Pencarian

Pendekar Aneh Naga Langit 26

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 26


Tetapi pertanyaan itu tidak mereka ajukan keuar, hanya bertanya dalam hati masing masing dan memperhatikan ketika Koay Ji melangkah masuk. Tatap mata dan sinar matanya bening, bagai tatapan mata bayi yang tak bersalah, ciri orang yang seperti tidak memiliki ilmu ataupun kesaktian. Jalannyapun seperti kurang kokoh dan tidak mendatangkan kesan yang berlebihan, tidak terkesan gagah perkasa. Tetapi, entah mengapa, dalam kelemahan dan ketidak-gagahan Koay Ji yang seperti itu, salah seorang cucu Hoan Thian Kheng, yakni cucu termudanya justru terlihat merasa amat tertarik. Seperti ada sesuatu yang membuat anak gadis itu merasa bahwa Koay Ji sebenarnya rada berbeda, berbeda dengan orang-orang lain, tetapi dia tidak dapat menemukan jawaban keanehan Koay Ji.
Adalah Kang Siauw Hong yang berusia 19 tahun yang tertarik dan itu ditangkap dengan amat jelas oleh mata ahli, Oey Hong dan Pek Bwe Li. Memang, sejak masuknya Koay Ji, Nona itu jelas terlihat tertarik dengan tindak tanduk Koay Ji, entah dengan alasan apa. Melihat itu, kedua suci Koay Ji diam-diam tersenyum geli dalam hati, tapi pada saat itu, mereka juga dapat memergoki bahwa cucu Hoan Thian Kheng lainnya seperti tidak memandang siauw sute mereka. Bahkan seperti tidak menganggapnya sebelah mata. "Hmmm, mereka belum tahu saja siapa siauw sute...." diam-diam Oey Hwa dan Pek Bwe Li menjadi gusar terhadap cucu-cucu Hoan Thian Kheng yang lain. Dans ecara otomatis menjadi simpati dan merasa suka dengan Nona yang satu, Kang Siauw Hong.
Memang benar, masuknya Koay Ji tidak mendatangkan kesan gagah dan hebat dimata Hoan Kun cucu lelaki tertua yang hadir serta Hoan Siang In gadis manis yang berusia 23 tahun paling banyak. Serta juga bagi sepasang gadis kembar yang sama cantik menawan, Hoan Beng Lian dan Boan Beng In yang kini berusia 20 tahun. Dari semua cucu Hoan Thian Kheng yang hadir, yang berkepandaian paling tinggi memang Hoan Kun baru disusul sepasang gadis kembar yang cantik jelita itu. Hoan Siang In sendiri meski berbakat bagus, tetapi kurang memiliki keuletan dan lebih senang diurusi pelayannya, terhitung agak manja dan tinggi hati. Itulah yang menjadi gambaran keluarga Lembah Cemara yang sebenarnya terkenal dan agak misterius karena jarang bergaul keluar.
Sementara sang cucu luar, Kang Siauw Hong, nyaris tak ada yang mengetahui sampai dimana kehebatannya dalam Ilmu Silat. Gadis itu terlampau misterius dan hanya dekat dengan neneknya saja serta adik lelakinya. Apalagi, karena meski perempuan, dia terhitung senang dengan urusannya sendiri, senang berkelana dan selalu seperti punya urusan sendiri yang tidak biasa. Dan urusan-urusannya serba misterius, sera aneh, bahkan berlatih ilmu silatpun terkesan aneh dan berbeda dengan saudara-saudaranya dari Lembah Cemara. Meski demikian, gadis ini sangat cerdik, pintar dan sebetulnya amat berbakat dalam ilmu silat. Ditambah lagi dengan kecerdasannya yang cukup menonjol, maka lengkaplah potensinya. Hanya, diam dan sifat misteriusnya yang membuat keadaannya tidak mudah ditangkap mata yang kurang ahli. Tetapi Koay Ji sekali melihat langsung mengerti jika malah gadis cantik itu memiliki simpanan Ilmu Silat yang lebih hebat dari Hoan Kun kakaknya. Serta juga dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Apakah memang benar demikian adanya" entahlah.
"Mari engkau berkenalan dengan gak hu dan rombongannya siauw sute. Juga tentu dengan kakak dan adik dari sucimu ini, dan mereka ini adalah keponakan suhengmu ini, mari, silahkan kalian saling berkenalan....." dengan dipandu dan diatur oleh Cu Ying Lun, Koay Ji bekerkenalan dengan Hoan Kun yang terlihat sedikit tinggi hati namun cukup gagah. Kemudian Hoan Siang In yang juga sama tinggi hati, tetapi harus dia akui memang cantik jelita dan sudah matang di usianya yang ke-23, dan terus dengan sepasang hadis kembar yang sama-sama cantik dan cukup ramah. Keduanya justru yang terkesan paling sportif menyambut perkenalan dengannya, tidak memandang remeh dan senang tersenyum ramah dan meriah dimata dan sikap. Ketika mereka saling berkenalan atau diperkenalkan, kedua gadis kembar itu ternyatanya tidaklah sombong tetapi cukup ramah, malah berkata dengan suara yang riang dan sangatlah lembut:
"Senang berkenalan denganmu Koay Ji,,,, tapi, sayangnya namamu terlampau aneh, hikhikhi, semoga engkau senang membawa kami berkenalan dengan Thian Cong San ini dan menikmati keindahan alamnya........."
"Terima kasih jiwi kouwnio, jika ada waktu, pasti akan kutemani berjalan-jalan di sekitar Gunung Thian Cong San ini" sambut Koay Ji tidak kalah ramahnya. Maklum, kini dia sudah lebih paham karakter masing-masing orang dan bisa mengenali pandangan orang-orang yang menjadi keluarga suhengnya itu.
Paling akhir dan paling ditunggu oleh Oey Hwa dan Pek Bwe Li adalah perkenalan dengan si bungsu, Kang Siauw Hong, cucu luar Hoan Thian Kheng. Dara cantik dan manis itu duduk didekat Neneknya, Hua Hun, sementara sepasang gadis kembar disisinya bersebelahan di sisi lainnya dengan nenek mereka Tio Cui In. Yang hebat, gadis cantik termuda itu ternyata memiliki ketabahan yang hebat dan tidak terlihat norak meski pancar matanya terlihat bersimpati terhadap Koay Ji. Atau mungkinkah senang dengan kemisteriusan dan gaya yang sulit ditebak dari Koay Ji" Entahlah, kedua suci Koay Ji ini yang pasti merasa cukup kagum ketika Kang Siauw Hong menyambut perkenalan itu dengan senang tidak senang, tidak senang tapi senang. Sungguh mampu menjaga diri dan ketenangannya. Tidak berlebihan, tidak sangat gembira tetapi juga tidak sangat terbawa oleh perasaan hatinya sendiri. Hal yang mendatangkan rasa suka dan simpati dari Oey Hwa dan Pek Bwe Li. "Sebuah awal yang cukup bagus" pikir keduanya sambil saling tatap dan bahkan kemudian saling tersenyum satu dengan lainnya.
"Senang sekali berkenalan dengan siauw sute dari pamanku, engkau pasti memiliki kemampuan hebat, mungkin malah sudah sehebat pamanku itu....." puji Kang Siauw Hong sambil menghormati Koay Ji yang juga sama ramah dan senangnya dengan gaya gadis ini yang tidak berlebihan, terlihat cerdas dan tahu sopan-santun. Pujian dan kata-katanya juga tidak berlebihan. Perkenalan yang terkesan sederhana, tetapi membawa kesan bagi masing-masing.
"Silahkan duduk siauw sute......" pada akhirnya Cu Ying Lun mempersilahkan Koay Ji duduk, dan sesaat Koay Ji duduk dia melanjutkan dengan kalimat yang membuat Koay Ji terkejut dan kaget setengah mati,
"Siauw suteku ini sebetulnya adalah salah satu orang yang malah sudah berkali-kali menempur Mo Hwee Hud dan bahkan mengundurkannya, sayang belum pernah bisa bertarung satu lawan satu dalam waktu yang lama dan panjang......" kalimat Cu Ying Lun ini menimbulkan tafsir yang berbeda diantara mereka yang hadir pada waktu itu. Dan kekhawatiran Koay Ji segera menjadi kenyataan ketika Hoan Thian Kong yang mulai merespons dengan bertanya langsung:
"Bagaimana pertempuranmu melawannya Koay Ji" dengan siapa engkau bertempur melawan gembong iblis yang sangat hebat itu.....?" pertanyaan yang amat antusias sambil memandang Koay Ji menunggu jawaban. Jelas, karena kini mereka sudah menganggap musuh terkuat Lemah Cemara adalah Mo Hwee Hud. Tanpa mereka sadar bahwa masih ada tokoh-tokoh lain yang sama hebat, atau malah satu atau dua yang masih lebih hebat lagi. Hanya, tentu saja Hoan Thian Kheng tidak paham dan tidak tahu karena jarang bergaul keluar.
"Dia berkelahi melawan Mo Hwee Hud yang berpasangan dengan Geberz seorang tokoh dari Persia dan seorang tokoh kuat lainnya. Sayang mereka terlalu pengecut sehingga mengeroyok sute, tetapi memang mesti demikian, karena jika memang tidak, kemungkinan besar Mo Hwee Hud sudah terluka, sama seperti dua anak muridnya yang sudah dilukai dan dipunahkan kepandaiannya oleh siauw sute kami ini beberapa bulan sebelumnya......"
Koay Ji menjadi tambah kaget dan terkejut tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Karena memang kata-kata suhengnya benar belaka dan adalah Tek Ui Sinkay yang dapat menjadi saksi kejadian pada waktu itu. Tetapi, Koay Ji sendiri merasa enggan untuk membesar-besarkan kejadian tersebut, karena orang luar belum tentu memaklumi dan paham dengan kejadian sebenarnya. Dan memang, hal itu segera menjadi kenyataan ketika Hoan Kun yang jelas menjadi sangat penasaran ikut bergabung dalam pembicaraan. Matanya jelas membayangkan kepenasarannya, sulit buatnya paham dan mengerti kehebatan seorang Koay Ji yang terlihat lemah dan seperti tidak punya kepnadaian apa-apa. Tak lama diapun berkata atau lebih tepatnya juga ikut bertanya dalam nada yang amat penasaran:
"Haaaa....." sehebat itukah..." sungguh sulit dipercaya, apakah ada orang lain yang ikut menyaksikan kejadian maha hebat tersebut.....?" pertanyaan yang meragukan Koay Ji, tetapi tidak ditanggapi oleh Koay Ji, hanya memandang sekilas dan berdiam diri. Memang, berdiam diri adalah pilihan yang paling baik pada saat seperti itu. Tetapi, ketika semua orang memandangnya, mau tidak mau dia harus angkat bicara meski awalnya dia bingung apa yang sebaiknya dia katakan terhadap apa yang dia alami pada waktu itu"
"Ach sudahlah saudara Hoan Kun, Chit Suheng terlampau membesar-besarkan kisah tersebut, lagipula sudah lama terjadi dan di tengah pertarungan massal. Lebih baik kita segera makan....." akhirnya dengan terpaksa Koay Ji yang menjadi risih berkata dan menjelaskan seadanya dengan mengurangi efek dramatis yang dimulai oleh suhengnya. Padahal mana dia tahu atau paham, bahwa sebetulnya Cu Ying Lun, suhengnya dengan secara sengaja melakukannya, meski untuk maksud yang tak dapat dipahaminya saat itu.
Mana Koay Ji paham ataupun tahu jika Cu Ying Lun memang melakukannya atau berbicara karena tidak rela dia, siauw sute yang dia hormati dan kasihi itu dipandang remeh orang. Orang-orang dari keluarga istrinya pula, dari Lembah Cemara. Dan Tek Ui Sinkay serta suhengnya yang lain, meski berdiam diri tetapi pada setuju dengan tindakan Cu Ying Lun berbicara seperti itu. Tetapi, adalah Pek Ciu Ping yang perasa yang kemudian berkata:
"Ayo, sudah waktunya kita makan malam......." ajakan yang memang tepat waktu, sambil mengalihkan perhatian orang dari al yang dapat merusak suasana. Sebagai seorang yang lebih tua, dia mampu mengetahui apa yang terjadi dengan Tek Ui Sinkay dan Cu Ying Lun. Hal yang justru dia lihat membuat Koay Ji merasa tidak nyaman, karena sute termudanya itu justru merasa kesal jika terus menerus menjadi pusat perhatian dan dipuji-puji.
Makan malam berlangsung seperti biasa, tetapi benak Koay Ji dipenuhi urusan lain. Kepalanya masih terpaku dengan kejadian dalam barisan dan dia mulai merasa bahwa dia mengetahui tetapi tidak, atau tidak mengetahui tetapi juga mengetahui. Mengapa" Entah, dia sendiri merasa masih harus terus mencari, mencari dan terus mencoba memahami lebih dalam lagi. Beberapa kali Siauw Hong dan Hoan Kun bertanya kepadanya, tapi jawabannya pendek-pendek dan ini membuat Hoan Kun semakin merasa kurang senang kepadanya. Hanya satu orang dari pihak Lembah Cemara yang tetap saja mengaguminya, dia adalah Kang Siauw Hong.
Setelah makan malam, saat tamu yang lain mulai mengundurkan diri, Pek Ciu Ping kembali tenggelam dalam percakapan dengan Cu Ying Lun, Tek Ui Sinkay dan Hoan Thian Kheng dan kedua anaknya. Cu Ying Lun sempat menyadari bahwa Koay Ji mencari jalan pergi dan memang saat itu awdalah waktu paling pas untuk segera berjalan pergi. Tetapi Cu Ying Lun hanya membiarkan saja. Diapun maklum. Dan Koay Ji pun menyelinap, dan segera bergegas menuju Barisan untuk kembali mencari tahu dan terus mencari tahu. Dia hanya kurang waspada jika ada orang yang mengikutinya, tapi karena dari jarak yang cukup jauh dari posisinya, maka wajar dia tidak sadar dan tidak mengetahuinya. Dia tidak menyadari jika Kang Siauw Hong yang terus membuntutinya dan melihat dia menghilang masuk kedalam Barisan dan kemudian mencelat mengejar dengan cepat.
Koay Ji baru saja mulai mencoba menganalisis dan mencaritahu lebih jauh ketika dia merasa bahwa Barisan itu bergerak. "Ada yang masuk, siapa gerangan...?" dia bertanya dalam hari, tetapi ketika menyadari daya serang Barisan meningkat tajam, maka tahulah dia bahwa bukan saudara seperguruannya yang masuk, tetapi ada orang lain lagi, entah siapa. Setelah dua hari menekuni dan mempelajari Barisan Pembingung Sukma, Koay Ji kini sudah lebih paham dan mahir dengan tata letak dan sudut-sudut penting dari barisan tersebut. Itulah sebabnya, dia bergerak untuk mencari tahu dan tentu saja berusaha menemukan siapa gerangan yang ikut masuk kedalam Barisan itu. Tetapi, setelah sekian lama dia bergerak mencari, Barisan itu terasa bergerak terus meski mulai melamban dan berkurang kekuatannya. Pada saat itulah dia melihat siapa gerangan yang mengikutinya masuk dalam barisan. Nona KANG SIAUW HONG.
Tetapi Koay Ji harus bergerak cepat, karena pada saat itu Kang Siauw Hong terlihat sudah mulai tidak tahan dan sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya. Koay Ji harus mencegahnya, karena jika terjadi, bakalan repot menyembuhkan ataupun mengembalikan kesadarannya. Maka sekali sentak, dia bergerak cepat dan pada lain waktu, sudah memegang lengan Siauw Hong sambil berbisik dan mengerahkan kekuatannya melalui lengan yang dia genggam:
"Pusatkan kekuatan, pelihara kesadaran diri, dan cepat melawan gambaran dan juga bayangan-bayangan semu yang mencoba merusak kesadaranmu. Cepat sebelum engkau terlambat dan tak mampu lagi......."
Dan memang ternyata bahwa Kang Siauw Hong bukanlah gadis biasa. Meski Koay Ji tahu dia belum sehebat Sie Lan In, tetapi setidaknya gadis ini sudah berada ada setingkat dengan kemampuan Kwan Kim Ceng. Meski memang benar masih belum berada setingkat dengan kawan-kawannya yang lain seperti, Sie Lan In, Khong Yan dan Tio Lian Cu. Selain itu, untuk kekuatan iweekangnya atau setidaknya potensi kekuatan iweekangnya juga sangat hebat dan luar biasa. Tetapi, sayangnya masih belum menyatu, berada jauh diatas Nyo Bwee, setingkat sedikit dibawah Kim Ceng. Tetapi, jika dilatih secara sempurna, tidak akan kalah dengan tingkat Sie Lan In dan kawan-kawannya yang lain, karena itu ketika Koay Ji membantu dan membisikinya untuk menjaga kesadaran, dengan sedikit bantuan belaka, Siauw Hong dapat mulai menemukan dirinya sendiri. Mau tidak mau Koay Ji kagum dan terkejut dengan kondisi dan keadaan Kang Siauw Hong ini.
Setelah melihat keadaan Kang Siauw Hong berangsur-angsur mulai normal dan stabil, Koay Ji kemudian berbisik kepadanya dan berkata dengan suara yang lembut dan terdengar jelas bagi Nona itu:
"Kang Kouwnio, apakah engkau tahan bersamadhi didalam ataukah harus segera kuantar keluar dari dalam Barisan ini.....?"
"Hmmm, apa yang engkau lakukan dalam barisan ini....?" tanya Kang Siauw Hong tidak takut dan tidak menjawab pertanyaan Koay Ji. "Aneh memang gadis ini, bukan menjawab pertanyaan malah balik bertanya..." desis Koay Ji dalam hati, tetapi tetap saja dia menjawab pertanyaan si gadis.
"Aku sedang berlatih dalam Barisan ini dan mencoba terus menerus meningkatkan kemampuanku, tetapi sayang terlampau sulit melaju lebih jauh lagi. Tetapi tetap saja aku harus terus berlatih dan berlatih........... nach, baiklah kuantarkan engkau keluar dari Barisan ini sekarang....." jawab Koay Ji sedikit berbohong, maklum, dia masih belum mengenal gadis itu dengan baik.
"Hmmm, jangan engkau salah, Barisan ini meskipun berhasil mengejutkanku karena tidak siap dan memandang terlampau remeh, tetapi kutahu jelas akan bangunan dasarnya. Dia berdasarkan atas 6 titik atau 6 setengah titik, atau bisa juga 7 titik sebagai elemen dasarnya. Tetapi, sangat banyak perubahannya, efek serangannya membesar atau mengecil sesuai kemampuan lawannya, baik perseorangan maupun sekelompok besar orang. Tetapi, sayangnya aku masih belum tahu apa gerangan nama Barisan yang sehebat ini....." bisik Siauw Hong takjub.
"Aku sudah tahu semua itu Kang Kouwnio, tapi adalah lebih baik sekarang engkau kuantarkan keluar dari dalam barisan ini....." berkata Koay Ji yang berkeras untuk mengantarkan Kang Siauw Hong keluar barisan. Dia sebenarnya khawatir jikalau latihan dan penelitiannya akan terganggu oleh gadis nekat ini.
"Bolehkah aku melakukan samadhi dalam Barisan ini...?" terkejut Koay ji mendengar permintaan Kang Siauw Hong
"Apakah engkau cukup tahan dan mampu menahan efeknya....?" bertanya Koay Ji, kaget juga dengan kebandelan gadis itu.
"Tenang saja, aku masih cukup kuat.... kekuatan dan daya tahanku menghadapi Barisan seperti ini pasti akan membuatmu menjadi terkejut. Tetapi kuyakinkan, aku lebih dari tahan berada dalam Barisan ini"
"Hmmm, Kang Kouwnio, engkau seperti tahu bahwa bisa saja berlatih dalam barisan seperti ini, dan malah lebih aman.....?"
"Jelas aku tahu, karena engkau sedang melakukannya, dan setelah lebih siap dan lebih aku memahami Barisan ini, maka Barisan ini tidak akan menggangguku lebih jauh, dan akupun tidak merasa terganggu lagi...."
"Tidak, sesungguhnya aku sedang menyelidiki Barisan ini lebih jauh lagi, bukannya sekedar berlatih seperti yang kukatakan barusan...."
"Sama saja bodoh....."
"Beda Kouwnio..."
"Sama saja......"
"Baiklah, terserah engkau Kang Kouwnio,,,,, nach, mari, engkau boleh berlatih aku akan melakukan yang perlu kulakukan, berjarah 50 meter dari sini kita memiliki tempat kosong yang bermanfaat untuk berlatih. Mari,,,,,," Koay Ji bergerak, dan dia heran karena sekarang Kang Siauw Hong mengikutinya dengan mudahnya. Sungguh berbeda dengan waktu gadis itu memasuki Barisan, limbung, kebingungan dan kehilangan konsentrasinya. Sekarang, dia terlihat santai dan mudah saja. Dan kini, mereka sudah berada di tempat yag dia sebutkan tadi. Setelah meneliti tempat itu dan dia rasa cocok bagi mereka berdua, diapun berkata:
"Terserah engkau melakukan apa Nona Kang Siauw Hong, tapi maaf, aku harus melakukan sesuatu hingga pagi harinya....."
"Baik, aku akan mencoba berlatih dan saat yang tepat akan beristirahat disini juga, tidak usah engkau pusingkan untuk selanjutnya....." berkata gadis itu dan kemudian benar tenggelam dalam latihannya.
"Terserah engkau Nona....."
Koay Ji kemudian memulai kembali proses yang sudah 3 hari ini dilakukannya. Tetapi, sesekali dia tergoda untuk melihat Nona Kang, dan dia menjadi tentram karena ternyata gadis manis itu benar mampu bertahan meski tadinya dengan cara yang agak sulit. Melihat itu dia menarik nafas panjang dan kemudian melanjutkan penyelidikannya. Satu dan dua jam berlalu, kini dia mulai meneliti titik kelima dan keenam sekaligus setelah memastikan pemahamannya atas titik dasar pertama hingga keempat. Dasar yang pertama sampai keempat sebagaimana dugaannya adalah landas pijak keseluruhan Barisan tersebut, sementara dasar kelima adalah pengokohannya. Berbeda dengan dua pasang (4 dasar berpasangan) yang seperti menjadi satu dan "terikat" oleh kekuatan yang "mujijat", susah terpisahkan, terpisah tetapi nampak satu, maka yang kelima agak berbeda. Posisinya nampak terlebih kokoh dan tidak banyak berubah dan bergerak.
Posisi dasar yang keenam nyaris mirip dengan yang kelima, hanya saja masih lebih dinamis, atau kadang jauh lebih dinamis. Tetapi, malam ini, Koay Ji secara khusus memutuskan untuk menghabiskan waktu mengamati dan menyelidiki dasar yang kelima itu. Dia terlihat sangat kokoh, tetapi kekokohannya lama kelamaan terlihat berfungsi untuk membuat dasar pertama sampai keempat yang berpasangan, terus terjaga. Atau, dia seperti berfungsi untuk menjaga dan mengokohkan pasangan dasar 1 dan 2 serta juga pasangan 3 dan 4. Dia tidak melindunginya, tetapi ada bersama mereka dan memperkokoh dasar itu sebagai bagian dari keseluruhan Barisan Pembingung Sukma.
Bahkan Koay Ji menjadi agak heran, karena jika 4 dasar masih bisa berubah-ubah posisi dan letaknya, sehingga membuat bangun barisan bisa bergeser menyempit ataupun melebar, maka posisi dasar yang kelima justru tetap. Jaraknya ke posisi dasar baik 1, 2, 3 dan 4 selalu sama dekat atau sama panjang, sehingga Koay Ji rada bingung mendefisinikasi posisi dasar kelima ini. Tetapi, sudah pasti 4 dasar adalah bangun dasar dari bangunan Barisan itu, tergantung letak dan posisi mereka untuk melebar atau menyempit. Kemudian, dasar kelima boleh dikata adalah tiang pancang yang memancangkan 4 dasar itu sehingga mampu menjadi Barisan yang kokoh. Dia tidak pernah bergeser, pergeserannya selalu membuat keseluruhan dasar bergeser juga tetapi tetap pada posisinya masing-masing dan menjaga serta merekat dasar 1-4 untuk menjadi dudukan atau landasan Barisan yang kokoh. Penting mana 1-4 ataukah 5, menjadi pekerjaan rumah yang masih belum dapat dipecahkan oleh Koay Ji, tetapi yang pasti dia sudah menemukan rahasia dasar nomor 1 hingga nomor 5.
Sementara dasar ke-enam berbeda dengan dasar kelima, dia termasuk merekat dasar 1-4 tetapi bergerak bebas dan terkadang melindungi dasar 1-4 dan kadang menjauh dari dasar 1-4. Tetapi yang pasti, dia lebih dinamis ketimbang dasar nomor 5, meskipun tidak pernah dekat dengan dasar nomor 5, tetapi jelas dia bergerak atas jarak tertentu. Perbandingan dasar 5 dan 6 cukup jelas, jika dasar 5 statis posisi dan kedudukannya serta jaraknya dari 1-4, maka dasar 6 justru bergerak dinamis. Penemuan ini merupakan temuan utama Koay Ji selama beberapa jam, bahkan dia memastikannya hingga menjelang tengah malam. Ketika dia dapat menyelesaikan dan menemukan serta memahami dasar yang ke 6, dia teringat kembali kepada Nona Kang Siauw Hong dan sontak dia melirik tempat gadis manis itu berada. Tetapi, alangkah kagetnya karena kini dia melihat gadis itu justru sedang santai dan saat itu mengamatinya secara saksama. Dan ketika dia melirik, Kang Siauw Hong berkata dengan nada suara senang:
"Bukan Barisan Empat Segi, Bukan Lima, Bukan Enam, Bukan pula Tujuh, tetapi bisa Barisan 4 Segi, Bisa Lima, Bisa Enam dan Bisa Tujuh. Sederhananya, ada 4 dasar utama, ada satu tiang pancang, ada satu dasar dinamis dan ada satu yang bergerak bebas, bisa menempel dan jadi sama dengan pasangan 1,2 atau bisa menempel dan jadi sama dengan pasangan 3,4, bisa menempel dan memperkuat dasar lima, bisa bergerak bebas bersama dasar enam. Hmmm, bangun barisanmu itu sudah dapat kuselami, hanya saja, ini yang sangat hebat, intisari pembentuk kekuatan sangat sulit kuselami. Penuh rahasia dan sepertinya dibangun diatas kekuatan yang luar biasa, ada tetapi sulit dilihat, dibilang tidak nyata, tetapi juga kita bisa melihat Barisan ini sebagai wujud contohnya. Nach, kutunggu penjelasanmu Koay Ji......" suara sang gadis sangat tenang, ringan dan lugas, namun membuat Koay Ji tersentak kaget tak terkira dengan penjelasannya.
Dia sudah 3 hari berturut-turut dan sudah menghabiskan waktu mungkin sampai 20 jam totalnya, dan baru dapat memahami bangun barisan itu. Bagaimana mungkin gadis itu hanya dalam waktu 3 jam sudah menebak dengan sempurna apa yang dia temukan dalam 20 jam terakhir" Siapa sebenarnya Kang Siauw Hong ini" mengapa pula begitu cepat memahami Barisan bentukan Suhunya meski baru kurang 3 jam mempelajarinya" Sungguh pusing dan kaget Koay Ji. Tetapi, dia memutuskan harus bersandiwara untuk tidak terlihat tolol.
"Bagaimana bisa dalam waktu singkat engkau mampu menyelami dan mempelajari Bangun Dasar Barisan ini...." siapa engkau sebenarnya....?" tanya Koay Ji dengan nada suara menyelidik, tak terhindarkan. Mau tidak mau dia curiga dengan niat si gadis yang tepat dan cepat menyelami Barisan yang sedang dia selami dan ingin dia urai rahasia dan kedalamannya
"Hikhikhik, Barisan seperti ini mah mudah saja kupelajari, segala macam Barisan tidak akan mampu mengelabuiku. Sehebat apapun pasti akan kuselidiki dan dapat kuuraikan. Karena sejak berusia 7 tahun, Nenek sudah mengajariku segala macam dan seluk-beluk Ilmu Tentang Barisan rahasia, bahkan dia orangtua juga memiliki dan menyimpan sebuah Kitab Pusaka mengenai dasar-dasar Ilmu Barisan. Malahan juga dia mampu mengetahui dan mengurai Brisan yang memiliki kekuatan sihir maupun dengan kekuatan pembingung manusia. Barisan ini jelas memiliki efek pembingung dan ini tidak akan dapat dapat menipuku sedikitpun. Artinya, engkau tidak bakalan menang jika melawanku dalam pengetahuan akan Ilmu Tentang Barisan Rahasia, karena Nenekpun sudah mengakui kehebatan dan pengetahuanku atas Barisan, katanya aku sudah maju jauh......."
"Accccchhhhh, benarkah demikian......" bagaimana penjelasanmu terhadap Barisan Pembingung Sukma dan bagaimana khusus peran dasar keenam dan ketujuh dari barisan ini.....?" tanya Koay Ji menguji, sekaligus ingin mengetahui kebenaran atas temuannya sendiri. Sambil bertanya, diam-diam Koay Ji harap-harap cemas, karena sesungguhnya dia menunggu penjelasan si gadis yang bakalan membuatnya lebih mampu memahami Barisan Suhunya. Tetapi, dia bertanya seakan sedang menguji pengetahuan Kang Siauw Hong.... dia merasa sedikit bersalah dalam hatinya, tetapi tak terhindarkan keinginannya untuk menguji apakah yang sudah dia pahami itu benar atau masih keliru.
"Hikhikhik Koay Ji koko, engkau mau mengujiku dengan apa yang engkau bangun ini" Boleh-boleh saja kujelaskan kepadamu, tetapi engkau harus memberiku hadiah, sejurus ditukar dengan sejurus, satu ilmu ditukar dengan satu ilmu. Bagaimana, kau berani melawanku dengan taruhan kecil seperti itu....?" tantang Kang Siauw Hong dengan cerdik. Dan Koay Ji yang melihat kesempatan terbuka untuk menyelami Barisan itu melihat kesempatan yang lain, meski disangka dia sedang menguji si gadis. "Mengapa tidak mengikuti permainan gadis cerdik pandai ini....?" pikir Koay Ji tidak kalah cerdiknya. Meskipun, dilain sisi, Kang Siauw Hong yang sama pandai dan cerdiknya juga sedang memikirkan hal yang kurang lebih sama dengan yang dipikirkan Koay Ji saat itu.
"Baik, mari kita bermain-main jika memang demikian. Coba engkau jelaskan maksud pertanyaanku dan fungsi setiap Dasar Barisan ini, jika memang benar, maka akan kutukar bukan dengan satu jurus, tetapi dengan 1 ilmu sekaligus. Bagaimana, kau berani bertaruh denganku Nona Hong.....?" tantang Koay Ji ketika melihat adanya kemungkinan beroleh penjelasan dari "ahlinya". Karena dia sudah percaya penuh bahwa memang gadis cantik yang lucu dan cerdik itu memiliki pengetahuan lebih mengenai barisan, khususnya Barisan rahasia.....
"Baik, siapa takut...." bersiap-siaplah engkau memberiku pelajaran 1 buah Ilmu Silat, yang lengkap ya. Tapi, baiklah akan kujelaskan terlebih dahulu mengenai Barisanmu itu. Begini, Barisan itu terbentuk dari ide 4 buah dasar, dikokohkan oleh dasar kelima, digerakkan dengan oleh dasar 6 dan disempurnakan oleh dasar 7. Meski demikian, sudah jelas dasar utama adalah pasangan dasar 1 dan 2 serta pasangan dasar 3 dan 4; Kemudian, dasar barisan ini dipancangkan oleh dasar 5 yang bergerak tetap pada pusat atau sumbu barisan; Sementara dasar 6 adalah fungsi untuk menyerang dan bertahan, sedangkan dasar 7 adalah dasar yang sangat dinamis dan sangat bebas bergerak. Ketika didesak bisa melindungi Dasar 1,2,3,4 dan 5, ketika menyerang bisa menemani dasar 6 dan membantunya. Secara sederhana, itulah prinsip barisan ciptaanmu itu, tetapi yang membuat barisan ini menjadi mujijat dan amat berbahaya adalah sumber kekuatan dan jenis pengaruh yang ditimbulkannya. Mengenai hal yang satu ini, tergantung kepada selera dan kemampuan pembentuk Barisan. Tetapi, jika kutelaah lebih jauh, maka Barisan ini adalah barisan dengan kekuatan dan pengaruh dari beraliran keagamaan, sehingga lebih berfungsi menenggelamkan kesadaran lawan dan mampu membuatnya kehilangan kemampuan melakukan perlawanan. Bagaimana "isi" ini, kelihatannya tergantung pada penentuan pasangan 1 dan 2 serta 3 dan 4, sumbu utamanya di dasar 5, sementara kekuatan bertahan dan menyerang ada di dasar 6 dan 7 dalam menggerakkan kesatuan Barisan. Nach, apakah penjelasanku keliru, hayo, engkau harus segera bersiap-siap mengajariku satu buah ilmu, dan juga harus yang hebat dan dapat cepat digunakan......." berkata Siauw Hong sambil memperagakan dengan kedua tangannya dan kemudian pada bagian paling akhir, dia menegaskan kemenangannya karena penjelasannya memang tepat.
"Hmm engkau memang sudah hampir benar, tetapi engkau masih lupa menjelaskan karakter dari dasar 1,2,3,4,5 yang merupakan bagian terpentingnya......" kejar Koay Ji berkeras meski dia sendiri kurang yakin, karena yang benar dia ingin beroleh penjelasan lebih rinci justru dari gadis pintar itu. Khususnya mengenai pemahaman atas dasar 1,2,3,4,5 yang menurutnya agak vital.
"Ach, pertanyaanmu terlampau sulit. Bangun Dasar dan Bangun Utama Barisan sudah kupecahkan, tetapi bagian yang paling sulit adalah menemukan paduan yang saling tergantung dan saling percaya antara 1 dan 2 serta 3 dan 4. Jika kemampuan menemukan paduan 4 dasar dalam 2 pasangan, maka kesulitan pertama sudah dipecahkan. Persoalan selanjutnya, pada sumbu utama di dasar kelima. Dia harus figur yang memiliki komitmen yang kuat, orang yang memiliki wibawa, memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan dipercaya betul oleh 4 dasar yang dipancangkannya. Dia juga adalah pemimpin yang didengarkan meski tidak pernah sekalipun bersuara, cukup dengan gerak tangan dan ilmunya, dia bisa memberitahu apa diinginkannya untuk dilakukan kawan-kawannya. Bukankah itu yang ingin engkau tahu" Tentang bagaimana Barisan ini menampilkan efek mujijatnya, maka itu persoalan lain yang di luar pengetahuanku. Biasanya adalah tokoh dengan kemampuan iweekang yang sempurna, ilmu sihir yang mujijat yang sanggup membentuk Barisan dengan sendi khusus guna menampilkan efek yang diinginkan. Tetapi, itu masih berada di luar batas pengetahuanku. Nach apakah penjelasanku cukup....?" tanya si Gadis melihat Koay Ji kini terpekur dan belum meresponsnya. Dia hanya tidak sadar bahwa apa yang dijelaskannya justru adalah hal-hal yang baru dipahami Koay Ji setelah dia menjelaskan secara panjang lebar. Pada saat itu, Koay Ji terpekur dan sangat senang karena dia telah menemukan rahasia barisan itu.
"Hei, Koay Ji, apakah engkau mendengarkan penjelasanku.....?" bentak Siauw Hong kesal karena Koay Ji terus berdiam diri, padahal dia sudah yakin bahwa dia menang dalam taruhan mereka berdua.
"Ech, iya, ya, aku mendengarkan dengan sangat jelas dan tentunya paham sekali Nona. Jangan engkau khawatir" jawab Koay Ji yang sebenarnya sedang berusaha merangkai penjelasan Kang Siauw Hong tadi kelabakan ditodong Siauw Hong. Tapi yang pasti dia sepertinya sudah melihat adanya titik terang serta terangkum semua dalam kepalanya, tetapi belum dapat terumuskannya secara detail. Terutama karena interupsi suara bentakan Siauw Hong.
"Berarti aku menang, engkau tidak boleh berkilah, sudah amat jelas apa yang sudah kuterangkan mengenai Barisan ini, tidak mungkin keliru, mungkin ada salah-salah sedikit, tetapi aku yakin seyakin-yakinnya, secara keseluruhannya memang seperti itulah, tidak akan mungkin salah lagi......" desak Kang Siauw Hong dan membuat Koay Ji mau tidak mau mengiyakan bahwa Kang Siauw Hong benar. Membenarkan bahwa gadis itu menang taruhan.
"Ech, iya, iya, engkau menang Nona....." jawab Koay Ji dengan suara yang kurang yakin, tetapi jelas dia sedang senang.
Pengakuan Koay Ji itu sebetulnya malah dibarengi ucapan terima kasih yang tidak dia ucapkan karena penjelasan Kang Siauw Hong melengkapi dan membuat Koay Ji kini terbuka jauh lebih terang pikirannya. Meskipun dia sudah mampu membangun "Bentuk Barisan" di dalam kepalanya, tetapi penjelasan Siauw Hong meneguhkan apa yang sudah dia temui dan pahami selama berada dalam Barisan ini. Bahkan menjelaskan detail rahasia yang tadinya masih membuatnya pusing, tetapi yang pada sekarang ini, semuanya secara tiba-tiba menjadi terang dan membuatnya sangat yakin dan akhirnya gembira.
"Horeee, sekarang engkau harus mengajari aku 1 buah Ilmu Silat....... engkau sudah mengaku kalah taruhan, ayo...." kejar Siauw Hong. Mendengar tuntutannya, Koay Ji sempat bingung sejenak, tetapi kemudian dia memperoleh akal. Diapun kemudian berkata dengan suara seperti terpaksa meski dalam hati berterima kasih kepada gadis yang ternyata ahli dan mahir Barisan itu...."
"Yaaaaach, baiklah, karena engkau menebak dengan benar, maka aku mestinya memberimu hadiah satu macam ilmu silat. Engkau ingin Ilmu Silat yang bagaimana" Apakah yang khusus untuk bertahan, ataupun untuk menyerang atau jenis yang mana yang lebih engkau suka.....?" tanya Koay Ji memberi Kang Siauw Hong pilihan atas Ilmu yang akan diwariskannya. Dan Kang Siauw Hong tidak butuh berpikir lama untuk memberitahu jenis ilmu silat apa yang menjadi pilihannya. Dalam nada suara riang gembira diapun berkata kepada Koay Ji yang masih saja terheran-heran menyaksikan gadis ini yang terlihat teramat gembira
"Ilmu menyerang, aku memilih ilmu untuk menyerang dan untuk mengalahkan lawan lawanku. Tapi harus ilmu yang hebat loh ya" pinta Siauw Hong dengan pandangan penuh harap dan membuat Koay Ji tersenyum mau tidak mau.
"Hmmmm, baik, akan kuturunkan 3 buah jurus menyerang kepadamu dan Ilmu ini kunamakan Ilmu Hian Bun Sam Ciang (Tiga Jurus Pukulan Maha sakti). Tetapi akan kuturunkan teori dan penggunaannya dalam satu kali penjelasan dan satu kali praktek penggunaannya. Dan kemudian engkau memiliki satu kesempatan dalam bertanya untuk teorinya dan satu pertanyaan untuk prakteknya. Apakah engkau sudah bersiap sekarang.....?" tanya Koay Ji melirik kearah Kang Siauw Hong yang terlihat atau nampak sangat serius dan juga antusias menyambut pelajaran barunya atau pelajaran ilmu barunya.
"Sebentar....... nach, sekarang aku sudah siap....." menjawab Siauw Hong sambil bersiap dan berkonsentrasi mendengar pengajaran teori dan praktek dari Koay Ji yang juga sudah bersiap menurunkan ilmu itu.
"Nach, jurus pertama kunamakan jurus Hu Houw Tio Jang (Harimau Mendekam Menghadap Matahari), sementara jurus kedua kunamakan jurus Lok Yap Kui Ken (Daun jatuh kembali keakar), dan jurus ketiga kunamakan jurus Boan Thian Kai Te (Langit penuh tertutup tanah). Jurus pertama, kedua dan ketiga, dapatlah kita mainkan secara terpisah dan masing-masing dengan kehebatan jurus kedua yang semakin meningkat dan akhirnya puncak kehebatannya di jurus ketiga. Lawan yang setingkat kemampuannya denganmu atau bahkan sedikit diatasmu, jika dicecar dengan Ilmu hebat ini, bisa kupastikan akan jatuh engkau kalahkan. Tetapi, hati-hati jangan sampai membunuh lawanmu jika sampai menggunakan ilmu ini..... biarlah engkau mainkan Ilmu ini jika keadaan memang sangat mendesak dan memaksa lawanmu untuk mundur........."
"Hmmmm, apakah benar-benar ketiga jurus yang engkau jelaskan itu sedemikian hebatnya dan mampu mengalahkan lawan hebat....?" tanya Kang Siauw Hong untuk meyakinkan dirinya sendiri, tatap mukanya yang polos dan memandang penuh harap kepada Koay Ji membuat si pemuda terharu
"Engkau dengarkan dahulu teorinya dan nanti akan kuajarkan penggunaannya, tetapi masing-masing hanya dalam satu kali penjelasan dan satu kali praktek. Mari kita mulai dari jurus pertama......"
Dan kemudian Koay Ji benar menurunkan ketiga jurus tersebut, menjelaskannya secara detail dan kemudian mempraktekkannya langsung dihadapan gadis itu secara perlahan-lahan. Gerakan-gerakan jurus tersebut rata-rata aneh karena merupakan salah satu Ilmu perasan yang disusun Koay Ji berdasarkan pengalaman tempurnya akhir-akhir ini. Meskipun ketiga jurus itu sebetulnya bukanlah jurus biasa, melainkan merupakan jurus-jurus serangan yang maha hebat dan maha dahsyat yang jika dilatih sempurna mendatangkan hasil yang hebat. Namun ketika selesai menjelaskan dan mempraktekkannya, Kang Siauw Hong terdengar bertanya dengan nada suara seperti rada ragu. Dia masih belum teryakinkan bahwa jurus itu benar hebat dan benar dahsyat:
"Tapi, Koay Ji toako, apakah engkau yakin bahwa Ilmu ini memang benar-benar sangat hebat dan berbahaya bagi lawan-lawanku.....?" suaranya terdengar polos bukannya merasa tertipu oleh Koay Ji.
Mendengar pertanyaan itu, Koay Ji segera berkata kepada Kang Siauw Hong dalam nada suara keren dan berwibawa:
"Siauw Hong, apakah engkau mengira aku orang yang suka menipu" Tetapi jika engkau butuh bukti, maka engkau kemarikan lenganmu......... (sambil memegang lengan Siauw Hong yang teruur kerarahnya, Koay Jipun mencoba untuk mengukur kekuatan iweekang si gadis, dan diapun kaget karena hawa iweekang Siauw Hong rada aneh dan sangat mencurigakannya. Setelah melepas lengannya dia berusaha bersikap tenang dan melanjutkan), hmmm, akan kugunakan tenaga iweekang sebesar tenagamu dan menyerangmu dengan kecepatan yang sama denganmu menggunakan Ilmu ini...... apakah engkau siap mencoba....?" tanya Koay Ji untuk meyakinkan Siauw Hong. Nona pintar ini sontak menjadi gembira dan kemudian berkata dengan suara riang:
"Baik, aku sudah siap Koay ji......" jawab si nona yang tiba-tiba menjadi gembira karena dapat menjajalnya secara langsung
"Jurus pertama, jurus Hu Houw Tio Jang (Harimau Mendekam Menghadap Matahari) bersiap menjaga 6 titik berbahaya di kaki, pinggang dan perutmu, aku akan segera mencecarmu........" seusai berkata demikian, Koay Ji menjatuhkan badannya menempel bumi dan langsung melenting dengan 6 buah ancaman yang susul menyusul. Siauw Hong dapat menyaksikan ancaman tersebut, tetapi entah mengapa, ancaman keempat, kelima dan keenam tak mampu dia hindari dan amat terpaksa menangkis serangan tersebut. Dia kurang yakin mampu menangkis karena menyadari cepat dan pesatnya serangan itu.
Tetapi dengan cepat Koay Ji lalu melejit kesamping dan tidak menempur lengan tangkisan lawan, tetapi langsung melanjutkan totokannya kelengan dan pinggang Siauw Hong. Dua serangan berbahaya ini nyaris tak bisa ditangkis Siauw Hong dan terpaksa dia menggunakan gerakan menyingkir pada serangan keenam. Tetapi, itu dilakukannya dengan terburu-buru, jelas dia sudah kehilangan keseimbangan dan bakal terus dikejar serangan Koay Ji yang pada saat itu sudah berteriak lagi mengganti jurus serangan: Jurus kedua, jurus Lok Yap Kui Ken (Daun jatuh kembali keakar). Sekali ini serangan Koay Ji mencecar Siauw Hong pada bagian bawah, dan karena gerakannya sudah kacau, tiba-tiba Siauw Hong merasakan kakinya tertotok dan membuatnya tidak mampu bergerak lincah lagi...... pada saat itulah Koay Ji berhenti menyerangnya. Dan sambil mendekati Siauw Hong diapun berkata dengan suara penuh keyakinan:
"Aku menyerangmu dengan kecepatan dan kekuatan yang setara kemampuanmu sekarang ini, tidaklah memanfaatkan kelebihan iweekang dan ginkangku. Tetapi, hanya dalam dua jurus, engkau sudah takluk....... tahukah engkau artinya Nona Siauw Hong....?" tanya Koay Ji
"Kecepatanmu memang tidak istimewa, tetapi mengapa variasi serangan kelima dan keenam bisa menghanguskan konsentrasiku.....?" tanya Siauw Hong yang kini sudah takluk dan benar-benar percaya dengan Ilmu Warisan Koay Ji. Sudah dia saksikan dengan mata kepalanya sendiri, bahkan sudah menghadapinya dan dia percaya bahwa Ilmu itu memang hebat. Tetapi, dasar cerdik, dia masih memiliki pertanyaan yang lain lagi.
"Itu karena konsentrasimu habis mengantisipasi 4 variasi serangan awal, sekalian engkau sudah tergertak dengan ancaman-ancaman tersebut. Jikapun seterusnya begitu, di jurus kedua, engkau akan jatuh dengan cara yang sama, tetapi di jurus ketiga, jatuhnya akan lebih membahayakan. Karena itu, usahakan untuk menjaga iweekangmu agar tidak berlebihan, karena bahayanya bagi lawan memang amat jelas dan bisa kurasakan. Tetapi ingat, serangan ke lawan ketika bertarung diatur sesuai dengan kemampuan tenaga lawan, karena itu harus amat berhati-hati karena jika tidak, kita dan khususnya engkau, akan dapat membunuh lawan secara sangat mudah, dan ini tidaklah baik......."
"Baiklah, terima kasih Koay Ji, apakah engkau bisa mengulanginya lagi....?" pinta si gadis minta dijelaskan lagi.
"Perjanjian kita masih segar tadi..... tentunya engkau sendiripun masih ingat bukan?" Koay Ji mengingatkan si gadis
"Hikhikhik, jangan takut, aku sudah mengingatnya.......... bolehkah engkau menilaiku jika kumainkan sekali lagi....?" tawar si gadis yang membuat Koay Ji terbelalak tetapi mengiyakan saja permintaannya
"Boleh, engkau mainkan lagi sekali lagi......"
Dan bersilatlah si gadis dan memainkan ilmu tersebut dengan cukup lancar dan hanya ada kekeliruan sedikit yang ditemukan Koay Ji. Jelas Koay Ji kaget sekaligus sadar bahwa Siauw Hong bukan gadis sembarangan. Hanya dalam beberapa kali keterangan saja sudah dapat menguasai ilmu ciptaannya, sungguh mau tidak mau membuat Koay Ji kaget dan terperangah.
"Hmmm, cara bernafasmu agak berbeda, dan keganasanmu melebihiku, tetapi pada jurus ketiga, karena terlampau ganas, sangat aganas malahan, sehingga jadi mudah untuk dapat diantisipasi oleh lawan. Cobalah engkau berlatih menyimpan tenaga dan kemudian mengakumulasinya pada jurus kedua ataupun ketiga, hal ini menipu lawan dan membuatnya terlambat mengantisipasi kehebatannya dan hasil akhirnya akan sangat mengejutkannya....."
"Ach, engkau benar, aku terlampau antusias dan inginnya menghamburkannya sejak dari jurus pertama.... terima kasih Koay Ji... aku kini mengerti, semakin hebat lawan kita, semakin lama kita mesti memupuknya, atau baru jurus ketiga kita melepaskan semua serangan itu sekaligus"
Setelah akhirnya Kang Siauw Hong selesai berlatih dan semakin sempurna hingga membuat Koay Ji kagum, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Kekuatan iweekang gadis ini kenapa demikian aneh, kenapa...." ach, benar, dia harus bertanya. Bukan apa-apa, iweekang sejenis itu sudah pernah dia lawan, dan lawannya dua-duanya sangat hebat luar biasa. Hanya, gadis ini, kelihatannya memiliki kandungan kekuatan yang hebat, tetapi tidak terlatih secara baik, atau masih belum mampu mengeluarkan inti kehebatan iweekang yang dimilikinya. Koay Ji menjadi heran dan sekaligus merasa curiga, jangan-jangan gadis ini justru berasal dari keluarga perguruan Bu Tek Seng Pay" "astaga alangkah cerobohnya aku ini jika memang demikian adanya...." desis Koay Ji kaget setengah mati. Karena itu, diapun jadi memandang Siauw Hong dan kemudian bertanya dengan nada suara yang amat serius, meski saat itu Siauw Hong lebih sibuk berlatih,
"Kang Kouwnio, dari siapa engkau belajar ilmu iweekangmu tadi.....?" tanya Koay Ji dengan sikap yang tiba-tiba berubah menjadi sangat serius dan memandang wajah si gadis yang juga kaget melihat perubahan sikap Koay Ji. Keduanya sudah sempat bercengkerama dan saling bercanda, tetapi mengapa tiba-tiba Koay Ji berubah menjadi amat serius dan aneh" Mau tidak mau Siauw Hong keder juga, dia sadar bahwa dia menaruh hormat dan juga amat kagum kepada Koay Ji, karena itu dia tidak mau main rahasia.
"Acccchhhh, ini,,,,, ini teramat rumit untuk dijelaskan....." berkata Kang Siauw Hong dalam nada suara yang kesulitan menjelaskannya. Memang sulit menjawab karena ada berapa rahasia yang tak terungkapkannya. Rahasia yang hanya dia sendiri yang menyimpannya dan punya kaitan dengan jati dirinya.
"Kang Kouwnio, karena ilmu iweekang dalam dirimu itu adalah milik Bu Tek Seng Ong, lawan utama yang akan kita kuhadapi nanti di Pek In San. Dan dia membantai 200an lebih anak murid Kaypang, serta ratusan pendekar dari berbagai perguruan lain di Tionggoan ini..... dapatkah engkau memahami jika tiba-tiba aku merasa ceroboh telah melatihmu dengan Ilmu Mujijat tadi.....?" kejar Koay Ji yang membuat Kang Siauw Hong tersentak hebat dan merasa semakin kesulitan untuk menjawab. "Waaaah gawat kalau memang begitu" pikir si gadis gelisah. Diapun memandang wajah Koay Ji dengan panik, dan menjawab segera;
"Accch, tapi aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Bu Tek Seng Ong, tidak, bahkan mendengar namanyapun, baru sekarang dari mulutmu. Tidak ada sama sekali hubunganku dengan tokoh itu......" elak Kang Siauw Hong, semakin kesulitan memikirkan jawaban yang tepat tanpa mendatangkan rasa curiga orang, terutama rasa curiga Koay Ji yang sudah punya kesan kuat dalam dirinya. Tapi dia sadar jawabannya tadi justru menambah rasa curiga Koay Ji.
"Baiklah, siapa yang mengajarimu ilmu iweekang itu.....?" tanya Koay Ji lebih jauh untuk melacak siapa gerangan yang mengajari Siauw Hong, mana tahu titik terang justru muncul dari jawaban Siauw Hong nanti.
"Entahlah, aku tak kenal orang yang mewarisiku dengan iweekang yang ada dalam diriku ini, Koay Ji........?" jawab Siauw Hong kecut, karena memang dia tidak tahu nama pemberi hadiah kitab itu.
"Kapan engkau mempelajarinya.....?" buru Koay Ji yang tetap curiga dan malahan semakin curiga dengan kisah Siauw Hong yang menurutnya mencurigakan dan rada banyak bolong yang susah dijelaskan.
"Aku sama sekali tidak mempelajarinya, aku hanya diwarisi tenaga iweekang itu oleh seorang tua yang sudah sekarat dan kemudian memberiku sebuah sobekan kitab pusaka..... dan dia menyuruhku untuk belajar dari sobekan itu, tetapi tidak kupahami karena sobekan kertas itu berbahasa asing yang tak bisa kubaca. Hanya beberapa jam belaka dia mengajariku dan terus binasa sendiri, tetapi rasanya cukup dan bisa kugunakan, meski begitu-begitu saja sampai sekarang. Tetapi orang tua yang tak kukenal itu wanti-wanti berpesan, bahwa sekali orang tahu aku memiliki sobekan itu, maka tidak akan aman hidupku lagi. Karena itu, akupun tidak pernah memberitahu orang memiliki sobekan itu......." jelas Siauw Hong dengan usara lemah dan sendu karena dia sadar Koay Ji akan sangat kesulitan untuk memahami kisahnya, dan itu membuatnya merasa sangat sedih.
Tetapi, mendengar penjelasan itu, justru Koay Ji mejadi agak lebih tenang meskipun belum seluruhnya membuatnya tentram. Memang, kekuatan iweekang gadis itu masih jauh dibanding Bu Tek Seng Ong dan orang tua yang dilawannya beberapa hari yang silam. Tetapi, kekuatan dalam diri Siauw Hong, sangatlah besar, tetapi belum tergali dan belum terlatih, entah sekuat apa, dia sendiri belum mampu untuk mengetahuinya secara jelas. Hanya, itupun tetap memngkhawatirkannya. Terutama karena masih belum jelas bagaimana dan siapa yang menghadiahinya kekuatan besar yang belum dia latih dan dipahaminya itu. Berhubung dia sedang berhadapan dengan tokoh-tokoh dengan kemampuan iweekang yang sejenis, namun jauh lebih hebat lagi, maka karena itu Koay Jipun tetap memutuskan untuk bertanya lebih jauh dan mencari lebih terang:
"Siauw Hong, apakah engkau masih menyimpan sobekan yang engkau ceritakan itu.....?" tanya Koay Ji berhati-hati sambil menatap Kang Siauw Hong yang juga kini tiba-tiba menjadi agak defensif serta ikut curiga dengan pertanyaan itu. Dan, itulah, sekarang keduanya saling mencurigai.
"Masih, hmmmm, apakah engkau juga bakalan termasuk orang-orang yang sangat menginginkan benda seperti Koay Ji....?" tanya Kang Siauw Hong yang juga berbalik curiga kepada niat Koay Ji, terutama karena Koay Ji kini menanyakan benda yang diwariskan dengan peringatan keras kepada gadis itu.
"Bisa dikatakan iya, tetapi bukan untuk menguasai ilmu itu Nona, tetapi karena ada alasan lain lagi. Yakni alasan keamanan....."
"Maksudmu" Apakah ditanganku menjadi tidak aman....?"
"Bukan begitu, tetapi mengamankan Ilmu Mujijat yang terkandung dan tertulis dalam sobekan itu, karena aku tahu sobekan apa itu......."
"Engkau berjanji tidak akan mengambilnya dan akan mengembalikannya kepadaku setelah melihatnya....?" tanya Siauw Hong polos, dan lagi pula dia merasa percuma menyembunyikannya jika Koay Ji ingin melihatnya
"Apakah aku terlihat orang yang mengingini barang orang lain dengan cara yang benar dan tidak baik....?"
"Baiklah, aku percaya kepadamu......" berkata Sauw Hong sambil mengeluarkan sobekan beberapa halaman sebuah Kitab Pusaka. Begitu disodorkan kepadanya tanpa ba bi bu oleh Kang Siauw Hong, Koay Ji sejenak terpaku dan seperti kurang percaya. Dia memandang Siauw Hong tepat dimatanya, dan disana dia menemukan hal yang mengharukannya. Benar, gadis itu mempercayainya, dan menyerahkan sobekan Kitab itu tanpa berpikiran negatif. Maka perlahan dia mengangguk dan menerima sobekan yang sudah kumal itu.
Sekali pandang dia mengenali bahwa bahan dan usianya, persis sama dengan kitab yang dulu dibacanya. Sebagaimana Kitab lengkap minus sobekan ini, yang dahulu dibaca Koay Ji, kertas-kertas ditangannya sekarang inipun sudah amat kumal dan harus agak berhati-hati agar tidak sampai rusak dan sobek. Dan begitu membuka bagian atasnya, tertulis dalam bahasa sansekerta yang dapat dia mengerti sebagai berikut: Bagian Pertama " Melatih Semangat Untuk Mencapai Kesempurnaan. Bagian ini seperti yang diduga Koay Ji memang benar adalah melatih Semangat Mencapai Kesempurnaan dan memang benar, merupakan rumusan Iweekang maha sakti yang diberi nama oleh Pat Bin Ling Long sebagai Ilmu Hian Bun Kui Goan Kang Khi (Ilmu Menghimpun Dan Menyatukan Hawa Murni). Maka setelah yakin Koay Ji bertanya:
"Kang Kouwnio, sudah sejauh mana engkau memahami rumusan iweekang yang dituliskan oleh sobekan Kitab ini.....?"
"Tak pernah kubaca, tidak kupahami bahasa yang digunakan oleh sobekan itu. karena itu iweekangku masih yang diwariskan orang tua yang namanya sajapun tak sempat dia tinggalkan......"
"Hmmm, baiklah kuberitahukan kepadamu, ini adalah teori melatih iweekang yang dia titipkan kepadamu, nama ilmu untuk berlatih iweekang itu adalah Ilmu Hian Bun Kui Goan Kang Khi (Ilmu Menghimpun Dan Menyatukan Hawa Murni). Aku bisa berbahasa dan membaca bahasa Sansekerta yang menjadi bahasa asli dari Kitab Pusaka yang sudah terpisah menjadi dua ini...... ach, tapi sungguh tak disangka-sangka......" kata-kata Koay Ji terputus, karena tak mungkin dia menyebutkan sudah membaca bagian lain Kitab ini. Karena jika dia menyebutkannya, sulit untuk nanti menjelaskan mengapa dia memiliki atau bahkan menguasai Kitab itu, padahal isi Kitab itu selengkapnya yang dia sendiri tidak tahu berada dimana sekarang, amat berbahaya. Dan Kitab itu sendiri berbahaya jika berkeliaran di luar, karena jika sampai ditangan orang jahat, efeknya berbahaya.
"Benar-benarkah engkau berkemampuan untuk bisa membaca isi sobekan-sobekan kertas ini Koay Ji...?" bertanya Kang Siauw Hong sambil menatap Koay Ji dengan sinar mata beningnya yang terlihat amat jujur dimata Koay Ji. Mau tidak mau Koay Ji tergetar dan harus menjawab, karena pertanyaan si gadis menuntut jawabannya. Maka pada akhirnya, meskipun dengan berat hati, tetapi memandang kepolosan gadis itu, Koay Ji menjawab juga
"Harus kukatakan memang iya, aku mampu membaca dan menguraikan apa yang tertulis dalam sobekan kitab ini Siauw Hong....." berkata Koay Ji sambil juga mengembalikan sobekan kertas tersebut kepada si Nona.
"Jika demikian, sobekan ini kuhadiahkan kepadamu, tetapi sebagai gantinya engkau harus menjelaskan isinya kepadaku...... bagaimana, apakah engkau bersedia untuk menerimanya dan menterjemahkannya untukku.....?" Kang Siauw Hong tiba-tiba menyodorkannya sobekan penting itu dengan usulan yang tadinya menurut dia rada gila, tetapi Siauw Hong kelihatannya memiliki perhitungan lain. Dia bisa melihat betapa Koay Ji sangatlah tertarik dengan Kitab atau Sobekan yang dimilikinya itu. Dan yang penting, dia percaya dengan nalurinya, bahwa Koay Ji adalah orang yang bisa dia percaya. Dan lagi, bagi dirinya sendiri, apa artinya memiliki sobekan itu tanpa mengetahui isinya dan tanpa dapat melatihnya padahal dia sendiri sudah memiliki dasarnya secara amat kuat...." sungguh pemikiran yang praktis dari si gadis, sekaligus menggambarkan kepercayaannya yang tinggi atas diri Koay Ji yang malah tercengang dengan idenya.
"Apakah engkau yakin bahwa aku akan mengajarkanmu secara benar dan baik sesuai isi sobekan kitab ini....?" Koay Ji sendiri merasa bodoh dengan pertanyaan yang baru saja dia lontarkan
"Apakah engkau berpikir akan melakukannya.....?" bukan menjawab Siauw Hong malah balik bertanya kepadanya.
"Tidak, aku tidak memikirkannya, tetapi seharusnya engkau menimbangnya secara lebih hati-hati, karena ilmu dalam kitab ini benar-benar sangat hebat" jawab Koay Ji jujur dan berterus terang
"Tidak perlu, karena aku mempercayaimu, bahkan sejak awal melihatmu...." tajam dan lugas jawaban Kang Siauw Hong dan membuat Koay Ji terdiam. Mereka berdua sama-sama terdiam untuk beberapa saat lamanya, sampai pada akhirnya Koay Ji berkata dengan suara lembut,
"Baiklah, akupun mempercayaimu meski engkau teramat misterius, bahkan lebih dari kakek, nenek dan para paman serta kakak-kakakmu...." berkata Koay Ji dengan setengah menggerutu, tetapi harus dia akui, dia mengagumi gadis cantik yang serba pintar dan hebat Ilmu Barisan ini.
"Baiklah Koay Ji, jangan lupa, aku sudah menganggapmu seperti kakakku sendiri, bahkan sudah setengah menjadi Suhuku dengan Ilmu hebat yang tadi engkau ajarkan. Ajaran itu sudah kucatat dikepalaku loh......."
"Baguslah jika begitu......"
"Nach, ini sobekan kitabnya, engkau segera ajarkan kepadaku isinya, paling tidak engkau bacakan terjemahannya dan aku akan mulai melatihnya malam ini..." Siauw Hong menyodorkan kertas-kertas itu kepada Koay Ji yang malah menerimanya sambil termangu-mangu. Betapa inginnya dia memiliki kertas ini dahulu, dan dalam cara yang amat aneh, kini berada dalam genggamannya namun tidak mungkin dan tidak perlu lagi bagi dia untuk melatihnya. Dahulu dia sangat antusias mencari guna mempelajarinya, tetapi tidak pernah dapat menemukannya. Sekarang, dia sudah tak mungkin mempelajarinya, tetapi justru menemukannya.
"Kenapa, ada yang salah.....?" tanya Siauw Hong melihat Koay Ji termenung ketika memegang sobekan kertas itu. Koay Ji gelagapan, tetapi dengan tangkas diapun menjawab pertanyaan Siauw Hong.
"Kang Kouwnio, tahukah engkau betapa inginku memperoleh sobekan kitab ini tempo dulu..." aku mengetahui keberadaan sobekan ini secara tidak sengaja, dan ingin melatihnya. Tapi sayang tidak pernah dapat kutemukan. Tetapi tahu-tahu dia muncul dengan sendirinya melalui dirimu. Dan aku sudah melatih iweekang lain dan sudah pasti tidak bisa melatih ilmu ini, tetapi memperolehnya tetap saja merupakan kesenangan tersendiri. Bagaikan memuaskan dahaga masa lalu, meskipun tak lagi dapat mempelajari isinya........" berkata Koay Ji sambil mengenang masa kecilnya ketika menemukan, membaca dan melatih sebagian dari isi kitab yang sobekannya kini berada ditangannya saat itu.
"Hmmmm, engkau boleh memilikinya selamanya setelah menjelaskan isinya dan teorinya kepadaku......" berkata Siauw Hong tegas
"Apakah engkau tidak khawatir aku keliru menterjemahkan dan menjelaskannya kepadamu....?" tanya Koay ji, kembali terdengar bodoh
"Engkau orang yang paling jujur yang mungkin dapat kutemukan, jika orang lain tahu apa gernagan isi sobekan kitab yang ternyata menurutmu amat mujijat ini, kutahu apa yang akan mereka lakukan terhadapku......."
"Baiklah, bagus jika engkau mempercayaiku..... kita mulai..." begitu menerimanya Koay Ji langsung berinisiatif memulai menjelaskannya. Dan Kang Siauw Hong juga langsung bersiap untuk mendengar dan menyimak. Tetapi sebelum dimulai dengan nada yang manja dan riang dia berkata,
"Baik,,,,,, tapi sebentar, aku perlu berkonsentrasi mendengarkan penjelasanmu" potong Siauw Hong yang membuat Koay Ji tersenyum.
Dan tidak berapa lama kemudian Koay Ji menterjemahkan dan bahkan di beberapa tempat menjelaskan terjemahan itu kepada Siauw Hong. Lebih satu jam Koay Ji membacakan terjemahannya dan menjelaskan beberapa hal penting dalam melatih iweekang yang disebut dalam sobekan itu sebagai Ilmu Hian Bun Kui Goan Kang Khi (Ilmu Menghimpun Dan Menyatukan Hawa Murni). Semakin lama semakin dia percaya, cara menghimpun hawa memang jauh berbeda dengan kedua ilmu iweekangnya. Dan karena itu, dia hanya sekedar tahu dan memahami sobekan itu tetapi tidak mungkin mempelajarinya. Hanya, karena kepinterannya dan juga karena daya hafalnya yang amat luar biasa, semua isi sobekan itu sudah berpindah ke kepalanya. Berikut semua penjelasan dan detail yang dia jelaskan tadi kepada Kang Siauw Hong, cara melatih, cara pernafasan, semua berpindah kedalam kepalanya, bahkan tanpa memiliki sobekan itu sekalipun....
Sementara itu, selepas Koay Ji membacakan dan menjelaskan cara melatih dan menghimpun hawa, Kang Siauw Hong dalam waktu singkat tenggelam dalam upaya berlatih dan mendalami apa yang baru saja dia dengarkan. Baik terjemahannya, maupun penjelasan yang diberikan Koay Ji. Diapun tidak lagi menghiraukan Koay Ji dan terlihat tenggelam dalam samadhinya yang berbeda sedikit dengan bentuk dan formasi Koay Ji. Segera Koay Ji sadar jika Siauw Hong sudah menemukan rahasia berlatih ilmunya dan sedang melatihnya langsung. Melihat keadaan si gadis, Koay Ji memutuskan untuk sekali lagi melakukan pendalaman atas Barisan sesuai dengan temuannya dan sesuai dengan penjelasan Siauw Hong tadi.
Dan semakin lama dia merasa semakin aneh, karena apa yang ingin dicarinya, dirasakannya seperti berada dalam dirinya atau berada dalam isi kepalanya, bahkan terasa sangat dekat dengan dirinya. Pokoknya dia tahu dan paham, tetapi belum dapat dia jelaskan dengan kata-kata. Segala yang didalaminya, dicarinya, serta juga dianalisisnya, entah mengapa berada dalam hidupnya, berada dalam pemahaman dan pengetahuannya. Semakin lama Koay Ji semakin yakin dengan kesimpulannya itu dan merasa sudah semakin dekat. "Sejengkal lagi aku akan berhasil", simpul Koay Ji pada akhirnya.
Keduanya akhirnya tenggelam dalam samadhi masing-masing dan berlatih dengan cara yang berbeda, sampai menjelang subuh baru mereka berhenti. Adalah Siauw Hong yang tergugah terlebih dahulu, kelihatannya ada sesuatu yang mengganjal dan masih belum dipahaminya. Karena itu, diapun menggugah Koay Ji yang juga cepat sadar kembali dan bertanya:
"Ada apa Kang Kouwnio......?" tanyanya heran
"Mengapa kekuatanku mendadak naik berlipat kali padahal yang aku tahu, tidak sehebat itu warisan iweekang yang dihadiahkan Lopeh yang baik itu dahulunya. Selain itu, aku mengalami kebuntuan untuk melatih lebih dalam dan lebih jauh lagi, seperti ada yang menghalangiku untuk maju lebih jauh......." tanyanya dengan nada suara penasaran sekaligus gembira.
"Coba engkau pukul aku dengan segenap kekuatanmu sekarang, jangan ragu dan jangan khawatir...." usul Koay Ji karena dia maklum dengan apa yang terjadi atas diri Nona itu dan untuk membuatnya jelas, maka dia harus mengetahui dan melihat sendiri apa yang dia miliki.
"Memukulmu...." Aku aku tidak tega, engkau demikian baik dan mempercayaiku, masak aku harus memukulmu.....?" ragu dan gamang Siauw Hong ketika disuruh untuk memukul Koay Ji
"Engkau ingin tahu sampai dimana kekuatanmu" Aku dapat menjelaskannya dengan menerima pukulanmu,,, tenang saja, aku tidak akan kenapa-kenapa,.,,,,?" Koay Ji coba meyakinkan gadis itu.
"Engkau yakin.....?"
"Yakin sekali...." angguk Koay Ji memastikan
"Tapi, pukul dengan sepenuh kekuatanmu, jangan khawatir....." tambah Koay Ji agar Siauw Hong tidak ragu memukul
"Accchhhh, tapi baiklah......."
Si Gadis mulai bersip-siap untuk memukul, tetapi beberapa saat kemudian dia batal memukul, dan bahkan berkata yang membuat Koay Ji merasa amat gemas dan sayang dengan kemanjaan dan kepolosan gadis itu;
"Aku tidak tega dan kasihan kepadamu kalau sampai terpukul........" berkata si Nona sambil memandang kasihan kearah Koay ji
"Hhhhhhhh, pokoknya pukul saja, aku dapat memunahkannya dengan amat mudah. Jangan engkau tidak perlu takut......"
"Engkau yakin sekali nampaknya....."
"Kalau tidak yakin, tidak akan kusuruh engkau menyerangku....."
"Baiklah, awas sekali ini aku akan memukul beneran loh....."
"Baik, ayo segera pukul......"
"Awas serangan..." dan memancarlah serangan dari jurus ketiga yang tadi dilatihkan Koay Ji kepada gadis itu, jurus Boan Thian Kai Te (Langit penuh tertutup tanah) jurus ketiga dari Ilmu Hian Bun Sam Ciang. Bukan hanya Siauw Hong seorang, Koay Ji sendiri menjadi kaget mengetahui betapa cepat si Nona menguasai Ilmu Iweekang yang mendekam dalam dirinya sekian puluh tahun. Hebat, karena dalam waktu singkat, dia mampu membaurkan dan mengontrol tenaga dalam dirinya, meski kelihatannya belum cukup sempurna.
Dengan tenang Koay Ji mengerahkan kekuatan iweekangnya, mengisap dan terus menggiring tenaga itu, tetapi berkali-kali sulit dilakukannya karena iweekang si Nona melonjak hebat. Terjadi pergumulan tenaga keduanya, tetapi tingkat kemampuan Koay Ji jelas masih jauh mengatasi. Karena itu, setelah beberapa saat diapun menghempas tenaga si Nona sambil berteriak:
"Haiiiiittttttt................"
"Blaaaar......."
Koay Ji menjaga tenaganya hingga Siauw Hong hanya terseret kesamping tanpa terluka. Tetapi, Koay Ji benar-benar kaget, karena dalam semalam kemajuan Siauw Hong sungguh menggetarkannya. Sudah nyaris sehebat Tio Lian Cu dan Khong Yan di pertemuan terakhir mereka, sebelum Khong Yan dan Tio Lian Cu berlatih sebulan di Benteng Keluarga Hu. Jelas saja Koay Ji kaget dan terkejut bukan buatan. Maka diapun berkata dengan suara senang:
"Maaf, maafkan aku Kang Kouwnio........"
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tetapi engkau memang sangat hebat Koay Ji. Hanya, bagaimana penilaianmu sendiri atas pencapaianku, dan apa yang masih menjadi masalahku hingga belum bisa maju lebih jauh lagi....?" tanya si gadis penasaran yang masih tetap penasaran.
"Kang Kouwnio, yang pertama, kekuatan iweekangmu bertambah mungkin sampai berapa kali lipat dari kekuatanmu tadi. Dengan cara luar biasa, engkau kini sudah melampaui kemampuan Hoan Kun kakakmu itu, tetapi kusarankan, jangan terlalu menyolok dan mempertontonkan iweekang dan ilmumu tadi. Karena banyak orang akan salah sangka terhadap dirimu. Apalagi, aku tidak tahu siapa yang menjadi Suhumu, orang tua yang memberimu hadiah kekuatannya itu. Dan kedua, engkau tidak bisa maju lebih jauh sebelum menguasai dan membaurkan kekuatan dalam dirimu dengan organ-organ dalam tubuhmu. Maka, engkau membutuhkan waktu beberapa lama untuk melatih bagian-bagian awal dari rumusan iweekang itu dan mencoba menguasai tenaga tersebut secara lebih sempurna. Pada saat yang tepat, mungkin setahun kedepan, engkau sudah akan meningkat dengan latihanmu sendiri menyempurnakan apa yang engkau warisi dari orang tua itu......." tegas Koay Ji yang memang sudah cukup lama dan matang mengolah ilmunya.
"Acccch, begitu rupanya........" terlihat Kang Siauw Hong mengangguk paham dan sekaligus wajahnya berseri gembira
"Kang Kouwnio, engkau harus tekun melatihnya, sebab jika bertemu orang seperti aku, maka tubuhmu bisa rusak berat karena engkau belum menguasai iweekang dalam dirimu secara sempurna. Jika sudah menguatkan tubuhmu dan menguasai iweekang itu, engkau akan melesat lagi hingga sepuluh kali lipat seperti malam ini. Hanya, setiap engkau berlatih, semakin engkau menyempurnakan penguasaanmu atas iweekang mujijat dalam dirimu. Semakin sering berlatih, semakin baik bagimu dan semakin hebat dirimu. Tetapi, kusarankan, jangan engkau bertempur dengan orang diatas kemampuanmu hingga sebulan kedepan, sebab jika tidak, engkau bakalan mengalami jalan api dan tersesat dalam latihan..... engkau paham dengan penjelasanku ini....?" tegas Koay Ji dengan wajah keren dan penuh wibawa sampai membuat Siauw Hong terpesona. Tetapi hanya sebentar, karena kemudian gadis itu tersenyum dan berkata dengan nada suara menggoda,
"Siap Suhu,,,, mulai hari ini engkau kuanggap sebagai Suhu,,,,," kelakar Siauw Hong tetapi wajahnya terlihat serius
"Yang benar saja Kang Kouwnio, usia kita cuma beda setahun saja. Engkau seperti membuatku puluhan tahun diatas usiamu, tidak. Aku tidak mau dipanggil Suhu olehmu......" tolak Koay Ji kesal.
"Hikhikhik, orang lain boleh meragukan dan memandang remeh dirimu, tetapi sejak awal sudah kutahu bahwa engkau istimewa, dan tebakanku tidaklah meleset, malah melampaui dugaanku semula...... Tidak, engkau tetap akan kupanggil Suhu" si gadis berkeras memanggil Koay Ji sebagai Suhu.
"Aku akan mendiamkanmu dan tidak akan membantumu lagi jika engkau berkeras memanggilku Suhu......" ujar Koay Ji berubah menjadi tegas dan serius dan Siauw Hong rada jeri kalau Koay Ji bersikap begitu.
"Hikhikhik, jangan marah begitu, aku jadi takut kalau engkau marah. Begini saja, bagaimana kalau engkau menjadi kakak bagiku" Maka aku akan memanggilmu dengan toako saja, apakah engkau setuju Koay Ji......?" suara Kang Siauw Hong yang memintanya menyetujui memanggilnya sebagai kakak sebenarnya menggugah Koay Ji, maklum sampai sekarang dia tidak memiliki seorangpun sanak keluarga, kecuali semua kakak seperguruannya yang sama-sama mengasihinya. Permintaan Siauw Hong pada dasarnya menyentuh perasaan terdalam Koay ji pada saat itu. Dan hal itu membuatnya terharu dan terpaku sebentar.
"Hei,,,, apakah engkau setuju...?" teriakan Kang Siauw Hong mengejutkan Koay Ji yang sedang termenung itu
"Hmmmmmmm, aku menjadi kakakmu dan engkau menjadi adikku.... tentu saja aku setuju, sangat setuju, asal engkau tidak bandel dan dengar-dengaran denganku sebagai kakakmu, maka aku setuju saja......" pada akhirnya Koay Ji menyetujui, selain itu dia sendiri merasa gemas dan sayang, karena Siauw Hong pintar dalam membuat suasana menjadi segar dan hidup.
"Benarkah....." dengan engkau menjadi kakakku mana bisa tidak kuhormati. Tapi, engkau juga memiliki kewajiban untuk menjagaku sebagai adikmu, bukankah harus begitu....." Siauw Hong dengan polos berkata
"Sudah tentu, aku harus menyayangimu dan melindungimu dari siapapun yang akan mengganggumu tanpa engkau minta sekalipun...." jawab Koay Ji yang kini membuat si gadis menjadi sama terharu.
"Terima kasih banyak Koay Ji koko, aku memang memiliki beberapa orang kakak dan seorang adik, tetapi nyaris tidak ada yang menganggapku normal karena lebih sering membaca buku dan berlatih seorang diri. Kecuali Nenekku dan adikku, nyaris tidak ada yang dekat denganku, bahkan juga kedua orang tuaku yang selalu saja mencela tindakanku........" suasana serentak berubah menjadi agak sendu ketika Siauw Hong yang ceria berubah menjadi sentimentil.
"Kalau begitu, mari, sekarang juga kita mengangkat saudara, aku menjadi kakak dan engkau menjadi adik,,,,,,,"
Dengan bersumpah kepada langit dan bumi, merekapun sejak saat itu bersepakat mengangkat persaudaraan. Koay Ji yang menjadi kakak terlihat amat bangga dan gembira, sama halnya dengan Siauw Hong. Dan sejak saat itu, tanpa banyak orang tahu, keduanya semakin lama semakin dekat, saling menyayangi layaknya kakak kepada adiknya. Dan Siauw Hong berkembang menjadi semakin hebat, karena setiap malam berlatih bersama Koay Ji dalam Barisan. Dan diapun,Siauw Hong, membuka semua rahasia barisan yang dia ketahui, sehingga singkat kata mereka saling mendidik satu dengan yang lainnya.
Pagi harinya, Koay Ji terlihat sangat bersemangat ketika bergabung dengan sesama saudara seperguruannya. Semua saudara seperguruannya senang melihatnya, tetapi Oey Hwa dan Pek Bwe Li yang lebih peka, menduga ada sesuatu yang telah membuat adik mereka itu terlihat sangat bersemangat. Tetapi, apakah itu" Mereka tidak bisa menebaknya. Merekapun kembali berlatih dalam posisi 6 dasar dan 1 bebas "menggantung". "Ach, barisan itu....." desis Koay Ji dan memandangi semua kakak seperguruannya dalam formasi Barisan itu.
Dia memandang dan kagum dengan kepemimpinan Pek Ciu Ping yang adalah Toa Suhengnya, dia benar-benar terlihat menjadi, ech, benar, bukankah dia benar-benar menjadi pemimpin bagi mereka semua" Koay Ji berpikir dengan kagum melihat posisi Toa Suhengnya yang amat menonjol dan berwibawa. Meski dia seringkali agak perasa, tetapi dia mampu memimpin semua adik seperguruannya dengan tetap dihormati dan disayangi. "Dan, ech, keempat saudara seperguruannya, yakni Ji Suheng, Su Suci, Ngo Suheng, Liok Suci, bukankah mereka berempat... ach, benar mereka adalah 2 pasangan dengan ikatan cinta kasih yang luar biasa. Dan, Aastaga bukankah Sam Suhengnya berada pada posisi bebas dan bisa kemana saja, dan Chit Suheng, kemana lagi jika bukan posisi .... ach, Insu benar-benar hebat, dia menyusun Barisan berdasarkan karakter murid-muridnya... pantas kurasa sangat dekat, sangat memahami, berada dikepala namun susah untuk dirumuskan, rupanya jelas dan bisa dirumuskan saat melihat posisi semua suheng dan suci saat berada dalam Barisan..... accch, Insu....."
Sungguh tak terduga sebelumnya oleh Koay Ji jika dia menemukan rahasianya, mampu memaksa keluar apa yang dalam pikirannya setelah melihat ketujuh suheng dan juga sucinya dalam barisan. "Ach, luar biasa tidak salah lagi, begitu rupanya Insu menyusun barisan ini...... pantas saja 4 dasar itu bisa melekat demikian hebat, sulit dipahami, karena rupanya dibangun atas dasar saling percaya dan saling cinta keempat muridnya. Seorang Toa Suheng yang penyayang dan perasa namun mengokohkan persaudaraan mereka, kemudian seorang Chit Suheng yang juga membantu 5 dasar tadi dalam pertahanan dan penyerangan. Serta seorang Sam Suheng yang bisa terbang kemanapun karena diberi kebebasan oleh Suhu mereka......... benar-benar luar biasa, Insu memang luar biasa....." tetapi meskipun berpikir demikian, sama sekali Koay Ji tidak heran dengan ketiadaan posisinya dalam Barisan itu. Padahal, dapat saja dia bertanya-tanya, mengapa dia seperti tidak dianggap dan tidak ada dalam formasi Barisan itu. Tak terduga dia bersuara keras, bahkan nyaris terdengar bagaikan "teriakan" dan sontak mengejutkan semua saudara seperguruannya yang sednag serius berlatih:
"Toa Suheng, aku sudah menemukan Rahasia Barisan yang hebat ini......" ucapnya antara sadar dan tidak sadar. Tetapi teriakannya yang meski tidak terlampau kuat tetap saja dapat terdengar jelas oleh nyaris semua suheng dan juga sucinya. Karena teriakan itu jelas saja menggugah mereka dari latihan, dan kini, benar saja dengan cepat mereka semua tersadar untuk kemudian memandangi Koay Ji antara percaya dan tidak. Bahkan, beberapa waktu kemudian, mereka semua sudah sama-sama mengelilinginya untuk meminta penjelasan.
"Siauw sute, apa maksud perkataanmu barusan tadi...?" tanya Pek Ciu Ping, sang toa suheng dengan nada suara tergetar seakan tidak percaya. Karena dia memang memiliki keyakinan bahwa Koay Ji pastilah akan menemukan rahasia Barisan yang mujijat itu, dan besar kemungkinan pada saat itu, dia sudah menemukan rahasianya. Suhunya sudah berkata demikian dan memang pandangannya sendiripun seperti meneguhkan perkataan Suhunya yang terkesan menyanjung siauw sutenya itu. Maka ketika dia mendengar Koay Ji berkata dengan suara lirih tadi bahwa dia benar "sudah menemukan rahasia Barisan", maka Pek Ciu Ping sangat percaya. Dan kini dia ingin mendengarkan penegasan Koay Ji secara langsung dan sekali lagi. Wajar dia langsung bertanya untuk beroleh keyakinan, karena memang moment itu sudah dia tunggu selama beberapa hari.
"Toa Suheng, para suheng dan juga suci, memang benar, sudah bisa kupecahkan rahasia barisan itu. Dan hebatnya adalah, rahasianya itu ternyata berada diantara kita semua, tepatnya adalah gambaran mengenai kita semua sebagai sesama saudara seperguruan. Dapatkah Toa Suheng mengingat kembali ketika mendapat surat dan menjelaskan satu persatu keadaan kita sesama saudara seperguruan ini" Nach, tepat berada berada disanalah rahasia barisan itu. Atau dengan kata lain, Barisan itu sebetulnya dibentuk oleh Suhu berdasarkan karakteristik masing-masing kita sebagai muridnya......" demikan Koay Ji menjelaskan, tetapi tetap saja belum dapat diselami secara menyeluruh oleh semua saudara seperguruannya itu. Masih sulit untuk dapat langsung dicerna, karena sudah jelas akan ada pertanyaan yang selanjutnya, yakni bagaimana mungkin seperti itu"
"Acccch, maksud siauw sute, Barisan itu adalah gambaran dari kita semua sebagai murid-murid dari Insu" Bagaimana penjelasan detailnya sute...?" kini yang bertanya adalah Tiat Kie Bu. Dan terlihat Tek Ui Sinkay juga mengiyakan pertanyaan itu karena ingin tahu lebih jelas apa yang baru saja dijelaskan oleh Koay Ji. Pertanyaan itu, bahkan merupakan hal yang juga menjadi pertanyaan mereka semua. Hanya saja, adalah Tiat Kie Bu yang terlebih dahulu mengajukannya menjadi pertanyaan langsung kepada Koay Ji.
"Jelasnya begini para Suheng dan Suci..... Barisan itu terbentuk dari 6 Dasar atau Enam Elemen, dan satu elemen lepas tetapi melengkapi kehebatannya itu. Begini penjelasan lengkapnya. Dasar utama yang membuat Barisan ini mampu membesar dan juga mampu mengecil adalah dua pasang murid Insu. Dimana masing-masing pasangan yakni, posisi berpasangan SATU dan DUA akan terdiri dari Ji Suheng dan Su Suci. Pasangan kedua yang merupakan paduan antara TIGA dan EMPAT yang bakalan berisikan pasangan Ngo Suheng dan Liok Suci. Dasar ini yang memberi kekuatan mistis kepada Barisan karena mereka terikat oleh kekuatan yang amat luar biasa dan sulit didefinikan. Kekuatan itu adalah RASA CINTA, yang dalam surat Insu disebut MESKIPUN MATI TAPI TETAP BERHARGA UNTUK DIPERJUANGKAN. Ikatan CINTA antara JI SUHENG dan SU SUCI serta NGO SUHENG dan LIOK SUCI sebenarnya merupakan intisari kekuatan BARISAN itu. Kekuatan itu kemudian dipancangkan dan diteguhkan oleh KEPEMIMPINAN TOA SUHENG yang sangat melindungi dan menyatukan kita semua. Karena itu, elemen kelima menjadi SUMBU PUSAT dan KONSTAN alias tidak bergerak kemana-mana tetapi berada dimana-mana, dan dengan demikian terikatlah keutuhan seluruh BARISAN ini dan berputar padanya sebagai SUMBU. Kemudian, CHIT SUHENG akan menjadi pelindung atas SUMBU dan EMPAT DASAR, sekaligus bagan awal penyerangan bagi pihak yang akan mengganggu. Dan terakhir, kedudukan SAM SUHENG sebagai penyerang amat menentukan, dia dapat berubah menjadi atau seperti semua dasar dan sumbu, tetapi kekuatan utamanya adalah dinamis dan lepas dalam menyerang. Jelas jika posisi ketujuh mewakili keadaan Sam Suheng yang direstui berada di luar tetapi tetap menjadi keluarga besar perguruan kita. Karena itu, jika masih ada diantara kita yang meragukan pengenalan Insu atas diri kita semua muridnya, maka kita sudah keliru sangka..... demikian penjelasannya para suheng dan suci....." Koay Ji menutup penjelasannya dan membuat semua mereka termenung, bahkan tenggelam dalam permenungan mereka masing-masing. Tetapi, mereka semua sama menyadari kebenaran atas ucapan terakhir Koay Ji.
Memang benar, mereka tak bisa lagi meragukan pengenalan SUHU mereka atas diri mereka masing-masing. Sang SUHU menuangkan pengenalan atas murid-muridnya dan mengabadikannya dalam sebuah BARISAN PEMBINGUNG SUKMA, sebuah MAHA KARYA yang benar-benar luar biasa, sulit mereka bayangkan sebelumnya. Bahkan Koay Ji sendiri sudah paham sampai dimana kehebatan Barisan itu, sebuah tingkat yang sulit untuk digambarkan dan didefinisikan. Sedang mereka tenggelam dalam lamunan, tiba-tiba terdengar perintah:
"Ji Sute, masuk ke posisi 1, Su Sumoy masuk ke posisi 2, Ngo Sute pegang posisi 3, Liok Sumoy pegang posisi 4, Lohu masuk ke posisi 5, Chit Sute pegang posisi 6, Sam Suheng masuk ke posisi bebas, mari kita lakukan......." tidak salah lagi, suara itu datang dari Pek Ciu Ping yang setelah menyadari kebenaran uraian Koay Ji, langsung memutuskan untuk mencobanya.
Berturut-turut ketujuh saudara seperguruan itu memasuki posisi yang disebutkan oleh Pek Ciu Ping tadi, dan dalam waktu beberapa detik kemudian mereka sudah membentuk satu Barisan. Posisi masing-masing persis seperti yang diucapkan dan juga ditentukan oleh pek Ciu Ping tadi. Setelah mereka dalam posisinya masing-masing, tiba-tiba terdengar teriakan dari Pek Ciu Ping:
"Roda Bumi Bergerak Menantang Langit......." dan tiba-tiba barisan itu bergerak dan Koay Ji sampai nyaris terpental ke belakang dan konsentrasinya sedikit terganggu ketika mereka mulai bergerak dengan kekuatan dan energi yang menghempas keluar darinya sungguh amat luar biasa. Bukan hanya itu, mata batinnya dapat merasakan kekuatan membadai yang bergerak keluar dari barisan tersebut secara bergelombang dan susul menyusul., Bisa dipastikan jika dia masuk kedalam, dalam keadaan tidak siap,dia tahu keadaannya bakalan sangatlah runyam. Maka dengan seksama kemudian Koay Ji mengikuti semua perputaran dan gerakan Barisan itu sampai akhirnya Pek Ciu Ping berteriak:
"Cukup...... kita istirahat......."
Dan ketika mereka saling pandang berdelapan, termasuk Koay Ji, wajah mereka terlihat bercahaya aneh. Tetapi, mengabaikannya, Pek Ciu Ping berkata atau lebih tepatnya mengeluarkan perintah:
"Kita kembali ke Gua Insu, Chit Sute, beri tahu ke Thian Cong Pay, kita tidak akan ikut makan siang. Siauw sute, engkau bertugas mengadakan makan siang bagi kita semua. Segera setelah semua dikerjakan, kita bertemu dalam Gua Insu, sudah saatnya surat terakhir Suhu kita buka....... ayo, kerjakan tugas kita masing-masing" Pek Ciu Ping memberi perintah dengan suara amat serius dan tak ada satupun dari mereka yang membantah, tetapi langsung bergerak.
Kurang dari 5 menit Cu Ying Lun sudah balik kembali masuk kedalam gua setelah menyampaikan pesan toa suhengnya. Kemudian, Koay Ji juga sudah kembali dari dalam hutan, memesan makanan khusus melalui "kawan-kawan" yang selalu berada dalam hutan itu. Dan tak lama, mereka semua, berdelapan, sudah mengambil posisi melingkar dalam Gua Pertapaan bagian luar dari Bu In Sinliong dengan Pek Ciu Ping mengambil posisi paling depan menghadapi semua sutenya. Menunggu beberapa saat, memandangi semua sutenya, akhirnya dia berkata:
"Para sute dan sumoy, menurut surat Insu kepada lohu, segera setelah siauw sute membuka rahasia barisan, maka kita melatihnya sekali dan dapat menyempurnakan kelak di kemudian hari. Kemudian kita berkumpul disini dan membuka surat Insu yang terakhir. Sam Sute, ambilkan surat Insu yang terakhir....."
"Baik toa suheng......" Tek Ui Sinkay segera berdiri dan kemudian bergerak menuju dinding sebelah dalam, menekan sebuah tombol dan merogoh kedalamnya. Dia kemudian balik ke posisi pertemuan dan menyerahkan surat terkahir yang masih tertutup, belum terbuka sama sekali.
"Baiklah, kita semua wajib memberi hormat kepada Insu sebelum bisa membuka surat beliau yang terakhir...."
Dan dengan dipimpin oleh Pek Ciu Ping, merekapun memberi hormat kearah dalam Gua Pertapaan secara bergantian sesuai urutan mereka masuk perguruan, dimulai dari Pek Ciu Ping dan terakhir Koay Ji. Setelah semua selesai memberi hormat, Pek Ciu Ping kembali berkata:
"Siauw sute, apakah engkau heran mengapa engkau tidak berada dalam Barisan Pembingung Sukma itu....?"
"Meskipun tecu heran, tetapi tak ada sekalipun rasa tidak enak dengan persoalan itu Toa Suheng, karena tecu merasa pasti bahwa Insu memiliki maksud dengan semua keputusan dan apa yang dia rancangkan...." jawab Koay Ji ringan dan sama sekali tidak merasa dipinggirkan atau disepelekan.
"Hmmm, tepat seperti dugaan Insu...... memang benar Koay Ji, Insu memberimu tugas lain yang bahkan mungkin lebih berat dengan yang akan dihadapi oleh kami dalam Barisan Pembingung Sukma. Tetapi lohu sendiri tidak paham apa itu. Untuk mengetahuinya, maka kita mesti segera membaca wasiat Insu yang terakhir yang akan menjelaskan tanggungjawab kita semua......"
Dengan disaksikan semua saudara seperguruannya, Pek Ciu Ping membuka surat terakhir yang ditinggalkan atau dikirimkan Bu In Sinliong kepada murid-muridnya. Begitu terbuka, Pek Ciu Ping langsung membacakannya:
Murid-muridku, Ini merupakan surat terakhirku buat kalian semua, dan akan kuawali dari sebuah kisah mengenai Tiga Maha Hebat Rimba Persilatan Tionggoan pada lebih 60 tahun yang silam. Lebih 60 tahun silam, muncul 3 orang Maha Hebat yang memiliki kepandaian luar biasa yang kebetulan masih seangkatan dengan Suhumu ini dan juga Lam Hay Sinni. Bahkan menurut keterangan Sukong kalian, Bu Beng Hwesio (Rahib Tanpa Nama), dari kuil Siauw Lim Sie, kepandaian mereka masih setingkat dan setanding dengan kepandaian Suhumu dan sedikit di atas Lam Hay Sinni.
Ketiganya tampil tidak begitu lama namun sungguh mengguncang Rimba Persilatan Tionggoan dan mereka dikenal dengan nama masing-masing pada waktu itu sebagai Ceng San Sinkay (Pengemis Sakti Jubah Hijau) pada waktu itu berusia 41 tahun, kemudian Soat San Giok Li (Dewi Kemala dari Gunung Salju) Toan Swie Cie dari In Lam yang berusia 37 tahun, seorang perempuan cantik jelita yang mencintai Ceng San Sinkay dan terakhir Thian Cun Mok Pak (Malaikat Langit Gurun Utara) Buyung Im Seng yang berusia 40 tahun. Ketiganya memiliki hubungan cinta kasih yang ruwet dan saking ruwetnya sampai mengaduk-aduk rimba persilatan dan mengacaukannya. Puncak pengacauan mereka terjadi ketika Suhu kalian bersama Lam Hay Sinni melakukan kunjungan ke Persia.
Siauw Lim Sie yang diaduk-aduk oleh Malaikat Langit yang telengas dan amat licik, menugaskan Sukong kalian untuk mengatasi Malaikat Langit. Terutama, karena tokoh licik itu mencuri sebuah Kitab Pusaka dan juga membunuh beberapa orang Pendeta di Kuil Siong San. Sukong kalian akhirnya turun tangan dan berhasil menemukan dan menghadapi ketiga tokoh itu di daerah Go Bi San. Mereka bertiga ditemukan Sukong kalian sedang bertemu di Bukit Selaksa Dewa (Ban Hud San), dan karena menemukan mereka, Sukong kalian kemudian meminta mereka untuk berhenti mengaduk-aduk Kangouw dan mengembalikan pusaka-pusaka yang tercuri. Tetapi, jika tokoh pertama Ceng San Sinkay sangat simpatik dan bersedia bekerja sama, maka tokoh perempuannya angin-anginan. Sementara tokoh ketiga, yakni si Malaikat Langit justru bersikap sangat licik dan membawa maunya sendiri.
Singkat kisah, Sukong kalian menantang untuk menjatuhkan Malaikat Langit sebelum jurus ke-seratus dan bersedia untuk mengalahkan mereka masing-masing dalam pertarungan satu lawan satu. Tetapi Si Malaikat Langit dalam kepercayaan diri yang berlebihan malah menantang bertaruh Sukong kalian. Taruhannya adalah, jika Sukong kalian sampai kalah, maka dia harus berhenti mengejar dan pulang kembali ke Siauw Lim Sie. Selain itu, dia tidak boleh lagi kembali mengganggu mereka bertiga, khususnya Malaikat Langit. Lebiah dari itu, bahkan Kitab Pusaka Siauw Lim Sie akan menjadi milik Malaikat Langit untuk selama-lamanya. Tetapi jika Sukong kalian yang menang pertempuran, atau jika mereka sampai terkalahkan, maka mereka harus bertapa di Ban Hud Teng itu selama 75 tahun dan dilarang meninggalkan tempat itu. Kecuali terjadi sesuatu hal yang tidak diingini dan sama sekali tidak terduga, seperti misalnya jika Gua itu runtuh, ataupun karena sebab bencana alam lain yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
Sukong kalian ternyata dapat mengalahkan mereka sebelum 100 jurus dalam pertempuran satu demi satu melawan mereka bertiga. Memang, khususnya Ceng San Sinkay, terhitung memberi sedikit bantuan kepada Sukong kalian agar janji taruhan dapatlah ditepati. Dan begitulah, mereka bertiga, dengan sedikit bantuan Ceng San Sinkay yang gagah dapat ditaklukkan. Meski sempat Malaikat Langit dan Dewi Kemala mengerubuti Sukong, tetapi bantuan kecil Ceng San Sinkay yang tidak ikut mengeroyok malahan diam-diam membantu Sukong, membuat mereka akhirnya tetap kalah dan bersedia untuk dikurung di dalam Ban Hud Teng selama 75 tahun dan dilarang keluar. Ceng San Sinkay juga rela agar dirinya ikut dikurung dalam gua itu.
Sepuluh tahun kemudian, Sukong kalian menceritakan kisah ini kepada Suhu kalian ini, ditambah dengan berita, bahwa sebelum dihukum dan dikurung 75 tahun di Ban Hud Teng, Ceng San Sinkay ternyata memiliki Guci Perak, Gin Cui Ouw. Khasiatnya yang amat luar biasa adalah bisa mempertahankan fisik seseorang yang meminum air rendaman setahun dalam guci itu. Berita ini mengagetkan Sukong kalian dan memerintahkan Suhu kalian ini untuk bersiap. Dan sebelum Sukong kalian meninggal, dia memanggil Suhu kalian dan menjelaskan terawangannya, bahwa ketiga orang yang dikurungnya akan lepas sebelum 75 tahun masa penahanan atau kurungan mereka di Ban Hud Teng. Kisah selengkapnya yang tertulis di atas, diceritakan sukong kalian secara lengkap, serta bagaimana usulnya menghadapi ketiga orang itu.
Sebetulnya, Suhu kalian menduga mereka tidak akan munculkan diri lagi, tetapi saat-saat terakhir gangguan yang agak berbeda mulai muncul dan semakin lama semakin kuat. Dan ketika mencoba mengetahui soalnya, ternyata berkaitan dengan Gin Ciu Ouw, dan sejak saat itu, 2 tahun lalu, suhu kalian mulai mempersiapkan diri sebagaimana petunjuk sukong. Sayangnya, waktu Suhu kalian ini tidak akan mencapai waktu kedatangan mereka, karena sudah harus terlebih dahulu ajal. Maka untuk melawan mereka suhu kalian pasrahkan kepada pertama, Barisan Pembingung Sukma untuk mengurung serta mengalahkan Malaikat Langit. Kedua, Lam Hay Sinni yang akan kelak menghadapi Wanita Kemala, dan terakhir, Koay Ji harus menghadapi Ceng San Sinkay.
Perhitungan Suhu kalian, Lam Hay Sinni akan mampu menahan imbang Wanita kemala yang hebat itu, terutama setelah Bibi Guru kalian itu berhasil menemukan formula yang ampuh dan dituntaskannya setahun terakhir. Koay Ji akan mampu menahan imbang Ceng San Sinkay, bahkan mungkin menang, tetapi sangatlah tergantung pada keluhuran budi Koay Ji. Barisan Pembingung Sukma memiliki kemampuan paling besar untuk menang, karena Barisan itu diciptakan secara khusus untuk menghadapi tokoh gelap hati seperti Malaikat Langit.
Ketika membaca surat ini, kalian berjarak paling lama 1 tahun menghadapi mereka bertiga, cukup waktu melatih Barisan itu untuk ketujuh muridku. Mengapa, karena memang Barisan itu sengaja diciptakan sesuai karakter kalian bertujuh. Setelah Koay Ji menceritakan rahasia Barisan ini, tinggal melanjutkan membaca petunjuk yang sudah ditinggalkan.
Murid-muridku, inilah surat terakhir Suhu kalian ini, jagalah persaudaraan kalian semua berdelapan. Tidak lama lagi Suhu kalian akan berjalan menuju penerangan abadi dan janganlah ditangisi. Setelah pertemuan ini, jangan ada yang memasuki Barisan kecuali Koay Ji, karena ada hal lain yang harus dia pelajari mengenai Barisan Pembingung Sukma. Setelah besok malam, kalian kemudian bebas untuk berlatih dalam Barisan hingga sempurna menjelang kedatangan mereka bertiga.
Nach, akhirnya, Selamat Tinggal murid-muridku, sungguh bangga dapat mendidik dan memiliki kalian semua sebagai murid dan sekaligus selaku anak-anakku. Karena kalian tidak pernah berbuat yang mengecewakan Suhu kalian ini..... tetaplah seperti itu sepanjang hayatmu....
Bu In Sin Liong Tidak ada yang beranjak, tidak ada yang bersuara, kecuali merenungkan apa yang tadi dibacakan Pek Ciu Ping sebagai surat terakhir dan ternyata sekaligus surat perpisahan dari Suhu mereka. Mereka sungguh terharu dan sampai tidak mampu berkata apa-apa, bahkan Oey Hwa dan Pek Bwe Li terlihat berlinang air mata tetapi takut untuk menangis dengan bersuara. Bukan apa-apa, bukan tak bisa menangis, tetapi karena mereka amat menyadari bahwa keadaan mereka sekarang karena didikan dan asuhan sang Suhu. Padahal, mereka semuanya adalah anak-anak yang terlantar, kumpulan anak anak yang sama sekali tidak punya rumah dan tidak punya sanak saudara satupun. Mereka semua rata-rata adalah anak yatim piatu dan sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga dengan orang lain, kecuali seorang saja, yakni Siau Ji Po yang punya keluarga.
Maka, wajar jika mereka merasa kehilangan orang tua yang sangat dihormati tetapi sulit untuk ditangisi karena melarang mereka menangisinya. Ya, mereka semua menghormati dan mengasihi Suhu mereka sama dengan orang tua sendiri yang mereka tidak punyai lagi. Dan Suhu itu, orang tua itu, berpisahan dengan mereka hanya melalui sebuah surat tanpa mereka bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk mengatakan SELAMAT BERPISAH sekalipun.
"Baiklah para sute dan sumoy, kita telah membaca surat perpisahan Insu, sungguh menyedihkan memang, Tetapi, kita semua patut berbangga karena melepaskan Insu, orang yang kita kasihi dan sayangi dengan penuh kebanggaan sebagaimana Insu menuliskannya untuk kita semua. Kita boleh beristirahat hari ini, kecuali Siauw Sute, dan sejak besok kita berlatih untuk menyempurnakan Barisan Pembingung Sukma. Barisan yang melambangkan diri kita semua dan merangkum secara amat indah siapa kita dan dibuat untuk kita oleh Insu......."
Merekapun bubar dengan sendu dan terharu karena tahu Suhu mereka sudah akan berpisah selamanya dari mereka semua. Tetapi, semangat mereka membuncah karena sadar mereka tidak mengecewakan Suhu yang dihormati dan disayangi itu. Koay Ji sendiri sama dengan yang lainnya beranjak dengan kepala kosong, bahkan masih tetap kosong meskipun dia malam harinya sudah berada dalam Barisan itu. Ketimbang menangisi keadaan Suhunya Koay Ji memilih untuk keluar dari Gua yang semakin murung suasananya dan menuju Barisan Pembingung Sukma. Disana dia menyangka bisa lebih tenang dan tidak semurung dan tidak semuram jika terus menerus berada dalam gua yang semua orang sedang bersedih. Semua orang sedang sendu dan merenung bebas.
Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, Koay Ji sudah berada dalam Barisan sejak sebelum makan malam. Tetapi meskipun dia benar bermuram durja, namun kewaspadaannya masih tetap tinggi dan sudah memiliki daya membal terhadap pengaruh pembingung sukma Barisan yang rahasianya sudah dia pahami. Tetapi, setelah kurang dua jam dia hanya berdiam diri, tiba-tiba di telinganya berdenging sebuah suara yang sudah amat dia rindukan..... suara Suhunya.
"Acccch, Suhu......" desisnya, tetapi tanpa jawaban, dan ketika dia menengok kiri dan kanan, tetap saja tidak ditemukannya bayangan Suhunya yang tadi bersuara itu. Sampai akhirnya dia berpikir bahwa mungkin suara tadi adalah kebetulan dan karena kangennya dia kepada Suhunya sampai dia berpikir seolah-olah "sedang dan sudah mendengar" suara Suhunya yang sangat dihormati itu. Hanya itu yang dipikirkan Koay Ji atas suara yang dia dengar. Dia lanjut termenung.
Tetapi, setelah sepuluh menit dia kembali berdiam diri, suara itu justru muncul di telinganya, bahkan sekali ini dengan instruksi:
"Berjalanlah 10 tindak kedepan, pancangkan satu dahan pohon sebesar dua atau tiga jarimu dengan panjang yang sama dengan lenganmu di sisi kiri. Kemudian berbelok kekiri dan berjalan lagi sejauh 5 tindak, pancangkan lagi satu dahan ukuran yang sama tetapi sekali ini di sisi sebelah kananmu. Kemudian berbelok kekanan, berjalan lagi lima tindak dan pancangkan sebuah dahan lagi di sebelah kiri dan berbelok kekiri sepanjang 10 tindak dan pancangkan sebuah dahan lagi disana. Dahan terakhir. Lakukan segera, maka tidak bakalan ada yang mampu menemukan kita berada disitu, siapapun juga orangnya. Lakukan samadhi disitu, dan bisa lebih luasa bagimu untuk berlatih......"
Sekarang Koay Ji sudah yakin bahwa itu adalah Suhunya, maka tanpa diperintah untuk kedua kalinya, diapun melakukan apa yang diperintahkan oleh Suhunya dan dalam waktu beberapa menit, dia sudah berada dalam suasana yang berbeda. Satu suasana yang tenang, teduh, tiada satupun ancaman menggedor batinnya, emosinya juga bebas, dan bahkan juga tidak ada suara-suara yang mempengaruhi sukmanya. Benar kata Suhunya bahwa disitu dia akan lebih tenang, maka tanpa ragu sedikitpun dia segera melakukan samadhi. Sebentar saja dia sudah dalam keheningan yang dalam, menyatu dengan suasana sekitarnya dan bahkan lebih khusyuk dari hari biasanya.
Dan sebagaimana dugaannya, tidak berapa lama dia mendengarkan suara Suhunya yang kembali menyapanya:
"Muridku, ada dua hal lagi yang perlu kutinggalkan kepada kalian semua, yang pertama tentang "tanda kehadiranku" sebuah KIM LIONG (NAGA EMAS) dan Gua Pertapaanku. Sejak hari ini, Suhumu akan segera berpindah ke Siong San, karena memang sesungguhnya itu bersesuaian dengan janji kepada sukongmu, dahulu itu. Bahwa menjelang akhir hidup, Suhumu akan kembali ke haribaan Siong San dan Siauw Lim Sie. Tetapi, sebelum membicarakan urusan yang pertama, kita selesaikan urusan yang lain terlebih dahulu........ dengarkan dan langsung kerjakan, karena ini adalah pelajaran terakhir Suhumu......"
Suara Bu In Sinliong kemudian perlahan sirap dan tidak ada terdengar apa-apa lagi selama beberapa menit. Tetapi Koay Ji terus menunggu karena dia tahu Suhunya memintanya demikian, dan sebagaimana biasanya, dia mesti bersabar menunggu karena biasanya Suhunya paham waktu yang tepat. Dan dia benar:
"Pusatkan konsentrasimu, menyatulah dengan alam sekitarmu, jangan takut untuk membiarkan ragamu tertinggal karena dia aman disitu, lanjutkan dan jangan merasa takut ataupun khawatir, Suhumu akan bersamamu selalu. Rasakan alam sekitarmu merasuki sukmamu, bahkan bersatu dengan sukmamu, resapi hembusan angin yang bertiup perlahan tetapi tidak mempengaruhimu,,,,,,, satukan sukmamu dengan alam semesta dan jangan engkau takut. Teruskan hingga engkau mampu memandang dan melihat ragamu sendiri seperti sedang terpisah secara perlahan-lahan,,,,,,, tetapi jangan terburu-buru, biarkan mengalir seperti air, semua akan terjadi pada saat yang tepat. Jika demikian maka semua akan berjalan dengan mulus"
Dengan mengikuti petunjuk Suhunya, Koay Ji kemudian tenggelam dalam samadhi dan bahkan membiarkan sukmanya melayang, melayang dan melayang. Tetapi, dia masih belum tahu ujungnya dan sesekali merasa agak khawatir, merasa agak sedikit penasaran tetapi tidak menemukan jawabannya.. Sayang, justru perasaan itu yang menahannya tetap dalam keadaan yang diam tanpa kemajuan, tidak maju dan tidak mundur. Padahal keberanian membiarkan sukmanya berbaur dengan alam, adalah pintu masuk untuk apa yang sedang dimintakan suhunya pada saat itu,,,,,, tetapi Koay Ji masih membutuhkan waktu untuk melakukannya dan kelihatannya Suhunya terus menunggu dengan sabar.
Ada kurang lebih satu jam Koay Ji berada dalam kebimbangan, melepas semuanya atau menahan semuanya. Melepas semuanya, berarti membaurkan sukmanya dengan alam semesta dan seperti tidak terkait dengan raganya. Menahan semuanya berarti tetap menahan jarak antara sukma dan raganya, sewaktu-waktu dia dapat masuk kembali keraganya dan menjadi KOAY JI. Bu In Sinliong membiarkan Koay Ji untuk "bertarung dalam kesenyapannya", membiarkan takdir Koay Ji diputuskan dan ditentukannya. Mana yang akan menang, biarlah Koay Ji yang memutuskan dan menentukannya, karena itu adalah takdirnya. Itu adalah kehidupannya sendiri, maka jangan dituntun membuta, biarkan dia menemukannya sendiri.
Pada saat itu Koay Ji sedang dalam pertimbangan apakah dia akan melepaskan "pegangan" atau "kaitannya" dengan raganya dan membiarkan sukmanya melayang layang ataukah tetap memegang kaitan dengan raganya. Suhunya tidak memberi keterangan apa yang harus dia lakukan, meskipun tersirat dari percakapan tadi apa yang diinginkan Suhunya. "Masak Suhu mau mencelakakan aku......?" pertimbangan itu dan pertentangan tadi mewarnai pertarungan dalam batinnya, dan membuatnya dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang cukup panjang. Dan sepanjang itu, dia sama sekali tidak mendengarkan satupun suara atau dialog dari Suhunya, sepertinya dia dibiarkan sendiri untuk memutuskan.
"Apakah dilepaskan atau terus kugenggam....." Suhunya sudah menjamin raganya aman, tetapi siapa yang menjamin sukmanya terbang kemana-mana dan tidak kembali ke raganya dengan selamat"..... ach, Suhu tidak mungkin mencelakaiku dalam cara begitu...." kalimat terakhir yang membuat Koay Ji untuk pada akhirnya mengambil keputusan. Sesaat sebelum memutuskan dia sengaja membiarkan agar semuanya terlepas, terbebas dan mengalir seperti air. Mengalir kemanapun dia ingin dan mau. Tidak disangka dan tidak dihitungnya lagi bahwa sudah sejam dia berkutat dengan pilihan "lepas atau pegang/tahan". Maka ketika dia akhirnya membiarkan semuanya lepas dari ikatan dan sukmanya menjadi bebas, itu adalah piihannya dan bukan instruksi gurunya. Tetapi, setelah dia melapas semuanya, ternyata sukmanya tidak melayang bebas kemana-mana. Sugguh Aneh......"
Dan setelah dia memutuskan dan melepas semuanya, setelah sukmanya merasa bebas dan terlepas, terdengarlah kembali suara Suhunya, tetapi sekali ini dalam bentuk yang dia kenal dan kini berhadapan muka dengan muka dengannya. Koay Ji terkejut dan segera menyapa sambil memberi hormat:
"Suhu,,,,,,,,,"
"Koay Ji, tata krama seperti itu ada dalam alam ragamu, alam fisik, tapi kita sekarang sedang berhadapan dalam apa yang disebut "komunikasi batin", yang semua saudara seperguruanmu tidak atau belum akan mampu melakukannya. Mungkin toa suhengmu sebentar lagi akan mampu mencapai tahapan tersebut. Tetapi, jangan membuang waktu, Suhumu masih ingin mengajarmu satu hal lagi yang kelihatannya tahapan itu sudah dibukakan orang lain pintu gerbangnya bagimu. Entah siapa yang mengajarimu untuk menghadapi persoalan pribadimu dengan membuka gerbang hati dan sukmamu agar mampu melihat bebas....?"
Mendengar pertanyaan Suhunya, Koay Ji terdiam dan terkenang dengan apa yang dia alami dengan seorang Pengemis Berjubah Hijau....... yang hanya meninggalkan namanya, yakni LIE HU SAN. Ach benar, memang dia, pasti..... dan tidak salah lagi. Penjelasannya dan kemampuannya untuk keluar dari jeratan rasa bersalah memang karena percakapan dengan Lie Hu San si pengemis berusia pertengahan dalam cara yang menurutnya sangat aneh. Awalnya dia yang menolong Lie Hu San dengan mentraktir membelikan makanan baginya didalam sebuah restoran. Tetapi tahu-tahu, mereka bertemu kembali dalam keadaan aneh dimana Lie Hu San mengajarkannya sebuah pelajaran batin tingkat tinggi, menyembuhkan rasa bersalahnya.
"Ach, tecu bertemu Pengemis Berjubah Hijau, berusia pertengahan, mungkin awal 40an, dia meninggalkan nama LIE HU SAN dan membantu tecu menemukan diri, kewaspadaan atas keinginan pribadi dan menyembuhkan rasa bersalah yang tak pada tempatnya. Jika ada yang memberiku pelajaran itu, hanya dia yang mungkin dapat melakukannya Suhu....."
"Hmmmm, ternyata dia malah sudah membantumu, achhhhh, namanya adalah CENG SAN SINKAY (Pengemis Sakti Baju Hijau) LIE HU SAN, salah seorang dari 3 Maha Hebat yang sangat luar biasa. Sebenarnya, menurut Sukongmu, tokoh ini malahan lebih lihay dari kedua temannya, tetapi dia sangat misterius dan sangatlah bijaksana. Dialah yang membantu Sukongmu mengurung dia dan kedua sahabatnya yang memang sangat berbahaya. Suatu saat, engkau perlu menyampaikan rasa terima kasih sukongmu, suhumu dan juga dirimu untuk semua bantuan yang sudah diberikannya kepada kita, termasuk bantuannya atas dirimu. Dialah yang membuka tahapan komunikasi batin ini dalam dirimu, dan suhumu hanya menuntunmu guna membuka kemampuan ini..... untuk engkau ketahui, kita sekarang sedang berbicara dengan kekuatan batin......"
"Accch, benarkah Suhu.......?" tanya Koay Ji sedikit kaget dan sama sekali tidak mengira dia mampu melakukannya.
"Engkau dengarkan penjelasanku selanjutnya. Dan mari sambil kita bergerak, meski akan terasa berat bagimu kelak. Ingat, setelah percakapan kita ini, jangan sekali kali meninggalkan Barisan ini sampai besok, setidaknya sampai sore hari, karena akan berbahaya bagi iweekang dan sukmamu nantinya. Jika hanya berkomunikasi biasa, setidaknya waktu pemulihannya hanya sebentar, tetapi melayangkan sukmamu hingga ketempat jauh, membutuhkan pemulihan yang tidak pendek, meskipun akan semakin cepat sembuh seiring berjalannya sang waktu. Semakin bertambahnya umurmu, maka bakalan semakin kokoh pula emosi dan batinmu, dan otomatis akan semakin cepat juga pemulihanmu kelak. Dan, jangan pernah engkau meninggalkan ragamu di tempat yang tidak aman, penuh gangguan, karena sangat mungkin orang jahat membunuh ragamu dan sukmamu akan tidak pernah kembali ke ragamu. Catat dan ingat satu hal itu....."
"Baik Suhu, tecu paham....."
"Nach, engkau sudah mengerti dengan komunikasi batin, hal yang akan membuatmu tambah matang, tambah tenang dan memperkuat sisi mistis dari iweekangmu. Kelak kedepannya engkau akan paham dengan sendirinya. Kekuatan batin tidaklah untuk dilatih dan dipupuk, tetapi diolah dan dikelolah dari pengalaman keseharian, samadhi yang kusyuk, pengambilan keputusan yang tenang, sikap terhadap persoalan dan masalah hidup, serta sikapmu terhadap sesama, terhadap alam, terhadap hewan dan terhadap semuanya dalam alam semesta. Semakin engkau sanggup menahan diri, memecahkan masalah dengan tenang dan pertimbangan semua sisi, semakin positif sikapmu terhadap sesama dan alam serta hewan binatang, semakin sisi batinmu mengalami kemajuan dan peningkatan. Itulah prinsipnya yang paling dasar dan juga paling utama......" Bu In Sinliong terlihat berdiam diri sejenak, tetapi tak lama karena segera melanjutkan:
Sumpah Palapa 10 Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Pedang Kiri Pedang Kanan 17
^