari ilmu
silat jahat," kata Pauw Lian menyindir sambil meloncat
menghindar. Mendengar sindiran itu dan melihat seranganserangannya tak mendatangkan hasil sedikitpun juga, wajah Hong
Ing berubah merah karena malu dan marah. Ia segera merubah
gerakannya dan kini mempergunakan ilmu pedang Ngo-houwtoan-bun-to yang ia pelajari dari Han Liong. Kedua pedangnya
bergerak teratur sekali dan serangan-serangannya kuat
mendatangkan angin. "Bagus! Ini baru ilmu pedang tulen!" Nona baju hitam itu memuji.
Sesungguhnya permainan siang-kiam Hong Ing hebat sekali dan
gerakan kedua pedangnya sukar dilawan. Tapi ternyata ia
menghadapi lawan kelas berat yang sangat tinggi ilmu ginkangnya
hingga ia dapat dipermainkan, biarpun Pauw Lian tak memegang
senjata! Hong Ing hampir menangis karena jengkel dan ia
gertakkan giginya sambil nenyerang terus membabi buta. Pauw
Lian melihat kenekadan lawannya menjadi marah juga, sambil
berseru, "Awas balasan serangan-ku!" ia mendesak dengan sepasang
kepalan dan sepasang kakinya yang dapat bergerak cepat sekali.
Hong Ing terdesak mundur dan keadaannya berbahaya! Pada saat
itu terdengar seruan orang,
"Ing-mo!, jangan khawatir, aku datang," Belum habis gema suara
itu, orangnya telah datang dan tiba-tiba Pauw Lian melihat seorang
260 pemuda baju putih berdiri di depannya menggantikan Hong Ing
yang kini berdiri di belakang pemuda itu! Alangkah girang hati Hong
Ing mendengar suara dan melihat orang yang baru datang ini.
Segera ia menubruk maju dan memeluk,
"Han-ko! Syukur kau datang. Tolonglah aku dan hajarlah wanita
yang sangat menghinaku ini!" Melihat Hong Ing memeluk pemuda
itu, Pauw Lian mengeluarkan suara cemoohan,
"Hm, tak tahu malu!" Hong Ing menghadapinya dengan bertolak
pinggang. "Mau apa" Ini kakakku dan kalau kau memang perempuan gagah,
lawanlah dia. Kalau kau menang, aku bersedia berlutut seratus kali
di depanmu dan menyebut nenek guru padamu!" Biarpun ia tahu
bahwa pemuda yang berdiri bingung di depannya ini bukanlah
lawan ringan, namun Pauw Lian merasa gemas dan marah juga
mendengar tantangan Hong Ing.
"Apa yang harus ditakuti?" katanya dan tanpa banyak cakap lagi ia
menerjang Han Liong dengan serangan Harimau Mencuri Hati!
Tadinya Han Liong hendak mendamaikan mereka karena ia tahu
bahwa adiknya suka sekali mencari onar, tapi ia tak diberi
kesempatan dan gadis itu langsung memukul Han Liong. Angin
pukulan gadis baju hitam ini berat dan kuat sekali. Karenanya
terpaksa ia melayaninya dengan hati-hati dan sebentar saja ia
261 diam-diam mengeluh karena lawan yang dipilih Hong Ing kali ini
benar - benar merupakan lawan terberat yang pernah ditemuinya!
Ia kagum sekali akan kepandaian gadis yang jelita ini dan tak lama
kemudian ia merasa makin kagum bercampur heran karena
ternyata kepandaian gadis itu, baik ginkang maupun lweekangnya,
tidak berselisih jauh dengan kepandaiannya sendiri! Timbul hati
sayangnya dan ia ingin sekali tahu siapakah gadis ini dan murid
siapakah ia" Sebaliknya, Pauw Lian merasa terkejut dan heran sekail mengapa
pemuda ini demikian lihai dan sungguh di luar dugaannya semula.
Gadis yang baru berusia sembilan belas tahun itu yang baru saja
turun gunung merasa diri tiada tandingnya lagi, karena memang ia
sudah memiliki ilmu silat yang mendekati batas kesempurnaan,
bahkan suhengnya sendiri, Heng-san Koail-hiap Lie Bun Tek yang
terkenal akan kelihaian dan kepandaiannya, tak dapat
mengalahkannya, terutama dalam ilmu pedang! Maka, kini
menghadapi Han Liong jang dapat melayani, bahkan dapat
mendesaknya, ia menjadi gusar sekali. Dengan teriakan marah ia
mencabut pedangnya. Sinar hitam berkelebat di depan muka Han
Liong dan pemuda ini tertejut melihat gadis itu kini memegang
sebilah pedang hitam yang sinarnya menyeramkan.
Tiba-tiba ia teringat akan kata-kata suhunya, Kam Hong Siansu
yang mengatakan bahwa di dunia ini masih terdapat Ilmu silat
pedang yang dapat menandingi Pek-liong-kiamsut, yakni OuwLiong-Kiamsut atau Ilmu Pedang Naga Hitam. Dan gadis ini
mempunyai sebuah pokiam berwarna hitam berukir naga pula.
262 Bukankah pedang ini yang disebut Ouw-liong-pokiam" Hampir
saja ia melompat keluar kalangan tapi tiba-tiba timbul
kegembiraannya untuk mencoba sampai dimana kehebatannya
Ouw-liong Kiamsut! Iapun mencabut Pek-Hong-pokiamnya dan
menangkis setiap serangan gadis itu. Pauw Lian melihat sinar
pedang Han Liong putih melepak seperti perak juga merasa
terkejut. Iapun pernah mendengar gurunya bercerita tentang Pek
liong-pokiam, maka sama juga halnya dengan hati Han Liong, ia
ingin sekali mencoba ketinggian ilmu pedang pemuda itu.
Kalau tadi ketika bertempur mengadu kepalan mereka berkelebat
ke sana ke mari hingga dua bayangan hitam dan putih seakanakan tergabung menjadi satu, kini dua pokiam itu dimainkan
sedemikian cepatnya sehingga yang tampak hanya dua gulung
sinar hitam dan putih berputar-putar cepat seperti kilat, sedangkan
dua orangnya sama sekail tak tampak pula! Tentu saja melihat
pertunjukan ini, Hong Ing hanya memandang dengan mulut
ternganga saking kagumnya. Sementara itu, si kedok hitam juga
sedang bertempur dengan hebatnya melawan Lie Bun Tek.
Pedang dan joan-pian saling serang dan saling tangkis sampai
mengeluarkan bunga api. Pada saat pertempuran sedang hebathebatnya, tiba-tiba terdenger orang menyebut.
"Siancai, siancai, Lie Bun Tek Enghiong, tahan senjatamu dan
maafkan muridku. Un Kiong, buang pedangmu!" Mendengar
seruan ini, dengan berbareng si kedok hitam dan Heng-san Koaihiap melompat mundur dan menahan senjata masing-masing,
karena si kedok hitam mengenal suara gurunya sedangkan Lie Bun
263 Tek kenal pula suara Khouw Sin Ek atau Sin-chiu talhiap yang telah
menolongnya ketika bertempur di atas geeteng Istana Putih!
Sebaliknya, Hong Ing yang mendengar nama Un Kiong disebut
segera menghadapi mereka dengan heran. Lio Bun Tek menjura
kepada Sin-chiu Taihiap sambil berkata.
"Maafkan siauwte, Lo-Taihiap." Dan si kedok hitam berlutut sambil
menyebut, "Suhu." "Un Kiong, buka kedokmu! Terhadap kawan-kawan segolongan,
tak perlu kau menyembunyikan mukamu." Si kedok hitam segera
merenggutkan sutera hitam itu dan Hong Ing hampir saja tak dapat
menahan jerit herannya, karena si kedok hitam itu bukan lain ialah
si pemuda tolol, Tan Un Kiong, putera dari Tan cian-bu yang tinggal
di dekat Istana Putih! Hal ini sama sekali tak disangkanya, maka
tanpa terasa kakinya bertindak maju mendekati pemuda itu lalu,
sambil menatap wajahnya, ia berkata,
"Kau...?"" Un Kiong hanya teneayum dan menjura.
"Hong Ing cici!" Lie Bun Tek berseru kepada Pauw Lian yang masih
bertempur. 264 "Sumoi, tahan pedangmu..." Tapi Khouw Sin Ek mencegahnya dan
berkata perlahan "Jangan ganggu mereka... Tak usah khawatir,
mereka takkan melukai satu sama lain. Lihat, alangkah hebatnya
kiamsut mereka. Sungguh yang tertinggi di dunia ini. Lihat...
bukankah mirip sepasang naga hitam dan putih bermain-main di
awan?" Setelah puas menonton. Pendekar Besar kepalan Malaikat
ini mengambil dua buah batu kecil dan mengayunkannya dua buah
batu itu ke arah dua gundukan sinar hitam putih yang sedang
bertempur. "Jiwi, silakan berhenti!" Suaranya terdengar nyaring dan keras
sekali. Dua buah batu kecil itu dengan tepat menghantam dua
pedang, tapi tak membikin pedang itu terenggut, bahkan dua buah
batu itu terbelah dengan mudah dan jatuh ke atas tanah. Tetapi ini
cukup membuat Han Liong dan Panw Lian insyaf bahwa ada orang
yang pandai memisahkan mereka. Mereka tidak berani
memandang rendah dan keduanya segera melompat sambil
menjura. Sepasang mata Pauw Lian yang jeli menatap wajah Han
Liong dengan kagum, sebaliknya Han Liong juga tertarik sekali
akan kepandaian gadis itu.
Pada saat mereka saling pandang itu, seakan-akan ada sesuatu
yang mengikat hati mereka dan membuat mereka malu hingga
serentak pula keduanya menundukkan muka. Lie Bun Tek
memperkenalkan pendekar tua itu kepada sumoinya sedangkan
Hong Ing yang masih saja bermain mata dengan Un Kiong segera
265 lari dan memegang lengan kakaknya. Gadis ini dengan lincah dan
gembira memperkenalkan Un Kiong kepada Han Liong dan serta
merta mempercakapkan bagaimana "pemuda tolol" itu telah
menolongnya lari dari Istana Putih. Berkat kebijaksanaan Khouw
Sin Ek yang mempunyai nama harum dan disegani, mereka dapat
menahan rasa sakit hatinya dan melenyapkan rasa permusuhan,
kemudian masing-masing memperbincangkan riwayat masingmasing untuk menghindarkan salah faham.
"Cuwi sekalian tentu heran melihat kenyataan bahwa aku orang tua
mempunyai seorang murid putera seorang pembesar yang
berpengaruh di kalangan pahlawan raja. Biarpun aku orang she
Khouw bukan termasuk seorang anti kaisar, namun memang
terdengar ganjil bahwa aku mengambil murid seorang putera cianbu! Hal ini ada sebabnya, maka kalian dengarlah riwayatku dan
muridku Tan Un Kiong ini." Demikian Khouw Sin Ek mulai
membuka riwayatnya. Khouw Sin Ek adalah seorang hiapkek
besar, yang mewarisi kepandaian silat tunggal dari Bong Tak
Totiang, seorang pertapa dan ahli persilatan Thai-san yang
mengasingkan diri dan diam-diam menciptakan ilmu silat dari Thaisan, Bu-tong dan Siaw-lim yang ia gabungkan menjadi satu.
Totiang ini kemudian menurunkan semua kepandaiannya kepada
Khouw Sin Ek karena ia melihat bahwa Khouw Sin Ek mempunyai
tulang baik dan pribudi tinggi.
Setelah belasan tahun belajar dan dapat mewarisi semua
kepandaian suhunya, Khouw Sin Ek mulai berkelana dan
menggunakan kepandaiannya untuk melakukan pekerjaan
266 menolong sesama manusia. Sepak terjangnya yang gagah
perkasa membuat namanya harum. Disegani, dikagumi kawan dan
ditakuti lawan. Pernah seorang diri ia membunuh Pangeran Liok
Bin Ong yang terkenal jahat dan memeras rakyat dengan
sewenang-wenang. Kemudian ia mengobrak-abrik sarang
perampok di Gunung Kim-wat-san yang dikepalai oleh Kang Leng
Giap, seorang jagoan berilmu tinggi yang karena sombong serta
mengagung-agungkan diri sebagai orang gagah nomor satu lalu
berbuat sewenang-wenang saja, merampok rakyat dan petani
yang sudah miskin dan hidup melarat.
Tentu saja hal ini membuat hiapkek Khouw Sin Ek marah sekali.
Kepala perampok kejam ini akhirnya tewas dalam tangan Khouw
Sin Ek dan semenjak itu ia mendapat nama julukan sin-chiu-taihiap
atau Pendekat Gagah Kepalan Malaikat! Tetapi, betapapun
gagahnya seseorang, tetap harus tunduk kepada kekuasaan yang
lebih tinggi sehingga pada suatu hari Sin-chiu Taihiap Kouw Sin Ek
diserang sakit panas yang berat. Pada masa itu ia memang
menjadi buronan dan dicari oleh para pengawal raja karena ia telah
membunuh Pangeran Liok Bin Ong. Justeru yang mendapat tugas
untuk mencarinya adalah Tan cian-bu, ayah Un Kiong! Ketika
Khouw Sin Ek tengah rebah tak berdaya karena sakitnya di sebuah
kelenteng kotor dan rusak, Tan cian-bu dapat membekuknya.
Namun Tan cian-bu yang jujur dan berwatak satria itu, merasa
kagum dan sayang kepada Sin-chiu taihiap, karena menurut
pendapatnya, orang semacam Liok Bin Ong itu memang sudah
sepatutnya dilenyapkan dari muka bumi ini! Ia pikir pula kalau ia
267 sendiri tidak menjabat pangkat cian-bu, tentu telah siang-siang ia
pergi mencari pangeran jahat dan cabul itu untuk menghajarnya.
Demikian ia menyelamatkan jiwa Sin-chiu-taihiap dari hukuman.
Khouw Sin Ek merasa berterima kasih dan kagum melihat
kepribadian Tan cian-bu, maka untuk membalas jasanya, ia secara
diam-diam tidak setahu kapten she Tan itu, telah mengangkat Un
Kiong sebagal muridnya. Pada suatu hari ketika Un Kiong yang
berusia tujuh tahun itu bermain-main di dalam taman bunga,
Khouw Sin Ek datang. Di depan anak itu ia meloncat ke sebuah
pohon dan menggunakan tangannya menangkap burung,
Sedangkan ketika ia turun kembali, burung di telapak tangannya
yang menggerak-gerakkan sayap itu ternyata tak dapat terbang,
seakan-akan menempel di telapak tangan Khouw Sin Ek. Tentu
saja Un Kiong sangat tertarik dan ia terima dengan gembira ketika
orang tua itu mengangkatnya sebagai murid. Tapi Khouw Sin Ek
tak ingin orang mengetahui bahwa ia menerima murid seorang
putera kapten pengawal raja, maka ia pesan dengan keras kepada
muridnya supaya tidak membocorkan rahasia ini. Un Kiong
ternyata selain berkemauan besar dan berbakat baik, juga berhati
teguh sehingga terdadap orang tua sendiripnn ia tidak
memberitahukan bahwa ia telah menjadi murid Sin chiu Tai hiap
Khouw Sin Ek yang berkepandaian sangat tinggi! Bahkan untuk
menyembunyikan kepandaiannya, ia berpura-pura menjadi
pemuda tolol! "Demikianlah maka Un Kiong menjadi muridku. Pertama karena
ayahnya pernah monolongku dan kedua karena aku melihat ia


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

268 mempunyai bakat baik." Khouw Sin Ek menutup penuturannya.
Kini giliran Tan Un Kiong menuturkan pengalamannya.
"Sebagai seorang keturunan perajurit sejati, ayah sangat
mengutamakan kesetiaan kepada pemerintah. Ia berpendirian
bahwa betapapun bcntuk pemerintah yang diabdinya, seorang
perajurit harus membelanya dengan setia, siap mengorbankan jiwa
raganya. Aku tak dapat menyalahkan sikap ini yang menurut
pendapatku betul juga. Karena itulah maka biarpun aku merasa
bersimpati akan perjuangan para patriot bangsa, namun sebagai
putera seorang kapten barisan penjaga istana raja, aku tak berani
berhubungan dengan mereka. Lagi pula, menurut pendapatku, raja
yang memerintah tidaklah demikian jahat sebagaimana banyak
disangka orang. Ia hanya terpengaruh oleh hasutan para durna
yang jahat. Ayah sangat benci kepada para durna ini, teristimewa
kepada Co Thaikam yang makin lama makin besar pengaruhnya.
Ayah sangat sedih memikirkan keadaan kaisar."
Demikian Un Kiong memulai penuturannya. Kemudian ia
mengatakan bahwa ayahnya pernah berkata kepadanya tentang
adanya bisikan bahwa Co Thaikam bermaksud hendak
memberotak! Memang thaikam ini telah pengaruhi para pembesar
tinggi sehingga kaisar seakan-akan terkurung. Mendengar hal ini
dan karena kasihan melihat kesedihan ayahnya juga karena
berkali-kali ayahnya menyatakan penyesalannya bahwa Un Kiong
demikian tolol, pemuda itu diam-diam mulai melakukan
penyelidikan terhadap penghuni Istana Putih yang ia tahu adalah
269 kaki tangan Co Thaikam. Pernah ia menggeledah semua kamar
tapi hasilnya nihil. Kebetulan sekali ia dapat mendengar kejumawaan Kek Kong Tojin
sehingga ia memberanikan diri mencuri dokumen-dokumen itu,
tepat pada waktu Heng-san Koai-hiap Lie Bun Tek bertempur
dengan tiga iblis wanita. Setelah berhasil memasuki kamar Hong
Ing di mana memang ia tahu terdapat sebuah jalan rahasia, ia yang
merasa tertarik dan suka kepada nona ini, membujuknya lari.
Maksud Un Kiong hendak membawa dokumen yang di antaranya
terdapat rencana pemberontakan Co Thaikam itu terhadap Istana
raja dan membongkar rahasia busuk ini kepada raja! Ia sengaja
memakai kedok agar tak dikenal oleh para penghuni Istana Putih
dan kaki tangannya, karena kalau sampai ketahuan tentu ayahnya
berada dalam bahaya dan akan mereka musuhi. Ketika tiba giliran
Hong Ing bercerita, sebelumnya nona ini sambil memegang lengan
Pauw Lian, berkata dengan suara manja.
"Cici harap maafkan aku sebanyak-banyaknya karena telah
berlaku kurang ajar padamu. Sebenarnya aku... aku iri melihat
kecantikan dan kepandaianmu," sampai disini ia mengerling
kepada Han Liong "Dan nanti sewaktu-waktu kuharap cici suka
mengajar Ilmu pedang padaku."
"Ah, bukankah kau sudah mempunyai seorang kawan yang dapat
mengajarmu dan yang kepandaiannya tidak terkalahkan olehku?"
Pauw Lian balas menggoda dengan kerlingan mata ke arah Un
270 Kiong. Godaan ini mengenai tepat, tapi dasar cerdik. Hong Ing
bahkan dapat membelokkan godaan ini untuk.menggoda Un Kiong
dengan berkata, "Kau maksudkan saudara Tan Un Kiong" Aah, bukankah ia
pemuda tolol yang tak mengerti apa-apa" Ketahuilah, pernah ia
meniru-niru aku belajar ilmu pedang dengan gerakan-gerakan
sepertiseorang badut!" Mendengar ini semua orang tertawa, tak
terkecuali Khouw Sin Ek, hanya Un Kiong saja yang membesarkan
matanya kepada Hong Ing, tetapi mukanya merah karena malu!
Diam-diam Hong Ing merasa suka kepada Pauw Lian yang
ternyata juga bersifat jenaka dan suka main-main seperti dia pula.
Heng-san Koai hiap Lie Bun Tek meneeritakan riwayatnya sendiri
dan sumoinya secara singkat. Di puncak Gunung Heng-san
terdapat sebuah bio (kelenteng) tua yang sederhana, di mana
tetdapat seorang pertapa wanita yang sudah tua. Pertapa. wanita
ini bukan lain ialah sumoi dari Kam Hong Siansu, yang bernama
Kui Giok Ciu Suthai. Ilmu kepandaian Kui Giok Ciu Suthai ini tinggi
sekali, terutama ilmu pedangnya. Sebenarnya ketika mudanya
diantara Kui Giok Ciu dan Kam Hong Siansu kedua kakak beradik
seperguruan ini, terjalin tali asmara yang erat. Tapi sungguh
mengharukan sekali, hubungan mereka terputtus karena
kecurangan seorang pemuda yang merasa iri hati dan
menggunakan siasat jahat sehingga suheng dan sumoi yang saling
menyinta itu pada suatu hari sampai dapat ditipu dan merasa
cemburu kepada yang lain.
271 Pemuda curang itu tidak berhenti sampai di situ saja, bahkan ia
dapat bertindak demikian jauh dan membuat mereka berdua pada
suatu hari mengadu Ilmu pedang di atas bukit Kam-hong-san!
Ternyata kepandaian mereka berimbang dan biarpun sudah
bertempur hampir semalam penuh sampai melebihi ribuan jurus
belum juga kelihatan siapa yang lebih unggul. Kam Hong Siansu
yang ketika itu masih bernanama Bun Sin Wan menggunakan PekLiong-pokiam dan memainkan Pek-liong-kiamsut, sedangkan Kui
Giok Ciu menggunakan Ouw-liong-Pokiam dan memainkan OuwLiong-kiamsut. Ilmu pedang mereka memang secabang, hanya
terdapat perbedaan sifat saja karena suhu mereka memang
sengaja mencipta kedua ilmu pedang itu khusus untuk murid
wanita dan murid laki-laki yang dua orang itu.
Suhu mereka adalah seorang pertapa aneh yang mengasingkan
diri dan hanya mereka kenal dengan sebutan Bu Beng Lojin atau
Orang Tua Tak Bernama. Orang aneh ini, mempunyai sepasang
Pedang Pusaka Naga Putih dan Naga Hitam! Dan kedua pedang
itu ia berikan kepada kedua muridnya dengan pesan agar pedang
itu kelak diberikan kepada murid-murid yang benar-benar
bertulang bersih dan berjiwa luhur. Agaknya memang sudah
merupakan sumpah keturunan bahwa siapa saja yang memegang
kedua pedang itu tentu terlibat dalam urutan asmara. Demikianpun
Kui Giok Ciu dan suheagnya. Diam-diam hati mereka tertusuk
panah asmara sehingga mereka tak berdaya lagi. Tapi ikatan yang
seharusnya mendatangkan kebahagiaan ini, hancurlah oleh
272 kecurangan pemuda she Gak yang juga seorang ahli silat tinggi
dari cabang Bu-tong. Akhirnya kedua suheng dan sumoi itu sadar juga akan kecurangan
Gak Bin Tong dan mereka berdua mencarinya lalu membunuhnya.
Tapi hubungan mereka telah renggang, di sudut hati kecil mereka
telah dikotori sakit hati dan kekecewaan. Namun, agaknya mereka
masih merasa berat dan saling setia sehingga mereka berdua
bersumpah takkan kawin dengan orang lain dan tinggal
membujang selama hidup dan hidup sebagai pertapa di atas
gunung! Bun Sin Wan bertapa di atas bukit Kam-hong-san dan
memakai nama Kam Hong Siansu dan Kui Giok Ciu bertapa di atas
bukit Heng-san dan disebut Kui Suthai. Mereka berdua bertapa
sambil memperdalam Ilmu pedang mereka dan mereka telah
berjanji akan menurunkan kepandaian kepada seorang murid dan
kemudian murid mereka akan menetapkan siapa yang lebih
unggul! Ternyata kemudian bahwa murid Kam Hong Siansu yang mewarisi
Pek-Liong Kiamsut dan Pedang Pusaka Naga Putih adalah Si Han
Liong, sedangkan yang mewarisi Ouw-Liong Kiamsut dan Pedang
Pusaka Naga Hitam adalah Pauw Lian. Selain Pauw Lian, pertapa
wanita itu masih menerima seorang murid lagi, yakni Lie Bun Tek,
seorang yatim-piatu yang hidup terlunta-lunta dan tersesat naik ke
Gunung Heng-san. Melihat anak itu bertulang baik dan patut
dijadikan seorang pendekar, Kui Giok Ciu Suthai memungutnya
dan mendidiknya. Tapi karena Ilmu Pedang Naga Hitam hanya
diperuntukkan seorang saja, maka ia tidak memberi pelajaran ilmu
273 pedang kepada muridnya ini, sebaliknya menurunkan ilmu silat
joan-pian yang lihai dan yang tingkatnya hanya sedikit lebih rendah
daripada Ouw-Liong Kiamsut.
Demikianlah, Heng-san Koai-hiap Lie Bun Tek menuturkan
riwayatnya, tentu saja ia tak menuturkan riwayat gurunya di atas
karena ia tidak tahu akan hal itu. Sebaliknya Pauw Lian juga diam
saja dan tidak banyak menuturkan keadaan diri dan asal-usulnya,
karena ia merasa malu kepada Han Liong. Hanya kadang-kadang
ia mencuri dengan kerlingan mata ke arah pemuda itu, dan dengan
tajam matanya menatap Pedang Pusaka Naga Putih yang
tergantung di punggung Han Liong. Sebetulnya, siapakah nona
Pauw Lian ini" Marilah kita ikuti riwayatnya secara singkat. Ketika
Kui Giok Ciu sambil memegang Pedang Pusaka Naga Hitam
berpisah dari Bun Sin Wan dengan hati patah akibat asmara gagal,
ia terjun ke dalam kaiangan kang-ouw dan melakukan hal-hal yang
menggemparkan. Dengan pedang hitam di tangan, ia binasakan
Lima Iblis dari Keng-liat yang terkenal jahat,
Mengobrak-abrik sarang kawanan penjahat dan perampok di Bukit
Heng-san yang dikepalai oleh si Raja Naga Teng Lok, pergi ke atas
Kun-lun-san dan dengan ilmu pedangnya mengalahkan semua
cabang atas dari cabang Kun-lun, lalu seorang diri mengambil
kepala durna Tui Keng Hok yang berpengaruh besar dan terkenal
jahat pemeras rakyat. Masih banyak hal-hal luar biasa ia lakukan
untuk melampiaskan sakit hati dan kekecewaannya akibat asmara
gagal! Kemudian ia memilih bukit Heng-san sebagai tempat
pertapaan dan semenjak itu ia menyembunyikan diri di gunung itu.
274 bertapa dan memperdalam ilmu pedangnya Ouw-liong Kiamsut
karena khawatir kalau-kalau kelak muridnya tak dapat melawan
murid suhengnya! Ia bertapa semenjak masih gadis remaja berusia
tak lebih dari dua puluh tahun sampai menjadi seorang nenek
berusia lima puluh tahun lebih.
Pada suatu hari, dengan tak disengaja Kui Giok Cin melihat
bayangan sendiri di dalam telaga dan ia menjadi terkejut melihat
bayangan tubuhnya merupakan seorang nenek tua yang telah
putih rambutnya! Tak terasa ia menangis tersedu-sedu dan ia
terkejut pula ketika teringat bahwa ia belum mempunyai murid.
Maka pergilah ia turun gunung dengan maksud mencari murid.
Baru saja ia menuruni bukit Heng-san di dalam sebuah hutan ia
melibat seorang anak laki-laki berusia kurang lebih lima belas
tahun roboh di bawah pohon Siong besar dalam keadaan sakit.
Anak muda itu ternyata adalah Lie Bun Tek, seorang anak yatim
piatu yang hidup sebatang kara dan terlunta-lunta. Pada saat itu ia
menderita sakit dan rebah tak berdaya dalam hutan itu. Kui Giok
Ciu Suthai merasa kasihan sekali melibat kesengsaraan anak
muda itu dan ia teringat akan keadaan dan nasib sendiri.
Maka ia segera menolongnya dan memberi obat dan setelah Lie
Bun Tek sembuh, ia pesankan kepada anak itu untuk menjaga
tempat pertapaannya selama ia pergi. Maka ia kembali pergi
mencari murid. Ia maklum bahwa Lie Bun Tek adalah seorang anak
yang bertubuh bersih dan mempunyai dasar yang baik untuk
menjadi orang gagah. Sebenarnya takkan kecewa kalau ia
mempunyai murid seperti anak itu, tapi sayang bahwa Lie Bun Tek
275 bukanlah seorang wanita, sedangkan Ouw-liong Kiamsut harus
diturunkan kepada seorang murid wanita sebagaimana yang selalu
ia cita-citakan. Selama lima tahun Kui Suthai merantau dalam
usahanya mcncari seorang anak yang pantas menjadi muridnya.
Ia tidak ingat untuk pulang ke atas Gunung Heng-san sebelum
berhasil mendapat seorang murid yang cocok.
Pada suatu hari ketika ia melalui sebuah hutan, ia mendengar
suara orang berteriak minta tolong. Ia mempercepat langkahnya
dan menuju ke arah suara itu. Di atas lapangan rumput ia melihat
seorang laki-laki sedang berkelahi melawan empat orang yang
mengeroyoknya. Seorang yang berpakaian pelayan roboh
bermandikan darah dan rupanya ialah yang berteriak-teriak minta
tolong tadi. Kepandaian orang yang dikeroyok itu cukup baik tapi
menghadapi empat orang yang bersenjata golok sedangkan ia
sendiri bertangan kosong, ia kelihatan sibuk juga. Tubuhnya telah
penuh dengan luka-luka, tapi ia masih bisa melawan dengan
gigihnya. Di dekat itu kelihatan sebuah kereta kecil dan seorang
anak perampuan yang baru berusia kurang lebih lima tahun
berseru-seru kepada ayahnya yang sedang dikeroyok.
"Ayah, pukul, ayah. Pukul mereka!" Kedua tangannya yang kecil
terkepal erat-erat dan sepasang matanya yang bening menyalanyala. Melihat keadaan mereka, Kui Suthai segera bertindak.
Sekali ia berkelebat dan menggunakan kedua tangan dan kakinya,
tubuh keempat penjahat itu terlempar jauh dan roboh tak dapat
bangun lagi! Laki-laki yang dikeroyok itu tak tahu apa yang telah
terjadi. Ia hanya melihat bayangan putih berkelebat dan tahu-tahu
276 keempat musuhnya menjerit dan terlempar jatuh dan tidak bangun
lagi. Tadi ia tak sempat memikirkan itu semua karena kepalanya
terasa pusing dan tubuhnya lemah. Ia telah mengeluarkan
terlampau banyak darah. Dengan langkah lemah lunglai ia
menghampiri anaknya, tapi sebelum sampai di kereta anaknya itu,
ia telah roboh terguling.
"Ayah!" Anak perempuan itu menjerit dan meloncat dari atas kereta
lalu memeluk tubuh ayahnya yang penuh dengan darah.
Ternyata laki-laki itu idalah Pauw Bin Siong, seorang pedagang
kecil yang baru saja ditinggal mati isterinya dan sedang menuju ke
kampung halamannya dengan seorang anak dan seorang pelayan.
Ia bermaksud pindah ke kampung sendiri agar dapat bersatu
dengan orang tuanya agar anaknya ada yang merawat. Pauw Bin
Siong menderita luka terlampau berat dan sejak tadi mengeluarkan
banyak darah, maka Kui Suthai melihat keadaannya hanya bisa
goyang-goyang kepala saja. Tak berapa lama lagi Pauw Bin Siong
yang bernasib malang itu meninggal dunia dalam pelukan anak
perempuannya yang baru berusia lima tahun itu! Anak perempuan
itu bernama Lian dan semenjak saat itu ia menjadi yatim piatu dan
dibawa oleh Kui Suthai keatas gunungnya. Memang pandangan
mata Kui Suthai tajam dan tepat. Ternyata bahwa Pauw Lian
adalah seorang anak perempuan yang cerdik dan pandai.
Ketika tiba di atas Gunung Heng-san, Kui Suthai girang sekali
melihat bahwa Lie Bun Tek, pemuda yang dulu disuruhnya
277 menjaga pertapaan, ternyata masih berada di situ seorang diri!
Tapi sungguh kasihan, pemuda itu menderita kesedihan ditinggal
seorang diri, dan penderitaannya demikian hebat hingga tubuhnya
menjadi kurus dan rambut di kepalanya telah berubah putih semua!
Melihat kesabaran dan kesetiaannya, Kui Suthai merasa sangat
terharu dan ia turunkan Ilmu silet joan-pian kepada pemuda itu dan
ia belajar dengan rajin. Tapi, sebentar saja ia ketinggalan oleh
sumoinya, Pauw Lian yang benar-benar cerdik dan berbakat itu.
Telah beberapa kali Kui Suihai menyuruh Lie Ban Tek turun
gunung melakukan tugas menolong sesama manusia yang
tertindas dan yang sengsara, hingga Lie Bun Tek menjadi terkenal
dan digelari orang Heng-san koai-hiap atau Pendekar Aneh dari
Heng-san. Karena Pauw Lian masih sangat muda juga adatnya agak keras
tak mau kalah. Kui Suthai tak memperkenankan gadis itu turun
gunung biarpun berkali kali Pauw Lian memohon kepada gurunya


Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk sekali-kali ikut suhengnya. Waktu berlalu cepat dan dengan
tak terasa Pauw Lian telah menjadi seorang gadis berusia
sembilan belas lanun. Ia sangat cantik jelita hingga gurunya makin
sayang padanya. Melihat bahwa semua dasar ilmu silat tinggi telah
dimiliki muridnya, maka ia turunkan ilmunya yang terakhir, ialah
Ouw liong Kiamsut. Ketika ia memberikan pedang Ouw-liong
pokiam kepada Pauw Lian, ia menyuruh gadis itu bersumpah,
Kemudian ia membetitahu kepada muridnya itu bahwa biarpun
Ouw-liong Kiamsut boleh menjagoi di kalangan kang-ouw, namun
masih ada tandingannya, yakni Pek-liong Kiamsut.
278 Dan ia ceritakan kepada muridnya akan hal suhengnya yang kini
bertapa di Kam-hong-san dan bergelar Kam Hong Siansu dan
bahwa suhengnya itu mempunyai sebuah Padang Pusaka Naga
Putih. Secara menyindir iapun menceritakan betapa ia sudah
berjanji dengan suhengnya itu untuk menetapkan mana yang lebih
unggul antara Ouw-liong Kiamsut dan Pek-liong Kiamsut. Ia hanya
pesan kepada muridnya agar berlaku sangat hati-hati jika
menghadapi Pek liong Kiamsut. Biarpun telah menjadi seorang
pertapa yang menjauhkan diri dari dunia ramai, Kui Suthai
mempunyai jiwa patriot dan ia tidak senang melihat kedua
muridnya menjadi orang tak berguna. Maka diperintahkannya
kedua muridnya itu turun gunung dan membantu gerakan kaum
pembela rakyat yang gagah perwira. Tentu saja Pauw Lian merasa
girang sekali, karena ini adalah yang pertama kalinya ia turun
gunung. Di bawah bimbingan suhengnya yang sudah berpengalaman,
Pauw Lian mulai melakukan tugas mulia bersama-sama
suhengnya dan banyak rakyat yang telah menerima budi mereka.
Kemudian mereka tiba di kota raja dan Lie Bun Tek mendengar
akan hal istana putih. Ia menyuruh sumoinya tinggal di rumah
penginapan dan menanti di sana sedangkan ia sendiri pergi
menyelidik di istana putih yang terkenal itu. Dan dengan sangat
kebetulan ia mendengar kesombongan Kek Kong Tojln yang
bercerita tentang turut surat rahasia itu. Maka ia menjadi sangat
girang dan mencoba merampas surat-surat itu yang berarti
membantu perjuangan kaum patriot. Tapi tak tersangka bahwa
pada saat itu muncul seorang berkedok yang mendahuluinya dan
279 yaug ternyata adalah Tan Un Kiong, pemuda yang mengagumkan
itu. Lie Bun Tek mengakhiri ceritanya dengan berkata,
"Tak kami sangka sama sekali bahwa pemuda berkedok yang lihai
itu bukan lain juga orang segolongan sendiri yang hendak
membela rakyat. Biarpun di sini terdapat sedikit perbedaan di
antara Si Taihiap dengan Tan Taihiap, yakni seorang memusuhi
kaisar dan yang seorang tidak, namun pada dasarnya serupa yakni
membela rakyat yang tertindas!"
"Menurut pendapatku, surat-surat penting itu harus diserahkan
kepada Si-taihiap." Pauw Lian tiba-tiba berkata dengan suara
tetap. Semua orang memandangnya dan Han Liong
memandangnya dengan heran,
"Pauw Lian cici mengapa berlaku segan-segan" Bukankah kau
sudah tahu bahwa Han-ko ini murid dari supeh-mu" Jadi kau
bukanlah orang luar, tetapi masih terhitung sumoi-nya. Mengapa
kau sebut dia taihiap-taihiapan!" tegur gadis jenaka itu sambil
melonjongkan mulutnya yang manis. Bukan main sibuknya Pauw
Lian ketika itu. Seluruh mukanya yang jelita dan berkulit putih
bersih itu tiba-tiba saja menjadi merah sampai ke telinganya. Han
Liong ketihen melihatnya dan diam-diam ia membelalakkan
matanya kepada Hong Ing yang ketika melihat sikapnya ini lalu
mencibir kepadanya! Untuk menolong Pauw Lian yang bingung
karena pukulan Hong Ing tadi, Han Liong berkata tenang,
280 "Pauw sumoi, adikku berkata betul. Tetapi, kau tadi berkata bahwa
surat-surat itu harus diserahkan kepadaku, mengapa dan apakah
alasanmu?" Pauw Lian menghela nafai panjang dan memandang
kepada pemuda itu dengan berterima kasih.
"Begini," katanya kemudian, "Si suheng telah bergabung dengan
orang-orang gagah di kalangan kang-ouw untuk melakukan
maksud besar dan menghancurkan pemerintah asing yang
menjajah. Justeru surat-surat ini perlu sekali untuk usahanya yang
suci itu. Memang Tan taihiap juga mempunyai alasan kuat untuk
memiliki surat-surat itu, namun bila dipertimbangkan lagi,
alasannya hanya berdasarkan kepentingan pribadi, sedangkan Si
suheng mendasarkan alasannya memiliki surat itu untuk
kepentingan rakyat jelata dan perjuangan suci." Semua orang
mendengar kata-kata yang lancar dan bijaksana ini dengan kagum,
tetapi Un Kiong diam-diam mengerutkan keningnya, Hong Ing yang
bermata tajam dapat melihat sikap pemuda "Tolol" itu.
"Aku tidak sependapat dengan Pauw cici!" tiba-tiba Hong Ing
berkata dengan gagah dan tegas. Kini semua oranglah yang
menatap wajahnya. "Kita orang-orang gagah harus menempatkan
keadilan di atas semua hal. Apa artinya gagah kalau tidak adil"
Jangan kira hanya mementingkan keperluan diri sendiri lalu
lupakan kepentingan orang lain. Saudara Tan Un Kiong telah
bersusah payah merampas surat-surat ini dan tak dapat disangkal
lagi dialah yang berhasil merampasnya hingga dia yang berhak
281 memilikinya sebelum dirampas oleh orang lain." Sampai di sini,
semua orang memandangnya heran, tak terkecuali Han Liong
yang berpikir apakah yang hendak ditelurkan oleh adiknya yang
nakal ini" Sementara itu, Pauw Lian yang suka berkata jujur dan
berterus terang, segera bertanya.
"Eh, eh, adik Hong Ing rupa-rupanya hendak mengadu orang" Kau
maksudkan bahwa kami atau seorang diantara kami harus
merampas surat-surat itu dengan kekerasan dari tangan Tantaihiap?" Kedua mata Hong Ing yang jernih seperti mata burung
Hong Itu melebar. "Hai, jangan terburu nafsu, cici! Masakan sesama kita harus saling
cakar" Maksudku dengan kata-kata sebelum dirampas oleh orang
lain ialah sebelum dirampas kembali oleh pihak lawan. Aku katakan
orang lain, apakah kalian semua ini termasuk orang lain" Maka jika
surat-surat itu semuanya diserahkan kepada Han-ko, kurasa
kurang adil terhadap saudara Tan Un Kiong. Alasannya cukup
kuat. Ayahnya seorang pembesar setia dan jujur, sedangkan dia
sebagai seorang putera hendak berbakti kepada ayahnya.
Bukankah alasan ini cukup mulia dan kuat?" Tiba tiba Han Liong
tersenyum. Diam-diam ia merasa sangat girang karena rupanya
adiknya yang bengal ini suka kepada pemuda she Tan itu!
"Hm, baru kali ini aku mendengar kau membela orang demikian
mati-matian!" Kata-kata ini diucapkan dengan suara sungguhsungguh, tapi pada wajah Han Liong yang cakap terbayang
282 senyum penuh arti hingga semua orang dapat mengerti
maksudnya dan tertawa sambil memandang wajah Hong Ing.
Gadis ini cukup cerdik dan ia tahu kemana maksud kata-kata
kakaknya. Wajahnya menjadi merah dan dengan muka asam ia
lalu cubit lengan kakaknya dengan keras hingga Han Liong
berteriak kesakitan. Orang-orang yang melihat sikap mereka
demikian mesra dan gembira sebagai kanak-kanak, diam-diam ikut
merasa senang. "Kalau tidak ada orang lain, pasti aku sudah putar telingamu. Enak
saja kau menggoda orang. Awas, lain kali kalau ada kesempatan
jangan katakan aku keterlaluan kalau aku membalas
mempermainkan kau. Bukan maksudku untuk begitu saja
menyerahkan surat-surat kepada saudara Tan Un Kiong dan
melupakan tugat dan kepentinganmu, tapi usulku ialah begini. Kita
periksa surat-surat itu, mana yang penting bagi keperluan saudara
Tan boleh dia ambil, sedangkan yang penting bagi kau boleh kau
ambil. Bukankah ini namanya adil?" Han Liong dan yang lain
mengangguk-angguk. "Kau memang cerdik," Han Liong memuji. Tapi Un Kiong tak setuju.
"Memang usul ini baik dan adil sekali," katanya, "Tapi bila aku
membawa surat tentang pemberontakan yang direncanakan Co
Thaikam itu saja tanpa surat-surat lain yang berupa amanat kaisar,
aku khawatir kaisar takkan mudah percaya begitu saja. Beliau
sangat teliti dan kalau sampai aku tidak dipercaya, maka mudah
283 bagi Co Thaikam mempengaruhi Kaisar dan sebaliknya ayahku
akan mendapat celaka." Hati Liong berkata kepada Khouw Sin Ek
yang semenjak tadi hanya diam saja, mengusap-usap jenggotnya
yang putih sambil sekali-kali tersenyum gembira melihat tingkah
anak- anak muda itu. "Khouw Lo-Enghiong, tolonglah memberi petunjuk kepada teecu
semua. Bagaimanakah baiknya hal surat-surat itu harus diatur?"
Sio-chiu Tai-hiap Khouw Sin Ek berkata tenang.
"Aku orang tua sebenarnya tidak mengerti tentang urusan ini. Tapi
mendengar alasan-alasan yang diajukan, memang kedua-duanya
mempunyai alasan kuat. Sayang surat-surat itu tidak bisa dibagibagi menurut kepentingan masing-masing sebagaimana yang
diusulkan oleh nona Hong Ing ini. Tapi, kurasa para kaki tangan Co
Thaikam itu tentu takkan berani cepat-cepat menjalankan rencana
mereka karena surat-surat telah berada di tangan orang lain.
Mereka tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari dan
merampas kembali surat-surat ini yang bagi mereka bukan hanya
sangat penting, juga sangat berbabaya." Tiba-tiba Han Liong
teringat sesuatu. Ia bangun berdiri dan berkata girang,
"Bukankah besok malam Go-gwee Cap-go. Ah, sungguh aku lupa.
Aku justeru bertugas mengundang orarng-orang gagah berkumpul
di bukit Beng-san pada Go-gwee Cap-go. Maka, harap cuwi sudi
menunda dulu soal surat-surat ini dan marilah kita menuju ke Bengsan untuk menghadiri pertemuan orang-orang gagah yang kami
284 undang. Kurasa, soal surat-surat inipun dapat dibicarakan dan
diputuskan di sana. Tan lauwte kuharap sukalah menunda
kepentingannya barang dua hari dan ikut menghadiri pertemuan
penting ini." Tan Ui Kiong tadinya merasa ragu-ragu, tetapi tiba-tiba
Hong Ing berkata girang, "Tentu saja saudara Tan suka ikat pergi. Ketempatan untuk
bertemu dengan para hohan yang berkumpul, belum tentu akan
didapatkan untuk kedua kalinya selama hidup. Koko Han Liong,
kau jangan tanya aku lagi mau atau tidak pergi ke sana.
Pendeknya, aku ikut pergi!" Han Liong tertawa dan dengan hormat
mengundang Khouw Sin Ek, Pauw Lian serta Lie Bun Tek.
Semua setuju dan beramai-ramai mereka berangkat menuju ke
Panji Sakti ( Jit Goat Seng Sim Ki) 4 Payung Sengkala Karya S D Liong Kisah Membunuh Naga 39
^