Pohon Kramat 11
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 11
perkumpulanmu?" Kim Ie Mo-Jin diam bungkam.
"Kim Ie Mo-Jin." bentak nenek berbaju hitam. "Jawab
pertanyaanku. Mau apa tidak kau menerima kesalahan
putrimu?" "Aku tidak mengerti" berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kukira kau lebih sayang kepada gengsi kepribadian, kau
tidak membutuhkan cinta kasih putrimu."
"Terserah bagaimana penilaianmu."
"Bagus. Kau tidak mau Kim Cui. Tapi aku sebagai
gurunya wajib menerima dia."
Menggapaikan tangan keraah Kim Cui, nenek itu
memanggil. "Mari, kau ikut aku."
Dengan membawa tubuh meninggalkan tempat kejadian.
Kim Cui, nenek Nenek berbaju hitam menarik keluar Kim Cui dari
persengketaan dengan Sumur Penggantungan.
Ong Jie Hauw menyengir-nyengir didepan Kim Ie MoJin.
Hal ini semakin menjengkelkan hati ketua Ki ie kauw
itu, sangkanya mengejek sekali. tangannya terayun
memukul kearah si Pendekar Dungu Muda.
Setelah mengalami pertempuran yang terus menerus,
pengalaman Ong Jie Hauw mendapat banyak kemajuan,
itu dimulut dia tersenyum memandang rendah, disamping itu,
kekuatannya pun tidak lengah, adanya kegaiban yang
memberkahi dirinya sebagai jago tanpa tandingan
menjadikan Ong Jie Hauw kebal pukulan, dia telah bersiapsiap. Diterimanya
pukulan Kim Ie Mo-Jin tanpa
mengurangi isi kekuatan. Lagi-lagi kedua orang ini terpisah, Benturan yang seperti
itu tidak akan melukai lawan, Kim Ie Mo-Jin
berpengalaman luas, Ong Jie Hauw bertenaga kebal.
Mereka melanjutkan pertempuran.
Kim San Nio ingin memasuki Sumur Penggantungan.
Lie Bwee tidak berpeluk tangan, dan pecahlah peperangan
di front kedua. Front berikutnya, yaitu front ketiga adalah pertempuran
diantar Kim ie Lo-jin dan Pek Pek Hap. Mereka bertanding.
Pek Pek Hap pernah disegani orang, Kim ie Lo-jin
adalah adik kandung Kim Ie Mo-Jin, ilmu kepandaiannya
hanya terpaut sedikit dari saudaranya itu. Tentu saja tidak
mudah ditundukan. Dari ketiga kelompok itu, pertandingan Lie Bwee dan
Kim san Nio berjalan tidak seimbang, Kim San Nio
menduduki kursi ketiga diperkumpulan Kim ie kauw, tentu
saja mempunyai keistimewaannya, dia mendesak Lie Bwee
hebat. Belasan jurus lagi, LieBwee tidak dapat
mempertahankan diri, dia berusaha mengelakkan pukulan
Kim San Nio, Tidak berhasil.
"Aduh.." dia mengeluarkan jeritan. tubuhnya jatuh
kebelakang. Ong Jie hauw meninggalkan lawannya, jadi
menguntungkan si Pendekar Dungu adalah jarak
pertempuran-pertempuran itu yang tidak terlalu jauh, begitu
cepat Lie Bwee terjatuh, begitu cepat pula dia menyelak
didepan kekasihnya. Kim San Nio lari kearah sumur, dia siap memasuki
tempat dibawah tanah itu.
Ong Jie Hauw menggerakkan tangan, hanya satu kali
tarik, dia memaksa wanita itu membalikkan badan,
tangannya diayun menyempong pinggang Kim San nio.
Kim San Nio bukan jago biasa, ia sudah
memperhitungkan akan adanya gangguan ini. Bila berani
musuhnya menarik dari belakang, dengan satu sambaran
tangan, musuh itu akan dipukul mati.
Dan betul saja, Ong Jie Hauw melakukan gerakan itu.
Kim San Nio memukul kebelakang, tepat sekali mengenai
dada Ong Jie Hauw. Dan disaat inilah sempongan tangan si
pemuda mampir dipinggangnya.
Terdengar suara jeritan Kim San Nio, tulang pinggang
wanita itu patah dan remuk. Tidak sanggup
mempertahankan diri dari kekuatan gaib si pemuda.
Letak kesalahan Kim San Nio adalah kurang
perhitungan untuk menambah kekuatan gaib Ong Jie
Hauw. Dia berhasil mengenai dada lawannya, tapi pemuda
itu tidak mengalami cedera, dan karena itulah isi
pinggangnya dipukul remuk, dia mati secara mengerikan
sekali. Kim Ie Mo-Jin yang ditinggalkan oleh Ong Jie hauw
berganti siasat perang, dia menang pengalaman, dia kalah
tenaga kekebalan yang sangat luar biasa, untuk
mengalahkan Ong Jie hauw tanpa menggunakan tipu tentu
tidak membawa hasil, Kini dia melayangkan dirinya tinggi, dari atas turun
kebawah, mengincar Ong Jie Hauw, dan tentu saja pemuda
itu tidak takut pukulan, membiarkan dirinya dijadikan
sasaran. Kim Ie Mo-Jin mengempos tenaga, dan dengan
semua latihan dalam yang ada, dia memukul kepala Ong
Jie Hauw. Hasil dari pukulan ini memang luar biasa.
Terdengar suara pukulan keras, tanah yang dipijak Ong
Jie Hauw ambles berikut juga tubuh pemuda itu, lenyap
dari permukaan bumi, seluruh badan dan kepala sipemuda
terpukul masuk kedalam tanah.
Hebat!! Kim Ie Mo-Jin memang luar biasa.
Pek Co Yong dan Lie Bwee yang menyaksikan kejadian
itu berteriak kaget. Kim Ie Mo-Jin tidak banyak membuang waktu langsung
mengincar Lie Bwee. Lie Bwee dan Pek Co Yong menggabungkan tenaga
mereka. sedapat mungkin bertahan dari pukulan Kim Ie
Mo-Jin. Masih tidak berhasil, Kim Ie Mo-Jin bukan jago
sembarangan. Lie Bwee dan Pek Co yong terpukul jatuh.
Bluss..... Dari dalam tanah, muncul satu bayangan. Itulah
bayangan Ong Jie Hauw, ternyata pukulan Kim Ie Mo-Jin
hanya dapat menenggelamkan dirinya ke dalam bumi, tapi
tidak mungkin melukainya, Kini ia tampil kembali.
Kim Ie Mo-Jin tersentak kaget, baru pertama kalinya dia
memukul orang tidak mati. Bahkan tempat yang dipukul
adalah kepala lawan yang sangat lemah. Manusia apakah
orang ini. Ong Jie Hauw memukul Kim Ie Mo-Jin, Dia membikin
pembalasan. Kim Ie Mo-Jin menerima pukulan tadi, dengan Su liang
pok Cian kim atau Tenaga kecil menggeser Benda Berat,
menyampingkan inti pukulan Ong Jie Hauw. Tidak urung
kedudukan jago itupun tergoyah dari tempatnya.
Ong Jie hauw sudah menjadi begitu kalap, saling susul
dia mengirim hantaman-hantamannya. Kim Ie Mo-Jin
makin mundur kebelakang. Dilain pihak Kim Ie lo-jin juga tidak dapat
memenangkan pertandingan, Pek Pek Hap mendesak
terlalu hebat, karena itulah Kim Ie lo-jin berusaha meminta
bantuan, tentu saja dia tidak berhasil. Dua orang saudara
itu bertempur dan mundur, kemungkinan menggabungkan
diri mereka. Pek pek Hap mengundurkan serangannya. Dia tidak
berani memaksa Kim Ie Mo-Jin dan Kim Ie Lo-jin
mengadu jiwa. Ong Jie Hauw kebal senjata, tidak mempan pukulan,
tidak takut terluka, si Pendekar Dungu Muda mengejar Kim
Ie Mo-Jin dua saudara. Kim Ie Mo-Jin masih banyak akal, mengingat tidak
mungkin menandingi pemuda itu. Dia membalikkan badan,
lari jauh. Dari sana masih mengeluarkan kata-kata tekebur.
"Jangan kalian lari, Tunggulah pembalasan Kim ie
kauw." Mengajak orang-orangnya Kim Ie Mo-Jin pulang
sarang. Ong Jie Hauw masih hendak mengadakan pengejaran,
tapi Pek Pek Hap sudah meneriaki pemuda itu.
"Saudara Ong Jie Hauw, jangan terlalu jauh dari Sumur
Penggantungan." Ong Jie Hauw dapat diberi mengerti. Dia membatalkan
niatnya kembali kearah Sumur Penggantungan.
Lie Bwee dan Pek Co Yong terengah-engah disamping
sisi Sumur Penggantungan.
"Lie Bwee, bagaimana keadaan lukamu?" bertanya Ong
Jie Hauw penuh perhatian.
Gadis itu menyeringai, Lukanya tidak ringan, Beruntung
dia dapat pertolongan segera, tidak sampai mengakibatkan
terganggunya selembar jiwanya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap memberikan
pertolongan yang secukupnya, sang Putri juga menderita
luka. Mereka kembali masuk ke dalam Sumur Penggantungan.
Tan Ciu, Si pengemis tukang ramal amatir, Tong Kay
dan Giok Hu Yong baru meninggalkan tempat melatih diri,
Menyaksikan keadaan beberapa orang itu penuh debu,
dengan tubuh luka-luka dan rambut kusut, Mereka heran
sekali. "Eh.. apakah yang terjadi?"
"Musuh masih belum pergi." Pek Pek Hap memberi
keterangan. "Giok Hong balik kembali?"
"Bukan.. yang datang adalah rombongan Kim Ie kauw,
langsung berada dibawah pimpinan Kim Ie Mo-Jin."
"Aaaa.... Kim Ie Mo-Jin.."
"Betul. mereka sudah melarikan diri. Tidak satupun yang
dapat menandingi saudara Ong Jie Hauw..."
Semua mata tertuju kepada Si Pendekar Dungu Muda.
"Aha.." Tan Ciu berteriak girang. "Kau balik kembali?"
Ong Jie hauw menganggukkan kepalannya. disamping
pemuda itu, menggelot seorang gadis, inilah Lie Bwee.
Dari mereka Tan Ciu mendapat keterangan tentang
penyerbuan Ratu Bunga Giok Hong. Penyerangan kedua
adalah dari rombongan Kim Ie kauw, entah dari mana lagi
yang akan menyerang Sumur Penggantungan"
Bercerita beberapa waktu, Tan Ciu tidak dapat melihat
adanya Tan Sang dan Tan Kiam Pek.
"Ibu.." Dia memandang Giok Hu Yong. "Dimanakah
Tan Sang pergi?" Giok Hu Yong meneteskan air mata.
Tan Ciu terkejut. "Eh.." Dia berteriak keras.. "Apa yang telah terjadi?"
"Dikala mendapat serangan Sri Ratu Bunga Giok Hong
dan konco-konconya, kakakmu telah menjadi korban
keganasan tangan mereka." Pek Pek Hap memberi
keterangan. "Aaa.....!" Setelah itu, diceritakan juga akan jalan cerita, Tan Sang,
Tan Kiam Pek adalah pahlawan-pahlawan Sumur
Penggantungan yang gugur untuk membela keselamatan
kelompok itu. Setelah selesai bercerita, Pek Pek Hap bersandar pada
dinding ruangan. Ruangan yang berada didalam Sumur Penggantungan itu
sunyi senyap dan sepi. Mereka dirundung oleh kesedihan
besar. Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Melati Putih
Giok Hu Yong, Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong
Kay, Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw, jago muda
Tan Ciu, Pek Co Yong dan Lie Bwee sedang berkumpul
didalam ruangan itu. Mereka mengenang jasa-jasa Tan
Sang dan Tan Kiam Pek. Demi menolong kawan-kawan mereka, Tan Kiam Pek
dan Tan Sang mengorbankan diri mereka sendiri. Tidak ada
yang lebih berharga dari pengorbanan mereka ini.
Braaakkk.... Tiba-tiba tangan Tan ciu memukul dinding ruangan.
Kemarahan si pemuda melonjak keras.
"Eh.." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
mengerutkan alisnya, "Apa yang sedang kau kerjakan?"
"Aku harus menuntut balas." Tan Ciu mengeretek gigi.
Dia berjalan pergi. "Hei.." Tong Kay meneriakinya lagi. "Kembali!!!"
Tan Ciu tidak menghentikan langkahnya, tekadnya
sudah bulat. Tidak ada sesuatupun yang dapat
membendung kemarahan itu.
Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay berteriak
dari belakang. "Bocah panas. gunakanlah pikiranmu yang dingin.
Sebelum mempunyai cukup kekuatan untuk mengalahkan
mereka. Jangan kau sembarangan bergerak."
Tan Ciu tidak membalas peringatan itu.
Giliran Giok hu Yong yang bergerak dari tempatnya. dia
menyusul larinya sang putra.
"Tan Ciu." Jago wanita ini membentak. Dia sudah
kehilangan satu orang putri, Tentu saja tidak akan
membiarkan putra ini dibunuh mati lagi.
Tan Ciu berdiam. Mereka ibu dan anak saling pandang.
Pek Pek Hap sekalian pun sudah menyusul datang.
"Tan Ciu." Berkata Pek Pek Hap. "Bukan jaman untuk
sok2an menjadi seorang jago. Balik dan rundingkanlah
untuk mengatasi keadaan ini."
"Tan Ciu." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
membuka mulut. "Kita harus mengumpulkan jago-jago
kuat, meminta bantuan kawan-kawan baik. Setelah itu aku
tidak akan mengganggu kau menuntut balas."
Semua orang berusaha untuk menahan Tan Ciu. Hasil
dari perundingan itu adalah menarik kekuatan yang dapat
membantu usaha mereka. Diantaranya kekuatan dari Guha
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kematian dan jago-jago utara yang dikenal baik oleh Pek
Pek Hap. Untuk menghubungi Guha Kematian, Tan Ciu
mendapat tugas khusus. Dan untuk memanggil jago-jago
utara, Pek Pek Hap bersedia mencalonkan dirinya.
Perundingan itupun selesai sampai disitu.
Pek Pek Hap menuju kearah utara.
Tan Ciu melakukan perjalanan kearah Guha kematian.
Menyingkirkan cerita Pek Pek Hap dan mengikuti
perjalanan Tan Ciu. Seperti apa yang telah diceritakan dibagian depan Guha
Kematian berada dibawah asuhan Thio Ai Kie, Dengan
mendapat bantuan Thio Ai kie, tentu saja kekuatan itu
bukan kekuatan biasa. Tak jauh dari Guha Kematian, berlari datang satu
bayangan, langsung menghampiri Tan Ciu. Jago muda kita
menghentikan langkahnya. Diamemperhatikan orang tuayangberada
dihadapannya, tidak terlalu asing, inilah Pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap yang mempunyai dendam
pembunuhan muridnya. "Kau?" Tan Ciu menduga buruk.
Murid Sin Hong Hiap terbunuh mati dibawah
tangannya. Dan atas kejadian itu, mengikuti adanya yang
kasar dan yang mau menang sendiri, Sin Hong Hiap pernah
bentrok dengannya. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menganggukkan
kepala. "Kau baru tiba?" dia mengajukan pertanyaan.
Tan Ciu membawakan sikap siap tempur, dahulu dia
bukan tandingan si jago tua, hampir saja mati dibawah
tangannya. Beruntung Thio Ai Kie memberi pertolongan,
maka dia luput dari kematian.
"Sin Hong Hiap, kau hendak mengadakan tuntutan atas
kematian Chio It Chong?" Tan Ciu menegur.
"Ha..Ha..Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.
"Mengapa tertawa?" bertanya Tan Ciu heran.
"Aku"!" "Hee,, apa guna menyambung permusuhan" Hampir aku
menjadi korban Thio Ai Kie. Dan muridku itupun salah
sendiri. Kedatanganku bukan urusan itu...."
"Maksudmu?" "Kau belum tahu, bahwa drama kehancuran hampir
melanda Guha Kematian."
"Bahaya kehancuran?"
"Mari kita pulang." Berkata Sin Hong Hiap.
"Pulang?""
"Ng.... Aku menetap didalam Guha Kematian. Thio Ai
Kie dan Thio Bie Kie melatih dan memperdalam ilmu
kepandaian mereka, kurang berhati-hati, seret jalan masuk
api. Aku tiba tepat pada waktunya, dikala aku masuk
kedalam Guha Kematian, mereka masih kelejetan, cepatcepat kutotok jalan darah
mereka. Memberi perintah kepada Siauw Tin untuk meminta obat Thong Thian hoan.
obat Thong Thian-hoan hanya berada di pulau Tong-hay,
Siauw Tin pergi ke tempat itu.
"Aaaa...." Tan Ciu mengeluarkan seruan kaget.
Bersama-sama dengan Sin Hong Hiap, mereka lari
kearah Guha Kematian. Seperti apa yang diceritakan Thio
Ai Kie dan Thio Bie Kie sangat mengkhawatirkan. Dua
saudara itu salah melatih diri, hampir mati.
"Kita harus segera membantu Siauw Tin." berkata Tan
Ciu. "Mengapa?" Sin Hong Hiap belum mengerti.
"Salah satu dari tiga jago Tong-hay yaitu si kurus kering
Kut Lauw Kui sudah menggabungkan diri dengan Sri Ratu
Bunga, kedudukannya tentu tidak akan menguntungkan
kita." Diceritakan kejadian yang sudah terjadi di Sumur
Penggantungan. "Betul." Berkata Sin Hong Hiap. Dia dapat menyetujui
pendapat si pemuda. "Siauw Tin meminta obat, belum
tentu dapat." Setelah mempernahkan dua saudara Thio, Tan Ciu dan
Sin Hong-hiap meninggalkan Guha Kematian. Mereka
menuju kearah Pulau Thong-hay, menyusul Siauw Tin
yang meminta obat Thong thian-hoan.
Perjalanan menuju ke pulau Tong Hay dilanjutkan
dengan menggunakan perahu, pengalaman-pengalaman Sie
Hong hiap sangat luas, mereka menyewa perahu, menuju
kelaut Timur. Perahu yang membawa Tan Ciu dan Sin Hong Hiap
meluncur dengan laju! "Berapa lamakah melakukan perjalanan yang seperti
ini?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kurang lebih dua hari." Sin Hong hiap memberi
keterangan. Satu hari lagi, Pulau Tong-hay sudah berada didepan
mata, ternyata laju perahu berada di depan mata, ternyata
laju perahu berada diluar dugaan mereka, begitu cepat
berada di pulau Tong Hay.
Pulau Tong hay dijagoi oleh Kut Lauw Kui, Tay Tauw
Kui dan Bu Ceng-kui, tiga akhli silat yang merajai pulau
tersebut, kemudian ditempat ini sangat sepi sekali.
Tan Ciu dan Sip Hong Hiap tidak menemukan lain
perahu, entah bagaimana keadaan Siauw Tin ditempat itu.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengadakan perundingan,
mereka memisahkan diri, menyelidiki keadaan pulau itu
secara terpisah. Sin Hong-hiap menuju ke Selatan, Tan Ciu
menyelidiki bagian Utara Pulau itu.
Mengikuti penyelidikan Tan ciu, tampak pemuda ini
merayap naik dari sebuah tebing batu.
"Siapa?" tiba-tiba terdengar suara bentakan dari atas
tebing batu itu. "Aku.." Tan Ciu memunculkan dirinya. Ia berhadapan
dengan seorang lelaki tinggi.
"Sebutkan namamu." Bentak orang itu.
"Tan Ciu." "Dengan maksud tujuan?"
"Bertemu dengan tiga jago Tong Hay."
"Ada urusan apa?"
"Boleh aku bicara langsung dengan mereka?" Tan Ciu
tertawa. Laki-laki itu memperhatikan si pemuda beberapa waktu,
kemudian menganggukkan kepala.
"Baiklah" Dia mengajak Tan Ciu kepada sang majikan.
Tiga Jago Tong Hay, Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan
Bu ceng Kui tinggal didalam bangunan-bangunan batu. Itu
waktu Kut Lauw Kui masih berada di daerah tionggoan,
yang ada hanya Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui.
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga orang itu, Tan Ciu
langsung dibawa menghadap dirinya,
Didalam sebuah ruangan batu, duduk seorang pendek
yang gemuk, bentuk kepalanya hampir menyamaii
perutnya, inilah Tay Tauw Kui.
"Silahkan duduk.." Memandang tamunya dia membuka
suara. Tan Ciu duduk ditempat yang sudah disediakan
untuknya. "Ada keperluan apa Tuan datang kemari?" Lagi-lagi Tay
Tauw Kui mengajukan pertanyaan.
"Sebelumnya aku wajib memperkenalan diri." Berkata
sang pemuda, "Aku Tan Ciu, datang dari daerah
Tionggoan." "Ngg...." "Kudengar hanya tiga jago dari Tong-hay yang memiliki
obat Thong Thian-hoan, betulkah cerita orang yang seperti
itu?" "Thong thian-hoan?" Tay Tauw Kui menganggukkan
kepala. "Kedatanganmu mempunyai hubungan dengan
Obat Thong THian-hoan?"
"Sedikit banyak mempunyai hubungan." berkata Tan
Ciu. "Thong Thian-hoan khusus untuk menyembuhkan orang
yang salah melatih diri, siapakah yang menderita luka itu?"
"Dua kawan yang pernah menolong jiwaku?"
"Dan kedatangan tuan untuk meminta obat Thong thianhoan?"
"Pertama-tama aku mengharapkan bantuanmu untuk
membagi dua butir obat itu." berkata Tan ciu. "Dan urusan
kedua adalah tentang seorang gadis yang bernama Siauw
Tin." "Seorang gadis yang bernama Siauw Tin?"
"Ng... Tuan pernah mendapat kunjungannya bukan?"
"Kau orang mengatakan bahwa ada seorang gadis yang
bernama Siauw Tin pernah berkunjung ke arah pulau ini."
Kata-kata yang di ulang oleh Tay Tauw Kui
menandakan bahwa Siauw Tin belum sampai di pulau
tersebut. "Mungkinkah dia belum sampai?" Tan Ciu menduga
buruk, tentunya perahu siauw Tin mengalami sesuatu,
Maka dia tidak dapat melihat gadis itu.
Tay-tauw Kui memandang salah satu orangnya, dia
bertanya kepada orang itu. "Ada seorang gadis yang datang
ke pulau ini?" Laki-laki yang ditanya juga tertegun.
"Belum ada." Dia memberikan jawaban.
"Betul-betul tidak ada seorang gadis yang hendak
bertemu dengan aku?" Tay Tauw Kui meminta kepastian
orangnya. "Sungguh!!" Orang itu berkata pasti.
Tay Tauw Kui mengalihkan sinar matanya kearah Tan
Ciu. "Bagaimana potongan dan bentuk tubuh gadis itu?"
Tan Ciu menggambarkan dedak, perawakan Siauw Tin.
"Kau tunggu sebentar." Berkata Tay Tauw Kui.
"Akan kuperiksa dahulu kejadian ini?"
Dia memberi pesan beberapa patah kata, maka laki-laki
tinggi itu meninggalkan keluar.
Tidak lama kemudian, orang tersebut sudah balik
kembali. Dia memberi laporan. "Tidak ada seorang gadis
yang mencari Tay To cu?"
Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Bagaimana dia belum sampai?" Anak muda ini
bergugam. "Kau tidak percaya?" Balik tanya Tay Tauw Kui.
Tan Ciu ragu-ragu. Tay Tauw Kui berkata. "Disekitar pulau sering terjadi
gelombang pasang, besar kemungkinannya kawan gadismu
itu terdampar kelain tempat."
"Terdampar kelain tempat?" Tan ciu harus percaya
kepada keterangannya. "Hal ini bukan tidak mungkin terjadi." Tay Tauw-kui
memperkuat keterangannya.,
Tan Ciu menarik napas. "Dan untuk permintaanmu yang pertama, memang obat
Thong thian-hoan, kami tidak dapat memberikan
kepadamu." Berkata Tay Tauw Kui.
Tan Ciu harus berdaya upaya.
Tapi Kut Lauw Kui dapat memberikannya.
Dia berkata, "Kut Lauw Kui adalah kakek berbaju merah
kurus kering itu. Disaat ini masih berada didaerah
Tionggoan." dan Tan Ciu hendak menggunakan kakek itu
sebagai alasan. Tay Tauw Kui terkejut, kepalanya yang agak besar itu
digoyangkan. "Kau sudah bertemu dengan saudaraku yang ketiga?"
Dia bertanya. "Mungkinkah belum kembali?" Balik bertanya Tan Ciu.
"Dia sedang berada di perjalanan didaerah Tionggoan."
Tay Tauw Kui memberi keterangan.
"Aku tahu..." Berkata Tan Ciu. "Mungkinkah belum
kembali?" "Belum.." "Dia memberi luka ditangan seorang yang bernama Ong
Jie Hauw." "Terluka?" "Ng... Tentunya sudah kembali. Dia wajib mendapat
pengobatan segera." "Tetapi dia belum kembali."
"Wah.. bagaimana" Kukira dia dapat memberi obat
Thong Thian Hoan." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui berkata. "Untuk orang yang berhak mendapat obat Thong Thianhoan harus memenuhi salah satu
dari ketiga syarat ini. Syarat pertama adalah pamili atau orang terdekat kami.
Syarat kedua adalah orang yang pernah menolong kami.
Dan syarat yang ketiga adalah orang yang dapat
mengalahkan kami." "Kau tidak bersedia memberi atau menjual obat itu?"
Berkata Tan Ciu. "Obat dari daerah Tong-hay bukan khusus untuk di
perjual-belikan, tentu saja tidak dijual. Kecuali kau dapat
memenuhi salah satu dari ketiga syarat yang sudah kusebut
tadi." "Aku bersedia memenuhi syarat yang ketiga." Berkata
Tan Ciu. "Kau hendak menentang aku" Suatu hal yang hampir
belum pernah terjadi."
Tiga jago dari Tong hay terkenal belum menemukan
tandingan. Dan hari itu seorang anak muda yang belum
mendapat nama hendak menantangnya. Tentu saja suatu
hal yang membingungkan Tay Tauw Kui.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kawanku menderita bahaya. Aku harus segera
menolongnya." Berkata si pemuda. "Karena itu dengan
memberanikan diri, aku hendak menantang tuan."
"Baik!" Tay Tauw Kui sangat setuju. "Katakanlah.
Dengan tangan kosong atau dengan senjata tajam?"
"Kukira cukup dengan beberapa jurus tipu silat tangan
kosong saja." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui bangkit dari tempat duduknya,
"Mari kita bertanding diruangan silat." dia mengajak
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sang tamu muda. "Tunggu dulu..." Berteriak Tan Ciu.
"Ada apa lagi?"
"Dimisalkan aku menghendaki dua butir Thong thian
Hoan, apa aku diwajibkan bertanding sampai dua kali"
Atau bertanding dengan dua orang?"
"Oh... dimisalkan kau memiliki ilmu kepandaian silat
yang berada diatas diriku, Aku bersedia menghadiahkan
dua butir obat Thong Thian Hoan."
"Baik.." Tan Ciu sangat gembira.
Mereka meuju kearah tempat pertandingan.
Setelah memasang kuda-kudanya, Tan Ciu bertanya.
"Berapa juruskah untuk menentukan pertandingan ini?"
"Sepuluh jurus...setuju?""
"Baik.." Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga jago Tong Hay,
tentu memiliki ilmu kepandaian yang tidak boleh
dipandang ringan. Betul Tan Ciu sudah berhasil
meyakinkan ilmu Thian mo Sinkang yang tercatat didalam
Kitab Thian-Mo-Po-Lok, dapat tidaknya mengalahkan jago
Tong Hay itu terlalu penting, kekalahannya berarti
kematian bagi Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie.
Tan Ciu sangat berhati-hati.
Tay Tauw Kui sudah bergerak, gesit laksana kilat, dia
berputar kebelakang lawannya dari situ, baru dia mengirim
satu pukulan tangan. Tan Ciu mengikuti gerakan orang. Maka kedudukan
posisi dari kedua orang itu tetap seperti sediakala, mereka
berhadap-hadapan. Serangan Tay Tauw Kui dibalas dengan
serangan lagi. Hasil dari benturan tenaga adalah terpisahnya kedua
orang yang bertanding. Tan Ciu bergoyang dua tapak, tapi
Tay Tauw Kui geser empat langkah. Perbedaan yang sudah
jelas, kekuatan Tay Tauw Kui masih berada dibawah si
pemuda. "Hebat." Tay Tauw Kui memberikan pujiannya. Dengan
gesit, dia sudah menyerang lagi dua kali.
"Ilmu meringankan tubuh yang luar biasa." Tan Ciu
balas memuji sang lawan. Untuk tenaga pukulan Tan Ciu menang kepalan, tapi
untuk meringankan badan, tidak mungkin Tan Ciu dapat
mengejar Tay Tauw Kui. Sepuluh jurus itu telah selesai dimainkan, Tay Tauw Kui
lompat mundur keluar lapangan,
"Aku menyerah." dia berkata lesu.
Dari dalam sakunya, Tay Tauw Kui mengeluarkan botol
kecil, membuka tutup botol itu dan mengeluarkan dua butir
obat. Diserahkan kepada si pemuda.
"Inilah obat Thong Thian-hoan." katanya. "Ambillah..
aku menghadiahkan dua butir."
Tan Ciu menerima pemberian obat itu. Terlalu mudah
sekali, Dia tertegun lama. Seolah-olah ada sesuatu yang
kurang beres didalam permainan ini. Begitu mudah
mendapatkan obat Thong Thian Hoan yang diharapkan.
Dia tidak begitu yakin kepada kenyataan.
Memperhatikan dua butir obat yang berwarna hitam.
Tan Ciu mengendus-endusnya.
"Inilah yang bernama obat Thong Thian hoan?" dia
bertanya. "Kau kira obat palsu?" Tay Tauw Kui menunjukkan
sikapnya yang tidak puas.
"Aku...." Tan Ciu kurang pandai bicara.
Tay Tauw Kui tertawa, dia mengeluarkan botol obat
yang belum disimpan tadi, diambilnya satu butir lagi dan
diletakkan kedalam mulut. Kluk.. dia menelan obat itu.
"Nah..." dia berkata, "Percayalah!! ini obat asli! tidak
mengandung racun.." Tan Ciu malu kepada diri sendiri. Bila orang itu berani
memakannya, Tentu bukan obat palsu. Lebih-lebih bukan
obat yang mengandung racun.
"Maafkan aku yang terlalu banyak curiga." Tan Ciu
memberi hormat. "Atas pemberian ini, sebelum dan
sesudahnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
"sama-sama...." Berkata Tay Tauw Kui "Kedua
kawanmu yang sedang tersiksa itu membutuhkan
pertolongan segera, lekaslah kembali kepadanya."
"Aku meminta diri." Berkata Tan Ciu memberi hormat.
"Silahkan..." Tan Ciu meninggalkan rumah batu Tay Tauw Kui
dengan hasil dua butir obat Thong thian-hoan.
Tay Tauw Kui tidak mengantar tamunya. Dia tertawa
dingin. Dan kembali masuk ke dalam ruangan tempatnya.
Disana sudah menunggu seorang pelajar tua, inilah salah
seorang dari tiga orang jago Tong-hay lainnya, Bu Ceng
Kui, demikian nama dari pelajar tua itu.
"Bagus.." Berkata Bu Ceng Kui tertawa. "Kau dapat
memegang peranan dengan bagus."
Tay Tauw Kui berdengus. "Begitu mudah untuk meminta obat Thong Thian Hoan
kita?" Dia membawakan sikap yang lain dengan sikap yang
diperlihatkan kepada Tan Ciu tadi.
"Bocah yang bernama Tan Ciu ini memang luar biasa."
Berkata Bu Ceng Kui. "Kita sulit untuk menghadapinya." Berkata Tay Tauw
Kui. "Dimanakah gadis itu?"
"Didalam kamar." berkata Bu Ceng Kui.
"Eh.. Kau tidak memakan obat penawar racun" Kau
sudah memakan Ngo-tok liat-cong-hoan terlalu lama."
Tay tauw Kui memilih obat penawar racun, dimakannya
segera. Dan obat yang dikatakan sebagai obat Thong Thian
Hoan itu adalah racun Ngo tok liat-cong-hoan yang maha
bisa. Maka dia harus memakan obat penawarnya.
"Kita berhasil mengusir mereka tanpa pertempuran."
Berkata Tay Tauw Kui. "Ngg.... Kau pandai memegang peranan." Puji Bu Ceng
Kui. "Dia tidak curiga?"
"Kukira tidak.." Berkata Tay Tauw Kui. "Bagaimana
keadaan gadis itu. dia setuju?"
"Belum." berkata Bu Ceng Kui. "Tapi aku percaya, dia
pasti melulusi permintaan kita,."
"Tentu saja." Mereka tertawa besar, Suara-suara Bu Ceng Kui dan Tay
Tauw-kui memenuhi seluruh ruangan itu. Mereka mengira
bahwa Tan Ciu dapat dikelabui dengan mudah,. Memang
terlalu gampang untuk mengibuli anak muda yang tidak
berpengalaman. Menceritakan perjalanan Tan Ciu dia sudah balik
kembali keperahu mereka. Disana sudah menunggu si
tukang perahu beserta Pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap. "Bagaimana?" Sin Hong Hiap mengajukan pertanyaan.
"Success..." Berteriak Tan Ciu gembira. Mengeluarkan
racun Ngo-tok hiat cong-hoan dan berkata. "Nah.. inilah
obat Thong Thian Hoan."
Dia belum tahu bahwa Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui
sudah bersekongkol untuk meracuni orang-orang yang
bersangkutan. Memberi nama obat Thong Thian Hoan
kepada racun Ngo-Tok hiat-cong-hoan.
Pengalaman-pengalaman Sin Hong Hiap sudah
menjadikan si jago muda sebagai seorang yang mempunyai
ketajaman istimewa. Dia menerima obat itu segera.
"Bagaimana dengan keadaan Siauw Tin?" dia bertanya.
"Mereka mengatakan bahwa dia belum datang." Jawab
Tan Ciu mengulang keterangan Tay Tauw Kui.
"Siauw Tin belum sampai di pulau ini?"
"Betul.." "Ach.. kukira tidak mungkin, dia sudah berangkat
beberapa hari dimuka."
"Sungguh, Siauw Tin belum sampai."
"Bagaimana kau tahu, jika Siauw Tin belum sampai
diatas pulau?" "Tay Tauw Kui yang mengatakan."
"Begitu percaya kau kepada keterangan orang."
"Kukira boleh dipercaya." Berkata Tan Ciu. "Dia begitu
baik kepada kita, memberi obat Thong Thian-hoan, tidak
ada alasan untuknya menipu orang."
"Kau tahu pasti bahwa obat ini yang bernama Thong
Thian-hoan?" "Tay Tauw Kui telah menelan satu butir obat juga."
"Obat yang sama?"
"Obat yang sama!!"
"Ngg...." Sin Hong Hiap tidak dapat mengemukakan
alasan lain. "Mari kita berangkat pulang." Tan Ciu memberi saran.
Sin Hong Hiap sudah bersedia menuruti kehendak
kawan itu, tiba-tiba bayangan menyelusup masuk kedalam
benak pikirannya. Dia menghentikan gerak langkah
kakinya. "Tunggu dulu!!" dia berkata.
"Ada apa?" Tan Ciu menoleh ke arah si Pendekar Dewa
Angin. "Kukira ada sesuatu yang tidak beres." berkata Sin Hong
Hiap. "Seolah-olah aku mendapat firasat buruk."
"Firasat tentang apa?" Bertanya Tan Ciu. Dia masih
belum mengerti. "Kukira terlalu mudah kau menerima obat Thong Thian
Hoan." "Tentu saja mudah. karena aku sudah mengalahkan Tay
Tauw-kui." "Bukan itu yang kumaksudkan. Apa akibatnya bila dia
menyerahkan obat palsu kepadamu?"
"Obat palsu?" Tan Ciu semakin bingung. "Mana
mungkin." "Dimisalkan racun jahat yang dapat mematikan orang.
Bukankah jiwa dua saudara Thio akan tersiksa?"
"Tidak mungkin... Tay Tauw kui berani menelan obat
yang mengandung racun, bukan" Kesimpulanku ialah, obat
yang diberikan olehnya adalah obat tulen."
"Belum tentu..."
"Alasanmu?" "Dimisalkan dia sudah menyediakan penawar racun,
setelah itu dihadapanmu dia berdemonstrasi, menelan
benda yang diserahkan kepadamu. Dapatkah racun itu
bekerja?" "Dia sudah memakan obat penawar racun?"
"Dimisalkan sampai terjadi permainan ini. Siapakah
yang dirugikan?" Tan Ciu sadar akan kesalahannya. Dia meminta obat
Thong Thian-hoan untuk menolong Thio Ai Kie dan Thio
Bie Kie, bukan untuk menyelakakan mereka. Bila sampai
terjadi permainan sulap Tay Tauw Kui, secara tidak
langsung dialah yang membunuh bekas penolong itu. Dia
harus berhati-hati. "Kau mengatakan bahwa kedua obat ini berupa benda
yang mengandung racun?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan. "Belum dapat dipastikan." Berkata Sin Hong Hiap
mengangkat pundak. "Kita harus mengadakan percobaan itu?" bertanya Sin
Hong Hiap menyengir. Tan Ciu garuk-garuk kepala. Bagaimana dapat
mengadakan percoaan itu" Bagaimana dia harus mencoba
asli tidaknya dari kedua butir obat yang didapat dari Tay
Tauw Kui" Dimisalkan obat itu berjumlah lebih daripada dua, tentu
saja mudah diselesaikan. Sin Hong Hiap berkata. "Setelah terbukti, bahwa obat ini
bukan obat yang asli, Tentunya mereka telah menahan
Siauw Tin." "Betul!! besar kemungkinannya Siauw Tin masih berada
di pulau ini." "Betul. Kita harus mencari keterangan yang lebih jelas."
Sin Hong Hiap lompat menggapaikan tangan. "Mari.." katanya "Kau ikut aku."
turun dari perahu, dia Tan Ciu meniru gerakan si Pendekar Dewa Angin.
Mereka balik kembali. Mengunjuk penjaga pulau, Sin Hong
Hiap berkata. "Bekuk orang ini. Kita meminta keterangannya."
"Baik!!" Tan Ciu mendekati penjaga pulau itu.
Lelaki yang sedang meronda terkejut.
"Eh.. kau belum pergi?" dia heran.
"Belum!!" Berkata Tan
mengetahui namamu?" Ciu tertawa. "Boleh aku
"Aku Ciok Boh." berkata laki-laki itu.
"Saudara Ciok Boh, bagaimana hubunganmu dengan
ketiga jago Tong-hay?" Bertanya Tan Ciu.
"Aku adalah muridnya." Berkata Ciok Boh.
"Bagus. Tentunya paham sekali tentang keadaan tempat
ini bukan?" "Tentu saja." "Pernah mendengar nama obat Thong Thian-hoan?"
"Itulah obat kesayangan guru-guru kami," berkata Ciok
Boh. "Khasiatnya adalah khusus untuk menyembuhkan
bagi mereka yang sesat melatih diri."
Tan ciu mengeluarkan dua butir obat pemberian Tay
Tauw Kui, diserahkannya kepada Ciok Boh dan berkata
"Kenal kepada obat ini?"
"Itulah obat Thong Thian Hoan yang suhu berikan
kepadamu." berkata Ciok Boh.
"Namanya?" "Thong Thian Hoan."
"Yakin, bahwa obat ini yang bernama Thong Thianhoan"!"
Wajah Ciok Boh berubah. "Tidak salah lagi." Suaranya agak gemetar.
"Bagus!!" Tan Ciu tertawa dingin. "Hendak kuhadiahkan
kepadamu. Makanlah."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah.." Ciok Boh gugup. "Aku segar bugar, bagaimana
disuruh makan Thong Thian Hoan?"
"Tidak ada salahnya bukan?"
"Tapi... tapi...."
"Coba kau makan obat ini.."
"Guruku sudah memakan satu butir bukan?"
"Aku memberi perintah agar kau memakan obat ini."
Ciok Boh melempar obat itu, Tan Ciu kaget, Tangan si
pemuda terjulur, hendak menyanggah obat yang dibuang
oleh Ciok Boh. Dan kesempatan inilah yang ditunggu oleh murid Tay
Tauw Kui. Begitu tepat pula dia memukul kepala si
pemuda. Tan Ciu sadar akan adanya bahaya itu. Cepat dia
mengegos. "Kau..."!" Suara ini terputus. Tangan Ciok Boh mengenai
pundaknya. Tan Ciu terdorong kebelakang.
Ciok Boh menyusul datang. Dia hendak menamatkan
jiwa lawannya. Dia tidak percaya, mana mungkin pemuda
ini berkepandaian tinggi" Dia mencemoohkan sang guru
yang dianggap bernyali kecil! terbukti dengan satu pukulan
gelap, dia mengerjai Tan Ciu.
Tan Ciu berani menantang tiga jago Tong Hay, tentu
disertai perbekalan yang komplit. serangan Ciok Boh yang
mengenai pundaknya disebabkan kurangnya perhatian si
pemuda. Ia terlalu memusatkan panca indranya kepada
obat yang belum dapat dipastikan keasliannya.
Tan ciu hampir terpelanting kebelakang. begitu cepat
pula daya kekuatan reflek bekerja, memasang posisi kudakuda yang kuat, dan Ciok
Boh yang kurang pengalaman
menyusul datang, itulah yang Tan Ciu inginkan dengan
kedua tangan yang didorong kedepan dia memukul
lawannya. Bang!.... Ciok Boh tidak sanggup mempertahankan dirnya, tubuh
itu terbang jauh. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menyanggah
datangnya Ciok Boh, menekan jalan darah kematian orang
itu. "Jangan bergerak," Dia mengancam, "Berani goyang
dikit, berarti mencari mati sendiri."
Ciok Boh mati kutu. Terasa sekali tekanan Sin Hong
Hiap yang mengancam jalan darah kematiannya.
Tan Ciu menyusul datang. Pada tangan pemuda itu
masih membawa dua butir obat "Thong Thian Hoan." Kini
dia berani berkata pasti, bahwa dua benda yang berbentuk
seperti obat itu bukanlah barang yang dikehendaki.
Sin Hong Hiap menelikung Ditekukkan kebawah tanah.
tangan Ciok Ciok Boh dapat memperhatikan wajah tua Sin Hong
Hiap yang bengis itu. -ooo000ooo- Boh, Jilid 25 "K A U " . . . Kau. . ." Dia belum tahu, hukuman
bagaimana yang hendak dijatuhkan kepada dirinya,
"Jangan takut." Berkata Sin Hong Hiap. "Aku masih
belum menghendaki jiwamu."
"Siapa kau ?" Ciok Boh marah besar.
"Kawan Tan Ciu." Berkata Sin Hong Hiap secara
singkat. Tan Ciu sudah datang dekat, mengacungkan obat
Thong-thian-hoan palsu dan membentak.
"Katakan sekali lagi, ini obat Thong-thian-hoan?"
"Be . .tul . . Betul. . ." Berkata Ciok Boh cepat. "itu obat
Thong-thian-hoan." "Nah. makanlah obat ini." Berkata Tan Ciu yang hendak
menjejal benda tersebut kedalam mulut Ciok Boh.
"Jangan!" Ciok Boh mengeluarkan suara jeritan.
"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu beringas,
"Aku . . aku . . ."
"Kau mendapat hadiah obat Thong thian-oan. Maka
bebas dari gangguan Sesat Jalan Darah Masuk Api ."
Sesal Jalan Darah Masuk Api adalah nama istilah dari
sesuatu hal yang menandakan salahnya seseorang yang
melatih ilmu silat kelas tinggi.
"Jangan!" Berteriak Ciok Boh.
"Mengapa?" "Itu bukan obat Thong-thian-hoan." Berkata Ciok Boh
membuka rahasia. "Sebutkan nama dari benda ini!" Bentak lagi Tan Ciu.
"Itulah racun Ngo-tok-liat-tiong-hoan."
"Racun?" Tan Ciu dan Sin Hong Hiap saling pandang.
Sangat beruntung. Mereka tidak berlaku gegabah
sembarangan memberikan racun2 ini kepada Thio Ai Kie
dan Thio Bie Kie. maka terhindarlah dua jago wanita tua
itu dari kematian diserang racun.
"Betul." Berkata Ciok Boh. "Nama racun itu adalah Ngotok-liat-cong-hoan."
Tan Ciu dilukiskan. merasa tertipu. Kemarahannya sukar "Betul-betul kita dikelabui." Berkata Sin Hong Hiap
bergumam. Tan Ciu mengayun tangan, maksudnya hendak
menamatkan jiwa laki-laki yang bernama Ciok Boh itu.
Cepat-cepat Sin Hong Hiap menahan.
"Jangan!". Si jago tua lebih berpengalaman. Asam yang dimakan
oleh Sin Hong Hiap lebih banyak dari nasi yang masuk
kedalam perut Tan Ciu. Jembatan yang dilalui oleh sijago
tua lebih banyak dari jalan-jalan yang pemuda lintasi! Itulah
perbedaan diantara oraog-orang yang sudah tua dan anakanak muda.
Menjengakkan kepala Ciok Boh. Sin Hong Hiap
membentak. "Pulaumu pernah mendapat kunjungan
seorang gadis, bukan?"
Ciok Boh menganggukkan kepalanya.
"Dia bernama Siauw Tin, bukan?" Bertanya lagi Sin
Hong Hiap. Dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi Ciok Boh
mennganggukkan kepala, gerakannya begitu lemah tidak
ada semangat lagi. "Dimanakah gadis itu kini?" Membentak Tan Ciu tidak
sabar. "Didalam Kamar susiok."
"Susiok yang mana?"
"Susiok Bo Ceng Kui."
"Siauw Tin telah menjadi orang tawanan kalian?"
"Ceritakan lebih jelas lagi."
"Nona Siauw Tin datang seorang diri, bertemu dengan
susiok. dikatakan, dia membutuhkan obat Thong thianhoan, maksudnya hendak
menolong dua wali orang tuanya.
Tentu saja susiok tidak mau menyerahkan obat yang
diminta. Tapi susiok tertarik kepada Kecantikan nona itu.
dengan menggunakan tipu nona Siauw Tin berhasil
dijebloskan kedalam lubang perangkap. Begitulah dia
menjadi tawanan Tong-hay. Susiok berkata kepadanya, Dia
dapat memberikan obat Thong thian-hoan. dengan jasa
timbal balik meminta badan si gadis."
"Kurang ajar!" Tan Ciu berteriak keras.
"Nona Siauw Tin Tidak setuju." Ciok Boh meneruskan
ceritanya. "Demikianlah nona itu dikurung didalam suatu
kamar. Dengan janji melepaskan dirinya, setelah dia
bersedia ditawan oleh susiok."
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap selesai mendengar cerita
keterangan Ciok Boh, mereka menotok jalan darah laki-laki
itu. "Seperti apa yang sudah kuduga. Berkata Sin Hong Hiap,
"Mereka tidak rela menyerahkan obat Thong-thian-hoan."
"Kita mengadakan teguran."
"Mari." Dengan membawa tubuh Ciok Boh, Tan Ciu dan Sin
Hong Hiap balik kembali. Dibangunan batu Tay Tauw Kui, keadaan masih sepi,
derap langkah Tan Ciu dan Sin Hong Hiap menimbulKan
reaksi yang spontan. Dari dalam rumah terdengar suara
bentakan Tay Tau Kui. "Siapa" Ciok Boh kah yang datang?"
"Beserta kami." Tan Ciu memberi jawaban.
Pintu itu dibuka, terlihat Tay Tauw Kui menunjukkan
rasa bingungnya. Tan Ciu melempar tubuh Ciok Boh kepada si Iblis
Kepala Besar! Tay Tauw Kui menyanggah benda yang terlempar
kearahnya, dikala sadar bahwa itulah murid sendiri.
alangkah terkejutnya. Dia menurunkan tubuh murid itu.
"Kau?" Dia memandang Tan Ciu dan meminta
keterangan yang lebih jelas. Dengan alasan apa tamu itu
menotok muridnya. "Aku balik untuk menghaturkan
kepadamu." Berkata Tan Ciu.
terima "Terima kasih?"
"Bagaimana tidak mengucapkan terima kasih" karena
kau telah memberi hadiah dua butir obat Thong-thianhoan."
kasih "Mengapa kau menotok muridku." Bentak Tay Tauw
Kui. Dia belum sadar bahwa permainan sulapnya telah
diketahui orang. "Aku menotok jalan darah muridmu, karena dia
memberi tahu kepadaku, bahwa dua butir obat Thongthian-hoan. yang kau berikan
kepadaku itu berupa dua butir
obat palsu dua butir obat yang mengandung racun jahat."
"Bohong!" Tay Tauw Kui berteriak keras.
"Boleh kau bertanya kepada muridmu sendiri." Berkata
Tan Ciu tenang. Ciok Boh diberi kesempatan bicara, badannya gemetaran
menggigil keras. "Suhu . . . ." Dia memanggil lemah.
"Bedebah!" Bentak Tay Tauw Kui. "Apakah yang kau
katakan kepada tamu kita ini?"
"Kukatakan . . .Kukatakan. . . Aku dipaksa oleh
mereka." Berkata Ciok Boh.
"Kau kutakan kepada mereka bahwa dua butir obat yang
kuberikan kepadanya itu mengandung racun jahat?"
"Be . . . Betul. . ."
"Bedebah!" Tangan Tay Tauw Kui Terayun. pruk! kepala
sang murid pecah disaat itu juga, jiwanya melayang kealam
baka. Menyaksikan kekejaman Tay Tauw Kui yang
memperlakukan murid sendiri seperti itu, Tan Ciu kesima,
hanya sebentar, Kemudian pemuda ini tertawa dingin.
setengah mengejek dia barkata.
"Hebat, telah kusaksikan ilmu kepandaian Tay Tauw Kui
yang luar biasa," "Murid murtad ini harus dikasih mati." Tay Tauw Kui
berkata. "Berani dia mengadu domba."
"Hu, percayalah bahwa dua butir obat yang kuberikan
kepadamu itu adalah obat mujarab."
"Terlalu mujarab." Berkata Tan Ciu. "Sehingga ia dapat
mematikan orang segera."
"Bohong. Jangan percaya keterangannya."
"Aku tidak percaya keterangannya, Tapi aku lebih
percaya kepada kenyataan. Bukan saja dua butir obat palsu
itu yang kau berikan, Siauw Tin yang dikatakan belum
sampai dipulau inipun berupa isapan jempol juga."
"Aah, kau terlalu percaya kepada fitnahan orang."
"Lekas katakan, dimana kau simpan gadis itu!"
"Boleh kau cari sendiri" Adakah dia ditempat ini?" Tay
Tauw Kui masih menyangkal keras.
"Boleh aku memeriksaa kamar Bu Ceng Kui?" Berkata
Tan Ciu mengirim kerlingan mengejek.
"Aaa . . !" Rusaklah semua rencana Tay Tauw Kui.
"Tay Tauw Kui, lekas serahkan gadis itu." Tan Ciu
meminta orang. Tay Tauw Kui menunjukkan sikap aslinya. dengan
beringas dia bergeram. "Ternyata kau tidak mudah
dikelabui." "Hampir saja aku tertipu olehmu." Berkata Tan Ciu
Tidak kusangkal lagj." Berkata Tay Tauw Kui keras.
"Obat Thong-thian-hoan masih berada didalam tanganku.
Gadis cantik itu berada didalam kamar suteeku, apa yang
kau mau?" "Jangan berlagak tolol." Berkata Tan Ciu, "kau tahu,apa
yang harus diperbuat olehmu."
Tay Tauw Kui bergerak kesamping, dia hendak
menyerang bagian belakang orang.
Tan Ciu bermata tajam, dia berganti posisi melayani
serangan ini. Tay Tauw Kui gesit sekali. dia lari jauh,
terhindarlah bentrokan tadi, dia meringankan tubuh. Tan
Ciu menang kekuatan. Dia tak mau membentur tenaga
lawan itu. Terjadi pertempuran didalam ruangan, sedikit demi
sedikit, tapi yang sudah jelas dan pasti. Tan Ciu mendesak
lawannya. Posisi Tay Tauw Kui terjepit pada dinding tembok batu,
Tan Ciu memukul kedepan, Tay Tauw Kui hendak
mengegoskan diri, tak berhasil, dengan telak, pundaknya
kena pukulan, dia terhuyung kesamping!
Tan Ciu mengirim lain pukulan lagi. agaknya sulit bagi
Tay Tauw Kui untuk mengelakannya.
Tiba-tiba melayang membentak. masuk
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang, segera "Jangan sombong!" Lalu mengirim satu
menolong Tay Tauw Kui dari posisi terjepit.
pukulan Disana sudah bertambah seorang berwajah panjang.
seperti muka kuda. inilah Bu Ceng-kui juga termasuk salah
satu dari tiga jago Tong-hay.
"Tan Ciu." Berkata Bu Ceng Kui. "Jangan kau bertindak
melewati batas." "Lepaskan Siauw Tin," Tan Ciu membentak keras.
dia "kentut!" Bu Ceng Kui tidak mau kalah, "Dia telah
menjadi istriku. Dengan hak apa, kau meminta dirinja ?"
Tan Ciu mendelikan mata, tentu saja dia tidak percaya.
"Pulanglah. Aku pernah menyerahkan dua butir obat
Thong-thian-hoan kepadanya." berkata lagi Bu Ceng Kui.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menampilkan
dirinya, ia membuka suara. "Bu Ceng Kui, masih kenal
kepadaku?" "Kau?" Bu Ceng Kui menolehkan kepala dan terbelalak
kaget. "Betul." Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Kau berkelompok dengan sibocah Tan Ciu?" Bu Ceng
Kui menegurnya. "Tidak salah. Janganlah Kalian kukuh kepala."
Mengetahui tidak ungkulan untuk memenangkan
pertandingan itu, Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui memberi
kerlingan mata, didalam saat yang sama, tubuh mereka
bergerak, siuutt.! Melarikan diri dari ruangan tadi.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap tidak menduga bakal
menemukan kejadian yang seperti itu, Dikala mereka sadar
dari kesalahannya, bayangan Tay Tauw Kui dan Bu Ceng
Kui sudah lenyap tidak terlihat. Mereka lalu mengejar,
tidak berhasil. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengamuk didalam
bangunan itu. bagaikan dua ekor naga tanpa tandingan.
tanpa mendapat gangguan mereka mengaduk sarang tiga
jago Tong-hay. Disuatu ruangan batu yang agak tersembunyi, mereka
berhasil menemukan Siauw Tin gadis itu sedang menangis
sesenggukkan. "Siauw Tin." Tan Ciu memanggil girang.
Siauw Tin menoleh kaget, kedua pipinya basah dengan
air mata! "Tan Ciu." Dia bangkit dari tempat duduknya.
"Nona Siauw." Berkata Sin Hong Hiap. "Mereka sudah
melarikan diri. Mari kita pulang."
"Kedatangan kalian sudah terlambat." Berkata Siauw
Tin, "Mengapa?" Tan Ciu terkejut. "Kita dapat mencari obat
lainnya." "Obat Thong thian-hoan sudah berada padaku." Berkata
Siauw Tin. "Kiu" ,. Kau . ," Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang
tidak beres. "Bu Ceng Kui sudah menyerahkannya padaku." Berkata
Siauw Tin. Rasa girang Tan Ciu tidak terlukiskan, tapi segera
terbayang keterangan Ciok Boh. tentu ada sesuatu yang
terjadi. "Bagaimana kau mendapatkan obat Thong thian-hoan?"
Bertanya si pemuda. Dengan tenang, Siauw Tin berkata. "Aku mengorbankan
diri sebagai jasa timbal balik."
"Aaaa . . ." Sin Hong Hiap dan Tan Ciu saling pandang.
"Aku sudah menjadi istrinya," berkata lagi Siauw Tin,
"Kau, kau, rela menjadi istri Bu Ceng Kui?" Tan Ciu
penasaran. "Tan Ciu!" Berkata Siauw Tin lagi, "Jangan tidak
percaya, demi menolong guruku. Apa boleh buat, aku rela
mengorbankan diriku. Dan hanya cara ini yang meyakinkan
kepadanya. maka aku berhasil meminta obat. Thong thianhoan."
"Siauw Tin . . ."
"Aku tahu." Berkata lagi si gadis, terima kasih kepada
perhatian kalian." Diserahkannya dua butir obat Thong-thian-hoan,
kemudian gadis itu berkata lagi. "Nah, tolonglah berikan
kepada guruku. Katakanlah kepada mereka bahwa aku
tidak dapat kembali lagi."
"Kau, kau tak mau kembali ke Tionggoan?"
"Aku telah menjadi istri seorang Tong-hay dan aku akan
mati ditempat ini." Berkata Siauw Tin.
"Tidak akan bertemu dengan gurumu?"
"Tolong kalian sampaikan salamku."
"Siauw Tin . . ."
"Tan Ciu, jangan bersusah hati."
Bagaimana Tan Ciu tak bersedih" Sedikit banyak
sipemuda pun ada menaruh hati kepada gadis ini dan
karena Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mereka tidak dapat
mengembangkan hubungan muda-mudinya.
Sin Hong Hiap berlaku tahu diri, membiarkan keadaan
yang seperti itu berlangsung terus menerus adalah suatu
perkembangan yang tidak baik, segera mengajak si pemuda
meninggalkan pulau Tong-hay.
Dengan membawa obat Thong-thian-hoan. dengan hati
yang hancur luluh. Tan Ciu mengambil selamat berpisah.
Meninggalkan Siauw Tin diatas pulau Thong-hay.
Perjalanan pulang tidak memakan waktu, singkatnya
cerita. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap sudah tiba di Guha
Kematian. Obat Thong thian-hoan adalah obat khusus untuk
menyembuhkan orang yang Sesat Jalan Darah Masuk Api.
Dengan adanya obat ini. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie
dapat ditolong. TanCiumenceritakanbentrokannya
Pengantungan dan Istana Ratu Bunga.
Sumur Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie baru lolos dari lubang
jarum. mengingat keadaan mereka yang terlalu lemah.
mengingat ilmu kepandaian Sin Hong Hiap yang dapat
diandalkan mereka meminta jago tua itu yang mewakili
dirinya. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap tidak keberatan,
Dia mewakili Guha Kematian, membantu usaha Tan Ciu
untuk menumpas kekuatan Istana Ratu Bunga.
Didepan guha, Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengantar
mereka. Kekuatan Sin Hong Hiap cukup untuk merasakan
kesulitan-kesulitan si pemuda.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap turut serta ke
Sumur Penggantungan. Didalam Sumur Penggantungan sudah berkumpul
banyak orang. Melihat Putri Giok Hu Yong Permaisuri dari
kutub utara Pek Pek Hap Pek Co Yong si Pengemis Tukang
Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu muda Ong jie
Hauw. Suami istri, dan beberapa jago undangan lainnya.
Kedatangan Tan Ciu sangat diharapkan sekali. Adanya
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang turut serta lebih
menggirangkan mereka. Disitu pun terdapat putri Kim-ie
Mo-jin, Kim Cui. Gadis ini hendak ditarik gurunya. Dia
meminta ingin untuk menyelesaikan permusuhan sang
kekasih dan ayahnya, Setelah masing-masing memperkenalkan kawan mereka,
Kim Cui mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu aku kembali lagi." Dia berkata,
"Mengapa?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Dia hendak membujukmu, agar kau tidak menjadi
musuh ayahnya." Pek Pek Hap menalangi si gadis
menjawab pertanyaan itu. "Ayahmulah yang memusuhi aku." Berkata Tan Ciu
kepada si gadis. Kim Cui berkata. "Kedatanganku untuk meredakan
hubungan kalian yang meruncing,"
"Dapatkah." "Kita akan berusaha."
"Yang penting putusan berada ditangan ayahmu."
"Ayah menghendaki kitab Tian-mo Po-lok bila kau
bersedia menyerahkan kitab itu Kim-ie-kauw pasti keluar
dari persengketaan ini."
"Bila ayahmu mempunyai ketekatan untuk meredakan
suasana peperangan, aku bersedia menyerahkan kitab
Thian-mo Po-lok," Berkata Tan Ciu.
"Sungguh?" Kim Cui berteriak girang.
"Tentu." Tan Ciu menganggukan kepala.
Untuk keamanan dunia persilatan umumnya, demi
ketenangan persengketaan diantara Sumur Penggantungan
dan Istana Ratu Bungan umumnya. Tan Ciu rela
menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok.
"Kitab itu masih berada padamu?" Kim cui bertanya
segera. "Betul?" Ternyata setelah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian
yang tercatat pada kitab Thiam-mo-Po-lok. Pengemis
Tukang Ramal Amatir Tong Hay sudah menyerahkan
kembali. Maka kitab tersebut masih berada pada Tan Ciu.
"Mari kuajak kau bertemu dengan ayah?" Berkata Kim
Ciu. Tidak ada orang yang memnyetujui usul itu,
membiarkan Kim Cui mengajak Tan Ciu berangkat lebih
dahulu, beramai-ramai mereka menyusul dibelakang
pasangan itu. Dimisalkan perundingan membawa hasil mereka dapat
menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak!
Tan Ciu dan Kim Cui berangkat sebagai rombongan
pertama. Giok Hu Yong, Pek Pek Hap, Sin Hong Hiap dan lainlainnya berangkat sebagai
rombongan kedua. Atas petunjuk Kim Cui dengan mudah rombongan
pertama dari Sumur Penggantungan itu sudah tiba dimarkas
besar Kim-ie-kauw. Penjaga gunung adalah pengawal Kim-ie-kauw yang
mereka jumpai adalah laki-laki kurus. Kim Cui kenal
kepada orang ini, si gadis berkata kepadanya.
"Dimana ayahku ?"
"Sedang berada diruangan rahasia." Jawab orang itu,
Adanya Kim ie Mo-jin didalam ruangan rahasia, tentu
sedang merundingkan sesuatu yang maha penting. Kim Cui
tahu akan sifat kebiasaan sang ayah. Segera dia mengajukan
pertanyaan lain, "Ada siapa lagi yang berada dalam kamar rahasia itu ?"
"Sri Ratu Bunga beserta beberapa orang kita." Jawab
orang itu, "Tolong kau beri tahu akan kedatangan kami." berkata
Kim Cui meminta bantuannya.
Orang itu bernama Ho Kwee, dia baik kepada Kim Cui,
maka tanpa menunggu perintah kedua dia mewartakan
akan kedatangannya Tan Ciu dan Kim Cui.
Menghadapinya Ho Kwee untuk bertemu, dengan Kimie Mo-jin segera mendapat
panggilan khusus, dengan wajah
tidak puas. Kim-ie Mo-jin membentak orang bawahan itu.
"Ada apa?" "Nona Kim balik dan menyertai Tan Ciu dia minta
bertemu." Ho Kwee memberi laporan.
"Aaaa ...." Suatu kejadian yang berada diluar dugaan
Kim-ie Mo-jin. "Berapakah orang yang mereka bawa?" Dia bertanya"
"Tidak membawa orang." Jawab Ho Kwee.
"Begitu berani" Apakah maksud kedatangannya?"
Ho Kwee tidak berani mengkomentari kejadian itu. Dia
diam. Ratu Bunga Giok Hong dapat mengikuti percakapan
mereka, dia mengeluarkan dugaan.
"Tentunya ada hubungan dengan aku?"
"Biar aku yang menghadapinya." Berkata Kim-ie Mo-jin.
Memandang Ho Kwee memberi perintah. "Suruh mereka
tunggu diruang tamu."
Ho Kwee mengiyakan perintah itu. dia meminta diri.
Dengan berjalan Ho Kwee mengajak Tan Ciu dan Kim Cui
keruang tamu, Disana menyilahkan mereka menunggu,
Diruang rahasia. . . Kim-ie Mo-jin. Ratu Bungan Giok Hong. Bu Ceng Kui,
Tay Tauw Kui, Lauw Kui dan belasan jago Kim-ie-kauw
sedang mengadakan perundingan.
"Mereka hanya datang dua orang." Berkata Kim-ie Mojin. "Kukira tidak ada maksud
untuk memperlebar perang saudara." "Hmm. . ." Ratu Bunga Giok Hong mengeluarkan suara
dehem, Ratu ini sudah kehilangan anak buahnya, "Kim-ie
kauwcu, lupakah kepada perserikatan kita?"'
Dia memberi peringatan kepada Kim-ie Mo-jin agar
ketua Kim ie-kauw itu tidak melupakan perserikatan Kim ie
kauw - Istana Bunga - Pulau Tong-hay.
Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui pernah digentarkan
oleh kegagahan Tan Ciu, mereka tidak memberi komentar.
Kut Lauw Kui berteriak dengan suara cowok. "Hanya
Tan Ciu seorang" Mungkinkah kau takut kepadanya?"
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Giok Hong. "Begitu takut kau
kepada Tan Ciu?" Karena tidak tahan diolok kanan dan kiri akhirnya Kimie Mo-jin menyetujui usul
mereka memperluas peperangan,
Mereka keluar untuk menjumpai Tan Ciu.
Diruang tamu, Kim Cui sudah kehilangan sabar, dan
disaat itulah, tampak bayangan sang ayah keluar.
"Ayah." Kim Cui memberi hormat.
"Hm." Kim-ie Mo jin mengeluarkan dengusan, "Suhumu
telah mengambil alih kekuasaanku mengapa kau tidak
menyertainya" Apa pula yang menyebabkan kau kembali?"
"Ayah aku hendak mendamaikan urusan ini." Berkata
Kim Cui.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Anak kecil tahu apa?" Kim ie Mo-jin menolak saran
putrinya. "Lekas kau masuk kedalam,"
"Ayah, Tan Ciu telah membawa kitab Thian-mo Po-lok."
Berkata Kim Cui. "Tidak guna kau membela orang lain.
Apa lagi mengingat prestasi-prestasi si ratu cabul yang
mempunyai banyak musuh?"
"Diam." Kim ie Mo-jin membentak. Harga dirinya agak
tersinggung. "Ayah" Panggil lagi Kim Cui, "Kau sudah tidak sayang
kepadaku?" Kim ie Mo-jin bungkam! Mungkinkah ada seorang ayah
yang tidak cinta kepada putri kandungnya" Apalagi
mengingat Kim Cui sebagai putri tunggal dari jago tua itu.
Tentu saja hati Kim-ie Mo-jin tergerak.
"Ayah," panggil lagi Kim Cui. "Ketahuilah penyakitku
telah sembuh berkat bantuan Tan Ciu. Tidak kulupakan
budi ini." Dilain pihak Ratu Bunga Giok Hong sudah berhadapan
dengan Tan Ciu. "Bocah, begitu berani kau datang lagi." Berkata Ratu
Bunga Giok Hong. "Ha. ha . ." Tan Ciu tertawa.
"Aku datang untuk menemuimu." Berkata Tan Ciu.
"Berani kau bertanding ?"
"Kau?" Giok Hong mengeluarkan suara yang sangat
memandang rendah. "berapa banyakkah kemajuan ilmu
silatmu, berani menantang aku?"
"Sebentar lagi, kau dapat menyaksikan sendiri." Berkata
Tan Ciu, Dan dihadapinya tiga jago Tong hay, Tan Ciu
berkata kepada mereka. "Apa maksud kalian berada ditempat ini?"
"Mengapa?" Kut Lauw Kui menantang. "Tidak boleh"
Dengan hak apa kau melarang kebebasan orang?"
Tan Ciu Kalah berdebat. Kim-ie Mo-jin memandang pemuda itu.
"Aku mengangkat jempol atas keberanianmu yang
memasuki sarang harimau tanpa bantuan." Katanya. "Tapi
ketahulah bahwa Kim ie kauw bukan suatu perkumpulan
yang boleh sembarangan dihina. Kita akan menggerakkan
semua kekuatan untuk menentang setiap serangan yang
datangnya bersifat agresif."
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Tan Ciu. "Maksud
kedatanganku bukan mencari musuh. Tapi bukan berarti
takut kepada musuh. Aku datang dengan membawa kitab
Thian-mo Po-lok, mengingat hubungan baik kita, aku
bersedia menyerahkan kitab tersebut."
Kim Cui juga bicara. "Ayah, bukankah kau berjanji manakala Tan Ciu
bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok, kau akan
keluar dari persengketaan ini?"
"Dimana kitab Thian-mo Po-lok itu?" Kata-kata Kim-ie
Mo-jin agak lunak. TanCiu mengeluarkan kitab yangdiminta,
diserahkannya ketangan Kim-ie Mo-jin. Kejadian ini dapat
disaksikan oleh semua orang. beberapa diantaranya
bersorak girang, pihak ini diwakili oleh Kim Cui dan lainlainnya. Ada juga yang
menjadi sirik dan dengki. pihak
golongan ini diwakili oleh Giok Hong dan sebagainya.
Kim ie Mo-jin memeriksa kitab Thiant-mo Po-lok. Dan
itulah kitab asli. Dia tahu benar akan keasliannya kitab
pusaka Kim-ie kauw. "Kim-ie kauwcu." Berkata Tan Ciu, "Kitab telah
kuserahkan kepadamu. Untuk selanjutnya, unsur-unsur
yang menentukan kawan atau lawan kuserahkan kepadamu
juga. Selalu aku siap untuk menerima tantangan yang
datangnya dari luar."
Kiam Cui juga berkata, "Ayah masih ingatkah kepada
janjimu. Kau bersedia keluar dari lumpur persengketaan ini
bila berhasil mendapatkan kitab Thian-mo Po-lok."
Kim-ie Mo-jin menghadapi jalan yang bercabang tiga.
Satu menuju kepihak Sumur Penggantunan. Membantu
Tan Ciu menumpas Giok Hong dan menghalau Tiga Jago
Tong-hay, Jalan kedua adalah berpeluk tangan,
membiarkan kedua pihak yang bersangkutan bentrok sesuka
mereka. Danjalanketigaadalahmeneruskan
persekutuannya dengan Istana Ratu Bunga dan Tiga Jago
Tong-hay menantang Tan Ciu.
Tidak mudah untuk menetapkan langkah kakinya dijalan
yang sangat bertentangan tadi.
Kim-ie Mo jin mendapat ujian terberat.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengetahui adanya krisis
bagi dirinya, dari perubahan wajah dan keraguan Kim ie
Mo-jin, keadaan dirinya lebih berbahaya.
"Kim ie kauwcu." Dia berteriak. "Tan Ciu menyerahkan
kitab Thian-mo Po-lok kepadamu dengan maksud tujuan
untuk melemahkan persekutuan kita. Sudahkah terpikir
oleh mengapa dia mau mengeluarkan kitab Thian-mo Polok" Dia sudah mempelajari
pelajaran yang ada pada kitab
itu. Tentu saja tidak membutuhkan lagi. Menyerahkan
sesuatu yang sudah tiada harga baginya, tentu saja sangat
menguntungkan." Kut Lauw Kui juga berteriak. "Betul. Dia hendak
memecah belah kekuatan Kita."
Seorang anggauta Kim-ie-kauw yang memihak si ratu
cabul mengemukakan pendapat.
"Kauwcu. dengan memulangkan kitab Thian-mo Po lok
yang sudah dikutip olehnya. Tan Ciu hendak memecahkan
persekutuan. Kau harus memikir matang-matang?"
Kim-ieLo-jinturutmemberi mengemukakan usul yang lain.
komentar "Toako, ada lebih baik kita melepas tangan dari
persengketaan ini." Giok Hong berteriak lagi. "Kim-ie Kauwcu. Tan Ciu
telah mengutip kitab Thian-mo Po-lok, jangan kau kena
tipu!" Kim-ie Mo-jin diojok sana diojok sini. keagungan dirinya
pun bergerak, menatap Tan Ciu dan membentak. "Kau
sudah mengutip catatan ilmu silat yang berada didalam
Thian-mo Po-lok"!"
dia Menghadapi situasi runcing itu tidak selembar
rambutpun Tan Ciu menjadi takut. Dia membiarkan
mereka berteriak-teriak. Kini mendapat teguran langsung.
Sudah waktunya dia membuka suara.
"Kim-ie kauwcu." Katanya dengan suara yang lantang
sekali. "Yang kau inginkan adalah kitab Thian-mo Po-lok.
Seharusnya kau boleh puas karena kitab tersebut sudah
dapat balik kedalam tanganmu, tanpa persengketaan. Tapi
kau tidak puas. Ketahuilah. Aku pernah mengutip catatan
yang ada pada kitabmu."
"Dia sudah berhasil mempelajarinya." Berteriak Giok
Hong. "Kau sudah berhasil menekuninya?" Bertanya Kim-ie
Mo-jin. Jarak Tan Ciu dan siketua perkumpulan Kam-ie kauw
begitu dekat sekali. "Aku telah mempelajari sebagian." Berkata Tan Ciu terus
terang. "Nah." Berkata Giok Hong. "Apa yang telah kukatakan"
Dia sudah mempelajarinya sebagian. Tidak berhasil. Maka
menyerahkan kembali."
Kim Cui berteriak keras. "Ratu cabul, jangan kau
menjerumuskan ayahku kedalam lumpur kehancuran."
Giok Hong berdengus. Memandang Kim-ie Mo-jin dia
berteriak. "Kim ie kauwcu, putrimu ini sudah kena cekok si bocah
Tan Ciu. Entah guna-guna macam apa yang dipakai kukira
sangat manjur sekali..."
Keadaan menjadi begitu tegang dan panas. Peperangan
dapat pecah disetiap waktu.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh, beberapa orang jatuh
ditempat penjagaan mereka. Dari luar terdengar suara yang
berkumandang. "Kim-ie Kauwcu jangan kau mengambil jalan yang
salah." Kim-ie Mo-jin melesatkan dirinya, dia lari keluar.
"Siapa"!" dia berteriak.
Disaat yang sama, Ratu Bunga Giok Hong, Kut Lauw
Kui. Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui menghantam Tan
Ciu. Mereka sudah mengejar lama. Kepergian dirinya Kimie Mo-jin dari ruangan itu
sangat menggirangkan keempat
orang. Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu melenyapkan
Tan Ciu, sebelum bala bantuannya datang.
Tan Ciu belum pernah lengah. Dan berani memasuki
ruangan ini. tentu sudah memperhitungkan datangnya
penyerangan-penyerangan yang seperti apa yang dia alami.
Begitu gesit, dengan sangat tangkas menghantam tiga orang
yang terdekat, itulah Kut Lauw Kui serta Tay Tauw Kui
dan Bu Ceng Kui. Disaat yang sama Kim Cui menempur Si Ratu Bunga
Giok Hong! Suatu langkah Set yang paling tepat Terganggunya Giok
Hong ditangan Kim Cui banyak meringankan beban Tan
Ciu, sehingga si pemuda dapat memberi perlawanan gigih
kepada tiga Jago Tong-hay.
Didalam hal ini bukan berarti Kim Cui dapat
menandingi Giok Hong. Ilmu kepandaian Giok Hong jauh
beberapa kali lipat dari gadis itu. Tapi dia tahu Kim Cui
adalah putri tunggal dari Kim-ie Mo-jin melukai Kim Cui
berarti melukai Kim-ie Mo jin, menyisihkan dirinya dari
Kim is kauw, dan ini berarti kekalahan baginya. Untuk
mengalahkan Kim Cui tanpa luka sama sekali, bukanlah
suatu pekerjan mudah. Kim Cui terdesak. Tapi gadis itu membela diri dengan
nekad, mati-matian mencegah turut campurnya Giok Hong
kearena lain. Tan Ciu hanya dapat mengimbangi kekuatan tiga jago
Tong-hay, untuk mengalahkan mereka, bukanlah suatu
tugas mudah. Pertempuran itu berjalan cepat sekali
Diluar pekarangan telah mendatangi tiga orang. Kim-ie
Mo-jin bersampokan dengan mereka. wajah kauwcu
berubah. "Kalian?" Dia membelalakan mata.
Yang datang adalah orang tua cacad berkerudung diatas
kursi roda, muridnya yang bernama Cang Ceng Ceng dan si
Bungkuk Kui Tho Cu, Orang-orang yang tidak asing bagi
Kim ie Mo-jin. Si Bungkuk Kui Tho Cu. mendekati ketua Kim-ie
kauwcu itu. "Saudara Kim ie Mo-jin." katanya penuh semangat.
"Masih kenalkah kepadaku?"
"Cianpwee," Kim-ie Mo-jin memberi hormat. "Mana
berani melupakanmu."
Kui Tho Cu membalas hormat itu, dia berkata. "Aku
datang untuk menyelesaikan persengketaanmu dengan Tan
Ciu. "Tapi...." "Kau telah mendapatkan kitab Thian-mo po-lok, bukan?"
"Ng. . ." "Apa lagi yang kau harapkan ?"
Kim-ie Mo-jin bungkam. Disaat itu juga, karena telah melampaui batas-batas yang
ditetapkan Melati Putih Giok Hu Yong. Permaisuri dari
Kutub Utara Pek Pek Hap. Pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap, Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay dan
lain-lainnya meluruk datang. Semua pertahanan Kim-iekauw dikucar kacirkan.
"Lihatlah." Berkata Kui Tho Cu. "Masih kau mau
membikin perlawanan ?"
Kim-ie Mo-jin dapat melihat adanya situasi yang tidak
menguntungkan Kim ie kauw. melawan berarti kehancuran.
Segera dia menarik diri dari persengketaan itu. Memberi
perintah kepada orang-orangnya untuk menyilahkan
rombongan itu datang. Mereka kembali keruang tamu.
Krisis sekali. Giok Hong sudah berhasil menotok jalan
darah Kim Cui. Dia melayang kearah Tan Ciu.
Disaat yang sama, orang berkerudung diatas kursi roda
menggoyanggelinding,'siutt...!'kursirodanya
menggelinding dan berhenti dihadapan Sri Ratu Bunga
Giok Hong. Pek Pek Hap. Sin Hong Hiap dan lainnya meluruk
kearah Tiga Jago Tong-hay. Datangnya dua kelompok
rombongan baru ini disaat-saat yang bersamaan.
Kim-ie mo-jin menahan kemajuan orang-orangnya yang
hendak berpihak kepada Sri Ratu Bunga! Dia membawakan
sikap netral. Datangnya rombongan ketiga. yaitu rombongan orang
berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Kui Tho Ccu sangat
menentukan pertempuran. Kedatangan rombongan ini
berada diluar dugaan Pek Pek Hap sekalian,
Bercerita Giok Hong yang berhadapan dengan guru
Cang Ceng Ceng. "Kau?" Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat segan kepada
manusia yang mengetahui rahasia didalam bagian tubuh
yang tertutup oleh bajunya. Terutama manusia berkerudung
ini. "Betul." Orang berkerudung duduk diatas kursi rodanya.
Sikapnya sangat tenang. "Kau telah merusak keamanannya
rumah tanggaku." "Siapakah sebetulnya kau ini?" Bertanya Giok Hong.
"Masih belum dapat menduga?" Orang ini sangat
misterius sekali. Tangan Giok Hong terjulur panjang, cepat sekali,
maksud tujuannya adalah menyingkap kerudung sikakek
diatas kursinya. Dan lawan itu pun bukan lawan biasa, begitu tangan
berputar, roda itu bergeser, cepat kedudukannya berubah.
Dia berhasil menghindari diri dari sergapan tangan Giok
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong. "Ha, ha. ha.. . Giok Hong!" Dia langsung memanggil
nama orang. "Kau sudah bukan tandinganku."
"Sebutkan namamu." Berteriak wanita
"Ha Ha . . ." Giok Hong memukul berulangkali, berulangkali pula
orang itu mengelakkan diri.
Tan Ciu telah menolong Kim Cui.
Ong Jie Hauw, Sin Hong Hiap dan pek Pek Hap
menempur Tiga Jago Tong-hay.
Orang-orang Kim-ie Mo-jin sudah memisahkan diri.
Inilah langkah yang tepat memisahkan diri dari
kemusnahan. Giok Hong. Kut Lauw Kui. Bu Ceng Kui dan Tay Tauw
Kui kehilangan bala bantuan mereka.
Kehancuran Giok Hong sudah berada di ambang pintu
kenyataan. Menarik dirinya Kim-ie Mo-jin dari persekutuan
tiga kelompok kekuatan Istana Ratu Bunga dan Pulau
Tong-hay serta Kim-ie-kauw telah meruntuhkan semua
harapannya. Tay Tauw Kui. Kut Lauw Kui dan Bu ceng Kui
berusaha melarikan diri, orang-orang yang mengurung
mereka terlalu banyak, didalam waktu yang singkat. mereka
belum dapat melaksanakan tujuan itu,
Ratu Bunga Giok Hong juga melihat adanya situasi
mendung, dia tidak berhasil menjatuhkan si misterius
berkerudung diatas kursi rodanya, sampai selembar kain
penutup itu-pun tidak tergoyahkan. Menggunakan satu
ketika yang kosong Giok Hong lompat mundur kebelakang,
dia hendak melarikan diri.
Disini sudah melintang Melati Putih Giok Hu Yong
beserta tujuh gadis tujuh warnanya.
"Giok Hong!" Dia membentak. "Kemana kau hendak
melarikan diri?" Mengajak tujuh anak buah itu. Melati
Putih mengurung orang yang merusak rumah tangganya.
Orang berkerudung hendak mengejar mangsanya. Dan
itu Waktu. Melati Putih sudah bergerak. Roda kursi
dihentikan, mendadak begitu pakam. sehingga menerbitkan
suara berdenyut. Tokoh misierius itu batal mengajukan
dirinya. Ratu Bunga Giok Hong menarik napas panjang. Katanya
mengeluh. "Tidak kusangka, kau dapat mendatangkan
begitu banyak bantuan,"
Giok Hu Yong beserta tujuh gadis warnanya sedang
berada didepan mata. Lie Bwee turut serta didalam gerakan penumpasan Istana
Ratu Bunga. diapun salah satu dari bekas anggauta itu.
mendekati orang yang pernah mendidik dirinya, dia
memanggil, "Suhu . . ," Giok Hong mendelikkan matanya.
"Siapa yang menjadi gurumu?" Dia tidak mengakuinya
murid itu. Lie Bwee mengundurkau diri. Adanya Melati Putih Giok
Hu Yong ditempat itu sangat mengejutkan orang
berkerudung, dan itu waktu, Giok Hong sudah dikurung
oleh anak-anak buah si pencipta Drama Pohon
Penggantungan. Dia duduk dikursi rodanya, menyaksikan pertempuran
itu dari belakang. Kedudukannya seperti seorang peninjau.
Melati putih Giok Hu Yong mengerling. dan matanya
kearah manusia misterius itu.
"Boleh kau menyerahkan dia kepadaku?" Ibu Tan Ciu
ingin mengambil alih tugas mengalahkan Giok Hong.
Dikala Gok Hu Yong memandang dirinya, orang
berkerudung itu lebih terkejut lagi, ternyata banyak issue
pengambilan alih kekuasaan untuk menempur Giok Hong,
dia menganggukan kepala. Setuju.
"Terima kasih." Giok Hu Yong belum tahu siapa
manusia diatas kursi roda ini. Dan mengajak tujuh gadis
tujuh warnanya dia mengurung Giok Hong.
"Mulai." segera ia mengeluarkan perintah
Tujuh gadis tujuh warna bergerak, aneka warna baju terbayang2, semakin lama
semakin cepat, akhirnya terjadilah
suatu bianglala putih. Suara gemuruh yang seperti gelombang pasang
menyertai penyerang-penyerang tujuh gadis itu, mendapat
bantuan Giok H Yong, kekuatan ini tidak terkalahkan.
Ratu Bunga Giok Hong pernah menempur mereka dan
dia juga sudah berusaha memecahkan barisan ini, sedikit
banyak terdapat pengalaman-pengalaman yang terdahulu,
Karena itu, didalam waktu yang singkat, pertempuran
berjalan seimbang. Dilain pihak. Terdengar jeritan tertahan. Tay Tauw Kui
terkena pukulan Ong Jie Hauw. Kut Lauw Kui dan Bu
Ceng Kui kaget, tiga orang ini menggabungkan diri.
mencari jalan berdarah untuk menerjang keluar dari
kepungan orang. Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay membentak.
"Kemana kalian mau melarikan diri?"
Tiga jago Tong-hay terkurung kembali. Keadaan mereka
semakin berbahaya. lukanya Tay Tauw Kui dibawah
tangan Ong Jie Hauw berupa suatu beban yang
memberatkan. Giok Hu Yong dan tujuh pembantunya mengurung Giok
Hong semakin ketat. Giok Hong termasuk jago wanita kelas berat, memiliki
ilmu kepandaian tinggi, mempunyai kecerdasan otak yang
luar biasa. Dia sudah menemukan jalan untuk memecahkan
barisan kurungan itu. Suatu saat. gadis berbaju hijau bergeser kearah kiri,
tempat kedudukannya digantikan oleh gadis berbaju kuning
dan gadis berbaju merah. Giok Hong menerjang mereka dengan suatu cara yang
paling nekad. Bak... Buk... Dan pukulan dari dua gadis mengenai
bagian tubuh si Ratu Bunga.
Tapi disaat yang sama Giok Hong juga berhasil
mendobrak kurungan musuh, menjatuhkan si gadis berbaju
kuning. Barisan tujuh gadis tujuh warna pecah berantakan.
Melati Putih Giok Hu Yong kaget, cepat-cepat dia maju
untuk menutup lubang itu.
Juga terlambat, gerakan Giok Hong yang gesit sudah
mencelat keluar dari daerah kebobolan para pengurungnya.
Melati Putih mengejar, tangannya diayun, memukul
punggung Giok Hong. Giok Hong menukik kebawah, dia menyentuh lantai,
langsung berhadapan dengan musuhnya, kedua tangan
didorongkan, hendak mengadu jiwa.
Giok Hu Yong menarik pukulannya, dia bergeser
kesamping, dengan maksud menghindari pakulan maut
lawannya, Kesempatan ini digunakan oleh Giok Hong baik sekali.
cepat sekali, tubuh sang Ratu cabul sudah melewati kepala
banyak orarg hendak lari keluar ruangan.
Orang berkerudung menekan roda kursinya dan 'ciuut. .
.' kursi roda itupun melejit keatas lebih cepat dari gerakan
Giok Hong yang mendapat banyak gangguan, orang
berkerudung itu sudah berada dihadapannya, menghalang
dan membentak. "Giok Hong, masih kau hendak melarikan diri ?"
Ratu Bunga Giok Hong memukul kearah orang itu, yang
mana dapat diterima dengan tenaga penuh, tentu saja tubuh
sang ratu terjungkal balik.
Melati Putih Giok Hu Yong yang mengejar datang, tiba
ditempat yang sama, tangannya terayun dengan tepat
mengenai geger Giok Hong.
Aah . . .! Menerima dua pukulan berbareng. Giok Hong tidak
sanggup mempertahankan dirinya lagi. dia jatuh didepan
banyak orang dengan mulut mengeluarkan darah, dia
muntah darah segar. Biang kekacauan sudah dapat dijatuhkan.
Diluar pekarangan Tiga Jago Tong-hay yang menjadi
nekad keluar dari kepungan.
Mereka hendak lari. karena itu agak lengah.
Cang Ceng Ceng memberi hadiah pukulan, giliran Kut
Lauw Kui yang kena pukulan.
"Aaaa. . .!" Dia menjerit keras. Dia jatuh terpelanting.
Jatuhnya Kut Lauw Kui tidak jauh dengan Pek Co
Yong, gadis itu mengayun tangan hendak menamatkan
jiwanya. Tan Ciu sudah berhasil menyembuhkan Kim Cui
menyaksikan kejadian tadi, cepat-cepat dia berteriak.
"Jangan!" Pek Co Yong menarik tangannya.
Tan Ciu berteriak lagi. "Lepaskan Tiga Jago Tong-hay
pulang ketempat mereka."
Inilah perintah. para jago Sumur Penggantungan
memberi jalan. Dengan kepala tunduk kebawah, Tiga jago
Tong-hay bersipat kuping pulang ke pulau dengan
kekalahan besar. Semua orang kembali keruang dalam. Ratu Bunga Giok
Hong sudah menggeletak menjadi bangkai tidak bernapas.
Perang yang berkecamuk kalut sudah selesai.
Kui Tho Cu merendengi Kim-ie Mo-jin juga masuk
ketempat itu. "Saudara Kim-ie Mo-jin." Berkata si bungkuk Kui Tho
Cu. "Kedatanganku tepat pada waktunya."
Kim ie Mo-jin menyengir. Itu waktu, orang berkerudung sudah menggeser roda
kursinya. memandang kearah Cang Ceng Ceng, dia berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak pergi dulu."
Dan memandang kearah Kui Tho Cu orang misterius ini
berkata. "Tolong kauberikan bimbingan kepada muridku
dan juga kepada mereka."
Entah siapa yang diartikan dengan mereka itu"
Sebelum kursi pada bergerak. Tan Ciu sudah melesat
datang. "Tunggu dulu." Dia berteriak keras.
"Ada apa?" Orang berkerudung itu bertanya.
"Dapatkah kau berterus terang?" Tan Ciu mendekati
maju. "Maksudmu?" "Aku hendak menanyakan sesuatu."
"Katakanlah!" "Ada orang yang mengatakan, bahwa ayahku bernama
Tan Kiam Lam." "Betul!" Berkata orang berkerudung itu.
"Dan dikatakan lagi, bahwa ayahku itu sudah menderita
cacad." Berkata Tan Ciu. Matanya memeriksa perubahan
gerakan dari orang yang ditanyai.
"Itupun suatu misterius. kenyataan." Berkata lagi si orang "Dan satu saja permintaanku." Berkata Tan Ciu tandes.
"Dapatkah kau membuka tutup kerudung itu?"
"Maaf. Permintaan ini tidak dapat kuterima," Berkata
orang misterius. "Ayah!" Berteriak Tan Ciu. "Masih kau tidak mau
mengaku?" Melati Putih Giok Hu Yong terkejut.
"Tan Ciu." Dia memanggil anaknya. "Siapa yang kau
panggil ayah?" "Ibu. Berkata Tan Ciu. "Akhirnya keluarga kita dapat
berkumpul kembali." "Apa arti kata-katamu?" Giok Hu Yong semakin
bingung. "Masih kau belum mengerti?"
"Dia yang kau maksudkan?"
"Masih harus kita kuatirkan." Berkata sang anak.
Melati putih Giok Hu Yong juga mendekati orang
berkerudung! "Tuan," Katanya. "Dapat kau membuka tutup kerudung
wajahmu?" "Kalian. . .?" Orang itu gugup sekali.
"Ayah!" Berkata Tan Ciu lagi. "Begitu tega kau
meninggalkan keluarga sendiri?"
"Kau Tan Kiam Lam?" Giok Hu Yong menatap tajamtajam.
Orang itu semakin bingung.
Disaat inilah, terdengar suara si bungkuk Kui Tho Cu.
"Saudara Tan Kiam Lam, tidak guna kau menjembunyiKan
diri lagi." Semua orang tersentak kaget. Orang berkerudung yang
duduk diatas kursi roda inikah yang bernama Tan Kiam
Lam" Betul! Orang itu membuka tutup kerudungnya, sangat perlahan
sekali, terpeta suatu wajah yang sudah dirusak orang, masih
terpeta wajah Tan Kiam Lam dahulu, tahi-tahi lalat hitam
dikuping kiri masih ada, Siapa lagi bila bukan Tan Kiam
Lam yang gagah perkasa"
"Aaa....!" Sesuatu yang mengejutkan semua orang.
"Ayah . .!" Tan Ciu menubrukkan diri.
Dengan sangat perlahan. Tan Kiam Lam mengeluarkan
kata-kata penyesalan. "Aku tak patut mendapat perhatian
kalian." "Kiam Lam," berkata Giok Hu Yong. "Jangan kau
pikirkan kejadian-kejadian yang telah lewat."
"Ayah," Berkata Tan Ciu. "Karena tak hadirnya dirimu,
maka Tan Sang sudah binasa."
"Aaa . .!" Tan Kiam Lam terkejut.
"Tan Kiam Pek juga menyertai anak kita." GioK Hu
Yong memberi penjelasan. "Aaa..!" Tan Kiam Lam kehilangan seorang putri,
ditinggalkan oleh saudaranya juga.
Rasa girang. sedih. menyesal berkecamuk menjadi satu.
Toh dia berhasil menerima kembali keluarga yang sudah
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berceceran itu. Dan akhirnya cerita ditutup sampai disini.
Atas persetujuan kedua orang tuanya, Cang Ceng Ceng,
Pek Co Yong dan Kim Cui menjadi suami isteri.
Tan Ciu dan ketiga istrinya menetap di Benteng
Penggantungan. Daerah Sumur Penggantungan. Pohon Penggantungan,
Rimba Penggantungan dan Bentang Penggantungan telah
diperlebar luaskan. Tidak lagi terjadi kejadian-kejadian yang
membangkitkan kegelisahan. Tan Ciu menyatukan daerahdaerah itu.
Untuk menyempurnakan keadaan, nama Penggantungan
yang seram itu. diganti menjadi 'Benteng Penggantungan
Jaya'. Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Ciu yang
gagah perkasa. Beserta dengan ketiga isterinya yang pandai
dan cekatan, rimba persilatan menjadi aman.
Demikianlah akhir cerita ini.
TAMA T Pendekar Pedang Kail Emas 2 Pendekar Sakti Im Yang Karya Rajakelana Pemberontakan Taipeng 1
perkumpulanmu?" Kim Ie Mo-Jin diam bungkam.
"Kim Ie Mo-Jin." bentak nenek berbaju hitam. "Jawab
pertanyaanku. Mau apa tidak kau menerima kesalahan
putrimu?" "Aku tidak mengerti" berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kukira kau lebih sayang kepada gengsi kepribadian, kau
tidak membutuhkan cinta kasih putrimu."
"Terserah bagaimana penilaianmu."
"Bagus. Kau tidak mau Kim Cui. Tapi aku sebagai
gurunya wajib menerima dia."
Menggapaikan tangan keraah Kim Cui, nenek itu
memanggil. "Mari, kau ikut aku."
Dengan membawa tubuh meninggalkan tempat kejadian.
Kim Cui, nenek Nenek berbaju hitam menarik keluar Kim Cui dari
persengketaan dengan Sumur Penggantungan.
Ong Jie Hauw menyengir-nyengir didepan Kim Ie MoJin.
Hal ini semakin menjengkelkan hati ketua Ki ie kauw
itu, sangkanya mengejek sekali. tangannya terayun
memukul kearah si Pendekar Dungu Muda.
Setelah mengalami pertempuran yang terus menerus,
pengalaman Ong Jie Hauw mendapat banyak kemajuan,
itu dimulut dia tersenyum memandang rendah, disamping itu,
kekuatannya pun tidak lengah, adanya kegaiban yang
memberkahi dirinya sebagai jago tanpa tandingan
menjadikan Ong Jie Hauw kebal pukulan, dia telah bersiapsiap. Diterimanya
pukulan Kim Ie Mo-Jin tanpa
mengurangi isi kekuatan. Lagi-lagi kedua orang ini terpisah, Benturan yang seperti
itu tidak akan melukai lawan, Kim Ie Mo-Jin
berpengalaman luas, Ong Jie Hauw bertenaga kebal.
Mereka melanjutkan pertempuran.
Kim San Nio ingin memasuki Sumur Penggantungan.
Lie Bwee tidak berpeluk tangan, dan pecahlah peperangan
di front kedua. Front berikutnya, yaitu front ketiga adalah pertempuran
diantar Kim ie Lo-jin dan Pek Pek Hap. Mereka bertanding.
Pek Pek Hap pernah disegani orang, Kim ie Lo-jin
adalah adik kandung Kim Ie Mo-Jin, ilmu kepandaiannya
hanya terpaut sedikit dari saudaranya itu. Tentu saja tidak
mudah ditundukan. Dari ketiga kelompok itu, pertandingan Lie Bwee dan
Kim san Nio berjalan tidak seimbang, Kim San Nio
menduduki kursi ketiga diperkumpulan Kim ie kauw, tentu
saja mempunyai keistimewaannya, dia mendesak Lie Bwee
hebat. Belasan jurus lagi, LieBwee tidak dapat
mempertahankan diri, dia berusaha mengelakkan pukulan
Kim San Nio, Tidak berhasil.
"Aduh.." dia mengeluarkan jeritan. tubuhnya jatuh
kebelakang. Ong Jie hauw meninggalkan lawannya, jadi
menguntungkan si Pendekar Dungu adalah jarak
pertempuran-pertempuran itu yang tidak terlalu jauh, begitu
cepat Lie Bwee terjatuh, begitu cepat pula dia menyelak
didepan kekasihnya. Kim San Nio lari kearah sumur, dia siap memasuki
tempat dibawah tanah itu.
Ong Jie Hauw menggerakkan tangan, hanya satu kali
tarik, dia memaksa wanita itu membalikkan badan,
tangannya diayun menyempong pinggang Kim San nio.
Kim San Nio bukan jago biasa, ia sudah
memperhitungkan akan adanya gangguan ini. Bila berani
musuhnya menarik dari belakang, dengan satu sambaran
tangan, musuh itu akan dipukul mati.
Dan betul saja, Ong Jie Hauw melakukan gerakan itu.
Kim San Nio memukul kebelakang, tepat sekali mengenai
dada Ong Jie Hauw. Dan disaat inilah sempongan tangan si
pemuda mampir dipinggangnya.
Terdengar suara jeritan Kim San Nio, tulang pinggang
wanita itu patah dan remuk. Tidak sanggup
mempertahankan diri dari kekuatan gaib si pemuda.
Letak kesalahan Kim San Nio adalah kurang
perhitungan untuk menambah kekuatan gaib Ong Jie
Hauw. Dia berhasil mengenai dada lawannya, tapi pemuda
itu tidak mengalami cedera, dan karena itulah isi
pinggangnya dipukul remuk, dia mati secara mengerikan
sekali. Kim Ie Mo-Jin yang ditinggalkan oleh Ong Jie hauw
berganti siasat perang, dia menang pengalaman, dia kalah
tenaga kekebalan yang sangat luar biasa, untuk
mengalahkan Ong Jie hauw tanpa menggunakan tipu tentu
tidak membawa hasil, Kini dia melayangkan dirinya tinggi, dari atas turun
kebawah, mengincar Ong Jie Hauw, dan tentu saja pemuda
itu tidak takut pukulan, membiarkan dirinya dijadikan
sasaran. Kim Ie Mo-Jin mengempos tenaga, dan dengan
semua latihan dalam yang ada, dia memukul kepala Ong
Jie Hauw. Hasil dari pukulan ini memang luar biasa.
Terdengar suara pukulan keras, tanah yang dipijak Ong
Jie Hauw ambles berikut juga tubuh pemuda itu, lenyap
dari permukaan bumi, seluruh badan dan kepala sipemuda
terpukul masuk kedalam tanah.
Hebat!! Kim Ie Mo-Jin memang luar biasa.
Pek Co Yong dan Lie Bwee yang menyaksikan kejadian
itu berteriak kaget. Kim Ie Mo-Jin tidak banyak membuang waktu langsung
mengincar Lie Bwee. Lie Bwee dan Pek Co Yong menggabungkan tenaga
mereka. sedapat mungkin bertahan dari pukulan Kim Ie
Mo-Jin. Masih tidak berhasil, Kim Ie Mo-Jin bukan jago
sembarangan. Lie Bwee dan Pek Co yong terpukul jatuh.
Bluss..... Dari dalam tanah, muncul satu bayangan. Itulah
bayangan Ong Jie Hauw, ternyata pukulan Kim Ie Mo-Jin
hanya dapat menenggelamkan dirinya ke dalam bumi, tapi
tidak mungkin melukainya, Kini ia tampil kembali.
Kim Ie Mo-Jin tersentak kaget, baru pertama kalinya dia
memukul orang tidak mati. Bahkan tempat yang dipukul
adalah kepala lawan yang sangat lemah. Manusia apakah
orang ini. Ong Jie Hauw memukul Kim Ie Mo-Jin, Dia membikin
pembalasan. Kim Ie Mo-Jin menerima pukulan tadi, dengan Su liang
pok Cian kim atau Tenaga kecil menggeser Benda Berat,
menyampingkan inti pukulan Ong Jie Hauw. Tidak urung
kedudukan jago itupun tergoyah dari tempatnya.
Ong Jie hauw sudah menjadi begitu kalap, saling susul
dia mengirim hantaman-hantamannya. Kim Ie Mo-Jin
makin mundur kebelakang. Dilain pihak Kim Ie lo-jin juga tidak dapat
memenangkan pertandingan, Pek Pek Hap mendesak
terlalu hebat, karena itulah Kim Ie lo-jin berusaha meminta
bantuan, tentu saja dia tidak berhasil. Dua orang saudara
itu bertempur dan mundur, kemungkinan menggabungkan
diri mereka. Pek pek Hap mengundurkan serangannya. Dia tidak
berani memaksa Kim Ie Mo-Jin dan Kim Ie Lo-jin
mengadu jiwa. Ong Jie Hauw kebal senjata, tidak mempan pukulan,
tidak takut terluka, si Pendekar Dungu Muda mengejar Kim
Ie Mo-Jin dua saudara. Kim Ie Mo-Jin masih banyak akal, mengingat tidak
mungkin menandingi pemuda itu. Dia membalikkan badan,
lari jauh. Dari sana masih mengeluarkan kata-kata tekebur.
"Jangan kalian lari, Tunggulah pembalasan Kim ie
kauw." Mengajak orang-orangnya Kim Ie Mo-Jin pulang
sarang. Ong Jie Hauw masih hendak mengadakan pengejaran,
tapi Pek Pek Hap sudah meneriaki pemuda itu.
"Saudara Ong Jie Hauw, jangan terlalu jauh dari Sumur
Penggantungan." Ong Jie Hauw dapat diberi mengerti. Dia membatalkan
niatnya kembali kearah Sumur Penggantungan.
Lie Bwee dan Pek Co Yong terengah-engah disamping
sisi Sumur Penggantungan.
"Lie Bwee, bagaimana keadaan lukamu?" bertanya Ong
Jie Hauw penuh perhatian.
Gadis itu menyeringai, Lukanya tidak ringan, Beruntung
dia dapat pertolongan segera, tidak sampai mengakibatkan
terganggunya selembar jiwanya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap memberikan
pertolongan yang secukupnya, sang Putri juga menderita
luka. Mereka kembali masuk ke dalam Sumur Penggantungan.
Tan Ciu, Si pengemis tukang ramal amatir, Tong Kay
dan Giok Hu Yong baru meninggalkan tempat melatih diri,
Menyaksikan keadaan beberapa orang itu penuh debu,
dengan tubuh luka-luka dan rambut kusut, Mereka heran
sekali. "Eh.. apakah yang terjadi?"
"Musuh masih belum pergi." Pek Pek Hap memberi
keterangan. "Giok Hong balik kembali?"
"Bukan.. yang datang adalah rombongan Kim Ie kauw,
langsung berada dibawah pimpinan Kim Ie Mo-Jin."
"Aaaa.... Kim Ie Mo-Jin.."
"Betul. mereka sudah melarikan diri. Tidak satupun yang
dapat menandingi saudara Ong Jie Hauw..."
Semua mata tertuju kepada Si Pendekar Dungu Muda.
"Aha.." Tan Ciu berteriak girang. "Kau balik kembali?"
Ong Jie hauw menganggukkan kepalannya. disamping
pemuda itu, menggelot seorang gadis, inilah Lie Bwee.
Dari mereka Tan Ciu mendapat keterangan tentang
penyerbuan Ratu Bunga Giok Hong. Penyerangan kedua
adalah dari rombongan Kim Ie kauw, entah dari mana lagi
yang akan menyerang Sumur Penggantungan"
Bercerita beberapa waktu, Tan Ciu tidak dapat melihat
adanya Tan Sang dan Tan Kiam Pek.
"Ibu.." Dia memandang Giok Hu Yong. "Dimanakah
Tan Sang pergi?" Giok Hu Yong meneteskan air mata.
Tan Ciu terkejut. "Eh.." Dia berteriak keras.. "Apa yang telah terjadi?"
"Dikala mendapat serangan Sri Ratu Bunga Giok Hong
dan konco-konconya, kakakmu telah menjadi korban
keganasan tangan mereka." Pek Pek Hap memberi
keterangan. "Aaa.....!" Setelah itu, diceritakan juga akan jalan cerita, Tan Sang,
Tan Kiam Pek adalah pahlawan-pahlawan Sumur
Penggantungan yang gugur untuk membela keselamatan
kelompok itu. Setelah selesai bercerita, Pek Pek Hap bersandar pada
dinding ruangan. Ruangan yang berada didalam Sumur Penggantungan itu
sunyi senyap dan sepi. Mereka dirundung oleh kesedihan
besar. Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Melati Putih
Giok Hu Yong, Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong
Kay, Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw, jago muda
Tan Ciu, Pek Co Yong dan Lie Bwee sedang berkumpul
didalam ruangan itu. Mereka mengenang jasa-jasa Tan
Sang dan Tan Kiam Pek. Demi menolong kawan-kawan mereka, Tan Kiam Pek
dan Tan Sang mengorbankan diri mereka sendiri. Tidak ada
yang lebih berharga dari pengorbanan mereka ini.
Braaakkk.... Tiba-tiba tangan Tan ciu memukul dinding ruangan.
Kemarahan si pemuda melonjak keras.
"Eh.." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
mengerutkan alisnya, "Apa yang sedang kau kerjakan?"
"Aku harus menuntut balas." Tan Ciu mengeretek gigi.
Dia berjalan pergi. "Hei.." Tong Kay meneriakinya lagi. "Kembali!!!"
Tan Ciu tidak menghentikan langkahnya, tekadnya
sudah bulat. Tidak ada sesuatupun yang dapat
membendung kemarahan itu.
Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay berteriak
dari belakang. "Bocah panas. gunakanlah pikiranmu yang dingin.
Sebelum mempunyai cukup kekuatan untuk mengalahkan
mereka. Jangan kau sembarangan bergerak."
Tan Ciu tidak membalas peringatan itu.
Giliran Giok hu Yong yang bergerak dari tempatnya. dia
menyusul larinya sang putra.
"Tan Ciu." Jago wanita ini membentak. Dia sudah
kehilangan satu orang putri, Tentu saja tidak akan
membiarkan putra ini dibunuh mati lagi.
Tan Ciu berdiam. Mereka ibu dan anak saling pandang.
Pek Pek Hap sekalian pun sudah menyusul datang.
"Tan Ciu." Berkata Pek Pek Hap. "Bukan jaman untuk
sok2an menjadi seorang jago. Balik dan rundingkanlah
untuk mengatasi keadaan ini."
"Tan Ciu." Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay
membuka mulut. "Kita harus mengumpulkan jago-jago
kuat, meminta bantuan kawan-kawan baik. Setelah itu aku
tidak akan mengganggu kau menuntut balas."
Semua orang berusaha untuk menahan Tan Ciu. Hasil
dari perundingan itu adalah menarik kekuatan yang dapat
membantu usaha mereka. Diantaranya kekuatan dari Guha
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kematian dan jago-jago utara yang dikenal baik oleh Pek
Pek Hap. Untuk menghubungi Guha Kematian, Tan Ciu
mendapat tugas khusus. Dan untuk memanggil jago-jago
utara, Pek Pek Hap bersedia mencalonkan dirinya.
Perundingan itupun selesai sampai disitu.
Pek Pek Hap menuju kearah utara.
Tan Ciu melakukan perjalanan kearah Guha kematian.
Menyingkirkan cerita Pek Pek Hap dan mengikuti
perjalanan Tan Ciu. Seperti apa yang telah diceritakan dibagian depan Guha
Kematian berada dibawah asuhan Thio Ai Kie, Dengan
mendapat bantuan Thio Ai kie, tentu saja kekuatan itu
bukan kekuatan biasa. Tak jauh dari Guha Kematian, berlari datang satu
bayangan, langsung menghampiri Tan Ciu. Jago muda kita
menghentikan langkahnya. Diamemperhatikan orang tuayangberada
dihadapannya, tidak terlalu asing, inilah Pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap yang mempunyai dendam
pembunuhan muridnya. "Kau?" Tan Ciu menduga buruk.
Murid Sin Hong Hiap terbunuh mati dibawah
tangannya. Dan atas kejadian itu, mengikuti adanya yang
kasar dan yang mau menang sendiri, Sin Hong Hiap pernah
bentrok dengannya. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menganggukkan
kepala. "Kau baru tiba?" dia mengajukan pertanyaan.
Tan Ciu membawakan sikap siap tempur, dahulu dia
bukan tandingan si jago tua, hampir saja mati dibawah
tangannya. Beruntung Thio Ai Kie memberi pertolongan,
maka dia luput dari kematian.
"Sin Hong Hiap, kau hendak mengadakan tuntutan atas
kematian Chio It Chong?" Tan Ciu menegur.
"Ha..Ha..Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.
"Mengapa tertawa?" bertanya Tan Ciu heran.
"Aku"!" "Hee,, apa guna menyambung permusuhan" Hampir aku
menjadi korban Thio Ai Kie. Dan muridku itupun salah
sendiri. Kedatanganku bukan urusan itu...."
"Maksudmu?" "Kau belum tahu, bahwa drama kehancuran hampir
melanda Guha Kematian."
"Bahaya kehancuran?"
"Mari kita pulang." Berkata Sin Hong Hiap.
"Pulang?""
"Ng.... Aku menetap didalam Guha Kematian. Thio Ai
Kie dan Thio Bie Kie melatih dan memperdalam ilmu
kepandaian mereka, kurang berhati-hati, seret jalan masuk
api. Aku tiba tepat pada waktunya, dikala aku masuk
kedalam Guha Kematian, mereka masih kelejetan, cepatcepat kutotok jalan darah
mereka. Memberi perintah kepada Siauw Tin untuk meminta obat Thong Thian hoan.
obat Thong Thian-hoan hanya berada di pulau Tong-hay,
Siauw Tin pergi ke tempat itu.
"Aaaa...." Tan Ciu mengeluarkan seruan kaget.
Bersama-sama dengan Sin Hong Hiap, mereka lari
kearah Guha Kematian. Seperti apa yang diceritakan Thio
Ai Kie dan Thio Bie Kie sangat mengkhawatirkan. Dua
saudara itu salah melatih diri, hampir mati.
"Kita harus segera membantu Siauw Tin." berkata Tan
Ciu. "Mengapa?" Sin Hong Hiap belum mengerti.
"Salah satu dari tiga jago Tong-hay yaitu si kurus kering
Kut Lauw Kui sudah menggabungkan diri dengan Sri Ratu
Bunga, kedudukannya tentu tidak akan menguntungkan
kita." Diceritakan kejadian yang sudah terjadi di Sumur
Penggantungan. "Betul." Berkata Sin Hong Hiap. Dia dapat menyetujui
pendapat si pemuda. "Siauw Tin meminta obat, belum
tentu dapat." Setelah mempernahkan dua saudara Thio, Tan Ciu dan
Sin Hong-hiap meninggalkan Guha Kematian. Mereka
menuju kearah Pulau Thong-hay, menyusul Siauw Tin
yang meminta obat Thong thian-hoan.
Perjalanan menuju ke pulau Tong Hay dilanjutkan
dengan menggunakan perahu, pengalaman-pengalaman Sie
Hong hiap sangat luas, mereka menyewa perahu, menuju
kelaut Timur. Perahu yang membawa Tan Ciu dan Sin Hong Hiap
meluncur dengan laju! "Berapa lamakah melakukan perjalanan yang seperti
ini?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kurang lebih dua hari." Sin Hong hiap memberi
keterangan. Satu hari lagi, Pulau Tong-hay sudah berada didepan
mata, ternyata laju perahu berada di depan mata, ternyata
laju perahu berada diluar dugaan mereka, begitu cepat
berada di pulau Tong Hay.
Pulau Tong hay dijagoi oleh Kut Lauw Kui, Tay Tauw
Kui dan Bu Ceng-kui, tiga akhli silat yang merajai pulau
tersebut, kemudian ditempat ini sangat sepi sekali.
Tan Ciu dan Sip Hong Hiap tidak menemukan lain
perahu, entah bagaimana keadaan Siauw Tin ditempat itu.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengadakan perundingan,
mereka memisahkan diri, menyelidiki keadaan pulau itu
secara terpisah. Sin Hong-hiap menuju ke Selatan, Tan Ciu
menyelidiki bagian Utara Pulau itu.
Mengikuti penyelidikan Tan ciu, tampak pemuda ini
merayap naik dari sebuah tebing batu.
"Siapa?" tiba-tiba terdengar suara bentakan dari atas
tebing batu itu. "Aku.." Tan Ciu memunculkan dirinya. Ia berhadapan
dengan seorang lelaki tinggi.
"Sebutkan namamu." Bentak orang itu.
"Tan Ciu." "Dengan maksud tujuan?"
"Bertemu dengan tiga jago Tong Hay."
"Ada urusan apa?"
"Boleh aku bicara langsung dengan mereka?" Tan Ciu
tertawa. Laki-laki itu memperhatikan si pemuda beberapa waktu,
kemudian menganggukkan kepala.
"Baiklah" Dia mengajak Tan Ciu kepada sang majikan.
Tiga Jago Tong Hay, Kut Lauw Kui, Tay Tauw Kui dan
Bu ceng Kui tinggal didalam bangunan-bangunan batu. Itu
waktu Kut Lauw Kui masih berada di daerah tionggoan,
yang ada hanya Tay Tauw Kui dan Bu Ceng-kui.
Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga orang itu, Tan Ciu
langsung dibawa menghadap dirinya,
Didalam sebuah ruangan batu, duduk seorang pendek
yang gemuk, bentuk kepalanya hampir menyamaii
perutnya, inilah Tay Tauw Kui.
"Silahkan duduk.." Memandang tamunya dia membuka
suara. Tan Ciu duduk ditempat yang sudah disediakan
untuknya. "Ada keperluan apa Tuan datang kemari?" Lagi-lagi Tay
Tauw Kui mengajukan pertanyaan.
"Sebelumnya aku wajib memperkenalan diri." Berkata
sang pemuda, "Aku Tan Ciu, datang dari daerah
Tionggoan." "Ngg...." "Kudengar hanya tiga jago dari Tong-hay yang memiliki
obat Thong Thian-hoan, betulkah cerita orang yang seperti
itu?" "Thong thian-hoan?" Tay Tauw Kui menganggukkan
kepala. "Kedatanganmu mempunyai hubungan dengan
Obat Thong THian-hoan?"
"Sedikit banyak mempunyai hubungan." berkata Tan
Ciu. "Thong Thian-hoan khusus untuk menyembuhkan orang
yang salah melatih diri, siapakah yang menderita luka itu?"
"Dua kawan yang pernah menolong jiwaku?"
"Dan kedatangan tuan untuk meminta obat Thong thianhoan?"
"Pertama-tama aku mengharapkan bantuanmu untuk
membagi dua butir obat itu." berkata Tan ciu. "Dan urusan
kedua adalah tentang seorang gadis yang bernama Siauw
Tin." "Seorang gadis yang bernama Siauw Tin?"
"Ng... Tuan pernah mendapat kunjungannya bukan?"
"Kau orang mengatakan bahwa ada seorang gadis yang
bernama Siauw Tin pernah berkunjung ke arah pulau ini."
Kata-kata yang di ulang oleh Tay Tauw Kui
menandakan bahwa Siauw Tin belum sampai di pulau
tersebut. "Mungkinkah dia belum sampai?" Tan Ciu menduga
buruk, tentunya perahu siauw Tin mengalami sesuatu,
Maka dia tidak dapat melihat gadis itu.
Tay-tauw Kui memandang salah satu orangnya, dia
bertanya kepada orang itu. "Ada seorang gadis yang datang
ke pulau ini?" Laki-laki yang ditanya juga tertegun.
"Belum ada." Dia memberikan jawaban.
"Betul-betul tidak ada seorang gadis yang hendak
bertemu dengan aku?" Tay Tauw Kui meminta kepastian
orangnya. "Sungguh!!" Orang itu berkata pasti.
Tay Tauw Kui mengalihkan sinar matanya kearah Tan
Ciu. "Bagaimana potongan dan bentuk tubuh gadis itu?"
Tan Ciu menggambarkan dedak, perawakan Siauw Tin.
"Kau tunggu sebentar." Berkata Tay Tauw Kui.
"Akan kuperiksa dahulu kejadian ini?"
Dia memberi pesan beberapa patah kata, maka laki-laki
tinggi itu meninggalkan keluar.
Tidak lama kemudian, orang tersebut sudah balik
kembali. Dia memberi laporan. "Tidak ada seorang gadis
yang mencari Tay To cu?"
Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Bagaimana dia belum sampai?" Anak muda ini
bergugam. "Kau tidak percaya?" Balik tanya Tay Tauw Kui.
Tan Ciu ragu-ragu. Tay Tauw Kui berkata. "Disekitar pulau sering terjadi
gelombang pasang, besar kemungkinannya kawan gadismu
itu terdampar kelain tempat."
"Terdampar kelain tempat?" Tan ciu harus percaya
kepada keterangannya. "Hal ini bukan tidak mungkin terjadi." Tay Tauw-kui
memperkuat keterangannya.,
Tan Ciu menarik napas. "Dan untuk permintaanmu yang pertama, memang obat
Thong thian-hoan, kami tidak dapat memberikan
kepadamu." Berkata Tay Tauw Kui.
Tan Ciu harus berdaya upaya.
Tapi Kut Lauw Kui dapat memberikannya.
Dia berkata, "Kut Lauw Kui adalah kakek berbaju merah
kurus kering itu. Disaat ini masih berada didaerah
Tionggoan." dan Tan Ciu hendak menggunakan kakek itu
sebagai alasan. Tay Tauw Kui terkejut, kepalanya yang agak besar itu
digoyangkan. "Kau sudah bertemu dengan saudaraku yang ketiga?"
Dia bertanya. "Mungkinkah belum kembali?" Balik bertanya Tan Ciu.
"Dia sedang berada di perjalanan didaerah Tionggoan."
Tay Tauw Kui memberi keterangan.
"Aku tahu..." Berkata Tan Ciu. "Mungkinkah belum
kembali?" "Belum.." "Dia memberi luka ditangan seorang yang bernama Ong
Jie Hauw." "Terluka?" "Ng... Tentunya sudah kembali. Dia wajib mendapat
pengobatan segera." "Tetapi dia belum kembali."
"Wah.. bagaimana" Kukira dia dapat memberi obat
Thong Thian Hoan." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui berkata. "Untuk orang yang berhak mendapat obat Thong Thianhoan harus memenuhi salah satu
dari ketiga syarat ini. Syarat pertama adalah pamili atau orang terdekat kami.
Syarat kedua adalah orang yang pernah menolong kami.
Dan syarat yang ketiga adalah orang yang dapat
mengalahkan kami." "Kau tidak bersedia memberi atau menjual obat itu?"
Berkata Tan Ciu. "Obat dari daerah Tong-hay bukan khusus untuk di
perjual-belikan, tentu saja tidak dijual. Kecuali kau dapat
memenuhi salah satu dari ketiga syarat yang sudah kusebut
tadi." "Aku bersedia memenuhi syarat yang ketiga." Berkata
Tan Ciu. "Kau hendak menentang aku" Suatu hal yang hampir
belum pernah terjadi."
Tiga jago dari Tong hay terkenal belum menemukan
tandingan. Dan hari itu seorang anak muda yang belum
mendapat nama hendak menantangnya. Tentu saja suatu
hal yang membingungkan Tay Tauw Kui.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kawanku menderita bahaya. Aku harus segera
menolongnya." Berkata si pemuda. "Karena itu dengan
memberanikan diri, aku hendak menantang tuan."
"Baik!" Tay Tauw Kui sangat setuju. "Katakanlah.
Dengan tangan kosong atau dengan senjata tajam?"
"Kukira cukup dengan beberapa jurus tipu silat tangan
kosong saja." Berkata Tan Ciu.
Tay Tauw Kui bangkit dari tempat duduknya,
"Mari kita bertanding diruangan silat." dia mengajak
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sang tamu muda. "Tunggu dulu..." Berteriak Tan Ciu.
"Ada apa lagi?"
"Dimisalkan aku menghendaki dua butir Thong thian
Hoan, apa aku diwajibkan bertanding sampai dua kali"
Atau bertanding dengan dua orang?"
"Oh... dimisalkan kau memiliki ilmu kepandaian silat
yang berada diatas diriku, Aku bersedia menghadiahkan
dua butir obat Thong Thian Hoan."
"Baik.." Tan Ciu sangat gembira.
Mereka meuju kearah tempat pertandingan.
Setelah memasang kuda-kudanya, Tan Ciu bertanya.
"Berapa juruskah untuk menentukan pertandingan ini?"
"Sepuluh jurus...setuju?""
"Baik.." Tay Tauw Kui adalah kepala dari tiga jago Tong Hay,
tentu memiliki ilmu kepandaian yang tidak boleh
dipandang ringan. Betul Tan Ciu sudah berhasil
meyakinkan ilmu Thian mo Sinkang yang tercatat didalam
Kitab Thian-Mo-Po-Lok, dapat tidaknya mengalahkan jago
Tong Hay itu terlalu penting, kekalahannya berarti
kematian bagi Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie.
Tan Ciu sangat berhati-hati.
Tay Tauw Kui sudah bergerak, gesit laksana kilat, dia
berputar kebelakang lawannya dari situ, baru dia mengirim
satu pukulan tangan. Tan Ciu mengikuti gerakan orang. Maka kedudukan
posisi dari kedua orang itu tetap seperti sediakala, mereka
berhadap-hadapan. Serangan Tay Tauw Kui dibalas dengan
serangan lagi. Hasil dari benturan tenaga adalah terpisahnya kedua
orang yang bertanding. Tan Ciu bergoyang dua tapak, tapi
Tay Tauw Kui geser empat langkah. Perbedaan yang sudah
jelas, kekuatan Tay Tauw Kui masih berada dibawah si
pemuda. "Hebat." Tay Tauw Kui memberikan pujiannya. Dengan
gesit, dia sudah menyerang lagi dua kali.
"Ilmu meringankan tubuh yang luar biasa." Tan Ciu
balas memuji sang lawan. Untuk tenaga pukulan Tan Ciu menang kepalan, tapi
untuk meringankan badan, tidak mungkin Tan Ciu dapat
mengejar Tay Tauw Kui. Sepuluh jurus itu telah selesai dimainkan, Tay Tauw Kui
lompat mundur keluar lapangan,
"Aku menyerah." dia berkata lesu.
Dari dalam sakunya, Tay Tauw Kui mengeluarkan botol
kecil, membuka tutup botol itu dan mengeluarkan dua butir
obat. Diserahkan kepada si pemuda.
"Inilah obat Thong Thian-hoan." katanya. "Ambillah..
aku menghadiahkan dua butir."
Tan Ciu menerima pemberian obat itu. Terlalu mudah
sekali, Dia tertegun lama. Seolah-olah ada sesuatu yang
kurang beres didalam permainan ini. Begitu mudah
mendapatkan obat Thong Thian Hoan yang diharapkan.
Dia tidak begitu yakin kepada kenyataan.
Memperhatikan dua butir obat yang berwarna hitam.
Tan Ciu mengendus-endusnya.
"Inilah yang bernama obat Thong Thian hoan?" dia
bertanya. "Kau kira obat palsu?" Tay Tauw Kui menunjukkan
sikapnya yang tidak puas.
"Aku...." Tan Ciu kurang pandai bicara.
Tay Tauw Kui tertawa, dia mengeluarkan botol obat
yang belum disimpan tadi, diambilnya satu butir lagi dan
diletakkan kedalam mulut. Kluk.. dia menelan obat itu.
"Nah..." dia berkata, "Percayalah!! ini obat asli! tidak
mengandung racun.." Tan Ciu malu kepada diri sendiri. Bila orang itu berani
memakannya, Tentu bukan obat palsu. Lebih-lebih bukan
obat yang mengandung racun.
"Maafkan aku yang terlalu banyak curiga." Tan Ciu
memberi hormat. "Atas pemberian ini, sebelum dan
sesudahnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
"sama-sama...." Berkata Tay Tauw Kui "Kedua
kawanmu yang sedang tersiksa itu membutuhkan
pertolongan segera, lekaslah kembali kepadanya."
"Aku meminta diri." Berkata Tan Ciu memberi hormat.
"Silahkan..." Tan Ciu meninggalkan rumah batu Tay Tauw Kui
dengan hasil dua butir obat Thong thian-hoan.
Tay Tauw Kui tidak mengantar tamunya. Dia tertawa
dingin. Dan kembali masuk ke dalam ruangan tempatnya.
Disana sudah menunggu seorang pelajar tua, inilah salah
seorang dari tiga orang jago Tong-hay lainnya, Bu Ceng
Kui, demikian nama dari pelajar tua itu.
"Bagus.." Berkata Bu Ceng Kui tertawa. "Kau dapat
memegang peranan dengan bagus."
Tay Tauw Kui berdengus. "Begitu mudah untuk meminta obat Thong Thian Hoan
kita?" Dia membawakan sikap yang lain dengan sikap yang
diperlihatkan kepada Tan Ciu tadi.
"Bocah yang bernama Tan Ciu ini memang luar biasa."
Berkata Bu Ceng Kui. "Kita sulit untuk menghadapinya." Berkata Tay Tauw
Kui. "Dimanakah gadis itu?"
"Didalam kamar." berkata Bu Ceng Kui.
"Eh.. Kau tidak memakan obat penawar racun" Kau
sudah memakan Ngo-tok liat-cong-hoan terlalu lama."
Tay tauw Kui memilih obat penawar racun, dimakannya
segera. Dan obat yang dikatakan sebagai obat Thong Thian
Hoan itu adalah racun Ngo tok liat-cong-hoan yang maha
bisa. Maka dia harus memakan obat penawarnya.
"Kita berhasil mengusir mereka tanpa pertempuran."
Berkata Tay Tauw Kui. "Ngg.... Kau pandai memegang peranan." Puji Bu Ceng
Kui. "Dia tidak curiga?"
"Kukira tidak.." Berkata Tay Tauw Kui. "Bagaimana
keadaan gadis itu. dia setuju?"
"Belum." berkata Bu Ceng Kui. "Tapi aku percaya, dia
pasti melulusi permintaan kita,."
"Tentu saja." Mereka tertawa besar, Suara-suara Bu Ceng Kui dan Tay
Tauw-kui memenuhi seluruh ruangan itu. Mereka mengira
bahwa Tan Ciu dapat dikelabui dengan mudah,. Memang
terlalu gampang untuk mengibuli anak muda yang tidak
berpengalaman. Menceritakan perjalanan Tan Ciu dia sudah balik
kembali keperahu mereka. Disana sudah menunggu si
tukang perahu beserta Pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap. "Bagaimana?" Sin Hong Hiap mengajukan pertanyaan.
"Success..." Berteriak Tan Ciu gembira. Mengeluarkan
racun Ngo-tok hiat cong-hoan dan berkata. "Nah.. inilah
obat Thong Thian Hoan."
Dia belum tahu bahwa Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui
sudah bersekongkol untuk meracuni orang-orang yang
bersangkutan. Memberi nama obat Thong Thian Hoan
kepada racun Ngo-Tok hiat-cong-hoan.
Pengalaman-pengalaman Sin Hong Hiap sudah
menjadikan si jago muda sebagai seorang yang mempunyai
ketajaman istimewa. Dia menerima obat itu segera.
"Bagaimana dengan keadaan Siauw Tin?" dia bertanya.
"Mereka mengatakan bahwa dia belum datang." Jawab
Tan Ciu mengulang keterangan Tay Tauw Kui.
"Siauw Tin belum sampai di pulau ini?"
"Betul.." "Ach.. kukira tidak mungkin, dia sudah berangkat
beberapa hari dimuka."
"Sungguh, Siauw Tin belum sampai."
"Bagaimana kau tahu, jika Siauw Tin belum sampai
diatas pulau?" "Tay Tauw Kui yang mengatakan."
"Begitu percaya kau kepada keterangan orang."
"Kukira boleh dipercaya." Berkata Tan Ciu. "Dia begitu
baik kepada kita, memberi obat Thong Thian-hoan, tidak
ada alasan untuknya menipu orang."
"Kau tahu pasti bahwa obat ini yang bernama Thong
Thian-hoan?" "Tay Tauw Kui telah menelan satu butir obat juga."
"Obat yang sama?"
"Obat yang sama!!"
"Ngg...." Sin Hong Hiap tidak dapat mengemukakan
alasan lain. "Mari kita berangkat pulang." Tan Ciu memberi saran.
Sin Hong Hiap sudah bersedia menuruti kehendak
kawan itu, tiba-tiba bayangan menyelusup masuk kedalam
benak pikirannya. Dia menghentikan gerak langkah
kakinya. "Tunggu dulu!!" dia berkata.
"Ada apa?" Tan Ciu menoleh ke arah si Pendekar Dewa
Angin. "Kukira ada sesuatu yang tidak beres." berkata Sin Hong
Hiap. "Seolah-olah aku mendapat firasat buruk."
"Firasat tentang apa?" Bertanya Tan Ciu. Dia masih
belum mengerti. "Kukira terlalu mudah kau menerima obat Thong Thian
Hoan." "Tentu saja mudah. karena aku sudah mengalahkan Tay
Tauw-kui." "Bukan itu yang kumaksudkan. Apa akibatnya bila dia
menyerahkan obat palsu kepadamu?"
"Obat palsu?" Tan Ciu semakin bingung. "Mana
mungkin." "Dimisalkan racun jahat yang dapat mematikan orang.
Bukankah jiwa dua saudara Thio akan tersiksa?"
"Tidak mungkin... Tay Tauw kui berani menelan obat
yang mengandung racun, bukan" Kesimpulanku ialah, obat
yang diberikan olehnya adalah obat tulen."
"Belum tentu..."
"Alasanmu?" "Dimisalkan dia sudah menyediakan penawar racun,
setelah itu dihadapanmu dia berdemonstrasi, menelan
benda yang diserahkan kepadamu. Dapatkah racun itu
bekerja?" "Dia sudah memakan obat penawar racun?"
"Dimisalkan sampai terjadi permainan ini. Siapakah
yang dirugikan?" Tan Ciu sadar akan kesalahannya. Dia meminta obat
Thong Thian-hoan untuk menolong Thio Ai Kie dan Thio
Bie Kie, bukan untuk menyelakakan mereka. Bila sampai
terjadi permainan sulap Tay Tauw Kui, secara tidak
langsung dialah yang membunuh bekas penolong itu. Dia
harus berhati-hati. "Kau mengatakan bahwa kedua obat ini berupa benda
yang mengandung racun?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan. "Belum dapat dipastikan." Berkata Sin Hong Hiap
mengangkat pundak. "Kita harus mengadakan percobaan itu?" bertanya Sin
Hong Hiap menyengir. Tan Ciu garuk-garuk kepala. Bagaimana dapat
mengadakan percoaan itu" Bagaimana dia harus mencoba
asli tidaknya dari kedua butir obat yang didapat dari Tay
Tauw Kui" Dimisalkan obat itu berjumlah lebih daripada dua, tentu
saja mudah diselesaikan. Sin Hong Hiap berkata. "Setelah terbukti, bahwa obat ini
bukan obat yang asli, Tentunya mereka telah menahan
Siauw Tin." "Betul!! besar kemungkinannya Siauw Tin masih berada
di pulau ini." "Betul. Kita harus mencari keterangan yang lebih jelas."
Sin Hong Hiap lompat menggapaikan tangan. "Mari.." katanya "Kau ikut aku."
turun dari perahu, dia Tan Ciu meniru gerakan si Pendekar Dewa Angin.
Mereka balik kembali. Mengunjuk penjaga pulau, Sin Hong
Hiap berkata. "Bekuk orang ini. Kita meminta keterangannya."
"Baik!!" Tan Ciu mendekati penjaga pulau itu.
Lelaki yang sedang meronda terkejut.
"Eh.. kau belum pergi?" dia heran.
"Belum!!" Berkata Tan
mengetahui namamu?" Ciu tertawa. "Boleh aku
"Aku Ciok Boh." berkata laki-laki itu.
"Saudara Ciok Boh, bagaimana hubunganmu dengan
ketiga jago Tong-hay?" Bertanya Tan Ciu.
"Aku adalah muridnya." Berkata Ciok Boh.
"Bagus. Tentunya paham sekali tentang keadaan tempat
ini bukan?" "Tentu saja." "Pernah mendengar nama obat Thong Thian-hoan?"
"Itulah obat kesayangan guru-guru kami," berkata Ciok
Boh. "Khasiatnya adalah khusus untuk menyembuhkan
bagi mereka yang sesat melatih diri."
Tan ciu mengeluarkan dua butir obat pemberian Tay
Tauw Kui, diserahkannya kepada Ciok Boh dan berkata
"Kenal kepada obat ini?"
"Itulah obat Thong Thian Hoan yang suhu berikan
kepadamu." berkata Ciok Boh.
"Namanya?" "Thong Thian Hoan."
"Yakin, bahwa obat ini yang bernama Thong Thianhoan"!"
Wajah Ciok Boh berubah. "Tidak salah lagi." Suaranya agak gemetar.
"Bagus!!" Tan Ciu tertawa dingin. "Hendak kuhadiahkan
kepadamu. Makanlah."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah.." Ciok Boh gugup. "Aku segar bugar, bagaimana
disuruh makan Thong Thian Hoan?"
"Tidak ada salahnya bukan?"
"Tapi... tapi...."
"Coba kau makan obat ini.."
"Guruku sudah memakan satu butir bukan?"
"Aku memberi perintah agar kau memakan obat ini."
Ciok Boh melempar obat itu, Tan Ciu kaget, Tangan si
pemuda terjulur, hendak menyanggah obat yang dibuang
oleh Ciok Boh. Dan kesempatan inilah yang ditunggu oleh murid Tay
Tauw Kui. Begitu tepat pula dia memukul kepala si
pemuda. Tan Ciu sadar akan adanya bahaya itu. Cepat dia
mengegos. "Kau..."!" Suara ini terputus. Tangan Ciok Boh mengenai
pundaknya. Tan Ciu terdorong kebelakang.
Ciok Boh menyusul datang. Dia hendak menamatkan
jiwa lawannya. Dia tidak percaya, mana mungkin pemuda
ini berkepandaian tinggi" Dia mencemoohkan sang guru
yang dianggap bernyali kecil! terbukti dengan satu pukulan
gelap, dia mengerjai Tan Ciu.
Tan Ciu berani menantang tiga jago Tong Hay, tentu
disertai perbekalan yang komplit. serangan Ciok Boh yang
mengenai pundaknya disebabkan kurangnya perhatian si
pemuda. Ia terlalu memusatkan panca indranya kepada
obat yang belum dapat dipastikan keasliannya.
Tan ciu hampir terpelanting kebelakang. begitu cepat
pula daya kekuatan reflek bekerja, memasang posisi kudakuda yang kuat, dan Ciok
Boh yang kurang pengalaman
menyusul datang, itulah yang Tan Ciu inginkan dengan
kedua tangan yang didorong kedepan dia memukul
lawannya. Bang!.... Ciok Boh tidak sanggup mempertahankan dirnya, tubuh
itu terbang jauh. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menyanggah
datangnya Ciok Boh, menekan jalan darah kematian orang
itu. "Jangan bergerak," Dia mengancam, "Berani goyang
dikit, berarti mencari mati sendiri."
Ciok Boh mati kutu. Terasa sekali tekanan Sin Hong
Hiap yang mengancam jalan darah kematiannya.
Tan Ciu menyusul datang. Pada tangan pemuda itu
masih membawa dua butir obat "Thong Thian Hoan." Kini
dia berani berkata pasti, bahwa dua benda yang berbentuk
seperti obat itu bukanlah barang yang dikehendaki.
Sin Hong Hiap menelikung Ditekukkan kebawah tanah.
tangan Ciok Ciok Boh dapat memperhatikan wajah tua Sin Hong
Hiap yang bengis itu. -ooo000ooo- Boh, Jilid 25 "K A U " . . . Kau. . ." Dia belum tahu, hukuman
bagaimana yang hendak dijatuhkan kepada dirinya,
"Jangan takut." Berkata Sin Hong Hiap. "Aku masih
belum menghendaki jiwamu."
"Siapa kau ?" Ciok Boh marah besar.
"Kawan Tan Ciu." Berkata Sin Hong Hiap secara
singkat. Tan Ciu sudah datang dekat, mengacungkan obat
Thong-thian-hoan palsu dan membentak.
"Katakan sekali lagi, ini obat Thong-thian-hoan?"
"Be . .tul . . Betul. . ." Berkata Ciok Boh cepat. "itu obat
Thong-thian-hoan." "Nah. makanlah obat ini." Berkata Tan Ciu yang hendak
menjejal benda tersebut kedalam mulut Ciok Boh.
"Jangan!" Ciok Boh mengeluarkan suara jeritan.
"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu beringas,
"Aku . . aku . . ."
"Kau mendapat hadiah obat Thong thian-oan. Maka
bebas dari gangguan Sesat Jalan Darah Masuk Api ."
Sesal Jalan Darah Masuk Api adalah nama istilah dari
sesuatu hal yang menandakan salahnya seseorang yang
melatih ilmu silat kelas tinggi.
"Jangan!" Berteriak Ciok Boh.
"Mengapa?" "Itu bukan obat Thong-thian-hoan." Berkata Ciok Boh
membuka rahasia. "Sebutkan nama dari benda ini!" Bentak lagi Tan Ciu.
"Itulah racun Ngo-tok-liat-tiong-hoan."
"Racun?" Tan Ciu dan Sin Hong Hiap saling pandang.
Sangat beruntung. Mereka tidak berlaku gegabah
sembarangan memberikan racun2 ini kepada Thio Ai Kie
dan Thio Bie Kie. maka terhindarlah dua jago wanita tua
itu dari kematian diserang racun.
"Betul." Berkata Ciok Boh. "Nama racun itu adalah Ngotok-liat-cong-hoan."
Tan Ciu dilukiskan. merasa tertipu. Kemarahannya sukar "Betul-betul kita dikelabui." Berkata Sin Hong Hiap
bergumam. Tan Ciu mengayun tangan, maksudnya hendak
menamatkan jiwa laki-laki yang bernama Ciok Boh itu.
Cepat-cepat Sin Hong Hiap menahan.
"Jangan!". Si jago tua lebih berpengalaman. Asam yang dimakan
oleh Sin Hong Hiap lebih banyak dari nasi yang masuk
kedalam perut Tan Ciu. Jembatan yang dilalui oleh sijago
tua lebih banyak dari jalan-jalan yang pemuda lintasi! Itulah
perbedaan diantara oraog-orang yang sudah tua dan anakanak muda.
Menjengakkan kepala Ciok Boh. Sin Hong Hiap
membentak. "Pulaumu pernah mendapat kunjungan
seorang gadis, bukan?"
Ciok Boh menganggukkan kepalanya.
"Dia bernama Siauw Tin, bukan?" Bertanya lagi Sin
Hong Hiap. Dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi Ciok Boh
mennganggukkan kepala, gerakannya begitu lemah tidak
ada semangat lagi. "Dimanakah gadis itu kini?" Membentak Tan Ciu tidak
sabar. "Didalam Kamar susiok."
"Susiok yang mana?"
"Susiok Bo Ceng Kui."
"Siauw Tin telah menjadi orang tawanan kalian?"
"Ceritakan lebih jelas lagi."
"Nona Siauw Tin datang seorang diri, bertemu dengan
susiok. dikatakan, dia membutuhkan obat Thong thianhoan, maksudnya hendak
menolong dua wali orang tuanya.
Tentu saja susiok tidak mau menyerahkan obat yang
diminta. Tapi susiok tertarik kepada Kecantikan nona itu.
dengan menggunakan tipu nona Siauw Tin berhasil
dijebloskan kedalam lubang perangkap. Begitulah dia
menjadi tawanan Tong-hay. Susiok berkata kepadanya, Dia
dapat memberikan obat Thong thian-hoan. dengan jasa
timbal balik meminta badan si gadis."
"Kurang ajar!" Tan Ciu berteriak keras.
"Nona Siauw Tin Tidak setuju." Ciok Boh meneruskan
ceritanya. "Demikianlah nona itu dikurung didalam suatu
kamar. Dengan janji melepaskan dirinya, setelah dia
bersedia ditawan oleh susiok."
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap selesai mendengar cerita
keterangan Ciok Boh, mereka menotok jalan darah laki-laki
itu. "Seperti apa yang sudah kuduga. Berkata Sin Hong Hiap,
"Mereka tidak rela menyerahkan obat Thong-thian-hoan."
"Kita mengadakan teguran."
"Mari." Dengan membawa tubuh Ciok Boh, Tan Ciu dan Sin
Hong Hiap balik kembali. Dibangunan batu Tay Tauw Kui, keadaan masih sepi,
derap langkah Tan Ciu dan Sin Hong Hiap menimbulKan
reaksi yang spontan. Dari dalam rumah terdengar suara
bentakan Tay Tau Kui. "Siapa" Ciok Boh kah yang datang?"
"Beserta kami." Tan Ciu memberi jawaban.
Pintu itu dibuka, terlihat Tay Tauw Kui menunjukkan
rasa bingungnya. Tan Ciu melempar tubuh Ciok Boh kepada si Iblis
Kepala Besar! Tay Tauw Kui menyanggah benda yang terlempar
kearahnya, dikala sadar bahwa itulah murid sendiri.
alangkah terkejutnya. Dia menurunkan tubuh murid itu.
"Kau?" Dia memandang Tan Ciu dan meminta
keterangan yang lebih jelas. Dengan alasan apa tamu itu
menotok muridnya. "Aku balik untuk menghaturkan
kepadamu." Berkata Tan Ciu.
terima "Terima kasih?"
"Bagaimana tidak mengucapkan terima kasih" karena
kau telah memberi hadiah dua butir obat Thong-thianhoan."
kasih "Mengapa kau menotok muridku." Bentak Tay Tauw
Kui. Dia belum sadar bahwa permainan sulapnya telah
diketahui orang. "Aku menotok jalan darah muridmu, karena dia
memberi tahu kepadaku, bahwa dua butir obat Thongthian-hoan. yang kau berikan
kepadaku itu berupa dua butir
obat palsu dua butir obat yang mengandung racun jahat."
"Bohong!" Tay Tauw Kui berteriak keras.
"Boleh kau bertanya kepada muridmu sendiri." Berkata
Tan Ciu tenang. Ciok Boh diberi kesempatan bicara, badannya gemetaran
menggigil keras. "Suhu . . . ." Dia memanggil lemah.
"Bedebah!" Bentak Tay Tauw Kui. "Apakah yang kau
katakan kepada tamu kita ini?"
"Kukatakan . . .Kukatakan. . . Aku dipaksa oleh
mereka." Berkata Ciok Boh.
"Kau kutakan kepada mereka bahwa dua butir obat yang
kuberikan kepadanya itu mengandung racun jahat?"
"Be . . . Betul. . ."
"Bedebah!" Tangan Tay Tauw Kui Terayun. pruk! kepala
sang murid pecah disaat itu juga, jiwanya melayang kealam
baka. Menyaksikan kekejaman Tay Tauw Kui yang
memperlakukan murid sendiri seperti itu, Tan Ciu kesima,
hanya sebentar, Kemudian pemuda ini tertawa dingin.
setengah mengejek dia barkata.
"Hebat, telah kusaksikan ilmu kepandaian Tay Tauw Kui
yang luar biasa," "Murid murtad ini harus dikasih mati." Tay Tauw Kui
berkata. "Berani dia mengadu domba."
"Hu, percayalah bahwa dua butir obat yang kuberikan
kepadamu itu adalah obat mujarab."
"Terlalu mujarab." Berkata Tan Ciu. "Sehingga ia dapat
mematikan orang segera."
"Bohong. Jangan percaya keterangannya."
"Aku tidak percaya keterangannya, Tapi aku lebih
percaya kepada kenyataan. Bukan saja dua butir obat palsu
itu yang kau berikan, Siauw Tin yang dikatakan belum
sampai dipulau inipun berupa isapan jempol juga."
"Aah, kau terlalu percaya kepada fitnahan orang."
"Lekas katakan, dimana kau simpan gadis itu!"
"Boleh kau cari sendiri" Adakah dia ditempat ini?" Tay
Tauw Kui masih menyangkal keras.
"Boleh aku memeriksaa kamar Bu Ceng Kui?" Berkata
Tan Ciu mengirim kerlingan mengejek.
"Aaa . . !" Rusaklah semua rencana Tay Tauw Kui.
"Tay Tauw Kui, lekas serahkan gadis itu." Tan Ciu
meminta orang. Tay Tauw Kui menunjukkan sikap aslinya. dengan
beringas dia bergeram. "Ternyata kau tidak mudah
dikelabui." "Hampir saja aku tertipu olehmu." Berkata Tan Ciu
Tidak kusangkal lagj." Berkata Tay Tauw Kui keras.
"Obat Thong-thian-hoan masih berada didalam tanganku.
Gadis cantik itu berada didalam kamar suteeku, apa yang
kau mau?" "Jangan berlagak tolol." Berkata Tan Ciu, "kau tahu,apa
yang harus diperbuat olehmu."
Tay Tauw Kui bergerak kesamping, dia hendak
menyerang bagian belakang orang.
Tan Ciu bermata tajam, dia berganti posisi melayani
serangan ini. Tay Tauw Kui gesit sekali. dia lari jauh,
terhindarlah bentrokan tadi, dia meringankan tubuh. Tan
Ciu menang kekuatan. Dia tak mau membentur tenaga
lawan itu. Terjadi pertempuran didalam ruangan, sedikit demi
sedikit, tapi yang sudah jelas dan pasti. Tan Ciu mendesak
lawannya. Posisi Tay Tauw Kui terjepit pada dinding tembok batu,
Tan Ciu memukul kedepan, Tay Tauw Kui hendak
mengegoskan diri, tak berhasil, dengan telak, pundaknya
kena pukulan, dia terhuyung kesamping!
Tan Ciu mengirim lain pukulan lagi. agaknya sulit bagi
Tay Tauw Kui untuk mengelakannya.
Tiba-tiba melayang membentak. masuk
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seorang, segera "Jangan sombong!" Lalu mengirim satu
menolong Tay Tauw Kui dari posisi terjepit.
pukulan Disana sudah bertambah seorang berwajah panjang.
seperti muka kuda. inilah Bu Ceng-kui juga termasuk salah
satu dari tiga jago Tong-hay.
"Tan Ciu." Berkata Bu Ceng Kui. "Jangan kau bertindak
melewati batas." "Lepaskan Siauw Tin," Tan Ciu membentak keras.
dia "kentut!" Bu Ceng Kui tidak mau kalah, "Dia telah
menjadi istriku. Dengan hak apa, kau meminta dirinja ?"
Tan Ciu mendelikan mata, tentu saja dia tidak percaya.
"Pulanglah. Aku pernah menyerahkan dua butir obat
Thong-thian-hoan kepadanya." berkata lagi Bu Ceng Kui.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menampilkan
dirinya, ia membuka suara. "Bu Ceng Kui, masih kenal
kepadaku?" "Kau?" Bu Ceng Kui menolehkan kepala dan terbelalak
kaget. "Betul." Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Kau berkelompok dengan sibocah Tan Ciu?" Bu Ceng
Kui menegurnya. "Tidak salah. Janganlah Kalian kukuh kepala."
Mengetahui tidak ungkulan untuk memenangkan
pertandingan itu, Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui memberi
kerlingan mata, didalam saat yang sama, tubuh mereka
bergerak, siuutt.! Melarikan diri dari ruangan tadi.
Tan Ciu dan Sin Hong Hiap tidak menduga bakal
menemukan kejadian yang seperti itu, Dikala mereka sadar
dari kesalahannya, bayangan Tay Tauw Kui dan Bu Ceng
Kui sudah lenyap tidak terlihat. Mereka lalu mengejar,
tidak berhasil. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap mengamuk didalam
bangunan itu. bagaikan dua ekor naga tanpa tandingan.
tanpa mendapat gangguan mereka mengaduk sarang tiga
jago Tong-hay. Disuatu ruangan batu yang agak tersembunyi, mereka
berhasil menemukan Siauw Tin gadis itu sedang menangis
sesenggukkan. "Siauw Tin." Tan Ciu memanggil girang.
Siauw Tin menoleh kaget, kedua pipinya basah dengan
air mata! "Tan Ciu." Dia bangkit dari tempat duduknya.
"Nona Siauw." Berkata Sin Hong Hiap. "Mereka sudah
melarikan diri. Mari kita pulang."
"Kedatangan kalian sudah terlambat." Berkata Siauw
Tin, "Mengapa?" Tan Ciu terkejut. "Kita dapat mencari obat
lainnya." "Obat Thong thian-hoan sudah berada padaku." Berkata
Siauw Tin. "Kiu" ,. Kau . ," Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang
tidak beres. "Bu Ceng Kui sudah menyerahkannya padaku." Berkata
Siauw Tin. Rasa girang Tan Ciu tidak terlukiskan, tapi segera
terbayang keterangan Ciok Boh. tentu ada sesuatu yang
terjadi. "Bagaimana kau mendapatkan obat Thong thian-hoan?"
Bertanya si pemuda. Dengan tenang, Siauw Tin berkata. "Aku mengorbankan
diri sebagai jasa timbal balik."
"Aaaa . . ." Sin Hong Hiap dan Tan Ciu saling pandang.
"Aku sudah menjadi istrinya," berkata lagi Siauw Tin,
"Kau, kau, rela menjadi istri Bu Ceng Kui?" Tan Ciu
penasaran. "Tan Ciu!" Berkata Siauw Tin lagi, "Jangan tidak
percaya, demi menolong guruku. Apa boleh buat, aku rela
mengorbankan diriku. Dan hanya cara ini yang meyakinkan
kepadanya. maka aku berhasil meminta obat. Thong thianhoan."
"Siauw Tin . . ."
"Aku tahu." Berkata lagi si gadis, terima kasih kepada
perhatian kalian." Diserahkannya dua butir obat Thong-thian-hoan,
kemudian gadis itu berkata lagi. "Nah, tolonglah berikan
kepada guruku. Katakanlah kepada mereka bahwa aku
tidak dapat kembali lagi."
"Kau, kau tak mau kembali ke Tionggoan?"
"Aku telah menjadi istri seorang Tong-hay dan aku akan
mati ditempat ini." Berkata Siauw Tin.
"Tidak akan bertemu dengan gurumu?"
"Tolong kalian sampaikan salamku."
"Siauw Tin . . ."
"Tan Ciu, jangan bersusah hati."
Bagaimana Tan Ciu tak bersedih" Sedikit banyak
sipemuda pun ada menaruh hati kepada gadis ini dan
karena Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mereka tidak dapat
mengembangkan hubungan muda-mudinya.
Sin Hong Hiap berlaku tahu diri, membiarkan keadaan
yang seperti itu berlangsung terus menerus adalah suatu
perkembangan yang tidak baik, segera mengajak si pemuda
meninggalkan pulau Tong-hay.
Dengan membawa obat Thong-thian-hoan. dengan hati
yang hancur luluh. Tan Ciu mengambil selamat berpisah.
Meninggalkan Siauw Tin diatas pulau Thong-hay.
Perjalanan pulang tidak memakan waktu, singkatnya
cerita. Tan Ciu dan Sin Hong Hiap sudah tiba di Guha
Kematian. Obat Thong thian-hoan adalah obat khusus untuk
menyembuhkan orang yang Sesat Jalan Darah Masuk Api.
Dengan adanya obat ini. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie
dapat ditolong. TanCiumenceritakanbentrokannya
Pengantungan dan Istana Ratu Bunga.
Sumur Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie baru lolos dari lubang
jarum. mengingat keadaan mereka yang terlalu lemah.
mengingat ilmu kepandaian Sin Hong Hiap yang dapat
diandalkan mereka meminta jago tua itu yang mewakili
dirinya. Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap tidak keberatan,
Dia mewakili Guha Kematian, membantu usaha Tan Ciu
untuk menumpas kekuatan Istana Ratu Bunga.
Didepan guha, Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengantar
mereka. Kekuatan Sin Hong Hiap cukup untuk merasakan
kesulitan-kesulitan si pemuda.
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap turut serta ke
Sumur Penggantungan. Didalam Sumur Penggantungan sudah berkumpul
banyak orang. Melihat Putri Giok Hu Yong Permaisuri dari
kutub utara Pek Pek Hap Pek Co Yong si Pengemis Tukang
Ramal Amatir Tong Kay, Pendekar Dungu muda Ong jie
Hauw. Suami istri, dan beberapa jago undangan lainnya.
Kedatangan Tan Ciu sangat diharapkan sekali. Adanya
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap yang turut serta lebih
menggirangkan mereka. Disitu pun terdapat putri Kim-ie
Mo-jin, Kim Cui. Gadis ini hendak ditarik gurunya. Dia
meminta ingin untuk menyelesaikan permusuhan sang
kekasih dan ayahnya, Setelah masing-masing memperkenalkan kawan mereka,
Kim Cui mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu aku kembali lagi." Dia berkata,
"Mengapa?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Dia hendak membujukmu, agar kau tidak menjadi
musuh ayahnya." Pek Pek Hap menalangi si gadis
menjawab pertanyaan itu. "Ayahmulah yang memusuhi aku." Berkata Tan Ciu
kepada si gadis. Kim Cui berkata. "Kedatanganku untuk meredakan
hubungan kalian yang meruncing,"
"Dapatkah." "Kita akan berusaha."
"Yang penting putusan berada ditangan ayahmu."
"Ayah menghendaki kitab Tian-mo Po-lok bila kau
bersedia menyerahkan kitab itu Kim-ie-kauw pasti keluar
dari persengketaan ini."
"Bila ayahmu mempunyai ketekatan untuk meredakan
suasana peperangan, aku bersedia menyerahkan kitab
Thian-mo Po-lok," Berkata Tan Ciu.
"Sungguh?" Kim Cui berteriak girang.
"Tentu." Tan Ciu menganggukan kepala.
Untuk keamanan dunia persilatan umumnya, demi
ketenangan persengketaan diantara Sumur Penggantungan
dan Istana Ratu Bungan umumnya. Tan Ciu rela
menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok.
"Kitab itu masih berada padamu?" Kim cui bertanya
segera. "Betul?" Ternyata setelah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian
yang tercatat pada kitab Thiam-mo-Po-lok. Pengemis
Tukang Ramal Amatir Tong Hay sudah menyerahkan
kembali. Maka kitab tersebut masih berada pada Tan Ciu.
"Mari kuajak kau bertemu dengan ayah?" Berkata Kim
Ciu. Tidak ada orang yang memnyetujui usul itu,
membiarkan Kim Cui mengajak Tan Ciu berangkat lebih
dahulu, beramai-ramai mereka menyusul dibelakang
pasangan itu. Dimisalkan perundingan membawa hasil mereka dapat
menghindari pertumpahan darah yang lebih banyak!
Tan Ciu dan Kim Cui berangkat sebagai rombongan
pertama. Giok Hu Yong, Pek Pek Hap, Sin Hong Hiap dan lainlainnya berangkat sebagai
rombongan kedua. Atas petunjuk Kim Cui dengan mudah rombongan
pertama dari Sumur Penggantungan itu sudah tiba dimarkas
besar Kim-ie-kauw. Penjaga gunung adalah pengawal Kim-ie-kauw yang
mereka jumpai adalah laki-laki kurus. Kim Cui kenal
kepada orang ini, si gadis berkata kepadanya.
"Dimana ayahku ?"
"Sedang berada diruangan rahasia." Jawab orang itu,
Adanya Kim ie Mo-jin didalam ruangan rahasia, tentu
sedang merundingkan sesuatu yang maha penting. Kim Cui
tahu akan sifat kebiasaan sang ayah. Segera dia mengajukan
pertanyaan lain, "Ada siapa lagi yang berada dalam kamar rahasia itu ?"
"Sri Ratu Bunga beserta beberapa orang kita." Jawab
orang itu, "Tolong kau beri tahu akan kedatangan kami." berkata
Kim Cui meminta bantuannya.
Orang itu bernama Ho Kwee, dia baik kepada Kim Cui,
maka tanpa menunggu perintah kedua dia mewartakan
akan kedatangannya Tan Ciu dan Kim Cui.
Menghadapinya Ho Kwee untuk bertemu, dengan Kimie Mo-jin segera mendapat
panggilan khusus, dengan wajah
tidak puas. Kim-ie Mo-jin membentak orang bawahan itu.
"Ada apa?" "Nona Kim balik dan menyertai Tan Ciu dia minta
bertemu." Ho Kwee memberi laporan.
"Aaaa ...." Suatu kejadian yang berada diluar dugaan
Kim-ie Mo-jin. "Berapakah orang yang mereka bawa?" Dia bertanya"
"Tidak membawa orang." Jawab Ho Kwee.
"Begitu berani" Apakah maksud kedatangannya?"
Ho Kwee tidak berani mengkomentari kejadian itu. Dia
diam. Ratu Bunga Giok Hong dapat mengikuti percakapan
mereka, dia mengeluarkan dugaan.
"Tentunya ada hubungan dengan aku?"
"Biar aku yang menghadapinya." Berkata Kim-ie Mo-jin.
Memandang Ho Kwee memberi perintah. "Suruh mereka
tunggu diruang tamu."
Ho Kwee mengiyakan perintah itu. dia meminta diri.
Dengan berjalan Ho Kwee mengajak Tan Ciu dan Kim Cui
keruang tamu, Disana menyilahkan mereka menunggu,
Diruang rahasia. . . Kim-ie Mo-jin. Ratu Bungan Giok Hong. Bu Ceng Kui,
Tay Tauw Kui, Lauw Kui dan belasan jago Kim-ie-kauw
sedang mengadakan perundingan.
"Mereka hanya datang dua orang." Berkata Kim-ie Mojin. "Kukira tidak ada maksud
untuk memperlebar perang saudara." "Hmm. . ." Ratu Bunga Giok Hong mengeluarkan suara
dehem, Ratu ini sudah kehilangan anak buahnya, "Kim-ie
kauwcu, lupakah kepada perserikatan kita?"'
Dia memberi peringatan kepada Kim-ie Mo-jin agar
ketua Kim ie-kauw itu tidak melupakan perserikatan Kim ie
kauw - Istana Bunga - Pulau Tong-hay.
Bu Ceng Kui dan Tay Tauw Kui pernah digentarkan
oleh kegagahan Tan Ciu, mereka tidak memberi komentar.
Kut Lauw Kui berteriak dengan suara cowok. "Hanya
Tan Ciu seorang" Mungkinkah kau takut kepadanya?"
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Giok Hong. "Begitu takut kau
kepada Tan Ciu?" Karena tidak tahan diolok kanan dan kiri akhirnya Kimie Mo-jin menyetujui usul
mereka memperluas peperangan,
Mereka keluar untuk menjumpai Tan Ciu.
Diruang tamu, Kim Cui sudah kehilangan sabar, dan
disaat itulah, tampak bayangan sang ayah keluar.
"Ayah." Kim Cui memberi hormat.
"Hm." Kim-ie Mo jin mengeluarkan dengusan, "Suhumu
telah mengambil alih kekuasaanku mengapa kau tidak
menyertainya" Apa pula yang menyebabkan kau kembali?"
"Ayah aku hendak mendamaikan urusan ini." Berkata
Kim Cui.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Anak kecil tahu apa?" Kim ie Mo-jin menolak saran
putrinya. "Lekas kau masuk kedalam,"
"Ayah, Tan Ciu telah membawa kitab Thian-mo Po-lok."
Berkata Kim Cui. "Tidak guna kau membela orang lain.
Apa lagi mengingat prestasi-prestasi si ratu cabul yang
mempunyai banyak musuh?"
"Diam." Kim ie Mo-jin membentak. Harga dirinya agak
tersinggung. "Ayah" Panggil lagi Kim Cui, "Kau sudah tidak sayang
kepadaku?" Kim ie Mo-jin bungkam! Mungkinkah ada seorang ayah
yang tidak cinta kepada putri kandungnya" Apalagi
mengingat Kim Cui sebagai putri tunggal dari jago tua itu.
Tentu saja hati Kim-ie Mo-jin tergerak.
"Ayah," panggil lagi Kim Cui. "Ketahuilah penyakitku
telah sembuh berkat bantuan Tan Ciu. Tidak kulupakan
budi ini." Dilain pihak Ratu Bunga Giok Hong sudah berhadapan
dengan Tan Ciu. "Bocah, begitu berani kau datang lagi." Berkata Ratu
Bunga Giok Hong. "Ha. ha . ." Tan Ciu tertawa.
"Aku datang untuk menemuimu." Berkata Tan Ciu.
"Berani kau bertanding ?"
"Kau?" Giok Hong mengeluarkan suara yang sangat
memandang rendah. "berapa banyakkah kemajuan ilmu
silatmu, berani menantang aku?"
"Sebentar lagi, kau dapat menyaksikan sendiri." Berkata
Tan Ciu, Dan dihadapinya tiga jago Tong hay, Tan Ciu
berkata kepada mereka. "Apa maksud kalian berada ditempat ini?"
"Mengapa?" Kut Lauw Kui menantang. "Tidak boleh"
Dengan hak apa kau melarang kebebasan orang?"
Tan Ciu Kalah berdebat. Kim-ie Mo-jin memandang pemuda itu.
"Aku mengangkat jempol atas keberanianmu yang
memasuki sarang harimau tanpa bantuan." Katanya. "Tapi
ketahulah bahwa Kim ie kauw bukan suatu perkumpulan
yang boleh sembarangan dihina. Kita akan menggerakkan
semua kekuatan untuk menentang setiap serangan yang
datangnya bersifat agresif."
"Kim-ie Kauwcu." Berkata Tan Ciu. "Maksud
kedatanganku bukan mencari musuh. Tapi bukan berarti
takut kepada musuh. Aku datang dengan membawa kitab
Thian-mo Po-lok, mengingat hubungan baik kita, aku
bersedia menyerahkan kitab tersebut."
Kim Cui juga bicara. "Ayah, bukankah kau berjanji manakala Tan Ciu
bersedia menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok, kau akan
keluar dari persengketaan ini?"
"Dimana kitab Thian-mo Po-lok itu?" Kata-kata Kim-ie
Mo-jin agak lunak. TanCiu mengeluarkan kitab yangdiminta,
diserahkannya ketangan Kim-ie Mo-jin. Kejadian ini dapat
disaksikan oleh semua orang. beberapa diantaranya
bersorak girang, pihak ini diwakili oleh Kim Cui dan lainlainnya. Ada juga yang
menjadi sirik dan dengki. pihak
golongan ini diwakili oleh Giok Hong dan sebagainya.
Kim ie Mo-jin memeriksa kitab Thiant-mo Po-lok. Dan
itulah kitab asli. Dia tahu benar akan keasliannya kitab
pusaka Kim-ie kauw. "Kim-ie kauwcu." Berkata Tan Ciu, "Kitab telah
kuserahkan kepadamu. Untuk selanjutnya, unsur-unsur
yang menentukan kawan atau lawan kuserahkan kepadamu
juga. Selalu aku siap untuk menerima tantangan yang
datangnya dari luar."
Kiam Cui juga berkata, "Ayah masih ingatkah kepada
janjimu. Kau bersedia keluar dari lumpur persengketaan ini
bila berhasil mendapatkan kitab Thian-mo Po-lok."
Kim-ie Mo-jin menghadapi jalan yang bercabang tiga.
Satu menuju kepihak Sumur Penggantunan. Membantu
Tan Ciu menumpas Giok Hong dan menghalau Tiga Jago
Tong-hay, Jalan kedua adalah berpeluk tangan,
membiarkan kedua pihak yang bersangkutan bentrok sesuka
mereka. Danjalanketigaadalahmeneruskan
persekutuannya dengan Istana Ratu Bunga dan Tiga Jago
Tong-hay menantang Tan Ciu.
Tidak mudah untuk menetapkan langkah kakinya dijalan
yang sangat bertentangan tadi.
Kim-ie Mo jin mendapat ujian terberat.
Ratu Bunga Giok Hong dapat mengetahui adanya krisis
bagi dirinya, dari perubahan wajah dan keraguan Kim ie
Mo-jin, keadaan dirinya lebih berbahaya.
"Kim ie kauwcu." Dia berteriak. "Tan Ciu menyerahkan
kitab Thian-mo Po-lok kepadamu dengan maksud tujuan
untuk melemahkan persekutuan kita. Sudahkah terpikir
oleh mengapa dia mau mengeluarkan kitab Thian-mo Polok" Dia sudah mempelajari
pelajaran yang ada pada kitab
itu. Tentu saja tidak membutuhkan lagi. Menyerahkan
sesuatu yang sudah tiada harga baginya, tentu saja sangat
menguntungkan." Kut Lauw Kui juga berteriak. "Betul. Dia hendak
memecah belah kekuatan Kita."
Seorang anggauta Kim-ie-kauw yang memihak si ratu
cabul mengemukakan pendapat.
"Kauwcu. dengan memulangkan kitab Thian-mo Po lok
yang sudah dikutip olehnya. Tan Ciu hendak memecahkan
persekutuan. Kau harus memikir matang-matang?"
Kim-ieLo-jinturutmemberi mengemukakan usul yang lain.
komentar "Toako, ada lebih baik kita melepas tangan dari
persengketaan ini." Giok Hong berteriak lagi. "Kim-ie Kauwcu. Tan Ciu
telah mengutip kitab Thian-mo Po-lok, jangan kau kena
tipu!" Kim-ie Mo-jin diojok sana diojok sini. keagungan dirinya
pun bergerak, menatap Tan Ciu dan membentak. "Kau
sudah mengutip catatan ilmu silat yang berada didalam
Thian-mo Po-lok"!"
dia Menghadapi situasi runcing itu tidak selembar
rambutpun Tan Ciu menjadi takut. Dia membiarkan
mereka berteriak-teriak. Kini mendapat teguran langsung.
Sudah waktunya dia membuka suara.
"Kim-ie kauwcu." Katanya dengan suara yang lantang
sekali. "Yang kau inginkan adalah kitab Thian-mo Po-lok.
Seharusnya kau boleh puas karena kitab tersebut sudah
dapat balik kedalam tanganmu, tanpa persengketaan. Tapi
kau tidak puas. Ketahuilah. Aku pernah mengutip catatan
yang ada pada kitabmu."
"Dia sudah berhasil mempelajarinya." Berteriak Giok
Hong. "Kau sudah berhasil menekuninya?" Bertanya Kim-ie
Mo-jin. Jarak Tan Ciu dan siketua perkumpulan Kam-ie kauw
begitu dekat sekali. "Aku telah mempelajari sebagian." Berkata Tan Ciu terus
terang. "Nah." Berkata Giok Hong. "Apa yang telah kukatakan"
Dia sudah mempelajarinya sebagian. Tidak berhasil. Maka
menyerahkan kembali."
Kim Cui berteriak keras. "Ratu cabul, jangan kau
menjerumuskan ayahku kedalam lumpur kehancuran."
Giok Hong berdengus. Memandang Kim-ie Mo-jin dia
berteriak. "Kim ie kauwcu, putrimu ini sudah kena cekok si bocah
Tan Ciu. Entah guna-guna macam apa yang dipakai kukira
sangat manjur sekali..."
Keadaan menjadi begitu tegang dan panas. Peperangan
dapat pecah disetiap waktu.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh, beberapa orang jatuh
ditempat penjagaan mereka. Dari luar terdengar suara yang
berkumandang. "Kim-ie Kauwcu jangan kau mengambil jalan yang
salah." Kim-ie Mo-jin melesatkan dirinya, dia lari keluar.
"Siapa"!" dia berteriak.
Disaat yang sama, Ratu Bunga Giok Hong, Kut Lauw
Kui. Tay Tauw Kui dan Bu Ceng Kui menghantam Tan
Ciu. Mereka sudah mengejar lama. Kepergian dirinya Kimie Mo-jin dari ruangan itu
sangat menggirangkan keempat
orang. Mereka mempunyai satu tujuan, yaitu melenyapkan
Tan Ciu, sebelum bala bantuannya datang.
Tan Ciu belum pernah lengah. Dan berani memasuki
ruangan ini. tentu sudah memperhitungkan datangnya
penyerangan-penyerangan yang seperti apa yang dia alami.
Begitu gesit, dengan sangat tangkas menghantam tiga orang
yang terdekat, itulah Kut Lauw Kui serta Tay Tauw Kui
dan Bu Ceng Kui. Disaat yang sama Kim Cui menempur Si Ratu Bunga
Giok Hong! Suatu langkah Set yang paling tepat Terganggunya Giok
Hong ditangan Kim Cui banyak meringankan beban Tan
Ciu, sehingga si pemuda dapat memberi perlawanan gigih
kepada tiga Jago Tong-hay.
Didalam hal ini bukan berarti Kim Cui dapat
menandingi Giok Hong. Ilmu kepandaian Giok Hong jauh
beberapa kali lipat dari gadis itu. Tapi dia tahu Kim Cui
adalah putri tunggal dari Kim-ie Mo-jin melukai Kim Cui
berarti melukai Kim-ie Mo jin, menyisihkan dirinya dari
Kim is kauw, dan ini berarti kekalahan baginya. Untuk
mengalahkan Kim Cui tanpa luka sama sekali, bukanlah
suatu pekerjan mudah. Kim Cui terdesak. Tapi gadis itu membela diri dengan
nekad, mati-matian mencegah turut campurnya Giok Hong
kearena lain. Tan Ciu hanya dapat mengimbangi kekuatan tiga jago
Tong-hay, untuk mengalahkan mereka, bukanlah suatu
tugas mudah. Pertempuran itu berjalan cepat sekali
Diluar pekarangan telah mendatangi tiga orang. Kim-ie
Mo-jin bersampokan dengan mereka. wajah kauwcu
berubah. "Kalian?" Dia membelalakan mata.
Yang datang adalah orang tua cacad berkerudung diatas
kursi roda, muridnya yang bernama Cang Ceng Ceng dan si
Bungkuk Kui Tho Cu, Orang-orang yang tidak asing bagi
Kim ie Mo-jin. Si Bungkuk Kui Tho Cu. mendekati ketua Kim-ie
kauwcu itu. "Saudara Kim ie Mo-jin." katanya penuh semangat.
"Masih kenalkah kepadaku?"
"Cianpwee," Kim-ie Mo-jin memberi hormat. "Mana
berani melupakanmu."
Kui Tho Cu membalas hormat itu, dia berkata. "Aku
datang untuk menyelesaikan persengketaanmu dengan Tan
Ciu. "Tapi...." "Kau telah mendapatkan kitab Thian-mo po-lok, bukan?"
"Ng. . ." "Apa lagi yang kau harapkan ?"
Kim-ie Mo-jin bungkam. Disaat itu juga, karena telah melampaui batas-batas yang
ditetapkan Melati Putih Giok Hu Yong. Permaisuri dari
Kutub Utara Pek Pek Hap. Pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap, Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay dan
lain-lainnya meluruk datang. Semua pertahanan Kim-iekauw dikucar kacirkan.
"Lihatlah." Berkata Kui Tho Cu. "Masih kau mau
membikin perlawanan ?"
Kim-ie Mo-jin dapat melihat adanya situasi yang tidak
menguntungkan Kim ie kauw. melawan berarti kehancuran.
Segera dia menarik diri dari persengketaan itu. Memberi
perintah kepada orang-orangnya untuk menyilahkan
rombongan itu datang. Mereka kembali keruang tamu.
Krisis sekali. Giok Hong sudah berhasil menotok jalan
darah Kim Cui. Dia melayang kearah Tan Ciu.
Disaat yang sama, orang berkerudung diatas kursi roda
menggoyanggelinding,'siutt...!'kursirodanya
menggelinding dan berhenti dihadapan Sri Ratu Bunga
Giok Hong. Pek Pek Hap. Sin Hong Hiap dan lainnya meluruk
kearah Tiga Jago Tong-hay. Datangnya dua kelompok
rombongan baru ini disaat-saat yang bersamaan.
Kim-ie mo-jin menahan kemajuan orang-orangnya yang
hendak berpihak kepada Sri Ratu Bunga! Dia membawakan
sikap netral. Datangnya rombongan ketiga. yaitu rombongan orang
berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Kui Tho Ccu sangat
menentukan pertempuran. Kedatangan rombongan ini
berada diluar dugaan Pek Pek Hap sekalian,
Bercerita Giok Hong yang berhadapan dengan guru
Cang Ceng Ceng. "Kau?" Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat segan kepada
manusia yang mengetahui rahasia didalam bagian tubuh
yang tertutup oleh bajunya. Terutama manusia berkerudung
ini. "Betul." Orang berkerudung duduk diatas kursi rodanya.
Sikapnya sangat tenang. "Kau telah merusak keamanannya
rumah tanggaku." "Siapakah sebetulnya kau ini?" Bertanya Giok Hong.
"Masih belum dapat menduga?" Orang ini sangat
misterius sekali. Tangan Giok Hong terjulur panjang, cepat sekali,
maksud tujuannya adalah menyingkap kerudung sikakek
diatas kursinya. Dan lawan itu pun bukan lawan biasa, begitu tangan
berputar, roda itu bergeser, cepat kedudukannya berubah.
Dia berhasil menghindari diri dari sergapan tangan Giok
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hong. "Ha, ha. ha.. . Giok Hong!" Dia langsung memanggil
nama orang. "Kau sudah bukan tandinganku."
"Sebutkan namamu." Berteriak wanita
"Ha Ha . . ." Giok Hong memukul berulangkali, berulangkali pula
orang itu mengelakkan diri.
Tan Ciu telah menolong Kim Cui.
Ong Jie Hauw, Sin Hong Hiap dan pek Pek Hap
menempur Tiga Jago Tong-hay.
Orang-orang Kim-ie Mo-jin sudah memisahkan diri.
Inilah langkah yang tepat memisahkan diri dari
kemusnahan. Giok Hong. Kut Lauw Kui. Bu Ceng Kui dan Tay Tauw
Kui kehilangan bala bantuan mereka.
Kehancuran Giok Hong sudah berada di ambang pintu
kenyataan. Menarik dirinya Kim-ie Mo-jin dari persekutuan
tiga kelompok kekuatan Istana Ratu Bunga dan Pulau
Tong-hay serta Kim-ie-kauw telah meruntuhkan semua
harapannya. Tay Tauw Kui. Kut Lauw Kui dan Bu ceng Kui
berusaha melarikan diri, orang-orang yang mengurung
mereka terlalu banyak, didalam waktu yang singkat. mereka
belum dapat melaksanakan tujuan itu,
Ratu Bunga Giok Hong juga melihat adanya situasi
mendung, dia tidak berhasil menjatuhkan si misterius
berkerudung diatas kursi rodanya, sampai selembar kain
penutup itu-pun tidak tergoyahkan. Menggunakan satu
ketika yang kosong Giok Hong lompat mundur kebelakang,
dia hendak melarikan diri.
Disini sudah melintang Melati Putih Giok Hu Yong
beserta tujuh gadis tujuh warnanya.
"Giok Hong!" Dia membentak. "Kemana kau hendak
melarikan diri?" Mengajak tujuh anak buah itu. Melati
Putih mengurung orang yang merusak rumah tangganya.
Orang berkerudung hendak mengejar mangsanya. Dan
itu Waktu. Melati Putih sudah bergerak. Roda kursi
dihentikan, mendadak begitu pakam. sehingga menerbitkan
suara berdenyut. Tokoh misierius itu batal mengajukan
dirinya. Ratu Bunga Giok Hong menarik napas panjang. Katanya
mengeluh. "Tidak kusangka, kau dapat mendatangkan
begitu banyak bantuan,"
Giok Hu Yong beserta tujuh gadis warnanya sedang
berada didepan mata. Lie Bwee turut serta didalam gerakan penumpasan Istana
Ratu Bunga. diapun salah satu dari bekas anggauta itu.
mendekati orang yang pernah mendidik dirinya, dia
memanggil, "Suhu . . ," Giok Hong mendelikkan matanya.
"Siapa yang menjadi gurumu?" Dia tidak mengakuinya
murid itu. Lie Bwee mengundurkau diri. Adanya Melati Putih Giok
Hu Yong ditempat itu sangat mengejutkan orang
berkerudung, dan itu waktu, Giok Hong sudah dikurung
oleh anak-anak buah si pencipta Drama Pohon
Penggantungan. Dia duduk dikursi rodanya, menyaksikan pertempuran
itu dari belakang. Kedudukannya seperti seorang peninjau.
Melati putih Giok Hu Yong mengerling. dan matanya
kearah manusia misterius itu.
"Boleh kau menyerahkan dia kepadaku?" Ibu Tan Ciu
ingin mengambil alih tugas mengalahkan Giok Hong.
Dikala Gok Hu Yong memandang dirinya, orang
berkerudung itu lebih terkejut lagi, ternyata banyak issue
pengambilan alih kekuasaan untuk menempur Giok Hong,
dia menganggukan kepala. Setuju.
"Terima kasih." Giok Hu Yong belum tahu siapa
manusia diatas kursi roda ini. Dan mengajak tujuh gadis
tujuh warnanya dia mengurung Giok Hong.
"Mulai." segera ia mengeluarkan perintah
Tujuh gadis tujuh warna bergerak, aneka warna baju terbayang2, semakin lama
semakin cepat, akhirnya terjadilah
suatu bianglala putih. Suara gemuruh yang seperti gelombang pasang
menyertai penyerang-penyerang tujuh gadis itu, mendapat
bantuan Giok H Yong, kekuatan ini tidak terkalahkan.
Ratu Bunga Giok Hong pernah menempur mereka dan
dia juga sudah berusaha memecahkan barisan ini, sedikit
banyak terdapat pengalaman-pengalaman yang terdahulu,
Karena itu, didalam waktu yang singkat, pertempuran
berjalan seimbang. Dilain pihak. Terdengar jeritan tertahan. Tay Tauw Kui
terkena pukulan Ong Jie Hauw. Kut Lauw Kui dan Bu
Ceng Kui kaget, tiga orang ini menggabungkan diri.
mencari jalan berdarah untuk menerjang keluar dari
kepungan orang. Pengemis tukang Ramal Amatir Tong Kay membentak.
"Kemana kalian mau melarikan diri?"
Tiga jago Tong-hay terkurung kembali. Keadaan mereka
semakin berbahaya. lukanya Tay Tauw Kui dibawah
tangan Ong Jie Hauw berupa suatu beban yang
memberatkan. Giok Hu Yong dan tujuh pembantunya mengurung Giok
Hong semakin ketat. Giok Hong termasuk jago wanita kelas berat, memiliki
ilmu kepandaian tinggi, mempunyai kecerdasan otak yang
luar biasa. Dia sudah menemukan jalan untuk memecahkan
barisan kurungan itu. Suatu saat. gadis berbaju hijau bergeser kearah kiri,
tempat kedudukannya digantikan oleh gadis berbaju kuning
dan gadis berbaju merah. Giok Hong menerjang mereka dengan suatu cara yang
paling nekad. Bak... Buk... Dan pukulan dari dua gadis mengenai
bagian tubuh si Ratu Bunga.
Tapi disaat yang sama Giok Hong juga berhasil
mendobrak kurungan musuh, menjatuhkan si gadis berbaju
kuning. Barisan tujuh gadis tujuh warna pecah berantakan.
Melati Putih Giok Hu Yong kaget, cepat-cepat dia maju
untuk menutup lubang itu.
Juga terlambat, gerakan Giok Hong yang gesit sudah
mencelat keluar dari daerah kebobolan para pengurungnya.
Melati Putih mengejar, tangannya diayun, memukul
punggung Giok Hong. Giok Hong menukik kebawah, dia menyentuh lantai,
langsung berhadapan dengan musuhnya, kedua tangan
didorongkan, hendak mengadu jiwa.
Giok Hu Yong menarik pukulannya, dia bergeser
kesamping, dengan maksud menghindari pakulan maut
lawannya, Kesempatan ini digunakan oleh Giok Hong baik sekali.
cepat sekali, tubuh sang Ratu cabul sudah melewati kepala
banyak orarg hendak lari keluar ruangan.
Orang berkerudung menekan roda kursinya dan 'ciuut. .
.' kursi roda itupun melejit keatas lebih cepat dari gerakan
Giok Hong yang mendapat banyak gangguan, orang
berkerudung itu sudah berada dihadapannya, menghalang
dan membentak. "Giok Hong, masih kau hendak melarikan diri ?"
Ratu Bunga Giok Hong memukul kearah orang itu, yang
mana dapat diterima dengan tenaga penuh, tentu saja tubuh
sang ratu terjungkal balik.
Melati Putih Giok Hu Yong yang mengejar datang, tiba
ditempat yang sama, tangannya terayun dengan tepat
mengenai geger Giok Hong.
Aah . . .! Menerima dua pukulan berbareng. Giok Hong tidak
sanggup mempertahankan dirinya lagi. dia jatuh didepan
banyak orang dengan mulut mengeluarkan darah, dia
muntah darah segar. Biang kekacauan sudah dapat dijatuhkan.
Diluar pekarangan Tiga Jago Tong-hay yang menjadi
nekad keluar dari kepungan.
Mereka hendak lari. karena itu agak lengah.
Cang Ceng Ceng memberi hadiah pukulan, giliran Kut
Lauw Kui yang kena pukulan.
"Aaaa. . .!" Dia menjerit keras. Dia jatuh terpelanting.
Jatuhnya Kut Lauw Kui tidak jauh dengan Pek Co
Yong, gadis itu mengayun tangan hendak menamatkan
jiwanya. Tan Ciu sudah berhasil menyembuhkan Kim Cui
menyaksikan kejadian tadi, cepat-cepat dia berteriak.
"Jangan!" Pek Co Yong menarik tangannya.
Tan Ciu berteriak lagi. "Lepaskan Tiga Jago Tong-hay
pulang ketempat mereka."
Inilah perintah. para jago Sumur Penggantungan
memberi jalan. Dengan kepala tunduk kebawah, Tiga jago
Tong-hay bersipat kuping pulang ke pulau dengan
kekalahan besar. Semua orang kembali keruang dalam. Ratu Bunga Giok
Hong sudah menggeletak menjadi bangkai tidak bernapas.
Perang yang berkecamuk kalut sudah selesai.
Kui Tho Cu merendengi Kim-ie Mo-jin juga masuk
ketempat itu. "Saudara Kim-ie Mo-jin." Berkata si bungkuk Kui Tho
Cu. "Kedatanganku tepat pada waktunya."
Kim ie Mo-jin menyengir. Itu waktu, orang berkerudung sudah menggeser roda
kursinya. memandang kearah Cang Ceng Ceng, dia berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak pergi dulu."
Dan memandang kearah Kui Tho Cu orang misterius ini
berkata. "Tolong kauberikan bimbingan kepada muridku
dan juga kepada mereka."
Entah siapa yang diartikan dengan mereka itu"
Sebelum kursi pada bergerak. Tan Ciu sudah melesat
datang. "Tunggu dulu." Dia berteriak keras.
"Ada apa?" Orang berkerudung itu bertanya.
"Dapatkah kau berterus terang?" Tan Ciu mendekati
maju. "Maksudmu?" "Aku hendak menanyakan sesuatu."
"Katakanlah!" "Ada orang yang mengatakan, bahwa ayahku bernama
Tan Kiam Lam." "Betul!" Berkata orang berkerudung itu.
"Dan dikatakan lagi, bahwa ayahku itu sudah menderita
cacad." Berkata Tan Ciu. Matanya memeriksa perubahan
gerakan dari orang yang ditanyai.
"Itupun suatu misterius. kenyataan." Berkata lagi si orang "Dan satu saja permintaanku." Berkata Tan Ciu tandes.
"Dapatkah kau membuka tutup kerudung itu?"
"Maaf. Permintaan ini tidak dapat kuterima," Berkata
orang misterius. "Ayah!" Berteriak Tan Ciu. "Masih kau tidak mau
mengaku?" Melati Putih Giok Hu Yong terkejut.
"Tan Ciu." Dia memanggil anaknya. "Siapa yang kau
panggil ayah?" "Ibu. Berkata Tan Ciu. "Akhirnya keluarga kita dapat
berkumpul kembali." "Apa arti kata-katamu?" Giok Hu Yong semakin
bingung. "Masih kau belum mengerti?"
"Dia yang kau maksudkan?"
"Masih harus kita kuatirkan." Berkata sang anak.
Melati putih Giok Hu Yong juga mendekati orang
berkerudung! "Tuan," Katanya. "Dapat kau membuka tutup kerudung
wajahmu?" "Kalian. . .?" Orang itu gugup sekali.
"Ayah!" Berkata Tan Ciu lagi. "Begitu tega kau
meninggalkan keluarga sendiri?"
"Kau Tan Kiam Lam?" Giok Hu Yong menatap tajamtajam.
Orang itu semakin bingung.
Disaat inilah, terdengar suara si bungkuk Kui Tho Cu.
"Saudara Tan Kiam Lam, tidak guna kau menjembunyiKan
diri lagi." Semua orang tersentak kaget. Orang berkerudung yang
duduk diatas kursi roda inikah yang bernama Tan Kiam
Lam" Betul! Orang itu membuka tutup kerudungnya, sangat perlahan
sekali, terpeta suatu wajah yang sudah dirusak orang, masih
terpeta wajah Tan Kiam Lam dahulu, tahi-tahi lalat hitam
dikuping kiri masih ada, Siapa lagi bila bukan Tan Kiam
Lam yang gagah perkasa"
"Aaa....!" Sesuatu yang mengejutkan semua orang.
"Ayah . .!" Tan Ciu menubrukkan diri.
Dengan sangat perlahan. Tan Kiam Lam mengeluarkan
kata-kata penyesalan. "Aku tak patut mendapat perhatian
kalian." "Kiam Lam," berkata Giok Hu Yong. "Jangan kau
pikirkan kejadian-kejadian yang telah lewat."
"Ayah," Berkata Tan Ciu. "Karena tak hadirnya dirimu,
maka Tan Sang sudah binasa."
"Aaa . .!" Tan Kiam Lam terkejut.
"Tan Kiam Pek juga menyertai anak kita." GioK Hu
Yong memberi penjelasan. "Aaa..!" Tan Kiam Lam kehilangan seorang putri,
ditinggalkan oleh saudaranya juga.
Rasa girang. sedih. menyesal berkecamuk menjadi satu.
Toh dia berhasil menerima kembali keluarga yang sudah
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berceceran itu. Dan akhirnya cerita ditutup sampai disini.
Atas persetujuan kedua orang tuanya, Cang Ceng Ceng,
Pek Co Yong dan Kim Cui menjadi suami isteri.
Tan Ciu dan ketiga istrinya menetap di Benteng
Penggantungan. Daerah Sumur Penggantungan. Pohon Penggantungan,
Rimba Penggantungan dan Bentang Penggantungan telah
diperlebar luaskan. Tidak lagi terjadi kejadian-kejadian yang
membangkitkan kegelisahan. Tan Ciu menyatukan daerahdaerah itu.
Untuk menyempurnakan keadaan, nama Penggantungan
yang seram itu. diganti menjadi 'Benteng Penggantungan
Jaya'. Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Ciu yang
gagah perkasa. Beserta dengan ketiga isterinya yang pandai
dan cekatan, rimba persilatan menjadi aman.
Demikianlah akhir cerita ini.
TAMA T Pendekar Pedang Kail Emas 2 Pendekar Sakti Im Yang Karya Rajakelana Pemberontakan Taipeng 1