Pencarian

Pendekar Aneh Naga Langit 22

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 22


Sementara pihak Hoa San Pay, entah mengapa tidak tersebar adanya pembunuhan dan pembantaian terjadi disana, padahal ada ratusan anak murid di Hoa San yang tinggal dan hidup di Gunung Hoa San disana. Ternyata, Markas Besar Hoa San Pay di Pegunungan Hoa Pan ketika didatangi musuh, justru sudah dalam keadaan yang kosong melompong. Dan menemukan kondisi yang demikian, pentolan dari pihak musuh pada akhirnya memutuskan untuk memberi perintah membakar gedung-gedung yang berada disana. Kerugian pihak Hoa San untungnya hanya itu, apalagi karena gedung yang dibakar sudah dikosongkan dan tidak dijumpai adanya mahluk hidup serta harta pusaka Hoa San Pay sedikitpun. Tetapi, begitupun, berita tentang diserbunya Hoa San Pay tetap membuat banyak orang terhenyak, kaget dan sadar bahwa musuh benar-benar serius membantai perguruan lain. Hal yang pada satu sisi menghadirkan rasa seram, tetapi pada sisi lainnya mendatangkan amarah yang membakar orang untuk segera melakukan serangan balasan.
Ketika Tio Lian Cu mendengar kabar tersebut, dia tersentak kaget sekaligus senang. Dia dapat menduga, tentu Suhunya, para Supeknya serta tentunya para Suhengnya telah memutuskan untuk mengungsikan semua anak murid mereka terlebih dahulu karena sadar bahwa Hoa San bakalan menjadi target atau sasaran musuh. Inilah hal yang menyenangkannya. Tetapi, yang membuatnya marah adalah kebanggaan Hoa San Pay yang ternoda oleh terjangan musuh yang sampai membakar gedung-gedung di Hoa San itu. Pada awalnya Tio Lian Cu berpikir akan kembali ke Hoa San terlebih dahulu, tetapi ketika diberitahu kemudian dan menerima kabar lanjutan bahwa semua tokoh Hoa San Pay sudah pada turun gunung, maka akhirnya diapun membatalkan niatnya itu. Dia memutuskan untuk menuggu saja para Suhengnya menjelang Pertemuan besar untuk menyerang Markas Bu tek Seng Pay.
Maka dengan perasaan campur aduk, Khong Yan dan terutama Tio Lian Cu lanjut untuk mengerjakan tugas yang mestinya dikerjakan Thian Liong Koay Hiap. Dengan terus disabar-sabarkan oleh Khong Yan, pada akhirnya Tio Lian Cu dapat menerima kenyataan itu dan kini mengalihkan rasa marahnya kepara penculik. Kesanalah keduanya sedang menuju.
===================== Ada dua hal yang terjadi kemudian. Pertama, Sie Lan In yang juga bertemu dengan anggot-anggota Kaypang utusan Tek Ui Sinkay untuk menjumpai Thian Liong Koay Hiap, bergegas dengan menggunakan Sin Tiauw untuk menangani urusan yang ingin disampaikan Pangcu Kaypang itu kepada Thian Liong Koay Hiap. Dia sengaja tidak menunggu Thian Liong Koay Hiap dan bersama mengerjakannya, dan ini semata karena urusan yang sebenarnya sepele, tetapi penting bagi tokoh-tokoh dunia persilatan. Sie Lan In merasa bahwa dia mestinya diperlakukan sama dengan Thian Liong Koay Hiap karena merasa tidak kurang lihay dan tidak kurang hebat dibandingkan tokoh itu. Dan karena itu, tanpa menunggu Koay Ji atau Thian Liong Koay Hiap bergerak, dia sudah mengajukan dirinya dan bahkan memutuskan dirinya untuk melakukan tugas yang ingin dimintakan Tek Ui Sinkay untuk ditangani tokoh aneh itu. Sie Lan In memang tetap mengijinkan anggota Kaypang itu menemui Thian Liong Koay Hiap karena pasti ada urusan lain yang mau disampaikan, tetapi dengan pesan bahwa dia sudah turun tangan lebih dahulu untuk menanganinya. Lagipula, toch petunjuk kemana sebaiknya mencari dan siapa yang harus ditemui guna menangani urusan itu, sudah amat jelas disampaikan oleh para anggota Kaypang yang saat itu bertugas menyampaikan berita.
Sementara Koay Jie, begitu mengetahui bahwa Sie Lan In sudah berangkat duluan, dan menyadari bahwa gadis itu tak mungkin dia kejar karena mengendarai Sin Tiauw, pada akhirnya memilih untuk memeriksa urusan lain. Urusan yang dimaksud bisa dia kerjakan dalam perjalanan menuju Thian Cong San. Dalam dugaan dan juga perkiraannya, menggunakan Kuda, akan membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk sampai ke Thian Cong San. Tetapi jika berjalan kaki, membutuhkan waktu sampai sebulan baru bisa tiba di tempat perguruan suheng ketujuhnya. Karena itu, diapun berinisiatif menemui Toa Suhengnya untuk memberitahu ada hal yang masih harus ditanganinya terlebih dahulu:
"Toa Suheng, mohon ijin untuk menengahi persoalan antara Perguruan Hong Lui Bun bersama Pahlawan Bangsa Persia melawan Bu Eng Ho Khouw Kiat (Si Rase Tanpa Bayangan) dan murid tunggalnya Thian Cun Tui Hong (Malaikat Langit Pengejar Angin) Kat Thian Ho. Kita membutuhkan bantuan sahabat-sahabat dari Hong Lui Bun yang gagah dan juga sahabat-sahabat dari Persia untuk menggempur Bu Tek Seng Pay yang banyak memiliki tokoh-tokoh sakti dari kalangan aliran hitam. Karena itu, siauwte berkehendak mendahului Toa Suheng dan rombongan untuk menyelesaikan pertikaian mereka......"
"Accchhh, kawan-kawanmu yang misterius itu,,,," dan tokoh aneh Si Rase Tanpa Bayangan yang sama aneh dan misteriusnya dengan Insu. Hmmmm, dari kisahmu, rasanya Suhengmu sudah bisa mendapatkan gambaran bahwa engkau akan dapat menyelesaikannya. Dan bisa bermakna atau menjadi hal penting bagi perjuangan Sam Suhengmu dan perjuangan kita semua nantinya. Baik, engkau boleh berangkat terlebih dahulu, rombongan saudara seperguruanmu akan menyusul besok hari dan yakinlah, kami semua akan tiba tepat waktu disana kelak. Tetapi, harap dicamkan, engkau kuperintahkan untuk bertemu dengan kami semua persis sebulan kedepan di Thian Cong San. Karena sesungguhnya, nyaris semua urusan yang kita sedang kerjakan ini bukan hanya diminta Sam Sute, tetapi juga oleh Insu......"
"Sudah pasti Toa Suheng, siauwte akan berada di Thian Cong San persis sebulan dihitung sebelum gerakan menyerang lawan......"
"Hmm, baiklah. Tetapi, minta ijinlah juga kepada para suhengmu yang lain, terutama kepada kedua Sucimu itu. Entah mengapa mereka kini punya hal lain yang menjadi bahan perebutan dan pertengkaran. Mereka berdua berebut untuk ikut menentukan dan mengurus masa depanmu, dan akhir-akhirnya meski sudah punya cucu dan sudah jadi Nikouwpyn tetap selalu berdebat tidak keruan,.........."
"Baik Toa Suheng......."
"Oh ya, dan satu hal lagi, apakah engkau membutuhkan bantuan Siang Ji menemani perjalananmu menuju Thian Cong San.....?" tanya Jit Yang Sin Sian....
"Menarik juga Toa Suheng, tetapi dapatkah mereka menyusulku sehari kemudian dan kutunggu di daerah Hok Gu San saja. Karena dugaanku, mereka mengarah kesana dan amat mungkin Si Rase Tanpa Bayangan bakalan memergoki mereka di daerah tersebut. Perjalanan dari tempat si Rase Tanpa Bayangan ke Hok Gu San memakan waktu sehari penuh, maka jika memang siauwte berangkat saat ini, maka akan berjarak satu hari dari Kwa Siang jika dia menyusul. Rasanya cukup waktu itu untuk menyelesaikan pertikaian antara mereka... sisanya tinggal perjalanan menuju Thian Cong San saja......"
"Baiklah, toa suhengmu menyetujui saja....... tetapi, perkara Kwa Siang menyusulmu biar diputuskan besok saja"
"Baiklah Toa Suheng ......."
Dan begitulah, Koay Ji kemudian meminta diri dari tempat tinggal Toa Suhengnya Jit Yang Sin Sian (Dewa Sakti Jit Yang) Pek Ciu Ping yang bernama Liong Tam Houw Siat (Gua Naga dan Sarang Harimau). Tentu saja diapun minta ijin untuk berjalan terlebih dahulu dari keempat saudara seperguruannya yang lain dan juga sekaligus memberi janjinya bahwa dia pasti akan datang menemui mereka sebulan ke depan di Thian Cong San.
Dan pagi itu, setelah sehari-semalam melakukan perjalanan tanpa henti-hentinya, Koay Ji yang sudah kembali mengenakan kostum Thian Liong Koay Hiap meski tahu bahwa saat itu namanya sedang dibusukkan orang, sudah berada di daerah Hok Gu San. Sejauh mata memandang adalah hamparan hutan dan pepohonan belaka, dan repotnya, dia sedikitpun kurang paham bagaimana bisa menemukan kawan-kawan Hong Lui Bun dan juga kawan kawan Pahlawan Bangsa Persia di daerah itu. Yang pasti, dari mulut Si Rase Tanpa Bayangan, dia beroleh gambaran bahwa sahabat-sahabatnya itu akan menuju Hok Gu San dan dia, si Rase Tanpa Bayangan kelak akan memburu mereka semua sampai kesana. Tetapi, saat ini tentunya Si Rase Tanpa Bayangan masih sedang sibuk untuk mengurus kondisi Kat Thian Ho yang meski sudah membaik, tetapi masih butuh perawatan. Dia harus berusaha bertemu kawan-kawannya itu terlebih dahulu.
Sudah setengah harian Koay Ji berusaha menyusuri pelosok gunung Hok Gu San, terutama mulai dari arah selatan karena memang dari sanalah arah Gua milik si Rase Tanpa Bayangan. Meskipun demikian, tetapi tidak ada satupun orang yang ditemuinya, semuanya serba sepi dan tidak ada tanda-tanda adanya orang melintas. Karena itu, menjelang malam, Koay Ji akhirnya memutuskan untuk bermalam di hutan dan karena memang sedang kelaparan, dia berburu dan kemudian membakar hasil buruannya untuk makan malamnya. Setelah itu, , sebagaimana kebiasaannya, sepanjang malam Koay Ji tenggelam dalam berpikir dan merenung atas banyak hal yang ditemukannya. Bertemu dengan semua suheng-suhengnya, bertemu dengan Si Rase Tanpa Bayangan tokoh mujijat seangkatan gurunya, berjalan dengan Sie Lan In yang semakin dicintainya, dan namanya yang sedang difitnah orang. Meski untuk urusan difitnah orang dia tidak merasa gelisah karena banyak orang yang tahu dia sedang berada dimana pada saat itu.
Menjelang tengah malam, baru dia melatih diri kembali. Kebiasaannya jika seorang diri, karena dia makin merasa, tetap saja banyak hal yang perlu disempurnakannya, dilatihnya kembali terus, terus dan terus. Karena itu, Koay Ji seperti tidak pernah bosan menganalisa dan tidak berhenti menemukan kelemahan ilmu orang dan juga kelemahan ilmunya sendiri. Dan kemudian dia akan terus mencoba satu atau dua rangkaian baru sebagai hasil dari penelitian dan perenungannya itu. Dengan cara demikian, Koay Ji selalu dan selalu menemukan jurus dan gerakan yang pas dan tepat untuk ilmu-ilmunya, ilmu orang lain dan kemudian menyempurnakan semua gerakannya. Pada saat-saat menjelang subuh, Koay Ji akan kembali memperkuat iweekang gabungannya dalam samadhi sekaligus mengembalikan kebugarannya. Iweekang gabungannya sekarang ini seperti yang dapat dia rasakan, sudah kembali meningkat, terutama setelah dia menolong Kat Thian Ho. Meski pada saat setelah menyembuhkan pemuda itu dia merasa amat lemah dan iweekangnya dia rasakan agak menyusut. Tetapi dengan istirahat yang cukup dan latihan tekun, dia justru merasa kemajuannya sudah melampaui sebelum dia mengobati Kat Thian Ho berapa waktu sebeumnya.
Karena situasi dan suasana yang memang sangat mendukung membuat berbeda dengan biasanya, Koay Ji membiarkan dirinya dalam samadhi sambil berlatih hingga matahari sudah cukup tinggi. Bahkan hampir sampai menjelang siang hari. Dia baru benar-benar terjaga dari istirahatnya dan kemudian menyelesaikan samadhinya saat dia merasa ada sesuatu, bukannya hanya satu, tetapi beberapa atau cukup banyak aktifitas yang terjadi di sekitar tempatnya bersamadhi. Tetapi, dia tidaklah menjadi terkejut ketika menemukan adanya sejumlah monyet yang saat itu sedang bersama dengannya dan malahan sedang mengamatinya dengan tatapan mata curiga. Dan menemukan kenyataan itu, Koay Jie menjadi sangat gembira bagaikan menemukan sahabat lama. Tidak menunggu lama sambil mencuit-cuit dan sekaligus menggerak-gerakkan kedua lengannya untuk menirukan gerakan monyet, diapun menyapa dan berkomunikasi dengan kawanan monyet yang juga menjadi kaget sangat dan girang menemukan seorang kawan disitu.
Ada kurang lebih setengah jam lamanya Koay Ji bercengkerama dengan kawanan monyet tersebut sampai kemudian Koay Ji paham, bahwa kawanan itu memang menguasai sisi sebelah barat hingga utara dari Hok Gu San. Dan jam-jam seperti itu, kawanan monyet itu sedang menunggu beberapa monyet dewasa yang khusus dipimpin pemimpin mereka untuk mencari makanan. Memang sebagian besar kawanan monyet itu adalah monyet betina dewasa dan juga anak-anak, meskipun di pohon itu tidak lebih dari 10 ekor monyet. Tetapi, ketika mengetahui Koay Ji pandai berkomunikasi dengan mereka, pepohonan itu sontak jadi penuh dengan monyet monyet yang penasaran ingin bertemu dan ingin melihat Koay Ji secara langsung. Otomatis pepohonan itupun menjadi ramai.
Tidak berapa lama kemudian, monyet-monyet jantan yang besar-besar muncul, dan benar saja buah-buahan yang ranum-ranum dan jenis-jenis makanan monyet lain muncul disitu. Tetapi, seekor monyet besar yang terlihat berwibawa, begitu tahu dan mendengar keberadaan Koay Ji, terlihat dengan tangkas dan gesitnya mendatangi. Dan begitu Koay Ji menceritakan siapa dirinya dan darimana dia datang, si monyet pemimpin terlihat kaget dan menjadi sangat senang, bahkan terlihat begitu hormat dan mengindahkan keberadaan Koay Ji. Tetapi, mengetahui Koay Ji begitu sayang dan menghargai mereka, rasa hormat si Monyet menjadi lebih bertambah-tambah, dan akhirnya tidak repot Koay Ji untuk beroleh makanan untuk siang hari itu. Dan Koay Ji tersentak ketika si Monyet yang menjadi pemimpin itu berkata bahwa ada beberapa orang lain yang berada di Hok Gu San. Bahkan kelihatannya mereka dalam posisi yang bermusuhan, karena sedang berkelahi dan saling kejar-kejaran di daerah yang tak jauh dari pohon mereka bercakap saat itu.
Mendengar itu Koay Ji tersentak dan bertanya lebih lanjut tentang keberadaan orang orang yang dimaksudkan. Mendengar bahwa ada seorang perempuan diantara mereka, Koay Ji menjadi tertarik dan ingin mengetahui keberadaan mereka. Bahkan, tak berapa lama, diapun segera "terbang" dengan cepat menuju tempat yang tadi ditunjukkan monyet pemimpin. Janjinya, monyet-monyet itu nanti akan menyusulnya setelah ritual makan mereka selesai. Hanya beberapa menit kemudian, Koay Ji tiba di tempat yang tunjukkan, dimana tadi terdapat empat orang yang sedang berkelahi. Tetapi, di sana Koay Ji tidak lagi menemukan adanya orang yang sedang berkelahi, keadaanya sudah sunyi dan sepi sepertia biasanya.
Tetapi, tunggu sebentar, ketika mengedarkan pandangannya berkeliling, Koay Jie pada akhirnya menemukan sesosok tubuh yang sudah cukup dikenalnya, seorang tokoh muda dari Hong Lui Bun, Perguruan yang amat misterius bernamaThian-gwa Kuncu (Pemuda Gagah dari Perbatasan Langit) Yu Kong. Tetapi saat itu, tokoh muda itu sedang dalam keadaan yang cukup runyam, dalam keadaan tertotok, dan sepertinya terluka meski terlihat tidak terlamoau berbahaya dan ringan belaka. Menemukan kenyataan itu, dengan cepat Koay Jie mendekatinya, dan beberapa saat kemudian, Yu Kong sudah kembali dapat menguasai dirinya. Tetapi, ketika Koay Jie ingin mengobatinya, dengan cepat dia menolak dan kemudian berkata dengan suara terbata-bata:
"Sabar Koay Hiap Locianpwee,,,,,, lukaku adalah luka ringan belaka,,,,,, tetapi saat ini, adikku, keadaannya sungguh amatlah mengkhawatirkan. Dia tadi dibawah lari seorang pemuda bejat, keadaannya sungguh amat mengkhawatirkan, dan tentang Suhunya, sungguh-sungguh amat sulit kuceritakan hingga dimana kehebatannya. Hanya dengan sekali kibasan lengannya saja aku sudah dapat di lemparkannya kebelakang, dan kibasan selanjutnya sudah dalam keadaan tertotok. Tetapi, Lian Moy dibawah lari muridnya ke arah selatan, kita haruslah bergegas menemukannya" bekata Yu Kong dengan penuh kegelisahan.
"Hmmmm, sungguh lancang,,,,,,, baik, mari kita berusaha menolong Nona Yu Lian, sambil berharap semoga bantuan kita masih belum terlambat" gumam Koay Ji yang kemudian memberi Yu Kong sebutir pil dan tak lama mereka sudah berlari kearah timur. Tetapi, setelah mencari beberapa saat, mereka tidak dapat menemukan jejak orang sedikitpun, hal ini membuat Yu Kong menjadi tambah gelisah. Tetapi Koay Jie cepat tanggap dan teringat kawanan monyet yang menjadi sahabatnya, yang juga bahkan memberinya makan siang tadi. Teringat itu, dengan cepat dia bersiuuuul dengan gaya dan suara khas monyet, dan sebentar saja terlihat kemudian 5,6 monyet besar sudah menghadapnya dengan hormat dan girang:
"Ada yang melihat seorang pemuda membawa seorang gadis yang tertotok baru saja beberapa menit lalu....." kemana gerangan mereka berada sekarang" tolong segera dicari dan bertahu aku...." begitu perkataan Koay Jie yang tentunya dalam bahasa dan gerak tangan ala monyet yang sudah amat dikuasainya itu.
"Mereka terlihat berlari kearah sana dan kemudian masuk kedalam sebuah gua di sebelah sana......" jawab si monyet yang paling besar sambil lengannya bergerak gerak menunjuk arah di belakangnya.....
"Baik, terima kasih kawan......"
Yu Kong masih ingin bertanya, heran dan takjub dengan Koay Jie atau Thian Liong Koay Hiap. Tetapi rasa takjub dan herannya yang terus bertambah setiap bertemu Koay Ji sedapat mungkin ditahannya karena dia sadar keadaan dan kondisi adiknya jauh lebih penting dipikirkan dan ditangani saat itu. Dan memang benar saja, setelah mereka berdua berlari mencari sejauh kurang lebih 400 ataupun 500 meter, mereka menemukan sebuah gua yang pintu masuknya penuh daun. Tetapi jelas terlihat ada jejak manusia yang baru saja mengusik dedauanan ataupun rerumputan di depan gua beberapa saat lalu. Sejenak keduanya saling melirik dan kemudian tersenyum, karena keduanya sama-sama yakin dan memutuskan berjalan menggunakan ilmu ginkang agar langkah mereka tidak terlacak lawan.
Bukan main marahnya Yu Kong ketika bejalan sejauh 4,5 meter kedalam gua alam itu, dia mendengar suara-suara seorang gadis yang menolak dan merintih, tetapi sesekali terdengar suara tertawa lelaki muda yang kegirangan, penuh nafsu serta terdengar sangat memuakkan di telinga Koay Ji dan Yu Kong:
"Jangan.... jangan, aaaaaku mau, aaaachhhhhhh......." tak salah lagi, ini merupakan rintihan dari Yu Lian, adik Yu Kong.
Tak mampu menahan dirinya, tiba-tiba Yu Kong membentak dengan suara keras dan penuh rasa amarah:
"Bangsat, pemuda tak punya malu....... lepaskan adikku itu......." bentakan yang jelas menggema dan memenuhi ruangan gua itu.
Dan Koay Jie yang menyertai Yu Kong sudah menemukan sepasang muda-muda yang sedang berasyik masyuk ria. Jubah atau pakaian si Nona muda sudah awut-awutan, boleh dibilang sudah setengah telanjang dan pahanya sudah terekspose penuh. Bagian dadanya juga sudah setengah terbuka mempertontonkan buah dada masak seorang gadis cantik yang sebetulnya haram dipertontonkan. Sementara si lelaki muda yang kemudian dikenali dengan amat heran oleh Koay Jie sebagai Lat Ciu Sian Mo (Dewa Tangan Telengas) Cie Tong Pek, murid termuda Mo Hwee Hud, ternyata adalah penjahat cabulnya. Koay Jie merasa aneh, karena dia melukai pemuda itu beberapa bulan silam dan butuh setidaknya 3 bulan untuk dapat pulih kembali seperti sedia kala. Tetapi, menilik keadaannya saat ini, Cie Tong Pek bukan saja sudah sembuh kembali seperti sedia kala, bahkan juga kepandaiannya terlihat menanjak dengan cukup hebat. Sangat hebat malah dibandingkan kepandaiannya beberapa bulan yang sudah lewat. Dan itu jelas terlihat dari sinar mata dan juga bentakan dan tertawanya yang penuh tenaga.
"Ecccchhhhh, si kakak yang pemarah sudah menyusul datang...... dan engkau juga, echhhhhh, accchhhhh Tian Liong Koay Hiap......" bukan main terkejut dan kagetnya Cie Tong Pek melihat keberadaan Thian Liong Koay Hiap disitu. Sontak dia berdiri dan siap siaga dengan sendirinya, membenahi pakaiannya dan kemudian berkata dengan suara menyebalkan:
"Engkau tunggulah sampai kubereskan orang-orang ini manis....... terutama si orang aneh yang selalu sok pahlawan itu. Dia memiliki hutang yang harus dia bayar lunas atas perlakuannya terhadapku tempo hari" meski suaranya terdengar congkak, tetapi lakunya jelas jeri menghadapi Koay Ji.
Begitu dia berdiri, Yu Kong hendak memburu kedepan, amat malu karena gerak-gerik adiknya Yu Lian pada waktu itu sungguh sangat merangsang dan sekaligus memalukannya selaku kakaknya. Mendapati hal itu, dengan murka dia menegur dan membentak Cie Tong Pek:
"Engkau apakan adikku itu....." tegurnya muak dan murka, matanya membara saat memandang Cie Tong Pek yang lebih jeri dengan kehadiran Koay Ji. Meski berbeda dengan beberapa waktu lalu, tetapi tetap saja Cie Tong Pek merasa jeri menghadapi tokoh aneh yang melukainya secara hebat berapa waktu lalu.
"Hehehehe kami sedang mereguk madu dunia, sayang kalian datang mengganggu. Kalau tidak, kami berdua sudah sudah sedang terbang mengarungi surga dunia, dan dia sudah tentu sudah lemas sekarang...... hahahahaha"
"Diam......." bentak Koay Jie yang kini menjadi benar-benar murka dengan perbuatan Cie Tong Pek. Bentakan yang penuh tenaga sakti itu membuat wajah Cie Tong Pek berubah sangat hebat, antara khawatir atau takut kalah dengan kagum karena lawan yang dahulu melukainya itu, ternyata juga semakin bertambah hebat saja. "Kemana gerangan Suhu pergi......" pikirnya.
"Hmmmm, aku belum sempat membalas pukulanmu tempo hari, hari ini kelihatannya aku memiliki kesempatan untuk bisa membalas persen pukulanmu yang membuatku nyaris binasa waktu itu. Hmm, majulah engkau orang aneh......" tantang Cie Tong Pek sambil berusaha untuk menyembunyikan rasa jeri, khawatir dan rasa takut yang menyerang secara tiba-tiba itu.
"Hmmmmm, pemuda rongsokan, sampah dunia persilatan, aku memukulmu dahulu untuk membuatmu bertobat dan memberimu waktu memikirkan kelakuanmu yang amat memuakkan itu. Dan sekarang, dihadapanku kembali engkau berani dan lancang mengulangi kelakuanmu yang tidak tahu malu itu. Benar-benar sudah tidak dapat diperbaiki lagi engkau ini...." berkata Koay Jie sambil bersiap, sementara Tong Pek juga bersiap menyerang.
Dan segera itu dilakukannya, sementara bersamaan dengan Tong Pek menyerang Koay Ji, Yu Kong juga bergerak mendekati Yu Lian adiknya yang dalam keadaan mengenaskan itu. Betapa sangat malunya dia saat melihat keadaan adiknya yang selalu ergerak erotis bagai cacing kepanasan mencari-cari belaian seorang laki-laki, padahal disitu ada dua orang lelaki lainnya selain dirinya. Cie Tong Pek yang amat memuakkan dan juga Thian Liong Koay Hiap yang betapapun adalah seorang laki-laki juga. Dengan cepat dia menotok jalan darah "tidur" atau pingsan Yu Lian yang kemudian membuat terhentinya dengan segera gerakan-gerakan erotisnya. Tetapi secara bersamaan, wajahnya berubah menjadi memerah dan yang semakin lama semakin terasa panas bagaikan membara. Yu Kong rada panik tapi tetap tak dapat berbuat apa-apa. Ketika memeriksa keadaan adiknya, dia segera tahu bahwa adik perempuannya itu berada dalam pengaruh racun asmara, atau racun penggelora asmara yang membuat orang berkeinginan kuat untuk melakukan persetubuhan. Hal yang sudah tentu amat memalukan. Apalagi karena dia tahu adiknya adalah seorang gadis yang amat pemilih kawan pria dan masih perawan yang suci.
Sementara itu, meski Cie Tong Pek sudah mengalami kemajuan yang cukup hebat, tetapi masih tetap belum dapat mengapa-apakan seorang Koay Jie. Karena benar, memang dahulu dia terpukul sangat berat dan harus beristirahat panjang akibat membokong Thian Liong Koay Hiap. Saat ini, benar, iweekangnya sudah menanjak sangat hebat, kelihatannya bahkan sudah menyamai atau mungkin melampaui toa suhengnya, tetapi masih tetap belum memadai untuk melawan seorang Koay Jie. Hal ini segera terbukti, karena hanya dalam tiga gebrakan saja, Koay Jie sudah membuat Tong Pek terdesak hebat dan main mundur belaka. Dia masih kalah cepat, kalah gesit dan terutama kalah jauh kekuatan iweekangnya. Dan karena itu, Cie Tong Pek mengeluh dalam hati dan berujung pada perbuatan nekatnya:
"Awas serangan........." ujarnya sambil mengibaskan lengan dan serentak memukul dengan sepenuh kekuatan iweekangnya. Kibasan lengannya meluncurkan hawa beracun yang tentunya dapat dilihat dengan amat jelas oleh mata Koay Jie, tetapi pukulannya yang penuh tenaga juga dapat diantisipasi dengan baik oleh Koay Jie. Sayang, si pemuda memuakkan itu memang penuh daya licik. Otaknya penuh dengan siasat-siasat curang, kecerdasannya dalam hal menemukan cara licik dan curang memang luar biasa. Pukulannya awalnya terlihat bertenaga tetapi kosong, tetapi cukup mampu sepersekian detik mengelabui Koay Jie yang dengan cepat menyadari bahwa lawan akan berusaha mengindar dan melarikan diri. Koay Jie sendiri sudah tentu tidaklah takut dengan racun, segala macam racun tidak lagi membuatnya takut dan khawatir. Dan saat Tong Pek meluncur pergi, dengan cepat tangannya meluncurkan pukulan untuk membuat pemuda bangor itu merasakan lagi hukuman darinya seperti berapa bulan silam.
"Dukkk.... "pukulannya mengena meski tidak cukup telak, tetapi sekali itu cukuplah menurut pikiran Koay Jie. Meski sebenarnya ingin mengejar dan memberi hajaran lebih keras, tetapi dia sadar sesadar-sadarnya, keadaan Yu Lian sangat berbahaya saat itu, dan sangat perlu diobati dengan amat segera. Maka setelah Cie Tong Pek berlalu atau melarikan diri, Koay Jie kemudian mendekati Yu Lian yang sudah diselimuti oleh Yu Kong karena bagian-bagian tubuhnya yang terlarang banyak terekspose akibat perlakuan Tong Pek.
"Bagaimana keadaannya.....?" tanya Koay Jie ketika melihat Yu Kong agak gugup dan bingung menghadapi keadaan Yu Lian.
"Kelihatannya agak buruk, aku sungguh tak mampu mengobatinya Locianpwee" jawabnya serak dan sedih untuk adiknya itu.
"Baiklah, coba kulihat keadaannya........."
"Silahkan Locianpwee....." bisik Yu Kong dengan pandangan penuh harap kepada Koay Ji dan pandangan penuh rasa kasihan kearah Yu Lian yang terus menerus menggeliat meski sudah tertotok. Koay Jie sendiri kebingungan ketika melihat keadaan Yu Lian, apalagi manakala jubah Yu Kong yang menutupi tubuh Yu Lian tersingkap hingga mempertunjukkan bagian-bagian tubuh Yu Lian yang sekal dan montok berisi. Keadaan itu benar-benar sangat menggoda iman, bahkan menggoda iman seorang semisal Koay Ji sekalipun. Apalagi, meski dalam dandanan sebagai Thian Liong Koay Hiap, sejatinya dia adalah Koay Ji yang sedang pada masa-masa usia remajanya. Dan sudah barang tentu, pemandangan erotis seperti itu sungguh-sungguh godaan yang amat berat.
Tetapi, hebat memang, meski terguncang amatlah hebatnya, tetapi Koay Jie dapat tetap menguasai diri dan meski dengan sedikit menggigil dia memegang lengan Yu Lian. Setelah beberapa saat menggenggam serta memeriksa peredaran darah dan keadaan Yu Lian, terlihat keningnya berkerut, tapi terlihat seperti amat sulit untuk dapat segera memutuskannya. Tetapi, toch dalam keadaan seperti itupun, dia haruslah bersikap, karenanya dia bergumam:
"Saudara Yu Kong, jika adikmu ini tertotok seperti ini terus, dalam hitungan satu jam, seluruh pembuluh darahnya akan meledak. Dewa sekalipun tidak akan mampu untuk neolongnya lagi. Lohu membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk menganalisis jenis racun, kadarnya serta jalan darah dan kemungkinan pengobatan serta penyembuhannya. Tetapi, menilik keadaannya dan tingkat bahayanya, kita harus mencari tempat yang lebih tenang dan, maaf, pengobatan ini harus berada dalam pengawasan saudara secara langsung........"
"Locianpwee, lakukan hal yang engkau pikir akan dapat menyembuhkannya. Apa dan bagaimana itu, sungguh aku tidak terlampau paham, tetapi aku pastilah akan sangat berterima kasih, juga adikku Yu Lian......."
"Baiklah,,,,,, tapi kita membutuhkan ruangan yang baru. Karena jika wajah Nona Yu Lian sampai berubah semerah darah, maka waktunya akan segera berakhir. Tetapi untuk sampai pada titik itu, setidaknya butuh waktu sejam sampai racun itu nanti membakar semua jalan darah dan membuatnya pecah hingga berjujung ajal. Kita harus mencoba dan sekaligus berpacu dengan waktu.......... Suiiiiiiiiittttt...." kembali Koay Jie memanggil kawan-kawan monyetnya, dan hanya dalam hitungan beberapa detik, sudah ada berapa monyet dalam gua itu. Dan berapa menit kemudian mereka sudah berlalu sekaligus kawanan monyet itu menjadi penunjuk jalan bagi Koay Ji dan Yu Kong. Berjalan sampai kurang 10 menit, mereka kembali menemukan satu gua alam yang kelihatannya cukup tersembunyi dari pandangan orang banyak. Tetapi gua yang mereka temukan sepertinya pernah dipergunakan seseorang untuk menjadi tempat tinggal, tetapi karena sudah tidak ditinggali, jadinya sedikit kurang teratur dan sudah kurang bersih. Maka adalah tugas Yu Kong yang kemudian jadi bekerja membersihkan sebuah ruangan yang memiliki ranjang buatan dan meski sudah lama, tetapi masih cukup kuat.
Para monyet kemudian berlalu setelah diberitahu dan sekaligus sepertinya akan mengemban sebuah tugas khusus dari Koay Ji. Tak berapa lama mereka berebutan keluar gua dan pergi entah kemana kedalam hutan meninggalkan gua itu dengan penjagaan oleh beberapa ekor monyet yang memantau dari jarak yang cukup jauh namun tidaklah menyolok. Kawanan monyet itu seperti tahu dan paham bahwa Koay Ji akan mengerjakan sesuatu yang amatlah penting dan butuh pengawasan mereka meskipun dari kejauhan belaka. Jika dalam keadaan normal, Yu Kong pasti akanlah mengagumi dan heran dengan keadaan tersebut, tetapi sayang, seluruh konsentrasi dan perhatiannya tercurah pada proses penyembuhan adiknya.
Di dalam Gua, Koay Jie kembali melanjutkan pemeriksaannya atas Yu Lian setelah terlebih dahulu memberinya sebuah pil penawar racun. Tetapi, hanya dalam waktu 15 menit Yu Lian menjadi tenang, setelahnya kembali dia meracau. Kembali dia menggeliat geliat gelisah, merasa kepanasan dan juga gerakan-gerakan erotisnya secara otomatis kembali muncul dan kelihatan sungguh tak dapat ditahannya. Koay Jie dengan bantuan Yu Kong dalam ruangan itu dengan amat serius mencoba untuk melanjutkan analisis serta sekaligus upaya mencari tahu cara pengobatannya. Tetapi, setelah 15 menit kembali berlalu, Koay Jie nampak kebingungan, meskipun begitu, dia tetap saja melanjutkan pemeriksaannya. Sepuluh menit kembali berlalu, dan Koay Ji terlihat semakin kebingungan dan sulit untuk dapat segera memutuskan padahal waktu semakin sempit dan terbatas. Sepertinya dia sudah memahami racun apa yang ditelan Yu Lian dan sedang merangsangnya secara sangat hebat hingga tidak kenal malu dan risih lagi. Tetapi dia belum menemukan cara dan upaya yang tepat guna mengobatinya sehingga sembuh.
Sekali lagi dia melakukan pemeriksaan, tetapi setelah melalui upaya panjang dan melalui waktu yang diucapkannya, tetap saja dia gamang sementara wajah Yu Lian justru semakin memerah dan memerah. Bahkan pada saat itu sudah mulai nampak mendekati merah padam dan mulai membayang warna merah yang lain, yakni warna merah berbeda dengan wajah yang merah padam. Mulai agak lebih dekat ke merah sesungguhnya meski belum terlihat merah darah. Melihat keadaan Yu Lian seperti itu dengan amat terpaksa dan sambil menarik nafas panjang, Koay Jie memandang Yu Kong dengan wajah yang agak panik dan jelas sangat kebingungan. Tetapi, bagaimanapun keadaannya dia harus membuat kesimpulan dan karenanya, dengan memaksakan diri diapun berkata:
"Saudara Yu Kong, adikmu Yu Lian kelihatannya sudah dicekoki racun olahan dari Yen Yang Bwe (Bunga Bwe Perjodohan). Jika hanya racun tunggal itu, maka lohu masih merasa sanggup untuk menyembuhkannya, tetapi olahan yang dicampurkan adalah racun dari Ang Soa Coa (Ular Benang Merah), membuat pengobatannya menjadi sangat rumit. Karena hanya ada satu cara untuk membebaskan Yu Lian dari keadaannya ini, dan cara itupun bukan cara yang sopan, karena hanyalah dapat dilakukan oleh seorang yang amat dekat dan sudah pasti menjadi calon suami adik saudara Yu Kong ini. Apabia kedua racun itu masuk sendiri-sendiri, masihlah dapat kuobati, tetapi dengan dicampurkan dan diolah secara khusus, maka cara untuk pengobatannya hanyalah satu...... yaitu melalui proses persetubuhan. Tetapi itupun dengan sayarat bahwa ada kemampuan dari sang lelaki untuk dapat menyerap sari racun itu. Dan sari racun itu, dapat menjadi sumber latihan mematangkan iweekang, meski alirannya tidaklah terlampau lurus ........" jelas Koay Ji yang membuat wajah Yu Kong menjadi pucat dan berubah menjadi amat menyeramka
"Sungguh bangsat pemuda licik itu......" desis Yu Kong, dan setelah itu keduanya terdiam sampai kemudian Yu Kong kembali bertanya:
"Locianpwee, benarkah tidak ada cara lain lagi.....?" jelas ada pengharapan serta ada permohonan yang sangat di nada suaranya.
"Yu Kong, sayang sekali, caranya hanya itu. Jikapun ada cara yang lain tetap sama, meskipun cara lain itu sedikit lebih sopan tetapi harus dilakukan selama tiga bulan berturut-turut dengan menyedoti sari racun melalui buah dada Nona Yu Lian. Dan repotnya, itu dilakukan dalam keadaan dimana Nona Yu Lian dalam keadaan sadar dan siuman penuh....... dan pertanyannya adalah, siapakah gerangan yang bakalan dapat melakukannya" dan akankah Nona Yu Lian mengijinkannya..." sayangnya hanya ada dua cara itu yang dapat dilakukan. Maafkan lohu, karena dalam Ilmu Pengobatan tidak ada lagi cara lain...."
Mendengar penjelasan itu Yu Kong terdiam. Terdiam karena sadar bahwa kedua kemungkinan itu sama mustahli untuk dapat dilakukan. Sejauh ini dia sangat paham, Yu Lian masih belum memiliki calon suami. Karena semua perhatiannya hanya tertuju pada missi mereka untuk membersihkan Perguruan Hong Lui Bun yang masih belum ketahuan ujungnya itu. Bahwa banyak memang yang tertarik menjadi pasangan dan calon suaminya, tetapi Yu Lian yang cantik dan montok itu terlampau terpaku dan tegas dengan tugas perguruannya dan belum pernah merasa tertarik dengan seorang pria. Bagaimana ini....."
Tiba-tiba kembali terdengar erangan Yu Lian dan wajahnya semakin memerah tanda bahwa waktu yang dimilikinya sudah semakin menipis. Koay Ji sendiri berada di simpang jalan yang amat terjal. Bahkan dia sudah pasrah karena memang amat sadar bahwa jalan pengobatan untuk Yu Lian sudah tertutup. Meski dia sadar, dia dapat mengobati Yu Lian, tetapi mana bisa dia melakukannya dengan merenggut kesucian gadis itu" Persoalannya bukan hanya di Yu Lian, tetapi juga dirinya sendiri. Termasuk pada pilihan kedua, yakni, mana bisa dia memilih melakukan pengobatan dengan penyedotan dari payu dara Yu Lian" Terlebih karena dalam waktu 3 bulan pengobatan sementar Yu Lian harus dalam keadaan sadar. Jikapun menggunakan batu Gin Ciu Ouw, juga sudah amat terlambat. Pilihannya hanya dua di atas, dan tidak ada pilihan lain lagi......... pilihan ketiga adalah merelakan dan membiarkan Yu Lian meregang nyawa dalam waktu kurang dari 20 menit kedepan.
"Locianpwee...... mohon tolonglah adikku ini...." kembali Yu Kong dalam nada suara memelas dan dengan suara serak.
"Yu Kong, kita tak dapat menolong Yu Lian dan memberinya noda untuk kehidupan selanjutnya, sama saja dengan membebaninya secara amat berat ketika dia ingin melanjutkan kehidupannya kelak......."
"Locianpwee, tapi.... betapapun hanya dia satu-satunya saudaraku. Untuk saat ini, demi perguruan kami, bagaimanapun kami harus siap mengorbankan banyak hal. Selain itu, sesungguhnya aku sendiripun tidak siap menjalankan tugas kehidupan dengan membiarkan satu-satunya adikku berakhir hidupnya secara demikian tragis tanpa dapat aku berbuat apa-apa, dan tepat berada di depan mataku pula....." tangis Yu Kong demikian sedihnya, karena memang keadaan dirinya dan adiknya menjadi terasa mengenaskan mengingat keadaan keluarga dan perguruan mereka.
"Accchhhh Yu Kong, engkaupun tahu demikian banyak tugas yang harus kuhadapi. Dan jelas, lohu sendiripun tidak lagi berdaya untuk membantu dan menyembuhkan Nona Yu Lian. Pilihan-pilihan penyembuhannya terlampau riskan dan bakalan akan mengorbankan kesantuan kita, dan korbannya terutama adalah adikmu sendiri. Pilihan kedua sangat tidak mungkin, karena lohu harus menetap selama 3 bulan di gua ini, sementara banyak tugas perguruan, tugas pribadi yang harus lohu kerjakan. Engkau tahu betul persoalan itu......." jawab Koay Ji yang tersentak kaget ketika Yu Kong memintanya untuk melakukan pengobatan. Memintanya jelas dengan harus mengijinkannya menyetubuhi Yu Lian. Bagaimana Koay Ji tidak menjadi kaget dan tidak tersentak hebat dengan ide itu. Terlintas dalam angannyapun tidak.
Sementara mereka bercakap mencari solusi, Yu Lian kembali mengerang dan kini wajahnya semakin memerah dan memerah, tanda waktu yang dimilikinya semakin sempit. Koay Ji sendiri juga sadar, waktunya semakin sempit, dan Yu Kong juga melihat gelagat ini. Terutama karena melihat sinar mata pasrah di mata Koay Ji dan sinar mata pasrah berarti bahwa adiknya harus direlakan untuk pergi selamanya. Dan untuk menerima hal ini, masih belum seorang Yu Kong siap menerimanya. Karena itu, saat mereka berdua saling pandang Yu Kong berkata:
"Locianpwee, bolehkah sebagai akakaknya aku memohon agar engkau dapat melakukan pertolongan itu" Biarlah aku, Yu Kong kakaknya yang bertanggungjawab atas semua kejadian yang menyedihkan ini. Betapapun, aku tidak akan membiarkan adikku tercinta berakhir hidupnya secara nista seperti ini langsung didepan mataku sendiri tanpa melakukan apapun juga......" kata-kata Yu Kong benar-benar telak menghantam jantung hati dan pertimbangan moral Koay Ji. Benar keduanya tidak seharusnya membiarkan Yu Lian mati dengan cara demikian, meski juga untuk menolongnya membutuhkan pertimbangan moral yang bukannya akan mudah dan gampang untuk diputuskan. Tetapi, waktu Yu Lian juga semakin sempit.
"Yu Kong, apa.... apa maksudmu.....?" meski Koay Ji tahu jawabannya tetapi tidak pelak, dia meminta ketegasan Yu Kong dengan sangat kagetnya.
"Locianpwee,, engkau lakukanlah, engkau tolonglah adikku satu-satunya itu. Biarlah resikonya kutanggung sebagai kakaknya,,,, karena aku sungguh tidaklah dapat membiarkannya mati dengan cara seperti ini. Tolonglah adikku itu Locianpwee....." sekali ini Yu Kong meminta sambil meratap sangat sedih.
"Yu Kong......." tetapi Koay Jie tak dapat berkata apa-apa, bibirnya kelu, matanya nanar, otaknya kosong meski biasanya dia sangat cerdas.
"Jika Locianpwee tidak mengingininya sebagai istri, biarlah aku kakaknya yang akan menjelaskan semua kepadanya kelak...... aku sangat sadar akan hal itu, bahwa memang Locianpwee lakukan semata untuk menyelamatkan nyawanya......."
"Yu Kong, engkau tidak harus ....."
"Nggggggggggggggggggg,,,, achhhh, panas...."
Kata-kata penolakan Koay Ji patah mendengar keluhan Yu Lian, karena dia sadar waktunya sudah kurang dari lima menit belaka. Wajahnya semakin memerah, jika sampai darah mulai menetes, jangan harap dapat disembuhkan lagi........ dan Koay Ji sangat paham soal itu.
"Haruskah kulakukan...." mana bisa, bahkan menyentuh seorang wanitapun belum pernah kulakukan. Apalagi kini harus langsung melakukan persetubuhan dengan Yu Lian..... bagaimana dengan Sie Lan In yang kucintai" Ach, sungguh sangat pusing dan sulit memutuskannya. Tapi, haruskah kulakukan meski dengan maksud untuk sekedar menyelamatkan nyawanya.....?" Koay Ji benar-benar dalam situasi yang snagat dilematis dan sulit memutuskan. Memutuskan antara menyelamatkan nyawa orang dengan kepentingan dirinya sendiri.
"Acccchhhh, baiklah Yu Kong......." setuju akhirnya Koay Ji, tetapi sambil air matanya menetes dipipinya. Yu Kong sampai terpana dan dia sendiri sadar, bahwa teramat berat permohonannya kepada Koay Ji. Sangat tidak pantas, tetapi karena memang tidak ada pilihan lain lagi maka dengan mengorbankan harga dirinya dan juga harga diri adiknya terpaksa pilihan berat itu harus dilakukan.
"Terima kasih Locianpwee......" hanya kalimat pendek itu yang bisa keluar dari bibir Yu Kong yang juga kasihan melihat Koay Ji atau Koay Hiap bercucuran air mata ketika memutuskan keputusan nyeleneh itu.
"Yu Kong, engkau keluarlah...... dan jangan sekali-sekali mengganggu lohu selama kurang lebih setengah jam, karena bukan hanya racun, tetapi juga menyerap dan menetralisasi iweekangnya agar tidak habis tersedot........ cepatlah, waktu kita sudah sangat terbatas, dia sudah hampir tidak dapat bertahan....."
"Baik locianpwee,,,,,,,," tanpa menghitung 1,2,3, Yu Kong segera beranjak keluar. Dan sama belaka dengan Koay Jie, Yu Kong juga berjalan keluar dengan air mata mengucur di pipinya. Mereka berdua sama pernah mengalami ketegangan, sama pernah menghadapi pertempuran yang mempertaruhkan nyawa. Semua kesulitan dan tantangan itu, mereka berdua, khususnya dia, Yu Kong, hadapi dengan mata terbuka dan dengan penuh keberanian. Tetapi, menghadapi persoalan Yu Lian yang seperti ini, dan kemudian meminta Koay Hiap yang meski dia tahu usianya masih muda namun sangat terbuka membela mereka, dia sungguh-sungguh tak mampu menahan air matanya. Dia sadar, kejadian didalam ruangan itu menghancurkan perasaan dan juga harga diri seorang Koay Hiap, tetapi juga kelak meninggalkan beban tidak ringan dalam kehidupan adiknya. Bagaimana dia tidak menitikkan air mata mengingat kedua orang yang dia sayangi dan hormati itu"
Sementara itu, sepeninggal Yu Kong, karena waktu sudah amat sempit, Koay Ji segera membuka pakaiannya, kemudian membuka totokan atas tubuh Yu Lian, dan selanjutnya........ semuanya terjadi. Koay Ji tidak harus menunggu lama, karena dengan amat segera Yu Lian sudah menerkamnya dan..... Mungkin, itulah yang namanya TAKDIR. Anehnya, Yu Lian berada diantara sadar dan tidak sadar, antara dikuasai nafsu yang amat kuat serta menggelegak, namun mampu melihat dua wajah berbeda secara bergantian. Itulah wajah Thian Liong Koay Hiap dan juga wajah Koay Jie yang asli berganti-gantian. Karena ketika melakukannya, Koay Ji memang mengunjukkan identittas aslinya, tetapi tangkapan Yu Lian adalah Koay Hiap ketika sedang membuka pakaiannya. Tetapi, setelah setengah jam berlalu, dia kehilangan kesadaran dan baru sadar kembali satu jam kemudian.
Tetapi dihadapannya sedang bersamadhi Thian Liong Koay Hiap dan disisinya ada Yu Kong yang sedang menjagainya dan sedang menata ranjangnya seperti sedang membersihkan segala sesuatunya. Tetapi anehnya, berbeda dengan orang lain yang setelah melakukan hubungan senggama menjadi sangat lemas dan lelah, Yu Lian justru merasakan hal yang sebaliknya. Dia merasa amat segar, amat bersemangat, bahkan tubuhnya serasa amat ringan dan seperti ingin terbang. Dan bukan cuma itu, tenaganya terasa berlebihan dan tubuhnya seperti ingin dan akan terangkat keatas. Dalam keadaannya yang sera aneh dan serba asing seperti itu, tiba-tiba telinganya menangkap suara Yu Kong yang berbisik:
"Adikku, engkau harus melakukan samadhi, atur tenagamu, kumpulkan di tantian, perlahan melatihnya agar kekuatan besar itu tidak merembes keluar atau bahkan malah menghantammu dari dalam..... cepatlah, Thian Liong Koay Hiap Locianpwee sudah berkenan membantumu. Ayolah...."
Mendengar suara kakaknya, Yu Lian menjadi tenang kembali, dan kemudian sesuai arahan kakaknya, diapun melakukan samadhi tanpa sempat memperhatikan betapa Yu Kong kemudian bekerja membersihkan ranjang dan juga pakaiannya yang tadi sudah sangat awut-awutan, bahkan setahunya dia tadi ketika bergumul di ranjang sudah dalam keadaan bugil. Hanya, suatu hal yang tidak dapat disimpan oleh Yu Kong dan Koay Ji dari Yu Lian, yaitu fakta bahwa Yu Lian merasa agak nyeri dan sedikit sakit di selangkangannya, tepatnya di kemaluannya. Tetapi, dia tidak sempat memikirkannya lebih jauh, karena dia harus berkonsentrasi memelihara dan menata tenaganya yang entah mengapa melonjak berapa kali lipat kuatnya.
Dan beberapa saat kemudian dia mulai mendengar bisikan-bisikan dari Thian Liong Koay Hiap yang menuntunnya untuk mengatur tenaga berlebih yang bersifat panas itu. Bahkan beberapa kali bukan hanya dengan berbisik, tetapi juga beberapa kali Koay Hiap melakukan totokan-totokan untuk membantu kelancaran pengerahan tenaga ataupun menghalau tenaga berlebih yang bersifat amat liar. Proses bantuan Koay Hiap berlangsung tidak lama, tetapi bantuan itu berakibat hebat, karena Yu Lian kemudian mulai bisa menata tenaganya sendiri. Dan setelah proses tersebut berlangsung secara lebih mudah baginya, akhirnya Koay Hiap sekali lagi menuntun dan memberinya petunjuk dengan berkata kepadanya: "Yu Lian, lanjutkan sampai engkau sungguh-sungguh mampu mengendalikan dan mengatur kekuatan sesuka hati dan berbaur dengan iweekangmu sendiri......"
Setelah itu, Koay Ji kemudian berpaling dan memandang Yu Kong yang juga saat itu sedang memandang dan memperhatikannya dengan ucapan terima kasih yang tak terhingga. Apalagi ketika Koay Ji berkata:
"Yu Kong,,, secara tak terduga, paduan kedua racun itu dan pertarungannya dengan iweekangku memberi kami masing-masing keuntungan yang tidak kecil. Terutama bagi Yu Lian sendiri, kemajuannya rasanya meningkat dengan setidaknya 20 tahun hasil latihan iweekang. Semua tenaga yang berasal dari kekuatan hawa panas kedua racun itu yang bisa kujinakkan, kini berbaur dengan tenaga iweekang adikmu, tetapi kemampuannya mengatur dan menata tenaganya saat ini sangat menentukan apakah dia akan berhasil atau tidak. Boleh dibilang, dari keadaan celaka, dia justru beroleh manfaat yang amat besar bagi latihan iweekangnya....... mengenai apa yang baru saja terjadi, engkau boleh menjelaskan apa adanya kelak. Tetapi, untuk apa yang kulakukan untuk menolongnya, mohon engkau menyimpannya sampai aku ataupun adikmu sudah cukup siap untuk dapat mendengar dan menerimanya apa adanya..... tetapi, bagaimanapun, sesungguhnya adikmu itu, Yu Lian, sudah menjadi istriku. Tetapi, lohu tidaklah dapat bersikap serakah untuk berlaku seperti itu, karena Yu Lian sendiri bisa melakukan dan menetapkan pilihannya. Karena itu, lohu harap engkau cukup bijaksana memutuskan dan menjelaskannya secara perlahan. Setelah ini, Lohu sendiri memiliki sejumlah tanggungjawab yang mengharuskan berpisah dengan kalian berdua....."
"Baik Locianpwee,,,, tetapi atas semua itu, terima kasih karena telah berkenan untuk mengembalikan nyawa adikku Yu Lian meskipun dengan cara yang kutahu teramat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata......"
"Sudahlah, semua sudah terjadi...... meski benar untuk menyelamatkan nyawanya, tetapi Lohu sendiripun tidak mungkin menghindar dari keadaan dan konsekwensi selanjutnya. Tetapi, biarlah Nona Yu Lian yang memutuskannya......" Koay Ji berkata dengan mencoba bersikap bijak dan terbuka.
Dua jam kembali berlalu, dan Yu Lian sudah menyelesaikan samadhinya, bahkan Koay Ji sudah menjelaskan keadaan tubuhnya saat itu. Tetapi, Koay Ji tidaklah menjelaskan pengobatan anehnya atas Yu Lian, meskipun Yu Lian samar-samar sudah bisa menangkap dan mengerti bagaimana proses itu berlangsung. Tetapi, begitu mengetahui bahwa Thian Liong Koay Hiap yang ternyata melakukannya, diam-diam dia justru merasa bahagia karena sedikit banyak dia bisa menerka bahwa dibalik dandanan Thian Liong Koay Hiap pasti adalah seorang pemuda. Soal gagah, tampan atau tidak, adalah persoalan yang kesekian buat dirinya. Tetapi terlepas dari aib diperkosa seorang pemuda comberan seperti Cie Tong Pek adalah anugerah luar biasa yang patut disyukuri.
Apalagi ketika Yu Lian mengetahui bahwa kekuatan iweekangnya secara luar biasa telah maju sangat jauh. Bahkan dia kini dapat mengimbangi kekuatan kakaknya, atau malah masih sedikit tipis mengatasi kakaknya Yu Kong itu. Beberapa kali dia mencobanya, ternyata kini dia tidak lagi merasa terdesak dengan cecaran kakaknya Yu Kong. Dan karena itu, dia meminta kemudian kakaknya guna menurunkan ilmu-ilmu rahasia perguruan mereka yang lainnya. Menjadi semakin bergembira, karena kemudian Koay Hiap secara sengaja menuntun, melatih, menyempurnakan dan membuka kemungkinan mereka menciptakan jurus-jurus baru dari latihan mereka. Yu Kong sendiri menjadi semakin tunduk dan kagum serta hormat dengan Thian Liong Koay Hiap, apalagi karena menemukan kenyataan, betapa berdua adiknya, mereka seperti bertemu seorang yang bahkan lebih lihay dari Suhu mereka sendiri. Thian Liong Koay Hiap dengan teliti dan tekun terus membantu keduanya untuk memeriksa ilmu-ilmu perguruan mereka, kemudian malahan juga menyempurnakan dan mengurangi kelemahan mereka.
Malam hari baru kemudian mereka beristirahat. Untungnya, mereka semua tidak perlu merasa takut dan khawatir dengan ketersediaan makanan, karena Koay Ji dapat segera meminta bantuan kawan-kawan monyetnya. Bahkan secara khusus dia beroleh hadiah beberapa buah yang sangat membantu kondisi tubuh mereka dibawa oleh kawan-kawan monyet itu. Maka pada kahirnya, malam itu dapatlah mereka lalui dengan istirahat yang baik dan proses pemulihan tubuh dan kondisi Yu Lianpun berjalan sempurna. Hanya, Koay Ji ketika melakukan samadhi pada malam harinya menemukan kenyataan betapa kekuatan hawa murninya mengalami sedikit gangguan, atau tepatnya mengalami sedikit kesulitan untuk maju. Bahkan, ketika berkali-kali melakukan pemeriksaan, dia merasa kekuatan hawa murninya sedikit berkurang. Tetapi, hal itu tidak terlampau dipikirkannya. "Mungkin karena berusaha untuk menyembuhkan Yu Lian dan bekerja keras menawarkan pengaruh racun dalam tubuhnya....." pikir Koay Ji.
Merekapun beristirahat memulihkan kondisi tubuh masing-masing, bahkan dapatlah disegarkan dengan buah-buahan segar yang disiapkan oleh kawan-kawan monyet dari Koay Ji. Tetapi keesokan harinya......
"Kalian semua keluarlah........ lohu menunggu di luar....." sebuah suara yang amat bening masuk kedalam gua dan bergema hingga memasuki ruang telinga dan ruang batin Koay Ji. Suara itu bukan menghantam dan memukul mereka, tetapi sangat terang dan bening melalui saluran udara dan masuk di telinga mereka. Jika Yu Kong dan Yu Lian merasa tenang saja karena mereka merasa memang sudah meningkat kemampuan ilmu mereka, adalah Koay Ji yang tersentak kaget. Malahan teramat kaget menyadari sesuatu yang luar biasa:
"Kemampuan seperti ini adalah kemampuan luar biasa, tokoh sekelas Mo Hwee Hud saja atau mungkin malah melebihi, yang bakalan mampu melakukannya seperti itu. Apakah anak muda bejat itu datang dengan memanggil Suhunya?" desisnya dalam hati dan kemudian diapun bergegas menyiapkan diri. Dan tak lama kemudian Koay Ji sudah berjalan keluar dari dalam gua dengan diikuti oleh Yu Kong dan juga Yu Lian. Tetapi, Koay Ji terkejut karena bukannya menemukan Cie Tong Pek dengan Suhunya Mo Hwee Hud, tetapi justru bertemu dengan seorang yang meski sama tuanya, tetapi jelas bukanlah Mo Hwee Hud. Berbeda dengan Mo Hwee Hud yang meski licik tetapi berdandan sedikit mirip pengikut Budha, maka tokoh yang sudah tua ini berdandan rada urakan dan terkesan seperti seorang pengemis. Dan yang jelas, tidak dikenal oleh Koay Ji, setidaknya belum pernah melihatnya.
"Selamat bertemu locianpwee,,,,,, achhhh, echhh maaf, kukira tadinya Mo Hwee Hud Locianpwee yang datang berkunjung. Dan, maafkan lohu karena sempat memberi hajaran kepada anak muda bejat yang datang bersama locianpwee, dia nyaris saja memperkosa adik sahabatku ini, syukur masih dapat kami sembuhkan...." berkata Koay Ji dalam nada santai meski agak kaget karena diluar dugaannya justru bukan Mo Hwee Hud yang datang. Entah siapa.
"Hmmmmm, semuda itu tapi berani memberi hajaran kepada muridku.... hahahaha, dunia sungguh-sungguh ajaib membentuk anak muda seperti engkau menjadi tokoh tak bermata. Anak muda, bahkan Gurumu sendiri jika masih hidup dan mengenalku, belum tentu akan berani berhadapan sedemikian lancang denganku.... siapa engkau memangnya....?" bertanya si orang tua yang anehnya, bahkan Koay Ji sendiri seperti tidak melihat orang tua itu membuka mulutnya. Tetapi suaranya bening dan bernada tinggi menggeletar masuk ke telinga mereka. Untung tiada maksud untuk menyerang mereka, kelihatannya seperti hanya ingin menggertak dan menakuti mereka bertiga. Tetapi, jelas Koay Ji tidak takut.
"Lohu bernama Thian Liong Koay Hiap, maafkan, mengenai Suhuku, dia orang tua sudah lama tidak ingin namanya dibawah-bawah kedalam perbuatan muridnya itu. Karena perbuatanku adalah tanggungjawabku, dan sudah pasti tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran beliau......"
"Ech,,, apa engkau kira dapat menyembunyikan siapa Suhumu dari mataku dan juga pengamatanku....." hahahahaha, sungguh lucu ..." si orang tua kembali tertawa, tapi Yu Kong dan Yu Lian sama sekali tidak melihat mulutnya bergerak pada saat bicara, dan bahkan Koay Ji sekalipun tak melihat gerakan mulutnya. Tapi, Koay Ji tentu paham, tokoh tua itu sudah mampu mengolah suara dari dalam dengan dorongan iweekang tingkat tinggi atau yang bahkan sudah mencapai tingkat sempurna. Maka semakin kagetlah dia. Tokoh ini jelas bukan Pendeta Budha, jika bukan, dengan ilmu apa dia melakukannya" Apakah"
"Tidak berani, tidak berani Locianpwee,,,,, tapi mohon tanya, apa gerangan nama Locianpwee yang mulia....?" bertanya Koay Ji meski tidak menunjukkan rasa takut, tapi takut menyalahi kaum tua maka dia menjaga pola lakunya. Tapi, jawaban serta respons kakek itu sungguh membuatnya sebal.....
"Hahahahaha, apakah engkau mulai takut anak muda...." tenang sajalah, lohu tidak bakalan mempermalukan anak muda sepertimu dengan tanpa memberi engkau kesempatan membela diri. Hanya saja, karena engkau sudah lancang dan berani menghina muridku, maka cukup dengan menerima sekali gaplokan darinya, maka urusan diantara kita, urusanmu dengan muridku kunyatakan selesai. Selain itu, ingin kulihat dengan cara bagaimana engkau memukul muridku tadinya,,, jangan-jangan manusia yang usilan itu sudah menurunkan ilmunya ke anak muda sepertimu dengan cara sembarangan dan serampangan......."
"Hmmmm, engkau terlampau memandang enteng orang Locianpwee, anak muda itu dengan terpaksa kuberi hadiah satu pukulan karena tindakannya yang memuakkan. Menghina seorang gadis muda, hendak memperkosa, dan beberapa waktu lalu juga membokongku ketika bertarung dengan toa suhengnya. Sungguh amat memalukan dan memuakkan. Tetapi jika memang Locianpwee tetap mendesakku yang muda untuk menerima gaplokannya, maka kuperingatkan agar berhati-hati jangan sampai dia sekali lagi menerima ganjarannya yang menurutku masih belum cukup" tegas jawaban Koay Ji dan jelas dia tidak takut.
"Hahahahaha, lumayan, sungguh lumayan. Punya keberanian, punya prinsip. Baik anak muda, Lohu tidak akan memaksamu menerima gaplokannya secara cuma-cuma, engkau boleh menerima gaplokan dari lohu saja, karena lohu lihat, muridku ini belum akan sanggup menghadapimu satu lawan satu. Tapi, jika engkau sanggup menerima serangan lohu sampai 15 jurus, maka anggap saja gaplokanmu sudah lunas engkau tebus, tapi jika tidak, maka selain gaplokan lohu, engkau masih akan menerima rentenya sekaligus dari muridku itu... bagaimana anak muda, adil bukan?" dengan seenaknya si kakek aneh itu menetapkan aturan yang tentu saja membuat Koay Ji menjadi gondok dan sifat keras kepalanya muncul tiba-tiba. Karena itu, dia segera berkata dengan sama usilnya
"Dan seandainya 15 jurus tersebut ternyata siauwte yang menang dan terhindar dari gaplokan locianpwee, terus apa yang akan menjadi hadiah buatku.....?" tanya Koay Ji nekat dan dengan suara penuh percaya diri. Perkataannya membuat si kakek aneh melengak, tetapi kemudian tertawa dan berkata:
"Hahahahahaha, engkau membuatku kagum anak muda. Pertanyaanmu sangatlah tepat. Apa yang engkau inginkan dariku jika memang engkau terhindar dari gaplokan itu selama 15 jurus seranganku.....?" tanya si kakek tua itu dengan gaya slebor dan seenaknya seakan sudah pasti Koay Ji bakalan jatuh ditangannya.
"Bukan hal yang amat luar biasa sebenarnya Locianpwee, siauwte hanya sekedar ingin tahu dan ingin mendengarkan secara langsung dari Locianpwee keterangan mengenai siapa gerangan locianpwee ini..... rasanya cukup adil bukan....?" jawab Koay Ji dengan berani.
"Hahahaha baiklah anak muda yang menarik, jika belum ada muridku ini, tentu saja engkau adalah calon yang sangat menarik hati. Tetapi, jangan harap engkau dapat bertahan dalam 15 jurus gaplokanku...... engkau sudah siap....?" bertanya si kakek aneh setelah merasa cukup bicara panjang lebar
"Sejak dari tadipun siauwte sudah siap, silahkan locianpwee...." jawab Koay Ji yang memang sudah awas sejak pertemuan mereka. Apalagi karena Koay Ji amat paham bahwa tokoh tua dihadapannya ini mestinya memiliki latar belakang yang hebat dan tidak tercerminkan dari gaya dan cara tampilannya yang asal-asalan, awut-awutan dan bahkan mendekati gaya seorang pengemis. Diam-diam Koay Ji justru menjadi tegang sendiri dan ini merugikannya....
"Awas anak muda......." sambil berkata demikian, tanpa melangkah Kakek aneh itu menuding kearah Koay Ji. Dan Koay Ji bukannya bodoh, karena dengan segera dapatlah dia merasakan betapa hawa mujijat sedang menyerangnya. Tetapi, yang sangat aneh dirasakan oleh Koay Ji adalah, serangan Kakek aneh itu sepertinya memiliki demikian banyak kemiripan dengan ilmu khasnya; yakni Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga). Sudah tentu dia dapat menyelami dan paham dengan arah, gerakan memutar dan sasaran serta akibat jika terkena totokan maut seperti itu. Karena itu, Koay Ji menyiapkan dirinya dengan menggetarkan hawa Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang di lengan dan kemudian bergerak dengan Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian. Dalam waktu singkat, 3 jurus berlalu dengan juga menghasilkan kekagetan tak terlukiskan pada wajah masing-masing, Koay Ji juga si Kakek Aneh. Keterkuejutan juga sangat jelas membayang dari sinar wajah si kakek aneh begitu melihat gaya gerakan dan langkah kaki Koay Ji.
Apa pasal" Koay Ji kaget dengan dua hal, pertama kepandaian lawan yang terlalu mirip dengan ilmu yang juga dimilikinya yakni Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Lengan Mengekang Naga). Dalam banyak hal, nyaris 90% mirip dan karena itu Koay Ji bisa mengantisipasi dan mengetahui bagaimana menangkalnya dan bagaimana untuk menghindarinya. Tetapi, setelah melalui atau menghindar sebanyak 2 jurus, Koay Ji memutuskan untuk mencoba kekuatan tenaga lawannya yang mengejarnya untuk menotok pangkal lengan kirinya. Dengan iweekang warisan Bu Te Hwesio diapun mengebas dalam kekuatan sampai 5 bagian. Tetapi hasilnya benar-benar membuat Koay Ji kaget bukan main. Bukan hanya kuat kuar biasa, tetapi kekuatan sinkang lawan sungguh berbeda dengan lawan-lawan sebelumnya, sama liat, sama ulet dan mampu membuat tenaga tangkisannya tergelincir. Berbeda dengan kekuatannya dalam menggiring tenaga lawan, sekali ini, kekuatan tenaganya seperti terpeleset bagaikan berjalan di atas jalan penuh minyak dan kakinya terpeleset saking licinnya. Dan pengaruh kekuatan iweekangnya hilang begitu saja.
Sementara dipihak yang lain, si Kakek aneh juga terkejut setengah mati ketika pada 3 jurus awal dia menyaksikan perlawanan yang tidak jauh dari tingkat kemampuan dia sendiri. Tetapi bukan hal itu yang mengejutkannya, dia sudah tahu bahwa anak muda yang mengenakan "rias wajah" yang sangat halus dan nyaris mirip aslinya, adalah tokoh muda yang jelas amat berisi. Yang tidak dia sangka adalah, tingginya kemampuan lawan muda itu sangat jauh dari perkiraannya; dan hal yang kedua yang juga mengagetkan dan malah inilah yang menyentaknya, adalah gerakan kaki lawan yang terlampau mirip dan nyaris semuanya sama dengan ilmu khas mereka yang disebut dengan Ilmu Lam Hay Peng Po Leng Im Sin Hoat (Ilmu Gerak Tubuh Menyeberangi Awan Tenang di lautan Selatan). Ilmu itu oleh Koay Ji dinamakan Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian (Naga Sakti Berubah Delapan Kali). Betapa si kakek aneh tidak kaget"
"Hmmmm, sungguh-sungguh berisi......" dengus si kakek aneh menjadi terkejut dan kini berubah dengan seketika menjadi sangat serius. Hal ini jelas terbayang dari seri wajahnya serta juga sinar mata yang berubah amat aneh. Antara merasa senang, gembira, penasaran dan seperti menemukan sesuatu yang amat jarang dia temui dalam perjalanannya sebelum hari ini. Tetapi, artinya bagi Koay Ji adalah bahaya, karena si kakek sudah pasti akan segera meningkatkan serangannya dan menjadi lebih serius dalam menyerang.
Dalam tiga jurus selanjutnya, kembali si kakek menyerang dengan cepat dan kuat bukan main, sampai-sampai Koay Ji harus berjibaku dengan menyandarkan diri menggunakan beberapa jurus ciptaannya dari Kitab Rahasia Gerakan Manusia. Jurus-jurus itu adalah khusus jurus pertahanan karena totokan-totokan lawan amat berbahaya dan menyasar bagian-bagian yang sangat membahayakan. Tetapi pada jurus ketiga, tiba-tiba diapun balas menyerang dengan Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga) dan menggunakan dua jurus sekaligus yakni jurus Hoat In Kian Gwat (Menghalaukan awan melihat bu!an) dan juga disusul dengan jurus Hun Ceng Tan (Membuyarkan Abu Menjernihkan Suasana). Kedua jurus tersebut juga didorong oleh kekuatan luar biasa dari Iweekang Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang hingga 7 bagian, hingga dapatlah dibayangkan betapa kuatnya serangan Koay Ji pada saat itu.
Secara berturut Koay Ji menyasar jalan darah Thian King Hiat di siku lengan lawan dan sekaligus menyasar menotok kearah Ki Bun Hiatnya. Disusul dengan bergerak secara gesit menggeser kaki kanan bersilang dengan kaki kiri dan menyerang jalan darah Hian Ki Hiat di dada si kakek. Tetapi dalam kagetnya, baik Koay Ji maupun si kakek aneh bergerak dalam ilmu dan sesekali jurus yang mereka sangat kuasai. Karena kakek aneh itu bergerak dengan Ilmu Mujijat Thian Liong Pat Pian dan juga menggunakan jurus Peng Hong Tiang Ho (Membekukan Arus Sungai yang deras). Sudah semakin jelas bahwa keduanya saling mengenal dan mengetahui Ilmu dan jurus yang mereka gunakan saling serang dan saling bertahan itu. Dalam waktu singkat mereka sudah menghabiskan hampir 10 jurus, tetapi sama sekali tidak jelas siapa yang akan mampu memenangkan pertarungan. Si Kakek aneh segera sadar bahwa janji 15 jurusnya berada dalam ancaman, karena tiba-tiba sadar, jangankan 15 jurus, 100 juruspun belum tentu dia mampu menggaplok Koay Ji.
Tetapi, Koay Ji harus mengakui bahwa lawannya memang hebat, terutama amatlah terasa pada bagian iweekang. Iweekang lawan terasa lebih matang, lebih mengalir dan berbeda dengannya, lawan lebih mengalir, lebih matang dan menggunakannya pada saat-saat yang amat tepat. Kondisi ini hanya dimungkinkan melalui proses yang panjang, pengalaman yang banyak dan kegigihan dalam berlatih, berlatih dan dalam prakteknya bertarung dengan banyak orang. Pada sisi ini, kematangan si kakek memang tidak aneh dan Koay Ji terpaksa memang haru mengakuinya. Tetapi untungnya, Koay Ji sendiri juga memiliki keistimewaannya sendiri dalam kombinasi ilmunya yang beragam dengan kematangan penguasaanya dalam ilmu-ilmu Budha. Apalagi karena ilmu-ilmu tersebut justru diwarisinya dari kedua orang Suhunya yang merupakan pentolan utama Ilmu Budha pada jaman itu.
"Hmmmmmm, pandai menggunakan Ilmu Lam Hay Peng Po Leng Im Sin Hoat (Ilmu Gerak Tubuh Menyeberangi Awan Tenang di lautan Selatan), Ilmu Cap Ci Tam Kan Ciu (Ilmu Sentilan Sepuluh Jari) dan pandai pula Ilmu Ban Hwi Ie Yong Sut (Ilmu Merias Wajah). Tetapi menggunakan iweekang dari Ilmu Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang, engkau sungguh menggemaskan anak muda. Siapa yang jadi Suhumu sudah dapat kutebak sebagiannya, tetapi harus dapat kubuka seluruhnya dan kucari tahu. Yang pasti tingkat iweekang yang bisa setinggi ini, mestinya engkau warisi dari Bu Te Hwesio, si Budha sialan itu. Tapi entah siapa yang mewarisi ilmu-ilmu mujijat lainnya......" awas anak muda......."
Kembali si kakek aneh menyerbu datang bahkan sekali ini dengan kekuatan yang meningkat hingga membuat Koay Ji sampai sesak nafas. Apa boleh buat, iweekang sejenis itu harus dilawan dengan kekuatan utamanya, karena itu diapun mau tidak mau mengerahkan gabungan Toa Pan Yo Hian Sinkang dengan Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang. Tingkat penguasaannya untuk gabungan kedua iweekang ini sudah dapat diandalkan, karena dalam iweekang perguruannya dia sudah mencapai tahap "Kebal racun dan pukulan", dan sudah mampu menggiring, mendorong sekaligus juga membalikkan tenaga pukulan lawan. Tetapi meski demikian, Koay Ji sendiri merasa bahwa lawannya tidaklah berada di sebelah bawah kemampuannya pada saat itu. Lawannya ini adalah lawan terhebat yang pernah dia hadapi sepanjang dia mengembara atau sejak dia turun dari pertapaan suhunya.
Karena pemahaman yang demikian, mau tak mau Koay Ji mengerahkan seluruh kebisaannya, bahkan pada saat itu diapun mengerahkan seluruh pengetahuannya dalam menganalisa gerakan lawan. Dan justru itulah salah satu rahasia dia akhirnya dapat menetralisasi kehebatan lawan aneh ini, lawan yang bergerak sesuai dengan ilmu-ilmu yang juga dibacanya sebagai warisan Pat Bin lin Long. Tetapi, tanpa dia sangka, ilmu itu juga membantunya lolos. Memang benar, sergapan sebanyak lima jurus terakhir kakek aneh itu hingga mencapai 13 jurus boleh dia netralisasi dengan gabungan iweekangnya yang membuat si kakek tersentak hebat. Tidak salah lagi, iweekang lawan mudanya memang sangat aneh, bahkan masih lebih dari Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang. Selain karena bisa menangkal kekuatan iweekangnya yang lebih matang dan lebih terkuasai secara sempurna, tetapi juga dapat mengurangi efek merusak dari sernagannya sendiri. Sehingga meski Koay Ji boleh dibilang sedikit dirugikan, tetapi hanya dapat sampai menggoyahkannya tanpa dapat mampu menerobos atau apalagi sampai melukainya.
Karena itu jurus Sam Sou Lo Shi (Jebakan dari tiga penjuru) hingga jurus Kie Hong Teng Kiauw (Burung Hong Menyerang Naga) secara susul menyusul tidak mendatangkan keuntungan besar baginya. Memang dia dapat mendesak Koay Ji dengan keunggulan iweekangnya, tetapi dengan cerdik Koay Jie mengantisipasi serangan selanjutnya dalam jurus serangan si kakek aneh jurus Ouw Liong Tiong Tian (Naga Hitam Melonjak ke langit) dan jurus Coa Cauw Ing Hoan (Ular Ngeloyor dan Garuda Terjun) dengan jurus ciptaannya sendiri yang masih dalam khasanah ilmu Thian Liong Pat Pian juga, yakni dengan jurus Ngo Heng Seng Khe (Lima Langkah Mencari Lowongan). Dengan demikian, hingga jurus ke-13, meski sedikit terdesak, tetapi sama sekali Koay Ji tidak dapat dikalahkan, tetapi masih tersisa satu jurus belaka. Terdesak sedikit memang iya, tetapi posisi seperti itu sama sekali tidak dapat dibilang kalah. Apalagi karena belum ada tanda-tanda bahwa si kakek aneh akan mampu ataupun akan dapat menghadiahi Koay Ji dengan satu "gaplokan" sebagai tanda kemenangannya.
Dua jurus yang terakhir tidak lagi Koay Ji dapat menghitungnya, karena dia sudah berkonsentrasi untuk menerima jenis pukulan apapun yang dilontarkan lawannya yang amat hebat itu. Ketimbang ,mencari kemenangan, dia berkonsentrasi melawan serangan lawan dengan gabungan iweekang perguruannya dan antisipasi lewat analisis gerak tubuh lawan. Yang tidak pernah disangka kakek itu adalah, bahwa Koay Ji sudah membaca buku selengkapnya dan sebaliknya, mereka hanya mampu menguasai dua jurus turunan dari buku lengkapnya itu. Tanpa mengetahui kelebihan lawan muda itu, si kakek aneh kemudian membuka serangan dengan sebuah bentakan Ilmu Li Seng Toan Hun Lui (Ilmu Nada Suara Mematikan Roh) dan meluncurkan jurus In Bu Kim Kong (Awan dan Kabut Meliputi Surya) dari Ilmu yang berbeda dan tidak diketahui oleh Koay Ji, Ilmu Loh Ing Ciang Hoat (Pukulan Tangan Bintang Jatuh).
Kedua jurus terakhir memang jurus yang amat berbahaya, terutama jurus ke-14 yang merupakan gedoran ilmu sihir yang teramat mujijat. Tetapi, sayangnya pada saat itu Koay Ji sudah berlindung dibalik hawa iweekang mujijat, gabungan kedua ilmu iweekang pusaka Tionggoan dan Thian Tok. Bahkan pijaran hawa sakti itu dapatlah dilihat dengan mata telanjang oleh Yu Kong, Yu Lian dan Cie Tong Pek, sudahlah pasti si kakek aneh juga mengikutinya. Tetapi karena sudah dilepaskan, maka dia wajib menutup 15 jurus serangan dengan sebuah pukulan terakhir yang menutup semua jalan keluar dan jalan menghindar Koay Ji ... Bahkan dengan Awan dan Kabut Meliputi Surya, sebuah jurus penutup yang amat mujijat. Tetapi, dengan mengandalkan naluri dan analisa gerakan lengan lawan yang berubah menjadi ribuan di matanya, Koay Ji bergerak gesit dengan Liap In Sut. Pada saat bersamaan dia juga mengandalkan gabungan iweekang kedua gurunya dan memapak satu telapak tangan yang sudah dia antisipasi sebagai penutup dari semua gerakan menyerang itu. Meski tidak menghitung, tetapi naluri Koay Ji berbicara, karena dia melihat betapa serangan lawan teramat mujijat dan diawali dengan mengganggu konsentrasinya. Pastilah itu jurus terakhir.
"Blaaaaaaarrrrrrrr ........."
Benturan yang luar biasa keras terdengar, dan disusul dengan melayangnya tubuh Koay Ji sampai 5,6 langkah ke belakang. Tetapi, si kakek sendiri terdorong sampai empat langkah. Namun meski keadaan Koay Ji lebih susah dan lebih sulit, begitupun dia sama sekali tidak terluka, tidak terpukul oleh satu gaplokan kakek aneh itu dan keadaan mereka sudah pasti SERI. Dengan kata lain, si kakek aneh tidak berhasil mengalahkan Koay Ji dalam hitungan 15 jurus sebagaimana perjanjian mereka berdua pada awal pertarungan mereka. Meski juga Koay Ji tidak mampu menerobos dan mengalahkan lawannya yang memang sangat hebat itu. Jika disimpulkan, meski Koay Ji masih kalah tipis, tetapi dia jelas tidak terkalahkan dalam 15 jurus yang sudah mereka sepakati tadi. Dan ketika melihat kakek itu berdiri dan tidak lagi dalam posisi siap menyerang, Koay Ji segera berkata:
"Luar biasa locianpwee, sejujurnya jika dilanjutkan siauwte pasti tidak akan mampu bertahan dan akan dapat terkalahkan. Tetapi dalam 15 jurus sesuai perjanjian, sungguh sangat beruntung karena siauwte ternyata dapat menahan semua jurus serangan locianpwee yang amat mujijat itu......"
"Hmmmm, engkau memang hebat anak muda. Tetapi, dari siapa engkau belajar Ilmu Lam Hay Peng Po Leng Im Sin Hoat (Ilmu Gerak Tubuh Menyeberangi Awan Tenang di lautan Selatan) dan juga Ilmu Cap Ci Tam Kan Ciu (Ilmu Sentilan Sepuluh Jari) ..." kedua ilmu itu adalah Ilmu Pusaka perguruanku. Kalau Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang sudah pasti tingkat kemampuanmu diturunkan oleh Bu Te Hwesio......."
Mendengar pertanyaan kakek itu yang tidak lagi segalak tadi, Koay Ji yang cukup santun dan tahu bahwa kakek itu sedikit mengalah berkata:
"Locianpwee, sejujurnya kedua ilmu yang locianpwee katakan tadi tidaklah siauwte ketahui. Bahkan namanya tidak tertera dalam sebuah catatan yang tecu baca pada 10 tahun silam dalam sebuah gua lewat sebuah kitab yang sudah sangat kumal dan sudah tidak lengkap lagi. Bagian pertama sudah dicabut orang dan tidak siauwte ketahui. Bahkan setelah selesai membacanya, buku itu lebur menjadi debu dengan sendirinya saking sudah amat lapuk dan tuanya. Mengenai asal ilmu iweekangku, locianpwee memang menebak secara sangat tepat, memang adalah suhu Bu Te Hwesio yang menurunkannya......"
"Baiklah anak muda, karena engkau yang boleh dikata pemenang dari taruhan kita tadi, maka perkenalkan nama lohu adalah Phoa Tay Teng atau dikenal orang banyak dahulu kala sebagai Ban Bin Kiau Hua (Pengemis Berlaksa Wajah). Lohu adalah cucu murid pencipta kedua ilmu yang engkau mainkan tadi anak muda, yakni Pat Bin Ling Long. Dan ngomong-ngomong, Ilmu Ban Hwi Le Yong Sut (Ilmu Merias Wajah) yang engkau tampilkan juga sudah cukup untuk dikatakan setanding dengan kemampuanku. Engkau memang hebat anak muda, tetapi sayang, karena mungkin kelak disuatu hari nanti kita akan bertemu dan berhadapan dalam pihak yang berbeda. Maka engkau harus banyak berlatih untuk itu......" berkata si kakek aneh itu dengan perasaan gondok yang tersimpan di wajahnya, dan masih dengan perasaan gondok itu diapun kemudian berkata kepada muridnya, Cie Tong Pek dengan nada kurang sedap:
"Kita pergi ......."
Merekapun berlalu dengan pandangan mata tajam setajam sembilu dilemparkan Cie Tong Pek kearah Thian Liong Koay Hiap. Kembali dia terluka, dan ini untuk kedua kalinya dan tidak mampu atau belum mampu dia membalas kekalahannya itu meski sudah mengundang Suhu keduanya, Ban Bin Kiau Hua (Pengemis Berlaksa Wajah) Phoa Tay Teng yang. Padahal Suhu keduanya ini, bahkan setahunya masih lebih hebat jika dibandingkan dengan Suhu pertamanya, meski hanya seurat. Tetapi apa lacur, tetap saja Suhu keduanya ini, ternyata juga masih tidak mampu mengalahkan Thian Liong Koay Hiap yang sangat dia benci. Orang yang sudah amat diinginkannya kepala dan nyawanya, jika diberi kesempatan, maka tidak akan ragu dia membunuhnya dengan cara apapun. Sudah dua kali dia kalah dan nyaris binasa, kedudukan 2-0 ini sungguh mengganggunya dan menanamnya menjadi kebencian yang perlu dituntaskan suatu saat.
Sepeninggal keduanya, Koay Ji berdiri termenung. "Cucu murid Pat Bin Lin Long, hmmm pantas saja dia sangat hebat. Kelihatannya iweekangnya yang sempurna memang benar adalah tandingan iweekang kaum Budha, dan menurut Suhu, hanya dengan menyempurnakan iweekangku maka dapatlah menghadapi kakek itu. Accch, untung saja ada berapa formula dan jurus baru yang kuciptakan dan mengagetkan kakek itu, jika tidak......?" demikian Koay Ji berpikir keras sampai akhirnya Yu Kong dan Yu Lian kemudian membuyarkan lamunannya itu:
"Koay Hiap Locianpwee, mereka sudah pergi...." demikian Yu Kong menegurnya dan menarik kembali Koay Ji dari lamunannya tadi. Seketika dia bereaksi dan berbalik memandang kakak beradik itu. Ada rasa malu dan sungkan yang amat dalam serta membuatnya sedikit rikuh mengingat apa yang dilakukannya dengan Yu Lian berapa saat yang lalu. Memang dia bermaksud mengobati dan menyerap racun, tetapi caranya melakukan proses penyembuhan harus dengan cara "bersenggama" atau "bersetubuh". Bahkan proses itu mereka lakukan selama lebih setengah jam, karena selain itu, dia harus juga memelihara dan menata tenaga letupan racun panas berganda yang ada dalam tubuh Yu Lian.
"Acccch, baguslah...... sesungguhnya kakek aneh itu benar-benar amat hebat. Jika tidak berusaha dengan bersungguh-sungguh, akan amat sulit untuk memenangkan pertempuran tadi meski dengan hanya sekedar untuk menahan seri atau draw belaka. Accchhh, sungguh bakalan runyam dunia persilatan jika tokoh seperti dia berpihak kepada pihak lawan kelak. Yu Kong, Yu Lian, lohu harus segera menuju Thian Cong San untuk menemui Tek Ui Sinkay, masalah ini harus dihadapi dengan serius. Kepandaian tohko-tokoh di pihak lawan semakin lama semakin menakutkan, maka kita harus benar-benar siap menghadapi mereka. Untuk Nona Yu Lian, sebaiknya engkau lanjutkan latihan mengolah tenaga itu selama 2,3 hari lagi, dan jangan lupa untuk terus berupaya menguasai tenaga liar itu. Jika engkau tekun, tenaga itu masih dapat engkau gali hingga 6 bulan kedepan dan bakal meningkatkan kemampuan iweekang secara hebat. Nachhh, lohu harus segera mohon diri, sampai berjumpa lagi sebulan menjelang pertarungan dengan Bu Tek Seng Pay......"
"Baiklah, terima kasih banyak atas bantuan Locianpwee kepada kami berdua kakak beradik...." jawab Yu Kong melepas kepergian Koay Ji. Kepergiannya diiringi dengan tatapan sendu penuh arti dari Yu Lian. Sudah tentu perasaan Yu Lian dapatlah dengan mudah dimengerti dan dipahami. Karena meski amat samar, tetapi dia yang mengalaminya sudah pasti dapat merasakan dan menerka apa yang terjadi itu dan siapa yang bersamanya merasakannya. Dan dia tidak kecewa......
Tetapi jangan lagi dikata pergolakan batin Koay Ji dipihak yang lainnya. Berhubung dia merasa tidak ingin diganggu dengan banyak persoalan lain, dia pada akhirnya memilih untuk melanjutkan perjalanan dalam identitas aslinya, yakni sebagai Koay Ji. Bukan karena takut nanti dipergoki sebagai Thian Liong Koay Hiap yang sedang dicari dan dicurigai banyak tokoh persilatan Tionggoan. Tetapi, karena persoalannya dengan Yu Lian membuat perasaan hatinya menjadi sangat tidak lepas, penuh rasa bersalah dan bingung apakah pilihannya dalam bertindak sudah tepat atau malah keliru. Karena kegamangan ini membuat Koay Ji berjalan meski dalam arah yang masih benar, tetapi seperti tanpa jiwa dan lebih banyak melamun dan merenung alias lebih banyak berpikir.
Tetapi keadaannya yang seperti ini, seperti lingung sama sekali tidak membuyarkan dan mengaburkan pikiran dan tindakannya dalam membela yang perlu dibela. Kapan dia menemukan ketidak-adilan, dia tidak segan untuk turun tangan. Disaat dia bertemu keadaan yang tidak pas dan tidak adil, maka tidak segan dia membantu dan turunt angan menagih keadilan bagi yang tercederai rasa keadilannya. Dan hal itu dia lakukan tanpa pamrih serta tanpa memikirkan sedikitpun balasan. Karena memang pengalaman pahit semasa kecilnya sudah mengajarkan betapa sangat tidak enak menjadi orang yang tidak dianggap. Maka diapun merasa penting untuk membela orang yang terpinggirkan, mereka yang tidak memperoleh keadilan dalam hidupnya. Terlebih jika mereka yang miskin dan tidak punya apa-apa berhadapan dengan yang memiliki kekayaan, memiliki jabatan ataupun memiliki kepandaian dan tertindas menghadapi mereka.
Ketika berjalan untuk keluar dari sebuah Kota bernama Wie Im, Koay Ji juga sempat sempatnya menolong seorang pengemis berusia pertengahan yang matanya terlihat berbinar cerdas namun diperlakukan secara sangat tidak adil. Sebetulnya pengemis yang mengenakan jubah hijau namun terlihat bersih dan terurus itu, ingin membeli makanan di sebuah restoran lumayan besar dekat pintu gerbang kota Wie Im. Tetapi, para penjaga dengan dibantu oleh para tukang pukul di restoran tersebut secara sengaja malah menghalangi dan kemudian malah mengusir dan memaki-maki si pengemis dengan kata-kata kasar dan tidak berperasaan. Hal ini sangatlah melukai perasaan Koay Ji, seakan dia sendiri yang mengalaminya.
"Pergi engkau orang bau, mana ada uangmu untuk membeli makanan disini...." seru si penjaga atau si pelayan restoran begitu melihat pengemis berjubah dominan hijau itu hendak masuk kedalam restoran. Pada saat itu sangat kebetulan Koay Ji barusan selesai dengan makan siangnya dan dalam keadaan melamun dan pikiran mengembara entah kemana. Suara bentakan yang keras dari pelayan restoran itu membuatnya cepat sadar kembali.
"Lohu hanya sekedar ingin membeli makanan tuan, dan lohu membawa cukup uang untu membayar makanan itu nanti....." jawab si pengemis tetapi tidak menunjukkan uang untuk membayar makanan.
"Haaaaa, hasil mengemis darimana" Atau hasil mencuri darimana" Sungguh amat menyebalkan manusia-manusia malas seperti kalian....... Hei penjaga, tolong usir pengemis ini dari sini,......." teriak si pelayan yang bertugas menyambut para tetamu yang ingin makan di rumah makan itu. Mendengar perintah itu, dengan gagah berani tampil 4 penjaga yang sudah barang tentu lengkap dengan golok untuk menambah kewibawaan mereka sebagai penjaga.
"Hei pengemis, pergi dari sini....... restoran ini bukan tempat mengemis yang tepat, pergi cari tempat yang lain....." teriak mereka dengan suara garang dan keras. Mana bisa jadi seorang penjaga jika suara tidak keras dan garang menakutkan" Itulah kira-kira tipe penjaga yang semakin lengkap atributnya jika bisa menakut-nakuti orang lain dengan suara atau tampilannya. Dan akan bertambah lengkap atributnya itu jika dia membekal golok ataupun senjata apa saja yang akan membuatnya terlihat tambah seram dan menakutkan.
"Sudahlah, beri dia apa yang dia inginkan, biar aku yang akan membayar semua kebutuhan dan keperluannya, mari lopeh, engkau masuklah......." tiba-tiba Koay Ji sudah berada di dekat pintu itu dan kemudian menggeser para penjaga galak itu dan memberi ruang masuk bagi si pengemis berbaju hijau terurus.
Si pengemis memandang dengan berterima kasih kepada Koay Ji dan kemudian dengan sopan berkata:
"Terima kasih anak muda..... matamu sungguh terang, masa depanmu pastilah akan cemerlang..." setelah berkata demikian secara mengejutkan, setidaknya bagi Koay Ji, orang itupun masuk dan memesan banyak makanan yang enak-enak. Tetapi Koay Ji yang entah bagaimana merasa "tersentuh" ataupun "tergerak" membiarkan saja. Bahkanpun ketika akhirnya pesanan si pengemis berjubah rapih dan terurus itu beranjak pergi dengan nyaris menguras isi kantongnya, diapun tidak merasa galau atau terbebani dengan apa yang dilakukan si pemengemis yang sebenarnya cukup aneh itu. Hanya cukup dengan anggukan dan senyuman dia melepas kepergian si pengemis yang sempat singgah ke mejanya dan berkata:
"Terima kasih banyak anak muda......."
"Engkau pergilah lopeh, biar urusan disini aku yang akan menyelesaikan dengan pihak restoran dan para penjaga itu........"
Maka berlalulah pengemis jubah hijau itu dengan sekali lagi tersenyum penuh arti kepadanya. Dan, Koay Ji kembali tenggelam dalam lamunannya.
Dan semuapun berlalu serta kembali normal. Koay Ji kembali tenggelam dalam lamunan dan impian-impian liar yang kini terus mengganggunya meski di berada di tengah keramaian. Semangatnya semakin hari semakin runtuh dan jatuh, dan malah belakangan samadhinya sungguh susah terkonsentrasikan. Praktis selama 5 hari terakhir, Koay Ji melakukan perjalanan secara lamban meskipun kondisi itu belum membuatnya harus berburu waktu. Karena masih ada waktu sekitar 10 harian lagi sebelum waktu perjanjiannya dengan Sam Suheng, Tek Ui Sinkay beserta saudara-saudara seperguruan lainnya tiba. Belakangan ini semua perbuatannya dengan dan terhadap Yu Lian, juga percakapannya dengan Yu Kong, berganti-ganti menghantui nuraninya. Bahkan perlahan-lahan sudah mulai menggerogoti keyakinannya akan kebenaran, keadilan dan pada gilirannya memikirkan kepantasannya menjadi seorang pendekar. Singkatnya menggerogoti nuraninya sendiri. Terlebih mengenang petuah Suhunya, membuat Koay Ji tambah nelangsa.
Kondisi ini sudah berlangsung beberapa hari. Koay Ji menjadi semakin tambah gelisah dan gelisah dan gelisah sendiri. Dan inilah untuk yang pertama kalinya dia menyangsikan dirinya sendiri, menyangsikan kependekarannya dan menyangsikan kegagahannya. Dia terus menerus menimbang hasil perbuatannya, menimbang alasan-alasannya dan menimbang akibatnya bagi seorang Nona Yu Lian. Memang dia mengakui dan menyadari bahwa motifnya benar-benar murni dan beralasan. Yakni semata-mata untuk menolong Yu Lian dari kematian yang tak terelakkan jika memang dibiarkan tidak diobati dari racun yang berbahaya itu. Tetapi, lihat, kini dia justru telah mendatangkan aib yang besar bagi seorang gadis suci seperti Yu Lian dan masa depannya menjadi tidak menentu.
Meski benar dia dapat disembuhkan dan bahkan bisa bertambah lihay ilmu silatnya, tetapi tetap saja kehormatan gadis itu sudah direnggutnya. Memang benar, dari sisi kesembuhan dan semakin lihaynya Yu Lian adalah efek positif dari apa yang dia lakukan, yakni pengobatan "nyeleneh" yang sayangnya, hanya jalan itu saja yang dia tahu. Koay Ji belum tahu dan belum memiliki formula pengobatan dengan cara yang lain, dan hanya punya satu jalan itu belaka. Pertanyaan pertama yang sangat menyesakkannya adalah..... "sudah benarkah dia memutuskan untuk secara tidak sopan menyetubuhi sang gadis meski itu untuk proses penyembuhannya....?". Satu pertanyaan sulit yang memang sangat dilematis. Dan kemudian, pertanyaan lainnya lagi yang belakangan dia terus menerus tanyakan kepada nuraninya sendiri, "Sudah benarkah tindakannya berapa waktu lalu yang pergi meninggalkan kakak beradik itu tanpa menyatakan ataupun mengatakan sesuatu apapun secara langsung kepada Yu Lian...?". Pada titik inilah dia menaruh banyak syakwasangka dan melahirkan keraguan terhadap dirinya sendiri.
"Ach, bukankah Yu Kong sudah berjanji dan bahkan menjamin untuk menyelesaikan semuanya asalkan aku menolongnya..." apakah salah semua yang kulakukan itu..?" pertentangan batin seperti ini terus-menerus menghantui Koay Ji selama 5 hari terakhir, termasuk ketika dia menolong pengemis baju hijau tadi. Dan dia belum selesai dengan lamunannya ketika akhirnya dia mesti meninggalkan kota dan keluar dari pintu gerbang terdekat. Tanpa Koay Ji sadari, dia justru sedang menempuh serta mengikuti alur keluar kota yang sama arah dengan pengemis yang tadi baru saja dia tolong di restoran. Wajar jika dia kurang menyadari, karena memang tidak ada satupun yang nempel dan secara serius diperhatikan Koay Ji selama 5 hari terakhir ini. Terus menerus dia terguncang dan diguncang oleh sesuatu yang dia ragukan kebenaran atas apa yang dia lakukan.
Ataupun, bolehlah dibilang, dia sedang dan terus menghukum diri karena nuraninya sendiri terusik dengan apa yang baru saja dilakukannya terhadap dan dengan Yu Lian. Sesuatu yang meskipun sebenarnya dia punya cukup alasan yang jelas saat melakukannya, tetapi alasan itulah yang justru berkali-kali diuji dan disanggahnya sendiri. Dan memang teramat sulit jika nurani kita, manusia sedang menghakimi dan menunjukkan jalan yang seharusnya tetapi kita kebetulan memilih jalan yang lain. Hukuman oleh nurani adalah hukuman yang sebenarnya, karena kita cenderung membenarkan diri sendiri secara rasional, tetapi nurani kita aham dan tahu betul apa dan bagaimana motivasi kita. Dan tepat inilah yang sedang dialami oleh Koay Ji, kebetulan sekali, dia tidak menemukan orang yang dapat diajak berbicara mengenai persoalan yang teramat mengusik dan melukai nurani dan perasaannya sendiri. Dan inilah yang terus terjadi selama beberapa hari terakhir.
Selepas jam makan siang, Koay Ji yang kepalanya penuh pertentangan, batinnya yang sedang amat tertekan, samadhinya juga tidak dapat terkonsentrasi penuh selama beberapa hari terakhir, terlihat mulai meninggalkan kota Wie Im. Dia terlihat sedang menyusuri jalan yang akan mengantarkannya ke kota selanjutnya dengan melalui deretan hutan-hutan dan bukit yang membentang cukup panjang dan maha luas. Tetapi, jalur itu memang adalah jalur yang cukup ramai dan merupakan jalur utama, sehingga dia tidak khawatir akan tersesat. Sempat Koay Ji menemukan dan melihat sejumlah anggota Kaypang yang berlalu lalang, tetapi tidak ada seleranya sedikitpun untuk sekedar menyapa mereka dan bertanya tentang perkembangan terakhir Rimba Persilatan. Sebaliknya, diapun memilih untuk terus saja melanjutkan perjalanannnya, menuju Thian Cong San.
Tetapi, setelah kurang lebih 2 jam dia berjalan malas-malasan, berjalan lamban dan praktis belum cukup jauh dari Kota Wie Im, tiba-tiba terdengar derap langkah kaki kuda yang cukup ramai datang dari belakangnya. Dalam waktu singkat derap kuda itu semakin mendekat dan sudah akan mencapai posisinya dalam waktu kurang dari satu menit lagi. Dengan sempitnya jalanan, kawanan berkuda itu pasti akan dan sudah menyita seluruh lebar jalanan dan bisa dipastikan dia harus menyingkir jika tidak mau terkena terjangan kuda yang sedang melaju dengan kecepatan yang amat tinggi itu. Tetapi, wahai celakanya, tepat di depannya, berjarak sekitar 100 meter, dia melihat seorang nenek yang sedang menuntun langkah cucunya dan mengusung kayu bakar yang cukup berat untuk orang yang setua dia. Ketika dia menoleh ke belakang, kawanan berkuda menerjang datang dan sudah berjarak kurang dari 100 meter. Dan mereka terus berlari dalam kecepatan yang amat tinggi. Entah apa yang sedang mereka kejar di siang bolong seperti itu. Tetapi yang pasti, kecepatan itu akan menimbulkan kecelakaan bagi kedua orang tak berdaya.
Bisa dipastikan, dalam hitungan beberapa detik lagi, nenek dan cucunya itu bakal menjadi korban tertabrak kawanan berkuda yang melaju tanpa menimbang kondisi jalanan. Koay Ji tidak dapat membayangkan bagaimana jika nantinya nenek dan cucunya itu tertabrak. Karena pastinya mereka bakal terlontar amat jauh dari jalanan dalam keadaan mengerikan, karena keadaan mereka yang sangat lemah itu. Dalam keadaan dan kondisi yang sangat terdesak itu, Koay Ji mengambil keputusan cepat dan tepat, dalam hitungan beberapa detik tersisa sebelum mereka, kawanan berkuda itu melindas si nenek dan cucunya yang masih kecil, seorang anak lelaki yang berusia kurang lebih 6,7 tahun belaka. Maka Koay Ji melesat dengan sangat cepatnya kedepan dan langsung bekerja. Dia memutuskan untuk bertindak dan menyelamatkan kedua orang lemah itu.
"Awas menyingkir....... hai kalian yang di depan....." terdengar teriakan kawanan berkuda itu yang meminta jalan kepada siapapun di depan di jalanan yang hendak mereka lalui itu. Tetapi begitupun, kecepatan mereka sama sekali tidak dikurangi, sebaliknya justru semakin melaju cepat kedepan. Jelas kawanan itu tahu dan paham bahwa di hadapan mereka, di jalanan, sedang melaju dua orang tak berdaya yang sedang pulang masuk kota dari hutan. Tetapi, fakta itu tidak mengurangi kecepatan kawanan berkuda yang entah dikejar setan apa melaju dalam kecepatan tinggi justru di jalanan yang tidak begitu lebar.
Tanpa berpikir panjang lagi, melihat bahaya yang dihadapi si nenek dan cucunya, dengan cepat Koay Ji meloncat kedepan. Dan begitu kawanan berkuda itu menerpa dan bakalan menabrak mereka, dengan cepat dia menggerakan kekuatan iweekang dan ginkangnya. Dia mencelat keatas sambil mengangkat dan membawa nenek dan cucunya itu bersamanya dan kemudian menerjang ke depan hingga akhirnya mendarat tepat di belakang kawanan berkuda yang tetap saja melaju dengan tidak mengurangi kecepatan mereka. Sebetulnya Koay Ji ingin memberi mereka hajaran. Tetapi belum lagi dia bertindak menyusul dan menyerang, nenek yang membawa cucunya sudah dengan terbata-bata sambil menatap wajahnya dalam ketulusan. Dan terdengar dalam kesederhanaannya dia berkata:
"Terima kasih banyak anak muda....... engkau baru saja menghindarkan kami nenek dan cucu dari bencana yang amat mengerikan...... Bun Ji, engkau haturkan terima kasih kepada tuan penolong kita"
"Terima kasih banyak paman......" ucap si kecil yang dipanggil Bun Ji oleh neneknya yang masih memandang Koay Ji penuh takjub. Mungkin karena senang dan gembira karena dibawa terbang sejenak oleh Koay Ji barusan. Meski sempat terkejut serta seperti kehilangan "nyawa", tetapi anak itu tetap saja gembira dibawa santai terbang sejenak oleh Koay Ji barusan.
"Baiklah, hati-hati di jalan Nek, maafkan aku yang muda harus segera melanjutkan perjalananku. Semoga tiba di rumah dengan selamat Nek......"
"Baiklah anak muda, sekali lagi, terima kasih......."
Koay Ji kembali melanjutkan perjalanannya dan kembali tenggelam dalam diam dan melakukan "persekutuan dengan setan". Orang bijak sering berkata, melamun tanpa keruan sama dengan "bersekutu dengan setan",,,,, meski pada kenyataannya, Koay Ji bukan bersekutu dengan setan, tetapi tenggelam dalam keraguan akan dirinya sendiri. Ragu bahwa dia layak menerima kepercayaan Suhu-Suhunya dengan apa yang baru saja dia lakukan dengan Yu Lian. Sejujurnya dia memang tidak mencintai Yu Lian, hanya sayang dan hormat sebagai sahabat, tetapi kondisi yang dia hadapi membuatnya harus melakukan apa yang tak semestinya dia lakukan bersama gadis yang masih suci dan murni.
"Anak muda...... hati-hati dengan lamunanmu, tidak akan ada urusan yang selesai dengan tuntas dalam lamunan, apalagi lamunan yang dilakukan sambil berjalan. Jika tidak keliru, kelihatannya engkau amat perlu "menyembuhkan" dirimu sendiri....." terdengar teguran seseorang yang anehnya, Koay Ji tidak melihat dan menemukan seseorang di dekatnya, ataupun malah disekitarnya berdiri saat itu. Jadi, darimana gerangan asal suara itu...."
Keadaan yang mengejutkan itu dengan segera membuat perasaan dan naluri Koay Ji muncul kembali, lepas dari jerat lamunannya dan kewaspadaanya kembali penuh secara otomatis. Dan, benar saja, dengan cepat diapun dapat melacak darimana asal suara itu. Dengan mata telanjang dia tidak mungkin dapat melihat si manusia yang menegurnya barusan, tetapi dalam pengerahan kekuatannya, dia dapat "melihat" manusia yang menegurnya berada beberapa meter di belakang tetapi tidak tepat berada di pinggiran jalan. Manusia yang menegurnya adalah manusia berusia pertengahan, berjubah hijau seperti atau bagaikan seorang pengemis, tetapi tetap rapih, bersih dan juga terurus. Dan pengemis yang aneh itu, adalah orang yang baru saja ditolong oleh Koay Ji di restoran dalam kota Wie Im. Dia sedang duduk sambil bersandar di sebatang pohon yang amat besar dang jelas rindang serta adem. Dan dari sana dia menegur Koay Ji. Dia sendiripun kaget menemukan keadaan Koay Ji yang berjalan seperti "tanpa jiwa" dan kelihatannya seperti sedang memikirkan satu persoalan yang sulit untuk dipecahkan.
"Ach engkau kiranya Lopeh, apakah engkau baik-baik saja......?" tegur Koay Ji ketika teringat bahwa suara orang itu adalah suara orang yang baru saja dia tolong serta membayarkan makanan yang dibelinya.
"Engkau masih muda, tetapi seperti mengalami persoalan besar atau mengalami hantaman besar yang masih sulit diterima baik oleh akalmu, emosimu, nalarmu atau oleh hati kecilmu sendiri. Anak muda, hati-hati, jika engkau terus tenggelam dalam keadaan seperti itu, maka bukan hanya otakmu yang bisa berkurang daya kerja normalnya, tetapi bahkan batinmu akan terluka. Dan jika demikian, maka engkau akan butuh pengobatan yang luar biasa menyulitkan, panjang dan menguras waktu dan tenaga. Padahal, jika engkau memiliki kemauan, engkau dapatlah dengan jujur membuka diri terhadap persoaan itu, mengaku salah dimana perlu, memperbaikinya kedepan. Karena tidak ada satupun manusia yang sempurna. Manusia sempurna adalah khayalan, tetapi manusia yang kuat adalah mereka-mereka yang selalu belajar dari kekurangan dan kekeliruannya. Atau mereka yang tahu bahwa mereka memiliki potensi besar dan sangat mungkin melakukan kekeliruan dan kesalahan, tetapi yang tetap bisa menyadari bahwa kesalahan adalah kesalahan dan bukan dengan membenarkannya baru dapat diterima. Adalah mereka yang dengan rendah hati selalu awas, dan selalu juga sadar, bahwa keputusan-keputusan mereka sering keliru, tetapi mereka tidak membenarkan kekeliruan mereka. Engkaupun jelas bukan manusia sempurna anak muda, tidak ada dalam dunia manusia seperti itu. Jika engkau tidak berani membuka diri, membuka hati, membuka pikiranmu atas batas-batas kemanusiaanmu, maka engkau akan dipenuhi beban kehidupan yang bakalan membuatmu terpuruk hingga habis....... terkapar tanpa daya......." luar biasa, orang yang dianggap pengemis banyak orang di Kota Wie Im ini, membeberkan filsafat sederhana yang justru sedang menggelayuti seluruh isi kepala dan pemikiran Koay Ji. Dan Koay Ji tersentak kaget, bagai bangun dari mimpi.
"Lopeh,,,,,, apa ..... apa gerangan maksudmu.....?" tanya Koay Ji gagap, bukan apa apa, kata-kata dan kalimat tokoh setengah tua itu, benar-benar dengan telak dan tepat menusuk di jantung pergumulannya selama 5 hari terakhir. Sontak Koay Ji kaget dan terkesima, dan tanpa disadarinya dia bertanya. Sebuah pertanyaan yang sama saja dengan membenarkan kata-kata manusia yang bahkan masih belum dia kenal dan dia tahu siapa itu. Tetapi, meski tidak saling bertatap muka, Koay Ji tahu persis bahwa orang yang sedang dia ajak bercakap-cakap itu pasti sedang menarik nafas panjang. Dan selain itu, juga pastinya sedang menyusun kata-kata yang akan diucapkan dan didengarkannya sebentar lagi itu. Dan dia memang benar. Dan memang dia mengharapkan untuk mendengarkan secara lebih jelas kata-kata yang baru saja menariknya dari alam khayal itu. Benar saja, tidak berapa lama kemudian, dia kembali mendengar manusia aneh itu berkata:
"Benar dugaanku bahwa engkau sedang meragukan dirimu sendiri. Hmmmm, anak muda, lohu tidak akan menunggumu disini jika tidak melihat bahwa engkau memiliki wawasan dan kewaspadaan dan berpihak kepada perbuatan yang adil bijaksana bagi banyak orang. Namun, sekali pandang, lohu paham, bahwa engkau sedang berada di persimpangan jalan dengan mempertanyakan dan bahkan meragukan semua filsafat, ajaran, pengajaran, tulisan kitab suci keagamaan yang selama ini justru menjadi bagian dari terbentuknya pandangan hidupmu. Padahal, jika lohu tak keliru, engkau baru saja mengalami satu kejadian yang agak ruwet dan engkau tidak sanggup memberi jawaban yang memuaskan atas kejadian tersebut. Akibatnya, engkau mulai meragukan banyak hal dan mempersalahkan dirimu sendiri. Engkau lupa, bahwa manusia terkuat dan terhebat sekalipun, harus dan pasti melakukan kesalahan besar dalam hidupnya dan baru dapat menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Semakin hebat dan berat kekeliruanmu, tetapi jika berhasil keluar dan menerima bahwa itu adalah kekuranganmu dan bahwa engkau harus berusaha memperbaikinya, maka makin besar manfaatnya bagi perkembangan batinmu. Jadi, engkau harus mampu membuka diri, membuka pikiranmu, mengakui bahwa engkau memiliki kelemahan, baru engkau dapat memahami banyak hal. Termasuk membuat sederhana sesuatu yang engkau rumit-rumitkan selama ini....."
Koay Ji terpukul, karena bagaimanapun, semua yang disampaikan Manusia Aneh itu memang sangat tepat. Meski dia tetap kurang yakin apakah tokoh itu tahu apa yang sebenarnya menjadi bahan pikirannya itu....... tetapi begitupun dia tetap bertanya guna memastikan apa yang ada dalam pikirannya:
"Apakah memang lopeh tahu apa yang terjadi dan kemudian menghantuiku selama beberapa hari belakangan ini.....?"
"Anak muda, lohu tidak tahu, bahkan lohu tidak ingin tahu sedikitpun........" jawaban sederhana yang tidak dapat dibahas dan tidak dapat ditolak oleh Koay Ji. Tetapi, jawaban itu sedikitpun tidaklah mengurangi rasa hormat dan rasa terima kasih atas peringatan-peringatan yang dikemukakan tokoh aneh itu. Dari sejak awal menegur dan memperingatinya, sampai kemudian dengan jawaban TIDAK TAHU yang tidak mengada-ada tetapi membuatnya sadar.
"Jika demikian, tahukah lopeh apa yang sebaiknya kulakukan kedepan.....?" tanya Koay Ji dengan penuh harap. Berharap jawaban.
"Anak muda, lohu bisa melihat dengan jelas bahwa engkau memiliki hati yang baik, memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Tetapi belum tentu mereka yang cerdas memiliki kerendahan hati yang cukup untup mengakui banyak batas kelemahannya. Jika engkau ingin untuk melangkah lebih jauh ke tingkat yang lebih tinggi, baik pengenalan atas dirimu, maupun atas penguasaan ilmu silatmu, maka engkau perlu untuk melampaui batas-batas emosional dan psikologis itu. Engkau jelas mengerti dan paham apa yang perlu engkau lakukan, karena itu lohu tidak akan memberi jalan yang lurus dan mudah, adalah engkau yang harus menemukan jawaban dan jalanan tersebut dan kemudian menjalaninya dengan penuh kesadaran. Karena takdir kita, tidak semata ditentukan oleh alam, tetapi juga tergantung dari bagaimana kita memahami dan memperlakukan diri kita......"
"Tapi lopeh......"
"Anak muda,,,,,,, jangan memaksa mencari dan menjalani jalan yang mudah. Jangan terbiasa meminta petunjuk apakah harus mengambil jalan kekanan ataukah kekiri, karena kebiasaan itu adalah kebiasaan anak-anak kecil. Umurmu sekarang sudah memadai untuk mencari tahu jalan mana yang terbaik dan memutuskan untuk menempuhnya dengan segala resiko yang harus dihadapi. Sudah waktunya engkau sadar bahwa memang sering engkau melalui yang lebih sulit bahkan jauh lebih berliku karena jalan itu akan menguji kualitasmu. Sudah waktunya engkau bangkit dan menemukan dirimu serta tidak tergantung kepada apa yang disuapkan orang tuamu ataupun Suhumu. Dan terutama, camkanlah semua pilihan apapun itu dan yang engkau putuskan untuk dijalani serta dikerjakan akan mencerminkan, sekaligus menggambarkan siapa dirimu yang sebenarnya......"
Kata-kata terakhir Manusia Aneh itu menohok semakin keras sisi kemanusiaan Koay Ji, tetapi dia sama sekali tidak menjadi marah ataupun murka. Bahkan seperti orang bodoh dia berdiri di tepi jalan dan bercakap tanpa saling memandang wajah dengan manusia aneh yang dia panggil sebagai LOPEH sejak tadi. Tetapi, LOPEH yang dia maksudkanpun, tidak terlihat berusaha untuk bertatap muka dengannya meski terus bercakap-cakap hal-hal yang sebenarnya amat berat dan mendalam. Bahkan dia terkadang membiarkan Koay Ji termenung dan berpikir keras dengan tidak menyapa dan tidak berkata-kata. Seperti memberi kesmepatan bagi Koay Ji untuk merenung dan mencari jawaban, karena dia sadar bahwa Koay Ji berada di persimpangan yang sangat penting dan menentukan untuk menanamkan dan menjadikan semua didikan dan pengajaran suhu-suhunya, serta pelajaran-pelajaran yang dulu pernah dipetiknya melalui buku-buku bacaannya untuk menjadi pandangan hidupnya. Satu titik kritis yang amat penting.
Setelah merenung beberapa lama, Koay Ji kembali memunculkan pertanyaan baru yang segera diajukannya kepada lawan bicaranya:
"Lopeh, apakah berarti bahwa kejadian maha berat itu memang harus terjadi dalam hidupku...." dan mengapa pula seperti itu.....?"
Pendekar Pedang Kail Emas 9 Rajawali Emas Karya Kho Ping Hoo Tapak Tapak Jejak Gajahmada 9
^