Pencarian

Pohon Kramat 10

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 10


Han Thian Chiu. "Mengapa melupakan si Pendekar Pedang Kidal Oh
Cin?" "Aaa.... Hanya dua kemungkinan besar." orang ini yang mempunyai "Betul. Potongan badan kedua orangpun sama. Tan
Kiam Lam atau Oh cin. Salah satu dari dua bekas
kekasihmu yang bekepandaian nomor satu."
Giok Hong dapat menyetujui dugaan itu.
Hanya dua kemungkinan. Tan Kiam Lam dan Oh Cin.
Mereka kembali keatas gunung, ditengah jalan
menemukan Lie Bwee yang masih belum sadarkan diri,
pukulan Giok Hong terlalu kuat, sehingga murid itu tidak
berdaya untuk melarikan diri.
"Bagaimana hukumanmu untuk murid durjana ini?"
Bertanya Giok Hong. "Bunuh saja. Beres!" Berkata Ong Jie Hauw.
"Aku mempunyai usul baik."
"Usul apa?" "Ia harus mendapat siksaan didepan murid-muridmu
yang lain, sebagai contoh teladan bagi mereka yang ada
niatan untuk berkhianat. Berkhianat kepadamu berarti
mencari siksaan. Beri saja kepada anjing-anjing galakmu
itu." "Bagus. Ia mendapat hukuman mati dibawah gerogotan
anjing-anjing galak." berkata Giok Hong gembira.
Mereka kembali keatas gunung, disana ada menunggu
ketua Kim Ie Kauw. Meninggalkan cerita Han Thian Chiu dan Giok Hong
yang membawa Lie Bwe naik keatas gunung Pek Hoa San.
Mengikuti perjalanan orang berkerudung yang
menggulingkan roda-roda kursinya dengan cepat, dia
berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh-musuhnya.
Hanya dia orang yang dapat menjelma menjadi orang ini.
Tan Kiam Lam atau Oh Cin. Satu diantara dua ilmu
kepandaiannya cukup hebat. Dia dapat menghasilkan
seorang murid seperti Cang Ceng Ceng sehingga gadis
tersebut memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Orang ini telah berada dibawah kaki gunung Pek Hoa
san. Dari dalam semak-semak terdengar suara panggilan,
"Suhu..." Dengan menggendong Tan Ciu, Cang Ceng Ceng
menampilkan diri. Orang berkerudung itu menghentikan roda kursinya,
segera terhenti didepan muridnya itu.
"Bagaimana keadaan lukanya?" dia bertanya
"Masih tidak mau sadarkan diri." Jawab Cang Ceng
Ceng. Memeriksa keadaan Tan Ciu, orang berkerudung itu
bergugam. "Dia telah menderita luka dalam, setelah itu, mendapat
tekanan batin, darahnya bergolak masuk kedalam otak,
sangat berbahaya." "Ah..." Cang Ceng Ceng terkejut.
"Tidak dapatkah ditolong lagi?""
"Harus makan waktu perawatan yang agak lama."
berkata guru itu. "Ah..." "Ceng Ceng." panggil orang berkerudung itu.
"Kukira kau telah jatuh cinta kepadanya."
Cang Ceng Ceng menundukkan kepala.
"Suhu, ilmu kepandaianmu berada diatas Ratu Bunga
tadi?" Cang Ceng Ceng bertanya.
"Tentu saja." "Berhasil membunuh dirinya?"
"Tidak" "Mengapa?" "Aku tidak dapat mengalahkan tenaga gabungan mereka.
Han Thian Chiu memang bukan manusia biasa."
"Dia telah berhasil meyakinkan ilmu kepandaian kita?"
"Sebagian kecil dapat dipahami olehnya."
Tiba-tiba.... Orang berkerudung itu memanjangkan kupingnya, dia
berkata, "Ada orang datang...."
"Siapa yang datang?"
Dua orang telah menghampiri tempat itu. seorang yang
dikanan adalah serorang gadis berbaju putih, dan di kiri
seorang anak muda. Mereka adalah Tan Sang dan Ong Jie Hauw.
Dikala orang berkerudung menyusul jejak Tan Ciu
dipuncak Pek Soat Hong, Ong Jie Hauw pernah mendapat
tegurannya. Disini mereka berjumpa lagi, pertemuan untuk
kedua kalinya, mereka saling pandang sebentar, dan Ong
Jie Hauw berteriak. "Kau"!..."
Orang berkerudung menganggukkan kepala.
Tan Sang dan Ong Jie Hauw dapat melihat Tan Ciu
masih berbaring ditanah. Inilah orang yang hendak mereka
temukan. "Eh, apa yang telah terjadi?" Mereka bertanya.
Orang berkerudung memberi keterangan. "Tan Ciu
menderita luka ditangan Ratu Bunga Giok Hong."
Tan Sang dan Ong Jie Hauw saling pandang. Mereka
tidak tahu, bagaimana posisi pendirian orang berkerudung
ini, musuh atau bukan"
Orang berkerudung memandang Tan Sang beberapa
lama, kemudian mengajukan pertanyaan.
"Namamu Tan Sang bukan?"
Tan Sang menganggukkan kepala.
"Bagaimana bertanya. sebutan Cianpwee yang mulia?" dia Orang berkerudung itu menyerahkan Tan Ciu, kemudian
mengeluarkan beberapa butir obat.
"Beri makan obat ini kepadanya." Dia berkata, "Tan Ciu
menderita luka yang agak berat."
Tan Sang mengucapkan terima kasihnya!
Ong Jie Hauw mengajukan pertanyaan. "Dapatkah
memberi petunjuk, dimana letak pesanggrahan Ratu Bunga
itu?" "Kau hendak menyatroninya?" Balik tanya orang
berkerudung. "Ng, aku harus menemukan wanita itu, harus kupukul
hingga luka. Meminta ganti rugi atas keadaan Tan Ciu."
"Kau"..." Orang berkerudung menduga kepada seorang
yang sering mengepul, tukang jual omongan, dia tidak
percaya bahwa Ong Jie Hauw dapat mengalahkan Sri Ratu
Bunga Giok Hong yang ternama.
"Mengapa?" Ong Jie Hauw heran.
"Kau bukan tandingannya." Berkata orang berkerudung
itu. "Kita harus merundingkan cara untuk menghadapi
mereka." "Aku tidak membutuhkan bantuan." Berkata Ong Jie
Hauw. "Tenagaku seorang sudah cukup untuk mengubrak
abrik sarang mereka."
"Kukira kau akan dipukul remuk oleh wanita itu."
Berkata guru Cang Ceng Ceng. "Kau bukan tandingannya."
Ong Jie Hauw mendelikkan mata.
"Kau tahu, bahwa aku bukan tandingannya." Dia tidak
puas. "Kau telah menyaksikan aku kalah ditangannya?"
"Kau mempunyai pegangan kuat untuk mengalahkan
Ratu Bunga Giok Hong yang ternama?"
"Tentu." Tan Sang menambah dengan keterangannya.
"Cianpwee, dia memiliki ilmu kekebalan yang tiada tara.
Kukira dapat mengalahkan musuh."
Orang berkerudung memberi tahu dimana letak sarang
Sri Ratu Bunga. Ong Jie Hauw naik keatas Pek Hoa san.
"Akan ku obrak-abrik sarang mereka." Dia sesumbar
keras. Orang berkerudung memandang Cang Ceng Ceng dan
memberi perintah, "Ceng-Ceng, ikuti dirinya dan bilamana
perlu, beri bantuanmu."
Tan Sang tertawa. Dia memberi keterangan.
"Atas perhatian Cianpwee, kami mengucapkan banyak
terima kasih. Kukira tidak perlu mengikutinya. Tidak
seorang pun yang dapat melukainya. Ia tidak mungkin
menghadapi bahaya." "Mengapa?" "Ia memiliki ilmu kebal yang tidak mempan senjata."
Berkata Tan Sang. Orang berkerudung, Cang Ceng Ceng dan Tan Sang
berusaha menolong Tan Ciu, Ong Jie Hauw mendaki
gunung Pek Hoa-san. Seorang diri menantang komplotan
itu. Meninggalkan cerita mereka dan mengikuti cerita yang
terjadi di ruang tamu Sri Ratu Bunga.
Disana berkumpul tiga orang, Kim Ie Mo-Jin, Han
Thian Chiu, Giok Hong. Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang membujuk
ketua Kim ie kauw untuk menggabungkan kekuatan
mereka. Kim Ie Mo-Jin menolak dan berkata.
"Sudah kukatakan, aku tiada maksud untuk mengikat
diri, aku tidak bersedia dikekang oleh siapapun juga."
"Kita tidak akan mengekang kebebasan kauwcu." berkata
Han Thian Chiu. "Maksud tujuan utama dari
penggabungan kedua tenaga ini adalah menundukkan
semua partay-partay dan golongan-golongan."
"Kita tidak sepaham."
Giok Hong ikut membujuk, "Kauwcu. berpikirlah,
kecuali kita berdua, masih ada seorang lagi yang
berkepandaiantinggi,kekuatannyatidakboleh
diremehkan." "Siapakah orang itu?"
"Orang cacad diatas kursi roda yang menutup wajahnya
dengan kain kerudung itu, Orang yang memberi petunjuk
kepadamu datang ketempat ini."
"Ouw..." "Sudah jelas, maksudnya hendak mengadu domba. Salah
satu dari kita dapat mengalami cedera, kemudian dengan
mudah dia dapat memungut hasil pertarungan itu."
Han Thian Chiu menimpali suara sang kekasih. "Betul.
kita harus bersatu menghadapinya. menghadapi semua
orang." "Aku meminta waktu tiga hari." Akhirnya Kim Ie MoJin menolak dengan halus.
"Kami mengharapkan jawaban kauwcu." Berkata Giok
Hong. "Tiga hari adalah waktu yang tidak lama." Berkata Kim
Ie Mo-Jin. "Kami harapkan kauwcu dapat menerima tawaran
kami." berkata Han Thian Chiu.
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." lanjut Giok
Hong. Kata-kata Ratu Bunga itu mengandung dua macam
arti. Seolah-olah tidak memngerti akan maksud itu, Kim Ie
Mo-Jin meminta diri. Giok Hong dan Han Thian Chiu mengantar tamu itu.
Setelah mengantar Kim Ie Mo-Jin keluar dari markas,
Giok Hong dan Han Thian Chiu menuju kearah lapangan
dimana telah berbaris murid-muridnya, mereka mengitari
tiang bendera, pada tiang bendera itu terikat seorang gadis,
itulah Lie Bwee. Giok Lo Sat menyongsong kehadiran sang guru.
"Persiapan telah selesai." Dia memberi laporan.
Giok Hong menganggukan kepala. Dia menghampiri Lie
Bwee, gadis ini berani mengkhianati pintu perguruan.
Untuk menjaga agar tidak sampai terulang kejadian yang
sama, dia harus memberi hukuman yang setimpal.
Lie Bwee mengucurkan air mata.
"Suhu..." Dia memanggil lemah.
GiokHongmengayunkan menempiling pipi murid itu.
tangan, "Taarr..." "Jangan lagi panggil aku suhu." Dia bergeram.
Lie Bwee memandang kelilingnya, dia tidak melihat
bayangan Tan Ciu. "Dimanakah Tan Ciu?" dia mengajukan pertanyaan.
"Tan Ciu sudah mati." berkata Giok Hong ketus.
"Aaa....." "Kau juga segera menyusul arwah pemuda itu." Giok
Hong menambahi. Wajah Lie Bwee sangat kaku, dia sudah putus harapan.
"Suhu, aku menyesal sekali." Dia berkata perlahan.
"Hendak mengejek. meminta pengampunan?" Giok Hong "Tidak!! Aku siap mati." Lie Bwee kenal baik akan sifat
gurunya itu. "Kau harus mati. Dan kematianmu tidak seperti
kematian biasa. Kau harus menderita beberapa lama
digerogoti anjing-anjing penjaga kita."
"Aaaa...." "Kau takut?" Siapa tidak takut menghadapi kematian" Ada yang mati
secara gemilang, ada yang mati sudah berada didalam
perhitungannya. Mati berkorban! Orang ini dapat menekan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rasa takutnya. Ada juga yang mati diluar perhitungan.
Orang ini sulit menekan rasa takutnya.
Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu. Dan dia harus
menanggung resiko besar, inilah akibat kegagalan, dia harus
mati. Ratu bunga Giok Hong memberi perintah.
"Keluarkan Anjing Penjaga."
Giok Lo Sat menjalankan perintah. Terdengar suara
gongongan anjing. Tiba-tiba seorang gadis berbaju merah lari mendatangi.
Tubuhnya penuh luka. "Suhu....!" dia memanggil Ratu Bunga itu.
"Ada apa"!" membentak Giok Hong tidak puas.
"Seorang pemuda mengamuk kalang kabut.. beberapa
kawan telah mati dibawah tangannya."
"Apa yang dikatakan oleh pemuda itu?"
"Dia menantang suhu, memaki-maki nama dan gelar
suhu." Ratu Bunga Giok Hong marah besar.
"Tidak ada yang dapat menahan kemajuannya?" Dia
uring-uringan. "Dia berkepandaian liehay, tidak mempan senjata."
"Siapa orang itu?"
"Tidak tahu." "Tidak ada yang kenal kepadanya?" Giok Hong
mendelikkan mata. "Dia menyebut dirinya sendiri bernama Ong Jie Hauw."
"Baik. Aku harus turun tangan sendiri."
Dikala itu, Giok Lo Sat telah melepas lima ekor anjing
galak, dengan suara mereka yang mengerikan, menubruk
kearah Lie Bwee. Giok Hong dan Han Thian Chiu meninggalkan tempat
itu. Mereka tidak tahu bagaimana anjing-anjing itu
menggerogoti daging sang murid yang berani berkhianat
kepada dirinya. Betulkan anjing-anjing tersebut berhasil menggerogoti
daging Lie Bwee yang terikat ditiang panjang"
Tidak!!! Dikala keadaan sangat kritis sekali, tiba-tiba meluncur
lima bintik hitam, yang mengincar lima ekor anjing galak
itu. Terdengar suara berkuing-kuingnya anjing, lima ekor
binatang itu mati ditanah.
Satu bayangan loncat turun,
membunuh lima ekor anjing disana.
orang inilah yang Giok Lo Sat dan empat gadis berbaju merah membentak.
"Siapa?" Orang yang datang adalah seorang tua. Dia Tan Kiam
Pek. Tanpa banyak cingcong, dia menghujani pukulanpukulan yang sangat cepat dan
sangat keras. Empat gadis berbaju merah dibunuh olehnya. Hanya
Giok Lo sat yang luput dari kematian. Gadis ini melarikan
diri. Tan Kiam Pek tidak mengejar, dia membuka ikatan Lie
Bwee dan tinggalkan tempat itu.
Dikala Ong Jie Hauw menyerang dibagian depan, Tan
Kiam Pek menyeludup masuk pusat markas besar Sang
Ratu Bunga, suatu kejadian yang sangat kebetulan, dengan
mudah orang tua ini menyelamatkan jiwa Lie Bwee dari
kematian sigadis dari tajamnya taring-taring anjing galak.
Mengikuti cerita perjalanan Ratu Bunga Giok Hong
yang keluar sarang, dia disertai Han Thian Chiu.
Pendekar dungu muda Ong Jie Hauw sedang menyerang
tiga gadis berbaju merah. Ditanah telah menggeletak jatuh
beberapa korban. Terdengar suara jeritan. seorang gadis berbaju merah lagi
yang mati dibawah tangan Ong Jie Hauw.
Giok Hong mengeluarkan suara bentakan.
"Hentikan pertempuran ini."
Para dayang berbaju merah menghentikan kurungan
mereka, perintah sang Ratu harus ditaati dengan patuh.
Ong Jie Hauw menghadapi dengan hati besar. Dia belum
pernah dikalahkan orang, Ilmu kekebalannya terhadap
hantaman atau pukulan menjadikannya dia sebagai
manusia besi. Itulah senjata terampuh untuk menangkat
derajat kedudukannya. Ratu Bunga memandang anak muda itu, tiada sesuatu
yang sangat luar biasa, seperti pemuda-pemuda lainnya,
gesit dan bergelora, tentu saja disertai juga dengan semangat
yang menyala-nyala. "Bocah kurang ajar!!" Giok Hong membentak dengan
suara keras. "Berani kau membunuh orang dibawah
kekuasaan Istana Ratu Bunga?"
Ong Jie Hauw memperhatikan wanita itu, belum terlalu
tua, Dia juga membalas dengan suara keras.
"Sebutkan namamu!"
"Aku Sri Ratu Bunga ditempat ini." Berkata Giok Hong
sombong. "Aha... ini dia yang sedang kucari." Ong Jie Hauw
berteriak girang. "Mengapa kau melukai kawanku" Aku
harus menuntut balas."
"Siapa yang menjadi kawanmu?"
"Tan Ciu." "Dan maksud kedatanganmu?"
"Menuntut balas."
"Huh!! begitu mudah?"
"Bukti telah bicara. Berapa anak buahmu telah binasa.
Sangat mudah bukan?"
"Bocah sebutkan namamu!" Giok Hong membentak.
"Ong Jie Hauw."
"Ong Jie Hauw?" Giok Hong belum pernah mendengar
nama dari seorang jago silat yang bernama Ong Jie Hauw.
Sedangkan pemuda ini berkepandaian tinggi, lumayanlah..
"Ong Jie Hauw." Berpanggil sang Ratu Bunga. "Begitu
kejamkah kau membunuh anak buahku?"
"Mengapa?" Ong Jie Hauw memandang lawannya.
"Kau harus memganti dengan jiwa juga." Berkata Ratu
Bunga Giok Hong. "Bagus. Siapa yang harus mengganti jiwa?" Berkata Ong
Jie Hauw. "Dan kedatanganku kesini hendak mencari
seseorang." "Siapa lagi yang hendak kau temui?"
"Seorang gadis berbaju merah."
"Namanya?" "Aha.. " Ong Jie Hauw memijit jidatnya. Dia belum tahu
gelaran dan nama Lie Bwee. Si gadis belum
memberitahukan namanya, tentu saja pemuda ini tidak
dapat menyebut. "siapakah yang hendak kau temukan?" Bertanya lagi
Ratu Bunga Giok Hong. "Seorang gadis yang berbaju merah." Berkata Ong Jie
Hauw. "Semua anak buahku mengenakan pakaian warna
merah. Yang manakah yang hendak kau temukan itu?"
"Kau tidak mau memeri tahu?" Ong Jie Hauw naik
darah. "Apa lagi?" "Kuobrak abrik tempat ini, mungkinkah dia tidak mau
keluar dari tempat persembunyiannya?"
"Kau sudah bosan hidup."
"Aha... kau yang sudah bosan hidup."
Tubuh Giok Hong bergerak cepat sekali, sudah berada
didepan Ong Jie Hauw. "Nah, enyahlah dari tempat ini." Dia mengayunkan
tangannya memukul si pemuda.
Kecepatan Giok Hong tiada terlukiskan. Ong Jie Hauw
tidak bersiap siaga, dimisalkan dia sudah siap untuk
menjaga diripun belum tentu dapat menghindari diri dari
pemukulan ini. apa lagi didalam keadaan lengah.
Terdengar suara benturan yang keras. Dukk... Tubuh
pemudainiterdorongjatuhkebelakang.
Gesit laksana harimau, tubuh Ong Jie Hauw mencelat
bangun kembali, menerkam dan menerjang lawannya.
Setiap serangan pertama dari seseorang yang bertempur
dengan jago kuat, tentu tidak mengandung kekuatan penuh.
Demikian juga pukulan Giok Hong yang telah dikerahkan
tadi. Boleh dikatakan sangat perlahan sekali. Dan itu pun
sudah dapat mengenai sasaran dengan terlalu mudah. Suatu
kejadian yang janggal untuk terjadi didalam pertempuran.
Sang Ratu bingung tidak mengerti.
Kini anak muda itu sudah mencelat bangun, dengan satu
kekuatan yang lebih dahsyat Giok Hong mendorong kedua
tangannya. "Blegguuurrr....."
Ong Jie Hauw belum dapat mempertahankan
keseimbangan badannya, langsung melurus panjang, tubuh
itu dilayangkan, membentur batu dan.. Hek... Dia jatuh
menggeletak. Kepalanya berkunang-kunang.
Dua kali Giok Hong menjatuhkan lawannya, pekerjaan
itu dapat dilaksanakan dengan muda. Dia tertawa besar.
"Ha..Ha..Ha.. kepandaianmu?" Hanya seperti inikah ilmu Pukulan Giok Hong yang kedua kalinya memang berat
sekali. Ong Jie Hauw seperti hampir menemukan dunia
kiamat. Tanah yang dipijak seperti berputar keatas. Cukup
lama dia meringkuk diatas tanah.
Giok Hong menduga bahwa dia sudah membunuh mati
lawan itu, setidak-tidaknya melukainya sampai parah.
Setelah tertawa ngakak, dia mendekati korban pukulan itu.
Secara mendadak sekali, tubuh Ong Jie Hauw melentik
bangun. suatu kejadian yang mengejutkan lawannya.
"Aaa...Pukulan tanganmu cukup berat. Lebih hebat dari
pukulan laki-laki." Ong Jie Hauw hendak menuntut
pembalasan. Pukulan berat" Huh!! Pukulan Giok Hong dapat
membunuh mati seekor kerbau jantan, paling sedikit
bertenaga kuda. sampai beberapa kerjadi sangat tidak
masuk akal. Bila pukulan itu belum dapat menaklukan
lawannya, Kejadian luar biasa.
Ratu Bunga Giok Hong termangu-mangu ditempatnya,
hampir dia menjadi patung ditempatnya.
Ong Jie Hauw menggoyang pundak, gilirannya yang
mengirim pukulan. Hutt... menjotos muka sang lawan.
Ong Jie Hauw memiliki ilmu kekebalan yang tidak
mempan senjata, tapi ilmu kepandaian silatnya hanya
kepandaian biasa. Gerakannya pun tidak mengandung
perubahan. Dengan mudah Giok Hong dapat menyengkelit
pukulan itu, disertai dengan lain serangan balasan.
"Bek...." Kali ini dada sipemuda yang dihajar olehnya.
Terdengar suara daging yang dipukul, Ong Jie Hauw
dipentalkan kebelakang. Dia jatuh terlentang.
Han Thian Chiu mengayun tangan, Buttt.... memukul
tubuh pemuda itu yang jatuh tidak jauh darinya.
"Beekkk..." Bagaikan daging bola, tubuh Ong Jie Hauw
ditendang pergi lagi. Berguling-gulingan ditanah.
Han Thian Chiu dan Giok Hong saling pandang. mereka
tertawa. Senyum mereka memberi tahu tentang kepuasan
dan kesombongan hatinya. Hanya sekejap mata, senyum
inipun lenyap sama sekali. Terganti dengan rasa seram,
dengan wajah yang menunjukkan ketakutan tidak kepalang,
mereka dapat mengikuti gerakan Ong Jie Hauw yang
bangun sendiri. Dengan mengibrik-ibrikkan bajunya yang penuh debu,
Ong Jie Hauw siap menerima tantangan baru.
Bulu tengkuk Giok Hong dan Han Thian Chiu
bergemerinding bangun. Mungkinkah bukan seorang
manusia biasa" Manusia robotkah yang menjadi tandingan
mereka" Mengapa tidak mempan pukulan"
Disaat mana..... Ong Jie Hauw yang dipukul terus menerus secara saling
susul, menyebabkan pemuda itu menciumi tanah sampai
lebih dari satu kali. Kemarahannya pun meledak.
"Aha..." Diapun sudah melompat bangun kembali.
"Ilmu macam apakah yang kalian miliki" Walau tidak
dapat memukul mati diriku, tapi kepala berat juga. Heh....."
Ratu Bunga Giok Hong lebih heran atas ilmu
kepandaian lawan yang seperti karet, dia pun membentak.
"Kau menggunakan ilmu apa?"
"Ilmu?" Ong Jie Hauw tidak mengerti, "Aku ingin
memukulkalian,haruskahbelajarilmu?"
Ong Jie Hauw mendekati kedua musuhnya.
Apa yang dilakukan Giok Hong dan Han Thian Chiu"
mereka seperti sedang berhadapan dengan manusia sintetis,
seorang manusia karet. Jatuh dan dapat bangun kembali.
Tidak mempan senjata, juga tidak mempan pukulan.
Kedua orang itu mundur beberapa langkah kebelakang.
Ong Jie Hauw maju dua langkah lebar, mengirim
pukulan yang disertai gertakannya. "Nah.. giliran kalian
yang menerima serangan pembalasan."
Giok Hong tidak berani menerima serangan itu, dia
menyingkir ke samping. Dengan mudah berhasil
menghindarkan diri dari serangan pukulan si bocah dungu.
Hal ini terlalu mudah dilakukan olehnya, mengingat
kecepatan Ong Jie Hauw yang terlalu lambat dan ayalayalan.
Han Thian Chiu menggeser posisi, berputar kaki
membalikkan badan, kini sudah berada dibelakang Ong Jie
Hauw. Tangannya di kebaskan, Seett....., mengincar jalan
darah Beng bun-hiat, tentu saja serangan ini mengenai
sasarannya. Tepat sekali serangan tadi.
Bless..... Senjata apakah yang dapat memakan kulit Ong Jie
Hauw" Tidak sebongkah benda pun yang dapat melukai
pemuda itu. Apalagi hanya tusukan jari Han Thian Chiu,


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Betul eks ketua Benteng Penggantungan memiliki tenaga
dalam yang luar biasa, dibawah kekebalan Ong Jie Hauw
diapun tidak berdaya. Menggunakan kesempatan berjarak dekat itu, Ong Jie
Hauw mengayun tangan, Bekk... Mata pinggang Han Thian
Chiu kena pukulannya. Tubuh terhuyung jauh kebelakang.
Giok Hong lebih pandai dari sang kekasih mengincar
cepat, dia memukul dada Ong Jie Hauw, menggulingkan
jago muda ini. Betul tidak dapat melukainya, waktu itu cukup memberi
kelonggaran waktu kepada mereka untuk menarik napas.
Lagi-lagi Ong Jie Hauw dibuat mencium tanah.
Giok Hong mendekati Han Thian Chiu,
"Kau mengapa?" dia bertanya dengan penuh kasih
sayang. Han Thian Chiu adalah salah satu kekasihnya yang
terpandai. "Aku menderita luka dalam." Han Thian Chiu berkata
berat. Itu waktu, Ong Jie Hauw sudah merayap bangun lagi,
tentu akan menyerang mereka.
"Bagaimana?" Giok Hong bertanya cepat.
"Lekas bawa aku meninggalkan tempat ini." Berkata Han
Thian Chiu. Mengingat tidak mungkin melukai pemuda aneh itu,
menimbang tidak guna meneruskan pertandingan tersebut,
dan keadaan Han Thian Chiu yang sudah terluka tidak
memungkinkan sang bekas ketua Benteng Penggantungan
memberi bantuan. Giok Hong mengangkat tubuh kekasih
itu, melarikan diri. Ong Jie Hauw bergerak terlalu lambat dikala dia hendak
memukul kedua lawannya. Giok Hong dan Han Thian Chiu sudah mengambil
langkah seribu. Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak
sanggup melayani Ong Jie Hauw, mereka melarikan diri.
Tidak lama, didepan mereka telah melintang satu
bayangan. Giok Hong dan Han Thian Chiu menghentikan lari
mereka, mata mereka terbelalak, dengan rasa takut yang
tidak terhingga, sepsang manusia itu mengalami getaran
yang hebat. "Kau"!" Han Thian Chiu berusaha melepaskan dirinya
dari pegangan sang kekasih.
"Tan Kiam Lam." Giok Hong berteriak, "Kau masih
hidup"!" Tan Kiam Lam kah yang datang"
Bukan! Dia adalah saudara orang-orang yang sudah
tersiksa, Dia adalah Tan Kiam Pek.
Menyaksikan rasa takutnya kedua orang itu, Tan Kiam
Pek sangat puas sekali. Dia mengeluarkan suara dari
hidung. "Sepasang manusia terkutuk, saudaraku telah terluka
dibawah kedua tanganmu. Aku Tan Kiam Pek. Sudah
waktunya aku mengadakan tuntutan."
Giok Hong dan Han Thian Chiu harus memburu waktu,
dibelakang mereka masih ada seorang jurik. Ong Jie Hauw.
Mereka harus cepat-cepat meninggalkan tempat itu. Tangan
Giok Hong terayun, menghujani Tan Kiam Pek dengan
serangan dahsyatnya. Belasan jurus kemudian, Tan Kiam Pek dipaksa
mengakui akan keunggulan lawannya. Dia main mundur,
berusaha mengelakan setiap serangan sang Ratu Bunga.
Giok Hong mendesak dan merangsek hebat. Keadaan
Tan Kiam Pek sangat kritis sekali.
Dari jauh, sudah terdengar teriakan Ong Jie Hauw.
"Hei.. kalian jangan lari!"
Giok Hong meninggalkan lawannya, mengangkat Han
Thian Chiu dan meneruskan lari mereka.
Tan Kiam Pek tidak berani mengejar, ilmu
kepandaiannya sudah ditekuni selama belasan tahun
terakhir masih bukan tandingan Giok Hong, apa mau
dikata" Ilmu meringankan tubuh Ong Jie Hauw sangat belet,
dikala dia tiba di tempat itu, bayangan Giok Hong dan Han
Thian Chiu sudah lenyap. "Dimana kedua orang tadi?" Ong Jie Hauw bertanya
kepada Tan Kiam Pek. "Saudara Ong," berkata Tan Kiam Pek. "Kau
mengatakan mempunyai seorang kekasih ditempat ini"
Belum lama aku menolong seorang gadis berbaju merah,
kukira dialah orang yang hendak kau temukan."
Ternyata, setelah Tan Kiam Pek menolong Lie Bwee,
ditengah jalan dia mengetahui jejak Giok Hong dan Han
Thian Chiu, Cepat-cepat menyembunyikan gadis tersebut,
dan menghadang lari kedua orang itu.
Dia kalah pandai, maka tidak berdaya membekuk
musuh. Kini dia mengajak Ong Jie Hauw untuk bertemu
Lie Bwee. "Aaaaaaaa......."
Ong Jie Hauw mengenali kepada gadis yang telah
diperkosa olehnya. Lie Bwee masih pingsan dan masih
belum sadarkan diri. "Bagaimana dia dapat menjadi seperti ini?" bertanya Ong
Jie Hauw dengan cemas. "Telah kuusahakan untuk menolongnya, tapi tidak
berdaya." Berakata Tan Kiam Pek.
"Mari kita bawa kepada orang berkerudung itu, Kulihat
dia pandai mengobati." berkata Ong Jie Hauw.
"Orang berkerudung?" Tan Kiam Pek belum pernah
melihat guru Cang Ceng Ceng.
"Ng.. dia sedang menolong Tan Ciu." Berkata Ong Jie
Hauw. "Tan Ciu" Tan Ciu sudah ditolong juga?"
"Ng...." Mereka membawa Lie Bwe ketempat Tan Sang
menungu, disana ada Cang Ceng Ceng, Tan Ciu dan
manusia cacad diatas kursi roda.
Orang berkerudung itu masih menolong Tan Ciu.
Tan Sang menghampiri dan menyongsong datang.
"Eh, Bagaimana kalian menjadi satu?" Dia memandang
Ong Jie Hauw dan Tan Kiam Pek.
Secara singkat Tan Kiam Pek menceritakan jalannya
kejadian. Itu waktu, Ong Jie Hauw masih menggendong tubuh Lie
Bwee. "Diakah orang telah kau sebut itu?" Tan Sang menunjuk
kearah tubuh gadis yang digendong Ong Jie Hauw.
Pemuda yang ditanya menganggukan kepalanya.
Tan Sang membuka mulut, menggerak-gerakan bibir
tidak sepatah katapun yang terdengar jelas entah apa yang
hendak dikemukakan olehnya. Dia berkemak kemik.
Ong Jie Hauw kurang memperhatikan perubahan wajah
Tan Sang, Dia menyerahkan tubuh Lie Bwee dan berkata.
"Dia terluka! tolong kau periksa."
Disaat itu, Tan Kiam Pek sedang mengucapkan terima
kasih kepada orang berkerudung diatas kursi roda.
"Bukan aku yang menolong." Orang itu memberi
keterangan. "Orang yang menolong kemanakanmu adalah
gadis she Lie ini. Kebetulan aku datang maka membawa
ketempat ini." Betapa tinggipun ilmu kepandaian Lie Bwee tidak
mungkin dapat menolong Tan Ciu dari Istana Ratu Bunga.
Bila tidak ada guru Cang Ceng Ceng, keadaan itu masih
belum diketahui. Tan Kiam Pek memperhatikan orang berkerudung itu.
"Bolehkah aku beratnya." Dia berkata, "Bagaimanaah
nama dan julukan tuan yang mulia?"
Orang cacad yang duduk menggoyangkan kepalanya. diatas kursi roda "Namaku memalukan orang." Dia berkata dengan suara
perlahan. Tan Kiam Pek tidak mendesak.
Keadaan Tan Ciu telah banyak lebih baik, dia
memandang kearah tempat itu, dengan bingung dia
bertanya: "Eh.. dimanakah aku?"
"Kau berada diluar daerah lingkungan Istana Ratu
Bunga." berkata Cang Ceng Ceng.
Tan Ciu memandang gadis itu, Dia masih dapat
mengenalinya. "Kau" Nona Ceng?" dia bertanya.
"Betul" Cang Ceng Ceng menganggukan
"Guruku telah berhasil menolongmu."
kepala. "Ooo.." terbayang kembali kejadian-kejadian yang baru
saja dialami diatas Istana Ratu Bunga. Terbayang dan
terpeta bayangan Jelita Merah, Ong Leng Leng yang
menggeletak ditiang Siksaan, gadis itu telah menggigit lidah
dan membunuh diri. "Aaaa.." Ketenangan Tan Ciu terganggu, ia menjerit dan
berteriak. "Hee.. Kau mengapa?" Cang Ceng Ceng memegang
kedua pundak si pemuda. "Dia sudah mati." Berteriak Tan Ciu sedih.
"Dia" Dia siapa?" Cang Ceng Ceng tidak mengerti.
"Jelita Merah Ong Leng Leng. Ong Leng Leng mati
bunuh diri karena dia hendak menolong diriku... Aaa.....!"
Melepaskan pegangan Cang Ceng Ceng, Tan Ciu
mencelat bangun. dia melarikan diri. Arahnya adalah
gunung Pek Hoa san. Cang Ceng Ceng melentikkan sepasang kakinya, cepat
sekali gadis ini menyusul gerakan Tan Ciu, menghadang
jalannya pemuda itu. dia membentak.
"Hei, kau mau kemana?"
"Minggir!!" Tan Ciu
menghadang kepergiannya. memukul bayangan yang Cang Ceng Ceng mengegoskan diri, maka luputlah
serangan yang ditujukan kearah dirinya.
"Tan Ciu...!" Dia bergeram keras, "Kemana kau?"
"Aku harus menolong Ong Leng Leng." Berkata si
pemuda. "Dia sudah mati bukan?" Cang Ceng Ceng memberi
peringatan. "Aaaa..." Tan Ciu bergugam. "Betul.. betul... betul.. Dia
sudah mati... Dia bunuh diri..."
"Sebentar lagi, kita bersama-sama mencari jenazahnya."
Berkata Cang Ceng Ceng memberi hiburan.
Itu waktu, Ong Jie Hauw mendekati kawannya.
"Tan Ciu." dia memanggil, "Aku telah mengalahkan
mereka! kedua-duanya lari."
Tan Ciu mematung ditempat.
"Tan Ciu." panggil lagi Cang Ceng Ceng, "Tenangkanlah
pikiranmu." "Tan Ciu" Ong Jie Hauw juga memanggil "Aku berhasil
menemukannya." Tan ciu berhasil dibujuk kembali.
Dikala mereka tiba dihadapan orang tua berkerudung,
Tan Kiam Pek dan Tan Sang, Mata Tan Ciu bertumbuk
dengan Lie Bwee. Sinar mata itu menjadi liar mendadak.
dengan beringat sipemuda menggeram.
"Bunuh!". Dia maju mendekati gadis Lie Bwee.
Cang Ceng Ceng berteriak lagi.
"Tan Ciu, Siapa yang kau hendak bunuh?"
"Nah! ini dia bilang keladinya." Tan Ciu menuding
kearah Lie Bwee. Dia mengayun tangan hendak memukul
gadis itu. Ong Jie Hauw tersentak kaget, dia menghadang didepan
Tan Ciu. Menerima pukulan pemuda ini.
Disaat yang sama, Tan Sang dan Cang Ceng Ceng maju
berbareng. Dengan kekuatan tiga pasang tangan itu, Tan
Ciu berhasil di tekan. Kebencian Tan Ciu kepada Lie Bwee tidak dapat
dilukiskan, tentu saja dia tidak tahu kalau orang yang
terakhir hendak menolong dirinya adalah gadis itu.
Cang Ceng Ceng menarik si pemuda.
"Tan Ciu." dia membentak. "kau sudah gila."
"Aku hendak membunuh mati dia." Bergeram lagi Tan
Ciu. Dan menunjuk jari kearah Lie Bwee.
"Dengan alasan apa kau mau membunuh orang?"
bertanya lagi Cang Ceng Ceng yang belum mengerti akan
duduk perkara. "Semua gara-gara disebabkan oleh munculnya orang ini."
Tan Ciu berontak diri. Dia hendak memukul Lie Bwee. Bila
bukan Lie Bwee yang menemukan jejak mereka, tentu Ong
Leng Leng tidak akan mati.
"Tan Ciu." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Dialah yang menolong jiwamu. Tahu"!"
Tan Ciu berjingkrakan. "Dia yang menolong aku?" Dia
masih kurang percaya, "Sshh.. tidak mungkin..."
"Jika Lie Bwee yang menolong dirimu, tidak mungkin
kau dapat meninggalkan Istana Ratu Bunga." Cang Ceng
Ceng masih berusaha menyadarkan kerumitan otak si
pemuda. "Tidak mungkin!!!" Tan Ciu masih belum dapat
menerima kesan tadi. "Betul." Orang tua berkerudung cacad itu memperkuat
keterangan muridnya. "Lie Bwee telah menolong dirimu."
"Aaa.." Tan Ciu mulai ragu-ragu.
Untuk melenyapkan keretakan itu orang berkerudung
mengisahkan jalannya cerita.
"Dengan alasan apa dia menolong jwaku?" Tan Ciu
Bergugam. "Sebentar lagi, setelah siuman, kau boleh langsung


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengajukan pertanyaan ini kepadanya." Berkata orang
berkerudung. "Hanya dia yang dapat memberi keterangan,
Mengapa dia mau menolong dirimu."
Sedari tadi, Tan Kiam Pek mengikuti pembicaraan itu,
Kini dia maju bertanya. "Bolehkah tuan menyebut
namamu?" "Sudah kukatakan" berkata orang berkerudung.
"Namaku sudah busuk, tiada guna menyebutnya lagi."
"Logat suara tuan sangat berkesan sekali." Berkata Tan
Kiam Pek. "Tentu seorang yang aku kenal baik. Suara ini
tidak asing bagiku."
"Begitu?" Orang cacat itu menganggukan kepalanya.
"Tidak keberatankah menyebut nama tuan yang mulia?"
Tan Kiam Pek ingin mendapat kepastian.
"Sangat menyesal," Berkata guru Cang Ceng Ceng itu.
"Belum dapat kupenuhi permintaanmu itu."
Tan Kiam Pek meneliti secara menyeluruh wajah dibalik
tutup kerudung, tiada dapat dilihat, Bentuk tubuhnya yang
sudah cacat, Tidak dapat dijadikan pedoman penilaian.
Hanya suara itu yang sangat dikenal sekali.
Dia masih membandingkan suara-suara yang memiliki
hubungan dekat dengannya.
Orang berkerudung sudah selesai menyembuhkan Lie
Bwee, dia memandang Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Ceng Ceng, aku hendak berangkat lebih dahulu,
Bagaimana dengan dirimu" Ingin turut serta?"
Cang Ceng kemudian." Ceng berkata. "Aku akan
menyusul "Baik."Orangitumenggerakankursinya.
Siuuttt.. Kursi beroda itu meluncur jauh meninggalkan
semua orang. Tan Kiam Pek mendekati Cang Ceng Ceng.
"Nona Cang." Dia memanggil perlahan. "Dapatkah kau
menjawab beberapa pertanyaanku?"
"Boleh saja." Berkata Cang Ceng Ceng ramah.
"Bagaimanakah nama dan gelar julukan gurumu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek. Cang Ceng Ceng menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu." dia Berkata.
"Dia tidak memberi tahu kepadamu?" bertanya lagi Tan
Kiam Pek. "Betul." Berkata Cang Ceng Ceng. "Belum pernah suhu
menyebut nama dirinya sendiri.
"Pintu perguruan kalian?"
"Juga tidak!" "Pernah kau melihat wajah aslinya?"
"Ng..." "Bagaimana bentuk raut wajah itu" Panjang" bulat" atau
ada ciri yang menarik lagi?"
"Wajahnya telah dirusak orang, aku tidak dapat
membedakannya." "Aaaaa...." "Suhu belum pernah bercerita tentang rusaknya wajah
itu, juga belum pernah bercerita tentang keadaan rumah
tangga, asal usul atau pintu perguruan."
"Kau tidak tahu siapa yang menjadi gurumu itu?"
bertanya Tan Kiam Pek mesem-mesem, kini dia dapat
menerka, siapa orang berkerudung yang duduk diatas kursi
roda tadi. "Tapi, aku tahu." Berkata Tan Kiam Pek.
"Siapa?" Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Siapa?" Tan Ciu turut bertanya.
Tan Kiam Pek memandang si pemuda.
"Nona Cang." dia berganti arah ketempat si gadis. "Pada
kuping kiri gurumu ada terdapat tahi lalat bukan?"
Cang Ceng-Ceng berpikir untuk beberapa saat, kemudian
berkata. "Kukira ada. tapi kurang jelas, Kuping itupun
rusak." Tan Kiam Pek menganggukkan
memandang sang kemenakan.
kepala. Berbalik "Tan Ciu." Dia memanggil. "Tahukah orang ini?"
"Siapa?" bertanya Tan Ciu dengan napsu.
"Kau berhasil menemukan ayahmu." dia berkata.
"Ayah?" Tan Ciu bingung, tidak mengerti.
"Orang berkerudung tadilah ayahmu. Dia Tan Kiam
Lam yang asli." Berkata Tan Kiam Pek mantap.
"Aaaa....." Tan ciu berteriak.
"Guruku bernama Tan Kiam Lam?" Cang Ceng Ceng
tidak mengerti. "Betul?" Berkata Tan Kiam Pek tegas. "Dia adalah
saudaraku yang lenyap itu."
"Aaa..." Tan Ciu telah melepaskan kesempatan untuk
bicara dengan ayahnya. "Itulah suara Tan Kiam Lam." Berkata Tan Kiam Pek.
"tidak salah lagi."
"Pasti?" Tan Ciu menatap tajam-tajam wajah sang
paman. "Pasti." berkata Tan Kiam Pek tegas.
Suatu kejadian yang mungkin dapat terjadi. Lebih dari
satu kali orang berkerudung itu menolong dirinya. Tan Tan
Ciu girang luar biasa. Ternyata ayahnya masih hidup
didunia. Betulkah sang ayah itu masih ada" Dengan alasan
apa dia tidak mau mengakuinya" Keragu-raguan segera
ditemukannya. "Siok-siok,mengapadiatidakmemanggilku"
Mungkinkah tidak membutuhkan kita lagi?"
"Kukira mempunyai alasan-alasan tertentu." Berkata Tan
Kiam Pek. "Mungkin belum waktunya untuk dia berterus
terang. ManakalaTanCiudanTanKiamPek
memperbincangkan persoalan Tan Kiam Lam, Tan Sang
sedang mengurut-urut Lie Bwee. Mereka didampingi oleh
Ong Jie Hauw. Lie Bwee memandang kearah keliling dirinya.
"Bagaimana keadaanmu?" Ong Jie Hauw memberi
hiburan. "Kau.." Aaaa....!"
girangnya. Lie Bwee menunjukkan "Betul.. aku Ong Jie Hauw." si pemuda itu tertawa
melowek!. "Ong Jie Hauw.." Panggil Lie Bwee. "Dimanakah kita
berada" dineraka?"
Lie Bwe belum tahu, bahwa dirinya telah mendapat
pertolongan dari luar maka jiwanya nyaris dibunuh mati.
rasa "Aha.. Kita masih hidup didalam dunia. " berkata Ong
Jie Hauw. "Aku bukan mengimpi?" Lie Bwee mengucek-ucek mata.
Itu waktu Tan Ciu datang menghampiri mereka.
"Kau"!" Mata Lie Bwee terpentang lebih besar.
"Betul. aku Tan Ciu." Pemuda itu menganggukkan
kepala. "Kau juga masih hidup." bertanya Lie Bwee lagi.
"Betul! kita semua masih hidup."
Kekuatan hidup Lie Bwee bangkit kembali. Dia putus
harapan karena Giok Hong ingin memberi hadiah hukuman
mati. Dan kematian itu sudah jauh dari dirinya. Tubuh si
gadis meletik bangun, menubruk Ong Jie Hauw dan
menangis didalam pelukan si pemuda.
Tan Ciu mengalihkan pandangannya kearah tempat lain.
Disini dia bentrok dengan tubuh Tan Sang. Wajah kakak
itu sangat muram, air mata sudah berada diambang pintu
kelopak mata. Dia menaruh cinta kepada Ong Jie Hauw. Hal itu terjadi
sebelum Lie Bwee muncul dihadapan mata mereka. Kini itu
pun tinggal kenangan, sudah waktunya untuk diberi akhiran
tamat. Lie Bwee memeluki tubuh Ong Jie Hauw.
"Akhirnya aku harus kembali kepadamu." dia berkata
dengan perlahan. Ong Jie Hauw kurang pandai membawa peranan akan
asmara, memandang rambut kepala gadis itu, dia berkata.
"Bukankah kau tidak suka kepadaku?"
Lie Bwee tersentak bangun, pertanyaaan seperti itu tidak
patut dikeluarkan. Dia menghentikan suara tangisnya.
Memandang pemuda itu dan berkata.
"Aku memang benci kepadamu."
Ong Jie Hauw semakin bingung.
"Benci?" Mulutnya bergugam. "Kau benci kepadaku?"
"Ng....." "Mengapa?" "Kau tolol!!" "Aku memang tolol. Tapi sebagai seorang istri yang baik,
Mana boleh kau pergi meninggalkan aku?"
"Karena itulah, aku baik kepadamu." bekata Lie Bwee.
"Mengapa?" Ong Jie Hauw masih belum mengerti.
"Mengapa kau mau balik kembali?"
"Kau tidak suka aku kembali kepadamu?" Lie Bwee
memberi kerlingan mata menarik.
"Aha... mana mungkin tidak suka" Aku senang sekali."
Berkata si Pendekar Dungu.
"Karena itulah aku kembali kepadamu." Berkata Lie
Bwee penuh arti. "Karena aku senang, maka kau kembali lagi?" bertanya si
dungu yang tolol. Lie Bwee mendekati telinga si pemuda, dengna perlahan
dia berkata, "Karena aku sudah mengandung."
"Apa?" Ong Jie Hauw berteriak keras, "kau sudah
mengandung" Apakah artinya mengandung ini?"
Selembar wajah si gadis menjadi merah.
Tan Ciu menoleh balik. Adakah itu kebetulan" Satu
kesalahan Ong Jie Hauw digunung Pek Soat hong yang
memperkosa Lie Bwee menelorkan bibit-bibit benih baru"
Ong Jie Hauw belum menerima jawaban dari arti katakata mengandung itu, dia
mengulang pertanyaan. "Hei, apa artinya mengandung itu?"
"Mengandung berarti seorang wanita yang mendapat
bakalan anak, tidak lama lagi dia akan melahirkan seorang
bayi, dia akan mempunyai anak kecil." Tan Ciu memberi
keterangan singkat. "Mempunyai anak?" Ong Jie Hauw berkerut kening.
"Anak siapa?" "Tentu saja anakmu." Berkata Tan Ciu.
"Aku" " Ong Jie Hauw menunjuk hidung sendiri. "Aha...
aku akan mempunyai seorang anak?" Aa...."
"Aku harus mengucapkan selamat kepadamu." Berkata
Tan Ciu. Ong Jie Hauw menari-nari dan berlompat-lompatan.
Rasa girangnya tidak kepalang.
Hanya seorang yang bersedih inilah gadis Tan Sang.
Tentu saja Tan Sang sangat sedih, dia tidak dapat
meneruskan hubungan baiknya dengan Ong Jie Hauw.
Adanya Lie Bwee berarti memisahkan perkembangan kasih
cinta. Gadis ini bermuram durja.
Lie Bwee menghaturkan terima kasih kepada semua
orang. Kemudian mendekati suaminya.
"Ong Jie Hauw" dia berkata perlahan. "Mari kita
kembali." "Betul" Berkata si pemuda. "Kita harus pulang kerumah
kita." Dipandangnya Tan Ciu dan berkata. "Saudara Tan,
Kami hendak minta diri."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
Ong Jie Hauw meneriaki Tan Sang.
"Nona Tan, aku minta diri." dia berkata dari jauh.
"Selamat jalan!" Tan Sang menetes air matanya.
"Selamat jalan." mengajak Lie Bwee, Ong Jie Hauw
pulang ke gunung Pek Soat Hong.
Bayangan Ong Jie Hauw dan Lie Bwee lenyap dari
pandangan mata semua orang.
Tan Sang tidak dapat membendung deras air matanya
mengalir bagaikan anak sungai yang lepas dari induknya.
Tan Ciu dapat memberikan keadaan sang kakak yang
tidak seperti biasa! "Ciecie," dia memanggil, "Kau mengapa?"
"Uh.." Cepat cepat Tan Sang menyusut air mata itu.
inilah air mata kekasih. "Tidak mengapa!" dia berkata
cepat. "Mengapa kau menangis?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Tidak." Tan Sang masih mau menyangkal. Tapi air
matanya tidak dapat mengelabui orang, mengalir lagi.
"Jangan bohong." berkata sang adik. "Apa yang
menyebabkan kau sedih?"
"Aku tidak bersedih." Berkata Tan Sang cepat-cepat.
Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian dia dapat menduga
akan adanya kesedihan yang merundung saudara tua itu.
"Ciecie.." dia memanggil. "Kau jatuh cinta kepada Ong
Jie Hauw?" Tan Sang menundukkan kepala.
"Ahh, bagaimana hal ini dapat terjadi?" Tan ciu
bergugam seorang diri. "Mengapa tidak bisa terjadi?" Tan Kiam Pek turut bicara.
"Hubungan kakakmu dengan Ong Jie Hauw begitu intim,
tentu saja bukan hubungan biasa."
"Mengapa kau diam saja?" bertanya Tan Ciu.
"Apa yang dapat kulakukan?" Tan sang meminta
petunjuk adiknya. "Nyatakanlah cintamu itu." Berkata Tan Ciu.
"Mungkinkah Ong Jie Hauw tidak dapat memberi suatu
tempat kepadamu." "Dan gadis yang bernama Lie Bwee tadi?"
"Mengapa harus memikirkan dirinya" Yang penting
adalah kesediaan Ong Jie Hauw."
"Aku tidak ingin melukai hati seseorang." Berkata Tan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sang. "Sudahlah." Berkata Tan Sang lagi. Dia tidak mau
meneruskan pembicaraan tentang dirinya.
"Mari kita pulang ke sumur Penggantungan."
Sumur Penggantungan adalah markas gerakan Melati
Putih Giok Hu Yong, Tan Sang sudah lama menetap
didalam sumur ibu itu. "Betul." Dia sangat setuju. "Kita harus segera kembali."
"Aku turut kalian." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Kalian boleh pulang lebih dahulu." Berkata Tan Ciu.
"Aku mau menemukan Ong Leng Leng sebentar."
"Bukankah sudah mati?" Cang Ceng Ceng bingung.
"Jenazahnya yang kumaksudkan." Berkata Tan Ciu
memberi keterangan. "Aku mau menemukan jenazah itu
dan mengebumikannya secara layak."
Biar bagaimana hubungan Tan Ciu dan Jelita Merah
bukan hubungan biasa. "Aku menyertaimu." Berkata Cang Ceng Ceng.
Tan ciu tidak keberatan. Memandang Tan Kiam Pek dan
Tan Sang. dia bertanya kepada mereka.
"Bagaimana dengan kalian?"
"Istana Ratu Bunga sudah ditinggalkan para
penghuninya." Tan Kiam Pek memberi keterangan.
"Tenaga kalian berdua pun sudah cukup. Aku hendak
berjalan lebih dulu."
"Aku juga mau pulang." Berkata Tan Sang.
Rombongan itu terpecah dua, Tan Ciu dan Cang Ceng
Ceng naik keatas gunung, mereka hendak mengubur
jenazah Ong Leng Leng. Sedangkan Tan Sang dan Tan
Kiam Pek pulang kearah Sumur Penggantungan.
0odwo0 Mengisahkan perjalanan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng
yang menuju kearah Istana Ratu Bunga.
Singkatnya cerita, mereka telah berada di dalam
bangunan itu. Adanya penyerangan Ong Jie Hauw telah
mengucar-ngacirkan semua anak buah Giok Hong.
Sebagian besar anak buah Giok Hong adalah sisa anak
buah dari Souw Hun Nio dan Souw Hun Nio adalah salah
satu murid Liu Ang Ciauw, Setelah Liu Ang Ciauw gugur
berantakan, kedua muridnya yaitu Souw Hua Nio dan Put
Lee Put lee memisahkan diri. Kekuasaan mereka tidak
kalah dari gurunya, Tentu saja mempunyai banyak anak
buah yang berkepandaian tinggi.
Tentang cerita Suw Hun Nio dan Put lee put lee dapat
saudara saksikan di dalam cerita yang memaparkan
keganasan Liu Ang ciauw. Ternyata setelah dia mengalami
kegagalan didalam asmaranya dengan Lu-Cu Kok. Liu Ang
Ciauw menggerakan seusatu kelompok kekuatan diberi
nama Barisan Pendukung Liu Ang Ciauw.
Mula-mula kekuatan ini terdiri dari kekuatan Bu-jin-to
dan lembah Maha Bisa. Belakangan setelah mendapat
penyerangan Lu Cu Kok, dibawah sergapan-sergapan para
jago kesatuan. Aksi Kerajaan. Barisan Pendukung Liu Ang
Ciauw berceceran. Mengalami suatu pengalaman dunia Kang-ouw yang
pahit, Liu Ang Ciauw mengumpulkan semua wanita-wanita
berkepandaian tinggi. Dan wanita-wanita ini lebih banyak
berada di pihak Put lee, dari pada ditangan Souw Hun Nio,
maka anak buah Ratu Bunga Giok Hong agak lemah.
Balikmengisahkan PENGGANTUNGAN. cerita POHON Didalam Istana Ratu Bunga, Tan Ciu behasil
menemukan jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng.
Si pemuda mengucurkan air mata. Bila bukan membela
dirinya, gadis ini belum tentu mati.
Terkenang akan kebaikan Jelita Merah, terkenang akan
kejadian didalam guha, dan semua itu tinggal bayangan
kosong belaka. Tan Ciu semakin bersedih.
"Tan Ciu." Cang Ceng Ceng memanggil perlahan.
Tan Ciu menoleh. Tidak Bicara. Tanpa kata-kata pujian,
jenazah Jelita Merah Ong Leng Leng dikebumikan.
-ooo000ooo- Jilid 23 MEREKA membuat makan dibawah sebuah pohon yang
rindang. Disini tidur seorang gadis yang bernasib buruk.
Kesucian gadis Ong Leng Leng telah dikorbankan untuk
Chio It Cong, dengan hasil pengalaman getirnya. Laki-laki
itu pergi meninggalkan dia.
Akhirnya Ong Leng Leng jatuh cinta kepada Tan Ciu,
seharusnya cinta ini mendapat balasan yang selayaknya,
Bila tidak ada peristiwa Istana Ratu Bunga.
Sebelum Ong Leng Leng menerima janji-janji muluk
yang Tan Ciu berikan, gadis itu sudah mengorbankan
jiwanya. Tan Ciu bertiarap diatas makam kuburan Jelita Merah.
Beberapa waktu kemudian....
Cang Ceng Ceng mendekati pemuda itu.
"Tan Ciu." dia membisiki telinga sipemuda. "Mari kita
pulang." Tan Ciu menoleh mencemooh bujukan itu. kebelakang. "Pulang?" Dia "Lambat atau cepat, kita harus meninggalkannya."
berkata Cang Ceng Ceng. "Berat bagiku untuk kutinggalkan begitu saja."
"Maksudmu?" "Sudah selayaknyalah bila aku menemaninya untuk
beberapa waktu." Berkata Tan Ciu.
"Urusanmu bukan dia seorang." Cang Ceng Ceng
memberi peringatan. "Selesaikanlah yang lebih penting.
Keadaan ibumu didalam Sumur Penggantungan belum
tentu aman, mengingat Ratu Bunga Giok Hong dan Han
Thian Chiu tidak ada ditempat ini. Kita harus segera
kembali." "Baiklah." Tan Ciu dapat diberi mengerti.
Mereka meninggalkan Istana Ratu Bunga.
"Tan Ciu...." Ditengah
memanggil kawannya. jalan, Cang Ceng Ceng "Ng...." "Aku tahu akan rasa kesedihanmu." Berkata lagi Cang
Ceng Ceng. "Aku pun turut bersedih. Kematian Ong Leng
Leng berarti kerugian dipihak kita."
"Kematiannya disebabkan untuk menolong kesulitan
diriku." berkata Tan Ciu.
"Tan Ciu." Berkata lagi Cang Ceng Ceng.
"Dimisalkan, pada suatu hari, akupun mati sepertinya,
maukan kau mengenang arwahku?"
"Kau".." Tan Ciu menghentikan gerak langkahnya.
Cang Ceng Ceng menyedot napasnya dalam-dalam.
"Setiap orang akan mati." Dia berkeluh kesah. "Dan akupun
tidak terkecuali. Suatu hari aku pun akan mati. Kulihat kau
cinta kepada orang-orang yang sudah mati. Entah
bagaimana cintamu kepadaku."
"Tidak mungkin." Berkata Tan Ciu. "Kau tidak mungkin
mati." "Aku tidak mati." Berkata Cang Ceng Ceng. "Bila mana
mendapat hiburan cintamu."
"Cang Ceng Ceng" Tan Ciu menubruk gadis itu.
Cang Ceng Ceng membalas dengan rangkulannya yang
panas. Mereka berpelukan. Itulah himpitan dari kedua
tubuh yang gersang. Tan Ciu tidak akan membiarkan kesempatannya diapun
masih muda, masih membutuhkan cinta. Adanya tawaran
dan kekosongan Cang Ceng Ceng tentu saja diterima
olehnya. Tiba tiba....... Terdengar satu suara yang mengejutkan kedua insan
tadi. "He...he..... lagi indehoy..?"
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng dikejutkan.. Cepat-cepat
mereka memisahkan diri. Dikala mabuk kepayang panca
indra merekapun banyak berkurang, sehingga dapat
didatangi orang tanpa sepengetahuan mereka.
Disana sudah berdiri seorang kakek kurus mengenakan
pakaian warna merah, cara-cara dandanan agak
menyimpang dari kebiasaan, tentunya orang pendatang
asing, tamu dari luar daerah.
Orang tua itu berkata lagi. "Hebat... hebat... suatu
adegan yang tidak mudah dilupakan."
Memperhatikan kakek kurus kering itu, Tan Ciu
menegur. "Siapa kau?" "Bocah kurang ajar." Kakek kurus kering itu membentak.
"bagaimana kau tidak menggunakan panggilan 'cianpwee'
kepadaku?" "Huh.." Tanpa menghiraukan lagi, Tan Ciu mengajak
Cang Ceng Ceng. "Mari kita pulang." Dia berkata kepada
sigadis. Tentu saja Cang Ceng Ceng sangat setuju.
Mereka bergerak, maksudnya hendak pulang ke Sumur
Penggantungan. Kakek kurus kering itu menggoyangkan tubuh, terlihat
cahaya merah bergerak, tahu-tahu dia sudah berdiri
dihadapan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng.
"Jangan pergi." dia menggeram.
"Ada apa?" Tan Ciu mendelikkan matanya.
"Kau baru turun gunung, tentunya dari Istana Ratu
Bunga." "Hee.. Bagaimana?"" Suara Tan Ciu tidak mengandung
rasa persahabatan. "Jawablah pertanyaanku." Berkata Kakek kurus kering
itu. "Kau dari Istana Ratu Bunga?"
"Betul. mau apa?"
"Bagaimana dia memperlakukan dirimu?" bertanya lagi
si kakek kurus kering. "Siapa?" "Ratu Bunga Giok Hong."
"Dia sudah lari." Berkata Tan Ciu.
"Kenapa?" bertanya kakek kurus kering itu.
"Mana kutahu?" "Dikatakan dia hendak bertemu denganku. Mengapa
melarikan diri" Pergi begitu saja?"
"Kau boleh langsung mengajukan
kepadanya." berkata Tan Ciu.
teguran "Betul." Cang Ceng Ceng turut serta.
"Kami harus segera pulang. Tidak ada waktu."
"He..he..he.." Kakek kurus kering itu menyeringai. "Kau
manis sekali. Juga panas dan Hot. Aku bersedia menemani
kau tidur beberapa malam."
"Cih.." Cang Ceng Ceng meludah. Tangannya terayun,
memukul kakek kurang ajar itu.
"Hee.. he... " Orang tua itu tertawa terkekeh-kekeh, gesit
sekali, ujung kakinya bergeser maka dengan tangan-tangan
yang seperti ceker ayam, dia hendak menyengkeram lengan
putih si gadis. Cang Ceng Ceng menurunkan tangan, kemudian
menelikung kesamping, dari situ, dia meneruskan
serangannya. Mereka bergerak cepat. Ceker kurus dari si kakek berbaju merah sangat tajam,
lambat tapi pasti, dia menekan kekuatan Cang Ceng Ceng.
Si gadis terdesak mundur, dia masih berusaha untuk
mengelakkan dirinya. Tan Ciu melompat maju, suatu ketika dia mewakili Cang
Ceng Ceng menerima pukulan orang tua itu.
ini Bleguurr...... Masing-masing termundur tiga langkah, pertempuran
terhenti beberapa waktu. "Hee..." Orang tua berbaju merah itu menunjukkan
wajahnya yang tertarik! "Kau juga berkepandaian tinggi?"
"Jangan mengganggu perjalanan orang." Tan Ciu
membentak. "Kami harus pergi."
"Tunggu dulu," Berkata orang tua itu. "Tanganku jadi
gatal. Tidak mudah untuk mencari tandingan lawan yang
seperti dirimu. Mari.. mari... kita bertempur."
Tidak menunggu persetujuan Tan Ciu, kakek kurus
kering itu sudah mulai membuka serangan yang mana yang
diterima Tan Ciu. Kini mereka bergumul hebat.
Cang Ceng Ceng menonton jalan pertandingan itu.
Suatu ketika, kakek baju merah agak lengah, pukulan
Tan Ciu menyodok masuk, tapi mengenai dadanya.
Heekkk... Kakek kurus itu mendelikkan matanya,
semakin marah. "Bocah kurang ajar. berani kau memukul kakek tuamu?"
Pukulan tadi menyebabkan keliarannya yang memuncak.
Tan Ciu sudah mengirim pukulan yang menentukan.
Dengan pukulan ini dia hendak menutup pertandingan.
Diluar dugaan, kakek kurus kering itu masih gesit,
mudah sekali menyingkirkan diri dari serangan si pemuda.
Betul dia telah menderita luka, mengandalkan latihan
tenaga dalamnya yang luar biasa, dia masih dapat
mengegos, berkelit dan menyingkirkan setiap serangan
lawannya. Tan Ciu menyaksikan keunggulan lawan, didalam
keadaan terluka, kakek kurus kering itu dapat
mempertahankan diri dengan baik. Bila saja dia tidak
lengah, bila saja kakek itu melayaninya dengan hati-hati,
tentu dia yang akan dilukai balik.
Bergebrak lagi belasan jurus, Cang Ceng Ceng masuk
kedalam gelanggang. Ilmu kepandaian si gadis tidak berada


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibawah Tan Ciu. Betul-betul kakek kurus kering itu
bertobat. Mengingat luka yang sudah diderita olehnya, mengingat
tidak mungkin dapat memenangkan sepasang muda mudi
itu, dia meloloskan diri dari kepungan mereka, siuttt...
tubuhnya melayang pergi. Dia melarikan diri.
"Lain kali, aku akan menuntut balas." Dia memberi
ancaman. Dan tubuh kakek yang kurus kering itu lenyap dari
pandangan. Tan Ciu tidak mengejar, Diantara mereka memang tidak
mempunyai permusuhan begitu mendalam.
"Siapakah tokoh silat
mengajukan pertanyaan. tadi?" Cang Ceng Ceng "salah satu dari komplotan si Ratu Bunga." Tan Ciu
memberi keterangan. "Dia hebat." berkata Cang Ceng Ceng.
"Ng.." Tan ciu membenarkan pendapat kawannya. "Ilmu
kepandaian si kakek kurus kering masih berada diatas si
Ratu Bunga dan Han Thian Chiu."
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menuju ke arah Sumur
Penggantungan. Ditengah jalan, tiba-tiba teringat sesuatu, Tan Ciu
berkata. "Cang Ceng Ceng, kau sudah bertemu dengan si
bungkuk Kui Tho cu?"
Cang Ceng Ceng menggelengkan kepala.
"Belum." dia memandang si pemuda.
"Masih hendak menemuinya?"
"Ngg.. suhu hendak meminta keterangan orang ini."
Tan Ciu sudah menduga, bahwa guru Cang Ceng Ceng
itu adalah ayahnya, dengan maksud tujuan apa sang ayah
mau meminta keterangan Kui Tho cu"
"Gurumu?" "Betul!!" Berkata Cang Ceng Ceng. "Aku harus memberi
tahu kejadian ini kepadanya."
"Si bungkuk Kui Tho Cu berada didalam Benteng
Penggantungan." Tan Ciu memberi keterangan.
"Ouw!!Aku harus berpisah dengnamu. aku harus
mengajak suhu ketempat itu." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Aku akan menemanimu." berkata Tan Ciu.
"Jangan!!" Cang Ceng Ceng menolak. "Suhu berpesan
agartidakmengajakorangketigaketempat
persembunyiannya." Tan Ciu dapat maklum, tentunya guru Cang Ceng Ceng
masih hendak merahasiakan sesuatu, maka melarang sang
murid membawa orang ketiga. Termasuk juga dia.
"Baiklah!" Akhirnya Tan Ciu menyerah, dia tidak
memaksa. Perpisahan akan memakan waktu yang cukup lama,
berat juga bagi mereka yang sedang berkasih-kasihan.
Cang Ceng Ceng pulang untuk menjumpai gurunya,
memberi tahu tentang adanya si bungkuk Kui Tho Cu
dibenteng Penggantungan. Tan Ciu pulang ke dalam Sumur Penggantungan.
Tiba didalam sumur rahasia itu, kedatangan Tan Ciu
disambut oleh Tan Sang dan permaisuri dari Kutub Utara,
Pek Pek Hap. "Bagaimana keadaan ibu?" Tan Ciu bertanya kepada
kakaknya. "Sedang melatih diri dengan sucie-sucie dan sumoysumoy kita." Tan sang memberi
tahu. "Tong Kay Cianpwee?"
"Pengemis Tukang Ramal Amatir itupun sedang melatih
diri." dia berkata. Pek Pek Hap mendekati si pemuda, dia berkata, "Tan
Ciu, aku ingin bicara denganmu."
Tan Ciu membelalakan matanya. "Katakanlah." Dia
belum tahu apakah yang hendak dibicarakan oleh jago
wanita itu. "Putriku datang." Berkata Pek pek hap, "Dia menjadi
kurus. Tidak mau makan, Penyakitnya semakin berat."
"Dia sakit?" Bertanya Tan Ciu. "Penyakit apa yang
menyerang Pek Co Yong?"
"Penyakit Rindu." Berkata Pek Pek Hap. "Rindunya
kepadamu tidak dapat dibuang begitu saja. Maukan kau
menjenguknya dahulu?"
Tan Ciu menganggukkan kepala, Mereka menuju kearah
ruang yang disediakan untuk Pek Pek Hap dan putrinya.
Disana Pek Co Yong terbaring lemah, wajahnya pucat,
kurus kering, tinggal kulit yang membungkus tulang. Sangat
menakutkan sekali. Tan Ciu hampir tidak percaya, inikah Pek Co Yong yang
cantik jelita" Sungguh perubahan yang terlalu besar.
"Pek Co Yong." Tan ciu memanggil perlahan.
Itu waktu, Pek Co Yong sedang memeramkan kedua
matanya, mendapat panggilan, dia membuka perlahan
matanya, diperlebar dan diperbesar, dia mengenali wajah
orang yang selalu dirindukan olehnya. Wajah pemuda yang
selalu terbayang-bayang dibulu mata.
"Kau"!" Hampir Pek Co Yong tidak percaya.
"Aku Tan Ciu!!" Si pemuda menghampiri lebih dekat
lagi. "Tan Ciu..." Pek Co Yong lompat bangun dari tempat
tidurnya, dia menubruk dan memeluk pemuda itu,
Menangis dengan sedih, rasa rindunya selama itu telah
mendapat wajah yang selayaknya.
Tan Ciu ada menaruh cinta kepada gadis itu, apa mau
takdir mempermainkan nasib manusia. Pek Co Yong
adalah putri dari perkawinan Pek Pek Hap dan Han Thain
Chiu yang tidak sah Bagaimana dia bisa mengawini seorang
anak musuh" Membiarkan dirinya dipeluki oleh Pek Co Yong, Tan
Ciu bungkam didalam seribu bahasa.
"Tan Ciu..." Pek Co Yong merintih perlahan. "Sudah
lama kunanti-nantikan hari yang seperti ini. Akhirnya kau
mau menjumpai diriku. Oh..."
"Co Yong." Berkata Tan Ciu membawa hiburan.
"Jangan kau banyak pikiran. Jagalah dirimu baik-baik."
"Tan Ciu..." memanggil Pek Co Yong, "Kau telah
berjanji untuk menemani aku seumur hidup. Mengapa kau
mengingkari janji?" "Co Yong...." "Karena aku Pek Co Yong terlahir sebagai putri
musuhmu?" "Aku tidak memusuhimu." Berkata Tan Ciu.
"Tapi kau akan memusuhi ayahku." Berkata Pek Co
Yong. "Han Thian Chiu bersekongkol dengan Giok Hong
mencelakakan ayahku." berkata Tan Ciu. "Ibuku pun
dikejar-kejar oleh mereka."
"Aku tidak memaksa kau mengawini aku," Berkata Pek
Co Yong. "Dan aku tahu kehilangan dirimu berarti
kehilangan semua kekuatan hidupku... Oh... Dunia
memang berlaku tidak adil.."
Pek Co Yong melepaskan rangkulannya,
menjatuhkan diri diatas pembaringan.
Pek Pek Hap menubruk sang putri, sekali lagi dia
menerima pahit getirnya hidup sebagai manusia setelah
ditinggal pergi oleh Han Thian Chiu, setelah dia melahirkan
seorang putri tanpa ayah. Putri itu mengalami godaan cinta
kepada pemuda yang mau membunuh ayahnya.
Atas terjadinya lakon sedih itu, sebagai seorang ibu, sedikit
banyak dia wajib turut bertanggung jawab.
Menoleh ke arah Tan Ciu, Permaisuri dari Kutub Utara
Pek Pek Hap mengajukan permohonan.
"Tan Ciu, Harapanku kepadamu tidak terlalu keras,
sebagai ibunya akupun turut bersedih. Bila dapat,
usahakanlah agar kau memeliharanya.."
dia Tan Ciu menundukkan kepalanya.
Tan Kiam Pek maju. Dia hendak mengambil jalan
tengah, katanya. "Tan Ciu, ada sesuatu yang harus
kuberitahu kepadamu. Tidak ada yang melarang terjadinya
cinta kasih kalian."
"Akan kuusahakan." Tan Ciu menundukkan kepalanya.
Dia memandang tanah. Tan Sang dapat mengikuti percakapan mereka, dia
terkenang kepada nasibnya. Perbedaan apakah yang ada
diantara mereka" Dia pun menyintai Ong Jie Hauw, Tapi
pemuda itu sudah pergi dengan kekasihnya yang pertama.
Seluruh ruangan dirundung oleh kabut mendung.
Kelesuan yang tidak terhingga..
Seorang berjalan masuk, dia adalah Tong Kay, pengemis
tua yang jenaka, Pengemis yang pandai meramalkan nasib
orang. Demikian dia menyebut dirinya sendiri.
"Eh..Eehh... " Dia memandang wajah semua orang yang
murung itu. "apakah yang telah terjadi?" Dia bertanya
kepada wajah-wajah orang yang berada ditempat itu.
Tidak satupun yang menjawab pertanyaan itu.
"Apa yang telah terjadi" Tidak satupun yang terjadi,
hanya cinta dan kasih yang salah memberikan tempatnya."
Si Pengemis Tukang Ramal amatir Tong Kay pandai
melihat situasi, hanya memberikan kerling mata, dia paham
akan keadaan itu, dia tertawa terbahak-bahak.
"Ha..Ha..Ha... Bocah Tan Ciu ini memang bibit penyakit
bagi kaum gadis." Tan Ciu menundukkan kepalanya semakin rendah, dia
menerima salah. "Tan Ciu!!" Panggil lagi si pengemis tua. "Kau tidak
tahu, betapa rindunya orang kepadamu. Enak-enak saja kau
mencari gadis lain. huuh..."
"Cianpwee.." Tan ciu memanggil orang tua itu.
"Aku tahu.." Berkata Tong Kay, "Inilah pengalaman.
Lain kali, bila masih berani kau menggoda anak gadis
orang, aku Tong Kay segera turun tangan.. mengerti?""
"Aku mengerti."
"Bagus. Ingat baik-baik akan janjimu."
"Kudengar cianpwee sedang melatih diri?" bertanya Tan
Ciu mengeyampingkan pokok persoalan.
"Betul. Kedatanganmu tepat pada waktunya." Berkata
Tong Kay. "Bila kau tidak balik ke Sumur Penggantungan,
Aku pun hendak menyusulmu."
"Ada urusan penting?"
"Tentu saja penting. Bagaimana ilmu kepandaianmu bila
dibandingkan dengan kepandaian Sri Ratu Bunga Giok
Hong" Dapatkah kau memadainya?"
"Terus terang boanpwee katakan, bahwa boanpwee
masih bukan tandingannya."
"Nah. aku sedang mencari jalan keluar untuk mengatasi
kekurangan ini." "Cianpwee sudah berhasil?"
"Kau telah menyerahkan kitab Thian Mo Po Lok bukan"
Didalam catatan ilmu silat itu, aku menemukan penemuan
baru, Dengan penemuan-penemuan baru ini, aku
mengharapkan kau dapat mengatasi segala kesulitan."
"Sungguh?""
"Aku telah meramalkan adanya kejadian ini." Berkata
Tong kay. "Mari kau ikut kepadaku. Mencari suatu tempat
yang sepi, Tempat ynag sangat sepi, tempat yang tidak ada
gangguan untuk meyakinkan catatan-catatan hebat yang
ada pada kitab Thian Mo po Lok. Sebelum berhasil, jangan
harap kau keluar untuk meninggalkan diriku."
Tan Ciu setuju. Tong Kay memandang Pek Pek Hap dan Pek Co Yong.
"Kalian tidak marah kepadaku bukan?" dia berkata
kepada ibu dan anak itu. "Hendak ku kurung bocah itu
untuk beberapa waktu."
Mereka menyeringai. "Nona Tan!",Tong Kay menoleh ke arah Tan Sang.
"Aku hendak menggunakan salah satu guha rahasia
ibumu." Tan Sang tidak keberatan.
Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh muridnya
menggunakan satu ruang rahasia melatih diri.
Dan Tong Kay juga mengajak Tan Ciu menggunakan
ruang rahasia lain, mereka menekunkan ilmu kepandaian
yang tercatat pada kitab Thian mo Po Lok.
Dan kelompok kekuatan ini tidak boleh diganggu.
HampirsajamengakibatkankehancuranSumur
Penggantungan. Si Pengemis Tukang Ramal Amatir Tong Kay dan Tan
ciu, Melati Putih Giok hu Yong beserta tujuh murid-murid
perempuannya meyakinkan ilmu-ilmu baru untuk
menghadapi musuh-musuh tangguh. Masing-masing
memilih ruangan rahasia yang tertutup rapat, menyekap
diri, maka dengan tekun mereka dapat meyakinkan
pelajaran pelajaran itu. Keadaan mereka terasing dari dunia
luar. Menyisihkandiri dari jago-jagoini hampir
mengakibatkan hancurnya Sumur Penggantungan.
Bercerita Tan Kiam Pek, Tan Sang, Permaisuri dari
Kutub Utara Pek Pek Hap sekalian. mereka sedang
bercakap-cakap. Tiba-tiba...... Gadis penjaga sumur lari masuk dengan suara yang tidak
lancar menceritakan kedatangan musuh.
"Berapa orangkah yang datang?" Bertanya Tan Sang.
"Enam orang. Lima perempuan dan satu laki-laki."
Berkata penjaga sumur itu.
Tan Sang menduga kepada Sri Ratu Bunga beserta
bantuannya. Memandang Tan Kiam Pek dan meminta adfis
sang paman. Tan Kiam Pek sedang menimbang-nimbang kekuatan
Sumur Penggantungan hanya Pek Pek Hap seorang yang
dapat diandalkan, kecuali itu mereka tidak mempunyai lain
jago kelas satu.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Berapa orangkah yang dapat kita gunakan?" dia
bertanya kepada Tan Sang.
Tan Sang berkata. "Kecuali tujuh orang yang menyertai
ibu, kita masih mempunyai lima orang tenaga yang selalu
siap diperbantukan dimana saja."
"Bilakah ibumu dapat menamatkan pelajaran?" Bertanya
Tan Kiam pek. "Seharusnya hari ini." Jawab Tan Sang.
"Bagus. Mari kita bertahan sedapat mungkin." Mengajak
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap, Pek Co Yong.
Tan sang dan lima gadis lainnya. Tan Kiam Pek beserta
iring-iringan ini keluar dari Sumur Penggantungan.
Diluar sumur sudah menantikan enam orang, mereka
adalah Ratu Bunga Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian
Chiu, Jago undangan Tok Sim Kiam, Giok Lo Sat dan dua
gadis baju merah. Mewakili rombongannya, Tan Kiam Pek maju kedepan.
"Kedatangan kalian tidak kebetulan, sehingga kami
kurang membuat persiapan." Dia berkata dengan keras.
"Bukan penyambutan meriah yang kukehendaki."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong. "Lekas bubarkan
bangunan dalam Sumur ini."
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berhadapan
dengan orang yang memperkosa dirinya.
"Han Thian Chiu." Dia membentak. "Akhirnya kita
bersua lagi." "sudah dua kali." Berkata Han Thian Chiu. "Diluar
Benteng Penggantungan kau tidak mengenal aku."
"Itu waktu kau menggunakan wajah orang lain. Maka
aku sudah melewatkan kesempatan baik. Mengapa kau
tidak berganti rupa lagi?" Pek Pek Hap menegur.
"Sudah tidak perlu." Jawaban Han Thian Chiu sangat
singkat. "Tentunya kau tahu , betapa susah aku mencari-cari
jejakmu." "Ha..Ha..Ha..." Han Thian Chiu tertawa panjang. "Kau
kau. Tidak sudi aku menggunakan kepunyaanmu. Manusia
mayat diatas ranjang. Aku sudah bosan dengan wanitawanita semacam kau.."
Pek Pek Hap menggertak gigi.
Disebelah Han Thian Chiu, Sri Ratu Bunga Giok Hong
meneriaki kekasihnya. "Han Thian Chiu, apa guna kau
berkasih-kasihan lagi dengannya?"
Itu waktu, Pek Co Yong menyelak keluar dari
rombongan. Dia berteriak, "Ayah..!"
Ratu Bunga Giok Hong mengkerutkan alis. Dia tidak
tahu bahwa gadis yang sudah seperti mayat hidup ini
adalah putri dari kekasihnya yang nomor satu.
Han Thian Chiu dapat menyaksikan raut wajah Pek Pek
Hap dimasa muda, dia segera sadar, bahwa bibit yang
ditanam pada tubuh Permaisuri dari Kutub Utara itu sudah
membawa hasil, terbuah dengan subur. Dan buah itu
adalah gadis remaja yang kini berada dihadapannya.
"Siapa yang kau panggil?" Han Thian Chiu hendak
menolak kenyataan. "Ayah..." Pek Co Yong menubruk kearah orang tua
lelakinya. Han Thian Chiu mengibaskan lengan, dia hendak
menyingkirkan datangnya sang anak gadis.
Pek Pek Hap selalu siap sedia, adanya adegan tadi tidak
begitu menguntungkan. Cepat menarik sang putri, maka
Pek Co Yong terhindar dari pukulan ayah kandung sendiri.
"Aku tidak mempunyai putri yang seperti kau." Han
Thian Chiu bergeram. Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berkata
dengan suara gemetar. "Dia tidak mempunyai seorang ayah
kejam yang sepertimu."
"Bagus!!" Han Thian Chiu menganggukan kepala.
"Han Thian Chiu." Terdengar suara geraman Sri Ratu
Bunga yang panas. "Kedatangan kita ini bukan untuk
mengurus asmara lama kalian bukan?""
Han Thian Chiu mengundurkan diri, dia mendampingi
sang kekasih yang berkuasa.
Ratu Bunga Giok Hong memandang rombongan dari
Sumur Penggantungan. "Hayo.. Dimana Si Melati Putih Giok Hu Yong
menyembunyikan diri" " Dia mengajukan pertanyaan.
"Ada apa?"" Tan Kiam pek adalah wakil dari keluarga
Tan. "Mau menjadi penanggung jawab mereka?" Giok Hong
menatap orang tua itu tajam-tajam.
"Begitulah.." "Hmm...Dia takut kepadaku?" Giok Hong mencemooh..
"Ibuku tidak takut kepadamu." Tiba-tiba Tan Sang
menampilkan dirinya. "Aku harus menjumpainya." Berkata Giok Hong.
"Dimanakah dia berada?"
"Kau tidak perlu tahu." Tan sang menjadi sengit.
"Ada beberapa patah kata yang hendak kusampaikan."
Berkata Giok Hong. "Maukah kau memberi tahu tentang
kedatanganku?" "Katakan saja kepadaku..." berkata Tan Sang ketus.
"Kau masih kecil.." Berkata Giok Hong. "Yang hendak
kurundingkan adalah menyangkut soal ayahmu."
"Dimana kini ayahku itu?" Bertanya Tan Sang.
"Akan kuberitahu kepada ibumu."
"Beritahu kepadaku."
"He..he..." Wanita berbaju merah yang siap membantu penyerangan
itu mendekati Sri Ratu Bunga, dia memberi usul.
"Bunuh saja semua orang yang ada ditempat ini. Tidak
mungkin mereka bersembunyi lagi." Wanita ini bernama
Tok Sim Kiam, juga salah seorang anggota Ratu Bunga, dia
pernah mendapat beberapa pelajaran dari Liu Ang Tiauw.
Ilmu kepandaiannya hanya kalah setingkat dari Put lee Put
lee. Sri Ratu Bunga Giok Hong dapat menerima saran Tok
Sim Kiam. "Betul!!..." Dia berkata. "Setelah kita basmi orang-orang
yang ada ditempat ini, tidak mungkinlah si Melati Putih
GiokHuYongtidakkeluardaritempat
persembunyiannya." Menurunkan tangan isyarat, Giok Hong memberi
perintah untuk menyerang.
Han Thian Chiu dan Tok Sim Kiam maju dikiri dan
dikanan. Giok Lo Sat dan dua gadis berbaju merah
menyertai dari belakang. Tan Kiam Pek, Pek Pek Hap, Pek Co Yong dan Tan
Sang berbaris sejajar. Dibelakang mereka turut serta lima
gadis berpakaian campuran. Gadis-gadis ini diperoleh dari
drama Pohon Penggantungan, mengingat bakat-bakat
mereka yang kurang memuaskan Melati Putih Giok Hu
Yong tidak mengikut sertakan pelajaran gabungan.
"He..He..." Ratu Bunga Giok Hong menyeringai,
"Hanya ada beberapa orang ini?" Dia mengejek. "Kemana
kekuatan inti kalian" Bocah dogol Ong Jie Hauw" kemana
pula si pemuda bergajul Tan Ciu" Masih belum pulang"
Tentunya kecantol dengan gadis-gadis baru!he..he..."
"Bukan urusanmu." Tan Sang membentak.
"Bagus!!" Giok Hong menganggukkan kepala." Kalian
boleh merasakan kerasnya pukulanku."
Tangan lawannya. wanita ini melayang, mengancam empat
Tan Kiam pek wajib mengadakan pembelaan, diukur
dari kekuatan dan kepandaian silat. Tan Kiam Pek bukan
tandingan Giok Hong, dan lebih daripada itu, semua orang
yang ada disamping sisinya pun akan turut berkorban, tidak
satupun dari mereka yang dapat menerima sang Ratu
Bunga, dia wajib mengadu jiwa. Karena itulah dia
menerima pukulan musuh. Heekkkk... Tubuh Tan Kiam Pek terpental kebelakang, tapi secepat
itu pula dia berjumpalitan, menyodok pinggang lawan.
Giok Hong mengegos diri, berputar kearah kiri,
kemudian meluruskan badannya, hampir selanjar dengan
tanah, menyerang sepasang kaki Tan Kiam Pek.
Terjadi serangan menyerang, Tan Kiam Pek selalu
membawakan posisi pecah, tidak mau menempelkan
kekuatan dengan jago itu.
Disaat yang sama tadi Han Thian Chiu juga menyergap
datang, dia dipapaki oleh Pek Pek Hap. Kedua orang tua
Pek Co Yong bertemu didalam keadaan yang bertentangan.
Pertemuan ini menyedihkan putri mereka.
Tan Sang menahan kemajuan Tok Sim Kiam, tentu saja
putri Tan kiam Lam terdesak.
Pek Co Yong digencar serangan oleh Giok Lo Sat,
mengingat keadaan Pek Co Yong yang sayu dan lesu,
pertempuran inipun tidak menguntungkan pihak Sumur
Penggantungan. Dua gadis berbaju merah menempur lima anak buah
Melati Putih. Pertempuran itu agak melemahkan pihak Sumur
Penggantungan. Bila dibiarkan berlarut-larut, pasti Tan
Sang sekalian berceceran.
Tiba-tiba.... Dari dalam sumur mencelat satu bayangan...siut....
Menerjang semua orang. "Segera hentikan pertempuran.." Bayangan ini memberi
komando keras, Dia adalah Melati Putih Giok Hu Yong.
Gerakan Giok Hu Yong disusul oleh tujuh bayangan
lainnya, mereka terdiri dari gadis-gadis jelita, dengan aneka
macam warna pakian yang kontras, mereka menyertai
pemimpinnya. Pertempuran terhenti. Tan Sang berteriak girang.
"Ibu...." Giok Hu Yong menganggukkan kepala. Dia harus
menghadapai banyak musuh kuat, Matanya terarah ke Giok
Hong. Sri Ratu Bunga Giok Hong meninggalkan Tan Kiam
Pek, dengan langkah yang lenggang, dia mendekati Giok
Hu Yong. "Melati Putih." Dia berkata, "Akhirnya kau pun harus
menampilkan dirimu."
Han Thian Chiu mendampingi Giok Hong. Laki-laki
itupun ada menaruh hati kepada Giok Hu Yong,
menggunakan kesempatan itu, ia turut bicara.
"Giok Hu Yong, dua puluh tahun kita tidak bersua,
wajahmu masih cantik seperti dulu."
Melati Putih Giok Hu Yong memberi satu angggukan
kepala. "Kalian datang bersama-sama. Tentunya ada urusan
penting." dia berkata. "Katakanlah urusan apa yang hendak
kalian selesaikan." "Giok Hu Yong." Giok Hong memanggil, "Kau bukan
wanita bodoh, seharusnya mengerti, apa yang menjadi
maksud tujuanku datang ketempat ini."
Diantara Melati Putih Giok Hu Yong, Sri Ratu Bunga
Giok Hong, Telapak Dingin Han Thian Chiu dan Tan
Kiam Lam pernah terjadi hubungan sangat rumit, bila Giok
Hong menyintai Suami Giok Hu Yong, sebaliknya Han
Thian Chiu ada mengharapkan cinta kasih istri Tan Kiam
Lam. Laki-laki ini lebih mudah terganggu, maka Tan Kiam
Lam tak tahan godaan-godaan Giok Hong harus
mengalami drama yang menggenaskan, setelah disiksa dia
dibuang kedasar lembah. Permusuhan itu masih belum selesai, adanya Giok Hu
Yong akan mengganggu ketenangan hati Han Thian Chiu,
maka Giok Hong harus melenyapkan saingan itu.
Giok Hu Yong tersenyum-senyum saja.
Giok Hong berkata lagi. "Melati Putih, kutantang dirimu
dipuncak Pek Soat Hong, mengapa kau tidak berani
menerima tantangan itu?"
"Betul!!" Berkata Giok Hu Yong. "Aku tidak pergi
kegunung Pek soat Hong. tapi berpikirlah lagi, adakah kau
kepuncak gunung itu?"
Giok Hong tidak dapat meneruskan perdebatannya. Dia
pun tidak menepati janji, dia mengutus Lie Bwee sebagai
wakil dirinya, dan itu waktu Tan Ciu mewakili ibunya, janji
duel diatas puncak Pek Soat Hong sama-sama tidak
ditepati. "Melati Putih.." Giok Hong berkata. "Hari ini aku datang
untuk menemuimu. Dan bersediakah kau menerima
tantanganku?" Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Setiap tantangan pasti kuterima." Dia berkata gagah.
"Melatih Putih, kau masih hebat seperti dimasa
mudamu." Giok Hong memberikan pujiannya.
"Terima kasih." Berkata Giok Hu Yong mesem-mesem.
"Sebelum pertandingan dimulai, ada sesuatu yang
hendak kusampaikan kepadamu."
"Katakanlah.." "Aku bicara atas dasar sebagai kawan." Giok Hong
berkata." Sebagai kawan baik suamimu."
"Aku Tahu.." Sikap Giok Hu Yong cukup sabar.
"Kau cinta kepada Tan Kiam Lam?" berkata Giok Hong.
Giok Hu Yong menganggukkan kepala.
"Dan cintakah suamimu itu kepadamu?" Bertanya lagi si
Ratu Bunga! "Tentu saja!" berkata Melati Putih Giok Hu Yong.
"Ha...Ha..Ha..." Giok Hong tertawa, "Kau kira Tan
Kiam Lam sangat setia kepadamu" Tahukah bahwa dia
baik kepadaku?" "Aku tahu!!!" "Betul. Dia sangat baik kepadaku. Lebih dari itu, dia
pernah berjanji untuk memperistri aku."
"Bohong!!!" Melati Putih Giok hu Yong berteriak keras.
"Tidak bohong!!!" berkata Ratu Bunga Giok Hong


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tandas. "Hubungan kami telah lebih dari batas persahabatan
biasa. "Hanya wanita ganjen yang dapat mengucapkan katakata sepertimu...."
"Dengarlah keteranganku." Berkata Giok Hong. "Tan
Kiam Lam tidak ada niatan untuk melepas dirimu! Dia
masih cinta kepadamu, karena kau pandai merawat dirinya,
Tapi kau terlalu alim. Dia harus mendapat kepuasan secara
liar, karena itu dia memilih aku. Dia pun termasuk salah
satu laki-laki yang rakus... hanya akulah yang dapat
memberi kepuasan kepadanya."
"Terima kasih atas keteranganmu." Berkata Giok Hu
Yong. "Kau tidak percaya?"
"Mengapa tidak percaya" Yang hendak ku ketahui
adalah, dimanakah kini dia berada?"
"Kukira sudah tiada di dalam dunia." Berkata Giok
Hong. "Sudah kuduga.." Berkata Giok Hu Yong. "Kau yang
membunuhnya bukan?" "Salah sendiri.." Berkata Giok HOng. "Dengan alasan
apa dia hendak meninggalkan diriku?"
"Tidak tahu malu! Dengan alasan apa kau merebut
suamiku?" "Huh!! siapa yang merebut suamimu" Dia adalah
suamiku, belum pernah aku menggugat kau merebut cinta
kasihku, dengan alasan apa kau berani menegur aku" Untuk
selanjutnya, jangan lagi kau menyebut persoalan ini."
"Baik.." Berkata Giok Hu Yong. "Dengan alasan apa kau
berkunjung ke tempatku?"
"Istana Ratu Bunga telah hancur dibawah tangan anak
dan kawan anakmu itu, untuk mengadakan pembalasan,
akupun hendak merusak Sumur Penggantungan."
"Silahkan. Kuharap saja aku dapat menuntut balas
dendam kematian suamiku."
Melati Putih Giok Hu Yong menggapaikan tangannya,
dia memanggil tujuh gadis dengan aneka warna pakaian,
setelah mengadakan gemblengan kuat kepada ketujuh gadis
itu, sudah waktunya untuk menggunakan tenaga-tenaga
mereka. Tujuan gadis dengan aneka warna pakaian mendampingi
pemimpin mereka. Disaat itu juga, Giok Hu Yong memberi
komando untuk mengurung musuh.
Ratu Bunga Giok Hong terlalu mengagulkan ilmu
kepandaiannya, dia memasuki barisan kurungan itu.
Melati Putih Giok Hu Yong menggerakkan barisannya
serentak, bermainlah tenaga kekuatan delapan orang.
Tujuh gadis didikan Giok Hu Yong mengenakan pakaian
warna merah, putih, kuning, hijau, biru, jingga, dan jambu.
Menggunakan langkah-langkah tertentu dengan suara suara
yang tidak sama, mereka melagukan irama pertempuran.
Suara itu dapat membangkitkan sukma mereka tapi
melemahkan lawan. Seolah-olah guntur yang saling
sambar. Melati Putih Giok Hu Yong beserta tujuh anak buahnya
mengurung Giok Hong. Gerakan-gerakan mereka bertambah cepat, membawa
desingan angin yang berkesiur keras, bayangan-bayangan
itu saling seliweran. Ratu Bunga melayani setiap serangan itu.
Giok Hu Yong keluarkan pekikan panjang, maka
permainan silat berganti, tujuh gadis berpakaian tujuh
warna mengitari lawannya, semakin lama, semakin cepat.
dan warna warna itupun bergulung-gulung bercampur
menjadi satu, akhirnya hanya terlihat biang lala putih yang
mengurung Giok Hong. Giok Hong terkejut, ilmu ini tidak boleh dipandang
ringan. Dia kehilangan pegangan untuk menyerang, hanya
sinar putih panjang yang berdesing, tidak terpeta bayangan
orang. Bagaimana dia mengeluarkan pukulan"
Lebih daripada itu, suara dengungan gemuruhpun
bertambah santer, seolah-olah menghadapi dunia kiamat,
guntur-guntur saling samber diangkasa yang gelap.
Keadaan Sri Ratu Bunga Giok Hong terjepit.
Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam dan Giok Lo Sat
menyaksikan keadaan buruk bagi pihaknya, mereka
menggerakan kaki siap membantu dan memecahkan
kurungannya barisan gadis tujuh warna.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap melintangkan
tangan, dia membentur Han Thian Chiu.
Tan Sang bertemu dengan serangan Tok Sim Kiam. Dan
Tan Kiam Pek menghadang kemajuan Giok Lo sat.
Dua gadis baju merah menyertai Giok Hong mendapat
tandingan lima gadis dari sumur penggantungan.
Tidak ada seorang yang berpeluk tangan. Inilah
peperangan terbesar yang pernah terjadi dari Istana Ratu
Bunga dan Sumur Penggantungan.
Dari lima front pertarungan, hanya satu yang
menguntungkan pihak Sumur Penggantungan, itulah
pertempuran antara Giok Hu Yong beserta tujuh gadis
tujuh warnanya yang menghadapi Giok Hong.
Dari itu empat front lainnya sangat menguntungkan
pihak Istana Ratu Bunga. Pek Pek Hap terdesak oleh Han Thian Chiu. Tan Sang
tidak kuat mengimbangi kekuatan Tok Sim Kiam.
Seharusnya Tan Kiam Pek dapat mengalahkan Giok Lo
Sat, tapi pertempuran ini terlalu dekat dengan Tan Sang,
sering kali Tan Kiam Pek membantu keponakannya maka
jalan pertempuran menjadi seret.
Lima gadis Sumur Penggantungan tidak dapat
mempertahankan diri dari serangan dua gadis Istana Ratu
Bunga. Dua gadis ini adalah didikan Liu Eng Ciauw
almarhum. Orang pertama yang tidak sanggup mempertahankan diri
dari gencaran pukulan lawan adalah Permaisuri dari Kutub
Utara Pek Pek Hap, lawan jago wanita ini adalah suami
sendiri, betul suami tidak sah, tokh Han Thian Chiu sudah
dapat menghasilkan seorang gadis cantik jelita. Karena itu,
Pek Pek Hap tidak dapat berlaku kejam.
Berbeda dari Pek Pek Hap, Han Thian Chiu bukan
terbuat dari sel-sel manusia, dia berlaku kejam, setiap
pukulannya mengandung unsur kematian, suatu ketika, dia
mengirim satu pukulan tangan kiri, datangnya cepat sekali,
juga dari arah yang tidak mudah diterka, buk.... Pek Pek
Hap dipukul jatuh. Pek Co Yong mengeluarkan jeritan kaget, dia maju
memukul ayahnya, kemudian menerkam tubuh ibunya.
Han Thian Chiu melupakan hubungan dengan putri
sendiri, tangannya terayun but...! siap menterjangkan
bayangan sang putri. Pek Pek Hap menarik tubuh Pek Co Yong. mereka, ibu
maupun anak itu luput dari kematian.
Berulang kali Han Thian Chiu memukul dan berulang
kali pula Pek Pek Hap menyingkirkan diri. Keadaan ini
sangat krisis sekali. Krisis kedua adalah jatuhnya Tan Kiam Pek. Manakala
Tan Sang menderita tekanan yang terlalu kuat, Tan Kiam
Pek memukul Tok Sim Kiam dan ini waktu Giok Lo Sat
memukul Tan Kiam Pek. Hek..Bek...! Tan Kiam Pek kena pukulan pertama, tapi
dia marah, tangannya dibalikkan kebelakang, disaat yang
bersamaan, dia pun berhasil melakukan pembalasan. Giok
Lo sat di pukul jatuh. Kedua orang inipun terluka sangat
parah sekali. Krisis ketiga adalah untuk bagian Tan Sang yang tidak
ada bantuan. Tok Sim Kiam bersenjata pedang, but... but... but.. Tiga
kali serangan mengancam tiga jurus pertahanan Tan Sang,
salah satu dari tiga serangan itu tidak dapat dielakkan...
Creeettt... Dada Tan Sang ditembus oleh pedang lawan.
"Ha.. ha.. ha...." Tok Sim kiam tertawa.
Tan sang menggunakan semua kekuatan yang ada, dia
menubruk kedepan, tanpa menghiraukan pedang yang
menembus kebelakang, dia mengirim satu tendangan kilat.
Heekkk... Ujung kaki Tan sang mengenai ulu hati, dan
Tok Sim kiam yang terlalu cepat bergirang itupun roboh
jatuh. dia menghembuskan napasnya setelah mengirim satu
tusukan pedang yang mematikan.
Lima gadis Sumur Penggantungan menderita luka-luka
ringan di beberapa bagian tubuh mereka.
Di fihak Istana Ratu Bunga telah kehilangan Tok Sim
Kiam, jago dari pelarian. Barisan Pendukung Ang Ciauw
ini sudah mati. Giok Lo Sat luka dibawah tangan Tan Kiam
Pek, jiwanyapun terancam.
Di pihak Sumur Penggantungan luka Tan Sang. Luka ini
tidak mungkin ditolong lagi, pedang telah menembus
sampai kebelakang. Dan jago nomor dua Tan Kiam Pek
juga menderita luka cukup berat. Masih ada Pek Pek Hap
dan Pek Co Yong, jiwa kedua orang ini pun masih berada
diujung tanduk. Jelas bahwa situasi perkembangan tidak menguntungkan
Sumur Penggantungan. Dari jauh berlari datang dua bayangan.
"Eh, suhuku berada disana?" Yang dikanan berkata, Dia
adalah gadis berbaju merah Lie Bwee.
Bayangan yang mendampinginya mudah diduga, inilah
Pendekar Dungu Muda Ong Jie Hauw.
"Keadaan Sumur Penggantungan sangat berbahaya.
Mari kita bantu mereka." Ong Jie Hauw mempercepat
langkah. Sebentar kemudian, pasangan ini sudah memasuki
gelanggang pertempuran. "Aha..." Ong Jie Hauw berteriak. "Manusia kurang ajar
berani mengganggu kawan-kawanku?"
Dia menyerbu masuk. Orang yang dapat incaran
pertama adalah si Telapak Dingin Han Thian Chiu.
Nyali Han Thian Chiu pernah diintimidasikan oleh
kekebalan Ong Jie Hauw, dia meninggalkan Pek Pek Hap
dan Pek Co Yong, berusaha melarikan diri.
Ong Jie Hauw mengirim satu pukulan.
Dengan mudah Han Thian Chiu mengelakkan diri.
Maka mereka seperti tikus dan kucing, saling kejar disekitar
daerah itu. Lie Bwee menghampiri Tan Sang. Keadaan Tan Sang
tidak dapat ditolong, dia memeramkan kedua matanya.
"Nona Tan.." Lie Bwee memanggil perlahan.
Tan Sang membuka dengan berat, arwahnya sedang
melayang-layang, melakukan perjalanan ke arah neraka,
tidak lama lagi, dia dapat meninggalkan dunia yang fanatik
itu. "Kau"!" dia terkejut sekali.
"Betul!!" Berkata Lie Bwee. "Aku dan Ong Jie Hauw
balik untuk menjemputmu."
Tan Sang mengucurkan air mata.
"Terlambat." dia berkata lemah.
"Kuatkanlah imanmu."
berusaha menolong." Berkata Lie Bwee. "Kita "Tidak mungkin.." Tan Sang mengatupkan matanya.
"Nona Tan. Ong lawannya." Jie Hauw akan mengalahkan "Tolong... beri tahu... kepadanya...." kata Tan Sang
lemah. "Janganlah kau banyak memikir yang bukan bukan." Lie
Bwee datang menghibur. "Tahukah mengapa kita balik kembali?"
Tan Sang tidak membuka mulut.
"Dari keterangannya Ong Jie Hauw," Lie Bwee
meneruskan cerita. "Aku tahu, bahwa kau juga menaruh
hati kepadanya." Tan Sang memelekkan penutup mata yang sudah
menjadi sangat berat, harapan hidupnya sangat tipis.
"Ong Jie Hauw berkata kepadaku.." Sambung Lie Bwee.
"Dia juga cinta kepadamu. Aku tidak keberatan untuk
menarik diriku. Kita dapat hidup bersama. Maukah kau
turut serta?" "Aku..Aku..." Tan Sang hendak mengangkat kepalanya,
tapi tidak berhasil, Kletak... kepala itu jatuh telkol dan
untuk seterusnya. Tan Sang tidak dapat menggerakkan bibir lagi, Dia mati.
"Oh..." Lie Bwee tidak dapat melawan kodrat alam.
Han Thian Chiu memukul Ong Jie Hauw, tentu saja
tidak dapat mengganggu kemajuan pemuda itu, Ong Jie
Hauw dapat jatuh bangun seribu kali, seribu kali juga dia
tidak mati. Karena kewalahannya, Han Thian Chiu
meneriaki kekasihnya. "Giok Hong, kita pergi!!"
Dia melejitkan kaki hendak meninggalkan tempat itu,
tujuannya kearah barat. Pek Pek Hap melintangkan dirinya dihadapan Han
Thian Chiu. Si Telapak dingin membalikkan badan, Siutt.... Berganti
arah, dia lari kearah utara.
"Eh, kau jangan lari.." Melati Putih Giok Hu Yong
meninggalkan arenanya, dia mengirim satu pukulan.
Han Thian Chiu menjadi nekad, dia mengangkat kedua
tangan, menerima pukulan itu.
Terdengar suara benturan dari dua tenaga yang sangat
keras, badan Giok Hu Yong terdorong kebelakang.
Kesempatan itu telah memberi peluang baik bagi Ong Jie
Hauw, tanpa tanda atau aba-aba lagi, dia menjatuhkan
pukulannya. Han Thian Chiu bergulingan pergi, tapi tidak urung
gegernya mendapat tekanan hebat. Dia menderita luka.
Tubuh itu jatuh dibawah kaki Permaisuri dari Kutub Utara
Pek Pek Hap. Jatuhnya celentang menengadah langit.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek Pek Hap menurunkan tangannya, begitu cepat
gerakan itu dan tanpa dapat dielakkan lagi, pukulan ini
mengenai dada Han Thian Chiu.
Terdengar suara jeritan panjang yang mengerikan, Han
Thian Chiu yang dipukul didepan dan dibelakang, tanpa
dapat membikin pertolongan sama sekali, dan didalam
waktu yang sangat singkat, dengan cara yang sangat
menggenaskan, tubuh itu diam tidak bergerak. Laki-laki
akhli wajah bunglon inipun mati dibawah tangan wanita
yang pernah diperkosa olehnya.
Giok Hu Yong dan Ong Jie Hauw saling pandang.
Dilain saat mereka memandang kearah Pek Pek Hap,
Wanita ini sedang mematung dihadapan jenazah lakinya.
Pek Co Yong juga turut mengeluarkan suara jeritan.
"Ayah...." Han Thian Chiu tidak dapat mendengar jerit tangis
putrinya. Mengikuti pertempuran tujuh gadis tujuh warna yang
mengurung Ratu Bunga Giok Hong. Keluarnya Giok Hu
Yong dari gelanggang pertempuran itu meringankan beban
Giok Hong, Dia sudah terlalu letih, berkutet lagi beberapa
saat, ada baik untuk melarikan diri. Melongok kearah luar
kurungan, semua bala bantuan yang diharapkan tiada
kunnjung datang. Ternyata Han Thian Chiu, Giok Lo Sat, Tok Sim Kiam
dan dua gadis baju merah sudah menggelak ditanah.
Biar bagaimana, ilmu kepandaian Giok Hong memang
luar biasa, suatu waktu, menggunakan kekosongan
pertahanan tujuh pengurungnya, dia melejitkan diri, bagus
sekali. Tanpa dapat ditolak, tubuh sang ratu keluar dari
kurungan. Terbentang dihadapan Giok Hong, bangkai-bangkai
semua kawan yang dibawa untuk menyerang Sumur
Penggantungan. Wajahnya berobah. Begitu matanya
bertumbuk dengan bayangan Ong Jie Hauw. Dia dapat
menduga kesalahan apa yang menyebabkan penyerangan
Ratu Bunga Giok Hong, kucar kacir ternyata pemuda bego
itu yang merusak rencana.
Kaki Giok Hong menutul tanah, dan lagi-lagi dia
melayangkan diri. Maksudnya menjauhkan musuh-musuh
berbahaya. Giok Hu Yong mencoba merintangi larinya musuh itu,
tidak berhasil. Giok Hong lebih pandai darinya.
Giliran Ong Jie Hauw yang mengirimkan pukulan kelas
berat. Giok Hong menjatuhkan diri, dengan tipu, Ular
meluncur disawa. Dia meratakan tubuh dengan tanah,
cukup jauh juga. Dikala dia bangun meletik, dan hanya
melayangkan badan, enteng bagaikan burung kepatis,
wanita itu meninggalkan musuh-musuhnya.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap lari mengejar.
Melati putih, Giok Hu Yong menaruh dendam yang luar
biasa, bila bukan gara-gara wanita ini, tidak mungkin Tan
Kiam Lam melarikan diri. Dan keluarganya pun tidak
mengalami perceraian. Dia mengintil dibelakang Giok
Hong. Kecuali dua orang itu, Ong Jie Hauw adalah orang yang
mengejar Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap tidak mungkin
dapat mengalahkan lawannya.
Tiga orang ini mengejar Giok Hong yang sudah mulai
letih. Giok Hong lari meninggalkan Sumur Penggantungan,
Dikejar oleh Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie
Hauw. Dua wanita yang kita sebut lebih dahulu
mempunyai dendam kematian lelaki, secara tidak langsung.
Giok Hong yang mengakibatkan terjadinya drama sedih
itu, Ong Jie Hauw adalah inti kekuatan untuk mengalahkan
lawan tangguh. Sebenarnya didalam keadaan yang normal,
bila bukan diberi dan disaat itu, untuk melarikan diri dari
tiga pengejarnya. Giok Hong dapat mengelakkan pengejar-
pengejar itu, terlalu mudah baginya. yang memberatkan
kedua kaki Giok Hong adalah pertempuran alot dengan
tujuh gadis tujuh warna dan Melati Putih. Sebagian
tenaganya sudah disusutkan. Tentu saja dia terempasempis.
Dari ketiga pengejarnya, Ong Jie Hauw memiliki
kekebalan yang tidak terkalahkan. Giok Hu Yong memiliki
ilmu meringankan tubuh yang tertinggi, lari-lari setengah
lie, si Melati Putih berhasil memperpendek jarak
pengejaran. "Giok Hong, Kau jangan lari." Berteriak Giok Hu Yong.
Giok Hong tidak menghiraukan teriakan itu, Larinya
semakin cepat lagi. Giok Hu Yong mengempos tenaga, terbang melayang
tinggi, meluncur dengan kecepatan penuh, dan dengan
tangan yang sudah ditekuk keras dipandangkan lurus ke
depan. "Pak..." Pundak Giok Hong menjadi korban.
Mengalami dan mendapat pukulan itu, badan si ratu
Cabul sempoyongan, kakinya nyangkut pada tangga yang
melintang. dia jatuh ngusruk.
Ong Jie Hauw dan Pek Pek Hap menyusul datang.
Bersama-sama dengan Giok Hu Yong mereka mengurung
wanita itu. Tiga orang dengan enam tangan mereka mengancam
korbannya. Satu bayangan merah meluncur datang, dengan
kecepatan yang tidak dapat dilukiskan dengan pena,
memasuki kurungan ketiga jago kita, dua lebih cepat lagi,
bayangan merah itu keluar dari pusat perhatian.
Bersamaan dengan lenyapnya bayangan merah itu, turut
lenyap pulalah si ratu bunga yang sudah ngusruk ditanah
tadi. Giok Hu Yong, Pek Pek hap dan Ong jie Hauw hampir
mengeluarkan jeritan kaget, Datangnya bayangan merah
dan lenyapnya Giok Hong terlalu cepat bagi mereka, tentu
saja mengejutkan semua orang.
Bayangan merah adalah seorang kakek kurus kering,
pakaiannya seperti api, dengan tata cara yang tidak sama
dengan apa yang biasa orang kenakan, mudah diduga,
bahwa orang ini datang dari luar Tiong-goan.
Inilah kakek berbaju merah yang pernah Tan Ciu dan
Cang Ceng Ceng jumpai di gunung Pek Hoa san.
"Main keroyok.." Kakek baju merah memandang Giok
Hu Yong cs. "siapa nama tuan?" Melati putih Giok Hu Yong
membentak. "Kut Lauw Kui." Berkata kakek berbaju merah singkat.
"Aaa....Tiga jago dari Tong-hay?"
"Heee..He..Hee...." Kakek kurus kering itu tertawa,
"Masih ada orang yang kenal nama Tiga Jago Tong-hay?"
Tiga Jago Tong Hay adalah rangkaian nama tiga orang.
Mereka adalah Tay Tauw Kui, Kut Lauw Kui, dan Bu
Ceng Kui. Kakek baju merah adalah jago nomor dua dari
urutan nama itu. Giok Hu Yong menunjuk Giok Hong yang masih berada
didalam pelukan Kut Lauw Kui.
"Kau tahu siapa orang yang kau tolong itu?" Dia hendak
memberi peringatan kepada si kakek kurus, bahwa wanita
yang ditolong olehnya adalah seorang wanita cabul,
seorang wanita jahat yang dimusuhi oleh banyak orang.
Si kakek kurus Kut Lauw Kui tertawa.
"Aku menolongnya, karena aku kenal dia." Dia
mengemukakan pendiriannya.
"Ternyata pihak Tong-hay juga mempunyai hubungan
dengannya?" "Disini menyangkut soal pribadi, kau tidak perlu tahu."
Ternyata Kut Lauw Kui juga termasuk salah satu dari
sekian banyak kekasih liar si Ratu Bunga Giok Hong. Tentu
saja dia mau mengadakan pembelaan untuknya.
Giok Hu Yong, Pek Pek Hap dan Ong Jie Hauw tak
akan membiarkan Kut Lauw Kui menolong Giok Hong.
Lepasnya si ratu cabul dari tangan mereka berarti bibit
bencana bagi manusia umumnya, bagi laki-laki khususnya.
Ong Jie Hauw membentak. "Hei, segera turunkan disuatu tempat yang empuk,"
Berkata si kakek kurus Kut Lauw Kui. "Bukan ditempat
ini tahu"!" "Sudahkah terpikir olehmu, apa akibat dari sikapmu
yang berkepala batu?" Pek Pek hap turut buka suara.
"Hee.Hee.. he.." Kut Lauw Kui tertawa. "Siapakah yang
berkepala batu" sudahkah terpikir oleh kalian, apa akibat
dari bentrok dengan pihak Tong Hay?"
"Aha..." Ong Jie Hauw berteriak, "Dimanakah letak
keunggulan dari pihak Tong Hay" Aku Ong Jie Hauw
belum pernah dengar, Aku Ong Jie Hauw hendak
menantang pihak kekuasaanmu itu."
Kut Lauw kui memperhatikan si pemuda tolol, Tidak
ada yang aneh, pelipisnya juga kurang dalam, menandakan
bahwa tenaga latihan orang yang bernama Ong Jie Hauw
inipun kurang sempurna betul. Dia berani mengucapkan
kata-kata besar" Begitu sombong" siapakah beking
dibelakangnya. "Coba kau datang lebih dekat lagi." Dia menggapaikan
tanganya. "Akan kuperlihatkan cara-cara Pihak Tong Hay
mengalahkan lawannya."
Ong Jie Hauw maju empat langkah.
"Wutt.." Kut Lauw Kui mengayun tangan.
"Duukk.." Dada Ong Jie Hauw dimakan pukulan
mendadak itu. "Wutt.. Gedebuk... Tubuh si pendekar Dungu Muda
celentang ditanah. "Aha.." Ong Jie Hauw meletik bangun dan
mengeluarkan suara teriakan. "Kau cuma menyerang,
menyerang tanpa memberi tahu kepada orang yang
bersangkutan?" Dengan berlenggang mendekati lawannya lagi. kangkung, Ong Jie Kakek kurus Put Lauw Kui mendelikkan mata, Adakah
manusia sekuat ini" Dipukul tanpa luka sama sekali"
Wutt.. Sekali lagi dia memukul lawannya.
-ooo000ooo- Jilid 24 Hauw DAN Ong Jie Hauw sudah bersiap sedia, dia
memantekkan sepasang kakinya kokoh ditanah. Bek!!
Diterimanya pukulan tadi tanpa reaksi.
Kut Lauw Kui mendapat tandingan lawan yang akan
dihadapi bukan seorang, dan bukan untuk menghindari
kerewelan, sebelum ada penerusan, karena ini dia
membawa Giok Hong melarikan diri.
Giok Hu Yong mengirim satu pukulan, tapi sengkelit
oleh kakek kurus kering itu, begitu cepat gerakannya,
dengan membawa tubuh seorangpun dia masih dapat lari
seperti terbang. Ong Jie Hauw hendak mengejar, Pek Pek Hap segera
memanggilnya. "Saudara Ong Jie Hauw.. biarkanlah dia pergi."
"Huh.. lagi-lagi lolos dari tanganku." Ong Jie Hauw
masih sangat penasaran. "Larinya kedua orang ini akan membawa banyak
kerewelan bagi kita semua." Berkata Giok Hu Yong
menarik napas. "Apa boleh buat." Berkata Pek Pek Hap. "Mari kita
kembali. Tadi kulihat anakmu menderita luka yang cukup
parah." Ong Jie Hauw, Giok Hu Yong dan Pek Pek Hap kembali
ke Sumur Penggantungan. Mayat-mayat sudah dibersihkan disekitar sumur itu. Bagi
pihak Istana Ratu Bunga, kecuali Giok Hong seorang,
semua mati musnah, Bagi pihak Sumur Penggantungan
jatuh dua orang, yaitu Tan Sang mati dan disusul oleh luka
beratnya Tan Kiam Pek. Jago ini sudah terlalu tua, dia tidak
dapat lagi mempertahankan jiwanya selalu, setelah
memberi pesan beberapa kata, diapun menyusul arwah
keponakannya. Giok Hu Yong menangis diatas mayat putrinya.
"Oh.. Tan Sang.." Tangis seorang ibu yang menderita.
"Begitu sajakah kau meninggalkan aku?"
Tan Sang terlena dengan tenang, ia tidak dapat
mendengar rintihan dan keluh kesah sang ibu. Juga tak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua itu.
Lie Bwee memberi tahu akan kematian Tan Sang, Ong
Jie Hauw turut bersedih. "Ong Jie Hauw." Berkata sigadis. "Kita kurang cepat."
Ong Jie Hauw menundukkan kepala. "Ng.." dia tidak
dapat memberi komentar. Pek Co Yong bertiarap dihadapan mayat Han Thian
Chiu, biar bagaimana jahatnya orang tua itu, toch adalah
ayah kandungnya. Korban perang!! Peperangan hanya membawa malapetaka Tan Kiam
Pek, Tan Sang, Han Thian Chiu, Tok Sim Kiam.
Pada permukaan tanah ditempat itu bertambah beberapa
makam baru. Inilah akibat dari tidak adanya keserasian dunia
ketentraman. Ong Jie Hauw menarik tangan Lie Bwee.
"Mari kita pulang ke gunung Pek Soat Hong." dia
mengajak sang istri pulang ke gunung.
Lie bwee menggeleng-gelengkan kepala.
"Aha.." Ong Jie Hauw berteriak. "Mengapa?"
"Kita tidak dapat pergi begitu saja. " Lie Bwee memberi
keterangan. "Sedikit banyak kita harus turut bertanggung
jawab. Dimisalkan kau tidak ada ditempat ini, dan guruku
datang kembali, siapakah yang dapat membendung
kekuatan mereka?" "Aha.. Kau lebih pandai dariku." Berteriak Ong Jie


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hauw girang. Dan untuk sementara Ong Jie hauw suami istri menetap
didalam Sumur Penggantungan.
Pada keesokan harinya, Sumur Penggantungan
mendapat kunjungan seorang gadis berbaju hitam. Tidak
seorang pun yang kenal kepada gadis ini.
Pek Pek Hap memperhatikannya beberapa saat, dia
mengajukan pertanyaan. "Bagaimana dengan sebutan
nona?" "Aku Kim Cui." berkata gadis itu. "datang dengan
maksud berbicara dengan Tan Ciu."
"Tan Ciu tidak ada waktu." Berkata Pek Pek Hap.
"apakah urusan itu" Katakan saja kepadaku. dan akan
kusampaikan kepadanya."
"Kau... ibu Tan Ciu?" Kim Ciu memandang wanita itu.
"Bukan.." Berkata Pek Pek Hap. "Boleh kami tahu,
urusan apa yang nona hendak sampaikan kepadanya?"
"Aku Kim Cui, putri kauwcu dari perkumpulan Kim ie
kauw, pernah Tan Ciu menyebut namaku?"
Tentang hubungan Kim Cui dan Tan Ciu yang pernah
terjadi dilereng Kim ie kauw sangat dirahasiakan, tidak
seorang dari mereka yang tahu hal itu, kecuali Cang Ceng
Ceng yang pernah ditahan Kim ie kauw. dan disaat itu,
Cang Ceng Ceng Penggantungan. tidak berada didalam Sumur "Tentunya nona membawa berita penting bukan?"
Bertanya Pek Pek Hap. "Betul!! Berita yang mempunyai hubungan dengan Ratu
Bunga Giok Hong?" "Giok Hong.." "Ng... Setelah gagal mengadakan serangan kepada
kalian. Dia meminta bantuan ayahku." Berkata Kim Cui.
"juga Kut Lauw Kui. Bersama-sama dengan Giok Hong,
mereka sedang membujuk ayahku untuk mengadakan
persekutuan." "Aaa,....Ayahmu menerima tawaran itu?"
"Belum.." "Maksud kedatanganmu?"
"Ayah bukan seorang yang suka peperangan. Tapi tidak
luput dari sifat ketamakan seorang manusia. Dia
mempunyai sejilid kitab Thian-Mo-Po-Lok yang seharusnya
diwariskan kepada keluarga kami, tapi kitab tersebut jatuh
ketangan Tan Ciu. inilah yang mengakibatkan dendam
permusuhan. Bila berhasil mendapatkan kitab itu, tentu
tidak mau menggabungkan diri dengan kekuatan orang
luar. Lain lagi jadinya bila dia tidak berhasil merebut
pulang kitab Thian-Mo-Po-lok. Besar kemungkinannya
menyatukan diri dengan Sri Ratu Bunga dan pihak Tong
Hay. tiga kekuatan ini tentu menjadi suatu persekutuan
yang kuat." "Maksudmu agar membujuk Tan ciu menyerahkan kitab
Thian-Mo-Po-lok?" "Inilah yang kuharapkan. Kini ayahku sedang menuju
kemari." "Aaaa...." Pek Pek Hap harus melayani sesuatu
peperangan lain. "Dapatkah memberi tahu akan adanya rumusan ini?"
Kim Siauw Cui memohon. "Dia sedang mendapat gemblengan untuk melatih ilmu
kepandaian yang tercatat dalam kitab Thian-Mo-Po-lok."
"Dapatkah mengajakya
datangnya bahaya?" turut serta merundingkan "Dia tidak boleh diganggu."
"Biar ku tunggu." Berkata Kim Ciu.
Pek Pek Hap tidak keberatan.
Tidak berapa lama, datang lagi laporan yang
mewartakan tibanya rombongan perkumpulan Kim ie
kauw. Pek Pek Hap, Co Yong, Ong Jie Hauw, Lie Bwee
berembuk sebentar, dan mereka berkata kepada Kim Cui.
"Kami harus menjumpai ayahmu. Nona Kim tunggulah
disini." Kim Cui menganggukan kepala.
Pek Pek hap, Ong Jie Hauw, Lie bwee dan Pek CO Yong
keluar dari Sumur Penggantungan. Diluar sumur itu sudah
berbaris banyak orang. Diantaranya terdapat juga Kim Ie
Mo-Jin, Kim ie lo-jin, Kim Sam Nio dan lain-lainnya.
Pek Pek Hap mewakili seorang mengajukan pertanyaan,
"Kami dari perkumpulan Kie ie kauw datang dengan
maksud tujuan untuk bicara beberapa kata dengan Tan
Ciu." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Dapatkah kauwcu menangguhkan kunjungan ini untuk
beberapa hari?" berkata Pek Pek Hap dengan sikap sabar.
"Mengapa?" "Berhubung ada sesuatu hal, Tan Ciu tidak dapat keluar
untuk menemui tamu."
"Mengapa tidak dapat menerima tamu?" Kim Ie Mo-Jin
mengeluarkan suara dari hidung.
"Kim ie kauwcu tidak percaya?" Pek Pek Hap tidak dapat
berterus terang. "Ha..Ha.. tentunya dia tahu akan kedatangan diriku,
sebelumnya dia sudah menyembunyikan diri lebih dahulu."
Pek Pek Hap tidak dapat menerima kata-kata ini, dia
masih berusaha menekan hawa amarahnya dengan sabar
berkata. "Tan Ciu bukan seorang muda yang takut mati. Tidak
mungkin dia mau bersembunyi."
Keterangan ini sangat masuk diakal. Tan Ciu belum
pernah takut kepada orang. Walaupun orang yang
berkepandaian lebih tinggi darinya pun.
Kim Ie Mo-Jin berkata lagi. "Aku hendak bertemu
dengannya. Segera!! ada urusan penting!!"
"Sudah kukatakan, bahwa Tan Ciu belum dapat
menerima tamu! Dapatkah kau datang pada beberapa hari
lagi?" "Aku tidak mempunyai itu kesabaran."
"Apa boleh buat, kita tidak dapat menerima kunjungan
kalian." "Menerima atau tidak, aku harus memeriksa seluruh isi
Sumur Penggantungan." Sifat Kim Ie Mo-Jin semakin
sombong. "Aha.." Ong Jie Hauw membuka suara, "hendak kulihat
siapa yang berani memasuki Sumur Penggantungan."
Kim Ie Mo-Jin menolehkan kepalanya, menatap pemuda
itu dan membentak. "Bocah kurang ajar, sebutkan
namamu!" "Nama dari bocah kurang ajar bernama Ong Jie Hauw."
Pemuda ini membusungkan dada.
"Ong Jie Hauw?" Kim Ie Mo-Jin terus memikir lama.
"Belum pernah kudengar nama ini."
"Aha.. kau belum pernah mendengar namaku. Aku pun
belum pernah mendengar namamu. sama-sama..."
"Bedebah!!" Kim Ie Mo-Jin merasa tersinggung.
"Eh, memaki orang?" Ong Jie-hauw mendelikkan mata,
tangannya diremas-remas kuat, dia siap mengeluarkan
jotosan. Pek Pek Hap cepat-cepat mengetengahkan perselisihan.
katanya. "Saudara Ong Jie Hauw.. sabar.."
Dipandangnya Kim Ie Mo-Jin dan berkata kepada ketua
perkumpulan itu. "Kim ie kauwcu, kau harus memberi
waktu beberapa hari."
"Tidak mungkin." Kim Ie Mo-Jin menolak.
"Tidak percaya kepada keteranganku?" Pek Pek hap
hampir naik darah. "Aku percaya, setelah memeriksa seluruh isi Sumur
Penggantungan." Kim Ie Mo-Jin tak mau mengalah.
"Bila aku tidak memberi izin?"
"Lebih mudah untuk diselesaikan. Tentunya kitab Thianmo-po-lok sudah berada
didalam tanganmu. Serahkanlah
kitab itu." "Kim ie kauwcu." Berkata Pek Pek Hap. "Kau harus
mengajukan tuntutanmu."
"Boleh.. Kesatu, panggil Tan Ciu keluar segera. Dan
kedua, Serahkan kitab Thian-Mo-Po-Lok. Tanpa syarat.
Titik. Memenuhi dua syaratku berarti perdamaian."
"Kim ie kauwcu." Pek Pek Hap tidak berhasil
mengelakkan pertempuran. "Kau hendak menyerang dan
kami wajib bertahan. Silahkan."
Kim Ie Mo-Jin mengulapkan tangan, itulah tanda
bergerak. Kim San Nio dan Kim Ie Mo-Jin mendekati
mulut sumur. Situasi Sumur Penggantungan tegang kembali.
Kedatangan Kim Ie Mo-Jin setengah terdesak oleh
tekananGiokHongdanKatLauwKui.
Dikatakan oleh kedua orang itu, bahwa perkumpulan Kim
Ie kauw tidak berguna. Tidak dapat meringkus seorang
bocah yang mengangkangi kitab pusaka mereka. Dan
dengan mulut besar. Kim Ie Mo-Jin mengatakan kepada
mereka. bahwa dia pasti dapat membekuk Tan Ciu, maka
kitab Thian-Mo-Po-Lok pasti dapat direbut kembali. Dia
tidak membutuhkan pakta militer, Kim ie kauw tidak mau
diikat oleh golongan lain.
Dia tidak akan meninggalkan Sumur penggantungan,
sebelum berhasil menemui Tan Ciu untuk meminta kitab
Thian-Mo-Po-Lok. Membarengi gerakan Kim Ie lo-jin dan
Kim San Nio, dia pun turut bergerak kedepan.
Ong Jie Hauw mengincar Kim Ie
membentak. "Berhenti..!"
Mo-Jin, dia Kim Ie Mo-Jin tidak akan menghentikan gerakannya,
sebelum cita-citanya untuk menarik kitab Thian-Mo-Po-Lok
terlaksana. Dia masih menggerakkan kaki, maju kearah
mulut sumur. Ong Jie Hauw mengayun tangan, memukul ketua Kim Ie
Kauw. Kim Ie Mo-Jin sudah memperhitungkan akan adanya
penyerangan itu, diapun menerima penuh. Akibat dari
benturan tenaga masing-masing terdorong mundur
kebelakang. Disaat yang bersamaan, Pek Pek Hap mengadu kekuatan
dengan Kie ie lo-jin, Lie Bwee bergunjang dengan Kim San
Nio. Seorang bayangan kecil merayap keluar dari dalam
sumur, inilah Kim Cui. Kim Ie Mo-Jin dapat melihat adanya putri itu. Dia
mengeluarkan suara kaget.
"Kim Cui!?" "Ayah.." Kim Cui meneriaki ayahnya. "Dapatkah kau
menunggu beberapa hari?"
"Tutup mulut." Kim Ie Mo-Jin membentak. "Siapa yang
menyuruh kau berada ditempat ini?"
"Ayah, aku hendak meminta kitab Thian-Mo-Po-Lok itu,
berilah kesempatan beberapa hari." Kim Siauw Cui
memohon. "Hayo!! kau pulang! " Kim Ie Mo-Jin membentak.
Tentu saja Kim Cui tidak dapat menerima hardikan
ayahnya itu. Dia mengeloyor dipinggir sumur. Kim Ie MoJin marah besar, tenaganya
yang tersedia untuk menghadapi Ong Jie Hauw terayun ke tempat putri sendiri,
wing... dia memukul Kim Cui.
"Pergi!" Bentaknya keras. "Hayo pulang."
Kim Cui terseret jatuh pukulan ayahnya. tidak ringan,
dia masih memandang dengan sinar mata permohonan,
agar ayah itu dapat memberi kelonggaran waktu.
Kehormatan Kim Ie Mo-Jin semakin tersinggung,
tangannya hampir terayun lagi.
Tiba-tiba.... Satu suara yang keren membentak. "Kim Ie Mo-Jin tarik
kembali tanganmu." Disana telah bertambah seorang nenek berbaju hitam.
nenek inilah yang mengeluarkan bentakan tadi.
Kim cui membuka mulut. "Suhu...." Nenek berbaju hitam itu adalah guru si gadis, dia
menghampiri, mengelus rambut Kim Cui yang ikal,
Menyaksikan keadaan muridnya, dia memancarakan sinar
matanya yang liar. "Siapakah yang telah melukai muridku?" dia bergeram
marah. "Aku." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Kau?"" suatu hal yang berada di luar dugaan nenek
berbaju hitam itu. "Ng..." "Siapa yang menyuruh kau melukainya?"
"Dia berkhianat kepada Kim ie kauwcu."
"Huh... yang mana lebih penting" Putri sendiri atau
Pusaka Para Dewa 1 Iblis Ular Hijau Karya Aryani W Medali Wasiat 11
^